KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI SELATAN TRIWULAN-I 2012
Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank
ii
Triwulan I - 2012
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Kata Pengantar Sebagaimana diketahui dengan diberlakukannya UU No. 23 Tahun 1999 tentang tujuan Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Republik Indonesia No. 3 Tahun 2004, tujuan Bank Indonesia adalah mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Lebih lanjut, tugas-tugas pokoknya adalah menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, serta mengatur dan mengawasi bank. Sejalan dengan Undang-Undang tersebut, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah I-SULAMPUA di dalam era otonomi mempunyai peranan yang strategis, selain sebagai economic intelligence dan research unit di wilayah kerjanya. Dalam kaitan dengan peran tersebut, KBI bertugas untuk melakukan pengumpulan data dan informasi (antara lain melalui survei), dan melakukan pengkajian serta penelitian mengenai perkembangan ekonomi daerah secara terkini dan berkala. Sejak tahun 2002 , Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah I-SULAMPUA telah melakukan Kajian terhadap Perkembangan Ekonomi Daerah secara triwulanan atau disingkat menjadi KER dengan cakupan daerah Sulawesi Selatan. Sejak ditetapkannya secara resmi pemisahan antara Provinsi Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat, maka sejak tahun 2007 ini materi kajian untuk masing-masing provinsi (Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat) disusun dan disampaikan dalam buku laporan yang terpisah. Adapun cakupan kajian (KER) tersebut adalah pada aspek makroekonomi, inflasi, moneter-perbankan-sistem pembayaran, keuangan daerah dan prospek ekonomi. Dalam perkembangannya, cakupan ini akan kami kembangkan terus sejalan dengan ketersediaan data ekonomi daerah yang kami peroleh. Selanjutnya, informasi dan hasil kajian/riset tersebut akan disampaikan ke Kantor Pusat Bank Indonesia, sebagai masukan dalam formulasi kebijakan moneter. Disamping itu, hasil kajian tersebut diharapkan dapat bermanfaat bagi stakeholder Bank Indonesia di daerah antara lain: Pemerintah Daerah, DPRD, akademisi, pihak swasta dan kalangan masyarakat Iainnya. Saran dan masukan dan semua pihak, sangat kami harapkan guna peningkatan kualitas laporan ini di masa mendatang. Perlu kami sampaikan pula penghargaan dan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu secara aktif dalam penyusunan laporan ini, dengan memberikan data dan informasi secara kontinyu, tepat waktu dan reliable. Selanjutnya, kami mengharapkan kerjasama tersebut dapat terus berlangsung di masa mendatang guna mendukung kesinambungan penyusunan laporan ini.
Makassar, Mei 2012 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah I - SULAMPUA ttd. Mahmud Direktur Eksekutif
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan I - 2012
iii
Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank
iv
Triwulan I - 2012
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Daftar Isi KATA PENGANTAR ~ iii DAFTAR ISI ~ v DAFTAR GRAFIK ~ vii DAFTAR TABEL ~ ix RINGKASAN EKSEKUTIF ~ 1 INDIKATOR EKONOMI KER Trw. IV-2011 ~5 BAB 1
PERKEMBANGAN KONDISI MAKRO EKONOMI ~ 7 1.1. Permintaan Daerah ~ 7 1.1.1. Investasi ~ 8 1.1.2. Konsumsi ~ 9 1.1.3. Perdagangan Eksternal (Ekspor – Impor) ~ 12 1.2. Penawaran Daerah (Sektoral) ~ 15 1.2.1. Sektor Pertanian ~ 16 1.2.2. Sektor Perdagangan-Hotel-Restauran ~ 17 1.2.3. Sektor Keuangan-Persewaan-Jasa Perusahaan ~ 18 1.2.4. Sektor Industri Pengolahan ~ 19 1.2.5. Sektor Angkutan-Komunikasi ~ 21 1.2.6. Sektor Konstruksi ~ 21 1.2.7. Sektor Jasa-jasa ~ 22 1.2.8. Sektor Listrik-Gas-Air ~ 23 1.2.9. Sektor Pertambangan-Penggalian ~ 23
BAB 2
PERKEMBANGAN INFLASI ~ 25 2.1. Perkembangan Inflasi ~ 25 2.1.1 Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang dan Jasa ~ 25 2.1.2 Inflasi Berdasarkan Kota ~ 36 2.2 Disagregasi Inflasi ~ 38 2.3 Pemantauan Inflasi oleh KBI~ 39
BAB 3
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN ~ 43 A. Perbankan~ 43
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan I - 2012
v
3.1. Kondisi Umum ~ 43 3.1.1. Perkembangan Kelembagaan ~ 43 3.1.2. Perkembangan Aset Perbankan ~ 44 3.2. Intermediasi Perbankan ~ 44 3.2.1. Perkembangan Dana Masyarakat ~ 44 3.2.2. Penyaluran Kredit ~ 45 3.2.3. Kredit UMKM ~ 48 3.3. Perbankan Syariah ~ 49 3.4. Perbankan BPR ~ 50
B.
Sistem Pembayaran~ 51
3.5. Aliran Uang Kartal Masuk (Inflow) dan Keluar (Outflow) ~ 51 3.6. Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) ~ 52 3.7. Perkembangan Kliring dan RTGS ~ 53 3.7.1. Perkembangan RTGS ~ 53 3.7.2. Perkembangan Kliring ~ 54
BAB 4
PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH ~ 55 4.1. Pendapatan Daerah ~ 55 4.2. Belanja Daerah dan Transfer ~ 55
BAB 5
KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN ~ 57 5.1. Ketenagakerjaan ~ 57 5.2. Kesejahteraan ~ 58 5.2.1. Nilai Tukar Petani ~ 58 5.2.2. Jumlah Penduduk Miskin ~ 60 5.3. Ketersediaan Lapangan Kerja (Survei Konsumen) ~ 61
BAB 6
OUTLOOK KONDISI EKONOMI DAN INFLASI ~ 63 6.1. Outlook Kondisi Makroregional ~ 64 6.2. Outlook Inflasi ~ 67 6.3. Prospek Perbankan ~ 68
LAMPIRAN ~ 71
vi
Triwulan I - 2012
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Daftar Grafik Laju Pertumbuhan PDRB ~ 7 Prompt Indikator Kinerja Investasi ~ 9 Prompt Indikator Kinerja Konsumsi ~ 10 Prompt Indikator Kinerja Ekspor ~ 12 Prompt Indikator Kinerja Impor ~ 14 Prompt Indikator Kinerja Sektor Pertanian~ 16 Prompt Indikator Kinerja Sektor Perdagangan-Hotel Restauran~ 17 Prompt Indikator Kinerja Sektor Keuangan-Persewaan-Jasa Perusahaan ~ 19 Prompt Indikator Kinerja Industri Pengolahan ~ 20 Prompt Indikator Kinerja Sektor Angkutan-Komunikasi ~ 21 Prompt Indikator Kinerja Sektor Bangunan ~ 22 Prompt Indikator Kinerja Sektor Listrik-Gas-Air Bersih ~ 23 Prompt Indikator Kinerja Sektor Industri Pengolahan~ 24
Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik
1.1. 1.2. 1.3. 1.4. 1.5. 1.6. 1.7. 1.8. 1.9. 1.10. 1.11. 1.12. 1.13.
Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik
Perkembangan Inflasi Sulawesi Selatan~ 25 Perkembangan Inflasi Kelompok Sandang ~ 26 Perkembangan Harga Internasioanal: Komoditas Emas~ 26 Perkembangan Indeks Penjualan Eceran Kel. Pakaian dan Perlengkapan~ 26 Perkembangan Inflasi Kelompok Sandang (%;qtq)~ 27 Perkembangan Inflasi Kelompok Kesehatan ~ 27 Perkembangan Indeks Penjualan Eceran Kel.Farmasi~ 27 Perkembangan Inflasi Kelompok Kesehatan (%;qtq)~ 28 Perkembangan Inflasi Kel. Listrik-Air-Bahan Bakar ~ 28 Perkembangan Inflasi Kel. Perumahan-Air-Listrik-Bhn Bakar (%; qtq)~ 29 Perkembangan Harga Beberapa Komoditi dalam Kel. Perlengkapan Rumah Tangga Lainnya~ 29 2.12. Perkembangan Inflasi Kelompok Bahan Makanan Sulawesi Selatan ~ 30 2.13. Perkembangan Harga Beberapa Komoditi dalam Kel. Bahan Makanan Hasil SPH di Makassar ~ 30 2.14. Perkembangan Haraga CPO Internasional~ 31 2.15. Perkembangan Inflasi Kelompok Bahan Makanan ~ 31 2.16. Perkembangan Inflasi Kelompok Pendidikan-Rekreasi-Olahraga (%;qtq)~ 32 2.17. Perkembangan Inflasi Kelompok Pendidikan-Rekreasi-Olahraga ~32 2.18. Perkembangan Inflasi Kel. Makanan Jadi-Minuman-Rokok-Tembakau ~ 33 2.19. Perkembangan Inflasi Kel. Makanan Jadi-Minuman-Rokok-Tembakau (%; qtq)~ 33 2.20. Perkembangan Harga Beberapa Komoditi dalam Kelompok Makanan Jadirokok Hasil SPH di Makassar ~34 2.21. Perkembangan Indeks Penjualan Eceran Kel. Makanan dan Tembakau ~34 2.22. Perkembangan Inflasi Kelompok Transportasi ~ 35 2.23. Perkembangan Inflasi Kelompok Transportasi-Komunikasi-Jasa Keuangan Sulawesi Selatan (%; qtq) ~35 2.24. Perkembangan Rata-rata Harga Minyak Dunia ~ 36 2.25. Perkembangan Indeks Penjualan Eceran Kel. Suku Cadang & Aksesori ~ 36 2.26. Perkembangan Inflasi 4 (Empat) Kota di Sulawesi Selatan ~ 37 2.28. Sumbangan Inflasi Inti, Administered, dan Volatile ~ 39 2.29. Pertumbuhan Inflasi Inti, Administered, dan Volatile ~ 39
Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik
2.1. 2.2. 2.3. 2.4. 2.5. 2.6. 2.7. 2.8. 2.9. 2.10. 2.11.
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan I - 2012
vii
Grafik Grafik Grafik
3.1. 3.2. 3.3.
Grafik Grafik Grafik
3.3. 3.5. 3.6.
Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik
3.7. 3.8. 3.9. 3.10. 3.11. 3.12. 3.13. 3.14. 3.15. 3.16.
Perkembangan Indeks Ekspektasi Konsumen ~ 46 Perkembangan Indeks Penghasilan 6 bln y.a.d ~ 46 Pangsa Kredit/Pembayaran Bank Umum Per Jenis Penggunaan Tw. IV-2011 ~ 46 Pangsa Kredit/Pembayaran Bank Umum Per Jenis Sektor Tw. Iv-2011 ~ 46 NPLs Per Sektor Ekonomi Triwulan IV-2011~ 48 Pangsa Kredit/Pembiayaan MKM Bank Umum Per Sektor Ekonomi Tw. IV2011~ 48 Perkembangan Aset BPR/S~ 50 Perkembangan DPK, Kredit & LDR BPR/S~ 50 Aliran Uang Kartal Masuk (Inflow)~ 51 Aliran Uang Kartal Keluar(Outflow)~ 51 Aliran Uang Kartal Masuk-Keluar(Net Inflow)~ 51 Pemberian Tanda Tidak berharga dan Inflow ~ 52 Temuan Uang Palsu ~ 53 Transakai RTGS-Total Transaksi ~ 53 Transakai RTGS-Incoming ~ 54 Transakai RTGS-Outgoing~ 54
Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik
5.1. 5.2. 5.3. 5.4. 5.5. 5.6. 5.7. 5.8.
Tenaga Kerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama ~ 58 Perkembangan Rata-rata Nilai Tukar Petani ~ 59 Perkembangan Rata-rata Indeks Yang Diterima Petani ~ 59 Perkembangan Rata-rata Indeks Yang Dibayar Petani ~ 59 Jumlah Penduduk Miskin Sulawesi Selatan ~ 60 Persentase Jumlah Penduduk Miskin se-Sulampua per Maret 2011 ~ 61 Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja Saat Ini ~ 61 Indeks Penghasilan Saat ini Dibandingkan 6 Yang Lalu ~ 61
Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik
6.1. 6.2. 6.3. 6.4. 6.5. 6.6. 6.7. 6.8. 6.9. 6.10. 6.11.
Perkembangan Indeks Ekspektasi Konsumen ~ 64 Indeks PDRB SUlsel (yoy) dan Proyeksinya~ 64 Perkembangan Indeks Kondisi Ekonomi 6 bulan y.a.d ~ 65 Perkembangan Indeks Ekspektasi Penghasilan Konsumen 6 bulan y.a.d ~ 65 Perkembangan Indeks Ketersediaan Lapangan Pekerjaan 6 bulan y.a.d ~ 66 Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Terhadap USD ~ 66 Vol. Impor Luar Negeri Intermediate Goods ~ 66 Perkembangan Laju Inflasi Tahunan Sulsel dan Proyeksinya ~ 68 Indeks Ekspektasi Terhadap Harga-harga dalam 3 bulan y.a.d ~ 68 Perkembangan Indeks Ekspektasi Konsumen ~ 68 Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Terhadap USD ~ 68
viii
Triwulan I - 2012
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Daftar Tabel Tabel 1.1. Tabel 1.2.
Perkembangan PDRB Riil : Permintaan Daerah (yoy) ~ 8 Perkembangan PDRB Riil : Penawaran Daerah (yoy) ~ 15
Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel
2.1. 2.2. 2.3. 2.4. 2.5. 2.6. 2.7. 2.8. 2.8.
Inflasi Kelompok Barang dan Jasa (%, yoy) ~ 25 Inflasi Per-Sub Kelompok Sandang ~ 26 Inflasi Per-Sub Kelompok Kesehatan ~ 27 Inflasi Per-Sub Kelompok Perumahan-Air-Listrik-Bahan Bakar ~ 28 Inflasi Per-Sub Kelompok Bahan Makanan ~ 30 Inflasi Per-Sub Kelompok Pendidikan-Rekreasi-Olahraga~ 32 Inflasi Per-Sub Kelompok Makanan Jadi-Minuman-Rokok-Tembakau ~ 33 Inflasi Per-Sub Kelompok Transpor-Komunikasi-Jasa Keuangan~ 35 Sumbangan Inflasi 4 (Empat) Kota di Sulawesi Selatan ~ 37
Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel
3.1. 3.2. 3.3. 3.4. 3.5. 3.6. 3.7.
Perkembangan Kelembagaan Bank Umum Sulawesi Selatan ~ 43 Aset Bank Umum Berdasarkan Kelompok Bank ~ 44 Penghimpunan Dana dan Penyaluran Kredit/Pembiayaan Bank Umum ~ 45 Penyaluran Kredit /Pembiayaan Bank Umum Per Jenis Penggunaan~ 45 Pertumbuhan Tahunan Kredit/Pembiayaan Per Sektor Ekonomi ~ 47 Perkembangan NPLs Net dan Gross Bank Umum ~ 47 Pertumbuhan Kredit/Pembiayaan Mikro, Kecil dan Menengah (MKM) Bank Umum (y.o.y) ~ 49 Perkembangan Bank Umum Syariah ~ 49 Perputaran Kliring dan Cek/BG Kosong ~ 54
Tabel 3.8. Tabel 3.9. Tabel 4.1.
Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Sampai Dengan Semester II-2010~ 56
Tabel 5.1.
Penduduk Usia 15+ Menurut Kegiatan Utama ~ 57
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan I - 2012
ix
Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank
x
Triwulan I - 2012
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Perekonomian Sulawesi Selatan (Sulsel) pada triwulan I-2012 tumbuh cukup baik sebesar 6,25% (y.o.y), meski melambat dibandingkan triwulan I-2011 (7,38%), namun lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 6,16%. Pertumbuhan ekonomi Sulsel pada triwulan laporan sedikit di bawah pertumbuhan nasional yang sebesar 6,30% (y.o.y). Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi Sulsel terutama masih didukung oleh kinerja investasi dan konsumsi. Sementara dari sisi penawaran (sektoral), kinerja perekonomian Sulsel didorong oleh sektor industri pengolahan, sektor perdagangan-hotelrestauran, sektor angkutan-komunikasi dan sektor konstruksi.
Asesmen Inflasi Laju inflasi tahunan Sulsel pada triwulan I-2012, masih sejalan dengan arah proyeksi inflasi (3,85%; yoy) yang diperkirakan meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Inflasi pada triwulan I-2012 sebesar 4,06% (yoy), lebih tinggi dari triwulan IV2011 sebesar 2,88% (yoy) namun lebih rendah dibandingkan triwulan I-2011 sebesar 6,33% (yoy). Selanjutnya, inflasi tahunan Sulsel tercatat lebih rendah dibandingkan inflasi Nasional sebesar 3,97% (yoy).
Asesmen Perbankan dan Sistem Pembayaran Secara umum, kinerja perbankan Sulsel pada triwulan I-2012 masih tumbuh pada level yang tinggi. Indikator perbankan seperti total aset, kredit dan Dana Pihak Ketiga (DPK) meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Pertumbuhan total aset didorong oleh peningkatan kredit dan DPK. Sementara peningkatan LDR perbankan Sulsel disebabkan oleh pertumbuhan kredit melebihi pertumbuhan DPK. Kualitas kredit masih terjaga dengan baik, tercermin dari level Non Performing Loans (NPLs) Bank Umum pada triwulan laporan secara gross tercatat sebesar 2,82%, masih berada dibawah batas aman 5,00%. Perbankan Syariah Sulsel pada triwulan I-2012 juga menunjukkan perkembangan semakin meningkat melebihi pertumbuhan bank umum konvensional Sulsel baik pada sisi pembiayaan maupun DPK.
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan I - 2012
1
Sementara itu, perkembangan aliran uang kartal di Sulsel menunjukkan net inflow, dimana aliran uang masuk ke dalam Bank Indonesia (inflow) melebihi aliran uang keluar dari Bank Indonesia (outflow). Perkembangan aliran uang kartal tersebut berlawanan dengan kondisi triwulan VI-2011, yang menunjukkan net outflow sebesar Rp0,11 triliun (grafik 3.11). Kondisi net inflow pada triwulan laporan karena faktor musiman sejalan dengan menurunnya kebutuhan uang kartal karena berakhirnya kegiatan perayaan libur Natal dan Tahun Baru, dan liburan anak sekolah. Di sisi lain, jumlah uang kartal dengan kondisi tidak layak edar yang telah dibukukan sebagai PTTB tercatat sebesar Rp0,89 triliun, tercatat menurun dibandingkan PTTB pada triwulan VI-2011. Perkembangan uang kartal pada triwulan I–2012 menunjukkan net inflow, dimana aliran uang masuk ke dalam Bank Indonesia (inflow) melebihi aliran uang keluar dari Bank Indonesia (outflow). Perkembangan aliran uang kartal tersebut berlawanan dengan kondisi triwulan VI-2011, yang menunjukkan net outflow sebesar Rp0,11 triliun (grafik 3.11). Kondisi net inflow pada triwulan laporan karena faktor musiman sejalan dengan menurunnya kebutuhan uang kartal karena berakhirnya kegiatan perayaan libur Natal dan Tahun Baru, dan liburan anak sekolah. Dari sisi transaksi non-tunai, nilai transaksi BI-RTGS Sulsel hingga akhir triwulan I-2012 sebesar Rp41,8 triliun atau tumbuh sebesar 40,0% (y.o.y) dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada sisi lain, pertumbuhan kliring pada triwulan triwulan I-2012 menunjukkan penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu dari 14,52% pada triwulan VI-2011.
Asesmen Keuangan Daerah Pertumbuhan ekonomi Sulsel tahun 2011 yang cukup tinggi memberikan dampak positif pada keuangan daerah, yang tercermin dari meningkatnya target anggaran pendapatan dan belanja daerah Provinsi Sulsel tahun 2012 dibandingkan tahun sebelumnya. Kinerja keuangan Pemerintah Propinsi Sulsel sampai dengan triwulan I-2012 menunjukkan perkembangan yang cukup baik apabila dibandingkan triwulan yang sama tahun 2011. Pada sisi penerimaan, realisasi jumlah pendapatan sebesar 24,13% pada triwulan I-2012. Meski demikian, realisasi belanja daerah relatif belum optimum dengan capaian realisasi masih sebesar 15,22%.
Asesmen Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Daya serap perekonomian Sulawesi Selatan hingga Februari 2012 terhadap angkatan kerja cukup baik, sebagaimana terlihat dari Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) pada
2
Triwulan I - 2012
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Februari 2012 (64,6%) yang masih cukup tinggi. Sejalan dengan itu, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Sulawesi Selatan tercatat mengalami penurunan sebesar 0,2%, dari 6,7% pada Februari 2012 menjadi 6,5% pada Februari 2011. Selain itu, pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan masih memberikan kontribusi positif pada tingkat kesejahteraan petani yang tercermin dari Nilai Tukar Petani (NTP), yang masih tumbuh positif meski relatif melambat pada triwulan laporan. Rata-rata pertumbuhan NTP Sulawesi Selatan pada triwulan I-2012 tercatat tumbuh sebesar 2,85% (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan NTP pada triwulan sebelumnya yang tumbuh 5,25% (yoy).
Prospek Ekonomi Triwulan II-2012 Berdasarkan perkembangan ekonomi daerah Sulawesi Selatan pada tahun 2012 serta faktor-faktor yang mempengaruhinya, pada triwulan II-2012 perekonomian Sulawesi Selatan diperkirakan masih tumbuh cukup baik. Pada sisi permintaan, pertumbuhan pada triwulan II-2012 terutama akan didukung oleh pertumbuhan konsumsi rumah tanggaswasta-pemerintah dan investasi, sejalan dengan proyeksi masih tingginya aktivitas perekonomian Sulsel. Pada sisi ekspor-impor, kinerja net ekspor Sulsel diperkirakan masih akan tertahan meski diperkirakan lebih baik dari periode sebelumnya. Pada sisi penawaran, dorongan pertumbuhan yang cukup besar diperkirakan berasal dari kinerja sektor pertambangan, sektor perdagangan-hotel-restauran dan sektor industri. Pada triwulan II-2012, laju inflasi tahunan diperkirakan akan meningkat dibandingkan triwulan I-2012. Tekanan inflasi pada triwulan II-2012 diperkirakan bersumber dari peningkatan inflasi volatile food dan inflasi inti. Tekanan administered inflasi diperkirakan cukup besar akibat ekspektasi inflasi yang cenderung meningkat sejalan dengan rencana perubahan kebijakan pemerintah terkait dengan harga beberapa komoditas strategis. Kinerja perbankan di Sulsel pada triwulan II-2012 diperkirakan masih tetap tumbuh positif. Intermediasi perbankan diprediksi masih tumbuh cukup baik sejalan dengan optimisme prospek perekonomian Sulsel yang cukup baik pada 2012. Selain prospek ekonomi yang cukup baik, tren penurunan suku bunga meskipun pada level yang rendah diperkirakan akan mendorong permintaan kredit yang lebih besar. Hal tersebut menyebabkan kinerja perbankan Sulsel diperkirakan masih akan mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi, baik dari aset, penyaluran kredit, Dana Pihak Ketiga (DPK) termasuk Loan to Deposit Ratio (LDR).
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan I - 2012
3
Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank
4
Triwulan I - 2012
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
INDIKATOR EKONOMI DAN PERBANKAN TRIWULAN PROPINSI SULAWESI SELATAN a.
