PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN RECIPROCAL TEACHING (PENGAJARAN BERBALIK) TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA PADA KONSEP PROTISTA (Eksperimen di MAN 2 Bogor) SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh : SANTI APRILIA 105016100524
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2010 M/1431 H
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN RECIPROCAL TEACHING (PENGAJARAN BERBALIK) TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA PADA KONSEP PROTISTA SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh : SANTI APRILIA NIM. 105016100524
Di bawah Bimbingan
Dosen Pembimbing I
Dosen Pembimbing II
Drs. Ahmad Sofyan, M. Pd. NIP. 19650115 198703 1 020
Eny S. Rosyidatun, S.Si.,M.A. NIP. 19750924 200604 2 001
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi berjudul “ Pengaruh Model Pembelajaran Reciprocal Teaching (Pengajaran Berbalik) terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa pada Konsep Protista” ( Eksperimen di MAN 2 Bogor) oleh Santi Aprilia, NIM 105016100524, diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasyah pada tanggal 8 Maret 2010 di hadapan dewan penguji. Oleh karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana S.1 ( S. Pd.) dalam bidang Pendidikan Biologi.
Jakarta, 11 Maret 2010 Panitia Ujian Munaqasyah Tanggal
Tanda Tangan
Ketua Panitia ( Ketua Prodi Biologi) Dr. Sujiyo Miranto, M. Pd. NIP. 150 299 933
……………
……………...
Sekretaris ( Sekretaris Jurusan ) Nengsih Juanengsih, M. Pd. NIP. 19790510 200604 2 001
……………
..……………..
Penguji I Dr. Sujiyo Miranto, M. Pd. NIP. 150 299 933
……………
.……………...
……………
.……………...
Penguji II Dr. Zulfiani, M. Pd. NIP. 19760309 200501 2 002
Mengetahui: Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,
Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A. NIP. 19571005 198703 1 003
Lembar Pernyataan Dengan ini saya menyatakan bahwa : 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, Maret 2010 Santi Aprilia
ABSTRACT Santi Aprilia, “The Influence of Using Reciprocal Teaching Model to Students’ Biology achievement in Protista Concept (Experiment in Madrasah Aliyah Negeri 2 Bogor)”. Undergraduate Thesis, Biology Education Program, Science Education Department, Faculty of Tarbiyah and Teachers Training of Syarif Hidayatullah State Islamic University. The purpose of this research was to know the influence of using reciprocal teaching model to students’ biology achievement in protista concept. This research had been carried out in MAN 2 Bogor. This research was used quasi experiment method with pretest-posttest control group design. The sample was taken by using purposive sampling technique. The amount of the research sample was 40 persons for the experiment class and 40 persons for the control class. The data was taken using test instrument in essay form which had tested its validity and reliability, questionnaire that also had tested its validity and reliability, and observation sheet. The hypothesis in this research is there is influence of using reciprocal teaching model to students’ biology achievement in protista concept. The data analysis was used t-test, from the result of calculating differentiation mean data between the two group, obtained the value of t-count was equal to 2,67, while t-table at the level of significant 5% with degree of freedom (df) = 78 that is equal to 1,99. So, it can be said that t-count > t-table that meant the alternative hypothesis (Ha) was accepted and zero hypothesis (Ho) was refused. It showed that there was influence of using reciprocal teaching model to students’ biology achievement in protista concept. Key Word : Reciprocal teaching, students’ biology achievement
i
ABSTRAK Santi Aprilia, “ Pengaruh Model Pembelajaran Reciprocal Teaching terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa pada Konsep Protista (Eksperimen di MAN 2 Bogor)”. Skripsi, Program Studi Biologi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan model reciprocal teaching terhadap hasil belajar biologi siswa pada konsep protista. Penelitian ini dilaksanakan di MAN 2 Bogor. Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu dengan desain Pretest-Posttest Control Group Design. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling. Sampel penelitian berjumlah 40 orang untuk kelas eksperimen dan 40 orang untuk kelas kontrol. Pengambilan data menggunakan instrumen berupa tes essay yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya, angket yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya, serta lembar observasi. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah terdapat pengaruh model pembelajaran Reciprocal Teaching terhadap hasil belajar biologi siswa pada konsep protista. Analisis data menggunakan uji-t, data hasil penghitungan perbedaan rata-rata postes kedua kelompok diperoleh nilai t hitung sebesar 2,67, sedangkan t tabel dengan taraf signifikansi 5% dan derajat kebebasan (dk) = 78 sebesar 1,99, maka dapat dikatakan bahwa t hitung > t tabel yang berarti hipotesis alternatif (Ha) diterima dan hipotesis nol (Ho) ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan model reciprocal teaching terhadap hasil belajar biologi siswa. Kata Kunci : Reciprocal teaching, hasil belajar biologi siswa.
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi tepat pada waktunya untuk memenuhi persyaratan mencapai gelar sarjana pendidikan. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Rasulullah Muhammad Saw, beserta keluarga, para sahabat dan pengikutnya. Sehubungan dengan selesainya skripsi ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini. Dengan segenap ketulusan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Ibu Baiq
Hana Susanti, M. Sc, selaku Ketua Jurusan,
Ibu Nengsih
Juanengsih, M. Pd, selaku Sekretaris Jurusan, dan Bapak Dr. Sujiyo Miranto, M.Pd, selaku Ketua Program Studi Biologi Jurusan Pendidikan IPA Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Bapak Drs. Ahmad Sofyan, M. Pd, selaku dosen pembimbing I dan Ibu Eny S. Rosyidatun, S.Si.,M.A., selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan pengarahan, nasehat, saran, motivasi, serta bimbingannya dalam penyusunan skripsi ini. 4. Bapak dan Ibu Dosen di Jurusan Pendidikan IPA khususnya Program Studi Pendidikan Biologi, yang telah mencurahkan ilmu dan mendidik dengan tulus ikhlas. Semoga ilmu yang penulis peroleh dapat bermanfaat. 5. Segenap Pimpinan dan Staf Karyawan / Karyawati Perpustakaan Utama UIN dan Perpustakaan FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah meminjamkan referensi. 6. Bapak H. Kosasih Ismatullah, M.Pd.I, selaku Kepala MAN 2 Bogor dan Ibu Yani Maryani, S.Pd, selaku Wakil Bidang Kurikulum MAN 2 Bogor yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di kelas X1 dan X-2.
iii
7. Ibu Retno Mujiarti, M.Si., selaku guru bidang studi Biologi yang telah memberikan pengarahan, nasehat, saran, motivasi, serta bimbingannya dalam pelaksanaan penelitian. 8. Seluruh staf dan guru MAN 2 Bogor yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian dan penyelesaian penulisan skripsi. 9. Siswa-siswi kelas X-1 dan X-2 MAN 2 Bogor yang berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran selama penelitian. 10. Novia, Lulu, dan Ratna selaku rekan observer dalam pelaksanaan penelitian. 11. Ayah dan Ibu tercinta, Bapak Rahmat Susanto dan Ibu Tuti Handayani, serta Kakak dan Adik tersayang yang telah mencurahkan segala doa, kasih sayang, dukungan, suport, dan jerih payahnya dengan penuh keikhlasan kepada penulis. Semoga Allah SWT selalu mengasihi dan meridhoinya. 12. Teman-teman biologi angkatan 2005
yang telah membantu hingga
terselesaikannya skripsi ini, khususnya Seha, Ana, Vea, Huda, Icha, Risna, Maya, Nia, Halimah, dan Gustini, terima kasih atas doa dan motivasinya. Semoga kesuksesan selalu bersama kita. 13. Sahabat setia selama kuliah, Riri Purnama, SKM dan Nusra Arini, SHI, terimakasih atas segala perhatian, persahabatan, motivasi, bantuan, dan doanya selama ini. 14. Kakak Ita Rodiah M.S, terimakasih atas inspirasinya.
Akhir kata penulis mengucapkan banyak terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya. Semoga Allah SWT membalas amal dan kebaikan mereka dengan pahala yang berlipat ganda serta rahmat dan barokah yang tiada henti, Amin. Penulis berharap semoga skripsi ini memberikan manfaat dan dapat dijadikan masukan bagi guru IPA dan mahasiswa lain untuk melakukan penelitian selanjutnya. Jakarta, Januari 2010
Penulis
iv
DAFTAR ISI ABSTRAK .............................................................................................................i KATA PENGANTAR .........................................................................................iii DAFTAR ISI .............................………………………………………………....v DAFTAR TABEL ....................………………………………………………..vii DAFTAR GAMBAR ................……………………………………………….viii DAFTAR LAMPIRAN ...............………………………………………………ix BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ………………………………………………1 B. Identifikasi Masalah ….………………………………………………5 C. Pembatasan Masalah …………………………………………………6 D. Perumusan Masalah ….………………………………………………6 E. Manfaat Penelitian …...………………………………………………6
BAB II DESKRIPSI TEORETIS, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS A. Deskripsi Teoretis ……………………………………………………7 1. Pembelajaran Konstruktivisme ..…………………………………7 2. Model Pembelajaran Reciprocal Teaching ...…………………...11 a. Reciprocal Teaching (Pengajaran Berbalik) ..…………..…....11 b. Tahapan kegiatan Reciprocal Teaching ...…………………....13 3. Hakikat Hasil Belajar .…………...……………………………....15 a. Definisi Belajar ……………………………………………..15 b. Hasil Belajar ………………………………………………...17 c. Hasil Belajar Biologi ………………………………………..20 4. Faktor yang Mempengaruhi Belajar …………………………....22 5. Prinsip-Prinsip Belajar………………......……………………….24 6. Hasil Penelitian yang Relevan ..……………….……………..... 24 B. Kerangka Pikir ………..…………………………………………….26 C. Hipotesis Penelitian …..…………………………………………….30
v
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tujuan Penelitian ……..…………………………………………….31 B. Tempat dan Waktu Penelitian ………………………………………31 C. Metode Penelitian dan Desain Penelitian ..........................................31 D. Variabel Penelitian .............................................................................32 E. Populasi dan Sampel .………………………………………………..33 F. Instrumen Penelitian …..……………………………….…………...33 G. Prosedur Penelitian …....………….………………………………...35 H. Teknik Pengumpulan Data ..………………………………………..38 I. Teknik Analisis Data …...…………………………………………..39 J. Hipotesis Statistik …………………………………………………..43
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Tes Essay ............................................…………………..……44 B. Hasil Observasi …………..…………….……………...……………55 C. Interpretasi Data ………......………………………………………...58 D. Pembahasan ……………..…………………………………………..60
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan …………………………………………………………65 B. Saran ……………………..……………………………..…………...65
DAFTAR PUSTAKA ……………...…………………………………………..66
LAMPIRAN ……………………………………………………………………70
vi
DAFTAR TABEL Tabel 3.1. Desain Penelitian .................................................................................31 Tabel 3.2. Kategori Hasil Observasi ....................................................................43 Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Pretes Kelas Eksperimen ...................................44 Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Pretes Kelas Kontrol ..........................................45 Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Postes Kelas Eksperimen ..................................46 Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Postes Kelas Kontrol .........................................47 Tabel 4.5. Perbandingan Nilai Rata-Rata (Mean) Pretes dan Postes Kelas Eksperimen dan Kontrol ....…………...……………….48 Tabel 4.6. Hasil Uji Normalitas Pretes .................................................................49 Tabel 4.7. Hasil Uji Normalitas Postes ................................................................49 Tabel 4.8. Hasil Uji Homogenitas Pretes ..……………………………………...50 Tabel 4.9. Hasil Uji Homogenitas Postes …………………………………..…..50 Tabel 4.10. Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Hasil Pretes .......................................51 Tabel 4.11. Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Hasil Postes ......................................51 Tabel 4.12. Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Normal Gain .....................................52 Tabel 4.13. Perbandingan Nilai Rata-Rata (Mean) Pretes, Postes, dan Gain Kelas Eksperimen dan Kontrol .............................53 Tabel 4.14. Kategorisasi kemampuan berkomunikasi siswa selama pembelajaran ...............................................................55
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Bagan Kerangka Pikir .....................................................................29 Gambar 4.1. Histogram Distribusi Skor Pretes Kelas Eksperimen .....................45 Gambar 4.2. Histogram Distribusi Skor Pretes Kelas Kontrol ............................46 Gambar 4.3. Histogram Distribusi Skor Postes Kelas Eksperimen .....................47 Gambar 4.4. Histogram Distribusi Skor Postes Kelas Kontrol ...........................48 Gambar 4.5. Persentase Kategori N-gain Kelompok Eksperimen ……………..54 Gambar 4.6. Persentase Kategori N-gain Kelompok Kontrol ………………….54
viii
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. RPP Kelas Eksperimen ................ ............................................... ..70 Lampiran 2. RPP Kelas Kontrol ...................................................................... ..79 Lampiran 3. Lembar Kerja Siswa (LKS) Model Reciprocal Teaching ...............87 Lampiran 4. Lembar Wacana Protista ..................................................................90 Lampiran 5. Lembar Observasi Model Reciprocal Teaching ...………………...96 Lampiran 6. Instrumen Tes Essay ( Untuk Uji Validasi) .....................................97 Lampiran 7. Hasil Validitas dan Reliabilitas Tes Essay (SPSS.12) ...………...101 Lampiran 8. Rekapitulasi Validasi Tes Essay ...……………………………...103 Lampiran 9. Instrumen Tes Essay ( Hasil Validasi) ..........................................104 Lampiran 10. Skor Penilaian Butir Soal Tes Essay ...........................................107 Lampiran 11. Data Skor Pretes (Tes Essay) Kelas Eksperimen ..……………. 108 Lampiran 12. Data Skor Postes (Tes Essay) Kelas Eksperimen ..…………… 109 Lampiran 13. Data Skor Pretes (Tes Essay) Kelas Kontrol ......……………... 110 Lampiran 14. Data Skor Postes (Tes Essay) Kelas Kontrol ...………………... 111 Lampiran 15. Perhitungan Mean, Median, Modus, dan Standar Deviasi .........112 Lampiran 16. Distribusi Frekuensi Pretes (Tes Essay) ......………………….. 113 Lampiran 17. Distribusi Frekuensi Postes (Tes Essay) ..…………………….. 117 Lampiran 18. Perhitungan Uji Normalitas ...................................................... 121 Lampiran 19. Tabel Perhitungan Uji Normalitas ...............................................122 Lampiran 20. Perhitungan Uji Homogenitas ....................................................125 Lampiran 21. Pengujian Hipotesis Data Pretes (Tes Essay) ..……………….. 127 Lampiran 22. Pengujian Hipotesis Data Postes (Tes Essay) ..……………….. 128 Lampiran 23. Uji N-Gain ................................................................................. 129 Lampiran 24. Rekapitulasi Observasi Pertemuan I (Kelas Eksperimen) ..…….134 Lampiran 25. Rekapitulasi Observasi Pertemuan II (Kelas Eksperimen) ..……136 Lampiran 26. Rekapitulasi Observasi Pertemuan III (Kelas Eksperimen) ..…..138
ix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia senantiasa mengalami pembelajaran dalam seluruh proses kehidupannya. Pendidikan merupakan kebutuhan mutlak manusia sepanjang hayat, tanpa pendidikan manusia akan sulit berkembang dan bahkan akan terbelakang. Hal ini sesuai dengan konsep pendidikan sepanjang hayat (lifelong education) yang dicanangkan oleh organisasi pendidikan, ilmu pengetahuan dan kebudayaan PBB (UNESCO).1 Pendidikan merupakan proses transfer ilmu pengetahuan dan nilai, bertujuan untuk menyempurnakan kecerdasan-kecerdasan yang secara alamiah telah dimiliki oleh setiap manusia sebagai potensi yang telah diberikan oleh Sang Pencipta
agar
manusia
dapat
menjadi manusia
seutuhnya
dan dapat
mempertahankan kehidupannya. 2 Seutuhnya dalam artian keutuhan antara dua dimensi, jasmani dan rohani sehingga proses pendidikan yang berlangsung harus berkesinambungan yang meliputi keseluruhan aspek baik kognitif, afektif, dan psikomotorik. Pendidikan yang meliputi keseluruhan aspek akan menghasilkan manusia yang berkualitas dan mampu bersaing, bukan hanya pintar tetapi juga memiliki budi pekerti luhur dan moral yang baik.3 Makna pendidikan tidak hanya sekedar dalam lingkup sekolah. Dalam arti yang luas pendidikan terjadi melalui tiga upaya utama, yaitu pembiasaan, pembelajaran dan peneladanan.4 Hal ini sesuai dengan hakikat manusia sebagai makhluk yang dididik dan makhluk yang mendidik. Sedangkan sekolah hanya salah satu bentuk upaya pendidikan dan segala sesuatu yang terselenggara di sekolah tidak sepenuhnya steril dari berbagai pengaruh luar sekolah. 1
Fuad Hassan, Pendidikan Adalah Pembudayaan, dalam Pendidikan Manusia Indonesia, (Jakarta: Kompas, 2004), h.53. 2 Abdurrahman, Meaningful Learning, Reinvensi Kebermaknaan Pembelajaran, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), h. 4. 3 Ibid, h. 74. 4 Fuad Hassan, Op. Cit, h.52.
1
2
Dunia pendidikan memiliki tanggung jawab dan kontribusi penuh terhadap perkembangan manusia untuk menjadi manusia seutuhnya yang kompeten dan berakhlak mulia. Karena itu perubahan dan rekonstruksi menuju arah yang lebih baik senantiasa dilakukan dalam dunia pendidikan seiring dengan perkembangan zaman yang terus berlangsung. Sekolah sebagai salah satu lingkup pendidikan turut bertanggungjawab mengadakan perubahan dan rekonstruksi, di antaranya dengan melaksanakan berbagai program pembaharuan yang efektif dan efisien sesuai dengan perkembangan zaman,
situasi,
kondisi dan
perkembangan anak didik.
Pembaharuan yang dilaksanakan dimulai dari pembaharuan pemikiran, sistem pendidikan, kurikulum, struktur pendidikan, sampai pembaharuan dalam proses transfer keilmuan/pengetahuan dan nilai-nilai kehidupan. Belajar memiliki peran utama dalam pendidikan, dengan belajar seseorang mengalami pendidikan. Proses pembelajaran sebagai bagian dari proses pendidikan pada pelaksanaannya cenderung masih monoton dan konvensional dengan memusatkan guru sebagai sumber ilmu pengetahuan (teacher centered). Siswa dianggap sebagai objek penerima wawasan guru yang tidak mempunyai kreativitas dan pengetahuan awal.5 Dalam memperbaharui sistem transfer pengetahuan, salah satu langkah empiris yang dilaksanakan adalah dengan memperbaharui sistem pembelajaran konvensional ke arah yang lebih berkembang, yaitu dengan cara menggunakan strategi-strategi baru, model maupun metode pembelajaran yang dapat meningkatkan kreativitas siswa dalam belajar sehingga dapat meningkatkan hasil belajar. Program pembaharuan yang efektif dapat diaplikasikan apabila semua pemeran dalam dunia pendidikan turut bekerjasama, mulai dari pemerintah sebagai pemegang otoritas tertinggi sampai pada para pelaksana proses pendidikan baik formal maupun informal. Salah satu faktor utama dalam
5
Zurinal, Ilmu Pendidikan, Pengantar dan Dasar-Dasar Pelaksanaan Pendidikan, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), h. 118.
3
pendidikan formal yang secara langsung turut menentukan keberhasilan pendidikan adalah guru. Guru dapat mengarahkan dan membimbing peserta didik sehingga terbentuk peserta didik yang berkualitas baik secara akademis, keterampilan, moral, dan spiritual. Walaupun tidak semua tanggung jawab dibebankan kepada guru (karena orang tua siswa dan lingkungannya pun turut berperan membangun akademis, keterampilan, moral dan spiritual siswa), namun guru sebagai pendidik hendaknya tidak hanya mengajar di kelas, tetapi juga turut mendidik siswa meraih nilai-nilai kehidupan dan akhlak mulia sehingga siswa dapat memiliki meaningfull life (kehidupan bermakna) dalam hidupnya.6 Siswa diharapkan dapat menghadapi tantangan zaman yang terus berkembang. Dalam usaha pencapaian semua tujuan pendidikan tersebut, maka diperlukan sosok guru yang terkualifikasi, berkompetensi, dan berdedikasi tinggi. Guru yang memiliki profesionalisme tinggi memahami bagaimana seharusnya mendidik sehingga kemampuan anak didik dari berbagai segi dapat berkembang optimal. Peran lain yang diperankan guru adalah sebagai fasilitator yang dapat memberi wadah untuk perkembangan kreativitas anak didik. Salah satunya adalah dengan menyediakan model/pendekatan pembelajaran yang baik, sesuai dengan kondisi dan kebutuhan yang ada. Dengan pendekatan pembelajaran yang sesuai, hasil belajar siswa diharapkan dapat meningkat. “IPA adalah ilmu pengetahuan yang membahas tentang alam. Dalam kamus umum bahasa Indonesia disebutkan bahwa IPA berhubungan dengan alam. Menurut Hugerford dkk (1990) IPA dibagi menjadi dua elemen yaitu proses dan produk. IPA sebagai proses difokuskan pada cara yang digunakan untuk memperoleh produk IPA, prosesnya terdiri dari mengamati, bereksperimen, menggolongkan, mengukur, memprediksi, mengkomunikasikan, dan sebagainya. Dengan menggunakan proses tersebut para ilmuan memperoleh penemuanpenemuan berupa fakta, konsep dan teori. Penemuan-penemuan inilah yang disebut sebagai produk IPA, sedangkan proses yang dilakukan ilmuan disebut keterampilan proses IPA.”7 “Memahami hakikat IPA secara utuh dalam pembelajaran biologi tidak dapat dilakukan hanya dengan menginformasikan secara verbal atau 6
7
Abdurrahman, Op. Cit, h.26. Ahmad Sofyan, “Perilaku Belajar Biologi Siswa MAN” dalam Didaktika Islamika, jurnal kependidikan, keislaman dan kebudayaan, Vol IV No.1 Juni 2003.
4
ceramah saja, melainkan juga dengan menyeimbangkan antara pengembangan IPA sebagai proses maupun sebagai produk. Karena itu menurut Driver (seperti dikutip Suparno, 1997) siswa dapat memahami IPA bila terlibat aktif dalam dialog, diskusi dan melakukan percobaanpercobaan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa peran aktif siswa itu sendiri yang turut memberikan kontribusi dalam mencapai keberhasilan memahami hakikat IPA.”8 Merujuk
pada
pandangan
Driver
tersebut,
pembelajaran
IPA
membutuhkan keaktifan siswa baik dalam berdialog, melakukan diskusi maupun melakukan percobaan-percobaan. Dengan kata lain, kemampuan berkomunikasi siswa turut mempengaruhi dan membantu tercapainya kreativitas siswa dalam berpikir yang nantinya dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Kemampuan berkomunikasi itu sendiri merupakan salah satu keterampilan proses yang berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menyampaikan atau menerima gagasan, ide, secara efektif, baik melalui lisan maupun tulisan. Hal ini sejalan dengan pendapat Nuryani R. bahwa kemampuan berkomunikasi memegang peranan penting
karena
membantu
dalam
proses
penyusunan
pikiran,
menghubungkan gagasan satu dengan lainnya, sehingga dapat mengisi hal-hal yang kurang dalam seluruh jaringan gagasan siswa. Kenyataan di lapangan banyak yang menunjukkan kurangnya variasi dalam pembelajaran sains, baik dari segi strategi pembelajaran, media atau alat bantu pembelajaran, maupun kreativitas guru dalam menerapkan pembelajaran. Hal tersebut dapat menghambat proses pembelajaran yang dapat berdampak pada rendahnya hasil belajar siswa. Peran guru menjadi faktor yang cukup menentukan hasil belajar siswa. Guru dituntut kreatif dalam melaksanakan proses pembelajaran, di antaranya dengan memilih dan menentukan strategi, model, maupun metode pembelajaran yang cocok untuk setiap materi pelajaran agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Model-model pembelajaran terdapat beragam dan dapat diterapkan dalam proses pembelajaran di kelas. Pemanfaatan model pembelajaran yang beragam
8
Ibid.
5
dapat mengurangi kejenuhan siswa yang biasanya terjadi dalam pembelajaran konvensional. 9 Model reciprocal teaching menuntut keaktifan siswa untuk memperoleh pengetahuan. Model ini berlandaskan asas konstruktivisme dan beberapa keterampilan proses dalam KPS. Model ini bertujuan memahami bagaimana anakanak berpikir, berkomunikasi, berdiskusi dan belajar mandiri. Melalui penerapan model reciprocal teaching siswa diharapkan dapat belajar efektif dan bermakna dengan mengkonstruk pemahamannya sendiri sehingga hasil belajarnya dapat meningkat. Berbagai asumsi teoretis di atas melandasi penulis menyusun dan melaksanakan sebuah penelitian tentang hasil belajar siswa dalam pembelajaran sains khususnya biologi. Dalam penelitian ini diharapkan hasil belajar siswa dapat meningkat. Oleh karena itu penulis menggunakan model pembelajaran yang sekiranya dapat meningkatkan hasil belajar siswa yaitu model pembelajaran reciprocal teaching. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah dikemukakan, penulis dapat mengidentifikasi masalah sebagai berikut: 1. Proses belajar mengajar cenderung masih monoton dan konvensional dengan metode ceramah yang menekankan aspek hafalan sehingga siswa cenderung
terbatasi
dalam
mengembangkan
kemampuan
dan
kreativitasnya. 2. Kurangnya kerjasama antar siswa dalam proses pembelajaran. 3. Hasil belajar siswa masih rendah. 4. Masih kurangnya variasi dalam pembelajaran sains, baik dari segi strategi pembelajaran, media atau alat bantu pembelajaran, maupun kreativitas guru dalam menerapkan pembelajaran.
9
Yusri Panggabean, dkk., Strategi, Model, dan Evaluasi, Pembelajaran Kurikulum 2006, (Bandung : Bina Media Informasi, 2007), h.71.
6
5. Metode pembelajaran konvensional membuat siswa menjadi kurang aktif dan pembelajaran terpusat pada guru (teacher centered). 6. Model pembelajaran yang dapat memfasilitasi pengembangan keaktifan dan kreativitas siswa masih belum banyak digunakan dan kurang dikenal oleh para pendidik. 7. Guru belum memposisikan dirinya sebagai model dan fasilitator bagi siswa. C. Pembatasan Masalah Pembahasan dalam skripsi ini dibatasi pada pengaruh model pembelajaran reciprocal teaching (pengajaran berbalik) terhadap hasil belajar biologi siswa pada konsep Protista. Permasalahan difokuskan pada ranah kognitif yaitu hasil belajar biologi siswa. Ranah psikomotorik pada kelas eksperimen turut diperhatikan sebagai data sekunder atau data pendukung berupa kemampuan berkomunikasi siswa selama pembelajaran. D. Perumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah di atas maka masalah penelitian ini adalah sebagai berikut : “Apakah terdapat pengaruh model reciprocal teaching terhadap hasil belajar biologi siswa pada konsep protista?” E. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah pengetahuan khususnya dalam bidang pengajaran dan pembelajaran. Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi guru dalam mengembangkan proses pembelajaran di sekolah. Siswa diharapkan dapat meningkatkan hasil belajarnya dengan cara belajar mandiri. Siswa juga diharapkan dapat berdiskusi, berkomunikasi maupun melakukan tanya jawab dengan baik bila ada hal yang kurang dimengerti. Peneliti juga berharap penelitian ini dapat memotivasi peneliti lain untuk melakukan penelitian lanjutan.
