KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROPINSI SULAWESI SELATAN TRIWULAN-III 2009
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan III - 2009
Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank
Kata Pengantar Sebagaimana diketahui dengan diberlakukannya UU No. 23 Tahun 1999 tentang tujuan Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Republik Indonesia No. 3 Tahun 2004, tujuan Bank Indonesia adalah mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Lebih lanjut, tugas-tugas pokoknya adalah menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, serta mengatur dan mengawasi bank. Sejalan dengan Undang-Undang tersebut, Kantor Bank Indonesia (KBI) di daerah dalam era otonomi mempunyai peranan yang strategis, selain sebagai economic intelligence dan research unit di wilayah kerjanya. Dalam kaitan dengan peran tersebut, KBI bertugas untuk melakukan pengumpulan data dan informasi (antara lain melalui survei), dan melakukan pengkajian serta penelitian mengenai perkembangan ekonomi daerah secara terkini dan berkala. Sejak tahun 2002 KBI Makassar telah melakukan Kajian terhadap Perkembangan Ekonomi Daerah secara triwulanan atau disingkat menjadi KER dengan cakupan daerah Sulawesi Selatan. Sejak ditetapkannya secara resmi pemisahan antara Provinsi Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat, maka sejak tahun 2007 ini materi kajian untuk masing-masing provinsi (Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat) akan dipisahkan dan disampaikan dalam buku laporan yang terpisah. Adapun cakupan kajian (KER) tersebut adalah pada aspek makroekonomi, inflasi, moneter-perbankan-sistem pembayaran, keuangan daerah dan prospek ekonomi. Dalam perkembangannya, cakupan ini akan kami kembangkan terus sejalan dengan ketersediaan data ekonomi daerah yang kami peroleh. Selanjutnya, informasi dan hasil kajian/riset tersebut akan disampaikan ke Kantor Pusat Bank Indonesia, sebagai masukan dalam formulasi kebijakan moneter. Disamping itu, hasil kajian tersebut diharapkan dapat bermanfaat bagi stakeholder Bank Indonesia di daerah antara lain: Pemerintah Daerah, DPRD, akademisi, pihak swasta dan kalangan masyarakat Iainnya. Saran dan masukan dan semua pihak, sangat kami harapkan guna peningkatan kualitas laporan ini di masa mendatang. Perlu kami sampaikan pula penghargaan dan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu secara aktif dalam penyusunan laporan ini, dengan memberikan data dan informasi secara kontinyu, tepat waktu dan reliable. Selanjutnya, kami nantikan kerjasama tersebut dapat terus berlangsung di masa mendatang guna mendukung kesinambungan penyusunan laporan ini.
Makassar, November 2009 BANK INDONESIA MAKASSAR ttd. Lambok A. Siahaan Pemimpin
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan III - 2009
iii
Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank
Daftar Isi KATA PENGANTAR ~ iii DAFTAR ISI ~ v DAFTAR GRAFIK ~ vii DAFTAR TABEL ~ ix
RINGKASAN EKSEKUTIF ~ 1 INDIKATOR EKONOMI KER Trw. III-2009 ~5
BAB 1
PERKEMBANGAN KONDISI MAKRO EKONOMI ~ 7 1.1. Permintaan Daerah ~ 7 1.1.1. Konsumsi ~ 8 1.1.2. Investasi ~ 9 1.1.3. Perdagangan Eksternal ~ 10 1.2. Penawaran Daerah (Sektoral) ~ 12 1.2.1. Sektor Pertanian ~ 13 1.2.2. Sektor Industri Pengolahan ~ 14 1.2.3. Sektor Perdagangan-Hotel-Restoran ~ 15 1.2.4. Sektor Jasa-jasa ~ 16 1.2.5. Sektor Angkutan dan Komunikasi ~ 17 1.2.6. Sektor Keuangan-Persewaan-Jasa perusahaan ~ 17 1.2.7. Sektor-sektor Lainnya ~ 19
BAB 2
PERKEMBANGAN INFLASI ~ 23 2.1. Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang ~ 24
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan III - 2009
v
BAB 3
PERKEMBANGAN PERBANKAN ~ 33 3.1. Perkembangan Bank Umum (Konvensional dan Syariah) ~ 33 3.1.1. Kelembagaan dan Aset ~ 33 3.1.2. DPK dan Kredit/Pembiayaan ~ 34 3.1.3. Intermediasi Bank Umum Konvensional ~ 38 3.1.4. Intermediasi Bank Umum Syariah ~ 39 3.2. Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat/Syariah (BPR/S) ~ 40
BOKS I LAPORAN SURVEI KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) ZONA SULAMPUA ~ 43 BOKS II LAPORAN SURVEI FAKTOR-FAKTOR YANG BELANJA PEMERINTAH DAERAH DI SULSEL~ 47 BAB 4
MEMPENGARUHI
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN ~ 51 4.1. Aliran Uang Kartal Masuk (Inflow) dan Keluar (Outflow) ~ 51 4.2. Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) ~ 52 4.3. Perkembangan Uang Palsu yang Ditemukan ~ 52 4.4. Perkembangan Kliring dan RTGS ~ 53 4.4.1. Perkembangan RTGS ~ 53 4.4.2. Perkembangan Kliring ~ 54
BAB 5
KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN ~ 55 5.1. Ketenagakerjaan ~ 55 5.2. Kesejahteraan ~ 57 5.2.1. Nilai Tukar Petani ~ 57 5.2.2. Jumlah Penduduk Miskin ~ 58 5.3. Survei ~ 59
BAB 6
PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH ~ 61
BAB 7
OUTLOOK KONDISI EKONOMI DAN INFLASI ~ 63 7.1. Outlook Kondisi Makroregional ~ 63 7.2. Outlook Inflasi ~ 64 7.3. Prospek Perbankan ~ 66
LAMPIRAN
vi
Triwulan III - 2009
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Daftar Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik
1.1. 1.2. 1.3. 1.4. 1.5. 1.6. 1.7. 1.8. 1.9. 1.10. 1.11. 1.12. 1.13. 1.14.
Laju Pertumbuhan PDRB ~ 7 Prompt Indikator Kinerja Konsumsi ~ 8 Prompt Indikator Kinerja Investasi ~ 9 Prompt Indikator Kinerja Ekspor ~ 10 Prompt Indikator Kinerja Impor ~ 11 Prompt Indikator Kinerja Sektor Pertanian ~ 13 Prompt Indikator Kinerja Sektor Industri Pengolahan ~ 14 Prompt Indikator Kinerja Sektor Perdagangan-Hotel-Restoran ~ 15 Prompt Indikator Kinerja Sektor Jasa-jasa ~ 16 Prompt Indikator Kinerja Subsektor Angkutan ~ 17 Prompt Indikator Kinerja Sektor Keuangan-Persewaan-Jasa Perusahaan ~ 18 Prompt Indikator Kinerja Sektor Listrik-Gas-Air Bersih ~ 19 Prompt Indikator Kinerja Sektor Pertambangan-Penggalian ~ 20 Prompt Indikator Kinerja Sektor Bangunan ~ 21
Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik
2.1. 2.2. 2.3. 2.4. 2.5.
Grafik Grafik Grafik Grafik
2.6. 2.7. 2.8. 2.9.
Grafik
2.10.
Grafik Grafik Grafik
2.11. 2.12. 2.13.
Perkembangan Inflasi Sulawesi Selatan~ 23 Perkembangan Harga Emas ~ 25 Perkembangan Inflasi Kelompok Sandang ~ 25 Perkembangan Inflasi Kelompok Makanan Jadi ~ 26 Beberapa Komoditi dalam Kelompok Makanan Jadi Hasil SPH di Makassar ~ 26 Perkembangan Inflasi Kelompok Pendidikan ~ 27 Perkembangan Inflasi Kelompok Kesehatan ~ 28 Perkembangan Harga CPO di Pasar Internasional ~ 28 Beberapa Komoditi dalam Subkelompok Bumbu dan Lemak-Minyak Hasil SPH di Makassar~ 29 Beberapa Komoditi dalam Subkelompok Ikan Segar, Daging, Buah dan Sayur Hasil SPH di Makassar~ 29 Perkembangan Inflasi Kelompok Bahan Makanan~ 30 Perkembangan Inflasi Kelompok Perumahan ~ 30 Perkembangan Inflasi Kelompok Transportasi ~ 31
Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik
3.1. 3.2. 3.3. 3.4. 3.5. 3.6. 3.7. 3.8. 3.9. 3.10. 3.11. 3.12.
Aset Bank Umum Berdasarkan Kelompok Bank ~ 34 Penghimpunan Dana dan Penyaluran Kredit/Pembiayaan Bank Umum ~ 35 Penyaluran Kredit/Pembiayaan Bank Umum Per Jenis Penggunaan ~ 35 Pangsa Kredit/Pembiayaan Bank Umum Per Sektor Ekonomi ~ 36 Pertumbuhan Tahunan Kredit/Pembiayaan Per Sektor Ekonomi ~ 36 Perkembangan NPLs Net dan Gross Bank Umum ~ 37 Pangsa NPLs Per Sektor Ekonomi ~ 37 Kredit/Pembiayaan Mikro, Kecil dan Menengah Bank Umum ~ 38 Pangsa Kredit/Pembiayaan MKM Bank Umum Per Sektor Ekonomi ~ 38 Perkembangan Bank Umum Syariah ~ 39 Perkembangan Aset BPR/S ~ 40 Perkembangan DPK, Kredit & LDR BPR/S ~ 40
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan III - 2009
vii
Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik
4.1. 4.2. 4.3. 4.4. 4.5. 4.6.
Aliran Uang Kartal Masuk (Inflow) ~ 51 Aliran Uang Kartal Kelaur (Outflow) ~ 51 Pemberian Tanda Tidak Berharga dan Inflow ~ 52 Proporsi Jumlah Lembar Uang Palsu Berdasarkan Pecahan Trw.II-2009 ~ 53 Transaksi RTGS – Incoming ~ 53 Transaksi RTGS – Outgoing ~ 53
Grafik
5.1.
Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik
5.2. 5.3. 5.4. 5.5. 5.6. 5.7. 5.8.
Persentase Penduduk Usia 15+ yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama ~ 56 Perkembangan Rata-rata Nilai Tukar Petani ~ 57 Perkembangan Rata-rata Indeks Yang Diterima Petani ~ 57 Perkembangan Rata-rata Indeks Yang Dibayar Petani ~ 57 Jumlah Penduduk Miskin Sulawesi Selatan ~ 58 Persentase Jumlah Penduduk Miskin se-Sulampua per Maret 2009 ~ 58 Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja Saat Ini ~ 59 Indeks Penghasilan Saat ini Dibandingkan 6 Bulan Lalu ~ 59
Grafik Grafik Grafik
7.1. 7.2. 7.3.
Perkembangan Indeks Ekspektasi Konsumen ~ 64 Indeks Ekspektasi Terhadap Harga-harga dalam 3 bulan y.a.d ~ 65 Perkembangan Laju Inflasi Tahunan Sulsel dan Proyeksinya ~ 65
viii
Triwulan III - 2009
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Daftar Tabel Tabel 1.1. Tabel 1.2.
Perkembangan PDRB Riil : Permintaan Daerah (y.o.y) ~ 8 Perkembangan PDRB Riil : Penawaran Daerah (y.o.y) ~ 12
Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel
Inflasi Kelompok Barang dan Jasa (%, y.o.y) ~ 24 Inflasi Per-Sub Kelompok Sandang ~ 24 Inflasi Per-Sub Kelompok Makanan Jadi-Minuman-Rokok-Tembakau ~ 25 Inflasi Per-Sub Kelompok Pendidikan-Rekreasi-Olahraga ~ 27 Inflasi Per-Sub Kelompok Kesehatan ~ 27 Inflasi Per-Sub Kelompok Bahan Makanan ~ 28 Inflasi Per-Sub Kelompok Perumahan-Air-Listrik-Bahan Bakar ~ 31 Inflasi Per-Sub Kelompok Transportasi-Komunikasi-Jasa Keuangan ~ 31
2.1. 2.2. 2.3. 2.4. 2.5. 2.6. 2.7. 2.8.
Tabel 3.1. Tabel 3.2. Tabel 3.3.
Perkembangan Indikator Perbankan (Bank Umum) Sulawesi Selatan ~ 33 Perkembangan Kelembagaan Bank Umum Sulawesi Selatan ~ 34 Penyaluran Kredit/Pembiayaan dan DPK per DATI II di Sulsel ~ 39
Tabel 4.1. Tabel 4.2.
Perkembangan Temuan Uang Palsu di Wilker KBI Makassar Trw. III-2009 ~ 53 Perputaran Kliring dan Cek/BG Kosong ~ 54
Tabel
Penduduk Usia 15+ Menurut Kegiatan Utama ~ 55
5.1.
Tabel 6.1.
Realisasi APBD Provinsi Sulsel s/d Semester I-2009 ~ 61
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan III - 2009
ix
Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank
Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Perekonomian daerah Sulawesi Selatan (Sulsel) pada triwulan III-2009 masih mengalami pertumbuhan yang lebih tinggi daripada triwulan sebelumnya. Perekonomian daerah Sulsel pada triwulan III-2009 diperkirakan tumbuh sebesar 6,85% (y.o.y), lebih tinggi apabila dibandingkan dengan pertumbuhan tahunan triwulan II-2009 yang sebesar 5,24%, namun tercatat lebih rendah dibandingkan triwulan triwulan III-2008 (8,13%). Dari sisi permintaan, pertumbuhan tersebut pada triwulan III-2009 didorong utamanya oleh komponen konsumsi dan membaiknya kinerja ekspor. Laju pertumbuhan konsumsi ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya (y.o.y), sedangkan kinerja ekspor terus mengalami perbaikan pertumbuhan dengan kontraksi yang semakin mengecil. Dari sisi penawaran (sektoral), pertumbuhan ekonomi didorong oleh sektor perdagangan-hotel-restoran, sektor industri pengolahan dan sektor bangunan. Beberapa faktor pendorongnya adalah realisasi stimulus infrastruktur dan proyek-proyek pemerintah lainnya serta kegiatan bulan Ramadhan/Idul Fitri.
Asesmen Inflasi Laju inflasi tahunan di Sulsel pada triwulan III-2009 tercatat lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya maupun dibandingkan laju inflasi nasional. Laju inflasi Sulsel pada triwulan laporan tercatat sebesar 2,70% (y.o.y), sementara pada triwulan II-2009 sebesar 3,80% (y.o.y) dan laju inflasi nasional sebesar 2,83%. Perlambatan laju inflasi tersebut, diperkirakan karena kebijakan penurunan BBM pada triwulan IV-2008 dan awal triwulan I-2009 serta membaiknya pasokan barang khususnya bahan makanan. Namun di sisi lain, dorongan inflasi terjadi karena adanya konsumsi masyarakat yang mengalami peningkatan selama triwulan laporan. Kondisi tersebut karena terciptanya ekspektasi masyarakat pada saat menjelang dan setelah bulan puasa yang kemudian diakhiri dengan perayaan hari raya Idul Fitri. Hal tersebut ditandai dengan meningkatnya Indeks Harga Konsumen (IHK) pada bulan triwulan bersangkutan. Peningkatan
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan III - 2009
1
IHK tertinggi terjadi pada saat bulan puasa yaitu bulan Agustus. Sementara pada bulan Juli dan September terjadi inflasi namun dalam besaran yang relatif stabil.
Asesmen Perbankan Kinerja perbankan Sulawesi Selatan pada triwulan III-2009 masih mengalami perlambatan, namun secara umum masih tumbuh relatif baik. Indikator-indikator perbankan yaitu total aset, dana pihak ketiga (DPK) yang dihimpun dan kredit menunjukkan perlambatan pertumbuhan. Selain itu, Loan to Deposit Ratio mengalami sedikit peningkatan pada triwulan III - 2009 jika dibandingkan dengan triwulan II-2009. Namun jika dilihat dari kualitas kredit yang disalurkan, terjadi penurunan kualitas. Hal ini tercermin dari meningkatnya Non Performing Loan-Gross (NPLs) Bank Umum di Sulawesi Selatan
Asesmen Sistem Pembayaran Nilai
transaksi
pembayaran
pada
triwulan
laporan
cenderung
menunjukkan peningkatan transaksi, terutama transaksi non tunai via RTGS, sementara transaksi tunainya cenderung menurun. Peningkatan tersebut salah satunya didorong oleh realisasi proyek-proyek pemerintah termasuk stimulus infrastruktur serta peningkatan konsumsi selama bulan Ramadhan/Idul Fitri dan mulainya tahun ajaran baru. Dari sisi aliran uang kartal masuk (inflow) ke KBI Makassar, peningkatan konsumsi masyarakat pada triwulan laporan tercermin dari pertumbuhan inflow perbankan ke KBI Makassar yang makin terkontraksi. Sementara aliran uang kartal keluar (outflow) masih mengalami kontraksi pertumbuhan yaitu sebesar -58,49% (y.o.y). Menurunnya pertumbuhan permintaan uang kartal oleh perbankan
tersebut
relatif
sejalan
menurunnya
Kegiatan/konsumsi masyarakat selama triwulan III ini
pertumbuhan
inflow.
relatif didominasi oleh
penggunaan tabungan masyarakat.
Asesmen Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Struktur
ketenagakerjaan
Sulsel
masih
bertumpu
pada
sektor
pertanian dan perdagangan yang masih merupakan mata pencaharian utama penduduknya. Pertumbuhan ekonomi Sulsel, mampu menyerap jumlah angkatan kerja yang menganggur sebesar 47 ribu orang atau menyerap 4,10% dari angkatan kerja yang menganggur. Kondisi tersebut mengakibatkan Tingkat Pengangguran
2
Triwulan III - 2009
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Terbuka (TPT) Sulsel mengalami penurunan sebesar 1,80%. Di sisi lain, jika melihat angka indeks Nilai Tukar Petani ( NTP ), maka peningkatan pertumbuhan ekonomi Sulsel kiranya relatif menunjukkan adanya peningkatan kesejahteraan masyarakat, terutama masyarakat pedesaan/ petani. Hal ini diperkirakan karena faktor kestabilan tingkat harga, terutama komoditas pertanian.
Asesmen Keuangan Daerah Peran pemerintah daerah dalam mendorong pembangunan ekonomi Sulsel mulai
menunjukkan
perkembangan
peningkatan.
Berdasarkan
data
keuangan
Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi Selatan, Realisasi anggaran pendapatan daerah sampai dengan triwulan III/ 2009,mencapai sebesar Rp1,42 triliun, atau 64,36% dari anggaran yang ditetapkan. Hal ini berarti naik Rp364,71 miliar (34,49%) dibanding triwulan yang sama pada tahun sebelumnya. Dari sisi anggaran belanja daerah, sampai dengan triwulan III-2009, realisasinya telah mencapai 59,97%. Realisasi terbesar terjadi pada pos‘Belanja Operasi’ (61,45%), diikuti oleh pos ‘Belanja
Modal’ (55,34%). Untuk ‘Belanja Operasi’, tercatat
mengalami peningkatan sebesar 7,96% (y.o.y), terutama pada pos ‘Belanja Barang’ dan ‘Belanja Bantuan Keuangan’.
Prospek Ekonomi Triwulan IV-2009 Perekonomian Sulsel pada triwulan IV-2009 diperkirakan tumbuh pada kisaran 7,75%-8,02% (y.o.y) dengan pendorong utama dari sisi konsumsi dan investasi. Dari sisi penawaran, sebagian besar sektor ekonomi diperkirakan pengalami peningkatan pertumbuhan. Dorongan pertumbuhan diperkirakan berasal dari sektor bangunan/konstruksi, sektor perdagangan-hotel-restoran dan sektor industri pengolahan. Di sektor bangunan, terutama proyek pemerintah, diperkirakan realisasi pembangunannya akan mengalami peningkatan yang cukup pesat.. Di sisi permintaan, konsumsi diperkirakan masih menjadi tumpuan perkembangan perekonomian Sulsel di triwulan IV-2009. Realisasi akhir tahun anggaran dan adanya kegiatan pada akhir tahun akan mampu mendorong peningkatan konsumsi tersebut, baik konsumsi rumah tangga maupun konsumsi pemerintah. Kinerja investasi juga diperkirakan akan mengalami peningkatan pertumbuhan terkait realisasi proyek-proyek infrastruktur pemerintah, yang sejalan dengan pertumbuhan sektor bangunan/konstruksi. Inflasi tahunan provinsi Sulsel pada triwulan IV-2009 diperkirakan pada
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan III - 2009
3
kisaran 3,4% ± 0,5% (y.o.y), terutama didorong oleh laju inflasi tahunan kota Makassar yang diperkirakan sebesar 3,5% ± 1% (y.o.y). Perkiraan peningkatan laju inflasi tahunan tersebut karena adanya tekanan 2 hari raya yang jatuh pada triwulan IV, yaitu Idul Adha dan Natal serta pengaruh kebijakan penurunan BBM pada akhir tahun 2009. Selain itu, program stimulus perekonomian daerah diperkirakan ikut mendorong kelancaran distribusi barang/jasa di tingkat regional, terutama proyek-proyek infrastruktur, relatif dapat memberikan kontribusi yang positif dalam rangka mendukung pengendalian inflasi. Kinerja perbankan di Sulsel masih memperlihatkan pertumbuhan yang cukup positif, meskipun dari sisi nilai tambah bruto perbankan cenderung stagnan. Pertumbuhan perbankan tersebut diperkirakan masih terus berlanjut seiring dengan perkembangan perekonomian daerah, yang membutuhkan dana yang cukup besar. Tingkat suku bunga Bank Indonesia (BI-rate) yang cenderung stabil pada akhir triwulan III-2009, diharapkan dapat mendorong penyaluran kredit/pembiayaan.
4
Triwulan III - 2009
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
INDIKATOR EKONOMI DAN PERBANKAN TRIWULAN PROPINSI SULAWESI SELATAN
a. INFLASI dan PDRB
INDIKATOR
2009
2008 1
2
3
4
1
2
3
155.23 157.53 155.83 185.37 N/A 148.07 167.75 174.28 N/A 167.79
110.83 111.64 108.85 111.74 121.52 110.68 109.64 112.86 112.98 112.14
114.78 115.01 113.21 114.96 130.62 116.28 115.13 116.59 119.60 116.96
115.05 115.21 113.39 115.32 128.83 110.70 114.41 117.45 119.25 115.88
116.09 116.57 116.03 115.25 130.53 113.20 116.45 120.96 118.83 117.33
115.04 114.15 116.71 114.84 131.16 110.45 116.03 120.55 118.90 117.01
117.88 115.00 117.70 116.62 132.25 112.46 119.92 123.20 120.62 118.55
7.96 7.68 8.33 11.98 N/A 7.05 9.08 8.42 N/A 12.93
11.92 13.18 9.73 12.31 24.27 9.26 10.20 13.19 16.44 12.25
12.29 13.15 12.26 14.76 31.48 14.87 14.33 16.22 17.69 16.63
12.40 9.71 9.20 12.55 19.75 9.34 10.40 15.28 11.66 11.25
9.01 8.85 10.54 8.26 21.25 8.84 11.07 15.81 9.64 7.64
3.80 2.25 7.22 2.77 7.93 (0.21) 5.83 6.81 5.24 4.34
2.70 (0.01) 3.97 1.44 1.24 (3.29) 4.16 5.67 0.85 1.36
3,204.58 1,072.92 1,533.78 107.74 536.20 1,690.46 862.12 700.96 1,212.86
3,224.61 979.12 1,582.90 110.34 581.84 1,734.06 895.73 735.74 1,240.31
3,337.44 1,010.37 1,557.92 115.31 596.29 1,821.53 940.79 724.98 1,250.61
3,156.79 972.53 1,566.83 117.61 614.18 1,788.51 952.73 719.39 1,299.81
3,369.85 923.44 1,560.65 119.83 620.84 1,825.74 903.23 736.04 1,305.65
3,304.76 935.74 1,675.46 123.40 650.18 1,899.85 966.51 784.47 1,324.66
3,420.74 990.54 1,708.87 129.74 690.13 2,057.47 1,026.89 772.75 1,335.98
11.33
8.10
8.13
3.92
4.06
5.24
6.85
547.25 294.44 141.35 240.29
415.41 244.86 138.93 212.47
722.90 239.00 162.78 233.37
424.61 245.47 229.91 198.53
238.40 149.43 185.08 195.25
143.59 155.33 84.60 217.65
284.22 214.42 104.43 275.65
MAKRO Indeks Haga Konsumen - Sulawesi Selatan - Sulawesi Utara - Gorontalo - Papua - Irian Jaya Barat - Maluku - Sulawesi Tengah - Sulawesi Tenggara - Sulawesi Barat - Maluku Utara Laju Inflasi Tahunan (y.o.y;%) - Sulawesi Selatan - Sulawesi Utara - Gorontalo - Papua - Irian Jaya Barat - Maluku - Sulawesi Tengah - Sulawesi Tenggara - Sulawesi Barat - Maluku Utara
*
PDRB - Harga Konstan (Miliar Rp) 1. Pertanian 2. Pertambangan dan Penggalian 3. Industri Pengolahan 4. Listrik, Gas, dan Air Bersih 5. Konstruksi/Bangunan 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 7. Angkutan dan Komunikasi 9. Keuangan, Persewaan dan Jasa 10. Jasa-jasa Pertumbuhan PDRB (y.o.y;%) Nilai Ekspor Non Migas (USD Juta) Volume Ekspor Non Migas (Ribu Ton) Nilai Impor Non Migas (USD Juta) Volume Impor Non Migas (Ribu Ton)
*
*
*
*) Perkiraan KBI Mks Catt : Per Trw.II-2008, penghitungan inflasi menggunakan tahun dasar 2007
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan III - 2009
5
LANJUTAN ... INDIKATOR EKONOMI DAN PERBANKAN TRIWULAN PROPINSI SULAWESI SELATAN B. PERBANKAN INDIKATOR
2008 1
2
2009 3
1
4
2
3
BANK UMUM : Total Aset (Rp. Miliar)
31,027.55
33,702.13
35,555.84
36,361.21
37,587.50
38,881.67
40,388.42
D P K (Rp. Miliar)
24,170.67 4,727.42 12,259.55 7,183.70
25,950.31 5,327.94 13,390.19 7,232.19
26,435.33 4,866.81 13,457.12 8,111.40
28,743.25 5,007.32 14,920.47 8,815.47
28,625.67 5,108.73 14,135.56 9,381.39
29,520.99 5,062.09 15,169.42 9,289.49
29,450.83 4,939.34 14,965.87 9,545.62
26,569.90 10,064.63 5,930.06 10,575.21 109.93%
29,608.68 11,473.30 6,333.73 11,801.65 114.10%
31,281.15 12,307.66 6,443.33 12,530.16 118.33%
31,543.97 12,368.15 6,440.57 12,735.26 109.74%
31,563.21 12,195.55 6,398.84 12,968.81 110.26%
32,919.44 13,239.15 6,230.54 13,449.75 111.51%
33,872.77 13,582.62 6,299.91 13,990.23 115.01%
- Pertanian - Pertambangan - Industri pengolahan - Listrik,Gas dan Air - Konstruksi - Perdagangan - Pengangkutan - Jasa Dunia Usaha - Jasa Sosial Masyarakat - Lain-lain
26,569.90 639.82 90.86 3,032.69 102.31 1,465.25 7,293.78 1,843.01 1,245.49 281.48 10,575.21
29,608.68 887.59 98.10 3,313.47 88.53 1,822.37 8,067.02 1,755.81 1,502.71 271.44 11,801.65
31,281.15 1,048.89 114.72 3,491.11 77.11 2,009.88 8,379.32 1,664.25 1,698.89 266.83 12,530.16
31,543.97 1,086.10 58.48 3,476.27 70.33 2,005.23 8,524.02 1,521.37 1,760.30 306.62 12,735.26
31,563.21 988.37 170.56 3,376.72 56.56 1,932.56 8,578.93 1,444.98 1,730.04 315.69 12,968.81
32,919.44 918.73 169.82 3,395.70 74.50 2,170.31 9,509.54 1,079.02 1,794.99 357.08 13,449.75
33,872.77 986.73 218.30 3,160.59 169.35 2,248.17 9,805.49 1,060.54 1,843.65 389.72 13,990.23
Kredit UMKM (Rp. Miliar)
18,192.70
20,203.99
21,638.27
22,215.45
22,626.12
24,012.99
24,785.66
Kredit Mikro* (Rp. Miliar)
6,090.12 919.39 152.92 5,017.81
6,276.15 929.74 169.05 5,177.36
6,474.04 1,048.58 168.59 5,256.87
6,282.14 1,109.70 173.62 4,998.82
6,440.47 1,154.74 143.15 5,142.58
6,714.52 1,263.32 161.72 5,289.48
7,010.43 1,343.63 167.39 5,499.41
7,124.67 2,007.75 445.23 4,671.69
8,314.09 2,194.98 523.80 5,595.31
9,201.58 2,430.52 622.04 6,149.02
9,892.90 2,571.68 687.77 6,633.45
10,109.69 2,624.75 754.18 6,730.76
10,693.36 2,832.74 849.18 7,011.44
11,054.72 2,910.72 925.01 7,218.99
4,977.92 3,301.07 836.86 840.00
5,613.76 3,670.05 966.75 976.96
5,962.66 3,878.32 1,015.21 1,069.13
6,040.41 3,980.80 1,003.44 1,056.17
6,075.96 4,042.81 973.98 1,059.18
6,605.11 4,468.59 1,015.74 1,120.79
6,720.52 4,445.99 1,032.26 1,242.27
10.31%
9.05%
8.29%
2.32%
3.82%
3.05%
4.08%
4.41%
3.29%
2.67%
2.31%
2.96%
3.37%
3.45%
1,042.28
1,091.75
1,179.94
1,176.31
1,395.53
1,288.73
1,308.37
584.39 83.99 249.47 250.93
653.04 87.44 279.35 286.25
701.34 112.65 287.22 301.47
673.39 76.28 297.78 299.33
714.07 76.92 311.38 325.77
833.87 149.44 351.00 333.43
861.66 133.05 344.76 383.85
3,394.79 1,066.42 1,427.12 901.24 580.92%
1,194.78 443.59 127.86 623.33 182.96%
1,304.38 468.52 132.25 703.61 185.98%
1,272.80 426.818 126.394 719.587 189.01%
1,443.14 528.45 121.53 793.16 202.10%
1,405.82 474.63 171.97 759.23 168.59%
1,422.01 492.53 165.07 764.41 165.03%
Giro Tabungan Deposito
Kredit - dsr. Lokasi Proyek (Rp. Miliar) - Modal Kerja - Investasi - Konsumsi
LDR Kredit - dsr. Lokasi Proyek (Rp. Miliar)
- Modal Kerja - Investasi - Konsumsi
Kredit Kecil ** (Rp. Miliar) - Modal Kerja - Investasi - Konsumsi
Kredit Menengah *** (Rp. Miliar) - Modal Kerja - Investasi - Konsumsi
NPL Total gross (%) NPL UMKM gross (%)
BANK UMUM SYARIAH Total Aset (Rp. Miliar) D P K (Rp. Miliar) Giro Tabungan Deposito
Pembiayaan - dsr. Lokasi Proyek (Rp. Milia - Modal Kerja - Investasi - Konsumsi
FDR Catt. * (
6
Triwulan III - 2009
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Bab 1
Perkembangan Kondisi Makroekonomi
Perekonomian daerah Sulawesi Selatan pada triwulan III-2009 diperkirakan masih mengalami peningkatan pertumbuhan yang lebih tinggi dibanding triwulan II-2009 namun lebih rendah dibanding triwulan III-2008. Pertumbuhan ekonomi pada triwulan ini diperkirakan sebesar 6,85% (y.o.y), sementara pada triwulan II-2009 sebesar 5,24%, dan pada triwulan triwulan III-2008 sebesar 8,13%. Dari sisi permintaan, laju pertumbuhan dimaksud terutama didukung oleh pertumbuhan konsumsi dan membaiknya kinerja ekspor.
Grafik 1.1. Laju Pertumbuhan PDRB 5
14
qtq ‐ axis kiri yoy ‐ axis kanan
4
12
Sumber : BPS, diolah * : Proyeksi BI
3
10
2
8
1
6
% 0
4 1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3*
‐1
2 2004
2005
2006
2007
2008
2009
‐2
% ‐
Dari sisi penawaran (sektoral), pendorong pertumbuhan ekonomi berasal dari sektor perdagangan-hotel-restoran, sektor pertanian dan sektor bangunan. Sementara sektor pertambangan diperkirakan mulai menunjukkan perbaikan kinerja meskipun masih mengalami kontraksi pertumbuhan. Sedangkan pertumbuhan tertinggi terjadi di sektor perdagangan-hotel-restoran terkait dengan faktor bulan puasa dan Idul Fitri.
1.1 Permintaan Daerah Pertumbuhan perekonomian di Sulawesi Selatan pada triwulan III-2009 dari sisi permintaan disebabkan oleh komponen konsumsi masih mengalami pertumbuhan positif yang lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya dan kinerja ekspor yang menunjukkan perbaikan. Sementara pertumbuhan impor juga diperkirakan mengalami peningkatan, meskipun masih kontraksi.
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan II - 2009
7
Tabel 1.1. Perkembangan PDRB Riil : Permintaan Daerah (y.o.y) II‐08
KOMPONEN
III‐08
Konsumsi Investasi Ekspor (Impor) TOTAL
6.11% 31.40% ‐11.16% ‐10.19% 8.10%
6.59% 28.46% 7.26% 14.63% 8.13%
Konsumsi Investasi Ekspor (Impor) TOTAL
4.35% 5.46% ‐6.16% ‐4.46% 8.10%
4.68% 5.08% 3.22% 4.84% 8.13%
IV‐08 I‐09 Pertumbuhan (y.o.y) 5.03% 4.75% 12.25% 30.16% ‐9.08% ‐21.53% ‐6.76% ‐13.34% 3.92% 4.06% Sumbangan (y.o.y) 3.56% 3.34% 2.20% 5.92% ‐4.20% ‐10.16% ‐2.36% ‐4.96% 3.92% 4.06%
II‐09
III‐09*
5.73% 1.77% ‐12.15% ‐17.52% 5.24%
6.46% 3.36% ‐6.23% ‐12.43% 6.85%
4.01% 0.37% ‐5.51% ‐6.36% 5.24%
4.52% 0.71% ‐2.74% ‐4.36% 6.85%
Sumber : BPS diolah * Proyeksi Bank Indonesia Makassar
1.1.1. Konsumsi Pada triwulan laporan, kinerja konsumsi diperkirakan tumbuh sebesar 6,46% (y.o.y), lebih tinggi dibanding triwulan II-2009 (5,73%) namun sedikit lebih rendah dibandingkan dengan triwulan III-2008 (6,59%). Kinerja konsumsi rumah tangga diperkirakan tumbuh sebesar 7,31% (y.o.y) dengan sumbangan pertumbuhan sebesar 4,01% (y.o.y). Angka pertumbuhan tersebut lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada triwulan II-2009 yang tercatat sebesar 5,73% (y.o.y). Faktor pendorong pertumbuhan tersebut antara lain karena bulan Ramadhan/Idul Fitri serta tahun ajaran baru. Peningkatan konsumsi rumah tangga tersebut diindikasikan oleh meningkatnya konsumsi air, listrik, jumlah kendaraan terdaftar non niaga. Selanjutnya kinerja konsumsi pemerintah pada triwulan III-2009 diperkirakan tumbuh sebesar 3,34% (y.o.y), yang lebih tinggi dibandingkan triwulan II-2009 (2,73%). Pertumbuhan kinerja konsumsi pemerintah ini tercermin dari pertumbuhan realisasi belanja operasi sebesar 7,96% (y.o.y). Beberapa prompt indikator pertumbuhan kinerja konsumsi tersebut di atas terlihat dari grafik sebagai berikut : Grafik 1.2. Prompt Indikator Kinerja Konsumsi Pemakaian Air (M³) di Makassar 12.0
Perkembangan Konsumsi Listrik Sektor Rumah Tangga 30%
Pemakaian Air (M³)
10.0
25%
Y.O.Y (PA)
y.o.y
25% 20%
340 320
15%
Sbr : PLN Divre VII * Sementara
20%
6.0
15%
300 280
10%
260
0%
240
‐5%
220 200
‐10% ‐15%
Sumber : PDAM Mks * Sementara
2.0
5%
0.0
0%
Juta M3
1
2
3
4
1
2
2007
Triwulan II - 2009
3 2008
4
1
2 2009
3
Juta GWH
8.0
4.0
8
Rumah Tangga
360
1
2
3
2007
4
1
2
3
2008
10% 5%
4
1
2
3*
2009
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Jumlah Kendaraan Terdaftar Non Niaga 3,000
Total
Indeks Penghasilan Saat Ini dan Ketepatan Konsumsi Barang Tahan Lama 15% 10% 5% 0% ‐5% ‐10% ‐15% ‐20% ‐25% ‐30%
Growth
2,500 2,000 1,500 1,000 500 0 1
2
3
4
1
2
160 140 120 100 80 60 40
Ketepatan wkt pembelian durable goods
20
Penghasilan saat ini dibanding 6 bln yl
‐
3
1
2008
2
y.o.y
30% 25% 20% 15% 10% 5% 0% ‐5% ‐10% ‐15%
25 20 15 10 5 Juta GWH
‐ 1
2
3
4
1
2007
2
3
4
1
2008
1
2
3
2
4
1
2
2008
3
2009
Perkembangan Konsumsi Listrik Sektor Sosial 40
3*
2009
150%
Sosial y.o.y
35
100% Sbr : PLN Divre VII * Sementara
30
50%
25
0%
20
‐50%
15 Juta GWH
Penerangan Jln Umum
4
2007
Perkembangan Konsumsi Listrik Penerangan Jalan Umum 30
3
2009
‐100% 1
2
3
4
1
2
2007
3
4
1
2
2008
3*
2009
1.1.2. Investasi Pada triwulan III-2009, investasi diperkirakan tumbuh sebesar 3,36% (y.o.y) dengan sumbangan pertumbuhan sebesar 0,71% (y.o.y). Sementara pertumbuhan pada triwulan II-2009 tercatat sebesar 1,77% (y.o.y) dan triwulan III-2008 sebesar 28,46% (y.o.y). Peningkatan kinerja investasi dibanding triwulan sebelumnya tersebut diperkirakan dipengaruhi oleh realisasi stimulus infrastruktur pemerintah dan belanja modal pemerintah serta peningkatan realisasi penanaman modal didaerah.
Grafik 1.3. Prompt Indikator Kinerja Investasi Volume Impor Barang Modal
Realisasi Pengadaan Semen
16
900% Series1
14
Series2
800% 700%
12
Capital Goods
600% 500%
10
Smb : Cognos ‐ BI
8
400% 300%
6
200%
4
100% 0%
2
Juta Kg
‐200% 1
2
3 2007
4
1
2
3 2008
4
1
2
3*
2009
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Juta GWH
‐100%
‐
Bisnis y.o.y
180 170 160 150 140 130 120 110 100 1
2
3
2007
50% 45% 40% 35% 30% 25% 20% 15% 10% 5% 0%
Sbr : PLN Divre VII * Sementara
4
1
2
3
2008
4
1
2
3*
2009
Triwulan II - 2009
9
Perkembangan Konsumsi Listrik Sektor Industri Industri y.o.y
240 220
40% 30% Sbr : PLN Divre VII * Sementara
200 180
Perkembangan Konsumsi Listrik Sektor Bisnis
20% 10%
160
0%
140
‐10%
120 Juta GWH
1
2
3
4
1
2007
2
3
4
1
2008
2
1
Juta GWH
‐20%
100
Bisnis y.o.y
180 170 160 150 140 130 120 110 100
3*
2009
2
50% 45% 40% 35% 30% 25% 20% 15% 10% 5% 0%
Sbr : PLN Divre VII * Sementara
3
4
1
2
2007
3
4
1
2008
2
3*
2009
1.1.3. Net Perdagangan Eksternal (Ekspor – Impor) Secara nominal, kinerja perdagangan ke luar Sulsel diperkirakan masih mengalami perbaikan pertumbuhan. Pada tiwulan laporan, diperkirakan mengalami kontraksi
sebesar
-6,23% (y.o.y), yang mengecil dibandingkan kontraksi pada triwulan sebelumnya yaitu sebesar -12,15%. Kondisi ini diperkirakan karena tingkat harga beberapa komoditi di pasar internasional yang menunjukkan perbaikan, terutama nikel, sehingga mampu memicu peningkatan ekspor.
Grafik 1.4. Prompt Indikator Kinerja Ekspor Volume Ekspor Luar Negeri Non Migas Total 450
EKSPOR NON MIGAS
TOTAL
y.o.y
400 Smb : Cognos ‐ BI * Sementara
350 300 250 200 150 100 50
Ribu Ton
‐ 1
2
3
4
1
2
2007
3
4
1
2008
2
40% 30% 20% 10% 0% ‐10% ‐20% ‐30% ‐40% ‐50% ‐60%
Volume Produksi Nikel 25,000
Produksi nikel dlm matte
20,000 15,000 10,000 5,000 Sbr.: Press Release PT. Inco
‐
3*
1
2009
5 4 3 2
Smb : Cognos ‐ BI * Sementara
1
Ribu Ton
‐
10
1
2 2007
3
4
1
2 2008
Triwulan II - 2009
3
4
1
2 2009
4
1
2
3*
3
4
1
2008
2
3
2009
Volume Ekspor Luar Negeri Kopi,Teh, Kakao dll 20%
90
15%
80
10%
70
5%
60
0%
50
‐5%
40
‐10%
30
‐15%
20
‐20%
10
‐25%
‐ Ribu Ton
TOTAL y.o.y
IKAN, UDANG, KERANG, DLL
3 2007
Volume Ekspor Luar Negeri Ikan, Udang, Kerang dan lain-lain 6
2
KOPI, TEH, KAKAO & SEJENISNYA Smb : Cognos ‐ BI * Sementara
1
2
3
2007
4
140% 120% 100% 80% 60% 40% 20% 0% ‐20% ‐40% ‐60% ‐80%
TOTAL y.o.y
1
2
3
2008
4
1
2
3*
2009
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Volume Muat Dalam Negeri Melalui Pelabuhan MUAT LN
0.3
Volume Muat Luar Negeri Melalui Pelabuhan
Sumber : Pelindo IV * : Sementara
Y.O.Y 0.2
150%
MUAT AP
0.8
100%
0.2
50%
Sumber : Pelindo IV * : Sementara
Y.O.Y
0.7
0%
0.1
‐50%
0.0
‐100%
0%
0.5
‐10%
3
4
1
2
2008
‐20%
0.3
‐30%
0.2
‐40%
0.1
‐50% ‐60%
0.0
3*
1
2
Ribu Ton
2
Ribu Ton
1
2009
20% 10%
0.6
0.4 0.1
30%
3
4
1
2
2008
3*
2009
Selain peningkatan pada ekspor luar negeri, ekspor antar pulau juga menunjukkan peningkatan, yang tercermin dari peningkatan volume muat dalam negeri via pelabuhan. Sementara kinerja impor diperkirakan menunjukkan kondisi yang relatif sama, pada triwulan laporan tercatat kontraksi sebesar -12,43% (y.o.y), sementara pada triwulan II-2009 tercatat sebesar -17,52%. Perbaikan pertumbuhan kinerja impor tersebut ditandai dengan mulai adanya peningkatan volume impor, baik dari luar negeri maupun dari antar pulau. Peningkatan kinerja impor ini didorong oleh peningkatan konsumsi sehubungan dengan bulan Ramadhan/Idul Fitri. Grafik 1.5. Prompt Indikator Kinerja Impor Volume Impor Luar Negeri Volume Impor Luar Negeri Non Migas Total Intermediate Goods 350 100% S I T C y.o.y Intermediate Goods SULSEL
350 300
80%
* Sementara
60%
Smb : Cognos ‐ BI
250
40%
200
300
Intermediate Goods
100% 80%
y.o.y
* Sementara Smb : Cognos ‐ BI
250
60%
200
40%
150
20% 0%
20% 150
0%
100
‐20%
100
50
‐40%
50
‐
‐60% 2
3 2007
4
1
2
3 2008
4
1
2
‐
3*
2009
‐40% 1
Juta Kg
Juta Kg
1
‐20%
2
3
4
1
2
2007
3
4
1
2008
2
3*
2009
Volume Impor Luar Negeri Consumer Goods 4 Consumer Goods
4
200%
Consumer Goods
y.o.y
150%
* Sementara Smb : Cognos ‐ BI
3
100%
3
50%
2 2
0%
1 ‐50%
1
‐100%
Juta Kg
‐
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
1
2
3 2007
4
1
2
3 2008
4
1
2
3*
2009
Triwulan II - 2009
11
Volume Bongkar Dalam Negeri Melalui Pelabuhan BONGKAR AP
1.2
Volume Bongkar Luar Negeri Melalui Pelabuhan 40%
Sumber : Pelindo IV * : Sementara
Y.O.Y
30%
1.0
20% 10%
0.8
Sumber : Pelindo IV * : Sementara
BONGKAR LN
0.3
y.o.y
30% 20%
0.3
10% 0.2
0%
0% 0.6
‐10% ‐20%
0.4
‐30% ‐40%
0.2
0.2
‐10% ‐20%
0.1
‐30% 0.1
‐40%
‐50%
1.2.
‐60% 1
2
3
4
2008
1
2
‐50% 1
3*
Ribu Ton
Ribu Ton
0.0
0.0
2009
2
3
4
1
2008
2
3*
2009
Penawaran Daerah (Sektoral) Dari sisi penawaran, secara tahunan, sektor perdagangan-hotel-restoran, sektor
industri pengolahan, sektor bangunan dan sektor angkutan-komunikasi diperkirakan menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi pada triwulan laporan. Sementara sektor pertambangan masih diperkirakan memberikan sumbangan negatif namun dalam besaran yang semakin mengecil.
Tabel 1.2. Perkembangan PDRB Riil : Penawaran Daerah (y.o.y) II‐08
III‐08
8.10% 4.87% ‐7.23% 12.01% 12.94% 25.15% 12.24% 14.40% 14.48% 5.34%
8.13% 6.06% ‐2.98% 6.79% 13.85% 23.20% 13.75% 13.21% 11.22% 5.52%
SEKTOR EKONOMI 1. Pertanian 2. Pertambangan & Penggalian 3. Industri Pengolahan 4. Listrik,Gas & Air Bersih 5. Bangunan 6. Perdagangan, Hotel & Restoran 7. Angkutan & Komunikasi 8. Keuangan, Persewaan & Js Perusahaan 9. Jasa ‐ jasa SEKTOR EKONOMI 1. Pertanian 2. Pertambangan & Penggalian 3. Industri Pengolahan 4. Listrik,Gas & Air Bersih 5. Bangunan 6. Perdagangan, Hotel & Restoran 7. Angkutan & Komunikasi 8. Keuangan, Persewaan & Js Perusahaan 9. Jasa ‐ jasa
8.10% 1.46% ‐0.74% 1.66% 0.12% 1.14% 1.84% 1.10% 0.91% 0.61%
IV‐08
I‐09
Pertumbuhan (%, y.o.y) 3.92% 4.06% 1.59% 5.16% ‐9.45% ‐13.93% 3.94% 1.75% 9.66% 11.22% 15.03% 15.79% 7.77% 8.00% 9.13% 4.77% 3.71% 5.00% 7.38% 7.65% Sumbangan (%, y.o.y) 8.13% 3.92% 4.06% 1.82% 0.46% 1.51% ‐0.30% ‐0.94% ‐1.37% 0.94% 0.55% 0.25% 0.13% 0.10% 0.11% 1.07% 0.75% 0.77% 2.10% 1.20% 1.24% 1.05% 0.74% 0.38% 0.70% 0.24% 0.32% 0.62% 0.83% 0.85%
II‐09
III‐09*
5.24% 2.49% ‐4.43% 5.85% 11.84% 11.74% 9.56% 7.90% 6.62% 6.80%
6.85% 2.50% ‐1.96% 9.69% 12.52% 15.74% 12.95% 9.15% 6.59% 6.83%
5.24% 0.72% ‐0.39% 0.84% 0.12% 0.62% 1.50% 0.64% 0.44% 0.76%
6.85% 0.73% ‐0.17% 1.33% 0.13% 0.83% 2.08% 0.76% 0.42% 0.75%
Sumber : BPS Sulsel Ket. : Angka Sementara *) Perkiraan Bank Indonesia
12
Triwulan II - 2009
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Dari sisi pertumbuhan, tertinggi terjadi pada sektor bangunan, kemudian diikuti sektor perdagangan-hotel-restoran dan sektor listrik-gas-air bersih. Sementara kontraksi pertumbuhan diperkirakan masih terdapat pada sektor pertambangan, namun mulai menunjukkan pertumbuhan yang semakin membaik.
1.2.1. Sektor Pertanian Kinerja sektor pertanian diperkirakan sedikit mengalami peningkatan pertumbuhan, yaitu dari 2,94% (y.o.y) pada triwulan II-2009 menjadi 2,50% pada triwulan laporan. Pendorong pertumbuhan pada sektor ini diperkirakan terdapat pada subsektor perikanan dan perkebunan dan kehutanan. Kinerja subsektor-subsektor tersebut tampak pada volume ekspor komoditi pada kedua subsektor tersebut yang mengalami peningkatan. Sementara di subsektor tanaman bahan makanan diperkirakan mengalami perlambatan pertumbuhan. Hal tersebut dikarenakan karena perkembangan luas panen dan luas produksi padi yang mengalami perlambatan (ARAM II), namun dari sisi produktifitas mengalami peningkatan.
Grafik 1.6. Prompt Indikator Kinerja Sektor Pertanian Volume Ekspor Luar Negeri Ikan, Udang, Kerang dan lain-lain 6
TOTAL y.o.y
IKAN, UDANG, KERANG, DLL
20% 15%
5
10%
4
5% 0%
3
‐5% ‐10%
2
Smb : Cognos ‐ BI * Sementara
1
‐15% ‐20% ‐25%
Ribu Ton
‐ 1
2
3
4
1
2
2007
3
4
1
2008
2
3*
2009
Volume Ekspor Luar Negeri Kopi,Teh, Kakao dll 80 70
KOPI, TEH, KAKAO & SEJENISNYA
140% 120% 100% 80% 60% 40% 20% 0% ‐20% ‐40% ‐60% ‐80%
TOTAL y.o.y
Smb : Cognos ‐ BI * Sementara
60 50 40 30 20 10
Ribu Ton
‐ 1
2
3
2007
4
1
2
3
2008
4
1
2
3*
2009
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Luas Panen (Ha) ‐ kiri Produksi (Ton) ‐ kiri Produktifitas (Kuintal/Ha) ‐ kanan
4.5 4.0
50 49
3.5 3.0
48
2.5
47
2.0 1.5
46
Smb : BPS
1.0
45
0.5 0.0
juta
90
Luas Panen, Produksi dan Produktifitas Padi (ARAM II)
44 2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
Triwulan II - 2009
2009
13
1.2.2. Sektor Industri Pengolahan Peningkatan pertumbuhan diperkirakan terjadi pada sektor ini, yaitu sebesar 9,69% (y.o.y), lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 5,85% maupun dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan III-2008 yang sebesar 6,79%. Peningkatan pertumbuhan sektor ini diperkirakan disebabkan oleh tingginya peningkatan produksi subsektor industri pengolahan semen sehubungan dengan meningkatnya realisasi proyek-proyek pemerintah pada triwulan laporan, meskipun subsektor industri pengolahan makanan-minuman mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya.
Grafik 1.7. Prompt Indikator Kinerja Sektor Industri Pengolahan Realisasi Pengadaan Semen 500 450
Realisasi Produksi Tepung Terigu
Sumber : ASI * : Sementara
Sulsel
70%
50%
350 300
40%
250
30%
200
20%
150
10%
100
0% 100
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3* 2005
Ribuan Ton
2005
2006
2007
2008
2009
2008
2009
3*
2008
2009
‐20%
‐40%
Volume Ekspor Kayu Olahan 20% 18% 16% 14% 12% 10% 8% 6% 4% 2% 0%
2
1
* Agustus
4
3
2
1
g.IP
2007
0
18
BARANG2 KAYU & GABUS
16
Smb : Cognos ‐ BI * Sementara
14
60% TOTAL y.o.y
40%
12
20%
10
0%
8 6
‐20%
4
‐40%
2 ‐ Ribu Ton
2007
4
3
1
2
Ind. Pengolahan
2006
‐10%
‐30%
Kredit Sektor Industri Bank Umum 4.0 3.5 3.0 2.5 2.0 1.5 1.0 0.5 0.0
30%
10%
150
50
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3*
40%
20%
‐10%
0 Ribuan Ton
200
0%
50
Triliun Rp
Sumber : EFM Mks * : Sementara
Produksi‐axis kiri yoy‐axis kanan
60%
y.o.y
400
250
‐60% 1
2 2007
3
4
1
2 2008
3
4
1
2
3*
2009
Perlambatan pertumbuhan pada subsektor industri pengolahan makanan-minuman tersebut diperkirakan karena melambatnya produksi tepung terigu sehubungan dengan pengaruh kenaikan harga gandum di pasar internasional, yaitu dari harga xxx (rata-rata selama triwulan II-2009) menjadi sebesar xx (rata-rata harga selama triwulan laporan). Sementara di subsektor industri pengolahan kayu diperkirakan masih mengalami pertumbuhan positif, yang ditandai dengan peningkatan volume ekspor kayu olahan.
14
Triwulan II - 2009
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
1.2.3. Sektor Perdagangan-Hotel-Restoran Diperkirakan terjadi peningkatan pertumbuhan, yaitu dari 9,56% (y.o.y) pada triwulan II-2009 menjadi sebesar 12,95%, namun pertumbuhan pada triwulan laporan tersebut tercatat lebih rendah dibanding triwulan yang sama tahun sebelumnya yang sebesar 13,75%. Meningkatnya pertumbuhan di sektor ini diperkirakan karena terjadi pertumbuhan subsektor perdagangan besar-eceran sehubungan dengan bulan puasa dan idul Fitri, yang ditandai dengan meningkatnya arus bongkar muat melalui angkatan laut dan arus bongkar muat cargo melalui angkutan udara.
Grafik 1.8. Prompt Indikator Kinerja Sektor Perdagangan-Hotel-Restoran Arus Bongkar Muat Melalui Angkutan Laut BONGKAR
3.0
Arus Bongkar Muat Cargo Melalui Angkutan Udara 40%
Sumber : Pelindo IV * : Sementara
MUAT
30%
2.5
20% 10%
2.0
0% 1.5
‐10%
0.5
3
4
1
2006
2
3
4
1
2
2007
3
4
1
2008
2
5% 0%
‐30%
4,000
‐5%
‐40%
2,000
3*
2009
‐
35% 30% 25% 20% 15% 10% 5% 0%
10.0 8.0 6.0 4.0 2.0
2008
3*
2
1
4
3
2
1
4
3
2
1
Triliun Rp
0.0
2007
q Smb : Bandara S. Hasanuddin * : Sementara
‐10% ‐15%
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3* 2006
2007
2008
2009
Rata-rata Tingkat Penghunian Kamar Hotel Berbintang
* Agustus
Perdagangan
15% 10%
Kredit Sektor Perdagangan Bank Umum 12.0
20%
8,000
Ribu Kg
Ribu Ton
2
y.o.y
10,000
‐60% 1
ARR Lalu Lintas Cargo
12,000
‐50% 0.0
DEP
6,000
‐20% 1.0
14,000
2009
50 45 40 35 30 25 20 15 10 5 ‐
Rata‐rata TPK
1 2 3 Smb : BPS diolah * sementara 2008
y.o.y
20% 15% 10% 5% 0% ‐5% ‐10%
4
1
2
3*
2009
Selain itu, pertumbuhan sektor ini juga didorong oleh pertumbuhan pada subsektor hotel, yang diperkirakan mengalami peningkatan pertumbuhan yang ditandai dengan meningkatnya Tingkat Penghunian Kamar Hotel Berbintang yang disebabkan oleh kegiatan selama bulan puasa dan acara pembukaan Trans Studio. Sementara, apabila dibandingkan pertumbuhan sektor ini dengan pertumbuhan pada triwulan III-2008, maka perlambatan pertumbuhan sektor ini relatif disebabkan pengaruh dampak krisis dimana masyarakat pada triwulan III-2009 cenderung menahan konsumsinya.
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan II - 2009
15
1.2.4. Sektor Jasa-jasa Masih diperkirakan mengalami peningkatan pertumbuhan yaitu dari 6,80% (y.o.y) pada triwulan II-2009 menjadi sebesar 6,83% (y.o.y) pada triwulan laporan dengan sumbangan terhadap total pertumbuhan adalah sebesar 0,75%. Angka pertumbuhan tersebut juga tercatat lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada triwulan III-2008 yaitu sebesar 5,52%. Peningkatan tersebut diduga karena terjadi peningkatan kinerja pada subsektor pemerintahan umum, yang tercermin dari konsumsi listrik pada sektor pemerintah, penerangan jalan umum dan sektor sosial yang masih tinggi, meskipun konsumsi listrik di sektor pemerintah yang melambat yang diperkirakan karena aktifitas selama bulan puasa yang relatif berkurang. Dorongan pertumbuhan pada sektor jasa-jasa diperkirakan juga didorong oleh subsektor hiburan-rekreasi sehubungan dengan telah dibukanya sarana hiburan dan rekreasi di Makassar.
Grafik 1.9. Prompt Indikator Kinerja Sektor Jasa-jasa Konsumsi Listrik Sektor Sosial 40
Konsumsi Listrik Sektor Pemerintah 150%
Sosial y.o.y
35
100% Sbr : PLN Divre VII * Sementara
30
50%
25
0%
20
‐50% ‐100% 1
2
3
4
1
2007
2
3
4
1
2008
2
Juta GWH
Juta GWH
15 3*
2009
Gd Kantor Pemerintahan y.o.y
28 26 24 22 20 18 16 14 12 10
70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% ‐10% ‐20%
Sbr : PLN Divre VII * Sementara
1
2
3
2007
4
1
2
3
2008
4
1
2
3*
2009
Konsumsi Listrik Umum (Penerangan Jalan Umum) Penerangan Jln Umum
30
y.o.y
30% 25% 20% 15% 10% 5% 0% ‐5% ‐10% ‐15%
25 20 15 10 5 Juta GWH
‐ 1
2
3
2007
4
1
2
3
2008
4
1
2
3*
2009
1.2.5. Sektor Angkutan dan Komunikasi Karena terdapat hari raya Idul Fitri dan adanya pembukaan sarana hiburan-rekreasi di Makassar pada triwulan laporan ini, diperkirakan mampu mendorong pertumbuhan sektor angkutan-komunikasi di Sulsel. Sektor ini, pada triwulan III-2009, diperkirakan tumbuh
16
Triwulan II - 2009
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
sebesar 9,15% (y.o.y), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada triwulan II-2009 yang sebesar 7,90%. Kondisi tersebut ditandai dengan peningkatan pertumbuhan arus penumpang, pesawat angkutan udara dan penumpang angkutan laut. Selain itu, peningkatan pertumbuhan juga diperkirakan terjadi pada subsektor komunikasi, yang diperkirakan karena penggunaan telepon dan sms untuk penyampaian ucapan selamat hari raya Idul Fitri. Grafik 1.10. Prompt Indikator Kinerja Subsektor Angkutan Lalu Lintas Penumpang Angkutan Udara 1,200
DEP
1,000
ARR
Lalu Lintas Pesawat Angkutan Udara 25%
y.o.y
Lalu Lintas Penumpang
800 600 400 Smb : Bandara S. Hasanuddin * : Sementara
200
Ribu Org
14,000
15%
12,000
10%
10,000
5%
8,000
0%
6,000
‐5%
‐
‐10% 1
2
3
2006
4
1
2
3
2007
4
1
2
3
2008
4
1
16,000
20%
2 3*
DEP ARR
Lalu Lintas Pesawat
50% 40% 30% 20% 10% 0%
4,000
Smb : Bandara S. Hasanuddin * : Sementara
2,000 ‐
‐10% ‐20%
1
2
2009
3
4
1
2006
2
3
4
1
2007
2
3
4
1
2008
2 3* 2009
Lalu Lintas Penumpang Angkutan Laut Embarkasi (keluar) Debarkasi (masuk) Y.O.Y
350,000 300,000 250,000
40% 30% 20%
Sumber : Pelindo IV * : Sementara
10%
200,000
0%
150,000
‐10% ‐20%
100,000
‐30%
50,000
‐40%
‐
‐50% 1
2
3
2006
4
1
2
3
2007
4
1
2
3
2008
4
1
2 3* 2009
1.2.6. Sektor Keuangan-Persewaan-Jasa Perusahaan Pada triwulan laporan, sektor ini diperkirakan mengalami perlambatan pertumbuhan setelah pada triwulan sebelumnya mengalami peningkatan pertumbuhan. Pertumbuhan sektor ini pada triwulan laporan diperkirakan sebesar 6,59% (y.o.y), lebih rendah dibanding pertumbuhan pada triwulan II-2009 yang sebesar 6,62% maupun dibandingkan triwulan III2008 yang sebesar 11,22%. Perlambatan pertumbuhan tersebut diperkirakan masih didorong oleh perlambatan kinerja di subsektor bank, yang ditandai dengan melambatnya pertumbuhan Nilai Tambah Bruto (NTB) Bank Umum yaitu sebesar 16,2% (y.o.y) sementara pada triwulan II-2009 dan triwulan III-2008 masing-masing tumbuh sebesar 16,4% dan 27,9%. Perlambatan pertumbuhan NTB bank umum tersebut diakibatkan karena
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan II - 2009
17
pertumbuhan kredit lebih rendah dibanding pertumbuhan DPK. Per Agustus 2009, tercatat DPK tumbuh 14,0% (y.o.y) sementara kredit tumbuh 9,2% (y.o.y) sehingga pendapatan yang diterima lebih rendah dibandingkan biaya intermediasinya. Selain itu penurunan tingkat suku bunga kredit relatif kurang mampu mendorong peningkatan NTB bank umum, mengingat penurunannya lebih tinggi dibandingkan penurunan tingkat suku bunga DPK. Jadi masih tercipta biaya intermediasi yang lebih tinggi dibanding pendapatannya. Selain subsektor bank, diperkirakan juga terjadi perlambatan pertumbuhan pada subsektor lembaga keuangan non bank, yang ditandai dengan melambatnya pertumbuhan tahunan pembiayaan non bank. Diperkirakan perlambatan tersebut disebabkan terjadi peningkatan daya beli masyarakat selama masa lebaran sehingga relatif lebih banyak terjadi pelunasan dibandingkan pengajuan pinjaman.
Grafik 1.11. Prompt Indikator Kinerja Sektor Keuangan-Persewaan-Jasa Perusahaan Nilai Tambah Bruto Bank Umum
Pembiayaan Lemb. Keuangan Non Bank
y.o.y
40% 35% 30% 25% 20% 15% 10% 5% 0% ‐5% ‐10%
7 6
Sbr : LBU ‐ BI * Sementara
5 4 3 2 1 Trilyun Rp
0 1
2
3
4
1
2
2007
3
4
1
2008
2
450 400
30%
Sbr : FIF Mks
300
20%
250
15%
200 150
10%
100
5%
50
0%
0 1
3*
2009
25%
350
Milyar Rp
NTB SULSEL
8
2
3 2008
4
1
2
3
2009
Pembiayaan Lemb. Keuangan Non Bank (PT. Pegadaian) 500 450 400 350 300 250 200 150 100 50 ‐
80%
Sbr : Kanwil Pegadaian Mks * Sementara
60% 50% 40% 30% 20% 10% 0%
1 Millions
70%
2
3
4
1
2
2007
3
4
2008
1
2
3
2009
1.2.7. Sektor-sektor Lainnya Sektor listrik-gas-air bersih, sehubungan dengan adanya tambahan pasokan listrik dari PLTU Sengkang pada triwulan III ini yang ditandai dengan meningkatnya penggunaan listrik di Sulsel sebesar 14,95%, maka diperkirakan sektor ini mengalami peningkatan pertumbuhan dibanding pertumbuhan pada triwulan II-2009 maupun triwulan III-2008. Pada
18
Triwulan II - 2009
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
triwulan laporan, sektor ini diperkirakan tumbuh sebesar 12,52% (y.o.y), sementara pada triwulan II-2009 tumbuh sebesar 11,84% dan pada triwulan III-2008 tumbuh sebesar 13,85%. Selain didorong oleh subsektor listrik, diperkirakan pertumbuhan sektor ini juga didorong oleh subsektor air bersih meski masih relatif kecil. Tercatat pemakaian air bersih di Makassar tumbuh sebesar 22,17% (y.o.y) meskipun jumlah pemasangan saluran air mengalami perlambatan pertumbuhan dari 4,57% (y.o.y) menjadi 4,13% (y.o.y).
Grafik 1.12. Prompt Indikator Kinerja Sektor Listrik-Gas-Air Bersih Penjualan Listrik (Juta Kwh) 25%
Total Pemakaian Listrik Sbr : PLN Divre VII * Sementara
20%
10.0
15%
8.0
10%
6.0
5%
Y.O.Y (PA)
‐10% 1
2
3
4
1
2007
2
3
4
1
2008
2
10%
4.0 Sumber : PDAM Mks * Sementara
2.0
0% 1
2
3
2008
3*
80% 60% 40% 20% 0% ‐20% ‐40% ‐60% 2
1
* Agustus
4
3
2
1
g.LGA
2009
1
2
3
4
1
2008
2
3*
2009
Pemasangan Saluran Air di Makassar 440
4.8%
Sambungan Langganan (SL) Y.O.Y (SL)
430 420
4.6% 4.4%
Sumber : PDAM Mks * Sementara
410
4.2%
400
4.0%
390
3.8%
380
3.6%
370
3.4% 1
Ribuan
2007
4
3
1
Triliun Rp
2
Listrik,Gas & Air
4
2007
Perkembangan Kredit Sektor Listrik-Gas-Air Bank Umum 0.2 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.0 0.0 0.0
5%
0.0
3*
2009
20% 15%
0% ‐5%
25%
Pemakaian Air (M³)
Juta M3
Juta KWH
720 700 680 660 640 620 600 580 560 540 520
Pemakaian Air (M³) di Makassar 12.0
2
3 2007
4
1
2
3
4
2008
1
2
3*
2009
Sektor pertambangan-penggalian, diperkirakan masih menunjukkan perbaikan pertumbuhan, dengan kontraksi pertumbuhan yang semakin mengecil. Pertumbuhan sektor ini tercatat kontraksi sebesar -1,96% (y.o.y), sementara pada triwulan II-2009 kontraksi sebesar -4,43%. Perbaikan pertumbuhan sektor ini diperkirakan dipicu oleh peningkatan produksi nikel, yang salah satunya dipicu oleh membaiknya tingkat harga nikel di pasar internasional. Selain itu, hasil tambang barang-barang mineral non logam juga menunjukkan peningkatan, yang ditandai dengan meningkatnya ekspor komoditi dimaksud.
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan II - 2009
19
Grafik 1.13. Prompt Indikator Kinerja Sektor Pertambangan-Penggalian Volume Produksi Nikel 25,000
Perkembangan Harga Nikel di Pasar Dunia 60,000
Produksi nikel dlm matte
US$/Metric Ton
50,000
20,000
Sumber : Bloomberg
40,000
15,000 30,000
10,000
20,000
5,000
10,000
Sbr.: Press Release PT. Inco
‐
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
‐ 3
2007
2007
2008
2008
2009
2009
Volume Ekspor Barang-barang dari Mineral Non Logam 180
BARANG2 DARI MINERAL NON LOGAM
160
0% ‐10% ‐20% ‐30% ‐40% ‐50% ‐60% ‐70% ‐80% ‐90% ‐100%
TOTAL y.o.y
140
Smb : Cognos ‐ BI * Sementara
120 100 80 60 40 20 ‐ Ribu Ton
1
2
3
2007
4
1
2
3
2008
4
1
2
3*
2009
Sektor bangunan, diperkirakan karena realisasi proyek-proyek pemerintah yang cukup tinggi mendorong sektor ini mengalami pertumbuhan yang lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya. Pada triwulan laporan, sektor ini diperkirakan tumbuh 17,41% (y.o.y) sedangkan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 11,74%. Peningkatan pertumbuhan pada sektor ini ditandai dengan meningkatnya realisasi pengadaan semen di propinsi Sulsel pada triwulan III-2009 sebesar 40% (y.o.y). Sementara penyaluran kredit konstruksi dan properti oleh bank umum, secara nominal masih menunjukkan peningkatan, meskipun penyaluran kredit konstruksi dan properti tersebut menunjukkan pertumbuhan yang melambat.
20
Triwulan II - 2009
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Grafik 1.14. Prompt Indikator Kinerja Sektor Bangunan Realisasi Pengadaan Semen
50%
300
40%
1.5
200
30%
1.0
150
20%
0.5
2
3
4
1
2
2007
3
4
1
2008
2
3*
2009
2007
2008
2
3*
1
90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0%
0.0 1
0%
4
Ribuan Ton
0
3
50
2
10%
Triliun Rp
100
* Agustus
2.0
350 250
g.Kons
1
400
Konstruksi
2.5
4
60%
3
70%
y.o.y
2
Sumber : ASI * : Sementara
Sulsel
450
1
500
Perkembangan Kredit Sektor Konstruksi Bank Umum
2009
Perkembangan Kredit Properti Bank Umum 8 7 6
Kredit Properti Bank Umum
45%
y.o.y
40%
Smb : Cognos ‐ BI * sementara
35% 30%
5
25%
4
20%
3
15%
2
10%
1
5% 0%
Rp Triliun
‐ 1
2
3 2007
4
1
2
3 2008
4
1
2
3*
2009
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan II - 2009
21
Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank
Bab 2
Perkembangan Inflasi
Laju inflasi tahunan di Sulsel pada triwulan III-2009 tercatat lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya maupun dibandingkan laju inflasi nasional. Laju inflasi Sulsel pada triwulan laporan tercatat sebesar 2,70% (y.o.y), sementara pada triwulan II-2009 sebesar 3,80% (y.o.y) dan laju inflasi nasional sebesar 2,83%. Perlambatan laju inflasi tersebut, diperkirakan karena kebijakan penurunan BBM pada triwulan IV-2008 dan awal triwulan I-2009 serta membaiknya pasokan barang khususnya bahan makanan. Namun di sisi lain, dorongan inflasi terjadi karena adanya konsumsi masyarakat yang mengalami peningkatan selama triwulan laporan. Kondisi tersebut karena terciptanya ekspektasi masyarakat pada saat menjelang dan setelah bulan puasa yang kemudian diakhiri dengan perayaan hari raya Idul Fitri. Hal tersebut ditandai dengan meningkatnya Indeks Harga Konsumen (IHK) pada bulan triwulan bersangkutan. Peningkatan IHK tertinggi terjadi pada saat bulan puasa yaitu bulan Agustus. Sementara pada bulan Juli dan September terjadi inflasi namun dalam besaran yang relatif stabil.
Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi Sulawesi Selatan 20 18
%
y.o.y ‐ Nas
16
y.o.y ‐ Ss
14
y.t.d ‐ Ss
Sumber : BPS diolah
12 10 8 6 4 2 0 ‐2
1
2
3
2003
4
1
2
3
2004
4
1
2
3
4
2005
1
2
3
2006
4
1
2
3
2007
4
1
2
3
2008
4
1
2
3
2009
Karena terjadi peningkatan konsumsi untuk keperluan hari raya Idul Fitri menyebabkan laju inflasi tahunan pada kelompok Sandang tercatat mengalami peningkatan tertinggi dibanding kelompok lainnya yaitu sebesar 6,92% (y.o.y), kemudian diikuti kelompok makanan jadi yaitu sebesar 6,74% (y.o.y). Sementara kelompok transporkomunikasi-jasa keuangan masih tercatat mengalami deflasi yaitu sebesar -4,72% (y.o.y). Berdasarkan tahun kalender, laju inflasi kumulatif sampai dengan akhir triwulan III2009 (September) tercatat sebesar 2,46% (y.t.d), lebih rendah dibandingkan laju inflasi
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan III - 2009
23
kumulatif pada periode yang sama tahun 2008 yaitu sebesar 12,13% (y.t.d). Tekanan harga kumulatif tertinggi masih terjadi di kelompok makanan jadi yaitu sebesar 4,88% (y.t.d), disusul kelompok pendidikan-rekreasi-olahraga yaitu sebesar 4,03% (y.t.d). Sementara itu kelompok transpor-komunikasi-jasa keuangan masih mengalami pelemahan harga yaitu sebesar -2,32% (y.t.d). Tabel 2.1. Inflasi Kelompok Barang dan Jasa (%, y.o.y) 2007 1 2 3 4 1 14.52 10.53 16.84 11.27 17.27 4.98 3.28 3.75 4.03 8.67 2.89 2.55 2.45 3.01 5.04 5.49 3.38 6.37 9.29 13.87 2.85 2.71 4.08 4.39 4.34 12.99 12.12 8.5 8.25 6.19 0.54 0.48 0.35 0.27 0.31 6.68 5.11 6.98 5.71 8.13
KETERANGAN Bahan Makanan Makanan Jadi Perumahan Sandang Kesehatan Pendidikan Transpor UMUM / TOTAL
2008 2 3 21.16 18.30 10.37 14.10 9.30 11.91 13.53 11.89 7.65 8.96 6.07 3.16 7.82 7.84 11.92 12.29
4 21.45 14.46 11.13 11.32 11.11 3.72 5.29 12.40
1 13.17 11.97 9.34 11.12 10.21 3.55 1.77 9.01
2009 2 4.14 10.63 4.66 7.65 6.51 3.46 (5.01) 3.80
3 3.38 6.74 3.26 6.92 3.89 4.66 (4.72) 2.70
Sumber : BPS, diolah Ket : Sejak Tahun 2008 menggunakan tahun dasar 2007
2.1 Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang Berdasarkan laju inflasi tahunan dari setiap kelompok barang dan jasa pada triwulan III-2009 di Sulsel, secara berurutan dari yang terbesar hingga yang terkecil adalah sebagai berikut :
Kelompok Sandang, mengalami inflasi sebesar
6,92%
dibandingkan
(y.o.y),
triwulan
lebih II-2009
rendah (7,65%).
Perlambatan pertumbuhan laju inflasi tersebut, terjadi
pada
ketiga
subkelompok
barang
sandang yaitu laki-laki, wanita dan anak-anak. Perlambatan pada ketiga subkelompok tersebut
Tabel 2.2. Inflasi Per-Sub Kelompok Sandang Sub Kelompok ‐ Sandang Laki‐laki ‐ Sandang Wanita ‐ Sandang Anak‐anak ‐ Brg Pribadi & Sdg Lainnya
Inflasi Kelompok
y.o.y (%) II‐2009 III‐2009 6.96 4.47 4.79 2.55 7.08 6.04 11.40 14.19 7.65 6.92
Sumber : BPS diolah
karena masih adanya pengaruh penurunan harga BBM pada awal 2009. Namun apabila ditinjau secara bulanan, laju inflasi pada ketiga subkelompok tersebut masih cenderung tinggi, terutama pada sandang anak-anak. Laju inflasi rata-rata bulanan selama triwulan III untuk masing-masing subkelompok yaitu sebesar 1,30% untuk subkelompok sandang anakanak, 0,73% untuk subkelompok sandang lak-laki dan 0,54% untuk subkelompok sandang wanita. Peningkatan laju inflasi bulanan tersebut terkait dengan perayaan hari raya Idul Fitri. Sementara terdapat tekanan inflasi pada subkelompok barang pribadi dan sandang lainnya yang diperkirakan karena menguatnya tekanan tingkat harga emas internasional.
24
Triwulan III - 2009
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Kondisi tersebut terjadi pada akhir Triwulan III-2009 (September 2009), sedangkan pada 2 bulan pertama triwulan laporan cenderung melemah.
Grafik 2.2. Perkembangan Harga Emas Rata-rata Harga Internasional Pertriwulan
3
4
1
2
2008
Sbr : SPH KBI Mks
3
2006
2009
2007
2008
3
2
2
0% 1
1
‐
1
10%
4
50,000
3
20%
2
100,000
1
30%
4
150,000
Harga Emas
3
40%
2
200,000
$/Troy oz
1
50%
2
Harga ‐ axis kiri y.o.y ‐ axis kanan
250,000
1,000 950 900 850 800 750 700 650 600 550 500
4
60%
Emas
3
Makassar 300,000
2009
Grafik 2.3. Perkembangan Inflasi Kelompok Sandang 16 14
y.t.d
12
y.o.y
10 Sumber : BPS diolah
8 6 4 2 0 1 %
2
3
2004
4
1
2
3
2005
4
1
2
3
2006
Kelompok Makanan Jadi-MinumanRokok-Tembakau, laju inflasi tahunannya tercatat sebesar 6,74% (y.o.y) pada triwulan
4
1
2
3
4
2007
1
2
3
2008
1
2
3
2009
Tabel 2.3. Inflasi Per-Sub Kelompok Makanan Jadi-Minuman-Rokok-Tembakau Sub Kelompok
2009 yang sebesar 10,63%, yang secara
‐ Makanan Jadi ‐ Minuman yg Tidak Beralkohol ‐ Tembakau & Min. Beralkohol
umum karena pengaruh kebijakan penurunan
Sumber : BPS diolah
laporan, lebih rendah dibanding triwulan II-
4
Inflasi Kelompok
y.o.y (%) II‐2009 III‐2009 12.22 5.91 10.32 12.51 6.33 5.18 10.63 6.74
harga BBM. Secara bulanan pada triwulan laporan, tekanan inflasi pada kelompok ini lebih banyak didorong oleh laju inflasi pada subkelompok minuman yang tidak beralkohol yang rata-rata laju inflasi bulanannya sebesar 1,55%. Peningkatan subkelompok tersebut masih disebabkan oleh kenaikan harga pada komoditi gula pasir karena faktor kelangkaan pasokan, terlebih pada saat menjelang hari raya. Selain itu dari sisi distribusi juga mengalami kendala, yaitu keterbatasan ditributor. Kondisi tersebut lebih buruk dibanding triwulan II-2009. Sementara laju inflasi subkelompok
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan III - 2009
25
lainnya, yaitu subkelompok makanan jadi dan subkelompok tembakau-minuman beralkohol, secara bulanan juga mengalami inflasi namun dalam besaran yang relatif stabil. Tekanan inflasi hanya terjadi pada bulan Agustus sehubungan dengan bulan puasa. Adapun rata-rata laju inflasi bulanan untuk subkelompok makanan jadi sebesar 0,25% (m.t.m) dan untuk subkelompok tembakau-minuman beralkohol sebesar 0,18% (m.t.m).
Grafik 2.4. Perkembangan Inflasi Kelompok Makanan Jadi 16 14
y.t.d
12
y.o.y
10
Sumber : BPS diolah
8 6 4 2 0 ‐2
1
2
3
4
1
2
2004
3
4
1
2005
2
3
4
1
2006
2
3
4
1
2007
2
3
4
1
2008
2
3
2009
%
Grafik 2.5. Beberapa Komoditi dalam Kelompok Makanan Jadi Hasil SPH di Makassar Ayam Goreng Mie 7,350 7,300 7,250 7,200 7,150 7,100 7,050 7,000 6,950 6,900 6,850 6,800
Ayam Goreng
Harga ‐ axis kiri
10.0%
y.o.y ‐ axis kanan
8.0% 6.0%
6,000
Mie
5,000
20.0%
y.o.y ‐ axis kanan
10.0%
4,000
0.0%
3,000
‐10.0%
2,000
‐20.0%
1,000
‐30.0%
4.0% 2.0% 0.0% ‐2.0% ‐4.0% 1
2
3
4
1
2008
Sbr : SPH KBI Mks
2
‐
‐40.0% 1
3
2009
2
3
y.o.y ‐ axis kanan
8,000 7,000
45.0%
7,400
40.0%
7,300
35.0%
7,200
30.0%
6,000
25.0%
5,000
20.0%
4,000
15.0%
3,000
2009
0.0%
6,600
Sbr : SPH KBI Mks
2008
Triwulan III - 2009
2 2009
3
12.0% 10.0%
4.0%
6,700
1
14.0%
y.o.y ‐ axis kanan
6.0%
5.0% 4
16.0%
Harga ‐ axis kiri
6,900
1,000 ‐
Nasi
8.0%
6,800
3
3
7,000
10.0%
2
2
7,100
2,000
1
1
Nasi
Harga ‐ axis kiri
Gula Pasir
9,000
4
2008
Sbr : SPH KBI Mks
Gula Pasir 10,000
26
Harga ‐ axis kiri
2.0% 0.0% ‐2.0% ‐4.0% 1
Sbr : SPH KBI Mks
2
3 2008
4
1
2
3
2009
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Kelompok Pendidikan-Rekreasi-Olahraga, mengalami peningkatan laju inflasi tahunan dibandingkan triwulan sebelumnya. Laju inflasi kelompok ini pada triwulan III-2009 tercatat sebesar 4,66% (y.o.y), sementara pada triwulan II-2009 sebesar 3,46%. Peningkatan tersebut hanya karena faktor musiman, yaitu musim pembayaran tahun ajaran baru yang secara umum jatuh temponya pada bulan Juli dan Agustus. Karena kondisi tersebut maka subkelompok yang terkait dengan faktor tersebut Tabel 2.4. Inflasi Per-Sub Kelompok Pendidikan-Rekreasi-Olahraga
mengalami peningkatan laju inflasi dibandingkan triwulan sebelumnya.
Sub Kelompok
Apabila dibandingkan dengan triwulan III-
‐ Jasa Pendidikan ‐ Kursus‐kursus/Pelatihan ‐ Perlengkapan/Perltn Pendd. ‐ Rekreasi ‐ Olahraga Inflasi Kelompok
2008 yang tercatat sebesar 3,40% (y.o.y), laju inflasi pada triwulan ini tercatat lebih tinggi. Kondisi tersebut diperkirakan karena pada tahun ajaran
2009/2010
terdapat
kenaikan
biaya
y.o.y (%) II‐2009 III‐2009 5.34 7.72 0.66 3.85 2.14 2.41 1.53 1.46 1.02 0.05 3.46 4.66
Sumber : BPS diolah
pendidikan, khususnya untuk sekolah/perguruan tinggi swasta.
Grafik 2.6. Perkembangan Inflasi Kelompok Pendidikan 18
y.t.d
16
y.o.y
14
Sumber : BPS diolah
12 10 8 6 4 2 ‐ 1
%
2
3
4
2004
1
2
3
2005
4
1
2
3
4
2006
laporan juga tercatat mengalami perlambatan laju inflasi tahunan. Pada triwulan III-2009, laju inflasi kelompok ini sebesar 3,89% (y.o.y), jauh lebih rendah dibandingkan inflasi pada triwulan II-2009 sebesar 6,51%. Perlambatan ini masih didorong subkelompok
jasa
kesehatan
2
3
4
1
2007
Kelompok Kesehatan pada triwulan
oleh
1
dan
2
3
2008
4
1
2
3
2009
Tabel 2.5. Inflasi Per-Sub Kelompok Kesehatan Sub Kelompok ‐ Jasa Kesehatan ‐ Obat‐obatan ‐ Jasa Perawatan Jasmani ‐ Perwtn Jasmani & Kosmetika
Inflasi Kelompok
y.o.y (%) II‐2009 III‐2009 7.04 2.55 5.59 2.76 13.38 9.92 5.33 3.98 6.51 3.89
Sumber : BPS diolah
subkelompok obat-obatan, yang diperkirakan karena pengaruh dari subsidi pemerintah terhadap biaya-biaya dimaksud, seperti tarif rumah sakit, tarif puskemas dan biaya dokter. Tekanan inflasi pada kelompok ini diperkirakan berasal dari subkelompok jasa perawatan
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan III - 2009
27
jasmani dan subkelompok perawatan jasmani dan kosmetika yang pada 2 bulan pertama triwulan laporan mengalami inflasi yang lebih tinggi dibanding subkelompok lainnya.
Grafik 2.7. Perkembangan Inflasi Kelompok Kesehatan 12
y.t.d
10
y.o.y Sumber : BPS diolah
8 6 4 2 0 1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
‐2
%
2004
2005
2006
2007
Kelompok Bahan Makanan, laju inflasi
dibandingkan
triwulan
Sub Kelompok
II-2009.
‐ Padi2an, Umbi2an & Hslnya ‐ Daging & Hasil‐hasilnya ‐ Ikan Segar ‐ Ikan Diawetkan ‐ Telur, Susu & Hasil‐hasilnya ‐ Sayur‐sayuran ‐ Kacang‐kacangan ‐ Buah‐buahan ‐ Bumbu‐bumbuan ‐ Lemak & Minyak ‐ Bahan Makanan Lainnya Inflasi Kelompok
Perlambatan tersebut didorong oleh deflasi pada subkelompok ikan diawetkan dan subkelompok daging-dagingan. Apabila ditinjau dari rata-rata inflasi bulanan,
sebagian
besar
subkelompoknya
mengalami inflasi kecuali untuk subkelompok lemak-minyak
dan
subkelompok
bumbu-
bumbuan yang justru mengalami deflasi. Ratarata
deflasi
pada
triwulan
laporan
Grafik 2.8. Perkembangan Harga CPO di Pasar Internasional
y.o.y (%) II‐2009 III‐2009 6.53 6.19 13.57 4.93 10.54 5.15 7.69 ‐5.28 0.22 0.98 ‐6.27 ‐1.02 1.68 2.11 8.98 5.27 ‐8.44 6.34 ‐9.65 ‐7.29 7.40 8.49 4.14 3.38
Sumber : BPS diolah
untuk subkelompok lemak-minyak diperkirakan karena pengaruh
melemahnya
harga
bahan
baku
Ringgit/ton (metrik)
minyak goreng (CPO) di pasar internasional,
Sbr : Bloomberg
sementara
untuk
subkelompok
bumbu-
bumbuan diperkirakan karena pasokan yang cukup melimpah di pasar regional. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
4,500 4,000 3,500 3,000 2,500 2,000 1,500 1,000 500 ‐
2009
Tabel 2.6. Inflasi Per-Sub Kelompok Bahan Makanan
tahunannya pada triwulan laporan tercatat lebih rendah
2008
2007
28
2008
Triwulan III - 2009
2009
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Grafik 2.9. Beberapa Komoditi dalam Subkelompok Bumbu, dan Lemak-Minyak Hasil SPH di Makassar Cabe Merah Cabe Merah
25,000 20,000
Minyak Goreng Kemasan 1 Ltr Harga ‐ axis kiri
120.0%
16,000
y.o.y ‐ axis kanan
100.0%
14,000
80.0%
12,000
60.0% 15,000
40.0% 20.0%
10,000
0.0% 5,000
1
2
3
4
1
2008
Sbr : SPH KBI Mks
2
50.0%
y.o.y ‐ axis kanan
40.0% 30.0% 20.0%
8,000 10.0%
6,000 4,000
‐40.0%
2,000
0.0% ‐10.0% ‐20.0%
‐
3
1
2009
Harga ‐ axis kiri
10,000
‐20.0% ‐60.0%
‐
Minyak Goreng Merk 1 Ltr
2
3
4
1
2008
Sbr : SPH KBI Mks
2
3
2009
Secara umum, semua subkelompok mengalami inflasi yang cukup tinggi pada pertengahan triwulan karena tingginya permintaan untuk keperluan bulan puasa. Laju inflasi bulanan tertinggi di bulan Agustus terdapat pada subkelompok ikan segar (5,88%) dan subkelompok daging-dagingan (4,12%). Selain karena tingginya permintaan, untuk subkelompok ikan segar dikarenakan karena hasil tangkapan ikan laut yang berkurang sehubungan dengan adanya pergeseran plankton ke arah utara (Filipina) dan hal tersebut merupakan faktor musiman. Kondisi kelangkaan pasokan ikan segar tersebut berlanjut pada bulan berikutnya (September), dimana subkelompok ikan segar masih mengalami inflasi bulanan yang tertinggi (6,02%). Diperkirakan kondisi tersebut berlangsung sampai bulan Desember. Selain subkelompok ikan segar, laju inflasi bulan September tersebut juga didorong oleh laju inflasi subkelompok buah-buahan dan sayur-sayuran yang masing-masing sebesar 5,52% dan 4,25%. Kondisi tersebut dikarenakan pasokan yang relatif kurang, mengingat sebagian besar komoditi tersebut didatangkan dari luar daerah. Sedangkan laju inflasi bulanan subkelompok lainnnya, kembali meredah dan stabil apabila dibandingkan bulan sebelumnya.
Grafik 2.10. Beberapa Komoditi dalam Subkelompok Ikan Segar, Daging, Buah dan Sayur Hasil SPH di Makassar Ikan Bandeng Daging Sapi 25,000
Bandeng
20,000
Harga ‐ axis kiri
45.0%
80,000
y.o.y ‐ axis kanan
40.0%
70,000
35.0%
60,000
30.0%
50,000
25.0%
40,000
20.0%
30,000
15.0%
30.0% 15,000
25.0% 20.0%
10,000
15.0% 5,000 ‐
Sbr : SPH KBI Mks
2
3 2008
4
1
2
Harga ‐ axis kiri
40.0%
y.o.y ‐ axis kanan
35.0%
10.0%
20,000
10.0%
5.0%
10,000
5.0%
0.0% 1
Daging Sapi
3
2009
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
‐
0.0% 1
Sbr : SPH KBI Mks
2
3 2008
4
1
2
3
2009
Triwulan III - 2009
29
Jeruk 16,000
Bayam
Jeruk
14,000
45.0%
7,000
Bayam
40.0%
6,000
Harga ‐ axis kiri
5,000
y.o.y ‐ axis kanan
12,000
Harga ‐ axis kiri
35.0%
10,000
y.o.y ‐ axis kanan
30.0%
8,000 6,000
25.0%
4,000
20.0%
3,000
10.0%
2,000
5.0%
‐ 2
3
4
1
2
2008
Sbr : SPH KBI Mks
30.0% 25.0%
15.0%
2,000
10.0%
1,000
5.0%
‐
0.0% 1
35.0%
20.0%
15.0%
4,000
40.0%
0.0% 1
3
2009
2
Sbr : SPH KBI Mks
3
4
1
2
2008
3
2009
Grafik 2.11. Perkembangan Inflasi Kelompok Bahan Makanan 25
y.t.d 20
y.o.y Sumber : BPS diolah
15 10 5 0 1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
‐5 2004
%
2005
2006
2007
2008
2009
Kelompok Perumahan-Air-Listrik-Gas-Bahan Bakar, juga mengalami perlambatan laju inflasi yang tercatat sebesar 3,26% (y.o.y), sementara laju inflasi triwulan sebelumnya sebesar 4,66% (y.o.y). Perlambatan laju inflasi terjadi pada semua sub kelompok, kecuali subkelompok bahan bakar. Perlambatan tersebut terutama terjadi pada sub kelompok biaya tempat tinggal yang melambat menjadi 2,03% (y.o.y) dari 4,30% pada triwulan II-2009.
Grafik 2.12. Perkembangan Inflasi Kelompok Perumahan 14
y.t.d y.o.y
12
Sumber : BPS diolah 10 8 6 4 2 ‐
%
1
2
3
4
1
2004
30
Triwulan III - 2009
2
3
2005
4
1
2
3
2006
4
1
2
3
2007
4
1
2
3
2008
4
1
2
3
2009
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Perlambatan
pada
subkelompok
ini
Tabel 2.7. Inflasi Per-Sub Kelompok Perumahan-Air-Listrik-Bhn Bakar
diperkirakan karena pengaruh penurunan harga
y.o.y (%) II‐2009 III‐2009 4.30 2.03 3.71 4.95 5.37 3.17 7.54 5.63 4.66 3.26
Sub Kelompok
pada komoditi bahan bangunan, meski pada
‐ Biaya Tempat Tinggal ‐ Bhn Bakar, Penerangan & Air ‐ Perlengkapan Rumah Tangga ‐ Penyelenggaraan Rmh Tgg
awal triwulan III-2009 sempat terjadi kenaikan harga. Selain itu, diperkirakan juga adanya pengaruh dari turunnya tingkat suku bunga
Inflasi Kelompok Sumber : BPS diolah
kredit property.
Tekanan inflasi secara bulanan pada periode laporan terdapat pada subkelompok bahan bakar, yang diperkirakan karena kenaikan harga minyak tanah sehubungan dengan dicabutnya subsidi minyak tanah tersebut karena program konversi minyak tanah ke gas elpiji. Berdasarkan hasil survey pemantauan harga KBI Makassar, harga minyak tanah di masyarakat pada Agustus 2009 pernah meningkat lebih dari 100% dari harga Rp3.500,-.
Kelompok
Transportasi-Komunikasi-Jasa
Keuangan,
meskipun
terdapat
peningkatan permintaan terkait dengan perayaan hari raya Idul Fitri, namun secara tahunan laju inflasi kelompok masih negatif (deflasi).
Tabel 2.8. Inflasi Per-Sub Kelompok Transportasi-Komunikasi-Jasa Keuangan
Meskipun demikian laju deflasinya tercatat semakin
rendah
menjadi
sebesar
y.o.y (%) II‐2009 III‐2009 (7.05) (6.60) (1.57) (1.55) 6.42 6.30 3.35 0.41 (5.01) (4.72)
Sub Kelompok
-4,72%
‐ Transpor ‐ Komunikasi & Pengiriman ‐ Srn & Penunjang Transpor ‐ Jasa Keuangan Inflasi Kelompok
(y.o.y), sedangkan pada triwulan sebelumnya tercatat sebesar -5,01%. Deflasi secara tahunan pada kelompok ini dipicu oleh kebijakan
Sumber : BPS diolah
penurunan harga BBM. Selain itu penurunan
tarif percakapan telepon seluler seiring dengan pasar yang semakin kompetitif ikut mendorong deflasi pada subkelompok komunikasi dan pengiriman. Berdasarkan sub kelompoknya, inflasi hanya terjadi pada subkelompok sarana penunjang transpor dan subkelompok jasa keuangan.
Grafik 2.13. Perkembangan Inflasi Kelompok Transportasi 50
y.t.d y.o.y
40
Sumber : BPS diolah 30 20 10
%
‐ 1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
(10) 2004
2005
2006
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
2007
2008
2009
Triwulan III - 2009
31
Secara bulanan, laju inflasi kelompok ini didorong oleh inflasi subkelompok transpor dan sarana penunjang transpor yang masing-masing sebesar 0,33% (m.t.m). Laju inflasi pada subkelompok transpor tersebut diperkirakan didorong oleh kenaikan harga sepeda motor yang terjadi pada awal triwulan laporan. Kondisi tersebut turut mempengaruhi peningkatan laju inflasi subkelompok sarana penunjang transpor. Sementara pada subkelompok komunikasi-pengiriman, rata-rata inflasi bulanannya mengalami deflasi sebesar -0,12% (m.t.m). Deflasi tertinggi terjadi pada bulan Juli yang tercatat sebesar -0,36% (m.t.m) yang diperkirakan karena terdapat penurunan tarif pengiriman barang pada saat menjelang bulan puasa. Hak tersebut dimungkinkan karena volume pengiriman cukup besar terutama oleh para pedagang.
32
Triwulan III - 2009
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Bab 3
Perkembangan Perbankan
Kinerja perbankan Sulawesi Selatan pada triwulan III-2009 masih mengalami perlambatan, namun secara umum masih tumbuh relatif baik. Indikator-indikator perbankan yaitu total aset, dana pihak ketiga (DPK) yang dihimpun dan kredit menunjukkan perlambatan pertumbuhan. Selain itu, Loan to Deposit Ratio mengalami sedikit peningkatan pada triwulan III - 2009 jika dibandingkan dengan triwulan II-2009. Namun jika dilihat dari kualitas kredit yang disalurkan, terjadi penurunan kualitas. Hal ini tercermin dari meningkatnya Non Performing Loan-Gross (NPLs) Bank Umum di Sulawesi Selatan.
Tabel 3.1. Perkembangan Indikator perbankan (Bank Umum) Sulawesi Selatan Trw I - 08
Trw II-08
KOMPONEN 1. Total Aset 2. DPK a. Giro b. Tabungan c. Deposito 3. Kredit 4. LDR (%) 5. NPLs Gross (%)
Sumber
Trw III-08
Trw I - 09
Trw II - 09
Trw III - 09
Nilai 31,027,552 24,170,669 4,727,423 12,259,550 7,183,696 26,569,904 109.93% 10.31%
33,702,127 25,950,311 5,327,939 13,390,185 7,232,187 29,608,680 114.10% 9.05%
35,555,841 26,435,325 4,866,808 13,457,117 8,111,400 31,281,153 118.33% 8.29%
Trw II - 09
Trw III - 09
Pertumbuhan (%; y.o.y) 37,587,502 28,625,669 5,108,726 14,135,556 9,381,387 31,036,758 110.26% 3.82%
38,881,665 29,520,987 5,062,085 15,169,416 9,289,486 32,919,436 111.51% 3.05%
40,388,421 29,450,825 4,939,339 14,965,868 9,545,618 33,872,765 115.01% 4.08%
15.37% 13.76% -4.99% 13.29% 28.45% 11.18% -
13.59% 11.41% 1.49% 11.21% 17.68% 8.28% -
: LBU Bank Indonesia
Secara pertumbuhan tahunan (y.o.y), aset perbankan di Sulawesi Selatan (Bank Umum) pada triwulan III-2009 tumbuh lebih kecil yaitu sebesar 13,59%, jika dibandingkan dengan triwulan II-2009 (15,37%). Di sisi lain DPK yang dihimpun juga tumbuh melambat dari sebesar 13,76% pada triwulan II-2009, menjadi 11,41% pada triwulan III-2009. Namuan penyaluran dana yang tercermin dalam LDR pada triwulan III-2009 menunjukan peningkatan, dari 111,51% pada triwulan II-2009 menjadi 115,01% pada triwulan laporan. Namun di sisi lain terjadi penurunan kualitas kredit pada triwulan laporan menjadi sebesar 4,08% jika dibandingkan dengan triwulan II-2009 (3,05%).
3.1. Perkembangan Bank Umum (Konvensional dan Syariah) 3.1.1. Kelembagaan dan Aset Dari sisi kelembagaan, kinerja bank umum pada triwulan III-2009 mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari jumlah bank dan jumlah kantor bank yang keduanya mengalami peningkatan jika dibandingkan triwulan II-2009. Jumlah bank bertambah menjadi
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan III - 2009
33
69 karena terjadi penambahan 1 (satu) Unit Usaha Syariah, yaitu CIMB Niaga Syariah. Sedangkan jumlah kantor bank bertambah menjadi 638 pada triwulan III-2009. Tabel 3.2. Perkembangan Kelembagaan Bank Umum Sulawesi Selatan 2008 2009 Kelembagaan 1 2 3 4 1 2 64 65 68 69 68 68 Jumlah Bank 36 37 40 41 41 41 Bank Umum Konvensional 27 28 30 30 30 30 Syariah 3 3 3 3 3 4 UUS 6 6 7 8 8 7 28 28 28 28 27 27 BPR Jumlah Kantor Bank 588 593 599 625 629 631
3 69 42
30 4 8 27
638
Pada triwulan III-2009, pertumbuhan total aset perbankan lebih kecil dari triwulan sebelumnya. Pada triwulan laporan, total aset perbankan mencapai Rp40,39 triliun atau mengalami pertumbuhan 13,59% (y.o.y) dibandingkan tahun lalu. Pertumbuhan aset perbankan pada triwulan laporan ini lebih kecil dibanding pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang sebesar 15,37% (y.o.y). Grafik 3.1. Aset Bank Umum Berdasarkan Kelompok Bank Campuran Swasta Nas
35
menjadi Rp875 miliar. Adapun pangsa
Pemerintah
30
terbesar dari total aset perbankan
25 20
masih didominasi oleh kelompok bank
15 10
pemerintah
5 ‐
Triliun Rp
di kelompok bank asing-campuran, yaitu tumbuh sebesar 38,94% (y.o.y)
45 40
Pertumbuhan tertinggi terjadi
1
2
3
4
1
2006
2
3
2007
4
1
2
3
2008
4
1
2*
2009
64,37%, nasional kelompok
yang
tercatat
kelompok sebesar bank
sebesar
bank
swasta
33,46%,
sisanya
asing
campuran.
Pangsa kelompok bank pemerintah tersebut mengalami peningkatan dibanding pangsa pada triwulan II-2009 yaitu sebesar 63,77%.
3.1.2. DPK dan Kredit/Pembiayaan Pada triwulan III-2009, Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dihimpun oleh bank umum mengalami perlambatan pertumbuhan yang dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu tumbuh 11,41% (y.o.y) atau sebesar Rp29,45. Sedangkan pertumbuhan DPK pada triwulan II-2009 tercatat sebesar 13,76% (y.o.y). Dilihat dari jenis simpanannya, perlambatan pertumbuhan DPK tersebut terutama disebabkan karena adanya penurunan pertumbuhan yang cukup signifikan pada pada
34
Triwulan III - 2009
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
deposito. Simpanan giro pada triwulan III- 2009 tercatat sebesar Rp9,55 atau tumbuh sebesar 17,68% (y.o.y). Selain itu juga terjadi perlambatan pada tabungan, dimana apada periode sebelumnya tercatat tumbuh 13,76% (y.o.y) sedangkan pada triwulan III-2009 relatif melambat menjadi 11,21% (y.o.y). Sementara terjadi peningkatan pertumbuhan pada giro, yaitu dari sebesar -4,99% (y.o.y) pada triwulan II-2009 menjadi 1,49% (y.o.y) pada triwulan laporan. Hal ini dimungkinkan terjadi oleh karena adanya perpindahan alokasi dana ke dalam bentuk giro. Adapun komposisi DPK pada triwulan laporan yaitu sebesar 16,77% pada giro, 50,82% pada tabungan dan 32,41% pada deposito. Dari komposisi tersebut di atas, terlihat bahwa DPK berjenis tabungan masih tetap mendominasi jenis simpanan DPK, dan jika proporsinya terhadap DPK dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (51,51%) maka tercatat mengalami penurunan. Kredit/pembiayaan yang disalurkan oleh bank umum di wilayah
Sulsel
juga
tercatat
mengalami
perlambatan.
Atas
dasar
lokasi
proyek,
kredit/pembiayaan tumbuh sebesar 8,28% (y.o.y) menjadi Rp33,87 triliun pada triwulan III2009. Pertumbuhan tersebut lebih kecil dari pada pertumbuhan triwulan II-2009,
yaitu
sebesar 11,18% (y.o.y). Kondisi tersebut, memperlihatkan kondisi kredit/pembiayaan bank umum dan DPK sama-sama mengalami perlambatan. Namun LDR (Loan to Deposit Ratio) bank umum mengalami peningkatan, karena penurunan pertumbuhan DPK lebih kecil daripada penurunan pertumbuhan kredit/pembiayaan bank umum. Grafik 3.2. Penghimpunan Dana dan Penyaluran Kredit/Pembiayaan Bank Umum 40
DPK Kredit LDR
35 30
Grafik 3.3. Penyaluran Kredit/Pembiayaan Bank Umum Per Jenis Penggunaan 140%
40
120%
35
100%
25
80%
20 60%
15
Konsumsi
30
Investasi
25
Modal Kerja
20 15 10
40%
5
5
20%
‐
‐
0%
10
1
2
3 2007
4
1
2
3 2008
4
1
2
3
2009
Triliun Rp
Triliun Rp
1
2
3
2006
4
1
2
3
2007
4
1
2
3
4
2008
1
2
3
2009
Berdasarkan jenis penggunaan, sebagian besar portofolio kredit/pembiayaan masih didominasi oleh kredit/pembiayaan produktif (modal kerja dan investasi). Pada triwulan III2009, posisi kredit modal kerja tercatat sebesar Rp13,58 triliun atau 40,10% dari total kredit, sementara kredit investasi sebesar Rp6,30 triliun (18,60%). Sehingga total porsi kredit produktif sebesar 58,70%, relatif lebih besar dibanding porsi pada triwulan II-2009 yaitu
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan III - 2009
35
sebesar 57,48%. Sedangkan untuk kredit konsumsi sebesar Rp13,99 triliun dengan porsi sebesar 41,30% dari total kredit. Dari sisi pertumbuhan tahunan (y.o.y), pada triwuan III-2009, kredit produktif (modal kerja dan investasi) mengalami perlambatan pertumbuhan dibanding triwulan sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh kredit produktif yang berupa kredit modal kerja mengalami perlambatan pertumbuhan dibanding pertumbuhan pada triwulan sebelumnya, yakni sebesar 10,36% (y.o.y) pada triwulan III-2009 sedangkan pada triwulan sebelumnya sebesar 15,39% (y.o.y). Selain itu, pertumbuhan kredit investasi pada triwulan laporan mengalami kontraksi dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya, yaitu sebesar -2,23% (y.o.y). Perlambatan pertumbuhan kredit produktif tersebut relatif menggambarkan sikap wait and see para pengusaha untuk memupuk usaha di Sulawesi Selatan. Hal tersebut terkait dengan proses recovery perekonomian Amerika yang sedang dilanda krisis keuangan. Kemudian, kredit konsumsi juga mengalami perlambatan pertumbuhan dibanding pertumbuhan pada triwulan II-2009 (13,96%; y.o.y), dimana pada triwulan III-2009 tumbuh sebesar 11,65% (y.o.y). Perlambatan ini diperkirakan terjadi diduga karena masih relatif lambatnya perbankan merespon penurunan BI rate untuk kemudian menyesuaikan tingkat suku bunganya. Hal inilah yang menyebabkan turunnya kredit konsumtif seperti kredit rumah, mobil dan elektronik. Berdasarkan alokasi penyaluran kredit per sektor ekonomi, kredit yang disalurkan oleh perbankan daerah di Sulsel masih didominasi oleh sektor lain-lain (jasa konsumsi) yaitu sebesar 41,30% kemudian diikuti oleh sektor perdagangan dan sektor industri pengolahan masing-masing sebesar 28,95% dan 9,33%.
Grafik 3.4. Pangsa Kredit/Pembiayaan Bank Umum Per Sektor Ekonomi
Grafik 3.5. Pertumbuhan Tahunan Kredit/Pembiayaan Per Sektor Ekonomi 140%
Pertanian 3%
Lain‐lain 41%
Pengangkutan 3%
Perdagangan 29%
Pertambangan Industri Listrik‐Gas‐Air
60%
Konstruksi
40%
Industri 9%
Js Dunia Ush 5%
Pertanian
100% 80%
Pertambangan 1%
Js Sosial Masy. 1%
120%
Perdagangan
20%
Listrik‐Gas‐Air 1% Konstruksi 7%
Pengangkutan
0% ‐20% ‐40%
Js Dunia Ush 2
3 2009
Js Sosial Masy. Lain‐lain
‐60%
Dari sisi pertumbuhan kredit, pada triwulan III-2009, terdapat tiga sektor yang mengalami peningkatan pertumbuhan dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu sektor listrik-gas-air (LGA), pertambangan dan sektor jasa sosial masyarakat. Sektor yang mengalami
36
Triwulan III - 2009
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
pertumbuhan tahunan tertinggi dari penyerapan kredit tercatat di sektor listrik-gas-air dengan pertumbuhan sebesar 119,62% (y.o.y). Pertumbuhan ini jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mengalami kontraksi sebesar -15,85% (y.o.y). Kemudian untuk sektor pertambangan, tumbuh sebesar 90,29% (y.o.y), lebih tinggi dari pada triwulan II-2009 (73,11%; y.o.y). Sedangkan penyaluran kredit di dua sektor utama Sulsel, yaitu pertanian dan industri justru mengalami kontraksi yaitu masing-masing menjadi sebesar 5,93% (y.o.y) dan -9,47% (y.o.y). Sedangkan penyaluran kredit untuk sektor perdagangan relatif tetap yaitu sebesar 17,02% (y.o.y). Grafik 3.6. Perkembangan NPLs Net dan Gross Bank Umum
Grafik 3.7. Pangsa NPLs Per Sektor Ekonomi
18.0%
Lain‐lain
16.0%
NPL Net‐Sulsel
NPL Gross‐Sulsel
2.18%
14.0%
Jasa Sosial Masyarakat
12.0%
Jasa Dunia Usaha
1.92%
Pengangkutan
2.08%
10.0% 8.0% 6.0%
Perdagangan
4.0%
NPLs Trw. III‐2009
1.51%
5.11%
Konstruksi
2.0%
Listrik‐Gas‐Air
0.0% 1
2
3
4
1
2006
2
3
4
2007
1
2
3
4
1
2008
2
3
2009
7.60% 0.00%
Industri Pertambangan
10.00% 0.13%
Pertanian
2.50%
Kredit/pembiayaan bermasalah (NPLs gross) bank umum triwulan III-2009 (4,08%: y.o.y) di wilayah Sulsel naik dibandingkan triwulan sebelumnya (3,05%: y.o.y). Dilihat dari sektor ekonominya, sektor ekonomi yang tercatat memiliki rasio NPLs yang tertinggi adalah industri (8,84%). Namun kredit/pembiayaan bermasalah pada sektor ini memang mengalami peningkatan jka dibandingkan triwulan II-2009, yaitu sebesar 3,23%. Sektor ekonomi lainnya yang memiliki rasio NPL tinggi adalah sektor kontruksi (6,87%) dan sektor perdagangan (5,05%). Berdasarkan segmentasi kredit/pembiayaannya, sebagian besar kredit/pembiayaan bank umum Sulsel diklasifikasikan sebagai kredit/pembiayaan Mikro, Kecil dan Menengah (MKM). Pangsa kredit/pembiayaan MKM dibandingkan total kredit/pembiayaan pada triwulan
III-2009
adalah
73,34%
atau
sebesar
Rp24,79
triliun.
Pertumbuhan
kredit/pembiayaan MKM tersebut lebih kecil pada triwulan III-2009 yaitu 14,55% (y.o.y) dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan II-2009 sebesar 18,85% (y.o.y). Diperkirakan perlambatan pertumbuhan kredit MKM masih disebabkan karena adanya kehati-hatian perbankan dalam memberikan kredit sebagai akibat dari kewaspadaan menyikapi krisis global.
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan III - 2009
37
Secara sektoral, perlambatan pertumbuhan tahunan kredit MKM terjadi di beberapa sektor utama Sulsel , yaitu industri dan perdagangan. Dimana yang mengalami perlambatan masing-masing menjadi tumbuh sebesar 1,40% dan 21,95%. Namun secara keseluruhan, pertumbuhan sektoral tertinggi pada triwulan III-2009, terjadi pada pada sektor listrik-gas-air (226,54%; y.o.y), pertambangan (70,31%; y.o.y), dan jasa sosial masyarakat (48,89%; y.o.y). Grafik 3.8. Kredit/pembiayaan Mikro, Kecil dan Menengah (MKM) Bank Umum 30
Grafik 3.9. Pangsa Kredit/pembiayaan MKM Bank Umum Per Sektor Ekonomi 74%
total UMKM 25
Pertanian 3%
72%
Share UMKM
70%
20
Lain‐lain 56%
68% 15
Industri 2%
66% 10 5
62% 60% 1
Triliun Rp
Listrik‐Gas‐Air 0%
64%
‐ 2
3 2007
4
1
2
3 2008
4
1
2
3
2009
Pertambangan 0%
Perdagangan 28%
Jasa Sosial Masyarakat 1%
Jasa Dunia Usaha 5%
Konstruksi 4%
Pengangkutan 1%
3.1.3. Intermediasi Bank Umum Konvensional Kegiatan intermediasi perbankan bank umum konvensional di Sulsel menunjukan perlambatan, sebagaimana terlihat dari penurunan pertumbuhan kredit yang disalurkan dan DPK pada triwulan III-2009. Nilai kredit mencapai Rp32,45triliun atau tumbuh 8,25% (y.o.y), lebih kecil dari pertumbuhan triwulan II-2009 (10,91%; y.o.y). Selain itu, DPK yang dihimpun mencapai Rp28,59 triliun, tumbuh 11,09% (y.o.y) sedangkan pada triwulan II-2009 lebih besar yaitu (13,40%; y.o.y). Tetapi LDR bank umum konvensional tercatat relatif meningkat, dari 109,85% pada triwulan II-2009 menjadi 113,51% pada triwulan laporan. Pada triwulan III-2009, Kabupaten Maros tercatat mencapai LDR tertinggi yaitu sebesar 530,50%, lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 474,82%. Kemudian diikuti oleh Kabupaten Luwu, Kabupaten Gowa dan Kabupaten Takalar yang masing-masing mencapai LDR sebesar 413,63%, 295,89% dan 277,47. LDR terendah masih terjadi di wilayah kota Selayar yang pada triwulan laporan tercatat sebesar 49,03%.
38
Triwulan III - 2009
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Tabe el 3.3. Penya aluran Kreditt/pembiayaa an dan DPK per DATI II di Sulsel (dalam Rp ju uta) KABUPATEN N/ KOTA 6101--Kab. Pinrang 6102--Kab. Gowa 6103--Kab. Wajo 6105--Kab. Bone 6106--Kab. Tana Torraja 6107--Kab. Maros 6109--Kab. Luwu 6110--Kab. Sinjai 6111--Kab. Bulukumb ba 6112--Kab. Bantaeng g 6113--Kab. Jenepontto 6114--Kab. Selayar 6115--Kab. Takalar 6116--Kab. Barru 6117--Kab. Sidenreng g Rappang 6118--Kab. Pangkaje ene Kepulauan 6119--Kab. Soppeng 6121--Kab. Enrekang g 6122--Kab. Luwu Selatan 6191--Kodya Makass sar 6192--Kodya Pare-pa are 6193--Kotif Palopo 6194--Kotif Watampo one
61XX‐‐Sulawesi Sel.td dk terinci
DPK 419,7 790 132 421,1 933,2 288 886,3 322 448,2 238 292,7 770 781 301,7 276,3 319 628,2 236 197,1 136 189,4 424 290 225,2 363 188,3 287,0 068 341,4 433 464,1 139 256 409,2 039 370,0 19,468,0 030 1,130,1 102 364 1,284,3 -
Trw II-2009 9 KRED DIT 702,2 284.00 1,175,3 360.00 659,8 808.00 1,183,9 962.00 397,7 743.00 1,390,132.00 851,6 624.00 447,8 875.00 584,2 244.00 258,6 611.00 346,197.00 99,5 518.00 443,3 397.00 314,9 938.00 497,6 672.00 488,7 783.00 415,8 847.00 247,6 633.00 41,9 990.00 19,812,9 906.00 970,3 348.00 1,427,9 976.00 160,5 582.00
358,4 467
Trw III-2009 LDR DPK KREDIT 167.29 9% 382,723 3 736,329 279.10 0% 3 1,231,436 416,183 70.70 0% 1 721,795 847,651 133.58 8% 5 1,226,565 868,615 88.73 3% 1 424,753 433,021 474.82 2% 269,655 5 1,430,515 282.20 0% 9 882,602 213,379 162.09 9% 3 473,684 258,753 93.00 0% 8 632,037 567,038 131.18 8% 4 291,750 180,254 182.76 6% 160,421 1 360,698 44.17 7% 4 109,826 223,994 235.39 9% 6 468,933 169,006 109.71% 234,032 2 331,030 145.76 6% 2 533,318 356,782 447,589 105.31% 9 536,952 101.61% 8 443,085 372,988 66.92 2% 0 266,523 345,280 65,193 101.77 7% 20,015,605 5 20,058,891 85.86 6% 1,087,439 9 1,001,277 111.18 8% 1,286,526 6 1,489,014 156,555 0.00 0% 31389 91 4 6
LDR 192.39% 295.89% 85.15% 141.21% 98.09% 530.50% 413.63% 183.06% 111.46% 161.85% 224.84% 49.03% 277.47% 141.45% 149.48% 119.97% 118.79% 77.19% 100.22% 92.08% 115.74% 0.00%
Sumbe er: Bank Indonesia
3.1.4 4. Intermed diasi Bank Umum U Syarriah Pada triw wulan III-200 09, jumlah perbankan p syariah s relattif bertambaah jika diban ndingkan triwu ulan sebelum mnya, yakni tercatat seb banyak 12 Bank B Syariah h dengan rin ncian 4 Bank Umum Syariah dan 8 Un nit Usaha Syyariah yang dibuka oleh h Bank Umu um. Terjadi penambaha an 1 Unit n laporan. Usaha Syariah paada triwulan Pada peeriode laporan, bank um mum syariah mengalam mi penurnan n FDR (Fina ancing to osit Ratio), yaitu dari 168,59% pada triw wulan III-200 09 menjadi 165,03% % (y.o.y). Depo Penin ngkatan ini lebih diseb babkan oleh penurunan n pertumbuhan DPK yaang lebih besar b jika dibandingkan penurrunan pem mbiayaan.
Rp Triliun Rp Triliun
Grafik 3.10. Perkembangan Bank k Umum Sya ariah 250% 1 1.5 DPK 200% * Perkiraa an 1 1.0 150% 100% 0 0.5 50% 0 0.0 0%
1234123412341234123
han DPK paada triwulan n III-2009 Pertumbuh sebesar 22,86% 2 (y.o.y), lebih rendah daripada
pertumbuhan
triwulan
sebelumnyya (27,69%;; y.o.y). Keemudian
p pembiayaan n
bank
umum syariah pada trriwulan lapo oran juga mengalam mi perlambaatan pertum mbuhan,
2005
2006
2007
2008 2009 9
Kajia an Ekonomi Regional Su ulawesi Sela atan
dari 17,66 6% (y.o.y) paada triwulan n II-2009
Triw wulan III - 200 09
39
menjadi 9,0 02% (y.o.y) pada p triwulaan III-2009. Namun dilih hat dari perttumbuhan total t aset ba ank umum syariah s padaa periode lap poran mengalaami perlam mbatan dibaandingkan pertumbuha an tahunan n triwulan II-2009. Namun secara nominal n asset bank syaariah pada triwulan t lap poran tercatat lebih bessar dibandin ngkan triwulan n sebelumnyya yaitu sebeesar Rp1,308 miliar.
an Bank Pek kreditan Ra akyat/Syarriah (BPR/S)) 3.2. Perrkembanga Dari sisi kelembagaan, jumlah jarin ngan kantor BPR yang beroperasi tidak meng galami perubah han dari triw wulan I-200 09 hingga pada p triwulan n III-2009. Pada triw wulan III-20 009,
dibandin ng pertumb buhan triwulan sebelum mnya yang
t tumbuh
4 41,91%
(yy.o.y)
318.97 318 97
4
1
2
3
4
1 2* 3*
2007
20 008
369.01
305.07
3
317.45
2
178 57 178.57
1
312.94
pertumbu uhan
perlambatan
273.40
mengalaami
224.77
Rp369,0 01 miliar. Hal H ini beraarti aset BPR/S
207.89
perbankkan kelompo ok BPR/S mencatat sebesar
151.58
ulan III-200 09, total aset Pada triwu
139.87
kantor.
40 00 35 50 30 00 25 50 20 00 15 50 10 00 5 50 Rp miliar
jumlah jaringan j kan ntor bertambah menjad di 51
Grafik 3.11 1. Perkem mbangan Aset BPR/S
2009
men njadi
34,97% % (y.o.y) . Dari sisi pen nghimpunan n dana, DPK K BPR/S juga a mengalam mi perlambattan pertumb buhan sebesar 25,93% (y.o.y) menjad di Rp.148,24 miliar pad da triwulan laporan. Peertumbuhan n DPK oran terseb but lebih reendah, yaittu dibanding pertumbuhan DPK pada pada trriwulan lapo triwulan n II-2009 (34 4,90%; y.o.yy). Perlambatan n pertumbu uhan yang terjadi t pada a DPK, jugaa diikuti den ngan menurnnya pertumb buhan penyyaluran kred dit/pembiayaaan BPR/S.
Pada
triwulan n
Grafik 3.12. Perkemban ngan DPK, Krredit & LDR BPR/S
III-20 009
Kredit/p pembiayaan yang berhaasil disalurkkan oleh
BPR/S
teercatat
buhan pertumb
seb besar
Pertumb buhan
tersebut
dibandin ng
pertum mbuhan
mengalaami 21,8 89%
(y.o.y).
leebih
rend dah
paada
triwulan
300 250 200 150 100 50 ‐
kredit/pembiayaan
DPK menghasilkan
d dan
Rp miliar
Pertumbuhaan
200%
Kreditt
150% 100% 50% 0% 0 4
sebelum mnya yang tercatat t seb besar 51,33 3% (y.o.y).
DPK
2007
1
2
3
2 2008
4
1 2* 3* 2009
rasio
perband dingan kred dit/ pembiaayaan deng gan
40
T Triwulan III - 2009
Kajjian Ekonom mi Regional Sulawesi Se elatan
dana pihak ketiga BPR/S pada triwulan laporan (Agustus 2009) sebesar 169,25%, lebih rendah dibanding LDR pada triwulan II-2009 yang sebesar 174,85%.
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan III - 2009
41
Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank
BOKS I LAPORAN SURVEI KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) ZONA SULAMPUA Kredit Usaha Rakyat (KUR) mengalami pertumbuhan yang pesat selama 2 tahun pencanangannya. Pertumbuhan yang tajam tidak terkecuali terjadi juga di Zona Sulampua. Melalui survei ini akan dianalisis dampak penyaluran KUR bagi debitur penerima KUR dan bagi bank penyalurnya. Informasi Umum Responden
Survey ini dilakukan kepada debitur penerima KUR dan bank penyalur dengan jumlah masingmasing sebanyak 185 debitur dan 30 kantor cabang bank. Survei dilaksanakan di seluruh wilayah Sulampua oleh setiap Kantor Bank Indonesia (KBI). Kebanyakan responden debitur bergerak di sektor perdagangan (54,9%), sektor Jasa (12,1%), dan sektor pertanian (11,0%). Bila dilihat dari jumlah tenaga kerjanya, ukuran usaha responden tergolong kecil, yaitu mayoritas dengan tenaga kerja 1 s.d 5 orang (73,0%). Bank penyalur yang terbanyak menjadi responden adalah Bank Mandiri, yaitu mencakup sebanyak 7 cabang. Responden bank penyalur dari Bank Bukopin sangat sedikit karena bank tersebut tidak memiliki cabang di beberapa provinsi.
Pengaruh KUR terhadap Kondisi Usaha UMKM Mayoritas responden mencatat peningkatan kondisi usaha setelah menerima KUR. Seperti diperlihatkan pada grafik di bawah ini, UMKM mengalami peningkatan pada kondisi usaha secara umum, aset, dan juga omset. Ini membuktikan bahwa debitur UMKM telah menggunakan dana KUR untuk kegiatan produktif. Hal ini juga memperlihatkan bahwa UMKM yang ditunjuk sebagai penerima KUR telah dipilih dengan tepat, yaitu merupakan UMKM yang memiliki potensi untuk berkembang tetapi masih kekurangan modal.
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan III - 2009
43
Kondisi Usaha UMKM Setelah Menerima KUR 91.9%
100%
90.3%
85.9%
80% 60% 40% 20%
1.6%
13.5%
6.5%
0.5%
1.6%
8.1%
0% Kondisi Usaha
Kondisi aset (di Kondisi omset luar tanah & bangunan) Menurun Tetap Meningkat
Peningkatan kondisi usaha UMKM setelah menerima KUR juga terlihat dari besarnya jumlah UMKM yang mengalami peningkatan jumlah tenaga kerja. Sebanyak 42,2% responden UMKM telah menambah tenaga kerjanya setelah menerima KUR. Sementara responden lainnya tidak mengalami perubahan jumlah tenaga kerja (56,2%) dan sebagian kecil lainnya menurun jumlahnya (1,6%).
Pengaruh KUR terhadap Bank Penyalur Nilai penyaluran KUR di Zona Sulampua yang hingga bulan Juli 2009 mencapai Rp1,9 Trilyun ternyata hanya meliputi bagian kecil dari kredit yang disalurkan oleh bank penyalur. Keadaan yang demikian menyebabkan penyaluran KUR berpengaruh kecil terhadap perolehan laba Bank. Hanya 6,7% responden bank penyalur yang menyatakan bahwa KUR meningkatkan perolehan laba bank secara signifikan.
Pengaruh KUR terhadap Perolehan Laba Bank
Penyebab KUR tidak berpengaruh atau menurunkan laba Bank 0%
Meningkat tidak signifikan 90.0%
20%
KUR hanya bagian kecil dari kredit UMKM
Target KUR level usahanya kecil Meningkat Signifikan 6.7%
Lainnya
60%
44.4%
KUR sulit disalurkan karena jarang debitur yang memenuhi syarat
Tidak pengaruh /Turun 3,8%
40%
38.9%
5.6%
11.1%
Karena share KUR relatif kecil dalam portofolio kredit bank penyalur, penyaluran KUR juga tidak memberikan peningkatan yang signifikan pada manajemen SDM, permintaan kredit UMKM, dan rasio kredit macet dari bank penyalur (lihat grafik di bawah). Walaupun demikian, sebanyak 63,3% responden menyatakan bahwa penyaluran KUR cukup membantu pencapaian target realisasi kredit UMKM. Dengan adanya skema KUR, permintaan dari masyarakat terhadap kredit UMKM menggunakan skema tersebut cukup tinggi. Namun bank tidak dapat memenuhi seluruh permintaan karena bank harus tetap berpegang pada prinsip kehati-hatian.
44
Triwulan III - 2009
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Pengaruh KUR Terhadap Manajemen SDM Bank
Pengaruh KUR Terhadap Permintaan Kredit UMKM Bank
Tidak pengaruh 69,2%
Menambah pegawai 26.7%
Pengaruh KUR Terhadap rasio NPL Kredit UMKM
tidak ada pengaruh 27%
Meningkat tidak signifikan 60%
Naik tidak signifikan 26%
Meningkat signifikan 13%
Menambah beban kerja 3.3%
naik signifikan 7%
Turun tidak signifikan 48%
tetap 19%
Seluruh responden bank penyalur menyatakan bahwa KUR meningkatkan efektivitas intermediasi perbankan karena persyaratannya relatif lebih mudah dibandingkan skema kredit lain. Selain itu risiko kredit melalui KUR lebih rendah karena adanya pembagian risiko dengan lembaga penjaminan kredit.
Permasalahan yang dihadapi dalam penyaluran KUR Faktor risiko ternyata tidak menjadi kendala bagi Bank dalam penyaluran KUR kepada UMKM. Hanya 13,5% responden yang menyatakan bahwa penyaluran KUR memiliki risiko tinggi. Rasio NPL yang rendah, yaitu kurang dari 1% (menurut 63,3% responden) juga memperlihatkan bahwa risiko kredit macet pada penyaluran KUR cukup rendah. Padahal bank mengenakan suku bunga pinjaman yang tinggi, yaitu 16% (maksimal). Walaupun risiko KUR cukup rendah, bank tetap merasa perlu untuk mengenakan kewajiban penyediaan jaminan dengan nilai minimal 30% dari plafond pinjaman. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan beban tanggung jawab bagi debitur, sehingga kredit macet dapat dihindari. Kendala Bank dalam Menyalurkan KUR 0%
10%
20%
Sulit memperoleh debitur yg layak
30%
40%
Kendala UMKM dalam Memperoleh KUR 50%
45.9%
0% 5% 10% 15% 20% 25% 30% 35% 40%
Analisa Kebutuhan Kredit
39.7%
Peraturan terlalu rumit
13.5%
Kelengkapan Aspek Legalitas Usaha
Sosialisasi kurang
13.5%
Syarat Agunan Tambahan
Risiko tinggi
13.5%
Mengisi Aplikasi KUR
3.1%
Lainnya
13.5%
Aspek Lain
2.3%
30.5% 24.4%
Kendala utama bagi bank dalam penyaluran KUR adalah sulitnya memperoleh debitur yang layak (45,2%). Yang dimaksud dengan debitur yang layak adalah debitur yang memiliki kemantapan cashflow, usahanya aman dari krisis, dan sekaligus memenuhi kebijakan KUR yang mensyaratkan bahwa calon debitur belum pernah memperoleh kredit dari bank. Dari sekian banyak permohonan penyaluran KUR, hanya sedikit calon debitur yang dapat memenuhi syarat-syarat tersebut. Hal inilah yang menyebabkan share KUR tetap kecil dibandingkan keseluruhan kredit UMKM bank penyalur walaupun permintaan KUR selalu tinggi.
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan III - 2009
45
. Bagi 94,4% responden debitur, prosedur untuk memperoleh KUR sederhana dan mudah untuk dipenuhi. Sebanyak 77,4% responden debitur juga menyatakan bahwa dibutuhkan waktu kurang dari 1 bulan untuk memperoleh persetujuan permohonan kredit KUR. Nilai Agunan KUR Dibandingkan Nilai Pinjaman 0%
5%
10%
15%
<30%
20%
25%
18,3%
30%‐50% 50%‐70% 70%‐100% >100%
30%
25,4% 11,9% 20,6% 23,8%
Tetapi bila ditanya mengenai hal yang paling menyulitkan dalam proses permohonan KUR, jawaban responden debitur adalah (i) membuat analisa kebutuhan kredit (39,7%); (ii) proses melengkapi aspek legalitas usaha (30,5%) dan; (iii) memenuhi syarat agunan tambahan (24,4%). Syarat yang terakhir, yaitu syarat agunan tambahan, ternyata diminta oleh bank kepada 78,2% responden debitur. Jumlah agunan yang dijaminkan debitur pun banyak yang melebihi 30%. Kesimpulan dan Saran •
•
•
•
Berdasarkan hasil quick survey, proses permohonan kredit melalui skema Kredit Usaha Rakyat (KUR) terbukti cukup mudah untuk dipenuhi, paling tidak bagi responden survei yang saat ini telah menerima KUR. KUR telah membantu meningkatkan kondisi usaha UMKM yang menerimanya, terbukti dengan meningkatnya aset, omset, dan kondisi usaha umum pada sebagian besar responden debitur. Skema KUR efektif dalam meningkatkan peran intermediasi perbankan, terutama kepada UMKM. Namun penyaluran KUR masih belum optimal, terlihat dari kecilnya share KUR dibandingkan total kredit UMKM bank penyalur. Untuk lebih mengoptimalkan penyaluran KUR, beberapa hal yang dapat diusulkan yaitu : o Meninjau kembali peraturan/ kebijakan penyaluran KUR yang mensyaratkan bahwa penerima KUR adalah yang belum pernah menerima pembiayaan dari perbankan. o Mengkaji kembali peraturan/ kebijakan penjaminan KUR. Pembagian risiko kredit yang saat ini menggunakan perbandingan 70:30 mungkin dapat direvisi untuk dapat lebih meringankan beban penyediaan jaminan bagi calon debitur KUR.
Menyediakan bantuan bagi calon debitur dalam memenuhi syarat analisa kebutuhan kredit. Bantuan dapat disediakan oleh bank penyalur atau oleh pihak lain di luar perbankan.
46
Triwulan III - 2009
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
BOKS II LAPORAN SURVEI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BELANJA PEMERINTAH DAERAH DI SULSEL Tujuan survei ini adalah untuk membahas isu strategis yang perlu menjadi perhatian salah satunya adalah analisis mengenai (1) realisasi dan proyeksi pengeluaran APBD, (2) perkembangan Program Stimulus Fiskal APBN 2009 di daerah serta (3) fenomena besarnya penempatan dana Pemda pada perbankan daerah terutama setiap awal tahun. Maka Survei ini dilaksanakan untuk menggali informasi di atas, survei dilakukan pada tanggal 21 s.d. 28 Agustus 2009 oleh KBI Makassar. Berdasarkan hasil wawancara terhadap responden dimaksud di atas, dapat kami sampaikan sebagai berikut :
SKPD Pengelola Responden SKPD Pengelola berpendapat bahwa persentase realisasi belanja pemerintah daerah sampai akhir tahun dalam 2 tahun terakhir belum maksimal jika dibandingkan dengan alokasi anggaran yang disediakan karena terkendala beberapa aspek yaitu : a. Aspek legal, diantaranya banyaknya jumlah peraturan ketentuan terkait yang diterbitkan, peraturan yang multitafsir sehingga sulit memahaminya, dan peraturan yang sering berubah atau mengalami revisi. b. Aspek administrasi yaitu pengesahan RPD (Rancangan Peraturan Daerah) oleh DPRD melewati batas waktu (1 bulan sebelum Tahun Anggaran dilaksanakan), biasanya RPD APBD disahkan pada bulan Januari s.d. Maret Tahun Anggaran berjalan. Kemudian terbatasnya jumlah SDM yang memiliki sertifikasi pengadaan barang dan jasa. c. Aspek politik yaitu hubungan eksekutif dan legislatif yang kurang harmonis.
Terkait kondisi makroekonomi yang bergejolak beberapa tahun terakhir, mayoritas responden menjawab bukan merupakan kendala bagi realisasi belanja daerah. Kemudian sehubungan dengan Pos belanja daerah dengan nilai nominal anggaran terbesar untuk 2 tahun terakhir, seluruh responden menjawab Pos Kelompok Belanja Operasi dan Pemeliharaan (Belanja Langsung Non-Investasi) yang merupakan Pos Kelompok Belanja dengan nilai nominal tertinggi. Untuk Pos belanja daerah, tingkat realisasi anggaran tertinggi terdapat pada Pos Kelompok Belanja Operasi dan Pemeliharaan (Belanja Langsung Non-Investasi), namun terdapat respopnden yang menjawab Belanja Administrasi Umum (Belanja Tidak Langsung). Untuk pola rata-rata tingkat realisasi anggaran belanja tahun 2009, seluruh responden memperkirakan akan sama dengan pola rata-rata tingkat realisasi belanja tahun sebelumnya. Hal ini dikarenakan pembayaran kepada rekanan oleh SKPD dilakukan pada triwulan III-IV sehingga terjadi lonjakan pada periode tersebut. Terkait dengan arus masuk penerimaan daerah yang belum sempat digunakan, menurut responden hal tersebut diakibatkan oleh pola transfer dana dari Pusat yang tidak sinkron dengan pola belanja yang dibutuhkan daerah serta adanya belanja Modal/Pembangunan yang belum terealisir. Dalam rangka mengoptimalkan pemanfaatan kelebihan dana tersebut, mayoritas responden menempatkan dananya pada Bank Umum milik Pemprov (BPD) dengan persentase sebesar 95% s.d. 100% dalam bentuk Giro (Rekening Koran), selebihnya dalam bentuk deposito berjangka 1 bulan. Kelebihan dana tersebut tidak dikelola sama sekali dalam portofolio surat-surat berharga.
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan III - 2009
47
Pertimbangan SKPD dalam memilih bank, selain karena bank tersebut dimiliki oleh pemerintah daerah, namun juga diharapkan bank dapat memberikan keuntungan (suku bunga simpanan), serta memiliki reputasi nasional dan jaringan kantor yang luas. Dengan tingkat realisasi belanja pemerintah daerah yang tidak mencapai target akhir tahun, menurut responden hal tersebut tidak memiliki dampak negatif terhadap penyusunan APBD untuk Tahun Anggaran berikutnya. Terkait proyek infrastruktur stimulus fiskal, beberapa responden menyebutkan terdapat proyek stimulus fiskal yang berupa pembangunan jalan dan pasar. Hal ini dinilai oleh responden sangat efektif guna mengatasi dampak krisis dengan menciptakan lapangan kerja dan mengurangi PHK. Kendala operasional yang dihadapi dalam realisasi proyek stimulus fiskal adalah proses pembebasan lahan/tanah proyek yang berbelit.
SKPD Pelaksana Sejalan dengan responden SKPD Pengelola, responden SKPD Pelaksana berpandangan bahwa persentase realisasi belanja pemerintah daerah sampai akhir tahun belum maksimal jika dibandingkan dengan alokasi anggaran yang disediakan karena terkendala beberapa aspek diantaranya: a.
Aspek legal yang meliputi peraturan yang multitafsir sehingga sulit memahaminya, peraturan yang sering berubah atau mengalami revisi serta banyaknya jumlah peraturan terkait yang diterbitkan.
b. Aspek administrasi yaitu c.
Proses penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran oleh SKPD yang panjang, Pengajuan Rancangan Peraturan Daerah (RPD) RAPBD melewati batas waktu (Minggu I Oktober) Pengesahan RPD oleh DPRD melewati batas waktu (1 bulan sebelum Tahun Anggaran dilaksanakan). Terbatasnya jumlah SDM yang memiliki sertifikasi pengadaan barang dan jasa. Terdapat program restrukturisasi organisasi Aspek politik yaitu hubungan kerja antara SKPD yang kurang terkoordinasi (menurut Dinas Prasarana Wilayah).
Kemudian dalam kondisi makroekonomi yang bergejolak, perubahan harga BBM oleh Pemerintah menjadi kendala utama bagi realisasi belanja daerah, namun tidak demikian menurut dinas yang terkait langsung dengan pelaksanaan proyek karena kontrak kerja dengan rekanan telah dilakukan di awal tahun sehingga apabila terjadi gejolak ekonomi, hasil kerja rekanan diharapkan tetap sesuai seperti kontrak awal. Dari segi Anggaran, Pos belanja dengan nilai nominal anggaran terbesar selama 2 tahun terakhir adalah Belanja Modal/Pembangunan (Belanja Langsung Investasi/Menambah Aktiva). Untuk tingkat realisasi anggaran belanja tertinggi, terdapat pada Pos Belanja Administrasi Umum dan Belanja Modal/Pembangunan. Untuk pola rata-rata tingkat realisasi anggaran belanja instansi tahun 2009, kedua responden memperkirakan akan sama dengan pola realisasi belanja tahun sebelumnya Sehubungan dengan realisasi proyek infrastruktur stimulus fiskal, Dinas Pekerjaan Umum menyebutkan terdapat proyek stimulus fiskal yang berupa jembatan. Hal ini dinilai oleh responden sangat efektif guna mengatasi dampak krisis dengan menciptakan lapangan kerja atau mengurangi PHK. Kendala operasional yang dihadapi adalah proses pembebasan lahan/tanah proyek yang berbelit dan proses lelang/tender proyek yang memakan waktu.
48
Triwulan III - 2009
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Bank Sulsel Berdasarkan hasil survei, diketahui terdapat 30 Pemerintah Kabupaten menjadi deposan Bank Sulsel. Persentase pangsa dana pemerintah daerah tersebut terhadap total Dana Pihak Ketiga (DPK) konsolidasi pada bank sebesar 51,50% yang disimpan dalam bentuk Giro (45,5%) dan deposito berjangka berjangka 1 bulan (6%) sehingga memiliki peran yang sangat penting baik dari aspek likuiditas maupun profitabilitas. Dari sisi pembiayaan, jumlah kredit yang dapat tersalurkan dari rata-rata total dana pemerintah adalah sebesar 0% - 20%. Atas jumlah dana yang tidak tersalurkan dalam bentuk kredit dari total dana milik pemerintah daerah, bank mengambil kebijakan untuk meminjamkan pada bank lain (PUAB). Rendahnya optimalisasi penyaluran dana Pemda dalam bentuk kredit disebabkan oleh karena dana Pemda yang berjangka waktu pendek (umumnya berbentuk Giro). Untuk pembiayaan program Pemda, besar pangsa pembiayaan program Pemda terhadap total kredit bank adalah sebesar 2,20% s.d. 5,99% dan bank turut memberikan kredit kepada PNS/TNI/Polri dengan pangsa kredit terhadap total kredit bank sebesar 75%. Sehubungan dengan penciptaan mekanisme pooling fund BPD yang didanai oleh anggota (seluruh BPD), responden menilai hal tersebut dibutuhkan untuk membantu kesulitan pendanaan jangka pendek (mismatch) bank peserta. Selain itu kerjasama antar BPD untuk bidang lain selain hal pendanaan (pooling fund BPD) juga diperlukan diantaranya penelitian dan pengembangan produk/jasa BPD serta manajemen/teknologi informasi BPD.
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan III - 2009
49
Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank
Bab 4
Perkembangan Sistem Pembayaran
Nilai transaksi pembayaran pada triwulan laporan cenderung menunjukkan peningkatan transaksi, terutama transaksi non tunai via RTGS, sementara transaksi tunainya cenderung menurun. Peningkatan tersebut salah satunya didorong oleh realisasi proyekproyek pemerintah termasuk stimulus infrastruktur serta peningkatan konsumsi selama bulan Ramadhan/Idul Fitri dan mulainya tahun ajaran baru.
4.1. Aliran Uang Kartal Masuk (Inflow) dan Keluar (Outflow) Aliran uang kartal masuk (inflow) dan keluar (outflow), pada triwulan laporan, dari dan ke perbankan melalui KBI Makassar tercatat net inflow sebesar Rp0,13 triliun, meningkat dibandingkan kondisi pada triwulan II-2009 yang mengalami net inflow sebesar Rp0,01 triliun.
Grafik 4.1. Aliran Uang Kartal Masuk (Inflow) 2.50
150%
Inflow
2.00
100%
1.50
50%
500%
Outflow
1.80
Y.O.Y
2.00
Grafik 4.2. Aliran Uang Kartal Keluar (Outflow) 400%
Y.O.Y
1.60 1.40
300%
1.20
200%
1.00 1.00
0%
0.50
‐50%
‐
‐100%
0.80
100%
0.60
0%
0.40
‐100%
1
2
3
4
2007
1
2
3 2008
4
1
2
3
2009
Triliun Rp
Triliun Rp
0.20 ‐
‐200% 1
2
3
4
1
2007
2
3
4
1
2008
2
3
2009
Dari sisi aliran uang kartal masuk (inflow) ke KBI Makassar, peningkatan konsumsi masyarakat pada triwulan laporan tercermin dari pertumbuhan inflow perbankan ke KBI Makassar
yang
makin
terkontraksi.
Diperkirakan
konsumsi
masyarakat
tersebut
menggunakan simpanannya (tabungan) untuk keperluan bulan Ramadhan/Idul Fitri serta mulainya tahun ajaran baru, khususnya perguruan tinggi. Inflow pada triwulan III-2009 tercatat sebesar Rp0,91 triliun, kontraksi sebesar -36,76% (y.o.y), sementara pada triwulan II2009 tercatat sebesar -20,65% (y.o.y). Sementara aliran uang kartal keluar (outflow) yang merupakan permintaan perbankan dalam rangka memenuhi kebutuhan uang kartal masyarakat, pada triwulan laporan masih mengalami kontraksi pertumbuhan yaitu sebesar -58,49% (y.o.y).
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan III - 2009
51
Menurunnya pertumbuhan permintaan uang kartal oleh perbankan tersebut relatif sejalan menurunnya pertumbuhan inflow. Kegiatan/konsumsi masyarakat selama triwulan III ini relatif didominasi oleh penggunaan tabungan masyarakat.
4.2. Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) Pergerakan perekonomian Sulsel pada triwulan laporan ini relatif sejalan dengan kegiatan pemusnahan terhadap uang lusuh/rusak dari inflow tersebut. Kondisi uang yang sudah tidak layak lagi untuk diedarkan, salah satunya, mencerminkan tingkat penggunaan uang yang cukup tinggi. Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB), pada triwulan laporan, mengalami koreksi menjadi sebesar -40,87% (y.o.y), sementara pada triwulan II-2009, kegiatan PTTB tercatat sebesar -87,47% (y.o.y). Ditinjau dari rasio PTTB-inflow, Rasio PTTBinflow pada triwulan laporan tercatat sebesar 35,47%, lebih tinggi dibandingkan triwulan II2009 yang sebesar 10,34%.
Grafik 4.3. Pemberian Tanda Tidak Berharga dan Inflow 2.5
Inflow
PTTB
100%
PTTB/Inflow
80% 70%
1.5
60% 50%
1.0
40% 30%
0.5
20%
PTTB / Inflow
Inflow & PTTB (Triliun Rp)
90% 2.0
10% 0.0
0% 1
2
3 2007
4
1
2
3 2008
4
1
2
3
2009
4.3. Perkembangan Uang Palsu yang Ditemukan Pada triwulan laporan, jumlah temuan uang rupiah palsu mengalami peningkatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada triwulan II-2009, jumlah uang palsu yang ditemukan sebesar Rp8,63 juta, menjadi Rp16,77 juta pada triwulan laporan. Berdasarkan jenis pecahan, uang kertas Rp50.000,- merupakan jenis uang yang paling banyak dipalsukan yakni 194 lembar atau 68,07% dari total lembar temuan uang palsu. Peningkatan tersebut karena adanya moral hazard pemanfaatan kegiatan Idul Fitri yang terjadi peningkatan konsumsi sehingga mengharapkan adanya keteledoran meneliti keaslian uang rupiah.
52
Triwulan III - 2009
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Grafik 4.4. Proporsi Jumlah Lembar Uang Palsu Berdasarkan Pecahan Triwulan III-2009
Tabel 4.1. Perkembangan Temuan Uang Palsu di Wilker KBI Makassar Triwulan III-2009
Pecahan
Periode
Total
100,000 50,000 20,000 10,000 5,000 Trw III‐2008
69
82
10
5
2
168
Trw IV‐2008
62
123
11
5
2
203
Trw I‐2009
33
86
6
4
2
131
Trw II‐2009
53
63
8
2
0
126
Trw III‐2009 69 Sumber : Bank Indonesia
194
3
2
17
285
20,000 1.05%
50,000 68.07%
10,000 0.70% 5,000 5.96% 100,000 24.21%
4.4. Perkembangan Kliring dan RTGS 4.4.1. Perkembangan RTGS Sejalan dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi Sulsel, terdapat peningkatan kegiatan transaksi keuangan yang bernilai besar yang tercermin dari perkembangan transaksi BI-RTGS baik outgoing maupun incoming. Perkembangan transaksi transfer keluar via RTGS (outgoing) pada triwulan laporan tumbuh sebesar 83,62% (y.o.y) yaitu dari Rp7,79 triliun pada triwulan III-2008 menjadi Rp14,30 triliun. Sementara pada transaksi transfer masuk via RTGS (incoming) juga mengalami peningkatan sebesar 84,21% (y.o.y) dengan nominal transaksi sebesar Rp18,97 triliun, sementara pertumbuhan incoming pada triwulan II-2009 sebesar 54,71% (y.o.y) dengan nominal transaksi sebesar Rp18,84 triliun.
Grafik 4.5. Transaksi RTGS - Incoming
Grafik 4.6. Transaksi RTGS - Outgoing
20
Incoming
90%
16
Outgoing
100%
18
Y.O.Y
80%
14
Y.O.Y
80%
16
70%
14
60%
12
50%
10
40%
8
12
60%
10
40%
8
20%
6
0%
4
20%
4
‐20%
2
10%
2
‐40%
‐
0%
‐
Triliun Rp
6
1
2
3 2007
4
1
2
3 2008
4
1
2
3
2009
Triliun Rp
30%
‐60% 1
2
3 2007
4
1
2
3 2008
4
1
2
3
2009
Secara netto, transaksi pembayaran via RTGS di Sulawesi Selatan tercatat masih mengalami net inflow yaitu sebesar Rp4,66 triliun, yang mengalami peningkatan baik dari sisi pertumbuhan maupun secara nominal. Apabila dibandingkan dengan net inflow triwulan II2009, pertumbuhan net inflow pada triwulan III-2009 yang tumbuh sebesar 86,02% (y.o.y)
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan III - 2009
53
lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan net inflow pada triwulan II-2009 yang tercatat sebesar 69,01% (y.o.y).
4.4.2. Perkembangan Kliring Pada triwulan laporan, perkembangan penyelesaian non tunai untuk nilai transaksi transfer dana/transaksi kredit kurang dari Rp100 juta menunjukkan pertumbuhan yang lebih kecil dibanding triwulan II-2009. Nominal perputaran kliring pada triwulan laporan tercatat kontraksi sebesar -6,52% (y.o.y), yaitu dari Rp7,88 triliun pada triwulan III-2008 menjadi Rp7,36 triliun. Pertumbuhan transaksi via kliring tersebut lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar -5,44% (y.o.y) kondisi tersebut berlawanan dengan pertumbuhan transaksi non tunai via RTGS. Sedangkan rata-rata harian nilai nominal perputaran kliring tercatat sebesar Rp120,69 miliar atau mengalami pertumbuhan sebesar -3,45% (y.o.y), lebih baik dibanding pertumbuhan triwulan II-2009 yang tumbuh -8,49% (y.o.y). Perbaikan pertumbuhan nominal transaksi via kliring tersebut relatif menggambarkan transaksi nominal kecil (dibawah Rp25 juta) mengalami peningkatan.
Tabel 4.2. Perputaran Kliring dan Cek/BG Kosong 2008
URAIAN 1
2
2009 3
4
1
2
3
Total Perputaran Kliring ‐ Nominal (miliar rupiah) ‐ Lembar (ribuan)
6,346.97 7,291.24 7,875.53 7,304.53 6,543.42 6,894.46 7,362.10 3.00 262.54 270.92 251.70 242.16 258.42 262.31
Rata‐rata Harian Perputaran Kliring ‐ Nominal (miliar rupiah) 105.78 121.52 ‐ Lembar (ribuan) 3.90 4.38
125.01 4.30
121.74 4.20
110.91 111.20 120.69 4.10 4.17 4.30
Nisbah Rata‐rata Penolakan Cek/ BG Kosong 0.92 0.89 ‐ Nominal (%) ‐ Lembar (%) 1.95 0.91
1.05 0.98
1.32 1.22
1.67 1.73
2.02 1.55
2.68 2.27
Sumber : BI‐RTGS
Di lihat dari rasio penolakan warkat (Cek/BG) kosong pada triwulan laporan, secara nominal tercatat mengalami peningkatan, yaitu sebesar 2,68%, lebih tinggi dibanding triwulan II-2009 yang tercatat sebesar 2,02%. Sementara dari jumlah lembar, rasio rata-rata warkat yang ditolak juga meningkat menjadi sebesar 2,27%, sementara pada triwulan II2009 sebesar 1,55%.
54
Triwulan III - 2009
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Bab 5
Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
Struktur ketenagakerjaan Sulsel masih bertumpu pada sektor pertanian dan perdagangan yang masih merupakan mata pencaharian utama penduduknya. Pertumbuhan ekonomi Sulsel, mampu menyerap jumlah angkatan kerja yang menganggur sebesar 47 ribu orang atau menyerap 4,10% dari angkatan kerja yang menganggur. Kondisi tersebut mengakibatkan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Sulsel mengalami penurunan sebesar 1,80%. Di sisi lain, jika melihat angka indeks Nilai Tukar Petani (NTP), maka peningkatan pertumbuhan ekonomi Sulsel kiranya relatif menunjukkan adanya peningkatan kesejahteraan masyarakat, terutama masyarakat pedesaan/ petani. Hal ini diperkirakan karena faktor kestabilan tingkat harga, terutama komoditas pertanian.
5.1. Ketenagakerjaan Jumlah angkatan kerja di Sulsel selama Februari 2008 – Februari 2009 mengalami kenaikan, dan begitu juga dengan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) yang juga relatif meningkat. Pada bulan Februari 2008, angkatan kerja tercatat Tabel 5.1 Penduduk Usia 15 + Menurut Kegiatan Utama Februari Februari KEGIATAN UTAMA 2008 2009 Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas 5,514,053 5,622,044 3,276,857 3,391,924 Angkatan Kerja a. Bekerja 2,933,093 3,095,365 343,764 296,559 b. Pengangguran 2,237,196 2,230,120 Bukan Angkatan Kerja Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja 59.4% 60.3% 10.5% 8.7% Tingkat Pengangguran Terbuka Sumber : BPS
3.276 ribu orang (59,43% dari total
penduduk
usia
kerja),
sedangkan pada bulan Februari 2009 tercatat 3.391 ribu orang (60,33% dari total penduduk usia
kerja),
pertumbuhan (y.o.y).
atau
mengalami
sebesar
3,51%
Peningkatan
TPAK
tersebut disebabkan karena persentase kenaikan angkatan kerja yang bekerja (5,53%) lebih besar dibanding dengan persentasi penurunan angkatan kerja yang menganggur (-13,73%). Pertumbuhan ekonomi Sulsel pada tahun 2008 tersebut, mampu menyerap jumlah angkatan kerja yang menganggur sebesar 47 ribu orang atau menyerap 4,10% dari angkatan kerja yang menganggur. Kondisi tersebut mengakibatkan tingkat pengangguran terbuka (TPT) Sulsel mengalami penurunan sebesar 1,80% yaitu dari 10,50% pada Februari 2008 menjadi 8,7% pada Februari 2009. Lapangan pekerjaan utama yang mendominasi jumlah angkatan kerja yang bekerja adalah di sektor pertanian yang sebesar 50,70%. Pangsa angkatan kerja yang bekerja di
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan III - 2009
55
sektor pertanian ini mengalami penurunan dibanding Februari 2008 yang tercatat sebesar 52,76%. Sektor dengan jumlah tenaga kerja kedua terbesar adalah sektor perdagangan yang pada Februari-2009 sebesar 19,57%, atau meningkat dibanding pangsa pada Februari 2007 (17,99%). Selanjutnya diikuti oleh sektor jasa (10,93%) yang juga mengalami peningkatan, dimana pada triwulan sebelumnya sebesar 9,14%. Dari sisi perbandingan komposisi per sektor ekonominya, terjadi pergeseran komposisi tenaga kerja di sektor pertanian ke sektor non pertanian, terutama sektor perdagangan dan jasa. Diperkirakan pergeseran tersebut terjadi karena mulai berkurangnya luas lahan pertanian dan berakhirnya masa tanam di sektor pertanian sehingga relatif mendorong perpindahan tenaga kerja ke sektor lain. Hal ini juga memperlihatkan dugaan bahwa Sulsel sedang mengalami proses transformasi ekonomi, dimana akan terjadi pergeseran struktur perekonomian dari sektor perekonomian yang mengarah kepada sektor perdagangan dan jasa.
Grafik 5.1. Persentase Penduduk Usia 15 + yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama Februari 2009
Februari 2008
2.1%
9.1%
Pertanian Industri
2.2% 10.9%
6.5%
6.0%
Konstruksi Perdagangan Angkutan/Ko munikasi Jasa Lainnya *)
50.7%
52.8% 18.0% 19.6%
5.5% 5.5% 5.1%
5.9% Sumber : BPS
Pergeseran angkatan kerja ke non-pertanian tersebut, salah satunya ditandai dengan meningkatnya jumlah buruh/karyawan yang tercatat meningkat sebesar 40,03% dari total peningkatan tenaga kerja yang bekerja sebesar 162,3 ribu pada periode Februari 2008Februari 2009. Selain itu juga terjadi kenaikan pertumbuhan pada pekerja keluarga sebesar 23,75% pada periode tersebut. Sementara jumlah pekerja bebas pertanian hanya mengalami pertumbuhan sebesar 15,31% (dari 59,4 ribu pada Februari 2008 menjadi 84,3 ribu pada Februari 2009).
56
Triwulan III - 2009
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
5.2. Kesejahteraan 5.2.1. Nilai Tukar Petani Sejalan dengan perkembangan ekonomi daerah, tingkat kesejahteraan petani Sulsel menunjukan perkembangan positif. Pada triwulan laporan, rata-rata pertumbuhan NTP Sulsel tumbuh sebesar 0,04% (y.o.y) setelah pada triwulan II-2009 mengalami kontraksi sebesar 1,44% (y.o.y). Kondisi tersebut diperkirakan karena pengaruh tekanan inflasi yang merendah sehingga mampu menekan tingkat konsumsi petani. Hal tersebut tampak dari melambatnya ‘Indeks yang Diterima Petani’ pada triwulan laporan tercatat sebesar 5,68% (y.o.y) sementara pada triwulan II-2009 sebesar 10,03% (y.o.y).
Grafik 5.3 Perkembangan Rata-rata Indeks Yang Diterima Petani
Grafik 5.2 Perkembangan Rata-rata Nilai Tukar Petani 104 102 100 98 96 94 92 90 88 86 84
NTP ‐ axis kiri
y.o.y ‐ axis kanan
30%
140
25%
120
20%
100
15%
80
10%
60
5%
40
0%
20
‐5%
‐
16%
Indeks Yang Diterima Petani ‐ axis kiri y.o.y ‐ axis kanan
14% 12% 10% 8%
1
2
3 2007
4
1
2
3 2008
4
1
2
6% 4% 2% 0% 1
3
2
3
4
1
2
2007
2009
3
4
1
2008
2
3
2009
Grafik 5.4 Perkembangan Rata-rata Indeks Yang Dibayar Petani 140
35%
Indeks Yang Dibayar Petani ‐ axis kiri y.o.y ‐ axis kanan
120
30%
100
25%
80
20%
60
15%
40
10%
20
5% 0%
‐ 1
2
3
4
2007
1
2
3 2008
4
1
2
3
2009
Untuk ‘Indeks yang Diterima Petani’ juga menunjukkan adanya perlambatan pertumbuhan, yaitu dari 8,46% (y.o.y) pada triwulan II-2009 menjadi 5,72% (y.o.y) pada triwulan laporan. Selain karena tingkat harga komoditas pertanian yang relatif stabil, dimungkinan juga karena faktor pasokan komoditas pertanian yang relatif melimpah sehingga mampu meredam fluktuasi harga komoditas pertanian.
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan III - 2009
57
5.2.2. Jumlah Penduduk Miskin Jumlah penduduk miskin di Sulsel per Maret 2009 tercatat sebesar 12,31% dari jumlah penduduknya atau sebesar 963 ribu orang. Dari jumlah tersebut, 12,92% berada di daerah perkotaan sedangkan sisanya berada di daerah pedesaan. Persentase pangsa jumlah penduduk miskin di perkotaan tersebut mengalami penurunan dibanding Maret 2008 yang tercatat sebesar 14,62% dari jumlah penduduk miskin pada tahun tersebut. Dari sisi jumlah, jumlah penduduk miskin di Sulsel mengalami penurunan, yaitu dari 1.031,7 ribu per Maret 2008 menjadi 963,6 ribu pada Maret 2009, atau menurun 6,6%. Penurunan jumlah penduduk miskin tertinggi terjadi di perkotaan, yang tercatat -17,45%, Grafik 5.5. Jumlah Penduduk Miskin Sulsel
yaitu dari 150,8 ribu orang menjadi 124,5 ribu orang. Jumlah tersebut dari
total
terjadi
di
pedesaan
13.6% 13.4%
1000
penduduk Sulsel.Penurunan tersebut juga
Total
13.33%
13.2%
800
yang
13.0%
600
tercatat sebesar -4,75% yaitu dari
12.8%
880.9
1,59%
Kota
930.3
merupakan
Desa
1200
12.6%
400
12.4%
12.31%
880,9 ribu orang menjadi 839,1 ribu
200
orang. Jumlah tersebut merupakan
0
12.0%
152.8
10,72% dari total penduduk Sulsel.
150.8
2008
Sumber : BPS
12.2%
11.8%
2009
Apabila dibandingkan dengan provinsi se-Sulampua, persentase jumlah penduduk miskin di Sulsel tercatat urutan ketiga terendah setelah provinsi Sulawesi Utara (9,79%) dan Maluku Utara (10,35%). Sedangkan persentase jumlah penduduk miskin tertinggi di Sulampua tercatat sebesar 37,53% yaitu di provinsi Papua. Sementara jumlah penduduk miskin se-Sulampua tercatat sebesar 1,73% dari total penduduk Indonesia.
Grafik 5.6. Persentase Jumlah Penduduk Miskin se-Sulampua per Maret 2009 100%
35.72
37.53
90%
96.29
72.50
96.67
91.10
89.80
20
15.29
15
8.90
9.88
10.20
10.35
10
3.71
10%
6.03
12.92
20%
11.16
Sumber : BPS, diolah
9.79
58
18.93
12.31
30%
30
25
3.33
18.99
27.50
36.09
40%
28.22
25.01
60% 50%
35
% Total Penddk Miskin
90.12
Kota
93.97
87.08
88.84
70%
63.91
Desa 80%
40
Irjabar
Papua
5
% 0
0% Sulut
Sulteng
Triwulan III - 2009
Sulsel
Sultra
Gor
Sulbar
Maluku
Malut
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
5.3. Survei Berdasarkan Survei Konsumen yang dilakukan oleh Bank Indonesia Makassar, pada triwulan laporan rata-rata ‘Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja Saat Ini’ (IKLK) menunjukkan perlambatan. Rata-rata IKLK tercatat tumbuh sebesar 17,86% (y.o.y), sementara pada triwulan II-2009 tumbuh sebesar 23,46% (y.o.y). Meskipun mengalami perlambatan, ratarata-rata IKLK masih tercatat sebesar 101,17, yaitu masih berada di atas level psikologis (100,00). Hal ini menunjukkan bahwa optimisme masyarakat terhadap ketersediaan lapangan kerja masih cukup baik meskipun menunjukkan penurunan dibandingkan rata-rata IKLK pada triwulan II-2009 yang tercatat sebesar 103,50. Kondisi ini dimungkinkan, salah satunya karena pertumbuhan ekonomi daerah yang pada triwulan laporan menunjukkan peningkatan. Sementara tekanan optimisme terjadi karena masyarakat merasa belum terserapnya sebagian besar potensi tenaga kerja yang ada.
Grafik 5.8. Indeks Penghasilan Saat Ini Dibandingkan 6 Bulan Lalu
Grafik 5.7. Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja Saat Ini 120
Ketersediaan lap kerja saat ini
y.o.y
100 80
30%
140
Penghasilan saat ini dibanding 6 bln yl
8%
25%
138
y.o.y
6%
20%
136
15% 10%
60
5%
40
0%
20 0 1
2
3 2007
4
1
2
3 2008
4
1
2
4%
134
2%
132
0%
130
‐2%
128
‐4%
126
‐5%
124
‐6%
‐10%
122
‐8%
‐15%
120
3
2009
‐10% 1
2
3 2007
4
1
2
3 2008
4
1
2
3
2009
Sejalan dengan kondisi tersebut, rata-rata ‘Indeks Penghasilan Saat Ini Dibanding 6 bulan lalu’ (IPD6) juga mengalami perlambatan pertumbuhan, yaitu dari 6,02% (y.o.y) pada triwulan II-2009 menjadi 3,40%. Namun dari sisi indeks, rata-rata IPD6 tersebut masih tercatat cukup tinggi di atas level psikologis, yaitu sebesar 131,67 sementara pada triwulan II2009 sebesar 135,00%. Diduga kondisi tersebut karena terjadi penurunan aktivitas kegiatan pelaku usaha dibanding triwulan II-2009 yang lebih banyak didorong oleh kegiatan Pemilu. Sehingga alternatif mendapatkan peningkatan penghasilan pada triwulan laporan relatif berkurang. Selanjutnya melihat kondisi perekonomian pada triwulan selanjutnya, optimisme masyarakat terhadap IKLK dan IPD6 diperkirakan masih pada level di atas psikologis. Hal ini didasarkan aktivitas pada akhir tahun yang sering mengalami peningkatan, terutama aktivitas kegiatan pemerintah. Sehingga relatif akan banyak menggerakan perekonomian daerah.
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan III - 2009
59
Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank
Bab 6
Keuangan Daerah
Sebagaimana telah dikemukakan pada bab sebelumnya, di Triwulan III/2009 konsumsi mempunyai sumbangan tertinggi dalam pertumbuhan ekonomi di Sulawesi Selatan. Dari pertumbuhan Konsumsi sebesar 6,46% (y.o.y) sumbangan konsumsi pemerintah mendominasi hingga mencapai 11,11% sementara konsumsi swasta yang mencapai 88,89%. Apabila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya maka konsumsi pemerintah meningkat sebesar 22,06% yaitu dari 0,41% menjadi 0,50%. Selanjutnya performance Keuangan Pemerintah Daerah pada Triwulan III/ 2009 tercermin dalam tabel dibawah :
Tabel 6.1. Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Sampai Dengan Triwulan III-2009 (Milyar Rupiah) s/d TRIWULAN III‐2009 NO. 1. 1.1.
1.2.
1.3.
U R A I A N PENDAPATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH ‐ Pendapatan Pajak Daerah ‐ Pendapatan Retribusi Daerah ‐ Bagian Laba Hasil Daerah ‐ Lain‐lain PAD yang Sah PENDAPATAN TRANSFER Dana Perimbangan ‐ Dana Bagi Hasil Pjk dan Bukan Pjk ‐ DAU ‐ DAK Transfer Pemerintah Pusat‐Lainnya Lain‐lain Pendapatan yang Sah JUMLAH PENDAPATAN
2. 2.1. 2.2. 2.3.
BELANJA BELANJA OPERASI BELANJA MODAL BELANJA TIDAK TERDUGA JUMLAH BELANJA
2.4.
TRANSFER SURPLUS / (DEFISIT)
3. PEMBIAYAAN Sumber : Pemprov Sulsel Ket : Angka Sementara
ANGGARAN STL PERUBAHAN
REALISASI
% REALISASI
% (y.o.y)
1,301.65 1,125.03 91.98 57.11 27.52 907.82
799.55 663.03 52.72 59.05 24.74 604.41
61.43% 58.93% 57.32% 103.40% 89.90% 66.58%
‐14.40% ‐17.00% 10.30% 8.17% ‐24.86% ‐13.53%
199.55 663.42 44.85 ‐ ‐ 2,209.47
93.38 497.57 13.45 ‐ 18.05 1,422.00
‐22.26% ‐9.08% ‐57.45% 100.00% ‐12.93%
1,482.41 291.29 15.00 1,788.70 ‐ 499.77 ‐ 420.76 ‐ 79.00
910.88 161.19 0.10 1,072.17 ‐ 215.29 ‐ 349.83 ‐ 181.91
46.80% 75.00% 30.00% 0.00% 100.00% 64.36% 61.45% 55.34% 0.70% 59.94% 43.08% 83.14% 230.26%
‐16.81%
64.97% ‐1.53% ‐96.00% 8.86%
‐10.16% ‐11.69%
Realisasi anggaran pendapatan daerah sampai dengan triwulan III/ 2009,mencapai sebesar Rp1,42 triliun, atau 64,36% dari anggaran yang ditetapkan. Hal ini berarti naik Rp364,71 miliar (34,49%) dibanding triwulan yang sama pada tahun sebelumnya. Secara prosentase realisasi pendapatan daerah tersebut lebih kecil dari realisasi pendapatan sampai dengan triwulan III-2008 yang sebesar 80,60% (dengan nilai nominal sebesar Rp1,63 triliun).
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan III - 2009
61
Hal tersebut karena pada tahun 2009 ada peningkatan target pendapatan daerah. sebesar Rp183,38 miliar atau naik 9,05%. Dari komponen ‘Dana Perimbangan’,DAK, realisasinya paling rendah yaitu 30%. Realisasi DAK ini relatif tidak mengalami perubahan dibanding realisasi triwulan II-2009. Dapat ditambahkan , DAK merupakan salah satu dana perimbangan yang diutamakan untuk membiayai kegiatan proyek pemerintah di daerah. Dari komponen PAD (Pendapatan Asli Daerah), ‘Bagian Laba Hasil Daerah’ telah terealisasi sebesar 103,40%. Namun realisasi tersebut, apabila dibandingkan dengan realisasi sampai dengan triwulan III-2008 (107,00%) tercatat sedikit mengalami penurunan. Namun dari sisi pertumbuhannya, tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 8,17% (y.o.y). Kondisi tersebut sejalan dengan mulai membaiknya produktifitas beberapa sektor ekonomi pada triwulan III-2009, misal sektor pertambangan-penggalian. Sementara itu realisasi komponen ‘Pendapatan Retribusi Daerah’ sampai dengan triwulan III-2009 tercatat sebesar 57,32%, tercatat tumbuh sebesar 10,30% (y.o.y) dibandingkan realisasi sampai dengan triwulan III2008. Namun untuk pos ‘Pendapatan Pajak Daerah’ sampai dengan triwulan III-2009 baru terealisasi sebesar 58,93%, sementara pada periode yang sama tahun 2008 telah mencapai 83,17%. Dari sisi anggaran belanja daerah, sampai dengan triwulan III-2009, realisasinya telah mencapai 59,97%. Realisasi terbesar terjadi pada pos‘Belanja Operasi’ (61,45%), diikuti oleh pos ‘Belanja Modal’ (55,34%). Untuk ‘Belanja Operasi’, tercatat mengalami peningkatan sebesar 7,96% (y.o.y), terutama pada pos ‘Belanja Barang’ dan ‘Belanja Bantuan Keuangan’. Pos ‘Belanja Bantuan Keuangan’ salah satunya diperuntukkan untuk pelaksanaan program pendidikan dan kesehatan gratis di tingkat kabupaten/kota. Kedua pos tersebut relatif menggambarkan kinerja konsumsi pemerintah di dalam pertumbuhan ekonomi daerah. Realisasi ‘Belanja Operasi’ tersebut sendiri lebih banyak dipergunakan untuk Belanja Pegawai yang telah terealisasi sebesar 67,24%. Sementara untuk ‘Belanja Modal’, sampai dengan triwulan III-2009, terealisasi sebesar 55,34%, dengan pertumbuhan sebesar 16,19% (y.o.y). Porsi realisasi terbesar terdapat pada pos’Belanja Aset Tetap Lainnya’ yang tercatat sebesar 81,52% dan pos ’Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan’ yang terealisasi sebesar 63,60%. Kondisi realisasi tersebut, relatif sejalan dengan peningkatan pertumbuhan investasi yang terjadi pada triwulan laporan.
62
Triwulan III - 2009
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Bab 7
Outlook Kondisi Ekonomi dan Inflasi
Peningkatan kinerja perekonomian Sulawesi Selatan di triwulan III-2009 diperkirakan akan terus berlanjut di triwulan IV-2009 dengan pendorong utama sisi permintaan masih berasal dari konsumsi dan investasi baik pemerintah maupun swasta. Sementara dari sisi penawaran, beberapa sektor yang menyumbang pertumbuhan pada triwulan laporan akan berlanjut pada triwulan yang akan datang seperti sektor konstruksi, sektor perdagangan dan sektor industri pengolahan. Selanjutnya laju inflasi regional, diperkirakan masih dalam besaran yang cukup stabil, meskipun akan terjadi peningkatan konsumsi masyarakat terkait pelaksanaan hari raya Idul Adha dan Natal/Tahun Baru.
7.1 Outlook Kondisi Makroregional Dari sisi penawaran, sebagian besar sektor ekonomi diperkirakan pengalami peningkatan pertumbuhan. Dorongan pertumbuhan diperkirakan berasal dari sektor bangunan/konstruksi, sektor perdagangan-hotel-restoran dan sektor industri pengolahan. Di sektor bangunan, terutama proyek pemerintah, diperkirakan realisasi pembangunannya akan mengalami peningkatan yang cukup pesat. Kondisi tersebut tentunya juga sejalan dengan dukungan dari industri pengolahan semen yang memadai. Sehingga dengan adanya peningkatan kegiatan di sektor konstruksi/bangunan, maka sektor industri pengolahan semen, relatif akan mengalami peningkatan pula. Sementara pada sektor perdaganganhotel-restoran, beberapa faktor yang diperkirakan mendorong pertumbuhannya antara lain peningkatan konsumsi seiring dengan perayaan Idul Adha dan Natal/Tahun Baru, meningkatnya kegiatan wisata dengan berbagai event yang ada, serta perkembangan perdagangan eksternal (antar provinsi dan luar negeri) yang cenderung meningkat terutama didorong oleh mulai membaiknya tingkat harga beberapa komoditas di pasar internasional. Di sisi lain, tekanan pertumbuhan diperkirakan berasal dari sektor listrik-gas-air yang mengalami gangguan produksi akibat kerusakan beberapa mesin pembangkit serta berkurangnya debit air di PLTGU Sengkang dan PLTA Bakaru yang mengurangi kemampuan produksinya. Gangguan pasokan listrik tersebut apabila berkelanjutan juga dapat berimbas pada kegiatan usaha di sektor lainnya. Di sisi permintaan, konsumsi diperkirakan masih menjadi tumpuan perkembangan perekonomian Sulsel di triwulan IV-2009. Realisasi akhir tahun anggaran dan adanya kegiatan pada akhir tahun akan mampu mendorong peningkatan konsumsi tersebut, baik
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan III - 2009
63
konsumsi rumah tangga maupun konsumsi pemerintah. Kinerja investasi juga diperkirakan akan mengalami peningkatan pertumbuhan terkait realisasi proyek-proyek infrastruktur pemerintah, yang sejalan dengan pertumbuhan sektor bangunan/konstruksi. Kinerja ekspor juga diperkirakan masih memberikan kontribusi yang membaik, terkait dengan perbaikan kinerja sektor pertambangan. Selain ekspor luar negeri, perdagangan antar propinsi diperkirakan akan meningkat. Di sisi impor juga diperkirakan akan meningkat terkait dengan pemenuhan kebutuhan konsumsi masyarakat dan kegiatan investasi.
Grafik 7.1. Perkembangan Indeks Ekspektasi Konsumen 160
Indeks Ekspektasi Konsumen
140 120 100 80 60 40 20 0 2
3
4
1
2
3
4
2007
1
2
3
2008
4
1
2
3
4
2009
Dengan mempertimbangkan kondisi tersebut di atas, maka perekonomian Sulsel pada triwulan mendatang diperkirakan mengalami peningkatan dibandingkan triwulan III2009 (6,85%) maupun triwulan IV-2008 (3,92%). Perkiraan pertumbuhan ekonomi Sulsel pada triwulan IV-2009 pada kisaran 7,75% s.d. 8,02% (y.o.y). Meskipun demikian, terdapat kecenderungan penurunan optimisme tingkat ekspektasi masyarakat terhadap kondisi perekonomian selama triwulan mendatang masih lebih baik. Menurunnya tingkat ekspektasi tersebut diperkirakan karena dampak dari kelangkaan pasokan listrik yang relatif menimbulkan gangguan pada aktifitas sosial dan bisnis dalam masyarakat sejak bulan Oktober 2009. Oleh karena itu upaya untuk menyelesaikan permasalahan gangguan pasokan listrik tersebut harus menjadi prioritas utama, agar tidak menimbulkan dampak yang lebih serius terhadap kegiatan ekonomi masyarakat.
7.2 Outlook Inflasi Pada triwulan mendatang, laju inflasi tahunan diperkirakan akan mengalami peningkatan, namun dalam besaran yang masih relatif stabil. Perkiraan peningkatan laju inflasi tahunan tersebut karena adanya tekanan 2 hari raya yang jatuh pada triwulan IV, yaitu Idul Adha dan Natal serta pengaruh kebijakan penurunan BBM pada akhir tahun 2009. Selain itu, program stimulus perekonomian daerah diperkirakan ikut mendorong kelancaran
64
Triwulan III - 2009
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
distribusi barang/jasa di tingkat regional, terutama proyek-proyek infrastruktur, relatif dapat memberikan kontribusi yang positif dalam rangka mendukung pengendalian inflasi. Perhatian pemerintah dalam upaya menjaga kestabilan harga regional juga mengalami peningkatan, terlebih dengan adanya insentif dari pemerintah pusat untuk daerah yang mampu menjaga tingkat kestabilan harganya. Berbagai upaya pemerintah daerah dan pelaku usaha untuk menjaga ketersediaan barang kebutuhan pada triwulan mendatang diperkirakan diperkirakan akan mampu meredam gejolak peningkatan harga. Tekanan pada triwulan mendatang diperkirakan berasal dari komoditas yang mempunyai kandungan impor cukup tinggi. Fluktuasi nilai tukar Rupiah dan tingkat harga di pasar internasional, seperti barang elektronik, emas dan CPO, diperkirakan masih akan mempengaruhi tingkat harga di pasar regional dan ekspektasi masyarakat terhadap perkembangan ekonomi pada triwulan dimaksud. Dengan mempertimbangkan berbagai faktor tersebut di atas, maka pada triwulan IV-2009 diperkirakan inflasi tahunan provinsi Sulsel pada kisaran 3,4% ± 0.5% (y.o.y). Sementara, perkiraan inflasi untuk kota Makassar pada periode yang sama sebesar 3,5% ± 1% (y.o.y).
Laju inflasi tersebut lebih tinggi
dibandingkan laju inflasi Sulsel triwulan II-2009 yang tercatat sebesar 2,70% (y.o.y). Peningkatan laju inflasi Sulsel tersebut sejalan dengan indeks ekspektasi masyarakat terhadap harga-harga dalam 3 bulan yang akan datang yang cenderung menunjukkan terjadinya peningkatan laju inflasi. Grafik 7.2. Indeks Ekspektasi Terhadap Harga-harga dalam 3 bulan y.a.d 200
Indeks perubahan harga umum 3 bulan yad
180 160 140 120 100 80 60 40 20 0 1
2
3
4
1
2007
2
3
4
2008
1
2
3
4
2009
Grafik 7.3. Perkembangan Laju Inflasi Tahunan Sulsel dan Proyeksinya 14 12 10
Y.O.Y yoy Sulsel yoy Nas
8 6
Sumber : BPS, diolah *) Proyeksi ‐ BI
4 2
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10* 11* 12*
‐
2007
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
2008
2009
Triwulan III - 2009
65
7.3. Prospek Perbankan Pada triwulan laporan, kinerja perbankan di Sulsel masih memperlihatkan pertumbuhan yang cukup positif, meskipun dari sisi nilai tambah bruto perbankan cenderung stagnan. Pertumbuhan perbankan tersebut diperkirakan masih terus berlanjut seiring dengan perkembangan perekonomian daerah, yang membutuhkan dana yang cukup besar. Tingkat suku bunga Bank Indonesia (BI-rate) yang cenderung stabil pada akhir triwulan III-2009, diharapkan dapat mendorong penyaluran kredit/pembiayaan. Kesepakatan 14 bank untuk menurunkan tingkat suku bunga simpanan dalam 6 bulan mendatang, sejak Agustus 2009, diperkirakan akan mampu mendorong tingkat intermediasi perbankan. Pada triwulan mendatang, penyaluran kredit dan penghimpunan dana oleh perbankan diperkirakan masih mengalami peningkatan, meskipun tidak mengalami lonjakan yang cukup signifikan.
66
Triwulan III - 2009
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
LAMPIRAN 1. Data Ekonomi Makro Tabel 1.a Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha Provinsi Sulawesi Selatan Atas Dasar Harga Konstan (Rp Miliar) SEKTOR EKONOMI 1. Pertanian 2. Pertambangan & Penggalian 3. Industri Pengolahan 4. Listrik,Gas & Air Bersih 5. Bangunan 6. Perdagangan, Hotel & Restoran 7. Angkutan & Komunikasi 8. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 9. Jasa ‐ jasa PDRB Sumber : BPS Sulsel Ket. : Angka Sementara *) Prakiraan Bank Indonesia Makassar
1 3,204.58 1,072.92 1,533.78 107.74 536.20 1,690.46 862.12 700.96 1,212.86 10,921.63
2008 2 3 3,224.61 3,337.44 979.12 1,010.37 1,582.90 1,557.92 110.34 115.31 581.84 596.29 1,734.06 1,821.53 895.73 940.79 735.74 724.98 1,240.31 1,250.61 11,084.65 11,355.24
4 3,156.79 972.53 1,566.83 117.61 614.18 1,788.51 952.73 719.39 1,299.81 11,188.38
1 3,369.85 923.44 1,560.65 119.83 620.84 1,825.74 903.23 736.04 1,305.65 11,365.27
2009 2 3,304.76 935.74 1,675.46 123.40 650.18 1,899.85 966.51 784.47 1,324.66 11,665.00
3* 3,420.74 990.54 1,708.87 129.74 690.13 2,057.47 1,026.89 772.75 1,335.98 12,133.10
Tabel 1.b Produk Domestik Regional Bruto Menurut Penggunaan Provinsi Sulawesi Selatan Atas Dasar Harga Konstan (Rp Miliar) 2008
SEKTOR EKONOMI 1. Konsumsi
1
2
3
4
2009 2
1
3*
7,685.08 7,744.21 7,940.15 7,990.38 8,049.83 8,188.29 8,452.95
2. Investasi
2,145.13 2,340.89 2,405.92 2,171.78 2,792.03 2,382.42 2,486.76
3. Ekspor
5,156.18 5,025.68 4,994.42 4,530.67 4,046.05 4,415.01 4,683.40
4. Impor
4,064.76 4,026.13 3,985.26 3,504.45 3,522.64 3,320.74 3,490.01
PDRB
10,921.63 11,084.65
11,355.24
11,188.39
11,365.27 11,665.00 12,133.10
Ket. : Angka Sementara *) Perkiraan Bank Indonesia Makassar
2. Data Inflasi Tabel 2.a Laju Inflasi Kota Makassar Menurut Kelompok Pengeluaran (2007 = 100) KELOMPOK PENGELUARAN Umum Bahan Makanan Makanan Jadi, Mnman, Rkk & Tembakau Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar Sandang Kesehatan Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan Sumber : BPS
Jul '09 115.46 124.30 121.71 114.43 120.18 114.38 107.69 102.57
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
IHK Ags "09 116.80 127.35 122.21 115.90 120.39 114.45 110.20 102.76
Sep '09 117.88 130.18 123.04 116.18 121.78 114.62 111.70 102.94
m.t.m 0.93 2.22 0.68 0.24 1.15 0.15 1.36 0.17
Sep '09 (%) y.t.d 2.46 3.61 4.88 2.69 3.31 1.91 4.03 ‐2.32
Triwulan III - 2009
y.o.y 2.70 3.38 6.74 3.26 6.92 3.89 4.66 ‐4.72
67
3. Data Sistem Pembayaran Tabel 4.a. Aliran Uang Kartal di Depo KBI Makassar Thn Trw
Inflow 2.02 0.50 0.84 1.31 2.34 1.09 1.43 2.19 2.27 0.87 0.91
JUMLAH Outflow Net Flow 0.41 1.61 1.19 ‐0.69 0.39 0.45 1.81 ‐0.49 0.60 1.74 1.82 ‐0.73 1.87 ‐0.44 1.51 0.67 0.24 2.03 0.86 0.01 0.78 0.13
2 009
2008
2007
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 Sumber : Bank Indonesia Makassar
Inflow ‐20.22% ‐76.19% ‐68.04% ‐41.73% 15.80% 118.82% 70.27% 66.42% ‐2.84% ‐20.65% ‐36.76%
Y.O.Y Outflow ‐73.79% ‐47.96% ‐83.35% ‐30.59% 45.64% 52.83% 384.43% ‐16.12% ‐59.81% ‐52.71% ‐58.49%
Net Flow 66.68% ‐260.11% 46.80% ‐42.03% 8.18% ‐5.21% 197.01% 236.80% 16.72% 100.83% 129.05%
Inflow ‐10.56% ‐75.28% 68.55% 56.33% 77.75% ‐53.28% 31.15% 52.80% 3.77% ‐61.84% 4.52%
Q.T.Q Outflow ‐84.24% 190.27% ‐67.53% 367.29% ‐66.93% 204.60% 2.93% ‐19.09% ‐84.16% 258.38% ‐9.63%
Net Flow ‐564.44% ‐143.01% ‐165.71% ‐208.22% ‐453.76% ‐141.82% ‐39.41% ‐252.61% 201.82% ‐99.70% 2031.81%
Tabel 4.b. Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) (Rp Triliun) JUMLAH
2007
Thn Trw
Inflow
PTTB
Y.O.Y PTTB/Inflow
Inflow
PTTB
Q.T.Q PTTB/Inflow
Inflow
PTTB
PTTB/Inflow
1
2.02
0.95
47.05%
‐20.22%
253.69%
343.31%
‐10.56%
7.75%
20.46%
2
0.50
0.47
95.08%
‐76.19%
34.38%
464.43%
‐75.28%
‐50.04%
102.06% ‐41.42%
0.84
0.47
55.70%
‐68.04%
‐32.82%
110.19%
68.55%
‐1.26%
1.31
0.87
66.22%
‐41.73%
‐1.22%
69.53%
56.33%
85.86%
18.89%
1 2.34 1.33 2 1.09 0.72 3 1.43 0.54 4 2.19 0.41 1 2.27 0.25 2 0.87 0.09 3 0.91 0.32 4 Sumber : Bank Indonesia Makassar
56.72% 65.81% 37.93% 18.65% 11.01% 10.34% 35.47%
15.80% 118.82% 70.27% 66.42% ‐2.84% ‐20.30% ‐36.76%
39.57% 51.46% 15.95% ‐53.13% ‐81.13% ‐87.47% ‐40.87%
20.53% ‐30.78% ‐31.90% ‐71.84% ‐80.58% ‐84.28% ‐6.49%
77.75% ‐53.28% 31.15% 52.80% 3.77% ‐61.67% 4.05%
52.24% ‐45.79% ‐24.41% ‐24.86% ‐38.72% ‐64.00% 256.74%
‐14.35% 16.04% ‐42.37% ‐50.83% ‐40.95% ‐6.07% 242.84%
Q.T.Q Netto Incoming Outgoing 57.63% ‐25.59% ‐7.20% 102.24% 7.58% ‐25.29% 65.25% 6.14% 23.00% 361.57% 37.26% ‐16.08% 233.04% ‐4.83% ‐14.04% 2994.20% 7.03% 10.47% 306.39% ‐15.47% ‐1.51% 47.87% 41.78% 18.52% ‐20.26% ‐20.13% ‐10.16% 69.01% 61.61% 40.17% 86.02% 0.65% 23.04%
Netto 128.70% ‐104.35% ‐979.71% ‐398.85% 16.32% 1.18% ‐41.32% 114.11% ‐37.28% 114.47% ‐35.42%
2009
2008
3 4
Tabel 4.c. Transaksi Non Tunai via RTGS (Rp Triliun) Thn Trw
Incoming 7.63 8.21 8.71 11.96 11.38 12.18 10.30 14.60 11.66 18.84 18.97
JUMLAH Outgoing 10.80 8.07 9.93 8.33 7.16 7.91 7.79 9.23 8.29 11.63 14.30
2009
2008
2007
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 Sumber : Bank Indonesia Makassar
68
Triwulan III - 2009
Y.O.Y Netto Incoming Outgoing (3.17) 10.87% ‐24.83% 0.14 14.29% ‐39.47% (1.21) 10.13% ‐12.97% 3.63 16.63% ‐28.44% 4.22 49.17% ‐33.71% 4.27 48.41% ‐1.97% 2.51 18.20% ‐21.51% 5.36 22.09% 10.86% 3.36 2.46% 15.85% 7.22 54.71% 46.99% 4.66 84.21% 83.62%
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan