KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI SELATAN TRIWULAN-I 2010
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan I - 2010
Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank
Kata Pengantar Sebagaimana diketahui dengan diberlakukannya UU No. 23 Tahun 1999 tentang tujuan Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Republik Indonesia No. 3 Tahun 2004, tujuan Bank Indonesia adalah mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Lebih lanjut, tugas-tugas pokoknya adalah menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, serta mengatur dan mengawasi bank. Sejalan dengan Undang-Undang tersebut, Kantor Bank Indonesia (KBI) di daerah dalam era otonomi mempunyai peranan yang strategis, selain sebagai economic intelligence dan research unit di wilayah kerjanya. Dalam kaitan dengan peran tersebut, KBI bertugas untuk melakukan pengumpulan data dan informasi (antara lain melalui survei), dan melakukan pengkajian serta penelitian mengenai perkembangan ekonomi daerah secara terkini dan berkala. Sejak tahun 2002 KBI Makassar telah melakukan Kajian terhadap Perkembangan Ekonomi Daerah secara triwulanan atau disingkat menjadi KER dengan cakupan daerah Sulawesi Selatan. Sejak ditetapkannya secara resmi pemisahan antara Provinsi Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat, maka sejak tahun 2007 ini materi kajian untuk masing-masing provinsi (Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat) akan dipisahkan dan disampaikan dalam buku laporan yang terpisah. Adapun cakupan kajian (KER) tersebut adalah pada aspek makroekonomi, inflasi, moneter-perbankan-sistem pembayaran, keuangan daerah dan prospek ekonomi. Dalam perkembangannya, cakupan ini akan kami kembangkan terus sejalan dengan ketersediaan data ekonomi daerah yang kami peroleh. Selanjutnya, informasi dan hasil kajian/riset tersebut akan disampaikan ke Kantor Pusat Bank Indonesia, sebagai masukan dalam formulasi kebijakan moneter. Disamping itu, hasil kajian tersebut diharapkan dapat bermanfaat bagi stakeholder Bank Indonesia di daerah antara lain: Pemerintah Daerah, DPRD, akademisi, pihak swasta dan kalangan masyarakat Iainnya. Saran dan masukan dan semua pihak, sangat kami harapkan guna peningkatan kualitas laporan ini di masa mendatang. Perlu kami sampaikan pula penghargaan dan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu secara aktif dalam penyusunan laporan ini, dengan memberikan data dan informasi secara kontinyu, tepat waktu dan reliable. Selanjutnya, kami nantikan kerjasama tersebut dapat terus berlangsung di masa mendatang guna mendukung kesinambungan penyusunan laporan ini.
Makassar, Mei 2010 BANK INDONESIA MAKASSAR ttd. Lambok A. Siahaan Pemimpin
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan I - 2010
iii
Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank
Daftar Isi KATA PENGANTAR ~ iii DAFTAR ISI ~ v DAFTAR GRAFIK ~ vii DAFTAR TABEL ~ ix
RINGKASAN EKSEKUTIF ~ 1 INDIKATOR EKONOMI KER Trw. III-2009 ~5
BAB 1
PERKEMBANGAN KONDISI MAKRO EKONOMI ~ 7 1.1. Permintaan Daerah ~ 7 1.1.1. Konsumsi ~ 8 1.1.2. Investasi ~ 10 1.1.3. Perdagangan Eksternal ~ 11 1.2. Penawaran Daerah (Sektoral) ~ 12 1.2.1. Sektor Pertanian ~ 13 1.2.2. Sektor Pertambangan - Penggalian ~ 14 1.2.3. Sektor Industri Pengolahan ~ 15 1.2.4. Sektor Listrik-Gas_Air ~ 15 1.2.5. Sektor Bangunan~ 16 1.2.6. Sektor Perdagangan-Hotel-Restauran ~ 17 1.2.7. Sektor Angkutan dan Komunikasi ~ 18 1.2.8. Sektor Keuangan-Persewaan-Jasa perusahaan ~ 19 1.2.9. Sektor Jasa-jasa~ 19
BOKS I MAPPING PRODUK UNGGULAN SAAT INI DAN PROSPEKNYA DALAM MENGHADAPI PERDAGANGAN BEBAS ASEAN-CHINA ZONA SULAMPUA ~ 21 BOKS II PENGARUH PERDAGANGAN BEBAS ACFTA TERHADAP POTENSI PEMBIAYAAN DAERAH DI ZONA SULAMPUA~ 24 BAB 2
PERKEMBANGAN INFLASI ~ 25 2.1. Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang ~ 26
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan I - 2010
v
BAB 3
PERKEMBANGAN PERBANKAN ~ 35 3.1. Perkembangan Bank Umum (Konvensional dan Syariah) ~ 35 3.1.1. Kelembagaan dan Aset ~ 35 3.1.2. DPK dan Kredit/Pembiayaan ~ 36 3.1.3. Intermediasi Bank Umum Syariah ~ 40 3.2. Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat/Syariah (BPR/S) ~ 41
BAB 4
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN ~ 43 4.1. Aliran Uang Kartal Masuk (Inflow) dan Keluar (Outflow) ~ 43 4.2. Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) ~ 44 4.3. Perkembangan Uang Palsu yang Ditemukan ~ 45 4.4. Perkembangan Kliring dan RTGS ~ 45 4.4.1. Perkembangan RTGS ~ 45 4.4.2. Perkembangan Kliring ~ 46
BAB 5
KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN ~ 49 5.1. Ketenagakerjaan ~ 49 5.2. Kesejahteraan ~ 50 5.2.1. Nilai Tukar Petani ~ 50 5.2.2. Jumlah Penduduk Miskin ~ 51 5.3. Survei ~ 53
BAB 6
PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH ~ 55
BAB 7
OUTLOOK KONDISI EKONOMI DAN INFLASI ~ 57 7.1. Outlook Kondisi Makroregional ~ 57 7.2. Outlook Inflasi ~ 59 7.3. Prospek Perbankan ~ 60
vi
Triwulan I - 2010
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Daftar Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik
1.1. 1.2. 1.3. 1.4. 1.5. 1.6. 1.7. 1.8. 1.9. 1.10. 1.11. 1.12. 1.13. 1.14.
Laju Pertumbuhan PDRB ~ 7 Prompt Indikator Kinerja Konsumsi ~ 8 Prompt Indikator Kinerja Investasi ~ 10 Prompt Indikator Kinerja Ekspor ~ 11 Prompt Indikator Kinerja Impor ~ 12 Prompt Indikator Kinerja Sektor Pertanian ~ 13 Prompt Indikator Kinerja Sektor Pertambangan-Penggalian~ 14 Prompt Indikator Kinerja Sektor Industri Pengolahan~ 15 Prompt Indikator Kinerja Sektor Listrik-Gas-Air Bersih ~ 16 Prompt Indikator Kinerja Subsektor Bangunan ~ 16 Prompt Indikator Kinerja Sektor Perdagangan-Hotel-Restoran ~ 17 Prompt Indikator Kinerja SubSektor Angkutan ~ 18 Prompt Indikator Kinerja Sektor Keuangan-Persewaan-Jasa Perusahaan ~ 19 Prompt Indikator Kinerja Sektor Jasa-jasa ~ 19
Grafik Grafik Grafik Grafik
2.1. 2.2. 2.3. 2.4.
Grafik Grafik
2.5. 2.6.
Grafik
2.7.
Grafik Grafik Grafik Grafik
2.8. 2.9. 2.10. 2.11.
Perkembangan Inflasi Sulawesi Selatan~ 25 Perkembangan Inflasi Kelompok Pendidikan ~ 26 Perkembangan Inflasi Kelompok Makanan Jadi ~ 27 Beberapa Komoditi dalam Kelompok Makanan Jadi Hasil SPH di Makassar ~ 28 Beberapa Komoditi dalam Kelompok Perumahan ~ 29 Beberapa Komoditi dalam Kelompok Bahan Makanan Hasil SPH di Makassar ~ 30 Beberapa Komoditi dalam Kelompok Bahan Makanan Hasil SPH di Makassar ~ 31 Perkembangan Inflasi Kelompok Bahan Makanan~ 32 Perkembangan Inflasi Kelompok Sandang~ 32 Perkembangan Harga Emas~ 33 Perkembangan Inflasi Kelompok Transportasi ~ 33
Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik
3.1. 3.2. 3.3. 3.4. 3.5.
Pangsa Kredit/Pembiayaan Bank Umum Per Sektor Ekonomi ~ 38 Pangsa NPLs Per Sektor Ekonomi ~ 39 Pangsa Kredit/Pembiayaan MKM Bank Umum Per Sektor Ekonomi ~ 39 Perkembangan Aset BPR/S ~ 41 Perkembangan DPK, Kredit & LDR BPR/S ~ 41
Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik
4.1. 4.2. 4.3. 4.4. 4.5. 4.6.
Aliran Uang Kartal Masuk (Inflow) ~ 43 Aliran Uang Kartal Kelaur (Outflow) ~ 43 Pemberian Tanda Tidak Berharga dan Inflow ~ 44 Proporsi Jumlah Lembar Uang Palsu Berdasarkan Pecahan Trw.IV-2009 ~ 45 Transaksi RTGS – Incoming ~ 46 Transaksi RTGS – Outgoing ~ 46
Grafik
5.1.
Grafik Grafik
5.2. 5.3.
Persentase Penduduk Usia 15+ yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama ~ 50 Perkembangan Rata-rata Nilai Tukar Petani ~ 51 Perkembangan Rata-rata Indeks Yang Diterima Petani ~ 51
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan I - 2010
vii
Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik
5.4. 5.5. 5.6. 5.7. 5.8.
Perkembangan Rata-rata Indeks Yang Dibayar Petani ~ 51 Jumlah Penduduk Miskin Sulawesi Selatan ~ 52 Persentase Jumlah Penduduk Miskin se-Sulampua per Maret 2009 ~ 52 Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja Saat Ini ~ 53 Indeks Penghasilan Saat ini Dibandingkan 6 Bulan Lalu ~ 53
Grafik Grafik Grafik
7.1. 7.2. 7.3.
Perkembangan Indeks Ekspektasi Konsumen ~ 58 Indeks Ekspektasi Terhadap Harga-harga dalam 3 bulan y.a.d ~ 60 Perkembangan Laju Inflasi Tahunan Sulsel dan Proyeksinya ~ 60
viii
Triwulan I - 2010
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Daftar Tabel Tabel 1.1. Tabel 1.2.
Perkembangan PDRB Riil : Permintaan Daerah (y.o.y) ~ 8 Perkembangan PDRB Riil : Penawaran Daerah (y.o.y) ~ 13
Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel
2.1. 2.2. 2.3. 2.4. 2.5. 2.6. 2.7. 2.8.
Inflasi Kelompok Barang dan Jasa (%, y.o.y) ~ 26 Inflasi Per-Sub Kelompok Pendidikan-Rekreasi-Olahraga ~ 26 Inflasi Per-Sub Kelompok Makanan Jadi-Minuman-Rokok Tembakau ~ 27 Inflasi Per-Sub Kelompok Perumahan-Air-Listrik-Bhn Bakar ~ 28 Inflasi Per-Sub Kelompok Kesehatan ~ 30 Inflasi Per-Sub Kelompok Bahan Makanan ~ 31 Inflasi Per-Sub Kelompok Sandang ~ 32 Inflasi Per-Sub Kelompok Transportasi-Komunikasi-Jasa Keuangan ~ 33
Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel
3.1. 3.2. 3.3. 3.4. 3.5. 3.6. 3.7. 3.8.
Perkembangan Indikator Perbankan (Bank Umum) Sulawesi Selatan ~ 35 Perkembangan Kelembagaan Bank Umum Sulawesi Selatan ~ 36 Aset Bank Umum Berdasarkan Kelompok Bank~ 36 Penghimpunan Dana dan Penyaluran Kredit/Pembiayaan Bank Umum~ 37 Penyaluran Kredit /Pembiayaan Bank Umum Per Jenis Penggunaan~ 37 Pertumbuhan Tahunan Kredit/Pembiayaan Per Sektor Ekonomi ~ 38 Perkembangan NPLs Net dan Gross Bank Umum~ 39 Pertumbuhan Kredit/Pembiayaan Mikro, Kecil dan Menengah (MKM) Bank Umum (m.t.m)~ 40 Perkembangan Bank Umum Syariah ~ 40
Tabel 3.9. Tabel 4.1. Tabel 4.2.
Perkembangan Temuan Uang Palsu di Wilker KBI Makassar Trw. IV-2009 ~ 45 Perputaran Kliring dan Cek/BG Kosong ~ 46
Tabel
Penduduk Usia 15+ Menurut Kegiatan Utama ~ 49
5.1.
Tabel 6.1.
Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Sampai Dengan Triwulan IV-2009 ~ 55
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan I - 2010
ix
Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank
Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Perekonomian daerah Sulawesi Selatan pada triwulan I-2010 diperkirakan mengalami pertumbuhan yang relatif stabil dibandingkan dengan triwulan IV-2009, namun lebih tinggi apabila dibandingkan dengan triwulan I-2009. Pertumbuhan ekonomi pada triwulan I-2010 diperkirakan sebesar 6,68% (yoy), sementara pada triwulan IV-2009 sebesar 6,69%, dan pada triwulan triwulan I-2009 sebesar 4,06%. Dari sisi permintaan, laju pertumbuhan dimaksud terutama masih didukung oleh pertumbuhan konsumsi dan membaiknya kinerja ekspor. Pertumbuhan konsumsi sedikit mengalami perlambatan pada triwulan I-2010 jika dibandingkan triwulan sebelumnya, namun
pertumbuhan
ekspor
sudah
mengalami
perbaikan
yang
cukup
signifikan
dibandingkan triwulan sebelumnya atau sejak akhir 2008 yang cenderung mengalami pertumbuhan negatif. Dimana pertumbuhan impor cenderung stabil jika dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan IV-2009. Dari sisi penawaran (sektoral), pendorong pertumbuhan ekonomi berasal dari
sektor
angkutan-komunikasi,
sektor
bangunan,
sektor
pertambangan-
penggalian dan sektor perdagangan-hotel-restoran. Sementara di sektor industri pengolahan diperkirakan sedikit mengalami perlambatan. Pertumbuhan tertinggi terjadi di sektor angkutan-komunikasi terkait dengan beberapa maskapai penerbangan yang membuka rute baru di daerah Sulawesi Selatan-Sulawesi Tenggara dan ada juga yang masuk ke Sulawesi Barat.
Asesmen Inflasi Laju inflasi tahunan di Sulsel pada triwulan I-2010 tercatat sedikit lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya, namun cenderung sama dengan laju inflasi nasional. Laju inflasi Sulsel pada triwulan I-2010 tercatat sebesar 3,46% (yoy), sementara pada triwulan IV-2009 sebesar 3,39% (yoy) dan laju inflasi nasional sebesar 3,43%. Kelompok utama yang menjadi penyebab meningkatnya laju inflasi triwulan ini adalah pendidikan (7,09%; yoy) makanan jadi (6,22%; yoy) dan perumahan (3,48%; yoy). Kemudian kelompok yang mengalami laju inflasi cukup rendah adalah sandang (2,17%; yoy) dan transpor (1,18%; yoy). Secara sektoral, peningkatan laju inflasi yang cukup besar
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan I - 2010
1
terjadi pada kelompok transpor, dimana pada triwulan IV-2009 mengalami deflasi -2,32% (yoy) menjadi inflasi sebesar 1,18% (yoy) pada triwulan I-2010. Selain itu kelompok pendidikan yang mengalami peningkatan inflasi dari 6,91% (yoy) menjadi 7,09% (yoy). Namun di sisi lain, terjadi perlambatan inflasi yang cukup signifikan pada kelompok sandang, yaitu dari 7,31% (yoy) pada triwulan I-2009 menjadi 2,17% (yoy) pada triwulan I-2010.
Asesmen Perbankan Secara month to month, kinerja perbankan Sulawesi Selatan per Februari 2010 relatif menurun jika dibandingkan dengan Januari 2010. Hal ini tercermin dari aset, dana pihak ketiga (DPK) yang tumbuh negatif. Namun di sisi lain, fungsi intermediasi bank dalam menyalurkan kredit masih berjalan dengan cukup baik, hal ini terlihat dari pertumbuhan kredit yang positif. Begitu juga untuk Loan to Deposit Ratio (LDR) perbankan Sulawesi Selatan masih relatif baik dan tercatat di atas 100%. Sementara dari sisi kualitas kredit yang disalurkan, yang tercermin dari indikator Non Performing Loan-Gross (NPLs) juga menunjukkan kondisi yang relatif baik jika dilihat dari nilainya yang relatif kecil.
Asesmen Sistem Pembayaran Transaksi pembayaran tunai dan non tunai menunjukkan perkembangan positif, namun lebih rendah dibandingkan triwulan IV-2009. Perlambatan transaksi tersebut antara lain diperkirakan karena masih rendahnya realisasi proyek-proyek swasta dan pemerintah. Salah satu pendorong peningkatan aktivitas sistem pembayaran pada triwulan laporan adalah adanya persiapan Pilkada di beberapa daerah. Aliran uang kartal masuk (inflow) dan keluar (outflow), pada triwulan laporan, dari dan ke perbankan melalui KBI Makassar tercatat net inflow sebesar Rp1,56 triliun, meningkat dibandingkan kondisi pada triwulan IV-2009 yang mengalami net inflow sebesar Rp0,95 triliun. Jumlah nominal kondisi uang tidak layak edar pada triwulan I-2010 tercatat mengalami penurunan. Selain itu, seiring dengan perlambatan aktivitas ekonomi, jumlah temuan uang rupiah palsu juga tercatat mengalami penurunan dibandingkan triwulan IV2009. Kemudian perkembangan RTGS, transaksi transfer keluar via RTGS (outgoing) pada triwulan laporan menurun dibandingkan triwulan IV-2009. Incoming pada triwulan I-2010 lebih rendah apabila dibandingkan incoming pada triwulan IV-2009. Selain itu, Nominal transaksi via kliring lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya.
2
Triwulan I - 2010
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Asesmen Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Daya serap perkembangan pertumbuhan ekonomi Sulsel selama tahun 2009 terhadap angkatan kerja relatif minim, mengingat terdapat tekanan dari krisis global, terutama pada semester I-2009. Sehingga Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Sulsel sedikit mengalami penurunan. Di sisi lain perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) masih menunjukkan perkembangan positif yang didorong oleh peningkatan Indeks yang Diterima Petani. Hal yang sama juga terjadi peningkatan ekspektasi masyarakat terhadap ketersediaan lapangan kerja dan penghasilan dibanding 6 bulan yang lalu.
