i
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) BPPBAP Tahun 2016
Tim Penyusun : Prof. Dr. Ir. A. Akhmad Mustafa, M.P. Dr. Rosmiati, S.Si., M.Sc. Herlinah Jompa, S.Pi., M.P.
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) BPPBAP Tahun 2016
Rahmadhany Natsir, S.Sos.
ii
KATA PENGANTAR Alhamdulillahi robbil aalamiin, segala puji bagi Allah SWT atas Rahmat dan Karunia-Nya sehingg Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau (BPPBAP) Tahun Anggaran 2016 dapat disusun dan diselesaikan dengan baik dan tepat waktu. kinerja
ini
merupakan
salah
satu
bentuk
pertanggungjawaban
Laporan terhadap
stakeholders sesuai dengan Instruksi Presiden Nomor 7 tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah untuk melaksanakan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) sebagai wujud pertanggungjawaban instansi pemerintah dalam mencapai misi dan tujuan organisasi.
BPPBAP sebagai salah
satu instansi pemerintah yang dibiayai oleh anggaran negara, diharuskan menyampaikan laporan sebagai bentuk pertanggungjawaban pelaksanaan dalam
penelitian dan pengembangan budidaya air payau. Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah perlu dikembangkan menjadi sistem pelaporan akuntabilitas kinerja yang mencakup indikator, metode, mekanisme, dan tata cara pelaporan kinerja instansi pemerintah. Dokumen ini melaporkan pelaksanaan kegiatan dan capaian kinerja BPPBAP pada Tahun Anggaran 2016. Kinerja BPPBAP diharapkan selalu berjalan dengan baik dan mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, walaupun kadang ada beberapa hal yang belum memenuhi target yang diharapkan. Hasil evaluasi ini, dapat menjadi bahan pertimbangan dan penyelesaian kegiatan-kegiatan yang belum rampung di tahun 2016 dan dapat dijadikan dasar dalam perbaikan perencanaan kegiatan pada tahun-tahun mendatang untuk mencapai visi dan misi BPPBAP.
Secara keseluruhan, pencapaian kinerja tahun 2016 telah mencapai
100% dengan nilai NPSS pada aplikasi kinerjaku.kkp.go.id sebesar 115,50 %.
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) BPPBAP Tahun 2016
melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai instansi penyelenggara
iii
iv
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) BPPBAP Tahun 2016
DAFTAR ISI Tim Penyusun
ii
Kata Pengantar
iii
Daftar Isi
v viii
Daftar Gambar
xi
Daftar Lampiran
xii
I. PENDAHULUAN
1
1.1 Latar Belakang
1
1.2 Tugas Fungsi dan Struktur Organisasi
4
1.3 Keragaan Sumberdaya Manusia BPPBAP
5
1.4 Sistematika LAKIP II. PERENCANAAN KINERJA
8 10
2.1. Rencana Strategis 2015-2019
12
2.2. Sasaran Strategis (SS) dan Rencana Kerja BPPBAP
12
2.3. Penetapan Kinerja BPPBAP Tahun 2016
15
III.
AKUNTABILITAS KINERJA
23
3.1. Capaian Kinerja BPPBAP
24
3.2. Hasil Pengukuran Capaian Kinerja BPPBAP
26
3.2.1. Nilai pencapaian sasaran kinerja (NPSS)
26
3.3. Evaluasi dan Analisis Kinerja BPPBAP
30
3.3.1. CUSTOMER PERSPECTIVE
30
SS 1. Meningkatnya hasil penyelenggaraan litbang dan layanan iptek perikanan IKU 1. Persentase hasil litbang budidaya air payau yang digunakan sesuai dengan kontrak Eselon I KKP 3.3.2. INTERNAL PROCESS PERSPECTIVE SS 2. Tersedianya Rekomendasi dan Masukan kebijakan pembangunan KP yang efektif
30 30
31 31
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) BPPBAP Tahun 2016
Daftar Tabel
v
IKU 2.Jumlah data dan informasi ilimiah litbang budidaya air payau IKU 3.Jumlah KTI Litbang Budidaya Air Payau yang diterbitkan
31 39
IKU 4. Jumlah hasil litbang Perikanan Air Payau IKU 5. Jumlah Paket Teknologi IPTEK Litbang Budidaya Air Payau IKU 6.Jumlah Produk Biologi IPTEK Litbang Budidaya Air Payau IKU 7.Jumlah Komponen inovasi Budidaya Air Payau IKU 8.Jumlah hasil litbang Budidaya Air Payau yang diusulkan HKI SS 4. Terwujudnya peningkatan kapasitas dan kapabilitas sumberdaya Litbang dan Layanan Iptek Perikanan Budidaya IKU 9. Proporsi pegawai fungsional BPPBAP dibandingkan total pegawai BPPBAP (%)
41 42 49 54 71 69 73 73
IKU 10.Jumlah sarana dan prasarana serta kelembagaan litbang Budidaya Air Payau yang ditingkatkan kapasitasnya
75
IKU 11. Jejaring dan/ atau kerjasama litbang Budidaya Air Payau yang terbentuk
76
SS 5. Terselenggaranya Pengendalian litbang perikanan budidaya IKU 12.Proporsi kegiatan riset aplikatif dibandingkan total kegiatan riset Budidaya Air Payau (minimal %) 3.3.3.
40
LEARN AND GROWTH PERSPECTIVE
83 84 87
SS 6. TerwujudnyaAparatur Sipil Negara (ASN)BPPBAP yang kompeten, professional dan berkepribadian.
87
IKU 13.Indeks kompetensi dari integritas BPPBAP
87
IKU 14. Jumlah ASN BPPBAP yang ditingkatkan kompetensinya
90
(orang) SS 7. Tersedianya manajemen pengetahuan BPPBAP yang handal
91
dan mudah diakses IKU 15. Persentase unit kerja Lingkup P4B yang menerapkan sistem manajemen pengetahuan yang terstandar (%)
91
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) BPPBAP Tahun 2016
SS 3. Terwujudnya hasil litbang perikanan budidaya yang inovatif untuk penyelenggaraan tata kelola pemanfaatan SDKP yang adil, berdaya saing dan berkelanjutan
vi
SS 8. Terwujudnya Reformasi Birokrasi
94
IKU 16.Nilai Kinerja Reformasi Birokrasi BPPBAP
94
IKU 17. Nilai SAKIP BPPBAP
96
SS 9.Terkelolanya anggaran pembangunan BPPBAP secara efisien
97
dan akuntabel IKU 18.Nilai Kinerja Anggaran BPPBAP
97
IKU 19. Persentase Kepatuhan terhadap Standar Akuntansi
3.4. Akuntabilitas Keuangan BPPBAP tahun 2016 3.5. Investigasi Hasil Pengukuran iku BPPBAP tahun 2016 IV. PENUTUP
99 100 103 104
4.1. Kesimpulan
104
4.2. Permasalahan
106
4.3. Saran
107
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) BPPBAP Tahun 2016
Pemerintah (SAP)
vii
DAFTAR TABEL 1. Proyeksi pegawai yang pensiun tahun 2016-2019
5
2. Uraian Kebutuhan dan Kondisi Pegawai BPPBAP Tahun 2016
6
3. Struktur Pegawai BPPBAP Tahun2016
7
4. Rencana Indikator Kinerja Utama dalam Renstra Balai Penelitian dan
13
Pengembangan Budidaya Air Payau (BPPBAP) TA. 2015-2019 BPPBAP 5. Penetapan Kinerja TA 2016 BPPBAP
15
6. Rencana Aksi (Renaksi) Capaian Kinerja TA 2016
16
7. Capaian IKU BPPBAP TA 2016
25
8. Validasi IKU
27
9. Nilai Indeks Capaian NPSS tahun 2015 dan 2016
27
10. Klasifikasi dan Status NPSS tahun 2016
27
11. Nilai Pencapaian Sasaran Strategis (NPSS) BPPBAP TA 2016
29
12. Capaian IKU1. Persentase hasil litbang budidaya air payau yang digunakan 30
13. Capaian IKU 2. Jumlah data informasi ilmiah litbang Budidaya Air Payau
32
14. Capaian Jumlah data dan informasi iptek perikanan budidaya tahun 20132016
32
15. Capaian IKU 3. Jumlah KTI Litbang Budidaya Air Payau diterbitkan 16. Capaian
IKU
4.
Jumlah
hasil
litbang Budidaya
Air
Payau
39 yang
terkombinasikan untuk masyarakat dan atau industry
42
17. Capaian Jumlah hasil litbang perikanan budidaya yang terekomendasikan untuk masyarakat dan atau industri tahun 2013-2016 18. Capaian IKU 5. Jumlah Paket Teknologi Iptek Perikanan Budidaya Air Payau
42 42
19. Capaian Jumlah Paket Teknologi Iptek Litbang Budidaya Air Payau tahun 2013-2016
43
20. Indeks Kemunculan Megalopa Dari Larvae Yang Diberi Pakan Nauplius Artemia Yang Diperkaya Dengan Nannochloropsis Sp 21. Pertambahan bobot, laju pertumbuhan harian, sintasan dan produksi udang windu pada masing-masing perlakuan selama penelitian
43 46
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) BPPBAP Tahun 2016
sesuai dengan kontrak kinerja Eselon I KKP
viii
22. Capaian IKU 6. Jumlah Produk biologi IPTEK litbang Budidaya Air Payau
49
23. Capaian Jumlah Produk Biologi Iptek Litbang Budidaya Air Payau tahun 2013-2016
50
24. . Data hasil produksi naupli dan post larva (PL-12).
53
25. Capaian IKU 7. Jumlah Komponen inovasi Budidaya Air Payau
54
26. Capaian Jumlah Komponen Inovasi Budidaya Air Payau tahun 2013-2016
54
27. Hasil Uji Bioassay
56
28. Hasil pengamatan berat udang windu, berat spermatofor, dan kepadatan sperma udang windu jantan pada akhir penelitian 29. Performa Reproduksi Udang Windu Betina Pascainseminasi
63 Menggunakan
Dua Spermatofor Induk Jantan dari Sumber yang Berbeda
64 64
30. Efektivitas Kinerja Parameter Kunci di Unit IPAL Tambak Superintensif
67
31. Capaian IKU 8. Jumlah hasil litbang Budidaya Air Payau yang diusulkan HKI
72
32. Capaian Jumlah Inovasi litbang Perikanan Budidaya yang diusulkan HKI
33. Capaian IKU 9.
73 Proporsi pegawai fungsional BPPBAP dibandingkan total
pegawai BPPBAP
74
34. Daftar jumlah fungsional pegawai BPPBAP tahun 2016
74
35. Capaian IKU 10. Jumlah sarana dan prasarana serta kelembagaan litbang budidaya Air Payau yang ditingkatkan kapsitasnya 36. Kegiatan Kerjasama Dalam Negeri di BPPBAP
75 78
37. Capaian IKU 11. Jumlah jejaring dan/atau kerjasama Budidaya Air Payau yang berbentuk
80
38. Capaian Jumlah Jejaring dan Kerja Sama Litbang Perikanan Budidaya yang Terbentuk tahun 2011-2016
81
39. Inisiasi Kerja Sama di BPPBAP
81
40. Capaian IKU 12.
Proporsi kegiatan riset aplikatif dibandingkan total
kegiatan riset budidaya air payau
85
41. Daftar penelitian aplikatif di BPPBAP TA 2016
86
42. Rekap Persentase Presensi Pegawai BPPBAP Tahun 2016
88
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) BPPBAP Tahun 2016
tahun 2013-2016
ix
43. Rekapan Nilai Parameter Perhitungan Indeks Kompetensi dan Integritas
89
BPPBAP tahun 2016 (Januari-Desember 2016) 44. Capaian IKU 13. Terwujudnya ASN BPPBAP yang kompeten, professional
89
dan berkepribadian 45. Capaian IKU 14. Jumlah ASN BPPBAP yang ditingkatkan kompetensinya
90
46. Capaian IKU 15. Persentase unit kerja BPPBAP yang menerapkan manajemen
92
pengetahuan yang terstandar tahun 2016 47. Capaian IKU 16. Nilai kinerja reformasi birokrasi tahun 2016
95
48. Kategori Nilai akhir penilaian RB
95
49. Capaian IKU 17. Nilai SAKIP BPPBAP
97
50. Capaian IKU 18. Nilai kinerja anggaran BPPBAP
99
51. Capaian IKU 19. Presentase dan kepatuhan terhadap SAP BPPBAP
99 100
53. Daftar Realisasi Anggaran Belanja TA 2016
100
54. Realisasi Anggaran dan Volume per Output Kegiatan Tahun 2016
101 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) BPPBAP Tahun 2016
52. Daftar Revisi DIPA BPPBAP selama Tahun 2016
x
DAFTAR GAMBAR 1.
Bagan Ilustrasi sistimatika penyajian LAKIP BPPBAPTahun 2016
2.
Peta Strategis BPPBAP TA 2016 berdasarkan BSC
13
3.
Peta Strategi Hasil Pencapaian Kinerja BPPBAP Tahun 2016 dalam Aplikasi “kinerjaku.kkp.go.id Hasil Analisis Spasial Nilai Rasio N/P Tanah Tambak di Kecamatan Suppa, Kabupaten Pinrang Peta Kesesuaian Lahan Budidaya Tambak Teknologi Ekstensif di Pulau Laut, Kabupaten Kotabaru Insidensi dan Prevalensi WSSV, TSV dan IMNV di Perairan Kabupaten Barru Hasil Elektroforesis dsRNA
27
4. 5. 6. 7.
9.
Sintasan Udang Windu pada Uji Tantang In Vitro Vaksin VP-15 dan VP-24 Lokasi Pemeliharaan Krablet Kepiting Bakau Hasil Perbenihan
10.
Grafik Pertumbuhan Calon Induk Udang Windu (F2 Tambak dan F1
8.
8
33 35 37 38 39 45 47
11.
Deteksi Gen Antivirus PmAV Udang Windu Nontransgenik
52
12.
Hasil Analisis WSSV pada Udang pada Penelitian Pencegahan
55
Penyakit WSSV Menggunakan Ekstrak Daun Mangrove Melalui Perendaman 13.
Persentase Hasil Isolasi Serotonin dari Berat Kering Bahan Herbal
14.
Sintasan Induk Udang dengan Perlakuan Isolat Serotonin dari Bonggol Pisang
15.
Performa Pertumbuhan Calon Induk Udang Windu
(Penaeus
59 60 61
monodon) Transfeksi Turunan F0 dan F1 selama 128 hari Pemeliharaan 16.
Performa Pertumbuhan Calon Induk Udang Windu antara P-I dan P-
62
II 17.
Pertumbuhan Udang Windu pada Tambak Tanah yang Dilapisi Plastik
65
dan Tanpa Dilapisi Plastik 18.
Aktivitas Enzim Pencernaan Larva (Megolopa) Kepiting Bakau
69
19.
Sintasa Tokolan Udang Windu pada Probiotik RICA yang Berbeda
72
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) BPPBAP Tahun 2016
Transgenik)
xi
20.
Foto Bersama Ka.Balai, Pihak Pelaksana, Pengawas, PPK, Panitia PBJ,
75
dan staf BPPBAP di depan Hatchery Kepiting yang telah selesa 21.
Tampilan
status
lelang
BPPBAP
pada
aplikasi
76
sipmonev.litbangkkp.go.id/ dashboard2 22.
Jejaring Pemuliaan Kepiting dan Rumput Laut serta Jejaring Nasional Pemuliaan Ikan
80
23.
Penyerahan Atlas Hasil Litbang 2016 kepada Wakil Bupati Pinrang
24.
Kunjungan dan penjajakan kerja sama PT Boga Maritama
81
25.
Lokasi hutan mangrove Desa Tambun
82
26.
Pertemuan dengan pihak ACIAR, Juli 2016
83
27.
Contoh tampilan e-SKP di http://prestasikerja.kkp.go.id
89
28.
Tampilan Aplikasi bitrix24.com (Acuan Pengukuran IKU Sistem
29.
80
Manajemen Pengetahuan yang Terstandar Tahun 2016)
93
Tampilan Website bppbapmaros.kkp.go.id (Acuan Pengukuran IKU
93
30.
Tampilan
Nilai
Kinerja
pada
aplikasi
98
monev.anggaran.depkeu.go.id/smart 31.
Evaluasi Hasil Pengukuran Kinerja BPPBAP tahun 2016
103
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) BPPBAP Tahun 2016
Sistem Manajemen Pengetahuan yang Terstandar Tahun 2015)
xii
DAFTAR LAMPIRAN 1.
Struktur organisasi Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau
2.
Penetapan Kinerja BPPBAP tahun 2016 (Level 3)
3.
Penetapan Kinerja BPPBAP tahun 2016 (Level 4)
4.
Rencana Aksi (Renaksi) Kinerja Tahun 2016 dalam bentuk Target Capaian
5.
Implementasi Rencana Aksi Capaian Kinerja tahun 2016
6.
Daftar ASN yang Ditingkatkan Kompetensinya
7.
LKE RB BPPBAP tahun 2016
8.
LKE AKIP BPPBAP tahun 2016
9.
Daftar Bukti Capaian 2016
10.
Bukti capaian per IKU
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) BPPBAP Tahun 2016
Kinerja tahun 2016
xiii
BAB I. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Prioritas jalan perubahan menuju Indonesia yang berdaulat secara politik serta mandiri dalam bidang ekonomi yang berkepribadian dalam kebudayaan merupakan salah satu dari sembilan agenda prioritas pemerintah Republik Indonesia (2015-2019) saat ini yang harus diimplementasikan oleh kementerian yang ada termasuk oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). Dua di antaranya mempunyai kaitan yang cukup penting dengan Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau (BPPBAP) yang merupakan unit pelaksana teknis Kementerian Kelautan dan Perikanan
di bidang penelitian dan
pengembangan (litbang) perikanan budidaya air payau yang berada di bawah dan bertanggung
jawab
kepada
Pusat
Penelitian
dan
Pengembangan
Perikanan
(Puslitbangkan) dan dibina secara umum oleh kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan
dan
Perikanan (Balitbang KP). Pertama adalah tentang peningkatan
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) BPPBAP Tahun 2016
produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional dan kedua adalah perwujudan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik. Keduanya secara ringkas diwujudkan dalam aspek komersialisasi bidang kelautan dan perikanan yang berkelanjutan oleh Menteri Kelautan dan Perikanan.
Hal ini diperkuat
oleh Undang-Undang Kelautan Nomor 32 tahun 2014 yang mendorong percepatan realisasi investasi di sektor kelautan dan perikanan. Peningkatan produksi budidaya air payau tidak dapat dilepaskan dari dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) yang telah dihasilkan selama ini. Oleh karena itu Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional / Badan Perencanaan Pembangunan Nasional telah menetapkan skala prioritas berupa kemampuan penguasaan iptek di dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) ketiga tahun 2015-2019 dalam pengembangan kelautan dan perikanan, dimana iptek menjadi tumpuan dalam pengembangan ekonomi untuk memanfaatkan sumber daya yang tersedia dan memperkuat simpul-simpul ekonomi kelautan dan perikanan. Peningkatan penguasaan dan pemanfaatan iptek
melalui
penelitian,
pengembangan,
dan
penerapan
menuju
inovasi
secara
berkelanjutan menjadi dasar dalam melaksanaannya.
1
Sesuai amanah konstitusi, perintah undang-undang dan trend global yang direkomendasikan dalam berbagai konvensi dan resolusi internasional yang berlaku, maka pembangunan kelautan dan perikanan harus dijalankan dengan menerapkan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan. Ini sejalan dengan apa yang dimaksud dalam Agenda 21 Perserikatan Bangsa-Bangsa. Untuk itu, implementasi secara benar konsep pembangunan kelautan dan perikanan secara berkelanjutan diharapkan akan mampu mewujudkan perairan yang bersih, sehat, asri dan lestari serta produktif sehingga dapat memberi manfaat banyak untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat dan penguatan daya tahan ekonomi bangsa sepanjang masa. Namun demikian, sampai saat ini pembangunan kelautan dan perikanan secara berkelanjutan masih membutuhkan komitmen dalam bentuk kebijakan yang kuat berbasiskan litbang (research based policy) dengan dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi yang memadai, dengan demikian penyelenggaraan litbang dan keberadaan ilmu pengetahuan serta teknologi yang handal adalah kunci utama dalam implementasi
research based policy dimaksud.
Dalam
rangka
memajukan
ilmu
terdapat undang-undang yang mengatur sistem kelitbangan, yaitu Undang-undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Pembangunan kelautan dan perikanan harus dilakukan dengan pendekatan pembangunan berkelanjutan sehingga dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi mutlak diperlukan.
Pernyataan ini tertuang dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004
tentang Perikanan yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009, mengamanatkan penelitian dan pengembangan perikanan untuk menghasilkan pengetahuan dan teknologi yang dibutuhkan dalam pengembangan usaha perikanan agar lebih efektif, efisien, ekonomis, berdaya saing tinggi dan ramah lingkungan serta menghargai kearifan tradisi/budaya lokal. Reformasi birokrasi di Indonesia intinya adalah melakukan perubahan tata laksana pembangunan menuju pemerintahan yang baik (good governance). Kepemerintahan yang baik ditandai antara lain dengan tingginya tingkat kinerja, adanya akuntabilitas publik, transparansi, efisiensi, efektivitas, bersih dari korupsi, kolusi, dan nepotisme.
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) BPPBAP Tahun 2016
pengetahuan dan teknologi, sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar 1945,
2
Untuk mendukung terwujudnya kepemerintahan yang baik tentunya diperlukan adanya sistem
pengukuran
kinerja
yang
baik.
Sistem
pengukuran
kinerja
ini
akan
mengintegrasikan proses peningkatan kinerja melalui tahap mulai perencanaan sampai dengan evaluasi capaiannya. Sistem pengukuran kinerja yang baik akan bermanfaat untuk berbagai hal diantaranya dapat digunakan untuk menerapkan sistem reward and
punishment, mengevaluasi efisiensi, efektivitas, dan ekonomis program dan kegiatan, meningkatkan kinerja, dan lain-lain. Untuk mendukung pelaksanaan sistem pengukuran kinerja ini, pemerintah telah membuat sistem pengukuran kinerja dengan nama Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP). Dasar hukum penyusunan laporan akuntabilitas kinerja Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan (Balitbang KP) tahun 2013 Kementerian Kelautan dan Perikanan. 1. Ketetapan MPR Nomor XI/MPR/1998 tentang penyelenggaran Negara yang bersih dan bebas korupsi, kolusi dan nepotisme.
Pemerintah (AKIP). 3. Keputusan Menteri Negara PAN dan RB Nomor KEP-135/M.PAN/9/2004 tentang Pedoman Umum Evaluasi Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP). 4. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah. 5. Peraturan Menteri Negara PAN dan RB Nomor 29 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja dan Pelaporan AKIP. 6. Keputusan Menteri Negara PAN dan RB Nomor 25 Tahun 2012 tentang Petunjuk Pelaksanaan Evaluasi AKIP. 7. Keputusan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor 239/IX/6/8/2003 tentang Perbaikan Pedoman Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. 8. Peraturan Kementerian PAN dan RB Nomor 53 Tahun 2014 tentang Penyampaian LAKIP 2014 dan Review LAKIP 2014.
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) BPPBAP Tahun 2016
2. Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi
3
Tujuan penyusunan perjanjian kinerja adalah: 1.
Sebagai wujud nyata komitmen antara penerima dan pemberi amanah untuk meningkatkan integritas, akuntabilitas, transparansi, dan kinerja aparatur;
2.
Menciptakan tolok ukur kinerja sebagai dasar evaluasi kinerja aparatur;
3.
Sebagai dasar penilaian keberhasilan/kegagalan pencapaian tujuan dan sasaran organisasi dan sebagai dasar pemberian penghargaan dan sanksi;
4.
Sebagai dasar bagi pemberi amanah untuk melakukan monitoring, evaluasi dan supervisi atas perkembangan/kemajuan kinerja penerima amanah;
5.
Sebagai dasar dalam penetapan sasaran kinerja pegawai. Pengukuran dan pelaporan kinerja bermanfaat untuk meningkatkan program dan
akuntabilitas. Sistem pengukuran kinerja digunakan untuk mendukung berbagai fungsi
Monitoring dan pelaporan
Perencanaan strategis
Penganggaran dan manajemen keuangan
Manajemen program
Evaluasi program
Manajemen kinerja
Peningkatkan kualitas, peningkatan proses
Manajemen kontrak
Benchmarking
Komunikasi dengan publik
1.2 TUGAS FUNGSI DAN STRUKTUR ORGANISASI Penyelenggaraan fungsi Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau (BPPBAP) berkaitan dengan upaya menjadikan subsektor perikanan budidaya dapat berperan nyata (prime mover) dalam pemulihan perekonomian nasional. Upaya tersebut didasarkan pada potensi ekonomi dan keunggulan komparatif yang dimiliki sumber daya
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) BPPBAP Tahun 2016
manajemen diantaranya:
4
perikanan budidaya air payau. Struktur organisasi Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau ditetapkan dalam Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.32/MEN/2011tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau.
BPPBAP adalah Unit Pelaksana Teknis Eselon III yang membantu
Eselon II dalam menyelenggarakan sebagian tugas umum pemerintah dan pembangunan di bidang perikanan budidaya air payau.
BPPBAP dipimpin oleh seorang Kepala Balai yang
berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan dan dibimbing secara teknis oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan Budidaya. Struktur organisasi BPPBAP meliputi unsur administrasi dan unsur teknis. Susunan organisasi BPPBAP terdiri dari tiga Eselon IV dan enam Eselon V. Adapun struktur organisasi BPPBAP beserta personalia yang memangku jabatan struktural secara rinci tertera pada Lampiran 1.
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menyatakan pengelolaan potensi dan kekayaan sumber daya laut memerlukan dukungan sumber daya manusia (SDM) dan teknologi yang andal.
Peningkatan kualitas SDM akan bermuara pada kesiapan SDM
dalam mengawal program-program dan target BPPBAP yang telah ditetapkan. Struktur SDM BPPBAP hingga Desember tahun 2016 dapat dilihat pada Tabel 3, sedangkan untuk proyeksi pegawai yang pensiun tahun 2016-2019 adalah sebagai berikuti: Tabel 1. Proyeksi Pegawai yang Pensiun Tahun 2016-2019 Pensiun Tahun
Jumlah Pegawai (orang)
2016
2
2017
4
2018
4
2019
7
Total
17 orang
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) BPPBAP Tahun 2016
1.3 KERAGAAN SUMBER DAYA MANUSIA
5
Selama kurung waktu 4 tahun (2016-2019) terdapat 17 orang pegawai BPPBAP yang akan memasuki masa purna bakti.
Pengurangan jumlah sebanyak 17 orang ini
dianggap sangat signifikan dan mempengaruhi kondisi SDM BPPBAP secara keseluruhan. Untuk itu, diharapkan pula penambahan jumlah pegawai selama 5 tahun ke depan. Uraian kebutuhan pegawai BPPBAP tahun 2015-2019 dapat dilihat pada Tabel 2 berikut: Tabel 2. Uraian Kebutuhan dan Kondisi Pegawai BPPBAP Tahun 2016
1
Uraian Kebutuhan
FORMASI PNS
Menurut Pendidikan
Total Kebutuhan 2015-2019
Kebutuhan
Kondisi
TA 2016
58
23
Desember 2016 129
35
18
129
a. S3
5
1
8
b. S2 c. S1/D4 d. D3 e. Lainnya
9 21 11 2
6 7 2 2
27 33 9 52
Strategi Percepatan
1. Izin Belajar 2. Tugas Belajar 3. Rekrutmen/ Mutasi
Menurut Jabatan a. Jabatan Fungsional Litbang
2
23
5
84
Peneliti Teknisi Litkayasa b. Jabatan Fungsional non litbang Perencana Pustakawan Arsiparis Pranata Komputer Pengadaan FORMASI TENAGA KONTRAK
12 11
3 2
58 26
6 1 2 1 1 1
4 1 0 1 1 1
4 0 2 2 0 0
0
0
46
b. S2 c. S1/D4 d. D3 e. lainnya
0 0 0 0
0 0 0 0
1 4 1 40
58
23
175
Menurut Pendidikan
Total (1+2)
1. Rekrutmen/ mutasi 2. Diklat/Pelatihan
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) BPPBAP Tahun 2016
No.
6
Tabel 3. Struktur Pegawai BPPBAP Tahun 2016
1
2
3
4
5
Uraian
Jumlah (orang)
Berdasarkan Struktutaral dan Fungsional Administrasi 45 Analis Kepegawaian 1 Pustakawan 2 Arsiparis 1 Fungsional PBJ 1 Peneliti 53 Litkayasa 26 Total 129 Berdasarkan Jenjang Fungsional peneliti Professor Riset 2 Peneliti Utama 9 Peneliti Madya 15 Peneliti Muda 18 Peneliti Pertama 7 Nonkelas 2 Total 53 Berdasarkan Tingkat Pendidikan S3 9 S2 24 S1 35 D3 9 <SLTA 52 Total 129 Berdasarkan Golongan IV 28 III 62 II 37 I 2 TOTAL 129 Berdasarkan Kelompok Umur 20 – 25 0 26 – 30 7 31 – 35 12 36 – 40 20 41 – 45 22 46 – 50 18 51 – 55 31 56 – 60 13 > 60 6 Total 129
% 35,43 0,79 1,57 0,79 40,94 20,47 100,00 3,85 17,31 28,85 32,69 13,46 3,85 100.00 7,09 18,90 26,77 6,30 40,94 100.00 22,05 47,24 29,13 1,57 100,00 00 5,51 9,45 14,96 17,32 14,17 24,41 9,45 4,72 100,00
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) BPPBAP Tahun 2016
No.
7
1.4 SISTEMATIKA LAKIP
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah tahun 2016 bertujuan untuk mengkomunikasikan capaian kinerja BPPBAP tahun 2016. Capaian Kinerja (performance results)
tahun
2016
tersebut
dibandingkan
dengan
Rencana/Target
Kinerja
(performance plans) tahun 2015 sebagai tolok ukur keberhasilan tahunan organisasi. Analisis atas capaian kinerja terhadap rencana kinerja ini akan memungkinkan teridentifikasikannya sejumlah celah kinerja (performance gap) bagi perbaikan kinerja di masa datang. Dengan pola pikir demikian, sistematika penyajian Laporan Akuntabilitas
I. Pendahuluan
Bab 1
II. Perencanaan Kinerja
Bab 2
Rencana Strategis, Sasaran Strategis, dan Penetapan Kinerja 2015
-
Capaian Kinerja 2015 Pengukuran Metode BSC Aplikasi Kinerjaku
III. Akuntabilitas Kinerja
IV. Kesimpulan
Bab 3
Bab 4
Gambar 1. Bagan Ilustrasi Sistimatika Penyajian LAKIP BPPBAP Tahun 20165
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) BPPBAP Tahun 2016
Kinerja BPPBAP tahun 2016 dapat diilustrasikan dalam bagan berikut ini:
8
Berdasarkan Permen PAN dan RB RI Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah, dimaksudkan untuk melaksanakan ketentuan pasal 14, pasal 27 dan pasal 30 Peraturan Presiden Nomor 29 tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Untuk itu ditetapkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi tentang Petunjuk Teknis Penyusunan Penetapan Kinerja, Pelaporan Kinerja, dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah. Laporan kinerja disusun oleh setiap tingkatan organisasi yang menyusun perjanjian kinerja dan menyajikan informasi tentang: 1.
Uraian singkat organisasi;
2.
Rencana dan target kinerja yang ditetapkan;
3.
Pengukuran kinerja;
4.
Evaluasi
dan
analisis
kinerja
untuk
setiap
sasaran
strategis
atau
hasil
mencakup atas efisiensi penggunaan sumber daya.
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) BPPBAP Tahun 2016
program/kegitan dan kondisi terakhir yang seharusnya terwujud. Analisis ini juga
9
BAB II. PERENCANAAN KINERJA 2.1 RENCANA STRATEGIS 2015-2019 Berdasarkan
Peraturan
Pemerintah
Nomor
30
Tahun
2008
tentang
Penyelenggaraan Penelitian dan Pengembangan Perikanan pada Bab V (Hasil Kegiatan Litbang Perikanan) pasal 29 ayat 1 menyebutkan bahwa hasil kegiatan penelitian dasar perikanan dan penelitian terapan perikanan dalam pasal 5 dan pasal 6 dapat berupa : (a) hasil penelitian dan (b) hasil samping penelitian, sedangkan pada ayat 2 menyebutkan bahwa hasil penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, dapat berupa : (a) data perikanan, (b) informasi perikanan, (c) produk biologi perikanan, dan (d) teknologi perikanan. Dalam ayat 3 menyebutkan bahwa hasil samping penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, dapat berupa : (a) biota, (b) air tertentu, dan (c) produk perikanan. Rencana strategis BPPBAP tahun 2015-2019 berorientasi pada hasil yang ingin
dilaksanakan. Penyusunan rencana strategis ini sejauh mungkin diupayakan untuk mengakomodasikan kebutuhan pemangku kepentingan, baik intern KKP maupun instansi lain atau masyarakat yang sesuai dengan tugas dan fungsi yang diemban.
Visi BPPBAP
dilandasi oleh analisis latar belakang pembangunan nasional dan kondisi saat ini berupa berbagai isu strategis termasuk potensi dan permasalahan dalam pengembangan perikanan budidaya air payau. Adapun visi BPPBAP yaitu: menjadi lembaga litbang yang
profesional, responsif, dan inovatif dalam menyediakan data, informasi, dan teknologi perikanan budidaya air payau. Profesional
mengandung
pengertian
dilakukan
dengan
sungguh-sungguh,
mengandung kebenaran berdasarkan iptek, keahlian, dan keterampilan tertentu, serta berdasarkan atau tidak bertentangan dengan moral dan aturan hukum yang berlaku. Responsif mengandung pengertian tanggap atas permasalahan dan tuntutan berbagai pemangku kepentingan, bertindak cepat dan tepat serta mampu menyesuaikan dengan lingkungan dengan tetap memberikan pelayanan yang terbaik dan berdasarkan ketentuan yang berlaku.
Inovatif mengandung pengertian melakukan litbang serta terobosan-
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) BPPBAP Tahun 2016
dicapai yang meliputi visi, misi, tujuan, sasaran, program, dan kegiatan yang akan
10
terobosan baru terhadap iptek budidaya air payau serta mencari hal-hal yang baru demi percepatan tujuan dan sasaran. Sebagai langkah kongkret untuk mewujudkan visi
(kondisi yang diharapkan)
BPPBAP tersebut maka misi BPPBAP yang merupakan cara untuk mendapatkan kondisi yang diharapkan, telah ditetapkan misi BPPBAP sebagai berikut: 1.
Meneliti dan mengembangkan iptek perikanan budidaya air payau unggulan yang diakui dan bermanfaat bagi pengguna serta berdaya saing;
2.
Meningkatkan sumber daya litbang, pelayanan jasa litbang, dan kerja sama litbang perikanan budidaya air payau. Sasaran BPPBAP merupakan penjabaran dari tiga tujuan yang telah ditetapkan
dan menggambarkan sesuatu yang akan dihasilkan dalam kurun waktu lima tahun yang selanjutnya dijabarkan lebih jauh dalam suatu rencana kinerja. Penetapan ini diperlukan untuk memberikan fokus pada penyusunan kegiatan dan alokasi sumber daya organisasi dalam kegiatan atau operasional organisasi setiap tahun untuk kurun waktu lima tahunan Pada masing-masing sasaran ditetapkan indikator dan
target agar dapat diukur keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuannya. Tujuan merupakan penjabaran atau implementasi dari pernyataan visi yang akan dicapai dalam jangka waktu satu sampai lima tahun. Dengan diformulasikannya tujuan ini maka BPPBAP dapat secara tepat mengetahui apa yang harus dilaksanakan oleh organisasi dalam memenuhi visi dan misinya dengan mempertimbangkan sumberdaya dan kemampuan yang dimiliki.
Tujuan yang dirumuskan tersebut berfungsi juga untuk
mengukur sejauh mana visi dan misi BPPBAP telah dicapai mengingat tujuan dirumuskan berdasarkan visi dan misi organisasi. Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payautelah menetapkan tujuan sebagai berikut: 1.
Mendapatkan data, informasi, dan teknologi perikanan budidaya air payau yang bertanggung jawab dan berorientasi pada masyarakat dan industri perikanan.
2.
Menyebarluaskan hasil litbang perikanan budidaya air payau.
3.
Meningkatkan kapasitas sumber daya litbang, kinerja litbang, pelayanan jasa litbang, dan kerja sama litbang.
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) BPPBAP Tahun 2016
antara tahun 2015 dan 2019.
11
Secara keseluruhan sasaran BPPBAP yang tertuang dalam Renstra 2015-2019 dapat dijabarkan sebagai berikut: 1. Tersedianya usulan Hak Kekayaan Intelektual, inovasi teknologi dan produk biologi yang meningkatkan efisiensi produksi, ragam varietas baru/unggul, kualitas, dan keamanan komoditas unggulan budidaya air payau. 2. Meluasnya penyebaran dan pemanfaatan hasil litbang perikanan budidaya air payau melalui sosialisasi, temu konsultasi, promosi, komersialisasi, dokumentasi, publikasi, dan dempond. 3. Meningkatnya
kualitas dan kapabilitas sumber daya
litbang perikanan budidaya
air payau.
2.2 SASARAN STRATEGIS DAN RENCANA KERJA BPPBAP
penggunaan BSC dalam pengelolaan kinerjanya sejak tahun 2013.
Meskipun dalam
prakteknya belum sepenuhnya menerapkan prinsip-prinsip BSC. Penerapan ini dengan tujuan hanya untuk memastikan target-target sasaran yang telah dicanangkan akan tercapai dengan harapan misi strategisnya dalam sasaran akan terwujud. Selain itu targetnya adalah dalam pelaksanaan dapat terhindar dari duplikasi kegiatan antarunit dan penelusuran kontribusi unit kerja bawahan terhadap sasaran kinerja yang telah ditetapkan. Sesuai penerapan BSC dari Balitbang KP, maka melalui penetapan 9 Sasaran Strategis (SS) BPPBAP yang diukur atas dasar penilaian 19 indikator kinerja utama (IKU) yang merupakan kontrak kinerja BPPBAP tahun 2016.
Peta strategis tahun
anggaran 2016 Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau disajikan sebaga berikut:
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) BPPBAP Tahun 2016
Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan mulai menerapkan
12
Tabel 4. Rencana Indikator Kinerja Tahun 2015-2019 dalam Renstra BPPBAP 2015-2019 RENCANA INDIKATOR KINERJA TAHUN 2015-2019 BALAI PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BUDIDAYA AIR PAYAU No.
Sasaran Kegiatan
Indikator Kinerja
TARGET 2015
2016
2017
2018
2019
100
100
100
100
CUSTOMER PERSPECTIVE
1
Meningkatnya hasil penyelenggaran litbang dan layanan iptek yang mendukung produktivitas usaha dan pendapatan negara dari sektor KP
1
Persentase hasil litbang budidaya air payau yang digunakan sesuai dengan Kontrak Kinerja Eselon I KKP (%)
2
Jumlah data dan informasi ilmiah litbang budidaya air payau (paket)
4
3
Jumlah karya tulis ilmiah litbang budidaya air payau yang diterbitkan (KTI)
33
-
INTERNAL PROCESS PERSPECTIVE
2
Tersedianya rekomendasi dan masukan kebijakan pembangunan KP yang efektif
5
36
5
4
4
42
42
42
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) BPPBAP Tahun 2016
Gambar 2. Peta Strategis BPPBAP Tahun Anggaran 2016 Berdasarkan BSC
13
3
Terwujudnya hasil penelitian dan pengembangan yang inovatif untuk penyelenggaraan tata kelola pemanfaatan sumber daya KP yang adil, berdaya saing dan berkelanjutan
5
6
7
8
9
4
Terwujudnya peningkatan kapasitas dan kapabilitas sumber daya litbang dan layanan iptek KP
10
11
5
Terselenggaranya pengendalian litbang KP
12
Proporsi fungsional BPPBAP dibandingkan total pegawai BPPBAP (%) Jumlah sarana dan prasarana, serta kelembagaan litbang budidaya air payau yang ditingkatkan kapasitasnya (buah) Jumlah jejaring dan/atau kerjasama litbang budidaya air payau yang terbentuk (buah) Proporsi kegiatan riset aplikatif dibandingkan total kegiatan riset litbang budidaya air payau (minimal) (%)
1
1
1
1
1
3
3
5
9
9
4
3
4
4
4
8
11
12
10
10
1
1
0
0
0
61
61,54
65
65
65
2
1
1
1
1
4
7
4
4
4
80
78
81
85
85
LEARN AND GROWTH PERSPECTIVE
6
Terwujudnya ASN BPPBAP yang kompeten, profesional dan berkepribadian
7
Tersedianya manajemen pengetahuan BPPBAP yang handal dan mudah diakses
8
Terwujudnya birokrasi BPPBAP yang efektif, efisien, dan berorientasi pada layanan prima
9
Terkelolanya anggaran pembangunan BPPBAP secara efisien dan akuntabel
13
Indeks Kompetensi dan Integritas BPPBAP (%)
65
77
14
Jumlah ASN yang ditingkatkan kompetensinya (orang)
29
10
15
Presentase unit kerja BPPBAP yang menerapkan sistem manajemen pengetahuan yang terstandar (%)
40
50
50
50
50
16
Nilai Kinerja Reformasi Birokrasi BPPBAP (nilai)
A
A
A
A
A
17
Nilai SAKIP BPPBAP
84
84
84
84
84
18
Nilai kinerja anggaran BPPBAP (%)
80-90
85
85,6
19
Persentase kepatuhan terhadap SAP BPPBAP (%)
100
100
100
65
65
15
65
15
100
100
15
100,7
100
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) BPPBAP Tahun 2016
4
Jumlah hasil litbang budidaya air payau yang terekomendasikan untuk masyarakat dan/atau industri (buah) Jumlah paket teknologi iptek litbang budidaya air payau (paket) Jumlah produk biologi iptek litbang budidaya air payau (paket) Jumlah komponen inovasi budidaya air payau (komponen) Jumlah hasil litbang budidaya air payau yang diusulkan HKI (buah)
14
Selanjutnya, target kinerja 5 tahunan tersebut dituangkan dalam Rencana Kerja Tahunan yang merupakan dokumen perencanaan awal yang merepresentasikan rencana dan janji untuk menargetkan kinerja yang jelas dan terukur serta menjadi acuan dalam pembuatan target kinerja atau penetapan kinerja (tapja) tahun tertentu.
2.3 PENETAPAN KINERJA BPPBAP TAHUN 2106 BPPBAP telah menetapkan target kinerja yang akan dicapai dalam bentuk kontrak kinerja antara Kepala BPPBAP dengan Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan. Penetapan Kinerja BPPBAP tahun 2016 pada customer perspective, internal
process perspective dan learn & growth perspective mengalami sedikit perubahan dibanding tahun 2015, seperti terlihat pada Tabel 5 (Lampiran 2).
Tabel 5. Penetapan Kinerja BPPBAP Tahun Anggaran 2016 PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 No.
Sasaran Kegiatan
Indikator Kinerja
Target
CUSTOMER PERSPECTIVE 1
Meningkatnya hasil penyelenggaran litbang dan layanan iptek yang mendukung produktivitas usaha dan pendapatan negara dari sektor KP
1
Persentase hasil litbang budidaya air payau yang digunakan sesuai dengan Kontrak Kinerja Eselon I KKP (%)
100
Tersedianya rekomendasi dan masukan kebijakan pembangunan KP yang efektif
2
Jumlah data dan informasi ilmiah litbang budidaya air payau (paket)
5
3
Jumlah karya tulis ilmiah litbang budidaya air payau yang diterbitkan (KTI) Jumlah hasil litbang budidaya air payau yang terekomendasikan untuk masyarakat dan/atau industri (buah) Jumlah paket teknologi iptek litbang budidaya air payau (paket) Jumlah produk biologi iptek litbang budidaya air payau (paket)
36
Jumlah komponen inovasi budidaya air payau (komponen) Jumlah hasil litbang budidaya air payau yang diusulkan HKI (buah)
11
INTERNAL PROCESS PERSPECTIVE 2
3
Terwujudnya hasil penelitian dan pengembangan yang inovatif untuk penyelenggaraan tata kelola pemanfaatan sumber daya KP yang adil, berdaya saing dan berkelanjutan
4
5 6 7 8
1
3 3
1
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) BPPBAP Tahun 2016
BALAI PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BUDIDAYA AIRPAYAU
15
4
9
Proporsi fungsional BPPBAP dibandingkan total pegawai BPPBAP (%)
10
Jumlah sarana dan prasarana, serta kelembagaan litbang budidaya air payau yang ditingkatkan kapasitasnya (buah)
1
11
Jumlah jejaring dan/atau kerjasama litbang budidaya air payau yang terbentuk (buah)
7
12
Proporsi kegiatan riset aplikatif dibandingkan total kegiatan riset litbang budidaya air payau (minimal) (%)
78
Terwujudnya ASN BPPBAP yang kompeten, profesional dan berkepribadian
13
77
7
Tersedianya manajemen pengetahuan BPPBAP yang handal dan mudah diakses
15
8
Terwujudnya birokrasi BPPBAP yang efektif, efisien, dan berorientasi pada layanan prima Terkelolanya anggaran pembangunan BPPBAP secara efisien dan akuntabel
16
Indeks Kompetensi dan Integritas BPPBAP (%) Jumlah ASN yang ditingkatkan kompetensinya (orang) Presentase unit kerja BPPBAP yang menerapkan sistem manajemen pengetahuan yang terstandar (%) Nilai Kinerja Reformasi Birokrasi BPPBAP (nilai) Nilai SAKIP BPPBAP Nilai kinerja anggaran BPPBAP (%) Persentase kepatuhan terhadap SAP BPPBAP (%)
5
Terwujudnya peningkatan kapasitas dan kapabilitas sumber daya litbang dan layanan iptek KP
Terselenggaranya pengendalian litbang KP
61,54
LEARN AND GROWTH PERSPECTIVE
9
14
17 18 19
10 50
A 84 85 100
Tabel 6. Rencana Aksi (Renaksi) Capaian Kinerja Tahun 2016 PERSPECTIVE/ SASARAN KEGIATAN
1
CUSTOMER PERSPECTIVE Meningkatnya hasil penyelenggaran litbang dan layanan iptek yang mendukung produktivitas usaha dan pendapatan negara dari sektor KP
INDIKATOR KINERJA
TARGET
Persentase hasil litbang budidaya air payau yang digunakan sesuai dengan Kontrak Kinerja Eselon I KKP (%)
100
PENANGG. JAWAB
DUKUNGAN DI RKAKL (INISIATIF STRATEGIS)
OUTPUT/OUTCOME (DR INISIATIF STRATEGIS)
ANGGARAN (000)
Peneliti/ Kelti
1. Isolasi dan Karakterisasi RNA Interferens (RNAI) pada Udang Windu (Peningkatan Respons Imun Udang Windu Melalui Teknologi RNA Interferens)
Data dan informasi mengenai aplikasi RNAi pada larva udang windu
130.000
INTERNAL PROCESS PERSPECTIVE
2
Tersedianya rekomendasi dan masukan kebijakan pembangunan KP yang efektif
Jumlah data dan informasi ilmiah litbang budidaya air payau (paket)
5
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) BPPBAP Tahun 2016
6
16
3. Aplikasi Informasi dan Analisis Geospasial untuk Inventarisasi dan Monitoring Kegiatan Budidaya Tambak Skala Hamparan
4. Evaluasi Kesesuaian Lahan Tambak untuk Berbagai Tingkat Teknologi Perikanan Budidaya Air Payau di Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan
5. Penelitian Studi Lingkungan Budidaya Udang Vaname Teknologi Superintensif di Sulawesi Selatan
3
Terwujudnya hasil penelitian dan pengembangan yang inovatif untuk penyelenggaraan tata kelola pemanfaatan
Jumlah karya tulis ilmiah litbang budidaya air payau yang diterbitkan (KTI) Jumlah hasil litbang budidaya air payau yang terekomendasikan untuk masyarakat dan/atau industri (buah)
36
Seksi Yantek
1
Kelti Teknik Budidaya dan Kelti Pakan dan Nutrisi Ikan
Data dan Informasi mengenai insidensi dan prevalensi penyakit Virus dan Vibrio pada budidaya udang superintensif Data dan informasi luasan serta hasil estimasi potensi pengembangan di kawasan Minapolitan Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan; Data karateristik dan tingkat produktivitas lahan tambak eksisting berbasis geospasial. Data dan informasi karakteristik lahan di kawasan pesisir Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan; Peta kesesuaian lahan tambak untuk berbagai tingkat teknologi perikanan budidaya air payau di Kabupaten Kotabaru. Data dan informasi beban limbah organik tambak super intensif; Data dan informasi distribusi limbah organik; Data informasi dampak limbah organik terhadap kualitas air dan sedimen perairan
Mengidentifikasi jumlah KTI ditiap Kelti
Karya Tulis Ilmiah
Teknologi Budidaya Bandeng dalam Keramba Jaring Apung di Laut
Bahan usulan rekomendasi teknologi
125.309
274.000
395.000
274.754
94.788
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) BPPBAP Tahun 2016
2. Studi Epidemiologi di Sentra Budidaya Udang Vaname Superintensif di Kabupaten Barru dan Takalar
17
Peneliti/ Kelti
Jumlah paket teknologi iptek litbang budidaya air payau (paket)
1. Perbaikan Teknologi Produksi Massal Krablet Kepiting Bakau 2. Dukungan Pembesaran Calon Induk (Prematurasi) Udang Windu
Penaeus monodon di
3
Tambak
3. Aplikasi Probiotik RICA untuk Pengendalian Penyakit pada Budidaya Udang di Tambak
Jumlah produk biologi iptek litbang budidaya air payau (paket)
Jumlah komponen inovasi budidaya air payau (komponen)
1. Peningkatan Kinerja Reproduksi Induk Udang Windu 2. Teknologi Produksi Larva dan Calon Induk Udang Windu Tahan Penyakit WSSV
3 Peneliti/ Kelti
11
Peneliti/ Kelti
3. Uji Aplikasi Probiotik pada Produksi Massal Larva Udang Windu
1. Perbaikan Kualitas Induk Udang Jantan Asal Tambak Melalui Aplikasi Hormon
2. Aplikasi Teknik Kriopreservasi pada Sperma Induk Udang Windu 3. Upaya Perbaikan Mutu Spermatofor serta Pematangan Gonad pada Induk Udang Windu Menggunakan Bahan Herbal
Paket teknologi pembenihan kepiting bakau secara massal melalui perbaikan kualitas pakan larva
308.782
Komponen teknologi penyediaan calon induk udang windu prematurasi; Calon induk udang windu prematurasi
595.818
Paket teknologi aplikasi probiotik RICA untuk pengendalian penyakit pada budidaya udang di tambak, produk biologi berupa udang windu ukuran konsumsi Produk biologi berupa calon induk udang windu Konstruksi gen VP15 dan VP-24, calon induk dan larva udang windu tahan penyakit Bahan usulan HKI tentang Probiotik RICA serbuk yang mampu meningkatkan vitalitas dan sintasan pasca larva udang windu Teknik inseminasi buatan pada induk udang windu betina asal tambak; Jenis hormon yang mampu memacu proses pembentukan sperma (spermatogenesis) induk jantan asal tambak Jenis pengawet yang terbaik untuk kriopreservasi spermatofor udang windu Teknik pematangan gonad melalui induksi serotonin yang berasal dari bahan herbal
300.000
336.726
133.333
337.085
140.000
138.369
121.279
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) BPPBAP Tahun 2016
SDKP yang adil, berdaya saing dan berkelanjutan
18
5. Pencegahan Vibriosis Melalui Metode Penghambatan Quorum Sensing (Quorum Quenching) 6. Uji Aplikasi Teknologi Budidaya Udang WIndu Melalui Penggunaan Bakterin
7. Pengembangan Formulasi Pakan Induk Udang Windu Fase Prematurasi
8. Penelitian dan Pengembangan Pakan Pembesaran Kepiting Bakau
150.000
140.000
200.000
378.000
215.685
9. Penyediaan Calon Induk Udang Windu (Prematurasi) dari Berbagai Strain
Calon induk udang windu prematurasi (<40 g/ekor)
320.000
10. Evaluasi Desain dan Kinerja IPAL pada Budidaya Udang Vaname Superintensif
Sistem kinerja IPAL tambak superintensif yang efektif;Teknik aplikasi POLTASI pada tanaman
1.825.000
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) BPPBAP Tahun 2016
4. Uji Teknologi Pencegahan Penyakit Udang Melalui Penggunaan Bahan Alam di Laboratorium
Teknik memproduksi bahan herbal mamngrove untuk pencegahan penyakit vibriosis pada udang windu,; Teknik pemberian bahan herbal mangrove yang lebih efekti dan efisien untuk pencegahan penyakit WSSV pada udang windu Koleksi mikroalgae dan bakteri yang berasosiasi dengan mikroalgae asal estuari dan tambak-tambak budidaya udang penaeid Teknologi pencegahan penyakit pada budidaya udang melalui pemanfaatan bakterin Formulasi pakan fase prematurasi induk udang windu tambak dan jenis hormon reproduksi dalam pematangan gonad induk jantan udang Dosis optimum pakan buatan (microdiet) dalam pemeliharaan larva kepiting bakau; Formulasi pakan berbasis bahan baku lokal untuk pendederan krablet kepiting bakau; Dosis optimum penggunaan tepung daun murbei dalam pakan pembesaran kepiting bakau
19
Jumlah hasil Litbang Budidaya Air Payau yang diusulkan HKI (Buah) Proporsi fungsional BPPBAP dibandingkan total pegawai BPPBAP (%)
4
5
Terwujudnya peningkatan kapasitas dan kapabilitas sumberdya litbang dan layanan iptek KP
Terselenggaranya pengendalian litbang KP
Jumlah sarana dan prasarana, serta kelembagaan litbang budidaya air payau yang ditingkatkan kapasitasnya (Buah)
1
61,54
1
11. Kajian Desain Wadah Budidaya Udang Windu Semi Intensif di Tambak Marjinal Dengan Sistem Semi Resirkulasi
Teknik budidaya udang windu semi intensif sistem semi resirkulasi menggunakan plastik mulsa
350.000
Peneliti/ Kelti
Uji Probiotik RICA Terhadap Peningkatan Produksi dan Sintasan Udang Windu
Bahan usulan HKI tentang Probiotik RICA serbuk yang mampu meningkatkan vitalitas dan sintasan pasca larva udang windu
220.000
Kepeg, TU
Pengembangan pegawai melalui evaluasi komposisi pegawai berdasarkan jabfung litbang dan non litbang.
Persentasi jumlah pegawai yang menduduki jabatan fungsional
TU, Yantek
Mengidentifikasi Pengadaan sarana dan prasarana dengan perhitungan belanja modal setiap satker hanya dihitung 1
Tersedianya hatchery kepiting bakau
Jumlah jejaring dan/atau kerjasama litbang budidaya air payau yang terbentuk (Buah)
7
Yantek
Proporsi kegiatan riset aplikatif dibandingkan total kegiatan riset litbang budidaya air payau (minimal)
78,00
TO
Mengidentifikasi jejaring dan kemitraan litbang perikanan budidaya yang masih aktif dan yang baru terbentuk yang dibukikan oleh terbitnya MoU yang telah ditandatangani Mengidentifikasi kegiatan penelitian terapan dan pengembangan eksperimental dibandingkan total kegiatan litbang perikanan budidaya
Jumlah jejaring dan kemitraan litbang perikanan budidaya yang masih aktif dan baru terbentuk
Persentasi kegiatan riset aplikatif
2.500.000
40.297
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) BPPBAP Tahun 2016
sayuran dan tambak ekstensif; Isolat bakteri dekomposer asal sedimen limbah TSI yang efektif; Teknik budidaya sistem resirkulasi dengan air baku hasil olahan IPAL tambak superintensif
20
(%)
air payau
LEARN AND GROWTH PERSPECTIVE
7
Tersedianya manajemen pengetahuan BPPBAP yang handal dan mudah diakses
8
Terwujudnya birokrasi BPPBAP yang efektif, efisien, dan berorientasi pada layanan prima
9
Terkelolanya anggaran pembangunan BPPBAP secara efisien dan akuntabel
77
TU
Jumlah ASN yang ditingkatkan kompetensinya (orang)
10
TU
Presentase unit kerja BPPBAP yang menerapkan sistem manajemen pengetahuan yang terstandar (%)
50
TU, TO, Yantek
Nilai Kinerja Reformasi Birokrasi BPPBAP (Nilai)
A
TO
Nilai SAKIP BPPBAP
84
TO
Nilai kinerja anggaran BPPBAP (%)
85
TU
Persentase kepatuhan terhadap SAP BPPBAP (%)
100
TU
69.750
Jumlah SDM yang telah ditingkatkan kompetensinya
166.800
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) BPPBAP Tahun 2016
6
Terwujudnya ASN BPPBAP yang kompeten, profesional dan berkepribadian
Indeks Kompetensi dan Integritas BPPBAP (%)
Mengidentifikasi secara keseluruhan ASN yang telah melakukan asesmen, kepatuhan melakukan presensi, mengisi SKP dan LHKASN/LHKPN Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan yang dibutuhkan oleh setiap pegawai dan melakuka n pengusulan ke Balai, Puslitbangkan atau Badanlitbang KP Mengidentifikasi unit kerja Eselon IV yang menerapkan sistem manajemen pengetahuan dibandingkan dengan total unit kerja seluruh BPPBAP (Masih adopsi langsung) Melakukan penilaian mandiri terhadap perubahan birokrasi yang memberi kemudahan ASN untuk bekerja secara profesional, efektif dan akuntabel dalam menyelenggarakan pemerintahan dan pelayanan kepada masyarakat (masih adopsi langsung) Penerapan manajemen kinerja berbasis BSC dan sistem informasi Memacu penyerapan realisasi anggaran Mengidentifikasi jumlah temuan materil oleh APIP dibandingkan total alokasi anggaran
21
Operasional
pencapaian
sasaran
strategis
dari
kegiatan
penelitian
dan
pengembangan budidaya air payau tahun 2016 dijabarkan ke dalam 17 (tujuh belas)
1.
Data dan Informasi Litbang Perikanan
2.
Bahan Usulan HKI Perikanan
3.
Karya Tulis Ilmiah (KTI) Bidang IPTEK Perikanan Budidaya
4.
Inovasi Teknologi Perikanan
5.
Paket Teknologi IPTEK Perikanan Budidaya
6.
Produk Biologi Iptek Perikanan Budidaya
7.
Komponen Inovasi Perikanan
8.
Pelayanan dan Pengelolaan Sarana dan Jasa Litbang Perikanan
9.
Perencanaan dan Penganggaran Litbang Perikanan
10.
Pengendalian dan Pelaporan Litbang Perikanan
11.
Penatausahaan Keuangan, BMN dan Rumah Tangga Litbang
12.
Pengembangan SDM dan Penataan Organisasi Litbang Perikanan
13.
Pengelolaan Data, Informasi, dan Publikasi Hasil Litbang Perikanan
14.
Pengembangan Kerjasama Litbang Perikanan
15.
Sarana dan Prasarana IPTEK Perikanan
16.
Layanan Perkantoran
17.
Gedung/Bangunan Selain Penetapan Kinerja Level 3, juga terdapat Penetapan Kinerja Level 4 antara
Kepala BPPBAP dengan Pejabat Struktural Eselon 4 dan Ketua Kelompok Peneliti (Lampiran 3a dan 3b).
Rencana Aksi (Renaksi) Kinerja Tahun 2016 yang dituangkan
dalam bentuk Implementasi Target dan Capaian Kinerja tahun 2016, dapat dilihat pada Lampiran 4 dan Lampiran 5.
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) BPPBAP Tahun 2016
output seperti yang tertuang dalam RKAKL 2016 yaitu sebagai berikut:
22
BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA Salah satu fondasi utama menerapkan manajemen kinerja adalah pengukuran kinerja dalam rangka menjamin adanya peningkatan dalam pelayanan publik dan meningkatkan akuntabilitas dengan melakukan klarifikasi output dan outcome yang akan dan seharusnya dicapai untuk memudahkan terwujudnya organisasi yang akuntabel. Sistem pengukuran kinerja merupakan suatu hal penting dalam pelaksanaan good
governance untuk meningkatkan akuntabilitas pemerintah. Pengukuran kinerja dilakukan dengan membandingkan antara kinerja yang (seharusnya) terjadi dengan kinerja yang diharapkan.
Pengukuran kinerja ini dilakukan secara berkala (triwulan) dan tahunan.
Pengukuran dan pembandingan kinerja dalam laporan kinerja harus cukup menggambarkan posisi kinerka instansi pemerintah. Sistem
Akuntabilitas
Instnsi
Pemerintah
(SAKIP)
merupakan
pertanggungjawaban yang dapat menggambarkan kinerja instansi pemerintah secara jelas dan transparan kepada pihak–pihak yang berkepentingan (stakeholders), mengenai
fungsinya.
