DAMPAK KEBERADAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH 3R (REDUCE, REUSE, DAN RECYCLE) VIPA MAS TERHADAP LINGKUNGAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DI KELURAHAN BAMBU APUS KECAMATAN PAMULANG KOTA TANGERANG SELATAN Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh
NURLELA NIM 1112015000048
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2017
ABSTRAK Nurlela. Dampak Keberadaan Tempat Pengolahan Sampah 3R (Reduce, Reuse, Recycle) Vipa Mas Terhadap Lingkungan Sosial Ekonomi Masyarakat Di Kelurahan Bambu Apus Kecamatan Pamulang. Skripsi. Jakarta: Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah 2016. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak keberadaan tempat pengolahan sampah 3R (reduce, reuse, recycle) Vipa Mas terhadap lingkungan sosial ekonomi masyarakat. Penelitian ini merupakan penelitian dengan pendekatan kualitatif dengan model grounded research, populasi penelitian ini adalah seluruh masyarakat Kelurahan Bambu Apus di RW 06, 07 dan 04. Instrumen penelitian yang digunakan adalah wawancara. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dokumentasi dan catatan lapangan. Hasil yang ditemukan dalam penelitian ini adalah bahwa dampak keberadaan tempat pengolahan sampah 3R (reduce, reuse, recycle) Vipa Mas ini memiliki dampak positif dan negatifnya, yaitu tertatanya lingkungan menjadi bersih dan nyaman, meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap lingkungan, terbentuknya bank sampah pada setiap RW nya, selain itu memang ada masyarakat yang merasa terganggu mengenai cerobong asap dari mesin pencacah sampah yang kurang tinggi. Akhirnya dapat disimpulkan bahwa keberadaan Tempat Pengolahan Sampah 3R (reduce, reuse, recycle) Vipa Mas memiliki dampak positif yang lebih banyak dibandingkan dampak negatifnya. Kata Kunci: TPS 3R, Lingkungan Sosial Ekonomi
i
ABSTRACT Nurlela. Impact existence of Waste Management 3R (Reduce, Reuse, Recycle) Vipa Mas Against Social Environmental Economic Community in Bambu Apus Village District of Pamulang. Skripsi. Jakarta: Departemen of Education Sosicial Science Faculty of Tarbiyah and Teaching State Islamic University (UIN) Syarif Hidayatullah 2016. This study aims to determine the impact of the existence of a waste treatment 3R (reduce, reuse, recycle) Vipa Mas to the socioeconomic environment. This research is a qualitative approach with a model grounded research, this study population was the whole village community Bambu Apus in RW 06, 07 and 04. The research instrument used was the interview. Data collection techniques using observation, interviews, documentation and field notes. The results found in this study is that the impact of the existence of a waste treatment 3R (reduce, reuse, recycle) Vipa Mas has positive and negative impacts, namely the well-organized environment to be clean and comfortable, increased public awareness of the environment, the formation of waste bank on every RW her, other than that there is a community who feel disturbed about the chimney of a thrasher waste that is not high enough. Finally it can be concluded that the existence Waste Management 3R (reduce, reuse, recycle) Vipa Mas has a more positive impact than negative impact. Keywords: TPS 3R, Socio-Economic Environment
ii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum, Wr. Wb Alhamdulillah, segala puji dan syukur hanya bagi Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan baik dan lancar. Tak lupa shalawat dan salam selalu tercurah limpahkan kepada nabi besar Muhammad SAW, kepada keluarganya, sahabatnya dan para pengikutnya. Penelitian ini dilakukan guna memenuhi persyaratan kelulusan guna memeproleh gelar sarjana pendidikan pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK), jurusan Pendidikan IPS UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam penulisan penelitian skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya masih terdapat banyak kekurangan dan keterbatasan ilmu pengetahuan yang penulis miliki. Namun berkat dorongan dan bantuan dari berbagai pihak akhirnya penelitian skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, sudah sepantasnya penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyusun penelitian pendidikan ini. Ucapan terima kasih tersebut penulis sampaikan kepada: Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak, baik moril maupun materiil, maka penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada: 1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Dr. Iwan Purwanto, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang selalu sabar membimbing mahasiswa/i P.IPS. 3. Drs. H. Syaripulloh, M.Si, selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam
iii
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta ceria dan sabar dalam membimbing mahasiswa/i P.IPS. 4. Dosen pembimbing akademik, Prof. Dr. Rusmin Tumanggor, M.A yang sudah membimbing penulis dengan sangat baik dengan penuh kesabaran selama empat tahun menjalani perkuliahan. 5. Andri Noor Ardiansyah, selaku dosen pembimbing skripsi I yang telah memberikan bimbingan, pengarahan, dan saran dalam pembuatan skripsi ini. 6. Neng Sri Nuraeni, M.Pd, selaku dosen pembimbing skripsi II yang telah memberikan motivasi, bimbingan, dorongan, pengarahan, dan saran sertado’a dalam pembuatan skripsi ini. 7. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya pada Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat bagi penulis. 8. Seluruh civitas akademi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 9. Kepala Kantor Kelurahan Bambu Apus Ibu Hj. Siti Akbari, A.Md dan jajarannya yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian di wilayahnya. 10. Kepala Kantor Dinas Kebersihan Pertanaman dan Pemakaman Bapak Yepi dan jajarannya yang telah merekomendasikan dan mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian di TPS 3R Vipa Mas. 11. Bapak/Ibu para informan yang telah bersedia menjadi narasumber untuk penelitian ini. 12. Ungkapan terimakasih penulis haturkan dengan rendah hati dan rasa hormat kepada ayahanda Suwarsa dan ibunda Maryamah tercinta yang selalu memberikan kasih sayang, motivasi, dan do’a dengan segala pengorbanannya yang telah diberikan terimakasih untuk selalu memberikan doa yang tiada henti hingga skripsi ini mampu terselesaikan dengan baik. Terimakasih juga sudah memberi pendidikan yang luar biasa hingga saat ini.
iv
13. Ungkapan terimakasih penulis haturkan dengan rasa bangga karena telah memiliki Aa dan Teteh-teteh yang terus memberi dukungan yaitu Karnadi, Hayati, Hayanah, dan Fitri yang juga mewarnai hidup penulis, memberikan semangat, senantiasa memanjatkan do’a untuk kesuksesan penulis. 14. Keluarga Besar HMJ Pendidikan IPS yang telah memberikan pelajaran penting
pada
hidup
penulis
tentang
kepemimpinan,
kekeluargaan,
kebersamaan dan pengalaman yang tidak akan terlupakan bagi penulis. 15. Teman-teman
seperjuangan
pendidikan
IPS,
terlebih
khusus
untuk
Pendidikan Geografi 2012 kalian semua telah memberikan motivasi dan warna dalam hidup penulis. 16. Keluarga Uin Jakarta Basketball terimakasih telah memberikan semangat dan kebahagian yang begitu erat. 17. Keluarga Besar BIDIKMISI Uin Jakarta 2012 yang bersama-sama berjuang di awal dua tahun perkuliahan beban kuliah dari pagi sampai malam, terimakasih telah memberi banyak pengalaman yang sangat berharga selama kita satu atap di asrama tercinta. 18. Eka Putri Hanamutia, M. Ikrom Rosyidin, Winda Septi Kusuma, Maulida Wulandari sahabat yang selalu ada memberi bantuan, motivasi dan semangat ketika penulis dalam kesusahan. Terimakasih atas segala bantuannya kawan. 19. Masruroh, M.Pd., CHC, Ardi Muhammad Arsyad, S.Pd, Muhammad Faishal Ramdhan, Mulyadi, S.Pd, dan Achmad Fauzi, S.pd, kakak-kakak panutan terimakasih banyak atas segala masukan, semangat dan banyak memberikan inspirasi. 20. Keluarga Gengs Zahidah Zein, Siti Syarofah, Aris Widodo dan Nur Purna Subana yang selalu memberikan semangat dan candaan ketika penulis sedang putus semangat dalam menulis. Semoga persahabatan ini selalu terjalin dengan baik atas ridho-Nya. 21. Keluarga Mercon Lusy, Windy, Aini, Via, Wulan, Naya, Dekcut dan Anna yang telah menemani dan mewarnai kehidupan perkuliahan selama ini dan banyak memberikan inspirasi dalam kehidupan penulis.
v
22. Adik-adik tercinta Dini Utami, Fauziah Karimah, Zefi Khomara, Yayu Hardianti Isnin dan Dinda Adhiana yang selalu memberikan semangatsemangatnya kepada penulis. 23. Keluarga besar BAKORNAS LEPPAMI PB HMI terimakasih telah memberikan banyak pengalaman yang berguna untuk penulis. 24. Seluruh pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, namun semua yang kalian berikan sangat berarti bagi penulis. Atas bantuan mereka yang sangat berharga, penulis berdo'a semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda sebagai amal shaleh dan ketaatan kepada-Nya, Amin. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang terkait khusunya dan bagi seluruh pembaca pada umumnya. Akhirnya penulis mohon maaf apabila banyak kesalahan yang telah penulis lakukan selama ini. Semoga penelitian ini dapat diterima dengan baik dan sebagai pelajaran bagi semuanya. Terimakasih. Wassalamu’alaikum Wr. Wb Jakarta, Desember 2016
Nurlela
vi
DAFTAR ISI Halaman
LEMBAR HALAMAN LEMBAR PENGESAHAN PANITIA SIDANG LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI LEMBAR PERNYATAAN KARYA ILMIAH ABSTRAK ..................................................................................................... i ABSTRACT ................................................................................................... ii KATA PENGANTAR ................................................................................... iii DAFTAR ISI .................................................................................................. vii DAFTAR TABEL .......................................................................................... x DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xi DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1 B. Identifikasi Masalah ........................................................................... 5 C. Pembatasan Masalah ......................................................................... 5 D. Rumusan Masalah ............................................................................. 5 E. Tujuan Penelitian ............................................................................... 5 F. Manfaat Penelitian .......................................................................... 6 BAB II KAJIAN TEORI A. Sampah ............................................................................................ 7 1. Defini Sampah ..................................................................................... 7 2. Sumber Sampah .................................................................................. 8 3. Jenis Sampah ....................................................................................... 9
vii
4. Bentuk Sampah ................................................................................... 10 5. Faktor-faktor yang Memengaruhi Sampah ......................................... 10
B. Konsep Persampahan 3R (reduce, reuse, recycle) ............................ 12 C. Pengelolaan Sampah ......................................................................... 13 D. Dampak Sampah ............................................................................... 16 E. Lingkungan Sosial dan Ekonomi Masyarakat .................................. 18 1. Lingkungan Sosial ...................................................................... 18 2. Ekonomi Masyarakat .................................................................. 20 F. Penelitian Relevan ............................................................................. 22 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................... 29 1. Tempat Penelitian.......................................................................... 29 2. Waktu Penelitian ........................................................................... 30 B. Latar Penelitian ................................................................................ 30 C. Metode Penelitian ............................................................................. 31 D. Populasi dan Sampel ......................................................................... 32 E. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data .................................. 33 1. Sumber Data ........................................................................................ 33 2. Teknik dan Pengumpulan Data ........................................................... 34
F. Pemeriksaan atau Pengecekan Keabsahan Data ............................... 37 G. Analisis Data .................................................................................... 40 1. Data Reduction (Reduksi Data) ............................................................ 40 2. Data Display (Penyajian Data) ................................................... 41 3. Conclusion Drawing atau Verivication (Verifikasi) ................... 42
viii
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ...................................................................................... 46 B. Hasil Penelitian .................................................................................... 52 C. Pembahasan ......................................................................................... 78 BAB V KESIMPULAN, SARAN A. Kesimpulan .................................................................................................... 83 B. Implikasi ........................................................................................................ 84 C. Saran .............................................................................................................. 84 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ xiii
LAMPIRAN-LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1
: Penelitian yang Relevan
Tabel 3.1
: Alokasi Waktu Penelitian
Table 3.2
: Progres Kegiatan Penelitian
Tabel 3.3
: Kisi-kisi Pedoman Wawancara
Tabel 4.1
: Jumlah Penduduk Kelurahan Bambu Apus
Tabel 4.2
: Karakteristik Informan
Tabel 4.3
: Hasil Observasi
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1
: Peta Sebaran Sampel dan Lokasi Penelitian
Gambar 3.2
: Proses Penelitian Grounded
Gambar 3.3
: Analisis Data Interaktif Miles dan Huberman
Gambar 4.1
: Peta Lokasi Penelitian Kelurahan Bambu Apus
Gambar 4.2
: Piramida Penduduk Kelurahan Bambu Apus
xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan pertumbuhan penduduk dan perkembangan Kota Tangerang Selatan yang terus meningkat disertai dengan peningkatan kualitas dan kuantitas kegiatan masyarakat sehari-hari akan memberi pengaruh bagi lingkungan di sekitarnya. Seperti akan bertambahnya jumlah sampah di masyarakat akan menimbulkan banyak masalah di masyarakat, oleh karena itu masyarakat harus tetap menjaga lingkungan agar terasa nyaman dan sejuk. Ada berbagai definisi sampah diantaranya yaitu, sampah dapat didefinisikan sebagai suatu benda yang tidak digunakan atau tidak dikehendaki dan harus dibuang, yang dihasilkan oleh kegiatan manusia.1 Pasal 1 Ayat 1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah menjelaskan bahwa Sampah adalah “sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat”. 2 Jadi sampah menjadi suatu permasalahan yang sangat memerlukan perhatian bagi kota, sampah yang tidak ditangani dengan serius pasti akan terus meningkat dari tahun ke tahun seiring dengan laju pertumbuhan dan perkembangan penduduk. Sampah yang terus meningkat terjadi tiap tahun itu bisa memperpendek penggunaan lahan TPA dan dapat membawa dampak pada pencemaran lingkungan, baik air, tanah, maupun udara. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Ni Komang Ayu Artiningsih yang berjudul Peran Serta Masyarakat Dalam Pengelolaan Sampah Rumah Tangga (Studi Kasus Di Sampangan Dan Jomblang, Kota Semarang, bahwa pengelolaan sampah rumah tangga yang berbasis masyarakat di Sampangan dan Jomblang dapat mereduksi timbulan sampah yang dibuang ke TPA,
1 2
Karden Eddy, Pengelolaan Lingkungan Hidup, (Jakarta: Djambatan, 2009), h. 67. Perundangan Tentang Lingkungan Hidup, (Yogyakarta: Pustaka Yustisia, 2010), h. 59.
1
2
namun belum optimal dilaksanakan baik dalam pemilahan dan atau dalam pengomposan karena keterbatasan sarana dan prasarana.3 Tempat pembuangan akhir sampah (TPAS) yang ada di kota Tangerang Selatan bernama TPA Cipeucang yang terletak di Desa Keranggan Kecamatan Setu. Saat ini TPA Cipeucang memiliki luas lahan 5,6 hektare dengan menampung 150 ton sampah per hari yang kondisi saat ini melebihi kapasitas.4 Semua penduduk Kota Tangerang Selatan yang terdiri dari 7 Kecamatan yaitu, Setu, Serpong, Ciputat, Ciputat Timur, Pondok Aren, Serpong Utara dan Pamulang membuang sampahnya ke TPA Cipeucang, tetapi tidak saat ini banyak tempat-tempat pengolahan sampah terpadu yang ada di Kota Tangerang Selatan. Konsep pengelolaan sampah terpadu merupakan cara terbaik untuk mengolah sampah dengan prinsip 3R (reduce, reuse, dan recycle). Sebelum diolah, jenis sampah dipilah antara yang bisa digunakan lagi dan yang benarbenar dibuang. Kota Tangerang Selatan sudah memiliki 41 Tempat Pengolahan Sampah 3R (reduce, reuse, dan recycle) yang sudah tersebar setiap kelurahan yang salah satunya terdapat di Kelurahan Bambu Apus Kecamatan Pamulang.5 Warga di Kelurahan Bambu Apus memilki tempat pengolahan sampah 3R yang bernama Vipa Mas yang pada awalnya hanya tempat pembuangan sampah liar, para warga RW 06 berinisiatif untuk membersihkan sampahsampah yang mengganggu di lingkungan rumah mereka dengan cara mengolah sampah dan membuat lembaga swadaya masyarakat yang dibentuk tahun 2011 sebagai salah satu syarat untuk mendirikan tempat pengolahan sampah di RW 06.
3
Ni Komang Ayu Artiningsih, “Peran Serta Masyarakat Dalam Pengelolaan Sampah Rumah Tangga (Studi Kasus Di Sampangan Dan Jomblang, Kota Semarang”, Tesis pada Pascasarjana Universitas Diponegoro Semarang, Semarang, 2008, h. 7. 4 Hambali, “TPA Ciepucang Tangsel Akan diperluas”, http://news.okezone.com/read/2015/08/26/338/1202564/tpa-cipeucang-tangsel-akan-diperluas, di akeses 17 September 2015 Pukul 12.20 WIB 5 Dinas Kebersihan Pertanaman dan Pemakaman Kota Tangerang Selatan
3
Menurut bapak Tarmizi selaku pengurus Tempat Pengolahan Sampah 3R (reduce, reuse, dan recycle) sumber sampah yang berada di TPS 3R Vipa Mas kini berasal dari 3 RW yaitu RW 06, 07 dan 04 dengan jumlah 587 rumah. Upaya yang dilakukan oleh warga Kelurahan Bambu Apus antara lain dengan cara memilah sampah yang dihasilkan oleh warga di daerah tersebut. Sampah dipilah bedasarkan sifatnya, yaitu sampah organik yang mudah diuraikan melalui proses alami, dan sampah anorganik yang tidak dapat diurai oleh alam. Sampah organik tidak menjadi masalah jika dibuang di alam. Sedangkan sampah anorganik yang tidak dapat diuraikan secara alami inilah yang kemudian berusaha diolah kembali oleh warga setempat agar menghasilkan suatu barang yang memiliki nilai guna. Namun, sampah organik yang bisa diuraikan secara alami bukan berarti tidak memiliki nilai guna apapun dan hanya bisa dibuang begitu saja. Sampah organik juga bisa diolah agar menghasilkan sesuatu yang lebih berguna dan bernilai ekonomis seperti kompos dan makanan ternak. Konsep pengolahan sampah berbasis masyarakat sendiri harus disertai dengan pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan masyarakat dalam hal ini adalah menjadikan masyarakat agar memiliki daya atau kekuatan untuk dapat mengelola sampah agar menjadi sesuatu yang berguna dan bernilai jual. Warga Kelurahan Bambu Apus juga memiliki bank sampah yang menghasilkan suatu karya dari sampah non organik seperti kertas dan plastik yang memiliki nilai jual dan berguna namun belum maksimal. Adapun pengolahan sampah organik seperti sampah basah dan sampah dapur diolah menggunakan mesin juga menghasilkan kompos yang baru saja berjalan 1 tahun. Namun ada beberapa warga yang tidak setuju dengan adanya tempat pengolahan sampah di sekitar lingkungannya dengan alasan terganggu oleh asap polusi dan suara mesin yang bising. Pada dasarnya semua itu berdampak terhadap lingkungan sosial ekonomi pada masyarakat sekitar tempat pengolahan sampah.
4
Sesuai Undang-Undangan Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup pada Pasal-1, menjelaskan bahwa lingkungan adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk hidup lain.6 Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, makhluk hidup, termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan peri kehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya.7 Dari kedua teori di atas dapat disimpulkan bahwa lingkungan tidak dapat dipisahkan dengan manusia yang ada didalamnya yang saling berkaitan satu sama lain dan kodratnya manusia sebagai makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri. Manusia membentuk kelompok-kelompok sosial agar bisa mempertahankan hidupnya, kemudian dalam kelompok itulah menghasil interaksi sosial yang melahirkan sesuatu yang dinamakan lingkungan sosial. Lingkungan sosial adalah keterkaitan antara seluruh komponen yang terdapat dalam lingkungan hidup, bukan semata-mata interaksi sosial an sich beserta pranata, simbol, nilai dan normanya saja tetapi juga kaitannya dengan unsur-unsur lingkungan hidup lainnya, alam dan lingkungan binaan atau buatan.8 Dalam hal sampah dan lingkungan sosial ekonomi sangat berkaitan juga satu dengan yang lainnya, karena sampah dapat menghasilkan nilai ekonomis yang menjadi suatu penghasilan masyarakat dan tentu berdampak baik bagi lingkungan yaitu berkurangnya jumlah sampah. Masalah sampah dalam lingkungan mutlak harus ditangani secara bersama-sama dari pihak masyarakat ataupun pemerintah setempat. Dari beberapa permasalahan sampah tersebut, oleh karena itu penting untuk dilakukan penelitian mengenai Dampak Keberadaan Tempat Pengolahan
6
HR. Mulyanto, Ilmu Lingkungan, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007), h. 1. Karden Eddy, Pengelolaan Lingkungan Hidup, h. 31. 8 Jonny Purba, Pengelolaan Lingkungan Sosial, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005), h. 14. 7
5
Sampah 3R (Reduce, Reuse, dan Recycle) Vipa Mas Terhadap Lingkungan Sosial Ekonomi Masyarakat.
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka masalah dapat di identifikasi sebagai berikut: 1. Lebihnya kapasitas di TPA Cipeucang (Pengelolaan sampah yang dilakukan masih kurang efektif) 2. Adanya keluhan masyarakat sekitar tentang pengolahan menggunakan mesin 3. Masih minimnya masyarakat dalam mengolah sampah menggunakan prinsip 3R (reduce, reuse, dan recycle). C. Pembatasan Masalah Keterbatasan peneliti dalam waktu, tenaga dan biaya, serta untuk memudahkan pembahasan skripsi ini, menjaga agar penelitian lebih fokus dan terarah, tidak menimbulkan keraguan dan salah penafsiran, maka diperlukan adanya pembatasan masalah, oleh karena itu penelitian dibatasi pada “Dampak Keberadaan TPS 3R Vipa Mas Terhadap Lingkungan Sosial Ekonomi Masyarakat di Kelurahan Bambu Apus”
D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah dan pembatasan masalah, maka pertanyaan peneliti dinyatakan sebagai berikut: Bagaimana dampak keberadaan TPS 3R (reduce, reuse, dan recycle) Vipa Mas terhadap lingkungan sosial ekonomi masyarakat di Kelurahan Bambu Apus Kecamatan Pamulang Kota Tangerang Selatan?
6
E. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka penelitian ini mempunyai tujuan, diantaranya : Untuk mengetahui dampak keberadaan TPS 3R (reduce, reuse, dan recycle) Vipa Mas terhadap lingkungan sosial ekonomi masyarakat di Kelurahan Bambu Apus Kecamatan Pamulang Kota Tangerang Selatan.
F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini ini dapat memberi sumbangan yang dapat berharga pada perkembangan ilmu Geografi mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah khususnya, dan mahasiswa universitas lain pada umumnya, terutama untuk meningkatkan pemahaman dibidang lingkungan dan sampah. 2. Manfaat Praktis a. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan, pengalaman ilmu dibidang lingkungan, Sosiologi - Antropologi, dan Geografi Lingkungan. b. Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan memberikan informasi bahwa lingkungan sangat berperan penting dalam kelangsungan hidup dan memberikan motivasi untuk bersimpati dan berpartisipasi dalam mencegah dampak dari sampah dan sadar terhadap kepedulian lingkungan. c. Bagi Lembaga Pemerintahan, diharapkan penelitian ini memberikan rekomendasi untuk kepentingan pemerintahan. d. Bagi komunitas atau LSM pencinta lingkungan hidup penelitian ini bisa dijadikan bahan kajian-kajian tertentu.
BAB II KAJIAN TEORI A. Sampah 1. Definisi Sampah Sampah pada dasarnya suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari suatu sumber hasil aktivitas manusia maupun proses-proses alam. Sampah dapat didefinisikan sebagai suatu benda yang tidak digunakan atau tidak dikehendaki dan harus dibuang, yang dihasilkan oleh kegiatan manusia.1 Adapun menurut Pasal 1 Ayat 1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah menjelaskan bahwa “Sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat”.2 WHO (World Health Organization) juga mendefinisikan tentang sampah sebagai berikut sampah adalah “sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya”.3 Definisi sampah menurut Tchobanoglous dalam Soekmana Soma, sampah adalah “semua jenis bahan buangan baik yang berasal dari manusia atau binatang yang biasanya berbentuk padat”.4 Berdasarkan definisi sampah di atas maka dapat dikatakan bahwa sampah adalah bahan-bahan hasil dari kegiatan manusia atau binatang yang tidak digunakan lagi dan umumnya berupa benda padat, baik yang membusuk maupun yang tidak mudah membusuk, kecuali kotoran yang keluar dari tubuh manusia, yang ditinjau dari segi keindahan dapat mengganggu dan
1
Karden Eddy, Pengelolaan Lingkungan Hidup, (Jakarta: Djambatan, 2009), h. 67. Perundangan Tentang Lingkungan Hidup, (Yogyakarta: Pustaka Yustisia, 2010), h. 59. 3 Budiman Chandra, Pengantar Kesehatan Lingkungan, (Jakarta: Buku Kedokteran EGC, 2005), h. 111. 4 Soekmana Soma, Pengantar Ilmu Teknik Lingkungan Seri: Pengelolaan Sampah Perkotaan, (Bogor: IPB Press 2010), h. 12. 2
7
8
mengurangi nilai estetika dan dari segi lingkungan dapat menyebabkan pencemaran atau gangguan kelestarian lingkungan.
2. Sumber Sampah Sampah yang dihasilkan oleh masyarakat tentu memiliki sumber yang berbeda menurut Gilbert dalam Artiningsih, sumber-sumber timbulan sampah adalah sebagai berikut : a. Sampah dari pemukiman penduduk. Pada suatu pemukiman biasanya sampah dihasilkan oleh suatu keluarga yang tinggal disuatu bangunan atau asrama. Jenis sampah yang dihasilkan biasanya cendrung organik, seperti sisa makanan atau sampah yang bersifat basah, kering, abu plastik dan lainnya. b. Sampah dari tempat – tempat umum dan perdagangan. Tempat- tempat umum adalah tempat yang dimungkinkan banyaknya orang berkumpul dan melakukan kegiatan. Tempat – tempat tersebut mempunyai potensi yang cukup besar dalam memproduksi sampah termasuk tempat perdagangan seperti pertokoan dan pasar. Jenis sampah yang dihasilkan umumnya berupa sisa – sisa makanan, sampah kering, abu, plastik, kertas, dan kaleng- kaleng serta sampah lainnya. c. Sampah dari sarana pelayanan masyarakat milik pemerintah. Yang dimaksud di sini misalnya tempat hiburan umum, pantai, masjid, rumah sakit, bioskop, perkantoran, dan sarana pemerintah lainnya yang menghasilkan sampah kering dan sampah basah. d. Sampah dari industri. Dalam pengertian ini termasuk pabrik – pabrik sumber alam perusahaan kayu dan lain – lain, kegiatan industri, baik yang termasuk distribusi ataupun proses suatu bahan mentah. Sampah yang dihasilkan dari tempat ini biasanya sampah basah, sampah kering abu, sisa – sisa makanan, sisa bahan bangunan
9
e. Sampah Pertanian. Sampah dihasilkan dari tanaman atau binatang daerah pertanian, misalnya sampah dari kebun, kandang, ladang atau sawah yang dihasilkan berupa bahan makanan pupuk maupun bahan pembasmi serangga tanaman.5 Jadi dapat disimpulkan bahwa sampah bersumber dari banyak kegiatan masyarakat seperti kegiatan industri, pertanian, tempat wisata dan lain sebagainya, dari sumber-sumber sampah inilah menghasilkan jenis-jenis sampah yang berbeda pula.
3. Jenis Sampah Dari berbagai sumber sampah yang ada di masyarakat maka jenis sampahnya pun beragam, berdasarkan jenis khususnya sampah padat dapat digolongkan sebagai berikut: a. Sampah organik merupakan jenis sampah yang terdiri dari bahanbahan penyusun tumbuhan dan hewan yang diambil dari alam atau dihasilkan dari kegiatan pertanian, perikanan atau yang lainnya. Sampah ini dengan mudah diuraikan dengan proses alami. Contohnya daun-daun kering, kayu, sayur-sayuran busuk, buahbuahan busuk, dan jenis lain yang mudah diuraikan dengan proses alami dan dapat dijadikan kompos. b. Sampah anorganik merupakan jenis sampah yang berasal dari sumber daya alam tak terbarui seperti mineral dan minyak bumi atau dihasilkan dari proses industri. Beberapa bahan seperti ini tidak terdapat di alam, yaitu plastik dan aluminium. Sebagian zat anorganik secara keseluruhan tidak dapat diuraikan oleh alam, sedang sebagian yang lain hanya diuraikan secara lambat. Sampah
5
Ni Komang Ayu Artiningsih, “Peran Serta Masyarakat Dalam Pengelolaan Sampah Rumah Tangga (Studi Kasus Di Sampangan dan Jomblang”, Kota Semarang, Tesis pada Pascasarjana Universitas Diponegoro Semarang, Semarang, 2008, h. 19
10
jenis ini pada tingkat rumah tangga berupa: botol, botol plastik, tas plastik, kaleng, dan kaca.6
4. Bentuk Sampah Begitupun dengan bentuk sampah berdasarkan bentuknya, sampah digolongkan kepada tiga kelompok besar, yaitu : a. Sampah padat, yaitu sampah yang berasal dari sisa-sisa tanaman, hewan,kotoran ataupun benda-benda lain yang bentuknya padat. b. Sampah cair, yaitu sampah yang berasal dari buangan pabrik, industri, pertanian, perikanan, peternakan ataupun manusia yang berbentuk cair, missal air buangan, air seni, dan sebagainya. c. Sampah gas, yaitu sampah yang berasal dari knalpot kendaraan bermotor, cerobong pabrik, dan sebagainya yang kesemuanya berbentuk gas atau asap.7
5. Faktor-faktor yang Memengaruhi Jumlah Sampah Sampah memang suatu hal yang tidak bisa dipisahkan dengan manusia sebagai penghasilnya, maka berikut beberapa faktor yang dapat memengaruhi jumlah sampah: a. Jumlah Penduduk Jumlah penduduk bergantung pada aktivitas dan kepadatan penduduk.
Semakin
padat
penduduk,
sampah
semakin
menumpuk karena tempat menampung sampah kurang. Semakin meningkat aktivitas penduduk, sampah yang dihasilkan semakin banyak, misalnya pada aktivitas pembangunan, perdagangan, industri, dan sebagainya. Oleh karena itu jumlah penduduk 6
Mayun Nadiasa, Dewa Ketut Sudarsana, dan I Nyoman Yasmara, Manajemen Pengangkutan Sampah Di Kota Amlapura, Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Vol. 13, No. 2, Juli 2009, h. 122. 7 Lucia Desti Krisnawati, Kajian Volume Sampah Di Kota Kediri ( Lokasi Tpa Klotok ), Jurnal Ilmiah Berkala Universitas Kadiri, Edisi : Pebruari 2014 – Mei 2014, h.36.
11
sangat memengaruhi jumlah sampah yang ada dan setiap tahunnya pasti pertumbuhan penduduk suatu kota meningkat. b. Sistem pengumpulan atau pembuangan sampah yang dipakai. Pengumpulan sampah dengan menggunakan gerobak lebih lambat jika dengan dibandingkan dengan truk. Hal ini faktor yang sangat penting juga, karena apabila sampah tidak diangkut dengan cepat, sampah pasti akan terus menumpuk. c. Pengambilan bahan-bahan yang ada pada sampah untuk dipakai kembali. Metode itu dilakukan karena bahan tersebut masih memiliki nilai ekonomi bagi
golongan tertentu. Frekuensi
pengambilan
dipengaruhi oleh keadaan, jika harganya tinggi, sampah yang tertinggal sedikit. Pengambilan bahan-bahan ini juga faktor yang sangat penting karena bisa mengurangi timbunan sampah di tempat pembuangan akhir. d. Faktor geografis. Lokasi tempat pembuangan apakah di daerah pegunungan, lembah, pantai,
atau
di
daratan rendah,
karena lokasi
pembuangan sampah yang ideal itu tidak mengganggu aktifitas dalam masyarakat. e. Faktor waktu. Bergantung pada faktor harian, mingguan, bulanan, atau tahunan. Jumlah sampah per hari bervariasi menurut waktu. Contoh, jumlah sampah pada siang hari lebih banyak daripada jumlah di pagi hari, sedangkan sampah di daerah perdesaan tidak begitu bergantung pada faktor waktu. f. Faktor sosial ekonomi dan budaya. Contoh, adat istiadat dan taraf hidup dan mental masyarakat.. g. Faktor musim. Pada musim hujan sampah mungkin akan tersangkut pada selokan pintu air, atau penyaringan limbah.
12
h. Kebisaan masyarakat. Contoh, jika seseorang suka mengonsumsi satu jenis makanan atau tanaman sampah makanan itu akan meningkat. Kebiasaan dalam masyarakat itu sulit untuk dihilangkan, maka dari itu faktor ini juga memengaruhi peningkatan jumlah sampah. i. Kemajuan teknologi. Akibat kemajuan teknologi, jumlah sampah dapat meningkat. Contoh plastik, kardus, rongsokan, AC, TV, kulkas, dan sebagainya. Itu semua akan memberikan dampak bertambahnya jumlah sampah. j. Jenis sampah. Makin maju tingkat kebudayaan suatu masyarakat, semakin kompleks. Karena apapun yang telah dipakai oleh masyarakat akan menjadi sampah.8
B. Konsep Persampahan 3R (reduce, reuse, recycle) Kota Tangerang Selatan memiliki salah satu program untuk mengurangi beban sampah yang akan dibuang ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir) Cipeucang yaitu dengan cara membangun TPS 3R di setiap kelurahan. Menurut Kementrian Pekerjaan Umum Direktorat Jendral Cipta Karya, dalam Dinas Kebersihan Pertanaman dan Pemakaman Kota Tangerang Selatan, pengertian pengelolaan sampah 3R secara umum adalah upaya untuk mengurangi sampah sejak dari sumbernya, melalui program mengurangi (Reduce), menggunakan kembali (Reuse), dan mendaur ulang (Recycle). 1. Reduce atau reduksi sampah yaitu mengurangi segala sesuatu yang menyebabkan timbulnya sampah di lingkungan sumber bahkan dapat dilakukan sejak sebelum sampah dihasilkan. Setiap sumber dapat melakukan upaya reduksi sampah dengan cara merubah pola hidup konsumtif, 8
yaitu
perubahan
kebiasaan
dari
yang
boros
dan
Arif Sumantri, Kesehatan Lingkungan, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013), cet.2, h. 66.
13
menghasilkan banyak sampah menjadi hematefisien dan sedikit sampah. 2. Reuse berarti menggunakan kembali bahan atau material agar tidak menjadi sampah (tanpa melalui proses pengelolaan), menggunakan kertas bolak-balik, menggunakan kembali botol bekas seperti minuman untuk tempat air, mengisi kaleng susu dengan susu isi ulang (refill) menggunakan kembali wadah kantong yang dapat digunakan berulangulang, menggunakan baterai yang dapat discharge kembali dan lainlain. 3. Recycle berarti mendaur ulang suatu bahan yang sudah tidak berguna (sampah) menjadi bahan lain setelah melalui proses pengelolaan seperti sisa kain perca menjadi selimut, kain lap, keset kaki, dan sebagainya atau mengolah botol atau plastik bekas menjadi biji plastik untuk dicetak kembali menjadi ember, hanger, pot dan sebagainya serta mengolah kertas bekas menjadi bubur kertas dan kembali dicetak menjadi kertas dengan kualitas lebih rendah, sampah basah yang dapat diolah menjadi kompos dan lain-lain.9
C. Pengelolaan Sampah Pengelolaan sampah yang masih kurang maksimal di beberapa kota yang ada Indonesia ini membuat pemerintah mengeluarkan Pasal 1 Ayat 5 UndangUndang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah menjelaskan bahwa “Pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah”.10 Pengelolaan sampah adalah “sebuah upaya komprehensif menangani sampah-sampah yang dihasilkan dari berbagai aktivitas manusia”.11
9
Dinas Kebersihan Pertanaman dan Pemakaman Kota Tangerang Selatan, Tempat Pengolahan Sampah 3R (TPS 3R) Berbasis Masyarakat, h. 1 10 Perundangan Tentang Lingkungan Hidup, (Yogyakarta: Pustaka Yustisia, 2010), h. 59. 11 Soekmana Soma, Pengantar Ilmu Teknik Lingkungan Seri: Pengelolaan Sampah Perkotaan, h. 1
14
Pengelolaan persampahan didefinisikan sebagai
kontrol
terhadap
timbulan sampah, pewadahan, pengumpulan, pengangkutan, proses, dan pembuangan akhir sampah.12 Menurut Sudrajat, Model pengelolaan sampah di Indonesia ada dua macam, yaitu Urugan dan tumpukan. Urugan atau model buang dan pergi merupakan cara yang paling sederhana dengan membuang sampah di lembah atau cekungan tanpa memberikan perlakuan, umumnya dilakukan untuk kota yang menghasilkan volume sampah tidak terlalu besar. Pengelolaan sampah yang kedua yang biasanya diterapkan di kota besar, yaitu tumpukan yang perlu dilakukan secara lengkap dengan teknologi aerobic yang memenuhi prasyarat kesehatan lingkungan.13 Pengelolaan sampah adalah semua kegiatan yang dilakukan untuk menangani sampah sejak ditimbulkan sampai dengan pembuangan akhir, adapun kegiatan pengelolaan sampah meliputi: 1) Penimbulan sampah (solid wasre generated) Pada dasarnya sampah itu tidak diproduksi, tetapi ditimbulkan. Oleh karena itu dalam menentukan metode penanganan yang tepat, penentuan besarnya timbulan sampah sangat ditentukan oleh jumlah pelaku dan jenis kegiatannya. Jumlah penduduk merupakan pelaku yang menimbulkan sampah itu sendiri. 2) Penanganan di tempat (on site handling) Adapun yang dimaksud dengan penanganan sampah di tempat atau pada sumbernya adalah semua perlakuan terhadap sampah yang dilakukan sebelum sampah ditempatkan di lokasi tempat pembuangan. Kegiatan tahap ini bervariasi antara lain pemilahan, pemanfaatan kembali, dan daur ulang. Tujuan dari kegiatan ini untuk mengurangi besarnya jumlah sampah. 3) Pengumpulan (collecting) Pengumpulan ini merupakan tindakan pengumpulan sampah dari sumbernya menuju ke TPS dengan menggunakan gerobak dorong atau 12
Mayun Nadiasa, Dewa Ketut Sudarsana, dan I Nyoman Yasmara, Manajemen Pengangkutan Sampah Di Kota Amlapura, h. 123. 13 Sudradjat, Mengelola Sampah Kota, (Jakarata:Penebar Swadaya, 2009), h. 23.
15
mobil pick-up khusus sampah. Sumber sampah merupakan dari warga atau masyarakat di sekitar TPS. 4) Pengangkutan (transfer/transport) Pengangkutan merupakan usaha pemindahan sampah dari TPS menuju TPA dengan menggunakan truk sampah. Itulah proses pemindahan sampah-sampah dari sumbernya yaitu warga/masyarakat. 5) Pengolahan (treatment) Sampah dapat diolah tergantung pada jenis dan komposisinya. Berbagai alternatif yang tersedia dalam proses pengolahan sampah di antaranya adalah sebagai berikut: a) Transformasi fisik, meliputi pemisahan sampah dan pemadatan yang
bertujuan
untuk
mempermudah
penyimpanan
dan
pengangkutan. b) Pembakaran (incinerate), merupakan teknik pengolahan sampah yang dapat mengubah sampah menjadi bentuk gas. c) Pembuatan kompos (composting), yaitu mengubah sampah melalui proses mikrobiologi menjadi produk lain yang dapat dipergunakan. Output dari proses ini adalah kompos dan gas bio. d) Energy recovery, yaitu transformasi sampah menjadi energi, baik energi panas maupun energi listrik.14 6) Pembuangan akhir Pembuangan akhir sampah harus memenuhi syarat kesehatan dan kelestarian lingkungan. Ada dua teknik yang bisa dilakukan di tempat pembuangan akhir, pertama yaitu open dumping, yaitu sampah yang ada hanya ditempatkan begitu saja hingga kapasitasnya tidak lagi terpenuhi, namun teknik ini sudah jarang dilakukan karena mengganggu masyarakat sekitarnya. Kedua yaitu teknik sanitary landfill, yaitu pada lokasi TPA dilakukan kegiatan-kegiatan tertentu untuk mengolah timbunan sampah. Sedangkan sanitary landfill menurut Karden Eddy 14
Kuncoro Sejati, Pengolahan Sampah Terpadu dengan Sistem Node, Sub Point, Center Point, (Yogyakarta: Kanisius 2009), h. 24.
16
adalah pembuangan sampah di TPA yang diikuti dengan penimbunan sampah dengan tanah.15
D. Dampak Sampah Dampak dapat bersifat positif maupun negatif, akan tetapi kebanyakan orang lebih memeperhatikan dampak negatif daripada dampak positif. Menurut Otto dalam Jean Anggraini, Dampak adalah suatu perubahan yang terjadi sebagai akibat suatu aktivitas.16 Adapun dampak sampah terhadap manusia dan lingkungan menurut Gilbert dalam Indra Yones yaitu: 1. Dampak terhadap Kesehatan Lokasi dan pengelolaan sampah yang kurang memadai (pembuangan sampah yang tidak terkontrol) merupakan tempat yang cocok bagi beberapa organisme dan menarik bagi berbagai binatang seperti lalat dan anjing yang dapat menjangkitkan penyakit. Potensi bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan adalah sebagai berikut: a. Penyakit diare, kolera, tifus menyebar dengan cepat karena virus yang berasal dari sampah dengan pengelolaan tidak tepat dapat bercampur air minum. Penyakit demam berdarah (haemorhagic fever) dapat juga meningkat dengan cepat di daerah yang pengelolaan sampahnya kurang memadai. b. Penyakit jamur dapat juga menyebar (misalnya jamur kulit). c. Penyakit yang dapat menyebar melalui rantai makanan. Salah satu contohnya adalah suatu penyakit yang dijangkitkan oleh cacing pita (taenia). Cacing ini sebelumnya masuk ke dalam pencernakan binatang ternak melalui makanannya yang berupa sisa makanan/sampah.
15
Karden Eddy, Pengelolaan Lingkungan Hidup, h. 70. Jean Anggraini, “Dampak Bank Sampah Terhadap Kesejahteraan Masyarakat dan Lingkungan (Studi Kasus Bank Sampah Cempaka II Kelurahan Pondok Petir Rw:09)”, Skripsi, pada Sarjana Uin Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2013, h, 18. 16
17
d. Sampah beracun: Telah dilaporkan bahwa di Jepang kira-kira 40.000 orang meninggal akibat mengkonsumsi ikan yang telah terkontaminasi oleh raksa (Hg). Raksa ini berasal dari sampah yang dibuang ke laut oleh pabrik yang memproduksi baterai dan akumulator. 2. Dampak terhadap Lingkungan Cairan rembesan sampah yang masuk ke dalam drainase atau sungai akan mencemari air. Berbagai organisme termasuk ikan dapat mati sehingga beberapa spesies akan lenyap, hal ini mengakibatkan berubahnya ekosistem perairan biologis. Penguraian sampah yang dibuang ke dalam air akan menghasilkan asam organik dan gas-cair organik, seperti metana. Selain berbau kurang sedap, gas ini dalam konsentrasi tinggi dapat meledak. 3. Dampak terhadap Keadaan Sosial dan Ekonomi Dampak-dampak tersebut adalah sebagai berikut : a. Pengelolaan sampah yang kurang baik akan membentuk lingkungan yang kurang menyenangkan bagi masyarakat: bau yang tidak sedap dan pemandangan yang buruk karena sampah bertebaran dimana-mana. b. Memberikan dampak negatif terhadap kepariwisataan. c. Pengelolaan sampah yang tidak memadai menyebabkan rendahnya tingkat kesehatan masyarakat. Hal penting di sini adalah meningkatnya pembiayaan secara langsung (untuk mengobati orang sakit) dan pembiayaan secara tidak langsung (tidak masuk kerja, rendahnya produktivitas). d. Pembuangan sampah padat ke badan air dapat menyebabkan banjir dan akan memberikan dampak bagi fasilitas pelayanan umum seperti jalan, jembatan, drainase, dan lain-lain. e. Infrastruktur lain dapat juga dipengaruhi oleh pengelolaan sampah yang tidak memadai, seperti tingginya biaya yang diperlukan untuk pengolahan air. Jika sarana penampungan
18
sampah kurang atau tidak efisien, orang akan cenderung membuang sampahnya di jalan. Hal ini mengakibatkan jalan perlu lebih sering dibersihkan dan diperbaiki.17 Selain itu juga sampah memiliki dampak positif seperti yang diungkapkan Asti Yunita, adapun dampak positif sampah apabila dikelola secara optimal antara lain: a. Sampah dapat dipakai untuk menimbun tanah. b. Dapat digunakan untuk pupuk sebagai penyubur tanah dan mempercepat pertumbuhan tanaman. c. Dapat digunakan sebagai pakan ternak. d. Dapat dimanfaatkan kembali setelah didaur ulang. e. Gas-gas yang dihasilkan mempunyai nilai ekonomi karena dapat dikonversi menjadi tenaga listrik. f. Proses pengolahan sampah dapat membuka lapangan kerja.18 Jadi dapat disimpulkan bahwa sampah memiliki begitu banyak dampak, dampak positif maupun dampak negatif yang masing-masing memiliki solusi apabila semua dilakukan dengan pegelolaan yang optimal.
E. Lingkungan Sosial dan Ekonomi Masyarakat 1. Lingkungan Sosial Sebagai makhluk sosial manusia tidak bisa hidup seorang diri begitupun lingkungan dan masyarakat adalah suatu hal yang tidak bisa dipisahkan. Penggunaan istilah lingkungan sering kali digunakan secara bergantian dengan istilah lingkungan hidup meskipun secara harfiah dapat dibedakan, tetapi umumnya digunakan dengan makna yang sama.
17
Indra Yones, “Kajian Pengelolaan Sampah di Kota Ranai Ibu Kota Kabupaten Natuna Propinsi Kepulauan Riau” Tesis pada Pascasarjana Universitas Diponegoro Semarang, Semarang, 2007, h. 41-42. 18 Asti Yunita Utari, “Analisis Willingness To Pay Dan Willjngness To Accept Masyarakat Terhadap Tempat Pembuangan Akhir Sampah Pondok Rajeg Kabupaten Bogor”, Skripsi pada Sarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor, 2006, h. 26.
19
Lingkungan secara umum dapat diartikan sebagai hubungan antara suatu obyek (entity) dengan sekitarnya yang bersifat aktif maupun pasif, dinamis ataupun statis.19 Lingkungan yang bersifat aktif tentu di dalamnya terdapat manusia yang juga sesuai UU RI No. 23 1997 Bab 1 pasal 1: Lingkungan hidup adalah “kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk hidup, termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya, yang memengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya.”20 Ternyata tidak hanya manusia saja yang hidup dalam suatu lingkungan juga ada jasad-jasad hidup lainnya seperti yang diungkapkan Munadjat Danusaputro dalam Muahammad Akib, lingkungan hidup adalah semua benda dan daya serta kondisi, termasuk didalamnya manusia dan tingkah-perbuatannya, yang terdapat dalam ruang di mana manusia berada dan mempengaruhi kelangsungan hidup serta kesejahteraan manusia dan jasad-jasad hidup lainnya.21 Sementara menurut Otto Soemarwoto dalam Muhammad Akib, lingkungan hidup diartikan sebagai ruang yang ditempati suatu makhluk hidup bersama dengan benda hidup dan tak hidup di dalamnya.22 Apabila diperhatikan dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa lingkungan tidak lain adalah ruang di mana baik makhluk hidup maupun tak hidup berada dalam satu kesatuan. Sosial menurut Soekanto dalam Dadang “berkenaan dengan perilaku interpersonal, atau berkaitan dengan proses-proses sosial”.23 Sedangkan menurut Shadily dalam Ricky, sosial berasal dari bahasa Inggris yaitu society, asal katanya socious yang berarti kawan, perkataan society dalam arti umum diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dengan masyarakat, yaitu suatu badan atau 19
Djauhari Noor, Geologi Lingkungan, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006), h. 5. Eva Banowati, Geografi Sosial,(Yogyakarta: Ombak, 2013), h. 42. 21 Muhammad Akib, Hukum Lingkungan Perspektif Global dan Nasoinal, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2014), h. 1 22 Muhammad Akib, Hukum Lingkungan Perspektif Global dan Nasoinal, h. 1 23 Dadang Supardan, Pengantar Ilmu Sosial, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 27. 20
20
kumpulan manusia yang hidup bersama sebagai anggota masyarakat, yang biasanya dianggap sebagai suatu golongan, terbagi-bagi dalam berbagai kelas menurut kedudukan dalam masyarakat itu.24 Dapat disimpulkan bahwa sosial adalah masyarakat yang berkumpul yang hidup bersama dan memiliki proses-proses sosial. Lingkungan sosial yaitu berupa kultur, adat-istiadat, kebiasaan, kepercayaan, agama, sikap, standar dan gaya hidup, pekerjaan, kehidupan kemasyarakatan, organisasi sosial dan politik.25 Lingkungan sosial adalah keterkaitan antara seluruh komponen yang terdapat dalam lingkungan hidup, bukan semata-mata interaksi sosial an sich beserta pranata, simbol, nilai dan normanya saja tetapi juga kaitannya dengan unsur-unsur lingkungan hidup lainnya, alam dan lingkungan binaan/buatan.26 Jadi lingkungan sosial adalah satu kesatuan manusia berkelompok yang disebut masyarakat yang memiliki aktifitas interaksi yang didalammya terdapat adat istiadat, agama , norma dan sebagainya.
2. Ekonomi Masyarakat Ekonomi atau Economic dalam beberapa litertur ekonomi disebutkan berasal dari bahasa Yunani yaitu kata oikos atau oiku dan Nomos yang berarti aturan rumah tangga, dan secara umum mengandung pengertian usaha manusia.27
24
Ricky Pratama Putra, “Kondisi Sosial Ekonomi Dalam Perubahan Status Kota Tangerang Selatan”, Skripsi Pada Sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013, h. 9. 25 Karden Eddy, Pengelolaan Lingkungan Hidup, h. 10. 26 Jonny Purba, Pengelolaan Lingkungan Sosial, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005), h. 14. 27 Nur Laily dan Budiyono, Teori Ekonomi, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013), h. 1.
21
Ilmu ekonomi “mempelajari perilaku individu dan masyarakat dalam menentukan pilihan untuk menggunakan sumber daya-sumber daya yang langka (dengan dan tanpa uang), dalam upaya meningkatkan hidupnya”.28 Menurut Paul Anthony Samuelson dalam Apridar, Ilmu Ekonomi adalah studi tentang manusia dalam kegiatan hidup mereka sehari-hari untuk mendapat dan menikmati kehidupan.29 Ilmu yang mempelajari bagaimana tiap rumah tangga atau masyarakat mengelola sumber daya yang mereka miliki untuk memenuhi kebutuhan mereka disebut ilmu ekonomi.30 Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul, atau dengan istilah ilmiah, saling berinteraksi. Suatu kesatuan manusia dapat mempunyai prasarana agar warganya dapat saling berinteraksi. 31 Masyarakat adalah kumpulan manusia yang hidup dalam suatu daerah tertentu yang telah cukup lama, yang mempunyai aturan-aturan yang mengatur mereka, untuk menuju kepada tujuan yang sama.32 Menurut Bungin dalam Putri Ekasari dan Arya Hadi Dharmawan Masyarakat adalah kelompok-kelompok orang yang menempati sebuah wilayah (teritorial) tertentu, yang hidup dalam waktu relatif lama, saling berkomunikasi, memiliki simbol-simbol dan aturan tertentu serta sistem hukum yang mengontrol tindakan anggota masyarakat, memiliki sistem stratifikasi, sadar sebagai bagian dari anggota masyarakat tersebut, serta relatif dapat menghidupi dirinya sendiri.33 Jadi dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa ekonomi masyarakat adalah suatu usaha manusia yang saling berinteraksi dan 28
Prathama Rahardja dan Mandala Manurung, Pengantar Ilmu Ekonomi: Mikroekonomi dan Makroekonomi, ed 3, (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2008) h. 1. 29 Apridar, Teori Ekonomi: Sejarah dan perkembangannya, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012), h. 5. 30 Deliarnov, Perkembangan Pemikiran Ekonomi, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), h. 2. 31 Koentjaraningrat, Ilmu Antropologi, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2009), h. 116. 32 Abu Ahmadi, Ilmu Sosial Dasar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), h. 53. 33 Putri Ekasari dan Arya Hadi Dharmawan, Dampak Sosial-Ekonomi Masuknya Pengaruh Internet Dalam Kehidupan Remaja Di Pedesaan, Jurnal Vol. 06, No. 01, Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, IPB, 2012. h. 58
22
memiliki aturan-aturan atau sistem hukum dalam meningkatkan kehidupan yang lebih baik. Dan lingkungan sosial dan ekonomi masyarakat tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya, karena saling berkaitan dan dapat disimpulkan lingkungan sosial ekonomi masyarakat adalah suatu hubungan kegiatan masyarakat yang didalamnya terdapat interaksi sosial dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-harinya untuk kesejahteraan yang lebih baik. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi menurut Sukirno dalam Bambang yaitu: a. Tanah dan kekayaan alam lain Kekayaan alam akan mempermudah usaha untuk membangun perekonomian suatu negara, terutama pada masa-masa permulaan dari proses pertumbuhan ekonomi. b. Jumlah dan mutu penduduk dan tenaga kerja Penduduk yang bertambah akan mendorong maupun menghambat pertumbuhan ekonomi. Akibat buruk dari pertambahan penduduk kepada pertumbuhan ekonomi dapat terjadi ketika jumlah penduduk tidak sebanding dengan faktor-faktor produksi yang tersedia. c. Barang-barang modal dan tingkat teknologi Barang-barang modal penting artinya dalam mempertinggi efisiensi pertumbuhan ekonomi, barang-barang modal yang sangat bertambah jumlahnya dan teknologi yang telah menjadi bertambah modern memegang peranan yang penting dalam mewujudkan kemajuan ekonomi yang tinggi. d. Sistem sosial dan sikap masyarakat Sikap masyarakat akan menentukan sampai dimana pertumbuhan ekonomi dapat dicapai.
23
e. Luas pasar sebagai sumber pertumbuhan Adam Smith telah menunjukkan bahwa spesialisasi dibatasi oleh luasnya
pasar,
dan
spesialisasi
yang
terbatas
membatasi
pertumbuhan ekonomi.34
F. Hasil Penelitian yang Relevan 1
Dalam penelitian Ni Ayu Komang Artiningsih. Peran Serta Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah Rumah Tangga (Studi Kasus Di Sampangan dan Jomblang, Kota Semarang). Tesis. Universitas Diponegoro. 2008. Adapun rumusan masalahnya yaitu a) Bagaimana proses perencanaan pengelolaan sampah rumah tangga berbasis masyarakat yang telah berjalan di wilayah Sampangan dan wilayah Jomblang? b) Apa tantangan dan peluang dalam pengelolaan sampah rumah tangga yang berbasis masyarakat yang telah berjalan di wilayah Sampangan dan wilayah Jomblang? c). Seberapa besar kontribusi dalam mengurangi jumlah sampah di Sampangan dan Jomblang?. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, yaitu penelitian yang bermaksud mendeskripsikan fenomena yang terjadi dilokasi penelitian. Teknik pengumpulan data meliputi wawancara, kuesioner, observasi dan dokumentasi, sedangkan analisis data menggunakan teknik deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa pengelolaan sampah rumah tangga yang berbasis masyarakat di Sampangan dan Jomblang dapat mereduksi timbulan sampah yang dibuang ke TPA, namun belum optimal dilaksanakan baik dalam pemilahan dan atau dalam pengomposan karena keterbatasan sarana dan prasarana. Komposisi timbulan sampah di Jomblang terdiri dari: sampah organic 50.75%, plastik 17.14%, kertas 19.42%, kaca/logam 12,70%, sedangkan di Sampangan terdiri dari: sampah organik 49.52%, Plastik 18.06%, kertas 19.29%, kaca/logam 12,52 %. Sampah organik yang dimanfaatkan menjadi kompos akan mengurangi timbulan sampah
34
Bambang Prishardoyo, “Analisis Tingkat Pertumbuhan Ekonomi Dan Potensi Ekonomi Terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Pati Tahun 2000-2005”, Jurnal, JEJAK, Volume 1, Nomor 1, September, 2008, h. 3.
24
maupun mengurangi beban lingkungan, sedangkan hasil pemilahan selain dapat mengurangi timbulan sampah juga dapat dijual atau dikelola sehingga dapat menambah pendapatan. Saran berdasarkan hasil penelitian dapat diberikan sebagai berikut: (1) Pemerintah perlu lebih banyak mengadakan sosialisasi tentang pengelolaan sampah. (2) Pengelolaan sampah dengan prinsip 3R (reduce, reuse, recycle), dimana pengurus APL diharapkan dapat menyisihkan keuntungan untuk membantu penyediaan sarana dan prasarana yang diperlukan warga dalam mengelola sampah. (3) Pengurus APL (Alam Pesona Lestari) seyogyanya dapat memfasilitasi warga dalam pemasaran kompos yang sudah jadi sehinga dapat menambah pendapatan.35 2
Dalam penelitian Yohanes Nanda Setiawan. Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat dengan Program 3R Reduce, Reuse, Recycle (Suatu Studi Evaluasi Tentang Pengelolaan Sampah Berdasarkan Peraturan Menteri Pu No.21/Prt/M/2006 Di Kelurahan Jember Kidul, Kebonsari, Jember Lor, Kabupaten Jember). Skripsi. Universitas Jember. 2013. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan pengelolaan sampah program 3R di eks kotatif Jember oleh Dinas PU Cipta Karya dengan suatu studi evaluasi program. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan tipe penelitian deskriptif. Lokasi penelitian ini berada di Dinas PU Cipta Karya dan di daerah percontohan eks kotatif Jember. Fokus penelitian ini menggunakan metode teknologi program 3R dalam petunjuk pelaksanaan DAK Sub Bidang Sanitasi untuk pengelolaan sampah berbasis masyarakat. Untuk metode pengumpulan data yang digunakan yaitu observasi, wawancara, dokumentasi, dan studi kepustakaan. Sedangkan metode analisis data yang digunakan adalah dari Miles dan Huberman yang meliputi tiga alur kegiatan yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian yaitu untuk sistem pewadahan,pengkomposan dan daur
35
Ni Komang Ayu Artiningsih, “Peran Serta Masyarakat Dalam Pengelolaan Sampah Rumah Tangga (Studi Kasus Di Sampangan Dan Jomblang, Kota Semarang”, Tesis pada Pascasarjana Universitas Diponegoro Semarang, Semarang, 2008, h. 7.
25
ulang sampah skala rumah tangga dikatakan tepat tetapi untuk di sinkronkan dengan juklak dari kementerian pekerjaan umum masih belum terlaksana secara keseluruhan karena masyarakat hanya melakukan metode tersebut sepengertian mereka dan tidak pernah tahu tentang standarisasi dalam metode pengelolaan sampah berbasis masyarakat yang keluarkan oleh PU dalam juklaknya. Sedangkan untuk bantuan alat mesin pencacah sampah organik bagi warga untuk melaksanakan metode pengkomposan terlihat tidak berjalan semestinya atau dapat dikatakan tidak tepat sasaran bagi penerima bantuan tersebut.36 3
Dalam penelitian Siti Khoiriyah. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah 3R di Rw. II,III, dan V Kelurahan Sampangan Kota Semarang. Skripsi. Universitas Diponegoro. 2012. Tujuan dari penelitian untuk mengetahui bagaimana partisipasi masyarakat
dalam
pengelolaan
sampah
dan
faktor-faktor
yang
mempengaruhi masyarakat dalam pengelolaan sampah sistem 3R di Kelurahan Sampangan. Metode penelitian yang dilakukan dengan menggunakan yaitu metode kuantitatif. Adapun teknik analisis yang diigunakan berupa deskriptif kuantitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan dua teknik, yaitu teknik primer meliputi kuisioner, wawancara, observasi dan dokumentasi, sedangkan teknik sekunder dilakukan dengan survey ke instansi-instansi terkait. Metode penentuan sampel dengan Stratified Proporsional Random Sampling dengan menganggap semua subjek sama jadi diambil secara acak dengan data 66 responden untuk mengetahui karakteristik masyarakat dan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah 3R. Data yang didapat kemudian diolah menggunakan analisis deskriptif crosstab untuk mengetahui hubungan antara variabel-variabel yang diujikan dalam penelitian . Hasil dari penelitian ini diketahui bahwa faktor usia, jenis kelamin, pendidikan, 36
Yohanes Nanda Setiawan, “Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat Dengan Program 3r Reduce, Reuse, Recycle (Suatu Studi Evaluasi Tentang Pengelolaan Sampah Berdasarkan Peraturan Menteri Pu No.21/Prt/M/2006 Di Kelurahan Jember Kidul, Kebonsari, Jember Lor, Kabupaten Jember)”, Skripsi, Universitas Jember, 2013, h. viii.
26
pekerjaan, dan penghasilan ternyata hasilnya tidak semua faktor tersebut mempengaruhi di dalam melakukan pengelolaan sampah 3R. Rata-rata faktor mempunyai tingkat hubungan yang sedang. Faktor yang paling mempengaruhi di dalam pengelolaan sampah yaitu faktor pendidikan, karena pendidikan yang tinggi maka tingkat kepedulian masyarakat untuk ikut serta dalam pengelolaan sampah 3R juga akan semakin tinggi pula, begitu juga sebaliknya.37 4
Dalam penelitian Suzi Grace Hilda. Analisis Dampak Pengelolaan Sampah Di TPA Bakung Terhadap Kesehatan Mayarakat (Studi Kasus Warga Rt. 01, Lk 03, Tpa Bakung, Kecamatan Teluk Betung Barat Bandar Lampung). Skripsi. Universitas Lampung. 2013. secara umum penelitian ini bertujuan unutuk menganalisis dampak pengelolaan sampah di TPA terhadap kesehatan masyarakat. Dalam penelitian ini digunakan metode penelitian kualitatif dimana tekhnik penentuan informan menggunakan tekhnk sampel yang dilakukan dengan mengambil subyek secara sengaja, yaitu yang berkompeten dan memahami permasalahan. Sedangkan teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik pengumpulan data dengan menggunakan tekhnik observasi, dokumentasi dan interview. Teknik analisis data menggunakan analisis kualitatif dengan cara mereduksi data, menyajikan dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. Hasil penelitian menyimpulkan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Bakung belum menggunakan sanitary landfill tetapi masih menggunakan open dumping atau pembuangan terbuka dimana sampah hanya dihamparkan pada satu lokasi dibiarkan terbuka tanpa pengamanan dan tindakan setelah lokasi tersebut penuh. Pembuangan sampah seperti ini sangat tidak maksimal.
Pada awalnya pengelolaan sampah di
TPA
Bakung
menggunakan system sanitary landfill namun pada kenyataannya tidak hal ini disebabkan karena berbagai kendala yaitu keterbatasan lahan untuk TPA, jumlah tenaga kerja, biaya yang dibutuhkan, terkendala dengan 37
Siti Khoiriya, “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Sampah 3R Di Rw II,III, dan V Kelurahan Sampangan Kota Semarang”, Skripsi, Universitas Diponegoro, 2012, h. ixi
27
jumlah kendaraan serta kondisi peralatan yang telah tua,oleh karena itu system open dumping yang digunakan.Namun pengelolaan TPA dengan cara seperti itu belum sesuai dengan kaidah-kaidah yang ramah lingkungan. Hal ini memberikan dampak terhadap kesehatan masyarakat. Penyakit yang diderita yaitu penyakit kulit, infeksi saluran pernapasan, diare, demam berdarah. Mengenai masalah tersebut pemerintah melakukan penanganan sampah dengan cara mendaur ulang sampah namun belum terealisasi. Tabel 2.1 Penelitian yang relevan No
Nama Peneliti
Judul
Persamaan
Perbedaan
1.
Ni Komang Ayu Artiningsi h (Tesis)
Peran Serta Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah Rumah Tangga (Studi Kasus Di Sampangan dan Jomblang, Kota Semarang)
Persamaan dengan penelitian ini yaitu samasama meneliti tentang sampah.
Penelitian yang sebelumnya meneliti tentang peran, namun penelitian saya sekarang lebih ke dampak sampah
2.
Yohanes Nanda Setiawan (Skripsi)
Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat dengan Program 3R Reduce, Reuse, Recycle (Suatu Studi Evaluasi Tentang Pengelolaan Sampah Berdasarkan Peraturan Menteri Pu No.21/Prt/M/2006 Di Kelurahan Jember Kidul, Kebonsari, Jember Lor, Kabupaten Jember)
Terletak pada metode penelitian kualitatif dan Variabel X(sampah).
Tidak mengkaji pengelolaan sampah berdasarkan Peraturan Menteri PU No. 21/Prt/M/20016
28
No
Nama Peneliti
Judul
Persamaan
Perbedaan
3.
Siti Khoiriyah (Skripsi)
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Sampah 3R Di Rw. II,III, dan V Kelurahan Sampangan Kota Semarang.
Terletak pada kajian faktor-faktor yang memengaruhi masyarakat sedangkan penelitian peneliti sekarang mengkaji tentang dampak nya.
4.
Suzi Grace Analisis Dampak Hilda Pengelolaan (Skripsi) Sampah Di TPA Bakung Terhadap Kesehatan Mayarakat (Studi Kasus Warga Rt. 01, Lk 03, TPA Bakung, Kecamatan Teluk Betung Barat Bandar Lampung)
Terletak pada pengelolaan sampah 3R. Terletak pada kajian faktorfaktor yang memengaruhi masyarakat sedangkan penelitian peneliti sekarang mengkaji tentang dampak nya. Terletak pada variabel x yaitu dampak pengelolaan sampah.
Dampak terhadap kesehatan dan penelitian ini dilakukan di TPA
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian ini dilakukan di Tempat Pengolahan Sampah (TPS 3R) Vipa Mas Kelurahan Bambu Apus, Kecamatan Pamulang, Kota Tangerang Selatan.
Gambar 3.1 Peta Sebaran Sampel dan Lokasi Penelitian
29
30
2. Waktu Penelitian Secara keseluruhan penelitian ini dilakukan selama empat bulan yaitu mulai bulan September sampai bulan Desember 2016. Adapun rincian kegiatannya seperti terlihat pada tabel 3.1. Tabel 3.1 Alokasi Waktu Penelitian No
Kegiatan
1
Penyusunan
2
Observasi
3
Menentukan dan Menyusun Instrumen Penelitian
SEPT
BULAN OKT NOV
DES
4
Pengumpulan Data
5
Analisis Data dan Pengolahan Data
6
Penyusunan Laporan
7
Bimbingan Akhir Skripsi
8
Sidang Skripsi
B. Latar Penelitian (Setting) Telah dipaparkan sebelumnya penelitian ini dilakukan di Tempat Pengolahan Sampah (TPS 3R) Vipa Mas Kelurahan Bambu Apus, Kecamatan Pamulang, Kota Tangerang Selatan, alasan memilih tempat ini di karenakan ada masyarakat terganggu oleh asap polusi dan suara mesin yang bising saat pengolahan sampah semua itu berdampak terhadap masyarakat. Sehingga penting untuk diteliti bagaimana hal ini bisa terjadi dan apa dampak dari hal tersebut.
31
C. Metode Penelitian Penelitian
Kualitatif
adalah
suatu
pendekatan
penelitian
yang
mengungkap situasi sosial tertentu dengan mendeskripsikan kenyataan secara benar, dibentuk oleh kata-kata berdasarkan teknik pengumpulan dan analisis data yang relevan yang diperoleh dari situasi yang alamiah.1 Metode penelitian kualitatif adalah meode penelitian yang digunakan untuk meneliti kondisi objek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen), yaitu peneliti adalah sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi.2 Metode kualitatif ini sering disebut sebagai penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan dalam kondisi yang alamiah (natural setting). Selain itu disebut juga sebagai metode Etnografi karena pada awalnya, metode ini lebih banyak digunakan untuk penelitian bidang Antropologi Budaya disebut sebagai metode kualitatif juga karena data yang terkumpul dan analisisnya bersifat kualitatif.3 Strauss dan Corbin dalam Afrizal juga mendifinisikan metode kualitatif sebagai jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya.4 Berdasarkan tujuan penelitian kualitatif, maka prosedur sampling yang penting adalah bagaimana menemukan informasi kunci (key informant). Orientasi mengenai responden adalah bukan berapa jumlah masyarakat yang di jadikan responden tetapi apakah data yang terkumpul sudah mencukupi atau belum. Sementara itu, untuk model penelitiannya penulis menggunakan model grouded research. Menurut Strauss dan Corbin penelitian grounded theory mempunyai tujuan untuk mengembangankan teori yang dapat dipercayai dan menjelaskan wilayah di bawah studi. Peneliti yang bekerja dalam tradisi 1
Djam’an Satori dan Aan Komariah, Metodologi Peneltian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2013), Cetakan Ke-5, h. 25. 2 Beni Ahmad Saebani, Metode Penelitian,(Bandung: Pustaka Setia, 2008), Cet.I, h. 122. 3 Ibid 4 Afrizal, Metode Penelitian Kualitatif: Sebuah Upaya Mendukung Penggunaan Penelitian Kualitatif dalam Berbagai Disiplin Ilmu, (Jakarta:Rajawali Pers, 2015), Cetakan ke-2, h. 12.
32
ini juga berharap teori-teori mereka akhirnya akan berhubungan dengan teori-teori lainnya di dalam disiplin-disiplin yang mereka perhatikan dalam suatu cara kumulatif, dan bahwa teori tersebut akan memiliki implikasi yang bermanfaat.5 Dan adapun aspek-aspek alam grounded theory yaitu: 1) Tujuan penelitian adalah untuk menghasilkan sebuah teori dengan menggunakan pendekatan “orientasi pengembangan”/ construct oriented (atau kategori) 2) Prosedur yang digunakan benar-benar didiskusikan dan sistematik 3) Peneliti menyajikan model visual, diagram berkode dari teori 4) Bahasa dan kesannya ilmiah dan objektif tapi berhubungan dengan topic yang sensitive secara mencolok.6 Uraian berdasarkan data Data
Analisis menjadi konsep dan hipotesis bedasarkan data
Teori yang menerangkan data
Gambar 3.1 Proses Penelitian Grounded (Stuart A. Schlegel)7 D. Populasi dan Sampel Penelitian Kata populasi (population), juga disebut universum, universe dan universe of discourse. Menurut Gregory (Djailani) secara lebih tajam mengartikan populasi sebagai keseluruhan objek yang relevan dengan masalah yang diteliti.8 Sedangkan menurut Beni populasi merupakan keseluruhan sampel.9 Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat Kelurahan Bambu Apus di Rw 06, 07 dan 04. Konsep sampel dalam penelitian adalah bagian kecil dari anggota populasi yang diambil menurut prosedur tertentu sehingga dapat mewakili
5
Emzir, Metodologi Penelitian Pendidikan: Kuantitatif dan Kualitatif, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008), h. 192. 6 Djam’an Satori dan Aan Komariah, Metodologi Peneltian Kualitatif, h. 35. 7 Husaini Usman dan Purnomo Setiady, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), Ed. 2, Cet 1, h. 81. 8 Djam’an Satori dan Aan Komariah, Metodologi Peneltian Kualitatif, h. 45-46. 9 Beni Ahmad Saebani, Metode Penelitian, h. 165.
33
populasinya secara representatif.10 Sedangkan menurut Sugioyono bahwa, ”sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”.11 Sampel menurut Suharsimi Arikunto adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Sampel
adalah suatu prosedur pengambilan data
dimana hanya sebagian populasi saja yang diambil dan dipergunakan untuk menentukan sifat serta ciri yang dikehendaki dari suatu populasi. Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Dinamakan sampel apabila kita bermaksud untuk meng-generalisasikan hasil penelitian sampel.12 Subjek penelitian dalam pendekatan kualitatif dilakukan dengan teknik purposive sampling, purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu misalnya orang tersebut yang dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin dia sebagai
penguaa
sehingga
akan
memudahkan
peneliti
menjelajahi
obyek/situasi sosial yang diteliti.13 Jadi sampel dari penelitian ini yaitu terdiri dari 9 masyarakat dari tiga kelurahan yaitu RW. 06, 07, dan 04.
E. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data 1. Sumber Data Dalam penelitian ini menurut Beni Ahmad Saebani dan Kadar Nurjaman bahwa ”pengumpulan data tidak dipandu oleh teori, tetapi dipandu oleh fakta fakta yang ditemukan pada saat penelitian dilapangan, oleh karena itu analisis data yang dilakukan bersifat induktif berdasarkan fakta-fakta yang ditemukan kemudian dapat dikonstruksikan menjadi hipotesis atau teori”.14 Data merupakan sebuah hal yang sangat penting dan menjadi dasar keabsahan atau
10
Djam’an Satori dan Aan Komariah, Metodologi Peneltian Kualitatif, h. 46. Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2012), h. 117. 12 Suharsimi Akunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta:PT Asdi Mahasatya, 2006), cet.13 h. 131. 13 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitataif, (Bandung: Alfabeta, 2014), h. 53-54. 14 Beni Ahmad Saebani dan Kadar Nurjaman, Manajemen Penelitian, ( Bandung: Penerbit CV. Pustaka Setia, 2013), h. 148. 11
34
kevalidan dan kekuatan dalam penelitian. Data merupakan bahan yang belum diolah atau dapat disebut juga bahan mentah yang berkaitan dengan fakta. Sumber dan jenis-jenis data terbagi menjadi : a) Data primer, yaitu data dari penelitian yang langsung dari sumber asli (tidak melalui perantara). Data primer didapat melalui metode wawancara dan pengamatan langsung (observasi). Data primer penelitian ini diperoleh dari masyarakat di sekitar TPS 3R Vipa Mas. b) Data sekunder, merupakan rujukan yang akan dipergunakan untuk analisa kajian referensi, literatur dan standarisasi yang menyangkut tentang dampak sampah terhadap masyarakat. Data sekunder penelitian ini adalah data yang diperoleh dari data monografi Kelurahan Bambu Apus, dan data tentang sampah diperoleh dari Dinas Kebersihan kota Tangerang Selatan.
2. Teknik dan Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data adalah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Pengumpulan data dapat dikumpulkan dalam berbagai setting, berbagai sumber, dan berbagai cara. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1)
Observasi Langkah pertama yang dilakukan dalam penelitian ini adalah observasi atau pengamatan, langkah ini digunakan demi melengkapi data dengan cara survei langsung kemasyarakat lalu mengamati lingkungan masyarakat di sekitar TPS 3R Vipa Mas. Menurut Nasution dalam Sugiyono menyatakan bahwa, observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi.15 Observasi adalah pengamatan dan
15
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitataif, h. 64.
35
pencatatan sesuatu obyek dengan sistematika fenomena yang diselidiki.16 Observasi menurut Bungin adalah kegiatan keseharian manusia dengan menggunakan pancaindra mata sebagai alat bantu utamanya selain pancaindra lainnya seperti telinga, penciuman, mulut, dan kulit.17 Observasi ini dilakukan untuk melihat dan mengamati lebih dekat apa yang terjadi di masyarakat terkait dampak dari tempat pengolahan sampah secara langsung. 2)
Wawancara Setelah proses observasi atau pengamatan selesai, maka langkah selanjutnya adalah kegiatan wawancara. Wawancara ini dilakukan untuk menggali informasi lebih mendalam dari masyarakat yang berada di sekitar PS 3R Vipa Mas. Menurut Esterberg dalam Sugiyono wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui Tanya jawab, sehingga dikonstruksikan makna dalam suatu topic tertentu.18 Menurut Moloeng, wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interview) yang memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut.19
Wawancara
pada
penelitian
kualitatif
merupakan
pembicaraan yang mempunyai tujuan dan didahului beberapa pertanyaan informal. Wawancara penelitian lebih dari sekedar percakapan dan berkisar dari informal ke formal.20 Dengan kata lain, wawancara merupakan suatu kegiatan tanya jawab dengan tatap muka 16
Sukandarrumidi, Metodologi Penelitian Petunjuk Praktis untuk Peneliti Pemula, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2012), Cetakan keempat, h. 69. 17 Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya, (Jakarta: Prenada Media Group, 2009), Ed 1, Cet.3, h. 115. 18 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitataif, h. 72. 19 Haris Herdiyansyah, Metode Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial, (Jakarta: Salemba Humanika, 2012), h. 118. 20 Ibid, h. 160.
36
antara pewawancara dan yang diwawancarai tentang masalah yang diteliti, dimana pewawancara bermaksud memperoleh persepsi, sikap dan pola pikir yang diwawancarai yang relevan dengan masalah yang diteliti.21 Kegiatan wawancara ini bertujuan untuk mengetahui dampak apa saja yang ditimbulkan dari keberadaan TPS 3R Vipa Mas dalam lingkungan sosial ekonomi masyarakat di Kelurahan Bambu Apus Kecamatan Pamulang Kota Tangerang Selatan. 3) Dokumentasi Langkah selanjutnya yang dilakukan peneliti adalah melakukan pengumpulan data dengan metode dokumentasi tentang keadaan sebenarnya yang ada di tempat penelitian guna tanda bukti yang sah mendukung hasil penelitian yang telah dilakukan. Dokumentasi dapat berupa buku, artikel, media masa, foto, dan lainnya. Gottschalk menyatakan bahwa dokumen (dokumentasi) dalam pengertiannya yang lebih luas berupa setiap proses pembuktian yang didasarkan atas jenis sumber apapun, baik itu yang bersifat tulisan, lisan, gambaran, atau arkeologis.22 Oleh karena itu, langkah terakhir penelitian akan dimulai dengan pendokumentasian data-data dari narasumber yang berasal dari masyarakat di sekitar TPS 3R Vipa Mas Kelurahan Bambu Apus. 4) Catatan Lapangan Selain dokumentasi berupa rekaman suara, video, dan gambar, peneliti juga dapat mencatat temuannya. Catatan lapangan merupakan catatan yang ditulis secara rinci, cermat luas, dan mendalam yang diperoleh dari hasil wawancara dan observasi yang dilakukan peneliti.23
21
Dengan
catatan
lapangan
maka
peneliti
dapat
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik , (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), Cet. 1, h.162. 22 Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik,h. 175. 23 Muhammad Idrus, Metode Penelitian Sosial, (Yogyakarta: Erlangga, 2009), h. 62.
37
mendeskripsikan tentang keadaan wilayah penelitian sehingga dapat membantu peneliti dalam menganalisis data. Nusa Putra berpendapat bahwa pada umumnya catatan lapangan terdiri dari dua bagian. Pertama, catatan deskriptif berupa gambaran rinci tentang lokasi, situasi, kejadian atau apa pun yang diamati oleh peneliti. Kedua catatan reflektif adalah ruang bagi ekspresi kebebasan peneliti untuk memberikan tanggapan secara logis maupun etis.24 Dengan catatan lapangan segala kegiatan yang dilakukan peneliti dapat dideskripsikan dengan baik dan dapat membantu peneliti dalam menganalisis tentang segala kegiatan yang berlangsung dalam penelitian.
F. Pemeriksaan atau Pengecekan Keabsahan Data Penelitian kualitatif dinyatkan absah apabila memiliki empat hal ini, derajat
keterpercayaan
(credibility),
keteralihan
(transferability),
kebergantungan (dependability), dan kepastian (confirmability).25 1. Keterpercayaan Penelitian (Credibility atau Validitas Internal) Kredibilitas adalah ukuran kebenaran data yang dikumpulkan, yang menggambarkan kecocokan konsep peneliti dengan hasil penelitian.26 Kriteria derajat kepercayaan (credibility) pada dasarnya menggantikan konsep validitas dari kuantitatif.27 Kriteria ini melibatkan penetapan hasil penelitian kualitatif adalah kredibel atau dapat dipercaya dari perpektif partisipan dalam penelitian tersebut. Strategi untuk meningkatkan kredibilitas data meliputi perpanjangan pengamatan, ketekunan penelitian, triangulasi, diskusi teman sejawat, analisis kasus negatif, dan memberchecking.28 2. Keteralihan (Transferability atau Validitas Eksternal) 24
Nusa Putra, Penelitian Kualitatif : Proses dan Aplikasi, (Jakarta : PT. Indeks, 2012), h. 122-
123. 25
Djam’an Satori dan Aan Komariah, Metodologi Penelitian Kualitatif, h. 164. Ibid, h.165. 27 Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik, h. 217. 28 Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), h. 80. 26
38
Dari sebuah perspektif kualitatif, transferabilitas adalah tanggung jawab seseorang dalam melakukan generalisasi. Peneliti kualitatif dapat meningkatkan transferabilitas dengan melakukan suatu pekerjaan mendeskripsikan konteks penelitian dan asumsi-asumsi yang menjadi sentral pada penelitian tersebut.29 Nasution mengatakan bahwa bagi penelitian kualitatif, transferabilitas tergantung pada si pemakai yakni, sampai manakah hasil penelitian itu dapat mereka gunakan dalam konteks dalam situasi tertentu. Karena itu transferabilitas hasil penelitian ini diserahkan kepada pemakainya.30 3. Kebergantungan (Dependability atau Reliabilitas) Kebergantungan disebut juga audit kebergantungan menunjukkan bahwa penelitian memiliki sifat ketaatan dengan menunjukkan konsistensi dan stabilitas data atau temua yang dapat direflikasi.31 Pada penelitian kualitatif bila diadakan dua atau beberapa kali pengulangan dalam kondisi yang sama dan hasilnya secara esensial sama, maka dikatakan realibilitasnya tercapai.32 Secara esensial itu berhubungan dengan apakah kita akan memperoleh hasil yang sama jika kita melakukan pengamatan yang sama untuk kedua kalinya.33 4. Kepastian (Confirmability atau Objectivitas) Kepastian atau audit kepastian yaitu bahwa data diperoleh dapat dilacak kebenarannya dan sumber informannya jelas. Konfirmabilitas berhubungan dengan objektivitas hasil penelitian. Penelitian dapat dikatakan objektif apabila keberadaan data dapat ditelusuri secara pasti dan telah disepakati banyak orang.34 Terdapat sejumlah strategi untuk meningkatkan konfirmabilitas. Peneliti dapat mendokumentasikan
29
Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data, h. 80. Djam’an Satori dan Aan Komariah, Metodologi Penelitian Kualitatif, h.165. 31 Djam’an Satori dan Aan Komariah, Metodologi Penelitian Kualitatif , h. 166. 32 Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik, h. 217. 33 Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data, h. 80. 34 Djam’an Satori dan Aan Komariah, Metodologi Penelitian Kualitatif, h. 167. 30
39
prosedur untuk mengecek dan mengecek kembali seluruh data penelitian.35 Selain keempat hal diatas, diketahui pula istilah triangulasi dalam teknik pemeriksaan keabsahan data. Triangulasi merupakan istilah yang dikenalkan oleh Denzin diambil dari peristilahan dunia navigasi dan militer.36 Triangulasi data digunakan sebagai proses memantapkan derajat kepercayaan (kredibilitas atau validitas) dan konsistensi (realibilitas) data, serta bermanfaat juga sebagai alat bantu analisis data lapangan.37 Ada tiga macam triangulasi yaitu triangulasi sumber, triangulasi teknik atau metode, dan triangulasi waktu. 1. Triangulasi Sumber Cara meningkatkan kepercayaan penelitian adalah dengan mencari data sumber yang beragam yang masih terkait satu sama lain.38 Triangulasi sumber adalah menggali kebenaran informasi tertentu melalui berbagai sumber memperoleh data.39 2. Triangulasi Teknik atau Metode Triangulasi metode adalah usaha mengecek keabsahan data atau mengecek keabsahan temuan penelitian.40 Untuk menguji kredibilitas data dengan triangulasi teknik yaitu mengecek data kepada sumber data yang sama dengan teknik yang berbeda.41 3. Triangulasi Waktu Peneliti dapat mengecek konsistensi, kedalaman dan ketepatan atau kebenaran suatu data dengan melakukan
35
Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data, h. 81. Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik, h.217. 37 Ibid, h. 218. 38 Djam’an Satori dan Aan Komariah, Metodologi Penelitian Kualitatif , h. 170. 39 Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik, h. 219. 40 Ibid, 41 Djam’an dan Aan Komariah, Metodologi Penelitian Kualitatif, h. 171.
36
40
triangulasi waktu. Menguji kredibilitas data dengan triangulasi waktu dilakukan dengan cara mengumpulkan data pada waktu yang berbeda.42
G. Analisis Data Setelah semua data yang diinginkan diperoleh, langkah selanjutnya menggunakan data itu untuk penelitian. Data kemudian ditelaah dan dianalisis, atau lebih dikenal dengan istilah analisis data. Menurut Suharsimi analisis data adalah cara mengolah data yang telah terkumpul untuk kemudian dapat memberikan interpretasi dan pengelolaan. 43 Analisis data ini digunakan untuk menjawab masalah yang telah dirumuskan. Analisis data bertujuan untuk menyusun data dengan cara yang bermakna sehingga dapat dipahami. Penganalisaan data merupakan suatu proses yang dimulai sejak pengumpulan data di lapangan, kemudian data yang terkumpul diperiksa kembali dan diklasifikasikan sehingga dapat diolah untuk dapat dianalisis. Data yang dianalisis berdasarkan analisis logika induktif yakni analisis yang bergerak dari hal-hal yang khusus atau spesifik ke hal-hal yang lebih bersifat umum. Adapun teknik analisis data yang peneliti gunakan adalah: 1. Data Reduction (Reduksi Data) Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal penting serta dicari tema dan polanya. Dengan demikian, data yang direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya jika diperlukan. Proses reduksi data dalam penelitian ini adalah merangkum hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi sesuai dengan rumusan masalah, fokus penelitian dan pertanyaan penelitian. Selama proses tersebut berlangsung, peneliti
42
Ibid, Suharismi Arikunto, Prosedur Peneltian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta : Rineke Cipta, 2006) cet 13 h.231. 43
41
menentukan hal pokok untuk disajikan. Melalui proses reduksi, maka akan memperlihatkan sebuah data yang jelas dan terperinci.
2. Data Display (penyajian data) Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data atau penyajian data. Tahap penyajian data adalah sebuah tahap lanjutan analisis di mana peneliti menyajikan temuan penelitian berupa kategori atau pengelompokkan.44 Dalam penelitian kualitatif, teknik penyajian data dalam penelitian kualitatif dapat dilakukan dalam berbagai bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya.45 3. Conclusion Drawing Atau Verification (Verifikasi) Langkah ke tiga dalam penelitian kualitatif adalah penarikan kesimpulan. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat untuk mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.46 Penarikan kesimpulan pada tahap akhir analisis data penelitian Dampak keberadaan tempat pengolahan sampah TPS 3R Vipa Mas terhadap lingkungan sosial ekonomi masyarakat di Kelurahan Bambu Apus, telah melalui dua proses sebelumnya sehingga kesimpulan tersebut dapat menjawab rumusan masalah penelitian.
44
Afrizal, Metode Penelitian Kualitatif: Sebuah Upaya Mendukung Penggunaan Penelitian Kualitatif Dalam Berbagai Disiplin Ilmu, h. 179 45 Djam’an Satori dan Aan Komariah, Metodologi Penelitian Kualitatif, h.219. 46 Ibid, h. 220.
42
Pengumpulan Data
Penyajian Data
Reduksi Data
Kesimpulan: Penarikan
Gambar 3.2 Analisis Data Model Interaktif Miles dan Huberman47
47
Afrizal, Metode Penelitian Kualitatif: Sebuah Upaya Mendukung Penggunaan Penelitian Kualitatif dalam Berbagai Disiplin Ilmu, h.179.
43
Tabel 3.2 Kisi-kisi Pedoman Wawancara Penelitian Dampak Keberadaan Tempat Pengolahan Sampah 3R (Reduce, Reuse, dan Recycle) Vipa Mas Terhadap Lingkungan Sosial Ekonomi Masyarakat.
No
Variabel
Indikator
Pertanyaan
No Item
1.
Tempat Pengolahan Sampah
a. Mengetahui definisi sampah b. Mengetahui sumbersumber sampah c. Mengetahui jenis-jenis sampah d. Mengetahui bentuk sampah
Menurut anda sampah itu apa?
1
Apakah anda mengetahui sumbersumber sampah?
2
Apakah anda mengetahui jenis-jenis sampah? Apakah anda mengetahui bentukbentuk sampah?
3
e. Mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi jumlah sampah
1. Menurut anda faktorfaktor apa saja yang memengaruhi jumlah sampah? 2. Menurut anda, apakah jumlah penduduk memengaruhi jumlah sampah? 3. Menurut anda, apakah kebiasaan masyarakat memengaruhi jumlah sampah? 4. Menurut anda, apakah kemajuan teknologi memengaruhi jumlah sampah?
4
5, 6, 7,8
44
2.
Lingkungan Sosial Ekonomi Masyarakat
f. Mengetahui konsep persampahan kota Tangerang Selatan 3R (Reduce, Reuse, dan Recycle)
1. Apa yang anda ketahui tentang konsep sampah di kota tangerang selatan? 2. Bagaimana menurut anda tentang konsep 3R (Reduce, Reuse, dan Recycle)?
g. Mengetahui cara pengelolaan sampah
Bagaimana anda mengelola sampah?
11
h. Mengetahui dampak sampah?
Menurut anda, apakah sampah itu memiliki dampak yang sangat berbahaya? 1. Bagaimana kondisi lingkungan masyarakat setelah adanya TPS 3R Vipa Mas? 2. Adakah dampak TPS 3R Vipa Mas terhadap lingkungan sosial yang terjadi di masyarakat? 3. Setelah adanya TPS 3R ini, apakah interaksi masyarakat mengalami perubahan? 4. Menurut anda, adakah sikap masyarakat yang berubah menjadi sangat peduli dengan lingkungan khususnya sampah setelah adanya TPS 3R Vipa Mas ini?
12
a. Mengetahui definisi lingkungan sosial
9, 10
13,14,15, 16
45
b. Mengetahui
definisi ekonomi dan aspek-aspek ekonomi masyarakat
1. Bagaimana kondisi 17,18,19,20 ekonomi masyarakat di sekitar TPS 3R Vipa Mas? 2. Adakah dampak TPS 3R Vipa Mas terhadap ekonomi masyarakat? 3. Adakah masyarakat yang bekerja di TPS 3R Vipa Mas? 4. Berapa penghasilan masyarakat yang bekerja di TPS 3R Vipa Mas
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data 1. Gambaran Umum Kelurahan Bambu Apus a. Lokasi, Letak dan Luas Wilayah Penelitian Kelurahan Bambu Apus merupakan salah satu kelurahan dari tujuh kelurahan yang berada di Kecamatan Pamulang, secara geografis terletak di antara 106°43'58.052"E - 6°19'29.808"S, luas Kelurahan Bambu Apus ini 20,45 Ha dan sedangkan secara administratif Kelurahan Bambu Apus terdiri dari 9 RW (5 RW perumahan dan 4 RW perkampungan) dan 70 RT. Wilayah Kelurahan Bambu Apus mempunyai batas administrasi sebagai berikut: - Sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Serua Kecamatan Ciputat. - Sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Pamulang Barat Kecamatan Pamulang dan Kelurahan Cipayung Ciputat. - Sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Pamulang Barat Kecamatan Pamulang. - Sebelah Barat berbatsan dengan Kelurahan Benda Baru Kecamatan Pamulang.1
1
Data Monografi Kelurahan Bambu Apus 2016
46
47
Gambar 4.1 Peta Lokasi Penelitian Kelurahan Bambu Apus b. Keadaan Iklim Daerah Penelitian Iklim adalah perubahan nilai unsur-unsur cuaca (hari demi hari dan bulan demi bulan) dalam jangka panjang di suatu wilayah.2 Klasifikasi Iklim Menurut Junghuhn : Secara keseluruhan wilayah Kelurahan Bambu Apus dataran rendah dan memiliki topografi yang relatif datar dengan kemiringan tanah rata-rata 0-3% sedangkan ketinggian wilayah antara 0-30 m dpl. Menurut Junghuhn pembagian daerah iklim dapat dibedakan sebagai berikut: 1) Daerah panas/tropis, yaitu zone iklim yang berada pada ketinggian antara 0 - 600 m dari permukaan laut. Suhu 26,3° - 22°C. Tanamannya seperti padi, jagung, kopi, tembakau, tebu, karet, kelapa, dan cokelat. 2
Andri Noor Ardiansyah, Klimatologi Umum, (Tangerang Selatan : UIN Jakarta Press, 2013), h. 71.