Asesmen Keuangan Daerah Pada
triwulan
I-2010,
Perkembangan
konsumsi
pemerintah
tersebut
tercermin dari realisasi Anggaran Belanja Pemerintah Daerah. Pada triwulan laporan, realisasi belanja pemerintah daerah Provinsi Sulsel telah terealisasi sebesar 11,9%. Realisasi anggaran pendapatan daerah sampai dengan triwulan I-2010 tercatat hampir mencapai target 25% dari total target pendapatan, yaitu sebesar 24,5% atau mencapai Rp584,5 milyar. Target pendapatan 2010 ini diperkirakan dapat tercapai lebih dari 100% mengingat target pendapatannya tumbuh sebesar 7,9% dari target pendapatan 2009. Dari komponen pendapatan, realisasi “Pendapatan Transfer” telah mencapai 27,3%, terutama pada sub komponen “Dana Alokasi Umum” (DAU) yang telah mencapai 33,3%. Dari sisi anggaran belanja daerah, sampai dengan triwulan I-2010, realisasinya baru mencapai 11,9%. Realisasi terbesar terjadi pada pos ‘Belanja Operasi’ yang sebesar 13,2%,
Prospek Ekonomi Triwulan II-2010 Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan di triwulan II-2010 diperkirakan akan relatif meningkat jika dibandingkan dengan triwulan I-2009. Hal tersebut diperkirakan terjadi karena membaiknya kondisi recovery perekonomian dunia yang kemudian mempengaruhi peningkatan pertumbuhan hingga tingkat regional. Dorongan pertumbuhan dari sisi permintaan terjadi pada konsumsi, investasi dan ekspor. Sedangkan pada sisi penawaran, peningkatan pertumbuhan didorong oleh sektor industri, bangunan, listrik-gasair, pertambangan, angkutan-komunikasi dan perdagangan-hotel-restauran. Kemudian, laju inflasi tahunan diperkirakan akan cenderung mengalami kenaikan, namun dalam besaran yang masih relatif stabil. Pada sisi permintaan, pertumbuhan Sulawesi Selatan triwulan II-2010 diperkirakan mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan pertumbuhan pada periode sebelumnya. Pada sisi penawaran, peningkatan pertumbuhan didorong oleh sektor industri, bangunan,
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan I - 2010
3
listrik-gas-air,
pertambangan,
angkutan-komunikasi
dan
perdagangan-hotel-restauran.
Sektor bangunan mash tetap tumbuh meningkat meski tidak signifikan. Laju inflasi tahunan diperkirakan akan cenderung mengalami kenaikan, namun dalam besaran yang masih relatif stabil. Perkiraan kenaikan laju inflasi tahunan pada triwulan II-2010 akan cenderung sekidit meningkat meski masih pada kisaran yang terkendali. Kinerja perbankan di Sulsel pada triwulan II-2010 diduga masih tumbuh lebih baik jika dibandingkan triwulan I-2010 atau satu tahun sebelumnya. Selain kondisi perekonomian dunia yang relatif membaik awal tahun 2010, kondisi dalam negeri kita juga cukup kondusif. Hal ini trlihat dari bergerakan laju tingkat suku bunga yang cenderung menurun sejalan dengan pregerakan BI rate sehingga sektor riil diharapkan mendapatkan ruang gerak yang lebih besar pada triwulan II-2010.
4
Triwulan I - 2010
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
INDIKATOR EKONOMI DAN PERBANKAN TRIWULAN PROPINSI SULAWESI SELATAN
a. INFLASI dan PDRB
INDIKATOR
2008
2009
2010
3
4
1
2
3
1
114,78 115,01 113,21 114,96 130,62 116,28 115,13 116,59 119,60 116,96
115,05 115,21 113,39 115,32 128,83 110,70 114,41 117,45 119,25 115,88
116,09 116,57 116,03 115,25 130,53 113,20 116,45 120,96 118,83 117,33
115,04 114,15 116,71 114,84 131,16 110,45 116,03 120,55 118,90 117,01
117,88 115,00 117,70 116,62 132,25 112,46 119,92 123,20 120,62 118,55
118,94 117,87 118,32 117,53 133,45 117,87 120,96 122,85 121,37 120,38
120,11 118,72 120,20 119,07 134,75 121,22 120,19 122,60 122,39 122,53
12,29 13,15 12,26 14,76 31,48 14,87 14,33 16,22 17,69 16,63
12,40 9,71 9,20 12,55 19,75 9,34 10,40 15,28 11,66 11,25
9,01 8,85 10,54 8,26 21,25 8,84 11,07 15,81 9,64 7,64
3,80 2,25 7,22 2,77 7,93 (0,21) 5,83 6,81 5,24 4,34
2,70 (0,01) 3,97 1,44 1,24 (3,29) 4,16 5,67 0,85 1,36
3,39 2,31 4,35 1,92 3,59 6,48 5,73 3,59 1,78 3,88
3,46 1,84 3,59 3,31 3,23 7,08 3,21 3,23 3,00 4,43
3.337,44 1.010,37 1.557,92 115,31 596,29 1.821,53 940,79 724,98 1.250,61
3.156,79 972,53 1.566,83 117,61 614,18 1.788,51 952,73 719,39 1.299,81
3.369,85 923,44 1.560,65 119,83 620,84 1.825,74 903,23 736,04 1.305,65
3.304,76 935,74 1.675,46 123,40 650,18 1.899,85 966,51 784,47 1.324,66
3.542,10 966,80 1.741,40 131,00 683,60 2.008,80 1.042,00 807,70 1.334,50
3.201,60 1.028,20 1.593,80 120,51 702,24 1.991,20 1.105,10 850,64 1.343,90
3.428,62 1.029,56 1.585,52 124,22 703,83 2.012,55 1.028,74 855,09 1.355,85
8,13
3,92
4,06
5,24
7,95
6,69
6,68
722,90 239,00 162,78 233,37
424,61 245,47 229,91 198,53
238,40 149,43 185,08 195,25
143,59 155,33 84,60 217,65
643,66 266,36 130,88 257,87
311,77
109,77
220,16
104,03
139,65
62,60
294,70
181,09
4
MAKRO Indeks Haga Konsumen - Sulawesi Selatan - Sulawesi Utara - Gorontalo - Papua - Irian Jaya Barat - Maluku - Sulawesi Tengah - Sulawesi Tenggara - Sulawesi Barat - Maluku Utara Laju Inflasi Tahunan (y.o.y;%) - Sulawesi Selatan - Sulawesi Utara - Gorontalo - Papua - Irian Jaya Barat - Maluku - Sulawesi Tengah - Sulawesi Tenggara - Sulawesi Barat - Maluku Utara
*
PDRB - Harga Konstan (Miliar Rp) 1. Pertanian 2. Pertambangan dan Penggalian 3. Industri Pengolahan 4. Listrik, Gas, dan Air Bersih 5. Konstruksi/Bangunan 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 7. Angkutan dan Komunikasi 9. Keuangan, Persewaan dan Jasa 10. Jasa-jasa Pertumbuhan PDRB (y.o.y;%) Nilai Ekspor Non Migas (USD Juta) Volume Ekspor Non Migas (Ribu Ton) Nilai Impor Non Migas (USD Juta) Volume Impor Non Migas (Ribu Ton)
*) Perkiraan KBI Mks Catt : Per Trw.II-2008, penghitungan inflasi menggunakan tahun dasar 2007
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan I - 2010
5
LANJUTAN ... INDIKATOR EKONOMI DAN PERBANKAN TRIWULAN PROPINSI SULAWESI SELATAN B. PERBANKAN INDIKATOR
2009
2008 3
1
4
2
2010 3
1 ****
4
BANK UMUM : Total Aset (Rp. Miliar)
35.555,84
36.361,21
37.587,50
38.881,67
40.388,42
43.746,72
37.053,67
D P K (Rp. Miliar)
26.435,33 4.866,81 13.457,12 8.111,40
28.743,25 5.007,32 14.920,47 8.815,47
28.625,67 5.108,73 14.135,56 9.381,39
29.520,99 5.062,09 15.169,42 9.289,49
29.450,83 4.939,34 14.965,87 9.545,62
33.601,07 4.994,19 18.460,23 10.146,65
29.894,34 4.860,04 14.808,85 10.225,45
31.281,15 12.307,66 6.443,33 12.530,16 118,33%
31.543,97 12.368,15 6.440,57 12.735,26 109,74%
31.563,21 12.195,55 6.398,84 12.968,81 110,26%
32.919,44 13.239,15 6.230,54 13.449,75 111,51%
33.872,77 13.582,62 6.299,91 13.990,23 115,01%
36.430,30 14.671,89 6.769,70 14.988,71 108,42%
35.935,52 12.292,21 7.634,85 16.008,47 120,21%
- Pertanian - Pertambangan - Industri pengolahan - Listrik,Gas dan Air - Konstruksi - Perdagangan - Pengangkutan - Jasa Dunia Usaha - Jasa Sosial Masyarakat - Lain-lain
31.281,15 1.048,89 114,72 3.491,11 77,11 2.009,88 8.379,32 1.664,25 1.698,89 266,83 12.530,16
31.543,97 1.086,10 58,48 3.476,27 70,33 2.005,23 8.524,02 1.521,37 1.760,30 306,62 12.735,26
31.563,21 988,37 170,56 3.376,72 56,56 1.932,56 8.578,93 1.444,98 1.730,04 315,69 12.968,81
32.919,44 918,73 169,82 3.395,70 74,50 2.170,31 9.509,54 1.079,02 1.794,99 357,08 13.449,75
33.872,77 986,73 218,30 3.160,59 169,35 2.248,17 9.805,49 1.060,54 1.843,65 389,72 13.990,23
36.430,30 989,64 201,51 3.148,85 253,63 2.224,73 11.105,77 1.178,16 1.964,50 374,81 14.988,71
35.935,52 466,47 235,89 3.065,38 313,98 1.901,22 8.176,55 1.209,06 1.602,32 1.355,32 17.609,34
Kredit UMKM (Rp. Miliar)
21.638,27
22.215,45
22.626,12
24.012,99
24.785,66
26.872
24.315
Kredit Mikro* (Rp. Miliar)
6.474,04 1.048,58 168,59 5.256,87
6.282,14 1.109,70 173,62 4.998,82
6.440,47 1.154,74 143,15 5.142,58
6.714,52 1.263,32 161,72 5.289,48
7.010,43 1.343,63 167,39 5.499,41
7.152,79 1.299,20 144,31 5.709,28
3.587,21 322,75 150,10 3.114,37
9.201,58 2.430,52 622,04 6.149,02
9.892,90 2.571,68 687,77 6.633,45
10.109,69 2.624,75 754,18 6.730,76
10.693,36 2.832,74 849,18 7.011,44
11.054,72 2.910,72 925,01 7.218,99
11.934,71 3.083,08 1.024,82 7.826,81
13.199,64 2.843,05 1.444,03 8.912,56
5.962,66 3.878,32 1.015,21 1.069,13
6.040,41 3.980,80 1.003,44 1.056,17
6.075,96 4.042,81 973,98 1.059,18
6.605,11 4.468,59 1.015,74 1.120,79
6.720,52 4.445,99 1.032,26 1.242,27
7.528,55 4.655,88 1.582,13 1.290,54
NPL Total gross (%)
8,29%
2,32%
3,82%
3,05%
4,08%
7.784,53 5.212,03 1.154,59 1.417,91 3,08%
NPL UMKM gross (%)
2,67%
2,31%
2,96%
3,37%
3,45%
2,93%
3,44%
1.179,94
1.176,31
1.395,53
1.288,73
1.308,37
1.361,65
1.457,10
701,34 112,65 287,22 301,47
673,39 76,28 297,78 299,33
714,07 76,92 311,38 325,77
833,87 149,44 351,00 333,43
861,66 133,05 344,76 383,85
898,68 142,56 360,76 395,36
939,77 126,05 386,93 426,79
1.304,38 468,52 132,25 703,61 185,98%
1.272,80 426,818 126,394 719,587 189,01%
1.443,14 528,45 121,53 793,16 202,10%
1.405,82 474,63 171,97 759,23 168,59%
1.422,01 492,53 165,07 764,41 165,03%
1.431,97 520,20 159,53 752,24 159,34%
1.428,53 549,10 332,55 546,88 152,01%
Giro Tabungan Deposito
Kredit - dsr. Lokasi Proyek (Rp. Miliar) - Modal Kerja - Investasi - Konsumsi
LDR Kredit - dsr. Lokasi Proyek (Rp. Miliar)
- Modal Kerja - Investasi - Konsumsi
Kredit Kecil ** (Rp. Miliar) - Modal Kerja - Investasi - Konsumsi
Kredit Menengah *** (Rp. Miliar) - Modal Kerja - Investasi - Konsumsi
3,43%
BANK UMUM SYARIAH Total Aset (Rp. Miliar) D P K (Rp. Miliar) Giro Tabungan Deposito
Pembiayaan - dsr. Lokasi Proyek (Rp. Milia - Modal Kerja - Investasi - Konsumsi
FDR Catt. * (
6
Triwulan I - 2010
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Bab 1
Perkembangan Kondisi Makroekonomi
Perekonomian daerah Sulawesi Selatan pada triwulan I-2010 diperkirakan mengalami pertumbuhan yang relatif stabil dengan triwulan IV-2009, namun lebih tinggi dibandingkan triwulan I-2009. Pertumbuhan ekonomi pada triwulan I-2010 diperkirakan sebesar 6,68% (yoy), sementara pada triwulan IV-2009 sebesar 6,69%, dan pada triwulan triwulan I-2009 sebesar 4,06%. Dari sisi permintaan, laju pertumbuhan dimaksud terutama masih didukung oleh pertumbuhan konsumsi dan membaiknya kinerja ekspor.
Grafik 1.1. Laju Pertumbuhan PDRB 5
14
qtq ‐ axis kiri yoy ‐ axis kanan
4
12
Sumber : BPS, diolah * : Proyeksi BI
3
10
2 8 1 6 0 % 1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1*
‐1 2005
2006
2007
2008
2009
2010
4
‐2
2
‐3
‐
%
Dari sisi penawaran (sektoral), pendorong pertumbuhan ekonomi berasal dari sektor angkutan-komunikasi, sektor bangunan, sektor pertambangan-penggalian dan sektor perdagangan-hotel-restoran. Sementara di sektor industri pengolahan diperkirakan sedikit mengalami perlambatan. Pertumbuhan tertinggi terjadi di sektor angkutan-komunikasi terkait dengan beberapa maskapai penerbangan yang membuka rute baru di daerah Sulawesi Selatan-Sulawesi Tenggara dan ada juga yang masuk ke Sulawesi Barat.
1.1 Permintaan Daerah Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan pada triwulan I-2010, dari sisi permintaan ditopang oleh konsumsi dan perdagangan luar negeri (ekspor). Pertumbuhan konsumsi sedikit mengalami perlambatan pada triwulan I-2010 jika dibandingkan triwulan sebelumnya, namun
pertumbuhan
ekspor
sudah
mengalami
perbaikan
yang
cukup
signifikan
dibandingkan triwulan sebelumnya atau sejak akhir 2008 yang cenderung mengalami
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan I - 2010
7
pertumbuhan negatif. Dimana pertumbuhan impor cenderung stabil jika dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan IV-2009. Tabel 1.1. Perkembangan PDRB Riil : Permintaan Daerah (y.o.y) II‐08
KOMPONEN Konsumsi Investasi Ekspor (Impor)
III‐08
IV‐08
I‐09 II‐09 Pertumbuhan (y.o.y)
6.11% 31.40% ‐11.16% ‐10.19%
6.59% 28.46% 7.26% 14.63%
5.03% 12.25% ‐9.08% ‐6.76%
TOTAL
8.10%
8.13%
3.92%
Konsumsi Investasi Ekspor (Impor) TOTAL
4.35% 5.46% ‐6.16% ‐4.46% 8.10%
4.68% 5.08% 3.22% 4.84% 8.13%
3.56% 2.20% ‐4.20% ‐2.36% 3.92%
4.75% 30.16% ‐21.53% ‐13.34%
III‐09
IV‐09
I‐10*
6.16% 11.93% ‐21.99% ‐25.21%
6.30% 0.63% ‐29.27% ‐46.39%
7.23% 23.65% 26.29% 43.77%
6.97% ‐1.77% 43.14% 42.54%
4.06% 6.01% Sumbangan (y.o.y) 3.34% 4.30% 5.92% 2.52% ‐10.16% ‐9.97% ‐4.96% ‐9.16% 4.06% 6.01%
7.95%
6.69%
6.68%
4.41% 0.13% ‐12.87% ‐16.28% 7.95%
5.17% 4.59% 10.65% 13.71% 6.69%
4.94% ‐0.44% 15.36% 13.18% 6.68%
Sumber : BPS diolah * Proyeksi Bank Indonesia Makassar
1.1.1. Konsumsi Pada triwulan laporan, kinerja konsumsi diperkirakan sedikit mengalami perlambatan pertumbuhan, yaitu dari sebesar 7,23% (yoy) pada triwulan IV-2009 menjadi 6,97% pada triwulan laporan. Peningkatan pertumbuhan konsumsi tersebut didorong oleh pertumbuhan kinerja konsumsi rumah tangga. Di konsumsi rumah tangga diperkirakan tumbuh sebesar 6,97% (yoy), sedikit lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada triwulan IV-2009 yang tercatat sebesar 7,23% (yoy). Faktor penyebab perlambatan pertumbuhan tersebut terutama disebabkan adanya pola seasonal di awal tahun dimana konsumsi masyarakat biasanya cenderung menurun jika dibandingkan dengan periode akhir tahun yang bersamaan dengan Hari Raya Natal, Tahun Baru dan liburan sekolah. Grafik 1.2. Prompt Indikator Kinerja Konsumsi Pemakaian Air (M³) di Makassar 30%
Pemakaian Air (M³) Y.O.Y (PA)
10,0
25%
8,0 6,0
20% Sumber : PDAM Mks * Sementara
15%
4,0
10%
2,0
5%
0,0
0% 3
4
1
Juta M3
2
8
2
3 2009
Triwulan I - 2010
4
1* 2010
Rumah Tangga
360 340 320 300 280 260 240 220 200
Juta GWH
12,0
Perkembangan Konsumsi Listrik Sektor Rumah Tangga y.o.y
50% 40%
Sbr : PLN Divre VII * Sementara
30% 20% 10% 0% ‐10%
2
3
4
1
2
3 2009
4
1* 2010
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Perkembangan Indeks Penjualan Eceran Kel. Pakaian dan Perlengkapannya 200 Pakn & Perlgk
50% 40% 30% 20% 10% 0% ‐10% ‐20% ‐30%
yoy
150 100 50 0 2
3
4
1
2
Smb : SPE
3
4
2009
Indeks Ketepatan Konsumsi Barang Tahan Lama
1
yoy
150%
400
100%
300 50%
200
0%
100 0 3
4
1
2
Smb : SPE
3
4
2009
24 23 22 21 20 19 18 17 16 15
1 2010
Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen 120
IKK
20%
yoy
15% 10%
115
5%
110
0%
105
‐5%
100
‐10%
95
‐15% 2
3
4
1
2
3 2009
2
4
3
4
1 2010
30% 20% 10% 0% ‐10% ‐20% ‐30% ‐40% ‐50% ‐60%
Sosial y.o.y Sbr : PLN Divre VII * Sementara
2
3
4
1
2
3
4
2009
1* 2010
Perkembangan Konsumsi Listrik Penerangan Jalan Umum
1 2010
Gd Kantor Pemerintahan y.o.y
50 45 40 35 30 25 20 15 10 Juta GWH
125
1
Perkembangan Konsumsi Listrik Sektor Sosial
Juta GWH
‐50% 2
4
2009
200% Mknn & Temb
3
2010
600
20% 15% 10% 5% 0% ‐5% ‐10% ‐15% ‐20% ‐25% ‐30%
y.o.y
2
Perkembangan Indeks Penjualan Eceran Kel. Makanan dan Tembakau 500
Ketepatan wkt pembelian durable goods
100 98 96 94 92 90 88 86 84 82 80 78
200% 150%
Sbr : PLN Divre VII * Sementara
100% 50% 0% ‐50%
2
3
4
1
2
3 2009
4
1* 2010
Selain itu kegiatan konsumsi sektor pemerintah diperkirakan masih relatif kecil, karena pelaksanaan program-program pemerintah masih relatif rendah diawal tahun. Di sisi lain, dorongan pertumbuhan konsumsi dipengaruhi oleh masuknya musim panen pada akhir triwulan I-2010. Selain itu, mengacu pada beberapa pergerakan indikator konsumsi seperti meningkatnya UMP (Upah Minimum Provinsi), NTP (Nilai Tukar Petani) dan jumlah kendaraan bermotor. Pertumbuhan kinerja konsumsi pada triwulan I-2010 ini relatif sejalan dengan hasil Survei Konsumen (SK) yang menunjukan bahwa Indeks Keyakinan Konsumen pada triwulan I-2010 mengalami pertumbuhan. Selain itu, hasil Survei Penjualan Eceran terhadap penjualan
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan I - 2010
9
1.1.3. Perdagangan Eksternal (Ekspor – Impor) Net ekspor-impor Sulsel pada triwulan laporan diperkirakan masih mengalami surplus dan mengalami peningkatan pertumbuhan yang cukup besar. Pertumbuhan net eksporimpor pada triwulan I-2010 diperkirakan sebesar 50,70% (yoy), cukup tinggi jika dibandingkan triwulan sebelumnya yang kontraksi sebesar 31,78%. Pertumbuhan ini masih didorong oleh peningkatan ekspor komoditas hasil tambang dan perikanan serta perdagangan antar pulau yang diperkirakan masih tumbuh positif.