Laporan kinerja ini berisi pertanggungjawaban kinerja BPPBAP dalam
mencapai tujuan/sasaran strategis, sesuai dengan Peraturan Menteri Negara PAN dan RB Nomor 53 Tahun 2014 dan dalam rangka mempertanggungjawabkan pelaksanaan APBN dengan wajib menyusun dan menyajikan Laporan Keuangan dan Laporan Kinerja sesuai Pasal 2 dan 3 Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006. Pelaksanaan seluruh kegiatan baik penelitian maupun nonpenelitian diawali dengan persiapan. Kegiatan persiapan dimulai dari penyempurnaan dokumen perencanaan (KAK) yang relatif seragam sampai kepada persiapan lapangan atau laboratorium sebelum penerapan perlakuan penelitian yang relatif bervariasi sesuai dengan tipe penelitian masing-masing. Untuk kegiatan penelitian dan pengembangan, persiapan dapat mencakup, penentuan lokasi penelitian, penyediaan alat dan bahan yang diperlukan, penentuan sumber benih, pengolahan tanah tambak sampai kepada penyiapan benih yang akan dipergunakan di dalam penelitian. Tahapan berikutnya setelah persiapan adalah pelaksanaan. Tahapan pelaksanaan kegiatan mencakup seluruh aktivitas setelah persiapan sampai dengan selesainya pelaksanaan kegiatan. Lebih lanjut setelah tahapan pelaksanaan
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) BPPBAP Tahun 2016
keberhasilan/kegagalan instansi pemerintah dalam melaksanakan tugas pokok dan
23
adalah
tahap
pengamatan.
Tahapan
pengamatan
dimaksudkan
sebagai
tahapan
pengumpulan data baik harian, mingguan, dua mingguan, maupun bulanan sampai dengan selesainya kegiatan penelitian dan pengembangan. Tahapan selanjutnya adalah analisis data yang merupakan kegiatan mengkompilasi dan menganalisis data hasil pengamatan sebelum dituangkan ke dalam laporan sebagai langkah akhir dari input proses. Sejalan dengan penerapan metode Balanced Scorecard sebagai alat pengukur manajemen kinerja, maka Nilai Pencapaian Sasaran Strategis (NPSS), Nilai Pencapaian Inisiatif Strategis (NPIS) dan Nilai Kinerja Keseluruhan (NKK) tahun 2016 dari 9 Sasaran Strategis (SS) dan 19 Indikator Kinerja Utama (IKU) diharapkan memiliki kinerja yang baik.
Capaian Indikator Kinerja Utama (IKU) BPPBAP tahun 2016 pada
customer perspective, internal process perspective dan learn & growth perspective mengacu pada Balanced Scorecard (BSC) dan aplikasi kinerjaku.kkp.go.id. Sama dengan dengan Peta Strategis tahun sebelumnya, tahun ini stakeholders perspective, tidak memilik sasaran strategis. Penetapan target dan capaian kinerja pada Laporan Kinerja
3.1 CAPAIAN KINERJA BPPBAP Pengukuran kinerja digunakan sebagai alat atau dasar untuk menilai keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan dalam rangka mewujudkan visi dan misi BPPBAP. Pengukuran kinerja yang dimaksud merupakan hasil dari suatu penilaian yang didasarkan pada Indikator Kinerja Utama (IKU) yang telah diidentifikasi dan ditetapkan agar tujuan dan sasaran strategis pada Peta Strategis yang dituangkan dalam Perjanjian Kinerja BPPBAP tahun 2016 dapat terukur dan tercapai dengan baik. Berdasarkan penetapan target pada setiap indikator kinerja, berikut adalah pencapaian Sasaran Strategis (SS) dan Indikator Kinerja Utama (IKU) BPPBAP pada TA 2016 yang mengacu Balanced Scorecard (BSC) dapat dilihat pada Tabel 7.
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) BPPBAP Tahun 2016
Interim 4 tahun 2016 mengacu pada Penetapan Kinerja (Tapja) BPPBAP 2016.
24
Tabel 7. Capaian IKU BPPBAP Tahun 2016 No
Sasaran Kegiatan
Indikator Kinerja
Capaian
Target
Progres Fisik (%)
T
R
%
T
R
%
100
-
-
-
-
-
-
5
5
5
100
5
5
100
36
36
44
122,2
100
122,2
122,2
1
1
2
200
100
200
200
3
3
3
100
100
100
100
3
3
3
100
100
100
100
11
11
11
100
100
100
100
1
1
1
100
100
100
100
61,54
61,54
65,63
106,6
100
106,6
100,6
1
1
1
100
100
100
100
7
7
10
142,9
100
142,9
142,9
78
78
78,26
100,3
100
100,3
100,3
CUSTOMER PERSPECTIVE
1
Meningkatnya hasil penyelenggaran litbang dan layanan iptek yang mendukung produktivitas usaha dan pendapatan negara dari sektor KP
1
Persentase hasil litbang budidaya air payau yang digunakan sesuai dengan Kontrak Kinerja Eselon I KKP (%)
2
3
Tersedianya rekomendasi dan masukan kebijakan pembangunan KP yang efektif
Terwujudnya hasil penelitian dan pengembangan yang inovatif untuk penyelenggaraan tata kelola pemanfaatan sumber daya KP yang adil, berdaya saing dan berkelanjutan
2
3
4
5
6
7
8
9
4
Terwujudnya peningkatan kapasitas dan kapabilitas sumberdaya litbang dan layanan iptek KP
10
11
5
Terselenggaranya pengendalian litbang KP
12
Jumlah data dan informasi ilmiah litbang budidaya air payau (paket) Jumlah karya tulis ilmiah litbang budidaya air payau yang diterbitkan (KTI) Jumlah hasil litbang budidaya air payau yang terekomendasikan untuk masyarakat dan/atau industri (buah) Jumlah paket teknologi iptek litbang budidaya air payau (paket) Jumlah produk biologi iptek litbang budidaya air payau (paket) Jumlah komponen inovasi budidaya air payau (komponen) Jumlah hasil litbang budidaya air payau yang diusulkan HKI (buah) Proporsi fungsional BPPBAP dibandingkan total pegawai BPPBAP (%) Jumlah sarana dan prasarana, serta kelembagaan litbang budidaya air payau yang ditingkatkan kapasitasnya (buah) Jumlah jejaring dan/atau kerjasama litbang budidaya air payau yang terbentuk (buah) Proporsi kegiatan riset aplikatif dibandingkan total kegiatan riset litbang budidaya air payau (minimal) (%)
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) BPPBAP Tahun 2016
INTERNAL PROCESS PERSPECTIVE
25
LEARN AND GROWTH PERSPECTIVE
6
7
8
9
Terwujudnya ASN BPPBAP yang kompeten, profesional dan berkepribadian Tersedianya manajemen pengetahuan BPPBAP yang handal dan mudah diakses Terwujudnya birokrasi BPPBAP yang efektif, efisien, dan berorientasi pada layanan prima Terkelolanya anggaran pembangunan BPPBAP secara efisien dan akuntabel
13
Indeks Kompetensi dan Integritas BPPBAP (%)
77
14
Jumlah ASN yang ditingkatkan kompetensinya (orang)
10
15
Presentase unit kerja BPPBAP yang menerapkan sistem manajemen pengetahuan yang terstandar (%)
50
16
Nilai Kinerja Reformasi Birokrasi BPPBAP (nilai)
A
17
Nilai SAKIP BPPBAP
84
18
Nilai kinerja anggaran BPPBAP (%) per 23 Desember 2016
85
19
Persentase kepatuhan terhadap SAP BPPBAP (%)
100
77
96,78
125,7
10
30
300
100
300
300
50
58,1
116,2
100
116,2
116,2
A
A
84
85
84,64
69.02
100
100
100
100
100,8
81,2
100
A
125,7
A
125,7
100
84
84,64
100,8
100
81,2
81,2
100
100
100
Sejak tahun 2014, implementasi pengukuran kinerja BPPBAP menggunakan metode pengukuran BSC untuk pengukuran internal dan menggunakan metode pengukuran aplikasi "kinerjaku" KKP untuk pengukuran eksternal BPPBAP. Namun untuk tahun 2016, karena aplikasi kinerjaku sudah stabil dan pengukurannya hampir sama dengan BSC sehingga hanya dilakukan pengukuran dengan menggunakan “aplikasi kinerjaku”. Pengukuran untuk mengukur capaian kinerja organisasi, digunakan penilaian dengan istilah Nilai Kerja Keseluruhan (NKK). Komponen perhitungan NKK terdiri atas 2 (dua) unsur, yaitu: 3.2.1 Nilai Pencapaian Sasaran Strategis (NPSS) NPSS adalah nilai yang menunjukan konsolidasi dari seluruh IKU di dalam satu Sasaran
Strategis
(SS).
Status
capaian SS
yang
ditunjukkan
dengan warna
merah/kuning/hijau (buruk/sedang/baik) ditentukan oleh NPSS. Untuk menghitung NPSS perlu diperhatikan bobot masing-masing IKU terhadap SS tersebut dengan indeks toleransi 10%. Sistem pembobotan yang digunakan didasarkan atas tingkat validitas IKU seperti Tabel 8 berikut:
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) BPPBAP Tahun 2016
3.2 HASIL PENGUKURAN CAPAIAN KINERJA BPPBAP
26
Tabel 8. Tabel Validasi IKU No.
Validitas IKU
Bobot
1
Lead input
0,1
2
Lead proses
0,2
3
Lag output
0,3
4
Lag outcome
0,4
Status capaian NPSS ditentukan oleh nilai indeks sebagai berikut (Tabel 9): Tabel 9. Nilai Indeks Capaian NPSS Tahun 2015 dan 2016 Tahun 2016
Baik Indeks Capaian >100 %
Sedang Indeks Capaian = 90%
Buruk Indeks Capaian < 90 %
2015
Indeks Capaian >90 %
Indeks Capaian = 90%
Indeks Capaian < 90 %
ditandai dengan warna hijau di mana nilai capaian untuk tahun 2016 harus di atas 100 % (>100%), sedangkan pada tahun 2015, nilai capaian di atas 90 % (>90%) sudah dikategorikan BAIK.
Untuk
melakukan pengukuran kinerja dilakukan dengan cara
menentukan dan menyepakati standar status kinerja NPSS sesuai dengan kriteria sebagai berikut (Tabel 10): Tabel 10. Klasifikasi dan Status NPSS Tahun 2016 KLASIFIKASI MAXIMIZE
MINIMIZE
STABILIZE
STATUS NPSS (Toleransi 10%)
X<90%
X>90%
X>90% atau X<90%
Buruk
X=90%
X=90%
-
Sedang
X>100%
X≤100%
X=90%
Baik
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) BPPBAP Tahun 2016
Berdasarkan Tabel 9 di atas, terdapat perubahan untuk kategori BAIK yang
27
Dalam melakukan pengukuran kinerja harus menentukan klasifikasi target indikator kinerja di antaranya adalah:
maximixe adalah semakin tinggi pencapaian dari target maka kinerja semakin baik;
minimize adalah semakin rendah pencapaian dari target maka kinerja semakin baik;
stabilize adalah semakin stabil (tidak naik dan tidak turun) pencapaian dari target maka kinerja semakin baik. Pengukuran capaian kinerja
BPPBAP
tahun 2016 dilakukan dengan cara
membandingkan antara target dan realisasi IKU pada masing-masing prespektif yang dilakukan melalui aplikasi kinerjaku.kkp.go.id. Dari hasil pengukuran tersebut diperoleh capaian kinerja BPPBAP Tahun 2016 sebesar 116,80% (NPSS), lebih tinggi dibandingkan capaian kinerja Tahun 2015 yakni 105,19%.
Tampilan Peta Strategis Capaian Kinerja
Gambar 3.
Peta Strategi Hasil Pencapaian Kinerja BPPBAP Tahun 2016 dalam Aplikasi “kinerjaku.kkp.go.id”
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) BPPBAP Tahun 2016
BPPBAP Tahun 2016 dapat dilihat pada Gambar 3 berikut:
28
NPSS Tahun 2016 tersebut berasal dari capaian kinerja (skor SS) masing-masing perspektif sebagai berikut : 1.
Perspektif Pelanggan (Customer Perspective) dengan bobot 33,33%, capaian kinerja rata-rata sebesar 100 %;
2.
Perspektif Internal (Internal Process Perspective) dengan bobot 33,33%, capaian kinerja rata-rata sebesar 116,41%;
3.
Perspektif Learn and Growth (Learn and Growth Perspective) dengan bobot 33,33%, capaian kinerja rata-rata sebesar 134,04%.
NPSS khususnya pada NSS untuk seluruh perspektif yakni Perspektif Pelanggan (Customer Perspective), Perspektif Internal (Internal Process Perspective), dan Perspektif Learn and Growth (Learn and Growth Perspective) semua telah mencapai nilai > 100% yang ditandai dengan Status NSS yang berwarna hijau, seperti terlihat pada
Tabel 11. Nilai Pencapaian Sasaran Strategis (NPSS) BPPBAP Tahun Anggaran 2016
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) BPPBAP Tahun 2016
Tabel 11 sebagai berikut:
29
3.3 EVALUASI DAN ANALISIS KINERJA BPPBAP
Evaluasi dan analisis kinerja menampilkan perbandingan target dan capaian pada tahun berjalan dengan kinerja pada tahun sebelumnya dan target jangka menengah. Juga memuat analisis keberhasilan dan penurunan kinerja pada indikator kinerja utama pada masing-masing sasaran strategis. 3.3.1 Customer Perspective Capaian kinerja BPPBAP pada perspektif pemangku kepentingan ( Customer
Perspective) pada tahun 2016 terdiri dari 1 sasaran strategis yakni meningkatnya hasil penyelenggaraan litbang dan layanan iptek yang mendukung produktivitas usaha dan pendapatan negara dari sektor KP.
Capaian Customer Perspective pada tahun 2016
dengan bobot 33,33% yaitu sebesar 100%, yang berasal dari 1 (satu) sasaran strategis tersebut.
Peningkatan hasil penyelenggaraan litbang dan layanan iptek menjadi tolok
SASARAN STRATEGIS 1: Meningkatnya hasil penyelenggaraan litbang dan layanan iptek yang mendukung produktivitas usaha dan pendapatan negara dari sektor KP. Jumlah IKU yang mendukung SS 1 ini ada 1 IKU yakni: IKU 1.
Persentase hasil litbang budidaya air payau yang digunakan sesuai
dengan Kontrak Kinerja Eselon I KKP (%) Tabel 12. Capaian IKU 1. Persentase Hasil Litbang Budidaya Air Payau yang Digunakan Sesuai dengan Kontrak Kinerja Eselon I KKP (%) Indikator Kinerja Utama (IKU) 1
Target 2016
Persentase hasil litbang budidaya air payau yang digunakan sesuai dengan Kontrak Kinerja Eselon I KKP (%)
100
Capaian TA 2016 T
R
-
Progres Fisik (%)
%
-
-
T
R
%
-
-
-
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) BPPBAP Tahun 2016
ukur dari dampak keberhasilan program/kegiatan BPPBAP.
30
Pencapaian untuk IKU 1 tahun 2016 ini masih kosong karena menurut informasi dari Sub Bidang Monev Puslitbangkan bahwa tools yang akan digunakan untuk mengukur IKU ini belum ada. Pada triwulan sebelumnya, pencapaian IKU ini mengacu pada progres laporan sehingga trennya mengalami kenaikan dari Triwulan 1 hingga Triwulan 3 sehingga sebelumnya diasumsikan bahwa pada TA 2016 sudah 100%. Untuk tahun 2015, Customer
Perspective juga terdiri dari 1 SS dan 1 IKU yang berbeda dengan SS dan IKU tahun 2016. SS 1 tahun 2015 yakni meningkatnya hasil penyelenggaraan litbang dan layanan iptek yang mendukung produksi usaha dan pendapatan negara sektor KP dengan capaian 100%.
3.3.2
Internal Process Perspective Capaian Internal Process Perspective tahun 2016 dengan bobot 33,33% yaitu
sebesar 116,41% secara signifikan cukup tinggi dibandingkan tahun 2015 yakni hanya Pencapaian internal process perspective tersebut berasal dari 4
(empat) sasaran strategis (SS) yakni sebagai berikut: SASARAN
STRATEGIS
2
:Tersedianya
Pembangunan KP yang Efektif.
Rekomendasi
dan
Masukan
Kebijakan
Nilai capaian untuk sasaran strategis ini adalah 120%.
Indikator kinerja yang ditetapkan untuk mengukur keberhasilan sasaran tersebut terdiri dari 2 (dua) IKU sebagai berikut: IKU 2. Jumlah data dan informasi ilmiah litbang budidaya air payau (paket) IKU ini didefenisikan sebagai jumlah data dan informasi hasil penelitian yang telah disusun dalam bentuk paket informasi (hasil pengolahan dan analisis data). Teknik menghitungnya yakni jumlah data dan informasi yang sudah disampaikan secara resmi oleh Kepala BPPBAP kepada Kepala Balitbang KP.
IKU ini menggunakan klasifikasi
maximize, di mana capaian yang diharapkan adalah melebihi target yang ditetapkan. Jumlah data dan informasi merupakan perhitungan akumulasi dari data informasi hasil litbang yang dilaksanakan di BPPBAP tahun 2016 yakni sebanyak 5 paket.
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) BPPBAP Tahun 2016
sebesar 102,6%.
31
Tabel 13. Capaian IKU 2. Jumlah Data dan Informasi Ilmiah Litbang Budidaya Air Payau Indikator Kinerja Utama (IKU) 2 Jumlah data dan informasi ilmiah litbang budidaya air payau (paket)
Target 2016 5
Capaian TA 2016
Progres Fisik (%)
T
R
T
R
%
5
5
100
100
100
Pada tahun 2015, IKU ini bernama Jumlah data dan informasi iptek perikanan budidaya dengan target dan realisasi masing-masing 4 kegiatan litbang dengan capaian 100%. Sedangkan untuk proyeksi target tahun 2017 yang tertuang dalam Renstra 20152019 untuk Data dan Informasi adalah sebanyak 5 kegiatan. Tabel 14. Capaian Jumlah Data dan Informasi Iptek Perikanan Budidaya Tahun 20132016 2013 6
2014 5
2015 4
2016 5
BPPBAP telah mencapai target IKU yang ditetapkan pada tahun 2016 yaitu 5 paket data dan informasi iptek perikanan budidaya.
IKU ini didukung oleh 5 (lima)
kegiatan litbang yakni: 1. Aplikasi Informasi dan Analisis Geospasial untuk Inventarisasi dan Monitoring Kegiatan Budidaya Tambak Skala Hamparan Untuk mewujudkan konsep dan kebijakan nasional dalam mencapai target produksi dari suatu kegiatan akuakultur yang efektif, efisien dan peduli terhadap lingkungan (pro-
enviroment), Kemeterian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (DJPB) tahun 2012, telah menetapkan 46 kabupaten/kota sebagai kawasan minapolitan. Disadari bahwa dalam proses penetapan kawasan minapolitan, evaluasi rinci faktor pembatas lingkungan serta aspek nonteknis kemungkinan belum sepenuhnya dipertimbangkan, termasuk kemungkinan dampak negatif dari kegiatan budidaya. Untuk itu perlu pengembangan dan penerapan metode yang efektif, efisien dan akurat dalam hal inventarisasi dan monitoring demi menjamin peningkatan produktivitas dan keberlanjutan kegiatan budidaya tambak pada kawasan minapolitan tersebut.
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) BPPBAP Tahun 2016
Indikator Kinerja Utama Jumlah data dan informasi ilmiah litbang budidaya air payau
32
Hasil analisis menunjukkan secara umum bahwa aplikasi informasi dan analisis geospasial mampu menyajikan dan menganalisis secara rinci status dan masalah teknis mendasar mengenai karakteristik dan pengelolaan kawasan, antara lain : 1) Adanya hambatan dalam pergantian air (pemasukan dan pembuangan) yang diidentifikasi melalui peta jaringan saluran dan dari karateristik spasial nilai oksigen terlarut dan salinitas yang rendah untuk setiap musim serta nilai rasio C/N > 10 (dekomposisi bahan organik lambat). 2) Karakteristik distribusi spasial lokasi bimtek
atau demplot hubungannya
dengan karakteristik spasial kualitas biofisik lahan. Analisis tersebut juga membantu mengetahui spektrum penyebaran informasi, faktor pembatas lingkungan serta mengevaluasi
perkembangan produksi sebelum dan setelah adanya kegiatan. 3) Hasil
anailsis geospasial kualitas lingkungan khususnya kualitas tanah menunjukkan keberadaan faktor pembatas sehubungan dengan status kemasaman tinggi. pHFOX > 3
Nilai rata-rata pHF-
dan nilai rata-rata SPOS serta kandungan pirit dengan nilai masing-masing
0,88% dan 0,54% menunjukkan bahwa umumnya tambak di kawasan tersebut tergolong
Gambar 4. Hasil Analisis Spasial Nilai Rasio N/P Tanah Tambak di Kecamatan Suppa, Kabupaten Pinrang Penelitian ini juga berhasil mendemonstrasikan model dan peran monitoring perubahan kualitas lahan atau perairan secara spasio-temporal untuk mengidentifikasi dan menjelaskan peubah-peubah kunci untuk setiap kondisi (musim) yang berpengaruh pada kegiatan budidaya tambak sehingga dapat ditemukan strategi yang tepat untuk
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) BPPBAP Tahun 2016
tanah sulfat masam (TSM).
33
mitigasi dan penanganannya. Hasil monitoring tersebut antara lain: 1) Tunggang pasut (tidal range) terendah (<1 m) terjadi pada bulan Agustus - September setiap tahunnya menjadi salah satu faktor utama rendahnya produksi dan adanya kendala teknis pengelolaan lahan terberat disbanding periode lainnya.
2) Ditemukannya faktor
pembatas produksi sehubungan dengan variabel salinitas, total ammonia nitrogen (TAN) dan oksigen terlarut yang berada di luar kisaran kelayakan untuk budidaya tambak yang secara geospasial berkaitan erat dengan kondisi petakan tambak yang bermasalah dalam melakukan pergantian air termasuk membuang secara tuntas limbah budidaya setelah beroperasi.
Kualitas air tambak juga berkaitan erat dengan karakteristik spasio-
temporal kualitas air sumber pasokan utamanya yang bersumber dari Teluk Parepare.
2. Evaluasi Kesesuaian Lahan Tambak Udang untuk Berbagai Tingkat Teknologi di Kabupaten Kotabaru, Provinsi Kalimantan Selatan Upaya pemerintah melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dalam
dengan konsep minapolitan, revitalisasi tambak, dan pengembangan teknologi tambak. Realita tambak yang ada di Indonesia saat ini didominasi oleh tambak tradisional dan hanya sebagian kecil saja menggunakan teknologi intensif, sementara teknologi superintensif masih dalam tahap pengembangan dan penyempurnaan.
Komoditas
perikanan yang dibudidayakan di tambak seperti udang, ikan, kepiting dan rumput laut memerlukan syarat lahan tertentu untuk dapat hidup dan berkembang biak yang dapat berbeda satu sama lain. Hal tersebut diakibatkan oleh kombinasi penyusun lahan yang berbeda pula antara satu daerah dengan daerah yang lain. Hasil analisis citra Landsat 8 diperoleh luas tambak ekstensif (tradisional) di Pulau Laut, adalah sekitar 8.492 ha, dengan tingkat kesesuaian lahan tambak yang tergolong ke dalam kelas S2 (cukup sesuai) sekitar 5.674,5 ha dan kelas S3 (kurang sesuai) sekitar 2.817,5 ha seperti terlihat pada Gambar 5.
Hal ini disebabkan oleh
rendahnya nilai pH atau kemasaman tanah yang tinggi sehingga tidak dijumpai tambak eksisting yang tergolong kelas S1 (sangat sesuai).
Berbeda dengan tambak teknologi
ekstensif yang telah ada (eksisting), tambak dengan teknologi intensif dan superintensif
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) BPPBAP Tahun 2016
mewujudkan kebijakan nasional peningkatan produksi perikanan budidaya antara lain
34
belum ada yang beroperasi di Pulau Laut, Kabupaten Kotabaru dan hanya merupakan potensi lahan pengembangan. Potensi lahan tambak untuk teknologi intensif dan superintensif masing-masing seluas ± 112 ha dan ± 29,8 ha yang terletak di lokasi kecamatan yang berbeda. Potensi lahan tambak yang sesuai untuk teknologi tambak intensif dijumpai di Kecamatan Pulau Laut Tengah sementara potensi lahan tambak yang sesuai untuk teknologi tambak superintensif terletak di Kecamatan Pulau Laut Utara sekitar Desa Gedambaan dan di Kecamatan Pulau Laut Timur di sekitar Desa Telukgosong dan Desa Seratakbesar
a
b
Gambar 5b. Peta Kesesuaian Lahan untuk Gambar 5a. Peta Kesesuaian Lahan Budidaya Tambak Teknologi Ekstensif Budidaya Tambak Teknologi; a) Intensif dan b) Superintensif di Pulau Laut, Kabupaten Kotabaru di Pulau Laut, Kabupaten Kotabaru
3. Penelitian Studi Lingkungan Budidaya Udang Vaname Teknologi Superintensif di Sulawesi Selatan Teknologi tambak superintensif merupakan salah satu solusi peningkatan produksi udang vaname nasional. Ciri utama teknologi ini adalah (1) padat penebaran yang tinggi mencapai 500–1.000 ekor/m3 dan (2) input pakan yang tinggi selama kegiatan budidaya sebagai akibat padat dari penebaran yang tinggi.
Pakan yang diberikan selama
budidaya tidak seluruhnya di makan oleh udang, selain itu ada yang tidak tercerna dan adanya ekskresi N sisa metabolisme.
Ketiga hal tersebut terbuang ke lingkungan
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) BPPBAP Tahun 2016
(Gambar 5a dan 5b).
35
perairan sebagai limbah organik.
Limbah organik yang masuk ke perairan akan
terdistribusi luas di perairan. Distribusi limbah organik dalam sedimen dapat dilacak dengan memanfaatkan stabil isotop dan asam lemak.
Akumulasi limbah organik di
lingkungan perairan akan memberikan dampak pada kualitas air dan sedimen.
Limbah
organik dalam perairan akan memicu tumbuhnya plankton dan makrozoobentos spesifik sebagai bioindikator. Perubahan lingkungan perairan akibat adanya limbah organik akan mempengaruhi daya dukung perairan dalam mendukung kegiatan budidaya udang vaname pada tingkat teknologi super intensef.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis (1),
beban limbah, (2) distribusi limbah, (3) dampak limbah, (4) bioindikator pencemaran limbah organik dan (5) daya dukung N dan oksigen terlarut dari kegiatan tambak udang superintensif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa beban limbah organik yang masuk ke lingkungan perairan Teluk Labuange sebesar
245,68 ton yang berasal dari internal
loading dan eksternal loading. (2) Distribusi limbah oraganik berdasarkan analisis stabil
organik yang berasal dari tambak superintensif. (3) Limbah organik telah berdampak pada kualitas air perairan Teluk Labuange terutama TSS, BOT dan amonia, demikian pula dengan sedimen dinmana potensial redoks dinsebagian besar titik sampling telah berada di bawah -100 mV. (4) Belum ditemukan adanya plankton jenis khusus atau endemik pada limbah organik, (5) Berdasarkan analisis daya dukung N maka di lokasi di Teluk Labuange masih dapat dikembangkan 10 unit tambak udang superintensif setara dengan luas 3.000 m2, sedangkan berdasarkan kandungan oksigen terlarut, masih dapat dikembangkan 18 unit tambak udang super intensif setara luas 3.000 m2. 4. Studi Epidemiologi pada Budidaya Udang di Kabupaten Barru Studi epidemiologi pada sistem budidaya udang dapat mencegah masuk dan menyebarnya penyakit pada suatu usaha budidaya. Ditemukannya plankton yang positif terinfeksi WSSV di perairan yang menjadi sumber air untuk budidaya di tambak maupun hatchery (IPUW) pada bulan-bulan tertentu dan demikian pula dengan plankton dalam tambak pemeliharaan udang serta bakteri berpendar di sistem pengeloaan air limbah, menandakan perlunya dilakukan pengamatan secara intensif pada sistem budidaya udang.
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) BPPBAP Tahun 2016
isotop, sedimen di sekitar tambak udang superintensif telah terkontaminasi oleh limbah
36
Pemakaian beberapa fasilitas pendukung kegiatan budidaya, seperti tandon pematangan air dan tandon pengolahan limbah, pada beberapa unit pembudidaya di lokasi ini masih sangat minim. Insidensi WSSV selama penelitian ditemukan pada bulan Februari, Maret, April, Juni, Juli, Agustus dan November dengan prevalensi 8,33 hingga 100%.
Virus ini
menginfeksi plankton, benur, juvenil dan calon induk udang windu/vaname. Insidensi TSV selama penelitian ditemukan pada bulan Maret, Juni, Juli, dan Agustus dengan prevalensi 11,11 hingga 100%.
Virus ini menginfeksi benur dan juvenil udang vaname.
IMNV tidak ditemukan selama penelitian yang dapat mengindikasikan lokasi ini masih bebas dari penyakit tersebut. 1 T Benur 1 H Induk 3 Juvenil
1 H Benur 2 Juvenil 4 Juvenil
1 H Juvenil 3 Benur 5 Benur
3
4
5
06. 1 06.2
7
8
9
10
11
IMNV
WSSV
TSV
IMNV
WSSV
TSV
IMNV
WSSV
TSV
IMNV
WSSV
TSV
IMNV
TSV
WSSV
IMNV
TSV 2
12
Pengamatan bulan -
Gambar 6. Insidensi dan Prevalensi WSSV, TSV dan IMNV di Perairan Kabupaten Barru
Kesimpulan dari penelitian adalah insidensi WSSV selama penelitian ditemukan pada bulan Februari, Maret, April, Juni, Juli, Agustus dan November dengan prevalensi 8,33 hingga 100%. Virus ini menginfeksi plankton, benur, juvenil dan calon induk udang windu/vaname. Insidensi TSV selama penelitian ditemukan pada bulan Maret, Juni, Juli, dan Agustus dengan prevalensi 11,11 hingga 100%.
Virus ini menginfeksi benur dan
juvenil
selama
udang
vaname.
IMNV
tidak
ditemukan
mengindikasikan lokasi ini masih bebas dari penyakit tersebut.
penelitian
yang
dapat
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) BPPBAP Tahun 2016
1
WSSV
IMNV
WSSV
Prevalensi (%)
100 80 60 40 20 0
1 T Juvenil 2 Benur 4 Benur
37
5. Isolasi dan Karakterisasi RNA Interferens (RNAi) pada Udang Windu (Peningkatan Respons Imun Udang Windu Melalui RNA Interferens) Udang memerlukan imunostimulan sebagai kekebalan tubuh nonspesifik karena memiliki sistem kekebalan tubuh spesifik yang sangat kurang (Rowley dan Pope, 2012). Interferensi RNA (RNA interference = RNAi) merupakan salah satu mekanisme pada sel hidup untuk mengendalikan aktivitas gen yang banyak diaplikasikan untuk mengatasi serangan WSSV. Penelitian mengenai isolasi dan karakterisasi RNA Interference pada udang windu dilakukan sebagai informasi dasar dalam upaya peningkatan resistensi udang windu terhadap penyakit virus WSSV melalui teknologi RNAi. Penelitian bertujuan untuk mendapatkan data dan informasi tentang karakter gen VP-15 dan VP-24 WSSV sebagai vaksin rekombinan DNA untuk teknologi RNA interferensi serta mendapatkan data dan informasi awal tentang ketahanan dan respons imun udang windu terhadap vaksin DNA rekombinan VP-15 dan VP-24. Lingkup kegiatan penelitian terdiri dari konstruksi gen VPWSSV sebagai bahan vaksin rekombinan DNA serta uji tantang untuk mendapatkan
2 µg sesuai penelitian Loy et al. (2012). Konstruksi dsRNA sebagai bahan vaksin telah berhasil dilakukan untuk gen VP-15 dengan konsentrasi 23.200 µg/mL, kemurnian 1,871, sedangkan konsentrasi VP-24 20.800 µg/mL dan kemurnian 1,926. Hasil elektroforesis memperlihatkan bahwa vaksin dsRNA mengandung gen VP-15 pada fragmen 245 bp dan VP-24 pada fragmen 620 bp (Gambar 7). M VP15
100bp VP24
600 300
A
B
Gambar 7. Hasil Elektroforesis dsRNA : A. dsRNA VP-15 (M = marker low range; VP15 = dsRNA VP-15). B. dsRNA VP-24 (100 bp = marker 100 bp)
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) BPPBAP Tahun 2016
informasi mengenai respon udang terhadap vaksin VP-15 dan VP-24 dengan dosis tunggal
38
Hasil pengujian respons imun udang windu memperlihatkan bahwa vaksin rekombinan DNA VP-15 mampu meningkatkan sintasan udang hingga 37,6% dibandingkan dengan kontrol (Gambar 8).
Kontrol
Vaksin VP15
80 60 40 20
Kontrol
100 Sintasan (%)
Sintasan (%)
100
Vaksin VP24
80 60 40 20
0
0 I
II III IV Lama Pemeliharaan (hari)
I
V
II III IV Lama Pemeliharaan (hari)
V
Gambar 8. Sintasan Udang Windu pada Uji Tantang In Vitro Vaksin VP-15 dan VP-24 IKU 3. Jumlah Karya Tulis Ilmiah Litbang Budidaya Air Payau yang Diterbitkan
IKU ini didefenisikan sebagai tulisan yang disusun berdasarkan data dan
diterbitkan di jurnal terakreditas atau prosiding dalam dan/atau luar negeri pada tahun berjalan.
Teknik menghitungnya yaitu jumlah KTI yang sudah diterbitkan dan
disampaikan secara resmi oleh Kepala Satker. IKU ini menggunakan klasifikasi maximize yang berarti bahwa capaian yang diharapkan dapat melebihi target. Jumlah KTI yang ditargetkan dari BPPBAP pada tahun 2016 adalah 36 KTI. Tabel 15. Capaian IKU 3. Jumlah Karya Tulis Ilmiah Litbang Budidaya Air Payau yang Diterbitkan
Indikator Kinerja Utama (IKU) 3 Jumlah Karya Tulis Ilmiah Litbang Budidaya Air Payau yang Diterbitkan (KTI)
Target 2016 36
Capaian TA 2016
Progres Fisik (%)
T
R
T
R
%
36
45
100
125,00
125,00
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) BPPBAP Tahun 2016
informasi yang dihasilkan dari kegiatan penelitian dan pengembangan yang telah
39
Tahun 2016 KTI BPPBAP yang telah terbit sebanyak 45 KTI berupa: 1.
Posiding yang telah dipresentasikan pada seminar Forum Inovasi Teknologi Akuakultur (FITA 2016) dan Asian Pacifik Aquaculture (APA 2016) yang diselenggarakan di Surabaya sebanyak 31 KTI;
2.
Prosiding Semnaskan Universitas Hasanuddin sebanyak 8 KTI;
3.
Prosiding Semnaskan Universitas Gadjah Mada sebanyak 5 KTI.
4.
Aquaculture Report sebanyak 1 KTI. Jumlah ini masih berpotensi untuk mengalami peningkatan karena masih menunggu
penerbitan Jurnal Riset Akuakultur (JRA) dan Indonesian Aquaculture Journal (IAJ) yang dikelola oleh Puslitbangkan, namun karena terikat pada aturan pencapaian kinerja yang harus memiliki bukti fisik sebagai bukti capaian sehingga KTI yang sudah dipastikan terbit sebagai terbitan TA 2016 tidak dapat dihitung dan dijadikan sebagai capaian KTI 2016. Daftar KTI yang akan terpublikasi dengan penerbitan tahun 2016 namun belum
3 KTI akan dipubikasikan pada Indonesia Aquaculture Journal (IAJ)
9 KTI akan dipubikasikan pada Jurnal Riset Akuakultur (JRA)
3 KTI akan diterbitkan pada Media Akuakultur (MA) Dibandingkan dengan tahun 2015 yang menargetkan 33 KTI dengan capaian 55
KTI (166,67%), untuk tahun 2016 meskipun sudah melampaui target yakni 45 dari 36 KTI (125,00%) tetapi capaiannya sedikit lebih rendah dibanding tahun 2015 sekalipun digabungkan dengan KTI yang akan diterbitkan di IAJ, JRA dan Media Akuakulutur (15 KTI) sehingga total menjadi 59 KTI, total persentase capaian sebanyak 163,89%. SASARAN STRATEGIS 3:
Terwujudnya hasil litbang yang inovatif untuk
penyelenggaraan tata kelola pemanfaatan SDKP yang adil, berdaya saing dan berkelanjutan. Sasaran strategis
hasil litbang perikanan budidaya yang inovatif untuk
penyelenggaraan tata kelola pemanfaatan SDKP yang adil, berdaya saing dan berkelanjutan memiliki nilai capaian yaitu sebesar 120%. Capaian SS 3 ini mengalami peningkatan dibanding capaian tahun 2015 yakni 100% dengan dukungan 5 IKU.
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) BPPBAP Tahun 2016
tercetak hingga dilaporkannya LAKIP 2016:
40
Indikator kinerja untuk mengukur pencapaian SS 3 tahun 2016 terdiri dari 5 (lima) IKU sebagai berikut: IKU
4.
Jumlah
hasil
litbang
perikanan
budidaya
air
payau
yang
terekomendasikan untuk masyarakat dan atau industri. Rekomendasi teknologi merupakan salah satu upaya menjalankan Undang-undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan Pasal 28 yang menyatakan bahwa materi penyuluhan dalam bentuk teknologi tertentu yang akan disampaikan kepada pelaku utama dan pelaku usaha harus mendapat rekomendasi
dari
lembaga
pemerintah,
kecuali
teknologi
yang
bersumber
dari
pengetahuan tradisionak. Lembaga pemerintah pemberi rekomendasi wajib mengeluarkan rekomendasi segera setelah proses pengujian dan administrasi selesai. Jumlah terekomendasi
teknologi dan
yag
dihasilkan
ditetapkan
dalam
oleh
satuan
Keputusan
kerja
Menteri
Balitbang KP.
KP
yang
Teknologi
yang
terekomendasi telah diusulkan sesuai dengan format usulan yang telah ditetapkan dan
melalui presentasi BPPBAP sebelumnya telah mengusulkan 2 (dua) usulan rekomendasi teknologi ke Komisi Litbang Kelautan dan Perikanan dengan judul-judul sebagai berikut: 1.
Teknologi Budidaya Ikan Bandeng dalam Keramba Jaring Apung di Laut
2.
Teknik Skrining Benur Melalui Penggunaan Beberapa Metode Stressing Berdasarkan
Memorandum
Sekretaris
Balitbang
KP
No.
2703/BALITBANGKP.0/RC.110/IX/2016 PERIHAL Penyampaian Hasil Seleksi Usulan Rekomendasi Teknologi KP 2016 Tahap Presentasi, menyatakan bahwa kedua bahan yang diajukan dinyatakan lolos, yakni sebagai berikut: 1. Teknologi Budidaya Ikan Bandeng dalam Keramba Jaring Apung di Laut oleh Dr. Ir. Usman, M.Si. dkk. 2. Teknik skrining benur melalui penggunaan beberapa metode stressing oleh Ir. Muliani, M.Si. dkk.
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) BPPBAP Tahun 2016
lulus penilaian oleh Komisi Litbang dalam 3 tahap : administrasi, substansi dan oral
41
Tabel 16. Capaian IKU 4. Jumlah Hasil Litbang Budidaya Air Payau yang Terekomendasikan untuk Masyarakat dan atau Industri Target 2016
Indikator Kinerja Utama (IKU) 4 Jumlah hasil litbang budidaya air payau yang terekomendasikan untuk masyarakat dan atau industri (buah)
1
Capaian TA 2016
Progres Fisik (%)
T
R
T
R
%
1
2
100
200
200
Dibandingkan dengan capaian tahun 2015 meskipun memiliki target yang sama yakni 1 Jumlah hasil litbang perikanan budidaya yang terekomendasikan untuk masyarakat dan atau industri, capaian untuk tahun ini melampaui target yakni terdapat 2 hasil litbang yang menjadi bahan rekomendasi teknologi. Capaian Jumlah Hasil Litbang Perikanan Budidaya yang Terekomendasikan untuk Masyarakat dan atau Industri Tahun 2013-2016
Indikator Kinerja Utama Jumlah hasil litbang budidaya air payau yang terekomendasikan untuk masyarakat dan atau industri (buah)
2013 2
2014 1
2015 1
2016 2
IKU 5. Jumlah Paket Teknologi Iptek Litbang Budidaya Air Payau IKU ini dideskripsikan sebagai hasil kegiatan penelitian dan pengembangan kelautan dan perikanan Iptek kelautan dan perikanan yang memiliki kebaruan sebagian atau seluruhnya yang akan dipergunakan dalam mengembangkan sistem sistem produksi, pengolahan,
dan
pemasaran
berbasis
iptek
berupa
Paket
Teknologi.
Teknik
perhitungannya yaitu jumlah hasil kegiatan di BPPBAP berupa Paket Teknologi yang mengalami kebaruan pada tahun berjalan.
IKU ini menggunakan klasifikasi maximize,
dimana capaian yang diharapkan adalah melebihi target yang ditetapkan. Tabel 18. Capaian IKU 5. Jumlah Paket Teknologi Iptek Litbang Budidaya Air Payau Capaian Progres Fisik (%) Target TA2016 Indikator Kinerja Utama (IKU) 5 2016 % T R T R Jumlah Paket Teknologi Iptek Litbang Budidaya Air Payau (buah)
3
3
3
100
100
100
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) BPPBAP Tahun 2016
Tabel 17.
42
Secara umum kemajuan fisik untuk kegiatan-kegaiatan yang mendukung paket teknologi sudah selesai 100% karena kegiatan penelitian secara keseluruhan telah selesai dan telah dilakukan evaluasi pembahasan laporan akhir di mana perbaikan laporan akhir atau biasa disebut Laporan Teknis Akhir telah disampaikan ke SubSeksi Monev BPPBAP.
Target jumlah hasil litbang perikanan budidaya berupa Paket Teknologi di
BPPBAP tahun 2016 adalah sebanyak 3 kegiatan. Dibanding target dan realisasi kegiatan tahun 2015 adalah sama dengan tahun 2016 dengan capaian 100%. Tabel 19. Capaian Jumlah Paket Teknologi Iptek Litbang Budidaya Air Payau Tahun 20132016 Indikator Kinerja Utama (IKU) 6 2013 2014 2015 2016 Jumlah Paket Teknologi Iptek Litbang Budidaya Air Payau (paket)
8
5
3
3
Resume hasil litbang untuk 3 kegiatan litbang yang mendukung adalah: 1. Perbaikan Teknologi Produksi Massal Krablet Kepiting Bakau
dilakukan dengan pengkayaan nauplius artemia sebelum diberikan ke larva. Tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan stadia larva yang paling tepat untuk mulai diberi pakan nauplius artemia yang diperkaya dengan Nannochloropsis sp. Sebanyak 12 unit bak fiberglass kerucut diisi dengan air laut steril salinitas 28 ppt ditebari larva yang baru menetas. Larva diberi pakan rotifera dan nauplius artemia. Tabel 20. Indeks Kemunculan Megalopa dari Larva yang Diberi Pakan Nauplius Artemia yang Diperkaya dengan Nannochloropsis sp. Perlakuan
A. Nauplius artemia diperkaya dengan Nannochloropsis sp. diberikan pada larva zoea-3 hingga megalopa B. Nauplius artemia diperkaya dengan Nannochloropsis sp. diberikan pada larva zoea-4 hingga megalopa
IKM (Jumlah megalopa//100 ind. larvae) dan produksi krablet di setiap perlakuan Hari ke-1 Hari ke-2 Hari ke-3 Hari ke-4 Krablet (DOC 21) (DOC 22) (DOC 23) (DOC 24) D10 (ind./bak ) 0.03a 0.053a 0.242a 0.294a 191+15.6a
0.01a
0.034a
0.034b
0.218a
165.5+7.1a
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) BPPBAP Tahun 2016
Peningkatan kualitas pakan larva kepiting bakau Scylla transquebarica dapat
43
C. Nauplius artemia diperkaya dengan Nannochloropsis sp. diberikan pada larva zoea-5 hingga megalopa D. Nauplius artemia tidak diperkaya dengan Nannochloropsis sp. diberikan pada larva zoea-3 hingga megalopa
0.008a
0.140b
0.208a
0.242a
190.5+13.4a
0.02a
0.115b
0.123b
0.105b
121+2.1b
Angka dalam kolom yang sama diikuti oleh huruf yang sama berarti beda tidak nyata (P>0,05)
Di samping dengan pengkayaan pada nauplius artemia dengan Nannochloropsis sp, pada pemeliharaan larva kepiting bakau S. transquebarica dengan penambahan pakan buatan sebanyak 0,5-1,25 mg/L/2 hari dan diberikan setelah larva mulai masuk stadia zoea-3 hingga
megalopa
mampu
menghasilkan krablet sebanyak 550-644 ekor/bak
2.000 L. Produksi krablet di hatchery diduga dipengaruhi oleh padat tebar larva yang dipelihara. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui produksi krablet kepiting bakau S.
transquabarica dari larvanya yang dipelihara dengan padat tebar berbeda yaitu ; A). 34+2,8 ind./L, B). 39+5,6 ind./L, C). 58+4,2 ind./L dan D). 76+11,3 ind./L. Masing-masing
larva, Indeks Perkembangan Larva (IPL), Indeks Kemunculan Megalopa (IKM) dimonitor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai IPL tertinggi diperoleh pada perlakuan dengan padat tebar larva 39+5,6 ind./L (B) dan 76+11,3 ind./L (D). Sedangkan nilai IKM tertinggi juga diperoleh pada perlakuan dengan padat tebar larva 39+5,6 ind./L (B) dan 76+11,3 ind./L (D). Produksi krablet tertinggi diperoleh pada perlakuan D = 495.3+22.48 ind./bak 2.000 L (Tabel 2) dan menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05) dengan perlakuan A (48.5+4.94 ind./bak 2.000 L), B (167.5+10.61 ind./bak 2.000 L) dan C (218.33+10.41 ind./bak 2.000 L). Upaya untuk menjaga kelestarian kepiting bakau dapat juga dilakukan dengan memproduksi benih dari hatchery. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat performa pertumbuhan dan sintasan krablet kepiting bakau S. transquebarica hasil pembenihan yang dipelihara pada beberapa lokasi tambak.
Tambak yang digunakan merupakan tambak
tradisional dengan pematang berkonstruksi tanah dan pergantian air menggunakan sistem pasang surut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan kepiting bakau setelah bulan ketiga mencapai berat rata-rata antara 130-199 g/ekor. Berat rata-rata terendah
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) BPPBAP Tahun 2016
dengan tiga ulangan. Rotifera dan artemia nauplius digunakan sebagai pakan larva. Populasi
44
diperoleh kepiting yang ditebar di tambak Kabupaten Polman (Provinsi Sulawesi Barat) dan tertinggi di Kabupaten Pangkep (Provinsi Sulawesi Selatan). Banyak faktor yang dapat menyebabkan perbedaan pertumbuhan pada ketiga lokasi di antaranya perbedaan padat tebar krablet, lokasi, ketersediaan pakan yang cukup dan mudahnya pergantian air selama masa pemeliharaan diduga merupakan faktor utama berpengaruh pada kecepatan pertumbuhan kepiting bakau.
Tambak di Pangkep
Tambak di Polman
Tambak di Maros
Kepiting bakau hasil panen
Gambar 9. Lokasi Pemeliharaan Krablet Kepiting Bakau Hasil Perbenihan
Breeding (F1 dan F2) di Tambak Udang windu merupakan komoditas asli Indonesia mempunyai prospek pasar cerah untuk dikembangkan namun produksinya masih rendah.
Beberapa permasalahan yang
muncul seperti menurunnya kondisi lingkungan, berkembannya penyakit, dan rendahnya kualitas benih. Benih yang tidak berkualitas diduga disebabkan oleh kurang tersedianya induk unggul yang berkualitas. Untuk itu perlu upaya penyediaan induk unggul dan bebas patogen dalam jumlah yang mencukupi.dan salah satunya adalah pembesaran benih hasil seleksi (selectif breeding) di tambak baik dari alam maupun dari tambak untuk dijadikan calon induk ukuran >60 g. Tujuan penelitian adalah menyediakan calon induk udang windu ukuran 25-60 g. Unit 1. Distribusi ukuran calon induk udang windu hasil seleksi asal laut (F1) dari 25–60 g pada wadah substrat berbeda. Penelitian dilakukan di tambak Instalasi Tambak Percobaan Punaga, Takalar dengan menggunakan 4 petak tambak beton ukuran 1.000 m2 dan 2 petak tambak tanah ukuran 2.500 m2-3.000 m2 . Hewan uji adalah udang windu asal laut (F1) ukuran 25 g yang ditebar dengan kepadatan 4 ekor/m2. Ada 3 perlakuan
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) BPPBAP Tahun 2016
2. Pembesaran Calon Induk Udang Windu, Penaeus monodon Hasil Selektif
45
yaitu: A
(tambak beton tanpa dasar pasir), B (tambak beton
dasar pasir),
dan C
(tambak tanah) dengan masing-masing 2 ulangan. Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
rancangan acak kelompok.
pemeliharaan meliputi pertumbuhan, sintasan dan
Peubah yang diamati selama
produksi. Peubah penunjang yang
diamati meliputi kualitas air, plankton, dan bakteri vibrio. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa pengaruh perbedaan substrat terhadap pertumbuhan mutlak udang windu memperlihatkan perlakuan A berbeda tidak nyata dengan perlakan B (P>0,05), demikian pula perlakuan B dan perlakuan C (P>0,05), namun perlakuan C berbeda nyata dengan A (P<0,05) (Tabel 21). Tabel 21. Pertambahan Berat, Laju Pertumbuhan Harian, Sintasan dan Produksi Udang Windu pada Substrat Berbeda
Kepadatan (ekor/m2) Lama Pemeliharaan (hari)
A (Tanpa substrat) 4
Perlakuan Perbedaan Substrat B (Pasir) 4
120
120
C (Tanah) 4 120
Berat Awal (g)
25,72
25,72
25,72
Berat Akhir (g)
63,22 ± 11,4ab
57,82 ± 14,4a
69,80 ± 14,7b
37,50a
32,50a
44,08 ab
0,3057 ± 0,18ab
0,3572 ± 0,138a
0,4198 ± 0,14 b
Pertumbuhan Mutlak (g) Laju Pertumbuhan Harian (%)
Tingkat kelangsungan hidup (%) Produksi (kg )
a
a
14,4
14,6
9,6a
576,0a
576,5 a
842,0a
Angka dalam baris yang sama diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (P>0,05)
Sintasan calon induk udang windu yang diperoleh pada ketiga perlakuan berkisar antara 9,7 dan 14,65%, yaitu perlakuan tanpa substrat sebesar 14,65%, substrat pasir sebesar 14,4% dan substrat tanah sebesar 9,7%. Sintasan yang rendah pada penelitian ini berdampak kepada produksi yang rendah pada semua perlakuan.
Berdasarkan Tabel
21, terlihat bahwa produksi udang windu yang diperoleh pada penelitian ini antara 576,0 dan 842,0 kg selama 120 hari pemeliharaan.
berkisar
Produksi tertinggi diperoleh
pada perlakuan C (substrat tanah) yaitu 842 kg, disusul perlakuan A (substrat pasir) yaitu 576,5 kg sedangkan pada perlakuan (tanpa substrat) adalah 576,0 kg.
Namun
hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perbedaan substrat selama pemeliharaan udang windu berpengaruh tidak nyata terhadap produksi udang (P>0,05). Hasil panen calon induk udang windu ukuran >60 g disimpan sebagai stok hewan uji sebanyak 1.678 ekor
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) BPPBAP Tahun 2016
Peubah
46
dan ukuran <60 g yang kondisinya lemah (rusak) dijual sebanyak 87,3 kg, sebagai penerimaan PNBP. Unit 2. Seleksi ukuran calon induk udang windu hasil seleksi asal tambak (F2) dan F1
transgenik dari
25–60 g.
Penelitian dilakukan di
Instalasi Tambak Percobaan
Punaga, Takalar dengan menggunakan 2 petak tambak tanah ukuran 5.000 m2. Hewan uji adalah udang windu asal tambak (F2) dan F1 transgenik ukuran 25 g yang ditebar dengan kepadatan 2.000 ekor/5.000 m2 dan dipelihara sampai mencapai ukuran >60 g. Berdasarkan hasil pengamatan memperlihatkan bahwa pertambahan berat udang windu selama 120 hari pemeliharaan semakin meningkat seiring dengan meningkatnya waktu pemeliharaan untuk semua perlakuan (Gambar 10). hari
Pertumbuhan udang selama 120
pemeliharaan di tambak dapat dilihat pada Gambar 10.
Pada Gambar 10
nampak bahwa pertumbuhan udang F2 asal tambak cenderung
lebih baik
60 50 40 30 20 10 0
F1 transgenik F2 tambak 1
2
3
4
5
6
7
8
Pengamatan (2 minggu)
Gambar 10. Grafik Pertumbuhan Calon Induk Udang Windu (F2 Tambak dan F1 Transgenik) Sintasan calon induk udang windu yang diperoleh pada kedua perlakuan berkisar antara 22,6 dan 50,0%. Produksi calon induk udang windu F1 transgenik sebanyak 1.020
ekor dengan sintasan adalah 50,0%,
ukuran udang jantan 52,49±6,86 g/ekor dan
betina 75,25±12,71 g/ekor, sedangkan produksi calon induk udang windu F2 asal tambak sebanyak 452 ekor dengan sintasan 22,6% yang terdiri dari udang jantan berukuran 54,01 g/ekor dan betina 76,8 g/ekor. Kedua unit kegiatan ini mendukung kegiatan Kelti Nutrisi dan Teknologi Pakan serta Kelti Perbenihan, Genetika, dan Bioteknologi di Instalasi Pembenihan Udang Windu (IPUW) di Barru.
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) BPPBAP Tahun 2016
Berat (g/ekor)
dibandingkan dengan udang F1 transgenik.
47
3. Aplikasi Probiotik RICA untuk Pengendalian Penyakit pada Budidaya Udang di Tambak Probiotik RICA adalah bakteri probiotik yang diisolasi oleh Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau (BPPBAP) dari tambak, mangrove, laut, dan makroalga di perairan Sulawesi Selatan. Dari 4.226 isolat diperoleh lima probiotik RICA. Probiotik RICA-1 (Brevibacillus laterosporus) merupakan bakteri asal tambak yang memiliki manfaat dalam perombakan bahan organik dan senyawa sulfida (H 2S), juga mampu menekan perkembangbiakan bakteri Vibrio harveyi pathogen. Probiotik RICA-2 (Serratia
marcescens) merupakan bakteri asal daun mangrove yang memiliki kemampuan dalam mengurai
amoniak
dan
juga
memacu
pertumbuhan
udang.
Probiotik
RICA-3
(Pseudoalteromonas sp Edeep-1) merupakan bakteri asal sedimen laut yang memiliki manfaat dalam proses nitrifikasi (mengubah nitrit menjadi nitrat), juga bermanfaat dalam menekan perkembangbiakan bakteri V. harveyi.
Probiotik RICA-4 (Bacillus
subtilis) merupakan bakteri asal makroalga yang memiliki peranan mirip dengan RICA-1.
yang memiliki manfaat mirip RICA-3 dan juga dalam penguraian amoniak dalam air tambak. Penelitian ini dilakukan di tambak rakyat di Lingkungan Pangasa, Kelurahan Samataring, Kecamatan Sinjai Timur, Kabupaten Sinjai menggunakan 18 petak tambak dengan luas antara 0,2-0,7 ha/petak menggunakan teknologi ekstensif plus. Semua petakan tergolong tambak tanah sulfat masam (TSM) dengan nilai selisih antara pHF dengan pHFOX berkisar antara 1,79 (tidak terlalu masam) hingga 4,94 (sangat masam). Warna air tambak berubah-ubah setiap saat, yang mengindikasikan fitoplankton sulit tumbuh mengingat seringnya terjadi penurunan pH mendadak akibat hujan. Secara umum pH air tambak berkisar antara 5,0-8,9. Kondisi inilah yng menyebabkan udang mudah stres dan akhirnya terserang WSSV dan parasit pemakan darah pada umur udang sekitar 70 hari di tambak. Penggunaan kapur dolomit dan probiotik RICA mampu memperlambat serangan penyakit. Namun demikian beberapa petak tambak terlanjur dipanen oleh pembudidayanya sebelum waktu panen. Dari 9 petak tambak yang sempat terpantau diperoleh bahwa produksi dan sintasan udang rata-rata terbaik (93,9+11,3
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) BPPBAP Tahun 2016
Sedangkan probiotik RICA-5 (Bacillus licheniformis) merupakan bakteri asal makroalga
48
kg/ha dan 16,55+12,38%) pada perlakuan B (pergiliran probiotik RICA-1, RICA-2, dan RICA-5). Rata-rata produksi udang pada perlakuan B berbeda nyata (P<0,05) dengan perlakuan A (51,5+18,4 kg/ha) dan C (46,9+25,7 kg/ha), namun sintasan udang windu pada perlakuan B berbeda tidak nyata (P>0,05) dengan sintasan udang pada perlakuan A (6,51+0,90%) dan C (5,89+2,72%). Produksi udang windu pada perlakuan A dan C juga berbeda
tidak
nyata (P>0,05).
Aplikasi pergiliran probiotik RICA-1 (asal tambak),
RICA-2 (asal mangrove), dan RICA-5 (asal rumput laut) diduga cocok dipakai di tambak tanah sulfat masam apabila penurunan pH air secara mendadak diantisipasi dengan aplikasi kapur dolomit. Agar diperoleh produksi udang yang lebih baik, maka tambak TSM sebaiknya dilakukan bioremediasi terlebih dahulu sebelum digunakan untuk pemeliharaan udang. IKU 6. Jumlah Produk Biologi Iptek Litbang Budidaya Air Payau IKU ini dideskripsikan sebagai hasil kegiatan penelitian dan pengembangan kelautan dan
yang akan dipergunakan dalam mengembangkan sistem sistem produksi, pengolahan, dan pemasaran berbasis iptek berupa produk biologi. Teknik perhitungannya yaitu jumlah hasil kegiatan di BPPBAP berupa produk biologi yang mengalami kebaruan pada tahun berjalan.
IKU ini menggunakan klasifikasi maximize, dimana capaian yang diharapkan
adalah melebihi target yang ditetapkan. Berdasarkan Tabel 21, kemajuan fisik tahun 2016 untuk kegiatan-kegiatan yang mendukung IKU ini yakni 100%.
Dibanding
tahun
2015, kegiatan yang mendukung untuk IKU ini ada 4 kegiatan litbang dengan capaian 100%. Tabel 22. Capaian IKU 6. Jumlah Produk Biologi Iptek Litbang Budidaya Air Payau
ndikator Kinerja Utama (IKU) 6 Jumlah Produk Biologi Iptek Litbang Budidaya Air Payau (Paket)
Target 2016 3
Capaian TA 2016
Progres Fisik (%)
T
R
T
3
3
100
R 100
% 100
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) BPPBAP Tahun 2016
perikanan iptek kelautan dan perikanan yang memiliki kebaruan sebagian atau seluruhnya
49
Tabel 23. Capaian Jumlah Produk Biologi Iptek Litbang Budidaya Air Payau tahun 20132016 Indikator Kinerja Utama
2013
2014
2015
2016
Jumlah Produk Biologi Iptek Litbang Budidaya Air Payau
2
4
4
3
IKU tahun 2016 didukung oleh 3 (tiga) kegiatan litbang yakni: 1. Perbaikan Kinerja Induk Udang Windu, Penaeus monodon di Bak Resirkulasi dan Tambak Permasalahan penyediaan calon induk udang windu adalah rendahnya kinerja reproduksi induk, terutama keberhasilan kopulasi (kawin) secara alami di tambak dan bak resirkulasi. Rendahnya kopulasi alami disebabkan kinerja reproduksi induk betina dan jantan yang belum sempurna, hal ini terkait dengan beberapa faktor antara lain: umur, ukuran, pakan, dan lingkungan. Pakan dan ukuran induk udang windu jantan maupun betina berkorelasi positif terhadap produksi sperma dan telur. Penelitian ini akan menghasilkan
dapat memacu keberhasilan kawin udang windu di bak resirkulasi, 2) ukuran udang windu jantan produktif dengan pakan berbeda di bak resirkulasi, dan 3) ukuran udang windu jantan produktif dengan kepadatan berbeda di tambak. Kesimpulan penelitian menunjukkan bahwa aplikasi sex ratio jantan dan betina (1:1) menghasilkan jumlah udang windu kawin lebih banyak dari pada rasio 1:3 dan rasio 1:5 selama penelitian di bak resirkulasi. Aplikasi pakan cacing + semi moist pellet komersial menghasilkan ukuran udang windu jantan produktif lebih banyak dari pada perlakuan kerang + semi moist pellet komersial dan pakan cumi + semi moist pellet komersial. Hasil penelitian bahwa pemeliharaan udang windu jantan kepadatan 1 ekor/m 2 menghasilkan udang jantan produktif lebih banyak daripada kepadatan 2 ekor/m 2 di tambak beton, di mana udang jantan produktif berkisar 62-73 g/ekor.
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) BPPBAP Tahun 2016
keluaran berupa komponen teknologi tentang (1) rasio betina dan jantan yang tepat
50
2. Teknologi Produksi Larva dan Calon Induk Udang Windu (F1) Tahan Penyakit WSSV Aplikasi bioteknologi dalam perbaikan genetik udang windu melalui seleksi dapat dilakukan
dengan
peningkatan
karakter
ketahanan
penyakit
melalui
teknologi
transgenesis. Peningkatan resistensi udang transgenik mencapai 24,5% ketika ditantang dengan virus WSSV dan 67,0% dengan bakteri Vibrio harveyi (Parenrengi, 2010), F1 transgenik (52%), G1 transgenik (16%), dan nontransgenik (8%) (Tenriulo et al., 2015). Meskipun demikian, performa F1 dibandingkan dengan induknya harus terus dievaluasi, demikian pula dengan teknologi pembesaran dan pematangan calon induk, serta untuk evaluasi keamanan pangan (food safety) melalui profil asam amino dan asam lemak. Tujuan penelitian adalah produksi larva F0, G1, dan G2 dan calon induk udang windu F0 dan G1 tahan penyakit WSSV; dan karakterisasi larva F0, G1, dan G2 dan calon induk udang windu F0 dan G1 tahan penyakit WSSV melalui uji tantang dengan virus WSSV, dan untuk evaluasi keamanan pangan melalui analisis kandungan asam amino dan asam
Produksi udang windu tahan penyakit melalui teknologi transgenesis. Rangkaian kegiatan meliputi produksi massal pasca-larva udang windu melalui transfer gen antivirus, pemijahan induk F0 dan pemeliharaan larva F1 hasil pemijahan.
Karakterisasi larva dan
calon induk udang windu tahan penyakit melalui uji tantang dengan patogen WSSV (Parenrengi, 2010). Metode injeksi digunakan pada otot/daging ( intra-muscular) pada udang windu (30-50 g/ekor) dengan Rancangan Acak Lengkap dengan 3 perlakuan dan 3 ulangan. Telah dihasilkan calon induk F1 sekitar 1.000 ekor dengan ukuran berkisar 80100 g/ekor, F0 sekitar 4.000 ekor dengan ukuran 50-80 g/ekor. Induk betina F0 telah menghasilkan larva G1 (nauplius) sebanyak 109.400 ekor dengan daya tetas 13-20%, sedangkan dari induk jantan yang dikawinkan dengan betina alam menghasilkan 125.000 ekor (daya tetas 12-17%). Back up F0 dari kegiatan transfeksi gen antivirus menghasilkan nauplius sebanyak 12.300 ekor dengan daya tetas 69,10% (tahap I), dan 37.700 ekor dengan daya tetas 67,32% (tahap II). Karakterisasi larva dan calon induk F0, serta larva F1 pada calon induk yang dipelihara terdeteksi tidak terinfeksi oleh
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) BPPBAP Tahun 2016
lemak.
51
penyakit WSSV, ekspresi gen PmAV terdeteksi pada sampel yang diisolasi dari hepatopanreas namun tidak ditemukan dari sampel hemolim (Gambar 11).
A
500bp
B
500bp bp
400 bp
C D
500bp bp
Gambar 11. Deteksi Gen Antivirus PmAV Udang Windu Nontransgenik (K1-K3), Transgenik F0 (F03-F05), Transgenik F1 (F13-F15) dari Hepatopankreas (A), dari Hemolim Udang Windu Transgenik (B), Kontrol Internal b-actin (C) dan Ekspresi Gen Antivirus PmAV (D) dari Hepatopankreas H1, H2, H3 dan Hemolim C3,A3, B3, LR = low range marker Kesimpulan penelitian adalah teknologi produksi larva dan induk udang windu tahan penyakit telah berhasil menghasilkan induk F0 dan F1 dan larva F1 transgenik dan G1. Udang transgenik F0 memperlihatkan sintasan yang lebih tinggi (50,0%) dibandingkan dan nontransgenik (13,3%) setelah ditantang dengan
virus WSSV, dan aktivitas pro-PO udang transgenik juga lebih tinggi.
Kandungan
proksimat, asam amino, dan asam lemak udang transgenik dan nontransgenik relatif sama. 3. Uji Aplikasi Probiotik pada Produksi Massal Larva Udang Windu Tersedianya benih berkualitas bagi pembudidaya merupakan salah satu kunci utama didalam menunjang keberlanjutan produksi perikanan budidaya. Salah satu persyaratan benih unggul adalah benih yang Spesific Pathogen Free (SPF). Permasalahan yang dihadapi adalah keterbatasan benih yang unggul dikarenakan oleh beberapa faktor di antaranya, lingkungan yang tercemar, penggunaan induk yang tidak melalui proses seleksi dan penggunaan antibiotik sehingga jika tidak ada batasan dalam penggunaannya dapat memicuh terbentuknya strain bakteri yang resisten. Salah satu metode alternatif untuk mencegah dan mengendalikan serangan penyakit pada budidaya udang windu, antara lain dengan penggunaan probiotik.
Isolat probiotik yang sudah ditemukan di
antaranya probiotik RICA memiliki kemampuan untuk menghambat pertumbuhan bakteri patogen Vibrio harveyii, yakni probiotik RICA-1 (Brevibacillus laterosporous), RICA-5 (Bacillus licheniformis) serta untuk mengurai amonia, yaitu RICA-4 (Bacillus subtilis).
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) BPPBAP Tahun 2016
dengan F1 transgenik (36,7%)
52
Kegiatan dilaksanakan di Instalasi Pembenihan Udang Windu (IPUW) Barru. Induk yang digunakan adalah induk alam yang berasal dari Aceh dan Bombana Sulawesi Tenggara dan induk hasil pembesaran di tambak yang SPF. Pemeliharaan larva dimulai dari stadia nauplius sampai pascalarva (PL-12). Untuk menjamin benih yang dihasilkan adalah benih SPF, dilakukan analisis bebas penyakit dengan metode PCR. Untuk mengetahui kualitas larva dilakukan penilaian morfologi dan uji vitalitas larva sebelum didistribusikan ke pembudidaya.
Uji aplikasi probiotik dilaksanakan sebanyak empat
siklus produksi menggunakan induk sebanyak 200 pasang yang terdiri dari 150 pasang induk tangkapan alam dan 50 pasang induk hasil pembesaran di tambak. Produksi nauplius dan pascalarva dari setiap siklus disajikan pada Tabel 24.
Tabel 24. Hasil Produksi Nauplius dan Pascalarva daris Setiap Siklus Induk (pasang)
Telur (butir)
Nauplius (ekor)
Produksi PL (ekor)
Sintasan (%)
I
40
38.237.000
9.362.000
422.050
4,51%
II
35
23.100.000
4.748.000
384.000
8,09%
III
35
24.984.000
4.855.000
50.000
1,03%
IV
90
60.730.000
11.672.000
2.236.500
19,16%
200
147.051.000
30.637.000
3.092.550
10,09%
Hasi produksi pascalarva (PL-12) pada Tabel 24 menunjukkan angka sintasan yang sangat rendah pada siklus I, II dan III baik yang menggunakan probiotik BC dan BY-9 maupun yang menggunakan probiotik RICA-1, 4 dan 5 serta probiotik komersial yaitu hanya berkisar 4,51%. Hal ini terjadi karena tingginya tingkat mortalitas yang terjadi saat larva memasuki stadia pascalarva, disebabkan
tingginya serangan bakteri vibrio
pada larva. Namun pada siklus IV jumlah pascalarva yang dihasilkan cukup bagus dengan sintasan mencapai 19,16%. Hasil ini didapatkan setelah perubahan metode treatmen air laut yang dilakukan dengan menggunakan kaporit TCCA ( Trichloroisocynuric Acid ) 90% dengan dosis 10 ppm dan dilakukan dua kali treatmen yaitu di reservoar utama dan di reservoar nucleus center, sehingga kualitas air yang digunakan cukup baik dan dapat memaksimalkan kinerja.
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) BPPBAP Tahun 2016
Siklus
53
Produksi benih udang windu telah dihasilkan benih udang windu SPF dengan penggunaan induk yang SPF serta dengan penggunaan probiotik. Namun jumlah produksi masih sedikit dengan sintasan yang dicapai hanya 10,09% karena tingginya mortalitas saat larva mencapai stadia pascalarva khususnya pada siklus I sampai III. IKU 7. Jumlah Komponen Inovasi Budidaya Air Payau IKU ini dideskripsikan sebagai hasil kegiatan penelitian dan pengembangan kelautan dan perikanan iptek kelautan dan perikanan yang memiliki kebaruan sebagian atau seluruhnya yang akan dipergunakan dalam mengembangkan sistem produksi, pengolahan, dan pemasaran berbasis iptek berupa komponen teknologi.
Teknik
perhitungannya yaitu jumlah hasil kegiatan di BPPBAP berupa komponen teknologi yang mengalami kebaruan pada tahun berjalan. IKU ini menggunakan klasifikasi maximize, di mana capaian yang diharapkan adalah melebihi target yang ditetapkan.
Berdasarkan
Tabel 19, kemajuan fisik tahun anggaran 2016 adalah sebesar 100%. Dibanding tahun
Inovasi Budidaya Air Payau yakni hanya 8 kegiatan litbang dengan capaian 100%. Tabel 25. Capaian IKU 7. Jumlah Komponen Inovasi Budidaya Air Payau Indikator Kinerja Utama (IKU) 7
Target 2016
Jumlah Komponen Inovasi Budidaya Air Payau (Komponen)
11
Capaian TA 2016
Progres Fisik (%)
T
R
T
R
%
11
11
100
100
100
Tabel 26. Capaian Jumlah Komponen Inovasi Budidaya Air Payau Tahun 2013-2016 Indikator Kinerja Utama Jumlah Komponen Inovasi Budidaya Air Payau
2013
2014
2015
2016
7
6
8
11
IKU ini didukung oleh 11 (sebelas) kegiatan litbang yakni: 1. Uji Teknologi Pencegahaan Penyakit Udang Melalui Penggunaan Bahan Alam Penggunaan bahan alam termasuk mangrove dan asosiasinya sebagai alternatif penanggulangan penyakit pada perikanan budidaya mulai dikembangkan baik untuk penyakit vibriosis maupun untuk penyakit WSSV.
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) BPPBAP Tahun 2016
2015, terdapat peningkatan jumlah target dan realisasi untuk IKU Jumlah Komponen
54
Unit 1. Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Vibriosis pada Udang Windu Sintasan udang windu pada penelitian pencegahan penyakit vibriosis menggunakan ekstrak Sonneratia alba melalui pakan tertinggi pada perlakuan yang menggunakan ekstrak dietileter S. alba 10%/kg pakan disusul dengan yang menggunakan 1%/kg ekstrak dietilter S. alba. Pada penggunaan ekstrak daun mangrove melalui perendaman tertinggi pada perlakuan yang menggunakan ekstrak daun basah 0,1% disusul dengan hasil perebusan daun kering 0,1%.
Adapun sintasan udang windu pada sistem penyuntikan
tertinggi pada penggunaan ekstrak S. alba 8.000 mg/L dan terendah pada penggunaan 10.000 mg/L. Nilai THC udang windu pada pencegahan penyakit vibriosis dengan ekstrak mangrove melalui pakan tertinggi pada perlakuan ekstrak dietileter 10%/kg pakan dan terendah pada perlakuan yang menggunakan ekstrak metanol 10%/kg pakan, sedangkan pada sistem penyuntikan relatif sama pada semua perlakuan baik itu THC, Sel Granular, sel semi-granular, sel hialin maupun ProPo dan hasil analisis statistik terhadap semua parameter tidak menunjukkan perbedaan yang nyata ( P>0,05).
Rata-rata sintasan udang
pada pencegahan WSSV dengan ekstrak mangrove
melalui pakan tertinggi pada perlakuan 0,1%/kg pakan dan terendah pada 1 g/kg pakan, sedangkan pada sistem perendaman
perlakuan
tertinggi pada perlakuan kontrol
negatif. Adapun pada sistem penyuntikan rata-rata sintasan udang windu berbeda tidak nyata (P<0,05) antara semua perlakuan. Hasil deteksi WSSV menujukkan bahwa tidak ditemukan infeksi WSSV pada semua perlakuan yang menggunakan ekstrak mangrove dan kontrol negatif, tetapi pada kontrol positif ditemukan adanya infeksi WSSV seperti terlihat pada (Gambar 12).
M
A
B C D E KN KP
KETERANGAN : M = Marker A = Konsentrasi 250 mg/L (Negatif WSSV) B= Konsentrasi 500 mg/L (Negatif WSSV) C= Konsentrasi 1.000 mg/L (Negatif WSSV) D= Kontrol positif (diinfeksi WSSV tanpa ekstrak Mangrove) hasilnya terinfeksi WSSV E= Kontrol negatif (tanpa infeksi WSSV dan tanpa ekstrak mangrove dalam bahan) hasilnya negatif WSSV KN= Kontrol positif (WSSV) KP= Kontrol negatif
Gambar 12. Hasil Analisis WSSV pada Udang pada Penelitian Pencegahan Penyakit WSSV Menggunakan Ekstrak Daun Mangrove Melalui Perendaman
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) BPPBAP Tahun 2016
Unit 2. Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit WSSV pada Udang Windu
55
2. Pencegahan Vibriosis Melalui Metode Penghambatan Quorum Sensing (Quorum
Quenching) Bakteri dan mikroalga hidup berdampingan, studi menunjukkan bahwa beberapa interaksi terjadi antara mereka (Natrah et al., 2011a). Salah satu jenis interaksi melalui komunikasi bersama melalui sistem Quorum Sensing (QS) (Fuqua et al., 2001; Waters dan Bassler, 2005; Jayaraman dan Wood, 2008;). Oleh karena itu, QS adalah terapi yang potensial, dimana penghambatan komunikasi antarsel bakteri bisa menjadi strategi yang menjanjikan untuk menekan virulensi bakteri (Steven et al., 2011). Penelitian ini bertujuan untuk untuk mendapatkan komponen teknologi pengembangan metode pencegahan Vibriosis pada budidaya udang Penaeid melalui pemberian mikroalga penghasil metabolit penghambat Quorum Sensing. Mikroalga dikoleksi dari tambak-tambak penelitian BPPBAP di Kab. Maros, Kab. Barru, Kab. Pangkep, dan Kab. Takalar serta dari pesisir pantai Losari dan Pulau Lae-lae. Disamping itu kami juga mengoleksi mikroalga yang sudah biasa digunakan sebagai pakan
mikroalga AQS dilakukan dengan menggunakan biosensor Chromobacterium violaceum sebagai marker anti QS pada media LB (McClean et al., 1997). Tabel 27. Hasil Uji Bioassay Terhadap Berbagai Jenis Mikroalga JENIS MIKROALGA
Melosira Porpyridium Isochrisis Vulgaris Phaeodactylum Chlorella Nannochloropsis Navicula Tetraselmis Spirulina
Anti Quorum Sensing (AQS)
ZONA BENING
Anti Vibriosis (AVIB)
ZONA BENING
++
1.1 cm
+++
1.7 cm
++
1.2 cm
+++
1.6 cm
-
-
-
-
+
0.6
-
-
++
1.1 cm
+++
1.6 cm
-
-
-
-
+++
1.5 cm
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) BPPBAP Tahun 2016
alami ikan dan udang dari P2O LIPI, BBAP Situbondo dan BBPPBL Gondol. Seleksi isolat
56
3. Uji Aplikasi Teknologi Budidaya Udang Windu Melalui Pemanfaatan Bakterin Budidaya udang windu merupakan salah satu kegiatan perikanan yang berkembang sejak lama, namun
masih terkendala adanya serangan penyakit yang berakibat pada
rendahnya produksi dan sintasan. Penggunaan bahan pengendali dan pencegah penyakit yang bersifat ramah lingkungan menjadi salah satu alternatif yang dapat dilakukan mengingat penggunaan obat-obatan dan bahan kimia sudah tidak diperkenankan. Vaksin bertujuan untuk menimbulkan kekebalan aktif dan khas terhadap infeksi mikroorganisme (Black, 2000). Penelitian ini bertujuan untuk menggunakan bakterin sebagai alternatif pencegahan penyakit yang bersifat ramah lingkungan terhadap sintasan dan produksi udang windu di hatchery dan di tambak. Selama 115 hari masa pemeliharaan di tambak rakyat di Kabupaten Pangkep, untuk perlakuan aplikasi bakterin diperoleh sintasan sebesar 15,83% dengan produksi sebanyak 107,47 kg/ha dan pada perlakuan kontrol (tanpa aplikasi bakterin) sintasan diperoleh sebesar 8,85% dan produksi sebanyak 61,36 kg/ha. Total bakteri Vibrio sp. dan total
yang aman untuk budidaya udang. Untuk parameter kualitas air dari kedua perlakuan selama penelitian juga masih berada pada batas ambang kisaran yang layak untuk budidaya udang windu.
Untuk pemeliharaan di ITP Marana, Maros sintasan tertinggi
diperoleh pada perlakuan dengan pemberian bakterin pada induk dan larva yang dihasilkan (80,2%) sedangkan produksi tertinggi diperoleh pada perlakuan B (255,43 kg/ha) yaitu pemberian bakterin pada larva yang dihasilkan. 4. Aplikasi Teknik Kriopreservasi pada Sperma Induk Udang Windu Kriopreservasi sperma dilakukan dengan menggunakan tiga jenis pengawet yaitu; (M) metanol, (G) gliserol, dan (D) dimetilsulfoksida (DMSO) masing-masing pada konsentrasi 5%, sebagai kontrol (S) digunakan saline solution. Sintasan sel sperma tertinggi yaitu 0,81x106 sel/mL (80,3%) pada masa penyimpanan 30 hari diperoleh pada sel sperma yang dikriopreservasi menggunakan pengawet gliserol (GC) dan disimpan pada suhu -196oC dalam liquid nitrogen diikuti oleh penggunaan Gliserol (GB) yang disimpan pada suhu -20oC dan dimetilsulfoksida (DC) yang disimpan pada suhu -196oC dengan jumlah sel sperma yang hidup sebanyak 0,69x106 (67,64%) dan 0,58x106 sel/mL
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) BPPBAP Tahun 2016
populasi bakteri baik pada sedimen maupun pada air tambak masih berada pada kondisi
57
(56,86%). Sebaliknya sel sperma yang dikriopreservasi tanpa pengawet dan disimpan pada suhu ruangan diperoleh sel sperma hanya mampu bertahan hidup sampai 5 hari penyimpanan dan pada pengamatan 10 hari penyimpanan, sel sperma sudah dijumpai lisis (hancur). Sementara penggunaan pengawet metanol (MB) dan dimetilsulfoksida (DB) yang disimpan pada suhu -20oC, sel sperma hanya mampu bertahan hidup masing-masing sebesar 0,03x106 sel/mL (2,94%). Hasil penelitian yang sama juga dijumpai pada kriopreservasi sperma Penaeus
monodon oleh Grace dan Natarajan (2003). Mereka juga menjumpai bahwa penggunaan gliserol sebagai pengawet pada kriopresevasi sperma udang windu menghasilkan sintasan sel sperma yang paling tinggi yaitu sebesar 86%. Pada konsentrasi yang sama yaitu penggunaan metanol 5% sebagai kryoprotectant pada kriopreservasi sperma udang windu diperoleh sintasan sperma udang windu yang lebih rendah yaitu sebesar 36,6% (Bart et
al., 2006). Rendahnya jumlah sel sperma yang hidup pada perlakuan pengawet dengan menggunakan metanol disebabkan adanya pengaruh racun metanol terhadap spermatozoa.
dimungkinkan dapat memberikan perlindungan yang baik terhadap adanya kerusakan spermatozoa selama
proses
(krioinjuri) yang mana gliserol berfungsi sebagai
“permeating cryoprotectant”. 5. Perbaikan Mutu Induk Udang Windu (Penaeus monodon) Menggunakan Bahan Herbal Telah dilakukan isolasi serotonin dari bonggol pisang, cemangi, dan rumput teki melalui teknik ekstraksi menggunakan air panas kemudian di rekristalisasi menggunakan aseton dan alkohol, dilanjutkan dengan aplikasi isolat serotonin dari bonggol pisang untuk memacu kematangan gonad induk udang windu.
Aplikasi dilakukan melalui penyuntikan
pada segmen kedua dengan konsentrasi 25, 50, dan 75 ug/g bb, ablasi tangkai mata dan serotonin komersial sebagai kontrol positif dan saline solution sebagai kontrol negatif. Hasil yang diperoleh memperlihatkan aplikasi isolat serotonin pada konsentrasi 50 dan 75 ug/g bb memperlihatkan sintasan yang paling tinggi, demikian juga dengan perkembangan gonad memperlihatkan hasil yang cukup baik.
Dengan demikian, hasil
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) BPPBAP Tahun 2016
Sementara, tingginya sel sperma yang hidup pada perlakuan gliserol karena gliserol
58
penelitian yang diperoleh dapat mendukung tersedianya calon induk udang windu dalam jumlah dan waktu yang tepat sesuai kebutuhan. Subkegiatan ini terdiri atas 2 (dua) unit kegiatan yakni; (1) ekstraksi dan isolasi senyawa serotonin dari bahan herbal antara lain dari bonggol pisang, rumput teki dan basil lemon (cemangi) menggunakan metode cara ekstraksi panas dengan pelarut akuades panas kemudian direkristalisasi menggunakan aseton dan alkohol mengacu pada Rappot et
al. (1948), kemudian (2) aplikasi pemberian isolat serotonin dari bonggol pisang pada calon induk udang windu. Perlakuan yang dicobakan yaitu: (1) bonggol pisang
aplikasi serotonin dari
pada induk udang windu jantan dan betina asal tambak; (2) ablasi mata
tanpa induksi hormon dan serotonin komersial merupakan kontrol positif, dan injeksi dengan saline solution sebagai kontrol negatif. Hormon yang digunakan dalam penelitian ini merupakan serotonin yang dihasilkan dari bonggol pisang melalui isolasi yang mengacu pada (Rappot et al., 1948), sedangkan standar serotonin komersial yaitu produk dari Sigma Cat: H 7752.
cemangi,
memperlihatkan persentase yield serotonin dari berat kering simplisia,
diperoleh ekstrak serotonin yang paling banyak dari bonggol pisang (7,0%), umbi teki (3,0%) dan yang paling rendah dari ekstrak basil lemon (1,3%) (Gambar 13).
Yield %
10 5 0 BP
T Herbal
B
Gambar 13. Persentase Hasil Isolasi Serotonin dari Berat Kering Bahan Herbal (BP = Bonggol pisang, T = Akar Teki, B = Lemon (Cemangi))
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) BPPBAP Tahun 2016
Hasil isolasi serotonin dari bonggol pisang, rumput teki, dan tanaman lemon atau
59
Hasil aplikasi isolat serotonin dari bonggol pisang, serotonin komersial, saline solution (kontrol negatif) dan ablasi tangkai mata (kontrol positif)
disajikan pada
Sintasan %
Gambar 14. 150 100 betina
50 0
jantan A
B
C
D
E
F
Perlakuan
Gambar 14. Sintasan Induk Udang dengan Perlakuan Isolat Serotonin dari Bonggol Pisang, Serotonin Komersial dan Ablasi Tangkai Mata (A = 25 ug/g bb; B = 50ug/g bb; C = 75 ug/g bb; D= Serotonin komersial; E = saline solution; F = Ablasi tangkai mata) Hasil analisis perkembangan vitellogenin pada induk betina udang windu menggunakan teknik PCR menggunakan primer vitellogenin untuk induk udang windu betina dan LvDmc untuk induk udang windu jantan, memperlihatkan pita yang cenderung
Hasil isolasi serotonin dari bahan herbal, bonggol pisang memberikan yield yang paling tinggi dibandingkan dengan teki dan lemon. Hasil analisis vitellogenin pada induk betina udang windu memperlihatkan peningkatan setelah aplikasi pemberian isolat serotonin dari bonggol pisang.
Spermatogenin dari induk jantan memperlihatkan
peningkatan, dengan jumlah spermatophore yang paling banyak pada perlakuan 50ug/g bb. Total hemocyt yang tertinggi pada perlakuan ablasi tangkai mata.
6. Penyediaan Calon Induk Udang Windu (Prematurasi) dari Berbagai Turunan Kegiatan pengadaan calon induk udang windu ini dilakukan untuk memenuhi penyediaan calon induk udang windu yang dibutuhkan oleh balai benih udang windu. Penelitian dilaksanakan dalam 2 unit, yaitu unit 1 di ITP Punaga Takalar dan unit 2 di IPUW Barru.
Penelitian unit 1
menggunakan petak tambak berukuran 2.000 m2
sebanyak 4 petak. Perlakuan yang dicobakan induk udang windu turunan F0 (A) dan calon induk udang windu turunan F1 (B) masing-masing perlakuan diulang 2 kali. Padat tebar yang dicobakan pada unit 1 adalah 0,5 ekor/m 2 dengan bobot awal berkisar 22,63-28,57
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) BPPBAP Tahun 2016
meningkat setelah aplikasi pemberian isolat serotonin.
60
g/ekor.
Kegiatan unit 2 dilakukan yang di tambak IPUW Barru dengan melakukan
pembesaran calon induk udang windu hingga mencapai ukuran 60 g/ekor. Kegiatan ini menggunakan 2 petak tambak tanah dengan luas masing-masing 2.000 m2. Perlakuan yang dicobakan yakni : A) Calon induk F0 dari tambak masyarakat dan, B) Calon induk F2 hasil inseminasi dengan berat awal masing-masing 26-30 g/ekor dengan padat tebar 0,5 ekor/m2. Kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian ini adalah jumlah calon induk udang windu yang diperoleh adalah 710 ekordari turunan F0 dan 391 ekor dari turunan F1 pada unit 1 serta 126 ekor dari petak I dan 90 ekor dari petak II pada unit 2. Performa pertumbuhan mutlak, total dan harian calon induk serta sintasan calon induk udang windu F1 dari tambak masyarakat (PL produksi IPUW Barru) dan calon induk udang windu F2 hasil inseminasi dari unit 2 tidak berbeda. Demikian pula performa calon induk udang
80,00
F1
F0
60,00 40,00 20,00 0,00 Awal
15
30
45
60
75
90
105
120
128
Waktu Pengamatan (Hari ke-) Gambar 15. Performa Pertumbuhan Calon Induk Udang Windu (Penaeus monodon) Transfeksi Turunan F0 dan F1 selama 128 hari Pemeliharaan
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) BPPBAP Tahun 2016
Bobot Udang Windu (g)
windu dari F1 dan F0 dari unit 1 juga tidak berbeda.
61
Bobot badan (gram)
P-I 90,00 80,00 70,00 60,00 50,00 40,00 30,00 20,00 10,00 0,00
50,97 40,29 47,83
P-II
57,64
65,25
67,95
77,75
75,73 73,725
63,41
75,35
65,2
53,39
38,52
Tebar
hari ke-14 hari ke-28 hari ke-42 hari ke-56 hari ke-70 hari ke-72
Gambar 16. Performa Pertumbuhan Calon Induk Udang Windu antara P-I dan P-II
7. Perbaikan Kualitas Induk Jantan Udang Windu Asal Tambak Melalui Aplikasi Hormon Hormon 17 α Methyl Testosteron (17αMT) merupakan satu jenis hormon yang dapat digunakan untuk memacu kematangan gonad udang jantan. Hormon ini merupakan
hypothalamus udang untuk memproduksi sperma. Berdasarkan kemampuan hormon tersebut dapat digunakan untuk menginduksi udang jantan menghasilkan sperma. Unit 1.
Pengaruh Induksi Hormon 17 α Methyl Testosteron (17αMT)
Terhadap Produksi Sperma Induk Jantan Udang Windu, Penaeus monodon
Asal
Tambak. Hewan uji yang digunakan adalah udang windu jantan transgenik F1 dari hasil perbenihan sendiri yang dipelihara selama + 12 (dua belas) bulan di tambak. Berat udang jantan berkisar 60-75 g. Udang tersebut dipelihara dalam wadah bak 3,0 m3 sistem air mengalir dengan kepadatan 18 ekor/bak. Perlakuan adalah hormon 17αMT dosis berbeda yaitu : a) dosis 100 ng 17α MT/gBW, b) dosis 150 ng 17αMT/gBW, c) dosis 200 ng 17αMT/gBW, dan d) tanpa induksi hormon (ablasi) sebagai kontrol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah udang jantan matang sperma tertinggi didapatkan pada perlakuan induksi hormon dosis 200 ng 17αMT/gBW sebanyak 44,4% (8 ekor), menyusul dosis 150 ng 17αMT/gBW sebanyak 16,7% (3 ekor), dan terendah pada induksi hormon dosis 100 ng 17αMT/gBW sebanyak 11,1% (2 ekor), sedangkan perlakuan tanpa induksi hormon (ablasi) sebagai kontrol sebanyak 22,2%
(4 ekor).
Hasil
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) BPPBAP Tahun 2016
hormon androgen sintetis, berfungsi mempengaruhi neuron melalui bagian preotic
62
pengamatan berat udang windu produktif, berat spermatofor, dan jumlah sperma (kepadatan sperma) disajikan pada Tabel 28. Pengamatan total sel hemocyt (THC) udang jantan masing-masing perlakuan, menunjukkan bahwa THC meningkat setelah dinjeksi hormon ke-1, namun menurun setelah penyuntikan ke-2 dan ke-3, sedangkan pada perlakuan tanpa injeksi hormon (Ablasi) THC meningkat setelah ablasi dilakukan selama penelitian berlangsung. Oleh karena itu penelitian mengindikasikan bahwa dosis hormon yang tepat untuk memacu pematangan gonad udang windu jantan adalah hormon dosis 200 ng 17 αMT/g berat badan selama 35 hari pengamatan.
Dosis hormon 17αMT berbeda
100 ng 17αMT/g BW Rata-rata + SD 150 ng 17αMT/g BW Rata-rata + SD 200 ng 17αMT/g BW Rata-rata + SD Tanpa induksi hormon Rata-rata + SD
Jumlah udang matang sperma (ekor) 2 3 8 4
Berat udang windu jantan (g) 66,2-69,6 67,9+1,7 60,5-68,0 64,1+3,8 60,8-72,6 65,7+4,5 58,0-59,2 58,5+0,6
Berat spermatofor udang (g/ekor) 0,04-0,07 0,055+0,02 0,08-0,09 0,08+0,01 0,04-0,11 0,07+0,02 0,04-0,11 0,08+0,03
Jumlah sperma udang jantan (sel/ekor) 21-43x106 32+11x106 34-84 x106 56+26x106 4-61x106 29+24x106 7-39x106 22+20x106
Unit 2. Pengaruh Inseminasi Dua Spermatofor dari Sumber Induk Jantan Berbeda Terhadap Daya Tetas Telur Udang Windu, Penaeus monodon Betina Asal Tambak.
Hasil pengamatan performa reproduksi udang windu betina transgenik F1
pascainseminasi buatan menggunakan dua spermatofor induk jantan dari sumber yang berbeda disajikan pada Tabel
29.
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa pada
perlakuan udang windu betina yang diinseminasi spermatofor jantan alam ablasi memberikan daya tetas telur lebih tinggi daripada daya tetas telur perlakuan udang windu betina pascainseminasi spermatofor jantan alam tanpa ablasi dan pascainseminasi spermatofor jantan tambak hasil induksi hormon 17αMT.
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) BPPBAP Tahun 2016
Tabel 28. Hasil Pengamatan Berat Udang Windu, Berat Spermatofor, dan Kepadatan Sperma Udang Windu Jantan pada Akhir Penelitian
63
Tabel 29. Performa Reproduksi Udang Windu Betina Pascainseminasi Menggunakan Dua Spermatofor Induk Jantan dari Sumber yang Berbeda Parameter reproduksi
Jumlah udang betina (ekor) Jumlah pemijahan (ekor) Jumlah induk telur tidak menetas (ekor) Jumlah telur (butir) Total Telur fertil (butir) Diameter telur (µm) Jumlah nauplius (ekor) Daya tetas dari total telur fertil (%)
Udang betina pasca inseminasi SJATablasi 18 11 (61%) 8 (73,0%)
Perlakuan Udang betina pasca inseminasi SJAAblasi 18 8 (44%) 5 (62,5%)
Udang betina pasca inseminasi SJTI17 αMT 10 3 (30%) 2 (66,7%)
1.677.608 (n=11) 375.000 (n=3) 230 +2,4 (n=135) 36.833 (n=3) 9,7 + 2,6 (n=3)
1.665.998 (n=10) 354.166 (n=3) 237+8.2 (n=120) 67.999 (n=3) 19,0 + 3,6 (n=3)
506.666 (n=3) 136.000 (n=1) 229+2.1 (n=45) 19.333 (n=1) 14,2 (n=1)
Kesimpulan penelitian adalah induksi hormon dosis 100, 150, dan 200 ng 17αMT/gBW pada udang windu jantan asal tambak menghasilkan total sel hemosit lebih tinggi dan berbeda bila dibandingkan dengan total sel hemosit perlakuan tanpa induksi hormon. Induksi hormon dosis 200 ng 17αMT/gBW menghasilkan udang jantan matang
udang windu betina menggunakan dua spermatofor jantan alam ablasi menghasilkan daya tetas telur lebih tinggi daripada
daya tetas telur udang betina yang diinseminasi
spermatofor jantan alam tanpa ablasi dan inseminasi dua spermatofor asal jantan tambak hasil induksi hormon 17 αMT. 8. Kajian Desain Wadah Budidaya Udang Windu Semiintensif di Tambak Marjinal dengan Sistem Semiresirkulasi Kegiatan penelitian kajian desain wadah budidaya udang windu semiintensif di tambak idle dengan sistem semiresirkulasi untuk mendapatkan komponen teknologi pengelolaan tambak idle yang tersebar di berbagai lokasi pertambakan. Tambak menjadi idle disebabkan tingginya bahan organik tanah, pH rendah serta kualitas air sumber kurang mendukung keberhasilan budidaya udang windu. Saat ini banyak lahan tambak yang tidak terkelola akibat permasalahan di tambak itu sendiri maupun karena pasok air yang suda sangat menurun kualitasnya.
Kajian desain wadah budidaya udang vaname
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) BPPBAP Tahun 2016
sperma tertinggi dari perlakuan dosis hormon yang lain. Inseminasi buatan pada induk
64
dengan menggunakan pelapisan plastik mulsa pada dasar tambak telah berhasil. Karena itu dicobakan pula pada udang windu di tempat yang sama. Penelitian dilaksanakan di Instalasi Tambak Percobaan Marana, Maros
yang
dikelilingi tambak masyarakat. Penelitian dimulai bulan Januari sampai dengan bulan Desember 2016 menggunakan 6 petakan tambak idle dengan desain wadah perlakuan yaitu :
A = Wadah budidaya
sebagai
menggunakan plastik mulsa pada slope/sisi
pematang dan dasar tambak dan B = Wadah budidaya menggunakan pelapisan plastik mulsa pada slope/sisi pematang tambak. Ukuran tambak setiap petak 2.000 m 2. Setiap perlakuan diulang masing-masing memiliki 3 kali. Tokolan udang ditebar dengan kepadatan 15 ekor/m2 yag dipelihara selama 65 hari. Pertumbuhan udang windu pada perlakuan A = 6,8 g/ekor dan B = 5,4 g/ekor dengan sintasan pada perlakukan A sebesar 50% dan perlakauan B sebesar 41%, sehingga produksi
pada perlakuan A sebesar 52,9 kg/petak dan perlaakuakn B sebesar 35,4
kg/petak selama 65 hari pemeliharaan. Pertumbuhan udang windu setiap 10 hari dalam
berbeda pada kedua perlakuan, namun pada hari ke-60 perlakuan tambak tanpa dilapisi plastik mulsa lebih cepat mengalami penurunan yang diduga akibat proses penurunan
Pertumbuhan (g/ekor)
kualitas tanah mulai terjadi akibat penguraian bahan organik tanah.
8 7 6 5 4 3 2 1 0
A = T. Plastik B = Tambak tanah
0
10
20
30
40
50
60
Lama pemeliharaan (hari)
Gambar 17. Pertumbuhan Udang Windu pada Tambak Tanah yang Dilapisi Plastik dan Tanpa Dilapisi Plastik
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) BPPBAP Tahun 2016
bentuk grafik. Pada Gambar 17 terlihat pertumbuhan udang windu pada hari ke 50 tidak
65
9. Evaluasi Desain dan Kinerja Instalasi Pengolah Air Limbah (IPAL) pada Budidaya Udang Vaname Superintensif Limbah budidaya udang superintensif memiliki potensi dampak negatif terhadap kualitas lingkungan badan air penerima beban limbah. Sementara intensitas dampak tergantung pada manajemen air (jumlah dan frekuensi pergantian), padat penebaran yang diaplikasikan dan jumlah pakan yang dibutuhkan, profil pantai dan karakteristik badan air penerima effluent. Berdasarkan potensi dampak yang dapat ditimbulkan, maka upaya meminimalisir dampak negatif limbah budidaya harus dilakukan melalui aplikasi IPAL sebagai bagian integral dari dari sistem budidaya superintensif yang berkelanjutan. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui pengaruh jumlah aerasi dasar tambak terhadap kinerja tambak tambak superintensif dan (2) mengevaluasi desain dan kinerja Instalasi Pengolah Air Limbah (IPAL) tambak superintensif. Penelitian ini dilakukan di Instalasi Tambak Percobaan di Punaga, Takalar dan Laboratorium Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau. IPAL terdiri dari
akualisasi/penampungan dengan luas total 7.000 m2. Evaluasi desain meliputi luas dan volume masing-masing petak, waktu tinggal air limbah, debit air outlet. Sementara kinerja IPAL meliputi parameter TSS, BOT, pH, DO, BOD, dan TN . Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif untuk mengevaluasi desain dan kinerja IPAL pada budidaya vaname superintensif Hasil penelitian menunjukan bahwa desain IPAL yang terdiri dari empat petak yang dilengkapi dengan sistem aerasi dapat bekerja dengan baik dalam mengolah limbah tambak superintensif untuk parameter TSS, TN, fosfat dengan tingkat efektivitas >90% (Tabel 30). Sementara parameter BOD5 dan BOT masing-masing menghasilkan nilai efektifitas 64,07% dan 53,1%. Keberadaan komoditas “low level food chain” meliputi rumput laut, nila, mujahir, dan kekerangan yang ditempatkan di petak ekualisasi mampu memperbaiki kualitas air limbah sehingga memenuhi standar air baku limbah budidaya tambak. Dengan demikian, air limbah hasil olahan IPAL tambak superintensif layak untuk dibuang ke badan air penerima beban limbah. Rasio volume IPAL dengan total volume air tambak adalah 30:70 dengan waktu tinggal air limbah minimal 3 hari dengan laju alir 20
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) BPPBAP Tahun 2016
empat petak yaitu petak sedimentasi, petak aerasi 1, petak aerasi 2, dan petak
66
m3/hari dengan total air limbah maksimal 5% dari total volume air tambak. Teknologi IPAL dalam budidaya udang vaname superintensif menjadi bagian integral dalam suatu sistem produksi agar diperoleh sistem produksi udang vaname yang berkelanjutan. Berdasarkan evaluasi desain dan kinerja IPAL tambak superintensif, maka diketahui IPAL-TSI di ITP Punaga dapat diaplikasikan sebagai piranti unit pengolah limbah
tambak
superintensif
dalam
upaya
meminimalkan
dampak
negatif
bagi
beroperasinya tambak superintensif di kawasan pesisir. Informasi rasio volume IPAL dan total volume air media budidaya minimal 30:70 dengan waktu tinggal limbah di IPAL minimal 3 hari, dapat dijadikan acuan bagi penyusunan bahan kebijakan dalam pembuatan regulasi pengembangan tambak superintensif yang keberlanjutan. Kesimpulan penelitian yakni kinerja IPAL tambak superintensif menghasilkan kualitas air limbah yang memenuhi persyaratan standar air buangan limbah tambak superintensif sehingga layak dibuang ke badan air penerima beban limbah.
Parameter TSS BOT TAN Nitrit Nitrat Total N Fosfat BOD5
10.
Sedimentasi 74,5 31,2 65,0 20,6 9,3 58,5 59,8 34,34
Efektifitas Petak Tambak (%) Aerasi Ekualisasi 7,9 97,48 3,4 29,44 13,2 76,13 40,7 82,17 10,2 63,93 2,8 92,08 43,4 78,74 16,29 34,64
IPAL 99,4 53,1 92,7 91,6 70,6 96,8 95,2 64,07
Formulasi Pakan Prematurasi Udang Windu
Dalam upaya pengembangan pakan buatan untuk produksi induk udang windu yang berkualitas, spesifikasi nutrien yang perlu diketahui bukan hanya pada fase pematangan gonad atau maturasi, tetapi juga pada prematurasi.
Penelitian mengenai peran lemak
dalam fase maturasi telah banyak dilakukan tetapi pada fase prematurasi informasinya sangat terbatas. Induksi pematangan gonad untuk induk jantan tambak menggunakan hormon gonadotropin perlu dilanjutkan untuk meningkatkan kualitas spermatofor untuk
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) BPPBAP Tahun 2016
Tabel 30. Efektivitas Kinerja Parameter Kunci di Unit IPAL Tambak Superintensif
67
mendukung keberhasilan aplikasi teknik inseminasi buatan.
Tujuan penelitian 1)
Mengetahui pengaruh pengkayaan pakan komersil dengan kombinasi lemak terhadap performa pertumbuhan dan reproduksi udang windu sejak fase prematurasi di tambak hingga maturasi dan 2) Mengetahui pengaruh hormon oosit developer dan Salmon
Gonadotrophin Releasing Hormone Analog (SGRH-a) terhadap peningkatan pembuahan dan produksi larva udang windu tambak.
Metode penelitian:
1) Pengkayaan pakan
komersial dengan kombinasi lemak untuk udang windu fase prematurasi. Pakan uji adalah 2 pakan berupa pakan kontrol, PS
(komersial udang windu) dan pakan yang diberi
pengkayaan kombinasi lemak (PZ). 2) Induksi pematangan gonad udang windu tambak melalui manipulasi hormonal.
Induksi pematangan gonad induk jantan dengan oosit
developer. Dosis injeksi 0, 0,5, dan 1,0 mL/kg bb udang dan induk betina dengan dosis yang sama. Induksi pematangan gonad induk dengan SGRH-a pada udang windu F2. Dosis injeksi untuk induk betina: 0 (ablasi) dan 0,3 mL/kg bb udang. Hasil penelitian: Pengkayaan pakan komersial dengan minyak ikan 5% dan minyak zaitun 1% cenderung meningkatkan pertumbuhan dan meningkatkan total asam lemak dalam daging dan hepatopankreas udang windu.
Induksi pematangan gonad pada udang windu jantan hasil budidaya dengan oodev (PMSG+AD) pada dosis 0,5 mL/kg bb udang meningkatkan jumlah induk jantan yang matang gonad dari 68% pada ablasi menjadi 84%.
Pematangan gonad induk udang windu betina hasil budidaya dapat ditingkatkan melalui injeksi hormon oodev pada dosis 0,5 mL/kg bb udang dari 53% menjadi 75%.
11.
Aplikasi Pakan Buatan Berbahan Baku Lokal dalam Pendederan Krablet
Kepiting Bakau Salah satu problem dalam pemeliharaan larva kepiting bakau adalah adanya ketidakmampuan larva melakukan pergantian kulit secara sempurna yang umum terjadi pada stadia zoea-5 ke megelopa dan ke stadia krablet-1 yang diduga karena ketidakcukupan nutrisi yang dikonsumsi oleh larva ketika hanya diberi makanan alami berupa artemia.
Oleh karena itu perlu dicobakan penggunaan pakan buatan berupa
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) BPPBAP Tahun 2016
68
microdiet. Penggunaan tepung daun murbei juga perlu dicobakan dalam pakan pembesaran kepiting bakau karena tepung murbei mengandung ecdisteron yang berperan dalam mengatur fungsi fisiologis arthropoda termasuk krustasea seperti pertumbuhan, metamorphosis (pergantian kulit), dan reproduksi. Penelitian ini menghasilkan keluaran berupa komponen teknologi tentang (i) dosis optimum penggunaan pakan buatan (microdiet) dalam pemeliharaan larva kepiting bakau dan (ii) dosis optimum penggunaan tepung daun murbei dalam pakan pembesaran kepiting bakau. Unit 1. Aplikasi Pakan Buatan dalam Pemeliharaan Larva Kepiting Bakau Hewan uji yang digunakan adalah larva kepiting bakau stadia zoea 4-5 dari hasil perbenihan sendiri. Zoea tersebut dipelihara dalam wadah bak fibreglass berisi air laut 150 L dengan kepadatan 12 ind/L. Perlakuan yang dicobakan adalah hewan uji diberi pakan uji berupa: A) artemia sebanyak 100% (4 ind. mL), B) artemia 75% + microdiet 25%, C) artemia 50% + microdiet 50%, D) artemia 25% + microdiet 75%, dan E)
Aktivitas enzim (U/mL/menit)
0,25 100% Art 50% Art + 50% MD 100% MD
0,2 0,15 0,1 0,05 0 Protease
Lipase
Amilase
Jenis enzim pencernaan
Gambar 18. Aktivitas Enzim Pencernaan Larva (Megolopa) Kepiting Bakau Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pakan buatan meningkatkan sintasan krablet kepiting bakau secara nyata (P<0,05) dengan nilai tertinggi pada perlakuan pemberian pakan 50% artemia + 50% microdiet. Rendahnya sintasan krablet pada pemberian pakan yang hanya menggunakan nauplii artemia disebabkan karena kandungan DHA dan EPA artemia sangat rendah. Sementara sintasan krablet yang rendah pada pemberian 100% microdiet disebabkan karena pakan buatan relatif cepat turun ke dasar, sehingga pakan tersebut belum bisa dimanfaatkan secara maksimal oleh
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) BPPBAP Tahun 2016
microdiet 100% (13 ppm).
69
larva khususnya pada stadia zoea -megalopa yang masih banyak berenang di kolom air, dan perlu perbaikan manajemen pemberian pakan.
Penambahan pakan mikro yang
mengandung DHA dan EPA cukup tinggi membantu meningkatkan sintasan krablet. Pertumbuhan bobot dan lebar karapaks krablet serta megalopa relatif sama di antara perlakuan. Aktivitas enzim pencernaan larva (megalopa) relatif sama di antara perlakuan dengan pola tertinggi pada lipase, diikuti protease dan terendah pada amylase (Gambar 18). Unit 2. Penggunaan Tepung Daun Murbei dalam Pakan Pembesaran Kepiting Bakau Hewan uji berupa juvenil kepiting bakau yang terdiri dari 3 ukuran, yaitu (i) 36±1,9 g, (ii) 45±1,5 g, dan (iii) 63±3,9 g. Hewan uji tersebut dipelihara secara individu menggunakan crab box sebanyak 90 buah, dan ditempatkan dalam tambak. Perlakuan yang dicobakan adalah kandungan daun murbei (DM) yang berbeda dalam pakan yaitu: (DM10) 10%, (DM12,5) 12,5%, (DM15) 15%, (DM17,5) 17,5%, (DM20) 20%, dan (DM0) 0% (kontrol). Pemberian pakan dilakukan pada pagi dan sore/petang hari sebanyak 3-5%
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan tepung daun murbei hingga 20% dalam pakan tidak menunjukkan adanya perbedaan yang nyata (P>0,05) di antara perlakuan terhadap pertumbuhan, sintasan, rasio konversi pakan, dan rasio efisiensi protein. Ecdisteron yang terkandung dalam daun murbei tampaknya belum memberikan pengaruh positif
yang signifikan dalam peningkatan pertumbuhan dan laju moulting
(ganti kulit) juvenil kepiting bakau.
Komposisi proksimat tubuh kepiting juga relatif
sama di antara perlakuan yaitu protein 31,1-32,3%, lemak 2,7-3,1%, serat kasar 13,214,1%, abu 38,1-39,2%, dan BETN 12,2%-13,2%. Kesimpulan penelitian adalah pemberian pakan buatan (microdiet) meningkatkan sintasan krablet dengan nilai tertinggi pada perlakuan pemberian 50% artemia (2 ind/L) + 50% microdiet (6,5 mg/L). Kandungan EPA dan DHA artemia sangat rendah, sehingga penambahan pakan mikro
yang mengandung EPA
meningkatkan sintasan krablet.
dan DHA cukup tinggi membantu
Penggunaan tepung daun murbei hingga 20% dalam
pakan menghasilkan performansi pertumbuhan dan pemanfaatan pakan uji bagi juvenil
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) BPPBAP Tahun 2016
per hari selama 100 hari pemeliharaan.
70
kepiting bakau yang relatif sama dengan pakan kontrol (0%), sehingga tepung daun murbei dapat digunakan hingga 20% dalam pakan pembesaran kepiting bakau. IKU 8. Jumlah Hasil Litbang Budidaya Air Payau yang Diusulkan HKI IKU Jumlah Lasil litbang Perikanan Budidaya yang Diusulkan HKI didefenisikan sebagai hasil litbang yang diusulkan HKI berupa rancang bangun, paket teknologi, komponen teknologi, inovasi teknologi yang diusulkan oleh Satker ke sentra HKI; hasil litbang yang diusulkan rilis berupa produk biologi yang diusulkan kepada tim penilai pelepasan varietas; dan output inovasi litbang yang dihasilkan oleh satuan kerja Balitbang KP untuk diusulkan HKI dan/atau rilis pada tahun anggaran berjalan. Teknik pengukuran yakni jumlah hasil inovasi litbang yang diusulkan HKI (melalui sentra HKI Instansi) dan/atau yang diusulkan untuk penilaian rilis. IKU ini didukung oleh 1 (satu) kegiatan litbang yakni Uji Probiotik RICA pada Pemeliharaan Larva Udang Windu di Hatchery. Penelitian bertujuan untuk meningkatkan
sintasan udang windu di tambak dengan menggunakan probiotik RICA bentuk serbuk. Penelitian ini terdiri 3 unit: 1. Uji penggunaan probiotik RICA dalam bentuk serbuk pada pemeliharaan larva udang windu dilaksanakan di IPUW Barru. Menggunakan RAL 4 perlakuan 3 ulangan. Adapun perlakuan yang diaplikasikan adalah (A)Aplikasi pergiliran probiotik RICA-1, 4 dan 5 bentuk cair; (B) Aplikasi pergiliran probiotik RICA-1, 4 dan 5 bentuk serbuk; (C): Probiotik komersial; dan (D) Kontrol tanpa probiotik. Uji Probiotik RiCA Pada Pentokolan udang windu ( Penaeus monodon) di Tambak. Pada penelitian ini dilakukan uji probiotik RICA dalam bentuk serbuk pada pentokolan udang windu di tambak di Kabupaten Pangkep. Hewan uji yang digunakan berupa benur windu PL-12 dengan kepadatan 1.000-1.500 ekor/m3. Perlakuan yang dicobakan adalah: perlakuan A) probiotik serbuk RICA-1, perlakuan B) probiotik RICA-4 dan C) probiotik RICA-5 sedangkan D: kontrol tanpa Probiotik. Pemeliharaan pascalarva selama 2-3 minggu.
Rata–rata total populasi bakteri pada air 3,160 CFU/mL-4,97 log CFU/mL,
sedangkan pada sedimen tambak
5,26 CFU/g–6,63 log CFU/g.
Rata-rata populasi
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) BPPBAP Tahun 2016
sintasan dan vitalitas benih udang windu di hatchery, pentokolan, serta produksi dan
71
bakteri vibrio pada media air pemeliharaan tokolan udang windu berkisar 1,166–2,598
Rata-rata Sintasan Tokolan udang (%)
log CFU/mL sedangkan pada sedimen tambak 2,71 -3,94 log CFU/g.
95,00 90,00 85,00 80,00 75,00 70,00
A :RICA 1 serbuk B : RICA 4 serbuk C : RICA 5 serbuk D : Kontrol
A :RICA 1 serbuk
B : RICA 4 serbuk
C : RICA 5 serbuk
D : Kontrol
Rata-rata sintasan tokolan udang windu (%) Gambar 19. Sintasa Tokolan Udang Windu pada Probiotik RICA yang Berbeda 2. Uji Probiotik RICA Pada Peningkatan Produksi dan Sintasan Udang Windu di Tambak. Hewan uji yang digunakan tokolan udang windu yang tidak terinfeksi WSSV berdasarkan uji PCR dengan kepadatan 8 ekor/m2. Penelitian dirancang dengan
A) Kombinasi RICA-1, RICA-4, RICA-5 bentuk serbuk; dan B) kontrol (pemberian probiotik cair). Dari hasil yang diperoleh didapatkan bahwa probiotik RICA dalam bentuk serbuk dapat dijadikan alternatif
bentuk lain dari probiotik RICA cair
sehingga lebih efektif dan efisien did dalam penggunaannya.
Tabel 31. Capaian IKU 18. Jumlah Hasil Litbang Budidaya Air Payau yang diusulkan HKI
Indikator Kinerja Utama (IKU) 8 Jumlah Hasil Litbang Budidaya Air Payau yang diusulkan HKI (Buah)
Target 2016 1
Capaian TA2016
Progres Fisik (%)
T
R
T
R
1
1
100
100
% 100
Judul invensi yang diusulkan HKI adalah “Komposisi Probiotik Untuk Memperbaiki Mutu Air Tambak Udang”.
Dokumen berupa naskah akademik dan pemenuhan
administrasi HKI lainnya telah diserahkam kepada Bapak Agus Cahyadi selaku Kepala
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) BPPBAP Tahun 2016
menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 2 perlakuan dan 5 ulangan, yaitu:
72
Bidang Tata Laksana Dan Pelayanan Jasa Puslitbangkan untuk selanjutnya diproses ke Sentra HKI Balitbang KP. Tabel 32. Capaian Jumlah Inovasi litbang Perikanan Budidaya yang diusulkan HKI tahun 2013-2016 Indikator Kinerja Utama 2011 2012 2013 2014 2015 2016 Jumlah Hasil Litbang Budidaya Air Payau 1 2 1 1 1 yang diusulkan HKI
SASARAN STRATEGIS 4.
Terwujudnya Peningkatan Kapasitas dan Kapabilitas
Sumber Daya Litbang dan Layanan Iptek Kelautan dan Perikanan. Sasaran strategis terwujudnya peningkatan kapasitas dan kapabilitas sumber daya litbang dan layanan iptek kelautan dan perikanan memiliki nilai capaian sebesar 120%. Indikator kinerja yang ditetapkan untuk mengukur keberhasilan sasaran tersebut
IKU 9. Proporsi pegawai fungsional BPPBAP dibandingkan total pegawai BPPBAP IKU ini didefenisikan sebagai Perbandingan antara jumlah pegawai fungsional dengan jumlah seluruh pegawai BPPBAP. IKU ini menggunakan klasifikasi maximize di mana capaian yang diharapkan adalah melebihi target yang ditetapkan. menghitungnya dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Di mana:
P. jabfung
= Proporsi jumlah pegawai fungsional BPPBAP
Jml jabfung = Jumlah fungsional BPPBAP Tot peg
= Jumlah total pegawai BPPBAP.
Teknik
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) BPPBAP Tahun 2016
terdiri dari 3 (tiga) IKU sebagai berikut :
73
Tabel 33. Capaian IKU 9. Proporsi Pegawai Fungsional BPPBAP Dibandingkan Total Pegawai BPPBAP
Indikator Kinerja Utama (IKU) 9
Target 2016
Proporsi Pegawai Fungsional BPPBAP dibandingkan Total Pegawai BPPBAP (%)
61,54
Capaian TA 2016
Progres Fisik (%)
T
R
%
T
R
%
61,54
65,89
107,1
100
107,1
107,1
Jumlah pegawai BPPBAP pada tahun 2016 adalah 129 pegawai.
Jumlah ini
mengalami sedikit penurunan dibanding jumlah pegawai tahun 2015 yakni 131 orang. Secara umum fluktuasi jumlah pegawai terjadi akibat adanya mutasi pegawai baik itu pindahan keluar maupun pindahan masuk ke BPPBAP serta adanya pegawai yang pensiun. Ada 5 jenis fungsional di BPPBAP seperti terlihat pada Tabel 34. Berdasarkan data Tabel 34 tersebut, maka proporsi pegawai fungsional dibandingkan total pegawai
tahun 2015 yakni target 61,0% dan realisasi 66,4% dengan capaian 109%.
Tabel 34. Daftar Jumlah Fungsional Pegawai BPPBAP Tahun 2016 No.
Jenis Fungsional
Jumlah Pegawai
1
Peneliti
53
2
Teknisi Litkayasa
26
3
Pustakawan
2
4
Arsiparis
2
5
Analis kepegawaian
1
6
Pejabat Pengadaan
1
TOTAL FUNGSIONAL
85
TOTAL PEGAWAI
129
Proporsi (%)
65,89
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) BPPBAP Tahun 2016
lingkup BPPBAP (%) adalah 65,89%. Nilai ini lebih rendah dibanding target dan realisasi
74
IKU 10.
Jumlah Sarana dan Prasarana serta Kelembagaan Litbang Budidaya
Air Payau yang Ditingkatkan Kapasitasnya Peningkatan kapasitas sarana dan prasarana serta kelembagaan yang berbentuk pengadaan fisik/belanja modal atau ruang lingkup akreditasi yang dilaksanakan oleh satuan kerja Balitbang KP. Teknik perhitungannya adalah jumlah sarana dan prasarana serta kelembagaan yang berbentuk pengadaan fisik/belanja modal atau ruang lingkup akreditasi yang diusulkan berupa paket.
Target untuk tahun 2016 adalah 1 paket
Gambar 20. Foto Bersama Kepala BPPBAP, Pihak Pelaksana, Pengawas, PPK, Panitia PBJ, Dan Staf BPPBAP di depan Hatchery Kepiting di Kabupaten Barru Tabel 35.
Capaian IKU 10. Jumlah Sarana dan Prasarana serta Kelembagaan Litbang Budidaya Air Payau yang Ditingkatkan Kapasitasnya
Indikator Kinerja Utama (IKU) 10 Jumlah Sarana dan Prasarana serta Kelembagaan Litbang Budidaya Air Payau yang Ditingkatkan Kapasitasnya (buah)
Target 2016 1
Capaian TA2016 T R 1
1
Progres Fisik (%) T
R
%
100
100
100
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) BPPBAP Tahun 2016
pembangunan hatchery kepiting di IPUW Barru.
75
Status lelang dan kemajuan pekerjaan untuk kegiatan Pembangunan Hatchery Kepiting
ini
terpantau
oleh
Kepala
Balitbang
KP
melalui
aplikasi
sipmonev.litbangkkp.go.id/dashboard2. Untuk status lelang BPPBAP telah ternilai 100% seperti terlihat pada Gambar 21 berikut:
Gambar 21. Tampilan Status Lelang BPPBAP pada Aplikasi sipmonev.litbangkkp.go.id/ dashboard2 Untuk tahun 2015, jumlah sarana dan prasarana serta kelembagaan litbang budidaya air payau yang ditingkatkan kapasitasnya adalah sama dengan tahun 2016 yakni
IKU 11.
Jumlah Jejaring dan/atau Kerja Sama Litbang Budidaya Air Payau
yang Terbentuk Jejaring adalah jalinan asosiasi/forum/organisasi lainnya yang memiliki kesamaan profesi/kepakaran yang diikuti. Kemitraan adalah hubungan dengan badan/perorangan untuk melakukan aktivitas bersama dan/atau memiliki perjanjian kerja sama (sedang berjalan).
Kerja sama litbang adalah penyelenggaraan kerja sama litbang antara
Balitbang KP/satker UPT dengan pihak mitra pada tahun berjalan yang dituangkan dalam perjanjian kerja sama yang ditandatangani oleh kedua belah pihak dengan ruang lingkup meliputi: 1. Penelitian, pengembangan dan penerapan iptek; 2. Peningkatan kapasitas SDM dan kelembagaan; 3. Pertukaran ilmu pengetahuan, teknologi, tenaga ahli dan material penelitian; 4. Perlindungan hak atas kekayaan intelektual dan hasil litbang; 5. Diseminasi dan publikasi; 6. Pertemuan ilmiah, seminar bersama dan lokakarya bersama; dan/atau 7. Peningkatan pelayanan publik atas ilmu.
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) BPPBAP Tahun 2016
1 buah berupa Pembangunan Technopark di Instalasi Tambak Percobaan Punaga, Takalar.
76
Jejaring dan kemitraan litbang dibentuk untuk melakukan identifikasi dan mendapatkan strategi penyelesaian masalah dan kendala pengelolaan sumber daya kelautan dan perikanan.
Teknik perhitungannya berdasarkan akumulasi jumlah jejaring,
kemitraan dan/atau kerja sama litbang yang dijalin oleh satuan kerja pada tahun berjalan. Khusus untuk dokumen kerja sama pada tingkat Balai/Loka harus mendapatkan persetujuan atau mengetahui dari Eselon II. IKU ini menggunakan klasifikasi maximize di mana capaian yang diharapkan adalah melebihi target yang ditetapkan. Hingga tahun anggaran 2016 beberapa kegiatan jejaring telah dilakukan. Kegiatan Jejaring Perikanan Budidaya, mengacu pada Keputusan Menteri Kelautan Dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 20/Kepmen-KP/2015 tentang Jejaring Pemuliaan Ikan.
Keikutsertaan BPPBAP berdasarkan SK tersebut terdapat dalam beberapa
kegiatan jejaring, yaitu : 1. Jejaring Pemuliaan Kepiting Bakau (BPPBAP sebagai koordinator) 2. Jejaring Pemuliaan Bibit Rumput Laut (BPPBAP sebagai koordinator)
4. Jejaring Pemuliaan Udang Vaname (BPPBAP sebagai anggota) 5. Jejaring Pemuliaan Ikan Bandeng (BPPBAP sebagai anggota) Keputusan
Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia
Nomor
32/Kepmen-KP/2015 Tentang Jejaring Pakan Ikan : Kelompok Jejaring Pakan Ikan Payau (BPPBAP sebagai koordinator).
Beberapa kegiatan terkait jejaring yang
terlaksana hingga tahun anggaran 2016 dan dihitung sebagai capaian untuk IKU 11 ini adalah: 1. Jejaring Pemuliaan Kepiting Bakau (BPPBAP sebagai koordinator) dilaksanakan pada tanggal 15 November 2016 2. Jejaring Pemuliaan Bibit Rumput Laut (BPPBAP sebagai koordinator) dilaksanakan pada tanggal 15 November 2016 3. Jejaring Pakan, dilaksanakan pada tanggal 17 November 2016 4. Jejaring Pemuliaan Udang Vaname (BPPBAP sebagai anggota)
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) BPPBAP Tahun 2016
3. Jejaring Pemuliaan Udang Windu (BPPBAP sebagai anggota)
77
Pelaksanaan jejaring pemuliaan kepiting, jejaring rumput laut dan jejaring pakan kegiatannya dirangkaikan dengan pelaksanaan Jejaring Nasional Pemuliaan Ikan yang dikoordinir oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan pada tanggal 16 November 2016. Untuk kegiatan kerjasama, ada beberapa capaian kegiatan kerjasama penelitian antara lain sebagai berikut: Tabel 36. Kegiatan Kerja Sama Dalam Negeri di BPPBAP Judul Kegiatan
Bentuk Kerja Sama
1
Pengembangan dan Alih Teknologi Budidaya Udang Vaname pada Tambak Sistem Superintensif
Kerja sama alih Teknologi Litbang Budidaya Sistem Superintensif
2
Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Perikanan Budidaya Air Payau
3
Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Perikanan Budidaya Air Payau Kabupaten Kotabaru
Efektif
Pihak Terkait
Ruang Lingkup
Hasil/ Output yang telah dicapai
2014 – 2016 (Lanjutan)
Perusahaan Umum Daerah Agribisnis Sulawesi Selatan
(1) Pengembangan budidaya udang vaname sistem superintensif; (2) Pengembangan sumber daya manusia; (3) Pemanfaatan Barang Milik Negara (BMN) terkait tambak
(1) Pendampingan penyusunan prototype tambak superintensif di Sulawesi Selatan ; (2) Bimtek budidaya udang vaname teknologi superintensif . (Takalar, 9 – 16 Juni 2015); (3) Survei kelayakan lahan untuk pengembangan kawasan tambak super intensif di Kabupaten Bukukumba, Pinrang dan Barru
Penelitian dan pendampingan teknologi
8 Juni 2015- 8 Juni 2018 (Lanjutan)
Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan
(1) Pengembangan sumberdaya manusia; (2) Penyediaan informasi kesesuaian lahan untuk budidaya tambak; (3) Pencegahan penyakit udang; (4) Pendampingan teknologi budidaya air payau
(1) Bimtek budidaya udang vaname teknologi superintensif (Takalar, 9 – 16 Juni 2015); (2) Evaluasi kesesuaian lahan untuk pengembangan kawasan tambak super intensif di Kabupaten Pinrang; (3) Pendampingan reguler pembudidaya udang di Desa Wiring Tasi, Kecamatan Suppa Kabupaten Pinrang; (4) Pendampingan aplikasi probiotik di tambak;(5) Penelitian aplikasi informasi dan analisis geospasial untuk inventarisasi dan monitoring kegiatan budidaya tambak skala hamparan; (6) Ekspose hasil penelitian evaluasi kesesuaian lahan.
Penelitian dan pendampingan teknologi
25 April 2016 – 25 April 2019 (Baru)
Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan
(1) Alih teknologi dan diseminasi; (2) Pelaksanaan kegiatan penelitian kesesuaian lahan untuk budidaya tambak.: (3)
(1) Penandatanganan PKS tanggal 25 April 2016 di Surabaya; (2) Survei evaluasi kesesuaian lahan untuk pengembangan kawasan tambak di Kabupaten Kotabaru (Mei – April 2016); (3) Pendampingan dan koordinasi reguler dengan teknisi tambak uji coba budidaya udang vaname teknologi superintensif di
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) BPPBAP Tahun 2016
No.
78
Kotabaru; (4) Pendampingan aplikasi probiotik
4
Penelitian, Pelatihan dan Magang Teknologi Budidaya Air Payau
Penelitian, Pelatihan, Praktek Kerja Lapangan
25 April 2016 – 25 April 2019
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Dayanu Ikhsanuddin Baubau
(1) Penelitian, litbang budidaya air payau; (2)Pelatihan/m agang meliputi kegiatan magang teknologi, praktek kerja lapangan, seminar, dan penelitian mahasiswa yang sesuai dengan bidang kajian BPPBAP.
(1) Penandatanganan PKS tanggal 25 April 2016 di Surabaya; (2) Praktek Kerja Lapangan Mahasiswa dari Universitas Dayanu Ikhsanuddin di BPPBAP (April – Juni 2016); (3) Kuliah umum di Universitas Dayanu Ikhsanuddin oleh peneliti BPPBAP
5.
Kajian Penentuan Potensi, Kesesuaian Lahan dan Strategi Pengembangan Budidaya Rumput Laut
Perjanjian kerja sama pengadaan swakelola non swadaya
2016
Bappeda
Menyusun kajian penentuan potensi, kesesuaian lahan dan strategi pengembangan budidaya rumput laut (Kappaphycus alvarezi)
1. Laporan pendahuluan 2. Laporan antara 3. Laporan akhir
Alih teknologi budidaya udang vaname teknologi superintensif (penggunaan 4 petak tambak)
Perjanjian kerjasama
20162019
Alih teknologi budidaya udang vaname teknologi superintensif (penggunaan 4 petak tambak)
1. Data dan informasi 2. Produksi udang vaname 3. Alih teknologi sistem budidaya udang vaname
6.
Buton Utara (Baru)
PT Sakriz Mina Indonesia (Baru)
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) BPPBAP Tahun 2016
Pendampingan teknologi budidaya udang dengan aplikasi probiotik; (4) Pendampingan tambak percobaan/ percontohan; (5) Pendampingan litbang pembenihan udang windu.
79
Dari keempat kegiatan kerja sama tersebut, 2 di antaranya adalah kegiatan baru yakni kerja sama dengan Kabupaten Kotabaru dan dengan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Dayanu Ikhsanuddin Baubau, sehingga capaian volume kegiatan dari IKU ini adalah sebanyak 2 kegiatan. Tabel 37. Capaian IKU 11. Jumlah Jejaring dan/atau Kerja Sama Litbang Budidaya Air Payau yang Terbentuk
Jumlah jejaring dan/atau kerjasama litbang budidaya air payau yang terbentuk (buah)
Target 2016
7
Capaian TA 2016
Progres Fisik (%)
T
R
%
T
R
%
7
10
142,86
100
142,86
142,86
Gambar 22. Jejaring Pemuliaan Kepiting dan Rumput Laut serta Jejaring Nasional Pemuliaan Ikan, Depok 15-16 November 2016
Gambar 23. Penyerahan Atlas Hasil Litbang 2016 kepada Wakil Bupati Pinrang
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) BPPBAP Tahun 2016
Indikator Kinerja Utama (IKU) 11
80
Tabel 38. Capaian Jumlah Jejaring dan Kerja Sama Litbang Perikanan Budidaya yang Terbentuk tahun 2011-2016 Indikator Kinerja Utama 2011 2012 2013 2014 2015 2016 Jumlah jejaring dan/atau kerja sama 2 2 2 2 4 10 litbang budidaya air payau yang terbentuk Berdasarkan Tabel 38 di atas, terdapat tren peningkatan
jumlah jejaring
dan/atau kerja sama litbang budidaya air payau yang terbentuk dari tahun ke tahun sehingga hal ini merupakan capaian positif BPPBAP.
Selain kegiatan kerjasama yang
telah dituangkan dalam bentuk Memorandum of Understanding (MoU) telah dilakukan penjajakan/inisiasi kerja sama baik dalam maupun luar negeri (Tabel 39).
Tabel 39. Inisiasi Kerja Sama di BPPBAP Inisiasi Kerja Sama Dalam Negeri 1.
PT BOGA MARITAMA (MAKASSAR)
Jenis Kegiatan
PENGEMBANGAN DAN ALIH TEKNOLOGI BUDIDAYA UDANG VANAME PADA TAMBAK SISTEM SUPERINTENSIF
Rencana Pelaksanaan 2017
Inisiasi yang telah dilakukan tahun 2016
Penjajakan dan penandatangan PKS Pendampingan penyusunan detail engineering design konstruksi tambak beton Uji coba/penelitian budidaya superintensif skala kecil
1. Kunjungan PT Boga Maritama dan pengusaha budidaya dari Jepang di ITP Takalar (3 kali kunjungan) 2. Survei awal lokasi tambak milik PT Boga Maritama di Takalar 3. Kunjungan Ka Balai dan Tim TSI ke PT Boga Maritama
Gambar 24. Kunjungan dan penjajakan kerja sama PT Boga Maritama
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) BPPBAP Tahun 2016
Mitra
81
Mitra
2. WILDLIFE CONSERVATION SOCIETY – INDONESIA PROGRAM
Jenis Kegiatan
Restocking kepiting bakau dan pembudidayaan kepiting bakau
Rencana Pelaksanaan
Inisiasi yang telah dilakukan tahun 2016
Pertemuan dengan marine manager WCS dan pembahasan model kegiatan (3 kali pertemuan) Penyediaan data/gambaran umum lokasi oleh pihak WCS
Gambar 25.Lokasi hutan mangrove Desa Tambun
Inisiasi Kerja Sama Luar Negeri Mitra
3. ACIAR
Jenis Kegiatan
Accelerating the development of finfish mariculture in Cambodia through south-south research cooperation with Indonesia FIS/2016/130
Rencana Pelaksanaan
2018 - 2021
Inisiasi yang telah dilakukan tahun 2016
Pertemuan dengan pihak ACIAR (Dr. Mike Rimmer), perwakilan dari Department of Aquaculture Development Kamboja di Surabaya pada bulan April 2016 Pertemuan lanjutan dengan pihak ACIAR (Dr. Mike Rimmer) di BPPBAP Maros pada bulan Juli 2016
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) BPPBAP Tahun 2016
tahun 2017
Penjajakan dan penandatangan PKS Uji coba restocking kepiting bakau di Desa Tambun, Kecamatan Likupang Barat, Kabupaten Minahasa Utara (kawasan konservasi hutan bakau) Diseminasi aspek pembenihan kepiting bakau skala masyarakat
82
Gambar 26. Pertemuan dengan pihak ACIAR, Juli 2016 4. UNIVERSITY OF STIRLING
Jenis Kegiatan
RESEARCH PROPOSAL THEME : SUSTAINABLE AQUACULTURE ENVIRONMENTAL AND ECOLOGICAL MODELLING 2017 - 2021
Rencana Pelaksanaan
Menunggu tanggapan dari University of Stirling
Inisiasi yang telah dilakukan
2016 : Penyusunan proposal umum dan telah diproses melalui Puslitbang KP
Mitra
5. Aquaculture Department SEAFDEC
Jenis Kegiatan
RESEARCH PROPOSAL EVALUATING PRODUCTION SYSTEMS OF AQUACULTURE SHRIMP PONDS TECHNOLOGY AND ENVIRONMENTAL IMPACT ASSESSMENT
Rencana Pelaksanaan
Menunggu tanggapan dari SEAFDEC
Inisiasi yang telah dilakukan tahun 2016
Penyusunan proposal umum dan telah diproses melalui Puslitbang KP
SASARAN STRATEGIS 5.
Terselenggaranya Pengendalian Litbang Kelautan dan
Perikanan Sasaran strategis terselenggaranya pengendalian litbang perikanan budidaya air payau memiliki nilai capaian sebesar 100,33%. Indikator kinerja yang ditetapkan untuk mengukur keberhasilan sasaran tersebut yakni:
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) BPPBAP Tahun 2016
Mitra
83
IKU 12.
Proporsi Kegiatan Riset Aplikatif dibandingkan Total Kegiatan Riset
Budidaya Air Payau IKU ini bertujuan untuk memperoleh gambaran arah kebijakan penelitian dan pengembangan kelautan dan perikanan memberikan porsi lebih besar kepada penelitian terapan dan pengembangan eksperimental sehingga hasil litbang kelautan dan perikanan dapat cepat diterapkan dan dimanfaatkan oleh stakeholder. Sesuai dengan PP 30 tahun 2008 terdapat 3 bentuk kegiatan litbang : 1. Penelitian dasar perikanan; a. Merupakan kegiatan penelitian yang bersifat eksploratif dan/atau eksperimental untuk memperoleh ilmu pengetahuan baru sebagai acuan bagi penelitian terapan perikanan. b. Ilmu
pengetahuan baru dapat berupa data dan informasi ilmiah tentang prinsip-
prinsip dasar dari fenomena atau fakta serta interaksi keduanya yang teramati di bidang perikanan.
kegiatan inventarisasi, ekspedisi, identifikasi, karakterisasi, studi, sensus, dan survei di bidang perikanan. Untuk penelitian dasar, selanjutnya diwujudkan dalam penelitian kemitraan melalui kerjasama dengan Perguruan Tinggi dan/atau LPNK dan ditetapkan melalui SK Kepala Balitbang KP. 2. Penelitian terapan perikanan; a. Merupakan kegiatan penelitian yang memanfaatkan hasil penelitian dasar perikanan, dan diarahkan untuk tujuan praktis guna memperoleh pengetahuan dan teknologi di bidang perikanan. b. Pengetahuan dan teknologi di bidang perikanan dapat berupa pengetahuan praktis dan teknologi terapan yang langsung dapat digunakan dalam penyusunan kebijakan pengelolaan dan pengembangan usaha perikanan. c. Yang dimaksud dengan "penelitian terapan perikanan", antara lain desain, rancang bangun dan konstruksi, permodelan, pemetaan, dan pengkajian di bidang perikanan.
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) BPPBAP Tahun 2016
c. Yang dimaksud dengan "kegiatan penelitian yang bersifat eksploratif", antara lain,
84
3. Pengembangan eksperimental perikanan a. Merupakan kegiatan sistematik dengan menggunakan pengetahuan yang sudah ada yang diperoleh melalui penelitian dasar perikanan dan/atau penelitian terapan perikanan, untuk memperoleh sistem teknologi yang lebih efektif dan efisien serta menghasilkan produk unggulan di bidang perikanan. b. Sistem teknologi yang lebih efektif dan efisien dapat berupa teknologi yang sederhana, murah, terjangkau, adaptif, dan ramah lingkungan. c. Produk unggulan dapat berupa produk yang memiliki nilai tambah tinggi, berdaya saing tinggi, dan aman dikonsumsi serta terjangkau masyarakat luas. d. Yang dimaksud dengan "pengembangan eksperimental perikanan", antara lain, perekayasaan, scaling-up, dan inovasi teknologi di bidang perikanan.
Teknik pengukuran IKU ini adalah jumlah total litbang terapan + pengembangan eksperimental/ jumlah total litbang dikali 100%.Target proporsi kegiatan riset aplikatif
adalah minimal sebesar 78%. Tabel 40. Capaian IKU 12. Proporsi Kegiatan Riset Aplikatif Dibandingkan Total Kegiatan Riset Budidaya Air Payau
Indikator Kinerja Utama (IKU) 12 Proporsi Kegiatan Riset Aplikatif dibandingkan Total Kegiatan Riset Budidaya Air Payau (minimal %)
Target 2016
78
Capaian TA 2016 T R 78
78,3
Progres Fisik (%) T
R
%
78
78,3
100,33
Kegiatan penelitian aplikatif di BPPBAP terdiri dari 18 kegiatan litbang dari total 23
kegiatan sehingga proporsi kegiatan penelitian terapan dan pengembangan
eksperimental dibandingkan total kegiatan Litbang adalah 78,26% sehingga capaian kegiatan telah tercapai 100,33%.
Capaian IKU 12 ini telah terpenuhi sejak Triwulan
1/2016 karena penetapan jumlah dan jenis litbang telah ada sejak November 2015 dan tertuang dalam RKAKL 2016.
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) BPPBAP Tahun 2016
dibandingkan total kegiatan riset budidaya air payau di BPPBAP tahun 2016 dari IKU 12
85
Kegiatan penelitian terapan dan pengembangan eksperimental di BPPBAP tahun 2015 terdiri dari 16 kegiatan litbang dari total 20 kegiatan sehingga proporsi kegiatan penelitian terapan dan pengembangan eksperimental dibandingkan total kegiatan Litbang adalah 80% sehingga capaian kegiatan telah tercapai 100%.
Meskipun terjadi
peningkatan capaian dibanding tahun 2016 namun hal itu disebabkan karena target proporsinya yang lebih rendah yakni hanya 78%. Tabel 41. Daftar Penelitian Aplikatif di BPPBAP Tahun 2016
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
12 13 14 15 16 17
Dukungan Pembesaran Calon Induk (Prematurasi) Udang Windu, Penaeus monodon di Tambak Aplikasi Probiotik RICA untuk Pengendalian Penyakit pada Budidaya Udang di Tambak Peningkatan Kinerja Reproduksi Induk Udang Windu Strain Tahan Penyakit di Bak Resirkulasi dan Tambak Teknologi Produksi Larva dan Calon Induk Udang Windu (F1) Tahan Penyakit WSSV Uji Aplikasi Probiotik pada Produksi Massal Larva Udang Windu Pengembangan Formulasi Pakan Induk Udang Windu Fase Prematurasi Pencegahan Vibriosis Melalui Metode Penghambatan Quorum Sensing (Quorum Quenching) Kajian Desain Wadah Budidaya Udang Windu Semiintensif di Tambak Marjinal dengan Sistem Semiresirkulasi Aplikasi Teknik Cryopreservasi Sperma pada Induk Udang Windu (Penaeus monodon) Upaya Perbaikan Kualitas Kromatofor/spermatofor serta Memacu Kematangan Gonad pada Udang Windu di Hatchery Menggunakan Bahan Herbal Penyediaan Calon Induk Udang Windu (Prematurasi) dari Berbagai Strain Pemanfaatan Bakterin pada Budidaya Udang Uji Teknologi Pencegahan Penyakit Udang Melalui Penggunaan Bahan Alam Pemanfaatan IPAL pada Budidaya Udang Vaname Superintensif Pengaruh Induksi Hormon Terhadap Kualitas Induk Jantan Udang Windu, Penaeus monodon Maturasi Asal Tambak Aplikasi Pakan Buatan Berbahan Baku Lokal dalam Pendederan Krablet Kepiting Bakau
Keterangan Paket Teknologi Iptek Litbang Perikanan Budidaya Air Payau Produk Biologi Iptek Litbang Budidaya Air Payau
Komponen Teknologi Iptek Perikanan Budidaya Air Payau
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) BPPBAP Tahun 2016
No. Judul Penelitian 1 Perbaikan Teknologi Produksi Massal Krablet Kepiting Bakau
86
18
Uji Probiotik RICA pada Pemeliharaan Larva Udang Windu di Bahan Usulan HKI Hatchery Iptek Litbang Budidaya Air Payau
Sedangkan 5 judul litbang lainnya yang tidak termasuk penelitian aplikatif adalah kegiatan litbang data dan informasi iptek budidaya, yaitu: 1.
Aplikasi
Informasi Geospasial untuk Inventarisasi dan Monitoring Kegiatan
Budidaya Tambak Skala Hamparan 2.
Penelitian Studi Lingkungan Budidaya Udang Vaname Teknologi Superintensif di Sulawesi Selatan
3.
Studi Epidemiologi Budidaya Udang Vaname Superintensif di Perairan Kabupaten Barru dan Takalar
4.
Isolasi
dan
Karakterisasi RNA Interferens (RNAi) pada
Udang Windu
(Peningkatan Respons Imun Udang Windu Melalui Teknologi RNA Interferens). 5.
Evaluasi Kesesuaian Lahan Tambak untuk Berbagai Tingkat Teknologi Perikanan
3.3.3 Learn and Growth Perspective Capaian kinerja BPPBAP pada perspektif pembelajaran dan pertumbuhan (learn
and growth perspective) pada tahun 2016 dengan bobot 33,33% yaitu sebesar 120%. Capaian tahun 2016 ini lebih tinggi dibanding tahun 2015 dengan bobot 38,33% dengan capaian sebesar 112,74%.
Capaian Learn and Growth Perspective ini berasal dari 4
(empat) sasaran strategis berikut: SASARAN STRATEGIS 6. Terwujudnya Aparatur Sipil Negara (ASN) BPPBAP yang Kompeten, Profesional dan Berkepribadian. Nilai capaian untuk SS tersedianya Aparatur Sipil Negara (ASN) yang kompeten, profesional, dan berkepribadian adalah 120%, yang berasal dari 2 (dua) IKU yakni: IKU 13. Indeks Kompetensi dan Integritas BPPBAP. Kompetensi adalah kemampuan utk melaksanakan tugas sesuai dengan kemampuan dan pengetahuan. Integritas adalah kecendrungan untuk sikap yang
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) BPPBAP Tahun 2016
Budidaya Air Payau di Kabupaten Kotabaru, Provinsi Kalimantan Selatan.
87
patuh pada aturan dan norma.
Indeks Kompetensi dan Integritas dimaksud
terdiri dari Kompetensi Hasil Asesmen, Kehadiran Pegawai, Capaian Kinerja (SKP), LHKASN/LHKPN, terhadap Pejabat yang telah dilakukan Asesmen. Sumber daya manusia BPPBAP memiliki kemampuan untuk melaksanakan tugas dan fungsi sesuai dengan kemampuan dan pengetahuan, berintegritas, disiplin, serta bersikap patuh pada aturan dan norma.
IKU ini menggunakan klasifikasi maximize di mana
capaian yang diharapkan adalah melebihi target yang ditetapkan. Teknik perhitungannya yakni merupakan agregasi dari parameter di bawahnya dengan cara membandingkan kompetensi hasil rekomendasi penilaian kompetensi/asesmen dari Asesor dengan jenis standar kompetensi yang dipersyaratkan sesuai Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 3A/KEPMEN-SJ/2014. Data yang dibutuhkan adalah persentase capaian output pegawai pada SKP, persentase tingkat kehadiran pegawai; dan LHKASN/LHKPN.
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Rata-rata
Persentase Kehadiran Pegawai 89,92 81,92 78,88 85,19 85,19 85,04 91,44 81,07 85,26 100,00 90,26 94,80 87,40
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) BPPBAP Tahun 2016
Tabel 42. Rekap Persentase Presensi Pegawai BPPBAP Tahun 2016
88
Gambar. 27 Contoh tampilan e-SKP di http://prestasikerja.kkp.go.id Untuk memenuhi capaian IKU 13 ini, telah dilakukan perhitungan komponen dengan hasil rekapan nilai parameter perhitungan sebagai berikut (Tabeln 42):
No.
Parameter
%
1.
Persentase capaian output pegawai pada SKP
100,0
2.
Persentase tingkat kehadiran pegawai
87,4
3.
LHKASN/LHKPN
100,0
Rata-rata
95,8
Tabel 44. Capaian IKU 13. Terwujudnya Aparatur Sipil Negara (ASN) BPPBAP yang Kompeten, Profesional dan Berkepribadian Capaian TA 2016
Progres Fisik (%)
2016
T
R
%
T
R
%
77
77
95,8
124,4
100
124,4
124,4
Indikator Kinerja
Target
Utama (IKU) 13 Terwujudnya Aparatur Sipil Negara (ASN) BPPBAP yang kompeten, professional dan berkepribadian
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) BPPBAP Tahun 2016
Tabel 43. Rekapan Nilai Parameter Perhitungan Indeks Kompetensi dan Integritas BPPBAP tahun 2016 (Januari-Desember 2016)
89
Dibandingkan dengan Indeks Kompetensi dan Integritas BPPBAP tahun 2015, indeks di tahun 2016 sedikit mengalami penurunan. Di mana pada tahun 2015 Indeks Kompetensi dan Integritas BPPBAP adalah 98,3% dari target 65% (capaian 151,23%). Hal ini disebabkan selain oleh peningkatan persentase target dari 65% menjadi 77%, juga disebabkan oleh penurunan rata-rata persenase kehadiran pegawai yang hanya 87,4%, namun demikian persentase pengisian e-SKP yang 100% seiring dengan semakin mudahnya akses penggunaan internet hingga ke instalasi-instalasi yang dimiliki oleh balai yang lokasinya ada di Marana Maros, Barru, dan Punaga Takalar. IKU 14. Jumlah ASN BPPBAP yang Ditingkatkan Kompetensinya Defenisi dari IKU Jumlah ASN BPPBAP yang Ditingkatkan Kompetensinya yakni SDM BPPBAP baik PNS, CPNS maupun tenaga kontrak yang menempuh pendidikan gelar (tugas belajar dalam dan luar negeri) yang sedang berjalan dan baru, nongelar (diklat fungsional tertentu/diklatpim), pelatihan (kursus teknis dalam dan luar negeri) dan izin
kompetensi untuk menunjang tugas dan fungsinya. Target yang ditetapkan oleh BPPBAP pada tahun 2016 adalah sebanyak 10 orang pegawai. Target ini lebih rendah dibanding target tahun 2015 yakni sebanyak 29 orang pegawai dengan pertimbangan adanya efisiensi anggaran khususnya anggaran perjalanan. Hingga tahun anggaran 2016, jumlah pegawai yang ditingkatkan kompetensinya adalah sebanyak 30 orang. Daftar Nama Pegawai yang telah Ditingkatkan Kompetensinya hingga tahun anggaran 2016 dapat dilihat pada Lampiran 6.
Tabel 45. Capaian IKU 14. Jumlah ASN BPPBAP yang Ditingkatkan Kompetensinya Indikator Kinerja Utama (IKU) 14 Jumlah ASN BPPBAP yang ditingkatkan kompetensinya (orang)
Target
Capaian TA 2016
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) BPPBAP Tahun 2016
belajar (yang berjalan) dalam rangka untuk meningkatkan dan mengembangkan
Progres Fisik (%)
2016
T
R
%
T
R
%
10
10
30
300
100
300
300
90
Tingginya capaian IKU 14 ini meskipun telah dilakukan efisiensi anggaran selain disebabkan hampir sebagian besar kegiatan
masih berlokasi di daerah Makassar
sehingga tidak membutuhkan anggaran khusus, terlebih lagi kegiatan-kegiatan yamg diikuti merupakan inisiatif dari ASN yang bersangkutan. Pada Tapja APBN-P tahun 2015, tidak terdapat IKU Jumlah ASN BPPBAP yang Ditingkatkan Kompetensinya. Namun demikian, tetap dilakukan pengukuran/pendataan jumlah pegawai yang mengikuti diklat selama kurun waktu tahun 2015 yakni sebanyak 38 orang. Jumlah tersebut belum termasuk yang sedang mengikuti tugas belajar maupun yang ijin belajar. SASARAN STRATEGIS 7.
Tersedianya manajemen pengetahuan BPPBAP yang
handal dan mudah diakses Nilai capaian untuk SS tersedianya manajemen pengetahuan yang handal dan mudah diakses adalah 116,20%, yang berasal dari 1 IKU yakni: Persentase unit kerja BPPBAP yang menerapkan sistem manajemen
pengetahuan yang terstandar Sistem Manajemen Pengetahuan adalah suatu rangkaian yang memanfaatkan teknologi informasi yang digunakan oleh instansi pemerintah ataupun swasta untuk mengidentifikasi, menciptakan, menjelaskan, dan mendistribusikan pengetahuan untuk digunakan kembali, diketahui dan dipelajari.
IKU ini menggunakan klasifikasi maximize,
di mana capaian yang diharapkan adalah melebihi target yang ditetapkan dan satuannya adalah persen.
Teknologi informasi diidentikkan dengan penggunaan web.
Web
merupakan salah satu sarana yang bisa digunakan oleh instansi pemerintah ataupun swasta sebagai alat ukur
dalam mengidentifikasi, menciptakan, menjelaskan, dan
mendistribusikan pengetahuan untuk digunakan kembali, diketahui, dan dipelajari. Pada tahun sebelumnya (tahun 2015), teknik menghitung persentasi jumlah informasi yang dilakukan BPPBAP adalah berdasarkan persentase jumlah pengunjung website yang mengakses maupun mendownload data dan informasi pada tahun berjalan. Namun untuk tahun 2016, berdasarkan Manual IKU BPPBAP yang berpedoman pada Manual IKU Biro Perencanaan KKP, cara perhitungannya adalah “Unit kerja yang menerapkan sistem manajemen
pengetahuan
dibandingkan
dengan
total
Unit
Kerja
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) BPPBAP Tahun 2016
IKU 15.
91
lingkup BPPBAP dengan bukti capaian berupa “Jumlah Pengguna aplikasi Bitrix24 di lingkup BPPBAP”.
Unit kerja yang dimaksud diterjemahkan sebagai “pejabat lingkup
BPPBAP yang telah terdaftar”. Selama TA 2016, terdapat 7 dari 13 orang pejabat lingkup BPPBAP (Struktural, Kepala Instalasi dan Ka.Kelti) telah dihired ke dalam program Bitrix24.com melalui web kinerjakkp.bitrix24.com. Namun pada awal Desember 2016, berdasarkan Memorandum Sekretaris Balitbang KP Nomor 3555/BALITBANGKP.0/RC.330/XII/2016 tanggal 1 Desember 2016 dan Memorandum Nomor 3616/BALITBANGKP.0/RC.330/XII/2016 tanggal 7 Desember 2016 terkait Penyampaian Hasil Pengukuran IKU Persentase Unit Kerja yang Menerapkan Sistem Manajemen Pengetahuan yang Terstandar, telah didaftarkan email-email pegawai lingkup BPPBAP dan telah terdapat 75 orang yang melakukan konfirmasi.
Indikator Kinerja Utama (IKU) 15 Persentase unit kerja BPPBAP yang menerapkan sistem manajemen pengetahuan yang terstandar
Target (%) 50
Realisasi (%) 58,1
Capaian (%) 58,1
Capaian untuk IKU ini sudah mencapai bahkan di atas target, dimana seluruh pejabat lingkup BPPBAP telah bergabung dengan aplikasi bitrix24 dan untuk seluruh pegawai lingkup BPPBAP beberapa masih dalam proses menunggu konfirmasi. Manajemen pengetahuan terstandar di Kementerian Kelautan dan Perikanan saat ini menggunakan aplikasi bitrix24.com (www.kinerjakkp.bitrix24.com).
Aplikasi Bitrix24 dilengkapi
dengan berbagai fitur yang dapat digunakan untuk berbagi informasi/pengetahuan antarpengguna. Pada tahun 2015, Cara pengukuran IKU Persentase Unit Kerja BPPBAP yang Menerapkan Sistem Manajemen Pengetahuan yang Terstandar berbeda dengan tahun 2016.
Teknik menghitung persentasi jumlah informasi yang dilakukan BPPBAP adalah
berdasarkan
persentase
jumlah
pengunjung
website
yang
mengakses
maupun
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) BPPBAP Tahun 2016
Tabel 46. Capaian IKU 15. Persentase Unit Kerja BPPBAP yang Menerapkan Sistem Manajemen Pengetahuan yang Terstandar Tahun 2016
92
mendownload data dan informasi pada tahun berjalan. Capaian untuk IKU ini pada tahun 2015 termasuk sangat tinggi yakni 437,5% diakibatkan oleh realisasi yang cukup tinggi yakni 175% (dari target 65%).
Hal ini kemungkinan sebabkan oleh konten-konten yang
terdapat di web BPPBAP sudah lebih kaya dan senantiasa terupdate. Acuan perhitungan yang digunakan pun tidak mengacu pada konten yang didownload melainkan konten yang diakses, Hal ini didasarkan pada prinsip, tidak semua data dan informasi yang diakses harus melalui proses download tetapi melalui akses biasa pun manfaatnya sudah dapat
Gambar 28. Tampilan Aplikasi bitrix24.com (Acuan Pengukuran IKU Sistem Manajemen Pengetahuan yang Terstandar Tahun 2016)
Gambar 29. Tampilan Website bppbapmaros.kkp.go.id (Acuan Pengukuran IKU Sistem Manajemen Pengetahuan yang Terstandar Tahun 2015)
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) BPPBAP Tahun 2016
digunakan.
93
SASARAN STRATEGIS 8. Terwujudnya Birokrasi BPPBAP yang Efektif, Efisien, dan Berorientasi pada Pelayanan Prima. Nilai capaian untuk SS Terwujudnya Reformasi Birokrasi adalah 101,07%, yang berasal dari 2 (dua) IKU yakni: IKU 16. Nilai Kinerja Reformasi Birokrasi BPPBAP Reformasi Birokrasi merupakan suatu proses untuk mengubah bentuk birokrasi yang lama dengan bentuk birokrasi yang baru sehingga aparatur mampu bekerja secara lebih profesional, efektif, dan akuntabel dalam menyelenggarakan pemerintahan dan pelayanan kepada masyarakat.
Refomasi birokrasi yang dilaksanakan pada hakekatnya
merupakan upaya untuk melakukan pembaharuan dan perubahan mendasar terhadap sistem penyelenggaraan pemerintahan yang dilaksanakan melalui program-program, meliputi: 1) Manajemen perubahan; 2) Peraturan perundang-undangan; 3) Penataan organisasi; 4)
Penataan tata laksana; 5)
pengawasan internal; 7)
Penataan SDM aparatur; 6)
Penguatan
Penguatan akuntabilitas kinerja; 8) Peningkatan kualitas
Indeks Reformasi Birokrasi yang dilakukan melalui Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi bertujuan untuk : a. memudahkan Kementerian/Lembaga
dan
Pemerintah Daerah dalam menyediakan
informasi mengenai perkembangan pelaksanaan reformasi birokrasi dan upaya-upaya perbaikan yang perlu dilakukan oleh Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah yang bersangkutan; b. menyediakan data/informasi bagi Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi dalam rangka menyusun profil nasional pelaksanaan reformasi birokrasi. Penilaian atas implementasi RB di KKP dilaksanakan melalui Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi (PMPRB) secara online oleh masing-masing Unit Eselon I yang telah diverfikasi oleh Inspektorat Jenderal. Upaya yang dilakukan fokus pada: a. Panel I PMPRB online b. Panel II PMPRB online c. Panel III PMPRB online
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) BPPBAP Tahun 2016
pelayanan publik; dan 9) Pelaksanaan monitoring dan evaluasi.
94
Tabel 47. Capaian IKU 16. Nilai Kinerja Reformasi Birokrasi Tahun 2016 Indikator Kinerja Utama (IKU) 16
Target (%) A (80)
Nilai Kinerja Reformasi Birokrasi
Realisasi (%) 80,49
Capaian (%) 101
Realisasi nilai kinerja Reformasi Birokrasi BPPBAP tahun anggaran 2016 adalah sebesar 80,49%.
Nilai tersebut diperoleh berdasarkan pengukuran mandiri yang
dilaksanakan pada bulan Januari 2016. Pengukuran kembali dilakukan pada pertengahan dan akhir tahun 2016 tetapi hasilnya belum bergeser dan masih sama dengan hasil pengukuran sebelumnya (Lampiran 7).
Pengukuran mandiri RB pertama kali dilakukan
untuk pelaporan tahun 2015. Nilai RB sebelumnya yakni tahun 2013 dan 2014 sebatas mengadopsi dari Eselon I dan Eselon II atasan dengan nilai masing-masing adalah 77,56% dan 75,52%. Nilai RB yang diperoleh pada awal tahun 2016 yakni 80,49% melalui pengukuran mandiri sebenarnya masih belum mewakili nilai RB BPPBAP secara utuh
Hal tersebut karena masih belum ada LKE-RB yang disusun untuk melakukan penilaian mandiri di level Eselon III maupun Eselon IV. Tabel 48. Kategori Nilai Akhir Penilaian Reformasi Birokrasi No.
Kategori
Nilai Angka
Interpretasi
1
AA
>85 - 100
Memuaskan
2
A
>75 - 85
Sangat Baik
3
B
>65 - 75
Baik, perlu sedikit perbaikan
4
CC
>50 - 65
Cukup Baik (memadai), perlu banyak perbaikan yang tidak mendasar 5 C >30 - 50 Agak kurang, perlu banyak perbaikan, termasuk perubahan yang mendasar 6 D 0 - 30 Kurang, perlu banyak sekali perbaikan & perubahan yang sangat mendasar Sumber: Permen PAN Reformasi Birokrasi No. 13 Tahun 2010
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) BPPBAP Tahun 2016
karena pengisian LKE-RB yang ada sebahagian masih diadopsi dari Eselon I dan Eselon II.
95
IKU 17. Nilai SAKIP BPPBAP Dalam rangka pelaksanaan Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP), serta Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 12 Tahun 2015 tentang Pedoman Evaluasi Atas Implementasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, yang merupakam rangkaian sistematik dari berbagai aktivitas, alat, dan prosedur yang dirancang untuk tujuan penetapan dan pengukuran, pengumpulan data, pengklasifikasian, pengikhtisaran, dan pelaporan kinerja pada instansi pemerintah, dalam rangka pertanggungjawaban dan peningkatan kinerja instansi pemerintah dan dokumen penetapan kinerja yang telah diperjanjikan. Berdasarkan hal tersebut sehingga wajib dilakukan evaluasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) yang ditujukan untuk menilai akuntabilitas kinerja di BPPBAP dalam rangka mendorong terwujudnya pemerintahan yang berorientasi kepada hasil.
Untuk itu dilakukan pengukuran SAKIP melalui penilaian mandiri Sistem
evaluasi (KKE) Akuntabilitas Kinerja. Pengukuran/penilaian mandiri Sistem Akuntabilitas Instansi Pemerintah (SAKIP) telah dilakukan pada bulan September 2016. Hasil evaluasi atas implementasi SAKIP pada tingkat UPT lingkup Balitbang KP TA 2016 telah ditetapkan ditetapkan melalui Memorandum Sekretaris Balitbang KP Nomor 2853/BALITBANGKP.0/RC.330/IX/2016. BPPBAP memperoleh nilai total 81,61 dengan Kategori A, dengan rincian sebagai berikut: 1. Perencanaan Kinerja
: 25,00
2. Pengukuran Kinerja
: 27,21
3. Pelaporan Kinerja
: 7,41
4. Evaluasi Internal
: 7,83
5. Pencapaian Sasaran/Kinerja Organisasi
: 14,17
Pada penyusunan Laporan Bulanan September 2016, telah dilakukan koreksi perbaikan penilaian mandiri dan hasilnya diperoleh peningkatan nilai menjadi 84,64%, namun karena tidak ada revisi Memorandum Hasil Penilaian Mandiri lingkup BPPBAP maka
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) BPPBAP Tahun 2016
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dengan mengacu pada template kertas kerja
96
untuk pelaporan
LKj tetap mengacu pada hasil pengukuran sebelumnya.
LKE hasil
penilaian mandiri di BPPBAP dapat dilihat pada Lampiran 8. Tabel 49. Capaian IKU 17. Nilai SAKIP BPPBAP Indikator Kinerja Utama (IKU) 17
Target (%)
Nilai SAKIP BPPBAP
84
Realisasi TA 2016 (%) 81,61
Capaian (%) 97,15
(84,64)
(100,80)
Pengukuran/penilaian SAKIP tahun 2015 dilakukan langsung oleh Inspektorat Jenderal berupa penilaian Sistem Akuntabilitas Instansi Pemerintah (SAKIP) di mana diperoleh nilai 79,55. Nilai ini berarti SAKIP BPPBAP tahun 2015 adalah A yang juga berarti sangat baik. Berdasarkan nilai tersebut berarti terjadi peningkatan nilai SAKIP pada tahun 2016.
Perbaikan nilai ini khususnya pada poin “perencanaan” di mana telah
dilakukan perbaikan/revisi Renstra 2015-2019 sesuai dengan arahan Inspektorat
yang dilakuikan pada poin pengukuran, pelaporan, dam evaluasi.
SASARAN STRATEGIS 9.
Terkelolanya anggaran pembangunan BPPBAP secara
efisien dan akuntabel Nilai capaian untuk SS Terkelolanya anggaran pembangunan secara efisien adalah 105,86 %, yang berasal dari 2 IKU yakni: IKU 18. Nilai Kinerja Anggaran BPPBAP IKU ini didefenisikan sebagai persentasi pelaksanaan anggaran dibanding dengan alokasi anggaran dengan tujuan menghasilkan output anggaran tertentu.
IKU ini
menggunakan klasifikasi maximize di mana capaian yang diharapkan adalah melebihi target yang ditetapkan. Teknik menghitungnya yaitu dengan mengacu pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor 249/PMK.02/2011 tentang pengukuran dan evaluasi kinerja atas pelaksanaan rencana kerja dan anggaran kementerian negara/lembaga, dengan tahapan Penyerapan anggaran; Konsistensi antara perencanaan dan implementasi; Pencapaian keluaran; Efisiensi; Nilai efisiensi; dan Capaian hasil.
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) BPPBAP Tahun 2016
Jenderal KKP pada saat penilaian SAKIP tahun 2015, serta perbaikan-perbaikan lainnya
97
Kepatuhan terhadap SAP adalah target terselenggaranya pengelolaan keuangan yang akuntabel, efisien dan relevan, konsistensi, dan memenuhi standar keuangan pemerintahdan bertujuan untuk menggambarkan kinerja pengelolaan keuangan dan kepatuhannya terhadap standar akuntasi pemerintah. IKU ini menggunakan klasifikasi maximize di mana capaian yang diharapkan adalah melebihi target yang ditetapkan. Menghitung prosentasi kepatuhan lembaga/instansi terhadap SAP yang meliputi sistem pemerintahan penyelenggara, peralatan, dan elemen lain untuk mewujudkan fungsi pelaporan keuangan di lingkungan organisasi pemerintah, dengan formula:
Untuk capaian IKU 18 ini pada tahun 2016 capaian nilai kinerja anggaran yang diperoleh dari angka kinerja pada aplikasi monev.anggaran.depkeu.go.id/smart sebesar
Gambar 30. Tampilan Nilai Kinerja pada Aplikasi monev.anggaran.depkeu.go.id/smart
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) BPPBAP Tahun 2016
85,56%. Tampilan nilai kinerja seperti terlihat pada Gambar 27 berikut:
98
Tabel 50. Capaian IKU 18. Nilai Kinerja Anggaran BPPBAP Indikator Kinerja Utama (IKU) 18 Nilai Kinerja Anggaran
Target (%) 85
Realisasi TA 2016 (%) 85,56
Capaian (%) 100,66
Pada tahun 2015, teknik menghitung Nilai Kinerja Anggaran yaitu dengan mengacu pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor 249/PMK.02/2011 tentang pengukuran dan evaluasi
kinerja
atas
pelaksanaan
rencana
kerja
dan
anggaran
kementerian
negara/lembaga, dengan tahapan Penyerapan anggaran; Konsistensi antara perencanaan dan implementasi; Pencapaian Keluaran; Efisiensi; Nilai Efisiensi; dan Capaian Hasil. BPPBAP melampaui target IKU nilai kinerja anggaran yang ditetapkan tahun 2015 yaitu dengan capaian sebesar 110,78% yang berarti nilai kinerja anggaran lingkup BPPBAP dikategorikan “Sangat Baik”.
Pengukuran nilai kinerja atau efisiensi anggaran baru
IKU 19. Persentase Kepatuhan Terhadap Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) Capaian IKU persentase kepatuhan terhadap SAP tahun 2016 adalah 100% karena hasil pemeriksaan APIP oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) semua telah ditindak lanjuti dan tuntas tanpa temuan dan catatan. Capaian IKU persentase kepatuhan terhadap SAP tahun 2015 juga sebesar 100% (Tabel 50).
Tabel 51. Capaian IKU 19. Persentase Kepatuhan Terhadap Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) BPPBAP Indikator Kinerja Utama (IKU) 16 Persentasi Kepatuhan Terhadap Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) BPPBAP
Target (%) 100
Realisasi TA 2016 (%) 100
Capaian (%) 100
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) BPPBAP Tahun 2016
dimulai pada tahun 2014.
99
3.4 AKUNTABILITAS KEUANGAN BPPBAP TAHUN 2016
Pagu awal anggaran BPPBAP tahun 2016 adalah sebesar Rp 39.621.558.000. Dari total pagu tersebut, telah dilakukan penghematan anggaran sebesar Rp 4.142.056.000. Setelah dilakukan penghematan, pagu anggaran menurun menjadi Rp 35.321.558.000. Tabel 52. Daftar Revisi DIPA BPPBAP selama Tahun 2016 Revisi
Tanggal Revisi
Kegiatan
Justifikasi revisi
1
20 Mei 2016
Perubahan/Ralat karena kesalahan administrasi
2
5 Agustus 2016
3
3 Oktober 2016
Seluruh kegiatan kecuali Gaji dan Belanja Modal Belanja Modal Bangunan
Perubahan Pejabat Perbendaharaan Ralat rencana penarikan data (Hal. III DIPA) Penghematan anggaran sebesar Rp 4.300.000.000 Self Bloking sisa belanja modal bangunan sebesar Rp 158.323.000
Desember
2016
35.321.558.000).
sebesar
94,95% (Rp
33.538.981.670
dari
total
anggaran
Rp
Untuk realisasi anggaran selengkapnya per output kegiatan dapat
dilihat pada Tabel 52. Capaian realisasi Desember tahun 2016 ini lebih rendah dibanding Desember tahun 2015 yakni sebesar 98,79%.
Berdasarkan laporan DA dari petugas
SAI, perkembangan penyerapan realisasi anggaran BPPBAP per jenis belanja dapat dilihat pada Tabel berikut : Tabel 53. Daftar Realisasi Anggaran Belanja per 31 Desember 2016 Sumber Pendanaan
Pagu (Rp)
Realisasi (Rp)
Realisasi (%)
Selisih/tidak terserap (Rp)
PEGAWAI
18.147.027.000
16.903.812.652
93,15
1.243.214.438
BARANG
13.940.646.000
13.780.448.218
98,85
160.197.782
MODAL
3.233.885.000
2.854.720.800
88,28
379.164.200
TOTAL
35.321.558.000
33.538.981.670
94,95
1.782.576.330
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) BPPBAP Tahun 2016
Berdasarkan Tabel 51, terlihat bahwa penyerapan BPPBAP sampai dengan 31
100
Tabel 54. Realisasi Anggaran dan Volume per Output Kegiatan Tahun 2016
Nama Output
1
Data dan Informasi Iptek Litbang Budidaya Air Payau Bahan Usulan HKI Perikanan Budidaya Karya Tulis Ilmiah Bidang Iptek Perikanan Budidaya Paket Teknologi Iptek Litbang Budidaya Air Payau Produk Biologi Iptek Litbang Air Payau
2 3
4
5 6
7
8
9
10
11
12
13 14 15 16
17
Komponen Teknologi Iptek Litbang Budidaya Air Payau Pelayanan dan Pengelolaan Sarana dan Jasa Litbang Perikanan Perencanaan dan Penganggaran Litbang Perikanan Pengendalian dan Pelaporan Litbang Perikanan Penatausahaan Keu, BMN dan Rumah Tangga Litbang Pengembangan SDM dan Penataan Organisasi Litbang Perikanan Pengelolaan Data, Info dan Publikasi Hasil Litbang Perikanan Pengembangan Kerja Sama Litbang Perikanan Sarana dan Prasarana IPTEK Perikanan Pembayaran Gaji dan Tunjangan Penyelenggaraan Operasional dan Pemeliharaan Perkantoran Gedung dan Bangunan Total
Pagu (Rp) 106.500.000
175.000.000
Realisasi (Rp) 106.470.000
174.999.400
99.97
5
Paket
100
1
Buah
1
100
Target Volume Output
% 100
84.778.000
84.441.500
99.60
36
KTI
33
100
923.465.000
921.147.714
99.75
3
Paket
3
100
633.103.000
632.964.750
99.98
3
Paket
3
100
3.175.542.000
3.171.019.474
99.86
11
Komp.
11
100
27.690.000
27.490.000
99.28
2
Dok.
2
100
351.721.000
351.630.742
99.97
1
Dok.
1
100
198.732.000
196.790.800
99.02
1
Dok.
1
100
518.998.000
457.730.863
88.20
2
Dok.
2
100
189.883.000
188.723.216
99.39
1
Dok.
1
100
951.827.000
947.869.151
99.58
1
Dok.
1
100
21.053.000
21.021.955
99.85
1
Dok.
1
100
791.885.000
577.585.000
72.94
12
Unit
12
100
18.147.027.000
16.903.812.652
93.15
12
Bulan
12
100
5.745.597.000
5.675.693.436
98.78
1
Thn.
1
100
2.442.000.000
2.277.135.800
93.25
575
m2
575
100
35.321.558.000
33.538.981.670
94.95
100
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) BPPBAP Tahun 2016
No.
Realisasi Volume Output 5
Realisasi (%)
101
Berikut ini adalah analisis singkat tentang penyerapan anggaran yang tidak terserap pada tahun anggaran 2016: 1.
Belanja Pegawai Tahun Anggaran
2016 BPPBAP menganggarkan Belanja Gaji, Uang
Makan dan
Tunjangan Kinerja untuk 130 Pegawai sebesar Rp 18.147.027.000 namun dalam pelaksanaanya terdapat 1 pegawai Golongan IV/grade 13 yang mutasi ke BPPBAT Bogor, 1 pegawai dinonaktifkan, 1 pegawai terkena pembebasan sementara dari jabatan fungsional, 1 pegawai status Tugas Belajar, 2 pegawai status CPNS selama 6 bulan, 2 pegawai status calon Peneliti, dan 1 pegawai status calon Litkayasa. 2.
Belanja Barang -
Penelitian
terdapat
sisa anggaran
upah lapang, analisis contoh dan
keikutsertaan seminar yang tidak direalisasikan Rp 21.310.445. -
Manajerial :
terdapat kegiatan realisasi konsumsi
kegiatan program dan
pembinaan mental kerohaniaan, narasumber akreditasi yang tidak terserap,
penerimaan
untuk fungsional tahun
2016 sehingga
pemanfaatan untuk
belanja barang (Honor OK , dan Perjadin ) tidak dapat direalisasikan. 3.
Belanja Modal -
Rupiah Murni : Adanya Self Blocking pada pembangunan hatchery kepiting bakau di IPUW Barru sebesar Rp 158.323.000 dan belanja modal lainnya berupa Peta untuk penelitian sebear Rp 5.750.000 juga tidak terserap.
-
PNBP
: Dianggarkan
Rp 733.885.000 untuk
belanja
peralatan dan
mesin
namun hanya dapat direalisasikan sebesar Rp 526.085.000 mengacu pada izin pemanfaatan PNBP fungsional.
Menkeu untuk KKP sebesar 93,5% dari
penerimaan
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) BPPBAP Tahun 2016
pada Output .013 Pengelolaan PNBP dikarenakan tidak tercapainya target
102
3.5 INVESTIGASI HASIL PENGUKURAN IKU BPPBAP TAHUN 2016
Pencapaian kinerja BPPBAP dikontribusi dari pencapaian sasaran strategis dan inisiatif strategis pada hasil pengukuran level 3. Nilai pencapaian Perspektif Pelanggan (Customer Perspective) sebesar 100%;
Perspektif Internal (Internal Process
Perspective) sebesar 116,41%; dan Perspektif Learn and Growth (Learn and Growth Perspective) sebesar 120,00%.
Nilai pencapaian sasaran strategis dari penjumlahan
sasaran strategis (NPSS) Customer Perspective sampai dengan
Learn and Growth
perspective adalah sebesar 116,80% (capaian baik), sedangkan total nilai pencapaian inisiatif strategis (NPIS) yang merupakan penjumlahan dari masing-masing perspektif adalah 111,5% (capaian baik) sehingga diperoleh total Nilai Kinerja Keseluruhan BPPBAP
Gambar 31. Evaluasi Hasil Pengukuran Kinerja BPPBAP tahun 2016
Berdasarkan Gambar 28 di atas, terlihat bahwa BPPBAP berada pada zona warna hijau yang menunjukkan bahwa capaian sasaran strategis dan pelaksanaan inisiatif strategis telah mencapai/melebihi target.
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) BPPBAP Tahun 2016
tahun 2016 adalah sebesar 228,3% yang berarti capaian kinerjanya baik.
103
BAB IV.
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN Dalam rangka pelaksanaan visi dan misi Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau (BPPBAP) maka Penetapan Kinerja (Tapja) yang akan dicapai dalam bentuk kontrak kinerja antara Kepala BPPBAP dengan Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan. Pada kontrak kinerja tersebut terdapat 9 Sasaran Strategis (SS) BPPBAP yang diukur atas dasar penilaian 19 indikator kinerja utama (IKU). Peta strategis hasil analisis capaian IKU dan pengukuran pada aplikasi kinerjaku.kkp.go.id tahun 2016, seluruh sasaran strategis yakni SS1 sampai dengan SS9 memiliki indikator kinerja utama berkinerja “baik” (SS berwarna hijau). Capaian sasaran strategis BPPBAP tahun 2016 adalah sebagai berikut: 1.
Meningkatnya hasil penyelenggaran litbang dan layanan iptek yang mendukung
memiliki nilai capaian sebesar 100%; yang berasal dari 1 IKU yakni Persentase Hasil Litbang Budidaya Air Payau yang Digunakan Sesuai dengan Kontrak Kinerja Eselon I Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2.
Tersedianya rekomendasi dan masukan kebijakan pembangunan kelautan dan perikanan yang efektif memiliki nilai capaian 120% yang berasal dari 2 IKU yaitu Jumlah Data dan Informasi Ilmiah Litbang Budidaya Air Payau (100%) dan Jumlah Karya Tulis Ilmiah Litbang Budidaya Air Payau yang Diterbitkan (125%).
3.
Terwujudnya hasil penelitian dan pengembangan yang inovatif untuk penyelenggaraan tata kelola pemanfaatan sumber daya kelautan dan perikanan yang adil, berdaya saing dan berkelanjutan memiliki nilai capaian 120% berasal dari 5 IKU yakni Jumlah Hasil Litbang Budidaya Air Payau yang Terekomendasikan untuk Masyarakat dan/atau Industri (200%); Jumlah Paket Teknologi Iptek Litbang Budidaya Air Payau (100%); Jumlah Produk Biologi Iptek Litbang Budidaya Air Payau (100%); Jumlah Komponen Inovasi Budidaya Air Payau (100%); dan Jumlah hasil Litbang Budidaya Air Payau yang Diusulkan HKI (100%).
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) BPPBAP Tahun 2016
produktivitas usaha dan pendapatan negara dari sektor kelautan dan perikanan
104
4.
Terwujudnya peningkatan kapasitas dan kapabilitas sumber daya litbang dan layanan iptek kelautan dan perikanan memiliki nilai capaian 120% berasal dari 3 IKU yakni Proporsi Fungsional BPPBAP Dibandingkan Total Pegawai BPPBAP (106,6%); Jumlah Sarana dan Prasarana, serta Kelembagaan Litbang Budidaya Air Payau yang Ditingkatkan Kapasitasnya (100%); dan Jumlah Jejaring dan/atau Kerja Sama Litbang Budidaya Air Payau yang Terbentuk (143%).
5.
Terselenggaranya pengendalian litbang kelautan dan perikanan memiliki nilai capaian 100,33% berasal dari 1 IKU yakni Proporsi Kegiatan Riset Aplikatif Dibandingkan Total Kegiatan Riset Litbang Budidaya Air Payau (100,33%).
6.
Terwujudnya Aparat Sipil Negara (ASN) BPPBAP yang kompeten, profesional dan berkepribadian memiliki nilai capaian 120% berasal dari 2 IKU yakni Indeks Kompetensi dan Integritas BPPBAP (125,7%) dan Jumlah ASN yang Ditingkatkan Kompetensinya (300%).
7.
Tersedianya manajemen pengetahuan BPPBAP yang handal dan mudah diakses
BPPBAP yang Menerapkan Sistem Manajemen Pengetahuan yang Terstandar (116,20%). 8.
Terwujudnya birokrasi BPPBAP yang efektif, efisien, dan berorientasi pada layanan prima memiliki nilai capaian 101,07% yang berasal dari 2 IKU yakni Nilai Kinerja Reformasi Birokrasi BPPBAP (100%) dan Nilai SAKIP BPPBAP (100,8%).
9.
Terkelolanya anggaran pembangunan BPPBAP secara efisien dan akuntabel memiliki nilai capaian 105,86% berasal dari 2 IKU yakni Nilai kinerja anggaran BPPBAP (100,7%) dan Persentase kepatuhan terhadap SAP BPPBAP (100%).
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) BPPBAP Tahun 2016
memiliki nilai capaian 116,20% yang berasal dari 1 IKU yakni Presentase Unit Kerja
105
4.2 PERMASALAHAN Terdapat beberapa permasalahan yang dihadapi dalam pencapaian kinerja khususnya dalam hal Penetapan Kinerja (Tapja) dan pengisian aplikasi Kinerjaku.kkp.go.id, seperti: 1. Manual IKU yang tidak disusun dan ditetapkan sejak awal mengakibatkan tidak konsistennya sistem pengukuran dan menimbulkan pemahaman yang berbeda-beda khususnya ditingkat Satker/UPT.
Beberapa Manual IKU yang telah ditetapkan
akhirnya tidak diikuti akibat kebijakan dan arahan dari atasan (Eselon II Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan dan Eselon I Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan) yang berubah-ubah. 2. Capaian Sasaran Strategi 1 (SS1)
yang sebelumnya mengikuti progres pelaporan
kegiatan sehingga capaiannya sejalan dengan persentase fisik pekerjaan, namun pada pelaporan LKJ 4/2016 berdasarkan arahan dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan untuk tidak diisi karena tools untuk mengukur IKU yang mendukungnya
3. IKU Manajemen Pengetahuan yang Terstandar yang ditetapkan menggunakan aplikasi bitrix24.com tidak tersosialisasi dengan baik. Daftar email yang telah disampaikan untuk didaftarkan ke aplikasi tersebut untuk pemenuhan IKU tidak direspons dan dipenuhi dengan cepat. 4. IKU Nilai Kinerja Reformasi dan Nilai SAKIP sebaiknya diselingi antara penilaian mandiri dan penilaian langsung baik oleh Inspektorat Jenderal maupun oleh atasan Satker untuk menjamin keakuratan penilaian yang dilakukan.
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) BPPBAP Tahun 2016
belum siap.
106
4.3 SARAN 1. Manual IKU harus ditetapkan di awal tahun dan ditetapkan secara resmi untuk dikelola di Subseksi Monitoring dan Evaluasi saja daripada ditugaskan ke Subseksi Program namun tidak dapat dijalankan dan dilaksanakan dengan baik sebagaimana yang diinginkan. 2. Agar pengisian target dan realisasi serta tampilan di menu kinerjaku.kkp.go.id lebih disederhanakan dan disediakan fasilitas untuk mengubah/mengedit dan menghapus menu SS dan IKU serta target dan realisasi yang masih salah. 3. Berdasarkan PermenPAN-RB Nomor 53 tahun 2014, reviu adalah penelaahan atas laporan kinerja untuk memastikan bahwa laporan kinerja telah menyajikan informasi kinerja yang andal, akurat dan berkualitas. Untuk itu untuk menghindari pelaporan yang seringkali dianggap tidak sesuai,
disarankan agar dibuat koreksi secara
rinci/spesifik agar penyusunan LAKIP selanjutnya bisa lebih cepat dan tepat.
Pemerintah (LAKIP) tahun 2016 Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau, diharapkan dapat menjadi pertanggungjawaban tertulis kepada negara maupun kepada seluruh pihak yang berkompeten dan terkait.
Demikian Laporan Akuntabilas Kinerja
Instansi Pemerintah Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau tahun 2016 ini dibuat, semoga bermanfaat.
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) BPPBAP Tahun 2016
Sebagai penutup, dengan tersusunnya Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi
107
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) BPPBAP Tahun 2016
LAMPIRAN-LAMPIRAN
108