INFLASI dan PDRB INDIKATOR
2010
2011
2012
4
1
2
3
1
126.75 125.27 127.11 122.80 143.34 128.22 128.70 127.61 127.59 126.78
127.70 126.91 127.14 123.97 141.35 126.62 131.90 130.61 129.63 127.41
128.50 125.09 128.43 125.03 143.74 133.69 130.99 132.76 130.74 129.17
129.87 125.03 130.79 125.38 144.65 132.65 132.18 138.21 132.64 130.62
130.39 126.11 132.30 126.97 145.42 131.87 134.45 134.11 133.85 132.51
132.89 128.11 134.65 126.38 144.28 137.57 135.20 137.27 134.57 133.20
6.57 6.28 7.43 4.48 7.41 8.78 6.40 3.87 5.12 5.32
6.33 6.90 5.77 4.12 4.90 4.45 9.74 6.53 5.92 3.98
6.38 5.15 7.11 3.93 4.80 10.00 7.20 7.53 6.18 6.76
3.37 1.25 3.27 2.82 0.66 4.24 3.09 7.88 6.05 5.25
2.87 0.67 4.08 3.40 1.45 2.85 4.47 5.09 4.91 4.52
4.06 0.95 5.91 1.94 2.07 8.65 2.50 5.10 3.81 4.54
3,230.59 1,111.32 1,733.11 130.39 763.21 2,332.69 1,253.06 978.83 1,430.44
3,596.89 978.85 1,699.96 128.62 753.08 2,279.30 1,201.00 1,027.54 1,439.82
3,925.83 1,097.64 1,827.00 139.26 804.58 2,397.06 1,239.11 1,041.79 1,467.59
3,989.63 1,084.23 1,924.40 148.10 833.38 2,479.63 1,312.05 1,061.38 1,477.10
3,224.99 1,010.13 1,943.10 159.43 859.78 2,475.87 1,427.11 1,166.61 1,495.06
3,424.10 904.40 2,055.30 156.90 857.70 2,519.60 1,397.20 1,131.00 1,478.20
8.77
7.38
8.61
8.43
6.16
6.25
466.81 241.98 178.49 233.87
448.01 222.94 174.14 225.88
632.12 281.98 183.41 351.82
532.17 250.47 170.50 256.00
368.62
187.40 107.99 117.61 197.49
4
MAKRO Indeks Haga Konsumen - Sulawesi Selatan - Sulawesi Utara - Gorontalo - Papua - Papua Barat - Maluku - Sulawesi Tengah - Sulawesi Tenggara - Sulawesi Barat - Maluku Utara Laju Inflasi Tahunan (y.o.y;%) - Sulawesi Selatan - Sulawesi Utara - Gorontalo - Papua - Irian Jaya Barat - Maluku - Sulawesi Tengah - Sulawesi Tenggara - Sulawesi Barat - Maluku Utara PDRB - Harga Konstan (Miliar Rp) 1. Pertanian 2. Pertambangan dan Penggalian 3. Industri Pengolahan 4. Listrik, Gas, dan Air Bersih 5. Konstruksi/Bangunan 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 7. Angkutan dan Komunikasi 9. Keuangan, Persewaan dan Jasa 10. Jasa-jasa Pertumbuhan PDRB (y.o.y;%) Nilai Ekspor Non Migas (USD Juta) Volume Ekspor Non Migas (Ribu Ton) Nilai Impor Non Migas (USD Juta) Volume Impor Non Migas (Ribu Ton)
445.78 173.74 231.15
*) Sementara Catt : Per Trw.II-2008, penghitungan inflasi menggunakan tahun dasar 2007
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan I - 2012
5
LANJUTAN ... INDIKATOR EKONOMI DAN PERBANKAN TRIWULAN PROPINSI SULAWESI SELATAN B. PERBANKAN INDIKATOR
2011 1
2
2012 3
1
4
BANK UMUM : Total Aset (Rp. Miliar)
53,491
57,590
60,460
64,662
67,573
37,461.05 6,515.71 19,647.54 11,297.80
39,159.37 6,714.94 20,907.44 11,536.99
41,077.42 6,835.08 21,923.44 12,318.91
45,722.22 6,607.33 26,429.62 12,685.28
46,091.17 7,893.46 24,969.63 13,228.08
46,519.87 17,246.85 9,147.97 20,125.05 124.18%
50,084.59 18,799.07 10,027.45 21,258.07 127.90%
53,400.54 20,119.73 10,683.02 22,597.79 130.00%
56,978.79 22,031.87 11,324.36 23,622.56 124.62%
58,754.53 22,499.56 11,727.69 24,527.27 127.47%
46,519.87 498.92 339.16 3,700.81 419.63 2,869.88 11,994.85 1,040.09 1,932.32 1,684.90 22,039.30
50,084.59 691.61 417.55 3,971.28 283.72 2,915.15 13,682.69 1,267.20 2,295.68 1,591.33 22,968.38
53,400.54 782.15 478.44 4,056.51 374.41 3,123.11 14,257.13 1,425.98 2,722.41 1,650.43 24,529.98
56,978.79 852.94 563.09 4,898.50 361.61 3,127.32 15,461.53 1,743.21 3,045.85 1,565.29 25,359.45
58,754.53 883.04 567.89 4,842.46 379.41 3,148.22 15,854.08 1,827.57 3,171.24 1,583.49 26,497.14
Kredit UMKM (Rp. Miliar)
15,199.94
15,753.23
16,713.45
17,985.10
18,011.34
Kredit Mikro* (Rp. Miliar)
2,279.30 1,965.22 314.08 -
2,830.81 2,467.18 363.64 -
3,117.38 2,768.45 348.93 -
3,486.35 3,082.21 404.13 -
3,539.65 3,132.26 407.39 -
7,834.56 5,122.02 2,482.85 229.69
8,338.30 5,282.13 3,056.17 -
8,295.29 5,149.41 3,145.87 -
8,573.14 5,391.16 3,181.98 -
8,718.14 5,505.91 3,212.23 -
5,086.08 4,000.27 1,085.81 -
4,584.12 3,696.88 887.24 -
5,300.78 4,278.79 1,021.99 -
5,925.62 4,760.83 1,164.79 -
5,753.55 4,638.19 1,115.37 -
NPL Total gross (%)
3.25%
3.36%
3.22%
2.63%
2.82%
NPL UMKM gross (%)
4.82%
5.43%
4.96%
3.80%
4.20%
D P K (Rp. Miliar) Giro Tabungan Deposito
Kredit - dsr. Lokasi Proyek (Rp. Miliar) - Modal Kerja - Investasi - Konsumsi
LDR Kredit - dsr. Lokasi Proyek (Rp. Miliar) -
Pertanian
Pertambangan Industri pengolahan Listrik,Gas dan Air Konstruksi Perdagangan Pengangkutan Jasa Dunia Usaha Jasa Sosial Masyarakat Lain-lain
- Modal Kerja - Investasi - Konsumsi
Kredit Kecil ** (Rp. Miliar) - Modal Kerja - Investasi - Konsumsi
Kredit Menengah *** (Rp. Miliar) - Modal Kerja - Investasi - Konsumsi
BANK UMUM SYARIAH Total Aset (Rp. Miliar)
1,994.61
2,378.58
2,927.33
3,138.84
3,376.67
D P K (Rp. Miliar)
1,253.51 162.30 544.78 546.43
1,289.01 153.40 569.44 566.17
1,398.57 165.40 648.90 584.27
1,661.65 218.10 763.10 680.45
1,581.29 197.24 757.83 626.22
2,357.99 790.24 353.25 1,214.50 188.11%
2,656.38 762.31 352.14 1,541.93 206.10%
2,876.48 692.88 404.19 1,779.40 205.67%
3,088.84 798.51 431.88 1,858.46 185.89%
3,268.49 892.36 427.84 1,948.28 206.70%
Giro Tabungan Deposito
Pembiayaan - dsr. Lokasi Proyek (Rp. Miliar) - Modal Kerja - Investasi - Konsumsi
FDR Catt. * (
6
Triwulan I - 2012
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Bab 1
Perkembangan Kondisi Makroekonomi
Perekonomian Sulawesi Selatan (Sulsel) pada triwulan I-2012 tumbuh cukup baik sebesar 6,25% (y.o.y), meski melambat dibandingkan triwulan I-2011 (7,38%), namun lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 6,16%1. Pertumbuhan ekonomi Sulsel pada triwulan laporan sedikit di bawah pertumbuhan nasional yang sebesar 6,30% (y.o.y). Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi Sulsel terutama masih didukung oleh kinerja investasi dan konsumsi. Sementara dari sisi penawaran (sektoral), kinerja perekonomian Sulsel didorong oleh sektor industri pengolahan, sektor perdagangan-hotelrestauran, sektor angkutan-komunikasi dan sektor konstruksi. Grafik 1.1. Laju Pertumbuhan PDRB 10% y.o.y Sulsel 6.25%
9%
y.o.y Nas
8%
6.30%
7% 6% 5% 4% 3% 2% 1%
Sumber : BPS, diolah
0% 1
2
3
4
1
2
2009
3 2010
4
1
2
3 2011
4*
1** 2012
1.1 Permintaan Daerah Pada triwulan I-2012, secara umum seluruh komponen permintaan mengalami pertumbuhan positif, kecuali net ekspor yang masih mengalami pertumbuhan negatif. Kegiatan investasi masih menjadi faktor utama pendorong pertumbuhan ekonomi Sulsel. Sejak triwulan II-2011, peran kinerja investasi lebih dominan dalam memberikan sumbangan terhadap pertumbuhan perekonomian Sulsel menggeser peran konsumsi. Pertumbuhan investasi pada triwulan I-2012 tercatat sangat tinggi sebesar 28,01% (y.o.y), sehingga 1
Sumber: Badan Pusat Statistik Sulawesi Selatan
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan I - 2012
1
memberikan sumbangan paling besar yaitu 6,24%. Selain itu, konsumsi juga tumbuh cukup tinggi pada triwulan laporan yaitu sebesar 7,16% (y.o.y) atau lebih besar dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 5,75% (y.o.y). Sejalan dengan itu, sumbangan konsumsi terhadap pertumbuhan pada triwulan laporan juga meningkat dari 4,02% menjadi 4,89%. Kegiatan perdagangan eksternal baik antar negara maupun antar daerah perlu mendapatkan perhatian karena pertumbuhan ekspor dan impor masih mengalami kontraksi meski
relatif
membaik
dibandingkan
periode
sebelumnya.
Hal
ini
menyebabkan
pertumbuhan net ekspor terkontraksi 51,52% (yoy) pada triwulan I-2012 dan memberikan sumbangan yang negatif terhadap pertumbuhan sebesar -4,87%. Tabel 1.1. Perkembangan PDRB Riil : Permintaan Daerah (y.o.y)
2012***
2011**
2010*
PERIODE
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Kons 6.19% 6.48% 5.63% 5.78% 4.65% 4.09% 4.83% 5.75% 7.16%
Inv 2.75% 9.64% 7.03% 6.62% 0.32% 18.50% 61.10% 29.19% 28.01%
PERTUMBUHAN (yoy) Eks Imp Net Eksim 90.54% 98.08% 53.35% 57.06% 67.22% 29.55% 62.70% 90.42% 20.28% 18.27% 13.36% 54.53% 6.88% -2.43% 66.18% 9.38% 6.94% 17.91% -4.55% 15.90% -54.07% -22.45% -16.92% -52.38% -17.12% -7.93% -51.52%
TOTAL 7.35% 9.04% 7.58% 8.77% 7.38% 8.61% 8.43% 6.16% 6.25%
Kons 4.38% 4.53% 3.88% 4.16% 3.26% 2.79% 3.27% 4.02% 4.89%
Inv 0.69% 2.13% 1.39% 1.48% 0.08% 4.11% 12.05% 6.40% 6.24%
SUMBANGAN (yoy) Eks Imp Net Eksim TOTAL 22.98% 20.70% 2.28% 7.35% 17.04% 14.66% 2.38% 9.04% 18.05% 15.75% 2.31% 7.58% 8.77% 5.65% 3.13% 8.77% 3.10% -0.95% 4.05% 7.38% 4.03% 2.32% 1.71% 8.61% -1.98% 4.90% -6.88% 8.43% -11.72% -7.45% -4.27% 6.16% -7.68% -2.81% -4.87% 6.25%
Sumber : BPS & Proyeksi BI Note: Investasi merupakan penggabungan antara PMTB dan perubahan inventori * Angka Sementara, ** Angka Sangat Sementara & *** Angka Sangat Sangat Sementara
1.1.1. Investasi Investasi menjadi penyumbang terbesar pada sisi permintaan yaitu 6,24% dari total pertumbuhan Sulsel pada periode laporan 6,25%. Kinerja investasi pada triwulan laporan tumbuh cukup tinggi yaitu sebesar 28,01% (y.o.y), namun relatif melambat dibandingkan triwulan IV-2011 sebesar 29,19% (y.o.y), meskipun masih lebih tinggi dibandingkan triwulan I-2011 sebesar 0,32% (y.o.y). Pertumbuhan investasi di Sulsel pada triwulan ini masih lebih banyak didorong oleh lanjutan realisasi proyek-proyek infrastruktur swasta, seperti penyelesaian Tonasa V, pembangunan megaproyek di kawasan Centre Point of Indonesia (CPI) dan pembangunan Grand Rindra Hotel di sekitar Celebes Convention Centre (CCC). Selain itu juga terdapat proyek-proyek lanjutan pembangkit listrik, seperti proyek pembangunan PLTU Bosowa, Jeneponto dan PLTA Poso. Meski demikian, realisasi investasi di sektor pemerintah pada awal tahun masih belum optimal, yang tercermin pada realisasi
2
Triwulan I - 2012
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
belanja modal Pemda baru mencapai 1,11% pada triwulan I-2011 (lihat Bab Keuangan Daerah). Perkembangan investasi yang cukup tinggi tersebut juga tercermin dari pemakaian listrik dari sektor industri (grafik 1.2.3) dan bisnis (grafik 1.2.4) yang cukup tinggi dan tumbuh meningkat pada triwulan laporan. Namun demikian, pertumbuhan investasi yang relatif tinggi tersebut masih belum optimal yang ditandai relatif tertahannya pengadaan semen (grafik 1.2.1) dan volume impor capital goods (grafik 1.2.2). Sebagaimana diketahui ekspektasi kenaikan biaya BBM pada April 2012 telah mendorong kenaikan biaya semen pada triwulan I-2012. Grafik 1.2. Prompt Indikator Kinerja Investasi Grafik 1.2.1. Realisasi Pengadaan Semen 700
Sulsel
Grafik 1.2.2. Volume Impor Capital Goods
Sumber : ASI * : Sementara
y.o.y
50%
600
40%
500
30%
400
20%
300
10%
200
0%
100
-10%
30
2
3
4
1
2
2009
3
4
1
2010
2
3
4
2011
500% 400% 300%
10
100%
200% 0%
5
-100%
-
2012
-200% 1
2
20%
-10% -20% -30% -40% -50% 3
4
1
2009
2
3
2010
4
1
2
3
2011
4
4
1
2009
2
3
4
1
2
2010
1 2012
Bisnis
210 190 170 150 130 110 90 70 50 30 10
Juta GW H
Juta GWH
30%
0%
2
3
3
4**
1*
2011
2012
Grafik 1.2.4. Konsumsi Listrik Sektor Bisnis
10%
1
700%
15
1*
Sbr : PLN Divre VII * Sementara
Industri y.o.y
800% 600%
Grafik 1.2.3. Konsumsi Listrik Sektor Industri 195 175 155 135 115 95 75 55 35 15
900%
20
-20% 1
Capital Goods
y.o.y
* Sementara Smb : Cognos - BI
25
Juta Kg
Rib uan Ton
0
Capital Goods
35
1
2
3
2009
Sbr : PLN Divre VII * Sementara
y.o.y
4
1
2
3
2010
4
1
2
3
4
2011
40% 30% 20% 10% 0% -10% -20% -30% -40%
1 2012
1.1.2. Konsumsi Konsumsi memberikan sumbangan terbesar kedua yaitu sebesar 4,89% dari total pertumbuhan Sulsel pada periode laporan. Kinerja konsumsi pada triwulan laporan sebesar 7,16% (y.o.y) membaik dibandingkan triwulan IV-2011 sebesar 5,75% (y.o.y), dan triwulan I2011 sebesar 4,65 % (y.o.y). Pertumbuhan konsumsi yang meningkat tersebut dipengaruhi
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan I - 2012
3
oleh peningktan pertumbuhan konsumsi rumah tangga. Kemudian dari sisi pemerintah, realisasi anggaran pemerintah yang pada triwulan I-2012 juga menunjukkan kinerja yang sangat baik dengan pertumbuhan sebesar 10,74% (y.o.y). Meski pada triwulan I-2012 realisasi belanja pemerintah baru mencapai sebesar Rp0,73 triliun atau 15,22% dari total anggaran Rp4,77 triliun, namun realisasi pertumbuhan tahunan belanja pemerintah mencapai 163,07% (lihat Bab Keuangan Daerah). Pertumbuhan konsumsi yang cukup baik tersebut, didukung pula oleh hasil survei konsumen Bank Indonesia Makassar, dimana Indeks Keyakinan Konsumen pada triwulan laporan masih memiliki optimisme yang tinggi meski sedikit menurun dibandingkan triwulan IV-2011 (grafik 1.3.1).
Grafik 1.3. Prompt Indikator Kinerja Konsumsi Grafik 1.3.1. Indeks Keyakinan Konsumen 25%
140
20%
120
15%
100
10%
80
5%
60
0%
40
-5%
20
-10%
0
-15% 1
2
3
4
1
2009
2
3
4
1
2010
2
3
4
2011
1 2012
195 175 155 135 115 95 75 55 35 15
Juta GW H
4
1
2
3
2009
Sbr : PLN Divre VII * Sementara
y.o.y
4
1
2
3
2010
Triwulan I - 2012
4
1
2
3
2011
4
20% 0% -10% -20% -30% -40% -50%
1
2
3
4
1
2
2009
3
4
1
2010
2
3
4
2011
1 2012
Grafik 1.3.4. Volume Impor Consumers Goods
1 2012
40% 30% 20% 10% 0% -10% -20% -30% -40%
Consumer Goods
70
y.o.y
3000%
60
Consumer Goods
2500%
50
* Sementara Smb : Cognos - BI
2000%
40
1500%
30
1000%
20
500%
10
0%
-
-500%
Ju ta Kg
Bisnis
30% 10%
Grafik 1.3.3. Konsumsi Listrik Sektor Bisnis 210 190 170 150 130 110 90 70 50 30 10
Sbr : PLN Divre VII * Sementara
Industri y.o.y
Juta GW H
Smb : Survei Konsumen KBI Mks
Indeks Keyakinan Konsumen y.o.y
160
Grafik 1.3.2. Konsumsi Listrik Sektor Industri
1
2
3 2009
4
1
2
3 2010
4
1
2
3 2011
4**
1* 2012
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Grafik 1.3.5. Indeks Penj. Eceran Kel. Sk Cdg&Aksesoris Sk Cdg&Akssoris
160 140 120 100 80 60 40 20 0
30% 25% 20% 15% 10% 5% 0% -5% -10% -15% -20%
yoy
1
2
3
4
1
Smb : SPE 2009
2
3
4
1
2010
2
3
4
2011
Grafik 1.3.6. Indeks Penjualan Eceran Kel. Bahan Bakar
1
1
Smb : SPE
2012
Grafik 1.3.7. Indeks Penjualan Eceran Kel. Makanan, Minuman dan Tembakau Mkn-Minum&Tmbkau yoy
700 600 500 400 300 200 100 0 1
2
Smb : SPE
3
4
1
2009
2
3
1
2010
2
3
4
2011
100 98 96 94
2009
Prompt
1
2
3
4
2010
indikator
1
2
4
1
2
2010
3
4
2011
1 2012
250% 200% 150% 100% 50% 0% -50% -100%
50 0 2
3
4
1
2
2009
8% 7% 6% 5% 4% 3% 2% 1% 0% -1% -2% 4
2009
3
3
4
1
2
2010
3
4
2011
1 2012
Grafik 1.3.10. Indeks Penjualan Eceran Kel. Perlengkapan Rumah Tangga
102
3
2
100
2012
104
2
1
150
1
NTP y.o.y
1
4
Praltan&Kmunikasi Toko yoy
1
110 106
3
200
Grafik 1.3.9. Perkembangan Indeks Nilai Tukar Petani 108
2
80% 60% 40% 20% 0% -20% -40% -60%
Grafik 1.3.8. Indeks Penjualan Eceran Kel. Peralatan & Komunikasi Toko
80% 60% 40% 20% 0% -20% -40% -60%
4
Bhn Bkr Kndr yoy
90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
3
4
1*
2011
2012
yang
juga
Prlngkpan RT yoy
1,000 800
250% 200% 150%
600
100%
400
50%
200
0%
0
-50% 1
2
3
2009
menunjukkan
4
1
2
3
4
2010
peningkatan
1
2
3
2011
4
1 2012
konsumsi
adalah
perkembangan indeks penjualan eceran untuk kelompok bahan bakar, makanan-minumantembakau, peralatan komunikasi toko dan pelengkapan Rumah Tangga (grafik 1.3.6, 1.3.7, 1.3.8 dan 1.3.10) juga tumbuh meningkat dibandingkan triwulan IV-2011. Beberapa indikator lain yang ikut mendorong peningkatan konsumsi adalah pertumbuhan konsumsi listrik sektor industro (grafik 1.3.2) dan sektor bisnis (grafik 1.3.3) yang lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya. Di sisi lain, perkembangan volume impor consumer goods
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan I - 2012
5
(grafik 1.3.4) dan indeks Nilai Tukar Petani (grafik 1.3.9) cenderung menunjukan penurunan. Sementara, perkembangan indeks penjualan eceran kelompok suku cadang dan aksesoris (grafik 1.3.5) menunjukan pergerakan yang cenderung menurun sehubungan dengan rencana kenaikan BBM pada 1 April 2012.
1.1.3. Perdagangan Eksternal (Ekspor – Impor) Dari sisi perdagangan eksternal, kinerja net ekspor-impor Sulsel pada triwulan laporan masih mengalami kontraksi sebesar 51,52% (y.o.y), namun lebih baik dibandingkan triwulan IV-2011 yang mengalami kontraksi mencapai 52,38% (y.o.y). Pertumbuhan negatif net ekspor-impor pada triwulan laporan, terutama karena menurunnya volume ekspor antar negara dan antar pulau yang lebih besar dibandingkan periode sebelumnya. Di sisi lain, pertumbuhan impor antar negara dan antar pulau terkontraksi pada level yang lebih kecil (grafik 1.5.4), menyebabkan net ekspor-impor Sulsel masih terkontraksi pada periode laporan. Kinerja ekspor Sulsel terutama didorong oleh peningkatan ekspor beberapa komoditi Sulsel diataranya ikan-udang-kepiting, biji-bijian dan tanaman obat, garam, belerang, olahan makanan hewan serta kapur dan semen. Peningkatan ekspor komoditi tersebut juga sejalan dengan prompt yang menunjukkan peningkatan volume muat luar negeri via pelabuhan kenaikan (grafik 1.4.3). Namun demikian, peningkatan ekspor komoditi tersebut belum dapat mendorong ekspor Sulsel keluar dari kondisi kontraksi terutama masih tertahan dan menurunnya ekspor beberapa komoditas unggulan Sulsel pada Maret 2012, seperti kayu dan barang dari kayu, kakao, karet, buah-buahan, olahan ikan dan daging, serta nikel2 (grafik 1.4.5, grafik 1.4.6 dan grafik 1.4.7). Grafik 1.4. Prompt Indikator Kinerja Ekspor Grafik 1.4.1. Volume Ekspor Luar Negeri Non Migas Total EKSPOR NON MIGAS
TOTAL
y.o.y
Smb : Cognos - BI * Sementara
1
2
3
2008
4
1
2
3
4
1
2009
2
3
2010
4
1
2
3
2011
4 1* 2012
MUAT AP
50% 40% 30% 20% 10% 0% -10% -20% -30% -40% -50% -60%
0.6
Sumber : Pelindo IV * : Sementara
yoy
60%
0.5
40%
0.4
20%
0.3
0%
0.2
-20%
0.1
-40%
0.0 Rib u To n
Ribu Ton
450 400 350 300 250 200 150 100 50 -
Grafik 1.4.2. Volume Muat Dalam Neg. via Pelabuhan
-60% 1
2
3 2009
4
1
2
3 2010
4
1
2
3 2011
4
1 2012
2
Tribun News, Maret, Ekspor Sulsel Menurun, http://www.tribunnews.com/2012/05/01/maret-ekspor-sulselmenurun, 1 Mei 2012.
6
Triwulan I - 2012
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Grafik 1.4.3. Volume Muat Luar Negeri via Pelabuhan 0.2
MUAT LN
0.1
yoy
Grafik 1.4.4. Volume Ekspor Luar Negeri Ikan, Udang, Kerang dan lain-lain 80%
Sumber : Pelindo IV * : Sementara
60%
0.1
40%
5
0.1
20%
4
0.1
0%
3
0.1
-20%
2
0.0
-40%
0.0
-60%
0.0
-80% 3
4
1
2
2009
3
4
1
2
2010
3
4
2011
1 2012
1
2
100%
0% -50% -100%
Ribu Ton
2
3
4
1
2008
2
3
4
1
2009
2
3
4
1
2010
2 3* 4**
90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
Smb : Cognos - BI * Sementara
TOTAL y.o.y
14 12 10 8 6 4 2
Ribu Ton
1
2
3
2008
4
1
2
3
2009
4
1
2
3
2010
2
3
4
1
2009
Total
1
2011
2
3
4
4
1
1
2
2010
3
4 1*
2011
2012
2 3* 4** 2011
2
3
Smb : Cognos - BI * Sementara
y.o.y
4
1
2009
Grafik 1.4.7. Volume Ekspor Luar Negeri Kayu Olahan BARANG2 KAYU & GABUS
1
Volume Ekspor Nikel 150%
TOTAL y.o.y
50%
1
4
Grafik 1.4.6. Volume Ekspor Luar Negeri Komoditas Nikel
KOPI, TEH, KAKAO & SEJENISNYA Smb : Cognos - BI * Sementara
3
2008
Grafik 1.4.5. Volume Ekspor Luar Negeri Kopi, Teh, Kakao dan Sejenisnya 90 80 70 60 50 40 30 20 10 -
20% 15% 10% 5% 0% -5% -10% -15% -20% -25%
Smb : Cognos - BI * Sementara
1
Ribu Ton
2
Ribu To n
1
TOTAL y.o.y
IKAN, UDANG, KERANG, DLL
6
2
3
4
1
2
2010
3
1400% 1200% 1000% 800% 600% 400% 200% 0% -200% -400%
4
1*
2011
2012
Grafik 1.4.8. Nilai Tukar Rupiah Terhadap USD 9,500
20.0%
Rata-rata Kurs Tengah
60%
9,000
40%
8,500
15.0% 10.0%
20%
8,000
5.0% 0.0%
0%
7,500
-20%
7,000
-5.0%
-40%
6,500
-10.0%
-60%
6,000
-15.0% 1
2 2009
3
4
1
2
3
2010
4
1
2
3
2011
4
1 2012
Meski masih terkontraksi pada triwulan laporan, ekspor Sulsel mulai mengalami pertumbuhan karena meningkatnya kinerja perdagangan antar pulau (ekspor antar pulau), yang tercermin dari meningkat aktivitas muat dalam negeri via pelabuhan (grafik 1.4.2). Kondisi yang sama juga terjadi pada aktivias impor meski membaik namun masih mengalami kontraksi. Hal tersebut karena relatif meningkatnya permintaan terhadap consumer goods (grafik 1.5.3) dan intermediate goods (grafik 1.5.4), yang terindikasi dari
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan I - 2012
7
meningkatnya aktivitas bongkar via pelabuhan dari dalam negeri maupun luar negeri (grafik 1.5.5 dan 1.5.6). Sementara itu, belum optimalnya kinerja impor (masih terkontraksi) diduga masih terkait dengan relatif melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap USD (grafik 1.5.7) pada periode laporan dan juga sejalan dengan melambatnya perekonomian Sulsel pada periode laporan. Grafik 1.5. Prompt Indikator Kinerja Impor Grafik 1.5.1. Volume Impor Luar Negeri Capital Goods Capital Goods
35
Capital Goods
y.o.y
* Sementara Smb : Cognos - BI
30
900%
160
800%
140
700% 600%
25 20
500%
100
400%
80
300%
10
100%
40
0%
20
-100% 3
4
1
2
2009
3
4
1
2
3
2010
4
2011
Consumer Goods
y.o.y
3000%
Consumer Goods
2500%
50
* Sementara Smb : Cognos - BI
2000%
40
1500%
30
1000%
20
500%
10
0%
-
-500% 3
4
1
2
2009
3
4
1
2010
2
3
4
1
2011
2012
Grafik 1.5.5. Volume Bongkar Dalam Negeri via Pelabuhan BONGKAR AP yoy
1.2
Sumber : Pelindo IV * : Sementara
1.0 0.8 0.6
0.2 0.0
Rib u To n
3 2009
4
1
2
3 2010
Triwulan I - 2012
4
1
2
3 2011
4
250
4
1
2
3
4
1
2010
2
3
4
2011
1 2012
Intermediate Goods
y.o.y
60% 50%
* Sementara Smb : Cognos - BI
40% 30% 20%
150
10%
100
-10%
0% -20%
50
-30%
-
-40% 1
2
3
4
1
2
2009
3
4
1
2
2010
3
4
2011
1 2012
Grafik 1.5.6. Volume Bongkar Luar Negeri via Pelabuhan BONGKAR LN
Sumber : Pelindo IV * : Sementara
yoy
100% 80%
0.4
60%
0.3
40%
0.3
20%
0.2
0%
0.2
-40%
0.1
-20%
-60%
0.1
-40%
-80%
0.0
1 2012
3
200
0.4
-20%
0.4
300
60%
0%
2
2
Grafik 1.5.4. Vol. Impor Luar Negeri Intermediate Goods Intermediate Goods 350 70%
0.5
20%
1
-30% 1
80% 40%
-20%
Smb : Survei Konsumen KBI Mks
Juta Kg
Juta Kg
2
-10%
2009
60
1
0%
2012
Grafik 1.5.3. Volume Impor Luar Negeri Consumer Goods 70
10%
1
-60% 1
Ribu Ton
Ju ta Kg
2
20%
0
-200% 1
30%
60
200%
-
Penghasilan saat ini dibandingkan 6 bln yg lalu y.o.y
120
15
5
8
Grafik 1.5.2. Indeks Penghasilan Saat Ini dibandingkan 6 bln yg lalu
2
3 2009
4
1
2
3 2010
4
1
2
3 2011
4
1 2012
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Grafik 1.5.7. Nilai Tukar Rupiah Terhadap USD 9,500
20.0%
Rata-rata Kurs Tengah
9,000
Grafik 1.5.8. Indeks Penjualan Eceran Kel. Kendaraan dan Suku Cadang 15.0%
8,500
10.0%
8,000
5.0%
7,500
0.0%
7,000
-5.0%
6,500
-10.0%
6,000
-15.0% 1
2
3
2009
1.2.
4
1
2
3
2010
4
1
2
3
2011
4
1 2012
Sk Cdg&Akssoris
160 140 120 100 80 60 40 20 0
30% 25% 20% 15% 10% 5% 0% -5% -10% -15% -20%
yoy
1
Smb : SPE
2
3
4
1
2009
2
3
4
1
2010
2
3
2011
4
1 2012
Penawaran Daerah (Sektoral) Dari sisi penawaran (sektor ekonomi), secara tahunan (y.o.y) sebagian besar sektor
mengalami pertumbuhan positif pada triwulan I-2012, kecuali sektor pertanian dan pertambangan yang mengalami pertumbuhan negatif (kontraksi). Sektor yang menjadi penyumbang utama pertumbuhan ekonomi pada triwulan laporan adalah sektor industri pengolahan, sektor perdagangan-hotel-restauran, sektor angkutan-komunikasi dan sektor konstruksi. Selanjutnya sektor yang mengalami mengalami pertumbuhan tertinggi pada triwulan I-2012 adalah sektor listrik-gas-air bersih (21,99%), diikuti berturut-turut oleh sektor industri pengolahan (20,90%), angkutan-komunikasi (16,34%), konstruksi (13,89%), sektor perdagangan-hotel-restoran (10,54%) dan keuangan-real estate-jasa perusahaan (10,07%). Sementara sektor jasa-jasa hanya tumbuh sebesar 2,67%. Sektor yang mengalami pertumbuhan negatif adalah sektor pertanian dan sektor pertambangan-penggalian masingmasing -4.80% dan -7,61% (tabel 1.2). Tabel 1.2. Perkembangan PDRB Riil : Penawaran Daerah (y.o.y)
2012***
2011**
2010*
2009
PERIODE
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Tani Tambang 7.22% -13.99% 4.12% -4.51% 6.43% -4.31% 0.84% 5.73% -6.98% 25.52% 7.68% 17.85% 7.05% 12.52% 1.49% 8.08% 12.54% -15.49% 8.59% -0.38% 4.92% -0.34% -0.17% -9.11% -4.80% -7.61%
Industri -5.80% 6.69% 11.78% 1.72% 14.12% 3.56% -0.16% 8.74% 3.10% 4.47% 10.69% 12.12% 20.90%
LGA 9.25% 9.86% 13.62% 2.47% 5.08% 12.58% 6.31% 8.20% 3.99% 2.05% 6.34% 22.27% 21.99%
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
PERTUMBUHAN (yoy) Komstr PHR Angkom 15.79% 10.93% 4.77% 11.74% 10.55% 8.67% 14.64% 10.28% 10.75% 14.34% 11.33% 15.99% 11.83% 8.99% 17.56% 9.07% 9.67% 15.44% 7.33% 10.51% 13.38% 8.68% 17.15% 13.39% 8.48% 11.52% 13.11% 13.46% 14.02% 10.27% 13.59% 11.70% 11.07% 12.65% 6.14% 13.89% 13.89% 10.54% 16.34%
Keu 5.94% 9.16% 11.41% 18.24% 25.16% 15.88% 11.82% 15.07% 10.56% 11.94% 17.52% 19.18% 10.07%
Jasa 7.65% 6.80% 6.71% 3.39% 3.25% 3.13% 4.21% 6.44% 6.80% 7.42% 6.21% 4.52% 2.67%
TOTAL 4.09% 6.19% 8.04% 6.53% 7.35% 9.04% 7.58% 8.77% 7.38% 8.61% 8.43% 6.16% 6.25%
Triwulan I - 2012
9
2012***
2011**
2010*
2009
PERIODE
Tani Tambang 2.12% -1.37% 1.20% -0.40% 1.89% -0.38% 0.24% 0.50% -2.11% 2.07% 2.19% 1.42% 2.04% 0.99% 0.40% 0.70% 3.28% -1.47% 2.42% -0.03% 1.42% -0.03% -0.04% -0.78% -1.32% -0.57%
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Industri -0.81% 0.95% 1.62% 0.24% 1.79% 0.51% -0.02% 1.17% 0.42% 0.61% 1.41% 1.62% 2.71%
LGA 0.09% 0.10% 0.14% 0.03% 0.05% 0.13% 0.07% 0.08% 0.04% 0.02% 0.07% 0.22% 0.22%
SUMBANGAN (yoy) Konstr PHR Angkom 0.78% 1.69% 0.38% 0.62% 1.65% 0.70% 0.77% 1.65% 0.89% 0.79% 1.81% 1.36% 0.65% 1.48% 1.39% 0.50% 1.57% 1.28% 0.41% 1.72% 1.14% 0.51% 2.87% 1.24% 0.48% 1.93% 1.14% 0.74% 2.30% 0.90% 0.76% 1.97% 0.99% 0.74% 1.10% 1.34% 0.80% 1.83% 1.50%
Keu 0.38% 0.61% 0.73% 1.17% 1.64% 1.08% 0.78% 1.08% 0.80% 0.87% 1.20% 1.45% 0.79%
Jasa 0.85% 0.76% 0.74% 0.39% 0.37% 0.35% 0.46% 0.73% 0.75% 0.79% 0.65% 0.50% 0.29%
TOTAL 4.09% 6.19% 8.04% 6.53% 7.35% 9.04% 7.58% 8.77% 7.38% 8.61% 8.43% 6.16% 6.25%
Sumber : BPS & Proyeksi BI * Angka Sementara, ** Angka Sangat Sementara & *** Angka Sangat Sangat Sementara
Berikut ini adalah ulasan masing-masing sektor berdasarkan tingkat pangsa (share) terhadap perekonomian Sulsel dari yang terbesar sampai dengan yang terkecil. 1.2.1. Sektor Pertanian Sektor pertanian pada triwulan laporan, mengalami kontraksi lebih dalam sebesar 4,80%, atau jauh menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang terkontrasi sebesar 0,17% (y.o.y). Hal tersebut disebabkan oleh menurunnya produksi sub sektor tabama, perkebunan dan sub sektor perikanan (hasil ikan tangkap) pada triwulan I-2012, yang terkadala akibat proses distribusi pupuk yang terganggu pada awal tahun 2012 dan cuaca yang kurang kondusif. Grafik 1.6. Prompt Indikator Kinerja Sektor Pertanian Grafik 1.6.1. Perkembangan Rata-rata Indeks Yang Diterima Petani 160
Grafik 1.6.2. Perkembangan Rata-rata Nilai Tukar Petani
Indeks Yang Diterima Petani y.o.y
140 120 100
14%
110
12%
108
10%
106
8%
80
6%
60
4%
40
104 102 100 98
20
2%
96
-
0%
94
1
2
3
2009
10
4
1
2
3
2010
Triwulan I - 2012
4
1
2
3
2011
4
1* 2012
8% 7% 6% 5% 4% 3% 2% 1% 0% -1% -2%
NTP y.o.y
1
2
3
2009
4
1
2
3
2010
4
1
2
3
2011
4
1* 2012
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Penurunan sektor pertanian dimaksud, juga dicerminkan oleh menurunnya pertumbuhan indeks yang diterima petani dibandingkan periode sebelumnya (grafik 1.6.1 dan 1.6.2) yang dipengaruhi pertumbuhan hasil panen. Secara keseluruhan, kesejahteraan petani masih relatif baik yang tercermin pada Indeks Nilai Tukar Petani yang masih positif meskipun cenderung melambat karena penurunan pertumbuhan indeks yang diterima petani. 1.2.2. Sektor Perdagangan-Hotel-Restoran (PHR) Pertumbuhan sektor ini relatif cukup tinggi mencapai 10,54% (y.o.y), atau lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 6,14% (y.o.y). Pertumbuhan sektor ini diindikasikan oleh hasil survei penjualan eceran (SPE) yang menunjukkan penjualan beberapa kelompok komoditas masih tumbuh cukup baik, antara lain kelompok makananminuman-tembakau, peralatan-komunikasi toko dan barang budaya-rekreasi (grafik 1.7.3, 1.7.4 dan 1.7.5). Sementara itu meningkatnya pertumbuhan pada sektor ini tercermin dari beberapa prompt indikator seperti volume dan pertumbuhan aktivitas bongkar muat luar negeri dan juga antar pulau yang cenderung meningkat (grafik 1.7.1 dan grafik 1.7.7) dan penjualan kelompok komoditas bahan kimia (grafik 1.7.6) yang tercermin dari hasil SPE yang juga meningkat. Meski demikian, sub sektor hotel dan restoran diperkirakan belum tumbuh optimal pada triwulan laporan. Hal ini sejalan dengan rata-rata Tingkat Penghunian Kamar (TPK) berbintang (grafik 1.7.2) dan total hasil indeks penjualan eceran SPE (grafik 1.7.6) yang cenderung melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Grafik 1.7. Prompt Indikator Kinerja Sektor Perdagangan-Hotel-Restoran Grafik 1.7.1. Volume Bongkar Muat Luar Negeri Via Pelabuhan Sumber : Pelindo IV * : Sementara
BONGKAR LN
0.6
MUAT LN
0.5
Grafik 1.7.2. Rata-rata Tingkat Penghunian Kamar Hotel Berbintang 80% 60%
yoy
20%
0.3 0.2
40.00
-20%
35.00
-40%
0.0
-60% 2
3 2009
4
1
2
3 2010
4
1
2
3 2011
4
1 2012
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
45.00
0%
0.1
Ribu Ton
Tingkat Hunian Kmr Sulsel
50.00
40%
0.4
1
55.00
30.00 1
2
3
2009
4
1
2
3
2010
4
1
2
3
2011
Triwulan I - 2012
4
1 2012
11
Grafik 1.7.3. Perkembangan Indeks Penjualan Eceran Kel. Makanan, Minuman dan Tembakau Mkn-Minum&Tmbkau yoy
700 600 500 400 300 200 100 0 1
2
Smb : SPE
3
4
1
2
2009
3
4
Grafik 1.7.4. Perkembangan Indeks Penjualan Eceran Kel. Peralatan dan Komunikasi Toko
80% 60% 40% 20% 0% -20% -40% -60% 1
2010
2
3
4
2011
100 50 0 1
1
200
100
30%
180
20%
160
10%
140
-10%
50
-20%
0
-30% 4
1
2
2009
3
4
1
2010
2
3
4
2011
1
2
3
4
1
2010
2
3
4
2011
1 2012
Indeks Penjualaan Riil
120 100 80 60 40 20 -
1
In d e ks
Smb : SPE
3
4
Grafik 1.7.6. Perkembangan Indeks Penjualan Eceran
0%
2
3
2009
150
1
2
2012
Brg Budaya & Rekreasi yoy
250% 200% 150% 100% 50% 0% -50% -100%
150
Grafik 1.7.5. Perkembangan Indeks Penjualan Eceran Kel. Barang Budaya&Rekreasi 250
Praltan&Kmunikasi Toko yoy
200
2012
1
2
3 2009
4
1
2
3 2010
4
1
2
3 2011
4
1 2012
Grafik 1.7.7. Vol. Bongkar Muat AP Via Pelabuhan BONGKAR AP
1.8
Sumber : Pelindo IV * : Sementara
MUAT AP
1.6
50% 40% 30% 20% 10% 0% -10% -20% -30% -40% -50% -60%
yoy
1.4 1.2 1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0 Ribu Ton
1
2
3 2009
4
1
2
3 2010
4
1
2
3 2011
4
1 2012
1.2.3. Sektor Keuangan-Persewaan-Jasa Perusahaan Sektor ini termasuk sektor yang selalu tumbuh tinggi sejak triwulan II-2009, dan mengalami pertumbuhan tertinggi keenam dibandingkan sektor lainnya. Pada triwulan I2012, sektor dimaksud masih tumbuh relatif tinggi sebesar 10,07% (y.o.y), namun lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan IV-2011 sebesar 19,18% (y.o.y) dan dibandingkan triwulan I-2011 sebesar 10,56% (y.o.y). Masih tingginya pertumbuhan sektor
12
Triwulan I - 2012
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
keuangan-persewaan-jasa perusahaan pada triwulan I-2012, terutama didorong oleh sub sektor keuangan tercermin dari tingginya aktivitas perbankan dan juga lembaga keuangan non-perbankan di Sulsel sejak awal tahun 2012. Pertumbuhan sektor ini terkonfirmasi dari tingkat pertumbuhan pembiayaan lembaga keuangan non bank dan nilai tambah bruto (NTB) bank umum (grafik 1.8.1 dan 1.8.2) yang cenderung meningkat, meski perkembangan kredit bank umum (grafik 1.8.3) yang relatif melambat pada triwulan I-2012. Kinerja sektor perbankan akan dibahas lebih lanjut pada bab perbankan. Grafik 1.8. Prompt Indikator Kinerja Sektor Keuangan-Persewaan-Jasa Perusahaan Grafik 1.8.2. Nilai Tambah Bruto Bank Umum
Grafik 1.8.1. Pembiayaan Lemb. Keuangan Non Bank 1,000 900
Sbr : Lembaga Keuangan Non-Bank * Sementara
800
80%
14
70%
12
60%
700 600
50%
500
40%
400
30%
300
20%
200
10%
100
0%
M illion s
1
2
3
4
1
2
2009
3
4
1
2
2010
3
4
2011
1 2012
60%
y.o.y
50%
10
40%
8
30%
6
20%
4
10%
2 0 Trilyun Rp
-
NTB SULSEL
Sbr : LBU - BI
0% 1
2
3
2009
4
1
2
3
4
1
2010
2
3
2011
4
1 2012
Grafik 1.8.3. Perkembangan Kredit Bank Umum KREDIT Growth (yoy)
70.0
35%
60.0
30%
50.0
25%
40.0
20%
30.0
15%
20.0
10%
10.0
5%
Triliun Rp
0.0
0% 1
2
3
2009
4
1
2
3
2010
4
1
2
3
4
2011
1* 2012
1.2.4. Sektor Industri Pengolahan Pada triwulan I-2012, sektor ini mengalami pertumbuhan yang sangat tinggi sebesar 20,90%
dibandingkan
triwulan
sebelumnya
sebesar
12,12%
(y.o.y).
Peningkatan
pertumbuhan tersebut didorong oleh kinerja industri makanan-minuman, semen dan industri tepung terigu Sulsel. Meningkatnya aktivitas industri makanan dan minuman sejalan dengan Survei Penjualan Eceran (SPE) yang dilakukan Kantor Perwakilan BI Wilayah I, untuk kelompok makanan-minuman dan tembakau yang tumbuh lebih tinggi dibandingkan
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan I - 2012
13
periode sebelumnya maupun tahun sebelumnya. Tinnginya pertumbuhan industri makanan dan minuman diperkirakan berasal dari industri gula refinasi yang tercermin dari peningkatan impor antar pulau raw sugar pada triwulan I-2012 (grafik 1.9.3) yang merupakan bahan baku industri termasuk industri gula rafinasi dan juga impor gandum3. Selain itu, realisasi pengadaan semen pada triwulan laporan masih cukup baik, meski cenderung melambat akibat ekspektasi kenaikan harga BBM pada April 2012 (grafik 1.9.2). Hal tersebut masih sejalan dengan masih tingginya permintaan semen untuk penyelesaian proyek-proyek infrastruktur jalan, properti baik pemerintah maupun swasta. Kemudian, pertumbuhan produksi tepung terigu masih pada level yang relatif tinggi, meski cenderung melambat. Grafik 1.9. Prompt Indikator Kinerja Sektor Industri Pengolahan Grafik 1.9.2. Realisasi Pengadaan Semen
Grafik 1.9.1. Realisasi Produksi Tepung Terigu
160
40%
Produksi-axis kiri yoy-axis kanan
180
30%
Sumber : EFM Mks
140
20%
120 100
10%
80 60
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1 -10%
R ib u an To n
40
0%
20
2009
2010
2011
2012
0
-20%
Grafik 1.9.3. Vol. Bongkar Antar Pulau Via Pelabuhan BONGKAR AP yoy
1.2
Sumber : Pelindo IV * : Sementara
80% 60%
1.0
40%
0.8
20%
0.6
0% -20%
0.4
-40%
0.2
-60%
0.0
-80%
R ib u To n
1
2
3 2009
4
1
2
3 2010
4
1
2
3 2011
4
1 2012
700
Sulsel
Sumber : ASI * : Sementara
y.o.y
50%
600
40%
500
30%
400
20%
300
10%
200
0%
100
-10%
0
-20%
Ribu an To n
200
1
2
3
4
1
2
2009
3
4
1
2
2010
3
4
2011
1* 2012
Grafik 1.9.4. Perkembangan Indeks Penjualan Eceran Kel. Barang Makanan-minuman&tembakau Mkn-Minum&Tmbkau yoy
700 600 500 400 300 200 100 0 1
Smb : SPE
2
3
2009
4
1
2
3
2010
4
80% 60% 40% 20% 0% -20% -40% -60% 1
2
3
2011
4
1 2012
3
Makassar Terkini, Arus Barang Naik, http://www.makassarterkini.com/index.php?option=com_content&view=article&id=3578:arus-barang-naik184-&catid=44:info-terkini, 4 Januari 2012.
14
Triwulan I - 2012
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
1.2.5. Sektor Angkutan-Komunikasi Pada triwulan I-2012, sektor angkutan-komunikasi masih tetap tumbuh pada level yang tinggi mencapai sebesar 16,34% (y.o.y), lebih tinggi dibandingkan triwulan IV-2011 sebesar 13,89% (y.o.y). Pertumbuhan pada sub sektor angkutan diperkirakan didorong oleh aktivitas angkutan darat dan udara. Hal ini sejalan dengan beberapa prompt indicators seperti jumlah penumpang angkutan udara, maupun hasil survei penjualan eceran kelompok suku cadang-aksesoris dan bahan bakar. Pertumbuhan jumlah penumpang dan lalu lintas pesawat udara cenderung meningkat (grafik 1.10.1 dan 1.10.2). Namun, sebaliknya kinerja angkutan laut cenderung menurun apabila dilihat dari sisi jumlah penumpang, meski masih tumbuh positif dibandingkan periode sebelumnya (grafik 1.10.3). Hasil survei penjualan eceran, terutama pada kelompok bahan bakar juga menunjukan kecenderungan meningkat (grafik 1.10.4). Grafik 1.10. Prompt Indikator Kinerja Subsektor Angkutan Grafik 1.10.2. Lalu Lintas Pesawat Angkutan Udara
Grafik 1.10.1. Lalu Lintas Penumpang Angkutan Udara 1,800
DEP y.o.y
1,600 1,400
35%
Lalu Lintas Penumpang
ARR
30% 25%
1,200
20%
1,000
15%
800
10%
600
5% Smb : Bandara S. Hasanuddin * : Sementara
400 200
0% -5%
Ribu Org
-
-10% 1
2
3
4
1
2008
2
3
4
1
2009
2
3
4
1
2010
2
3
4
2011
250
40% 30%
0% -10%
100
-20% -30%
50
-40%
ribu org
-
-50%
2009
1
2
3
2010
4
1
2
10% 10,000
5%
5,000
Smb : Bandara S. Hasanuddin * : Sementara
-
0% -5% -10%
2008
10%
4
15%
15,000
2009
2010
2011
2012
3
2011
4
Bhn Bkr Kndr yoy
50%
150
3
25%
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
20%
2
30%
Grafik 1.10.4. Perkembangan Indeks Penjualan Eceran Kel. Bahan Bakar
200
1
Lalu Lintas Pesawat
20%
2012
Embarkasi (keluar) Debarkasi (masuk) Y.O.Y
Sumber : Pelindo IV * : Sementara
20,000
1
Grafik 1.10.3. Lalu Lintas Penumpang Angkutan Laut 300
DEP ARR y.o.y
25,000
1 2012
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 1
2
3
Smb : SPE 2009
4
1
80% 60% 40% 20% 0% -20% -40% -60% 2
3
2010
4
1
2
3
4
2011
Triwulan I - 2012
1 2012
15
1.2.6. Sektor Konstruksi Sektor yang juga mencatat pertumbuhan cukup tinggi pada triwulan laporan adalah sektor konstruksi yakni sebesar 13,89% (y.o.y), atau lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang sebesar 12,65% (y.o.y). Masih tingginya pertumbuhan sektor bangunan/konstruksi, diperkirakan terjadi karena penyelesaian proyek-proyek bangunan baik perkantoran, hotel maupun properti hunian sektor pemerintah maupun swasta di Sulsel. Pertumbuhan sektor ini terindikasi dari masih tingginya realisasi pengadaan semen meski cenderung melambat akibat melonjaknya harga bahan bangunan karena ekspektasi kenaikan harga BBM pada April 2012 (grafik 1.11.1). Tingginya pertumbuhan sektor dimaksud juga sejalan dengan tingginya pertumbuhan investasi pada triwulan laporan (28,01%). Di sisi lain, realisasi proyek-proyek pemerintah masih kurang optimal yang tercermin dari realisasi belanja modal pada triwulan I-2012 baru mencapai 1,11%. Grafik 1.11. Prompt Indikator Kinerja Sektor Bangunan Grafik 1.11.1 Realisasi Pengadaan Semen 700
Sulsel
Sumber : ASI * : Sementara
y.o.y
50%
600
40%
500
30%
400
20%
300
10%
200
0%
100
-10%
Rib u an To n
0
-20% 1
2
3 2009
4
1
2
3 2010
4
1
2
3 2011
4
1* 2012
Selanjutnya, apabila dibandingkan triwulan I-2011 (8,48%), pertumbuhan sektor ini tercatat jauh lebih tinggi. Hal ini menunjukkan perkembangan yang pesat sektor ini seiring dengan meningkatnya pembangunan sarana jalan, perkantoran, hotel maupun properti residensial. 1.2.7. Sektor Jasa-jasa Pertumbuhan sektor jasa-jasa menunjukkan pertumbuhan yang relatif melambat. Pada triwulan laporan, sektor jasa-jasa tumbuh melambat menjadi 2,67% (y.o.y) dibandingkan triwulan IV-2011 yang tumbuh sebesar 4,52%. Pertumbuhan kegiatan jasa sosial dan kemasyarakatan jasa seperti lembaga pendidikan seperti bimbingan belajar dan berbagai lembaga kursus lainnya di bidang seni,
16
Triwulan I - 2012
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
perawatan jasmani-kosmetik dan kesehatan relatif melambat sejalan dengan aktivitas perekonomian Sulsel yang belum optimal. 1.2.8. Sektor Listrik-Gas-Air Bersih Pertumbuhan sektor listrik-gas-air bersih masih tumbuh sangat tinggi atau tertinggi pada periode laporan yaitu sebesar 21,99% (y.o.y), namun sedikit melambat dibandingkan triwulan IV-2011 yang tumbuh sebesar 22,27%. Tingginya pertumbuhan sektor dimaksud bersumber dari meningkatnya kinerja sub sektor listrik di Sulsel (grafik 12.1) yang menyumbang positif bagi pertumbuhan sektor listrik-gas dan air secara keseluruhan. Grafik 1.12.1. Penjualan Listrik (Juta Kwh) Total Pemakaian Listrik y.o.y
Juta KWH
1,000 900 800 700 600 500 400 300 200 100 1
2
3
2009
4
1
2
3
2010
Sbr : PLN Divre VII
4
1
2
3
2011
4
35% 30% 25% 20% 15% 10% 5% 0% -5% -10%
1 2012
Kondisi kelistrikan Sulsel pada triwulan I-2012 semakin membaik, karena adanya dukungan sejumlah pembangkit listrik baru di Sulsel yang sudah mulai beroperasi, antara lain pembangkit listrik tenaga mikro hidro atau PLTMH di Desa Pallawa, Kabupaten Bone4, dimana PLTMH Pallawa mampu memenuhi energi listrik 140 kepala keluarga (KK) yang bermukim di daerah yang cukup terpencil dimana akses untuk menjangkau daerah tersebut harus melalui tiga kabupaten yakni daerah Maros, Barru dan Soppeng. Kemudian proyek kota gas di Kabupaten Wajo5 dan uji coba suplai listrik dari PLTU Bosowa di Jeneponto telah direalisasikan juga pada pertengahan Maret 20126. 1.2.9. Sektor Pertambangan - Penggalian Pada triwulan I-2012, sektor ini masih mengalami kontraksi namun membaik dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu menjadi -7,61% (y.o.y) pada triwulan laporan, dari -9,11% pada triwulan IV-2011. Selanjutnya apabila dibandingkan pertumbuhan triwulan I4
Bisnis Indonesia, LISTRIK : Warga Bone kelola PLTMH Pallawa, http://www.bisnis-kti.com/index.php/2012/01/listrik-warga-bone-kelola-pltmh-pallawa/, 30 Januari 2012. 5 Antra News, Kota Gas Wajo Diresmikan Januari 2012http://makassar.antaranews.com/berita/35262/kotagas-wajo-diresmikan-januari-2012, 5 Januari 2012. 6 Tribun Timur, PLTU Bosowa di Jeneponto Ujicoba Suplai Listrik, http://makassar.tribunnews.com/2012/03/18/hari-ini-pltu-bosowa-di-jeneponto-suplai-listrik, 18 Maret 2012.
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan I - 2012
17
2011 yang terkontraksi sebesar 15,49% (y.o.y), maka terjadi perbaikan kinerja produksi pada sektor ini. Masih belum optimalnya kinerja sektor dimaksud diperkirakan disebabkan beberapa faktor antara lain PT.Vale Indonesia Tbk masih melakukan pekerjaan pembangunan kembali Tanur Listrik 2 dan perbaikan pada Tanur Listrik 1 sejak triwulan akhir tahun 2011. Ditambah lagi dengan harga nikel internasional yang kurang menguntungkan sehingga menurunkan kinerja pertambangan nikel Sulsel pada periode laporan (grafik 1.13.2). Kondisi tersebut juga sejalan dengan pertumbuhan ekspor nikel yang belum optimal (grafik 1.13.1). Grafik 1.13.1. Volume Ekspor Luar Negeri Nikel Volume Ekspor Nikel 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
Total
1
2
3
2009
18
4
1
2
25,000
Smb : Cognos - BI * Sementara
y.o.y
3
2010
Triwulan I - 2012
4
1
2
3
2011
4
Grafik 1.13.2. Produksi Nikel 1400% 1200% 1000% 800% 600% 400% 200% 0% -200% -400%
1* 2012
20,000
30%
* Sementara
Produksi nikel dlm matte y.o.y
20% 10%
15,000
0% 10,000
-10%
5,000
-20%
-
-30% 1
2
3
2009
4
1
2
3
2010
4
1
2
3
2011
4
1* 2012
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Bab 2 2.1.
Perkembangan Inflasi
Perkembangan Inflasi Laju inflasi tahunan Sulsel pada triwulan I-2012, masih sejalan dengan arah proyeksi
inflasi (3,85%; yoy) yang diperkirakan meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Inflasi pada triwulan I-2012 sebesar 4,06% (yoy), lebih tinggi dari triwulan IV-2011 sebesar 2,88% (yoy) namun lebih rendah dibandingkan triwulan I-2011 sebesar 6,33% (yoy). Selanjutnya, inflasi tahunan Sulsel tercatat lebih rendah dibandingkan inflasi Nasional sebesar 3,97% (yoy)1. Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi Sulawesi Selatan 14
%
y.o.y - Nas y.o.y - Ss y.t.d - Ss
12 10
Sumber : BPS diolah
8 6 4 2 0 -2
1
2
3
4
1
2008
2
3
4
1
2009
2
3
4
1
2
2010
3
4
1
2011
2012
2.1.1. Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang dan Jasa Tabel 2.1. Inflasi Kelompok Barang dan Jasa (%, yoy)
2012
2011
2010
TAHUN 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Bahan Makanan 2,68 7,64 13,43 14,27 13,96 12,10 1,43 0,23 4,04 -
Makanan Jadi 6,22 5,23 6,21 5,90 4,47 5,27 4,40 4,40 1,49 -
Perumahan 3,48 4,11 4,13 4,14 4,16 4,57 3,70 3,66 4,18 -
Sandang 2,16 7,56 7,65 7,35 8,30 8,83 10,96 8,69 9,57 -
Kesehatan
Pendidikan
2,98 2,73 2,92 3,06 3,08 6,41 7,60 7,66 7,52 -
7,08 7,08 4,07 1,80 1,48 2,43 3,00 2,89 2,93 -
Transpor
UMUM
1,18 1,06 1,76 1,75 1,84 2,08 0,77 0,72 0,57 -
3,45 5,00 6,58 6,56 6,32 6,37 3,37 2,88 4,06 -
Sumber : BPS, diolah Ket : Sejak Tahun 2008 menggunakan tahun dasar 2007
1
Sumber : BPS
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan I - 2012
25
Secara tahunan, urutan inflasi Sulsel pada triwulan I-2012 berdasarkan kelompok barang dan jasa , dari yang tertinggi hingga terkecil adalah sebagai berikut : Kelompok Sandang, dibandingkan tahun sebelumnya, maka inflasi tahunan (yoy) pada triwulan I-2012 yang sebesar 9,57% (yoy) lebih tinggi dibandingkan triwulan I-2011 sebesar 8,30% (yoy) atau meningkat sebesar 1,27%. Tekanan inflasi pada triwulan laporan berasal dari kenaikan inflasi pada sub-kelompok sandang laki-laki, wanita, dan anak-anak. Dibandingkan triwulan sebelumnya, tingkat harga emas pada triwulan laporan (grafik 2.3) tercatat lebih tinggi diperkirakan mendorong tekanan inflasi yang lebih tinggi pada subkelompok barang pribadi dan sandang lain. Selain itu, inflasi pada sub-kelompok sandang laki-laki, sandang anak-anak dan barang pribadi & sandang lainnya juga relatif meningkat dibandingkan triwulan lalu. Grafik 2.2. Perkembangan Inflasi Kel. Sandang
Tabel 2.2. Inflasi Per-Sub Kel. Sandang
16 14
y.t.d
12
y.o.y
No
10 8
Sumber : BPS diolah
6 4 2 0 -2
%
2
3
4
1
2
2008
3
4
1
2
2009
3
4
1
2
2010
3
4
1
2011
2012
Grafik 2.3. Perkembangan Harga Internasional: Komoditas Emas 2000 1800 1600 1400 1200 1000 800 600 400 200 0
40 35 30 25 20 15 10 5 0
1
2
3
4
1
2010
2
3
2011
4
1 2012
1 SANDANG 8,30% Sandang Laki-laki 3,46% Sandang Wanita 2,38% Sandang Anak-anak 8,50% Brg Pribadi & Sdg Lainnya 17,51%
4 8,69% 5,07% 4,20% 8,64% 14,95%
2012 1 9,57% 5,56% 4,05% 8,70% 17,29%
Smb: BPS, diolah Grafik 2.4. Perkembangan Indeks Penjualan Eceran Sub Kelompok Pakaian
45
Rata-rata Harga % yoy
1 2 3 4
2011
Keterangan
240 220 200 180 160 140 120 100 80 60 40 20 0
Indeks
200%
qtq
150% 100% 50% 0% -50% -100% 1
2
3
2009
4
1
2
3
2010
4
1
2
3
2011
4
1 2012
Selanjutnya, secara triwulanan (qtq), inflasi kelompok sandang pada triwulan laporan cenderung mengalami sedikit lebih rendah, yaitu turun dari 1,47% (qtq) menjadi 1,38% (qtq) grafik 2.5. Penurunan inflasi pada kelompok ini, diperkirakan dampak musiman dimana permintaan pakaian pada triwulan IV-2011 lebih tinggi dibandingkan triwulan I-2012 karena perayaan hari-hari besar keagamaan dan libur tahun baru. Hal ini sejalan dengan hasil survei penjualan eceran yang dilakukan Bank Indonesia Kantor Perwakilan I Wilayah Sulawesi-
26
Triwulan I - 2012
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Maluku-Papua (Sulampua) yang menunjukan adanya penurunan penjualan sub kelompok pakaian pada periode laporan (grafik 2.4). Grafik 2.5. Perkembangan Inflasi Kelompok Sandang Sulawesi Selatan (%; yoy; qtq) 16 14
y.o.y
12
q.t.q
10 8 6 4 2 0 2
-2
3
-4
4
1
2
2008
%
3
4
1
2009
2
3
4
1
2
2010
3
4
2011
1 2012
Sumber : BPS diolah
Peningkatan tekanan inflasi periode laporan juga terjadi pada Kelompok Kesehatan. Dibandingkan tahun sebelumnya, laju inflasi meningkat dari 3,08% pada triwulan I-2011 menjadi sebesar 7,52% (yoy) pada triwulan I-2012 (grafik 2.6). Seluruh subkelompok mengalami kenaikan harga, sub-kelompok jasa perawatan jasmani terutama kenaikan biaya dokter/rumah sakit mencatat kenaikan harga tertinggi dibandingkan lainnya. Grafik 2.6. Perkembangan Inflasi Kelompok Kesehatan 12,00
No
y.t.d
10,00
Sumber : BPS diolah
8,00
4,00 2,00 3
4
1
2008
2
3
4
1
2011
Keterangan
y.o.y
6,00
2
Tabel 2.3. Inflasi Per-Sub Kelompok Kesehatan
2
2009
3
4
1
2
2010
3
4
2011
1 2012
KESEHATAN 1 Jasa Kesehatan 2 Obat-obatan 3 Js. Perawatan Jasmani 4 Perwtn Jasmn & Kosm
1 3,08% 5,70% 3,33% 3,93% 1,30%
2012 4 1 7,66% 7,52% 13,76% 10,95% 6,73% 6,08% 10,06% 11,31% 3,81% 5,13%
Smb: BPS, diolah
%
Grafik 2.7. Perkembangan Indeks Penjualan Eceran Sub Kel.Farmasi 250
Indeks Farmasi
40%
Pertumbuhan Tahunan (%, yoy)
200
30%
150 20% 100 10%
50 0
0% 1
2
3 2009
4
1
2
3 2010
4
1
2
3 2011
4
1 2012
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan I - 2012
27
Grafik 2.8. Perkembangan Inflasi Kelompok Kesehatan Sulawesi Selatan (%; yoy; qtq) 12,00
Sumber : BPS diolah
y.o.y
10,00
q.t.q 8,00 6,00 4,00 2,00 2
3
4
1
2
2008
%
3
4
1
2
2009
3
4
1
2
2010
3
4
2011
1 2012
Selanjutnya secara triwulanan (qtq), inflasi kelompok kesehatan sedikit mengalami peningkatan dari sebesar 1,13% (qtq) pada triwulan IV-2011 menjadi 1,15% (qtq) pada triwulan I-2012 (grafik 2.8). Peningkatan laju inflasi pada triwulan laporan ini didorong oleh sub-kelompok jasa perawatan jasmani. Kelompok
Perumahan-Air-Listrik-Gas-Bahan
Bakar,
apabila
dibandingkan
triwulan yang sama tahun sebelumnya maupun triwulan IV-2011, inflasi pada triwulan I2012 tercatat lebih tinggi, menjadi 4,18% (yoy) (tabel 2.4). Meningkatnya laju inflasi tahunan tersebut didorong oleh kenaikan laju inflasi pada sub-kelompok biaya tempat tinggal dan sub-kelompok perlengkapan rumah tangga (tabel 2.4). Disamping itu, laju inflasi pada subkelompok biaya tempat tinggal diperkirakan didorong oleh ekspektasi kenaikan harga bahan bangunan seperti harga besi/baja yang dipengaruhi oleh kenaikan harga baja internasional. Kondisi ini sejalan dengan hasil Survei Penjualan Eceran (SPE) kelompok perlengkapan rumah tangga lainnya yang menunjukkan kecenderungan kenaikan tingkat harga (grafik 2.11.). Grafik 2.9. Perkembangan Inflasi Kel. Perumahan-Air-Listrik-Bhn Bakar
Tabel 2.4. Inflasi Per-Sub Kel. Perumahan-Air-Listrik-Bhn Bakar
10 9
y.t.d
Sumber : BPS diolah
8
No
Keterangan
1 2 3 4
PERUMAHAN, A, L, G, & BB Biaya Tempat Tinggal BB, Penerangan & Air Perlengkapan RT Penyelenggaraan RT
y.o.y
7 6 5 4 3 2 1 -
%
1
2
3 2009
28
4
1
2
3 2010
Triwulan I - 2012
4
1
2
3 2011
4
1 2012
2011 1 4 4,16% 3,66% 3,79% 4,87% 6,37% 2,44% 2,59% 3,35% 2,42% 1,08%
2012 1 4,18% 5,47% 2,98% 3,28% 1,79%
Smb: BPS, diolah
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Grafik 2.10. Perkembangan Inflasi Kelompok Perumahan-Air-Listrik-Gas-Bahan Bakar Sulawesi Selatan (%; qtq; yoy) 10
y.o.y
8
q.t.q
6 4 2 1
-2
2
3
4
1
2
2009
%
3 2010
4
1
2
3
4
2011
1 2012
Sumber : BPS diolah
Secara triwulanan (qtq), inflasi kelompok ini pada triwulan laporan cenderung meningkat. Inflasi pada triwulan I-2012 tercatat sebesar 1,38% (qtq), sementara pada triwulan IV-2011 tercatat sebesar 0,81% (qtq) (grafik 2.10). Peningkatan inflasi triwulanan tersebut terutama didorong oleh sub-kelompok biaya tempat tinggal yang diperkirakan kenaikan beberapa harga bahan bangunan antara lain batu-bata dan semen. Grafik 2.11. Perkembangan Indeks Penjualan Eceran Kel. Perlengkapan Rumah Tangga Lainnya 1000
Indeks
900
300%
Pertumbuhan tahunan (y.o.y)
250%
800 700
200%
600
150%
500 400
100%
300
50%
200
0%
100 0
-50% 1
2
3
2009
4
1
2
3
2010
4
1
2
3
2011
4
1 2012
Kelompok Bahan Makanan, laju inflasi tahunan pada triwulan laporan tercatat 4,04% (yoy) atau lebih rendah dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 13,97% (tabel 2.5). Melemahnya tekanan inflasi kelompok ini disebabkan oleh turunnya harga pada 3 sub-kelompok, terutama pada sub-kelompok bumbu-bumbuan, sub-kelompok
ikan segar, sub-kelompok lemak dan minyak. Terjaganya pasokan yang
disebabkan oleh masa panen serta kondisi cuaca yang relatif kondusif diperkirakan memberikan pengaruh positif terhadap stabilitas harga. Sementara itu, pelemahan tekanan inflasi pada sub-kelompok lemak dan minyak disebabkan antara lain oleh turunnya harga minyak goreng karena penurunan harga CPO dunia dibanding tahun sebelumnya (grafik
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan I - 2012
29
2.14). Meskipun demikian, kebijakan pembatasan pembelian solar kepada pengecer sebesar 50 liter per hari oleh SPBU Pertamina untuk menghindari penimbunan menjelang rencana kenaikan BBM tanggal 1 April 2012, telah memberikan dampak kepada berkurangnya kemampuan nelayan untuk melaut yang akhirnya mempengaruhi pasokan. Selanjutnya secara triwulanan, laju inflasi kelompok bahan makanan tercatat sebesar 4,86% (qtq) atau lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang justru mengalami deflasi sebesar 0,47% (qtq). Grafik 2.12. Perkembangan Inflasi Kel. Bahan Makanan 16
Tabel 2.5. Inflasi Per-Sub Kel. Bahan Makanan No
14
y.t.d
12
Sumber : BPS diolah
10
1 2 3 4
y.o.y
8 6 4 2 0 1
-2
2
-4
3
4
1
2
3
2009
%
4
1
2
2010
3
4
1
2011
2012
2011 2012 1 4 1 13,97% 0,24% 4,04% 6,47% 12,13% 14,92% 0,59% -5,56% 6,39% 22,89% -0,04% 2,84% 13,19% 7,85% 3,39% 6,01% 4,99% 5,79% 8,41% 3,97% 13,74% 6,66% -0,22% -3,22% -5,19% 10,87% 18,29% 76,64% -36,72% -32,14% 14,44% 2,96% -0,21% 3,86% 10,03% 11,45%
Keterangan BAHAN MAKANAN Padi-padian Daging & Hasilnya Ikan Segar Ikan Diawetkan Telur, Susu & Hasilnya Sayur-sayuran Kacang-kacangan Buah-buahan Bumbu-bumbuan Lemak & Minyak Bhn Makanan Lainnya
5 6 7 8 9 10 11 Smb: BPS, diolah
Grafik 2.13. Perkembangan Harga Beberapa Komoditi dalam Kel. Bahan Makanan Hasil SPH di Makassar Cabe Merah Cabe Rawit 60000
250%
Harga Cabe Rawit
50000
200%
Pertumbuhan tahunan (yoy)
150%
40000 30000 20000
0 2
3
4
1
2
2009
3
4
1
2010
2
3
4
2011
200%
20000
150% 100% 50%
15000
0%
10000
-50%
5000 0
-100% 1
1
2
3
4
1
Harga Cakalang
35000
Pertumbuhan tahunan (yoy)
25000
38000
20%
37000
10%
36000
-10%
15000
-20%
10000 5000 0 3
4
1
2010
30
30%
0%
20000
2
Triwulan I - 2012
3
4
1
2010
2
3
4
2011
1 2012
Katamba
30000
1
2
2009
2012
Cakalang 40000
250%
30000
50%
-100% 1
300%
Pertumbuhan tahunan (yoy)
35000 25000
-50%
Harga Cabe Merah
40000
100%
0%
10000
45000
2
3 2011
4
1 2012
Harga Katamba
10%
Pertumbuhan tahunan (yoy)
5%
35000
0%
34000 -5%
33000 32000
-30%
31000
-40%
30000
-10% -15% 1
2
3 2010
4
1
2
3 2011
4
1 2012
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Grafik 2.14. Harga CPO Internasional Harga
Pertumbuhan tahunan (yoy)
1.230
70% 60%
1.030
50% 40%
830
30% 630
20% 10%
430
0% -10%
230
-20% 30
-30% 1
2
3
4
1
2010
2
3
4
1
2011
2012
Grafik 2.15. Perkembangan Inflasi Kelompok Bahan Makanan Sulawesi Selatan (%; qtq) 16 14
y.o.y
12
q.t.q
10 8 6 4 2 0 -2
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
-4 -6
%
2009
2010
2011
2012
dibandingkan
tahun
Sumber : BPS diolah
Kelompok
Pendidikan-Rekreasi-Olahraga,
apabila
sebelumnya maka inflasi triwulan I-2012 mengalami peningkatan. Laju Inflasi triwulan I-2012 tercatat sebesar 2,94% (yoy) naik dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya yang tercatat hanya sebesar 1,48% (yoy). Peningkatan tersebut dipengaruhi oleh inflasi pada subkelompok kursus/pelatihan terutama kenaikan sub-kelompok biaya kursus/pelatihan. Selanjutnya, dibandingkan triwulan sebelumnya, tekanan inflasi kelompok ini mengalami penurunan, yaitu dari sebesar 0,43% (qtq) pada triwulan IV-2011 menjadi sebesar 0,07% (qtq) pada triwulan laporan (grafik 2.16).
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan I - 2012
31
Grafik 2.16. Perkembangan Inflasi Kelompok Pendidikan-Rekreasi-Olahraga Sulawesi Selatan (%; qtq) 8
Sumber : BPS diolah
y.o.y q.t.q
7 6 5 4 3 2 1 1
-1
2
3
4
1
2
2009
%
3
4
7 6
2011
No
Sumber : BPS diolah
5 4 3 2 1 -
%
2
3
4
1
2009
2
3 2010
4
1
2
3 2011
4
3
4
1 2012
Tabel 2.6. Inflasi Per-Sub Kel. Pendidikan-RekreasiOlahraga
y.t.d y.o.y
1
2
2010
Grafik 2.17. Perkembangan Inflasi Kel. PendidikanRekreasi-Olahraga 8
1
1 2012
Keterangan
PENDIDIKAN, R & OR 1 Pendidikan 2 Kursus/Pelatihan 3 Prlngkpn/Prltn Pendd. 4 Rekreasi 5 Olahraga
2011 2012 1 4 1 1,48% 2,89% 2,94% 2,03% 3,95% 3,95% 2,08% 13,29% 13,29% 1,59% 0,39% 0,56% 0,29% 0,65% 0,70% 1,58% 4,24% 3,99%
Smb: BPS, diolah
Kelompok Makanan Jadi-Minuman-Rokok-Tembakau, apabila dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya, maka inflasi tahunan kelompok ini cenderung meningkat pada triwulan I-2012. Pada triwulan laporan, inflasi kelompok ini tercatat sebesar 4,49% (yoy), sedikit lebih tinggi apabila dibandingkan triwulan I-2011 sebesar 4,46% (yoy) dan triwulan IV-2011 sebesar 4,40% (tabel 2.5). Pada kelompok ini, peningkatan laju inflasi yang cukup tinggi terjadi pada sub-kelompok tembakau & minuman berakhohol yang salah satunya dikarenakan pengaruh kenaikan cukai rokok pada tahun 2011. Kondisi ini sejalan dengan hasil Indeks Penjualan Eceran Kel. Makanan dan Tembakau yang mencatat kenaikan indeks (grafik 2.21).
32
Triwulan I - 2012
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Grafik 2.18. Perkembangan Inflasi Kel. Makanan JadiMinuman-Rokok-Tembakau
Tabel 2.7 Inflasi Per-Sub Kel. Makanan JadiMinuman-Rokok-Tembakau
2011
16 14
No
y.t.d
12
y.o.y
10
Sumber : BPS diolah
6 4 2 0 2
3
4
1
2
2008
%
3
4
2009
1
2
3
4
1
2010
2
3
4
2011
1 4,46% 4,11% 3,79% 5,89%
MKNN JADI, M, R & T 1 Makanan Jadi 2 Minuman Tdk Beralkohol 3 Tembakau & Min. Beralkohol
8
1
Keterangan
1
4 4,40% 3,44% 1,46% 9,22%
2012 1 4,49% 3,50% 3,94% 7,51%
Smb: BPS, diolah
2012
Grafik 2.19. Perkembangan Inflasi Kelompok Makanan Jadi-Minuman-Rokok-Tembakau Sulawesi Selatan (%; qtq) 14 12
y.o.y
10
q.t.q Sumber : BPS diolah
8 6 4 2 0 1
%
2
3
4
1
2
2009
3 2010
4
1
2
3
4
2011
1 2012
Selanjutnya, bila dibandingkan triwulan sebelumnya (qtq), laju inflasi kelompok makanan jadi-minuman-rokok-tembakau naik dari 0,98% (qtq) pada triwulan IV-2011 menjadi 1,03% (qtq) (grafik 2.19). Meningkatnya laju inflasi dimaksud, terutama didorong oleh kenaikan laju inflasi sub-kelompok minuman tidak beralkohol yang salah satunya disebabkan oleh naiknya harga gula pasir (grafik 2.20). Berkurangnya pasokan gula dari produsen sebagai dampak kebijakan pembatasan peredaran gula rafinasi, serta adanya kecenderungan kenaikan permintaan gula diperkirakan menjadi faktor yang mempengaruhi kenaikan harga gula.
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan I - 2012
33
Grafik 2.20. Perkembangan Harga Beberapa Komoditi dalam Kelompok Makanan Jadi-rokok Hasil SPH di Makassar Ayam Goreng 10.000 9.000 8.000 7.000 6.000 5.000 4.000 3.000 2.000 1.000 -
Ayam Goreng
Mie 25%
Pertumbuhan tahunan (yoy)
20% 15% 10% 5% 0% -5% -10% -15% -20%
1
2
3
4
1
2
2009
3
4
1
2
2010
3
4
2011
7200 7000 6800 6600 6400 6200 6000 5800 5600 5400 5200
1
Mie
Nasi
10% 5% 0% -5% -10% -15% 1
2
2012
3
4
1
25%
14.000
20%
12.000
15% 10%
8500 8000
8.000
0%
6.000
-5% -15%
7000
-20% 4
1
2
2009
3
4
1
2
2011
3
4
2011
1 2012
4
1
2
2010
3
4
2011
1
Gula Pasir
20% 15% 10% 5%
4.000
0%
2.000 -
-5% 1
2012
25%
Pertumbuhan triwulanan (qtq)
10.000
5%
-10%
7500
3
3
Gula Pasir
Pertumbuhan tahunan (yoy)
2
2
2010
9000
1
20% 15%
Nasi 9500
25%
Pertumbuhan tahunan (yoy)
2
3
2009
4
1
2
3
2010
4
1
2
3
2011
4
1 2012
Grafik 2.21. Perkembangan Indeks Penjualan Eceran Kel. Makanan dan Tembakau 30.000
120% Makanan, minuman & tembakau
Pertumbuhan Tahunan (yoy)
25.000
100% 80%
20.000
60% 40%
15.000
20%
10.000
0% -20%
5.000
-40%
0
-60% 1
2
3
2009
4
1
2
3
4
2010
1
2
3
2011
4
1 2012
Kelompok Transportasi-Komunikasi-Jasa Keuangan, secara tahunan laju inflasi kelompok ini pada triwulan I-2012 tercatat sebesar 0,57% (yoy) atau turun bila dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 1,83% (yoy) (grafik 2.22). Penurunan laju inflasi pada kelompok ini, disebabkan oleh turunnya inflasi pada sub-kelompok sarana dan penunjang transportasi. Selain itu, inflasi pada sub-kelompok komunikasi-pengiriman mengalami deflasi. Hal ini diperkirakan sebagai dampak persaingan antar operator telepon seluler yang tercermin dari turunnya tarif. Selanjutnya, inflasi pada sub-kelompok transport
34
Triwulan I - 2012
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
juga mengalami penurunan bila dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini terkait penundaan kenaikan harga BBM subsidi yang mendorong ekspektasi masyarakat terhadap kenaikan harga.
Grafik 2.22. Perkembangan Inflasi Kelompok Transportasi
Tabel 2.8. Inflasi Tahunan Per-Sub Kel. Transpor-Komunikasi-Jasa Keuangan
2011
y.t.d
3
No
y.o.y
2 1
1
2
3
4
1
2009
-2
2
3
4
2010
1
2
3
4
1
2011
2012
-3 -4 % -5
2012 1 0,57% 0,54% -0,13% 2,44% 0,00%
4 0,73% 0,76% -0,28% 2,80% 0,00%
Smb: BPS, diolah
Sumber : BPS diolah
-6
1 1,83% 0,62% -0,36% 20,50% 0,00%
TRANSPOR, KOM. & JK 1 Transpor 2 Kom. & Pengiriman 3 Srn & Penunjang Transpor 4 Js Keuangan
-1
Keterangan
Grafik 2.23. Perkembangan Inflasi Kelompok Transportasi-Komunikasi-Jasa Keuangan Sulawesi Selatan (%; qtq) 3
y.o.y
2
q.t.q
1 -1 -2
1
2
3
4
1
2
2009
3
4
2010
1
2
3
4
2011
1 2012
-3 -4 % -5 -6
Sumber : BPS diolah
Sementara itu, inflasi kelompok transportasi-komunikasi-jasa keuangan mengalami peningkatan menjadi sebesar 0,11% (qtq) setelah pada triwulan sebelumnya mengalami deflasi 0,07% (qtq) (grafik 2.23). Peningkatan laju inflasi pada kelompok dimaksud terutama pada sub-kelompok komunikasi-jasa pengiriman dan sub-kelompok transpor. Kenaikan harga minyak dunia yang diikuti meningkatnya tarif transportasi khususnya udara dan logistik diperkirakan menjadi penyebab meningkatnya inflasi sub-kelompok transpor dan subkelompok komunikasi-pengiriman. Disamping itu, laju inflasi sub-kelompok saranapenunjang transpor tercatat masih cukup tinggi, hal ini sejalan dengan hasil Survei Penjualan Eceran Kelompok Suku Cadang dan Aksesori (grafik 2.25).
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan I - 2012
35
Grafik 2.24. Perkembangan Rata-rata Harga Minyak Dunia 120,00
Grafik 2.25. Perkembangan Indeks Penjualan Eceran Kel. Suku Cadang & Aksesori 25.000
Harga minyak WTI USD/Barel
100,00
Indeks
20%
Pertumbuhan triwulanan (qtq)
15%
20.000
10%
80,00
15.000
5%
10.000
0%
60,00 40,00
-5% 5.000
20,00 -
-10%
0 1
2
3
2009
4
1
2
3
4
1
2
2010
3
2011
4
1
-15% 1
2012
2
3 2010
4
1
2
3 2011
4
1 2012
2.1.2. Inflasi Berdasarkan Kota Dari pergerakan data mengenai pertumbuhan inflasi 4 (empat) kota di Sulsel yang masuk dalam perhitungan inflasi, dapat diketahui beberapa hal sebagai berikut: Berdasarkan perbandingan tingkat pertumbuhan inflasi dengan triwulan yang sama pada tahun sebelumnya, maka kota/daerah yang menunjukkan pergerakan pertumbuhan inflasi yang paling tinggi terdapat di Watampone dengan tingkat inflasi sebesar 5,69% pada triwulan I-2012, lebih rendah dibandingkan triwulan I-2011 yang sebesar 5,97% maupun triwulan IV-2011 (3,94%). Pertumbuhan inflasi kedua tertinggi di Sulsel adalah Palopo dengan tingkat inflasi pada triwulan I-2012 sebesar 4,27%, relatif meningkat dibandingkan triwulan I-2011 maupun triwulan IV-2011 yang masing-masing tercatat sebesar 3,96% dan 3,35%. Kondisi yang sama juga terjadi pada kota Makassar dan Pare-pare. Kota Makassar menduduki peringkat ketiga, inflasinya pada periode laporan tercatat sebesar 4,10%, lebih rendah dibandingkan triwulan I-2011 (6,60%) namun lebih tinggi dibandingkan triwulan IV2011 (2,87%). Kota terakhir yang mengalami peningkatan inflasi terkecil adalah Pare-pare dengan tingkat inflasi sebesar 2,00%, sementara inflasi pada triwulan I-2011 sebesar 5,66% dan pada triwulan IV-2011 sebesar 1,60% (grafik 2.26).
36
Triwulan I - 2012
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Grafik 2.26. Perkembangan Inflasi 4 (Empat) Kota di Sulsel 14,00
Makasar Palopo Pare-pare Watampone Sulawasi Selatan
Sumber : BPS diolah
Growth (y.o.y)
12,00 10,00 8,00 6,00 4,00 2,00 0,00 I
II
III
IV
I
2009
II
III
IV
I
II
2010
III
IV
2011
I 2012
Hal yang perlu dicermati dalam hal ini adalah pergerakan inflasi Watampone yang sedikit berbeda dari ke-3 kota lainnya. Laju inflasi Watampone pada triwulan I-2012 masih mengalami peningkatan yang lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya, sementara ke3 kota lainnya masih cenderung lebih rendah. Di sisi lain, arus barang keluar melalui pelabuhan di Watampone lebih dominan dibandingkan arus barang masuk, mengingat pelabuhan dimaksud merupakan pintu keluar ke Kendari (Sulawesi Tenggara) untuk memenuhi kebutuhan provinsi lain. Meski mengalami kondisi yang berlainan, sumbangan Watampone terhadap inflasi Sulsel masih tercatat paling rendah. Hal tersebut karena bobot Watampone yang hanya sebesar 5,71%, sedikit di bawah bobot Palopo (6,03%). Tabel 2.9. Sumbangan Inflasi 4 (Empat) Kota di Sulsel Sumbangan Inflasi Kota
Keterangan
2010
2011
2012
1
2
3
4
1
2
3
4
1
Watampone
0,17%
0,17%
0,32%
0,32%
0,30%
0,32%
0,17%
0,13%
0,20%
Makassar
2,90%
2,91%
5,53%
5,51%
5,32%
5,35%
2,87%
2,42%
3,42%
Palopo
0,19%
0,19%
0,37%
0,36%
0,35%
0,35%
0,19%
0,16%
0,22%
Pare-pare
0,19%
0,19%
0,36%
0,36%
0,34%
0,35%
0,18%
0,16%
0,22%
3,45%
3,46%
6,58%
6,56%
6,32%
6,37%
3,37%
2,87%
4,06%
Sulawasi Selatan
Kota yang memberikan sumbangan inflasi terbesar untuk Provinsi Sulsel pada triwulan I-2012 masih diduduki oleh Makassar sebagai kota dengan bobot inflasi terbesar di Sulsel, yaitu sebesar 3,42%. Nilai tersebut lebih rendah jika dibandingkan triwulan yang sama pada tahun 2011 (5,32%). Namun nilai tersebut cenderung lebih tinggi jika dibandingkan triwulan IV-2011 (2,42%). Hal yang serupa terjadi pada kota Palopo yang menyumbangkan inflasi 0,22% di triwulan I-2012, atau menurun jika dibandingkan triwulan I-2011 (0,35%),
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan I - 2012
37
akan tetapi sumbangan inflasi kota Palopo pada triwulan laporan cenderung meningkat jika dibandingkan periode sebelumnya(0,16%), tabel 2.9. 2.2.
Disagregasi Inflasi Selain analisa inflasi berdasarkan pengelompokan Inflasi yang diukur dengan IHK di
Indonesia dikelompokan ke dalam 7 kelompok pengeluaran berdasarkan Classification of
Individual Consumption According to Purpose (COICOP), dilakukan juga analisa disagregasi inflasi yang membagi inflasi menjadi inflasi inti (core inflation) dan inflasi non-inti (volatile dan
administred inflation). Hal ini dilakukan untuk menghasilkan indikator inflasi yang lebih menggambarkan pengaruh dari faktor yang bersifat fundamental, dimana inflasi dapat bersumber dari adanya tekanan dari sisi supply (cost push inflation), dari sisi permintaan (demand pull inflation), dan ekspektasi inflasi. Inflasi inti, yaitu komponen inflasi yang cenderung menetap atau persisten (persistent
component) di dalam pergerakan inflasi dan dipengaruhi oleh faktor fundamental, seperti interaksi permintaan-penawaran, lingkungan eksternal, nilai tukar, harga komoditi internasional, inflasi mitra dagang, serta ekspektasi inflasi dari pedagang dan konsumen. Kemudian inflasi non inti, yaitu komponen inflasi yang cenderung tinggi volatilitasnya karena dipengaruhi oleh selain faktor fundamental. Komponen inflasi non-inti terdiri dari inflasi komponen bergejolak (volatile foods) yang biasa dipengaruhi oleh shocks (kejutan) dalam kelompok bahan makanan seperti panen, gangguan alam, atau faktor perkembangan harga komoditas
pangan
domestik
maupun
perkembangan
harga
komoditas
pangan
internasional. Terakhir adalah inflasi komponen harga yang diatur Pemerintah (administered
price), dimana inflasi yang dominan dipengaruhi oleh shocks (kejutan) berupa kebijakan harga pemerintah, seperti harga BBM bersubsidi, tarif listrik, tarif angkutan, dan lain-lain. Sumbangan inflasi Sulsel, sejak triwulan II-2010 sampai dengan triwulan I-2011 didominasi oleh komponen bergerak (volatile inflation), kemudian pada urutan kedua adalah inti dan yang terakhir adalah inflasi komponen harga yang diatur pemerintah (administered
inflation). Namun sejak triwulan II-2011 sampai dengan triwulan laporan, sumbangan inflasi terbesar berasal dari inflasi inti, kemudian diikuti volatile inflation atau administered inflation, lihat grafik 2.27. Dominasi volatile inflation dalam inflasi di Sulsel triwulan I-2012 disebabkan karena kondisi cuaca antara lain curah hujan yang masih cukup tinggi sehingga menyebabkan turunnya produksi bahan makanan terutama antara lain komoditas sayur-sayuran serta hasil tangkapan ikan. Disamping itu, kurang kondusifnya cuaca pada triwulan I-2012 turut mempengaruhi
kualitas
panen
beras,
mengurangi
produksi
udang
tambak
dan
mengakibatkan proses distribusi barang kurang lancar.
38
Triwulan I - 2012
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Grafik 2.27. Sumbangan Inflasi Inti, Administered dan Volatile 6,00%
Grafik 2.28. Pertumbuhan Inflasi Inti, Administered dan Volatile 20,00%
Administered Inflation Core Inflation
5,00%
15,00%
Volatile Inflation
Administered Inflation
Core Inflation
Volatile Inflation
Total
4,00%
Sumber: BPS Diolah 10,00%
3,00% 2,00%
5,00%
1,00%
0,00%
0,00% -1,00%
1 1
2
3
4
1
2
2009
3
4
2010
1
2
3
4
2011
1
-5,00%
2
3
4
1
2009
2
3 2010
4
1
2
3 2011
4
1 2012
2012
2.3 Pemantauan Inflasi oleh KBI Pada tanggal 2 Februari 2012 dilakukan rapat teknis Forum Koordinasi Pematauan dan Pengendalian Inflasi (FKPPI) Prov. Sulsel. Adapun butir-butir hasil pertemuan tersebut adalah sebagai berikut: A. Program kerja TPID Sulsel
Membentuk TPID daerah Makassar dan Bone, mengingat kedua kota merupakan wilayah yang dihitung laju inflasinya.
Mendesain sistem informasi harga terpadu, sehubungan dengan banyaknya data harga komoditas strategis di Sulsel yang dimiliki oleh masing-masing dinas.
Melakukan Rakorwil TPID Sulampua untuk koordinasi antar daerah (provinsi) dan menggali
berbagai
masukan
dari
masing-masing
TPID
berkaitan
dengan
permasalahan distribusi dan alokasi pasokan barang-barang kebutuhan pokok strategis serta upaya membangun sinergi program antar TPID Sulampua sebagai materi yang akan disampaikan dalam pertemuan Rakornas TPID.
Dukungan data dan informasi terkait dengan riset ketahanan pangan KBI Makassar 2012, dimana hasilnya dapat dimanfaatkan untuk TPID dimasa mendatang.
Pelaksanaan Pasar Murah, sebagaimana yang telah dilaksanakan pada 2011, perlu dilanjutkan pada 2012, namun perlu persiapan yang lebih matang agar hasilnya lebih optimal.
Pertemuan Rutin (termasuk koordinasi daerah), merupakan pertemuan rapat khusus sebagai follow up dari rapat teknis yang belum terselesaikan.
B. Rencana Tindak Lanjut
Menghadapi potensi tekanan inflasi yang tinggi, maka diharapkan dalam rapat teknis bulanan atau rapat khusus (jika dianggap perlu) untuk membuat rekomendasi yang konkrit dalam rangka pengendalian inflasi kedepannya. Dengan demikian ada program
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan I - 2012
39
aksi yang dapat secara cepat dilakukan apabila terjadi lonjakan harga barang/jasa di masyarakat.
Menyusun program kerja dan kegiatan yang lebih rinci, baik dalam jangka pendek dan jangka panjang pada High Level Meeting yang rencananya akan diadakan pada akhir Februari 2011.
Melakukan pertemuan tersendiri dalam rangka pembentukan TPID Makssar dan Bone dengan pihak-pihak terkait sehingga diharapkan dapat terbentuk sebelum Rakorwil Sulampua.
Diperlukan pertemuan tersendiri dan pembentukan tim khusus untuk membahas pengembangan sistem informasi harga dan pasokan bahan makanan, yaitu antara Dinas Pertanian, Badan Ketahanan Pangan, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Bank Indonesia, dan Balai Karantina.
Disamping rapat teknis diatas, pada tanggal 8 Maret 2012 dilakukan High Level Meeting (FKPPI) Prov. Sulawesi Selatan. Adapun butir-butir hasil pertemuan tersebut adalah sebagai berikut: A.
Pembahasan Rancangan Permendagri mengenai Pedoman TPID
Untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang positif dan berkelanjutan, disadari pentingnya pengendalian inflasi antara lain dengan cara menjaga kesinambungan pasokan dan keterjangkauan barang dan jasa di daerah.
Inflasi di daerah selain dipengaruhi oleh ekspektasi masyarakat, terutama dibentuk oleh kondisi sektor riil (sisi supply) yang antara lain adalah sisi produksi, distribusi, tata niaga, dan pengelolaan dampak administered price.
Kondisi sektor ril di daerah merupakan tanggung jawab pemerintah daerah, mengingat kondisi tersebut sangat dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah daerah. Sehingga tanggung jawab pengendalian inflasi di daerah sebagian dipegang oleh pemerintah daerah.
Di sisi lain, Bank Indonesia sebagai otoritas moneter memiliki tugas mengendalikan inflasi melalui kebijakan moneter di tingkat pusat, dan memiliki fungsi supervisi (rekomendasi) di daerah. Oleh karena itu pembentukan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) menjadi penting sebagai wadah koordinasi untuk mendorong rekomendasi kebijakan dalam rangka pengendalian inflasi.
Saat ini telah dibentuk Kelompok Kerja Nasional Koordinasi Tim Pengendalian Inflasi Daerah (Pokjanas TPID) yang bertugas mewadahi kerjasama antara TPID di tingkat provinsi dan Kabupaten. Pokjanas TPID terdiri dari 3 unsur, yaitu Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, dan Bank Indonesia.
Rancangan Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) mengenai Pedoman TPID saat ini sedang disusun oleh Pokjanas TPID. Rancangan Permendagri tersebut dimaksudkan untuk dapat dijadikan acuan bagi Pemerintah Daerah dalam rangka melakukan
upaya-upaya
pengelolaan
aktivitas
dalam
penyelenggaraan
urusan
pemerintahan, yang berpengaruh terhadap pembentukan inflasi di daerahnya.
40
Triwulan I - 2012
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Pokjanas TPID masih menunggu masukan dari seluruh pemerintah daerah yang dapat disampaikan melalui website www.pekda15.com
B.
Kesepakatan Program Kerja FKPPI Sulsel
Telah disepakati Program Kerja FKPPI Sulsel Tahun 2012 yang terdiri dari rapat dan koordinasi rutin, serta program kerja utama.
Rapat dan Koordinasi Rutin antara lain : 1. Pertemuan teknis 2. High Level Meeting 3. Rapat koordinasi TPID se-Sulawesi, Maluku, dan Papua
Program Kerja Utama antara lain 1. Stabilisasi harga komoditas pangan strategis 2. Pasar murah Ramadhan 3. Operasi Pasar 4. Kajian ketahanan pangan strategis Sulsel 5. Pembentukan Sub-FKPPI Kota Makassar dan Watampone 6. Sosialisasi inflasi 7. Pengkajian Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS)
C.
Tindak Lanjut
Program Kerja FKPPI Sulsel tahun 2012 yang telah disetujui bersama akan dilaksanakan sebaik-baiknya dengan peran serta dari Pemerintah Provinsi dan pemerintah kabupaten/kota.
Pelaksanaan rapat rutin FKPPI Sulsel akan dikaitkan dengan pertemuan rutin SKPD, dimana hasil rapat FKPPI akan menjadi masukan bagi rapat SKPD Sulsel.
Rapat Koordinasi Wilayah (Rakorwil) untuk daerah Sulawesi-Maluku-Papua (Sulampua) akan dilaksanakan pada bulan April 2012, dilanjutkan dengan Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) TPID di bulan Mei 2012.
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan I - 2012
41
Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank
42
Triwulan I - 2012
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Bab 3 A.
Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran
Perbankan Secara umum, kinerja perbankan Sulsel pada triwulan I-2012 masih tumbuh pada
level yang tinggi. Hal ini tercermin dari indikator perbankan seperti total aset, kredit dan Dana Pihak Ketiga (DPK). Total aset perbankan tumbuh sebesar 26,33% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 22,32%. Peningkatan pertumbuhan total aset tersebut didorong oleh peningkatan kredit dan DPK. Sementara peningkatan LDR perbankan Sulsel menjadi sebesar 127,47% dari sebelumnya 124,62% akibat dari pertumbuhan kredit melebihi pertumbuhan DPK. Kualitas kredit masih terjaga dengan baik, tercermin dari level Non Performing Loans (NPLs) Bank Umum pada triwulan laporan secara gross tercatat sebesar 2,82%, masih berada dibawah batas aman 5,00%. Demikian pula, perbankan Syariah Sulsel pada triwulan I-2012 juga menunjukkan perkembangan semakin meningkat melebihi pertumbuhan bank umum konvensional Sulsel baik pada sisi pembiayaan maupun DPK. Peningkatan penyaluran pembiayaan yang tercermin dari level Finance to Deposit Ratio (FDR) yaitu sebesar 206,70% dari 185,89% pada triwulan sebelumnya. Disisi lain, perkembangan Bank Perkreditan Rakyat/Syariah (BPR/S) juga relatif baik, terindikasi dari masih tingginya pertumbuhan DPK dan kredit/pembiayaan. 3.1.
Kondisi Umum
3.1.1 Perkembangan Kelembagaan Dari sisi kelembagaan, pada triwulan I-2012, jumlah bank di Sulsel bertambah 1 (satu) bank yaitu Bank Papua. Komposisi Bank umum konvensional meningkat menjadi 41 bank, sementara jumlah BPR tidak mengalami perubahan pada triwulan laporan tercatat sebanyak 27 BPR (tabel 3.1). Tabel 3.1 Perkembangan Kelembagaan Bank Umum Sulawesi Selatan
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan I - 2012
43
3.1.2 Perkembangan Aset Perbankan Total aset Bank Umum pada triwulan I-2012 tumbuh sebesar 26,33%
menjadi
Rp67,57 triliun, lebih tinggi dibandingkan triwulan IV-2011 yang tumbuh sebesar 22,32% (tabel 3.2). Pertumbuhan aset perbankan pada periode laporan didorong oleh peningkatan pertumbuhan aset bank asing dan campuran serta bank pemerintah yang tumbuh masingmasing dari 27,04% dan 19,72% (y.o.y) pada triwulan sebelumnya menjadi sebesar 39,33% dan 27,44% (y.o.y) pada triwulan laporan. Sementara itu aset bank swasta nasional menurun dari 26,35% (y.o.y) menjadi 24,36% (y.o.y) pada triwulan I-2012. Peningkatan aset bank asing dan campuran tersebut terutama didorong oleh pertumbuhan kredit yang tumbuh signifikan sebesar 74,59% (y.o.y) sementara pada triwulan sebelumnya hanya tumbuh sebesar 1,48% (y.o.y).
KOMPONEN Total Aset Bank Pemerintah Bank Swasta Nasional Bank Asing dan Campuran
3.2.
Tabel 3.2 Aset Bank Umum Berdasarkan Pertumbuhan (y.o.y) 2010 2011 2012 III IV I II III IV I 21,17% 20,84% 27,17% 24,88% 23,55% 22,32% 26,33% 14,25% 14,56% 23,08% 24,47% 21,23% 19,72% 27,44% 38,85% 37,64% 34,19% 26,29% 27,72% 26,35% 24,36% -46,40% -52,98% 19,80% -5,16% 2,96% 27,04% 39,33%
Kelompok Bank Nominal (Rp. Milyar) 2010 2011 III IV I II III 48.938 52.865 53.491 57.590 60.460 29.704 32.233 32.186 35.005 36.011 18.765 20.189 20.899 22.160 23.967 469 443 406 425 483
IV 64.662 38.591 25.509 563
2012 I 67.573 41.018 25.989 565
Intermediasi Perbankan Kinerja intermediasi perbankan tercermin dari perkembangan pergerakan LDR,
mengalami peningkatan menjadi 127,47% pada triwulan I-2012 dibandingkan triwulan IV2011 yang tercatat sebesar 124,62%. Peningkatan LDR tersebut terutama karena terjadinya peningkatan pertumbuhan penyaluran kredit yang lebih tinggi daripada pertumbuhan DPK. 3.2.1 Perkembangan Dana Masyarakat Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dihimpun oleh bank umum pada triwulan I-2012 mencapai Rp46,09 triliun, mengalami peningkatan pertumbuhan dari 22,58% (y.o.y) pada triwulan IV-2011 menjadi 23,04% (y.o.y) – tabel 3.3. Pertumbuhan DPK ini terutama didorong oleh peningkatan pertumbuhan giro, yaitu dari 17,40% pada triwulan IV-2011 menjadi 21,14% (y.o.y) disusul peningkatan pertumbuhan tabungan dari 26,67% menjadi 27,09% (y.o.y). Sementara deposito mengalami perlambatan dari triwulan sebelumnya, yaitu dari 17,39% pada triwulan IV-2011 menjadi 17,09% pada triwulan laporan.
44
Triwulan I - 2012
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Tabel 3.3 Penghimpunan Dana dan Penyaluran Kredit/Pembiayaan Bank Umum KOMPONEN 1. DPK a. Giro b. Tabungan c. Deposito 2. Kredit 3. LDR (%) 4. NPLs Gross (%)
2010 III 15,31% 20,41% 22,10% 2,01% 21,40%
IV 11,00% 12,69% 13,02% 6,50% 18,10%
Pertumbuhan (y.o.y) 2011 I II 24,14% 19,56% 26,55% 17,16% 33,87% 24,92% 9,15% 12,18% 25,59% 25,58%
III 20,96% 14,92% 19,97% 26,51% 29,86%
IV 22,58% 17,40% 26,67% 17,39% 32,43%
2012 I 23,04% 21,14% 27,09% 17,09% 26,30%
2010 III IV 33.959 37.299 5.948 5.628 18.274 20.865 9.738 10.806 41.120 43.025 121,09% 115,35% 3,06% 2,94%
Nominal (Rp. Milyar) 2011 II III 39.159 41.077 6.715 6.835 20.907 21.923 11.537 12.319 50.085 53.401 127,90% 130,00% 3,36% 3,22%
I 37.461 6.516 19.648 11.298 46.520 124,18% 3,25%
IV 45.722 6.607 26.430 12.685 56.979 124,62% 2,63%
2012 I 46.091 7.893 24.970 13.228 58.755 127,47% 2,82%
3.2.2 Penyaluran Kredit Pada triwulan I-2012, pertumbuhan penyaluran kredit perbankan di Sulsel menurun dari 32,43% pada periode sebelumnya menjadi 26,30% (y.o.y) - tabel 3.4. Level pertumbuhan kredit perbankan Sulsel tersebut masih melebihi pertumbuhan kredit perbankan secara nasional yang tercatat sebesar 24,94% pada triwulan laporan. Dari sisi penggunaannya, kredit konsumsi dan modal kerja mengalami perlambatan pertumbuhan, dengan perlambatan pertumbuhan tertinggi pada kredit konsumsi sebesar 21,87% lebih rendah dibandingkan laporan periode sebelumnya (35,33%). Sementara itu, kredit investasi mengalami peningkatan pertumbuhan menjadi 28,20% dibandingkan laporan periode sebelumnya (26,37%). Tabel 3.4 Penyaluran Kredit/Pembiayaan Bank Umum Per Jenis Penggunaan
KOMPONEN Kredit (lokasi proyek) - Modal Kerja - Investasi - Konsumsi
2010 III 21,40% 13,56% 26,60% 26,66%
IV 18,10% 13,21% 32,36% 16,45%
Pertumbuhan (y.o.y) 2011 I II III 25,59% 25,58% 29,86% 24,49% 26,40% 30,44% 18,72% 23,14% 33,94% 29,99% 26,03% 27,53%
IV 32,43% 32,64% 26,37% 35,33%
2010 2012 I III IV 26,30% 41.120 43.026 30,45% 15.424 16.610 28,20% 7.976 8.961 21,87% 17.720 17.455
Nominal (Rp Milyar) 2011 I II III 46.520 50.084 53.401 17.247 18.799 20.120 9.148 10.027 10.683 20.125 21.258 22.598
IV 56.979 22.032 11.324 23.623
2012 I 58.755 22.500 11.728 24.527
Kenaikan pada kredit investasi diperkirakan sebagai dampak dari ekspektasi kondisi perekonomian daerah yang cenderung meningkat pada triwulan I-2012. Berdasarkan hasil Survei Konsumen pada Maret 2012, tingkat ekspektasi masyarakat terhadap kondisi perekonomian daerah yang tercermin dari Indeks Ekspektasi Konsumen, mengalami peningkatan (grafik 3.1). Sejalan dengan hal tersebut, tingkat ekspektasi penghasilan yang akan datang juga mengalami peningkatan (grafik 3.2). Kondisi ini relatif mempengaruhi peningkatan pertumbuhan kredit investasi.
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan I - 2012
45
Grafik 3.1. Perkembangan Indeks Ekspektasi Konsumen
Grafik 3.2. Perkembangan Indeks Ekspektasi Penghasilan 6 bln y.a.d
Indeks Ekspektasi Konsumen y.o.y
140
155
25%
135
20%
130
15%
125
10%
120
5%
10%
140
5%
135
0%
115
0%
110
-5%
125
-10%
120
Smb : Survei Konsumen KBI Mks
100
-15% 1
2
3
2009
4
1
2
3
4
1
2010
2
3
2011
4
1 2012
Grafik 3.3 Pangsa Kredit/Pembiayaan Bank Umum Per Jenis Penggunaan Tw. I-2012
15%
145
130
105
20%
Indeks ekspektasi penghasilan 6 bln yg akan dtg y.o.y
150
Smb : Survei Konsumen KBI Mks
-5% -10% -15%
115
-20% 1
2
3
4
1
2
2009
3
4
2010
1
2
3
4
2011
1 2012
Grafik 3.4 Pangsa Kredit/Pembiayaan Bank Umum Per Sektor Ekonomi Tw. IV-2011 Pertambangan Industri Pengolahan 1% Pertanian 7% Listrik, Gas, Air 1% 1%
Konsumsi 42%
Konstruksi 4%
Modal Kerja 38%
Investasi 20%
Lain-lain 36%
Perdagangan 21%
Perdagangan 21% Jasa Sosial Masyarakat 2% Jasa Dunia Usaha 4%
Pengangkutan 2%
Kredit konsumsi pada triwulan I-2012 masih memiliki pangsa yang tertinggi dibandingkan kredit lainnya terhadap keseluruhan kredit, dimana share kredit konsumsi mencatat pangsa tertinggi 41,75% atau sebesar Rp24,53 triliun, diikuti kredit modal kerja Rp22,50 triliun (38,29%) dan kredit investasi Rp11,73 triliun (19,96%) - grafik 3.3. Namun demikian, proporsi kredit modal kerja mengalami sedikit penurunan sebesar 0,37%, sementara itu proporsi kredit konsumsi dan kredit investasi masing-masing meningkat 0,29% dan 0,09% dari triwulan sebelumnya. Secara sektoral, pangsa penyaluran kredit pada triwulan I-2012 masih tetap didominasi 3 (tiga) sektor utama yaitu sektor lain-lain (konsumsi), sektor perdagangan-hotelrestoran dan sektor industri pengolahan masing-masing sebesar 45,10%, 26,98% dan 8,24% (grafik 3.4). Sementara itu, peningkatan pertumbuhan kredit yang cukup signifikan dibandingkan triwulan sebelumnya terjadi pada sektor perdagangan-hotel-restoran yaitu dari 21,96% (y.o.y) pada triwulan sebelumnya menjadi 32,17% (y.o.y) pada triwulan laporan. Peningkatan pertumbuhan kredit pada sektor perdagangan-hotel-restoran didorong oleh membaiknya perkembangan ekonomi Sulsel. Meski demikian, penurunan pertumbuhan terjadi pada sektor jasa dunia usaha dan sektor lain-lain. Penurunan pertumbuhan kredit
46
Triwulan I - 2012
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
tertinggi terjadi pada sektor jasa dunia usaha yaitu dari 93,08% (y.o.y) pada triwulan sebelumnya menjadi 64,12% (y.o.y) pada triwulan laporan. Tabel 3.5 Pertumbuhan Tahunan Kredit/Pembiayaan Per Sektor Ekonomi KOMPONEN Kredit Pertanian Pertambangan Industri Pengolahan Listrik, Gas, Air Konstruksi Perdagangan Pengangkutan Jasa Dunia Usaha Jasa Sosial Masyarakat Lain-lain
2010 III 21,16% -58,15% 20,56% 6,52% 146,80% 12,53% 16,62% -3,73% -46,50% 275,10% 37,42%
IV 21,40% -52,69% 64,37% 23,36% 73,72% 20,40% 14,16% -14,66% -19,70% 337,69% 22,23%
Pertumbuhan (y.o.y) 2011 I II III 18,10% 25,59% 29,86% -2,90% 54,26% 89,41% 28,95% 60,84% 81,80% 26,66% 21,16% 20,49% 23,61% -5,16% -10,42% 48,34% 25,71% 23,45% 32,43% 38,86% 24,68% -11,53% -1,36% 39,67% 75,55% 155,22% 176,00% 11,16% -5,22% 12,90% 20,97% 17,41% 27,59%
IV 32,43% 82,16% 70,01% 26,11% -17,93% 16,75% 21,96% 73,37% 93,08% -4,59% 38,42%
2012 I 26,30% 76,99% 67,44% 30,85% -9,58% 9,70% 32,17% 75,71% 64,12% -6,02% 20,23%
2010 III 41.120 413 263 3.367 418 2.530 11.435 1.021 986 1.462 19.226
II 39.884 448 260 3.278 299 2.319 9.853 1.285 899 1.679 19.563
IV 43.025 468 331 3.884 441 2.679 12.678 1.005 1.578 1.641 18.321
Nominal (Rp. Milyar) 2011 I II 46.520 50.085 499 692 339 418 3.701 3.971 420 284 2.870 2.915 11.995 13.683 1.040 1.267 1.932 2.296 1.685 1.591 22.039 22.968
III 53.401 782 478 4.057 374 3.123 14.257 1.426 2.722 1.650 24.530
IV 56.979 853 563 4.898 362 3.127 15.462 1.743 3.046 1.565 25.359
2012 I 58.755 883 568 4.842 379 3.148 15.854 1.828 3.171 1.583 26.497
Dari sisi aspek pengelolaan manajemen risiko, perbankan Sulsel pada triwulan I-2012 juga menunjukkan kondisi yang masih baik, tercermin dari rasio kredit macet atau Non Performing Loans (NPLs) Bank Umum yang tetap terjaga pada level yang aman (dibawah 5%), yaitu sebesar 2,82%, meski sedikit lebih tinggi dari periode sebelumnya yaitu sebesar 2,63% (tabel 3.6). Tabel 3.6 Perkembangan NPLs Gross Bank Umum KOMPONEN NPL Gross
2009 III IV 4,08% 3,08%
I 3,47%
2010 II III 2,95% 3,06%
IV 2,94%
I 3,25%
2011 II III 3,36% 3,22%
IV 2.63%
2012 I 2.82%
Secara sektoral, NPL tertinggi terjadi pada sektor pertanian yang mencapai 9,80% (grafik 3.5), diikuti oleh sektor Industri pengolahan dan sektor jasa sosial yang masing-masing sebesar 5,74% dan 3,74%. Rasio NPL yang sangat tinggi di sektor pertanian diduga terjadi karena produktivitas sektor tersebut memiliki ketergantungan yang cukup besar pada faktor alam seperti cuaca esktrim yang berakibat pada penurunan produksi saat masa panen tiba. Hal tersebut dapat mempengaruhi pendapatan atau kemampuan para petani untuk membayar
kreditnya.
NPL
di
sektor
pertanian
menunjukkan
sedikit
peningkatan
dibandingkan triwulan sebelumnya dari 9,43% menjadi 9,80% pada triwulan laporan. Kondisi cuaca ekstrim pada triwulan I-2012 masih mengganggu produksi pertanian Sulsel sehingga mempengaruhi pendapatan atau kemampuan para petani untuk membayar kredit.
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan I - 2012
47
Grafik 3.5 NPLs Per Sektor Ekonomi Triwulan IV-2011 Listrik, Gas, Air Pertambangan Lain-lain Pengangkutan Jasa Dunia Usaha Konstruksi Perdagangan Jasa Sosial Masyarakat Industri Pengolahan Pertanian
0,66% 1,75% 1,76% 1,98% 2,47% 2,77% 3,48% 3,74% 5,74% 9,80% 0%
2%
4%
6%
8%
10%
12%
3.2.3 Kredit MKM Berdasarkan segmentasi skala usaha debitur, sebagian besar kredit/pembiayaan Bank
Umum
di
Sulsel
diklasifikasikan
sebagai kredit/pembiayaan Mikro, Kecil dan Menengah
(MKM).
Pangsa
Grafik 3.6 Pangsa Kredit/pembiayaan MKM Bank Umum Per Sektor Ekonomi Tw. I-2012 Jasa Sosial Masyarakat 7% Jasa Dunia Usaha 7%
Lain-lain 11%
Pengangkutan 6%
Industri Pengolahan 5%
kredit/
Listrik, Gas, Air 0%
pembiayaan MKM per sektor ekonomi pada posisi Maret 2012 sebagian besar masih didominasi
oleh
sektor
Pertanian 4% Pertambangan 1%
Perdagangan 52%
Konstruksi 7%
perdagangan
51,47%, diikuti oleh sektor lain-lain, sektor konstruksi dan sektor jasa sosial masyarakat yang masing-masing memiliki proprosi sebesar 10,91% ; 7,37% ; 7,19% (grafik 3.6). Penyaluran kredit/pembiayaan MKM secara tahunan pada triwulan laporan menunjukkan perlambatan pertumbuhan dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu dari 37% (y.o.y) menjadi tumbuh sebesar 20% (y.o.y) - tabel 3.7. Beberapa sektor yang mengalami perlambatan pertumbuhan adalah sektor lain-lain (konsumsi), sektor pertambangan, serta sektor pertanian. Sementara itu, sektor yang mengalami peningkatan pertumbuhan adalah sektor listrik, gas & air dan sektor industri pengolahan. Selanjutnya pada triwulan laporan terdapat sektor yang mengalami pertumbuhan negatif yaitu jasa sosial masyarakat. Perlambatan pertumbuhan kredit MKM hampir diseluruh sektor tersebut sejalan dengan perlambatan kinerja kredit MKM secata total pada triwulan I-2012.
48
Triwulan I - 2012
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Tabel 3.7. Pertumbuhan Kredit/Pembiayaan Mikro, Kecil dan Menengah (MKM) Bank Umum (y.o.y) KOMPONEN Kredit Pertanian Pertambangan Industri Pengolahan Listrik, Gas, Air Konstruksi Perdagangan Pengangkutan Jasa Dunia Usaha Jasa Sosial Masyarakat Lain-lain
3.3.
2010 III -46% -47% 40% 62% 149% 30% 8% 69% -43% 279% -92%
IV -51% -53% 281% 59% 160% 20% -1% 45% -50% 336% -96%
Pertumbuhan (y.o.y) 2011 I II III -13% 26% 26% 106% 170% 95% 240% 461% 245% 128% 19% 9% 900% -4% 72% 182% 8% 13% 65% 47% 14% 69% 91% 140% 20% 49% 72% 10% -5% 8% -80% -34% 58%
Nominal (Rp. Milyar) IV 37% 154% 134% 16% 118% 18% 21% 164% 80% -3% 241%
2012 I II 20% 12.463 108% 193 53% 31 17% 700 124% 29 10% 1.126 16% 5.806 139% 346 37% 719 -12% 1.389 17% 2.125
2010 III 13.311 314 48 781 40 1.245 7.588 342 677 1.288 989
IV 13.094 272 75 835 30 1.201 7.748 371 677 1.377 509
I 14.970 346 105 830 29 1.207 7.972 418 902 1.480 1.681
2011 II III 15.753 16.713 520 612 172 166 833 849 28 69 1.212 1.410 8.530 8.671 660 821 1.072 1.167 1.320 1.386 1.406 1.562
IV 17.985 689 175 968 65 1.412 9.409 979 1.219 1.336 1.733
2012 I 18.011 719 160 971 65 1.328 9.270 1.001 1.237 1.295 1.965
Perbankan Syariah Pada triwulan laporan, jumlah perbankan syariah tidak mengalami perubahan
dibandingkan triwulan IV-2011, yakni sebanyak 11 Bank Syariah yang terdiri dari 6 (lima) Bank Umum Syariah dan 5 (lima) Unit Usaha Syariah. Tabel 3.8. Perkembangan Bank Umum Syariah KOMPONEN 1. DPK a. Giro b. Tabungan c. Deposito 2. Pembiayaan 3. FDR (%) 4. NPFs Gross (%)
2010 IV 26,77% -9,02% 44,11% 23,85% 41,08%
I 75,82% 140,79% 78,06% 60,91% 78,25%
Pertumbuhan (y.o.y) 2011 II III 34,90% 35,77% 39,72% 44,16% 34,31% 43,11% 34,25% 26,47% 56,31% 47,17%
IV 45,86% 68,16% 46,78% 38,97% 52,90%
2012 I 26,15% 21,52% 39,11% 14,60% 38,61%
2010 IV 1.139 130 520 490 2.020 177,33% 3,03%
Nominal (Rp. Milyar) 2011 I II III 1.254 1.289 1.399 162 153 165 545 569 649 546 566 584 2.358 2.656 2.876 188,11% 206,08% 205,67% 2,50% 2,48% 2,62%
IV 1.662 218 763 680 3.089 185,89% 1,75%
2012 I 1.581 197 758 626 3.268 206,70% 1,53%
Kinerja perbankan Syariah Sulsel pada triwulan I-2012 meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya, yang tercermin dari pertumbuhan DPK, pembiayaan serta Finance to Deposit Ratio (FDR) - (tabel 3.8.). Peningkatan FDR lebih disebabkan oleh peningkatan pertumbuhan pembiayaan yang lebih tinggi apabila dibandingkan pertumbuhan DPK. Pembiayaan masih memiliki porsi yang lebih besar dari DPK yang tercermin dari FDR 206,70%, kualitas pembiayaan pada triwulan laporan semakin baik dan tetap terjaga pada level yang aman. Hal ini tercermin dari nilai Non Performing Financing (NPFs) secara gross di 1,53% (dibawah 5%) turun 0,22% dibandingkan triwulan IV-2011. 3.4.
Perbankan BPR Dari sisi kelembagaan, jumlah BPR yang beroperasi pada triwulan I-2012 berjumlah
27 bank. Pada triwulan I-2012 (Posisi Februari 2011), total aset perbankan kelompok BPR/S
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan I - 2012
49
tercatat tumbuh sebesar 68,1% (y.o.y), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya 58,7% (y.o.y) atau menjadi sebesar Rp823,6 milyar (grafik 3.7). Penghimpunan Dana Pihak Ketiga BPR/S mengalami peningkatan pertumbuhan menjadi sebesar 50,93% (y.o.y) pada triwulan I-2012, dari triwulan sebelumnya tumbuh 47,06% (y.o.y). Di sisi lain, kredit/pembiayaan yang berhasil disalurkan oleh BPR/S tumbuh 44,33% (y.o.y), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 46,53% (grafik 3.8.). Grafik 3.7. Perkembangan Aset BPR/S Aset y.o.y
1.000
160%
Smb : LB-BPR/S * Sementara
140% 120%
800
100%
600
80%
400 200
Rp Milyar
1
2
3
2008
4
1
2
3
4
2009
1
2
3
2010
4
1
2
3
2011
4 1* 2012
Smb : LB * Sementara
LDR
400 300
40%
200
0%
Kredit
500
60% 20%
-
DPK 600
100
Milyar Rp
1.200
Grafik 3.8. Perkembangan DPK, Kredit & LDR BPR/S
0 1
2
3
2007
4
1
2
3
2008
4
1
2
3
2009
4
1
2
3
4
2010
Rasio perbandingan kredit/pembiayaan dengan Dana Pihak Ketiga BPR/S pada triwulan laporan tercatat sebesar 151,3%, lebih rendah dibandingkan LDR pada triwulan IV-2011 yang sebesar 155,8%. Penurunan LDR ini terutama karena penurunan pertumbuhan kredit/pembiayaan yang disalurkan pada triwulan I-2012.
50
Triwulan I - 2012
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
B.
Sistem Pembayaran
3.5.
Perkembangan Aliran Uang Kartal Masuk (Inflow) dan Keluar (Outflow) Pada triwulan I-2012, perkembangan aliran uang kartal di Sulsel menunjukkan net
inflow sebesar Rp2,01 triliun, dimana aliran uang masuk ke dalam Bank Indonesia (inflow) melebihi aliran uang keluar dari Bank Indonesia (outflow). Perkembangan aliran uang kartal tersebut berlawanan dengan kondisi triwulan VI-2011, yang menunjukkan net outflow sebesar Rp0,11 triliun (grafik 3.11). Kondisi net inflow pada triwulan laporan karena faktor musiman sejalan dengan menurunnya kebutuhan uang kartal karena berakhirnya kegiatan perayaan libur Natal dan Tahun Baru, dan liburan anak sekolah. Pada triwulan I-2012, aliran uang masuk (inflow) tercatat sebesar Rp3,87 triliun atau meningkat dibandingkan triwulan IV-2011 yang sebesar Rp2,45 triliun (grafik 3.9). Kondisi yang berlawanan terjadi pada aliran uang keluar (outflow) dari Bank Indonesia yang mencatat penurunan dari Rp2,56 triliun menjadi Rp1,86 triliun (grafik 3.10). Grafik 3.9 Aliran Uang Kartal Masuk (Inflow) 4,50
Grafik 3.10 Aliran Uang Kartal Keluar (Outflow) 300%
Inflow
4,00
250%
Y.O.Y
3,50
200%
3,00
3,50
400%
Outflow
350%
Y.O.Y
3,00
300% 2,50
250%
150%
200%
2,00
2,50 100% 2,00 1,50
0%
1,00
-50%
0,50 -
-100%
100%
2
3
4
1
2009
2
3
4
1
2
2010
3
4
1
2011
2012
50%
1,00
0% 0,50
-50%
Triliun Rp
1
Triliun Rp
150% 1,50
50%
-100% 1
2
3 2009
4
1
2
3 2010
4
1
2
3 2011
4
1 2012
Grafik 3.11 Selisih Aliran Uang Kartal Masuk-Keluar (Net Inflow) 2,50
Net Flow 2,00 1,50 1,00 0,50 1 (0,50)
2
3 2009
4
1
2
3 2010
4
1
2 2011
3
4
1 2012
Triliun Rp
(1,00)
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan I - 2012
51
3.6.
Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) Dalam rangka menerapkan kebijakan clean money policy, Bank Indonesia secara
berkala melakukan kegiatan penukaran uang dan kas keliling yang menjangkau seluruh daerah di Sulsel. Selain itu juga dilakukan kegiatan pemusnahan Uang Tidak Layak Edar (UTLE) dengan terlebih dahulu melakukan Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB). Pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp0,89 triliun, tercatat menurun dibandingkan PTTB pada triwulan VI-2011 yang sebesar Rp1,39 triliun (grafik 3.12). Menurunnya jumlah uang tidak layak edar pada periode laporan merupakan dampak dari cukup berhasilnya kebijakan clean money policy yang diterapkan KBI Makassar untuk menjaga kondisi uang kartal yang beredar di masyarakat semakin membaik kualitasnya. Kondisi tersebut tercermin dari menurunnya Rasio PTTB terhadap inflow pada triwulan laporan dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu dari 56,7% pada triwulan VI-2011 menjadi 23,0%. Grafik 3.12 Pemberian Tanda Tingkat Berharga dan Inflow
Inflow & PTTB (Triliun Rp)
4,0 3,5
Inflow
120%
PTTB
100%
PTTB/Inflow
3,0
80%
2,5
60%
2,0 1,5
40%
1,0
20%
0,5 0,0
0% 1
2
3 2009
3.7.
PTTB / Inflow
4,5
4
1
2
3 2010
4
1
2
3 2011
4
1 2012
Perkembangan Temuan Uang Palsu Dalam rangka mengantisipasi peredaran uang palsu, secara berkala Bank Indonesia
Makassar melakukan kegiatan sosialisasi ciri-ciri keaslian uang rupiah hingga ke pelosok daerah. Pecahan uang palsu yang paling banyak ditemukan pada triwulan I-2012 adalah Rp50.000,00 (103 lembar) diikuti Rp100.000,00 (94 lembar), Rp20.000,00 (7 lembar), Rp10.000,00 (4 lembar) dan Rp5.000,00 (3 lembar), lihat grafik 3.13.
52
Triwulan I - 2012
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Grafik 3.13 Temuan Uang Palsu
20.000 3,32%
50.000 48,82%
10.000 1,90% 5.000 1,42%
100,000 24.21%
2.000 0,00%
1.000 0,00%
3.8.
Perkembangan Transaksi RTGS dan Kliring
3.8.1. Perkembangan RTGS Secara total, nilai transaksi BI-RTGS Sulsel hingga akhir triwulan I-2012 sebesar Rp41,8 triliun atau tumbuh sebesar 40,0% (y.o.y) dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar Rp50,7 triliun yang tumbuh sebesar 20,2% (y.o.y), lihat grafik 3.14. Transaksi BI-RTGS dalam periode laporan masih didominasi oleh aliran dana yang masuk (incoming) ke perbankan Sulsel dengan nilai sebesar Rp29,9 triliun, lebih tinggi dibandingkan aliran yang keluar (outgoing) dari perbankan Sulsel yang tercatat sebesar Rp11,9 triliun. Grafik 3.14 Transaksi RTGS – Total Transaksi 60
Total
90%
Y.O.Y
80%
50
70%
40
60% 50%
30
40%
20
30% 20%
10
10%
Triliun Rp
-
0% 2
3 2009
4
1
2
3 2010
4
1
2
3 2011
4
1 2012
Pada triwulan I-2012, pertumbuhan aliran dana yang masuk (incoming) ke perbankan Sulsel via RTGS menunjukkan peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu dari 21,5% menjadi 48,8% (y.o.y) - grafik 3.15. Kondisi yang sama terjadi pada pertumbuhan aliran dana yang keluar via RTGS (outgoing) pada triwulan laporan yang meningkat apabila
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan I - 2012
53
dibandingkan triwulan IV-2011, yaitu dari 17,6% tumbuh menjadi 21,9% (yoy), lihat grafik 3.16. Grafik 3.15 Transaksi RTGS – Incoming
Grafik 3.16 Transaksi RTGS – Outgoing
40
Incoming
90%
18
Outgoing
100%
35
Y.O.Y
80%
16
Y.O.Y
80%
70%
14
60%
12
50%
10
40%
40%
8
20%
30%
6
10
20%
4
5
10%
2
-
0%
-
30 25 20 15
4
1
2
2009
3
4
1
2
2010
3
4
1
2011
Triliun Rp
3
Triliun Rp
2
2012
60%
0% -20% -40% 2
3
4
1
2009
2
3
4
1
2
2010
3
4
2011
1 2012
3.8.2 Perkembangan Kliring Pertumbuhan kliring pada triwulan I-2012 menunjukkan penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu dari 14,52% pada triwulan VI-2011 menjadi tumbuh -21,66%. Dari sisi rata-rata harian, nilai perputaran kliring tercatat mengalami penurunan. Rata-rata harian nilai nominal perputaran kliring pada triwulan I-2012 tercatat sebesar Rp102 miliar, mengalami penurunan apabila dibandingkan triwulan VI-2011 yang sebesar Rp148 miliar. Selain itu, rasio rata-rata harian penolakan warkat (Cek/BG) kosong pada triwulan laporan, secara nominal dan lembar mengalami peningkatan. Secara nominal, rasio rata-rata warkat yang ditolak meningkat dari sebesar 2,10% pada triwulan VI-2011 menjadi sebesar 4,18% pada triwulan laporan. Sementara dari jumlah lembar, rasio rata-rata harian warkat meningkat pada triwulan laporan yaitu 2,58% dari 2,08% pada triwulan sebelumnya, lihat tabel 3.9. Tabel 3.9. Perputaran Kliring dan Cek/BG Kosong URAIAN
2009 1
2
2010 3
4
1
2
2011 3
4
1
2
2012
3
4
1
Total Perputaran Kliring - Nominal (triliun rupiah)
6,5
6,9
7,4
7,5
7,2
7,3
7,9
8,3
8,2
8,0
8,6
9,5
6,4
- Lembar (ribuan) Rata-rata Harian Perputaran Kliring
242,2
258,4
262,3
263,6
253,5
259,8
261,6
267,9
265,0
270,6
202,2
294,0
280,1
- Nominal (triliun rupiah)
0,111
0,111
0,121
0,118
0,113
0,113
0,120
0,126
0,128
0,135
0,130
0,148
0,102
- Lembar (ribuan) Nisbah Rata-rata Penolakan Cek/ BG Kosong
4,10
4,17
4,30
4,18
3,96
4,00
3,96
4,06
4,14
4,44
3,06
4,59
4,45
- Nominal (%)
1,67
2,01
1,66
2,19
1,73
2,10
2,30
1,90
2,40
2,05
2,46
2,10
4,18
- Lembar (%)
1,76
1,62
1,75
1,74
1,78
1,86
2,17
2,10
2,10
2,24
3,28
2,08
2,58
54
Triwulan I - 2012
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Bab 5
Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
Daya serap perekonomian Sulawesi Selatan hingga Februari 2012 terhadap angkatan kerja cukup baik, sebagaimana terlihat dari Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) pada Februari 2012 (64,6%) yang masih cukup tinggi. Sejalan dengan itu, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Sulawesi Selatan tercatat mengalami penurunan sebesar 0,2%, dari 6,7% pada Februari 2012 menjadi 6,5% pada Februari 2011. Selain itu, pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan masih memberikan kontribusi positif pada tingkat kesejahteraan petani yang tercermin dari Nilai Tukar Petani (NTP), yang masih tumbuh positif meski relatif melambat pada triwulan laporan. Rata-rata pertumbuhan NTP Sulawesi Selatan pada triwulan I-2012 tercatat tumbuh sebesar 2,85% (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan NTP pada triwulan sebelumnya yang tumbuh 5,25% (yoy).
5.1.
Ketenagakerjaan Perkembangan ketenagakerjaan Sulawesi Selatan hingga Februari 2012 cenderung
membaik dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini tercermin dari meningkatnya jumlah Tabel 5.1 Penduduk Usia 15 + Menurut Kegiatan Utama
angkatan
kerja
sebesar
0,22% dari 3,63 juta orang pada Februari 2011, menjadi 3,64
juta
orang
pada
Februari 2012 (Tabel 5.1). Kemudian,
jumlah
penduduk usia 15 tahun ke atas
meningkat
sebesar
0,85%, dari sebesar 5.590.797 orang per Februari 2011 menjadi 5.638.430 orang per Februari 2012. Relatif kecilnya peningkatan jumlah angkatan kerja dibandingkan peningkatan jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas, menyebabkan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) menurun dari 65,0% pada Februari 2011 menjadi 64,6% pada Februari 2012. Sementara, menurunnya jumlah pengangguran dari 243.021 orang per Februari 2011 menjadi 235.245 orang per Februari 2012 mengakibatkan penurunan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar 0,2% sehingga menjadi 6,5% pada Februari 2012. Menurunnya TPT Sulawesi Selatan tersebut mengindikasikan bahwa perekonomian Sulawesi Selatan berdampak cukup positif terhadap penyerapan tenaga kerja.
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan I - 2012
57
Dari sisi lapangan pekerjaan utama, untuk periode Februari 2011 dibandingkan Februari 2012, komposisi tenaga kerja di sektor pertanian cenderung mengecil, sebaliknya komposisi tenaga kerja di sektor non pertanian meningkat, terutama pada sektor perdagangan/hotel/restoran. Pangsa jumlah tenaga kerja di sektor pertanian pada Februari 2012 tercatat sebesar 43%, turun dibandingkan Februari 2011 yang share-nya tercatat sebesar 47%. Kondisi ini menunjukkan terjadinya pergeseran struktur perekonomian yang ditandai dengan mulai beralihnya tenaga kerja dari sektor pertanian selaku sektor utama di Sulawesi Selatan ke sektor lainnya. Faktor penyebab hal tersebut diperkirakan karena pendapatan sektor pertanian yang bersifat musiman dan pengaruh tingkat harga produk hasil pertanian yang relatif kurang menguntungkan dibandingkan produk sektor lain. Di sisi lain, pangsa jumlah tenaga kerja pada sektor perdagangan-hotel-restoran meningkat dari 18% pada Februari 2011, menjadi sebesar 19% pada Februari 2012. Selanjutnya sektor yang masih memiliki share tenaga kerja yang cukup besar dibandingkan sektor lainnya adalah sektor jasa-jasa. Namun pangsanya menurun dari 18% menjadi 17% pada Februari 2012. Grafik 5.1. Persentase Tenaga Kerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama Februari 2011
Februari 2012 Angkutan/ Komunikasi 5%
Angkutan/ Komunikasi 5%
Pertanian 47%
Jasa-jasa 18%
Perdagangan /Hotel/Ruma h Makan 18%
5.2.
Industri 6%
Jasa-jasa 17%
Perdagangan /Hotel/Rum ah Makan 19%
Pertanian 43%
Industri 7%
Kesejahteraan
5.2.1. Nilai Tukar Petani Pada triwulan laporan, pertumbuhan daya beli masyarakat yang bekerja di sektor pertanian masih cukup baik namun cenderung melambat pada level yang moderate. Hal tersebut tercermin dari sedikit melambatnya pertumbuhan Nilai Tukar Petani (NTP) Sulawesi Selatan pada triwulan laporan. Tingkat kesejahteraan petani Sulawesi Selatan pada triwulan laporan masih menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik meski mengalami penurunan. Pertumbuhan
58
Triwulan I - 2012
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
NTP Sulawesi Selatan pada triwulan I-2012 tercatat tumbuh 2,85% (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan NTP pada triwulan sebelumnya yang tumbuh 5,25% % (yoy) – (lihat grafik 5.2). Pergerakan NTP yang cenderung melambat, menunjukan indeks harga hasil produksi pertanian masih tertahan sejalan dengan kinerja di sektor pertanian yang menurun serta sejalan dengan indeks yang diterima petani yang cenderung menurun. Perkembangan
pertumbuhan
‘Indeks
yang
Diterima
Petani’
menunjukan
perlambatan dari sebesar 7,80% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi sebesar 4,96% pada triwulan laporan (grafik 5.3). Secara rata-rata penurunan pertumbuhan ‘Indeks yang Diterima Petani’ pada triwulan I-2012 terutama karena keterlambatan distribusi pupuk pada awal tahun. Keterlambatan tersebut disebabkan oleh faktor cuaca buruk yang menghambat proses pembongkaran pupuk di pelabuhan Makassar. Ketidaktersediaan pupuk secara tepat waktu berdampak terhadap gangguan produksi akibat hama dan penyakit di beberapa daerah Sulsel. Grafik 5.2 Perkembangan Rata-rata Nilai Tukar Petani
Grafik 5.3 Perkembangan Rata-rata Indeks Yang Diterima Petani
110
8% 7% 6% 5% 4% 3% 2% 1% 0% -1% -2%
NTP y.o.y
108 106 104 102 100 98 96 94 1
2
3
4
1
2009
2
3
4
1
2010
2
3
4
2011
160
2012
12%
120
10%
100
8%
80
6%
60
4%
40
2%
20 -
0% 1
1*
14%
Indeks Yang Diterima Petani y.o.y
140
2
3
2009
4
1
2
3
2010
4
1
2
3
2011
4
1* 2012
Grafik 5.4 Perkembangan Rata-rata Indeks Yang Dibayar Petani 140
16%
Indeks Yang Dibayar Petani y.o.y
135
14% 12%
130
10%
125
8% 6%
120
4%
115
2%
110
0% 1
2
3
2009
4
1
2
3
2010
4
1
2
3
2011
4
1* 2012
Di sisi lain, ‘Indeks yang Dibayar Petani’ juga menunjukkan sedikit penurunan pertumbuhan yaitu dari 2,56% (yoy) pada triwulan IV-2011 menjadi 2,06% pada triwulan
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan I - 2012
59
laporan (grafik 5.4). Penurunan pertumbuhan “Indeks yang Dibayar Petani” sejalan dengan relatif terkendalinya laju inflasi Sulawesi Selatan pada triwulan I-2012. 5.2.2. Jumlah Penduduk Miskin Jumlah penduduk miskin di Sulawesi Selatan per Maret 2011 tercatat sebanyak 832,9 ribu orang atau sebesar 10,29% dari
Grafik 5.5. Jumlah Penduduk Miskin Sulsel
jumlah penduduk (grafik 5.5). Dari besar
Desa
berada di daerah pedesaan (83,55%)
1200
dan hanya 16,45% berada di daerah
1000
tersebut
di
relatif
dibandingkan
Maret
perkotaan meningkat 2010
yang
tercatat sebesar 13,05% dari total
12.31%
11.60% 10.29%
800 600 400
12.0% 8.0% 6.0% 4.0%
200 0
14.0% 10.0%
695.9
miskin
16.0%
13.34%
794.2
penduduk
14.57%
% Total Penduduk Miskin
839.1
perkotaan. Persentase pangsa jumlah
14.11%
Kota
880.9
sebagian
880.9
tersebut,
930.3
jumlah
152.8
150.8
150.8
124.5
119.2
137
2006
2007
2008
2009
2010
2011
Sumber : BPS
2.0% 0.0%
penduduk miskin. Dari sisi jumlah, penduduk miskin di Sulawesi Selatan mengalami penurunan dari 913,4 ribu per Maret 2010 menjadi 832,9 ribu pada Maret 2011, atau menurun sebesar 8,81%, sementara pada tahun 2010 turun sebesar 5,21%. Penurunan jumlah penduduk miskin tersebut terutama terjadi di pedesaan yang mencapai sebesar 12,38%, dari 794,2 ribu orang pada Maret 2010 menjadi 695,9 ribu orang. Namun demikian, jumlah penduduk miskin tersebut relatif masih cukup besar yaitu sekitar 8,60% dari total penduduk Sulawesi Selatan. Kondisi yang berbeda justru terjadi di perkotaan yaitu peningkatan jumlah penduduk miskin di perkotaan yang tercatat naik sebesar 14,93%, dari 119,2 ribu orang menjadi 137,0 ribu orang. Jumlah penduduk miskin perkotaan tersebut tercatat sebesar 1,69% dari total penduduk Sulawesi Selatan. Peningkatan penduduk miskin perkotaan tersebut perlu mendapatkan perhatian lebih lanjut terkait dengan permasalahan sosial termasuk di dalamnya pengendalian urbanisasi. Dalam kaitan ini diperlukan upaya yang terpadu melalui pengembangan kewirausahaan di pedesaan dengan pengembangan komoditas unggulan daerah untuk memperluas lapangan kerja di pedesaan. Hal tersebut selain dapat mengurangi pengangguran dan kemiskinan di pedesaan sekaligus dapat mengendalikan urbanisasi di perkotaan serta mengurangi beban sosial perkotaan. Apabila dibandingkan provinsi lain se-Sulampua, persentase jumlah penduduk miskin di Sulawesi Selatan masih berada pada urutan ketiga terendah (10,3%) setelah Provinsi Sulawesi Utara (8,5%) dan Maluku Utara (9,2%). Urutan Provinsi Sulut dan Malut tersebut juga tidak mengalami perubahan dibandingkan kondisi pada Maret 2010. Sedangkan
60
Triwulan I - 2012
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
persentase jumlah penduduk miskin tertinggi di Sulampua tercatat sebesar 31,98% masih terdapat di Provinsi Papua. Grafik 5.6. Persentase Jumlah Penduduk Miskin se-Sulampua per Maret 2011 100%
31.92
15 10
0% Sulut
Sulteng
Sulsel
Sultra
Gor
Sulbar
Maluku
Malut
4.60
2.80
5
6.05
10.77
9.18
5.37
4.80
10%
20
14.56
4.61
9.46
20%
7.46
Sumber : BPS, diolah
10.29
8.51
30%
18.75
23.00
41.58
15.83
40%
13.89
10.24
50%
25
39.56
60%
35 30
11.58
30.54
14.83
% Total Penddk Miskin
25.65
70%
13.57
9.37
17.89
80%
Kota
18.24
Desa
90%
31.98
Irjabar
Papua
% 0
5.3. Ketersediaan Lapangan Kerja (Survei Konsumen) Hasil Survei Konsumen pada triwulan laporan menunjukkan ketersediaan lapangan kerja cenderung menurun yang terindikasi dari penurunan rata-rata Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja Saat Ini (IKLK). Pertumbuhan rata-rata IKLK pada triwulan laporan sebesar 16,41% (yoy) tercatat lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 30,72% (grafik 5.7). Menurunnya pertumbuhan indeks ini sejalan dengan aktivitas perekonomian Sulawesi Selatan pada triwulan I-2012. Dorongan utama pertumbuhan, terutama yang berasal dari sektor swasta. Realisasi belanja anggaran pemerintah hingga triwulan I-2012 juga relatif belum optimal yaitu masih sebesar 15,22%. Grafik 5.7. Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja Saat Ini Indeks ketersediaan lapangan kerja saat ini
140
y.o.y
120 100
Grafik 5.8. Indeks Penghasilan Saat Ini Dibandingkan 6 Bulan Yang Lalu 35%
160
30%
140
25%
120
20%
80
15%
60
10% 5%
40 Smb : Survei Konsumen KBI Mks
20 0 1
2
3
2009
4
1
2
3
2010
4
1
2
3
2011
4
1 2012
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Penghasilan saat ini dibandingkan 6 bln yg lalu y.o.y
30% 20% 10%
100 80
0%
60
0%
40
-5%
20
-10%
0
-10% -20%
Smb : Survei Konsumen KBI Mks
-30% 1
2
3
2009
4
1
2
3
2010
4
1
2
3
2011
Triwulan I - 2012
4
1 2012
61
Selain itu, perkembangan pertumbuhan rata-rata ‘Indeks Penghasilan Saat Ini Dibanding 6 bulan lalu’ (IPD6) juga cenderung melambat dibandingkan periode sebelumnya. Hal tersebut
tercermin dari pergerakan pertumbuhan IPD6 yang pada triwulan IV-2011
tumbuh cukup tinggi sebesar 22,61%, dan mengalami kontraksi pada triwulan laporan sebesar -0,83% (grafik 5.8).
62
Triwulan I - 2012
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Bab 6
Outlook Kondisi Ekonomi dan Inflasi
Berdasarkan perkembangan ekonomi daerah Sulawesi Selatan pada tahun 2012 serta faktor-faktor yang mempengaruhinya, pada triwulan II-2012 perekonomian Sulawesi Selatan diperkirakan masih tumbuh cukup baik. Pada sisi permintaan, pertumbuhan pada triwulan II-2012 terutama akan didukung oleh pertumbuhan konsumsi rumah tanggaswasta-pemerintah dan investasi, sejalan dengan proyeksi masih tingginya aktivitas perekonomian Sulsel. Faktor pendorong konsumsi diperkirakan bersumber dari momen liburan sekolah dan perayaan Hari Keagamaan yang didukung oleh daya beli lebih besar. Realisasi belanja pemerintah yang masih relatif kecil pada periode laporan diperkirakan akan mulai meningkat cukup besar pada triwulan mendatang. Kinerja investasi, pada triwulan II2012 diperkirakan masih akan meningkat sejalan dengan optimisme masyarakat khususnya pelaku usaha terhadap kondisi perekonomian Sulsel yang tetap tumbuh cukup baik ditengah perlambatan ekonomi dunia yang juga mempengaruhi perekonomian nasional. Pada sisi ekspor-impor, kinerja net ekspor Sulsel diperkirakan masih akan tertahan meski diperkirakan lebih baik dari periode sebelumnya. Pada sisi penawaran, dorongan pertumbuhan yang cukup besar diperkirakan berasal dari kinerja sektor pertambangan, sektor perdaganganhotel-restauran dan sektor industri. Pada triwulan II-2012 mendatang, laju inflasi tahunan diperkirakan akan meningkat moderat apabila dibandingkan triwulan I-2012. Tekanan inflasi pada triwulan II-2012 diperkirakan bersumber dari peningkatan inflasi volatile food dan inflasi inti, terutama disebabkan oleh potensi kenaikan harga komoditas di pasar internasional. Selain itu faktor peningkatan permintaan seiring pembayaran rapel gaji di bulan April 2012 diperkirakan juga akan mendorong laju inflasi ke level yang lebih tinggi Kinerja perbankan di Sulsel pada triwulan II-2012 diperkirakan masih akan tumbuh pada level yang cukup tinggi. Penyaluran kredit perbankan diprediksi masih akan tumbuh cukup baik dalam mendukung pembiayaan produktif maupun kebutuhan konsumsi. Pembiayaan
perbankan
tersebut
didukung
oleh
semakin
memingkatnya
aktivitas
perekonomian yang didorong oleh optimisme prospek perekonomian Sulsel yang diperkirakan semakin membaik pada triwulan II- 2012. Di sisi lain, kecenderungan penurunan BI Rate sebagai suku bunga acuan perbankan diperkirakan juga dapat mendorong suku bunga kredit untuk turun dalam mendukung pembiayaan perbankan yang lebih ekspansif.
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan I - 2012
63
6.1.
Outlook Kondisi Makroekonomi Regional Pertumbuhan ekonomi Sulsel di triwulan II-2012 diperkirakan semkain membaik.
Pada sisi permintaan, pertumbuhan akan didorong oleh konsumsi rumah tangga-swastapemerintah dan investasi, sejalan dengan proyeksi masih tingginya aktivitas perekonomian Sulsel.
Pertumbuhan konsumsi rumah tangga sejalan dengan perayaan Hari Raya
Keagamaan yang memperpanjang liburan akhir pekan dan periode liburan anak sekolah. Konsumsi masyarakat pada triwulan II-2012 juga didukung oleh meningkatnya daya beli masyarakat dengan kenaikan UMP (Upah Minimum Provinsi) Sulsel 2012. Proyeksi pertumbuhan konsumsi masyarakat pada triwulan II-2012 yang masih tinggi, didukung pula oleh hasil Survei Konsumen yang dilakukan oleh KPw BI Wilayah ISULAMPUA. Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) pada triwulan I-2012 masih optimis dan berpotensi untuk tumbuh lebih tinggi. Angka indeks tersebut merupakan gabungan dari ekspektasi masyarakat akan kondisi perekonomian, ekspektasi penghasilan dan ketersediaan lapangan kerja (grafik 6.1, grafik 6.3, grafik 6.4 dan grafik 6.5), di mana menunjukkan tingkat optimisme yang cenderung meningkat. Selain itu, tambahan pasokan listrik dari PLTU Jeneponto sebesar 2x 125 MW, yang baru akan resmi beroperasi tanggal 3 Mei 2012 diperkirakan juga akan menopang aktivitas ekonomi khususnya wialyah Sulsel bagian selatan1. Namun demikian, terdapat faktor yang menjadi penghambat pertumbuhan konsumsi sejalan dengan meningkatnya tekanan inflasi yang juga akan mendorong kenaikan bahan pokok. Kemudian, realisasi belanja pemerintah yang masih relatif kecil pada periode laporan diperkirakan akan mulai meningkat cukup besar pada triwulan mendatang dan diperkirakan lebih tinggi dari tahun sebelumnya mengingat total target belanja Pemda Sulsel pada 2012 yaitu Rp3,547 triliun, 91,48% lebih besar daripada tahun sebelumnya (lihat Bab Keuangan Daerah). Grafik 6.1. Perkembangan Indeks Ekspektasi Konsumen Smb : Survei Konsumen KBI Mks
Indeks Ekspektasi Konsumen y.o.y
160
Grafik 6.2. Perkembangan PDRB Sulsel (y.o.y) dan Proyeksinya 10%
25% 20%
120
15%
100
10%
7%
80
5%
6%
60
0%
5%
40
-5%
20
-10%
0
-15% 1
2
3
2009
4
1
2
3
4
2010
1
2
3
2011
4
1
2
2012
y.o.y Sulsel 6.25% y.o.y Nas 6.30%
9%
140
8%
7.81% 6.81% 5.81%
4% 3% 1
2
3 2009
4
1
2
3 2010
4
1
2
3
4*
2011
1**
2***
2012
Sumber : BPS, diolah
1
Kompas, PLTU Jeneponto Hemat Rp 4 Triliun, http://regional.kompas.com/read/2012/05/04/0438000/PLTU.Jeneponto.Hemat.Rp.4.Triliun, 7 Mei 2012.
64
Triwulan I - 2012
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Grafik 6.3. Perkembangan Indeks Kondisi Ekonomi 6 Bulan Yang Akan Datang Kondisi ekonomi 6 bln yg akan datang
160
y.o.y
50%
140
40%
120
30%
Grafik 6.4. Perkembangan Indeks Ekspektasi Penghasilan 6 Bulan Yang Akan Datang 155
20%
Indeks ekspektasi penghasilan 6 bln yg akan dtg y.o.y
150
15%
145
10%
140
5% 0%
100
20%
80
10%
135
60
0%
130
-5%
40
-10%
125
-10%
-20%
120
-30%
115
Smb : Survei Konsumen KBI Mks
20 0 1
2
3
4
2009
1
2
3
2010
4
1
2
3
2011
4
1
Smb : Survei Konsumen KBI Mks
-20% 1
2
2
3
2009
2012
-15%
4
1
2
3
4
2010
1
2
3
4
2011
1
2
2012
Selanjutnya untuk investasi, pada triwulan II-2012 masih tumbuh cukup baik sejalan dengan pertumbuhan ekonomi Sulsel yang masih cukup tinggi pada triwulan I- 2012 dan semakin meningkatnya optimisme masyarakat khsususnya pelaku usaha. Kinerja investasi yang masih tumbuh tinggi juga sejalan dengan hasil Survei Konsumen (SK) Bank Indonesia yang menunjukkan ekspektasi masyarakat terhadap ketersediaan lapangan pekerjaan 6 bulan yang akan datang meningkat (grafik 6.5). Pada sisi ekspor-impor, kinerja net ekspor Sulsel diperkirakan masih belum optimal. Pada sisi ekspor-impor, diperkirakan kinerja net ekspor Sulsel masih cenderung tertahan. Berdasarkan analisa OECD Composite Leading Indicators pada 10 April 2012, kondisi 5 negara (Jepang, Amerika Serikat, Malaysia, China dan Singapore)2 penyerap barang ekspor Sulsel masih cukup potensial karena pergerakan business cycle-nya cenderung menunjukan pergerakan peningkatan aktivitas ekonomi. Namun, sejalan dengan masih belum pulihnya perekonomian
global
menyebabkan
dorongan
permintaan
6
komoditas
(nikel,
ikan/udang/kepiting, biji-biji berminyak, tanaman obat, kayu/barang dari kayu-karet dan buah-buahan) unggulan ekspor Sulsel masih tertahan. Meski demikian, pelemahan nilai tukar Rupiah sejak akhir 2011 (grafik 6.6) dan masih berlanjut memberikan dampak yang positif bagi daya saing produk Sulsel di luar negeri. Kemudian impor dari luar negeri diperkirakan cenderung melambat sejalan dengan melemahnya nilai tukar Rupiah. Meski demikian, dorongan perdagangan antar daerah di Indonesia masih cukup baik dan intensitasnya diperkirakan cenderung meningkat, sejalan dengan meningkatnya aktivitas perekonomian domestik pada triwulan II-2012. Jalur perdagangan antar pulau dari/ke Sulawesi Selatan juga semakin padat karena faktor cuaca sudah lebih kondusif dibandingkan periode sebelumnya.
2
Fajar, Perdagangan Luar Negeri Surplus, http://www.fajar.co.id/read-20120406002053-perdagangan-luarnegeri-surplus, 6 April 2012.
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan I - 2012
65
Grafik 6.5. Perkembangan Indeks Ketersediaan Lapangan Pekerjaan 6 Bulan y.a.d Indeks ketersediaan lapangan kerja 6 bln yg akan dtg y.o.y
140
Grafik 6.6. Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Terhadap USD 25%
120 100
15%
8,500
10.0%
8,000
5.0%
0%
7,500
0.0%
-5%
7,000
-5.0%
6,500
-10.0%
5%
60 40
-10%
Smb : Survei Konsumen KBI Mks
20
-15%
0
-20% 1
2
3
4
1
2
2009
3
4
1
2
2010
3
4
1
2011
20.0%
Rata-rata Kurs Tengah
9,000
10%
80
9,500
20%
6,000
-15.0% 1
2
2012
15.0%
2
3
4
2009
1
2
3
4
2010
1
2 2011
3
4
1 2012
Grafik 6.7 Vol. Impor Luar Negeri Intermediate Goods Intermediate Goods
350 300 250
Intermediate Goods
70%
y.o.y
60% 50%
* Sementara Smb : Cognos - BI
40% 30%
200
20%
150
10%
100
-10%
0% -20%
50
-30%
-
-40%
Juta Kg
1
2
3
4
2009
1
2
3 2010
4
1
2
3
4
2011
1 2012
Pada sisi penawaran, pertumbuhan sektor-sektor utama Sulsel diperkirakan tumbuh positif. Beberapa sektor diperkirakan tumbuh lebih tinggi daripada periode sebelumnya, diantaranya sektor pertambangan, perdagangan-hotel-restauran dan industri. Sektor pertambangan diperkirakan akan tumbuh lebih baik dari periode sebelumnya karena tanur produksi PT. Vale Indonesia Tbk yang sempat rusak sudah dapat berfungsi dengan normal pada triwulan II-2012. Selain itu, permintaan internasional akan nikel juga masih sangat bagus sehingga dapat mendorong pertumbuhan sektor dimaksud. Kemudian sektor perdagang-hotel-restauran juga diperkirakan tumbuh tinggi sehubungan dengan masuknya periode liburan anak sekolah, terdapat perayaan Hari Keagamaan yang berada di penghujung minggu dan juga semakin aktivitas MICE (Meetings, Incentives, Conferences and Events) yang diselenggarakan di Makassar. Pertumbuhan sektor dimaksud juga didukung oleh daya beli masyarakat yang semakin tinggi sehubungan terdapat rapel pembayaran kenaikan
gaji
dan
pembayaran
tunjangan-tunjangan
pegawai
di
beberapa
institusi/departemen. Pada sektor industri, juga diperkirakan mengalami peningkatan sehubungan dengan masih berlanjutnya aktivitas pembangunan proyek-proyek swasta, seperti pembangunan hotel, properti hunian, dan infrastruktur kelistrikan di Makassar dan Sulsel pada umumnya.
66
Triwulan I - 2012
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Di sisi lain, sektor pertanian diperkirakan belum dapat tumbuh optimal pada triwulan II-2012. Meski memasuki periode panen raya, namun panen pada periode ini diperkirakan masih kurang optimal akibat keterlambatan distribusi pupuk pada awal tahun 2012 sehingga panen yang dihasilkan belum mencapai target akibat adanya gangguan hama, penyakit dan kualitas produksi yang relatif menurun. Dengan mempertimbangkan hal-hal tersebut di atas, maka perekonomian Sulsel pada triwulan mendatang diperkirakan masih tumbuh pada kisaran yang cukup baik yaitu sebesar 6,81% + 1 % (yoy). 6.2.
Outlook Inflasi Pada triwulan mendatang, laju inflasi tahunan diperkirakan akan meningkat
dibandingkan triwulan I-2012. Hal ini sejalan dengan hasil Survei Konsumen Bank Indonesia, dimana perkembangan Indeks Ekspektasi terhadap harga-harga dalam 3 bulan y.a.d menunjukan pertumbuhan yang meningkat cukup besar (grafik 6.9). Tekanan inflasi pada triwulan II-2012 diperkirakan bersumber dari peningkatan inflasi volatile food dan inflasi inti. Tekanan administered inflasi diperkirakan cukup besar akibat ekspektasi inflasi yang cenderung meningkat sejalan dengan rencana perubahan kebijakan pemerintah terkait dengan harga beberapa komoditas strategis. Tekanan inflasi inti di triwulan laporan diperkirakan dipicu oleh peningkatan permintaan seiring pembayaran rapel kenaikan gaji PNS,TNI,dan Polri di bulan April 2012 dan datangnya masa liburan sekolah di akhir triwulan II-2011. Selain itu, diproyeksikan tekanan kenaikan harga komoditas internasional masih potensial, yang kemudian akan berpengaruh pada inflasi Sulsel pada khususnya, terutama pada komoditas emas, minyak, dan bahan bangunan. Namun tekanan tersebut dapat dikurangi oleh terbukanya ruang penguatan nilai tukar rupiah lebih lanjut. Sementara inflasi volatile food diperkirakan masih mendapat tekanan pada tingkat moderat. Trend kenaikan harga komoditas di pasar internasional (gandum, gula, dan kedelai) berpotensi meningkatkan harga makanan dan minuman. Faktor yang dapat mengurangi tekanan inflasi volatile food yaitu peningkatan pasokan komoditas pangan lokal sebagai hasil masa panen raya beras April 2012. Curah hujan yang diperkirakan kembali normal di bulan April 2012 juga mendukung peningkatan pasokan sayur-sayuran, bumbu-bumbuan, dan perikanan. Sementara itu laju inflasi administered price relatif minim karena pemerintah telah menunda kebijakan strategis yang dapat memacu inflasi, seperti kebijakan kenaikan TDL dan pembatasan BBM bersubsidi.
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan I - 2012
67
Grafik 6.8. Perkembangan Laju Inflasi Sulsel (y.o.y) dan Proyeksinya 14
Grafik 6.9. Indeks Ekspektasi Terhadap Harga-harga dalam 3 bulan y.a.d 250
% y.o.y - Ss
12
Sumber : BPS diolah
10
30%
Indeks perubahan harga umum 3 bulan yad growth
y.o.y - Nas
200
25% 20% 15%
150
8
10% 5%
6
4,9 4,4 3,9
4,06 4
3,97
2
100
0% -5%
50
-10% -15%
0 1
2
3
4
1
2
2008
3
4
1
2
2009
3
4
1
2010
2
3
4
1
2011
2
0
-20% 1
2
3
4
1
2
Grafik 6.10. Indeks Ekspektasi Konsumen 9,500 25%
140
20%
120
15%
100 80 60
0%
40
-5%
20 0 1
2
3
2009
4
1
2
3
4
1
2010
2
3
2011
4
1
2
3
4
1
2
2010
2011
2012
Grafik 6.11. Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Terhadap USD
Smb : Survei Konsumen KBI Mks
Indeks Ekspektasi Konsumen y.o.y
4
2012
2009
160
3
1
2
2012
20.0%
Rata-rata Kurs Tengah
9,000
15.0%
8,500
10.0%
10%
8,000
5.0%
5%
7,500
0.0%
7,000
-5.0%
-10%
6,500
-10.0%
-15%
6,000
-15.0% 1
2 2009
3
4
1
2 2010
3
4
1
2
3
2011
4
1 2012
Dengan mempertimbangkan berbagai faktor tersebut di atas, maka pada triwulan II2012 diperkirakan inflasi tahunan provinsi Sulsel akan meningkat pada kisaran 4,4% ± 0.5% (yoy) (grafik 6.8) dibandingkan triwulan sebelumnya (4,06%). Kecenderungan tersebut searah dengan rata-rata hasil Survei Konsumen (SK) yang dilakukan oleh Bank Indonesia, dimana rata-rata Indeks Ekspektasi terhadap harga-harga dalam 3 bulan yang akan datang (triwulan II-2012), yaitu sebesar 194 poin yang mengindikasikan bahwa persepsi responden tentang harga menunjukan kecenderungan optimisme adanya tekanan inflasi meskipun masih pada level yang moderat. 6.3.
Prospek Perbankan Kinerja perbankan di Sulsel pada triwulan II-2012 diperkirakan masih tetap tumbuh
positif sejalan dengan semakin meningkatnya aktivitas perekonomian Sulsel pada triwulan I2012. Intermediasi perbankan diprediksi masih tumbuh cukup baik sejalan dengan optimisme prospek perekonomian Sulsel yang cukup baik pada 2012. Selain prospek ekonomi yang cukup baik, tren penurunan suku bunga meskipun pada level yang rendah diperkirakan akan mendorong permintaan kredit yang lebih besar. Hal tersebut menyebabkan kinerja
68
Triwulan I - 2012
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
perbankan Sulsel diperkirakan masih akan mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi, baik dari aset, penyaluran kredit, Dana Pihak Ketiga (DPK) termasuk Loan to Deposit Ratio (LDR).
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan I - 2012
69
Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank
70
Triwulan I - 2012
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
LAMPIRAN 1. Data Ekonomi Makro Tabel 1.a Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha Provinsi Sulawesi Selatan Atas Dasar Harga Konstan (Rp Miliar) SEKTORAL
2 3,615.40 1,101.85 1,748.86 136.46 709.14 2,102.29 1,123.74 930.70 1,366.22 12,834.65
1. Pertanian 2. Pertambangan & Penggalian 3. Industri Pengolahan 4. Listrik,Gas & Air Bersih 5. Bangunan 6. Perdagangan, Hotel & Restoran 7. Angkutan & Komunikasi 8. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 9. Jasa - jasa PDRB
2010* 3 3,802.61 1,087.89 1,738.59 139.28 733.67 2,219.99 1,181.33 903.16 1,390.77 13,197.30
4 3,230.59 1,111.32 1,733.11 130.39 763.21 2,332.69 1,253.06 978.83 1,430.44 12,963.66
1 3,596.89 978.85 1,699.96 128.62 753.08 2,279.30 1,201.00 1,027.54 1,439.82 13,105.07
2011** 2 3 3,925.83 3,989.63 1,097.64 1,084.23 1,827.00 1,924.40 139.26 148.10 804.58 833.38 2,397.06 2,479.63 1,239.11 1,312.05 1,041.79 1,061.38 1,467.59 1,477.10 13,939.86 14,309.91
2012*** 1 3,424.10 904.40 2,055.30 156.90 857.70 2,519.60 1,397.20 1,131.00 1,478.20 13,924.40
4 3,224.99 1,010.13 1,943.10 159.43 859.78 2,475.87 1,427.11 1,166.61 1,495.06 13,762.08
Sumber : BPS
* Angka Sementara, ** Angka Sangat Sementara, *** Angka Sangat Sangat Sementara
Tabel 1.b Produk Domestik Regional Bruto Menurut Penggunaan Provinsi Sulawesi Selatan Atas Dasar Harga Konstan (Rp Miliar) PENGGUNAAN
2 8,755.17 2,851.03 5,522.39 4,293.94 12,834.65
Konsumsi Investasi Ekspor Dikurangi Impor PDRB
2010* 3 8,916.26 2,601.89 5,747.49 4,068.33 13,197.30
4 9,063.98 2,843.62 6,767.34 5,711.28 12,963.66
1 8,945.80 2,919.48 5,876.61 4,636.82 13,105.07
2011** 2 3 9,113.02 9,347.18 3,378.35 4,191.56 6,040.24 5,486.24 4,591.75 4,715.07 13,939.86 14,309.91
4 9,585.56 3,673.62 5,247.97 4,745.07 13,762.08
2012*** 1 9,586.10 3,737.30 4,870.30 4,269.20 13,924.40
Sumber : BPS
* Angka Sementara, ** Angka Sangat Sementara, *** Angka Sangat Sangat Sementara
2. Data Inflasi Tabel 2.a Laju Inflasi Kota Makassar Menurut Kelompok Pengeluaran (2007 = 100) KELOMPOK PENGELUARAN
IHK (2011)
IHK(2012)
Growth
Juli
Agust
Sept
Okt
Nov
Des
Jan
Feb
Mar
m.t.m
y.t.d
y.o.y
Umum
129,41
130,68
129,87
129,22
129,50
130,39
131,86
132,43
132,89
0,3%
1,9%
4,1%
Bahan Makanan
152,49
154,91
149,78
146,55
145,79
149,06
154,16
155,01
156,33
0,9%
4,9%
4,0%
Makanan Jadi, Mnman, Rkk & Tembakau
134,91
135,96
136,43
136,00
137,04
137,77
138,05
138,42
139,19
0,6%
1,0%
4,5%
Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar
124,14
124,27
125,45
125,76
136,29
126,48
127,24
128,16
128,22
0,1%
1,4%
4,2%
Sandang
140,78
145,60
145,46
144,65
146,74
147,55
148,45
149,62
149,63
0,0%
1,4%
9,6%
Kesehatan
125,80
125,89
126,95
127,28
127,87
128,36
128,68
129,64
129,86
0,2%
1,2%
7,5%
Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga
118,20
119,13
119,73
120,31
120,26
120,24
120,25
120,32
120,33
0,0%
0,1%
2,9%
Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan
105,41
105,93
105,56
105,61
105,93
105,50
105,67
105,56
105,61
0,1%
0,1%
0,6%
Sumber: BPS
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan I - 2012
75
3. Data Perbankan Tabel 3.a. Penghimpunan Dana dan Penyaluran Kredit Bank Umum (Rp Miliar)
THN
TRW
DPK
1 28.625,67 2 29.520,99 2009 3 29.450,83 4 33.601,07 1 29.843,83 2 32.401,02 2010 3 33.596,66 4 37.298,83 1 37.461,05 2 39.159,37 2011 3 41.077,42 4 45.722,22 2012 1 46.091,17 Sumber : Bank Indonesia
KREDIT 31.563,21 32.919,44 33.872,77 36.430,30 37.041,42 39.883,76 41.120,47 43.025,20 46.519,87 50.084,59 53.400,54 56.978,79 58.754,53
LDR 110,26% 111,51% 115,01% 108,42% 124,12% 123,09% 122,39% 115,35% 124,18% 127,90% 130,00% 124,62% 127,47%
Tabel 3.b. Penghimpunan Dana Bank Umum (Rp Miliar) JENIS PENGGUNAAN Giro Tabungan Deposito TOTAL GROWTH
1 5.109 14.136 9.381 28.626 18,43%
2009 2 5.062 15.169 9.289 29.521 13,76%
3 4.939 14.966 9.546 29.451 11,41%
4 4.994 18.460 10.147 33.601 16,90%
1 5.149 14.676 10.350 30.175 5,41%
2010 2 5.731 16.737 10.284 32.753 10,95%
3 5.948 18.274 9.738 33.959 15,31%
4 5.628 20.865 10.806 37.299 11,00%
2011 2 6.715 20.907 11.537 39.159 19,56%
3 6.835 21.923 12.319 41.077 20,96%
4 6.607 26.430 12.685 45.722 22,58%
2012 1 7.893 24.970 13.228 46.091 23,04%
2011 2 3 18.799,07 20.119,73 10.027,45 10.683,02 21.258,07 22.597,79 50.084,59 53.400,54 25,58% 29,86%
4 22.031,87 11.324,36 23.622,56 56.978,79 32,43%
2012 1 22.499,56 11.727,69 24.527,27 58.754,53 26,30%
1 6.516 19.648 11.298 37.461 24,14%
Sumber : Bank Indonesia
Tabel 3.c. Penyaluran Kredit Menurut Jenis Penggunaan Bank Umum (Rp Miliar) JENIS PENGGUNAAN Modal Kerja Investasi Konsumsi TOTAL GROWTH
2009 2010 1 2 3 4 1 2 3 4 1 12.195,55 13.239,15 13.582,62 14.671,89 13.853,82 14.873,23 15.424,31 16.609,73 17.246,85 6.398,84 6.230,54 6.299,91 6.769,70 7.705,26 8.143,12 7.975,95 8.960,67 9.147,97 12.968,81 13.449,75 13.990,23 14.988,71 15.482,34 16.867,42 17.720,21 17.454,80 20.125,05 31.563,21 32.919,44 33.872,77 36.430,30 37.041,42 39.883,76 41.120,47 43.025,20 46.519,87 48,74% 42,46% 39,39% 41,91% 17,36% 21,16% 21,40% 18,10% 25,59%
Sumber : Bank Indonesia
76
Triwulan I - 2012
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
4. Data Sistem Pembayaran Tabel 4.a. Aliran Uang Kartal di Depo KBI Makassar (Rp Triliun) Thn
Trw
Inflow 1 2,23 2 0,87 2009 3 0,91 4 1,65 1 1,84 2 0,61 2010 3 1,29 4 1,20 1 2,33 2 2,10 2011 3 3,71 4 2,45 2012 1 3,87 Sumber : Bank Indonesia Makassar
JUMLAH Outflow 0,24 0,86 0,78 0,70 0,28 1,26 1,53 1,35 1,25 1,91 3,25 2,56 1,86
Net Flow 2,00 0,01 0,13 0,95 1,56 (0,65) (0,24) (0,15) 1,08 0,19 0,46 (0,11) 2,01
Inflow -4,3% -20,7% -36,8% -24,8% -17,4% -30,0% 42,4% -26,9% 26,3% 246,34% 187,85% 103,73% 66,09%
Y.O.Y Outflow -60,0% -52,7% -58,5% -53,8% 17,5% 45,9% 96,2% 93,0% 344,8% 52,18% 113,03% 89,58% 48,80%
Net Flow 14,7% 100,8% 129,0% 40,6% -21,6% 10904,5% 285,2% 115,6% -30,9% 129,29% 294,34% 25,56% 86,11%
Inflow 2,2% -61,2% 4,5% 81,8% 12,1% -67,1% 112,6% -6,7% 93,7% -9,87% 76,67% -33,96% 57,96%
Q.T.Q Outflow -84,2% 259,6% -9,6% -10,0% -59,8% 346,6% 21,5% -11,5% -7,4% 52,80% 70,16% -21,23% -27,34%
Net Flow 196,7% -99,7% 2028,9% 639,8% 65,4% -141,5% -63,5% -37,6% -830,9% -82,41% 142,11% -123,91% -1927,27%
Tabel 4.b. Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) (Rp Triliun) Thn
2009
2010
2011 2012 Sumber
Trw
JUMLAH Inflow
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 : Bank Indonesia
2,23 0,87 0,91 1,65 1,84 0,61 1,29 1,20 2,33 2,10 3,71 2,45 3,87 Makassar
PTTB
Y.O.Y PTTB/Inflow
0,25 0,09 0,39 1,19 1,04 0,69 0,98 0,99 1,22 1,75 1,68 1,39 0,89
Inflow
11,1% 10,9% 42,5% 72,5% 56,2% 113,6% 75,9% 82,7% 52,4% 83,3% 45,3% 56,7% 23,0%
-4,3% -20,7% -36,8% -24,8% -17,4% -30,0% 42,4% -26,9% 26,3% 246,3% 187,8% 103,7% 66,1%
PTTB -81,3% -86,9% -29,1% 192,5% 318,5% 632,3% 154,2% -16,6% 17,6% 154,0% 71,6% 39,7% -27,0%
Q.T.Q PTTB/Inflow -80,4% -83,5% 12,2% 288,8% 407,0% 946,1% 78,5% 14,1% -6,9% -26,7% -40,4% -31,4% -56,1%
Inflow 2,2% -61,2% 4,5% 81,8% 12,1% -67,1% 112,6% -6,7% 93,7% -9,9% 76,7% -34,0% 58,0%
PTTB
PTTB/Inflow
-39,2% -62,1% 309,3% 209,8% -13,0% -33,6% 42,1% 1,6% 22,7% 43,4% -4,0% -17,3% -36,0%
-40,5% -2,1% 291,6% 70,5% -22,4% 102,0% -33,2% 8,9% -36,7% 59,2% -45,7% 25,3% -59,5%
Tabel 4.c. Transaksi Non Tunai via RTGS (Rp Triliun) JUMLAH Incoming Outgoing 1 17,8 11,9 2 18,5 11,6 2009 3 18,7 14,3 4 21,5 15,1 1 17,8 11,9 2 22,4 12,6 2010 3 24,5 11,7 4 28,5 13,7 1 20,1 9,8 2 26,1 12,2 2011 3 33,9 13,1 4 34,6 16,1 2012 1 29,9 11,9 Sumber : Bank Indonesia Makassar Thn
Trw
Total 29,7 30,1 32,9 36,6 29,7 35,0 36,2 42,2 29,8 38,2 47,0 50,7 41,8
Y.O.Y Incoming Outgoing 56,5% 66,5% 51,8% 46,7% 81,4% 83,1% 47,4% 63,0% 0,0% 0,0% 21,4% 8,6% 30,9% -17,8% 32,3% -9,0% 12,6% -18,2% 16,1% -3,4% 38,6% 11,8% 21,5% 17,6% 48,8% 21,9%
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Q.T.Q Total Incoming Outgoing 60,4% 22,1% 29,2% 49,7% 3,7% -2,8% 82,1% 1,1% 23,0% 53,5% 15,2% 5,5% 0,0% -17,2% -20,8% 16,5% 25,9% 5,6% 9,8% 9,0% -6,9% 15,3% 16,4% 16,8% 0,3% -29,5% -28,7% 9,1% 29,8% 24,7% 29,9% 30,1% 7,6% 20,2% 2,1% 22,9% 40,0% -13,7% -26,1%
Triwulan I - 2012
Total 24,8% 1,1% 9,5% 11,0% -18,7% 17,8% 3,3% 16,6% -29,3% 28,1% 23,0% 7,9% -17,6%
77