KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI SELATAN TRIWULAN-III 2013
Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank
ii
Triwulan III - 2013
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Kata Pengantar Sebagaimana diketahui dengan diberlakukannya UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Republik Indonesia No. 6 Tahun 2009 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undangundang Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia menjadi Undang-undang, tujuan Bank Indonesia adalah mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Lebih lanjut, tugas-tugas pokoknya adalah menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, serta mengatur dan mengawasi bank. Sejalan dengan Undang-Undang tersebut, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah I-SULAMPUA di dalam era otonomi mempunyai peranan yang strategis, selain sebagai economic intelligence dan research unit di wilayah kerjanya. Dalam kaitan dengan peran tersebut, Kantor Perwakilan Bank Indonesia bertugas untuk melakukan pengumpulan data dan informasi (antara lain melalui survei), dan melakukan pengkajian serta penelitian mengenai perkembangan ekonomi daerah secara terkini dan berkala. Sejak tahun 2002 , Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah I-SULAMPUA telah melakukan Kajian terhadap Perkembangan Ekonomi Daerah secara triwulanan atau disingkat menjadi KER dengan cakupan daerah Sulawesi Selatan. Sejak ditetapkannya secara resmi pemisahan antara Provinsi Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat, maka sejak tahun 2007 materi kajian untuk masing-masing provinsi (Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat) disusun dan disampaikan dalam buku laporan yang terpisah. Adapun cakupan kajian (KER) tersebut adalah pada aspek makroekonomi, inflasi, perbankan, sistem pembayaran, keuangan daerah dan prospek ekonomi. Dalam perkembangannya, cakupan ini akan kami kembangkan terus sejalan dengan ketersediaan data ekonomi daerah yang kami peroleh. Selanjutnya, informasi dan hasil kajian/riset tersebut akan disampaikan ke Kantor Pusat Bank Indonesia, sebagai masukan dalam formulasi kebijakan moneter. Disamping itu, hasil kajian tersebut diharapkan dapat bermanfaat bagi stakeholder Bank Indonesia di daerah antara lain: Pemerintah Daerah, DPRD, akademisi, pelaku dunia usaha dan kalangan masyarakat Iainnya. Saran dan masukan dan semua pihak, sangat kami harapkan guna peningkatan kualitas laporan ini di masa mendatang. Perlu kami sampaikan pula penghargaan dan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu secara aktif dalam penyusunan laporan ini, dengan memberikan data dan informasi secara kontinyu, tepat waktu dan reliable. Selanjutnya, kami mengharapkan kerjasama tersebut dapat terus berlangsung di masa mendatang guna mendukung kesinambungan penyusunan laporan ini. Makassar, November 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah I - SULAMPUA
Suhaedi Direktur Eksekutif
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan III - 2013
iii
Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank
iv
Triwulan III - 2013
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Daftar Isi KATA PENGANTAR ~ iii DAFTAR ISI ~ v DAFTAR GRAFIK ~ ix DAFTAR TABEL ~ xiii RINGKASAN EKSEKUTIF ~ 1 INDIKATOR EKONOMI KER ~ 7 BAB 1
PERKEMBANGAN KONDISI MAKRO EKONOMI ~ 9 1.1. Sisi Permintaan ~ 10 1.1.1. Konsumsi ~ 10 1.1.2. Investasi ~ 12 1.1.3. Ekspor dan Impor ~ 13 1.2. Sisi Penawaran (Produksi/Sektoral) ~ 16 1.2.1. Sektor Pertanian ~ 17 1.2.2. Sektor Pertambangan dan Penggalian ~ 18 1.2.3. Sektor Industri Pengolahan ~ 19 1.2.4. Sektor Listrik-Gas-Air Bersih ~ 21 1.2.5. Sektor Konstruksi ~ 22 1.2.6. Sektor Perdagangan-Hotel-Restauran ~ 23 1.2.7. Sektor Angkutan-Komunikasi ~ 24 1.2.8. Sektor Keuangan-Persewaan-Jasa Perusahaan ~ 25 1.2.9. Sektor Jasa-jasa ~ 25
BAB 2
PERKEMBANGAN INFLASI ~ 27 2.1. Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang dan Jasa ~ 27 2.2. Inflasi Berdasarkan Kota ~ 38 2.3. Disagregasi Inflasi ~ 39
BOKS I PROGRAM KETAHANAN PANGAN INTEGRATED KOMODITAS BERAS DI KABUPATEN SOPPENG ~ 41
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
FARMING
Triwulan III - 2013
v
BAB 3
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN ~ 43 A. Perbankan~ 43 3.1. Kondisi Umum ~ 44 3.1.1. Perkembangan Kelembagaan ~ 44 3.1.2. Perkembangan Aset Perbankan ~ 44 3.2. Intermediasi Perbankan ~ 45 3.2.1. Perkembangan Dana Masyarakat ~ 45 3.2.2. Penyaluran Kredit ~ 46 3.2.3. Kredit UMKM ~ 48 3.3. Perbankan Syariah ~ 49 3.4. Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat ~ 50
B.
Sistem Pembayaran~ 51
3.5. Perkembangan Aliran Uang Kartal Masuk (Inflow) dan Keluar (Outflow) ~ 51 3.6. Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) ~ 51 3.7. Perkembangan Temuan Uang Palsu~ 52 3.8. Perkembangan Transaksi Kliring dan RTGS ~ 53 3.8.1. Perkembangan RTGS ~ 53 3.8.2. Perkembangan Kliring ~ 53
BAB 4
PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH ~ 55 4.1. Struktur APBD ~ 55 4.1. Pendapatan Daerah ~ 56 4.2. Belanja Daerah dan Transfer ~ 58
BAB 5
PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN ~ 61 5.1. Nilai Tukar Petani ~ 61 5.2. Ketenagakerjaan ~ 62 5.3. Jumlah Penduduk Miskin ~ 64
BAB 6
PROSPEK PEREKONOMIAN ~ 67 6.1. Outlook Kondisi Makroekonomi Regional ~ 68 6.1.1. Sisi Permintaan ~ 68 6.1.2. Sisi Penawaran ~ 72
vi
Triwulan III - 2013
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
6.2. Outlook Inflasi ~ 73 6.3. Prospek Perbankan ~ 76
LAMPIRAN ~ 77
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan III - 2013
vii
Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank
viii
Triwulan III - 2013
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Daftar Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik
1.1. 1.2. 1.3. 1.4. 1.5. 1.6. 1.7. 1.8. 1.9. 1.10. 1.11. 1.12. 1.13. 1.14. 1.15. 1.16. 1.17. 1.18. 1.19. 1.20. 1.21. 1.22. 1.23. 1.24. 1.25. 1.26. 1.27. 1.28. 1.29. 1.30. 1.31. 1.32. 1.33.
Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik
1.34. 1.35. 1.36. 1.37. 1.38.
Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik
1.39. 1.40. 1.41. 1.42. 1.43. 1.44.
Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Sulsel ~ 9 Indeks Tendensi Konsumen ~ 11 Volume Impor Luar Negeri Consumer Goods ~ 11 Indeks Penjualan Eceran Kelompok Bahan Bakar Kendaraan Bermotor ~ 12 Indeks Penjualan Eceran Kelompok Barang Budaya & Rekreasi ~ 12 Volume Kredit Investasi Berdasarkan Lokasi Proyek ~ 13 Volume Impor Luar Negeri Capital Goods ~ 13 Volume Ekspor Luar Negeri Non-Migas Total ~ 14 Volume Ekspor Luar Negeri Kopi, Teh, Kakao & Sejenisnya ~ 14 Volume Ekspor Luar Negeri Ikan, Udang, Kerang & Lain-lain ~ 14 Volume Ekspor Luar Negeri Pupuk & Mineral Alam Lainnya ~ 14 Volume Ekspor Luar Negeri Barang dari Mineral Non-Logam ~ 15 Volume Muat Dalam Negeri via Pelabuhan Utama ~ 15 Purchasing Managers Index Negara Tujuan Ekspor Utama ~ 15 Volume Impor Luar Negeri Non-Migas Total ~ 16 Volume Impor Luar Negeri Intermediate Goods ~ 16 Volume Impor Luar Negeri Gandum ~ 16 Volume Bongkar Dalam Negeri via Pelabuhan Utama ~ 16 Perkembangan Rata-rata Indeks yang Diterima Petani ~ 18 Perkembangan Rata-rata Indeks yang Dibayar Petani ~ 18 Perkembangan Rata-rata Nilai Tukar Rupiah ~ 18 Realisasi Pengadaan Beras ~ 18 Prakiraan Curah Hujan Bulanan ~ 18 Volume Ekspor Luar Negeri Nikel Matte ~ 19 Produksi Nikel Matte oleh Perusahaan Tambang ~ 19 Perkembangan Harga Internasional Nikel ~ 19 Volume Ekspor Luar Negeri Komoditas Pertambangan ~ 19 Indeks Penjualan Eceran ~ 20 Indeks Penjualan Eceran Kelompok Makanan, Minuman & Tembakau ~ 20 Indeks Penjualan Eceran Kelompok Barang Lainnya ~ 21 Realisasi Pengadaan Semen ~ 21 Realisasi Produksi Tepung Terigu ~ 21 Penyaluran Kredit ke Sektor Listrik, Gas & Air Berdasarkan Lokasi Proyek ~ 22 Penggunaan Listrik oleh Rumah Tangga ~ 22 Penggunaan Listrik oleh Bisnis ~ 22 Indeks Penjualan Eceran Subkelompok Bahan Konstruksi dari Logam ~ 23 Penyaluran Kredit ke Sektor Konstruksi Berdasarkan Lokasi Proyek ~ 23 Indeks Penjualan Eceran Kelompok Perlengkapan Rumah Tangga Lainnya ~ 24 Indeks Penjualan Eceran Kelompok Peralatan & Komunikasi Toko ~ 24 Perkembangan Jumlah Wisatawan Mancanegara ~ 24 Rata-rata Tingkat Penghunian Kamar Hotel Berbintang ~ 24 Lalu Lintas Penumpang Angkutan Udara ~ 25 Indeks Penjualan Eceran Kelompok Suku Cadang & Aksesoris ~ 25 Perkembangan Kredit Bank Umum ~ 25
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan III - 2013
ix
Nilai Tambah Bruto Bank Umum ~ 25 Penyaluran Kredit ke Sektor Jasa Sosial Masyarakat Berdasarkan Lokasi Proyek ~ 26
Grafik Grafik
1.45. 1.46.
Grafik Grafik Grafik
Grafik Grafik Grafik Grafik
Perkembangan Inflasi Sulawesi Selatan~ 28 Perkembangan Inflasi Kelompok Bahan Makanan Sulawesi Selatan ~ 29 Perkembangan Harga Beberapa Komoditi dalam Kel. Bahan Makanan Hasil SPH di Makassar ~ 29 2.4. Perkembangan Harga CPO Internasional ~ 30 2.5. Perkembangan Inflasi Kelompok Bahan Makanan Sulawesi Selatan (%; qtq) ~ 30 2.6. Perkembangan Inflasi Kel. Makanan Jadi-Minuman-Rokok-Tembakau~ 31 2.7. Perkembangan Harga Beberapa Komoditi dalam Kelompok Makanan JadiRokok Hasil SPH di Makassar ~ 31 2.8. Perkembangan Indeks Penjualan Eceran Subkelompok Makanan, Minuman & Tembakau ~ 32 2.9. Perkembangan Inflasi Kel. Makanan Jadi-Minuman-Rokok-Tembakau (%; qtq) ~ 32 2.10. Perkembangan Inflasi Kel. Perumahan Listrik-Air-Bahan Bakar ~ 33 2.11. Perkembangan Inflasi Kel. Perumahan-Air-Listrik-Gas-Bhn Bakar (%; yoy; qtq) ~ 33 2.12. Perkembangan Indeks Penjualan Eceran Kel. Perlengkapan Rumah Tangga Lainnya ~ 33 2.13. Perkembangan Inflasi Kelompok Sandang ~ 34 2.14. Perkembangan Harga Internasioanal: Komoditas Emas ~ 34 2.15. Perkembangan Harga Emas Perhiasan Hasil SPH di Makassar ~ 34 2.16. Perkembangan Inflasi Kelompok Sandang Sulawesi Selatan (%; yoy; qtq) ~ 35 2.17. Perkembangan Inflasi Kelompok Kesehatan ~ 35 2.18. Perkembangan Inflasi Kelompok Kesehatan (%; yoy; qtq) ~ 36 2.19. Perkembangan Inflasi Kelompok Pendidikan-Rekreasi-Olahraga ~36 2.20. Perkembangan Inflasi Kelompok Pendidikan-Rekreasi-Olahraga (%; yoy; qtq) ~ 37 2.21. Perkembangan Inflasi Kelompok Transportasi ~ 37 2.22. Perkembangan Inflasi Kelompok Transportasi-Komunikasi-Jasa Keuangan Sulawesi Selatan (%; yoy; qtq) ~38 2.23. Perkembangan Indeks Penjualan Eceran Kel. Suku Cadang & Aksesori ~ 38 2.24. Perkembangan Inflasi 4 (Empat) Kota di Sulawesi Selatan ~ 38 2.25. Sumbangan Inflasi Inti, Administered, dan Volatile ~ 40 2.26. Pertumbuhan Inflasi Inti, Administered, dan Volatile ~ 40
Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik
3.1. 3.2. 3.3. 3.4. 3.5. 3.6. 3.7. 3.8. 3.9. 3.10. 3.11.
Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik
x
2.1. 2.2. 2.3.
Pangsa Kredit/Pembiayaan Bank Umum Per Jenis Penggunaan ~ 47 Pangsa Kredit/Pembayaran Bank Umum Per Sektor Ekonomi ~ 47 NPLs Per Sektor Ekonomi ~ 48 Pangsa Kredit/Pembiayaan MKM Bank Umum Per Sektor Ekonomi ~ 49 Perkembangan Aset BPR/S ~ 50 Perkembangan DPK, Kredit & LDR BPR/S~ 50 Aliran Uang Kartal Masuk (Inflow)~ 51 Aliran Uang Kartal Keluar(Outflow)~ 51 Selisih Aliran Uang Kartal Masuk-Keluar(Net Inflow)~ 51 Pemberian Tanda Tidak berharga dan Inflow ~ 52 Temuan Uang Palsu ~ 52
Triwulan III - 2013
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Grafik Grafik Grafik
3.12. 3.13. 3.14.
Transaksi RTGS-Incoming ~ 53 Transaksi RTGS-Outgoing~ 53 Transaksi RTGS-Total Transaksi ~ 53
Grafik Grafik Grafik Grafik
4.1. 4.2. 4.3. 4.4.
Proporsi Pendapatan APBD ~ 56 Proporsi Belanja APBD ~ 56 Rasio Realisasi Pendapatan APBD per PDRB ADHB Triwulan III 2013 ~ 56 Rasio Realisasi Belanja APBD per PDRB ADHB Triwulan III 2013 ~ 58
Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik
5.1. 5.2. 5.3. 5.4. 5.5. 5.6. 5.7.
Perkembangan Rata-rata Nilai Tukar Petani ~ 62 Perkembangan Rata-rata Indeks Yang Diterima Petani ~ 62 Perkembangan Rata-rata Indeks Yang Dibayar Petani ~ 62 Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja Saat Ini ~ 63 Indeks Penghasilan Saat Ini ~ 63 Jumlah Penduduk Miskin Sulsel ~ 65 Persentase Jumlah Penduduk Miskin se-Sulampua per Maret 2013 ~ 65
Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik
6.1. 6.2. 6.3. 6.4. 6.5. 6.6. 6.7. 6.8. 6.9. 6.10. 6.11. 6.12.
Perkembangan PDRB Sulsel (yoy) dan Proyeksinya ~ 68 Perkembangan Indeks Ketersediaan lapangan Pekerjaan 6 bulan y.a.d ~ 69 Perkembangan Indeks Ekspektasi Konsumen ~ 70 Perkembangan Indeks Kondisi Ekonomi 6 Bulan y.a.d ~ 70 Perkembangan Indeks Ekspektasi Penghasilan Konsumen 6 bulan y.a.d ~ 70 Prakiraan Curah Hujan Sulawesi Selatan ~ 72 Target Pengadaan Beras ~ 73 Perkembangan Harga Internasional Nikel ~ 73 Perkembangan Laju Inflasi Sulsel dan Proyeksinya ~ 75 Indeks Ekspektasi Terhadap Harga-harga dalam 3 bulan y.a.d ~ 75 Indeks Ekspektasi Terhadap Harga-harga dalam 6 bulan y.a.d ~ 75 Indeks Tendensi Konsumen ~ 75
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan III - 2013
xi
Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank
xii
Triwulan III - 2013
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Daftar Tabel Tabel 1.1. Tabel 1.2.
Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Sulsel (Sisi Permintaan) ~ 10 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Sulsel (Sisi Penawaran) ~ 17
Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel
2.1. 2.2. 2.3. 2.4. 2.5. 2.6. 2.7. 2.8. 2.9.
Inflasi Kelompok Barang dan Jasa (%, yoy) ~ 28 Inflasi Per-Sub Kelompok Bahan Makanan ~ 29 Inflasi Per-Sub Kelompok Makanan Jadi-Minuman-Rokok-Tembakau ~ 31 Inflasi Per-Sub Kelompok Perumahan-Air-Listrik-Bahan Bakar ~ 33 Inflasi Per-Sub Kelompok Sandang ~ 34 Inflasi Per-Sub Kelompok Kesehatan ~ 35 Inflasi Per-Sub Kelompok Pendidikan-Rekreasi-Olahraga ~ 36 Inflasi Per-Sub Kelompok Transpor-Komunikasi-Jasa Keuangan~ 37 Sumbangan Inflasi 4 (Empat) Kota di Sulawesi Selatan ~ 39
Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel
3.1. 3.2. 3.3. 3.4. 3.5. 3.6. 3.7.
Perkembangan Kelembagaan Bank Umum dan BPR Sulawesi Selatan ~ 44 Aset Bank Umum Berdasarkan Kelompok Bank ~ 45 Penghimpunan Dana dan Penyaluran Kredit/Pembiayaan Bank Umum ~ 45 Penyaluran Kredit /Pembiayaan Bank Umum Per Jenis Penggunaan~ 46 Pertumbuhan Tahunan Kredit/Pembiayaan Per Sektor Ekonomi ~ 47 Perkembangan NPLs Net dan Gross Bank Umum ~ 48 Pertumbuhan Kredit/Pembiayaan Mikro, Kecil dan Menengah (MKM) Bank Umum (y.o.y) ~ 49 Perkembangan Bank Umum Syariah ~ 50 Perputaran Kliring dan Cek/BG Kosong ~ 54
Tabel 3.8. Tabel 3.9. Tabel 4.1.
Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Sampai Dengan Triwulan III-2013 ~ 57
Tabel 5.1. Tabel 5.2.
Penduduk Usia 15+ Menurut Kegiatan Utama ~ 63 Persentase Tenaga Kerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama~ 64
Tabel 6.1.
Prakiraan Pertumbuhan Ekonomi Beberapa Negara ~ 71
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan III - 2013
xiii
Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank
xiv
Triwulan III - 2013
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Ringkasan Eksekutif Pada triwulan III-2013, perekonomian Sulsel mencatat akselerasi pertumbuhan ekonomi yang signifikan dibandingkan triwulan-triwulan sebelumnya, bahkan dibandingkan pertumbuhan nasional. Perlambatan ekonomi global maupun domestik relatif kurang berpengaruh kepada perkembangan ekonomi Sulsel. Tingkat pertumbuhan ekonomi Sulsel triwulan III-2013 yang mencapai 8,32% (yoy) di atas triwulan I2013 dan II-2013 masing-masing 7,97% (yoy) dan 6,33% (yoy). Bahkan, angka pertumbuhan Sulsel tersebut tetap lebih tinggi daripada pertumbuhan nasional (5,62%; yoy). Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi bersumber dari masih kuatnya ekspor dan konsumsi domestik. Sementara dari sisi produksi, kinerja sektor primer (Pertanian dan Pertambangan) meningkat tajam setelah melambat di triwulan II-2013. Ekspor non migas Sulsel, di tengah perlambatan harga komoditas, masih menunjukkan kenaikan secara riil (volume), seperti kopi-teh-kakao, ikan-udang-kerang, pupuk dan mineral alam lainnya, serta barang mineral non-logam. Faktor musiman bulan Ramadhan/Idul Fitri dan Pilkada memberikan kontribusi kenaikan di sisi konsumsi domestik. Peran sektor perbankan terhadap kegiatan sektor riil, sesuai kebijakan Bank Indonesia, sedikit menunjukan perlambatan di ekspansi kredit terutama pada kredit konsumsi sedangkan pada kredit modal kerja dan investasi masih menunjukan akselerasi pertumbuhan. Di sisi lain, peran fiskal daerah sampai dengan triwulan III-2013, belum memberikan hasil yang optimal. Hal ini tercermin dari target belanja rutin maupun belanja infrastruktur (belanja modal) yang masih lebih rendah dibandingkan kinerja tahun sebelumnya. Realisasi belanja daerah hingga kuartal ketiga tahun 2013, baru mencapai sekitar setengah dari anggaran 2013. Pendapatan daerah, seiring dengan masih kuatnya konsumsi domestik hampir mencapai target yang ditetapkan, terutama bersumber dari pajak kendaraan bermotor. Pertumbuhan ekonomi berhasil diikuti oleh penurunan tingkat pengangguran dari 5,9% menjadi 5,1%. Sektor primer (sektor pertambangan dan penggalian) berhasil menyerap banyak tenaga kerja, demikian juga sektor sekunder (sektor bangunan; serta sektor angkutan dan komunikasi). Perkembangan harga di wilayah Sulsel, pada triwulan III-2013 tercatat 7,24% (yoy), jauh lebih tinggi dari triwulan sebelumnya (4,36%; yoy). Pola ini juga terjadi pada level nasional maupun pada daerah-daerah lain sebagai dampak dari kebijakan kenaikan harga BBM bersubsidi pada akhir Juni 2013. Kenaikan inflasi pada akhirnya menekan tingkat kesejahteraan masyarakat antara lain tercermin pada menurunnya Nilai Tukar Petani (NTP). Perkembangan ekonomi triwulan IV-2013 mendatang, diprakirakan akan kembali melambat yaitu pada kisaran 6,98% - 7,98% (yoy), sehingga untuk keseluruhan tahun 2013, pertumbuhan ekonomi Sulsel diprakirakan dalam kisaran 7,02% - 8,02% (yoy). Dari sisi penawaran, indikasi perlambatan karena diperkirakan turunnya produksi sektor primer akibat
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan III - 2013
1
faktor cuaca dan faktor musim tanam dan faktor harga internasional yang belum membaik untuk komoditas pertambangan. Kebijakan Pemerintah di bidang ekspor minerba, diperkirakan masih akan masih menjaga ekspor pertambangan pada level moderat. Dari sisi permintaan, kegiatan investasi dan konsumsi diperkirakan masih akan tumbuh positif, meskipun dampak kebijakan pengetatan likuiditas, tetap terasa pengaruhnya. Beberapa proyek infrastruktur multiyears, seperti pelabuhan New Port Makassar, hotel, dan pembangkit tenaga listrik, akan meningkatkan kinerja investasi. Sementara itu, pengeluaran pemerintah di akhir tahun, akan mendorong kegiatan konsumsi. Kinerja ekspor masih akan sangat
tergantung
pada
perkembangan
harga
komoditas
internasional.
Sebagai
perbandingan, proyeksi pertumbuhan ekonomi nasional pada tahun 2013, berada pada kisaran 5,50% - 5,90% (yoy). Di sisi inflasi, melambatnya laju inflasi terjadi pada semua komponen disagregasi. Efek kenaikan harga BBM subsidi mulai mereda pada awal triwulan IV-2013. Level inflasi tercatat paling tinggi terjadi pada bulan September (7,24%; yoy) dan mulai menunjukkan tren penurunan pada bulan Oktober 2013 (6,60%; yoy), sehingga inflasi tahunan komponen administered price pada triwulan IV-2013 diperkirakan relatif stabil. Inflasi tahunan komponen volatile food diperkirakan akan mengalami perlambatan di triwulan mendatang. Inflasi volatile food membaik didorong oleh faktor cuaca yang kondusif serta kondisi pasokan yang stabil sejak akhir triwulan III-2013. Produksi masih berlangsung di sentra produksi dan distribusi pangan juga akan didukung oleh curah hujan yang berada pada tingkat rendah atau menengah hingga November 2013. Sementara itu, komponen core inflation juga diperkirakan stabil hingga triwulan IV-2013, seiring koreksi ke bawah harga emas mulai awal triwulan IV-2013. Namun masih terdapat risiko hingga akhir tahun, terkait masa perayaan Natal dan Tahun Baru, kenaikan tarif listrik tahap keempat, rencana kenaikan tarif angkutan udara, serta harga bahan bangunan seiring penyelesaian proyek infrastruktur pemerintah dan swasta.
Perkembangan Kondisi Makroekonomi Perekonomian Sulawesi Selatan (Sulsel) triwulan III-2013 mengalami akselerasi, didorong oleh peningkatan ekspor dan konsumsi. Pertumbuhan ekonomi Sulsel pada triwulan laporan tercatat 8,32% (yoy), menguat dibanding triwulan sebelumnya sebesar 6,33% (yoy). Dari sisi permintaan, penguatan pertumbuhan ekonomi Sulsel dipacu oleh masih kuatnya konsumsi rumah tangga, pembentukan modal tetap bruto, serta kinerja net ekspor yang masih tumbuh tinggi. Konsumsi pemerintah yang meningkat pada triwulan III2013, cenderung karena bersumber dari dana pemerintah pusat. Faktor yang menjadi penahan pertumbuhan adalah perubahan stok yang kontraksinya semakin dalam. Dari sisi sektoral, seluruh sektor ekonomi membukukan angka pertumbuhan positif. Sektor primer yang terdiri dari Sektor Pertanian, serta Sektor Pertambangan dan Penggalian menunjukkan akselerasi pertumbuhan, seiring tidak adanya kendala yang ekstrim dalam proses produksi. Sementara itu, sektor utama pada sektor sekunder (Sektor Industri Pengolahan) dan tersier
2
Triwulan III - 2013
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
(Sektor Perdagangan, Hotel & Restoran; PHR) tercatat mengalami perlambatan. Perlambatan pada Sektor Industri Pengolahan, terjadi pada untuk industri kecil maupun besar. Untuk Sektor PHR cenderung mengalami perlambatan, didorong aktivitas perhotelan dan restoran yang turun saat Ramadhan dan Idul Fitri. Adapun momentum perayaan Idul Fitri tersebut dinilai memberikan dampak yang positif bagi industri keuangan serta transportasi. Hal ini tercermin dari masih tingginya pertumbuhan Sektor Keuangan, Real Estate & Jasa Perusahaan serta Sektor Angkutan & Komunikasi.
Perkembangan Inflasi Dampak penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi pada akhir Juni 2013, mendorong inflasi Sulawesi Selatan (Sulsel) triwulan III-2013 meningkat signifikan, namun masih di bawah inflasi nasional. Inflasi Sulsel tercatat 7,24% (yoy), lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya (4,36%; yoy). Meski demikian, inflasi Sulsel masih lebih kecil dari inflasi nasional yang tercatat sebesar 8,40% (yoy) pada triwulan III-2013. Peningkatan inflasi tersebut, masih tertahan oleh pasokan yang cukup baik untuk kelompok bahan makanan, meskipun tekanan inflasi yang cukup besar pada kelompok transportasi sehubungan dengan kenaikan ongkos transpor juga sudah berimbas pada kelompok dimaksud. Selain itu, tekanan harga juga terjadi pada kelompok makanan jadi (akibat kenaikan cukai rokok) dan kelompok perumahan (implikasi kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL) secara bertahap).
Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Sesuai dengan arah pertumbuhan ekonomi pada triwulan III-2013, perkembangan aset perbankan dan sistem pembayaran non-tunai RTGS di Sulawesi Selatan menunjukan peningkatan. Terjadi peningkatan aset Bank Umum, baik bank pemerintah, bank swasta nasional maupun bank asing-campuran. Aset perbankan meningkat sejalan dengan bertambahnya jumlah kantor bank umum konvensional. Sementara penghimpunan dana dan penyaluran kredit relatif melambat, namun kegiatan intermediasi tetap baik dan masih lebih tinggi daripada nasional. Penghimpunan dana pihak ketiga tumbuh melambat khususnya untuk jenis tabungan, dan deposito. Berdasarkan jenis penggunaan kredit, terjadi penurunan pertumbuhan yang signifikan pada kredit konsumsi tetapi meningkat pada kredit investasi dan modal kerja. Sejalan dengan itu, penyaluran kredit kepada sektor utama (pertanian dan pertambangan), tercatat tumbuh lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya. Meski demikian, kegiatan intermediasi perbankan di Sulsel tetap masih lebih tinggi lebih tinggi daripada nasional, dengan rasio LDR 139,17% dibanding nasional yang hanya sebesar 91,82%.
Risiko kredit perbankan juga terjaga, tercermin dari rasio Non
Performing Loans (NPLs) Bank Umum yang tetap pada level yang aman (di bawah 5%). Di sisi sistem pembayaran, indikator non-tunai mengalami peningkatan pertumbuhan, sesuai siklus musiman dan transfer anggaran dari pemerintah pusat. Pembayaran melalui sarana RTGS
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan III - 2013
3
meningkat transaksinya, sejalan dengan tingginya aktivitas ekonomi pada periode bulan Ramadhan, hari Raya Idul Fitri, dan juga periode triwulan III merupakan siklus peningkatan realisasi anggaran dari berbagai instansi.
Keuangan Daerah Terkait dengan pertumbuhan ekonomi yang meningkat pada triwulan III-2013, realisasi pendapatan hampir mencapai target, sementara realisasi belanja relatif belum optimal. Dari sisi pendapatan, target
pendapatan daerah hampir tercapai, dan
secara nilai nominalnya telah lebih tinggi dari periode yang sama tahun 2012. Hampir tercapainya target pendapatan daerah tersebut, cenderung didorong oleh pendapatan pajak daerah, antara lain pajak kendaraan bermotor dan bea balik nama, seiring masih kuatnya konsumsi rumah tangga di Sulsel. Sementara dari sisi belanja, realisasi belanja daerah hingga triwulan III-2013 jauh lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Realisasi belanja daerah hingga kuartal ketiga tahun 2013, baru mencapai sekitar setengah dari anggaran 2013. Belanja rutin maupun belanja infrastruktur (belanja modal), secara nominal dan persentase, penyerapannya masih jauh lebih rendah dari kinerja 2012. Dengan sisa waktu satu kuartal, diharapkan penyerapan belanja modal ini bisa dioptimalkan, sehingga lebih berperan dalam mengakselerasi laju pertumbuhan investasi 2013.
Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Pertumbuhan sektor utama ikut menyerap tenaga kerja dan mengurangi tingkat pengangguran pada triwulan III-2013. Persentase Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) turun 0,8% dari 5,9% pada Agustus 2012 menjadi 5,1% pada Agustus 2013. Peningkatan pertumbuhan ekonomi yang terjadi pada sektor yang menyerap banyak tenaga kerja yaitu sektor primer (sektor pertambangan dan penggalian) dan sektor sekunder (sektor bangunan; serta sektor angkutan dan komunikasi), ditengarai ikut menyerap angkatan kerja untuk bekerja. Selain itu, jumlah penduduk miskin di Sulsel juga mengalami penurunan menjadi 787,66 ribu pada Maret 2013, dari 805,9 ribu per September 2012, atau menurun sebesar 2,26% (yoy). Walaupun penurunnya semakin mengecil. Di lain pihak, kenaikan inflasi pasca penyesuaian harga BBM bersubsidi, diikuti kenaikan harga yang dibayar petani, melebihi harga yang diterima, sehingga nilai tukar petani (NTP) tumbuh menurun. Nilai pertumbuhan NTP Sulsel pada triwulan III-2013 turun -2,15% (yoy), menjadi sebesar 106,2 lebih rendah dibandingkan pertumbuhan NTP pada triwulan sebelumnya (0,56%; yoy).
Prospek Perekonomian Perekonomian Sulawesi Selatan (Sulsel) pada triwulan IV-2013 diprakirakan akan tumbuh melambat pada kisaran 6,98% - 7,98% (yoy), dari periode sebelumnya
4
Triwulan III - 2013
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
8,32% (yoy), sehingga keseluruhan tahun 2013 sebesar 7,02% - 8,02% (yoy), atau lebih rendah dari tahun 2012 (8,37%; yoy). Namun demikian, pertumbuhan ekonomi Sulsel tetap berada di atas angka pertumbuhan ekonomi nasional. Di sisi permintaan, kegiatan investasi dan konsumsi diproyeksikan dapat tumbuh positif dan tinggi. Sementara kinerja ekspor diprakirakan masih belum dapat tumbuh optimal sehubungan perkembangan harga komoditas internasional masih belum membaik. Meski demikian, pertumbuhan perdagangan antar daerah diperkirakan akan menjadi pendorong pertumbuhan pada sisi ekspor-impor antar daerah, karena tingginya permintaan menjelang akhir tahun dimana Makassar merupakan penghubung wilayah Indonesia Timur. Sementara itu, di sisi penawaran, sektor primer diprakirakan tumbuh melambat. Sektor Pertanian, diprakirakan akan sedikit melambat pada triwulan IV-2013, karena subsektor tabama mulai memasuki musim tanam. Sektor Pertambangan diprakirakan akan mengalami pertumbuhan pada level moderat, seiring pelonggaran ekspor bahan mentah tambang. Secara keseluruhan tahun 2013, pertumbuhan ekonomi Sulsel diprakirakan lebih rendah daripada pertumbuhan Sulsel 2012 (8,37%; yoy), namun tetap lebih tinggi dari pada pertumbuhan nasional yang berada pada kisaran 5,50% - 5,90% (yoy). Pada akhir tahun 2013, laju inflasi secara umum diperkirakan akan sedikit melambat yaitu 6,50% - 7,00% (yoy), dibandingkan triwulan III-2013 (7,24%; yoy). Seperti yang diperkirakan, laju inflasi mencapai puncaknya pada triwulan III-2013 yang disebabkan oleh kenaikan harga BBM bersubsidi. Seiring dengan redanya dampak kenaikan harga BBM tersebut, inflasi Sulsel dinilai akan mengalami perlambatan pada triwulan IV-2013. Hal ini juga didukung dengan deflasi bulanan yang cukup dalam pada awal triwulan IV-2013. Meski demikian, beberapa faktor risiko berpotensi untuk meningkatkan tekanan inflasi lebih dari perkiraan. Yang pertama adalah datangnya masa perayaan Natal dan Tahun Baru. Kedua, kenaikan tarif listrik tahap keempat yang merupakan tahap terakhir menjadi salah satu faktor risiko yang dapat mengakselerasi inflasi. Ketiga tarif angkutan udara, juga memiliki potensi untuk naik seiring lalu lintas yang padat menyambut masa Natal dan Tahun Baru. Terakhir, harga bahan bangunan serta komoditas core inflation lain yang terkait cenderung mengalami peningkatan seiring penyelesaian proyek infrastruktur pemerintah dan swasta.
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan III - 2013
5
Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank
6
Triwulan III - 2013
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
INDIKATOR EKONOMI DAN PERBANKAN PROVINSI SULAWESI SELATAN a.
INFLASI dan PDRB INDIKATOR
MAKRO Indeks Harga Konsumen - Sulawesi Selatan - Sulawesi Utara - Gorontalo - Papua - Papua Barat - Maluku - Sulawesi Tengah - Sulawesi Tenggara - Sulawesi Barat - Maluku Utara Laju Inflasi Tahunan (y.o.y;%) - Sulawesi Selatan - Sulawesi Utara - Gorontalo - Papua - Papua Barat - Maluku - Sulawesi Tengah - Sulawesi Tenggara - Sulawesi Barat - Maluku Utara PDRB Penawaran - Harga Konstan (Miliar Rp) 1. Pertanian 2. Pertambangan dan Penggalian 3. Industri Pengolahan 4. Listrik, Gas, dan Air Bersih 5. Konstruksi/Bangunan 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 7. Angkutan dan Komunikasi 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa 9. Jasa-jasa PDRB Permintaan - Harga Konstan (Miliar Rp) 1. Konsumsi 2. Investasi 3. Industri Pengolahan 4.Ekspor 5. Impor Pertumbuhan PDRB (y.o.y;%) Nilai Ekspor Non Migas (USD Juta) Volume Ekspor Non Migas (Ribu Ton) Nilai Impor Non Migas (USD Juta) Volume Impor Non Migas (Ribu Ton)
2012 1
2013
2
3
4
1
2
3
132.89 128.11 134.65 126.38 144.28 137.57 135.20 137.27 134.57 133.20
133.44 129.75 136.07 127.28 149.65 142.05 137.53 138.93 134.98 134.73
135.69 131.57 137.85 129.07 150.36 142.03 141.14 141.02 137.56 135.68
136.14 133.73 139.32 132.71 152.79 140.74 142.34 141.15 138.24 136.87
139.01 136.86 141.62 133.82 155.28 141.12 143.27 141.41 140.21 138.49
139.26 136.16 140.95 135.00 158.31 144.46 142.88 144.15 140.78 138.68
145.51 141.73 142.53 140.14 167.44 156.03 151.42 151.32 145.61 148.77
4.06 0.95 5.91 1.94 2.07 8.65 2.50 5.10 3.81 4.54
3.84 3.73 5.95 1.80 4.11 6.25 4.99 4.65 3.24 4.30
4.48 5.23 5.40 2.94 3.95 7.07 6.78 2.03 3.71 3.87
4.41 6.04 5.31 4.52 5.07 6.73 5.87 5.25 3.28 3.29
4.61 6.83 5.18 5.89 7.62 2.58 5.97 3.02 4.19 3.97
4.36 4.94 3.59 6.07 5.79 1.70 3.89 3.76 4.30 2.93
7.24 7.72 3.39 8.58 11.36 9.86 7.28 7.30 5.85 9.65
3,424.10 904.40 2,055.30 156.90 857.70 2,519.60 1,397.20 1,131.00 1,478.20
4,022.72 1,118.55 1,994.37 158.68 913.97 2,626.56 1,463.95 1,243.43 1,514.35
4,236.76 1,065.80 2,037.09 164.00 952.03 2,749.24 1,506.95 1,278.31 1,521.81
3,290.50 1,162.04 2,112.53 167.89 986.76 2,783.81 1,552.64 1,338.39 1,544.44
3,831.15 1,030.59 2,142.81 169.21 943.04 2,797.41 1,544.21 1,323.37 1,493.88
4,058.55 1,125.49 2,223.09 173.24 1,004.91 2,876.21 1,612.96 1,413.61 1,531.05
4,494.83 1,169.17 2,246.68 177.77 1,063.54 2,965.99 1,660.26 1,467.53 1,604.66
9,586.08 3,877.08 4,954.75 4,269.24
9,767.16 4,805.35 5,152.60 4,659.80
9,984.33 4,617.22 5,508.76 4,554.68
10,141.99 3,443.51 5,978.47 4,624.97
10,136.18 4,313.01 5,421.55 4,595.06
10,335.80 4,651.96 5,859.27 4,827.93
10,675.36 4,325.09 6,300.56 4,450.58
7.95
8.12
8.78
8.58
7.97
6.33
8.32
269.15 223.29 155.07 280.95
334.64 193.78 186.72 500.79
425.37 152.34 254.70 246.48
526.60 245.36 219.18 215.54
403.02 171.92 300.72 160.04
389.29 198.44 401.57 472.52
409,06 489,87 217,95 216,65
*) Sementara Catt : Per Trw.II-2008, penghitungan inflasi menggunakan tahun dasar 2007
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan III - 2013
7
LANJUTAN ... INDIKATOR EKONOMI DAN PERBANKAN PROVINSI SULAWESI SELATAN B. PERBANKAN INDIKATOR
2012
2013****
1
2
3
4
1
2
3
67,573
72,554
74,754
79,307
80,876
86,366
90,288
D P K (Rp. Miliar) Giro Tabungan Deposito
46,091.17 7,893.46 24,969.63 13,228.08
48,467.59 7,763.87 27,185.62 13,518.10
50,927.51 8,287.00 28,523.18 14,117.33
54,278.13 7,948.37 31,427.80 14,901.96
Kredit - dsr. Lokasi Proyek (Rp. Miliar) - Modal Kerja - Investasi - Konsumsi LDR
58,754.53 22,499.56 11,727.69 24,527.27 127.47%
63,265.48 25,045.18 12,255.65 25,964.65 130.53%
65,411.85 24,655.59 12,634.93 28,121.33 128.44%
69,955.59 28,250.36 11,911.15 29,794.08 128.88%
53,720.65 9,252.01 29,262.13 15,206.51 72,018.83 28,671.33 12,725.43 30,622.07 134.06%
53,299.02 8,086.13 29,941.99 15,270.90 77,082.60 27,483.57 17,401.56 32,197.47 144.62%
57,203.84 9,210.52 31,943.05 16,050.27 79,613.42 27,821.70 18,289.01 33,502.71 139.17%
Kredit - dsr. Lokasi Proyek (Rp. Miliar) - Pertanian - Pertambangan - Industri pengolahan - Listrik,Gas dan Air - Konstruksi - Perdagangan - Pengangkutan - Jasa Dunia Usaha - Jasa Sosial Masyarakat - Lain-lain
58,754.53 883.04 567.89 4,842.46 379.41 3,148.22 15,854.08 1,827.57 3,171.24 1,583.49 26,497.14
63,265.48 1,100.69 608.43 5,216.15 419.73 3,503.18 18,288.04 1,809.10 3,438.46 1,464.74 27,416.96
65,411.86 1,145.69 625.94 5,380.90 663.09 3,708.47 18,100.07 1,736.76 3,473.70 1,375.52 29,201.72
69,955.59 1,186.73 563.70 6,013.38 782.41 3,847.96 19,531.13 2,138.21 3,371.48 1,385.63 31,134.97
72,018.83 1,372.57 590.35 6,116.27 996.13 3,834.75 20,343.83 2,316.69 3,446.02 1,479.49 31,522.74
77,082.60 1,356.08 584.27 5,569.68 1,356.85 4,043.20 23,548.63 2,379.30 4,511.48 1,514.62 32,218.50
79,613.42 1,354.48 599.29 5,719.92 1,484.08 4,404.60 24,049.60 2,459.22 4,289.18 1,739.85 33,513.20
Kredit UMKM (Rp. Miliar)
18,011.34
19,188.63
17,889.98
19,537.63
20,925.48
23,185.18
23,206.13
Kredit Mikro* (Rp. Miliar) - Modal Kerja - Investasi - Konsumsi
3,539.65 3,132.26 407.39 -
3,937.11 3,492.35 444.76 -
3,637.25 3,173.33 463.92 -
3,625.03 3,163.31 461.72 -
3,946.89 3,439.65 507.25 -
4,176.64 3,528.09 648.55 -
4,345.71 3,634.86 710.85 -
Kredit Kecil ** (Rp. Miliar) - Modal Kerja - Investasi - Konsumsi
8,718.14 5,505.91 3,212.23 -
8,697.78 5,771.32 2,926.47 -
8,193.44 5,444.54 2,748.89 -
8,469.37 5,667.77 2,801.60 -
8,635.38 5,598.68 3,036.70 -
9,116.17 6,013.14 3,103.03 -
9,179.66 5,564.12 3,615.55 -
Kredit Menengah *** (Rp. Miliar) - Modal Kerja - Investasi - Konsumsi
5,753.55 4,638.19 1,115.37 -
6,553.73 5,291.51 1,262.23 -
6,059.29 4,693.50 1,365.79 -
7,443.23 5,508.54 1,934.70 -
8,343.21 6,010.79 2,332.43 -
9,892.38 6,949.94 2,942.44 -
9,680.76 6,633.28 3,047.47 -
NPL Total gross (%)
2.82%
2.88%
2.65%
2.64%
2.84%
2.68%
2.77%
NPL UMKM gross (%)
4.20%
4.24%
4.21%
4.08%
4.37%
4.03%
4.71%
BANK UMUM : Total Aset (Rp. Miliar)
BANK UMUM SYARIAH Total Aset (Rp. Miliar)
3,376.67
3,688.80
3,977.49
4,523.87
4,802.34
5,085.36
5,419.54
D P K (Rp. Miliar) Giro Tabungan Deposito
1,581.29 197.24 757.83 626.22
1,638.76 200.89 804.78 633.09
1,820.95 202.44 845.72 772.79
2,068.36 298.77 985.97 783.62
2,142.22 255.85 969.98 916.38
2,138.10 232.43 973.65 932.02
2,593.55 243.24 1,161.87 1,188.44
Pembiayaan - dsr. Lokasi Proyek (Rp. Miliar) 3,268.49 - Modal Kerja 892.36 - Investasi 427.84 - Konsumsi 1,948.28 FDR 206.70%
3,491.45 930.40 439.87 2,121.19 213.05%
3,858.72 1,116.96 526.71 2,215.05 211.91%
4,347.62 1,137.06 604.92 2,605.64 210.20%
4,735.05 1,126.40 728.97 2,879.68 221.03%
5,157.82 1,141.30 1,004.14 3,012.38 241.23%
5,272.89 1,253.01 984.53 3,035.35 203.31%
Catt. * (
8
Triwulan III - 2013
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Bab 1
Perkembangan Kondisi Makroekonomi
Perekonomian Sulawesi Selatan (Sulsel) triwulan III-2013 mengalami akselerasi. Pertumbuhan ekonomi Sulsel pada triwulan laporan tercatat 8,32% (yoy), menguat dibanding triwulan sebelumnya sebesar 6,33% (yoy). Dari sisi permintaan, penguatan pertumbuhan ekonomi Sulsel dipacu oleh masih kuatnya konsumsi rumah tangga, pembentukan modal tetap bruto, serta kinerja net ekspor yang masih tumbuh tinggi. Konsumsi pemerintah yang meningkat pada triwulan III-2013, cenderung karena bersumber dari dana pemerintah pusat. Faktor yang menjadi penahan pertumbuhan adalah perubahan stok yang kontraksinya semakin dalam. Dari sisi sektoral, seluruh sektor ekonomi membukukan angka pertumbuhan positif. Sektor primer yang terdiri dari Sektor Pertanian dan Sektor Pertambangan & Penggalian menunjukkan akselerasi pertumbuhan, seiring tidak adanya kendala yang ekstrim dalam proses produksi. Sementara itu, sektor utama pada sektor sekunder (Sektor Industri Pengolahan) dan tersier (Sektor Perdagangan, Hotel & Restoran; PHR) tercatat mengalami perlambatan. Perlambatan pada Sektor Industri Pengolahan, terjadi baik pada industri kecil maupun besar. Untuk Sektor PHR, meski tetap tumbuh di tingkat yang tinggi karena ditopang oleh perayaan Idul Fitri, kegiatan perdagangan maupun perhotelan cenderung mengalami perlambatan. Adapun momentum perayaan Idul Fitri tersebut dinilai memberikan dampak yang positif bagi industri keuangan serta transportasi. Hal ini tercermin dari masih tingginya pertumbuhan Sektor Keuangan, Real Estate & Jasa Perusahaan serta Sektor Angkutan & Komunikasi.
10%
yoy Sulsel yoy Nasional
9%
8.32%
8% 7% 6% 5.62%
5% 4%
Sumber: BPS, diolah 1
2
3
4
2011*
1
2
3
2012**
4
1
2
3
2013***
Grafik 1.1. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Sulsel
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan III - 2013
9
1.1. Sisi Permintaan Pada triwulan III-2013, perekonomian Sulsel mengalami akselerasi dibandingkan triwulan II-2013 seiring masih kuatnya kegiatan konsumsi dan ekspor. Kegiatan konsumsi masih memberikan sumbangan pertumbuhan yang besar bagi perekonomian Sulsel sebesar 4,44% (yoy) setelah pada triwulan sebelumnya memberikan sumbangan sebesar 3,77% (yoy) – Tabel 1.1. Pendorong pertumbuhan ekonomi Sulsel yang lain adalah ekspor yang kembali menguat pada triwulan laporan. Penguatan sisi ekspor diikuti dengan melemahnya impor yang mengalami kontraksi. Hal tersebut membuat sumbangan net ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi meningkat cukup signifikan dari 3,57% (yoy) menjadi 5,76% (yoy). Adapun faktor penahan pertumbuhan adalah kegiatan investasi yang kontraksinya semakin dalam. Pada triwulan III-2013, investasi memberi sumbangan negatif sebesar -1,88% (yoy), lebih besar dari sumbangan negatif triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar -1,02% (yoy). Kontraksi pada investasi disebabkan oleh komponen perubahan stok yang kembali terkontraksi pada triwulan laporan. Tabel 1.1. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Sulsel (Sisi Permintaan) PERIODE Kons Invest Inv (PMTB) Perub Stok Eks Imp Net Eksim TOTAL PERIODE Kons Invest Inv (PMTB) Perub Stok Eks Imp Net Eksim TOTAL
2011 1 2 3 4.67% 4.05% 4.70% 0.32% 18.38% 61.20% 4.74% 7.27% 11.30% -42.40% 244.01% -565.17% 6.88% 9.38% -4.55% -2.43% 6.94% 15.90% 66.18% 17.91% -54.07% 7.39% 8.56% 8.36% 2011 1 3.27% 0.08% 1.02% -0.95% 3.10% -0.95% 4.05% 7.39%
2 2.76% 4.08% 1.54% 2.54% 4.03% 2.32% 1.71% 8.56%
3 3.17% 12.07% 2.42% 9.65% -1.98% 4.90% -6.88% 8.36%
PERTUMBUHAN (yoy) 2012* 4 1 2 3 4 5.68% 7.14% 7.21% 6.95% 5.88% 29.29% 32.80% 42.38% 10.08% -6.34% 16.69% 22.58% 23.62% 20.18% 15.22% -287.89% 212.09% 161.25% -20.26% -343.46% -22.45% -15.69% -14.70% 0.41% 13.92% -16.92% -7.93% 1.48% -3.40% -2.53% -52.38% -44.71% -65.98% 23.72% 169.14% 6.13% 7.95% 8.12% 8.78% 8.58%
2013** 1 2 3 5.74% 5.82% 6.92% 11.24% -3.19% -6.33% 12.64% 13.67% 15.85% 1.59% -53.74% -106.69% 9.42% 13.71% 14.37% 7.63% 3.61% -2.29% 20.56% 109.28% 93.90% 7.97% 6.33% 8.32%
SUMBANGAN (yoy) 2012* 4 1 2 3 3.97% 4.87% 4.72% 4.54% 6.42% 7.31% 10.27% 2.96% 3.81% 4.76% 4.94% 4.44% 2.61% 2.55% 5.32% -1.48% -11.72% -7.03% -6.37% 0.16% -7.45% -2.80% 0.49% -1.12% -4.27% -4.23% -6.86% 1.28% 6.13% 7.95% 8.12% 8.78%
1 3.89% 3.08% 3.03% 0.06% 3.30% 2.30% 1.00% 7.97%
4 4.10% -1.69% 3.82% -5.52% 5.31% -0.87% 6.18% 8.58%
2013** 2 3.77% -1.02% 3.27% -4.29% 4.69% 1.12% 3.57% 6.33%
3 4.44% -1.88% 3.85% -5.73% 5.09% -0.67% 5.76% 8.32%
Sumber : BPS & Proyeksi BI Note: Investasi merupakan penggabungan antara PMTB dan perubahan inventori * Angka Sementara & ** Angka Sangat Sementara
1.1.1. Konsumsi Pertumbuhan konsumsi menguat pada triwulan laporan menjadi 6,92% (yoy) dari 5,82% (yoy) pada triwulan sebelumnya. Menguatnya kinerja konsumsi didorong oleh penguatan yang terjadi pada semua komponen penyusunnya. Konsumsi rumah tangga (RT)1 1
Termasuk konsumsi lembaga non-profit rumah tangga (nirlaba)
10
Triwulan III - 2013
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
menunjukkan perbaikan kinerja pada triwulan laporan. Hal ini terutama didorong oleh geliat konsumsi selama bulan suci Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri 1434 H serta adanya momentum liburan sekolah yang diikuti tahun ajaran baru. Pemilihan langsung kepala daerah kabupaten/kota di 8 (delapan) kabupaten/kota (Enrekang, Sidrap, Jeneponto, Luwu, Wajo, Pinrang, Pare-Pare, Makassar) juga menjadi pendorong kegiatan konsumsi di triwulan laporan, khususnya konsumsi nirlaba2. Penguatan yang terjadi pada pertumbuhan konsumsi RT tercermin dari beberapa prompt indicator. Indeks Tendensi Konsumen (ITK) pada triwulan III-2013 meningkat dibanding triwulan II-2013 yaitu dari 108,07 menjadi 111,84 (Grafik 1.2). Hal ini menunjukkan bahwa konsumen cenderung optimis terhadap kondisi perekonomian Sulsel selama triwulan laporan. Indeks Penjualan Eceran Kelompok Bahan Bakar Kendaraan Bermotor serta Kelompok Barang Budaya & Rekreasi juga mengalami pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya (Grafik 1.4 dan 1.5). Di samping itu, kontraksi pertumbuhan volume impor barang-barang konsumsi (consumer goods) juga semakin tipis yang mengindikasikan adanya peningkatan konsumsi. Pertumbuhan konsumsi pemerintah meningkat cukup signifikan pada triwulan laporan. Faktor pembayaran gaji ke-13 bagi PNS dan TNI/Polri yang sebagian besar dilakukan pada Juli 2013 ditengarai mendorong kenaikan konsumsi pemerintah. Selanjutnya, kenaikan tersebut terutama terkait dengan realisasi penyerapan anggaran pemerintah pusat (APBN) yang ditransfer ke daerah yang cenderung meningkat pada triwulan laporan3. Indikasi pertama tercermin dari giro milik pemerintah daerah di bank pemerintah daerah pada triwulan III-2013 yang justru meningkat tinggi sebesar 24,16% (yoy) dibandingkan triwulan II-2013 (6,64%; yoy). Kedua, terdapat proyek pembangunan infrastruktur yang menggunakan dana APBN yaitu 7 (tujuh) jembatan di lintas barat Sulsel dan Bendung Gerak Tempe, Kabupaten Wajo, Provinsi Sulsel.
Consumer Goods y.o.y
Indeks Tendensi Konsumen Sulsel 60
112.84 109.72
111.84
109.04
107.01
1500%
40
108.07
1000%
30
105.46
500% 0%
10 2
3 2011
4
1
2
3
4
1
2012
2
3
2013
Sumber: BPS
-
-500% 1
Grafik 1.2. Indeks Tendensi Konsumen
3
2000%
20
1
2
* Sementara Sumber: Cognos - BI
50
Juta Kg
116 114 112 110 108 106 104 102 100
114.57 113.46 112.31 111.24
2
3
2011
4
1
2
3
2012
4
1
2
3
2013
Grafik 1.3. Volume Impor Luar Negeri Consumers Goods
BRS BPS Sulawesi Selatan No. 62/11/73/Th.VII/6 NOVEMBER 2013 Ibid.
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan III - 2013
11
Bahan Bakar Kendaraan Bermotor
120 100 80 60 40 20 0
yoy
1
2
3
2011
4
1
2
3
2012
4
1
2
50% 40% 30% 20% 10% 0% -10% -20%
Barang budaya dan rekreasi yoy
200 150 100 50 0 1
3
Grafik 1.4. Indeks Penjualan Eceran Kelompok Bahan Bakar Kendaraan Bermotor
3
4
2011
2013
Sumber: Survey Penjualan Eceran
2
1
2
3
4
2012
1
40% 30% 20% 10% 0% -10% 2
3
2013
Sumber: Survey Penjualan Eceran
Grafik 1.5. Indeks Penjualan Eceran Kelompok Barang Budaya & Rekreasi
1.1.2. Investasi Investasi yang dihitung dari Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) kembali mengalami akselerasi pada triwulan laporan dan tumbuh sebesar 15,85% (yoy) setelah sebelumnya tumbuh 13,67% (yoy). Selama periode triwulan laporan, proyekproyek investasi di Sulsel masih terus berlangsung seperti adanya investasi pembangunan pabrik smelter di Kabupaten Bantaeng yang nilainya diperkirakan mencapai 13 triliun rupiah4. Selain proyek tersebut, beberapa kegiatan investasi yang menopang pertumbuhan PMTB antara lain adalah pembangunan pabrik pengolahan kakao di kawasan Selodong Makassar, pembangunan jalan (pelebaran) dan jembatan yang menghubungkan berbagai sentra ekonomi masyarakat, impor pesawat terbang serta komponennya (dihitung sebagai komponen penyusun PMTB), serta proyek pembangunan kawasan rumah tinggal khususnya di Gowa dan Maros yang menjadi daerah penyangga Makassar5. Menguatnya pertumbuhan PMTB diindikasikan juga oleh beberapa prompt indicator kegiatan investasi. Volume kredit investasi berdasarkan lokasi proyek tetap mampu tumbuh tinggi hingga 44,75% (yoy) pada triwulan III-2013. Sebelumnya volume kredit investasi tumbuh 41,99% (yoy) pada triwulan II-2013. Impor capital goods juga tumbuh signifikan. Setelah mengalami kontraksi pada triwulan II-2013, volume impor capital goods tercatat mengalami kenaikan dan tumbuh positif pada triwulan laporan. Dilihat dari perkembangan proyek Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), total jumlah proyek di Sulsel pada triwulan III-2013 mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada triwulan III-2013, jumlah proyek yang tercatat berjumlah 40 proyek atau tumbuh 33,33% (qtq) dari total jumlah proyek PMA dan PMDN pada triwulan II-2013 yang tercatat sebanyak 30 proyek. Di sisi lain, investasi yang ditambah dengan perubahan stok terus melemah pada triwulan laporan dan terkontraksi sebesar -6,33% (yoy) setelah sebelumnya terkontraksi sebesar -3,19% (yoy). Kontraksi yang dalam tersebut dipicu oleh perubahan stok yang tumbuh negatif sebesar -106,69% (yoy), lebih besar dari pertumbuhan negatif di 4 5
Media massa di Sulsel BRS BPS Sulawesi Selatan No. 62/11/73/Th.VII/6 NOVEMBER 2013
12
Triwulan III - 2013
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
triwulan II-2013 sebesar -53,74% (yoy). Perusahaan diduga kembali mengeluarkan cadangan stoknya untuk memenuhi permintaan pasar. Indikasi ini terlihat dari laporan keuangan perusahaan tambang terbesar di Sulsel yang mengalami kontraksi perubahan stok pada triwulan laporan sebesar -81,85% (yoy) setelah sebelumnya mencatatkan pertumbuhan perubahan stok yang sangat tinggi hingga 2015,21% (yoy)6.
Triliun Rupiah
35
yoy
50 40 30 20 10 0
15 10 5 0 1
2
3
2011
4
1
2
3
2012
4
1
2
3
%
2013
Grafik 1.6. Volume Kredit Investasi Berdasarkan Lokasi Proyek
Capital Goods
* Sementara Sumber: Cognos - BI
y.o.y
30
500% 400%
25
300%
20
200%
15
100%
10
0%
5
-100%
-
-200% 1
Juta Kg
Kredit Investasi
20
2
3
2011
4
1
2
3
4
1
2012
2
3
2013
Grafik 1.7. Volume Impor Luar Negeri Capital Goods
1.1.3. Ekspor dan Impor Ekspor tumbuh sebesar 14,37% (yoy) di triwulan III-2013, lebih tinggi dari pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 13,71% (yoy). Menguatnya ekspor didukung baik oleh ekspor luar negeri maupun dalam negeri. Ekspor luar negeri tumbuh signifikan hingga 221,55% (yoy) pada triwulan laporan (Grafik 1.8). Di triwulan sebelumnya, ekspor luar negeri hanya tumbuh sebesar 2,41% (yoy). Beberapa komoditas ekspor utama Sulsel menunjukkan peningkatan pada triwulan laporan. Komoditas ekspor tersebut antara lain adalah kopi-teh-kakao (Grafik 1.9), ikan-udang-kerang (Grafik 1.10), serta pupuk dan mineral alam lainnya (Grafik 1.11). Secara khusus, ekspor barang mineral non-logam (Grafik 1.12) menunjukkan pertumbuhan yang sangat tinggi dibandingkan triwulan II-2013 yang dimotori ekspor semen-kapur-bahan bangunan. Dari sisi perdagangan eksternal, Sulsel mengalami net ekspor karena total ekspor tercatat lebih besar dibandingkan total impor. Kinerja net ekspor Sulsel mengalami perlambatan namun tetap tumbuh di level yang tinggi sebesar 93,90% (yoy) setelah sebelumnya tumbuh 109,28% (yoy). Masih tingginya kinerja net ekspor didukung oleh ekspor yang terakselerasi disaat impor mengalami kontraksi pertumbuhan. Hal ini membuat net ekspor menjadi penopang pertumbuhan ekonomi Sulsel di triwulan III-2013. Meskipun kondisi ekonomi global dipenuhi ketidakpastian, aktivitas manufaktur di negara tujuan ekspor Sulsel meningkat pada triwulan laporan. Aktivitas manufaktur yang diukur dari Purchasing Managers Index (PMI) di Cina, Jepang, dan Amerika Serikat 6
Berdasarkan data persediaan perusahaan tambang dimaksud yang dipublikasikan pada situs resmi Bursa Efek Jakarta (www.idx.co.id)
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan III - 2013
13
menunjukkan tren meningkat selama triwulan III-2013 dibandingkan triwulan II-2013 (Grafik 1.14). PMI Cina meningkat dari 50,10 (Juni 2013) menjadi 51,10 (September 2013). PMI Jepang naik dari 52,30 (Juni 2013) menjadi 52,50 (September 2013). Sementara itu, PMI Amerika Serikat tercatat 56,20 (September 2013) setelah tercatat 50,90 (Juni 2013). Meningkatnya PMI memberikan indikasi bahwa kegiatan produksi di negara mitra dagang tersebut masih cukup kuat sehingga mendorong pertumbuhan ekspor Sulsel. Porsi ekspor ke tiga negara itu cukup tinggi selama triwulan laporan yaitu mencapai 70,48%. Selanjutnya, aktivitas perdagangan dalam negeri via pelabuhan di Makassar juga masih menunjukkan tren yang meningkat hingga awal triwulan laporan. Dilihat dari indikator barang yang dimuat, volume barang perdagangan (termasuk barang dalam peti kemas) pada Juli 2013 mencapai 0,37 juta ton atau tumbuh hingga 21,04% (yoy). Angka pertumbuhan tersebut jauh lebih tinggi dari pertumbuhan tahunan pada setiap bulan di triwulan II-2013 (Grafik 1.13). Hal ini memberikan indikasi awal adanya peningkatan pertumbuhan ekspor yang ditujukan ke daerah-daerah di dalam negeri.
TOTAL
EKSPOR NON-MIGAS
y.o.y
Sumber: Cognos - BI * Sementara
500 400 300 200 100
Ribu Ton
35
200%
30
150%
25
100%
20
50%
15
0%
10
-50%
-
-100% 1
2
3
4
1
2011
2
3
4
1
2012
2
KOPI, TEH, KAKAO & SEJENISNYA
250%
3
2013
-40% -60% -80%
5 -
-100% 1
15% 10%
3
2011
4
1
2
3
2012
4
1
2
3
2013
Grafik 1.10. Volume Ekspor Luar Negeri Ikan, Udang, Kerang & Lain-lain
14
Triwulan III - 2013
3
4
1
2011
2
3
4
1
2012
2
3
2013
0%
30
TOTAL
PUPUK DAN MINERAL ALAM LAINNYA
250%
y.o.y Sumber: Cognos - BI * Sementara
50
5%
-10%
2
60
40
-5%
1 Ribu Ton
20%
200% 150% 100% 50%
20
0%
-15%
10
-50%
-20%
-
-100%
Ribu Ton
Sumber: Cognos - BI * Sementara
2
Grafik 1.9. Volume Ekspor Luar Negeri Kopi, Teh, Kakao & Sejenisnya
TOTAL y.o.y
IKAN, UDANG, KERANG, DLL
60% 40% 20% 0% -20%
Grafik 1.8. Volume Ekspor Luar Negeri Non-Migas Total 5 5 4 4 3 3 2 2 1 1 -
TOTAL y.o.y
Sumber: Cognos - BI * Sementara
Ribu Ton
600
1
2
3
2011
4
1
2
3 2012
4
1
2
3
2013
Grafik 1.11. Volume Ekspor Luar Negeri Pupuk & Mineral Alam Lainnya
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
BARANG DARI MINERAL NON LOGAM
400
TOTAL y.o.y
Sumber: Cognos - BI * Sementara
350 300 250 200 150 100 50 Ribu Ton
1
2
3
4
2011
1
2
3
2012
4
1
2
1600% 1400% 1200% 1000% 800% 600% 400% 200% 0% -200%
3
2013
Grafik 1.12. Volume Ekspor Luar Negeri Barang dari Mineral Non-Logam
Cina
Total Barang yang Dimuat
yoy
1400 1200 1000 800 600 400 200 0 Ribu Ton
40 30 20 10 0 -10 -20 -30 1
2
3 2011
4
1
2
3
4
2012
1
2
Jul
%
2013
Sumber: BPS, diolah
Grafik 1.13. Volume Muat Dalam Negeri via Pelabuhan Utama
Jepang Amerika Serikat Grafik 1.14. Purchasing Managers Index Negara Tujuan Ekspor Utama
Pada triwulan III-2013, impor mengalami kontraksi pertumbuhan yaitu -2,29% (yoy) setelah tumbuh sebesar 3,61% (yoy) pada triwulan II-2013. Baik impor dari luar negeri maupun yang berasal dari dalam negeri mengalami kontraksi pertumbuhan. Impor luar negeri Sulsel mencatat pertumbuhan sebesar -12,10% (yoy), lebih dalam dari kontraksi triwulan sebelumnya sebesar -5,58% (yoy) (Grafik 1.15). Penyebab utama kontraksi impor luar negeri adalah impor intermediate goods (Grafik 1.16) yang pertumbuhannya menurun cukup drastis pada triwulan laporan. Hal ini terjadi karena impor bahan baku tepung terigu oleh produsen terbesar di Sulsel, yaitu gandum, mengalami penurunan yang drastis (Grafik 1.17). Aktivitas industri tepung terigu yang turun hingga -10% mendorong perlambatan aktivitas impor gandum pada triwulan III-2013. Sementara itu, meski menguat, impor consumer goods juga masih mengalami kontraksi pada triwulan III-2013 (Grafik 1.3). Impor yang berasal dari dalam negeri juga menunjukkan tren yang melambat bahkan berpotensi mengalami kontraksi hingga pertengahan triwulan laporan. Berdasarkan indikator barang yang dibongkar, volume barang perdagangan (termasuk barang dalam peti kemas) pada Juli 2013 dan Agustus 2013 tercatat sebesar 0,61 juta ton dan 0,40 juta ton atau masing-masing tumbuh 3,70% (yoy) dan -18,54% (yoy) (Grafik 1.18). Kontraksi pada Agustus 2013 tersebut menjadi indikasi adanya perlambatan kegiatan impor antardaerah di Sulsel yang mendukung arah pertumbuhan impor secara keseluruhan.
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan III - 2013
15
500
IMPOR NON-MIGAS
TOTAL y.o.y
* Sementara Sumb er: Cognos - BI
400 300 200 100 Juta Kg
1
2
3
4
1
2
2011
3
4
1
2012
2
y.o.y
500 450 400 350 300 250 200 150 100 50 -
3
2013
20% 0% -20% -40% -60% 1
2
y.o.y
250
20% 0%
100
-20%
50
-40%
-
-60%
Juta Kg
3
2011
4
1
2
3
2012
4
1
2
3
4
1
2
2012
3
2013
yoy 30 20 10 0 -10 -20 -30 -40
1500
40%
150
2
2
2000
60%
200
1
1
Total Barang yang Dibongkar
100% 80%
* Sementara Smb : Cognos - BI
300
4
2011
120%
350
3
Grafik 1.16. Volumer Impor Luar Negeri Intermediate Goods
450 TOTAL
60% 40%
Grafik 1.15 Volume Impor Luar Negeri Non-Migas Total 400
* Sementara Sumber: Cognos - BI
Intermediate Goods
50% 40% 30% 20% 10% 0% -10% -20% -30% -40% -50%
Juta Kg
600
1000 500 0 Ribu Ton
3
2013
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
Jul
Ags
% 2011
2012
2013
Sumber: BPS, diolah
Grafik 1.17. Volume Impor Luar Negeri Gandum
Grafik 1.18. Volume Bongkar Dalam Negeri via Pelabuhan Utama
1.2. Sisi Penawaran (Lapangan Usaha/Sektoral) Seluruh sektor ekonomi bertumbuh pada arah yang positif di triwulan III-2013. Sektor Pertanian, Sektor Pertambangan & Penggalian, Sektor Konstruksi, Sektor Keuangan, Real Estate & Jasa Perusahaan (KRJ), serta Sektor Jasa-jasa tumbuh menguat pada triwulan laporan. Sektor Angkutan & Komunikasi tumbuh relatif stabil dibandingkan triwulan sebelumnya sedangkan Sektor Industri Pengolahan, Sektor Listrik, Gas & Air (LGA), serta Sektor Perdagangan, Hotel & Restoran (PHR) justru mengalami perlambatan meski masih tumbuh pada level yang cukup tinggi. Sumbangan pertumbuhan terbesar bagi perekonomian Sulsel diberikan oleh Sektor PHR (1,56%; yoy), Sektor Industri Pengolahan (1,37%), serta Sektor KRJ (1,26%) (Tabel 1.2).
16
Triwulan III - 2013
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Tabel 1.2. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Sulsel (Sisi Penawaran) 2011
Periode Sektor Tani Tambang Industri LGA Konstr PHR Angkom Keu Jasa TOTAL
1 12.54% -15.49% 3.10% 3.99% 8.48% 11.52% 13.25% 10.56% 6.80% 7.39%
2 8.59% -0.96% 4.47% 2.05% 13.46% 14.02% 10.27% 11.94% 7.42% 8.56%
3 4.92% -0.91% 10.69% 6.34% 13.59% 11.70% 10.81% 17.52% 6.21% 8.36%
4 -0.17% -9.61% 12.12% 22.27% 12.65% 6.14% 14.01% 19.18% 4.52% 6.13%
Periode Sektor Tani Tambang Industri LGA Konstr PHR Angkom Keu Jasa TOTAL
1 3.28% -1.47% 0.42% 0.04% 0.48% 1.93% 1.15% 0.80% 0.75% 7.39%
2011 2 3 2.42% 1.42% -0.08% -0.07% 0.61% 1.41% 0.02% 0.07% 0.74% 0.76% 2.30% 1.97% 0.90% 0.97% 0.87% 1.20% 0.79% 0.65% 8.56% 8.36%
4 -0.04% -0.82% 1.62% 0.22% 0.74% 1.10% 1.35% 1.45% 0.50% 6.13%
PERTUMBUHAN (yoy) 2012* 1 2 3 5.30% 4.31% 8.31% -10.47% 2.50% 1.54% 14.58% 8.94% 5.64% 22.02% 13.95% 10.73% 11.61% 10.27% 10.90% 9.52% 8.55% 9.83% 19.42% 17.75% 14.73% 9.88% 19.03% 19.81% 2.66% 3.19% 3.03% 7.95% 8.12% 8.78% SUMBANGAN (yoy) 2012* 1 2 3 1.45% 1.22% 2.32% -0.78% 0.20% 0.12% 1.89% 1.17% 0.76% 0.22% 0.14% 0.11% 0.67% 0.59% 0.64% 1.66% 1.47% 1.71% 1.78% 1.58% 1.35% 0.77% 1.42% 1.47% 0.29% 0.34% 0.31% 7.95% 8.12% 8.78%
4 2.03% 15.69% 8.72% 5.31% 14.77% 12.44% 8.68% 14.72% 3.30% 8.58%
1 1.15% 17.59% 10.01% 7.81% 12.20% 12.06% 7.53% 17.21% 1.06% 7.97%
2013** 2 -0.89% 0.62% 11.70% 9.18% 13.26% 10.54% 10.55% 14.00% 1.10% 6.33%
3 4.02% 6.81% 10.52% 8.40% 15.08% 8.90% 10.54% 15.40% 5.44% 8.32%
4 0.48% 1.15% 1.23% 0.06% 0.92% 2.24% 0.90% 1.25% 0.36% 8.58%
1 0.31% 1.09% 1.38% 0.09% 0.72% 2.13% 0.76% 1.37% 0.11% 7.97%
2013** 2 -0.24% 0.05% 1.55% 0.10% 0.78% 1.82% 1.02% 1.15% 0.11% 6.33%
3 1.12% 0.48% 1.37% 0.09% 0.90% 1.56% 1.02% 1.26% 0.53% 8.32%
Sumber : BPS Sumber : BPS * Angka Sementara* Angka & ** Angka Sementara Sangat&Sementara ** Angka Sangat Sementara
1.2.1. Sektor Pertanian Sektor Pertanian mengalami akselerasi pada triwulan III-2013 setelah mengalami kontraksi pada triwulan II-2013. Pada triwulan laporan, Sektor Pertanian tercatat tumbuh sebesar 4,02% (yoy), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar -0,89% (yoy). Sumber utama pertumbuhan disinyalir datang dari Subsektor Perkebunan dan Subsektor Perikanan yang kinerjanya meningkat pada triwulan laporan. Hal ini tercermin dari ekspor kopi-teh-kakao serta ikan-udang-kerang yang meningkat cukup signifikan pada triwulan laporan (Grafik 1.9 dan 1.10). Lebih lanjut mengenai ekspor udang, selain karena pasokan yang memadai dan pasar yang semakin bergairah, kegagalan panen udang di Vietnam dan Thailand menyebabkan permintaan ekspor naik hingga 50%7. Produksi Sektor Pertanian didukung oleh cuaca yang kondusif serta panen di sentra produksi beras dan hortikultura. Indeks yang Diterima Petani (Grafik 1.19) tumbuh menguat dari 4,17% (yoy) menjadi 5,36% (yoy). Sementara itu, kinerja Subsektor Tanaman Bahan Makanan (Tabama) juga cukup baik dengan adanya panen raya di beberapa sentra produksi komoditas pertanian (bawang merah di Enrekang serta cabe di Bantaeng dan Maros). Hal ini didukung dengan tidak adanya cuaca ekstrim dan curah hujan tinggi selama triwulan laporan (Grafik 1.23). Akan tetapi, realisasi pengadaan beras oleh Bulog mengalami kontraksi yang lebih dalam pada triwulan laporan yaitu dari -14,84% (yoy) di triwulan sebelumnya menjadi -25,61% (yoy) (Grafik 1.22).
7
Hasil liaison kepada perusahaan penghasil udang beku, Triwulan III-2013
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan III - 2013
17
Indeks Yang Diterima Petani y.o.y
160
12%
155
10%
150
6%
140
4%
135
150
4%
0%
120
1
2
2011
3
4
1
2012
2
3%
130
125 4
6% 5%
125
3
7%
135
2%
2
3
2% 1% 0% 1
2013
107 106 105 104 103 102 3 2011
4
1
2
3 2012
4
1
2
1
2
3
4
1
2
2012
3
2013
3
2013
1000%
yoy
800%
150
600%
100
400% 200%
50
0%
0
-200% 1
Grafik 1.21. Perkembangan Rata--rata Nilai Tukar Petani
Juli
4
Realisasi Pengadaan Beras Sulselbar
200
Ribu Ton
8% 7% 6% 5% 4% 3% 2% 1% 0% -1% -2% -3%
108
2
3
Grafik 1.20. Perkembangan Rata Rata-rata Indeks yang Dibayar Petani
NTP y.o.y
1
2 2011
Grafik 1.19. Perkembangan Rata--rata Indeks yang Diterima Petani 109
8%
140
130 1
9%
145
8%
145
Indeks Yang Dibayar Petani y.o.y
155
2
3
4
1
2011
2
3
2012
4
1
2
3
2013 Sumber: Bulog Divre Sulselbar
Grafik 1.22. Realisasi Pengadaan Beras
Agustus
September
Grafik 1.23. Prakiraan Curah Hujan Bulanan
1.2.2. Sektor Pertambangan dan Penggalian Dibandingkan triwulan sebelumnya, Sektor Pertambangan & Penggalian mengalami peningkatan pertumbuhan yang cukup signifikan. signifikan Pada triwulan II--2013, sektor ini tumbuh sangat rendah sebesar ebesar 0,62% (yoy). Pada triwulan laporan, laporan, Sektor Pertambangan & Penggalian terkoreksi ke atas dan mampu bertumbuh hingga 6,81% (yoy). Pertambangan nikel Sulsel pada dasarnya masih dalam masa pemulihan selama triwulan III III-2013 dengan tingkat produksi yang relatif stabil dibandingkan triwulan II-2013. II Adanya kerusakan tungku (furnace shutdown) pada triwulan II-2013 II membuat supply chain dari perusahaan tambang menjadi terganggu sehingga berkontribusi pada perlambatan produksi.. Hal tersebut juga
18
Triwulan III - 2013
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
tercermin dari perlambatan ekspor luar negerinya (Grafik 1.24 dan Grafik 1.25). Di samping itu, perusahaan tambang juga masih dibayangi oleh penurunan harga internasional nikel (Grafik 1.26) yang cenderung masih menurun hingga triwulan III-2013 ini. Jika dilihat secara keseluruhan, ekspor luar negeri komoditas pertambangan tumbuh tinggi pada triwulan laporan yang sejalan dengan arah pertumbuhan sektor ini. Ekspor komoditas pertambangan Sulsel tercatat tumbuh hingga 189,11% (yoy) setelah sebelumnya mengalami kontraksi sebesar -44,95% (yoy). Ditengarai pelonggaran ekspor yang dilakukan pada akhir Agustus 2013 dimanfaatkan perusahaan tambang untuk kembali mengekspor bahan mentah walaupun bea keluar sebesar 20%8 tetap berlaku.
Volume Ekspor Nikel Total
40 35 30 25 20 15 10 5 0 Juta Ton
1
2
Sumber: Cognos - BI * Sementara
y.o.y
3
4
1
2
2011
3
4
1
2012
2
25,000
140% 120% 100% 80% 60% 40% 20% 0% -20% -40% -60%
20,000 15,000 10,000 5,000 1
3
Harga Nikel
US$/mt
1
2
3
2011
4
1
2
2
2012
4
40% 30% 20% 10% 0% -10% -20% -30% -40% 1
2
4
1
2
3
4
1
2
2012
3
2013
Grafik 1.25. Produksi Nikel Matte oleh Perusahaan Tambang
yoy
3
3
2011
2013
Grafik 1.24. Volume Ekspor Luar Negeri Nikel Matte
30,000 25,000 20,000 15,000 10,000 5,000 0
70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% -10% -20% -30% -40%
Produksi nikel (dalam matte) y.o.y
3
2013
Grafik 1.26. Perkembangan Harga Internasional Nikel
Komoditas Pertambangan Total
120
y.o.y
Sumber: Cognos - BI * Sementara
100 80 60 40 20 0 Juta Ton
1
2
3
2011
4
1
2
3
2012
4
1
2
250% 200% 150% 100% 50% 0% -50% -100%
3
2013
Grafik 1.27. Volume Ekspor Luar Negeri Komoditas Pertambangan
1.2.3. Sektor Industri Pengolahan Sektor Industri Pengolahan tumbuh sebesar 10,52% (yoy) pada triwulan III-2013, lebih rendah dibanding triwulan II-2013 (11,70%; yoy). Perlambatan di sektor ini didorong baik oleh Industri Manufaktur Mikro dan Kecil (IMK) maupun Industri Manufaktur Besar dan Sedang (IBS). Tingkat produksi IMK menurun cukup drastis pada triwulan laporan. Setelah tumbuh 2,79% (yoy) di triwulan II-2013, produksi IMK terkontraksi hingga t-9,69% (yoy) pada triwulan laporan. Hal ini tercermin dari Indeks Penjualan Eceran yang mengalami perlambatan pada triwulan III-2013 (Grafik 1.28). Beberapa kelompok yang mengalami 8
Peraturan Menteri ESDM nomor 7 tahun 2012
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan III - 2013
19
penurunan penjualan antara lain adalah Kelompok Makanan, Minuman & Tembakau serta Kelompok Barang Lainnya (termasuk sandang) (Grafik 1.29 & 1.30). Kinerja IBS juga mengalami perlambatan pada triwulan laporan. Data dari BPS menunjukkan bahwa produksi IBS hanya mampu tumbuh sebesar 5,17% (yoy), melambat dibanding triwulan II-2013 (7,57%; yoy). Seluruh indikator produksi industri pengolahan untuk hasil tambang (Grafik 1.25), semen (Grafik 1.31), serta tepung terigu (Grafik 1.32) mengkonfirmasi perlambatan yang terjadi. Fenomena perlambatan yang terjadi ditengarai karena aktivitas seluruh subsektor melambat pasca beroperasi secara optimal dalam memenuhi ketersediaan produk industri selama Ramadhan hingga Idul Fitri9. Lebih lanjut untuk industri pengolahan semen, produsen disinyalir menggunakan stok hasil produksi triwulan sebelumnya untuk diekspor. Dugaan ini sesuai dengan data ekspor untuk semen-kapur-bahan bangunan (Grafik 1.12) yang meningkat signifikan namun produksi semen justru melambat. Fenomena ini mendukung adanya kontraksi yang lebih besar pada komponen perubahan stok di sisi permintaan. Kemudian, untuk industri pengolahan tepung terigu, produsen menyatakan bahwa produksi triwulan III-2013 memang lebih tinggi dari triwulan II-2013 namun menurun hingga -10% dibandingkan periode yang sama tahun-tahun sebelumnya. Secara tahunan, pangsa penjualan produsen ke Jawa akan menurun karena faktor biaya distribusi yang sulit bersaing dengan kompetitor di Jawa. Dalam penentuan harga jual, kompetitor memiliki keunggulan dengan biaya transportasi yang relatif lebih murah10.
Indeks Penjualaan Eceran yoy
300 250 200 150 100 50 0 1
2
3
2011
4
1
2
3
4
2012
1
40% 30% 20% 10% 0% -10% 2
2013
Sumber: Survey Penjualan Eceran
Grafik 1.28. Indeks Penjualan Eceran
9
3
Makanan, minuman & tembakau yoy
600 500 400 300 200 100 0 1
2
3
2011
4
1
2
3
2012
4
1
100% 80% 60% 40% 20% 0% -20% -40% 2
3
2013
Sumber: Survey Penjualan Eceran
Grafik 1.29. Indeks Penjualan Eceran Kelompok Makanan, Minuman & Tembakau
BRS BPS Sulawesi Selatan No. 62/11/73/Th.VII/6 NOVEMBER 2013 Hasil liaison kepada produsen tepung terigu, Triwulan III-2013
10
20
Triwulan III - 2013
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
yoy
60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% -10% -20% -30%
150 100 50 0 1
2
3
4
1
2
2011
3
4
1
2012
2
3
2013
Sumber: Survey Penjualan Eceran
Grafik 1.30. Indeks Penjualan Eceran Kelompok Barang Lainnya Produksi
yoy
150 100 50
Ribuan Ton
0 2
3
2011
4
1
Sumber : ASI * : Sementara
y.o.y
35% 30%
600
25%
500
20%
400
15%
300
10%
200
5%
100
0%
0
-5% 1
2
3 2011
4
1
2
3 2012
4
1
2
3
2013
Grafik 1.31. Realisasi Pengadaan Semen
Sumber: Produsen 30.0% 20.0% 10.0% 0.0% -10.0% -20.0% -30.0%
200
1
Sulsel
700
Ribuan Ton
Barang lainnya
200
2
3
2012
4
1
2
3
2013
Grafik 1.32. Realisasi Produksi Tepung Terigu
1.2.4. Sektor Listrik-Gas-Air Bersih Setelah terakselerasi pada dua triwulan sebelumnya, Sektor Listrik, Gas & Air Bersih (LGA) melambat pada triwulan laporan. Sektor ini tumbuh sebesar 8,40% (yoy), lebih rendah dari pertumbuhannya pada triwulan II-2013 (9,18%; yoy). Beroperasinya beberapa pembangkit listrik yang baru sejak triwulan sebelumnya mampu menopang pertumbuhan sektor ini di level yang cukup tinggi. Dilihat dari prompt indicator-nya, penyaluran kredit ke Sektor LGA juga mengalami perlambatan di triwulan ini sehingga mendukung arah pertumbuhan sektornya (Grafik 1.33). Pertumbuhan konsumsi atau penggunaan listrik baik oleh pelanggan rumah tangga maupun bisnis juga cenderung menurun pada awal triwulan III-2013 dibandingkan dengan triwulan II-2013. Konsumsi listrik oleh rumah tangga dan bisnis pada triwulan II-2013 tumbuh masing-masing 17,50% (yoy) dan 68,63% (yoy). Memasuki triwulan III-2013 yaitu pada Juli 2013, pertumbuhan keduanya melambat dan tercatat masing-masing sebesar 3,45% (yoy) dan 39,59% (yoy).
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan III - 2013
21
Triliun Rupiah
yoy
250 200 150 100 50 0 -50
1.5 1 0.5 0 1
2
3
4
1
2
2011
3
4
1
2012
2
3
%
2013
Grafik 1.33. Penyaluran Kredit ke Sektor Listrik, Gas & Air Berdasarkan Lokasi Proyek Bisnis
310
Sbr : PLN Divre VII * Sementara
y.o.y
260 210 160 110 60
Juta GWH
10 1
2
3
2011
4
1
2
3
2012
4
1
2
Rumah Tangga y.o.y
550 500 450 400 350 300 250 200 150 100
Juta GW H
Listrik,Gas dan Air
2
Sbr : PLN Divre VII
30% 25% 20% 15% 10% 5% 0%
1
2
3 2011
4
1
2
3 2012
4
1
2
Jul
2013
Grafik 1.34. Penggunaan Listrik oleh Rumah Tangga
80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% -10%
Jul
2013
Grafik 1.35. Penggunaan Listrik oleh Bisnis
1.2.5. Sektor Konstruksi Sektor Konstruksi kembali tumbuh menguat dari 13,26% (yoy) pada triwulan II-2013 menjadi 15,08% (yoy) pada triwulan II-2013. Arah pertumbuhan Sektor Konstruksi yang menguat masih sejalan dengan penguatan pada pertumbuhan PMTB. Proyek-proyek konstruksi berjalan lebih aktif pada triwulan laporan. Hal ini terjadi seiring dengan pembangunan hotel, gedung perkantoran, kawasan perumahan, jalan, serta jembatan yang marak di Sulsel11. Hasil survei untuk Subkelompok Bahan Konstruksi dari Logam menunjukkan bahwa Sektor Konstruksi masih terakselerasi pada triwulan III-2013 (Grafik 1.36). Penyaluran kredit ke Sektor Konstruksi juga menunjukkan peningkatan. Pada triwulan II-2013, kredit kepada sektor ini tumbuh sebesar 15,42% (yoy). Satu triwulan berikutnya, kredit kepada sektor ini mampu tumbuh sebesar 18,77% (yoy). Sementara itu, berdasarkan hasil Survey Harga Properti Residensial (SHPR), jumlah unit rumah (total semua tipe) yang dibangun terus meningkat. Hingga triwulan II-2013, jumlah unit rumah yang dibangun mencapai 2.584 unit. Di triwulan laporan, jumlah unit rumah yang telah dibangun (akumulatif) sudah mencapai 3.723 unit.
11
BRS BPS Sulawesi Selatan No. 62/11/73/Th.VII/6 NOVEMBER 2013
22
Triwulan III - 2013
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
600 500 400 300 200 100 0 1
2
3
4
2011
1
2
3
2012
4
1
50% 40% 30% 20% 10% 0% -10% -20% -30% -40% -50% -60% 2
Triliun Rupiah
Bahan konstruksi dari logam yoy
1
3
2013
2
3
2011
Sumber: Survey Penjualan Eceran
Grafik 1.36. Indeks Penjualan Eceran Subkelompok Bahan Konstruksi dari Logam
Konstruksi
5 4 3 2 1 0
4
1
2
yoy
3
2012
4
1
50 40 30 20 10 0 2
3
%
2013
Grafik 1.37. Penyaluran Kredit ke Sektor Konstruksi Berdasarkan Lokasi Proyek
1.2.6. Sektor Perdagangan-Hotel-Restoran (PHR) Pertumbuhan Sektor Perdagangan, Hotel & Restoran (PHR) tercatat lebih rendah dari triwulan sebelumnya. Pada triwulan III-2013, Sektor PHR tumbuh 8,90% (yoy), melambat dibandingkan dengan triwulan II-2013 yang tercatat sebesar 10,54% (yoy). Perlambatan yang terjadi pada Sektor PHR ini dinilai didorong terutama oleh melambatnya Subsektor Perdagangan. Hal tersebut diindikasikan oleh kinerja Indeks Penjualan Eceran (Grafik 1.28) yang secara keseluruhan mengalami perlambatan. Secara khusus, indeks penjualan eceran untuk Kelompok Perlengkapan Rumah Tangga Lainnya serta Kelompok Peralatan & Komunikasi Toko juga memiliki arah pertumbuhan yang melambat (Grafik 1.38 dan 1.39). Meski melambat, level pertumbuhan Sektor PHR tersebut masih berada pada level yang cukup tinggi. Hal ini didukung oleh tingkat konsumsi masyarakat yang masih kuat terutama karena bulan Ramadhan dan perayaan Idul Fitri. Sementara itu,
kinerja Subsektor Hotel & Restoran menunjukkan adanya
perlambatan. Momentum bulan suci Ramadhan membuat kegiatan MICE tidak seramai triwulan sebelumnya. Dilihat dari indikator jumlah kedatangan wisatawan mancanegara (wisman), memang terjadi pertumbuhan yang tinggi pada triwulan laporan namun tidak meningkat secara signifikan jika dibandingkan triwulan sebelumnya (dari 52,05%; yoy menjadi 54,85%; yoy). Tingkat penghunian kamar hotel mengkonfirmasi perlambatan subsektor ini dengan penurunan rata-rata tingkat penghunian dari 47,69 menjadi 45,03. Semakin banyaknya jumlah hotel di Sulsel diduga menjadi salah satu penyebab penurunan yang terjadi (Grafik 1.40 dan 1.41). Salah satu hotel berbintang di Sulsel memberikan konfirmasi bahwa pelaksanaan MICE memang menurun pada bulan puasa sebelum kembali pulih setelah Idul Fitri12.
12
Hasil liaison kepada hotel pada Triwulan III-2013
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan III - 2013
23
Perlengkapan rumah tangga lainnya yoy
1,400 1,200 1,000 800 600 400 200 0 1
2
3
4
1
2011
2
3
4
1
2012
2
70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% -10% -20% -30%
Peralatan dan komunikasi di toko yoy
200
100% 80% 60% 40% 20% 0% -20% -40%
150 100 50 0 1
3
2
3
4
1
2
2011
2013
3
4
1
2012
2
3
2013
Sumber: Survey Penjualan Eceran
Sumber: Survey Penjualan Eceran
Grafik 1.38. Indeks Penjualan Eceran Kelompok Perlengkapan Rumah Tangga Lainnya
Grafik 1.39. Indeks Penjualan Eceran Kelompok Peralatan & Komunikasi Toko
Jml Kedatangan Wisman (Mks)
6000
70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% -10% -20% -30% -40%
yoy
5000 4000 3000 2000 1000 0 1
2
3
2011
4
1
2
3
2012
4
1
2
55
45 40 35 30 1
3
2
3
2011
2013
Grafik 1.40. Perkembangan Jumlah Wisatawan Mancanegara
Tingkat Hunian Kmr Sulsel
50
4
1
2
3
2012
4
1
2
3
2013
Grafik 1.41. Rata-rata Tingkat Penghunian Kamar Hotel Berbintang
1.2.7. Sektor Angkutan-Komunikasi Sektor Angkutan & Komunikasi tumbuh relatif stabil pada triwulan III-2013 (10,54%; yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya (10,55%; yoy). Stabil dan tingginya pertumbuhan Sektor Angkutan didorong oleh naiknya permintaan layanan untuk semua moda angkutan (darat, laut, dan udara) serta sarana penunjang angkutan lainnya13. Dilihat dari lalu lintas penumpang angkutan udara, pertumbuhan Sektor Angkutan yang stabil dan tinggi terpantau dari pergerakan pertumbuhan total penumpang pesawat udara (keberangkatan, kedatangan, dan transit) (Grafik 1.42). Pada triwulan II-2013, pertumbuhan penumpang tercatat tumbuh 15,46% (yoy). Angka tersebut menurun hingga 8,88% (yoy) pada Juli 2013 namun meningkat signifikan pada Agustus 2013 menjadi 22,33% (yoy). Hal ini menjadi indikasi masih stabil dan tingginya pertumbuhan Sektor Angkutan. Berdasarkan aktivitas di Sektor Angkutan & Komunikasi, peningkatan ini terjadi baik untuk penumpang kedatangan (arrival) maupun keberangkatan (departure). Kemudian, hasil Indeks Penjualan Eceran untuk Kelompok Suku Cadang & Aksesoris juga tumbuh relatif stabil pada tingkat pertumbuhan yang tinggi (Grafik 1.43).
13
BRS BPS Sulawesi Selatan No. 62/11/73/Th.VII/6 NOVEMBER 2013
24
Triwulan III - 2013
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
DEP y.o.y
Lalu Lintas Penumpang
ARR
Smb : Bandara S. Hasanuddin * : Sementara
Ribu Orang
2,000 1,800 1,600 1,400 1,200 1,000 800 600 400 200 -
25% 20% 15% 10% 5%
Suku cadang dan aksesori
350 300 250 200 150 100 50 0
2
3
4
1
2
2011
3
4
1
2
2012
Jul
80% 60% 40% 20% 0%
1
0% 1
2
Ags
3
4
1
2011
2013
100%
yoy
2
3
4
1
2012
2
3
2013
Sumber: Survey Penjualan Eceran
Grafik 1.42. Lalu Lintas Penumpang Angkutan Udara
Grafik 1.43. Indeks Penjualan Eceran Kelompok Suku Cadang & Aksesoris
1.2.8. Sektor Keuangan-Persewaan-Jasa Perusahaan Pertumbuhan tahunan Sektor Keuangan, Persewaan/Real Estate & Jasa Perusahaan (KRJ) pada triwulan III-2013 menguat. Sektor ini mengalami akselerasi dan tumbuh sebesar 15,40% (yoy) pada triwulan dari 14,00% (yoy) di triwulan sebelumnya. Pertumbuhan sektor ini terutama didorong oleh kinerja perbankan selama periode laporan. Volume kredit yang disalurkan perbankan tumbuh stabil pada level yang tinggi yaitu dari 21,84% (yoy) menjadi 21,71% (yoy) pada triwulan III-2013 (Grafik 1.44). Nilai Tambah Bruto (NTB) untuk bank umum juga terakselerasi pada triwulan laporan (Grafik 1.45). NTB bank umum Sulsel tercatat tumbuh sebesar 21,16% (yoy) pada triwulan III-2013, lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 18,42% (yoy). Sementara itu, perkembangan real estate juga meningkat pada triwulan III-2013. Tingkat penyerapan rumah baru pada triwulan laporan naik menjadi 74,40% dari 53,21% pada triwulan sebelumnya.
50 40 30 20 10 0
Triliun Rupiah
100 80 60 40 20 0
yoy
1
2
3
2011
4
1
2
3
2012
4
1
2
3
%
2013
Grafik 1.44. Perkembangan Kredit Bank Umum
NTB SULSEL
2 1.8 1.6 1.4 1.2 1 0.8 0.6 0.4 0.2 0
Triliun Rp
NILAI
y.o.y
35%
Sumber: LBU - BI
30% 25% 20% 15% 10% 5% 0%
1
2
3 2011
4
1
2
3 2012
4
1
2
3
2013
Grafik 1.45. Nilai Tambah Bruto Bank Umum
1.2.9. Sektor Jasa-jasa Kinerja Sektor Jasa-jasa menguat pada triwulan III-2013. Sektor ini mencatat angka pertumbuhan sebesar 5,44% (yoy), lebih tinggi dari pertumbuhan di triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 1,10% (yoy). Pendorong pertumbuhan di sektor ini disinyalir datang
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan III - 2013
25
dari jasa pemerintahan umum. Di sisi permintaan, konsumsi pemerintah meningkat tinggi, terutama berasal dari transfer pemerintah pusat ke daerah. Hal ini tercermin dari giro milik pemerintah daerah di bank pemerintah daerah pada triwulan III-2013 yang meningkat tinggi sebesar 24,16% (yoy) dibanding triwulan II-2013 (6,64%; yoy). Kemudian, seiring dengan hal itu, penyaluran kredit ke Sektor Jasa Sosial Masyarakat juga menunjukkan tren yang terus meningkat sejak triwulan III-2012 hingga triwulan III-2013.
Jasa Sosial Masyarakat
Triliun Rupiah
2
yoy
1.5 1 0.5 0 1
2
3
2011
4
1
2
3
2012
4
1
2
3
30 20 10 0 -10 -20 %
2013
Grafik 1.46. Penyaluran Kredit ke Sektor Jasa Sosial Masyarakat Berdasarkan Lokasi Proyek
26
Triwulan III - 2013
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Bab 2
Perkembangan Inflasi
Inflasi Sulawesi Selatan (Sulsel) hingga triwulan III-2013 menunjukkan peningkatan signifikan, sehubungan dengan dampak penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi pada akhir Juni 2013. Inflasi Sulsel tercatat 7,24% (yoy), lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya (4,36%; yoy). Meski demikian, inflasi Sulsel masih lebih kecil dari inflasi nasional yang tercatat sebesar 8,40% (yoy) pada triwulan III-2013. Peningkatan inflasi tersebut, masih tertahan oleh pasokan yang cukup baik untuk kelompok bahan makanan, meskipun tekanan inflasi yang cukup besar pada kelompok transportasi sehubungan dengan kenaikan ongkos transpor juga sudah berimbas pada kelompok dimaksud. Selain itu, tekanan harga juga terjadi pada kelompok makanan jadi (akibat kenaikan cukai rokok) dan kelompok perumahan (implikasi kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL) secara bertahap).
2.1. Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang dan Jasa1 Meningkatnya tekanan inflasi pada triwulan III-2013, didorong oleh peningkatan inflasi di semua kelompok barang dan jasa. Inflasi tertinggi secara berurutan terjadi pada kelompok transpor (12,01%); bahan makanan (10,76%); perumahan (4,76%); makanan jadi (4,70%); pendidikan (3,66%), kesehatan (3,23%) dan sandang (2,77%). Pada periode ini, pergerakan inflasi kelompok transpor menjadi perhatian tersendiri bagi Provinsi Sulsel sehubungan dengan dampak kenaikan BBM bersubsidi pada 22 Juni 2013. Secara historis, sejak pertengahan 2011 sampai dengan akhir 2012, tekanan inflasi yang bersumber dari kelompok transportasi relatif stabil dibawah 1%. Dampak kenaikan harga BBM secara langsung kepada kelompok transportasi dan second round effect mendorong inflasi pada kelompok lainnya. Pasca kenaikan harga BBM bersubsidi, kenaikan inflasi pada kelompok transportasi tergolong cukup tinggi, yaitu dari 3,96% (yoy) pada triwulan II-2013 menjadi 12,01% (yoy) pada periode laporan. Kemudian dampak terbesarnya diteruskan kepada kelompok bahan makanan yang tingkat inflasinya meningkat dari 6,22% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 10,76% (yoy). Hal ini disebabkan oleh beberapa bahan makanan di Sulampua (termasuk Sulsel) banyak yang berasal dari daerah lain sehingga ongkos transportasi menjadi komponen yang penting dalam pembentukan harga2.
1
Terdapat 7 kelompok pengeluaran dalam penghitungan inflasi. Penelitian Pembentukan Harga Produk Manufaktur, 2011; Hasil Rapat Teknis TPID Provinsi Sulsel 2012 dan Kajian Ketahanan Pangan Sulampua, 2012 .
2
Triwulan III - 2013
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
27
Tabel 2.1. Inflasi Kelompok Barang dan Jasa (%; yoy) Bahan Makanan 13.96 12.10 1.43 0.24 4.04 4.94 7.81 6.56 8.01 6.22 10.76
2013
2012
2011
TAHUN 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
Makanan Jadi 4.47 5.27 4.40 4.40 4.49 4.29 4.97 5.03 4.57 4.63 4.70
Perumahan
Sandang
4.16 4.57 3.70 3.67 4.18 3.98 3.41 3.35 3.43 3.60 4.76
Kesehatan
Pendidikan
3.08 6.41 7.60 7.67 7.53 4.53 3.18 2.83 2.28 1.99 3.23
1.48 2.43 3.00 2.90 2.94 2.12 1.37 3.41 3.54 3.33 3.66
8.30 8.83 10.96 8.69 9.57 6.99 6.51 7.08 6.03 2.61 2.77
Transpor
UMUM
1.84 2.08 0.77 0.73 0.57 0.47 0.63 1.16 0.89 3.96 12.01
6.32 6.37 3.37 2.88 4.06 3.85 4.48 4.40 4.61 4.36 7.24
Sumber : BPS, diolah Ket : Sejak Tahun 2008 menggunakan tahun dasar 2007
Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi Sulawesi Selatan 9
%
y.o.y - Nas y.o.y - Ss y.t.d - Ss
Sumber : BPS diolah
8 7 6 5 4 3 2 1 0 1
2
3
4
1
2010
2
3
4
2011
1
2
3 2012
4
1
2
3
2013
2.1.1 Kelompok Bahan Makanan Secara tahunan, tekanan inflasi kelompok bahan makanan (10,76%) mengalami kenaikan dibandingkan triwulan sebelumnya (6,22%), meski masih lebih rendah daripada inflasi kelompok bahan makanan nasional (12,84%; yoy). Hampir semua inflasi komoditas dalam kelompok bahan makanan tercatat lebih tinggi daripada triwulan sebelumnya, kecuali pada sub kelompok telur, susu dan hasilnya dan bahan makanan lainnya (Tabel 2.2). Sumber tekanan inflasi yang tertinggi berasal dari bumbu-bumbuan yang inflasinya mencapai 46,95% (yoy). Kenaikan harga hampir di semua sub kelompok bahan makanan banyak dipengaruhi oleh melonjaknya permintaan sehubungan dengan bulan Puasa dan Idul Fitri, serta diakselerasi oleh kenaikan ongkos kirim/transportasi barang-barang dari daerah lain yang meningkat cukup signifikan akibat kenaikan harga BBM bersubsidi.
28
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan III - 2013
Grafik 2.2. Perkembangan Inflasi Kel. Bahan Makanan 16
%
Tabel 2.2. Inflasi Per Sub Kel. Bahan Makanan
y.t.d
14
y.o.y
12
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
10 8 6 4 2 0 -2
1
2
3
4
1
2
Sumber : BPS diolah2010
3
4
1
2
3
2011
4
1
2
2012
3
2013
2012 3
Keterangan
No
BAHAN MAKANAN Padi-padian Daging & Hasilnya Ikan Segar Ikan Diawetkan Telur, Susu & Hasilnya Sayur-sayuran Kacang-kacangan Buah-buahan Bumbu-bumbuan Lemak & Minyak Bhn Makanan Lainnya
2013
7.81% 13.43% -2.12% 8.42% 6.59% 2.38% 6.51% 3.91% 2.40% 25.91% -0.76% 6.19%
2
3
6.22% 1.84% 3.81% -1.08% -3.85% 4.52% 14.61% 9.88% 16.13% 41.83% -0.72% 3.00%
10.76% 2.40% 23.66% 1.61% 0.22% 4.12% 31.03% 17.69% 16.86% 46.95% 3.65% 2.67%
Sumber: BPS (diolah)
Grafik 2.3. Perkembangan Harga Beberapa Komoditi dalam Kel. Bahan Makanan Hasil SPH di Makassar Cabe Merah Bawang Merah 60,000
Bawang Merah
250%
50,000
yoy - a.kanan
200% 150%
40,000
100%
30,000
50%
20,000
0%
10,000
-50%
-
-100% 1
2
3
4
1
2
2011
3
4
1
2
2012
Cabe Merah 45,000 40,000 35,000 30,000 25,000 20,000 15,000 10,000 5,000 -
3
1
2013
2
3
4
15,000 10,000 5,000 1
2011
2
3
4
1
2
2012
60%
20%
8,000
40%
0%
6,000
20%
-20%
4,000
0%
-40%
2,000
-20%
-
-40% 2
30% 25% 20% 15% 10% 5% 0% -5%
20,000 -
2011
Triwulan III - 2013
1
2
3
2012
4
1
2
3
4
1
2012
2
3
2013
Minyak Goreng
40,000
4
3
2011
60,000
3
80%
yoy - a.kanan
2013
80,000
2
2013
10,000
1
yoy - a.kanan
1
3
12,000
Daging Sapi 100,000
2
40%
3
Daging Sapi
120,000
1
60%
-60% 4
4
Wortel
20,000
3
3
Wortel
yoy - a.kanan
2
2
2012
Tomat Sayur
1
1
2011
Tomat Sayur 25,000
120% 100% 80% 60% 40% 20% 0% -20% -40% -60% -80%
yoy - a.kanan
4
1
2 2013
3
Minyak Goreng
12,800 12,600 12,400 12,200 12,000 11,800 11,600 11,400 11,200
25%
yoy - a.kanan
20% 15% 10% 5% 0% -5% -10%
1
2
3
2011
4
1
2
3
2012
4
1
2
3
2013
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
29
Grafik 2.4. Perkembangan Harga CPO Internasional 1,400
Palm Oil (USD/metric ton)
1,200
yoy indeks
30% 25% 20% 15% 10% 5% 0% -5% -10% -15% -20% -25%
1,000 800 600 400 200 1
2
3
4
1
2011
2
3
4
2012
1
2
3
2013
Peningkatan inflasi tahunan tersebut tidak terlepas dari perkembangan dampak musiman3 yang lebih tinggi. Secara triwulanan, Kelompok Bahan Makanan juga mengalami inflasi cukup tinggi yaitu sebesar 7,59% (Grafik 2.5), jauh lebih tinggi dibandingkan triwulan II-2013 yang mana terjadi deflasi sebesar 1,54% (qtq) maupun triwulan III-2012 yang tercatat sebesar 3,18% (qtq). Hal tersebut didorong oleh kenaikan harga yang cukup signifikan pada sub kelompok daging-hasilnya, ikan segar, ikan diawetkan, sayur-sayuran, kacang-kacangan dan lemak-minyak. Kenaikan harga minyak goreng, sejalan dengan peningkatan harga CPO internasional yang menunjukan tren peningkatan (Grafik 2.4). Grafik 2.5. Perkembangan Inflasi Kelompok Bahan Makanan Sulawesi Selatan (%; qtq) 16 14
y.o.y
12
q.t.q
10 8 6 4 2 0 -2 -4
%
1
2
3 2010
4
1
2
3
4
2011
1
2
3 2012
4
1
2
3
2013
Sumber : BPS diolah
2.1.2 Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau Laju inflasi pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sedikit meningkat dibandingkan periode sebelumnya. Inflasi kelompok ini meningkat 4,70% (yoy), sedikit lebih tinggi dari inflasi tahunan triwulan sebelumnya (4,63%; yoy). Dorongan inflasi terutama berasal dari sub kelompok makanan jadi serta sub kelompok tembakau dan 3
Dihitung dari perkembangan yang lebih pendek, seperti triwulanan (qtq) atau bulanan (mtm).
30
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan III - 2013
minuman beralkohol, yang cenderung meningkat dibanding triwulan II-2013. Sedangkan subkelompok minuman tidak beralkohol mengalami penurunan (Tabel 2.3). Menurunnya inflasi sub kelompok minuman yang tidak berakohol yaitu 2,87% (yoy) disebabkan oleh banjirnya gula impor yang dipasok oleh Pemerintah Pusat ke daerah-daerah, termasuk Sulawesi Selatan, sehingga harga gula pasir mengalami penurunan (Grafik 2.7). Survei Pemantauan Harga (SPH) yang dilakukan oleh Bank Indonesia juga menunjukkan bahwa kenaikan harga pada beberapa komoditas makanan jadi, diduga ikut mendorong tekanan lebih tinggi pada laju inflasi, misalnya komoditas mie kering instant, nasi, dan susu bubuk (Grafik 2.7). Sementara itu, harga rokok mengalami peningkatan akibat kenaikan cukai rokok sebesar 8,5% pada 25 Desember 2012. Namun demikian, perubahan harga yang terjadi tidak mengakselerasi inflasi ke level yang lebih tinggi, karena kenaikan cukai tahun ini tidak setinggi tahun lalu yang mencapai lebih dari 10%. Grafik 2.6. Perkembangan Inflasi Kel. Makanan JadiMinuman-Rokok-Tembakau 7
Sumber : BPS diolah
y.t.d
No
y.o.y
6
Tabel 2.3. Inflasi Per-Sub Kel. Makanan Jadi-MinumanRokok-Tembakau 2012 3
Keterangan
MKNN JADI, M, R & T. 1 Makanan Jadi 2 Min. yg tdk Beralkohol 3 Temb. & Min. Beralkohol
5 4 3 2 1
2013 2
4.97% 4.19% 6.96% 5.41%
3
4.63% 4.70% 3.93% 4.69% 5.77% 2.87% 5.55% 6.08%
Sumber: BPS (diolah)
0 1
2
3
4
1
2
2010
%
3
4
1
2
2011
3
4
1
2012
2
3
2013
Grafik 2.7. Perkembangan Harga Beberapa Komoditi dalam Kelompok Makanan Jadi-Minuman-RokokTembakau Hasil SPH di Makassar Mie Kering Instant Gula Pasir 16,000 14,000
30% 25%
Gula Pasir yoy - a.kanan
12,000 10,000 8,000
20% 15% 10%
6,000 4,000 2,000
5% 0% -5%
-
-10% 1
2
3
4
2011
Triwulan III - 2013
1
2
3
2012
4
1
2 2013
3
Mie yoy - a.kanan
7,600 7,400 7,200 7,000 6,800 6,600 6,400 6,200 6,000 5,800 5,600 5,400
15% 10% 5% 0% -5% -10% -15%
1
2
3
2011
4
1
2
3
2012
4
1
2
3
2013
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
31
Nasi 12,000
Nasi
10,000
yoy - a.kanan
Susu Bubuk
8,000 6,000 4,000 2,000 1
2
3
4
Susu Bubuk
30% 25% 20% 15% 10% 5% 0% -5% -10% -15% -20%
1
2
2011
3
4
1
2012
2
31,000
10% 9% 8% 7% 6% 5% 4% 3% 2% 1% 0%
yoy - a.kanan
30,000 29,000 28,000 27,000 26,000 25,000 24,000
3
1
2013
2
3
4
1
2
2011
3
4
2012
1
2
3
2013
Grafik 2.8. Perkembangan Indeks Penjualan Eceran Sub kelompok Makanan, minuman & Tembakau Mkn-Minum&Tmbkau yoy
600
50% 40%
500
30%
400
20%
300
10%
200
0%
100
-10%
0
-20% 1
Smb : SPE
2
3
4
1
2011
2
3
4
1
2012
2
3
2013
Secara musiman, harga kelompok ini mengalami tekanan inflasi yang cukup besar. Laju inflasi kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau pada triwulan laporan mengalami peningkatan menjadi 2,11% (qtq) dari 0,88% (qtq) pada triwulan II-2013 (Grafik 2.9). Inflasi triwulanan pada triwulan laporan, tercatat sedikit lebih tinggi dibandingkan triwulan yang sama 2012 yang tercatat sebesar 2,05% (qtq). Berdasarkan perkembangan hasil Survei Pemantauan Harga (SPH) terlihat bahwa secara umum terjadi peningkatan harga pada periode laporan dibandingkan triwulan sebelumnya. Grafik 2.9. Perkembangan Inflasi Kelompok Makanan Jadi-Minuman-Rokok-Tembakau Sulawesi Selatan (%; qtq) Sumber : BPS diolah
7
y.o.y
6
q.t.q
5 4 3 2 1 0 1
%
32
2
3 2010
4
1
2
3
4
2011
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
1
2
3 2012
4
1
2
3
2013
Triwulan III - 2013
2.1.3 Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan Bahan Bakar Laju inflasi tahunan kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar pada triwulan laporan sedikit mengalami peningkatan. Inflasi kelompok ini tercatat sebesar 4,76% (yoy), naik dibandingkan inflasi tahunan pada triwulan II-2013 sebesar 3,60% (yoy) (Tabel 2.4). Menguatnya tekanan inflasi didorong oleh sub kelompok bahan bakar, penerangan, dan air,
sub kelompok biaya tempat tinggal dan perlengkapan dan sub
kelompok penyelenggaraan rumah tangga. Penyesuaian TDL sejak awal 2013 diduga menjadi faktor utama pendorong naiknya harga untuk sub kelompok bahan bakar, penerangan, dan air. Sepanjang tahun 2013, TDL akan mengalami penyesuaian secara bertahap sebanyak empat kali hingga mengalami peningkatan sebesar 15%, dimana penyesuaian terakhir pada triwulan laporan pada 1 Juli 2013. Namun, sub kelompok penyelenggaraan rumah tangga justru mengalami perlambatan inflasi. Grafik 2.10. Perkembangan Inflasi Kel. Perumahan-Air-Listrik-Bhn Bakar 5 5
Tabel 2.4. Inflasi Per-Sub Kel. Perumahan-Air-Listrik-Bhn Bakar No
y.t.d
Sumber : BPS diolah
y.o.y
4 4
1 2 3 4
3 3 2 2 1 1
PERUMAHAN,A, L,G & BB Biaya Tempat Tinggal BB, Penerangan & Air Perlengkapan RT Penyelenggaraan RT
2013 2
3.41% 5.00% 0.62% 3.02% 2.67%
3
3.60% 3.80% 2.89% 4.42% 3.28%
4.76% 4.87% 5.40% 4.52% 2.74%
Sumber: BPS (diolah)
1
%
2012 3
Keterangan
2
3
4
1
2
2010
3
4
1
2
2011
3
4
1
2012
2
3
2013
Secara triwulanan, inflasi kelompok ini juga mengalami peningkatan. Inflasi kelompok ini menjadi 1,66% (qtq) dari 0,80% (qtq) pada triwulan II-2013 (Grafik 2.11). Meski demikian, inflasi kelompok ini sedikit meningkat dibandingkan dengan triwulan II-2012 (0,54%; qtq). Dari hasil Survei Penjualan Eceran (SPE) diketahui bahwa peningkatan ini mendorong terjadinya peningkatan penjualan eceran kelompok perlengkapan rumah tangga lainnya. Grafik 2.11. Perkembangan Inflasi Kelompok PerumahanAir-Listrik-Gas-Bahan Bakar Sulawesi Selatan (%; qtq; yoy) 5 5 4
Grafik 2.12. Perkembangan Indeks Penjualan Eceran Kel. Perlengkapan Rumah Tangga
y.o.y
1,400
q.t.q
1,200
4
1,000
3
800
3
600
2 2
400
1
200
1
0
-
%
Prlngkpan RT Prlngkpan RT
1
2
Sumber : BPS diolah 2010
3
4
1
2
3 2011
Triwulan III - 2013
4
1
2
3 2012
4
1
2 2013
3
1
2
3 2011
4
1
2
3 2012
4
1
2
3
2013
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
33
2.1.4 Kelompok Sandang Kelompok sandang mengalami laju inflasi yang relatif stabil pada triwulan III-2013. Inflasi yang terjadi sebesar 2,77% (yoy) (Tabel 2.5), hanya sedikit lebih tinggi dibandingkan triwulan II-2013 (2,61%; yoy). Penurunan tersebut terlihat dari inflasi tiga sub kelompok di dalamnya yang menurun dari triwulan sebelumnya, kecuali harga di sub kelompok sandang anak-anak yang mengalami peningkatan. Hal ini dipengaruhi oleh naiknya permintaan baju sekolah anak sehubungan dengan periode tahun ajaran baru anak sekolah. Sedangkan di sisi lain, sub kelompok barang pribadi dan sandang lain cenderung mengalami deflasi akibat tren penurunan harga emas internasional. Kemudian sub kelompok sandang laki-laki dan wanita mengalami penurunan tekanan inflasi akibat maraknya diskon pertengahan tahun yang ditawarkan oleh berbagai pusat perbelanjaan. Grafik 2.13. Perkembangan Inflasi Kel. Sandang 12
Tabel 2.5. Inflasi Per-Sub Kel. Sandang No
y.t.d
Sumber : BPS diolah
y.o.y
10 8
1 2 3 4
6 4 2
2012 3
Keterangan SANDANG Sandang Laki-laki Sandang Wanita Sandang Anak-anak Brg Pribadi & Sandang Lain
2013
6.51% 10.02% 3.61% 7.41% 5.81%
2
3
2.61% 8.21% 3.52% 6.39% -3.32%
2.77% 5.26% 2.56% 7.14% -0.64%
Sumber: BPS (diolah)
0 1
%
2
3
4
1
2
2010
3
4
1
2011
2
3
4
1
2012
2
3
2013
Grafik 2.14. Perkembangan Harga Komoditas Emas Internasional $/troy oz
2,000 1,800 1,600 1,400 1,200 1,000 800 600 400 200 -
yoy indeks
50% 40% 30% 20% 10% 0% -10% -20%
2012
3
2
1
4
3
2
1
4
3
2
1
-30%
2011
34
Grafik 2.15. Perkembangan Harga Emas Perhiasan Hasil SPH di Makassar
2013
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Emas Perhiasan yoy - a.kanan
500 450 400 350 300 250 200 150 100 50 -
Rp Ribuan
-2
50% 40% 30% 20% 10% 0% -10% -20%
1
2
3
2011
4
1
2
3
2012
4
1
2
3
2013
Triwulan III - 2013
Grafik 2.16. Perkembangan Inflasi Kelompok Sandang Sulawesi Selatan (%; yoy; qtq) 12
y.o.y
10
q.t.q
8 6 4 2 0 1
-2
2
3
4
1
2
3
2010
-4
%
4
1
2011
2
3
4
1
2012
2
3
2013
Sumber : BPS diolah
2.1.5 Kelompok Kesehatan Tekanan laju inflasi sedikit meningkat pada kelompok kesehatan. Laju inflasi meningkat menjadi 3,23% (yoy) pada triwulan III-2013 dari 1,99% (yoy) pada triwulan sebelumnya (Tabel 2.6). Tekanan inflasi yang cukup besar terjadi pada sub kelompok jasa kesehatan yaitu 3,48% (yoy) dan jasa perawatan jasmani 5,78% (yoy). Peningkatan jasa kesehatan terkait dengan kenaikan tarif jasa dokter, karena belum ada gaji standar nasional untuk dokter. Selain itu, tekanan inflasi pada obat-obatan sejalan dengan tekanan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika, dimana bahan-bahan dasar obat-obatan banyak di impor dari luar negeri. Pola inflasi tahunan (yoy), relatif sama pergerakannya dengan laju inflasi triwulanan (qtq). Inflasi triwulan laporan (1,49%; qtq) lebih rendah dari inflasi triwulan II-2013 (0,29%; qtq), maupun dari inflasi triwulan III-2012 (0,28%; qtq) --- Grafik 2.18. Grafik 2.17. Perkembangan Inflasi Kelompok Kesehatan 9.00
No
y.t.d
Sumber : BPS diolah
8.00
Tabel 2.6. Inflasi Per-Subkelompok Kesehatan
y.o.y
7.00 6.00 5.00
1 2 3 4
4.00 3.00 2.00 1.00 1
2
3
4
1
2
2010
3 2011
4
1
2
3 2012
4
1
2
3
Keterangan KESEHATAN Jasa Kesehatan Obat-obatan Js Prwtn Jas. Prwtn Jas. & Kos.
2012 3
3.18% 1.35% 3.64% 5.07% 3.81%
2013 2
3
1.99% 3.23% 2.00% 3.48% 0.34% 2.08% 5.79% 5.78% 1.76% 2.91%
Sumber: BPS (diolah)
2013
%
Triwulan III - 2013
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
35
Grafik 2.18. Perkembangan Inflasi Kelompok Kesehatan Sulawesi Selatan (%; yoy; qtq) 9.00
Sumber : BPS diolah
y.o.y
8.00
q.t.q
7.00 6.00 5.00 4.00 3.00 2.00 1.00 1
2
3
4
1
2
2010
%
3
4
1
2011
2
3
4
1
2012
2
3
2013
2.1.6 Kelompok Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga Terjadi kenaikan tekanan inflasi pada kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga, memasuki awal periode tahun ajaran baru sekolah. Pada triwulan laporan, inflasi tahunan kelompok ini tercatat 3,66% (yoy) (Tabel 2.7), sedikit lebih tinggi dari triwulan sebelumnya (3,33%; yoy). Hampir seluruh kinerja sub kelompok di dalam kelompok ini mengalami kenaikan tekanan inflasi pada level yang moderat. Kenaikan inflasi pada sub kelompok pendidikan, sejalan dengan naiknya uang sekolah baik dari tingkat SD maupun SLTA. Dibandingkan triwulan sebelumnya, tekanan inflasi triwulanan kelompok ini juga relatif meningkat. Laju inflasi bergerak naik dari 0,02% (qtq) pada triwulan II-2013 menjadi 0,97% (qtq) di triwulan laporan (Grafik 2.20). Hal ini dikarenakan oleh adanya kenaikan tekanan inflasi di seluruh dari sub kelompok, yaitu pada sub kelompok pendidikan, kursus/pelatihan, perlengkapan/peralatan pendidikan, rekreasi dan olahraga. Grafik 2.19. Perkembangan Inflasi Kel. PendidikanRekreasi-Olahraga 8
Sumber : BPS diolah
Tabel 2.7. Inflasi Per-Sub Kel. Pendidikan-RekreasiOlahraga
y.t.d y.o.y
7
No
Keterangan
1 2 3 4 5
PENDIDIKAN, R & OR Pendidikan Kursus/Pelatihan Prlngkpn/Prltn Pendd. Rekreasi Olahraga
6 5 4 3 2 1 1
36
1.37% 1.71% 1.27% 1.22% 0.73% 2.39%
2013 2
3.33% 4.91% 1.53% 0.88% 2.79% 0.58%
Sumber: BPS (diolah)
-
%
2012 3
2
3 2010
4
1
2
3 2011
4
1
2
3 2012
4
1
2
3
2013
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan III - 2013
3
3.66% 5.03% 2.95% 1.07% 3.17% 2.67%
Grafik 2.20. Perkembangan Inflasi Kelompok Pendidikan-Rekreasi-OlahragaSulawesi Selatan (%; qtq) 8
Sumber : BPS diolah
y.o.y q.t.q
7 6 5 4 3 2 1 1
-1
2
3
4
1
2
3
2010
%
4
1
2011
2
3
4
1
2
2012
3
2013
2.1.7 Kelompok Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan Secara tahunan, kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan mengalami peningkatan tekanan inflasi. Laju inflasi sebesar 12,01% (yoy), atau lebih tinggi dari triwulan II-2013 (3,96%; yoy) maupun dari triwulan III-2012 (0,63%; yoy) (Tabel 2.8). Meskipun sub kelompok transpor mengalami peningkatan laju inflasi yang cukup signifikan, sub kelompok komunikasi pengiriman mengalami deflasi yang memberikan pengaruh secara keseluruhan untuk menahan laju inflasi pada kelompok dimaksud. Peningkatan laju inflasi sub kelompok transpor dipicu oleh naiknya harga BBM bersubsidi pada 22 Juni 2013 yang memberikan dampak lanjutan pada peningkatan tarif angkutan darat dan udara. Khusus untuk tarif angkutan udara, kenaikannya juga sehubungan dengan tingginya tingkat permintaan (peak season) pada periode Hari Raya Idul Fitri. Grafik 2.21. Perkembangan Inflasi Kelompok Transportasi 14
y.t.d
Sumber : BPS diolah
y.o.y
12
No
10
6 4 2 -
-2
Keterangan
TRANSPOR, KOM. & JK 1 Transpor 2 Kom. & Pengiriman 3 Srn & Penunjang Transpor 4 Js Keuangan
8
%
Tabel 2.8. Inflasi Tahunan Per-Sub Kel. Transpor-Komunikasi-Jasa Keuangan
1
2
3 2010
4
1
2
3 2011
4
1
2
3 2012
4
1
2
3
2012 3
2013 2
3
0.63% 3.96% 12.01% 0.73% 5.41% 16.53% -0.10% -0.12% -0.11% 1.06% 0.93% 1.48% 2.06%
2.61% 0.75%
Sumber: BPS (diolah)
2013
Peningkatan harga BBM bersubsidi pada triwulan ini meningkatkan laju inflasi triwulanan kelompok ini secara signifikan. Inflasi pada triwulan II-2013 hanya berkisar 3,34% (qtq), namun harga komoditas dalam kelompok ini justru tertarik naik tajam, sehingga mencetak inflasi sebesar 8,05% (qtq) pada triwulan III-2013 (Grafik 2.22). Hal ini sejalan dengan hasil SPE khususnya untuk kelompok suku cadang dan aksesori sebagai
Triwulan III - 2013
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
37
prompt indicator. Dari Grafik 2.23, terlihat adanya peningkatan pertumbuhan tahunan serta triwulanan Indeks Penjualan Eceran Kelompok Suku Cadang dan Aksesori. Grafik 2.22. Perkembangan Inflasi Kel. TransportasiKomunikasi-Jasa Keuangan Sulawesi Selatan (%; qtq) 14
Grafik 2.23. Perkembangan Indeks Penjualan EceranKel. Suku Cadang & Aksesori
y.o.y
Sumber : BPS diolah
q.t.q
12
300
10
250
8
200
6
150
4
100 50
2
%
Sk Cdg&Akssoris
350
0
-
1 1
-2
2
3
4
1
2010
2.2.
2
3
4
1
2
2011
3
4
2012
1
2
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
3
Smb : SPE
2013
2011
2012
2013
Inflasi Berdasarkan Kota4
Pada periode laporan, semua kota penghitungan inflasi di Sulsel mengalami peningkatan inflasi dibanding triwulan sebelumnya. Secara berurutan, tingkat inflasi tertinggi dialami oleh Kota Makassar, Kota Pare-pare, Kota Watampone dan Kota Palopo. Inflasi Kota Makassar pada triwulan III-2013 tercatat sebesar 7,41% (yoy), lebih rendah dari inflasi triwulan II-2013 (4,54%; yoy). Inflasi tertinggi berikutnya adalah Kota Pare-pare yang mengalami inflasi tahunan sebesar 7,41% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan inflasi triwulan II-2013 (4,49%; yoy). Selanjutnya adalah Kota Watampone dengan laju inflasi sebesar 6,71% (yoy) untuk triwulan III-2013, lebih tinggi jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (3,28%; yoy). Terakhir adalah Kota Palopo yang mengalami inflasi tahunan 5,33%, lebih tinggi dari inflasi di triwulan II-2013 (3,03%; yoy). Grafik 2.24. Perkembangan Inflasi 4 (Empat) Kota di Sulsel Makassar Palopo Pare-pare Watampone Sulawasi Selatan
Sumber: BPS (diolah)
9.00 8.00
Growth (y.o.y)
7.00 6.00 5.00 4.00 3.00 2.00 1.00 0.00 I
II
III 2010
4
IV
I
II
III 2011
IV
I
II
III
IV
I
2012
II
III
2013
Inflasi di Sulsel dihitung dari 4 (empat) kota yaitu Makassar, Palopo, Parepare, dan Watampone.
38
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan III - 2013
Tabel 2.9. Sumbangan Inflasi 4 (Empat) Kota di Sulsel Sumbangan Inflasi Kota Keterangan
2011
2012
2013
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
Watampone
0.30%
0.32%
0.17%
0.14%
0.20%
0.19%
0.22%
0.22%
0.23%
0.22%
0.36%
Makassar
5.32%
5.35%
2.87%
2.42%
3.42%
3.24%
3.77%
3.71%
3.88%
3.68%
6.10%
Palopo
0.35%
0.35%
0.19%
0.16%
0.22%
0.21%
0.25%
0.24%
0.25%
0.24%
0.40%
Pare-pare
0.34%
0.35%
0.18%
0.16%
0.22%
0.21%
0.24%
0.24%
0.24%
0.23%
0.39%
6.32%
6.37%
3.37%
2.88%
4.06%
3.85%
4.48%
4.40%
4.61%
4.36%
7.24%
Sulawasi Selatan
Peningkatan inflasi Kota Makassar mendorong peningkatan sumbangan bagi inflasi Sulsel. Sumbangan paling besar bagi inflasi tahunan Sulsel (7,24%; yoy), tetap diberikan oleh Kota Makassar yaitu sebesar 6,10% (Tabel 2.9) dan cenderung meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 3,68%. Tiga kota yang lain relatif memberikan sumbangan yang berimbang. Kota Palopo menyumbang 0,40%, lebih tinggi dari sumbangan triwulan sebelumnya (0,24%). Sementara itu, Kota Pare-pare mencatat angka sumbangan yang sedikit lebih tinggi dibanding triwulan II-2013 (0,23%), yaitu sebesar 0,39% pada triwulan laporan. Sumbangan Kota Watampone juga sedikit meningkat yaitu dari 0,22% di triwulan II-2013 menjadi 0,36% pada triwulan III-2013.
2.3.
Disagregasi Inflasi5
Berdasarkan disagregasi, volatile foods masih yang memberikan sumbangan terbesar bagi inflasi Sulsel. Sumbangan inflasi volatile foods (3,29%), diikuti oleh inflasi administered
prices (2,14%) dan inflasi inti (1,81%) (Grafik 2.25). Inflasi volatile foods mencatat angka tertinggi dibanding komponen lain pada triwulan laporan sebesar 13,06% (yoy), lebih rendah dari triwulan II-2013 (8,49%; yoy) (Grafik 2.26). Komoditas bumbu-bumbuan relatif masih menjadi komoditas yang bergejolak karena permintaannya yang cukup tinggi. Akan tetapi, gejolak pada komoditas tersebut diredam oleh terkendalinya harga bawang merah seiring dengan terjadinya panen raya di sentra produksi utama (Jawa Timur dan Nusa Tenggara Barat). Demikian pula produksi bumbu-bumbuan di wilayah Sulsel (bawang merah di Enrekang, cabe di Bantaeng dan Maros) juga dalam masa panen. Meski demikian, pembatasan impor holtikultura yang dilakukan oleh pemerintah dan pelemahan nilai tukar rupiah menyebabkan harga komoditas sayur-sayuran dan buah-buahan terutama komoditas impor masih relatif tinggi. Inflasi inti relatif masih berada pada level yang sama dibandingkan periode sebelumnya, meski sedikit melambat. Pada triwulan III-2013 inflasi inti tercatat 3,60% (yoy), atau sedikit melambat dibandingkan triwulan II-2013 (3,02%; yoy). Tekanan inflasi inti pada triwulan 5
Analisa disagregasi membagi inflasi menjadi inflasi inti (core inflation) dan inflasi non-inti (volatile foodsdan administered prices). Hal ini dilakukan untuk menghasilkan indikator inflasi yang lebih menggambarkan pengaruh dari faktor yang bersifat fundamental. Sejak tahun 2012, data laju inflasi dan sumbangan inflasi berdasarkan disagreagsimenggunakan pendekatan komoditas. Sebelumnya, digunakan pendekatan subkelompok. Triwulan III - 2013
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
39
laporan, disebabkan karena harga bahan bangunan dan sewa rumah terlihat masih terus merangkak naik, seiring permintaan properti yang terus tumbuh. Hal ini terpantau juga dari hasil Survei Harga Properti Residensial yang masih terus meningkat, menjadi 13,70%(yoy) pada triwulan III-2013, dibanding triwulan sebelumnya 9,24% (yoy). Selain itu, sub kelompok sandang anak-anak juga mengalami tekanan inflasi yang didorong oleh semakin banyaknya permintaan akan barang dan jasa untuk anak-anak sekolah sehubungan dengan moment tahun ajaran baru bagi para siswa sekolah. Di sisi lain, tekanan peningkatan harga emas internasional mulai relatif menurun pada triwulan laporan apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya sehingga inflasi inti masih bertahan pada tingkat 3,02% (yoy). Harga emas internasional turun dari USD 1423,64 per troy oz pada triwulan II-2013, menjadi USD 1332,95 per troy oz pada triwulan III-2013. Grafik 2.25. Sumbangan Inflasi Inti, Administered dan Volatile Foods Administered Inflation
4%
Core Inflation
Grafik 2.26. Pertumbuhan Inflasi Inti, Administered dan Volatile Foods 20%
Volatile Inflation
4%
Administered Inflation
Core Inflation
Volatile Inflation
Total
15%
3% 3%
10%
2% 2%
5%
1% 1%
0% 1
0% -1% -1%
1
2
3
2010
4
1
2
3
2011
4
1
2
3
2012
4
1
2
3
2013
-5%
2
3 2010
4
1
2
3 2011
4
1
2
3 2012
4
1
2
3
2013
Sumber: BPS Diolah
Kenaikan harga BBM bersubsidi memicu kenaikan inflasi administered prices. Inflasi
administered price sebesar 10,92% (yoy) di triwulan III-2013. Angka inflasi tersebut lebih tinggi dari triwulan II-2013 (4,71%; yoy) dan juga lebih tinggi dibandingkan triwulan III-2012 (1,79%; yoy). Pendorong utama inflasi adalah dampak kenaikan BBM bersubsidi pada akhir Juni 2013. Kenaikan terjadi pada harga bensin menjadi sebesar Rp6.500 dari sebelumnya Rp4.500, sementara solar menjadi Rp5.500 dari Rp4.500. Secara rata-rata, kenaikan harga BBM bersubsidi tahun ini sebesar 33%. Selain itu, kenaikan biaya transportasi juga didorong oleh meningkatnya permintaan akan tiket baik untuk angkutan laut, udara dan darat. Kenaikan harga tarif dasar listrik untuk ketiga kalinya pada tahun 2013 (1 Juli 2013)6 juga mengakselerasi inflasi administered di Sulawesi Selatan.
6
Ada 4 kali penyesuaian TDL selama tahun 2013, yaitu tahap I (1 Januari 2013), tahap II (1 April 2013), tahap III (1 Juli 2013) dan tahap IV (1 Oktober 2013).
40
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan III - 2013
Boks I: Program Ketahanan Pangan Integrated Farming Komoditas Beras di Kabupaten Soppeng
Sejak Tahun 2012 Bank Indonesia bekerjasama dengan 7 Instansi yaitu Pemerintah Pemerintah Kabupaten Soppeng, Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan (Badan Ketahanan Pangan Daerah, Dinas Pertanian, Tanaman Pangan dan Hortikultura, Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan, Sekretariat Badan Koordinasi Penyuluh), Perum Badan Urusan Logistik Divisi Regional Provinsi Sulawesi Selatan serta PT. Bank Sulselbar mengembangkan pilot project ketahanan beras di Desa Patampanua, Kec. Marrioriawa, Kab. Soppeng. Kerjasama tersebut dituangkan dalam Nota Kesepahaman tentang “Pengembangan Pilot Project Program Ketahanan Pangan Beras Di Kabupaten Soppeng”, yang ditandatangani pada tanggal 21 September 2012. Objek Nota Kesepahaman
tersebut
dipusatkan
kepada
Gapoktan
(Gabungan
Kelompok
Tani)
Marengkalinga, yang beranggotakan 629 orang atau terbagi dalam 11 kelompok Tani dengan luas lahan sawah 730 Ha. Potensi produksi padi adalah 5-8 Ton/Ha. Para Petani selama ini hanya mampu menjual gabah kering panen kepada pengusaha penggilingan yang rata-rata berada di Kab. Sidrap dan Wajo, karena minimnya sarana dan prasana penggilingan padi di Kab. Soppeng. Hal tersebut membuat para petani tidak bisa menciptakan nilai tambah. Untuk menanggulangi hal tersebut, para pihak sepakat untuk melaksankan Model Ketahanan Pangan“Peningkatan Agribisinis Pertanian Melalui Integrated Farming Komoditas Beras Guna Meningkatkan Kesejahteraan Petani”. Model ketahanan pangan yang dimaksud menggunakan konsep Sistem Pertanian Terpadu atau Integrated Farming System. Sistem ini mengintegrasikan beberapa unit usaha di bidang pertanian (pertanian, perikanan, peternakan, perkebunan dan kehutanan), dikelola secara terpadu, dan berorientasi ekologis, sehingga diperoleh peningkatan nilai ekonomi, tingkat efisiensi, dan produktivitas yang tinggi. Model ini menganut hukum “The Law of Return” dimana sebuah komoditas pertanian (misalnya padi) tidak dipandang sebagai bahan pangan saja namun sebagai penghasil sumberdaya lain seperti pakan ternak. Selain itu, limbah organik pertanian dapat diolah menjadi pupuk organik bagi tanaman. Siklus ini diharapkan tidak terputus sehingga hasil akhir yang diperoleh adalah sistem pertanian tanpa limbah (zero waste), ramah lingkungan, memberikan hasil maksimal, marketable, dan mensejahterakan masyarakat hingga mencapai titik kemandirian. Tahapan kegiatan dalam model ini dibagi menjadi enam tahapan, yaitu penguatan kelembagaan, budidaya, pengolahan hasil dan pasca panen, pemasaran dan distribusi pangan, pengembangan saranan dan prasarana, serta monitoring dan evaluasi. Pertama, penguatan kelembagaan dilakukan dengan dukungan sarana dan prasarana maupun peningkatan kompetensi gapoktan. Kedua, budidaya berisi kegiatan bantuan pengadaan bibit serta pelatihan yang berhubungan dengan aspek operasional budidaya padi, sapi, maupun ikan air tawar. Ketiga, pengelolaan hasil dan pasca panen meliputi kegiatan pengolahan gabah menjadi beras serta pengolahan limbah untuk dijadikan pakan ternak dan pupuk. Keempat, pemasaran dan distribusi pangan mencakup pengadaan beras oleh Bulog, cadangan Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan III - 2013
41
pangan, distribusi pemasaran, serta resi gudang. Kelima, pengembangan sarana dan prasarana berisi rehabilitasi jaringan irigasi, pembuatan embung dan parit, serta pembuatan jalan usaha tani yang diharapkan mendukung
implementasi
sebelumnya.
Terakhir,
empat
tahap
dilakukan
monitoring dan evaluasi dimana setiap pelaksana
kegiatan
menyampaikan
wajib
laporan
untuk
pelaksanaan
kegiatan kepada Dewan Ketahanan Pangan melalui Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sulawesi Selatan. Pada tahun 2013 telah banyak kegiatan yang dilaksanakan oleh para pihak sesuai dengan timeline yang telah disepakati, diantaranya pembuatan sarana dan prasana berupa jalan usaha tani, parit dan jalur irigasi,
pelatihan
manajem
keuangan,
pelaksanaan studi banding ke Yogyakarta, magang Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis di Payakumbuh serta pemberian bantuan sarana dan prasana pengolahan padi berupa Rice Miling Unit, Lantai Jemur, Gudang, serta sarana pendukung lainnya. Rangkaian
kegiatan
dimaksud,
mulai
memberikan dampak yang positif bagi anggota Gapoktan diantaranya peningkatan pendapatan gapoktan
melalui
penjualan
beras
melalui
kemitraan dengan BULOG. Para Petani selama ini hanya mampu menjual gabah kering panen dengan gapoktan
harga dapat
saat
Rp3.000-3.500/kg, menjual
beras
di
ini
harga
Rp7.000-Rp7.500/kg. Masih terdapat beberapa hal yang perlu ditindaklanjuti dan ditingkatkan dalam pengembangan pola integrated farming, diantaranya program pengembangbiakkan sapi. Ke depannya, program ketahanan pangan ini akan dikembangkan menjadi klaster industri1.
1
Klaster Industri adalah jaringan produksi dari perusahaan-perusahaan yang saling bergantungan secara erat
(termasuk pemasok yang terspesialisasi), agen penghasil pengetahuan (perguruan tinggi, lembaga riset, perusahaan rekayasa), lembaga perantara/bridging institution (broker, konsultan) dan pelanggan, yang terkait satu dengan lainnya dalam suatu rantai produksi peningkatan nilai tambah (Roelandt dan den Hertog, 1998).
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan III - 2013
42
Bab 3
Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran
Perkembangan aset perbankan dan sistem pembayaran non-tunai RTGS di Sulawesi Selatan, pada triwulan III-2013 menunjukan peningkatan, sesuai dengan arah pertumbuhan ekonomi. Terjadi peningkatan aset Bank Umum, baik bank pemerintah, bank swasta nasional maupun bank asing-campuran. Aset perbankan meningkat sejalan dengan bertambahnya jumlah kantor bank umum konvensional. Sementara penghimpunan dana dan penyaluran kredit relatif melambat, namun kegiatan intermediasi masih lebih tinggi daripada nasional. Penghimpunan dana pihak ketiga tumbuh melambat khususnya untuk jenis tabungan, dan deposito. Berdasarkan jenis penggunaan kredit, terjadi penurunan pertumbuhan yang signifikan pada kredit konsumsi tetapi meningkat pada kredit investasi dan modal kerja. Sejalan dengan itu, penyaluran kredit kepada sektor utama (pertanian dan pertambangan), tercatat tumbuh lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya. Meski demikian, kegiatan intermediasi perbankan di Sulsel tetap masih lebih tinggi lebih tinggi daripada nasional, dengan rasio LDR 139,17% dibanding nasional yang hanya sebesar 91,82%. Risiko kredit perbankan juga terjaga, tercermin dari rasio Non Performing Loans (NPLs) Bank Umum yang tetap pada level yang aman (dibawah 5%). Indikator sistem pembayaran non-tunai mengalami peningkatan pertumbuhan, sesuai siklus musiman dan transfer anggaran dari pemerintah pusat. Pembayaran melalui sarana RTGS meningkat transaksinya, sejalan dengan tingginya aktivitas ekonomi pada periode bulan Ramadhan, hari Raya Idul Fitri, dan juga periode triwulan III merupakan siklus peningkatan realisasi anggaran dari berbagai instansi. A.
Perbankan
Kinerja perbankan Sulsel pada triwulan III-2013 cenderung meningkat, dimana beberapa indikator menunjukan pertumbuhan tahunan cukup baik. Pertumbuhan total aset perbankan sebesar 20,78% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu sebesar 19,04% (yoy), meski lebih rendah dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya sebesar 23,64% (yoy). Kenaikan pertumbuhan total aset tersebut didorong oleh bertambahnya jumlah Bank Umum konvensional di wilayah Sulawesi Selatan pada triwulan laporan. Kegiatan intermediasi perbankan tetap baik, yang ditandai dengan LDR dari 125,09% di triwulan III-2012, menjadi 139,17% pada triwulan laporan. Sedangkan Non Performing Loans (NPLs) Bank Umum pada triwulan laporan secara gross tercatat sedikit
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan III - 2013
43
meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu sebesar 2,77%, meski demikian masih berada dibawah batas aman 5,00%. Dibandingkan bank konvensional, pertumbuhan perbankan syariah Sulsel pada triwulan III-2013 menunjukkan kinerja yang juga masih cukup baik, terutama dari sisi pengumpulan DPK. Di sisi lain, Level Finance to Deposit Ratio (FDR) menurun dari 241,23% pada triwulan sebelumnya menjadi sebesar 203,31% pada triwulan III-2013. Selanjutnya disisi lain, perkembangan Bank Perkreditan Rakyat/Syariah (BPR/S) juga menunjukan kinerja yang masih cukup baik, terindikasi dari pertumbuhan aset dan kredit/pembiayaan yang masih meningkat, meski pertumbuhan DPK cenderung menurun.
3.1.
Kondisi Umum
3.1.1 Perkembangan Kelembagaan Dari sisi kelembagaan, pada triwulan III-2013, jumlah bank di Sulsel mengalami perubahan dengan bertambahnya 1 (satu) Bank Konvensional. Sedangkan untuk jumlah BPR masih tetap sama seperti periode sebelumnya. Sedangkan jumlah kantor Bank di Sulsel, masih terus bertambah pada triwulan laporan yaitu menjadi sebanyak 29 (tabel 3.1). Tabel 3.1 Perkembangan Kelembagaan Bank Umum dan BPR Sulawesi Selatan Kelembagaan Bank Umum Konvensional Syariah UUS BPR Jumlah Kantor Bank
2011 I
II 41 31 5 5 27 689
42 32 5 5 27 724
2012 III 43 32 6 5 27 812
IV 45 34 6 5 27 844
I
II 46 35 6 5 27 852
46 35 6 5 27 891
III 46 35 6 5 28 925
IV 46 35 6 5 28 936
2013 I 47 36 6 5 28 940
II 49 38 6 5 29 950
III 50 39 6 5 29 959
3.1.2 Perkembangan Aset Perbankan Total aset Bank Umum pada triwulan III-2013 tumbuh sebesar 20,78% (yoy) atau menjadi Rp90,29 triliun, sedikit meningkat dibandingkan triwulan II-2013 yang tumbuh sebesar 19,04% (yoy) (tabel 3.2). Peningkatan pertumbuhan aset perbankan pada periode laporan disebabkan oleh meningkatnya pertumbuhan aset seluruh kelompok bank, yaitu bank Pemerintah, bank Swasta Nasional dan juga bank Asing-Campuran, masing-masing dari 17,14%, 22,38% dan -0,02% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi sebesar 19,37%, 23,30% dan 2,89% (yoy) pada triwulan laporan.
44
Triwulan III - 2013
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Tabel 3.2 Aset Bank Umum Berdasarkan Kelompok Bank Pertumbuhan (y.o.y) KOMPONEN
Nominal (Rp. Milyar)
2012 I
Total Aset
II
III
IV
I
2013 II
2012 III
I
II
III
IV
I
2013 II
III
Bank Pemerintah
26.33% 25.98% 23.64% 22.65% 19.69% 19.04% 20.78% 67,573 27.44% 25.68% 23.99% 22.04% 17.84% 17.14% 19.37% 41,018
72,554 43,995
74,754 44,651
79,307 47,097
80,876 48,337
86,366 51,537
90,288 53,300
Bank Swasta Nasional
24.36% 26.45% 22.98% 23.95% 22.81% 22.38% 23.30% 25,989
28,022
29,474
31,619
31,919
34,293
36,341
537
629
591
621
537
647
Bank Asing dan Campuran
3.2.
39.33% 26.23% 30.28%
5.07%
9.85%
-0.02%
2.89%
565
Intermediasi Perbankan
Sejalan dengan pertumbuhan DPK dan kredit yang mengalami penurunan, intermediasi perbankan juga relatif tertahan dengan menurunnya level Loan to Deposit Ratio (LDR). LDR menjadi 139,17% pada triwulan III-2013 lebih tinggi dibandingkan triwulan III-2012 yang tercatat sebesar 125,09%. Penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) yang lebih tinggi dibandingkan penurunan penyaluran pada periode laporan. Sesuai pola historisnya, perkembangan intermediasi perbankan selalu tinggi, lebih dari 100%. Penyaluran kredit yang tinggi terutama untuk penyaluran kepada sektor perdagangan, sektor industri pengolahan, dan sektor jasa dunia usaha.
3.2.1 Perkembangan Dana Masyarakat Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dihimpun oleh Bank Umum pada triwulan III-2013 mencapai Rp57,20 triliun atau tumbuh sebesar 9,40% (yoy), sedikit melambat dibandingkan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 9,97% (yoy) (tabel 3.3). Perlambatan pertumbuhan DPK terutama disebabkan oleh melambatnya pertumbuhan tabungan dari 10,14% pada triwulan II-2013 menjadi 8,53% serta melambatnya pertumbuhan deposito dari 12,97% pada triwulan II-2013 menjadi 9,42% (yoy) pada triwulan laporan. Tabel 3.3 Penghimpunan Dana dan Penyaluran Kredit/Pembiayaan Bank Umum Pertumbuhan (y.o.y) 2012 I II III IV I 23.04% 23.77% 27.30% 18.71% 16.55%
2013 II 9.97%
a. Giro
21.14% 15.62% 19.82% 20.30% 17.21%
4.15% 12.47%
7,893
7,764
8,190
7,948
9,252
8,086
9,211
b. Tabungan
27.09% 30.03% 34.25% 18.91% 17.19% 10.14%
8.53% 24,970
27,186
29,432
31,428
29,262
29,942
31,943
c. Deposito
17.09% 17.17% 19.07% 17.47% 14.96% 12.97%
9.42% 13,228
13,518
14,668
14,902
15,207
15,271
16,050
26.30% 26.32% 22.49% 22.77% 22.58% 21.84% 21.71% 58,755
63,265
65,412
69,956
72,019
77,083
79,613
KOMPONEN 1. DPK
2. Kredit
Nominal (Rp. Milyar)
3. LDR (%) 4. NPLs Gross (%)
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
2012 III I 9.40% 46,091
II 48,468
III 52,290
IV 54,278
I 53,721
2013 II 53,299
III 57,204
127.47% 130.53% 125.09% 128.88% 134.06% 144.62% 139.17% 2.82%
2.88%
2.65%
2.64%
2.64%
2.68%
Triwulan III - 2013
2.77%
45
3.2.2 Penyaluran Kredit Pada triwulan III-2013, penyaluran kredit perbankan di Sulsel mengalami perlambatan pertumbuhan dari 21,84% (yoy) pada triwulan II-2013 menjadi 21,71% (yoy) pada periode laporan (tabel 3.4). Dari sisi penggunaannya, kredit konsumsi yang pangsanya terbesar (42,08%), mengalami perlambatan pertumbuhan menjadi sebesar 19,14% dibandingkan laporan periode sebelumnya 24,01% (yoy). Hal ini justru berbanding terbalik dengan kredit modal dan kredit investasi yang mengalami peningkatan, yaitu masing-masing sebesar 12,84% dan 44,75% pada triwulan laporan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 9,74% dan 41,99%. Peningkatan kredit investasi terutama terjadi pada sektor pengangkutan, sedangkan peningkatan kredit modal kerja terjadi pada sektor perdagangan. Tabel 3.4 Penyaluran Kredit/Pembiayaan Bank Umum Per Jenis Penggunaan Pertumbuhan (y.o.y) KOMPONEN
2012 I
II
III
IV
I
Nominal (RP Milyar) 2013 II
2012 III
I
II
2013 III
IV
I
II
III
Kredit (lokasi proyek)
26.30% 26.32% 22.49% 22.77% 22.58% 21.84% 21.71% 58,755 63,265 65,413 69,956 72,019
77,083
79,613
- Modal Kerja
30.45% 33.23% 22.55% 28.22% 27.43%
9.74% 12.84% 22,500 25,045 24,657 28,250 28,671
27,484
27,822
- Investasi
28.20% 22.23% 18.27%
8.51% 41.99% 44.75% 11,728 12,256 12,635 11,911 12,725
17,402
18,289
- Konsumsi
21.87% 22.14% 24.44% 26.13% 24.85% 24.01% 19.14% 24,527 25,965 28,121 29,794 30,622
32,197
33,503
5.18%
Penurunan kredit pada beberapa sektor penting, menyebabkan terjadinya perlambatan pertumbuhan kredit. Perlambatan pertumbuhan terjadi disebagian besar penyaluran sektor-sektor penting, yaitu sektor pertanian, sektor pertambangan, sektor industri pengolahan, sektor listrik-gas-air, jasa dunia usaha dan sektor lain-lain yang masingmasing melambat sebesar 18,22% (yoy), -4,26% (yoy), 6,30% (yoy), 123,81% (yoy), 23,48% (yoy) dan 14,76% (yoy) pada triwulan laporan dari 23,20% (yoy), -3,97% (yoy), 6,78% (yoy), 223,27% (yoy), 31,21% (yoy) dan 17,51% (yoy) pada triwulan sebelumnya. Sementara itu, terjadi peningkatan pertumbuhan kredit di beberapa sektor yaitu sektor konstruksi, sektor perdagangan, sektor pengangkutan, dan sektor jasa sosial masyarakat yaitu masing-masing menjadi 18,77% (yoy), 32,87% (yoy), 41,60% (yoy), dan 26,49% (yoy). Sektor yang mengalami pertumbuhan kredit tertinggi adalah sektor konstruksi dari 15,42% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 18,77% (yoy) pada triwulan laporan. Kemudian, sektor perdagangan juga mengalami pertumbuhan kredit yang meningkat dari 28,77% (yoy) menjadi 32,87% (yoy). Selain itu sektor pengangkutan dan jasa sosial masyarakat masingmasing meningkat menjadi 41,60% (yoy) dan 26,49% (yoy) dari sebelumnya 31,52% (yoy) dan 3,41% (yoy).
46
Triwulan III - 2013
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Tabel 3.5 Pertumbuhan Tahunan Kredit/Pembiayaan Per Sektor Ekonomi Pertumbuhan (yoy) KOMPONEN
Nominal (Rp. Milyar)
2012 I
II
III
IV
I
2013 II
2012 III
I
II
III
IV
I
2013 II
III
Kredit
26.30%
26.32%
22.49%
22.77%
22.58%
21.84% 21.71%
58,755
63,265
65,412
69,956
72,019
77,083
79,613
Pertanian
76.99%
59.15%
46.48%
39.13%
55.44%
23.20% 18.22%
883
1,101
1,146
1,187
1,373
1,356
1,354
Pertambangan
67.44%
45.71%
30.83%
0.11%
3.95%
-3.97%
-4.26%
568
608
626
564
590
584
599
Industri Pengolahan
30.85%
31.35%
32.65%
22.76%
26.31%
6.78%
6.30%
4,842
5,216
5,381
6,013
6,116
5,570
5,720
Listrik, Gas, Air
-9.58%
47.94%
77.11% 116.37% 162.55% 223.27% 123.81%
379
420
663
782
996
1,357
1,484
Konstruksi
9.70%
20.17%
18.74%
23.04%
21.81%
15.42% 18.77%
3,148
3,503
3,708
3,848
3,835
4,043
4,405
Perdagangan
32.17%
33.66%
26.95%
26.32%
28.32%
28.77% 32.87%
15,854
18,288
18,100
19,531
20,344
23,549
24,050
Pengangkutan
75.71%
42.76%
21.79%
22.66%
26.76%
31.52% 41.60%
1,828
1,809
1,737
2,138
2,317
2,379
2,459
Jasa Dunia Usaha
64.12%
49.78%
27.60%
10.69%
8.66%
31.21% 23.48%
3,171
3,438
3,474
3,371
3,446
4,511
4,289
Jasa Sosial Masyarakat
-6.02%
-7.96% -16.66% -11.48%
-6.57%
3.41% 26.49%
1,583
1,465
1,376
1,386
1,479
1,515
1,740
Lain-lain
20.23%
19.37%
18.97%
17.51% 14.76%
26,497
27,417
29,202
31,135
31,523
32,219
33,513
19.05%
22.77%
Pertanian 2%
Konsumsi 42%
Modal Kerja 35%
Konstruksi 6% Lain-lain 42%
Investasi 23%
Grafik 3.1 Pangsa Kredit/Pembiayaan Bank Umum Per Jenis Penggunaan
Pertambangan 1% Industri Pengolahan Listrik, Gas, Air 2% 7%
Perdagangan 30%
Jasa Dunia Usaha 5% Jasa Sosial Masyarakat 2%
Pengangkutan 3%
Grafik 3.2 Pangsa Kredit/Pembiayaan Bank Umum Per Sektor Ekonomi
Berdasarkan pangsanya, kredit konsumsi merupakan yang terbesar. Kredit konsumsi pada triwulan III-2013 masih tercatat memiliki pangsa yang tertinggi yaitu sebesar 42,08% atau sebesar Rp33,50 triliun, diikuti kredit modal kerja sebesar 34,95% atau Rp27,82 triliun dan kredit investasi sebesar 22,97% atau Rp18,29 triliun (grafik 3.1). Dibandingkan triwulan sebelumnya, proporsi kredit modal kerja mengalami penurunan 0,71%, sedangkan proporsi kredit konsumsi dan investasi mengalami peningkatan masing-masing sebesar 0,31% dan 0,40% dibanding periode sebelumnya. Tingginya pangsa kredit konsumsi tersebut, tercermin dari pangsa kredit lain-lain yang juga paling tinggi. Secara sektoral, penyaluran kredit pada triwulan III-2013 didominasi oleh 3 sektor yaitu sektor lain-lain, sektor perdagangan serta sektor industri pengolahan masing-masing sebesar 42,09%, 30,21% dan 7,18% (grafik 3.2). Risiko kredit tetap terkendali. Ditinjau dari aspek pengelolaan manajemen risiko, kondisi perbankan Sulsel pada triwulan III-2013 masih menunjukkan performa yang baik, tercermin dari rasio Non Performing Loans (NPLs) Bank Umum yang masih terjaga pada level yang aman (dibawah 5%), yaitu sebesar 2,77%, meski sedikit meningkat dibandingkan periode sebelumnya sebesar 2,68% (tabel 3.6).
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan III - 2013
47
Tabel 3.6 Perkembangan NPLs Gross Bank Umum KOMPONEN NPLs Gross (%)
2011
2012
I
II
III
IV
I
II
III
IV
I
2013 II
3.25%
3.36%
3.22%
2.63%
2.82%
2.88%
2.65%
2.64%
2.84%
2.68%
III 2.77%
Risiko kredit untuk beberapa sektor masih tinggi, sesuai dengan risiko usahanya. Meski NPL sektor pertanian cenderung menurun pada periode laporan, namun secara umum NPL sektor primer yang masih tinggi antara lain sektor pertanian dan sektor pertambangan tercatat masing-masing sebesar 11,20% dan 12,48% (grafik 3.5). NPL sektor jasa dunia usaha terlihat meningkat cukup signifikan dari 2,96% menjadi sebesar 5,74%. Meningkatnya NPL baik pada sektor pertambangan maupun dunia usaha diperkirakan sehubungan dengan kondisi perekonomian global yang masih belum pulih sehingga mempengaruhi permintaan luar negeri dan juga sebagai dampak kebijakan kenaikan BBM bersubsidi dan kenaikan TDL secara bertahap menyebabkan terjadinya penyesuaian ongkos produksi pada berbagai barang dan jasa. 1.70%
Lain-lain Jasa Sosial Masyarakat
1.73% 4.10%
Jasa Dunia Usaha
2.96%
Perdagangan
1.19% 0.89% 3.01%
Pengangkutan
Tw III-13 5.74%
2.93% 4.00% 3.95%
Konstruksi Listrik, Gas, Air
Tw II-13 3.72%
0.04% 0.03% 3.24%
Industri Pengolahan
3.29% 11.93%
Pertambangan
12.48%
12.66% 11.20%
Pertanian 0%
2%
4%
6%
8%
10%
12%
14%
Grafik 3.3 NPLs Per Sektor Ekonomi
3.2.3 Kredit UMKM1 Share kredit UMKM terhadap total kredit di Sulawesi Selatan sebesar 29,15%, atau berada diatas kewajiban yang ditetapkan oleh Bank Indonesia yaitu sebesar 20%. Apabila dilihat pangsa kredit/pembiayaan MKM per sektor ekonomi pada posisi September 2013 sebagian besar masih didominasi oleh sektor perdagangan 62,39%, diikuti oleh sektor jasa dunia usaha, industri pengolahan, sektor pengangkutan, dan sektor konstruksi yang masing-masing memiliki proprosi sebesar 7,57%, 6,36%, 5,97% dan 5,88% (grafik 3.4). Penyaluran
kredit/pembiayaan
MKM
secara tahunan pada
triwulan laporan
juga
menunjukkan peningkatan pertumbuhan dari 20,83% (yoy) triwulan sebelumnya menjadi 1
Berdasarkan segmentasi skala usaha debitur, kredit/pembiayaan Mikro, Kecil dan Menengah tercatat sebesar 29,06% dari total kredit/pembiayaan Bank Umum di Sulawesi Selatan.
48
Triwulan III - 2013
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
menjadi tumbuh sebesar 29,72% (yoy) (tabel 3.7). Meski di beberapa sektor mengalami kontraksi kredit yaitu pada sektor listrik-gas-air dan sektor lain-lain (konsumsi). Kemudian sektor jasa dunia usaha mengalami perlambatan pertumbuhan dari 22,34% (yoy) menjadi 20,52% (yoy). Namun di sisi lain, terjadi peningkatan pertumbuhan di sektor-sektor lainnya, yaitu sektor pertanian, sektor pertambangan, sektor industri pengolahan, sektor konstruksi, sektor perdagangan, sektor pengangkutan dan sektor jasa sosial masyarakat.
Jasa Sosial Masyarakat Pengangkutan 6% 6% Jasa Dunia Usaha 8%
Lain-lain 0% Pertanian 5% Pertambangan 1% Industri Pengolahan 6% Listrik, Gas, Air 0%
Perdagangan 62%
Konstruksi 6%
Grafik 3.4 Pangsa Kredit/pembiayaan MKM Bank Umum Per Sektor Ekonomi
Tabel 3.7. Pertumbuhan Kredit/Pembiayaan Mikro, Kecil dan Menengah (MKM) Bank Umum (yoy) Pertumbuhan (y.o.y) KOMPONEN Kredit Pertanian Pertambangan Industri Pengolahan Listrik, Gas, Air Konstruksi Perdagangan Pengangkutan Jasa Dunia Usaha Jasa Sosial Masyarakat Lain-lain
3.3.
2012 I 20.31% 107.65% 52.95% 16.95% 124.04% 10.02% 16.28% 139.49% 37.13% -12.48% 16.90%
II 21.81% 77.64% 22.63% 33.66% 45.70% 21.59% 21.45% 44.67% 40.50% -12.35% 2.99%
III 7.04% 67.75% -4.24% 19.62% 3.70% -21.38% 15.96% 7.43% 24.98% -25.24% -31.08%
IV 8.63% 44.86% 24.76% 23.09% 13.70% -20.21% 16.23% 10.18% 24.78% -20.97% -22.86%
I 16.18% 63.63% 49.08% 31.88% -8.22% -7.21% 29.05% 27.21% 33.85% -11.24% -54.38%
Nominal (Rp. Milyar) 2013 II 20.83% 61.35% 8.07% 26.79% 21.48% -0.45% 39.30% 45.06% 22.34% 3.31% -98.99%
2012 III 29.72% 62.38% 44.76% 45.21% -25.53% 23.22% 43.99% 56.89% 20.52% 24.55% -99.64%
I 18,011 719 160 971 65 1,328 9,270 1,001 1,237 1,295 1,965
II 19,189 924 211 1,114 41 1,474 10,359 954 1,506 1,157 1,448
III 17,890 1,027 159 1,016 72 1,108 10,055 882 1,458 1,036 1,076
IV 19,538 998 218 1,192 74 1,126 10,937 1,078 1,521 1,056 1,336
I 20,925 1,177 239 1,281 60 1,232 11,962 1,273 1,656 1,149 896
2013 II 23,185 1,160 228 1,412 50 1,467 14,431 1,384 1,843 1,196 15
Perbankan Syariah2
Total aset Perbankan Syariah pada triwulan III-2013 tumbuh sebesar 36,26% menjadi Rp5,42 triliun, mengalami perlambatan pertumbuhan dibandingkan triwulan II-2013 yang tumbuh sebesar 40,12% (tabel 3.8). Perlambatan pertumbuhan aset perbankan pada periode laporan didorong oleh menurunnya pertumbuhan aset bank pemerintah dan swasta nasional, masing-masing 29,62% dan 42,80% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 28,78% dan 38,14% (yoy) pada triwulan laporan.
2
Terdapat 12 Bank Syariah yang terdiri dari 6 (enam) Bank Umum Syariah dan 6 (enam) Unit Usaha Syariah.
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan III - 2013
49
III 23,206 1,168 231 1,475 54 1,365 14,477 1,384 1,758 1,291 4
Kinerja perbankan Syariah Sulsel pada triwulan III-2013 menunjukkan sedikit penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya, terutama dari pertumbuhan aset dan pembiayaan. Meski demikian, salah satu indikator yaitu DPK mengalami peningkatan pertumbuhan (tabel 3.8.). Finance to Deposit Ratio (FDR) sangat tinggi sebesar 203,31% menunjukkan masih belum berimbangnya penghimpunan DPK dibandingkan pembiayaan. Minat masyarakat untuk mengambil pembiayaan dari perbankan syariah juga terus tumbuh tinggi, dengan tingkat pertumbuhan pembiayaan yang disalurkan selalu di atas 30%. Peningkatan tersebut, diikuti kualitas pembiayaan yang tetap terjaga pada level yang aman, tercermin dari Non Performing Financing sebesar 1,34% pada triwulan laporan. Tabel 3.8. Perkembangan Bank Umum Syariah Pertumbuhan (y.o.y) KOMPONEN I 69.29% 26.15% 21.52% 39.11% 14.60% 38.61% 206.70% 1.53%
Aset DPK a. Giro b. Tabungan c. Deposito Pembiayaan FDR (%) NPFs Gross (%)
3.4.
Nominal (Rp. Milyar)
2012 II 55.08% 27.13% 30.96% 41.33% 11.82% 31.44% 213.05% 1.60%
III 35.87% 30.20% 22.40% 30.33% 32.27% 34.15% 206.70% 1.53%
IV 44.13% 24.48% 36.99% 29.21% 15.16% 40.75% 213.05% 1.60%
I 42.22% 35.47% 29.72% 28.00% 46.34% 33.02% 221.03% 1.53%
2013 II 37.86% 30.47% 15.70% 20.98% 47.22% 47.73% 241.23% 1.56%
2012 III 36.26% 42.43% 20.15% 37.38% 53.78% 36.65% 203.31% 1.34%
I 3,377 1,581 197 758 626 3,268
II 3,689 1,639 201 805 633 3,491
III 3,977 1,821 202 846 773 3,859
IV 4,524 2,068 299 986 784 4,348
2013 II 5,085 2,138 232 974 932 5,158
I 4,802 2,142 256 970 916 4,348
Bank Perkreditan Rakyat
Perkembangan BPR pada triwulan laporan cukup baik. Fungsi intermediasi BPR cenderung meningkat dari triwulan sebelumnya. Dari sisi penghimpunan Dana Pihak Ketiga, BPR/S mengalami pelambatan pertumbuhan dari 19,61% (yoy) pada triwulan II-2013 menjadi 28,01% (yoy) pada triwulan laporan. Di sisi lain, kredit/pembiayaan yang berhasil disalurkan oleh BPR/S tumbuh meningkat menjadi 30,59% (yoy), mengalami perlambatan pertumbuhan dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 27,36% (grafik 3.6). Sementara dari sisi total aset perbankan kelompok BPR/S mengalami peningkatan pertumbuhan menjadi sebesar 18,17% (yoy), dibandingkan triwulan sebelumnya tumbuh sebesar 11,53% (yoy) atau menjadi sebesar Rp1,18 triliun (grafik 3.5). 1,400
80%
Aset y.o.y Smb : LB-BPR/S
1,200 1,000
70%
800 600
Kredit
Smb : LB-BPR/S
LDR
200%
60%
900
180%
50%
800
160%
40%
700
140%
600
120%
500
100%
400
80%
300
60%
30%
400
DPK 1,000
20%
200
40%
-
0%
100
20%
1
2
3 2010
4
1
2
3
4
2011
1
2
3
4
2012
Grafik 3.5 Perkembangan Aset BPR/S
50
Triwulan III - 2013
1
2 2013
3
Milyar Rp
10%
R p M ily ar
200
0
0% 1
2
3
2010
4
1
2
3
2011
4
1
2
3
2012
4
1
2
3
2013
Grafik 3.6 Perkembangan DPK, Kredit & LDR BPR/S
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
III 5,420 2,594 243 1,162 1,188 5,273
B.
Sistem Pembayaran
3.5.
Perkembangan Aliran Uang Kartal Masuk (Inflow) dan Keluar (Outflow)
Pada triwulan III-2013, perkembangan aliran uang kartal di Sulsel menunjukkan net outflow sedangkan pada periode sebelumnya mengalami net inflow. Selisih bersih antara aliran uang masuk ke Bank Indonesia (inflow) lebih kecil dari aliran uang keluar dari Bank Indonesia (outflow) sebesar Rp0,44 triliun. Pada triwulan III-2013, aliran uang masuk (inflow) tercatat sebesar Rp4,87 triliun atau meningkat dibandingkan triwulan II-2013 yang sebesar Rp3,24 triliun (grafik 3.7). Di sisi lain, aliran uang keluar (outflow) dari Bank Indonesia mencatat peningkatan yang cukup besar dari Rp2,89 triliun menjadi Rp5,31 triliun (grafik 3.8). Sebagai kantor wilayah untuk Sulawesi, Maluku dan Papua, kebutuhan uang tunai masih cukup besar. Peningkatan outflow pada triwulan laporan disebabkan meningkatnya kebutuhan uang tunai pada saat liburan anak sekolah dan meningkatnya pengeluaran masyarakat periode bulan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri. 6.00
300%
Inflow Y.O.Y
5.00
6.00
250%
350%
Y.O.Y
5.00
200%
4.00
400%
Outflow
300% 250%
4.00
200%
150%
3.00
3.00
150%
100% 2.00
50%
1.00
-50%
3
2010
4
1
2
3
4
1
2
2011
3
4
1
2
2012
3
-100% 1
Triliun Rp
2
0%
-
-50% 1
50%
1.00
0%
TriliunRp
100% 2.00
2013
Grafik 3.7 Aliran Uang Kartal Masuk (Inflow)
2
3
4
1
2
2010
3
4
2011
1
2
3
2012
4
1
2
3
2013
Grafik 3.8 Aliran Uang Kartal Keluar (Outflow)
3.00 Net Flow
2.50 2.00 1.50 1.00
TriliunRp
0.50 -
-0.50
1
2
3
4
1
2
2010
3
4
1
2011
2
3
2012
4
1
2
3
2013
-1.00
Grafik 3.9 Selisih Aliran Uang Kartal Masuk-Keluar (Net Inflow)
3.6.
Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB)
Pada periode laporan, jumlah uang tidak layak edar yang dimusnahkan meningkat. Dalam rangka penerapan kebijakan clean money policy, Bank Indonesia secara berkala melakukan kegiatan penukaran uang dan kas keliling yang menjangkau seluruh daerah di Sulsel. Selain itu juga dilakukan kegiatan pemusnahan Uang Tidak Layak Edar (UTLE) dengan terlebih dahulu melakukan Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB). Kegiatan PTTB pada triwulan
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan III - 2013
51
laporan tercatat sebesar Rp0,99 triliun, meningkat apabila dibandingkan PTTB pada triwulan II-2013 yang sebesar Rp0,50 triliun (grafik 3.10). Sementara rasio PTTB terhadap inflow pada triwulan laporan lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu dari 15,51% pada triwulan I-2013 menjadi 20,30%. Inflow
6.0
120%
5.0
100%
PTTB/Inflow
4.0
80%
3.0
60%
2.0
40%
1.0
20%
0.0
PT T B / Inf low
Inf low & PT T B (T riliun R p)
PTTB
0% 1
2
3
4
2010
1
2
3
4
2011
1
2
3 2012
4
1
2
3
2013
Grafik 3.10 Pemberian Tanda Tingkat Berharga dan Inflow
3.7.
Perkembangan Temuan Uang Palsu
Pecahan besar mendominasi peredaran uang palsu. Pecahan uang palsu yang paling banyak ditemukan pada triwulan III-2013 adalah Rp50.000,00 (54,59%), diikuti Rp100.000,00 (43,06%), Rp20.000,00 (1,88%), dan Rp10.000,00 (0,47%): (grafik 3.11). Dalam rangka mengantisipasi peredaran uang palsu, secara berkala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah I Sulampua melakukan kegiatan sosialisasi ciri-ciri keaslian uang rupiah hingga ke pelosok daerah. 10,000 0.47%
5,000 0.00%
2,000 0.00%
20,000 1.88%
50,000 54.59%
1,000 0.00%
100,000 43.06%
Grafik 3.11 Temuan Uang Palsu
52
Triwulan III - 2013
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
3.8.
Perkembangan Transaksi RTGS dan Kliring
3.8.1. Perkembangan RTGS Transaksi non tunai melalui sarana RTGS tetap tinggi dan mampu memenuhi kebutuhan perekonomian. Secara total, nilai transaksi BI-RTGS Sulsel hingga akhir triwulan III-2013 sebesar Rp56,38 triliun atau tumbuh lebih tinggi menjadi sebesar 9,48% (yoy), dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar Rp 53,52 triliun yang turun -1,97% (yoy) - grafik 3.14. Transaksi BI-RTGS dalam periode laporan masih didominasi oleh aliran dana yang masuk (incoming) ke perbankan Sulawesi Selatan dengan nilai sebesar Rp37,61 triliun, lebih tinggi dibandingkan aliran yang keluar (outgoing) dari perbankan Sulsel yang tercatat sebesar Rp18,77 triliun. Pertumbuhan aliran dana yang masuk (incoming) meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu dari turun -6,42% (yoy) menjadi tumbuh sebesar 10,80% (yoy) grafik 3.12. Kondisi yang sama terjadi pada pertumbuhan aliran dana yang keluar via RTGS (outgoing) pada triwulan laporan juga mengalami peningkatan apabila dibandingkan triwulan II-2013, yaitu dari 8,76% meningkat menjadi 18,50% (yoy) - grafik 3.13. 45 Y.O.Y
50%
35
Outgoing
40%
Y.O.Y
30%
20
40%
30 25
30%
20
20%
15
20% 15
10% 0%
10
10%
10
-10% 5
0%
5 -
-10% 2
3
2010
4
1
2
3
4
1
2
2011
3
4
1
2012
2
-20%
-
3
-30% 1
Triliun Rp
1
Triliun Rp
25
60% Incoming
40
2013
2
3
1
2
2010
Grafik 3.12 Transaksi RTGS – Incoming
70
4
2011
1
2
3
4
2012
1
2
3
2013
50%
Y.O.Y
40%
50
30%
40
20%
30
10%
20
0%
10 -
Triliun Rp
4
Grafik 3.13 Transaksi RTGS – Outgoing
Total
60
3
-10% 1
2
3
4
1
2
2010
3
2011
4
1
2
3
2012
4
1
2
3
2013
Grafik 3.14 Transaksi RTGS – Total Transaksi
3.8.2. Perkembangan Kliring Transaksi non-tunai melalui sarana kliring, pertumbuhannya sedikit lebih rendah daripada triwulan sebelumnya. Pertumbuhan nilai kliring pada triwulan III-2013
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan III - 2013
53
menunjukkan kondisi yang sedikit berbeda dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu 5,22% (yoy) dari sebelumnya yang tumbuh 5,61% (yoy). Demikian pula jumlah pengiriman yang melalui sarana ini. Banyaknya hari operasional pada triwulan laporan relatif lebih sedikit dibandingkan periode sebelumnya ditengarai mempengaruhi aktivitas pertumbuhan tersebut, dimana nilai perputaran kliring pada triwulan laporan relatif lebih rendah. Rata-rata harian nilai nominal perputaran kliring pada triwulan III-2013 tercatat sebesar Rp146 miliar, mengalami penurunan apabila dibandingkan triwulan II-2013 yang sebesar Rp149 miliar. Sementara dari jumlah lembar, rasio rata-rata harian warkat mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu dari 3,98 ribu lembar menjadi 3,80 ribu lembar (tabel 3.9). Bank Indonesia selalu mewaspadai terkait rasio rata-rata harian penolakan warkat (Cek/BG) kosong, yang secara nominal mengalami peningkatan dari sebesar 2,75% pada triwulan II-2013 menjadi sebesar 3,28% pada triwulan laporan. Tabel 3.9. Perputaran Kliring dan Cek/BG Kosong URAIAN
2011 1
2
2012 3
4
1
2
2013 3
4
1
2
3
Total Perputaran Kliring - Nominal (triliun rupiah)
8.2
8.0
8.6
9.5
8.7
8.9
8.9
9.5
9.2
9.4
9.4
- Lembar (ribuan) Rata-rata Harian Perputaran Kliring
265.0
270.6
202.2
294.0
244.0
245.0
246.1
245.1
247.6
250.8
243.0
- Nominal (triliun rupiah)
0.128
0.135
0.130
0.148
0.138
0.144
0.110
0.151
0.153
0.149
0.146
- Lembar (ribuan) Nisbah Rata-rata Penolakan Cek/ BG Kosong
4.14
4.44
3.06
4.59
3.87
3.95
3.30
3.89
4.13
3.98
3.80
- Nominal (%)
2.40
2.05
2.46
2.10
4.18
0.12
2.05
2.16
2.37
2.75
3.28
- Lembar (%) Sumber : Bank Indonesia
2.10
2.24
3.28
2.08
2.58
0.11
2.03
2.45
2.34
2.47
2.33
54
Triwulan III - 2013
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Bab 4
Perkembangan Keuangan Daerah
Hingga triwulan III-2013, realisasi pendapatan hampir mencapai target, sementara realisasi belanja relatif belum optimal. Dari sisi pendapatan, target pendapatan daerah hampir tercapai, dan secara nilai nominalnya telah lebih tinggi dari periode yang sama tahun 2012. Hampir tercapainya target pendapatan daerah tersebut, cenderung didorong oleh pendapatan pajak daerah, antara lain pajak kendaraan bermotor dan bea balik nama, seiring masih kuatnya konsumsi rumah tangga di Sulsel. Sementara dari sisi belanja, realisasi belanja daerah hingga triwulan III-2013 jauh lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Realisasi belanja daerah hingga kuartal ketiga tahun 2013, baru mencapai sekitar setengah dari anggaran 2013. Belanja rutin maupun belanja infrastruktur (belanja modal), secara nominal dan persentase, penyerapannya masih jauh lebih rendah dari kinerja 2012. Dengan sisa waktu satu kuartal, diharapkan penyerapan belanja modal ini bisa dioptimalkan, sehingga lebih berperan dalam mengakselerasi laju pertumbuhan investasi 2013.
4.1. Struktur APBD Dalam kurun 5 tahun terakhir, nominal APBD terus meningkat, diikuti dengan perubahan struktur pada bagian pendapatan dan belanja. Dari sisi pendapatan, selama 5 tahun terakhir porsi dana perimbangan mengalami penurunan. Hal ini menunjukkan tingkat ketergantungan kepada anggaran pusat semakin menurun. Namun demikian, porsi Lain-Lain Pendapatan Yang Sah juga mengalami peningkatan dalam kurun 2 tahun terakhir, salah satunya didorong oleh Sisa Lebih Anggaran Perhitungan Anggaran (SILPA) APBD tahun sebelumnya yang cukup besar. Dari sisi belanja, potensi Sulsel untuk membangun infrastruktur dari dana APBD cukup besar, karena porsi dan nilai belanja modal semakin meningkat dalam kurun 5 tahun terakhir. Namun demikian, porsi belanja modal dalam APBD 2013 masih berkisar 19,24%, di bawah 30% sebagaimana amanat Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang RPJMN Tahun 2010-20141.
1
Permendagri Nomor 27 tahun 2013Tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah tahun anggaran 2014
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan III - 2013
55
100%
100%
90% 80%
90% Rp916.91
Rp954.63
Rp1,091.12
70%
Rp1,323.87
60%
50% 40% Rp1,430.08
Rp1,971.72 Rp2,348.70
20%
Rp385.82
Rp376.22
Rp1,581.41
Rp1,662.02
Rp2,571.45
Rp3,599.42
2009
2010
2011
Rp923.79
60%
40% Rp1,319.74
Rp274.10
70%
Rp1,457.68
50% 30%
Rp316.36
80%
Rp3,862.55
30%
Rp2,587.85
20% 10%
10%
0%
0% 2009
2010
Lain-Lain Pendapatan Yang Sah
2011 Dana Perimbangan
2012
2013
Belanja Modal
Pendapatan Asli Daerah
2012
2013
Belanja Operasi
Grafik 4.2 Proporsi Belanja APBD
Grafik 4.1 Proporsi Pendapatan APBD
4.2. Pendapatan Daerah Peran realisasi komponen pendapatan terhadap ekonomi daerah2 sedikit menurun hingga triwulan III-2013. Rasio PAD dan dana perimbangan terhadap PDRB atas dasar harga berlaku (ADHB), terlihat semakin mengecil hingga triwulan III-2013. Rasio PAD per PDRB ADHB hingga triwulan III-2013 sebesar 1,35%, sementara triwulan III-2012 sebesar 1,36%. Sementara dari sisi dana perimbangan per PDRB ADHB, rasio hingga triwulan III-2013 sebesar 0,82% lebih rendah daripada triwulan III-2012 yang mencapai 0,87%. Perkembangan ekonomi yang tinggi di Sulsel, diharapkan juga dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan nilai tambah bagi pendapatan APBD, antara lain melalui perluasan basis penerimaan pajak, meningkatkan efisiensi dan penekanan biaya pemungutan, ataupun pemberdayaan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD). 1.50 1.40 1.30 1.20 1.10 1.00 0.90 0.80 0.70 Tw III-2009
Tw III-2010
Tw III-2011
Pendapatan Asli Daerah
Tw III-2012
Tw III-2013
Dana Perimbangan
Grafik 4.3 Rasio Realisasi Pendapatan APBD per PDRB ADHB Triwulan III 2013
Realisasi nilai pendapatan daerah hingga triwulan III-2013, meningkat hampir mencapai target kenaikan yang ditetapkan untuk tahun 20133, didorong oleh hampir semua komponen PAD dan Dana Perimbangan. Peningkatan realisasi pendapatan daerah dibandingkan dengan realisasi triwulan III-2012, kenaikannya sebesar 9,6% (yoy), atau mendekati target kenaikan sebesar 10%. Realisasi anggaran pendapatan daerah sampai dengan triwulan III-2013 tercatat sebesar Rp3,63 triliun atau 72,35% dari total target 2
Dihitung dengan rumus realisasi komponen pendapatan APBD dibagi dengan PDRB ADHB kumulatif, masing-masing hingga triwulan III-2013 3 Pemerintah Provinsi Sulsel menetapkan target kenaikan pendapatan daerah sebesar 10% (http://www.sulsel.go.id/content/pemprov-sulsel-target-pad-naik-10-persen)
56
Triwulan III - 2013
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
pendapatan sebesar Rp 5,02 triliun. Peningkatan didorong oleh realisasi Pendapatan Pajak Daerah menjadi Rp1,62 triliun (naik 15,3%), Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan menjadi Rp70,12 miliar (naik 6,5%), Lain-lain PAD yang Sah menjadi Rp117,0 miliar (naik 106,2%), Dana Alokasi Umum menjadi Rp908,1 miliar (naik 9,3%), dan Dana Alokasi Khusus menjadi Rp19,3 miliar (naik 50,2%). Pendapatan Asli Daerah (PAD) mencetak persentase realisasi per anggaran, lebih tinggi dibanding periode yang sama tahun 2012, sejalan dengan hasil meningkatnya penerimaan pajak kendaraan bermotor. Realisasi komponen Pendapatan Asli Daerah (PAD) mencapai sebesar Rp1,85 triliun atau mencapai 71,38% dari anggaran yang ditetapkan. Nilainya pun naik dibanding triwulan III-2012 (Rp 1,61 triliun). Namun peningkatan tersebut cenderung didorong oleh pendapatan pajak daerah, antara lain pajak kendaraan bermotor dan bea balik nama, yang masing-masing persentase realisasinya 72,03% (Rp 514,60 miliar) dan 66,53% (Rp751,79 miliar). Dari segi jumlah kendaraan, Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sulsel mencatat 992.573 unit kendaraan yang telah memenuhi kewajiban pajak (82,42% di antaranya berupa kendaraan roda dua). Hal ini disebabkan penjualan kendaraan bermotor masih tumbuh di sekitar 13%, seiring masih kuatnya konsumsi rumah tangga di Sulsel, serta upaya Pemprov Sulsel untuk terus mengoptimalkan pungutan pajak di daerah dalam rangka meningkatkan tax ratio. Tabel 4.1. Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Sampai Dengan Triwulan III-2013
(Milyar Rupiah)
NO.
URAIAN
1. PENDAPATAN 1.1. PENDAPATAN ASLI DAERAH - Pendapatan Pajak Daerah - Pendapatan Retribusi Daerah - Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan - Lain-lain PAD yang Sah 1.2. DANA PERIMBANGAN - Dana Bagi Hasil Pjk dan Bukan Pjk - DAU - DAK Transfer Pemerintah Pusat-Lainnya 1.3. Lain-lain Pendapatan yang Sah JUMLAH PENDAPATAN 2. BELANJA 2.1. BELANJA OPERASI - Belanja Pegawai - Belanja Barang - Belanja Bunga - Belanja Hibah - Belanja Bantuan Sosial - Belanja Bantuan Keuangan 2.2. BELANJA MODAL 2.3. BELANJA TIDAK TERDUGA JUMLAH BELANJA
ANGGARAN 2012
ANGGARAN 2013
Realisasi s/d TRIWULAN III-2013 Nominal % REALISASI
2,348.70 2,102.45 123.88 64.99 57.38 1,323.87 284.16 996.94 42.77 928.80 4,601.37
1,605.76 1,403.41 79.75 65.85 56.75 1,036.02 192.40 830.78 12.83 672.77 3,314.55
68.37% 66.75% 64.38% 101.33% 98.90% 78.26% 67.71% 83.33% 30.00% 72.43% 72.03%
2,587.85 2,333.13 65.41 66.79 122.52 1,457.68 303.64 1,089.77 64.26 977.04 5,022.57
1,847.32 1,618.72 41.46 70.12 117.02 1,126.48 199.05 908.14 19.28 660.08 3,633.88
71.38% 69.38% 63.38% 104.99% 95.51% 77.28% 65.56% 83.33% 30.00% 67.56% 72.35%
3,048.92 899.78 861.16 0.05 1,285.93 2.00
2,027.60 640.16 552.13 835.32 -
66.50% 71.15% 64.11% 0.00% 64.96% 0.00%
1,237.38
718.68
58.08%
4,286.31
2,746.28
64.07%
3,862.55 969.07 969.95 46.25 1,224.98 2.00 650.30 923.79 15.00 4,801.34
2,205.57 626.77 468.17 7.50 798.85 304.29 123.84 3.30 2,332.72
57.10% 64.68% 48.27% 16.22% 65.21% 46.79% 13.41% 22.03% 48.58%
TRANSFER TOTAL BELANJA SURPLUS / (DEFISIT)
Realisasi s/d TRIWULAN III-2012 Nominal % REALISASI
784.59 5,070.90 (469.53)
3. PEMBIAYAAN 3.1. PENERIMAAN PEMBIAYAAN DAERAH 3.2. PENGELUARAN PEMBIAYAAN DAERAH JUMLAH PEMBIAYAAN
173.86 11.70 162.16
490.56
62.52%
843.05
3,236.84 77.71
63.83% -16.55%
5,644.40 (621.83)
212.39
122.16% 0.00% 130.97%
623.46 1.63 621.83
212.39
604.54
71.71%
2,937.26 696.62
52.04% -112.03%
42.65 1.13 41.52
6.84% 0.69 6.68%
Sumber : Biro Keuangan Sulsel (Data Belanja) & Dinas Pendapatan Daerah (Data Pendapatan) Ket : Angka Sementara (APBD Provinsi Sulawesi Selatan)
Namun demikian, persentase realisasi dana perimbangan dan pendapatan retribusi sedikit lebih rendah dibanding tahun sebelumnya. Sedikit lebih rendahnya persentase
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan III - 2013
57
realisasi Dana Perimbangan pada triwulan III-2013 (77,28%) dibanding realisasi periode yang sama tahun sebelumnya (78,26%) lebih terkait porsi dalam komponen Dana Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak (DBHP/BP). Namun demikian, secara nominal komponen DBHP/BP pada triwulan III-2013 mencapai Rp199,05 miliar (65,56%), meningkat Rp6,65 miliar dari realisasi tahun sebelumnya. Ditengarai, hasil dari sektor tambang memengaruhi pencapaian DBHP/BP tersebut. Sementara persentase realisasi subkomponen Dana Alokasi Umum (DAU) yang sebesar Rp908,14 miliar (83,33%) dan Dana Alokasi Khusus (DAK) yang sebesar 19,28 miliar (30%), persentasenya cenderung sama dengan tahun sebelumnya. Demikian pula realisasi pendapatan dari komponen Lain-lain Pendapatan yang Sah, sampai dengan triwulan III-2013 baru mencapai Rp660,08 milyar (67,56%), lebih rendah dibanding tahun sebelumnya (Rp672,77 miliar atau 72,43%). Pencapaian dan target retribusi daerah juga lebih rendah, padahal telah disahkan dua peraturan daerah tentang retribusi jasa umum4 dan perda tentang retribusi jasa tertentu5, yang mulai efektif berlaku Januari 2012. Hingga triwulan III-2013, realisasi retribusi baru mencapai Rp41,46 miliar (63,38%).
4.3. Belanja Daerah dan Transfer Hingga triwulan III-2013, peran realisasi komponen belanja modal untuk stimulus ekonomi daerah6 menurun, sementara komponen belanja operasional perannya terlihat meningkat. Rasio belanja modal terhadap PDRB atas dasar harga berlaku (ADHB), terlihat semakin mengecil hingga triwulan III-2013, yang menunjukkan peran stimulus fiskal terhadap investasi juga minimal. Rasio belanja modal per PDRB ADHB hingga triwulan III-2013 sebesar 0,09%, sementara triwulan III-2012 sebesar 0,61%. Di sisi lain, peran belanja operasional per PDRB ADHB, ditengarai meningkat sesuai dengan peningkatan komponen konsumsi pemerintah dalam PDRB. Rasionya hingga triwulan III-2013 sebesar 1,61% lebih tinggi daripada triwulan III-2012 yang hanya 1,25%. 1.80 1.60 1.40 1.20 1.00 0.80 0.60 0.40 0.20 Tw III-2009
Tw III-2010
Tw III-2011
Belanja Operasi
Tw III-2012
Tw III-2013
Belanja Modal
Grafik 4.4 Rasio Realisasi Belanja APBD per PDRB ADHB Triwulan III 2013
4
PP No.9 Tahun 2011 tanggal 30 Desember 2011 PP No.10 Tahun 2011 tanggal 30 Desember 2011 6 Dihitung dengan rumus realisasi komponen belanja APBD dibagi dengan PDRB ADHB kumulatif, masing-masing hingga triwulan III-2013 5
58
Triwulan III - 2013
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Penyerapan belanja APBD triwulan III-2013 lebih rendah, baik secara persentase maupun nilainya dibanding periode yang sama tahun 2012. Realisasi anggaran belanja daerah sampai dengan triwulan III-2013 masih relatif kecil yaitu sebesar Rp2,33 triliun atau 48,58% dari target tahun anggaran yang ditetapkan sebesar Rp4,80 triliun. Bahkan secara nominal, realisasi anggaran belanja APBD tersebut juga lebih rendah bila dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya yaitu sebesar Rp2,75 triliun atau turun Rp413.56 miliar. Padahal, pengesahan APBD 2013 relatif sama dibandingkan pengesahan APBD 20127. Diharapkan dengan sisa waktu satu triwulan, akselerasi realisasi belanja daerah masih bisa dilakukan. Belanja operasional yang bersifat rutin terealisasi lebih rendah. Total pos Belanja Operasional yang terelalisasi Rp2,21 triliun (57,1%), penyerapan terbesar terjadi pada Belanja Hibah yaitu sebesar 65,21% dan terkecil adalah Belanja Bunga (16,22%). Sementara untuk belanja rutin, yang terdiri dari belanja pegawai dan belanja barang justru mengalami penurunan. Realisasi Belanja Pegawai pada triwulan III-2013 sebesar Rp626,77 miliar (64,68%), padahal pada periode yang sama penyerapan dapat sebesar Rp640,16 miliar (71,15%). Diprakirakan hal ini terkait dengan jumlah PNS yang pensiun tahun 2013 yang mencapai 120 ribu orang. Demikian pula untuk belanja barang hanya terserap 48,27% (Rp626,77 miliar) terpaut jauh dari tahun 2012 yang mencapai Rp552,13 miliar (64,11%). Demikian pula belanja yang digunakan untuk pembangunan infrastruktur (Belanja Modal), juga terserap lebih rendah. Realisasi pos Belanja Modal relatif masih kecil yaitu sebesar Rp123,84 miliar (13,41%) terutama untuk belanja peralatan dan mesin, serta belanja jalan, irigasi, dan jaringan. Penyerapan yang rendah tentunya memberikan dampak yang kurang baik, karena investasi pemerintah biasanya difokuskan pada pembangunan infrastruktur yang mendukung akses kegiatan ekonomi masyarakat, namun kurang diminati swasta. Diharapkan penyerapan belanja modal dapat berperan dalam pertumbuhan investasi Sulsel pada tahun 2013, sehingga dapat tumbuh dalam kisaran tahun 2012 yang mencapai 20,14% (yoy). Dengan telah usainya proses pemilihan umum dan pelantikan kepala daerah Sulsel pada bulan triwulan I-2013, diharapkan kendala tertundanya proses administrasi belanja pemerintah daerah dapat teratasi. Pada triwulan III-2013, transfer yang merupakan bentuk hubungan vertikal dengan kabupaten/kota, terealisasi lebih tinggi daripada triwulan III- 2012. Transfer pada periode laporan tercatat mencapai realisasi sebesar 71,71% atau sebesar Rp604,54 miliar, lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya mencapai Rp490,56 miliar (62,52%). Anggaran 2013 yang diperkirakan defisit, hingga triwulan III-2013 masih mengalami surplus. Berdasarkan perbandingan antara realisasi belanja dan pendapatan daerah tersebut, pada triwulan III-2013 masih terjadi surplus (selisih lebih) anggaran sebesar Rp696,62 miliar. Surplus dimaksud relatif lebih kecil dibandingkan surplus pada periode yang sama tahun sebelumnya yang hanya sebesar Rp77,71 miliar. 7
APBD 2013 ditetapkan tanggal 31 Desember 2012, sementara APBD 2012 ditetapkan tanggal 30 Desember 2011.
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan III - 2013
59
Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank
60
Triwulan III - 2013
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Bab 5
Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
Pengurangan tingkat pengangguran terjadi seiring pertumbuhan ekonomi yang tinggi pada triwulan III-2013. Persentase Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) turun 0,8% dari 5,9% pada Agustus 2012 menjadi 5,1% pada Agustus 2013. Peningkatan pertumbuhan ekonomi yang terjadi pada sektor yang menyerap banyak tenaga kerja yaitu sektor primer (sektor pertambangan dan penggalian) dan sektor sekunder (sektor bangunan; serta sektor angkutan dan komunikasi), ditengarai ikut menyerap angkatan kerja untuk bekerja. Selain itu, jumlah penduduk miskin di Sulsel juga mengalami penurunan menjadi 787,66 ribu pada Maret 2013, dari 805,9 ribu per September 2012, atau menurun sebesar 2,26% (yoy). Walaupun penurunnya semakin mengecil. Di lain pihak, kenaikan inflasi pasca penyesuaian harga BBM bersubsidi, diikuti kenaikan harga yang dibayar petani, melebihi harga yang diterima, sehingga nilai tukar petani (NTP) tumbuh menurun. Nilai pertumbuhan NTP Sulsel pada triwulan III-2013 turun -2,15% (yoy), menjadi sebesar 106,2 lebih rendah dibandingkan pertumbuhan NTP pada triwulan sebelumnya (0,56%; yoy).
5.1 Nilai Tukar Petani1 Indikator kesejahteraan sektor unggulan (pertanian) relatif belum membaik tercermin dari turunnya pertumbuhan Nilai Tukar Petani (NTP). Beban petani semakin besar dengan lebih tingginya porsi biaya pengeluaran dibandingkan pendapatan yang diterima. Nilai pertumbuhan NTP Sulsel pada triwulan III-2013 turun -2,15% (yoy), menjadi sebesar 106,2 lebih rendah dibandingkan pertumbuhan NTP pada triwulan sebelumnya (0,56%; yoy) (Grafik 5.1). Perkembangan NTP tersebut sejalan dengan naiknya harga yang harus dibayar oleh petani setelah kenaikan harga BBM bersubsidi. Indeks yang Dibayar Petani menunjukkan pertumbuhan yang meningkat, lebih tinggi dibandingkan peningkatan Indeks yang Diterima Petani. Indeks Dibayar Petani tumbuh dari 3,94% (yoy) pada triwulan II-2013 menjadi 7,67% pada triwulan laporan (Grafik 5.3). Sementara perkembangan harga yang diterima petani relatif tertahan, seiring stabilnya komoditas hortikultura dan masih berlangsungnya panen beras pada triwulan III-2013. Pertumbuhan Indeks yang Diterima
1
NTP merupakan keseimbangan antara indeks harga yang diterima petani (It) dengan yang dibayarkan petani (Ib).
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan III - 2013
61
Petani masih menunjukan kenaikan dari sebesar 4,17% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi sebesar 5,36% pada triwulan laporan (Grafik 5.2). 110 108 106 104 102 100 1
2
3
4
160
8% 7% 6% 5% 4% 3% 2% 1% 0% -1% -2% -3%
NTP y.o.y
1
2010
2
3
4
2011
1
2
3
4
1
2012
2
12%
Indeks Yang Diterima Petani y.o.y
155
10%
150 8%
145 140
6%
135
4%
130 2%
125 120
0% 1
3
2
3
4
1
2010
2013
Sumber : BPS, diolah
2
3
2011
4
1
2
3
2012
4
1
2
3
2013
Sumber : BPS, diolah
Grafik 5.1 Perkembangan Rata-rata Nilai Tukar Petani
Grafik 5.2 Perkembangan Rata-rata Indeks Yang Diterima Petani
145
9%
Indeks Yang Dibayar Petani y.o.y
140
8% 7% 6%
135
5% 4%
130
3% 2%
125
1% 120
0% 1
2
3
4
1
2010
2
3
2011
4
1
2
3
2012
4
1
2
3
2013
Sumber : BPS, diolah
Grafik 5.3 Perkembangan Rata-rata Indeks Yang Dibayar Petani
5.2 Ketenagakerjaan Peningkatan pertumbuhan ekonomi (8,32%; yoy) diikuti dengan penurunan persentase jumlah pengangguran. Jumlah pengangguran terbuka turun dari 208,98 ribu orang per Agustus 2012 menjadi 176,91 ribu orang per Agustus 2013. Jika jumlah pengangguran tersebut dibandingkan dengan angkatan kerja, persentasenya menunjukkan bahwa Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) turun dari 5,9% pada Agustus 2012 menjadi 5,1% pada Agustus 2013 atau turun sebesar 0,8%. Turunnya TPT Sulawesi Selatan tersebut, seiring pertumbuhan Sulsel yang tetap tinggi (8,32%; yoy), yang diperkirakan ikut mengurangi jumlah pengangguran. Peningkatan yang terjadi pada sektor yang menyerap banyak tenaga kerja yaitu sektor primer (sektor pertambangan dan penggalian) dan sektor sekunder (sektor bangunan; serta sektor angkutan dan komunikasi), ditengarai ikut menyerap angkatan kerja untuk bekerja. Sektor jasa dan sektor lainnya mengalami peningkatan jumlah tenaga kerja. Sektor jasa mengalami peningkatan sebesar 4,18% menjadi 598,99 ribu orang di bulan Agustus 2013. Sedangkan jumlah tenaga kerja di sektor lainnya meningkat tipis sebesar 0,61% atau menjadi sekitar 463,99 ribu orang (Tabel 5.2). Secara keseluruhan Badan Pusat Statistik
62
Triwulan III - 2013
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
mencatat jumlah pekerja formal (buruh/karyawan) meningkat 3,67% menjadi 1,10 juta orang hingga periode Agustus 2013. Tabel 5.1 Penduduk Usia 15 + Menurut Kegiatan Utama Kegiatan Utama Agustus 2012 Agustus 2013 1.
Angkatan Kerja – Bekerja – Tidak Bekerja (Pengangguran Terbuka) 2. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) 3. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Sumber : BPS
3.560.891 3.351.908 208.983 62,8 % 5,9 %
3.468.192 3.291.280 176.912 60,5 % 5,1 %
Dalam hal penyerapan tenaga kerja, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) menurun. TPAK turun dari 62,8% pada Agustus 2012 menjadi 60,5% pada Agustus 2013. Penurunan TPAK ini disebabkan oleh jumlah angkatan kerja yang bekerja turun dari periode yang sama tahun sebelumnya. Jumlah angkatan kerja yang bekerja sejumlah 3,47 juta orang, lebih rendah daripada periode sebelumnya sejumlah 3,56 juta orang (Tabel 5.1). Hasil Survei Konsumen Bank Indonesia untuk ketersediaan lapangan kerja, juga menunjukkan rata-rata pertumbuhan Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja Saat Ini (IKLK) pada triwulan laporan menurun sebesar -2.54%(yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya (15,88%; yoy) (Grafik 5.6), lebih dikarenakan turunnya jumlah angkatan kerja di Sulawesi Selatan pada Agustus 2013. Indeks Penghasilan Saat Ini Dibanding 6 bulan lalu (IPD6) juga menunjukkan penurunan dibandingkan periode sebelumnya. Pergerakan pertumbuhan IPD6 turun sebesar -8,83% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yang naik sebesar 9,16% (yoy) (Grafik 5.7). 160
35%
180
140
30%
160
120
25%
140
20%
120
15%
100
10%
80
5%
60
yoy
100 80 60 40
0%
40
20
-5%
20
0
-10%
0
1
2
3
2010
4
1
2
3
4
1
2
2011
Indeks ketersediaan lapangan kerja saat ini
3
4
2012
1
2
3
2013 Pertumbuhan - kanan
Sumber : Bank Indonesia, diolah
Grafik 5.4 Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja Saat Ini
yoy
40% 30% 20% 10% 0% -10% -20% -30%
1
2
3
2010
4
1
2
3
4
1
2011
2
3
4
1
2012
Penghasilan saat ini
2
3
2013
Pertumbuhan - kanan
Sumber : Bank Indonesia, diolah
Grafik 5.5 Indeks Penghasilan Saat Ini
Diperkirakan pelemahan TPAK didorong oleh melemahnya penyerapan jumlah tenaga kerja pada sektor pertanian, industri, dan perdagangan. Penurunan jumlah tenaga kerja yang terbesar terjadi di sektor industri dari 225,88 ribu orang pada Agustus 2012 menjadi 196,33 ribu orang pada Agustus 2013 atau menurun sebesar -13,08%. Penurunan jumlah tenaga kerja yang terbesar kedua terjadi pada sektor pertanian yang mengalami penurunan -3,23%, dari 1,48 juta orang pada periode yang sama tahun sebelumnya menjadi 1,43 juta orang pada periode laporan. Sementara di sektor jasa, turun 1,67% menjadi 603,8 ribu orang.
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan III - 2013
63
Tabel 5.2. Persentase Tena ga Kerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama Agustus 2012 Agustus 2013 Kategori Jumlah Pangsa Pertumbuhan Jumlah Pangsa Pertumbuhan Pertanian 1,475,783 44.03% 0.44% 1,428,151 43.39% -3.23% Industri 225,880 6.74% 1.18% 196,332 5.97% -13.08% Perdagangan 614,082 18.32% -6.18% 603,804 18.35% -1.67% Jasa 574,976 17.15% -0.15% 598,995 18.20% 4.18% Lainnya 461,187 13.76% 1.89% 463,998 14.10% 0.61% Jumlah 3,351,908 100.00% -0.70% 3,291,280 100.00% -1.81% Sumber : BPS, diolah
5.3 Jumlah Penduduk Miskin2 Penurunan jumlah penduduk miskin di Sulawesi Selatan pada Maret 2013 lebih rendah dibanding September 2012. Jumlah penduduk miskin di Sulsel mengalami penurunan menjadi 787,66 ribu pada Maret 2013, dari 805,9 ribu per September 2012, atau menurun sebesar 2,26% (yoy). Persentase tersebut lebih rendah daripada pencapaian sebelumnya 90,36% (yoy), karena terjadi pergeseran penduduk miskin dari desa ke kota. Penurunan jumlah penduduk miskin hanya terjadi di pedesaan yang turun 4,85%, menjadi 639,7 ribu orang pada Maret 2013, dari 672,3 ribu orang pada September 2012. Jumlah penduduk miskin pedesaan tersebut tercatat cukup besar yaitu sebesar 7,75% dari total penduduk Sulsel. Kondisi yang berbeda justru terjadi di perkotaan. Terjadi peningkatan jumlah penduduk miskin di perkotaan yang tercatat naik sebesar 10,78%, dari 133,6 ribu orang menjadi 148 ribu orang. Jumlah penduduk miskin perkotaan tersebut relatif kecil yaitu sekitar 1,79% dari total penduduk Sulsel. Peningkatan penduduk miskin perkotaan tersebut perlu mendapatkan perhatian lebih lanjut terkait dengan permasalahan sosial termasuk di dalamnya pengendalian
urbanisasi.
Diperlukan
upaya
yang
terpadu
melalui
pengembangan
kewirausahaan di pedesaan dengan pengembangan komoditas unggulan daerah untuk memperluas lapangan kerja di pedesaan. Hal tersebut selain dapat mengurangi pengangguran dan kemiskinan di pedesaan juga diharapkan dapat meningkatkan minat masyarakat untuk tetap bekerja di desa. Upaya tersebut diharapkan dapat mengurangi tingkat urbanisasi dan selanjutnya mengurangi beban sosial perkotaan.
2
BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Jadi Penduduk Miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran perkapita perbulan dibawah garis kemiskinan.
64
Triwulan III - 2013
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
ribu orang 900
100%
10.27%
10.29%
800
10.11%
700 600 500
880.9
400
696.6
672.3
300
639.7 9.54%
200 100 0
152.8 Mar-11
150.8 Sep-11
Desa
Kota
129.2 Mar-12
133.6 Sep-12
90%
10.2%
80%
10.0%
9.82% 930.3
10.4%
148.0 Mar-13
% Total Penduduk Miskin - kanan
Sumber : BPS, diolah
Grafik 5.6 Jumlah Penduduk Miskin Sulsel
9.6%
40%
9.4%
30% 20% 10%
35 30 25
60% 50%
9.0%
26.67
70%
9.8%
9.2%
31.13
19.49
17.51
20
14.67
15
9.54
12.30
12.83
10
7.50
7.88
0%
5 0
Sulut Sulteng Sulsel Sultra
Desa
Kota
Gor
Sulbar Maluku Malut Irjabar Papua
% Total Penddk Miskin - kanan
Sumber : BPS, diolah
Grafik 5.7 Persentase Jumlah Penduduk Miskin se-Sulampua per Maret 2013
Persentase jumlah penduduk miskin di Sulawesi Selatan relatif cukup rendah, jika dibandingkan dengan provinsi lain se-Sulampua. Jumlah penduduk miskin Sulawesi Selatan berada pada urutan ketiga terendah (9,54%) setelah Provinsi Sulawesi Utara (7,88%) dan Maluku Utara (7,50%). Urutan Provinsi Sulawesi Utara dan Maluku Utara tersebut juga tidak mengalami perubahan dibandingkan kondisi pada Maret 2012. Sedangkan persentase jumlah penduduk miskin tertinggi di Sulampua tercatat sebesar 30,66% masih terdapat di Provinsi Papua.
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan III - 2013
65
Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank
66
Triwulan III - 2013
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Bab 6
Prospek Perekonomian
Perekonomian Sulawesi Selatan (Sulsel) pada triwulan IV-2013 diprakirakan akan tumbuh melambat dari periode sebelumnya. Meski demikian, pertumbuhan ekonomi Sulsel juga diprakirakan berada di atas angka pertumbuhan ekonomi nasional. Di sisi permintaan, kegiatan investasi dan konsumsi diproyeksikan dapat tumbuh positif dan tinggi. Sementara kinerja ekspor diprakirakan masih belum dapat tumbuh optimal sehubungan perkembangan harga komoditas internasional masih belum membaik. Meski demikian, pertumbuhan perdagangan antar daerah diperkirakan akan menjadi pendorong pertumbuhan pada sisi ekspor-impor antar daerah, karena tingginya permintaan menjelang akhir tahun dimana Makassar merupakan penghubung wilayah Indonesia Timur. Sementara itu, di sisi penawaran, sektor primer diprakirakan tumbuh melambat. Sektor Pertanian, diprakirakan akan sedikit melambat pada triwulan IV-2013, karena subsektor tabama mulai memasuki musim tanam. Sektor Pertambangan diprakirakan akan mengalami pertumbuhan pada level moderat, seiring pelonggaran ekspor bahan mentah tambang. Laju inflasi diprakirakan akan melambat pada triwulan IV-2013. Faktor utama yang menahan laju inflasi adalah meredanya dampak kenaikan harga BBM bersubsidi pada akhir periode triwulan laporan. Curah hujan yang berada pada tingkat rendah atau menengah hingga November 2013 dinilai sangat kondusif bagi penangkapan ikan dan distribusi bahan pangan. Selain itu, Harga emas perhiasan yang melejit pada September 2013 cenderung mengalami penurunan pada periode awal triwulan IV-2013 sehingga diperkirakan dapat mengurangi tekanan inflasi pada komponen ini. Kemudian, kinerja perbankan Sulsel pada triwulan IV-2013 diprakirakan mampu tumbuh positif dan relatif moderat dibandingkan triwulan III-2013. Intermediasi perbankan diprakirakan masih akan tinggi dengan rasio LDR di atas 100% yang menandakan lebih besarnya penyaluran kredit dibandingkan penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK). Namun demikian, rasio LDR diproyeksikan akan mengalami sedikit perlambatan, pasca kenaikan BI rate. Peningkatan BI rate diprakirakan cenderung akan diikuti oleh kenaikan suku bunga simpanan maupun pinjaman di triwulan IV-2013, sehingga membuat penghimpunan DPK tumbuh lebih kuat dibandingkan penyaluran kredit. Secara keseluruhan tahun 2013, pertumbuhan ekonomi Sulsel diprakirakan lebih rendah daripada pertumbuhan Sulsel 2012 (8,37%; yoy), namun tetap lebih tinggi dari pada pertumbuhan nasional yang berada pada kisaran 5,50% - 5,90% (yoy). Perkembangan global belum menunjukkan indikasi membaik, yang akan memengaruhi secara tidak langsung harga komoditas internasional. Dampak rentetannya, dikhawatirkan akan berimplikasi kepada perekonomian Sulsel, melalui jalur perdagangan (ekspor) dan investasi langsung. Untuk itu diperlukan upaya untuk memperkuat ekonomi domestik, antara lain melalui insentif fiskal
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan III - 2013
67
daerah, dengan realisasi belanja APBD, kebijakan yang mendukung kegiatan investasi swasta, maupun pembangunan infrastruktur. Sementara dari sisi inflasi, inflasi keseluruhan tahun 2013 akan berada di atas batas atas target inflasi, seiring kenaikan harga bahan bakar minyak bersubsidi pada akhit triwulan II-2013, yang secara langsung meningkatkan tarif transportasi, serta diikuti dengan kenaikan harga barang dan jasa lainnya. y.o.y Sulsel y.o.y Nas
10% 9%
8.32%
8%
6.33%
7%
7.98% 7.48% 6.98%
6% 5% 4% 3% 1
2
3
4
1
2
2010
3
4
1
2011*
2
3
2012**
4
1
2
3
4p
2013***
Sumber : BPS, diolah
Grafik 6.1. Perkembangan PDRB Sulsel (y.o.y) dan Proyeksinya
6.1. Outlook Kondisi Makroekonomi Regional Perkembangan global maupun domestik turut berimplikasi kepada perekonomian Sulsel. Sulsel pada triwulan IV-2013 diperkirakan masih akan tumbuh positif pada kisaran 6,98% - 7,98% (yoy). Dampak kenaikan BBM, kenaikan TDL yang 4 tahap dalam satu tahun dan imbas dari masih tertahannya perekonomian dunia dan nasional, selain menurunkan kemampuan
daya
beli masyarakat
juga relatif menghambat
iklim dunia
usaha.
Perkembangan harga komoditas internasional juga masih relatif belum optimal untuk mendorong geliat kegiatan ekspor maupun Sektor Pertambangan. Meski demikian, pertumbuhan pada sektor konstruksi, angkutan-komunikasi dan perdagangan-hotel-restoran diperkirakan masih akan menjadi pendorong perekonomian Sulsel pada triwulan mendatang. Melihat hal-hal tersebut, maka untuk keseluruhan tahun 2013, Sulsel diprakirakan hanya akan tumbuh 7,02% - 8,02% (yoy), lebih rendah dari tahun 2012 (8,37%; yoy).
6.1.1. Sisi Permintaan Pada triwulan IV-2013, perekonomian Sulsel diproyeksikan tumbuh positif meski dengan kecenderungan melambat dibandingkan triwulan III-2013. Pertumbuhan perekonomian Sulsel terutama akan didorong oleh kegiatan konsumsi dan investasi (pmtb) yang diprakirakan akan tumbuh cukup tinggi pada triwulan IV-2013. Sementara itu, tekanan untuk pertumbuhan datang dari sisi perdagangan eksternal (net ekspor dan impor) yang diprakirakan akan melemah pada triwulan IV-2013. Melemahnya perdagangan eksternal sejalan dengan arah pertumbuhan ekonomi global yang diprakirakan masih belum optimal,
68
Triwulan III - 2013
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
meski pertumbuhan negara Amerika dan Jepang diperkirakan tumbuh cukup baik karena berada di atas tren pertumbuhannya. Selain itu, Inggris juga menunjukan arah pertumbuhan yang semakin menguat1. Komponen investasi Sulsel diprakirakan masih akan tumbuh tinggi pada triwulan IV2013. Optimisme pertumbuhan ini didukung oleh keberlanjutan proyek-proyek yang bersifat multiyears yang akan berkontribusi bagi pertumbuhan investasi Sulsel. Beberapa proyek besar yang akan mendorong sektor konstruksi adalah dimulainya pemasangan tiang pancang pertama pembangunan pelabuhan peti kemas New Port Makassar dipastikan dimulai November 2013. Pelabuhan senilai Rp3,5 triliun ini direncanakan selesai 2015 dan beroperasi 2016. Proyek pembangunan pembangkit listrik di Kabupaten Jeneponto serta pembangunan LNG di Kabupaten Wajo juga menjadi salah satu sumber pertumbuhan investasi pada tahun 2013. Belum lagi beberapa proyek pembangunan hotel baru yang mana jumlah hotel baru yang akan beroperasi hingga akhir 2013 adalah sebanyak 15 hotel (sebagian besar merupakan kelas bintang 3 dan 4). Hasil Survei Konsumen BI menunjukkan ekspektasi masyarakat terhadap ketersediaan lapangan pekerjaan 6 bulan yang akan datang tumbuh lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya (Grafik 6.2). Indeks ketersediaan lapangan kerja 6 bln yg akan dtg y.o.y
160 140
25% 20%
120
15%
100
10%
80
5%
60
0%
40
-5%
20
-10%
0
-15% 1
2
3
2010
4
1
2
3
4
2011
1
2
3
4
2012
1
2
3
4
2013
Smb : Survei Konsumen KBI Mks
Grafik 6.2. Perkembangan Indeks Ketersediaan Lapangan Pekerjaan 6 Bulan y.a.d
Kinerja komponen konsumsi diprakirakan masih dapat tumbuh dengan baik pada triwulan IV-2013. Konsumsi pemerintah diperkirakan akan cenderung meningkat sehubungan dengan berakhirnya tahun anggaran. Realisasi anggaran swasta juga diperkirakan akan meningkat menjelang pemenuhan target akhir tahun. Sedangkan dari sisi rumah tangga, momentum liburan dan perayaan Hari Keagamaan Natal juga akan mendorong konsumsi pada triwulan IV-2013. Meski demikian, dampak dari kenaikan BBM, penyesuaian TDL secara bertahap dimana tahun 2013, terjadi empat kali penyesuaian TDL dan juga kecenderungan relatif melambatnya perekonomian nasional memberikan dampak yang kurang kondusif bagi pertumbuhan perekonomian Sulsel, khususnya aktivitas konsumsi baik rumah tangga, nirlaba maupun pemerintah. 1
OECD Leading Indicators, Oktober 2013.
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan III - 2013
69
Indeks Ekspektasi Konsumen y.o.y
160
Smb : Survei Konsumen KBI Mks 20%
Kondisi ekonomi 6 bln yg akan datang
160
y.o.y
50%
140
40%
140
15%
120
30%
120
10%
100
20%
5%
80
10%
60
0%
40
-10%
20
-20%
100 80
0%
60 40
-5%
20
-10%
0
-15% 1
2
3
4
1
2
2011
3
4
1
2012
2
3
4
2
3
4
1
2
3
2011
4
1
2
3
4
2012
1
2
3
4
2013
Smb : Survei Konsumen KBI Mks
Grafik 6.4 Perkembangan Indeks Kondisi Ekonomi 6 Bulan Yang Akan Datang
15%
Indeks ekspektasi penghasilan 6 bln yg akan dtg y.o.y
150
-30% 1
2010
2013
Grafik 6.3 Perkembangan Indeks Ekspektasi Konsumen
155
0
10%
145
5%
140
0%
135
-5%
130
-10%
125 Smb : Survei Konsumen KBI Mks
120
-15%
115
-20% 1
2
3
2011
4
1
2
3
4
1
2012
2
3
4
2013
Grafik 6.5 Perkembangan Indeks Ekspektasi Penghasilan 6 Bulan Yang Akan Datang
Ekspektasi konsumen pada triwulan mendatang masih sangat optimis. Perkiraan pertumbuhan konsumsi didukung oleh hasil Survei Konsumen BI, dimana Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) pada triwulan IV-2013 masih diatas 100 dan tumbuh lebih tinggi dari triwulan sebelumnya. Angka indeks tersebut merupakan gabungan dari ekspektasi masyarakat akan kondisi perekonomian, ekspektasi penghasilan, dan ketersediaan lapangan kerja 6 bulan yang akan datang (Grafik 6.4 s.d. 6.6), yang menunjukkan tingkat optimisme lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya. Pertumbuhan Sulsel yang tinggi pada periode laporan juga menciptakan ekspektasi akan masih tingginya kinerja perekonomian Sulsel pada triwulan IV-2013. Selain itu, penetapan UMP sebesar Rp1,8 juta atau kenaikan sebesar 25% juga membentuk ekspektasi positif masyarakat sehubungan dengan semakin baiknya performa perekonomian Sulsel. Selanjutnya, kinerja perdagangan eksternal (ekspor-impor) diprakirakan masih akan tertahan sehubungan dengan masih belum pulihnya perekonomian global dan tren melambatnya pertumbuhan nasional. Masih tertahannya pertumbuhan net ekspor-impor sejalan dengan kondisi perekonomian global, terutama negara-negara tujuan ekspor Sulsel, yang belum optimal atau cenderung melambat pada tahun 2013 sesuai update prospek perkembangan ekonomi dunia oleh IMF dan World Bank (Tabel 6.1). Adapun negara-negara tujuan ekspor utama Sulsel antara lain adalah Jepang, Malaysia, Amerika Serikat, Cina,
70
Triwulan III - 2013
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Singapura, dan Vietnam. Selain itu, harga internasional beberapa komoditas perdagangan unggulan Sulsel, seperti nikel dan kakao saat ini masih cenderung melemah. Penurunan harga kakao diatribusikan dengan melemahnya permintaan di kawasan Eropa yang merupakan konsumen utama kakao untuk pengolahan cokelat.2 Tabel 6.1. Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi Beberapa Negara WEO (IMF) WEO (IMF) Juli 2013 Oktober 2013 % 2012 2013p 2014p 2012 2013p 2014p Amerika Serikat 2,2 1,7 2,7 2,2 1,6 2,6 Kawasan Eropa -0,6 -0,6 0,9 -0,6 -0,4 1,0 Kawasan Asia Cina 7,8 7,8 7,7 7,8 7,6 7,3 Jepang 1,9 2,0 1,2 1,9 2,0 1,2 Kawasan ASEAN* 6,1 5,6 5,7 6,1 5,0 5,4 *) Terdiri dari Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand, dan Vietnam
Sementara itu, perdagangan dalam negeri (antar pulau) diperkirakan akan menjadi pendorong pertumbuhan ekspor-impor Sulsel, mengingat komponen ekspor dan impor mencakup perdagangan antar negara dan antar pulau. Tingginya permintaan barang-jasa di wilayah Indonesia Timur menjelang akhir tahun akan mendorong peningkatan aktivitas perdagangan antar daerah di Sulsel karena Makassar merupakan hub di Indonesia Timur. Di sisi lain, melemahnya nilai tukar Rupiah memberikan dampak positif pada penurunan impor dari luar negeri. Prospek kinerja perdagangan antar pulau Sulsel juga diprakirakan semakin membaik ke depan dengan mulai beroperasinya lintas penyeberangan Pelabuhan Paciran (Jawa Timur) - Pelabuhan Garongkong di Kabupaten Barru yang diresmikan tanggal 29 April 2013. Selain itu, kondisi cuaca yang dinilai masih mendukung kegiatan transportasi antarpulau pada triwulan IV-2013, hal ini didukung oleh kondisi cuaca yang normal serta curah hujan yang rata-rata di Sulsel berada pada tingkat menengah untuk periode November 2013 (Grafik 6.7).
2
The World Bank. Global Economic Prospects: Commodity Markets Outlook. Volume 2. July 2013.
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan III - 2013
71
Grafik 6.6. Prakiraan Curah Hujan Sulawesi Selatan (November 2013)
6.1.2 Sisi Penawaran Pada triwulan IV-2013, ekonomi Sulsel diprakirakan akan tumbuh terkoreksi ke bawah dibanding triwulan sebelumnya yaitu pada kisaran 6,98% - 7,98% (yoy). Sektor-sektor utama daerah tumbuh melambat pada triwulan IV-2013, kecuali sektor pedagangan hotel dan restoran, serta sektor transportasi dan komunikasi, seiring aktivitas MICE dan perayaan hari besar keagamaan pada akhir tahun 2013. Namun demikian, pertumbuhan ekonomi Sulsel tersebut masih akan tetap berada di atas level pertumbuhan ekonomi nasional, dan dapat mendukung target perkiraan pertumbuhan ekonomi nasional pada tahun 2013 yang dikoreksi kisarannya menjadi 5,50%-5,90% (yoy), lebih rendah dari perkiraan sebelumnya yaitu 5,80% - 6,20% (yoy). Produktivitas lahan Sektor Pertanian, terutama Subsektor Tabama, diprakirakan akan sedikit melambat pada triwulan IV-2013. Padi diperkirakan mulai memasuki musim tanam, sehingga target prognosa pengadaan beras di Sulselbar oleh Bulog cenderung moderat (Grafik 6.8). Target pengadaan beras pada triwulan IV-2013 sebesar 6,48% (yoy). Curah hujan cukup kondusif hingga akhir tahun 2013, namun tetap mendukung produksi beras dan ikan. Kinerja Subsektor Perkebunan diproyeksikan mulai masuk musim panen kedua yang berlangsung dari Desember s.d. Januari. Sektor
Perdagangan,
Hotel
&
Restoran
(PHR)
diprakirakan
akan
mengalami
pertumbuhan yang cukup tinggi pada triwulan IV-2013. Liburan hari raya keagamaan dan pergantian tahun 2014 akan berkontribusi pada pertumbuhan sektor ini. Menjelang akhir
72
Triwulan III - 2013
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
tahun, diperkirakan aktivitas MICE semakin marak. Upaya Pemda dan Pemprov untuk meningkatkan realisasi belanja APBD juga akan meningkatkan konsumsi pemerintah. 350
Pertumbuhan yoy
300
Pertumbuhan qtq
300 250
250
200
200
150
150
100
100
50
50
0 -50 -100 I
II
III
IV
2012
I
II
III
IV
2013
Grafik 6.7. Target Pengadaan Beras
1
2
US$/mt
0 -50
Harga Nikel
30,000 25,000 20,000 15,000 10,000 5,000 0 3
2011
4
1
2
yoy
3
4
2012
40% 30% 20% 10% 0% -10% -20% -30% -40% 1
2
3
2013
Grafik 6.8. Perkembangan Harga Internasional Nikel
Sektor Industri Pengolahan diprakirakan akan tetap tumbuh dengan baik pada triwulan IV-2013, seiring persiapan industri untuk mengatasi lonjakan permintaan ketika hari besar keagamaan dan pergantian tahun. Produsen ditengarai melakukan persiapan bahan baku produksi untuk mengantisipasi naiknya permintaan beberapa komoditas bahan makanan seperti tepung terigu dan gula pasir serta tekstil atau pakaian jadi pada triwulan IV-2013. Di samping itu, untuk memenuhi pembangunan infrastruktur di akhir tahun, produksi semen masih akan meningkat, bahkan salah satu produsen semen besar di Sulsel telah meningkatkan kapasitas produksi semennya di tahun 2013. Sektor Pertambangan diprakirakan akan mengalami pertumbuhan pada level moderat, seiring pelonggaran ekspor bahan mentah tambang. Ekspor komoditas tambang yaitu nikel masih akan menjadi kontributor utama bagi ekspor Sulsel. Kecenderungan penurunan harga internasional komoditas nikel (Grafik 6.9) masih terjadi, namun ditengarai tidak akan menghambat target produksinya. Asosiasi Nikel Indonesia (ANI) memproyeksikan produksi bijih nikel sepanjang tahun ini mencapai 60 juta ton, atau meningkat 46,3% bila dibandingkan dengan realisasi produksi tahun lalu yang hanya sebanyak 41 juta ton. ANI menyatakan meskipun perekonomian China sedang melambat, kebutuhan bijih nikel di negeri tersebut masih tinggi. Bijih nikel dipergunakan sebagai bahan baku industri manufaktur, seperti untuk sendok dan garpu, serta industri peralatan perang.
6.2. Outlook Inflasi Pada triwulan IV-2013, laju inflasi secara umum diperkirakan akan sedikit melambat dibandingkan triwulan III-2013. Seperti yang diperkirakan, laju inflasi mencapai puncaknya pada triwulan III-2013 yang disebabkan oleh kenaikan harga BBM bersubsidi. Seiring dengan redanya dampak kenaikan harga BBM tersebut, inflasi Sulsel dinilai akan mengalami perlambatan pada triwulan IV-2013. Hal ini juga didukung dengan deflasi bulanan yang cukup dalam pada awal triwulan IV-2013.
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan III - 2013
73
Inflasi tahunan komponen volatile food diperkirakan akan mengalami perlambatan di triwulan mendatang. Melambatnya laju inflasi komponen ini didorong oleh faktor cuaca yang kondusif serta kondisi pasokan yang stabil sejak akhir triwulan III-2013. Curah hujan yang berada pada tingkat rendah atau menengah hingga November 2013 dinilai sangat kondusif bagi penangkapan ikan dan distribusi bahan pangan. Dari sisi pasokan, meskipun menurun, pengadaan beras Bulog terus berlangsung di daerah yang saat ini masih panen (Luwu Utara, Wajo, Bone, dan sebagian Sidrap). Panen bawang merah di sentra produksi (Enrekang) masih berlangsung hingga awal triwulan IV-2013 dan diharapkan dapat memenuhi permintaan masyarakat. Selain dua faktor tersebut, melambatnya inflasi juga didukung oleh meredanya dampak imported inflation pada bahan baku impor yang teramati sejak Oktober 2013. Setelah redanya dampak kenaikan harga BBM, inflasi tahunan komponen administered price pada triwulan IV-2013 diperkirakan relatif stabil dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal ini terlihat dari laju inflasi bulanan komponen ini yang cenderung berada pada level yang sangat rendah pada September dan Oktober 2013. Hal ini didukung oleh tarif beberapa komoditas utama seperti angkutan antar kota dan angkutan dalam kota yang telah mencapai kestabilan. Tekanan kenaikan harga rokok yang diduga disebabkan oleh naiknya harga bahan baku (cengkeh dan tembakau) juga memiliki dampak yang minimal. Sementara itu, komponen core inflation juga diperkirakan stabil hingga triwulan IV2013. Harga emas perhiasan yang melejit pada September 2013 cenderung mengalami penurunan pada periode awal triwulan IV-2013 sehingga diperkirakan dapat mengurangi tekanan inflasi pada komponen ini. Apabila harga emas internasional tidak mengalami kenaikan yang signifikan maka komoditas emas perhiasan juag tidak akan memberikan tekanan inflasi yang besar. Meski demikian, beberapa faktor risiko berpotensi untuk meningkatkan tekanan inflasi lebih dari perkiraan. Yang pertama adalah datangnya masa perayaan Natal dan Tahun Baru. Permintaan masyarakat untuk beberapa komoditas, terutama komponen volatile food, diperkirakan akan mengalami peningkatan. Selain itu, secara historis, curah hujan mulai meningkat di bulan Desember 2013. Untuk komponen administered price, kenaikan tarif listrik tahap keempat yang merupakan tahap terakhir menjadi salah satu faktor risiko yang dapat mengakselerasi inflasi. Harga angkutan, terutama angkutan udara, juga memiliki potensi untuk naik seiring lalu lintas yang padat menyambut masa Natal dan Tahun Baru. Sementara itu, harga bahan bangunan serta komoditas core inflation lain yang terkait cenderung mengalami peningkatan seiring penyelesaian proyek infrastruktur pemerintah dan swasta. Apalagi, kondisi ekonomi global masih diwarnai ketidakpastian.
74
Triwulan III - 2013
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
9
7.00
7.24
7
18% 16% 14% 12% 10% 8% 6% 4% 2% 0% -2% -4%
Indeks perubahan harga umum 3 bulan yad growth
250
8.40
8
200
6.50
6
150
5 4
100
3 2
50
y.o.y - Ss y.o.y - Nas
1
Sumber : BPS diolah
0
%
1
2
3
4
1
2
2011
3
4
1
2
2012
3 2013
15%
200
10%
150
5% 100
0%
50
-5% -10%
0 2
3 2011
4
1
2
3 2012
4
1
3
2
3
4
1
2
4
2013
Grafik 6.11. Indeks Ekspektasi terhadap Harga-harga dalam 6 Bulan yang Akan Datang
3
4
1
2
2012
3
4
2013
Grafik 6.10. Indeks Ekspektasi terhadap Harga-harga dalam 3 Bulan yang Akan Datang
20%
Indeks perubahan harga umum 6 bulan yad growth
1
2 2011
Grafik 6.9. Perkembangan Laju Inflasi Sulsel (yoy) dan Proyeksinya 250
0 1
4*
Indeks Tendensi Konsumen Sulsel 116.00 114.57 113.46 112.84 114.00 112.31 111.84 111.24 112.00 110.09 109.72 109.04 110.00 108.07 107.01 108.00 105.46 106.00 104.00 102.00 100.00 1
2
3
2011
4
1
2
3
2012
4
1
2
3
4*
2013
Grafik 6.12 Indeks Tendensi Konsumen
Penurunan tekanan inflasi sejalan dengan hasil Survei Konsumen BI. Indeks ekspektasi terhadap harga-harga untuk 3 bulan yang akan datang menunjukkan penurunan yaitu dari 196,83 menjadi 189,00 (Grafik 6.11). Secara tahunan, indeks ekspektasi terhadap hargaharga untuk 3 bulan serta 6 bulan yang akan datang juga menunjukkan perlambatan (Grafik 6.11 dan 6.12). Hal ini menunjukkan bahwa responden memiliki persepsi yang kuat akan adanya penurunan harga. Indeks Tendensi Konsumen (ITK) dari BPS juga menunjukkan pergerakan yang sama (Grafik 6.13). Pada triwulan III-2013, ITK bergerak turun dari 111,84 menjadi 110,09. Hal ini berarti konsumen berpendapat bahwa kondisi perekonomiannya akan masih tumbuh cukup baik namun sedikit melambat dibanding triwulan sebelumnya dan dampaknya terhadap potensi kenaikan inflasi akan sedikit menetralisir tekanan yang ada sehubungan dengan berbagai penyesuaian kebijakan harga/tarif. Dengan mempertimbangkan berbagai faktor di atas, inflasi Sulsel pada triwulan IV2013 diproyeksikan berada pada kisaran 6,50% - 7,00% (yoy). Perkiraan ini lebih rendah dari laju inflasi di triwulan laporan yang tercatat sebesar 7,24% (yoy) dan lebih tinggi dari sasaran inflasi nasional yaitu 3,50% - 5,50% (yoy). Lebih tingginya laju inflasi dari sasaran inflasi nasional terutama dipicu oleh kebijakan pemerintah yang menaikkan harga BBM bersubsidi. Kemudian, melambatnya laju inflasi pada triwulan mendatang didukung oleh kondisi cuaca yang bersahabat, pasokan yang diperkirakan masih memenuhi permintaan, serta relatif stabilnya inflasi komponen administered price dan core inflation.
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan III - 2013
75
6.3. Prospek Perbankan Perbankan di Sulsel diproyeksikan masih dapat bertumbuh dengan baik pada triwulan IV-2013. Terkait intermediasi perbankan, sejalan dengan kebijakan BI dalam menaikkan suku bunga acuan (BI Rate) ke level 7,25% per 8 Oktober 2013. Hasil Survei Perbankan triwulan III-2013, Bank Indonesia, Oktober 2013, mengindikasikan bahwa pertumbuhan kredit perbankan selama tahun 2013 akan melambat. Perkiraan melambatnya pertumbuhan kredit perbankan 2013, sejalan dengan pengaruh perlambatan pertumbuhan ekonomi domestik dan kenaikan suku bunga perbankan. Selain itu, perlambatan kredit dipengaruhi penurunan permintaan kredit baru pada kredit investasi dan kredit konsumsi, sedangkan permintaan kredit modal kerja masih meningkat. Berdasarkan kelompok bank, perlambatan permintaan kredit terutama terjadi pada kelompok bank besar, sementara pada kelompok bank menengah dan kecil permintaan kredit masih menguat. Kegiatan penghimpunan dana diprakirakan masih akan positif pada triwulan mendatang. Hasil Survei Perbankan juga mengindikasikan kenaikan suku bunga dana berpotensi meningkatkan pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan. Optimisme perbankan terhadap peningkatan pertumbuhan DPK diperkirakan terjadi pada kelompok bank besar dan menengah, sedangkan pertumbuhan DPK pada kelompok bank kecil diperkirakan melambat. Dilihat dari beberapa rasio kinerja perbankan yang lain, perbankan Sulsel dinilai masih dapat bertumbuh positif secara tahunan. Kondisi permodalan yang tercermin dari rasio kecukupan modal, CAR (Capital Adequacy Ratio), akan tetap berada pada tingkat yang cukup tinggi. Kemudian LDR (Loan to Deposit Ratio) diproyeksikan akan tetap berada di atas 100%. Dari sisi kualitas alokasi kredit, rasio kredit bermasalah atau NPL (Non-performing Loans) gross, masih akan terekam di bawah nilai batas yang ditetapkan BI sebesar 5%. Ke depan, faktor risiko yang harus diperhatikan oleh perbankan Sulsel adalah rasio Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional atau BOPO. Kenaikan suku bunga kredit akan meningkatkan biaya modal (cost of capital) bagi sektor riil. Sekor riil membutuhkan dana lebih tinggi untuk menikmati kredit perbankan nasional. Hal tersebut akan mendorong biaya produksi menjadi lebih tinggi sehingga harga jual produk akan menjadi lebih mahal sehingga masyarakat sebagai konsumen akhir akan terbebani dengan kenaikan harga produk.
76
Triwulan III - 2013
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
LAMPIRAN 1. Data Ekonomi Makro Tabel 1.a Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha Provinsi Sulawesi Selatan Atas Dasar Harga Konstan (Rp Miliar) SEKTORAL 1. Pertanian 2. Pertambangan & Penggalian 3. Industri Pengolahan 4. Listrik,Gas & Air Bersih 5. Bangunan 6. Perdagangan, Hotel & Restoran 7. Angkutan & Komunikasi 8. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 9. Jasa - jasa PDRB
2011* 2012** 2013*** 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 3,596.89 3,925.83 3,989.63 3,224.99 3,787.44 4,095.16 4,321.09 3,290.50 3,831.15 4,058.55 4,494.83 978.85 1,091.31 1,078.03 1,004.47 876.40 1,118.55 1,094.58 1,162.04 1,030.59 1,125.49 1,169.17 1,699.96 1,827.00 1,924.40 1,943.10 1,947.76 1,990.28 2,032.91 2,112.53 2,142.81 2,223.09 2,246.68 128.62 139.26 148.10 159.43 156.95 158.68 164.00 167.89 169.21 173.24 177.77 753.08 804.58 833.38 859.78 840.51 887.24 924.19 986.76 943.04 1,004.91 1,063.54 2,279.30 2,397.06 2,479.63 2,475.87 2,496.33 2,602.01 2,723.49 2,783.81 2,797.41 2,876.21 2,965.99 1,202.50 1,239.11 1,309.05 1,428.61 1,436.01 1,459.05 1,501.93 1,552.64 1,544.21 1,612.96 1,660.26 1,027.54 1,041.79 1,061.38 1,166.61 1,129.11 1,239.99 1,271.64 1,338.39 1,323.37 1,413.61 1,467.53 1,439.82 1,467.59 1,477.10 1,495.06 1,478.17 1,514.35 1,521.81 1,544.44 1,493.88 1,531.05 1,604.66 13,106.57 13,933.54 14,300.71 13,757.92 14,148.68 15,065.32 15,555.63 14,939.00 15,275.68 16,019.11 16,850.43
Sumber : BPS
* Angka Sementara, ** Angka Sangat Sementara, *** Angka Sangat Sangat Sementara
Tabel 1.b Produk Domestik Regional Bruto Menurut Penggunaan Provinsi Sulawesi Selatan Atas Dasar Harga Konstan (Rp Miliar) PENGGUNAAN Konsumsi Investasi Ekspor Dikurangi Impor PDRB
1 8,947.30 2,919.48 5,876.61 4,636.82 13,106.57
2011* 2 3 9,110.02 9,335.18 3,375.03 4,194.36 6,040.24 5,486.24 4,591.75 4,715.07 13,933.54 14,300.71
4 9,578.56 3,676.45 5,247.97 4,745.07 13,757.92
1 9,586.08 3,877.08 4,954.75 4,269.24 14,148.68
2012** 2 3 9,767.16 13,766.03 4,805.35 6,344.28 5,152.60 5,508.76 4,659.80 4,554.68 15,065.32 15,555.63
4 10,141.99 3,443.51 5,978.47 4,624.97 14,939.00
1 10,136.18 4,313.01 5,421.55 4,595.06 15,275.68
2013*** 2 10,335.80 4,651.96 5,859.27 4,827.93 16,019.10
3 10,675.36 4,325.09 6,300.56 4,450.58 16,850.43
Sumber : BPS
* Angka Sementara, ** Angka Sangat Sementara, *** Angka Sangat Sangat Sementara
2. Data Inflasi
Tabel 2.a Laju Inflasi Provinsi Sulawesi Selatan Menurut Kelompok Pengeluaran (2007 = 100) KELOMPOK PENGELUARAN
Umum Bahan Makanan Makanan Jadi, Mnman, Rkk & Tembakau Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar Sandang Kesehatan Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan
Juli 134.35 159.43 141.20 129.09 150.73 130.77 120.80 105.97
IHK (2012) Agust 135.99 163.72 142.40 129.65 153.67 130.93 120.88 106.52
Sept 135.69 161.48 143.21 129.73 154.94 130.98 121.38 106.22
Juli 143.51 175.06 148.15 134.62 153.69 133.70 124.77 118.88
IHK (2013) Agust 145.78 182.22 149.30 135.51 155.15 134.75 125.38 119.15
Sept 145.51 178.85 149.93 135.89 159.22 135.20 125.82 118.97
m.t.m -0.2% -1.8% 0.4% 0.3% 2.6% 0.3% 0.4% -0.2%
Growth y.t.d 6.9% 31.4% 10.1% -0.2% 17.0% -0.7% -7.6% -12.6%
y.o.y 7.2% 31.8% 10.5% 0.1% 17.3% -0.4% -7.3% -12.3%
Sumber : BPS
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan III - 2013
81
3. Data Perbankan Tabel 3.a. Penghimpunan Dana dan Penyaluran Kredit Bank Umum (Rp Miliar) THN
2009
2010
2011
2012
2013
TRW 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
DPK
KREDIT
LDR
28,625.67 29,520.99 29,450.83 33,601.07 29,843.83 32,401.02 33,596.66 37,298.83 37,461.05 39,159.37 41,077.42 45,722.22 46,090.40 48,467.59 50,927.51 54,278.13 52,147.16 53,299.02 57,203.84
31,563.21 32,919.44 33,872.77 36,430.30 37,041.42 39,883.76 41,120.47 43,025.20 46,519.87 50,084.59 53,400.54 56,978.79 58,754.53 63,265.48 65,411.85 69,955.59 86,014.00 77,082.60 79,613.42
110.26% 111.51% 115.01% 108.42% 124.12% 123.09% 122.39% 115.35% 124.18% 127.90% 130.00% 124.62% 127.48% 130.53% 128.44% 128.88% 164.94% 144.62% 139.17%
Tabel 3.b. Penghimpunan Dana Bank Umum (Rp Miliar) JENIS PENGGUNAAN Giro Tabungan Deposito TOTAL GROWTH
1 6,516 19,648 11,298 37,461 24.14%
2011 2 6,715 20,907 11,537 39,159 19.56%
3 6,835 21,923 12,319 41,077 20.96%
4 6,607 26,430 12,685 45,722 22.62%
1 7,893 24,970 13,228 46,090 23.04%
2012 2 7,764 27,186 13,518 48,468 23.77%
3 8,287 28,523 14,117 50,928 23.98%
4 7,948 31,428 14,902 54,278 18.71%
1 7,759 29,206 15,182 52,147 13.14%
2013 2 8,086 29,942 15,271 53,299 9.97%
Tabel 3.c. Penyaluran Kredit Menurut Jenis Penggunaan Bank Umum (Rp Miliar) JENIS PENGGUNAAN Modal Kerja Investasi Konsumsi TOTAL GROWTH
82
1 17,246.85 9,147.97 20,125.05 46,519.87 25.59%
2011 2 3 18,799.07 20,119.73 10,027.45 10,683.02 21,258.07 22,597.79 50,084.59 53,400.54 25.58% 29.86%
Triwulan III - 2013
4 22,031.87 11,324.36 23,622.56 56,978.79 39.42%
1 22,499.56 11,727.69 24,527.27 58,754.53 26.30%
2012 2 3 25,045.18 24,655.59 12,255.65 12,634.93 25,964.65 28,121.33 63,265.48 65,411.85 26.32% 22.49%
4 28,250.36 11,911.15 29,794.08 69,955.59 22.77%
1 28,671.33 28,671.33 28,671.33 86,014.00 22.58%
2013 2 27,483.57 17,401.56 32,197.47 77,082.60 21.84%
3 27,821.70 18,289.01 33,502.71 79,613.42 21.71%
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
3 9,211 31,943 16,050 57,204 12.32%
4. Data Sistem Pembayaran Tabel 4.a. Aliran Uang Kartal di Depo KBI Makassar (Rp Triliun) Thn
Trw 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
2009
2010
2011
2012
2013
Inflow 2.23 0.87 0.91 1.65 1.84 0.61 1.29 1.20 2.33 2.10 3.71 2.45 3.87 2.75 3.93 3.20 4.41 3.24 4.87
JUMLAH Outflow 0.24 0.86 0.78 0.70 0.28 1.26 1.53 1.35 1.25 1.91 3.25 2.56 1.86 3.17 3.57 3.21 1.72 2.89 5.31
Net Flow 2.00 0.01 0.13 0.95 1.56 (0.65) (0.24) (0.15) 1.08 0.19 0.46 (0.11) 2.01 (0.42) 0.36 (0.01) 2.70 0.35 (0.44)
Inflow -4.3% -20.7% -36.8% -24.8% -17.4% -30.0% 42.4% -26.9% 26.3% 246.34% 187.85% 103.73% 66.1% 30.95% 5.93% 30.61% 60.4% 17.67% 24.0%
Y.O.Y Outflow -60.0% -52.7% -58.5% -53.8% 17.5% 45.9% 96.2% 93.0% 344.8% 52.18% 113.03% 89.58% 48.8% 65.97% 9.85% 25.39% -45.9% -8.99% 48.8%
Net Flow 14.7% 100.8% 129.0% 40.6% -21.6% 10904.5% 285.2% 115.6% -30.9% 129.29% 294.34% 25.56% 86.1% 321.05% -21.74% 90.91% -741.7% 183.57% 222.4%
Inflow 2.2% -61.2% 4.5% 81.8% 12.1% -67.1% 112.6% -6.7% 93.7% -9.87% 76.67% -33.96% 58.0% -28.94% 42.91% -18.58% 78.2% -26.62% 50.6%
Q.T.Q Outflow -84.2% 259.6% -9.6% -10.0% -59.8% 346.6% 21.5% -11.5% -7.4% 52.80% 70.16% -21.23% -27.3% 70.43% 12.62% -10.08% -52.0% 67.73% 84.2%
Net Flow 196.7% -99.7% 2028.9% 639.8% 65.4% -141.5% -63.5% -37.6% -830.9% -82.41% 142.11% -123.91% -1927.3% -120.90% -185.71% -102.78% -345.0% -86.98% -225.6%
Tabel 4.b. Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) (Rp Triliun) Thn
2009
2010
2011
2012
2013
Trw 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
JUMLAH Inflow 2.23 0.87 0.91 1.65 1.84 0.61 1.29 1.20 2.33 2.10 3.71 2.45 3.87 2.75 3.93 3.20 4.41 3.24 4.87
PTTB PTTB/Inflow 0.25 11.1% 0.09 10.9% 0.39 42.5% 1.19 72.5% 1.04 56.2% 0.69 113.6% 0.98 75.9% 0.99 82.7% 1.22 52.4% 1.75 83.3% 1.68 45.3% 1.39 56.7% 0.89 23.0% 0.15 5.5% 0.05 1.3% 0.27 8.4% 0.35 7.9% 0.50 15.5% 0.99 20.3%
Y.O.Y Inflow -4.3% -20.7% -36.8% -24.8% -17.4% -30.0% 42.4% -26.9% 26.3% 246.3% 187.8% 103.7% 66.1% 31.0% 5.9% 30.6% 14.0% 17.7% 24.0%
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Q.T.Q
PTTB PTTB/Inflow Inflow -81.3% -80.4% 2.2% -86.9% -83.5% -61.2% -29.1% 12.2% 4.5% 192.5% 288.8% 81.8% 318.5% 407.0% 12.1% 632.3% 946.1% -67.1% 154.2% 78.5% 112.6% -16.6% 14.1% -6.7% 17.6% -6.9% 93.7% 154.0% -26.7% -9.9% 71.6% -40.4% 76.7% 39.7% -31.4% -34.0% -27.0% -56.1% 58.0% -91.4% -93.5% -28.9% -97.0% -97.2% 42.9% -80.6% -85.1% -18.6% -60.7% -65.5% 37.8% 234.7% 184.4% -26.6% 1877.8% 1495.4% 50.6%
PTTB PTTB/Inflow -39.2% -40.5% -62.1% -2.1% 309.3% 291.6% 209.8% 70.5% -13.0% -22.4% -33.6% 102.0% 42.1% -33.2% 1.6% 8.9% 22.7% -36.7% 43.4% 59.2% -4.0% -45.7% -17.3% 25.3% -36.0% -59.5% -83.1% -76.3% -66.7% -76.7% 440.0% 563.2% 29.6% -5.9% 43.4% 95.5% 97.0% 30.8%
Triwulan III - 2013
83
Tabel 4.c. Transaksi Non Tunai via RTGS (Rp Triliun)
2013
2012
2011
2010
2009
Thn
84
Trw 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
Incoming 17.8 18.5 18.7 21.5 17.8 22.4 24.5 28.5 22.0 26.1 33.9 34.6 30.5 38.6 35.6 41.5 32.8 36.1 37.6
JUMLAH Outgoing 11.9 11.6 14.3 15.1 11.9 12.6 11.7 13.7 10.9 12.2 13.1 16.1 12.4 16.0 15.9 20.7 14.4 17.4 18.8
Triwulan III - 2013
Netto 5.9 6.9 4.4 6.5 5.9 9.8 12.7 14.8 11.1 13.9 47.0 50.7 18.1 22.6 19.7 20.8 19.1 18.7 19.1
Y.O.Y Incoming Outgoing 56.5% 66.5% 51.8% 46.7% 81.4% 83.1% 47.4% 63.0% 0.0% 0.0% 21.4% 8.6% 30.9% -17.8% 32.3% -9.0% 23.5% -8.8% 16.1% -3.4% 38.6% 11.8% 21.5% 17.6% 38.6% 14.0% 48.2% 31.5% 5.0% 21.4% 19.9% 28.6% 10.8% 18.5% -6.4% 8.8% 10.8% 18.5%
Netto 39.6% 61.2% 76.1% 20.5% 0.0% 43.0% 188.5% 128.7% 88.7% 41.0% 269.2% 243.0% 62.8% 62.8% -58.1% -59.0% 5.5% -17.2% 5.5%
Q.T.Q Incoming Outgoing 22.1% 29.2% 3.7% -2.8% 1.1% 23.0% 15.2% 5.5% -17.2% -20.8% 25.9% 5.6% 9.0% -6.9% 16.4% 16.8% -22.7% -20.5% 18.4% 11.9% 30.1% 7.6% 2.1% 22.9% -11.8% -23.0% 26.6% 29.0% -7.8% -0.6% 16.6% 30.2% -18.5% -29.0% 10.2% 20.4% -18.5% -29.0%
Netto 9.8% 16.8% -35.9% 46.5% -8.8% 67.1% 29.3% 16.1% -24.8% 24.8% 238.6% 7.9% -64.3% 24.9% -12.8% 5.6% -8.2% -2.0% -8.2%
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan