PENGARUH MEDIA AUDIO VISUAL (KARTUN) TERHADAP KETERAMPILAN BERCERITA PADA SISWA KELAS III MI TARBIYAH AL-ISLAMIYAH KEMBANGAN, JAKARTA BARAT, TAHUN AJARAN 2014/2015 M
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh: Sri Rahmawati 1110018300050
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014 M/1435 H
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING PENGARUH MEDIA AUDIO VISUAL (KARTLiN) TE,RHADAP
KETERAMPILAN BERCERITA PADA SISWA KELAS III MI TARBIYAH
AL,ISLAMIYAH KEMBANGAN, J,A.KARTA BARAT, TAHTIN AJARAN 2014/2015
M
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (s.Pd.) Oleh
Sri Rahmawati
NIM. 1110018300050
Pembimbing
B/,4* Dona
NIP.
Aii PuVa. M.A.
1984040920t101 101s
PROGRAM STIJDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAII FAKTILTAS ILMU TARBTYAH DAN KEGI]RUAN
IINIVBRSITAS ISLAM NEGBRI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 2014
M
LEMBAR PENGESAIIAN PEMBIMBING SKRIPSI
Skripsi yang berjudul Pengaruh Media Audio visual (Kartun) Terhadap Keterampilan Bercerita Pada Siswa Kelas III MI Tarbiyah Al-Islamiyah Kembangan, Jakarta Barat, Tahun Ajaran 201412015 Rahmawati
Fakultas
NIM I 1
1
M.
Disusun oleh sri
001 8300050, Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah,
Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada siding munaqasah sesuai ketentuan yang ditetapkan fakultas.
Jakarta 3 Desember 2014
Yang Megesahkan, Pembimbing
NrP 198404092011 01 101s
LEMBAR PERI{YATAAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
Sri Rahmawati
NIM
r r 10018300050
Jurusan
Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
Alamat
Jl. Srengseng Sawah Balong RT.002/004 No. 22 Kembangan, Iakarta Barat, I1630.
MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHIIYA Bahwa skripsi yang berjudul sPengaruh Media Audio Visual (Kartun)
IU MI Tarbiyah AlAjaran 20l4n0l5 M" adalah
terhadap Keterampilan Bercerita pada Siswa Kelas Islamiyah Kembangan, Jakarta Barat, Tahun
benar hasil karya sendiri di bawah bimbingan dosen:
Nama
Pembimbing :
NIP
:
198404092011011015
JurusanlProgram Studi
:
Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
Dona
Demikian surat pernyataan
Aji Putra, M.A.
ini
saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap
menerima segala konsekuensi apabila terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil karya sendiri.
Iakarta, 3 Desember 2014 Yang Menyatakan
Sri Rahmawati
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul Pengaruh Media Audio Visual (Kartun) terhadap Keterampilan Bercerita Siswa Kelas III MI Tarbiyah Al-Islamiyah Kembangan, Jakarta Barat, Tahun Ajaran 201412015 M disusun oleh Sri Rahmawati Nomor Induk Mahasiswa 1110018300050, diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasah pada tanggal7 Januari 2015 di hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana Sl (S.Pd) dalam bidang Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta, T Januari 2015
Panitia Ujian Munaqasah Ketua Sidang (Kefua Program Studi Pendidikan Guru Dr. Fauzan, MA NIP. 19761t07 200701 | 013 Sekretaris Program Studi Pendidikan Guru Asep Ediana Latip, M.Pd NrP. 19810623 200912 | 003
MI)
t-q.q.rlmrg
MI
Penguji I Mahmudah Fitriyah 2.A., Il.Pd NrP. 19640212 1997$ 2 0Ar Penguji
Tanggal
o(orltuv
oB
(ot lcots
II
Dr. Nuryani, S.Pd., M.A. NIP. 1 9820628 200912 2 A03
dlqlws
Mengetahui, Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah
fa'i, MA.Ph.D) NrP. I 959 1020 1 986032001
Tanda Tangan
NS
ABSTRAK
Sri Rahmawati (NIM: 1110018300050). Pengaruh Media Audio Visual (Kartun) terhadap Keterampilan Bercerita pada Siswa Kelas III MI Tarbiyah Al-Islamiyah Kembangan, Jakarta Barat, Tahun Ajaran 2014/2015 M. Penelitian ini bertujuan untuk mendekripsikan pengaruh media audio visual (kartun) terhadap keterampilan bercerita siswa kelas III MI Tarbiyah AlIslamiyah Kembangan, Jakarta Barat. Penelitian dilaksanakan pada bulan MaretNovember 2014 di MI Tarbiyah Al-Islamiyah Kembangan, Jakarta Barat. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah Kuasi Eksperimen. Desain penelitian yang digunakan adalah Two Grup Randomized Subjects Pretest Posttest, penelitian ini difokuskan pada siswa kelas tiga yang dipilih secara acak dua kelas dari tiga kelas. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dokumentasi, observasi, dan tes. Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan data, dapat diketahui bahwa hasil belajar siswa kelompok eksperimen lebih baik dibandingkan dengan siswa kelompok kontrol. Hasil ditunjukkan dari nilai rata-rata pretest kelompok eksperimen sebesar 64,40. Setelah diberikan perlakuan dengan media pembelajaran audio visual (kartun), nilai rata-rata posttest kelompok eksperimen mengalami peningkatan menjadi 77,40. Sedangkan nilai rata-rata pretest kelompok kontrol adalah sebesar 64,00. Nilai rata-rata posttest kelompok kontrol mengalami peningkatan menjadi 72,20. Perhitungan nilai rata-rata tersebut menunjukkan bahwa, hasil tes kelompok eksperimen mengalami peningkatan sebesar 13%, sedangkan hasil tes kelompok kontrol mengalami peningkatan sebesar 8,2%. Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran audio visual memiliki pengaruh terhadap keterampilan berbicara (bercerita).
Kata Kunci: Bercerita dan Media.
i
ABSTRACT
Sri Rahmawati (NIM: 1110018300050). Effect of Audio Visual Media (Cartoon) against Storytelling Skills in Class III MI MT Al-Islamiyah Kembangan, West Jakarta, Academic Year 2014/2015 M. This study aims to decrypt the influence of audio-visual media (cartoon) against the storytelling skills of students of class III MI MT Al-Islamiyah Kembangan, West Jakarta. The experiment was conducted in March-November 2014 in MI MT Al-Islamiyah Kembangan, West Jakarta. The method used in the study is Quasi Experiment. The research design was Randomized Subjects Two groups pretest posttest, this study focused on students in grade three randomly selected two classes of three classes. Data collection techniques used are documentation, observation, and testing . Based on the results of research and data processing, it can be seen that the experimental group students' learning outcomes better than the control group students. Results are shown from the average value of 64.40 experimental group pretest. After being given a treatment with audio-visual learning media (cartoon), the average value posttest experimental group increased to 77.40. While the average value of the control group pretest amounted to 64.00. The average value posttest control group increased to 72.20. The calculation of the average value indicates that the test results the experimental group increased by 13%, while the control group test results increased by 8.2%. Based on the above results it can be concluded that the audio-visual learning media has an influence on the speaking skills (storytelling).
Keywords: Storytelling and Media.
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur ke hadirat Allah Swt, Tuhan semesta alam yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan karya ilmiah ini yang berupa skripsi dengan judul “Pengaruh Media Audio Visual (Kartun) terhadap Keterampilan Bercerita Siswa Kelas III MI Tarbiyah Al-Islamiyah Kembangan, Jakarta Barat, Tahun Ajaran 2014/2015 M”. Shalawat serta salam teriring kepada baginda Rasulullah Saw, sebagai pembawa peradaban yang membawa manusia keluar dari masa kegelapan dan kebodohan menuju masa yang penuh cahaya dan semoga salam tetap tercurah pada keluarga dan para sahabatnya. Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna dan tidak terlepas dari dukungan dan doa dari berbagai pihak. Mudah-mudahan Allah Swt membalas jasa dan pengorbanan mereka yang telah membantu penulis menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga kepada: 1. Nurlena Rifai, M.A., Ph.D., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Dr. Fauzan, M.A. Kaprodi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Asep Ediana Latip, M.Pd., Sekretaris Jurusan/Prodi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Dona Aji Putra, M.A., dosen pembimbing yang telah membimbing penulis dengan sabar dan penuh ketekunan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Semoga bapak selalu dimuliakan dan diberikan keberkahan oleh Allah Swt.
iii
5. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, khususnya dosen Prodi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) yang telah memberikan ilmu dan pengetahuannya kepada penulis. 6. Keluarga Besar MI Tarbiyah Al-Islamiyah Kembangan, Jakarta Barat yang telah memberikan kesempatan dan masukan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian. 7. Untuk keluargaku: ayah H. Matsani dan ibunda Hj. Nurhayati tercinta yang selalu mendoakan, memberikan kasih sayang, nasihat, dan motivasi. Serta untuk kakak-kakakku tersayang Arpan, Muchlis, Fajaryati, dan Irwansyah. 8. Teman-teman prodi PGMI angkatan 2010, khususnya kelas B (Lely, Resty, Halimah, Ika, Mety, Puput, dll.) yang selalu berbagi canda, tawa, tangis, kebahagiaan, serta dukungan dan motivasi. Semoga silaturahmi ini tidak hanya berhenti sampai di sini. 9. Serta kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu atas segala bantuannya dalam menyelesaikan skripsi ini. Akhirnya penulis hanya dapat memanjatkan doa kepada Allah Swt semoga segala perhatian, motivasi, dan bantuannya dibalas oleh-Nya sebagai amal kebaikan. Amin. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat banyak kesalahan. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi perbaikan di masa mendatang. Besar harapan penulis, semoga skripsi
ini
dapat
bermanfaat
bagi
semua
pihak
yang membaca dan
membutuhkannya.
Jakarta, 3 Desember 2014
Penulis
iv
DAFTAR ISI ABSTRAK .........................................................................................................
i
KATA PENGANTAR ....................................................................................... iii DAFTAR ISI ......................................................................................................
v
DAFTAR TABEL .............................................................................................. viii DAFTAR GAMBAR .........................................................................................
x
DAFTAR GRAFIK ............................................................................................ xi DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah .........................................................................
1
B. Identifikasi Masalah ...............................................................................
4
C. Batasan Masalah .....................................................................................
4
D. Rumusan Masalah ..................................................................................
4
E. Tujuan Penelitian ...................................................................................
4
F. Manfaat Penelitian .................................................................................
5
BAB II KAJIAN PUSTAKA .............................................................................
7
A. Deskripsi Teoretis ..................................................................................
7
1. Media Pembelajaran ............................................................................
7
a. Media Audio Visual ........................................................................
8
b. Kartun ..............................................................................................
9
2. Keterampilan Berbahasa ..................................................................... 14 a. Keterampilan Berbicara ................................................................... 14 b. Bercerita .......................................................................................... 21 3. Pembelajaran Bahasa Indonesia .......................................................... 23 a. Pengertian Pembelajaran ................................................................. 23 b. Pembelajaran Bahasa Indonesia ...................................................... 25
v
B. Hasil Penelitian yang Relevan ............................................................... 28 C. Kerangka Berpikir .................................................................................. 33 D. Hipotesis Penelitian ............................................................................... 34
BAB III METODELOGI PENELITIAN ........................................................... 35 A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................ 35 B. Metode dan Desain Penelitian ................................................................ 35 C. Populasi dan Sampel .............................................................................. 36 D. Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 37 E. Teknik Analisis Data .............................................................................. 39 1. Uji Prasyarat Analisis ...................................................................... 39 a. Uji Normalitas .......................................................................... 39 b. Uji Homogenitas ...................................................................... 39 2. Uji Hipotesis .................................................................................... 39 4. Hipotesis Statistik .................................................................................. 40
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................... 41 A. Profil MI Tarbiyah Al-Islamiyah ........................................................... 41 B. Deskripsi Data ........................................................................................ 44 1. Pelaksanaan Pembelajaran .................................................................. 44 2. Keterampilan Bercerita ....................................................................... 46 3. Data Pretest Bahasa Indonesia Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ................................................................................................ 53 a. Data Pretest Bahasa Indonesia Kelompok Eksperimen .................. 53 b. Data Pretest Bahasa Indonesia Kelompok Kontrol ......................... 55 4. Data Posttest Bahasa Indonesia Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ................................................................................................ 57 a. Data Posttest Bahasa Indonesia Kelompok Eksperimen ................. 57 b. Data Posttest Bahasa Indonesia Kelompok Kontrol ....................... 59
vi
C. Pengujian Prasyarat Analisis dan Pengujian Hipotesis .......................... 63 1. Pengujian Persyaratan Analisis ......................................................... 63 a. Uji Normalitas ................................................................................. 63 1) Uji Normalitas Pretest ................................................................ 63 2) Uji Normalitas Posttest ............................................................... 64 b. Uji Homogenitas ............................................................................. 65 1) Uji Homogenitas Pretest ............................................................ 65 2) Uji HomogenitasPosttest ............................................................ 65 2. Pengujian Hipotesis ........................................................................... 66 D. Pembahasan terhadap Temuan Penelitian .............................................. 68
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 71 A. Simpulan ................................................................................................ 71 B. Saran ....................................................................................................... 71
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1
Desain Penelitian Two Group Randomized Subject Pretest Posttest ....................................................................................... 36
Tabel 3.2
Tes Keterampilan Bercerita ........................................................ 38
Tabel 4.1
Daftar Tes Keterampilan Bercerita Pretest Kelompok Eksperimen ................................................................................. 47
Tabel 4.2
Daftar Tes Keterampilan Bercerita Posttest Kelompok Eksperimen ................................................................................. 48
Tabel 4.3
Daftar Tes Keterampilan Pretest dan Posttest Kelompok Eksperimen ................................................................................. 49
Tabel 4.4
Daftar Tes Keterampilan Bercerita Pretest Kelompok Kontrol ....................................................................................... 50
Tabel 4.5
Daftar Tes Keterampilan Bercerita Posttest Kelompok Kontrol ........................................................................................ 51
Tabel 4.6
Daftar Tes Keterampilan Pretest dan Posttest Kelompok Kontrol ........................................................................................ 52
Tabel 4.7
Deskripsi Data Pretest Kelompok Eksperimen .......................... 53
Tabel 4.8
Distribusi Frekuensi Perolehan Tes Keterampilan Berbicara (Bercerita) Pretest Kelompok Eksperimen ............................... 54
Tabel 4.9
Deskripsi Data Pretest Kelompok Kontrol ................................. 55
Tabel 4.10
Distribusi Frekuensi Perolehan Tes Keterampilan Berbicara (Bercerita) Pretest Kelompok Kontrol ...................................... 56
Tabel 4.11
Deskripsi Data Posttest Kelompok Eksperimen ......................... 57
Tabel 4.12
Distribusi Frekuensi Perolehan Tes Keterampilan Berbicara (Bercerita) Posttest Kelompok Eksperimen .............................. 58
Tabel 4.13
Deskripsi Data Posttest Kelompok Kontrol ............................... 60
Tabel 4.14
Distribusi Frekuensi Perolehan Tes Keterampilan Berbicara (Bercerita) Posttest Kelompok Kontrol ..................................... 61
Tabel 4.15
Hasil Uji Normatif Pretest .......................................................... 62
viii
Tabel 4.16
Hasil Uji Normatif Posttest ........................................................ 63
Tabel 4.17
Hasil Uji Homogenitas Pretest ................................................... 64
Tabel 4.18
Hasil Uji Homogenitas Posttest .................................................. 64
Tabel 4.19
Hasil Uji T-Test .......................................................................... 65
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1
Contoh Kartun Dodo ................................................................ 12
Gambar 2.2
Contoh Kartun Dodo ................................................................ 13
x
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.1
Tes Keterampilan Berbicara (Bercerita) Pretest Kelompok Eksperimen ............................................................. 54
Grafik 4.2
Tes Keterampilan Berbicara (Bercerita) Pretest Kelompok Kontrol ................................................................... 56
Grafik 4.3
Tes Keterampilan Berbicara (Bercerita) Posttest Kelompok Eksperimen ............................................................. 59
Grafik 4.4
Tes Keterampilan Berbicara (Bercerita) Posttest Kelompok Kontrol ................................................................... 61
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
: RPP Kelas Eksperimen
Lampiran 2
: RPP Kelas Kontrol
Lampiran 3
: Catatan Lapangan
Lampiran 4
: Lembar Observasi Guru Kelas Eksperimen
Lampiran 5
: Lembar Observasi Guru Kelas Kontrol
Lampiran 6
: Lembar Observasi Siswa Kelas Eksperimen
Lampiran 7
: Lembar Observasi Siswa Kelas Kontrol
Lampiran 8
: Daftar Absensi Siswa Kelas III C
Lampiran 9
: Daftar Absensi Siswa Kelas III B
Lampiran 10 : Foto Kegiatan Pembelajaran
xii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan cara bagi manusia untuk melakukan interaksi, “Komunikasi adalah penyampaian pikiran dan perasaan oleh seseorang kepada orang lain”,1 untuk berkomunikasi manusia membutuhkan bahasa, bahasa menurut Kridalaksana (1983) dan Kentjono (1982) adalah “Sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomukasi, dan mengidentifikasi diri”.2 Pada dasarnya, bahasa adalah hal yang paling pertama didengar dan secara tidak langsung di ajarkan kepada anak. Umunya, anak mengenal bahasa mulai dari kata per kata, misalnya orang tua yang baru mempunyai anak anak mengenalkan anaknya tentang panggilan kepada orang tuanya, “Mamah, Papah” atau sebutan lainnya, kemudian mengucapkan rangkaian kata yang tidak beraturan seperti “Mamah, mimi” lalu berubah menjadi sebuah kalimat yang beraturan seperti “Mamah, Aku ingin minum” hingga anak tumbuh besar dan bisa berkomunkasi dengan baik. Akan tetapi, pada kenyataannya tidak sedikit anak yang bisa dibilang sudah dewasa tetapi ketika berkomunikasi dengan lawan bicara, bahasa yang digunakan sering terdengar kurang tepat, atau bahkan melakukan pembicaraan yang berputar-putar atau mengulang perkataan yang sudah diucapkannya. Kejadian seperti ini, kemungkinan besar terjadi karena kurangnya pelatihan keterampilan berbicara, terutama pelatihan keterampilan berbicara pada saat usia dini. Pada BAB I, pasal 1, ayat 1 tentang Ketentuan Umum menyatakan bahwa: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.3 1
Tengsoe Tjahyono dan Kisyani Laksono. Berbicara II, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2000), hal. 1.4 2 Ramlan A. Gani dan Mahmudah Fitriyah, Disiplin Berbahasa Indonesia, (Jakarta: FITK Press, 2010), hal. 1 3 UU Sisdiknas, (Bandung: Fokus Media, 2009), h. 2
1
2
Belajar keterampilan berbahasa khususnya berbicara merupakan salah satu pendidikan yang dapat dilakukan secara formal maupun informal, seperti yang telah tertera dalam UU Sisdiknas Pada BAB I, pasal 1, ayat 12 tentang Ketentuan Umum menyatakan bahwa, “Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi”.4 kemudian pada pasal 13 dijelaskan lebih lanjut tentang pendidikan informal, “Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan”.5 Menurut Djahiri, “Pendidikan merupakan upaya terorganisir, berencana dan berlangsung kontinyu ke arah membina manusia/anak didik menjadi insan paripurna, dewasa dan berbudaya”.6 Berdasarkan pengertian pendidikan di atas, keterampilan berbicara merupakan pendidikan yang sangat penting, tidak hanya bisa didapatkan melalui sekolah saja (pendidikan formal). Akan tetapi, pendidikan keterampilan berbicara juga bisa didapatkan di luar sekolah (pendidikan informal). Belajar keterampilan berbicara formal diperoleh dari Sekolah/Madrasah, anak dikenalkan dengan pelajaran Bahasa Indonesia, dan di sinilah keterampilan berbahasa anak khususnya berbicara akan diasah. Belajar keterampilan berbicara informal didapatkan dari keluarga, lingkungan atau teman sejawat yang dilakukan secara tidak langsung, misalnya dengan mendengar perkataan yang diucapkan oleh orang lain kemudian diikuti oleh anak tersebut. Keterampilan berbicara menduduki tempat yang paling utama dalam memberi maupun menerima informasi. Pada dasarnya, anak akan diajarkan berbagai keterampilan berbahasa, baik keterampilan membaca, menyimak, menulis dan keterampilan berbicara yang akan dibahas secara lebih rinci pada penelitian ini. Keterampilan berbicara harus dikembangkan sejak dini, karena pada masa ini anak berada dalam masa perkembangan yang sering disebut dengan masa keemasan, keterampilan berbicara khususnya akan lebih dikembangkan pada tingkat Sekolah Dasar. Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, keterampilan 4
Ibid., h. 3 Ibid., h. 4 6 Sofan Amri dan Iif Khoiru Ahmadi, Konstruksi Pengembangan Pembelajaran, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2010), h. 1 5
3
berbicara dikembangkan melalui berbagai metode ataupun media pembelajaran yang digunakan di dalam kelas, untuk mencapai keberhasilan dari keterampilan berbicara anak. Sebagai seorang guru yang profesional, guru harus menjadikan proses KBM lebih menyenangkan dan lebih berkesan, agar semua pelajaran yang telah diajarkan dapat diingat lebih lama. Menjadikan proses pembelajaran lebih menyenangkan dan berkesan, guru dapat memulainya dari pengelolaan kelas, lalu strategi apa yang akan digunakan, metode, media, dan lainnya. Ketika seseorang ingin menyampaikan apa yang ada di dalam pikirannya, orang tersebut membutuhkan keberanian untuk berbicara, yakin dengan ide atau gagasan yang ingin dipaparkannya dan tidak malu ketika diminta untuk berbicara di depan orang-orang. Namun, seringkali ketika guru meminta anak untuk berbicara di depan kelas, misalnya ketika guru mengatakan, “Apakah ada yang ingin bertanya?” siswa seringkali diam, padahal ada yang ingin ditanyakan tetapi mereka malu, tidak berani, takut salah ucap, bahkan takut ditertawakan oleh teman-temannya. Selain itu, banyak siswa yang kurang lancar mengungkapkan apa yang ada di dalam pikirannya ketika diminta untuk berbicara di depan orang, siswa seringkali mengucapkan “ə” di sela pembicaraannya, bahkan kata-kata itu terbawa oleh siswa hingga dewasa. Bahkan, beberapa siswa menjelaskan sesuatu tetapi siswa tersebut seakan-akan berputar pada penjelasannya. Selain metode pembelajaran, media pembelajaran merupakan salah satu faktor terpenting yang dapat mempengaruhi kegiatan belajar siswa. Media menjadikan suasana pembelajaran akan semakin menyenangkan dan lebih berkesan. Media yang digunakan dalam penelitian ini adalah media audio visual (kartun), dan kartun yang dipilih oleh peneliti adalah film kartun Dodo dan Syamil. Berdasarkan perbincangan peneliti dengan kepala sekolah serta guru mata pelajaran Bahasa Indonesia, media ini tidak pernah digunakan oleh guru mata pelajaran Bahasa Indonesia. Oleh karena itu, peneliti menggunakan media audio visual (kartun) untuk mengetahui pengaruh media film kartun terhadap keterampilan bercerita pada siswa kelas III MI Tarbiyah Al-Islamiyah serta membantu dan memberikan saran kepada guru dalam memilih media
4
pembelajaran Bahasa Indonesia, khususnya media audio visual (kartun) untuk mengetahui apakah ada pengaruh terhadap keterampilan bercerita pada siswa kelas III MI Tarbiyah Al-Islamiyah Kembangan, Jakarta Barat, tahun ajaran 2014/2015 M. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian permasalahan di atas maka dapat disimpulkan bahwa rendahnya kemampuan keterampilan berbicara siswa disebabkan oleh: 1. Kurangnya keterampilan berbicara siswa yang disebabkan oleh minimnya pelatihan dalam meningkatkan keterampilan berbicara. 2. Pendayagunaan media pembelajaran kurang dioptimalkan. 3. Siswa kurang percaya diri ketika diminta untuk berbicara di depan kelas. 4. Siswa sulit menyampaikan gagasan yang ada di dalam pikirannya. C. Batasan Masalah Batasan masalah difokuskan pada pengaruh media audio visual (kartun) terhadap keterampilan bercerita pada siswa kelas III MI Tarbiyah Al-Islamiyah Kembangan, Jakarta Barat yang salah satunya disebabkan oleh pendayagunaan media pembelajaran kurang dioptimalkan. D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat dikemukakan perumusan masalah sebagai berikut: “bagaimanakah pengaruh media audio visual (kartun) terhadap keterampilan bercerita pada siswa kelas III MI Tarbiyah Al-Islamiyah Kembangan, Jakarta Barat pada tahun ajaran 2014/2015 M?”. E. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: “untuk mendeskripsikan pengaruh media audio visual (kartun) terhadap keterampilan bercerita pada siswa kelas III MI Tarbiyah Al-Islamiyah Kembangan, Jakarta Barat, tahun ajaran 2014/2015 M”.
5
F. Manfaat Penelitian Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka diharapkan penelitian ini mempunyai manfaat sebagai berikut: 1.
Manfaat Teoretis: a.
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi keilmuan yang bermanfaat dalam dunia pendidikan mengenai pengaruh media audio visual (kartun) terhadap keterampilan bercerita.
b.
Penelitian
ini
diharapkan
dapat
menjadi
bahan
pembanding,
pertimbangan, dan pengembangan bagi penelitian di masa yang akan datang di bidang dan permasalahan sejenis atau bersangkutan. 2.
Manfaat Praktis: a.
Bagi siswa: 1) Siswa memperoleh kemudahan meningkatkan keterampilan bercerita dalam proses KBM mata pelajaran Bahasa Indonesia. 2) Siswa diharapkan menjadi lebih berani ketika berbicara di depan audien dan lebih mudah mengungkapkan apa yang ada di dalam pikirannya dengan teratur. 3) Siswa diharapkan dapat lebih percaya diri, berani, dan lebih menghargai diri sendiri dan orang lain. Selain itu, siswa juga diharapkan dapat memperluas pengetahuannya dan kreativitasnya. 4) Siswa diharapkan mempunyai semangat yang tinggi dalam mempelajari Bahasa Indonesia. 5) Kemampuan berbicara siswa meningkat.
b.
Bagi Guru 1) Sebagai masukan bagi guru bidang studi Bahasa Indonesia dalam menggunakan media audio visual (kartun) sebagai salah satu cara meningkatkan keterampilan bercerita dan untuk meningkatkan mutu belajar siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. 2) Sumbangan dalam rangka perbaikan kegiatan belajar mengajar (KBM) dan peningkatan mutu proses pembelajaran khususnya mata pelajaran Bahasa Indonesia.
6
c.
Bagi Peneliti 1) Untuk menerapkan ilmu yang telah diperoleh selama belajar dibangku perkuliahan. 2) Sebagai bekal bagi peneliti kelak ketika menjadi guru agar menggunakan berbagai media pembelajaran khususnya media audio visual (kartun) dalam meningkatkan keterampilan bercerita siswa.
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teoretis 1. Media Pembelajaran Kata media berasal dari bahasa Latin, yakni “medius” yang artinya berarti “tengah”, “pengantar”, atau “perantara”.1 Istilah “media” bahkan sering dikaitkan dengan kata “teknologi” yang berasal dari kata latin “tekne” (bahasa Inggris art) dan “logos” (bahasa Indonesia “ilmu”).2 “Media adalah peralatan yang digunakan untuk menyalurkan pesan atau informasi dari pengirim kepada penerima pesan”.3 Media adalah sesuatu yang digunakan sebagai penghubung untuk menyalurkan kepada sesuatu yang ingin disalurkan, misalnya guru menggunakan media film sebagai penghubung atau penyalur materi yang ingin disampaikan kepada siswa. Media pembelajaran merupakan salah satu komponen penting pendukung penentu keberhasilan pembelajaran, media mempermudah guru dalam menyalurkan apa yang ingin disalurkan dan memudahkan siswa untuk memahami tujuan yang ingin disalurkan oleh guru. “Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyampaikan dan menyalurkan pesan dari sumber secara terencana sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif di mana penerimanya dapat melakukan proses belajar secara efisien dan efektif”.4 Dengan kata lain, media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan oleh seorang guru untuk mempermudah siswa menyerap apa yang disalurkan atau disampaikan oleh guru. Media pembelajaran bahasa Indonesia sendiri adalah, “Alat yang digunakan oleh siswa maupun guru untuk memperlancar proses belajar
1
Yudhi Munadi, Media Pembelajaran, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2008), h. 6 Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: Rajawali Press, 2010), h. 3 3 Herry Widyastono, Model Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, No. 069, 2007, h. 1049 4 Yudhi Munadi, Media Pembelajaran, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2008), h. 7-8 2
7
8
mengajar bahasa Indonesia”.5 Rossi dan Breidle mengemukakan bahwa “Media pembelajaran adalah seluruh alat dan bahan yang dapat dipakai untuk mencapai tujuan pendidikan seperti radio, televisi, buku, koran, majalah, dan sebagainya”.6 Lain halnya dengan Gerlach dan Ely yang mengatakan bahwa “Media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap”.7 Adapun pengertian lain, “Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi”.8 Dari berbagai pendapat tentang media di atas dapat disimpulkan bahwa, media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan sebagai perantara guru untuk menyampaikan apapun yang ingin disampaikan. Media pembelajaran terbagi menjadi tiga, yakni media audio yang menekankan pada pendengaran, media visual yang menekankan pada penglihatan, dan media audio visual yang menekankan pada pendengaran dan penglihatan. a. Media Audio Visual Media audio visual merupakan media yang mempunyai dua unsur yakni unsur suara dan unsur gambar, media ini dianggap paling efektif dan menarik dibandingkan dengan media audio saja ataupun media visual saja. Media audio visual terbagi menjadi dua jenis. Jenis pertama dilengkapi fungsi peralatan suara dan gambar dalam satu unit, dinamakan media audio visual murni, seperti film gerak bersuara, televisi, dan video, “Jenis kedua adalah media audio visual tidak murni yang kita kenal dengan slide opaque, OHP dan peralatan visual lainnya bila diberi unsur suara dari rekaman kaset yang
5
Jauharoti Alfin, dkk., Pembejajaran Bahasa Indonesia MI, (Surabaya:LAPIS-PGMI, 2009), h. 7-8 6
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Prenada Media Grup, 2010), Bab 7 7 Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: Rajawali Press, 2011), h. 3 8 Arif S. Sadiman, dkk., Media Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Press, 2014), h. 7
9
dimanfaatkan secara bersamaan dalam satu waktu atau suatu proses pembelajaran”.9 Film merupakan salah satu bentuk media yang biasa kita jumpai, baik film yang diperankan oleh manusia, tokoh kartun, ataupun campuran dari manusia dan kartun, mulai dari film yang menceritakan cerita tidak masuk akal (tidak ada di dalam dunia nyata) sampai film yang menceritakan cerita kehidupan seseorang. Adapun beberapa manfaat media film dalam meningkatkan efektivitas dan efesiensi proses pembelajaran, diantaranya adalah: 1) Mengatasi keterbatasan jarak dan waktu. 2) Mampu menggambarkan peristiwa-peristiwa masa lalu secara realitas dalam waktu yang singkat. 3) Film dapat membawa anak dari negara yang satu ke negara yang lain dan dari masa yang satu ke masa yang lain. 4) Film dapat diulangi bila perlu untuk menambah kejelasan. 5) Pesan yang disampaikannya cepat dan mudah diingat. 6) Mengembangkan pikiran dan pendapat para siswa. 7) Mengembangkan imajinasi peserta didik. 8) Memperjelas hal-hal yang abstrak dan memberikan gambaran yang lebih realistik. 9) Sangat kuat memengaruhi emosi seseorang. 10) Film sangat baik menjelaskan suatu proses dan dapat menjelaskan suatau keterampilan, dan lain-lain . 11) Semua peserta didik dapat belajar dari film, baik yang pandai maupun yang kurang pandai. 12) Menumbuhkan minat dan motivasi belajar.10 Terlepas dari segala kelebihan, media audio visual juga memiliki kekurangan, diantaranya adalah terlalu menekankan pentingnya meteri ketimbang proses pengembangan materi. Selain itu, pemanfaatannya di negara kita juga dinilai masih kurang optimal. Hal ini dikarenakan biaya yang dibutuhkan cukup banyak dan tidak semua sekolah memiliki alat yang digunakan untuk menampilkan media pembelajaran film ini. b. Kartun Film kartun merupakan salah satu jenis media audio visual, film kartun merupakan gambar dengan penampilan lucu dan menarik. Film kartun 9
Yudhi Munadi, Media Pembelajaran, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2008), h. 113-114 Ibid., h. 116
10
10
menggambarkan suatu peristiwa, kartun biasa kita kenal juga dengan sebutan animasi karakter (character animation). Animasi karakter/film kartun berbeda dengan animasi lainnya, misalnya grafik bergerak animasi logo yang melibatkan bentuk organik yang komplek dengan penggandaan yang banyak, gerakan yang hirarkis, “Tidak hanya mulut, mata, muka dan tangan yang bergerak tetapi semua gerakan pada waktu yang sama”.11 Kartun merupakan hasil dari pengolahan gambar tangan sehingga menjadi gambar yang bergerak. Oleh karena itu, kartun merupakan media pembelajaran kartun merupakan media yang sangat tepat untuk digunakan pada siswa tingkat dasar khususnya kelas bawah. Kartun tidak hanya sebagai ungkapan seni semata, akan tetapi terdapat juga di dalamnya hal-hal lucu, sindiran, ataupun kritik. Oleh karena itu, kartun dianggap merupakan salah satu media pembelajaran yang sangat mudah dipahami, terutama untuk anak SD/MI. Kartun sebagai salah satu bentuk komunikasi grafis adalah, “Suatu gambar interpretatif yang menggunakan simbol-simbol untuk menyampikan sesuatu pesan secara cepat dan ringkas atau sesuatu sikap terhadap orang, situasi, atau kejadian-kejadian tertentu”.12 Kartun mempermudah pendidik untuk menyampaikan sebuah pesan. Sekalipun begitu, pendidik harus memberikan pengawasan terhadap kartun yang ditayangkan, yakni sesuai dengan umur siswa dan mengandung pesan yang baik. Kartun didesain untuk menarik perhatian, keunikan dari gambar setiap tokoh kartun, menambah daya tarik bagi kartun itu sendiri, melalui film kartun guru dapat menyampaikan pesan secara cepat, ringkas dan mudah diingat. Selain menarik perhatian, kartun juga dapat mempengaruhi sikap maupun tingkah laku orang-orang yang melihatnya, “Kalau makna kartun mengena, pesan yang besar bisa disajikan secara ringkas dan kesannya akan tahan lama di ingatan”.13 Oleh karena pengaruhnya yang sangat besar itu, 11
M. Suyanto, Multimedia Alat Untuk Meningkatkan Keunggulan Bersaing, (Yogyakarta: ANDI OFFSET, 2003), h. 290 12 Arif S. Sadiman, dkk., Media Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Press, 2014), h. 45 13 Ibid., h. 46
11
siapapun orangnya (terutama guru) yang ingin menyajikan kartun bagi anakanaknya, harus memilih kartun yang baik atau tidak, dan sesuai atau tidak untuk anak seusia SD/MI. Pada awal penemuannya, kartun dibuat dari lembar-lembar kertas gambar kemudian diputar sehingga muncul efek gambar bergerak. Imajinasi dan daya cipta sang seniman sangat tinggi dalam membuat kartun. Ciri khas dari kartun adalah baik cerita, adegan, tokoh, maupun gambarnya begitu bebas dan seringkali melampaui atau menentang batas-batas realita dunia nyata. Sebelum tekhnologi elektronik dan komputer ditemukan, Indonesia telah memiliki kartun yang merupakan kartun tertua di dunia, kartun itu adalah wayang kulit. Wayang kulit termasuk ke dalam salah satu bentuk kartun karena dalam pertunjukannya, wayang kulit telah memenuhi semua elemen kartun seperti layar, gambar bergerak, dialog, dan ilustrasi musik. Film animasi terbagi menjadi film animasi 2D dan 3D, “Film animasi 2D atau 3D dapat digunakan sebagai sarana informasi, pendidikan, dokumentasi maupun hiburan”.14 Film animasi/ kartun seringkali di tayangkan di televisi, namun seiring perkembangan tekhnologi, film kartun tidak hanya bisa kita nikmati di televisi, melainkan dapat kita lihat juga melalui internet. “Film animasi kartun dapat digunakan untuk presentasi, pemodelan, dokumenter dan lainnya”.15 Tidak sedikit film kartun yang baik dan bagus apabila dicontoh penontonnya sering kita lihat di televisi, dan filmfilm kartun tersebut bisa digunakan seorang guru sebagai media pembelajaran, misalnya Doraemon, Dodo, dan film kartun lainnya. Secara umum media pembelajaran memiliki kegunaan-kegunaan sebagai berikut: 1. 2. 3.
14
Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera. Penggunaan media secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sikap pasif anak didik.
Ariesto Hadi Sutopo, Multimedia Interaktif Dengan Flash, (Yogyakarta: Penerbit Graha Ilmu, 2003), h. 28 15 Ibid., h. 28
12
4.
Dengan sifat yang unik pada tiap siswa ditambah lagi dengan lingkungan dan pengalaman yang berbeda, sedangkan kurikulum dan kurikulum dan materi pendidikan ditentukan sama untuk setiap siswa, maka guru banyak mengalami kesulitan bilamana semuanya itu harus di atasi sendiri. Hal ini akan lebih sulit bila latar belakang lingkungan guru dengan siswa juga berbeda. Masalah ini dapat diatasi dengan media, yaitu dengan kemampuannya dalam memberikan perangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman, dan menimbulkan persepsi yang sama.16
Gambar 2.1 Contoh Kartun Dodo
16
Sadiman, dkk., op. cit., h. 17-18
13
Gambar 2.2 Contoh Kartun Dodo
Gambar 2.1 dan 2.2 di atas merupakan gambar dari potongan cerita film kartun Dodo yang menjelaskan tentang sholat lima waktu, dan menjelaskan bahwa orang yang sholat tidak menyakiti makhluk-makhluk Allah yang ada di bumi ini. Dari film tersebut, siswa tidak hanya bisa menceritakan kembali kisah Dodo. Akan tetapi, film tersebut juga telah memberikan pesan-pesan dan akhlak yang patut untuk dicontoh oleh siswa. Berdasarkan kegunaan-kegunaan media pembelajaran di atas, film kartun Dodo merupakan film kartun yang sangat tepat untuk digunakan sebagai media pembelajaran, khususnya dalam pembelajaran keterampilan berbicara. Hal itu dikarenakan film kartun Dodo mempunyai kejelasan penyajian pesan yang ingin disampaikan, tidak membutuhkan waktu yang lama, dapat mengatasi sikap pasif siswa dan melalui film kartun Dodo, guru dapat memberikan rangsangan yang sama pada tiap siswa sehingga menimbulkan persepsi yang sama.
14
2. Keterampilan Berbahasa a. Keterampilan Berbicara Berbicara merupakan pembelajaran bahasa lisan yang bisa saja didapatkan oleh siapapun, bahkan orang yang tidak bisa membaca atau menulis-pun bisa berbicara, kecuali orang yang memiliki kekurangan tidak bisa berbicara seperti bisu atau lainnya, “Pada hakikatnya, keterampilan berbicara merupakan keterampilan mereproduksi arus sistem bunyi artikulasi untuk menyampaikan kehendak, kebutuhan perasaan, dan keinginan kepada orang lain”.17 Berbicara dapat dilakukan kapan dan di mana saja. Berbicara bisa dilakukan di depan umum dalam acara formal maupun sekedar berbincang-bincang. 1.
2.
3.
4.
Menurut Byrner, bahasa lisan dapat dibagi menjadi empat jenis: Berbicara secara bebas dan spontan, yaitu berbicara dalam situasi interaktif di mana bahasa yang dihasilkan penutur banyak memiliki “kesalahan”. Berbicara secara bebas tapi terencana, seperti yang terjadi dalam wawancara dan diskusi, di mana nilai informasinya lebih tinggi dari pada pembicaraan bebas spontan tapi tetap memiliki sifat interaktif dan spontan. Penyajian lisan dari teks tertulis, seperti pada berita dan kuliah, di mana penyampaian informasi dilakukan secara objektif dan niatan dari pembicaraan tampak lebih jelas. Penyajian lisan dari skrip/naskah yang sudah baku dan dilatih sebelumnya, seperti pada drama atau film, di mana unsur-unsur linguistik dan cara penyampaiannya dilakukan dengan tingkat stilisasi yang tinggi.18
Berbicara merupakan keterampilan yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan, melalui keterampilan berbicara seseorang dapat mengekspresikan apa yang ada di dalam pikirannya, mengungkapkan perasaan, ide, gagasan, dan menyalurkan kreativitasnya secara cerdas dan cekatan sesuai dengan konteks situasi tempat orang itu berada, bahasa yang digunakan dan waktu ia harus berbicara.
17
Iskandar Wasid dan Dadang Suhendar, Strategi Pembelajaran Bahasa, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), h. 241 18 Syukur Ghazali, Pembelajaran Keterampilan Berbahasa Dengan Pendekatan Komunikatif-Interaktif, (Bandung: PT Refika Aditama, 2013), h. 172-173
15
Menurut Chomsky, Anak belajar bahasa bermula dari pengumpulan data dari lingkungannya dalam bentuk ucapan-ucapan bahasa yang didengarnya, menggolong-golongkan bunyi-bunyi itu dalam berbagai kategori ketatabahasaan, dan bentuk-bentuk aturan untuk menyusun dengan teratur apa yang dikatakan itu.19 Dalam buku berbicara karangan Tarigan dikatakan bahwa, “Berbicara adalah suatu keterampilan berbahasa yang berkembang pada kehidupan anak, yang hanya didahului oleh keterampilan menyimak dan pada masa tersebutlah kemampuan berbicara atau berujar dipelajari”.20 Berbicara merupakan keterampilan yang sangat penting, keterampilan berbicara yang baik dan benar dapat mencetak generasi yang kreatif, generasi yang mampu melahirkan tuturan atau ujaran secara komunikatif, jelas, runtut, dan mudah dipahami. “Berbicara adalah suatu proses penyampaian pesan yang dilakukan secara lisan”.21 Dalam menyampaikan pesan, terdapat beberapa unsur yang mempunyai keterikatan satu dengan yang lainnya, yakni pembicara/orang yang berbicara, isi pembicaraan, orang yang menyimak dan tanggapan penyimak. “Kemampuan berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyibunyi artikulasi atau mengucapkan kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan”.22 Orang yang memiliki kemampuan berbicara yang baik akan mengucapkan ataupun menyatakan gagasan pikiran ataupun perasaannya dengan artikulasi yang jelas, runtut, dan mudah dipahami. Berbicara menurut Suhendar adalah, “Proses perubahan wujud pikiran/perasaan menjadi wujud ujaran”.23 Berbicara berarti mengungkapkan ide, gagasan, pemikiran, atau perasaan yang sedang dirasakannya melalui lisan. Menurut Kartapati, “Berbicara merupakan ekspresi diri, dengan 19
Budinuryanta, dkk., Pengajaran Keterampilan Berbahasa, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2008), h. 7.4 20 Henry Guntur Tarigan, Berbicara, (Bandung: Angkasa Bandung, 2008), h.3 21 Djago Tarigan, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Rendah, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2002), h. 2.61 22 Tengsoe Tjahyono dan Kisyani Lakson, Berbicara II, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2000), h. 1.6 23 Suparno, dkk., Berbicara, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2008), h. 1.2
16
berbicara seseorang dapat menyatakan kepribadian dan pikirannya, berbicara dengan di luar, atau hanya sekedar pelampiasan uneg-uneg”.24 Kemampuan berbicara sangat berpengaruh dalam kehidupan, karena melalui berbicara seseorang dapat mengungkapkan gagasan yang ada di dalam pikirannya, menyampaikan
perasaannya,
juga
mengekspresikan
dirinya.
Tujuan
keterampilan berbicara akan mencakup pencapaian hal-hal berikut: 1. 2. 3. 4. 5.
Kemudahan berbicara Kejelasan Bertanggung jawab Membentuk pendengaran yang kritis Membentuk kebiasaan.25
Tujuan-tujuan tersebut akan dapat dicapai apabila program pengajaran dilandasi oleh prinsip-prinsip yang relevan, serta kegiatan pembelajaran yang membuat para peserta didik terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran. Untuk itu, prinsip yang dimaksud adalah “Pengintegrasian program latihan keterampilan berbicara sebagai bagian dari penggunaan bahasa secara menyeluruh dengan penekanan pada unit-unit khusus yang melibatkan aktivitas pengajar dan peserta didik”.26 Berbicara kaitannya dengan menyimak menurut Brooks, “Menyimak dan berbicara merupakan kegiatan komunikasi dua arah secara langsung, merupakan komunikasi tatap muka (face to face communication)”.27 Menyimak dan berbicara adalah sesuatu yang tidak dapat dipisahkan, seperti makhluk
hidup
yang
membutuhkan
oksigen,
seperti
tubuh
yang
membutuhkan ruh untuk mengisi di dalamnya. Pembicara membutuhkan orang untuk menyimak apa yang diatakannya, begitu juga dengan penyimak, penyimak tidak bisa dikatakan menyimak jika tidak ada yang berbicara atau yang didengar.
24
Ibid., h. 1.3 Iskandar Wasid dan Dadang Suhendar, Strategi Pembelajaran Bahasa, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), h. 242-243 26 Ibid., h. 243 27 Henry Guntur Tarigan, Menyimak Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung: Angkasa, 2008), h. 3 25
17
Antara berbicara dan menyimak terdapat hubungan yang erat, hubungan ini terdapat pada hal-hal berikut: a. Ujaran (Speech) biasanya dipelajari melalui menyimak dan meniru (Imitasi). b. Kata-kata yang dipakai serta dipelajari oleh sang anak biasanya ditentukan oleh perangsang (Stimuli) yang ditemuinya dan kata-kata yang paling banyak memberi bantuan atau pelayanan dalam penyampaian gagasan-gagasannya. c. Ujaran sang anak mencerminkan pemakaian bahasa di rumah dan dalam masyarakat tempatnya hidup. d. Anak yang masih kecil lebih dapat memahami kalimat-kalimat yang jauh lebih panjang dan rumit ketimbang kalimat-kalimat yang dapat diungkapkannya. e. Meningkatkan keterampilan menyimak berarti pula membantu meningkatkan kualitas berbicara seseorang. f. Bunyi suara merupakan suatu faktor penting dalam peningkatan cara pemakaian kata-kata sang anak. g. Berbicara dengan bantuan alat-alat peraga (Visual aids) akan menghasilkan penangkapan informasi yang lebih baik pada pihak penyimak.28 Keterampilan berbicara merupakan salah satu keterampilan Bahasa Indonesia yang berhubungan dengan interaksi dengan lawan bicara, dalam interaksi tersebut terdapat beragai jenis aturan yang mengatur interaksi. Aturan ini menjadi acuan bagi pembicara/siswa agar mampu meningkatkan keterampilan berbicara mereka. Menurut Karp dan Yoels menyebutkan 3 jenis aturan yang mengatur interaksi, yaitu “Aturan mengenai ruang, mengenai waktu, gerak dan sikap tubuh”.29 Seorang pembicara harus mempertimbangkan waktu, bagaimana sikap tubuh dan gerak yang harus ditempatkan ketika orang tersebut ingin berbicara. Ketika berbicara sebaiknya menggunakan kata-kata yang mudah dicerna oleh pendengar atau penyimak agar tidak terjadi salah paham atas apa yang telah dikatakan oleh pembicara. Pembicara juga harus menyesuaikan bahasa dengan tingkat perkembangan pendengar. “Berbicara adalah sebuah proses yang tidak hanya berupa pemahaman atas apa yang sedang dikatakan, 28
Tarigan. loc. cit. Kamanto Sunarto, Pengantar Sosiologi, (Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2004), h. 37 29
18
tetapi juga menangkap motif pembicara, pesan-pesan tersirat tetapi tidak terkatakan, dan ironi atau sarkasme yang dapat sama sekali bertentangan dengan makna eksplisit kata-katanya”.30 Pengunaan bahasa yang mudah dimengerti, tidak ambigu dan nada suara yang jelas dapat mempermudah orang lain memahami maksud dan tujuan pembicara. Selain itu, gerak-gerik pembicara ketika berbicara di depan audien juga sangat mempengaruhi, misalnya ekspresi yang digunakan ketika ingin menggambarkan orang yang sedang marah atau hal lainnya. Menurut Sukarman, Untuk mengukur kemampuan siswa dalam berbicara dapat dilihat dari kemampuannya menghasilkan simbolsimbol fonetis dan kemampuannya melengkapi dengan gerak-gerak isyarat (gentur) yang terpenting adalah melatih siswa untuk berani dengan bahasa yang baik dan benar.31 Untuk mengetahui atau mengukur keterampilan berbicara siswa, guru dapat melihatnya melalui gerak-gerik siswa ketika berbicara, misalnya tidak memainkan baju atau tangan ketika berbicara, ketika berbicara tidak ragu ketika ingin mengungkapkan apa yang ada dipikirannya dan tidak mengulang-ulang perkataan yang telah diucapkannya. Cakupan dalam kegiatan berbicara sangat luas, ada yang mencakup kegiatan kegiatan berbicara yang bersifat formal maupun informal. Adapun cakupan materi berbicara dalam kurikulum meliputi kegiatan sebagai berikut: (1) berceramah, (2) berdebat, (3) bercakapcakap, (4) berkhotbah, (5) bertelepon, (6) bercerita, (7) berpidato, (8) bertukar pikiran, (9) bertanya, (10) bermain peran, (11) berwawancara, (12) berdiskusi, (13) berkampanye, (14) menyampaikan sambutan, selamat, pesan, (15) melaporkan, (16) menanggapi, (17) menyanggah pendapat, (18) menolak permintaan, tawaran, ajakan, (19) menjawab pertanyaan, (20) menyatakan sikap, (21) menginformasikan, (22) membahas, (23) melisankan (isi drama, cerpen, puisi, bacaan), (24) menguraikan cara membuat sesuatu, (25) menawarkan sesuatu, (26) meminta maaf, (27) memberi petunjuk, (28) memperkenalkan diri, (29)
30
Dale Carnegie, The 5 Essential People Skills, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2009), h. 159. 31 Wasimin, “Peningkatan Kompetensi Berbicara Siswa SD Melalui Metode Role Play”, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 15, 2009, h.195.
19
menyapa, (30) mengajak, (31) mengundang, (32) memperingatkan, (33) mengoreksi, dan (34) tanya-jawab.32 Tes diperlukan oleh seorang guru untuk mengetahui seberapa besar kemampuan siswa dalam berbicara, khususnya dalam bercerita. Adapun beragam tes yang telah tertera dalam buku, di bawah ini adalah beberapa bentuk tes berbicara dari berbagai sumber. Dalam tes berbicara yang pertama, ada empat aspek yang dinilai, diantaranya “(1) Ketepatan isi cerita, (2) Sistematika cerita, (3) Penggunaan bahasa, meliputi pelafalan, intonasi, pilihan kata, struktur kata, dan struktur kalimat, dan (4) Kelancaran bercerita”.33 Aspek pertama berkaitan dengan ketepatan isi dari cerita, apakah cerita yang disampaikan sesuai atau tidak sesuai. Aspek kedua berkaitan dengan jalan cerita yang disampaikan. Aspek ketiga berkaitan dengan penggunaan bahasa yang meliputi lafal yang diucapkan, kesesuaian intonasi, diksi, struktur kata dan kalimat, serta aspek yang terakhir berkaitan dengan kelancaran siswa dalam bercerita. Selain itu, dalam sumber lain dijelaskan lebih rinci mengenai tes berbicara, pada tes berbicara berdasarkan rangsangan visual dan suara seperti video, film, siaran televisi, dan lain sebagainya menggunakan rubik penilaian sebagai berikut, “(1) Kesesuaian isi pembicaraan, (2) Ketepatan logika urutan bicara, (3) Ketepatan detail peristiwa, (4) Ketepatan makna keseluruhan bicara, (5) Ketapatan kata, (6) Ketepatan kalimat, (7) Kelancaran”. 34 Adapun tes berbicara untuk menceritakan kembali buku cerita tercantum sebagai berikut, “(1) Ketepatan isi cerita, (2) Ketepatan penunjukan detil cerita, (3) Ketepatan logika cerita, (4) Ketepatan makna keseluruhan bicara, (5) Ketapatan kata, (6) Ketepatan kalimat, (7) Kelancaran”.35 Berbicara dapat dinilai dari berbagai aspek, sebagaimana yang telah dibahas, tes berbicara
32
Kundharu Saddhono & St. Y. Slamet, Meningkatkan Keterampilan Berbahasa Indonesia, (Bandung: CV. Karya Putra Dewi, 2012), h. 59 33 Djago Tarigan, Pendidikan Keterampilan Berbahasa, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2002), h. 6.16 34 Burhan Nurgiyantoro, Penilaian Pembelajaran Bahasa Berbasis Kompetensi, (Yogyakarta: Edisi Pertama), h. 409 35 Ibid., h. 410
20
merupakan sebuah tekhnik pengukuran terhadap kemampuan berbicara seseorang. Adapun komponen yang dijadikan sasaran dalam berbicara yakni, bahasa lisan yang digunakan (lafal dan inotasi, kosakata dan pilihan kata, struktur bahasa, gaya bahasa dan pragmatik), isi pembicaraan (hubungan topik dan pembicaraan dengan isi, struktur isi, kualitas isi, kuantitas isi), dan teknik dan penampilan (tata cara, gerak-gerik dan mimik, serta volume suara).36 Berdasarkan berbagai macam aspek yang telah dibahas, ini menunjukkan bahwa tes berbicara sangat beragam, tinggal bagaimana guru menyesuaikannya dengan keadaan siswa. Baik dari segi tingkatan kelas ataupun lainnya. Dan pada intinya, semua penilaian di atas adalah sama, yakni untuk mengatahui kemampuan seseorang dalam berbicara, khususnya kemampuan bercerita. Berbicara bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan, terlebih lagi jika dilakukan oleh orang yang tidak terbiasa berbicara di depan umum. Belajar dan berlatih adalah solusi yang paling tepat untuk melatih keterampilan berbicara seseorang. Berikut ini adalah beberapa hambatan yang sering ditemui dalam kegiatan berbicara, yakni: 1) Hambatan Internal a) Ketidaksempurnaan alat ucap Kesalahan yang diakibatkan kurang sempurna alat ucap akan mempengaruhi keefektifan dalam berbicara, pendengar pun akan salah menafsirkan maksud pembicara. b) Penguasaan komponen kebahasaan (1) Lafal dan intonasi (2) Pilihan kata (diksi) (3) Struktur bahasa (4) Gaya bahasa c) Penggunaan komponen isi (1) Hubungan isi dengan topik (2) Struktur isi (3) Kualitas isi (4) Kuantitas isi
36
Noehi Nasoetion, dkk., Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007), h. 8.23
21
d) Kelelahan dan kesehatan fisik maupun mental Seorang pembicara yang tidak menguasai komponen bahasa dan komponen isi tersebut di atas akan menghambat keefektifan berbicara. 2) Hambatan Eksternal a) Suara atau bunyi b) Kondisi ruangan c) Media d) Pengetahuan pendengar.37 Berdasarkan berbagai hambatan di atas, seorang guru harus mencari cara untuk membuat hambatan ini bisa terlampaui, salah satunya adalah dengan memilih media pembelajaran juga memilih metode pembelajaran yang tepat. Selain itu, guru ataupun orang tua juga bisa memberikan belajar tambahan. Untuk mengatasi suara atau bunyi yang kurang terdengar, guru bisa menggunakan pengeras suara, misalnya ketika ingin menonton film kartun guru menggunakan pengeras suara agar suara yang dihasilkan dari film tersebut lebih terdengar. Dalam mengatasi kondisi ruangan, misalnya terlalu sempit sedangkan siswa dalam kelas tersebut banyak, guru dapat mengatur tempat duduk siswa seperti membuat huruf U atau lainnya. Apabila tidak memungkinkan untuk mengatur tempat duduk guru bisa menggilir tempat duduk siswa atau sesekali guru bisa membawa siswa ke luar kelas, seperti taman atau tempat-tempat lain yang layak untuk belajar. b. Bercerita Bercerita merupakan salah satu keterampilan berbicara, bercerita dapat mengasah keterampilan berbicara siswa ketika di depan orang, bercerita merupakan suatu kegiatan menuturkan berbagai hal, baik yang kita lihat, dengar, ataupun dari apa yang kita baca, “Bercerita adalah perbuatan atau suatu kejadian dan disampaikan secara lisan dengan tujuan membagikan pengalaman dan pengetahuan kepada orang lain”.38 Bercerita merupakan penyampaian pengalaman atau pengetahuan yang diketahui oleh orang yang bercerita, bisa menceritakan kembali suatu kisah yang pernah didengarnya 37
Isah Cayhani dan Hodijah, Kemampuan Berbahasa Indonesia di SD, (Bandung: UPI PRESS, 2007) 38 Sihabudin, dkk., Bahasa Indonesia II, (Edisi Pertama, Paket 8-14), h. 8-7
22
atau diketahuinya, bercerita tentang sosok yang dikagumi oleh pembicara, ataupun bercerita tentang pengalaman dirinya sendiri, orang lain atau orang yang terdahulu. Melalui cerita, guru ataupun orang tua dapat memberikan pelajaran kepada anak-anak, memberikan contoh yang baik melalui ceritacerita yang menarik, cerita yang disampaikan bisa berupa pengalaman, film/video, buku dongeng, dan lainnya. Dengan bercerita siswa dapat mengungkapkan apa yang pernah dialaminya, baik pengalaman sendiri, orang lain, bercerita tentang suatu kisah yang pernah didengarnya, ataupun hal-hal lainnya. “Kegiatan bercerita menuntun siswa ke arah pembicaraan yang baik. Lancar bercerita berarti lancar berbicara. Dalam bercerita siswa dilatih berbicara jelas, inotasi yang tepat, urutan kata sistematis, menguasai massa pendengar dan berperilaku menarik”.39 Bercerita dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam berbicara, melatih siswa untuk lebih jelas ketika berbicara, menguji keberanian siswa ketika berbicara di depan umum. Interaksi antara pembicara dan pendengar dalam kegiatan berbicara berjalan searah. Pembicaranya menyampaikan pesan sedang pendengar menerima pesan tanpa dapat berinteraksi langsung kepada pembicara. Karena itu, interaksi antara pembicara dan pendengar dalam kegiatan bercerita disebut satu arah.40 Pada Taman Kanak-kanak (TK) bercerita disampaikan oleh orang dewasa yang disimak oleh anak usia dini, pada tingkat Sekolah Dasar (SD) bercerita bisa dilakukan oleh siswa. Misalnya, bercerita mengenai pengalaman yang pernah ia alami atau menceritakan kembali cerita yang pernah didengarnya. Menurut Tampubolon, “Bercerita kepada anak memainkan peran penting bukan saja dalam menumbuhkan minat dan kebiasaan membaca, tetapi juga dalam mengembangkan bahasa dan pikiran anak”.41 Artinya, dengan bercerita siswa tidak hanya dapat mengasah 39
Ma’mur Saadie, dkk., Strategi Pembelajaran Bahasa Indonesia, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007), h. 9.16 40 Djago Tarigan, Pendidikan Keterampilan Berbahasa, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2002), Cet 5, h. 6.20 41 Ratna Anggraini, Peningkatan Keterampilan Berbicara Menggunakan Metode Bercerita Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Semitau, (16 Januari 2014, Pukul: 10.03)
23
keterampilannya dalam berbicara saja. Akan tetapi, bahasa dan pikiran mereka dan ketertarikan mereka terhadap buku bacaan-pun akan semakin meningkat. Ketika seseorang ingin bercerita, orang tersebut membutuhkan satu cerita yang akan disampaikan kepada penyimak. Kejadian atau peristiwa disekitar kita bisa dijadikan cerita, tinggal bagaimana cara menyampaikan cerita tersebut secara menarik. Tujuan dari bercerita adalah agar anak dapat membedakan perbuatan yang baik atau buruk, boleh ditiru atau tidak boleh ditiru. Anak diminta untuk membedakan antara yang baik dan yang buruk sehingga kelak anak tersebut dapat mencontoh perbuatan baik untuk diaplikasikan dalam kehidupannya. Selain itu, bercerita juga dapat mengasah daya tangkap, daya pikir, konsentrasi, mengasah rasa, imajinasi, akhlak dan hal lainnya. Adapun fungsi bercerita, “bercerita difungsikan sebagai sarana menyampaikan pesan seperti menjelaskan sesuatu hal, kejadian, peristiwa dan sebagainya kepada pendengar”.42 Bercerita mempunyai berbagai macam manfaat, hal itu dikarenakan pada setiap cerita pasti mempunyai pesan atau bahkan beberapa cerita memberikan pelajaran berharga bagi orang yang mengalami ataupun yang bercerita, manfaat bercerita yang dimaksud antara lain dapat memberikan hiburan, misalnya ketika suasana kelas dilanda kebosanan dan tidak ada hal yang menarik yang dapat dilakukan oleh anak. 3. Pembelajaran Bahasa Indonesia a. Pengertian Pembelajaran Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu terjadi atau tidak terjadinya proses belajar. Proses belajar terjadi berkat siswa memperoleh sesuatu yang ada dilingkungan sekitar. Lingkungan yang dipelajari oleh siswa berupa keadaan alam, benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, manusia atau hal-hal yang berhubungan dengan
42
Tarigan, op. cit., h. 6.11
24
bahan ajar. Tindakan belajar tentang sesuatu hal tersebut tampak sebagai perilaku belajar yang tampak dari luar. Pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang diakukan oleh guru dan siswa di dalam ataupun di luar kelas. Selain itu, pembelajaran juga membutuhkan dukungan dari sumber belajar, “Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”.43 Dijelaskan lebih lanjut mengenai pembelajaran, “Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran”.44 Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru dan siswa, tempat pelaksanaan tidak terbatas oleh ruang kelas, melainkan bisa dilakukan dimana saja. Untuk mencapai tujuan pembelajaran, dalam proses pembelajaran membutuhkan berbagai kombinasi dari berbagai unsur yang telah tertera. Pada pendidikan formal, guru adalah praktisi yang paling bertanggung jawab atas berhasil atau tidaknya program pembelajaran di Sekolah atau Madrasah, sebab guru merupakan ujung tombak atau peran sentral dalam kegiatan pembelajaran di ruang kelas. Sebagai seorang praktisi yang berhadapan langsung dengan siswa sehari-hari, guru pasti pernah menghadapi masalah yang berkaitan dengan pekerjaannya. Sebagai seorang pendidik ia berkeinginan siswa dapat memahami pembelajaran di dalam kelas seoptimal mungkin. Akan tetapi, hasil yang diharapkan seringkali tidak sesuai dengan apa yang ia harapkan. Berbagai strategi digunakan oleh guru dalam kelas. Akan tetapi, guru tradisional umunya menggunakan strategi yang meliputi: penggunaan ceramah, tanya jawab, penjelasan, pemberian ilustrasi, pendemonstrasian atau mengarahkan
siswa
secara
langsung ke
sumber
informasi
selama
pembelajaran berlangsung atau menggunakan buku teks untuk pemberian 43 44
UU Sisdiknas, (Bandung: Fokus Media, 2009), h. 4 Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), h. 57
25
tugas-tugas dirumah. Semua itu dirancang dan seringkali dijalankan oleh guru, sementara siswa hanya melihat atau mendengarkan apa yang dikatakan guru. Model pembelajaran seperti itu terbukti gagal mencapai tujuan pembelajaran secara maksimal, sehingga pada saat ini banyak sekali beberapa konsep pembelajaran yang diperkenalkan untuk mendongkrak keterpurukan mutu pembelajaran. Untuk tujuan inilah guru seharusnya memiliki keberanian untuk melakukan berbagai uji coba terhadap suatu metode mengajar, membuat suatu media murah atau penerapan suatu strategi mengajar tertentu yang secara teoritis dapat dipertanggung jawabkan untuk memecahkan permasalahan pembelajaran. Peristiwa pembelajaran dalam suatu bidang studi atau mata pelajaran memiliki berbagai bentuk. Bentuk-bentuk itu berupa proses-proses yang bersifat langsung dalam kelas dan juga tidak langsung. Pada dasarnya pengertian
tentang
peristiwa
pembelajaran
merupakan
serangkaian
komunikasi yang dilakukan kepada siswa. Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan, baik itu perubahan afektif, kognitif maupun psikomotor sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Pembelajaran merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk mempermudah siswa dalam mencapai tujuan atau keberhasilan yang diharapkan dengan cara melakukan komunikasi dengan siswa. b. Pembelajaran Bahasa Indonesia Pembelajaran merupakan upaya membelajarkan siswa. Kegiatan pengupayaan ini akan mengakibatkan siswa dapat mempelajari sesuatu dengan cara efektif dan efisien. Upaya-upaya yang dilakukan dapat berupa analisis tujuan dan karakteristik studi dan siswa, analisis sumber belajar, menetapkan strategi penyampaian pembelajaran, menetapkan strategi pengelolaan pembelajaran dan menetapkan prosedur pengukuran hasil pembelajaran dan menetapkan prosedur pengukuran hasil pembelajaran. Oleh
26
karena itu, setiap pengajar harus memiliki keterampilan dalam memilih strategi pembelajaran untuk setiap jenis kegiatan pembelajaran. Hakikat dari belajar bahasa adalah belajar komunikasi. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa diarahkan untuk meningkatkan kemampuan belajar dalam berkomunikasi, baik lisan maupun tulis. Dalam pelajaran bahasa kali ini, kemampuan siswa dalam berkomunikasi dapat ditingkatkan melalui pembelajaran Bahasa Indonesia dengan bercerita yang dilakukan oleh seluruh siswa. Ruang lingkup Standar Kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia (Keterampilan Berbicara) SD dan MI, yakni: Berbicara seperti mengungkapkan gagasan dan perasaan. Menyampaikan sambutan, dialog, pesan, pengalaman, suatu proses, menceritakan diri sendiri, teman, keluarga, masyarakat, benda, tanaman, binatang, pengalaman, kegiatan sehari-hari, peristiwa, tokoh, kesukaan/ketidaksukaan, kegemaran, peraturan, tata tertib, petunjuk, dan laporan serta mengapresiasi dan berekspresi sastra melalui kegiatan melisankan hasil sastra berupa dongeng, cerita anak-anak, cerita rakyat, cerita binatang, puisi anak, syair lagu, pantun, dan drama anak.45 Pendekatan dalam pembelajaran bahasa dibedakan menjadi pendekatan komunikasi,
pendekatan
integratif,
pendekatan
CBSA,
pendekatan
keteampilan proses, pendekatan tematis. Komunikasi berarti melakukan interaksi dengan orang lain yang biasa dilakukan dengan berbicara. Bercerita merupakan salah satu bagian dalam pendekatan komunikasi
yang
memusatkan pada keterampilan berbicara. Kriteria yang harus dipenuhi oleh pengajaran berbicara, antara lain: 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8) 9)
45
Relevan dengan tujuan pengajaran Memudahkan siswa memahami materi pengajaran Mengembangkan butir-butir keterampilan proses Dapat mewujudkan pengalaman belajar yang telah dirancang Merangsang siswa untuk belajar Mengembangkan siswa untuk belajar Mengembangkan kreativitas siswa Tidak menuntut peralatan yang rumit Mudah dilaksanakan
Jauharoti Alfin, dkk., Pembelajaran Bahasa Indobesia MI, (Edisi Pertama, 2009), h. 6-32
27
10) Menciptakan suasana belajar-mengajar yang menyenangkan.46 Dalam memilih materi pembelajaran keterampilan berbicara, guru harus lebih banyak memberikan kesempatan kepada siswa untuk berbicara. Selain itu, guru juga harus memberikan motivasi agar siswa lebih percaya diri dan mempunyai imajinasi dalam menciptakan suasana yang dapat mendorong siswa untuk berbicara. Misalnya dengan memberikan kata-kata yang memancing siswa untuk bercerita seperti, ”Kegiatan apa saja yang telah kalian lakukan ketika berlibur? Pada saat berlibur pergi ke mana saja?” Selain itu, guru juga bisa memulainya dengan memberikan sebuah cerita yang menarik sehingga dapat memancing siswa untuk bercerita. Selain itu, guru juga bisa memperdengarkan sebuah cerita kepada siswa melalui media-media tertentu kemudian meminta siswa untuk mengulang kembali cerita yang mereka dengar dengan kata-kata mereka sendiri. Pengajaran keterampilan bercerita tidak dapat dilaksanakan secara mandiri. Artinya, pengajaran keterampilan bercerita harus dikaitkan, digandakan, atau ditumpangkan pada pengajaran pokok yang ada. Rumusan fungsi pengajaran Bahasa Indonesia yang tercantum dalam 1994 GBPP Mata Pelajaran Bahasa Indonesia: 1) 2) 3)
4) 5)
Sarana Pembinaan kesatuan dan persatuan bangsa. Sarana penigkatan pengetahuan dan keterampilan berbahasa Indonesia dalam rangka pelestarian dan pengembangan budaya. Sarana peningkatan pengetahuan dan keterampilan berbahasa Indonesia untuk meraih dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Sarana penyebarluasan pemakaian Bahasa Indonesia yang baik untuk berbagai keperluan menyangkut berbagai masalah. Sarana pengembangan penalaran.47 Dalam kegiatan pembelajaran keterampilan berbahasa dengan
strategi lisan-tulis dapat dilakukan dengan berbagai cara, yakni: mengajak anak untuk bercerita, mengajar anak untuk belajar berdebat, mengajak 46
Budinuryanta, dkk., Pengajaran Keterampilan Berbahasa, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2008), h. 10.24 47 Ibid., h. 1.12
28
anak untuk bermain berbisik-bisik, mengajak anak berlatih imla, dan yang terakhir adalah mengajak anak untuk berlatih imla dengan materi yang lebih diperluas. Pembelajaran berbahasa dengan cara mengajak anak untuk bercerita dilakukan dengan meminta anak untuk menceritakan kembali cerita yang telah mereka dengar secara bergiliran. Setelah anak selesai bercerita, guru meminta anak untuk bertanya.
