KAJIAN AN EKONOMI REGIO IONAL JAWA TIMUR
TRIWULAN IV - 2013
KANTOR R PERWAKILAN BANK IND NDONESIA WILAYAH IV
Penerbit : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV Divisi Kajian Moneter Jl.Pahlawan No.105 SURABAYA Telp. : 031-3520011 psw. 8301/8258 Fax : 031-3554178 Email :
[email protected]
Bahan soft copy dari kajian ini dapat di download pada web BI (http://www.bi.go.id)
Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia Misi Bank Indonesia ia : “ Mencapai dan memelihara m kestabilan nilai rupiah melal lalui pemeliharaan kestabilan moneterr dan sistem keuangan untuk mendukun ng pembangunan nasional yang berkes esinambungan.“
Visi Bank Indonesia ia : “Menjadi bank sent ntral yang kredibel secara nasional maup upun internasional melalui penguatan n nilai-nilai strategis serta pencapaian inflasi si yang rendah dan stabil.“
Nilai – Nilai Strategi gis : Kompetensi – Intergr gritas – Transparansi – Akuntabilitas – Keber ersamaan.
Visi dan Misi Kantor Perwaki kilan Bank Indonesia Wilayah IV V (Jawa Timur) Misi Kantor Kanto tor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV IV:: “Mendukung pen ncapaian kebijakan Bank Indonesia dii bidang moneter, perbankan
dan
sistem
pembayaran
secara
efisien
dan da
optimal
serta
memberikan saran n kepada Pemda dan lembaga terkait lainn nya di daerah dalam rangka mendukung ng pembangunan ekonomi daerah.”
akilan Bank Indonesia Wilayah IV: IV: Visi Kantor Perwak “Menjadi kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran ran dalam menjalankan tugas-tugas Ban ank Indonesia yang diberikan.”
KATA PENGANTAR Pertama-tama kami panjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV - 2013 dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Kajian triwulanan ini disusun untuk memenuhi kebutuhan informasi bagi stakeholders eksternal maupun internal yang berkaitan dengan perkembangan perekonomian, perbankan dan sistem pembayaran di Jawa Timur baik pada triwulan dimaksud maupun prospek ke depan. Analisa pada kajian ini menggambarkan perkembangan perekonomian daerah Provinsi Jawa Timur didasarkan pada data dan informasi yang diperoleh dari berbagai pihak seperti perbankan dan instansi di lingkungan pemerintah daerah, BUMN maupun swasta. Atas seluruh bantuan tersebut kami mengucapkan penghargaan dan terima kasih yang sebesar-besarnya. Harapan kami, hubungan kemitraan yang terjalin selama ini dapat lebih ditingkatkan di masa yang akan datang. Kami juga mengharapkan masukan dan saran untuk lebih meningkatkan kualitas kajian sehingga dapat memberikan kemanfaatan yang maksimal. Semoga Tuhan Yang Maha Pemurah selalu memberikan kekuatan dan kemudahan kepada kita semua dalam memberikan kontribusi yang terbaik bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat Jawa Timur pada khususnya dan Indonesia pada umumnya. Surabaya, 17 Februari 2014 KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IV (JAWA TIMUR)
Dwi Pranoto Direktur Eksekutif
i
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR
i
DAFTAR ISI
ii
DAFTAR TABEL
iii
DAFTAR GRAFIK
iv
RINGKASAN EKSEKUTIF
ix
INDIKATOR MAKRO EKONOMI JAWA TIMUR
xiii
INDIKATOR PERBANKAN JAWA TIMUR
xiv
DAFTAR ISTILAH
xv
DAFTAR SINGKATAN BAB 1
xviii
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
1
1.1 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2013
1
1,2 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TW. IV 2013
3
1.2.1
SISI PERMINTAAN
4
a.
Konsumsi
5
b.
Investasi
8
c.
Ekspor - Impor
10
c.1
Ekspor Impor Antar Daerah
10
c.2
Ekspor Impor Luar Negeri
11
1.2.2
SISI PENAWARAN
12
a.
Sektor Perdagangan, Hotel & Restoran
14
b.
Sektor Industri Pengolahan
16
c.
Pertanian
18
d.
Keuangan, Persewaan dan Jasa
19
e.
Bangunan
20
f.
Pengangkutan dan Komunikasi
21
BOKS 1 DAYA SAING DAERAH BOKS 2 ANALISIS DAYA SAING EKSPOR UNGGULAN JAWA PASCA IMPLEMENTASI ACFTA
BAB 2
PERKEMBANGAN INFLASI
30
2.1 KONDISI UMUM
30
2.2 INFLASI BULANAN (mtm)
31
2.3 INFLASI TRIWULAN (qtq)
35
2.4 INFLASI TAHUNAN (yoy)
39
2.5 INFLASI MENURUT KOTA
41
2.6 DISAGREGASI INFLASI
43
BOKS 3 DAMPAK BENCANA BANJIR DI JAWA TIMUR
ii
BAB 3
PERKEMBANGAN PERBANKAN &SISTEM PEMBAYARAN 3.1 PERKEMBANGAN KINERJA BANK UMUM ASET DAN AKTIVA PRODUKTIF
54
3.1.2.
DANA PIHAK KETIGA (DPK)
54
3.1.3.
KREDIT
57
3.1.4
KREDIT USAHA MIKRO KECIL MENENGAH (UMKM)
61
3.2.1.
BAB 5
64
RISIKO KREDIT
64
3.3 PERBANKAN SYARIAH
65
3.4 BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR)
68
3.5 BANK BERKANTOR PUSAT DI SURABAYA
70
3.6 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
73
3.6.1
TRANSAKSI KEUANGAN TUNAI (qtq)
73
3.6.2
TRANSAKSI KEUANGAN SECARA NON TUNAI (qtq)
78
3.6.3
TRANSAKSI KEUANGAN TUNAI (yoy)
82
3.6.4
TRANSAKSI KEUANGAN SECARA NON TUNAI (yoy)
85
PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
88
4.1
UMUM
88
4.2
ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR
89
4.2.1
Pendapatan Daerah
89
4.2.2
Belanja Daerah
92
4.2.3
Realisasi Belanja Daerah
94
KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
96
5.1 UMUM
96
5.2 KETENAGAKERJAAN
96
5.2.1
Data Ketenagakerjaan Jawa Timur
5.2.2
Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU)
5.3 KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PEDESAAN
96 100 101
5.3.1
Kesejahteraan Petani
102
5.3.2
Kesejahteraan Nelayan
104
5.4 PROFIL KEMISKINAN JAWA TIMUR
BAB 6
51
3.1.1.
3.2 STABILITAS SISTEM PERBANKAN
BAB 4
51
PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA
106
109
6.1 PERKIRAAN PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR
109
6.2 PERKIRAAN INFLASI JATIM
111
6.3 PROSPEK EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2014
112
6.4 PROSPEK INFLASI JAWA TIMUR TAHUN 2014
113
iii
DAFTAR TABEL Tabel 1.1
Pertumbuhan Ekonomi Nasional dan Jawa Timur
1
Tabel 1.2
Pertumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan Jawa Timur
2
Tabel 1.3
Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran Provinsi Jawa Timur
2
Tabel 1.4 Tabel 2.1
Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Sisi Penawaran (yoy) Inflasi Triwulan III Tahun 2012 & Triwulan IV 2013 di Jawa Timur (mtm)
13 31
Tabel 2.2
Inflasi & Sumbangan Inflasi di Jawa Timur (qtq)
36
Tabel 2.3 Tabel 2.4 Tabel 2.5
Stok Beras dan Penyaluran Raskin
37
Inflasi Jawa Timur (yoy) Per Kelompok Barang
39
Inflasi 7 Kota di Jawa Timur (%yoy)
41
Tabel 2.6
Inflasi 7 Kota di Jawa Timur per Kelompok Barang & Jasa Triwulan IV - 2013 (%yoy)
42
Tabel 2.7
Sumbangan Inflasi 7 Kota di Jawa Timur per Kelompok Barang & Jasa Triwulan IV-2013 (%yoy)
43
Tabel 3.1
Perkembangan Indikator Perbankan ( Bank Umum & BPR ) di Jawa Timur
51
Tabel 3.2
Perkembangan Indikator Bank Umum di Jawa Timur
52
Tabel 3.3
Perkembangan NPL per Kelompok Bank
64
Tabel 3.4
Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur
68
Tabel 3.5
Perkembangan Indikator Bank Berkantor Pusat Di Surabaya
70
Tabel 3.6
Perkembangan Arus Uang Tunai (Inflow-Outflow) Kantor Bank Indonesia
74
Tabel 3.7
Perputaran Kliring dan Tolakan Cek, Bilyet Giro Tw.IV - 2013
81
Tabel 3.8
Perkembangan Inflow dan Outflow Provinsi Jatim Tahunan
83
Tabel 3.9
Perkembangan UTLE Jawa timur Tahunan
84
Tabel 3.10 Perkembangan UPAL Jawa Timur Tahunan
85
Tabel 3.11 Perkembangan Transaksi RTGS Jatim Tahunan
86
Tabel 3.12 Perkembangan Transaksi RTGS Provinsi Jatim Tahunan
86
Tabel 4.1
Anggaran Pendapatan Daerah Provinsi Jawa Timur 2013 (Juta Rupiah)
89
Tabel 4.2
Realisasi Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Prov.Jatim Triwulan 2013 (juta Rupiah)
91
Tabel 4.3
Anggaran Belanja Daerah Prov.Jawa Timur Tahun 2013
93
Tabel 4.4
Realisasi Anggaran Belanja Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2013
95
Tabel 5.1
Kondisi Ketenagakerjaan di Jawa Timur (2008 - 2013)
97
Tabel 5.2
Perkembangan Penggunaan Reanaga Kerja Survei Kegiatan Dunia Usaha SKDU Jawa Timur
101
Tabel 5.3
Garis Kemiskinan, Jumlah & Presentase Penduduk Miskin Menurut Daerah
107
Tabel 5.4
Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Jawa Timur Menurut Daerah
108
Tabel 6.1
Tendensi Arah Inflasi dan Faktor Risiko
111
iv
DAFTAR GRAFIK Grafik 1.1
Pertumbuhan Kredit Bank Umum per sektor (yoy) Provinsi Jawa Timur
3
Grafik 1.2
Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi
4
Grafik 1.3
Struktur Perekonomian Prov. Jawa Timur
4
Grafik 1.4
Sisi Permintaan PDRB Prov. Jawa Timur
4
Grafik 1.5
Sisi Permintaan PDRB Prov. Jawa Timur
4
Grafik 1.6
Indeks Penjualan Eceran
5
Grafik 1.7
Konsumsi Listrik Rumah Tangga
5
Grafik 1.8
Penjualan Mobil Baru di Jawa Timur
6
Grafik 1.9
Penjualan Motor baru di Jawa Timur
6
Grafik 1.10
Indeks kondisi Ekonomi saat ini (IKE)
6
Grafik 1.11
Kredit Konsumsi
7
Grafik 1.12
Dana Simpanan Perbankan Perorangan
7
Grafik 1.13
Survei Konsumen Kondisi saat ini
7
Grafik 1.14
Survei Konsumen Ekspektasi Masyarakat
7
Grafik 1.15
Perkembangan Jumlah Proyek Investasi
8
Grafik 1.16
Perkembangan Nilai Investasi
8
Grafik 1.17
Perkembangan PMTB
9
Grafik 1.18
Perkembangan Kredit Investasi
9
Grafik 1.19
Perkembangan Volume Penjualan Semen
9
Grafik 1.20
Perkembangan Penjualan Truk
9
Grafik 1.21
Perkembangan Impor Barang Modal
10
Grafik 1.22
Komponen Impor Barang Modal
10
Grafik 1.23
Perkembangan Ekspor Impor Antar Daerah
10
Grafik 1.24
Pengiriman Barang Melalui Angkutan Laut
10
Grafik 1.25
Perkembangan Net Ekspor Luar negeri
12
Grafik 1.26
Komoditas Ekspor Unggulan Jatim
12
Grafik 1.27
Perkembangan Net Ekspor Komoditas Unggulan
12
Grafik 1.28
Harga Kertas dan Minyak Sawit Internasional
12
Grafik 1.29
Pertumbuhan Tiga sektor Utama
13
Grafik 1.30
Pertumbuhan Sektor Pendukung
13
Grafik 1.31
Pertumbuhan Sektor pendukung
13
Grafik 1.32
Utilisasi kapasitas produksi
14
Grafik 1.33
Utilisasi kapasitas produksi sektoral
14
Grafik 1.34
Indeks realisasi Usaha
14
Grafik 1.35
Indeks realisasi Usaha Sektoral
14
Grafik 1.36
Pertumbuhan Subsektor PHR
15
Grafik 1.37
TPK Hotel Berbintang dan Jumlah Wisman
15
Grafik 1.38
Lama Wisatawan Menginap di Hotel
15
Grafik 1.39
Konsumsi Listrik Golongan Bisnis
15
Grafik 1.40
Pertumbuhan Sektor Industri Pengolahan
16
Grafik 1.41
Perkembangan Impor Bahan Baku dan Barang Modal
17
Grafik 1.42
Konsumsi Listrik Golongan industri
17
Grafik 1.43
Pertumbuhan Subsektor Pertanian
18
Grafik 1.44
Luas Lahan Tanam dan Panen Padi
19
Grafik 1.45
Luas Lahan Tanam dan Panen Jagung di Jatim
19
Grafik 1.46
Luas Lahan Puso di Jatim
19
Grafik 1.47
Pertumbuhan Subsektor Keuangan
20
Grafik 1.48
Perkembangan Kredit Perbankan di Jatim
20
Grafik 1.49
Volume Penjualan semen di Jatim
21
Grafik 1.50
Rata-Rata Pembangunan Properti Residensial
21
Grafik 1.51
Rata-Rata Penjualan Properti Residensial
21
Grafik 1.52
Arus Penumpang di Tanjung Perak
22
Grafik 1.53
Arus Barang di Tanjung Perak
22
Grafik 1.54
Penumpang Domestik di Bandara Juanda
22
Grafik 1.55
Penumpang Internasional di Bandara Juanda
22
Grafik 2.1
Inflasi Jawa Timur & Nasional (yoy)
30
Grafik 2.2
Perkembangan Inflasi Jawa Timur
30
Grafik 2.3
Disagregasi Inflasi Jawa Timur
30
Grafik 2.4
Perbandingan Inflasi di Kawasan Jawa (yoy)
30
Grafik 2.5
Inflasi per Kelompok Barang (mtm)
32
Grafik 2.6
Inflasi Oktober 2013 per Kelompok Barang
32
Grafik 2.7
Inflasi November 2013 per Kelompok Barang
32
Grafik 2.8
Inflasi Desember 2013 per Kelompok Barang
32
Grafik 2.9
Inflasi Sub Kelompok Bahan Bakar, Penerangan dan Air (mtm)
34
Grafik 2.10
Inflasi (mtm) Bumbu dan Sayur
35
Grafik 2.11 Grafik 2.12 Grafik 2.13
Inflasi (mtm) Beras, Daging dan Telur Inflasi (qtq) Sub Kelompok Bahan Makanan
35 36
Perbandingan Inflasi Sub kelompok Bahan Makanan
36
Grafik 2.14
Harga Beras Internasional dan Lokal
37
Grafik 2.15
Inflasi Beras Jawa Timur
37
Grafik 2.16
Inflasi Sub Kelompok Bumbu-Bumbuan
38
Grafik 2.17
Produksi Bumbu-Bumbuan di Jatim
38
Grafik 2.18
Inflasi Sub Kelompok Daging, Telur dan hasilnya
39
Grafik 2.19
Inflasi Tahunan (yoy) Sub Kelompok 2012 - 2013 Inflasi Kelompok Bahan Makanan, Makanan Jadi, Sandang dan Tranpor (yoy) 2010-2013
40
Grafik 2.21
Inflasi Tahunan (yoy) Kelompok Bahan Makanan Tahun 2012 - 2013
40
Grafik 2.22
Inflasi (yoy) Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan
40
Grafik 2.23
Perbandingan Inflasi Tahunan (mtm)
42
Grafik 2.24
Perbandingan Inflasi Tahunan (yoy) 7 Kota di Jawa Timur
42
Grafik 2.25
Inflasi Jatim per Komponen (yoy)
43
Grafik 2.26
Perbandingan Inflasi Jatim & Rata-Ratanya (yoy)
43
Grafik 2.27
Perbandingan – Disagregasi Inflasi Jawa Timur (mtm)
44
Grafik 2.28
Disagregasi Inflasi (mtm) Jawa Timur
44
Grafik 2.29
Perkembangan Inflasi Inti Tradeable & Non Tradeable (mtm)
46
Grafik 2.20
40
Grafik 2.30
Inflasi Inti – Manufacturing & Services (mtm)
46
Grafik 2.31
Inflasi Inti Traded Konstruksi dan Non Konstruksi (yoy)
47
Grafik 2.32
Inflasi Inti Traded Food dan Non Food (yoy)
47
Grafik 2.33
Indeks Keyakinan & Ekspektasi Konsumen
47
Grafik 2.34
Ekspektasi Harga yang Akan Datang
47
Grafik 2.35
Sub Kelompok Penyumbang Inflasi Administered Price
48
Grafik 3.1
Perkembangan LDR
53
Grafik 3.2
Perkembangan LDR per Kelompok Bank
53
Grafik 3.3
Pertumbuhan Indikator Utama Perbankan (yoy)
54
Grafik 3.4
Pertumbuhan Indikator Utama Perbankan (qtq)
54
Grafik 3.5
Perkembangan Total Aset Bank Umum
54
Grafik 3.6
Proporsi Aset Bank Umum
54
Grafik 3.7
Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (y-o-y)
55
Grafik 3.8
Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (y-o-y)
56
Grafik 3.9
Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (qtq)
56
Grafik 3.10
Perkembangan DPK per Jenis Simpanan
56
Grafik 3.11
Komposisi DPK Bank Umum (%)
56
Grafik 3.12
Perbandingan Suku Bunga Simpanan - BI Rate
58
Grafik 3.13
Pertumbuhan Kredit (yoy)
58
Grafik 3.14
Pertumbuhan Kredit (qtq)
59
Grafik 3.15
Proporsi Penyaluran Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan
59
Grafik 3.16
Proporsi Penyaluran Kredit Berdasarkan Kelompok Bank
59
Grafik 3.17
Pertumbuhan Kredit Per Jenis Penggunaan(y-o-y)
59
Grafik 3.18
Pertumbuhan Kredit Per Jenis Penggunaan (q-t-q)
60
Grafik 3.19 Grafik 3.20 Grafik 3.21
Proporsi Kredit Sektoral Perkembangan Kredit Sektoral Dominan (yoy)
60 61
Perbandingan Suku Bunga Kredit & BI Rate
62
Grafik 3.22
Perkembangan Kredit UMKM
62
Grafik 3.23
Proporsi Kredit UMKM Berdasarkan Bank
63
Grafik 3.24
5 Besar Provinsi Penyalur KUR
65
Grafik 3.25
Perkembangan Penyaluran KUR di Jatim
65
Grafik 3.26
Perkembangan NPL Bank Umum
66
Grafik 3.27
Perkembangan NPL per Jenis Penggunaan
66
Grafik 3.28
Sektor dengan Penyaluran Kredit Terbesar (Juta Rupiah)
66
Grafik 3.29
Perkembangan indikator Perbankan Syariah (qtq)
66
Grafik 3.30
Perkembangan indikator Perbankan Syariah (yoy)
67
Grafik 3.31
Proporsi DPK Perbankan Syariah di Jatim
67
Grafik 3.32
Pertumbuhan DPK Perbankan Syariah (yoy)
67
Grafik 3.33
Perkembangan Pembiayaan Syariah per jenis pengunaan Pangsa Pembiayaan Syariah per jenis pengunaan Non Performing Financing (NPF) dan Financing to Deposits Ratio (FDR) Perbankan Syariah di Jawa Timur Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga BPR (%-yoy)
69
Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga BPR (%-qtq) Pertumbuhan Kredit BPR per-Jenis Penggunaan (yoy) Proporsi Kredit BPR PerJenis Penggunaan
69 71 71
Grafik 3.34 Grafik 3.35 Grafik 3.36 Grafik 3.37 Grafik 3.38 Grafik 3.39
69 69 69
Grafik 3.40
Perkembangan LDR & NPL BPR
71
Grafik 3.41
Pertumbuhan Indikator Bank Ber-KP di Surabaya (yoy)
71
Grafik 3.42
Pertumbuhan Indikator Bank Ber-KP di Surabaya (qtq)
72
Grafik 3.43
Proporsi DPK Per Jenis Simpanan Pada Bank Ber KP di Surabaya
72
Pertumbuhan DPK Per Jenis Simpanan Pada Bank Ber-KP di Surabaya (qtq) Perkembangan Kredit Per Jenis Penggunaan Pada Bank Ber-KP di Surabaya (qtq)
72
Grafik 3.46 Grafik 3.47 Grafik 3.48 Grafik 3.49 Grafik 3.50
Proporsi Kredit Perjenis Penggunaan Bank Ber KP di Surabaya Perkembangan LDR dan NPL Bank Berkantor Pusat di Surabaya Perkembangan Arus Uang Tunai (inflow - out flow) dalam juta rupia Perkembangan Net Flow Jawa Timur
74 76 77 77
Pemusnahan Uang Kartal Tidak Layak Edar (UTLE)
77
Grafik 3.51
Perkembangan Transaksi Non Tunai Di Jawa Timur
79
Grafik 3.52
Perkembangan Transaksi RTGS Di Jawa Timur
79
Grafik 3.53
Pertumbuhan Transaksi RTGS (QTQ)
80
Grafik 3.54
6 Kota Dengan Aktivitas Transaksi Outgoing RTGS Terbesar Tw I 2013
80
Grafik 3.55
6 Kota Dengan Aktivitas Transaksi Incoming RTGS Terbesar Tw I 2013
80
Grafik 3.56
Perkembangan Transaksi Kliring di Jatim
80
Grafik 3.57
Tolakan Transaksi Kliring di Jatim
82
Grafik 3.58
Nominal UTLE di Jawa Timur
84
Grafik 3.59
Nominal UTLE pada temuan UPAL di JawaTimur
85
Grafik 4.1
Perkembangan APBD Provinsi Jatim
89
Grafik 4.2
Proporsi Anggaran Pendapatan Daerah Jatim Realisasi Pendapatan Asli Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2013 (Juta Rupiah)
90
Grafik 4.4
Proporsi Anggaran Belanja Tidak langsung Prov. Jatim
93
Grafik 4.5
Proporsi Anggaran Belanja Langsung Prov. Jatim
94
Grafik 4.6
Realisasi Anggaran Belanja Tidak Langsung
95
Grafik 4.6
Realisasi Anggaran Belanja Langsung
95
Grafik 5.1
Penyerapan Tenaga Kerja Sisi Sektoral
97
Grafik 5.2
Penyerapan Tenaga Kerja
98
Grafik 5.3
Komposisi Tenaga Kerja Formal
98
Grafik 5.4 Grafik 5.5 Grafik 5.6
Komposisi Bidang Tenaga Kerja Informal Penyerapan Tenaga Kerja 3 Sektor Utama Penyerapan Tenaga Kerja Sektoral Perubahan NTP Jatim, Indeks harga yang diterima (lt), Indeks harga yang dibayar (lb) 2012 - 2013 Subsektor NTP Jatim (%) Perkembangan Subsektor NTP Jatim (yoy) Perubahan NTN Jatim, Indeks harga yg diterima (lt), dan Indeks harga yang dibayar (lb) 2012-2013 Perkembangan Penduduk Miskin di Jawa Timur (%) Indeks Ekspetasi Konsumen (IEK) Indeks Ekspetasi Penghasilan Estimasi realisasi usaha Tw.IV-2013 Estimasi Penggunaan Tenaga Kerja Tw.IV-2013
Grafik 3.44 Grafik 3.45
Grafik 4.3
Grafik 5.7 Grafik 5.8 Grafik 5.9 Grafik 5.10 Grafik 5.11 Grafik 6.1 Grafik 6.2 Grafik 6.3 Grafik 6.4
74
92
98 101 101 102 104 104 105 106 109 109 110 110
Ringkasan Eksekutif
RINGKASAN EKSEKUTIF
KAJIAN EKONOMI REGIONAL (KER) TRIWULAN IV – 2013
Assesmen Perkembangan Makro Ekonomi Kinerja ekonomi Jatim meningkat sebesar 6,21% (yoy), lebih rendah dibandingkan nasional (5,78%).
Pada triwulan IV-2013, perekonomian Jawa Timur (Jatim) tumbuh 6,21% (yoy), lebih rendah dari perkiraan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV (Jawa Timur) di kisaran 6,25% - 6,50% (yoy). Angka ini juga lebih rendah 0,3% dari pertumbuhan triwulan sebelumnya, yaitu sebesar 6,5% (yoy). Namun, pertumbuhan ekonomi Jatim masih di atas angka pertumbuhan ekonomi nasional (5,78%). Dari sisi permintaan, perlambatan ekonomi lebih disebabkan oleh penurunan kinerja perdagangan luar negeri terutama untuk negara tujuan China dan India. Di sisi lain, masih tumbuhnya konsumsi masyarakat Jawa Timur dan transaksi perdagangan antar daerah menjadi faktor penahan penurunan kinerja ekspor luar negeri. Komponen lainnya yaitu investasi swasta dan belanja pemerintah masih tumbuh stabil. Dari sisi penawaran, kinerja sektor Industri, Bangunan, Jasa serta sektor Pengangkutan & Komunikasi menahan laju perlambatan sektor lainnya. Optimisme mengiringi perbaikan kinerja sektor industri di tengah masih kuatnya konsumsi domestik khususnya di wilayah Jawa. Sementara itu, perlambatan yang terjadi pada sektor pertanian dan Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) dominan mendorong laju pertumbuhan ekonomi pada level yang lebih rendah.
Assesmen Inflasi Inflasi IHK pada triwulan IV-2013, secara tahunan, mencapai sebesar 7,59% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan nasional (8,38%).
Inflasi Jatim terkoreksi pada akhir tahun 2013, yaitu mencapai 7,59% (yoy) turun dibandingkan triwulan sebelumnya (7,78%) dan lebih rendah dibandingkan dengan inflasi nasional (8,38%). Demikian pula secara triwulanan, inflasi Jatim juga turun dari 3,72% (qtq) menjadi 0,73%. Walaupun menurun, namun masih di atas sasaran inflasi nasional 4,5% + 1%, yang disebabkan oleh peningkatan inflasi kelompok administered price (14,91%) dan volatile foodss (12,76%). Sedangkan inflasi kelompok core inflation relatif stabil sebesar 4,13%. ix
Sumbangan
inflasi
terbesar
masih
diberikan
oleh
kelompok
administered price (2,68%), disusul kemudian oleh volatile foods (2,54%) dan kelompok core inflation (2,38%). Pelaksanaan kebijakan pemerintah terkait penyesuaian harga komoditas tertentu seperti Bahan Bakar Minyak, tarip listrik, Upah Minimum Kota (UMK), cukai rokok dan bahan bakar rumah tangga, dan fluktuasi produksi (termasuk di dalamnya kendala impor hortikultura di awal tahun) merupakan penyebab utama tingginya inflasi pada 2 (dua) kelompok tersebut. Secara historis, inflasi Jatim selalu sejalan dengan nasional dengan tingkat inflasi yang relatif lebih tinggi. Namun pada tahun 2013, inflasi Jatim berada pada level di bawah inflasi nasional dan di urutan kedua terendah untuk kawasan Jawa. Realisasi inflasi di kawasan Jawa mulai dari yang terendah yaitu DIY (7,32%), Jawa Timur (7,59%), Jawa Tengah (7,99%), Jawa Barat (9,15%) dan tertinggi terjadi pada Provinsi Banten (9,65%).
Assesmen Perbankan Kinerja perbankan di Jawa Timur masih terus menunjukkan perkembangan positif dengan pertumbuhan kredit mencapai 26,71% (yoy), bahkan lebih tinggi dari tahun 2012.
Sampai dengan Triwulan IV tahun 2013, kinerja perbankandi Jawa Timurbaik Bank Umum maupun Bank Perkreditan Rakyat (BPR) masih terus menunjukkan perkembangan positif. Hal tersebut tercermin dari indikator total aset, kredit dan DPK yang tumbuh dengan baik serta didukung oleh tingkat risiko kredit yang rendah (kurang dari 5%) dan stabil.Aset Bank Umum dan BPR tetap tumbuh tinggi yaitu sebesar18,8% (yoy) hingga mencapai Rp 429,98 triliun pada Triwulan IV 2013. Kredit tumbuh sebesar 26,71% (yoy) dari sebesar Rp 291,26 triliun pada Triwulan III 2013 menjadi sebesar Rp 310,96 triliun pada Triwulan IV 2013. Demikian pula dengan Dana Pihak Ketiga (DPK) Bank Umum dan BPR di Jawa Timur yang mencatat pertumbuhan sebesar 15,9% (yoy) menjadi sebesar Rp 340,96 triliun pada periode laporan. Sementara itu, perkembangan transaksi sistem pembayaran di wilayah Kantor Perwakilan (Kpw) Bank Indonesia di Jawa Timur yang meliputi KPw BI Wilayah IV, Malang, Jember dan Kediri pada Triwulan II-2013 menunjukkan peningkatan, baik untuk transaksi tunai maupun transaksi non-tunai. Transaksi tunai mengalami net-outflow sebesar Rp. 3,44 triliun. Kondisi tersebut cukup berbeda apabila dibandingkan x
triwulan sebelumnya yang mencatat net inflow sebesar Rp 729,32 miliar (Triwulan III 2013). Net outflow yang terjadi pada periode ini disebabkan oleh peningkatan aktivitas ekonomi masyarakat pada momen liburan natal dan tahun baru. Selain itu, tingginya realisasi anggaran belanja pemerintah daerah di akhir tahun juga turut mendorong peningkatan kebutuhan uang kartal masyarakat Jawa Timur pada periode laporan. Hal serupa juga ditunjukkan oleh transaksi non-tunai melalui sistem BI-RTGS yang tumbuh mencapai 5,93% (qtq) dan Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) yang mencapai Rp. 44,39 triliun atau menurun sebesar -14,19% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya.
Prospek Ekonomi, Inflasi dan Perbankan Tw I 2014 2014 Ekonomi Jatim pada Tw I-2014 diperkirakan tumbuh pada rentang pertumbuhan 6,2% s.d 6,5%
Pada
triwulan
diproyeksikan
I
tumbuh
2014,
pertumbuhan
pada
rentang
ekonomi
Jatim
pertumbuhan
6,2% s.d 6,6% (yoy). Perekonomian Jawa Timur triwulan ini diperkirakan
mengalami
peningkatan
dibandingkan
triwulan
sebelumnya yang mencatat pertumbuhan pada level 6,2% (yoy). Dari sisi permintaan, pertumbuhan perekonomian Jawa Timur masih ditopang oleh konsumsi rumah tangga, investasi dan ekspor. Hasil survei konsumen menunjukkan bahwa ekspektasi penghasilan masyarakat di triwulan I 2014 cenderung meningkat sebagaimana tercermin pada hasil survei konsumen. Pulihnya perekonomian negara maju serta mulai meredanya tekanan pada perekonomian negara mitra dagang Jawa Timur di triwulan I 2014 diperkirakan mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi, khususnya dari ekspor luar negeri. Perkiraan meredanya tekanan nilai tukar rupiah juga menjadi salah satu pendorong perbaikan neraca perdagangan Jawa Timur, sehingga perekonomian wilayah Jabagtim diperkirakan mampu tumbuh positif pada triwulan I-2014. Sementara itu, pada triwulan I-2014, kinerja investasi diperkirakan sedikit melambat. Hasil quick survey dan liaison menunjukkan bahwa pelaksanaan Pemilu 2014 membuat investor melakukan wait and see dan menunda keputusan investasi 6-12 bulan ke depan. Tekanan di sektor industri berupa kenaikan UMK dan rencana kenaikan tarif listrik industri diperkirakan berpotensi menahan realisasi investasi. xi
Di sisi penawaran, kinerja pertanian di triwulan I-2014 diperkirakan meningkat terbatas seiring dengan adanya pergeseran panen di beberapa daerah akibat terendamnya lahan sawah. Sementara itu, kinerja sektor perdagangan, hotel dan restoran juga diperkirakan meningkat seiring dengan kembali pulihnya konsumsi rumah tangga serta semakin majunya kota tujuan wisata alam seperti Malang, Banyuwangi dan Jember yang menarik wisatawan domestik maupun internasional. Pelaksanaan Pemilu 2014 serta relatif tingginya agenda bisnis di awal tahun berpotensi meningkatkan kinerja subsektor perdagangan, hotel, dan restoran. Perbaikan sisi penawaran tercermin dalam hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang menunjukkan peningkatan ekspektasi realisasi usaha dan penyerapan tenaga kerja pelaku usaha.
Inflasi Jatim pada Tw I-2014 diperkirakan berada pada kisaran 6,71% s.d 6,90% (yoy).
Mencermati
perkembangan
inflasi
terkini
dan
tracking
beberapa indikator harga, maka inflasi kota Jawa Timur pada Tw I-2014 diperkirakan secara tahunan (yoy) berada di kisaran 6,71% s/d 6,90%. Pada awal 2014 terjadi banjir di beberapa wilayah di Jawa Timur
yang
merusak
5,95%
dari
total
lahan
yang
telah
ditanami(mayoritas adalah lahan padi). Hal ini menyebabkan petani harus menanam ulang sawah yang terendam sehingga berpotensi pada berkurangnya produksi beras dan pergeseran masa panen. Berdasarkan hasil Survei Pemantauan Harga sampai dengan minggu ke-2 Februari 2014 tidak terdapat kenaikan harga yang signifikan untuk sub kelompok sayur-sayuran maupun bumbu-bumbuan. Kenaikan harga terjadi pada beras (0,92%) dan cabe rawit (3,45%). Selain banjir, pada minggu ke-2 Februari juga terjadi erupsi Gunung Kelud yang menyebabkan rusaknya lahan pertanian padi, cabe rawit, jagung, kedelai, nanas dan tomat. Hal ini berpotensi meningkatkan inflasi kelompok bahan makanan pada awal 2014. Meskipun demikian, diproyeksi tekanan inflasi tersebut berdampak pada bulan Januari dan Februari 2014 sehingga di akhir Tw I-2014, dampak tersebut telah termoderasi oleh dimulainya masa panen raya dan inflasi kelompok ini relatif stabil. Sampai dengan Tw I-2014 pendorong inflasi kelompok ini adalah kenaikan harga bahan bakar rumah tangga (LPG 12 kg) yang xii
meningkat Rp1.000/kgdan menyumbang inflasi bulan Januari 2014 sebesar 0,21%. Tidak terdapat rencana pemerintah untuk menaikkan harga komoditas lain pada Tw I-2014. Kenaikan selanjutnya adalah Tarif Tenaga Listrik (TTL) yang akan dilaksanakan pada Mei 2014, sehingga pada Tw I-2014 inflasi kelompok ini diperkirakan stabil dan cenderung turun. Inflasi kelompok ini diproyeksi meningkat di akhir Tw I-2014 seiring dengan adanya Pemilu pada April 2014 yang memicu tingginya ekspektasi masyarakat. Harga komoditas internasional yang belum stabil serta masih lemahnya nilai tukar Rupiah juga menjadi salah satu pemicu relatif meningkatnya inflasi kelompok ini.
Prospek Ekonomi dan Inflasi Tahun 2014 2014 Di sepanjang tahun 2014, pertumbuhan ekonomi Jatim Ekonomi Jatim Tahun 2014 diperkirakan tumbuh pada rentang 6,4% s.d 6,8% (yoy)
diproyeksikan tumbuh pada rentang 6,4% s.d 6,8% (yoy). Perkiraan pertumbuhan ekonomi Jatim tahun 2014 ini lebih tinggi dibandingkan tahun 2013 (6,2%, yoy). Pertumbuhan ini diyakini masih yang tertinggi dibandingkan provinsi lainnya di Pulau Jawa. Dari sisi permintaan,
penopang utama pertumbuhan
ekonomi masih berasal dari konsumsi masyarakat seiring tingginya daya beli dan dominannya proporsi usia produktif di Jawa Timur. Selain itu, konsumsi rumah tangga dan Pemerintah pada tahun 2014 didorong oleh kenaikan permintaan akibat pelaksanaan Pemilu 2014. Sementara itu, kenaikan tarif komponen pembentuk biaya produksi di tahun 2013 terindikasi berdampak pada kinerja sektor riil Jawa Timur di sepanjang tahun 2014. Tekanan di dunia usaha diperkirakan memperlemah kinerja investasi. Namun demikian, adanya realisasi beberapa proyek infrastruktur Pemerintah seperti mulai beroperasinya Teluk Lamong, rencana pembangunan empat buah smelter serta Tol Trans Jawa diperkirakan mampu menahan laju perlambatan investasi tersebut. Pembaikan perekonomian global dan regional sepanjang tahun ini secara optimis mampu meningkatkan ekspor Jawa Timur di tahun 2014. Di sisi penawaran, hampir seluruh sektor mampu tumbuh positif dibanding tahun 2013, kecuali sektor bangunan dan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Pada tahun 2014, tekanan sektor industri pengolahan mampu dikompensasi dengan xiii
tingginya permintaan pra dan pasca Pemilu, sehingga masih tumbuh positif. Sementara itu, sektor bangunan dan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan diperkirakan relatif melambat. Adanya kebijakan pengetatan kepemilikan rumah berpotensi untuk menahan pertumbuhan sektor konstruksi. Di sisi lain, kebijakan peningkatan suku bunga acuan dan pembatasan penyaluran kredit oleh bank berpotensi memperlambat pertumbuhan sektor keuangan, terutama subsektor
bank.
Secara
keseluruhan
faktor
tersebut
mampu
meningkatkan pertumbuhan ekonomi Jawa Timur lebih tinggi dibandingkan dengan capaian di tahun sebelumnya.
inflasi Jatim pada tahun 2014 diperkirakan secara tahunan berada di kisaran 4,84% s.d 5,34%
Pada akhir tahun 2014, inflasi Jawa Timur diproyeksikan berada di kisaran 4,84% - 5,34% atau kembali pada sasaran nasional yang sebesar 4,5% + 1%. Tekanan berkurang seiring dengan tidak adanya kendala impor hortikultura. Meskipun demikian, produksi lokal diproyeksikan berkurang sebagai dampak terjadinya bencana alam di awal tahun 2014 seperti banjir di beberapa daerah di Jawa Timur serta erupsi Gunung Kelud. Inflasi relatif stabil karena tidak adanya rencana kenaikan harga BBM. Tekanan kenaikan harga LPG 12 kg di awal tahun dan kenaikan BBM di Tw III-2013 diproyeksi termoderasi di Tw III-2014 melalui penyesuaian indeks base year IHK. Namun perlu diwaspadai rencana kenaikan tarif tenaga listrik yang akan dilaksanakan pada Mei 2014 termasuk pula dampak lanjutannya terhadap kelompok inflasi lainnya. Tekanan inflasi berpotensi meningkat karena ekspektasi masyarakat dengan adanya Pemilu pada April 2014 dan penyesuaian UMP.
Adanya
Pemilu
tahun
2014
meningkatkan
ekspektasi
masyarakat akan tingginya aktivitas perekonomian sehingga dapat mendorong kenaikan harga. Selain itu, tingkat harga komoditas internasional yang masih berfluktuatif dan adanya titik keseimbangan baru Rupiah juga berpotensi meningkatkan biaya produksi industri yang sebagian bahan bakunya impor sehingga menjadi salah satu sumber kenaikan harga.
xiv
LAMPIRAN INDIKATOR MAKRO EKONOMI JAWA TIMUR INDIKATOR INDEKS HARGA KONSUMEN (IHK) JAWA TIMUR - Kota Surabaya - Kota Malang - Kota Kediri - Kota Jember - Kota Probolinggo - Kota Madiun - Kota Sumenep LAJU INFLASI TAHUNAN (Y-O-Y) JAWA TIMUR - Kota Surabaya - Kota Malang - Kota Kediri - Kota Jember - Kota Probolinggo - Kota Madiun - Kota Sumenep PDRB Harga Konstan (Milliar Rp) - Pertanian - Pertambangan dan Penggalian - Industri Pengolahan - Listrik, gas, dan air bersih - Bangunan - Perdagangan, Hotel dan Restoran - Pengangkutan dan komunikasi - Keuangan, persewaan, dan jasa - Jasa
Pertumbuhan (yoy) - Pertanian - Pertambangan dan Penggalian - Industri Pengolahan - Listrik, gas, dan air bersih - Bangunan - Perdagangan, Hotel dan Restoran - Pengangkutan dan komunikasi - Keuangan, persewaan, dan jasa - Jasa Pertumbuhan PDRB (yoy )
2012 Tw I
Tw II
2013 Tw III
Tw IV
Tw I
Tw II
Tw III
Tw IV
135,50 135,02 135,89 134,62 135,86 140,56 138,20 133,44
139,39 138,95 139,65 138,00 139,66 144,54 142,52 137,77
139,55 139,09 140,14 138,82 139,33 137,07 144,58 142,10
144,74 144,18 145,31 144,47 144,83 141,63 150,44 147,45
145,79 145,17 146,65 145,45 145,65 142,29 151,75 148,59
130,58 130,32
131,75 131,39
134,29 133,80
130,51 129,34 131,12 133,59 134,42 128,26
131,63 130,90 132,22 135,90 135,20 129,81
134,34 134,04 134,39 139,28 137,51 132,63
3,97 4,19 3,80 4,34 2,46 3,19 3,36 5,10 95.330.557 15.982.668 1.893.917 23.409.626 1.257.835 2.893.702 30.081.571 6.945.037 5.156.525 2.145.164
4,63 4,69 4,44 5,06 4,12 4,66 3,93 5,46 98.085.149 14.177.715 2.120.466 23.871.800 1.320.473 3.224.522 31.799.848 7.627.427 5.439.472 8.503.427
4,50 4,29 4,58 5,26 4,40 5,55 3,91 6,06 100.427.099 13.591.281 2.160.927 24.936.426 1.310.535 3.314.209 32.958.742 7.949.406 5.544.158 8.661.415
4,50 4,37 4,60 4,63 4,49 5,88 3,51 5,06 99.823.633 10.712.279 2.225.952 25.799.205 1.349.589 3.408.133 33.535.338 8.119.044 5.662.313 2.996.662
6,75 6,63 7,01 6,70 6,51 8,20 6,04 7,42 101.592.876 16.210.298 1.949.636 24.618.463 1.328.343 3.132.579 32.903.774 7.707.809 5.594.390 8.147.583
5,93 5,86 6,46 6,05 5,38 5,59 6,39 5,10 104.838.963 14.378.586 2.177.323 25.452.321 1.381.232 3.564.182 34.637.806 8.393.503 5.865.905 8.988.106
7,78 7,76 8,16 7,79 7,77 8,02 7,22 6,76 106.972.444 13.851.750 2.270.837 26.272.724 1.371.165 3.594.584 35.766.969 8.800.228 5.954.027 9.090.159
7,59 7,52 7,92 8,05 7,21 7,98 7,52 6,62 106.024.163 10.889.462 2.299.832 27.153.725 1.405.760 3.714.675 36.122.757 8.936.202 6.041.520 9.460.230
2,76 5,09 6,23 7,07 10,18 9,69 13,17 7,76 4,75 7,27
4,68 1,66 5,74 6,69 5,58 10,61 8,05 8,92 4,96 7,31
4,36 1,01 7,21 5,25 6,84 9,79 8,79 8,18 4,63 7,41
1,95 1,11 6,17 5,90 6,10 10,13 9,10 7,20 4,97 7,09
1,42 2,91 5,16 5,61 8,26 9,38 10,98 8,49 5,68 6,57
1,42 2,34 6,62 4,60 10,53 8,92 10,04 8,24 5,72 6,90
1,92 4,72 5,36 4,63 8,46 8,52 10,70 7,39 4,95 6,51
1,65 3,19 5,25 4,16 8,99 7,72 10,06 6,70 4,98 6,21
xviii
LAMPIRAN INDIKATOR PERBANKAN JAWA TIMUR A. Perbankan INDIKATOR
2012 Tw I
Tw II
2013 Tw III
Tw IV
Tw I
Tw II
Tw III
Tw IV
Bank Umum : Total Asset (Rp. Triliun) DPK (Rp. Triliun)
304,22 252,81
322,89 262,25
342,66 273,66
353,60 289,09
362,32 287,82
379,47 293,80
406,88 313,69
420,52 335,31
- Tabungan (Rp. Triliun) - Giro (Rp. Triliun) - Deposito (Rp. Triliun) Kredit (Rp. Triliun) - Bank Pelapor - Modal Kerja - Investasi - Konsumsi Non Performing Loan (NPL-Gross) Loan to Deposit Ratio - LDR (%) Kredit UMKM (Triliun Rp)-Bank Pelapor NPL UMKM Gross (%)
109,95 42,85 100,00 192,75 112,31 26,13 54,32 2,96 76,25% 63,21 4,22
116,20 43,54 102,50 210,06 123,45 28,75 57,86 2,73 80,10% 68,87 3,82
122,89 46,07 104,70 223,51 129,66 31,21 62,64 2,64 85,07% 63,65 3,68
134,22 47,67 107,20 239,48 139,52 33,72 66,25 2,60 82,84% 68,53 3,63
130,08 46,57 111,16 245,21 142,72 33,43 69,06 2,26 85,20% 70,40 3,89
133,15 45,98 114,67 265,35 153,43 38,62 73,31 2,12 90,32% 78,65 3,56
140,54 51,85 121,31 284,35 165,97 41,56 76,82 2,02 90,64% 79,16 3,59
130,19 53,34 151,77 304,11 181,17 43,96 78,98 1,75 90,70% 83,26 3,29
6,98 4,18 1,33 2,85 5,15 3,36 0,16 1,64 4,29% 123,38%
7,35 4,39 1,35 3,03 5,57 3,63 0,17 1,77 4,14% 127,08%
8,01 4,74 1,47 3,27 5,81 3,78 0,20 1,83 4,24% 123%
8,33 4,89 1,57 3,32 5,94 3,80 0,28 1,85 3,39% 121%
8,57 4,98 1,61 3,38 6,19 4,11 0,20 1,88 3,84% 124%
8,97 5,09 1,60 3,50 6,70 4,48 0,23 1,99 3,88% 131%
9,39 5,30 1,65 3,65 6,92 4,62 0,26 2,05 4,28% 131%
9,46 5,41 1,74 3,67 6,85 4,62 0,25 1,99 4,00% 127%
12,01 9,32 0,84 4,90 3,58 8,93 3,60 1,51 3,83 1,36 95,77
13,14 9,88 0,88 5,08 3,92 10,03 4,16 1,75 4,12 1,43 101,59
14,08 10,59 0,88 5,43 4,28 10,68 4,54 1,89 4,25 1,63 100,80
16,57 12,39 1,39 4,83 6,18 11,99 5,08 2,29 4,61 1,43 96,72
17,27 13,27 1,25 4,97 7,04 12,67 5,40 2,31 4,96 1,91 95,50
18,74 13,95 1,30 5,29 7,35 13,81 5,95 2,58 5,27 1,97 98,97
19,23 14,03 0,78 5,81 7,44 14,09 6,26 2,51 5,32 2,5 100,43
21,45 16,91 0,99 6,50 9,43 15,01 6,86 2,77 5,39 2,59 86,76
BPR : Total Asset (Rp. Triliun) DPK (Rp. Triliun) - Tabungan (Rp. Triliun) - Deposito (Rp. Triliun) Kredit (Rp. Triliun) - Modal Kerja - Investasi - Konsumsi Non Performing Loan (NPL-Gross) Loan to Deposit Ratio - (LDR) %
SYARIAH : Total Asset (Rp. Triliun) DPK (Rp. Triliun) - Giro (Rp. Triliun) - Tabungan (Rp. Triliun) - Deposito (Rp. Triliun) Pembiayaan (Rp. Triliun) - Modal Kerja - Investasi - Konsumsi Non Performance Financing (NPF) % Financing to Deposit Ratio (FDR) %
B. SISTEM PEMBAYARAN INDIKATOR Inflow (Rp. Triliun) Outflow (Rp. Triliun) Pemusnahan Uang (Rp- Triliun) Nominal Transaksi RTGS Volume Transaksi RTGS Nominal Kliring Kredit (Rp. Triliun) Volume Kliring Kredit (juta lembar) Tolakan Kliring (Rp. Juta) Tolakan Kliring (lembar)
2012
2013
Tw I
Tw II
Tw III
Tw IV
Tw I
Tw II
12,70 6,52 4,76 122,21 141.322 44,05 1,40 632.814 20.065
20,08 12,08 5,10 182,77 172.750 46,32 1,40 638.541 19.361
14,91 14,30 0,29 185,10 146.738 38,59 1,28 637.615 23.280
9,99 11,53 0,88 197,88 189.920 46,11 1,29 979.293 21.770
15,99 8,16 1,67 184,12 121.530 36,69 1,30 964.720 25.418
11,35 11,77 3,28 220,10 170.050 49,46 1,38 774.711 21.488
Tw III 18,78 18,05 5,02 210,82 171.756 51,73 1,35 964.847 25.638
Tw IV 10,98 14,42 4,61 200,00 160.000 44,39 1,06 707.567 18.731
Bab 1
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
1
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
1.1.
Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Tahun 2013 2013 Kinerja perekonomian Jawa Timur (Jatim) pada tahun 2013 mencapai 6,55% (yoy),
melambat dibanding 2012 (7,22%), namun tetap lebih tinggi dari ekonomi nasional yang berada pada level 5,78%.
Sebagaimana diinformasikan pada tabel berikut, pertumbuhan
ekonomi Jatim dalam kurun waktu 8 tahun terakhir cenderung lebih tinggi dibandingkan nasional, kecuali pada tahun 2007 yang sedikit berada di bawah nasional. Jika diukur lebih lanjut, kinerja perekonomian Jatim terus meningkat, sedangkan nasional mulai mengalami perlambatan di tahun 2012.
WILAYAH NASIONAL
Tabel 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Nasional dan Jawa Timur 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 5.69
JAWA TIMUR 5.84 Sumber: BPS Jawa Timur
2013*
5.50
6.35
6.01
4.63
6.22
6.49
6.23
5.78
5.80
6.11
6.16
5.01
6.68
7.22
7.27
6.55
Dari sisi permintaan, konsumsi rumah tangga, pemerintah dan kinerja investasi swasta Jatim menjadi sumber pendorong pertumbuhan. Meningkatnya konsumsi rumah tangga di tahun 2013 didorong perbaikan daya beli masyarakat seiring bertambahnya kelompok usia produktif. Di sisi lain, pertumbuhan belanja investasi pemerintah dan swasta pun meningkat di tengah upaya percepatan pembangunan infrastruktur guna meningkatkan minat investor luar dan dalam negeri, khususnya pada sektor industri pengolahan. Namun, transaksi perdagangan Jawa Timur mengalami penurunan akibat melambatnya ekspor impor dalam negeri, sedangkan luar negeri relatif tumbuh membaik. Di sisi lain, minat investasi relatif membaik dengan diselesaikannya beberapa proyek infrastruktur besar semisal Jalan Tol Mojokerto – Kertosono, Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Pacitan, Sistem Penyediaan Air Minum (SPA), Pembangunan Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) serta Penyelesaian Tahap IV Jalan Lintas Selatan (JLS). Dengan diresmikannya PLTU Pacitan menambah supply listrik di Jawa Timur sehingga mendorong kondisi surplus energi yang berpotensi meningkatkan minat investasi khususnya pembangunan pabrik Smelter di tahun 2014. Dari sisi pembiayaan, pertumbuhan kredit perbankan pada kegiatan konsumtif masih lebih rendah dibandingkan penyaluran kredit ke sektor produktif. Hal ini searah dengan
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV– 2013
1
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
kebijakan Bank Indonesia yang menginginkan adanya peningkatan kredit pada sektor produktif, sedangkan pertumbuhan kredit konsumtif diharapkan melaju pada level stabil dengan tingkat prudential yang lebih baik. Tabel 1.2 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan Provinsi Jawa Timur Komponen Sisi Permintaan Konsumsi Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi Pemerintah Konsumsi Lemb. Nirlaba Investasi (PMBT) Ekspor Ekspor (Luar Negeri) Ekspor (Dalam Negeri) Impor Impor (Luar Negeri) Impor (Dalam Negeri) PDRB
2007 6.44 6.29 8.25 4.94 2.71 5.63 6.65 4.86 5.33 2.43 7.62 5.89
2008
2009
2010
2011
2012
5.16 4.61 11.59 1.54 5.86 5.86 9.11 3.37 3.52 4.61 2.70 6.16
8.20 7.82 12.40 5.34 5.22 0.44 8.31 (12.12) 2.44 6.77 (5.79) 5.01
5.56 5.04 10.44 8.54 7.13 5.38 8.45 9.75 7.28 12.30 8.50 6.68
6.61 7.17 1.26 7.79 9.67 11.11 11.81 9.55 7.55 9.37 10.82 7.22
4.73 5.17 0.24 5.74 5.39 11.55 3.53 20.50 9.82 12.62 2.49 7.27
2013 6.91 7.38 2.27 4.15 6.67 6.47 3.45 9.08 5.38 2.39 8.30 6.55
Sumber: BPS Jawa Timur Dari sisi penawaran, perlambatan ekonomi disebabkan menurunnya kinerja 3 (tiga) sektor utama. Menurunnya luas lahan dan pergeseran musim tanam turut mempengaruhi tingkat produktivitas hasil tani sehingga pada akhirnya menekan pertumbuhan sektor pertanian. Di sisi lain, belum membaiknya transaksi ekspor impor luar negeri dan penurunan marjin dunia usaha akibat kenaikan biaya produksi turut mempengaruhi perlambatan sektor industri pengolahan serta sektor perdagangan, hotel dan restoran. Tabel 1.3 Pertumbuhan Ekonomi Sisi PenawaranProvinsi Jawa Timur KOMPONEN SISI PENAWARAN
2009
2010
2011
2012
2013
1. PERTANIAN 3.92 2.23 2.53 3.49 1.59 2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 6.92 9.18 6.08 2.32 3.30 3. INDUSTRI PENGOLAHAN 2.80 4.32 6.06 6.34 5.59 4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 2.72 6.43 6.25 6.21 4.74 5. BANGUNAN 4.25 6.64 9.12 7.05 9.08 6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 5.58 10.67 9.81 10.06 8.61 7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 12.98 10.08 11.43 9.65 10.43 8. KEUANGAN, PERSEWAAN, & JS. PRSH. 5.30 7.27 8.18 7.91 7.68 9. JASA-JASA 5.76 4.34 5.08 5.06 5.32 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 5.01 6.68 7.22 7.27 6.55
Sumber: BPS Jawa Timur Ditinjau dari sisi pembiayaan, penyaluran kredit perbankan di Jawa timur kepada sektorsektor utama secara umum terjaga stabil. Meskipun pertumbuhan kredit kepada sektor pertanian sejak triwulan III 2013 mencatat perlambatan, namun diharapkan kondisinya terus Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV– 2013
2
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOM MI MAKRO REGIONAL
membaik mengingat optim imisme pelaku usaha atas peningkatan produks ksi usaha di tahun 2014. Sementara itu penyaluran n kredit kepada sektor industri pengolahan da dan sektor perdagangan mencatat pertumbuhan yang ya relatif sama dan lebih stabil. Terkait denga gan hal tersebut di atas, upaya peningkatan penge gelolaan risiko pada sektor utama masih meenjadi tantangan dunia perbankan, utamanya pad ada sektor pertanian. Hal tersebut diperlukan n mengingat pentingnya dukungan pembiayaan dalam da pengembangan sektor pertanian dalam m rangkat peningkatan ketahanan pangan daerah. h.
Grafik 1.1 Pertumbuhan P Kredit Bank Umum Per Sektor (% yoy) Prov.Jawa Timur
1.2 Pertumbuhan Ekonom mi Jawa Timur Tahun Triwulan IV 2013 Perekonomian Jaw wa Timur mengindikasikan ambatan pada triwulan mengindikasikan terjadinya perlam menurun 0,3% IV 2013. Pertumbuhan ekonomi e pada triwulan ini sebesar 6,2% (yoy), ( (yoy) dibanding triwulan n sebelumnya (6,5%, yoy), namun tetap lebih ih tinggi dibandingkan bih pertumbuhan nasional yang y tercatat sebesar 5,78%. Dari sisi per ermintaan,, perlambatan ekonomi lebih disebabkan an oleh penurunan kinerja perdagangan luarr n negeri terutama untuk negara tujuan China dan India. In Di sisi lain, masih tumbuhnya konsumsii masyarakat m Jawa Timur dan transaksi perdagangan an antar daerah menjadi faktor penahan penuru runan kinerja ekspor luar negeri. Komponen lainnyaa yaitu investasi swasta dan belanja pemerintah h masih tumbuh stabil. Dari sisi penawa aran, kinerja sektor Industri, Bangunan n, Jasa serta sektor Pengangkutan & Komun unikasi menahan or lainnya. Optimisme menaha n laju perlambatan sektor mengiringi perbaikan kine nerja sektor industri di tengah masih kuatny nya konsumsi domestik khususnya di wilayah Jawaa. Sementara itu, perlambatan yang terjadi pad ada sektor pertanian dan PHR dominan mendorong g laju pertumbuhan ekonomi pada level yang g lebih rendah. Tibanya
Kajian Ekonomi Reg gional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV– 2013
3
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
musim tanam kelompok bahan makanan serta tertundanya panen tanaman perkebunan (akibat hadirnya musim hujan lebih awal) menyebabkan penurunan produksi sektor pertanian. Di sisi lain, masih belum membaiknya kinerja perdagangan luar negeri mempengaruhi transaksi ekspor impor Jawa Timur di tengah membaiknya transaksi perdagangan dalam negeri. Grafik 1.2 1. 2
Grafik 1.3 1. 3
Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Ekonom i
Struktur Perekonomian Prov. Jawa Timur
Prov.Jawa Prov.Jawa Timur
Jawa Timur
8
Indonesia
7,14
6,81
6,22
6
y o y
7,30
6,41
5,87
5
6,03 6,16 5,81
6,21 5,58
60%
5,50
40%
ANGKUT & KOM PHR BANGUNAN
5,01
LGA
4,27
4,14
4
6,51
6,57
6,36
5,81
5,60 5,42
5,28
6,50
6,45
6,29
5,83
KEUANGAN
80%
6,90 7,10
6,52
6,53
6,25
JASA
7,42
7,27
7
%
100%
Tren-Jawa Timur
7,29 7,29 7,17
20%
4,33
INDUSTRI TAMBANG
0%
3 I
II
III IV
2008
I
II
III IV
2009
I
II
III IV
I
2010
II
III IV
2011
I
II III IV
I
2012
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
II III IV**
2008
2013
2009
2010
2011
2012
PERTANIAN
2013
Sumber: BPS Jatim
Sumber: BPS Jatim
1.2.1.Sisi Permintaan Dari sisi permintaan,, pertumbuhan pada triwulan ini masih didorong oleh kinerja konsumsi masyarakat, ekspor antar daerah, investasi swasta dan belanja pemerintah. Sedangkan transaksi perdagangan luar negeri mengalami penurunan, terutama untuk negara tujuan China dan India.
6
R P
Grafik1. Grafik1.4 1.4
Grafik1. Grafik1.5 1.5
Sisi Permintaan PDRB Prov.Jawa Timur
Sisi Permintaan PDRB Prov.Jawa Timur
Net Ekspor Luar Negeri g_Net Ekspor Luar Negeri (rhs)
Net Ekspor Antar Pulau g_Net Ekspor Antar Pulau (rhs)
5
90 800
600
4 400
T R I L I U N
80
3 2
200
1
0
0 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV -200 -1 2007
2008
-2 -3
Sumber: BPS Jatim
2009
2010
2011
2012
2013
-400
-600
% Y O Y
T r i l i u n R p
Konsumsi Rumah Tangga gKonsumsi (rhs)
Konsumsi Pemerintah g_Konsumsi Pemerintah (rhs)
30% 25%
70
20%
60
15%
50
10%
40
5%
30
0%
20
-5%
10
-10%
0
% Y O Y
-15% I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV 2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
Sumber: BPS Jatim
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV– 2013
4
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
a. Konsumsi Konsumsi rumah tangga tumbuh meningkat pada triwulan IV-2013. Hal ini didukung oleh stabilnya pendapatan rumah tangga serta tingginya permintaan barang dan jasa di akhir tahun pada season Natal dan menjelang tahun baru. Peningkatan tersebut dikonfirmasi oleh meningkatnya omset riil penjualan, terutama peralatan rumah tangga, bahan bangunan (atau konstruksi) serta pakaian dan perlengkapannya (Grafik 1.6). Faktor tersebut mendorong konsumsi rumah tangga meningkat menjadi 8,2% (yoy), meningkat sebesar 0,7% (yoy) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.
140
Grafik1. Grafik1.6 1.6
Grafik1. Grafik1.7 1. 7
Indeks Penjualan Penjualan Eceran
Konsumsi Listrik Rumah Tangga
Indeks Omset Riil
Peralatan Rumah Tangga
Pakaian & Perlengkapannya
Makanan, Minuman, Tembakau
Alat Tulis
Konstruksi
1000 600
Kons. Listrik RT
Kwh
%
Pertumbuhan
20%
900
18%
800
16%
700
14%
600
12%
Barang Budaya dan Rekreasi 120
500
Indeks
100 400 80 300
500
10%
400
8%
300
6%
200
4%
100
2%
60 200 40 100
20
0 I
II III IV I
II III IV I
II III IV I
II III IV I
II III IV I II III IV I II III IV I
II III IV
2006
2007
2008
2009
2010
2013
0% I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
-
-
2007 2011
2012
2008
2009
2010
2011
2012
2013
Sumber : PLN (diolah)
Sebagaimana diinformasikan sebelumnya, peningkatan belanja masyarakat terindikasi oleh hasil Survei Penjualan Eceran (yang dilakukan KPwBI Wil.IV) dengan meningkatnya indeks omset riil khususnya pada jenis barang untukmemenuhi kebutuhan Natal dan Tahun Baru. Di sisi lain, konsumsi listrik rumah tangga pun tumbuh lebih tinggi dari angka pada triwulan II dan III
2013.
Kedua
indikator
ini
mengkonfirmasi
peningkatan
belanja
masyarakat
di
triwulan IV 2013. Namun, berdasarkan angka yang diperoleh dari laporan Dinas Pendapatan Provinsi Jawa Timur atas kinerja pendapatan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) Triwulan IV 2013 diperoleh informasi bahwa angka penjualan baik mobil maupun motor tumbuh melambat dibandingkan dengan Triwulan III 2013. Perlambatan ini diduga akibat shifting belanja masyarakat ke jenis kendaraan Low Cost Green Car (LCGC), dengan kondisi barang yang belum dapat segera dipenuhi mengingat tingginya pesanan barang. Dugaan ini diperkuat dari indeks Ketepatan Waktu Pembelian Barang Tahan Lama (hasil Survei Konsumen KPwBI Wilayah IV), yang mengalami peningkatan sebesar 4,58 poin dari 100,6 menjadi 105,2 (lihat grafik 1.10). Kinerja Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV– 2013
5
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
penjualan kendaraan bermotor diperkirakan akan membaik pada triwulan I 2014 seiring dipenuhinya ribuan pesanan secara bertahap baik jenis LCGC maupun Low Multi Purpose
Vehicle (LMPV). Gambar 1.9 1.9 Penjualan Motor Baru di Jawa Timur
Gambar 1.8 1.8 Penjualan Mobil Baru di Jawa Timur 30.000
(unit)
(%,yoy) Penjualan Mobil Pribadi
g Mobil
400.000
100% 80%
25.000
(unit)
(%,yoy) Penjualan Sepeda Motor
350.000
g Sepeda Motor (rhs)
300.000
80% 60%
60%
20.000
100%
250.000
40%
40% 200.000
15.000
20%
20%
150.000
10.000
0% 5.000 0
50.000
-40%
0
2008
2009
2010
2011
2012
-20% -40% I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV 2007
0%
100.000
-20%
2013
2007
Sumber : Dinas Pendapatan Jatim (diolah)
2008
2009
2010
2011
2012
2013
Sumber : Dinas Pendapatan Jatim (diolah)
Gambar 1.10 1.10 Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) – Survei Konsumen Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) Indeks Penghasilan Saat Ini Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja Indeks Ketepatan Waktu Pembelian Barang Tahan Lama
160 INDEKS 140 120 100 80 60 40 20 0 I
II III IV I
II III IV I
II III IV I
II III IV I
II III IV I
II III IV I
II III IV
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
Sementara itu, pertumbuhan simpanan perorangan sebagai salah satu sumber pembiayaan konsumsi masyarakat masih sama dengan pola-pola triwulan sebelumnya yaitu masih relatif rendah. Namun secara keseluruhan pertumbuhannya mengalami perbaikan dibandingkan di awal tahun. Sumber pembiayaan eksternal lainnya yang penting bagi masyarakat adalah kredit konsumsi perbankan yang selama triwulan IV 2013tumbuh melambat, melanjutkan penurunan angka sebelumnya pada triwulan III 2013. Perlambatan ini merupakan dampak dari pemberlakuan kebijakan Loan to Value (LTV) progresif (Oktober 2013) dan kenaikan suku bunga kredit konsumsi pasca kenaikan BI Rate sebagai suku bunga acuan sejak Juni 2013. Menurunnya realisasi Kredit Kepemilikan Rumah untuk tipe di atas 70 menjadi salah satu penyebab penurunan pertumbuhan kredit konsumsi di Jawa Timur pada periode laporan. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV– 2013
6
ya
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Gambar 1.1 1.12
Kredit Konsumsi
Dana Simpanan Perbankan Perorangan 60
30
50
25
40
20
30
15
20
10
10
5
-
-
(10)
Modal Kerja
Investasi
Konsumsi
G Modal Kerja (yoy)
G Investasi (yoy)
G Konsumsi (yoy)
Rp Juta
150.000.000 100.000.000 50.000.000
2008
2009
2010
2011
2012
% y o y
Tw IV
Tw II
Tw I
Tw III
-
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV 2007
40 35 30 25 20 15 10 5 0
200.000.000
Tw I
%yoy
Tw IV
gGiro Perorangan (rhs) gDep Perorangan (rhs)
Tw III
gDPK Perorangan gTab Perorangan (rhs)
Tw II
35
Gambar 1.11 1.11
Sumber: Laporan Bulanan Perbankan, diolah
2013
2012
2013
Indikator lainnya yang turut mendukung kenaikan konsumsi masyarakat tercermin pada hasil Survei Konsumsi (yang dilakukan KpwBI Wilayah IV) dengan meningkatnya Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) (lihat grafik 1.13). Kenaikan indeks ini lebih dominan didorong oleh membaiknya persepsi masyarakat atas kondisi ekonomi saat ini dibandingkan dengan faktor ekspektasinya. Perbaikan pendapatan dan ketersediaan lapangan kerja mendorong meningkatnya keyakinan masyarakat dalam mengkonsumsi barang tahan lama sehingga secara keseluruhan mendorong peningkatan IKK. Sebaliknya, perlambatan ekspektasi didorong kekhawatiran masyarakat atas ketersediaan lapangan pekerjaan dan tingkat penghasilan di tahun 2014 mengingat dominannya pengaruh variabel PEMILU atas kinerja sektor usaha, khususnya sektor konstruksi. Namun demikian, keseluruhan nilai indeks masih di atas 100. Hal ini mencerminkan masyarakat cenderung optimis karena nilai bersih di atas 100 sama dengan jumlah responden yang merasa optimis lebih besar dibandingkan dengan jumlah responden yang merasa pesimis.
160
(INDEKS)
140
Gambar 1.1 1. 13
Gambar 1.1 1.14
Survei Konsumen – Kondisi Saat Ini
Survei Konsumen – Ekspektasi Masyarakat
Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK)
180 INDEKS 160
Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK)
Ekspektasi penghasilan 6 bulan y.a.d.
Kondisi ekonomi Indonesia 6 bulan y.a.d.
Ketersediaan lapangan kerja 6 bl yad
140
120 120
100 100
80 80
60 60
40 40
20
20
0
0
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV 2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
I
II III IV I
II III IV I
II III IV I
II III IV I
II III IV I
II III IV I
II III IV
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV– 2013
7
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
b. Investasi Pada triwulan IV-2013, kegiatan investasi di Jawa Timur mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Investasi di triwulan ini tumbuh sebesar 7,7% (yoy), meningkat 1,2% (yoy) dibandingkan dengan triwulan III-2013. Peningkatan investasi di triwulan ini terutama didorong oleh peningkatan Penanaman Modal Asing (PMA). Investasi PMA di wilayah Jabagtim pada triwulan IV-2013 meningkat 57% menjadi 1.368,7 juta USD, sementara kinerja Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) cenderung turun sebesar 31% menjadi Rp 6.529,1 Miliar (Grafik 1.16). Tertariknya investor asing terhadap pasar investasi negara berkembang merupakan salah satu faktor pendorong relatif tingginya investasi asing di Jatim. Selain itu, perekonomian yang relatif stabil dan tumbuh di atas level nasional serta kemudahan izin investasi turut mendukung peningkatan PMA. Berbagai rangkaian kegiatan business meeting dengan calon investor asing berupa penawaran proyek infrastruktur dan potensi berinvestasi di Jawa Timur direspon positif dengan dibentuknya kerjasama (MoU) antara beberapa negara dengan Gubernur Jawa Timur. Langkah ini dinilai efektif terlihat dari berlanjutnya hubungan bilateral dengan pengajuan rencana investasi beberapa PMA di sepanjang tahun 2013. Apabila dilihat secara tahunan, investasi di tahun 2013 meningkat signifikan dibanding tahun sebelumnya, dengan dominasi padajenis investasi berbentuk Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), lihat grafik 1.16. Gambar 1.15 1.15 Perkembangan Jumlah Proyek Investasi Jumlah Proyek PMA Perubahan Jumlah Proyek PMA
(Unit Proyek)
350
Gambar 1.16 1. 16 Perkembangan Nilai Investasi
Jumlah Proyek PMDN (%, yoy) Perubahan Jumlah Proyek PMDN
12.000
Nilai Proyek PMA (USD million) g Nilai Proyek PMA
(USD Million)
Nilai Proyek PMDN (Rp miliar) g Nilai Proyek PMDN
(%, yoy) 3500%
300%
300
3000% 10.000 2500%
250 200%
8.000 2000%
200 1500%
6.000
100%
150
1000% 4.000
100
500%
0% 2.000
50
0%
-
-100% I
II III IV I
II III IV I
II III IV I
II III IV I
II III IV I
II III IV I
II III IV
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
-500%
I
II
III IV
2007
I
II
III IV
2008
I
II
III IV
2009
I
II
III IV
2010
I
II
III IV
2011
I
II
III IV
2012
I
II
III IV
2013
Perbaikan kinerja investasi juga terindikasi dari volume penyaluran kredit investasi yang memiliki tren peningkatan (Grafik 1.18Berdasarkan hasil liaison, investasi wilayah Jabagtim di triwulan IV-2013 banyak dilakukan melalui peremajaan mesin produksi, sehingga impor barang modal cenderung meningkat (Grafik 1.21). Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV– 2013
8
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Gambar1.17 Gambar1.17
Gambar 1.18 1. 18
Perkembangan PMTB
Perkembangan Kredit Investasi
25
16%
Pembentukan Modal Tetap Bruto
gPMTB (rhs)
Modal Kerja
Investasi
Konsumsi
G Modal Kerja (yoy)
G Investasi (yoy)
G Konsumsi (yoy)
14% 20 12% 10%
15
200.000.000 150.000.000
8% 10
40 35 30 25 20 15 10 5 0
% Rp Juta
T r i l i u n
Y O Y
6% 4%
5
100.000.000 50.000.000
2%
2008
2009
2010
2011
2012
2012
2013
Tw III
y o y
Tw IV
Tw II
Tw I
Sumber: Laporan Bulanan Perbankan, diolah
Sumber: BPS Jawa Timur 2007
Tw III
Tw I
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
Tw IV
-
0%
Tw II
R 0 p
%
2013
Indikator lainnya mengindikasikan hal yang sama, yaitu indikator tingkat pertumbuhan
penjualan
semen
dan
penjualan
truk.
Meningkatnya
kebutuhan
pembangunan investasi fisik di Jawa Timur terindikasi melalui pertumbuhan penjualan semen, meskipun belum levelnya belum setinggi di tahun 2012. Giatnya kegiatan investasi turut dikonfirmasi oleh berlanjutnya perbaikan kinerja penjualan truk (sebagai salah satu kendaraan usaha). Meskipun kebijakan tarif impor mesin sebesar 0% telah dihapuskan, namun kinerja kelompok impor barang modal masih tumbuh stabil. Pesta demokrasi di tahun 2014 menjadi faktor utama penyebab ekspansi terbatas sektor industri pengolahan. Sebagaimana turut dikonfirmasi dari hasil kegiatan liaison (KPwBI Wilayah IV) bahwa ekspansi investasi cenderung meningkat pada kelompok non fisik berupa pembelian mesin baik yang bertujuan sebagai pengganti maupun peningkatan kapasitas produksi. Sedangkan ekspansi berupa investasi fisik (mis: bangunan dan tanah) tumbuh melambat mengingat masih tingginya aksi wait & see pelaku usaha di tahun 2014 mendatang.
2.500.000
Gambar1.19 Gambar1.19
Gambar 1.20 1.20
Perkembangan Volume Penjualan Semen
Perkembangan Penjualan Truk
Penjualan Semen
g_Penjualan Semen
30%
(ribu sak)
10.000
(unit)
(%,yoy) 100%
(%, yoy)
Penjualan Truk 20%
2.000.000
g Truk
80%
8.000
60% 10%
40%
6.000
1.500.000
20%
0%
4.000
1.000.000
0%
-10% 500.000
-20%
-20%
2.000
-40% -30%
0 I
II
III
IV
I
II
III
IV
I
II
III
IV
I
Sumber: Asosiasi 2008 2009 Semen Indonesia 2010
II
III
2011
IV
I
II
III
2012
IV
I
II
III
IV
-60%
0 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2013
2007 Sumber : Asosiasi Semen Indonesia (diolah)
2008
2009
2010
2011
2012
2013
Sumber : Dinas Pendapatan Jatim (diolah)
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV– 2013
9
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Gambar1.21 Gambar1.21
Gambar1.22 Gambar1.22
Perkembangan Impor Barang Modal 800
(USD juta)
700
Komponen Impor Barang Modal (%, yoy)
Capital Goods g_Capital Goods
80
800
Kendaraan (U/ Industri) Mesin
700
60
600
(%, yoy)
70
Peralatan Ind. Kend. Pribadi g Impor Mesin (rhs) 33
60
8
40
(USD juta)
600 40
500
500 20
400 300
30 20
400 300
-
45 7
10 548
200
200 (20)
100
100
I
II
III
IV
I
II
III
2011
IV
I
II
III
(20) (30) I
IV
II
III
IV
I
2010
Sumber:2013 Bank Indonesia
2012
(10)
271
-
(40)
0
50
II
III
IV
2011
I
II
III
IV
I
II
2012
III
IV
2013
c. Ekspor Ekspor–Impor c. 1. Ekspor Impor Antar Daerah Net ekspor perdagangan antar daerah di wilayah Jabagtim pada triwulan IV-2013 mengalami peningkatan. Hal ini terutama didukung oleh posisi Jawa Timur sebagai hub antara wilayah Indonesia Bagian Barat dengan Indonesia Bagian Timur. Net ekspor perdagangan antar daerah pada triwulan ini meningkat sebesar 26,2% dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (Grafik 1.23). Hal ini terindikasi dari peningkatan volume barang yang dikirim melalui Pelabuhan Tanjung Perak sejak bulan September hingga akhir tahun 2013 (Grafik 1.24). Tingginya permintaan barang dari KTI, terutama untuk komoditas pangan, seperti beras dan Jagung serta komoditas hasil industri makanan dan minuman pada hari raya Natal dan menjelang tahun baru mengkonfirmasi kenaikan ini. Pembangunan beberapa pelabuhan di Jawa Timur, seperti Teluk Lamong, Pelabuhan Socah dan Pelabuhan Tanjung Wangi di Banyuwangi diperkirakan semakin meningkatkan konektivitas dan perdagangan antar daerah di wilayah Jabagtim di tahun 2014. Gambar1.23 Gambar1.23
Gambar1.24 Gambar1.24
Perkembangan EksporEkspor-Impor Antar Daerah
Pengiriman Barang Melalui Angkutan Laut
35,000,000.00
15.00%
30,000,000.00
900
Vol Barang
Ribu Ton
220%
g Jml Barang (rhs)
%, yoy
800
10.00%
25,000,000.00
170% 700
20,000,000.00
5.00%
600
120%
15,000,000.00 0.00%
10,000,000.00
70%
5,000,000.00
400
-5.00%
0.00 -5,000,000.00
Juta (Rp)
500
300
I
II
III
IV
2011
I
II
III
2012
IV
I
II
III
IV
-10.00%
20%
200 -30%
2013 100
Ekspor Antar Daerah
Impor Antar Daerah
Net Ekspor Antar Daerah
g Ekspor Antar Daerah (Rhs)
g Impor Antar Daerah (Rhs)
-80%
0 1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 9 2009
2010
2011
2012
2013
Sumber : BPS (diolah)
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV– 2013
10
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
c. 2. Ekspor Impor Luar Negeri Kinerja ekspor luar negeri di wilayah Jabagtim pada triwulan IV 2013 menunjukkan perlambatan yang relatif signifikan dikarenakan pelemahan perekonomian negara mitra dagang, terutama China dan India. Pada triwulan ini, ekspor menurun sebesar 19,7% dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (Grafik 1.25). Selain itu, perlambatan kinerja ekspor juga didorong atas tingginya import content atas barang ekspor di wilayah Jabagtim yang diperparah dengan semakin terdepresiasinya Rupiah. Ekspor wilayah Jabagtim didominasi oleh empat komoditas unggulan, yaitu minyak goreng (animal, vegetable, fats and
oil) , kertas (paper and paperboard), bahan kimia organik (organic chemicals), serta mutiara dan batu perhiasan (pearl, precious and semi prec. stone). Berkembangnya
industri
pengolahan
di
wilayah
ini
berkontribusi
terhadap
peningkatan nilai tambah atas komoditas ekspornya, misalnya minyak goreng yang menjadi komoditas dengan net ekspor terbesar. Minyak sawit mentah yang diperoleh dari Kawasan Timur Indonesia (KTI) diolah menjadi minyak goreng dan diekspor dengan pangsa terbesar di Asia (India, China, dan Pakistan).Seluruh komoditas tersebut mengalami net ekspor, kecuali bahan kimia organik yang masih mengalami net impor (Grafik 1.27). Pergerakan harga minyak sawit internasional dan kertas (lihat Grafik 1.28) turut mempengaruhi kinerja ekspor Jawa Timur, mengingat tingginya nilai ekspor kedua komoditas ini dari Jawa Timur. Namu, perlu diperhatikan terkait terbatasnya hutan tanaman industri kertas di Sumatera dan Jawa Timur merupakan kendala utama dalam perkembangan industri kertas dalam 5 (lima) tahun mendatang. Kinerja impor di Triwulan IV 2013 menunjukkan peningkatan, sebagaimana ditunjukkan dengan net ekspor yang semakin besar pada Grafik 1.25. Impor Jatim yang sebagian besar didominasi oleh barang modal menunjukkan tingginya sektor usaha di Jawa Timur dalam melakukan ekspansi skala usahanya. Berdasarkan klasifikasi HS 2 Digit, impor Jatim di Triwulan IV 2013 yang tertinggi adalah nuclear reactor, boilers machine dan
mechanic application serta iron and steel. Perkembangan industri kendaraan bermotor, peralatan mekanik rumah tangga dan industri pengolahan akan mendorong permintaan impor Jatim terhadap bahan baku mesin tersebut.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV– 2013
11
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Gambar1.25 Gambar1.25
Gambar1.26 Gambar1.26
Perkembangan Net Ekspor Luar Negeri 30,000,000.00
Komoditas Ekspor Unggulan Jatim J atim 10.00%
4,000.00 3,500.00
25,000,000.00
5.00%
20,000,000.00 15,000,000.00
0.00%
10,000,000.00
-5.00%
3,000.00 2,500.00 2,000.00
5,000,000.00 -10.00%
0.00
1,000.00 500.00
Ekspor LN
Impor LN
g Ekspor Luar Negeri (Rhs)
g Impor Luar Negeri (Rhs)
Net Ekspor
Animal or vegt. fats and oils
Organic chemicals
Paper and paperboard
Pearls,precious and semi prec.stone
Gambar1.27 Gambar1.27
Gambar1.28 Gambar1.28
Perkembangan Net Ekspor Komoditas Unggulan
Harga Kertas dan Minyak Sawit Internasional
Nov'13
Jul'13
(Juta USD)
Juta (Rp)
Sep'13
0.00 Mei'13
2013
Jan'13
-15.00%
Mrt'13
IV
Nov'12
III
Jul'12
2012
II
Sep'12
I
Mei'12
IV
Jan'12
III
Mrt'12
2011
II
Nov'11
I
Jul'11
IV
Sep'11
III
Mei'11
II
Jan'11
I
Mrt'11
-5,000,000.00
1,500.00
3000.00 1080
2000.00
880
1500.00
680
1000.00
480
500.00
280
0.00
80
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan
2500.00
-500.00 -1000.00
(Juta USD)
1.2.
USD per Ton Animal or vegt. fats and oils
Organic chemicals
Paper and paperboard
Pearls,precious and semi prec.stone
2012
2013 Palm Oil Price
2014
Paper Price
SISI PENAWARAN Dari sisi penawaran, struktur perekonomian Jawa Timur pada triwulan IV 2013 secara
keseluruhan masih didominasi oleh tiga sektor utama, yaitu Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR), Sektor Industri Pengolahan dan Sektor Pertanian. Kontribusi masing-masing sektor tersebut terhadap PDRB Jawa Timur triwulan IV 2013 sebesar 34,85% (PHR), 25,46% (Industri Pengolahan), dan 9,82% (Pertanian). Kontribusi ketiga sektor utama tersebut terhadap PDRB Jawa Timur mencapai 70,13%, sedikit lebih rendah dibandingkan dengan proporsi ketiganya pada Triwulan III 2013 yang tercatat sebesar 70,81%. Penurunan proporsi ini didorong oleh kontribusi sektor pertanian yang menurun 2,52% dibandingkan triwulan sebelumnya. Sektor ekonomi di Jawa Timur sebagian besar mengalami perlambatan pada triwulan IV 2013, terutama sektor pertambangan dan penggalian, sektor perdagangan, hotel dan restoran, serta sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Sementara itu, sektor yang mengalami pertumbuhan positif adalah sektor bangunan dan sektor jasa-jasa. Secara keseluruhan di tahun Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV– 2013
12
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
2013, kinerja sektor utama dan pendukung juga mengalami perlambatan dibanding tahun sebelumnya. Kondisi eksternal yang belum membaik menjadi salah satu faktor utama pendorong perlambatan tersebut. Tabel.1.4 Tabel.1. 4 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Sisi Penawaran (%, yoy) LAPANGAN USAHA
I 2.82 10.34 6.66 7.22 7.42 9.60 12.37 8.21 3.89 7.17
1. PERTANIAN 2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 3. INDUSTRI PENGOLAHAN 4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 5. BANGUNAN 6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 8. KEUANGAN, PERSEWAAN, & JS. PRSH. 9. JASA-JASA PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO
2011 II 3.35 5.44 6.08 7.05 10.98 9.47 12.14 8.50 4.48 7.29
III 2.06 4.55 5.60 5.17 8.90 10.44 11.61 8.17 5.96 7.29
IV 1.64 4.85 5.96 5.65 8.99 9.69 9.85 7.87 5.82 7.11
TOTAL 2.53 6.08 6.06 6.25 9.12 9.81 11.43 8.18 5.08 7.22
2012 II 4.68 2.01 5.74 6.69 5.58 10.61 8.05 8.52 4.94 7.30
I 2.76 5.13 6.23 7.07 10.18 9.69 13.17 7.76 5.18 7.27
III 4.36 1.37 7.21 5.25 6.84 9.79 8.79 8.18 4.63 7.42
TOTAL
IV 1.95 1.24 6.17 5.90 6.10 10.13 9.10 7.20 5.50 7.10
I
3.49 2.32 6.34 6.21 7.05 10.06 9.65 7.91 5.06 7.27
1.42 2.91 5.16 5.61 8.26 9.38 10.98 8.49 5.68 6.57
2013 II 1.42 2.34 6.62 4.60 10.53 8.92 10.04 8.24 5.72 6.90
III 1.92 4.72 5.36 4.63 8.46 8.52 10.70 7.39 4.95 6.51
IV 1.65 3.19 5.25 4.16 8.99 7.72 10.06 6.70 4.98 6.21
TOTAL 1.59 3.30 5.59 4.74 9.08 8.61 10.43 7.68 5.32 6.55
Sumber: BPS Jatim, diolah
Grafik Graf ik 1.30 1.30 Pertumbuhan Sektor Pendukung
Grafik 1.29 1.29 Pertumbuhan Tiga Sektor Utama Pertanian 12
Industri Pengolahan
Listrik, Gas, Air Bersih
Perdagangan, Hotel, Restoran 12
%, yoy
10
10
8
8
6
6
4
4
2
2
0
Pertambangan & Penggalian
Bangunan
%, yoy
0 I
II
III
2011
IV
I TOTAL
II
III
2012
IV
I TOTAL
II
III
IV
2013
I
II
TOTAL
III
IV
2011
Sumber: BPS Jatim, diolah
I
II
TOTAL
III
2012
IV
I TOTAL
II
III
2013
IV TOTAL
Sumber: BPS Jatim, diolah
Grafik 1.31 1.31 Pertumbuhan Sektor Pendukung Jasa-Jasa
Pengangkutan & Komunikasi
Keu, Persewaan & Jasa Perush. 14
%, yoy
12 10 8 6 4 2 0 I
II
III
IV
2011
I TOTAL
II
III
2012
IV
I TOTAL
II
III
2013
IV TOTAL
Sumber: BPS Jatim, diolah
Salah satu indikator perkembangan kegiatan usaha di Jawa Timur, yaitu hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang dilakukan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV justru masih menunjukkan adanya optimisme dunia usaha di tengah perlambatan. Utilisasi
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV– 2013
13
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
kapasitas produksi cenderung meningkat, terutama di sektor industri pengolahan. Ekspektasi terhadap meredanya tekanan Rupiah menjadi salah satu faktor optimisme tersebut. Grafik 1.32 1.32 Utilisasi Kapasitas Produksi Kapasitas Produksi Terpakai (Persen)
82
Grafik 1.33 1.33 Utilisasi Kapasitas Produksi Sektoral Total Pertambangan Listrik Gas Air Bersih
120
Perkembangan Kegiatan Usaha-Skala Kanan
41.00
%
SBT
% SBT
100
36.00
80
Pertanian Industri Pengolahan
31.00
80
78 26.00 76
21.00
74
16.00
60 40
11.00 72
20 6.00
70
0
1.00
I
-4.00
68 I
II
III
IV
I
II
2011
III
IV
I
II
III
2012
II
IV
III
IV
22.1 20
4.15
TOTAL
6.43
6.47
16.30 14.10627402 12.65 12.71 11.97 9.03 8.49 2.60
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I* 2006
-1.85 2007
2008
IV
-1.46 2009
2010
PERTANIAN
INDUSTRI PENGOLAHAN
PHR
30.00 25.00 20.00
1.1
-10
III 2013
40.00
0 -0.45
II
35.00
20.88 15.81
19.55 18.54
11.6
7.05
I
37.72
26.35
11.35 10
IV
Grafik 1.35 1.35 Indeks Realisasi Usaha Sektoral
35.87 31.82
Indeks Realisasi Usaha 25.86 23.29 22.32 21.6
III
2013
40
30
II 2012
Grafik 1.34 1.34 Indeks Realisasi Usaha SBT (%)
I
2011
15.00 10.00
2011
2012
2013
2014
5.00 -20
0.00
-18.91
-30 -27.23
-5.00
I
II
III
IV
I
II
III
IV
I
II
III
IV
-10.00 2011
-40
a.
2012
2013
Sektor Perdagangan, Hotel & Restoran (PHR) Pada triwulan IV 2013, sektor perdagangan, hotel dan restoran mengalami perlambatan
dari 8,52% (yoy) menjadi 7,72% (yoy). Penurunan kinerja terjadi di semua subsektor, terutama subsektor perdagangan yang tumbuh menurun dari 8,39% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 7,47% (yoy) di triwulan IV 2013. Selanjutnya, diikuti oleh subsektor hotel yang menurun dari 8,51% (yoy) menjadi 8,26% (yoy) dan subsektor restoran yang menurun dari 9,20% (yoy) menjadi 8,94% (yoy) sebagaimana ditunjukkan oleh Grafik 1.36). Tekanan dari faktor eksternal akibat perlambatan kinerja negara mitra dagang menyumbang pelemahan pada subsektor perdagangan.Ekspor Jawa Timur yang cenderung melambat di triwulan ini juga mengkonfirmasi perdagangan yang melambat. Sementara itu, pelemahan subsektor hotel dan restoran didorong oleh pelemahan ekonomi domestik di Jawa Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV– 2013
14
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Timur. Adanya tekanan inflasi, suku bunga dan depresiasi nilai tukar di triwulan ini yang menekan perekonomian domestik turut mengonfirmasi perlambatan sektor perdagangan, hotel dan restoran. Daya beli masyarakat mengalami tekanan dan berdampak pada terbatasnya permintaan barang dan jasa. Selain itu, pengeluaran masyarakat untuk pemenuhan kebutuhan sekunder seperti rekreasi juga mengalami penurunan, yang berdampak pada menurunnya tingkat okupansi hotel baik oleh wisatawan domestik maupun mancanegara di wilayah di Jawa Timur pada triwulan ini. Menurunnya
konsumsi listrik di triwulan ini juga mengindikasikan terbatasnya
produktivitas sektor usaha bisnis di Jawa Timur (Grafik 1.39). Ke depan, kinerja sektor ini diperkirakan optimis meningkat seiring dengan semakin majunya kota tujuan wisata alam seperti Malang, Banyuwangi dan Jember yang menarik wisatawan domestik maupun internasional. Selain itu, adanya pelaksanaan Pemilu 2014 serta relatif tingginya agenda bisnis di awal tahun berpotensi meningkatkan kinerja subsektor perdagangan, hotel, dan restoran. Grafik 1.36 1. 36
Grafik 1.3 1.37
Pertumbuhan Subsektor PHR
TPK Hotel Berbintang dan Jumlah Wisman
Perdagangan 12.00
H ot e l
Restoran
TPK Hotel Berbintang(%) 60
%, yoy
11.00
50
10.00
40
9.00
30
8.00
20
7.00
10
6.00
gJumlah Wisman Melalui Juanda (%,yoy)
%, yoy
0 I
II
III
IV
I
2012
II
III
IV
1
-10
3
5
2013
7
9
11
1
2011
Sumber: BPS Jatim , diolah
3
5
7
9
11
1
2012
5
7
Grafik 1.39 1.39
Lama Wisatawan Menginap di Hotel
Konsumsi Listrik Golongan Bisnis
Asing
Indonesia
TOTAL
Konsumsi Listrik Bisnis
Hari 5
300
gKonsumsi Listrik Bisnis-Skala Kanan %,yoy
Kwh
200
3
150 2
100 50
1
0 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011 2010
11
2013
250
4
2009
9
Sumber: BPS Jatim , diolah
Grafik 1.38 1. 38
6
3
2011
2012
2013
35 30 25 20 15 10 5 0 -5 -10 -15 -20
1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 9101112 2011
2012
2013
Sumber : BPS (diolah)
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV– 2013
15
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
b. Sektor Industri Pengolahan Sektor industri pengolahan tumbuh terbatas dengan kinerja sebesar 5,25% (yoy) pada triwulan IV 2013. Tertekannya sektor ini dipicu oleh menurunnya sub sektor semen dan barang galian logam yang menurun dari 11,98% (yoy) menjadi 5,72% (yoy). Meskipun demikian, sub sektor industri ini masih berkontribusi besar terhadap pertumbuhan sektor industri pengolahan secara keseluruhan. Selanjutnya, perlambatan yang relatif dalam juga terjadi di subsektor makanan dan minuman yang turiun sebesar 0,3% dari 5,91% (yoy) menjadi 5,61% (yoy), Grafik 1.40. Berdasarkan rilis data industri manufaktur, industri di Jawa Timur masih optimis dan diperkirakan mengalami kenaikan. Pada triwulan IV 2013, pertumbuhan produksi industri manufaktur besar dan sedang secara tahunan pada 2013 meningkat sebesar 5,58% dibanding tahun 2012. Kenaikan tersebut terutama disebabkan naiknya produksi industri bahan kimia dan barang dari bahan kimia (14,09 persen), Industri Karet, Barang dari Karet dan Plastik (10,23 persen), dan Industri Furnitur (9,97 persen). Sementara itu, industri peralatan listrik yang merupakan kelompok industri manufaktur mikro dan kecil mengalami peningkatan di triwulan ini.
Grafik 1.40 1.40 Pertumbuhan Pertumbuhan Sektor Indusri Pengolahan Industri Pengolahan Tekstil, Barang dari Kulit & Alas kaki Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet Logam dasar besi dan baja
Mamin dan Tembakau Kertas dan Barang Cetakan Semen dan Barang Galian bukan Logam
20 %, yoy
15 10 5 0 I
II
III
IV
I
II
III
IV
-5 2012
2013
-10 Sumber: BPS Jatim , diolah
Tertekannya kinerja sektor industri pengolahan turut dikonfirmasi oleh penurunan impor bahan baku dan modal (Grafik 1.41). Kenaikan biaya produksi akibat faktor dalam negeri (kenaikan Upah Minimum Kota, peningkatan suku bunga) dan faktor luar negeri (depresiasi nilai tukar), turut menjadi beban sektor usaha, yang mengakibatkan penurunan pendapatan sektor korporasi. Hal ini turut dikonfirmasi dari hasil liaison yang menyatakan tergerusnya marjin usaha sejak bulan Agustus 2013 pasca depresiasi nilai tukar sehingga mengakibatkan kenaikan biaya bahan baku.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV– 2013
16
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Konsumsi listrik industri di triwulan IV 2013 mengalami penurunan yang cukup signifikan. Hal ini turut mendukung indikasi perlambatan di sektor industri pengolahan. Perlambatan permintaan pasar akibat turunnya konsumsi rumah tangga di triwulan IV 2013 menjadi salah satu faktor penurunan daya beli terhadap produk yang dihasilkan industri. Grafik 1.41 1.41
Grafik 1.42 1.42
Perkembangan Impor Bahan Baku dan Barang Modal
Konsumsi Listrik Golongan Industri
Capital Goods
Intermediate Goods
1480
Consumption Goods
g_Capital Goods-Skala Kanan
1280
g_Intermediate Goods-Skala Kanan
g_Consumption Goods-Skala Kanan
Konsumsi Listrik Industri
Pertumbuhan
%
50% Kwh
40% 1080
4,000,000,000
USD
% , yoy
3,500,000,000 3,000,000,000 2,500,000,000 2,000,000,000 1,500,000,000 1,000,000,000 500,000,000 -
60%
120 100 80 60 40 20 0 -20 -40 -60
30%
880
20%
680
10% 0%
480
-10% 280
-20%
80
-30% 12 3456 7891011121234 567 8910111212 345 6789101112123 4567 8910111212 345 678 9101112
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV 2009
2011
2012
2010
2011
2012
2013
2013
Sumber : PLN (diolah)
Ke depan, kinerja sektor industri pengolahan diperkirakan mengalami peningkatan sebagai dampak atas pelaksanaan Pemilu 2014 khususnya industri makanan dan minuman, industri percetakan dan tekstil. Faktor risiko yang perlu dicermati terkait kinerja industri pengolahan adalah beberapa kebijakan Pemerintah seperti kenaikan UMK dan kenaikan tarif listrik industri. Berdasarkan hasil quick survey, sebanyak 54%-58% pelaku usaha merespon kenaikan UMK dengan menaikkan harga jual. Sementara 15%-18% sektor usaha akan melakukan rasionalisasi tenaga kerja, terutama industri padat karya. Peningkatan harga komoditas bahan baku internasional juga berpotensi menekan industri, terutama industri yang memiliki kandungan impor tinggi. Di sisi lain, peningkatan Tarif Dasar Listrik (TDL) di 2014 untuk industri menengah dengan daya > 200 kVa dan 30.000 kVa ke atas masing-masing sebesar 38,9% dan 64,7% menjadi faktor risiko. Beban tarif listrik tersebut secara signifikan turut menambah biaya produksi industri menengah di Jawa Timur hingga 48%-50% dari total biaya produksi. Selain itu, peningkatan iuran Jaminan Sosial Tenaga Kerja yang harus ditanggung perusahaan juga semakin tinggi dan akan menekan kinerja sektor industri pengolahan. Di sisi lain, naiknya harga baja internasional hingga mencapai 15-20% akan turut menekan kinerja sektor industri pengolahan , terutama industri logam dan transportasi. Namun, dengan masih kuatnya permintaan dan momen Pemilu 2014, diharapkan kinerja sektor industri pengolahan dapat terjaga. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV– 2013
17
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
c. Pertanian Pertumbuhan ekonomi sektor pertanian Jawa Timur mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada triwulan IV 2013, sektor pertanian melambat dari 1,92% (yoy) menjadi 1,65% (yoy). Perlambatan tersebut terutama disumbang oleh perlambatan di subsektor tanaman perkebunan dan tanaman bahan makanan.Hal ini dikonfirmasi dari indikator luas lahan panen padi dan jagung yang menurun di triwulan IV 2013 (Grafik 1.44 dan Grafik 1.45). Penurunan kinerja sektor ini disebabkan karena pola siklikal tanaman padi yang sedang berada pada masa tanam, sehingga panen baru dapat dilakukan pada tiga-empat bulan ke depan. Namun demikian, masih terdapat beberapa wilayah yang mengalami panen gadu, khususnya padi dan palawijaya serta panen sub kelompok bumbu-bumbuan di sentra produksi Malang dan Probolinggo. Banjir yang terjadi di beberapa daerah di Jawa Timur, khususnya di sepanjang sungai Bengawan Solo dan Kali Lamong berpengaruh terbatas terhadap kinerja sub sektor tanaman bahan makanan.Sebanyak kurang lebih 9000 ha sawah tergenang, yang sebagian besar sedang ditanami padi yang baru memasuki masa tanam. Walaupun luas lahan yang terendam banjir relatif besar, namun tingkat kerusakan dan puso yang terjadi tidak terlalu besar. Hal ini karena mayoritas tanaman padi baru memasuki usia tanam kurang dari 40 hari. Oleh karena itu, dampak banjir tidak secara signifikan berpengaruh terhadap kinerja sektor pertanian. Kinerja pertanian di triwulan I 2014 diperkirakan meningkat terbatas seiring dengan adanya pergeseran panen di beberapa daerah akibat terendamnya lahan sawah. Kinerja pertanian di triwulan I 2014 diperkirakan meningkat terbatas seiring dengan adanya pergeseran panen di beberapa daerah akibat terendamnya lahan sawah. Grafik 1.43 1.43 Pertumbuhan Subsektor Pertanian 6.00 %, yoy
5.00 4.00 3.00 2.00 1.00 0.00 -1.00 -2.00
I
II
III
IV
I
2012
II
III
IV
2013
Tanaman Bahan Makanan
Tanaman Perkebunan
Peternakan
Perikanan
Sumber: BPS Jatim , diolah
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV– 2013
18
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
1,000 900 800 700 600 500 400 300 200 100 I
II
III
IV
I
II
III
IV
I
II
III
IV
I
II
III
Luas Panen Jagung (Ha) gLuas Panen Jagung (%)
Ha
Luas Tanam Padi (Ha) gLuas Tanam Padi (%)
Luas Tanam Jagung (Ha) gLuas Tanam Jagung (%)
%
Luas Panen Padi (Ha) gLuas Panen Padi (%)
Ribu Ha
Grafik 1.45 1.45 Luas Lahan Tanam & Panen Jagung di Jawa Timur %
Grafik 1.44 1.44 Luas Lahan Tanam dan Panen Padi 900,000
160 140 120 100 80 60 40 20 (20) (40) (60)
800,000
60
700,000
40
600,000
80
20
500,000 400,000 (20)
300,000 200,000
(40)
100,000
(60)
-
IV
(80) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2010
2011
2012
2013
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
Sumber : Dinas Pertanian Prov. Jatim (diolah) Sumber : Dinas Pertanian Provinsi (diolah)
Grafik 1.46 1.46 Luas Lahan Puso di Jawa Timur
Luas Puso Padi (Ha) gLuas Puso Padi (%)
Ha
30,000
Luas Puso Jagung (Ha) gLuas Puso Jagung (%)
%
35,000
12,000 10,000
25,000
8,000
20,000
6,000
15,000
4,000
10,000
2,000
5,000
-
-
(2,000) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III 2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
Sumber : Dinas Pertanian Provinsi (diolah)
d. Keuangan, Persewaan, dan Jasa Kinerja sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan mengalami perlambatan di triwulan IV 2013. Kinerja pada triwulan ini melambat dari 7,39% (yoy) menjadi 6,70% (yoy). Perlambatan ini disebabkan oleh perlambatan hampir seluruh sub sektornya, kecuali sub sektor lembaga keuangan bukan bank. Beberapa kebijakan berupa peningkatan BI rate yang mendorong peningkatan suku bunga pinjaman dan simpanan menjadi faktor utama terhambatnya pertumbuhan subsektor bank. Sementara itu, adanya pembatasan kepemilikan rumah melalui kebijakan Loan to Value (LTV) dan tingginya harga properti turut mendorong pelemahan sektor sewa bangunan.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV– 2013
19
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Grafik 1.47 1.47
Grafik 1.48 1.48
Pertumbuhan Sub Sektor Keuangan
Perkembangan Kredit Perbankan di Jatim
Bank
Lembaga Keuangan Bukan Bank
Sewa Bangunan
Jasa Perusahaan
Kredit LB
Kredit LP
gKredit LB
gKredit LP 35.0
14
400.0 Triliun Rp 350.0
12
300.0
10
250.0
8
200.0
6
150.0
4
100.0
10.0
2
50.0
5.0
0
0.0
I
II
III
IV
2012
I
II
III 2013
IV
%, yoy
30.0 25.0 20.0 15.0
0.0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 2012
2013
Penyaluran kredit sektor perbankan masih relatif tinggi di tengah perlambatan pertumbuhan subsektor bank pada triwulan IV 2013. Diperkirakan, subsektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan mampu tumbuh positif kembali di triwulan I 2014 seiring dengan pelaksanaan Pemilu 2014 yang meningkatkan arus transaksi baik melalui bank maupun non bank. Sementara itu, faktor risiko yang perlu mendapat perhatian adalah adanya pembatasan target kredit yang diperkirakan dapat menekan kembali pertumbuhan sektor ini. e. Bangunan Kinerja sektor bangunan di triwulan IV 2013 mengalami pertumbuhan dari sebelumnya8,46% (yoy) menjadi 8,99% (yoy). Beberapa indikator yang mengkonfirmasi perlambatan kinerja sektor bangunan antara lain data penjualan semen yang menunjukkan peningkatan pada triwulan IV 2013. Tingginya penjualan semen tersebut menunjukkan relatif besarnya proyek pembangunan yang dilaksanakan di Jawa Timur. Sumber peningkatan kinerja sektor bangunan di triwulan ini berasal dari tingginya pembangunan proyek-proyek infrastruktur, misalkan pembangunan Teluk Lamong, Jalan Tol Trans Jawa serta ekspansi pembangunan pabrik di Jawa Timur di akhir tahun. Sementara itu, pembangunan properti residensial, khususnya rumah tinggal pada triwulan ini menunjukkan perlambatan. Hal ini dikonfirmasi dengan menurunnya pembangunan dan penjualan properti residensial di Jawa Timur. Adanya kebijakan loan to value, pelarangan indent pembelian rumah serta semakin tingginya harga properti seperti yang diindikasikan dari hasil Survei Harga Properti Residensial (SHPR) mendorong perlambatan ini.Peningkatan penjualan semen tersebut dikonfirmasi data dari hasil Survei Harga Properti dan Residensial (SHPR).Pertumbuhan volume penjualan semen pada triwulan IV-2013meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.Sementara itu, Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV– 2013
20
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
rata-rata pembangunan properti residensial di Jawa Timur cenderung stabil dengan penjualan yang meningkat, khususnya pada properti residensial tipe kecil. Grafik 1.49 Volume Penjualan Semen di di Jawa Timur 800,000
Penjualan Semen
50%
g_Penjualan Semen (%, yoy)
(ribu sak)
700,000
40%
600,000
30%
500,000
20%
400,000
10%
300,000
0%
200,000
-10%
100,000
-20%
0
-30% 1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 9101112 2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
Sumber : Asosiasi Semen Indonesia (diolah)
Grafik 1.50 RataRata- Rata Pembangunan Properti Residensial
Grafik 1.51 RataRata-Rata Rata Penjualan Properti Residensial
50
45
unit
45
43 40
KECIL
MENENGAH
BESAR
Grand Total
39
unit
41
40
42
KECIL
MENENGAH
BESAR
Grand Total
35
35
34
35
31
30
30
26
25
21
15,9 17
16
15
10
9 5
57
3
27
27 23
20 15
30
24
4
8 9 4 4
14 10
12 9
6
3
4
17
30
31
25
23
23 23
23
9 5,8
8
9
11
10
16
3
8
10
8 9
6
7
7
12
10 7 7
8
9 9 9 7
10
12
9
3
2
4
3
3
9
2
5
14 13
12
11 10
12 11
8 5
4
18
16
14
13 9
10 5
-
6
5
6
6
6
5
3
-
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV 2010
f.
16
14
8
7
21
21
15
16
25
23
19
22
18
9,8
25
25
20
2011
2012
2013
Tw I
Tw II
Tw III
2010
Tw IV
Tw I
Tw II
Tw III
2011
Tw IV
Tw I
Tw II
Tw III
2012
Tw IV
Tw I
Tw II
Tw III
Tw IV
2013
Pengangkutan dan Komunikasi Kinerja sektor Pengangkutan dan Komunikasi pada periode laporan mengalami
perlambatan dibandingkan dengan sektor lainnya. Pada triwulan IV 2013, sektor ini melambat dari 10,70% menjadi 10,06%. Perlambatan terbesar terjadi di subsektor komunikasi yang melambat sebesar 1,0% (yoy), sementara subsektor angkutan melambat sebesar 0,23% (yoy). Perlambatan pada subsektor ini disebabkan karena kembali ke pola normalnya setelah mengalami peak season pada triwulan sebelumnya akibat hari raya Idul Fitri. Hal ini terkonfirmasi dengan penurunan yang cukup dalam pada angkuta kereta api dan angkutan penyeberangan laut. Pasca lebaran, jumlah penumpang dengan jarak yang relatif jauh
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV– 2013
21
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
mengalami penurunan, sehingga kinerja di kedua moda transportasi ini cenderung menurun. Ke depan, potensi peningkatan subsektor ini, terutama komunikasi diperkirakan masih relatif kuat dengan beragamnyaproduk smartphonedan perang tarif operator di pasaran semakin tinggi. Hal ini mendorong pengeluaran komunikasi masyarakat semakin tinggi. Grafik 1.52 1.52
Grafik 1.53
Arus Penumpang di Tanjung Perak
Arus Barang di Tanjung Perak Vol Barang
Jml Penumpang 280
g Jml Penumpang (rhs)
3500
% yoy
Ribu Orang
g Jml Barang (rhs)
Ribu Ton
100%
% yoy
100%
80% 3000
80%
60%
230 60%
2500 40%
180 40% 130
2000
20%
20% 0%
1500
0% 80
-20%
-20%
1000 -40%
30 -40% 500
-60%
-20
I
II III IV I
II III IV I
II III IV I
II III IV I
II III IV I
II III IV I
II III IV
-60% 0
2007
2008
2009
2010
2011
2012
-80%
2013
I
II III IV
I
2007
Sumber : BPS Provinsi Jatim
III IV
I
2008
II
III IV
I
2009
II III IV 2010
I
II III IV 2011
I
II
III IV
2012
I
II III IV 2013
Sumber : BPS Provinsi Jatim (diolah)
Grafik 1.5 1. 54
Grafik 1.5 1.55
Penumpang Domestik di Bandara Juanda
Penumpang Internasional di Bandara Juanda
Jml Penumpang Domestik
2000
II
g Jml Penumpang Domestik (rhs)
Jml Penumpang Intl
% yoy
Ribu Orang
40%
gPenumpang Intl (rhs)
300
50%
% yoy
Ribu Orang
1800 30%
1600
40%
250
30%
1400
20%
200
10%
150
0%
100
1200
20%
1000
10%
800 600
0%
400
-10%
50
-20%
0
-10%
200 0 I
II III IV I
II III IV I
II III IV I
II III IV I
II III IV I
II III IV I
II III IV
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
Sumber : BPS Provinsi Jatim (diolah)
-20% I
II III IV I
II III IV I
II III IV I
II III IV I
II III IV I
II III IV I
II III IV
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
Sumber : BPS Provinsi Jatim (diolah)
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV– 2013
22
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
BOKS 1
DAYA SAING DAERAH Komposisi sektor produktif utama di Kawasan Jawa didominasi oleh 3 (tiga) sektor yaitu sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR), sektor Industri Pengolahan dan sektor Pertanian. Terkait isu daya saing, kami melakukan pengukuran pada 2 (dua) sektor utama yaitu sektor Industri Pengolahan dan sektor Pertanian.Hasil pengukuran daya saing sektoral di Kawasan Jawa dengan menggunakan metode Location Quotient (LQ) mengindikasikan peringkat daya saing masing – masing Provinsi. Pada metode ini dilakukan perbandingan antar periode yaitu tahun 2007 untuk mewakili periode sebelum krisis 2008 dan tahun 2013 guna mewakili kondisi terkini. Pada grafik 1, terindikasi bahwa Provinsi Jawa Tengah unggul pada sektor pertanian dengan nilai LQ mencapai 1,5, disusul Provinsi Jawa Timur (1,2) dan Daerah Istimewa Yogyakarta
pada level 1,1. Sisanya, yaitu Provinsi Jawa Barat dan Banten memiliki
keunggulan lebih rendah dari 1. Hal ini mengindikasikan lemahnya daya saing kedua provinsi ini, meskipun nilainya relatif membaik dibandingkan tahun 2007. Grafik 1. Daya Saing Pertanian Jawa 1,60
Grafik 2. Daya Saing Industri Jawa 2,50
Jateng 1,40 Jatim
2,00
1,20 1,00
Jabar
KAWASAN JAWA
DIY
Banten Jabar
1,50 Jateng
0,80 0,60
Banten
Jatim
1,00
0,40 0,50
KAWASAN JAWA
DIY
0,20 2007 -
2013*
2007
2013*
-
Selanjutnya, pada grafik 2, terindikasi bahwa daya saing sektor industri pengolahan di Provinsi Banten merupakan tertinggi dibandingkan lainnya, yang disusul oleh Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Sedangkan provinsi DIY memiliki daya saing terendah (di bawah 1). Potret atas kedua sektor ini memberikan rekomendasi untuk pengembangan sektor unggulan daerah, semisal DIY, sebaiknya tidak memaksakan untuk pengembangan sektor industri namun dapat lebih fokus pada upaya optimalisasi kinerja
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV– 2013
23
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
sektor pertanian. Hasil analisis ini mengindikasikan relatif stagnannya daya saing industri Jatim yang tidak bergerak pada level 1,1 selama 6 (enam) tahun. Grafik 3.Tipologi KlassenKabupaten di Jawa Timur
Pengukuran daya saing tingkat kabupaten di wilayah Jawa Timur dengan
menggunakan
Tipologi
Klassen
analisis
diinformasikan
melalui grafik 3. Melalui analisis tersebut
diperoleh
bahwa 55% kabupaten
informasi di Jatim
terklasifikasi sebagai daerah relatif tertinggal.
Sedangkan
sisanya
(45%) merupakan daerah cepat relatif tertinggal dan daerah ini pun
terklasifikasi
pada wilayah Tapal Kuda yang termasuk
daerah tertinggal. Pemprov Jatim telah berupaya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah Tapal Kuda yang meliputi Kabupaten di Madura, Kab. Bondowoso, Kab. Situbondo, Kab. Jember, Kab. Probolinggo, dan Kab. Pasuruan. Grafik 4.Tipologi KlassenKotamadya di Jawa Timur Berdasarkan analisis
Klassen, hanya Kab.
Jember yang tergolong daerah cepat maju & cepat tumbuh (dari wil. Tapal Kuda). Guna mendorong
ekonomi
dikembangkan
wilayah
agroindustri
ini
dapat dengan
menggunakan hasil pertanian setempat serta pengembagan sektor pariwisata melalui Jember Fashion Carnaval. Sementara itu, tingginya indeks Kab. Bojonegoro dikarenakan turut menghitung pendapatan migas (Blok Cepu). Hal yang perlu menjadi perhatian utama saat ini adalah Kabupaten Sampang karena memiliki Indeks Klassen terendah.
Melalui analisis tipologi ini diperoleh irisan karakteristik
daerah dimana daerah yang terklasifikasi cepat maju dan cepat tumbuh merupakan kawasan Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV– 2013
24
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
industri dan atau daerah pariwisata yang memiliki nilai tambah sehingga berkarakter daya saing lebih tinggi dibandingkan daerah yang terkonsentrasi pada sektor pertanian. Sebagai informasi, sub sektor industri tembakau di Kediri dikelompokkan pendapatannya di tingkat kotamadya, sehingga indeks Kabupaten Kediri tergolong rendah dibandingkan daerah industri lainnya.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV– 2013
25
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
BOKS 2
ANALISIS DAYA SAING EKSPOR UNGGULAN JAWA PASCA IMPLEMENTASI ACFTA Di era globalisasi, keterkaitan industri antar dan inter negara menjadi hal yang tidak dapat dihindari. Guna mendorong daya saing antar negara, beberapa negara bersepakat untuk mendukung perdagangan bebas antara Cina dengan negara ASEAN (Indonesia, Thailand, Malaysia, Singapura, Filipina dan Brunei Darussalam). Perjanjian perdagangan bebas ASEAN dengan China dalam skema ASEAN-China Free Trade Agreement (ACFTA) yang didasarkan pada perjanjian komprehensif kerjasama ekonomi ASEAN China tahun 2002, dilaksanakan dalam 3 tahap, yaitu dengan jadwal penurunan tarif: 1. Early harvest package untuk sektor yang sudah siap khususnya produk pertanian dan perikanan (2004 – 2006); 2. Normal Track tahun 2005 – 2010 (normal track pertama) dan selesai tahun 2012 (normal track kedua); 3. Untuk produk yang dikategorikan sensitif (sensitive list) dijadwalkan selesai tahun 2018.
Analisis Intra Industry Trade (IIT) Dengan adanya liberarisasi perdagangan maka akan menciptakan daya saing antar produk. Selain itu pola perdagangan antar negara dapat diidentifikasikan melalui keterkaitan perdagangan yang dapat tercermin dari nilai Intra Industry Trade (IIT). Nilai IIT masing-masing komoditi akan menunjukkan tingkat integrasi. Integrasi yang tinggi menunjukkan keterkaitan yang erat diantara negara-negara yang melakukan perdagangan tersebut. Nilai IIT yang tinggi (mendekati 1) perdagangan tersebut bersifat dua arah (twoway trade) dan nilai IIT yang kecil (mendekati 0) menunjukkan keterkaitan yang bersifat satu arah (one-way trade). Analisis IIT berikut dilakukan berdasarkan 3 (tiga) ekspor unggulan Kawasan Jawa tahun 2009, yaitu kelompok industri kimia, logam serta industri alat komunikasi. Namun,
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV– 2013
26
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
struktur tiga besar ini bergeser menjadi industri kimia, makanan serta barang hasil olahan kayu. Pada tabel 1 dapat dilihat, ekspor kimia di tahun 2013 mengalami penurunan dibandingkan 2009. Pada tahun 2009, industri kimia termasuk kelompok industri beralur perdagangan intra-industry karena memiliki transaksi ekspor impor ke negara China yang hampir setara. Dengan adanya perdagangan intra industry memungkinkan biaya produksi lebih murah karena adanya differensiasi produk sehingga biaya produksi rata-rata menjadi lebih murah. Tetapi pada tahun 2013, nilai IIT industri kimia menurun menjadi 0.18 yang mencerminkan alur perdagangan satu arah, sehingga industri kimia di jawa hanya menjadi importir dari Cina Tabel 1. Nilai Intra Industry Trade (IIT) Ekspor Unggulan Kawasan Jawa Tahun 2009 dan 2013
Kelompok Industri Kimia & turunannya Logam Radio, TV & Alat Komunikasi
Ekspor 662,65 269,55 170,26
2009 Impor 277,37 165,39 822,21
IIT 0,59 0,76 0,34
2013 Ekspor Impor 1093,88 10792,25 279,84 5190,98 198,08 6626,74
IIT 0,18 0,1 0,06
Demikian pula untuk manufaktur ekspor terbesar lainnya di tahun 2009, yaitu industri logam serta industri radio, televisi dan komunikasi pun terus menurun di tahun 2013. Kedua industri ini memiliki daya saing lebih rendah dibandingkan dengan industri makanan dan kayu. Secara keseluruhan, dapat disimpulkan bahwa beberapa komoditas unggulan Kawasan Jawa kalah bersaing dengan produk Cina. Namun, pemberlakuan ACFTA mendorong daya saing produk dalam negeri untuk menjadi produk ekspor andalan dalam negeri (meliputi industri makanan dan hasil olahan kayu).
Faktor Pendorong Lemahnya Daya Saing Industri Dalam kenyataannya, kebanyakan produk Indonesia kalah bersaing dengan produk China yang dapat disebabkan : 1. Kurangnya perhatian pemerintah terhadap Industri Kecil Menengah (IKM) yang merupakan 90% dari total industri.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV– 2013
27
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Tabel 2. Perbandingan Daya Saing Industri Tekstil Indonesia vs Cina
No 1
Indicator Bahan Baku
Indonesia
China
Masih diimpor
Dalam Negeri & Impor
Kebijakan pemerintah yang berpihak pada industri padat karya menyebabkan inefisiensi produksi industri tekstil. 2
3
Tenaga kerja/buruh
Energi/ Listrik
Jam kerja : 40 jam/ minggu
44-48 jam/minggu
Hari kerja pertahun : 337 hari
347- 350 hari
Labor cost : US$ 0.66/jam
US$ 0.55-0.85/jam
Tarif : US$ 0.08 / kWh
Tarif : US$ 0.09/ kWh
Supply tidak kontinyu sehingga Supply stabil ada penambahan biaya (tidak ekonomis untuk perusahaan) 4
Mesin dan >20 tahun dan baru 6% dilakukan <10 tahun dan telah peralatan program restrukriasi mesin dari melakukan peremajaan industry pemerintah tahun 2007 mesin sejak tahun 2000
5
Suku bunga 14% pinjaman
6 %
2. Minimnya insentif biaya pengurusan Standar Nasional Indonesia (SNI) terhadap produk UMKM. 3. Masih minimnya penggunaan produk dalam negeri (kalah bersaing dengan strategi branding dan harga produk impor). Namun, industri dalam negeri dapat bernafas lega dengan disahkannya Undang – Undang Perdagangan mengingat keberpihakannya yang tinggi pada produk hasil industri dalam negeri. Selain itu, concern pemerintah daerah guna mendorong substitusi impor bahan baku juga terus digaungkan melalui berbagai forum. Ke depan, daya saing industri Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV– 2013
28
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
unggulan Kawasan Jawa berpotensi terus meningkat jikalau dapat dilakukan linkage antara industri dan UMKM. Industri harus terus didorong untuk dapat menjadi capital intensive dan UMKM berkarakter labour intensive guna mendorong daya saing hasil industri dalam negeri.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV– 2013
29
Bab 2
PERKEMBANGAN INFLASI JAWA TIMUR
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
2 PERKEMBANGAN INFLASI 2.1 KONDISI UMUM UMUM Inflasi Jatim terkoreksi pada akhir tahun 2013, yaitu mencapai 7,59% (yoy) turun dibandingkan triwulan sebelumnya (7,78%) dan lebih rendah dibandingkan inflasi nasional (8,38%). Demikian pula secara triwulanan, inflasi Jatim juga turun dari 3,72% (qtq) menjadi 0,73%. Walaupun menurun, namun masih di atas sasaran inflasi nasional 4,5% + 1%, yang disebabkan oleh peningkatan inflasi kelompok administered price (14,91%) dan volatile
foodss (12,76%). Sedangkan inflasi kelompok core inflation relatif stabil sebesar 4,13%. Sumbangan inflasi terbesar masih diberikan oleh kelompok administered price (2,68%), disusul kemudian oleh volatile foods (2,54%) dan kelompok core inflation (2,38%). Pelaksanaan kebijakan pemerintah terkait penyesuaian harga komoditas tertentu seperti Bahan Bakar Minyak, tarip listrik, Upah Minimum Kota (UMK), cukai rokok dan bahan bakar rumah tangga, dan fluktuasi produksi (termasuk di dalamnya kendala impor hortikultura di awal tahun) merupakan penyebab utama tingginya inflasi pada 2 (dua) kelompok tersebut. Grafik 2.1. Inflasi Jawa Timur & Nasional (yoy)
Grafik 2.3. Disagregasi Inflasi Jawa Timur (yoy)
Grafik 2.2. 2.2. Perkembangan Inflasi Jawa Timur
Grafik 2.4. Perbandingan Inflasi di Kawasan Jawa (yoy)
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – Tahun 2013
30
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Secara historis, inflasi Jatim selalu sejalan dengan nasional dengan tingkat inflasi yang relatif lebih tinggi. Namun pada tahun 2013, inflasi Jatim berada pada level di bawah inflasi nasional dan di urutan kedua terendah untuk kawasan Jawa. Realisasi inflasi di kawasan Jawa mulai dari yang terendah yaitu DIY (7,32%), Jawa Timur (7,59%), Jawa Tengah (7,99%), Jawa Barat (9,15%) dan tertinggi terjadi pada Provinsi Banten (9,65%).
2.2 INFLASI BULANAN (mtm) Sepanjang triwulan IV-2013, pergerakan harga di Jatim diwarnai dengan dua bulan inflasi dan satu bulan deflasi. Tekanan inflasi terjadi pada bulan November dan Desember masing-masing sebesar 0,19% dan 0,60% (mtm), sedangkan deflasi terjadi di bulan Oktober (-0,06%). Terjadinya inflasi pada Desember 2013 utamanya didorong oleh tingginya permintaan karena perayaan Natal dan Tahun Baru 2014 serta telah berakhirnya musim panen dan dimulainya musim tanam. Hal ini diindikasikan melalui kenaikan harga tomat sayur (55,52%), telur ayam ras (6,27%), daging sapi (2,48%) dan cabe rawit (20,92%), dimana kenaikan harga telur ayam ras dan daging sapi karena tingginya permintaan, sedangkan kenaikan harga tomat sayur dan cabe rawit karena faktor musim tanam dan tingginya curah hujan sehingga mengurangi produksi. Kondisi ini menyebabkan inflasi kelompok bahan makanan meningkat menjadi 1,56% dan menjadi penyumbang utama inflasi Jawa Timur. Kenaikan inflasi tersebut tertahan oleh kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga yang mengalami deflasi 0,28%. Tabel 2.1 2.1 Inflasi Triwulan III Tahun 2013 & Triwulan IV Tahun 2013 di Jawa Timur (mtm)
No 1 2 3 4 5 6 7
Kelompok Barang Umum Bahan Makanan Mamin, Rokok & Tembakau perumahan, Air, Listrik, Gas & BB Sandang Kesehatan Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga Transpor, Komunikasi
Tw III-2013 Tw IV-2013 Rata-Rata Rata-Rata Jul Aug Sep Oct Nov Dec 2.96 0.98 -0.24 1.23 -0.06 0.19 0.60 0.24 5.76 0.93 -2.25 1.48 -1.09 -0.11 1.56 0.12 1.25 0.51 0.54 0.77 0.43 0.31 0.39 0.38 0.50 0.65 0.40 0.52 0.55 0.66 0.34 0.52 -0.95 3.31 3.29 1.88 -1.21 -0.28 0.21 -0.43 0.41 0.19 0.36 0.32 -0.03 0.20 0.31 0.16 0.20 1.72 0.15 0.69 1.04 0.26 -0.28 0.34 8.06 0.27 -0.45 2.63 0.52 0.07 0.50 0.36
Sumber: BPS Provinsi Jatim, data diolah
Walaupun merupakan penyumbang utama pada Desember 2013, namun berdasarkan rata-rata inflasi selama triwulan IV-2013, kelompok bahan makanan (0,24%) masih mengalami inflasi yang lebih rendah dibandingkan dengan kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar (0,52%), kelompok makanan, minuman, rokok dan tembakau (0,38%)
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – Tahun 2013
31
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
serta kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan (0,36%). Hal ini karena inflasi bahan makanan masih dapat termoderasi melalui fluktuasi harga pangan yang berbanding lurus dengan tingkat produksi, sedangkan inflasi 3 (tiga) kelompok lainnya lebih disebabkan kenaikan harga yang ditentukan Pemerintah (administered price) yang tidak dapat termoderasi, seperti tarif tenaga listrik, cukai rokok, bensin dan bahan bakar rumah tangga. Grafik 2.5 2.5. Inflasi per Kelompok Barang Tw IV-2013 (mtm)
Grafik 2.7 2.7. Inflasi November 2013 per Kelompok Barang (mtm)
Grafik 2.6 2.6. Inflasi Oktober 2013 per Kelompok Barang (mtm)
Grafik 2.8 2.8. Inflasi Desember 2013 per Kelompok Barang (mtm)
Berdasarkan grafik inflasi bulanan di atas (untuk bulan Oktober, November dan Desember 2013), tampak bahwa pendorong utama inflasi bulanan untuk triwulan IV-2013 adalah
administered price yang berdampak pada peningkatan harga secara signifikan pada kelompok transportasi, kelompok makanan minuman, rokok dan tembakau dan kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar. Sedangkan kelompok bahan makanan baru meningkat pada akhir tahun 2013 karena faktor seasonal. Perkembangan inflasi bulanan secara ringkas selama Tw IV-2013 adalah sebagai berikut : 1. Bulan Oktober 2013 - Pada Oktober 2013, Jatim mengalami deflasi sebesar 0,06% dengan pendorong utama masih normalnya konsumsi masyarakat, masih berlangsungnya musim panen dan berlanjutnya pelemahan harga emas internasional. Faktor penahan laju inflasi pada Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – Tahun 2013
32
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
periode ini adalah kelompok bahan makanan dan sandang yang masing-masing mengalami deflasi sebesar -1,09% (mtm) dan -1,21%(mtm). - Sub kelompok bumbu-bumbuan dan sayur-sayuran mengalami deflasi terbesar yaitu 3,56% (mtm) dan -3,75%(mtm) sebagai dampak masih terpenuhinya permintaan masyarakat melalui pasokan hasil panen di triwulan III yang terindikasikan dari penurunan harga bawang merah dan tomat sayur masing-masing sebesar -13,86% dan -37,01%. Potensi peningkatan harga daging sapi karena momen Hari Raya Idul Adha memang terbukti dimana harga daging sapi meningkat sebesar 2,28%, namun peningkatan tersebut mampu diredam oleh penurunan harga daging ayam ras sebesar -9,04% sehingga secara total sub kelompok daging dan hasil-hasilnya masih mengalami deflasi sebesar -2,68% (mtm). - Pendorong utama inflasi secara bulanan pada Oktober 2013 adalah kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga (1,04%) dan kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar (0,55%). Hal ini tercermin dari peningkatan biaya akademi/perguruan tinggi sebesar 2,89% atau menyumbang 0,044%, dengan kenaikan tertinggi terjadi di Sumenep (11,81%).
2. Bulan November 2013 - Berbeda dengan Oktober 2013, pada bulan ini inflasi mulai meningkat menjadi 0,19% (mtm) atau sesuai dengan pola normalnya yang memang akan meningkat menjelang akhir tahun. Inflasi utamanya didorong oleh kenaikan harga tarif listrik yang merupakan penyesuaian ke-empat selama tahun 2014 dan menyumbang inflasi sebesar 0,088%. Sedangkan penahan inflasi masih dari kelompok bahan makanan (0,11%) dan kelompok sandang (-0,28%). - Kelompok administered price menjadi penyumbang utama peningkatan inflasi November 2013 yaitu naik dari 0,14% (Okt 2013-mtm) menjadi 0,63% melalui berlanjutnya peningkatan tarif listrik dan cukai rokok, sedangkan kelompok volatile
foods masih mengalami deflasi sebesar 0,01%. Walaupun mengalami deflasi, namun perlu pula diperhatikan potensi inflasi kelompok ini, yang mulai tercermin dari peningkatan harga di sub kelompok padi-padian, umbi-umbian dan hasil-hasilnya (0,27%), buah-buahan (1,57%) dan ikan segar (0,64%). Kenaikan harga apel (5,65%) dan kelapa (4,63%) disebabkan curah hujan yang tinggi di daerah Malang sehingga mempengaruhi kualitas dan daya tahan hasil panen, serta proses panen yang lebih sulit untuk komoditas kelapa. Sedangkan kenaikan harga komoditas jeruk utamanya karena pelemahan nilai tukar Rupiah sehingga mempengaruhi harga komoditas jeruk impor.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – Tahun 2013
33
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Secara historis, komoditas beras mengalami titik terendah panen pada akhir tahun karena baru dimulainya musim tanam, yang akan dipanen pada bulan Januari-Februari tahun selanjutnya. Kondisi tersebut menyebabkan harga beras meningkat sebesar 0,29% pada November 2013. - Inflasi kelompok core inflation melambat dari 0,23% (Okt 2013) menjadi 0,15% (Nov 2013) yang masih didorong oleh penurunan harga emas perhiasan sebesar -1,15%. Grafik 2.9 2.9. Inflasi sub Kelompok Bahan Bakar, Penerangan dan Air (mtm)
3. Bulan Desember 2013 - Inflasi akhir tahun 2013 meningkat menjadi 0,60%. Angka inflasi bulanan tersebut searah namun lebih tinggi dari pola inflasi 5 (lima) tahun terakhir dengan rata-rata 0,40% (mtm). Tekanan inflasi bulanan terutama bersumber dari kelompok volatile
foods melalui kenaikan harga kelompok bahan makanan (1,56%-mtm) khususnya sub kelompok sayur-sayuran (11,12%), bumbu-bumbuan (4,47%), telur (3,03%) dan ikan segar (1,95%). - Tingginya tekanan inflasi pada Desember 2013 berasal dari 2 (dua) faktor yaitu faktor permintaan dan produksi. Faktor permintaan karena adanya Natal dan Tahun Baru 2014 sehingga mendorong peningkatan konsumsi dan mobilitas masyarakat, sedangkan faktor produksi karena berlalunya masa panen dan dimulainya masa tanam sehingga jumlah pasokan di masyarakat tidak melimpah. - Kelompok volatile foods mengalami inflasi sebesar 1,76% (mtm), dengan dorongan utama pada sub kelompok sayur-sayuran (m11,12%), bumbu-bumbuan (4,47%) dan telur,susu dan hasil-hasilnya (3,03%). Kenaikan harga tomat sayur yang mencapai angka 55,52% (mtm) sekaligus menjadi penyumbang utama inflasi dengan sumbangan sebesar 0,089% disebabkan minimnya ketersediaan komoditas ini di pasar karena salah satu sentra produksi tomat di Kediri masih mengalami masa tanam sehingga mendorong harga menjadi tinggi. Selain komoditas tomat sayur, cabe rawit dan bawang merah juga menyumbang inflasi di Jawa Timur masing-masing sebesar
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – Tahun 2013
34
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
0,039% dan 0,023%. Kenaikan harga yang tinggi pada komoditas cabe tersebut disebabkan penurunan produktivitas di salah satu sentra produksi (Kediri) dari yang ditargetkan sebesar 4.165 kuintal/hektar menjadi 1.395 kuintal/hektar. - Di sisi lain, tekanan inflasi dari kelompok volatile foods juga disumbang oleh komoditas daging sapi. Walaupun sub kelompok daging dan hasil-hasilnya mengalami deflasi sebesar -0,18% (mtm) namun komoditas daging sapi mengalami kenaikan harga sebesar 2,48% dan menyumbang inflasi sebesar 0,04%. Hal ini telah diprediksi sebelumnya mengingat tidak seimbangnya produksi daging sapi dengan tingkat konsumsi masyarakat. - Secara bulanan, inflasi kelompok inti meningkat pada periode laporan, yaitu dari 0,15% (mtm-November 2013) menjadi
0,28% (Desember 2013). Sumber utama
tekanan berasal dari domestik sebagai dampak lanjutan kebijakan harga energi dan pelemahan nilai tukar Rupiah. - Inflasi administered price tercatat sebesar 0,45% (mtm), dengan sumbangan utama berasal dari peningkatan tarif kereta api sebesar 8,70% dan bahan bakar rumah tangga sebesar 1,57%. Grafik 2.10 2.10 Inflasi (mtm) Bumbu dan Sayur
Grafik 2.11 2.11 Inflasi (mtm) Beras, Daging dan Telur
2.3. INFLASI TRIWULANAN (qtq) Pada Tw IV-2013, laju inflasi Jatim secara triwulanan mencapai 0,73% (qtq), turun dibandingkan periode sebelumnya (Tw III-2013) yang sebesar 3,72%. Semua kelompok mengalami penurunan inflasi, dengan penurunan terbesar pada kelompok sandang (1,23%), kelompok bahan makanan (-6,97%), kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan (-6,78%) dan kelompok bahan makanan (-4,00%). Penurunan tersebut karena telah berlalunya second round effect kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM), masih berlanjutnya penurunan harga emas internasional dan tingkat konsumsi masyarakat yang tidak setinggi pada saat Hari Raya Idul Fitri. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – Tahun 2013
35
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Sedangkan berdasarkan sumbangannya, kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar memberikan sumbangan terbesar sebesar 0,32% disusul oleh kelompok makanan, minuman, rokok dan tembakau sebesar 0,21% yang dipicu peningkatan tarip listrik dan cukai rokok yang selalu terjadi setiap triwulan. Tabel 2.2 2.2 Inflasi & Sumbangan Inflasi di Jawa Timur (qtq)
No
1 2 3 4 5 6 7
Kelompok Barang Tw II Umum 0.89 Bahan Makanan 0.90 Mamin, Rokok & Tembakau 1.90 Perumahan, Air, Listrik, Gas & BB 1.18 Sandang -0.48 Kesehatan 0.54 Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 0.27 Transpor, Komunikasi 0.40
Inflasi QTQ 2012 2013 Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III 1.93 0.91 2.87 0.11 3.72 2.55 1.62 9.34 -2.36 4.34 2.59 0.79 1.73 0.89 2.31 0.68 0.97 1.84 0.97 1.57 3.61 0.31 -1.66 -4.37 5.69 0.86 0.68 0.98 1.11 0.97 3.56 0.32 0.32 0.18 2.08 0.80 0.79 0.25 3.32 7.87
Tw IV 0.73 0.34 1.13 1.57 -1.28 0.47 1.02 1.09
Tw I 0.70 0.12 0.23 0.14 0.07 0.02 0.02 0.07
Sumbangan Inflasi QTQ 2013 2012 Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III 0.89 1.93 0.91 2.87 0.11 3.72 0.20 0.58 0.37 2.26 -0.56 1.03 0.35 0.48 0.15 0.32 0.16 0.42 0.25 0.14 0.20 0.38 0.20 0.32 -0.03 0.25 0.02 -0.11 -0.27 0.36 0.03 0.04 0.03 0.04 0.05 0.04 0.02 0.32 0.03 0.03 0.02 0.18 0.07 0.14 0.14 0.04 0.58 1.42
Tw IV 0.73 0.08 0.21 0.32 -0.08 0.02 0.09 0.20
Sumber : BPS, data diolah
Walaupun sempat mengalami anomali di awal tahun 2013, pola sumbangan inflasi telah kembali pada pola normalnya yaitu meningkat pada akhir tahun. Hal ini karena dampak inflasi volatile foods yang meningkat signifikan di awal tahun telah termoderasi seiring dengan kembali lancarnya impor hortikultura dan berlangsungnya masa panen raya. Grafik 2.12 2.12 Inflasi (qtq) Sub Kelompok Bahan Makanan
Grafik 2.13 2.13 Perbandingan Inflasi (qtq) Sub Kelompok Bahan Makanan
Analisis lebih lanjut dilakukan terhadap kelompok bahan makanan mengingat kelompok ini memiliki volatilitas besar dan pada musim-musim tertentu seiring dengan ketersediaan pasokan dan permintaan, serta menjadi penyumbang utama inflasi Jawa Timur, khususnya untuk sub kelompok padi-padian, bumbu-bumbuan dan daging. Perkembangan inflasi beberapa komoditas yang mempengaruhi inflasi Jatim adalah sebagai berikut :
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – Tahun 2013
36
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Beras Pada Tw IV-2013 ini, komoditas beras yang merupakan makanan pokok masyarakat Jawa Timur mengalami penurunan harga dari 5,34% (Sep 2013-qtq) menjadi 0,74%. Hal ini sejalan dengan tingkat harga beras internasional yang mengalami penurunan harga dari USD$ 495,42/mt menjadi USD$ 427,60//mt. Penurunan inflasi dan harga beras internasional tersebut tidak serta merta sejalan dengan tingkat harga di Jawa Timur. Beberapa pasar justru mengalami kenaikan harga beras yaitu dari Rp11.671/kg (Sep 2013) menjadi Rp11.792/kg (Des 2013). Kenaikan harga tersebut lebih dipicu oleh aspek distribusi dan struktur pasar karena produksi beras di Jawa Timur masih surplus. Grafik 2.15 2.15 Inflasi Beras Jawa Timur (qtq)
Grafik 2.14 2.14 Harga Beras Internasional dan Lokal s.d. Tw IV-2013
Sumber : BPS Jatim dan Bloomberg (diolah)
Sumber : BPS Jatim (diolah)
Untuk memastikan ketersediaan beras di masyarakat, Bulog sebagai salah satu lembaga buffer memastikan pasokan beras di Jawa Timur cukup dan memadai. Hal ini tercermin dari jumlah stok beras Bulog dan tingkat penyaluran Raskin yang terus meningkat selama 3 (tiga) tahun terakhir. Tabel 2.3 2.3 Stok Beras dan Penyaluran Raskin
Penyaluran Raskin
2011
2012
Stok total
182.089
477.776
628.025
Raskin Reguler
600,564
588,160
514,344
51,025
42,862
Raskin 13
2013
Raskin 14
42,862
Raskin 15
42,862
Total
600,564
639,185
642,930
Sumber : Bulog, data diolah
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – Tahun 2013
37
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
BumbuBumbu -Bumbuan Inflasi bumbu-bumbuan pada Tw IV-2013 masih menunjukkan trend yang rendah yaitu turun dari 2,96% (Tw III-2013) menjadi -1,63% (Tw IV-2013). Grafik 2.17 2.17 Produksi Bumbu-Bumbuan di Jatim
Grafik 2.16 2.16 Inflasi Sub Kel. Bumbu-Bumbuan (qtq)
Sumber : BPS Jatim (diolah)
Sumber : Dinas Pertanian Jatim (diolah)
Walaupun secara kumulatif inflasi kelompok bumbu-bumbuan stabil. Namun berdasarkan komoditasnya terdapat fluktuasi inflasi. Sebagai contoh pada akhir tahun bawang merah dan cabe merah mengalami inflasi masing-masing sebesar 3,05% dan 28,44% (qtq), namun tertahan oleh deflasi cabe rawit yang mencapai 22,18%. Hal ini menyebabkan inflasi sub kelompok bumbu-bumbuan masih mengalami deflasi pada akhir 2013. Sedangkan dari sisi produksi, terdapat peningkatan produksi untuk komoditas bawang merah dan cabe merah dimana masing-masing meningkat 19,07% dan 7,91%. Sedangkan cabe rawit mengalami penurunan produksi sebesar 16,19%. Gangguan terbesar terhadap produksi komoditas bumbu-bumbuan adalah curah hujan yang tinggi sehingga beberapa tanaman menjadi tidak dapat dipanen dan produksi menjadi turun. Permasalahan lainnya adalah komoditas ini merupakan komoditas yang tidak tahan lama sehingga tidak dapat disimpan untuk memenuhi permintaan masyarakat ketika kondisi shortage.
Peternakan Inflasi sub kelompok daging dan hasil-hasilnya pada Tw IV-2013 turun dari 10,53% (Tw III-2013) menjadi -3,20% (Tw IV-2013). Penurunan tersebut didorong oleh deflasi daging ayam ras dan telur ayam ras masing-masing sebesar -13,97% dan -4,01%. Sedangkan daging sapi masih mengalami inflasi sebesar 7,84%. Penurunan inflasi tersebut karena tingkat permintaan masyarakat pada Tw IV-2013 lebih rendah dibandingkan Tw III-2013 sehingga mendorong tingginya pasokan dan koreksi harga. Sedangkan dari sisi supply, ketersediaan daging sapi relatif terbatas karena tidak semua populasi sapi di Jawa Timur siap untuk dipotong. Berdasarkan sensus pertanian tahun
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – Tahun 2013
38
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
2013 terdapat penurunan jumlah sapi di Jawa Timur dari 5,1 juta ekor menjadi 3,8 juta ekor, sedangkan di lain sisi jumlah penduduk relatif meningkat sehingga berpotensi menimbulkan
shortage. Sedangkan dari data dari Dinas Peternakan Jawa Timur, beberapa sentra daging sapi di Jawa Timur antara lain Tuban, Lumajang, Magetan, Madura dan Malang mengkonfirmasi tidak meratanya produksi daging sapi yang tercermin dari rata-rata pertumbuhan 5 (lima) tahun terakhir konsumsi daging sapi (kisaran 2,5%) yang lebih tinggi dari produksinya (kisaran 2,4%). Grafik 2.18 2.18 Inflasi Sub Kel. Daging, Telur dan Hasil-Hasilnya (qtq)
2.4. INFLASI TAHUNAN (yoy) Inflasi Jawa Timur tahun 2013 secara tahunan mencapai 7,59% lebih tinggi dibandingkan realisasi 2012 yang mencapai 4,50%. Peningkatan inflasi tersebut didorong oleh banyak faktor yaitu fluktuasi produksi yang menyebabkan kenaikan harga bahan makanan, penetapan harga oleh Pemerintah antara lain BBM, tarip listrik, Upah Minimum Kota (UMK), cukai rokok dan bahan bakar rumah tangga, serta pelemahan nilai Rupiah dan pergerakan harga komoditas internasional. Tabel 2.4 2.4 Inflasi Jawa Timur (yoy) Per Kelompok Barang
Inflasi YOY No
Kelompok Barang
1 2 3 4 5 6 7
Umum Bahan Makanan Mamin, Rokok & Tembakau Perumahan, Air, Listrik, Gas & BB Sandang Kesehatan Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga Transpor, Komunikasi
Tw II 4.63 6.14 6.32 3.29 6.27 1.83 6.26 1.86
2012 Tw III 4.50 6.65 6.69 3.18 3.99 2.43 4.51 1.87
Tw IV 4.50 5.74 6.71 3.54 4.53 2.60 4.43 2.43
Tw I 6.75 14.98 7.18 4.75 1.72 3.10 4.50 2.26
2013 Tw II Tw III 5.92 7.78 11.27 13.20 6.12 5.83 4.53 5.46 -2.25 -0.29 3.69 3.80 4.40 2.91 5.23 12.61
Tw IV 7.59 11.78 6.19 6.09 -1.88 3.59 3.63 12.94
Tw I 3.97 0.90 0.93 0.58 0.61 0.13 0.57 0.29
Sumbangan Inflasi YOY 2013 2012 Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III 4.63 4.50 4.50 6.75 5.92 7.78 1.38 1.50 1.30 3.62 2.66 3.13 1.17 1.24 1.25 1.32 1.13 1.06 0.70 0.67 0.74 0.99 0.95 1.12 0.42 0.27 0.31 0.11 -0.14 -0.02 0.09 0.11 0.12 0.14 0.17 0.17 0.56 0.41 0.40 0.39 0.39 0.25 0.33 0.32 0.42 0.38 0.91 2.28
Tw IV 7.59 2.78 1.13 1.26 -0.12 0.16 0.31 2.34
Sumber: BPS, data diolah
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – Tahun 2013
39
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Grafik 2.19 2.19 Inflasi Tahunan (yoy) Sub Kelompok 2012 - 2013
Grafik 2.20 2.20 Inflasi Kelompok Bahan Makanan, Makanan Jadi, Sandang dan Tranpor (yoy) 2010-2013
Berdasarkan kelompoknya, secara tahunan pendorong inflasi tahun 2013 adalah kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan (12,94%-yoy) dan kelompok bahan makanan (11,78%) yang sekaligus juga menjadi penyumbang terbesar inflasi. Kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar juga secara perlahan meningkat (6,09%) di tahun 2013 sebagai dampak peningkatan tarip listrik yang dilakukan bertahap setiap triwulan. Penahan inflasi tahun 2013 adalah kelompok sandang (-1,88%) seiring dengan pelemahan harga emas internasional. Walaupun mengalami deflasi, namun penurunan harga emas semakin kecil sehingga berpotensi mengalami inflasi ke depannya. Tingginya inflasi kelompok bahan makanan utamanya berasal dari sub kelompok bumbu-bumbuan
(26,12%),
sayur-sayuran
(20,26%)
dan
buah-buahan
(16,84%).
Sedangkan berdasarkan komoditasnya, pendorong inflasi secara tahunan adalah bawang merah (114,30%), beras (6,43%), daging sapi (16,17%) dan daging ayam ras (13,19%). Tekanan inflasi pada kelompok bahan makanan diperkirakan masih akan berlanjut sampai dengan awal tahun 2014 karena faktor cuaca (curah hujan tinggi dan banjir) serta minimnya musim panen. Grafik 2.21 2.21 Inflasi Tahunan (yoy) Kelompok Bahan Makanan Tahun 2012 - 2013
Grafik 2.22 2.22 Inflasi (yoy) Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – Tahun 2013
40
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Selain kelompok bahan makanan, kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan juga mengalami kenaikan signifikan khususnya sub kelompok transport (17,99%). Kenaikan bensin sebesar 44,44% direspon dengan kenaikan inflasi bensin secara kumulatif sebesar 42,90%. Kenaikan tersebut diikuti oleh kenaikan tarif lainnya antara lain angkutan dalam kota (31,12%) dan angkutan luar kota (21,89%). Dampak kenaikan harga BBM ini baru akan termoderasi pada awal Tw III-2014 seiring dengan telah hilangnya dampak tahun
base year IHK.
2.5. INFLASI MENURUT KOTA Dari 7 (tujuh) kota yang masuk dalam perhitungan inflasi nasional, dibandingkan dengan Tw III-2013, rata mengalami kenaikan di kisaran 0,4% - 0,9%. Sedangkan secara tahunan, inflasi tertinggi terjadi di Kota Kediri (8,05%), disusul Probolinggo (7,96%), Malang (7,92%), Surabaya dan Madiun (7,52%), Jember (7,21%) dan Sumenep (6,63%). Tabel 2.5 2.5 Inflasi 7 Kota di Jawa Timur
Wilayah Jatim Surabaya Malang Kediri Jember Sumenep Probolinggo Madiun
Tw II 0.89 0.82 0.86 1.20 0.84 1.21 1.73 0.58
Inflasi Triwulanan (qtq) 2013 2012 Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III 1.93 0.91 2.87 0.11 3.72 1.83 0.91 2.90 0.11 3.66 2.05 1.15 2.78 0.35 3.69 2.40 0.43 2.51 0.60 4.07 1.65 1.09 2.81 -0.25 3.95 2.17 0.61 3.26 -0.53 3.33 2.49 0.92 2.83 0.03 4.05 1.71 0.50 3.14 -0.31 3.77
Tw IV 0.73 0.69 0.92 0.68 0.57 0.46 0.87 0.77
Tw II 4.63 4.69 4.44 5.06 4.12 5.46 4.66 3.93
Inflasi Tahunan (yoy) 2013 2012 Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III 4.50 4.50 6.75 5.93 7.78 4.29 4.37 6.61 5.86 7.75 4.58 4.60 7.01 6.46 8.17 5.26 4.63 6.69 6.05 7.78 4.40 4.49 6.53 5.38 7.77 6.06 5.06 7.44 5.59 6.79 5.55 5.88 8.19 6.39 8.02 3.91 3.51 6.04 5.10 7.23
Tw IV 7.59 7.52 7.92 8.05 7.21 6.63 7.96 7.52
Sumber: BPS, Data diolah.
Tingginya inflasi di tujuh kota secara tersebut, disebabkan kondisi perubahan harga dari kelompok bahan makanan, kelompok makanan jadi dan kelompok perumahan. Kabupaten Jember mengalami inflasi kelompok bahan makanan tertinggi (2,63%-mtm), sebagai dampak peningkatan harga dari sub kelompok sayur-sayuran dan bumbu-bumbuan. Kota Madiun mengalami kenaikan cukup tinggi untuk sub kelompok makanan jadi (1,02%) dan perumahan (0,64%). Secara umum, tingginya inflasi kelompok bahan makanan tersebut karena masih berlangsungnya periode tanam dan tingginya permintaan masyarakat karena adanya Natal dan Tahun Baru 2014. Di samping itu, curah hujan dan ombak yang cukup tinggi turut mempengaruhi penurunan pasokan beberapa komoditas bahan makanan seperti cabe rawit, cabe merah dan ikan laut.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – Tahun 2013
41
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Grafik 2.23 2.23 Perbandingan Inflasi Tahunan (mtm) 7 Kota di Jawa Timur
Grafik 2.24 2.24 Perbandingan Inflasi Tahunan (yoy) 7 Kota di Jawa Timur
Inflasi tahunan terendah periode ini terjadi di Kabupaten Sumenep yaitu sebesar 6,78% (yoy). Penyumbang utama rendahnya inflasi tersebut selain penurunan harga komoditas telur ayam ras yang cukup tinggi (-22,27%) juga karena penurunan harga sub kelompok minuman yang tidak beralkohol (-0,77%) melalui deflasi pada komoditas gula pasir (-9,53%). Selain komoditas di atas, faktor penyebab rendahnya inflasi Kabupaten Sumenep juga berasal dari sub kelompok ikan segar (0,87%) karena Kabupaten Sumenep merupakan kabupaten yang sebagian masyarakatnya mendapatkan penghasilan sebagai nelayan sehingga pasokan ikan segar merupakan hal yang umum terjadi ketika cuaca sedang baik. Tabel 2.6 Inflasi 7 kota di Jawa Timur per Kelompok Barang & Jasa Triwulan IV-2013 (% yoy)
Kelompok Barang Umum Bahan Makanan Mamin, Rokok & Tembakau Perumahan, Air, Listrik, Gas & BB Sandang Kesehatan Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga Transpor, Komunikasi
Jatim Surabaya Malang Kediri Jember Sumenep Probolinggo Madiun 7.59 7.52 7.92 8.05 7.21 6.63 7.96 7.18 2.78 12.17 13.18 8.21 11.14 7.79 11.96 9.38 1.13 6.55 4.46 7.26 3.04 5.38 9.51 7.69 1.26 6.12 5.71 5.91 4.86 5.62 4.11 11.20 -0.12 -2.65 0.67 0.30 -0.33 1.57 -2.97 -7.32 0.16 4.23 1.72 5.64 2.71 4.95 4.28 -2.12 0.31 3.08 1.07 6.10 5.73 4.77 4.29 14.36 2.34 11.69 15.30 15.38 13.65 10.69 12.74 19.08
Sumber : BPS, data diolah
Sedangkan berdasarkan kelompok barang penyumbang inflasi, sumber tekanan inflasi di ketujuh kota tahun 2013 ini bersumber dari 2 (dua) kelompok utama yaitu kelompok bahan makanan dan kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan. Hal ini karena tingginya bobot kedua kelompok tersebut dalam konsumsi masyarakat yang mencapai 24% dan 18%.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – Tahun 2013
42
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Tabel 2.7 2.7 Sumbangan Inflasi 7 Kota di Jawa Timur Per Kelompok Barang & Jasa Triwulan IV-2013 (% yoy)
Kelompok Barang Umum Bahan Makanan Mamin, Rokok & Tembakau Perumahan, Air, Listrik, Gas & BB Sandang Kesehatan Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga Transpor, Komunikasi
Jatim Surabaya Malang Kediri Jember Sumenep Probolinggo Madiun 7.59 7.52 7.92 8.05 7.21 6.63 7.96 7.18 0.66 2.72 3.43 2.06 3.09 2.55 3.30 2.23 0.21 1.20 0.86 1.32 0.49 0.82 1.77 1.48 0.26 1.27 1.13 1.26 1.04 1.08 0.88 2.47 -0.01 -0.17 0.03 0.02 -0.02 0.12 -0.18 -0.39 0.01 0.19 0.07 0.26 0.12 0.21 0.19 -0.11 0.03 0.27 0.10 0.47 0.40 0.27 0.29 1.14 0.42 2.19 2.55 2.76 2.28 1.62 1.92 3.12
Sumber : BPS, data diolah
2.6.
DISAGREGASI INFLASI Berdasarkan disagregasinya, secara tahunan inflasi Jatim terutama didorong oleh
peningkatan harga kelompok administered price dan volatile foods pada tingkat 14,91% dan 12,76%, sedangkan kelompok core inflation relatif stabil sebesar 4,13% (yoy). Sumbangan inflasi terbesar masih diberikan oleh kelompok administered price (2,68%), disusul kemudian oleh volatile foods (2,54%) dan kelompok core inflation (2,38%). Pelaksanaan kebijakan pemerintah terkait penyesuaian harga komoditas tertentu dan fluktuasi produksi (termasuk di dalamnya kendala impor hortikultura di awal tahun) merupakan penyebab utama tingginya inflasi pada 2 (dua) kelompok tersebut. Grafik 2.2 2.25 Inflasi Jatim per Komponen (yoy)
Grafik 2.26 2.26 Perbandingan Inflasi Jatim & Rata-Ratanya (yoy)
Pada grafik 2.27 di atas, tampak bahwa tingginya inflasi pada tahun 2013 utamanya disebabkan oleh lonjakan inflasi kelompok administered price dan volatile foods yang melebihi pola normalnya. Inflasi kelompok administered price seharusnya berada di kisaran 2% - 4%, sedangkan kelompok volatile foods di kisaran 6% - 9%. Jika inflasi kedua kelompok tersebut secara tahunan dapat kembali pada pola normalnya, maka inflasi Jawa Timur akan sejalan dengan sasaran inflasi nasional yaitu 4,5% + 1%. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – Tahun 2013
43
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Grafik 2.27 2.27 Perbandingan – Disagregasi Inflasi Jawa Timur (mtm)
Grafik 2.28 2.28 Disagregasi Inflasi (mtm) Jawa Timur
Sedangkan berdasarkan disagregasi bulanan, inflasi Jatim terutama didorong oleh inflasi kelompok volatile foods sebesar 1,76% (mtm) dan administered price sebesar 0,45%. Sedangkan inflasi kelompok core inflation relatif stabil di kisaran 0,28%. Peningkatan inflasi kelompok volatile foods disebabkan oleh peningkatan permintaan dan belum optimalnya proses produksi (faktor seasonal). Sedangkan inflasi kelompok administered price lebih karena kenaikan harga bensin non subsidi (Pertamax) serta bahan bakar rumah tangga (LPG 12 kg) sebagai bentuk antisipasi masyarakat menjelang keputusan kenaikan harga oleh pemerintah pada 1 Januari 2014. Volatile foods Kelompok volatile food mengalami inflasi sebesar 1,76% (mtm) atau 12,76% (yoy), meningkat dibandingkan November 2013 yang mengalami deflasi
-0,01% (mtm) atau
12,63% (yoy) dan menyumbang inflasi Jatim sebesar 2,54% (yoy). Secara bulanan, tekanan inflasi pada kelompok ini utamanya didorong oleh sub kelompok sayur-sayuran (mtm : 11,12% dan yoy : 20,26%), bumbu-bumbuan (mtm : 4,47% dan yoy : 26,12%) dan telur,susu dan hasil-hasilnya (mtm : 3,03% dan yoy : 5,67%). Kenaikan harga tomat sayur yang mencapai angka 55,52% (mtm) sekaligus menjadi penyumbang utama inflasi dengan sumbangan sebesar 0,089% disebabkan minimnya ketersediaan komoditas ini di pasar karena salah satu sentra produksi tomat di Kediri masih mengalami masa tanam sehingga mendorong harga menjadi tinggi. Harga diperkirakan terkoreksi pada Januari 2014 seiring mulai dipanennya beberapa komoditas sayuran. Saat ini, di Kediri terdapat 400 ha tomat yang berumur 1 bulan. Umur tanam tomat rata-rata 60 hari, dan akan habis dipanen selama 90 hari. Jika iklim masih normal, maka panen tomat dengan luas tanam 400ha akan terjadi di bulan Januari. Selain Kediri, masih ada daerah lainnya yang
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – Tahun 2013
44
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
juga akan panen seperti Tulungagung, Bojonegoro, dan Malang, sehingga pada bulan Januari s.d Maret 2014 harga tomat diprediksi akan turun karena pasokan melimpah. Selain komoditas tomat sayur, cabe rawit dan bawang merah juga menyumbang inflasi di Jawa Timur masing-masing sebesar 0,039% dan 0,023%. Kenaikan harga yang tinggi pada komoditas cabe tersebut disebabkan penurunan produktivitas di salah satu sentra produksi (Kediri) dari yang ditargetkan sebesar 4.165 kuintal/hektar menjadi 1.395 kuintal/hektar. Penurunan produktivitas tersebut karena mayoritas lahan di Kediri adalah tadah hujan, sehingga adanya anomali cuaca dan gangguan hama menyebabkan banyak petani mengalami gagal panen, petani cabai merah banyak yang beralih kepada komoditas lainnya (cabai kecil dan tomat) dan luasan lahan tanam cabai merah setiap tahun semakin berkurang, sehingga mempengaruhi jumlah produksi cabai merah. Sedangkan kenaikan harga bawang merah dikarenakan masih dimulainya musim tanam komoditas ini antara lain di Nganjuk dan Probolinggo. Di sisi lain, tekanan inflasi dari kelompok volatile food juga disumbang oleh komoditas daging sapi. Walaupun sub kelompok daging dan hasil-hasilnya mengalami deflasi sebesar 0,18% (mtm) namun komoditas daging sapi mengalami kenaikan harga sebesar 2,48% dan menyumbang inflasi sebesar 0,04%. Hal ini telah diprediksi sebelumnya mengingat tidak seimbangnya produksi daging sapi dengan tingkat konsumsi masyarakat. Sedangkan populasi sapi yang ada di Jawa Timur tidak semuanya dapat dipotong sehingga pasokan daging melalui impor menjadi penting dalam memenuhi kebutuhan masyarakat. Di sisi lain, rendahnya margin yang diperoleh peternak sapi (di kisaran Rp500.000 per ekor sapi) menyebabkan kurangnya perhatian peternak untuk menggiatkan pengembangbiakan sapi. Selain itu, berdasarkan informasi dari APFINDO (Asosiasi Produsen Daging dan Feedlot Indonesia) terdapat arus keluar sapi hidup dari daerah ini untuk memenuhi tingginya permintaan daging sapi dari DKI Jakarta dan Jawa Barat, sehingga semakin mengurangi populasi sapi di wilayah Jawa Timur. Demikian pula dengan kondisi ketersediaan sapi di beberapa sentra produksi seperti di Kabupaten Sumenep yang turun dari 362.227 ekor (2011) menjadi 333.770 ekor sapi (2013). Kondisi ini menjadi potensi risiko ke depannya yang akan terus meningkatkan harga komoditas daging sapi. Tingginya inflasi komoditas daging sapi ini tertahan oleh penurunan harga komoditas daging ayam ras yang pada periode laporan mengalami deflasi sebesar 3,38% (mtm) serta sub kelompok buah-buahan melalui penurunan harga komoditas apel (4,44%), alpukat (-12,31%) dan semangka (-4,68%).
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – Tahun 2013
45
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Core Inflation Sumber utama tekanan berasal dari domestik sebagai dampak lanjutan kebijakan harga energi. Sedangkan dari sisi eksternal, peningkatan dimulai pada triwulan III 2013 seiring dengan pelemahan nilai tukar Rupiah selama triwulan III 2013 akibat derasnya capital
outflow semenjak menguatnya isu tapering – off dari The Fed. Tekanan pelemahan nilai tukar rupiah meningkat meskipun masih dapat dimitigasi oleh penurunan harga komoditas global. Rupiah pada Desember 2013 kembali mengalami depresiasi (di kisaran 9,21% mtm atau rata-rata Rp12.270,- per USD). Dampak depresiasi nilai tukar ini terlihat pada inflasi kelompok industri yang secara bulanan menunjukkan tren meningkat seperti kelompok elektronik, otomotif, makanan minuman dan emas perhiasan. Analisis lebih lanjut terkait inflasi inti (core) dengan mengeluarkan komoditas emas perhiasan, menunjukkan laju inflasi yang lebih rendah dengan angka sebesar 4,13% (yoy), dibandingkan memasukkan komoditas ini dalam kelompok inti dengan laju inflasi yang lebih tinggi mencapai angka 4,68% (yoy). Hal tersebut mencerminkan bahwa pengaruh pergerakan harga emas di pasar internasional diiringi dengan depresiasi nilai tukar rupiah berpengaruh besar terhadap laju inflasi di kelompok inti secara keseluruhan. Grafik 2.29 2.29 Perkembangan Inflasi Inti Tradeable & Non Tradeable (mtm)
Grafik 2.30 2.30 Inflasi Inti – Manufacturing & Services (mtm)
Berdasarkan pembentuknya, kelompok inti tradable mengalami peningkatan yang lebih besar yaitu dari 0,18% (mtm) menjadi 0,43% (mtm) atau stabil di tingkat 4,45% (yoy). Peningkatan inflasi inti tradeable tersebut jika diuraikan lebih dalam secara tahunan lebih dikarenakan kenaikan harga dari kelompok core traded-konstruksi antara lain dalam bentuk peningkatan harga batu bata/batu tela (19,98%-yoy), pasir (15,88%) dan cat kayu (12,88%) yang menjadi komponen sektor properti, sehingga sektor properti masih menjadi faktor yang berperan penting dalam menggerakkan inflasi inti di Jawa Timur.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – Tahun 2013
46
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Grafik 2.31 2.31 Inflasi Inti Traded Konstruksi dan Non Konstruksi (yoy)
Dari
faktor
ekspektasi,
konsumen
Grafik 2.32 2.32 Inflasi Inti Traded Food dan Non Food (yoy)
masih
optimis
terhadap
perkembangan
perekonomian di Jawa Timur, tercermin dari peningkatan Indeks Keyakinan Konsumen dari 122,07 (November 2013) menjadi 123,94 pada Desember 2013. Hal ini diperkirakan merupakan dampak dari tingginya aktivitas ekonomi di penghujung tahun 2013 dan adanya Pemilu di April 2014 yang diikuti dengan peningkatan pengeluaran pemerintah. Kondisi ini diyakini turut mendorong persepsi konsumen dan pedagang terhadap peningkatan harga pada tiga dan enam bulan ke depan.
Grafik 2.33 2.33 Indeks Keyakinan & Ekspektasi Konsumen
Grafik 2.34 2.34 Ekspektasi Harga yang Akan Datang Perubahan harga umum 3 bulan yad
Ekspektasi konsumen terhadap harga 3 bulan yang akan datang Ekspektasi konsumen terhadap harga 6 bulan yang akan datang 200
250
Indeks
Perubahan harga umum 6 bulan yad
Indeks
200 190 180
150
170
100
160 150
50 140 130
0 2010
120
2011
2012
2013
2014
1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3 4 5 6 9101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9101112
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 2010
2011
2012
2013
Administered Price Inflasi administered price tercatat sebesar 0,45% (mtm) atau 14,91% (yoy) dan menyumbang inflasi Jawa Timur sebesar 2,68% (yoy). Inflasi ini turun dibandingkan November 2013 yang mencapai 0,63% (mtm) atau 14,56% (yoy). Sumbangan utama peningkatan inflasi periode ini berasal dari peningkatan tarif kereta api sebesar 8,70% dan bahan bakar rumah tangga sebesar 1,57%. Adanya rencana peningkatan harga LPG 12 kg pada tahun 2014 menyebabkan masyarakat mulai meningkatkan pembelian sebagai antisipasi terjadinya kenaikan. Peningkatan permintaan tersebut menyebabkan turunnya jumlah persediaan Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – Tahun 2013
47
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
sehingga mendorong kenaikan harga LPG. Sedangkan kenaikan harga bensin lebih disebabkan karena peningkatan harga Pertamax yang dimasukan dalam komoditas ini.
Grafik 2.35 Sub Kelompok Penyumbang Inflasi Administered Price
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – Tahun 2013
48
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
BOKS 3 Dampak Bencana Banjir di Jawa Jawa Timur
Peta Bencana Banjir Pada awal tahun 2014 sejumlah daerah di Indonesia mengalami banjir yang cukup parah seperti DKI Jakarta, Jawa Tengah dan Manado. Di Jawa Timur, curah hujan memang tinggi namun banjir yang terjadi tidak sebesar di wilayah lain. Berdasarkan peta potensi banjir BMKG tampak bahwa Jawa Timur memang mengalami banjir di beberapa daerah seperti Bojonegoro, Magetan, Ponorogo, Madiun, Ngawi, Jember dan Lumajang namun pada skala menengah sehingga tidak menimbulkan kerusakan infrastruktur yang parah. Sedangkan potensi banjir dengan skala tinggi terjadi pada daerah yang bukan merupakan sentra produksi pangan (Bangil, Mojosari, Purwodadi dan Purwosari). Grafik 1. Intensitas Curah Hujan Jawa Timur
Grafik 2. Potensi Banjir Februari 2014
Dampak Bencana Banjir Terhadap Produksi Pangan Berdasarkan penggalian informasi terhadap beberapa daerah yang mengalami banjir di Jawa Timur, dampak yang ditimbulkan terangkum pada tabel berikut : Daerah
Komoditas
Bojonegoro
Padi Palawija
Jember Lamongan Tuban
Padi & Cabe Padi Padi &
Dampak Lahan pertanian padi yang siap panen terendam banjir seluas 4.965 ha Lahan palawija terendam hingga 379 hektar Total lahan yang terendam sekitar 500 ha Lahan tambak dan padi terendam seluas 898 hektar Total lahan yang terendam sekitar 3.672 ha
Jagung Ngawi
Padi
Lahan terendam seluas 308 ha dan mengalami puso seluas 0,75 ha
Magetan
Padi
Lahan terendam seluas 87 ha dan yang mengalami puso 14,5 ha Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – Tahun 2013
49
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Gresik
Padi
Madiun
Lahan terendam seluas 1.985 ha
Jagung
Lahan terendam seluas 8,2 ha
Kacang hijau
Lahan terendam seluas 8,2 ha
padi
Lahan terendam seluas 30 ha
Mayoritas komoditas pertanian yang mengalami banjir di Jawa Timur adalah padi karena memang telah memasuki masa tanam pada Tw IV-2013, sedangkan komoditas lainnya ditanam namun dalam skala yang lebih kecil. Walaupun luas lahan yang terendam banjir relatif besar, namun tingkat kerusakan dan puso yang terjadi tidak terlalu besar. Hal ini karena mayoritas padi telah memasuki usia tanam lebih dari 40 hari. Sedangkan untuk lahan puso di Magetan dan Madiun, saat ini telah dilakukan penanaman kembali. Namun dengan memperhatikan peta curah hujan dan potensi banjir, masih dimungkinkan terjadi gangguan pada produksi padi yang disebabkan pergeseran masa panen dan penurunan produktivitas.
Dampak Bencana Banjir Terhadap Inflasi Berdasarkan hasil Survei Pemantauan Harga s.d. minggu ke-2 Februari 2014 di Jawa Timur, belum terdapat pergerakan harga yang signifikan. Kenaikan harga terjadi pada beberapa komoditas yaitu beras (0,92%), cabe rawit (3,45%), tomat sayur (1,07%) dan wortel (0,36%). Dengan mengacu pada uraian tersebut, maka dampak banjir di Jawa Timur terhadap inflasi bahan makanan diproyeksikan berada pada optimist scenario (7% - 9%) yang dilandasi asumsi produksi tidak mengalami gangguan secara signifikan melainkan hanya pergeseran masa panen, tidak terdapat kerusakan infrastruktur yang menghambat jalur distribusi barang serta lancarnya impor hortikultura jika pasokan lokal mengalami
shortage. Grafik 3. Komoditas dengan Trend Harga Naik
Grafik 4. Komoditas dengan Trend Harga Turun
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – Tahun 2013
50
Bab 3
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
PERKEMBANGAN PERBANKAN& SISTEM PEMBAYARAN
3
Sampai dengan Triwulan IV tahun 2013, kinerja perbankandi Jawa Timurbaik Bank Umum maupun Bank Perkreditan Rakyat (BPR) masih terus menunjukkan perkembangan positif. Hal tersebut tercermin dari indikator total aset, kredit dan DPK yang tumbuh dengan baik serta didukung oleh tingkat risiko kredit yang rendah (kurang dari 5%) dan stabil.Aset Bank Umum dan BPR tetap tumbuh tinggi yaitu sebesar18,8% (yoy) hingga stabil. mencapai Rp 429,98 triliun pada Triwulan IV 2013. Kredit tumbuh sebesar 26,71% (yoy) dari sebesar Rp 291,26 triliun pada Triwulan III 2013 menjadi sebesar Rp 310,96 triliun pada Triwulan IV 2013. Demikian pula dengan Dana Pihak Ketiga (DPK) Bank Umum dan BPR di Jawa Timur yang mencatat pertumbuhan sebesar 15,9% (yoy) menjadi sebesar Rp 340,96 triliun pada periode laporan. Peningkatan kinerja Bank Umum dan BPR di Jawa Timur terutama didorong oleh terjaganya kondisi perekonomian nasional dan daerah. Dengan mempertimbangkan tren pertumbuhan kredit yang terus meningkat hingga mencapai kisaran 27% (yoy) pada Triwulan IV 2013, maka peluang sumbangan sektor perbankan atas peningkatan pertumbuhan ekonomi Jawa Timur diperkirakan masih akan terus meningkat. Tabel 3.1 Perkembangan Indikator Perbankan (Bank Umum & BPR) di Jawa Timur INDIKATOR BANK UMUM DAN BPR (Miliar Rp)
Total Aset Pertumbuhan (%yoy) Dana Pihak Ketiga Pertumbuhan (%yoy) Kredit Pertumbuhan (%yoy)
3.1.
2012 III 350,677.74
2013 IV 361,922.83
I
II
III
370,892.76
388,441.32
416,268.97
IV 429,976.45
22.13
20.79
19.18
17.63
18.70
18.80
278,400.34
293,979.22
292,804.92
298,892.15
318,994.08
340,710.71
18.03
16.46
13.94
12.10
14.58
15.90
229,312.65
245,419.66
251,401.19
272,050.57
291,265.74
310,960.80
24.38
26.18
27.03
26.16
27.02
26.71
PERKEMBANGAN KINERJA BANK UMUM Kinerja Bank Umum di Jawa Timur sampai dengan Triwulan IV 2013 secara umum
masihterusmenunjukkan perkembangan positifdiikuti dengan fungsi intermediasi yang berjalan
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur ProvinsiJawaTimur Triwulan IV – 2013
51
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
dengan baik. Peningkatan kinerja Bank Umum di Jawa Timurtersebut tercermin dari pertumbuhan indikator kinerja utama yaitu total aset sebesar 18,93% (yoy),Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar 14,74% (yoy) dan kreditdengan pertumbuhan sebesar 26,41% (yoy). Pertumbuhan kredit yang lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan DPK mendorong kenaikan rasio Loan to Deposit Radio (LDR) Bank Umum dari sebesar 90,64% pada Triwulan III 2013, menjadi sebesar 90,70% pada Triwulan IV 2013. Tabel 3.2 Perkembangan Indikator Bank Umum di Jawa Timur
INDIKATOR BANK UMUM Total Aset (Jt Rp) Aset (yoy %) Pertumbuhan (qtq %) Dana Pihak Ketiga (Jt Rp) DPK (yoy %) Pertumbuhan (qtq)
2012
2013
Tw III
Tw IV
Tw I
Tw II
Tw III
Tw IV
342.663.960,00
353.595.712,00
362.320.071,28
22,05
20,75
19,10
379.474.342,11
406.877.274,32
420.518.246,90
17,52
18,74
6,12
3,19
18,93
2,47
4,73
7,22
3,35
273.662.910,00 17,94
289.087.210,00
287.820.030,32
293.799.081,36
313.692.848,13
335.305.144,18
16,39
13,85
12,03
14,63
14,74
4,35
5,64
(0,44)
2,08
6,77
6,89
Kredit (Jt Rp)
223.506.097,00
239.483.201,00
245.211.529,00
265.353.368,89
284.345.325,30
304.106.840,10
Kredit (yoy %)
24,49
26,28
27,21
26,32
27,22
26,41
Pertumbuhan (qtq)
6,40
7,15
2,39
8,21
7,16
6,95
LDR (%)
81,67%
82,84%
85,20%
90,32%
90,64%
90,70%
NPL (%)
2,64
2,60
2,26
2,12
2,02
1,75
Adanya sedikit perlambatan pada pertumbuhan kreditpada periode laporan antara lain didorong oleh kembali normalnya aktivitas ekonomi masyarakat pasca peningkatan konsumsi saat bulan puasa dan Hari Raya Idul Fitri yang jatuh pada bulan Juli - Agustus 2013 (Triwulan III 2013). Sementara itu,tren peningkatan LDR dimaksud diikuti dengan risiko kredit atau Non
Performance Loan (NPL) yang semakin membaik. NPL bank umum Jatim pada Triwulan IV 2013 adalah sebesar level 1,75%, lebih rendah dibandingkan NPL Triwulan III 2013 yang tercatat sebesar 2,02%.
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur ProvinsiJawaTimur Triwulan IV – 2013
52
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Grafik 3.1Perkembangan LDR 3.1
LDR (%)
Grafik 3.2Perkembangan LDR per Kelompok Bank 3.2
NPL (%) rhs
LDR (%)
95.00
3.50
90.00
3.00
% 85.00
2.50
75.00
1.00
70.00
0.50
80
0.00
65.00 Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV 2012
Bank Asing
100
%
1.50
Bank Swasta
120
2.00
80.00
Bank Pemerintah
60 40 20 0
2013
Tw I
Tw II
Tw III
2012
Tw IV
Tw I
Tw II
Tw III
Tw IV
2013
Fungsi Intermediasi perbankan untuk Bank Umum di Jawa Timur terus menunjukkan peningkatan. Tercatat sampai dengan Triwulan IV 2013, LDR Bank Umum di Jawa Timur cukup tinggi mencapai 90,7%. Jumlah tersebutlebih tinggi apabila dibandingkan dengan LDR periode sebelumnya (Triwulan III 2013) yang tercatat sebesar 90,64%, atau periode yang sama tahun sebelumnya (Triwulan IV 2012) yang tercatat sebesar 82,84%(grafik 3.1). Peningkatan ini terutama didorong oleh pertumbuhan kredit triwulanan (6,95% qtq) yang lebih tinggi daripada pertumbuhan DPK (6,89% qtq). Berdasarkan kelompok bank, rasio LDR terbesarpada periode ini adalah pada bank asing dengan prosentase sebesar 108,37%, sedikit lebih tinggi dari LDR bank pemerintah yang tercatat sebesar 106,81%. Sementara itu bank swasta mencatat LDR terkecil pada level 74,97%. Tingginya LDR bank asing mencerminkan perannya yang cukup besar dalam pembiayaan aktifitas ekonomi masyarakat Jawa Timur. Namun demikian apabila ditinjau berdasarkan nominalnya, proporsi penyaluran kredit masing-masing kelompok bank terhadap total kredit perbankan di Jawa Timurmasih didominasi oleh Bank Pemerintah sebesar Rp 156,15 triliun atau 51,35% dari total kredit. Proporsi terbesar selanjutnya adalah Bank Swasta dengan penyaluran kredit sebesar Rp 127,88 triliun atau 42,05%. Sementara Bank Asing memiliki porsi penyaluran kredit terkecil dengan nominal sebesarRp 20,08 triliun atau 6,60% dari total kredit.
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur ProvinsiJawaTimur Triwulan IV – 2013
53
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
400.000.000 350.000.000 300.000.000 250.000.000 200.000.000 150.000.000 100.000.000 50.000.000 -
Grafik 3.4 Pertumbuhan Indikator Utama Perbankan (qtq)
Aset
25
5,00
Tw III Tw IV
3,00 1,00
0 Tw II
DPK
7,00
20 % 15 y 10 o 5 y Tw I
Kredit
9,00
%
Rp Juta
Grafik 3.3 Pertumbuhan Indikator Utama Perbankan(yoy) Aset Kredit Dana G Aset (yoy) G Kredit (yoy) G DPK (yoy) 450.000.000 30
(1,00)
I
II
III
IV
I
II
III
IV
Dana Pihak Ketiga (yoy) 3.III7 Pertumbuhan Tw I Grafik Tw II Tw3.7 Tw IV (3,00)
2012
2013
2012
2013
(5,00)
3.1.1. ASET DAN AKTIVA PRODUKTIF Total aset bank umum pada Triwulan IV - 2013, menunjukkan pertumbuhansebesar 18,93% (yoy). Pertumbuhan tersebut lebih tinggi apabila dibandingkan dengan pertumbuhan pada periode sebelumnya (Triwulan III 2013) yang tercatat sebesar 18,74% (yoy).Peningkatan jumlah aset bank umum di Jawa Timur antara lain didorong oleh adanya peningkatan kinerja penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) dari sebesar 14,63% (yoy) pada Triwulan III 2013 menjadi sebesar 15,99% (yoy) pada Triwulan IV 2013. Grafik 3.6 3.6 Proporsi Aset Bank Umum
Grafik 3.5 3.5Perkembangan Total Aset Bank Umum
Rp Juta
Aset
G Aset (yoy) rhs
Bank Pemerintah 25
450.000.000 400.000.000 350.000.000 300.000.000 250.000.000 200.000.000 150.000.000 100.000.000 50.000.000 -
Bank Swasta
Bank Asing
6%
20 15 10 5
% y o y
46% 48%
0 Tw I
Tw II
Tw III Tw IV
2012
Tw I
Tw II
Tw III Tw IV
2013
3.1.2. DANA PIHAK KETIGA (DPK) Sampai dengan Triwulan IV Tahun 2013, jumlah Dana Pihak Ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun bank umum di Jawa Timur terus menunjukkan pertumbuhan positif. Tercatat jumlah DPK pada periode laporanadalah sebesar Rp 335,31 triliun, atau tumbuh sebesar14,74% (yoy) dibandingkan periode sebelumnya.Pertumbuhan tersebut lebih tinggi apabila dibandingkan
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur ProvinsiJawaTimur Triwulan IV – 2013
54
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
pertumbuhan pada periode sebelumnya yaitu Triwulan III 2013 yang tercatat sebesar 14,63% (yoy). Grafik 3.7 3.7 Perkembangan Dana Pihak Ketiga
Rp Juta
Dana
G DPK (yoy)
G DPK (qtq) 20
400.000.000 350.000.000 300.000.000 250.000.000 200.000.000 150.000.000 100.000.000 50.000.000 -
15 10 5 0
% y o y
-5 Tw I
Tw II Tw III Tw IV 2012
Tw I
Tw II Tw III Tw IV 2013
Terus meningkatnya pertumbuhan tahunan DPK pada periode laporan searah dengan tren pertumbuhan tahun sebelumnya. Selain itu, mulai kembali normalnya aktifitas ekonomi masyarakat pasca momen puasa lebaran (awal Agustus 2013) turut mendorong kembali pertumbuhan kinerja penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) Bank Umum di Jawa Timur pada Triwulan IV 2013. Demikian pula apabila ditinjau secara triwulanan, penghimpunan DPK mencatat peningkatan dari sebesar 6,77% (qtq) pada Triwulan III 2013 menjadi sebesar 6,89% (qtq) pada Triwulan IV 2013.Dengan mempertimbangkan perkembangan ekonomi Jawa Timur yang stabil dan kepercayaan masyarakat kepada perbankan yang terjaga, diperkirakan DPK yang dihimpun bank umum di Jawa Timur akan tetap tumbuh cukup tinggi pada tahun 2014. Berdasarkan bentuknya, struktur DPK Bank Umum di Jawa Timur pada Triwulan IV 2013 didominasi oleh deposito dengan nominal mencapai Rp 151,77 triliun denganproporsi sebesar 45,81% dari total DPK.Menyusulkemudian tabungan dengan prosentase sebesar38,83% dan nominal Rp 130,19 triliun. Sementara itu penghimpunan DPK dalam bentuk giro tercatat sebesar Rp 53,34 triliun, atau 15,91% dari total DPK. Ditinjau dari sisi pertumbuhan jenis simpanan, pada periode ini deposito masih memberikan kontribusi terbesar dengan prosentase pertumbuhan sebesar 41,58% (yoy). Disusul kemudian dengangiro dengan pertumbuhan sebesar 11,89% (yoy). Sementara tabungan mencatat pertumbuhan negatif sebesar -3% (yoy) pada periode laporan. Hal tersebut diyakini disebabkan oleh penarikan dana tabungan oleh masyarakat untuk kegiatan liburan natal dan tahun baru pada akhir tahun 2013.
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur ProvinsiJawaTimur Triwulan IV – 2013
55
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Grafik 3.8 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (yoy)) Giro
Tabungan
Deposito
30,00
% YOY
25,00 20,00 15,00 10,00 5,00 I
II
III
IV
I
2012
Rp Juta
Giro
III
IV
2013
Grafik 3.9 3.9Perkembangan DPK PerJenisSimpanan (Rp. Juta)
Tabungan
II
Grafik 3.1 3. 10 Komposisi DPK Bank Umum (%)
Deposito
Giro
160.000.000 140.000.000 120.000.000 100.000.000 80.000.000 60.000.000 40.000.000 20.000.000 -
Deposito
Tabungan
16% 39%
% y o y
45%
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV 2012
2013
%
Grafik Grafik 3.11 3.11 Perbandingan Suku Bunga Simpanan – BI Rate
DPK
Giro
Tabungan
Deposito
BI Rate
8,00 6,00 4,00 2,00 Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV 2012
2013
Pasca adanya kenaikan kenaikan BI Rate secara bertahap dari sebesar 7,25%pada Triwulan III 2013 menjadi 7,5% pada Triwulan IV 2013, tren suku bunga DPK bank umum di Jawa Timur mulai menunjukkan peningkatan.Tercatat suku bunga rata-rata tertimbang bank umum di wilayah Jawa Timur meningkat dari sebesar 3,5%pada Triwulan III 2013 menjadi sebesar
3,73%pada
Triwulan
IV
2013.
Peningkatan
tersebut
terutama
didorong
olehpeningkatan suku bunga Deposito, dari sebesar 6,08% pada Triwulan III 2013 menjadi
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur ProvinsiJawaTimur Triwulan IV – 2013
56
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
sebesar 6,54% pada Triwulan IV 2013. Suku bunga giro meningkat dari sebesar 1,72% pada Triwulan III 2013, menjadi sebesar 1,78% pada Triwulan IV 2013. Sementara itu tren suku bunga tabungan justru menunjukkan sedikit penurunan. Tercatat suku bunga tabungan turun dari sebesar 1,74% pada Triwulan III 2013 menjadi sebesar 1,73% pada Triwulan IV 2013.Kondisi tersebut mengindikasikan kebijakan bank umum yang lebih memilih untuk meningkatkan suku bunga Dana Pihak Ketiga dengan jangka waktu panjang, yaitu deposito. Hal tersebut terkait dengan kepastian penyimpanan dana di bank sehingga mempermudah perencanaan likuiditas bank jangka panjang. Sementara tabungan dan giro belum menunjukkan peningkatan dikarenakan sifat simpanan yang likuid, sehingga kurang optimal untuk digunakan dalam perencanaan likuiditas jangka panjang. 3.1.3.
KREDIT Sampai dengan Triwulan IV2013, fungsi intermediasi bank yang tercermin dari besar
penyaluran kredit oleh bank umum di Jawa Timurmasih terus menunjukkan peningkatan. Tercatat jumlah kredit yang disalurkan sampai dengan akhir tahun 2013adalah sebesar Rp 304,11 triliun atau tumbuh26,41% (yoy) dan 6,95% (qtq). Secara tahunan, pertumbuhan kredit bank umum di wilayah Jawa Timur sebesar 26,41% (yoy) dimaksud sedikit lebih rendah apabila dibandingkan dengan pertumbuhan pada Triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 27,22% (yoy). Peningkatan tersebut terutama didorong oleh peningkatan kredit modal kerja dari 28,01% (yoy) pada Triwulan III 2013 menjadi sebesar 29,85% (yoy) pada Triwulan IV 2013. Hal tersebut diperkirakan didorong oleh peningkatan pengajuan kredit modal kerja menjelang akhir tahun (libur natal dan tahun baru).Seiring dengan peningkatan konsumsi masyarakat, pada periode tersebut banyak bermunculan usaha musiman seperti catering, penjualan kue kering, baju dan perlengkapan tahun baru. Senada dengan pertumbuhan tahunannya, secara triwulanan jumlah kredit yang disalurkan oleh bank umum di wilayah Jawa Timur menunjukkan perlambatan dibandingkan dengan periode sebelumnya (Triwulan IV 2013). Tercatat pada Triwulan IV kredit tumbuh 6,95% (qtq), lebih rendah bila dibandingkan pertumbuhan Triwulan III yang tercatat sebesar 7,16% (qtq). Hal tersebut dikarenakan kredit tumbuh sangat tinggi pada triwulan III 2013 sehubungan dengan adanya periode bulan puasa dan lebaran.Pada Triwulan IV 2013 kredit
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur ProvinsiJawaTimur Triwulan IV – 2013
57
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
masihtumbuh tinggi walaupun sedikit melambat dibandingkan periode sebelumnya karena terdapat momen libur natal dan tahun baru. Tingginya Loan to Deposit Ratio (LDR) yang didukung oleh rendahnya risiko kredit atau
Non Performance Loan (NPL) pada periode laporan mencerminkan semakin baiknya fungsi intermediasi perbankan di Jawa Timur. Tercatat LDR pada periode laporan adalah sebesar 90,70%, meningkat apabila dibandingkan dengan LDR pada triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 90,64%. Tingginya rasio LDR dimaksuddidukung oleh NPL yang rendah dan stabil di kisaran 1,75%. Grafik 3.13 3.13Pertumbuhan Kredit (qtq)
Grafik 3.12 Kredit (yoy) 3. 12Pertumbuhan 12
Kredit
G Kredit (yoy) 30
350,000,000
300,000,000
25
300,000,000
250,000,000
20 %
250,000,000
200,000,000
15 y o 10 y 5
150,000,000 100,000,000 50,000,000
0
-
Tw I
Tw II
Tw III
Tw IV
2012
Tw I
Tw II
Tw III
Tw IV
2013
Rp Juta
Rp Juta
Kredit 350,000,000
G Kredit (qtq) 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0
200,000,000 150,000,000 100,000,000 50,000,000 -
Tw I
Tw II Tw III Tw IV Tw I 2012
% y o y
Tw II Tw III Tw IV 2013
Pada Triwulan IV 2013 kredit yang disalurkan bank umum di Jawa Timur masih didominasi oleh kredit produktif yaitu kredit modal kerja yaitusebesar 59,57% dari total kredit dengan nominal sebesar Rp 181,17 triliun. Proporsi kredit terbesar selanjutnya adalah kredit konsumsi dengan prosentase sebesar 25,97% dari total kredit (Rp 78,98 triliun).Sementara itu kredit investasi memperoleh proporsi yang lebih kecil yaitu sebesar 14,46% dari total kredit dengan nominal mencapai Rp 43,96 triliun. Ditinjau dari sisi pertumbuhan tahunan, kredit modal kerja mengalami peningkatan pertumbuhan dari sebesar 28,01% (yoy) pada Triwulan III 2013 menjadi 29,85% (yoy) pada periode laporan. Sementara kredit investasi dan konsumsi menunjukkan sedikit perlambatan dibandingkan periode sebelumnya dengan prosentase pertumbuhan masing-masing sebesar 30,38% dan 19,22%. Senada dengan pertumbuhan tahunan, pertumbuhan kredit modal kerja secara triwulanan juga menunjukkan peningkatan dari sebesar 8,17% (qtq) pada triwulan III 2013 menjadi sebesar 9,16% (qtq) pada triwulan IV 2013. Hal tersebut diperkirakan didorong oleh tingginya aktifitas ekonomi masyarakat pada saat libur natal dan tahun baru. Sementara kredit
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur ProvinsiJawaTimur Triwulan IV – 2013
58
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
investasi dan konsumsi mencatat pertumbuhan yang lebih rendah pada level masing-masing sebesar 5,78% (yoy) dan 2,82% (yoy). Berdasarkan kelompok bank, Bank Pemerintah masih menjadi penyalur kredit terbesar dengan proporsi 51,35% dari total kredit, disusul oleh Bank Swasta sebesar 42,05% dan Bank Asing sebesar 6,6%.Ditinjau dari kinerja pertumbuhan kredit, pada periode ini bank asing masih mencatat pertumbuhan tahunan tertinggi yaitu mencapai 48% (yoy), sementara bank pemerintah dan bank swasta masing-masing mencatat pertumbuhan sebesar 25,33% (yoy) dan 24,87% (yoy). Tingginya pertumbuhan penyaluran kredit tersebut menunjukkan baiknya kinerja bank umum di Jawa Timur dalam meningkatkan fungsi intermediasinya. Tingkat persaingan yang semakin kondusif antara kelompok bankdiharapkan dapat mendorong peningkatan kualitas penyaluran kredit kepada masyarakat.
Grafik 3.1 3. 14Proporsi Penyaluran Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan
Modal Kerja
Investasi
Grafik 3.1 3. 15Proporsi Penyaluran Kredit Berdasarkan Kelompok Bank
Konsumsi
Bank Pemerintah
Bank Swasta
Bank Asing
6% 46%
26%
48%
60%
14%
Modal Kerja
50.00 45.00 40.00 35.00 30.00 25.00 20.00 15.00 10.00 5.00 -
Investasi
Grafik 3.1 3. 17 Pertumbuhan Kredit PerJenis Penggunaan (qtq)
Konsumsi
Modal Kerja
Investasi
Konsumsi
20.00
15.00
% qtq
% yoy
Grafik 3.1 3.16Pertumbuhan Kredit Per Jenis Penggunaan (yoy)
Tw I
Tw II Tw III Tw IV Tw I 2012
10.00
5.00
Tw II Tw III Tw IV 2013
0.00 I
(5.00)
II
III 2012
IV
I
II
III
IV
2013
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur ProvinsiJawaTimur Triwulan IV – 2013
59
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN Grafik3. Grafik3.1 3.18 Proporsi Kredit Sektoral
0%3% 0%
0%
0% 1% 26%
0%
30%
1% 0% 26%
0%
0% 3%
1%
0%
3%
4%
1%
1. PERTANIAN, PERBURUAN DAN KEHUTANAN
2. PERIKANAN
3. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN
4. INDUSTRI PENGOLAHAN
5. LISTRIK, GAS DAN AIR
6. KONSTRUKSI
7. PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN
8. PENYEDIAAN AKOMODASI DAN PENYEDIAAN MAKAN MINUM
9. TRANSPORTASI, PERGUDANGAN DAN KOMUNIKASI
10. PERANTARA KEUANGAN
12. REAL ESTATE, USAHA PERSEWAAN, DAN JASA PERUSAHAAN
13. ADMINISTRASI PEMERINTAHAN, PERTAHANAN DAN JAMINAN SOSIAL WAJIB
14. JASA PENDIDIKAN
14. JASA KESEHATAN DAN KEGIATAN SOSIAL
15. JASA KEMASYARAKATAN, SOSIAL BUDAYA, HIBURAN DAN PERORANGAN LAINNYA
16. JASA PERORANGAN YANG MELAYANI RUMAH TANGGA
17. BADAN INTERNASIONAL DAN BADAN EKSTRA INTERNASIONAL LAINNYA
18. KEGIATAN YANG BELUM JELAS BATASANNYA
19. PENERIMA KREDIT BUKAN LAPANGAN USAHA
20. Lain-lain
Secara sektoral, kredit yang disalurkan oleh bank umum di Jawa Timur pada periode laporansebagian besar masih kepada Sektor Industri Pengolahan (30% dari total kredit), dan kepada Sektor Perdagangan Besar dan Eceran (26%). Tingginya peyaluran kredit kepada kedua sektor tersebut searah dengan peran keduanya sebagai sektor utama dalam mendukung pertumbuhan ekonomi daerah.Sementara itu, kredit yang disalurkan kepada sektor pertanian, perburuan dan kehutanan memperoleh proporsi kredit yang masih relatif kecil yaitu sebesar 2,58%.Proporsi tersebut lebih kecil apabila dibandingkan dengan prosentase periode sebelumnya yang tercatat sebesar 2,63%. Hal tersebut dapat dijadikan indikasi kurangnya akses perbankan kepada sektor pertanian yang merupakan salah satu sektor utama penyumbang pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur. Grafik 3.19 3. 19 Perkembangan Kredit Sektoral Dominan (yoy) 30,000.00
50.00
20,000.00
% yoy
100.00
-
10,000.00 Tw I
Tw II
Tw III
Tw IV
Tw I
Tw II
2012
Tw III
Tw IV
2013
(50.00)
-
1. PERTANIAN, PERBURUAN DAN KEHUTANAN
2. PERIKANAN
3. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN
4. INDUSTRI PENGOLAHAN
5. LISTRIK, GAS DAN AIR
6. KONSTRUKSI
7. PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN
8. PENYEDIAAN AKOMODASI DAN PENYEDIAAN MAKAN MINUM
9. TRANSPORTASI, PERGUDANGAN DAN KOMUNIKASI
10. PERANTARA KEUANGAN
19. PENERIMA KREDIT BUKAN LAPANGAN USAHA
20. Lain-lain (rhs)
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur ProvinsiJawaTimur Triwulan IV – 2013
60
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN Grafik 3.20 3.20 Perbandingkan Suku Bunga Kredit & BI rate
Kredit
Modal kerja
Konsumsi
BI Rate
Investasi
%
15.00 10.00 5.00 Tw I
Tw II
Tw III
Tw IV
Tw I
2012
Tw II
Tw III
Tw IV
2013
3.1.4 KREDIT USAHA MIKRO KECIL MENENGAH (UMKM) Perbankan di Jawa Timur terus berperan aktif dalam meningkatkan peran UMKM dalam mendukung perekonomian daerah. Hal tersebut ditunjukkan dengan adaya peningkatan penyaluran kredit kepada sektor UMKM. Jumlah UMKM yang sangat banyak di Jawa Timur menunjukkan bahwa peluang perbankan dalam penyaluran kredit di sektor ini masih sangat luas. Berdasarkan hasil survey yang dilakukan Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jatim hingga akhir 2012, jumlah UMKM di Jawa Timur mencapai lebih dari 6,8 juta UMKM dengan konsentrasi jumlah terbesar di kabupaten Jember, Malang dan Banyuwangi. Berdasarkan sektor usahanya, jumlah tersebut terdiri atas UMKM yang bergerak di sektor pertanian sebesar 60,25% dengan jumlah unit usaha sebanyak 4.112.443 usaha, dan sektor non pertanian sebesar 39,75% dengan jumlah unit usaha sebanyak 2.713.488 usaha. Berdasarkan
pertimbangan
tersebut,
Bank
Indonesia
dan
Pemerintah
menyediakanberbagai fasilitas dan kebijakan sebagai upaya pengembangan UMKM, antara lain dengan pembentukan PT. Jamkrida (Lembaga Penjaminan Kredit Daerah), penyaluran kredit
linkage, pemberian bantuan teknis/pelatihan dan pendampingan kepada UMKM untuk memperoleh pembiayaan dari perbankan dengan mengoptimalkan fungsi Konsultan Keuangan Mitra Bank (KKMB), pengembangan klaster komoditas potensial, serta Program Kerjasama Sertifikasi Tanah antara Bank Indonesia dan Badan Pertanahan Nasional (BPN) untuk meningkatkan aksesibilitas kredit UMKM. Upaya dimaksud diharapkan mampu menjadi
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur ProvinsiJawaTimur Triwulan IV – 2013
61
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
pendorongbagi industri perbankan di Jawa Timur untuk terus meningkatkan penyaluran kredit kepada UMKM. Grafik 3.21 3.21 Perkembangan Kredit UMKM
Kredit UMKM Juta Rupiah
10
20,000
5
10,000 -
0 Tw I
Tw II
Tw III
Tw IV
Tw I
Tw II
2012
Tw III
Tw IV
2013
2012
Tw IV
30,000
Tw III
15
40,000
Tw II
20
50,000
Tw I
60,000
Juta Rp
25
70,000
% 4.50 4.00 3.50 3.00 2.50 2.00 1.50 1.00 0.50 0.00
Tw IV
80,000
NPL (%) Skala Kanan
90,000,000 80,000,000 70,000,000 60,000,000 50,000,000 40,000,000 30,000,000 20,000,000 10,000,000 -
Tw III
30
Tw II
% yoy
90,000
Tw I
Kredit UMKM
Rp Miliar
2013
Perhatian perbankan di Jawa Timur terhadap perkembangan UMKM terus menunjukkan peningkatan dari waktu ke waktu. Hal tersebut tercermin dari perkembangan kredit UMKM yang disalurkan terus mencatat peningkatan hingga mencapai Rp 83,26 triliun pada periode laporan. Jumlah tersebut tumbuh 20,51% (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada periode sebelumnya (Triwulan III 2013) yang tercatat sebesar 24,97%(yoy).Searah dengan pertumbuhan ekonomi Jawa Timur, pertumbuhan penyaluran kredit UMKM oleh perbankan di Jawa Timur diperkirakan akan terus tumbuh positif. Grafik 3.22 3.22 Proporsi Kredit UMKM Berdasarkan Bank
1% Bank Pemerintah
1%
Triwulan III Bank Swasta
Bank Asing
Bank Pemerintah
Triwulan IV Bank Swasta
Bank Asing
40%
41% 58%
59%
Proporsi penyaluran kredit UMKM oleh bank umum di Jawa Timur masih didominasi oleh Bank Pemerintah sebesar 59% dengan jumlah nominal mencapai Rp 49,44 triliun. Bank swasta menyumbang proporsi terbesar kedua dengan prosentase sebesar 39,8% dan nominal Rp 32,91 triliun.Proporsi penyaluran kredit UMKM terkecil adalah bank asing dengan nominal
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur ProvinsiJawaTimur Triwulan IV – 2013
62
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
sebesar Rp 918,59 miliar dan prosentase 1,09% dari total kredit.Semakin besarnya proporsi penyaluran kredit oleh bank pemerintah dari 58% pada Triwulan III 2013 menjadi 59% pada Triwulan IV 2013 mengindikasikan peningkatan peran bank swasta dalam dalam mendukung pengembangan UMKM di Jawa Timur. Apabila ditinjau berdasarkan wilayahnya, beberapa kabupaten/kota dengan penyaluran kredit UMKM terbesar adalah pada Kota Surabaya, Kota Malang, Kota Kediri, Kabupaten Jember, Kabupaten Sidoarjo dan Kabupaten Banyuwangi. Kota Surabaya mencatat penyaluran kredit UMKM terbesar dengan nominal mencapai Rp 34,22 triliun atau 41,09% dari total kredit UMKM Jawa Timur. Kota Malang mencatat penyaluran kredit UMKM sebesar Rp 7,78 triliun atau 9,34% dari total kredit UMKM Jawa Timur. Kota Kediri menyalurkan kredit UMKM dengan prosentase lebih kecil yaitu sebesar 5,77%, dengan nominal sebesar Rp 4,81 triliun. Kabupaten Jember mencatat penyaluran kredit UMKM sebesar Rp 4,37 triliun atau 5,25%. Sementara itu, penyaluran kredit UMKM terendah terdapat pada Kabupaten Madiun dengan jumlah kredit UMKM sebesar Rp 1 miliar. Grafik 3.2 3.23 Prosentase Penyaluran Kredit UMKM di Jawa Timur
1% 1% 1%1% 1% 1% 1% 1% 0% 0% 0% 0% 0% 1% 1% 1% 1%1% 1% 2% 41% 2%2% 2% 2% 2% 3% 9% 6% 2% 3% 3% 5% 3% Kota Surabaya Kab. Sidoarjo Kota Probolinggo Kab. Mojokerto Kab. Pamekasan Kab. Magetan Kab. Bondowoso Kab. Bangkalan Kota Mojokerto
Kota Malang Kab. Banyuwangi Kab. Jombang Kota Pasuruan Kab. Ponorogo Kab. Ngawi Kab. Pacitan Kab. Sumenep Kab. Madiun
Kota Kediri Kab. Gresik Kab. Tulungagung Kota Blitar Kab. Tuban Kab. Lumajang Kab. Trenggalek Kab. Sampang
Kab. Jember Kota Madiun Kab. Bojonegoro Kab. Lamongan Kab. Nganjuk Kab. Situbondo Kab. Malang Kab. Kediri
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur ProvinsiJawaTimur Triwulan IV – 2013
63
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
3.2.
STABILITAS SISTEM PERBANKAN Stabilitas sistem perbankan selama Triwulan IV 2013 tetap stabil dan terjaga yang
tercermin dari relatif rendahnya risiko yang dihadapi dalam pelaksanaan transaksi. Peningkatan kredit perbankan sebesar 26,41% (yoy) hingga mencapai Loan to Deposit Ratio (LDR) sebesar 90,70% didukung oleh kecukupan likuiditas dan rendahnya risiko kredit. Peningkatan penyaluran kredit yang diimbangi dengan terjaganya rasio NPL di kisaran 1,75% mengindikasikan adanya peningkatan stabilitas sistem perbankan yang didukung oleh kesadaran dan kemampuan masyarakat dalam melaksanakan kewajibannya sebagai debitur. Namun demikian, perbankan tetap harus mewaspadai beberapa risiko lain seperti risiko operasional yang terkait dengan mekanisme proses internal, kesalahan manusia, kegagalan sistem dan atau kejadian–kejadian yang mempengaruhi operasional bank. Untuk itu, tetap perlu adanya optimalisasi fungsi pengawasan atas kegiatan operasional perbankan baik oleh internal bank melalui fungsi Satuan Kerja Audit Intern (SKAI) maupun oleh pihak eksternal dalam hal ini Bank Indonesia sebagai regulator dan masyarakat sebagai pengguna jasa perbankan. Bank Indonesia terus berupaya meningkatkan perlindungan dan pemberdayaan nasabah dengan Transparansi Produk, Penyelesaian Pengaduan, Mediasi Perbankan, dan Edukasi Konsumen. hal tersebut dilakukanuntuk mendorong terciptanya iklim perbankan yang kondusif dengan cara mendorong peningkatan kualitas pelayanan perbankan maupun perlindungan konsumen. 3.2.1. RISIKO KREDIT Tabel Tabel 3.3 3. 3 Perkembangan NPL perper- Kelompok Bank
K eterangan NP L B a nk Umum (%) a. B ank P emerintah b. B ank S was ta c. B ank As ing
I 2.97 3.91 1.65 4.12
2012 II 2.74 3.63 1.50 3.87
III 2.65 3.38 1.68 3.05
IV 2.60 3.47 1.63 1.98
I 2.26 2.75 1.69 2.01
2013 II 2.12 2.56 1.65 1.60
III 2.01 2.41 1.61 1.35
IV 1.75 2.17 1.30 1.38
Risiko kredit perbankan yang tercermin dari rasio kredit bermasalah terhadap total kredit atau Non Performing Loan (NPL) di Jawa Timur secara umum terus menunjukkan
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur ProvinsiJawaTimur Triwulan IV – 2013
64
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
perbaikan dari waktu ke waktu. NPL bank umum pada Triwulan IV 2013tercatat membaik dibandingkan periode sebelumnya,yaitu dari sebesar 2,01% pada Triwulan III 2013menjadi 1,75% pada Triwulan IV 2013.Penurunan NPL ini disebabkan pertumbuhan kredit yang lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan nominal kredit bermasalah dan mecerminkan kinerja bank yang membaik dalam pengelolaan risiko kredit.
Berdasarkan kelompok bank, persentase NPL tertinggi adalah kelompok bank pemerintahdengan NPL sebesar 2,017%.NPL bank asing dan bank swasta di Jawa Timur
memiliki
NPL
lebih
rendah
dengan
prosentase
keduanya
di
kisaran
1,3%.Sedangkan dilihat dari jenis penggunaannya, NPL kredit tertinggi pada triwulan laporan terdapat pada kredit modal kerja dengan prosentase sebesar 1,99%. Sementara kredit investasi dan kredit konsumsi mencatat risiko kredit yang lebih rendah yaitu sebesar 1,78% dan 1,99%. Secara individual debitur, kredit konsumsi merupakan kredit yang memiliki tingkat risiko terbesar karena bukan merupakan sektor produktif sehingga jaminan terhadap pengembalian kredit lebih kecil dibandingkan kredit produktif. Namun secara agregat perbankan, kredit konsumsi memiliki tingkat risiko yang lebih rendah dibandingkan kredit lainnya karena risiko kredit tersebar pada banyak debitur sehingga dapat meminimalkan signifikansi default debitur kredit konsumsi. Grafik 3.2 3. 25 Perkembangan NPL per Jenis Penggunaan
Grafik 3.2 3.24 Perkembangan NPL Bank Umum Bank Pemerintah NPL Bank Pemerintah rhs 200,000,000
Bank Swasta
Bank Asing
NPL Bank Swasta rhs
NPL Bank Asing
5.00
3.00 100,000,000
2.00 50,000,000
1.00 0.00
Tw I
Tw II Tw III Tw IV
Tw I
2012
Tw II Tw III Tw IV 2013
%
4.00
150,000,000 Juta Rp
Total Kredit
Modal Kerja
Investasi
Konsumsi
Tw I
Tw III
4.00 3.50 3.00 2.50 2.00 1.50 1.00 0.50 0.00 Tw I
Tw II
Tw III
2012
Tw IV
Tw II
Tw IV
2013
3.3. PERBANKAN SYARIAH Indikator kinerja utama Perbankan Syariah di Jawa Timur yaitu asetdan pembiayaan pada triwulan IV 2013 mencatat perlambatan pertumbuhan dibandingkan periode sebelumnya. Aset tumbuh sebesar 29,44% (yoy) dari Rp 19,23 triliun pada Triwulan III-2013 menjadi Rp 21,45 triliun pada Triwulan IV-2013. Sementara itu, dana masyarakat yang disimpan pada Bank
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur ProvinsiJawaTimur Triwulan IV – 2013
65
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Syariah di Jawa Timur tumbuh 36,45% (yoy) dari sebesar Rp 13,89 triliun pada Triwulan III 2013 menjadi Rp 16,91 triliun pada Triwulan IV 2013.
Aset
Pembiayaan
Dana
G Aset (qtq)
G Kredit (qtq)
G DPK (qtq)
Grafik 3.2 3.27 Perkembangan Indikator Perbankan Syariah(yoy)
Aset
Pembiayaan
Dana
G DPK (yoy)
G Aset (yoy)
G Kredit (yoy)
25,000,000
25
25,000,000
120
20,000,000
20 %
20,000,000
100
15,000,000
15
q 10 t q 5
10,000,000 5,000,000
Rp Juta
Rp Juta
Grafik 3.2 3. 26 Perkembangan Indikator Perbankan Syariah(qtq)
60 y o 40 y 20
10,000,000 5,000,000
0
Tw I
Tw II
Tw III
2012
Tw IV
Tw I
Tw II
Tw III
-
Tw IV
0 Tw I
2013
%
80
15,000,000
Tw II
Tw III
Tw IV
Tw I
Tw II
2012
Tw III Tw IV
2013
Pembiayaan yang disalurkan oleh Bank Syariah di Jawa Timur selama Tw IV 2013 tumbuh sebesar 25,23% (yoy) dengan baki debet sebesar Rp 15,01 triliun. Berdasarkan jenisnya, penyaluran pembiayaan modal kerja memperoleh porsi tertinggi dengan prosentase sebesar 45,67% dari total pembiayaan. Sementara kredit konsumsi dan investasi memperoleh prosentase yang lebih kecil yaitu masing-masing sebesar 35,89% dan 18,43%. Adanya penambahan porsi kredit modal kerja dari sebesar 43,67% (Triwulan III 2013) menjadi 45,67% (Triwulan IV 2013) menjadi indikasi peningkatan peran Bank Syariah dalam mendukung ekonomi daerah dengan penyaluran kredit produktif.
Grafik 3.2 3.2 8 Proporsi DPK Perbankan Syariah di Jawa Timur
GIRO
Grafik 3.29 3.29 Pertumbuhan DPK Perbankan Syariah (yoy)
DPK
DEPOSITO TABUNGAN 6%
60.00
38% 56%
% yoy
50.00 40.00 30.00 20.00 10.00 I
II
III 2012
IV
I
II
III
IV
2013
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur ProvinsiJawaTimur Triwulan IV – 2013
66
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN Grafik 3.3 3.30 Pertumbuhan Pembiayaan Syariah Per Jenis Penggunaan
% yoy
Modal Kerja
Konsumsi
Grafik 3.3 3.31 Pangsa Pembiayaan Syariah Per Jenis Penggunaan
Modal Kerja
Investasi
80.00 70.00 60.00 50.00 40.00 30.00 20.00 10.00 -
Investasi
36%
Konsumsi
46%
18% I
II
III
IV
I
II
2012
III
IV
2013
Tingginya proporsi pembiayaan modal kerja Bank Syariah di Jawa Timur menunjukkan bahwa masyarakat telah mulai mempercayai perbankan syariah sebagai mitra bisnis, tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja. Hal ini tercermin dari pertumbuhan pembiayaan modal kerja dan investasi yang tumbuh tinggi masing-masing sebesar 34,87% (yoy) dan 20,57% (yoy). Sementara pertumbuhan pembiayaan konsumsi mencatat angka yang lebih kecil dengan prosentase sebesar 16,91% (yoy). Dengan demikian, perbankan syariah juga secara bertahap mendukung pengembangan sektor produktif di Jawa Timur. Kinerja
penyaluran
pembiayaan
yang
baiktersebutdidukung
dengan
kualitas
pembiayaan yang terjaga. Hal tersebut tercermin dari rasio Non Performing Financing (NPF) terjaga rendah dan stabil di kisaran 2,59%. Walaupun sedikit meningkat dibandingkan periode sebelumnya, namun besar NPF tersebut masih berada dalam kendali perbankan dan telah dimitigasi serta dikelola penanganannya dengan baik. Rasio Financing to Deposit Ratio (FDR) yang mencerminkan proporsi penyaluran pembiayaan dibandingkan dengan dana yang dihimpun menunjukkan pertumbuhan yang masih cukup tinggi walaupun sedikit melambat. Tercatat FDR pada Triwulan IV 2013 mencapai 88,76%, lebih rendah dibandingkan dengan Triwulan III 2013 yang mencapai 100,43%. Grafik 3.3 3. 3 2 Non Performing Financing (NPF) dan Financing to Deposits Ratio (FDR) Perbankan Syariah Jawa Timur
%
FDR (%)
NPF (%)
3.00 2.50 2.00 1.50 1.00 0.50 -
120.00 100.00 80.00 60.00 40.00 20.00 Tw I
Tw II
Tw III
2012
Tw IV
Tw I
Tw II
Tw III
Tw IV
2013
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur ProvinsiJawaTimur Triwulan IV – 2013
67
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
3.4. BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) Indikator kinerja utama BPR di Jawa Timur pada Triwulan IV - 2013 secara umum menunjukkan perlambatan dibandingkan dengan periode sebelumnya. Tercatat total aset BPR pada periode laporan tumbuh sebesar 14,71% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 17,19% (yoy). Penghimpunan dana tumbuh sebesar 11,45% (yoy) pada periode laporan, lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya yang tercatat sebesar 11,9%. Demikian pula penyaluran kredit BPR yang tumbuh sebesar 18,23% (yoy), sedikit melambat dibandingkan dengan Triwulan III 2013 yang tercatat sebesar 18,23% (yoy).
Tabel 3.4 3.4 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur
BPR (Juta Rupiah)
2012 II
III
7,345,638 8,013,778 1 T otal As s et 2 K re dit 5,572,413 5,806,554 P er J enis P enggunaan 3,631,661 3,781,188 - Modal Kerja 171,126 195,048 - Inves tas i 1,769,626 1,830,319 - Kons ums i 4.14% 4.24% 3 NP L (%) 4,385,038 4,737,430 4 Dana (dpk) 3,032,046 3,271,589 - Depos ito 1,352,992.08 1,465,841.86 - T abungan 127.08% 122.57% 4 L DR
2013 IV
I
8,327,121
8,572,689
8,966,980
II
9,391,693
III
9,458,203
IV
5,936,457
6,189,661
6,697,201
6,920,414
6,853,955
3,801,754 284,088 1,850,615 3.39%
4,105,148 202,962 1,881,551 3.84%
4,481,920 225,223 1,990,057 3.77%
4,617,058 258,083 2,045,274 4.28%
4,616,767 245,564 1,991,624 4.00%
4,892,009
4,984,885
5,093,066
5,301,227
5,405,566
3,319,944 1,572,064 121.35%
3,377,435 1,607,450 124.17%
3,497,001 1,596,064 131.50%
3,651,184 1,650,044 130.54%
3,669,283 1,736,284 126.79%
Sumber: Bank Indonesia, data diolah
Sampai dengan Triwulan IV 2013, total dana masyarakat yang disimpan pada BPR di Jawa Timur mencapai Rp 5,4 triliun. Penghimpunan dana pihak ketiga oleh BPR didominasi oleh deposito yang mencapai 67,88% terhadap total DPK, sementara tabungan memperoleh proporsi yang lebih kecil yaitu sebear 32,12% dari total DPK. Namun demikian apabila ditinjau dari sisi pertumbuhannya, tabungan mampu tumbuhsebesar 13,25% (yoy),lebih tinggi dibandingkan dengan deposito yang tercatat tumbuh sebesar 10,62% (yoy). Hal ini menunjukkan bahwa BPR mulai meningkatkan penghimpunan dana murah dari masyarakat yang berbentuk tabungan. Di sisi lain, stabilnya peningkatan dana masyarakat dalam bentuk deposito dan tabungan yang disimpan di BPR hingga Triwulan IV 2013, menunjukkan tingginya kepercayaan masyarakat terhadap kinerja BPR. Selain itu, adanya fenomena peningkatan BI Rate dan LPS rate turut mendongkrak peningkatan suku bunga simpanan di BPR yang secara rata-rata berada di atas tingkat suku bunga deposito bank umum.
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur ProvinsiJawaTimur Triwulan IV – 2013
68
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Grafik 3.3 3.33 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga BPR (% - yoy)
TABUNGAN
DPK
DPK
30.00
12.00
25.00
10.00
20.00
8.00
15.00
6.00
% qtq
% yoy
DEPOSITO
Grafik 3.3 3.34 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga BPR (%-qtq)
10.00
Deposito
Tabungan
4.00
5.00 2.00
-
I
II
III
IV
I
II
2012
III
0.00
IV
I
II
(2.00)
2013
III
IV
I
II
2011
III
IV
I
II
2012
III
IV
2,013
Grafik 3.3 3. 35 Pertumbuhan Kredit BPR per-Jenis Penggunaan (yoy)
Juta Rp
Modal Kerja G Modal Kerja
Investasi G Investasi
Konsumsi G Konsumsi 120.00 100.00 80.00 60.00 40.00 20.00 (20.00)
5,000,000 4,000,000 3,000,000 2,000,000 1,000,000 -
I
II
III
IV
I
2012
II
III
IV
2013
Kredit yang disalurkan oleh BPR didominasi oleh kredit modal kerja dengan prosentase mencapai 67% dari total kredit. Dari sisi pertumbuhannya, pada Triwulan IV 2013 kredit modal kerja tumbuh paling tinggi yaitu sebesar 21,44% (yoy). Sementara itu kredit konsumsi dan investasi yang disalurkan BPR tumbuh lebih rendah yaitu sebesar 7,62% (yoy) dan -13,56% (yoy). Tingginya pertumbuhan kredit modal kerja yang disalurkan mengindikasikan bahwa BPR mulai meningkatkan penyaluran kreditnya pada sektor produktif sehingga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat di sekitarnya. Grafik 3.3 3. 37 Perkembangan LDR & NPL BPR
Grafik 3.3 3.36 Proporsi Kredit BPR Per Jenis Penggunaan
Modal Kerja
Investasi
LDR
Konsumsi
%
29%
67% 4%
NPL Skala Kanan
135.00%
8.00%
130.00%
6.00%
125.00%
4.00%
120.00%
2.00%
115.00%
0.00% I
II
III
2012
IV
I
II
III
IV
2013
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur ProvinsiJawaTimur Triwulan IV – 2013
69
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Setelah menunjukan peningkatan signifikan pada periode sebelumnya, Loan to Deposit
Ratio (LDR) BPR pada periode laporan menunjukkan penurunan meski masih pada level yang cukup tinggi. Tercatat LDR BPR oada periode laporan adalah sebesar 126,79%, lebih rendah dibandingkan dengan Triwulan III 2013 yang mencapai 130,54%. Sementara itu, kualitas kredit yang ditunjukkan dengan rasio Non Performing Loan (NPL) menunjukkan penurunan dari 4,28% pada Triwulan III 2013 menjadi sebesar 4% pada periode laporan. Masih cukup tingginya kredit risiko kredit BPR mencerminkan perlunya peningkatan kewaspadaan dan pengawasan BPR terhadap kredit yang disalurkan melalui penyeleksian profil debitur secara efisien dengan memperhatikan konsep 5 C (Capital, Collateral, Capacity, Character, dan
Condition of Economy). 3.5. BANK BERKANTOR PUSAT DI SURABAYA 1
Kinerja 6 (enam) bank umum yang berkantor pusat di Surabaya pada TriwulanIV 2013 secara umum menunjukkan tren pertumbuhan yang stabil dan cenderung meningkat.Tercatat pertumbuhan total aset Bank Berkantor Pusat di Jawa Timur meningkat dari9,13% (yoy) pada Triwulan III 2013 menjadi sebesar 14,83% (yoy) pada Triwulan IV 2013. Tabel 3.5 3.5 Perkembangan Indikator Bank Berkantor Pusat di Surabaya 2012
2013
Bank KP di Jatim II 38,361,025.00
III 42,254,532.00
Pertumbuhan (yoy %)
29.30
Pertumbuhan (qtq %)
4.65 26,605,346.00
27,931,448.00
15.66
16.60
0.99 18,919,553.00
4.98 19,726,756.00
21.83
18.26
8.51 71.11% 1.89%
4.27 70.63% 2.01%
Total Aset (Jt Rp)
Dana Pihak Ketiga (Jt Rp) Pertumbuhan (yoy %) Pertumbuhan (qtq) Kredit (Jt Rp) Pertumbuhan (yoy %) Pertumbuhan (qtq) LDR (%) NPL (%)
IV 35,941,107.00
I 41,263,366.55
II 43,389,416.06
35.28
17.61
12.56
13.11
9.13
14.83
10.15
(14.94)
14.81
5.15
6.27
(10.50)
23,996,099.00
25,173,780.01
26,866,224.34
10.30
(4.44)
0.98
4.91 20,175,683.58
6.72 21,750,303.72
16.79
15.71
14.96
16.35
18.45
0.40 82.54% 2.06%
1.87 80.15% 2.03%
7.80 80.96% 2.27%
5.52 73.14% 2.17%
3.48 80.54% 1.97%
(14.09) 19,805,245.00
III IV 46,111,458.29 41,269,589.95
31,381,327.20 29,486,755.35 12.35
22.88
16.81 (6.04) 22,951,115.45 23,749,501.69
1
) 6 Bank BerkantorPusat di kota Surabaya : Bank Jatim, Bank Maspion, Bank Antardaerah (Bank Anda), Bank AnglomasInternasional (Bank Amin), Bank CentratamaNasional Bank (CNB)dan Bank Prima Mas,ter.
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur ProvinsiJawaTimur Triwulan IV – 2013
70
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Grafik 3.39 3. 39 Pertumbuhan Indikator Bank Ber-KP diSurabaya (qtq)
Grafik 3.3 3.3 8 Pertumbuhan Indikator Bank BerKP di Surabaya (yoy) Kredit
Aset
DPK
Kredit
DPK
20.00 15.00 10.00 5.00
%
% yoy
Aset 50.00 45.00 40.00 35.00 30.00 25.00 20.00 15.00 10.00 5.00 0.00 (5.00) (10.00)
0.00 I
II
III
IV
I
II
III
IV
I
II
III
IV
(5.00) 2011
2012
2013
(10.00)
I
II
III
IV
2011
I
II
III
IV
I
II
2012
III
(15.00)
IV
(20.00)
2013
Sumber utama pertumbuhan aset bank berkantor pusat di Surabaya adalah peningkatan dana pihak ketiga terutama deposito yang meningkat cukup tinggi yaitu mencapai 28,80% (qtq) dibandingkan periode sebelumnya.Komposisi Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dihimpun dari masyarakat relatif merata antara giro, deposito dan tabungan dengan proporsi masing-masing sebesar 34%, 36% dan 30% dari total DPK.
Grafik 3.4 3.41 Pertumbuhan DPK Per Jenis Simpanan Pada Bank Ber-KP di Surabaya (qtq)
Grafik 3.4 3.40 Proporsi DPK Per Jenis Simpanan Pada Bank Ber KP di Surabaya
Giro
Deposito
30%
Giro
Tabungan
% qtq
34%
36%
50.00 45.00 40.00 35.00 30.00 25.00 20.00 15.00 10.00 5.00 0.00 (5.00) (10.00) (15.00) (20.00) (25.00) (30.00) (35.00) (40.00) (45.00)
I
II
III 2011
Deposito
IV
I
II
Tabungan
III 2012
IV
I
II
III
IV
2013
Penyaluran kredit Bank Umum yang berkantor pusat di Surabaya tumbuh sebesar 18,45% (yoy) dan 3,48% (qtq), meningkat dari sebesar Rp22,95 triliun pada Triwulan III2013 menjadi Rp 23,75triliun pada periode laporan.Berdasarkan jenis kreditnya, kredit konsumsi masih memiliki porsi terbesar yaitu mencapai 60%, disusul kemudian oleh kredit modal kerja dengan proporsi sebesar 34%. Sementara kredit investasi mencatat pertumbuhan terkecil dengan prosentase sebesar 6%.
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur ProvinsiJawaTimur Triwulan IV – 2013
71
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Tren pertumbuhan kredit modal kerjaberfluktuasi dan membentuk pola tertentu yaitu meningkat di akhir tahun. Sedangkan kredit konsumsi walaupun secara komposisi mendominasi, namun tren pertumbuhannya terus menurun dibandingkan periode sebelumnya. Dengan demikian diharapkan perpaduan dua kondisi tersebut akan tetap meningkatkan penyaluran kredit produktif kepada masyarakat. Kinerja penyaluran kredit Bank Umum Berkantor Pusat di Surabaya pada TriwulanIV2013didukungoleh terjaganya kualitas kredit yang ditunjukkan oleh rasio NPL yang cukup rendah dan stabil,yaitudi kisaran 1,97%, lebih rendah bila dibandingkan dengan NPL Triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 2,17%. Grafik 3.4 3.42 Perkembangan Kredit Per Jenis Penggunaan Pada Bank Ber-KP di Surabaya (qtq)
% qtq
Modal Kerja 40.00 35.00 30.00 25.00 20.00 15.00 10.00 5.00 0.00 (5.00) (10.00) (15.00) (20.00) (25.00) (30.00)
Investasi
Grafik 3.4 3.43 Proporsi Kredit Per Jenis Penggunaan Bank Ber KP di Surabaya
Konsumsi
Modal Kerja
Investasi
Konsumsi 34% 60% I
II
III
IV
2011
I
II
III
IV
I
II
2012
III
IV
2013
6%
Dalam menjalankan fungsinya sebagai lembaga intermediasi, Bank Umum Berkantor Pusat
di
Jawa
Timurmenunjukkan
perkembangan
kinerja
positif
yang
terlihat
dariterjaganyaLoan to Deposit Ratio (LDR) di angka yang cukup tinggi yaitu 80,54%. Jumlah tersebut meningkat dar periode sebelumnya yang tercatat sebesar 73,14% dan mencerminkan baiknya fungsi intermediasi, disamping tingginya permintaan kredit pada akhir tahun (liburan natal dan tahun baru). Grafik 3.4 3. 44 Perkembangan LDR dan NPL Bank Berkantor Pusat di
LDR
NPL (rhs)
90.00% 80.00% 70.00% 60.00% 50.00% 40.00% 30.00% 20.00% 10.00% 0.00%
2.50% 2.00% 1.50% 1.00% 0.50% 0.00% I
II
III
2011
IV
I
II
III
2012
IV
I
II
III
2013
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur ProvinsiJawaTimur Triwulan IV – 2013
72
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
3.6. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Sistem pembayaran merupakan salah satu komponen terintegrasi dengan fungsi Bank Indonesia lainnya yaitu moneter dan stabilitas sistem keuangan. Kebijakan dan pelaksanaan Sistem Pembayaran mempunyai keterkaitan dengan efektivitas pengendalian moneter dan kestabilan sistem keuangan. Sampai dengan akhir tahun 2013, kegiatan Sistem Pembayaran di Jawa Timur baik tunai maupun non tunai berjalan dengan sangat baik. Hal tersebut tidak terlepas dari tingginya komitmen Bank Indonesia dalam menjamin kelancaran sistem pembayaran dan pemenuhan kebutuhan uang masyarakat, baik dalam jumlah maupun pecahan yang mencukupi. Beberapa indikator yang dapat digunakan untuk melihat perkembangan kinerja Sistem Pembayaran di Jawa Timur antara lain peningkatan jumlah transaksi keuangan tunai yang terdiri atas aliran uang masuk dari perbankan ke Bank Indonesia (inflow) dan aliran uang keluar dari Bank Indonesia ke perbankan (outflow), transaksi keuangan non tunai (BI-Real
Time Gross Settlement (BI-RTGS) dan Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI)), serta jumlah temuan uang palsu di Wilayah Jawa Timur.
PERKEMBANGAN TRIWULANAN 3.6.1 Transaksi Sistem Pembayaran Tunai Transaksi pembayaran tunai di Bank Indonesia tercermin dari beberapa kegiatan, antara lain: jumlah aliran uang keluar dari Bank Indonesia ke perbankan (outflow), jumlah aliran uang masuk dari perbankan ke Bank Indonesia (inflow), serta kegiatan pemusnahan Uang Tidak Layak Edar (UTLE). a.
Aliran Uang Masuk / Keluar (Inflow/Outflow Inflow/Outflow) Pada Triwulan IV 2013, jumlah aliran uang kartal dari dan ke Bank Indonesia di
wilayah Jawa Timur yang meliputi KPwBI Wilayah IV (Surabaya), Malang, Kediri, dan Jember secara kumulatif menunjukkan posisi net outflow setelah mencatat net inflow pada periode sebelumnya. Hal tersebut dapat diartikan bahwa jumlah aliran uang kartal yang keluar dari Bank Indonesia kepada perbankan (outflow) lebih besar dibandingkan dengan jumlah aliran uang kartal yang masuk dari perbankan ke Bank Indonesia (inflow).
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur ProvinsiJawaTimur Triwulan IV – 2013
73
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Tabel 3.6 Perkembangan Arus UangTunai (Inflow –Outflow) Kantor Perwakilan Bank Indonesia dalam miliar rupiah Wilayah
2012
Keterangan Tw III
SURABAYA
KEDIRI
MALANG
JEMBER
JAWA TIMUR
2013 Tw IV
Tw I
Tw II
Tw III
Tw IV
OUTFLOW
6.803,54
6.192,91
4.728,70
7.026,66
10.069,52
INFLOW
8.120,04
4.776,87
7.502,76
4.975,73
9.058,45
7.858,51 4.748,35
NET FLOW
1.316,50
(1.416,04)
2.774,06
(2.050,92)
(1.011,07)
(3.110,16)
OUTFLOW
3.585,98
2.561,01
1.657,39
2.183,55
3.803,58
2.830,61
INFLOW NET FLOW OUTFLOW INFLOW NET FLOW
2.309,86 (1.276,12) 1.996,30 2.823,32 827,02
1.269,90 (1.291,11) 1.417,27 2.792,64 1.375,38
2.194,90 537,51 826,44 4.205,10 3.378,66
1.656,83 (526,72) 1.105,54 3.069,28 1.963,74
3.514,64 (288,94) 2.139,94 4.160,30 2.020,36
1.696,85 (1.133,76) 2.217,84 2.982,05 764,21
OUTFLOW INFLOW NET FLOW OUTFLOW INFLOW NET FLOW
1.915,09
1.359,02
1.450,60
2.039,90
1.508,41
1.654,95 (260,14) 14.300,91 14.908,16 607,25
1.154,19 (204,83) 11.530,20 9.993,60 (1.536,60)
1.652,96 202,35 11.766,34 11.354,80 (411,54)
2.048,87 8,97 18.052,93 18.782,25 729,32
1.548,03 39,61 14.415,37 10.975,28 (3.440,10)
943,13 2.088,87 1.145,75 8.155,66 15.991,64 7.835,97
Keterangan : Net Flow (+) : Net Inflow Net Flow (-) : Net outflow
Tercatat net outflow Jawa Timur pada periode laporan cukup besar yaitu mencapai sebesar Rp 3,44 triliun. Kondisi tersebut cukup berbeda apabila dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencatat net inflow sebesar Rp 729,32 miliar (Triwulan III 2013). Net outflow yang terjadi pada periode ini disebabkan oleh peningkatan aktivitas ekonomi masyarakat pada momen liburan natal dan tahun baru. Selain itu, tingginya realisasi anggaran belanja pemerintah daerah di akhir tahun juga turut mendorong peningkatan kebutuhan uang kartal masyarakat Jawa Timur pada periode laporan. Grafik 3.45 Perkembangan Arus UangTunai (Inflow – Outflow) Dalam Juta Rupiah
OUTFLOW
Grafik 3.46 Perkembangan Net Flow JawaTimur
INFLOW
NETFLOW
15.000,00 Miliar Rupiah
Miliar Rupiah
20.000,00
10.000,00 5.000,00 Tw I
Tw II
Tw III
2012
Tw IV
Tw I
Tw II
Tw III
2013
Tw IV
10.000,00 8.000,00 6.000,00 4.000,00 2.000,00 (2.000,00) (4.000,00) (6.000,00)
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV 2012
2013
Namun demikian, apabila ditinjau lebih dalam, jumlah inflow dan outflow pada periode laporan menunjukkan penurunan dibandingkan dengan periode sebelumnya.
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur ProvinsiJawaTimur Triwulan IV – 2013
74
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Tercatat outflow selama Triwulan IV 2013 mencapai Rp 14,42 triliun, turun -20,15% (qtq) dibandingkan Triwulan III 2013 yang tercatat sebesar Rp 18,05 triliun. Demikian pula dengan jumlah uang kartal yang kembali ke Bank Indonesia (inflow) yang menunjukkan penurunan cukup signifikan dari Rp 18,78 triliun pada Triwulan III 2013 menjadi sebesar Rp 10,97 pada Triwulan IV 2013 dengan prosentase penurunan mencapai -41,57% (qtq). Penurunan jumlah inflow dan outflow pada periode laporan disebabkan oleh kembali normalnya jumlah kebutuhan uang kartal, pasca peningkatan yang cukup signifikan pada saat bulan puasa dan lebaran 2013 yang jatuh pada Triwulan III 2013. Jumlah aliran uang kartal dari dan ke Bank Indonesia di Jawa Timur mengikuti pola tren pergerakan triwulanannya. Di Provinsi Jawa Timur, jumlah outflow dan inflow uang kartal akan meningkat cukup tinggi pada momen perayaan tertentu seperti bulan puasa dan Hari Raya Idul Fithri, kemudian kembali normal pada periode selanjutnya. Adanya momen tahun ajaran baru pada pertengahan tahun serta perayaan Natal dan Tahun Baru pada akhir tahun juga turut mendorong terjadinya net outflow pada periode dimaksud.
b.
Uang Kartal Tidak Layak Edar Selain pengelolaan aliran uang kartal dari dan ke Bank Indonesia, salah satu tugas
Bank Indonesia dalam sistem pembayaran tunai adalah memelihara kualitas uang kartal yang diedarkan kepada masyarakat atau yang biasa disebut dengan Clean Money Policy. Kegiatan dimaksud antara lain terkait dengan pemusnahan Uang Kartal Tidak Layak Edar (UTLE) secara rutin. Selama Triwulan IV 2013, tercatat jumlah uang tidak layak edar yang dimusnahkan adalah sebesar Rp 4,61 triliun atau melambat -8,03% (qtq) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Perlambatan tersebut terkait dengan terjadinya net outflow pada periode laporan.
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur ProvinsiJawaTimur Triwulan IV – 2013
75
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN Grafik 3.47 Pemusnahan Uang Tidak Layak Edar (UTLE)
Juta Rupiah
PTTB UTLE
Rasio PTTB thdp Inflow (%) Rasio UTLE thd inflow (%) rhsrhs
6.000,00
50,00
5.000,00
40,00
4.000,00
30,00
3.000,00
20,00
2.000,00
10,00
1.000,00
-
0,00 Tw III
Tw IV
Tw I
Tw II
2012
Tw III
Tw IV
2013
Sementara itu, persentase jumlah Uang Kartal Tidak Layak Edar (UTLE) terhadap inflow di Provinsi Jawa Timur secara umum menunjukan tren peningkatan. Tercatat rasio UTLE terhadap inflow di Jawa Timur pada triwulan akhir 2013 adalah sebesar 42,04%, meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 26,71%. Selain didorong oleh peningkatan aktifitas ekonomi masyarakat seiring tingginya pertumbuhan ekonomi Jawa Timur, peningkatan jumlah uang tidak layak edar yang dimusnahkan pada periode laporan juga disebabkan oleh faktor siklikal pasca tingginya penggunaan uang kartal pada pertengahan tahun 2013 (momen tahun ajaran baru dan jelang lebaran 2013). Dalam rangka mengendalikan jumlah uang kartal tidak layak edar yang dimusnahkan, Bank Indonesia terus melakukan upaya sosialisasi kepada masyarakat mengenai pentingnya perlakuan yang tepat terhadap uang kartal, antara lain melalui brosur, pamflet, serta edukasi perbankan. Dengan demikian diharapkan usia edar uang kartal dapat lebih panjang sehingga mengurangi besarnya volume UTLE yang pada akhirnya mengurangi biaya percetakan uang baru.
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur ProvinsiJawaTimur Triwulan IV – 2013
76
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
c.
Temuan Uang Palsu Grafik 3.48 Statistik Uang Palsu yang Ditemukan (lembar) Lembar
Surabaya
Malang
Kediri
Jember
Jatim (rhs)
5.000
10.000
4.000
8.000
3.000
6.000
2.000
4.000
1.000
2.000
0
0 Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II tw III Tw IV 2011
2012
2013
Selama Triwulan IV Tahun 2013, penemuan uang palsu di Jawa Timur baik melalui perbankan maupun berdasarkan laporan masyarakat menunjukkan peningkatan dibandingkan periode sebelumnya. Tercatat penemuan uang palsu pada periode laporan sebanyak 7.654 lembar dalam berbagai pecahan. Jumlah tersebut meningkat 2,97% (qtq) apabila dibandingkan dengan temuan pada Triwulan III 2013 yang tercatat sebanyak 7.433 lembar. Grafik 3.49 Statistik Uang Palsu yang ditemukan (lembar)
Surabaya
Malang
Kediri
Jember
10%
Grafik 3.50 Statistik Pecahan Uang Palsu di Jatim (lembar)
100.000 50.000
20.000
5.000
1.000
2.000
10.000
1% 1% 11% 1% 2%
22% 51%
15%
17%
69%
Sumber : Bank IndonesiaSurabaya
Sebagaimana periode sebelumnya, sebagian besar uang palsu yang beredar di Jawa Timur pada Triwulan IV 2013 masih didominasi oleh nominal Rp100.000,- dengan proporsi sebesar 69% dari total temuan (berdasarkan lembar). Surabaya sebagai kota
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur ProvinsiJawaTimur Triwulan IV – 2013
77
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
terbesar dan pintu gerbang perdagangan dengan Indonesia Timur, hingga saat ini masih menjadi kota dengan penemuan uang palsu tertinggi di wilayah Jawa Timur. Menghadapi maraknya pemalsuan uang, Bank Indonesia bersama instansi berwenang yang terkait terus berupaya melakukan penanggulangan yang bersifat preventif maupun represif. Tindakan preventif dilaksanakan melalui upaya–upaya memasyarakatkan pengetahuan mengenai ciri-ciri keaslian uang rupiah, meningkatkan unsur pengaman pada uang baru, serta peningkatan kerjasama dengan instansi terkait di dalam maupun luar negeri. Sementara itu, upaya penanggulangan secara represif dilaksanakan oleh Kepolisian dengan menangkap dan menghukum pembuat maupun pengedar uang palsu sesuai dengan ketentuan perundang - undangan yang berlaku. 3.6.2 Transaksi Sistem Pembayaran Non Tunai Alat pembayaran nontunai terus berkembang dan semakin lazim dipakai masyarakat. Transaksi pembayaran nontunai dengan nilai besar diselenggarakan Bank Indonesia melalui sistem BI-RTGS (Real Time Gross Settlement) dan Sistem Kliring. Sebagai informasi, sistem BI-RTGS adalah muara seluruh penyelesaian transaksi keuangan di Indonesia.Sebagian besar transaksi keuangan nasional bernilai besar dan bersifat mendesak (urgent) seperti transaksi di Pasar Uang Antar Bank (PUAB), transaksi di bursa saham, transaksi pemerintah, transaksi valuta asing (valas) serta settlement hasil kliring dilakukan melalui sistem BI-RTGS. Transaksi sistem pembayaran non tunai dalam kajian ini mencakup kegiatan transaksi non tunai masyarakat melalui perbankan dengan menggunakan sistem BI-Real
Time Gross Settlement (BI-RTGS) dan Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI). Secara umum perkembangan keduanya jenis sistem pembayaran tersebut di Jawa Timurterus mengalami peningkatan dari waktu ke waktu dengan dominasi terbesar transaksi RTGS.
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur ProvinsiJawaTimur Triwulan IV – 2013
78
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Grafik 3.51 Perkembangan Transaksi Non Tunai di JawaTimur
Share Kliring
Share RTGS
Kliring (Rp triliun)
250,00
100% 80% 60% 40% 20% 0%
RTGS (Rp triliun)
200,00 150,00 100,00 50,00 0,00
Tw I
Tw II Tw III Tw IV Tw I 2012
Tw II Tw III Tw IV
Tw I
Tw II
Tw III
Tw IV
2012
2013
Tw I
Tw II
Tw III
Tw IV
2013
a. Transaksi BIBI- RTGS ( R eal Time Gross Settlement) BI--RTGS adalah sistem transfer dana elektronik yang penyelesaian setiap transaksinya dilakukan dalam waktu seketika. Sejak dioperasikan oleh Bank Indonesia pada tanggal 17 November 2000, BI-RTGS berperan penting dalam pemrosesan aktivitas transaksi pembayaran, khususnya untuk memproses transaksi pembayaran yang termasuk High Value Payment System (HVPS) atau transaksi bernilai besar yaitu transaksi Rp.100 juta ke atas dan bersifat segera (urgent). Transaksi HPVS saat ini mencapai 90% dari seluruh transaksi pembayaran di Indonesia sehingga dapat dikategorikan sebagai sistem pembayaran nasional yang memiliki peranan signifikan (Systemically Important
Payment System). Grafik 3.52 Perkembangan Transaksi RTGS di Jawa Timur
250,00
Transaksi
1.000.000 100.000 10.000 1.000 100 10 1
200,00 150,00 100,00 50,00 0,00 Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV 2012
Volume
2013
Nominal (Rp Triliun) rhs
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur ProvinsiJawaTimur Triwulan IV – 2013
79
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Transaksi keuangan dengan menggunakan sistem BI-RTGS di Jawa Timur terus menunjukkan tren peningkatan. Pada Triwulan IV 2013, jumlah volume transaksi RTGS di Jawa Timur tercatat sebanyak 184.098 transaksi dengan nominal mencapai Rp 223,33 triliun. Nominal transaksi BI RTGS tersebut meningkat 5,93% (qtq) dibandingkan dengan periode sebelumnya. Peningkatan transaksi RTGS pada periode laporan didorong oleh tingginya transaksi ekonomi yang bersifat high value dan mendesak jelang akhir tahun, baik oleh sektor swasta maupun pemerintah. Grafik 3.53 Pertumbuhan Transaksi RTGS (qtq)
Nominal
Volume
60,00 40,00
% qtq
20,00 (20,00)
Tw I
Tw II
Tw III Tw IV
Tw I
Tw II
2012
(40,00)
Tw III Tw IV
2013
(60,00)
Searah dengan perkembangan perekonomian di beberapa kota di Jawa Timur, besar transaksi RTGS di tingkat kota/kabupaten masih menunjukkan terpusatnya kegiatan perekonomian pada wilayah–wilayah tertentu. Berdasarkan asal kotanya, pada transaksi
outgoing dan incoming RTGS masih didominasi oleh kota/kabupaten dengan kapasitas perekonomian yang cukup menonjol,dimana Kota Surabaya sebagai Ibu Kota provinsi Jawa Timur masih mendominasi besarnya transaksi. Grafik 3.54 6 Kota dengan aktivitas Transaksi Outgoing RTGS Terbesar Tw III -2013
Grafik 3.55 6 Kota dengan aktivitas Transaksi Incoming RTGS Terbesar Tw III -2013
140.000
140.000
120.000
120.000
100.000
Nilai (Miliar Rp)
100.000
Volume
80.000
80.000
60.000
60.000
40.000
40.000
20.000
20.000
Nilai (Miliar Rp)
Volume
-
SURABAYA MALANG
KEDIRI
GRESIK
BATU
JEMBER
SURABAYA MALANG
KEDIRI
GRESIK
BATU
JEMBER
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur ProvinsiJawaTimur Triwulan IV – 2013
80
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Tercatat transaksi RTGS selama Triwulan IV -2013 dari kota Surabaya ke kota lainnya (outgoing) mencapai Rp 131,5 triliun dengan volume sebanyak 67.454 transaksi. Sementara itu transaksi RTGS yang masuk ke rekening perbankan di Surabaya (incoming) tercatat sebanyak 101.604 transaksi dengan nilai mencapai Rp 114,36 triliun. Kota lain di Jawa Timur yang memiliki transaksi RTGS cukup tinggi, baik outgoing maupun incoming pada periode ini adalah Kediri, Malang, Gresik, Batu, Jember dan Sidoarjo. b.
Transaksi Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) Dalam rangka mendukung kelancaran sistem pembayaran, khususnya melalui
transaksi Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI), kegiatan kliring di Jawa Timur diikuti oleh 474 kantor peserta kliring baik langsung maupun tidak langsung yang tersebar di 38 kabupaten/kota. Penyelenggaraan kegiatan kliring dilaksanakan di 4 (empat) Kantor Perwakilan Bank Indonesia di wilayah Jawa Timur yaitu Surabaya, Malang, Kediri dan Jember. Tabel 3.7 Perputaran Kliring dan Tolakan Cek, Bilyet Giro Tw IV - 2013
Kota
Surabaya Malang Kediri Jember Jatim
Jumlah Kantor Peserta 264 60 81 69 474
Perputaran Kliring ( D ) Lembar (satuan) 882.346 78.841 60.636 41.683 1.063.506
Nominal (juta Rp) 38.115.647 2.965.348 2.046.480 1.272.342 44.399.817
Rata-2 Perputaran Jumlah Penolakan Cek Rata-2 Penolakan Cek % Rata-2 Penolakan Kliring Sehari Dan Giro Kosong Dan BG Kosong SehariCek SehariCek & BG Kosong Sehari Lembar Nominal Lembar Nominal Lembar Nominal Lembar Nominal (satuan) (juta Rp) (satuan) (juta Rp) (satuan) (juta Rp) (%) (%) 14.465 624.847 15.704 588.805 257 9.653 1,78 1,54 1.292 48.612 1.238 67.032 20 1.099 1,57 2,26 994 33.549 981 29.145 16 478 1,62 1,42 683 20.858 808 22.585 13 370 1,94 1,78 17.435 727.866 18.731 707.567 307 11.599 1,76 1,59
Secara nominal, transaksi perputaran kliring di Jawa Timur yang berlangsung pada Triwulan IV 2013 menunjukkan penurunan dibandingkan periode sebelumnya. Tercatat jumlah nominal transaksi kliring pada periode laporan adalah sebesar Rp 44,39 triliun, lebih rendah apabila dibandingkan dengan Triwulan sebelumnya yang mencatat nominal transaksi sebesar Rp 51,73 triliun. Jumlah nominal kliring tersebut turun -14,19 % (qtq) dibandingkan periode sebelumnya. Volume transaksi kliring pada periode laporan juga mencatat penurunan dibandingkan dengan periode sebelumnya. Tercatat volume kliring pada Triwulan IV 2013 adalah 1,06 juta lembar warkat (cek, bilyet giro, nota kredit dan nota debet perbankan).
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur ProvinsiJawaTimur Triwulan IV – 2013
81
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Jumlah tersebut sedikit lebih rendah dari jumlah warkat kliring pada Triwulan III 2013 yang tercatat sebanyak 1,35 juta lembar (turun 21,35% qtq). Senada dengan perkembangan triwulanan transaksi sistem pembayaran tunai, penurunan jumlah transaksi dan volume kliring di Jawa Timur pada periode laporan juga dipengaruhi oleh faktor musiman. Diperkirakan volume transaksi ekonomi masyarakat kembali normal pasca peningkatan cukup tinggi di momen puasa dan lebaran (Triwulan III 2013). Grafik 3.56
Grafik 3.57
Perkembangan Transaksi Kliring di JawaTimur
Tolakan Transaksi Kliring di JawaTimur
2012
600.000 400.000 200.000
15.000 10.000 5.000 -
2013
2012
Tw IV
Tw III
Tw II
-
Tw IV
Tw III
Tw II
Tw I
Tw IV
Tw III
Tw II
Tw I
0,00
30.000 25.000 20.000
Tw I
0,50
1.200.000 1.000.000 800.000
Tw IV
1,00
Tolakan Kliring (Warkat-lembar)-Skala Kanan
Tw III
1,50
60,00 50,00 40,00 30,00 20,00 10,00 0,00
Tolakan Kliring (Rp juta)
Tw II
Warkat (juta lembar) rhs
Tw I
Nominal (Rp triliun)
2013
PERKEMBANGAN TAHUNAN 3.6.3 Transaksi Sistem Pembayaran Tunai a.
Aliran Uang Masuk/Keluar ( Inflow/Outflow) Apabila ditinjau secara tahunan, perkembangan peredaran jumlah uang kartal di
Jawa Timur baik inflow maupun outflow menunjukkan perlambatan pertumbuhan walau masih dalam prosentase yang cukup tinggi. Tercatat outflow Jawa Timur selama tahun 2013 adalah sebesar Rp 52,39 Triliun atau meningkat 17,9 % (yoy). Peningkatan outflow tersebut lebih kecil dibandingkan dengan peningkatan tahun sebelumnya (2012) yang tercatat sebesar 30,46% (yoy). Demikian pula dengan inflow yang mencatat perlambatan peningkatan dari sebesar 27,58% (yoy) pada tahun 2012, menjadi sebesar 20,89% (yoy) pada tahun 2013 dengan jumlah nominal sebesar Rp 57,1 triliun.
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur ProvinsiJawaTimur Triwulan IV – 2013
82
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Perlambatan pertumbuhan inflow dan outflow Jawa Timur pada tahun 2013 searah dengan tren pertumbuhan ekonomi Jawa Timur yang melambat dari sebesar 7,3% (yoy) pada tahun 2012 menjadi sebesar 6 ,5% (yoy) pada tahun 2013. Tabel 3.8 Perkembangan Inflow dan Outflow Provinsi Jawa Timur Tahunan
SURABAYA
KEDIRI
MALANG
JEMBER
JAWA TIMUR
juta rupiah Tahun 2013
Tahun 2011
Tahun 2012
OUTFLOW
17.928.719,94
22.428.074,22
29.683.378,34
INFLOW
19.656.151,79
24.398.324,29
26.285.294,41
NET FLOW
1.727.431,85
1.970.250,07
-3.398.083,93
OUTFLOW
8.538.591,55
10.721.002,02
10.475.116,55
Wilayah
Keterangan
INFLOW
5.974.474,01
6.543.940,20
9.063.211,40
NET FLOW
-2.564.117,54
-4.177.061,83
-1.411.905,14
OUTFLOW
4.896.652,38
5.648.245,77
6.289.773,88
INFLOW
9.219.242,88
10.903.263,99
14.416.736,12
NET FLOW
4.322.590,51
5.255.018,23
8.126.962,24
OUTFLOW
2.697.439,93
5.637.650,85
5.942.042,90
INFLOW
2.176.192,03
5.390.851,38
7.338.726,04
NET FLOW
-521.247,90
-246.799,47
1.396.683,14
OUTFLOW
34.061.403,79
44.434.972,86
52.390.311,67
INFLOW
37.026.060,72
47.236.379,86
57.103.967,98
2.964.656,93
2.801.407,00
4.713.656,31
NET FLOW Growth (% yoy) SURABAYA
KEDIRI
MALANG
JEMBER
OUTFLOW
53,39
25,10
INFLOW
32,20
24,13
7,73
OUTFLOW
55,70
25,56
(2,29)
INFLOW
66,55
9,53
38,50
OUTFLOW
68,85
15,35
11,36
INFLOW
52,79
18,27
32,22
5,98
109,00
5,40
147,72
36,13
OUTFLOW INFLOW
JAWA TIMUR
(40,95)
32,35
OUTFLOW
50,60
30,46
17,90
INFLOW
31,42
27,58
20,89
Keterangan : Net Flow (+) : Net Inflow Net Flow (-) : Net outflow
Apabila ditinjau lebih dalam, daerah pusat industri di Jawa Timur seperti Surabaya dan Malang mencatat net outflow pada tahun 2013. Surabaya mencatat net outflow tertinggi dengan nominal mencapai Rp 3,39 triliun, sementara Kediri mencatat net ouflow yang lebih rendah yaitu sebesar Rp 1,411 triliun. Hal tersebut diperkirakan didorong oleh tingginya kebutuhan uang kartal masyarakat untuk aktivitas ekonomi. b.
Uang Tidak Layak edar Perkembangan jumlah uang tidak layak edar atau Pemberian Tanda Tidak Berharga
(UTLE) di Jawa Timur menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan. Selama tahun 2013, Jumlah UTLE meningkat 120,77% (yoy) hingga mencapai Rp 14,58 triliun. Relatif
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur ProvinsiJawaTimur Triwulan IV – 2013
83
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
tingginya peningkatan jumlah UTLE pada tahun 2013 disebabkan oleh adanya kebijakan untuk menekan jumlah UTLE pada tahun 2012 (kebijakan zero racik). Tabel 3.9 Perkembangan UTLE Provinsi Jawa Timur Tahunan
juta rupiah Tahun Growth (% yoy) 2013 2013 6.721.553,04 123,53
Tahun 2011 13.683.529,74
Tahun 2012 3.007.032,03
KEDIRI MALANG
3.342.313,69 2.281.808,35
877.641,79 1.759.143,18
2.598.078,72 2.981.607,87
196,03 69,49
JEMBER
2.004.891,53
960.169,29
2.278.496,48
137,30
JAWA TIMUR
21.312.543,31
6.603.986,30
14.579.736,10
120,77
Wilayah SURABAYA
Surabaya sebagai pusat perdagangan dan industri menyumbang porsi terbesar yaitu mencapai 46,10% dengan jumlah nominal sebesar Rp 6,72 triliun. Sementara daerah dengan jumlah UTLE terkecil pada tahun 2013 adalah Jember dengan prosentase sebesar 15,63%. Hal tersebut dapat menjadi indikasi bahwa perputaran uang kartal di daerah searah dengan tinggi rendahnya aktivitas ekonomi di daerah tersebut. Grafik 3.58 Nominal UTLE di JawaTimur
Surabaya
Kediri
Malang
Jember
16% 46% 20% 18%
c.
Temuan Uang Palsu Secara umum, jumlah temuan uang palsu di Jawa Timur selama tahun 2013
menunjukkan peningkatan dibanding tahun sebelumnya.Tercatat jumlah lembar uang palsu yang ditemukan pada tahun 2013 adalah sebanyak 30.675 lembar, meningkat 19,5% (yoy) dibandingkan tahun 2012 yang tercatat sebanyak 25.670 lembar.
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur ProvinsiJawaTimur Triwulan IV – 2013
84
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Tabel 3.10 Perkembangan Temuan UPAL Provinsi Jawa Timur Tahunan
UPAL Lembar
2011
Surabaya Malang Kediri Jember TOTAL
2012
12.287 3.619 3.540 3.044 22.490
2013
14.559 4.433 3.495 3.219 25.670
13.469 5.539 7.862 3.809 30.675
Growth (%yoy) 2012 2013 18,49 -7,49 22,49 24,95 -1,27 124,95 5,75 18,33 14,14 19,50
Senada dengan jumlah UTLE, wilayah di Jawa Timur dengan jumlah temuan lembar UPAL tertinggi selama tahun 2013 adalah di Surabaya, dengan prosentase sebesar 44%. Disusul kemudian secara berurutan oleh Kediri, Malang dan Jember dengan prosentase masing-masing sebesar 26%, 18% dan 12%. Grafik 3.59 Nominal UTLE pada temuan UPAL di JawaTimur Surabaya
Malang
Kediri
Jember
12% 44% 26% 18%
3.6.4 Transaksi Sistem Pembayaran Non Tunai a. Transaksi BI – RTGS Seiring
dengan
pertumbuhan
ekonomi
Jawa
Timur
yang
cukup tinggi,
perkembangan jumlah transaksi RTGS di Provinsi Jawa Timur terus menunjukkan peningkatan dari waktu ke waktu.Tercatat jumlah transaksi RTGS selama tahun 2013 adalah sebesar Rp 838,36 triliun, atau meningkat 21,86% (yoy) dibandingkan tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp 687,98 Triliun. Namun demikian = volume transaksi RTGS di Jawa Timur meningkat dari 650.730 transaksi menjadi 647.434 volume transaksi.
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur ProvinsiJawaTimur Triwulan IV – 2013
85
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN Tabel 3.11 Perkembangan Transaksi RTGS Provinsi Jawa Timur Tahunan
KETERANGAN
2010
2011
2012
2013
RTGS Nominal (Rp triliun)
519,38
549,62
687,98
838,36
578.026,00
588.712,10
650.730,02
647.434,02
Nominal
22,12
5,82
25,17
21,86
Volume
12,75
1,85
10,53
(0,51)
Volume (transaksi) Growth (%yoy)
b. Transaksi SKNBI Secara keseluruhan transaksi kliring di Jawa Timur terus menunjukkan peningkatan dan mencerminkan semakin tingginya aktifitas ekonomi yang menggunakan sistem pembayaran non tunai. Hal tersebut juga mengindikasikan peningkatan kesadaran masyarakat untuk menggunakan alat pembayaran non tunai Tabel 3.12 Perkembangan Transaksi RTGS Provinsi Jawa Timur Tahunan
KETERANGAN
2010
2011
2012
2013
KLIRING Nominal (Rp triliun) Warkat (juta lembar) rhs Tolakan Kliring (Rp juta) Tolakan Kliring (Warkat-lembar)-Skala Kanan
145,17
165,95
181,16
192,65
5,13
5,33
5,38
5,09
2.588.368,00 2.571.207,89 2.888.263,40 3.164.577,00 93.913,00
110.656,00
84.476,00
86.395,00
Nominal (Rp triliun)
(3,21)
14,31
9,17
6,34
Warkat (juta lembar)
(7,10)
3,84
0,91
(5,39)
Tolakan Kliring (Rp juta)
(0,94)
(0,66)
12,33
9,57
Tolakan Kliring (Warkat-lembar)-Skala Kanan
(5,05)
17,83
(23,66)
2,27
Growth (%yoy)
Tercatat nominal transaksi kliring selama tahun 2013 adalah sebesar Rp 192,65 triliun, atau meningkat 6,34% (yoy) dibandingkan dengan tahun 2012 yang tercatat sebesar Rp 181,16 triliun. Namun demikian, jumlah warkat transaksi melalui kliring selama 1 (satu) tahun sedikit mengalami penurunan,dari sebanyak 5,38 juta lembar menjadi 5,09 juta lembar pada tahun 2013. Hal tersebut menjadi indikasi semakin
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur ProvinsiJawaTimur Triwulan IV – 2013
86
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
besarnya nilai transaksi yang per lembar warkat yang diproses melalui SKNBI, sehingga mencerminkan peningkatan efisiensi traksaksi.
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur ProvinsiJawaTimur Triwulan IV – 2013
87
Bab 4
PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
BAB IV – PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
4 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH 4.1. UMUM Keuangan daerah merupakan aspek fiskal yang penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi suatu wilayah. Belanja daerah secara signifikan berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan Government Expenditure (G) dalam komponen PDRB. Semakin tinggi belanja Pemerintah Daerah, khususnya belanja modal, maka pembangunan daerah tersebut akan semakin maju. Di sisi lain, kebijakan moneter merupakan stimulus untuk mendukung pertumbuhan ekonomi tersebut. Oleh karena itu, diperlukan sinergitas dan koordinasi antar kebijakan moneter dan fiskal. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan wujud pengelolaan keuangan daerah yang berdasarkan UU No.17 Tahun 2003. APBD merupakan rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat daerah (DPRD). Penyusunan APBD memperhatikan adanya keterkaitan antara kebijakan perencanaan dengan penganggaran oleh Pemerintah Daerah serta sinkronisasi dengan berbagai kebijakan Pemerintah Pusat dalam Perencanaan dan Penganggaran Negara. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan suatu gambaran atau tolak ukur pentingnya keberhasilan suatu daerah dalam meningkatkan potensi perekonomian daerah. Pertumbuhan ekonomi suatu daerah akan berdampak positif terhadap peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD), khususnya penerimaan pajak daerah. Kebijakan desentralisasi fiskal yang ditetapkan dalam Undang-Undang Republik Indonesia No.25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat Daerah bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas pengelolaan sumber daya keuangan daerah dalam rangka peningkatan kesejahteraan dan pelayanan kepada masyarakat. Oleh sebab itu, proses pengelolaan keuangan Pemerintah Daerah dalam pelaksanaannya mengacu kepada prinsip transparansi dan akuntabilitas.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2013
88
BAB IV – PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
4.2 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Jawa Timur Grafik 4.1 Perkembangan APBD Provinsi Jawa Timur Juta Rupiah
Pendapatan
Belanja
18,000,000.00 16,000,000.00 14,000,000.00 12,000,000.00 10,000,000.00 8,000,000.00 6,000,000.00 4,000,000.00 2,000,000.00 0.00 2010
2011
2012
2013
Seiring dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi daerah, alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Jawa Timur terus menunjukkan peningkatan dari waktu ke waktu. Tercatat total anggaran pendapatan daerah tahun 2013 adalah sebesar Rp 15,29 triliun, meningkat 1,27% dari total anggaran pendapatan daerah setelah perubahan tahun 2012 yang dianggarkan sebesar Rp 15,09 triliun. Jumlah anggaran belanja daerah juga meningkat sebesar 1,3%, dari Rp 16,01 triliun pada tahun 2012 menjadi Rp 16,21 triliun pada tahun 2013. 4.2.1 Anggaran Pendapatan Daerah Tabel 4.1 Anggaran Pendapatan Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2013 (Juta Rupiah) Uraian
APBD
APBD
Perubahan
Th. 2012
T ahun 2013
%
(Juta Rp) 15,094,257.88
(Juta Rp) 15,286,013
PENDAPAT AN ASLI DAERAH
9,385,804.03
9,523,901
1.47
PAJAK DAERAH
7,733,400.00
7,863,719
1.69
RETRIBUSI DAERAH HASIL PENGELOLAAN
110,984.72
126,405
13.89
KEKAYAAN DAERAH YANG
352,883.86
328,891
-6.80
1,188,535.45
1,204,884
1.38
2,832,022.38
2,895,842
2.25
1,287,673.56
1,177,549
-8.55
1,491,561.14 52,787.68
1,632,648 85,644
9.46 62.24
2,876,431.47
2,866,268
-0.35
25,380.13
10,615
-58.18
2,851,051.34
2,855,652
0.16
PENDAPAT AN DAERAH
1.27
DIPISAHKAN LAIN-LAIN PENDAPATAN ASLI DAERAH YANG SAH DANA PERIMBANGAN DANA BAGI HASIL PAJAK/BAGI HASIL BUKAN PAJAK DANA ALOKASI UMUM DANA ALOKASI KHUSUS LAIN-LAIN PENDAPAT AN DAERAH YANG SAH PENDAPATAN HIBAH DANA PENYESUAIAN DAN OTONOMI KHUSUS
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2013
89
BAB IV – PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
Anggaran Pendapatan Daerah Pemerintah Provinsi Jawa Timur pada tahun anggaran 2013 mencapai Rp 15,29 triliun atau meningkat 1,27% dibandingkan anggaran tahun 2012. Peningkatan tertinggi adalah pada Dana Alokasi Khusus dengan prosentase sebesar 62,24% dan Retribusi Daerah dengan prosentase sebesar 13,89%. Sementara itu, anggaran pendapatan hibah dianggarkan lebih kecil dengan prosentase penurunan sebesar -58,18% dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Sebagaimana pola-pola anggaran di daerah, struktur pendapatan daerah di Jawa Timur didominasi oleh Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang bersumber dari penerimaan pajak daerah seperti Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, Pajak Air Bawah Tanah, Pajak Air Permukaan, Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor serta penerimaaan asli daerah lainnya yang sah. Proporsi PAD yang dianggarkan pada tahun 2013 adalah sebesar 62,3% dari total pendapatan. Sementara itu, Dana Perimbangan dan Pendapatan Lain yang Sah memperoleh proporsi anggaran yang hampir sama, yaitu masing-masing sebesar 18,94% dan 18,75% dari total pendapatan. Grafik 4.2 Proporsi Anggaran Pendapatan Daerah Provinsi Jawa Timur
Pada bagian Pendapatan Asli Daerah, Pajak Daerah masih menjadi sumber pendapatan terbesar dengan prosentase sebesar 83% dari total PAD yang direncanakan diperoleh pada tahun 2013. Proporsi tersebut lebih besar apabila dibandingkan dengan proporsi tahun sebelumnya (2012) yang tercatat sebesar 82%. Proporsi terbesar selanjutnya adalah Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah (13%), Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan (3%), dan Retribusi Daerah (1%).
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2013
90
BAB IV – PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
4.2.2
Realisasi Pendapatan Daerah Tabel 4.2 Realisasi Anggaran Pendapatan Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2013 (Juta Rupiah)
No
Uraian
APBD Th. 2012 (Juta Rp)
4
Juta Rp
15.094.258
11.267.198
PENDAPATAN ASLI DAERAH
9.385.804
7.046.510
4.1.1
PAJAK DAERAH
7.733.400
4.1.2
RETRIBUSI DAERAH
4.1.3
HASIL PENGELOLAAN KEKAYAAN DAERAH YANG DIPISAHKAN
4.1.4
%
Realisasi (Juta Rp) Tw III 2013 Juta Rp
%
12.829.690
83,93
75,08
9.523.901
8.619.793
90,51
5.635.454
72,87
7.863.719
6.997.023
88,98
110.985
74.384
67,02
126.405
71.420
56,50
352.884
349.466
99,03
328.891
329.020
100,04
LAIN-LAIN PENDAPATAN ASLI DAERAH YANG SAH
1.188.535
987.205
83,06
1.204.884
1.222.328
101,45
DANA PERIMBANGAN
2.832.022
2.146.854
75,81
2.895.842
2.188.558
75,58
4.2.1
DANA BAGI HASIL PAJAK/BAGI HASIL BUKAN PAJAK
1.287.674
988.592
76,77
1.177.549
937.435
79,61
4.2.2
DANA ALOKASI UMUM
1.491.561
1.118.671
75,00
1.632.648
1.224.486
75,00
4.2.3
DANA ALOKASI KHUSUS
52.788
39.591
75,00
85.644
26.636
31,10
2.876.431
2.073.835
72,10
2.866.268
2.021.338
70,52
25.380
25.942
102,21
10.615
25.151
236,94
2.851.051
2.047.893
71,83
2.855.652
1.996.187
69,90
4.2
4.3
LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH
4.3.1
PENDAPATAN HIBAH
4.3.4
DANA PENYESUAIAN DAN OTONOMI KHUSUS
74,65
APBD Tahun 2013 (Juta Rp) 15.286.013
4.1
PENDAPATAN DAERAH
Realisasi Tw III 2012
Realisasi total Pendapatan Daerah sampai dengan Triwulan III 2013 mencapai Rp 12,83 triliun, atau telah mencapai 83,93% dari total anggaran sebesar Rp 15,29 triliun. Realisasi tersebut lebih tinggi apabila dibandingkan dengan realisasi pada periode yang sama tahun sebelumnya (Triwulan III 2012) yang hanya mencapai 74,65%. Peningkatan realisasi anggaran pendapatan daerah dimaksud terutama didorong oleh realisasi pendapatan asli daerah sebesar 90,51%. Sumber Pendapatan Asli Daerah Pemerintah Provinsi Jawa Timur sebagian besar berasal dari Pajak Daerah dengan nominal rencana anggaran sebesar Rp 7,86 triliun, atau 82,57% dari total Pendapatan Asli Daerah. Realisasi pajak daerah sampai dengan Triwulan III 2013 adalah sebesar Rp 6,9 triliun, atau telah mencapai 88,89% dari anggaran yang direncanakan. Realisasi tersebut lebih besar apabila dibandingkan dengan realisasi periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 72,87%. Sementara itu, penerimaan retribusi daerah
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2013
91
BAB IV – PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
pada Triwulan III 2013 mencatat realisasi yang lebih rendah yaitu sebesar 56,5% dari anggaran, dengan nominal sebesar Rp 71,42 miliar. Berbeda dengan Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan dan Lain-lain, Pendapatan Daerah yang Sah mencatat prosentase realisasi yang tidak jauh berbeda apabila dibandingkan dengan realisasi tahun lalu. Realisasi Dana Perimbangan pada Triwulan III 2013 telah mencapai 75,58% dengan nominal mencapai Rp 2,19 triliun, sedikit lebih rendah apabila dibandingkan dengan Triwulan III 2012 yang tercatat sebesar 75,81%. Sementara itu, Pendapatan Hibah Provinsi Jawa Timur mencatat realisasi yang cukup tinggi hingga mencapai Rp 25,15 miliar, lebih tinggi dibandingkan rencana anggaran semula yang ditetapkan sebesar Rp 10,61 miliar. Grafik 4.3 Realisasi Pendapatan Asli Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2013 (Juta Rupiah)
Jt Rp
APBD 2013
Realisasi Tw III
9000000 8000000 7000000 6000000 5000000 4000000 3000000 2000000 1000000 0 PAJAK DAERAH
RETRIBUSI DAERAH
HASIL LAIN-LAIN PENGELOLAAN PENDAPATAN ASLI KEKAYAAN DAERAH DAERAH YANG SAH YANG DIPISAHKAN
4.2.3. Anggaran Belanja Daerah Anggaran Belanja Daerah Pemerintah Provinsi Jawa Timur pada tahun 2013 direncanakan sebesar Rp 16,21 triliun atau meningkat 1,30% dibandingkan anggaran belanja tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp 16,01 triliun. Berdasarkan kelompoknya, Belanja Langsung mencatat peningkatan tertinggi yaitu 1,81%, sementara Belanja Tidak Langsung meningkat sebesar 1% dibandingkan tahun sebelumnya. Belanja Bantuan Sosial dicadangkan cukup tinggi yaitu sebesar Rp 77,19 miliar, meningkat 64,6% dibandingkan tahun 2012. Hal tersebut terkait dengan perhatian Pemerintah Provinsi Jawa Timur terhadap dampak kenaikan BBM, TDL dan UMK Provinsi Tahun 2013 terhadap kesejahteraan masyarakat Jawa Timur.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2013
92
BAB IV – PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH Tabel 4.3 Anggaran Belanja Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2013 (Juta Rupiah)
Uraian BELANJA DAERAH BELANJA TIDAK LANGSUNG BELANJA PEGAWAI BELANJA BUNGA BELANJA HIBAH BELANJA BANTUAN SOSIAL BELANJA BAGI HASIL KEPADA PROVINSI/KABUPATEN/ KOTA DAN PEMERINTAHAN DESA BELANJA BANTUAN KEUANGAN KEPADA PROVINSI/ KABUPATEN/KOTA DAN PEMERINTAHAN DESA BELANJA TIDAK TERDUGA BELANJA LANGSUNG BELANJA PEGAWAI BELANJA BARANG DAN JASA BELANJA MODAL
APBD Th. 2012 (Juta Rp) 16,007,745.52
APBD Perubahan Tahun 2013 % (Juta Rp) 16,215,603 1.30
10,088,960.10 1,557,539.37 6,139.01 4,092,242.77 46,900.50
10,189,908 1,725,859 5,516 4,988,320 77,198
1.00 10.81 -10.15 21.90 64.60
2,810,071.50
2,427,977
-13.60
1,516,532.03
903,036
-40.45
59,534.92 5,918,785.42 1,010,963.88
62,000 6,025,695 1,086,920
4.14 1.81 7.51
3,767,460.63 1,140,360.91
3,947,256 991,518
4.77 -13.05
Berdasarkan sub kelompoknya, proporsi Anggaran Belanja Tidak Langsung Provinsi Jawa Timur masih didominasi oleh belanja hibah dengan prosentase sebesar 49% dari total anggaran Belanja Tidak Langsung. Prosentase terbesar selanjutnya adalah Belanja Bagi Hasil kepada Kabupaten / Kota dan Belanja Pegawai dengan prosentase masing-masing sebesar 24% dan 17%. Belanja Pegawai yang diperuntukkan untuk pembayaran gaji pegawai mencatat peningkatan dibandingkan tahun lalu yang hanya sebesar 15% dari total Belanja Tidak Langsung Provinsi. Grafik 4.4 Proporsi Anggaran Belanja Tidak Langsung Provinsi Jawa Timur
Pada kelompok anggaran Belanja Langsung, anggaran Belanja Barang dan Jasa masih mendominasi dengan prosentase sebesar 66%, disusul kemudian dengan Belanja Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2013
93
BAB IV – PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
Pegawai dan Belanja Modal dengan prosentase masing-masing sebesar 18% dan 16%. Peningkatan prosentase belanja barang dan jasa dari sebesar 64% pada tahun 2012 menjadi sebesar 66% pada tahun 2013 terkait dengan peningkatan kebutuhan operasional Pemerintah Provinsi Jawa Timur. Demikian pula dengan peningkatan proporsi belanja pegawai dari sebesar 17% pada tahun 2012 menjadi 18% pada tahun 2013 yang mengindikasikan peningkatan kebutuhan tenaga kerja langsung untuk mendukung kegiatan operasional. Sementara itu, alokasi Belanja Modal yang mencerminkan kegiatan investasi menunjukkan penurunan proporsi dari sebesar 19% pada tahun 2012, menjadi sebesar 16% pada tahun 2013. Grafik 4.5 Proporsi Anggaran Belanja Langsung Provinsi Jawa Timur
4.2.3. Realisasi Belanja Daerah Sampai dengan Triwulan III 2013, realisasi belanja daerah Provinsi Jawa Timur telah mencapai Rp 11,24 triliun, atau telah terealisasi sebanyak 69,31% dari anggaran yang direncanakan. Realisasi tersebut lebih tinggi bila dibandingkan dengan realisasi anggaran belanja daerah pada periode yang sama tahun sebelumnya (Triwulan III 2012) yang mencatat realisasi sebesar 63,51%. Apabila ditinjau berdasarkan sub kelompoknya, realisasi tertinggi adalah Belanja Tidak Langsung yaitu mencapai 75,92% dari yang dianggarkan. Sementara itu, Belanja Langsung terealisasi lebih rendah yaitu sebesar 58,15% dari yang telah dianggarkan.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2013
94
BAB IV – PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH Tabel 4.4 Realisasi Anggaran Belanja Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2013 (Juta Rupiah)
No
Uraian
APBD Th. 2012 (Juta Rp)
5
Realisasi Tw III 2012 Juta Rp
APBD Tahun 2013 (Juta Rp)
%
16.007.746
10.165.927
BELANJA TIDAK LANGSUNG
10.088.960
6.846.247
1.557.539
%
11.239.679
69,31
67,86
10.189.908
7.735.695
75,92
1.134.675
72,85
1.725.859
1.170.993
67,85
6.139
4.238
69,03
5.516
3.956
71,72
4.092.243
2.679.458
65,48
4.988.320
3.784.239
75,86
46.901
25.605
54,59
77.198
39.039
50,57
2.810.071
1.691.009
60,18
2.427.977
1.873.117
77,15
KEPADA PROVINSI/ KABUPATEN/KOTA DAN PEMERINTAHAN DESA BELANJA TIDAK TERDUGA
1.516.532
1.261.677
83,19
903.036
806.235
89,28
59.535
49.586
83,29
62.000
58.114
93,73
BELANJA LANGSUNG
5.918.785
3.319.680
56,09
6.025.695
3.503.983
58,15
5.2.1
BELANJA PEGAWAI
1.010.964
682.430
67,50
1.086.920
777.764
71,56
5.2.2
BELANJA BARANG DAN JASA
3.767.461
2.099.336
55,72
3.947.256
2.254.484
57,12
5.2.3
BELANJA MODAL
1.140.361
537.914
47,17
991.518
471.735
47,58
5.1.1
BELANJA PEGAWAI
5.1.2
BELANJA BUNGA
5.1.4
BELANJA HIBAH
5.1.5
BELANJA BANTUAN SOSIAL BELANJA BAGI HASIL KEPADA PROVINSI/KABUPATEN/ KOTA DAN PEMERINTAHAN DESA BELANJA BANTUAN KEUANGAN
5.1.6 5.1.7 5.1.8 5.2
63,51
Juta Rp
16.215.603
5.1
BELANJA DAERAH
Realisasi (Juta Rp) Tw III 2013
Realisasi belanja tertinggi adalah Belanja Tidak Terduga yaitu sebesar 93,73%. Belanja Pegawai baik di Pos Belanja Langsung maupun Belanja Tidak Langsung pada periode laporan menunjukkan prosentase realisasi yang cukup tinggi yaitu sebesar 75,92% untuk Belanja Pegawai Tidak Langsung, dan 71,56% untuk belanja pegawai langsung. Grafik 4.6 Realisasi Anggaran Belanja Tidak Langsung
Realisasi Tw III 2013
Grafik 4.7 Realisasi Anggaran Belanja Langsung
APBD
Realisasi Belanja Langsung
Juta
Juta
6.000.000 5.000.000 4.000.000 3.000.000 2.000.000 1.000.000 0
4.500.000 4.000.000 3.500.000 3.000.000 2.500.000 2.000.000 1.500.000 1.000.000 500.000 0 BELANJA PEGAWAI
APBD
BELANJA BELANJA MODAL BARANG DAN JASA
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2013
95
Bab 5
KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
BAB V–KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
5 KESEJAHTERAAN MASYARAKAT 5.1. UMUM Pada triwulan IV-2013, kondisi kesejahteraan masyarakat Jawa Timur yang tercermin
pada
kondisi
ketenagakerjaan
dan
kesejahteraan
masyarakat
pedesaanmenunjukkan kondisi perlambatan dibanding periode sebelumnya. Berdasarkan indikator ketenagakerjaan yang telahdirilis Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur (BPS Jatim)mengindikasikan adanya penurunan penyerapan jumlah tenaga kerja. Namun sebaliknya,Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Triwulan IV-2013 di Jawa Timur yang terindikasi adanya peningkatan penyerapan jumlah tenaga kerja terutama di sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR). Nilai Tukar Petani (NTP) yang menjadi salah satu indikator kesejahteraaan masyarakat pedesaan di Jawa Timur menunjukkan perlambatan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.Pergeseran musim tanam dan kelangkaan pupuk bersubsidi mendorong Nilai Tukar Petani (NTP) melambat.Sementara itu, Nilai Tukar Nelayan (NTN) Jawa Timur pada triwulan IV-2013 relatif membaik. 5.2. 5.2. KETENAGAKERJAAN Pada triwulan IV-2013, kondisiperekonomian yang melemah memberikan dampak negatif pada kondisi ketenagakerjaan. 5.2.1. Data Ketenagakerjaan Jawa Timur Di Jawa Timur dalam kurun waktu Agustus 2012 – Agustus 2013,rasio penduduk yang menganggur dengan jumlah angkatan kerja yang biasa disebut dengan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) mengalami peningkatan sebesar 0,21%, dari 4,12% menjadi 4,33%.Kondisi ini dipicu oleh terjadinya penambahan angkatan kerja dalam kurun waktu tersebut (236 ribu orang) lebih tinggi daripada penyerapan tenaga kerja (185 ribu orang), sehingga terjadi peningkatan jumlah pengangguran sebanyak 52 ribu orang. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) yang menunjukkan perbandingan antara angkatan kerja dengan penduduk usia kerja (15 tahun ke atas) juga menurunmenjadi 69,92% jika dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesra 69,62%. Kajian Ekonomi RegionalProvinsi Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – Tahun 2013
96
BAB V–KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Tabel 5.1 Kondisi Ketenagakerjaan di Jawa Timur (2008 – 2013)
2009 Kegiatan
Feb
Total Angkatan Kerja Bekerja Menganggur TPAK (%) TPT (%)
2010 Aug
20,316,773 19,123,221 1,193,552 69.36% 5.87%
2011
Feb
20,338,568 19,305,056 1,033,512 69.25% 5.08%
20,623,490 19,611,540 1,011,950 69.77% 4.91%
Aug
2012
Feb
19,527,051 19,698,108 828,943 69.08% 4.25%
Aug
20,251,672 19,406,025 845,647 71.39% 4.18%
2013
Feb
19,761,885 18,940,340 821,546 69.49% 4.16%
Aug
19,831,685 19,012,225 819,460 69.55% 4.14%
Feb
19,901,558 19,081,995 819,563 69.62% 4.12%
Aug
20,095,752 19,291,374 804,378 70.12% 4.00%
20,137,000 19,266,000 871,000 69,92% 4,33%
Sumber : BPS Jatim, (diolah)
Grafik5 Grafik 5.1 Penyerapan Tenaga Kerja Sisi Sektoral Ribu orang
Jasa Kemasyarakatan
Industri
Perdagangan
Pertanian
TOTAL
18000
20,000
16000
19,500
14000
19,000
12000 18,500 10000 18,000 8000 17,500
6000
17,000
4000
16,500
2000 Aug
Feb
2006
Aug
Feb
2007
Aug
Feb
2008
Aug 2009
Feb
Aug
Feb
2010
Aug 2011
Feb
Aug 2012
Feb
Aug 2013
Sumber : BPS Jatim (diolah)
Pada
triwulan
laporan,
secara
sektoral
distribusi
penyerapan
tenaga
kerjadidominasi oleh sektor Pertanian, Perdagangan, dan Jasa Kemasyarakatan. Perlambatan kinerja Industri pengolahan dinilai sebagai faktor utama penurunan kontribusi penyerapan tenaga kerja di Jawa Timur yaitu sebesar 14,40%, sementara itu penyerapan tenaga kerja di sektor Jasa Kemasyarakatan meningkat dengan kontribusinya sebesar 15,63%. Sektor Jasa Kemasyarakatan membutuhkan keahlian khusus dengan upah tertentu yang diberikan bagi pekerjanyasehingga permintaan terhadap tenaga kerja sektor ini semakin meningkat. Di sisi lain, sektor Pertanian dan Perdagangan masingmasing berkontribusi sebesar 37,44% dan 21,01% dari total tenaga kerja Jawa Timur.
Kajian Ekonomi RegionalProvinsi Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – Tahun 2013
97
BAB V–KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
G rafik 5.2 PenyerapanTenaga Kerja
G rafik 5.3 Komposisi Tenaga Kerja Formal 16%
25 Informal
Formal
G Formal
G Informal
12%
20
8% 15 13.48
13.58
13.76
14.12
14.10
14.11
12.84
12.84
13.26
12.63
12.86
12.67
12.76
0%
10 5 5.27
5.29
5.12
5.19
5.02
5.50
6.11
5.70
5.44
6.45
6.15
6.62
6.51
R I
Aug
Feb
Aug
Feb
Aug
Feb
Aug
4%
Feb
Aug
Feb
Aug
Feb
Buruh/Karyawan
g berusaha dibantu buruh tetap
20%
g buruh/karyawan
15%
5
10% 5%
4 3 2
-8%
1
-12%
-
4.37
4.68
4.30
4.80
4.54
4.99
4.64
4.53
4.88
5.49
5.10
5.81
5.50
5.92
5.88
0% -5% -10% -15%
R
Aug
Berusaha dibantu buruh tetap
6
-4%
I
B U
7
0.59
0.57
0.59
0.48
0.58
0.49
0.55
0.51
0.56
0.60
0.62
0.65
0.65
0.70
0.62
Aug
Feb
Aug
Feb
Aug
Feb
Aug
Feb
Aug
Feb
Aug
Feb
Aug
Feb
Aug
-20%
B
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
U
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
Sumber : BPS Jatim (diolah)
Sumber : BPS Jatim (diolah)
Grafik 5.4 Komposisi Bidang Tenaga Kerja Informal
16
Pekerja Tak Dibayar
Pekerja Bebas Non Pertanian
Berusaha dibantu buruh tdk tetap
Berusaha sendiri
Pekerja Bebas di Pertanian
14 12 10 8
3.24
3.60
2
3.65
3.56
3.85
3.69
3.99
3.77
3.62
3.62
3.67
3.64
3.81
0.94 1.57
1.04 1.51
3.69
1.00 1.50
1.01 1.46
0.91 1.47
1.05 1.43
1.05 1.43
1.13 1.41
1.19 1.39
1.21 1.17
2.41
3.85
3.85
3.99
3.61
3.82
3.84
0.93 1.78
0.84 1.71
0.91 1.54
0.86 1.48
3.75
4.13
4.18
4.26
4.25
4.34
4.46
4.36
4.10
3.01
2.92
3.19
3.33
3.45
3.40
3.42
3.29
3.02
2.89
2.89
2.67
2.76
2.83
2.69
Aug
Feb
Aug
Feb
Aug
Feb
Aug
Feb
Aug
Feb
Aug
Feb
Aug
Feb
Aug
6 4
3.66
-
R I B U
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
Sumber : BPS Jatim (diolah)
Merujuk pada pola pertumbuhan ekonomi/investasi yang melemah saat ini, berdampak pada peningkatan produksi, perluasan usaha dan kondisi pasar ekspor serta kebijakan/aturan pemerintah termasuk kebijakan UMK dan kondisi cuaca berpengaruh besar terhadap aktivitas pekerjaan di semua sektor dan hal ini mendorong meningkatnya penganggurandi Jawa Timur. Tidak terkecuali,banyaknya unjuk rasa buruh untuk menuntut kenaikan upah minimum menyebabkan sentimen negatif tentang jaminan keamanan dan investasi biaya tinggi yang akhirnya menyebabkan investor memindahkan investasinya ke tempat lain. Inflasi tinggi karena kenaikan harga BBM dan TDL membuat daya beli masyarakat menurun. Selain itu, kondisi eksternal berupa depresiasi nilai tukar rupiah terhadap US $ hingga menembus level Rp 11.000 membuat harga bahan baku impor semakin mahal. Oleh karena itu, sebagian dunia usaha mencoba melakukan efisiensi dengan mengurangi jumlah tenaga kerja yang digunakan.
Kajian Ekonomi RegionalProvinsi Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – Tahun 2013
98
BAB V–KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Menghadapi realita ini mesti segera diantisipasi, salah satunya dengan pembukaan lapangan kerja baru di tahun 2014.Dengan upaya pemerintah meningkatkan iklim usaha, meningkatkan infrastruktur dasar, pelayanan perizinan satu pintu dengan harapan para investor dapat menjalankan kegiatan usaha dengan aman dan mendapat kepastian hukum yang terjamin. Sementara itu, mengingat sejumlah besar penggangguran adalah orang yang belum memiliki ketrampilan atau keahlian maka perlu memberikan pelatihan kerja kepada para pencari kerja sehingga menjadi pekerja yang terampil dan ahli serta siap pakai, seperti misi pemerintah Jawa Timur (tahun 2014 – 2019) memperluas lapangan kerja dengan fokus program untuk memeperluas skala pelatihan ketrampilan tenaga kerja melalui pengembangan balai latihan kerja berstandar internasional, memperluas akses pencari kerja terhadap lapangan kerja melalui job fair, magang antar kerja antar daerah (AKAD) dan antar kerja antar negara (AKAN). Selain itu, menumbuhkan jiwa wirausaha sejak sekolah sehingga merubah paradigma dari mencari kerja menjadi pemberi kerja dapat pula dilakukan. Hal ini mesti didukung oleh pemerintah dengan memberikan pinjaman tanpa anggunan dan tanpa bunga bagi perintis usaha/pemula. Di sisi lain, untuk mengatasi pengangguran musiman perlu adanya pemberian informasi yang cepat mengenai tempat mana yang sedang memerlukan tenaga kerja seperti pengumuman lowongan kerja di kampus dan media masa. Sementara itu, upaya lain adalah menggalakkan program transmigrasi. Program ini bukan saja meratakan pembangunan dan jumlah penduduk tetapi juga merupakan cara mengatasi pengangguran, misalnya dengan memberikan pelatihan dan modal untuk membuka usaha di wilayah transmigrasi dapat membuka lapangan pekerjaan di daerah transmigrasi sehingga masyarakat
tidak
berbondong-bondong
mencari
pekerjaan
di
kota
besar.
Mengintensifkan program keluarga berencana juga dapat mengurangi jumlah pengangguran. Pemerintah harus berusaha untuk menekan laju pertumbuhan dan mengawasi program ini dengan baik. Kita ketahui bersama bahwa Indonesia merupakan salah satu negara dengan polulasi terbesar di dunia, apabila masalah keluarga berencana tidak dijalankan secara efektif dapat dipastikan pengangguran akan semakin bertambah. Usaha mengatasi pengangguran bukanlah kewajiban pemerintah semata, oleh karena itu pemerintah Jawa Timur mengharapkan kepada seluruh masyarakat berpartisipasi untuk mengatasi masalah ini. Tanpa kerjasama pemerintah dan masyarakaat mustahil dapat mengatasi pengangguran.
Kajian Ekonomi RegionalProvinsi Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – Tahun 2013
99
BAB V–KESEJAHTERAAN MASYARAKAT 1
5.2.2. Survei Kegiatan Kegiatan Dunia Usaha (SKDU)1
Berbeda dengan indikator ketenagakerjaan dari BPS Jawa Timur, indikator ketenagakerjaan hasil Survei Kegiatan Usaha (SKDU)di wilayah kerja Jawa Timur menunjukkanadanya peningkatan dibandingkan periode sebelumnya.Tercatat saldo bersih tertimbang (SBT) yang dihitung dari penggunaan tenaga kerja pada sektor usaha di 9 (sembilan) sektor ekonomi, menunjukkan perbaikan walaupun masih dalam kondisi negatif (melambat).Tercermin dari nilai Saldo Bersih Tertimbang (SBT) triwulan III-2013 menjadi -0,72%
-6.31% pada
pada triwulan IV-2013.Demikian pula, bila
dibandingkan dengan tahun sebelum pada periode yang sama mengalami peningkatan, dari -1,99% (SBT) pada triwulan IV-2012 menjadi -0,72% (SBT) triwulan IV-2013. Berdasarkan sektor ekonomi, peningkatan penggunaan tenaga kerja terjadi hampir semua sektor, kecuali sektor Pertanian dan sektor Jasa.Dari 9 (sembilan) sektor ekonomi, secara spesifik yang melakukanpeningkatan penyerapan tenaga kerja pada triwulan laporan,terutamasektorPerdagangan, Hotel, dan Restoran,sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaandiikuti olehsektor Pertambangan,
sektor Listrik, Gas dan Air
Bersihserta sektor Industri Pengolahan.Peningkatan kinerja sektor-sektorini pada triwulan IV-2013 menyebabkan menigkatnya nilai SBT penggunaan tenaga kerja. Sebaliknya menurunnya kinerja sektor lainnya turut mempengaruhi penyerapan tenaga kerja pada sektor terkait, yang ditunjukkan dengan menurunnya nilai Saldo Bersih Tertimbang(SBT)sektor tersebut dibandingkan dengan triwulansebelumnya.Penurunan nilai SBT terutama terjadi pada sektor Jasa dan sektorPertanian. Hal ini seiring dengan kondisi cuacayangtidak menentu akhir-akhir ini, berdampak besar pada akivitas pekerjaan di sektor Pertanian. Selain itu dari hasil Sensus Pertanian 2013 diinformasikan selama 10 tahun terakhir, jumlah rumah tangga pertanian turun sebanyak 5,1 juta kepala keluarga karena banyak yang beralih bekerja di sektor lainnya. Sementara itu, responadanya kenaikan TDL pada 1 Oktober 2013 dan UMKakan berdampakterhadap peningkatan harga barang yang sangat berpengaruh terhadap dunia usaha karena akan menambah beban terutama biaya operasional perusahaan menjadi meningkat.Kenaikan TDL dan UMK walau mulai berlaku 1 Januari 2014,diakui semakin
memberatkan
dunia
usaha
dalam
ekspansi
usaha
dan
sektor
ketenagkerjaan.Para pelaku usahaakan mengurangi beban usaha, bahkan rawan 1
SKDU (Survei Kegiatan Dunia Usaha) adalah survei yang dilakukan Bank Indonesia secara triwulan yang bertujuan untuk mendapatkan informasi dini mengenai indikasi perkembangan kegiatan ekonomi (sisi penwaran) di sektor riil pada triwulan sedang berjalan maupun perkiraan triwulan yang akan datang. Kajian Ekonomi RegionalProvinsi Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – Tahun 2013
100
BAB V–KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
menutup usahanya karena tidak kuat memberikan hak karyawan dengan Pemutusan Hubungan
Kerja
(PHK).Namun
demikian,
ekspektasi
pelaku
usaha
terhadap
perkembangan perekonomian di Jawa Timur pada triwulan yang akan datang, diperkirakan masih optimis akan terjadi peningkatan penyerapan tenaga kerja. Hal ini sebagaimana tercermin dari SBT triwulan I-2014 meningkat menjadi 5,00%. Tabel 5.2 Perkembangan Penggunaan Tenaga Kerja Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Jawa Timur 2013
2012
SEKTOR REALISASI PERTANIAN PERTAMBANGAN INDUSTRI PENGOLAHAN LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH BANGUNAN PHR PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI KEUANGAN, PERSEWAAN & JASA PERUSAHAAN JASA - JASA TOTAL
2014
I
II
III
IV
I
II
III
IV
I*
1,54 0,03 -3,50 -0,77 0,26 3,23 -1,52 0,32 -0,42 -0,83
-0,62 -0,21 3,44 -0,82 0,49 3,67 0,46 0,71 0,42 7,54
-0,39 -0,21 -1,69 -0,03 0,00 7,30 -1,93 -0,21 -1,82 2,70
-0,15 0,37 -4,33 -0,02 0,24 0,84 -0,64 0,34 1,36 -1,99
0,68 0,35 -8,16 0,01 0,00 -1,86 -0,92 -0,20 3,13 -6,95
-0,48 0,52 -4,68 -0,39 0,59 0,44 -0,27 -0,53 0,00 -4,81
0,19 0,21 -5,46 -0,84 0,00 -1,77 0,71 -0,12 0,78 -6,31
-0,17 0,73 -2,87 0,36 0,26 0,79 0,76 0,26 -0,84 -0,72
0,06 0,00 0,45 -0,78 -0,26 4,47 0,51 0,97 -0,42 5,00
*) Ekpektasi Penyerapan Teanaga Kerja Sumber : Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Bank Indonesia (diolah)
Grafik5. Grafik 5.5 5. 5 Penyerapan Tenaga Kerja 3 Sektor Utama TOTAL
PERTANIAN
Grafik 5.6 Penyerapan Tenaga Kerja Sektoral
INDUSTRI PENGOLAHAN
PHR
10,00
PERTANIAN PHR LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI
%, SBT
8,00
INDUSTRI PENGOLAHAN PERTAMBANGAN BANGUNAN KEUANGAN, PERSEWAAN & JASA PERUSAHAAN
10,00 %, SBT 6,00
8,00 6,00
4,00
4,00
2,00
2,00
0,00 I
0,00 -2,00
I
II
III
IV
I
II
III
IV
I
II
III
IV
I*
III 2012
IV
I
II
III
IV
2013
I* 2014
-4,00
-4,00 -6,00
II
-2,00
2011
2012
2013
2014
-8,00
-6,00 -8,00
-10,00
-10,00
5. 3. KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PEDESAAN Tingkat kesejahteraan masyarakat pedesaan di Jawa Timur pada triwulan IV-2013 sedikit melambat dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, khususnya didorong oleh penurunan Nilai Tukar Petani (NTP). Sementara itu,kondisi kesejahteraan nelayan relatif membaik.
Kajian Ekonomi RegionalProvinsi Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – Tahun 2013
101
BAB V–KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
5. 3.1. Kesejahteraan Petani Kesejahteraan petani di daerah pedesaan diindikasikan melalui perubahan indikatorNilai Tukar Petani (NTP). Berdasarkan indikator kesejahteraan yang telah dirilis Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur (BPS Jatim),penghitungan Nilai Tukar Petani pada Desember 2013 mengalami perubahan tahun dasar 2012,dimana sebelumnya menggunakan tahun dasar 2007 yang dirasa tidak sesuai lagi dengan pola produksi dan konsumsi petani seiring dengan perkembangan teknologi, perubahan iklim, serta pendapatan petani. Sampai dengan akhir triwulan IV-2013, indikator kesejateraan petani di Jawa Timur yang tercermin dari Nilai Tukar Petani (NTP)menunjukkan sedikitpenurunan dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.Namun demikian, Nilai Tukar Petani (NTP) Jawa Timur pada triwulan IV-2013 telah melampaui level 100 dan berada di atas level NTP Nasional (101,96)yang mengindikasikan bahwa kesejahteraan petani di Jawa Timur masih pada level yang cukup baik. Tercatat Nilai Tukar Petani Jawa Timur pada triwulan IV-2013 sebesar 104,85 sedikit lebih rendah dibandingkan triwulan IV-2012 yaitu sebesar 104,96.Secara mtm, Nilai Tukar Petani Jawa Timur pada Bulan Desember 2013 turun 0,31% dibanding pada November 2013 dari 105,18 menjadi 104,85. Penurunan ini disebabkanoleh kenaikan indeks yang diterima petani (lt)0,2% lebih rendahdaripada indeks harga yang dibayar petani (lb) 0,5%. Grafik5.7 Perubahan NTP Jawa Timur, Indeks harga yg diterima (lt), dan Indeks harga yang dibayar (lb) 2012 - 2013 120
(yoy)
113.91
115
108.09
110 104.96
104.85
105
104.24 99.32
100 95 90 NTP NTP Des'12 Des'13
Indeks Indeks yg yg diterima diterima Des'12 Des'13
Indeks Indeks yg yg dibayar dibayar Des'12 Des'13
Kenaikan indeks harga yangditerima petani disebabkan oleh kenaikan 3 subsektor pertanian yaitu Peternakan, Hortikultura dan Perikanan. Sebaliknya subsektor Tanaman Pangan dan Tanaman Perkebunan Rakyat mengalami penurunan. Sementara Kajian Ekonomi RegionalProvinsi Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – Tahun 2013
102
BAB V–KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
itu dari 5 provinsi di Pulau Jawa yang melakukan penghitungan NTP yaitu Jawa Timur, D.I Yogyakarta, Jawa Tengah, Banten dan Jawa Barat seluruhnya mengalami penurunan. Kondisi ini terjadi karena sampai akhir 2013, sektor pertanian masih berada pada musim tanam sebagai akibat pergeseran musim karena perubahan cuaca yang terjadi, sehingga mengakibatkan menurunnya nilai imbal jasa petani dibandingkan dengan biaya produksi dan konsumsi hidup yang tetap harus dikeluarkan. Petani di beberapa daerah di sentra produksi beras mengalami keterlambatan tanam. Musim tanam yang biasanya dimulai bulan Oktober bergeser dimulai akhir Desember. Selain itu, sejumlah petani mengeluh sulit mendapatkan pupuk urea bersubsidi, seperti yang terjadi di Kabupaten Lumajang Jawa Timur kelangkaan pupuk bersubsidi membuat petani harus mencari ke daerah lain yang tentunya memerlukan waktu dan biaya tambahan. Musim hujan yang terus turun akibat anomali iklim, memberikan pasokan air yang mencukupi bagi petani untuk memulai musim tanam. Namun musim hujan berkepanjangan juga mengakibatkan beberapa daerah terkena banjir, seperti banjir yang menggenang di Kabupaten Gresik merusak lahan pertanian seluas 2.658,2hektar membuat petani merugi. Pemerintah Jawa Timur berkomitmen untuk melindungi pertanian di Jawa timur, yaitu dengan adanya revitalisasi pertanian dan penyediaan infrastruktur pedesaan. Adanya strategi peningktan produksi tanaman pangan, inisiatif regulasi yang berupa Pergub, Perda dan Kepgub. Untuk memperbaiki infrastruktur seperti saluran irigasi di Jawa Timur, telah dianggarkan dana subsidi sebesar Rp 5 – 10 miliar per kabupaten kota per tahun. Selain itu Pemerintah Jawa Timur juga membangun Bank UMKM, khusus menampung hasil pertanian di Jatim untuk mencegah petani berhubungan langsung dengan tengkulak. Pemerintah Jatim juga menerbitkan 14 Perturan Daerah (Perda) untuk melindungi petani, salah satunya tentang larangan hortikultura impor di Jatim. Produk impor bila dibebaskan masuk ke Jatim maka harga komditas lokal akan jatuh sehingga petani merugi. Untuk transportasi pertanian pemerintah Jawa Timur juga memberikan subsidi, seperti subsidi angkutan tebu bagi pengembangan pertanian tebu di Madura. Sementara untuk menunjang Jatim sebagai lumbung pangan Nasional, Pemprov.Jatim menyiapkan bantuan hibah sarana prasarana pertanian senilai Rp 107 miliar. Bantuan tersebut digunakan untuk pembelian peralatan pertanian berupa traktor, perontok padi, mesin tanam, mesin pembuat susu kedelai
Kajian Ekonomi RegionalProvinsi Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – Tahun 2013
103
BAB V–KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
dan berbagai alat lainnya yang diperuntukkan untuk kelompok tani yang ada di Jatim. Semua upaya di atas dilakukan pemerintah untuk lebih mensejahterakan masyarakat khususnya petani pedasan di Jawa Timur. Grafik5. Grafik 5.8 5. 8 Subsektor NTP Jatim (%)
Grafik 5.9 Perkembangan Subsektor NTP Jatim (yoy) Des 2012
Tanaman pangan 20%
108
20%
20%
21% 19%
Hortikultura
106
Tanaman perkebunan rakyat
104
Peternakan
106,99
106,77 105,84 104,96 103,83
103,63
102 100 104,85
Perikanan
Des 2013
110
102,96
103,13
102,48
108,98
105,67
98 NTP
Tanaman Hortikultura Tanaman Peternakan Perikanan pangan perkebunan rakyat
5. 3.2. Kesejahteraan Nelayan Sebagaimana yang ditunjukkan oleh indikator kesejahteraan petani (NTP), berdasarkan hasil rilis Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur (BPS Jatim),penghitungan Nilai Tukar Nelayan pada Desember 2013 juga mengalami perubahan tahun dasar 2012 karena dirasa tidak sesuai lagi dengan pola produksi dan konsumsi nelayan seiring dengan perkembangan teknologi, perubahan iklim, serta pendapatan nelayan. Indeks Nilai Tukar Nelayan (NTN) yang mengindikasikan kesejahteraan nelayan di Jawa Timur sampai akhir 2013 menunjukkan peningkatan dan berada di atas level 100 namun masih berada di bawah NTN Nasional. Tercatat Nilai Tukar Nelayan (NTN) Jawa Timur sebesar 101,68 sedangkan Nilai Tukar Nelayan Nasional sebesar 102,66. Sementara itu, Nilai Tukar
Nelayan Jawa Timur bulan Desember 2013 mengalami
kenaikan sebesar 0,8%, dari 101,68 pada November 2013 menjadi 102,50 pada Desember 2013. Peningkatan ini disebabkan karena indeks harga yang diterima nelayan lebih tinggi daripada indeks yang dibayar nelayan. Berdasarkan komposisinya peningkatan indeks harga diterima nelayan pada periode ini disebabkan oleh kenaikan harga beberapa jenis ikan, seperti ikan tongkol, ikan layang, ikan cakalang dan ikan teri. Sedangkan kenaikan indeks harga yang dibayar oleh nelayan dipicu oleh kenaikan indeks konsumsi rumah tangga serta indeks biaya produksi dan penambahan barang modal.
Kajian Ekonomi RegionalProvinsi Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – Tahun 2013
104
BAB V–KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Grafik 5.10 5.10 Perubahan NTN Jawa Timur, Indeks harga yg diterima (lt), dan Indeks harga yang dibayar (lb) 2012 - 2013 120
116,35
(yoy)
115 110
106,99
110,11
108,75 105,67
105
101,64
100 95 90 NTN Des'12
NTN Des'13
Indeks Indeks yg yg diterima diterima Des'12 Des'13
Indeks Indeks yg yg dibayar dibayar Des'12 Des'13
Anomali cuaca akhir-akhir ini, bersamaan hujan turun disertai angin kencang membuat nelayan Jawa Timur menghentikan kegiatan menangkap ikan di perairan Jawa Timur. Demi keselamatan jiwa, mereka berhenti melaut. Seperti yang terjadi di Pacitan, Trenggalek, Tulungagung dan Malang produksi ikan tangkapan laut sepekan ini turun drastis, pada hari normal bisa mencapai 20 ton perhari karena faktor cuaca buruk menjadi kurang dari 10 ton perhari. Namun di sisi lain, mengimbangi Nilai Tukar Nelayan supaya tetap terjaga atau bahkan naik, nelayan Benganwan Solo di Kabupaten Bojonegoro mengembangkan budi daya ikan air tawar dalam keramba di lokasi genangan air bekas sungai Bengawan Solo. Salah satu bentuk upaya Pemerintah Kabupaten Bojonegoro untuk mendukung kesejahteraan nelayan dengan memberikan bantuan keramba, benih serta pakan sebagai modal pertama mereka. Selain itu, di Kabupaten Sumenep upaya pemerintah setempat mensejahterakan nelayan dengan memberikan paket bantuan kepada 676 kelompok masyarakat nelayan berupa perahu, jaring, lampu celup air, dan alat pengasapan ikan. Hal ini dilakukan sebagai upaya mewujudkan kesejaheraan para nelayan. Sementara di Banyuwangi, pemda setempat berupaya mensejahterakan para nelayan dengan menenggelamkan 340 apartemen ikan dan 8 modul di wilayah perairan Pantai Bangsring di sekitar Selat Bali. Apartemen ikan ini merupakan konstruksi yang tersusun dari benda padat sebagai tempat perlindungan asuhan tempat telur serta pembesaran anak ikan dan berfungsi untuk melindungi beberapa jenis ikan dan bayi ikan.
Kajian Ekonomi RegionalProvinsi Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – Tahun 2013
105
BAB V–KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
5.4 PROFIL KEMISKINAN JAWA TIMUR Secara umum beberapa tahun terakhir
perkembangan perekonomian Jawa Timur
menunjukkan kinerja yang positif diiringi oleh penigkatan kesejahteraan masyarakat. Salah satu indikator kesejahteraan lainnya tercermin dari angka kemiskinan dari tahun ke tahun menunjukkan penurunan. Berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional 2013 (SUSENAS), jumlah penduduk Jawa Timur yang berada di bawah garis kemiskinan (penduduk miskin)2 pada September 2013 turun sebesar 0,35 poin dari 13,08% pada September 2012 menjadi 12,73% atau sebesar 4.865.820 jiwa, namun selama 1 semester ini prosentase penduduk miskin mengalami peningkatan 0,18 poin.
Berbagai gagasan terus dikembangkan, baik
pemerintah pusat maupun daerah dilaksanakan dalam rangka pengentasan kemiskinan. Salah satu contoh program yang dilaksanakan oleh Pemerintah Jawa Timur terkait hal ini adalah program pemberdayaan potensi desa/kota yang diharapkan mampu mewujudkan pengelolaan kemiskinan secara profesional dan berkelanjutan dengan berbasis pada potensi dan modal sosial lokal sehingga dapat mengembangkan pola-pola baru yang inovatif untuk penganggulangan kemiskinan.Selain itu, Pemerintah Jawa Timur berkomitmen mengentaskan kemiskinan dengann cara memberikan fasilitas dan kemudahan di usaha mikro kecil dan menengah (UMKM), fasilitas koperasi, mendirikan pusat pelayanan perizinan terpadu (P2T) yang bertujuan untuk menarik investor agar menanamkan modalnya di Jawa Timur. Grafik 5.11 5.11 Perkembangan Penduduk Miskin di Jawa Timur (%) 25 21.09
19.98
18.51 16.68
20 15.26
13.85 13.08
15
12.73
10
5
0 2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2
Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan. Kajian Ekonomi RegionalProvinsi Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – Tahun 2013
106
BAB V–KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Penghitungannya tidak lepas dari besaran garis kemiskinan yang telah ditetapkan. Garis kemiskinan pada bulan September 2013 sebesar Rp 273.758,- atau meningkat sebesar 0,18 poin dari garis kemiskinan Maret 2013. Peningkatan angka garis kemiskinan tersebut salah satunya dipengaruhi oleh laju inflasi di Jawa Timur, dampak dari kenaikan harga BBM yang mempengaruhi daya beli penduduk miskin. Komoditas makanan yang berpengaruh besar terhadap nilai Garis Kemiskinan adalah beras, rokok filter, gula pasir, tempe dan tahu. Disisi lain, komoditas bukan makanan yang berpengaruh besar terhadap nilai Garis Kemiskinan adalah bensin, listrik, pakaian jadi laki-laki dewasa dan pakaian jadi perempuan. Tabel 5.3 5. 3 Garis Kemiskinan, Jumlah & Persentase Penduduk Miskin Menurut Daerah Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bulan) Daerah/ tahun
(1) Perkotaan Maret 2008 Maret 2009 Maret 2010 Maret 2011 Sept 2011 Maret 2012 Sept 2012 Maret 2013 Pedesaan Maret 2008 Maret 2009 Maret 2010 Maret 2011 Sept 2011 Maret 2012 Sept 2012 Maret 2013 Kota + Desa Maret 2008 Maret 2009 Maret 2010 Maret 2011 Sept 2011 Maret 2012 Sept 2012 Maret 2013 Sept 2013
Makanan
Bukan Makanan
Total
(2)
(3)
(4)
Persentase Jumlah Penduduk Miskin (Ribu) Penduduk Miskin (5)
Perubahan Persentase Penduduk Miskin (%)
(6)
(7)
131.487 145.676 152.965 169.242 174.210 175.806 182.073 187.350
51.921 56.948 60.418 65.303 68.193 69.499 71.874 77.853
183.408 202.624 213.383 234.546 242.403 245.305 253.947 265.209
2.438.76 2.148.51 1.873.55 1.768.23 1.734.31 1.630.63 1.605.96 1.550.46
13.15 12.17 10.58 9.87 9.66 9.06 8.90 8.57
-0.98 10.58 -0.71 -0.21 -0.81 -0.16 -0.33
118.971 131.522 139.806 155.457 161.141 167.352 176.674 189.172
36.461 43.106 46.073 50.818 53.025 54.864 57.882 61.358
155.432 174.628 185.879 206.275 214.166 222.216 234.556 250.530
4.581.19 3.874.07 3.655.76 3.587.98 3.493.00 3.440.34 3.354.58 3.220.80
23.64 21.00 19.74 18.19 17.66 17.35 16.88 16.15
-2.64 19.74 -1.55 -0.53 -0.84 -0.47 -0.73
125.091 138.440 146.240 162.017 167.360 171.375 179.244 188.306 201.683
44.020 49.874 53.087 57.711 60.243 61.827 64.540 69.205 72.075
169.112 188.317 199.327 219.727 227.603 233.202 243.783 257.510 273.758
7.019.95 6.022.59 5.529.30 5.365.21 5.227.31 5.070.98 4.960.54 4.771.26 4.865.82
18.51 16.68 15.26 14.23 13.85 13.40 13.08 12.55 12.73
-1.47 -1.83 -1.42 -1.03 -0.38 -0.83 -0.32 -0.53 0.18
Sumber : BPS Jatim
Kajian Ekonomi RegionalProvinsi Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – Tahun 2013
107
BAB V–KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Kemiskinan tidak hanya mencakup persentase penduduk miskin, tetapi juga menyangkut seberapa besar jarak dan keragaman pengeluaran penduduk miskin terhadap garis kemiskinan. Indikator tersebut dapat dihat dari indeks kedalaman kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2). Dari data kemiskinan rilis Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur (BPS Jatim) digambarkan bahwa indeks kedalaman kemiskinan (P1) mengalami peningkatan sebesar 0.23 poin. Tercatat pada Maret 2013 sebesar 1,84 menjadi 2.07 pada September 2013. Peningkatan Indeks Kedalaman Kemiskinan terjadi di perkotaan (0,11 poin) dan pedesaan (0,34 poin). Sementara itu Indeks Keparahan Kemiskinan mengalami kenaikan 0,07 poin atau menjadi 0,50 pada September 2013. Peningkatan keduanya mengindikasikan rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung menjauhi garis kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran penduduk miskin juga semakin melebar. Tabel 5.4 5. 4 Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)di Jawa Timur Menurut Daerah
Tahun Indeks Kedalaman Kemiskinan (P 1 ) Maret 2008 Maret 2009 Maret 2010 Maret 2011 September 2011 Maret 2012 September 2012 Maret 2013 Indeks Keparahan Kemiskinan (P 2 ) Maret 2008 Maret 2009 Maret 2010 Maret 2011 September 2011 Maret 2012 September 2012 Maret 2013 September 2013
Kota
Desa
Kota + Desa
2.34 2.18 1.53 1.51 1.25 1.25 1.29 1.31
4.38 3.54 3.18 2.96 2.67 2.32 2.52 2.32
3.38 2.88 2.38 2.27 2 1.81 1.93 1.84
0.61 0.6 0.37 0.35 0.28 0.27 0.3 0.33 0,34
1.23 0.91 0.79 0.72 0.63 0.48 0.57 0.52 0,66
0.93 0.76 0.59 0.54 0.46 0.38 0.44 0.43 0,50
Sumber : BPS Jatim
Kajian Ekonomi RegionalProvinsi Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – Tahun 2013
108
Bab 6
PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA
BAB VI – PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA
6
PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA
6.1 PERKIRAAN PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR Pada triwulan I 2014,pertumbuhan ekonomi Jatim diproyeksikan tumbuh pada rentang pertumbuhan 6,2% s.d 6,6% (yoy). Perekonomian Jawa Timur triwulan ini diperkirakan mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencatat pertumbuhan pada level 6,2% (yoy). Dari sisi permintaan, pertumbuhan perekonomian Jawa Timur masih ditopang oleh konsumsi rumah tangga, investasi dan ekspor. Hasil survei konsumen menunjukkan bahwa ekspektasi penghasilan masyarakat di triwulan I 2014 cenderung meningkat sebagaimana tercermin pada hasil survei konsumen (Grafik 6.2).Ekspektasi penghasilan yang tinggi akan mendorong pengeluaran rumah tangga untuk konsumsi semakin tinggi pula. Selain itu, perbaikan perekonomian di triwulan I 2014 juga ditunjukkan dengan ekspektasi masyarakat terhadap kondisi ekonomi dan keyakinan masyarakat yang juga meningkat di triwulan I 2014. Grafik 6.2 6.2 Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK)
Grafik 6.1 6.1 Indeks Ekspektasi Penghasilan Indeks Penghasilan Saat Ini
Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)
Indeks Ekspektasi Penghasilan Saat Ini
Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE)
170 160
160
Indeks Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK)
Indeks
150
140
140
120
130
100
120 80
110
60
100 90
40
80 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I*
20 0
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
I
II III IV I
II III IV I
II III IV I
II III IV I
II III IV I
II III IV I
II III IV I*
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
Pulihnya perekonomian negara maju serta mulai meredanya tekanan pada perekonomian negara mitra dagang Jawa Timur di triwulan I 2014 diperkirakan mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi, khususnya dari ekspor luar negeri. Perkiraan meredanya tekanan nilai tukar rupiah juga menjadi salah satu pendorong perbaikan neraca perdagangan Jawa Timur, sehingga perekonomian wilayah Jabagtim diperkirakan mampu tumbuh positif pada triwulan I-2014.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III– Tahun 2013
109
BAB VI – PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA
Sementara itu, pada triwulan I-2014, kinerja investasi diperkirakan sedikit melambat. Hasil quick survey dan liaison menunjukkan bahwa pelaksanaan Pemilu 2014 membuat investor melakukan wait and see dan menunda keputusan investasi 6-12 bulan ke depan. Tekanan di sektor industri berupa kenaikan UMK dan rencana kenaikan tarif listrik industri diperkirakan berpotensi menahan realisasi investasi. Pelemahan tersebut juga dikontribusikan dari masih rendahnya realisasi proyek MP3EI yang salah satunya adalah proyek jalan tol Trans Jawa dengan realisasi baru mencapai 50,4%. Sementara itu, pembangunan Terminal Multi Purpose Teluk Lamong senilai Rp 4,1 T yang akan dioperasikan pada April 2014 juga baru terealisasi sebesar 70% untuk tahap pemancangan, 20% pengerasan dan 58% untuk tahap pengecoran. Realisasi proyek tersebut masih mengalami kendala teknis terkait pembebasan lahan, sehingga turut menahan perlambatan kinerja investasi di triwulan I-2014. Selain itu, adanya pelaksanaa Pemilu 2014 diperkirakan turut meningkatkan kinerja perekonomian Jawa Timur, terutama dari saluran konsumsi rumah tangga dan pemerintah. Kinerja pertanian di triwulan I-2014 diperkirakan meningkat terbatas seiring dengan adanya pergeseran panen di beberapa daerah akibat terendamnya lahan sawah. Sementara itu, kinerja sektor perdagangan, hotel dan restoran juga diperkirakan meningkat seiring dengan kembali pulihnya konsumsi rumah tangga serta semakin majunya kota tujuan wisata alam seperti Malang, Banyuwangi dan Jember yang menarik wisatawan domestik maupun internasional. Pelaksanaan Pemilu 2014 serta relatif tingginya agenda bisnis di awal tahun berpotensi meningkatkan kinerja subsektor perdagangan, hotel, dan restoran. Perbaikan sisi penawaran tercermin dalam hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang menunjukkan peningkatan ekspektasi realisasi usaha dan penyerapan tenaga kerja pelaku usaha (Grafik 6.3 dan 6.4). Grafik 6.4 Estimasi Penggunaan Tenaga Kerja Tw III 2013 2013
Grafik 6.3 6.3 Estimasi Realisasi Usaha Tw III 2013 2013 TOTAL
PERTANIAN
INDUSTRI PENGOLAHAN
TOTAL
PHR
PERTANIAN
INDUSTRI PENGOLAHAN
PHR
40.00
10.00 %, SBT
35.00 30.00
8.00
25.00
6.00
20.00
4.00
15.00
2.00
10.00
0.00
5.00
-2.00
0.00 -5.00
I
II
III
IV
I
II
III
IV
I
II
III
IV
I*
-6.00
-10.00 2011
2012
2013
2014
I
II
III
IV
I
II
III
IV
I
II
III
IV
I*
-4.00 2011
2012
2013
2014
-8.00 -10.00
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III– Tahun 2013
110
BAB VI – PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA
Faktor risiko yang perlu dicermati antara lain kebijakan pemerintah, seperti kenaikan UMK dan Tarif Dasar Listrik (TDL) yang berpotensi menekan kinerja industri pengolahan. Kondisi ini secara keseluruhan akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi Jawa Timur pada 2014 di kisaran 6,4% – 6,8% (yoy). 6.2 PERKIRAAN INFLASI JAWA TIMUR Mencermati perkembangan inflasi terkini dan tracking beberapa indikator harga, maka inflasi kota Jawa Timur pada Tw I-2014 diperkirakan secara tahunan (yoy) berada di kisaran6,71% s/d 6,90%. Tabel 6.1 Tendensi Arah Inflasi dan Faktor Risiko
Faktor Risiko
Tw IV-2013 Tw I-2014
Volatile Food
Tw I-2014 - Dimulainya masa panen untuk beberapa komoditas pangan seperti beras, bawang merah dan cabe - Stok beras masih mencukupi konsumsi masyarakat s.d. 13 bulan ke depan - Keterbatasan stok sapi sehingga tidak memenuhi permintaan masyarakat - Banjir yang terjadi di awal 2014 berpotensi menunda musim panen khususnya komoditas beras karena sekitar 5% lahan harus ditanami kembali pasca banjir - Adanya erupsi Gunung Kelud yang merusak lahan padi, jagung, kedelai, cabe rawit, nanas dan tomat berpotensi meningkatkan inflasi sub kelompok bumbu-bumbuan
Administered Price
Tw I-2014 - Berlanjutnya penyesuaian harga LPG khususnya LPG 12 kg - Kembali normalnya tarif transportasi
Core Inflation
Tw I-2014 - Masih berlanjutnya pelemahan nilai tukar Rupiah ya ng berpotensi meningkatkan harga barang impor dan mempengaruhi harga komoditas emas - Harga komoditas internasional yang berfluktuatif - Ekspektasi masyarakat akan pelaksanaan Pemilu 2014 - Dampak lanjutan kenaikan Upah Minimum Provinsi terhadap kenaikan biaya produksi dan harga produk
Menurun
Meningkat
Stabil
Berdasarkan tabel di atas, tekanan inflasi pada Tw I-2014 dari ketiga kelompok inflasi relatif stabil walaupun terdapat beberapa faktor risiko inflasi. Secara lebih lanjut penjelasannya yaitu :
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III– Tahun 2013
111
BAB VI – PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA
1. Volatile Food Pada awal 2014 terjadi banjir di beberapa wilayah di Jawa Timur yang merusak 5,95% dari total lahan yang telah ditanami(mayoritas adalah lahan padi). Hal ini menyebabkan petani harus menanam ulang sawah yang terendam sehingga berpotensi pada berkurangnya produksi beras dan pergeseran masa panen. Berdasarkan hasil Survei Pemantauan Harga sampai dengan minggu ke-2 Februari 2014 tidak terdapat kenaikan harga yang signifikan untuk sub kelompok sayur-sayuran maupun bumbu-bumbuan. Kenaikan harga terjadi pada beras (0,92%) dan cabe rawit (3,45%). Selain banjir, pada minggu ke-2 Februari juga terjadi erupsi Gunung Kelud yang menyebabkan rusaknya lahan pertanian padi, cabe rawit, jagung, kedelai, nanas dan tomat. Hal ini berpotensi meningkatkan inflasi kelompok bahan makanan pada awal 2014. Meskipun demikian, diproyeksi tekanan inflasi tersebut berdampak pada bulan Januari dan Februari 2014 sehingga di akhir Tw I-2014, dampak tersebut telah termoderasi oleh dimulainya masa panen raya dan inflasi kelompok ini relatif stabil. 2. Administered Price Sampai dengan Tw I-2014 pendorong inflasi kelompok ini adalah kenaikan harga bahan bakar rumah tangga (LPG 12 kg) yang meningkat Rp1.000/kgdan menyumbang inflasi bulan Januari 2014 sebesar 0,21%. Tidak terdapat rencana pemerintah untuk menaikkan harga komoditas lain pada Tw I-2014. Kenaikan selanjutnya adalah Tarif Tenaga Listrik (TTL) yang akan dilaksanakan pada Mei 2014, sehingga pada Tw I-2014 inflasi kelompok ini diperkirakan stabil dan cenderung turun. 3. Core Inflation Inflasi kelompok ini diproyeksi meningkat di akhir Tw I-2014 seiring dengan adanya Pemilu pada April 2014 yang memicu tingginya ekspektasi masyarakat. Harga komoditas internasional yang belum stabil serta masih lemahnya nilai tukar Rupiah juga menjadi salah satu pemicu relatif meningkatnya inflasi kelompok ini. 6.3 PROSPEK EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2014 2014 Di sepanjang tahun 2014, pertumbuhan ekonomi Jatim diproyeksikan tumbuh pada rentang 6,4% s.d 6,8% (yoy). Perkiraan pertumbuhan ekonomi Jatim tahun 2013 ini lebih tinggi dibandingkan tahun 2012 (6,2%, yoy). Pertumbuhan ini diyakini masih yang tertinggi dibandingkan provinsi lainnya di Pulau Jawa.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III– Tahun 2013
112
BAB VI – PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA
Dari sisi permintaan,
penopang utama pertumbuhan ekonomi masih berasal dari
konsumsi masyarakat seiring tingginya daya beli dan dominannya proporsi usia produktif di Jawa Timur. Selain itu, konsumsi rumah tangga dan Pemerintah pada tahun 2014 didorong oleh kenaikan permintaan akibat pelaksanaan Pemilu 2014. Sementara itu, kenaikan tarif komponen pembentuk biaya produksi di tahun 2013 terindikasi berdampak pada kinerja sektor riil Jawa Timur di sepanjang tahun 2014. Tekanan di dunia usaha diperkirakan memperlemah kinerja investasi. Namun demikian, adanya realisasi beberapa proyek infrastruktur Pemerintah seperti mulai beroperasinya Teluk Lamong, rencana pembangunan empat buah smelter serta Tol Trans Jawa diperkirakan mampu menahan laju perlambatan investasi tersebut. Pembaikan perekonomian global dan regional sepanjang tahun ini secara optimis mampu meningkatkan ekspor Jawa Timur di tahun 2014. Di sisi penawaran, hampir seluruh sektor mampu tumbuh positif dibanding tahun 2013, kecuali sektor bangunan dan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Pada tahun 2014, tekanan sektor industri pengolahan mampu dikompensasi dengan tingginya permintaan pra dan pasca Pemilu, sehingga masih tumbuh positif. Sementara itu, sektor bangunan dan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan diperkirakan relatif melambat. Adanya kebijakan pengetatan kepemilikan rumah berpotensi untuk menahan pertumbuhan sektor konstruksi. Di sisi lain, kebijakan peningkatan suku bunga acuan dan pembatasan penyaluran kredit oleh bank berpotensi memperlambat pertumbuhan sektor keuangan, terutama subsektor bank. Secara keseluruhan faktor tersebut mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi Jawa Timur lebih tinggi dibandingkan dengan capaian di tahun sebelumnya. 6.4 6. 4 PROSPEK INFLASI JAWA TIMUR TAHUN 2014 Pada akhir tahun 2014, inflasi Jawa Timur diproyeksikan berada di kisaran 4,84% 5,34% atau kembali pada sasaran nasional yang sebesar 4,5% + 1%. Beberapa hal yang terjadi pada tahun 2014 yang berpotensi turut mempengaruhi inflasi antara lain : 1. Volatile Foods Tekanan berkurang seiring dengan tidak adanya kendala impor hortikultura. Meskipun demikian, produksi lokal diproyeksikan berkurang sebagai dampak terjadinya bencana alam di awal tahun 2014 seperti banjir di beberapa daerah di Jawa Timur serta erupsi Gunung Kelud. 2. Administered Price Inflasi relatif stabil karena tidak adanya rencana kenaikan harga BBM. Tekanan kenaikan harga LPG 12 kg di awal tahun dan kenaikan BBM di Tw III-2013 diproyeksi termoderasi Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III– Tahun 2013
113
BAB VI – PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA
di Tw III-2014 melalui penyesuaian indeks base year IHK. Namun perlu diwaspadai rencana kenaikan tarif tenaga listrik yang akan dilaksanakan pada Mei 2014 termasuk pula dampak lanjutannya terhadap kelompok inflasi lainnya. 3. Core Inflation Tekanan inflasi berpotensi meningkat karena ekspektasi masyarakat dengan adanya Pemilu pada April 2014 dan penyesuaian UMP. Adanya Pemilu tahun 2014 meningkatkan ekspektasi masyarakat akan tingginya aktivitas perekonomian sehingga dapat mendorong kenaikan harga. Selain itu, tingkat harga komoditas internasional yang masih berfluktuatif dan adanya titik keseimbangan baru Rupiah juga berpotensi meningkatkan biaya produksi industri yang sebagian bahan bakunya impor sehingga menjadi salah satu sumber kenaikan harga. Dengan mengacu pada uraian tersebut, secara ringkas hal-hal yang mendasari proyeksi inflasi tahun 2014 yaitu :
Downward Risk - Hilangnya dampak base year IHK untuk Bahan Bakar Minyak (BBM) sehingga inflasi kelompok transportasi, keuangan dan jasa keuangan diperkirakan akan kembali pada pola normalnya yaitu di kisaran 2% - 4% (yoy) - Inflasi kelompok bahan makanan juga diperkirakan relatif stabil di kisaran 7% - 8% yang dipicu tidak adanya kendala impor sehingga masih dapat menutupi pasokan domestik yang diperkirakan sedikit terganggu sebagai dampak pergeseran masa tanam (faktor cuaca) dan keterbatasan sarana dan prasarana pertanian (pupuk, benih, dll) - Ketersediaan cadangan pangan (beras) oleh Bulog - Sentra produksi di Jawa Timur telah memiliki kualitas yang baik dan produktivitas tinggi, namun masih memerlukan dukungan pemerintah untuk pengembangannya (intensifikasi pertanian)
Upward Risk - Masih berlanjutnya pelemahan nilai tukar Rupiah sehingga berpotensi mendorong peningkatan harga emas perhiasan domestik di kisaran 3% - 4% - Adanya potensi kenaikan inflasi kelompok administered price melalui penyesuaian kembali TTL dan gas - Tata niaga pasar yang belum mendukung distribusi barang secara optimal ke semua daerah di Jawa Timur (misal : premanisme dan kartel).
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III– Tahun 2013
114
DAFTAR ISTILAH Administered price Harga barang yang diatur oleh pemerintah, misalnya harga bahan bakar minyak dan tarif dasar listrik APBD Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang dibahas dan setujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD dan ditetapkan dengan peraturan daerah BI Rate Suku bunga referensi kebijakan moneter dan ditetapkan dalam Rapat Dewan Gubernur setiap bulannya BI-RTGS Bank Indonesia Real Time Gross Settlement, yang merupakan suatu penyelesaian kewajiban bayarmembayar (settlement) yang dilakukan secara on-line atau seketika untuk setiap instruksi transfer dana Bobot inflasi Besaran yang menunjukkan pengaruh suatu komodias terhadap tingkat inflasi secara keseluruhan yang diperhitungkan dengan melihat tingkat konsumsi masyarakat terhadap komoditas tersebut Dana Pihak Ketiga (DPK) Simpanan pihak ketiga bukan bank yang terdiri dari giro, tabungan dan simpanan berjangka Ekspor dan Impor Dalam konteks PDRB adalah mencakup perdagangan barang dan jasa antar negara dan antar provinsi Faktor Fundamental Faktor pendorong inflasi yang dapat dipengaruhi oleh kebijakan moneter, yakni interaksi permintaan-penawaran atau output gap, eksernal serta ekspektasi inflasi masyarakat Fakor Non Fundamental Faktor pendorong inflasi yang berada di luar kewenangan otoritas moneter, yakni produksi maupun distribusi bahan pangan (volatile foods) serta harga barang/jasa yang ditentukan oleh pemerintah (adminisered price) Financing tto Deposit Ratio (FDR) aau Loan to Deposit Ratio (LDR) Rasio pembiayaan atau kredit terhadap dana pihak ketiga yang diterima oleh bank, baik dalam rupiah dan valas. Terminologi FDR unuk bank syariah, sedangkan LDR untuk bank konvensional Imported inflation Salah satu disagregasi inflasi, yaitu inflasi yang berasal dari pengaruh perkembangan harga di luar negeri (eksternal) Indeks Ekspektasi Konsumen Salah satu pembentuk IKK, indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap ekspektasi kondisi ekonomi 6 bulan mendatang dengan skala 1 – 100
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – 2013
Indeks Kondisi Ekonomi Salah satu pembentuk IKK, indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saa ini dengan skala 1 – 100 Indeks Keyakinan Konsumen Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini dan ekspektasi kondisi ekonomi enam bulan mendatang dengan skala 1 – 100 Inflasi IHK Kenaikan harga barang dan jasa dalam satu periode yang diukur dengan perubahan indeks harga konsumen (IHK), yang mencerminkan perubahan harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat luas Inflasi Inti Inflasi IHK setelah mengeluarkan komponen volatile foods dan administered prices Inflow Uang yang diedarkan aliran masuk uang kartal ke Bank Indonesia Investasi Kegiatan meningkatkan nilai tambah suatu kegiatan produksi Kredit Penyediaan uang atau tagihan yang sejenis, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjammeminjam antara Bank dengan pihak lain yang mewajibkan peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertenttu dengan pemberian bunga, termasuk • Pembelian surat berharga nasabah yang dilengkapi dengan note purchase agreement (NPA) • Pengambilan tagihan dalam rangka kegiatan anjak piutang Liaison Kegiatan pengumpulan data/statistik dan informasi yang bersifat kualitatif dan kuantitatif yang dilakukan secara periodik melalui wawancara langsung kepada pelaku ekonomi mengenai perkembangan dan arah kegiatan ekonomi dengan cara yang sistematis dan didokumentasikan dalam bentuk laporan mtm Month to month. Perbandingan antara data satu bulan dengan bulan sebelumnya Net Inflow Uang yang diedarkan inflow lebih besar dari outflow Non Performing Financing (NPF) atau Non Performing Loan (NPL) Rasio pembiayaan atau kredit macet terhadap otal penyaluran pembiayaan atau kredit oleh bank, baik dalam rupiah dan valas, Terminologi NPF dan pembiayaan untuk bank syariah, sedangkan NPL dan kredit untuk bank konvensional.Kriteria NPF atau NPL adalah (1) kurang lancar, (2) diragukan dan (3) macet Omset Nilai penjualan bruto yang diperoleh dari satu kali proses produksi Outflow Aliran keluar uang kartal dari Bank Indonesia
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – 2013
Pendapatan Asli Daerah (PAD) Pendapatan yang diperoleh dari aktivitas ekonomi suatu daerah seperti hasil pajak daerah, restribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah qtq Quarter to quarter. Perbandingan anara data satu triwulan dengan triwulan sebelumnya Sektor Ekonomi Dominan Sektor ekonomi yang mempunyai nilai tambah besar sehingga mempunyai pengaruh dominan pada pembentukan PDRB secara keseluruhan Volatile Food Salah satu disagregasi inflasi, yaitu untuk komoditas yang perkembangan harganya sangat bergejolak karena faktor-faktor tertentu yoy Year on year. Perbandingan antara data satu tahun dengan tahun sebelumnya
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – 2013
DAFTAR SINGKATAN
DAFTAR
SINGKATAN
APBD Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara BBM Bahan Bakar Minyak BOPO Rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional BPS Badan Pusat Statistik IHK Indeks Harga Konsumen IKK Indeks Keyakinan Konsumen KPR Kredit Pemilikan Rumah LDR Loan to Deposit Ratio LTV Loan to Value NIM Net Interest Margin NPF Non Performing Financing NPL Non Performing Loan PHR Perdagangan, Hotel dan Restoran PLN Perusahaan Listrik Negara PMA Penanaman Modal Asing PMDN Penanaman Modal Dalam Negeri Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – 2013
DAFTAR SINGKATAN
PMTB Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto q-t-q Quarter to quarter RBB Rencana Bisnis Bank SKDU Survei Kegiatan Dunia Usaha yoy Year on year
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – 2013