KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROPINSI SULAWESI SELATAN TRIWULAN-IV 2008
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan IV-2008
i
Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank
Kata Pengantar Sebagaimana diketahui dengan diberlakukannya UU No. 23 Tahun 1999 tentang tujuan Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Republik Indonesia No. 3 Tahun 2004, tujuan Bank Indonesia adalah mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Lebih lanjut, tugas-tugas pokoknya adalah menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, serta mengatur dan mengawasi bank. Sejalan dengan Undang-Undang tersebut, Kantor Bank Indonesia (KBI) di daerah dalam era otonomi mempunyai peranan yang strategis, selain sebagai economic intelligence dan research unit di wilayah kerjanya. Dalam kaitan dengan peran tersebut, KBI bertugas untuk melakukan pengumpulan data dan informasi (antara lain melalui survei), dan melakukan pengkajian serta penelitian mengenai perkembangan ekonomi daerah secara terkini dan berkala. Sejak tahun 2002 KBI Makassar telah melakukan Kajian terhadap Perkembangan Ekonomi Daerah secara triwulanan atau disingkat menjadi KER dengan cakupan daerah Sulawesi Selatan. Sejak ditetapkannya secara resmi pemisahan antara Provinsi Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat, maka sejak tahun 2007 ini materi kajian untuk masing-masing provinsi (Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat) akan dipisahkan dan disampaikan dalam buku laporan yang terpisah. Adapun cakupan kajian (KER) tersebut adalah pada aspek makroekonomi, inflasi, moneter-perbankan-sistem pembayaran, keuangan daerah dan prospek ekonomi. Dalam perkembangannya, cakupan ini akan kami kembangkan terus sejalan dengan ketersediaan data ekonomi daerah yang kami peroleh. Selanjutnya, informasi dan hasil kajian/riset tersebut akan disampaikan ke Kantor Pusat Bank Indonesia, sebagai masukan dalam formulasi kebijakan moneter. Disamping itu, hasil kajian tersebut diharapkan dapat bermanfaat bagi stakeholder Bank Indonesia di daerah antara lain: Pemerintah Daerah, DPRD, akademisi, pihak swasta dan kalangan masyarakat Iainnya. Saran dan masukan dan semua pihak, sangat kami harapkan guna peningkatan kualitas laporan ini di masa mendatang. Perlu kami sampaikan pula penghargaan dan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu secara aktif dalam penyusunan laporan ini, dengan memberikan data dan informasi secara kontinyu, tepat waktu dan reliable. Selanjutnya, kami nantikan kerjasama tersebut dapat terus berlangsung di masa mendatang guna mendukung kesinambungan penyusunan laporan ini. Makassar, Februari 2009 BANK INDONESIA MAKASSAR Ttd. Lambok A. Siahaan Pemimpin
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan IV-2008
iii
Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank
Daftar Isi KATA PENGANTAR ~ iii DAFTAR ISI ~ v DAFTAR GRAFIK ~ vii DAFTAR TABEL ~ viii
RINGKASAN EKSEKUTIF ~ 1 INDIKATOR EKONOMI PEKDA Trw. IV-2008 ~6
BAB 1
PERKEMBANGAN KONDISI MAKRO EKONOMI ~ 9 1.1. Permintaan Daerah ~ 10 a. Konsumsi ~ 10 b. Investasi ~ 13 c. Net Perdagangan Eksternal ~ 14 1.2. Penawaran Daerah (Sektoral) ~ 16 a. Sektor Pertanian ~ 17 b. Sektor Industri Pengolahan ~ 18 c. Sektor Perdagangan-Hotel-Restoran ~ 19 d. Sektor Jasa-jasa ~ 20 e. Sektor Angkutan dan Komunikasi ~ 21 f. Sektor Keuangan-Sewa-Jasa-Perusahaan ~ 23 g. Sektor Lainnya ~ 23
BAB 2
PERKEMBANGAN INFLASI ~ 27 2.1. Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang ~ 28 2.2. Inflasi Kota Lainnya di Sulawesi Selatan ~ 36 2.3. Inflasi Harga Konsumsen Pedesaan ~ 37 2.4. Inflasi di Zona Sulawesi, Maluku dan Papua (Sulampua) ~ 38
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan IV-2008
v
BAB 3
PERKEMBANGAN PERBANKAN ~ 39 3.1. Perkembangan Moneter ~ 39 3.2. Perkembangan Bank Umum (Konvensional dan Syariah) ~ 40 3.2.1. Kelembagaan dan Aset ~ 40 3.2.2. DPK dan Kredit/Pembiayaan ~ 41 3.2.3. Intermediasi Bank Umum Konvensional ~ 46 3.2.4. Intermediasi Bank Umum Syariah ~ 47 3.3. Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat/Syariah (BPR/S) ~ 48
BAB 4
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN ~ 51 4.1. Aliran Uang Kartal Masuk (Inflow) dan Keluar (Outflow) ~ 51 4.2. Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) ~ 52 4.3. Perkembangan Uang Palsu yang Ditemukan ~ 52 4.4. Perkembangan Kliring dan RTGS ~ 53 4.4.1. Perkembangan RTGS ~ 53 4.4.2. Perkembangan Kliring ~ 53
BAB 5
KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN ~ 55 5.1. Ketenagakerjaan ~ 55 5.1.1. Survei Angkatan Kerja ~ 55 5.1.2. Tenaga Kerja Indonesia ~ 58 5.2. Kesejahteraan ~ 58 5.2.1. Nilai Tukar Petani ~ 58 5.2.2. Survei ~ 59
BAB 6
PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH ~ 61
BAB 7
OUTLOOK KONDISI EKONOMI DAN INFLASI ~ 63 7.1. Outlook Kondisi Makroregional ~ 63 7.2. Outlook Inflasi ~ 65 7.3. Prospek Perbankan ~ 66
vi
Triwulan IV-2008
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Daftar Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik
1.1. 1.2. 1.3. 1.4. 1.5. 1.6. 1.7. 1.8. 1.9. 1.10. 1.11. 1.12. 1.13. 1.14.
Laju Pertumbuhan PDRB ~ 9 Prompt Indikator Kinerja Konsumsi ~ 11 Prompt Pertumbuhan Kinerja Investasi ~ 13 Prompt Indikator Kinerja Ekspor Luar Negeri ~ 15 Perkembangan Volume Impor Non Migas Sulawesi Selatan ~ 16 Prompt Indikator Pertumbuhan Kinerja Sektor Pertanian ~ 18 Prompt Indikator Pertumbuhan Kinerja Sektor Industri Pengolahan ~ 19 Prompt Indikator Kinerja Sektor Perdagangan-Hotel-Restauran ~ 20 Prompt Indikator Kinerja Sektor Jasa-jasa ~ 21 Prompt Indikator Kinerja Subsektor Angkutan ~ 22 Prompt Indikator Kinerja Sektor Keuangan-Sewa-Jasa Perusahaan ~ 23 Prompt Indikator Kinerja Sektor Listrik-Gas-Air Bersih ~ 24 Prompt Indikator Kinerja Sektor Pertambangan-Penggalian ~ 25 Prompt Indikator Kinerja Sektor Bangunan ~ 26
Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik
2.1. 2.2. 2.3. 2.4. 2.5. 2.6.
Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik
2.7. 2.8. 2.9. 2.10. 2.11. 2.12.
Perkembangan Inflasi Sulawesi Selatan~ 27 Harga CPO, Kedelai, Beras dan Jagung di Pasar Internasional ~ 29 Perkembangan Inflasi Kelompok Bahan Makanan ~ 30 Perkembangan Harga Beberapa Komoditi di Makassar ~ 30 Perkembangan Inflasi Kelompok Makanan Jadi ~ 31 Perkembangan Harga Beberapa Komoditi Makanan Jadi di Makassar Hasil Survei Bank Indonesia ~ 31 Perkembangan Inflasi Kelompok Sandang ~ 34 Perkembangan Harga Emas ~ 33 Perkembangan Inflasi Kelompok Perumahan ~ 33 Perkembangan Inflasi Kelompok Kesehatan ~ 34 Perkembangan Inflasi Kelompok Transportasi ~ 35 Perkembangan Inflasi Kelompok Pendidikan ~ 35
Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik
3.1. 3.2. 3.3. 3.4. 3.5.
Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik
3.6. 3.7. 3.8. 3.9. 3.10. 3.11. 3.12. 3.13.
Uang Giral dan Uang Kuasi di Sulsel ~ 40 Aset Bank Umum Sulsel Berdasarkan Kelompok Bank ~ 41 Penghimpunan Dana dan Penyaluran Kredit/pembiayaan BU di Sulsel ~ 42 Penyaluran Kredit/Pembiayaan BU Per Jenis Penggunaan di Sulsel ~ 42 Pangsa Kredit/Pembiayaan Bank Umum Per Sektor Ekonomi di Sulsel (November 2008) ~ 43 Pertumbuhan Tahunan Kredit/Pembiayaan Per Sektor Ekonomi ~ 43 Perkembangan NPLs Net dan Gross Bank Umum di Sulsel ~ 44 Pangsa NPLs Per Sektor Ekonomi di Sulsel (November 2008) ~ 44 Kredit/Pembiayaan Mikro, Kecil dan Menengah Bank Umum di Sulsel ~ 46 Pangsa Kredit/Pembiayaan MKM BU Per Sektor Ekonomi di Sulsel ~ 46 Perkembangan Bank Umum Syariah Sulawesi Selatan ~ 47 Perkembangan Aset BPR/S Sulsel ~ 48 Perkembangan DPK, Kredit & LDR BPR/S Sulsel ~ 49
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan IV-2008
vii
Grafik Grafik Grafik Grafik
4.1. 4.2. 4.3. 4.4.
Aliran Uang Kartal di Depo Kas KBI Makassar ~ 51 Pemberian Tanda Tidak Berharga dan Inflow ~ 52 Proporsi Jumlah Lembar Uang Palsu Berdasarkan Pecahan Trw. IV-2008 ~ 52 Transaksi Non Tunai via RTGS ~ 53
Grafik
5.1.
Grafik Grafik
5.2. 5.3.
Presentase Penduduk Usia 15+ yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama ~ 57 Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja Saat Ini ~ 60 Indeks Penghasilan Saat Ini Dibandingkan 6 Bulan Lalu ~ 60
Grafik
6.1.
Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Sampai Dengan Triwulan IV-2008 ~ 62
Grafik Grafik
7.1. 7.2.
Perkembangan Indeks Ekspektasi Konsumen dan Komponennya ~ 64 Indeks Ekapektasi Terhadap Harga-harga dalam 3 bulan y.a.d ~ 66
viii
Triwulan IV-2008
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Daftar Tabel Tabel 1.1. Tabel 1.2.
Perkembangan PDRB Riil : Permintaan Daerah (y.o.y) ~ 10 Perkembangan PDRB Riil : Penawaran Daerah (y.o.y) ~ 17
Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel
Inflasi Kelompok Barang dan Jasa (%, y.o.y) ~ 28 Inflasi Per-Sub Kelompok Bahan Makanan ~ 28 Inflasi Per-Sub Kelompok Makanan Jadi-Minuman-Rokok-Tembakau ~ 31 Inflasi Per-Sub Kelompok Sandang ~ 32 Inflasi Per-Sub Kelompok Perumahan-Air-Listrik-Bahan Bakar ~ 33 Inflasi Per-Sub Kelompok Kesehatan ~ 34 Inflasi Per-Sub Kelompok Transportasi-Komunikasi-Jasa Keuangan ~ 34 Inflasi Per-Sub Kelompok Pendidikan-Rekreasi-Olahraga ~ 36 Perbandingan Laju Kota di Sulsel Per Desember 2008 ~ 36 Perbandingan Laju Inflasi Sulsel dan Pedesaan di Sulsel ~ 37 Perbandingan Laju Inflasi Propinsi di Zona Sulampua ~ 38
2.1. 2.2. 2.3. 2.4. 2.5. 2.6. 2.7. 2.8. 2.9. 2.10. 2.11.
Tabel 3.1. Tabel 3.2.
Perkembangan Kelembagaan Bankk Umum Sulawesi Selatan ~ 40 Penyaluran Kredit/Pembiayaan dan DPK per DATI II di Sulsel ~ 46
Tabel 4.1. Tabel 4.2.
Perkembangan Temuan Uang Palsu di Wilker KBI Makssar Trw. IV-2008 ~ 52 Perputaran Kliring dan Cek/BG Kosong ~ 54
Tabel 5.1. Tabel 5.2.
Penduduk Usia 15+ Menurut Kegiatan Utama ~ 55 Penduduk Usia 15 Thn Keatas Menurut Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT), Setengah Pengangguran Terpaksa dan Setengah Pengangguran Sukarela ~ 56 Penduduk Usia 15 Thn + yg Bekerja Menurut Status Pekerjaan Utama ~ 57 Perkembangan Penyaluran Tenaga Kerja Indonesia Sulawesi Selatan ~ 58 NiLai Tukar Petani Sulsel 2008 per Triwulan ~ 59
Tabel 5.3. Tabel 5.4. Tabel 5.5.
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan IV-2008
ix
Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank
Ringkasan Eksekutif GAMBARAN UMUM Perekonomian daerah Sulawesi Selatan pada triwulan IV-2008 mengalami pertumbuhan sebesar 4,83% (y.o.y) ...
Laju inflasi tahunan di Sulsel tercatat sebesar 12,40% (y.o.y)…..
Perlambatan pertumbuhan perbankan ditandai dengan melambatnya pertumbuhan DPK, penyaluran kredit/pembiayaan dan aset perbankan.
sistem pembayaran tunai dan non tunai, kecuali RTGS, menunjukkan penurunan transaksi ….
Struktur ketenagakerjaan di Sulsel selama 2 tahun terakhir relatif tidak mengalami perubahan, …….
….realisasi pendapatan telah mencapai di atas 100%. Sementara realisasi belanja diperkirakan sebesar 84,01% ...
Perekonomian daerah Sulawesi Selatan (Sulsel) pada triwulan IV-2008 diperkirakan mengalami pertumbuhan sebesar 4,83% (y.o.y), melambat apabila dibandingkan dengan pertumbuhan tahunan triwulan sebelumnya sebesar 7,71% (y.o.y) maupun dengan triwulan yang sama tahun lalu (triwulan IV-2007) yang sebesar 11,19% (y.o.y). Sementara dari sisi kestabilan harga, laju inflasi tahunan Sulsel tercatat sebesar 12,40% (y.o.y). Laju inflasi tersebut tercatat lebih tinggi dibanding baik dengan laju inflasi tahunan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 12,28% (y.o.y) maupun dengan laju inflasi nasional yang tercatat sebesar 11,06% (y.o.y). Sejalan dengan perlambatan pertumbuhan ekonomi Sulsel, terjadi perlambatan pertumbuhan di sektor keuangan-sewa-jasa perusahaan (PDRB) terutama subsektor bank. Perlambatan pertumbuhan di subsektor bank ditandai dengan melambatnya pertumbuhan tahunan dana masyarakat yang dihimpun perbankan, penyaluran kredit/pembiayaan dan aset perbankan. Namun di sisi lain, kualitas kredit yang pada triwulan laporan terjadi penurunan jumlah kredit/pembiayaan bermasalah terhadap total kredit/pembiayaan perbankan Sulawesi Selatan jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Penurunan NPLs ini harus dicermati dengan seksama karena penurunannya diduga karena dampak dari perlambatan ekonomi dan tidak semata menggambarkan meningkatnya repayment capacity debitur. Demikian pula terkait dengan sistem pembayaran, nilai transaksi pembayaran tunai pada triwulan laporan ini juga menunjukkan perlambatan pertumbuhan dibanding nilai transaksi pembayaran pada triwulan sebelumnya. Pada sistem pembayaran non tunai, khususnya kliring juga menunjukkan terjadinya kegiatan transaksi yang mengalami penurunan. Sedangkan pembayaran non tunai via RTGS justru mengalami peningkatan. Perlambatan pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan (Sulsel) relatif cukup berdampak terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat. Meskipun tingkat pengangguran terbuka mengalami penurunan, namun tingkat kesejahteraan masyarakatnya, terutama di sektor pertanian, masih relatif belum mengalami perbaikan yang cukup signifikan. Struktur ketenagakerjaan di Sulsel selama 2 tahun terakhir relatif tidak mengalami perubahan, dengan sektor pertanian dan perdagangan yang masih merupakan mata pencaharian utama penduduknya. Berdasarkan data keuangan Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi Selatan, terdapat perubahan anggaran pendapatan dan belanja daerah pada triwulan laporan. Anggaran pendapatan naik sebesar 5,37% sedangkan anggaran belanja meningkat 12,86%. Sampai dengan triwulan laporan, diperkirakan realisasi pendapatan
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan IV-2008
1
daerah telah mencapai di atas 100% yang didorong oleh realisasi ‘Pendapatan Asli Daerah’ yang telah mencapai 102,38%. Sedangkan realisasi belanja pemerintah baru mencapai 84,01%. PERKEMBANGAN KONDISI MAKROEKONOMI Dari sisi permintaan, laju pertumbuhan regional secara umum masih didukung oleh kinerja investasi yang tumbuh sebesar 19,10% (y.o.y) dengan sumbangan sebesar 3,43% terhadap pertumbuhan ekonomi Sulsel, meskipun pada triwulan laporan kinerja investasi tersebut mengalami perlambatan dibanding triwulan sebelumnya yang tercatat tumbuh sebesar 26,35%. Pertumbuhan kinerja investasi, salah satunya didorong dengan adanya realisasi investasi di sektor industri pengolahan kayu dan industri lainnya. Dari sisi penawaran (sektoral), hanya sektor jasa-jasa yang mengalami peningkatan pertumbuhan, sementara sektor ekonomi lainnya diperkirakan mengalami perlambatan dan bahkan sektor pertambangan diperkirakan mengalami kontraksi, dengan pertumbuhan tertinggi terjadi di sektor bangunan/konstruksi. Penyumbangn terbesar diperkirakan masih terjadi di sektor perdagangan-hotel-restoran, diikuti oleh sektor jasa, jasa dan bangunan serta angkutan-komunikasi.
Dari sisi sumbangan, penyumbang pertumbuhan terbesar pada triwulan laporan masih disumbang oleh sektor perdagangan-hotelrestoran …..
PERKEMBANGAN INFLASI Laju inflasi tahunan di Sulsel tercatat sebesar 12,40% (y.o.y), sedikit lebih tinggi dibanding baik dengan laju inflasi tahunan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 12,28% (y.o.y) maupun dengan laju inflasi nasional yang tercatat sebesar 11,06% (y.o.y). Meski terjadi peningkatan konsumsi masyarakat sehubungan dengan adanya Hari Raya Idul Fitri, Idul Adha, Natal dan libur panjang menjelang tahun baru, namun peningkatan tersebut tidak terlalu besar sehingga pertumbuhan laju inflasi meningkat relatif kecil. Hal tersebut tercermin pada konsumsi PDRB Sulsel yang pada triwulan laporan melambat menjadi 3,20% (y.o.y), sementara pada triwulan III-2008 tercatat sebesar 4,64% (y.o.y). Laju inflasi Sulsel dihitung berdasarkan inflasi ke-empat kota di Sulsel, yaitu Makassar, Watampone, Pare-pare dan Palopo. Laju inflasi Sulsel tersebut didominasi sumbangan inflasi tahunan kota Makassar yang memberikan sumbangan sebesar 78% terhadap pembentukan inflasi tahunan Sulsel. Sementara sumbangan terendah masih diberikan oleh kota Watampone yaitu sebesar 6% dari inflasi Sulsel. Adapun laju inflasi tahunan kota Watampone tercatat sebesar 13,34% (y.o.y) pada triwulan laporan.
Berdasarkan inflasi keempat kota di Sulsel, yaitu Makassar, Watampone, Pare-Pare dan Palopo, didapatkan bahwa laju inflasi tahunan Sulsel tercatat sebesar 12,40%, lebih tinggi …...
PERKEMBANGAN PERBANKAN Pada triwulan IV-2008 (November), total aset perbankan tumbuh lebih kecil daripada triwulan sebelumnya. Pada triwulan laporan, total aset perbankan mencapai Rp36,75 triliun atau turun menjadi 13,64% (y.o.y) dibandingkan triwulan yang sama tahun 2007. Kemudian, Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dihimpun oleh bank umum juga mengalami pertumbuhan yang cenderung lebih kecil
2
Triwulan IV-2008
Pada triwulan IV-2008 (November), toatal aset perbankan tumbuh lebih kecil daripada triwulan sebelumnya.
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
daripada triwulan sebelumnya, yaitu tumbuh 13,12% (y.o.y) atau sebesar Rp27,77 triliun. Sedangkan pertumbuhan DPK pada triwulan III-2008 tercatat sebesar 16,66% (y.o.y).
Kredit/pembiayaan mengalami perlambatan pertumbuhan tahunan.
NPLs Bank Umum cenderung mengalami penurunan ...
Tidak jauh berbeda dengan pertumbuhan DPK bank umum di Sulsel yang tercatat mengalami perlambatan, kredit/pembiayaan yang disalurkan oleh bank umum di wilayah Sulsel juga tercatat mengalami perlambatan. Atas dasar lokasi proyek, kredit/pembiayaan tumbuh sebesar 25,78% (y.o.y) dari Rp25,22 triliun pada November 2007 menjadi Rp31,72 triliun pada November 2008. ). Kondisi tersebut, memperlihatkan kondisi kredit/pembiayaan bank umum dan DPK sama-sama mengalami perlambatan. Namun LDR (Loan to Deposit Ratio) bank umum mengalami peningkatan, yaitu dari 107,87% pada November 2007 menjadi 114,23% pada November 2008. Hal ini mengindikasikan bahwa penurunan pertumbuhan DPK lebih kecil dari pada kredit/pembiayaan bank umum. Berdasarkan kualitas kredit, petumbuhan kredit/pembiayaan bermasalah (NPLs) bank umum di wilayah Sulsel tercatat melambat menjadi 7,93% (y.o.y) dibandingkan posisi November 2007 yang sebesar 10,87 triliun. Penurunan pertumbuhan NPLs tersebut diperkirakan terjadi seiring dengan perlambatan pertumbuhan ekonomi dan juga penyaluran kredit di Sulsel pada triwulan laporan. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Aliran uang kartal masuk (inflow) dan keluar (outflow), tercatat mengalami net inflow, yaitu sebesar Rp0,67 triliun, dengan nilai inflow sebesar Rp2,19 triliun, sedangkan nilai outflow sebesar Rp1,51 triliun. Sementara jumlah Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) mengalami penurunan menjadi sebesar Rp0,41 triliun, lebih rendah dibanding PTTB pada triwulan III-2008 (Rp0,54 triliun). Jumlah temuan uang rupiah palsu mengalami peningkatan. Pada triwulan IV-2008, jumlah uang palsu yang ditemukan sebesar Rp12,6 juta, menurun menjadi Rp1,3 juta pada triwulan laporan.
Perkembangan transaksi transfer masuk dan keluar via RTGS pada triwulan laporan lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya ...
Perkembangan transaksi transfer masuk via RTGS (incoming) pada triwulan laporan mengalami peningkatan sebesar 22,09% (y.o.y) yaitu dari Rp11,96 triliun menjadi Rp14,60 triliun. Kondisi yang sama juga terjadi pada transaksi transfer keluar via RTGS (outgoing) yang mengalami peningkatan sebesar 10,86% (y.o.y) dengan nominal transaksi sebesar Rp9,23 triliun, sementara pertumbuhan outgoing pada triwulan III-2008 sebesar -21,51% (y.o.y) dengan nominal transaksi sebesar Rp7,79 triliun. Selain BI-RTGS, penyelesaian non tunai untuk nilai transaksi transfer dana/transaksi kredit kurang dari Rp100 juta mengalami pertumbuhan yang lebih kecil dibanding triwulan III-2008. Nominal perputaran kliring pada triwulan laporan tercatat tumbuh sebesar 13,55% (y.o.y), yaitu dari Rp6,43 triliun pada triwulan IV-2007 menjadi Rp7,30 triliun. Pertumbuhan transaksi via kliring tersebut lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 30,03% (y.o.y).
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan IV-2008
3
PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN Jumlah angkatan kerja di Sulsel selama Agustus 2007 – Agustus 2008 mengalami pertumbuhan sebesar 4,10% (y.o.y), sementara pada periode yang sama tahun 2007 tumbuh sebesar 2,25% (y.o.y). Pertumbuhan angkatan kerja tersebut, mampu menyerap jumlah angkatan kerja yang menganggur sebesar 60 ribu orang. Kondisi tersebut mengakibatkan TPT Sulsel mengalami perbaikan. Persentase jumlah angkatan yang bekerja terhadap angkatan kerja juga mengalami peningkatan, yaitu dari 88,75% pada Agustus 2007 menjadi 90,96% pada Agustus 2008. Sementara angkatan kerja yang bekerja pada Agustus 2008 tumbuh sebesar 6,69% (y.o.y) sedangkan pada Agustus 2007 tumbuh sebesar 4,01% (y.o.y). Peningkatan tersebut diperkirakan didorong oleh penyerapan tenaga kerja di sektor jasa (2,80%), searah dengan sumbangan pertumbuhan sektor jasa pada perekonomian Sulsel yang mengalami peningkatan pertumbuhan. Selain sektor jasa, sektor ekonomi yang mendorong peningkatan tenaga kerja tersebut adalah sektor industri yang memberikan sumbangan peningkatan sebesar 1,23%.
Jumlah angkatan kerja di Sulsel selama Agustus 2007- Agustus 2008 mengalami kenaikan, yang diikuti dengan penurunan Tingkat Pengangguran Terbuka ...
PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH Pada triwulan IV-2008 terjadi perubahan anggaran pendapatan dan belanja daerah. Anggaran pendapatan berubah menjadi sebesar Rp2,02 triliun, atau meningkat sebesar 5,37%, sementara anggaran belanja berubah menjadi Rp1,85 triliun atau meningkat sebesar 12,86%. Hingga triwulan IV-2008, realisasi anggaran PAD diperkirakan telah mencapai lebih dari 100% dari target yang ditentukan, yang terutama disebabkan oleh realisasi ’Lain-lain PAD yang Sah’ diperkirakan mencapai 254,96% dari target yang ditetapkan. Sedangkan 2 komponen PAD, yaitu ‘Bagian Laba Hasil Daerah’ dan ‘Pendapatan Pajak dan Retribusi Daerah’ diperkirakan belum mencapai 100%.
Hingga triwulan IV-2008, realisasi anggaran PAD diperkirakan telah mencapai lebih dari 100% dari target yang ditentukan ...
Sementara itu, diperkirakan realisasi belanja daerah baru mencapai 84,01% atau sebesar Rp1,55 triliun. Secara normal, belanja pemerintah sampai dengan triwulan IV terealisasi sebesar 100% dari anggaran yang ditetapkan, maka terdapat deviasi sebesar 15,99% sementara pada triwulan III-2008 terjadi deviasi sebesar 14,01%. Perlambatan realisasi belanja pemerintah tersebut diperkirakan karena pengaruh tingkat inflasi sehingga terjadi penghematan belanja.
OUTLOOK KONDISI EKONOMI DAN INFLASI Dari sisi penawaran, pada triwulan I-2009 diperkirakan sektor pertanian akan mengalami penurunan produksi, terutama pada subsektor tanaman bahan makanan (tabama) dan subsektor perikanan, sehubungan dengan kondisi cuaca yang diperkirakan masih kurang kondusif. Selain itu, relatif melemahnya permintaan ekspor komoditi Sulsel dan melemahnya tingkat harga di pasar 4
Triwulan IV-2008
Untuk triwulan mendatang diperkirakan perekonomian Sulsel akan tumbuh pada kisaran 5,1% ± 1% ...
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
internasional, khususnya komoditi hasil produksi sektor pertanian (misal CPO) dan pertambangan (misal nikel), relatif akan memperlambat laju pertumbuhan ekspor. Dari sisi permintaan, kinerja konsumsi diperkirakan akan mendorong pertumbuhan ekonomi Sulsel pada triwulan I-2009, sehubungan dengan adanya rencana stimulus pemerintah untuk mengatasi dampak krisis global. Selain itu, penurunan harga BBM yang terjadi pada akhir triwulan IV2008, relatif akan mampu mendorong peningkatan konsumsi masyarakat. Perekonomian Sulsel pada triwulan mendatang, secara tahunan, diperkirakan akan lebih rendah dibanding periode yang sama tahun sebelumnya (10,59%), namun sedikit tinggi dibanding pertumbuhan tahunan pada triwulan IV-2008 (4,83%). Laju inflasi pada triwulan I-2009 diperkirakan pada kisaran 5,1% ± 1% (y.o.y). Dari tingkat kestabilan harga, pada triwulan mendatang, dorongan inflasi diperkirakan masih akan terjadi pada kelompok bahan makanan, terutama untuk komoditas beras, tepung terigu dan ikan. Faktor pendorong peninkatan inflasi diperkirakan karena faktor cuaca yang kurang kondusif sehingga mempengaruhi pasokan komoditas bahan makanan. Namun di sisi lain, terjadinya penurunan harga BBM tersebut diperkirakan akan mampu mengurangi tekanan terjadinya inflasi. Laju inflasi secara tahunan pada triwulan I2009 diperkirakan pada kisaran 10,2% ± 1% (y.o.y)...
Akibat tekanan harga pada komoditas-komoditas tersebut di atas di atas maka diperkirakan laju inflasi akan cenderung mengalami perlambatan. Pada triwulan mendatang laju inflasi tahunan diperkirakan masih lebih tinggi dibandingkan laju inflasi triwulan I2008 (7,96%), namun lebih rendah dibanding laju inflasi triwulan IV2008 (12,40%). Laju inflasi pada triwulan I-2009 diperkirakan pada kisaran 10,2% ± 1% (y.o.y).
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan IV-2008
5
Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank
INDIKATOR EKONOMI DAN PERBANKAN TRIWULAN PROPINSI SULAWESI SELATAN a. INFLASI dan PDRB
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan IV-2008
7
LANJUTAN ... INDIKATOR EKONOMI DAN PERBANKAN TRIWULAN PROPINSI SULAWESI SELATAN B. PERBANKAN
8
Triwulan IV-2008
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Bab 1
Perkembangan Kondisi Makroekonomi
Perekonomian daerah Sulawesi Selatan pada triwulan IV-2008 diperkirakan mengalami pertumbuhan sebesar 4,83% (y.o.y), lebih rendah apabila dibandingkan dengan pertumbuhan tahunan triwulan III-2008 yang sebesar 7,71% (y.o.y) maupun dengan triwulan yang sama tahun lalu (triwulan IV-2007) yang sebesar 11,19% (y.o.y). Dari sisi permintaan, laju pertumbuhan regional secara umum masih didukung oleh pertumbuhan kinerja investasi yang diperkirakan sebesar 19,10% (y.o.y) dengan sumbangan terhadap pertumbuhan sebesar 3,43%, meskipun pada triwulan laporan kinerja investasi diperkirakan masih mengalami perlambatan dibanding triwulan sebelumnya yang tercatat tumbuh sebesar 26,35%. Pertumbuhan kinerja investasi tersebut, salah satunya didorong dengan adanya realisasi investasi di sektor industri pengolahan kayu dan industri lainnya.
Grafik 1.1. Laju Pertumbuhan PDRB qtq
5
12
yoy
4
10
3 8
2 1
6
%1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
4
(1) 2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
(2)
2 -%
(3)
Dari sisi penawaran (sektoral), selain sektor jasa-jasa, semua sektor ekonomi diperkirakan mengalami perlambatan pertumbuhan. Pertumbuhan terendah diperkirakan terjadi di sektor pertambangan-penggalian yang pada triwulan laporan terjadi kontraksi. Sementara pertumbuhan tertinggi terjadi di sektor bangunan/konstruksi. Penyumbangn terbesar diperkirakan masih terjadi di sektor perdagangan-hotel-restoran, diikuti oleh sektor jasa, jasa dan bangunan serta angkutan-komunikasi.
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan IV - 2008
9
1.1 Permintaan Daerah Perlambatan kinerja perekonomian daerah pada triwulan IV-2008 tersebut, baik dibanding pertumbuhan tahunan triwulan sebelumnya maupun secara triwulanan (q.t.q), terjadi di semua kinerja komponen. Tabel 1.1. Perkembangan PDRB Riil : Permintaan Daerah (y.o.y) KOMPONEN 1. Konsumsi a. Rumah Tangga b. Nirlaba c. Pemerintah 2. Investasi a. Pembentukan Modal b. Perubahan Stok 3. Ekspor - Impor (Net) a. Ekspor b. Impor KOMPONEN 1. Konsumsi a. Rumah Tangga b. Nirlaba c. Pemerintah 2. Investasi a. Pembentukan Modal b. Perubahan Stok 3. Ekspor - Impor (Net) a. Ekspor b. Impor
Trw III-07 Trw IV-07 Trw III-08 Trw IV-08 Trw III-07 Trw IV-07 Trw III-08 Trw IV-08 Pertumbuhan (%, y.o.y) Pertumbuhan (%, q.t.q) 11.19 7.71 4.83 2.41 2.52 2.33 (0.22) 7.55 3.68 2.29 6.53 4.58 2.06 2.13 2.47 0.26 5.58 3.47 5.41 4.09 1.20 1.21 2.51 (0.06) 10.51 17.53 7.19 1.45 4.12 7.46 4.27 1.71 (3.18) (2.30) 10.75 6.49 5.37 5.39 2.27 1.34 15.27 16.04 26.35 19.10 5.13 3.31 2.45 (2.62) 12.92 17.81 23.08 18.92 6.49 7.40 8.72 3.77 86.99 (44.01) 86.56 31.83 (14.88) (72.25) (39.80) (80.39) 23.52 111.54 (14.47) (16.19) 0.49 3.78 0.96 1.69 (0.02) 1.79 7.26 (9.08) (17.69) 7.01 (0.62) (9.29) (6.09) (12.93) 14.63 (6.76) (22.45) 8.11 (1.02) (12.06) Sumbangan (%, y.o.y) Sumbangan (%, q.t.q) 7.55 11.19 7.71 4.83 2.41 2.52 2.33 (0.22) 2.71 1.76 4.64 3.24 1.47 1.51 1.73 0.18 3.16 2.05 3.01 2.25 0.68 0.67 1.36 (0.03) 0.06 0.11 0.04 0.01 0.03 0.05 0.03 0.01 (0.52) (0.40) 1.58 0.98 0.77 0.79 0.34 0.20 2.54 2.76 4.70 3.43 0.89 0.59 0.51 (0.55) 2.08 2.98 3.91 3.35 1.06 1.25 1.59 0.73 0.46 (0.22) 0.79 0.08 (0.16) (0.66) (1.07) (1.28) 2.30 6.67 (1.63) (1.84) 0.06 0.43 0.09 0.15 (0.01) 0.90 3.22 (4.20) (9.76) 3.11 (0.28) (4.10) (2.31) (5.76) 4.84 (2.36) (9.82) 2.68 (0.37) (4.25)
Sumber : BPS Sulbar Ket. : Angka Sementara
a.
Konsumsi Pada triwulan laporan, kinerja konsumsi diperkirakan tumbuh sebesar 4,58% (y.o.y),
lebih rendah dibanding triwulan III-2008 (6,53%; y.o.y), namun lebih tinggi dibanding triwulan IV-2007 (2,29%; y.o.y). Pertumbuhan kinerja konsumsi tersebut diperkirakan didorong oleh kinerja konsumsi rumah tangga meski mengalami perlambatan pertumbuhan apabila dibanding triwulan III-2008. Perlambatan kinerja konsumsi ini relatif disebabkan oleh adanya tekanan harga secara umum yang cukup tinggi, sementara tingkat penghasilan masyarakat relatif tidak mengalami perubahan (hasil survey konsumen Bank Indonesia Makassar). Kinerja konsumsi rumah tangga diperkirakan tumbuh sebesar 4,09% (y.o.y) dengan sumbangan pertumbuhan sebesar 2,25% (y.o.y). Angka pertumbuhan tersebut lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada triwulan III-2008 yang tercatat sebesar 5,41% (y.o.y).
Perlambatan
pertumbuhan
kinerja
konsumsi
tersebut
diperkirakan
karena
melemahnya konsumsi rumah tangga terhadap bahan makanan yang relatif dipicu karena keterbatasan ketersediaan pasokan bahan makanan sehubungan dengan adanya pengaruh cuaca yang relatif kurang kondusif.
10
Triwulan IV - 2008
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Kondisi tersebut juga menekan laju pertumbuhan kinerja konsumsi pemerintah dan konsumsi nirlaba. Kinerja konsumsi pemerintah diperkirakan tumbuh sebesar 6,49% (y.o.y), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada triwulan III-2008 yang tumbuh sebesar 10,75% (y.o.y). Selain karena pengaruh tersebut di atas, perlambatan kinerja konsumsi pemerintah ini diperkirakan karena adanya perlambatan realisasi belanja dari target yang ditentukan. Sementara di konsumsi Nirlaba, dengan adanya tekanan harga relatif menyebabkan terjadinya rasionalisasi konsumsinya yang diperkirakan karena adanya keterbatasan anggaran operasional. Pada triwulan laporan, kinerja konsumsi nirlaba tumbuh sebesar 1,45% (y.o.y), lebih rendah dibanding pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang sebesar 7,19%. Beberapa prompt indikator terjadinya pertumbuhan kinerja konsumsi tersebut di atas terlihat dari grafik sebagai berikut : Grafik 1.2. Prompt Indikator Kinerja Konsumsi Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini
Indeks Penghasilan Saat Ini Dibandingkan 6 Bulan Yang Lalu
125
155
Penghasilan saat ini dibandingkan 6 bln yang lalu
Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini 120
145
115 135
110 125
105
Sumber : KBI Makassar Survei Konsumen
115
100 105
95
Sumber : KBI Makassar Survei Konsumen
90
95
85 2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
1
2
3
4
5
2007
6
7
8
9
10
11
12
2008
Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja Saat Ini 110
Indeks
Indeks
85
1
1
2
3
5
6
7
8
9
10
11
12
1
2
3
4
5
6
2007
7
8
9
10
11
12
2008
Indeks Ketepatan Waktu Pembelian Barang Tahan Lama 130
Ketersediaan lapangan kerja saat ini
105
4
Ketepatan waktu pembelian (konsumsi) barang tahan lama
120
100
110
95 100 90 90 85 80 80
Sumber : KBI Makassar Survei Konsumen
75
Sumber : KBI Makassar Survei Konsumen
70
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10 11
12
1
2
3
4
2007
5
6
7
8
9
10 11
12
2008
Indeks
60
Indeks
70
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10 11 12
1
2
3
4
5
2007
Jumlah Kendaraan Non Niaga Yang Terdaftar
6
7
8
9
10
11 12
2008
1 2009
Perkembangan Konsumsi Listrik Sektor Rumah Tangga
40,000
Non Niaga (1-8)
16%
350
Rumah Tangga
20%
35,000
Y.O.Y
14%
300
y.o.y
15%
30,000
12%
25,000
10%
20,000
8%
10%
200
5%
150
0%
100
-5%
6%
10,000
4%
5,000
2%
-
0% 1
2
3 2007
4
1
2
3
4
2008
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
50 Juta GWH
15,000
250
-10%
-
-15% 1
2
3
2006
4
1
2
3
2007
4
1
2
3
4
2008
Triwulan IV - 2008
11
Perkembangan Konsumsi Listrik Sektor Sosial Sosial y.o.y
40 35 30
Perkembangan Konsumsi Listrik Sektor Pemerintah Gd Kantor Pemerintahan y.o.y
150%
25
100%
20
50%
15
20%
0%
10
10%
50% 40% 30%
25 20 15
0%
10
-50%
5
-10%
-
-100% 1
2
3
4
1
2006
2
3
4
1
2007
2
3
4
2008
Juta GWH
Juta GWH
5
-
-20% 1
2
8000
1
2
3
4
1
2
2007
3
4
2008
Survey Pedagang Eceran Makanan dan Tembakau
14000
10000
4
2006
Survey Pedagang Eceran Perlengkapan Rumah Tangga 12000
3
25 Sumber : KBI Makassar Survei Penjualan Eceran
20
Sumber : KBI Makassar Survei Penjualan Eceran
Makanan & Tembakau
15
Perlengkapan Rumah Tangga
6000
10
4000 5
2006
2007
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
-
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Rp M ilia r
0
Milyar Rp
2000
2008
2006
Survey Pedagang Eceran Pakaian dan Perlengkapannya 14
14
40%
y.o.y
35% 30%
10
8
8
6
6
4
4
2
2
25% 20% 15% 10% 5%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 2006
2007
2008
Rp Triliun
-
0
R p M ilia r
Konsumsi
12
Sumber : KBI Makassar Survei Penjualan Eceran
10
2008
Perkembangan Kredit Konsumsi Bank Umum
Pakaian & Perlengkapannya
12
2007
Pemakaian Air (M³) di Makassar
0% 1
2
3
4
1
2
2006
3
4
1
2007
2
3
4
2008
Pemasangan Saluran Air di Makassar Pemasangan Saluran (SL) Y.O.Y (SL)
4.4%
Pemakaian Air (M³)
10%
425
9.2
Y.O.Y (PA)
9%
420
8%
415
8.8
7%
410
8.6
6%
405
4.1%
8.4
5%
400
4.0%
8.2
4%
395
3.9%
8.0
3%
390
7.8
2%
385
7.6
1%
380
7.4
0%
375
Juta
9.0
12
Sumber : PDAM Mks
1
2
3
4
2007
Triwulan IV - 2008
1
2
3 2008
4
Ribuan
9.4
4.3% 4.2%
Sumber : PDAM Mks
3.8% 3.7% 3.6% 1
2
3 2007
4
1
2
3
4
2008
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
b. Investasi Meski terjadi penambahan investasi baru di wilayah Sulsel, pertumbuhan tahunan kinerja investasi pada triwulan laporan diperkirakan lebih rendah dibanding pertumbuhan tahunan pada triwulan III-2008. Pada triwulan IV-2008, kinerja investasi diperkirakan tumbuh sebesar 19,10% (y.o.y) dengan sumbangan pertumbuhan sebesar 3,43% (y.o.y). Sementara pertumbuhan pada triwulan III-2008 tercatat sebesar 26,35% (y.o.y) dengan sumbangan pertumbuhan sebesar 4,70% (y.o.y). Perlambatan kinerja investasi tersebut diperkirakan karena pengaruh krisis keuangan global yang cenderung mendorong perilaku pelaku usaha untuk menunggu kepastian dampak dari krisis tersebut secara regional (Sulsel). Selain itu, nilai tukar Rupiah yang cenderung melemah relatif menekan peningkatan volume impor barang modal. Di sisi lain, tekanan harga dampak dari tekanan kenaikan BBM yang terjadi pada pertengahan triwulan II-2008 relatif masih mempengaruhi kinerja investasi pada triwulan laporan. Beberapa prompt indikator yang relatif menunjukkan pertumbuhan kinerja investasi di daerah adalah sebagai berikut :
Grafik 1.3. Prompt Pertumbuhan Kinerja Investasi Volume Impor Barang Modal
Realisasi Pengadaan Semen
Ribu Ton
CAPITAL GOODS Y.O.Y
200% 150% 100%
400
Penga da a n Sul s el
8
350
y.o.y
7
300
50%
6
250
40%
200
30%
150
20%
100
10%
50
0%
5 50% 4 0% 1
2
3
4
1
2
3
3
4
-50% 2007
2
2008
1
-150%
0
2
Niaga (9-16)
16%
Y.O.Y
14%
12,500 12,000 11,500 11,000
4%
10,500
2% 0%
2007
2
3
3
4
1
2006
2
3
4
1
2
2007
3
4
2008
4
2008
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Produktif (MK + Inv)
40%
y.o.y
35% 30% 25% 20% 15%
6 4
10%
2
5%
-
Rp Triliun
10,000 1
2
12 10 8
6%
4
1
16 14
8%
3
4
2005
20 18
10%
2
3
Perkembangan Kredit Produktif Bank Umum
12%
1
60%
‐10% 1
Jumlah Kendaraan Niaga Yang Terdaftar 13,000
70%
0
-100%
13,500
Sumber : ASI
9
Ribuan Ton
250%
0% 1
2
3
2006
4
1
2
3
2007
4
1
2
3
4
2008
Triwulan IV - 2008
13
Perkembangan Konsumsi Listrik Sektor Bisnis
Perkembangan Konsumsi Listrik Sektor Industri Industri y.o.y
250
40%
200
40%
140
35%
10%
120 100
30% 25%
80
20%
60
15%
40
10%
20
5%
0%
-20% 2
3
4
2006
1
2
3
2007
4
1
2
3
4
2008
Juta GWH
Juta GWH
-10%
-
-
0% 1
150
500 450 400 350 300 250
50 0
2007
2008
R p M ilia r
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
50
2006
4
1
2
3
4
1
2007
2
3
4
2008
Survey Pedagang Eceran Bahan Konstruksi
200 150 100
R p M ilia r
100
3
Sumber : KBI Makassar Survei Penjualan Eceran
Bahan Konstruksi
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
200
Kendaraan & Suku Cadang Sumber : KBI Makassar Survei Penjualan Eceran
2
2006
Survey Pedagang Eceran Kendaraan & Suku Cadang 250
45%
20%
100 50
50%
160
150
1
Bisnis y.o.y
200 180
30%
2006
2007
2008
c. Net Perdagangan Eksternal (Ekspor – Impor) Secara nominal, kinerja perdagangan ke luar Sulsel diperkirakan masih mengalami surplus, namun pada triwulan laporan diperkirakan masih mengalami kontraksi pertumbuhan tahunan. Pada triwulan IV-2008, net perdagangan eksternal diperkirakan mengalami kontraksi sebesar 16,19% (y.o.y) dengan sumbangan pertumbuhan sebesar -1,84%. Kontraksi ini lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya yang juga tercatat mengalami kontraksi sebesar 14,47% (y.o.y). Kontraksi pertumbuhan net perdagangan eksternal ini yang menyebabkan pertumbuhan ekonomi daerah mengalami perlambatan. Kontraksi tersebut disumbangkan oleh kinerja perdagangan antar negara yang diperkirakan kembali mengalami kontraksi sebesar 11,10% (y.o.y), sedangkan pada triwulan sebelumnya juga mengalami kontraksi sebesar 16,28% (y.o.y). Kontraksi pertumbuhan kinerja perdagangan antar negara tersebut relatif didorong oleh kontraksi pertumbuhan ekspor ke luar negeri, yaitu sebesar 7,19% (y.o.y), meski kontraksi ini diperkirakan lebih baik dibanding kontraksi pada triwulan III-2008 (-13,02%; y.o.y). Melemahnya pertumbuhan ekspor antar negara tersebut diperkirakan karena melemahnya permintaan komoditas ekspor Sulsel sebagai akibat terjadinya krisis keuangan global. Selain itu, akibat krisis tersebut cenderung menyebabkan melemahnya tingkat harga beberapa komoditas di pasar internasional, seperti nikel, yang relatif mendorong terjadinya efisiensi produksi.
14
Triwulan IV - 2008
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Sementara kinerja impor dari luar negeri justru mengalami pertumbuhan positif sebesar 7,73% (y.o.y), lebih tinggi dibanding pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 1,89% (y.o.y). Pertumbuhan kinerja impor antar negara tersebut diperkirakan karena adanya peningkatan volume impor barang modal . Sementara perdagangan antar propinsi secara nominal diperkirakan masih defisit, namun mengalami perlambatan pertumbuhan tahunan seiring dengan melambatnya tingkat konsumsi masyarakat dan tekanan harga secara umum. Pertumbuhan kinerja perdagangan antar propinsi pada triwulan laporan diperkirakan kontraksi sebesar 5,53% (y.o.y), lebih rendah dibanding kinerja pada triwulan sebelumnya yang kontraksi sebesar 17,43% (y.o.y).
Grafik 1.4. Prompt Indikator Kinerja Ekspor Luar Negeri Volume Ekspor Non Migas Total 700
Volume Ekspor Nikel
Volume Ekspor Y.O.Y
SULSEL
600
40%
140
30%
120
Volume Ekspor Y.O.Y
20% 500
10%
100
400
0%
80
300
-10%
60
-20%
200
400% 350% 300% 250% 200% 150% 100% 50% 0% -50% -100% -150%
BIJIH LOGAM & SISA-SISA LOGAM
40
-30%
-50% 1
2
3
4
1
2
2006
3
4
1
2
2007
3
4
2008
20 -
Ribu Ton
-40%
-
Ribu Ton
100
1
2
Volume Ekspor Ikan, Udang, Kerang dll 6
Volume Ekspor Y.O.Y
IKAN, UDANG, KERANG, DLL
5
3
4
1
2
2006
3
4
1
2
2007
3
4
2008
Harga Nikel di Pasar Dunia
20%
60,000
15%
50,000
US$/Metric Ton
Sumber : Bloomberg
10%
4
40,000
5% 3 0% 2
-5%
1
-10%
20,000 10,000
-15% 1
2
3
4
1
2
2006
3
4
1
2
2007
3
-
4
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Ribu Ton
-
30,000
2008
2006
Volume Muat Barang Via Pelabuhan
2008
Perkembangan Kredit Ekspor Bank Umum
MUAT
1.4
2007
Y.O.Y 1.2 1.0
30%
1.0
1-Ekspor
35%
20%
0.9
Y.O.Y
30%
10%
0.8
0%
0.7
25%
0.6
20%
0.8
-10%
0.6
-20%
0.4
15%
-30%
0.3
10%
-40%
0.2
-50%
0.1
-60%
0.0
0.2
Ribu Ton
0.0 1
2
3
2005
4
1
2
3
2006
4
1
2
3
2007
4
1
2
3
4
2008
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Rp Triliun
0.4
0.5
5% 0% 1
2
3
2005
4
1
2
3
2006
4
1
2
3
2007
4
1
2
3
4
2008
Triwulan IV - 2008
15
Grafik 1.5. Perkembangan Volume Impor Non Migas Sulawesi Selatan Volume Impor Non Migas Total 100%
Volume Impor Gandum
Ribu Ton
SITC Y.O.Y
80%
400
120%
350
100%
60%
300
40%
250
20%
200
0%
150 1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
-20%
100 2006
2007
2008
40%
200
20%
150
0% -20%
0
-60%
20%
1,200
10%
1,000
0%
1.2 1.0
-10%
0.8
-20%
2
3
4
1
2
3 2007
4
1
2
3 2008
4
100 50 0
Harga Gandum di Pasar Dunia
Volume Bongkar Barang Via Pelabuhan Y.O.Y
1
2006
-60%
1.4
300 250
-40%
1.6
350
60%
50
BONGKAR
Ribu Ton
80%
-40%
1.8
04 - CEREAL & CEREAL PREPARATIONS y.o.y
$/Bushel
800 600
0.6
-30%
400
0.4 200
0.0
-50%
-
1
2
3
2005
4
1
2
3
4
1
2006
2
3
2007
4
1
2
3
4
2008
Sumber : Bloomberg
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
-40%
Ribu Ton
0.2
2006
2007
2008
1.2 Penawaran Daerah (Sektoral) Dari sisi penawaran, secara tahunan diperkirakan hanya sektor jasa-jasa yang mengalami peningkatan pertumbuhan dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya, sedangkan sektor-sektor lainnya tercatat mengalami perlambatan. Pertumbuhan tertinggi diperkirakan masih terjadi di sektor bangunan (konstruksi) yaitu tercatat sebesar 15,20% (y.o.y), sedangkan pertumbuhan terendah terjadi di sektor pertambanganpenggalian yang kembali mengalami kontraksi sebesar 2,17% (y.o.y). Dari sisi sumbangan, penyumbang pertumbuhan terbesar pada triwulan laporan diperkirakan masih diberikan oleh sektor perdagangan-hotel-restoran, meski tercatat mengalami penurunan sumbangan dibandingkan sumbangan pada pertumbuhan tahunan triwulan sebelumnya. Sementara sektor jasa-jasa, diperkirakan memberikan sumbangan pertumbuhan tahunan yang lebih tinggi dibanding sumbangan pada triwulan sebelumnya. Sedangkan sumbangan pertumbuhan tahunan oleh sektor ekonomi lainnya justru mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya.
16
Triwulan IV - 2008
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Tabel 1.2. Perkembangan PDRB Riil : Penawaran Daerah
Secara triwulanan (q.t.q), pertumbuhan ekonomi daerah didorong oleh sektor jasajasa, keuangan-persewaan-jasa perusahaan dan pertambangan-penggalian yang masingmasing sektor memberikan sumbangan sebesar 0,43%, 0,32% dan 0,21%. Secara keseluruhan pertumbuhan triwulanan Sulsel juga tercatat mengalami kontraksi yaitu sebesar 0,22% dari 2,33% pada triwulan lalu. Sementara dari sisi pertumbuhan, sektor keuanganpersewaan-jasa perusahaan diperkirakan mengalami pertumbuhan triwulanan tertinggi yaitu sebesar 5,12%, kemudian diikuti sektor jasa-jasa (3,93%), sektor bangunan (2,99%) dan sektor
pertambangan-penggalian
(2,27%).
Ke-empat
sektor
tersebut
mengalami
pertumbuhan triwulanan yang lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulanan pada triwulan III-2008.
a.
Sektor Pertanian Kinerja sektor pertanian diperkirakan mengalami perlambatan yaitu tumbuh sebesar
2,39% (y.o.y), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 5,27% (y.o.y). Diperkirakan perlambatan pertumbuhan tahunan sektor ini disebabkan karena adanya penurunan kinerja subsektor tanaman bahan makanan (tabama) dan perikanan, yang disebabkan oleh kondisi cuaca yang kurang kondusif, seperti tingginya curah hujan dan gelombang laut, yang dalam beberapa kasus mengakibatkan bencana alam seperti banjir yang melanda area persawahan. Penurunan kinerja di subsektor perikanan salah satunya ditandai dengan menurunnya volume ekspor ikan, udang, kerang dan sejenisnya. Volume
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan IV - 2008
17
ekspor komoditi tersebut tercatat kontraksi sebesar 12,14% (y.o.y), sementara pada triwulan sebelumnya tumbuh sebesar -8,71% (y.o.y). Sementara di subsektor tanaman bahan makanan terjadi penurunan produksi dan luas panen seperti yang ditunjukkan pada grafik di bawah ini.
Grafik 1.6. Prompt Indikator Pertumbuhan Kinerja Sektor Pertanian Volume Ekspor Ikan, Udang, Kerang dll 6
Volume Ekspor Y.O.Y
IKAN, UDANG, KERANG, DLL
5 4
Kredit Sektor Pertanian Bank Umum - Sulsel
20% 15%
1.2
10%
1.0
5%
0.8
0%
0.6
-5%
0.4
-10%
0.2
-15%
0.0
Pertanian
120%
y.o.y
100% 80% 60%
3
1
Ribu Ton
1
2
3
4
1
2
2006
3
4
1
2
2007
3
4
2008
40%
Rp Triliun
2
20% 0% -20% 1
2
Produksi Tabama
1.6
y.o.y
1
2
3
4
2006
1
2
3
4
1
2007
2
3
4
2008
Luas Panen Tanaman Bahan Makanan
1.4 1.2
40%
400
Luas Panen Tabama
30%
350
y.o.y
20%
300
1.0
10%
0.8
0%
35% 30% 25% 20%
250
15% 10% 5%
200 ‐10%
0.4 0.2 1
2
3
4
2007
1
2
3 2007
4
0% ‐5%
100
‐20%
50
‐30%
0
Smb : BPS Sulsel & Dinas Pertanian Sulsel
0.0
150
Ribu Ha
0.6
Juta Ton
4
2005
Jumlah Produksi Tanaman Bahan Makanan 1.8
3
Smb : BPS Sulsel & Dinas Pertanian Sulsel
1
2
3 2007
4
1
2
3
‐10% ‐15% 4
2007
b.
Sektor Industri Pengolahan Perlambatan pertumbuhan diperkirakan juga terjadi di sektor industri pengolahan
yang pada triwulan laporan tercatat tumbuh sebesar 3,24% (y.o.y), lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 6,79% (y.o.y). Perlambatan pertumbuhan sektor ini diperkirakan disebabkan oleh menurunnya produktifitas industri pengolahan makanan-minuman yang relatif tinggi, meski terjadi peningkatan produksi di industri pengolahan semen. Menurunnya produktifitas pada industri pengolahan makananminuman diperkirakan karena faktor eksternal, yaitu terutama karena tingginya harga bahan baku impor di pasar internasional (misal gandum) sementara di sisi lain nilai tukar Rupiah pada triwulan laporan yang melemah dibanding US Dollar. Kondisi tersebut yang menyebabkan volume impor bahan baku mengalami penurunan. Sedangkan peningkatan yang terjadi pada industri pengolahan semen diperkirakan karena faktor musiman yaitu percepatan proses pembangunan fisik pada akhir tahun anggaran.
18
Triwulan IV - 2008
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Grafik 1.7. Prompt Indikator Pertumbuhan Kinerja Sektor Industri Pengolahan Realisasi Pengadaan Semen di Sulsel Penga da a n Suls el
350
y.o.y
Sumber : ASI
Realisasi Produksi Tepung Terigu di Sulsel 70%
200
Produksi
40%
60%
180
y.o.y
30%
160
20%
300
50%
250
40%
120
10%
200
30%
100
0%
150
20%
100
10%
50
0%
Ribuan Ton
400
‐10%
140
80
‐10%
60
1
2
3
4
1
2
2005
3
4
1
2006
2
3
4
1
2007
2
3
4.00
0
4
2008
Kredit Sektor Industri Pengolahan Bank Umum - Sulsel Industri pengolahan
‐30%
20 Ribu M/T
0
‐20%
40
‐40% 1
2
3
4
1
2
2005
3
4
1
2
2006
3
4
1
2
2007
3
4
%
2008
Volume Impor Gandum 04 - CEREAL & CEREAL PREPARATIONS y.o.y
120%
y.o.y
3.50
Ribu Ton
100%
20%
80%
15%
60%
10%
40%
200
20%
150
300
3.00
250
2.50 2.00 1.50
5%
1.00
-20%
0.00 Rp Triliun
0%
0%
0.50
c.
350
25%
1
-5% 1
2
3
2006
4
1
2
3
4
2007
1
2
3
4
2
3 2006
4
1
2
3
4
1
2007
2
3 2008
-40% -60%
2008
4
100 50 0
Sektor Perdagangan-Hotel-Restoran Perlambatan pertumbuhan juga terjadi di sektor perdagangan-hotel-restoran yang
diperkirakan tumbuh sebesar 7,58% (y.o.y) dengan sumbangan terhadap total pertumbuhan sebesar 1,17%. Sementara pertumbuhan tahunan pada triwulan III-2008 diperkirakan sebesar 13,55% (y.o.y) dengan sumbangan sebesar 2,07%. Perlambatan pertumbuhan di sektor ini diperkirakan karena melemahnya pertumbuhan subsektor perdagangan besar dan eceran, yang pada triwulan laporan tumbuh sebesar 7,63%% (y.o.y), sementara subsektor hotel dan restoran relatif stabil pertumbuhannya. Perlambatan pertumbuhan kinerja subsektor perdagangan besar dan eceran relatif diperkirakan karena melemahnya permintaan komoditas ekspor Sulsel sehubungan dengan krisis global. Sementara secara internal di Sulsel, tekanan pertumbuhan subsektor ini relatif disebabkan oleh melemahnya konsumsi masyarakat karena adanya peningkatan harga barang secara umum. Sementara perlambatan kinerja subsektor hotel dan restoran pada triwulan laporan relatif disebabkan adanya kegiatan menyambut Natal dan Tahun Baru 2009, serta meningkatnya
penggunaan
jasa
hotel/restoran
yang
terkait
dengan
kegiatan
pertemuan/rapat maupun acara seremonial lainnya.
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan IV - 2008
19
Grafik 1.8. Prompt Indikator Kinerja Sektor Perdagangan-Hotel-Restoran Perkembangan Volume Ekspor-Impor
Arus Bongkar Muat Cargo Melalui Angkutan Udara
Impor Ekspor y.o.y - (axis kiri)
40% 30%
900 800
10%
600
10,000
0%
500
8,000
-10%
400
-20%
300
-30%
200
4,000
-40%
100
2,000
-50%
4
1
2
2006
3
4
1
2
2007
3
4
2008
BONGKAR MUAT Y.O.Y
2.0
10% 5%
-5% -10% -15% 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 2004
14000
10%
12000
0%
10000
-20%
2005
2006
2007
2008
Sumber : KBI Makassar Survei Penjualan Eceran
8000
Perlengkapan Rumah Tangga
6000
-30%
-50%
0.0
-60% 1
2
3
2005
4
1
2
3
4
1
2
2006
3
2007
4
1
2
3
4
2008
4000 2000 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
-40% 0.5
Rp M ilia r
1.0
Ribu Ton
0%
q
-
20%
-10%
1.5
2006
Survey Pedagang Eceran Pakaian dan Perlengkapannya 14
10
20%
Survey Pedagang Eceran Perlengkapan Rumah Tangga
2.5
12
25%
15%
Arus Bongkar Muat Melalui Angkutan Laut 3.0
y.o.y
6,000
Ribu Kg
3
Ribu Ton
700
2
DEP Lalu Lintas Cargo
12,000
20%
1
ARR
14,000
Pakaian & Perlengkapannya
2007
2008
Kredit Sektor Perdagangan Bank Umum 9.00
Perdagangan
35%
y.o.y
8.00 Sumber : KBI Makassar Survei Penjualan Eceran
30%
7.00 25%
6.00
8
5.00
20%
6
4.00
15%
3.00
4
2006
2007
2008
Rp Triliun
0
0.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1.00
Rp M ilia r
2
d.
10%
2.00 5% 0% 1
2
3
2006
4
1
2
3
2007
4
1
2
3
4
2008
Sektor Jasa-jasa Diperkirakan masih mengalami peningkatan pertumbuhan yaitu dari 5,52% (y.o.y)
pada triwulan III-2008 menjadi sebesar 7,38% (y.o.y) pada triwulan laporan dengan sumbangan terhadap total pertumbuhan adalah sebesar 0,83%. Pendorong utama kinerja sektor jasa-jasa adalah subsektor Jasa Pemerintahan Umum, yang diperkirakan terjadi peningkatan konsumsi sehubungan dengan masa akhir tahun anggaran. Sementara di subsektor swasta, pertumbuhannya relatif didorong oleh pertumbuhan kinerja jasa hiburanrekreasi yang disebabkan oleh banyaknya hari libur pada triwulan laporan.
20
Triwulan IV - 2008
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Grafik 1.9. Prompt Indikator Kinerja Sektor Jasa-jasa Konsumsi Listrik Sektor Sosial
Konsumsi Listrik Sektor Pemerintah
Sosial y.o.y
40 35 30
Gd Kantor Pemerintahan y.o.y
150%
25
100%
20
50%
15
20%
0%
10
10%
50% 40% 30%
25 20 15
0%
10
-50%
5
-10%
-100% 1
2
3
4
1
2006
2
3
4
1
2007
2
3
4
2008
Juta GWH
Juta GWH
5 -
-
-20% 1
3
4
1
2006
2
3
4
1
2
2007
3
4
2008
Kredit Sektor Jasa Dunia Usaha Bank Umum - Sulsel
Konsumsi Listrik Umum (Penerangan Jalan Umum) Penerangan Jln Umum y.o.y
30
2
30%
2.20
Jasa Dunia Usaha
100%
y.o.y
25%
25
20% 20
80%
1.70
15%
15
10% 5%
10
60% 1.20 40% 0.70
0% -5%
-
-10% 1
2
3
4
1
2006
2
3
4
1
2007
2
3
4
20% 0.20 Rp Triliun
Juta GWH
5
-0.30
2008
0% 1
2
3
2006
4
1
2
3
2007
4
1
2
3
4
-20%
2008
Kredit Sektor Jasa Sosial Kemasyarakatan Bank Umum - Sulsel 0.35
Jasa Sosial Masyarakat
120%
y.o.y
0.30
100%
0.25
80%
0.20
60%
0.15
40%
0.10
20%
0.05
0%
Rp Triliun
0.00
e.
-20% 1
2
3
2006
4
1
2
3
2007
4
1
2
3
4
2008
Sektor Angkutan dan Komunikasi Sektor angkutan dan komunikasi pada triwulan laporan diperkirakan masih
mengalami perlambatan pertumbuhan. Pada triwulan IV-2008, sektor ini diperkirakan tumbuh sebesar 9,13% (y.o.y) dengan sumbangan terhadap PDRB daerah sebesar 0,74% (y.o.y), sementara pertumbuhan pada triwulan III-2008 sebesar 13,21% (y.o.y) dengan sumbangan terhadap PDRB daerah sebesar 1,05% (y.o.y). Perlambatan pertumbuhan sektor ini diperkirakan didominasi oleh penurunan kinerja subsektor pengangkutan, yang relatif disebabkan oleh faktor musiman dimana akan terjadi penurunan kinerja pasca bulan suci Ramadhan dan hari raya Idul Fitri yang pada tahun 2008 jatuh pada akhir triwulan III-2008. Sementara di sisi lain, dengan banyaknya hari libur pada triwulan IV-2008 relatif mendorong terjadinya pertumbuhan kinerja subsektor ini.
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan IV - 2008
21
Perlambatan juga diperkirakan terjadi di subsektor komunikasi, yang diperkirakan karena terjadi perang tarif murah antar operator seluler yang mendorong terjadinya peningkatan penggunaan seluler oleh masyarakat sehingga menyebabkan terjadinya pertumbuhan kinerja subsektor komunikasi. Namun di sisi lain, terjadi efisiensi konsumsi masyarakat terhadap pulsa seluler yang relatif menekan pertumbuhan kinerja subsektor komunikasi. Grafik 1.10. Prompt Indikator Kinerja Subsektor Angkutan Lalu Lintas Penumpang Angkutan Udara ARR
1,000 900
Lalu Lintas Pesawat Angkutan Udara
DEP
y.o.y
Lalu Lintas Penumpang
800 700
80%
16,000
70%
14,000
60%
12,000
50%
600
40%
500
30%
400
20%
300 100
0%
-
-10%
Ribu Org
2005
2007
30% 20% 10% 0% -10% -20% 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 2004
2008
Jumlah Kendaraan Mikrolet Yang Terdaftar Angkutan (6)
4%
4,000
Y.O.Y
2%
-2%
2,500
-4%
200,000
2,000
-6%
150,000
1,500
-8%
1,000
-10%
500
-12%
1
2
2007
3
150% 100% 50% 0% -50%
50,000 -
-100% 1
4
2
3
4
2006
2008
Pengangkutan
300%
y.o.y
250%
2.0
150%
1.0
100%
1
2
3 2007
4
1
2
3
4
2008
Survey Pedagang Eceran Kendaraan & Suku Cadang 250 200
200% 1.5
200%
100,000
Perkembangan Kredit Sektor Angkutan Bank Umum 2.5
2008
250,000
-14% 4
2007
Y.O.Y
3,000
3
2006
Jumlah Penumpang
Debarkasi (masuk)
300,000
0%
-
Embarkasi (keluar)
350,000
3,500
2
2005
Lalu Lintas Penumpang Angkutan Laut
4,500
1
40%
-
3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
2006
50%
6,000
2,000
2004
y.o.y
8,000
4,000
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
DEP Lalu Lintas Pesawat
10,000
10%
200
ARR
Kendaraan & Suku Cadang Sumber : KBI Makassar Survei Penjualan Eceran
150 100
50%
Rp Triliun
0.0
22
-50% 1
2
3
2006
4
1
2
3
2007
Triwulan IV - 2008
4
1
2
3
2008
4
50 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
0%
R p M ilia r
0.5
2006
2007
2008
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
f.
Sektor Keuangan-Sewa-Jasa Perusahaan Pada triwulan laporan diperkirakan mengalami perlambatan pertumbuhan, yaitu dari
6,18% (y.o.y) pada triwulan III-2008 menjadi sebesar 4,98% (y.o.y). Perlambatan pertumbuhan tersebut diperkirakan karena faktor peningkatan suku bunga kredit perbankan yang mengalami peningkatan, sementara di sisi lain relatif terjadi penurunan produktifitas di sektor riil. Kondisi ini relatif menyebabkan terjadinya penurunan kinerja subsektor perbankan, yang ditandai dengan menurunnya Nilai Tambah Bruto Bank Umum di Sulsel. Selain subsektor bank, subsektor sewa bangunan juga relatif terkena dampaknya, yaitu dengan berkurangnya jumlah penyewa sehubungan dengan meningkatnya biaya sewa bangunan, terutama sewa rumah. Namun di sisi lain, kondisi tersebut diperkirakan menyebabkan terjadinya pertumbuhan di subsektor lembaga keuangan non bank, yang relatif karena pergeseran nasabah dari bank ke lembaga dimaksud. Kondisi tersebut tercermin dari meningkatnya pertumbuhan pembiayaan lembaga tersebut.
Grafik 1.11. Prompt Indikator Kinerja Sektor Keuangan-Sewa-Jasa Perusahaan Nilai Tambah Bruto Bank Umum
36.08%
-10% 2
3
4
2007
1
2
3
4
2008
40%
30
.8 % % .0
.7 %
.4 %
21
26
.0
%
37
% .7
20
20%
.6 %
.6
%
10%
14
Milyar R p
R Miliar
200
-5%
1
50%
30%
29
400
5%
%
10%
1,000
25
23
15%
.0 %
600
.1
31.43%
27.91%
20%
.7 %
800
25%
0%
g.
Y oY
19
2,000
1,000
27
3,000
60%
P embiayaan
30%
‐3.41%
4,000
35%
26.64%
5,000
33.24%
6,000
Sumber : Kanwil Pegadaian Sulsel %
40%
.7
y.o.y
1,200
55
45%
37.60%
7,000
Pembiayaan Lemb. Keuangan Non Bank
NTB Bank Umum 37.10%
8,000
‐
0% 1
2
3
4
1
2006
2
3
4
2007
1
2
3
4*
2008
Sektor Lainnya Sektor listrik-gas-air bersih, diperkirakan masih mengalami pertumbuhan, namun
dalam besaran yang lebih rendah dibanding pertumbuhan pada triwulan III-2008. Pada triwulan laporan, sektor ini diperkirakan tumbuh sebesar 9,66% (y.o.y), sementara pada triwulan III-2008 tumbuh sebesar 13,85% (y.o.y). Pertumbuhan sektor ini masih didominasi oleh sumbangan subsektor listrik yaitu sebesar 0,09% (y.o.y) sedangkan sumbangan sektor listrik-gas-air
bersih
terhadap
pertumbuhan
ekonomi
Sulsel
sebesar
0,10%(y.o.y).
Perlambatan pertumbuhan pada sektor ini diperkirakan karena adanya tekanan harga BBM serta program penghematan listrik kepada masyarakat, sehingga cenderung terjadi penghematan konsumsi listrik. Namun di sisi lain, pemasangan jaringan listrik baru yang relatif meningkat, mendorong terjadinya peningkatan pemakaian listrik.
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan IV - 2008
23
Di subsektor air bersih, diperkirakan juga terjadi perlambatan pertumbuhan tahunan dibanding triwulan sebelumnya. Perlambatan pertumbuhan pada triwulan laporan di subsektor ini diperkirakan karena terjadi gangguan pada sarana dan prasarana penyediaan fasilitas air bersih, terutama di Makassar.
Grafik 1.12. Prompt Indikator Kinerja Sektor Listrik-Gas-Air Bersih Penjualan Listrik (Juta Kwh) di Sulsel 700
Pemakaian Air (M³) di Makassar 25% 20%
600 500
200 Juta GWH -
2
3
4
1
2
2006
3
2007
4
1
2
3
9%
9.0
7%
8.6
6%
8.4
5%
5%
8.2
4%
0%
8.0
3%
7.8
2%
7.6
1%
4
2008
7.4
Survey Pedagang Eceran - Bahan Bakar 18000 16000
Bahan Bakar
Sumber : KBI Makassar Survei Penjualan Eceran
2
12000
410
8000
3
4
2008
Pemasangan Saluran (SL) Y.O.Y (SL)
4.4% 4.3% 4.2%
Sumber : PDAM Mks
4.1% 4.0%
395
3.9%
385
2000
380
0
375
3.8% 3.7% 3.6%
Ribuan
390
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2
400
4000
2008
1
405
6000
2007
4
2007
420
10000
3
Pemasangan Saluran Air di Makassar 415
Rp M ilia r
0% 1
425
14000
2006
8%
Sumber : PDAM Mks
10%
-10% 1
10%
Y.O.Y (PA)
8.8
-5%
100
Pemakaian Air (M³)
9.2
15%
400 300
9.4
Juta
Total Pemakaian Listrik y.o.y
800
1
2
3
4
1
2
2007
3
4
2008
Kredit Sektor Listrik-Gas-Air Bersih Bank Umum - Sulsel 0.2
Listrik,Gas dan Air
5% 0%
y.o.y
0.1
-5%
0.1
-10%
0.1 0.1
-15% -20%
0.1
-25%
0.0
-30% -35%
0.0
-40% -45%
Rp Triliun
0.0 1
2
3
2006
4
1
2
3
2007
4
1
2
3
4
2008
Sektor pertambangan-penggalian, diperkirakan masih mengalami kontraksi pertumbuhan yang lebih tinggi dibanding kontraksi pada triwulan III-2008 yang sebesar 1,35% (y.o.y). Kontraksi pertumbuhan sektor ini pada triwulan laporan diperkirakan sebesar 2,17% (y.o.y) dengan sumbangan terhadap PDRB daerah sebesar -0,22% (y.o.y). Penyumbang terbesar kontraksi ini adalah masih subsektor pertambangan bukan migas sebesar -0,22% (y.o.y). Kontraksi pada subsektor dimaksud diperkirakan karena masih
24
Triwulan IV - 2008
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
menurunnya produktifitas hasil tambang, terutama nikel. Penurunan produksi nikel tersebut ditandai dengan menurunnya volume ekspor nikel Sulsel yang relatif karena penyesuaian terhadap tingkat harga nikel di pasar dunia yang makin melemah/kurang menguntungkan. Selain itu, sehubungan dengan terjadi kecenderungan melemahnya beberapa komoditi hasil tambang di pasar dunia, maka tingkat risiko kredit di sektor ini relatif mengalami peningkatan. Sehingga terjadi kecenderungan penurunan penyaluran kredit perbankan.
Grafik 1.13. Prompt Indikator Kinerja Sektor Pertambangan-Penggalian Volume Ekspor Nikel 140
Perkembangan Harga Nikel di Pasar Dunia 400% 350% 300% 250% 200% 150% 100%
BIJIH LOGAM & SISA-SISA LOGAM Volume Ekspor Y.O.Y
120 100 80 60 40 20 Ribu Ton
-
1
2
3
4
1
2
2006
3
4
1
2007
2
3
US$/Metric Ton
50,000
Sumber : Bloomberg
40,000 30,000 20,000 10,000 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
50% 0% -50% -100% -150%
60,000
4
2006
2008
2007
2008
Perkembangan Kredit Sektor Pertambangan-Penggalian Bank Umum 0.30
Pertambangan
150%
y.o.y
0.25
100%
0.20 50% 0.15 0% 0.10 -50%
0.05 Rp Triliun
0.00
-100% 1
2
3
2006
4
1
2
3
2007
4
1
2
3
4
2008
Sektor bangunan, diperkirakan masih mengalami pertumbuhan positif yang cukup signifikan namun lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya. Pada triwulan laporan, sektor ini diperkirakan tumbuh 15,02% (y.o.y) sedangkan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 23,20% (y.o.y). Pertumbuhan positif pada sektor ini ditandai dengan meningkatnya realisasi pengadaan semen di wilayah Sulsel yang mengalami peningkatan pada triwulan IV2008 dibanding triwulan IV-2007. Peningkatan dimaksud diperkirakan terkait dengan percepatan pembangunan pada akhir tahun anggaran mengingat pada triwulan III-2008 terjadi perlambatan pembangunan. Sementara di sisi lain, diperkirakan terjadi tekanan pertumbuhan karena relatif menurunnya daya beli masyarakat terutama terhadap sektor properti sehubungan dengan meningkatnya tingkat suku bunga KPR (Kredit Perumahan Rakyat).
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan IV - 2008
25
Grafik 1.14. Prompt Indikator Kinerja Sektor Bangunan Realisasi Pengadaan Semen 400
Sumber : ASI
Penga daa n Sul sel y.o.y
350
Perkembangan Kredit Sektor Konstruksi Bank Umum
70% 60%
300
50%
250
40%
200
30%
150
20%
100
10%
50
0%
2.20
Konstruksi
90%
y.o.y
80% 1.70
70% 60%
1.20
50% 40%
0.70
30% 20%
‐10% 1
2
3
4
1
2005
2
3
4
1
2006
2
3
4
1
2007
2
3
4
Rp Triliun
0
2008
70%
Bahan Konstruksi
20%
1
10%
Rp Triliun
-
26
0%
2005
3
4
2006
Triwulan IV - 2008
1
2
3
2007
4
1
2
3
2008
2
3
2007
4
1
2
3
4
0%
2008
4
500
200
2
2
2006
300 250
3
1
1
30%
4
4
4
40%
50%
3
3
Sumber : KBI Makassar Survei Penjualan Eceran
5
2
2
450 400 350
60%
150 100 50 0
Rp M ilia r
KREDIT PROPERTY Y.O.Y
6
1
1
Survey Pedagang Eceran Bahan Konstruksi
Perkembangan Kredit Properti Bank Umum 7
10%
-0.30
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Ribuan Ton
0.20
2006
2007
2008
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Bab 2
Perkembangan Inflasi
Perlambatan pertumbuhan ekonomi Sulsel pada periode laporan dimaksud, secara tidak langsung diduga telah menurunkan laju permintaan masyarakat sehingga relatif mengurangi tekanan inflasi pada triwulan IV-2008. Peningkatan inflasi regional yang relatif kecil, diduga berasal dari fluktuasi permintaan dan penawaran pada kelompok bahan makanan dan makanan jadi. Laju inflasi tahunan di Sulsel tercatat sebesar 12,40% (y.o.y), sedikit lebih tinggi dibanding baik dengan laju inflasi tahunan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 12,28% (y.o.y) maupun dengan laju inflasi nasional yang tercatat sebesar 11,06% (y.o.y). Meski terjadi peningkatan konsumsi masyarakat sehubungan dengan adanya Hari Raya Idul Adha, Natal dan libur panjang menjelang tahun baru, namun peningkatan tersebut tidak terlalu besar sehingga pertumbuhan laju inflasi meningkat relatif kecil. Hal tersebut tercermin pada konsumsi PDRB Sulsel yang pada triwulan laporan melambat menjadi 3,20% (y.o.y), sementara pada triwulan III-2008 tercatat sebesar 4,64% (y.o.y).
Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi Sulawesi Selatan 20 %
Sumber : BPS, diolah
18
Posisi September 2008 : y.o.y : 12,28% y.t.d : 12,12% Nas y.o.y : 12,14%
y.o.y ‐ Ss
16
y.t.d ‐ Ss
14
y.o.y ‐ Nas
12 10 8 6 4 2 0 ‐2
1
2
3 2003
4
1
2
3 2004
4
1
2
3 2005
4
1
2
3 2006
4
1
2
3 2007
4
1
2
3
4
2008
Laju inflasi tahunan tertinggi masih terjadi pada kelompok bahan makanan yang tercatat sebesar 21,45% (y.o.y) atau mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 19,21% (y.o.y). Sedangkan laju inflasi tahunan terendah masih terjadi pada kelompok pendidikan-rekreasi-olahraga yaitu sebesar 3,72% (y.o.y), yang juga lebih tinggi dibanding laju inflasi tahunan triwulan sebelumnya yang sebesar 3,40% (y.o.y).
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan IV - 2008
27
Berdasarkan tahun kalender, laju inflasi kumulatif sampai dengan akhir bulan Desember 2008 akan sama dengan inflasi tahunan yaitu sebesar 12,40% (y.t.d). Angka ini lebih tinggi dibandingkan laju inflasi kumulatif pada periode sama tahun 2007 yang tercatat sebesar 5,71% (y.t.d). Tekanan harga kumulatif tertinggi masih terjadi di kelompok bahan makanan yaitu sebesar 21,45% (y.t.d) sedangkan yang terendah juga masih terjadi pada kelompok pendidikan-rekreasi-olahraga yang tercatat sebesar 3,72% (y.t.d). Tabel 2.1. Inflasi Kelompok Barang dan Jasa (%, y.o.y) K E TE R ANGAN Bahan Makanan Makanan J adi P erumahan S andang Kes ehatan P endidikan Trans por UMUM / TOTAL
1 16.96 11.44 10.16 7.2 5.48 8.31 29.99 15.23
2006 2007 2 3 4 1 2 3 4 20.83 20.69 16.07 14.52 10.53 16.84 11.27 13.52 11.74 5.72 4.98 3.28 3.75 4.03 10.66 10.4 3.26 2.89 2.55 2.45 3.01 8.85 6.06 4.79 5.49 3.38 6.37 9.29 5.71 5.92 3.33 2.85 2.71 4.08 4.39 9.15 13.49 13.12 12.99 12.12 8.5 8.25 29.67 29.6 0.98 0.54 0.48 0.35 0.27 16.85 16.52 7.21 6.68 5.11 6.98 5.71
2008 1 2 14.75 20.25 8.14 7.62 3.85 8.40 12.42 11.13 5.30 7.11 8.28 5.90 0.74 6.77 7.96 11.94
3 19.21 14.10 11.91 11.89 8.97 3.40 7.84 12.28
4 21.45 14.51 11.13 11.32 11.11 3.72 5.29 12.40
S umber : BP S , diolah
2.1 Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang Secara umum, inflasi tahunan pada triwulan laporan ini diperkirakan dipicu oleh adanya kenaikan permintaan masyarakat sehubungan dengan konsumsi pada hari raya Idul Adha, Natal dan libur panjang Tahun Baru. Sementara di sisi lain, kondisi tingkat harga di pasar internasional pada triwulan IV-2008 mengalami koreksi serta adanya tindakan pemerintah daerah dalam upaya mengantisipasi kesiapan pasokan barang terutama pasokan bahan makanan, pada saat hari raya Idul Adha, Natal dan Tahun Baru, relatif mampu meredam terjadinya peningkatan harga akibat meningkatnya permintaan masyarakat. Sehingga laju inflasi tahunan daerah selama triwulan laporan relatif terkendali, meski laju inflasi tahunan pada triwulan laporan lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya. Berdasarkan laju inflasi tahunan dari setiap kelompok barang dan jasa pada triwulan IV-2008 di Makassar, secara berurutan dari yang terbesar hingga yang terkecil adalah sebagai berikut: Kelompok Bahan Makanan, pada triwulan IV-2008 tercatat inflasinya sebesar 21,45% (y.o.y), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 19,21%
(y.o.y).
Ditinjau
dari
sub
kelompoknya, masing-masing sub kelompok masih tercatat mengalami inflasi dan empat sub kelompok tersebut mengalami inflasi lebih rendah dibanding inflasi tahunan
28
Triwulan IV - 2008
Tabel 2.2. Inflasi Per-Sub Kelompok Bahan Makanan S ub Kelompok - P adi-padian, Umbi-umbian & Has ilnya - Daging & Has il-has ilnya - Ikan S egar - Ikan Diawetkan - Telur, S us u & Has il-has ilnya - S ayur-s ayuran - Kacang-kacangan - B uah-buahan - B umbu-bumbuan - L emak & Minyak - B ahan Makanan L ainnya Inflas i Kelompok
y.o.y (%) III-2008 IV-2008 9.58 9.21 27.23 24.24 20.21 43.79 30.96 37.18 16.15 9.93 10.81 28.49 75.68 73.32 15.11 17.60 15.90 (4.77) 22.26 13.06 3.66 8.01 19.21 21.45
S umber : B P S diolah
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
triwulan sebelumnya. Perlambatan laju inflasi tahunan terbesar pada sub kelompok bahan makanan terjadi pada sub kelompok telur, susu dan hasil-hasilnya, dengan laju inflasi sebesar 9,93% (y.o.y) sementara laju inflasi pada triwulan III-2008 sebesar 16,15% (y.o.y). Sedangkan perlambatan lau inflasi tahunan terkecil terjadi pada sub kelompok padipadian,umbi-umbian dan hasilnya yaitu sebesar 9.21% (y.o.y) sementara pada triwulan sebelumnya adalah 9.58% (y.o.y). Kemudian diikuti sub kelompok daging dan hasil-hasilnya, yang melambat dari 27,23% (y.o.y) pada triwulan III-2008, menjadi 24,24% (y.o.y). Di sisi lain, peningkatan laju inflasi yang paling besar terjadi pada sub kelompok ikan segar, yang meningkat dari 20,21% (y.o.y) pada triwulan III-2008 menjadi 43,79% (y.o.y) pada triwulan laporan. Kemudian diikuti oleh sub kelompok sayur-sayuran, ikan diawetkan dan buah-buahan yang masing-masing menjadi 28,49% (y.o.y), 37,18% (y.o.y) dan 17,60% (y.o.y). Peningkatan harga sub kelompok tersebut diakibatkan oleh terganggunya pasokan karena faktor musim yang mengakibatkan cuaca buruk sehingga menyulitkan nelayan untuk melaut dan juga menyebabkan terjadinya gagal panen. Peningkatan laju inflasi sub kelompok ini sejalan dengan hasil Survei Pemantauan Harga (SPH) dimana beberapa komoditi yang termasuk dalam kelompok ini mengalami kenaikan harga, terutama pada komoditi jeruk dan sayur-sayuran.
Grafik 2.2. Harga CPO, Kedelai, Beras dan Jagung di Pasar Internasional Sawi Hijau Bayam 20.0% S awi Hijau
B ayam 20.0%
15.0% 15.0%
10.0%
5.0%
10.0%
0.0% Okt
Nov
Des
J an
F eb
Mar
Apr
Mei
J un
J ul
Ags
S ep
Okt
Nov
Des
5.0%
2008
-5.0%
0.0% Okt
-10.0%
Nov
Des
J an
F eb
Mar
Apr
Mei
J un
J ul
Ags
S ep
Okt
Nov
Des
2008
-5.0%
-15.0% -20.0%
-10.0%
Kentang 15.0%
Jeruk
Kentang
J eruk
22.0%
17.0%
10.0%
12.0% 5.0% 7.0% 0.0% Okt
Nov
Des
J an
F eb
Mar
Apr
Mei
J un
J ul
Ags
S ep
Okt
Nov
Des
2.0%
2008 Okt
-5.0% -3.0%
-10.0%
Nov
Des
J an
F eb
Mar
Apr
Mei
J un
J ul
Ags
S ep
Okt
Nov
Des
2008
-8.0%
Disisi lain, perlambatan inflasi terjadi pada sub kelompok daging-hasil-hasilnya, telursusu-hasil-hasilnya, kacang-kacangan dan lemak-minyak. Kemudian pada sub kelompok bumbu-bumbuan terjadi deflasi dari 15,90% (y.o.y) pada triwulan III-2008 menjadi -4,77%
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan IV - 2008
29
(y.o.y) pada triwulan laporan. Hal tersebut juga sejalan dengan hasil Survei Pemantauan Harga (SPH ) yang dilakukan oleh Bank Indonesia. Penurunan harga minyak goreng, diperkirakan karena tingkat harga CPO di pasar internasional pada triwulan laporan mengalami koreksi harga karena terjadi penurunan permintaan sebagai akibat dari krisis keuangan global. Sedangkan untuk komoditi beras dan bumbu-bumbuan relatif disebabkan karena melimpahnya pasokan di pasar regional sehubungan dengan terjadinya panen komoditi dimaksud. Untuk kelompok dagingdagingan, juga tercatat mengalami kecenderungan penurunan harga. Hal ini diduga karena terjaganya kecukupan stock komoditas tersebut sehingga peningkatan permintaan tidak tidak menyebabkan inflasi yang berlebihan pada sub komoditas ini.
Grafik 2.3. Perkembangan Inflasi Kelompok Bahan Makanan 21.45 %
20.69
20.83
20 Sumber : BPS, diolah
16.96 15.59
6.51
5.99
13.08
8.78 8.78
7.45
3.55
2.00 2.71
1.20 -0.72
6.61
7.45
5.88 0.56
11.27
14.72
11.27
10.53 8.06
6.50 5
14.75 16.35
10.61 10
19.21
14.52 16.07
y.t.d
21.45
16.84
16.07
y.o.y
15
21.73
21.16
9.94
7.68
2.91
0 1
2
3
4
1
2
2004
3
4
1
2005
2
3
4
1
2
2006
3
4
1
2
2007
3
4
2008
-5
Grafik 2.4. Perkembangan Harga Beberapa Komoditi di Makassar Beras Daging Sapi 2.5%
B eras
D aging S api 7.5%
1.5% 5.5% 0.5%
-0.5%
Okt
Nov
Des
J an
F eb
Mar
Apr
Mei
J un
J ul
Ags
S ep
Okt
Nov
Des
3.5%
2008
-1.5% 1.5% -2.5% Okt
-0.5%
Nov
Des
J an
F eb
Mar
Apr
Mei
-3.5%
J un
J ul
Ags
S ep
Okt
Nov
Des
Sep
Okt
Nov
Des
2008
-4.5%
-2.5%
Minyak Goreng
Bawang Merah
Miny ak Goreng
100.0%
15.0%
Bawang Merah
80.0% 10.0%
60.0%
5.0%
40.0%
20.0% 0.0% Okt
Nov
Des
J an
F eb
Mar
Apr
Mei
J un
J ul
2008
Ags
S ep
Okt
Nov
Des
0.0% Okt
-5.0%
-20.0%
-10.0%
30
Nov
Des
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Ags
2008
-40.0%
Triwulan IV - 2008
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Kelompok
Makanan
Jadi-Minuman-Rokok-Tembakau,
mengalami
inflasi
tahunan sebesar 14,51% (y.o.y) pada triwulan laporan, sedikit lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar 14,10% (y.o.y). Diperkirakan peningkatan tersebut didorong oleh permintaan masyarakat akan makanan jadi terutama terkait dengan liburan panjang menjelang tahun baru yang membuat
orang
Tabel 2.3. Inflasi Per-Sub Kelompok Makanan Jadi-Minuman-Rokok-Tembakau
mengkonsumsi
komoditas makanan jadi pada saat pergi berlibur. Hal tersebut ditandai dengan peningkatan
laju
kelompok
inflasi
minuman
pada
- Makanan Jadi - Minuman yg Tidak Beralkohol - Tembakau & Minuman Beralkohol
sub
yang
y.o.y (%) III-2008 IV-2008 17.92 17.91 4.60 7.83 10.96 9.95 14.10 14.51
Sub Kelompok
Inflasi Kelompok
tidak
Sumber : BPS diolah
beralkohol yang cukup besar, yaitu sebesar 7,83% (y.o.y) pada triwulan laporan, lebih tinggi dibanding laju inflasi pada triwulan sebelumnya (4,60%; y.o.y). Namun terjadi perlambatan yang relatif kecil pada sub kelompok lainya. Disisi lain, akibat adanya libur panjang yang biasanya dijadikan acara keluarga, mengakibatkan permintaan atas konsumsi komoditi yang termasuk dalam sub kelompok tembakau dan minuman beralkohol mengalami penurunan. Sehingga mengakibatkan laju inflasi sub kelompok ini mengalami perlambatan.
Grafik 2.5. Perkembangan Inflasi Kelompok Makanan Jadi 16
14.64
12.47
Sumber : BPS, diolah
12
y.o.y
10
11.74
10.37
11.44
9.17
y.t.d
8.14
7.69 7.22
8
7.52 3.75
2.07
2 -0.04 0.13 1 % -2
2
4.03
2.40
4
5.01
2.84 1.73
0.85 3
4.03 3.28 3.75
4.79
4.66
2.40 1.69
7.13
4.98
4.27
5.31
4
5.72
5.72
6
0
14.10 14.51 14.51
13.52
14.64
14
1
2
2004
3
4
1.87
1.02 1
2005
2
3
4
1
2
2006
3
4
1
2
2007
3
4
2008
Grafik 2.6. Perkembangan Harga Beberapa Komoditi Makanan Jadi di Makassar Hasil Survei Bank Indonesia Ayam Goreng Nasi 10.0%
20.0% Aya m Goreng
Nas i
8.0% 15.0%
6.0% 4.0%
10.0%
2.0% 0.0%
5.0%
Okt
-2.0% 0.0% Okt
Nov
Des
J an
F eb
Mar
Apr
Mei
J un
J ul
Ags
S ep
Okt
Nov
2008
Des
Nov
Des
J an
F eb
Mar
Apr
Mei
J un
J ul
Ags
S ep
Okt
Nov
Des
2008
-4.0% -6.0%
-5.0%
-8.0% -10.0%
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
-10.0%
Triwulan IV - 2008
31
Kelompok Sandang pada periode laporan mengalami inflasi sebesar 11,32% (y.o.y), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya (11,89%; y.o.y). Perlambatan pertumbuhan laju inflasi tersebut dibentuk oleh perlambatan laju inflasi dihampir semua sub kelompok sandang, kecuali pada sub kelompok barang pribadi dan sandang lainnya. Perlambatan laju inflasi terbesar terjadi pada sub kelompok sandang wanita, yaitu sebesar 7,6% (y.o.y) pada triwulan III-2008 menjadi 5,90% (y.o.y) pada triwulan laporan. Sedangkan peningkatan laju inflasi hanya terjadi pada sub kelompok barang pribadi dan sandang lainnya yang pada triwulan laporan tercatat sebesar 22,58% (y.o.y), sedangkan laju inflasi triwulan sebelumnya sebesar 21,64% (y.o.y). Terjadinya perlambatan laju inflasi pada sub kelompok pada sub kelompok sandang laki-laki, wanita dan anak-anak diduga karena kecenderungan adanya diskon atau sale di akhir tahun untuk menghasbiskan stock barang yang lama.
Grafik 2.7. Perkembangan Inflasi Kelompok Sandang 16
14
13.53 12.42
Sumber : BPS, diolah
12
y.t.d
10
6.52 6.97
7.20
7.56 6.06
6
3.13
4.22
4.12
%
2
3 1.80
4
1.56 2004
1
pribadi
3
4 0.74
1
2005
dan
5.13
4.81 4.31
3.14 3.26 2
sandang
2
3 2006
Sedangkan pada sub kelompok barang
9.29
3.38
4.79
1.36 0.53
0.44 1
4.79
4.15 6.97
3.92
6.37
5.49
2.73
2
0
4.12
3.98
9.29
8.85
8
4
11.89 11.32
y.o.y
lainnya
mengalami peningkatan laju inflasi tahunan tersebut, diperkirakan karena masyarakat Sulsel cenderung membeli perhiasan emas untuk kemudian dipakai pada musim
4
1
1.41
2
1.75
3
2007
4
1
2
3
4
2008
Tabel 2.4. Inflasi Per-Sub Kelompok Sandang Sub Kelompok - Sandang Laki-laki - Sandang Wanita - Sandang Aanak-anak - Barang Pribadi & Sandang Lainnya
Inflasi Kelompok
y.o.y (%) III-2008 IV-2008 9.84 8.08 7.66 5.90 7.00 6.56 21.64 22.58 11.89 11.32
Sumber : BPS diolah
perayaan hari besar. Selain itu, diperkirakan pengaruh tingkat harga emas di pasar internasional yang cenderung naik maka pergerakan harga pada sub kelompok barang pribadi dan sandang lainnya mengalami tekanan.
32
Triwulan IV - 2008
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Grafik 2.8. Perkembangan Harga Emas Makassar Pasar Internasional 1,200.00 $/Troy oz
E mas P erhias an
15.0%
Harg a E mas
1,000.00 10.0%
800.00 600.00
5.0%
400.00 0.0% Okt
Nov
Des
J an
F eb
Mar
Apr
Mei
J un
J ul
Ags
S ep
Okt
Nov
Des
200.00
2008
-5.0%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2006
-10.0%
Kelompok
Perumahan-Air-Listrik-Gas-Bahan
2007
Bakar,
2008
tercatat
mengalami
pertumbuhan laju inflasi sebesar 11,13% (y.o.y), lebih rendah dibandingkan laju inflasi triwulan sebelumnya yang tercatat 11,91% (y.o.y). Peningkatan laju inflasi hanya terjadi pada sub kelompok penyelenggaraan rumah tangga (11,62%; y.o.y). Sedangkan perlambatan inflasi terbesar terjadi pada sub kelompok bahan bakar-penerangan-air (7,03,5%; y.o.y), yang diperkirakan karena pengaruh penurunan harga BBM pada akhir triwulan IV-2008. Alasan yang sama juga menyebabkan terjadinya perlambatan laju inflasi tahunan pada sub kelompok biaya tempat tinggal.
Grafik 2.9. Perkembangan Inflasi Kelompok Perumahan 14
12.34 11.91
12
10.66
Sumbe r : BPS, di ol a h
11.13 10.40
y.o.y
10
y.t.d
12.34
9.40
10.16
10.51
8
7.16 6
5.35
6.23 6.20
5.35 4.84 3.38
5.35
2.55 2.45
3.88 3.05
2.94
1.47
3.01
3.26
1 1.20
2
3
4
1
2
2004
Sementara
4 0.95
3
1
2005
di
sisi
lain,
seperti
baja.
bahan
Sehingga
2.093
4
1
2
3
1.29 0.78 2007
4
1 1.40
2
3
4
2008
terjadi
pengaruh tingkat harga internasional untuk komoditi
2
2006
tekanan inflasi yang relatif disebabkan oleh
beberapa
3.01
0.58
2.16
0
6.96
3.01
2.89
2
%
3.85
3.26
4
bangunan, mendorong
terjadinya kenaikan harga komoditi di subsektor biaya tempat tinggal, meski tidak
Tabel 2.5. Inflasi Per-Sub Kelompok Perumahan-Air-Listrik-Bhn Bakar Sub Kelompok - Biaya Tempat Tinggal - Bhn Bakar, Penerangan & Air - Perlengkapan Rumah Tangga - Penyelenggaraan Rumah Tangga
Inflasi Kelompok
y.o.y (%) III-2008 IV-2008 14.13 13.91 10.17 7.03 7.53 7.53 9.89 11.62 11.91 11.13
Sumber : BPS diolah
setinggi triwulan sebelumnya.
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan IV - 2008
33
Kelompok
Kesehatan
pada
Tabel 2.6. Inflasi Per-Sub Kelompok Kesehatan
triwulan laporan mencatat pertumbuhan laju
- Jasa Kesehatan - Obat-obatan - Jasa Perawatan Jasmani - Perawatan Jasmani & Kosmetika
tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang
tercatat
sebesar
8,97%
y.o.y (%) III-2008 IV-2008 13.39 14.01 6.50 6.70 15.58 20.32 6.94 9.66 8.97 11.11
Sub Kelompok
inflasi tahunan sebesar 11,11% (y.o.y), lebih
(y.o.y).
Inflasi Kelompok
Peningkatan laju inflasi tahunan kelompok
Sumber : BPS diolah
ini
diperkirakan
karena
terjadinya
peningkatan permintaan masyarakat untuk kosmetika. Selain itu dampak dari penyesuaian tarif dokter pada triwulan sebelumnya, masih relatif berdampak pada peningkatan laju inflasi pada sub kelompok jasa kesehatan.
.Grafik 2.10. Perkembangan Inflasi Kelompok Kesehatan 12 % 10
11.11 11.11
Sum ber : BPS, diolah 8.97
y.t.d
5.85
5.48 5.71
5.92
6
6.00
4.39
5.31
4.08 4
3.19 1.31
2
0
-2
8.99
7.65
y.o.y
8
3.40
5.85
3.33 2.852.71
2.48 1.14
2.79 0.76 0.35 2.18 1.42 -0.27-0.23 1.07 0.76 0.17 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2004
2005
4.39
3.33 2.85
3.60 1.48
2.04 2
3
1.42
0.59 4
1
2006
2
3
2007
4
1
2
3
4
2008
Kelompok Transportasi-Komunikasi-Jasa Keuangan, pada triwulan laporan mencatat pertumbuhan laju inflasi sebesar 5,29% (y.o.y), lebih rendah dibandingkan laju inflasi tahunan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,84% (y.o.y). Ditinjau dari laju inflasi per sub kelompoknya, sub kelompok transpor mengalami laju inflasi yang lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya, yaitu dari 14,87% (y.o.y) menjadi 10,25% (y.o.y). Faktor penyebab penurunan laju inflasi pada sub kelompok ini disebabkan oleh adanya
Tabel 2.7. Inflasi Per-Sub Kelompok Transportasi-Komunikasi-Jasa Keuangan Sub Kelompok - Transpor - Komunikasi & Pengiriman - Sarana & Penunjang Transpor - Jasa Keuangan Inflasi Kelompok
y.o.y (%) III-2008 IV-2008 14.87 10.25 (12.60) (10.54) 5.29 6.05 6.32 6.32 7.84 5.29
Sumber : BPS diolah
penurunan harga BBM subsidi dan industri. Sehingga relatif mempengaruhi penurunan tingkat harga tarif transportasi. Meskipun tarif angkutan darat belum terjadi penyesuaian.
34
Triwulan IV - 2008
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Grafik 2.11. Perkembangan Inflasi Kelompok Transportasi 45
40.60 40.60
40 Sumber : BPS, diolah 35
29.99
%
29.67
y.o.y
30
29.60
y.t.d
25 20
16.51
15 11.06
7.05 10 5 0
9.04 7.05 8.71 1.05 6.74 -0.12 5.10 1
-5
2
3
4
7.82 7.84
9.72
6.23 7.22
1
2
2004
9.40
0.48 0.27 7.49 0.85 0.35 0.54 0.74 0.56 0.98 0.07 0.07 0.22 0.27 0.55 0.98
0.50 3
4
1
2
2005
3
4
1
2
2006
3
4
1
2
2007
5.29 5.29 7.95
3
4
2008
Sementara di sub kelompok komunikasi-pengiriman kembali mengalami deflasi yang lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya. Deflasi pada sub kelompok ini diperkirakan adanya perang tarif murah antar operator seluler, terutama pada hari raya Idul Adha, Natal dan Tahun Baru. Sedangkan untuk pengiriman disinyalir terjadi penurunan tarif biaya pengiriman sehubungan dengan meningkatnya volume pengiriman barang dari Sulsel. Peningkatan tersebut terkait dengan kegiatan perayaan hari besar. Sementara itu, pada sub kelompok jasa keuangan pertumbuhannya relatif sama dengan triwulan sebelumnya, yaitu 6,32% (y.o.y).
Kelompok Pendidikan-Rekreasi-Olahraga, tercatat masih mengalami laju inflasi tahunan yang terendah dibandingkan kelompok lainnya. Pada triwulan IV-2008, kelompok ini tercatat mengalami inflasi tahunan sebesar 3,72% (y.o.y), lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya yang tercatat 3,40% (y.o.y).
Grafik 2.12. Perkembangan Inflasi Kelompok Pendidikan 18
16.43 16.19 16.43 16.53
16
Sumber : BPS, diolah
y.t.d
13.49
14
10
8.25 8.59
8
2 0 -2
8.50
8.25
8.28
8.11 8.25
8.31
8.25
6.07 3.40 3.72 3.72
3.46 3.94
3.09 0.12
0.33
0.03 1
%
12.12
9.15
7.50
6 4
13.12 12.99
12.71 13.12
12
8.79
y.o.y
15.27
2
3
2004
4
1
0.17
0.12
2
3
4
1
2005
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
0.95 2
3
2006
0.06 4
1
0.06 2
3
2007
0.09 4
0.52 1
2
3
4
2008
Triwulan IV - 2008
35
Laju inflasi sub kelompok jasa pendidikan mengalami peningkatan laju inflasi, yaitu dari 4,63% (y.o.y) pada triwulan III-2008 menjadi 5,08% (y.o.y) pada triwulan laporan. Peningkatan laju inflasi kelompok tersebut Tabel 2.8. Inflasi Per-Sub Kelompok Pendidikan-Rekreasi-Olahraga
diperkirakan sebagai akibat dari adanya program
sertifikasi
mengakibatkan insentif
guru
terjadinya
kepada
guru-guru
yang
peningkatan yang
telah
memiliki sertifikasi tersebut. Sementara
untuk
subkelompok
Sub Kelompok - Jasa Pendidikan - Kursus-kursus/Pelatihan - Perlengkapan/Peralatan Pendidikan - Rekreasi - Olahraga Inflasi Kelompok
y.o.y (%) III-2008 IV-2008 4.63 5.08 0.74 1.34 2.17 2.73 1.65 2.33 2.46 2.03 3.40 3.72
Sumber : BPS diolah
rekreasi yang mengalami peningkatan laju inflasi dari 1,65% (y.o.y) pada triwulan III-2008 menjadi 2,33% (y.o.y) pada triwulan IV-2008. Hal ini diperkirakan karena adanya pengaruh libur pada perayaan hari besar seperti Idul fitri, Idul adha, Natal dan Tahun Baru.
2.2. Inflasi Kota Lainnya di Sulawesi Selatan Berdasarkan komposit inflasi ke-empat kota di Sulsel, yaitu Makassar, Watampone, Pare-pare dan Palopo, didapatkan bahwa laju inflasi tahunan Sulsel tercatat sebesar 12,40%, lebih tinggi dibandingkan laju inflasi Tabel 2.9. Perbandingan Laju Inflasi Kota di Sulsel Per Desember 2008 KOTA Watampone Makassar Palopo Pare-pare SULSEL
IHK 119.49 113.72 122.01 119.49 115.05
m.t.m 0.40 0.46 0.83 0.40 0.44
Perubahan IHK y.t.d 13.34 11.79 17.58 13.34 12.40
Sumber : BPS, diolah
tahunan pada triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 12,28%. Kota
y.o.y 13.34 11.79 17.58 13.34 12.40
yang mengalami laju inflasi tahunan tertinggi
pada
triwulan
laporan
adalah kota Palopo yang tercatat sebesar 17,58% (y.o.y), terutama terjadi
pada
kelompok
bahan
makanan (28,60%; y.o.y). Sementara laju inflasi terendah terjadi di kota Makassar (11,79%; y.o.y) dengan laju inflasi tahunan tertinggi pada kelompok bahan makanan (2,04%; y.o.y). Laju inflasi Sulsel tersebut didominasi sumbangan inflasi tahunan kota Makassar yang memberikan sumbangan sebesar 78% terhadap pembentukan inflasi tahunan Sulsel, sementara sumbangan terendah masih diberikan oleh kota Watampone yaitu sebesar 6% dari inflasi Sulsel. Kemudian, adapun laju inflasi tahunan kota Watampone tercatat sebesar 13,34% (y.o.y) pada triwulan laporan.
36
Triwulan IV - 2008
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
2.3. Indeks Harga Konsumen Pedesaan Secara triwulanan (q.t.q), Indeks Harga Konsumen (IHK) Pedesaan tercatat sebesar 1,48%, yang mengalami perlambatan dibanding triwulan III-2008 yang tercatat sebesar 2,62%. Indeks ini mencerminkan angka inflasi di wilayah pedesaan. Pada triwulan IV-2008, hampir semua kelompok barang dan jasa mengalami perlambatan laju inflasi triwulanan, dan bahkan pada kelompok transportasi mengalami deflasi. Namun untuk kelompok pendidikan mengalami peningkatan laju inflasi. Perlambatan laju inflasi di wilayah pedesaan tersebut diperkirakan karena relatif berkurangnya tekanan kenaikan harga sehubungan dengan terjadinya penurunan harga BBM yang terjadi pada bulan Desember 2008. Kondisi tersebut yang menyebabkan terjadinya deflasi di kelompok transportasi. Sementara peningkatan laju inflasi di kelompok pendidikan relatif dipengaruhi oleh minimnya sarana hiburan di pedesaan, sementara permintaan hiburan mengalami peningkatan sehubungan dengan banyaknya hari libur
pada triwulan laporan. Sebagaimana diketahui bahwa hiburan
merupakan subsektor dalam kelompok pendidikan. Apabila dibandingkan dengan inflasi triwulanan Sulsel posisi yang sama yaitu triwulan IV-2008 yang tercatat mengalami inflasi sebesar 0,23% (m.t.m), maka tingkat harga di pedesaan relatif jauh lebih tinggi dari inflasi triwulanan Sulsel. Kondisi tersebut diperkirakan karena ketersediaan barang dan jasa yang ada di pedesaan didistribusikan ke kota, seperti komoditi pada kelompok bahan makanan, serta minimnya sarana dan prasarana hiburan di pedesaan. Sementara di sisi lain, dengan tingginya inflasi di pedesaan tersebut diperkirakan akan terjadi penurunan tingkat kesejahteraan masyarakat pedesaan yang mayoritas sebagai petani, mengingat Nilai Tukar Petani (NTP) Sulsel pada bulan Desember 2008 mengalami penurunan sebesar 3,11%
Tabel 2.10. Perbandingan Laju Inflasi Sulsel dan Pedesaan di Sulsel
jika dibandingkan September 2008. Pada triwulan IV-2008, secara umum inflasi di pedesaan relatif lebih tinggi daripada inflasi Sulsel, yang didorong oleh peningkatan inflasi pada kelompok
bahan
makanan,
dan
pendidikan-rekreasi-olahraga. Sementara kelompok barang dan jasa lainnya tercatat lebih rendah dibanding laju inflasi Sulsel.
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan IV - 2008
37
2.4. Inflasi di Zona Sulawesi, Maluku dan Papua (Sulampua) Pada triwulan laporan, hanya 1 dari 10 propinsi di zona Sulampua yang mengalami peningkatan laju inflasi tahunan bila dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu Sulawesi Selatan yang mengalami laju inflasi sebesar 12,40% (y.o.y) dari 12,28% (y.o.y). Sedangkan laju inflasi tahunan terendah pada triwulan laporan terjadi di Gorontalo (9,20%; y.o.y) diikuti provinsi Maluku (9,34%; y.o.y). Sementara laju inflasi tahunan tertinggi terjadi di Irian Jaya Barat (19,75%; y.o.y). Berdasarkan bobot masing-masing propinsi tersebut maka didapatkan laju inflasi tahunan zona Sulampua pada triwulan laporan sebesar 12,10% (y.o.y), lebih rendah dibanding laju inflasi tahunan triwulan
sebelumnya
sebesar 14,45%..
yang
tercatat
Tabel 2.11. Perbandingan Laju Inflasi Propinsi di Zona Sulampua KOTA S ulawesi S elatan S ulawesi Barat S ulawesi Tenggara S ulawesi Tengah Gorontalo S ulawesi Utara Maluku Utara Maluku P apua Irian jaya Barat Sulampua
IHK
y.t.d
115.05 119.25 117.45 114.41 113.39 115.21 115.88 110.70 115.32 128.83 115.74
12.40 11.66 15.28 10.40 9.20 9.71 11.25 9.34 12.55 19.75 12.10
y.o.y III-2008 12.28 17.69 16.22 14.33 12.26 13.15 16.63 14.87 14.76 31.48 14.45
IV-2008 12.40 11.66 15.28 10.40 9.20 9.71 11.25 9.34 12.55 19.75 12.10
S umber : BP S , diolah
38
Triwulan IV - 2008
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Bab 3
Perkembangan Perbankan
Pada sisi pertumbuhan ekonomi, terjadi perlambatan pertumbuhan di sektor keuangan-sewa-jasa
perusahaan
(PDRB)
terutama
subsektor
bank.
Perlambatan
pertumbuhan di subsektor bank ditandai dengan melambatnya pertumbuhan tahunan dana masyarakat yang dihimpun perbankan, penyaluran kredit/pembiayaan dan aset perbankan. Namun di sisi lain, kualitas kredit yang pada triwulan laporan terjadi penurunan jumlah kredit/pembiayaan bermasalah terhadap total kredit/pembiayaan perbankan Sulawesi Selatan jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Penurunan NPLs ini harus dicermati dengan seksama karena penurunannya diduga karena dampak dari perlambatan ekonomi dan tidak semata menggambarkan meningkatnya repayment capacity debitur.
3.1 Perkembangan Moneter Searah dengan melambatnya kinerja perbankan dalam pertumbuhan ekonomi Sulsel apabila dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya, komponen uang uang kuasi juga mengalami penurunan pertumbuhan di masyarakat. Namun, di sisi lain pertumbuhan uang giral meningkat. Likuiditas moneter di Sulsel pada Grafik 3.1. Uang Giral dan Uang Kuasi di Sulsel (Rp Triliun) 30,000 Triliun Rp
Uang Giral
IV-2008
(posisi
November
2008), secara nominal cenderung terus mengalami
Sumber : KBI Makassar 25,000
triwulan
peningkatan.
Adapun
komponen uang giral dan uang kuasi
Uang Kuasi
20,000
dapat
diukur
15,000
sebagaimana terlihat pada Grafik 3.1. Secara
10,000
mencatat
5,000
berdasarkan
tahunan,
proxy
uang
pertumbuhan
kuasi sebesar
14,71% (y.o.y) yaitu dari Rp19,49 triliun
0 1
2
3 2006
4
1
2
3 2007
4
1
2
3 2008
4
pada triwulan IV-2007 menjadi Rp22,36 triliun
pada
triwulan
laporan.
Pertumbuhan uang kuasi tersebut lebih rendah dibanding pertumbuhan uang kuasi pada triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 21,68% (y.o.y). Terjadinya perlambatan pertumbuhan uang kuasi tersebut diduga dipengaruhi oleh terjadinya peningkatan konsumsi masyarakat sehubungan dengan konsumsi untuk keperluan hari raya Idul Fitri, Natal dan
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan IV - 2008
39
tahun Baru. Namun uang giral tumbuh sebesar 6,98% (y.o.y) yaitu dari Rp5,06 triliun pada triwulan IV-2007 menjadi Rp5,41 triliun pada triwulan laporan. Secara triwulanan, uang kuasi mengalami pertumbuhan yang lebih rendah diabnding pertumbuhan triwulanan pada triwulan III-2008. Sedangkan uang giral tumbuh cukup besar dibandingkan triwulan sebelumnya. Pertumbuhan triwulanan IV-2008 untuk uang kuasi dan giral masing-masing sebesar 3,67% (q.t.q) dan 11,21% (q.t.q), sementara pertumbuhan pada triwulan III-2008 masing-masing sebesar 4,59% (q.t.q) dan -8,65% (q.t.q).
3.2
Perkembangan Bank Umum (Konvensional dan Syariah)
3.2.1. Kelembagaan dan Aset Dari sisi kelembagaan, kinerja bank umum pada triwulan IV-2008 tercatat mengalami peningkatan. Terhitung selama triwulan laporan terdapat penambahan 1 (satu) bank umum yang beroperasi di Makassar, yakni Bank Bumi Putera, serta terdapat penambahan 1 (satu) unit usaha syariah yaitu UUS Bank Sulsel Syariah Makassar. Sementara jumlah kantornya, tercatat penambahan jumlah kantor bank dari 599 kantor pada triwulan III-2008 menjadi 616 kantor pada triwulan IV-2008 (lihat Tabel 3.1.).
Tabel 3.1. Perkembangan Kelembagaan Bank Umum Sulawesi Selatan KELEMBAGAAN Jumlah bank Bank Umum ‐ Konvensional ‐ Syariah ‐ Unit Usaha Syariah Jumlah kantor bank
2006 1 54 27 25 2 4 477
2 54 27 25 2 4 477
3 54 27 25 2 4 479
2007 4 55 28 26 2 4 557
1 59 32 26 2 4 561
2 60 33 26 2 5 562
3 62 35 27 3 5 564
2008 4 62 35 27 3 5 581
1 64 36 27 3 6 585
2 65 37 28 3 6 642
3 68 40 30 3 7 599
4 69 41 30 3 8 616
Sumber : Bank Indonesia Catt : Jumlah kantor termasuk BRI Unit
Pada triwulan IV-2008 (November), total aset perbankan tumbuh lebih kecil daripada triwulan sebelumnya. Pada triwulan laporan, total aset perbankan mencapai Rp36,75 triliun atau turun menjadi 13,64% (y.o.y) dibandingkan triwulan yang sama tahun 2007. Perlambatan aset perbankan pada triwulan laporan ini tercatat lebih kecil dibanding pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang sebesar 21,99% (y.o.y). Perlambatan pertumbuhan tertinggi terjadi di kelompok bank swasta nasional, yaitu dari tumbuh 30,63% (y.o.y) pada triwulan III-2008 menjadi tumbuh sebesar 13,19%. Hal yang sama juga terjadi pada kelompok bank pemerintah yang pada pada triwulan III-2008 tumbuh sebesar 16,15% (y.o.y) menjadi tumbuh sebesar 12,00% (y.o.y). Sementara itu, bank asing-campuran tumbuh dari 64,80% menjadi 70,77%. Adapun pangsa terbesar dari total aset perbankan masih didominasi oleh kelompok bank pemerintah yang tercatat sebesar 62,22%, kelompok bank
40
Triwulan IV - 2008
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
swasta nasional sebesar 34,88%, sisanya kelompok bank asing campuran. Pangsa kelompok bank pemerintah tersebut mengalami peningkatan dibanding pangsa pada triwulan III-2008 yang sebesar 61,48%.
Grafik 3.2. Aset Bank Umum Sulsel Berdasarkan Kelompok Bank Bank As ing dan Campuran Bank S was ta Nas ional Bank P emerintah
40 35 30 25 20 15 10 5 R p T riliu n
-
1
2
3
4
1
2007
2
3
4
2008
3.2.2. DPK dan Kredit/Pembiayaan Sehubungan dengan banyaknya perayaan hari besar seperti, Idul Fritri, Idul Ahda, Natal dan tahun baru maka secara otomatis membuat konsumsi masyarakat cenderung mengalami peningkatan. Oleh karena itu, maka dana masyarakat yang dihimpun perbankan bertambah minim dan dimungkinkan simpanan masyarakat menjadi alternatif sumber pendanaan konsumsi tersebut. Per November 2008, Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dihimpun oleh bank umum juga mengalami pertumbuhan yang cenderung lebih kecil daripada triwulan sebelumnya, yaitu tumbuh 13,12% (y.o.y) atau sebesar Rp27,77 triliun. Sedangkan pertumbuhan DPK pada triwulan III-2008 tercatat sebesar 16,66% (y.o.y). Dilihat dari jenis simpanannya, perlambatan pertumbuhan DPK tersebut terjadi pada tabungan, sementara simpanan giro dan deposito tercatat mengalami peningkatan. Simpanan giro pada November 2008 tercatat sebesar Rp5,41 triliun atau kontraksi sebesar 1,34% (y.o.y), sementara tabungan sebesar Rp13,81 triliun atau meningkat 24,37% (y.o.y). Perlambatan pertumbuhan tersebut diduga karena adanya peningkatan likuiditas di masyarakat untuk memenuhi kebutuhan konsumsi untuk hari Raya Idul Fitri, Idul Adha, Natal dan libur panjang menjelang tahun baru 2009. Selain itu dimungkinkan terjadi perpindahan alokasi dana yang berasal dari pasar saham ke dalam bentuk deposito. Sejalan
dengan
kondisi
tersebut,
untuk
deposito
mengalami
peningkatan
pertumbuhan sebesar 22,94% (y.o.y) sehingga menjadi Rp8,55 triliun. Dengan demikian komposisi DPK pada triwulan laporan sebesar 19,49% untuk giro, 49,72% untuk tabungan dan 30,79% untuk deposito. Dari komposisi tersebut di atas, DPK berjenis tabungan masih
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan IV - 2008
41
tetap mendominasi jenis simpanan DPK, meski tercatat mengalami penurunan dalam porsinya terhadap total DPK. Tidak jauh berbeda dengan pertumbuhan DPK bank umum di Sulsel yang tercatat mengalami perlambatan, kredit/pembiayaan yang disalurkan oleh bank umum di wilayah Sulsel juga tercatat mengalami perlambatan. Atas dasar lokasi proyek, kredit/pembiayaan tumbuh sebesar 25,78% (y.o.y) dari Rp25,22 triliun pada November 2007 menjadi Rp31,72 triliun pada November 2008. Pertumbuhan tersebut lebih kecil dari pada pertumbuhan triwulan III-2008, yaitu 28,73% (y.o.y). Kondisi tersebut, memperlihatkan kondisi kredit/pembiayaan bank umum dan DPK sama-sama mengalami perlambatan. Namun LDR (Loan to Deposit Ratio) bank umum mengalami peningkatan, yaitu dari 107,87% pada November 2007 menjadi 114,23% pada November 2008. Hal ini mengindikasikan bahwa penurunan pertumbuhan DPK lebih kecil dari pada kredit/pembiayaan bank umum.
Grafik 3.3. Penghimpunan Dana dan Penyaluran Kredit/Pembiayaan Bank Umum di Sulsel DPK
Kredit
Grafik 3.4. Penyaluran Kredit/Pembiayaan Bank Umum Per Jenis Penggunaan di Sulawesi Selatan Kons ums i Produktif 2 per. Mov . Avg. (Produktif) 2 per. Mov . Avg. ( Kons ums i)
LDR
35,000,000
20
120.00%
18 30,000,000
16
115.00%
14
25,000,000
12
110.00%
20,000,000
10 15,000,000
8
105.00%
6
10,000,000
4
100.00%
2
0
95.00% 1
2
3
4
1
2
2007
3
4
2008
-
R p Triliun
Rp Jutaan
5,000,000
1
2
3
4
2006
1
2
3
4
1
2007
2
3
4*
2008
Berdasarkan jenis penggunaan, sebagian besar portofolio kredit/pembiayaan masih didominasi oleh kredit/pembiayaan produktif (modal kerja dan investasi). Pada November 2008, posisi kredit modal kerja tercatat sebesar Rp12,52 triliun atau 39,47% dari total kredit, sementara kredit investasi sebesar Rp6,52 triliun (20,56%). Sehingga total porsi kredit produktif sebesar 60,03%, lebih besar dibanding porsi pada triwulan III-2008 yaitu sebesar 59,94%. Sedangkan untuk kredit konsumsi sebesar Rp12,68 triliun dengan porsi sebesar 39,97% dari total kredit. Dari sisi pertumbuhan tahunan (y.o.y), per November 2008, kredit produktif (modal kerja dan investasi) mengalami penurunan pertumbuhan dibanding triwulan sebelumnya. Untuk
kredit
modal
kerja
juga
mengalami
perlambatan
pertumbuhan
dibanding
pertumbuhan pada triwulan sebelumnya, yakni sebesar 28,0% (y.o.y) pada triwulan IV-2008 sedangkan 36,7% (y.o.y). Sedangkan pertumbuhan kredit investasi pada triwulan laporan relatif tidak berubah jika dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya,
42
Triwulan IV - 2008
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
yaitu sebesar 8,2% (y.o.y). Perlambatan pertumbuhan pada kredit produktif tersebut relatif menggambarkan perlambatan kegiatan ekonomi sektor riil, yang
diperkirakan terjadi
penurunan kapasitas usaha dikarenakan perbankan menjadi relatif lebih ketat untuk memberikan kredit sebagai respon dari sikap kehati-hatian akan dampak dari krisi global yang sedang terjadi. Adapun untuk kredit konsumsi juga mengalami pertumbuhan sebesar 28,5% (y.o.y), lebih rendah dibanding pertumbuhan pada triwulan III-2008 yang sebesar 34,1% (y.o.y). Perlambatan kredit konsumsi tersebut juga dimungkinkan sebagia akibat dari sikap perbankan yang lebih ketat dalam memberikan kredit. Kecenderungan peningkatan kehatihatian bank dalam menyalurkan kredit konsumsi kepada masyarakat disebabkan karena besaran dampak dari krisis global pada sektor-sektor perekonomian masih belum dapat diperdiksi dengan baik. Berdasarkan alokasi penyaluran kredit per sektor ekonomi, kredit produktif yang disalurkan oleh perbankan daerah di Sulsel masih didominasi oleh sektor lain-lain (jasa konsumsi) yaitu sebesar 39,52% kemudian diikuti oleh sektor perdagangan dan sektor industri pengolahan masing-masing sebesar 26,61% dan 11,22%. Tingginya pangsa sektor lain-lain sejalan dengan peningkatan portofolio kredit produktif (modal kerja dan investasi) yang menunjukkan perkembangan positif. Selain itu peran Makassar sebagai pusat perdagangan di Kawasan Timur Indonesia juga masih menjadi salah satu faktor pendukung pertumbuhan sektor perdagangan di daerah ini.
Grafik 3.5. Pangsa Kredit/Pembiayaan Bank Umum Per Sektor Ekonomi di Sulsel (November 2008) Pertanian 3%
Pertambangan 0%
Grafik 3.6. Pertumbuhan Tahunan Kredit/Pembiayaan Per Sektor Ekonomi 2008 34
Lain-lain
Indus tri pengolahan 11%
2008 23
J as a S os ial Mas yarakat J as a Dunia Us aha
L ain-lain 41%
L is trik,Gas dan Air 0%
Pengangkutan Perdagangan Kons truks i
Kons truks i 6%
Lis trik,Gas dan Air Indus tri pengolahan Pertambangan
Perdagangan 27%
J as a S os ial Mas y arakat 1% J as a Dunia Us aha 6%
Pertanian -65.0%
-15.0%
35.0%
85.0%
Pengangkutan 5%
Dari sisi pertumbuhan kredit, sektor ekonomi yang mengalami pertumbuhan tahunan tertinggi dari penyerapan kredit tercatat di sektor jasa soaial masyarakat menglami keniakan pertumbuhan yang cukup signifikan menjadi 6,0% (y.o.y) jika dibandingkan dengan
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan IV - 2008
43
pertumbuhan pada triwulan sebelumnya. Sedangkan pertumbuhan kredit pada sketor lainnya mengalami perlambatan. Pertumbuhan kredit masing-masing sektor tersebut tercatat lebih rendah dibanding pertumbuhan tahunan kredit pada triwulan III-2008. Selain itu, perlambatan pertumbuhan tersebut sejalan dengan penurunan kinerja masing-masing sektor pada PDRB Sulsel. Kredit di sektor pertambangan, mengalami kontraksi pertumbuhan yang lebih dalam lagi yaitu sebesar -76,2% (y.o.y), yang pada triwulan sebelumnya juga sudah mengalami pertumbuhan yang negatif (-53,2%; y.o.y). Kontraksi pertumbuhan kredit di sektor pertambangan ini seiring dengan menurunnya kinerja sektor pertambangan, yang pada triwulan IV-2008 mengalami kontraksi -2.17% (y.o.y) pada PDRB Sulsel. Untuk sektor industri, mengalami perlambatan pertumbuhan kredit/pembiayaan dibanding pertumbuhan pada triwulan III-2008 (18,1%; y.o.y), yang pada November 2008 tercatat tumbuh sebesar 13,0% (y.o.y) atau menjadi Rp3,56 triliun. Perlambatan ini diperkirakan karena turun permintaan ekspor (misal: kayu). Selain itu, harga gandum dan bahan baku semen yang naik menyebabkan perlambatan produksi pada sketor tersebut. Kondisi tersebut sejalan dengan perkembangan sektor industri pengolahan di PDRB Sulsel yang tercatat mengalami perlambatan pertumbuhan tahunan.
Grafik 3.7. Perkembangan NPLs Net dan Gross Bank Umum di Sulsel
L ain-lain, 8.59%
18%
NP L (Gros s %)
16%
NP L (Net %)
17.11% 16.76% 14% 17.07% 13.54%
10.87% 14.21% 12.99% 13.78% 13.21% 13.20% 8.10% 11.80% 6.67% 10.39% 7.93% 5.27% 8.68% 7.25% 3.31% 6.64% 4.47% 4.72%
12% 10%
Grafik 3.8. Pangsa NPLs Per Sektor Ekonomi di Sulsel (November 2008)
11.85% 11.07%
8% 6% 4% 2%
J as a S os ial Mas y arakat, 2.50%
1
2
3
4
1
2
2006
3
4
1
2
2007
3 2008
Indus tri pengolahan, 19.02%
J as a Dunia Us aha, 5.82%
Pengangkutan, 2.35%
0%
Pertanian, 3.76%
Perdagangan, 5.19%
4 Kons truks i, 5.09%
Berdasarkan kualitas kredit, petumbuhan kredit/pembiayaan bermasalah (NPLs) bank umum di wilayah Sulsel tercatat melambat menjadi 7,93% (y.o.y) dibandingkan posisi November 2007 yang sebesar 10,87 triliun. Penurunan pertumbuhan NPLs tersebut diperkirakan terjadi seiring dengan perlambatan pertumbuhan ekonomi dan juga penyaluran kredit di Sulsel pada triwulan laporan. Berdasarkan sektor ekonominya, sektor ekonomi yang tercatat memiliki rasio NPLs yang tinggi adalah industri pertambangan (4900,00%), sektor lain-lain (403,88%) dan sektor
44
Triwulan IV - 2008
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
jasa sosial masyarakat (13,79%). Kemudian peningkatan pertumbuhan NPLS terbesar terjadi pada sektor konstruksi, yang meningkat dari -26,26% (y.o.y) pada triwulan III-2008 menjadi 11,10% (y.o.y) pada triwulan laporan. Selain itu, pertumbuhan NPLs sektor listrik-gas-air juga meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu dari -11,11% (y.o.y) menjadi 0,00% (y.o.y). Ada beberapa sektor yang masih mengalami pertumbuhan NPLs negatif, yaitu sektor pertanian (-52,20%;y.oy), industri pengolahan (-58,38%;y.oy), perdagangan (-30,98%;y.oy), pengangkutan (-83,78%;y.o.y) dan sektor jasa dunia usaha (-26,21%;y.oy). Pertumbuhan NPLs yang masih negatif pada triwulan ini disinyalir karena terjadi penurunan jumlah kredit yang diberikan oleh perbankan untuk menghindari resiko gagal bayar ditengah krisis. Jadi bukan
semata-mata
menggambarkan
meningkatnya
repayment
capacity
debitur.
Perlambatan pertumbuhan NPLs yang cukup signifikan terjadi pada sektor jasa dunia usaha mengalami yaitu -5,17% (y.o.y) pada triwulan sebelumnya menjadi -26,21% (y.o.y) pada triwulan IV-2008. Berdasarkan segmentasi kredit/pembiayaannya, sebagian besar kredit/pembiayaan bank umum Sulsel diklasifikasikan sebagai kredit/pembiayaan Mikro, Kecil dan Menengah (MKM). Pangsa kredit/pembiayaan MKM dibandingkan total kredit/pembiayaan per November 2008 adalah 69,79% atau sebesar Rp22,14 triliun. Kredit/pembiayaan MKM tersebut lebih kecil pada November 2008yaitu 29,69% (y.o.y) atau Rp22,14 triliun, sedangkan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang sebesar 31,09% (y.o.y). Diperkirakan perlambatan pertumbuhan kredit MKM relatif disebabkan karena adanya kecenderungan dari pihak bank untuk mengurangi penyaluran kredit pada sektor produktif. Hal ini dalam rangka kehati-hatian perbankan dalam memberikan kredit sebagai akibat dari kewaspadaan menyikapi krisis global. Secara sektoral, peningkatan pertumbuhan tahunan kredit MKM terjadi di sektor pertanian, pertambangan, industri pengolahan, listrik-gas-air, pengangkutan dan jasa sosial masyakat, yang masing-masing sebesar 56,89%, 21,60%, 6,47%, 342,38%, -36,59% dan 3,08% (y.o.y). Namun per November 2008, kontraksi kredit terjadi pada sektor konstruksi (48,94%; y.o.y), perdagangan (25,69%; y.o.y), jasa dunia usaha (67,37%; y.o.y) dan lain-lain (30,26%; y.o.y), dimana pada triwulan sebelumnya pertumbuhan masing-masing sektor tersebut adalah 49,70% (y.o.y), 27,24% (y.o.y), 75,95% (y.o.y) dan 33,81% (y.o.y).
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan IV - 2008
45
0.68
0.67
0.68
0.67
0.66
0.72
0.70
15
0.71
20
0.67
0.70
0.69
UMKM S hare Terhadap Total Kredit
25
0.68
Grafik 3.9. Kredit/pembiayaan Mikro, Kecil dan Menengah (MKM) Bank Umum di Sulsel
Grafik 3.10. Pangsa Kredit/pembiayaan MKM Bank Umum Per Sektor Ekonomi di Sulsel
0.73
P ertanian 3%
0.72 0.71 0.70 0.69 0.68
Kons truks i 4%
0.67 10
0.66 0.65
5
L ain-lain 57%
0.64
P erdaganga n 27%
P engangkuta n 1%
0.63 -
R p T riliun
Indus tri 2%
0.62 1
2
3 2006
4
1
2
3 2007
4
1
2
3
%
J as a S os 1%
2008
J as a Us aha 5%
3.2.3. Intermediasi Bank Umum Konvensional Kegiatan intermediasi perbankan bank umum konvensional di Sulsel menunjukan perlambatan, sebagaimana terlihat dari penurunan pertumbuhan kredit dan LDR yang disalurkan pada triwulan IV-2008. Nilai kredit mencapai Rp31,72 triliun atau tumbuh 25,78% (y.o.y) atau lebih kecil dari pertumbuhan triwulan III-2008 (28,73%; y.o.y). Kemudian, LDR bank umum juga tercatat menurun, dari 121,72% pada triwulan III-2008 menjadi 115,62% pada triwulan laporan. Namun, DPK yang dihimpun mencapai Rp27,771 triliun, tumbuh 18,78% (y.o.y) pada triwulan IV-2008 lebih besar daripada triwulan sebelumnya (16,66%; y.o.y).
Tabel 3.2. Penyaluran Kredit/pembiayaan dan DPK per DATI II di Sulsel K ota dan K abupaten K ab. P inrang K ab. G owa K ab. Wajo K ab. B one K ab. T ana T oraja K ab. Maros K ab. L uwu K ab. S injai K ab. B ulukum ba K ab. B antaeng K ab. J eneponto K ab. S elayar K ab. T akalar K ab. B arru K ab. S indenreng R appang K ab. P angkajene K epulauan K ab. S oppeng K ab. E nrekang K ota Makas s ar K ota P are-pare K otaP alopo
46
Triwulan IV - 2008
DP K
2007 K redit
L DR (%)
DP K
2008* K redit
L DR (%)
367,599 306,244 828,405 708,984 327,837 212,346 291,604 248,809 536,169 146,427 150,803 191,696 161,192 250,718 265,530 369,038 304,594 311,350 16,195,461 928,198 1,100,834
498,042 633,535 459,577 711,053 252,622 1,153,970 662,192 261,739 414,457 232,068 229,502 70,522 263,394 194,898 301,243 304,376 293,208 172,643 16,646,858 840,696 904,171
135.49% 206.87% 55.48% 100.29% 77.06% 543.44% 227.09% 105.20% 77.30% 158.49% 152.19% 36.79% 163.40% 77.74% 113.45% 82.48% 96.26% 55.45% 102.79% 90.57% 82.14%
410,835 404,772 892,370 834,368 420,808 262,048 385,015 242,435 605,684 192,140 164,540 211,314 191,954 273,077 343,104 419,308 375,808 365,257 18,166,012 1,049,570 1,212,950
650,007 954,338 595,075 1,093,105 353,215 1,267,405 785,681 371,650 541,882 222,622 304,815 89,088 387,986 284,120 438,550 460,954 380,879 234,001 19,952,828 961,138 1,241,192
158.22% 235.77% 66.68% 131.01% 83.94% 483.65% 204.07% 153.30% 89.47% 115.86% 185.25% 42.16% 202.12% 104.04% 127.82% 109.93% 101.35% 64.06% 109.84% 91.57% 102.33%
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Per November 2008, dari seluruh kabupaten di wilayah Sulsel, Kabupaten Maros tercatat mencapai LDR tertinggi yaitu sebesar 483,65%, lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 543,44%. Kemudian diikuti oleh Kabupaten Gowa, Kabupaten Luwu, dan Kabupaten Takalar,
yang masing-masing mencapai LDR sebesar 235,77%,
204,07% dan 202,12%. Pencapaian LDR tertinggi untuk beberapa kabupaten tersebut juga tercatat sebagai daerah yang mencapai LDR tertinggi pada triwulan III-2008 yaitu Kabupaten Maros, kemudian diikuti oleh Kabupaten Luwu, Gowa dan Takalar. LDR terendah masih terjadi di wilayah Kabupaten Selayar yang pada triwulan laporan tercatat sebesar 42,16%.
3.2.4. Intermediasi Bank Umum Syariah Hingga akhir triwulan laporan jumlah perbankan syariah tidak mengalami perubahan dibandingkan triwulan sebelumnya, yakni tercatat sebanyak 9 bank dengan rincian 3 bank umum syariah, yaitu Grafik 3.11. Perkembangan Bank Umum Syariah Sulawesi Selatan
Bank Syariah
Mandiri, Bank Muamalat Indonesia dan 160%
Bank
1.0
155%
konvensional
0.8
150%
0.6
145%
0.4
140%
Bank Danamon Syariah, BNI Syariah, BRI
0.2
135%
Syariah, Bank Sulsel Syariah dan Bank
130%
Permata Syariah sejumlah 2 unit.
1.2
* Perkiraan
DPK
Pembiayaan
FDR
0.0 1
2
3*
Mega
Syariah yang
dan
6
bank
membuka
Unit
Usaha Syariah (UUS) yaitu BTN Syariah,
4
2008
Pada (November),
periode bank
laporan
umum
syariah
mencatat perlambatan pertumbuhan apabila dibandingkan triwulan sebelumnya apabila dilihat dari sisi pertumbuhan FDR (Financing to Deposit Ratio) yang negatif, yaitu -5,98% pada triwulan laporan sedangkan pada triwulan III-2008 tumbuh 16,71%. Padahal, FDR mencerminkan fungsi intermediasi perbankan syariah di Sulsel sebesar. Penurunan FDR ini lebih disebabkan oleh pembiayaan yang mengalami penurunan sebesar 21,36% (y.o.y) pada triwulan IV-2008 dari 64,64% (y.o.y) pada triwulan sebelumnya. Peningkatan pembiayaan ini lebih dipicu oleh penurunan pembiayaan kredit konsumsi yaitu sebesar 52,83% (y.o.y) dari 132,63% triwulan sebelumhya. Sementara kredit produktif (modal kerja dan investasi) mengalami pertumbuhan yang lebih kecil dari pertumbuhan kredit konsumsi yaitu sebesar 1,75% (y.o.y), meski pertumbuhan kredit produktif tersebut juga tercatat lebih rendah dibanding pertumbuhan kredit pada triwulan III-2008 (22,66%, y.o.y). Di sisi lain, DPK bank umum syariah pada triwulan laporan juga mengalami penurunan sebesar 29,07% (y.o.y) dari Rp504,400 miliar pada November 2007. Peningkatan tertinggi
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan IV - 2008
47
pada DPK jenis deposito yang tercatat sebesar 35,67% (y.o.y) diikuti tabungan dan giro yang masing-masing tumbuh sebesar 29,39% (y.o.y). 5,59% (y.o.y), Sejalan dengan perlambatan kinerja bank umum syariah tersebut di atas, rasio pertumbuhan total aset bank umum syariah pada periode laporan juga mengalami perlambatan dibandingkan pertumbuhan tahunan triwulan III-2008. Pertumbuhan aset bank syariah pada triwulan laporan tercatat tumbuh sebesar 31,58% (y.o.y), sementara pada triwulan III-2008 tercatat tumbuh sebesar 41,60% (y.o.y). Sementara itu, NPF (Non Performing Loan) bank umum syariah pada periode laporan tercatat sebesar 7,58% meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 3,97%, maupun dibanding dengan November 2007 (6,31%).
3.3. Perkembangan Bank Pekreditan Rakyat/Syariah (BPR/S) Dari sisi kelembagaan, jumlah jaringan kantor BPR yang beroperasi mengalami peningkatan dari 49 kantor pada triwulan III-2008 menjadi 51 kantor bank pada triwulan laporan. Sedangkan jumlah BPR konvensional maupun syariah tercatat tidak mengalami
350
BPR dan 6 BPRS.
300
pertumbuhan
triwulan
sebelumnya. Aset BPR/S tumbuh sebesar 64,48%
(y.o.y)
menjadi
Rp320,049
1
2
4
1
50 -
R p miliar
dibanding
pertumbuhan
151.58
100
perlambatan
139.87
mencatat
128.98
150
114.98
total aset perbankan, kelompok BPR/S
104.01
200 95.53
250
Per November 2008, dari segi
273.40
sebelumnya masing-masing sebanyak 22
312.94 320.05
Grafik 3.12. Perkembangan Aset BPR/S Sulsel 224.77
triwulan
207.89
sebagaimana
178.57
perubahan
3
2006
2
2007
3
4
1
2
3
4
2008
miliar, sementara pada triwulan III-2008 tumbuh 75,25% (y.o.y). Pertumbuhan aset BPR/S ini lebih tinggi dibandingkan kelompok bank pemerintah maupun swasta yang masing-masing tercatat tumbuh sebesar 12,00% dan 13,19%. Namun demikian, pangsa total aset kelompok BPR/S masing jauh lebih rendah dibandingkan kelompok bank lainnya yaitu tercatat sebesar 0,80% atau mengalami penurunan dibandingkan pangsa triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 0,87%. Dari sisi penghimpunan dana, DPK BPR/S mencatat peningkatan pertumbuhan sebesar 41,27% (y.o.y) dari Rp105,072 miliar pada November 2007 menjadi Rp148,431 miliar pada triwulan laporan. Pertumbuhan DPK pada triwulan laporan tersebut tercatat lebih rendah dibanding dengan pertumbuhan DPK pada triwulan III-2008 yang sebesar 40,07% (y.o.y).
48
Triwulan IV - 2008
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Perlambatan pertumbuhan yang terjadi
pada
DPK
pertumbuhan penyaluran
tersebut,
dengan
searah
menurunnya
kredit/pembiayaan
BPR/S.
Pada November 2008 Kredit/pembiayaan disalurkan
oleh
50
lebih rendah dibanding pertumbuhan
200%
LDR
150% 100%
150
tercatat menurun sebesar 66,86% (y.o.y)
laporan. Pertumbuhan tersebut tercatat
Kredit
200 100
Rp252,273 miliar pada triwulan
DPK
250
BPR/S
atau
berhasil
300
-
Rp miliar
yang
Grafik 3.13. Perkembangan DPK, Kredit & LDR BPR/S Sulsel
50% 0% 1 2 3
4
2006
1 2
3 4 1
2007
2
3 4
2008
pada triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar78,64% (y.o.y). Dengan
adanya
perkembangan
perlambatan
pertumbuhan
DPK
dan
kredit/pembiayaan, maka rasio perbandingan kredit/ pembiayaan dengan dana pihak ketiga BPR/S pada triwulan laporan (November 2008) tercatat sebesar 170,0%, yang sedikit lebih rendah dibanding LDR pada triwulan III-2008 yang sebesar 179,28%. Rasio NPLs (gross) BPR/S pada November 2008 tercatat sebesar 5,28%,, lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 9,56%. Hal ini berkaitan dengan penurunan pertumbuhan kredit/pembiayaan yang disalurkan oleh BPR/S pada triwulan November 2008 sehingga terdapat kesan bahwa telah terjadi peningkatan kualitas kredit/pembiayaan yang ditunjukan oleh terjadinya penururnan NPL pada triwulan laporan.
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan IV - 2008
49
Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank
Bab 4
Perkembangan Sistem Pembayaran
Seiring mulai melambatnya kegiatan perekonomian, nilai transaksi pembayaran pada triwulan laporan juga cenderung menunjukkan perlambatan pertumbuhan dibanding nilai transaksi pembayaran pada triwulan sebelumnya, meski pada nilai transaksi non tunai via RTGS mengalami peningkatan.
4.1. Aliran Uang Kartal Masuk (Inflow) dan Keluar (Outflow) Aliran uang kartal masuk (inflow) dan keluar (outflow), pada triwulan laporan, KBI Makassar tercatat mengalami net inflow, yang tercatat sebesar Rp0,67 triliun, sementara pada triwulan sebelumnya terjadi posisi net outflow. Terjadinya net inflow tersebut diperkirakan karena faktor musiman yaitu meredanya kegiatan perekonomian pasca bulan suci Ramadhan dan hari raya Idul Fitri yang pada tahun 2008 jatuh pada triwulan III-2008. Sementara
di sisi lain, terjadinya net inflow tersebut relatif disebabkan karena terjadi
perlambatan pertumbuhan ekonomi Sulsel pada triwulan laporan. Grafik 4.1. Aliran Uang Kartal di Depo Kas KBI Makassar
Secara rinci aliran uang kartal masuk (inflow) ke KBI Makassar, pada triwulan IV-2008 tercatat sebesar Rp2,19
triliun,
(y.o.y),
lebih
tumbuh rendah
66,42% dibanding
pertumbuhan tahunan inflow pada triwulan
IIII-2008
yang
tercatat
sebesar 70,27% (y.o.y). Melambatnya pertumbuhan
inflow
tersebut
diperkirakan
karena
tingkat
perputaran
uang
cenderung
tinggi
yang
masih
sehubungan
dengan kegiatan hari raya Idul Adha, Natal dan Tahun Baru 2009. Sejalan dengan kondisi tersebut, aliran uang kartal keluar (outflow) pada triwulan laporan mengalami kontraksi sebesar 16,12% (y.o.y), sementara pada triwulan sebelumnya mengalami pertumbuhan sebesar 384,43% yang dimungkinkan karena kebutuhan uang kartal selama bulan suci Ramadhan dan hari raya Idul Fitri.
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan IV - 2008
51
4.2. Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) Kegiatan pemusnahan terhadap uang lusuh/rusak sehingga tidak layak lagi untuk diedarkan (Pemberian Tanda Tidak Berharga/ PTTB), pada triwulan laporan, mengalami kontraksi sebesar 53,13% (y.o.y) yaitu dari Rp0,87 triliun pada triwulan IV-2007 menjadi Rp0,41 triliun. Sementara pada triwulan III-2008, kegiatan PTTB mengalami peningkatan sebesar 15,95% (y.o.y). Penurunan jumlah uang yang dimusnahkan tersebut sejalan dengan perlambatan aliran uang kartal masuk (inflow) yang terkait karena faktor musiman. Apabila ditinjau dari rasio PTTB- inflow, Rasio PTTB-inflow pada triwulan IV-2008 tercatat sebesar 18,65%, sementara pada triwulan sebelumnya sebesar 37,93%. Penurunan
Grafik 4.2. Pemberian Tanda Tidak Berharga dan Inflow
PTTB
dan
rasio
PTTB-inflow diperkirakan relatif adanya penurunan transaksi di masyarakat, meskipun diperkirakan masih terjadi peningkatan kegiatan perekonomian pada triwulan laporan terkait dengan kegiatan hari raya Idul Adha, Natal dan Tahun Baru 2009. Penurunan transaksi tersebut
relatif
terjadi
yang
diperkirakan karena laju inflasi selama triwulan laporan yang relatif stabil.
4.3. Perkembangan Uang Palsu yang Ditemukan Pada triwulan laporan, jumlah temuan uang rupiah palsu mengalami peningkatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada triwulan IV-2008, jumlah uang palsu yang ditemukan sebesar Rp12,6 juta, menurun menjadi Rp1,3 juta pada triwulan laporan. Berdasarkan jenis pecahan, uang kertas Rp50.000,- merupakan jenis uang yang paling banyak dipalsukan yakni 123 lembar atau 60,6% dari total lembar temuan uang palsu.
Tabel 4.1. Perkembangan Temuan Uang Palsu di Wilker KBI Makassar Triwulan IV-2008 Pecahan Periode Total 100,000 50,000 20,000 10,000 5,000 Trw III-2007 105 127 21 12 7 272 Trw IV-2007 37 97 11 5 8 158 Trw III-2008 69 82 10 5 2 168 Trw IV-2008 62 123 11 5 2 203
Grafik 4.3. Proporsi Jumlah Lembar Uang Palsu Berdasarkan Pecahan Triwulan IV-2008
Sumber : Bank Indonesia
52
Triwulan IV - 2008
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
4.4. Perkembangan Kliring dan RTGS 4.4.1. Perkembangan RTGS Perkembangan transaksi non tunai dengan menggunakan sarana BI-RTGS di KBI Makassar selama triwulan IV-2008 menunjukan peningkatan baik transaksi masuk maupun keluar. Perkembangan transaksi transfer masuk via RTGS (incoming) pada triwulan laporan mengalami peningkatan sebesar 22,09% (y.o.y) yaitu dari Rp11,96 triliun menjadi Rp14,60 triliun. Pertumbuhan incoming tersebut lebih tinggi dibanding pertumbuhan pada triwulan Grafik 4.4. Transaksi Non Tunai via RTGS
III-2008 yaitu sebesar 18,20% (y.o.y) dengan nilai nominal sebesar Rp10,30
15
triliun. Kondisi yang sama juga terjadi 10
pada transaksi transfer keluar via RTGS (outgoing) yang mengalami peningkatan
Rp Triliu n
5
sebesar 10,86% (y.o.y) dengan nominal ‐
transaksi Incoming Outgoing Netto
(5)
(10)
sebesar
Rp9,23
triliun,
sementara pertumbuhan outgoing pada triwulan III-2008 sebesar -21,51% (y.o.y)
1
2 2006
3
4
1
2
3
4
2007
1
2
3
2008
4
dengan nominal transaksi sebesar Rp7,79 triliun.
Mencermati kondisi tersebut di atas, peningkatan transaksi non tunai via RTGS pada triwulan IV-2008 diperkirakan karena faktor musiman, dimana pada setiap akhir tahun atau pada triwulan IV-2008 terjadi kecenderungan peningkatan aliran masuk (incoming) ke Sulsel. Secara netto, transaksi pembayaran via RTGS di Sulawesi Selatan tercatat masih mengalami net inflow yaitu sebesar 5,36 triliun, yang juga mengalami peningkatan baik dari sisi pertumbuhan maupun secara nominal. Apabila dibandingkan dengan net inflow triwulan III-2008. Pertumbuhan net inflow pada triwulan IV-2008 tumbuh sebesar 47,87% (y.o.y) sementara net inflow pada triwulan sebelumnya tumbuh -306,39% (y.o.y). Secara nominal, net inflow pada triwulan sebelumnya tercatat sebesar Rp2,51 triliun, lebih rendah dibanding net inflow pada triwulan laporan.
4.4.2. Perkembangan Kliring Selain BI-RTGS, penyelesaian non tunai untuk nilai transaksi transfer dana/transaksi kredit kurang dari Rp100 juta mengalami pertumbuhan yang lebih kecil dibanding triwulan III-2008. Nominal perputaran kliring pada triwulan laporan tercatat tumbuh sebesar 13,55% (y.o.y), yaitu dari Rp6,43 triliun pada triwulan IV-2007 menjadi Rp7,30 triliun. Pertumbuhan transaksi via kliring tersebut lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 30,03% (y.o.y). Sedangkan rata-rata harian nilai nominal perputaran kliring tercatat
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan IV - 2008
53
sebesar Rp121,74 miliar atau mengalami pertumbuhan sebesar 13,55% (y.o.y), lebih rendah dibanding pertumbuhan triwulan III-2008 yang sebesar 32,10% (y.o.y). Perlambatan pertumbuhan nominal traksaksi via kliring tersebut relatif mencerminkan kegiatan sektor riil, terutama mikro (karena transaksi di bawah 100 juta), juga mengalami perlambatan produktifitasnya.
Tabel 4.2. Perputaran Kliring dan Cek/BG Kosong
Di sisi lain, rasio penolakan warkat (Cek/BG) kosong hingga akhir triwulan IV-2008 tercatat mengalami peningkatan, yaitu sebesar 1,22%, lebih tinggi dibanding triwulan III2008 yang tercatat sebesar 0,98%. Secara nominal, rasio rata-rata warkat yang ditolak juga meningkat menjadi sebesar 1,32%, sementara pada triwulan III-2008 sebesar 1,05%.
54
Triwulan IV - 2008
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Bab 5
Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
Perlambatan pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan (Sulsel) pada triwulan laporan relatif belum berdampak terhadap tingkat angkatan kerja di Sulsel. Melemahnya permintaan ekspor Sulsel sebagai dampak dari krisis global relatif belum mempengaruhi ketenagakerjaan Sulsel meskipun tingkat pengangguran terbuka mengalami penurunan, namun tingkat kesejahteraan masyarakatnya, terutama di sektor pertanian, masih relatif belum mengalami perbaikan yang cukup signifikan. Struktur ketenagakerjaan di Sulsel selama 2 tahun terakhir relatif tidak mengalami perubahan, dengan sektor pertanian dan perdagangan yang masih merupakan mata pencaharian utama penduduknya. Tingkat kesejahteraan petani di Sulsel relatif masih mengkuatirkan dimana petani relatif belum mempunyai kekuatan tawar dalam perdagangan produknya. Indeks yang diterima petani
mengalami pertumbuhan yang relatif lamban dibanding dengan
pertumbuhan indeks yang dibayar petani. Sementara indeks yang dibayar petani tersebut terus mengalami dorongan untuk meningkat yang disebabkan oleh kenaikan harga barang/jasa secara umum (inflasi) atau adanya kebijakan pemerintah dalam kenaikan harga barang tertentu (misal BBM). Kondisi tersebut tentunya akan mengancam tingkat kesejahteraan masyarakat Sulsel, khususnya petani. Selain itu, akan berdampak pula pada penurunan jumlah angkatan kerja di sektor pertanian, karena sektor ini kurang menguntungkan, yang berimbas pada tingkat produktifitas sektor pertanian, yang secara regional akan menghambat pertumbuhan ekonomi Sulsel.
5.1. Ketenagakerjaan 5.1.1. Survei Angkatan Kerja Pertumbuhan ekonomi Sulsel selama 3 triwulan terakhir (triwulan I-III 2008) yang diperkirakan lebih tinggi dibanding periode yang sama pada tahun 2007 relatif menunjukkan dampaknya
Tabel 5.1. Penduduk Usia 15 + Menurut Kegiatan Utama KEGIATAN UTAMA Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Angkatan Kerja a. Bekerja b. Pengangguran Bukan Angkatan Kerja Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Tingkat Pengangguran Terbuka
Agustus 2007 5,423,403 3,312,177 2,939,463 372,714 2,111,226 61.1% 11.3%
Agustus 2008 5,559,748 3,447,879 3,136,111 311,768 2,111,869 62.0% 9.0%
terhadap
ketenagakerjaan.
Pertumbuhan
ekonomi sampai dengan triwulan III-2008
diperkirakan
sebesar
8,66% (y.o.y) sementara untuk periode yang sama tahun 2007 sebesar
4,73%
(y.o.y)
Sumber : BPS
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan IV - 2008
55
menyebabkan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Sulsel berkurang sebesar 2,21%, sedangkan pada tahun 2007 menurun sebesar 1,52%. Namun perbaikan angka TPT dimaksud perlu mendapatkan perhatian lebih lanjut, mengingat terdapat potensi peningkatan TPT dari kelompok setengah pengangguran terpaksa dan kelompok setengah pengangguran sukarela yang pada Agustus 2008, tercatat berjumlah lebih besar dibanding jumlah pengangguran Sulsel. Per Agustus 2008, jumlah setengah pengangguran terpaksa sebesar 546 ribu orang, yang mengalami peningkatan 8,01% (y.o.y), sementara setengah pengangguran sukarela berjumlah 603 ribu orang yang mengalami peningkatan sebesar 7,62% (y.o.y). Kondisi ini merupakan ancaman bagi tingkat tenaga kerja di Sulsel, terlebih pada kelompok setengah pengangguran terpaksa.
Tabel 5.2. Penduduk Usia 15 Thn Keatas Menurut Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT), Setengah Pengangguran Terpaksa dan Setengah Pengangguran Sukarela KEGIATAN UTAMA Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Jumlah Pengangguran (000) Jumlah Setengah Pengangguran Terpaksa (000) Jumlah Setengah Pengangguran Sukarela (000)
Agustus 2007 11.25% 373 506 560
Agustus 2008 9.04% 312 547 603
Sumber : BPS
Di sisi lain, jumlah angkatan kerja di Sulsel selama Agustus 2007 – Agustus 2008 mengalami pertumbuhan sebesar 4,10% (y.o.y), sementara pada periode yang sama tahun 2007 tumbuh sebesar 2,25% (y.o.y). Pertumbuhan angkatan kerja tersebut, mampu menyerap jumlah angkatan kerja yang menganggur sebesar 60 ribu orang. Kondisi tersebut mengakibatkan TPT Sulsel mengalami perbaikan. Persentase jumlah angkatan yang bekerja terhadap angkatan kerja juga mengalami peningkatan, yaitu dari 88,75% pada Agustus 2007 menjadi 90,96% pada Agustus 2008. Sementara angkatan kerja yang bekerja pada Agustus 2008 tumbuh sebesar 6,69% (y.o.y) sedangkan pada Agustus 2007 tumbuh sebesar 4,01% (y.o.y). Peningkatan tersebut diperkirakan didorong oleh penyerapan tenaga kerja di sektor jasa (2,80%), searah dengan sumbangan pertumbuhan sektor jasa pada perekonomian Sulsel yang mengalami peningkatan pertumbuhan. Selain sektor jasa, sektor ekonomi yang mendorong peningkatan tenaga kerja tersebut adalah sektor industri yang memberikan sumbangan peningkatan sebesar 1,23%. Lapangan pekerjaan utama yang mendominasi jumlah angkatan kerja yang bekerja masih terdapat di sektor pertanian yaitu sebesar 51,5%. Pangsa angkatan kerja yang bekerja di sektor pertanian ini mengalami penurunan dibanding Agustus 2007 yang tercatat sebesar 53,8%. Sektor dengan jumlah tenaga kerja kedua terbesar adalah sektor perdagangan
56
Triwulan IV - 2008
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
(18,5%) yang mengalami penurunan dibanding pangsa pada Agustus 2007 (19,3%). Selanjutnya diikuti oleh sektor jasa (11,2%) yang mengalami peningkatan dari 9,2%. Dari sisi perbandingan komposisi per sektor ekonominya, terjadi pergeseran komposisi tenaga kerja di sektor pertanian ke sektor non pertanian. Pergeseran angkatan kerja ke non pertanian tersebut, salah satunya ditandai dengan meningkatnya jumlah pekerja bebas non pertanian yang tercatat sebesar 80,07% yaitu dari 39 ribu pada Agustus 2007 menjadi 70 ribu pada Agustus 2008. Sedangkan untuk buruh/karyawan, mengalami peningkatan pangsa yaitu dari 22,8% menjadi 23,2%. Sementara jumlah pekerja bebas pertanian hanya mengalami pertumbuhan sebesar 9,55% (dari 116 ribu pada Agustus 2007 menjadi 127 ribu pada Agustus 2008). Diperkirakan pergeseran tersebut terjadi karena tingkat penghasilan tenaga kerja di sektor pertanian relatif kurang mampu mengimbangi tekanan kebutuhan sehari-hari yang didorong oleh adnaya kenaikan harga secara umum. Sementara di sisi lain, mulai berkurangnya luas lahan pertanian dan relatif rendahnya harga jual produk pertanian yang diakibatkan karena mutu maupun pengaruh faktor eksternal yang relatif mendorong terjadinya perpindahan tenaga kerja, terutama pada sektor industri dan konstruksi.
Grafik 5.1. Persentase Penduduk Usia 15 + yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama Agustus 2008
Agustus 2007
2.1% 9.2%
Pertanian
11.2%
6.4%
Industri
2.0%
6.2%
Konstruksi Perdagangan Angkutan/Ko munikasi Jasa Lainnya *)
51.5%
53.8%
19.3%
18.5%
4.3%
4.7% 5.8%
5.0%
Sumber : BPS
Tabel 5.3. Penduduk Usia 15 Thn Keatas yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan Utama STATUS PEKERJAAN UTAMA Berusaha sendiri Berusaha dibantu buruh tdk tetap/buruh tdk dibayar Berusaha dibantu buruh tetap/buruh dibayar Buruh/karyawan Pekerja bebas pertanian Pekerja bebas non pertanian Pekerja tidak dibayar/pekerja keluarga TOTAL
Agustus 2007 533 846 76 670 117 39 659 2,939
Agustus 2008 570 862 103 726 128 70 676 3,136
Sumber : BPS Ket. : dalam Ribuan
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan IV - 2008
57
5.1.2. Tenaga Kerja Indonesia Pada triwulan IV-2008, jumlah Tenaga Kerja Indonesia (TKI) dari Sulsel yang disalurkan sebanyak 499 orang. Keadaan jumlah penyaluran tenaga kerja tersebut tercatat mengalami peningkatan yang cukup tinggi yaitu sebesar 296% (y.o.y), dari 126 orang pada triwulan IV-2007, sementara pada triwulan III-2008 tumbuh sebesar 8,8% (y.o.y). Tingginya animo pencari kerja ke luar negeri tersebut diperkirakan karena
masih relatif minimnya
kesempatan lapangan kerja baru di Sulsel, sedangkan tuntutan kebutuhan hidup cenderung mengalami peningkatan seiring dengan meningkatnya laju inflasi di Sulsel. Apabila dibandingkan dengan jumlah tenaga kerja tersebut di atas, diperkirakan peningkatan jumlah TKI tersebut berkaitan dengan menurunnya angkatan kerja yang bekerja di sektor pertanian. Penyaluran tenaga kerja menurut pendidikan, memperlihatkan kecenderungan tenaga kerja berpendidikan minimum SLTA ke bawah masih mendominasi yaitu sebesar 91,0% dari total TKI yang dikirim pada triwulan laporan. Kondisi tersebut mencerminkan tenaga kerja yang diperkerjakan di luar negeri merupakan tenaga kasar/tenaga kerja yang berkualitas rendah. Sementara berdasarkan negara tujuan TKI pada triwulan laporan, Malaysia dan Arab Saudi masih menjadi penyerap terbanyak TKI dari Sulsel. Keadaan tersebut relatif tidak banyak mengalami perubahan dalam 6 tahun terakhir.
Tabel 5.4 Perkembangan Penyaluran Tenaga Kerja Indonesia Sulawesi Selatan KETERANGAN Tenaga Kerja a. Laki-laki b. Perempuan Pendidikan a. SLTP ke bawah b. SLTA c. Perguruan Tinggi Negara Tujuan a. Malaysia b. Jepang c. Arab Saudi d. Lainnya Dipulangkan a. Laki-laki b. Perempuan
1 322 136 186 322 258 60 4 322 176 10 83 53 76 63 13
2007 2 3 436 535 239 222 197 313 436 535 434 493 2 42 436 535 350 300 29 85 205 1 1 207 12 183 12 24 -
4 126 4 122 126 122 4 126 126 12 12 -
1 462 325 137 462 221 241 462 411 50 1 -
2008 2 3 491 582 310 363 181 219 491 582 483 456 8 126 491 582 409 328 4 21 71 111 7 122 8 8 -
4 499 213 286 499 454 45 499 291 2 179 27 -
Sumber : Dinas Transmigrasi dan Tenagakerja Balai Pelayanan Penyaluran Tenaga Kerja Indonesia
5.2. Kesejahteraan 5.2.1. Nilai Tukar Petani Nilai Tukar Petani merupakan salah satu ukuran tingkat kemampuan daya tukar dari produk pertanian dengan barang/jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi, atau menggambarkan daya beli petani di pedesaan. Per Desember 2008, NTP Sulsel mengalami
58
Triwulan IV - 2008
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
penurunan sebesar 0,24% dibanding dengan periode yang sama tahun sebelumnya, lebih rendah dibanding pertumbuhan NTP pada triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 6,56% (y.o.y). Apabila ditinjau dari komponen pembentuk NTP tersebut, kedua komponen pembentuk NTP yaitu indeks yang dibayar petani (Ib) dan indeks yang diterima petani (It) masing-masing mengalami pertumbuhan yang lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya. Namun pertumbuhan It masih tercatat lebih rendah dibanding pertumbuhan Ib. Pertumbuhan It tercatat sebesar 9,58% (y.o.y) yaitu dari 106,78 menjadi 117,01. Angka pertumbuhan It tersebut lebih rendah dibanding angka pertumbuhan pada triwulan III-2008 yang sebesar 14,78% (y.o.y). Sementara pertumbuhan Ib tercatat sebesar 17,23% (y.o.y) dari 101,55 menjadi 119,05, yang lebih rendah dibanding pertumbuhan pada triwulan III-2008 yang sebesar 23,12% (y.o.y).
Tabel 5.5 Nilai Tukar Petani Sulsel 2008 per Triwulan
Perlambatan pertumbuhan Ib tersebut diperkirakan didorong oleh adanya penurunan harga BBM pada akhir triwulan IV-2008, yang relatif menekan peningkatan konsumsi petani. Sementara di sisi lain, terjadi peningkatan harga barang/jasa secara umum yang menuntut adanya peningkatan biaya produksi dan penambahan barang modal. Sementara perlambatan pertumbuhan indeks yang diterima petani (It) (9,58%) relatif karena
adanya
pengaruh
penurunan
BBM
serta
diperkirakan
terjadi
penurunan
permintaan/konsumsi masyarakat sehingga cenderung menekan tingkat harga produk pertanian. Apabila diperbandingkan antara indeks yang diterima petani (It) dengan laju inflasi tahunan Sulsel, maka pendapatan petani Sulsel tersebut relatif mengalami tekanan, yaitu sebesar -2,82%. Sementara di sisi lain, pertumbuhan indeks yang diterima petani tidak seimbang dengan pertumbuhan indeks yang dibayar petani, yang dapat diartikan bahwa kondisi tersebut relatif menggambarkan tingkat kesejahteraan petani makin mengalami penurunan.
5.2.2. Survei Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Bank Indonesia Makassar pada triwulan laporan, indeks ketersediaan lapangan kerja saat ini dan indeks penghasilan saat ini dibanding 6 (enam) bulan yang lalu relatif mengalami penurunan apabila dibandingkan
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan IV - 2008
59
dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Pada indeks ketersediaan lapangan kerja saat ini, terjadi penurunan sebesar 14,2% yaitu dari 106,00 pada Desember 2007 menjadi 91,00 pada Desember 2008, sementara pada triwulan sebelumnya juga mengalami penurunan sebesar sebesar 4,4% (y.o.y). Penurunan indeks ini searah dengan pertumbuhan ekonomi yang cenderung mengalami perlambatan. Diperkirakan diakibatkan karena terjadi penurunan aktivitas pembangunan (kontruksi), perdagangan dan rasionalisasi di dunia usaha. Sementara itu indeks penghasilan saat ini dibanding 6 bulan lalu juga mengalami penurunan yaitu sebesar 10,3% yaitu dari 146,00 pada Desember 2007 menjadi 131,00. Penurunan indeks penghasilan ini diperkirakan karena tingkat penghasilan riil masyarakat relatif mengalami penurunan sehubungan dengan harga barang/jasa secara umum telah mengalami kenaikan, yang salah satunya dipicu oleh kenaikan BBM. Kondisi tersebut relatif menggambarkan kurang terdapat perbaikan kesejahteraan dan bahkan diperkirakan akan mengurangi daya beli masyarakat.
Grafik 5.2. Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja Saat Ini 110
Grafik 5.3. Indeks Penghasilan Saat Ini Dibandingkan 6 Bulan Lalu 155
Ketersediaan lapangan kerja saat ini
Penghasilan saat ini dibandingkan 6 bln yang lalu
105
145
100
135 95
125 90
Sumber : KBI Makassar Survei Konsumen
115 85
105
80
Sumber : KBI Makassar Survei Konsumen
95
Indeks
70
60
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10 11 12
2007
Triwulan IV - 2008
1
2
3
4
5
6
7
2008
8
9
10 11 12
85
Indeks
75
1
2
3
4
5
6
7
2007
8
9
10 11 12
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10 11 12
2008
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Bab 6
Perkembangan Keuangan Daerah
Berdasarkan data keuangan Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi Selatan, rencana anggaran pendapatan daerah pada tahun anggaran 2008 terdapat perubahan yang menjadi sebesar Rp2,13 triliun dari Rp2,02 triliun, atau mengalami peningkatan sebesar 5,37%. Apabila dibandingkan dengan tahun 2007, terjadi peningkatan sebesar 32,79%. Dari ketiga komponen pendapatan daerah (Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan dan LainLain Pendapatan yang Sah), apabila dibandingkan dengan tahun 2007 kenaikan tertinggi dicapai oleh komponen PAD tercatat sebesar 51,73% kemudian diikuti oleh komponen Dana Perimbangan tercatat sebesar 19,91%. Sementara itu, komponen Lain-lain Pendapatan yang Sah mengalami penurunan sebesar 90,97%. Hingga triwulan IV-2008, diperkirakan realisasi anggaran PAD tercatat berkisar pada angka Rp1,25 triliun atau mencapai 102,38% dari target yang ditentukan. Dari komponen PAD, tercatat bahwa realisasi ‘Lain-lain PAD yang Sah’ telah mencapai di atas 100% yaitu sebesar 254,96%, kemudian diikuti oleh komponen ‘Bagian Laba Hasil Daerah’ yang telah mencapai 99,17% dan Pendapatan Pajak Daerah yang realisasinya mencapai 98,74%. Sementara itu realisasi komponen Pendapatan Retribusi Daerah sebesar 98,12%. Sementara itu rencana anggaran belanja daerah pada tahun 2008 juga mengalami perubahan, dari Rp1,64 triliun menjadi Rp1,85 triliun atau mengalami peningkatan sebesar 12,86%. Apabila dibandingkan dengan anggaran belanja pada tahun 2007 tercatat mengalami peningkatan sebesar 33,48%. Hingga triwulan IV-2008, diperkirakan realisasi belanja daerah baru mencapai 84,01% atau sebesar Rp1,55 triliun. Secara normal, belanja pemerintah sampai dengan triwulan IV terealisasi sebesar 100% dari anggaran yang ditetapkan, maka terdapat deviasi sebesar 15,99% sementara pada triwulan III-2008 terjadi deviasi sebesar 14,01%. Dengan kondisi realisasi belanja pemerintah daerah yang masih dibawah persentase penyerapan belanja normal, maka relatif menunjukkan adanya hambatan
dalam
merealisasikan
belanja
untuk
keperluan
pembangunan
regional.
Melambatnya realisasi belanja tersebut sejalan dengan perlambatan pertumbuhan konsumsi pemerintah di triwulan laporan pada PDRB Sulsel. Diperkirakan perlambatan tersebut karena beberapa hal antara lain karena unsur kehati-hatian dalam pelaksanaan kegiatan dan pengaruh dari laju inflasi Sulsel yang relatif cukup tinggi yang mempengaruhi kuantitas dari belanja pemerintah sehingga terjadi penghematan pengeluaran.
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan IV - 2008
61
Berdasarkan pencapaian hingga triwulan IV-1008, diketahui bahwa diperkirakan realisasi pencapaian ketiga komponen belanja (Belanja Operasi, Belanja Modal dan Belanja Tidak Terduga) masih dibawah kondisi normal yaitu 100%. Sampai dengan triwulan laporan, diperkirakan realisasi ‘belanja operasi’ terealisasi sebesar 83,79% dari target, untuk ‘belanja modal’ terealisasi sebesar 88,13% dari target, sementara untuk ‘belanja tidak terduga’ terealisasi sebesar 23,34% dari target.
Masih rendahnya ketiga komponen tersebut
diperkirakan karena adanya penghematan sehubungan dengan perkembangan tingkat harga barang dan jasa yang relatif tinggi. Namun dampak dari masih rendahnya realisasi belanja tersebut, terutama belanja modal, akan memperlambat pertumbuhan ekonomi, mengingat investasi di Sulsel sebagian besar bersumber dari dana pemerintah.
Tabel 6.1. Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Sampai Dengan Triwulan IV-2008
62
Triwulan IV - 2008
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Bab 7
Outlook Kondisi Ekonomi dan Inflasi
7.1 Outlook Kondisi Makroregional Perlambatan kinerja perekonomian daerah secara tahunan pada triwulan IV-2008 diperkirakan karena akibat dari tekanan perekonomian global, yaitu melemahnya permintaan komoditas ekspor serta menurunnya tingkat harga beberapa komoditas di pasar internasional, serta relatif tingginya laju inflasi regional. Perlambatan pertumbuhan ekonomi tersebut diperkirakan masih akan berlanjut pada triwulan I-2009. Dari sisi penawaran, pada triwulan I-2009 diperkirakan terdapat tekanan pertumbuhan terutama pada sektor pertanian meski masih terdapat produktifitas namun besaran yang relatif terbatas. Perlambatan pertumbuhan di sektor ini relatif disebabkan oleh pengaruh kondisi cuaca yang kurang kondusif yang mempengaruhi kinerja subsektor tanaman bahan makanan dan perikanan. Dorongan pertumbuhan pada sektor ini diperkirakan masih berasal dari subsektor tanaman bahan pangan namun mengalami penurunan sumbangan pertumbuhan. Di sektor pertambangan dan penggalian, berhubung tingkat harga beberapa komoditas hasil pertambangan di pasar internasional mengalami penurunan serta melemahnya permintaan komoditas hasil tambang, diperkirakan akan mempengaruhi kinerja sektor ini. Dampak krisis global diperkirakan juga akan mempengaruhi kinerja sektor industri pengolahan. Kinerja industri pengolahan diperkirakan masih akan mengalami tekanan pertumbuhan khususnya pada subsektor makanan-minuman-tembakau, mengingat terdapat kecenderungan terjadi kenaikan harga bahan makanan seperti gandum yang digunakan sebagai bahan baku terigu. Dorongan pertumbuhan di sektor industri pengolahan diperkirakan oleh adanya peningkatan produktifitas subsektor industri pengolahan semen sehubungan dengan masih tingginya pembangunan infrastruktur di Sulsel, serta wilayah timur Indonesia. Hal tersebut tentunya akan berdampak pada pertumbuhan sektor bangunan. Selain itu, dorongan pertumbuhan sektor industri pengolahan diperkirakan juga diberikan oleh industri pengolahan kayu. Sektor perdagangan-hotel-restoran diperkirakan masih menjadi faktor penggerak pertumbuhan ekonomi di Sulsel, mengingat masih tingginya pola konsumsi masyarakat terhadap komoditas yang ada. Kondisi yang mendukung lainnya pada kinerja sektor perdagangan-hotel-restoran adalah maraknya perluasan pembangunan di masing-masing daerah kabupaten/kota sehingga diperkirakan mampu mendorong peningkatan volume
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan IV-2008
63
perdagangan antar kota. Selain itu, diperkirakan faktor pendorong pertumbuhan sektor ini karena adanya rencana pemberian stimulus pemerintah untuk mendorong konsumsi masyarakat. Sejalan dengan kondisi di sisi sektoral (penawaran), dari sisi permintaan, diperkirakan kinerja konsumsi masih akan menjadi motor penggerak perekonomian Sulsel pada triwulan I-2009, khususnya bersumber pada konsumsi rumah tangga dan pemerintah. Rencana stimulus pemerintah yang diberikan untuk mendorong konsumsi masyarakat diperkirakan akan mempengaruhi kinerja konsumsi. Selain itu, tekanan harga yang diperkirakan akan mengalami perlambatan sehubungan dengan penurunan harga BBM pada bulan Desember 2008 dan Januari 2009 akan mampu mendorong peningkatan konsumsi masyarakat. Kinerja investasi diperkirakan akan mengalami perlambatan sehubungan dengan dampak dari krisis global terhadap perekonomian Sulsel. Para pelaku usaha diperkirakan masih akan memperhitungkan risiko atas dampak krisis tersebut, sehingga cenderung masih akan menahan ekspansi usahanya. Nilai ekspor pada triwulan mendatang diperkirakan masih memberikan kontribusi positif, terutama pada subsektor ekspor antar propinsi, meski nilai ekspor antar negara diperkirakan akan mengalami penurunan. Penurunan ekspor antar negara tersebut sejalan dengan melemahnya kinerja sektor pertanian dan pertambangan. Dorongan pertumbuhan ekspor diperkirakan diberikan oleh industri pengolahan, khususnya semen. Pada triwulan mendatang, faktor-faktor yang perlu diwaspadai adalah kondisi cuaca yang diperkirakan masih kurang kondusif, serta meningkatnya aktifitas kegiatan politik sehubungan dengan akan diselenggarkannya PEMILU Legislatif yang akan diselenggarakan pada awal triwulan II-2009. Faktor-faktor tersebut relatif akan dapat memberikan dampak negatif terhadap terciptanya stabilitas perekonomian Sulsel.
Grafik 7.1. Perkembangan Indeks Ekspektasi Konsumen dan Komponennya Indeks Ekspektasi Konsumen Kondisi ekonomi 6 bulan yad Ekspektasi penghasilan 6 bulan yad Ketersediaan lapangan kerja 6 bulan yad
180 160 140 120 100 80 60 40 20
Sumber : Survey Konsumen Bank Indonesia Makassar
2006
64
Triwulan IV-2008
2007
2008
3
1 2
8 9 10 11 12
6 7
4 5
2 3
11 12 1
9 10
7 8
5 6
12 1 2 3 4
10 11
7 8 9
2009
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Berdasarkan alasan tersebut di atas dan dengan asumsi tidak ada kejadian yang cukup mengganggu proses kinerja pembangunan, maka diperkirakan perekonomian Sulsel pada triwulan mendatang, secara tahunan akan lebih rendah dibanding periode yang sama tahun sebelumnya (10,59%), namun sedikit tinggi dibanding pertumbuhan tahunan pada triwulan IV-2008 (4,83%). Laju inflasi pada triwulan I-2009 diperkirakan pada kisaran 5,1% ± 1% (y.o.y). Kondisi perkiraan tersebut sejalan dengan hasil survey konsumen yang dilakukan oleh Bank Indonesia Makassar yang cenderung menunjukkan sedikit peningkatan dibanding triwulan IV-2008.
7.2 Outlook Inflasi Laju inflasi di wilayah Sulawesi Selatan (Sulsel) pada tahun 2008 tercatat mengalami peningkatan dibandingkan laju inflasi tahun 2007. Peningkatan laju inflasi tersebut lebih disebabkan karena kenaikan harga BBM pada pertengahan triwulan II-2008, meski terjadi penurunan harga BBM pada bulan Desember 2008. Pada triwulan mendatang, dorongan inflasi diperkirakan masih akan terjadi pada kelompok bahan makanan, terutama untuk komoditas beras, tepung terigu dan ikan. Dorongan inflasi pada komoditas beras diperkirakan karena faktor stok beras yang relatif menipis sehubungan dengan terganggunya produktivitas sektor tanaman bahan makanan karena faktor cuaca. Kondisi cuaca tersebut relatif juga mempengaruhi pasokan ikan di pasaran. Adapun dorongan inflasi pada komoditas tepung terigu diperkirakan disebabkan karena adanya peningkatan harga gandum di pasar internasional yang merupakan bahan baku tepung terigu, selain tekanan dari kenaikan harga bahan baku terigu. Namun di sisi lain, dengan adanya penurunan BBM pada bulan Desember 2008 dan Januari 2009 tersebut, diperkirakan tekanan inflasi di kelompok bahan makanan dapat berkurang mengingat biaya transportasi relatif mengalami penurunan Selain itu tekanan tingkat harga CPO di pasar internasional yang cenderung melemah, diperkirakan akan mempengaruhi tingkat harga minyak goreng di pasar regional. Kondisi tersebut tentunya akan mempengaruhi laju inflasi di kelompok barang dan jasa lainnya. Di kelompok makanan jadi diperkirakan juga akan mengalami perlambatan sehubungan dengan melemahnya laju inflasi kelompok bahan makanan. Di kelompok sandang, laju inflasinya akan didorong oleh komoditi emas perhiasan mengingat tingkat harga emas di pasar internasional yang masih cenderung meningkat. Akibat tekanan harga pada komoditas-komoditas tersebut di atas di atas maka diperkirakan laju inflasi akan cenderung mengalami perlambatan. Pada triwulan mendatang laju inflasi tahunan diperkirakan masih lebih tinggi dibandingkan laju inflasi triwulan I-2008 (7,96%), namun lebih rendah dibanding laju inflasi triwulan IV-2008 (12,40%). Laju inflasi pada triwulan I-2009 diperkirakan pada kisaran 10,2% ± 1% (y.o.y).
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan IV-2008
65
Grafik 7.2. Indeks Ekspektasi Terhadap Harga-harga dalam 3 bulan y.a.d 200
Indeks perubahan harga umum 3 bulan yad
180
2 per. Mov. Avg. (Indeks perubahan harga 3b l d)
160 140 120 100 80 60 40 20
Sumber : Survey Konsumen Bank Indonesia Makassar
4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2006
2007
2008
2009
7.3. Prospek Perbankan Pada triwulan laporan, kinerja perbankan di Provinsi Sulawesi Selatan memperlihatkan peningkatan yang cukup signifikan dan diperkirakan pertumbuhan tersebut akan terus berlanjut seiring dengan perkembangan perekonomian daerah, meskipun terdapat tekanan dari dampak krisis global. Tingkat suku bunga Bank Indonesia (BI-rate) yang cenderung mengalami penurunan pada akhir triwulan IV-2008, diharapkan dapat mendorong penyaluran kredit/pembiayaan perbankan meskipun dari sisi simpanan, khususnya deposito, berpotensi untuk terus menurun. Namun demikian, kondisi tersebut menuntut perbankan daerah untuk lebih kreatif dalam memberikan jasa pelayanannya kepada masyarakat. Disamping itu, rencana stimulus pemerintah untuk mendorong peningkatan konsumsi masyarakat dan peningkatan anggaran pendapatan dan belanja pemerintah daerah relatif akan mendorong terjadinya peningkatan fungsi intermediasi perbankan.
66
Triwulan IV-2008
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
LAMPIRAN 1. Data Ekonomi Makro Tabel 1.a Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha Provinsi Sulawesi Selatan Atas Dasar Harga Konstan (Rp Miliar)
Tabel 1.b Produk Domestik Regional Bruto Menurut Penggunaan Provinsi Sulawesi Selatan Atas Dasar Harga Konstan (Rp Miliar)
2. Data Inflasi Tabel 2.a Laju Inflasi Kota Makassar Menurut Kelompok Pengeluaran (2007 = 100)
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan IV-2008
67
Tabel 2.b Perbandingan Indeks Harga Konsumen dan Inflasi Des 2008 Di Provinsi se-Sulampua
3. Data Perbankan Tabel 3.a. Uang Giral dan Kuasi (Bank Umum dan BPR) (Rp Miliar)
Tabel 3.b. Penghimpunan Dana dan Penyaluran Kredit Bank Umum (Rp Miliar)
Tabel 3.c. Penyaluran Kredit Menurut Jenis Penggunaan Bank Umum (Rp Miliar)
68
Triwulan IV-2008
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
4. Data Sistem Pembayaran Tabel 4.a. Aliran Uang Kartal di Depo KBI Makassar
Tabel 4.b. Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) (Rp Triliun)
Tabel 4.c. Transaksi Non Tunai via RTGS (Rp Triliun)
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan IV-2008
69