KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA TRIWULAN II TAHUN 2012
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Suhaedi : Kepala Perwakilan
Ferry F.F.M. Parera Eko Siswantoro Savetri Lihanara Farley Piga Jeany J. Legoh Dicky F. Tarigan Berthy L.M. Ruhukail Syamsul Bahri Teguh D. Prasetyo Curie Rantung
: Deputi Kepala Perwakilan : Kepala Tim Ekonomi Moneter : Kepala Tim Pengawasan Bank : Analis : Analis : Pengawas Bank : Pengawas Bank : Kepala Unit Layanan Nasabah dan Penyelenggara Kliring : Kepala Unit Operasional Kas : Kepala Unit Sumber Daya Manusia
Softcopy buku ini dapat di-download dari DIBI (Data dan Informasi Bisnis Indonesia) di website Bank Indonesia dengan alamat http://www.bi.go.id
Halaman ini sengaja dikosongkan
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA TRIWULAN I TAHUN 2012
Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, yang telah melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sulawesi Utara Triwulan II 2012 dapat selesai disusun dan dipublikasikan kepada stakeholders Bank Indonesia. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sulawesi Utara diterbitkan secara periodik setiap triwulan sebagai wujud peranan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara dalam memberikan informasi kepada stakeholders tentang perkembangan ekonomi Sulawesi Utara terkini serta prospeknya. Kami berharap informasi yang kami sajikan ini dapat menjadi salah satu referensi atau acuan dalam proses diskusi atau proses pengambilan kebijakan berbagai pihak terkait. Dalam proses penyusunan Kajian Ekonomi Regional ini, kami menggunakan data yang diperoleh dari berbagai pihak, yakni instansi di lingkungan Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara, Badan Pusat Statistik, pelaku usaha, laporan perbankan serta data hasil analisis intern Bank Indonesia dan sumber-sumber lain yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu. Untuk itu kepada para pihak tersebut, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dan semoga hubungan yang telah terjalin erat selama ini dapat ditingkatkan di masa yang akan datang. Kami juga menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam penyusunan kajian ini ataupun terdapat penyajian data yang kurang tepat, oleh karena itu kami senantiasa mengahapkan kritikan dan masukan membangun demi penyempurnaan di masa yang akan datang. Akhirnya besar harapan kami mudah-mudahan laporan triwulanan ini dapat bermanfaat bagi semua kalangan dalam memahani perekonomian Sulawesi Utara. Terima Kasih.
Manado,
Agustus 2012
KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI UTARA ttd Suhaedi Direktur
iii
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA TRIWULAN I TAHUN 2012
Daftar Isi KATA PENGANTAR
halaman iii
DAFTAR ISI
halaman iv
RINGKASAN EKSEKUTIF
halaman 1
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO
halaman 9
Sisi Permintaan
halaman 9
Sisi Penawaran
halaman 15
Boks 1: Pemetaan Sektor dan Komoditas Unggulan Sulawesi Utara dalam
Halaman 26
Menciptakan Pertumbuhan Ekonomi Inklusif Dan Berkesinambungan PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
halaman 33
Inflasi Tahunan (yoy)
halaman 34
Inflasi Triwulanan (qtq)
halaman 34
Inflasi Bulanan (mtm)
halaman 35
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Inflasi
halaman 38
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
halaman 45
Struktur Aset Perbankan Sulawesi Utara
halaman 45
Perkembangan Kantor Bank
halaman 46
Perkembangan Bank Umum Konvensional
halaman 46
Stabilitas Sistem Perbankan
halaman 53
Perkembangan Perbankan Syariah
halaman 56
Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat
halaman 57
PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
halaman 61
Struktur Dana Perimbangan di Sulawesi Utara
halaman 61
APBD di Tingkat Provinsi
halaman 62
Boks 2: Dukungan Pemerintah Daerah Dalam
Halaman 66
Mendorong Dunia Usaha di Kota Manado PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
halaman 71
Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai
halaman 71
Perkembangan Alat Pembayaran Non Tunai
halaman 75
PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
halaman 79
Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah
halaman 79
Perkembangan Kesejahteraan Masyarakat
halaman 82
iv
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA TRIWULAN I TAHUN 2012
PROSPEK PEREKONOMIAN
halaman 89
Prospek Ekonomi Makro
halaman 89
Prakiraan Inflasi
halaman 95
Prospek Perbankan
Halaman 98
Daftar Istilah dan Singkatan
halaman 101
v
Halaman ini sengaja dikosongkan
RINGKASAN EKSEKUTIF
Halaman ini sengaja dikosongkan
RINGKASAN EKSEKUTIF
RINGKASAN EKSEKUTIF Perkembangan Makro Ekonomi Regional Memasuki tahun 2012, kinerja perekonomian Sulawesi Utara mengalami pertumbuhan sebesar 7,47% (yoy)...
Memasuki pertengahan tahun 2012, kinerja perekonomian Sulawesi Utara mengalami pertumbuhan sebesar 7,47% (yoy), meningkat dibandingkan pertumbuhan pada yang sama tahun sebelumnya 7,14% (yoy) serta masih lebih tinggi dibandingkan rata-rata pertumbuhan selama 6 tahun terakhir sebesar 7,12%. Beberapa faktor yang menjadi pendorong pertumbuhan pada triwulan laporan diantaranya peningkatan beberapa sumber pendapatan masayarakat seperti realisasi gaji baru di kalangan PNS/TNI/POLRI beserta pembayaran rapel kenaikan sebesar 10%, realisasi tunjangan tambahan penghasilan pegawai, serta realisasi dana tunjangan sertifikasi dan non-sertifikasi guru. Pertambahan tersebut telah mendorong kegiatan konsumsi masyarakat di sisi permintaan dan juga mendorong kinerja sektor perdagangan di sisi penawaran. Perkembangan Inflasi
Kestabilan harga Kota Manado sampai dengan akhir triwulan II 2012 cukup terjaga
Kestabilan harga Kota Manado sampai dengan akhir triwulan II 2012 cukup terjaga, tercermin dari tingkat inflasi yang berada dibawah tingkat inflasi nasional dan Zona Sulampua. Pada akhir triwulan II 2012 inflasi Kota Manado tercatat sebesar 3,73% (yoy), lebih rendah dibandingkan inflasi nasional yang tercatat sebesar 4,53% (yoy) dan tingkat inflasi Zona Sulampua yang tercatat sebesar 4,15% (yoy) serta lebih rendah dibandingkan tingkat inflasi Kota Manado periode yang sama tahun lalu tercatat sebesar 5,15% (yoy). Namun demikian, terjadi peningkatan laju inflasi apabila dibandingkan triwulan lalu
yang
tercatat sebesar 0,95% (yoy). Secara bulanan, tekanan inflasi Kota Manado sepanjang triwulan II-2012 menunjukkan fluktuasi
Secara bulanan, tekanan inflasi Kota Manado sepanjang triwulan II2012 menunjukkan fluktuasi yang terutama dipengaruhi faktor seasonal. Pada April 2012 Kota Manado tercatat mengalami inflasi 1,63% (mtm), kemudian terkoreksi kebawah cukup tajam pada Mei 2012 sebesar -0,84% (mtm). Pada akhir triwulan II 2012 tekanan inflasi Kota Manado kembali terakselerasi yang terutama didorong faktor
meningkatnya aktivitas
konsumsi seiring perayaan hari 1
RINGKASAN EKSEKUTIF
pengucapan syukur dan musim liburan sekolah sehingga tercatat mengalami inflasi sebesar 0,5% (mtm). Secara akumulasi, tingkat inflasi Kota Manado sampai dengan Juni 2012 tercatat 2,89% (ytd), lebih tinggi dibandingkan tahun lalu, yang justru mencatat deflasi sebesar -0,14% (ytd). Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya, tekanan Inflasi secara tahunan terutama didorong oleh...
Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya, tekanan Inflasi secara tahunan terutama didorong oleh meningkatnya tekanan kelompok bahan makanan yang harganya bergejolak (volatile foods) dan kelompok administered price. Sementara itu, kelompok inti (core inflation) mengalami inflasi pada level moderat. Perkembangan Perbankan Daerah
Kinerja perbankan Sulawesi Utara terus menunjukkan perkembangan yang baik....
Kinerja perbankan Sulawesi Utara terus menunjukkan perkembangan yang
baik
sebagaimana
tercermin
dari
meningkatnya
fungsi
intermediasi perbankan serta terjaganya risiko kredit. Pada triwulan II 2012 aset perbankan Sulut tumbuh lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan lalu tercatat sebesar
23,55% (yoy),
sejalan dengan
meningkatnya laju pertumbuhan kredit yang tercatat sebesar 21,54% (yoy). Dari sisi penghimpunan dana, Dana Pihak Ketiga (DPK) juga mencatat pertumbuhan positif meski melambat dibandingkan triwulan sebelumnya sehingga tercatat sebesar 21,95% (yoy). Dengan demikian Loan to Deposit Ratio (LDR) perbankan di Sulawesi Utara berada pada level 113,92% di akhir triwulan II 2012. Beberapa aspek yang mencerminkan stabilitas sistem perbankan seperti aspek risiko kredit, risiko likuiditas, risiko pasar...
Beberapa aspek yang mencerminkan stabilitas sistem perbankan seperti aspek risiko kredit, risiko likuiditas, risiko pasar dan indikator lainnya relatif terkendali. Non Performing Loans (NPLs) relatif terjaga berada pada nilai dibawah batas ketentuan BI yaitu dibawah 5%.
Perkembangan Keuangan Daerah (APBD) Dukungan fiskal daerah terhadap perekonomian khususnya yang berasal dari APBD Provinsi Sulawesi Utara pada tahun 2012 semakin baik....
Dukungan fiskal daerah terhadap perekonomian khususnya yang berasal dari APBD Provinsi Sulawesi Utara pada tahun 2012 semakin baik. Hal ini sebagaimana tercermin dari peningkatan alokasi belanja, khususnya belanja modal yang meningkat
2
57,23% dibandingkan
RINGKASAN EKSEKUTIF
alokasi pada tahun 2011. Namun demikian, realisasi belanja, baik belanja modal maupun belanja operasional pada triwulan II-2012 mengalami perlambatan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Sementara itu, dari sisi pendapatan daerah, pencapaian secara keseluruhan pada triwulan II-2012 mencapai 54,98%, lebih tinggi dibandingkan realisasi pada triwulan yang sama tahun lalu sebesar 51,04%. Realisasi konsumsi pemerintah memiliki pangsa sebesar 4,76% terhadap PDRB harga berlaku Provinsi Sulawesi Utara di triwulan II-2012...
Realisasi konsumsi pemerintah memiliki pangsa sebesar 4,76% terhadap PDRB harga berlaku Provinsi Sulawesi Utara di triwulan II2012, sedangkan realisasi belanja modal hanya memiliki pangsa sebesar 0,45%. Tingginya pangsa konsumsi pemerintah tercermin dari kinerja konsumsi dalam struktur perekonomian Sulawesi Utara memiliki kontribusi besar dalam PDRB. Sementara itu, dampak realisasi APBD Provinsi terhadap perkembangan uang beredar sampai dengan posisi 30 Juni 2012 masih relatif minimal, hal ini tercermin dari kondisi surplus yang berarti jumlah realisasi pendapatan pemerintah lebih besar dibandingkan realisasi pengeluaran (belanja pemerintah).
Perkembangan
Ketenagakerjaan
Daerah
&
Kesejahteraan
Masyarakat Kondisi ketenagakerjaan di Sulawesi Utara pada triwulan II 2012 menunjukkan perkembangan yang menggembirakan....
Kondisi ketenagakerjaan di Sulawesi Utara pada triwulan II 2012 menunjukkan perkembangan yang menggembirakan, ditandai oleh membaiknya
berbagai indikator
ketenagakerjaan
pada
periode
laporan. Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) KPwBI Provinsi Sulawesi
Utara
menunjukkan
terjadinya
penurunan
tingkat
pengangguran, terindikasi dari nilai positif Saldo Bersih Tertimbang (SBT) penggunaan tenaga kerja oleh dunia usaha Sulawesi Utara pada triwulan II 2012. Selanjutnya, Survei Konsumen (SK) yang dilakukan oleh KPwBI Provinsi Sulut menunjukkan masyarakat Sulawesi Utara masih optimis terhadap ketersediaan lapangan kerja yang ditunjukkan oleh berlanjutnya tren peningkatan indeks ketersediaan lapangan kerja pada periode laporan. Hasil liaison yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut ke sejumlah perusahaan di Sulut pada berbagai sektor, diperoleh informasi bahwa perusahaan tidak 3
RINGKASAN EKSEKUTIF
akan melakukan pengurangan tenaga kerja pada tahun 2012. Sejalan dengan hasil survei KPwBI Provinsi Sulut, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Provinsi Sulawesi Utara menunjukkan penurunan secara konstan selama beberapa tahun terakhir.. Sementara itu, tingkat kesejahteraan masyarakat di Sulawesi Utara...
Sementara itu, tingkat kesejahteraan masyarakat di Sulawesi Utara juga diperkirakan terus meningkat. Kondisi ini ditandai oleh kenaikan indeks penghasilan dan ekspektasi penghasilan masyarakat Sulut hasil Survei Konsumen Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara serta Nilai Tukar Petani (NTP) yang masih berada pada level optimis dan pada periode laporan, sejalan dengan turunnya tingkat kemiskinan.
Perkembangan Sistem Pembayaran Selama triwulan II-2012, nilai transaksi sistem pembayaran baik tunai maupun non tunai (kliring) di Sulawesi Utara menunjukkan peningkatan...
Selama triwulan II-2012, nilai transaksi sistem pembayaran baik tunai maupun
non
tunai
(kliring)
di
Sulawesi
Utara
menunjukkan
peningkatan. Perkembangan aliran uang kartal di Sulawesi Utara pada triwulan II-2012 mengalami peningkatan net outflow, kondisi ini mengindikasikan bahwa kebutuhan masyarakat akan uang tunai untuk transaksi pada triwulan II-2012 mengalami kenaikan yang bertepatan dengan kebutuhan memasuki tahun ajaran baru,
serta kebutuhan
selama musim liburan sekolah. Sementara itu, sistem pembayaran nontunai melalui kliring dan Bank Indonesia - Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) pada triwulan laporan juga mengalami sedikit peningkatan baik secara nominal maupun volume.
Outlook Pertumbuhan Ekonomi Kinerja perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan III-2012 diperkirakan tumbuh pada kisaran 7,42% - 7,82% (yoy)...
Kinerja
perekonomian
Sulawesi
Utara
pada
triwulan
III-2012
diperkirakan tumbuh pada kisaran 7,42% - 7,82% (yoy). Beberapa faktor yang mendorong laju pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara pada triwulan III-2012 diantaranya adalah peningkatan sumber pendapatan masyarakat seperti pencairan gaji ke-13 dan Tunjangan Hari Raya (THR) yang bertepatan dengan beberapa event musiman
4
RINGKASAN EKSEKUTIF
yakni liburan sekolah, perayaan pengucapan syukur, dan hari raya Idul Fitri. Selain itu, pembangunan proyek pemerintah dan swasta juga turut berkontribusi terhadap pencapaian pertumbuhan ekonomi Sulut triwulan III-2012.
Outlook Inflasi Laju inflasi Kota Manado pada triwulan III 2012 diperkirakan akan mengalami sedikit peningkatan, yakni berada)...
Laju inflasi Kota Manado pada triwulan III 2012 diperkirakan akan mengalami sedikit peningkatan, yakni berada pada kisaran 4,84%±1% (yoy). Dari sisi fundamental, tekanan inflasi relatif terjaga didukung oleh melandainya harga global komoditas internasional dan masih memadainya kapasitas produksi seiring dengan pertumbuhan investasi, ditengah peningkatan permintaan domestik. Namun demikian, terdapat faktor risiko internal dan eksternal yang dapat memberikan tekanan inflasi fundamental pada triwulan depan, diantaranya tendensi kenaikan ekspektasi masyarakat Sulut dan kenaikan harga komoditas gula pasir terkait kebijakan pembatasan peredaran gula pasir.
Dari sisi non fundamental, perkembangan inflasi volatile food secara umum pada triwulan III 2012 relatif terkendali
Dari sisi non fundamental, perkembangan inflasi volatile food secara umum pada triwulan III 2012 relatif terkendali. Sementara itu, tekanan inflasi kelompok administered price pada triwulan III 2012 diperkirakan akan meningkat yang terutama dipengaruhi
kenaikan ongkos
angkutan udara dan rencana penyesuaian harga gas industri pada September 2012 sebesar 35%.
Outlook Perbankan Fungsi intermediasi perbankan pada triwulan III 2012 diperkirakan akan terus meningkat dalam mendukung pembiayaan perekonomian Sulut disertai dengan stabilitas perbankan yang terjaga..
Fungsi intermediasi perbankan pada triwulan III 2012 diperkirakan akan terus meningkat dalam mendukung pembiayaan perekonomian Sulut disertai dengan stabilitas perbankan yang terjaga. Dari sisi kredit, hasil rekapitulasi Rencana Bisnis Bank (RBB) 2012 menunjukkan optimisme
perbankan Sulawesi Utara untuk terus meningkatkan
pertumbuhan penyaluran kreditnya pada kisaran 36% (yoy). Untuk mencapai target tersebut, perbankan akan lebih fokus pada usahausaha yang merupakan potensi daerah dan melakukan peningkatan pelayanan serta perbaikan infrastruktur kredit. Berdasarkan jenis usahanya, estimasi pertumbuhan baki debit kredit terutama terjadi 5
RINGKASAN EKSEKUTIF
pada kredit menengah yang diperkirakan tumbuh pada kisaran 45% (yoy). Selanjutnya diikuti oleh pertumbuhan baki debit kredit kecil dan mikro yang diperkirakan tumbuh masing-masing sebesar 37% (yoy) dan 26% (yoy). Dari sisi penghimpunan dana, pertumbuhan yang ditargetkan perbankan di Sulawesi Utara mencapai sekitar 41% (yoy).
Dari sisi penghimpunan dana, pertumbuhan yang ditargetkan perbankan di Sulawesi Utara mencapai sekitar 41% (yoy). Tingginya target pertumbuhan ini dapat dicapai dengan menerapkan berbagai upaya diantaranya mempertahankan nasabah yang telah ada dan menjaring nasabah baru melalui penambahan jumlah karyawan, kantor cabang dan fitur-fitur dalam mengoptimalkan kemudahan bertransaksi.
Kebijakan Bank Indonesia untuk mempertahankan suku bunga acuannya (BI rate) sebesar 5,75% pada triwulan III 2012 diperkirakan memberikan dampak..
Kebijakan Bank Indonesia untuk mempertahankan suku bunga acuannya (BI rate) sebesar 5,75% pada triwulan III 2012 diperkirakan memberikan dampak pada penambahan
kapasitas perekonomian
Provinsi Sulawesi Utara melalui transmisi suku bunga perbankan yang pada tahap selanjutnya akan memberikan dampak pada membaiknya fungsi intermediasi perbankan ditandai dengan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Provinsi Sulawesi Utara pada periode laporan yang mencerminkan bahwa perbankan tidak memiliki wacana untuk menaikkan suku bunga perbankan pada triwulan mendatang.
6
BAB I
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO
Halaman ini sengaja dikosongkan
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO Memasuki pertengahan tahun 2012, kinerja perekonomian Sulawesi Utara mengalami pertumbuhan sebesar 7,47% (yoy), meningkat dibandingkan pertumbuhan pada yang sama tahun sebelumnya 7,14% (yoy) serta masih lebih tinggi dibandingkan rata-rata pertumbuhan selama 6 tahun terakhir sebesar 7,12%. Beberapa faktor yang menjadi pendorong pertumbuhan pada triwulan laporan diantaranya peningkatan beberapa sumber pendapatan masayarakat seperti realisasi gaji baru di kalangan PNS/TNI/POLRI beserta pembayaran rapel kenaikan sebesar 10%, realisasi tunjangan tambahan penghasilan pegawai, serta realisasi dana tunjangan sertifikasi dan non-sertifikasi guru. Pertambahan tersebut telah mendorong kegiatan konsumsi masyarakat di sisi permintaan dan juga mendorong kinerja sektor perdagangan di sisi penawaran. Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Sulawesi Utara (yoy) 9
PDRB
Rata-rata PDRB
avg = 7,12%
8
7,14
7,47
7 6 5 4 3 2 1
0 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
1.1 SISI PERMINTAAN Dari sisi permintaan, kegiatan perekonomian selama triwulan II 2012 terutama ditopang oleh aktivitas konsumsi, investasi dan membaiknya kinerja ekspor. Kegiatan konsumsi, baik konsumsi swasta maupun pemerintah masih mengalami pertumbuhan positif. Pertumbuhan kinerja konsumsi diantaranya bersumber dari kenaikan pendapatan masyarakat seperti realisasi gaji baru beserta pembayaran rapel kenaikan sebesar 10%, realisasi tunjangan tambahan penghasilan pegawai, serta realisasi dana tunjangan sertifikasi dan non-sertifikasi guru telah berdampak terhadap peningkatan aktivitas konsumsi masyarakat. Pertumbuhan positif pada investasi didorong oleh aktivitas pembangunan baik yang bersumber dari realisasi proyek fisik pemerintah maupun swasta. Sementara itu, kinerja ekspor di triwulan II 2012 juga tercatat
9
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO
mengalami pertumbuhan positif yang ditandai dengan peningkatan ekspor komoditi unggulan Sulawesi Utara khususnya produk kelapa dan turunannya. Tabel 1.1. Pertumbuhan Provinsi Sulawesi Utara Menurut Penggunaan (% yoy) Jenis Penggunaan
Q1 5,48 4,62 7,12 11,64 10,16 9,02 9,42 6,99
Konsumsi Konsumsi Swasta Konsumsi Pemerintah PMTB Stok Ekspor Impor PDRB
Sumb 3,78 2,09 1,69 2,51 0,10 4,36 3,77 6,99
Q2 6,92 6,06 8,58 13,90 1,48 -1,46 -1,75 7,14
2011 Sumb Q3 4,42 7,34 2,54 7,47 1,87 6,37 2,80 15,87 0,02 25,31 -0,75 -16,58 -0,65 -19,62 7,14 7,73
Sumb 4,47 3,09 1,37 3,73 0,42 -7,93 -7,04 7,73
Q4 8,13 8,21 8,00 16,73 18,79 6,19 10,95 8,30
Sumb 5,18 3,29 1,89 3,74 0,31 2,97 3,90 8,30
Q1 4,44 3,62 6,00 10,23 13,00 4,60 0,64 7,46
2012 Sumb Q2 2,98 5,21 1,59 4,15 1,39 7,25 2,29 12,80 0,13 -25,68 2,31 16,58 0,26 18,06 7,46 7,47
Sumb 3,29 1,73 1,57 2,73 -0,38 7,92 6,10 7,47
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara
1.1.1 Konsumsi Kegiatan
Grafik 1.2. Perkembangan Pertumbuhan Konsumsi 12
selama
triwulan
II
2012
mengalami pertumbuhan positif sebesar 5,21%
Konsumsi
(yoy) dengan kontribusi sebesar 3,29% terhadap
Rata-rata Konsumsi
10
konsumsi
laju pertumbuhan ekonomi. Kinerja konsumsi pada
8 6
triwulan
4
laporan
tercatat
lebih
rendah
dibandingkan peridoe yang sama tahun lalu.
2
Namun demikian masih lebih tinggi dibandingkan
0 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 -2
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
rata-rata pertumbuhan konsumsi selama 6 tahun (4,95%) sebagaimana ditunjukkan pada grafik1.2.
Sumber: BPS Provinsi Sulut, diolah
Kenaikan yang terjadi pada beberapa sumber pendapatan masyarakat telah berdampak terhadap peningkatan aktivitas konsumsi masyarakat. Kinerja konsumsi swasta yang tumbuh 4,15% pada triwulan laporan salah satunya terindikasi melalui Indeks Ekonomi Saat Ini (IEK) berdasarkan hasil Survei Konsumen (SK) di Kota Manado pada triwulan II 2012. Sebagaimana terlihat
pada
grafik 1.3, pada akhir triwulan laporan (Juni 2012)
IEK
mencapai
dilihat
80 60
June
May
Apr
Mar
Feb
Jan
Dec
Nov
2011
Oct
indeks
100
Sep
nilai
120
Aug
positifnya
140
Jul
dari
160
Jun
tercermin
Kondisi Ekonomi Saat Ini
May
ini
Pembelian Barang Tahan Lama
Ketersediaan Lap. Kerja
Apr
konsumen terhadap kondisi perekonomian saat
Penghasilan Saat Ini
Mar
optimisme
180
Feb
komponennya,
Jika
200
Jan
berdasarkan
121,83.
Grafik 1.3. Indeks Ekonomi Saat Ini
2012
Sumber: Survei Konsumen (SK), Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara.
komponen penyusun Indeks Ekonomi Saat Ini yang meliputi Indeks Penghasilan Saat Ini (125) dan Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja (144,5). Hal ini menunjukkan bahwa kondisi usaha 10
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO
yang semakin membaik berdampak terhadap penyerapan tenaga kerja yang lebih besar, yang selanjutnya mendorong kenaikan penghasilan masyarakat, dan naiknya konsumsi rumah tangga. Dibandingkan pencapaian periode yang sama tahun sebelumnya, maka kinerja kegiatan
Grafik 1.4. Indeks Nilai Tukar Petani Per Sub-Sektor 115
NTP
konsumsi selama triwulan laporan tercatat
110
mengalami sedikit perlambatan. Salah satu
Bts Min Sejahtera
105
Pangan
dapat
100
Holtikultura
dikonfirmasi melalui memburuknya daya beli
95
Perkebunan
petani. Hal ini tercermin dari penurunan Nilai
90
penyebab
perlambatan
tersebut
Tukar Petani (NTP) sebesar 2,07% dari 103,44
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 2009
2010
2011
2012
Peternakan
Perikanan
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
pada triwulan II 2012 menjadi 101,30 pada triwulan laporan. Penurunan terjadi pada seluruh subsektor. Sementara itu, sub sektor yang masih berada dibawah batas minimum sejahtera adalah subsektor holtikultura dan perikanan sebagai dampak turunnya produksi akibat gangguan cuaca yang tidak menentu. Namun demikian, dalam Indeks NTP yang ditunjukan pada grafik 1.4, sepanjang tahun 2009 sampai akhir triwulan I-2012 NTP Sulawesi Utara selalu berada dalam kategori sejahtera (indeks > 100). Selanjutnya, pertumbuhan positif kegiatan konsumsi selama triwulan laporan juga dapat dikonfirmasi melalui penjualan kendaraan roda empat di wilayah Kota Manado yang mengalami kenaikan sebagaimana data yang disajikan oleh salah satu dealer utama penjualan kendaraan roda empat di Kota Manado dan Kota Kotamobagu. Selama triwulan II 2012 penjualan kendaraan roda dua mengalami terus mengalami pertumbuhan positif 4,80% (yoy). Adanya peningkatan penghasilan pada triwulan laporan direspon oleh masyarakat dengan melakukan pembelian barang dan jasa khususnya pembelian barang tahan lama. Sementara itu, data penyaluran kredit konsumsi oleh perbankan Sulut tetap menunjukkan pertumbuhan positif, meskipun melambat apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Pada Juni 2012, kredit konsumsi yang berhasil disalurkan bank umum mencapai Rp8.869 miliar, atau tumbuh sebesar 16,20% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat hanya tumbuh 13,80% (yoy).
11
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO
Grafik 1.6. Perkembangan Kredit Konsumsi Bank Umum
Grafik 1.5. Perkembangan Penjualan Kendaraan Roda Empat Total Sales (Unit) - left axis
1400
gSales (% yoy) - right axis
70
1000 800
8.000
40
7.000
20
400 200 0
Q1
Q2
Q3
2010
Q4
Q1
Q2
Q3
2011
Q4
Q1
2.000
-10
1.000
Sementara itu, kinerja konsumsi pemerintah pada
20
15
4.000
0
Sumber : Dealer utama penjualan kendaraan roda empat
25
5.000
3.000
2012
30
6.000
10
Q2
35
gKredit_Konsumsi (% yoy) - right axis
9.000
50
30 600
Kredit_Konsumsi (Rp miliar) - left axis
10.000
60
1200
10 5
-
0 Q1
Q2
Q3
2010
Q4
Q1
Q2
Q3
2011
Q4
Q1
Q2
2012
Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara
triwulan II 2012 juga tumbuh positif sebesar 7,25% (yoy), dengan sumbangan sebesar 1,57% (yoy). Pertumbuhan konsumsi pemerintah lebih banyak didorong oleh realisasi belanja pegawai sebagai respon atas pencairan rapel kenaikan gaji dan tunjangan PNS lainnya yang direalisasikan pada triwulan II 2012. Hingga triwulan II 2012, realisasi belanja pegawai Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara tercatat Rp217,98 miliar atau mencapai 40,38% dari total yang dianggarkan dalam APBD 2012. Poroporsi belanja pegawai juga merupakan proporsi terbesar (43,13%) pada komponen belanja operasional Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara pada APBD 2012. 1.1.2 Investasi Pada triwulan II 2012, investasi di Sulawesi Utara mengalami pertumbuhan positif sebesar 12,80% (yoy) dengan kontribusi sebesar 2,73% terhadap total pertumbuhan ekonomi Sulut. Pencapaian ini masih sedikit lebih rendah apabila dibandingkan dengan kinerja investasi pada triwulan yang sama tahun lalu yang tumbuh 13,90% dengan kontribusi sebesar 2,80%. Faktor pendorong pertumbuhan kinerja investasi pada triwulan II 2012 diantaranya bersumber dari dimulainya realisasi proyek fisik pemerintah maupun swasta. Salah satu indikator yang dapat menunjukkan pertumbuhan positif kinerja investasi adalah hasil Survei Penjualan Eceran (SPE) yang memperlihatkan kenaikan indeks penjualan bahan konstruksi sebesar 38,87% (yoy) dari 131,30 pada April 2012 menjadi 182,47 pada April 2012. Sementara itu, dari sisi pembiayaan, peran perbankan dalam penyaluran untuk kegiatan investasi pada triwulan laporan tercatat mengalami perlambatan. Sampai akhir triwulan II 2012, jumlah kredit investasi tercatat sebesar Rp2.465 miliar atau tumbuh 21,44% (yoy), melambat dibandingkan pertumbuhan triwulan II 2011 sebesar 103,41% (yoy).
12
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO
Grafik 1.7. Perkembangan Indeks Penjualan Eceran Indeks Bahan konstruksi
Grafik 1.8. Perkembangan Kredit Investasi Bank Umum
gBahan konstruksi (%) -right axis
1,600
700
1,400
600
1,200
500 400
1,000
300
800
200
600
100 0
200
-100
0
-200
Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nop Jan Mar Mei Jul Sep Nop Jan Mar
400
2009
2010
2011
140
gKredit_Investasi (% yoy) - right axis 120
2,500
100
2,000
80 1,500
60 1,000
40
500
20
-
0 Q1
Q2
2012
Q3
Q4
Q1
Q2
2010
Q3
Q4
Q1
2011
2012
Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara
Sumber : Survei Penjualan Eceran, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara
1.1.3 Ekspor
Kredit_Investasi (Rp miliar) - left axis
3,000
Impor
Kinerja ekspor Sulawesi Utara pada triwulan II 2012
Grafik 1.9. Perkembangan Arus Ekspor Luar Negeri
mengalami pertumbuhan positif sebesar 16,57% (yoy)
EksporLN (Ton) - left axis
dan tercatat memberikan sumbangan terbesar dengan
180.000
kontribusi sebesar 7,92% terhadap total pertumbuhan
140.000
ekonomi Sulut. Indikasi pertumbuhan positif kinerja
100.000
gEkspor (% yoy) - right axis 200
160.000
150
120.000
100 50
80.000
ekspor Sulut disumbang melalui perdagangan antar negara. Berdasarkan data yang diperoleh dari PT. Pelindo (Persero) Bitung, volume ekspor luar negeri
60.000
0
40.000
-50
20.000 0
-100 Q1
Q2
Q3
2010
Sulawesi Utara selama triwulan II 2012 tercatat sebanyak
114.497 ton atau meningkat
Q4
Q1
Q2
Q3
2011
Q4
Q1
Q2
2012
Sumber : PT. Pelindo (persero) Bitung, diolah
sebesar
79,98% (yoy). Jika dilihat berdasarkan sektor usahanya, kinerja ekspor luar negeri Sulut terutama disumbang oleh ekspor dari sektor industri dengan pangsa sebesar 97%, sisanya merupakan ekspor hasil sektor pertanian. Sementara itu berdasarkan jenisnya, komoditi utama ekspor luar negeri pada triwulan II 2012 terutama didominasi dalam bentuk Lemak dan Minyak Hewani dengan pangsa mencapai 78% kemudian ikan & udang dengan pangsa mencapai 9%, sisanya dalam bentuk daging olahan dan ikan olahan (6%), ampas/sisa industri (4%), berbagai produk kimia (2%) dan produk lainnya (1%).
13
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO
Grafik 1.10. Pangsa Sektor Utama Ekspor Sulut Pertanian 3%
Grafik 1.11. Pangsa Komoditi Utama Ekspor Sulut
Pertambangan 0%
Daging&Ikan Olah 6%
Ampas 4%
Produk Kimia 2%
Lainnya 1%
Ikan 9%
Industri 97%
Minyak 78%
Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah
Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah
Komposisi negara tujuan ekspor Sulut sampai dengan triwulan II 2012 mengalami pergeseran bila dibandingkan periode yang sama tahun 2011. Negara tujuan utama ekspor Sulut sampai dengan triwulan laporan adalah Belanda (35,26%), Cina (17,63%), Amerika Serikat (16,06%), Korea Selatan (11,06%), dan Singapura (2,07%). Sedangkan triwulan II 2011 negara tujuan ekspor utama Sulut adalah Amerika Serikat (25,41%), Amerika Serikat (25,41%), Belanda (20,61%), dan Korea Selatan (19,37%). Grafik 1.12. Negara Tujuan Ekspor Jan-Jun 2011 Filipina Jepang 0,00% 3,02% Singapura 0,08%
Grafik 1.13. Negara Tujuan Ekspor Jan-Jun 2012 Jepang 4,54%
Lainnya 13,98%
Filipina 4,74%
Belanda 20,61%
Lainnya 8,64%
Belanda 35,26%
Singapura 2,07% Korea Selatan 19,37%
Cina 17,53%
Korea Selatan 11,06% Amerika Serikat 16,06%
Amerika Serikat 25,41%
Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah
Cina 17,63%
Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah
Sementara itu, Sulawesi Utara pada triwulan II 2012 mengalami pertumbuhan impor sebesar 18,06% (yoy) atau lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mencatat pertumbuhan
negatif
1,75%
(yoy).
Peningkatan
ini
menunjukkan
bahwa
tingkat
ketergantungan Sulawesi Utara terhadap negara/daerah lain masih tinggi. Peningkatan impor luar negeri antara lain dapat dikonfirmasi dengan data nilai impor selama triwulan laporan yang tercatat USD 49,90 juta atau naik 319,3% (yoy) dibanding periode yang sama tahun lalu. Tabel 1.2. Impor Sulut (Juta USD) Uraian Total Impor (Juta USD)
2011 Q1
64,76
Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah
14
Q2
11,90
2012 Q3
21,30
Q4
46,40
Growth (yoy)
Q1
Q2
17,60
49,90 319,3%
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO
Berdasarkan jenisnya, kegiatan impor luar negeri pada triwulan laporan didominasi oleh impor barang modal dengan pangsa sebesar 55%, sisanya sebesar 26% berupa bahan baku dan 19% berupa impor barang konsumsi. Sementara berdasarkan komoditinya, impor komoditas kapal laut merupakan komoditi impor terbanyak dengan pangsa 36% dari total nilai impor. Beberapa komoditas impor Sulut lainnya diantaranya mesin-mesin, gandum-ganduman, dan besi baja dengan pangsa berturut-turut 19%, 17% dan 10%. Grafik 1.14. Pangsa Jenis Barang Impor Sulut Bahan Baku 26%
Grafik 1.15. Pangsa Komoditi Utama Ekspor Sulut
Peralatan Listrik 3%
Lainnya 15%
Gandumganduman 17%
Besi&Baja 10%
Barang Modal 55%
Barang Konsumsi 19%
Kapal laut 36%
Mesin-mesin 19%
Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah
Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah
Berdasarkan negara asal barangnya, barang impor sampai dengan Juni 2012 lebih dominan didatangkan dari negara Cina (31%), Malaysia (20%), Thailand (18%), Australia (12%), Jepang dan Taiwan masing-masing sebesar 4%. Hal ini sejalan dengan komoditi impor pada triwulan II 2012 yang didominasi oleh barang modal dan bahan baku untuk penyelesaian proyek. Grafik 1.16. Negara Asal Impor Jan-Jun 2011 Thailand Cina 9% 1%
Taiwan 6%
Grafik 1.17. Negara Asal Impor Jan-Jun 2012 Lainnya 12% Thailand 18%
Jepang 4%
Australia 10%
Lainnya 43%
Malaysia 7%
Jepang 24%
Sumber : BPS Prov. Sulut, diolah
Malaysia 20% Cina 31% Australia 12%
Taiwan 4%
Sumber : BPS Prov. Sulut, diolah
1.2 SISI PENAWARAN Dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi pada triwulan II 2012 disumbangkan oleh seluruh sektor yang ada dengan tingkat pertumbuhan total sebesar 7,47% (yoy), lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 7,14% (yoy). Sektor yang 15
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO
memberikan kontribusi besar pada pertumbuhan ekonomi triwulan II 2012 adalah sektor PHR yang tercatat tumbuh 8,40% (yoy) dengan sumbangan sebesar 1,43% terhadap total pertumbuhan. Selanjutnya, sektor pertanian, sektor bangunan, sektor jasa-jasa serta sektor pengangkutan dan komunikasi dengan sumbangan masing-masing sebesar 1,28%, 1,17%, 1,09%, dan 0,78% terhadap total pertumbuhan. Tabel 1.3. Laju Pertumbuhan Sulawesi Utara Menurut Sektor Ekonomi (%) Lapangan Usaha Pertanian Pertambangan & Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas & Air Bersih Bangunan PHR Pengangkutan & Komunikasi Keu., Sewa & Jasa Perusahaan Jasa-Jasa PDRB
Q1 6,58 5,89 6,03 4,81 8,31 8,79 7,24 5,31 5,89 6,99
Sumb 1,29 0,31 0,47 0,04 1,39 1,31 0,89 0,36 0,93 6,99
Q2 6,65 5,88 6,93 5,33 13,59 6,36 3,27 7,13 6,46 7,14
2011 Sumb. Q3 1,42 2,42 0,30 7,90 0,52 6,33 0,04 7,22 1,97 15,76 1,00 12,97 0,43 2,55 0,47 6,51 0,98 8,20 7,14 7,73
Sumb 0,52 0,39 0,49 0,06 2,26 1,83 0,35 0,43 1,39 7,73
Q4 1,00 2,44 -3,07 6,29 13,41 18,52 3,57 9,87 10,36 8,30
Sumb 0,18 0,11 -0,24 0,05 2,16 3,46 0,48 0,60 1,49 8,30
Q1 5,86 7,17 7,38 15,26 8,26 7,45 8,11 7,62 7,70 7,46
2012 Sumb Q2 1,08 6,70 0,37 7,29 0,60 9,63 0,13 6,16 1,33 7,62 1,22 8,40 0,99 6,02 0,54 8,20 1,20 7,20 7,46 7,47
Sumb 1,28 0,36 0,72 0,05 1,17 1,43 0,78 0,58 1,09 7,47
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
1.2.1. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) pada triwulan II 2012 menunjukan pertumbuhan positif sebesar 8,40% (yoy) dengan kontribusi sebesar 1,43% terhadap total pertumbuhan. Pertumbuhan sektor ini terutama terjadi pada sub sektor perdagangan sebagai respon dari adanya kenaikan sumber pendapatan masyarakat seperti realisasi pencairan gaji ke-13 dan tunjangan lainnya telah berdampak terhadap peningkatan aktivitas konsumsi masyarakat. Salah satu indikator yang menunjukkan optimisme masyarakat terindikasi dari Indeks Ekonomi Saat Ini (IEK) berdasarkan hasil Survei Konsumen (SK) di Kota Manado pada triwulan II 2012. Sebagaimana terlihat pada grafik 1.3 (konsumsi), pada akhir triwulan laporan (Juni 2012) IEK mencapai 121,83. Jika dilihat berdasarkan komponennya, optimisme konsumen terhadap kondisi perekonomian saat ini tercermin dari positifnya nilai indeks komponen penyusun Indeks Ekonomi Saat Ini yang meliputi Indeks Penghasilan Saat Ini (125) dan Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja (144,5). Selain itu, subsektor hotel juga berkontribusi positif terhadap kinerja sektor PHR yang didorong oleh pelaksanaan beberapa event yang dilaksanakan selama triwulan II-2012, diantaranya: (i) Kegiatan pacific partnership yang akan digelar mulai 31 Mei sampai 15 Juli 2012 di perairan Sulut yang akan menhadirkan Kapal United State Navy Ship. Upacara pembukaan Pacific
Partnership 2012 direncanakan akan berlangsung 1 Juni 2012 di pantai kompleks Megamas Manado; (ii) Pelaksanaan Pekan Informasi Nasional (PIN) di Kota Manado pada tanggal 23-27 Mei 2012 dengan peserta seluruh perwakilan Kabupaten/Kota di Indonesia. Kegiatan ini akan dihadiri oleh Wakil Presiden, Menteri serta para Gubernur. Terpilihnya Kota Manado menjadi 16
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO
salah satu tujuan MICE (Meeting, Invention, Conference and Exhibition) telah mendorong kenaikan tingkat hunian hotel. Hal ini dapat dikonfirmasi melalui perkembangan data pariwisata yang secara umum memperlihatkan tren peningkatan diantaranya adalah data wisatawan mancanegara, data jumlah tamu dan lama tamu menginap, Tingkat Penghunian Kamar (TPK), dan jumlah kamar terjual. Grafik 1.19 Data Lama Tamu Menginap
Grafik 1.18. Data Wisatawan Mancanegara Wisman (org) - left axis gWisman (% yoy) - right axis
8.000
6.000
30,00
60.000
20,00
50.000
10,00 -
4.000
2.000
Menginap (org) - left axis gMenginap (% yoy) - right axis
60,00
50,00 40,00
40.000
(10,00)
30.000
(20,00)
20.000
30,00 20,00 10,00 -
(30,00) (40,00)
-
10.000 -
(50,00) Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
2010
Q2
Q3
Q4
2011
Q1
(10,00)
Q2
(20,00) Q1
2012
Q2
Q3
5 5 4 4 3 3 2 2 1 1 -
40
30 20 10 Q2
Q3
2010
Q4
Q1
Q2
Q3
2011
Q4
Q1
Q2
90.000
Q4
2011
Q1
Q2
2012
60,00 50,00
60.000
40,00
50.000
30,00
40.000
20,00
30.000
10,00
20.000
-
10.000
(10,00)
-
(20,00) Q1
dengan Maret 2012 kredit sektor PHR yang telah disalurkan bank umum mencapai Rp5.134 miliar atau tumbuh 24,05% dibandingkan
Q2
Q3
Q4
Q1
2010
Q2
Q3
Q4
2011
Q1
Q2
2012
Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah
Grafik 1.22. Perkembangan Kredit Sektor PHR
Dari segi pembiayaan, sektor PHR merupakan alokasi pembiayaan dari perbankan. Sampai
70,00
70.000
2012
sektor ekonomi terbesar yang mendapatkan
80,00
Kmr Terjual (unit) - left axis gKmr Terjual (% yoy) - right axis
80.000
Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah
periode yang sama tahun lalu.
Q3
Grafik 1.21. Jumlah Kamar Terjual
TPK (%) - left axis Ratas Menginap (hari) - right axis
Q1
Q2
Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah
Grafik 1.20. TPK dan Lama Menginap
50
Q1
2010
Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah
60
Q4
6.000
50
Kredit_PHR (Rp miliar) - left axis
45
gKredit_PHR (% yoy) - right axis
5.000
40 35
4.000
30 3.000
25
20 2.000
15 10
1.000
5 -
0 Q1
Q2
Q3
2010
Q4
Q1
Q2
Q3
2011
Q4
Q1
Q2
2012
Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Manado
17
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO
1.2.2. Sektor Pertanian Kinerja sektor pertanian pada triwulan II 2012 menunjukkan pertumbuhan positif sebesar 6,70% (yoy) dengan sumbangan sebesar 1,28% terhadap total pertumbuhan ekonomi Sulut. Beberapa faktor yang mendorong kinerja sektor pertanian diantaranya:
Mengawali musim panen di awal tahun 2012, dari sekitar 3.800 hektar sawah yang ada di wilayah Kota Kotamobagu, sekitar 25 hektar padi sawah telah dipanen. Selain itu, panen padi juga telah nampak di wilayah Kabupaten Minahasa Utara. Panen yang terjadi juga didukung oleh adanya MoU antara camat dan para lurah untuk menerapkan langkahlangkah dalam mendukung peningkatan produksi beras seperti pemanfaatan lahan tidur untuk ditanami dengan padi ladang.
Pelaksanaan program khusus pengembangan sekolah lapang pengelolaan tanaman terpadu di Kabupaten Minahasa Utara sebagai salah satu wilayah penghasil tanaman padi yang melibatkan 20 kelompok tani melalui bantuan paket pertanian termasuk diantaranya bibit serta hand tractor. Kegiatan dimaksud akan memberdayakan 500 hektar lahan dan setiap kelompok tani akan mengelola sekitar 25 hektar.
Pemkab Bolmong terus berupaya untuk meningkatkan produksi padi secara maksimal, dan mempertahankan predikat Bolmong sebgai gudangnya beras provinsi Sulut. Langkah awal yang dilakukan adalah pembukaan lahan sawah beririgasi seluas 20.595,97 hektar dengan luas lahan terbesar berada di wiliyah Dumoga Utara dengan luas lahan sekitar 5.061 Ha, sedangkan wilayah Dumoga Barat sekitar 4.466 Ha dan kecamatan Lolayan sekitar 3.903 Ha.
Pemerintah
Kota
mengalokasikan
Tomohon
bantuan
Tabel 1.4. Alokasi Bantuan Subsektor Pertanian
sebesar
ALOKASI BANTUAN
Rp945 juta kepada petani di Kecamatan
1. Sektor Tanaman Pangan - Padi Hibrida
Rp92.500.000
Tomohon
- Padi Non hibrida
Rp74.000.000
- Jagung Hibrida
Rp74.000.000
Utara.
Bantuan
yang
diberikan dialokasikan untuk seluruh
2. Sektor Holtikultura
subsektor pertanian diantaranya sektor
3. Sektor Sarana Prasarana Pertanian
tanaman pangan, holtikultura, sarana
4. Sektor Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian
dan
prasarana
pertanian
serta
- Pengembangan Kawasan - Embung Dam Parit - Pengolahan Biofarmaka
Rp747.500.000 Rp180.000.000 Rp282.000.000
Sumber : Pemerintah Provinsi Kota Tomohon
pengolahan dan pemasaran hasil pertanian.
Dalam rangka mendukung program swasembada beras 2012, Pemerintah Kabupaten Minahasa Utara menyiapkan sekitar 15 armada hand tractor yang akan dibagikan kepada sejumlah kelompok tani dalam upaya meningkatkan produksi pertanian.
Peningkatan kinerja sektor pertanian antara lain juga dapat dikonfirmasi dengan data dari Perkembangan Luas Panen, Produksi Gabah, Padi dan Pipilan Jagung Kering di Provinsi Sulawesi 18
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO
Utara, dimana pada triwulan II 2012 luas panen padi tercatat sebesar 35,11 ribu hektar lebih tinggi dibandingkan luas panen pada triwulan II 2011 sebesar 24,96 ribu hektar atau naik 40,66% (yoy). Sejalan dengan penurunan luas panen, produksi beras yang dihasilkan juga meningkat menjadi 108,52 ribu ton atau naik 46,65% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Sejalan dengan produksi beras, produksi pipilan jagung kering pada triwulan laporan juga mengalami peningkatan dari 56,18 ribu ton pada triwulan
II 2011
menjadi 126,21 ribu ton pada triwulan laporan atau naik sebesar 124,65%. Tabel 1.5. Perkembangan Luas Panen dan Produksi Hasil Pertanian Prov. Sulut 2010
KOMPONEN
Q1
2011
Q2
Q3
Q4
Q1
2012
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Perkembangan Luas Panen, Produksi Gabah dan Beras Luas Panen (Ha)-right axis
30.258
38.597
24.198
26.718
28.898
24.959
41.568
26.659
38.011
35.107
140.922
185.420
119.571
138.117
136.155
117.088
204.854
138.001
181.029
171.712
89.063 117.185 75.569 Perkembangan Luas Panen dan Produksi Pipilan Kering Jagung
87.290
86.050
74.000
129.468
87.217
114.410
108.522
Luas Panen (Ha)
Produksi Gabah (Ton)-left axis Produksi Beras (Ton)-left axis
Produksi Jagung (Ton) - left axis
29.759
36.226
32.565
23.380
32.600
15.295
75.590
90.147
33.578
31.547
108.759
132.339
119.262
85.785
118.875
56.181
277.093
328.233
122.465
126.208
Sumber: Distanak Provinsi Sulawesi Utara
Sementara itu, dari sisi pembiayaan, peran perbankan untuk membiayai sektor pertanian semakin menunjukkan adanya tren peningkatan. Sampai dengan Juni 2012, jumlah kredit yang disalurkan Rp574
pada
milliar
sektor
atau
pertanian
tumbuh
mencapai
90,01%
(yoy)
dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Namun demikian, jika dibandingkan dengan total kredit yang disalurkan bank, jumlah kredit
Grafik 1.23. Pertumbuhan Kredit Pertanian Pertanian (Rp miliar) - left axis
700
150
gPertanian (% yoy) - right axis
600
100
500 50
400 300
0
200
-50
100 -
-100
Q1
Q2
Q3
2010
Q4
Q1
Q2
Q3
2011
Q4
Q1
Q2
2012
Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara
pertanian hanya mencapai 3,28% dari total kredit yang disalurkan. Belum terlalu optimalnya penyaluran kredit di sektor pertanian antara lain disebabkan oleh relatif tingginya resiko usaha di sektor tersebut tercermin dari tingginya NPL (Non Performing Loan) di sektor pertanian yang mencapai 5,63% pada triwulan laporan. 1.2.3. Bangunan Kinerja sektor bangunan (konstruksi) selama triwulan II 2012 mencatat pertumbuhan sebesar 7,62% (yoy) dengan sumbangan sebesar 1,17% terhadap total pertumbuhan. Beberapa faktor yang mendorong pertumbuhan di sektor bangunan diantaranya adalah penyelesaian beberapa proyek pemerintah seperti: 19
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO
Pembangunan jembatan di daerah Ondong, Siau Barat dengan dana sebesar Rp5.4 miliar yang bersumber dari Dana Alokasi Umum (DAU).
Pembangunan kawasan boulevard Tahuna yang dilengkapi dengan pengadaan jembatan dengan alokasi dana sebesar Rp1 miliar.
Paket proyek perbaikan ruas jalan, irigasi dan air bersih di Kabupaten Minahasa dengan total alokasi anggaran sebesar Rp21 miliar. (Tabel 4).
Pemeliharaan dan peningkatan jalan di wilayah Kabupaten Bolaang Mongondow dengan total dana sebesar Rp9 miliar yang berasal dari Dana Alokasi Khusus (DAK) sebesar Rp8,19 miliar dan Dana Alokasi Umum (DAU) sebesar Rp819 juta. (Tabel 5) Tabel 1.7. Proyek Pemerintah di Kabupaten Bolaang Mongondow
Tabel 1.6. Proyek Pemerintah di Kabupaten Minahasa Mega Proyek di Tahun 2012 1
Perbaikan ruas jalan Koko-Kembes Rp1,3 miliar
2
Pelebaran ruas jalan Tondano-Rurukan dan di kota Tondano Rp1,3 miliar
Proyek
1 Peningkatan jalan Desa Ikhwan 2 Peningkatan jalan Desa Doludo 3 Peningkatan jalan Lalow Lolak
3
Perbaikan ruas jalan Remboken-Kawangkoan Rp1,4 miliar
4
Perbaikan dan peningkatan ruas jalan KasuratanRemboken (IPDN) Rp2,4 miliar
4 Pemeliharaan jalan Wisata Bakan 5 Pemeliharaan jalan Inobonto II 6 Pemeliharaan jalan Buntalo-Bolangot
5
Perbaikan ruas jalan marawas-Makawembang Rp1,3 miliar
7 Pemeliharaan jalan Mopuya-Tumokang 8 Pemeliharaan jalan Dumoga-Mopuya
Sumber : Dinas PU Kab. Minahasa
No
DAK (Rp juta) 500
DAU (Rp juta) 50
500
50
2,270
227
700
70
600
60
1,000
100
1,970
197
650
65
Sumber : Dinas PU Kab. Bolaang Mongondow
Pemerintah Kota Kotamobagu mengalokasikan dana sebesar Rp34 miliar untuk pembangunan jalan dan perbaikan jembatan, drainase dan lainya.
Dinas Pekerjaan Umum Kota Tomohon menganggarkan dana sebesar Rp16,8 miliar untuk proyek pembangunan jalan, irigasi, saluran air dan lainnya dengan total sebanyak 21 proyek. (Tabel 6). Tabel 1.8. Proyek Pemerintah di Kota Tomohon No
21 Paket Proyek PU
1 Jalan Lahendong-Pinaras dan Pinaras Sawangan Rp1miliar 2 Jalan Hotmix strategis antar kelurahan Rp849,2 juta 3 Rehabilitasi jalan hotmix Tumatangtang-Pinaras Rp320,2 juta 4 Rehab eks kantorSKPD Rindam Rp900 juta 5 Kantor kelurahan Taratara Rp250 juta 6 Kantor kelurahan Taratara III Rp250 juta 7 Kantor Woloan I Utara Rp250 juta 8 Kantor Wailan II Rp250 juta 9 Sarana dan prasarana air minum Rurukan I Rp337,2 juta 10 Sarana dan prasarana air minum Kayawu-Kakaskasen I Rp510,8 juta 11 Saluran air dan trotoar Wailan Rp204,2 juta 12 Saluran air dan trotoar Kamasi dan Kamasi I Rp405 juta 13 Saluran air dan trotoar Woloan I dan III Rp385 juta 14 Saluran air dan trotoar Paslaten Rp148,8 juta 15 Saluran air dan trotoar Samping gereja Pniel Kakaskasen Rp156,8 juta 16 Checkdam Muung Rp774,1 juta 17 Normalisasi saluran sungai Giniringan Talete-Kamasi Rp431,4 juta 18 Normalisasi sungai Muung Matani Rp540 juta 19 Rehabilitasi jaringan irigasi di Ranowangko Rp263,9 juta 20 Rehabilitasi jaringan irigasi di Kelong Rp330,5 juta 21 Rehabilitasi jaringan di Aga Rp335,2 juta
Sumber : Dinas PU Kota Tomohon
20
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO
Dinas Pekerjaan Umum Kota Manado telah melepas sejumlah paket proyek belanja modal dengan total alokasi dana sebesar Rp16 miliar yang bersumber dari Dana Alokasi Khusus (Tabel 5).
Pemerintah Kabupaten Sitaro mengalokasikan dana sebesar Rp5,4 miliar untuk pembangunan jembatan, Rp4,6 miliar untuk pembangunan Talud, untuk pembangunan jalan (Rp17,5 miliar) dan perbaikan talud pengaman pantai dan tanah (Rp6 miliar). Proyek tersebut mulai berjalan pada akhir April.
Proyek perbaikan pengaman pantai dan bangunan pengendali banjir di Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan dengan alokasi dana sebesar Rp30,5 miliar.
Pembangunan jalan nasional di Kota Manado dengan alokasi anggaran sebesar Rp700 miliar. Pembangunan jalan nasional ini akan dimulai pada akhir triwulan II 2012 (Tabel 6).
Selanjutnya, proyek swasta juga menunjukan adanya peningkatan pada triwulan II 2012. Beberapa proyek swasta yang hingga saat ini masih dalam proses pengerjaan adalah proyek perumahan, tercermin dari pelaksanaan pameran perumahan terbesar yang dilaksanakan oleh BNI bekerjasama dengan Real Estate Indonesia (REI) berlangsung pada pertengahan April 2012. Secara khusus BNI mampu menyalurkan kredit sebesar Rp240 miliar dari 699 aplikasi yang diajukan dengan berbagai tipe rumah. Indikator lainnya yang menunjukkan kinerja sektor bangunan adalah hasil Survei Penjualan Eceran (SPE) yang memperlihatkan kenaikan indeks penjualan bahan konstruksi sebesar 38,87% (yoy) dari 131,30 pada April 2012 menjadi 182,47 pada April 2012. Grafik 1.25. Perkembangan Kredit Konstruksi
Grafik 1.24. Perkembangan Indeks Penjualan Bahan Konstruksi Indeks Bahan konstruksi
gBahan konstruksi (%) -right axis
400
500
350
400
300
250
500
200
400
100
300
0
100
2012
Sumber : Survei Penjualan Eceran Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara
Apr
Mar
Jan
Feb
Des
Okt
Nop
Sep
Jul
Agust
Jun
Apr
Mei
-200
Mar
0
Jan
-100
Feb
50
2011
600
300
200 150
700
Konstruksi (Rp miliar) - left axis
50
gKonstruksi (% yoy) - right axis
40 30 20 10 0
200
-10
100
-20
-
-30 Q1
Q2
Q3
2010
Q4
Q1
Q2
Q3
2011
Q4
Q1
Q2
2012
Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Manado
Dari sisi pembiayaan, peran perbankan terhadap sektor bangunan (konstruksi) menunjukkan perkembangan yang menggembirakan. Hal ini tercermin dari jumlah kredit yang disalurkan oleh perbankan sampai dengan Juni 2012 tercatat sebesar Rp621 miliar atau mengalami pertumbuhan positif sebesar 45,38% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun lalu. 21
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO
1.2.4. Sektor lainnya A. Sektor Jasa-jasa Grafik 1.26. Perkembangan Jumlah Pengunjung Mantos
Kinerja sektor jasa pada triwulan II 2012 tumbuh positif sebesar 7,20% (yoy), dengan sumbangan sebesar 1,09% terhadap total pertumbuhan
1.200.000
Jumlah Pengunjung (org-left axis)
60
Growth (%-right axis)
1.000.000
triwulan laporan. Kinerja sektor jasa yang cukup stabil ditopang oleh aktivitas sub sektor jasa
50
800.000
747.150 562.650
600.000
40 30
400.000
20
pemerintahan dan hiburan. Data yang diperoleh
200.000
10
dari pusat perbelanjaan Manado Town Square
-
pengunjung Mantos pada Mei 2012 sebesar
Apr
2012
Sumber : Manado Town Square, diolah
32,79% (yoy) dibandingkan periode yang sama
Grafik 1.27. Perkembangan Kredit Sektor Jasa-jasa
tahun lalu atau sebanyak 747.150 ribu pengunjung. 1.200
Penguatan kinerja sektor jasa-jasa juga didukung oleh perbankan,
yang
tercermin
dari
Mei
Feb
2011
Mar
Des
Jan
Okt
Nop
Sep
Jul
Agust
Jun
Apr
Mei
Feb
menunjukkan bahwa terjadi peningkatan jumlah
Mar
Jan
0
60 Kredit_Jasa (Rp miliar) - left axis gJasa (% yoy) - right axis
1.000
peningkatan
penyaluran kredit perbankan di sektor ini. Sampai dengan Juni 2012 kredit sektor jasa-jasa tercatat sebesar Rp929miliar atau tumbuh 39,14% (yoy).
50
800
40
600
30
400
20
200
10
-
0 Q1
Q2
Q3
2010
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
2011
Q1
Q2
2012
Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara
B. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Salah satu multiplier effect dari adanya penyelenggaraan event berskala nasional maupun internasional yang dilaksanakan di Sulawesi Utara adalah semakin dikenalnya Sulawesi Utara khususnya Kota Manado sebagai salah satu kota tujuan wisata maupun sebagai tempat
Meeting, Incentives, Convention and Exhibition (MICE). Hal ini berpengaruh pada meningkatnya minat wisatawan untuk berkunjung ke Sulawesi Utara hingga pada tahap lanjut mampu mendorong kinerja sektor pengangkutan dan telekomunikasi. Sektor pengangkutan dan komunikasi pada triwulan II 2012 mengalami pertumbuhan 6,02% (yoy), dengan sumbangan sebesar 0,78% terhadap total pertumbuhan, meningkat dibandingka periode yang sama tahun lalu yang tumbuh 3,27% dengan sumbangan 0,43% terhadap total pertumbuhan. Pertumbuhan yang positif pada sub sektor pengangkutan pada triwulan laporan tercermin dari tingginya arus penumpang yang keluar/masuk dari/ke Bandar Udara Sam Ratulangi Manado baik asal/tujuan domestik maupun internasional. Sampai dengan periode laporan, arus penumpang yang masuk ke wilayah Sulawesi Utara mengalami pertumbuhan sebesar 16,84% (yoy). Sejalan dengan itu, arus penumpang yang berangkat (keluar) dari wilayah Sulawesi Utara tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 15,04% (yoy). 22
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO
Tabel 1.9. Perkembangan Lalu Lintas Penumpang dan Kargo di Bandara Sam Ratulangi 2011
Jenis Kedatangan/ Pengangkutan Keberangkatan Penumpang Kargo
Q1
2012
Q2
Q3
Q4
Q1
Growth (YoY)
Q2
Datang
203.160
213.389
229.846
245.468
230.845
249.329
16,84%
Berangkat
213.108
216.771
232.520
231.954
242.260
249.372
15,04%
Datang
1.783.877 1.656.261 1.808.789 1.957.167 1.307.021 1.721.272
Berangkat
1.208.615 1.098.530
3,93%
945.969 1.154.768 1.061.987 1.069.686
-2,63%
Sumber: PT. Angkasa Pura II, Sulawesi Utara
Sejalan dengan pertumbuhan positif sektor ini, keberpihakan
perbankan
yang
diwujudkan
dalam penyaluran kredit di sektor pengangkutan dan komunikasi juga memperlihatkan adanya peningkatan.
Sampai dengan akhir triwulan II
2012 jumlah kredit yang disalurkan mencapai Rp184 miliar, atau tumbuh 62,75% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Grafik 1.28. Perkembangan Kredit Sektor Transportasi & Komunikasi Kredit_Angk&Kom (Rp miliar) - left axis
200
100
gKredit_Angk&Kom (% yoy) - right axis
180
90
160
80
140
70
120
60
100
50
80
40
60
30
40
20
20
10
-
0 Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
2010
Q3
Q4
Q1
2011
Q2 2012
Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara
C. Sektor Industri Pengolahan Kinerja sektor industri pengolahan pada triwulan II 2012 mengalami peningkatan yang mencatat pertumbuhan sebesar 9,63% dengan sumbangan sebesar 0,72%, lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 6,93% (0,52%). Peningkatan ini ditandai oleh peningkatan jumlah pelanggan listrik di sektor bisnis dan industri. Berdasarkan data PLN, jumlah pelanggan listrik di sektor industri pada triwulan II 2012 tumbuh sebesar 5,60% (yoy). Sejalan dengan perkembangan jumlah pelanggan listrik, konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) untuk kalangan industri juga mengalami peningkatan. Sampai dengan triwulan laporan, konsumsi BBM industri tercatat sebanyak 20,88 Kilo Liter (KL) atau tumbuh 30,30% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Grafik 1.29. Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Kelompok Industri
Grafik 1.30. Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Kelompok Industri
Pelanggan Industri - left axis
3.000
gPelanggan Industri (% yoy) - right axis
2.500
20,00
25.000
15,00
20.000
10,00
15.000
5,00
10.000
2.000
KL
BBM Industri
%
gBBM Industri
60
40 20 0
1.500
-20
1.000
-
500 -
(5,00) Q1
Q2
Q3
2010
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
2011
Sumber : PLN Kanwil Suluttenggo, diolah
Q2
2012
5.000
-40
0
-60
Q1
Q2
Q3
2010
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
2011
Q1
Q2
2012
Sumber : PT. Pertamina Sulut, diolah
23
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO
Grafik 1.31. Perkembangan Kredit Sektor Industri
Indikator lainnya yang mendukung peningkatan 450
kinerja
sektor
pertumbuhan
industri kredit
adalah
yang
perlambatan
disalurkan
400
Kredit_Industri (Rp miliar) - left axis
50
gKredit_Industri (%yoy) - right axis
45 40
350
35
300
oleh
30
250
25
200
perbankan. Sampai dengan akhir triwulan II 2012
20
150
15
100
jumlah kredit yang disalurkan sebesar Rp374 miliar
10
50
5
-
0 Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
2010
atau tumbuh sebesar 14,05% (yoy).
Q3
Q4
Q1
2011
Q2
2012
Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara
D. Sektor Keuangan, Sewa dan Jasa Perusahaan Sementara itu, untuk kinerja sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan pada triwulan II 2012 tumbuh 8,20% (yoy). Perkembangan sektor keuangan, persewaan dan jasa antara lain tercermin dari maraknya pembangunan jaringan kantor dan fasilitas perbankan antara lain: pembukaan kantor cabang pembantu baru, penambahan ATM (Anjungan Tunai Mandiri), serta penawaran produk-produk baru yang memberikan kemudahan dan kenyamanan kepada masyarakat dalam bertransaksi. Selain itu, pengaruh meningkatnya laju konsumsi dan aktivitas sistem pembayaran di wilayah Sulawesi Utara juga turut berkontribusi pada pertumbuhan sektor ini. Tabel 1.10. Perkembangan Jumlah Bank dan Kantor Bank Umum dan BPR di Sulawesi Utara 2010
Data Bank
2011
2012
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Jumlah Bank umum
24
25
25
25
25
25
25
25
25
Q2 25
Jumlah kantor bank umum*)
214
219
223
229
231
238
244
248
248
250
Jumlah BPR
13
14
14
16
16
17
17
17
17
17
Jumlah kantor BPR
39
39
41
43
43
46
46
48
48
48
Ket: *) termasuk kantor unit Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara
Indikator lain yang menunjukkan perkembangan di sektor
keuangan
adalah
peningkatan
Grafik 1.32. Perkembangan Transaksi Gadai
jumlah
Transaksi Gadai (miliar-left axis)
700
transaksi gadai di PT. Pegadaian (Persero) di Sulawesi Utara. Pada Juni 2012, transaksi gadai mencapai Rp593 miliar atau tumbuh 28,01% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
50
593
GrowthGadai (% yoy-right axis)
600
500
35 30
400
25 300
20 15
200
10
100
5
2011
Sumber : PT. Pegadaian (Persero), diolah
Jun
Apr
2012
Mei
Feb
Mar
Des
Jan
Okt
Nop
Sep
Jul
Agust
Jun
Apr
Mei
Feb
Mar
-
Jan
0
24
45 40
464
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO
E. Sektor Pertambangan dan Penggalian Sektor
pertambangan
dan
penggalian
pada
triwulan II 2012 tumbuh 7,29% (yoy) dengan sumbangan
sebesar
0,36%
Grafik 1.33. Perkembangan Kredit Sektor Pertambangan
terhadap
total
140
100 60
perbaikan,
jika
dilihat
50
40
0
20
berskala besar. Dukungan perbankan terhadap terus
150
80
penambangan tradisional/rakyat dan bukan industri juga
-
-50 Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
2010
mengalami
berdasarkan
200
100
sektor penggalian ini lebih banyak dilakukan oleh
pertambangan
gKredit_pertambangan (% yoy) - right axis
120
pertumbuhan. Berdasarkan pelaku usahanya, sub
sektor
250
Kredit_Pertambangan (Rp miliar) - left axis
Q3
Q4
Q1
2011
Q2
2012
Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara
trennya,
pembiayaan yang diberikan oleh pihak perbankan terhadap sektor pertambangan terus mengalami peningkatan sejak tahun 2011 hingga pada triwulan laporan jumlah kredit yang disalurkan pada sektor pertambangan tercatat sebesar Rp116 miliar atau tumbuh sebesar 173,63% (yoy). F. Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih Sementara itu, sektor listrik, gas dan air bersih pada triwulan II 2012 tumbuh 6,16% (yoy). Jika dilihat berdasarkan kontribusinya, sektor listrik, gas dan air bersih masih tercatat sebagai sektor yang memberikan sumbangan terendah terhadap total pertumbuhan ekonomi pada triwulan laporan dengan sumbangan sebesar 0,05%. Pertumbuhan sektor listrik, gas dan air bersih dapat dikonfirmasi dari data jumlah penjualan listrik serta jumlah pelanggan di Sulawesi Utara. Jumlah pelanggan listrik pada triwulan II 2012 sebesar 461.063 pelanggan atau tumbuh 6,82% (yoy) dengan jumlah pemakaian 199 MW atau tumbuh 4% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Sementara itu, kapasitas listrik yang tersedia pada triwulan laporan sebesar 260 MW atau tumbuh 11,11% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Berdasarkan data tersebut, masih terdapat surplus daya listrik sebesar 61 MW. Adanya surplus listrik tersebut didukung oleh adanya peningkatan produksi listrik yang dihasilkan dari geothermal Lahendong. Grafik 1.34. Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik di Sulawesi Utara
Grafik 1.35. Perkembangan Jumlah Pemakaian dan Supply Listrik di Sulawesi Utara
480.000
Total Pelanggan-left axis
14,00%
460.000
gTotal Pelanggan-right axis
12,00%
440.000
10,00%
420.000
8,00%
400.000
6,00%
380.000
4,00%
360.000
2,00%
340.000
0,00%
Q1
Q2
Q3
2010
Q4
Q1
Q2
Jumlah Pemakaian (MW)
300
Q3
2011
Q4
Q1
Q2
2012
Sumber: PT. PLN Kanwil Sulutenggo, diolah
Jumlah listrik yang tersedia (MW)
250 200 150 100 50 Q1
Q2
Q3
2010
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
2011
Q1
Q2
2012
Sumber: PT. PLN Kanwil Sulutenggo, diolah
25
PEMETAAN SEKTOR DAN KOMODITAS UNGGULAN SULAWESI UTARA DALAM MENCIPTAKAN PERTUMBUHAN EKONOMI INKLUSIF DAN BERKESINAMBUNGAN Dalam periode tahun 2006-2010, perekonomian Sulawesi Utara bertumbuh dengan laju rata-rata di atas pertumbuhan ekonomi nasional. Pada tahun 2010, struktur perekonomian Provinsi Sulawesi Utara didominasi oleh sektor tersier (51,11%), diikuti oleh sektor sekunder (25,36%) dan sektor primer (23,53%)1. Struktur perekonomian tersebut sedikit mengalami perubahan dibandingkan dengan struktur perekonomian tahun 2005 dimana kontribusi sektor primer, sekunder dan tersier masing-masing sebesar 24,83%, 25,07% dan 50,10%. Dengan demikian dalam lima tahun terakhir, kontribusi sektor primer menurun, kontribusi sektor sekunder sedikit meningkat, dan kontribusi sektor tersier meningkat cukup signifikan. Sektor-sektor yang kontribusinya mengalami perubahan signifikan adalah sektor pertanian dan sektor industri yang mengalami penurunan masing-masing sebesar 0,89% dan 0,69%, sedangkan sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor bangunan mengalami peningkatan masing-masing sebesar 1,97% dan 1,08%. Dari sisi tenaga kerja, terjadi peningkatan penyerapan lapangan kerja yang ditandai tren penurunan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) hingga tercatat sebesar 6,32%
pada
Februari
2012.
Berdasarkan
sektornya,
Sektor
Pertanian
(pertanian,perkebunan, kehutanan, perburuan dan perikanan) masih merupakan lapangan pekerjaan utama sebagian besar penduduk yang bekerja yaitu sebanyak 357,8 ribu orang (38%). Sementara itu, Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran serta Jasa Akomodasi menempati urutan kedua dengan jumlah tenaga kerja sebanyak177,72 ribu orang (18,43%). Pertumbuhan ekonomi regional yang cukup baik ternyata belum membuat tingkat kesejahteraan masyarakat Sulawesi Utara setara dengan tingkat kesejahteraan masyarakat secara nasional. Hal ini tercermin dari PDRB/kapita Provinsi Sulut yang masih lebih rendah dibandingkan dengan PDB/kapita nasional sebagaimana tercermin pada grafik. Indeks Gini Ratio Provinsi Sulawesi Utara periode 2007 s/d 2009 menunjukkan 1
sektor primer (pertanian dan pertambangan & penggalian), sektor sekunder (industri pengolahan; listrik, gas dan air bersih; dan bangunan), dan sektor tersier (perdagangan, hotel dan restoran; pengangkutan dan komunikasi; keuangan, persewaan dan jasa perusahaan; dan jasa-jasa)
26
tren peningkatan hingga tercatat sebesar 0,37 pada tahun 2009. Hal ini mencerminkan bahwa pertumbuhan ekonomi Sulut belum diikuti dengan pemerataan distribusi pendapatan.
Perkembangan PDRB per Kapita Nasional dan Provinsi Sulawesi Utara
Sumber : BPS, diolah
Untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkualitas, inklusif dan berkelanjutan strategi pembangunan Provinsi Sulawesi Utara bertumpu pada empat pilar strategis. Keempat pilar itu adalah: (a) meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkualitas (pro-growth); (b) menciptakan dan memperluas lapangan kerja (pro-job); (c) meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui program-program jaring pengaman sosial yang berpihak kepada masyarakat miskin (pro-poor); dan (d) meningkatkan kualitas pengelolaan lingkungan hidup (pro-environment). Disamping itu, pembangunan difokuskan pada sektor-sektor prospektif dengan menggunakan konsep sebagai berikut : Analisis Location Quotient: Statik dan Dinamik
Keunggulan Komparatif dan Kompetitif Sulawesi Utara
Pengembangan Komoditas/Produ k/Jenis Usaha Unggulan
27
A. Analisis Location Quotient
Berdasarkan Analisis Location Quotient, dengan menggunakan metode Static LQ (SLQ) maupun Dynamic LQ (DLQ) diperoleh klasifikasi sektor usaha sebagai berikut: Klasifikasi Sektor Usaha Berdasarkan Nilai SLQ dan DLQ Kriteria
SLQ<1
DLQ>1
Sektor Andalan - Industri Pengolahan - Perdagangan, Hotel dan Restoran - Keuangan, Persewaan dan Jasa
DLQ<1
Sektor Tertinggal Pertambangan dan Penggalian
SLQ>1
-
Sektor Unggulan Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan Pengangkutan dan Komunikasi Sektor Prospektif Pertanian, peternakan dan kehutanan Jasa-jasa
Sumber : BPS, diolah
B. Analisis Penentuan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan
Metode yang digunakan dalam penentuan Komoditas/produk/jenis usaha unggulan Sulawesi Utara menggunakan metode Analytic Hierarchy Process (AHP) yang dimodifikasi sebagai alat analisis. Disebut demikian karena analisis ini juga menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE), Metode Borda dan Metode Bayes dalam menetapkan KPJU unggulan kecamatan, kabupaten/kota dan provinsi. Adapun hasil analisis KPJU Unggulan UMKM Lintas Sektoral Provinsi Sulawesi Utara adalah sebagai berikut : KPJU Unggulan UMKM Lintas Sektor di Provinsi Sulawesi Utara
28
No 1 2 3
KPJU Kelapa Ikan Pelagis Warung
Sektor / Sub-sektor Perkebunan Perikanan Perdagangan
4 5 6 7 8 9
Cengkeh Padi sawah Pala Toko Jagung Kentang
Perkebunan TanamanPangan/ Hortikultura Perkebunan Perdagangan TanamanPangan/ Hortikultura TanamanPangan/ Hortikultura
10
Rumah Makan
Pariwisata
Sementara itu, komoditas unggulan masing-masing Kabupaten/Kota adalah sebagai berikut:
No
Kabupaten/Kota
Jumlah Penduduk (Jiwa)
PDRB (Rp Juta)
Share PDRB/ Terhadap Pertumbuhan Kapita PDRB Sulawesi Ekonomi (%) Utara
Komoditas Unggulan
1
Kab. Minahasa
310,384.00
2,116,994.66
6.82
12%
6.24
2
Kab. Bolaang Mongondow
213,484.00
1,030,335.87
4.83
6%
4.91 Padi sawah, Jagung, Kentang, Padi, Sapi
3
Kab. Kepulauan Sangihe
126,100.00
747,129.73
5.92
4%
5.85 Kelapa, Pala,Cengkeh
4
Kab. kepulauan Talaud
83,434.00
426,173.92
5.11
2%
5.51 Pala, Cengkeh, Kelapa, Ikan Cakalang
5
Kab. Minahasa Selatan
195,553.00
1,328,646.00
6.79
7%
8.57 Kelapa, Cengkeh, Kentang, Padi Sawah
6
Kab. Minahasa Utara
188,904.00
1,351,808.33
7.16
7%
7.27 Kelapa, Buah-buahan dan Jagung
7
Kab. Minahasa Tenggara
100,443.00
884,301.70
8.80
5%
8.09 Kelapa, padi Sawah dan Ikan Cakalang
8
Kab. Bolmong Timur
63,654.00
388,704.10
6.11
2%
7.11 Kelapa, Kopi, Padi Sawah dan Jagung
9
Kab. Kepulauan Sitaro
63,801.00
310,739.05
4.87
2%
7.36 Pala, Kelapa, Ikan Tuna, ikan Cakalang
10
Kota Menado
410,481.00
5,763,351.02
14.04
31%
7.30 Toko dan Rumah Makan
11
Kota Kotamobagu
107,459.00
473,060.83
4.40
3%
12
Kota Bitung
187,652.00
2,204,242.01
11.75
12%
7.42 Padi, Hotel & Gilingan Padi Ikan Cakalang, Ikan Tuna, Ikan Beku dan 6.88 Ikan Cakalang Asap
13
Kota. Tomohon
91,553.00
663,557.59
7.25
4%
6.10 Sayur, Buah-buahan, Bunga
14
Kab. Bolmong Utara
70,693.00
386,449.26
5.47
2%
7.62 Padi sawah, Kelapa, Ikan Cakalang &Sapi
15
Kab. Bolmong Selatan
57,001.00
269,135.59
4.72
1%
6.76 Padi Sawah, Kelapa, Ikan Tuna dan Sapi
Selanjutnya,
dalam
mengembangkan
KPJU
Cengkeh, Kelapa
unggulan
masing-masing
Kabupaten/Kota diharapkan dapat mempertimbangkan perspektif Product Life Cycle (PLC), perspektif tujuan, perspektif keberpihakan, dan perspektif skenario kebijakan agar pembangunan dapat menciptakan lapangan pekerjaan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam rangka mengurangi angka/tingkat kemiskinan di daerah. Pada akhirnya, kebijakan tersebut diharapkan mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi lokal dan mewujudkan pertumbuhan ekonomi inklusif.
29
Halaman ini sengaja dikosongkan
BAB II
PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
Halaman ini sengaja dikosongkan
PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH Kestabilan harga Kota Manado sampai dengan akhir triwulan II 2012 cukup terjaga, tercermin dari tingkat inflasi yang berada dibawah tingkat inflasi nasional dan Zona Sulampua. Pada akhir triwulan II 2012 inflasi Kota Manado tercatat sebesar 3,73% (yoy), lebih rendah dibandingkan inflasi nasional yang tercatat sebesar 4,53% (yoy) dan tingkat inflasi Zona Sulampua yang tercatat sebesar 4,15% (yoy) serta lebih rendah dibandingkan tingkat inflasi Kota Manado periode yang sama tahun lalu tercatat sebesar 5,15% (yoy). Namun demikian, terjadi peningkatan laju inflasi apabila dibandingkan triwulan lalu yang tercatat sebesar 0,95% (yoy). Secara bulanan, tekanan inflasi Kota Manado sepanjang triwulan II-2012 menunjukkan fluktuasi yang terutama dipengaruhi faktor seasonal. Pada April 2012 Kota Manado tercatat mengalami inflasi 1,63% (mtm), kemudian terkoreksi kebawah cukup tajam pada Mei 2012 sebesar 0,84% (mtm). Pada akhir triwulan II 2012 tekanan inflasi Kota Manado kembali terakselerasi yang terutama didorong faktor meningkatnya aktivitas konsumsi seiring perayaan hari pengucapan syukur dan musim liburan sekolah sehingga tercatat mengalami inflasi sebesar 0,5% (mtm). Secara akumulasi, tingkat inflasi Kota Manado sampai dengan Juni 2012 tercatat 2,89% (ytd), lebih tinggi dibandingkan tahun lalu, yang justru mencatat deflasi sebesar -0,14% (ytd). Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya, tekanan Inflasi secara tahunan terutama didorong oleh meningkatnya tekanan kelompok bahan makanan yang harganya bergejolak (volatile foods) dan kelompok administered price. Sementara itu, kelompok inti (core inflation) mengalami inflasi pada level moderat. Grafik 2.1. Laju Inflasi Kota Manado vs Nasional (yoy) 16
Grafik 2.2. Laju Inflasi Kota Manado vs Nasional (qtq)
%
14
5
12
4
%
10 3
8
6
4.53
4
4.15
2
3.73
1.28
1
0 -2
2
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 2008
2009 yoy Manado yoy Sulampua
2010
2011 yoy Nasional
2012
0.90 0 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
-1
2009
2010
2011
2012
-2 -3
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara , diolah
2008
qtq Manado
qtq Nasional
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara , diolah
33
PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
2.1. PERKEMBANGAN INFLASI 2.1.1 INFLASI TAHUNAN (yoy) Laju inflasi tahunan Kota Manado pada akhir triwulan II 2012 tercatat 3,73% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, tercatat sebesar 5,15% (yoy) namun lebih tinggi dibandingkan dengan laju inflasi triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 0,95%(yoy). Sementara itu, laju inflasi Kota Manado masih lebih rendah apabila dibandingkan dengan laju inflasi nasional dan Zona Sulampua yang masing-masing tercatat sebesar 4,53% (yoy) dan 4,15% (yoy) pada akhir triwulan II 2012 (grafik 2.1). Berdasarkan kelompoknya, inflasi tahunan disumbangkan oleh seluruh kelompok yang ada. Inflasi terutama disumbang oleh kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga yang tercatat mengalami inflasi 9,41% (yoy). Apabila dilihat lebih lanjut, sub kelompok pendidikan mengalami inflasi tertinggi, tercatat sebesar 18,75% (yoy) yang disebabkan karena kenaikan biaya pendidikan SLTP, SLTA dan Akademi/Perguruan Tinggi. Sementara itu inflasi terendah terendah terjadi pada kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan yang tercatat sebesar 0,17% (yoy). Kelompok perumahan,air,listrik,gas dan bahan bakar, mengalami inflasi sebesar 5,70% (yoy) sebagai faktor kenaikan harga bahan bakar rumah tangga. Selanjutnya kelompok sandang, kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau, kelompok bahan makanan serta kelompok kesehatan mengalami inflasi berturut-turut sebesar 4,52% (yoy), 3,36% (yoy), 3,01% (yoy), 2,52% (yoy). Tabel 2.1. Inflasi Tahunan Kota Manado Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%) No
Kelompok
1 2 3 4 5 6 7
Bahan Makanan Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar Sandang Kesehatan Pendidikan, Rekreasi & Olahraga Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan Umum
2010 Q1 -2.19 8.13 1.45 2.83 4.98 1.97 1.63 1.84
2011
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
6.39 5.96 1.83 6.84 2.56 1.75 2.60 4.21
18.14 4.83 2.58 7.02 1.87 1.19 3.26 7.38
15.23 5.36 2.35 5.15 0.96 1.62 0.59 6.28
21.69 0.43 1.85 5.03 0.61 0.91 0.80 6.90
14.72 1.50 2.14 4.28 2.62 0.86 -0.38 5.15
2012 Q3 -1.23 1.45 1.58 8.32 3.20 9.70 -0.87 1.25
Q4 -3.17 1.21 1.63 5.56 5.20 9.06 0.49 0.67
Q1 -5.19 2.95 4.73 5.68 4.48 9.22 -0.35 0.95
Q2 3.01 3.36 5.70 4.52 2.52 9.41 0.17 3.73
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
2.1.2 INFLASI TRIWULANAN (qtq) Secara triwulanan, inflasi Kota Manado pada triwulan II 2012 relatif stabil. Pada triwulan II 2012 Kota Manado tercatat mengalami inflasi sebesar 1,28% (qtq), sedikit lebih rendah dibandingkan dengan inflasi triwulan I 2012 yang sebesar 1,58% (qtq). Hampir seluruh
34
PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
kelompok barang dan jasa mengalami perlambatan, sehingga cukup menahan laju inflasi Kota Manado pada triwulan II 2012. Tabel 2.2. Inflasi Triwulanan Kota Manado Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%) 2010
No
Kelompok
1 2 3 4 5 6 7
Bahan Makanan Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar Sandang Kesehatan Pendidikan, Rekreasi & Olahraga Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan Umum
Q1 -1.50 4.68 0.74 0.52 2.02 0.72 -0.20 0.72
Q2 0.23 -0.95 0.09 1.89 -0.04 0.01 1.23 0.20
2011 Q3 11.98 0.77 0.96 1.09 0.32 0.36 0.62 3.81
Q4 4.23 0.84 0.55 1.56 -1.32 0.52 -1.06 1.44
Q1 4.03 -0.22 0.24 0.40 1.66 0.02 0.02 1.31
2012
Q2
Q3
-5.51 0.10 0.38 1.17 1.96 -0.04 0.05 -1.43
-3.59 0.72 0.41 5.02 0.90 9.15 0.13 -0.05
Q4 2.18 0.60 0.60 -1.03 0.59 -0.06 0.29 0.87
Q1 1.86 1.51 3.29 0.50 0.97 0.16 -0.81 1.59
Q2 2.66 0.50 1.31 0.05 0.05 0.14 0.58 1.28
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
Berdasarkan kelompoknya, inflasi terutama terjadi pada kelompok bahan makanan yang tercatat sebesar 2,66% (qtq). Faktor anomali cuaca yang mengganggu pasokan beberapa komoditas makanan ditengah meningkatnya permintaan seiring perayaan hari raya keagamaan pada triwulan II 2012 merupakan faktor pendorong terjadinya peningkatan harga pada periode laporan. Kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan mengalami inflasi triwulanan cukup tinggi. Pada triwulan II 2012 kelompok transport, komunikasi dan jasa keuangan mengalami inflasi 0,58% (qtq), lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang justru tercatat mengalami deflasi sebesar 0,81% (qtq). Inflasi terutama disebabkan oleh meningkatnya ongkos angkutan udara pada musim liburan sekolah. Kenaikan tekanan inflasi pada kelompok bahan makanan serta kelompok tanspor, komunikasi dan jasa keuangan dapat diredam oleh perlambatan laju inflasi pada kelompok lainnya, sehingga tekanan inflasi triwulanan periode laporan relatif stabil dibandingkan periode sebelumnya. 2.1.3 INFLASI BULANAN (mtm) Grafik 2.3 Laju Inflasi Kota Manado, Zona Sulampua dan Nasional (mtm) 6 % 5 4 3 2
0.79 0.62
1
0.50
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6
-1
2009
2010
2011
2012
-2 -3
mtm Manado
mtm Nasional
mtm Sulampua
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara , diolah
35
PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
Secara bulanan, tekanan inflasi Kota Manado sepanjang triwulan II-2012 menunjukkan fluktuasi. Pada April 2012 Kota Manado tercatat mengalami inflasi 1,63% (mtm), kemudian terkoreksi kebawah cukup tajam pada Mei 2012 sebesar -0,84% (mtm). Pada akhir triwulan II 2012 tekanan inflasi Kota Manado kembali terakselerasi yang terutama didorong faktor seasonal (perayaan hari pengucapan syukur dan musim liburan sekolah) sehingga tercatat mengalami inflasi sebesar 0,5% (mtm). Tingkat inflasi Kota Manado sepanjang triwulan II 2012 lebih rendah dibandingkan dengan tingkat inflasi nasional maupun Zona Sulampua. Pada akhir triwulan II 2012 tingkat inflasi nasional tercatat sebesar 0,62% (mtm), sementara itu tingkat inflasi Zona Sulampua tercatat sebesar 0,79% (mtm).
APRIL 2012
Pada awal triwulan II-2012, Kota Manado tercatat
Grafik 2.4. Inflasi dan Andil Inflasi Kota Manado Menurut Kelompok Barang & Jasa April 2012
mengalami inflasi sebesar 1,63% (mtm). Inflasi terutama terjadi pada kelompok bahan makanan
Transportasi
sebesar 5,65% (mtm) dengan sumbangan sebesar
Pendidikan
1,63% terhadap total inflasi bulanan. Berdasarkan
Kesehatan
sub kelompoknya, bumbu-bumbuan mengalami
Sandang
inflasi sebesar 45,49% (mtm). Kemudian diikuti
Perumahan
oleh
sub
kelompok
sayur-sayuran
dan
sub
kelompok padi-padian, umbi-umbian dan hasilnya
0.00 -0.01 -0.02 -0.30 0.04 0.15 -0.02 -0.12
Makanan jadi
1.63
Bahan Makanan -2
yang masing-masing mengalami inflasi sebesar 8,02% (mtm) dan 1,03% (mtm).
0.00 0.04 0.00 0.00
Andil
0
2
5.65
4
Inflasi (mtm) April 2012
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara , diolah
Tekanan inflasi pada April 2012 dipengaruhi oleh faktor peningkatan permintaan seiring perayaan Paskah yang jatuh pada awal triwulan laporan. Ditengah meningkatnya permintaan, pasokan sedikit terganggu oleh faktor anomali cuaca dan bencana yang terjadi pada sentra komoditas pertanian Sulut. Peningkatan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) beras sebesar 25% yang dituangkan dalam Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 3 Tahun 2012 tentang kebijakan pengadaan gabah/beras dan penyaluran beras oleh pemerintah serta kenaikan harga pupuk urea bersubsidi diperkirakan turut andil dalam mengakselerasi harga bahan pangan pada periode laporan.
36
6
PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
MEI 2012 Tekanan inflasi Kota Manado pada Mei
2012 terkoreksi kebawah cukup tajam sehingga
tercatat mengalami deflasi sebesar -0,84% (mtm). Deflasi terutama terjadi pada kelompok bahan makanan dan makanan jadi yang masing-masing tercatat sebesar -3,44% (mtm) dan 1,03%(mtm). Apabila dilihat lebih lanjut, deflasi kelompok bahan makanan terutama terjadi pada kelompok bumbu-
Grafik 2.5. Inflasi dan Andil Inflasi Kota Manado Menurut Kelompok Barang dan Jasa Mei 2012
bumbuan (-20,23% mtm), kelompok padi-padian, umbi-umbian dan hasil-hasilnya (-2,08% mtm), kelompok daging dan hasil-hasilnya (-0,97% mtm) serta
telur,
Penurunan
susu
Makanan jadi
panen
beras
faktor di
Bolaang
Mongondow Raya, Bolaang Mongondow Timur, Lolak dan Maelang (2) Membanjirnya stok bawang putih di Pulau Jawa yang pada tahap selanjutnya
0.00 0.06
-0.01 -0.19
Sandang
Membaiknya suplai beras dari luar Sulut dan suplai seiring
oleh
0.00
Kesehatan
Perumahan
lokal
disebabkan
(-0,73%).
0.00
Pendidikan
(1)
beras
ini
dan hasil-hasilnya
0.00 0.03
Transportasi
0.18 0.70 0.02 0.13 -1.03
Bahan Makanan -3.44 -4
-3
Andil
-2
-1
0
1
Inflasi (mtm) Mei 2012
Sumber: BPS SulawesiUtara , diolah.
mempengaruhi harga bawang putih di Kota Manado (3) Produksi telur dan daging yang melimpah. JUNI 2012 Pada akhir triwulan II 2012, laju perkembangan harga barang dan jasa secara umum kembali
Grafik 2.6. Inflasi dan Andil Inflasi Kota Manado Menurut Kelompok Barang dan Jasa Juni 2012
bulan
Transportasi
sebelumnya hingga tercatat sebesar 0,5% (mtm).
Pendidikan
Inflasi pada akhir triwulan II 2012 terjadi pada semua
Kesehatan
kelompok, terutama kelompok bahan makanan dan
Sandang
transportasi yang masing-masing tercatat mengalami
Perumahan
mengalami
peningkatan
dibandingkan
inflasi sebesar 0,64% (mtm) dan 0,51% (mtm) disebabkan oleh faktor seasonal (musim liburan sekolah dan hari raya pengucapan syukur) dan kembali meningkatnya beberapa harga pangan.
0.07 0.01
0.51
0.14 0.00
-0.01
0.03
0.54
0.12 0.46
0.08
Makanan jadi
0.49 0.19
Bahan Makanan
0.64 -1
Andil
0
1
Inflasi (mtm) Juni 2012
Sumber: BPS SulawesiUtara , diolah.
37
PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
2.2 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INFLASI Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya, tekanan Inflasi secara tahunan terutama didorong oleh meningkatnya tekanan kelompok bahan makanan yang harganya bergejolak (volatile foods) dan kelompok administered price. Sementara itu, kelompok inti (core inflation) mengalami inflasi pada level moderat.
Grafik 2.7. Sumbangan Inflasi Berdasarkan Faktor Penyebabnya
Grafik 2.8. Pergerakan Inflasi Berdasarkan Faktor Penyebabnya
12.00 10.00
8.00
8.00
6.00
4.00
6.00
2.00
4.00
0.00
2.00
1
0.00 1 -2.00
2
3
5
7
9
2009
11
1
3
5
7
9
11
1
3
5
2010
7
9
2011
11
1
3
5
2012
Volatile
Administered
CORE
5
6
7
8
UMUM
IHK
Sumber: BPS Sulawesi Utara, diolah.
4
9 10 11 12 1
2
3
4
5
6
7
8
9 10 11 12 1
2011
2
3
4 2012
-4.00
-6.00
-4.00
3
2010
-2.00
Volatile
Administered
Core
Sumber: BPS Sulawesi Utara, diolah.
2.2.1 FAKTOR FUNDAMENTAL Tekanan inflasi inti (core inflation) pada triwulan II 2012 relatif stabil. Inflasi inti pada akhir triwulan II 2012 tercatat 3,93% (yoy) dengan sumbangan 2,06% terhadap total inflasi tahunan pada akhir triwulan II-2012, atau sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan I 2012 yang tercatat sebesar 3,91% (yoy) dengan sumbangan 2,01% terhadap total inflasi tahunan. Hal ini tidak lepas dari terkendalinya tekanan inflasi dari sisi eksternal maupun internal. Dari sisi eksternal, pelemahan nilai tukar rupiah tidak berdampak signifikan pada perkembangan harga domestik, seiring dengan tren penurunan harga komoditas global. Sementara itu, dari sisi internal kenaikan permintaan masih dapat direspon dengan baik oleh sisi penawaran melalui peningkatan penggunaan kapasitas produksi. Namun demikian, masih tingginya ekspektasi masyarakat Sulut terhadap tingkat harga 3 dan 6 bulan yang akan datang berpotensi mengakselerasi inflasi pada level yang lebih tinggi.
Interaksi Permintaan dan Penawaran
Peningkatan permintaan selama triwulan II 2012 sebagai faktor seasonal (Bulan Ramadhan dan liburan sekolah), direspon dengan baik oleh peningkatan penggunaan kapasitas produksi sehingga mampu menjamin ketersediaan pasokan (Grafik 2.9)
38
5
6
PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
.
Grafik 2.9. Perkembangan Pertumbuhan Indeks Penjualan Eceran dan Kapasitas Produksi 600
120
500
100
400
80
300
60
200
40
100
20
0
0
Q1
Q3
Q1
2007
Q3
Q1
2008
Q3 2009
Indeks Riil Penjual Eceran (right axis)
Q1
Q3
Q1
2010
Q3 2011
Q1 2012
Kapasitas Produksi (left axis)
Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) KPw Prov. Sulut dan Survei Pedagang Eceran (SPE) KPw Prov. Sulut
Ekspektasi Inflasi
Ekspektasi masyarakat Sulut tercermin dari sisi konsumen maupun pedagang. Dari sisi pedagang, ekspektasi terhadap tingkat harga 3 bulan dan 6 bulan yang akan datang terbilang cukup tinggi. Hal ini tercermin dari hasil Survei Pedagang Eceran (SPE) KPw BI Provinsi Sulawesi Utara pada periode laporan yang ditandai oleh angka indeks ekspektasi pedagang terhadap tingkat harga 3 bulan dan 6 bulan yang akan datang masing-masing sebesar 189,5 dan 187,5 pada Juni 2012 (Grafik 2.11). Sejalan dengan itu, dari sisi konsumen ekspektasi masyarakat juga mengalami terbilang cukup tinggi. Hal ini tercermin dari hasil Survei Konsumen (SK) KPw BI Provinsi Sulawesi Utara pada periode laporan yang ditandai oleh angka indeks ekspektasi konsumen terhadap tingkat harga 3 bulan dan 6 bulan yang akan datang masing-masing sebesar 120 dan 186 pada Juni 2012 (Grafik 2.10). Grafik 2.10. Perkembangan Indeks Ekspektasi Konsumen Terhadap Harga Barang dan Jasa di Kota Manado
Grafik 2.11. Perkembangan Indeks Ekspektasi Pedagang Eceran Terhadap Harga Barang dan Jasa di Kota Manado
250.00
250.00
200.00
200.00
150.00
150.00
100.00
100.00
50.00
50.00 0.00
0.00
1
3
5
7
2008
9 11 1
3
5
7
9 11 1
3
2009
Ekspektasi pedagang terhadap harga 3 bulan yad
5
7
2010
9 11 1
3
5
7
2011
9 11 1
3
2012
Ekspektasi pedagang terhadap harga 6 bulan yad
Sumber : Survei Konsumen (SK) KPw Provinsi Sulut
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 2008
2009
Ekspektasi konsumen terhadap harga 3 bulan yad
2010
2011
2012
Ekspektasi konsumen terhadap harga 6 bulan yad
Sumber : Survei Pedagang Eceran (SPE) KPwBI Provinsi Sulut
39
PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
Eksternal
Tekanan terhadap rupiah selama triwulan II 2012 meningkat. Peningkatan tekanan tersebut dipicu baik dari sisi eksternal maupun internal. Dari sisi eksternal, meningkatnya faktor risiko global, khususnya Eropa terkait dengan kondisi pemilu di Yunani dan Perancis serta kekhawatiran keluarnya Yunani dari kawasan Eropa telah membawa sentimen negatif terhadap pergerakan rupiah. Sementara itu, dari sisi domestik, pelemahan rupiah juga didorong oleh meningkatnya kebutuhan valuta asing korporasi terkait dengan kegiatan impor yang masih tinggi. Secara rata-rata nilai tukar rupiah ditutup melemah 2,27% menjadi Rp 9.277 per dolar AS dari triwulan sebelumnya yang rata-rata mencapai Rp 9.066 per dolar AS. Apabila dilihat secara point to point, nilai tukar rupiah mengalami depresiasi 2,65% menuju ke level Rp 9.393 per dolar AS dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang ditutup di level Rp 9.144 per dolar AS. Pergerakan rupiah yang cenderung melemah tersebut, secara umum masih sejalan dengan pelemahan nilai tukar di kawasan Asia lainnya. Meskipun demikian, pelemahan rupiah diikuti oleh volatilitas yang lebih terjaga sehingga tidak berdampak signifikan pada perkembangan harga domestik, seiring dengan penurunan harga komoditas internasional yang masih berlanjut. Grafik 2.13. Perkembangan Harga Rata-rata Triwulanan Komoditas Emas di Pasar Internasional 1800
USD /mt
% yoy
II
III
IV
I
II
2010
III 2011
WTI
Sumber : Bloomberg
IV
35 93.4 30 25 20 15 10 5 0 -5 (8.9) -10 -15 II
I
USD/OZ
110 100 90 80 70 60 50 40 30
1612.5
1600
40
1400
35
1200
30
1000
25
800
20
600
15
400
10 6.9
200 0
5 -
IV
I
II
2012
gHarga Minyak (RHS)
45
Persen
Grafik 2.12. Perkembangan Harga Rata-rata Triwulanan Komoditas Minyak di Pasar Internasional
III 2011
Harga Emas
IV
I
II 2012
yoy (axis kanan)
*s.d. 21 Mar '12
Sumber: Bloomberg, diolah
Sumber: Bloomberg, diolah
2.2.2 Non Fundamental
Volatile foods
Tekanan inflasi pada kelompok volatile foods pada akhir triwulan II 2012 meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada Juni 2012 kelompok ini tercatat mengalami inflasi 6,2% (yoy) dengan sumbangan 1,76% (yoy) terhadap inflasi umum, lebih tinggi dibandingkan periode lalu yang tercatat mengalami deflasi -5,38% (yoy) dengan sumbangan -1,61%
40
PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
terhadap inflasi umum. Beberapa faktor yang mempengaruhi terakselerasinya harga kelompok ini selama triwulan II 2012 diantaranya: (a) Meningkatnya permintaan sebagai faktor seasonal hari raya keagamaan (Paskah dan Pengucapan Syukur) serta musim liburan sekolah yang jatuh pada triwulan laporan. (b) Anomali cuaca dan bencana yang terjadi pada sentra komoditas pangan di Sulut. (c) Berkurangnya produksi perikanan tangkap karena faktor cuaca dan kelangkaan BBM bersubsidi. (d) Kenaikan HPP Beras yang ditetapkan pemerintah serta kenaikan harga pupuk urea bersubsidi. Sementara itu, bertambahnya pasokan beras seiring dengan panen raya yang terjadi pada Mei 2012 dapat menahan laju inflasi kelompok volatile foods pada periode laporan. Grafik 2.14. Perkembangan Harga Komoditas Beras, Minyak Goreng dan Cabai Rawit di Kota Manado Rp/kg
Grafik 2.15. Perkembangan Harga Komoditas Cabe Rawit dan Bawang Merah di Kota Manado 25,000
50,000 20,000
15,000
30,000 10,000
5,000
10,000 I
II III IV M M M M M M M M M M M M M M M M M M M M M M M M M I II III IV I II III IV V I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Des -11
Jan-12
Feb-12
Maret
April 2012 Mei 2012 Juni 2012
I
III
I
III
I
III V II IV II IV II
Jan-11Feb-11 Mar-11 Apr11
Cabe Rawit (merah)
Bawang Merah
Beras
Sumber : Survei Pemantauan Harga (SPH) KPw Prov. Sulut
I
III
I
III V II IV II IV II IV II IV M M M M M I M M I M M I M M I M II IV II IV III III III III
Mei- Juni- Juli-11 Agst-11 Sept- Okt- Nov - Des - Jan-12 Feb-12 Maret April Mei Juni 11 11 11 11 11 11 2012 2012 2012
Deho
Malalugis
Sumber : Survei Pemantauan Harga (SPH) KPw Prov. Sulut
Administered Price
Secara tahunan inflasi kelompok administered prices pada akhir triwulan II 2012 tercatat sebesar 4,31% (yoy) dengan sumbangan 0,82% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan lalu yang tercatat sebesar 2,96% (yoy) dengan sumbangan 0,55% terhadap inflasi tahunan. Peningkatan inflasi administered prices pada triwulan laporan terutama berasal dari peningkatan ongkos angkutan seiring musim liburan sekolah udara pada akhir periode laporan.
41
Halaman ini sengaja dikosongkan
BAB III
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
Halaman ini sengaja dikosongkan
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH Kinerja perbankan Sulawesi Utara terus menunjukkan perkembangan yang baik sebagaimana tercermin dari meningkatnya fungsi intermediasi perbankan serta terjaganya risiko kredit. Pada triwulan II 2012 aset perbankan Sulut tumbuh lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan lalu tercatat sebesar 23,55% (yoy), sejalan dengan meningkatnya laju pertumbuhan kredit yang tercatat sebesar 21,54% (yoy). Dari sisi penghimpunan dana, Dana Pihak Ketiga (DPK) juga mencatat pertumbuhan positif meski melambat dibandingkan triwulan sebelumnya sehingga tercatat sebesar 21,95% (yoy). Dengan demikian Loan to Deposit Ratio (LDR) perbankan di Sulawesi Utara berada pada level 113,92% di akhir triwulan II 2012. Beberapa aspek yang mencerminkan stabilitas sistem perbankan seperti aspek risiko kredit, risiko likuiditas, risiko pasar dan indikator lainnya relatif terkendali. Non Performing Loans (NPLs) relatif terjaga berada pada nilai dibawah batas ketentuan BI yaitu dibawah 5%. Tabel 3.1 Indikator Utama Perbankan di Sulawesi Utara Komponen Total Aset Tumbuh Y.o.Y (%) DPK (Rp Miliar) Tumbuh Y.o.Y (%) Kredit outstanding (Rp Miliar) Tumbuh Y.o.Y (%) LDR (%) NPL (%)
Q1 14,783 8.42 9,953 11.74 10,867 19.48 109.18 3.53
2010 Q2 Q3 15,914 16,731 11.79 12.58 10,604 11,114 12.24 14.28 11,631 12,119 20.81 21.14 109.68 109.05 3.46 3.48
Q4 17,534 18.72 11,428 14.43 12,909 23.12 112.95 3.13
Q1 18,242 23.40 11,797 18.53 13,397 23.28 113.56 3.74
2011 Q2 Q3 19,467 20,465 22.33 22.32 12,601 13,298 18.83 19.66 14,403 15,107 23.83 24.65 114.30 113.60 3.64 3.46
Q4 21,244 21.16 14,138 23.71 15,896 23.14 112.43 2.66
2012 Q1 22,112 21.22 14,579 23.58 16,177 20.75 110.96 2.66
Q2 24,052 23.55 15,367 21.95 17,506 21.54 113.92 2.61
Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut
3.1. STRUKTUR ASET PERBANKAN SULAWESI UTARA Aset perbankan Sulawesi Utara, baik bank umum konvensional, bank umum syariah maupun Bank Perkreditan Rakyat (BPR) pada triwulan II-2012 tumbuh lebih tinggi dibandingkan dengan periode lalu maupun triwulan yang sama tahun sebelumnya. Total aset perbankan Sulut pada triwulan II 2012 mencapai Rp24.052 miliar atau tumbuh 23,55% (yoy), lebih tinggi dari pertumbuhan pertumbuhan triwulan lalu dan tahun lalu yang masing-masing tercatat sebesar 21,22% (yoy) dan 22,33% (yoy). Pertumbuhan aset pada triwulan II 2012 juga lebih tinggi apabila dibandingkan dengan rata-rata pertumbuhan selama 5 tahun terakhir, tercatat sebesar 20,08% (yoy). Struktur aset perbankan Sulawesi Utara pada triwulan II 2012 masih didominasi oleh aset bank umum konvensional dengan pangsa mencapai 95,03% dari total aset perbankan. Lebih lanjut, 45
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
sebesar 67,86% merupakan aset bank pemerintah dan 27,17% merupakan aset bank swasta. Sementara itu, pangsa bank umum syariah dan BPR konvensional masing-masing sebesar 1,88% dan 3,08%. Apabila dilihat pertumbuhannya, aset BPR konvensional terus mengalami pertumbuhan positif hingga tercatat mencapai 57,29% (yoy) pada triwulan II 2012. Sementara itu, aset bank umum syariah mengalami pertumbuhan positif dengan laju lebih tinggi dibandingkan triwulan lalu. Pada triwulan II 2012 aset bank umum syariah tercatat tumbuh 44,19%(yoy), atau lebih tinggi dibandingkan triwulan lalu yang tercatat sebesar 37,12% (yoy). Grafik 3.2. Perkembangan Pangsa Aset Perbankan Sulawesi Utara Tw. II-20112 (%)
Grafik 3.1. Pangsa Aset Perbankan Sulawesi Utara Tw. II-2012
Bank Umum Konvensional Pemerintah 68%
Bank Umum Syariah 2%
Total Asset BPR Konvensional (left axis) Total Asset BU Syariah (left axis) Bank Umum Konvensional (right axis)
3.50
98 97.5
3.00
97
2.50 Bank Umum Konvensional 95%
BPR Konvensional 3%
96.5
2.00
96
1.50
95.5 95
1.00 Bank Umum Konvensional Swasta 27%
BPR Konvensional
Bank Umum Syariah
Bank Umum Konvensional Pemerintah
Bank Umum Konvensional Swasta
94.5
0.50
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut
94
-
93.5 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 2009
2010
2011
2012
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut
3.2. PERKEMBANGAN KANTOR BANK Secara kelembagaan, perbankan Sulawesi Utara pada triwulan laporan terdiri dari 25 bank umum konvensional, 3 bank umum syariah, dan 17 Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Berdasarkan jaringan kantornya, bank umum konvensional memiliki 250 kantor dan bank umum syariah memiliki 13 kantor, sementara itu BPR terdiri dari 48 kantor. Jumlah bank umum dan BPR konvensional di Sulawesi Utara mengalami peningkatan apabila dibandingkan periode lalu 3.3. PERKEMBANGAN BANK UMUM KONVENSIONAL 3.3.1. Respon Perbankan Sulawesi Utara Terhadap Kebijakan Moneter Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada tanggal 12 Juni 2012 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 5,75%. Tingkat suku bunga tersebut dinilai masih konsisten dengan prakiraan inflasi ke depan yang tetap rendah dan terkendali di dalam kisaran sasaran yang ditetapkan, yaitu 4,5% ± 1% pada tahun 2012 dan 2013. Untuk mengelola tekanan pelemahan nilai tukar dari memburuknya krisis di Eropa dan sentimen negatif pasar keuangan 46
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
global, Bank Indonesia mendorong peningkatan pasokan valuta asing ke pasar agar pergerakan Rupiah tetap sejalan dengan pergerakan nilai tukar kawasan Asia dan kondisi fundamental perekonomian Indonesia. Di samping menjaga kecukupan likuiditas baik di pasar Rupiah maupun pasar valuta asing, Bank Indonesia juga memperkuat operasi moneter dan pendalaman pasar keuangan, termasuk melalui pengembangan instrumen moneter valuta asing. Transmisi kebijakan moneter melalui jalur suku bunga perbankan di Sulawesi Utara terus berlanjut. Namun demikian, penyesuaian terhadap kenaikan suku bunga pinjaman di Sulawesi Utara masih dalam kisaran yang relatif terbatas, ditandai oleh tren penurunan suku bunga perbankan hingga akhir triwulan II-2012 dalam kisaran rendah. Berdasarkan data yang bersumber dari Bank Indonesia, sampai dengan akhir Juni 2012, rata-rata tingkat suku bunga kredit tercatat sebesar 13,41% atau sedikit lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 13,53%. Menurut jenis penggunaannya, rata-rata tingkat suku bunga kredit modal kerja mencapai 13,08% per tahun, rata-rata kredit investasi sebesar 14,13% per tahun dan rata-rata kredit konsumsi sebesar 13,44% per tahun. Sementara itu, rata-rata tingkat suku bunga deposito 1 bulan sampai dengan Juni 2012 tercatat sebesar 5,71%, lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 5,79%. Apabila dibandingkan dengan tingkat suku bunga nasional, suku bunga kredit di Provinsi Sulawesi Utara masih berada pada level yang lebih tinggi. Pada Juni 2012 rata-rata suku bunga kredit Sulawesi Utara tercatat 13,41%, lebih tinggi dari rata-rata suku bunga kredit nasional 2
yang tercatat sebesar 10,98% . Berdasarkan penggunaannya, rata-rata tingkat suku bunga kredit modal kerja mencapai 12,02% per tahun, rata-rata kredit investasi sebesar 11,62% per tahun dan rata-rata kredit konsumsi sebesar 13,62% per tahun.
Grafik 3.4. Rata-Rata Tingkat Suku Bunga Kredit Menurut Jenis Penggunaan (%)
Grafik 3.3. Perkembangan Rata-Rata Tingkat Suku Bunga Kredit, Deposito dan BI Rate (%)
2010 Sk. Bunga Kredit (Left Axis) Sk. Bunga Deposito (Right Axis)
BI Rate (Right Axis)
Modal Kerja
Jun
Apr
Mei
Mar
Jan
Feb
Dec
Oct
Nov
Sep
Jul
Aug
Jun
May
Mar
April
Jan
2010
2011
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut
2
17.5 17.0 16.5 16.0 15.5 15.0 14.5 14.0 13.5 13.0
Feb
Jun
Apr
Mei
Mar
Jan
Feb
Des
Okt
Nov
5.50
Sep
13.0
Jul
6.00
Aug
14.0
Jun
6.50
Apr
15.0
May
7.00
Mar
16.0
Jan
7.50
Feb
17.0
2011
Investasi
Konsumsi
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut
Sumber : Bank Indonesia Kredit Bank Umum Konvensional, mata uang Rupiah dan Valas
47
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
3.3.2.
Penyerapan Dana Masyarakat
Dana Pihak Ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun perbankan di wilayah Sulawesi Utara pada triwulan II-2012 menunjukkan pertumbuhan sebesar 21,95% (yoy) menjadi Rp15.367 miliar, lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan pada periode yang sama tahun lalu, tercatat tumbuh 18,83% (yoy) atau sebesar Rp12.601 miliar maupun dibandingkan dengan rata-rata pertumbuhan DPK selama 5 tahun terakhir, tercatat 19,26% (yoy) yang mencerminkan meningkatnya minat dan kemampuan ekonomi masyarakat Sulut untuk menyimpan dananya di bank. Hal ini ti dan meningkatnya kinerja perbankan dalam menjaring dana masyarakat melalui inovasi produk. Berdasarkan jenis simpanannya, kenaikan dana terjadi pada jenis tabungan yang tumbuh 22,39% (yoy) kemudian disusul oleh giro sebesar 21,78% (yoy) dan deposito sebesar 21,40% (yoy). Grafik 3.6.
Grafik 3.5. Perkembangan Dana Pihak Ketiga (Rp. Miliar) 8,000
Giro
Deposito
Share Dana Pihak Ketiga (DPK)
Tabungan
7,000
18.13%
6,000 5,000
48.42%
4,000 3,000
2,000 1,000
33.45%
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 2009
2010
2011
2012 Giro
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut
sistem perbankan masih didominasi oleh jenis
Grafik 3.7. Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Bank Penghimpun (Rp. Miliar)
simpanan tabungan sebesar 48,42% dari total
9,000
keseluruhan Dana Pihak Ketiga (DPK), disusul
7,000
deposito
(33,45%)
dan
Tabungan
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut
Menurut pangsanya, penempatan dana dalam
kemudian
Deposito
giro
8,000
5,000 4,000
Berdasarkan kelompok bank, bank pemerintah
2,000
sisanya dihimpun oleh bank swasta (31,90%). Berdasarkan laju pertumbuhannya, dana di
Bank Swasta
6,000
(18,13%).
menyerap 68,10% dari total DPK sedangkan
Bank Pemerintah
3,000 1,000 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 2009
2010
2011
2012
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut
bank pemerintah tumbuh 27,76% (yoy) sedangkan dana di bank swasta tumbuh sebesar 11,16% (yoy). 48
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
Berdasarkan wilayah penghimpunan dananya, dari keseluruhan total dana pihak ketiga yang dihimpun, sebesar 70,87% atau sebesar Rp10.891 miliar berasal dari bank-bank yang berlokasi di Manado, selanjutnya diikuti oleh Kota Kotamobagu (8,13%), Kota Bitung (6,9%), Kabupaten Kepulauan Sangihe Talaud (5,82%), Kabupaten Minahasa (5,2%), Kota Tomohon (1,17%), Kabupaten Minahasa Selatan (1,01%), Kabupaten Minahasa Utara (0,89%) . Tabel 3.2. Perkembangan Sebaran DPK per Kabupaten/Kota (Rp. Miliar)
2011
Kota/Kabupaten
I
Kab. Minahasa Kab. Kepulauan Sangihe Kab. Minahasa Selatan Kab. Minahasa Utara Kota Menado Kota Kotamobagu Kota Bitung Kota Tomohon Total
II
605 736 111 140 8,275 1,011 775 144 11,797
682 763 122 123 8,890 1,047 834 140 12,601
2012 III 682 802 126 117 9,478 1,054 887 153 13,298
IV 662 744 107 94 10,489 962 965 115 14,138
I
II
732 873 173 109 10,380 1,117 1,017 179 14,579
800 895 156 136 10,891 1,249 1,061 180 15,367
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut
Grafik 3.8. Komposisi Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Kabupaten/Kota (Rp. Miliar)
Grafik 3.9. Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Kab/Kota (%)
18,000
Kota Tomohon
16,000 14,000
Kota Bitung
12,000 10,000
Kota Kotamobagu
8,000 6,000
Kota Menado
4,000 2,000 -
I
II
III
IV
I
Kota Tomohon
144
140
153
115
179
180
Kota Bitung
775
834
887
965
1,017
1,061
Kota Kotamobagu
1,011
1,047
1,054
962
1,117
1,249
Kota Menado
8,275
8,890
9,478
10,489
10,380
10,891
Kab. Minahasa Utara
140
123
117
94
109
136
Kab. Minahasa Selatan
111
122
126
107
173
156
Kab. Kepulauan Sangihe
736
763
802
744
873
895
Kab. Minahasa
605
682
682
662
732
800
2011
II 2012
Kota Tomohon
Kota Bitung
Kota Kotamobagu
Kota Menado
Kab. Minahasa Utara
Kab. Minahasa Selatan
Kab. Kepulauan Sangihe
Kab. Minahasa
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut
Kab. Minahasa Utara Kab. Minahasa Selatan
Kab. Kepulauan Sangihe Kab. Minahasa 0
10
20
30
40
Q2-2012
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut
Berdasarkan wilayah administratifnya, DPK yang berhasil dihimpun pada triwulan laporan hampir seluruh kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi Utara mengalami pertumbuhan jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Pertumbuhan tertinggi dialami oleh Kabupaten Tomohon sebesar 28,64% (yoy) dan yang terendah dialami oleh Minahasa Utara sebesar 11,01% (yoy).