B. Hasil Penelitian Yang Relevan Penelitian tentang keterampilan berbicara: 1. Ana Monica Rufisa, Judul Skripsi “Pengaruh Penggunaan Media Kartun Terhadap Keterampilan Menulis Opini Pada Siswa Kelas IX SMP Negeri 2 Tangerang”, maka kesimpulan yang dapat diambil sebagai berikut: Berdasarkan hasil penghitungan data dengan menggunakan uji-t dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh positif media kartun terhadap kemampuan menulis opini siswa kelas IX SMP Negeri 2 Tangerang. Hal ini ditandai dengan diperolehnya harga thitung = 3,48 pada derajat kebebasan (dk) 36 + 31 – 2 = 65. Sedangkan harga ttabel pada derajat bebas (db) 65 = 1,67 untuk taraf signifikansi adalah thitung = 3,48
0,05. Perhitungan yang didapat
ttabel = 1,67. Dengan demikian hipotesis penelitian
yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh positif media kartun terhadap keterampilan menulis karangan opini diterima. Berdasarkan hasil analisis data, diketahui bahwa rentangan skor pretest ketermpilan menulis opini kelas eksperimen antara 26-60 mencapai skor rata-rata 45,63 dan rentangan skor posttest keterampilan menulis opini kelas 26-86 mencapai skor rata-rata 68,5. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa skor rata-rata siswa kelas eksperimen meningkat sebesar 22,87. Adapun rentangan skor pretest keterampilan menulis opini kelas kontrol antara 20-66 mencapai skor rata-rata 44,5 dan rentangan skor posttest keterampilan menulis opini kelas kontrol antara 33-73 mencapai
29
skor rata-rata 52,70. Dengan demikian, skor rata-rata kelas kontrol hanya meningkat 8,2. Berdasarkan penjabaran tersebut, terlihat bahwa kenaikan rata-rata keterampilan menulis opini siswa kelas eksperimen lebih besar dari pada kenaikan skor rata-rata kelas kontrol. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa keterampilan menulis opini siswa yang diajarkan dengan menggunakan media kartun lebih baik hasilnya dibandingkan yang tidak menggunakan media kartun.48 Penelitian yang dilakukan oleh Ana Monica Rufisa dengan peneliti sama-sama meneliti tentang media audio visual (kartun). Perbedaannya terdapat pada tingkatan kelas dan lokasi penelitian, peneliti melalukan penelitian pada siswa kelas III MI Tarbiyah Al-Islamiyah Kembangan, Jakarta Barat, sedangkan Ana Monica Rufisa melakukan penelitian pada siswa kelas IX SMP Negeri 2 Tangerang. Selain itu, perbedaan penelitian adalah terletak pada keterampilan yang ingin diteliti, yakni peneliti memfokuskan pada keterampilan berbicara (bercerita) sedang Ana Monica Rufisa memfokuskan pada keterampilan menulis opini. 2. Malindah Mar’atus Rahmah, 2012 Judul
Skripsi
“Peningkatan
Keterampilan
Bercerita
Dengan
Pemanfaatan Media Audio Visual (Pemutaran Film Tsunami) Pada Siswa Kelas VII Di SMP Islam Al Syukro Universal Tangerang Selatan Tahun Ajaran 2011/2012”, maka kesimpulan yang dapat diambil sebagai berikut: Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa: terdapat peningkatan keterampilan bercerita siswa dengan menggunakan media audio visual (pemutaran film tsunami), hal ini dibuktikan dengan hasil pembelajaran siklus ke-2 mencapai 0,756% atau
48
Malindah Mar’atus Rahmah, “Peningkatan Keterampilan Bercerita Dengan Pemanfaatan Media Audio Visual (Pemutaran Film Tsunami) Pada Siswa Kelas VII Di SMP Islam Al Syukro Universal Tangerang Selatan Tahun Ajaran 2011/2012”, Skripsi yang diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar sarjana pendidikan (S.Pd) pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tidak dipublikasikan.
30
mengalami peningkatan mencapai 75% dan nilai rata-rata mencapai 81,6 dengan nilai rata-rata sebelumnya yaitu 70,26.49 Penelitian yang dilakukan oleh Malindah Mar’atus Rahmah dengan peneliti sama-sama meneliti tentang keterampilan berbicara, yakni bercerita. Selain itu, persamaan penelitian juga terletak pada penggunaan media
audio
visual.
Hanya
saja,
Malindah
Mar’atus
Rahmah
memfokuskan penelitiannya pada media audio visual film tsunami, sedangkan peneliti memfokuskan penelitian pada media audio visual film kartun. Perbedaan lainnya terdapat pada tingkatan kelas dan lokasi penelitian, peneliti melalukan penelitian pada siswa kelas III MI Tarbiyah Al-Islamiyah Kembangan, Jakarta Barat, tahun ajaran 2014/2015. Sedangkan Malindah Mar’atus Rahmah melakukan penelitian pada siswa kelas VII SMP Islam Al Syukro Universal Tangerang Selatan Tahun Ajaran 2011/2012. 3. Julica Dwi Perfita, 2012. Judul Skripsi “Pengaruh Minat Belajar Keterampilan Berbicara dengan Metode Diskusi Pada Peserta Didik Kelas XI SMK Islam Ruhama Kota Tangerang Selatan”, berdasarkan analisis data yang diperoleh di SMK Islam Ruhama Tangerang Selatan, dapat disimpulkan bahwa: Pengaruh minat belajar keterampilan berbicara dengan metode diskusi pada peserta didik kelas XI di SMK Islam Ruhama masih belum memuaskan dikarenakan terdapat faktor yang mempengaruhi minat ajar seperti tidak adanya dorongan dari guru atau kepala sekolah terhadap minat belajar peserta didik, tidak hanya fasilitias yang memadai belajar peserta didik, metode pembelajaran yang diberikan guru bahasa Indonesia kurang bervariasi dan tidak adanya kreativitas dari guru bahasa Indonesia. Penggunaan
metode
diskusi
dapat
mempengaruhi
minat
belajar
keterampilan berbicara bahasa Indonesia. Dengan demikian, apabila guru 49
Ana Monica Rufisa, “Pengaruh Penggunaan Media Kartun Terhadap Keterampilan Menulis Opini Pada Siswa Kelas XI SMP Negeri 2 Tangerang”, Skripsi yang diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar sarjana pendidikan (S.Pd) pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tidak dipublikasikan.
31
selalu
memberikan
dalam
pembelajaran
bahasa
Indonesia
dapat
ditingkatkan dengan variasi metode sehingga pembelajaranpun tidak monoton.50 Penelitian yang dilakukan oleh Julica Dwi Perfita dengan peneliti sama-sama meneliti tentang keterampilan berbicara. Perbedaannya terletak pada media dan metode, peneliti menggunakan media audio visual (kartun) sedangkan Julica Dwi Perfita meneliti tentang metode yang digunakan, yakni diskusi. Selain itu, perbedaan pada penelitian ini juga terlihat dari tingkatan sekolah, Julica Dwi Perfita meneliti pada tingkat SMK sedangkan peneliti pada tingkat MI. 4. Sri Hartini, 2012. Judul Skripsi “Peningkatan Kemampuan Menyimak Fabel (Cerita Binatang) dengan Menggunakan Media Animasi Audio Visual pada Siswa Kelas III MI Bojongduren, Sukabumi”, maka kesimpulan yang dapat diambil sebagai berikut: Kemampuan menulis dapat ditingkatkan melalui media animasi audio visual, sehingga siswa dapat menguasai kemampuan menyimak cerita fabel pada siswa kelas III di MI Bojongduren, Sukabumi sehingga mengalami peningkatan. Peningkatan keterampilan menyimak cerita anak tersebut diketahui dari hasil tes pratindakan, siklus I, dan siklus II. Nilai rata-rata pada tes pratindakan sebesar 54,4 termasuk dalam kategori kurang, sedangkan nilai rata-rata pada siklus I mencapai 73,2 termasuk dalam kategori cukup. Dengan demikian peningkatan nilai rata-rata keterampilan menyimak dan menulis dari pratindakan ke siklus I sebesar 18,8 poin atau sebesar 34,6%. Adapun peningkatan dari nilai target sebesar 3,2 poin. Pada siklus II, nilai rata-rata yang dicapai adalah 84,2 sehingga mengalami peningkatan dari siklus I sebesar 11 poin atau 15%. Sementara itu, peningkatan dari nilai target sebesar 14,2 poin. Peningkatan 50
Julica Dwi Perfita, “Pengaruh Minat Belajar Keterampilan Berbicara Dengan Metode Diskusi Pada Peserta Didik Kelas XI SMK Islam Ruhama Kota Tangerang Selatan”, Skripsi yang diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar sarjana pendidikan (S.Pd) pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tidak dipublikasikan.
32
hasil tes juga diikuti oleh perubahan pemahaman siswa kelas III MI Bojongduren kearah yang lebih positif setelah dilaksanakan pembelajaran menyimak cerita fabel melalui media animasi audio visual. Hal tersebut dapat diketahui dari hasil nontest yang meliputi hasil observasi, jurnal, wawancara, dan dokumentasi foto. Pada pembelajaran siklus I banyak siswa
yang
cenderung
pasif,
bermalas-malasan,
dan
kurang
memperhatikan penjelasan yang diberikan oleh guru. Namun pada pembelajaran siklus II perilaku siswa lebih aktif, senang, dan serius terhadap materi ataupun tugas yang diberikan oleh guru. Selain itu, mereka terlihat senang, tertarik dan antusias dengan pembelajaran yang dilaksanakan, sehingga siswa dapat memahami materi dan tugas yang diberikan oleh guru dapat diselesaikan dengan baik.51 Penelitian yang dilakukan Sri Hartati dengan peneliti sama-sama meneliti tentang media audio visual. Hanya saja, Sri Hartati memfokuskan penelitiannya pada media audio visual animasi, sedangkan peneliti memfokuskan penelitian pada media audio visual film kartun. Perbedaan lainnya terdapat pada lokasi penelitian, peneliti melalukan penelitian pada siswa kelas III MI Tarbiyah Al-Islamiyah Kembangan, Jakarta Barat, sedangkan Sri Hartati melakukan penelitian pada siswa kelas III MI Bojongduren, Sukabumi. Dan perbedaan yang terakhir adalah terletak pada keterampilan yang ingin diteliti namun tetap memiliki keterkaitan dengan keterampilan yang ingin diteliti, yakni peneliti memfokuskan pada keterampilan berbicara (bercerita) sedang Sri Hartati memfokuskan pada keterampilan menyimak.
51
Sri Hartini, “Peningkatan Kemampuan Menyimak Cerita Fabel (Cerita Binatang) dengan Menggunakan Media Animasi Audio Visual pada Siswa Kelas III MI Bojongduren, Sukabumi”, Skripsi yang diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar sarjana pendidikan (S.Pd) pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tidak dipublikasikan.
33
C. Kerangka Berpikir Media merupakan salah satu faktor pendukung terpenting dalam sebuah proses
pembelajaran,
dan
sudah
sepantasnya
media
dimanfaatkan
keberadaannya dalam pembelajaran agar siswa menjadi lebih termotivasi dalam mengikuti pelajaran yang sedang dipelajari. Di antara banyaknya media yang bisa dimanfaatkan media audio visual (kartun) adalah media yang paling menarik untuk digunakan dalam proses pembelajaran, karena apa yang didengar dan dilihat oleh siswa akan lebih berkesan dalam ingatan mereka ketimbang mendengarkan ceramah guru dan mencatat apa yang diperintahkan guru. Sekalipun begitu, film kartun yang akan ditampilkan kepada siswa juga harus disesuaikan antara isi film kartun dengan mata pelajaran yang akan disampaikan. Film kartun juga harus mengandung unsur pendidikan bagi siswa, hal itu dikarenakan siswa akan lebih mudah mencontoh film-film yang mereka tonton, terlebih lagi jika film tersebut sangat digemari oleh siswa. Pemanfaatan media audio visual (kartun) di dalam proses pembelajaran akan sangat mempengaruhi keterampilan bercerita siswa kelas III MI Tarbiyah Al-Islamiyah Kembangan, Jakarta Barat yang dilihat masih kurang optimal, sehingga keterampilan siswa dalam bercerita dinilai masih kurang memuaskan atau belum memenuhi standar KKM dan pembelajaran di dalam kelas dilihat masih kurang menyenangkan dengan proses yang sama seperti biasa. Untuk itu, guru perlu menggunakan media pembelajaran yang dapat mempengaruhi keterampilan berbicara khususnya bercerita siswa agar kemampuan siswa yang relatif masih rendah bisa meningkat dan siswa semakin semangat ketika belajar mata pelajaran Bahasa Indonesia. Sebagai seorang
guru,
peneliti
melakukan
tindakan
pembelajaran
dengan
menggunakan media audio visual (kartun) Dodo dan Syamil. Melalui media audio visual (kartun) siswa diharapkan mampu meningkatkan
keterampilan
bercerita
siswa.
Siswa
diminta
untuk
menceritakan kembali cerita yang telah mereka tonton menggunakan kata-
34
kata sendiri, dan guru menilai keterampilan bercerita siswa yang mengacu pada lima aspek yang telah peneliti siapkan. Lima aspek tersebut adalah intonasi, ekspresi, ketepatan isi, kelengkapan isi serta lafal dan kelancaran.
D. Hipotesis Penelitian Berdasarkan kerangka berpikir yang telah diuraiakan, hipotesis pada penelitian ini adalah: H0 : Tidak terdapat pengaruh media audio visual (kartun) terhadap keterampilan bercerita pada siswa kelas III MI Tarbiyah Al-Islamiyah Kembangan, Jakarta Barat. H1 : Terdapat pengaruh media audio visual (kartun) terhadap keterampilan bercerita pada siswa kelas III MI Tarbiyah Al-Islamiyah Kembangan, Jakarta Barat.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di MI Tarbiyah Al-Islamiyah. Sekolah ini terletak di Jalan Srengseng Sawah Balong, Kembangan, Jakarta Barat. 2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada tahun ajaran 2014/2015, mulai dari Maret 2014 sampai dengan November 2014. Waktu untuk penelitian di dalam kelas adalah dua kali pertemuan dengan siswa kelas eksperimen dan dua kali pertemuan dengan siswa kelas kontrol.
B. Metode dan Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen. Peneliti menguji coba media pembelajaran audio visual (kartun) untuk mengetahui pengaruh media tersebut terhadap keterampilan bercerita dalam pelajaran Bahasa Indonesia dengan membandingkan tes keterampilan berbicara antara siswa yang menggunkan media audio visual (kartun) sebagai kelas eksperimen dengan siswa yang tidak menggunakan media audio visual (kartun) sebagai kelas kontrol. Desain penelitian yang digunakan adalah Two Grup Randomized Subjects Pretest Posttest, terdapat dua kelompok yang akan diberikan pretes untuk mengetahui keadaan awal keterampilan berbicara (bercerita) siswa. Setelah mengetahui hasil pretest yang terlihat cukup signifikan, kemudian akan diberikan perlakuan yang berbeda. Posttest akan diberikan setelah kedua kelas diberikan perlakuan yang berbeda untuk mengetahui perbedaan pemahaman siswa kelas kontrol dan siswa kelas eksperimen. Adapun rancangan desain penelitiannya sebagai berikut:
35
36
Tabel 3.1 Desain Penelitian Two Group Randomized Subject Pretest Posttest
Kelompok
Pretest
Treatmen
Posttest
(R)E
Y
XE
Z
(R) K
Y
-
Z
Keterangan: (R) E
= Kelompok eksperimen
(R) K
= Kelompok kontrol
Y
= Tes awal yang diberikan
XE
= Perlakuan kelompok eksperimen
Z
= Tes yang diberikan
C. Populasi Dan Sampel Populasi dan sampel yang diambil dalam penelitian ini yakni: Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas: “objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan”.1 Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas III MI Tarbiyah Al-Islamiyah Kembangan, Jakarta Barat tahun ajaran 2014/2015. Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti. Sampel ini diambil menggunakan teknik Simple Random Sampling, yakni “pengambilan sampel yang memberikan kesempatan yang sama kepada populasi untuk dijadikan sampel”.2 Dalam penelitian ini, peneliti mengambil 2 kelas secara acak dari 3 kelas yang ada, sehingga diperoleh kelas III C sebagai kelas eksperimen dan kelas III B sebagai kelas kontrol. Kelas III C 28 siswa dan III B 29 siswa. Jumlah sampel yang diambil dari kedua kelas sebanyak 40 siswa, yaitu 20 siswa dari 1
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung, Alfabeta, 2011), cet. 14, h. 80 2 Deni Darmawan, Metode Penelitian Kuantitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), h. 146.
37
kelas III C sebagai kelas eksperimen dan 20 siswa dari kelas III B sebagai kelas kontrol. Penelitian dilakukan di kelas III karena berdasarkan Standar Isi, Standar Kompetensi, dan Kompetensi Dasar materi pembelajaran bercerita terdapat di kelas III, maka peneliti melakukan penelitian pada kelas III MI Tarbiyah AlIslamiyah Kembangan, Jakarta Barat.
D. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi
yang
dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan penelitian. Dalam penelitian ini data diperoleh melalui posttest yang diberikan kepada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Instrumen berbentuk tes tertulis berupa soal pilihan ganda dan soal uraian. Instrumen non-tes berupa lembar observasi aktifitas guru dan siswa dalam pembelajaran. Penggunaan teknik dan alat pengumpul data yang tepat memungkinkan diperolehnya data yang objektif. Untuk memperoleh data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, digunakan teknik pengumpulan data yang terdiri dari: 1.
Dokumentasi Teknik ini digunakan untuk memperoleh data sekolah, seperti profil sekolah, letak sekolah, guru, foto dan lainnya.
2.
Observasi Observasi dalam penelitian ini dilakukan untuk melihat proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan siswa dalam hal penggunaan media audio visual (film kartun).
3.
Tes Tes digunakan peneliti untuk mengetahui keterampilan berbicara (bercerita) melalui penggunaan media audio visual (kartun) di dalam proses belajar mengajar dengan yang tidak menggunakan media audio visual (kartun) di dalam proses belajar mengajar. Memberikan pretest sebelum diberikan perlakuan yang berbeda dan posttest setelah diberikan perlakuan yang berbeda, dengan menggunakan
38
tes keterampilan berbicara (bercerita). Adapun tes yang dilakukan dalam penelitian ini, yakni (1) Intonasi, (2) Ekspresi, (3) Ketepatan Isi, (4) Kelengkapan isi, (5) Lafal dan Kelancaran dengan keterangan sebagai berikut:
No.
Tabel 3.2 Tes Keterampilan Bercerita Aspek yang dinilai 5
1
2
3
4
5
Intonasi Keterangan: 5 : Sangat sesuai 4 : Sesuai 3 : Cukup sesuai 2 : Kurang sesuai 1 : Tidak sesuai Ekspresi Keterangan: 5 : Sangat tepat 4 : Tepat 3 : Cukup tepat 2 : Kurang tepat 1 : Tidak tepat Ketepatan Isi Keterangan: 5 : Sangat tepat 4 : Tepat 3 : Cukup tepat 2 : Kurang tepat 1 : Tidak tepat Kelengkapan Isi Keterangan: 5 : Sangat lengkap 4 : Lengkap 3 : Cukup lengkap 2 : Kurang lengkap 1 : Tidak lengkap Lafal dan Kelancaran Keterangan: 5 : Lafal sangat baik dan sangat lancar 4 : Lafal baik dan lancar 3 : Lafal cukup baik dan cukup lancar 2 : Lafal baik tetapi tidak lancar atau sebaliknya 1 : Lafal tidak baik dan tidak lancar
4
Nilai 3
2
1
39
Setiap nilai siswa akan dijumlahkan dengan ketentuan sebagai berikut: × 100
E. Teknik Analisis Data Setelah data diperoleh, kemudian dilakukan perhitungan statistik dan membandingkan keterampilan bercerita kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Perhitungan statistik meliputi uji persyaratan analisis dan uji hipotesis. Uji persyaratan analisis terdiri dari uji normalitas dan uji homogenitas. 1. Uji Persyaratan Analisis a. Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah sebaran data pada dua kelompok sampel yang diteliti berdistribusi normal atau tidak. Analisis data ini menggunakan SPSS 17 for windows version dengan menggunakan Kolmogorov-Smirnova. Syarat suatu data dapat dikatakan berdistribusi normal adalah jika signifikasi atau nilai probabilitas > 0,05. b. Uji Homogenitas Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah kedua kelompok tersebut memiliki tingkat varian data yang sama atau tidak. Analisis ini menggunakan SPSS 17 for windows versionyaitu One Way Anova. Jika hasil uji homogenitas ditunjukkan bahwa tingkat signifikasi atau nilai probabilitas > 0,05 maka dapat dikatakan bahwa varian yang dimiliki oleh sampel-sampel yang bersangkutan tidak jauh berbeda, maka sampel-sampel tersebut homogen. 2. Uji Hipotesis Setelah dilakukan pengujian populasi data dengan menggunakan normalitas dan homogenitas, apabila data populasi berdistribusi normal dan data populasi homogen maka dilakukan uji hipotesis. Uji hipotesis ini digunakan untuk mengetahui adanya pengaruh media audio visual (kartun)
40
terhadap
keterampilan
bercerita
dibandingkan
dengan
yang
tidak
menggunakan media audio visual (kartun).