48
2) Daerah sedang, yaitu zone iklim yang berada pada ketingggian 600 - 1500 m dari permukaan laut. Suhu 22° - 17,1°C. Tanamannya seperti padi, tembakau, teh, kopi, cokelat, kina, dan sayur-sayuran. 3) Daerah sejuk, yaitu zone iklim dengan tinggi tempat 1500 - 2500 m dari permukaan laut. Suhu 17,1° - 11,1°C. Tanamannya seperti teh, kopi, kina, dan sayur-sayuran. 4) Daerah dingin, yaitu zone iklim dengan tinggi tempat lebih dari 2500 m dari permukaan laut. Suhu 11,1° - 6,2°C. Tanamannya tidak ada tanaman budidaya.3 Dilihat berdasarkan klasifikasi Junghun diatas, maka Kelurahan Bambu Apus yang berada pada ketinggian 0 - 600 m dari permukaan laut dan memiliki berkisar 26,3° - 22°C termasuk kedalam daerah panas/tropis. Daerah panas atau tropis ini sangat cocok ditanami padi, jagung, kopi, tembakau, tebu, karet, kelapa, dan cokelat. Tanamantanaman tersebut pun banyak di tanam oleh masyarakat sekitar. c. Keadaan Penduduk Kelurahan Bambu Apus Kelurahan Bambu Apus yang saat ini memiliki luas 20,45 Ha merupakan salah satu dari 7 Kelurahan yang ada di Kecamatan Pamulang yang memiliki jarak dari pusat pemerintahan kecamatan yaitu 3,5 Km.
No.
3
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Kelurahan Bambu Apus UMUR JENIS KELAMIN Laki-laki Perempuan 1,953 1,365
JUMLAH
1
0-4 Tahun
2
5-9 Tahun
1,195
1,183
2,378
3
10-14 Tahun
1,054
1,145
2,199
4
15-19 Tahun
981
1,098
2,079
5
20-24 Tahun
937
914
1,851
6
25-29 Tahun
1,249
1,254
2,503
Andri Noor Ardiansyah, Klimatologi Umum, h. 93
3,318
49
No.
UMUR
JENIS KELAMIN Laki-laki
JUMLAH
Perempuan
7
30-34 Tahun
1,462
1,427
2,889
8
35-39 Tahun
1,318
1,315
2,633
9
40-44 Tahun
1,076
986
2,062
10
45-49 Tahun
776
720
1,496
11
50-54 Tahun
517
469
986
12
55-59 Tahun
382
314
696
13
60-64 Tahun
197
193
390
14
65Tahun keatas
343
339
682
13,440
12,722
26,162
JUMLAH
Sumber: Data Monografi Kelurahan Bambu Apus
Dari tabel di atas bahwa diketahui Kelurahan Bambu Apus ini memiliki luas 20,45 Ha yang terdiri dari 9 RW (5 RW perumahan dan 4 RW perkampungan) dan 70 RT jumlah penduduk Kelurahan Bambu Apus ialah sebanyak 26,162 jiwa, dengan jumlah penduduk laki-laki sebanyak 13,440 jiwa, jumlah penduduk perempuan 12,722 jiwa. Dari Tabel di atas pun dapat menghasilkan perhitungan Sex Ratio, Dependency Ratio dan Piramida Penduduk. Sex ratio adalah angka yang menunjukkan perbandingan antara penduduk laki-laki dengan penduduk perempuan dalam suatu wilayah atau negara. Sedangkan dependency ratio adalah angka yang menunjukkan beban ketergantungan penduduk usia produktif pada suatu wilayah. Adapun rumus dari Sex ratio dependency ratio sebagai berikut: Sex Ratio = jumlah penduduk laki-laki x 100 jumlah penduduk perempuan Dependency = jumlah penduduk usia non produktif Ratio jumlah penduduk usia produktif
x 100
50
Adapun penghitungan dari Sex Ratio sebagai berikut: SR = 13.440 x 100 12.722 = 105 Jadi setiap 100 orang perempuan terdapat 105 laki-laki Adapun penghitungan dari Dependency Ratio sebagai berikut: DR = 7.895+682 x 100 17.585 = 48 Jadi setiap 100 orang usia produktif menanggung beban 48 orang penduduk non produktif. Adapun piramida penduduk Kelurahan Bambu Apus Kecamatan Pamulang Kota Tangerang Selatan adalah sebagai berikut:
60-64 Tahun 50-54 Tahun 40-44 Tahun persentase perempuan 30-34 Tahun
persentase laki-laki
20-24 Tahun 10-14 Tahun 0-4 Tahun 20
10
0
10
20
Gambar 4.2 Piramida Penduduk Kelurahan Bambu Apus
51
2. Karakteristik Informan Berdasarkan Tehnik pengambilan sampel pada bab 3, peneliti mendapatkan 9 orang informan dari 3 RW yang telah ditentukan dan informan ini dipilih karena para nforman ini berhubungan langsung dengan TPS 3R Vipa Mas. Adapun karakteristik para informan seperti terlihat pada tabel 4.2.
3
Mawih Abdul Azis
Tabel 4.2 Karakteristik Informan Jenis Alamat Kelamin Laki-laki Jl. Mujair VI RT.006/004 Laki-laki Jl. Mujair III RT.004/004 Laki-laki Jl. Mujair VI RT.006/004
4
Ria Agus Tedi
Perempuan
Villa Pamulang Istri Ketua RT Mas 002 RT.002/006
5
Imam Aulia
Laki-laki
6
Hery Susilo
Laki-laki
7
Eka
Perempuan
Villa Pamulang Mas RT.002/006 Komplek Departemen Agama RT.003007 Villa Pamulang Mas RT.007/006
8
Hafni
Perempuan
Komplek Departemen Agama RT.002007
9
Sri
Perempuan
Komplek Departemen Agama RT.002007
No 1 2
Nama Informan Muhammad Sanen Yedi
Status Ketua RW 004 Ketua RT 004 Tokoh Masyarakat
Pengurus TPS 3R Vipa Mas Ketua RW 007
Masyarakat sekaligua aktivis Bank Sampah Tangerang Selatan Masyarakat sekaligus aktivis Bank Sampah Masyarakat sekaligus aktivis Bank Sampah
52
Berdasarkan tabel di atas bahwa karakteristik infoman yaitu terdiri dari empat perempuan dan lima laki-laki yang masing-masing informan tiga orang perwakilan setiap RW nya.
B. Hasil Penelitian Sampah merupakan sesuatu barang yang sudah tidak digunakan lagi yang bisa mengganggu lingkungan dapat menyebabkan pencemaran atau gangguan kelestarian lingkungan. Sampah ini pun memiliki begitu banyak dampak terhadap masyarakat, sampah bisa merugikan dan juga bisa menguntungakan bagi masyarakat. Hasil penelitian yang didapat oleh penulis dari sembilan informan selaku masyarakat Kelurahan Bambu Apus tentang Dampak Keberdaan Tempat Pengolahan Sampah 3R (Reduce, Reuse, Recycle) Terhadap Lingkungan Sosial Ekonomi Masyarakat di Kelurahan Bambu Apus seperti terlihat pada tabel 4.3.
Tabel 4.3 Hasil Observasi No. 1.
Tanggal Hari ke-1 (21 November 2016)
Kegiatan Keadaan TPS 3R Vipa Mas
Keterangan Ada pekerja pengangkut sampah sedang beristirahat dan ada juga pekerja yang sedang menurunkan sampah yang habis di angkut dari masyarakat, sementara itu banyak sampah juga yang menumpuk.
53
No.
Tanggal
Kegiatan
Keterangan
2.
Hari ke-2 (23 November 2016)
Lingkungan Sosial Ekonomi masyarakat RW 04
Ada ibu-ibu yang sedang menimbang sampah di bank sampah, keadaan ekonomi masyarakat ada yang belum mampu, juga banyak masyarakat yang sedang berkumpul.
3.
Hari ke-3 (23 November 2016)
Lingkungan Sosial Ekonomi masyarakat RW 06
Lingkungannya tertata dan rapi, dihari weekday biasanya sepi karena kebanyakan masyarakatnya kerja kantoran karena di RW 06 ini merupakan kawasan perumahan dan keadaan ekonominya juga menengah ke atas.
4.
Hari ke- 4 (24 November 2016)
Lingkungan Sosial Ekonomi masyarakat RW 07
Lingkungannya tertata dan rapi, masyarakatnya baik dan ramah, keadaan ekonominya menengah ke atas karena di RW 07 ini kawasan perumahan atau komplek Departemen Agama.
Dari hasil observasi di atas bahwa keadaan TPS 3R memiliki 10 pegawai yang mengangkut sampah dari masyarakat setiap harinya, yang bekerja dari pukul 08.00-16.00 WIB. Sementara itu juga di TPS 3R sampah mulai menumpuk yang disebabkan oleh rusaknya mesin pencacah yang biasa digunakan untuk mengolah sampah menjadi kompos. Adapun keadaan lingkungan sosial ekonomi masyarakat di RW 04, selain lingkungannya yang bersih dan nyaman mempengaruhi terhadap prilaku masyarakatnya menjadi sering berkumpul dan mengadakan gotong-royong dengan rutin, keadaan ekonomi masyarakat di RW 04 sangat beragam ada yang menengah ke atas, ke bawah dan cukup, namun di RW 04 ini juga ada bank sampah yang dikelola oleh ibu-ibu.
54
Setelah melakukan pengamatan langsung di RW 04, peneliti juga melakukannya di RW 06 keadaan lingkungan sosial ekonomi masyarakatnya yaitu memang lingkungannya bersih dan tertata rapi, tetapi interaksi di antara masyarakatnya kurang yang disebabkan oleh kebanyakan masyarakat di RW ini kerja kantoran dan kawasan perumahan jadi keadaan ekonominya pun menengah ke atas. Kemudian peneliti juga mengamati langsung di RW 07 sama dengan di RW 04 dan 06 lingkungannya tertata dan rapi, kebiasaan masyarakat pun sangat bagus mengumpulkan barang-barang bekas untuk di jual ke bank sampah yang ada di RW 07, keadaan ekonomi di RW 07 ini merupakan kawasan perumahan Departemen Agama jadi keadaan ekonominya menengah ke atas. 1) Mengetahui Arti Sampah dan Tempat Pengolahan Sampah. Berikut ini akan dipaparkan secara jelas hasil analisis transkrip wawancara dan observasi peneliti terhadap sembilan informan, Imam Aulia (Pengurus TPS 3R sekaligus masyarakat RW 06), Ria Agus Tedi (Masyarakat RW 06), Eka (Masyarakat RW 06), Sri (Masyarakat RW 07), Hery Susilo (Ketua RW 07), Hafni (Masyarakat RW 07), Mawih Abdul Azis (Masyarakat RW 04), Yedi (Masyarakat RW 04), Muhammad Sanen (Ketua RW 04). Dalam kaitannya dengan masyarakat mengetahui arti sampah dan tempat pengolahan sampah, Bapak Imam Aulia sebagai salah satu pengurus TPS 3R mengatakan hal sebagai berikut: “Setiap manusia, setiap makhluk hidup yang diciptakan Allah SWT semua itu pasti mengeluarkan sampah setiap hari, dan sumber sampah itu ya bisa dari rumah tangga, dari warga sini sampah dari kali-kali, sampah yang orang buang ke daerah sini. Begitu pun dengan jenis sampah ya macam-macam yang saya tahu iya dibagi dua sampah yang organik dan non organik. Sebagian besar bentuk sampah disini padat 60% dari sampah rumah tangga dan 40% dari alam..”4
4
Hasil Wawancara dengan Bapak Imam Aulia Rabu, 23 November 2016.
55
Berdasarkan apa yang dikatakan oleh Bapak Imam Aulia di atas, pada kenyataan memang bahwa banyak orang yang bukan warga RW 06 membuang sampah secara sembarangan di tempat lahan kosong yang ada di sekitar lingkungan RW 06, itu merupakan tambahan sumber sampah yang mengakibatkan bertambahnya jumlah sampah yang ada di RW 06. Peneliti juga mewawancarai Ibu Ria dalam kaitannya masyarakat mengetahui arti sampah dan tempat pengolahan sampah mengatakan sebagai berikut ini: “Sampah adalah sisa-sisa barang yang sudah tidak terpakai, terus tidak berguna, tidak bermanfaat jadi dibuang. Sumber sampah dari sayuran, dari sesuatu yang kita makan-makanan ringan misalnya bungkusnya kan jadi sampah tuh ya, terus makanan yang basi mungkin yang sudah tidak termakan atau sisa, sampah rumah tangga seperti bekas sabun yah, pasta gigi. Yang saya baru tau sekarang-sekarang ini baru ngerti, kalo dulu kan belom, jadi ada sampah kering itu seperti bungkus-bungkus plastik, plastik juga kan yang kaya bungkus biskuit, ada juga sampah tapi juga kering itu kaya bekas bungkus makanan. Kalo organik itu kan sisa-sisa makanan yang bisa cepat terurai, kalau an organik seperti karduskardus dan bisa di daur ulang. Ya sebagian besar yang saya lihat disini kebanyakan sampah padat, paling kalau sampah cair nya seperti bekas-bekas minyak goreng ya itu aja si sampah cairnya.”5 Seperti yang dikatakan oleh Ibu Ria di atas, bahwa sampah adalah sesuatu yang tidak terpakai, tidak berguna, tidak bermanfaat jadi dibuang, menurut peneliti hal ini sebagian besar benar namun adapula sampah yang bisa dipergunakan lagi dan bahkan bisa menghasilkan uang, contoh seperti sampah an organik kardus-kardus yang bisa dikumpukan dan dijual. Selanjutnya peneliti mewawancarai ibu Eka kaitannya masyarakat mengetahui arti sampah dan tempat pengolahan sampah mengatakan sebagai berikut ini: “Kalau sampah itu yang sudah terbuang dan sudah tidak terpakai lagi. Dan sumber sampah biasanya dari rumah tangga, terus 5
Hasil Wawancara dengan Ibu Ria Rabu, 23 November 2016.
56
sampah-sampah di kantor sampah-sampah di sekolah. Kalau sampah itu kan dibagi menjadi dua organik dan anorganik, kalau kita bicara orang awam sama ibu-ibu itu biasanya kita bicaranya sampah basah dan sampah kering, kalau sampah basah itu seperti sampah rumah tangga sisa-sisa sayur, nasi basi, sedangkan kalau sampah kering itu sampah yang tidak bisa hancur pada saat itu, seperti plastik, botol aqua terus kertas, kayu. Dan ada juga sampah kering yang dijual di bank sampah, kalau itu kan ada beberapa item yang bisa dijual di bank sampah, kecuali seperti bungkus kopi, pernik yang kecil-kecil gitu kan ga laku di bank sampah terus kalau bungkus indomie pengepulnya ada yang terima dan juga yang ga, ada tiga yang ga diterima di bank sampah yaitu, sterofoam, pembalut dan pampers, itu yang akan dibuang ke tempat pengolahan akhir dalam hal ini tpst yang memiliki mesin inselator. Kalau di sekitar sini kebanyakan sampah padat daripada sampah cair, karenakan mereka dari mana-mana belanja membawa sampah, seperti kantong kresek, terus botol-botol minuman beling, terus kertas, koran ya itu aja.6 Menurut penyataan Ibu Eka di atas, bahwa biasanya bicara kepada ibu-ibu itu ada sampah basah dan sampah kering, dan biasanya sampahsampah kering bisa dijual di bank sampah kecuali seperi bungkus kopi dan pernik kecil lainnya, karena biasanya bungkus kopi dan pernik kecil lainnya digunakan kembali untuk membuat sebuah karya seperti hiasan rumah, tas, gantungan kunci dan lain-lain. Sementara itu peneliti mewawancara Ibu Sri selaku masyarakat dari RW 07 mengatakan sebagai berikut: “Sampah itu kan sesuatu yang harus dibuang, kalau sampah dibuang sembarangan kan itu akan mencemari lingkungan, makanya kan semuanya harus perduli dengan sampah. Sampah itu menurut saya emang sesuatu yang harus diperhatikan tidak hanya harus dibuang doang. Dan sampah itu ada dari sampah rumah tangga. Jadi orang kan kadang ga sadar bahwa kaya bekas-bekas pampers itu kan sampah, cuma kan kalo dipilah pilah dari sebelum kita membuang ke penampungan kan masih bersih kalo masih ditangan kita kan kaya daun, sayuran harusnya dari awal memang harus sudah peduli dengan sampah-sampah ini. Disini saya harus punya tiga tempat sampah satu sampah dapur yang basah, kedua plastik-plastik yang tidak bisa di daur ulang yang harus dibuang, ketiga semacam kardus-kardus, buku dan kertas yang tidak 6
Hasil Wawancara dengan Ibu Eka Jum;at, 25 November 2016.
57
terpakai. Nah dari situ sudah harus dipilah-pilah dari rumah kita sendiri. Nah kalo yang jenis kaya yang organik itu kan sesuatu sampah yang harus diolah lagi. Kalau yang an organik itu kan seperti plastik-plastik, botol dan lainnya harus dipisahkan. Kalau gas, cair itu jarang kebanyakan si sampah-sampah dari dapur-dapur itu sampah padat yang dari rumah tangga itu.7 Seperti yang dikatakan Ibu Sri di atas, bahwa sampah merupakan suatu hal yang harus diperhatikan dan tidak harus dibuang saja, sampah harus dipilah dari sumbernya yaitu rumah kita sendiri. Jadi sudah seharusnya kita sebagai manusia benar-benar memperdulikan sampah yang kita hasilkan sendiri. Selanjutnya peneliti mewawancarai Bapak Hery Susilo selaku ketua RW 07 terkait masyarakat mengetahui arti sampah dan tempat pengolahan sampah sebagai berikut: “Sampah sesuatu yang tidak dipergunakan lagi oleh orang lalu dibuang. Kebanyakan kita sampah rumah tangga yah, sisa-sisa sayuran. Ya kan kalo organik sampah yang gampang terurai dan kalau an organik sebaliknya. Ya sebagian besar sampah yang dihasilkan disekitar masyarakat sini si sampah padat yah, jarang sampah cair apalagi gas.”8 Seperti yang dikatakan oleh Bapak Hery di atas, sampah adalah sesuatu yang tidak dipergunakan lagi lalu dibuang, namun pada kenyataannya pun sampah bisa dipergunakan kembali seperti sampahsampah organik sisa-sisa sayuran, nasi dan lainnya yang dihasilkan sampah dapur bisa dijadikan kompos atau pupuk tanaman yang sangat menguntungkan. Sementara itu peneliti juga mewawancarai Ibu Hafni selaku ketua bank sampah di RW 07 juga memaparkan sebagai berikut: “Sisa buangan manusia yang di anggap kebanyakan masyarakat tidak dipakai lagi padahal kan bukan begitu, sampah itu kan bisa dimanfaatkan, memang sisaan buangan rumah tangga. Dan sumber sampah ya dari kita manusia, ga ada yang lain, kalau sampah 7 8
Hasil Wawancara dengan Ibu Sri Kamis, 24 November 2016. Hasil Wawancara dengan Bapak Heri Kamis, 24 November 2016.
58
dibuang oleh sekolompok orang atau pabrik pedagang itu kan manusia juga. Ada sampah basah sampah kering, ada sampah yang diolah menjadi pupuk contohnya sampah dapur bisa dijadikan pupuk padat bisa dijadikan kompos cair, saya punya composternya. Jadi kalau sampah keringkan ada yang bisa didaur ulang, ada sampah kering yang berbahaya dan mengandung bahan beracun kan istilahnya B3. Ya, sampah cair sebagian besar dihasilkan dari industri, sampah yang kita hasilkan kan sebagian besar semua sampah padat sampah yang berasal dari rumah tangga yah, nah kalau sampah cair dan gas kan biasanya dihasilkan dari industri.”9 Seperti yang dipaparkan Ibu Hafni di atas, bahwa bukan hanya sisa buangan manusia melainkan juga bisa dimanfaatkan. Dan pada kenyataannya pun memang sampah masih bisa dimanfaatkan sebagai bahan daur ulang misalnya. Selain itu menurut Ibu Hafni sampah organik pun bisa bermanfaat dijadikan pupuk tanaman dan kompos cair dengan cara memasukan sampah organik kedalam tong composter yang diberi obat. Kemudian peneliti juga mewawancarai Bapak Mawih selaku salah satu ketua RT di RW 04 memaparkan sebagai berikut: “Ya kalau sampah kan limbah, limbah itu ada yang organik dan non organik. Ya sampah itu kan dari rumah tangga, dapur ya manusia pokonya itu semua sumber sampah, sampah itu kan ada organik dan anorganik, kalau organik bisa jadi pupuk dan kompos. Kalau disini semua saya lihat kebanyakan sampah padat ya seperti sampah-sampah rumah tangga itu.”10 Seperti yang dipaparkan Bapak Mawih di atas, bahwa sampah bersumber dari rumah tangga khususnya dapur manusia yang memiliki dua macam organik dan non organik yang sebagian besar berbentuk sampah padat juga dapat dijadikan pupuk dan kompos. Selanjutnya peneliti juga mewawancarai Bapak Yedi terkait masyarakat mengetahui arti sampah dan tempat pengolahan sampah yang dipaparkan sebagai berikut:
9
Hasil Wawancara dengan Ibu Hafni Kamis, 25 November 2016. Hasil Wawancara dengan Bapak Mawih Rabu, 23 November 2016.
10
59
“Sampah itu kalau menurut saya si, ya memang limbah rumah tangga yang perlu dikelola juga. Dan kebanyakan si sampah rumah tangga, sampah-sampah pohon, sebagaian besar dari sampah rumah tangga ini kan sampah padat, kalau yang bentuk cair dan gas si jarang atau bahkan ga ada kalo di masyarakat sekitar sini.”11 Seperti yang dipaparkan oleh Bapak Yedi di atas, bahwa sampah yaitu limbah rumah tangga yang perlu dikelola. Pada kenyataannya pun memang cara pengelolaan yang ada di TPS 3R belum maksimal dikarenkan mesin pencacah yang ada sering sekali mengalami kerusakan, jadi terlihat bahwa sampah itu sangat menumpuk di TPS 3R. Kemudian peneliti juga mewawancarai Bapak Muhammad Sanen selaku ketua RW 04 sampah yang dipaparkan sebagai berikut: “Ya sampah itu limbah dan sumber sampah itu kan dari masyarakat itu sendiri jenis sampah ada an organik itu bisa dipilah-pilah dan organik itu ya bisa jadi pupuk tanaman. Bentuk sampah itu ada banyak ada padat, cair dan gas juga, pada intinya si kalau disekitar sini kebanyakan sampah-sampah padat atau sampah rumah tangga”12 Berdasarkan wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa masyarakat memiliki pengetahuan yang baik tentang adanya tempat pengolahan sampah yang berada disekitar lingkungan tempat tinggal mereka. Pengetahuan ini didapat dari pengalaman, penglihatan seharihari yang didapat dari warga dan sesuai dengan definisi sampah menurut WHO (World Health Organization) yaitu sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya.13
11
Hasil Wawanara dengan Bapak Yedi Rabu, 23 November 2016. Hasil Wawancara dengan Bapak Muhammad Sanen Rabu, 23 November 2016. 13 Budiman Chandra, Pengantar Kesehatan Lingkungan, (Jakarta: Buku Kedokteran EGC, 2005), h. 111. 12
60
2) Mengetahui Faktor-faktor yang Mempengaruhi Jumlah Sampah. Faktor utama yang paling mempengaruhi jumlah sampah menurut Arif Sumantri adalah jumlah penduduk bergantung pada aktivitas dan kepadatan penduduk, semakin meningkat aktivitas penduduk sampah yang dihasilkan juga semakin banyak misalnya pada aktivitas pembangunan, perdagangan, industri dan sebagainya. 14 Tetapi juga banyak faktor lainnya seperti musim, kebiasaan masyarakat, kemajuan teknologi dan lain sebaginya. Dalam kaitannya dengan faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah sampah Bapak Imam Aulia selaku pengurus TPS 3R Vipa Mas sekaligus masyarakat RW 06 memaparkannya sebagai berikut: “Kalau faktor-faktornya itu tergantung dari kepala keluarganya, jumlah penduduk, kelakuan masyarakatnya, dan teknologi sangat diperlukan ga bisa pakai sistem yang lama karena kan mengurai sampah kan lama karena orang di luar negeri dimana-mana semua pasti pakai teknologi, selanjutnya musim juga mempengaruhi kalau hujan itu kan sampah menjadi padat jadi berat terkena air, nah itu kan dipilah-pilahnya jadi susah juga.”15 Seperti yang dipaparkan oleh Bapak Imam di atas, bahwa begitu banyak faktor yang mempengaruhi jumlah sampah diantaranya yaitu jumlah penduduk, kelakuan masyarakat, teknologi, dan musim tentu faktor-faktor itu sangat mempengaruhi karena jika suatu daerah dengan jumlah penduduknya tinggi maka sampah yang dihasilkan pun akan tinggi atau banyak, kelakuam masyarakat pun sama apabila kelakuannya tidak perduli terhadap lingkungan tentunya mereka akan membuang sampah sembarangan dan begitupun dengan teknologi yang dari zaman ke zaman semakin canggih alat-alat elektronik semakin banyak itu juga akan memepengaruhi bertambahnya jumlah sampah, selanjutnya yaitu musim pun turut andil dalam mempengaruhi jumlah sampah.
14
Arif Sumantri, Kesehatan Lingkungan, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013), cet.2, h. 66 15 Hasil Wawancara dengan Bapak Imam Aulia Rabu, 23 November 2016.
61
Selanjutnya peneliti juga mewawancarai Ibu Ria selaku masyarakat RW 06 yang memaparkannya sebagai berikut: “Ya faktor yang memengaruhi jumlah sampah yang sebenarnya menurut saya si penghasil sampah terbanyak itu sebenernya dari rumah tangga yah, terutama dari ibu-ibunya, penghasil sampah terbanyak itu dari ibu-ibu, kebiasaan membuang sampah sembarangan juga. begitupun juga teknologi memengaruhi, karena butuh mesin untuk mengubah sampah menjadi serpihan-serpihan ya jadi tidak sepenuhnya membuang sampah ke TPA ya lumayan mengurangilah ya walaupun sedikit. Selanjutnya kalau jumlah si ga kenal musim yah, kalau jumlah sampah kan terus bertambah, mungkin kalau musim lebih ke bau nya kali ya, kalau musim hujan itu bau karena basah kan, angin juga.”16 Seperti yang dipaparkan oleh Ibu Ria di atas, bahwa faktor yang mempengaruhi jumlah sampah yaitu penghasil sampah itu sendiri dan butuh teknologi untuk mengubah sampah menjadi serpihan-serpihan agar tidak semua sampah tidak dibuang ke TPA, hal ini memang sangat membantu untuk mengurangi beban tamping di TPA yang saat ini sudah melebihi kapasitas. Kemudian peniti juga mewawancarai Ibu Eka yang juga salah satu masyarakat di RW 06 yang menjabarkan faktor-faktor yang memengaruhi jumlah sampah yaitu sebagai berikut: “Kalau menurut saya banyak faktornya yaitu saat ini mereka kurang memahami cara memilah sampah, karena mereka berfikir kalau bagi mereka ini seperti kehidupan di komplek saya lihat ya cukup dengan membayar setiap bulan, ga mau taulah yang penting saya sudah bayar tiap bulan terserah itu sampah mau diapain yang penting rumah saya bersih gitu aja, jadi itulah yang agak sulit mengubahnya. Dan kebiasaan juga masyarakat itu acuh dengan keadaan membuang sampah sembarangan dimana ada tempat yang kosong, disini ada tempat kosong sekalian lewat kan mereka, waktu itu kali sebelah sana tadinya tuh tingginya hampir satu meter lebih, sekarang udah penuh sampah, mungkin kalo di kerukin itu bisa kelelepin orang, ya sekarang paling tinggal 50 cm, nah itulah kurangnya kesadarannya. Selanjutnya teknologi, misalnya teknologi untuk mengurangi sampah, ya memang si harus dipikirkan seperti di negara-negara lain kan dipikirkan gitu loh. 16
Hasil Wawancara dengan Ibu Ria Rabu, 23 November 2016.