Grafik 1.4. Prompt Indikator Kinerja Ekspor Volume Ekspor Luar Negeri Non Migas Total EKSPOR NON MIGAS
450
TOTAL
40% 30% 20% 10% 0% ‐10% ‐20% ‐30% ‐40% ‐50% ‐60%
y.o.y
400 Smb : Cognos ‐ BI * Sementara
350 300 250 200 150 100 50 ‐ Ribu Ton
1
2
3
4
1
2
2007
3
4
1
2
2008
3
4
2009
1*
Volume Produksi Nikel 19.500 18.500
5%
17.500
0%
17.000
‐5%
16.500
‐10%
16.000
‐15%
15.500
Sbr.: Press Release PT. Inco
15.000
5 4 3 2
Smb : Cognos ‐ BI * Sementara
‐25% 2
3
Ribu Ton
‐ 1
2
3
4
1
2
2007
3
4
1
2008
2
3
4
2009
MUAT AP
20%
18
15%
16
10%
14
5%
12
0%
10
‐5%
8
‐10%
6
‐15%
4
‐20%
2
‐25%
‐
2010
2
MUAT LN
0,2
Y.O.Y
10%
0,1
0%
0,1
‐20%
0,3
‐30% ‐40%
0,2
‐50%
1
2008
2
3
4
2009
1* 2010
2010
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
80%
Sumber : Pelindo IV * : Sementara
60% 40% 20% 0% ‐20%
‐80% 1
1* Ribu Ton
Ribu Ton
4
‐60%
0,0
2009
3
‐40%
‐70%
2008
2
0,0
‐60% 4
1
50% 40% 30% 20% 10% 0% ‐10% ‐20% ‐30% ‐40% ‐50% ‐60%
0,1
0,0 3
2010
0,1
0,0
2
1*
0,1
0,1
1
4
2007
0,2
‐10%
4
3
20%
0,4
3
4
TOTAL y.o.y
Smb : Cognos ‐ BI * Sementara
30%
0,5
2
3
Volume Muat Luar Negeri Melalui Pelabuhan
0,6
1
2
BARANG2 KAYU & GABUS
1
1*
Sumber : Pelindo IV * : Sementara
Y.O.Y
0,7
1
Volume Ekspor Luar Negeri Kayu Olahan
Volume Muat Dalam Negeri Melalui Pelabuhan 0,8
4
2009
Ribu Ton
1
‐20%
14.500
2010
TOTAL y.o.y
IKAN, UDANG, KERANG, DLL
10%
* Sementara
18.000
Volume Ekspor Luar Negeri Ikan, Udang, Kerang dan lain-lain 6
15%
Produksi nikel dlm matte y.o.y
19.000
2
3 2008
4
1
2
3
4
2009
Triwulan I - 2010
1* 2010
11
Sementara kinerja impor, seiring dengan menurunnya kegiatan perdagangan di internal Sulsel, diperkirakan mengalami perlambatan. Pada triwulan laporan, diperkirakan tumbuh 42,54% (yoy) sementara pada triwulan sebelumnya tercatat tumbuh sebesar 43,77%. Melambatnya pertumbuhan kinerja impor tersebut ditandai dengan mulai adanya perlambatan volume impor, khususnya dari luar negeri. Perlambatan kinerja impor ini didorong oleh melambatnya konsumsi masyarakat. Grafik 1.5. Prompt Indikator Kinerja Impor Volume Impor Luar Negeri Non Migas Total 350
S I T C
100%
SULSEL
y.o.y
300
* Sementara Smb : Cognos ‐ BI
250 200
350
80%
300
60%
250
40%
Volume Impor Luar Negeri Consumer Goods Intermediate Goods Intermediate Goods
100% 80%
y.o.y
* Sementara Smb : Cognos ‐ BI
60% 40%
200
20% 150
150
20% 0%
0%
100
‐20%
100
50
‐40%
50
‐
‐60% 3
4
1
2
2007
3
4
1
2
2008
3
4
2009
2010
‐40%
‐
1* Juta Kg
2
Juta Kg
1
‐20%
1
BONGKAR AP
4
1
2
3
4
1
2
2008
3
4
2009
1* 2010
Volume Bongkar Luar Negeri Melalui Pelabuhan 60%
Sumber : Pelindo IV * : Sementara
Y.O.Y
3
2007
Volume Bongkar Dalam Negeri Melalui Pelabuhan 1,2
2
1,0
40%
0,8
20%
0,6
0%
0,4
BONGKAR LN
0,4
y.o.y
Sumber : Pelindo IV * : Sementara
100% 80%
0,3
60%
0,3
40%
0,2
20%
0,2
0%
0,4
‐20%
0,1
‐20%
0,2
‐40%
0,1
‐40%
‐60%
0,0
1.2.
1
2
3
4
1
2008
2
3 2009
4
1* 2010
‐60% 1
Ribu Ton
Ribu Ton
0,0
2
3 2008
4
1
2
3
4
2009
1* 2010
Penawaran Daerah (Sektoral) Dari sisi penawaran, secara tahunan (yoy), sektor angkutan-komunikasi,
sektor bangunan, sektor pertambangan-penggalian dan sektor perdagangan-hotel-restoran diperkirakan menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi pada triwulan laporan. Sementara di sektor industri pengolahan diperkirakan sedikit mengalami perlambatan.
Dari sisi pertumbuhan, pencapaian tertinggi terjadi pada sektor angkutankomunikasi terkait dengan beberapa maskapai penerbangan yang membuka rute baru di daerah Sulawesi Selatan-Sulawesi Tenggara dan ada juga yang masuk ke Sulawesi Barat. Sementara pertumbuhan terendah diperkirakan terdapat pada sektor industri pengolahan dan pertanian.
12
Triwulan I - 2010
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Tabel 1.2. Perkembangan PDRB Riil : Penawaran Daerah (y.o.y) II‐08
III‐08
SEKTOR EKONOMI 1. Pertanian 2. Pertambangan & Penggalian 3. Industri Pengolahan 4. Listrik,Gas & Air Bersih 5. Bangunan 6. Perdagangan, Hotel & Restoran 7. Angkutan & Komunikasi 8. Keuangan, Persewaan & Js Perusahaan 9. Jasa ‐ jasa SEKTOR EKONOMI 1. Pertanian 2. Pertambangan & Penggalian 3. Industri Pengolahan 4. Listrik,Gas & Air Bersih 5. Bangunan 6. Perdagangan, Hotel & Restoran 7. Angkutan & Komunikasi 8. Keuangan, Persewaan & Js Perusahaan 9. Jasa ‐ jasa
IV‐08
I‐09
II‐09
III‐09
IV‐09
I‐10*
6.69% 1.42% 5.72% 1.72%
6.68% 1.74% 11.49% 1.59%
13.61% 14.64% 10.28% 10.76% 11.41% 6.71%
2.47% 14.34% 11.33% 15.99% 18.24% 3.39%
3.66% 13.37% 10.23% 13.90% 16.17% 3.84%
7.95% 1.80% ‐0.38% 1.62% 0.14% 0.77% 1.65% 0.89% 0.73% 0.74%
6.69% 0.40% 0.50% 0.24% 0.03% 0.79% 1.81% 1.36% 1.17% 0.39%
6.68% 0.52% 0.93% 0.22% 0.04% 0.73% 1.64% 1.10% 1.05% 0.44%
8.10% 4.87% ‐7.23% 12.01%
8.13% 6.06% ‐2.98% 6.79%
Pertumbuhan (%, y.o.y) 3.92% 4.06% 6.01% 7.95% 1.59% 5.16% 3.51% 6.13% ‐9.45% ‐13.93% ‐4.51% ‐4.31% 3.94% 1.75% 6.68% 11.78%
12.94% 25.15% 12.24% 14.40% 14.48% 5.34%
13.85% 23.20% 13.75% 13.21% 11.22% 5.52%
9.66% 15.03% 7.77% 9.13% 3.71% 7.38%
8.10% 1.46% ‐0.74% 1.66% 0.12% 1.14% 1.84% 1.10% 0.91% 0.61%
8.13% 1.82% ‐0.30% 0.94% 0.13% 1.07% 2.10% 1.05% 0.70% 0.62%
3.92% 0.46% ‐0.94% 0.55% 0.10% 0.75% 1.20% 0.74% 0.24% 0.83%
11.22% 9.85% 15.79% 11.74% 8.00% 10.55% 4.77% 8.68% 5.00% 9.17% 7.65% 6.80% Sumbangan (%, y.o.y) 4.06% 6.01% 1.51% 1.02% ‐1.37% ‐0.40% 0.25% 0.95% 0.11% 0.10% 0.77% 0.62% 1.24% 1.65% 0.38% 0.70% 0.32% 0.61% 0.85% 0.76%
Sumber : BPS Sulsel Ket. : Angka Sementara *) Perkiraan Bank Indonesia
1.2.1. Sektor Pertanian Kinerja sektor pertanian pada triwulan I-2010, diperkirakan mengalami peningkatan sehubungan dengan membaiknya kondisi cuaca dan juga datangnya masa panen pada akhir triwulan I-2010. Pertumbuhan sektor ini, pada triwulan laporan, diperkirakan sebesar 1,74% (yoy), relatif lebih besar dibandingkan triwulan IV-2009 yang sebesar 1,42%. Peningkatan pertumbuhan sektor pertanian ini tampak pada peningkatan volume ekspor komoditi pada komoditas hasil pertanian, sementara terjadi perlambatan penambahan luas panen, luas produksi dan produktifitas padi (ARAM III).
Grafik 1.6. Prompt Indikator Kinerja Sektor Pertanian Volume Ekspor Luar Negeri Ikan, Udang, Kerang dan lain-lain 6
TOTAL y.o.y
IKAN, UDANG, KERANG, DLL
20% 15%
5
10%
4
5% 0%
3
‐5%
2
‐10%
Smb : Cognos ‐ BI * Sementara
1
‐15% ‐20%
Ribu Ton
‐
‐25% 1
2
3
2007
4
1
2
3
2008
4
1
2
3
2009
4
1* 2010
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan I - 2010
13
Volume Ekspor Luar Negeri Kopi,Teh, Kakao dll 80 70 60
Luas Panen, Produksi dan Produktifitas Padi (ARAM III) 120%
5.0
Smb : Cognos ‐ BI * Sementara
100%
4.5
80%
4.0
60%
3.5
49
40%
3.0
20%
48
2.5
TOTAL
y.o.y
50 40 30
0%
20
‐20%
10
‐40%
‐
‐60% 1
2
3
4
1
2007
2
3
4
1
2
2008
3
4
2009
1 *
51 50
47
2.0 Smb : BPS (ARAM III)
1.5
46
1.0
45
0.5
44
0.0
juta
Ribu Ton
Luas Panen (Ha) ‐ kiri Produksi (Ton) ‐ kiri Produktifitas (Kuintal/Ha) ‐ kanan
KOPI, TEH, KAKAO & SEJENISNYA
2010
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
1.2.2. Sektor Pertambangan - Penggalian
Diperkirakan mulai menunjukkan pertumbuhan positif sehubungan dengan tingkat harga nikel di pasar internasional yang mulai menunjukkan perbaikan. Pertumbuhan sektor ini diperkirakan sebesar 11,49% (yoy), sementara pada triwulan IV-2009 kontraksi sebesar 5,72%. Di sisi lain, terdapat dorongan produktivitas pada hasil tambang barang mineral non logam yang mengalami peningkatan ekspor. Grafik 1.7. Prompt Indikator Kinerja Sektor Pertambangan-Penggalian
‐20% ‐25%
14.500 2
3
4
1
2
3 2009
4
1*
2007
2010
2008
2009
1
15.000
4
Sbr.: Press Release PT. Inco
3
‐15%
15.500
2
‐10%
16.000
1
16.500
4
‐5%
3
0%
17.000
2
17.500
Sumber : Bloomberg
1
5%
4
* Sementara
18.000
US$/Metric Ton
3
18.500
10%
50.000 45.000 40.000 35.000 30.000 25.000 20.000 15.000 10.000 5.000 ‐
2
19.000
Perkembangan Harga Nikel di Pasar Dunia 15%
Produksi nikel dlm matte y.o.y
1
Volume Produksi Nikel 19.500
2010
Volume Ekspor Luar Negeri Barang Mineral Non Logam 180
BARANG2 DARI MINERAL NON LOGAM
160
300%
TOTAL
140
250%
y.o.y
200%
Smb : Cognos ‐ BI * Sementara
120 100
150% 100%
80
50%
60
0%
40
‐50%
20
‐100%
‐
‐150%
Ribu Ton
1
14
Triwulan I - 2010
2
3
2007
4
1
2
3
2008
4
1
2
3
2009
4
1 * 2010
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
1.2.3. Sektor Industri Pengolahan Diperkirakan terjadi sedikit perlambatan pertumbuhan pada sektor ini, yaitu sebesar 1,59% (yoy), relatif lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 1,72% maupun dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan I-2009 yang sebesar 1,75%. Perlambatan pertumbuhan sektor ini ditandai dengan melambatnya pertumbuhan realisasi pengadaaan semen. Hal tersebut diperkirakan karena realisasi proyekproyek infrastruktur pada awal tahun, masih cenderung kecil, dan konsumsi masyarakat pada awal tahun cenderung melambat sehubungan dengan berakhirnya perayaan Hari Raya dan liburan sekolah. Sementara subsektor industri pengolahan bahan makanan diperkirakan mengalami peningkatan pertumbuhan, yang salah satu indikatornya adalah realisasi produksi tepung terigu yang diperkirakan mengalami peningkatan. Grafik 1.8. Prompt Indikator Kinerja Sektor Industri Pengolahan Realisasi Pengadaan Semen
Realisasi Produksi Tepung Terigu
Sumber : ASI * : Sementara
Sulsel
70% 60%
y.o.y
500 400
140
40%
120
100
20%
80
10%
0 Ribuan Ton
100
0% 2
3
4
1
2
3 2009
4
1* 2010
10% 5% 0%
1
30%
15%
Sumber : EFM Mks * : Sementara
Produksi‐axis kiri yoy‐axis kanan
160
50%
300 200
180
2
3
4
1
2
2008
3
4
1*
2009
2010
‐5% ‐10% ‐15%
60
‐20%
40
‐25%
20
‐30%
0
‐35%
Ribuan Ton
600
Volume Impor Gandum 350
120%
Gandum
Vol impor 300
100%
yoy
80% 250
Smb : Cognos ‐ BI
60%
200
40%
150
20% 0%
100
‐20% 50
‐40% ‐60%
‐ Juta Kg
1
2 2007
3
4
1
2 2008
3
4
1
2
3
4
2009
1* 2010
1.2.4. Sektor Listrik-Gas-Air
Kinerja sektor listrik-gas-air pada triwulan laporan cenderung mengalami peningkatan, terutama pada subsektor listrik. Kondisi tersebut disebabkan karena kinerja PLTA Bakaru yang meningkat pesat sehubungan dengan adanya supply air yang memadai akibat dari musim penghujan yang masih berlangsung pada triwulan
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan I - 2010
15
I-2010. Pada triwulan laporan, sektor ini diperkirakan tumbuh sebesar 3,66% (yoy), sementara pada triwulan IV-2009 tumbuh sebesar 2,47%. Selain itu, di subsektor air bersih diperkirakan mengalami pertumbuhan yang relatif stabil. Kondisi tersebut salah satunya ditandai dengan peningkatan pemakaian air bersih di Makassar, namun pemasangan saluran air di Makassar mengalami perlambatan pertumbuhan.
Grafik 1.9. Prompt Indikator Kinerja Sektor Listrik-Gas-Air Bersih Penjualan Listrik (Juta Kwh)
Pemakaian Air (M³) di Makassar 20%
Total Pemakaian Listrik Sbr : PLN Divre VII * Sementara
2
3
4
1
2
3 2009
4
12,0
15%
10,0
10%
8,0
Y.O.Y (PA)
25% 20%
Sumber : PDAM Mks * Sementara
5%
6,0
0%
4,0
10%
‐5%
2,0
5%
‐10%
0,0
15%
0%
1* 2010
30%
Pemakaian Air (M³)
2
3
4
1
2
3
Juta M3
Juta KWH
720 700 680 660 640 620 600 580 560 540
4
2009
1* 2010
Pemasangan Saluran Air di Makassar 445 440 435 430 425 420 415 410 405 400 395
5,0% 4,5% 4,0% 3,5% 3,0% 2,5% 2,0% 1,5% 1,0% 0,5% 0,0%
Sambungan Langganan (SL) Y.O.Y (SL)
Sumber : PDAM Mks * Sementara
Ribuan
2
3
4
1
2
3 2009
4
1* 2010
1.2.5. Sektor Bangunan
Sehubungan dengan berakhirnya sebagian besar proyek-proyek sarana dan prasarana, baik swasta maupun pemerintah, maka pertumbuhan sektor ini diperkirakan relatif melambat. Sektor bangunan pada triwulan laporan diperkirakan tumbuh sebesar 13,37% (yoy), atau lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 14,34%.
16
Triwulan I - 2010
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Grafik 1.10. Prompt Indikator Kinerja Sektor Bangunan Realisasi Pengadaan Semen 600
Sulsel
500
y.o.y
Perkembangan Indeks Penjualan Eceran Kel. Bahan Konstruksi
Sumber : ASI * : Sementara
70% 60% 50%
400
40% 300 30% 200
20%
100
10%
0 Ribuan Ton
0% 2
3
4
1
2
3
4
700 600 500 400 300 200 100 0
yoy
2
1*
2009
120% 100% 80% 60% 40% 20% 0% ‐20% ‐40% ‐60%
Bhn Kons
3
4
1
2
Smb : SPE
2010
3
4
1
2009
2010
1.2.6. Sektor Perdagangan-Hotel-Restoran (PHR) Sektor ini diperkirakan sedikit lebih rendah pertumbuhannya dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yaitu dari 11,33% (yoy) pada triwulan IV-2009 menjadi sebesar 10,23% pada triwulan laporan. Grafik 1.11. Prompt Indikator Kinerja Sektor Perdagangan-Hotel-Restoran Arus Bongkar Muat Melalui Angkutan Laut BONGKAR
2,5
Rata-rata Tingkat Penghunian Kamar Hotel Berbintang 50% 40% 30% 20% 10% 0% ‐10% ‐20% ‐30% ‐40% ‐50% ‐60%
Sumber : Pelindo IV * : Sementara
MUAT 2,0 1,5 1,0 0,5 0,0 2
Ribu Ton
1
3
4
1
2
2008
3
4
1*
2009
Perkembangan Indeks Penjualan Eceran Kel. Pakaian dan Perlengkapannya Pakn & Perlgk
50% 40% 30% 20% 10% 0% ‐10% ‐20% ‐30%
yoy
150 100 50 0 2
Smb : SPE
3
4
1
2
3 2009
4
Rata‐rata TPK
20%
y.o.y
15% 10% 5% 0% ‐5% ‐10% ‐15%
1 2 3 Smb : BPS diolah * sementara 2008
2010
200
50 45 40 35 30 25 20 15 10 5 ‐
1 2010
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
4
1
2
3
4
1
2009
2010
Perkembangan Indeks Penjualan Eceran Kel. Peralatan Rumah Tangga 350 300 250 200 150 100 50 0
350% 300% 250% 200% 150% 100% 50% 0% ‐50%
Perlt RT yoy
2
3
4
1
2
3 2009
4
1 2010
Triwulan I - 2010
17
Perlambatan pada sektor PHR disebabkan karena pola siklikal yaitu periode low season pada awal tahun, terutama pada subsektor hotel dan restoran. Hal tersebut salah satunya ditandai dengan melambatnya rata-rata TPK (Tingkat Penghunian Kamar) hotel berbintang di Sulsel. Sementara pendorong pertumbuhan sektor ini diperkirakan dipicu oleh subsektor perdagangan, yang salah satunya ditandai dengan peningkatan indikator arus bongkar muat melalui angkutan laut.
1.2.7. Sektor Angkutan-Komunikasi
Berakhirnya masa liburan dan perayaan Hari Besar keagamaan cenderung mempengaruhi tingkat mobilitas penduduk maupun wisatawan pada triwulan I2010. Kondisi ini yang relatif menyebabkan pertumbuhan sektor ini melambat, pada triwulan laporan, yaitu sebesar 13,90% (yoy), relatif lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada triwulan IV-2009 yang sebesar 15,99%. Grafik 1.12. Prompt Indikator Kinerja Subsektor Angkutan Lalu Lintas Penumpang Angkutan Udara 1.200
DEP
1.000
ARR
Lalu Lintas Pesawat Angkutan Udara 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% ‐10%
y.o.y
Lalu Lintas Penumpang
800 600 400 Smb : Bandara S. Hasanuddin * : Sementara
200 ‐ Ribu Org
1
2
3
4
1
2
2008
3
4
16.000 14.000 12.000 10.000 8.000 6.000 4.000 2.000 ‐
1*
2009
DEP ARR
Bhn Bkr
100
Smb : Bandara S. Hasanuddin * : Sementara
80 60 40 20 0 2
3
4
1
Smb : SPE
18
Triwulan I - 2010
2
3 2009
4
1 2010
‐5% ‐10%
1
2
3
4
1
2
2008
80% 60% 40% 20% 0% ‐20% ‐40% ‐60%
Smb : Survei Pedagang Eceran
10%
0%
2010
yoy
15%
5%
Perkembangan Indeks Penjualan Eceran Kel. Bahan Bakar 120
Lalu Lintas Pesawat
3
4
2009
1* 2010
Lalu Lintas Penumpang Angkutan Laut Embarkasi (keluar) Debarkasi (masuk) Y.O.Y
350.000 300.000 250.000
40% 30% 20%
Sumber : Pelindo IV * : Sementara
200.000
10%
150.000
0%
100.000
‐10%
50.000
‐20%
‐
‐30% 2
3
4
1
2
3 2009
4
1* 2010
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Hal ini terutama ditandai dengan menurunnya arus penumpang angkutan udara, sementara arus penumpang angkutan laut terjadi peningkatan. Sehingga sektor ini masih mengalami pertumbuhan positif. 1.2.8. Sektor Keuangan-Persewaan-Jasa Transportasi
Pertumbuhan sektor ini pada triwulan laporan juga diperkirakan melambat menjadi sebesar 16,10% (yoy), atau lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada triwulan
IV-2009
yang
sebesar
18,24%.
Beberapa
indikator
perlambatan
pertumbuhan sektor ini ditandai relatif stagnannya pertumbuhan Nilai Tambah Bruto (NTB) Bank Umum serta melambatnya pembiayaan lembaga keuangan non bank. Grafik 1.13. Prompt Indikator Kinerja Sektor Keuangan-Persewaan-Jasa Perusahaan Nilai Tambah Bruto Bank Umum NTB SULSEL
y.o.y
40% 35% 30%
Sbr : LBU ‐ BI * Sementara
25% 15%
200
2
3
4
1
2
2008
3
4
2009
50% 40% 30% 20% 10% 0%
‐ 1
1 2010
60%
100
0% 1
70%
400 300
5%
Sbr : Kanwil Pegadaian Mks * Sementara
500
20% 10%
80%
600
2
Millions
Trilyun Rp
9 8 7 6 5 4 3 2 1 0
Pembiayaan Lemb. Keuangan Non Bank (PT. Pegadaian)
3
4
1
2
2008
3
4
2009
1 2010
1.2.9. Sektor Jasa-jasa Pertumbuhan sektor ini, diperkirakan didorong oleh belanja operasional pemerintah daerah, sementara subsektor hiburan/rekreasi diperkirakan mengalami penurunan yang disebabkan karena berkurangnya frekuensi hari libur selama triwulan I-2010. Grafik 1.14. Prompt Indikator Kinerja Sektor Jasa-jasa Konsumsi Listrik Sektor Sosial 30% 20% 10% 0% ‐10% ‐20% ‐30% ‐40% ‐50% ‐60%
Sosial y.o.y Sbr : PLN Divre VII * Sementara
2
3
4
1
2
3 2009
4
1* 2010
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Gd Kantor Pemerintahan y.o.y
50 45 40 35 30 25 20 15 10 Juta GWH
Juta GWH
24 23 22 21 20 19 18 17 16 15
Konsumsi Listrik Sektor Pemerintah 200% 150%
Sbr : PLN Divre VII * Sementara
100% 50% 0% ‐50%
2
3
4
1
2
3 2009
4
1* 2010
Triwulan I - 2010
19
Konsumsi Listrik Umum (Penerangan Jalan Umum) Penerangan Jln Umum
30
y.o.y
20% 10% 0% ‐10% ‐20% ‐30% ‐40% ‐50% ‐60% ‐70%
25 20 15 10 5 Juta GWH
‐ 2
3
4
1
2
3 2009
4
1* 2010
Dengan kondisi tersebut maka pada triwulan laporan, sektor ini diperkirakan sedikit mengalami peningkatan pertumbuhan yaitu dari 3,39% (yoy) pada triwulan IV-2009 menjadi sebesar 3,84%.
20
Triwulan I - 2010
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
BOKS I MAPPING PRODUK UNGGULAN SAAT INI DAN PROSPEKNYA DALAM MENGHADAPI PERDAGANGAN BEBAS ASEAN - CHINA ZONA SULAMPUA Untuk memetakan dampak perdagangan bebas ASEAN-China terhadap produk unggulan daerah, seluruh KBI di zona Sulampua telah melakukan survei terhadap perusahaan-perusahaan eksportir di daerah masing-masing. Terdapat 2 jenis komoditas yang menjadi sasaran analisis, yaitu biji kakao/coklat, dan hasil perikanan.
No. 1. 4.
Komoditas Biji Kakao Hasil Perikanan
Jumlah Responden 12 8
Lokasi Sulsel, Sulteng, Sulbar, Sultra, dan Gorontalo Maluku, Malut, Irian Jaya
Komoditas Biji Kakao Biji Kakao di Indonesia banyak dihasilkan di daerah timur, terutama di Provinsi Sulteng, Sultra, Sulsel, dan Sulbar. Sebanyak +80% hasil produksi biji kakao Indonesia dijual ke luar negeri karena industri pengolahan kakao di dalam negeri masih kurang berkembang. Negara utama tujuan ekspor biji kakao responden adalah Malaysia (44,7%) dan Amerika Serikat (42,0%), diikuti oleh Brazil (11,3%). Dalam hubungannya dengan ACFTA, biji kakao masuk ke dalam komoditas yang dikelompokkan dalam Normal Track 1 (NT1). Pemberlakuan tarif bea masuk yang semula 5% sudah diturunkan hingga 0% sejak Januari 2009. Berlakunya ACFTA bagi sebagian besar responden (66,7%) dianggap dapat meningkatkan peluang pasar karena akan ada peningkatan permintaan dari Cina, Malaysia, atau Thailand. Peningkatan permintaan tersebut selain karena tarif masuk nol persen sesuai kesepakatan ACFTA, juga dapat didorong oleh meningkatnya pertumbuhan ekonomi negara-negara tujuan ekspor. Peluang untuk menjual komoditas ke negara-negara tersebut didukung pula oleh fakta bahwa 91,7% responden tidak merasakan adanya non-tariff barrier dari negara tujuan ekspor. Namun perkiraan peningkatan peluang pasar belum tentu dapat diikuti dengan peningkatan penjualan dalam level yang sama. Terbatasnya volume produksi kakao menjadi penghambat utama (dialami oleh 75% responden) dalam peningkatan penjualan. Keterbatasan tersebut disebabkan oleh umur tanaman kakao di Indonesia yang sudah terlalu tua dan masalah serangan hama. Untuk mengatasi masalah ini, eksportir kakao menaruh harapan besar pada Gerakan Nasional (Gernas) Kakao yang dilakukan pemerintah. Dalam menghadapi ACFTA, strategi utama eksportir kakao adalah meningkatkan kualitas kakao yang di-ekspor untuk meningkatkan harga jualnya. Bila ditarik lebih jauh, strategi peningkatan kualitas tersebut perlu dijawab oleh para petani kakao. Tanaman kakao yang tua seperti di Indonesia semakin lama akan semakin turun kualitas bijinya. Peremajaan tanaman kakao yang sekarang dijalankan lewat Gernas Kakao diharapkan dapat meningkatkan kuantitas maupun kualitas biji kakao di Indonesia. Cara lain untuk meningkatkan kualitas kakao adalah dengan memberi perlakuan yang benar pada kakao setelah selesai dipanen, sehingga mampu memenuhi standar kualitas internasional. Dalam hal ini, peran asosiasi sangat besar untuk memberikan sosialisasi dan pelatihan kepada para petani kakao.
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan I - 2010
21
Strategi yang diambil oleh para eksportir dalam menghadapi ACFTA adalah peningkatan kualitas biji kakao yang diharapkan dapat memberi manfaat yang semakin besar terhadap peluang pasar yang terbuka dengan berlakunya ACFTA. Permasalahan yang dialami oleh eksportir biji kakao di Sulampua 75,0%
80%
Persentase Responden
70% 60%
50,0%
50% 40%
33,3%
33,3%
30%
16,7%
20% 10%
16,7%
0,0%
0%
Hasil Perikanan Responden perusahaan hasil perikanan di Sulampua, yang tersebar di Propinsi Maluku, Maluku Utara, dan Jayapura, menyatakan bahwa pasar untuk jual-beli ikan di pasar global memiliki permintaan yang lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah ikan yang dihasilkan. Kondisi tersebut menyebabkan tingkat persaingan antar negara penghasil ikan relatif kecil, karena pasar yang tersedia masih cukup luas. Berdasarkan hasil survei, perusahaan di Sulampua menjual sebagian besar hasil tangkapannya ke Jepang (81,4%). Negara tujuan ekspor terbesar kedua adalah Amerika Serikat dengan pangsa 11,3% dari total ekspor responden. Sedangkan ekspor ke negara ASEAN dan Cina hanya mencapai 7,1%, dan hanya dilakukan oleh satu responden. Terbaginya komposisi pangsa negara tujuan ekspor tersebut banyak dibentuk oleh permintaan pasar, dimana jenis ikan hasil tangkapan Indonesia banyak diminati oleh konsumen di Jepang dan Amerika Serikat. Berlakunya ACFTA bagi sebagian responden diperkirakan akan meningkatkan peluang pasar, namun tidak banyak berpengaruh pada peningkatan penjualan. Walaupun peluang pasar cukup terbuka, eksportir memiliki minat yang kecil untuk memanfaatkannya karena ketersediaan ikan yang terbatas. Terbatasnya ketersediaan bahan baku menjadi penghambat dalam peningkatan penjualan, terutama dari sisi kuantitasnya. Adanya pembatasan wilayah penangkapan karena otonomi daerah dan pengaruh cuaca yg ekstrem telah menekan produksi ikan Sulampua. Selain itu biaya energi berupa BBM solar untuk kapal penangkap ikan ikut mendorong keterbatasan perusahaan perikanan melakukan ekspansi pasar. Permasalahan yang Dialami Perusahaan Perikanan di Sulampua 60% Persentase Responden
50.0%
50.0%
50% 40%
37.5%
30% 20%
25.0% 12.5%
25.0% 12.5%
10% 0%
Catatan : Kesulitan Lainnya antara lain cuaca buruk dan mengecilnya fishing ground sebagai dampak otonomi daerah
22
Triwulan I - 2010
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Dalam menghadapi ACFTA, strategi utama perusahaan perikanan adalah melakukan efisiensi biaya. Ini berkaitan dengan permasalahan mahalnya harga BBM yang menjadi pembatas bagi perusahaan untuk meningkatkan hasil penangkapannya. Untuk mengatasi permasalahan ini perusahaan mengharapkan bahwa subsidi BBM pemerintah untuk penangkap ikan kecil dan menengah direalisasikan dengan tepat sasaran.
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan I - 2010
23
BOKS II PENGARUH PERDAGANGAN BEBAS ACFTA TERHADAP POTENSI PEMBIAYAAN DAERAH DI ZONA SULAMPUA ACFTA membawa kekhawatiran bagi sebagian sektor usaha, tetapi juga menjadi peluang bagi sebagian sektor usaha lain. Bagi sektor usaha yang tidak mampu bersaing dengan produk Cina, ACFTA dikhawatirkan memperburuk kinerja usaha. Sedangkan, bagi sektor usaha yang menggunakan barang negara ASEAN/Cina sebagai bahan baku atau barang dagangan, perdagangan bebas dapat menurunkan beban biaya yang pada akhirnya dapat meningkatkan margin usaha atau keuntungan. Untuk menangkap dampak dan peluang ACFTA terhadap pembiayaan, dilakukan survei terhadap beberapa BPR dan bank yang berkantor pusat di Sulawesi, Maluku, dan Papua serta kepada debitur bank-bank tersebut. Berdasarkan hasil survei dan interview kepada perbankan, debitur terbesar di bank-bank tersebut berasal dari sektor konstruksi, properti dan pengangkutan. Dengan demikian berlakunya ACFTA diperkirakan tidak berpengaruh negatif pada kinerja debitur besar perbankan daerah. Dampak ACFTA terhadap debitur UMKM diperkirakan sangat kecil karena kredit UMKM mayoritas disalurkan untuk sektor lain-lain (konsumtif) dan sektor perdagangan. Untuk sektor perdagangan, ACFTA justru diperkirakan akan membawa dampak positif karena pedagang bisa mendapatkan margin yang lebih besar dengan menjual barang-barang buatan Cina. Survei juga dilakukan kepada 105 debitur bank yang berkantor pusat di Sulawesi, Maluku, dan Papua (BPD dan BPR). Responden secara umum didominasi oleh debitur UMKM dari sektor usaha perdagangan-hotel-restoran. Sementara jumlah responden besar cukup terbatas dan 66,7% berasal dari sektor konstruksi. Sebanyak 81% responden menjawab bahwa pemberlakuan ACFTA tidak berpengaruh terhadap kinerja usaha. Sebanyak 12% responden mengatakan bahwa ACFTA berpotensi meningkatkan keuntungan, terutama untuk sektor usaha yang menggunakan bahan baku impor serta sektor yang memperjualbelikan produk impor. Hanya 6,7% responden yang memperkirakan akan ada dampak negatif, namun tidak sampai mengganggu kelancaran pembayaran kredit. Pengaruh ACFTA Terhadap Usaha Responden Debitur Bank Berkantor Pusat di Daerah Menguntungkan
Merugikan
Tdk Berpengaruh
Jml Resp. Jasa‐Jasa
57,14%
Konstruksi
66,67%
PHR
11
100,00% 0%
Triwulan I - 2010
8
87,50%
Pertanian 20%
40%
60%
3 62
82,26%
Ind. Pengolahan
24
14
71,43%
Transport/Komun…
7
80%
100%
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Bab 2
Perkembangan Inflasi
Laju inflasi tahunan di Sulsel pada triwulan I-2010 tercatat sedikit lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya, namun cenderung sama dengan laju inflasi nasional. Laju inflasi Sulsel pada triwulan I-2010 tercatat sebesar 3,46% (yoy), sementara pada triwulan IV2009 sebesar 3,39% (yoy) dan laju inflasi nasional sebesar 3,43%. Peningkatan laju inflasi tersebut, diperkirakan karena pada awal triwulan I-2010 terdapat kecenderungan naiknya harga pada beberapa komoditas seperti beras, gula dan juga pada kelompok sayur-sayuran. Kelompok utama yang menjadi penyebab meningkatnya laju inflasi triwulan ini adalah pendidikan (7,09%; yoy) makanan jadi (6,22%; yoy) dan perumahan (3,48%; yoy). Kemudian kelompok yang mengalami laju inflasi cukup rendah adalah sandang (2,17%; yoy) dan transpor (1,18%; yoy). Terkait dengan target inflasi nasional pada tahun 2010 sebesar 5% (±1%), maka laju inflasi Sulsel sampai dengan Maret 2010 yang sebesar 0,98% (ytd) menunjukan bahwa inflasi di Sulsel masih berada pada tingkat yang terkendali. Mengacu pada arah pergerakan inflasi yang relatif semakin berhimpit dengan inflasi nasional sejak triwulan II-2009, maka acuan target inflasi nasional cukup relevan untuk digunakan sebagai acuan pengendalian tingkat inflasi di Sulsel.
Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi Sulawesi Selatan 20 18
%
16
y.o.y ‐ Nas
Sumber : BPS diolah
y.o.y ‐ Ss
14 12 10 8 6 4 2 0 ‐2
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Jika membandingkan laju inflasi tahunan triwulan ini dengan periode sebelumnya, maka laju inflasi pada kelompok makanan jadi, perumahan dan kesehatan relatif stabil. Peningkatan laju inflasi yang cukup besar terjadi pada kelompok transpor, dimana pada triwulan IV-2009 mengalami deflasi -2,32% (yoy) menjadi inflasi sebesar 1,18% (yoy) pada triwulan I-2010. Selain itu kelompok pendidikan yang mengalami peningkatan inflasi dari
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan I - 2010
25
6,91% (yoy) menjadi 7,09% (yoy). Namun di sisi lain, terjadi perlambatan inflasi yang cukup signifikan pada kelompok sandang, yaitu dari 7,31% (yoy) pada triwulan I-2009 menjadi 2,17% (yoy) pada triwulan I-2010. Tabel 2.1. Inflasi Kelompok Barang dan Jasa (%, yoy) 2008 1 2 3 4 17.27 21.16 18.30 21.45 8.67 10.37 14.10 14.46 5.04 9.30 11.91 11.13 13.87 13.53 11.89 11.32 4.34 7.65 8.96 11.11 6.19 6.07 3.16 3.72 0.31 7.82 7.84 5.29 8.13 11.92 12.29 12.40
KETERANGAN Bahan Makanan Makanan Jadi Perumahan Sandang Kesehatan Pendidikan Transpor UMUM / TOTAL
1 13.17 11.97 9.34 11.12 10.21 3.55 1.77 9.01
2009 2010 2 3 4 1 4.14 3.38 3.60 2.69 10.63 6.74 6.23 6.22 4.66 3.26 3.55 3.48 7.65 6.92 7.31 2.17 6.51 3.89 2.86 2.98 3.46 4.66 6.91 7.09 (5.01) (4.72) (2.32) 1.18 3.80 2.70 3.39 3.46
Sumber : BPS, diolah Ket : Sejak Tahun 2008 menggunakan tahun dasar 2007
2.1 Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang Berdasarkan laju inflasi tahunan dari setiap kelompok barang dan jasa pada triwulan I-2010 di Sulsel, secara berurutan dari yang terbesar hingga yang terkecil adalah sebagai berikut : Kelompok Pendidikan-Rekreasi-Olahraga, laju inflasi tahunannya tercatat sebesar 7,09%, sementara pada triwulan IV-2009 yang
Tabel 2.2. Inflasi Per-Sub Kelompok Pendidikan-Rekreasi-Olahraga
sebesar 6,91%. Peningkatan laju inflasi ini didorong oleh peningkatan laju inflasi yang cukup siginifikan pada subkelompok jasa pendidikan, yang
diperkirakan
karena
kenaikan
biaya
pendidikan yang mencapai 13,24% (yoy). Kondisi ini berbeda dengan triwulan yang sama pada tahun sebelumnya sebesar 5,08% (yoy).
Grafik 2.2. Perkembangan Inflasi Kelompok Pendidikan 18
y.t.d
16
y.o.y
14
Sumber : BPS diolah
12 10 8 6 4 2 ‐ 1
%
26
2
3
4
1
2004
Triwulan I - 2010
2
3
2005
4
1
2
3
2006
4
1
2
3
2007
4
1
2
3
2008
4
1
2
3
2009
4
1* 2010
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Apabila meninjau pergerakan inflasi yoy secara bulanan untuk periode triwulan I2010, sebenarnya relatif stabil, namun terjadi kenaikan inflasi pada sub kelompok pelengkapan-peralatan pendidikan dan olahraga. Sedangkan untuk sub kelompok rekreasi cenderung menurun sejak bulan Februari seiring dengan berakhirnya masa liburan sekolah.
Kelompok Makanan Jadi-Minuman-
Tabel 2.3. Inflasi Per-Sub Kelompok Makanan Jadi-Minuman-Rokok-Tembakau
Rokok-Tembakau, laju inflasi tahunannya tercatat sebesar 6,22% (yoy) pada triwulan laporan, relatif stabil jika dibandingkan dengan triwulan IV-2009 yang sebesar 6,23%. Cukup stabilnya
laju
inflasi
pada
kelompok
ini
disebabkan oleh adanya peningkatan laju inflasi pada sub kelompok makanan jadi yaitu dari 5,27% (yoy) pada triwulan IV-2009 menjadi 5,69% (yoy). Peningkatan laju inflasi pada kelompok ini dipicu oleh naiknya harga komoditas beras karena adanya kenaikan HPP beras. Namun diimbangi dengan melemahnya inflasi pada sub kelompok minuman yang tidak beralkohol, dimana pada periode sebelumnya sebesar 11,89% (yoy) yang menurun menjadi 10,95% (yoy).
Grafik 2.3. Perkembangan Inflasi Kelompok Makanan Jadi 16
y.t.d
14 12
y.o.y
10
Sumber : BPS diolah
8 6 4 2 0 ‐2
1
2
3
2004
4
1
2
3
2005
4
1
2
3
2006
4
1
2
3
2007
4
1
2
3
2008
4
1
2
3
4
2009
1* 2010
%
Jika menganalisa pergerakan inflasi yoy perbulannya, maka didapati bahwa laju inflasi subkelompok minuman tidak beralkohol cenderung menurun sejak bulan Februari, yang diperkirakan karena pengaruh penurunan harga pada komoditas gula meskipun masih pada level yang cukup tinggi. Kemudian untuk inflasi subkelompok makanan jadi, pergerakannya relatif stabil meski sempat menurun pada bulan Februari yang diperkirakan karena pengaruh penurunan harga pada beberapa komoditas bahan baku makanan jadi tersebut, seperti daging, namun pada bulan berikutnya kembali mengalami peningkatan laju inflasi. Kedua hal tersebut, kemudian saling menyeimbangkan sehingga pada akhir periode triwulan I-2010
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan I - 2010
27
inflasi untuk kelompok makanan jadi-minuman-rokok-tembakau menjadi relatif stabil. Akan tetapi jika dibandingkan dengan periode yang sama satu tahun lalu, maka secara umum telihat bahwa telah terjadi perlambatan inflasi yang cukup signifikan dimana secara yoy, laju inflasi triwulan I-2009 pada kelompok ini mencapai 11,97% (yoy)
Grafik 2.4. Beberapa Komoditi dalam Kelompok Makanan Jadi Hasil SPH di Makassar Ayam Goreng 7.400
Mie 2% 1% 1% 0% ‐1% ‐1% ‐2% ‐2% ‐3% ‐3% ‐4%
Ayam Goreng yoy ‐ a.kanan
7.300 7.200 7.100 7.000 6.900 6.800 2
3
4
1
2
3
4
2009
6.000 5.000
Mie
0%
yoy ‐ a.kanan
‐5% ‐10%
4.000
‐15% ‐20%
3.000
‐25%
2.000
‐30% 1.000
‐35% ‐40%
‐ 2
1
3
4
1
2
3
4
2009
2010
Gula Pasir
1 2010
Nasi
12.000
Gula Pasir
70%
8.000
Nasi
12%
10.000
yoy ‐ a.kanan
60%
7.800
yoy ‐ a.kanan
10%
50%
7.600
8%
7.400
6%
7.200
4%
7.000
2%
8.000
40%
6.000
30%
4.000 2.000 ‐ 2
3
4
1
2
3 2009
4
20%
6.800
0%
10%
6.600
‐2%
0%
6.400
‐4% 2
1
3
4
1
2
3 2009
2010
Kelompok Perumahan-Air-Listrik-GasBahan Bakar, relatif mengalami perlambatan
4
1 2010
Tabel 2.4. Inflasi Per-Sub Kelompok Perumahan-Air-Listrik-Bhn Bakar
laju inflasi yaitu dari 3,55% pada triwulan IV2010 menjadi sebesar 3,48% (yoy). Perlambatan laju inflasi tahunan tersebut didorong oleh perlambatan
inflasi
yang
terjadi
pada
subkelompok perlengkapan rumah tangga yang mengalami inflasi sebesar 2,27% (yoy) pada triwulan laporan dimana pada triwulan IV-2009 laju inflasinya sebesar 3,11% (yoy). Perlambatan ini diperkirakan karena menurunnya harga terutama pada komoditas barang elektronik rumah tangga, seperti lemari es, air conditioner dan rice cooker. Selain itu, subkelompok penyelenggaraan rumah tangga juga mengalami
28
Triwulan I - 2010
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
perlambatan laju inflasi, dari 4,39% (yoy) pada triwulan IV-2009 menjadi 3,19% (yoy) pada triwulan I-2010. Perlambatan laju inflasi pada subkelompok ini diperkirakan karena terjadi penurunan harga pada beberapa komoditas seperti sabun cuci dan pembersih lantai. Di sisi lain, terjadi peningkatan laju inflasi pada subkelompok bahan bakar, penerangan dan air dimana pada triwulan I-2010 mencapai 7,32% (yoy) sedangkan pada periode sebelumnya masih sebesar 6,68% (yoy). Kenaikan inflasi pada diperkirakan masih dipengaruhi oleh kenaikan harga minyak tanah karena adanya program konversi ke gas elpiji. Dimana dengan adanya program konversi tersebut mendorong kenaikan harga pada minyak tanah sejalan dengan dicabutnya subsidi minyak tanah. Subkelompok biaya tempat tinggal juga menunjukkan peningkatan laju inflasi, yaitu dari 2,01% (yoy) menjadi 2,30%, yang diperkirakan dipicu oleh kenaikan harga pada beberapa bahan bangunan, seperti semen dan besi beton.
Grafik 2.5. Perkembangan Inflasi Kelompok Perumahan 14
y.t.d y.o.y
12
Sumber : BPS diolah 10 8 6 4 2 ‐
%
1
2
3
2004
4
1
2
3
2005
4
1
2
3
2006
4
1
2
3
4
1
2007
2
3
2008
4
1
2
3
4
2009
1* 2010
Apabila inflasi year on year ditinjau pergerakannya secara bulanan, secara umum hampir semua subkelompok mengalami kenaikan inflasi pada bulan Januari dan kemudian melambat dibulan berikutnya sampai dengan Maret. Sub kelompok bahan bakar-penerangan dan air mengalami inflasi sebesar 7,32% (yoy) pada Maret dimana telah melambat jika dibandingkan dengan inflasi pada bulan Februari yaitu sebesar 7,64% (yoy). Kemudian sub kelompok penyelenggaraan rumah tangga relatif mengalami perlambatan sejak Februari 2010. Selain itu, sub kelompok biaya tempat tinggal juga memiliki pola yang hampir serupa dimana pada bulan Januari mengalami inflasi sebesar 3,05% (yoy) yang kemudian melambat pada bulan berikutnya hingga pada bulan Maret tercatat 2,30% (yoy). Kenaikan inflasi diawal tahun diduga karena adanya penyesuaian harga-harga kebutuhan rumah tangga di awal tahun. Misalnya biaya sewa rumah dan bahan bangunan.
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan I - 2010
29
Kelompok Kesehatan pada triwulan
Tabel 2.5. Inflasi Per-Sub Kelompok Kesehatan
laporan tercatat relatif mengalami kenaikan laju inflasi tahunan. Pada triwulan IV-2009, laju inflasi kelompok
ini
sebesar
2,86%
(yoy),
yang
kemudian naik menjadi sebesar 2,98% pada triwulan laporan. Kenaikan inflasi pada triwulan laporan
ini
didorong
oleh
sebagian
besar
subkelompoknya kecuali subkelompok jasa kesehatan dan jasa perawatan jasmani. Namun untuk subkelompok obat-obatan dan perawatan jasmani dan kosmetika mengalami perlambatan inflasi pada triwulan I-2010 dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Ketika melihat pergerakan inflasi yoy secara bulanan, maka subkelompok yang terus mengalami peningkatan inflasi sejak bulan Januari hingga bulan Maret 2010 adalah subkelompok jasa kesehatan, dimana pada Januari 2009 tercatat inflasinya sebesar 4,91% (yoy) dan pada Maret menjadi 6,49% (yoy). Kondisi ini diduga karena pengaruh kondisi cuaca yang relatif kurang kondusif bagi kesehatan sehingga mendorong terjadinya peningkatan permintaan jasa kesehatan.
Selain itu, pada subkelompok jasa perawatan
jasmani yang inflasinya sempat melambat pada Januari 2010 (5,79%; yoy) pada bulan Maret 2010 naik menjadi sebesar 6,81% (yoy). Sedangkan untuk subkelompok obat-obatan yang cenderung mengalami peningkatan laju inflasi sejak awal triwulan I-2010 (1,81% pada Januari 2010 dan 1,93% pada Februari 2010), kemudian melambat hingga menjadi 1,02% (yoy). Peningkatan laju inflasi yang sesaat pada subkelompok ini diperkirakan karena adanya penetapan HET (Harga Eceran Tertinggi) untuk obat generik pada tanggal 27 Januari 2010.
Grafik 2.6. Perkembangan Inflasi Kelompok Kesehatan 12
y.t.d
10
y.o.y Sumber : BPS diolah
8 6 4 2 0 1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1*
‐2
%
30
2004
Triwulan I - 2010
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Kelompok Bahan Makanan, laju inflasi tahunannya
pada
triwulan
laporan
Tabel 2.6. Inflasi Per-Sub Kelompok Bahan Makanan
tercatat
mengalami perlambatan dibandingkan triwulan IV-2009. Perlambatan tersebut diduga terjadi karena
terdapat
deflasi
pada
subkelompok
bumbu-bumbuan, lemak-minyak, ikan segar, ikan diawetkan dan daging-hasilnya. Sedangkan di sisi lain, peningkatan laju inflasi tersebut didorong oleh inflasi pada subkelompok buah-buahan, padi-padian, umbi-umbian-hasilnya dan sayursayuran, yang secara umum diperkirakan karena faktor
kekurangan
pasokan
akibat
belum
datangnya masa panen dan adanya kenaikan HPP (Harga Pembelian Pemerintah) beras per 1 Januari 2010. Grafik 2.7. Beberapa Komoditi dalam Kelompok Bahan Makanan Hasil SPH di Makassar Cabe Rawit 30.000
Daging Ayam Ras 30.000
Daging Ayam Ras
25.000
25.000
yoy ‐ a.kanan
20.000
20.000
15.000
15.000
10.000
10.000
5.000
5.000
Cabe Rawit
‐
30% 25% 20% 15% 10% 5% 0% ‐5% ‐10% ‐15%
‐ 1
2
3
4
1
2009
2
3
4
1
2
2010
3
4
2009
Beras
1 2010
Bandeng
8.000
Beras
7.000
yoy ‐ a.kanan
6.000 5.000
25%
25.000
20%
20.000
15%
15.000
10%
10.000
5%
5.000
Ikan Bandeng
25%
yoy ‐ a.kanan
20% 15% 10%
4.000 3.000 2.000 1.000 ‐
0% 2
3
4
1
2
3 2009
4
1 2010
5% 0%
‐
‐5% 2
3
4
1
2
3 2009
4
1 2010
Apabila inflasi year on year pada triwulan I-2010 dianalisa secara bulanan, laju inflasi bumbu-bumbuan pada awal triwulan I-2010 masih mengalami inflasi hingga 17,67% (yoy) yang kemudian mulai melambat pada bulan berikutnya hingga akhirnya deflasi pada bulan
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan I - 2010
31
Maret 2010 menjadi sebesar -9,22% (yoy). Selain itu subkomoditas ikan segar juga mengalami pola yang sama, dimana pada Januari 2010 masih inflasi sebesar 2,3% (yoy), namun kemudian pada bulan berikutnya terjadi deflasi yang cukup signifikan pada subkelompok ini yaitu menjadi -6,65% (yoy) dan akhirnya pada akhir triwulan I-2010 masih mengalami deflasi meski tidak sebesar bulan sebelumnya yaitu -4,02% (yoy). Hal tersebut diperkirakan karena faktor cuaca yang sudah mulai membaik pada awal tahun 2010 untuk perikanan tangkap sehingga hasil tangkapan nelayan menjadi relatif berlimpah. Grafik 2.8. Perkembangan Inflasi Kelompok Bahan Makanan 25
y.t.d 20
y.o.y Sumber : BPS diolah
15 10 5 0 1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1*
‐5 2004
%
2005
Kelompok
2006
Sandang,
2007
mengalami
2008
2009
2010
Tabel 2.7. Inflasi Per-Sub Kelompok Sandang
perlambatan inflasi dimana pada triwulan I-2010 tercatat sebesar 2,17% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan IV-2009 yaitu sebesar 7,31%. Perlambatan laju inflasi pada triwulan ini disebabkan oleh perlambatan inflasi yang terjadi pada subkelompok barang pribadi dan sandang lainnya.
Grafik 2.9. Perkembangan Inflasi Kelompok Sandang 16 14
y.t.d
12
y.o.y
10 8
Sumber : BPS diolah
6 4 2 0 ‐2
%
32
1
2
3
4
1
2004
Triwulan I - 2010
2
3
2005
4
1
2
3
2006
4
1
2
3
2007
4
1
2
3
2008
4
1
2
3
2009
4
1* 2010
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Grafik 2.10. Perkembangan Harga Emas Makassar
Rata-rata Harga Internasional Pertriwulan 50% 45% 40% 35% 30% 25% 20% 15% 10% 5% 0% 3
4
500
1
2009
2008
2010
2009
1
2
4
1
3
4
2
3
1
2
600 2
Rp Ribuan
‐
700
4
50
800
3
100
900
2
150
Harga Emas
1.000
1
yoy ‐ a.kanan
200
$/Troy oz
1.100
4
Emas Perhiasan
250
1.200
3
300
2010
Kelompok Transportasi-Komunikasi-Jasa Keuangan, mengalami inflasi yang cukup besar yaitu 1,18% (yoy) pada triwulan laporan, jika dibandingkan dengan triwulan IV2009 yang mengalami deflasi sebesar 2,32%
Tabel 2.8. Inflasi Per-Sub Kelompok Transportasi-Komunikasi-Jasa Keuangan
(yoy). Peningkatan laju inflasi pada kelompok ini diperkirakan dipicu oleh sub kelompok transpor dimana pada triwulan sebelumnya mengalami deflasi sebesar 3,20% (yoy) yang kemudian naik menjadi 1,51% pada triwulan I-2010. Hal ini diprediksi karena terjadi kenaikan harga
minyak yang kemudian memicu terjadinya kenaikan biaya tiket pesawat udara, terutama fuel surcharge.
Grafik 2.11. Perkembangan Inflasi Kelompok Transportasi 50
y.t.d y.o.y
40
Sumber : BPS diolah 30 20 10
%
‐ 1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1*
(10) 2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Jika menganalisa inflasi year on year secara bulanan selama triwulan laporan, peningkatan laju inflasi pada subkelompok transport mulai mengalami peningkatan inflasi cukup signifikan pada bulan Februari 2010, yaitu mencapai 2,42% (yoy) jika dibandingkan dengan Desember 2009 (-0,42%; yoy) dan kemudian mulai melambat pada akhir triwulan I-
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan I - 2010
33
2010 yang tercatat sebesar 1,51% (yoy). Namun di sisi lain cenderung terjadi perlambatan sejak Februari 2010 (5,59%; yoy) untuk subkelompok sarana dan penunjang transpor, dimana pada Januari mencapai 7,30% dan akhirnya melambat hingga sebesar 4,93% pada akhir triwulan I-2010.
34
Triwulan I - 2010
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Bab 3
Perkembangan Perbankan
Sejak Januari 2010 diberlakukan pelaporan data bank dengan menggunakan sistem Basel II yang mekanisme pelaporannya tersentralisasi dan online kepada Bank Indonesia secara terpusat. Oleh karena itu pada analisa kajian perbankan untuk periode triwulan I2010, data-data yang disajikan masih bersifat sementara dan juga metode analisa time series yang biasa digunakan akan relatif lebih terbatas sehubungan dengan masa transisi perubahan sistem pelaporan dari LBU 2000 menjadi Basel II. Secara month to month, kinerja perbankan Sulawesi Selatan per Februari 2010 relatif menurun jika dibandingkan dengan Januari 2010. Hal ini tercermin dari aset, dana pihak ketiga (DPK) yang tumbuh negatif. Namun di sisi lain, fungsi intermediasi bank dalam menyalurkan kredit masih berjalan dengan cukup baik, hal ini terlihat dari pertumbuhan kredit yang positif. Begitu juga untuk Loan to Deposit Ratio (LDR) perbankan Sulawesi Selatan masih relatif baik dan tercatat di atas 100%. Sementara dari sisi kualitas kredit yang disalurkan, yang tercermin dari indikator Non Performing Loan-Gross (NPLs) juga menunjukkan kondisi yang relatif baik.
Tabel 3.1. Perkembangan Indikator Perbankan (Bank Umum) Sulawesi Selatan per Februari 2010 KOMPONEN nominal (dlm Rp juta) pertumbuhan (m.t.m) 1. Total Aset ‐9.64% 37,053,666 2. DPK ‐1.90% 29,894,336 a. Giro ‐4.96% 4,860,040 b. Tabungan ‐2.56% 14,808,850 c. Deposito 0.63% 10,225,446 3. Kredit 2.21% 35,935,523 4. LDR (%) 120.21% 5. NPLs Gross (%) 3.43% Catatan: Sejak Januari 2010 pencatatan data perbankan menggunakan Basel II
3.1
Perkembangan Bank Umum (Konvensional dan Syariah)
3.1.1. Kelembagaan dan Aset Dari sisi kelembagaan, bank umum di Sulawesi Selatan pada triwulan I-2010 (per Februari 2010) mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari jumlah kantor bank yang mengalami peningkatan jika dibandingkan triwulan IV-2009, meskipun jumlah bank tidak mengalami perubahan. Per Februari 2010, terdapat penambahan jumlah kantor bank
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan I - 2010
35
sebanyak 2 buah menjadi 692 kantor bank pada triwulan laporan. Penambahan kantor bank tersebut terdiri dari 2 kantor bank konvensional. Tabel 3.2. Perkembangan Kelembagaan Bank Umum Sulawesi Selatan 2008 2009 Kelembagaan 1 2 3 4 1 2 3 4 Jumlah Bank 64 65 68 69 68 68 69 69 Bank Umum 36 37 40 41 41 41 42 42 27 28 30 30 30 30 30 30 Konvensional Syariah 3 3 3 3 3 4 4 4 UUS 6 6 7 8 8 7 8 8 BPR 28 28 28 28 27 27 27 27 Jumlah Kantor Bank 625 630 638 664 669 679 680 690
2010 1* 69 42
30 4 8 27
692
Pada Februari 2010, total aset Tabel 3.3. Aset Bank Umum Berdasarkan Kelompok Bank
bank umum Sulsel tercatat sebesar Rp37,1 triliun meski tumbuh negatif jika dibandingkan bulan Januari 2010 yaitu sebesar
-9,64%.
Dimana
untuk
kelompok bank pemerintah, asetnya mengalami
pertumbuhan
negatif
sebesar 10,18% (mtm) atau menjadi sebesar Rp23,8 triliun. Kemudian diikuti oleh kelompok bank swasta nasional dan kelompok bank asing/campuran, dimana masingmasing tumbuh sebesar -8,67% (mtm) menjadi Rp12,5 triliun dan -8,45% (mtm) menjadi Rp772,5 juta. Terlepas dari besaran penurunannya, berdasarkan analisa runtut waktu, pertumbuhan aset perbankan pada awal periode triuwlan I cenderung tumbuh negatif yang biasanya akan membaik pada akhir periode triwulan pertama. Hal tersebut disebabkan karena pada awal tahun ekspansi kredit cenderung melambat. Aktivitas pelunasan pinjaman biasa yang terjadi selama periode itu dibandingkan dengan pengucuran kredit baru.
3.1.2. DPK dan Kredit/Pembiayaan Pada Februari 2010, Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dihimpun oleh bank umum tercatat tumbuh negatif 1,90% (mtm) atau menjadi sebesar Rp29,9 triliun. Pertumbuhan DPK bank umum ini mengalami penurunan jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Penurunan pertumbuhan yang utama terjadi pada giro dan tabungan, dimana masing-masng tumbuh negatif sebesar 4,96% dan 2,56% (mtm). Meski pertumbuhan deposito month to month per Februari 2010 relatif kecil, namun masih tumbuh positif, yaitu sebesar 0,63%.
36
Triwulan I - 2010
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Namun share DPK jenis giro, tabungan dan deposito dengan membandingkan posisi Januari dan Februari masih relatif tetap, yaitu masing-masing sebesar 0,16%, 0,50% dan 0,34%. Kondisi tersebut diperkirakan karena terjadinya penurunan bunga deposito yang lebih cepat dari bunga pinjaman pada akhir tahun lalu, sejalan dengan stabilnya BI rate pada tingkat 6,50% setelah cenderung menurun sejak pertengahan tahun 2009. Oleh sebab itu, maka diduga masyarakat cenderung menarik uangnya dan menempatkannya ke tempat lain karena bunga yang mereka dapatkan dari penempatan pada giro maupun tabungan, relatif kurang menguntungkan lagi. Penyaluran kredit/pembiayaan oleh bank umum Sulsel juga tercatat masih mengalami pertumbuhan yang positif, yaitu 2,21% (mtm) pada Februari 2010. Pertumbuhan kredit yang masih relatif kecil ini bersifat periodik, dimana biasanya pada awal tahun ekspansi kredit cenderung melambat. Hal tersebut disebabkan oleh meningkatnya aktivitas pelunasan pinjaman yang terjadi selama periode tersebut lebih besar dibandingkan dengan pengucuran kredit baru. Meski demikian, LDR bank umum tercatat masih berada diatas 100%, yaitu sebesar 120,2% per Februari 2010. Tabel 3.4. Penghimpunan Dana dan Penyaluran Kredit/Pembiayaan Bank Umum
KOMPONEN DPK a. Giro b. Tabungan c. Deposito Kredit LDR (%) NPLs Gross (%)
2009 2 ‐0.69% ‐1.36% ‐2.73% 2.89% ‐0.02% 111.0% 3.8%
12 8.49% 4.19% 13.06% 3.01% 5.21% 108.4% 3.1%
2010 2 ‐1.90% ‐4.96% ‐2.56% 0.63% 2.21% 120.2% 3.4%
Tabel 3.5. Penyaluran Kredit/Pembiayaan Bank Umum Per Jenis Penggunaan KOMPONEN Kredit ‐ Investasi ‐ Konsumsi ‐ Modal Kerja
2009 2 ‐0.02% ‐0.17% 0.21% ‐0.19%
12 5.21% 2.75% 3.09% 8.70%
2010 2 2.21% 4.71% 0.83% 2.51%
Berdasarkan jenis penggunaan, kredit produktif (modal kerja dan investasi) mengalami pertumbuhan yang positif jika dibandingkan bulan Januari 2010. Per Februari 2010, kredit produktif tercatat tumbuh sebesar 3,34% (mtm). Pertumbuhan pada kredit produktif didorong oleh pertumbuhan pada investasi yang tumbuh sebesar 4,71% (mtm), kemudian kredit modal modal kerja yaitu sebesar 2,51% (mtm). Kondisi ini jauh lebih baik jika dibandingkan dengan periode yang sama satu tahun yang lalu. Meski jika dibandingkan dengan pertumbuhan Desember 2009, maka masih relatif melambat akibat pola/siklus usaha tahunan. Pertumbuhan kredit konsumsi juga masih positif meski dalam tingkat yang cukup kecil, yaitu dari 0,83%(mtm) pada Februari 2010. Meski demikian, namun dilihat dari share
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan I - 2010
37
masih dominan dengan tingkat yang relatif tidak berubah jika dibandingkan bulan Januari 2010, yaitu 45%. Sedangkan untuk kredit investasi dan modal kerja share masing-masing adalah sebesar 21% dan 34%. Secara sektoral, terdapat 3 sektor ekonomi yang mengalami pertumbuhan kredit relatif menonjol dibandingkan sektor-sektor yang lain yaitu sektor listrik-gas-air, sektor perdagangan dan sektor industri, dimana masing-masing tumbuh 13,09% (mtm), 4,14% dan 4,00%. Peningkatan pertumbuhan pemberian kredit yang cukup signifikan terjadi pada sektor industri, dimana pada periode yang sama setahun yang lalu pertumbuhan kreditnya negatif. Hal ini diduga karena persepsi positif akan proses recovery perekonomian dunia, sehingga kredit pada bidang industri kembali mengalami peningkatan.
Grafik 3.1. Pangsa Kredit/Pembiayaan Bank Umum Per Sektor Ekonomi Pengangkutan Perdagangan 3% 23% LGA 1%
Pertambangan 1% Pertanian 1% Industri 9% Js Dunia Ush 4% Js Sos Masy. 4%
Lain‐lain 49%
Konstruksi 5%
Tabel 3.6. Pertumbuhan Tahunan Kredit/Pembiayaan Per Sektor Ekonomi 2009 2010 KOMPONEN 2 12 2 Kredit ‐0.02% 5.21% 2.21% * Pertanian ‐4.55% 16.02% 2.30% * Pertambangan ‐0.33% ‐5.31% ‐0.79% * Industri pengolahan ‐2.71% 1.26% 4.00% * Listrik,Gas dan Air ‐3.33% 16.64% 13.09% * Konstruksi 1.62% ‐1.64% 2.62% * Perdagangan 1.47% 10.64% 4.14% * Pengangkutan ‐2.65% ‐0.27% ‐1.82% * Jasa Dunia Usaha ‐0.29% 5.30% 4.41% * Jasa Sosial Masyarakat 1.91% 8.09% 4.97% * Lain‐lain 0.21% 3.09% 0.75%
Sedangkan penyaluran kredit pada sektor pertambangan dan pengangkutan mengalami pertumbuhan yang negatif pada bulan Februari 2010 jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Meski pertumbuhanya negatif, namun sudah relatif membaik jika dibandingkan pertumbuhan mtm pada bulan Desember 2009 yang mencapai -5,31%. Selain
38
Triwulan I - 2010
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
itu, pertumbuhan kredit pada sektor angkutan juga memiliki kecenderungan pertumbuhan yang negatif pada periode yang sama tahun lalu dan juga pada bulan Desember 2009. Tabel 3.7. Perkembangan NPLs Net dan Gross Bank Umum KOMPONEN NPL Gross NPL Net
2009 2 2.87% 1.70%
12 2.93% 0.79%
2010 2 3.44% 1.01%
Grafik 3.2. Pangsa NPLs Per Sektor Ekonomi Pertanian
4.52%
Pertambangan
0.07%
Perdagangan
3.68%
Pengangkutan
0.89%
LGA
0.00%
Lain‐lain
2.21%
Konstruksi
5.47%
Js Sos Masy.
5.70%
Js Dunia Ush
5.66%
Industri
7.74% 0%
2%
4%
6%
8%
10%
Aspek pengelolaan manajemen risiko usaha bank umum di Sulsel pada Februari 2010 menunjukkan peningkatan jika dibandingkan dengan bulan Januari 2010, meski masih pada tingkat yang relatif kecil. Hal tersebut tercermin dari NPLs-Gross bank umum per Februari 2010 yang tercatat menjadi 3,44%. Secara sektoral, per Februari 2010 NPL tertinggi terjadi terdapat pada sektor industri yang mencapai 7,74%. Kemudian diikuti oleh sektor jasa sosial masyarakat, sektor jasa dunia usaha dan konstruksi, yang masing-masing NPL-nya adalah sebesar 5,70%, 5,66% dan 5,47%.
Grafik 3.3. Pangsa Kredit/pembiayaan MKM Bank Umum Per Sektor Ekonomi Pengangkutan 1%
Listrik,Gas dan Air 0%
Pertambangan 0% Perdagangan 23%
Pertanian 1% Industri 2% Js Dunia Ush 4%
Lain‐lain 61%
Js Sos. Masy. 5% Konstruksi 3%
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan I - 2010
39
Tabel 3.8. Pertumbuhan Kredit/Pembiayaan Mikro, Kecil dan Menengah (MKM) Bank Umum (m.t.m) KOMPONEN Kredit * Pertanian * Pertambangan * Industri pengolahan * Listrik,Gas dan Air * Konstruksi * Perdagangan * Pengangkutan * Jasa Dunia Usaha * Jasa Sosial Masyarakat * Lain‐lain
2009 2
12
2010 2
0.41%
3.70%
2.72%
‐8.57% ‐2.74% ‐1.20% 18.56% 2.35% 1.47% 5.28% ‐0.36% 2.09% 0.24%
17.38% ‐36.11% ‐0.86% ‐14.64% ‐4.40% 7.26% ‐27.79% 3.97% 2.30% 3.06%
6.48% ‐3.36% 1.20% ‐23.45% 2.50% 7.09% ‐0.26% 3.30% 6.40% 0.99%
Berdasarkan segmentasi skala usaha debitur, sebagian besar kredit/pembiayaan bank umum Sulsel diklasifikasikan sebagai kredit/pembiayaan Mikro, Kecil dan Menengah (MKM). Pangsa kredit/pembiayaan MKM per sektor ekonomi untuk Februari 2010, sebagian besar masih didominasi oleh sektor perdagangan 23%, kemudian diikuti oleh sektor jasa sosial kemasyarakatan sebesar 5%. Pertumbuhan kredit/pembiayaan MKM secara month to month mengalami peningkatan jika dibandingkan periode yang sama untuk tahun sebelumnya, namun relatif lebih kecil jika dibandingkan dengan pertumbuhan mtm pada Desember 2009. Sektor yang mengalami peningkatan pertumbuhan cukup signifikan dibandingkan setahun yang lalu adalah sektor pertanian, perdagangan dan sektor industri. Hal ini menunjukan bahwa perbankan sudah lebih optimis dalam menyalurkan kredit untuk sektor MKM daripada setahun yang lalu ketika masih dibayang-bayangi oleh dampak krisis global.
3.1.3. Intermediasi Bank Umum Syariah Pada triwulan laporan, jumlah perbankan syariah tidak mengalami perubahan dibandingkan triwulan IV-2009, yakni sebanyak 12 Bank Syariah dengan rincian 4 Bank Umum Syariah dan 8 Unit Usaha Syariah. Secara month to month, kinerja Tabel 3.9. Perkembangan Bank Umum Syariah
perbankan Syariah Sulawesi Selatan per Februari
2010
cukup
baik
jika
dibandingkan dengan Januari 2010. Hal ini tercermin dari aset, dana pihak ketiga (DPK) yang tumbuh positif. Namun di sisi lain,
fungsi
intermediasi
bank
dalam
pembiayaan tumbuh negatif per Februari 2010 yaitu sebesar 4,49% (mtm). Ditinjau
40
Triwulan I - 2010
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
dari sisi Finance to Deposit Ratio (FDR) perbankan Sulawesi Selatan relatif baik dan tercatat di atas 100% atau lebih tepatnya 152,0%. Sementara dari sisi kualitas kredit yang disalurkan, yang tercermin dari indikator Non Performing Loan-Gross (NPLs) juga menunjukkan kondisi yang cukup baik.
3.2. Perkembangan Bank Pekreditan Rakyat/Syariah (BPR/S) Dari sisi kelembagaan, jumlah jaringan kantor BPR yang beroperasi pada triwulan I2010 (per Februari 2010), tidak mengalami perubahan jumlah jaringan kantor sehingga
Grafik 3.4. Perkembangan Aset BPR/S
jumlahnya tetap 52 kantor. Pada triwulan I-2010 per Februari
400 350
2010, total aset perbankan kelompok BPR/S tercatat
tumbuh
sehingga
sebesar
menjadi
Aset y.o.y
450
32,9%
Rp409,1
312.94
300
273.40 224.77
250
(y.o.y)
200
miliar.
100
317.45
59.8%
392.51 96.7% 337.08 307.78
80%
75.3%
60%
36.9%
150
40%
32.9%
triwulan
sebelumnya
yang
23.6%
23.3%
15.1%
‐
20% 0%
Rp Milyar
dibandingkan
120% 100%
80.4%
50
Pertumbuhan aset ini tercatat lebih tinggi
409.10
360.28
1
2
3
4
1
2
Smb : LB‐BPR/S 2008 * Sementara
3
4
1*
2009
2010
tumbuh sebesar 23,6%. Dari sisi penghimpunan dana, DPK BPR/S mengalami peningkatan pertumbuhan Grafik 3.5. Perkembangan DPK, Kredit & LDR BPR/S
sebesar 75,68% (y.o.y) menjadi Rp217,7 miliar
pada
triwulan
I-2010
jika
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang hanya tumbuh sebesar 74,49% (y.o.y). Pada triwulan laporan, kredit/pembiayaan yang berhasil disalurkan oleh BPR/S tercatat tumbuh sebesar 14,95% (yoy), sementara
350
DPK
300
Kredit
200%
Smb : LB‐BPR/S * Sementara
180% 160%
LDR
250
140% 120%
200
100% 150
80%
100
60% 40%
50
20% 0%
pada triwulan sebelumnya tercatat sebesar 56,51%.
Dari
kredit/pembiayaan
rasio
perbandingan
dengan
dana
Milyar Rp
0 1
2
3
2007
4
1
2
3
2008
4
1
2
3
4
2009
1* 2010
pihak
ketiga BPR/S pada triwulan laporan tercatat sebesar 121,7%, lebih rendah dibanding LDR pada triwulan IV-2009 yang sebesar 159,4%. Penurunan LDR ini lebih disebabkan oleh penurunan yang kredit yang cukup signifikan.
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan I - 2010
41
Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank
Bab 4
Perkembangan Sistem Pembayaran
Perkembangan sistem pembayaran selama triwulan laporan relatif searah dengan pergerakan aktivitas perekonomian Sulsel. Transaksi pembayaran tunai dan non tunai menunjukkan perkembangan positif, namun lebih rendah dibandingkan triwulan IV-2009. Perlambatan transaksi tersebut antara lain diperkirakan karena masih rendahnya realisasi proyek-proyek swasta dan pemerintah. Salah satu pendorong peningkatan aktivitas sistem pembayaran pada triwulan laporan adalah adanya persiapan Pilkada di beberapa daerah.
4.1. Aliran Uang Kartal Masuk (Inflow) dan Keluar (Outflow) Aliran uang kartal masuk (inflow) dan keluar (outflow), pada triwulan laporan, dari dan ke perbankan melalui KBI Makassar tercatat net inflow sebesar Rp1,56 triliun, meningkat dibandingkan kondisi pada triwulan IV-2009 yang mengalami net inflow sebesar Rp0,95 triliun.