F. Hipotesis Statistik Perumusan hipotesis statistik adalah sebagai berikut: H0
:
1
=
2
H1
:
1
≠
2
Keterangan: H0 : Tidak terdapat pengaruh media audio visual (kartun) terhadap keterampilan bercerita pada siswa kelas III MI Tarbiyah Al-Islamiyah Kembangan, Jakarta Barat. H1 : Terdapat pengaruh media audio visual (kartun) terhadap keterampilan bercerita pada siswa kelas III MI Tarbiyah Al-Islamiyah Kembangan, Jakarta Barat.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Profil MI Tarbiyah Al-Islamiyah 1. Lingkungan Madrasah Secara geografis letak MI Tarb. Al-Islamiyah Jakarta berada di wilayah Kelurahan Srengseng Kecamatan Kembangan Kota Jakarta Barat. Penduduk di lingkungan MI Tarb. Al-Islamiyah Jakarta cukup padat dengan tingkat ekonomi menengah bawah sedangkan suku dan agama penduduk bersifat heterogen tetapi mayoritas beragama Islam. Lingkungan MI Tarb. Al-Islamiyah Jakarta berada di tengah – tengah rumah penduduk, sehingga memberikan suasana yang cukup tenang dan nyaman untuk pelaksanaan KBM. 2. Profil Madrasah Identitas madrasah: Nama madrasah
: MI Tarbiyah Al-Islamiyah
Alamat Madrasah
: Jl.Srengseng Raya No.26 A
Kelurahan
: Srengseng
Kecamatan
: Kembangan
Kabupaten / Kota
: Jakarta Barat
Provinsi
: DKI Jakarta
Kode Pos
: 11630
Nomor telepon / Fax
: (021) 5856405*105 (021) 5847270
Email
:
[email protected]
Status Madrasah
: Swasta
Standar Madrasah
: Terakreditasi A
Nomor Statistik Madrasah (NSM)
: 111231730054
3. Sejarah Gedung madrasah dibangun secara permanen pada tahun 1951 diserah terimakan pada tanggal 15 Juli 1951 untuk MI Tarb. Al-Islamiyah srengseng.
41
42
Kepala MI Tarb. Al-Islamiyah saat itu bapak KH. Abdul Hamid shaleh pada tahun 1951 mulai dioperasikan dengan menerima siswa baru. MI Tarb. Al-Islamiyah dibawah pimpinan bapak KH.Abdul Hamid Shaleh Berlangsung selama 44 tahun yaitu dari tahun 1951-1995, kemudian digantikan oleh bapak H.Syuaib Hasan 1995-2004, kemudian digantikan oleh Bapak Mahfuz, M.Pd 2004-2011, kemudian digantikan oleh Bapak Tanto Sugianto, S.Ag 2011-2012 Beliau memimpin selama 1 tahun karena beliau mengajar di sekolah dasar pagi akhirnya dengan kebijakan yayasan beliau digantikan oleh ibu Sri Yuliyah, S.Ag. 4. Status Tanah MI Tarb. Al-Islamiyah didirikan diatas tanah milik wakaf dengan sertifikat perubahan akan pendiri No. 32/2008 tanggal 17-07-2008, luas tanah 3820 m². luas bangunan gedung 1108 m² dan luas bangunan gedung B 238 m². 5. Struktur organisasi Kepala madrasah
: Sri Yuliyah, S.Ag.
Wakil Kepala Madrasah I
: Abdul Syukur, S.Ag.
Wakil Bidang Kesiswaan
: Dasukih, S.Pd I
Koord. Tata Usaha (TU)
: Khusnul Latifah
Koord. Ibadah
: Maisaroh, S.Ag
Koord. Perpustakaan
: H.Zainuri
Koord. Ekskul
: Mariatul Qibtiah, S.Pd
Koord. Bimbingan
: Taufan Agil Arfany
6. Tujuan Pendidikan Sekolah Dasar 1) Menjalankan ajaran agama yang dianut sesuai dengan tahap perkembangan anak. 2) Mengenal kekurangan dan kelebihan diri sendiri. 3) Mematuhi aturan-aturan sosial yang berlaku dalam lingkungannya. 4) Menghargai keberagaman agama, budaya, suku, ras, dan golongan sosial ekonomi di lingkungan sekitarnya.
43
5) Menggunakan informasi tentang lingkungan sekitar secara logis, kritis, dan kreatif. 6) Menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, dan kreatif, dengan bimbingan guru/pendidik. 7) Menunjukkan rasa keingintahuan yang tinggi dan menyadari potensinya. 8) Menunujukkan kemampuan memecahkan masalah sederhana dalam kehidupan sehari-hari. 9) Menunjukkan kemampuan mengenali gejala alam dan sosial di lingkungan sekitar. 10) Menunjukkan kecintaan dan kepedulian terhadap lingkungan. 11) Menunjukkan kecintaan dan kebanggaan terhadap bangsa, negara dan tanah air Indonesia. 12) Menunjukkan kemampuan untuk melakukan kegiatan seni dan budaya lokal. 13) Menunjukkan kebiasaan hidup bersih, sehat, bugar, aman, dan memanfaatkan waktu luang. 14) Berkomunikasi secara jelas dan santun. 15) Bekerja sama dalam kelompok, tolong menolong, dan menjaga diri sendiri dalam lingkungan keluarga dan teman sebaya. 16) Menunjukkan kegemaran membaca dan menulis. 17) Menunjukkan keterampilan menyimak, berbicara, membaca, menulis dan berhitung. 7. Visi, Misi dan Tujuan Satuan Pendidikan Kurikulum yang disusun oleh MI Tarb. Al-Islamiyah untuk memungkinkan penyesuaian program pendidikan dengan kebutuhan dan potensi yang ada di sekolah, sebagai unit penyelenggara pendidikan juga harus
memperhatikan
perkembangan
dan
tantangan
Perkembangan dan tantangan itu misalnya menyangkut:
masa
depan.
44
1) Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. 2) Globalisasi yang memungkinkan sangat cepatnya arus perubahan dan mobilitas antar dan lintas sektor serta tempat. 3) Era informasi. 4) Pengaruh globalisasi terhadap perubahan perilaku dan moral manusia. 5) Berubahnya kesadaran masyarakat dan orang tua terhadap pendidikan. 6) Era AFTA. Visi pada umumnya dirumuskan dengan kalimat: (1) filosofis, (2) khas, (3) mudah diingat. Berikut ini adalah visi yang dirumuskan MI. Tarb. Al-Islamiyah Jakarta Barat : “Terwujudnya warga Madrasah yang berilmu, beriman dan berakhlakul karimah”. 8. Misi MI. Tarb. Al Islamiyah 1) Mewujudkan Madrasah Al-Tarbiyah Al Islamiyah sebagai sekolah bermutu. 2) Melaksanakan pendidikan agama bagian dari proses pendidikan disekolah. 3) Mempersiapkan fisik dan mental peserta didik yang tangguh.
B. Deskripsi Data 1. Pelaksanaan Pembelajaran Penelitian ini dilakukan pada saat pengajuan proposal dimulai pada bulan Januari. Sedangkan pengambilan data dilakukan pada bulan Oktober – November 2014 di MI Tarbiyah Al-Islamiyah Kembangan, Jakarta Barat yang memiliki jumlah siswa kelas III B sebanyak 29 siswa dan kelas III C sebanyak 28 siswa. Kelas III C sebagai kelompok eksperimen dan kelas III B sebagai kelompok kontrol. Sebelum melakukan proses pembelajaran, peneliti memberikan pretest kepada kedua kelas untuk diuji kesamaan varian dan keduanya menunjukkan bahwa data yang diperoleh berdistribusi normal dan homogen. Hal ini menunjukkan jika sebelum diberi perlakuan kedua kelas ini
45
memiliki kemampuan awal yang sama, terbukti dari varian yang tidak jauh berbeda di antara kedua kelas tersebut. a. Pertemuan Pertama Pada pertemuan pertama di kelas kontrol, guru melakukan pretest berupa uji keterampilan berbicara (bercerita) mengenai pengalaman yang pernah dialaminya atau mengenai film-film atau cerita yang pernah didengarnya (bercerita bebas) secara bergantian. Siswa diminta untuk bercerita di depan kelas dan siswa lain memperhatikannya. Sementara itu, guru memberikan penilaian. Apabila ada cerita yang perlu dipertanyakan, siswa lain boleh bertanya kepada teman yang bercerita. b. Pertemuan Kedua Pada pertemuan kedua, kegiatan belajar mengajar dilakukan di kelas eksperimen. Tidak berbeda dengan kelas kontrol, guru memberikan pretest kepada siswa berupa tes keterampilan berbicara (bercerita) di depan kelas secara bergantian. c. Pertemuan Ketiga Pada pertemuan ketiga, kegiatan belajar mengajar dilakukan di kelas kontrol. Guru memberikan materi berupa cerita yang ada dibuku paket siswa, kemudian guru meminta siswa untuk membaca cerita tersebut. Setelah siswa membaca cerita, guru meminta siswa untuk menceritakan kembali cerita yang baru saja siswa baca di depan kelas secara bergantian di depan kelas, sementara guru memberikan penilaian kepada siswa yang telah bercerita. guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk memberikan pertanyaan kepada siswa yang mendapatkan giliran bercerita. Pada kegiatan akhir guru dan siswa memberikan kesimpulan. d. Pertemuan Keempat Pada pertemuan keempat, kegiatan belajar mengajar dilakukan di kelas eksperimen. Guru memutarkan sebuah film kartun “Dodo” kepada siswa, guru meminta siswa untuk memperhatikan film dan mengingat isi dari cerita film tersebut. Setelah film diputarkan, guru meminta siswa untuk menceritakan kembali kisah Dodo di depan kelas secara bergantian,
46
sementara itu guru memberikan penilian kepada siswa yang bercerita. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya jika ada cerita yang masih belum dimengerti. Guru dan siswa memberikan kesimpulan. 2.
Keterampilan Bercerita Pada tes keterampilan bercerita ini, peneliti menggunakan lima aspek
sebagai acuan dalam penilaian kepada siswa. Lima aspek tersebut diantaranya adalah: (1) Intonasi, yakni siswa mampu menyesuaikan intonasi yang tepat pada saat bercerita, kesesuaian tingkat kenyaringan suara dengan situasi, tempat, dan pendengar. (2) Ekspresi, siswa dapat menempatkan/menyesuaikan ekspresi yang tepat pada saat bercerita. Misalnya, ketika ekspresi marah maka siswa harus menggunakan ekspresi marah, ketika senang maka siswa harus menggunakan ekspresi senang. (3) Ketepatan Isi, siswa mampu mengingat urutan cerita dari film kartun yang diputarkan. (4) Kelengkapan Isi, siswa mampu menguasai isi cerita dan menceritakan cerita secara lengkap. (5) Lafal dan kelancaran, meliputi pengucapan bunyi-bunyi bahasa, kejelasan artikulasi secara tepat dan kelancaran pembicara pada saat bercerita, pembicaraannya tidak terputus-putus atau bahkan diselingi dengan bunyi-bunyi tertentu seperti “ə” atau lainnya. Berdasarkan penjelasan aspek di atas, tabel 4.1 di bawah menunjukkan hasil pretest keterampilan bercerita siswa kelas eksperimen, dapat dilihat dari tabel berikut ini:
47
Tabel 4.1 Daftar Tes Keterampilan Bercerita Pretest Kelompok Eksperimen Nilai Sub Ket. Bercerita No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20.
Nama AN ANF AAR BR DAD FAA MM MS MR MWF NH NR NHS NHI RSZ RS SID STR SR ZA
1
2
3
4
5
3 3 2 3 4 4 3 3 3 2 2 3 4 2 4 3 3 3 3 2
4 3 3 2 4 3 3 3 2 2 2 3 3 2 3 3 3 2 4 2
4 4 4 3 3 4 3 4 4 3 4 3 4 3 4 4 3 4 4 3
4 4 4 3 3 4 3 4 3 3 3 3 4 3 4 3 3 4 4 3
4 3 4 2 4 4 3 4 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3
Nilai Total
(
)
× 100 76 68 68 52 72 76 60 72 60 52 56 64 72 52 76 64 60 64 72 52
Keterangan: 1 : Intonasi 2 : Ekspresi 3 : Ketepatan Isi 4 : Kelengkapan Isi 5 : Lafal dan Kelancaran Berdasarkan tabel daftar tes keterampilan bercerita pretest kelompok eksperimen di atas, dapat dilihat bahwa pada aspek 1 (intonasi) nilai terendah siswa dari 1-5 adalah 2, sedangkan nilai tertinggi siswa adalah 4. Pada aspek 2 (ekspresi) nilai terendah siswa dari 1-5 adalah 2, sedangkan nilai tertinggi adalah 4. Pada aspek 3 (ketepatan isi) nilai terendah siswa dari 1-5 adalah 3, sedangkan nilai tertinggi adalah 4. Pada aspek 4 (kelengkapan isi) nilai terendah siswa dari 1-5 adalah 3, sedangkan nilai tertinggi adalah 4. Pada
48
aspek 5 (lafal dan kelancaran) nilai terendah siswa dari 1-5 adalah 2, sedangkan nilai tertinggi adalah 4. Tabel 4.2 di bawah ini menunjukkan hasil posttest keterampilan bercerita siswa kelas eksperimen, dapat dilihat dari tabel berikut ini: Tabel 4.2 Daftar Tes Keterampilan Bercerita Posttest Kelompok Eksperimen Nilai Sub Ket. Bercerita No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20.
Nama AN ANF AAR BR DAD FAA MM MS MR MWF NH NR NHS NHI RSZ RS SID STR SR ZA
1
2
3
4
5
4 3 4 3 3 4 3 4 3 3 4 4 3 4 4 3 3 3 3 3
4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3
5 5 5 4 4 5 3 5 4 5 5 5 3 5 4 5 4 4 5 4
5 4 5 4 4 5 3 4 5 5 5 4 3 5 5 4 4 5 4 4
5 4 5 3 4 4 3 4 3 5 5 4 3 4 4 4 3 4 4 4
Nilai Total
(
× 100
)
92 76 88 68 72 88 60 80 72 84 92 80 60 84 80 76 68 76 80 72
Keterangan: 1 : Intonasi 2 : Ekspresi 3 : Ketepatan Isi 4 : Kelengkapan Isi 5 : Lafal dan Kelancaran Berdasarkan tabel daftar tes keterampilan bercerita posttest kelompok eksperimen di atas, dapat dilihat bahwa pada aspek 1 (intonasi) nilai terendah siswa dari 1-5 adalah 3, sedangkan nilai tertinggi siswa adalah 4. Pada aspek 2 (ekspresi) nilai terendah siswa dari 1-5 adalah 3, sedangkan nilai tertinggi
49
adalah 4. Pada aspek 3 (ketepatan isi) nilai terendah siswa dari 1-5 adalah 3, sedangkan nilai tertinggi adalah 5. Pada aspek 4 (kelengkapan isi) nilai terendah siswa dari 1-5 adalah 3, sedangkan nilai tertinggi adalah 5. Pada aspek 5 (lafal dan kelancaran) nilai terendah siswa dari 1-5 adalah 3, sedangkan nilai tertinggi adalah 5. Tabel 4.3 di bawah ini menunjukkan hasil penghitungan data pretes dan posttest keterampilan bercerita siswa kelas eksperimen, dapat dilihat dari tabel berikut ini: Tabel 4.3 Daftar Tes Keterampilan Pretest dan Posttest Kelompok Eksperimen No. Nama 1. AN 2. ANF 3. AAR 4. BR 5. DAD 6. FAA 7. MM 8. MS 9. MR 10. MWF 11. NH 12. NR 13. NHS 14. NHI 15. RSZ 16. RS 17. SID 18. STR 19. SR 20. ZA Jumlah Rata-Rata Terbesar Terkecil
Pretest 76 68 68 52 72 76 60 72 60 52 56 64 72 52 76 64 60 64 72 52 1288 64,40 76 52
Posttest 92 76 88 68 72 88 60 80 72 84 92 80 60 84 80 76 68 76 80 72 1548 77,40 92 60
Tabel di atas menunjukkan bahwa hasil pretest dan posttest kelompok eksperimen mengalami peningkatan setelah diberikan perlakuan melalui
50
media pembelajaran audio visual (kartun). Nilai terkecil pada saat pretest yaitu siswa yang memiliki nilai 52, sedangkan nilai terbesar yaitu 76. Setelah siswa diberi perlakuan (posttest), nilai terkecil siswa adalah 60 dan nilai terbesar adalah 92. Tabel 4.4 di bawah ini adalah hasil pretest keterampilan bercerita siswa kelas kontrol, dapat dilihat dari tabel berikut ini: Tabel 4.4 Daftar Tes Keterampilan Bercerita Pretest Kelompok Kontrol Nilai Sub Ket. Bercerita No.
Nama
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20.
AH ARK DAASZ FFR FK FR JIJ LZR MNS MAF MHA MRA N NLP NFA NRY PA RPW ZAPS ZAF
1
2
3
4
5
2 4 3 3 2 3 2 3 4 4 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3
2 3 2 2 2 2 4 3 5 3 2 3 2 3 2 2 4 3 2 4
4 4 3 3 3 3 3 4 3 2 4 2 4 4 3 4 4 4 4 3
3 4 4 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 4 4 4 4 3
3 4 3 3 3 4 4 3 3 3 2 4 3 4 3 3 3 4 3 4
Nilai Total
(
)
× 100 56 76 60 56 56 60 64 68 72 60 56 64 60 72 56 64 76 72 64 68
Keterangan: 1 : Intonasi 2 : Ekspresi 3 : Ketepatan Isi 4 : Kelengkapan Isi 5 : Lafal dan Kelancaran Berdasarkan tabel daftar tes keterampilan bercerita pretest kelompok kontrol di atas, dapat dilihat bahwa pada aspek 1 (intonasi) nilai terendah siswa dari 1-5 adalah 2, sedangkan nilai tertinggi siswa adalah 4. Pada aspek
51
2 (ekspresi) nilai terendah siswa dari 1-5 adalah 2, sedangkan nilai tertinggi adalah 4. Pada aspek 3 (ketepatan isi) nilai terendah siswa dari 1-5 adalah 2, sedangkan nilai tertinggi adalah 4. Pada aspek 4 (kelengkapan isi) nilai terendah siswa dari 1-5 adalah 3, sedangkan nilai tertinggi adalah 4. Pada aspek 5 (lafal dan kelancaran) nilai terendah siswa dari 1-5 adalah 2, sedangkan nilai tertinggi adalah 4. Tabel 4.5 di bawah ini adalah hasil posttest keterampilan bercerita siswa kelas kontrol, dapat dilihat dari tabel berikut ini: Tabel 4.5 Daftar Tes Keterampilan Bercerita Posttest Kelompok Kontrol Nilai Sub Ket. Bercerita No.
Nama
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20.
AH ARK DAASZ FFR FK FR JIJ LZR MNS MAF MHA MRA N NLP NFA NRY PA RPW ZAPS ZAF
1
2
3
4
5
3 4 4 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3
3 3 4 3 3 3 4 3 5 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3
5 4 4 4 4 4 4 3 3 5 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4
5 3 4 4 5 4 5 4 4 5 5 4 4 5 4 4 4 5 5 4
4 4 3 3 3 3 4 3 3 4 3 4 3 4 3 3 3 4 4 4
Keterangan: 1 : Intonasi 2 : Ekspresi 3 : Ketepatan Isi 4 : Kelengkapan Isi 5 : Lafal dan Kelancaran
Nilai Total
(
)
× 100 80 72 76 68 72 68 80 64 76 80 72 76 64 76 64 60 72 76 76 72
52
Berdasarkan tabel daftar tes keterampilan bercerita pretest kelompok eksperimen di atas, dapat dilihat bahwa pada aspek 1 (intonasi) nilai terendah siswa dari 1-5 adalah 3, sedangkan nilai tertinggi siswa adalah 4. Pada aspek 2 (ekspresi) nilai terendah siswa dari 1-5 adalah 2, sedangkan nilai tertinggi adalah 4. Pada aspek 3 (ketepatan isi) nilai terendah siswa dari 1-5 adalah 3, sedangkan nilai tertinggi adalah 5. Pada aspek 4 (kelengkapan isi) nilai terendah siswa dari 1-5 adalah 3, sedangkan nilai tertinggi adalah 5. Pada aspek 5 (lafal dan kelancaran) nilai terendah siswa dari 1-5 adalah 3, sedangkan nilai tertinggi adalah 4. Tabel 4.6 di bawah ini menunjukkan hasil penghitungan data pretes dan posttest keterampilan bercerita siswa kelas kontrol, dapat dilihat dari tabel berikut ini: Tabel 4.6 Daftar Tes Keterampilan Pretest dan Posttest Kelompok Kontrol No. Nama 1. AH 2. ARK 3. DAASZ 4. FFR 5. FK 6. FR 7. JIJ 8. LZR 9. MNS 10. MAF 11. MHA 12. MRA 13. N 14. NLP 15. NFA 16. NRY 17. PA 18. RPW 19. ZAPS 20. ZAF Jumlah Rata-Rata Terbesar Terkecil
Pretest 56 76 60 56 56 60 64 68 72 60 56 64 60 72 56 64 76 72 64 68 1280 64,00 76 56
Posttest 80 72 76 68 72 68 80 64 76 80 72 76 64 76 64 60 72 76 76 72 1444 72,20 80 60
53
Tabel di atas menunjukkan bahwa untuk hasil pretest dan posttest kelompok kontrol mengalami peningkatan. Nilai terkecil pada saat pretest yaitu 56, sedangkan nilai tertinggi yaitu 76. Pada nilai posttest nilai terendah yaitu 60, sedangkan nilai tertingginya yaitu 80. 3.
Data Pretest Bahasa Indonesia Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol a. Data Pretest Bahasa Indonesia Kelompok Eksperimen Kelompok eksperimen adalah kelas yang menggunakan media pembelajaran audio visual (kartun) pada proses pembelajaran. Pretest pada kelompok eksperimen dilakukan sebelum diberikan perlakuan. Hasil analisis deskripsi data pretest pada kelompok eksperimen, dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 4.7 Deskripsi Data Pretest Kelompok Eksperimen 20 0 Mean 64.4000 Median 64.0000 Mode 52.00a Std. Deviation 8.59865 Variance 73.937 Range 24.00 Minimum 52.00 Maximum 76.00 Sum 1288.00 a. Multiple modes exist. The smallest value is shown N
Valid Missing
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa untuk hasil pretest kelompok eksperimen, diperoleh data sebanyak 20 dengan jumlah data 1288. Nilai rata-rata kelompok eksperimen adalah 64,40 dengan varian sebesar 73,937 dan standar deviasi/simpangan baku sebesar 8,59865. Nilai maximum/terbesar adalah 76,00 dan nilai minimum/terkecil adalah 52,00 maka rentang nilai pada pretest kelompok eksperimen adalah
54
24,00. Median pada data pretest kelompok eksperimen adalah 64,00 dan modus pada pretest kelompok eksperimen adalah 52,00a. Untuk lebih jelasnya data pretest kelompok eksperimen disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi pada tabel berikut ini: Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Perolehan Tes Keterampilan Berbicara (Bercerita) Pretest Kelompok Eksperimen Nilai 52.00 56.00 60.00 64.00 68.00 72.00 76.00 Total
Frekuensi 4 1 3 3 2 4 3 20
% 20.0 5.0 15.0 15.0 10.0 20.0 15.0 100.0
Berdasarkan tabel di atas, diketahui distribusi frekuensi perolehan nilai tes keterampilan pretest
kelompok eksperimen. perolehan nilai
terkecil yang diperoleh siswa yaitu 52 dengan frekuensi 4 orang, dan nilai terbesar yang diperoleh siswa yaitu 76 dengan frekuensi 3 orang. Selain bentuk tabel data pretest kelompok eksperimen, juga digambarkan ke dalam bentuk gambar sebagai berikut: 5 4 3 2 1 0 52.00
56.00
60.00
64.00
68.00
72.00
76.00
Grafik 4.1 Tes Keterampilan Berbicara (Bercerita) Pretest Kelompok Eksperimen
55
Berdasarkan gambar di atas, dapat diketahui bahwa siswa yang memperoleh nilai 56 sebanyak satu orang, siswa yang memperoleh nilai 68 dua orang, siswa yang memperoleh nilai 60, 64, dan 76 sebanyak tiga orang, siswa yang memperoleh nilai 52 dan 72 sebanyak empat orang. b. Data Pretest Bahasa Indonesia Kelompok Kontrol Kelompok kontrol adalah kelas yang tidak menggunakan media pembelajaran audio visual (kartun) pada proses pembelajaran. Pretest pada kelompok kontrol dilakukan sebelum diberikan perlakuan. Hasil analisis deskripsi data pretest pada kelompok kontrol, dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 4.9 Deskripsi Data Pretest Kelompok Kontrol N
Valid Missing
20 0 Mean 64.0000 Median 64.0000 Mode 56.00 Std. Deviation 6.86716 Variance 47.158 Range 20.00 Minimum 56.00 Maximum 76.00 Sum 1280.00 a. Multiple modes exist. The smallest value is shown
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa untuk hasil pretest kelompok kontrol, diperoleh data sebanyak 20 dengan jumlah data 1280. Nilai rata-rata kelompok kontrol adalah 64,00 dengan varian sebesar 47,158 dan standar deviasi/simpangan baku sebesar 6,86716. Nilai maximum/terbesar adalah 76 dan nilai minimum/ terkecil adalah 56, maka rentang nilai pada pretest kelompok kontrol adalah 20,00. Median pada data pretest kelompok kontrol adalah 64,00 dan modus pada pretest kelompok kontrol adalah 56,00. Untuk lebih jelasnya data pretest
56
kelompok kontrol disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi pada tabel berikut ini: Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Perolehan Tes Keterampilan Berbicara (Bercerita) Pretest Kelompok Kontrol Nilai 56.00 60.00 64.00 68.00 72.00 76.00 Total
Frekuensi 5 4 4 2 3 2 20
% 25.0 20.0 20.0 10.0 15.0 10.0 100.0
Berdasarkan tabel di atas, diketahui distribusi frekuensi perolehan nilai tes keterampilan pretest kelompok kontrol. perolehan nilai terkecil yang diperoleh siswa yaitu 56 dengan frekuensi 5 orang, dan nilai terbesar yang diperoleh siswa yaitu 76 dengan frekuensi 2 orang. Selain bentuk tabel data pretest kelompok kontrol, juga digambarkan ke dalam bentuk gambar sebagai berikut:
6 5 4 3 2 1 0 56.00
60.00
64.00
68.00
72.00
76.00
Grafik 4.2 Tes Keterampilan Berbicara (Bercerita) Pretest Kelompok Kontrol
57
Berdasarkan gambar di atas, dapat diketahui bahwa siswa yang memperoleh nilai 68 dan 76 sebanyak dua orang, siswa yang memperoleh nilai 72 sebanyak tiga orang, siswa yang memperoleh nilai 60 dan 64 sebanyak empat orang dan siswa yang memperoleh nilai 56 sebanyak lima orang. 4.
Data Posttest Bahasa Indonesia Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol a. Data Posttest Bahasa Indonesia Kelompok Eksperimen Kelompok eksperimen adalah kelas yang menggunakan media pembelajaran audio visual (kartun) pada proses pembelajaran. Posttest pada kelompok eksperimen dilakukan setelah diberikan perlakuan. Hasil analisis deskripsi data posttest pada kelompok eksperimen, dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 4.11 Deskripsi Data Posttest Kelompok Eksperimen N
Valid
20
Missing
0
Mean
77.4000
Median
78.0000
Mode Std. Deviation Variance
80.00 7.29289 86.358
Range
32.00
Minimum
60.00
Maximum
92.00
Sum
1548.00
a. Multiple modes exist. The smallest value is shown Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa untuk hasil posttest kelompok eksperimen, diperoleh data sebanyak 20 dengan jumlah data
58
1548. Nilai rata-rata kelompok eksperimen adalah 77,40 dengan varian sebesar 86,358 dan standar deviasi/simpangan baku sebesar 9,29289. Nilai maximum/terbesar adalah 92,00 dan nilai minimum/terkecil adalah 60,00 maka rentang nilai pada posttest kelompok eksperimen adalah 32,00. Median pada data posttest kelompok eksperimen adalah 78,00 dan modus pada posttest kelompok eksperimen adalah 80,00. Untuk lebih jelasnya data posttest kelompok eksperimen disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi pada tabel berikut ini: Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Perolehan Tes Keterampilan Berbicara (Bercerita) Posttest Kelompok Eksperimen Nilai
Frekuensi
%
60.00
2
10.0
68.00
2
10.0
72.00
3
15.0
76.00
3
15.0
80.00
4
20.0
84.00
2
10.0
88.00
2
10.0
92.00
2
10.0
Total
20
100.0
Berdasarkan tabel di atas, diketahui distribusi frekuensi perolehan nilai tes keterampilan posttest kelompok eksperimen. perolehan nilai terkecil yang diperoleh siswa yaitu 60 dengan frekuensi 2 orang, dan nilai terbesar yang diperoleh siswa yaitu 92 dengan frekuensi 2 orang. Selain
bentuk
tabel
data
posttest
kelompok
digambarkan ke dalam bentuk gambar sebagai berikut:
eksperimen,
juga
59
4.5 4 3.5 3 2.5 2 1.5 1 0.5 0 60.00
68.00
72.00
76.00
80.00
84.00
88.00
92.00
Grafik 4.3 Tes Keterampilan Berbicara (Bercerita) Posttest Kelompok Eksperimen
Berdasarkan gambar di atas, dapat diketahui bahwa siswa yang memperoleh nilai 60, 68, 84, 88 dan 92 sebanyak dua orang, siswa yang memperoleh nilai 72 dan 76 sebanyak tiga orang, dan siswa yang memperoleh nilai 80 sebanyak empat orang. b. Data Posttest Bahasa Indonesia Kelompok Kontrol Kelompok kontrol adalah kelas yang tidak menggunakan media pembelajaran audio visual (kartun) pada proses pembelajaran. Posttest pada kelompok kontrol dilakukan setelah diberikan pretest. Hasil analisis deskripsi data posttest pada kelompok kontrol, dapat dilihat pada tabel berikut ini:
60
Tabel 4.13 Deskripsi Data Posttest Kelompok Kontrol N
Valid
20
Missing
0
Mean
72.2000
Median
72.0000
Mode Std. Deviation Variance
76.00 5.87233 34.484
Range
20.00
Minimum
60.00
Maximum
80.00
Sum
1444.00
a. Multiple modes exist. The smallest value is shown Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa untuk hasil posttest kelompok kontrol, diperoleh data sebanyak 20 dengan jumlah data 1444. Nilai rata-rata kelompok kontrol adalah 72,20 dengan varian sebesar 34,484 dan standar deviasi/simpangan baku sebesar 5,87233. Nilai maximum/terbesar adalah 80 dan nilai minimum/terkecil adalah 60, maka rentang nilai pada posttest kelompok kontrol adalah 20,00. Median pada data posttest kelompok kontrol adalah 72,00 dan modus pada posttest kelompok kontrol adalah 76. Untuk lebih jelasnya data posttest kelompok kontrol disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi pada tabel berikut ini:
61
Tabel 4.14 Distribusi Frekuensi Perolehan Tes Keterampilan Berbicara (Bercerita) Posttest Kelompok Kontrol Nilai 60.00 64.00 68.00 72.00 76.00 80.00 Total
Frekuensi 1 3 2 5 6 3 20
% 5.0 15.0 10.0 25.0 30.0 15.0 100.0
Berdasarkan tabel di atas, diketahui distribusi frekuensi perolehan nilai tes keterampilan posttest kelompok kontrol. perolehan nilai terkecil yang diperoleh siswa yaitu 60 dengan frekuensi 1 orang, dan nilai terbesar yang diperoleh siswa yaitu 80 dengan frekuensi 3 orang. Selain bentuk tabel data posttest kelompok kontrol, juga digambarkan ke dalam bentuk gambar sebagai berikut:
7 6 5 4 3 2 1 0 60.00
64.00
68.00
72.00
76.00
80.00
Grafik 4.4 Tes Keterampilan Berbicara (Bercerita) Posttest Kelompok Kontrol
62
Berdasarkan gambar di atas, dapat diketahui bahwa siswa yang memperoleh nilai 60 sebanyak satu orang, siswa yang memperoleh nilai 68 sebanyak dua orang, siswa yang memperoleh nilai 64 dan 80 sebanyak tiga orang, siswa yang memperoleh nilai 72 sebanyak lima orang, dan siswa yang memperoleh nilai 76 sebanyak enam orang.
C. Pengujian Prasyarat Analisis dan Pengujian Hipotesis 1.
Pengujian Persyaratan Analisis a.
Uji Normalitas 1) Uji Normalitas Pretest Uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah data hasil pretest kelompok eksperimen dan kontrol berdistribusi normal atau tidak. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan SPSS 17 for Windows dalam menghitung uji normalitas hasil pretest yang berfungsi untuk mengetahui sebaran data berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas data menggunakan metode Kolmogorov-Smirnova. Syarat suatu data dikatakan berdistribusi normal jika signifikansi > 0,05. Hasil uji normalitas data pretest dari kedua sampel penelitian dapat disajikan dalam tabel berikut: Tabel 4.15 Hasil Uji Normatif Pretest
Kelompok
Pretest
Kolmogorov-Smirnova Statistic
df
Sig.
Eksperimen
.162
20
.181
Kontrol
.170
20
.133
a. Lilliefors Significance Correction Berdasarkan hasil uji normalitas data di atas menunjukkan bahwa hasil pretest kelompok eksperimen signifikannya 0,181. Hal itu menunjukkan bahwa data berdistribusi normal karena signifikannya 0,181 ˃ 0,05. Begitupun dengan hasil pretest kelompok kontrol
63
signifikannya 0,133. Hal itu menunjukkan bahwa data berdistribusi normal karena signifikannya 0,133 ˃ 0,05. Kesimpulannya, hasil pretest kelompok eksperimen dan kelompok kontrok berdistribusi normal. 2) Uji Normalitas Posttest Uji normalitas pada data posttest juga dilakukan untuk mengetahui apakah data tersebut berdistribusi normal atau tidak. Pada penelitian ini peneliti juga menggunakan SPSS 17 for Windows dalam menghitung uji normalitas hasil posttest yang berfungsi untuk mengetahui sebaran data berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas data menggunakan metode Kolmogorov-Smirnova. Syarat suatu data dikatakan berdistribusi normal jika signifikansi > 0,05. Hasil uji normalitas data posttest dari kedua sampel penelitian dapat disajikan dalam tabel berikut: Tabel 4.16 Hasil Uji Normatif Posttest Kolmogorov-Smirnova Kelompok Posttest
Statistic
Df
Sig.
Eksperimen
.110
20
.200*
Kontrol
.191
20
.054
a. Lilliefors Significance Correction
Berdasarkan hasil uji normalitas data di atas menunjukkan bahwa hasil posttest kelompok eksperimen signifikannya 0,200*. Hal itu menunjukkan bahwa data berdistribusi normal karena signifikannya 0,200* < 0,05. Begitupun dengan hasil posttest kelompok kontrol signifikannya 0,054. Hal itu menunjukkan bahwa data berdistribusi normal karena signifikannya 0,054 > 0,05. Kesimpulannya, hasil posttest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berdistribusi normal.
64
b. Uji Homogenitas 1) Uji Homogenitas Pretest Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah data hasil kedua kelompok memiliki tingkat varian data yang sama atau tidak. Data yang akan diuji homogenitasnya adalah data hasil pretest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kriteria pengambilan keputusan adalah jika signifikansinya lebih dari 0,05. Analisis ini menggunakan program SPSS 17 for Windows yaitu One Way Anova. Tabel 4.17 Hasil Uji Homogenitas Pretest Levene Statistic 2.182
df1
df2
Sig.
5
14
.115
Berdasarkan hasil uji homogenitas data pretest di atas, menunjukkan bahwa tingkat signifikannya adalah 0,115. Maka dengan hasil uji homogenitas di atas disimpulkan bahwa varian yang dimiliki kelompok eksperimen dan kelompok kontrol tidak jauh berbeda dan cukup homogen karena 0,115 > 0,05. 2) Uji Homogenitas Posttest Uji homogenitas juga dilakukan pada data hasil posttest. Data hasil posttest didapat dari tes hasil belajar yang diberikan kepada kelompok eksperimen yang diberi perlakuan dengan media pembelajaran audio visual (kartun), dan kelompok kontrol yang tidak diberikan perlakuan. Kriteria pengambilan keputusan adalah signifikansinya lebih dari 0,05. Analisis ini menggunakan program SPSS 17 for Windows yaitu One Way Anova. Tabel 4.18 Hasil Uji Homogenitas Posttest Levene Statistic 1.807
df1
df2
Sig.
4
14
.184
65
Berdasarkan
hasil
menunjukkan
uji
bahwa
homogenitas tingkat
data
posttest
signifikansinya
adalah
di
atas, 0,184.
Berdasarkan hasil uji homogenitas di atas, dapat disimpulkan bahwa varian yang dimiliki kelompok eksperimen dan kelompok kontrol tidak berbeda jauh dan dikatakan homogen karena 0,184 > 0,05. 2.
Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis dengan menggunakan t-test bertujuan untuk
mengetahui perbedaan rata-rata keterampilan berbicara (bercerita) antara kelompok eksperimen yang diberikan perlakuan berupa media pembelajaran audio visual (kartun) dan kelompok kontrol yang tidak diberikan perlakuan berupa media audio visual (kartun). Analisis data dengan t-test mengunakan program SPSS 17 for Windows yaitu Paired Sample Test. Kriteria pengujian hipotesis yakni apabila signifikansi t-test > 0,05 maka H0 diterima, apabila signifikansi t-test < 0,05 maka H0 ditolak atau H1 diterima. Perbedaan nilai rata-rata tes keterampilan bercerita antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol dapat dilihat dari tabel berikut ini: Tabel 4.19 Hasil Uji T-Test Paired Differences 95% Confidence Mean
Std. Deviation
Std. Error
Interval of the
Eksperimen – Kontrol
5.20000
9.97682
df
Difference
Sig. (2tailed)
Mean Lower
Posttest
t
Upper
2.23088 0.53071 9.86929 2.331
19
.031
66
Berdasarkan hipotesis yang telah dipaparkan pada BAB III, bahwa: H0 : Tidak terdapat pengaruh media audio visual (kartun) terhadap keterampilan bercerita pada siswa kelas III MI Tarbiyah Al-Islamiyah Kembangan, Jakarta Barat. H1 : Terdapat pengaruh media audio visual (kartun) terhadap keterampilan bercerita pada siswa kelas III MI Tarbiyah Al-Islamiyah Kembangan, Jakarta Barat.
Berdasarkan tabel di atas, perhitungan pada uji beda rata-rata materi menceritakan kembali antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, dapat dilihat jika
> 0,05 maka H0 diterima. Terlihat bahwa
nilai probabilitas pada signifikansi (2-tailed) adalah 0,031. Dengan demikian H1 diterima dan H0 ditolak karena 0,031 < 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai keterampilan bercerita kelas III kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol.
D. Pembahasan terhadap Temuan Penelitian Berdasarkan hasil analisis nilai tes keterampilan berbicara (bercerita) pada mata pelajaran Bahasa Indonesia semester 1 kelas III MI Tarbiyah Al-Islamiyah yang telah dibagi menjadi kelas eksperimen dan kelas kontrol menunjukkan bahwa kedua kelas tersebut adalah homogeny. Hal ini menunjukkan bahwa data berdistribusi normal dan memiliki varian yang tidak berbeda secara signifikan. Sehingga menujukkan kondisi awal siswa yang diberi perlakuan masih dalam kondisi sama. Kelompok eksperimen adalah kelas yang diberi perlakuan dengan media pembelajaran audio visual (kartun) dan kelompok kontrol adalah kelas yang tidak diberi perlakuan atau tidak menggunakan media dan hanya menggunakan buku pelajaran yang biasa guru lakukan dalam kegiatan pembelajaran. Pada pertemuan terakhir, guru memberikan tes keterampilan bercerita (posttest) kepada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Posttest
67
ini dilakukan di kelas eksperimen sebanyak 1 kali dan kelas kontrol sebanyak 1 kali. Pada posttest pertama dilakukan di kelas kontrol, hal itu bertujuan untuk menghindari kecemburuan dengan kelas eksperimen yang diberi perlakuan berupa media audio visual kartun. Pertemuan ini adalah pertemuan kedua kalinya di kelas kontrol setelah sebelumnya peneliti melakukan pretest, sehingga siswa tidak merasa canggung dengan kehadiran peneliti. Ketika kegiatan belajar mengajar berlangsung siswa sedikit gaduh, namun setelah diberikan peraturan siswa mulai tenang kembali. Pada saat guru memberikan posttest dan meminta siswa untuk maju untuk bercerita dan memberikan komentar, siswa terlihat malu-malu dan menunjuk temannya yang lain, hingga pada akhirnya guru memberikan penghargaan berupa hadiah bagi siswa yang ingin bercerita di depan kelas. Diselasela siswa bercerita di depan kelas, beberapa siswa ada yang membuat kegaduhan, hingga akhirnya guru meminta siswa yang membuat kegaduhan untuk bercerita di depan kelas. Di sela-sela guru memberikan tes keterampilan, seorang siswa tibatiba saja melapor bahwa siswa tersebut merasa bosan karena dalam pembelajaran kali ini tidak melakukan apa-apa atau hanya terpaku pada cerita di buku. Oleh karena itu, guru memberikan ice breaking untuk menghilangkan rasa bosan siswa kelas kontrol dan mengembalikan konsentrasi siswa. Berbeda dengan kelas kontrol, pada kelas eksperimen sangat terlihat antusias yang cukup tinggi, hal itu dapat terlihat ketika guru memasuki ruang kelas dengan membawa peralatan untuk menonton dan ketika guru mengatakan bahwa hari ini kita akan menonton film kartun “Dodo”. Ketika film kartun diputarkan, terlihat sekali bahwa siswa kelas eksperimen sangat antusias melihat film kartun Dodo. Setelah film diputarkan, guru meminta siswa untuk menceritakan kembali film yang baru saja diputarkan. Pada mulanya siswa terlihat malu-malu, hingga pada akhirnya guru menggunakan cara yang sama dengan kelas kontrol, yakni dengan memberikan hadiah bagi siswa yang maju ke depan untuk menceritakan kembali kisah Dodo sekaligus memberikan komentar. Beberapa gangguan seperti tiba-tiba saja hujan, cukup membuat konsentrasi siswa
68
terpecah, suara film cukup terganggu dengan air hujan yang jatuh ke atap sekolah sehingga guru harus mengulangi kembali film kartun Dodo. Berdasarkan pengamatan peneliti, pada kelas eksperimen siswa terlihat lebih antusias, dan lebih mudah mengingat kisah yang diputarkan dibandingkan dengan kelas kontrol yang hanya menggunakan buku paket saja, siswa lebih cepat merasa bosan. Siswa kelas eksperimen juga terlihat lebih konsentrasi dengan film yang diputarkan, berbeda dengan siswa kelas kontrol pada saat diminta untuk membaca cerita pada buku masing-masing, beberapa siswa membuat kegaduhan karena tidak ingin membaca cerita yang ada pada bukunya dan lebih memilih bermain dengan temannya. Dari uraian di atas terlihat bahwa terdapat perbadaan antara siswa yang diajarkan menggunakan media pembelajaran audio visual (kartun) dengan siswa yang tidak menggunakan media audio visual (kartun) atau hanya menggunakan buku paket. Dari hasil penelitian dan pengolahan data dapat diketahui bahwa hasil belajar siswa kelompok eksperimen lebih baik dibandingkan dengan siswa kelompok kontrol. Hasil ditunjukkan dari nilai rata-rata pretest kelompok eksperimen
sebesar
64,40.
Setelah
diberikan perlakuan dengan
medai
pembelajaran audio visual (kartun) nilai rata-rata posttest kelompok eksperimen mengalami peningkatan menjadi 77,40. sedangkan nilai rata-rata pretest kelompok kontrol adalah sebesar 64,00. Nilai rata-rata posttest kelompok kontrol mengalami peningkatan menjadi 72,20. dari perhitungan nilai rata-rata tersebut, hasil tes kelompok eksperimen mengalami peningkatan sebesar 13% sedangkan hasil tes kelompok kontrol mengalami peningkatan sebesar 8,2%. Berdasarkan hasil perhitungan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran audio visual (kartun) pada siswa kelas III MI Tarbiyah AlIslamiyah kembangan, Jakarta Barat yang dilakukan pada kelompok eksperimen menunjukkan
hasil
yang
baik,
positif,
dan
menggembirakan.
Dengan
menggunakan media pembelajaran audio visual (kartun) di kelas eksperimen siswa lebih termotivasi, minat belajar siswa lebih besar dibandingkan dengan
69
kelompok kontrol yang tidak dapat perlakuan atau menggunakan buku paket, dan keterampilan berbicara (bercerita) siswa meningkat. Dengan kata lain, dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran audio visual (kartun) lebih efektif dalam kegiatan pembelajaran.
BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan data, dapat diketahui bahwa hasil belajar siswa kelompok eksperimen lebih baik dibandingkan dengan siswa kelompok kontrol. Hasil ditunjukkan dari nilai rata-rata pretest kelompok eksperimen
sebesar
64,40.
Setelah diberikan perlakuan dengan
media
pembelajaran audio visual (kartun), nilai rata-rata posttest kelompok eksperimen mengalami peningkatan menjadi 77,40. Sedangkan nilai rata-rata pretest kelompok kontrol adalah sebesar 64,00. Nilai rata-rata posttest kelompok kontrol mengalami peningkatan menjadi 72,20. Perhitungan nilai rata-rata tersebut menunjukkan bahwa, hasil tes kelompok eksperimen mengalami peningkatan sebesar 13%, sedangkan hasil tes kelompok kontrol mengalami peningkatan sebesar 8,2%. Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran audio visual memiliki pengaruh terhadap keterampilan berbicara (bercerita).
B. Saran Berdasarkan tindak lanjut dari penelitian ini, maka dapat dikemukakan beberapa saran, antara lain: 1. Bagi peneliti, lebih memperluas wawasan dan memperdalam teknik pengelolaan
kelas,
terutama
dalam
pembelajaran
dengan
menggunakan media audio visual (kartun). 2. Bagi sekolah, diharapkan dalam proses pembelajaran menggunakan media-media pembelajaran yang lebih beragam agar siswa tidak merasa bosan dengan proses pembelajaran yang cenderung monoton sehingga menjadi lebih menarik, menyenangkan dan lebih mudah untuk diingat.
70
71
3. Bagi guru, guru hendaknya memperhatikan penggunaan metode dan media yang disesuaikan dengan materi pelajaran agar kegiatan belajar mengajar menjadi lebih menarik, bermakna dan beragam. 4. Bagi siswa, siswa harus lebih aktif lagi dalam proses pembelajaran dengan menggunakan media audio visual agar siswa memperoleh hasil yang lebih optimal.
74
DAFTAR PUSTAKA
Alfin, Jauharoti, dkk. Pembejajaran Bahasa Indonesia MI. Surabaya:LAPISPGMI, 2009. Amri, Sofan dan Iif Khoiru Ahmadi. Konstruksi Pengembangan Pembelajaran. Jakarta: Prestasi Pustaka, 2010. Anggraini, Ratna. Peningkatan Keterampilan Berbicara Menggunakan Metode Bercerita Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Semitau, Jurnal Edukasi. (16 Januari 2014, Pukul: 10.03). Arsyad, Azhar. Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Press, 2010. Budinuryanta, dkk. Pengajaran Keterampilan Berbahasa. Jakarta: Universitas Terbuka, 2008. Cahyani, Isah dan Hodijah. Kemampuan Berbahasa Indonesia Di SD. Bandung: UPI PRESS, 2007. Carnegie, Dale. The 5 Essential People Skills. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2009. Darmawan, Deni. Metode Penelitian Kuantitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013. Gani, Ramlan A. dan Mahmudah Fitriyah. Disiplin Berbahasa Indonesia. Jakarta: FITK Press, 2010. Ghazali, Syukur. Pembelajaran Keterampilan Berbahasa Dengan Pendekatan Komunikatif-Interaktif. Bandung: PT Refika Aditama, 2013. Hamalik, Oemar. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara, 2012. Munadi, Yudhi. Media Pembelajaran. Jakarta: Gaung Persada Press, 2008. Nasoetion, Noehi, dkk. Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia. Jakarta: Universitas Terbuka, 2007. Nurgiyantoro, Burhan. Penilaian Pembelajaran Bahasa Berbasis Kompetensi. Yogyakarta: Edisi Pertama. Saadie, Ma’mur, dkk. Strategi Pembelajaran Bahasa Indonesia. Jakarta: Universitas Terbuka, 2007. Saddhono, Kundharu & St. Y. Slamet. Meningkatkan Keterampilan Berbahasa Indonesia. Bandung: CV. Karya Putra Dewi, 2012. 73
74
Sadiman, Arif S., dkk. Media Pendidikan. Jakarta: Rajawali Press, 2014. Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Prenada Media Grup, 2010. Sihabudin, dkk. Bahasa Indonesia II. Edisi Pertama, Paket 8-14, 2000. Sunarto, Kamanto. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2004. Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung, Alfabeta, 2011, cet. 14. Suparno, dkk. Berbicara. Jakarta: Universitas Terbuka, 2008. Sutopo, Ariesto Hadi. Multimedia Interaktif Dengan Flash. Yogyakarta: Penerbit Graha Ilmu, 2003. Suyanto, M.. Multimedia Alat Untuk Meningkatkan Keunggulan Bersaing. Yogyakarta: ANDI OFFSET, 2003. Tarigan, Djago, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Rendah, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2002). -------. Pendidikan Keterampilan Berbahasa. Jakarta: Universitas Terbuka, 2002. Tarigan, Henry Guntur. Berbicara . Bandung: Angkasa Bandung, 2008a. -------. Menyimak Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa, 2008b. Tjahyono, Tengsoe dan Kisyani Laksono. Berbicara II. Jakarta: Universitas Terbuka, 2000. UU Sisdiknas. Bandung: Fokus Media, 2009. Wasid, Iskandar dan Dadang Suhendar. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011. Wasimin. Peningkatan Kompetensi Berbicara Siswa SD Melalui Metode Role Play. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. Vol. 15, 2009, h.195. Widyastono, Herry. Model Rencana Pelaksanaan Pendidikan dan Kebudayaan. No. 069, 2007.
73
Pembelajaran.
Jurnal
Lampiran 1
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) BAHASA INDONESIA
Oleh: Sri Rahmawati 1110018300050
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014 M/1435 H
Lampiran 1
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Nama Sekolah
:
MI Tarbiyah Al-Islamiyah
Mata Pelajaran
:
Bahasa Indonesia
Kelas/ Semester
:
3/I
Pertemuan Ke-
:
5
Alokasi Waktu
:
2 x 35 Menit
A. Standar Kompetensi: 2. Mengungkapkan pikiran, perasaan, pengalaman, dan petunjuk dengan bercerita dan memberikan tanggapan/saran.
B. Kompetensi Dasar: 2.3 Mengomentari tokoh-tokoh cerita anak yang disampaikan secara lisan
C. Indikator: 1. Memberikan komentar terhadap tokoh-tokoh dalam cerita dengan memperhatikan ketepatan dan lengkapan isi. 2. Menceritakan kembali cerita yang dialami tokoh dengan memperhatikan intonasi, ekspresi, lafal dan kelancaran.
D. Tujuan Pembelajaran: 1. Siswa dapat memberikan komentar terhadap tokoh-tokoh dalam cerita secara tepat dan lengkap. 2. Siswa dapat menceritakan kembali cerita yang dialami tokoh dengan memperhatikan intonasi, ekspresi, lafal dan kelancaran.
E. Materi Ajar: Materi ajar berupa film kartun Dodo
Lampiran 1
F. Metode, Sumber, dan Media 1. Metode
: Ceramah, tanya jawab, bercerita
2. Sumber
: a. Buku Paket Bahasa Indonesia Kelas 3 MI/SD b. Buku LKS Bahasa Indonesia Kelas 3 MI/SD
3. Media
: Laptop, pengeras suara, film kartun
G. Langkah-Langkah Pembelajaran Tahapan Kegiatan
Aktivitas Guru
Aktivitas Siswa
Nilai Karakter yang Diharapkan
Kegiatan Awal (10 Menit) Salam
Guru memasuki kelas dan Siswa menjawab salam Religius mengucapkan salam
guru dengan penuh
kepada para siswa
semangat
Guru menyapa siswa
Siswa menjawab
Tertib, sopan santun,
dengan menanyakan
sapaan guru
menghargai yang
kabar siswa hari ini Doa
lebih tua
Guru mengajak siswa
Semua siswa bersama- Religius
untuk membaca doa
sama membaca doa
sebelum memulai
dengan dipimpin oleh
pelajaran hari ini
ketua kelas sebelum memulai belajar
Absen
Guru membacakan absen Siswa menyimak dan sebelum masuk kegiatan
mengangkat tangan
belajar
saat namanya dipanggil
Tertib
oleh guru Motivasi
Guru mengajak siswa
Semua siswa bernyanyi Aktif
menyanyikan lagu yang
dengan riang gembira
berkaitan dengan materi pembelajaran hari ini Apersepsi
Guru bertanya kepada
Semua siswa menjawab Aktif
Lampiran 1
siswa tentang materi
pertanyaan yang
pembelajaran sebelumnya diajukan guru Guru menanggapi
Semua siswa
jawaban siswa dan
menyimak tanggapan
menuliskan topik
guru dengan penuh
pembelajaran hari ini
perhatian dan tidak
Tertib
gaduh di dalam kelas Kegiatan Inti (50 Menit) Eksplorasi Guru menyiapkan laptop, Siswa merapikan pengeras suara dan film
tempat duduk dan tidak
yang akan diputarkan.
membuat kegaduhan
Tertib
Kemudian guru meminta siswa untuk tidak gaduh ketika film diputarkan. Guru meminta siswa
Siswa menyimak film
untuk memperhatikan
kartun yang diputarkan
film dengan seksama,
oleh guru
Tertib, teliti
kemudian guru memutarkan film kartun yang telah disiapkan Setelah film kartun
Siswa menceritakan
diputarkan, guru meminta kembali film kartun
Tertib, teliti, saling menghargai, aktif
kepada setiap siswa untuk yang baru saja menceritakan kembali
diputarkan
secara bergantian dengan teman-temannya Elaborasi
Guru meminta setiap
Siswa menceritakan
Tertib, teliti, aktif,
siswa untuk menceritakan kembali film kartun
saling menghargai,
kembali film kartun yang yang baru saja
sopan santun
baru saja di lihat di depan diputarkan secara
Lampiran 1
kelas secara bergantian
bergantian dan siswa
dan meminta siswa lain
yang lain
untuk memperhatikan
memperhatikan siswa
siswa yang sedang
yang sedang bercerita
bercerita. Setelah semua siswa
Setiap siswa bersiap
Tertib, teliti, aktif,
menceritakan kembali
untuk menjawab
jujur
film kartun yang baru
pertanyaan dari guru
saja diputarkan, guru memberikan pertanyaan rebutan untuk setiap siswa. Guru memberikan
Siswa memberikan
kesempatan kepada siswa komentar, siswa lain untuk memberikan
Tertib, aktif, saling menghargai
menyimak
komentar terhadap film yang baru saja diputarkan Guru memberikan
Siswa bertepuk tangan
penghargaan kepada
Tertib, teliti, aktif, saling menghargai
siswa yang menjawab pertanyaan dari guru dengan benar dan tepat Guru menjelaskan
Semua siswa
Sopan santun, saling
kembali mengenai
menyimak penjelasan
menghargai
pelajaran apa saja yang
guru terkait dengan
dapat diambil dari film
film kartun yang
kartun tersebut
diputarkan
Guru memberikan
Semua siswa bertepuk
apresiasi kepada semua
tangan dengan gembira
siswa dengan mengajak siswa untuk bertepuk
Aktif
Lampiran 1
tangan Konfirmasi Guru memberikan
Siswa yang ingin
kesempatan bagi siswa
bertanya mengangkat
yang ingin bertanya
tangan dan
Aktif
terkait dengan film kartun mengemukakan yang diputarkan
pertanyaannya Kegiatan Akhir (10 Menit)
Kesimpulan Guru memberikan
Evaluasi
Siswa mendengarkan
Tertib
kesimpulan dari
kesimpulan yang
pembelajaran hari ini
dijelaskan guru
Guru menanyakan
Semua siswa menjawab Aktif
kembali tentang pelajaran pertanyaan guru yang telah dipelajari hari ini guna mengetahui sejauh mana pemahaman siswa tentang pembelajaran hari ini Refleksi
Guru memberikan ice
Siswa mengikuti ice
breaking kepada siswa
breaking yang
untuk membuat siswa
diberikan guru
Aktif
bersemangat kembali Penugasan Guru memberikan tugas
Doa
Semua siswa mencatat Tertib
kepada siswa untuk
tugas yang diberikan
dikerjakan dirumah
guru
Guru menutup pelajaran
Semua siswa bersama- Religius
hari ini dengan membaca sama membaca hamdalah Salam
hamdalah
Guru memberi salam dan Semua siswa menjawab Religius meninggalkan ruang kelas
salam guru
Lampiran 1
H. Penilaian
FORMAT PENILAIAN PENCAPAIAN INDIKATOR
Indikator Pencapaian
Teknik
Bentuk
Kompetensi
Penilaian
Instrument
Bercerita
Tes
Lisan
Bercerita
Tes
Lisan
Soal
1. Memberikan komentar terhadap tokoh-tokoh dalam cerita dengan memperhatikan ketepatan dan lengkapan isi. 2. Menceritakan kembali cerita yang dialami tokoh dengan memperhatikan intonasi, ekspresi, lafal dan kelancaran.
Lampiran 1
FORMAT PENILAIAN INDIVIDU Nama: ………………………… No. Aspek yang dinilai 1
Intonasi Keterangan: 5 : Sangat sesuai 4 : Sesuai 3 : Cukup sesuai 2 : Kurang sesuai 1 : Tidak sesuai 2 Ekspresi Keterangan: 5 : Sangat tepat 4 : Tepat 3 : Cukup tepat 2 : Kurang tepat 1 : Tidak tepat 3 Ketepatan Isi Keterangan: 5 : Sangat tepat 4 : Tepat 3 : Cukup tepat 2 : Kurang tepat 1 : Tidak tepat 4 Kelengkapan Isi Keterangan: 5 : Sangat lengkap 4 : Lengkap 3 : Cukup lengkap 2 : Kurang lengkap 1 : Tidak lengkap 5 Lafal dan Kelancaran Keterangan: 5 : Lafal sangat baik dan sangat lancar 4 : Lafal baik dan lancar 3 : Lafal cukup baik dan cukup lancar 2 : Lafal baik tetapi tidak lancar atau sebaliknya 1 : Lafal tidak baik dan tidak lancar Jumlah:
Nomor Absen: .... Nilai 5 4 3 2
1
Lampiran 1
Keterangan: × 100
Jakarta, 10 November 2014 Mengetahui, Guru Mata Pelajaran
Peneliti
Abdul Aziz, S.Pd
Sri Rahmawati
Lampiran 2
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) BAHASA INDONESIA
Oleh: Sri Rahmawati 1110018300050
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014 M/1435 H
Lampiran 2
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Nama Sekolah
:
MI Tarbiyah Al-Islamiyah
Mata Pelajaran
:
Bahasa Indonesia
Kelas/ Semester
:
3/I
Pertemuan Ke-
:
5
Alokasi Waktu
:
2 x 35 Menit
A. Standar Kompetensi: 2. Mengungkapkan pikiran, perasaan, pengalaman, dan petunjuk dengan bercerita dan memberikan tanggapan/saran.
B. Kompetensi Dasar: 2.3 Mengomentari tokoh-tokoh cerita anak yang disampaikan secara lisan
C. Indikator: 1. Memberikan komentar terhadap tokoh-tokoh dalam cerita dengan memperhatikan ketepatan dan lengkapan isi. 2. Menceritakan kembali cerita yang dialami tokoh dengan memperhatikan intonasi, ekspresi, lafal dan kelancaran.
D. Tujuan Pembelajaran: 1. Siswa dapat memberikan komentar terhadap tokoh-tokoh dalam cerita secara tepat dan lengkap. 2. Siswa dapat menceritakan kembali cerita yang dialami tokoh dengan memperhatikan intonasi, ekspresi, lafal dan kelancaran.
Lampiran 2
E. Materi Ajar: Senangnya Pergi ke Bioskop Hari Sabtu Rima diajak Ayah menonton film bioskop. Rima merasa senang karena Rima belum pernah pergi ke bioskop. Selama ini, Rima menonton film di televisi. Tiba di depan gedung bioskop, Rima merasa kagum melihat gedung bioskop yang megah. Di bagian atas gedung terpampang poster-poster film yang sedang diputar di bioskop. Di depan pintu masuk, Rima tidak tahu apa yang harus dilakukan. Ternyata Ayah mengetahui kebingungan Rima. Ayah kemudian menjelaskan cara menonton film di bioskop pada Rima. “Perhatikan poster-poster film itu. Kita dapat memilih film yang ingin ditonton berdasarkan poster tersebut. Perhatikan jadwal dan tempat pemutaran film, misalnya film “Untuk Rena” diputar pukul 10.30 di studio 2. Antrelah di depan loket untuk membeli karcis, 1 orang Rp. 15.000,00. Tunjukkan karcis pada petugas di studio tempat pemutaran film. Petugas akan menunjukkan tempat dudukmu sesuai dengan nomor yang tertera di karcis. Setelah itu, kita bisa duduk dan menonton film,” kata Ayah. “Rima mengerti, Yah. Bolehkan Rima yang membeli karcisnya?” tanya Rima. “Baiklah, ini uangnya,” jawab Ayah sambil memberikan uang pada Rima. Rima kemudian membeli karcis dan melakukan semua petunjuk Ayah tadi. Akhirnya, Rima dan Ayah menonton film “Untuk Rena”.
F. Metode, Sumber, dan Media 1. Metode
: Ceramah, tanya jawab, bercerita
2. Sumber
: a. Buku Paket Bahasa Indonesia Kelas 3 MI/SD b. Buku LKS Bahasa Indonesia Kelas 3 MI/SD
3. Media
: Papan tulis, penghapus, pensil, pulpen
Lampiran 2
G. Lagkah-Langkah Pembelajaran Tahapan Kegiatan
Aktivitas Guru
Aktivitas Siswa
Nilai Karakter yang Diharapkan
Kegiatan Awal (10 Menit) Salam
Guru memasuki kelas dan
Siswa menjawab salam
Religius
mengucapkan salam kepada guru dengan penuh
Doa
para siswa
semangat
Guru menyapa siswa
Siswa menjawab sapaan
Tertib, sopan santun,
dengan menanyakan kabar
guru
menghargai yang
siswa hari ini
lebih tua
Guru mengajak siswa untuk Semua siswa bersama-
Religius
membaca doa sebelum
sama membaca doa
memulai pelajaran hari ini
dengan dipimpin oleh ketua kelas sebelum memulai belajar
Absen
Guru membacakan absen
Siswa menyimak dan
sebelum masuk kegiatan
mengangkat tangan saat
belajar
namanya dipanggil oleh
Tertib
guru Motivasi
Guru mengajak siswa
Semua siswa bernyanyi
menyanyikan lagu yang
dengan riang gembira
Aktif
berkaitan dengan materi pembelajaran hari ini Apersepsi
Guru bertanya kepada
Semua siswa menjawab
siswa tentang materi
pertanyaan yang diajukan
pembelajaran sebelumnya
guru
Guru menanggapi jawaban Semua siswa menyimak siswa, kemudian guru
tanggapan guru dengan
menuliskan topik
penuh perhatian dan tidak
pembelajaran hari ini
gaduh di dalam kelas
Aktif
Tertib
Lampiran 2
Kegiatan Inti (50 Menit) Eksplorasi Guru meminta siswa untuk Siswa duduk kemudian duduk yang rapi dan
Tertib
membuka buku
membuka buku paket Elaborasi
Sebelum guru meminta
Siswa menyimak
Tertib, saling
siswa untuk membaca
menghargai, sopan
cerita, guru meminta
santun
kepada siswa untuk menyimak cerita yang dibacakan oleh guru Guru membacakan sebuah
Siswa menyimak
Tertib, saling
cerita yang ada dibuku
menghargai, sopan
paket
santun
Guru meminta kepada
Siswa menceritakan
siswa untuk menceritakan
kembali secara bergantian saling menghargai,
kembali pengalaman yang
Tertib, teliti, aktif,
sopan santun
dialami oleh tokoh pada buku paket secara bergantian dengan waktu yang sudah ditentukan Konfirmasi Guru memberikan
Siswa yang ingin
kesempatan bagi siswa
bertanya mengangkat
yang ingin bertanya terkait
tangan dan
dengan pelajaran hari ini
mengemukakan
Aktif
pertanyaannya Kegiatan Akhir (10 Menit) Kesimpulan Guru memberikan
Evaluasi
Siswa mendengarkan
kesimpulan dari
kesimpulan yang
pembelajaran hari ini
dijelaskan guru
Guru menanyakan kembali Semua siswa menjawab
Tertib
Aktif
Lampiran 2
tentang pelajaran yang telah pertanyaan guru dipelajari hari ini guna mengetahui sejauh mana pemahaman siswa tentang pembelajaran hari ini Refleksi
Guru memberikan ice
Siswa mengikuti ice
breaking kepada siswa
breaking yang diberikan
untuk membuat siswa
guru
Aktif
bersemangat kembali Penugasan Guru memberikan tugas kepada siswa untuk
Semua siswa mencatat
Tertib
tugas yang diberikan guru
dikerjakan dirumah Doa
Guru menutup pelajaran
Semua siswa bersama-
hari ini dengan membaca
sama membaca hamdalah
Religius
hamdalah Salam
Guru memberi salam dan
Semua siswa menjawab
meninggalkan ruang kelas
salam guru
Religius
H. Penilaian FORMAT PENILAIAN PENCAPAIAN INDIKATOR Indikator Pencapaian
Teknik
Bentuk
Kompetensi
Penilaian
Instrument
Bercerita
Tes
Lisan
Bercerita
Tes
Lisan
Soal
1. Memberikan komentar terhadap tokoh-tokoh dalam cerita dengan memperhatikan ketepatan dan lengkapan isi. 2. Menceritakan kembali cerita yang dialami tokoh dengan memperhatikan intonasi, ekspresi, lafal dan kelancaran.
Lampiran 2
FORMAT PENILAIAN INDIVIDU Nama: ………………………… No. Aspek yang dinilai 1
Intonasi Keterangan: 5 : Sangat sesuai 4 : Sesuai 3 : Cukup sesuai 2 : Kurang sesuai 1 : Tidak sesuai 2 Ekspresi Keterangan: 5 : Sangat tepat 4 : Tepat 3 : Cukup tepat 2 : Kurang tepat 1 : Tidak tepat 3 Ketepatan Isi Keterangan: 5 : Sangat tepat 4 : Tepat 3 : Cukup tepat 2 : Kurang tepat 1 : Tidak tepat 4 Kelengkapan Isi Keterangan: 5 : Sangat lengkap 4 : Lengkap 3 : Cukup lengkap 2 : Kurang lengkap 1 : Tidak lengkap 5 Lafal dan Kelancaran Keterangan: 5 : Lafal sangat baik dan sangat lancar 4 : Lafal baik dan lancar 3 : Lafal cukup baik dan cukup lancar 2 : Lafal baik tetapi tidak lancar atau sebaliknya 1 : Lafal tidak baik dan tidak lancar Jumlah:
Nomor Absen: .... Nilai 5 4 3 2
1
Lampiran 2
Keterangan: × 100
Jakarta, 10 November 2014 Mengetahui, Guru Mata Pelajaran
Abdul Aziz, S.Pd
Peneliti
Sri Rahmawati
Lampiran 3
LEMBAR CATATAN LAPANGAN
Hari/ Tanggal : Senin, 10 November 2014 Catatan
: Kelas Eksperimen
Ketika ingin menonton film kartun di kelas eksperimen, ternyata di kelas tersebut tidak bisa digunakan untuk menonton karena tidak ada colokan untuk menyambungkan infocus. Pada akhirnya, kelas eksperimen harus di pindahkan dikelas yang mendukung untuk menonton film kartun, hal tersebut cukup menghambat kegiatan pembelajaran.
Hari/ Tanggal : Senin, 10 November 2014 Catatan
: Kelas Eksperimen
Pada saat memutarkan film kartun, tiba-tiba saja hujan turun. Hujan yang turun membuat siswa kurang konsentrasi karena suara benda-benda yang terkena hujan. Kelas sempat bising, namun beberapa saat kemudian siswa kembali tenang dan guru memutarkan kembali film kartun tersebut agar siswa bisa melihat lebih teliti film kartun Dodo.
Lampiran 4
LEMBAR OBSERVASI GURU (EKSPERIMEN) Mata Pelajaran Hari/Tanggal No. 1 2 3
: Bahasa Indonesia : Senin, 10 November 2014 HAL YANG DIAMATI
Pra Pembelajaran Mengatur tempat duduk masing-masing siswa Mengkondisikan kesiapan siswa sebelum memulai pelajaran Mengajak siswa untuk berdoa sebelum memulai pelajaran
Kegiatan Membuka Pelajaran Memberikan motivasi kepada siswa dengan mengajak 4 bernyanyi/ ice breaking Memberikan apersepsi/ pertanyaan sebelum membuka 5 pelajaran Memberikan penjelasan tentang kompetensi yang hendak 6 dicapai Kegiatan Inti Pembelajaran 7 Memberikan penjelasan materi pelajaran Memberikan pertanyaan pada saat proses penjelasan 8 materi Memberikan respon terhadap pertanyaan dan jawaban 9 siswa 10 Memberikan kesempatan pada siswa yang ingin bertanya 11 12 13 14 15
16 17
Penggunaan Media Audio Visual (Kartun) Menggunakan media audio visual (kartun) Menampilkan film kartun Dodo Menjelaskan kejadian yang terjadi dalam film kartun Dodo Meminta siswa untuk menceritakan kembali film yang baru saja diputarkan Menjelaskan pelajaran apa saja yang dapat di ambil dari film tersebut Penutup Melakukan konfirmasi terhadap pembelajaran yang telah berlangsung Memberikan kesimpulan dari pembelajaran yang telah dilakukan
YA
TIDAK
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
√ √
Lampiran 5
LEMBAR OBSERVASI GURU (KONTROL) Mata Pelajaran Hari/Tanggal No. 1 2 3
4 5 6
7 8 9 10 11 12 13 14 15
16 17
: Bahasa Indonesia : Senin, 10 November 2014 HAL YANG DIAMATI
Pra Pembelajaran Mengatur tempat duduk masing-masing siswa Mengkondisikan kesiapan siswa sebelum memulai pelajaran Mengajak siswa untuk berdoa sebelum memulai pelajaran Kegiatan Membuka Pelajaran Memberikan motivasi kepada siswa dengan mengajak bernyanyi/ ice breaking Memberikan apersepsi/ pertanyaan sebelum membuka pelajaran Memberikan penjelasan tentang kompetensi yang hendak dicapai Kegiatan Inti Pembelajaran Memberikan penjelasan materi pelajaran Memberikan pertanyaan pada saat proses penjelasan materi Memberikan respon terhadap pertanyaan dan jawaban siswa Memberikan kesempatan pada siswa yang ingin bertanya Penggunaan Media Audio Visual (Kartun) Menggunakan media audio visual (kartun) Menampilkan film kartun Dodo Menjelaskan kejadian yang terjadi dalam film kartun Dodo Meminta siswa untuk menceritaan kembali film yang baru saja diputarkan Menjelaskan pelajaran apa saja yang dapat di ambil dari film tersebut Penutup Melakukan konfirmasi terhadap pembelajaran yang telah berlangsung Memberikan kesimpulan dari pembelajaran yang telah dilakukan
YA
TIDAK
√ √ √ √ √ √
√ √ √ √ √ √ √ √ √
√ √
Lampiran 6 LEMBAR OBSERVASI SISWA (EKSPERIMEN)
Hari/ Tanggal
: Senin, 10 November 2014
Kelas/ Semester
: 3/I
Mata Pelajaran
: Bahasa Indonesia
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
HAL YANG DIAMATI
SKOR 1
2
3
Sikap kesiapan siswa sebelum proses pembelajaran Menunjukkan antusias atau minat dalam belajar Menunjukkan strategi dalam memecahkan masalah
4 √
√
Cukup baik √ Sangat baik
Menceritakan kembali cerita sesuai dengan film yang diputarkan Menjawab pertanyaan guru dengan baik
Mendengarkan penjelasan guru dengan baik Siswa tidak tegang dan takut selama mengikuti pembelajaran Tidak gaduh saat mengikuti kegiatan belajar mengajar di dalam kelas
Penjelasan pemberian skor adalah sebagai berikut :
Skor 1 untuk kesiapan siswa antara 1% - 20%
Skor 2 untuk kesiapan siswa antara 21% - 40%
Skor 3 untuk kesiapan siswa antara 41% - 60%
Skor 4 untuk kesiapan siswa antara 61% - 80%
Skor 5 untuk kesiapan siswa antara 81% - 100%
Baik √ Sangat baik
Keaktifan dalam kegiatan pembelajaran
Menghargai orang lain
5
KOMENTAR/ CATATAN
√
Baik
√
Baik Cukup Menghargai
√ √
Baik √
√
Tidak tegang dan tidak takut Cukup tenang
Lampiran 7
LEMBAR OBSERVASI SISWA (KONTROL)
Hari/ Tanggal
: Senin, 10 November 2014
Kelas/ Semester
: 3/I
Mata Pelajaran
: Bahasa Indonesia
No. 1 2
HAL YANG DIAMATI
SKOR 1
2
3
4
5
KOMENTAR/ CATATAN
Sikap kesiapan siswa sebelum proses pembelajaran
√
Baik
Menunjukkan antusias atau minat dalam belajar Menunjukkan strategi dalam memecahkan masalah
√
Baik
√
Cukup baik
Keaktifan dalam kegiatan pembelajaran
√
Cukup baik
Menceritakan kembali cerita sesuai dengan film yang diputarkan Menjawab pertanyaan guru dengan baik
√
Cukup baik
7
Menghargai orang lain
√
8
Mendengarkan penjelasan guru dengan baik
√
Baik
9
Siswa tidak tegang dan takut selama mengikuti pembelajaran
√
Tidak terlalu tegang dan tidak terlalu takut
10
Tidak gaduh saat mengikuti kegiatan belajar mengajar di dalam kelas
3 4 5 6
Penjelasan pemberian skor adalah sebagai berikut :
Skor 1 untuk kesiapan siswa antara 1% - 20%
Skor 2 untuk kesiapan siswa antara 21% - 40%
Skor 3 untuk kesiapan siswa antara 41% - 60%
Skor 4 untuk kesiapan siswa antara 61% - 80%
Skor 5 untuk kesiapan siswa antara 81% - 100%
√
√
Baik Cukup baik
Cukup tenang
Lampiran 8
DAFTAR ABSENSI SISWA KELAS III “C” Pertemuan Ke-
Nomor
Nama Siswa
1
2
Achmad Nur Faidzi
√
√
3365
Amanda Nur Faydha
√
√
3
3367
Amril Mutho
√
√
4
3371
Audry Aulia Ramadhani
√
√
5
3375
Bunga Rasyiqah
√
√
6
3379
Dian Ayuan Dini
√
√
7
3381
Faaris Ajhar Ali
√
√
8
3386
Fatimah Syunayya
a
a
9
3391
Hilal Alatas
i
i
10
3392
Ikhsan Septiadi
√
√
11
3399
Maida Maulidia
√
√
12
3306
Mariam Sans
√
√
13
3303
Mila Rizki Amalia
√
√
14
3408
Muhammad Mufti Hazimi
√
√
15
3410
Muhammad Rafliansyah
√
√
16
3412
Muhammad Rizky Fatony
√
√
17
3413
Muhammad Wildanil Firdaus
√
√
18
3417
Nafila Ajmal
s
s
19
3419
Nailah Hardiyan
√
√
20
3425
Nayla Rizqia
√
√
21
3427
Nida Haura Shofiyah
√
√
22
3429
Nurul Habibah Ibrahim
√
√
23
3433
Raihan Sultan Zaki
√
√
24
3434
Raisya Shafira
√
√
25
3439
Shafira Indri Davina
√
√
26
3341
Syahla Tahniah Rohmadiani
√
√
27
3442
Syarah Ramadhani
√
√
28
3444
Zahra Agustin
√
√
Urut
Induk
1
3358
2
Lampiran 8
Jakarta, 10 November 2014
Mengetahui, Guru Mata Pelajaran
Peneliti
Abdul Aziz, S.Pd
Sri Rahmawati
Lampiran 9
DAFTAR ABSENSI SISWA KELAS III “B” Pertemuan Ke-
Nomor
Nama Siswa
1
2
Adelia Zahrah
s
s
3369
Anjani Hardiyanti
√
√
3
3372
Azhar Ridho Tegar
i
i
4
3373
Aziza Restu Khairyah
√
√
5
3377
Dafan Abiyyu Aushafiel Sakha Z
√
√
6
3383
Fachri Fikar Rabani
√
√
7
3385
Fathulbari Asqolani
√
√
8
3384
Farhan Hidayat
√
√
9
3387
Fenny Kaisha
√
√
10
3388
Fikri Ramadhan
√
√
11
3394
Jahraa Irta Jauzaa
√
√
12
3397
Khaizuran Afra Nur Khansa
√
√
13
3398
Luqyana Zain Ramdani
√
√
14
3400
Marsha Nur Salsabila
√
√
15
3451
Muhammad Alan Fakhar
√
√
16
3405
Muhammad Fadly Al-Faisyal
s
s
17
3406
Muhammad Haikhal Almudzaky
√
√
18
3409
Muhammad Raffa Al Farezzy
√
√
19
3416
Nadia
√
√
20
3423
Nasywa Laila Putri
√
√
21
3421
Nazwa Fathiyya Az-Zahra
√
√
22
3426
Nazwaruddin Baihaqi
√
√
23
3428
Nurindah Rahmah Yusfiani
√
√
24
3431
Pop Adams
√
√
25
3435
Rekna Puspa Wilis
√
√
26
3338
Tri Nur Faizi
√
√
27
3443
Yahya Ayyash Ar Ridho
√
√
28
3445
Zahra Al Fatamy Puti Syuryadi
√
√
29
3447
Zatil Aqmarina Fathihaturrizqiyah
√
√
Urut
Induk
1
3359
2
Lampiran 9
Jakarta, 10 November 2014
Mengetahui, Guru Mata Pelajaran
Peneliti
Abdul Aziz, S.Pd
Sri Rahmawati
Lampiran 10
Foto 1 Pada Saat Siswa Sedang Bercerita
Foto 2 Pada Saat Siswa Sedang Bercerita
UJI REFERENSI
Nama
Sri Rahmawati
NIM
11
Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Judul Skripsi
Pengaruh Media
1001 8300050
Audio Visual (Kartun)
Keterampilan Bercerita Pada Siswa Kelas
Terhadap
III MI Tarbiyah
Al-Islamiyah Kembangan, Jakarta Barat, Tahun Ajaran 2014120t5M Dosen Pembimbing
Dona Aji Putra. M.A
No
REFERENSI
PARAF
Anggraini, Ratna. Peningkatan Keterampilan Berbicara 1.
Menggunakan Metode Bercerita Pada Siswa Kelas
VII SMp
Negeri 2 Semitau. (16 Januari 2014, Pukul: 10.03). 2"
Alfin, Jauharoti, dkk. Pembejajaran Bahasa Indonesia
MI.
Surabaya: LAPiS -PGIUI, 2009). a J,
e
mb
e I aj
%
ar an. J akarta: Prestasi Pustaka, 20 1 0.
Arsyad, Azhar. Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali
Press,
20t0.
Budinuryanta,
dkk. Pengajaran Keterampilan
5.
\ Berbahasa.
trh
Jakarla: Universitas Terbuka, 2008. 6.
Cahyani, Isah dan Hodijah. Kemampuan Berbahasa Indonesia
Di
SD. Bandung: UPI PRESS, 2007.
Carnegie, Dale. The 1.
Sb'
Amri, Sofan dan iif Khoiru Ahmadi. Konstruksi Pengembangan P
4.
0i
5 Essential People Skills. Jakarta: pT.
Gramedia Pustaka Utama, 2009.
%
q-
Darmawan, Deni. Metode Penelitian Kuantitatif, Bandung: pT 8.
Remaja Rosdakarya, 2013.
Gani, Ramlan A. dan Mahmudah Fitriyah. Disiplin Berbahasa 9.
Indonesia. Jakarta: FITK Press, 2010.
%' B%'
Ghazah, Syukur. 10.
P e ntb
e I aj
ar an Ke t er amp
iI
an
B er b ahas
a Dengan
Pendekatan Komunikatif-Interaktif. Bandung: PT
Refika
ry,
Aditama,2013.
Hamalik, Oernar. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi 11.
Aksara, 2012.
Munadi, Yudhi. Media Pembelajaran. Jakarta: Gaung Persada
eh
12.
Press,2008.
Nasoetion, Noehi,
dkk. Evaluasi
Pentbelajaran Bahasa
13.
Indonesia. Jakarta: Universitas Terbuka, 20A7
Nurgiyantoro, Burhan .
P
enilaian
P emb
.
elaj ar an
B ohas
a
B
erbasis
t4. Kompet ensi. Yogyakarta: Edisi Pertama. Saadie,
Ma'mur, dl
15. J
akarta: Universitas Terbuka, 2007
Saddhono, Kundharu 16.
Keter
.
8. St. Y.
Slamet. Meningkatkan
ampilan Berbahasa Indonesia. Bandung: CV. Karya Putra
Dewi,2012. Sadiman, t7.
h-
Arif S., dldc Media Pendidikan.
h % % %
Jakafia: Rajawali
fu^'
Press, 2014.
Silrabudin, dkk. Bahasa Indonesia /L Edisi Pertama, Paket 8-14, 18.
2000.
Sunarto, Kamanto. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Fakultas 19.
Ekonomi Universitas Indonesia, 2004.
%. s\^'
Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar 20.
2t. 22.
Proses Pendidikan Jakarta: Prenada Media Grup, 2010.
eh
Sugiyono, Metgde Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung, Alfabeta, 2011, cet. 14. Suparno, dl
%'
El^
Sutopo, Ariesto Hadi. Multimedia Interaktif Dengan Flash. L).
Yogyakarta: Penerbit Graha llmu, 2003. 24.
Suyanto, M.. Multintedia
Alat Untuk Meningkatkan Keunggulan
Ph. 4"1-'
Bersaing. Yogyakarta: ANDI OFFSET, 2AU. 25.
Tarigan, Djago. Pendidikan Baltasa dan Sastra Indonesia di Kelas Rendah. (Jakarta: Universitas Terbuka, 2002).
26.
Tarigan, Djago. Pendidikan Keterampilan Berbahasa. Jakarta:
&6'
Universitas Terbuka, 2002. 27.
Tarigan, Henry Guntur. Berbicara. Bandung: Angkasa Bandung, 2008.
28.
Sf
Tarigarl Henry Guntur, Menyimak Sebagai Suatu Keterampilan Berb ahasa. Bandung: Angkasa, 2008.
Tjahyono, Tengsoe dan Kisyani Laksono. Berbicara 29.
II.
%^' lakarta:
Universitas Terbuka, 2000. 30.
h,
UU Sisdiknas. Bandung: Fokus Media, 2009. Wasid, Iskandar dan Dadang Suhendar. Strategi Pembelajaran
31.
Bahasa. Bandung: PT Remaja Rosdakarya,20ll.
D^d'
u\, V
E\..'
Wasimin. "Peningkatan Kompetensi Berbicara Siswa SD Melalui 32.
Metode Role Play". Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 15, 2009
11
ry
Widyastono, Herry. Model Rencana Pelaksanaan Pembelajaran,
JJ.
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaar. No. 069,2007.
%
KEMENTERIAN AGAMA UIN JAKARTA FITK Jl. lr. H. Juanda No 95 Chutat
1912
: Terbit : No. Revisi: :
01
Hal
111
No.
FoRM (FR)
lndonesk)
Dokumen
Tgl.
FITK-FR-AKD-081 1 Maret
SURAT BIM BINGAN SKRIPSI Nomor : Un.0
Lamp.
Hal
1lF.
llKM
.Ot.zt
.H-fu . C9.1.1
Jakarta, 20 Februari 2014
: satu berkas proposal :
Bimbingan Skripsi
Kepada Yth.
Bpk. Dona Aji Putra, M.A Pembimbing Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah cian Keguruan IJIN Syarif Hidayatullah Jakarta. As s alamu'
alaihtm wr.wb.
Dengan ini diharapkan kesediaan Saudara untuk menjadi pembimbing VII (materi/teknis) penulisan skripsi mahasiswa: Nama
Sri Raimawati
NIM
1
Jurusan
Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
Semester
VItr
Judui Skripsi
Peningkatan Kernanrpuan Keterampilan Berbicara Meialui
100i 8300050
(d.elapan)
Metode Story Telling (berbicara) pada Siswa Kelas trI MI
Tarbiyah Al-Islamiyah Kembangan- Jakarta Barat Tahun Ajaran 201312014 Judul tersebut telah disetujui oleh Jurusan yang bersangkutan pada tanggal 30 januari 2014, abstraksi/outline terlampir. Saudara dapat melakukan perubahan redaksional pada judul tersebut. Apabila penrbahao substansial dianggap perlu, mohon pembimbing menghubungr Jurusan terlebih dahulu-
ini diharapkan selesai dalam waktu 6 (enam) bulan, dan dapat diperpanjang selama 6 (enam) bulan berikutnya tanpa surat perpanjangan.
Bimbingan skripsi
Atas perhatian dan kerja sama Saudara, kami ucapkan terima kasih. Wa s s a I amu'
alaikum wr.x,b. a.n. Dekan Ketua Program Studi PGMI
OrouL, Dr.Fauzan, M.A NIP 1976 1 I 07 200701 1 0l Tembusan:
L 2.
Dekan FITK Mahasiswa ybs.
3
2010
YAYASAT{I TARBTYAH TSLAMTYAH AI-ATAWTYAH (SATRTA)
-lvIl. TARBIYAH
AL.ISTAMIYAH SRENGSENG 'A' i Madrasia ( BAII- - S,iM ) Tahun 2011
TERAI(REDITASI BadanAkreditasi Nasionai Sekoiah
JI.I$RTA BTRIT
Jl. Raya Srengseng No. 26A' Rt.005/06, Srengsengr Kembangan,Jakarta Barat I 1630 Telp.: (021) 5855405, Ext. 105 - Fax: (021) 58l;7270 r.Tcc .. 111na1na^ ti 1\ JJ L} LLJ L I JUW\,,:I
NIS: 2ffiA1rc7
SURAT KETERANGAN Nor.nor: 24lMI-JB/SKlXl I 20 1 4
yang berranda tangan di barvah ini, Kepala Madrasah Ibtidaiyah Tarbil'ah AlIsIarni1'ah. Kernbangan. .Takarta Barat menl'atakan bahu'a:
Nama
: Sri Rahmawati
NIM
: I I 10018300050
Progran-r Studi
: Pendidikan Guru lv{adrasah lbtidaiyah (PGII"II1
Semester
:
IX (Sembilan)
Adalali benar telah melaksanakan penelitian
di N4l Tarbi.vah Al-lslarni.vah-
Kembar.rgan. .Takarta Barat dalam rangka Peur-rlisan Skripsi yang berjr-rdui:
,,pengnruh Media Autlio Visuul (I{urtun) terhadop Keterampilon Bercerita Siswu I{elas
III MI Tarbiyah Al-Islumiyoh
2014/2015
M
Kembangan, Jakurta Barat, Tahun Aiorun
".
Dernikian surat keterangan ini diberikan. untttk dapat diketahui dan dipergunakan sebagaimana mestinya.
Jakarta. 21 November 2014
Kepala I\4I Tarbiy'ah A1-Islami,vah
P.197106241999032001
KEMENTERIAN AGAMA n#t,{Wltr* UIN JAKARTA FITK ; Lt r H. Juanda No 95 ciputat 15412 tndanese Yywffi y I
No. Dokumen Tgl. No. Revisi:
FITK-FR-AKD-082
:
01
Terbit :
FORM (FR)
;;il;
:
1 Maret 2010 1t1
Hal
SURAT PERMOHONAN IZIN PENELITIAN Jakarta, 4 November 2014
Nomor : Un.01/F. 1 /KM.01 .31.19T1..1201 4 Lamp.'. Outline/Proposal . Permohonan lzin Penelitian
Hal
Kepada Yth. Bapak/lbu Kepala Sekolah Ml Tarbiyah Al-lslamiyah di
Tempat Assal am u'ala ikum wr.wb.
Dengan hormat kami sampaikan bahwa,
Nama NIM Jurusan
. Sri Rahmawati
Semester
: 9 (Sembilan)
Judul Skripsi
:
: 1110018300050 : Pendidikan Guru Ml
Pengaruh Media Audio Visual (Kartun) terhadap Keterampilan
Bercerita pada Siswa Kelas
lll Ml
Tarbiyah Al-lslamiyah
Kembangan, Jakarla Barat, Tahun Ajaran 2014t2015
adalah berrar mahasiswaii Fakuitas llmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta yang
sedang menyusun skripsi, dan akan rnengadakan penelitian (riset)
di
instansi/sekolah/madrasah yang Saudara pimpin.
Untuk
itu kami mohon
Saudara dapat mengizinkan mahasiswa tersebut
melaksanakan penelitian dimaksud. Atas perhatian dan kerja sama Saudara, kami ucapkan terima kasih. Wassal am u' al a iku m wr.wb.
a.n. Dekan Kajur Pehdidikan Guru MI
Dr. Fauzan, MA NrP. l9161101200701 r 0r3 Tembusan: Dekan FITK Pembantu Dekan Bidang Akademik Mahasiswa yang bersangkutan
1. 2. 3.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Sri Rahmawati atau biasa dipanggil dengan nama Eka. Lahir di Jakarta, 30 Agustus 1992. Anak ke-6 dari 6 bersaudara dari pasangan Bapak H. Matsani dan Ibu Hj. Nurhayati. Penulis beralamat di Srengseng Sawah Balong RT/RW 002/004 No. 22 Kembangan, Jakarta Barat. Penulis menempuh pendidikan di Sekolah Dasar di SDN 03 Pagi, Kembangan Jakarta Barat (1998-2004), Sekolah Menengah Pertama di Pondok Pesantren LATANSA (2004-2007), dan Sekolah Menengah Atas di Pondok Pesantren LA-TANSA (2007-2010), dan melanjutkan S1 tahun 2010 pada Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Judul skripsi penulis “Pengaruh Media Audio Visual (Kartun) terhadap Keterampilan Bercerita Siswa Kelas III MI Tarbiyah Al-Islamiyah Kembangan, Jakarta Barat, Tahun Ajaran 2014/2015 M”.