62
Kemudian musim, musim hujan sampah akan basah dan lembab dan menimbulkan aroma yang tidak enak juga yang menyangkut di selokan itu bisa menyebabkan penumpukan sampah.”17 Seperti yang dijabarkan oleh Ibu Eka di atas, bahwa faktor utama yang mempengaruhi jumlah sampah yaitu mmasyarakat kurang mengerti dalam memilah sampah, faktor musim juga sangat memepengaruhi karena jika musim hujan tiba sampah akan lembab atau bahkan sampahsampah yang terbawa air yang akan menyangut di selokan yang akan mengakibatkan menumpuknya sampah, hal ini memang membutuhkan teknologi untuk mengurangi sampah dan ini tugas semua elemen masyarakat maupun pemerintah untuk menemukan cara yang tepat dalam mengurangi sampah dalam hal teknologi. Sementara itu peneliti mewawancarai Ibu Sri selaku masyarakat dari RW 07 mengatakan sebagai berikut: “Yang memengaruhi itu antara lain jumlah penduduk, karena kan sebagian besar sampah itu dihasilkan dari manusia itu sendiri atau sampah-sampah rumah tangga khususnya, kadang kan orang ga sadar maksudnya dari rumahan itu biasanya plastik kaya ya beli makanan itu dengan menggunakan plastik dan kalau masyarakat tidak tahu mana sampah yang bisa didaur ulang atau tidak itu kan menyebabkan sampah menumpuk. Selanjutnya itu kadang musim hujan sampah-sampah dari masyarakat yang buang sembarangan itu pasti terbawa oleh air ke sungai dan lainnya itu pasti di ujungnya akan menumpuk. Tingkat ekonomi masyarakat pun memengaruhi, kalau ekonominya kelas menengah ke atas kan pasti akan sering berbelanja dan sebagainya.”18 Seperti yang dikatakan Ibu Sri di atas, bahwa faktor yang mempengaruhi jumlah sampah di antaranya yaitu jumlah penduduk, musim dan tingkat ekonomi. Hal ini memang pada kenyataannya terjadi ketika musim hujan tiba, sampah di selokan pasti akan menumpuk itu disebabkan terbawa oleh air pada saat hujan begitu pun dengan tingkat ekonomi jika masyarakat tingkat ekonominya tinggi, 17 18
Hasil Wawancara dengan Ibu Eka Jum’at, 25 November 2016. Hasil Wawancara dengan Ibu Sri Kamis, 24 November 2016
63
pasti akan sering berbelanja yang mengakibatkan bertambahnya jumlah sampah . Selanjutnya peneliti mewawancarai Bapak Hery Susilo selaku ketua RW 07 sebagai berikut: “Ya tentunya, yaitu jumlah penduduk terutama pola hidup masyarakat itu sendiri ya. Teknologi juga banyak memengaruhi jumlah sampah seperti plastik yang dibuang begitu saja seperti bekas kulkas, TV dan lainnya itu kan ada gabus putihnya itu kan lama terurainya dan mengakibatkan bertambahnya jumlah sampah. Musim hujan pun sama bisa memengaruhi karena sampah jadi basah aromanya jadi tercium.”19 Seperti yang dijelaskan Bapak Hery di atas, bahwa faktor yang mempengaruhi jumlah sampah terutama yaitu pola hidup, jika masyarakat memiliki pola hidup yang suka berbelanja pasti akan mempengaruhi jumlah sampah yang ada di rumah, apalagi sekarang teknologi yang semakin maju ada model TV atau kulkas baru pasti ingin membelinya itu juga akan menambah sampah baru di rumah, belum lagi musim hujan yang mengakibatkan sampah-sampah terbawa oleh air dan menyebabkan sampah menjadi basah juga menimbulkan aroma yang tidak enak, semua itu merupakan faktor penambah jumlah sampah. Sementara itu peneliti juga mewawancarai Ibu Hafni selaku ketua bank sampah di RW 07 juga memaparkan sebagai berikut: “Kalau faktornya itu jika sampah tidak dikelola dengan baik, dan
tidak tahu bagaimana cara mengolah sampah untuk dikurangi, ditekan, mulai dari rumah tangga dulu kan belajar milah sampah, sampah basah sampah kering seandainya semua masyarakat semua orang bisa memperlakukan sampah itu seperti niat kita beberapa orang ini ingin melindungi lingkungan ingin mengurangi tumpukan sampah di bak sampah, ingin mengurangi sampah di TPA sana mengurangi beban kerja, jadi kita milah dulu dari rumah jadi yang mempengaruhi itu ketidak perduliannya orang terhadap sampah begitupun jumlah penduduknya, jadi gini kalau kita mengitung jumlah jiwa yang ada di satu RT itu kan tergantung ada yang jumlah jiwanya atau kepala keluarganya kecil dibanding RW lain kebetulan paling sedikit RT nya jadi pengaruh ke jumlah jiwa. Kemajun teknologi sekarang di TPS 3R adanya mesin untuk pengolah 19
Hasil Wawancara dengan Bapak Hery Susilo Kamis, 24 November 2016.
64
sampah terutama sampah plastik yah itu yang sulit hancur di muka bumi kan disana dipilah lagi, ya untuk skala beberapa RW ini membantulah untuk tidak membuang sampah ke TPA Cipeucang sana. Keadaan sosial dalam suatu masyarakat itu selalu mengalami perubahan, begitu juga ekonomi semakin tinggi taraf hidupnya semakin banyak juga keperluan yang dibeli itulah semua itu bisa memengaruhi jumlah sampah.20 Seperti yang dipaparkan oleh Ibu Hafni di atas, bahwa faktor yang mempengaruhi jumlah sampah yaitu manusia itu sendiri, yang belum bisa mengelola sampah dengan baik, jumlah penduduk, kemajuan teknologi semua itu sangat mempengaruhi dalam bertambahnya jumlah sampah pada masyarakat. Jadi semua hal itu harus menjadi perhatian agar sampah tidak terus bertambah dan menumpuk. Kemudian peneliti juga mewawancarai Bapak Mawih selaku salah satu ketua RT di RW 04 memaparkan sebagai berikut: “Faktor jumlah sampah sebenernya kalau dikelola benar dari penduduk bisa ditangani secara benar, tapi sekarang ini kebanyakan sampah yang liar yang jadi menumpuk, kadang orang naik motor buang sampah sembarangan asal lempar. tapi kalau disini kan masih perkampungan tidak menghasilkan sampah terlalu banyak seperti di perumahan, umpamanya masih bisa langsung dibakar kalau sampahnya benar-benar kering, tapi kan kalau yang berpenyakit itu kan sampah basah ya itu mesti ditangani secara serius karena gabisa dibakar, tapi kalau sepengetahuan saya disini Alhamdulillah ya walaupun belum 100% ditangani oleh TPS, kalo dibakar bukan asap jadinya api kan yang penyakit itu asap yang basah. Faktor teknologi, sekarang aja kan bentuk kemasan makanan jarang yang yang bisa didaur ulang gabisa diurai itu sudah berpengaruh secara teknologi dan pengolahannya pun harus secara teknologi juga. Faktor selanjutnya yaitu musim hujan itu sampah mengikuti arus air kan dan sampah menjadi berat karena basah.”21 Seperti yang dipaparkan oleh Bapak Mawih di atas, bahwa faktor yang mempengaruhi jumlah sampah yaitu kurang maksimalnya pengelolaan 20 21
sampah
dari
masyarakat
sendiri,
Hasil Wawancara dengan Ibu Hafni Kamis, 25 November 2016. Hasil Wawancara dengan Bapak Mawih Rabu, 23 November 2016.
jadi
kebanyakan
65
masyarakat membuang sampah asal saja langsung buang ke lahan yang kosong, padahal itu sangat mempengaruhi bertambahnya jumlah sampah. Dan faktor teknologi pun sangat mempengaruhi karena sekarang banyak bentuk kemasan makanan yang sulit terurai dan itu juga membutuhkan teknologi juga untuk bisa mengolah sampah-sampah yang seperti itu. Selanjutnya peneliti juga mewawancarai Bapak Yedi yang dipaparkan sebagai berikut: “Pertama yang memengaruhi yaitu jumlah penduduk karena kan setiap orang pasti menghasilkan sampah. Kalau di TPS 3R itu ada mesin, mesin juga suatu teknologi yak an, ya itu sangat mempengaruhi untuk mengurangi jumlah sampah yang ada. Musim juga jelas memengaruhi, kebanyakan kalau musim hujan ya sampahnya semakin berantakan dah bau kemana-mana.”22 Seperti yang dipaparkan oleh Bapak Yedi di atas, bahwa memang jumlah penduduk mempengaruhi bertambahnya jumlah sampah, dan faktor musim pun turut mempengaruhi jumlah sampah memang jika hujan tiba sampah bisa berantakan yang disebabkan oleh ari hujan yang turun, tetapi jika pengolahan sampah ditangani dengan baik dan menggunakan teknologi secara benar pasti sampah tidak akan menumpuk terus-menerus. Kemudian peneliti juga mewawancarai Bapak Muhammad Sanen selaku ketua RW 04 terkait faktor-faktor yang memengaruhi jumlah sampah yang dipaparkan sebagai berikut: “Tentu faktornya yaitu jumlah penduduk, sekarang mayoritas penduduk di RW 04 sekitar 5000an itu kan akan menghasilkan sampah yang banyak terus sekarang kan musim hujan ini juga bisa memengaruhi jumlah sampah, contonya kan ada air sampah menjadi basah dan menupuk diselokan.”23
22 23
Hasil Wawancara dengan Bapak Yedi Rabu, 23 November 2016 Hasil Wawancara dengan Bapak Muhammad Sanen Rabu, 23 November 2016
66
Berdasarkan wawancara di atas, maka dapat disimpulkan bahwa menurut masyarakat faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah sampah yaitu, adanya pertumbuhan penduduk setiap RW berbeda ini menjadikan jumlah penduduk bertambah dan jumlah sampah pun akan terus bertambah, kebiasaan masyarakat yang membuang sampah sembarangan ini sikap masyarakat yang tidak perduli dengan lingkungan, belum pahamnya masyarakat dalam mengelola atau mengolah sampah yang dihasilkan, jadi perlunya diadakan sosialisasi mengenai pemilahan sampah organik dan an organik maupun antara sampah basah dan sampah kering dan kemajuan teknologi yang ikut andil memengaruhinya dengan teknologi dari zaman ke zaman yang semakin maju ini akan menambah jumlah sampah begitupun dengan musim yang tidak menentu juga mempengaruhi bertambahnya jumlah sampah terlebih lagi jika hujan sampah akan terbawa air dan tersangkut di selokan dan akan menumpuk.
3) Pengetahuan Masyarakat Terhadap Konsep Pengolahan Sampah di Tangerang Selatan dan Bahaya Sampah Dalam kaitannya dengan pengetahuan masyarakat terhadap konsep pengolahan sampah di Tangerang Selatan dan bahaya sampah, peneliti mewawancarai Bapak Imam Aulia sebagai salah satu pengurus TPS 3R mengatakan hal sebagai berikut: “Jadi, kebetulan saya pendiri di sini (TPS 3R) jadi awal berdirinya TPS 3R ini karena, sejarahnya tahun 2007 ada kejadian di Bandung tertimpah longsor yang meninggal sekitar 100 orang lebih, setelah itu baru pemerintah pusat Kementrian PU mengusulkan ke pemerintahan mengeluarkan Undang-Undang bahwa tidak boleh lagi sampah yang dari rumah tangga itu di angkut oleh truk di buang langsung ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir) tapi harus dipilah-pilah, makanya tahun 2008 itu Undang-Undang No. 18 Tahun 2008 bersamaan itu keluarlah Undang-Undang tentang TPS 3R. Heeemm, kalo berbicara efektif konsep 3R ini ya tergantung petugasnya, penerapannya SOP nya dari tiap-tiap TPS 3R berjalan baru dah efektif, karena peraturan dari pemerintah mengatakan bahwa maksimal 20-30% itu residu yang harus dibuang. Saya
67
pribadi di keluarga ya mengolah sampah denga cara memisahkan sampah yang basah dan kering setelah itu kita pilah juga.”24 Seperti yang dikatakan Bapak Imam di atas, bahwa dari sejarah dikeluarkannya Undang-Undang tentang pengelolaan sampah No. 18 Tahun 2008 itu bersamaan dengan dikeluarkannya juga Undang-Undang tentang tempat pengolahan sampah 3R (reduce, reuse, recycle), hal ini juga sesuai apa yang sekarang menjadi program kerja DKPP (Dinas Kebersihan Pertanaman dan Pemakaman) Kota Tangerang Selatan dengan membentuk TPS 3R disetiap kelurahan agar sampah tidak terus menumpuk dengan cepat di TPA Cipeucang yang merupakan tempat pembuangan akhir sampah yang dimiliki Kota Tangerang Selatan saat ini.
Peneliti juga mewawancarai Ibu Ria yang mengatakan sebagai berikut ini: “Konsep pengolahan sampah yang ada di Tangerang selatan yang saya tahu itu 3R ini ya, saya taunya Reuse yah memakai kembali, saya lebih tau itu, seperti memanfaatkan bekas galon galon dan botol beling untuk dimainkan menjadi alat musik. Berbicara sudah efektif atau belum kalau menurut saya si belum sepenuhnya yah, saya pun dalam mengolah sampah di rumah itu dengan cara memisahkan yang basah dan kering. Kemarin juga saya ikut dalam acara sosialisasi, sampah itu bertambah terus yah, semakin berbahaya apalagi plastik, belum bisa mengikuti negara luar, kalau disana kan kalo belanja udah tidak menggunakan plastik, melainkan pakai kantong yang dari bahan daur ulang.”25 Seperti yang dikatakan Ibu Ria di atas, bahwa menggunakan konsep 3R yang sarankan oleh pemerintah kota melalui TPS 3R yang ada di RW 06 ini sangat baik, Ibu Ria pun sudah mulai menerapkan konsep 3R dari rumahnya sendiri, tentu hal inilah yang harus dicontoh oleh masyarakat yang lain, sehingga program pemerintah melalui TPS 3R yang ada
24 25
Hasil Wawancara dengan Bapak Imam Aulia Rabu, 23 November 2016. Hasil Wawancara dengan Ibu Ria Rabu, 23 November 2016
68
disetiap kelurahan berjalan selaras dan akan tercapai tujuan dari pemerintahnya. Selanjutnya peneliti mewawancarai ibu Eka yang mengatakan sebagai berikut ini: “Terkait dengan konsep pengolahan sampah yang ada di Tangerang Selatan kita ini, kalau yang sedang kita lakukan sekarang ini yaitu reuse menggunakan kembali, seperti bekas minyak goreng itu bisa kita jadikan pot untuk kegiatan urban farming terus kalau recycle kita bisa membuat tas, tempat tisu, dari plastik-plastik bekas kopi. Sampah itu kan kalau dibiarkan akan berbahaya ya ya pasti karena sampah kan ada tiga hal yang tidak bisa dilakukan pertama sampah itu tidak boleh dibuang sembarangan, kedua sampah itu tidak boleh dibakar karena kalau dibakar itu akan memengaruhi udara disekitar kita, karena kan kita menghirup udara itu akan tercemar, ketiga sampah itu tidak boleh dikubur karena akan memengaruhi sumber mata air dan merusak tanah.”26 Seperti yang dikatakan Ibu Eka di atas, bahwa konsep pengolahan sampah yang ada di Kota Tangerang Selatan ini memang sedang dijalankan oleh Ibu Eka dari rumahnya sendiri, dengan cara menggunakan kembali sampah seperti bekas minyak goreng yang bisa dijadikan sebagi pot tanaman, mendaur ulang seperti membuat sebuah karya yang bernilai. Pada kenyataannya memang sudah melakukan dari konsep 3R (reduce, reuse, recycle) yang merupakan program dari pemerintah Kota Tangerang Selatan. Sementara itu peneliti mewawancara Ibu Sri selaku masyarakat dari RW 07 mengatakan sebagai berikut: “Ya memilah, menggunakan kembali dan mendaur ulang sejak dari dapur sendiri, dan setiap 3 minggu sekali diadakan penimbangan sampah di bank sampah. Alhamdulillah sudah ya khususnya RW kita yah, cuma mungkin ada karena ada yang belom ikut bank sampah mungkin ada yang belum memakai atau melaksanakan 3R ini. Kalau di kelurahan kita ini ya sebagian besar sudah melaksanakan 3R ini. Kalau saya si kaya yang dari dapur, kaya bekas-bekas masakan itu kan saya buang ke kebon karena saya ada kebon karenakan kalau sisa masakan itu akan terurai sendiri, kalau kertas-kertas yang bisa di daur ulang ya saya kumpulin, botol-botol 26
Hasil Wawancara dengan Ibu Eka Jum’at, 25 November 2016.
69
juga untuk saya timbang di bank sampah. Kalau menurut saya, ya bahaya kalau tidak dikelola, soalnya kan bumi kan lama lama penuh dengan sampah.27 Seperti yang dikatakan oleh Ibu Sri di atas, bahwa konsep pengolahan sampah yang ada di Kota Tangerang Selatan yaitu 3R (reduce, reuse, recycle) sudah banyak masyarakat yang melaksanakan karena di RW 06 ini bank sampahnya aktif jadi masyarakat sudah melakukan konsep 3R setelah adanya TPS 3R Vipa Mas dan membentuk bank sampah. Selanjutnya peneliti mewawancarai Bapak Hery Susilo selaku ketua RW 07 sebagai berikut: “Terkait konsep pengolahan sampah di Tangerang Selatan ini menurut saya ya sudah bagus, tinggal kita sebagai warga apa namanya ya memahami tentang itu dan saling bekerjasama. Dan menurut saya belum mencapai 50% efektif terutama untuk di bank sampahnya dan masih ada warga yang memandang bahwa kalau kita mengumpulkan sampah jadi kaya pemulung kita ada dari DKPP di kasih tong composter untuk menghasilkan pupuk cair, sampahsampah dapur, daun-daun dimasukan ke tong composter nanti akan menghasilkan air lindi namanya itu untuk pupuk yang sebelumnya dikasih obat atau terasi dan air gula untuk mempercepat pembusukan dan menghasilkan air lindi yang dimanfaatkan untuk pupuk. Saya berfikir kalau sampah dimana-mana kan pastinya menimbulkan pencemaran, pencemaran air, aroma, bisa timbul penyakit juga kan itu bisa menyebabkan bahaya bagi masyarakat itu sendiri.”28 Seperti yang dikatakan Bapak Hery di atas, bahwa konsep pengolahan sampah sudah berjalan namun belum mencapai 50% di RW 07 terutama di bank sampahnya, hal ini memang menjadi tanggung jawab yang berat bagi ketua RW untuk selalu mengingatkan warganya agar bisa melakukan konsep pengolahan sampah 3R dan dari pemerintah pun harus sering atau secara merata melakukan sosialisasi lagi tentang
27 28
Hasil Wawancara dengan Ibu Sri Kamis, 24 November 2016. Hasil Wawancara dengan Bapak Hery Susilo Kamis, 24 November 2016.
70
konsep pengolahan 3R agar masyarakat segera sadar bahwa sampah memang memerlukan perhatian yang khusus. Sementara itu peneliti juga mewawancarai Ibu Hafni selaku ketua bank sampah di RW 07 juga memaparkan sebagai berikut: “Mengenai konsep sampah yang ada di Tangerang Selatan ini dan yang saya ketahui adalah pengolahan sampah secara terpadu. Biasanya si saya di rumah membiasakan memilah sampah organik dan an organik oleh karena itu sampah kan kalau dibiarkan dan tidak ada yang perduli akan menimbulkan dampak dan berbahaya.”29 Seperti yang dipaparkan oleh Ibu Hafni di atas, bahwa konsep pengolahan sampah di Tangerang Selatan dilakukan secara terpadu dengan membiasakan memilah sampah organik dan an organik, dengan memilah atau memisahkan antara sampah organik dan an organik secara tidak langsung telah melakukan proses konsep pengolahan sampah 3R. Kemudian peneliti juga mewawancarai Bapak Mawih selaku salah satu ketua RT di RW 04 memaparkan sebagai berikut: “Ya konsep 3R itu kalau menurut saya kalau yang organik dibuat pupuk dan yang non organik sudah menjadi keuntungan pengelola. mungkin. Sampah yang tidak dikelola kan nantinya bisa berbahaya kalau didiamkan saja akan berdampak banyak bagi masyarakat.”30 Seperti yang dipaparkan oleh Bapak Mawih di atas, bahwa konsep 3R kalau yang organik dibuat pupuk dan yang non organik sudah menjadi keuntungan pengelola, namun hal ini memang terjadi, tetapi tidak hanya TPS saja yang bekerja masyarakatnya pun harus saling bekerja sama dalam menjaga lingkungan dengan tidak membuang sampah sembarangan dan melaksanakan konsep pengolahan sampah 3R. Selanjutnya peneliti juga mewawancarai Bapak Yedi yang mengatakan sebagai berikut: “Ya kalau memang bisa dikelola dan bermanfaat menurut saya si ya bagus-bagus aja dan menurut saya si kalau mengurangi ya sudah ga 29 30
Hasil Wawancara dengan Ibu Hafni Kamis, 24 November 2016. Hasil Wawancara dengan Bapak Mawih Rabu, 23 November 2016.
71
masalah si, harus ada perbaikan juga pada sistemnya, mungkin masih banyak kendala gatau juga dah. Saya kalau mengolah sampah seperti biasa sampah saya kumpulkan, nanti ada petugas yang ngambilin setiap dua atau tiga hari sekali, mengenai mengolah sampah kalau dibiarkan tidak kita kelola pasti bisa berdampak terhadap kesehatan juga.”31 Seperti yang dikatakan Bapak Yedi di atas, bahwa konsep pengolahan sampah sudah bagus hanya sedikit perlu perbaikan pada sistemnya saja namun Bapak Yedi belum melaksanakan konsep 3R tersebut dari rumahnya sendiri hanya melihat di TPS 3R Vipa Mas yang menggunakan konsep 3R. Kemudian peneliti juga mewawancarai Bapak Muhammad Sanen selaku ketua RW 04 terkait konsep sampah di Tangerang Selatan dan bahaya sampah yang dipaparkan sebagai berikut: “Konsep sampah 3R ini kan seharusnya dijalankan oleh masyarakat dan dari DKPP pun sudah mensosialisasikannya kerpada masyarakat, untuk memilah sampah dari rumah kita sendiri Iya menurut saya sudah efektiflah kira-kira baru 50% Ya kalo saya si sediakan bak sampah aja di depan rumah, nanti ada petugas yang ngangkut ke TPS, apabila dibiarkan menumpuk kan sampah juga akan berdampak dari segi kesehatan, udara, lingkungan. Yang paling berat kan sampah organik kan bau nya kemana-mana.”32 Berdasarkan wawancara di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pengetahuan masyarakat mengenai konsep pengolahan sampah yang ada di Kota Tangerang Selatan cukup baik dikarenakan dari setiap RW maupun RT sering mengadakan sosialisasi terkait Tempat Pengolahan Sampah Vipa Mas dan sudah banyak yang menjalankan konsep 3R (reduce, reuse, recycle) mulai dari rumahnya sendiri.
31 32
Hasil awancara dengan Bapak Yedi Rabu, 23 November 2016. Hasil Wawancara dengan Bapak Muhammad Sanen Rabu, 23 November 2016.
72
4) Dampak Adanya TPS 3R Vipa Mas Terhadap Lingkungan Sosial Ekonomi Masyarakat. Dampak adalah suatu perubahan yang terjadi sebagai akibat suatu aktivitas.33 Dampak yang dapat ditimbulkan ada dua macam, ada dampak langsung dan dampak tak langsung. Dampak langsung artinya dapat langsung dirasakan sedangkan dampak tak langsung yaitu dampaknya dapat dirasakan setelah selang beberapa waktu. Tempat Pengolahan Sampah 3R (reduce, reuse, recycle) melakukan kegiatan di daerah Kelurahan Bambu Apus juga memiliki dampak terhadap masayarakat. Di antara dampak yang dirasakan oleh masyarakat yang paling terasa yakni dampak terhadap lingkungan, dan langsung dirasakan oleh masyarakat sendiri. Dalam kaitannya dengan dampak adanya TPS 3R Vipa Mas terhadap lingkungan sosial ekonomi masyarakat, Bapak Imam Aulia sebagai salah satu pengurus TPS 3R mengatakan hal sebagai berikut: “Sebelum ini jadi TPS 3R ini tempat penampungan sampah sementara, sampahnya pun hingga setinggi hangar atau atap itu, karena kita tidak kelola orang-orang dari luar masyarakat RW 06 buang kesini semua awal kita membentuk TPS 3R ini ada pro dan kontra, ya kita dengan niat yang baik dan tulus karena kalau sampah ini tidak kita pilah dari awal sampah rumah tangganya kasihan nantinya di TPA Cipeucang. Walaupun pro dan kontra terjadi berkali-kali, dan masyarakat yang pendidikannya tinggi pun kalau disekitar rumahnya ada tempat penampungan sampah ini mereka tidak terima. Dan lingkungan sosial disini pun ada perubahan karena kan kita ada perkumpulan bank sampah, pengaruhnya juga yang tadinya cuek, tapi sekarang kalau ada yang buang sampah sembarang ada yang liat langsung di tegur oleh warga. Mengenai ekonomi kalau disini kan komplek yah, jadi ya ekonominya kelas menengah. Dampak ekonominya pun ada kebetulan kan disini juga ada bank sampahnya, bank sampahnya kebanyakan dikelola oleh rata-rata ibu-ibu RT nya, jadi ya itu ekonomi sosialnya jalan.”34
33
Jean Anggraini, “Dampak Bank Sampah Terhadap Kesejahteraan Masyarakat dan Lingkungan (Studi Kasus Bank Sampah Cempaka II Kelurahan Pondok Petir Rw:09)”, Skripsi, pada Sarjana Uin Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2013, h, 18. 34 Hasil Wawancara dengan Bapak Imam Aulia Rabu, 23 November 2016.
73
Peneliti juga mewawancarai Ibu Ria dalam kaitannya dengan dampak adanya TPS 3R Vipa Mas terhadap lingkungan sosial ekonomi masyarakat mengatakan sebagai berikut ini: “Dampak terhadap lingkungan disini lebih bersih jadi ga ada bau sampah, lebih rapih dan teratur, karena kan sebelum adanya TPS 3R hanya tempat pembuangan sampah liar yang dibuang sama orang yang bahkan bukan masyarakat sini. Bahkan lingkungan sosial masyarakat pun ada perubahan ada si sebagian masyarakat yang mengunjungi TPS 3R, juga perubahan karena memang masih kebanyakan yang cuek dan kurang perduli dengan sampah masih banyak yang kurang peduli, tapi ada juga yang sudah mulai care sama lingkungannya ya mungkin bertahaplah ya, kalau kaya itu kan harus rajin-rajin dan cerewet buat mengajak yang lainnya. Kalau kondisi ekonomi masyarakat disini si rata-rata sudah menengah ke atas tetapi sedikit berdampak karena kan ada bank sampah, ya emang ga seberapa dari hasil sampah yang dikumpulkan dan ditimbang, tapi lumayan buat jajan jajan, ditabung.”35 Seperti yang dikatakan oleh Ibu Ria di atas, bahwa dengan adanya TPS 3R lingkungan menjadi lebih bersih dan teratur, lingkungan sosialnya pun bahkan berubah masyarakat sering mengadakan pertemuan membuat sebuah karya di bank sampah, jadi masyarakat pun lebih perduli dengan lingkungannya. Dari segi ekonominya juga berdampak baik bagi masyarakat yang ikut dalam bank sampah yang terbentuk dari adanya TPS 3R bisa memilah sampah yang bisa ditimbang dan menghasilkan uang di bank sampah setiap dua minggu nya. Selanjutnya peneliti mewawancarai ibu Eka mengatakan sebagai berikut ini: “Mengenai dampak terhadap lingkungan kalau disini lingkungan menjadi tertata yah dengan adanya tempat pengolahan sampah, karena sampah rumah tangga di angkut ke tempat pengolahan sampah bukan tempat pembuangan sampah karena ada 3R nya, disitu sampah dibuang nanti dipilah, dipilah-pilah misalnya ada 35
Hasil Wawancara dengan Ibu Ria Jum’at, 25 November 2016.
74
botol, plastik nanti dipilah uangnya buat mereka-mereka yang milahnya itu, insentiflah buat mereka kan lumayan juga, nah kebetulan kemarin itu kan mesin inselator itu lagi diperbaiki jadi belum ada kegiatan pembakaran sampah, kita udah dapat sertifikasi dari lingkungan hidup dan boleh dibakar, karena udah beberapa bulan ini mesin sedang diperbaiki ya jadi kelihatankan sampahnya jadi menumpuk dan akan dibuang ke TPA sebelumnya kita gapernah membuang sampah ke TPA karena kan kita pilah dan olah sampah-sampah yang ada. Dampaknya mereka senang, karena TPS kita ini dibangun dengan sedemikian rupa, image mereka itu baik karena disana kita juga menanam, tidak hanya sampah saja disana juga kita menanamkan edukasi buat masyarakat semacam menanam pepaya, duren, kangkung yang juga boleh diambil oleh masyarakat sekitar TPS 3R. Dampak terhadap lingkungan sosialnya ya mereka juga sering datang ke TPS 3R dan melihat apa saja kegiatankegiatannya dan apa yang dihasilkan dari sampah semua masyarakat disekitar TPS 3R, jadi kita mengenalkan juga pada mereka bahwa sampah ini jangan dimusuhi. Disini si ekonominya menengah ke atas paling yang ikut-ikut bank sampah itu juga bank sampah dari 8 RT cuma 6 yang aktif.”36 Seperti yang dikatakan Ibu Eka di atas, bahwa dampak adanya TPS 3R terhadap lingkungan sosial ekonomi masyarakat sangat baik, karena lingkungan menjadi tertata, masyarakat jadi sering berkumpul di TPS 3R saling berbagi ilmu dan sampah juga jangan dimusuhi, dampak ekonomi terhadap masyarakat disekitar RW 06 ini hanya yang aktif dalam bank sampah saja yang sering dilakukan di TPS 3R. Sementara itu peneliti mewawancara Ibu Sri selaku masyarakat dari RW 07 mengatakan sebagai berikut: “Alhamdulillah dampaknya ada dan baik, mereka kan selama ini ga paham jadi setelah ada ini ya jadi paham, ikut andil dalam menjaga lingkungan. Yakan buangnya jadi tidak sembarangan lagi ya jadi setiap penimbangan itu kan kita kumpul jadi kita paham, ooh ini yang gabisa di daur ulang ooh ini yang bisa didaur ulang jadi kan mereka saling memberi dan menambah ilmu pengetahuan satu sama lainnya. Sikap masyarakat pun menurut saya sekarang malah sangat peduli lah, karena mereka sudah tau, kalau dulu kan mereka gatau dan tidak bisa disalahkan. Kondisi ekonomi Alhamdulillah si kalau masyarakat disini si sudah bagus. Dampaknya pun dirasakan, kan mereka setiap bulannya nabung dari hasil sampah-sampah yang 36
Hasil Wawancara dengan Ibu Eka Jum’at, 25 November 2016.
75
ditimbang setiap tiga bulan sekali bisa diambil atau enam bulan sekali terserah mereka, nah dari situ penghasilannya kan bertambah. dan kalau yang punya warung itu akan lebih besar dan banyak menghasilkan sampahnya jadi timbangannya pun besar hasilnya tergantung dari sampahnya yang ditimbang bisa 10.000 sampai 20.000.”37 Seperti yang dikatakan oleh Ibu Sri di atas, bahwa dari adanya TPS 3R memberikan dampak yang baik terhadap lingkungan sosial maupun ekonominya, karena dengan adanya TPS 3R terbentuknya bank sampah yang ada di setiap RW nya dan itu membantu memberikan pengetahuanpengetahuan tentang sampah, tentang cara memilah sampah yang akan dijual di bank sampah, intearaksi masyarakat meningkat dengan saling bertukar pengetahuan tentang sampah, hasil dari pengumpulan sampahnya dijual di bank sampah bisa menghasilkan uang sekitar 10.000-20.000 per bulannya tergantung banyaknya sampah yang ditimbang. Selanjutnya peneliti mewawancarai Bapak Hery Susilo selaku ketua RW 07 terkait dampak adanya TPS 3R Vipa Mas terhadap lingkungan sosial ekonomi masyarakat sebagai berikut: “Sebelum adanya jadi TPS 3R masyarakat masih suka buang sampah sembarangan dan masih suka diangkut oleh petugas DKPP dan dibuang ke TPA Cipeucang, tetapi setelah adanya TPS 3R ini salah satu program DKPP kami masyarakat langsung bekerjasama dan sangat mendukung adanya TPS 3R di RW 6 untuk mengangkut sampah-sampah ke TPS 3R untuk di olah dengan cara 3R itu. Ya ada karena ada TPS 3R ini di RW sini juga jadi ada bank sampah, nah dari bank sampah ini banyak warga atau masyarakat yang sering mengunjungi bank sampah, juga bertukar informasi tentang sampah. Interaksi masyarakat pun mengalami perubahan tapi kebanyak ibu-ibunya si kalau bapak-bapaknya masih kurang, karena kan yang lebih banyak aktif di bank sampah itu ibu-ibu. Tingkat ekonomi masyarakat disini kebanyakan pegawai negeri disini, ratarata sudah pensiun.”38
37 38
Hasil Wawancara dengan Ibu Sri Kamis, 24 November 2016. Hasil Wawancara dengan Bapak Hery Susilo Kamis, 24 November 2016.
76
Seperti yang dipaparkan Bapa Hery di atas, bahwa TPS 3R memberikan dampak yang baik, lingkungan sosial masyarakat mengalami perubahan dengan terbentuknya bank sampah yang setiap dua minggunya mengadakan penimbangan barang-barang yang telah dipilah untuk dijual. Bahkan TPS 3R tidak berdampak terhadap ekonomi di masyarakat RW 07, kecuali ibu-ibu yang aktif di bank sampah. Sementara itu peneliti juga mewawancarai Ibu Hafni selaku ketua bank sampah di RW 07 juga memaparkan sebagai berikut: “Alhamdulillah meminimalkan tumpukan sampah di bak sampah masing-masing rumah lingkungan jadi bersih. Alhamdulillah kalau disini ekonominya sudah menengah ke atas, kalau dampak ekonomi bagi pengolah langsung sampah di TPS 3R tentu ada perubahan kesehatan baik.”39 Seperti yang dipaparkan Ibu Hafni di atas, bahwa adanya TPS 3R ini berdampak baik, tumpukan sampah tidak selalu menumpuk lagi, lingkungan menjadi bersih. Dan dari segi ekonomi di RW 07 ini sudah menengah ke atas semua, jadi tidak ada dampak ekonomi dari TPS 3R terhadap masyarakat di RW 07. Kemudian peneliti juga mewawancarai Bapak Mawih selaku salah satu ketua RT di RW 04 memaparkan sebagai berikut: “Ya masyarakat jadi mulai mengerti cara memilah sampah dan perduli dengan lingkungan, dengan tidak membuang sampah pada tempatnya, karena ada sosialisasi dari kelurahan maupun RW terkait 3R. Sikap masyarakat ya ada berubah ada juga yang engga, karena memang mengubah pemikiran masyarakat dalam menjaga lingkungan ini masih susah dan masih ada yang tidak perduli begitu. Dampak lingkungan sosial, ya warga sering mengadakan pertemuan untuk membahas lingkungan kita ini khususnya sampah dengan mengadakan kerja bakti. Kondisi eonomi disini ga merata yah ada yang berkecukupan dan ada juga yang tidak, katakan menengah kebawah juga tidak.”40
39 40
Hasil Wawancara dengan Ibu Hafni Kamis 24 November 2016. Hasil Wawancara dengan Bapak Mawih Rabu, 23 November 2016.
77
Sepeti yang telah dipaparkan oleh Bapak Mawih di atas, bahwa TPS 3R memberikan dampak positif dikarenakan masyarakat jadi mengerti cara memilah sampah, sikap masyarakat pun berubah dengan selalu menjaga lingkungan disekitarnya. Dan dari segi ekonomi pun tidak berdampak pada masyarakat di RW 04. Selanjutnya peneliti juga mewawancarai Bapak Yedi terkait dampak adanya TPS 3R Vipa Mas terhadap lingkungan sosial ekonomi masyarakat yang dipaparkan sebagai berikut: “Kalau disini si gamasalah si, kondisi lingkungan disini si baik-baik saja tapi pernah ada juga yang bilang ke saya terganggu dengan adanya TPS 3R pada saat pembakarannya kan cerobong asapnya itu, apalagi kalau lagi ada angin yang mengarah kesini selama ini si kalau disini masyarakat masih belum perduli juga, tapi sambil berjalan kita masih berusaha untuk masyarakat membuang sampah di tempat yang sudah disediakan jadi masyarakat disini masih kurang perduli dengan lingkungan, karena masih ada lahan kosong yang bisa dimanfaatkan untuk membuang sampah. Kondisi ekonomi disini menengah keatas si.”41 Seperti yang dipaparkan Bapak Yedi di atas, bahwa dampak TPS 3R terhadap lingkungan disekitar RW 06 ini baik-baik saja, namun pernah juga ada yang bilang terganggu karena asap yang ditimbulkan dari pembakaran sampah menggunakan mesin, juga masyarakat masih kurang perduli terhadap sampah masih banyak yang membuang sampah sembarangan dikarenakan masih banyaknya lahan kosong yang dipergunakan untuk membuang sampah. Ini merupakan suatu hal yang bisa menyebabkan adanya penumpukan-penumpukan sampah di sembarang tempat-tempat kosong dan akan mengakibatkan masyarakat yang lainnya juga mengikuti dengan membuang sampah di lahan kosong tersebut, hal itu juga bisa mengganggu lingkungan dengan adanya aroma bau dari sampah tersebut. Kemudian peneliti juga mewawancarai Bapak Muhammad Sanen selaku ketua RW 04 yang dipaparkan sebagai berikut: 41
Hasil Wawancara dengan Bapak Yedi Rabu, 23 November 2016.
78
“Alhamdulillah tertata rapih Ya saya juga pernah denger complain dari warga Vipa Mas itu katanya cerobong asap mesin yang digunakan untuk pembakaran kurang tinggi. Lingkungan sosialnya pun berjalan baik sering diadakannya forum RW untuk membahas tentang lingkungan khususnya sampah dan jadi leih rutin mengadakan gotong royongnya. Ekonomi disini karena perkampungan ya jadi ga rata ada yang mampu, dan menengah ke atas juga ada.”42 Berdasarkan wawancara di atas, maka dapat disimpulkan bahwa menurut masyarakat banyak dampak positif yang ditimbulkan dengan adanya TPS 3R Vipa Mas ini, lingkungan tertata dengan rapi, sampahsampah tidak ada yang menumpuk di sekitar rumah, terbentuknya bank sampah disetiap RW, adanya kegiatan gotong-royong yang rutin masyarakat menjadi peduli lingkungan, mayarakat jadi mengetahui bahwa sampah juga bisa menghasilkan uang. Tetapi disamping semua itu pun juga ada yang merasa terganggu atau pernah ada masyarakat yang mengeluhkan mengenai cerobong asap dari mesin pencacah sampah yang kurang tinggi yang mengakibatkan terganggunya pernapasan masyarakat.
C. Pembahasan Adanya Tempat Pengolahan Sampah 3R (Reduce, Reuse, Recycle) Vipa Mas ini tentulah memberikan dampak bagi masyarakat, begitulah yang dirasakan oleh masyarakat Kelurahan Bambu Apus. Dalam sesi wawancara setiap informan yang diwawancarai, ketika ditanya mengenai dampak Tempat Pengolahan Sampah 3R (Reduce, Reuse, Recycle) Vipa Mas, semua informan secara langsung menyebutkan dampaknya cukup baik. Adapun indikator untuk mengetahui bagaimana dampak keberadaan Tempat Pengolahan Sampah 3R (Reduce, Reuse, Recycle) Vipa Mas terhadap lingkungan sosial ekonomi yaitu:
42
Hasil Wawancara dengan Bapak Muuhammad Sanen Rabu, 23 November 2016.
79
1. Mengetahui arti sampah dan tempat pengolahan sampah. Berdasarkan hasil wawancara bahwa masyarakat memiliki pengetahuan yang baik tentang adanya tempat pengolahan sampah yang ada, pengetahuan ini didapat dari pengalaman dan penglihatan sehari-harinya. Walaupun masyarakat cukup baik pengetahuannya tentang sampah dan mengetahui tempat pengolahan sampah yang ada, tetapi masih ada masyarakat yang belum tau cara memisahkan sampah antara organik dan an organik yang masih bisa dipergunakan kembali, bisa menghasilkan sebuah karya yang bernilai, kebanyakan masyarakat hanya memahami tentang sampah basah dan sampah kering yang harus dibuang. Ini sesuai dengan definisi sampah menurut Karden Eddy yaitu sebagai suatu benda yang tidak digunakan atau tidak dikehendaki dan harus dibuang, yang dihasilkan oleh kegiatan manusia.43 2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah sampah. Berdasarkan hasil wawancara bahwa menurut masyarakat faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah sampah yaitu adanya pertumbuhan penduduk, kebiasaan masyarakat yang membuang sampah
sembarangan,
belum
pahamnya
masyarakat
dalam
mengelola atau mengolah sampah yang dihasilkan, dan kemajuan teknologi yang ikut andil memengaruhinya. Meskipun masyarakat telah mengetahui faktor-faktor tersebut, namun masih saja masyarakat melakukan aktivitas yang secara tidak sadar akan menambah jumlah sampah seperti berbelanja barangbarang elektronik sepeti kulkas, TV, dan lain sebagainya yang kardus-kardusnya itulah yang akan memengaruhi jumlah sampah. Dan ini sesuai dengan yang diungkapkan Arif Sumantri dalam bukunya yaitu faktor-faktor yang memengaruhi jumlah sampah salah satunya adalah kemajuan teknologi. 43
Karden Eddy, Pengelolaan Lingkungan Hidup, (Jakarta: Djambatan, 2009), h. 67.
80
3. Pengetahuan masyarakat terhadap konsep pengolahan sampah di Tangerang Selatan dan bahaya sampah. Berdasarkan hasil wawancara bahwa pengetahuan masyarakat mengenai konsep pengolahan sampah yang ada di Kota Tangerang Selatan cukup baik dikarenakan dari setiap RW maupun RT sering mengadakan sosialisasi terkait Tempat Pengolahan Sampah 3R (Reduce, Reuse, Recycle) Vipa Mas dan sudah banyak yang menjalankan konsep 3R (Reduce, Reuse, Recycle) mulai dari dapur atau rumahnya sendiri Walaupun sudah banyak yang menjalankan konsep 3R (Reduce, Reuse, Recycle) ini, tetapi masih perlu banyak sosialisasisosialisasi lagi dari TPS 3R Vipa Mas, Dinas Kebersihan Pertanaman dan Pemakaman, ataupun dari RT RW mengingat belum
semua masyarakat
memiliki
tong
composter untuk
pengumpulan sampah-sampah organik yang bisa menghasilkan air lindi dan berguna untuk penyubur tanaman sebagai pupuk cair. Selain itu masyarakat juga masih ada yang belum paham dengan konsep reduce (mengurangi sampah) masih ada masyarakat yang pola hidupnya boros yang akan menghasilkan banyak sampah, padahal konsep reduce ini adalah mengurangi segala sesuatu yang menyebabkan timbulnya sampah di lingkungan sumber dan bahkan dapat dilakukan sejak sebelum sampah dihasilkan.44 4. Dampak adanya TPS 3R Vipa Mas terhadap lingkungan sosial ekonomi masyarakat. Berdasarkan hasil wawancara bahwa menurut masyarakat banyak dampak positif yang ditimbulkan dengan adanya TPS 3R Vipa Mas ini, lingkungan tertata dengan rapi, sampah-sampah tidak ada yang menumpuk disekitar rumah, terbentuknya bank sampah disetiap RW, adanya kegiatan gotong-royong yang rutin masyarakat 44
Dinas Kebersihan Pertanaman dan Pemakaman Kota Tangerang Selatan, Tempat Pengolahan Sampah 3R (TPS 3R) Berbasis Masyarakat, h. 1.
81
menjadi peduli lingkungan, masyarakat jadi mengetahui bahwa sampah juga bisa menghasilkan uang, dari barang-barang yang dipilah dengan cara 3R masyarakat mengumpulkan dan akan ditimbang setiap dua minggu sekali di bank sampah, memang tidak besar jumlah uang yang dihasilkan sekitar 10.000 sampai 20.000 dari menimbang barang-barang tersebut tergantung dari jumlah sampah yang ada, namun ini sebagai dampak ekonomi yang dirasakan oleh masyarakat dengan terbentuknya TPS 3R Vipa Mas dan membentuk bank sampah setiap RW nya. Tetapi di samping semua itu pun juga ada yang merasa terganggu atau pernah ada yang mengeluh mengenai cerobong asap dari mesin pencacah sampah yang kurang tinggi yang mengakibatkan terganggunya pernapasan masyarakat. Meskipun masyarakat sangat terbantu dengan adanya TPS 3R Vipa Mas dengan petugas-petugas yang mengangkut sampahnya tidak menutup kemungkinan bahwa masyarakat juga harus membantu dalam menjaga lingkungan dengan mereduksi sampah yang dihasilkan di rumahnya sendiri dan masyarakat pun sudah mengetahui sampah memiliki dampak yang positif dengan cara membuat prakarya dan menghasilkan uang, tetapi masyarakat belum menjalankannya secara optimal. Semua itu sesuai dengan hasil penelitian
Artiningsih
yaitu
sampah
yang
organik
yang
dimanfaatkan menjadi kompos akan mengurangi timbulan sampah maupun mengurangi beban lingkungan, sedangkan hasil pemilahan selain dapat mengurangi timbulan sampah juga dapat dijual atau dikelola sehingga dapat menambah pendapatan.45 Dampak positif yang dirasakan oleh masyarakat Kelurahan Bambu Apus ini, sama dengan yang diungkapkan dalam penelitian Asti Yunita bahwa jika sampah dikelola secara optimal akan menimbulkan dampak 45
Ni Komang Ayu Artiningsih, “Peran Serta Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah Rumah Tangga (Studi Kasus di Sampangan dan Jomblang, Kota Semarang)”, Tesisi pada Pascasarjana Universitas Diponegoro Semarang, Semarang, 2008, h.7.
82
yang baik atau positif seperti dapat dimanfaatkan kembali untuk didaur ulang yang menghasilkan suatu karya baru dan dibuat pupuk kompos. Secara umum informan yang diwawancarai sangat mengetahui betul tentang Tempat Pengolahan Sampah (TPS 3R). Mulai dari sistem pengangkutan sampah, pengolahan sampah yang dilakukan, kontribusi Tempat Pengolahan Sampah (TPS 3R) terhadap masyarakat hingga dampak-dampak yang ditimbulkan oleh Tempat Pengolahan Sampah (TPS 3R). Pengetahuan-pengetahuan masyarakat dapatkan dari pengalaman dan penglihatan yang mereka rasakan sehari-hari. Selain itu pun Tempat Pengolahan Sampah (TPS 3R) memberikan dampak terhadap lingkungan sosial dengan berubahnya kultur yang tadinya masyarakat tidak perduli dengan membuang sampah sembarang kini itu tidak terjadi lagi semenjak adanya Tempat Pengolahan Sampah (TPS 3R) Vipa Mas dan hasilnya lingkungan tertata rapi, bersih dan nyaman. Begitu pun dengan ekonomi masyarakat yang aktif dalam bank sampah bisa menghasilkan karya-karya dari sampah daur ulang juga bisa dengan menjual sampah-sampah di bank sampah dan menghasilkan uang memang tidak besar jumlah uang yang dihasilkan sekitar 10.000 sampai 20.000 dari menimbang barang-barang tersebut tergantung dari jumlah sampah yang ada, dan memang tidak dalam jumlah yang banyak dalam mengurangi sampah namun ini sedikit membantu program pemerintah dalam mengurangi sampah yang akan dibuang di Tempat Pembuangan Akhir yang hampir tidak bisa menampung jumlah sampah yang ada di Kota Tangerang Selatan.
BAB V KESIMPULAN IMPLIKASI, DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan bahwa Tempat Pengolahan Sampah 3R (reduce, reuse, recycle) memiliki dampak positif dan dampak negatif. Adapun dampak yang timbul di lingkungan sosial ekonomi masyarakat Kelurahan Bambu Apus ini yaitu tertatanya lingkungan menjadi bersih dan nyaman, meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap lingkungan, terbentuknya bank sampah pada setiap RW nya, berubahnya kultur masyarakat dengan tidak membuang sampah sembarang, interaksi masyarakatnya menjadi lebih aktif dengan adanya kegiatan gotong-royong yang rutin masyarakat menjadi peduli lingkungan, karena sampah juga banyak manfaatnya seperti dapat dipergunakan untuk pupuk sebagai penyubur tanaman. Begitu pun dengan ekonomi masyarakat yang aktif dalam bank sampah bisa menghasilkan karya-karya dari sampah daur ulang juga bisa dengan menjual sampah-sampah di bank sampah dan menghasilkan uang memang tidak besar jumlah uang yang dihasilkan sekitar 10.000 sampai 20.000 dari menimbang barang-barang tersebut tergantung dari jumlah sampah yang ada. Selain itu pula memang ada masyarakat yang terganggu dengan adanya Tempat Pengolahan Sampah 3R (reduce, reuse, recycle,) dikarenakan merasa terganggu atau pernah adanya keluhan mengenai cerobong asap dari mesin pencacah sampah yang kurang tinggi yang mengakibatkan terganggunya adanya polusi suara atau kebisingan akibat aktivitas pembakaran sampah. Akhirnya dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa keberadaan Tempat Pengolahan Sampah 3R (reduce, reuse, recycle) Vipa Mas memiliki dampak positif yang lebih banyak dibandingkan dampak negatifnya.
83
84
B. Implikasi Dari penelitian yang telah dilakukan, maka didapatkan bahwa Tempat Pengolahan Sampah 3R (reduce, reuse, recycle) memiliki dampak positif bagi masyarakat sekitarnya, namun jika tidak ada kerjasama yang baik antara masyarakat dengan Tempat Pengolahan Sampah 3R (reduce, reuse, recycle) Vipa Mas dalam menjaga lingkungan bisa saja akan menimbulkan dampak buruk yang sangat disayangkan bagi masyarakat sekitarnya bisa saja lingkungan menjadi tidak tertata dan rapi.
C. Saran 1. Bagi Instansi/pemerintah Pemerintah seharusnya bisa lebih mengoptimalkan lagi sarana dan prasarana di TPS 3R Vipa Mas maupun untuk masyarakatnya berupa tong composter. 2. Bagi Peneliti Peneliti yang ingin meneliti hal yang sama yakni tentang dampak keberadaan tempat pengolahan sampah sebaiknya menggunakan variabel y yang lain untuk penelitiannya. 3. Bagi Masyarakat Masyarakat harus mampu bekerjasama dengan pemerintah dan TPS 3R Vipa Mas agar program-program kedepannya bisa berjalan dengan lancar dan lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Buku Afrizal. Metode Penelitian Kualitatif: Sebuah Upaya Mendukung Penggunaan Penelitian Kualitatif dalam Berbagai Disiplin Ilmu. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, Cetakan ke-2, 2015. Ahmad Saebani Beni dan Kadar Nurjaman. Manajemen Penelitian. Bandung: Penerbit CV. Pustaka Setia, 2013. Ahmad Saebani, Beni. Metode Penelitian. Bandung: Pustaka Setia, Cet.I, 2008. Ahmadi, Abu. Ilmu Sosial Dasar. Jakarta: Rineka Cipta, 2009. Akib, Muhammad. Hukum Lingkungan Perspektif Global dan Nasoinal. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2014. Akunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:PT Asdi Mahasatya, cet.13, 2006. Apridar. Teori Ekonomi: Sejarah dan perkembangannya. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012. Arikunto, Suharismi. Prosedur Peneltian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineke Cipta, cet 13, 2006. Banowati, Eva. Geografi Sosial. Yogyakarta: Ombak, 2013. Bungin, Burhan. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Prenada Media Group, Ed 1, Cet.3, 2009. Chandra, Budiman. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC, 2005. Deliarnov. Perkembangan Pemikiran Ekonomi. Jakarta: Rajawali Pers, 2012. Dinas Kebersihan Pertanaman dan Pemakaman Kota Tangerang Selatan. Tempat Pengolahan Sampah 3R (TPS 3R) Berbasis Masyarakat. Eddy, Karden. Pengelolaan Lingkungan Hidup. Jakarta: Djambatan, 2009. Emzir. Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data. Jakarta: Rajawali Pers, 2010.
xiii
Emzir. Metodologi Penelitian Pendidikan: Kuantitatif dan Kualitatif. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008. Gunawan, Imam. Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik. Jakarta: Bumi Aksara, Cet. 1, 2013. Herdiyansyah, Haris. Metode Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta: Salemba Humanika, 2012. Koentjaraningrat. Ilmu Antropologi. Jakarta: PT Rineka Cipta, 2009. Laily Nur dan Budiyono. Teori Ekonomi. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013. Mulyanto. Ilmu Lingkungan. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007. Noor, Andri Ardiansyah. Klimatologi Umum. Tangerang Selatan: UIN Jakarta Press, 2013. Noor, Djauhari. Geologi Lingkungan. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006. Perundangan Tentang Lingkungan Hidup. Yogyakarta: Pustaka Yustisia, 2010. Purba, Jonny. Pengelolaan Lingkungan Sosial. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005. Putra, Nusa. Penelitian Kualitatif : Proses dan Aplikasi. Jakarta : PT. Indeks, 2012. Rahardja Prathama dan Mandala Manurung. Pengantar Ilmu Ekonomi: Mikroekonomi dan Makroekonomi. ed 3. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2008. Satori Djam’an dan Aan Komariah. Metodologi Peneltian Kualitatif. Bandung: Alfabeta, Cetakan Ke-5, 2013. Sejati, Kuncoro. Pengolahan Sampah Terpadu dengan Sistem Node, Sub Point, Center Point. Yogyakarta: Kanisius 2009. Soma, Soekmana. Pengantar Ilmu Teknik Lingkungan Seri: Pengelolaan Sampah Perkotaan. Bogor: IPB Press 2010. Sudradjat. Mengelola Sampah Kota. Jakarata:Penebar Swadaya, 2009. Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitataif. Bandung: Alfabeta, 2014. Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta, 2012. Sukandarrumidi. Metodologi Penelitian Petunjuk Praktis untuk Peneliti Pemula. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, Cetakan keempat, 2012.
xiv
Sumantri, Arif. Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, cet.2, 2013. Supardan, Dadang. Pengantar Ilmu Sosial. Jakarta: Bumi Aksara, 2009. Usman Husaini dan Purnomo Setiady. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: Bumi Aksara, Ed. 2, Cet 1, 2008.
Jurnal Bambang Prishardoyo, Analisis Tingkat Pertumbuhan Ekonomi Dan Potensi Ekonomi Terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Pati Tahun 2000-2005, JEJAK, Volume 1, Nomor 1, September, 2008. Lucia Desti Krisnawati, Kajian Volume Sampah Di Kota Kediri (Lokasi Tpa Klotok), Jurnal Ilmiah Berkala Universitas Kadiri, Edisi : Pebruari 2014 – Mei, 2014. Mayun Nadiasa, Dewa Ketut Sudarsana, dan I Nyoman Yasmara, Manajemen Pengangkutan Sampah Di Kota Amlapura, Jurnal Ilmiah Teknik Sipil, Vol. 13, No. 2, Juli, 2009. Putri Ekasari dan Arya Hadi Dharmawan, Dampak Sosial-Ekonomi Masuknya Pengaruh Internet Dalam Kehidupan Remaja Di Pedesaan, Jurnal Vol. 06, No. 01, Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, IPB, 2012. Zunaidi, Muhammad. Kehidupan Sosial Ekonomi Pedagang Di Pasar Tradisional Pasca Relokasi Dan Pembangunan Pasar Modern”, Jurnal Sosiologi Islam, Vol. 3, No.1, 2013.
Skripsi, Tesis, Disertasi Asti Yunita Utari, “Analisis Willingness To Pay Dan Willjngness To Accept Masyarakat Terhadap Tempat Pembuangan Akhir Sampah Pondok Rajeg Kabupaten Bogor”, Skripsi pada Sarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor, 2006. tidak dipublikasikan.
xv
Indra Yones, “Kajian Pengelolaan Sampah di Kota Ranai Ibu Kota Kabupaten Natuna Propinsi Kepulauan Riau” Tesis pada Pascasarjana Universitas Diponegoro Semarang, Semarang, 2007. tidak dipublikasikan. Jean Anggraini, “Dampak Bank Sampah Terhadap Kesejahteraan Masyarakat dan Lingkungan (Studi Kasus Bank Sampah Cempaka II Kelurahan Pondok Petir Rw:09)”, Skripsi, pada Sarjana Uin Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2013. tidak dipublikasikan. Ni Komang Ayu Artiningsih, “Peran Serta Masyarakat Dalam Pengelolaan Sampah Rumah Tangga (Studi Kasus Di Sampangan Dan Jomblang, Kota Semarang”, Tesis pada Pascasarjana Universitas Diponegoro Semarang, Semarang, 2008. tidak dipublikasikan. Ricky Pratama Putra, “Kondisi Sosial Ekonomi Dalam Perubahan Status Kota Tangerang Selatan”, Skripsi Pada Sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013. tidak dipublikasikan. Siti Khoiriya, “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Sampah 3R Di Rw II,III, dan V Kelurahan Sampangan Kota Semarang”, Skripsi, Universitas Diponegoro, 2012. tidak dipublikasikan. Yohanes Nanda Setiawan, “Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat Dengan Program 3r Reduce, Reuse, Recycle (Suatu Studi Evaluasi Tentang Pengelolaan Sampah Berdasarkan Peraturan Menteri Pu No.21/Prt/M/2006 Di Kelurahan Jember Kidul, Kebonsari, Jember Lor, Kabupaten Jember)”, Skripsi, Universitas Jember, 2013. tidak dipublikasikan.
Internet Hambali,
“TPA
Ciepucang
Tangsel
Akan
diperluas”,
http://news.okezone.com/read/2015/08/26/338/1202564/tpa-cipeucangtangsel-akan-diperluas, di akeses 17 September 2015 Pukul 12.20 WIB
xvi
LAMPIRAN-LAMPIRAN
SURAT PERMOHONAN IZIN PENELITIAN, SURAT BIMBINGAN SKRIPSI, DAN SURAT TANGGAPAN PENELITIAN
PEDOMAN OBSERVASI, HASIL OBSERVASI, PEDOMAN WAWANCARA, DAN HASIL WAWANCARA
PEDOMAN OBSERVASI Memulai segala kegiatan observasi dengan mengucapkan Basmallah. Identifikasi dan pahami penelitian yang dilakukan yaitu : Dampak Keberadaan Tempat Pengolahan Sampah TPS 3R Vipa Mas Terhadap Lingkungan Sosial Ekonomi Masyarakat Di Kelurahan Bambu Apus. Dalam observasi, semua indera peneliti harus menjadi alat penelitian yang peka dan terintegrasi secara aktif serta dapat diandalkan. Pengamatan dilakukan secara menyeluruh di sekitar Kelurahan Bambu Apus Rw 06, 07 dan 04 dan TPS 3R Vipa Mas. Hal yang akan diamati adalah : 1. Keadaan Lingkungan Sosial Ekonomi Kelurahan Bambu Apus 2. Keadaan TPS 3R Vipa Mas.
Hasil pengamatan akan dituliskan dengan format sebagai berikut : Observasi ke : Lokasi
:
Waktu
:
NO 1. 2. 3.
Perilaku yang tampak
HASIL OBSERVASI Memulai segala kegiatan observasi dengan mengucapkan Basmallah. Identifikasi dan pahami penelitian yang dilakukan yaitu : Dampak Keberadaan Tempat Pengolahan Sampah TPS 3R Vipa Mas Terhadap Lingkungan Sosial Ekonomi Masyarakat Di Kelurahan Bambu Apus. Dalam observasi, semua indera peneliti harus menjadi alat penelitian yang peka dan terintegrasi secara aktif serta dapat diandalkan. Pengamatan dilakukan secara menyeluruh di sekitar Kelurahan Bambu Apus Rw 06, 07 dan 04 dan TPS 3R Vipa Mas. Hal yang akan diamati adalah : 1. Keadaan Lingkungan Sosial Ekonomi Kelurahan Bambu Apus 2. Keadaan TPS 3R Vipa Mas. No.
Tanggal
Kegiatan
1.
Hari ke-1 (21 November 2016)
Keadaan TPS 3R Vipa Mas
2.
Hari ke-2 (23 November 2016)
Lingkungan Sosial Ekonomi masyarakat RW 04
Keterangan Ada pekerja pengangkut sampah sedang beristirahat dan ada juga pekerja yang sedang menurunkan sampah yang habis di angkut dari masyarakat, sementara itu banyak sampah juga yang menumpuk. Ada ibu-ibu yang sedang menimbang sampah di bank sampah, keadaan ekonomi masyarakat ada yang belum mampu, juga banyak masyarakat yang sedang berkumpul.
No.
Tanggal
Kegiatan
Keterangan
3.
Hari ke-3 (23 November 2016)
Lingkungan Sosial Ekonomi masyarakat RW 06
4.
Hari ke- 4 (24 November 2016)
Lingkungan Sosial Ekonomi masyarakat RW 07
Lingkungannya tertata dan rapi, dihari weekday biasanya sepi karena kebanyakan masyarakatnya kerja kantoran karena di RW 06 ini merupakan kawasan perumahan dan keadaan ekonominya juga menengah keatas. Lingkungannya tertata dan rapi, masyarakatnya baik dan ramah, keadaan ekonominya menengah ke atas karena di RW 07 ini kawasan perumahan atau komplek Departemen Agama.
PEDOMAN WAWANCARA “Dampak keberadaan tempat pengolahan sampah TPS 3R Vipa Mas terhadap lingkungan sosial ekonomi masyarakat di Kelurahan Bambu Apus” Menurut anda sampah itu apa? Apakah anda mengetahui sumber-sumber sampah? Apakah anda mengetahui jenis sampah organik dan anorganik? Apakah anda mengetahui bentuk sampah padat, cair dan gas? 5. Menurut anda faktor-faktor apa saja yang memengaruhi jumlah sampah? 6. Menurut anda, apakah jumlah penduduk memengaruhi jumlah sampah? 7. Menurut anda, apakah kebiasaan masyarakat memengaruhi jumlah sampah? 8. Menurut anda, apakah kemajuan teknologi memengaruhi jumlah sampah? 9. Apa yang anda ketahui tentang konsep sampah di kota tangerang selatan? 10. Bagaimana menurut anda tentang konsep 3R (Reduce, Reuse, dan Recycle)? 11. Bagaimana anda mengelola sampah? 12. Menurut anda, apakah sampah itu memiliki dampak yang sangat berbahaya? 13. Bagaimana kondisi lingkungan masyarakat setelah adanya TPS 3R Vipa Mas? 14. Adakah dampak TPS 3R Vipa Mas terhadap lingkungan sosial yang terjadi di masyarakat? 15. Setelah adanya TPS 3R ini, apakah interaksi masyarakat mengalami perubahan? 16. Menurut anda, adakah sikap masyarakat yang berubah menjadi sangat peduli dengan lingkungan khususnya sampah setelah adanya TPS 3R Vipa Mas ini? 17. Bagaimana kondisi ekonomi masyarakat di sekitar TPS 3R Vipa Mas? 18. Adakah dampak TPS 3R Vipa Mas terhadap ekonomi masyarakat? 19. Adakah masyarakat yang bekerja di TPS 3R Vipa Mas? 20. Berapa penghasilan masyarakat yang bekerja di TPS 3R Vipa Mas? 1. 2. 3. 4.
HASIL WAWANCARA RW 06, 07 dan 04 1. Masyarakat RT 002/06 Profil Narasumber dan Keterangan Waktu Nama : Imam Aulia Tempat Wawancara : Kantor TPS 3R Vipa Mas Jenis Kelamin : Laki-laki No. Telepon : 0813-7887-4889 Tanggal Wawancara : Rabu, 23 November 2016 Pertanyaan 1. Menurut anda sampah itu apa? Jawab: Setiap manusia, setiap makhluk hidup yang diciptakan Allah SWT semua itu pasti mengeluarkan sampah setiap hari, ya begitulah. 2. Apakah anda mengetahui sumber-sumber sampah? Jawab: Sumber sampah itu ya bisa dari rumah tangga, warga sini sampah dari kali-kali, sampah yang orang buang ke daerah sini. 3. Apakah anda mengetahui jenis sampah organik dan anorganik? Jawab: Jenis sampah ya macam-macam yang saya tahu iya dibagi dua sampah yang organik dan non organik. 4. Apakah anda mengetahui bentuk sampah padat, cair dan gas? Jawab: Ya, di sini ini perumahan cukup luas dan padat sebagian besar itu sampah padat 60% dari sampah rumah tangga dan 40% dari alam. 5. Menurut anda faktor-faktor apa saja yang memengaruhi jumlah sampah? Jawab: Itu tergantung dari kepala keluarganya, jumlah penduduk, kelakuan masyarakatnya. 6. Menurut anda, apakah kemajuan teknologi memengaruhi jumlah sampah? Jawab: Oia sangat memengaruhi, teknologi itu sangat diperlukan gabisa pakai sistem yang lama karena kan mengurai sampah kan lama karena orang di luar negeri dimana-mana semua pasti pakai teknologi. 7. Menurut anda, apakah musim memengaruhi jumlah sampah? Jawab: Iya sangat berpengaruh, karena kan kalo hujan itu sampah menjadi padat jadi berat terkena air, nah itu kan dipilah-pilahnya jadi susah.
8. Menurut anda, apakah sistem pengumpulan memengaruhi jumlah sampah? Jawab: Oh, pengumpulan sampah? Kalo di RW 06 tempat-tempat yang kita ambil itu di masyarakat seminggu tiga kali sudah ada jadwal-jadwal nya. 9. Menurut anda, apakah keadaan sosial, ekonomi dan budaya memengaruhi jumlah sampah? Jawab: Iya, mereka kalo sosial nya, tingkat ekonominya tinggi itu sudah ya pasti memengaruhi lah ya. 10. Apa yang anda ketahui tentang konsep sampah di kota tangerang selatan 3R (Reduce, Reuse, dan Recycle)? Jawab: Jadi, kebetulan saya pendiri di sini (TPS 3R) jadi awal berdirinya TPS 3R ini karena, sejarahnya tahun 2007 ada kejadian di Bandung tertimpah longsor yang meninggal sekitar 100 orang lebih, setelah itu baru pemerintah pusat Kementrian PU mengusulkan ke pemerintahan mengeluarkan Undang-Undang bahwa tidak boleh lagi sampah yang dari rumah tangga itu di angkut oleh truk di buang langsung ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir) tapi harus dipilahpilah, makanya tahun 2008 itu Undang-Undang No. 18 Tahun 2008 bersamaan itu keluarlah Undang-Undang tentang TPS 3R. 11. Menurut anda apakah sudah efektif pegelolaan sampah ini dengan menggunakan 3R? Jawab: Heeemm, kalo petugasnya, penerapannya SOP nya dari tiaptiap TPS 3R berjalan baru dah efektif, karena peraturan dari pemerintah mengatakan bahwa maksimal 20-30% itu residu yang harus dibuang. 12. Bagaimana anda mengelola sampah? Jawab: Ya kalo saya pribadi di keluarga ya sampah yang basah dan kering kita pilah. 13. Menurut anda, apakah sampah itu memiliki dampak yang sangat berbahaya? Jawab: Iya dong, karena kalau tidak ditanggulangi dari sekarang yaa… soalnya kan sampah itu setiap hari berproduksi.
14. Bagaimana kondisi lingkungan masyarakat setelah adanya TPS 3R Vipa Mas? Jawab: Sebelum ini jadi TPS 3R ini tempat penampungan sampah sementara, sampahnya pun hingga setinggi hangar atau atap itu, karena kita tidak kelola orang-orang dari luar masyarakat RW 06 buang kesini semua. 15. Adakah dampak TPS 3R Vipa Mas terhadap lingkungan sosial yang terjadi di masyarakat? Jawab: Awal kita membentuk TPS 3R ini ada pro dan kontra. ya kita dengan niat yang baik dan tulus karena kalau sampah ini tidak kita pilah dari awal sampah rumah tangganya kasihan nantinya di TPA Cipeucang. Walaupun pro dan kontra terjadi berkali-kali, dan masyarakat yang pendidikannya tinggi pun kalau disekitar rumahnya ada tempat penampungan sampah ini mereka tidak terima. 16. Setelah adanya TPS 3R ini, apakah interaksi masyarakat mengalami perubahan? Jawab: Ya berubah, karena kan kita ada perkumpulan bank sampah. 17. Menurut anda, adakah sikap masyarakat yang berubah menjadi sangat peduli dengan lingkungan khususnya sampah setelah adanya TPS 3R Vipa Mas ini? Jawab: Ada, ada pengaruh yang tadinya cuek, kalau ada yang buang sampah sembarang ada yang liat langsung di tegur oleh warga. 18. Bagaimana kondisi ekonomi masyarakat di sekitar TPS 3R Vipa Mas? Jawab: Kalau disini kan komplek yah, jadi ya ekonominya kelas menengah. 19. Adakah dampak TPS 3R Vipa Mas terhadap ekonomi masyarakat? Jawab: Ada, kebetulan kan disini juga ada bank sampahnya, bank sampahnya kebanyakan dikelola oleh rata-rata ibu-ibu RT nya, jadi ya itu ekonomi sosialnya jalan. 20. Adakah masyarakat yang bekerja di TPS 3R Vipa Mas? Jawab: Dari RW 06 ga ada, jadi rata-rata yang bekerja disini dari RW kampung sebelah RW 04 ya RW nya pa Muhammad itu. 21. Berapa penghasilan masyarakat yang bekerja di TPS 3R Vipa Mas? Jawab: Jadi sistemnya di gaji, dan awalnya mereka sistem perekrutannya itu ada yang pendidikan terakhirnya hanya rata-rata SD paling tinggi SMP, mereka pun dari awal berdinya TPS ini sampai sekarang udah punya keluarga dan punya motor semua, apalagi ada
yang baru motornya, kalau mereka kerja diluar kan belum tentulah diterima hanya lulusan SD. 2. Masyarakat RT 002/06 Profil Narasumber dan Keterangan Waktu Nama : Ria Agus Tedi Tempat Wawancara : Rumah Ibu Ria Jenis Kelamin : Perempuan No. Telepon : 0856-7327-538 Tanggal Wawancara : Rabu, 23 November 2016 Pertanyaan 1. Menurut anda sampah itu apa? Jawab: Sampah? artinya? apa ya? Sampah adalah sisa-sisa barang yang sudah tidak terpakai, terus tidak berguna, tidak bermanfaat jadi dibuang. 2. Apakah anda mengetahui sumber-sumber sampah? Jawab: Sumber sampah dari sayuran, dari sesuatu yang kita makanmakanan ringan misalnya bungkusnya kan jadi sampah tuh ya, terus makanan yang basi mungkin yang sudah tidak termakan atau sisa, sampah rumah tangga seperti bekas sabun yah, pasta gigi. 3. Apakah anda mengetahui jenis sampah organik dan anorganik? Jawab: Yang saya baru tau sekarang-sekarang ini baru ngerti, kalo dulu kan belom, jadi ada sampah kering itu seperti bungkus-bungkus plastik, plastik juga kan yang kaya bungkus biskuit, ada juga sampah tapi juga kering itu kaya bekas bungkus makanan. Kalo organik itu kan sisa-sisa makanan yang bisa cepat terurai, kalau an organik seperti kardus-kardus dan bisa di daur ulang. 4. Apakah anda mengetahui bentuk sampah padat, cair dan gas? Jawab: Ya sebagian besar yang saya lihat disini kebanyakan sampah padat, paling kalau sampah cair nya seperti bekas-bekas minyak goreng ya itu aja si sampah cairnya. 5. Menurut anda faktor-faktor apa saja yang memengaruhi jumlah sampah? Jawab: Penghasil sampah terbanyak itu sebenernya dari rumah tangga yah, terutama dari ibu-ibunya, penghasil sampah terbanyak itu dari ibu-ibu.
6. Menurut anda, apakah kebiasaan masyarakat memengaruhi jumlah sampah? Jawab: Ya, kan seperti kelihatannya banyak orang buang sampah sembarangan itu kan menjadi suatu kebiasaan. 7. Menurut anda, apakah kemajuan teknologi memengaruhi jumlah sampah? Jawab: Iya sih sangat juga memengaruhi, karena butuh mesin untuk mengubah sampah menjadi serpihan-serpihan ya jadi tidak sepenuhnya membuang sampah ke TPA ya lumayan mengurangilah ya walaupun sedikit. 8. Menurut anda, apakah musim memengaruhi jumlah sampah? Jawab: Kalau jumlah si ga kenal musim yah, kalau jumlah tambah terus kaan, mungkin kalau musim lebih ke bau nya kali ya, kalau musim hujan itu bau karena basah kan, angin juga. 9. Menurut anda, apakah sistem pengumpulan memengaruhi jumlah sampah? Jawab: Ya kalau di masyarakat sekitar sini si udah ada jadwaljadwalnya di angkut ke TPS 3R. 10. Menurut anda, apakah keadaan sosial, ekonomi dan budaya memengaruhi jumlah sampah? Jawab: Menurut saya si iya yah, kalau disini si seperti yang saya bilang tadi untuk keperdulian terhadap lingkungan itu masih kurang, kebetulan disini juga saya kan ada bank sampah yah, saya termasuk yang aktif di bank sampah bersama bu RW itu, itu yang aktif mungkin yang peduli lingkungan ya saya rasa, ada juga orang yang bukan peduli ya sering ikut ikut di ajak tapi kalau dia gaperduli dengan lingkungannya sendiri ya samaa juga bohong, ikut doang ga ada tindakan, kalau saya si Alhamdulillah sampah di rumah sudah mulai dipisah antara yang kering dan yang basah, jadi itu kan dari masih masing dulu untuk ke lingkungan yang besar dari rumah kita sendiri dulu, sampah udah mulai dipisah. 11. Apa yang anda ketahui tentang konsep sampah di kota tangerang selatan 3R (Reduce, Reuse, dan Recycle)? Jawab: Saya taunya Reuse yah daur ulang, saya lebih tau itu, seperti memanfaatkan bekas galon galon dan botol beling untuk dimainkan menjadi alat musik.
12. Menurut anda apakah sudah efektif pegelolaan sampah ini dengan menggunakan 3R? Jawab: Kalo menurut saya si belum sepenuhnya yah. 13. Bagaimana anda mengelola sampah? Jawab: Seperti yang sudah saya bilang tadi dengan cara memisahkan yang basah dan kering. 14. Menurut anda, apakah sampah itu memiliki dampak yang sangat berbahaya? Jawab: Iya, kemarin juga ikut dalam acara sosialisasi sampah itu bertambah terus yah, semakin berbahaya apalagi plastik,belum bisa mengikuti negara luar, alau disana kan kalo belanja udah gapake plastik, melainkan pakai kantong yang dari bahan daur ulang. 15. Bagaimana kondisi lingkungan masyarakat setelah adanya TPS 3R Vipa Mas? Jawab: Lebih bersih jadi ga ada bau sampah, lebih rapih dan teratur. Karena kan sebelum adanya TPS 3R, hanya tempat pembuangan sampah liar yang dibuang sama orang yang bahkan bukan masyarakat sini. 16. Adakah dampak TPS 3R Vipa Mas terhadap lingkungan sosial yang terjadi di masyarakat? Jawab: Ada si sebagian masyarakat yang mengunjungi TPS 3R. 17. Setelah adanya TPS 3R ini, apakah interaksi masyarakat mengalami perubahan? Jawab: Ada perubahan karena memang masih kebanyakan yang cuek dan kurang perduli dengan sampah. 18. Menurut anda, adakah sikap masyarakat yang berubah menjadi sangat peduli dengan lingkungan khususnya sampah setelah adanya TPS 3R Vipa Mas ini? Jawab: Masih banyak yang kurang peduli, tapi ada juga yang sudah mulai care sama lingkungannya, ya mungkin bertahaplah ya, kalau kaya itu kan harus rajin-rajin dan cerewet buat mengajak yang lainnya. 19. Bagaimana kondisi ekonomi masyarakat di sekitar TPS 3R Vipa Mas? Jawab: Ekonomi masyarakat disini si rata-rata sudah menengah ke atas. 20. Adakah dampak TPS 3R Vipa Mas terhadap ekonomi masyarakat? Jawab:. Ya berdampak karena kan ada bank sampah, ya emang ga seberapa dari hasil sampah yang dikumpulkan dan ditimbang, tapi
lumayan buat jajan jajan, ditabung. Yang bisa di jual sampah plastik istilahnya asoy, plastik putih bening beda lagi harganya, kardus-kardus juga, emang ga seberapa tapi kalo dikumpulkan kan jadi banyak yah. 21. Adakah masyarakat yang bekerja di TPS 3R Vipa Mas? Jawab: Tapi kebanyakan kita sosial si atau relawan jadi yang benerbener peduli lingkungan ga mikirin ke uang ya ikhlas aja. 22. Berapa penghasilan masyarakat yang bekerja di TPS 3R Vipa Mas? Jawab: Tidak ada, karena semua menurut saya ikhlas dan memeang itu semua kita orang-orang yang perduli lingkungan. 3. Masyarakat RT 002/06 Profil Narasumber dan Keterangan Waktu Nama : Eka Tempat Wawancara : Rumah Ibu Eka Jenis Kelamin : Perempuan No. Telepon : 0812-8782-2163 Tanggal Wawancara : Jum’at, 25 November 2016 Pertanyaan 1. Menurut anda sampah itu apa? Jawab: Kalau sampah itu yang sudah terbuang dan sudah tidak terpakai lagi. 2. Apakah anda mengetahui sumber-sumber sampah? Jawab: Sumber sampah biasanya dari rumah tangga, terus sampahsampah di kantor sampah-sampah di sekolah. 3. Apakah anda mengetahui jenis sampah organik dan anorganik? Jawab: Kalau sampah itu kan dibagi menjadi dua organik dan anorganik, kalau kita bicara orang awam sama ibu-ibu itu biasanya kita bicaranya sampah basah dan sampah kering, kalau sampah basah itu seperti sampah rumah tangga sisa-sisa sayur, nasi basi, sedangkan kalau sampah kering itu sampah yang tidak bisa hancur pada saat itu, seperti plastik, botol aqua terus kertas, kayu. Dan ada juga sampah kering yang dijual di bank sampah, kalau itu kan ada beberapa item yang bisa dijual di bank sampah, kecuali seperti bungkus kopi, pernik yang kecil-kecil gitu kan ga laku di bank sampah terus kalau bungkus indomie pengepulnya ada yang terima dan juga yang ga, ada tiga yang ga diterima di bank sampah yaitu, sterofoam, pembalut dan pampers,
4.
5.
6.
7.
8.
9.
itu yang akan dibuang ke tempat pengolahan akhir dalam hal ini tpst yang memiliki mesin inselator. Apakah anda mengetahui bentuk sampah padat, cair dan gas? Jawab: Kalau disekitar sini kebanyakan sampah padat daripada sampah cair, karenakan mereka dari mana-mana belanja membawa sampah, seperti kantong kresek, terus botol-botol minuman beling, terus kertas, koran ya itu aja. Menurut anda faktor-faktor apa saja yang memengaruhi jumlah sampah? Jawab: Kalau menurut saya saat ini mereka kurang memahami cara memilah sampah, karena mereka berfikir kalau bagi mereka ini seperti kehidupan di komplek saya lihat ya cukup dengan membayar setiap bulan, gamau taulah yang penting saya sudah bayar tiap bulan terserah itu sampah mau diapain yang penting rumah saya bersih gitu aja, jadi itulah yang agak sulit mengubah. Menurut anda, apakah jumlah penduduk memengaruhi jumlah sampah? Jawab: Ya sangat, karena setiap orang itu kan menghasilkan sampah, minimal itu 1 kilo satu hari dan 17% itu plastik. Menurut anda, apakah kebiasaan masyarakat memengaruhi jumlah sampah? Jawab: Kalau kebiasaan masyarakat itu acuh dengan keadaan membuang sampah sembarangan dimana ada tempat yang kosong, disini ada tempat kosong sekalian lewat kan mereka, waktu itu kali sebelah sana tadinya tuh tingginya hampir satu meter lebih, sekarang udah penuh sampah, mungkin kalo di kerukin itu bisa kelelepin orang, ya sekarang paling tinggal 50 cm, nah itulah kurangnya kesadarannya. Menurut anda, apakah kemajuan teknologi memengaruhi jumlah sampah? Jawab: Ehmmm bisa bisa ya teknologi, misalnya teknologi untuk mengurangi sampah, ya memang si harus dipikirkan seperti di negaranegara lain kan dipikirkan gitu loh. Menurut anda, apakah musim memengaruhi jumlah sampah? Jawab: Ya kan kalau musim hujan sampah akan basah dan lembab dan menimbulkan aroma yang tidak enak juga yang menyangkut di selokan itu bisa menyebabkan penumpukan sampah.
10. Menurut anda, apakah sistem pengumpulan memengaruhi jumlah sampah? Jawab: Ya memengaruhi karena petugas sampah ini kadang-kadang kita sudah memisahkan sampah yang kering dan basah malah dicampur lagi sama mereka. 11. Menurut anda, apakah keadaan sosial, ekonomi dan budaya memengaruhi jumlah sampah? Jawab: Iya memengaruhi semua, jadi tergantung kesadaran kita kadang-kadang kita bisa liat, orang yang berpendidikan tinggi pun juga kalau kesadarannya ke sampah itu kurang. 12. Apa yang anda ketahui tentang konsep sampah di kota tangerang selatan 3R (Reduce, Reuse, dan Recycle)? Jawab: Kalau yang sedang kita lakukan sekarang ini yaitu reuse menggunakan kembali, seperti bekas minyak goreng itu bisa kita jadikan pot untuk kegiatan urban farming terus kalau recycle kita bisa membuat tas, tempat tisu, dari plastik-plastik bekas kopi. 13. Menurut anda apakah sudah efektif pegelolaan sampah ini dengan menggunakan 3R? Jawab: Selama ini efektif ya masih fifty-fifty, berjalan ya berjalan tapi kesadarannya masih kurang, kalau sudah 75% saja kesadaran kita mungkin di TPA sana tidak akan penuh gitu, jadi sampah sudah penuh banget terutama sampah-sampah plastik. 14. Bagaimana anda mengelola sampah? Jawab: Kalau dirumah saya menyiapkan kantong hitam besar, nanti saya bilang ke anak dan cucu yang lain untuk membuang sampahnya disitu sampah apapun dibuang disitu kecuali sampah basah seperti bekas nasi, sayur, dan makanan saya taruh di lubang biopori dan tabung composter. Kalau yang sampah-sampah kecil saya masukan ke ecobreak memenjarakan sampah nakal kan, kadang kan anak-anak kecil makan permen saya ajarin masukin kesitu nanti jadi bagus. 15. Menurut anda, apakah sampah itu memiliki dampak yang sangat berbahaya? Jawab: Sampah ya pasti karena sampah kan ada tiga hal yang tidak bisa dilakukan pertama sampah itu tidak boleh dibuang sembarangan, kedua sampah itu tidak boleh dibakar karena kalau dibakar itu akan memengaruhi udara disekitar kita, karena kan kita menghirup udara itu
akan tercemar, ketiga sampah itu tidak boleh dikubur karena akan memengaruhi sumber mata air dan merusak tanah. 16. Bagaimana kondisi lingkungan masyarakat setelah adanya TPS 3R Vipa Mas? Jawab: Kalau disini lingkungan menjadi tertata yah, ada tempat pengolahan sampah, karena sampah rumah tangga di angkut ke tempat pengolahan sampah bukan tempat pembuangan sampah karena ada 3R nya, disitu sampah dibuang nanti dipilah, dipilah-pilah misalnya ada botol, plastik nanti dipilah uangnya buat mereka-mereka yang milahnya itu, insentiflah buat mereka kan lumayan juga, nah kebetulan kemarin itu kan mesin inselator itu lagi diperbaiki jadi belum ada kegiatan pembakaran sampah, kita udah dapat sertifikasi dari lingkungan hidup dan boleh dibakar, karena udah beberapa bulan ini mesin sedang diperbaiki ya jadi kelihatankan sampahnya jadi menumpuk dan akan dibuang ke TPA sebelumnya kita gapernah membuang sampah ke TPA karena kan kita pilah dan olah samapahsampah yang ada. 17. Adakah dampak TPS 3R Vipa Mas terhadap lingkungan sosial yang terjadi di masyarakat? Jawab: Dampaknya mereka senang, karena TPS kita ini dibangun dengan sedemikian rupa, image mereka itu baik karena disana kita juga menanam , tidak hanya sampah saja disana juga kita menanakan edukasi buat masyarakat semacam menanam pepaya, duren, kangkung yang juga boleh diambil oleh masyarakat sekitar TPS 3R. 18. Setelah adanya TPS 3R ini, apakah interaksi masyarakat mengalami perubahan? Jawab: Iya mereka juga sering datang ke TPS 3R dan melihat apa saja kegiatan-kegiatannya dan apa yang dihasilkan dari sampah semua masyarakat disekitar TPS 3R, jadi kita mengenalkan juga pada mereka bahwa sampah ini jangan dimusuhi. 19. Menurut anda, adakah sikap masyarakat yang berubah menjadi sangat peduli dengan lingkungan khususnya sampah setelah adanya TPS 3R Vipa Mas ini? Jawab: Iya, sebenernya juga masih fifty-fifty si itu kehidupan diperkotaan ya begitu dengan membayar sejumlah uang tiap bulan iuran ya cukup rumah saya bersih tidak ada sampah gitu kebanyakan masih cuek.
20. Bagaimana kondisi ekonomi masyarakat di sekitar TPS 3R Vipa Mas? Jawab: Disini si ekonominya menengah ke atas. 21. Adakah dampak TPS 3R Vipa Mas terhadap ekonomi masyarakat? Jawab: Paling yang ikut-ikut bank sampah itu juga bank sampah dari 8 RT cuma 6 yang aktif. 22. Adakah masyarakat yang bekerja di TPS 3R Vipa Mas? Jawab: Ga ada. Kita bekerja di TPS 3R sistemnya sosial tidak digaji jadi siapa yang mau kerja, udah kerja bau ga digaji pula ga ada, jadi karena memang kita panggilan hati aja si. 23. Berapa penghasilan masyarakat yang bekerja di TPS 3R Vipa Mas? Jawab: 4. Masyarakat RT 002/07 Profil Narasumber dan Keterangan Waktu Nama : Sri Tempat Wawancara : Rumah Ibu Sri Jenis Kelamin : Perempuan No. Telepon : 0812-1057-8050 Tanggal Wawancara : Kamis, 24 November 2016 Pertanyaan 1. Menurut anda sampah itu apa? Jawab: Sampah itu kan sesuatu yang harus dibuang, kalau sampah dibuang sembarangan kan itu akan mencemari lingkungan, makanya kan semuanya harus perduli dengan sampah. Sampah itu menurut saya emang sesuatu yang harus diperhatikan tidak hanya harus dibuang doang. 2. Apakah anda mengetahui sumber-sumber sampah? Jawab: Ya sampah itu dari sampah rumah tangga. Jadi orang kan kadang ga sadar bahwa kaya bekas-bekas pampers itu kan sampah, Cuma kan kalo dipilah pilah dari sebelum kita membuang ke penampungan kan masih bersih kalo masih ditangan kita kan kaya daun, sayuran harusnya dari awal memang harus sudah peduli dengan sampah-sampah ini. Disini saya harus punya tiga tempat sampah satu sampah dapur yang basah, kedua plastik-plastik yang tidak bisa di daur ulang yang harus dibuang, ketiga semacam kardus-kardus, buku dan kertas yang tidak terpakai. Nah dari situ sudah harus dipilah-pilah dari rmah kita sendiri.
3. Apakah anda mengetahui jenis sampah organik dan anorganik? Jawab: Nah kalo yang jenis kaya yang organik itu kan sesuatu sampah yang harus diolah lagi. Kalau yang an organik itu kan seperti plastik-plastik, botol dan lainnya harus dipisahkan. 4. Apakah anda mengetahui bentuk sampah padat, cair dan gas? Jawab: Kalau gas, cair itu jarang kebanyakan si sampah-sampah dari dapur-dapur itu sampah padat yang dari rumah tangga itu. 5. Menurut anda, faktor jumlah penduduk juga yang memengaruhi jumlah sampah? Jawab: Ya memengaruhi banget, ya sampah itu kan semuanya dari rumah tangga kebanyakan kalau daun-daun kan bisa terurai sendiri, kalau dari rumah tangga kan banyak plastik yang gabisa didaur ulang. 6. Menurut anda, apakah kebiasaan masyarakat memengaruhi jumlah sampah? Jawab: Ya memengaruhilah, kadang kan orang ga sadar maksudnya dari rumahan itu biasanya plastik kaya ya beli makanan itu dengan menggunakan palstik dan kalau masyarakat tidak tahu mana sampah yang bisa didaur ulang atau tidak itu kan menyebabkan sampah menumpuk. 7. Menurut anda, apakah kemajuan teknologi memengaruhi jumlah sampah? Jawab: Ya iyalah kaya, seumpama kaya bikin makan-makanan yang tempatnya dari plastik atau sterofoam nah itu kan akan menambah juga apabila mereka tidak tahu bisa didaur ulang atau tidak akhirnya buang sampahnya sembarangan dan akan menambah jumlah sampah juga. 8. Menurut anda, apakah musim memengaruhi jumlah sampah? Jawab: Ya memengaruhi lah kan kalao musim hujan sampah-sampah dari masyarakat yang buang sembarangan itu pasti terbawa oleh air ebtah kesungai dan lainnya itu pasti di ujungnya akan menumpukkan. 9. Menurut anda, apakah sistem pengumpulan memengaruhi jumlah sampah? Jawab: Kalau di masyarakat sini kan kita sudah ada jadwal pengangkutan sampahnya ya kalau tidak sesuai jadwal yang ditentukan tidak diangkut ya tentu memengaruhi akan menumpuknya sampah di lingkungan masyarakat.
10. Menurut anda, apakah keadaan sosial, ekonomi dan budaya memengaruhi jumlah sampah? Jawab: Iya memengaruhi kalau masyarakat ekonominya kelas menengah keatas kan pasti akan sering berbelanja dan sebagainya. 11. Apa yang anda ketahui tentang konsep sampah di kota tangerang selatan 3R (Reduce, Reuse, dan Recycle)? Jawab: Ya memilah, menggunakan kembali dan mendaur ulang sejak dari dapur sendiri, dan setiap 3 minggu sekali diadakan penimbangan sampah di bank sampah. 12. Menurut anda apakah sudah efektif pegelolaan sampah ini dengan menggunakan 3R? Jawab: Alhamdulillah sudah ya khususnya RW kita yah, cuma mungkin ada karena ada yang belom ikut bank sampah mungkin ada yang belum memakai atau melaksanakan 3R ini. Kalau di kelurahan kita ini ya sebagian besar sudah melaksanakan 3R ini. 13. Bagaimana anda mengelola sampah? Jawab: Kalau saya si kaya yang dari dapur, kaya bekas-bekas masakan itu kan saya buang ke kebon karena saya ada kebon karenakan kalau sisa masakan itu akan terurai sendiri, kalau kertaskertas yang bisa di daur ulang ya saya kumpulin, botol-botol juga untuk saya timbang di bank sampah. 14. Menurut anda, apakah sampah itu memiliki dampak yang sangat berbahaya? Jawab: Kalau menurut saya, ya bahaya kalau tidak dikelola, soalnya kan bumi kan lama lama penuh dengan sampah. 15. Bagaimana kondisi lingkungan masyarakat setelah adanya TPS 3R Vipa Mas? Jawab: Alhamdulillah ada, mereka kan selama ini ga paham, jadi setelah ada ini ya jadi paham, ikut andil dalam menjaga lingkungan. 16. Adakah dampak TPS 3R Vipa Mas terhadap lingkungan sosial yang terjadi di masyarakat? Jawab: Ada. Yakan buangnya jadi tidak sembarangan lagi. 17. Setelah adanya TPS 3R ini, apakah interaksi masyarakat mengalami perubahan? Jawab: Ya jadi setiap penimbangan itu kan kita kumpul jadi kita paham, ooh ini yang gabisa di daur ulang ooh ini yang bisa didaur
ulang jadi kan mereka saling memberi dan menambah ilmu pengetahuan satu sama lainnya. 18. Menurut anda, adakah sikap masyarakat yang berubah menjadi sangat peduli dengan lingkungan khususnya sampah setelah adanya TPS 3R Vipa Mas ini? Jawab: Ya, menurut saya sekarang malah sangat peduli lah, karena mereka sudah tau, kalau dulu kan mereka gatau dan tidak bisa disalahkan. 19. Bagaimana kondisi ekonomi masyarakat di sekitar TPS 3R Vipa Mas? Jawab: Alhamdulillah si kalau ekonomi masyarakat disini si sudah bagus. 20. Adakah dampak TPS 3R Vipa Mas terhadap ekonomi masyarakat? Jawab: Ya iyalah ada, kan mereka setiap bulannya nambung dari hasil sampah-sampah yang ditimbang setiap tiga bulan sekali bisa diambil atau enam bulan sekali terserah mereka, nah dari situ penghasilannya kan bertambah. dan kalau yang punya warung itu akan lebih besar dan banyak menghasilkan sampahnya jadi timbangannya pun besar hasilnya. 21. Adakah masyarakat yang bekerja di TPS 3R Vipa Mas? Jawab: Kita bukan bekerja ya, kita relawan, jadinya bukan bekerja, jadi kita punya group atau relawan ada 10. 22. Berapa penghasilan masyarakat yang bekerja di TPS 3R Vipa Mas? Jawab: 23. Berapa penghasilan masyarakat yang mengumpulkan sampah dan menimbang di bank sampah? Jawab: Tergantung dari sampahnya yang ditimbang bisa 10.000 sampai 20.000.
5. Masyarakat RW 07 Profil Narasumber dan Keterangan Waktu Nama : Hery Susilo Tempat Wawancara : Rumah Pa Hery Jenis Kelamin : Laki-laki No. Telepon : 0813-1527-1756 Tanggal Wawancara : Kamis, 24 November 2016 Pertanyaan 1. Menurut anda sampah itu apa? Jawab: Sampah sesuatu yang tidak dipergunakan lagi oleh orang lalu dibuang. 2. Apakah anda mengetahui sumber-sumber sampah? Jawab: Kebanyakan kita sampah rumah tangga yah, sisa-sisa sayuran. 3. Apakah anda mengetahui jenis sampah organik dan anorganik? Jawab: Ya kan kalo organik sampah yang gampang terurai dan kalau an organik sebaliknya. 4. Apakah anda mengetahui bentuk sampah padat, cair dan gas? Jawab: Ya sebagian besar sampah yang dihasilkan disekitar masyarakat sini si sampah padat yah, jarang samapah cair apalagi gas. 5. Menurut anda, apakah jumlah penduduk memengaruhi jumlah sampah? Jawab: Ya tentunya, terutama pola hidup masyarakat itu sendiri ya. 6. Menurut anda, apakah kemajuan teknologi memengaruhi jumlah sampah? Jawab: Ya tentunya banyak plastik yang dibuang begitu saja seperti bekas kulkas, TV dan lainnya itu kan ada gabus putihnya itu kan lama terurainya dan mengakibatkan bertambahnya jumlah sampah. 7. Menurut anda, apakah kemajuan musim memengaruhi jumlah sampah? Jawab: Ya ada juga si karena kalau musim hujan sampah jadi basah aromanya jadi tercium. 8. Menurut anda, apakah kemajuan sistem pengumpulan memengaruhi jumlah sampah? Jawab: Ya kalo dari TPS 3R kita pengambilan sampahnya itu seminggu dua kali. Dan setiap dua minggu sekali kita adakan penimbangan sampah di bank sampah. Tapi pernah kejadian sudah pada jadwalnya sampah tidak ada yang mengangkut akhirnya sampah
jadi menumpuk, dikarenakan petugasnya sakit dan petugas yang lainnya tidak bisa menggantikan. 9. Menurut anda, apakah keadaan sosial, ekonomi dan budaya memengaruhi jumlah sampah? Jawab: Ya mungkin kalau warga sudah mengetahui tentang sampah, kebersihan tentunya akan mengurangi ya jumlah sampah. 10. Apa yang anda ketahui tentang konsep sampah di kota tangerang selatan 3R (Reduce, Reuse, dan Recycle)? Jawab: Ya sudah bagus, tinggal kita sebagai warga apa namanya ya memahami tentang itu dan saling bekerjasama. 11. Menurut andat apakah sudah efektif pegelolaan sampah ini dengan menggunakan 3R? Jawab: Ya sementara ini di lingkungan kami sudah. Ya belum mencapai 50% terutama untuk di bank sampahnya dan masih ada warga yang memandang bahwa kalau kita mengumpulkan sampah jadi kaya pemulung. 12. Bagaimana anda mengelola sampah? Jawab: Kita ada dari DKPP di kasih tong composter untuk menghasilkan pupuk cair itu, sampah-sampah dapur, daun-daun dimasukan ke tong composter nanti akan menghasilkan air lindi namanya itu untuk pupuk yang sebelumnya dikasih obat atau terasi dan air gula untuk mempercepat pembusukan dan menghasilkan air lindi yang dimanfaatkan untuk pupuk. 13. Menurut anda, apakah sampah itu memiliki dampak yang sangat berbahaya? Jawab: Kalo masyarakat tidak memahami tentang itu ya tentunya. Kalau sampah dimana-mana kan pastinya menimbulkan pencemaran, pencemaran air, aroma, bisa timbul penyakit juga kan. 14. Bagaimana kondisi lingkungan masyarakat setelah adanya TPS 3R Vipa Mas? Jawab: Sebelum adanya jadi TPS 3R masyarakat masih suka buang sampah sembarangan dan masih suka diangkut oleh petugas DKPP dan dibuang ke TPA Cipeucang, tetapi setelah adanya TPS 3R ini salah satu program DKPP kami masyarakat langsung bekerjasama dan sangat mendukung adanya TPS 3R di RW 6 untuk mengangkut sampah-sampah ke TPS 3R untuk di olah dengan cara 3R itu.
15. Adakah dampak TPS 3R Vipa Mas terhadap lingkungan sosial yang terjadi di masyarakat? Jawab: Ya ada karean ada TPS 3R ini di RW sini juga jadi ada bank sampah, nah dari bank sampah ini banyak warga atau masyarakat yang sering mengunjungi bank sampah, juga bertukar informasi tentang sampah. 16. Setelah adanya TPS 3R ini, apakah interaksi masyarakat mengalami perubahan? Jawab: Ya mengalami perubahan tapi kebanyak ibu-ibunya si kalau bapa-bapaknya masih kurang, karena kan yang lebih banyak aktif di bank sampah itu ibu-ibu. 17. Menurut anda, adakah sikap masyarakat yang berubah menjadi sangat peduli dengan lingkungan khususnya sampah setelah adanya TPS 3R Vipa Mas ini? Jawab: Masih kurang. 18. Bagaimana kondisi ekonomi masyarakat di sekitar TPS 3R Vipa Mas? Jawab: Kebanyakan pegawai negeri disini, rata-rata sudah pensiun. 19. Adakah dampak TPS 3R Vipa Mas terhadap ekonomi masyarakat? Jawab: Tidak ada. 20. Adakah masyarakat yang bekerja di TPS 3R Vipa Mas? Jawab: Tidak ada. 21. Berapa penghasilan masyarakat yang bekerja di TPS 3R Vipa Mas? Jawab: -
6. Masyarakat RW 07 Profil Narasumber dan Keterangan Waktu Nama : Hafni Tempat Wawancara : Rumah Bu Eka Jenis Kelamin : Perempuan No. Telepon : 0813-1529-6633 Tanggal Wawancara : Kamis, 25 November 2016 Pertanyaan 1. Menurut anda sampah itu apa? Jawab: Sisa buangan manusia yang di anggap kebanyakan masyarakat tidak dipakai lagi padahal kan bukan begitu, sampah itu kan bisa dimanfaatkan, memang sisaan buangan rumah tangga. 2. Apakah anda mengetahui sumber-sumber sampah? Jawab: Sumber sampah ya dari kita manusia, ga ada lain, kalau sampah dibuang oleh sekolompok orang atau pabrik pedagang itu kan manusia juga. 3. Apakah anda mengetahui jenis sampah organik dan anorganik? Jawab: Ada sampah basah sampah kering, ada sampah yang diolah menjadi pupuk contohnya sampah dapur bisa dijadikan pupuk padat bisa dijadikan kompos cair, saya punya composternya. Jadi kalau sampah keringkan ada yang bisa didaur ulang, ada sampah kering yang berbahaya dan mengandung bahan beracun kan istilahnya B3. 4. Apakah anda mengetahui bentuk sampah padat, cair dan gas? Jawab: Ya, sampah cair sebagian besar dihasilkan dari industri, sampah yang kita hasilkan kan sebagian besar semua sampah padat sampah yang berasal dari rumah tangga yah, nah kalau sampah cair dan gas kan biasanya dihasilkan dari industri. 5. Menurut anda faktor-faktor apa saja yang memengaruhi jumlah sampah? Jawab: Kalau faktornya itu jika sampah tidak dikelola dengan baik, dan tidak tahu bagaimana cara mengolah sampah untuk dikurangi, ditekan. Mulai dari rumah tangga dulu kan belajar milah sampah, sampah basah sampah kering seandainya semua masyarakat semua orang bisa memperlakukan sampah itu seperti niat kita beberapa orang ini ingin melindungi lingkungan ingin mengurangi tumpukan sampah di bak sampah, ingin mengurangi sampah di TPA sana mengurangi
beban kerja, jadi kita milah dulu dari rumah jadi yang memengaruhi itu ketidak perduliannya orang terhadap sampah. 6. Menurut anda, apakah jumlah penduduk memengaruhi jumlah sampah? Jawab: Sangat pengaruh, jadi gini kalau kita mengitung jumlah jiwa yang ada di satu RT itu kan tergantung ada yang jumlah jiwanya atau kepala keluarganya kecil dibanding RW lain kebetulan paling sedikit RT nya jadi pengaruh ke jumlah jiwa. 7. Menurut anda, apakah kebiasaan masyarakat memengaruhi jumlah sampah? Jawab: Ya iya sangat memengaruhi , 8. Menurut anda, apakah kemajuan teknologi memengaruhi jumlah sampah? Jawab: Kemajun teknologi sekarang di TPS 3R adanya mesin untuk pengolah sampah terutama sampah plastik yah itu yang sulit hancur di muka bumi kan disana dipilah lagi, ya untuk skala beberapa RW ini membantulah untuk tidak embuang sampah ke TPA Cipeucang sana. Ada kelemahannya juga ya namanya buatan manusia. 9. Menurut anda, apakah musim memengaruhi jumlah sampah? Jawab: Ya tenu sangat memengaruhi seperti yang saya bilang tadi kan kalau sudah banjir itu sampah numpuk ni di depan rumah saya di pagar ataupun got-gotnya, karena kesempatan mereka membuang sampah. 10. Menurut anda, apakah sistem pengumpulan memengaruhi jumlah sampah? Jawab: Ya tentu memengaruhi, apabila petugas pengumpul sampah tidak menangkut tepat waktu tentunya sampah akan menumpuk dan bertambah. 11. Menurut anda, apakah keadaan sosial, ekonomi dan budaya memengaruhi jumlah sampah? Jawab: Bisa bisa saja memengaruhi, karena keadaan sosial dalam suatu masyarakat itu selalu mengalami perubahan, begitu juga ekonomi semakin tinggi taraf hidupnya semakin banyak juga keperluar yang dibeli itulah semua itu bisa memengaruhi jumlah sampah. 12. Apa yang anda ketahui tentang konsep sampah di kota tangerang selatan 3R (Reduce, Reuse, dan Recycle)? Jawab: Ya, pengolahan sampah secara terpadu.
13. Menurut anda apakah sudah efektif pegelolaan sampah ini dengan menggunakan 3R? Jawab: Bila dikerjakannya destimatis dan benar-benar terpilah sampahnya akan jadi baik. 14. Bagaimana anda mengelola sampah? Jawab: Caranya, saya membiasakan memilah sampah organik dan an organik. 15. Menurut anda, apakah sampah itu memiliki dampak yang sangat berbahaya? Jawab: Kalo dibiarkan dan tidak ada yang perduli akan menimbulkan dampak dan berbahaya. 16. Bagaimana kondisi lingkungan masyarakat setelah adanya TPS 3R Vipa Mas? Jawab: Alhamdulillah meminimalkan tumpukan sampah di bak sampah masing-masing rumah lingkungan jadi bersih. 17. Adakah dampak TPS 3R Vipa Mas terhadap lingkungan sosial yang terjadi di masyarakat? Jawab: Sampai saat ini tidak menimbulkan dampak yang berarti dan TPS 3R Vipa Mas sudah pula mendapat sertifikat layak pengolahan dan operasional dari BLHD. 18. Setelah adanya TPS 3R ini, apakah interaksi masyarakat mengalami perubahan? Jawab: Belum signifikan, karena ada segelintir orang yang kurang faham tapi menolak keberadaan TPS 3R Vipa Mas. 19. Menurut anda, adakah sikap masyarakat yang berubah menjadi sangat peduli dengan lingkungan khususnya sampah setelah adanya TPS 3R Vipa Mas ini? Jawab: Sebagian besar iya. 20. Bagaimana kondisi ekonomi masyarakat di sekitar TPS 3R Vipa Mas? Jawab: Alhamdulillah kalau disini ekonominya sudah menengah ke atas. 21. Adakah dampak TPS 3R Vipa Mas terhadap ekonomi masyarakat? Jawab: Kalau dampak ekonomi bagi pengolah langsung sampah di TPS 3R tentu ada perubahan kesehatan baik . 22. Adakah masyarakat yang bekerja di TPS 3R Vipa Mas? Jawab: Ya kalau di RW 07 ini si tidak ada. 23. Berapa penghasilan masyarakat yang bekerja di TPS 3R Vipa Mas?
Jawab: Saya kurang tahu kalau masalah penghasilan yang bekerja di TPS 3R itu. 7. Masyarakat RW 04 Profil Narasumber dan Keterangan Waktu Nama : Mawih Abdul Azis Tempat Wawancara : Rumah Pa Mawih Jenis Kelamin : Laki-laki No. Telepon : 0856-9347-5229 Tanggal Wawancara : Rabu, 23 November 2016 Pertanyaan 1. Menurut anda sampah itu apa? Jawab: Ya kalau sampah kan limbah, limbah itu ada yang organik dan non organik. 2. Apakah anda mengetahui sumber-sumber sampah? Jawab: Ya sampah itu kan dari rumah tangga, dapur ya manusia pokonya itu semua sumber sampah. 3. Apakah anda mengetahui jenis sampah organik dan anorganik? Jawab: Ya tau seperti yang saya sebutkan tadi ada organik dan anorganik. Kalau organik bisa jadi pupuk dan kompos. 4. Apakah anda mengetahui bentuk sampah padat, cair dan gas? Jawab: Kalau samaph padat itu ya semua saya lihat disini sampah padat ya seperti sampah-sampah rumah tangga itu. 5. Menurut anda, apakah jumlah penduduk memengaruhi jumlah sampah? Jawab: Faktor jumlah sampah sebenernya kalau dikelola benar dari penduduk bisa ditangani secara benar, tapi sekarang ini kebanyakan sampah yang liar yang jadi meumpuk, kadang orang naik motor buang sampah sembarangan asal lempar. tapi kalau disini kan masih perkampungan tidak menghasilkan sampah terlalu banyak seperti di perumahan, umpamanya masih bisa langsung dibakar kalau sampahnya benar-benar kering, tapi kan kalau yang berpenyakit itu kan sampah basah ya itu mesti ditangani secara serius karena gabisa dibakar, tapi kalau sepengetahuan saya disini Alhamdulillah ya walaupun belum 100% ditangani oleh TPS, kalo dibakar bukan asap jadinya api kan yang penyakit itu asap yang basah.
6. Menurut anda, apakah kemajuan teknologi memengaruhi jumlah sampah? Jawab: Pasti ya pasti dengan faktor teknologi kan pasti, sekarang aja kan bentuk kemasan makanan jarang yang yang bisa didaur ulang gabisa diurai itu sudah berpengaruh secara teknologi dan pengolahannya pun harus secara teknologi juga. 7. Menurut anda, apakah musim memengaruhi jumlah sampah? Jawab: Ya pasti memengaruhi karena kalau musim hujan itu sampah mengikuti arus air kan dan sampah menjadi berat karena basah. 8. Menurut anda, apakah sistem pengumpulan memengaruhi jumlah sampah? Jawab: Oh tentu, karena apabila petugas pengumpulan sampah tidak mengambil di waktu yang tepat akan mangakibatkan menumpuknya jumlah sampah. 9. Menurut anda, apakah keadaan sosial, ekonomi dan budaya memengaruhi jumlah sampah? Jawab: Kalau sosial si disini masih perkampungan ya jadi buang sampah masih banyak yang di kebon sendiri, kalau ekonomi disini ya ada yang dibilang mampu dan tidak juga. Jadi menurut saya ya sedikit memengaruhilah. 10. Apa yang anda ketahui tentang konsep sampah di kota tangerang selatan 3R (Reduce, Reuse, dan Recycle)? Jawab: Ya yang saya bilang tadi kalau yang organik dibuat pupuk dan yang non organik sudah menjadi keuntungan pengelola mungkin. 11. Menurut anda apakah sudah efektif pegelolaan sampah ini dengan menggunakan 3R? Jawab: Belom, karena ditunjang dari ekonomi masyarakat kita belum semua merasakan, kan kalau sampah diangkut kita bayar iuran, dan penduduk disini kan bisa dikatakan ada yang tergolong mampu dan belom, jangankan sebulan 25.000 5000 saja berat. 12. Bagaimana anda mengelola sampah? Jawab: Ini kan masih banyak lahan kosong yah, saya bilang tadi kalau memang itu sampahnya kering bisa kita bakar, buat pupuk dan nanem jagung.
13. Menurut anda, apakah sampah itu memiliki dampak yang sangat berbahaya? Jawab: Ya tentu berbahaya kalau didiamkan saja akan berdampak banyak bagi masyarakat. 14. Bagaimana kondisi lingkungan masyarakat setelah adanya TPS 3R Vipa Mas? Jawab: Ya masyarakat jadi mulai mengerti cara memilah sampah dan perduli dengan lingkungan, dengan tidak membuang sampah pada tempatnya. Karena ada sosialisasi dari kelurahan maupun RW terkait 3R. 15. Adakah dampak TPS 3R Vipa Mas terhadap lingkungan sosial yang terjadi di masyarakat? Jawab: Dampak lingkungan sosial, ya warga sering mengadakan pertemuan untuk membahas lingkungan kita ini khususnya sampah dengan mengadakan kerja bakti. 16. Setelah adanya TPS 3R ini, apakah interaksi masyarakat mengalami perubahan? Jawab: Ya berubah yang berubah ada juga yang engga, karena memang mngubah pemikiran masyarakat dalam menjaga lingkungan ini masih susah dan masih ada yang tidak perduli begitu. 17. Menurut anda, adakah sikap masyarakat yang berubah menjadi sangat peduli dengan lingkungan khususnya sampah setelah adanya TPS 3R Vipa Mas ini? Jawab: Peduli udah hampir 70%. 18. Bagaimana kondisi ekonomi masyarakat di sekitar TPS 3R Vipa Mas? Jawab: Tidak relatif ada yang berkecukupan dan ada juga yang tidak, katakan menengah kebawah juga tidak. 19. Adakah dampak TPS 3R Vipa Mas terhadap ekonomi masyarakat? Jawab: Kalau disekitar sini ya tidak ada ya. 20. Adakah masyarakat yang bekerja di TPS 3R Vipa Mas? Jawab: Ada cuma beberapa. 21. Berapa penghasilan masyarakat yang bekerja di TPS 3R Vipa Mas? Jawab: Kalau itu saya kurang tau ya.
8. Masyarakat RW 04 Profil Narasumber dan Keterangan Waktu Nama : Yedi Tempat Wawancara : Rumah Pa Yedi Jenis Kelamin : Laki-laki No. Telepon : 0819-0607-6312 Tanggal Wawancara : Rabu, 23 November 2016 Pertanyaan 1. Menurut anda sampah itu apa? Jawab: Sampah itu kalau menurut saya si heemm apa ya, ya memang limbah rumah tangga yang perlu dikelola juga. 2. Apakah anda mengetahui sumber-sumber sampah? Jawab: Kalau yang membuang sampahnya ke Vipa Mas yang saya tau itu dari kebanyak RW 06 Vila Pamulang Mas dan Komplek Departemen Agama di RW 07. 3. Apakah anda mengetahui jenis sampah organik dan anorganik? Jawab: Ya kebanyakan si sampah rumah tangga, sampah-sampah pohon. 4. Apakah anda mengetahui bentuk sampah padat, cair dan gas? Jawab: Ya tau, sebagaian besar dari sampah rumah tangga ini kan sampah padat, kalau yang bentuk cair dan gas si jarang atau bahkan ga ada kalo di masyarakat sekitar sini. 5. Menurut anda, apakah jumlah penduduk memengaruhi jumlah sampah? Jawab: Ya tentu sangat mempengaruhi karena kan setiap orang pasti menghasilkan sampah. 6. Menurut anda, apakah kebiasaan masyarakat memengaruhi jumlah sampah? Jawab: Ya memengaruhi juga si, kadang kan kesadaran masih kurang juga untuk membuang sampah pada tempatnya dan berserakan. 7. Menurut anda, apakah kemajuan teknologi memengaruhi jumlah sampah? Jawab: Yakan kalau di TPS 3R itu ada mesin, mesin juga suatu teknologi yak an, ya itu sangat memngaruhi untuk mengurangi jumlah sampah yang ada.
8. Menurut anda, apakah musim memengaruhi jumlah sampah? Jawab: Kalau musim jelas memengaruhi, kebanyakan kalau musim hujan ya sampahnya semakin berantakan dah bau kemana-mana.. 9. Menurut anda, apakah sistem pengumpulan memengaruhi jumlah sampah? Jawab: Ya kalau mengumpulkannya menggunakan gerobak kan lama, Alhamdulillah disini sudah menggunakan motor jadi pengumpulan sampah jadi cepat dan tidak menumpuk itu kita iuran juga untuk petugas yang mengambil sampahnya. 10. Menurut anda, apakah keadaan sosial, ekonomi dan budaya memengaruhi jumlah sampah? Jawab: Memengaruhi juga. 11. Apa yang anda ketahui tentang konsep sampah di kota tangerang selatan 3R (Reduce, Reuse, dan Recycle)? Jawab: Ya kalau memang bisa dikelola dan bermanfaat menurut saya si ya bagus-bagus aja. 12. Menurut andat apakah sudah efektif pegelolaan sampah ini dengan menggunakan 3R? Jawab: Ya kalau menurut saya si kalau mengurangi ya sudah ga masalah si, harus ada perbaikan juga pada sistemnya, mungkin masih banyak kendala gatau juga dah. 13. Bagaimana anda mengelola sampah? Jawab: Kalo saya seperti biasa sampah saya kumpulkan, nanti ada petugas yang ngambilin setiap dua atau tiga hari sekali. 14. Menurut anda, apakah sampah itu memiliki dampak yang sangat berbahaya? Jawab: Ya sangat dong, apalagi kalau dibiarkan tidak kita kelola pasti bisa berdampak terhadap kesehatan juga. 15. Bagaimana kondisi lingkungan masyarakat setelah adanya TPS 3R Vipa Mas? Jawab: Kalau disini si gamasalah si, kondisi lingkungan disini si baikbaik saja.
16. Adakah dampak TPS 3R Vipa Mas terhadap lingkungan sosial yang terjadi di masyarakat? Jawab: Iya pernah ada juga yang bilang ke saya terganggu dengan adanya TPS 3R pada saat pembakarannya kan cerobong asapnya itu, apalagi kalau lagi ada angin yang mengarah kesini. 17. Setelah adanya TPS 3R ini, apakah interaksi masyarakat mengalami perubahan? Jawab: Selama ini si kalau disini masyarakat masih belum perduli juga, tapi sambil berjalan kita masih berusaha untuk masyarakat membuang sampah di tempat yang sudah disediakan. 18. Menurut anda, adakah sikap masyarakat yang berubah menjadi sangat peduli dengan lingkungan khususnya sampah setelah adanya TPS 3R Vipa Mas ini? Jawab: Masih kurang si masyarakat disini yang perduli dengan lingkungan, karena masih ada lahan kosong yang bisa dimanfaatkan untuk membuang sampah. 19. Bagaimana kondisi ekonomi masyarakat di sekitar TPS 3R Vipa Mas? Jawab: Menengah keatas si disini. 20. Adakah dampak TPS 3R Vipa Mas terhadap ekonomi masyarakat? Jawab: Tidak ada si kayanya. 21. Adakah masyarakat yang bekerja di TPS 3R Vipa Mas? Jawab: Ada beberapa orang doang. 22. Berapa penghasilan masyarakat yang bekerja di TPS 3R Vipa Mas? Jawab: Kalau itu saya kurang tau, ya cukup kali buat beli beras mah. 9. Masyarakat RW 04 Profil Narasumber dan Keterangan Waktu Nama : Muhammad Sanen Tempat Wawancara : Rumah Pa Sanen Jenis Kelamin : Laki-laki No. Telepon : 0852-1086-2279 Tanggal Wawancara : Rabu, 23 November 2016 Pertanyaan 1. Menurut anda sampah itu apa? Jawab: Ya sampah itu limbah. 2. Apakah anda mengetahui sumber-sumber sampah? Jawab: Ya sumber sampah itu kan dari masyarakat itu sendiri.
3. Apakah anda mengetahui jenis sampah organik dan anorganik? Jawab: iya kalau an organik itu bisa dipilah-pilah dan organik itu ya bisa jadi pupuk tanaman. 4. Apakah anda mengetahui bentuk sampah padat, cair dan gas? Jawab: Bentuk sampah ya ada banyak bener tuh ada padat, cair dan gas juga. 5. Menurut anda, apakah jumlah penduduk memengaruhi jumlah sampah? Jawab: Tentu iya jumlah penduduk, sekarang mayoritas penduduk di RW 04 sekitar 5000an itu kan akan menghasilkan sampah yang banyak. 6. Menurut anda, apakah kemajuan teknologi memengaruhi jumlah sampah? Jawab: Ya memengaruhilah. 7. Menurut anda, apakah kemajuan musim memengaruhi jumlah sampah? Jawab: Berpengaruh ya kalau menurut saya, karena apabila musim hujan contonya kan ada air sampah menjadi basah dan menupuk diselokan. 8. Menurut anda, apakah sistem pengumpulan memengaruhi jumlah sampah? Jawab: Tentulah kalau disini kan sudah ada jadwalnya untuk pengangkutan sampah, jika pengangkutan telat pasti jumlah sampah disini bertambah dan sangat menumpukan tentunya. 9. Menurut anda, apakah keadaan sosial, ekonomi dan budaya memengaruhi jumlah sampah? Jawab: eeemm, kalau sosial, ekonomi dan budaya ya memengaruhi juga. 10. Apa yang anda ketahui tentang konsep sampah di kota tangerang selatan 3R (Reduce, Reuse, dan Recycle)? Jawab: Konsep sampah 3R ini kan seharusnya dijalankan oleh masyarakat dan dari DKPP pun sudah mensosialisasikannya kerpada masyarakat, untu memilah sampah dari rumah kita sendiri. 11. Menurut anda apakah sudah efektif pegelolaan sampah ini dengan menggunakan 3R? Jawab: Iya menurut saya sudah efektiflah kira-kira baru 50%.
12. Bagaimana anda mengelola sampah? Jawab: Ya kalo saya si sediakan bak sampah aja di depan rumah, nanti ada petugas yang ngangkut ke TPS. 13. Menurut anda, apakah sampah itu memiliki dampak yang sangat berbahaya? Jawab: Ya bahaya lah, dari segi kesehatan, udara, lingkungan. Yang paling berat kan sampah organik kan bau nya kemana-mana. 14. Bagaimana kondisi lingkungan masyarakat setelah adanya TPS 3R Vipa Mas? Jawab: Alhamdulillah tertata rapih. 15. Adakah dampak TPS 3R Vipa Mas terhadap lingkungan sosial yang terjadi di masyarakat? Jawab: Ya saya juga pernah denger complain dari warga Vipa Mas itu katanya cerobong asap mesin yang digunakan untuk pembakaran kurang tinggi. 16. Setelah adanya TPS 3R ini, apakah interaksi masyarakat mengalami perubahan? Jawab: Mengalami karena sering diadakannya forum RW untuk membahas tentang lingkungan khususnya sampah. 17. Menurut anda, adakah sikap masyarakat yang berubah menjadi sangat peduli dengan lingkungan khususnya sampah setelah adanya TPS 3R Vipa Mas ini? Jawab: Ada, sekarang jadi leih rutin mengadakan gotong royongnya.. 18. Bagaimana kondisi ekonomi masyarakat di sekitar TPS 3R Vipa Mas? Jawab: Ekonomi disini karena perkampungan ya jadi ga rata ada yang mampu, dan menengah ke atas juga ada. 19. Adakah dampak TPS 3R Vipa Mas terhadap ekonomi masyarakat? Jawab: Bagi beberapa warga yang bekerja disana pasti berdampak bagus untuk krhidupannya. 20. Adakah masyarakat yang bekerja di TPS 3R Vipa Mas? Jawab: Ada beberapa saja ya sekitar 4 orang dari RW sini. 21. Berapa penghasilan masyarakat yang bekerja di TPS 3R Vipa Mas? Jawab: Kalau penghasilannya saya kurang tahu ya.
DOKUMENTASI, LEMBAR UJI REFERENSI, DAN BIODATA PENULIS
(Wawancara dengan Bapak Sanen)
(Wawancara dengan Bapak Yedi)
(Wawancara dengan Ibu Ria)
(Wawancara dengan Bapak Mawih)
(Wawancara bapak Imam)
(Wawancara Bu Eka)
(Wawancara dengan bapak Hery)
(Wawancara dengan Ibu Hafni)
Gerobak motor yang usai menurunkan sampah
(Wawancara dengan Ibu Sri)
Tampak depan TPS 3R Vipa Mas
Kegiatan bank sampah yang membuat kreasi
Mesin pencacah dengan cerobong asap
Gerobak yang hendak mengambil sampah
Kantor kelurahan Bambu Apus
Nama lengkap penulis adalah Nurlela, lahir di Tangerang 05 Desember 1994, putri dari pasangan Bapak Suwarsa dan Ibu Maryamah. Penulis merupakan anak kelima dari lima bersaudara.
Alamat
e-mail
penulis
[email protected]. Penulis mengenyam pendidikan diantaranya di SD Negeri Buaran 1 tahun 2000-2006, MTsN 1 Kota Tangerang Selatan tahun 2006-2009, MAN 1 Kota Tangerang Selatan tahun 2009-2012, dan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2012-2016 pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Program Studi Geografi. Skirpsi yang penulis buat berjudul “Dampak Keberadaan Tempat Pengolahan Sampah 3R (Reduce, Reuse, Dan Recycle) Vipa Mas Terhadap Lingkungan Sosial Ekonomi Masyarakat Di Kelurahan Bambu Apus Kecamatan Pamulang Kota Tangerang Selatan” Skripsi ini dibuat melalui berbagai arahan dan bimbingan dari Bapak Andri Noor Ardiansyah, M.Si dan Ibu Neng Sri Nuraeni, M.Pd.