7
7
BAB II DESKRIPSI TEORETIS, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A. Deskripsi Teoretis 1. Pembelajaran Konstruktivisme
Konstruktivisme adalah suatu pendapat yang menyatakan bahwa perkembangan kognitif merupakan suatu proses, anak secara aktif membangun sistem arti dan pemahaman terhadap realita melalui pengalaman dan interaksi mereka. 1 Pemahaman konstruktivisme bertolak belakang dengan pandangan lama yang menganggap siswa tidak tahu apa-apa atau tidak memiliki pengetahuan awal. Konstruktivisme memandang siswa sebagai individu yang tengah mengalami fase perkembangan kognitif dari mulai bayi telah memiliki suatu pemikiran atau pengetahuan awal sebagai dasar pengetahuannya yang disebut prior knowledge. Konstruktivis berasal dari kata construction yang berarti membentuk atau membangun.2 Pendekatan konstruktivisme merupakan pendekatan belajar yang menekankan peran siswa dalam membentuk pengetahuan mereka, guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa, melainkan siswa sendiri harus turut membangun pengetahuan dalam benaknya. Guru memberikan kemudahan dalam proses ini dengan memberikan kesempatan pada siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri, atau dengan kata lain membangun
pemahaman
melalui
pengetahuan
yang
dimiliki.3
Karena
pengetahuan itu sendiri bukan hanya seperangkat konsep, fakta, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat, melainkan hasil konstruksi manusia melalui interaksi dengan obyek, pengalaman, dan lingkungan. 4 Titik fokus yang terpenting dalam teori konstruktivisme adalah penekanan pada siswa dalam proses belajar. Guru berperan sebagai mediator dan 1
2 3
4
Haris, Pembelajaran Kimia dengan Pendekatan Pengajaran Terbalik (Reciprocal Teaching). Tersedia On Line: http://man2barabai.blogspot.com/2008/02/makalah-kimia/ html. diakses 20 Januari 2009. Ibid. Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik (Jakarta, Prestasi Pustaka Publisher, 2007), h. 13. Suwarna, dkk., Pengajaran Mikro, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2006), h. 120.
7
8
fasilitator yang membantu agar proses belajar murid berjalan dengan baik. 5 Konstruktrivisme, sebagai teori perkembangan dari berbagai teori psikologi kognitif, memandang bahwa siswalah yang harus aktif mengembangkan pengetahuannya, bukan guru atau orang lain. Pembelajaran harus dikemas menjadi proses “mengkonstruksi” bukan “menerima” pengetahuan. Dalam proses pembelajaran, siswa membangun sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktifnya.6 Siswa belajar dengan cara mengkonstruksi pengetahuan dan pemahamannya melalui suatu pengalaman dan memikirkan kejadian tersebut. Siswa memadukan antara yang telah diketahuinya dengan apa yang baru di alaminya. Pemahaman dimaknai sebagai proses pembentukan pengetahuan dengan memadukan apa yang telah diketahuinya dan apa yang baru diterimanya. 7 Keaktifan dan kreativitas siswa akan membantunya untuk mandiri membentuk pengetahuan, sedangkan guru berperan sebagai mediator dan fasilitator yang membantu agar proses belajar siswa dapat berjalan dengan baik. Paradigma pembelajaran konstruktivisme memandang bahwa guru menyajikan persoalan dan mendorong (encourage) siswa untuk mengidentifikasi, mengeksplorasi, berhipotesis, menggeneralisasi, dan inkuiri dengan cara mereka sendiri
untuk
menyelesaikan
persoalan
yang
disajikan.8
Pembelajaran
konstruktivisme membuat jenis komunikasi yang dilakukan antara guru-siswa lebih bersifat negosiasi sehingga peran guru sebagai fasilitator terwujud. Kondisi tersebut membuat suasana menjadi kondusif, siswa belajar mengkonstruksi pengetahuan dan pengalaman yang diperolehnya dengan pemaknaan yang lebih baik. Siswa membangun sendiri konsep atau struktur materi yang dipelajarinya, tidak melalui pemberitahuan oleh guru sebelumnya. Siswa tidak lagi menerima paket-paket konsep atau aturan yang telah dikemas oleh guru, melainkan siswa 5
6 7
8
Djunaedatul Munawaroh dan Siti Khadijah, Pembelajaran Berbasis Konstruktivisme, dalam Jurnal Didaktika Islamika, Vol. IX No.2, Desember, 2008. h 191. Suwarna, dkk., Op. Cit, h.121. Retno Widyaningrum, Model Pembelajaran Konstruktivistik pada Matematika, dalam jurnal Cendekia, Vol.6 No.2, 2008. h. 208. Erman Suherman, Model Belajar dan Pembelajaran Berorientasi Kompetensi Siswa. Tersedia on line: http://peta konsep anak bangsa.blogspot.com/2008/04.html. di akses 20 Januari 2009.
9
sendiri yang mengemasnya. Mungkin saja kemasannya tidak akurat, siswa yang satu dengan siswa lainnya berbeda, atau mungkin terjadi kesalahan, di sini guru memberikan bantuan dan arahan sebagai fasilitator dan pembimbing. Peran guru sebagai fasilitator adalah memfasilitasi proses pembelajaran yang berlangsung di kelas. Guru membantu dan mengarahkan murid untuk melakukan sendiri aktivitas pembelajaran.9Hal pembelajaran,
dan
inilah
yang
memang
disebut
dengan
pembelajaran
konstruktivisme
pada
hakikatnya
dalam adalah
konstruksivisme, karena pembelajaran adalah aktivitas siswa yang sifatnya proaktif dan reaktif dalam membangun pengetahuan. Pendekatan belajar konstruktivis memiliki beberapa prinsip dasar (Rustana, 2001) sebagai berikut: 1. Pengetahuan awal/dasar (Prior Knowledge) Ausubel menyatakan bahwa salah satu faktor yang sangat mempengaruhi proses belajar adalah apa yang telah diketahui oleh siswa. 10 Prior knowledge ini juga dikenal sebagai konsepsi awal atau kerangka acuan alternatif siswa yang memegang peran penting sebagai basis pengetahuan dalam proses perubahan konseptual (conceptual-change process) dari konsepsi awal menjadi konsep yang dapat diterima secara ilmiah. Dengan memiliki pengetahuan awal, siswa dapat mengungkapkan gagasan secara eksplisit dengan menggunakan bahasanya sendiri dan dapat berbagi gagasan dengan temannya dalam proses pembelajaran. 11 2. Pembentukan pengetahuan (Knowledge construction) Proses pembentukan pengetahuan (knowledge construction) dalam perspektif konstruktivis diturunkan berdasarkan formula Piaget dari dua proses kognitif (asimilasi dan akomodasi) yang berada di bawah kontrol pikiran. 12 Van 9
Adi W. Gunawan, Genius learning Strategy, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2006), h.165. Haris, Pembelajaran Kimia dengan Pendekatan Pengajaran Terbalik (Reciprocal Teaching). Tersedia On Line: http://man2barabai.blogspot.com/2008/02/makalah-kimia/ html. di akses 20 Januari 2009. 11 Nuryani Rustaman, dkk., Strategi Belajar Mengajar Biologi, ( Malang: Penerbit Universitas Negeri Malang, 2005), h. 171. 12 Haris, Pembelajaran Kimia dengan Pendekatan Pengajaran Terbalik (Reciprocal Teaching), Op.Cit. 10
10
Glasserfeld lebih jauh mengemukakan bahwa dalam proses asimilasi suatu organisme menyerap data dalam lingkungannya dan menggabungkannya dalam struktur kognitif yang telah ada melalui aktivitas fisik ataupun mental. Struktur kognitif ini kemudian secara efektif digunakan untuk berbagai tujuan penyesuaian dan diintegrasi dengan akomodasi. Pada tahap ini, seleksi pengetahuan terjadi. Pengetahuan ini akan terseleksi bila dipandang sesuai dengan pengalaman individu tersebut, atau disebut juga sebagai viable. 3. Perubahan konseptual (Conceptual-change process) Proses perubahan konseptual (conceptual-change process) merupakan sebuah proses di mana siswa dituntut untuk mengemukakan pengetahuan awal (konsepsi) yang mereka peroleh berdasarkan pengalaman kesehariannya, memberi alasan dan berargumentasi ketika dihadapkan pada konsep yang ditawarkan, menganalisis konsep tersebut, serta menarik kesimpulan yang dijadikan sebagai konsep akhir yang dapat diterima secara pribadi maupun ilmiah, meskipun tetap bersifat tentatif atau dengan kata lain konsep tersebut masih dapat tergeser oleh konsep lain yang lebih dapat diterima.13 Konsep yang baru tidak begitu saja ditambahkan pada konsep yang telah ada untuk membangun perubahan konseptual, melainkan saling berinteraksi terlebih dahulu dalam proses transmisi yang melibatkan daya interpretasi siswa.14 Penjelasan tentang pembelajaran konstruktivisme memberikan gambaran tentang proses pembelajaran bermakna (meaningful learning) di mana siswa mengkonstruk sendiri pemahaman dari pengetahuan yang telah dimiliki dan yang baru didapatkannya untuk kemudian diproses dalam pikirannya melalui daya interpretasi siswa. Dari proses tersebut didapatkan perubahan konseptual yang dapat diterima secara ilmiah. Proses untuk mendapatkan pemahaman beserta perubahan konseptual tersebut tidak terlepas dari berbagai komponen terkait seperti lingkungan belajar, kondisi siswa, pengarahan guru, interaksi dan kerjasama antar siswa, serta daya interpretasi dan imajinatif siswa.
13 14
Ibid. Radno Harsanto, Pengelolaan Kelas yang Dinamis, (Yogyakarta : Kanisius, 2007), h. 22.
11
2. Model Pembelajaran Reciprocal Teaching a. Reciprocal Teaching (Pengajaran Berbalik) Model pembelajaran reciprocal teaching dikembangkan oleh Anna Marie Palincsar dan Ann Brown untuk mengajar siswa strategi-strategi kognitif serta untuk
membantu
mereka
memahami
bacaan.
Palincsar
dan
Brown
mengidentifikasi empat strategi dalam reciprocal teaching untuk meningkatkan kemampuan membaca siswa yaitu merangkum bacaan, mengajukan pertanyaan, memprediksi pemecahan masalah/soal, dan mengklarifikasikan istilah-istilah yang sulit dipahami.15 Reciprocal teaching memiliki tiga komponen utama yaitu strategi membaca, dialog antara guru dengan siswa maupun antara sesama siswa, dan pengalihan tanggungjawab pembelajaran dari guru ke siswa. 16 Karena itu pelaksanaan reciprocal teaching dilakukan dalam kelompok-kelompok kecil. Palincsar dan Brown menyatakan bahwa “Reciprocal teaching is an instructional strategy based on modeling and guided practice, in which the instructor first models a set of reading comprehension strategies and then gradually cedes responsibility for these strategies to the students…”
17
Bila diterjemahkan berarti “Reciprocal teaching adalah aktivitas pembelajaran berdasarkan pemodelan dan latihan terbimbing dengan guru yang berperan sebagai model dan pembimbing pada awal pembelajaran lalu secara berangsur-angsur tanggungjawab belajar diambil alih oleh siswa…”. Reciprocal Teaching adalah model pembelajaran yang mengharuskan siswa belajar mandiri, memperoleh pengetahuan dengan caranya sendiri dan tidak terlalu bergantung pada penjelasan guru.18 Pada dasarnya pembelajaran resiprokal
15
Daniel M. Rosyid dan Ibrahim Muslimin, Reciprocal Teaching. Tersedia on line: http:// supraptojielwongsolo. wordpress.com/ 2008_09_01_archive.html. di akses 20 Januari 2009. 16 Peter E. Doolittle, dkk., Reciprocal Teaching for Reading Comprehension in Higher Education: A Strategy for Fostering the Deeper Understanding of Texts, International Journal of Teaching and Learning in Higher Education, volume 17, 2006, h.106. Tersedia on line : http: //www. isetl.org/. di akses 31 Desember 2009. 17 Ibid, h. 106. 18 Lidjin Aulia, Pengaruh Reciprocal Teaching terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa pada Konsep Pencemaran Lingkungan, Skripsi pada FPMIPA UPI Bandung, 2008: Tidak diterbitkan. h. 12.
12
menekankan pada siswa untuk bekerja dalam suatu kelompok yang dibentuk sedemikian rupa agar setiap anggotanya dapat berkomunikasi dengan nyaman dalam menyampaikan pendapat ataupun bertanya dalam rangka bertukar pengalaman keberhasilan belajar satu dengan lainnya. Dengan demikian kegiatan pertukaran informasi materi terjadi antar sesama siswa dengan empat strategi yang dilakukan dalam kelompok diskusi. “Reciprocal teaching is characterized as a dialogue taking place between the teacher and student that results in students learning how to construct meaning when they are placed in must read situation…”19 Bila diterjemahkan berarti “Reciprocal teaching menekankan dialog antara guru dengan siswa atau antara sesama siswa dalam kelompok belajar. Dialog yang dilakukan bertujuan untuk mengkonstruksi pemahaman siswa…” Salah satu dasar model pembelajaran reciprocal teaching adalah teori sosial Vygotsky yaitu dialog dalam suatu interaksi sosial sebagai dasar pokok dalam proses pembentukan pengetahuan. Menurut Vygotsky, berpikir keras dan mendiskusikan hasil pemikirannya dapat membantu proses klarifikasi dan revisi dalam berpikir pada saat belajar. 20 Pada saat dialog dalam kelompok siswa berperan sebagai “pengajar” menggantikan peran guru untuk mengajar teman-temannya. Sementara itu guru lebih berperan sebagai model yang menjadi contoh, fasilitator yang memberi kemudahan, dan pembimbing yang melakukan scaffolding. Scaffolding adalah bimbingan yang diberikan oleh orang yang lebih tahu kepada orang yang kurang atau belum tahu (misalnya guru kepada siswa atau siswa yang pandai dengan siswa lain yang kurang pandai). Bimbingan yang diberikan pada tahap awal dilakukan secara ketat, kemudian secara berangsurangsur tanggung jawab belajar diambil alih oleh siswa yang belajar. Dengan scaffolding diharapkan kemampuan aktual siswa, yaitu kemampuan yang mampu
19
Carolyn J. Carter dan Diane F. Fekete, Reciprocal Teaching: The Aplication of a Reading Improvement Strategy on Urban Students in Highland Park, Tersedia on line: http://unesdoc .unesco.org/ images/ 0012/ 001247/124762e.pdf. di akses 31 Desember 2009. 20 Farida Nurhasanah, Reciprocal Teaching, Tersedia on line : http://digilib.unej.ac.id/print.php. di akses 23 Mei 2009.
13
dicapai oleh siswa dengan belajar sendiri dapat berkembang lebih tinggi dan lebih baik sehingga dicapai kemampuan potensialnya. Dengan demikian proses pembelajaran reciprocal teaching mengubah pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher centered) menjadi pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered). Hal ini merupakan komponen penting dalam proses reciprocal teaching.21 Dari berbagai definisi di atas secara umum dapat disimpulkan bahwa dengan
menggunakan
model
pembelajaran
reciprocal
teaching
proses
pembelajaran yang terjadi berpusat pada siswa (student centered), model ini sesuai untuk melatih kemandirian siswa dalam menemukan dan mengembangkan pengetahuannya, dan juga menuntut siswa untuk mampu menjelaskan wacana yang dibaca secara mandiri kepada teman-temannya baik dalam bentuk rangkuman, pertanyaan, atau prediksi wacana tersebut. Prosedur pengajaran berbalik dilakukan pertama-tama dengan guru menugaskan siswa membaca bacaan dalam kelompok-kelompok kecil, kemudian guru memodelkan empat keterampilan (merangkum bacaan, mengajukan pertanyaan yang bisa diajukan, memprediksi pemecahan masalah/soal dan mengklarifikasi hal-hal yang sulit, berat ataupun salah).22 Selanjutnya siswa bergantian
menjadi
“pengajar”
dalam
kelompoknya,
menyampaikan
pemahamannya kepada teman kelompoknya, dan guru beralih peran sebagai fasilitator, mediator, pelatih, pemberi dukungan serta umpan balik bagi siswa. 23 b. Tahapan kegiatan Pengajaran Berbalik (Reciprocal Teaching) 1) Prosedur Awal Prosedur awal pengajaran berbalik adalah guru memperagakan semua langkah pembelajaran berbalik, lalu membagi kelompok siswa sebanyak 5 orang dalam satu kelompok. Siswa diminta melakukan langkah-langkah reciprocal bersama teman-teman dalam kelompoknya.
21
Peter E. Doolittle, dkk., Op. Cit. h.107. Mohamad Nur, Strategi-Strategi Belajar, (Surabaya : Unesa Press, 2000), h. 49. 23 Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, (Jakarta : Prestasi Pustaka, 2007), h.97. 22
14
Guru kelas melakukan scaffolding, di antaranya bertindak sebagai anggota kelompok membantu siswa yang mengalami kesulitan pada langkahlangkah tertentu. Pendekatan dialogis antara guru dengan siswa ataupun siswa dengan siswa perlu ditekankan. Guru dituntut untuk memiliki kemampuan dialog yang baik serta teliti dan peka dalam mengamati siswanya pada saat menjalani proses pembelajaran reciprocal. Misalnya pada saat berlangsungnya pembelajaran reciprocal ada saja siswa yang memiliki kecenderungan diam, maka guru harus melakukan teknik scaffolding untuk membangkitkan keaktifan siswa, di antaranya dengan cara mengarahkan, memberitahu, dan meyakinkan siswa tersebut untuk turut aktif dalam diskusi kelompoknya, tidak perlu ragu dan takut untuk mengungkapkan pendapatnya. 2) Prosedur Harian Siswa tidak hanya dituntut menguasai keterampilan kognitif saja pada saat pembelajaran Biologi sebagai sains, tetapi juga diharapkan dapat menerapkan pembelajaran yang bermakna, terutama pada saat pelaksanaan proses IPA yang akhirnya menghasilkan produk IPA. Melalui pendekatan reciprocal teaching, dalam pembelajaran biologi siswa dituntut untuk bisa melakukan keterampilan merangkum, menjelaskan, membuat pertanyaan yang berkaitan dengan materi, memprediksi pemecahan masalah/soal yang diberikan, dan mengklarifikasi hal yang sulit dipahami dari materi. Reciprocal teaching sebagai model pembelajaran belum biasa dilakukan guru, siswa juga belum akrab dengan model ini, karena itu bila guru ingin menggunakan model ini dalam pembelajaran harus memperkenalkannya terlebih dahulu kepada siswa. Guru perlu menjadi model terlebih dahulu dengan menjadi “pengajar” pertama dengan tujuan memberikan contoh bagaimana melakukan empat keterampilan dasar resiprokal. Setelah itu, pada saat diskusi kelompok tiba giliran siswa untuk menjadi “pengajar” dalam kelompoknya. Pengajar di sini maksudnya adalah yang menyampaikan pemahaman pada teman kelompoknya saat diskusi, jadi siapapun dalam kelompok dapat bergiliran menjadi guru/pengajar
dengan
cara
menyampaikan
pemahamannya
pada
teman
kelompoknya tentang materi yang sedang dibahas. Sebelumnya siswa telah dibagi
15
ke dalam kelompok-kelompok diskusi kecil, dibagikan LKS untuk dikerjakan, dan rangkuman materi untuk dibahas guna menyelesaikan soal LKS. Masing-masing anggota kelompok tersebut lalu mendiskusikan, merangkum, membuat pertanyaan dan bergiliran berperan sebagai guru selama kegiatan membaca dalam kelompok atau dengan kata lain berdiskusi untuk mencari pemecahan soal LKS. 3. Hakikat Hasil Belajar a. Definisi Belajar Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku. Beberapa ahli mendefinisikan belajar sesuai dengan aliran filsafat yang dianutnya. Menurut Skinner belajar adalah suatu perilaku, sedangkan menurut Gagne belajar merupakan suatu kegiatan yang kompleks, dengan belajar seseorang memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai.24 Ernest ER. Hilgrad mendefinisikan belajar sebagai suatu tindakan yang dilakukan seseorang dengan cara latihan-latihan sehingga seseorang tersebut mengalami perubahan.25 Menurut Reber definisi belajar dibatasi dengan dua macam definisi. Pertama, belajar adalah The Process of Acquiring Knowledge, yakni proses memperoleh pengetahuan. Kedua, A relatively permanent change in respons potentiality which occurs as a result of reinforced practice, yaitu suatu perubahan kemampuan bereaksi yang relatif langgeng sebagai hasil latihan yang diperkuat. 26 Jadi menurut Reber belajar adalah suatu proses memperoleh pengetahuan, memperoleh kemampuan yang bersifat tetap sebagai hasil dari latihan-latihan yang berkesinambungan. Belajar merupakan suatu proses yang terjadi dalam diri seseorang selama menjalani kehidupan, kompleks, berkesinambungan dan saling terkait antar pengalaman satu dengan pengalaman lainnya. 24
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), h. 9-10. Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009), h. 4. 26 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan: Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2008), h. 91. 25
16
Cronbach menyatakan bahwa belajar itu merupakan perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman. Menurut Cronbach belajar yang baik melibatkan seluruh panca indra, dengan kata lain belajar adalah suatu proses mengamati, membaca, meniru, mencoba sesuatu, mendengar, dan mengikuti arah tertentu.27 Menurut Good dan Brophy dalam bukunya Educational Psychology: A Realistic Approaach mengemukakan arti belajar dengan kata-kata “Learning is the development of new associations as a result of experience” yang berarti belajar adalah suatu proses internal, tidak dapat dilihat secara empiris, dan terjadi dalam diri seseorang yang sedang mengalami proses belajar. 28 Menurut Winkel belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, keterampilan, dan nilaisikap.29 Degeng menyatakan bahwa belajar merupakan pengaitan pengetahuan baru pada struktur kognitif yang sudah dimiliki pembelajar. Pembelajar akan menghubungkan pengetahuan atau ilmu yang telah tersimpan dalam memorinya kemudian menghubungkan pengetahuan tersebut dengan pengetahuan yang baru.30 Pandangan Degeng tersebut mengacu pada asas konstruktivisme dalam pembelajaran. Dengan kata lain, menurut degeng belajar adalah suatu proses untuk mengubah performansi seseorang yang tidak terbatas pada keterampilan, tetapi juga meliputi fungsi-fungsi skill, persepsi, proses berpikir, emosi yang semuanya saling terkait menghasilkan perbaikan performansi seseorang. Dari berbagai pengertian belajar menurut beberapa ahli yang telah dikemukakan maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu usaha yang dilakukan oleh individu melalui latihan dan pengalaman yang menghasilkan perubahan intelektual serta tingkah laku. Menurut Piaget, intelektual seseorang mengalami perubahan melalui beberapa fase perkembangan intelektual yaitu fase sensori-motori (usia 0-2 27
Yatim Riyanto, Op. Cit, h. 5. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002), h. 85. 29 Yatim Riyanto, Loc. Cit. 30 Yatim Riyanto, Loc. Cit. 28
17
tahun), fase pra-operasional (2-7 tahun), fase operasional konkret (7-11 tahun), dan fase operasional formal (11 tahun ke atas).31 Pada fase sensori-motori anak mengenal lingkungan dengan penglihatan, penciuman, pendengaran, dan perabaan. Dengan kata lain anak belajar mengenal lingkungan di sekitarnya dengan panca inderanya. Fase pra-operasional anak telah mampu menggunakan simbol, bahasa, serta konsep sederhana. Pada tahap fase operasional konkret anak mulai dapat mengembangkan pikiran logis. Dan pada tahap operasi formal anak dapat berpikir abstrak seperti pada orang dewasa. Perubahan tingkah laku mencakup seluruh aspek tingkah laku,
jika
seseorang belajar sesuatu, sebagai hasilnya ia akan mengalami keterampilan, pengetahuan, dan sebagainya. 32 b. Hasil Belajar Hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran merupakan tujuan konkret yang ingin dicapai oleh semua pemeran dunia pendidikan. Untuk mencapai tujuan ini banyak faktor yang mempengaruhi yang terdapat selama pelaksanaan proses pembelajaran, di antaranya adalah dengan menggunakan model, strategi, dan metode pembelajaran yang sesuai dalam proses pembelajaran. Semakin tepat pemilihan metode atau model pembelajaran pada suatu kondisi diharapkan hasil belajar yang dicapaipun semakin baik. Hasil belajar yang baik di dapat melalui proses pembelajaran yang bermakna. Proses pembelajaran yang bermakna salah satunya dapat diperoleh melalui mekanisme diskusi. Diskusi dalam proses belajar mengajar dikelas dapat mendukung tercapainya pembelajaran bermakna, karena mekanisme diskusi memungkinkan siswa terbiasa mengemukakan pendapat secara argumentatif dan dapat mengkaji dirinya, apakah hal yang telah diketahuinya itu benar atau tidak. Dalam diskusi siswa dapat berkomunikasi dengan sesama siswa untuk menggali
pemahamannya.
Mendiskusikan
suatu
konsep
pelajaran
turut
meningkatkan intelektualitas siswa. Pembelajaran dalam bentuk diskusi biasanya 31 32
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), h. 13-14. Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), h. 121123.
18
terjadi dalam kelompok-kelompok kecil, siswa berdiskusi dengan teman dalam kelompoknya. Dalam kelompok belajar terdapat proses komunikasi berupa pertukaran informasi dua arah, setiap anggota dalam kelompok belajar dapat berperan sebagai sumber (source) maupun penerima (receiver) informasi.33 Katherine Adams (2001) mengungkapkan bahwa kelompok biasanya merupakan sarana pemecah masalah yang lebih baik daripada individu perorangan, kelompok lebih memiliki akses ke banyak informasi daripada yang dimiliki seorang individu, dapat melihat kelemahan dan bias dalam pemikiran satu sama lain, dan kemudian berpikir mengenai hal yang mungkin gagal dipertimbangkan oleh seorang individu.34 Karena itu kelompok belajar atau kelompok diskusi kelas dibutuhkan dalam proses pembelajaran. Menurut Vygotsky, siswa membentuk pengetahuan sebagai hasil dari pikiran dan kegiatan siswa sendiri melalui bahasa. Faktor sosial sangat penting artinya bagi perkembangan fungsi mental, lebih tinggi untuk pengembangan konsep, penalaran logis, dan pengambilan keputusan.35 Semuanya saling berkesinambungan menghasilkan hasil belajar siswa yang baik. Pengertian hasil belajar itu sendiri banyak dikemukakan oleh para pakar pendidikan. Hasil belajar menurut Agus Suprijono merupakan pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilan. 36 Hasil Belajar menurut Skinner merupakan respon (tingkah laku) yang baru. Gagne (1977) berpendapat belajar adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi dari lingkungan menjadi beberapa tahapan pengolahan informasi yang diperlukan untuk memperoleh kapabilitas yang baru. Kapabilitas inilah yang disebut hasil belajar. Ini berarti bahwa belajar itu menghasilkan berbagai macam tingkah laku yang berlainan, seperti pengetahuan, sikap,
33
Djuarsa Sendjaja, Teori Komunikasi, (Jakarta: Universitas Terbuka, 1999), h. 101. Richard West dan Lynn H. Turner, Pengantar Teori Komunikasi, Analisis dan Aplikasi, (Jakarta: Salemba Humanika, 2008), h. 278. 35 Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, (Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, 2007), h.26 - 27. 36 Agus Suprijono, Cooperative Learning: Teori dan Aplikasinya, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2009), h. 5-6. 34
19
keterampilan, kemampuan, informasi dan nilai. Berbagai tingkah laku yang berlainan inilah yang disebut kapabilitas hasil belajar.37 Menurut Gagne dan Briggs (1979) ada lima kategori kapabilitas hasil belajar, yaitu keterampilan intelektual, strategi kognitif, informasi verbal, keterampilan motorik dan sikap.38 Informasi verbal merupakan kemampuan menuangkan pikiran dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang yang dimiliki seseorang untuk membedakan, mengabstraksikan suatu objek, menghubung-hubungkan konsep sehingga dapat menghasilkan suatu pengertian, dan memecahkan suatu percobaan. Sedangkan yang dimaksud dengan strategi kognitif yaitu kemampuan seseorang untuk memecahkan masalah yang dihadapinya. Keterampilan motorik yaitu kemampuan seseorang untuk melakukan serangkaian gerakan jasmani dan badan secara terpadu dan terkoordinasi. Sikap yaitu kemampuan yang dimiliki seseorang berupa kecenderungan untuk menerima atau menolak suatu objek berdasarkan penilaian atas objek tersebut. 39 Hasil belajar dalam dunia pendidikan saat ini lebih dikenal dengan taksonomi Bloom, yang dimaksud taksonomi ini adalah cara mengklasifikasikan hal-hal yang kompleks, maksudnya mengklasifikasikan secara bertingkat, dari kemampuan yang paling sederhana sampai yang paling rumit. Kompetensi belajar dalam taksonomi Bloom dibagi menjadi tiga domain (ranah atau kawasan) yaitu domain kognitif, afektif, dan psikomotorik. Bloom mengartikan ranah-ranah ini sebagai kompetensi dasar atau perilaku-perilaku yang harus dicapai oleh peserta didik dalam cara-cara tertentu, misalnya bagaimana mereka berfikir (ranah kognitif), bagaimana mereka bersikap dan merasakan sesuatu (ranah afektif), dan bagaimana mereka berbuat (ranah psikomotorik). Ketiga ranah kejiwaan tersebut saling terkait erat dan bahkan tidak boleh
37
Nurdin Ibrahim, Pemanfaatan Tutorial Audio Interaktif Untuk Perataan Kualitas Hasil Belajar, dalam Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, No. 044. Thn ke-9, September 2003, h. 735. 38 Ibid, h. 735. 39 Agus Suprijono, Loc. Cit.
20
diabaikan dalam kegiatan pembelajaran. Muara atau tujuan dari ketiga kompetensi tersebut mengarah kepada kecakapan hidup siswa (life skill).40 Ranah kognitif meliputi kemampuan menyatakan kembali konsep atau prinsip yang telah dipelajari, kemampuan intelektual seperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berfikir. Ranah afektif berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek perasaan dan emosi. Meliputi minat, sikap, dan nilai yang ditanamkan melalui proses belajar mengajar. Ranah psikomotorik berisi perilakuperilaku yang menekankan aspek keterampilan fisik (motorik) seperti menulis, mengetik, menyusun alat-alat percobaan, dan melakukan percobaan.41 Bloom memberi pemetaan ranah kognitif dalam kategori tingkat berpikir. Ia membagi tingkat berpikir menjadi enam tingkat yakni tingkat berpikir pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluatif. 42 Berbagai macam kompetensi yang dihasilkan oleh ketiga ranah tersebut merupakan kapabilitas hasil belajar yang didapat oleh siswa melalui proses belajar yang kontinu dan berkesinambungan. c. Hasil Belajar Biologi Hasil belajar
biologi dicapai setelah siswa mengalami proses
pembelajaran biologi. Hasil belajar biologi pada ranah kognitif dapat diperoleh dari hasil tes tertulis. Pemberian tes dilakukan dengan mengacu pada indikator dan keterampilan berpikir tertentu. Biologi merupakan pelajaran sains, pembelajaran biologi diharapkan dapat berlangsung efektif dan aktif agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Untuk menguasai konsep dengan baik siswa mengalami dua macam penyesuaian yaitu asimilasi (penerapan konsep yang dimiliki pada situasi baru) dan akomodasi (mengubah konsep yang lama berdasarkan situasi baru). Keseimbangan antara
40
Ahmad Sofyan, dkk., Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), h. 13. 41 Ibid, h. 14. 42 Radno Harsanto, Pengelolaan Kelas Yang Dinamis, (Yogyakarta: Kanisius, 2007), h. 89.
21
asimilasi dan akomodasi diperlukan untuk mengembangkan penalaran dan pengetahuan siswa, memantapkan penguasaan siswa dalam belajar konsep. 43 Dalam belajar biologi ketiga ranah taksonomi bloom tidak dapat dipisahkan karena saling mendukung untuk mencapai keberhasilan pembelajaran. Keterampilan proses juga perlu dikembangkan agar pengalaman belajar siswa semakin kompleks yang nantinya diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Semakin aktif siswa secara intelektual, manual dan sosial akan semakin memberi makna pada pengalaman belajar siswa. IPA sendiri, menurut Hugerford dkk (1990), dibagi menjadi dua elemen yaitu proses dan produk. IPA sebagai proses difokuskan pada cara yang digunakan untuk memperoleh produk IPA, prosesnya terdiri dari mengamati, menafsirkan pengamatan, mengelompokkan, memprediksi, mengkomunikasikan, dan sebagainya. Dengan menggunakan proses tersebut para ilmuwan memperoleh penemuan-penemuan berupa fakta, konsep, dan teori. Penemuan-penemuan inilah yang disebut sebagai produk. 44Oleh karena itu dalam pembelajaran IPA tidak cukup bila hanya ditekankan pada penyampaian produk, konsep dan teori IPA saja, melainkan juga perlu adanya penyampaian proses IPA. Pendekatan keterampilan proses pada pembelajaran sains lebih menekankan pembentukan keterampilan untuk memperoleh pengetahuan dan mengkomunikasikan
hasilnya. 45Namun
dalam
pelaksanaannya
jenis-jenis
keterampilan proses dalam KPS dapat dikembangkan secara terpisah-pisah, bergantung pada metode yang digunakan.46 Berdasarkan pendapat tersebut perlu digarisbawahi bahwa dalam penelitian ini tidak digunakan metode praktikum atau percobaan untuk mendapatkan data empiris, melainkan
hanya menggunakan metode diskusi
berdasarkan model pembelajaran yang diterapkan yaitu model pembelajaran reciprocal teaching. Adapun jenis keterampilan proses yang digunakan adalah 43
Nuryani Rustaman, dkk., Strategi Belajar Mengajar Biologi, (Malang : UM Press, 2005), h. 33. Ahmad Sofyan, “Perilaku Belajar Biologi Siswa MAN” dalam Didaktika Islamika, jurnal kependidikan, keislaman dan kebudayaan, Vol IV No.1 Juni 2003. 45 Singgih Trihastuti dan Yoko Rimy, Pembelajaran Keterampilan Proses, Inquiry dan Discovery Learning, Tersedia on line: http://umifatmawati.blog.uns.ac.id/. diakses 24 Oktober 2009. 46 Nuryani Rustaman, dkk., Op. Cit, h. 78
44
22
keterampilan proses yang dapat diselaraskan dengan metode tersebut yaitu keterampilan
mengklasifikasi,
keterampilan
berkomunikasi
(meliputi
mengkomunikasikan pemahaman dengan gambar dan tabel), serta keterampilan penerapan konsep. Tujuannya agar penguasaan konsep siswa dapat tercapai dan hasil belajar siswa meningkat. Seperti
yang
telah
dijelaskan
dalam
bab
pendahuluan
bahwa
pembelajaran IPA membutuhkan keaktifan siswa baik dalam berdialog, melakukan diskusi maupun melakukan percobaan-percobaan demi terciptanya pemahaman IPA. Semua itu tidak terlepas dari kemampuan siswa dalam berkomunikasi,
dapat
dikatakan
kemampuan
komunikasi
siswa
dapat
mempengaruhi dan membantu tercapainya kreatifitas siswa dalam berpikir yang nantinya diharapkan turut dapat meningkatkan hasil belajar siswa. 4. Faktor yang Mempengaruhi Belajar Menurut Muhibbin Syah faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:47 a. Faktor internal siswa, yakni keadaan/kondisi jasmani dan rohani siswa. b. Faktor eksternal siswa, yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa. c. Faktor pendekatan belajar, yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran. Menurut Ngalim Purwanto faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu faktor individual dan sosial. 48 a. Faktor Individual, terdiri atas: 1) Faktor kematangan/individual, mengajarkan sesuatu harus sesuai dengan taraf perkembangan anak, baik perkembangan fisik maupun mental. Mengajarkan suatu hal baru dapat berhasil jika taraf pertumbuhan pribadi telah memungkinkannya. Potensi-
47 48
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Tangerang: PT. Logos Wacana Ilmu, 1999), h. 130. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002), h. 102-105.
23
potensi jasmani dan rohani anak telah matang untuk belajar suatu hal. 2) Kecerdasan, seseorang dapat mempelajari sesuatu dengan baik dan berhasil dipengaruhi pula oleh taraf kecerdasannya. 3) Latihan, karena sering latihan dan mengulang sesuatu maka kecakapan dan pengetahuan yang dimiliki anak semakin dikuasai dan mendalam. Tanpa latihan pengalaman-pengalaman belajar yang dimilki anak dapat menjadi hilang atau berkurang. 4) Motivasi, merupakan pendorong bagi seseorang untuk melakukan sesuatu. Seseorang mau berusaha mempelajari sesuatu dengan sebaik-baiknya jika ia memiliki motivasi dan mengetahui betapa penting hasil yang akan dicapai dari belajarnya bagi dirinya. 5) Faktor pribadi, atau sifat pribadi seseorang seperti keras hati, berkemauan keras, tekun dalam segala usaha, rajin, dan sebagainya,
turut
mempengaruhi
sampai dimanakah
hasil
belajarnya dapat tercapai. b. Faktor Sosial, terdiri atas: 1) Faktor keluarga, suasana dan keadaan keluarga turut menentukan bagaimana dan sampai di mana belajar dialami dan dicapai oleh anak didik. 2) Guru dan cara mengajarnya, bagaimana sikap dan kepribadian guru, tinggi rendahnya pengetahuan yang dimiliki guru, dan bagaimana cara guru mengajarkan pengetahuan kepada anak-anak didiknya turut menentukan hasil belajar yang dicapai anak. 3) Alat-alat pembelajaran, sekolah yang cukup memiliki alat-alat dan perlengkapan pembelajaran akan mempermudah dan mempercepat belajar anak didik. 4) Lingkungan dan kesempatan yang tersedia, seperti keadaan dan kondisi lingkungan, baik buruknya lingkungan, serta waktu atau kesempatan yang tersedia bagi anak didik turut mempengaruhi belajar anak didik.
24
5) Motivasi sosial, motivasi yang diberikan oleh orang lain di sekitar anak didik, seperti orang tua, saudara, dan teman. 5. Prinsip – Prinsip Belajar Prinsip belajar adalah konsep-konsep ataupun asas (kaidah dasar) yang harus diterapkan di dalam proses belajar mengajar. Prinsip-prinsip belajar adalah landasan berpikir, landasan berpijak, dan sumber motivasi proses belajar sehingga tercipta proses belajar yang dinamis dan terarah. 49 Prinsip belajar banyak dikemukakan oleh para ahli pendidikan, di antaranya adalah prinsip belajar menurut Gestalt, serta prinsip belajar menurut Dimyati dan Mudjiono yang relatif berlaku umum.50 Prinsip belajar menurut Gestalt di antaranya yaitu: 1) Belajar berdasarkan keseluruhan 2) Belajar adalah proses perkembangan 3) Siswa sebagai organisme keseluruhan 4) Terjadi transfer dalam belajar 5) Belajar berlangsung terus menerus Prinsip belajar menurut Dimyati dan Mudjiono di antaranya yaitu: 1) Perhatian dan Motivasi 2) Keaktifan 3) Keterlibatan Langsung/Pengalaman 4) Pengulangan 5) Tantangan 6) Balikan dan Penguatan 7) Perbedaan Individual 6. Hasil Penelitian yang Relevan Penelitian ini dilaksanakan dengan merujuk dari beberapa hasil penelitian pendidikan yang relevan, di antaranya yaitu penelitian yang dilakukan oleh Hartini, Pendidikan Matematika, FITK UIN Syarif Hidayatullah, tahun akademik 49
Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009), h. 62 50 Ibid, h. 72.
25
2007, penelitian tersebut menunjukkan bahwa penggunaan model pengajaran berbalik pada pokok bahasan segitiga ternyata dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa dan hasilnya lebih baik dibandingkan dengan menggunakan model pembelajaran konvensional.51 Penelitian yang dilakukan oleh Hadiana Rosida, Pendidikan Fisika, FPMIPA UPI Bandung, 2007, menunjukkan bahwa model pembelajaran reciprocal teaching dapat meningkatkan hasil belajar fisika siswa dalam ketiga ranah taksonomi Bloom yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.52 Penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilakukan oleh Evi Nurmiyanti, Pendidikan Fisika, FPMIPA UPI Bandung, 2008, menunjukkan bahwa terdapat peningkatan kemampuan berkomunikasi siswa yang signifikan pada setiap siklusnya dengan penerapan model pembelajaran reciprocal teaching.53 Penelitian yang dilakukan oleh Cucu Herawati, Pendidikan Matematika, FPMIPA UPI Bandung, 2006, menunjukkan bahwa model pembelajaran reciprocal teaching dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa pada pembelajaran matematika.54 Penelitian yang dilakukan oleh Lidjin Aulia, Pendidikan Biologi, FPMIPA UPI Bandung, 2008, menunjukkan bahwa model pembelajaran reciprocal teaching dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa pada konsep pencemaran lingkungan. 55
51
Hartini, Pembelajaran Berbalik (Reciprocal Teaching) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa, Skripsi jurusan Pendidikan Matematika, FITK UIN Syarif Hidayatullah, 2007. Tidak diterbitkan. 52 Hadiana Rosida, Pengembangan Model Pembelajaran Reciprocal Teaching untuk Meningkatkan Efektivitas Pembelajaran Fisika di SMA, Skripsi jurusan Pendidikan Fisika, FPMIPA UPI Bandung, 2007. Tidak diterbitkan. 53 Evi Nurmiyanti , Upaya Peningkatan Keterampilan Berkomunikasi Siswa pada Pembelajaran Fisika melalui Penerapan Model Pembelajaran Berbalik (Reciprocal Teaching), Skripsi jurusan Pendidikan Fisika, FPMIPA UPI Bandung, 2008. Tidak diterbitkan. 54 Cucu Herawati, Pembelajaran Matematika melalui Pendekatan Reciprocal Teaching dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP, Skripsi jurusan Pendidikan Matematika, FPMIPA UPI Bandung, 2006. Tidak diterbitkan. 55 Lidjin Aulia, Pengaruh Model Reciprocal Teaching terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa pada Konsep Pencemaran Lingkungan, Skripsi jurusan Pendidikan Biologi, FPMIPA UPI Bandung, 2008. Tidak diterbitkan.
26
Penelitian yang dilakukan oleh Cahya Irawan, Pendidikan Biologi, FPMIPA UPI Bandung, 2005, menunjukkan bahwa pembelajaran reciprocal teaching kurang efektif terhadap peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa. 56 B. Kerangka Pikir Bahan kajian protista merupakan bahan kajian yang terdapat dalam pembelajaran biologi. Protista adalah makhluk hidup eukariot atau uniseluler yang sudah memiliki ciri-ciri seperti hewan, tumbuhan, maupun jamur. Perlu berbagai sumber untuk mempelajarinya beserta gambar-gambar yang mencerminkan struktur dan cara hidup protista. Materi ini cukup sukar dan banyak siswa yang masih sulit memahaminya. Sifatnya pun cenderung hafalan dan pemahaman berdasarkan materi yang abstrak, sedangkan materi yang abstrak cenderung sulit dipahami siswa karena obyeknya tidak dapat dilihat langsung. Selain menghafal siswa
juga
dituntut
untuk
dapat
menjelaskan,
menganalisis
dan
mengkomunikasikan pemahamannya tentang protista. Dengan begitu diharapkan penguasaan konsep siswa dapat tercapai yang nantinya akan meningkatkan hasil belajar siswa. Untuk mewujudkan hasil belajar siswa yang baik diperlukan penerapan model pembelajaran yang berbeda yang dapat menciptakan proses pembelajaran efektif. Karena apabila siswa dapat belajar secara efektif dan bermakna dengan rekonstruksi pemahaman maka diharapkan hasil belajarnya dapat meningkat. Selain model pembelajaran yang berbeda, peran semua pihak yang terkait juga dibutuhkan, seperti guru yang komunikatif dalam memberikan bimbingan, arahan dan penjelasan materi serta siswa yang aktif dalam kegiatan diskusi. Model pembelajaran yang digunakan adalah model belajar yang interaktif, menarik, dan diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa yaitu model reciprocal teaching. Model pembelajaran ini menuntut keaktifan dan semangat belajar siswa, sedangkan guru lebih berperan menjadi fasilitator bagi
56
Cahya Irawan, Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Model Reciprocal Teaching terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Siswa pada Konsep Keanekaragaman Hewan, Skripsi jurusan Pendidikan Biologi, FPMIPA UPI Bandung, 2005. Tidak diterbitkan.
27
siswa. Penerapan model reciprocal teaching merupakan salah satu alternatif untuk mengalihkan sistem pembelajaran teacher centered menjadi student centered. Interaksi siswa dalam diskusi juga penting, misalnya siswa diharapkan dapat menerangkan dan menjelaskan kembali tentang protista uniseluler sesuai dengan tingkat pemahamannya kepada siswa lain sehingga siswa yang lain itu dapat memahaminya pula, disini terjadi proses interaksi antar siswa untuk menggali pemahaman. Tingkat pemahaman setiap siswa berbeda-beda, saat diskusi berlangsung adalah saat dimana siswa mengkonstruksi pemahamannya pada materi, disinilah peran guru sebagai pembimbing sekaligus fasilitator memberi bantuan dan arahan agar konsep yang dipahami siswa tidak keluar dari basis keilmiahannya. Hal ini sesuai dengan teori konstruktivisme dimana siswa belajar mengkonstruksi pengetahuan dan pengalaman yang diperolehnya. Siswa membangun sendiri konsep atau struktur materi yang dipelajarinya, tidak melalui pemberitahuan oleh guru sepenuhnya. Siswa tidak lagi menerima paket-paket konsep atau aturan yang telah dikemas oleh guru, melainkan siswa sendiri yang mengemasnya. Guru memberikan bantuan dan arahan (scalffolding) sebagai fasilitator dan pembimbing apabila konsep yang dikemas siswa tidak akurat atau terjadi kesalahan dan tidak sesuai dengan nilai ilmiahnya. Beberapa keterampilan dasar dalam pendekatan KPS juga terkait dalam usaha
meningkatkan
hasil
belajar
siswa,
seperti
keterampilan
proses
mengklasifikasi, mengkomunikasikan pemahaman dengan tabel dan gambar, serta penerapan konsep. Seperti yang telah dibahas dalam deskripsi teoritis bahwa keterampilan-keterampilan dasar dalam KPS dapat dikembangkan secara terpisahpisah bergantung pada metode yang digunakan. Maka dalam penelitian ini keterampilan dasar KPS yang digunakan hanya sebagian tidak semuanya karena metode yang digunakan berupa metode diskusi kelompok, jadi keterampilan dasar yang digunakan adalah keterampilan yang dapat diselaraskan dengan metode diskusi. Secara keseluruhan, tugas-tugas dalam LKS reciprocal teaching dibuat untuk meningkatkan hasil belajar siswa, contohnya seperti siswa disuruh
28
memahami gambar reproduksi protista, lalu siswa menjelaskan pemahamannya dari gambar tersebut dengan membuat pertanyaan dan jawaban yang berkaitan dengan gambar tersebut. Jadi LKS reciprocal secara tidak langsung mendukung pembelajaran siswa dan melatih siswa agar penguasaan konsep dapat tercapai sehingga hasil belajar pun meningkat. Berdasarkan uraian di atas dapat diduga bahwa jika guru menggunakan model pembelajaran reciprocal teaching dalam pembelajaran biologi khususnya pada konsep protista maka hasil belajar siswa dapat meningkat.
29
Materi Sukar, Siswa pasif
Model Reciprocal Teaching
Guru komunikatif, Siswa aktif, Kohesivitas Kelompok, Diskusi efektif, Waktu dan Situasi kondusif.
Konstruktivisme pemahaman
Keterampilan Proses Sains (KPS)
Peningkatan Hasil Belajar Siswa
Gambar 2.1. Bagan Kerangka Pikir
30
C. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan tinjauan teoretis dan kerangka pikir yang telah dikemukakan maka hipotesis penelitian adalah sebagai berikut: Ho : Tidak terdapat pengaruh model pembelajaran reciprocal teaching terhadap hasil belajar siswa pada konsep protista. Ha : Terdapat pengaruh model pembelajaran reciprocal teaching terhadap hasil belajar siswa pada konsep protista.
31
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan model reciprocal teaching terhadap hasil belajar biologi siswa pada konsep protista. B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di MAN 2 Bogor, Jl. Raya Pajajaran No.6 Kota Bogor. 2. Waktu Penelitian Pelaksanaan penelitian adalah pada tanggal 5 Oktober – 9 November 2009. C. Metode Penelitian dan Desain Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi eksperimen, yaitu metode eksperimen semu, tidak dapat mengontrol semua variabel yang mempengaruhi jalannya penelitian. Desain penelitian yang digunakan berupa Pretest-Posttest Control Group Design.1 Bentuk desain penelitian tersebut adalah sebagai berikut: Tabel 3.1. Desain Penelitian Pemilihan sampel
Pre test
Perlakuan
Post test
(eksperimen)
O1
X
O2
(kontrol)
O1
Y
O2
Keterangan : X
: Perlakuan untuk kelompok siswa yang diajarkan dengan menggunakan model Reciprocal teaching.
Y
: Perlakuan untuk kelompok siswa yang diajarkan dengan metode ceramah.
1
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), h.86.
31
32
O1 : Pretest untuk mengetahui hasil belajar biologi siswa sebelum diberi perlakuan. O2 : Posttest untuk mengetahui hasil belajar biologi siswa setelah diberi perlakuan. D. Variabel Penelitian Penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu variabel bebas (variabel X) dan variabel terikat (variabel Y). Variabel bebas adalah model pembelajaran reciprocal teaching (pengajaran berbalik), sedangkan variabel terikat adalah hasil belajar biologi siswa. 1. Variabel X ( Model Pembelajaran Reciprocal Teaching) a. Definisi konsep Reciprocal teaching adalah model pembelajaran yang terdiri dari empat strategi pemahaman spesifik yaitu merangkum bacaan, mengajukan pertanyaan,
memprediksi
pemecahan
masalah
/
soal,
dan
mengklarifikasikan istilah-istilah yang sulit dipahami. b. Definisi operasional Reciprocal Teaching adalah model pembelajaran yang mengharuskan siswa belajar mandiri, memperoleh pengetahuan dengan caranya sendiri dan tidak terlalu bergantung pada penjelasan guru. Aktivitas pembelajaran berdasarkan pemodelan dan latihan terbimbing dengan guru yang berperan sebagai model dan pembimbing pada awal pembelajaran lalu secara berangsur-angsur tanggungjawab belajar diambil alih oleh siswa. Dalam penelitian ini, pembelajaran reciprocal teaching akan dilakukan dengan pengerjaan Lembar Kerja Siswa (LKS) secara berkelompok. Masingmasing siswa dalam kelompok memiliki tugas yang berbeda (merangkum, bertanya, memprediksi, dan mengklarifikasi). 2. Variabel Y ( Hasil Belajar Biologi Siswa) a. Definisi konsep Hasil belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku yang dilakukan oleh siswa yang meliputi aspek kognitif (pengetahuan), afektif
33
(sikap), dan psikomotorik (keterampilan), setelah berinteraksi dengan lingkungan luar dalam kondisi pembelajaran. b. Definisi Operasional Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil belajar biologi siswa. Hasil belajar biologi siswa adalah hasil yang telah dicapai siswa setelah melalui proses pembelajaran biologi pada konsep protista. E. Populasi dan Sampel 1. Populasi Penelitian Populasi target dalam penelitian ini adalah seluruh siswa MAN 2 Bogor dan populasi terjangkau adalah seluruh siswa kelas X MAN 2 Bogor. 2. Sampel Penelitian Sampel penelitian adalah siswa kelas X yang diambil dengan menggunakan purposive sampling, yaitu pengambilan sampel didasarkan atas adanya tujuan tertentu. 2 Tujuan pengambilan sampel dengan purposive sampling adalah untuk memperoleh dua sampel yang memiliki ciri-ciri, sifat dan kemampuan yang hampir sama. Hasil dari pengambilan sampel menggunakan purposive sampling diperoleh dua kelas yaitu kelas X-2 sebagai kelas eksperimen dan kelas X-1 sebagai kelas kontrol. F. Instrumen Penelitian Hasil belajar biologi siswa dalam penelitian ini dapat diketahui dari instrumen tes berupa tes essay. Instrumen non tes berupa lembar observasi juga turut digunakan pada kelas eksperimen untuk melihat kemampuan berkomunikasi siswa selama pembelajaran. Tes essay terdiri dari 7 butir soal, diberikan sebelum dan sesudah pembelajaran pada kedua kelas. Lembar observasi digunakan pada kelas eksperimen saja. Lembar observasi terdiri dari 10 aspek pengukuran yang menginterpretasikan keaktifan berkomunikasi siswa selama pembelajaran di kelas
2
Ibid, h.139.
34
eksperimen. Penyusunan aspek lembar observasi mengacu pada kerangka teori Parera.3 Lembar observasi digunakan untuk mengamati dan mencatat fenomena yang muncul dalam variabel terikat. 4 Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa, jadi fenomena yang dicatat berupa aspek yang mendukung hasil belajar, yaitu keaktifan siswa atau kemampuan berkomunikasinya selama proses pembelajaran. Lembar observasi yang digunakan berdasarkan format yang dikembangkan oleh Flanders.5 Format tersebut dimodifikasi oleh peneliti sesuai dengan keperluan.
1. Kisi-Kisi Instrumen a. Tes Tertulis (Essay) SK/KD
Sub Konsep
Aspek Kognitif C1
2. Memahami prinsip-prinsip
Protista
pengelompokan makhluk
(secara umum)
hidup.
Protista mirip hewan
2.3. Menyajikan ciri-ciri umum
Protista mirip
filum dalam kingdom
tumbuhan
Protista, dan peranannya
Protista mirip jamur
Jml.
C2 1, 2
2
3, 5, 6
3
7
1
4
1
7
7
bagi kehidupan Jml.
Keterangan: - C1 (pengetahuan) - C2 (pemahaman)
3
J.D. Parera, Teori Semantik, (Jakarta: Erlangga, 2004), h. 248-249. Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan, Kompetensi dan Praktiknya, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h. 182. 5 Ahmad Sofyan, dkk., Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), h.50. 4
35
b. Observasi No 1
Aspek Psikomotorik
Indikator
Butir Pernyataan
Kemampuan
- Kecakapan berbicara
4
berkomunikasi siswa
- Keaktifan diskusi
1,10
- Kerjasama
7,8,9
- Kecakapan berpikir
2
- Kepercayaan diri
5
- Kecakapan berekspresi
6
- Penggunaan bahasa
3
Jumlah
10
G. Prosedur Penelitian 1. Tahap Perencanaan / Persiapan Tahap perencanaan atau persiapan penelitian terdiri dari: a. Studi pendahuluan berupa pengamatan ke sekolah terkait dan telaah pustaka untuk menyusun rencana pembelajaran pada konsep protista. b. Menyelesaikan surat izin penelitian. c. Merancang rencana pembelajaran (RPP). d. Menghubungi guru biologi yang bersangkutan untuk menentukan waktu penelitian dan mendiskusikan prosedur jalannya penelitian, di ambil kesepakatan berupa peneliti sebagai observer dan guru biologi sebagai pelaksana RPP. e. Menyusun instrumen penelitian (alat pengumpul data) berupa tes essay dan lembar observasi. f. Melakukan uji coba instrumen tes essay (validasi instrumen). g. Mengolah data hasil uji coba instrumen tes essay kemudian menentukan soal yang akan digunakan dalam pengambilan data, yaitu soal yang valid. h. Menyiapkan LKS reciprocal teaching.
36
2. Tahap Pelaksanaan a. Memberikan pretest kepada seluruh subjek penelitian (kelas eksperimen dan kontrol). b. Melaksanakan
pembelajaran
dengan
menggunakan
model
reciprocal teaching pada kelas eksperimen dan metode ceramah konvensional pada kelas kontrol. Adapun prosedur harian pelaksanaan
pembelajaran
menggunakan
model
reciprocal
teaching pada kelas eksperimen dapat mengikuti tahapan-tahapan sebagai berikut: 1) Guru menyiapkan materi pelajaran biologi (terdiri dari kumpulan paragraf yang membentuk wacana). 2) Guru membagi siswa kedalam kelompok-kelompok kecil (5 orang). 3) Guru
melakukan
pemodelan,
memperkenalkan
keempat
tahapan resiprokal, yaitu merangkum, membuat pertanyaan, memprediksi pemecahan masalah/soal, dan mengklarifikasi hal yang sulit. 4) Guru memberikan hak pada siswa dalam setiap kelompok untuk berdiskusi menentukan dan membagi tugas setiap anggota kelompok masing-masing, tugas tersebut berupa keempat keterampilan reciprocal, masing-masing anggota mendapat tugas melaksanakan satu keterampilan reciprocal. 5) Setiap siswa dalam kelompok mempelajari materi yang dibagikan guru secara mandiri. 6) Setiap siswa dalam kelompok melaksanakan tugasnya masingmasing, 2 orang bertugas merangkum, 1 orang bertugas membuat pertanyaan dan jawaban dari gambar yang diberikan, 1 orang bertugas memprediksi pemecahan masalah dari soal yang diberikan, dan 1 orang bertugas mengklarifikasi hal yang sulit dari materi yang sedang dibahas. Di sini pembelajaran sudah berpusat pada siswa, walaupun setiap siswa memiliki
37
tugas
masing-masing,
mengerjakannya
dengan
tetapi
setiap
berdiskusi
siswa
berhak
bersama
teman
kelompoknya. 7) Setelah melakukan diskusi kelompok reciprocal, perwakilan kelompok mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas. Dari keseluruhan kelompok, dipilih 3 kelompok perwakilan dengan jumlah 2 orang yang mewakili tiap kelompok. 8) Diskusi kelas berlangsung. 9) Guru membimbing dan mengarahkan siswa dalam diskusi kelas, meluruskan hal atau konsep materi yang masih keliru dari hasil diskusi kelas, menambahkan penjelasan materi serta menarik kesimpulan di akhir pembelajaran. 10) Guru mengingatkan masih berlangsungnya pembelajaran resiprokal di pertemuan-pertemuan berikutnya dan menugaskan siswa mempelajari materi berikutnya terlebih dahulu. Guru juga mengingatkan pada pertemuan-pertemuan berikutnya setiap siswa berganti tugas dalam kelompoknya. c. Memberikan posttest kepada seluruh subjek penelitian (kelas eksperimen dan kontrol). 3. Tahap akhir Tahap akhir penelitian terdiri dari : a. Mengolah dan mengkonversi data hasil tes essay (pretes dan postes) dalam bentuk nilai (angka/skor). b. Mengolah data hasil tes essay dengan analisis statistik c. Mengolah data hasil observasi dengan persentase dan kategorisasi. d. Menganalisis hasil penelitian yang tertuang dalam pembahasan. e. Menarik kesimpulan.
38
H. Teknik Pengumpulan Data 1. Cara Pengambilan Data Data dalam penelitian ini diambil dari kelas eksperimen (menggunakan model reciprocal) dan kelas kontrol (menggunakan model konvensional). Data di kumpulkan dengan menggunakan teknik tes dan non tes sebagai berikut : a. Dilakukan pretes kepada seluruh subjek penelitian untuk mengetahui hasil belajar biologi siswa sebelum diterapkan tindakan. b. Dilakukan postes kepada seluruh subjek penelitian untuk mengetahui hasil belajar biologi siswa setelah diterapkan tindakan. c. Dilakukan non tes berupa observasi sebagai data sekunder untuk mengetahui kemampuan berkomunikasi siswa selama pembelajaran pada kelas eksperimen. Selama berlangsungnya proses pembelajaran pada kelas eksperimen dilakukan juga pengamatan menggunakan media bantu berupa rekaman video. Karena itu selama berlangsungnya proses pembelajaran, peneliti yang bertindak sebagai observer ditemani oleh rekan observer selaku perekam jalannya proses pembelajaran. 2. Uji Coba Instrumen Soal tes essay diuji cobakan terlebih dahulu pada siswa kelas XI IPA dengan jumlah siswa yang diambil sebanyak 40 orang. Soal berjumlah 9 butir essay. Uji coba ini dilakukan untuk mengetahui validitas dan reliabilitasnya. 3. Hasil Uji Coba Instrumen a. Pengujian Validitas Validitas adalah kemampuan suatu alat ukur untuk mengukur sasaran ukurnya. Suatu instrumen dikatakan valid apabila instrumen tesebut dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Validitas yang digunakan dalam penelitian ini berupa validitas butir soal dengan rumus korelasi product moment pearson menggunakan SPSS 12, hal ini dikarenakan data atau butir soal yang diukur bersifat kontinu.
39
Hasil dari uji validitas tes essay diperoleh soal valid sebanyak 7 butir soal dari 9 butir soal yang diujicobakan.6 b. Pengujian Reliabilitas Reliabilitas berarti dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Jadi instrumen yang reliabel adalah instrumen yang cukup baik dan dapat dipercaya untuk mengungkap data. Reliabilitas dalam penelitian ini dihitung dengan rumus Alpha Cronbach menggunakan SPSS 12. Dengan kriteria reliabilitas sebagai berikut: 0,00 – 0,20 : reliabilitas kecil 0,20 – 0,40 : reliabilitas rendah 0,40 – 0,70 : reliabilitas sedang 0,70 – 0,90 : reliabilitas tinggi 0,90 – 1,00 : reliabilitas sangat tinggi Dari hasil pengujian reliabilitas tes essay untuk n = 40 dari 9 soal yang telah diuji cobakan di dapat koefisien reliabilitas sebesar 0,780 (tergolong reliabilitas tinggi).7
I. Teknik Analisis Data Data yang diperoleh dalam penelitian ini berupa data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif adalah data yang berkenaan dengan hasil belajar siswa yang diukur melalui tes essay. Data kualitatif adalah data pendukung berkenaan dengan aktivitas berkomunikasi siswa selama proses pembelajaran pada kelas eksperimen yang diambil dengan format observasi. 1. Pengolahan Data Kuantitatif ( Tes Essay) Penganalisaan data untuk tes essay melalui beberapa tahap, yaitu : a. Melakukan uji normalitas dengan uji Liliefors. Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang diteliti berdistribusi
6 7
Lampiran 7 & 8, h. 101 & 103 Ibid.
40
normal atau tidak. Langkah-langkah uji Liliefors adalah sebagai berikut:8 1) Urutkan data sampel dari yang terkecil hingga terbesar 2) Tentukan nilai Zi dari tiap-tiap data dengan rumus: Zi = Xi – X S Keterangan : Zi = skor baku Xi = skor data
X = mean S = simpangan baku / standar deviasi (SD) 3) Tentukan Zt dengan mengkonsultasikan ke tabel Z. 4) Tentukan besar peluang untuk masing-masing nilai Ziberdasarkan tabel Zi sebutkan dengan F ( Zi) dengan aturan jika Zi > 0, maka F ( Zi) 0,5 + nilai tabel, jika Zi < 0, maka F ( Zi) 0,5 – nilai tabel. 5) Selanjutnya hitung proporsi Z 1, Z2, Z3…Zn yang lebih kecil atau sama dengan Zi. Jika proporsi ini dinyatakan oleh S ( Zi) maka: S ( Zi) = banyaknya Z1, Z2, Z3, … Zn ≤ Zi N 6) Hitung selisih nilai F ( Zi ) – S ( Zi ), kemudian tentukan harga mutlaknya. 7) Ambil nilai terbesar di antara harga-harga mutlak selisih tersebut, nilai ini di namakan Lo. 8) Memberi interpretasi Lo dengan membandingkan Lt. Lt adalah harga yang di ambil dari tabel harga kritis uji Liliefors. 9) Mengambil kesimpulan berdasarkan harga Lo dan Lt yang telah di dapat. Apabila Lo < Lt maka sampel berasal dari distribusi normal. b. Melakukan uji homogenitas menggunakan uji Fisher. Uji homogenitas sebagai uji persyaratan analisis data yang bertujuan untuk mengetahui 8
Sudjana, Metoda Statistika, (Bandung: Tarsito, 1992), h. 466.
41
apakah data berdistribusi homogen (sama) atau tidak. Uji homogenitas dilakukan setelah data normalitas terpenuhi, yakni data berdistribusi normal. Rumus uji Fisher adalah sebagai berikut:9 F=
S1
2
S2
2
Keterangan : F
= Uji Fisher
S1² = Varians terbesar S2² = Varians terkecil Kriteria pengujian : Jika Fhit < Ftab, maka Ho diterima, berarti kedua sampel homogen. Jika Fhit > Ftab, maka Ho ditolak, berarti kedua sampel tidak homogen. c. Setelah data terbukti normal dan homogen, selanjutnya melakukan uji hipotesis menggunakan Uji t. Pengujian ini untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan model reciprocal teaching terhadap hasil belajar siswa. Rumus uji t adalah sebagai berikut:10 X1 X 2
t= s
1 1 n1 n2
Keterangan : X 1 = Mean / Rata-rata kelas eksperimen X 2 = Mean / Rata-Rata kelas kontrol
s
= Simpangan Baku / Standar Deviasi
n 1 = Jumlah siswa kelas eksperimen n 2 = Jumlah siswa kelas kontrol
9 10
Ibid, h. 249. Ibid, h. 239.
42
d. Setelah didapat pengaruh yang signifikan penggunaan model reciprocal teaching terhadap hasil belajar siswa yang telah terbukti dengan uji t, kemudian dapat dilanjutkan dengan melakukan uji Ngain. Gain merupakan selisih antara nilai pretes dan postes, uji N-gain menunjukkan perbedaan peningkatan hasil belajar siswa setelah pembelajaran. Uji N-gain dilakukan untuk memperkuat hasil kesimpulan dan untuk mengukur signifikansi peningkatan hasil belajar siswa setelah pembelajaran. Untuk mencari normal gain digunakan rumus sebagai berikut:11 N-Gain = Skor postes – Skor pretes Skor ideal – Skor pretes Dengan kategorisasi perolehan sebagai berikut:12 g-tinggi g-sedang g-rendah
: nilai (g) > 0,70 : nilai 0,70 > (g) > 0,30 : nilai (g) < 0,30
2. Pengolahan Data Kualitatif ( Observasi ) Hasil observasi direkapitulasi dan dijumlahkan skor masing-masing siswa untuk setiap aspek. Skor yang diperoleh kemudian dihitung persentasenya dengan menggunakan rumus :13 P =
Σ skor total siswa x 100% Σ skor maksimum ideal
Kemudian persentase yang didapat dikategorikan sesuai interpretasi sebagai berikut : 14
11
David E. Meltzer,The Relationship between Mathematics Preparation and Conceptual Learning Gains in Physics. Tersedia on line: www.physiceducation.net/docs/addendum_on_normalized. di akses 19 Desember 2009. 12 Richard R. Hake, Analyzing Change/Gain Scores, Indiana University USA, dikutip dari: http//www.physics.indiana.edu/~sdi/AnalyzingCgange-Gain.pdf (12-08-09) 13 Evi Nurmiyanti, Upaya Peningkatan Keterampilan Berkomunikasi Siswa pada Pembelajaran Fisika melalui Penerapan Model Pembelajaran berbalik (Reciprocal Teaching), Skripsi jurusan Pendidikan Fisika, FPMIPA UPI Bandung, 2008, h. 50. Tidak Diterbitkan. 14 Ahmad Sofyan, dkk., Evaluasi Pembelajaran IPA berbasis kompetensi, (Jakarta:UIN Jakarta Press, 2006), h.89.
43
Tabel 3.2. Kategori Hasil Observasi
J.
Persentase
Kategori
90% ≤ A < 100%
Sangat Tinggi
75% ≤ B < 90%
Tinggi
55% ≤ C < 75%
Sedang
40% ≤ D < 55%
Rendah
0% ≤ E < 40%
Rendah sekali
Hipotesis Statistik Hipotesis statistik untuk penelitian ini adalah sebagai berikut : H0 : µ1 = µ2 Ha : µ1 > µ2 Keterangan: µ1
: Rata-rata hasil belajar siswa kelas eksperimen.
µ2
:
Rata-rata hasil belajar siswa kelas kontrol.
44
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Data yang diperoleh dari penelitian ini berupa data kuantitatif dan kualitatif yang diperoleh dari dua kelas yang berbeda (kelas eksperimen dan kelas kontrol). Data kuantitatif adalah data yang berkenaan dengan hasil belajar siswa yang diukur melalui instrumen tes essay. Data kualitatif merupakan data pendukung
berkenaan
dengan
aktivitas
berkomunikasi
siswa
selama
berlangsungnya pembelajaran di kelas eksperimen yang diperoleh berdasarkan pengamatan / observasi. Kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran reciprocal teaching dan kelas kontrol dengan menggunakan metode konvensional (ceramah). Berikut merupakan penjabaran hasil penelitian secara kuantitatif maupun kualitatif. A. Hasil Tes Essay 1. Data Hasil Pretes dan Postes dilihat dari Nilai Rata-Rata (mean), Median, Modus dan Standar deviasi. a. Pretes Kelas Eksperimen Dari hasil perhitungan data penelitian yang didapat dari pretes kelas eksperimen diperoleh nilai tertinggi 77 dan nilai terendah 23, nilai rata-rata (mean) 47,1; median 45,38; modus 35,78; standar deviasi 14,63; dan variansi sebesar 214,04. Untuk lebih jelasnya ditunjukkan dalam tabel berikut : Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Pretes Kelas Eksperimen No 1 2 3 4 5 6 7
Interval Kelas 23 – 30 31 – 38 39 – 46 47 – 54 55 – 62 63 – 70 71 – 78
Nlai Tengah (Xi) 26,5 34,5 42,5 50,5 58,5 66,5 74,5 Total
Batas Nyata 22,5 – 30,5 30,5 – 38,5 38,5 – 46,5 46,5 – 54,5 54,5 – 62,5 62,5 – 70,5 70,5 – 78,5
44
Frekuensi Absolut Relatif 6 15% 8 20% 7 17,5% 5 12,5% 6 15% 6 15% 2 5% 100%
45
9
Frekuensi Absolut
8 7
23 – 30
6
31 – 38 39 – 46
5
47 – 54 4
55 – 62
43
3
63 – 70
2
71 – 78
1 0 Interval Kelas
Gambar 4.1. Histogram Distribusi Skor Pretes Kelas Eksperimen Berdasarkan tabel 4.1 dan gambar 4.1, terlihat bahwa skor pada interval 31-38 merupakan skor yang paling banyak diperoleh siswa, yaitu sebanyak 20%. Skor rata-rata yang diperoleh sebesar 47,1. Siswa yang mendapat skor di atas ratarata sebanyak 35% yaitu siswa pada kelas interval 55-62, 63-70, dan 71-78. Siswa yang mendapat skor di bawah rata-rata sebanyak 52,5% yaitu siswa pada kelas interval 23-30, 31-38, dan 39-46. b. Pretes Kelas Kontrol Dari hasil perhitungan data penelitian yang didapat dari pretes kelas kontrol diperoleh nilai tertinggi 74 dan nilai terendah 23, nilai rata-rata (mean) 45,3; median 44,5; modus 43,86; standar deviasi 12,07; dan variansi sebesar 145,76. Untuk lebih jelasnya ditunjukkan dalam tabel berikut : Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Pretes Kelas Kontrol No 1 2 3 4 5 6 7
Interval Kelas 23 – 30 31 – 38 39 – 46 47 – 54 55 – 62 63 – 70 71 – 78
Nlai Tengah (Xi) 26,5 34,5 42,5 50,5 58,5 66,5 74,5 Total
Batas Nyata 22,5 – 30,5 30,5 – 38,5 38,5 – 46,5 46,5 – 54,5 54,5 – 62,5 62,5 – 70,5 70,5 – 78,5
Frekuensi Absolut Relatif 5 12,5% 6 15% 12 30% 9 22,5% 5 12,5% 1 2,5% 2 5% 40 100 %
Frekuensi Absolut
46
13 12 11 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0
23 – 30 31 – 38 39 – 46 47 – 54 55 – 62 63 – 70 71 – 78
Interval Kelas
Gambar 4.2. Histogram Distribusi Skor Pretes Kelas Kontrol Berdasarkan tabel 4.2 dan gambar 4.2, terlihat bahwa skor pada interval 39-46 merupakan skor yang paling banyak diperoleh siswa, yaitu sebanyak 30%. Skor rata-rata yang diperoleh sebesar 45,3. Siswa yang mendapat skor di atas ratarata sebanyak 47,5% yaitu siswa pada kelas interval 47-54, 55-62, 63-70, dan 7178. Siswa yang mendapat skor di bawah rata-rata sebanyak 27,5% yaitu siswa pada kelas interval 23-30, dan 31-38. c. Postes Kelas Eksperimen Dari hasil perhitungan data penelitian yang didapat dari postes kelas eksperimen diperoleh nilai tertinggi 97 dan nilai terendah 34, nilai rata-rata (mean) 67,47; median 68,51; modus 71,03; standar deviasi 15,47; dan variansi sebesar 239,5. Untuk lebih jelasnya ditunjukkan dalam tabel berikut : Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Postes Kelas Eksperimen No 1 2 3 4 5 6 7 8
Interval Kelas 34 – 42 43 – 51 52 – 60 61 – 69 70 – 78 79 – 87 88 – 96 97 – 105
Nilai Tengah (Xi) 38 47 56 65 74 83 92 101 Total
Batas Nyata 33,5 – 42,5 42,5 – 51,5 51,5 – 60,5 60,5 – 69,5 69,5 – 78,5 78,5 – 87,5 87,5 – 96,5 96,5 – 105,5
Frekuensi Absolut Relatif 3 7,5 % 4 10 % 5 12,5 % 9 22,5 % 10 25 % 5 12,5 % 3 7,5 % 1 2,5 % 40 100 %
47
11
Frekuensi Absolut
10 9
34 – 42
8
43 – 51
7
52 – 60
6
61 – 69
5
70 – 78
4
79 – 87
3
88 – 96
2
97 – 105
1 0 Interval Kelas
Gambar 4.3. Histogram Distribusi Skor Postes Kelas Eksperimen Berdasarkan tabel 4.3 dan gambar 4.3, terlihat bahwa skor pada interval 70-78 merupakan skor yang paling banyak diperoleh siswa, yaitu sebanyak 25%. Skor rata-rata yang diperoleh sebesar 67,47. Siswa yang mendapat skor di atas rata-rata sebanyak 47,5% yaitu siswa pada kelas interval 70-78, 79-87, 88-96, dan 97-105. Siswa yang mendapat skor di bawah rata-rata sebanyak 30% yaitu siswa pada kelas interval 34-42, 43-51, dan 52-60. d. Postes Kelas Kontrol Dari hasil perhitungan data penelitian yang didapat dari postes kelas kontrol diperoleh nilai tertinggi 89 dan nilai terendah 23, nilai rata-rata (mean) 58; median 57; modus 55,3; standar deviasi 16,27; dan variansi sebesar 264,75. Untuk lebih jelasnya data ditunjukkan dalam tabel berikut : Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Postes Kelas Kontrol No 1 2 3 4 5 6 7
Interval Kelas 23 – 32 33 – 42 43 – 52 53 – 62 63 – 72 73 – 82 83 – 92
Nlai Tengah (Xi) 27,5 37,5 47,5 57,5 67,5 77,5 87,5 Total
Batas Nyata 22,5 – 32,5 32,5 – 42,5 42,5 – 52,5 52,5 – 62,5 62,5 – 72,5 72,5 – 82,5 82,5 – 92,5
Frekuensi Absolut Relatif 3 7,5% 3 7,5% 9 22,5% 11 27,5% 6 15% 4 10 % 4 10 % 40 100 %
Frekuensi Absolut
48
12 11 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0
23 – 32 33 – 42 43 – 52 53 – 62 63 – 72 73 – 82 83 – 92
Interval Kelas
Gambar 4.4. Histogram Distribusi Skor Postes Kelas Kontrol Berdasarkan tabel 4.4 dan gambar 4.4, terlihat bahwa skor pada interval 53-62 merupakan skor yang paling banyak diperoleh siswa, yaitu sebanyak 27,5%. Skor rata-rata yang diperoleh sebesar 58. Siswa yang mendapat skor di atas rata-rata sebanyak 35% yaitu siswa pada kelas interval 63-72, 73-82, dan 8392. Siswa yang mendapat skor di bawah rata-rata sebanyak 37,5% yaitu siswa pada kelas interval 23-32, 33-42, dan 43-52. Berdasarkan data nilai rata-rata pretes dan postes kelas eksperimen dan kontrol, maka dapat dibuat tabel perbandingan sebagai berikut : Tabel 4.5. Perbandingan Nilai Rata-Rata (Mean) Kelas Eksperimen dan Kontrol Kelas
Pretes
Postes
Eksperimen
47,1
67,47
Kontrol
45,3
58
2. Pengujian Persyaratan Analisis Data a. Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh berasal dari subjek penelitian berdistribusi normal atau tidak, dilakukan dengan uji Liliefors. Kriteria uji normalitas adalah Ho diterima jika L hitung < L tabel dan
49
jika L hitung > L tabel maka Ho ditolak. Dengan diterimanya Ho berarti data berasal dari populasi berdistribusi normal, sedangkan jika Ho ditolak berarti data penelitian berasal dari populasi berdistribusi tidak normal. Hasil uji normalitas subjek penelitian dapat dilihat pada tabel di bawah ini dan perhitungan lengkapnya dapat dilihat di lampiran.1 Tabel 4.6. Hasil Uji Normalitas Pretes Statistik Kelas Eksperimen N 40 47,1 X SD 14,63 Lo hitung 0,1049 L tabel 0,1401
Kelas Kontrol 40 45,3 12,07 0,0692 0,1401
Pengujian dilakukan pada taraf signifikansi 0,05 untuk n = 40. Dari tabel 4.6 dapat disimpulkan bahwa kedua kelas berdistribusi normal karena Lo hitung < L tabel. Tabel 4.7. Hasil Uji Normalitas Postes Statistik Kelas Eksperimen N 40 67,47 X SD 15,47 Lo hitung 0,0679 L tabel 0,1401
Kelas Kontrol 40 58 16,27 0,1238 0,1401
Pengujian dilakukan pada taraf signifikansi 0,05 untuk n = 40. Dari tabel 4.7 dapat disimpulkan bahwa kedua kelas berdistribusi normal karena memenuhi kriteria Lo hitung < L tabel. b. Uji Homogenitas Setelah data penelitian terbukti berdistribusi normal, kemudian dicari homogenitasnya menggunakan uji Fisher. Kriteria pengujian pada uji Fisher yaitu subjek penelitian dinyatakan homogen apabila F hitung < F tabel yang diukur
1
Lampiran 19, h. 122.
50
pada taraf signifikansi 0,05. Hasil uji homogenitas subjek penelitian dapat dilihat pada tabel di bawah ini dan perhitungan lengkapnya dapat dilihat di lampiran.2
Tabel 4.8. Hasil Uji Homogenitas Pretes Statistik N S2 F hitung F tabel
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol 40 40 214,04 145,76 1,47 1,69
Dari tabel 4.8 didapat F hitung < F tabel (1,47 < 1,69) sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua kelas memiliki varians homogen. Tabel 4.9. Hasil Uji Homogenitas Postes Statistik N S2 F hitung F tabel
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol 40 40 239,5 264,75 1,11 1,69
Dari tabel 4.9 didapat F hitung < F tabel (1,11 < 1,69) sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua kelas memiliki varians homogen. Karena persyaratan normalitas dan homogenitas terpenuhi, maka selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis dengan uji-t. c. Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis dilakukan pada data pretes dan postes kedua kelas yang terbukti berdistribusi normal dan homogen. Pengujian hipotesis pada data pretes dilakukan untuk mengetahui apakah kedua kelas memiliki nilai yang sama atau tidak. Pengujian hipotesis pada data postes dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan model reciprocal teaching terhadap hasil belajar siswa.
2
Lampiran 20, h. 125.
51
Tabel 4.10. Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Hasil Pretes Keterangan Jumlah sampel X S2 t hitung t tabel Kesimpulan
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol 40 40 47,1 45,3 214,04 145,76 0,61 1,99 Nilai kedua kelas sama
Dari hasil perhitungan diperoleh nilai t hitung 0,61 dan t tabel 1,99. Hasil pengujian yang diperoleh menunjukkan bahwa t hitung < t tabel (0,61 < 1,99) dengan demikian Ho diterima dan Ha ditolak pada taraf signifikansi 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat nilai belajar yang sama antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Tabel 4.11. Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Hasil Postes Keterangan Jumlah sampel X S2 t hitung t tabel Kesimpulan
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol 40 40 67,47 58 239,5 264,75 2,67 1,99 Berpengaruh positif
Dari hasil perhitungan diperoleh nilai t hitung 2,67 dan t tabel 1,99. Hasil pengujian yang diperoleh menunjukkan bahwa t hitung > t tabel (2,67 > 1,99) dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima pada taraf signifikansi 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan model reciprocal teaching terhadap hasil belajar siswa. d. Uji Normal Gain Gain merupakan selisih antara nilai pretes dan postes, gain menunjukkan perbedaan peningkatan hasil belajar siswa setelah pembelajaran. Untuk memperkuat hasil kesimpulan dan untuk mengukur signifikansi peningkatan hasil belajar siswa setelah pembelajaran digunakan uji normal gain.
52
Untuk mencari normal gain digunakan rumus sebagai berikut : N-Gain = Skor postes – Skor pretes Skor ideal – Skor pretes Dengan kategori perolehan : (
) > 0,70
: Tinggi
0,70 () 0,30 : Sedang () < 0,30
: Rendah
Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan peningkatan hasil belajar yang signifikan antara kedua kelompok dilakukan uji t dengan rumus sebagai berikut : X1 X 2
t= S
1 1 n1 n 2
2
dengan S =
(n1 1)S1 (n2 1)S 2 (n1 n2 2)
2
Jika t-hitung < t-tabel maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan peningkatan hasil belajar yang signifikan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Jika t-hitung > t-tabel maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan peningkatan hasil belajar yang signifikan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Dari perbandingan hasil pretes dan postes kedua kelas, serta perhitungan normal gain, diperoleh data sebagai berikut: Tabel 4.12. Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Normal Gain Keterangan Jumlah Sampel X S2 t-hitung t-tabel kesimpulan
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol 40 40 0,4 0,2 0,04 0,12 3,16 1,99 Terdapat Perbedaan Peningkatan
53
Dari hasil perhitungan diperoleh nilai t hitung 3,16 dan t tabel 1,99. Hasil pengujian yang diperoleh menunjukkan bahwa t hitung > t tabel (3,16 > 1,99) dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima pada taraf signifikansi 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan peningkatan hasil belajar yang signifikan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Berdasarkan data nilai rata-rata pretes, postes, dan normal gain kelas eksperimen dan kontrol, maka dapat dibuat tabel perbandingan sebagai berikut : Tabel 4.13. Perbandingan Nilai Rata-Rata (Mean) Kelas Eksperimen dan Kontrol
Kelas
Nilai Rata-Rata (Mean) Pretes
Postes
N-Gain
Eksperimen
47,1
67,47
0,4
Kontrol
45,3
58
0,2
Selain dilakukan uji t untuk melihat perbedaan peningkatan hasil belajar yang signifikan antara kedua kelas, data N-gain setiap siswa pada kedua kelas juga di kategorikan sesuai dengan kategori N-gain yang telah disediakan. Pada kelas eksperimen diperoleh nilai rata-rata N-gain sebesar 0,4. Siswa yang termasuk kategori tinggi terdapat 3 orang (7,5 %), kategori sedang 25 orang (62,5 %), dan kategori rendah 12 orang (30%), perhitungan dapat dilihat pada lampiran.3 Persentase N-gain pada kelompok eksperimen ditunjukkan pada grafik berikut:
3
Lampiran 23, h 131.
54
Kategori N-Gain
7.50% 30% tinggi sedang rendah 62.50%
Gambar 4.5. Persentase Kategori N-gain Kelompok Eksperimen Pada kelas kontrol diperoleh nilai rata-rata N-gain sebesar 0,2. Siswa yang termasuk kategori tinggi terdapat 1 orang (2,5 %), kategori sedang 14 orang (35 %), dan kategori rendah 25 orang (62,5 %), perhitungan dapat dilihat pada lampiran.4 Persentase N-gain pada kelompok kontrol ditunjukkan pada grafik di bawah ini: Kategori N-Gain
2.50% 35%
tinggi sedang
62.50%
rendah
Gambar 4.6. Persentase Kategori N-gain Kelompok Kontrol 4
Ibid.
55
B. Hasil Observasi Observasi yang dilakukan adalah untuk mengetahui kemampuan berkomunikasi siswa selama pembelajaran menggunakan model reciprocal teaching. Observasi dilakukan dengan menggunakan lembar observasi yang telah di
susun.
Rekapitulasi
hasil
observasi
berupa
persentase
kemampuan
berkomunikasi siswa selama pembelajaran menggunakan model reciprocal teaching untuk selengkapnya tercantum pada lampiran.5 Adapun
data
hasil
observasi
berupa
kategorisasi
kemampuan
berkomunikasi siswa selama pembelajaran menggunakan model reciprocal teaching diinterpretasikan pada tabel berikut: Tabel 4.14. Kategorisasi kemampuan berkomunikasi siswa selama pembelajaran No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Aspek yang diamati Menyampaikan informasi penting terkait materi Mendeskripsikan konsep dengan benar dan baik Menggunakan bahasa yang baik Tinggi rendah nada suara Sikap yang meyakinkan/percaya diri Isyarat tubuh Menanggapi pendapat teman Memperhatikan Sikap peduli dalam diskusi Bertanya dalam diskusi
Kategori Pertemuan I Pertemuan II Sedang Tinggi
Pertemuan III Sangat tinggi
Sedang
Tinggi
Tinggi
Sedang
Tinggi
Sangat tinggi
Rendah Sedang
Sedang Sedang
Sedang Sedang
Rendah Tinggi
Sedang Sangat tinggi
Sedang Sangat tinggi
Tinggi Tinggi Sedang
Sangat tinggi Tinggi Sedang
Sangat tinggi Sangat tinggi Sangat tinggi
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa terdapat peningkatan kategori kemampuan berkomunikasi siswa yang menggunakan model pembelajaran reciprocal teaching di setiap aspek pada setiap pertemuannya. Pada pertemuan pertama, aspek yang telah memiliki kategori tinggi berupa aspek menanggapi pendapat teman, memperhatikan, dan sikap peduli
5
Lampiran 24, 25, & 26, h. 134, 136, & 138.
56
diskusi. Sedangkan aspek yang lainnya tergolong sedang. Hal ini dikarenakan siswa baru mengenal model reciprocal teaching sebagai model pembelajaran yang baru bagi mereka, siswa masih berada pada tahap penyesuaian sehingga kurang lancar dalam melaksanakan diskusi reciprocal. Pada pertemuan kedua, aspek menanggapi pendapat teman dan memperhatikan sudah termasuk kategori sangat tinggi. Aspek yang tadinya tergolong kategori sedang pada pertemuan pertama sudah meningkat menjadi kategori tinggi pada pertemuan kedua. Hal ini dikarenakan siswa sudah mulai terbiasa dalam melaksanakan setiap tahapan pada pembelajaran reciprocal teaching, siswa juga sudah mulai terbiasa berdiskusi dengan teman kelompoknya. Pada pertemuan ketiga, sudah banyak aspek yang termasuk pada kategori sangat tinggi. Hal ini dikarenakan siswa sudah terbiasa dengan ke empat tahapan reciprocal teaching, siswa sudah mengetahui bagaimana seharusnya berdiskusi untuk membangun pengetahuan serta mendapatkan pemahaman. Selain itu ratarata siswa juga tidak malu dalam menyampaikan pendapat maupun bertanya, baik bertanya pada teman kelompoknya saat diskusi kelompok, maupun bertanya pada saat berlangsungnya diskusi kelas. Hasil observasi selama proses pembelajaran menggunakan model reciprocal teaching pada kelas eksperimen menunjukkan bahwa siswa melaksanakan keempat strategi reciprocal sambil berdiskusi dan bertukar informasi, disini siswa berperan sebagai “pengajar” menggantikan peran guru untuk mengajar teman-temannya. Sementara itu guru lebih berperan sebagai model yang menjadi contoh, fasilitator yang memberi kemudahan, dan pembimbing yang melakukan scaffolding. Guru melakukan scaffolding di antaranya dengan bertindak sebagai anggota kelompok membantu siswa yang mengalami kesulitan pada langkahlangkah tertentu. Pendekatan dialogis antara guru dengan siswa ataupun siswa dengan siswa sangat ditekankan. Kebetulan guru yang berperan dalam penelitian ini memiliki kemampuan dialog yang baik serta teliti dan peka dalam mengamati siswanya pada saat menjalani proses pembelajaran reciprocal. Misalnya pada saat berlangsungnya pembelajaran reciprocal ada saja siswa yang memiliki
57
kecenderungan diam. Dalam kondisi ini guru melakukan teknik scaffolding untuk membangkitkan keaktifan siswa. Teknik scaffolding yang dilakukan di antaranya mengarahkan, memberitahu dan meyakinkan siswa tersebut untuk turut aktif dalam diskusi kelompoknya, tidak perlu ragu dan takut untuk mengungkapkan pendapat. Diskusi kelas juga berlangsung semakin afektif pada setiap pertemuannya, hal ini terlihat dari respon siswa yang cukup positif pada saat diskusi kelas, siswa terlihat bersemangat dan banyak siswa yang mengajukan pertanyaan maupun memberi informasi terkait materi saat diskusi berlangsung. Dari hasil observasi yang dilakukan observer secara kontinu pada setiap pertemuan pembelajaran reciprocal teaching, maka dapat disimpulkan bahwa keaktifan siswa dalam berkomunikasi selama proses pembelajaran merupakan faktor yang turut mendukung peningkatan intelektualitas siswa atau dengan kata lain keberhasilan belajar siswa. Pada setiap pertemuan menggunakan model pembelajaran reciprocal teaching, siswa dihadapkan pada beberapa tahapan proses pembelajaran reciprocal teaching. Pada tahap pertama, guru memperkenalkan model reciprocal teaching, menjelaskan bahwa reciprocal terdiri dari empat keterampilan yang masing-masing akan dilaksanakan oleh siswa yang berbeda dalam kelompok. Guru memodelkan empat keterampilan tersebut (merangkum bacaan dalam bentuk tabel, mengajukan pertanyaan yang bisa diajukan, memprediksi pemecahan masalah/soal dan mengklarifikasi hal-hal yang sulit). Pada tahap kedua, siswa duduk dalam kelompoknya, guru menugaskan siswa membaca bacaan terkait materi, kemudian masing-masing mengerjakan tugas yang berbeda. Sebelumnya guru telah membagikan LKS dan rangkuman materi pada setiap siswa dalam kelompok. Siswa I & II mengerjakan tugas merangkum dalam bentuk tabel, siswa III membuat pertanyaan dari gambar yang diberikan dan menjawabnya sendiri sesuai pemahamannya, siswa IV bertugas memprediksi pemecahan masalah dari soal yang diberikan dan siswa V bertugas menemukan hal sulit yang belum dipahami untuk kemudian didiskusikan dan diklarifikasi.
58
Pada tahap ketiga siswa dihadapkan pada kegiatan diskusi kelas, beberapa kelompok mengajukan perwakilan untuk mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas. Pada tahap ini siswa yang memiliki kemampuan dalam presentasi dapat maju mewakili kelompoknya, tetapi siswa yang tidak terbiasa dan kurang memiliki kemampuan presentasi lebih diutamakan, hal ini bertujuan untuk melatih siswa tersebut agar terbiasa menyampaikan materi dan mengungkapkan pendapat di depan kelas. Setelah presentasi diadakan sesi tanya jawab. Tahap keempat berupa penutupan, pada tahap ini guru mengklarifikasi pemahaman konsep siswa. Selama jalannya diskusi kelompok dan diskusi kelas, hampir selalu terdapat kesalahan yang dilakukan siswa dalam memahami konsep materi, guru bertugas meluruskan pemahaman konsep tersebut, menambahkan penjelasan materi serta menarik kesimpulan di akhir pembelajaran. C. Interpretasi Data Berdasarkan hasil pretes diketahui nilai rata-rata kelas eksperimen 47,1 dan kelas kontrol 45,3 sedangkan dari hasil postes diketahui nilai rata-rata kelas eksperimen 67,47 dan kelas kontrol 58. Perbedaan nilai rata-rata pretes kelas eksperimen dan kontrol adalah sebesar 1,8. Perbedaan nilai rata-rata postes kelas eksperimen dan kontrol adalah sebesar 9,47. Pada kelas eksperimen, terjadi peningkatan nilai rata-rata dari 47,1 menjadi 67,47 atau sebesar 20,37. Pada kelas kontrol, terjadi peningkatan nilai rata-rata dari 45,3 menjadi 58 atau sebesar 12,7. Dari hasil di atas dapat diketahui bahwa siswa yang belajar menggunakan model reciprocal teaching memiliki kenaikan nilai rata-rata yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang belajar menggunakan model konvensional. Berdasarkan hasil uji pretes maupun postes kedua kelas diketahui bahwa data kedua kelas tersebut berada pada sampel yang berdistribusi normal. Berdasarkan uji homogenitas didapat data kedua kelas memiliki varians homogen. Karena persyaratan normalitas dan homogenitas terpenuhi, maka selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis dengan uji-t. Pengujian hipotesis dilakukan pada data pretes dan postes kedua kelas yang terbukti berdistribusi normal dan homogen. Pengujian hipotesis pada data pretes dilakukan untuk
59
mengetahui apakah kedua kelas memiliki nilai awal yang sama atau tidak. Pengujian hipotesis pada data postes dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan model reciprocal teaching terhadap hasil belajar siswa. Pengujian hipotesis data pretes kedua kelas dilakukan pada taraf signifikansi 0,05. Diperoleh t-hitung sebesar 0,61 dan t-tabel 1,99. Hasil pengujian yang diperoleh menunjukkan bahwa t- hitung < t-tabel (0,61 > 1,99) dengan demikian Ho diterima dan Ha ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol, maka dapat disimpulkan bahwa kedua kelas memiliki nilai yang sama. Pengujian hipotesis data postes kedua kelas dilakukan pada taraf signifikansi 0,05. Diperoleh t-hitung sebesar 2,67 dan t-tabel 1,99. Hasil pengujian yang diperoleh menunjukkan bahwa t- hitung > t-tabel (2,67 > 1,99) dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan model reciprocal teaching terhadap hasil belajar siswa. Artinya penggunaan model reciprocal teaching dapat meningkatkan hasil belajar siswa secara signifikan. Berdasarkan hasil uji normal gain, diketahui nilai rata-rata normal gain dari skor tes siswa kelas eksperimen sebesar 0,4 dan kelas kontrol sebesar 0,2. Dari nilai tersebut dapat dikatakan bahwa peningkatan hasil belajar pada kelas eksperimen lebih besar dari kelas kontrol. Hal ini juga dapat di lihat dari hasil perhitungan uji t n-gain. Berdasarkan hasil uji t n-gain dengan taraf signifikansi 0,05 diperoleh t-hitung sebesar 3,16 dan t-tabel 1,99. Hasil pengujian yang diperoleh menunjukkan bahwa t- hitung > t-tabel (3,16 > 1,99), dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan peningkatan hasil belajar yang signifikan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Selain dilakukan uji t untuk melihat perbedaan peningkatan hasil belajar yang signifikan antara kedua kelas, data N-gain setiap siswa pada kedua kelas juga di kategorikan sesuai dengan kategori N-gain yang telah disediakan. Pada kelas eksperimen diperoleh nilai rata-rata N-gain sebesar 0,4. Siswa yang termasuk kategori tinggi terdapat 3 orang (7,5 %), kategori sedang 25 orang (62,5
60
%), dan kategori rendah 12 orang (30%). Pada kelas kontrol diperoleh nilai ratarata N-gain sebesar 0,2. Siswa yang termasuk kategori tinggi terdapat 1 orang (2,5 %), kategori sedang 14 orang (35 %), dan kategori rendah 25 orang (62,5 %). Berdasarkan data yang diperoleh dari observasi proses pembelajaran reciprocal teaching, dapat di ketahui bahwa terdapat peningkatan keaktifan siswa pada setiap pertemuannya. Dapat disimpulkan bahwa keaktifan siswa dalam berkomunikasi selama proses pembelajaran turut mempengaruhi peningkatan hasil belajar biologi siswa. D. Pembahasan Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan model reciprocal teaching yang diterapkan di kelas eksperimen dapat meningkatkan hasil belajar siswa secara signifikan. Hal ini dibuktikan melalui pengujian hipotesis menggunakan uji-t, diperoleh t hitung sebesar 2,67 dan t tabel sebesar 1,99 dengan taraf signifikansi 0.05 (5%), maka terbukti t hitung > t tabel (2,67 >1,99). Pada kelas eksperimen diterapkan model pembelajaran reciprocal teaching, model ini terbukti lebih efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa karena mengharuskan siswa belajar mandiri, memperoleh pengetahuan dengan caranya sendiri dan tidak terlalu bergantung pada penjelasan guru. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Cucu Herawati yang menunjukkan bahwa pembelajaran matematika melalui model reciprocal teaching dapat melatih kemandirian siswa. 6 Reciprocal teaching itu sendiri adalah suatu model pembelajaran kontruktivis yang didasarkan pada prinsip-prinsip membuat pertanyaan, mengajarkan keterampilan metakognitif melalui pengajaran, dan pemodelan oleh guru. Dengan menggunakan model ini siswa diajarkan empat strategi pemahaman yaitu merangkum bacaan, mengajukan pertanyaan, memprediksi pemecahan masalah/soal, dan mengklarifikasikan istilah-istilah yang sulit dipahami. Keempat strategi tersebut terangkum dalam tugas di LKS.
6
Cucu Herawati, Pembelajaran Matematika melalui Pendekatan Reciprocal Teaching dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP, Skripsi jurusan Pendidikan Matematika, FPMIPA UPI Bandung, 2006, h. 60. Tidak diterbitkan.
61
LKS reciprocal turut menunjang tercapainya hasil belajar yang lebih baik, LKS reciprocal sengaja disusun sedemikian rupa agar siswa dapat berlatih secara maksimal. Contohnya dalam LKS terkandung latihan membaca gambar dan membuat tabel rangkuman, serta latihan penerapan konsep untuk memecahkan masalah. Sedangkan dalam instrumen tes esay terdapat soal untuk menggali kemampuan siswa dalam mengklasifikasi. Pendekatan KPS (Keterampilan Proses Sains) juga turut digunakan dalam pembelajaran reciprocal teaching. Namun yang perlu digaris bawahi dalam penelitian ini adalah tidak digunakannya metode praktikum atau percobaan untuk mendapatkan data empiris, melainkan
hanya menggunakan metode diskusi
berdasarkan model pembelajaran yang diterapkan yaitu model pembelajaran reciprocal teaching. Adapun keterampilan dasar dalam KPS dapat dikembangkan secara terpisah-pisah, bergantung metode yang digunakan. Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode diskusi kelompok dengan tujuan meningkatkan hasil belajar siswa. Maka keterampilan dasar KPS yang dikembangkan adalah keterampilan yang selaras dengan metode diskusi dan dapat menunjang terciptanya hasil belajar siswa yang lebih baik, di antaranya yaitu keterampilan komunikasi (meliputi mengkomunikasikan pemahaman dengan gambar dan tabel), keterampilan mengklasifikasi serta keterampilan penerapan konsep. Hal ini terinterpretasi dalam LKS reciprocal yang digunakan dalam pembelajaran. Hasil observasi pada setiap tahap pembelajaran reciprocal teaching menunjukkan bahwa siswa mengerjakan LKS secara kooperatif dengan teman kelompoknya. Saat mengerjakan tugas tersebut, siswa berdiskusi dan berbagi informasi yang diketahuinya dengan teman kelompoknya, di sinilah peran siswa sebagai “pengajar” menggantikan peran guru untuk mengajar teman-temannya. Sementara itu guru lebih berperan sebagai fasilitator yang memberi kemudahan, dan pembimbing yang melakukan scaffolding yaitu di antaranya dengan bertindak sebagai anggota kelompok membantu siswa yang mengalami kesulitan pada langkah-langkah tertentu.
62
Ina Karlina juga mengemukakan bahwa dalam belajar kelompok atau diskusi terdapat tugas yang bersifat kooperatif sehingga memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka antar anggota kelompok.7 Data observasi juga menunjukkan keaktifan siswa dalam berkomunikasi selama proses pembelajaran menggunakan model reciprocal teaching, keaktifan siswa semakin meningkat di setiap pertemuannya. Hal ini dapat di lihat dari hasil persentase setiap pertemuan. Pada awalnya siswa masih sedikit canggung dalam berdiskusi dan mengemukakan pendapat, tetapi pada pertemuan kedua dan ketiga siswa terlihat lebih terbiasa dalam bertukar informasi dengan teman kelompok maupun teman kelas pada saat presentasi, siswa juga lebih berani dalam mengemukakan pendapat sehingga keaktifan siswa dalam pembelajaran terwujud. Hasil ini dicapai karena penerapan model reciprocal teaching dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar mandiri, yaitu belajar menemukan konsep sendiri, berinteraksi dengan lingkungan, bekerjasama dan berdiskusi sehingga kemampuan mengutarakan ide, mengklasifikasi ataupun mengkomunikasikan pemahaman secara lisan maupun tulisan dapat tercapai. Semua itu saling berkesinambungan menghasilkan hasil belajar siswa yang meningkat. Hal senada juga disampaikan oleh Evi Nurmiyanti, ia mengemukakan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model reciprocal teaching mampu melatih kemampuan siswa dalam belajar mandiri dan berinteraksi dalam kelas, melatih kemampuan siswa dalam mengemukakan pendapat, ide, dan gagasan, meningkatkan kemampuan bernalar siswa, meningkatkan kemampuan siswa dalam pemahaman konsep dan pemecahan masalah, serta mampu meningkatkan keterampilan berkomunikasi siswa. 8 Pada dasarnya pembelajaran reciprocal menekankan pada siswa untuk bekerja dalam suatu kelompok yang dibentuk sedemikian rupa agar setiap 7
8
Ina Karlina , Kemampuan Berkomunikasi Siswa pada Konsep Pencemaran Lingkungan melalui penerapan model pembelajaran koperatif tipe Three Step Interview, Skripsi jurusan Pendidikan Biologi, FPMIPA UPI Bandung, 2005, h. 52. Tidak diterbitkan. Evi Nurmiyanti , Upaya Peningkatan Keterampilan Berkomunikasi Siswa pada Pembelajaran Fisika melalui Penerapan Model Pembelajaran Berbalik (Reciprocal Teaching), Skripsi jurusan Pendidikan Fisika, FPMIPA UPI Bandung, 2008, h. 71. Tidak diterbitkan.
63
anggotanya dapat berkomunikasi dengan nyaman dalam menyampaikan pendapat ataupun bertanya dalam rangka bertukar informasi materi. Kegiatan pertukaran informasi materi terjadi antar sesama siswa dengan empat strategi reciprocal yang dilakukan dalam kelompok diskusi. Dengan adanya diskusi kelompok dapat mendukung tercapainya pembelajaran aktif dengan komunikasi yang efektif sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat. Mekanisme diskusi memungkinkan peserta didik terbiasa mengemukakan pendapat secara argumentatif dan dapat mengkaji apakah hal yang telah diketahuinya itu benar atau tidak. Selain itu Lidjin Aulia juga mengemukakan bahwa dengan model pembelajaran reciprocal teaching siswa memiliki keaktifan yang baik. Keaktifan siswa juga dapat menentukan pertukaran informasi yang terjadi. Semakin aktif siswa maka pertukaran informasi akan berjalan semakin lancar. 9 Salah satu dasar model pembelajaran reciprocal teaching adalah teori sosial Vygotsky, yaitu dialog dalam suatu interaksi sosial sebagai dasar pokok dalam proses pembentukan pengetahuan. Menurut Vygotsky, berpikir keras dan mendiskusikan hasil pemikirannya dapat membantu proses klarifikasi dan revisi dalam berpikir pada saat belajar. Mengacu pada pemikiran Vygotsky tersebut, maka diskusi dirasa cukup penting. Pentingnya komunikasi dalam bentuk diskusi pada proses belajar mengajar dikarenakan diskusi bersifat intracommunication dan intercommunication sehingga dapat meningkatkan intelektualitas siswa. Yang dimaksud dengan intracommunication ialah komunikasi yang terjadi pada diri seseorang, ia berkomunikasi dengan dirinya sendiri terlebih dahulu sebagai persiapan untuk melakukan intercommunication dengan orang lain. Jenis komunikasi yang dilakukan antara guru-siswa lebih bersifat negosiasi dan membuat suasana menjadi kondusif. Siswa belajar mengkonstruksi pengetahuan dan pengalaman yang diperolehnya dengan pemaknaan yang lebih baik. Siswa membangun sendiri konsep atau struktur materi yang dipelajarinya, tidak melalui pemberitahuan oleh guru sebelumnya. Siswa tidak lagi menerima paket-paket konsep atau aturan yang telah dikemas oleh guru, melainkan siswa 9
Lidjin Aulia, Pengaruh Model Reciprocal Teaching terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa pada Konsep Pencemaran Lingkungan, Skripsi jurusan Pendidikan Biologi, FPMIPA UPI Bandung, 2008, h. 84 – 85. Tidak diterbitkan.
64
sendiri yang mengemasnya. Karena itu terkadang kemasannya tidak akurat, siswa yang satu dengan siswa lainnya dapat berbeda dalam memahami konsep, atau mungkin terjadi kesalahan. Dalam kondisi ini guru meluruskan pemahaman konsep tersebut serta menambahkan penjelasan materi agar lebih akurat. Seperti yang telah dibahas dalam deskripsi teoretis, dengan berdiskusi siswa secara tidak langsung telah melaksanakan pembelajaran konstruktivisme, siswa membangun sendiri pemahamannya melalui keterlibatan aktifnya. Guru memberikan kemudahan dalam proses ini dengan memberikan kesempatan pada siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri, atau dengan kata lain membangun pemahaman melalui pengetahuan yang dimiliki. Pengaruh model reciprocal teaching terhadap hasil belajar siswa dapat terlihat dari hasil tes essay. Adapun observasi yang di terapkan pada kelas eksperimen bertujuan untuk mengetahui perkembangan keaktifan siswa dalam berkomunikasi selama pembelajaran. Semua tahapan dalam pembelajaraan reciprocal teaching terbukti dapat menunjang peningkatan hasil belajar siswa. Pengerjaan keempat strategi reciprocal yang tercakup dalam LKS dapat melatih siswa menyampaikan pemahamannya terkait materi secara tertulis, seperti mengubah bentuk penyajian data ke dalam tabel (merangkum dalam bentuk tabel), membaca gambar, memecahkan masalah dari persoalan yang di berikan, serta mengklarifikasi konsep/materi yang belum di pahami. Sedangkan diskusi kelompok dan diskusi kelas merupakan sarana untuk melatih kemampuan berkomunikasi siswa selama proses pembelajaran, untuk mencapai pemahaman konsep siswa, serta untuk meningkatkan intelektualitas siswa. F. Keterbatasan Penelitian Meskipun penelitian ini dapat dikatakan berhasil dalam meningkatkan hasil belajar siswa, namun masih ditemukan beberapa kendala dalam pelaksanaannya. Kendala-kendala yang dihadapi antara lain: 1. Jumlah siswa dalam satu kelas terlalu banyak. 2. Waktu yang tersedia sangat terbatas.
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan analisis data dan pengujian hipotesis dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran reciprocal teaching terhadap hasil belajar biologi siswa pada konsep protista. Hal ini terlihat pada perhitungan uji “t”, diperoleh harga t hitung 2,67 dan t tabel 1,99 pada derajat kebebasan (dk) = 78 dengan taraf signifikansi 5 %. Ini berarti t hitung > t tabel (2,67 > 1,99). Hasil belajar siswa pada konsep protista setelah pembelajaran dengan model reciprocal teaching terbukti lebih tinggi daripada siswa yang tidak menggunakan model reciprocal teaching. Hal ini terlihat dari perbedaan rata-rata N-gain kedua kelas. Rata-rata N-gain kelas eksperimen sebesar 0,4 sedangkan rata-rata N-gain kelas kontrol sebesar 0,2.
B. Saran Berdasarkan kesimpulan dan pembahasan ada beberapa saran yang dapat dipertimbangkan, di antaranya yaitu : 1. Dalam menerapkan model reciprocal teaching perlu dilakukan persiapan yang matang agar diperoleh hasil yang optimal sesuai yang diharapkan. 2. Untuk meningkatkan
hasil belajar
siswa,
peran guru
sebagai
pembimbing yang efektif dan komunikatif sangat diperlukan, di samping penerapan modelnya sendiri. 3. Soal latihan dalam LKS hendaknya disusun dengan efektif, komunikatif, sederhana, dan mudah dipahami agar dapat digunakan untuk melatih siswa meningkatkan hasil belajarnya. 4. Penyusunan instrumen hendaknya berdasarkan indikator yang mengacu pada teori yang ada.
65
66
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman. Meaningful Learning, reinvensi pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007.
kebermaknaan
Ahmadi, Abu. dan W. Supriyono. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta, 1991. Arikunto, Suharsimi. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, 2008. Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta, 2006. Aulia, Lidjin. Pengaruh Reciprocal Teaching terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa pada Konsep Pencemaran Lingkungan. Skripsi pada FPMIPA UPI Bandung, 2008. Tidak diterbitkan. Bulaeng, Andi. Metode Penelitian Komunikasi Kontemporer. Yogyakarta: Andi, 2004. Carter, Carolyn J. dan D.F. Fekete. Reciprocal Teaching: The Aplication of a Reading Improvement Strategy on Urban Students in Highland Park. Tersedia on line: http:// unesdoc. unesco.org/images/0012/ 001247 124762e.pdf. di akses 31 Desember 2009. Dimyati dan Mudjiono. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta, 2005. Doolittle, Peter E., dkk. Reciprocal Teaching for Reading Comprehension in Higher Education: A Strategy for Fostering the Deeper Understanding of Texts. International Journal of Teaching and Learning in Higher Education. Volume 17, 2006. Tersedia On Line: http: //www. isetl.org/. di akses 31 Desember 2009.
Gunawan, Adi W. Genius Learning Strategy. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2006. Haris. Pembelajaran Kimia dengan Pendekatan Pengajaran Terbalik (Reciprocal Teaching). Tersedia On Line: http:// man2barabai. blogspot.com/2008/02/makalah-kimia/ html. diakses 20 Januari 2009. 66
67
Harsanto, Radno. Pengelolaan Kelas yang Dinamis. Yogyakarta : Kanisius, 2007. Hartini. Pembelajaran Berbalik (Reciprocal Teaching) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa. Skripsi jurusan Pendidikan Matematika, FITK UIN Syarif Hidayatullah, 2007. Tidak diterbitkan. Hassan, Fuad. Pendidikan adalah Pembudayaan, dalam Pendidikan Manusia Indonesia. Jakarta: Kompas, 2004. Herawati, Cucu. Pembelajaran Matematika melalui Pendekatan Reciprocal Teaching dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP. Skripsi jurusan Pendidikan Matematika, FPMIPA UPI Bandung, 2006. Tidak diterbitkan. Ibrahim, Nurdin. Pemanfaatan Tutorial Audio Interaktif untuk Perataan Kualitas Hasil Belajar dalam Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. No. 044, September, 2003. Irawan, Cahya. Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Model Reciprocal Teaching terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Siswa pada Konsep Keanekaragaman Hewan. Skripsi jurusan Pendidikan Biologi, FPMIPA UPI Bandung, 2005. Tidak diterbitkan. Karlina, Ina. Kemampuan Berkomunikasi Siswa pada Konsep Pencemaran Lingkungan melalui penerapan model pembelajaran koperatif tipe Three Step Interview. Skripsi jurusan Pendidikan Biologi, FPMIPA UPI Bandung, 2005. Tidak diterbitkan. Meltzer, David E. The Relationship between Mathematics Preparation and Conceptual Learning Gains in Physics. Tersedia On Line: www.physiceducation.net/docs/addendum_on_normalized. di akses 19 Desember 2009. Munawaroh, Djunaedatul. dan S. Khadijah. Pembelajaran Berbasis Konstruktivisme dalam Jurnal Didaktika Islamika. Vol. IX No. 2, Desember 2008. Nur, Mohamad. Strategi-Strategi Belajar. Surabaya: Unesa Press, 2000. Nurhasanah, Farida. Reciprocal Teaching. Tersedia On Line: http:// digilib.unej.ac.id/print.php. diakses 23 Mei 2009.
68
Nurmiyanti, Evi. Upaya Peningkatan Keterampilan Berkomunikasi Siswa pada Pembelajaran Fisika melalui Penerapan Model Pembelajaran berbalik (Reciprocal Teaching). Skripsi jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI Bandung, 2008. Tidak diterbitkan. Panggabean, Yusri., B. K. Purba., dan O. R. Hutabarat. Strategi, Model dan Evaluasi. Bandung: Bina Media Informasi, 2007. Parera, J.D. Teori Semantik. Jakarta: Erlangga, 2004. Purwanto, Ngalim. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002. Riyanto, Yatim. Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009. Rosida, Hadiana. Pengembangan Model Pembelajaran Reciprocal Teaching untuk Meningkatkan Efektivitas Pembelajaran Fisika di SMA. Skripsi jurusan Pendidikan Fisika, FPMIPA UPI Bandung, 2007. Tidak diterbitkan. Rosyid, Daniel M. dan M. Ibrahim. Reciprocal Teaching. Tersedia On Line:http://sainsmuslimin.blogspot.com/2008/09/pembelajaransains.html. diakses 20 Januari 2009.
Rustaman, Nuryani, dkk. Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang : UM Press, 2005. Sendjaja, Djuarsa. Teori Komunikasi. Jakarta : Universitas Terbuka, 1999. Sofyan, Ahmad, dkk. Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi. Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006. Sofyan, Ahmad. Perilaku Belajar Biologi Siswa MAN, dalam Didaktika Islamika, jurnal kependidikan, keislaman dan kebudayaan, Vol IV No.1, Juni, 2003. Sudjana. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito, 1992. Suherman, Erman. Model Belajar dan Pembelajaran Berorientasi Kompetensi Siswa. Tersedia On Line: http:// petakonsepanakbangsa. com/2008/04/html. di akses 20 Januari 2009. Sukardi. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, 2008.
69
Suprijono, Agus. Cooperative Learning: Teori dan Aplikasinya. Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2009. Suwarna, dkk. Pengajaran Mikro. Yogyakarta: Tiara Wacana, 2006. Syah, Muhibbin. Psikologi Belajar. Tangerang: PT. Logos Wacana Ilmu, 1999. Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan: Dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2008. Tirtamihardja, Samuel H. Mendengarkan adalah Emas, suatu seni berkomunikasi. Tangerang: Yaski, 2005. Trianto. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, 2007. Trihastuti, Singgih. dan Y. Rimy. Pembelajaran Keterampilan Proses, Inquiry dan Discovery Learning. Tersedia On Line: http://umifatmawati.blog.uns.ac.id/. diakses 24 Oktober 2009. West, Richard. dan L.H. Turner. Pengantar Teori Komunikasi, Analisis dan Aplikasi. Jakarta: Salemba Humanika, 2008. Widyaningrum, Retno. Model Pembelajaran Konstruktivis Matematika dalam Jurnal Cendekia Vol.6 No.2, 2008.
pada
Zurinal. Ilmu Pendidikan, Pengantar dan Dasar-Dasar Pelaksanaan Pendidikan. Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006.
Rekapitulasi Observasi Pertemuan I (Kelas Eksperimen) No 1
2
3 4 5
6 7
Aspek yang Diamati Menyampaikan informasi penting terkait materi
Skor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 2 2 3 2 3 2 2 3 1
2
3
2
2
3
3
2
1
2
3
2
Mendeskripsikan konsep dengan benar dan baik
2 2 3 2 3 2 1 3 2
2
2
2
2
2
3
3
2
2
2
2
Menggunakan bahasa yang baik
3 2 3 2 2 1 2 3 3
2
2
2
3
2
3
2
1
2
3
2
Tinggi rendah nada suara
2 1 2 1 1 2 1 3 1
1
2
1
1
2
3
2
2
1
2
1
1
3
1
1
2
3
2
1
1
2
1
1
2
1
1
2
2
1
1
2
2
1
1
3
2
2
3
3
2
2
3
3
3
2 2 2 2 3 2 3 3 2 2 2 3 2 2 3 2 3 3
2 1
2 3
2 2
3 3
3 3
3 3
3 2
2 2
3 2
3 3
2 2
1 1 2 1 2 2 1 2 1
1
3
1
2
2
2
2
1
1
3
2
Sikap yang meyakinkan/percaya 3 1 3 1 1 3 1 3 1 diri Isyarat tubuh 2 1 2 1 1 2 1 2 1 Menanggapi 2 2 2 2 3 3 2 3 2 pendapat teman
8
Memperhatikan
9 10
Sikap peduli diskusi Bertanya dalam diskusi
No 1
2
Aspek yang Diamati Menyampaikan informasi penting terkait materi Mendeskripsikan konsep dengan benar dan baik
3
Menggunakan bahasa yang baik
4
Tinggi rendah nada suara Sikap yang meyakinkan/percaya diri
5
Skor 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
Jml Skor 89
%
Kategori
74,16
sedang
3
3
2
2
2
1
2
2
1
2
2
3
1
3
2
3
2
3
3
2
3
2
2
2
1
1
2
2
1
2
3
3
1
2
2
3
3
2
3
3
87
72,5
sedang
3
2
2
1
1
2
1
2
2
3
2
3
2
2
2
3
3
2
3
2
88
73,33
sedang
3
2
1
1
1
1
1
2
1
1
1
3
1
2
2
2
2
2
2
2
65
54,16
rendah
3
3
1
1
1
1
1
2
1
2
2
3
1
1
2
2
2
3
1
2
70
58,33
sedang
6 7
Isyarat tubuh Menanggapi pendapat teman
3
2
1
1
1
1
1
2
1
2
2
3
1
1
2
2
2
2
1
1
61
50,83
rendah
3
3
2
2
3
2
2
2
2
3
1
3
2
2
3
3
3
3
2
2
96
80
tinggi
8 9
Memperhatikan Sikap peduli diskusi
3
2
2
2
3
3
2
3
2
3
3
3
3
2
3
3
3
3
2
3
102
85
tinggi
3
2
3
3
2
2
2
2
1
3
1
3
1
2
3
3
3
2
3
3
95
79,16
tinggi
10
Bertanya dalam diskusi
3
2
1
1
2
1
2
2
1
2
1
3
1
1
2
1
2
3
3
2
69
57,5
sedang
Rekapitulasi Observasi Pertemuan II (Kelas Eksperimen) No 1
2
3
Aspek yang Diamati Menyampaikan informasi penting terkait materi Mendeskripsikan konsep dengan benar dan baik Menggunakan bahasa yang baik
4
Tinggi rendah nada suara
5
Sikap yang meyakinkan/percaya diri Isyarat tubuh Menanggapi pendapat teman Memperhatikan Sikap peduli diskusi Bertanya dalam diskusi
6 7 8 9 10
Skor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 2 2 3 3 3 3 2 3 3
2
3
2
3
3
2
3
3
3
3
2
2 2 3 3 3 2 2 3 3
2
2
2
3
3
2
3
3
3
3
2
3 3 2 2 3 3 2 3 2
2
2
2
3
2
3
3
3
2
3
2
3 1 1 2 2 3 1 3 1
1
1
2
2
2
2
1
3
2
2
2
3 2 2 3 2 2 1 3 2
1
2
1
2
2
3
1
3
2
3
2
3 1 2 2 2 2 1 2 2
1
1
1
2
2
2
1
3
2
2
1
3 3 3 2 3 2 3 3 3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 2 3 2 1 3 1
2 1
2 3
2 2
3 3
3 3
3 3
3 3
3 3
3 3
3 3
3 3
3 2 2 3 3 1 1 3 2
1
2
2
3
3
2
2
2
2
3
2
No
Skor 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
Jml Skor
%
Kategori
3
3
2
3
3
2
3
3
2
2
3
3
2
3
2
2
3
3
3
3
106
88,33
tinggi
Mendeskripsikan konsep dengan benar dan baik
3
3
2
3
2
2
2
2
2
3
2
3
2
2
3
3
3
3
2
2
100
83,33
tinggi
Menggunakan bahasa yang baik
3
2
2
3
3
2
2
3
3
3
2
3
2
2
3
3
2
3
3
3
102
85
tinggi
4
Tinggi rendah nada suara
3
3
1
2
2
1
1
3
2
2
1
3
1
1
1
2
2
2
2
2
74
61,66
sedang
5
Sikap yang meyakinkan/percaya diri Isyarat tubuh
3
3
1
2
2
1
2
3
1
2
2
2
1
1
2
3
2
3
2
2
82
68,33
sedang
2
2
1
2
2
1
1
3
1
2
1
2
1
1
2
2
2
2
1
2
68
56,66
sedang
3
2
3
3
3
3
3
3
3
2
3
2
3
3
3
3
3
3
3
115
95,83
sangat tinggi
3
3
3
3
3
3
3
3
2
3
3
3
2
2
3
3
3
3
3
2
111
92,5
sangat tinggi
1
2
3
6 7
Aspek yang Diamati Menyampaikan informasi penting terkait materi
Menanggapi pendapat teman
3
8
Memperhatikan
9
Sikap peduli diskusi
3
3
2
3
3
1
3
3
2
3
2
3
1
1
3
3
3
3
3
1
99
82,5
tinggi
10
Bertanya dalam diskusi
3
3
2
2
2
1
3
2
1
3
1
3
1
1
1
3
3
3
3
2
87
72,5
sedang
Rekapitulasi Observasi Pertemuan III (Kelas Eksperimen) No 1
2
3
Aspek yang Diamati Menyampaikan informasi penting terkait materi Mendeskripsikan konsep dengan benar dan baik Menggunakan bahasa yang baik
Skor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 3 2 3 3 3 2 3 3 2
2
3
3
3
3
2
3
3
3
3
2
3 2 3 2 3 3 2 3 2
2
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
3 3 3 3 3 3 2 3 2
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
3 1 2 2 2 2 1 3 2
1
2
2
3
2
3
2
2
2
3
2
2 2 2 3 1 3 2
2
2
2
2
3
3
2
2
2
3
2
3 2 3 3 1 2 2
2
2
2
2
2
1
2
2
1
2
1
3 3 3 3 2 3 3
3
3
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3
2 3
3 3
3 3
3 3
3 3
3 2
3 3
3 3
3 3
3 3
3 3
3 2 2 3 3 3 3
2
3
3
2
3
2
3
2
2
3
3
4
Tinggi rendah nada suara
5
Sikap yang meyakinkan/percaya 3 2 diri Isyarat tubuh 2 2 Menanggapi 3 2 pendapat teman Memperhatikan 3 3 Sikap peduli diskusi 3 2 Bertanya dalam 3 2 diskusi
6 7 8 9 10
No 1
2
3
Aspek yang Diamati Menyampaikan informasi penting terkait materi Mendeskripsikan konsep dengan benar dan baik Menggunakan bahasa yang baik
4
Tinggi rendah nada suara
5
Sikap yang meyakinkan/percaya diri Isyarat tubuh Menanggapi pendapat teman
6 7 8
Memperhatikan
9
Sikap peduli diskusi
10
Bertanya dalam diskusi
Skor 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
Jml Skor
%
Kategori
3
3
3
2
2
2
3
3
3
3
2
3
2
3
3
3
3
3
3
2
108
90
sangat tinggi
3
3
2
2
3
3
3
2
2
3
2
3
2
2
3
2
3
3
3
2
105
87,5
tinggi
3
2
3
3
3
3
3
3
3
3
2
3
3
2
2
3
3
3
2
2
110
91,6
sangat tinggi
3
2
3
2
1
2
2
2
1
2
1
3
2
1
2
3
2
3
2
2
83
69,2
sedang
3
3
2
1
3
1
2
2
2
3
1
3
2
1
2
2
3
3
3
2
89
74,2
sedang
3
2
1
2
2
1
1
3
2
3
1
3
1
1
2
2
2
2
2
2
77
64,2
sedang
3
3
3
2
2
2
3
3
3
3
2
3
3
3
2
3
3
3
3
3
112
93,3
sangat tinggi
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
117
97,5
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
2
3
2
3
3
3
3
3
3
3
114
95
3
3
2
3
2
2
2
3
2
3
2
3
2
2
3
3
3
3
3
2
103
85,8
sangat tinggi sangat tinggi sangat tinggi
90% ≤ A < 100%
Sangat Tinggi
75% ≤ B < 90%
Tinggi
55% ≤ C < 75%
Sedang
40% ≤ D < 55%
Rendah
0% ≤ E < 40%
Rendah sekali
REKAPITULASI VALIDASI TES ESSAY No. Siswa 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 Status Catatan
1
2
3
4
5 5 5 1 5 4 5 3 5 4 5 5 5 4 5 5 5 5 5 4 5 3 4 2 4 5 5 5 2 2 5 5 4 2 5 5 5 4 4 5 VALID
5 4 4 2 2 5 4 4 4 5 5 5 3 4 5 4 5 5 5 5 5 4 3 4 3 5 5 4 4 3 4 4 4 4 5 5 5 3 4 5 VALID
5 3 5 1 2 2 3 2 5 3 3 3 5 2 5 3 5 5 5 5 5 3 3 1 2 5 3 2 2 2 3 5 1 1 5 3 4 3 4 4 VALID
3 4 5 2 2 5 3 2 4 3 3 3 4 2 5 3 5 4 5 5 3 3 5 3 3 2 1 5 2 3 2 4 2 2 2 2 2 2 2 4 VALID
Nomor Soal 5 6 3 3 4 1 2 3 2 1 5 5 3 3 5 2 5 2 5 5 4 4 4 1 5 1 2 4 4 1 2 2 2 4 1 2 3 2 2 2 3 4 VALID
5 3 5 4 4 5 3 3 5 5 4 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 3 5 5 3 3 5 3 4 3 3 5 5 5 4 5 5 VALID
7
8
9
4 5 5 4 3 5 4 4 4 4 3 5 4 4 2 3 4 3 4 5 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 2 4 4 4 4 4 UNVALID
5 4 4 4 4 5 5 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 3 5 3 5 3 5 4 5 5 3 4 5 4 5 4 3 5 3 4 5 4 5 UNVALID
3 4 4 3 3 4 5 4 5 4 4 4 5 5 5 5 4 5 5 5 5 4 5 4 4 5 5 4 3 5 4 3 4 3 4 5 4 4 4 4 VALID
:
Data berdasarkan hasil SPSS versi 12. Didapat 7 soal valid dari 9 butir soal. Dari hasil SPSS.12 didapat koefisien reliabilitas sebesar 0,780.
LEMBAR OBSERVASI Kemampuan Komunikasi Siswa pada Pembelajaran Model Reciprocal Teaching Kelompok : Pertemuan ke- : Diskusi Kelompok Reciprocal Kode Subyek (Nama / Nomor) No
Aspek yang diamati 1
1.
Menyampaikan informasiinformasi penting terkait materi yang sedang dibahas.
2.
Mendeskripsikan suatu konsep dengan benar dan baik Menggunakan bahasa yang baik dan mudah dipahami oleh teman kelompoknya.
3.
4.
Menyampaikan materi dengan menarik (disertai humor, tinggi rendah nada suara, dll)
5.
Menampilkan sikap yang meyakinkan saat berbicara (percaya diri, yakin saat menyampaikan, riang, ramah, dll)
6.
Menggunakan gerak atau isyarat tubuh saat berbicara (gerak tangan, mata, dll)
7.
Menanggapi pendapat teman kelompok
8.
Memperhatikan, mendengarkan teman kelompoknya yang sedang menyampaikan pendapat / materi diskusi.
9.
Menunjukkan sikap peduli dalam diskusi.
10.
Bertanya dalam diskusi
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
Nama : Kelompok : No.Tugas :
Lembar Kerja Siswa (LKS) Konsep Sub Konsep
: Protista : Protista mirip hewan ( Protozoa)
Setelah membaca dan mempelajari sub konsep Protozoa, kerjakanlah LKS berikut sesuai tugas masing-masing individu dalam kelompok. Lalu jelaskan hasil pekerjaan kelompok kalian didepan kelas ! I.
Rangkumlah materi Protozoa, catat hal-hal yang dianggap penting dari teks yang dibagikan !
II.
Buatlah pertanyaan dari pertanyaan tersebut !
gambar
dibawah
ini
lalu
jawablah
Gambar Pembelahan Sel Amoeba
III.
Amoeba tidak memiliki bentuk tubuh yang tetap, tetapi dapat berubah-ubah sesuai dengan gerakannya. Pada bagian luar Amoeba terdapat membran plasma yang mengelilingi tubuhnya, membran ini dapat membentuk pseudopodia sebagai alat gerak. Menurut kamu bagaimana cara amoeba bergerak, menangkap dan mencerna makanan? Jelaskan menurut pemahamanmu !
IV.
Tulislah hal-hal yang kurang jelas dan belum dipahami pada materi Protozoa ! Diskusikan dengan teman kelompokmu untuk dicari pemecahannya!
Nama : Kelompok : No.Tugas :
Lembar Kerja Siswa (LKS) Konsep Sub Konsep
: Protista : Protista mirip tumbuhan (Alga)
Setelah membaca dan mempelajari sub konsep Alga, kerjakanlah LKS berikut sesuai tugas masing-masing individu dalam kelompok. Lalu jelaskan hasil pekerjaan kelompok kalian didepan kelas ! I.
Rangkumlah materi Alga, catat hal-hal yang dianggap penting dari teks yang dibagikan !
II.
Buatlah pertanyaan dari pertanyaan tersebut !
gambar
dibawah
ini
lalu
jawablah
Gambar Reproduksi Alga Spyrogyra III.
Kebanyakan alga dapat berkembangbiak secara generatif dan vegetatif. Perkembangbiakan generatif biasanya dengan fertilisasi dan konjugasi. Perkembangan vegetatif biasanya dengan pembelahan biner, fragmentasi maupun pembentukan zoospora. Jelaskan menurut pemahamanmu, apa yang dimaksud dengan fertilisasi, konjugasi, pembelahan biner, fragmentasi dan pembentukan zoospora !
IV.
Tulislah hal-hal yang kurang jelas dan belum dipahami pada materi Alga ! Diskusikan dengan teman kelompokmu untuk dicari pemecahannya!
Nama : Kelompok : No.Tugas :
Lembar Kerja Siswa (LKS) Konsep Sub Konsep
: Protista : Protista mirip jamur
Setelah membaca dan mempelajari sub konsep Protista mirip jamur, kerjakanlah LKS berikut sesuai tugas masing-masing individu dalam kelompok. Lalu jelaskan hasil pekerjaan kelompok kalian didepan kelas ! V.
Rangkumlah materi protista mirip jamur, catat hal-hal yang dianggap penting dari teks yang dibagikan !
VI.
Buatlah pertanyaan dari pertanyaan tersebut !
gambar
dibawah
ini
lalu
jawablah
Gambar Siklus Hidup Jamur Lendir Mixomycota
VII.
Jamur lendir tidak bersekat mengubah bentuk tubuh sebagai respon atas perubahan lingkungan. Dalam keadan lingkungan yang lembab, bentuk tubuhnya berupa massa berinti banyak yang disebut plasmodium, lalu jamur ini mencari makan dengan bergerak berpindah tempat di tanah lembab, daun maupun kayu busuk untuk memakan bakteri. Fase ini berupa fase vegetatif yang mirip Amoeba. Jika lingkungan kering, jamur ini berhenti bergerak dan merubah bentuk tubuhnya, berupa tangkai yang ujungnya membentuk struktur reproduksi. Fase ini berupa fase dewasa. Jelaskan menurut pemahamanmu reproduksi jamur lendir pada fase ini !
VIII. Tulislah hal-hal yang kurang jelas dan belum dipahami pada materi protista mirip jamur ! Diskusikan dengan teman kelompokmu untuk dicari pemecahannya!
PENGUJIAN HIPOTESIS DATA PRETES (TES ESSAY) Rumusan Hipotesis Ho : µ1 = µ2 Ha : µ1 > µ2 Kriteria Pengujian 1. Jika t hitung < t tabel, maka H0 diterima 2. Jika t hitung > t tabel, maka H0 ditolak Dengan taraf signifikansi 0,05 dan derajat kebebasan (dk) = 40+40-2 = 78
(n1 − 1) S1 + (n2 − 1) S 2 (n1 + n2 − 2) 2
S2 total =
2
=
(40 − 1)214,04 + (40 − 1)145,76 (40 + 40 − 2)
=
8347,56 + 5684,64 78
= 179,9 S
= 179,9 = 13,41
t
=
X1 − X 2
1 1 s + n1 n 2
=
47,1 − 45,3 1 1 13,41 + 40 40
=
1,8 13,41x 0,05
= 0,61
Setelah t hitung diperoleh, ditentukan t tabel. Karena didalam tabel distribusi t tidak terdapat nilai untuk dk=78, maka dipergunakan nilai terdekat yaitu 80, diperoleh t tabel pada taraf signifikansi 0,05 sebesar 1,99. Kesimpulan : Karena didapat t hitung < t tabel (0,61<1,99) maka hipotesis nol (H0) diterima dan hipotesis alternatif (Ha) ditolak. Artinya kedua kelas pada dasarnya memiliki nilai yang sama.
PENGUJIAN HIPOTESIS DATA POSTES (TES ESSAY)
Rumusan Hipotesis Ho : µ1 = µ2 Ha : µ1 > µ2 Kriteria Pengujian 3. Jika t hitung < t tabel, maka H0 diterima 4. Jika t hitung > t tabel, maka H0 ditolak Dengan taraf signifikansi 0,05 dan derajat kebebasan (dk) = 40+40-2 = 78 (n1 − 1) S1 + (n2 − 1) S 2 S total = (n1 + n2 − 2) 2
2
2
=
(40 − 1)239,5 + (40 − 1)264,75 (40 + 40 − 2)
=
9340,5 + 10325,25 78
= 252,125 S
= 252,125 = 15,88
t
=
X1 − X 2
1 1 + s n1 n 2
=
67,47 − 58 1 1 15,88 + 40 40
=
9,47 15,88 x 0,05
= 2,67
Setelah t hitung diperoleh, ditentukan t tabel. Karena didalam tabel distribusi t tidak terdapat nilai untuk dk=78, maka dipergunakan nilai terdekat yaitu 80, diperoleh t tabel pada taraf signifikansi 0,05 sebesar 1,99. Kesimpulan : Karena didapat t hitung>t tabel (2,67>1,99) maka hipotesis nol (Ho) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima. Artinya terdapat pengaruh yang signifikan penerapan model reciprocal teaching terhadap hasil belajar siswa pada konsep protista.
PROTISTA Sub Konsep : Protista mirip Tumbuhan (Alga)
Bacalah wacana di bawah ini, kemudian kerjakan LKS yang telah dibagikan sesuai tugas masing-masing ! Alga dapat ditemukan di air laut, air tawar dan menempel di tempat-tempat yang lembab. Alga ada yang hidup sendiri-sendiri (soliter) ada juga yang berkoloni. Sel-sel alga dikelilingi oleh dinding sel sehingga memberikan bentuk yang tetap. Alga tidak memiliki akar, batang dan daun sejati, tubuh seperti itu disebut talus, itulah sebabnya alga tidak dapat dikelompokkan kedalam kingdom Plantae (tumbuhan). Dalam sel alga terdapat berbagai plastida, yaitu organel sel yang mengandung zat warna (pigmen). Plastida utama pada alga adalah kloroplas, kloroplas mengandung pigmen klorofil yang berperan penting dalam proses fotosintesis, karena itu alga bersifat autotrof. Pigmen lain yang terdapat pada sel alga adalah fikosianin (warna biru), xantofil (warna kuning), karoten (warna keemasan), fikosantin (warna pirang) dan fikoeritrin (warna merah). Berdasarkan zat warna (pigmen) yang dikandungnya, alga dibedakan menjadi beberapa filum, yaitu : Euglenophyta, Chrysophyta, Pyrrhophyta, Chlorophyta, Phaeophyta, dan Rhodophyta. 1. E u g l e n o p h y t a Euglenophyta adalah organisme satu sel yang memiliki ciri mirip hewan sekaligus mirip tumbuhan. Dianggap mirip tumbuhan karena memiliki klorofil dan dapat berfotosintesis. Dianggap mirip hewan karena selnya tidak berdinding, dapat bergerak bebas dan memiliki bintik mata. Hidup di air tawar, permukaan tanah dan tempat lembab. Salah satu contohnya adalah Euglena. Bentuk sel Euglena oval memanjang, pada salah satu ujungnya terdapat mulut sel yang ditumbuhi satu cambuk atau flagella untuk bergerak. Dekat mulut sel terdapat bintik mata (stigma) berwarna merah untuk membedakan gelap dan terang. Didalam sitoplasma (cairan sel) terdapat butir-butir kloroplas yang berisi klorofil, karena itu Euglena berwarna hijau. Euglena memperoleh makanan dengan fotosintesis dan memakan zat-zat organik, berkembangbiak dengan membelah diri yaitu dengan pembelahan biner. 2, C h r y s o p h y t a (Alga keemasan) Filum Alga ini dibagi menjadi tiga kelas, yaitu alga hijau-kuning (memiliki pigmen xantofil (pigmen kuning) selain klorofil, contohnya Vaucheria), alga keemasan (memiliki pigmen klorofil dan karoten (pigmen keemasan), contohnya Ochromonas), dan diatom (contohnya Navicula). 3. P y r r h o p h y t a (Alga Api) Alga api sering disebut Dinoflagellata, tubuhnya satu sel dan bergerak aktif. Ciri utamanya adalah diluar sel terdapat celah dan alur yang masing-masing mengandung satu flagella. Kebanyakan hidup dilaut, berkembangbiak dengan membelah diri. Alga api yang hidup dilaut bersifat fosforesensi, yaitu memiliki fosfor yang memendarkan cahaya, karena itu disebut alga api.
4. C h l o r o p h y t a ( Alga Hijau) Sebagian besar hidup di air tawar, sebagian kecil di laut. Chlorophyta merupakan bagian dari plankton (makanan hewan air dan ikan) di air tawar dan laut. Selnya dikelilingi oleh dinding sel sehingga bentuknya tetap. Memiliki kloroplas yang mengandung klorofil a, b, karoten dan xantofil. Didekat kloroplas terdapat pirenoid berbentuk bulat terang, pirenoid adalah rongga yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan cadangan makanan berupa amilum. Reproduksi secara vegetatif (aseksual) dan generatif (seksual). Reproduksi vegetatif dapat dengan pembelahan biner, pembentukan zoospora dan fragmentasi. Zoospora adalah spora yang dapat bergerak dengan berenang menggunakan flagella. Reproduksi generatif dengan penyatuan sel gamet jantan dan betina betina. Contoh alga hijau diantaranya adalah Chlorella, Chlorococcum, Chlamydomonas, Volvox, Hydrodictyon, Spirogyra, Oedogonium, Ulva dan Chara. a. Chlorella Bentuk sel bulat dengan kloroplas berbentuk mangkuk. Perkembangbiakan vegetatif, dilakukan dengan pembelahan sel. b. Chlamydomonas Bentuk sel bulat telur dengan 2 flagela sebagai alat gerak. Dalam sel terdapat satu vakuola, satu nukleus, dan kloroplas. Reproduksi vegetatif dengan membentuk zoospora, generatif dengan konjugasi. Secara morfologi gamet jantan dan betina tidak dapat dibedakan (isogami). c. Spirogyra Tubuhnya tersusun atas sel-sel yang membentuk untaian memanjang seperti benang. Setiap sel mengandung kloroplas berbentuk pita spiral dan sebuah inti. Reproduksi vegetatif dengan fragmentasi, generatif dengan konjugasi. d. Ulva Hidup menempel pada dasar perairan laut, berbentuk seperti lembaran daun. 5. P h a e o p h y ta ( Alga Coklat) Alga ini berwarna kecoklatan karena memiliki pigmen fikosantin selain klorofil. Sebagian besar hidup di air laut dangkal, Tubuhnya melekat pada batu-batuan dengan pelekap (semacam akar) sedangkan talusnya terapung di air laut. Memiliki gelembunggelembung udara yang mengandung cadangan udara untuk respirasi. Reproduksi vegetatif dengan fragmentasi, reproduksi generatif dengan cara membentuk alat kelamin yang disebut konseptakel jantan dan betina. Dalam konseptakel jantan terdapat anteridium yang menghasilkan spermatozoid, dalam konseptakel betina tedapat oogonium yang menghasilkan ovum. Lalu spermatozoid membuahi ovum dan menghasilkan zigot. 6. R h o d o p h y t a ( Alga Merah) Hidup dilaut, Tubuhnya bersel banyak, bentuknya seperti rumput sehingga sering disebut rumput laut. Tubuh berwarna merah karena selain mengandung klorofil juga mengandung pigmen fikoeritrin. Reproduksi seksual dengan peleburan antara spermatozoid dan ovum menghasilkan zigot. Didalam laut, Rhodophyta tampak berwarna merah, tetapi saat terdampar dipantai, cahaya akan merusak pigmen merah sehingga alga tampak berwarna biru, cokelat atau hijau tua.
PROTISTA Sub Konsep : Protista mirip Jamur
Bacalah wacana di bawah ini, kemudian kerjakan LKS yang telah dibagikan sesuai tugas masing-masing !
Protista mirip jamur dibagi kedalam dua filum, yaitu jamur lendir dan jamur air. Keduanya dimasukkan dalam kingdom protista karena struktur tubuh dan cara reproduksinya berbeda dengan kelompok fungi. Reproduksi jamur lendir mirip reproduksi fungi, tetapi pada fase vegetatifnya bergerak mirip Amoeba. Struktur membran sel jamur air mirip Alga walaupun tidak berklorofil. Karena itu jamur lendir dan jamur air dimasukkan kedalam kingdom protista dan bukan dimasukkan kedalam kingdom fungi. 1. Filum Jamur Lendir Jamur lendir dapat dijumpai di hutan basah, tanah lembab, sampah basah, batang kayu yang membusuk dan kayu lapuk. Struktur tubuh vegetatif berbentuk seperti lendir atau plasmodium, yaitu suatu massa protoplasma tanpa dinding yang berinti banyak (multinukleat). Pada fase vegetatif tersebut sifat-sifat jamur mirip dengan Amoeba, tetapi reproduksinya mirip dengan fungi. Pada fase vegetatif, plasmodium bergerak ameboid untuk mengelilingi dan menelan makanan yang berupa bahan organik. Makanan dicerna di dalam vakuola makanan, dan sisasisa yang tidak tercerna ditinggalkan sewaktu plasmodium bergerak. Selanjutnya jika telah mencapai tingkat dewasa, plasmodium membentuk sporangium (kotak spora) yang mirip dengan sporangium jamur. Bentuk sporangiumnya sangat kecil, bertangkai dan berisi banyak spora. Sporangium yang matang akan pecah dan spora disebarkan angin. Spora yang jatuh ditempat yang sesuai akan berkecambah dan membentuk sel gamet yang berflagela atau sel gamet yang mirip Amoeba. Kedua bentuk sel tersebut dengan mudah dapat berubah dari satu bentuk ke bentuk yang lain. Sel-sel gamet ini bersifat haploid. Sel-sel gamet melakukan singami. Singami adalah peleburan dua gamet yang bentuk dan ukurannya sama dan tidak dapat dibedakan jantan atau betina. Maka singami dilakukan antara sesama sel gamet yang berflagel atau sesama sel gamet yang mirip amoeba. Hasil peleburan kedua gamet yang sama tersebut membentuk zigot. Zigot kemudian tumbuh menjadi plasmodium dewasa.
Ada dua tipe jamur lendir sesuai namanya yaitu jamur lendir tidak bersekat (Myxomycota) dan jamur lendir bersekat (Acrasiomycota). Keduanya ada yang uniseluler atau multiseluler. a. Jamur Lendir Tidak Bersekat (Myxomycota) Massa berinti banyak (plasmodium) myxomycota bergerak berpindah tempat di tanah atau sepanjang dasar hutan, di daun busuk, kayu busuk untuk memakan bakteri. Plasmodium memiliki banyak inti tetapi tidak dapat dibagi menjadi beberapa sel-sel terpisah. Myxomycota yang sedang bergerak berukuran sebesar buah anggur. Jamur lendir mengubah bentuk tubuhnya sebagai respons atas perubahan lingkungan. Jika lingkungan lembab dan makanan seperti bakteri dan kapang cukup banyak, jamur ini berbentuk plasmodium (massa berinti banyak). Jika lingkungan kering atau kekurangan makanan, jamur lendir tersebut berhenti bergerak dan membentuk tangkai yang ujungnya membentuk struktur reproduksi. Struktur reproduksi ini akan melepaskan sel tunggal (ameba), dan siklus kemudian dimulai kembali. b. Jamur lendir bersekat (Acrasiomycota) Pada Acrasiomycota, sel-sel individu tetap terpisah saat mereka bergabung membentuk pseudoplasmodium atau massa multiseluler. Pada Acrasiomycota, jika makanan berkurang, ameba mensekresikan zat kimia yang merangsang ameba untuk bergabung membentuk pseudoplasmodium seperti siput tanpa cangkang. Pseudoplasmodium bergerak kearah cahaya . Jika ada makanan pseudoplasmodium ini berhenti dan membentuk tubuh buah bertangkai yang mengandung spora reproduksi. Sel tangkai akan menghilang dan spora bertahan. Jika kondisi lingkungan baik, spora membentuk ameba dan siklus berulang. 2. Filum Jamur Air (Oomycota) Oomycota merupakan protista mirip jamur yang hidup ditempat lembab atau di air. Ciri-cirinya sebagai berikut : a. Tubuh terdiri dari benang-benang hifa tidak bersekat melintang (senositik) sehingga didalamnya dijumpai inti dalam jumlah banyak. b. Dinding selnya terdiri dari selulosa. c. Melakukan reproduksi aseksual dengan membentuk zoospora, yang memiliki dua flagela untuk berenang didalam air. d. Melakukan reproduksi seksual dengan membentuk gamet (sel kelamin), setelah fertilisasi akan terbentuk zigot yang tumbuh menjadi oospora. Nama filum Oomycota diambil dari cirinya yang dapat menghasilkan oospora. Oospora adalah spora yang dibentuk oleh zigot yang berdinding tebal, dan setelah itu terjadi fase istirahat. Dinding tebal itu digunakan sebagai perlindungan. Jika kondisi memungkinkan, spora akan tumbuh menjadi hifa baru. Contoh dari Oomycota adalah Saprolegnia, Phythopthora, dan Pythium. Saprolegnia merupakan jamur yang hidup saprofit terutama pada bangkai hewan di air.
PROTISTA Sub Konsep : Protista mirip Hewan (Protozoa)
Bacalah wacana di bawah ini, kemudian kerjakan LKS yang telah dibagikan sesuai tugas masing-masing ! Protista adalah makhluk hidup kecil berukuran mikroskopis yang sering ditemukan di air kolam dan tempat-tempat lembab. Sebagian besar protista memiliki ciri yang mirip dengan hewan dan tumbuhan. Ada yang berwarna hijau dan mampu melakukan fotosintesis seperti tumbuhan, ada juga yang mampu bergerak seperti hewan. Dalam pembahasannya, protista dikelompokkan menjadi protista mirip hewan, protista mirip tumbuhan, dan protista mirip jamur karena ciri-ciri yang dimilikinya, yaitu ada protista yang dapat bergerak seperti hewan, ada yang dapat berfotosinesis seperti tumbuhan, ada pula yang bereproduksi seperti fungi (jamur). • Protista mirip Hewan Berdasarkan alat geraknya protista mirip hewan dibedakan menjadi 4 filum, yaitu
Flagellata, Rhizopoda, Ciliata, dan Sporozoa. Filum Flagellata Flagellata bergerak dengan menggunakan flagel atau bulu cambuk. Salah satu contohnya adalah Trypanosoma yang hidup parasit pada darah manusia. Filum Rhizopoda, Salah satu contohnya adalah Amoeba. bergerak dengan kaki semu (pseudopoda), tidak mempunyai bentuk yang tetap (bentuk selnya dapat berubah-ubah), membran plasma yang lentur menyelubungi tubuhnya. Membran ini dapat membentuk alat gerak Pseudopoda, yakni dengan menjulurkan membran kearah luar. Amoeba berkembangbiak dengan melakukan pembelahan langsung yang disebut pembelahan biner, yaitu pembelahan yang tidak melalui tahap-tahap pembelahan mitosis.
Jika ada makanan (seperti bakteri atau bahan organik lain), pseudopodanya dijulurkan dan amoeba bergerak kearah makanan tersebut. Sesampainya di dekat makanan, pseudopoda mengelilingi makanan itu lalu makanan tersebut masuk kedalam tubuh amoeba melalui permukaan membran plasma, caranya pseudopoda yang mengelilingi makanan bersatu hingga terbentuk rongga makanan yang disebut vakuola makanan. Vakuola makanan
beredar didalam sitoplasma. Makanan yang ada didalamnya dicerna, lalu sari-sari makanan dimasukkan kedalam sitoplasma/cairan sel, sedangkan sisa-sisa makanan berbentuk padat tetap berada didalam vakuola. Vakuola yang berisi sisa makanan tersebut kemudian menepi ke membran dan membran plasma “pecah” sehingga sisa makanan tersebut dapat dikeluarkan.
Filum Cilliata
Salah satu contohnya adalah Paramaecium. Permukaan tubuhnya memiliki banyak rambut getar (silia). Paramaecium bergerak dengan menggetarkan silianya. Pada permukaan sel yang melekuk terdapat mulut sel. Di sebelah dalam membran sel terdapat sitoplasma, inti sel, dan vakuola. Paramaecium memiliki dua inti, yaitu inti kecil (mikronukleus) dan inti besar (makronukleus), vakuola juga ada dua yaitu vakuola makanan yang berfungsi untuk mencerna dan mengedarkan makanan dan vakuola berdenyut untuk mengeluarkan sisa makanan cair. Mulut sel berfungsi untuk memasukkan makanan ke dalam sel. Jika silia di sekitar mulut sel digetarkan, maka terjadi aliran air keluar masuk mulut sel. Bersamaan dengan aliran air, terbawa makanan berupa bakteri dan sisa bahan organik yang terkumpul didalam mulut sel, kemudian dimasukkan ke dalam kerongkongan sel (sitofaring). Dari kerongkongan sel makanan masuk ke dalam vakuola makanan. Vakuola makanan dapat beredar keseluruh tubuh untuk mencerna makanan. Lalu sari makanan masuk kedalam sitoplasma/cairan sel, sedangkan sisa makanan berbentuk padat tetap berada di vakuola, vakuola itu kemudian menepi ke membran sel dan sisa makanan dikeluarkan melalui membran selnya. Filum Sporozoa Semua anggota filum ini bersifat parasit. Sporozoa tidak memiliki alat gerak. Contohnya adalah Plasmodium falciparum. Plasmodium mengalami dua fase dalam siklus hidupnya, yaitu fase sporogoni dan fase skizogoni yang masing-masing terjadi pada dua organisme yang berbeda. Fase sporogoni adalah fase pembentukan spora ditubuh nyamuk Anopheles betina, sporanya disebut sporozoit. Fase skizogoni adalah fase pembentukan gamet yang terjadi dalam tubuh manusia.
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (R.P.P) KELAS EKSPERIMEN
Sekolah
: MAN 2 Bogor
Mata Pelajaran
: IPA (Ilmu Pengetahuan Alam)
Kelas / Semester : X (Sepuluh) / 1 (Satu) Alokasi Waktu
: 6 jam pelajaran (3 x pertemuan)
A. Standar Kompetensi 2. Memahami prinsip-prinsip pengelompokan makhluk hidup.
B. Kompetensi Dasar 2.3. Menyajikan ciri-ciri umum filum dalam kingdom Protista, dan peranannya bagi kehidupan.
C. Indikator 1. Menyampaikan pemahaman pada konsep protista 2. Menjelaskan alasan pengelompokan / dasar klasifikasi protista. 3. Menjelaskan struktur tubuh, cara gerak, cara makan, ciri-ciri dan reproduksi protista melalui tulisan, gambar, atau tabel .
D. Tujuan Pembelajaran Peserta didik dapat : 1. Menjelaskan ciri-ciri protista berdasarkan kelompoknya. 2. Mengenali protista berdasarkan ciri morfologinya. 3. Menjelaskan fisiologi (fungsi alat tubuh) protista.
E. Materi Pembelajaran Pertemuan pertama : Protista mirip Hewan ( Protozoa) Pertemuan kedua
: Protista mirip Tumbuhan (Alga)
Pertemuan ketiga
: Protista mirip Jamur
F. Model / Metode Pembelajaran Model Pembelajaran •
Direct Instruction (DI)
•
Reciprocal Teaching
Metode Pembelajaran : •
Ceramah
•
Diskusi kelompok Reciprocal
•
Diskusi kelas
•
Dialog Interaktif / Tanya Jawab
G. Skenario / Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran Reciprocal Teaching Pertemuan Pertama
Alokasi waktu 10’
Kegiatan 1. Kegiatan Pendahuluan a. Motivasi Guru meyakinkan siswa untuk dapat aktif berdiskusi dalam
kelompoknya sendiri maupun dalam
diskusi kelas. b. Apersepsi Guru membahas sedikit materi mengenai protista dan mengajukan pertanyaan sederhana “apakah protista merupakan hewan?” c. Prasyarat Pengetahuan Protista adalah makhluk hidup mikroskopis.
60’
2. Kegiatan Inti a.Guru memperkenalkan model reciprocal (5’) b. Siswa dibagi menjadi 8 kelompok. Masing-masing kelompok berjumlah 5 orang. (5’) c. Guru membagi tugas masing-masing siswa dalam setiap kelompok, tugas berupa 4 tahapan reciprocal. Materi
tentang protista mirip hewan (protozoa), setiap siswa dalam kelompok memiliki
peran masing-masing : 1. Merangkum materi ( oleh 2 orang siswa) 2. Membuat pertanyaan 3. Membuat prediksi jawaban 4. Mengklarifikasikan hal yang sulit (5’) d. Siswa melaksanakan diskusi reciprocal, masing-masing siswa melaksanakan tugas masing-masing dalam kelompok dan mendiskusikannya dengan teman kelompok. (20’) e. Perwakilan kelompok maju ke depan mempresentasikan hasil kerja ( dipilih 3 kelompok saja). (15’) f. Diskusi antar kelompok (10’)
20’
3. Kegiatan Penutup a. Penjelasan singkat guru tentang hasil diskusi dan penjelasan guru tentang materi protozoa (20’) b. Guru memberitahu siswa bahwa pada pertemuan berikutnya pembelajaran masih menggunakan model reciprocal, materi protista mirip tumbuhan (alga). c. Guru memberitahu siswa di setiap kelompok agar melaksanakan 4 tahapan reciprocal secara bergantian.
Pertemuan Kedua Alokasi Waktu 10’
Kegiatan 1. Kegiatan Pendahuluan a. Motivasi Guru meyakinkan siswa untuk dapat aktif berdiskusi dalam
kelompoknya sendiri maupun dalam
diskusi kelas. b. Apersepsi Guru membahas sedikit materi mengenai protista mirip tumbuhan, dan mengajukan pertanyaan sederhana “Adakah protista yang dapat berfotosintesis?” c.
Prasyarat Pengetahuan Protista ada yang memiliki ciri seperti tumbuhan.
60’
2. Kegiatan Inti a. Siswa duduk berdasarkan kelompok (5’) b. Siswa melaksanakan diskusi reciprocal (25’) c. Perwakilan kelompok maju ke depan mempresentasikan hasil kerja (dipilih 3 kelompok). (20’) d. Diskusi antar kelompok (10’)
20’
3. Kegiatan Penutup a. Penjelasan singkat guru tentang hasil diskusi, dan penjelasan guru tentang materi alga. (20’) b. Guru memberitahu siswa bahwa pada pertemuan berikutnya pembelajaran masih menggunakan model reciprocal, materi protista mirip jamur. c. Guru memberitahu siswa di setiap kelompok agar melaksanakan 4 tahapan reciprocal secara bergantian.
Pertemuan Ketiga Alokasi waktu 10’
Kegiatan 1. Kegiatan Pendahuluan a. Motivasi Guru meyakinkan siswa untuk dapat aktif berdiskusi dalam kelompoknya sendiri maupun dalam diskusi kelas. b. Apersepsi Guru membahas sedikit materi mengenai protista mirip jamur, sebelumnya mengajukan pertanyaan ringan “ Apakah protista mirip jamur dapat bergerak?” c. Prasyarat Pengetahuan Protista ada yang memiliki ciri seperti jamur.
60’
2. Kegiatan Inti a. Siswa duduk berdasarkan kelompok (5’) b. Siswa melaksanakan diskusi reciprocal (25’) c. Perwakilan kelompok maju ke depan mempresentasikan hasil kerja (dipilih 2 kelompok). (20’) d. Diskusi antar kelompok (10’)
20’
3. Kegiatan Penutup a. Penjelasan singkat guru tentang hasil diskusi, dan penjelasan guru tentang materi protista mirip jamur. (20’) b. Guru memberitahu siswa bahwa pada pertemuan berikutnya akan diadakan ulangan harian protista.
H. Sumber Belajar a. Buku IPA Jilid 1 b. LKS Reciprocal c. Lembar Wacana Protista
I. Penilaian Hasil Belajar Ranah Kognitif
Indikator Pencapaian Menyampaikan
Teknik Uraian
Bentuk Instrumen Tes Essay
Instrumen 1. Amoeba termasuk kedalam protista mirip hewan. Amoeba tidak
pemahaman pada suatu
memiliki bentuk tubuh yang tetap, tetapi dapat berubah-ubah sesuai
konsep
dengan gerakannya. Bagaimana cara Amoeba bergerak, menangkap dan mencerna makanan? Jelaskan menurut pemahamanmu !
Indikator Pencapaian Menjelaskan
alasan
Teknik Uraian
Bentuk
Instrumen
Instrumen Tes Essay
pengelompokan / dasar
2. Mengapa kingdom protista dikelompokkan menjadi protista mirip hewan, protista mirip tumbuhan dan protista mirip jamur? Jelaskan !
klasifikasi Merefleksikan
Uraian
Tes Essay
pemahaman dari suatu
3. (Disajikan gambar) Jelaskan proses pembelahan sel Amoeba dalam bentuk paragraf!
gambar Menyebutkan informasi
Uraian
Tes Essay
4. (Disajikan tabel)
dan menjelaskan data
Berdasarkan tabel diatas, alga dapat bereproduksi secara generatif
yang didapat dari tabel.
maupun vegetatif. Jelaskan menurut pemahamanmu, bagaimana reproduksi alga secara generatif dan vegetatif !
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (R.P.P) KELAS KONTROL
Sekolah
: MAN 2 Bogor
Mata Pelajaran
: IPA (Ilmu Pengetahuan Alam)
Kelas / Semester : X (Sepuluh) / 1 (Satu) Alokasi Waktu
: 6 jam pelajaran (3 x pertemuan)
A. Standar Kompetensi 2. Memahami prinsip-prinsip pengelompokan makhluk hidup.
B. Kompetensi Dasar 2.3. Menyajikan ciri-ciri umum filum dalam kingdom Protista, dan peranannya bagi kehidupan.
C. Indikator 1. Menyampaikan pemahaman pada konsep protista 2. Menjelaskan alasan pengelompokan / dasar klasifikasi protista. 3. Menjelaskan struktur tubuh, cara gerak, cara makan, ciri-ciri dan reproduksi protista melalui tulisan, gambar, atau tabel .
D. Tujuan Pembelajaran Peserta didik dapat : 4. Menjelaskan ciri-ciri protista berdasarkan kelompoknya. 5. Mengenali protista berdasarkan ciri morfologinya. 6. Menjelaskan fisiologi (fungsi alat tubuh) protista.
E. Materi Pembelajaran Pertemuan pertama : Protista mirip Hewan ( Protozoa) Pertemuan kedua
: Protista mirip Tumbuhan (Alga)
Pertemuan ketiga
: Protista mirip Jamur
F. Model / Metode Pembelajaran Model Pembelajaran •
Direct Instruction (DI)
Metode Pembelajaran : •
Ceramah
•
Dialog Interaktif / Tanya Jawab
G. Skenario / Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran Metode Konvensional Pertemuan Pertama Alokasi Waktu 10’
Kegiatan 4. Kegiatan Pendahuluan a. Motivasi Guru menggali ingatan siswa tentang makhluk hidup mikroskopis. b. Apersepsi Guru membahas sedikit materi mengenai protista dan mengajukan pertanyaan sederhana “apakah protista merupakan hewan?” c. Prasyarat Pengetahuan Protista adalah makhluk hidup mikroskopis.
70’
5. Kegiatan Inti a. Guru menjelaskan tentang materi protista mirip hewan. b. Siswa duduk mendengarkan dan mencatat. c. Guru memberi kesempatan pada siswa untuk mengajukan pertanyaan bila ada yg kurang dimengerti d. Siswa bertanya bila ada hal yg kurang dimengerti.
e. Guru bertanya pada siswa. f. Siswa menjawab pertanyaan guru. 10’
6. Kegiatan Penutup a. Guru memberikan kesimpulan.
Pertemuan Kedua
Kegiatan
Alokasi Waktu 10’
2. Kegiatan Pendahuluan a. Motivasi Guru memberitahu siswa tentang adanya kelompok protista mirip tumbuhan b. Apersepsi Guru membahas sedikit materi mengenai protista mirip tumbuhan, dan mengajukan pertanyaan sederhana “Adakah protista yang dapat berfotosintesis?” c. Prasyarat Pengetahuan Protista ada yang memiliki ciri seperti tumbuhan.
70’
2. Kegiatan Inti a. Guru menjelaskan tentang materi protista mirip tumbuhan b. Siswa duduk mendengarkan dan mencatat. c. Guru memberi kesempatan pada siswa untuk mengajukan pertanyaan bila ada yg kurang dimengerti d. Siswa bertanya bila ada hal yg kurang dimengerti. e. Guru bertanya pada siswa. f. Siswa menjawab pertanyaan guru.
10’
3. Kegiatan Penutup a. Guru memberikan kesimpulan.
Pertemuan Ketiga Alokasi
Kegiatan
Waktu 10’
1. Kegiatan Pendahuluan a. Motivasi Guru memberitahu siswa tentang adanya kelompok protista mirip jamur. b. Apersepsi Guru membahas sedikit materi mengenai protista mirip jamur, sebelumnya mengajukan pertanyaan ringan “ Apakah protista mirip jamur dapat bergerak?” c. Prasyarat Pengetahuan Protista ada yang memiliki ciri seperti jamur.
70’
2. Kegiatan Inti a. Guru menjelaskan tentang materi protista mirip jamur. b. Siswa duduk mendengarkan dan mencatat. c. Guru memberi kesempatan pada siswa untuk mengajukan pertanyaan bila ada yg kurang dimengerti d. Siswa bertanya bila ada hal yg kurang dimengerti. e. Guru bertanya pada siswa.
f. Siswa menjawab pertanyaan guru. 10’
3. Kegiatan Penutup a. Guru memberikan kesimpulan. b. Guru memberikan tugas rumah pada siswa.
H. Sumber Belajar a. Buku IPA Jilid 1 b. Buku-buku yang relevan
I. Penilaian Hasil Belajar Ranah Kognitif Indikator Pencapaian Menyampaikan
Teknik Uraian
Bentuk
Instrumen
Instrumen Tes Essay
1. Amoeba termasuk kedalam protista mirip hewan. Amoeba tidak
pemahaman pada
memiliki bentuk tubuh yang tetap, tetapi dapat berubah-ubah
suatu konsep
sesuai dengan gerakannya. Bagaimana cara Amoeba bergerak, menangkap
dan
pemahamanmu !
mencerna
makanan?
Jelaskan
menurut
Indikator Pencapaian Menjelaskan
alasan
Teknik Uraian
Bentuk
Instrumen
Instrumen Tes Essay
5. Mengapa kingdom protista dikelompokkan menjadi protista
pengelompokan
mirip hewan, protista mirip tumbuhan dan protista mirip jamur?
/dasar klasifikasi
Jelaskan !
Merefleksikan
Uraian
Tes Essay
pemahaman dari
6. (Disajikan gambar) Jelaskan proses pembelahan sel Amoeba dalam bentuk paragraf!
suatu gambar Menyebutkan
Uraian
Tes Essay
7. (Disajikan tabel)
informasi dan
Berdasarkan tabel diatas, alga dapat bereproduksi secara generatif
menjelaskan data
maupun vegetatif. Jelaskan menurut pemahamanmu, bagaimana
yang didapat dari
reproduksi alga secara generatif dan vegetatif !
tabel.
Skor Penilaian Butir Soal Tes Essay No. Butir Soal 3,5
Skor 5
Keterangan Skor Benar, jelas, cara penyampaian berurutan.
4
Benar tetapi cara penyampaian tidak berurutan/kurang jelas.
3
Hanya sebagian yang benar dari yang ditanyakan, cara penyampaian berurutan.
2
Hanya sebagian yang benar tetapi cara penyampaian tidak berurutan/kurang jelas.
4,1,2
6
1
Salah
5
Benar, disertai penjelasan yang lengkap / alasan tepat
4
Benar tetapi penjelasan kurang lengkap / alasan kurang tepat.
3
Hanya sebagian yang benar, cara penyampaian jelas.
2
Hanya sebagian yang benar, cara penyampaian kurang jelas.
1
Salah
5
Menjelaskan arti/maksud dari gambar secara terperinci, lengkap, konsep benar.
4
Menjelaskan arti/maksud dari gambar terperinci, lengkap, tetapi konsep kurang benar.
3
Menjelaskan arti/maksud dari gambar kurang terperinci dan lengkap, konsep benar.
2
Menjelaskan tidak lengkap, konsep kurang benar
1
Tidak dapat menjelaskan arti dari gambar, konsep salah.
7a
1
Memberi judul yang tepat
7b
2
Konsep benar, jelas dan tepat
1
Ada beberapa konsep yang salah, kurang jelas dan tepat
2
Menyebutkan informasi secara jelas, konsep benar.
1
Menyebutkan informasi kurang jelas.
7c
I. Jawablah pertanyaan berikut ini sesuai dengan pemahamanmu, dan
gunakan kata-katamu sendiri dalam menjelaskannya ! 1. Mikro organisme atau makhluk hidup kecil disebut Protista. Sebagian besar Protista memiliki ciri-ciri yang mirip dengan hewan dan tumbuhan. Ada yang berwarna hijau dan mampu berfotosintesis seperti tumbuhan, adapula yang mampu bergerak seperti hewan. Namun dalam sistem klasifikasi 5 kingdom, Protista tidak dikelompokkan kedalam kingdom Animalia maupun Plantae, melainkan berdiri sendiri dalam kingdom Protista. Mengapa demikian? Jelaskan menurut pemahamanmu! 2. Mengapa kingdom protista dikelompokan menjadi protista mirip hewan,
protista mirip tumbuhan dan protista mirip jamur? Jelaskan! 3. Amoeba termasuk kedalam protista mirip hewan. Amoeba tidak memiliki bentuk tubuh yang tetap, tetapi dapat berubah-ubah sesuai dengan gerakannya. Bagaimana cara Amoeba bergerak, menangkap dan mencerna makanannya? Jelaskan menurut pemahamanmu ! 4. Mengapa jamur lendir dan jamur air dikelompokkan dalam kingdom
protista dan bukan dalam kingdom fungi ? 5. Jelaskan bagaimana cara Paramaecium makan dan mengeluarkan sisa makanannya ! 6. Berikut adalah gambar pembelahan sel Amoeba
Jelaskan proses pembelahan sel tersebut dalam bentuk Paragraph!
7. Berikut adalah gambar siklus hidup/reproduksi jamur lendir :
Jelaskan proses siklus tersebut dalam bentuk paragraph!
8. Berikut adalah daftar filum anggota Protista :
Mastigophora (Protista berbulu cambuk)
Sarcodina (Protista berkaki semu)
Ciliophora atau Ciliata (Protista bersilia)
Sporozoa (Protista berspora)
Euglenophyta (Euglena)
Chrysophyta (Alga keemasan)
Pyrrophyta (Alga api)
Chlorophyta (Alga hijau)
Phaeophyta (Alga coklat)
Rhodophyta (Alga merah)
Jamur lendir
Oomycota (Jamur air)
Golongkan filum tersebut ke dalam 3 kelompok protista (protista mirip hewan, protista mirip tumbuhan dan protista mirip jamur) dalam bentuk bagan ! 9. Perhatikan tabel berikut ini : Filum
Euglenophyta
Warna
Hijau (klorofil Keemasan
Dominan
a dan b,
(pigmen) untuk
Chrysophyta Pyrrhophyta
Chlorophyta
Phaeophyta
Rhodophyta
Hijau
Cokelat
Merah
(klorofil a
(klorofil a
(klorofil a
kehitaman
karoten,
dan c,
dan b,
dan c,
(klorofil a,
xantofil)
karoten,
karoten)
karoten,
karoten,
xantrofil)
fikobilin, dan
Cokelat
xantofil)
fotosinte
beberapa
sis
mengandung klorofil d) Jumlah
1-3, di ujung
dan letak
1 atau 2, di
1 di tengah, 1
2 atau lebih,
2 di tengah
ujung
di ujung
terletak di
hanya pada
ujung
sperma
Selulosa
Selulosa dan
Selulosa dan
flagel Komponen
Tanpa dinding
Senyawa
dinding
sel
pektin
beberapa
beberapa
dengan
polisakarida
polisakarida
Di air laut
Sebagian
sel
Selulosa
Tidak ada
silika Habitat
Sebagian
Sebagian
Di laut dan di
Sebagian
besar di air
besar di air
air tawar
besar di air
tawar
tawar
tawar dan sedikit di laut
besar di laut
Reproduk
Pembelahan
Generatif
Pembelahan
Generatif
Generatif
si
biner
dan
biner
dan
dan
vegetatif
vegetatif
vegetatif
(pembentuk
(pembelahan
(fragmenta-
an zoospora)
biner,
si)
Generatif
fragmentasi, pembentukan zoospora) Manfaat
Bahan
Bahan
Menghasilka
Makanan
penggosok,
makanan
n asam
suplemen
isolasi,
suplemen,
alginat
kesehatan,
bahan dasar
obat-obatan
sebagai
bahan
industri
dan kosmetik
pengental
pembuat
kaca, dan
dalam
agar-agar
penyaring
produk makanan (sirup, es krim, dll)
Berdasarkan tabel diatas, jawablah pertanyaan berikut : a. Beri judul yang sesuai untuk tabel diatas ! b. Berdasarkan tabel diatas, alga dapat bereproduksi secara generatif maupun vegetatif. Jelaskan menurut pemahamanmu, bagaimana reproduksi alga secara generatif dan vegetatif ! c. Informasi apa saja yang kalian dapatkan dari tabel di atas? Jabarkan dengan kata-katamu sendiri!
I. Jawablah pertanyaan berikut ini sesuai dengan pemahamanmu, dan
gunakan kata-katamu sendiri dalam menjelaskannya ! 1. Mikro organisme atau makhluk hidup kecil disebut Protista. Sebagian besar Protista memiliki ciri-ciri yang mirip dengan hewan dan tumbuhan. Ada yang berwarna hijau dan mampu berfotosintesis seperti tumbuhan, adapula yang mampu bergerak seperti hewan. Namun dalam sistem klasifikasi 5 kingdom, Protista tidak dikelompokkan kedalam kingdom Animalia maupun Plantae, melainkan berdiri sendiri dalam kingdom Protista. Mengapa demikian? Jelaskan menurut pemahamanmu! 2. Mengapa kingdom protista dikelompokan menjadi protista mirip hewan,
protista mirip tumbuhan dan protista mirip jamur? Jelaskan! 3. Amoeba termasuk kedalam protista mirip hewan. Amoeba tidak memiliki bentuk tubuh yang tetap, tetapi dapat berubah-ubah sesuai dengan gerakannya. Bagaimana cara Amoeba bergerak, menangkap dan mencerna makanannya? Jelaskan menurut pemahamanmu ! 4. Mengapa jamur lendir dan jamur air dikelompokkan dalam kingdom
protista dan bukan dalam kingdom fungi ? 5. Jelaskan bagaimana cara Paramaecium makan dan mengeluarkan sisa makanannya ! 6. Berikut adalah gambar pembelahan sel Amoeba
Jelaskan proses pembelahan sel tersebut dalam bentuk Paragraph!
7. Perhatikan tabel berikut ini : Filum
Euglenophyta
Chlorophyta
Phaeophyta
Rhodophyta
Warna
Hijau (klorofil Keemasan
Hijau
Cokelat
Merah
Dominan
a dan b,
(klorofil a
(klorofil a
(klorofil a
kehitaman
(pigmen)
karoten,
dan c,
dan b,
dan c,
(klorofil a,
untuk
xantofil)
karoten,
karoten)
karoten,
karoten,
xantrofil)
fikobilin, dan
fotosinte
Chrysophyta Pyrrhophyta Cokelat
xantofil)
beberapa
sis
mengandung klorofil d) Jumlah
1-3, di ujung
dan letak
1 atau 2, di
1 di tengah, 1
2 atau lebih,
2 di tengah
ujung
di ujung
terletak di
hanya pada
ujung
sperma
Selulosa
Selulosa dan
Selulosa dan
flagel Komponen
Tanpa dinding
Senyawa
dinding
sel
pektin
beberapa
beberapa
dengan
polisakarida
polisakarida
Di air laut
Sebagian
sel
Selulosa
Tidak ada
silika Habitat
Sebagian
Sebagian
Di laut dan di
Sebagian
besar di air
besar di air
air tawar
besar di air
tawar
tawar
besar di laut
tawar dan sedikit di laut
Reproduk
Pembelahan
Generatif
Pembelahan
Generatif
Generatif
si
biner
dan
biner
dan
dan
Generatif
vegetatif
vegetatif
vegetatif
(pembentuk
(pembelahan
(fragmenta-
an zoospora)
biner,
si)
fragmentasi, pembentukan zoospora) Manfaat
Bahan
Bahan
Menghasilka
Makanan
penggosok,
makanan
n asam
suplemen
isolasi,
suplemen,
alginat
kesehatan,
bahan dasar
obat-obatan
sebagai
bahan
industri
dan kosmetik
pengental
pembuat
kaca, dan
dalam
agar-agar
penyaring
produk makanan (sirup, es krim, dll)
Berdasarkan tabel diatas, jawablah pertanyaan berikut : a. Beri judul yang sesuai untuk tabel diatas ! b. Berdasarkan tabel diatas, alga dapat bereproduksi secara generatif maupun vegetatif. Jelaskan menurut pemahamanmu, bagaimana reproduksi alga secara generatif dan vegetatif ! c. Informasi apa saja yang kalian dapatkan dari tabel di atas? Jabarkan dengan kata-katamu sendiri!
Uji N-Gain Kelas Eksperimen No Pretes Postes 1 26 43 2 26 34 3 74 94 4 40 63 5 34 54 6 63 86 7 43 51 8 66 97 9 37 63 10 23 34 11 34 63 12 23 57 13 34 43 14 43 77 15 37 74 16 54 91 17 23 66 18 57 83 19 54 66 20 54 74 21 69 83 22 57 86 23 60 74 24 51 54 25 46 60 26 46 63 27 60 74 28 60 74 29 37 54 30 40 66 31 63 77 32 69 83 33 34 46 34 34 66 35 23 40 36 46 66 37 57 74 38 69 77 39 54 74 40 77 91 ∑
N-Gain 0.23 0.11 0.77 0.38 0.30 0.62 0.14 0.91 0.41 0.14 0.44 0.44 0.14 0.59 0.58 0.80 0.56 0.61 0.26 0.43 0.45 0.68 0.35 0.06 0.26 0.31 0.35 0.35 0.27 0.43 0.38 0.45 0.18 0.48 0.22 0.37 0.41 0.26 0.43 0.61 16.16
Kelas Kontrol No Pretes Postes 1 43 60 2 48 69 3 57 69 4 48 46 5 37 54 6 43 43 7 57 89 8 54 83 9 28 26 10 43 83 11 46 71 12 74 89 13 46 71 14 37 80 15 60 43 16 43 66 17 34 63 18 37 51 19 60 60 20 51 46 21 46 40 22 34 31 23 23 49 24 51 80 25 40 57 26 37 23 27 46 57 28 48 60 29 26 34 30 43 60 31 23 57 32 43 60 33 51 49 34 51 80 35 43 77 36 68 57 37 74 49 38 57 60 39 23 34 40 54 51 ∑
N-Gain 0.29 0.40 0.28 -0.04 0.27 0 0.74 0.63 -0.02 0.70 0.46 0.57 0.46 0.68 -0.42 0.40 0.44 0.22 0 -0.10 -0.11 -0.04 0.33 0.59 0.28 -0.22 0.20 0.23 0.11 0.29 0.44 0.29 -0.04 0.59 0.60 -0.34 -0.96 0.07 0.14 -0.06 8.35
a. Kelas Eksperimen No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 ∑
X 0.06 0.11 0.14 0.18 0.22 0.23 0.26 0.27 0.3 0.31 0.35 0.37 0.38 0.41 0.43 0.44 0.45 0.48 0.56 0.58 0.59 0.61 0.62 0.68 0.77 0.80 0.91
F 1 1 3 1 1 1 3 1 1 1 3 1 2 2 3 2 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 40
Distribusi Frekuensi Skor N-Gain b. Kelas Kontrol F.X 0.06 0.11 0.42 0.18 0.22 0.23 0.78 0.27 0.3 0.31 1.05 0.37 0.76 0.82 1.29 0.88 0.9 0.48 0.56 0.58 0.59 1.22 0.62 0.68 0.77 0.8 0.91 16.16
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 ∑
X
F
F.X
-0.02 -0.04 -0.06 -0.1 -0.11 -0.22 -0.34 -0.42 -0.96 0 0.07 0.11 0.14 0.2 0.22 0.23 0.27 0.28 0.29 0.33 0.4 0.44 0.46 0.57 0.59 0.6 0.63 0.68 0.7 0.74
1 3 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 2 3 1 2 2 2 1 2 1 1 1 1 1 40
-0.02 -0.12 -0.06 -0.1 -0.11 -0.22 -0.34 -0.42 -0.96 0 0.07 0.11 0.14 0.2 0.22 0.23 0.27 0.56 0.87 0.33 0.8 0.88 0.92 0.57 1.18 0.6 0.63 0.68 0.7 0.74 8.35
Di mana : X = N-Gain F = Frekuensi (jumlah siswa) Dengan kategori perolehan N-Gain : () > 0,70 : Tinggi 0,70 () 0,30 : Sedang () < 0,30 : Rendah a. Kelas Eksperimen Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa : 1) Mean N-Gain sebesar 0,4 yang tergolong kategori sedang.
∑ FX ∑F
16,16 = 0,404 40 2) Siswa yang termasuk kategori tinggi terdapat 3 orang. Mean / Rata-rata =
=
3 x 100 % = 7,5 % 40 3) Siswa yang termasuk kategori sedang terdapat 25 orang. 25 x 100 % = 62,5% 40 4) Siswa yang termasuk kategori rendah terdapat 12 orang. 12 x 100 % = 30% 40 b. Kelas Kontrol
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa : 1) Mean N-Gain sebesar 0,2 yang tergolong kategori rendah.
∑ FX ∑F
8,35 = 0,208 40 2) Siswa yang termasuk kategori tinggi terdapat 1 orang. 1 x 100 %= 2,5 % 40 3) Siswa yang termasuk kategori sedang terdapat 14 orang. 14 x 100 % = 35 % 40 4) Siswa yang termasuk kategori rendah terdapat 25 orang. 25 x 100 % = 62,5 40 Mean/ Rata-rata =
=
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 ∑
Varians Eksperimen Xi Xi-X 0.23 -0.174 0.11 -0.294 0.77 0.366 0.38 -0.024 0.30 -0.104 0.62 0.216 0.14 -0.264 0.91 0.506 0.41 0.006 0.14 -0.264 0.44 0.036 0.44 0.036 0.14 -0.264 0.59 0.186 0.58 0.176 0.80 0.396 0.56 0.156 0.61 0.206 0.26 -0.144 0.43 0.026 0.45 0.046 0.68 0.276 0.35 -0.054 0.06 -0.344 0.26 -0.144 0.31 -0.094 0.35 -0.054 0.35 -0.054 0.27 -0.134 0.43 0.026 0.38 -0.024 0.45 0.046 0.18 -0.224 0.48 0.076 0.22 -0.184 0.37 -0.034 0.41 0.006 0.26 -0.144 0.43 0.026 0.61 0.206
(Xi-X)2 0.030276 0.086436 0.133956 0.000576 0.010816 0.046656 0.069696 0.256036 0.000036 0.069696 0.001296 0.001296 0.069696 0.034596 0.030976 0.156816 0.024336 0.042436 0.020736 0.000676 0.002116 0.076176 0.002916 0.118336 0.020736 0.008836 0.002916 0.002916 0.017956 0.000676 0.000576 0.002116 0.050176 0.005776 0.033856 0.001156 0.000036 0.020736 0.000676 0.042436 1.49816
Varians Kontrol No Xi 1 0.29 2 0.40 3 0.28 4 -0.04 5 0.27 6 0 7 0.74 8 0.63 9 -0.02 10 0.70 11 0.46 12 0.57 13 0.46 14 0.68 15 -0.42 16 0.40 17 0.44 18 0.22 19 0 20 -0.10 21 -0.11 22 -0.04 23 0.33 24 0.59 25 0.28 26 -0.22 27 0.20 28 0.23 29 0.11 30 0.29 31 0.44 32 0.29 33 -0.04 34 0.59 35 0.60 36 -0.34 37 -0.96 38 0.07 39 0.14 40 -0.06 ∑
Xi-X 0.082 0.192 0.072 -0.248 0.062 -0.208 0.532 0.422 -0.228 0.492 0.252 0.362 0.252 0.472 -0.628 0.192 0.232 0.012 -0.208 -0.308 -0.318 -0.248 0.122 0.382 0.072 -0.428 -0.008 0.022 -0.098 0.082 0.232 0.082 -0.248 0.382 0.392 -0.548 -1.168 -0.138 -0.068 -0.268
(Xi-X)2 0.006724 0.036864 0.005184 0.061504 0.003844 0.043264 0.283024 0.178084 0.051984 0.242064 0.063504 0.131044 0.063504 0.222784 0.394384 0.036864 0.053824 0.000144 0.043264 0.094864 0.101124 0.061504 0.014884 0.145924 0.005184 0.183184 0.000064 0.000484 0.009604 0.006724 0.053824 0.006724 0.061504 0.145924 0.153664 0.300304 1.364224 0.019044 0.004624 0.071824 4.72706
Varians Kelas Eksperimen S22 =
=
∑ ( Xi − X )
Varians Kelas Kontrol
2
S1 2 =
n1 − 1
1,49816 39
=
= 0,0384
∑ ( Xi − X )
2
n1 − 1
4,72706 39
= 0,1212
Uji Statistik
Pengujian dengan taraf signifikansi 0,05 dan derajat kebebasan (dk) = 40 + 40 – 2 = 78 2
(n1 − 1) S1 + (n2 − 1) S 2 (n1 + n2 − 2)
S2 total =
2
=
(40 − 1)0,0384 + (40 − 1)0,1212 (40 + 40 − 2)
=
1,4976 + 4,7268 78
= 0,0798 S
= 0,0798 = 0,2825
t
=
X1 − X 2
1 1 s + n1 n 2
=
0,404 − 0,208 1 1 0,2825 + 40 40
=
0,196 0,2825 x 0,05
= 3,16
Setelah t hitung diperoleh, ditentukan t tabel. Karena didalam tabel distribusi t tidak terdapat nilai untuk dk=78, maka dipergunakan nilai terdekat yaitu 80, diperoleh t tabel pada taraf signifikansi 0,05 sebesar 1,99. Kesimpulan : Karena didapat t hitung > t tabel (3,16>1,99) maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan peningkatan hasil belajar yang signifikan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Perhitungan Uji Normalitas Uji normalitas menggunakan uji Liliefors dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1) Urutkan data sampel dari yang terkecil hingga terbesar 2) Tentukan nilai Zi dari tiap-tiap data dengan rumus: Zi = Xi – X S Keterangan : Zi = skor baku Xi = skor data X = mean S = simpangan baku / standar deviasi (SD) 3) Tentukan Zt dengan mengkonsultasikan ke tabel Z. 4) Tentukan besar peluang untuk masing-masing nilai Zi berdasarkan tabel Zi sebutkan dengan F ( Zi) dengan aturan jika Zi > 0, maka F ( Zi) = 0,5 + nilai tabel, jika Zi < 0, maka F ( Zi) = 0,5 – nilai tabel. 5) Selanjutnya hitung proporsi Z1, Z2, Z3…Zn yang lebih kecil atau sama dengan Zi. Jika proporsi ini dinyatakan oleh S ( Zi) maka: S ( Zi) = banyaknya Z1, Z2, Z3, … Zn ≤ Zi N 6) Hitung selisih nilai F ( Zi ) – S ( Zi ), kemudian tentukan harga mutlaknya. 7) Ambil nilai terbesar di antara harga-harga mutlak selisih tersebut, nilai ini di namakan Lo. 8) Memberi interpretasi Lo dengan membandingkan Lt. Lt adalah harga yang di ambil dari tabel harga kritis uji Liliefors. 9) Mengambil kesimpulan berdasarkan harga Lo dan Lt yang telah di dapat. Apabila Lo < Lt maka sampel berasal dari distribusi normal.
UJI NORMALITAS Pretes ( Kelas Eksperimen) Xi 23 26 34 37 40 43 46 51 54 56 60 63 66 69 74 77
F 4 2 5 3 2 2 3 1 4 3 3 2 1 3 1 1 40
Zn 4 6 11 14 16 18 21 22 26 29 32 34 35 38 39 40
Zi -1.65 -1.44 -0.89 -0.69 -0.48 -0.28 -0.07 0.26 0.47 0.61 0.88 1.09 1.29 1.49 1.84 2.04
Z tabel 0.4505 0.4351 0.3133 0.2549 0.1844 0.1103 0.0279 0.1026 0.1808 0.2291 0.3106 0.3621 0.4015 0.4319 0.4671 0.4793
F (Z) 0.0495 0.0649 0.1867 0.2451 0.3156 0.3897 0.4721 0.6026 0.6808 0.7291 0.8106 0.8621 0.9015 0.9319 0.9671 0.9793
S (Z) 0.1 0.15 0.275 0.35 0.4 0.45 0.525 0.55 0.65 0.725 0.8 0.85 0.875 0.95 0.975 1.00
F (Z) - S (Z) 0.0505 0.0851 0.0883 0.1049 0.0844 0.0603 0.0529 0.0526 0.0308 0.0041 0.0106 0.0121 0.0265 0.0181 0.0079 0.0207 Lo = 0,1049
L tabel dengan taraf signifikansi 0,05, karena N > 30, maka L tabel : 0,886 40
=
0,886 = 0,1401 6,324
Karena Lo < L tabel ( 0,1049 < 0,1401) maka sampel berdistribusi normal.
Pretes (Kelas Kontrol) Xi 23 26 28 34 37 43 46 48 51 54 56
F 3 1 1 2 4 7 5 3 4 2 2
Zn 3 4 5 7 11 18 23 26 30 32 34
Zi -1,84 -1,60 -1,43 -0,94 -0,69 -0,19 0,06 0,22 0,47 0,72 0,89
Z tabel 0,4671 0,4452 0,4236 0,3264 0,2549 0,0754 0,0239 0,0871 0,1808 0,2642 0,3133
F (Z) 0,0329 0,0548 0,0764 0,1736 0,2451 0,4246 0,5239 0,5871 0,6808 0,7642 0,8133
S (Z) 0,075 0,1 0,125 0,175 0,275 0,45 0,575 0,65 0,75 0,8 0,85
F (Z) - S (Z) 0,0421 0,0452 0,0486 0,0014 0,0299 0,0254 0,0511 0.0629 0,0692 0,0358 0,0367
60 63 74
3 1 2 40
37 38 40
1,22 1,46 2,38
0,3888 0,4279 0,4913
0,8888 0,9279 0,9913
0,925 0,95 1,00
0,0362 0,0221 0,0087 Lo = 0,0692
L tabel dengan taraf signifikansi 0,05, karena N > 30, maka L tabel : 0,886 40
=
0,886 = 0,1401 6,324
Karena Lo < L tabel ( 0,0692 < 0,1401) maka sampel berdistribusi normal.
Postes (Kelas Eksperimen) Xi 34 40 43 46 51 54 57 60 63 66 74 77 83 86 91 94 97
F 2 1 2 1 1 3 1 1 4 5 7 3 3 2 2 1 1 40
Zn 2 3 5 6 7 10 11 12 16 21 28 31 34 36 38 39 40
Zi -2,16 -1,77 -1,58 -1,39 -1,06 -0,87 -0,68 -0,48 -0,29 -0,09 0,42 0,62 1,00 1,20 1,52 1,71 1,91
Z tabel 0,4846 0,4616 0,4429 0,4177 0,3554 0,3078 0,2518 0,1844 0,1141 0,0359 0,1628 0,2324 0,3413 0,3849 0,4357 0,4564 0,4719
F (Z) 0,0154 0,0384 0,0571 0,0823 0,1446 0,1922 0,2482 0,3156 0,3859 0,4641 0,6628 0,7324 0,8413 0,8849 0,9357 0,9564 0,9719
S (Z) 0,05 0,075 0,125 0,15 0,175 0,25 0,275 0,3 0,4 0,525 0,7 0,775 0,85 0,9 0,95 0,975 1,00
F (Z) - S (Z) 0,0346 0,0366 0,0679 0,0677 0,0304 0,0578 0,0268 0,0156 0.0141 0,0609 0,0372 0,0426 0,0087 0,0151 0,0143 0,0186 0,0281 Lo = 0,0679
L tabel dengan taraf signifikansi 0,05, karena N > 30, maka L tabel : 0,886 40
=
0,886 = 0,1401 6,324
Karena Lo < L tabel ( 0,0679 < 0,1401) maka sampel berdistribusi normal.
Postes (Kelas Kontrol) Xi 23 26 31 34 40 43 46 49 51 54 57 60 63 66 69 71 74 80 83 89
F 1 1 1 2 1 2 2 3 2 1 4 6 1 1 2 2 1 3 2 2 40
Zn 1 2 3 5 6 8 10 13 15 16 20 26 27 28 30 32 33 36 38 40
Zi -2,15 -1,97 -1,66 -1,47 -1,11 -0,92 -0,74 -0,55 -0,43 -0,24 -0,06 0,12 0,31 0,49 0,68 0,80 0,98 1,35 1,54 1,90
Z tabel 0,4842 0,4756 0,4515 0,4292 0,3665 0,3212 0,2704 0,2988 0,1664 0,0948 0,0239 0,0478 0,1217 0,1879 0,2518 0,2881 0,3365 0,4155 0,4382 0,4713
F (Z) 0,0158 0,0244 0,0485 0,0708 0,1335 0,1788 0,2296 0,2012 0,3336 0,4052 0,4761 0,5478 0,6217 0,6879 0,7518 0,7881 0,8365 0,9155 0,9382 0,9713
S (Z) 0,025 0,05 0,075 0,125 0,15 0,2 0,25 0,325 0,375 0,4 0,5 0,65 0,7 0,675 0,75 0,8 0,825 0,9 0,95 1,00
F (Z) - S (Z) 0,0092 0,0256 0,0265 0,0542 0,0165 0,0212 0,0204 0,1238 0.0414 0,0052 0,0239 0,1022 0,0783 0,0129 0,0018 0,0119 0,0115 0,0155 0,0118 0,0287 Lo = 0,1238
L tabel dengan taraf signifikansi 0,05, karena N > 30, maka L tabel : 0,886 40
=
0,886 = 0,1401 6,324
Karena Lo < L tabel ( 0,1238 < 0,1401) maka sampel berdistribusi normal.
UJI HOMOGENITAS 1. Uji Homogenitas Pretes Dua Kelas Perhitungan homogenitas yang dilakukan adalah uji homogenitas dua varians atau uji Fisher. Rumus yang digunakan adalah : F=
S1 S2
2 2
Dimana S12 adalah varians terbesar dan S22 adalah varians terkecil. Langkah-langkah uji homogenitas adalah sebagai berikut : 1. Hipotesis Ho : varians populasi homogen. Ha : varians populasi tidak homogen. 2. Kriteria Pengujian Jika F-hitung < F-tabel, maka Ho diterima, berarti kedua populasi homogen Jika F-hitung > F-tabel, maka Ha diterima, berarti kedua populasi tidak homogen. 3. Derajat Kebebasan Pembilang = db1 = n-1 = 40-1 = 39 Penyebut = db1 = n-1 = 40-1 = 39 4. F-hitung Berdasarkan perhitungan data pretes kedua kelompok diperoleh S12 = 214,04 dan F-hitung =
S22 = 145,76 214,04 = 1,47 145,76
5. F-tabel Untuk db pembilang dan penyebut (39 dan 39) pada taraf signifikansi α 0,05 tidak terdapat pada tabel distribusi F maka db pembilang dan penyebut dibulatkan menjadi 40. Merujuk pada tabel distribusi F dengan db pembilang dan penyebut sebesar 40, didapat F tabel sebesar 1,69 sehingga didapat F-hitung < F-tabel (1,47 < 1,69), ini berarti Ho diterima yang berarti bahwa kedua kelas memiliki varians populasi homogen.
2. Uji Homogenitas Postes Dua Kelas Perhitungan homogenitas yang dilakukan adalah uji homogenitas dua varians atau uji Fisher. Rumus yang digunakan adalah : F=
S1 S2
2 2
Dimana S12 adalah varians terbesar dan S22 adalah varians terkecil. Langkah-langkah uji homogenitas adalah sebagai berikut : 1. Hipotesis Ho : varians populasi homogen. Ha : varians populasi tidak homogen. 2. Kriteria Pengujian Jika F-hitung < F-tabel, maka Ho diterima, berarti kedua populasi homogen Jika F-hitung > F-tabel, maka Ha diterima, berarti kedua populasi tidak homogen. 3. Derajat Kebebasan Pembilang = db1 = n-1 = 40-1 = 39 Penyebut = db1 = n-1 = 40-1 = 39 4. F-hitung Berdasarkan perhitungan data postes kedua kelompok diperoleh S12 = 264,75 dan
S22 = 239,5
F-hitung =
264,75 = 1,11 239,5
5. F-tabel Untuk db pembilang dan penyebut (39 dan 39) pada taraf signifikansi α 0,05 tidak terdapat pada tabel distribusi F maka db pembilang dan penyebut dibulatkan menjadi 40. Merujuk pada tabel distribusi F dengan db pembilang dan penyebut sebesar 40, didapat F tabel sebesar 1,69 sehingga didapat F-hitung < F-tabel (1,11 < 1,69), ini berarti Ho diterima yang berarti bahwa kedua kelas memiliki varians populasi homogen.