49
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
3.3.3. Penyaluran Kredit Bank Pelapor Kredit bank umum konvensional di Sulawesi Utara terus mengalami perkembangan yang menggembirakan, tercermin dari pertumbuhan positif kredit pada triwulan II 2012, walaupun melambat apabila dibandingkan dengan pertumbuhan tahun lalu. Pada triwulan II-2012, jumlah kredit secara umum tercatat 17.506 miliar atau tumbuh 21,54% (yoy). Berdasarkan jenis penggunaannya, pertumbuhan kredit paling signifikan dialami oleh kredit modal kerja yang mencapai jumlah Rp6.171 miliar atau tumbuh 30,20% (yoy). Sementara itu, untuk jenis kredit investasi dan kredit konsumsi masing-masing sebesar Rp2.465 miliar dan Rp8.869 miliar atau tumbuh 21.44% (yoy) dan 16.20% (yoy). Tingginya pertumbuhan kredit investasi dan modal kerja pada periode laporan diperkirakan didorong oleh meningkatnya minat pelaku usaha untuk berinvestasi di Sulut, hal ini tercermin dari pembangunan infrastruktur penunjang serta sarana dan prasarana daerah yang terus ditingkatkan seiring dengan semakin banyaknya perhelatan berskala nasional dan internasional yang dilaksanakan di Sulawesi Utara. Grafik 3.11. Penyaluran Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan (Rp. Miliar)
140
gModal Kerja (%) gKonsumsi (%)
gInvestasi (%) gTotal Kredit (%)
2011
120
2012
Grafik 3.10. Perkembangan Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan (%)
100
2010
80 60 40
2009
20 0 -20
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 2009
2010
2011
Q2 Q1 Q4 Q3 Q2 Q1 Q4 Q3 Q2 Q1 Q4 Q3 Q2 Q1
-
2012
Investasi Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut
2,000
4,000
6,000
Modal Kerja
8,000 Konsumsi
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut
Berdasarkan strukturnya, pangsa kredit konsumsi menempati urutan pertama sebesar 50,66% dari total kredit yang disalurkan. Selanjutnya pangsa kredit modal kerja tercatat sebesar 35,25%,
kemudian
diikuti
oleh
kredit
investasi
dengan
pangsa
sebesar
14,08%.
Mendominasinya share kredit konsumsi dibandingkan jenis kredit lainnya searah dengan pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara yang terutama didorong oleh aktivitas konsumsi. Berdasarkan sektor ekonominya, penyaluran kredit produktif selama triwulan ini sebagian besar ditujukan ke sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) dengan pangsa sebesar 29,33% dari total kredit. Sementara itu, berdasarkan kelompok bank, sampai dengan triwulan laporan, bank umum pemerintah mendominasi penyaluran kredit dibandingkan dengan bank umum swasta nasional. Kelompok bank pemerintah menyalurkan Rp12.450 miliar atau mencapai
50
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
pangsa pasar 71,12% sedangkan sisanya disalurkan oleh kelompok bank swasta sebesar Rp5.506 miliar dengan pangsa pasar 28,88% dari total kredit. Grafik 3.12. Penyaluran Kredit Berdasarkan Sektor Ekonomi
Grafik 3.13. Penyaluran Kredit Berdasarkan Kelompok Bank 20,000 18,000 16,000 14,000 12,000 10,000 8,000 6,000 4,000 2,000 -
4.01% 8.56%
3.55%
54.55%
29.33%
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 2009
Lainnya (Konsumsi) Perdagangan, Hotel & Restoran Konstruksi Jasa Dunia Usaha Sektor Lainnya
2010
Bank Swasta
2011
2012
Bank Pemerintah
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut
Berdasarkan wilayah penyaluran kredit, dari total kredit sebesar Rp17.506 miliar, tercatat 65.78% atau sebesar Rp11.516 miliar disalurkan di wilayah Kota Manado. Selanjutnya diikuti oleh Kota Kotamobagu dengan pangsa pasar sebesar 9,43% (Rp1.651 miliar), Kabupaten Minahasa 8,23% (Rp1.441 miliar), Kabupaten Kepulauan Sangihe 6,29%(Rp.1.101 miliar), Kota Bitung 6% (Rp.1.050 miliar), Kota Tomohon 1,75% (Rp307 miliar), Kabupaten Minahasa Selatan 1,47% (Rp.258 miliar), Kabupaten Minahasa Utara 1,04% (Rp182 miliar).
Grafik 3.14. Komposisi Kredit Berdasarkan Kabupaten/Kota (Rp. Miliar)
Grafik 3.15. Pertumbuhan Kredit Berdasarkan Kabupaten/Kota (%)
20,000
Tomohon
18,000 16,000
Bitung
14,000 12,000
Kotamobagu
10,000
Menado
8,000 6,000
Minahasa Utara
4,000 2,000
Minahasa Selatan
Q3
Q4
Q1
Q2
2010
Q3
Q4
Q1
2011
Q2 2012
Tomohon
Bitung
Kotamobagu
Menado
Minahasa Utara
Minahasa Selatan
Sangihe
Minahasa
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut
Sangihe
Minahasa -
10
20
30
40
50
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut
Berdasarkan laju pertumbuhan kreditnya, wilayah dengan laju pertumbuhan kredit tertinggi dialami Tomohon sebesar 38,38% (yoy) sedangkan yang terendah adalah Kabupaten Minahasa 6,46% (yoy). 51
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
3.3.4. Kredit MKM Perkembangan potensi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Sulawesi Utara tidak terlepas dari dukungan perbankan dalam penyaluran kredit kepada UMKM. Setiap tahun kredit kepada UMKM mengalami pertumbuhan dan secara umum pertumbuhannya lebih tinggi dibanding total kredit perbankan. Kredit UMKM adalah kredit kepada debitur usaha mikro, kecil dan menengah yang memenuhi definisi dan kriteria usaha mikro, kecil dan menengah sebagaimana diatur dalam UU No. 20 tahun 2008 tentang UMKM. Berdasarkan UU tersebut, UMKM adalah usaha produktif yang memenuhi kriteria usaha dengan batasan tertentu kekayaan bersih dan hasil penjualan tahunan. Data yang disajikan dalam pembahasan Kajian Ekonomi Regional Triwulan II 2012 adalah kredit UMKM dengan menggunakan definisi sebagaimana diatur dalam UU No.20 tahun 2008 tentang UMKM. Pertumbuhan Menengah) konvensional
kredit
MKM
yang
disalurkan
di
Sulawesi
(Mikro, oleh Utara
Kecil bank
dan umum
Grafik 3.16. Laju Pertumbuhan Kredit UMKM dan Total Kredit (%) 50
mengalami
45
peningkatan. Sampai dengan triwulan II-2012, posisi
35
kredit MKM tercatat Rp6.608 miliar atau tumbuh
25
28,21% (yoy), lebih besar dari pertumbuhan kredit
15
umum yang tercatat sebesar 21,54% (yoy) pada
5
triwulan II 2012. Jika dilihat berdasarkan skalanya, kredit menengah memiliki pangsa terbesar yakni 38,33%, kredit kecil memiliki pangsa mencapai
%
40 30 20 10
0 Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
2011 Kredit Umum
Q2 2012
Kredit UMKM
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut
35,79%, dan sisanya 25,87% merupakan kredit mikro. Jika melihat pangsa kredit MKM terhadap penyaluran kredit perbankan secara keseluruhan pada triwulan II-2012, pangsa kredit MKM tercatat 37,75%, atau sedikit lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, tercatat 35,79%. Kenaikan pangsa kredit MKM harus ditopang oleh semakin membaiknya kualitas kredit yang disalurkan. Pada triwulan II 2012 rasio Non Performing Loan (NPL) tercatat cukup tinggi, yakni sebesar 4,43%.
52
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
Non Performing Loan Kredit UMKM (Rp. Miliar)
Grafik 3.18.
3000
Q2
2012
Grafik 3.17. Kredit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (Rp. Miliar)
2500
Q1 Q4
2011
2000 1500
Q3 Q2 Q1
1000
Q4
2010
500 0 Q1
Q2
Q3
Q4
2010 Mikro
Q1
Q2
Q3
Q4
2011 Kecil
Q1
Q2
2012
Menengah
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut
Q3 Q2 Q1
-
50 Menengah
100 Kecil
150
200
Mikro
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut
3.4 STABILITAS SISTEM PERBANKAN Stabilitas sistem perbankan di Sulawesi Utara sampai dengan triwulan II 2012 relatif terkendali.
Non Performing Loans (NPLs) relatif terjaga, berada pada tingkat dibawah batas ketentuan BI yaitu 5%. Sementara itu, aspek penyerapan dana yang tercermin dari Loan to Deposit Ratio (LDR) berada pada level sedikit diatas 100%. Sedangkan volatilitas kurs diperkirakan tidak akan berdampak besar terhadap risiko pasar, karena paparan tehadap transaksi valuta asing yang tidak tinggi. Sementara itu, perkembangan indikator lainnya (Kelonggaran tarik, NIM, ROA dan BOPO) menunjukkan perkembangan yang positif. 3.4.1 Risiko Kredit Pada triwulan II-2012 risiko kredit perbankan Sulawesi Utara masih terkendali yang tercermin dari indikator Non Performing Loans (NPLs) dan konsentrasi kredit secara keseluruhan. Ratio NPLs (bruto) tetap terjaga pada level dibawah batas yang ditetapkan oleh Bank Indonesia (5%) tercatat sebesar 2.61%. Dengan nilai NPLs yang relatif terjaga maka terdapat peluang untuk terus meningkatkan kinerja penyaluran kredit, terutama pada sektor-sektor yang produktif. Lebih lanjut, terdapat penurunan NPLs pada hampir semua sektor ekonomi terutama pada sektor pertanian. Hal ini tidak lepas dari upaya-upaya perbankan dalam perbaikan kualitas kredit . Sementara itu, apabila dilihat dari indikator konsentrasi kredit secara keseluruhan, dapat terlihat bahwa sebagian besar kredit disalurkan pada sektor yang memiliki tingkat NPL yang relatif rendah yakni sektor lainnya (Konsumsi) dengan pangsa mencapai 54,55% dari total kredit memiliki tingkat NPL sebesar 1,34%.
53
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
Grafik 3.19. Kredit & NPLs Sektoral Tw. I-2012 8,000
96 92 88 84 80 76 72 68 64 60 56 52 48 44 40 36 32 28 24 20 16 12 8 4 0 -4 -8 -12
7,000 6,000
5,000 4,000 3,000 2,000 1,000 1
2
3
4
5
6
Kredit (Rp miliar)
7
8
Keterangan : 1 = Pertanian 2 = Pertambangan 3 = Industri 4 = Listrik, Gas, dan Air Bersih 5 = Konstruksi 6 = PHR 7 = Transportasi&Komunikasi 8 = Jasa-jasa 9 = Lainnya (Konsumsi)
9
NPL (%)
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut
3.4.2 Risiko Likuiditas Indikator risiko likuiditas perbankan Sulawesi Utara, yaitu konsentrasi jangka waktu sumber dana dan tingkat Loan Deposit Ratio (LDR) menunjukkan bahwa risiko likuiditas pada triwulan laporan cukup terkendali. Dilihat
berdasarkan
konsentrasi
Grafik 3.20.
jangka
waktu
sumber pembiayaannya, DPK di Sulawesi Utara masih
didominasi oleh dana-dana jangka pendek
(tabungan dan giro) yang berpotensi menciptakan
maturity mismatch karena kredit yang disalurkan perbankan jangka waktunya relatif lebih panjang daripada penempatan dana masyarakat. Hal ini ditandai oleh masih mendominasinya tabungan pada
Loan to Deposit Ratio (LDR) Berdasarkan Kabupaten/Kota Tomohon Bitung Kotamobagu Menado Minahasa Utara Minahasa Selatan Sangihe
Minahasa -
10
20
30
40
50
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut
DPK perbankan Sulut dengan pangsa rata-rata 3 tahun terakhir tercatat sebesar 47,20% dari total kredit secara keseluruhan. Selanjutnya angka Loan to Deposit Ratio (LDR) pada triwulan laporan tercatat 113,92%. Perlu digaris bawahi bahwa perhitungan LDR ini hanya membagi jumlah total kredit yang disalurkan dengan jumlah dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun oleh perbankan. Meningkatnya rasio LDR ini disebabkan karena pertumbuhan kredit yang lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan DPK yang berhasil dihimpun bank. Berdasarkan wilayah administratifnya, rasio LDR terendah dialami oleh Kota Bitung sebesar 99,02%. Sedangkan LDR tertinggi dicapai oleh Kabupaten Minahasa sebesar 180,19%, disusul kemudian berturut-turut oleh Kabupaten Tomohon sebesar 170,58%, Kabupaten Minahasa 54
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
Selatan sebesar 165,93%, Kabupaten Minahasa Utara sebesar 133,59%, Kota Kotamobagu sebesar 132,17%, Kabupaten Kepulauan Sangihe sebesar 122,99%, Kota Manado sebesar 105,74%. Tingginya rasio LDR di wilayah-wilayah tersebut mengindikasikan bahwa wilayah tersebut merupakan kawasan yang sedang berkembang dan membutuhkan banyak kucuran dana, yang diantaranya diperoleh dari penyaluran kredit oleh perbankan di wilayah tersebut. 3.4.3 Risiko Pasar Risiko pasar yang dihadapi oleh perbankan Sulawesi Utara relatif terkendali yang tercermin dari rendahnya tingkat fluktuasi suku bunga. Tingkat suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) yang cenderung tetap, menyebabkan pergerakan suku bunga perbankan di Sulut pun bergerak dalam batasan yang relatif rendah. Sementara itu, pergerakan kurs diperkirakan tidak akan berdampak besar terhadap kinerja perbankan Sulawesi Utara, karena minimnya transaksi valuta asing di perbankan Sulawesi Utara. 3.4.4 Indikator perbankan lainnya
Rasio Kelonggaran Tarik Kredit
Grafik 3.21. Kelonggaran Tarik Kredit Bank Umum
Perkembangan rasio kelonggaran tarik kredit bank
umum
memperlihatkan
pada
triwulan
adanya
II-2012
kecenderungan
peningkatan. Tercatat rasio kelonggaran tarik pada Juni 2011 sebesar 6,73%, mengalami sedikit penurunan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat 7,25%. Hal ini mencerminkan berkurangnya jumlah
Rp Miliar
%
22,000
8.00
20,000
7.80
18,000
7.60
16,000
7.40
14,000
7.20
12,000
7.00
10,000
6.80
8,000
6.60
6,000
6.40
4,000
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
2011
Q2 2012
Plafond
15,576
16,517
17,405
18,210
18,641
19,987
Outstanding
13,397
14,403
15,107
15,896
16,177
17,506
Rasio UL (%)
7.56
7.25
7.78
7.30
7.47
6.73
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut
kredit yang tidak dicairkan oleh nasabah.
Net Interest Margin (NIM)
Grafik 3.22.
Net Interest Margin Bank Umum (Rp Miliar)
Net Interest Margin (NIM) didefinisikan sebagai
3,000
salah satu indikator penilaian terkait kemampuan
2,500
2,000
bank dalam menghasilkan laba. Berdasarkan
1,500
neraca konsolidasi bank umum, saldo bersih
1,000 500
pendapatan bunga setelah dikurangi biaya
-
bunga atau yang biasa disebut Net Interest
Margin
(NIM)
pada
triwulan
laporan
Pend.Bunga Biaya Bunga NIM
Q1 640
253 414
Q2
Q3 Q4 2011 1,294 1,995 2,752 527 766
813
1,119
1,182 1,633
Q1
Q2 2012 686 1,427 282 404
1,800 1,600 1,400 1,200 1,000 800 600 400 200 -
569 858
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut
55
6.20
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
menunjukkan angka yang positif sebesar Rp858 miliar, mengalami peningkatan bila dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang tercatat Rp766 miliar.
Rasio BOPO
Rasio BOPO menunjukkan tingkat efisiensi bank dalam melakukan kegiatan operasionalnya. Rasio BOPO yang tinggi mencerminkan kondisi bank yang tidak efisien. Sampai dengan triwulan laporan, tingkat efisiensi operasional perbankan meningkat yang tercermin dari penurunan rasio BOPO bank umum dari 73,60% pada triwulan yang sama tahun sebelumnya menjadi 68,49% pada triwulan laporan. Hal ini dapat diartikan bahwa terdapat peningkatan efisiensi perbankan dalam menjalankan kegiatan operasionalnya.
Return on Asset (ROA)
Return on Asset (ROA) merupakan suatu rasio yang mengukur kemampuan bank untuk menghasilkan laba dengan aset yang dimilikinya. Sampai dengan triwulan II-2012, rasio ROA bank umum tercatat sebesar 2,20%, relatif stabil bila dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 2,21%. Grafik 3.24.
Grafik 3.23. Rasio Biaya dan Pendapatan Operasional Bank Umum
Return On Asset Bank Umum %
Rp Miliar 3,500
30,000
800 750 700 650 600 550 500 450 400 350 300 250 200 150 100 50 -
25,000 20,000 15,000 10,000 5,000 -
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Aset (Rp Juta) - Left Axis
14,783
15,913.
16,695
17,504
18,242
19,467
20,465
21,243.
22,112.
24,052.
L/R (Rp Juta) - Right Axis
168
316.31
533
734
215
430
416
684.26
279.34
530.12
2009
2010
2011
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut
90 80
3,000
70
2,500
60
2,000
50
1,500
40 30
1,000
20
500
-
10 Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
2010
Q2
Q3
Q4
Q1
2011
Q2
BO
446
985
1,407
1,907
512
1,117
1,972
2,563
546
1,155
PO
609
1,293
1,976
2,689
761
1,517
2,411
3,255
827
1,686
76.21
71.17
70.94
67.35
73.60
81.82
78.75
66.06
68.49
Rasio 73.20
-
2012
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut
3.5 PERKEMBANGAN PERBANKAN SYARIAH Pada triwulan II 2012 perbankan umum syariah di Sulawesi Utara mengalami perkembangan yang cukup baik.Total aset bank umum syariah sampai dengan posisi Juni 2012 meningkat sebesar 44,19% (yoy), sejalan dengan pertumbuhan kredit sebesar 41,42% (yoy). Sementara itu, DPK tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 49,57% (yoy) pada triwulan laporan. Lebih tingginya laju pertumbuhan DPK dibandingkan dengan kredit menyebabkan Financing to
Deposit Ratio (FDR) sedikit turun dari 214,9 pada Juni 2011 menjadi 202,61 pada Juni 2012. Masih tingginya FDR mencerminkan bahwa bank umum syariah masih perlu meningkatkan upaya menjaring Dana Pihak Ketiga di Sulawesi Utara. 56
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
Dengan sikap kehati-hatian yang cukup baik dari perbankan syariah di Sulawesi Utara, rasio
Non Performing Financing (NPF) masih berada dibawah batas ketentuan Bank Indonesia, yakni sebesar 3,06% (<5%). Tabel 3.3. Indikator Utama Perbankan Syariah di Sulawesi Utara (Rp miliar)
2011 Q1
2012
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Asset
331,310
330,494
347,061
480,871
454,293
476,525
DPK
128,376
133,031
138,945
188,576
195,647
198,978
Giro
13,123
12,141
12,762
16,730
13,943
15,871
Tabungan
76,949
34,872
35,876
68,682
75,159
72,586
Deposito Kredit Modal Kerja
38,304
86,018
90,307
103,164
106,545
110,521
246,035
285,068
322,148
355,479
371,768
403,156
217,870
243,615
5,713
259,578
260,571
276,326
Investasi
3,616
3,963
248,805
10,918
16,271
22,384
Konsumsi
24,549
37,490
67,630
84,983
94,926
104,446
191.65
214.29
231.85
188.51
190.02
202.61
FDR (%)
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut
3.6 PERKEMBANGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT Tabel 3.4. Indikator Utama Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Sulawesi Utara (Rp. Miliar)
Komponen Aset
Growth (yoy) DPK
Growth (yoy) Deposito Tabungan Kredit
Growth (yoy) Jenis Penggunaan Modal Kerja Investasi Konsumsi Sektoral Pertanian Perindustrian PHR Jasa-jasa Lain-lain LDR (%) NPL (%)
2011
2012
Q1 430.61 58.31
Q2 496.17 64.35
Q3 563.07 68.43
Q4 651.75 62.12
Q1 713.67 65.74
Q2 780.43 57.29
308.44 60.01 236.49 71.95 322.50 51.91
348.50 57.10 267.94 80.56 383.57 66.58
395.04 54.89 318.64 76.40 420.10 70.22
439.46 55.92 346.55 92.91 455.81 58.09
471.29 52.80 382.24 89.05 505.54 56.76
508.60 45.94 408.82 99.78 544.48 41.95
104.36 15.69 202.44
92.37 14.14 277.06
100.10 13.22 306.78
98.12 12.50 345.19
97.13 17.32 391.09
102.88 21.83 419.77
4.47 5.40 41.78 53.61 217.23 104.56 4.71
4.66 3.63 46.21 33.64 295.43 110.06 3.85
5.59 2.77 49.50 33.22 329.02 106.34 4.16
5.73 2.34 44.88 33.50 369.37 103.72 3.92
5.85 2.34 50.85 33.77 412.73 104.56 3.89
5.55 2.12 56.84 35.27 444.70 107.06 4.17
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut
Kinerja BPR Provinsi Sulawesi Utara pada triwulan II-2012 menunjukkan pertumbuhan positif meskipun sedikit melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Hal ini tercermin dari 57
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
pertumbuhan aset, DPK dan kredit dan terjaganya risiko kredit. Aset BPR pada Juni 2012 mengalami pertumbuhan sebesar 57,29% (yoy), menjadi Rp780,43 miliar. Pertumbuhan aset BPR pada periode laporan terutama didorong oleh pertumbuhan kredit tercatat 41,95% (yoy) atau mencapai Rp544,48 miliar. Secara sektoral, kredit terutama disalurkan pada sektor lainlain (konsumsi) dengan pangsa 81,67% dan sektor PHR dengan pangsa 10,44%. Berdasarkan jenis penggunaannya, sebagian besar kredit yang disalurkan BPR merupakan kredit konsumsi dengan pangsa mencapai 77,10% dari total kredit. Hal ini diperkirakan tidak lepas dari peningkatan aktivitas konsumsi masyarakat di Sulawesi Utara seiring dengan perayaan hari raya . Sejalan dengan hal tersebut, DPK juga mengalami pertumbuhan positif sebesar 45,94%(yoy) dengan jumlah nominal sebesar Rp508,6 miliar. Berdasarkan komponen pembentuknya, deposito masih mendominasi DPK BPR dengan pangsa 80,38%. Pertumbuhan DPK BPR jauh lebih tinggi apabila dibandingkan dengan pertumbuhan DPK bank umum. Hal ini diduga terkait dengan masih relatif lebih menariknya suku bunga simpanan di BPR dibandingkan suku bunga perbankan. Melihat kondisi tersebut, diperlukan perhatian lebih pada penataan ulang efisiensi BPR, terutama bagaimana dapat menekan suku bunga pinjaman yang saat ini berada pada tingkat yang cukup tinggi akibat tingginya suku bunga sumber dana pembiayaan BPR. Fungsi intermediasi pada BPR menunjukkan pertumbuhan positif, tercermin dari rasio LDR yang tercatat sebesar 107,06% pada triwulan II-2012. Namun demikian, kualitas kredit BPR harus mendapatkan perhatian melihat tren kenaikan persentase kredit bermasalah (NPL gross) hingga tercatat mencapai 4,17% pada triwulan II-2012, lebih tinggi dari triwulan II 2011 yang tercatat sebesar 3,85%.
58
BAB IV
PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
Halaman ini sengaja dikosongkan
PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH Dukungan fiskal daerah terhadap perekonomian khususnya yang berasal dari APBD Provinsi pada tahun 2012 semakin baik. Hal ini sebagaimana tercermin dari peningkatan alokasi belanja, khususnya belanja modal yang meningkat 57,23% dibandingkan alokasi pada tahun 2011. Namun demikian, realisasi belanja, baik belanja modal maupun belanja operasional pada triwulan II-2012 mengalami perlambatan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Sementara itu, dari sisi pendapatan daerah, pencapaian secara keseluruhan pada triwulan II2012 mencapai 54,98%, lebih tinggi dibandingkan realisasi pada triwulan yang sama tahun lalu sebesar 51,04%. 4.1. Struktur Dana Perimbangan di Provinsi Sulawesi Utara Transfer dana dari pemerintah pusat yang bersumber dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) ke Provinsi/Kab/Kota di wilayah Sulawesi Utara pada Tahun 2012 mencapai Rp7,43 triliun atau naik 3,87% dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini sejalan dengan komitmen pemerintah pusat untuk meningkatkan kapasitas daerah serta mengurangi kesenjangan pelayanan kepada publik. Tabel 4.1. Perkembangan Transfer Dana Pusat Ke Prov/Kab/Kota di Wilayah Sulawesi Utara (dlm jutaan rupiah)
Dana Dana Perimbangan
Dana Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak Dana Alokasi Umum (DAU) Dana Alokasi Khusus (DAK) Dana Penyesuaian & Otonomi Khusus TOTAL
2008
2009
4,375,802 274,401 3,427,845 673,556 280,370 4,656,172
5,282,510 335,993 4,059,322 887,196 393,844 5,676,354
2010
2011
5,462,060 330,894 4,431,419 699,748 221,120 5,683,180
2012*
5,997,653 324,688 4,963,779 709,185 1,152,757 7,150,410
6,992,563 356,424 5,947,146 688,993 434,367 7,426,930
*) Data Update per 31 Maret 2012
Sumber : Dirjen Perimbangan Keuangan Depkeu
Kenaikan transfer dana dari pemerintah pusat terutama berasal dari dana perimbangan pada komponen Dana Alokasi Umum (DAU) sebesar Rp983,37 miliar atau naik 19,81%. Berdasarkan pangsanya, alokasi dana perimbangan di seluruh kabupaten/kota di Sulawesi Utara pada APBD Tahun 2012 sebagian besar berasal dari Dana Alokasi Umum dengan pangsa mencapai 85,05%. Selanjutnya diikuti oleh Dana Alokasi Khusus (DAK) dengan pangsa sebesar 9,85% dan Dana Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak sebesar 5,10%. Berdasarkan alokasi dana perimbangan di
masing-masing
kabupaten/kota/provinsi
di
Tahun
2012,
Provinsi
Sulawesi
Utara
mendapatkan alokasi terbesar yakni Rp889,07 miliar dengan pangsa 12,71%. Sementara, 61
PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
alokasi dana terendah diperoleh oleh Kabupaten Bolaang Mongondow Timur dengan pangsa 3,65% dari total dana perimbangan atau sebesar Rp255,57 milliar. Grafik 4.1. Pangsa Komponen Dana Perimbangan Prov/Kab/Kota di Sulawesi Utara Tahun 2012
Kab.Kep.Sitaro Kab.Boltim 4.95% 3.65% Kab. Bolmut 4.46%
Dana Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak 5.10%
Dana Alokasi Khusus (DAK) 9.85%
Grafik 4.2. Alokasi Dana Perimbangan Sulawesi Utara Tahun 2012
Kab.Mitra 5.08% Kotamobagu 4.42% Kab. Minut 6.29%
Dana Alokasi Umum (DAU) 85.05%
Kota Tomohon 4.85% Kab.Minsel Kab.Kep.Talaud 6.58% 6.01%
Sumber: Dirjen Perimbangan Keuangan Depkeu, diolah
Sulawesi
Utara
masih
memiliki
Pada
tahun
2012,
Prov. Sulut 12.71%
Kab.Bolmong 6.84% Kab. Minahasa 7.98% Kab. Sangihe 6.62%
Kota Manado 9.54%
Kota Bitung 6.22%
Sumber: Dirjen Perimbangan Keuangan Depkeu, diolah
tingkat
ketergantungan yang cukup tinggi terhadap dana perimbangan.
Kab.Bolsel 3.78%
tingkat
Grafik 4.3. Rincian Alokasi Dana Perimbangan Sulawesi Utara Tahun 2012 1,600,000
74%
1,400,000
72% 70%
1,200,000
68%
1,000,000
66%
800,000
64%
merupakan
600,000
62%
Pendapatan Asli Daerah. Pencapaian ini tercatat
200,000
ketergantungan Sulawesi Utara tercatat sebesar 62%, terus
sisanya
sebesar
mengalami
38,19%
penurunan,
hal
ini
mengindikasikan bahwa Sulawesi Utara relatif mandiri dan memiliki kapasitas ekonomi yang
60%
400,000
58%
56%
-
54% 2007
2008
2009
2010
2011
2012
Dana Perimbangan PAD
Proporsi Dana Perimbangan thd Total Pendapatan Provinsi
Sumber: Dirjen Perimbangan Keuangan Depkeu, diolah
cukup baik.
4.2.
APBD di Tingkat Provinsi
Dukungan fiskal daerah dalam rangka pembiayaan perekonomian diperkirakan akan lebih besar dibandingkan tahun sebelumnya, sebagaimana tercermin dari nilai APBD Provinsi Sulawesi Utara tahun 2012 yang meningkat dari Rp1,3 triliun menjadi Rp1,8 triliun (Tabel 4.2). Dengan dukungan tersebut maka diperkirakan prospek aktivitas perekonomian Sulawesi Utara akan semakin baik. Dari sisi pendapatan, target pendapatan di Tahun 2012 tercatat mengalami peningkatan dibandingkan tahun lalu yakni sebesar Rp1,72 triliun atau naik sebesar 36,32% (yoy). Hingga akhir triwulan II-2012 realisasi pendapatan Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara telah mencapai Rp944,08 miliar (54,98%). Di sisi belanja, Provinsi Sulawesi Utara menganggarkan dana yang cukup besar. Alokasi belanja Provinsi Sulawesi Utara adalah sebesar Rp1,82 triliun atau meningkat 40,07% dari tahun sebelumnya. Namun demikian, peningkatan 62
PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
alokasi belanja ini tidak diikuti dengan peningkatan realisasinya. Pada triwulan II-2012 realisasi belanja pemerintah tercatat hanya mencapai 31,91%, lebih rendah dibandingkan realisasi pada triwulan II-2011 (35,27%). Tabel 4.2. Kinerja APBD Provinsi Sulawesi Utara s.d. 30 Juni 2012 No I
II
III
Uraian Pendapatan Pendapatan Asli Daerah Pendapatan Transfer Lain-lain PAD yang Sah Belanja Belanja Operasi Belanja Modal Belanja Tidak Terduga Transfer (Ke Kab/Kota/Desa) Pembiayaan Penerimaan Daerah - Penggunaan SILPA Pengeluaran Daerah
Realisasi APBD Tw. II-2011
APBD 2011 (Rp Juta)
Nominal
1.259.702 451.755 807.647 300
642.986 244.235 398.621 129
1.297.908 892.324 223.584 10.000 172.000
457.810 331.306 60.777 300 65.427
38.207 40.207 40.207 2.000
185.176 -
APBD 2012 (Rp Juta)
% 51,04 54,06 49,36 43,06 35,27 37,13 27,18 3,00 38,04 -
Realisasi APBD Tw. II-2012 Nominal
%
1.717.270 549.355 1.167.565 350
944.077 283.418 660.571 88
1.817.969 1.251.434 351.536 10.000 205.000
580.055 453.435 50.452 70 76.098
100.699 100.699 100.699 -
189.114 189.114 189.114 -
54,98 51,59 56,58 25,20 31,91 36,23 14,35 0,70 37,12 187,80 187,80 187,80 -
Sumber : Biro Keuangan Provinsi Sulawesi Utara, diolah
4.2.1. Pendapatan Daerah di Tingkat Provinsi Realisasi pendapatan pemerintah provinsi Sulawesi Utara pada triwulan II-2012 telah melampaui pencapaian realisasi pada periode yang sama tahun sebelumnya. Realisasi pendapatan daerah tercatat sebesar Rp944,08 miliar atau 54,98% dari target penerimaan APBD tahun 2012. Berdasarkan komponennya (Tabel 4.3), realisasi PAD di triwulan II-2012 mencapai sebesar Rp283 miliar atau 51,59% yang sebagian besar disumbang dari penerimaan pajak daerah sebesar Rp263 miliar (realisasi 52,01%). Retribusi daerah masih rendah dan baru mencapai Rp3,15 miliar (realisasi 44,40%). Sementara itu, peningkatan realisasi pendapatan daerah juga tidak terlepas dari peningkatan realisasi PAD yang sah yang antara lain berupa penerimaan bunga deposito atas aset milik daerah. Tabel 4.3. Kinerja Pendapatan Daerah Provinsi Sulawesi Utara s.d. 30 Juni 2012 (dlm jutaan rupiah)
Uraian PENDAPATAN Pendapatan Asli Daerah - Pajak Daerah - Retribusi Daerah - Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah - Lain-lain Pendapatan Transfer - Dana Bagi Hasil Pajak - Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (SDA) - Dana Alokasi Umum - Dana Alokasi Khusus - Transfer pemerintah lainnya Lain-lain Pendapatan yang Sah
APBD 2011 (Rp Juta) 1.259.702 451.755 409.963 6.591 20.000 15.200 807.647 54.035 965 619.711 29.288 103.647 103.947
Sumber : Biro Keuangan Provinsi Sulawesi Utara, diolah
Realisasi APBD Tw. II-2011 Nominal
%
642.986 244.235 232.150 3.125 8.960 398.621 79.773 206 309.856 8.786 129
51,04 54,06 56,63 47,41 58,95 49,36 147,63 21,34 50,00 30,00 0,12
APBD 2012 (Rp Juta) 1.717.270 549.355 507.063 7.091 20.000 15.200 1.167.565 54.770 230 790.534 43.540 278.491 350
Proporsi APBD 2012 (%) 100,00 31,99 92,30 1,29 3,64 2,77 67,99 4,69 0,02 67,71 3,73 23,85 0,03
Realisasi APBD Tw. II-2012 Nominal
%
944.077 283.418 263.731 3.148 65 16.474 660.571 19.775 21.861 461.145 13.062 144.727 88
54,98 51,59 52,01 44,40 0,32 108,38 56,58 36,11 9.504,75 58,33 30,00 51,97 25,20
4.2.2. 63
PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
Belanja Daerah di Tingkat Provinsi Di sisi belanja, Provinsi Sulawesi Utara menganggarkan dana yang cukup besar. Alokasi belanja Provinsi Sulawesi Utara adalah sebesar Rp1,82 triliun atau meningkat 40,07% dari tahun sebelumnya. Namun demikian, peningkatan alokasi belanja ini tidak diikuti dengan peningkatan realisasinya. Sampai dengan akhir triwulan II-2012 realisasi belanja tercatat sebesar 31,91% dari total anggaran atau lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 35,27%. Tabel 4.4. Kinerja Belanja Daerah Provinsi Sulawesi Utara s.d. 30 Juni 2012
Uraian BELANJA Belanja Operasi
APBD 2011 (Rp Juta) 1.297.908 892.324 476.316 329.125 35.383 45.720 5.780 223.584 24.000 37.383 30.273 128.305 3.623 10.000 172.000
- Belanja Pegawai - Belanja Barang - Belanja Hibah - Belanja Bantuan Sosial - Belanja Bantuan Keuangan Belanja Modal - Belanja Tanah - Belanja Peralatan dan Mesin - Belanja Bangunan dan Gedung - Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan - Belanja Aset Tetap Lainnya Belanja Tak Terduga Transfer (Bagi Hasil ke Kab/Kota/Desa) Sumber : Biro Keuangan Provinsi Sulawesi Utara, diolah
Realisasi APBD Tw. II-2011 Nominal 457.810 331.306 192.621 115.478 12.586 10.496 125 60.777 160 18.361 11.624 28.693 1.939 300 65.427
% 35,27 37,13 40,44 35,09 35,57 22,96 2,16 27,18 0,67 49,12 38,40 22,36 53,52 3,00 38,04
APBD 2012 (Rp Juta) 1.817.969 1.251.434 539.802 374.624 300.728 35.000 1.280 351.536 102.140 81.636 41.018 121.654 5.088 10.000 205.000
Proporsi APBD 2012 (%) 100,00 68,84 43,13 29,94 24,03 2,80 0,10 19,34 29,06 23,22 11,67 34,61 1,45 0,55 11,28
(dlm jutaan rupiah) Realisasi APBD Tw. II-2012
Nominal 580.055 453.435 217.976 112.284 123.175 50.452 5.120 21.112 6.734 17.382 103 70 76.098
% 31,91 36,23 40,38 29,97 40,96 0,00 0,00 14,35 5,01 25,86 16,42 14,29 2,03 0,70 37,12
Menurut komponen pembentuknya, belanja Provinsi terdiri atas belanja operasi, belanja modal dan belanja tak terduga dengan pangsa masing-masing 68,84%, 19,34% dan 0,55%. Belanja operasi didominasi oleh belanja pegawai dengan pangsa 43,13% dan belanja barang 29,94%, sisanya merupakan belanja hibah (24,03%), belanja bantuan sosial (2,8%), dan belanja bantuan keuangan (0,10%). Sementara itu belanja modal terutama didominasi oleh belanja jalan, irigasi dan jaringan sebesar 34,61%. Sementara itu, berdasarkan tingkat realisasinya, tingkat realisasi belanja operasi (36,23%) tercatat lebih tinggi dibandingkan realisasi belanja modal (14,35%). Hal ini sejalan dengan struktur perekonomian Sulawesi Utara yang masih lebih banyak didorong oleh sektor konsumsi dibandingkan investasi (consumption driven growth). 4.2.3. Pangsa Realisasi APBD Terhadap PDRB dan Uang Beredar Dengan melakukan identifikasi terhadap pos-pos belanja dalam APBD provinsi ke dalam 2 (dua) kegiatan utama berdasarkan tabel PDRB sisi permintaan, yaitu konsumsi pemerintah dan belanja modal diperoleh hasil bahwa realisasi konsumsi pemerintah memiliki pangsa sebesar 64
PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
4,76% terhadap PDRB harga berlaku Provinsi Sulawesi Utara di triwulan II-2012, sedangkan realisasi belanja modal hanya memiliki pangsa sebesar 0,45%. Tingginya pangsa konsumsi pemerintah tercermin dari kinerja konsumsi dalam struktur perekonomian Sulawesi Utara memiliki kontribusi besar dalam PDRB. Sementara itu, dampak realisasi APBD Provinsi terhadap perkembangan uang beredar sampai dengan posisi 30 Juni 2012 masih relatif minimal, hal ini tercermin dari kondisi surplus yang berarti jumlah realisasi pendapatan pemerintah lebih besar dibandingkan realisasi pengeluaran (belanja pemerintah).
Tabel 4.5. Pangsa Realisasi APBD Provinsi s.d. 30 Juni 2012 Terhadap PDRB Harga Berlaku (dlm jutaan rupiah)
Uraian
Realisasi APBD Tw.II-2012 (Rp Juta)
PENDAPATAN Pendapatan Asli Daerah - Pajak Daerah - Retribusi Daerah - Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah - Lain-lain Pendapatan Transfer - Dana Bagi Hasil Pajak - Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (SDA) - Dana Alokasi Umum - Dana Alokasi Khusus - Transfer pemerintah lainnya Lain-lain Pendapatan yang Sah BELANJA Konsumsi Pemerintah - Belanja Pegawai - Belanja Barang - Belanja Hibah - Belanja Bantuan Sosial - Belanja Bantuan Keuangan - Belanja Tak Terduga - Transfer (Bagi Hasil ke Kab/Kota/Desa) Pembentukan Modal Tetap Bruto (Belanja Modal)
% thd PDRB
944.077 283.418
8,49
263.731
2,37
3.148
0,03
65 16.474 660.571 19.775 21.861 461.145 13.062 144.727 88 580.055 529.603 217.976 112.284 123.175 0 0 70 76.098 50.452
0,00
2,55
0,15 5,94 0,18 0,20 4,15 0,12 1,30 0,00 5,21 4,76 1,96 1,01 1,11 0,00 0,00 0,00 0,68 0,45
Sumber: Biro Keuangan Daerah Sulawesi Utara, diolah
65
DUKUNGAN PEMERINTAH DAERAH DALAM MENDORONG DUNIA USAHA DI KOTA MANADO Desentralisasi dan otonomi daerah merupakan suatu kebijakan yang bertujuan untuk mengubah struktur tata kelola pemerintahan dari sentralisme menjadi desentralisasi yang sekaligus menggeser pola pembangunan yang didominasi negara menuju kesempatan yang lebih terbuka bagi masyarakat dan dunia usaha. Dalam kaitannya dengan membuka kesempatan bagi dunia usaha, diperlukan adanya dukungan regulasi dalam bentuk kemudahan khususnya kemudahan pendirian usaha. Riset yang dilakukan oleh Bank Dunia dan International Finance Corporation (IFC) dengan judul
Doing Business di Indonesia 2012, mengangkat hasil analisa dan pengukuran kinerja daerah dalam upaya mendukung kemudahan pendirian usaha. Jumlah kota yang di analisa dan diperbandingkan sebanyak 20 kota di Indonesia. Pemilihan kota didasarkan pada tingkat urbanisasi, populasi, kegiatan ekonomi, keragaman politis dan geografis. Sementara indikator yang menjadi ukuran seberapa besar dukungan pemerintah daerah terhadap perkembangan dunia usaha adalah Tingkat Kemudahan Pendirian Usaha, Tingkat Kemudahan Mengurus Izin Mendirikan Bangunan, serta Tingkat Kemudahan Pendaftaran Properti. Indikator tersebut digunakan untuk mengidentifikasi reformasi kebijakan usaha dan ruang lingkup efektifitas reformasi kebijakan usaha tersebut dalam menyederhanakan prosedur, mengurangi waktu dan biaya untuk menjalankan kegiatan usaha. Perbandingan Kemudahan Perizinan Usaha di Beberapa Kota di Indonesia Kota
Kemudahan Kemudahan Mengurus Mendirikan Usaha Izin-izin Mendirikan Bangunan
Balikpapan Banda Aceh Bandung Batam Denpasar Gorontalo Jakarta Jambi Makassar
7 5 12 15 9 6 8 18 17
1 4 8 10 17 0 19 2 11
12 12 1 20 12 5 1 7 9
Manado
20
18
15
Mataram Medan Palangka Raya Palembang Pekanbaru Pontianak Semarang Surabaya Surakarta Yogyakarta
10 19 2 11 16 13 4 14 3 1
12 6 14 3 15 7 8 16 12 5
4 7 16 3 18 9 19 11 17 6
Sumber : Doing Business di Indonesia 2012
66
Kemudahan Pendaftaran Properti
Berdasarkan hasil analisa Bank Dunia dan IFC, kota Manado berada pada urutan ke-20 untuk Kemudahan Pendirian Usaha, peringkat ke-18 untuk Kemudahan Mengurus izin-izin Mendirikan Bangunan, serta urutan ke- 15 untuk Kemudahan Pendaftaran Properti. Menindaklanjuti hasil analisa dimaksud, Pemerintah kota Manado telah melakukan langkahlangkah reformasi khususnya reformasi perizinan di pemerintah kota Manado guna meningkatkan pelayanan publik dalam penyelenggaraan pemerintahan yang baik (Good Corporate Governance) dengan membentuk Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BP2T). Beberapa langkah yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Manado adalah : 1. Pada tahun 2011, BP2T memangkas perizinan yang tumpang tindih dan mengganti perizinan bidang pariwisata dengan Tanda Daftar Usaha Pariwisata sehingga total izin yang dilayani berkurang menjadi 14 jenis. 2. Pada tahun 2011 sesuai dengan Undang-undang No.28 tahun 2009 tentang Pajak dan retribusi Daerah maka dari 14 perizinan, hanya 3 perizinan yang dikenakan retribusi, yaitu Izin Gangguan (HO), Izin Tempat Penjualan Minuman Keras, dan Izin Mendirikan Bangunan. 3. Sejak dibentuk tahun 2009 sampai dengan semester I 2012, BP2T telah menerbitkan izin sebanyak 26.449 izin, dimana jumlah izin yang diberikan berkembang dari tahun ke tahun. 4. Pada tahun 2011 BP2T mengeluarkan kebijakan untuk melakukan Perizinan Paralel dengan hanya melampirkan 1 rangkap persyaratan dan diproses secara bersamaan. Dari data yang ada izin paralel yang paling banyak diberikan adalah SITU, HO, SIUP, TDP dan IUJK (Izin Usaha Jasa Konstruksi). Perizinan paralel ini mengandung maksud untuk memangkas waktu/proses pelayanan perizinan. Disamping itu juga memangkas persyaratan dalam mengurus Izin, misalnya untuk Izin Gangguan yang sebelumnya perlu adanya Surat Persetujuan Tetangga menjadi sebatas Surat Pemberitahuan Tetangga. 5. Peningkatan pelayanan publik yang dilakukan oleh BP2T sampai dengan saat ini yaitu dalam bentuk melakukan kerjasama dengan Bank untuk pembayaran retribusi, membuka sarana pengaduan dan membuat website untuk media informasi Syarat Waktu Biaya, Pengaduan Online dan Permohonan Izin secara online. Media informasi lainnya yang ada sebagai bentuk transparansi pelayanan yaitu Banner, Booklet, Leaflet dan Papan Informasi. Untuk pengembangan Sumber Daya Manusia, BP2T akan secara rutin melakukan Pelatihan kepada Seluruh Pegawai BP2T kota Manado dan Studi Banding ke Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu di luar daerah yang telah maju, seperti Sragen, Solo, Yogyakarta, Cimahi, dan Bandung. Untuk program pelatihan ini, BP2T akan mendapatkan bantuan dari SIPS Project (CIDA-KPK) selama 5 tahun (2012-2015) dengan tujuan membentuk pelayanan publik yang baik bebas dari korupsi dan pungli.
67
Halaman ini sengaja dikosongkan
BAB V
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
Halaman ini sengaja dikosongkan
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Sistem pembayaran adalah sistem yang berkaitan dengan kegiatan pemindahan dana dari satu pihak kepada pihak lain yang melibatkan berbagai komponen sistem pembayaran. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan menggunakan alat pembayaran tunai, kliring, maupun Real Time Gross
Settlement (RTGS). Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran nasional baik tunai maupun non tunai merupakan salah satu tugas Bank Indonesia yang diamanatkan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah terakhir kalinya dengan Undang-undang Republik Indonesia No.6 tahun 2009. Bank Indonesia senantiasa berupaya untuk dapat memenuhi kebutuhan uang kartal di masyarakat baik dalam nominal yang cukup, jenis pecahan yang sesuai, tepat waktu dan dalam kondisi layak edar (clean money policy). Sementara itu kebijakan di bidang instrumen pembayaran non tunai tetap diarahkan untuk menyediakan sistem pembayaran yang efektif, efisien, aman dan handal dengan tetap memperhatikan aspek perlindungan konsumen. Sebagai representasi Bank Indonesia di daerah, fungsi mengatur kelancaran sistem pembayaran baik tunai maupun non tunai di Sulawesi Utara dijalankan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara. Selama triwulan II-2012, nilai transaksi sistem pembayaran baik tunai maupun non tunai (kliring) di Sulawesi Utara menunjukkan peningkatan. Perkembangan aliran uang kartal di Sulawesi Utara pada triwulan II-2012 mengalami peningkatan net outflow, kondisi ini mengindikasikan bahwa kebutuhan masyarakat akan uang tunai untuk transaksi pada triwulan II-2012 mengalami kenaikan yang bertepatan dengan kebutuhan memasuki tahun ajaran baru, serta kebutuhan selama musim liburan sekolah. Sementara itu, sistem pembayaran non-tunai melalui kliring dan Bank Indonesia - Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) pada triwulan laporan juga mengalami sedikit peningkatan baik secara nominal maupun volume. 5.1. Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai 5.1.1. Perkembangan Aliran Uang Kartal (Inflow/Outflow ) Perkembangan aliran uang kartal pada triwulan II-2012 di wilayah kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara menunjukkan terjadinya net outlow. Pada triwulan laporan, aliran uang keluar (outflow) tercatat lebih besar daripada aliran uang masuk (outflow) sehingga secara keseluruhan mengalami net outflow sebesar Rp431,41 miliar. Jumlah tersebut mengalami peningkatan sebesar 135,04% dibandingkan dengan posisi yang sama tahun lalu (yoy). Dilihat dari data historisnya, aliran uang di wilayah Sulawesi Utara secara umum memiliki 71
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
pola, dimana pada pertengahan tahun mengalami siklus net outflow yang cukup besar yang biasa terjadi pada bertepatan dengan musim liburan sekolah dan persiapan memasuki tahun ajaran baru. Secara nominal, pada triwulan laporan jumlah uang kartal yang keluar (outflow) ke Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara adalah sebesar Rp884,82 miliar, mengalami peningkatan 73,19% dibandingkan periode yang sama tahun lalu (yoy). Sementara itu, jumlah uang kartal yang masuk (inflow) dari Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara tercatat Rp453,41 miliar atau hanya naik 38,51% (yoy). Apabila dilihat secara bulanan, sepanjang triwulan II-2012 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara terus mengalami net outflow sebesar Rp95,28 miliar pada April 2012, Rp32,89 miliar pada Mei 2012 dan Rp303,25 miliar pada Juni 2012. Grafik 5.1.
Netflow Aliran Kas Uang Kartal Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara miliar 1.500 1.000 500 0 -500
-1.000 -1.500 -2.000
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
2010 Inflow (+)
617
303
482
Q2
Q3
2011 383
750
327
989
Q4
Q1
Q2
2012 382 1.159 453
Outflow (-) -0,77 -525 -799 -896 -155 -510 -1.24 -1.52 -184 -885 Net Flow
616
-222 -317 -513
595
-183 -252 -1.13 975
-431
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara, diolah
5.1.2. Penyediaan Uang Kartal Layak Edar Dalam melaksanakan strategi clean money policy, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara melaksanakan kegiatan pemusnahan uang yang sudah tidak layak edar dengan melakukan Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) terhadap uang kartal yang telah lusuh/rusak. Proses pemusnahan tersebut telah dilakukan dengan prosedur dan pengawasan yang ketat terhadap tingkat kelusuhan uang yang dapat dimusnahkan. Hal tersebut dilakukan untuk menjamin ketersediaan uang layak edar di masyarakat. Selama triwulan II-2012, rasio PTTB terhadap uang kartal masuk tercatat sebesar 10,01%, lebih rendah dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun lalu yang tercatat 100,59%. Secara nominal, jumlah uang yang diberi tanda tidak berharga selama triwulan laporan adalah sebesar 72
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
Rp45 miliar. Budaya dan perilaku masyarakat yang kurang baik dalam memperlakukan uang kertas seperti melipat, mengokot (men-staples), meremas dan mencorat-coret akan mempercepat kelusuhan uang kertas. Selain itu, karena faktor iklim tropis yang lembab juga akan mempercepat tingkat kelusuhan uang kertas. Grafik 5.2. Rasio Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) Terhadap Inflow 1.400
%
Miliar
160
1.200
120
1.000 800
80 600 400
40
200 -
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
2010
Q3
Q4
2011
Q1
Q2
-
2012
Inflow
617
303
482
383
750
327
989
382
1.159
PTTB
261
297
309
474
326
329
376
414
435
45
Rasio
42,3
97,8
64,1
123,
43,5
100,
37,9
108,
37,5
10,0
453
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara, diolah
5.1.3. Perkembangan Kas Titipan Dalam perannya sebagai regulator di daerah yang bertugas untuk memenuhi kebutuhan likuiditas dan kebutuhan uang yang layak edar bagi masyarakat di wilayahnya, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara melakukan kegiatan kas titipan. Kegiatan kas titipan ini dilakukan khususnya untuk daerah yang lokasinya cukup jauh dari Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara. Penyelenggaraan kegiatan kas titipan ini dilakukan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara bekerjasama dengan salah satu bank umum di wilayah Gorontalo dan Tahuna. Grafik 5.3.
Netflow Kas Titipan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara di Gorontalo (Rp. Miliar) 1.000 800 600
400 200 0 -200 -400 -600 -800
-1.000
.
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
2010 Inflow
Q2
Q3
Q4
2011
Q1
Q2
2012
672
547
726
649
779
739
553
646
856
739
Outflow -537
-586
-652
-716
-638
-773
-339
-828
-638
-801
Netflow
-39
74
-67
141
-34
214
-181
218
-62
135
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara, diolah
73
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
Sejalan dengan kondisi aliran kas di Sulawesi Utara, kondisi aliran kas titipan di Gorontalo sepanjang triwulan II-2012 menunjukkan posisi net outflow sebesar Rp62 miliar. Pada triwulan laporan jumlah kas titipan yang keluar (outflow) di Gorontalo tercatat Rp801 miliar, sedangkan jumlah kas masuk (inflow) tercatat lebih rendah yaitu sebesar Rp739 miliar. Grafik 5.4.
Netflow Kas Titipan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara di Tahuna (Rp. Miliar) 100
50 0 -50 -100 -150
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
2010 Inflow
Q3
Q4
2011
20
Q1
Q2
2012
40
39
77
29
35
45
89
44
Outflow -50
-97
-105 -131
-63
-71
-29
-119
-52
-87
Netflow
-58
-81
14
-42
6
-74
37
-43
-11
24
Q2
-110
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara, diolah
Selain di Provinsi Gorontalo, kas titipan juga terdapat di Kota Tahuna, Kabupaten Kepulauan Sangihe. Pada triwulan II-2012, kas titipan di Tahuna juga mengalami net outflow sebesar Rp43 miliar, dengan jumlah kas titipan yang keluar (outflow) sebesar Rp87 miliar, lebih tinggi dibandingkan jumlah kas masuk (inflow) Rp44 miliar. 5.1.4. Penemuan Uang Palsu Jumlah uang palsu yang ditemukan di wilayah kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara pada triwulan II-2012 menunjukkan penurunan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Total uang palsu yang ditemukan dan dilaporkan ke Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara tercatat sebanyak 57 lembar atau secara nominal tercatat sebesar Rp3,58 juta, lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 75 lembar atau secara nominal sebesar Rp3,98 juta. Secara historis, pecahan uang palsu yang paling banyak ditemukan selama dua tahun terakhir adalah uang kertas pecahan Rp100,000 dan Rp50,000 atau sekitar 60% dari seluruh pecahan uang palsu yang ditemukan. Terjadinya peningkatan temuan uang palsu merupakan dorongan bagi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara terus berupaya menekan perkembangan peredaran uang palsu, diantaranya melalui sosialisasi ciri-ciri keaslian uang rupiah kepada semua lapisan masyarakat. Kegiatan sosialisasi tidak hanya dilakukan di Kantor Perwakilan Bank Indonesia 74
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
Provinsi Sulawesi Utara, kalangan perbankan, di instansi-instansi pemerintah daerah, akademisi dan sekolah-sekolah namun juga dilakukan di pusat perbelanjaan dan sentra perekonomian di kota Manado. Hal tersebut dilakukan mengingat pusat perbelanjaan juga sangat rentan terhadap kegiatan peredaran uang palsu karena tingginya tingkat perputaran uang yang digunakan untuk melakukan transaksi. Selain itu, secara represif pihak Bank Indonesia juga menjalin kerjasama dengan pihak Kepolisian Daerah Sulawesi Utara dalam upaya penanganan proses hukum. Peran serta aktif masyarakat bersama dengan pihak kepolisian diperlukan untuk dapat membongkar sejumlah kasus pemalsuan uang di Sulawesi Utara. Tabel 5.1. Temuan Uang Palsu di Wilayah Kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Pecahan
2010 Q1
Q2
2011 Q3
Q4
Q1
Q2
2012
Q3
Q4
Q1
Q2
- Rp100.000,-
14
-
94
35
12
21
73
54
36
19
- Rp50.000,-
19
3
10
8
8
32
32
31
57
32
- Rp20.000,-
-
-
2
6
5
6
14
10
16
2
- Rp10.000,-
1
-
-
-
1
16
7
7
7
4
- Rp5.000,-
3
-
-
-
-
-
-
1
-
-
- Rp1.000,Total
-
-
-
-
37
3
106
49
26
75
126
103
116
57
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara, diolah
5.2. Perkembangan Alat Pembayaran Non-Tunai Berkembangnya perekonomian domestik telah berdampak terhadap peningkatan kebutuhan masyarakat akan ketepatan, kehandalan dan keamanan dalam bertransaksi. Berdasarkan latar belakang tersebut, Bank Indonesia secara terus menurus melakukan penyempurnaan dan pengembangan
terhadap
sistem
yang
telah
ada,
termasuk
diantaranya
melalui
penyelenggaraan kliring dan Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS).
5.2.1. Perkembangan Kliring (Tunai) Perkembangan kliring di wilayah Sulawesi Utara (tunai) selama triwulan II-2012 mengalami peningkatan, jumlah warkat yang dikliringkan sebanyak 93.606 lembar dengan nilai Rp2.294 miliar atau meningkat volumenya sebesar 8,13% (yoy) dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Jika dilihat berdasarkan rata-rata harian lembar warkat yang dikliringkan, selama periode laporan tercatat sebanyak 1.510 lembar warkat dengan nilai sebesar Rp37,02 miliar atau tumbuh sebesar 6,51% (yoy). Peningkatan rata-rata jumlah nominal kliring tersebut semakin menegaskan bahwa perekonomian Sulawesi Utara mengalami pertumbuhan positif yang berkelanjutan.
75
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
KETERANGAN
Tabel 5.2. Perputaran Kliring dan Cek/BG Kosong di Wilayah Sulawesi Utara 2010 2011 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
Perputaran Kliring a. Lembar 75.799 b. Nominal (Rp miliar) 1.658 Rata-rata perputaran kliring per hari a. Lembar 1.221 b. Nominal (Rp miliar) 26,73 Persentase rata-rata penolakan a. Lembar (%) 1,02 b. Nominal (%) 1,01
2012 Q4
Q1
Q2
80.399 1.674
82.862 1.914
89.523 2.083
80.909 1.915
86.567 2.093
91.486 2.167
91.789 2.279
86.147 2.151
93.606 2.294
1.299 27,08
1.315 30,39
1.400 32,52
1.310 31,01
1.418 34,31
1.501 35,55
1.434 35,62
1.367 34,13
1.510 37,02
2,16 2,44
1,72 1,54
1,33 1,82
1,78 1,99
1,71 2,23
1,57 1,40
1,67 2,12
1,39 1,72
1,46 3,00
Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Manado, diolah
Sementara itu, rata-rata penolakan lembar cek/bilyet giro kosong selama triwulan laporan tercatat 1,46% dari rata-rata lembar warkat yang dikliringkan per hari atau turun 14,56% (yoy) dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat 1,71%. 5.2.2. RTGS (Real Time Gross Settlement ) Implementasi sistem BI-RTGS di Indonesia yang bermanfaat sebagai sarana penyelesaian akhir transaksi pembayaran semakin menunjukkan peningkatan dari waktu ke waktu. Hal ini dikarenakan BI-RTGS mempunyai keunggulan dalam kecepatan penyelesaian transaksi (seketika) dan resiko settlement-nya dapat diperkecil. Perkembangan penyelesaian transaksi RTGS selama triwulan II-2012 (dari dan ke wilayah Sulawesi Utara) mencapai Rp2.916 miliar atau mengalami peningkatan nilai sebesar 15,18% (yoy). Sejalan dengan nilainya, volume RTGS pada triwulan laporan juga mengalami peningkatan sebesar 10,07% (yoy) dari 5.741 transaksi di triwulan II-2011 naik menjadi 6.319 transaksi pada triwulan II-2012. Tabel 5.3. Perkembangan Traksaksi Melalui RTGS - Real Time Gross Settlement Periode Apr Mei Jun Tw II-2011 Jul Aug Sep Tw III-2011 Oct Nov Dec Tw IV-2011 Jan Feb Mar Tw I-2012 Apr Mei Jun Tw II-2012 Pertumbuhan (YoY %)
FROM Nilai Volume (Miliar Rp) 241 229 257 727 234 262 230 725 232 372 336 940 214 273 324 811 303 273 271 847 16,44
Sumber : www.bi.go.id, diolah
76
745 870 861 2.476 875 887 833 2.595 936 1.226 997 3.159 714 868 1.033 2.615 988 963 917 2.868 15,83
TO Nilai (Miliar Rp) 456 639 709 1.804 684 839 759 2.282 590 881 750 2.222 425 673 813 1.911 668 687 713 2.069 14,68
Volume 1.012 1.034 1.219 3.265 1.201 1.322 1.104 3.627 1.121 1.167 897 3.185 849 1.025 1.156 3.030 1.132 1.169 1.150 3.451 5,70
FROM + TO Nilai Volume (Miliar Rp) 698 868 966 2.531 918 1.101 988 3.007 821 1.254 1.087 3.162 640 946 1.138 2.723 971 960 985 2.916 15,18
1.757 1.904 2.080 5.741 2.076 2.209 1.937 6.222 2.057 2.393 1.894 6.344 1.563 1.893 2.189 5.645 2.120 2.132 2.067 6.319 10,07
BAB VI
PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Halaman ini sengaja dikosongkan
KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Kondisi ketenagakerjaan di Sulawesi Utara pada triwulan II 2012 menunjukkan perkembangan yang menggembirakan, ditandai oleh membaiknya berbagai indikator ketenagakerjaan pada periode laporan. Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) KPwBI Provinsi Sulawesi Utara menunjukkan terjadinya penurunan tingkat pengangguran, terindikasi dari nilai positif Saldo Bersih Tertimbang (SBT) penggunaan tenaga kerja oleh dunia usaha Sulawesi Utara pada triwulan II 2012. Selanjutnya, Survei Konsumen (SK) yang dilakukan oleh KPwBI Provinsi Sulut menunjukkan masyarakat Sulawesi Utara masih optimis terhadap ketersediaan lapangan kerja yang ditunjukkan oleh berlanjutnya tren peningkatan indeks ketersediaan lapangan kerja pada periode laporan. Hasil liaison yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut ke sejumlah perusahaan di Sulut pada berbagai sektor, diperoleh informasi bahwa perusahaan tidak akan melakukan pengurangan tenaga kerja pada tahun 2012. Sejalan dengan hasil survei KPwBI Provinsi Sulut, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Provinsi Sulawesi Utara menunjukkan penurunan secara konstan selama beberapa tahun terakhir. Sementara itu, tingkat kesejahteraan masyarakat di Sulawesi Utara juga diperkirakan terus meningkat. Kondisi ini ditandai oleh kenaikan indeks penghasilan dan ekspektasi penghasilan masyarakat Sulut hasil Survei Konsumen Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara serta Nilai Tukar Petani (NTP) yang masih berada pada level optimis dan pada periode laporan, sejalan dengan turunnya tingkat kemiskinan. 6.1. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH Berbagai indikator ketenagakerjaan pada triwulan II-2012 di Sulawesi Utara mengindikasikan adanya peningkatan penyerapan jumlah tenaga kerja. Membaiknya kondisi ketenagakerjaan pada periode laporan sejalan dengan hasil survei yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut. Berdasarkan survei yang dilakukan, jumlah pelaku usaha yang menyatakan melakukan penambahan jumlah tenaga kerja masih meningkat. Hal ini tercermin dari Saldo Bersih Tertimbang (SBT) penggunaan tenaga kerja hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang dilaksanakan KPwBI Provinsi Sulawesi Utara pada periode laporan, tercatat sebesar 1,61. Penambahan tenaga kerja terutama terjadi pada sektor bangunan (SBT=2,32), seiring dengan pertumbuhan sektor bangunan di Sulawesi Utara. Sementara itu, pada sektor lainnya jumlah tenaga kerja relatif tetap.
79
KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Sikap optimisme masyarakat terhadap ketersediaan lapangan kerja tercermin dari indeks ketersediaan lapangan kerja hasil Survei Konsumen (SK) Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut yang masih berada diatas level optimis. Pada akhir triwulan II-2012, angka indeks ketersediaan lapangan kerja tercatat sebesar 144,5, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya tercatat sebesar 130. Sejalan dengan survei konsumen, hasil liaison yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut ke sejumlah perusahaan di Sulut pada berbagai sektor, diperoleh informasi bahwa perusahaan tidak akan melakukan pengurangan tenaga kerja pada tahun 2012. Grafik 6.2. Perkembangan SBT Penggunaan Tenaga Kerja
Grafik 6.2. Perkembangan Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja
20.00 200 180
15.00
Ketersediaan Lap. Kerja
Titik optimis =100
180
Ekspektasi Ketersediaan Lap. Kerja
160
160
140
140
10.00
120
120
100
100
5.00
80
80
60
60
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 2008
(5.00)
2009
2010
2011
2012
40
40
20
20
0
0 J F MAM J J A S O N D J F MAM J J A S O N D J F MAM J J A S O N D J F MAM J
Realisasi Penggunaan Tenaga Kerja Bangunan
2009
Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usahan (SKDU) KPwBI Prov. Sulut
2010
2011
2012
Sumber: Survei Konsumen (SK) KPwBI Prov. Sulut
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Februari 2012 sebesar 66,82 %, meningkat 1,50 % dari Agustus 2011 yang tercatat sebesar 65,32%. Sementara itu, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) terus mengalami penurunan sehingga tercatat menjadi 8,32% pada Februari 2012. Hal ini mengindikasikan adanya peningkatan jumlah lapangan kerja dan penyerapan tenaga kerja di Sulawesi Utara. Namun demikian, tingkat pengangguran di Sulawesi Utara masih berada diatas tingkat pengangguran nasional yang tercatat sebesar 6,32% pada Februari 2012. Tabel 6.1. Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Kegiatan di Sulawesi Utara F e b- 0 9
F e b- 10
A ug- 10
F e b- 11
A ug- 11
F e b- 12
Penduduk 15 Thn ke atas
1,685.5
1,694.1
1,710.9
1,637.4
1,651.0
1,659.8
1,668.1
Angkatan Kerja
1,077.2
1,051.1
1,074.3
1,036.6
1,068.4
1,084.2
1,114.7
Bekerja
962.6
940.2
961.6
936.9
970.2
990.7
1,022.0
Mencari Kerja
114.5
111.0
112.6
99.6
98.2
93.5
92.7
Bukan Angkatan Kerja
608.3
643.0
636.7
600.8
582.6
575.6
553.4
TPAK
63.91
62.0
62.79
63.31
64.71
65.32
66.82
TPT
10.63
10.56
10.48
9.61
9.19
8.62
8.32
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara
80
A gs - 0 9
KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Berdasarkan lokasinya, tingkat pengangguran terutama terjadi di wilayah perkotaan. Persentase tingkat pengangguran di daerah perkotaan tercatat sebesar 11,31% atau sekitar 58,8 ribu orang. Sementara itu, di daerah pedesaan tingkat pengangguran tercatat sebesar 5,7% atau 33,9 ribu orang. Dibandingkan dengan posisi Agustus 2011, baik pedesaan maupun perkotaan mencatat penurunan tingkat pengangguran meski secara absolut mencatat kenaikan jumlah pengangguran. Tabel 6.2. Pengangguran Terbuka Menurut Daerah Agustus 2011
Februari 2011 Daerah
Jumlah (ribu jiwa)
Agustus 2011
%
Jumlah (ribu jiwa)
%
Februari 2012 Jumlah (ribu jiwa)
%
Perkotaan
54.60
11.40
57.30
11.37
58.80
11.31
Pedesaan
43.60
7.40
36.20
6.24
33.90
5.70
Sulawesi Utara
98.20
9.16
93.50
8.62
92.70
8.32
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara
Berdasarkan sektornya, sektor pertanian (pertanian, perkebunan, kehutanan, perburuan dan perikanan) masih merupakan lapangan pekerjaan utama sebagian besar penduduk yang bekerja yaitu sebanyak 347,2 ribu orang (34%). Apabila dibandingkan dengan posisi yang sama tahun sebelumnya terjadi kenaikan sebesar 2.45% (yoy). Sementara itu, sektor Perdagangan, Rumah Makan dan Jasa Akomodasi menempati urutan kedua dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 212,7 ribu orang (21%).
Grafik 6.3.
Tabel 6.3. Penduduk Yang Bekerja di Sulawesi Utara Menurut Lapangan Usaha
Share Penduduk Yang Bekerja di Sulut Menurut Lapangan Usaha 400.0
Lapangan Pekerjaan Utama Pertanian, Perkebunan, Kehutanan dan Perikanan Pertambangan dan Penggalian Industri
2009
2010
2011
2012
Agustus 345.6
Februari Agustus 333.0 357,5
Februari Agustus 338,9 321,1
Februari 347,2
*
*
*
*
*
57.4 50,6
69,2
68.8
57.3 59,1
61,3
Perdagangan, Rumah Makan dan Jasa Akomodasi Transportasi, Pergudangan dan Komunikasi Lembaga Keuangan/Real Estate/persewaan dan Jasa Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan Lainnya *
173.4
178.3 172,7
186,7
102.1
97.5 77,9
69,6
16.6
19.3 15,0
19,7
162.9
183.0 182,3
182,1
199,6
169,3
22.3
35.8 21,8
42,7
207,8
-
Total
940.2
961.6 936,9
970,2
990,7
1.021,9
Konstruksi
* * 196,2
300.0 250.0
36,3
57.5
Listrik/Gas/Air Minum
66,0
350.0
200.0
73,6
150.0
4,1 63,4
100.0
212,7 50.0
* *
85,3
Pertanian, Perkebunan, Kehutanan dan Perikanan
30,0
Pertambangan dan Penggalian Industri Listrik/Gas/Air Minum Konstruksi
Perdagangan, Rumah Makan dan Jasa Akomodasi Transportasi, Pergudangan dan Komunikasi Lembaga Keuangan/Real Estate/persewaan dan Jasa Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan Lainnya *
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara
Berdasarkan
status 81
KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
pekerjaannya, dari tujuh kategori status pekerjaan utama, pendekatan pekerja formal mencakup kategori berusaha dengan dibantu buruh tetap dan kategori buruh/karyawan, sisanya termasuk pekerja informal. Berdasarkan identifikasi ini, pada Februari 2012 sebesar 388,4 ribu orang (38%) bekerja pada kegiatan formal dan 633,6 ribu orang (62%) bekerja pada kegiatan informal. Dari 1.002 ribu orang yang bekerja pada Februari 2012, status pekerjaan utama yang terbanyak sebagai buruh/karyawan (34,2%), diikuti oleh berusaha sendiri (27,4%), dan berusaha dibantu buruh tidak tetap (12,5%). Tabel 6.4. Penduduk Yang Bekerja di Sulawesi Utara Menurut Status Pekerjaan S t a t us P e k e rja a n
F e b- 0 9
A gs - 0 9
F e b- 10
A ug- 10
F e b- 11
A gs - 11
F e b- 12
Berusaha Sendiri
287.2
286.7
259.6
242.9
250.2
270.8
280.1
Berusaha Dibantu Buruh Tidak Tetap - Buruh Tidak Dibayar Berusaha Dibantu Buruh Tetap-Buruh Dibayar Buruh/Karyawan
130.4
129.3
128.0
102.4
131.9
114.5
127.3
41.2
42.9
41.0
45.9
47.0
42.4
39.1
279.2
284.8
322.3
332.7
335.9
347.7
349.3
64.1
48.0
52.0
74.3
43.3
55.1
47.5
Pekerja Bebas Pertanian Pekerja Bebas Non Pertanian Pekerja Tak Dibayar T o tal
39.9
55.1
58.5
40.4
52.3
60.3
57.2
120.6
93.4
100.3
98.6
109.6
99.9
121.4
9 6 2 .6
9 4 0 .2
9 6 1.6
9 3 6 .9
9 7 0 .2
9 9 0 .7
10 2 2
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara
6.2 Perkembangan Kesejahteraan Masyarakat Sejalan
ketenagakerjaan,
200
tingkat kesejahteraan masyarakat di Sulawesi
180
Utara
dengan pada
menunjukkan
kondisi
triwulan
II
tahun
perkembangan
2012 yang
menggembirakan. Hal ini tercermin dari indeks
160 140 120 100 80
penghasilan dan ekspektasi penghasilan hasil
60
Survei Konsumen (SK) Kantor Perwakilan Bank
40
Indonesia Prov. Sulut yang berada pada level optimis yakni masing-masing tercatat sebesar 125 dan 135 pada Juni 2012.
Grafik 6.4. Perkembangan Indeks Penghasilan, Ekspektasi Penghasilan & Pembelian Barang Tahan Lama
20 A M J J A S O N D J F M 0 M J J A S O N D J F M A M J 2011 Penghasilan Saat Ini
2012 Pembelian Barang Tahan Lama
Ketersediaan Lap. Kerja
Sumber: Survei Konsumen (SK) KPwBI Provinsi Sulawesi Utara
Apabila ditinjau kondisi kesejahteraan di sektor pertanian yang merupakan sektor ekonomi dominan Sulawesi Utara sekaligus sebagai sektor penyerap tenaga kerja terbesar dapat dilihat bahwa kesejahteraan petani berada diatas batas minimum sejahtera, namun sedikit terkontraksi dibandingkan dengan periode sebelumnya. Hal ini tercermin dari pertumbuhan NTP yang 82
KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
merupakan perbandingan antara indeks harga yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar oleh petani untuk keperluan konsumsi rumah tangga dan biaya produksi.
Grafik 6.4. Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) Nilai Tukar Petani (indeks)
105.00
batas minimum sejahtera
4%
Nilai Tukar Petani (growth yoy)
3%
103.00
2%
102.00
1%
101.00
0%
100.00
-1%
99.00
-2%
98.00
-3%
97.00
-4%
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr May Jun
104.00
2009
2010
2011
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara
2012
Grafik 6.5. Perkembangan Indeks Yang Diterima dan Dibayar Petani
105.00
Nilai Tukar Petani (indeks)
batas minimum sejahtera
140.00
104.00
Indeks Dibayar Petani
Indeks Diterima Petani
135.00
103.00
130.00
102.00
125.00
101.00 120.00
100.00
115.00
99.00
2009
May
Jan
Mar
Nov
Jul 2011
Sep
May
Jan
Mar
Nov
Jul
2010
Sep
May
Jan
Mar
Nov
Jul
Sep
105.00
Mei
97.00
Mar
110.00
Jan
98.00
2012
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara
Rata-Rata Nilai Tukar Petani (NTP) Sulawesi Utara selama triwulan II-2012 sebesar 101,3, sedikit lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 102,73. Kedua komponen, baik Indeks yang Diterima Petani (IT) maupun Indeks yang Dibayar Petani (IB) mengalami peningkatan, namun karena kenaikan IT lebih kecil dibandingkan kenaikan IB, maka terjadi penurunan NTP pada triwulan II-2012. Adapun kenaikan IB terutama datang dari naiknya harga bahan makanan dan makanan jadi (untuk kelompok konsumsi rumah tangga), serta harga penambahan barang modal dan obat-obatan serta pupuk (untuk kelompok biaya produksi dan penambahan barang modal).
83
KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Tabel 6.5. Komponen Indeks Dibayar Petani (IB) Indeks Rincian
Growth (%)
2011 Q1 131.70 129.59 134.02 148.76 131.71 118.75 116.74 119.31 112.56 111.21 116.42 110.99 117.73 111.08 118.92 120.81 112.17 101.63
Indeks Diterima Petani Indeks Dibayar Petani Konsumsi Rumah Tangga Bahan Makanan Makanan Jadi Perumahan Sandang Kesehatan Pendidikan, Rekreasi & Olah Raga Transportasi dan Komunikasi BPPBM Bibit Obat-obatan & Pupuk Sewa Lahan, Pajak & Lainnya Transportasi Penambahan Barang Modal Upah Buruh Tani Nilai Tukar Petani (indeks)
Q2 133.50 129.06 133.14 146.09 132.98 119.56 116.87 119.95 113.09 111.64 117.08 111.15 118.94 111.61 119.32 121.17 112.86 103.44
2012 Q3 134.69 130.00 134.30 147.92 133.46 120.34 116.97 120.68 113.43 112.31 117.32 111.18 119.01 111.78 119.78 121.41 113.15 103.61
Q4 135.72 130.27 134.60 147.96 133.93 121.14 117.06 121.35 113.75 112.26 117.48 111.21 118.90 111.80 119.80 121.65 113.44 104.19
Q1 135.70 132.11 136.81 151.08 135.89 122.63 118.01 123.18 114.85 112.27 118.27 111.57 120.29 111.95 119.98 121.92 114.38 102.73
Q2 135.81 134.06 139.27 154.96 138.26 123.69 118.25 124.50 114.85 112.55 118.72 111.43 121.08 112.07 120.09 122.36 114.76 101.30
yoy
qtq
1.73% 3.88% 4.61% 6.07% 3.97% 3.46% 1.18% 3.79% 1.55% 0.82% 1.40% 0.25% 1.79% 0.41% 0.64% 0.98% 1.68% -2.07%
0.08% 1.48% 1.80% 2.56% 1.74% 0.87% 0.20% 1.07% 0.00% 0.25% 0.38% -0.13% 0.65% 0.10% 0.09% 0.36% 0.33% -1.39%
Sumber : BPS Prov. Sulut
Tingkat kemiskinan Provinsi Sulawesi Utara
mengalami penurunan pada tahun 2011.
Berdasarkan Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yang dilaksanakan pada bulan September 2011 diketahui Tingkat Kemiskinan di Sulawesi Utara sebesar 8,46% atau sebanyak 194,72 ribu jiwa, mengalami penurunan apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 9,1% atau sebanyak 206,72 ribu jiwa. Penurunan angka kemiskinan pada tahun 2011 ini merupakan lanjutan dari tren yang terjadi sejak tahun 2007. Tahun tersebut adalah titik balik setelah terjadi peningkatan pada beberapa periode sebelumnya. Penurunan ini juga sejalan dengan tren perkembangan tingkat kemiskinan pada tingkat nasional. Apabila dibandingkan dengan tingkat kemiskinan nasional sejak tahun 2006 sampai dengan tahun 2010, tingkat kemiskinan Provinsi Sulawesi Utara selalu berada dibawah angka nasional.
Grafik 6.6. Perkembangan Tingkat Kemiskinan Nasional dan Prov. Sulut
Grafik 6.7. Persebaran Penduduk Miskin Provinsi Sulut 25
18
16
% 20
14 12
15
10 8
10
6
4
5
2 0
Juli 06
Mar 07
Mar 08
Mar 09
Mar 10
Mar 11
Sep 11
Sulut
10.76
11.42
10.10
9.79
9.1
8.51
8.46
Nasional
16.90
16.58
15.42
14.15
13.33
12.49
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara
84
0 Juli 06 Mar 07 Mar 08 Mar 09 Mar 10 Mar 11 Sep 11 Desa
Kota
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara
KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Tabel 6.6. Garis Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Daerah di Sulawesi Utara
Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bln) Tahun Makanan
Bukan Makanan
Jumlah Penduduk Miskin
Total
% Penduduk Miskin
Perdesaan Maret 2007
117,516
31,924.00
149,440
171.00
13.80
Maret 2008
128,498
33,935.00
162,433
150.90
12.04
Maret 2009 Maret 2010
141,599 149,372
36,672.00 38,724.00
178,271 188,096
140.31 130.35
11.05 10.14
Maret 2011 Sept 2011
163,264 171,952
42,977 44,544
206,241 216,496
117.65 116.58
9.37 9.25
Maret 2007
119,827
36,723.00
156,550
250.10
11.42
Maret 2008 Maret 2009
129,781 143,512
38,378.00 41,260.00
168,160 184,772
223.50 219.57
10.10 9.79
Maret 2010 Maret 2011
150,595 164,964
43,739.00 47,859.00
194,334 212,823
206.72 194.90
9.10 8.51
Sept 2011
171,380
49,898.00
221,278
194.72
8.46
Kota & Desa
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara
Besar kecilnya jumlah penduduk miskin di suatu wilayah sangat dipengaruhi oleh Garis Kemiskinan. Semakin tinggi Garis Kemiskinan, semakin banyak penduduk yang tergolong sebagai penduduk miskin. Selama periode Maret 2010
September 2011, garis kemiskinan
meningkat sebesar Rp.8.455 yaitu dari Rp.212.823 per kapita per bulan pada Maret 2010 menjadi Rp.221.278 per kapita per bulan pada September 2011. Walaupun terjadi peningkatan nilai Garis Kemiskinan, tingkat kemiskinan mengalami penurunan. Hal ini mengindikasikan bahwa tingkat pendapatan sebagian penduduk miskin khususnya penduduk miskin transient pada Maret 2011 mengalami peningkatan dengan laju yang lebih tinggi dibandingkan kenaikan Garis Kemiskinan sehingga sebagian dari mereka (sekitar 200 orang) mampu keluar dari kemiskinan. Dengan memperhatikan komponen Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM), terlihat bahwa peranan komoditi makanan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan dan kesehatan). Pada Maret 2011, sumbangan GKM terhadap GK sebesar 77,51%, pada September 2011, peranannya sedikit mengalami penurunan menjadi 77,45%.Dengan kata lain peningkatan Garis Kemiskinan dari Maret 2011 ke September 2011 lebih disebabkan karena kenaikan harga yang lebih tinggi pada komoditi non makanan dibandingkan pada komoditi makanan.
85
KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Tabel 6.7. Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan Menurut Daerah di Sulawesi Utara
Tahun
Kota
Desa
Total
Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Maret 2007
1.30
2.33
1.88
Maret 2008
1.08
1.87
1.53
Maret 2009
1.27
1.77
1.55
Maret 2010
1.12
1.16
1.14
Maret 2011
1.11
1.16
1.14
September 2011
0.20
1.22
1.21
Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Maret 2007
0.31
0.60
0.47
Maret 2008
0.30
0.45
0.38
Maret 2009
0.32
0.39
0.36
Maret 2011
0.30
0.19
0.24
September 2011
0.31
0.25
0.28
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara
Pada periode Maret 2011-September 2011, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) mengalami perubahan yang cukup berarti. Nilai indeks (P1) menunjukkan ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap garis kemiskinan. Semakin tinggi nilai indeks, semakin besar rata-rata kesenjangan terhadap garis kemiskinan. Indeks ini digunakan sebagai dasar penghitungan berapa subsidi yang diperlukan untuk mengentaskan penduduk miskin. Sementara itu nilai indeks (P2) menunjukkan ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin. Semakin tinggi nilai indeks, semakin tinggi ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin. Dengan naiknya indeks P1 berarti selama periode Maret 2011-September 2011 ada indikasi bahwa rata-rata jarak kedalaman kemampuan konsumsi penduduk miskin semakin bergerak turun menjauh dari garis kemiskinan. Sedangkan naiknya indeks P2 menunjukkan bahwa variasi pengeluaran konsumsi penduduk miskin semakin tidak merata atau semakin tinggi ketimpangannya. Kedalaman kemiskinan di perdesaan dan perkotaan tidak berbeda signifikan terlihat dari nilai indeks P1 yang hampir sama yakni 1,204 berbanding 1,218. Sedangkan dari sisi ketimpangan pengeluaran, penduduk miskin di perkotaan cenderung memiliki tingkat ketimpangan yang lebih tinggi dibandingkan penduduk miskin di perdesaan yang ditunjukkan dari disparitas nilai indeks P2 dimana di perdesaan 0,247 sedangkan di perkotaan mencapai 0,312.
86
BAB VII
PROSPEK PEREKONOMIAN
Halaman ini sengaja dikosongkan
PROSPEK PEREKONOMIAN
PROSPEK PEREKONOMIAN 7.1.
Prospek Ekonomi Makro
Kinerja perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan III-2012 diperkirakan tumbuh pada kisaran 7,42% - 7,82% (yoy). Beberapa faktor yang mendorong laju pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara pada triwulan III-2012 diantaranya adalah peningkatan sumber pendapatan masyarakat seperti pencairan gaji ke-13 dan Tunjangan Hari Raya (THR) yang bertepatan dengan beberapa
event musiman yakni liburan sekolah, perayaan pengucapan syukur, dan hari raya Idul Fitri. Selain itu, pembangunan proyek pemerintah dan swasta juga turut berkontribusi terhadap pencapaian pertumbuhan ekonomi Sulut triwulan III-2012. Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU)
Grafik 7.1. Perkembangan Realisasi dan Ekspektasi Kegiatan Dunia Usaha Provinsi Sulawesi Utara
yang dilakukan secara triwulanan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi
Utara
menunjukkan
adanya
60,00
30,00
dan peningkatan ekspektasi pelaku usaha
20,00
dengan
dunia kenaikan
usaha
yang
indikator
ditandai ekspektasi
kegiatan usaha pada triwulan III-2012 dengan persentase Saldo Bersih Tertimbang (SBT) sebesar 14,9%, lebih tinggi dari
Perkiraan Kegiatan Usaha
40,00
optimisme terhadap pertumbuhan ekonomi terhadap
Realisasi Kegiatan Usaha
50,00
10,00 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3* (10,00)
2008
2009
2010
2011
2012
(20,00) (30,00) (40,00)
Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Triwulan I 2012
realisasi kegiatan kegiatan usaha pada triwulan III-2012 dengan SBT sebesar 1,72%. Pertumbuhan kegiatan usaha diperkirakan terutama terjadi pada sektor Pengangkutan dan komunikasi, PHR serta sektor pertanian. Dari sisi permintaan, konsumsi swasta khususnya konsumsi rumah tangga diperkirakan akan tumbuh positif seiring dengan peningkatan sumber pendapatan masyarakat yang bersumber dari pencairan gaji ke-13 untuk pemerintah provinsi dan pemerintah Kabupaten/Kota se-Sulut. Selain pembayaran gaji ke-13, juga terdapat beberapa pencairan dana di bulan Juli ini diantaranya, pencairan tunjangan sertifikasi guru, dana Tunjangan Penghasilan Aparatur Pemerintahan Desa (TPAPD) dan tunjangan guru bersertifikasi serta THR. Selain faktor peningkatan pendapatan, beberapa faktor musiman seperti tahun ajaran baru, perayaan pengucapan syukur yang jatuh pada bulan Juli 2012 dan hari raya Idul Fitri pada Agustus 2012 serta beberapa pelaksanaan event diantaranya: (i) Manado kembali terpilih menjadi tuan rumah 89
PROSPEK PEREKONOMIAN
dalam acara sosialisasi penataan lokasi PKL yang akan mendatangkan sekitar 75 utusan dari 5 (lima) Kota yang terpilih berdasarkan survei Kementerian Dalam Negeri (Manado, Bandung, Jambi, Yogyakarta dan Bandar Lampung). Kegiatan ini juga akan dihadiri oleh tiga Menteri yakni Mendagri, Menteri Perdagangan dan Menteri Koperasi dan UMKM; (ii) Pelaksanaan rapat kerja nasional Kementerian Pemuda dan Olahraga pada tanggal 2 Juli 2012 yang dihadiri oleh seluruh Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga (Kadispora) se-Indonesia; (iii) Tomohon International Flower Festival (TIFF) pada 8-12 Agustus mendatang diperkirakan akan diikuti oleh peserta dari perwakilan negara sahabat, Asosiasi Pemerintah Kota seluruh Indonesia (Apeksi), 15 Kabupaten/Kota se Sulut, BUMN, BUMD, perusahaan swasta serta pengnjung lainnya yang jumlahnya diperkirakan mencapai 30 ribu orang. Optimisme masyarakat terhadap kondisi perekonomian daerah dapat dikonfirmasi melalui hasil Survei Konsumen (SK) Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara pada Juli 2012, yang menunjukkan optimisme masyarakat terhadap kondisi ekonomi saat ini dengan indeks sebesar 144,83 lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya (121,83) maupun perideo yang sama tahun lalu (115,67). Hal yang sama juga ditunjukkan pada indeks ekspektasi masyarakat terhadap kondisi perekonomian kedepan yang juga menunjukkan adanya tren peningkatan sebagaimana terlihat pada grafik 7.3. Grafik 7.2. Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini 200 180
Grafik 7.3. Indeks Ekspektasi Konsumen
Penghasilan Saat Ini
Pembelian Barang Tahan Lama
Ekspektasi Penghasilan
Ekspektasi Ekonomi
Ketersediaan Lap. Kerja
Kondisi Ekonomi Saat Ini
Ekspektasi Ketersediaan Lap. Kerja
Ekspektasi Konsumen
200 180
160
160
140
140
120
120
100
100 80
80
60
Sumber: Survei Konsumen (SK) Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara
Selanjutnya kinerja investasi memasuki triwulan III-2012 juga diperkirakan melambat jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu, namun demikian, kinerja investasi masih menunjukkan pertumbuhan positif seiring dengan semakin meningkatnya realisasi proyek fisik baik pemerintah maupun swasta. Salah satu indikator yang dapat menunjukkan kinerja investasi adalah hasil Survei Penjualan Eceran (SPE) yang memperlihatkan perkembangan indeks penjualan bahan konstruksi sebesar 5,61% (yoy) dari 188,15 pada Agustus 2012 menjadi 198,71 pada Agustus 2012. Sejalan dengan hasil survei, penjualan semen di Sulawesi Utara 90
July
2012
June
May
Apr
Mar
Feb
Jan
Dec
Nov
Oct
Sep
2011
Aug
Jul
Jun
May
Apr
Mar
Feb
Sumber: Survei Konsumen (SK) Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara
July
2012
June
May
Apr
Mar
Feb
Jan
Dec
Nov
Oct
Sep
Aug
Jul
Jun
May
Apr
Mar
Feb
Jan
2011
Jan
60
PROSPEK PEREKONOMIAN
pada triwulan III-2012 diproyeksikan juga mengalami tren peningkatan setelah pada triwulan II2012 penjualan semen turun 9,29% (yoy). Grafik 7.4. Indeks Bahan Konstruksi Indeks Bahan konstruksi
Grafik 7.5. Perkembangan Penjualan Semen
gBahan konstruksi (%) -right axis
400 350
300
500 250.000
Volume (ton) - left axis
100
400
g_semen (%) - right axis
80
300
250
200.000
60
200 150.000
200
40
100
150
0
100
-100
0
-200
0 50.000
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul*) Agust**)
50
2011
20
100.000
-20
0
-40 Q1
2012
Q2
Q3
Q4
Q1
2010
Q2
Q3
Q4
Q1
2011
Q2 Q3*) 2012
Ket: *) Proyeksi KPw Provinsi Sulut Sumber: Asosiasi Semen Indonesia (ASI)
Sumber: Survei Penjualan Eceran (SPE) Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara
Selain itu, berdasarkan data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Provinsi Sulawesi Utara, terdapat 3 (tiga) rencana investasi yang masuk pada triwulan II-2012 yang diperkirakan akan terealisasi pada triwulan III-2012 diantaranya untuk sektor Industri pengolahan minyak kelapa sawit dan pengolahan ikan. Tabel 7.1 Perkembangan Investasi Penanaman Modal Asing (PMA) Tahun 2012 No.
Nama Perusahaan
Rencana Investasi (US$)
Bidang Usaha
1
PT. International Alliance Food Indonesia
2
PT. Anugerah Sulawesi Indah
3
PT. Bolmong Indah Perkasa
Industri pengolahan dan pengawetan ikan dan biota air (bukan udang) dalam kaleng serta biota air lainnya. Perkebunan kelapa sawit, industri minyak makan kelapa sawit serta hasil pengolahan kelapa sawit lainnya Perkebunan kelapa sawit, industri minyak makan kelapa sawit serta hasil pengolahan kelapa sawit lainnya
Realisasi Investasi (US$)
Lokasi
Asal Negara
5.000.000
-
Phillipina
Bitung
21.074.654
-
Singapura
Bolmong
20.738.921
-
Singapura
Bolmong
Ket.
Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah Prov. Sulut
Sementara itu, kinerja ekspor dan impor Sulut pada triwulan III-2012 diperkirakan akan mengalami penurunan. Hal ini salh satunya diindikasikan dari data arus masuk dan keluar barang di pelabuhan Bitung. Tabel 7.2. Perkiraan Arus Barang di Pelabuhan Bitung Ekspor/Impor Impor Ekspor Bongkar (impor) Muat (ekspor)
Satuan
Q3-2011 Q3-2012*)
Perdagangan LN Ton 17.036 Ton 87.868 Perdagangan DN Ribu Ton 790 Ribu Ton 275
Growth (yoy)
17.016 65.797
-0,12% -25,12%
758 231
-4,02% -15,84%
Sumber: PT. Pelindo (Persero) Bitung
91
PROSPEK PEREKONOMIAN
Dari sisi penawaran, sektor PHR masih menjadi sektor yang memberikan kontribusi terbesar dalam pertumbuhan ekonomi Sulut triwulan III 2012 sejalan dengan tingginya belanja masyarakat yang bertepatan dengan faktor musiman seperti liburan sekolah, pencairan gaji ke13, perayaan pengucapan syukur dan perayaan hari raya Idul Fitri. Peningkatan kinerja sektoral juga terjadi pada sektor pengangkutan dan komunikasi sebagai multiplier effect dari musim liburan sekolah. Sementara itu sektor pertanian sampai akhir triwulan III-2012 diproyeksikan akan tumbuh positif lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu, namun perlu diwaspadai beberapa faktor seperti minimnya infrastruktur pendukung, serangan hama dan kondisi cuaca yang tidak menentu yang berpotensi menurunkan produktivitas sektor pertanian.
Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) Tren perkembangan indikator pada sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) pada triwulan III-2012 tercatat mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya (April-Juni 2012). Peningkatan ini terutama didorong oleh kenaikan sumber pendapatan masyarakat antara lain pencairan gaji ke-13 dan THR yang diikuti oleh naiknya belanja masyarakat bertepatan dengan musim liburan sekolah, perayaan pengucapan syukur dan hari raya Idul Fitri yang jatuh pada Agustus 2012.
Tingginya aktivitas belanja masyarakat di bulan Juli 2012 tercermin hasil Survei Konsumen KPw BI Provinsi Sulut yang menunjukkan adanya peningkatan optimisme masyarakat terhadap kondisi perekonomian Sulawesi Utara. Indeks Keyakinan Konsumen mengalami kenaikan dari 123,17 pada Juli 2011 menjadi 143,42 pada Juli 2012. Peningkatan Indeks Keyakinan Konsumen diikuti oleh tren peningkatan pada komponen penyusunnya, yakni indeks penghasilan saat ini (139) indeks pembelian barang tahan lama (126,5) dan indeks ketersediaan lapangan kerja (169) sebagaimana terlihat pada grafik 7.2 dan 7.3.
Dari sisi produsen, hasil Survei Penjualan Eceran
KPw
menunjukkan
BI
Provinsi adanya
Sulut
peningkatan
penjualan eceran yang tercermin dari Indeks Penjualan pada Juli 2012 sebesar 219,30 sedikit
mengalami
Grafik 7.6. Perkembangan Indeks Penjualan Riil
juga
peningkatan
500 400
Indeks Riil Penjualan Pakaian & perlengkapannya Peralatan tulis gIndeks Riil Penjualan (%) -right axis
0 -20
200
-40
yang mengalami peningkatan pada Juli 2012 92
diantaranya indeks
pakaian dan
-60
100
-80
0
-100
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul*)
Lapangan Usaha Indonesia (KLUI), indeks
20
300
dibandingkan periode sebelumnya sebesar 219,23 (Grafik 7.6). Berdasarkan Klasifikasi
40
2011
2012
Sumber: Survei Penjualan Eceran (SPE) Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara
PROSPEK PEREKONOMIAN
perlengkapannya dari 126,19 pada Juni 2012 menjadi 128,42 pada Juli 2012 dan indeks peralatan tulis dari 123,35 pada Juni 2012 menjadi 123,76 pada Juli 2012. Peningkatan pada kedua klasifikasi ini sejalan dengan faktor musiman musim liburan dan dimulainya tahun ajaran baru 2012/2013.
Subsektor hotel juga diperkirakan akan mengalami peningkatan pada Juli 2012, seiring dengan penyelenggaraan event berskala nasional diantaranya: Manado kembali terpilih menjadi tuan rumah dalam acara sosialisasi penataan lokasi
PKL yang akan mendatangkan sekitar 75 utusan dari 5 (lima) Kota yang terpilih berdasarkan survei Kementerian Dalam Negeri (Manado, Bandung, Jambi, Yogyakarta dan Bandar Lampung). Kegiatan ini juga akan dihadiri oleh tiga Menteri yakni Mendagri, Menteri Perdagangan dan Menteri Koperasi dan UMKM. Pelaksanaan rapat kerja nasional Kementerian Pemuda dan Olahraga pada tanggal 2 Juli
2012 yang dihadiri oleh seluruh Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga (Kadispora) seIndonesia. Tomohon International Flower Festival (TIFF) pada 8-12 Agustus mendatang diperkirakan
akan diikuti oleh peserta dari perwakilan negara sahabat, Asosiasi Pemerintah Kota seluruh Indonesia (Apeksi), 15 Kabupaten/Kota se Sulut, BUMN, BUMD, perusahaan swasta serta pengnjung lainnya yang jumlahnya diperkirakan mencapai 30 ribu orang.
Sektor Bangunan Kinerja sektor bangunan diperkirakan terus mengalami pertumbuhan positif seiring dengan meningkatnya realisasi proyek pemerintah dan swasta. Pembangunan berbagai proyek infrastruktur pemerintah dan swasta telah mendorong peningkatan penjualan semen. Indikator lainnya yang menunjukkan peningkatan kinerja sektor bangunan adalah hasil Survei Penjualan Eceran yang memperlihatkan perkembangan indeks penjualan bahan konstruksi sebesar 5,61% (yoy) dari 188,15 pada Agustus 2012 menjadi 198,71 pada Agustus 2012 (Grafik 7.4). Beberapa proyek pemerintah yang diperkirakan dapat mendorong kinerja sektor bangunan diantaranya :
Pembangunan jembatan Arelo sepanjang 40 meter yang menghubungkan Mala dengan daerah lainnya di pinggiran kota Melonguane resmi direalisasikan Pemkab Talaud dengan dana yang bersumber dari APBN TA 2012 dengan alokasi dana mencapai Rp11.422 miliar.
Pembangunan pasar di Kota Tomohon dengan alokasi anggaran sebesar Rp1,4 miliar. Proyek tersebut saat ini tengah dalam proses pengerjaan.
Pembangunan median jalan yang juga berfungsi sebagai jalur hijau di Kota Kotamobagu dengan alokasi anggaran sebesar Rp930 juta. 93
PROSPEK PEREKONOMIAN
Pengerjaan proyek jalan lingkar Lembeh yang mengalokasikan anggaran APDD 2012 sebesar Rp30 miliar saat ini telah dimulai dengan target penyelesaian hingga akhir tahun 2012.
Perbaikan jalan Moreah-Soyowan di Kabupaten Minahasa Tenggara dengan alokasi anggaran sebesar Rp6 miliar.
Pembangunan drainase dan jembatan di Kab.Kep. Sitaro dengan alokasi anggaran masingmasing sebesar Rp328 juta dan Rp668 juta yang bersumber dari APBD Kab. Kep. Sitaro Tahun 2012.
Pembangunan tanggul pemecah ombak di pesisir pantai Desa Mokupa dengan anggaran sekitar Rp2 miliar. Pembangunan tanggul pemecah ombak untuk saat ini dalam tahap pengerjaan.
Selain proyek pemerintah, beberapa proyek swasta juga diperkirakan terus mengalami peningkatan, diantaranya proyek pembangunan pusat hiburan/mall Star Square di kawasan pertokoan Bahu yang dikembangkan oleh PT Artoda Karya Gemilang (AKG) saat ini sedang dalam proses pembangunan pondasi. Proyek ini diharapkan dapat selesai pada awal tahun 2013. Perusahaan Semen Bosowa (PT Bosowa) sedang dalam proses membangun pabriknya di Kabupaten Minahasa Selatan (Minsel), tepatnya di desa Tawaang kecamatan Tenga. Pabrik ini akan mampu memproduksi 700 metrik ton semen per tahun. Dana yang disiapkan sebesar Rp500 miliar, dengan luas lahan 10 hektar dan diharapkan paling lambat awal tahun 2014 sudah mulai berproduksi. Dibangunnya pabrik semen tersebut untuk memenuhi kebutuhan di Sulut dan Gorontalo. PT Bosowa memilih membangun di Minsel dikarenakan letak yang strategis berada di jalur perlintasan antar Provinsi, selain itu juga telah tersedia bahan baku serta terpenuhinya kebutuhan listrik yang cukup besar ditambah juga dengan telah tersediannya pelabuhan. Sektor Pertanian Kinerja sektor pertanian pada awal triwulan III-2012 diperkirakan mengalami sedikit perlambatan yang disebabkan oleh minimnya infrastruktur pendukung dan gangguan hasil panen akibat serangan hama. Namun demikian kinerja sektor pertanian pada triwulan III 2012 diperkirakan masih tetap tumbuh positif yang didorong oleh puncak musim panen subround II yang jatuh pada Agustus 2012.
94
PROSPEK PEREKONOMIAN Tabel 7.3. Perkembangan Luas Panen, Produksi Gabah dan Produksi Beras No 1 2 3
Komponen Luas Panen (Ha) Produksi Gabah (ton) Produksi Beras (ton)
2012 Jan 13.175 65.951 41.681
Feb 14.756 69.871 44.158
Mar 10.080 45.207 28.571
April 10.744 55.530 35.095
Mei 12.876 66.763 42.194
Juni 11.487 49.419 31.233
Juli *) 10.660 43.673 27.601
Aug *) 9.973 40.574 25.643
Ket: *) Angka Perkiraan Sumber: Dinas Pertanian Provinsi Sulut
Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Kinerja sektor pengangkutan dan komunikasi pada triwulan III-2012 diperkirakan akan terus mengalami peningkatan, hal ini didorong oleh tren peningkatan jumlah arus penumpang angkutan udara selama musim liburan (Juli 2012) dan perayaan Idul Fitri (Agustus 2012). Selain itu, adanya penambahan rute penerbangan perdana Manado-Davao yang dilakukan pada 10 Juli 2012 juga turut berkontribusi terhadap peningkatan kinerja sektor angkutan.
7.3.
Prakiraan Inflasi
Laju inflasi Kota Manado pada triwulan III 2012 diperkirakan akan mengalami sedikit peningkatan, yakni berada pada kisaran 4,84%±1% (yoy). Dari sisi
fundamental, tekanan
inflasi relatif terjaga didukung oleh melandainya harga global komoditas internasional dan masih memadainya kapasitas produksi seiring dengan pertumbuhan investasi, ditengah peningkatan permintaan domestik. Namun demikian, terdapat faktor risiko internal dan eksternal yang dapat memberikan tekanan inflasi fundamental pada triwulan depan, diantaranya tendensi kenaikan ekspektasi masyarakat Sulut dan kenaikan harga komoditas gula pasir terkait kebijakan pembatasan peredaran gula pasir. Dari sisi non fundamental, perkembangan inflasi volatile food secara umum pada triwulan III 2012 relatif terkendali. Sementara itu, tekanan inflasi kelompok administered price pada triwulan III 2012 diperkirakan akan meningkat yang terutama dipengaruhi kenaikan ongkos angkutan udara dan rencana penyesuaian harga gas industri pada September 2012 sebesar 35%. Faktor Fundamental Inflasi inti pada triwulan III 2012 diperkirakan terkendali. Dari sisi eksternal, tekanan inflasi diperkirakan relatif stabil sejalan dengan tren penurunan harga global sebagai faktor berlanjutnya ketidakpastian pemulihan ekonomi Eropa. Tren penurunan harga emas dunia yang berdampak pada menurunnya harga emas perhiasan domestik diperkirakan masih berlanjut di 95
PROSPEK PEREKONOMIAN
triwulan III 2012. Sejalan dengan itu, volatilitas Rupiah relatif terkendali dengan penerapan kebijakan stabilisasi Rupiah oleh Bank Indonesia. Sementara itu, dari sisi domestik peningkatan permintaan domestik seiring dengan faktor seasonal (Bulan Ramadhan) yang jatuh pada triwulan III 2012 diperkirakan masih dapat direspon dengan kapasitas produksi yang ada seiring dengan pertumbuhan investasi. Hal ini dicerminkan dari hasil Survei Pedagang Eceran (SPE) dan Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara pada periode laporan (grafik 7.7). Risiko memburuknya ekspektasi masyarakat diperkirakan akan memberi tekanan inflasi inti di triwulan III 2012. Berdasarkan hasil Survei Pedagang Eceran (SPE) Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara, sebagian besar pedagang di Sulut memiliki ekspektasi yang tinggi terhadap tingkat harga 3 bulan yang akan datang, tercermin dari peningkatan angka indeks ekspektasi pedagang terhadap tingkat harga 3 bulan yang akan tercatat sebesar 120 pada Juni 2012 dari 116 pada periode yang sama tahun sebelumnya (grafik 7.6). Selanjutnya, dari sisi konsumen ekspektasi masyarakat juga mengalami peningkatan (grafik 7.7). Hal ini tercermin dari hasil Survei Konsumen (SK) KPw BI Provinsi Sulawesi Utara pada periode laporan yang ditandai oleh peningkatan angka indeks ekspektasi konsumen terhadap tingkat harga 3 bulan yang akan datang dari 171,5 pada Juni 2011 menjadi 189,5 pada Juni 2012.
Grafik 7.6. Indeks Ekspektasi Pedagang thd Harga 3 bln & 6 bln yad
250.00 200.00
Grafik 7.7. Indeks Ekspektasi Konsumen thd Harga 3 bln & 6 bln yad
IEP :
IEP :
116
120
150.00
100.00
100.00
50.00
50.00
0.00 1
3
5
7
2008
9 11 1
3
5
7
9 11 1
3
2009
Ekspektasi pedagang terhadap harga 3 bulan yad
5
7
2010
9 11 1
3
5
7
9 11 1
2011
3
5
2012
Ekspektasi pedagang terhadap harga 6 bulan yad
Sumber : Survei Pedxagang Eceran (SPE) KPw BI Prov. Sulut
96
189,5
171,5
200.00
150.00
IEK :
IEK :
250.00
0.00 1
3
5
7
2008
9 11 1
3
5
7
9 11 1
3
5
2009
Ekspektasi konsumen terhadap harga 3 bulan yad
7
9 11 1
3
2010
5
7
2011
9 11 1
3
5
2012
Ekspektasi konsumen terhadap harga 6 bulan yad
Sumber : Survei Konsumen (SK) KPw BI Prov. Sulut
PROSPEK PEREKONOMIAN
Grafik 7.9. Interaksi Permintaan dan Penawaran
Grafik 7.8. Interaksi Permintaan dan Penawaran
600
120
500
100
400
80
300
60
200
40
100
20
0
0
Q1
Q3
Q1
2007
Q3
Q1
2008
Q3
Q1
2009
Q3
Q1
2010
Indeks Riil Penjual Eceran (right axis)
Q3
Q1
2011
Q3*) 2012
Kapasitas Produksi (left axis)
Sumber : Survei Pedagang Eceran (SPE) dan Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU KPw BI Prov. Sulut
Sumber Bank Indonesia
Grafik 7.11. Perkembangan Harga Emas Perhiasan Domestik
Grafik 7.10. Perkembangan Harga Emas Dunia USD/pound
700,000
1,850.00 1,771.92 1,764.00
1,800.00
600,000
1,739.43
1,750.00
500,000
1,741.23 1,652.95
1,700.00 1,650.00 1,600.00
1,671.26
1,574.62
1,649.90
400,000
1,676.84
1,638.95
1,589.92 1,600.11 1,587.55
1,550.00
300,000
200,000
1,500.00 100,000
1,450.00 7
8
9
10
11
12
2011
1
2
3
4
5
6
7*
I
2012
III
I
III
I
III V
II IV II IV II
I
III
I
III V
II IV II IV II IV II IV M II M M II M M I M M I M M I M M I M M I M IV IV III III III III III
Jan-11 Feb-11 Mar-11 Apr-11 Mei-11 Juni- Juli-11 Agst-11 Sept- Okt-11 Nov - Des - Jan-12 Feb-12 Maret April Mei Juni Jul-12 11 11 11 11 2012 2012 2012
Sumber Bloomberg, diolah
Sumber : Survei Pemantauan Harga (SPH), diolah
Faktor Non Fundamental Dari sisi non fundamental, tekanan inflasi volatile foods diperkirakan meningkat namun relatif terkendali. Berdasarkan pantauan di sejumlah pasar tradisional dan modern di Kota Manado melalui Survei Pemantauan
Harga (SPH) yang dilakukan KPwBI Sulut pada awal
triwulan III 2012 menunjukkan adanya tren peningkatan harga beberapa komoditas volatile
foods seiring peningkatan aktivitas konsumsi masyarakat menjelang perayaan Hari Raya Idul Fitri 1433H. Harga komoditas perikanan tangkap meningkat sebagai imbas kenaikan harga yang dilakukan oleh beberapa eksportir produk perikanan di Sulawesi Utara. Berdasarkan liaison kepada beberapa perusahaan perikanan di Sulut, kenaikan harga disebabkan oleh tidak mencukupinya suplai untuk merespon kenaikan permintaan. 97
PROSPEK PEREKONOMIAN
Namun demikian, perkiraan bertumbuhnya kinerja pertanian pada triwulan III 2012 seiring panen beras subround II yang jatuh pada Agustus 2012 diperkirakan dapat menahan laju inflasi komoditas volatile foods. Sementara itu, tekanan inflasi kelompok administered price pada triwulan III 2012 diperkirakan akan meningkat. Faktor yang diperkirakan meningkatkan inflasi kelompok ini adalah kenaikan harga ongkos angkutan udara dan kebijakan penyesuaian harga gas industri sebesar 35% yang direncanakan mulai berlaku 1 September 2012 dan sebesar 15% pada April 2013 sehingga diperkirakan berdampak pada kenaikan harga sejumlah komoditas industri pengolahan Potensi kenaikan harga BBM bersubsidi pada tahun 2012 diperkirakan relatif rendah.Dengan perkembangan harga minyak dunia terkini, potensi terlampauinya harga ICP dalam APBNP 2012 (105 dolar AS/barel) sebesar 15% selama 6 bulan terakhir (diatas 120,75 dolarAS/barel) sangat kecil. Realisasi ICP Januari hingga Juni baru mencapai 117,80 dolar AS/barel.
7.3.
Prospek Perbankan
Fungsi intermediasi perbankan pada triwulan III 2012 diperkirakan akan terus meningkat dalam mendukung pembiayaan perekonomian Sulut disertai dengan stabilitas perbankan yang terjaga. Geliat pertumbuhan industi perbankan tercermin dari semakin bertambahnya jumlah infrastruktur perbankan di Sulut. Pada triwulan III 2012 terdapat rencana penambahan 2 kantor cabang Bank Perkreditan Rakyat dan 5 kantor cabang pembantu Bank Umum. Dari sisi kredit, hasil rekapitulasi Rencana Bisnis Bank (RBB) 2012 menunjukkan optimisme perbankan Sulawesi Utara untuk terus meningkatkan pertumbuhan penyaluran kreditnya pada kisaran 36% (yoy). Untuk mencapai target tersebut, perbankan akan lebih fokus pada usahausaha yang merupakan potensi daerah dan melakukan peningkatan pelayanan serta perbaikan infrastruktur kredit. Berdasarkan jenis usahanya, estimasi pertumbuhan baki debit kredit terutama terjadi pada kredit menengah yang diperkirakan tumbuh pada kisaran 45% (yoy). Selanjutnya diikuti oleh pertumbuhan baki debit kredit kecil dan mikro yang diperkirakan tumbuh masing-masing sebesar 37% (yoy) dan 26% (yoy). Surat Edaran Bank Indonesia No. 14/10/DNP tanggal 15 Maret 2012 perihal penerapan manajemen risiko pada bank yang melakukan pemberian kredit dan Peraturan Menteri keuangan No.43/PMK.010/2012 tentang uang muka pembiayaan konsumen untuk kendaraan bermotor pada perusahaan pembiayaan yang diberlakukan mulai Juni 2012 diperkirakan tidak memberikan dampak signifikan pada pertumbuhan kredit perbankan Sulawesi Utara. Hal ini 98
PROSPEK PEREKONOMIAN
ditandai dari masih bertumbuhnya Kredit Perumahan Rakyat (KPR) Tipe >70 dan Kredit Kendaraan Bermotor di Sulut yang tercatat masing-masing sebesar 4,61% (yoy) dan 11,27% (yoy). Disamping itu, pangsa KPR perbankan Sulut didominasi oleh KPR Tipe <70 yang tidak terkena aturan Loan to Value.
Grafik 7.12. Pertumbuhan Kredit Perumahan Rakyat dan Kredit Kendaraan Bermotor
700,000
Grafik 7.13. Komponen Kredit Perumahan Rakyat
250,000
600,000
200,000
21%
500,000 400,000
150,000
300,000
100,000
79%
200,000 50,000
100,000 0
0 Jan 2012
Feb 2012
Mar 2012
KPR Tipe > 70
Apr 2012
May 2012
Jun 2012
KPR Tipe < 70
KPR Tipe > 70
KKB (sb. kanan)
Sumber : Bank Indonesia
Sumber : Bank Indonesia
Dari sisi penghimpunan dana, pertumbuhan yang ditargetkan perbankan di Sulawesi Utara mencapai sekitar 41% (yoy). Tingginya target pertumbuhan ini dapat dicapai dengan menerapkan berbagai upaya diantaranya mempertahankan nasabah yang telah ada dan menjaring nasabah baru melalui penambahan jumlah karyawan, kantor cabang dan fitur-fitur dalam mengoptimalkan kemudahan bertransaksi. Kebijakan Bank Indonesia untuk mempertahankan suku bunga acuannya (BI rate) sebesar 5,75% pada triwulan III 2012 diperkirakan memberikan dampak pada penambahan kapasitas perekonomian Provinsi Sulawesi Utara melalui transmisi suku bunga perbankan yang pada tahap selanjutnya akan memberikan dampak pada membaiknya fungsi intermediasi perbankan. Hal ini ditandai oleh tren penurunan suku bunga kredit di perbankan Sulut. Selain itu, berdasarkan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Provinsi Sulawesi Utara pada periode laporan menunjukkan tidak ada perubahan Saldo Bersih Tertimbang (SBT) perkiraan suku bunga triwulan III 2012 yang mencerminkan bahwa perbankan tidak memiliki wacana untuk menaikkan suku bunga perbankan pada triwulan mendatang.
99
Halaman ini sengaja dikosongkan
DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN
DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN PDRB mtm qtq yoy Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Indeks Harga Konsumen (IHK) Indeks Kondisi Ekonomi Indeks Ekspektasi Konsumen Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dana Perimbangan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Inflasi
Volatile Foods Administered Price M1 M2 Mo
Uang Kartal Uang Giral NIM
Produk Domestik Regional Bruto. Pendapatan suatu daerah yang mencerminkan hasil kegiatan ekonomi yang ada di suatu wilayah tertentu month to month. Perbandingan antara satu bulan dan bulan sebelumnya. quarter to quarter. Perbandingan antara data satu triwulan dengan triwulan sebelumnya. year on year. Perbandingan antara data satu tahun dengan tahun sebelumnya. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini dan ekspektasi kondisi ekonomi enam bulan mendatang, dengan skala 1-100 Sebuah indeks yang merupakan ukuran perubahan rata-rata harga barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat pada suatu periode tertentu. Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini, dengan skala 1-100 Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap ekspektasi kondisi ekonomi 6 bulan mendatang, dengan skala 1-100 Pendapatan yang diperoleh dari aktivitas ekonomi suatu daerah seperti hasil pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah. Sumber pendapatan daerah yang berasal dari APBN untuk mendukung pelaksanaan kewenangan pemerintah daerah dalam mencapai tujuan pemberian otonomi. Ukuran kualitas pembangunan manusia yang diukur melalui pencapaian rata-rata 3 (tiga) hal kualitas hidup yaitu : pendidikan, kesehatan dan daya beli. Kecenderungan kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan bersifat persisten. Perubahan (laju) inflasi umumnya diukur dengan melihat perubahan harga pada sejumlah barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat, seperti tercermin pada perkembangan indeks harga konsumen (IHK). Berdasarkan faktor penyebabnya, inflasi dapat dipengaruhi baik dari penawaran maupun dari permintaan. Salah satu disagregasi inflasi, yaitu untuk komoditas yang perkembangan harganya sangat bergejolak karena faktor-faktor tertentu. Salah satu disagregasi inflasi, yaitu untuk komoditas yang perkembangan harganya diatur pemerintah. Disebut sebagai narrow money (uang beredar dalam arti sempit), terdiri dari uang kartal dan uang giral Disebut broad money atau uang beredar dalam arti luas, merupakan indicator tingkat likuiditas perekonomian, terdiri dari uang kartal, uang giral dan uang kuasi (tabungan dan deposito baik dalam mata uang rupiah maupun asing). Disebut uang primer (base money) merupakan kewajiban otoritas moneter (di dalam neraca bank sentral), terdiri dari uang kartal pada bank umum dan masyarakat ditambah dengan saldo giro bank umum dan masyarakat di bank sentral. Uang kertas dan uang logam yang berlaku, tidak termasuk uang kas pada kas negara (KPKN) dan bank umum. Terdiri dari rekening giro masyarakat di bank, kiriman uang, simpanan berjangka dan tabungan yang sudah jatuh tempo yang seluruhnya merupakan simpanann penduduk dalam rupiah pada sistem moneter. Singkatan dari Net Interest Margin adalah selisih antara penerimaan bunga yang diperoleh oleh bank dengan biaya bunga yang harus dibayar.
101
DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN
NPLs Restrukturisasi kredit UMKM UYD
Inflow Outflow Netflow PTTB
102
Singkatan dari Non Performing Loans disebut juga kredit bermasalah, dengan kolektibiltas kurang lancar (3), diragukan(4) dan macet (5) menurut ketentuan BI. Upaya yang dilakukan bank dalam kegiatan usaha perkreditan agar debitur dapat memenuhi kewajibannya yang dilakukan antara lain dengan melalui : restrukturisasi, re-scheduling atau konversi kepemilikan. Singkatan dari Sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah yang mempunyai skala pinjaman antara Rp50 Juta s/d Rp 5 Milyar. Singkatan dari uang yang diedarkan, adalah uang kartal yang berada dimasyarakat ditambah dengan uang yang berada di kas bank. Uang kartal yang masuk ke BI, melalui kegiatan setoran yang dilakukan oleh bank umum. Uang kartal yang keluar dari BI melaui proses penarikan uang tunai bank umum dari giro di BI atau pembayaran tunai melalui BI. Selisih antara outflow dan inflow. Pemberian tanda tidak berharga, adalah bagian dari kegiatan untuk menarik uang yang sudah tidak layak edar, sehingga uang yang disediakan oleh BI tersebut dapat berada dalam kondisi layak dan segar (fit for circulation) untuk bertransaksi.
Halaman ini sengaja dikosongkan