Grafik 4.1. Aliran Uang Kartal Masuk (Inflow) 2.50
150%
Inflow
2.00
100%
1.50
50%
500%
Outflow
1.80
Y.O.Y
2.00
Grafik 4.2. Aliran Uang Kartal Keluar (Outflow) 400%
Y.O.Y
1.60 1.40
300%
1.20
200%
1.00
1.00
0%
0.50
‐50%
‐
‐100%
100%
0.80 0.60
0%
0.40
‐100%
2
3
4
1
2
3 2008
4
1
2
3 2009
4
1 2010
Triliun Rp
Triliun Rp
0.20 ‐
‐200% 2
3
4
1
2
3 2008
4
1
2
3
4
2009
1 2010
Dari sisi aliran uang kartal masuk (inflow) ke KBI Makassar, relatif melambatnya pertumbuhan ekonomi di Sulsel pada triwulan laporan (lihat Bab 1) salah satunya tercermin dari nominal inflow perbankan ke KBI Makassar yang menunjukkan peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Inflow pada triwulan I-2010 tercatat sebesar Rp1,86 triliun atau tumbuh sebesar -16,9% (yoy), sementara pada triwulan IV-2009 tercatat sebesar Rp1,65 triliun atau tumbuh sebesar -24,8% (yoy). Peningkatan arus uang kartal masuk tersebut diperkirakan karena relatif berkurangnya aktivitas pembangunan di Sulsel pada awal tahun
dibandingkan
triwulan
sebelumnya
(triwulan
IV-2009).
Sedangkan
apabila
dibandingkan dengan inflow pada triwulan I-2009 yang sebesar Rp2,23 triliun dengan Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan I - 2010
43
pertumbuhan sebesar -4,3% (yoy), maka nominal inflow pada triwulan I-2010 tercatat mengalami penurunan. Kondisi ini juga relatif sejalan dengan perkembangan pertumbuhan ekonomi Sulsel pada triwulan I-2010 yang relatif lebih tinggi dibandingkan triwulan I-2009. Sementara aliran uang kartal keluar (outflow) yang merupakan permintaan perbankan dalam rangka memenuhi kebutuhan uang kartal masyarakat, pada triwulan laporan juga menunjukkan perbaikan pertumbuhan yaitu dari -53,8% (yoy) pada triwulan lalu menjadi 22,9%. Secara nominal, outflow pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp0,29 triliun, lebih rendah dibandingkan outflow pada triwulan IV-2009 yang sebesar Rp0,70 triliun, namun lebih tinggi dibandingkan outflow pada triwulan I/2009 yang sebesar Rp0,24 triliun. Lebih rendahnya nominal outflow pada triwulan laporan dibandingkan triwulan IV2009 ini relatif sejalan dengan melambatnya pertumbuhan ekonomi Sulsel pada triwulan laporan dibandingkan triwulan IV-2009. Begitu juga sebaliknya, nominal outflow pada triwulan laporan yang lebih tinggi dibandingkan triwulan I-2009 relatif menunjukkan pertumbuhan ekonomi Sulsel pada triwulan I-2010 lebih tinggi dibandingkan triwulan I2009, yang salah satunya karena adanya persiapan Pilkada pada beberapa daerah di Sulsel.
4.2. Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) Jumlah nominal kondisi uang tidak layak edar pada triwulan I-2010 tercatat mengalami penurunan. PTTB pada triwulan I-2010 tercatat sebesar Rp1,04 triliun, lebih rendah dibandingkan triwulan IV-2009 yang sebesar Rp1,19 triliun. Namun lebih tinggi apabila dibandingkan dengan PTTB pada triwulan I-2009 yang sebesar Rp0,25 triliun. Kondisi nominal PTTB ini relatif sejalan dengan pergerakan pertumbuhan ekonomi Sulsel, mengingat PTTB ini relatif mencerminkan tingkat penggunaan uang untuk aktivitas ekonomi. Apabila nominal PTTB meningkat, maka pertumbuhan ekonomi relatif akan mengalami peningkatan, begitu juga sebaliknya. Grafik 4.3. Pemberian Tanda Tidak Berharga dan Inflow 2.5
Inflow
PTTB
100%
PTTB/Inflow
80% 70%
1.5
60% 50%
1.0
40% 30%
0.5
20%
0.0
0%
10% 2
3
4
1
2
3 2008
44
PTTB / Inflow
Inflow & PTTB (Triliun Rp)
90% 2.0
Triwulan I - 2010
4
1
2
3 2009
4
1 2010
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Hal yang sama juga apabila ditinjau dari rasio PTTB-inflow, rasio PTTB-inflow pada triwulan laporan tercatat sebesar 55,9%, lebih rendah dibandingkan triwulan IV-2009 yang sebesar 72,5%, namun lebih tinggi dibandingkan triwulan I-2009.
4.3. Perkembangan Uang Palsu yang Ditemukan Pada triwulan laporan, seiring dengan perlambatan aktivitas ekonomi, jumlah temuan uang rupiah palsu juga tercatat mengalami penurunan dibandingkan triwulan IV-2009. Pada triwulan I-2010, jumlah uang palsu yang ditemukan sebesar Rp19,05 juta, dari Rp26,92 juta pada triwulan IV-2009. Berdasarkan jenis pecahan, uang kertas Rp50.000,- masih merupakan jenis uang yang paling banyak dipalsukan yakni 181 lembar atau 61,1% dari total lembar temuan uang palsu.
Tabel 4.1. Perkembangan Temuan Uang Palsu di Wilker KBI Makassar Triwulan I-2010 Pecahan
Periode
Grafik 4.4. Proporsi Jumlah Lembar Uang Palsu Berdasarkan Pecahan Triwulan I-2010
Total
100.000 50.000 20.000 10.000 5.000 Trw IV‐2008
62
123
11
5
2
203
Trw I‐2009
44
116
9
4
2
175
Trw II‐2009
58
87
11
4
1
161
Trw III‐2009
103
277
8
8
19
415
Trw IV‐2009
139
251
16
3
24
433
Trw I‐2010 97 Sumber : Bank Indonesia
181
13
3
2
296
50.000 61,1%
20.000 4,4%
100,000 24.21%
10.000 1,0% 5.000 0,7%
4.4. Perkembangan Kliring dan RTGS 4.4.1. Perkembangan RTGS Pergerakan aktivitas perekonomian Sulsel selama triwulan laporan juga relatif tercermin dari pergerakan transaksi via BI-RTGS. Perkembangan transaksi transfer keluar via RTGS (outgoing) pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp11,9 triliun atau meningkat sebesar 43,9% (yoy), sedangkan pada triwulan IV-2009 tercatat sebesar Rp15,1 triliun dan pada triwulan I-2009 sebesar Rp8,3 triliun. Menurunnya outgoing pada triwulan laporan dibandingkan triwulan IV-2009 relatif menunjukkan aktivitas perekonomian Sulsel pada triwulan laporan lebih rendah dibandingkan triwulan IV-2009. Begitu juga sebaliknya apabila dibandingkan dengan triwulan I-2009 yang sebesar Rp8,3 triliun. Kondisi yang sama juga apabila ditinjau dari transaksi transfer masuk via RTGS (incoming). Incoming pada triwulan I-2010 tercatat sebesar Rp18,0 triliun, lebih rendah apabila dibandingkan incoming pada triwulan IV-2009 yang sebesar Rp21,9 triliun, namun
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan I - 2010
45
lebih tinggi apabila dibandingkan dengan incoming pada triwulan I-2009 yang sebesar Rp11,7 triliun.
Grafik 4.5. Transaksi RTGS - Incoming 25
Grafik 4.6. Transaksi RTGS - Outgoing
Incoming
90%
16
Outgoing
100%
Y.O.Y
80%
14
Y.O.Y
80%
20
70% 60%
15
50%
60%
10
40%
8
20%
40%
5 ‐ 2
3
4
1
2
3
4
1
2
2008
3 2009
4
1 2010
30%
6
0%
20%
4
‐20%
10%
2
‐40%
0%
‐ Triliun Rp
10
Triliun Rp
12
‐60% 2
3
4
1
2
3 2008
4
1
2
3 2009
4
1 2010
Secara netto, transaksi pembayaran via RTGS di Sulsel tercatat masih mengalami net inflow yaitu sebesar Rp5,6 triliun, yang tumbuh sebesar 66,4% (yoy). Apabila dibandingkan dengan net inflow triwulan IV-2009, net inflow pada triwulan I-2010 tercatat lebih rendah dibandingkan net inflow pada triwulan IV-2009 yang tercatat sebesar Rp6,8 triliun, namun lebih tinggi apabila dibandingkan net inflow triwulan I-20009 yang sebesar Rp3,4 triliun.
4.4.2. Perkembangan Kliring Perkembangan penyelesaian non tunai via kliring pada triwulan I-2010 juga menunjukkan perkembangan yang searah dengan pergerakan pertumbuhan ekonomi Sulsel. Nominal perputaran kliring pada triwulan laporan tercatat tumbuh sebesar 10,6% (yoy), sehingga menjadi Rp7,2 triliun. Nominal transaksi via kliring tersebut lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp7,4 triliun, namun lebih tinggi apabila dibandingkan dengan triwulan I-2009 yang sebesar Rp6,5 triliun.
Tabel 4.2. Perputaran Kliring dan Cek/BG Kosong 2008
URAIAN 3
2009 4
1
2
2010 3
4
1
Total Perputaran Kliring ‐ Nominal (miliar rupiah) 7,875.5 7,304.5 6,543.4 6,894.5 7,362.1 7,460.4 7,239.1 ‐ Lembar (ribuan) 270.9 251.7 242.2 258.4 262.3 263.6 253.5 Rata‐rata Harian Perputaran Kliring ‐ Nominal (miliar rupiah) 125.0 121.7 110.9 111.2 120.7 118.4 118.7 ‐ Lembar (ribuan) 4.3 4.2 4.1 4.2 4.3 4.2 4.2 Nisbah Rata‐rata Penolakan Cek/ BG Kosong ‐ Nominal (%) 1.1 1.3 1.7 2.0 2.7 2.9 2.3 ‐ Lembar (%) 1.0 1.2 1.7 1.6 2.3 2.2 2.3 Sumber : BI‐RTGS
46
Triwulan I - 2010
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Dari sisi rata-rata harian, nilai nominal perputaran kliring tercatat mengalami peningkatan. Rata-rata harian nilai nominal perputaran kliring pada triwulan I-2010 tercatat sebesar Rp118,7 miliar, sedikit lebih baik dibanding triwulan IV-2009 dan triwulan I-2009 yang masing-masing sebesar Rp118,4 miliar dan Rp110,9 miliar. Perbaikan pertumbuhan nominal transaksi via kliring tersebut relatif menggambarkan aktivitas ekonomi yang nominal transaksinya dibawah Rp25 juta mengalami peningkatan. Di lihat dari rasio penolakan warkat (Cek/BG) kosong pada triwulan laporan, secara nominal tercatat mengalami penurunan, yaitu dari sebesar 2,9% pada triwulan IV-2009 menjadi sebesar 2,3% pada triwulan laporan. Namun dari jumlah lembar, rasio rata-rata warkat yang ditolak sedikit meningkat menjadi sebesar 2,3%, sementara pada triwulan IV2009 sebesar 2,2%.
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan I - 2010
47
Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank
Bab 5
Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
Daya serap perkembangan pertumbuhan ekonomi Sulsel selama tahun 2009 terhadap angkatan kerja relatif minim, mengingat terdapat tekanan dari krisis global, terutama pada semester I-2009. Sehingga Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Sulsel sedikit mengalami penurunan. Di sisi lain perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) masih menunjukkan perkembangan positif yang didorong oleh peningkatan Indeks yang Diterima Petani. Hal yang sama juga terjadi peningkatan ekspektasi masyarakat terhadap ketersediaan lapangan kerja dan penghasilan dibanding 6 bulan yang lalu.
5.1. Ketenagakerjaan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) pada Agustus 2009 mengalami peningkatan. Pada bulan Agustus 2009, jumlah angkatan kerja tercatat naik sebesar 2,6% dari 3,4 juta orang pada Agutsus 2008 menjadi 3,5 juta orang (62,5% dari total penduduk usia Tabel 5.1 Penduduk Usia 15 + Menurut Kegiatan Utama KEGIATAN UTAMA Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Angkatan Kerja a. Bekerja b. Pengangguran Bukan Angkatan Kerja Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Tingkat Pengangguran Terbuka
Agustus 2008 5,559,748 3,447,879 3,136,111 311,768 2,111,869 62.0% 9.0%
Sumber : BPS
Agustus 2009 5,660,624 3,536,920 3,222,256 314,664 2,123,704 62.5% 8.9%
kerja).
pertumbuhan
Dengan
tersebut,
TPAK
sedikit mengalami peningkatan, yaitu dari 6,0% pada Agustus 2008
menjadi
6,5%
pada
Agustus 2009. Kondisi tersebut menggambarkan
daya
serap
pembangunan ekonomi Sulsel
terhadap angkatan kerja. Pertumbuhan ekonomi Sulsel pada tahun 2009 tersebut, hanya mampu menyerap penambahan jumlah angkatan kerja sebesar 86 ribu orang saja, atau hanya menyerap 27,6% pengangguran pada Agustus 2008. Kondisi tersebut mengakibatkan tingkat pengangguran terbuka (TPT) Sulsel sedikit mengalami penurunan yaitu sebesar 0,1% yaitu dari 9,0% pada Agustus 2008 menjadi 8,9% pada Agustus 2009. Di sisi lain, relatif minimnya penambahan daya serap tenaga kerja di Sulsel tersebut diperkirakan karena kondisi dunia usaha yang sedang menghadapi dampak krisis, terutama pada semester I2009. Sehingga cenderung tidak terdapat penambahan ekspansi usaha. Dari sisi lapangan pekerjaan utama, terjadi pergeseran komposisi tenaga kerja di sektor pertanian ke sektor non pertanian, terutama sektor industri, sektor konstruksi dan sektor perdagangan. Pangsa jumlah tenaga kerja yang bekerja di sektor pertanian tercatat
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan I - 2010
49
sebesar 49,3%, sementara pada Agustus 2008 tercatat sebesar 51,5%. Sedangkan pangsa jumlah tenaga kerja yang bekerja di sektor industri, sektor konstruksi dan sektor perdagangan mengalami peningkatan. Diperkirakan pergeseran tersebut terjadi karena pengaruh musim kemarau yang mengurangi tingkat produktifitas di sektor pertanian sehingga relatif mendorong perpindahan tenaga kerja ke sektor lain untuk mempertahankan tingkat pendapatan.
Grafik 5.1. Persentase Penduduk Usia 15 + yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama Agustus 2008 Angkutan /Komuni kasi 6.2%
Jasa 11.2%
Perdagan gan 18.5%
Konstruk si 4.7% Industri 5.8%
Agustus 2009 Lainnya *) 2.0%
Angkutan /Komuni kasi 5.8%
Jasa 11.2%
Lainnya *) 2.0%
Perdagan gan 19.8%
Pertania n 51.5%
Konstruk si 5.2%
Pertania n 49.3%
Industri 6.7%
Pergeseran angkatan kerja ke non-pertanian tersebut, salah satunya ditandai dengan meningkatnya pangsa jumlah buruh/karyawan terhadap total tenaga kerja yang bekerja, yaitu dari 23,2% pada Agustus 2008 menjadi 24,1% pada Agustus 2009. Sedangkan di pekerja bebas pertanian relatif sedikit mengalami peningkatan, yaitu dari 4,1% menjadi 4,4%.
5.2. Kesejahteraan 5.2.1. Nilai Tukar Petani Tingkat kesejahteraan petani Sulsel pada triwulan laporan kembali menunjukan perkembangan positif. Rata-rata pertumbuhan NTP Sulsel pada triwulan I-2010 tercatat tumbuh sebesar 2,6% (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan NTP pada triwulan IV2009 yang sebesar 3,3% (yoy). Kondisi ini diperkirakan karena pengaruh ekpekstasi tingkat harga produk pertanian yang terbentuk pada akhir tahun 2009 sehubungan dengan rencana penetapan HPP beras.
50
Triwulan I - 2010
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Hal tersebut tampak dari peningkatan ‘Indeks yang Diterima Petani’ pada triwulan laporan tercatat sebesar 12,8% (yoy) sementara pada triwulan IV-2009 sebesar 7,9%. Peningkatan indeks ini tercatat lebih besar dibandingkan peningkatan ‘Indeks yang Dibayar Petani’. Peningkatan indeks ini diduga karena faktor penetapan HPP beras per 1 Januari 2010 dan peningkatan produktifitas sektor pertanian.
Grafik 5.3 Perkembangan Rata-rata Indeks Yang Diterima Petani
Grafik 5.2 Perkembangan Rata-rata Nilai Tukar Petani 103
NTP ‐ axis kiri y.o.y ‐ axis kanan
10%
130
8%
125
101
6%
120
100
4%
115
99
2%
110
98
0%
105
‐2%
100
102
97 2
3
4
1
2
3
4
2009
Indeks Yang Diterima Petani ‐ axis kiri y.o.y It
2
1
3
4
1
2
3
4
2009
2010
16% 14% 12% 10% 8% 6% 4% 2% 0%
1 2010
Grafik 5.4 Perkembangan Rata-rata Indeks Yang Dibayar Petani 130
30%
Indeks Yang Dibayar Petani ‐ axis kiri y.o.y Ib
125
25%
120
20%
115
15%
110
10%
105
5%
100
0% 2
3
4
1
2
3 2009
4
1 2010
Untuk ‘Indeks yang Dibayar Petani’ menunjukkan peningkatan pertumbuhan, yaitu dari 4,48% (yoy) pada triwulan IV-2009 menjadi 4,84% pada triwulan laporan. Peningkatan indeks tersebut relatif tertahan sehubungan dengan adanya program subsidi pupuk dari pemerintah. Sehingga tekanan harga pupuk relatif berkurang. Selain itu tekanan konsumsi rumah tangga petani diperkirakan relatif stabil mengingat laju inflasi Sulsel sampai dengan maret 2010 yang relatif stabil.
5.2.2. Jumlah Penduduk Miskin Jumlah penduduk miskin di Sulsel per Maret 2009 tercatat sebesar 12,31% dari jumlah penduduknya atau sebesar 963 ribu orang. Dari jumlah tersebut, 12,92% berada di
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan I - 2010
51
daerah perkotaan sedangkan sisanya berada di daerah pedesaan. Persentase pangsa jumlah penduduk miskin di perkotaan tersebut mengalami penurunan dibanding Maret 2008 yang tercatat sebesar 14,62% dari jumlah penduduk miskin pada tahun tersebut. Dari sisi jumlah, jumlah penduduk miskin di Sulsel mengalami penurunan, yaitu dari 1.031,7 ribu per Maret 2008 menjadi 963,6 ribu pada Maret 2009, atau menurun 6,6%. Penurunan jumlah penduduk miskin tertinggi terjadi di perkotaan, yang tercatat -17,45%, Grafik 5.5. Jumlah Penduduk Miskin Sulsel
yaitu dari 150,8 ribu orang menjadi 124,5 ribu orang. Jumlah tersebut dari
total
terjadi
di
pedesaan
13.6% 13.4%
1000
penduduk Sulsel. Penurunan tersebut juga
Total
13.33%
13.2% 13.0%
800
yang
600
tercatat sebesar -4,75% yaitu dari
12.8%
880.9
1,59%
Kota
930.3
merupakan
Desa
1200
12.6%
400
12.4%
12.31%
880,9 ribu orang menjadi 839,1 ribu
200
orang. Jumlah tersebut merupakan
0
12.0%
152.8
10,72% dari total penduduk Sulsel.
150.8
2008
Sumber : BPS
12.2%
11.8%
2009
Grafik 5.6. Persentase Jumlah Penduduk Miskin se-Sulampua per Maret 2009 100%
35.72
37.53
90%
96.29
72.50
91.10
89.80 15.29
15
3.71
8.90
10.20
9.88
10
3.33
10%
20
10.35
6.03
12.92
20%
11.16
9.79
Sumber : BPS, diolah
18.93
12.31
30%
30
25
96.67
18.99
27.50
36.09
40%
28.22
25.01
60% 50%
35
% Total Penddk Miskin
90.12
Kota
93.97
87.08
88.84
70%
63.91
Desa 80%
40
Irjabar
Papua
5
% 0
0% Sulut
Sulteng
Sulsel
Sultra
Gor
Sulbar
Maluku
Malut
Apabila dibandingkan dengan provinsi se-Sulampua, persentase jumlah penduduk miskin di Sulsel tercatat urutan ketiga terendah setelah provinsi Sulawesi Utara (9,79%) dan Maluku Utara (10,35%). Sedangkan persentase jumlah penduduk miskin tertinggi di Sulampua tercatat sebesar 37,53% yaitu di provinsi Papua. Sementara jumlah penduduk miskin se-Sulampua tercatat sebesar 1,73% dari total penduduk Indonesia.
52
Triwulan I - 2010
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
5.3. Survei Berdasarkan Survei Konsumen yang dilakukan oleh Bank Indonesia Makassar, pada triwulan laporan rata-rata ‘Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja Saat Ini’ (IKLK) menunjukkan peningkatan. Rata-rata IKLK pada triwulan laporan tercatat tumbuh sebesar 18,9% (yoy), sementara pada triwulan IV-2009 kontraksi sebesar 0,2%. Perbaikan indeks ini diperkirakan karena kondisi perekonomian Sulsel yang mulai menunjukkan perkembangan positif, meskipun pada triwulan laporan ini, kinerja investasi yang terjadi diperkirakan mengalami perlambatan.
Grafik 5.8. Indeks Penghasilan Saat Ini Dibandingkan 6 Bulan Lalu
Grafik 5.7. Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja Saat Ini 120
Ketersediaan lap kerja saat ini
y.o.y
100 80
30%
140
Penghasilan saat ini dibanding 6 bln yl
8%
25%
138
y.o.y
6%
20%
136
15% 10%
60
5%
40
0%
20 0 2
3
4
1
2
3 2008
4
1
2
3 2009
4
4%
134
2%
132
0%
130
‐2%
128
‐4%
126
‐5%
124
‐6%
‐10%
122
‐8%
‐15%
120
1 2010
‐10% 2
3
4
1
2
3 2008
4
1
2
3
4
2009
1 2010
Sejalan dengan perkembangan ‘Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja Saat Ini’, ratarata ‘Indeks Penghasilan Saat Ini Dibanding 6 bulan lalu’ (IPD6) juga mengalami peningkatan pertumbuhan, yaitu dari kontraksi 3,4% (yoy) pada triwulan IV-2009 menjadi tumbuh 2,1%. Terdapat beberapa hal yang dapat mendorong terjadinya peningkatan keyakinan responden atas penghasilan saat ini antara lain kenaikan UMP (Upah Minimum Regional), NTP (Nilai Tukar Petani) sehubungan dengan peningkatan HPP beras per 1 Januari 2010 dan relatif terkendalinya laju inflasi sampai dengan Maret 2010.
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan I - 2010
53
Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank
Bab 6
Keuangan Daerah
Pada triwulan I-2010, sebagaimana diuraikan dalam perkembangan kondisi ekonomi (Bab I), bahwa kinerja konsumsi mempunyai sumbangan tertinggi dalam pertumbuhan ekonomi di Sulawesi Selatan. Dari pertumbuhan konsumsi sebesar 6,97% (yoy), sumbangan konsumsi pemerintah mencapai 21,7% sementara konsumsi rumah tangga mencapai 78,3%. Sumbangan konsumsi pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi Sulsel tersebut tercatat relatif sama dengan konsumsi pada triwulan IV-2009 yang tercatat memberikan sumbangan sebesar 22,8%. Perkembangan konsumsi pemerintah tersebut tercermin dari realisasi Anggaran Belanja Pemerintah Daerah Provinsi Sulsel. Pada triwulan laporan, realisasi belanja pemerintah daerah Provinsi Sulsel telah terealisasi sebesar 11,9%. Selanjutnya performance Keuangan Pemerintah Daerah pada Triwulan I-2010 tercermin dalam tabel dibawah :
Tabel 6.1. Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Sampai Dengan Triwulan IV-2009 (Milyar Rupiah) s/d TRIWULAN I‐2010
NO. 1. 1.1.
1.2.
1.3.
U R A I A N
PENDAPATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH ‐ Pendapatan Pajak Daerah ‐ Pendapatan Retribusi Daerah ‐ Bagian Laba Hasil Daerah ‐ Lain‐lain PAD yang Sah PENDAPATAN TRANSFER Dana Perimbangan ‐ Dana Bagi Hasil Pjk dan Bukan Pjk ‐ DAU ‐ DAK Transfer Pemerintah Pusat‐Lainnya Lain‐lain Pendapatan yang Sah JUMLAH PENDAPATAN
2. 2.1. 2.2. 2.3.
BELANJA BELANJA OPERASI BELANJA MODAL BELANJA TIDAK TERDUGA JUMLAH BELANJA
2.4.
TRANSFER
SURPLUS / (DEFISIT) Sumber : Pemprov Sulsel
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
ANGGARAN
REALISASI
% REALISASI
1,430.08 1,222.80 113.55 59.61 34.12 953.58 952.35 216.84 706.28 29.24 1.23 ‐ 2,383.66 ‐ ‐ 2,199.15 230.12 15.00 2,444.27 ‐ ‐ ‐ (60.60)
323.71 296.13 18.03 ‐ 9.55 260.75 260.75 25.29 235.43 0.04 ‐ ‐ 584.47 ‐ ‐ 290.70 0.73 0.30 291.72 ‐ ‐ ‐ 292.75
22.64% 24.22% 15.88% 0.00% 27.99% 27.34% 27.38% 11.66% 33.33% 0.13% 0.00% 0.00% 24.52% 13.22% 0.32% 1.97% 11.93% 0.00% ‐483.05%
Triwulan I - 2010
55
Realisasi anggaran pendapatan daerah sampai dengan triwulan I-2010 tercatat hampir mencapai target 25% dari total target pendapatan, yaitu sebesar 24,5% atau mencapai Rp584,5 milyar. Target pendapatan 2010 ini diperkirakan dapat tercapai lebih dari 100% mengingat target pendapatannya tumbuh sebesar 7,9% dari target pendapatan 2009. Dari komponen pendapatan, realisasi “Pendapatan Transfer” telah mencapai 27,3%, terutama pada sub komponen “Dana Alokasi Umum” (DAU) yang telah mencapai 33,3%. Sementara realisasi komponen “Pendapatan Asli Daerah” baru mencapai 22,6%, terutama pada sub komponen “Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah” dan “Pendapatan Pajak Daerah” yang masing-masing telah mencapai 27,9% dan 24,2%. Realisasi pada sub komponen “Pendapatan Pajak Daerah” tersebut relatif menggambarkan kinerja konsumsi rumah tangga (PDRB), mengingat objek penerimaan dari “Pendapatan Pajak Daerah” tersebut antara lain adalah pajak dan bea balik nama kendaraan bermotor. Dari sisi anggaran belanja daerah, sampai dengan triwulan I-2010, realisasinya baru mencapai 11,9%. Realisasi terbesar terjadi pada pos ‘Belanja Operasi’ yang sebesar 13,2%, diikuti oleh pos ‘Belanja Modal’ (0,32%). Masih rendahnya realisasi pos “Belanja Operasi” tersebut relatif sejalan dengan melambatnya pertumbuhan kinerja konsumsi pemerintah (PDRB) pada triwulan laporan. Sementara masih rendahnya realisasi pos “Belanja Modal” juga relatif sejalan dengan melambatnya kinerja investasi (PDRB) pada triwulan laporan, yang diperkirakan mengalami kontraksi sebesar 1,77%. Realisasi ‘Belanja Operasi’ tersebut sendiri lebih banyak dipergunakan untuk Belanja Bunga yang telah terealisasi sebesar 21,0% dan untuk Belanja Bagi Hasil yang telah terealisasi sebesar 18,1%. Belanja Bagi Hasil tersebut merupakan bagi hasil pajak daerah kepada Kabupaten/Kota di Sulawesi Selatan. Sementara untuk ‘Belanja Modal’, realisasi masih terdapat pada pos ’Belanja Peralatan dan Mesin’ yang tercatat sebesar 1,43% dan pos ’Belanja Aset Lainnya’ yang terealisasi sebesar 0,9%.
56
Triwulan I - 2010
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Bab7
Outlook Kondisi Ekonomi dan Inflasi
Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan di triwulan II-2010 diperkirakan akan relatif meningkat jika dibandingkan dengan triwulan I-2010. Hal tersebut diperkirakan terjadi karena membaiknya kondisi recovery perekonomian dunia yang kemudian mempengaruhi peningkatan pertumbuhan hingga tingkat regional. Dorongan pertumbuhan dari sisi permintaan terjadi pada konsumsi, investasi dan ekspor. Sedangkan pada sisi penawaran, peningkatan pertumbuhan didorong oleh sektor industri, bangunan, listrik-gas-air, pertambangan, angkutan-komunikasi dan perdagangan-hotel-restauran. Kemudian, laju inflasi tahunan diperkirakan akan cenderung mengalami kenaikan, namun dalam besaran yang masih relatif stabil.
7.1 Outlook Kondisi Makroregional Pada sisi permintaan, pertumbuhan Sulawesi Selatan triwulan II-2010 diperkirakan mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan pertumbuhan pada periode sebelumnya. Hal tersebut diperkirakan terjadi karena membaiknya kondisi recovery perekonomian dunia yang kemudian mempengaruhi peningkatan pertumbuhan hingga tingkat regional. Pada triwulan mendatang, diperkirakan konsumsi masyarakat akan cenderung meningkat pertumbuhannya mengingat di akhir triwulan II-2010 memasuki masa liburan anak sekolah dan juga persiapan untuk tahun ajaran baru sehingga konsumsi rumah tangga otomatis akan naik. Selain itu
konsumsi pemerintah juga diduga akan meningkat,
mengingat program-program pembangunan daerah untuk tahun 2010 diperkirakan sudah mulai berjalan meski belum optimal. Selain itu, adanya pelaksanaan Pilkada di beberapa daerah pada triwulan II-2010 akan lebih mendorong peningkatan pertumbuhan konsumsi. Kemudian untuk investasi, pada triwulan II-2010 diprediksi akan relatif meningkat karena terdapat 10 proyek pembangunan di Sulsel di tahun 2010, yaitu pengembangan pelabuhan Makassar, proyek Central Point of Indonesia (CPI), pelabuhan ikan Nusantara Unita, pengembangan Kawasan Industri Makassar (KIMA 2), jaringan kereta api yang menghubungan
Makassar
dengan
Pare-pare,
pembangkit
listrik
tenaga
sampah,
pembangunan industri pengolahan kakao, industria pengolahan rumput laut, pembibitanpenggemukan sapi terpadu dan proyek pembangunan resort pulau-pulau kecil di Makassar.
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan I - 2010
57
Pada sisi ekspor-impor juga diperkirakan terjadi peningkatan pertumbuhan net ekspor. Kenaikan ekspor yang didorong oleh membaiknya penjualan nikel di dunia sejalan dengan membaiknya perekonomian dunia yang kemudian mendorong pulihnya permintaan baja anti karat dan akhirnya memicu permintaan nikel. Hal tersebut terrefleksi dari tingkat harga yang cenderung naik sejak awal 2010 pada hingga pada bulan April 2010.
Grafik 7.1. Perkembangan Indeks Ekspektasi Konsumen 160
Indeks Ekspektasi Konsumen
140 120 100 80 60 40 20 0 2
3
4
1
2
3
2007
4
1
2
3
4
1
2008
2
3
2009
4
1 2010
Pada sisi penawaran, peningkatan pertumbuhan didorong oleh sektor industri, bangunan, listrik-gas-air, pertambangan, angkutan-komunikasi dan perdagangan-hotelrestauran. Sektor bangunan masih tetap tumbuh meningkat meski tidak signifikan. Hal tersebut masih searah dengan masih berlangsungnya proyek-proyek pembangunan di Sulsel. Sehubungan dengan hal tersebut, maka secara otomatis, akan berpengaruh pada sektor industri pengolahan, khususnya industri semen di Sulawesi Selatan. Kemudian pada sektor listrik-gas-air, diduga akan terjadi kenaikan kinerja khususnya pada subsektor listrik jika dibandingkan dengan triwulan I-2010. Penyebabnya peningkatan pertumbuhan sub sektor tersebut diduga karena PT.PLN telah berhasil melakukan perbaikan mesin pada PLTG Sengkang. Di sisi lain, masih terdapat supply air yang cukup untuk menjalankan PLTA Bakaru. Selain itu, sektor pertambangan diduga relatif akan tumbuh lebih tinggi sejalan dengan meningkatnya produksi nikel PT.Inco seiring dengan membaiknya permintaan nikel internasional yang ditandai dengan meningkatnya harga nikel. Terakhir adalah proyeksi peningkatan pertumbuhan pada sektor angkutankomunikasi dan perdagangan-hotel-restauran yang biasanya berjalan seiringan. Hal itu disebabkan karena di penghujung triwulan tersebut, sudah memasuki periode liburan anak sekolah sehingga biasanya momen tersebut digunakan untuk berlibur. Terlepas dari hal tersebut, diproyeksikan pada triwulan mendatang akan lebih banyak acara yang bersifat MICE (Meeting Incentive Conference Event) diselenggarakan di Sulawesi Selatan, jika dibandingkan dengan triwulan I-2010.
58
Triwulan I - 2010
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Dengan mempertimbangkan kondisi tersebut di atas, maka perekonomian Sulsel pada triwulan mendatang diperkirakan mengalami perlambatan dibandingkan triwulan I2010 (6,68%; y.o.y). Perkiraan pertumbuhan ekonomi Sulsel pada triwulan I-2010 pada kisaran 7,61% + 0,5% (y.o.y).
7.2 Outlook Inflasi (3,77 +0,5%) Pada triwulan mendatang, laju inflasi tahunan diperkirakan akan cenderung mengalami kenaikan, namun dalam besaran yang masih relatif stabil. Perkiraan kenaikan laju inflasi tahunan pada triwulan II-2010 akan cenderung sekidit meningkat meski masih pada kisaran yang terkendali. Diduga pergerakan harga yang berasal dari kelompok bahan makanan akan cenderung deflasi, mengingat periode masa panen yang jatuh pada bulan April sampai dengan Juni akan cenderung membuat kesediaan pasokan seperti sayuran, bumbu-bumbuan dan buah-buahan relatif lebih berlimpah. Selain itu, komoditas ikan juga cenderung stabil karena faktor cuaca masih relatif kondusif bagi para nelayan untuk melaut. Namun di sisi lain, tekanan inflasi berasal dari komoditas sandang, terutama dari komoditas emas. Permintaan emas untuk investasi diyakini terus meningkat dalam beberapa waktu ke depan. Investor lebih memilih emas sebagai instrumen investasi karena dianggap lebih aman. Mereka yakin emas instrumen yang lebih aman dibandingkan instrumen investasi lain, seperti valuta asing (valas) dan saham. Harga emas yang cenderung naik sejak akhir triwulan I-2010 diduga akan mendorong terjadinya inflasi pada triwulan II-2010. Kemudian kebijakan kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL) pada tahun 2010 diproyeksikan akan memberikan dampak ekspektasi sendiri terutama bagi kalangan industri maupun pengusaha. Meskipun belum ada keputusan yang pasti akan waktu pemberlakukan kenaikannya, namun tindakan para pelaku usaha khususnya subsektor hotel, telah menaikkan tarif hunian kamarnya terutama nanti memasuki masa peak season. Dengan mempertimbangkan berbagai faktor tersebut di atas, maka pada triwulan II2010 diperkirakan inflasi tahunan provinsi Sulsel akan sedikit lebih besar daripada triwulan sebelumnya, yaitu pada kisaran 3,77% ± 0.5% (y.o.y). Kecenderungan tersebut searah dengan Survei Konsumen (SK) bulan Maret yang dilakukan oleh Bank Indonesia, dimana Indeks Ekspektasi terhadap harga-harga dalam 3 bulan yang akan datang, yaitu sebesar 144 yang mengindikasikan bahwa persepsi responden SK akan harga akan cenderung meningkat pada triwulan mendatang.
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan I - 2010
59
Grafik 7.2. Indeks Ekspektasi Terhadap Harga-harga dalam 3 bulan y.a.d Indeks Ekspekstasi Perubahan Harga Umum 3 bulan yad 200.0 180.0 160.0 140.0 120.0 100.0 80.0 60.0 40.0 20.0 ‐ 2
3
4
1
2
2008
3
4
1
2009
2010
Grafik 7.3. Perkembangan Laju Inflasi Tahunan Sulsel dan Proyeksinya 14
%
Sumber : BPS, diolah y.o.y ‐ Sulsel
12
y.o.y ‐ Nas
10 8 6 4 2 0 1
2
3
4
1
2
2007
3 2008
4
1
2
3 2009
4
1*
2** 2010
7.3. Prospek Perbankan Kinerja perbankan di Sulsel pada triwulan II-2010 diduga masih tumbuh lebih baik jika dibandingkan triwulan I-2010 atau satu tahun sebelumnya. Selain kondisi perekonomian dunia yang relatif membaik awal tahun 2010, kondisi dalam negeri kita juga cukup kondusif. Hal ini trlihat dari bergerakan laju tingkat suku bunga yang cenderung menurun sejalan dengan pregerakan BI rate sehingga sektor riil diharapkan mendapatkan ruang gerak yang lebih besar pada triwulan II-2010. Terkait dengan hal tersebut, diduga pada triwulan mendatang kredit yang disalurkan perbankan akan meningkat. Kemudian pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) juga diharapkan akan mengalami kenaikan, hal tersebut dimungkinkan karena masyarkat diduga sudah akan merasa lebih yakin dengan kondisi perekonomian pada periode dimaksud sehingga mereka sudah tidak ragu lagi untuk menempatkan dananya di bank. Sejalan dengan membaiknya kondisi perekonomian nasional dan regional maka diharapkan Non Performing Loan (NPL) juga dapat turun.
60
Triwulan I - 2010
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan