KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI SELATAN TRIWULAN-II 2010
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan II - 2010
Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank
Kata Pengantar Sebagaimana diketahui dengan diberlakukannya UU No. 23 Tahun 1999 tentang tujuan Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Republik Indonesia No. 3 Tahun 2004, tujuan Bank Indonesia adalah mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Lebih lanjut, tugas-tugas pokoknya adalah menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, serta mengatur dan mengawasi bank. Sejalan dengan Undang-Undang tersebut, Kantor Bank Indonesia (KBI) di daerah dalam era otonomi mempunyai peranan yang strategis, selain sebagai economic intelligence dan research unit di wilayah kerjanya. Dalam kaitan dengan peran tersebut, KBI bertugas untuk melakukan pengumpulan data dan informasi (antara lain melalui survei), dan melakukan pengkajian serta penelitian mengenai perkembangan ekonomi daerah secara terkini dan berkala. Sejak tahun 2002 KBI Makassar telah melakukan Kajian terhadap Perkembangan Ekonomi Daerah secara triwulanan atau disingkat menjadi KER dengan cakupan daerah Sulawesi Selatan. Sejak ditetapkannya secara resmi pemisahan antara Provinsi Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat, maka sejak tahun 2007 ini materi kajian untuk masing-masing provinsi (Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat) akan dipisahkan dan disampaikan dalam buku laporan yang terpisah. Adapun cakupan kajian (KER) tersebut adalah pada aspek makroekonomi, inflasi, moneter-perbankan-sistem pembayaran, keuangan daerah dan prospek ekonomi. Dalam perkembangannya, cakupan ini akan kami kembangkan terus sejalan dengan ketersediaan data ekonomi daerah yang kami peroleh. Selanjutnya, informasi dan hasil kajian/riset tersebut akan disampaikan ke Kantor Pusat Bank Indonesia, sebagai masukan dalam formulasi kebijakan moneter. Disamping itu, hasil kajian tersebut diharapkan dapat bermanfaat bagi stakeholder Bank Indonesia di daerah antara lain: Pemerintah Daerah, DPRD, akademisi, pihak swasta dan kalangan masyarakat Iainnya. Saran dan masukan dan semua pihak, sangat kami harapkan guna peningkatan kualitas laporan ini di masa mendatang. Perlu kami sampaikan pula penghargaan dan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu secara aktif dalam penyusunan laporan ini, dengan memberikan data dan informasi secara kontinyu, tepat waktu dan reliable. Selanjutnya, kami nantikan kerjasama tersebut dapat terus berlangsung di masa mendatang guna mendukung kesinambungan penyusunan laporan ini.
Makassar, Agustus 2010 BANK INDONESIA MAKASSAR ttd. Lambok A. Siahaan Pemimpin
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan II - 2010
iii
Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank
Daftar Isi KATA PENGANTAR ~ iii DAFTAR ISI ~ v DAFTAR GRAFIK ~ vii DAFTAR TABEL ~ ix
RINGKASAN EKSEKUTIF ~ 1 INDIKATOR EKONOMI KER Trw. II-2010 ~5
BAB 1
PERKEMBANGAN KONDISI MAKRO EKONOMI ~ 7 1.1. Permintaan Daerah ~ 7 1.1.1. Konsumsi ~ 8 1.1.2. Investasi ~ 9 1.1.3. Perdagangan Eksternal ~ 11 1.2. Penawaran Daerah (Sektoral) ~ 13 1.2.1. Sektor Pertanian ~ 14 1.2.2. Sektor Pertambangan - Penggalian ~ 15 1.2.3. Sektor Industri Pengolahan ~ 16 1.2.4. Sektor Listrik-Gas_Air ~ 17 1.2.5. Sektor Bangunan~ 18 1.2.6. Sektor Perdagangan-Hotel-Restauran ~ 18 1.2.7. Sektor Angkutan dan Komunikasi ~ 19 1.2.8. Sektor Keuangan-Persewaan-Jasa perusahaan ~ 20 1.2.9. Sektor Jasa-jasa~ 21
BOKS I QUICK SURVEI “DAMPAK PERDAGANGAN BEBAS ASEAN-CHINA (ACFTA) TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN”~ 23 BOKS II QUICK SURVEI “PERKEMBANGAN DAN PROSPEK INDUSTRI PENGOLAHAN TERKAIT DAMPAK PEMULIHAN EKONOMI GLOBAL” ~27 BAB 2
PERKEMBANGAN INFLASI ~ 29 2.1. Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang ~ 30
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan II - 2010
v
BAB 3
PERKEMBANGAN PERBANKAN ~ 39 3.1. Perkembangan Bank Umum (Konvensional dan Syariah) ~ 39 3.1.1. Kelembagaan dan Aset ~ 39 3.1.2. DPK dan Kredit/Pembiayaan ~ 40 3.1.3. Intermediasi Bank Umum Syariah ~ 45 3.2. Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat/Syariah (BPR/S) ~ 45
BAB 4
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN ~ 47 4.1. Aliran Uang Kartal Masuk (Inflow) dan Keluar (Outflow) ~ 47 4.2. Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) ~ 48 4.3. Perkembangan Uang Palsu yang Ditemukan ~ 49 4.4. Perkembangan Kliring dan RTGS ~ 49 4.4.1. Perkembangan RTGS ~ 49 4.4.2. Perkembangan Kliring ~ 50
BAB 5
KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN ~ 53 5.1. Ketenagakerjaan ~ 53 5.2. Kesejahteraan ~ 54 5.2.1. Nilai Tukar Petani ~ 54 5.2.2. Jumlah Penduduk Miskin ~ 56 5.3. Survei ~ 57
BAB 6
PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH ~ 59
BAB 7
OUTLOOK KONDISI EKONOMI DAN INFLASI ~ 61 7.1. Outlook Kondisi Makroregional ~ 61 7.2. Outlook Inflasi ~ 63 7.3. Prospek Perbankan ~ 65
vi
Triwulan II - 2010
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Daftar Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik
1.1. 1.2. 1.3. 1.4. 1.5. 1.6. 1.7. 1.8. 1.9. 1.10. 1.11. 1.12. 1.13. 1.14.
Laju Pertumbuhan PDRB ~ 7 Prompt Indikator Kinerja Konsumsi ~ 8 Prompt Indikator Kinerja Investasi ~ 10 Prompt Indikator Kinerja Ekspor ~ 11 Prompt Indikator Kinerja Impor ~ 12 Prompt Indikator Kinerja Sektor Pertanian ~ 14 Prompt Indikator Kinerja Sektor Pertambangan-Penggalian~ 15 Prompt Indikator Kinerja Sektor Industri Pengolahan~ 16 Prompt Indikator Kinerja Sektor Listrik-Gas-Air Bersih ~ 17 Prompt Indikator Kinerja Subsektor Bangunan ~ 18 Prompt Indikator Kinerja Sektor Perdagangan-Hotel-Restoran ~ 19 Prompt Indikator Kinerja SubSektor Angkutan ~ 20 Prompt Indikator Kinerja Sektor Keuangan-Persewaan-Jasa Perusahaan ~ 21 Prompt Indikator Kinerja Sektor Jasa-jasa ~ 21
Grafik Grafik Grafik
2.1. 2.2. 2.3.
Grafik Grafik Grafik Grafik
2.4. 2.5. 2.6. 2.7.
Grafik
2.8.
Grafik Grafik Grafik Grafik
2.9. 2.10. 2.11. 2.12.
Perkembangan Inflasi Sulawesi Selatan~ 31 Perkembangan Inflasi Kelompok Bahan Makanan ~ 32 Perkembangan Harga Beberapa Komoditi dalam Kel. Bahan Makanan Hasil SPH di Makassar ~ 33 Beberapa Inflasi Kel.Sandang~ 34 Perkembangan Harga Emas ~ 34 Perkembangan Inflasi Kel. Pendidikan~ 35 Perkembangan Inflasi Kelompok Makanan Jadi-Minuman-Rokok-Tembakau ~ 36 Beberapa Komoditi dalam Kelompok Makanan Jadi Hasil SPH di Makassar~ 37 Perkembangan Inflasi Kelompok Perumahan-Air-Listrik-Bahan Bakar~ 38 Perkembangan Inlasi Kelompok Kesehatan~ 39 Perkembangan Inflasi Kelompok Transportasi ~ 41 Perkembangan Rata-rata Harga Minyak Dunia ~ 41
Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik
3.1. 3.2. 3.3. 3.4. 3.5.
Pangsa Kredit/Pembiayaan Bank Umum Per Sektor Ekonomi ~ 42 Pangsa NPLs Per Sektor Ekonomi ~ 43 Pangsa Kredit/Pembiayaan MKM Bank Umum Per Sektor Ekonomi ~ 42 Perkembangan Aset BPR/S ~ 43 Perkembangan DPK, Kredit & LDR BPR/S ~ 44
Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik
4.1. 4.2. 4.3. 4.4. 4.5. 4.6.
Aliran Uang Kartal Masuk (Inflow) ~ 47 Aliran Uang Kartal Kelaur (Outflow) ~ 47 Pemberian Tanda Tidak Berharga dan Inflow ~ 48 Proporsi Jumlah Lembar Uang Palsu Berdasarkan Pecahan Trw.II-2010 ~ 49 Transaksi RTGS – Incoming ~ 50 Transaksi RTGS – Outgoing ~ 50
Grafik
5.1.
Grafik
5.2.
Persentase Penduduk Usia 15+ yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama ~ 54 Perkembangan Rata-rata Nilai Tukar Petani ~ 55
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan II - 2010
vii
Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik
5.3. 5.4. 5.5. 5.6. 5.7. 5.8.
Perkembangan Rata-rata Indeks Yang Diterima Petani ~ 55 Perkembangan Rata-rata Indeks Yang Dibayar Petani ~ 55 Jumlah Penduduk Miskin Sulawesi Selatan ~ 56 Persentase Jumlah Penduduk Miskin se-Sulampua per Maret 2009 ~ 57 Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja Saat Ini ~ 57 Indeks Penghasilan Saat ini Dibandingkan 6 Bulan Lalu ~ 57
Grafik Grafik Grafik
7.1. 7.2. 7.3.
Perkembangan Indeks Ekspektasi Konsumen ~ 61 Indeks Ekspektasi Terhadap Harga-harga dalam 3 bulan y.a.d ~ 64 Perkembangan Laju Inflasi Tahunan Sulsel dan Proyeksinya ~ 64
viii
Triwulan II - 2010
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Daftar Tabel Tabel 1.1. Tabel 1.2.
Perkembangan PDRB Riil : Permintaan Daerah (y.o.y) ~ 8 Perkembangan PDRB Riil : Penawaran Daerah (y.o.y) ~ 14
Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel
2.1. 2.2. 2.3. 2.4. 2.5. 2.6. 2.7. 2.8.
Inflasi Kelompok Barang dan Jasa (%, y.o.y) ~ 28 Inflasi Per-Sub Kelompok Bahan Makanan ~ 28 Inflasi Per-Sub Kelompok Sandang ~ 30 Inflasi Per-Sub Kelompok Pendidikan-Rekreasi-Olahraga~ 31 Inflasi Per-Sub Kelompok Makanan Jadi-Minuman-Rokok-Tembakau ~ 32 Inflasi Per-Sub Kelompok Perumahan-Air-Listrik-Bahan Bakar~ 34 Inflasi Per-Sub Kelompok Kesehatan~ 35 Inflasi Per-Sub Kelompok Transportasi-Komunikasi-Jasa Keuangan ~ 36
Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel
3.1. 3.2. 3.3. 3.4. 3.5. 3.6. 3.7. 3.8.
Perkembangan Indikator Perbankan (Bank Umum) Sulawesi Selatan ~ 39 Perkembangan Kelembagaan Bank Umum Sulawesi Selatan ~ 40 Aset Bank Umum Berdasarkan Kelompok Bank~ 40 Penghimpunan Dana dan Penyaluran Kredit/Pembiayaan Bank Umum~ 41 Penyaluran Kredit /Pembiayaan Bank Umum Per Jenis Penggunaan~ 41 Pertumbuhan Tahunan Kredit/Pembiayaan Per Sektor Ekonomi ~ 43 Perkembangan NPLs Net dan Gross Bank Umum~ 43 Pertumbuhan Kredit/Pembiayaan Mikro, Kecil dan Menengah (MKM) Bank Umum (y.o.y)~ 44 Perkembangan Bank Umum Syariah ~ 45
Tabel 3.9. Tabel 4.1. Tabel 4.2.
Perkembangan Temuan Uang Palsu di Wilker KBI Makassar Trw. II-2010 ~ 49 Perputaran Kliring dan Cek/BG Kosong ~ 51
Tabel
Penduduk Usia 15+ Menurut Kegiatan Utama ~ 53
5.1.
Tabel 6.1.
Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Sampai Dengan Semester I-2010~ 59
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan II - 2010
ix
Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank
Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Peningkatan pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan (Sulsel) terjadi pada triwulan II2010, yang lebih tinggi dibandingkan triwulan I-2010 maupun triwulan II-2009 (sumber : release BPS). Pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2010 tercatat sebesar 9,21% (yoy), sementara pada triwulan I-2010 sebesar 7,96%, dan pada triwulan triwulan II-2009 sebesar 6,01%. Angka pertumbuhan tersebut juga lebih tinggi dari angka perkiraan Bank Indonesia yaitu sebesar 8,02% pada triwulan laporan. Dari sisi permintaan, laju pertumbuhan dimaksud terutama masih didukung oleh
pertumbuhan
konsumsi
dan
investasi.
Pertumbuhan
tertinggi
di
sektor
pertambangan-penggalian, sementara pertumbuhan terendah terjadi di sektor jasa. Meski mengalami peningkatan pertumbuhan ekonomi dibanding triwulan I-2010, masih terdapat sektor-sektor ekonomi yang mengalami perlambatan pertumbuhan. Dari sisi penawaran (sektoral), pendorong pertumbuhan ekonomi berasal dari sektor pertanian, perdagangan-hotel-restoran, dan sektor pertambangan-penggalian.
Pertumbuhan tertinggi terdapat pada sektor keuangan, yang kemudian diikuti berturutturut pada sektor angkutan-komunikasi, sektor pertambangan-penggalian, sektor bangunan dan sektor perdagangan-hotel-restoran. Sementara pertumbuhan terendah diperkirakan terdapat pada sektor pertanian.
Asesmen Inflasi Laju inflasi tahunan di Sulsel pada triwulan II-2010 tercatat lebih tinggi dibandingkan laju inflasi pada triwulan I-2010. Laju inflasi pada triwulan II-2010 tercatat sebesar 5,00% (yoy), relatif sama dengan laju inflasi nasional yang sebesar 5,05%. Namun tekan inflasi Sulsel pada triwulan ini tercatat lebih tinggi dibandingkan tekanan inflasi pada triwulan II-2009 yang sebesar 3,80%. Kelompok utama yang menjadi penyebab meningkatnya laju inflasi triwulan ini adalah bahan makanan dan kelompok sandang, dimana kelompok dimaksud mengalami peningkatan laju inflasi yang cukup tinggi. Di sisi lain terdapat perlambatan laju inflasi yang terdapat pada kelompok makanan jadi, kelompok kesehatan, dan kelompok transpor, sementara laju inflasi kelompok pendidikan relatif stabil. Terkait dengan target
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan II - 2010
1
inflasi nasional pada tahun 2010 sebesar 5% (±1%), maka laju inflasi Sulsel sampai dengan Juni 2010 yang sebesar 1,56% (ytd) menunjukan bahwa laju inflasi di Sulsel masih relatif terkendali.
Asesmen Perbankan Kinerja Pebankan Sulsel pada triwulan II-2010 (per Mei 2010) relatif mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan triwulan I-2010. Hal ini tercermin dari indikator perbankan yang secara umum tumbuh lebih besar, baik dilihat pada aset, DPK mapun kredit. Di sisi lain, kualitas kredit yang disalurkan, dimana tercermin pada nilai NPLs (Non Performing Loan-Gross) yang masih berada pada kisaran yang baik yaitu 3.4%. Selain itu, trend pergerakan LDR masih cenderung stabil jika dibandingkan dengan triwulan I-2010. Dari sisi kelembagaan, bank umum di Sulawesi Selatan pada triwulan II-2010 (per Mei 2010) mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari jumlah kantor bank yang mengalami peningkatan jika dibandingkan triwulan I-2010, meskipun jumlah bank tidak mengalami perubahan.
Asesmen Sistem Pembayaran Transaksi melalui sistem pembayaran tunai maupun non tunai pada triwulan II-2010 menunjukkan pergerakan peningkatan aktivitas perekonomian Sulsel. Peningkatan transaksi tersebut, selain itu karena faktor musiman (tahun ajaran baru dan liburan sekolah), kegiatan kampanye dan pelaksanaan pilkada juga turut mempengaruhi perkembangan transaksi sistem pembayaran ini. Aliran uang kartal masuk (inflow) dan keluar (outflow), pada triwulan laporan, dari dan ke perbankan melalui KBI Makassar tercatat mengalami out inflow sebesar Rp0,65 triliun, sementara pada triwulan I-2010 tercatat mengalami net inflow sebesar Rp1,56 triliun. Jumlah nominal kondisi uang tidak layak edar pada triwulan II-2010 tercatat mengalami penurunan. PTTB pada triwulan II-2010 tercatat sebesar Rp0,69 triliun, sementara PTTB pada triwulan I-2010 tercatat sebesar Rp1,04 triliun. Dari rasio PTTB terhadap inflow pada triwulan laporan tercatat sebesar 113,6% lebih tinggi dibandingkan triwulan I-2010 yang sebesar 56,2%. Hal ini karena kegiatan PTTB pada triwulan laporan ini terdapat tambahan kegiatan PTTB yang belum terselesaikan pada triwulan I-2010.
Asesmen Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Daya serap perkembangan pertumbuhan ekonomi Sulsel selama tahun 2010 terhadap angkatan kerja semakin membaik, terutama pada semester I-2010. Sehingga
2
Triwulan II - 2010
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Sulsel tercatat mengalami penurunan yaitu sebesar 0,76% yaitu dari 8,7% pada Februari 2009 menjadi 7,9% pada Februari 2010. Tingkat kesejahteraan petani Sulsel pada triwulan laporan meskipun menunjukkan perlambatan pertumbuhan namun masih mengalami perkembangan positif. Ratarata pertumbuhan NTP Sulsel pada triwulan II-2010 tercatat tumbuh sebesar 1,4% (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan NTP pada triwulan I-2010 yang sebesar 2,6% (yoy).
Asesmen Keuangan Daerah Realisasi anggaran pendapatan daerah sampai dengan Semester I-2010 tercatat hampir mencapai target 50% dari total target pendapatan, yaitu sebesar 50,9% atau mencapai Rp1,244.68 milyar. Target pendapatan 2010 ini diperkirakan dapat tercapai lebih dari 100% mengingat pertumbuhan ekonomi
Sulawesi Selatan yang
cenderung lebih tinggi dibandingkan tahun 2009. Dari komponen pendapatan, realisasi “Pendapatan Transfer” telah mencapai 53,3%. Dari sisi anggaran belanja daerah, sampai dengan semester I-2010, realisasinya baru mencapai 31,8%. Realisasi terbesar terjadi pada pos ‘Belanja Operasi’ yang sebesar 35,5%,
Prospek Ekonomi Triwulan II-2010 Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan di triwulan III-2010 diperkirakan akan relatif meningkat jika dibandingkan dengan triwulan II-2010. Hal tersebut diperkirakan terjadi karena perkembangan ekonomi global dan domestik yang membaik selama triwulan II/2010 tersebut, diperkirakan akan terus berlanjut hingga akhir tahun 2010. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2010 diperkirakan akan melampaui batas atas kisaran proyeksi 5,5%-6,0%, kemudian akan mempengaruhi peningkatan pertumbuhan hingga tingkat regional, termasuk Sulawesi Selatan. Dorongan pertumbuhan dari sisi permintaan terjadi pada konsumsi, investasi dan ekspor. Sedangkan pada sisi penawaran, peningkatan pertumbuhan didorong oleh sektor industri, listrik-gas-air, pertambangan, angkutan-komunikasi dan perdagangan-hotel-restauran. Laju inflasi tahunan diperkirakan akan cenderung mengalami peningkatan yang relatif besar. Tekanan inflasi diperkirakan terutama berasal dari dampak kenaikan TDL yang berimbas pada sisi supply, datangnya Ramadhan dan Idhul Fitri yang mendorong sisi permintaan, dan kenaikan harga-harga bahan makanan terkait dengan ketidakpastian musim. Tekanan inflasi diperkirakan terjadi karena semakin terbatasnya respon sisi penawaran terhadap peningkatan permintaan yang diperkirakan akan semakin meningkat.
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan II - 2010
3
Kinerja perbankan di Sulsel pada triwulan III-2010 diduga masih tumbuh lebih baik jika dibandingkan triwulan II-2010 atau satu tahun sebelumnya. Pada triwulan II2010, terlihat kinerja perbankan semakin membaik jika dibandingkan triwulan sebelumnya dan pada triwulan III-2010 perkembangan perbankan diprediksikan akan lebih baik lagi terutama dari sisi pertumbuhan kredit. Sejalan dengan meningkatnya prospek perkonomian Indonesia termasuk Sulawesi Selatan, maka antusiasme perbankan untuk menyalurkan kredit diduga akan meningkat pada triwulan III-2010. Disisi lain, penempatan dana pihak ketiga (DPK) ke perbankan diduga akan relatif stabil dengan sedikit kecenderugan menurun. Hal dimaksud dikarenakan proyeksi pengeluaran masyarakat yang cukup signifikan terkait dengan penenuhan kebutuhan pada masa Ramadhan dan Idul Fitri.
4
Triwulan II - 2010
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
INDIKATOR EKONOMI DAN PERBANKAN TRIWULAN PROPINSI SULAWESI SELATAN
a. INFLASI dan PDRB
INDIKATOR
2009
2010
1
2
3
1
116.09 116.57 116.03 115.25 130.53 113.20 116.45 120.96 118.83 117.33
115.04 114.15 116.71 114.84 131.16 110.45 116.03 120.55 118.90 117.01
117.88 115.00 117.70 116.62 132.25 112.46 119.92 123.20 120.62 118.55
118.94 117.87 118.32 117.53 133.45 117.87 120.96 122.85 121.37 120.38
120.11 118.72 120.20 119.07 134.75 121.22 120.19 122.60 122.39 122.53
120.79 118.96 119.90 120.30 137.15 121.54 122.19 123.46 123.13 120.99
9.01 8.85 10.54 8.26 21.25 8.84 11.07 15.81 9.64 7.64
3.80 2.25 7.22 2.77 7.93 (0.21) 5.83 6.81 5.24 4.34
2.70 (0.01) 3.97 1.44 1.24 (3.29) 4.16 5.67 0.85 1.36
3.39 2.31 4.35 1.92 3.59 6.48 5.73 3.59 1.78 3.88
3.46 1.84 3.59 3.31 3.23 7.08 3.21 1.35 3.00 4.43
5.00 4.21 2.73 4.75 4.56 10.04 5.30 2.41 3.55 3.40
3,369.85 923.44 1,560.65 119.83 620.84 1,825.74 903.23 736.04 1,305.65
3,337.76 934.94 1,688.66 121.21 650.18 1,916.95 973.51 803.20 1,324.66
3,542.10 966.80 1,741.40 131.00 683.60 2,008.80 1,042.00 807.70 1,334.50
3,201.60 1,028.20 1,593.80 120.51 702.24 1,991.20 1,105.10 850.64 1,343.90
3,265.68 1,157.58 1,648.87 123.69 694.20 2,043.86 1,061.81 929.37 1,348.10
3,626.07 1,100.26 1,750.29 136.46 709.14 2,102.33 1,123.75 919.34 1,366.22
4.06
5.24
7.95
6.69
7.96
238.40 153.72 185.08 195.25
143.59 154.43 84.60 217.65
643.66 266.36 130.88 257.87
483.81
478.48
9.21 * 455.46
235.91
194.26
163.06
154.70
122.67
111.72
317.47
254.08
237.73
4
2
MAKRO Indeks Haga Konsumen - Sulawesi Selatan - Sulawesi Utara - Gorontalo - Papua - Irian Jaya Barat - Maluku - Sulawesi Tengah - Sulawesi Tenggara - Sulawesi Barat - Maluku Utara Laju Inflasi Tahunan (y.o.y;%) - Sulawesi Selatan - Sulawesi Utara - Gorontalo - Papua - Irian Jaya Barat - Maluku - Sulawesi Tengah - Sulawesi Tenggara - Sulawesi Barat - Maluku Utara PDRB - Harga Konstan (Miliar Rp) 1. Pertanian 2. Pertambangan dan Penggalian 3. Industri Pengolahan 4. Listrik, Gas, dan Air Bersih 5. Konstruksi/Bangunan 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 7. Angkutan dan Komunikasi 9. Keuangan, Persewaan dan Jasa 10. Jasa-jasa Pertumbuhan PDRB (y.o.y;%) Nilai Ekspor Non Migas (USD Juta) Volume Ekspor Non Migas (Ribu Ton) Nilai Impor Non Migas (USD Juta) Volume Impor Non Migas (Ribu Ton)
*) Sementara Catt : Per Trw.II-2008, penghitungan inflasi menggunakan tahun dasar 2007
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan II - 2010
5
LANJUTAN ... INDIKATOR EKONOMI DAN PERBANKAN TRIWULAN PROPINSI SULAWESI SELATAN B. PERBANKAN INDIKATOR
2009 1
2
2010 3
1
4
2*
BANK UMUM : Total Aset (Rp. Miliar)
37,587.50
38,881.67
40,388.42
43,746.72
43,891,274
44,914,666
D P K (Rp. Miliar)
28,625.67 5,108.73 14,135.56 9,381.39
29,520.99 5,062.09 15,169.42 9,289.49
29,450.83 4,939.34 14,965.87 9,545.62
33,601.07 4,994.19 18,460.23 10,146.65
29,783,729 4,738,858 14,688,164 10,356,707
31,491,101 4,934,579 16,123,590 10,432,932
31,563.21 12,195.55 6,398.84 12,968.81 110.26%
32,919.44 13,239.15 6,230.54 13,449.75 111.51%
33,872.77 13,582.62 6,299.91 13,990.23 115.01%
36,430.30 14,671.89 6,769.70 14,988.71 108.42%
37,198,327 13,965,853 7,731,584 15,500,890 124.89%
38,124,582 13,848,218 7,916,461 16,359,903 121.06%
Pertambangan Industri pengolahan Listrik,Gas dan Air Konstruksi Perdagangan Pengangkutan Jasa Dunia Usaha Jasa Sosial Masyarakat Lain-lain
31,563.21 988.37 170.56 3,376.72 56.56 1,932.56 8,578.93 1,444.98 1,730.04 315.69 12,968.81
32,919.44 918.73 169.82 3,395.70 74.50 2,170.31 9,509.54 1,079.02 1,794.99 357.08 13,449.75
33,872.77 986.73 218.30 3,160.59 169.35 2,248.17 9,805.49 1,060.54 1,843.65 389.72 13,990.23
36,430.30 989.64 201.51 3,148.85 253.63 2,224.73 11,105.77 1,178.16 1,964.50 374.81 14,988.71
37,198,327 514,757 263,569 2,923,089 339,709 1,936,333 9,257,111 1,177,115 1,938,011 1,516,817 17,331,816
38,124,582 379,583 264,772 3,081,393 359,758 2,270,855 9,328,773 983,617 1,802,558 1,504,056 18,149,217
Kredit UMKM (Rp. Miliar)
22,626.12
24,012.99
24,785.66
26,872
27,816,100
28,813,218
Kredit Mikro* (Rp. Miliar)
6,440.47 1,154.74 143.15 5,142.58
6,714.52 1,263.32 161.72 5,289.48
7,010.43 1,343.63 167.39 5,499.41
7,152.79 1,299.20 144.31 5,709.28
6,101,513 960,351 184,617 4,956,545
6,237,959 952,732 194,050 5,091,177
10,109.69 2,624.75 754.18 6,730.76
10,693.36 2,832.74 849.18 7,011.44
11,054.72 2,910.72 925.01 7,218.99
11,934.71 3,083.08 1,024.82 7,826.81
13,804,552 3,075,912 1,621,379 9,107,261
14,348,312 3,022,252 1,683,114 9,642,946
6,075.96 4,042.81 973.98 1,059.18
6,605.11 4,468.59 1,015.74 1,120.79
6,720.52 4,445.99 1,032.26 1,242.27
7,910,035 4,984,094 1,630,421 1,295,520
8,226,947 5,092,605 1,677,406 1,456,936
NPL Total gross (%)
3.82%
3.05%
4.08%
7,784.53 5,212.03 1,154.59 1,417.91 3.08%
3.47%
3.41%
NPL UMKM gross (%)
2.96%
3.37%
3.45%
2.93%
2.98%
2.98%
1,395.53
1,288.73
1,308.37
1,361.65
1,465,949
1,525,106
714.07 76.92 311.38 325.77
833.87 149.44 351.00 333.43
861.66 133.05 344.76 383.85
898.68 142.56 360.76 395.36
804,463 79,860 377,864 426,599
807,703 92,942 395,693 412,010
1,443.14 528.45 121.53 793.16 202.10%
1,405.82 474.63 171.97 759.23 168.59%
1,422.01 492.53 165.07 764.41 165.03%
1,431.97 520.20 159.53 752.24 159.34%
1,484,158 525,214 350,448 608,496 167.83%
1,650,082 578,305 388,054 683,723 183.21%
Giro Tabungan Deposito
Kredit - dsr. Lokasi Proyek (Rp. Miliar) - Modal Kerja - Investasi - Konsumsi
LDR Kredit - dsr. Lokasi Proyek (Rp. Miliar) -
Pertanian
- Modal Kerja - Investasi - Konsumsi
Kredit Kecil ** (Rp. Miliar) - Modal Kerja - Investasi - Konsumsi
Kredit Menengah *** (Rp. Miliar) - Modal Kerja - Investasi - Konsumsi
BANK UMUM SYARIAH Total Aset (Rp. Miliar) D P K (Rp. Miliar) Giro Tabungan Deposito
Pembiayaan - dsr. Lokasi Proyek (Rp. Mil - Modal Kerja - Investasi - Konsumsi
FDR Catt. * (
6
Triwulan II - 2010
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Bab 1
Perkembangan Kondisi Makroekonomi
Peningkatan pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan (Sulsel) terjadi pada triwulan II2010, yang lebih tinggi dibandingkan triwulan I-2010 maupun triwulan II-2009 (sumber : BPS). Pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2010 tercatat sebesar 9,21% (yoy), sementara pada triwulan I-2010 sebesar 7,96%, dan pada triwulan triwulan II-2009 sebesar 6,01%. Angka pertumbuhan tersebut juga lebih tinggi dari angka perkiraan Bank Indonesia yaitu sebesar 8,02% (yoy) pada triwulan laporan. Dari sisi permintaan, laju pertumbuhan dimaksud terutama masih didukung oleh pertumbuhan konsumsi dan investasi. Sementara dari sisi penawaran (sektoral), pendorong pertumbuhan ekonomi berasal dari sektor pertanian, perdagangan-hotel-restoran, dan sektor pertambangan-penggalian.
Grafik 1.1. Laju Pertumbuhan PDRB 14%
y.o.y Sulsel
12%
y.o.y Nas
10%
Sumber : BPS, diolah * : Proyeksi BI
8% 6% 4% 2% 0% 1
2
3
4
2007
1
2
3
4
1
2008
2
3
4
2009
1
2 2010
Pertumbuhan tertinggi di sektor pertambangan-penggalian, sementara pertumbuhan terendah terjadi di sektor jasa. Meski mengalami peningkatan pertumbuhan ekonomi dibanding triwulan I-2010, masih terdapat sektor-sektor ekonomi yang mengalami perlambatan pertumbuhan.
1.1 Permintaan Daerah Pertumbuhan
kinerja
konsumsi
dan
investasi
tercatat
menjadi
penopang
pertumbuhan ekonomi Sulsel pada triwulan laporan yang mengalami peningkatan dibandingkan pertumbuhan pada triwulan I-2010 maupun triwulan II-2009. Sementara
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan II - 2010
7
kinerja net ekspor tercatat mengalami perlambatan pertumnbuhan, terutama karena tekanan kinerja impor.
Tabel 1.1. Perkembangan PDRB Riil : Permintaan Daerah (y.o.y) PERIODE
Kons 6.09% 6.11% 6.59% 5.03% 4.74% 6.16% 6.30% 7.23% 6.19% 9.06%
2010
2009
2008
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
PERTUMBUHAN (yoy) Inv Eks Imp 24.93% 37.15% 39.64% 31.40% ‐11.16% ‐10.19% 28.46% 7.26% 14.63% 12.25% ‐9.08% ‐6.76% 32.02% ‐44.04% ‐40.98% 11.93% ‐21.99% ‐25.21% 0.63% ‐29.27% ‐46.39% 23.65% 26.29% 43.77% 4.91% 90.05% 98.08% 2.15% 31.99% 36.97%
TOTAL 11.33% 8.10% 8.13% 3.92% 4.09% 6.01% 7.95% 6.69% 7.77% 8.02%
SUMBANGAN (yoy) Inv Eks Imp 4.36% 14.24% 11.76% 5.46% ‐6.16% ‐4.46% 5.08% 3.22% 4.84% 2.20% ‐4.20% ‐2.36% 6.29% ‐20.79% ‐15.25% 2.52% ‐9.97% ‐9.16% 0.13% ‐12.87% ‐16.28% 4.59% 10.65% 13.71% 1.22% 22.86% 20.70% 0.48% 10.67% 9.47%
Kons 4.49% 4.35% 4.68% 3.56% 3.34% 4.30% 4.41% 5.17% 4.38% 6.34%
TOTAL 11.33% 8.10% 8.13% 3.92% 4.09% 6.01% 7.95% 6.69% 7.77% 8.02%
Sumber : BPS
1.1.1. Konsumsi Kinerja konsumsi pada triwulan laporan diperkirakan tumbuh sebesar 6,48% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan I-2010 (6,19%) dan triwulan II-2009 (6,17%). Peningkatan pertumbuhan konsumsi tersebut, selain karena faktor musiman, yaitu tahun ajaran baru yang tiba pada akhir triwulan laporan, juga didorong oleh adanya pemilihan umum kepala daerah (pilkada) yang terdapat di 10 kabupaten di Sulsel. Pilkada tersebut dilaksanakan secara serempak pada tanggal 23 Juni 2010 dengan mengikutsertakan kandidat sebanyak 54 pasangan calon. Dampak dari pilkada tersebut diperkirakan menjadi pendorong pertumbuhan konsumsi di Sulsel, khususnya konsumsi rumah tangga. Kinerja konsumsi pemerintah juga diperkirakan mengalami peningkatan pertumbuhan dibandingkan triwulan II-2009 maupun triwulan I-2010, yang relatif karena mulai terealisasinya programprogram pemerintah. Pertumbuhan kinerja konsumsi ini sejalan dengan prompt-prompt indikator yang cenderung menunjukkan peningkatan, sebagai berikut : Grafik 1.2. Prompt Indikator Kinerja Konsumsi Pemakaian Air (M³) di Makassar 30%
Pemakaian Air (M³) Y.O.Y (PA)
10 8
Sumber : PDAM Mks * Sementara
6
360 340
20%
320
15%
4
280 260
5%
240
0%
0
‐5% 1
2
3
4
1
2008
Triwulan II - 2010
2
3 2009
4
1
2 2010
Rumah Tangga
y.o.y
50% 40%
Sbr : PLN Divre VII * Sementara
300
10%
2
Juta M3
8
25%
30% 20% 10% 0%
220
‐10%
200
Juta GWH
12
Perkembangan Konsumsi Listrik Sektor Rumah Tangga
1
2
3
2008
4
1
2
3
2009
4
1
2*
2010
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Perkembangan Indeks Penjualan Eceran Kel. Kendaraan dan Suku Cadang
Indeks Ketepatan Konsumsi Barang Tahan Lama
250
Kend & Sk Cd
100%
120
200
yoy
80%
100
60%
80
40%
60
150
Ketepatan wkt pembelian durable goods
20%
y.o.y
15% 10% 5% 0%
100
20%
50
0%
‐5% ‐10%
40
‐15% ‐20%
20
‐25%
‐20%
0 1
2
Smb : SPE
3
4
1
2
2008
3
4
1
2009
0
2
‐30% 1
2010
Mknn & Temb
500
200%
yoy
150%
400
100%
300 50%
200
0%
100 0
‐50% 2
Smb : SPE
3
4
1
2
2008
3
4
1
2009
2
24 23 22 21 20 19 18 17 16 15
1
2
2010
3
4
1
2009
2 2010
30% 20% 10% 0% ‐10% ‐20% ‐30% ‐40% ‐50% ‐60%
Sosial y.o.y Sbr : PLN Divre VII * Sementara
1
2
3
4
1
2
2008
Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen
3
4
1
2009
2*
2010
Perkembangan Konsumsi Listrik Penerangan Jalan Umum
130
Penerangan Jln Umum
29
125
4
Perkembangan Konsumsi Listrik Sektor Sosial
Juta GWH
1
3 2008
Perkembangan Indeks Penjualan Eceran Kel. Makanan dan Tembakau 600
2
IKK
y.o.y
28
120 115
27
110
26
105
25
100
15% 10% 5% 0% ‐5%
24
95
‐10%
1
2
3 2008
4
1
2
3 2009
4
1
2 2010
Juta GWH
23
90
30% 25% 20%
1
2
3
2007
4
1
2
3
2008
4
1
2
3
2009
4
1 2* 2010
1.1.2. Investasi Pada triwulan laporan, perkembangan kinerja investasi tercatat mengalami peningkatan pertumbuhan yaitu dari 5,19% pada triwulan I-2010 menjadi sebesar 10,44% (yoy). Angka pertumbuhan triwulan laporan juga tercatat sedikit lebih tinggi dibandingkan triwulan II-2009 yang sebesar 10,25%. Peningkatan kinerja investasi pada triwulan ini diperkirakan dipengaruhi oleh pelaksanaan pilkada di 10 kabupaten yang dilaksanakan secara serentak pada triwulan II-2010. Pelaksanaan pilkada tersebut relatif mempengaruhi pembangunan proyek-proyek di daerah, terutama proyek pemerintah. Sementara realisasi
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan II - 2010
9
belanja modal pemerintah diperkirakan masih relatif minim, seperti pada belanja modal Provinsi Sulsel yang baru terealisasi sebesar 11% dari anggaran. Dorongan pertumbuhan kinerja investasi di Sulsel pada triwulan ini diperkirakan dari sektor swasta, seperti pembangunn hotel, pusat perbelanjaan (mal/ruko) dan real estate (perumahan).. Grafik 1.3. Prompt Indikator Kinerja Investasi Volume Impor Barang Modal
Realisasi Pengadaan Semen
18
900% Volume
16
yoy
800% 700%
14
Capital Goods
12
Smb : Cognos ‐ BI
400%
200%
6
100% 4
70% 60%
500
50% 400
40%
300
30% 20%
200
10% 100
0%
0% ‐100%
‐
‐200% 1
2
3
4
1
2
2008
3
4
1
2009
2* 2010
Perkembangan Konsumsi Listrik Sektor Industri dan Bisnis 400
30% 20%
350
10%
300
0%
250
‐10%
200
‐20% Sbr : PLN Divre VII * Sementara
150 Juta GWH
100
‐30% ‐40%
2008
2009
Intermediate Goods
y.o.y
4
1
2
3
4
1
2009
2 2010
700 600 500 400 300 200 100 0
120% 100% 80% 60% 40% 20% 0% ‐20% ‐40% ‐60%
Bhn Kons yoy
2
3
2008
4
1
2
3
2009
4
1
2
2010
70% 60% 50%
* Sementara Smb : Cognos ‐ BI
250
3 2008
Smb : SPE
2010
Volume Impor Intermediate Goods Intermediate Goods
300
2
1
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2* 2007
‐10% 1
Perkembangan Indeks Penjualan Eceran Kel. Bahan Konstruksi
Konsumsi yoy
450
0 Ribuan Ton
2
Juta Kg
Sumber : ASI * : Sementara
y.o.y
300%
8
350
Sulsel
600% 500%
10
600
40% 30%
200
20% 10%
150
0% 100
‐10% ‐20%
50
‐30%
Juta Kg
‐
‐40% 1
2
3
4
1
2008
2
3 2009
4
1
2* 2010
Kondisi perkembangan kinerja investasi pada triwulan ini relatif tercermin dari beberapa prompt indikator di atas, seperti volume impor barang modal, realisasi pengadaan semen, konsumsi listrik sektor industri dan bisnis, serta hasil Survei Penjualan Eceran barang untuk kelompok bahan konstruksi yang masih menunjukkan perkembangan positif. Dari
10
Triwulan II - 2010
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
beberapa prompt indikator tersebut cenderung menunjukkan perkembangan yang menurun dibandingkan triwulan I-2010 maupun triwulan II-2009, sehingga disinyalir perkembangan investasi pada triwulan ini lebih dominan pada non fisik atau investasi yang berupa penambahan modal.
1.1.3. Perdagangan Eksternal (Ekspor – Impor) Net ekspor-impor Sulsel pada triwulan laporan tercatat masih mengalami surplus, namun mengalami pertumbuhan pertumbuhan dibandingkan pertumbuhan net eksporimpor pada triwulan I-2010 yang tercatat sebesar 53,39%. Sementara apabila dibandingkan dengan triwulan II-2009 (-5,14%), pertumbuhan net ekspor-impor pada triwulan laporan masih tercatat lebih tinggi yaitu sebesar 29,56% (yoy). Pertumbuhan kinerja net ekspor-impor ini masih didorong oleh kinerja ekspor, meski pada triwulan laporan (57,06%) tercatat mengalami perlambatan dibandingkan triwulan I2010 yang tercatat sebesar 90,55%.
Grafik 1.4. Prompt Indikator Kinerja Ekspor Volume Ekspor Luar Negeri Non Migas Total 350
EKSPOR NON MIGAS
300
TOTAL
y.o.y
Smb : Cognos ‐ BI * Sementara
250 200 150 100 50
Ribu Ton
‐ 1
2
3
4
1
2
2008
3
4
1
2009
40% 30% 20% 10% 0% ‐10% ‐20% ‐30% ‐40% ‐50% ‐60%
Volume Produksi Nikel 25,000 20,000
Sbr.: Press Release PT. Inco
15,000 10,000 5,000 ‐
2*
1
5 4
Ribu Ton
14
BARANG2 KAYU & GABUS
12
5%
10
Smb : Cognos ‐ BI * Sementara
‐15% ‐20%
‐
‐25% 1
2
3 2008
4
1
2
3 2009
4
1
2
3
4
1
2009
10%
‐10%
Smb : Cognos ‐ BI * Sementara
1
15%
‐5%
2
4
2 2010
Volume Ekspor Luar Negeri Kayu Olahan
0%
3
3 2008
2* 2010
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
60% TOTAL y.o.y
40% 20%
8
0%
6
‐20%
4
‐40%
2 ‐ Ribu Ton
TOTAL y.o.y
IKAN, UDANG, KERANG, DLL
1
2
2010
Volume Ekspor Luar Negeri Ikan, Udang, Kerang dan lain-lain 6
25% 20% 15% 10% 5% 0% ‐5% ‐10% ‐15% ‐20% ‐25%
Produksi nikel dlm matte y.o.y * Sementara
‐60% 1
2
3 2008
4
1
2
3 2009
4
1
2* 2010
Triwulan II - 2010
11
Volume Ekspor Luar Negeri Kopi, The, Kakao dan Sejenisnya 80
KOPI, TEH, KAKAO & SEJENISNYA
70
Smb : Cognos ‐ BI * Sementara
60
120% 100%
TOTAL y.o.y
80% 60%
50
40%
40
20%
30
0%
20
‐20%
10
‐40% ‐60%
‐ Ribu Ton
1
2
3
4
1
2
2008
3
4
2009
1
2* 2010
Volume Muat Dalam Negeri Melalui Pelabuhan Sumber : Pelindo IV * : Sementara
Y.O.Y
0.7 0.6
30%
0.2
MUAT LN
20%
0.2
Y.O.Y
10%
0.1
0%
0.1
0.5
‐10%
0.4
‐20%
0.3
‐30% ‐40%
0.2
0.0 Ribu Ton
0.1
2
3
4
1
2008
2
3
4
1
2009
80% 60% 40% 20% 0%
0.1
‐20%
0.1 0.0
‐40%
‐60%
0.0
‐60%
‐70%
0.0
‐50%
1
Sumber : Pelindo IV * : Sementara
0.1
2* 2010
‐80% 1
Ribu Ton
MUAT AP
0.8
Volume Muat Luar Negeri Melalui Pelabuhan
2
3
4
1
2
2008
3
4
2009
1
2* 2010
Kinerja ekspor pada triwulan laporan diperkirakan didorong oleh komoditas hasil perikanan, hasil perkebunan dan perdagangan antar pulau, sementara ekspor komoditas hasil pertambangan dan serta kayu olahan diperkirakan masih tertekan. Namun di sisi lain, pertumbuhan kinerja ekspor ini masih tercatat lebih tinggi dibandingkan triwulan II-2009 (30,04%), sehubungan dengan tingkat harga internasional pada saat triwulan II-2009 yang kurang menguntungkan. Sehingga perdagangan luar negeri relatif tertekan. Sementara kinerja impor, juga tercatat mengalami perlambatan pertumbuhan sehubungan dengan pengaruh musiman (tahun ajaran baru/liburan sekolah) sehingga terjadi pergeseran konsumsi masyarakat. Pada triwulan II-2010, kinerja impor diperkirakan tumbuh 67,22%
(yoy)
sementara
pada
triwulan
sebelumnya
tercatat
tumbuh
sebesar
98,08%. Kinerja impor pada triwulan ini diperkirakan didorong oleh kinerja impor antar pulau sehubungan dengan persiapan dan pelaksanaan pilkada, khususnya impor kaos, kertas, dan lain-lain untuk keperluan pilkada. Namun di sisi lain, situasi tersebut relatif menekan kinerja impor luar negeri, khususnya impor barang modal dan barang antara (intermediate goods). Adapun perkembangan kinerja impor pada triwulan laporan, relatif tercermin dari beberapa prompt indikator dibawah ini yang juga cenderung menunjukkan penurunan.
12
Triwulan II - 2010
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Grafik 1.5. Prompt Indikator Kinerja Impor Volume Impor Luar Negeri Non Migas Total 350
S I T C
300
y.o.y
Volume Impor Luar Negeri Consumer Goods 70%
SULSEL
Smb : Cognos ‐ BI
250
50%
8
40%
7
30%
6
200
20%
150
10%
50
3
4
1
2
2008
3
4
1
2009
150% 100% 50%
3 2
0%
1
‐50%
‐
2* 2010
‐100% 1
60%
0.4
1.0
40%
0.3
0.8
20%
0.6
0%
yoy
3
4
1
2
3
4
1
2009
2* 2010
Volume Bongkar Luar Negeri Melalui Pelabuhan
Sumber : Pelindo IV * : Sementara
BONGKAR AP
2 2008
Volume Bongkar Dalam Negeri Melalui Pelabuhan 1.2
200%
‐20%
Juta Kg
Juta Kg
2
250%
* Sementara Smb : Cognos ‐ BI
‐10%
‐40% 1
Consumer Goods
300%
4
‐30%
‐
y.o.y
5
0% 100
Consumer Goods
9
60%
* Sementara
350%
10
Sumber : Pelindo IV * : Sementara
BONGKAR LN yoy
100% 80% 60%
0.3
40%
0.2
20% 0.2
‐20%
0.4 0.2
‐40%
0.1
0.0
‐60%
0.0
3
4
2008
1
2
3
4
2009
1
‐20% ‐40% ‐60% 1
2* Ribu Ton
2
Ribu Ton
1
0%
0.1
2010
2
3
4
1
2
2008
3
4
1
2009
2* 2010
Namun apabila dibandingkan dengan kinerja impor triwulan II-2009 yang tercatat tumbuh sebesar -36,22% (yoy), pertumbuhan triwulan ini tercatat masih lebih tinggi. Kondisi tersebut, selain karena faktor pilkada, juga disebabkan oleh kondisi perekonomian pada triwulan
laporan
yang
lebih
baik
dibandingkan
triwulan
II-2009
yang
kondisi
perekonomiannya relatif baru beranjak dari krisis ekonomi 2008.
1.2.
Penawaran Daerah (Sektoral) Dari sisi penawaran, secara tahunan (yoy), sektor pertanian, sektor perdagangan-
hotel-restoran, sektor pertambangan-penggalian, dan sektor angkutan-komunikasi tercatat menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi pada triwulan laporan. Secara umum, terdapat 3 sektor ekonomi yang mengalami peningkatan pertumbuhan dibandingkan triwulan I-2010, yaitu sektor pertanian, sektor listrik-gas-air bersih dan sektor perdaganganhotel-restoran. Di sektor pertanian terdapat peningkatan pertumbuhan yang cukup tinggi meskipun diperkirakan dalam kondisi cuaca yang relatif kurang kondusif.
Pertumbuhan tertinggi terdapat pada sektor pertambangan-penggalian, yang kemudian diikuti berturut-turut pada sektor angkutan-komunikasi, sektor keuangan-
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan II - 2010
13
persewaan-jasa perusahaan, dan sektor listrik-gas-air bersih. Sementara pertumbuhan terendah tercatat terdapat pada sektor jasa-jasa.
Tabel 1.2. Perkembangan PDRB Riil : Penawaran Daerah (y.o.y) PERIODE
Tani Tambang Industri 12.33% 8.78% 12.62% 4.87% ‐7.23% 12.01% 6.06% ‐2.98% 6.79% 1.59% ‐9.45% 3.94% 7.20% ‐13.99% ‐5.80% 3.51% ‐4.51% 6.68% 6.13% ‐4.31% 11.78% 1.42% 5.72% 1.72% ‐4.00% 20.81% 14.12% ‐0.10% 15.30% 7.83%
2010
2009
2008
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
LGA 13.83% 12.94% 13.85% 9.66% 9.26% 9.85% 13.61% 2.47% 5.07% 6.52%
PERTUMBUHAN (yoy) Bgn PHR Angkom 16.76% 11.46% 13.80% 25.15% 12.24% 14.40% 23.20% 13.75% 13.21% 15.03% 7.77% 9.13% 15.77% 10.93% 4.76% 11.74% 10.55% 8.68% 14.64% 10.28% 10.76% 14.34% 11.33% 15.99% 11.83% 9.52% 17.56% 10.52% 10.95% 18.09%
Keu 12.65% 14.48% 11.22% 3.71% 5.94% 9.17% 11.41% 18.24% 22.25% 19.55%
Jasa 4.70% 5.34% 5.52% 7.38% 7.65% 6.80% 6.71% 3.39% 3.25% 3.86%
TOTAL 11.33% 8.10% 8.13% 3.92% 4.09% 6.01% 7.95% 6.69% 7.77% 8.02%
Sumber : BPS
1.2.1. Sektor Pertanian Pada triwulan II-2010, tercatat mengalami peningkatan pertumbuhan setelah pada triwulan I-2010 mengalami kontraksi sebesar -4,94% (yoy). Perkembangan kondisi sektor ini sejalan dengan apa yang diperkirakan oleh Bank Indonesia. Pertumbuhan sektor ini pada triwulan laporan tercatat sebesar 8,64% (yoy). Perbaikan pertumbuhan tersebut diperkirakan karena masa panen yang jatuh pada awal triwulan II-2010, terutama pada subsektor perkebunan (kakao). Begitu juga halnya pada subsektor tanaman bahan makanan terjadi peningkatan produksi sehubungan dengan masa panen namun tidak sebanyak produksi pada triwulan I-2010. Di subsektor perikanan juga diperkirakan mengalami peningkatan pertumbuhan, yang ditandai dengan meningkatnya volume ekspor luar negeri untuk ikan, udang, kerang dan lain-lain.
Grafik 1.6. Prompt Indikator Kinerja Sektor Pertanian Volume Ekspor Luar Negeri Ikan, Udang, Kerang dan lain-lain TOTAL y.o.y
IKAN, UDANG, KERANG, DLL
5 4 3 2
Smb : Cognos ‐ BI * Sementara
1
Ribu Ton
‐
14
1
2
3
4
1
2008
Triwulan II - 2010
2
3 2009
4
1
2* 2010
15%
80
KOPI, TEH, KAKAO & SEJENISNYA
10%
70
5%
60
Smb : Cognos ‐ BI * Sementara
0%
50
‐5%
40
‐10%
30
‐15%
20
‐20%
‐20%
10
‐40%
‐25%
‐ Ribu Ton
6
Volume Ekspor Luar Negeri Kopi,Teh, Kakao dll 120% 100%
TOTAL y.o.y
80% 60% 40% 20% 0%
‐60% 1
2
3 2008
4
1
2
3 2009
4
1
2* 2010
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Peningkatan kinerja sektor pertanian ini juga tercatat lebih tinggi dibandingkan triwulan II-2009 (3,51%), yang juga mengalami pengaruh musiman yang sama dengan triwulan laporan. Namun kondisi yang mendukung pada triwulan II-2010 ini diperkirakan karena faktor harga yang lebih baik dibandingkan triwulan II-2009, sehingga mampu mendorong terjadinya peningkatan produktifitas.
1.2.2. Sektor Pertambangan - Penggalian
Sejalan dengan perkiraan Bank Indonesia, sektor ini tercatat amengalami perlambatan pertumbuhan tahunan pada triwulan II-2010 dibandingkan triwulan I2010. Grafik 1.7. Prompt Indikator Kinerja Sektor Pertambangan-Penggalian Perkembangan Harga Nikel di Pasar Dunia
3
4
1
2008
2
3
4
1
2009
5 ‐
2
2008
2010
Produksi Bahan Galian C
2010
Volume Ekspor Luar Negeri Barang Mineral Non Logam 90
BARANG2 DARI MINERAL NON LOGAM
80
Smb : Dinas ESDM
70 60 50
300%
TOTAL y.o.y
250%
Smb : Cognos ‐ BI * Sementara
150%
200% 100%
40
50%
30
0%
20
‐50%
10
‐100%
‐
1
2
3 2009
4
1
2* 2010
‐150% 1
Ribu Ton
Ribu Ton
1.8 1.6 1.4 1.2 1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 ‐
2009
2*
2
10
1
1
15
1
‐
20
4
5,000
25
3
10,000
Smb : CEIC
2
15,000
Ribu $/metric ton
1
Sbr.: Press Release PT. Inco
30
4
20,000
35
3
25% 20% 15% 10% 5% 0% ‐5% ‐10% ‐15% ‐20% ‐25%
Produksi nikel dlm matte y.o.y * Sementara
2
Volume Produksi Nikel 25,000
2
3 2008
4
1
2
3 2009
4
1
2* 2010
Perlambatan pertumbuhan tersebut salah satunya karena adanya pemeliharan rutin pada salah satu alat pertambangan yang relatif menyebabkan produktifitas mengalami penurunan. Namun apabila dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan II-2009, maka pertumbuhan pada triwulan ini tercatat lebih tinggi yang relatif disebabkan pengaruh faktor harga nikel di pasar internasional yang pada triwulan II-2010 cenderung lebih tinggi dibandingkan triwulan II-2009. Rendahnya tingkat harga internasional untuk nikel pada
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan II - 2010
15
triwulan II-2009 tersebut karena pengaruh krisis global. Di sisi lain, masih terdapat peningkatan penjualan hasil tambang nikel (ekspor) pada triwulan ini karena tersedianya stok pada triwulan lalu.
1.2.3. Sektor Industri Pengolahan Perlambatan pertumbuhan juga terjadi pada sektor ini, yaitu dari sebesar 14,12% (yoy) pada triwulan I-2010 menjadi sebesar 3,65%. Perlambatan pertumbuhan tersebut diperkirakan oleh Bank Indonesia disebabkan oleh terhambatnya realisasi proyek-proyek pemerintah dan swasta yang ditandai dengan melambatnya pertumbuhan realisasi pengadaaan semen. Beberapa hambatan realisasi proyek-proyek pembangunan pada triwulan ini diperkirakan karena faktor kehati-hatian dan pengaruh proses pelaksanaan pilkada. Karena faktor tersebut di atas juga yang relatif menyebabkan pertumbuhan ekonomi pada triwulan laporan tercatat lebih rendah dibandingkan triwulan II-2009. Grafik 1.8. Prompt Indikator Kinerja Sektor Industri Pengolahan Realisasi Pengadaan Semen 600
Sulsel
Realisasi Produksi Tepung Terigu
Sumber : ASI * : Sementara
y.o.y
70%
500 400
140
20%
100
1
2
3
4
1
2
3
4
1
100
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2 ‐10%
80
0%
60
2
0%
120
10%
‐10%
20%
Sumber : EFM Mks * : Sementara
Produksi‐axis kiri yoy‐axis kanan
10%
2008
2009
2010 ‐20%
40
Ribuan Ton
0 Ribuan Ton
160
50%
30%
200
350
60%
40%
300
180
‐30%
20
2008
2009
2010
Volume Impor Intermediate Goods Intermediate Goods
300
Intermediate Goods
y.o.y
70% 60% 50%
* Sementara Smb : Cognos ‐ BI
250
‐40%
0
40% 30%
200
20% 10%
150
0% 100
‐10% ‐20%
50
‐30%
Juta Kg
‐
‐40% 1
2
3
4
1
2008
2
3 2009
4
1
2* 2010
Sementara subsektor industri pengolahan bahan makanan juga diperkirakan mengalami perlambatan pertumbuhan, yang salah satu indikatornya adalah realisasi produksi tepung terigu yang mengalami penurunan. Indikator perlambatan kinerja sektor ini juga ditunjukkan oleh perlambatan pertumbuhan volume impor intermediate goods.
16
Triwulan II - 2010
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
1.2.4. Sektor Listrik-Gas-Air
Kinerja sektor listrik-gas-air pada triwulan laporan cenderung mengalami peningkatan, terutama pada subsektor listrik. Kinerja subsektor listrik pada triwulan ini dipengaruhi oleh meningkatnya debit air PLTA sehubungan dengan curah hujan yang rata-rata bersifat di atas normal. Pada triwulan laporan, sektor ini tercatat tumbuh sebesar 12,58% (yoy), sementara pada triwulan I-2010 sebesar 5,07%. Kondisi curah hujan yang di atas rata-rata tersebut relatif menyebabkan kinerja subsektor air bersih juga diperkirakan mengalami peningkatan. Kondisi tersebut salah satunya ditandai dengan peningkatan pemakaian air bersih di Makassar, namun jumlah sambungan langganan air di Makassar mengalami perlambatan pertumbuhan yang diperkirakan karena terjadi penurunan jumlah pemasangan baru. Sementara apabila dibandingkan pertumbuhan triwulan II-2009 (9,85%), pertumbuhan sektor ini juga tercatat lebih tinggi. Kondisi ini diperkirakan karena adanya tambahan pasokan lsitrik dari pembangkit lainnya pada triwulan laporan, seperti dari PLTG Sengkang.
Grafik 1.9. Prompt Indikator Kinerja Sektor Listrik-Gas-Air Bersih Penjualan Listrik (Juta Kwh)
Pemakaian Air (M³) di Makassar 20%
Total Pemakaian Listrik
700
15%
Sbr : PLN Divre VII * Sementara
600 500
10%
400 300
Juta KWH
‐ 1
2
3 2008
4
1
2
3 2009
4
1
25%
Y.O.Y (PA)
20%
8.0 6.0
0%
4.0
‐5%
2.0
‐10%
0.0
15%
Sumber : PDAM Mks * Sementara
10% 5% 0% ‐5%
1
2*
2010
30%
Pemakaian Air (M³)
10.0
5%
200 100
12.0
2
Juta M3
800
3
4
1
2
2008
3
4
1
2009
2 2010
Jumlah Sambungan Langganan Air di Makassar 450
5.0% 4.5% 4.0% 3.5% 3.0% 2.5% 2.0% 1.5% 1.0% 0.5% 0.0%
Sambungan Langganan (SL) Y.O.Y (SL)
440 430 420 410 400
Sumber : PDAM Mks * Sementara
390 380 Ribuan
1
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
2
3 2008
4
1
2
3 2009
4
1
2 2010
Triwulan II - 2010
17
1.2.5. Sektor Bangunan
Sehubungan dengan faktor kehati-hatian dalam melaksanakan proyek-proyek sarana dan prasarana, khususnya proyek pemerintah, maka pertumbuhan sektor ini diperkirakan relatif melambat. Selain itu, diperkirakan karena faktor pengaruh pelaksanaan pilkada pada 10 kabupaten di Sulsel relatif menjadi salah satu penyebab perlambatan sektor ini. Sektor bangunan pada triwulan laporan tercatat tumbuh sebesar 9,07% (yoy), atau lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 11,83%. Pertumbuhan triwulan ini juga diperkirakan mengalami perlambatan dibandingkan triwulan II-2009 (11,74%). Kondisi tersebut diperkirakan karena faktor pilkada yang relatif berdampak pada pergerakan sektor bangunan.
Grafik 1.10. Prompt Indikator Kinerja Sektor Bangunan Realisasi Pengadaan Semen 600
Sulsel
Perkembangan Indeks Penjualan Eceran Kel. Bahan Konstruksi
Sumber : ASI * : Sementara
y.o.y
70% 60%
500
50% 400
40%
300
30% 20%
200
10% 100
0%
Ribuan Ton
0
‐10% 1
2
3
4
1
2008
2
3 2009
4
1
700 600 500 400 300 200 100 0
2010
yoy
1
2
120% 100% 80% 60% 40% 20% 0% ‐20% ‐40% ‐60%
Bhn Kons
Smb : SPE
2
3
2008
4
1
2
3
2009
4
1
2
2010
1.2.6. Sektor Perdagangan-Hotel-Restoran (PHR) Sektor ini juga tercatat mengalami peningkatan pertumbuhan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yaitu dari 9,00% (yoy) pada triwulan I-2010 menjadi sebesar 9,67% pada triwulan laporan. Peningkatan sektor ini pada triwulan laporan didorong oleh subsektor perdagangan, yang ditandai dengan peningkatan beberapa prompt indikator seperti peningkatan pada arus bongkar muat melalui angkutan laut, peningkatan indeks penjualan eceran untuk kelompok komoditas makanan dan tembakau serta kelompok komoditas peralatan rumah tangga. Sementara di sisi lain, tekanan pertumbuhan pada subsektor hotel dan restoran. Hal tersebut salah satunya ditandai dengan melambatnya rata-rata TPK (Tingkat Penghunian Kamar) hotel berbintang di Sulsel.
18
Triwulan II - 2010
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Grafik 1.11. Prompt Indikator Kinerja Sektor Perdagangan-Hotel-Restoran Arus Bongkar Muat Melalui Angkutan Laut BONGKAR
2.5
Rata-rata Tingkat Penghunian Kamar Hotel Berbintang
Sumber : Pelindo IV * : Sementara
MUAT 2.0 1.5
30%
50
20%
45
10%
40
0%
35
10%
30
5%
‐10% ‐20%
1.0
‐30% ‐40%
0.5
‐50% 0.0
‐60% 2
Ribu Ton
1
3
4
1
2
2008
3
4
1
2009
Mknn & Temb
500
100%
300 50%
200
0%
100 0
‐50%
Smb : SPE
2
3
2008
4
1
2
‐5%
10
‐10%
5 ‐
‐15% 2
3
2009
4
1
3
4
1
2009
150%
1
0%
15
1
200%
400
15%
20
2010
yoy
yoy
25
2*
Perkembangan Indeks Penjualan Eceran Kel. Makanan dan Tembakau 600
20%
Ss
2
2* 2010
Perkembangan Indeks Penjualan Eceran Kel. Peralatan Rumah Tangga 350 300 250 200 150 100 50 0
350% 300% 250% 200% 150% 100% 50% 0% ‐50% ‐100%
Perlt RT yoy
1
2010
2
3
2008
4
1
2
3
2009
4
1
2
2010
1.2.7. Sektor Angkutan-Komunikasi
Sehubungan dengan pengaruh faktor musiman (tahun ajaran baru/liburan sekolah) pada akhir triwulan laporan, relatif menjadi mendorong pertumbuhan sektor ini pada triwulan laporan. Sektor angkutan-komunikasi pada triwulan II-2010 tercatat tumbuh sebesar 15,43% (yoy) lebih rendah dibandingkan triwulan I-2010 (17,56%) namun lebih tinggi dibandingkan triwulan II-2009 (8,68%). Masa liburan sekolah tersebut, diperkirakan relatif banyak digunakan untuk bepergian ke luar kota/pulau. Perkembangan kinerja sektor ini ditandai dengan meningkatnya pertumbuhan beberapa prompt indikator seperti lalu lintas penumpang angkutan udara dan jumlah pesawat, dan lalu lintas penumpang angkutan laut.
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan II - 2010
19
Grafik 1.12. Prompt Indikator Kinerja Subsektor Angkutan Lalu Lintas Penumpang Angkutan Udara 1,400
DEP
ARR
Lalu Lintas Pesawat Angkutan Udara 70%
y.o.y
60%
1,200
Lalu Lintas Penumpang
50%
1,000
40%
800
30%
600
20%
400
10%
Smb : Bandara S. Hasanuddin * : Sementara
200
0% ‐10%
Ribu Org
‐ 1
2
3
4
1
2008
2
3 2009
4
1
18,000 16,000 14,000 12,000 10,000 8,000 6,000 4,000 2,000 ‐
DEP ARR
30% 25% 20% 15% 10% 5%
Smb : Bandara S. Hasanuddin * : Sementara
0% ‐5% ‐10%
1
2
Lalu Lintas Pesawat
2
2010
3
4
1
2008
2
3
4
1
2009
2 2010
Lalu Lintas Penumpang Angkutan Laut Embarkasi (keluar) Debarkasi (masuk) Y.O.Y
350,000 300,000 250,000
40% 30% 20%
Sumber : Pelindo IV * : Sementara
200,000
10%
150,000
0%
100,000
‐10%
50,000
‐20%
‐
‐30% 1
2
3
4
2008
1
2
3 2009
4
1
2* 2010
1.2.8. Sektor Keuangan-Persewaan-Jasa Transportasi
Pertumbuhan
sektor
ini
pada
triwulan
laporan
tercatat
mengalami
perlambatan dari 25,15% pada triwulan I-2010 menjadi sebesar 14,46% (yoy), namun diperkirakan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada triwulan II-2009 yang sebesar 9,17%. Perlambatan kinerja sektor ini diperkirakan didorong oleh melambatnya pertumbuhan kinerja perbankan, yang tercermin dari perlambatan pertumbuhan Nilai Tambah Bruto (NTB) Bank Umum serta melambatnya pembiayaan beberapa lembaga keuangan non bank. Perlambatan pertumbuhan NTB Bank Umum pada triwulan laporan ini relatif dipengaruhi oleh perlambatan penyaluran kredit bank umum, dimana kredit tersebut merupakan sumber pendapatan utama bank. Sementara perbedaan pertumbuhan dibandingkan dengan triwulan II-2009, relatif disebabkan oleh pengaruh krisis global yang berdampak pada perbankan Sulsel sampai dengan pertengahan tahun 2009. Karena pengaruh tersebut yang relatif menyebabkan pertumbuhan triwulan II-2009 lebih rendah dibandingkan triwulan II-2010.
20
Triwulan II - 2010
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Grafik 1.13. Prompt Indikator Kinerja Sektor Keuangan-Persewaan-Jasa Perusahaan Nilai Tambah Bruto Bank Umum NTB SULSEL
9 8 7 6 5 4 3 2 1 0
Pembiayaan Lemb. Keuangan Non Bank (PT. Pegadaian) y.o.y
2
3
4
1
2
3
4
1
2009
300
20%
200
10%
100
0%
‐
2010
30%
Sbr : FIF Mks
25%
350
20%
300 250
15%
200
10%
150
5%
100
0%
0
‐5% 3
4
1
2
2008
3
4
1
2009
20% 10% 0% 2
2
2010
3
4
1
2
2008
3
4
1
2009
2 2010
Perkembangan Kredit Bank Umum 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0 Triliun Rp
50 2
30%
1
2
Pembiayaan Lemb. Keuangan Non Bank
Milyar Rp
50% 40%
30%
450
1
60%
400
2008
400
70%
500
40%
Millions
Trilyun Rp
1
Sbr : Kanwil Pegadaian Mks * Sementara
600
50%
Sbr : LBU ‐ BI * Sementara
80%
700
60%
KREDIT
35%
yoy
30% 25% 20% 15% 10% 5% 0% 1
2
3
4
1
2
2008
3
4
1
2009
2* 2010
1.2.9. Sektor Jasa-jasa Pertumbuhan sektor ini tercatat sebesar 3,14% (yoy), yang mengalami perlambatan pertumbuhan dibandingkan triwulan I-2010 yang tercatat sebesar 3,25% maupun dibandingkan triwulan II-2009 (6,80%). Perlambatan ini diperkirakan karena terjadi perlambatan realisasi belanja rutin pemerintah pada triwulan laporan dibandingkan dengan realisasi pada triwulan sebelumnya maupun triwulan yang sama tahun sebelumnya. Grafik 1.14. Prompt Indikator Kinerja Sektor Jasa-jasa Konsumsi Listrik Sektor Sosial Sosial y.o.y Sbr : PLN Divre VII * Sementara
1
2 2008
3
4
1
2 2009
3
Konsumsi Listrik Sektor Pemerintah 30% 20% 10% 0% ‐10% ‐20% ‐30% ‐40% ‐50% ‐60%
4
1
2*
2010
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Gd Kantor Pemerintahan y.o.y
22 20
25% 20% 15%
Sbr : PLN Divre VII * Sementara
18
10% 5% 0%
16 14
‐5%
12
‐10% ‐15%
10 Juta GWH
Juta GWH
24 23 22 21 20 19 18 17 16 15
1
2
3 2008
4
1
2
3 2009
4
1
2*
2010
Triwulan II - 2010
21
Konsumsi Listrik Umum (Penerangan Jalan Umum) Penerangan Jln Umum
29
y.o.y
28 27
15% 10%
26
5% 0% ‐5%
25 24
‐10%
23 Juta GWH
30% 25% 20%
1
2
3
2007
4
1
2
3
2008
4
1
2
3
2009
4
1 2* 2010
Sementara di sisi lain, pendorong pertumbuhan sektor ini diperkirakan karena dampak dari pelaksanaan pilkada yang secara serentak dilaksanakan pada akhir triwulan II2010. Selain itu, dengan adanya liburan sekolah diperkirakan ikut mendorong peningkatan pertumbuhan pada subsektor hiburan.
22
Triwulan II - 2010
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
BOKS I QUICK SURVEI ”DAMPAK PERDAGANGAN BEBAS ASEAN-CHINA (ACFTA) TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN” Tujuan : a. mengetahui persepsi perusahaan mengenai dampak perdagangan bebas ASEAN-China (ACFTA), b. mengetahui besarnya dampak ACFTA terhadap perkembangan kinerja Perusahaan, c. mengetahui upaya-upaya yang dilakukan oleh perusahaan dalam merespon ACFTA, dan d. mengetahui ekspektasi perusahaan dalam memandang prospek ekonomi ke depan terkait ACFTA. Profil Responden Sulampua : a. Jumlah responden sebanyak 80 perusahaan dengan cakupan wilayah survei di Sulampua, 7 provinsi di bagian timur Indonesia. b. Bergerak dibidang pertanian (26%), industri (28%) dan perdagangan (46%). c. Bentuk perusahaan sebagian besar berupa perorangan (42 %), CV (13%), PT (21%), Koperasi (3%) dan lainnya (21%). d. Berdasarkan jumlah pekerja, dapat digolongkan berdasarkan mikro (1-24orang; 55%), kecil (25-49 orang; 11%), menengah (50-99orang; 16%) dan besar (diatas 100 orang; 18%). e. Berdasarkan omset penjualan :
Rp4 milyar (10%). f. Dari sisi produk yang dihasilkan berupa barang jadi (65%), barang mentah (19%) dan barang setengah jadi (16%). g. Pangsa pasar responden sebagian besar domestik (81%) yaitu pada kabupaten/kota. Untuk pasar luar negeri (19%), sebagian besar dipasarkan di ASEAN (26%), Eropa (22%), China (13%), US (8%) dan lainnya (31%). h. Sasaran utama penjualan produk responden lebih dominan langsung kepada konsumen perorangan (57%), pemasok ke perusahaan lain (19%) dan ekspor langsung ke luar negeri (16%). i. Sumber bahan baku utama produk responden berasal dari domestik (94%) dengan rincian dari kabupaten/kota setempat (40%), lokal provinsi (30%) dan antar provinsi (29%). Sedangkan bahan baku impor (6%) berasal dari China (34%), Eropa (33%), dan lainnya (33%). j. 79% sumber dana responden adalah campuran antara modal sendiri (62%) dan kredit bank (38%). Hanya 5% responden menggunakan kredit bank secara total. Sisanya 16% responden menggunakan sumber dana pribadi. Persepsi terhadap perdagangan bebas ASEAN-China (ACFTA) : a. 72% responden/perusahaan di Sulampua mengetahui tentang ACFTA. b. Pemahaman responden tentang ACFTA antara lain adalah akan lebih banyak barang China dan ASEAN (60%), harga barang China dan ASEAN akan lebih murah (36%), produk Indonesia akan lebih mudah masuk China dan ASEAN (26%), perdagangan antara ASEAN dan China dengan tarif (22%) dan harga barang ekspor ke China dan ASEAN akan lebih murah (9%). c. Sumber referensi berita responden yang utama adalah media elektronik (50%) dan media cetak (34%). Sisanya dari teman (10%), lainnya (5%) dan pemerintah (1%). d. Sebagian besar (59%) sikap perusahaan-perusahaan di Sulampua mendukung perdagangan bebas dengan ASEAN dan China, dengan alasan utama adalah harga produk ASEAN-China yang lebih murah. e. Saat ini perkembangan supply barang sejenis dari negara ASEAN dan China mulai banyak masuk pasar dibandingkan periode sebelumnya (setahun sebelumnya). f. Meski sebenarnya berdasarkan pengamatan pengusaha (71%) di Sulampua, produk China sudah berada dipasaran nasional sudah lebih dari 2 tahun yang lalu.
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan II - 2010
23
Dampak perdagangan bebas ASEAN-China (ACFTA) : f. 60% responden tidak merasakan dampak ACFTA, dengan alasan harga bahan baku belum berubah. g. 20% responden merasa diuntungkan karena harga bahan baku dari ASEAN/China lebih murah (42%), preferensi konsumen pada produk Indonesia (23%), harga produk Indonesia yang lebih murah dan kualitas produk Indonesia lebih baik (13%) dan keunikan/kekhasan produk Indonesia (10%). h. 20% responden merasa dirugikan dengan alasan utama karena harga produk ASEAN/China lebih murah (43%), kualitas produk ASEAN/China lebih baik (20%), dan keunikan/kekhasan produk ASEAN/China (17%). i. Mayoritas responden menyatakan dampaknya pun masih tergolong ringan (62%), dengan pertimbangan pangsa pasarnya tidak hanya di ASEAN-China, jenis usahanya yang tidak terkait langsung dengan ACFTA dan produk lokal yang masih diminati pembeli. Namun terdapat responden yang merasakan dampaknya berat (8%) dengan alasan produk ASEAN/China yang merusak pasar. j. Sebagian besar responden (rata-rata 80% dari responden) menyatakan bahwa perkembangan indikator kinerja perusahaan, seperti omzet, keuntungan, arus kas, produksi, persediaan, kapasitas terpkai, jumlah tenaga kerja dan biaya masih stabil atau belum mengalami perubahan yang berarti. k. Khusus untuk komponen biaya, 90% responden menyatakan bahwa tiga komponen biaya yaitu bahan baku, bunga dan biaya tenaga kerja juga tidak mengalami perubahan komposisi biaya di perusahaan mereka, pada saat sebelum maupun sesudah berlakukannya ACFTA. l. Karena kondisi poin e dan f tersebut maka kondisi keuangan responden tidak mengalami perubahan (68%). Sedangkan sisanya melakukan pengetatan kondisi keuangan (20%) dan semakin longgar (12%) m. Sebagian besar responden (76%) menyatakan bahwa mereka mendapatkan pinjaman dari bank. Dan hingga saat ini sebagian besar dari mereka (89%) tidak menghadapi kesulitan untuk membayar pinjaman mereka. Sementara responden yang mengalami kesulitan pembayaran pinjaman (11%) sejak 1-6 bulan yang lalu (73%). Pengaruh faktor suku bunga terhadap kesulitan dimaksud hanya 13%, sedangkan sisanya pengaruhnya sedang (43%) dan rendah (45%). Adapun solusi yang diharapkan oleh responden apabila mengalami kesulitan tersebut berupa penurunan suku bunga, restrukturisasi kredit, atau pindah ke bank lain. n. Untuk akses pinjaman ke bank pada saat ini, 48% responden masih merasakan tidak ada perubahan dalam hal mendapatkan akses, sedangkan 44% lainnya menyatakan bahwa saat ini akses menjadi lebih mudah. Sisanya masih merasakan semakin sulit memperoleh akses pinjaman bank. Dampak perdagangan bebas ASEAN-China (ACFTA) : a. 60% responden tidak merasakan dampak ACFTA, dengan alasan harga bahan baku belum berubah. b. 20% responden merasa diuntungkan karena harga bahan baku dari ASEAN/China lebih murah (42%), preferensi konsumen pada produk Indonesia (23%), harga produk Indonesia yang lebih murah dan kualitas produk Indonesia lebih baik (13%) dan keunikan/kekhasan produk Indonesia (10%). c. 20% responden merasa dirugikan dengan alasan utama karena harga produk ASEAN/China lebih murah (43%), kualitas produk ASEAN/China lebih baik (20%), dan keunikan/kekhasan produk ASEAN/China (17%). d. Mayoritas responden menyatakan dampaknya pun masih tergolong ringan (62%), dengan pertimbangan pangsa pasarnya tidak hanya di ASEAN-China, jenis usahanya yang tidak terkait langsung dengan ACFTA dan produk lokal yang masih diminati pembeli. Namun terdapat responden yang merasakan dampaknya berat (8%) dengan alasan produk ASEAN/China yang merusak pasar. e. Sebagian besar responden (rata-rata 80% dari responden) menyatakan bahwa perkembangan indikator kinerja perusahaan, seperti omzet, keuntungan, arus kas, produksi, persediaan, kapasitas terpkai, jumlah tenaga kerja dan biaya masih stabil atau belum mengalami perubahan yang berarti.
24
Triwulan II - 2010
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
f. Khusus untuk komponen biaya, 90% responden menyatakan bahwa tiga komponen biaya yaitu bahan baku, bunga dan biaya tenaga kerja juga tidak mengalami perubahan komposisi biaya di perusahaan mereka, pada saat sebelum maupun sesudah berlakukannya ACFTA. g. Karena kondisi poin e dan f tersebut maka kondisi keuangan responden tidak mengalami perubahan (68%). Sedangkan sisanya melakukan pengetatan kondisi keuangan (20%) dan semakin longgar (12%) h. Sebagian besar responden (76%) menyatakan bahwa mereka mendapatkan pinjaman dari bank. Dan hingga saat ini sebagian besar dari mereka (89%) tidak menghadapi kesulitan untuk membayar pinjaman mereka. Sementara responden yang mengalami kesulitan pembayaran pinjaman (11%) sejak 1-6 bulan yang lalu (73%). Pengaruh faktor suku bunga terhadap kesulitan dimaksud hanya 13%, sedangkan sisanya pengaruhnya sedang (43%) dan rendah (45%). Adapun solusi yang diharapkan oleh responden apabila mengalami kesulitan tersebut berupa penurunan suku bunga, restrukturisasi kredit, atau pindah ke bank lain. i. Untuk akses pinjaman ke bank pada saat ini, 48% responden masih merasakan tidak ada perubahan dalam hal mendapatkan akses, sedangkan 44% lainnya menyatakan bahwa saat ini akses menjadi lebih mudah. Sisanya masih merasakan semakin sulit memperoleh akses pinjaman bank. Respon dan Ekpektasi : a. Responden di Sulampua secara umum dapat disimpulkan bahwa mereka belum mengambil satu langkah ataupun kebijakan yang berarti untuk merespon kondisi ACFTA pada saat ini, baik dari sisi investasi (53%), strategi pemasaran (56%), penyesuaian harga (54%), tenaga kerja (91%), preferensi mengganti jenis usaha baru (91%) maupun meningkatkan biaya iklan atau promosi (76%). Namun terdapat beberapa responden yang melakukan upaya antisipasi antara lain dalam bentuk : 1. menambah kapasitas produksi (investasi; 47%) 2. melakukan perubahan strategi pemasaran (44%), yang cenderung berhubungan langsung dengan konsumen dan pemasok ke perusahaan lain. 3. mengurangi tenaga kerja (9%), berupa pemutusan hubungan kerja (PHK) dan tidak memperpanjang kontrak. b. Ekspektasi perusahaan dalam memandang prospek ekonomi ke depan terkait ACFTA : 1. Sebanyak 50% perusahaan yang disurvei memperkirakan bahwa ke depannya, omzet mereka akan tetap, kemudian 38% menyatakan meningkat dan 12% menurun. Jika terjadi perubahan omzet, maka rata-rata tingkat perubahan omzet mereka diperkirakan berubah 18%. 2. Mayoritas responden (66%), menyatakan bahwa mereka tidak akan menambah pinjaman. Sedangkan sisanya akan menambah pinjaman yang berumber dari perbankan, yang digunakan untuk modal kerja (64%) dan investasi (36%). 3. Selain itu, 65% responden menyatakan mereka tidak memiliki rencana investasi. Bagi 35% responden yang menyatakan akan melakukan rencana investasi pada waktu 6 bulan hingga 1 tahun mendatang. c. Ekspektasi kebijakan Pemerintah yang paling diharapkan oleh responden secara berurutan adalah untuk mempermudah akses terhadap kredit perbankan, kemudian kepastian kontinuitas pasokan energi, menambah jumlah skim kredit bersubsidi terutama kepada usaha mikro dan kecil, pelonggaran kebijakan perdagangan dan pelatihan untuk meningkatkan teknis produksi. d. Pada umumnya mereka (79%) menyatakan optimis terhadap kondisi usaha kedepan terkait ACFTA. Beberapa alasannya adalah karena pangsa pasar produk mereka masih luas (61%), kebijakan pemerintah yang dinilai kondusif (32%), pendapatan masyarakat dinilai masih cukup besar (27%) dan kurs cukup stabil (24%)
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan II - 2010
25
Secara garis besar hasil dari survey tersebut sebagai berikut : Daerah Pemasaran Produk Responden Survei Lokal Kab/Kota (56%) > 70% pemasaran Domestik (81%)
Lokal Provinsi (33%)
Antar Provinsi (11%)
Pangsa Pasar < 70% pemasaran LN atau Ekspor (19%)
ASEAN (26%) Eropa (22%) China (13%)
Pemasaran
U.S (8%) Lainnya (31%)
Target Utama
1. Langsung pada konsumen perorangan (57%) 2. Pemasok perusahaan lain (19%) 3. Ekspor langsung ke luar negeri (16%) 4. Pemasok ke perusahaan lain/eksportir (5%) 5. Lainnya (5%)
Sumber Bahan Baku Perusahaan Lokal Kab/Kota (40%) > 70% berasal dari Domestik (94%)
Lokal Provinsi (30%)
Sumber Bahan Baku
Antar Provinsi (29%) < 70% berasal dari Impor (6%)
China (34%) Eropa (33%) Lainnya(33%)
Dampak ACFTA di Sulampua TIdak (60%)
Dampak ACFTA
Dampaknya Menguntungkan (20%)
1. Harga bahan baku dari ASEAN/China lebih murah 2. Preferensi konsumen pada produk Indonesia 3. Harga produk Indonesia lebih murah 4. Kualitas produk Indonesia lebih baik
Ya (40%)
Dampaknya Merugikan (20%)
26
Triwulan II - 2010
1. Harga produk ASEAN/China lebih murah 2. Kualitas produk ASEAN/China lebih baik 3. Keunikan/kekhasan produk ASEAN/China 4.Suku bunga kredit bank di ASEAN/China lebih rendah
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
BOKS II Quick Suvei “Perkembangan dan Prospek Industri Pengolahan terkait Dampak Pemulihan Ekonomi Global” Tujuan : a. Mengetahui rata-rata penggunaan kapasitas utilisasi di sektor industri utama daerah. b. Mengetahui apakah kapasitas utilisasi di sektor industri utama daerah masih memadai atau over-capacity. Apakah kapasitas utilisasi tersebut diperkirakan masih dapat mengakomodasi bila terdapat peningkatan permintaan di masa yang akan datang. c. Mengetahui apakah terdapat rencana perluasan produksi melalui investasi. d. Mengetahui prospek pembangunan sektor industri utama daerah. Profil Industri Pengolahan Sulampua : a. Industri pengolahan di Sulampua didominasi oleh industri hulu, yaitu industri yang menggunakan bahan baku mentah. b. Jumlah produksi lebih banyak ditentukan oleh ketersediaan bahan baku. Perkembangan Industri Pengolahan Sulampua : a. Sebagian besar industri pengolahan di Sulampua memiliki kapasitas utilisasi di bawah atau mencapai kapasitas penuh. Di atas kapasitas terpasang 20%
Di bawah kapasitas terpasang 48%
Kapasitas penuh 32%
b. Hal ini didasarkan atas survei yang dilakukan terhadap 25 responden industri pengolahan di Sulampua, dimana rata-rata kapasitas terpakai responden saat ini adalah sebesar 87% dari kapasitas terpasang. c. Penyebab kapasitas utilisasi di bawah 100% yang terjadi pada 48% responden adalah terbatasnya bahan baku yang tersedia, terutama pada industri hulu yang mengolah hasil alam (ikan, kayu, dan rotan).
67%
25%
8%
Permintaan turun
Sulit bahan baku
Lainnya
d. Bila terjadi peningkatan permintaan, 40% responden tidak mampu memenuhinya karena bahan baku yang terbatas.
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan II - 2010
27
e. Over-capacity hanya terjadi pada 20% responden yang disebabkan peningkatan permintaan. f. Rencana perluasan produksi melalui investasi direncanakan oleh 44% responden, yaitu berupa penambahan pabrik atau unit produksi baru. Responden yang memiliki rencana investasi adalah : 1. Responden yang optimis bahwa akan terjadi peningkatan permintaan pada Semester II2010 dibandingkan dengan Semester II-2009. 2. Responden yang memiliki bahan baku memadai. Menambah Kapasitas Produksi 44% Tidak Ada Rencana Investasi 40%
Ada Rencana Investasi 60%
Hanya Perbaikan Alat Produksi 16%
g. Sebagian besar responden (80%) optimis bahwa prospek usaha di tahun 2010 akan lebih baik dibandingkan tahun 2009. Sebanyak 64% responden memperkirakan bahwa akan terjadi peningkatan permintaan domestik maupun ekspor pada Semester II-2010 dibandingkan Semester II-2009. Peningkatan permintaan berkisar antara 10% – 25%. Prospek Usaha 2010
sama saja 20%
Lebih baik 80%
Permintaan Trw. II-2010 Menuru n 4%
Stabil 32%
Meningk at 64%
h. Faktor-faktor yang dianggap penting untuk mendukung perkembangan usaha industri pengolahan adalah: 1. Kejelasan arah kebijakan pemerintah, khususnya di bidang ekonomi. 2. Pembangunan infrastruktur yang memadai. 3. Stabilitas sosial dan politik. i. Hal-hal diatas juga didukung oleh hasil liaison terhadap 7 responden yang bergerak di sektor Industri Pengolahan, yaitu : 1. Seluruh responden memiliki kapasitas utilisasi di bawah 100%, 5 diantaranya disebabkan oleh terbatasnya bahan baku yang tersedia. 2. Pada tahun 2010 sebanyak 5 perusahaan merencanakan melakukan investasi, namun berupa penggantian alat pendukung produksi (tidak menambah kapasitas produksi). Hanya 1 perusahaan yang menambah kapasitas produksinya, yaitu dengan membangun pabrik yang lokasinya lebih mendekat ke sumber bahan baku. Informasi lainnya : a. Terkait persaingan usaha, yang menjadi ancaman utama terhadap kelangsungan usaha adalah persaingan dengan perusahaan sejenis di dalam negeri (64%). b. Dalam melakukan investasi, sumber dana perusahaan sebagian besar berasal dari modal sendiri atau pinjaman perbankan.
28
Triwulan II - 2010
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Bab 2
Perkembangan Inflasi
Laju inflasi tahunan di Sulsel pada triwulan II-2010 seperti apa yang diperkirakan pada triwulan I-2010, yaitu lebih tinggi dibandingkan laju inflasi pada triwulan I-2010. Laju inflasi pada triwulan II-2010 tercatat sebesar 5,00% (yoy), relatif sama dengan laju inflasi nasional yang sebesar 5,05%. Namun tekan inflasi Sulsel pada triwulan ini tercatat lebih tinggi dibandingkan tekanan inflasi pada triwulan II-2009 yang sebesar 3,80%. Tekanan laju inflasi pada triwulan II ini terutama terdapat pada pertengahan triwulan, terdapat kecenderungan naiknya harga pada beberapa komoditas seperti sayursayuran, bumbu-bumbuan dan emas perhiasan. Secara kelompok barang/jasa, tekanan inflasi terutama terdapat pada kelompok bahan makanan, kelompok sandang dan kelompok pendidikan-rekreasi-olahraga. Terkait dengan target inflasi nasional pada tahun 2010 sebesar 5% (±1%), maka laju inflasi Sulsel sampai dengan Juni 2010 yang sebesar 1,56% (ytd) menunjukan bahwa laju inflasi di Sulsel masih relatif terkendali.
Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi Sulawesi Selatan 14
%
y.o.y ‐ Nas
12
Sumber : BPS diolah
y.o.y ‐ Ss
10
y.t.d ‐ Ss
8 6 4 2 0 ‐2
1
2
3
4
1
2007
2
3 2008
4
1
2
3 2009
4
1
2 2010
Jika membandingkan laju inflasi tahunan triwulan ini dengan triwulan II-2009, maka laju inflasi pada kelompok bahan makanan dan kelompok sandang mengalami peningkatan laju inflasi yang cukup tinggi. Di sisi lain terdapat perlambatan laju inflasi yang terdapat pada kelompok makanan jadi, kelompok kesehatan, dan kelompok transpor, sementara laju inflasi kelompok pendidikan relatif stabil.
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan II - 2010
29
Tabel 2.1. Inflasi Kelompok Barang dan Jasa (%, yoy) Bahan Makanan 17.27 21.16 18.30 21.45 13.17 4.14 3.38 3.60 2.68 7.64
TAHUN
2010
2009
2008
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Makanan Jadi 8.67 10.37 14.10 14.46 11.97 10.63 6.74 6.23 6.22 5.23
Perumahan
Sandang
5.04 9.30 11.91 11.13 9.34 4.66 3.26 3.55 3.48 4.11
13.87 13.53 11.89 11.32 11.12 7.65 6.92 7.31 2.16 7.56
Kesehatan
Pendidikan
4.34 7.65 8.96 11.11 10.21 6.51 3.89 2.86 2.98 2.73
6.19 6.07 3.16 3.72 3.55 3.46 4.66 6.91 7.08 7.08
Transpor 0.31 7.82 7.84 5.29 1.77 (5.01) (4.72) (2.32) 1.18 1.06
UMUM 8.13 11.92 12.29 12.40 9.01 3.80 2.70 3.39 3.45 5.00
Sumber : BPS, diolah Ket : Sejak Tahun 2008 menggunakan tahun dasar 2007
2.1 Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang Berdasarkan laju inflasi tahunan dari setiap kelompok barang dan jasa pada triwulan II-2010 di Sulsel, secara berurutan dari yang terbesar hingga yang terkecil adalah sebagai berikut :
Kelompok Bahan Makanan, laju inflasi tahunannya pada triwulan laporan tercatat meningkat cukup tinggi, yaitu dari 2,69% (yoy) pada triwulan I-2010 menjadi 7,65%. Kondisi tersebut juga tercatat lebih tinggi dibandingkan triwulan II-2009. Peningkatan laju inflasi ini terutama terdapat pada subkelompok sayur-sayuran dan bumbu-bumbuan. Tekanan inflasi pada kedua kelompok tersebut diperkirakan karena faktor cuaca, yaitu tingginya curah hujan yang menyebabkan terjadinya gagal panen beberapa komoditi pada kedua kelompok dimaksud.
Grafik 2.2. Perkembangan Inflasi Kel. Bahan Makanan
Tabel 2.2. Inflasi Per-Sub Kel. Bahan Makanan
25
Sub Kelompok y.t.d
20 15
y.o.y Sumber : BPS diolah
10 5 0 1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
‐5
%
30
2008
Triwulan II - 2010
2009
2010
‐ Padi2an, Umbi2an & Hslnya ‐ Daging & Hasil‐hasilnya ‐ Ikan Segar ‐ Ikan Diawetkan ‐ Telur, Susu & Hasil‐hasilnya ‐ Sayur‐sayuran ‐ Kacang‐kacangan ‐ Buah‐buahan ‐ Bumbu‐bumbuan ‐ Lemak & Minyak ‐ Bahan Makanan Lainnya Inflasi Kelompok
y.o.y (%) I‐2010 II‐2010 12.49 11.74 ‐0.80 3.94 ‐4.02 ‐0.73 ‐1.82 ‐0.85 0.70 1.28 4.57 38.13 1.66 0.94 28.48 21.53 ‐9.22 19.16 ‐5.08 ‐7.07 2.54 2.15 2.68 7.64
Sumber : BPS diolah
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Di sisi lain, laju inflasi pada subkelompok buah-buahan dan padi-padian juga masih cukup tinggi, meskipun mengalami perlambatan laju inflasi dibandingkan triwulan sebelumnya. Tingginya laju inflasi ini, pada subkelompok padi-padian diperkirakan karena pengaruh kenaikan HPP beras per 1 Januari 2010, sementara pada subkelompok buahbuahan karena pengaruh kenaikan harga pada triwulan I-2010. Namun apabila ditinjau secara bulanan, subkelompok buah-buahan dan padi-padian cenderung mengalami penurunan. Kondisi ini diperkirakan karena ketersediaan pasokan, yang salah satunya dipicu panen raya pada subkelompok padi-padian pada awal triwulan II-2010. Karena perkembangan kondisi tersebut di atas, maka subkelompok padi-padian dan sayur-sayuran diperkirakan menjadi penyumbang dominan terhadap pembentukan inflasi kelompok ini pada triwulan laporan. Grafik 2.3. Perkembangan Harga Beberapa Komoditi dalam Kel. Bahan Makanan Hasil SPH di Makassar Sawi Hijau dan Tomat Sayur 14
Bawang Merah dan Bawang Putih 20 18 16 14 12 10 8 6 4 2 ‐
Ribu Rp
12
Sawi Hijau
10
Tomat Sayur
8 6 4 2 ‐ 1
2
3
4
1
2
2008
3
4
1
2009
2
Ribu Rp
Bawang Merah Bawang Putih 1
2
3
2008
2010
4
1
2
3
4
1
2009
2
2010
Beras 8,000 7,000 6,000
Beras
25%
yoy ‐ a.kanan
20%
5,000
15%
4,000 10%
3,000 2,000
5%
1,000
0%
‐ 1
2
3
2008
4
1
2
3
2009
4
1
2
2010
Apabila inflasi year on year pada triwulan I-2010 dianalisa secara bulanan, selain subkelompok sayur-sayuran dan bumbu-bumbuan, terdapat kecenderungan kenaikan laju inflasi dari bulan ke bulan, yaitu pada subkelompok daging, ikan segar, dan telur-susu. Peningkatan laju inflasi tersebut diperkirakan karena keterbatasan pasokan. Trend peningkatan laju inflasi ini diperkirakan akan terus berlanjut pada triwulan III, sehubungan dengan pengaruh seasonal yaitu bulan puasa yang cenderung terjadi kenaikan harga.
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan II - 2010
31
Kelompok Sandang, kembali mengalami peningkatan laju inflasi setelah triwulan sebelumnya mengalami perlambatan. Laju inflasi kelompok sandang pada triwulan II-2010 tercatat sebesar 7,56% (yoy), sementara pada triwulan lalu sebesar 2,1%. Tekanan inflasi pada kelompok ini didorong oleh peningkatan laju inflasi subkelompok barang pribadi dan sandang lainnya dari -3,37% menjadi 13,98%. Komoditas yang memberikan tekanan inflasi pada subkelompok ini adalah emas perhiasan, yang pada triwulan II-2010 mengalami kenaikan harga karena pengaruh kenaikan harga emas di pasar internasional.
Grafik 2.4. Perkembangan Inflasi Kel. Sandang
Tabel 2.3. Inflasi Per-Sub Kel. Sandang
16
y.o.y (%) I‐2010 II‐2010 4.51 3.95 3.52 3.16 7.71 8.70 ‐3.37 13.98 2.16 7.56
Sub Kelompok
14
y.t.d
12
y.o.y
‐ Sandang Laki‐laki ‐ Sandang Wanita ‐ Sandang Anak‐anak
10
‐ Brg Pribadi & Sdg Lainnya
Sumber : BPS diolah
8
Inflasi Kelompok
6
Sumber : BPS diolah
4 2 0 1
‐2
2
%
3
4
1
2
2008
3
4
1
2009
2 2010
Grafik 2.5. Perkembangan Harga Emas Rata-rata Harga Internasional Pertriwulan
2
3
4
1
2008
2
3
2009
4
1
2
2010
‐
2008
2009
2*
1
200 1
Rp Ribuan
‐
400
4
50
600
3
100
800
2
150
1,000
1
200
$/troy oz
4
250
1,200
3
300
1,400
2
50% 45% 40% 35% 30% 25% 20% 15% 10% 5% 0%
Emas Perhiasan yoy ‐ a.kanan
1
Makassar 350
2010
Namun laju inflasi ini tercatat lebih rendah dibandingkan laju inflasi pada triwulan II2009 yang sebesar 7,65%. Hal tersebut terjadi karena tekanan inflasi pada triwulan II-2009 lebih tinggi dibandingkan triwulan laporan, yaitu adanya pengaruh kenaikan BBM pada tahun 2008 , pengaruh krisis global pada semester II-2008 dan tingkat harga emas perhiasan yang lebih tinggi dibandingkan triwulan II-2010.
32
Triwulan II - 2010
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Kelompok Pendidikan-Rekreasi-Olahraga, laju inflasi tahunannya relatif tetap dibandingkan triwulan I-2010 yaitu sebesar 7,08%. Laju inflasi pada kelompok ini relatif teredam oleh perlambatan laju inflasi subkelompok jasa pendidikan, meskipun laju inflasinya tertinggi di kelompoknya. Perlambatan laju inflasi pada subkelompok jasa pendidikan ini karena mulai berkurangnya pengaruh kenaikan jasa pendidikan yang terjadi pada akhir triwulan IV-2009. Karena kondisi yang sama, yaitu kenaikan biaya pendidikan pada triwulan IV-2009, relatif menyebabkan laju inflasi triwulan II-2010 lebih tinggi dibandingkan laju inflasi triwulan II-2009 yang sebesar 3,46% (yoy). Sementara di sisi lain, terdapat tekanan inflasi pada kelompok ini sehubungan dengan tahun ajaran baru dan masa liburan sekolah. Kondisi tersebut mendorong terjadinya peningkatan laju inflasi pada subkelompok lainnya (selain subkelompok jasa pendidikan). Subkelompok kursus terjadi peningkatan laju inflasi pada awal triwulan II-2010 karena masa persiapan memasuki Perguruan Tinggi/Universitas kurang lebih selama 2-3 bulan sebelum Ujian Masyuk Perguruan Tinggi Negeri (UMPTN). Sementara peningkatan laju inflasi pada subkelompok peralatan/perlengkapan pendidikan, rekreasi dan olahraga cenderung terjadi pada akhir triwulan II-2010, karena moment konsumsi komoditas pada subkelompok tersebut terjadi pada akhir triwulan II-2010. Moment tersebut yaitu liburan sekolah dan persiapan masuk sekolah pada awal Juli 2010 untuk daerah Sulsel.
Grafik 2.6. Perkembangan Inflasi Kel. Pendidikan 9
Tabel 2.4. Inflasi Per-Sub Kel. PendidikanRekreasi-Olahraga
y.t.d
8
Sub Kelompok
y.o.y
7
‐ Jasa Pendidikan ‐ Kursus‐kursus/Pelatihan ‐ Perlengkapan/Perltn Pendd. ‐ Rekreasi ‐ Olahraga
Sumber : BPS diolah
6 5 4 3
Inflasi Kelompok
2
y.o.y (%) I‐2010 II‐2010 13.23 12.96 3.42 3.66 1.83 1.99 1.47 1.71 2.31 2.32 7.08 7.08
Sumber : BPS diolah
1 ‐ 1
%
2
3 2008
4
1
2
3
4
2009
1
2 2010
Kelompok Makanan Jadi-Minuman-Rokok-Tembakau, laju inflasi tahunannya tercatat mengalami perlambatan apabila dibandingkan dengan triwulan I-2010. Laju inflasi kelompok ini pada triwulan laporan tercatat sebesar sebesar 5,23% (yoy), sementara pada triwulan I-2010 yang sebesar 6,22%. Perlambatan laju inflasi dimaksud didorong oleh
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan II - 2010
33
melambatnya laju inflasi subkelompok minuman tidak beralkohol, yang laju inflasinya tercatat melambat dari 10,95% menjadi 4,49%. Perlambatan dimaksud didorong oleh menurunnya tingkat harga gula pasir di pasar regional, terutama pada pertengahan triwulan laporan, yang diperkirakan karena ketersediaan pasokan. Ketersediaan pasokan gula pasir ini diperkirakan dari hasil impor gula secara nasional. Selain itu, terjadi juga perlambatan laju inflasi pada subkelompok makanan jadi, yang relatif disebabkan oleh menurunnya harga bahan baku makanan jadi, seperti daging, beras dan tepung terigu. Meskipun terdapat tekanan inflasi pada subkelompok ini yang dididorong oleh peningkatan konsumsi masyarakat sehubungan dengan masa libur sekolah dan naiknya harga komoditi bumbubumbuan dan sayur-sayuran. Kondisi ini yang relatif mendorong perlambatan laju inflasi pada subkelompok makanan jadi relatif rendah.
Tabel 2.5. Inflasi Per-Sub Kel. Makanan JadiMinuman-Rokok-Tembakau
Grafik 2.7. Perkembangan Inflasi Kel. Makanan JadiMinuman-Rokok-Tembakau 16
Sub Kelompok
14
y.t.d
‐ Makanan Jadi
12
y.o.y
‐ Minuman yg Tidak Beralkohol
10
‐ Tembakau & Min. Beralkohol
Sumber : BPS diolah
Inflasi Kelompok
8
y.o.y (%) I‐2010 II‐2010 5.68 5.18 10.95 4.49 5.04 6.34 6.22 5.23
Sumber : BPS diolah
6 4 2 0 1
%
2
3
4
2008
1
2
3 2009
4
1
2 2010
Sementara itu tekanan inflasi pada kelompok ini diberikan oleh subkelompok tembakau dan minuman beralkohol. Tekanan inflasi oleh subkelompok tembakau dan minuman beralkohol diperkirakan didorong oleh peningkatan harga pada komoditas rokok kretek. Berdasarkan hasil survey, terjadi kenaikan harga rokok kretek dari Rp8.029,00 menjadi Rp8.142,00 sementara untuk harga rokok kretek filter naik dari Rp9.192,00 menjadi Rp9.500,00.
34
Triwulan II - 2010
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Grafik 2.4. Beberapa Komoditi dalam Kelompok Makanan Jadi Hasil SPH di Makassar Ayam Goreng 8,200 8,000 7,800 7,600 7,400 7,200 7,000 6,800 6,600 6,400
Mie 14% 12% 10% 8% 6% 4% 2% 0% ‐2% ‐4%
Ayam Goreng yoy ‐ a.kanan
1
2
3
4
1
2
2008
3
4
2009
1
6,000 5,000
‐15%
3,000
‐20% ‐25%
2,000
‐30% 1,000
‐35%
‐
‐40%
2010
2
3
4
10,000
yoy ‐ a.kanan
60% 50%
8,000
40%
6,000
30%
4,000
20%
2,000
10%
‐
0% 1
2
2008
2
3
4
2009
1
2
2010
Nasi 70%
4
1
2008
Gula Pasir
3
yoy ‐ a.kanan
‐10%
1
Gula Pasir
2
0% ‐5%
4,000
2
12,000
1
Mie
3
4
2009
1
2
8,400 8,200 8,000 7,800 7,600 7,400 7,200 7,000 6,800 6,600 6,400 6,200
20%
Nasi yoy ‐ a.kanan
15% 10% 5% 0% ‐5%
1
2010
2
3
4
2008
1
2
3
2009
4
1
2
2010
Rokok Kretek 10.0
Ribu Rp
Rokok Kretek Rokok Kretek Filter
9.5 9.0 8.5 8.0 7.5 7.0 2
3
4
1
2 2010
Kelompok
Perumahan-Air-Listrik-Gas-Bahan
Bakar,
tercatat
mengalami
peningkatan laju inflasi yaitu dari 3,48% pada triwulan I-2010 menjadi sebesar 4,11% (yoy). Peningkatan laju inflasi tahunan tersebut didorong oleh peningkatan laju inflasi pada subkelompok biaya tempat tinggal. Peningkatan pada subkelompok ini diperkirakan telah terjadi kenaikan harga pada komoditi bahan bangunan yang merupakan bagian dari subkelompok ini, seperti baja. Kenaikan harga baja ini lebih disebabkan oleh adanya pengaruh harga baja internasional yang cenderung meningkat.
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan II - 2010
35
Sementara di subkelompok lainnya terjadi perlambatan laju inflasi. Perlambatan laju inflasi pada subkelompok bahan bakar-penerangan-air didorong oleh penurunan harga pada komoditas minyak tanah dan gas elpiji 3 kg. Penurunan tersebut diperkirakan karena faktor ketersediaan pasokan. Di sisi lain, terdapat tekanan inflasi karena faktor pasokan juga yang cukup terbatas di pasar regional terutama pada gas elpiji 12 kg yang relatif menyebabkan harga komoditas dimaksud meningkat. Selain
itu,
diperkirakan
terjadi
penurunan
permintaan
pada
subkelompok
perlengkapan rumah tangga dan subkelompok penyelenggaraan rumah tangga. Penurunan permintaan tersebut diperkirakan karena terjadi pergeseran konsumsi masyarakat yang lebih terfokus pada komoditas yeng terkait dengan tahun ajaran baru (seperti seragam sekolah dan buku tulis) dan liburan (seperti rekreasi dan transportasi).
Tabel 2.4. Inflasi Per-Sub Kel. Perumahan-Air-Listrik-Bhn Bakar y.o.y (%) Sub Kelompok I‐2010 II‐2010
Grafik 2.5. Perkembangan Inflasi Kel. Perumahan-Air-Listrik-Bhn Bakar 14
y.t.d
12
‐ Biaya Tempat Tinggal
y.o.y
Sumber : BPS diolah
‐ Bhn Bakar, Penerangan & Air
10
‐ Perlengkapan Rumah Tangga 8
‐ Penyelenggaraan Rmh Tgg
Inflasi Kelompok
6
2.29 7.31 2.26 3.18
3.88 6.21 1.90 2.74
3.48
4.11
Sumber : BPS diolah 4 2 ‐
%
1
2
3
4
2008
1
2
3
4
2009
1
2 2010
Kelompok Kesehatan pada triwulan laporan tercatat mengalami perlambatan laju inflasi tahunan. Pada triwulan I-2010, laju inflasi kelompok ini sebesar 2,98% (yoy), yang kemudian turun menjadi sebesar 2,73% pada triwulan laporan. Perlambatan laju inflasi pada triwulan laporan ini didorong oleh sebagian besar subkelompoknya kecuali subkelompok obat-obatan. Tekanan inflasi pada subkelompok obat-obatan tersebut didorong oleh kenaikan harga obat-obatan, yang diperkirakan sebagai dampak dari naiknya HET (Harga Eceran Tertinggi) untuk obat generik pada tanggal 27 Januari 2010. Perlambatan laju inflasi pada subkelompok jasa kesehatan, subkelompok jasa perawatan jasmani dan subkelompok perawatan jasmani-kosmetika diperkirakan karena terimbas dampak tahun ajaran baru/liburan sekolah. Sehingga permintaan terhadap komoditas pada ketiga subkelompok dimaksud mengalami penurunan sehubungan dengan terjadi pergeseran konsumsi masyarakat.
36
Triwulan II - 2010
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Grafik 2.6. Perkembangan Inflasi Kelompok Kesehatan 12.00
y.t.d
10.00
y.o.y
Tabel 2.5. Inflasi Per-Sub Kelompok Kesehatan y.o.y (%) Sub Kelompok I‐2010 II‐2010 ‐ Jasa Kesehatan ‐ Obat‐obatan
Sumber : BPS diolah
8.00
‐ Jasa Perawatan Jasmani ‐ Perwtn Jasmani & Kosmetika
6.00
Inflasi Kelompok
4.00
6.49 1.02 6.80 1.04
6.39 1.10 6.24 0.62
2.98
2.73
Sumber : BPS diolah
2.00 ‐ 1
2
3
4
1
2
2008
%
3
4
1
2
2009
2010
Kelompok Transportasi-Komunikasi-Jasa Keuangan, setiap subkelompoknya mengalami perlambatan laju inflasi dibandingkan laju inflasi triwulan sebelumnya. Laju inflasi kelompok ini pada triwulan II-2010 tercatat sebesar 1,06% (yoy), sementara pada triwulan I2010 mengalami inflasi sebesar 1,18% (yoy).
Grafik 2.11. Perkembangan Inflasi Kelompok Transportasi 10
y.t.d
8
y.o.y
6
‐ Transpor ‐ Komunikasi & Pengiriman ‐ Srn & Penunjang Transpor ‐ Jasa Keuangan
Sumber : BPS diolah
4 2
Inflasi Kelompok
‐ (2)
%(4)
Tabel 2.8. Inflasi Per-Sub Kel. Transpor-Komunikasi-Jasa Keuangan y.o.y (%) Sub Kelompok I‐2010 II‐2010 1.51 (1.29) 4.93 0.40
1.44 (1.55) 4.56 0.40
1.18
1.06
Sumber : BPS diolah
1
2
3
4
1
2008
2
3
4
2009
1
2 2010
(6) (8)
Perlambatan
laju
inflasi
pada
subkelompok
transpor
diperkirakan
karena
berkurangnya pengaruh tekanan harga minyak dunia terutama terhadap biaya bahan bakar angkutan laut dan udara. Tingkat harga minyak dunia pada triwulan II-2010 cenderung stabil dibandingkan triwulan I-2010. Kondisi tersebut juga relatif mempengaruhi perkembangan laju inflasi subkelompok sarana penunjang transpor. Subkelompok sarana penunjang transpor tercatat mengalami perlambatan laju inflasi dari 4,93% menjadi 4,56%. Karena pengaruh tingkat harga minyak dunia tersebut, yang relatif menyebabkan laju inflasi kelompok ini pada triwulan laporan tercatat lebih tinggi dibandingkan triwulan II-2009 yang
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan II - 2010
37
tercatat sebesar -5,01%(yoy). Pada triwulan II-2009, rata-rata harga minyak dunia selama triwulan tersebut tercatat sebesar $62,44/barrel, sementara pada triwulan II-2010 sebesar $78,58/barrel. Sementara laju inflasi di subkelompok komunikasi dan pengiriman masih tercatat deflasi yang lebih rendah lagi, yaitu dari 1,29% menjadi 1,55%. Deflasi pada subkelompok ini sudah berlangsung selama 2 tahun terakhir. Kondisi ini menggambarkan makin menurunnya tingkat harga sarana-prasarana komunikasi, terutama telepon seluler. Jika di tinjau inflasi year on year secara bulanan selama triwulan laporan, terdapat kecenderungan terjadi peningkatan laju inflasi pada subkelompok transpor dan subkelompok sarana penunjang transpor, terutama pada akhir triwulan II-2010 (Juni). Kondisi tersebut diperkirakan karena adanya peningkatan permintaan sehubungan dengan masa liburan sekoklah. Sementara di subkelompok komunikasi dan pengiriman, deflasinya tercatat semakin rendah. Hal tersebut dimungkinkan untuk menjaring konsumen pada masa liburan melalui pemberian tarif telepon (seluler) yang lebih murah.
Grafik 2.11. Perkembangan Rata-rata Harga Minyak Dunia 140
$/barrel
120 100 80 60 40 20
2006
38
2007
Triwulan II - 2010
2008
2009
2
1
4
3
2
1
4
3
2
1
4
3
2
1
4
3
2
1
‐
2010
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Bab 3
Perkembangan Perbankan
Kinerja Pebankan Sulsel pada triwulan II-2010 (per Mei 2010) relatif mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan triwulan I-2010. Hal ini tercermin dari indikator perbankan yang secara umum tumbuh lebih besar, baik dilihat pada aset, DPK mapun kredit. Di sisi lain, kualitas kredit yang disalurkan, dimana tercermin pada nilai NPLs (Non Performing Loan-Gross) yang masih berada pada kisaran yang baik yaitu 3.4%. Selain itu, trend pergerakan LDR masih cenderung stabil jika dibandingkan dengan triwulan I-2010.
Tabel 3.1. Perkembangan Indikator Perbankan (Bank Umum) Sulawesi Selatan 2010 KOMPONEN
Pertumbuhan (y.o.y)
Nominal (Rp Juta)
I II* I II* 1. Total Aset 16.77% 17.65% 43,891 44,915 2. DPK 4.05% 9.42% 29,784 31,491 a. Giro ‐7.24% ‐0.43% 4,739 4,935 b. Tabungan 3.91% 11.93% 14,688 16,124 c. Deposito 10.40% 10.76% 10,357 10,433 3. Kredit 17.85% 19.06% 37,198 38,125 4. LDR (%) 124.9% 121.1% 5. NPLs Gross (%) 3.5% 3.4% Catatan: Mulai Januari 2010 sistem pencatatan data perbankan menggunakan sistem B *) data trw II (per Mei 2010)
3.1
Perkembangan Bank Umum (Konvensional dan Syariah)
3.1.1. Kelembagaan dan Aset Dari sisi kelembagaan, bank umum di Sulawesi Selatan pada triwulan II-2010 (per Mei 2010) mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari jumlah kantor bank yang mengalami peningkatan jika dibandingkan triwulan I-2010, meskipun jumlah bank tidak mengalami perubahan. Per Mei 2010, terdapat penambahan jumlah kantor bank sebanyak 4 buah menjadi 698 kantor bank pada triwulan laporan. Penambahan kantor bank tersebut terdiri dari 1 (satu) kantor BPR konvensional, 1 (satu) kantor bank umum syariah dan 1 (satu) kantor bank umum konvensional.
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan II - 2010
39
Tabel 3.2. Perkembangan Kelembagaan Bank Umum Sulawesi Selatan 2008 2009 2010 Kelembagaan 1 2 3 4 1 2 3 4 1 Jumlah Bank 64 65 68 69 68 68 69 69 69 Bank Umum 36 37 40 41 41 41 42 42 42 27 28 30 30 30 30 30 30 30 Konvensional Syariah 3 3 3 3 3 4 4 4 4 UUS 6 6 7 8 8 7 8 8 8 BPR 28 28 28 28 27 27 27 27 27 625 630 638 664 669 679 680 690 695 Jumlah Kantor Bank
2* 69 42
30 4 8 27
698
Sumber: Statistik Ekonomi dan Keuangan Daerah (SEKDA)
Pada triwulan IITabel 3.3. Aset Bank Umum Berdasarkan Kelompok Bank
2010 KOMPONEN Total Aset ‐ Bank Pemerintah ‐ Bank Swasta Nasional ‐ Bank Asing&Campuran
Pertumbuhan (y.o.y) I II* 16.77% 17.65% 18.56% 16.50% 15.91% 22.69% ‐17.57% ‐22.89%
Nominal (Rp Juta) I II* 43,891.3 44,914.7 27,766.8 28,368.7 15,396.4 15,844.2 728.1 701.7
2010 (per Mei 2010), total aset bank umum Sulsel tercatat sebesar Rp44,9
triliun
dan
tumbuh
relatif
lebih
tinggi,
yaitu
17,65%
sebesar
(y.o.y)
jika
dibandingkan triwulan I2010
dimana
tumbuh
16,77%. Peningkatan petumbuhan tersebut didoron oleh peningkatan aset pada bank swasta nasional yang tumbuh cukup signifikan yaitu menjadi 22,69% (y.o.y) jika dibandingkan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya, yang hanya sebesar 15,91% (y.o.y). Meski di sisi lain pertumbuhan year on year aset bank pemerintah cenderung melambat, yaitu 18,56% pada triwulan I-2010 menjadi 16,50% pada periode laporan,
kemudian
pertumbuhan bank asing-campuran negatif pada triwulan II-2010, yaitu -22,89% (y.o.y). Namun secara nominal, total aset bank umum Sulawesi Selatan, per Mei 2010, mengalami peningkatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Meski penurunan aset bank asingcampuran cenderung menurun secara nominal, namun dalam jumlah yang relatif tidak signifikan.
3.1.2. DPK dan Kredit/Pembiayaan Triwulan II-2010 (per Mei 2010), Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dihimpun oleh bank umum tercatat mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan
yaitu menjadi 9,42%%
(y.o.y) atau sebesar RP31,491 triliun, dimana pada triwulan sebelumnya tumbuh 4,05% (y.o.y). Peningkatan pertumbuhan DPK disebabkan oleh meningkatnya penghimpunan dana
40
Triwulan II - 2010
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
dalam bentuk tabungan. Pada Mei 2010, pertumbuhan tabungan cukup pesat karena meningkat dari 3,91% (y.o.y) pada triwulan I-2010, menjadi 11,93% (y.o.y). Selain itu, meski pertumbuhan giro masih negatif, namun sudah menunjukan perbaikan dibandingkan dengan
pertumbuhan
giro
pada
triwulan
I-2010.
Hal
tersebut
tercermin
dari
pertumbuhannya yang semakin membaik, dari -7,24% (y.o.y) pada triwulan sebelumnya menjadi -0,43% (y.o.y) pada triwulan laporan. Kemudian, pertumbuhan deposito juga relatif meningkat pada periode laporan yaitu sebesar 10,76% (y.o.y), dimana sebelumnya sebesar 10,40% (y.o.y). Kecenderungan peningkatan DPK diperkirakan terjadi karena berakhirnya masa PILKADA (Pemilihan Kepala Daerah) di Sulawesi Selatan. Dana yang pada triwulan I relatif mengalami perlambatan pertumbuhan karena berbagai aktivitas kampaye, maupun persiapan dan pelaksanaan PILKADA, maka pada periode laporan sudah kembali mengalir masuk ke perbankan baik dalam bentuk tabungan, deposito maupun giro. Penyaluran kredit/pembiayaan oleh bank umum Sulsel juga tercatat masih mengalami kenaikan pertumbuhan, dari 17,85% (y.o.y) pada triwulan I-2010 menjadi 19,06% (y.o.y) pada Mei 2010. Faktor yang mempengaruhi hal tersebut antara lain adalah perkembangan ekonomi global dan domestik yang membaik selama triwulan II/2010, dan diperkiraan kondisi tersebut akan terus berlanjut. Hal ini diperkirakan akan semakin memperkuat kenaikan konsumsi dalam mendukung pertumbuhan ekonomi pada triwulan mendatang hingga akhir tahun 2010. Tabel 3.4. Penghimpunan Dana dan Penyaluran Kredit/Pembiayaan Bank Umum 2010 KOMPONEN Pertumbuhan (y.o.y) Nominal (Rp Juta) I II* I II* 1. DPK 4.05% 9.42% 29,784 31,491 a. Giro ‐7.24% ‐0.43% 4,739 4,935 b. Tabungan 3.91% 11.93% 14,688 16,124 c. Deposito 10.40% 10.76% 10,357 10,433 2. Kredit 17.85% 19.06% 37,198 38,125 3. LDR (%) 124.9% 121.1% 4. NPLs Gross (%) 3.5% 3.4%
Tabel 3.5. Penyaluran Kredit/Pembiayaan Bank Umum Per Jenis Penggunaan 2010 KOMPONEN Pertumbuhan (y.o.y) Nominal (RP Juta) 1 2* 1 2* Kredit 17.85% 19.06% 37,198 38,125 ‐ Investasi 19.52% 29.04% 7,732 7,916 ‐ Konsumsi 14.52% 24.05% 15,501 16,360 ‐ Modal Kerja 20.83% 9.06% 13,966 13,848
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan II - 2010
41
Seiring dengan optimisme masyarakat akan kondisi perekonomian mendatang, maka berdasarkan jenis penggunaan, terjadi peningkatan pertumbuhan kredit konsumsi yang cukup signifikan, dimana pada triwulan I-2010 hanya tumbuh 14,52% sedangkan pada triwulan II-2010 (per Mei 2010) menjadi 24,05% (y.o.y). Kenaikan pertumbuhan juga terjadi untuk kredit investasi yang tumbuh 29,04% (y.o.y) per Mei 2010, jauh lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu 19,52% (y.o.y). Kemudian, meski kredit modal kerja relatif mengalami perlambatan dari 20,83% pada triwulan I-2010, menjadi 9,06% (y.o.y) per Mei 2010, namun secara nominal tidak terjadi perubahan yang signifikan pada triwulan I2010 dengan posisi Mei 2010. Selanjutnya, dilihat dari share-nya, kredit konsumsi mengalami peningkatan 1% dibandingkan triwulan I-2010 dimana pada periode triwulan II-2010 menjadi sebesar 43%, sedangkan sebaliknya kredit modal kerja turun 1% dibandingkan triwulan sebelumnya sehingga pada triwulan II-2010 share-nya menjadi 36%. Kemudian untuk kredit investasi share-nya tidak berubah jika dibandingkan periode sebelumnya, yaitu 21%. Secara sektoral, terdapat 2 sektor ekonomi yang mengalami pertumbuhan kredit lebih besar dibandingkan triwuan I-2010, yaitu sektor konstruksi dan pengangkutan. Sedangkan sektor-sektor lainnya cenderung mengalami perlambatan pertumbuhan. Kredit konstruksi per Mei 2010 tumbuh 10,56% (y.o.y), jauh lebih tinggi dibandingkan triwulan I2010 yaitu sebesar 0,20% (y.o.y) Sedangkan pada sektor industri pengolahan, meski pertumbuhannya masih negatif 8,85% (y.o.y), namun pertumbuhan tersebut jauh lebih baik jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mencapai -18,54% (y.o.y).
Grafik 3.1. Pangsa Kredit/Pembiayaan Bank Umum Per Sektor Ekonomi PengangkutanPerdagangan 2% 24% LGA 1%
Pertambangan 1% Pertanian 1% Industri 8% Js Dunia Ush 5% Js Sos Masy. 4%
Lain‐lain 48%
42
Triwulan II - 2010
Konstruksi 6%
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Tabel 3.6. Pertumbuhan Tahunan Kredit/Pembiayaan Per Sektor Ekonomi
2010 Pertumbuhan (y.o.y) Nominal (Rp Juta) 1 2* 1 2* 17.85% 19.06% 37,198 38,125 ‐47.92% ‐62.36% 515 380 54.53% 52.61% 264 265 ‐13.43% ‐8.85% 2,923 3,081 500.67% 483.37% 340 360 0.20% 10.56% 1,936 2,271 7.91% 4.00% 9,257 9,329 ‐18.54% ‐11.23% 1,177 984 12.02% 3.73% 1,938 1,803 380.48% 343.00% 1,517 1,504 33.64% 37.61% 17,332 18,149
KOMPONEN Kredit * Pertanian * Pertambangan * Industri pengolahan * Listrik,Gas dan Air * Konstruksi * Perdagangan * Pengangkutan * Jasa Dunia Usaha * Jasa Sosial Masyarakat * Lain‐lain
Meski sebagian besar kredit sektor-sektor tumbuh melambat, namun secara nominal kredit per Mei 2010 lebih tinggi daripada triwulan I-2010. Penurunan kredit dalam jumlah nominal hanya terjadi pada sektor pertanian, jasa dunia usaha dan jasa sosial masyarakat.
Tabel 3.7. Perkembangan NPLs Net dan Gross Bank Umum
KOMPONEN NPL Gross NPL Net
2009 I 3.24% 1.24%
Pertanian
2010 I 3.56% 1.16%
Grafik 3.2. Pangsa NPLs Per Sektor Ekonomi
II* 3.41% 1.21%
14.80%
Pertambangan
0.15%
Perdagangan
3.41%
Pengangkutan
1.20%
LGA
0.00%
Lain‐lain
2.17%
Konstruksi
5.00%
Js Sos Masy.
3.48%
Js Dunia Ush
5.03%
Industri
8.48% 0%
5%
10%
15%
20%
Aspek pengelolaan manajemen risiko usaha bank umum di Sulawesi Selatan pada Mei 2010 menunjukkan peningkatan jika dibandingkan dengan triwulan I-2010, meski masih pada tingkat yang relatif kecil. Hal tersebut tercermin dari NPLs-Gross bank umum per Mei 2010 yang tercatat menjadi 3,41%. Secara sektoral, per Mei 2010 NPL tertinggi terjadi terdapat pada sektor pertanian yang mencapai 14,80%. Kemudian diikuti oleh sektor industri, sektor jasa dunia usaha dan konstruksi, yang masing-masing NPL-nya adalah sebesar 8,48%, 5,03% dan 5,00%.
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan II - 2010
43
Grafik 3.3. Pangsa Kredit/pembiayaan MKM Bank Umum Per Sektor Ekonomi Pengangkutan 1%
Pertambangan 0% Perdagangan 22%
Listrik,Gas dan Air 0%
Pertanian 1% Industri 2%
Js Dunia Ush 4%
Lain‐lain 62%
Js Sos. Masy. 5% Konstruksi 3%
Tabel 3.8. Pertumbuhan Kredit/Pembiayaan Mikro, Kecil dan Menengah (MKM) Bank Umum (y.o.y) 2009
KOMPONEN Pertumbuhan Kredit (y.o.y) * Pertanian * Pertambangan * Industri pengolahan * Listrik,Gas dan Air * Konstruksi * Perdagangan * Pengangkutan * Jasa Dunia Usaha * Jasa Sosial Masyarakat * Lain‐lain
I 24.37% 30.41% ‐5.96% 7.64% ‐25.53% 33.05% 24.85% 4.85% 51.68% 10.88% 22.82%
II 18.85% 3.64% ‐20.05% 5.57% 89.14% 26.98% 27.68% 19.17% 27.82% 47.43% 14.23%
2010 III 14.55% 8.02% 70.31% 1.40% 226.54% 10.51% 21.95% 23.67% 7.55% 48.89% 11.91%
IV 20.96% ‐2.50% 0.25% 6.49% 269.57% 19.55% 31.47% 58.96% 15.75% 15.03% 17.86%
I 22.94% ‐58.31% 75.36% 15.89% 64.00% 2.54% ‐1.40% 95.95% 15.96% 376.83% 31.47%
II* 23.43% ‐61.16% 84.80% 15.26% 24.22% 6.55% ‐3.57% 66.25% 6.22% 354.02% 35.17%
Berdasarkan segmentasi skala usaha debitur, sebagian besar kredit/pembiayaan bank umum Sulsel diklasifikasikan sebagai kredit/pembiayaan Mikro, Kecil dan Menengah (MKM). Pangsa kredit/pembiayaan MKM per sektor ekonomi untuk Mei 2010, sebagian besar masih didominasi oleh sektor lain-lain (bidang jasa) 62%, kemudian diikuti oleh sektor perdagangan sebesar 22%. Pertumbuhan kredit/pembiayaan MKM secara keseluruhan, year on year mengalami peningkatan jika dibandingkan periode yang sama untuk tahun sebelumnya, maupun terhadap pertumbuhan triwulan I-2010. Sektor yang mengalami peningkatan pertumbuhan cukup signifikan dibandingkan setahun yang lalu adalah sektor pertambangan, konstruksi dan sektor lain-lain. Hal ini menunjukan bahwa perbankan sudah lebih optimis dalam menyalurkan kredit untuk sektor MKM daripada triwulan sebelumnya maupun dibandingkan tahun sebelumnya.
44
Triwulan II - 2010
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
3.1.3. Intermediasi Bank Umum Syariah Pada triwulan laporan, jumlah perbankan syariah tidak mengalami perubahan dibandingkan triwulan I-2010, yakni sebanyak 12
Bank Syariah dengan rincian 4 Bank
Umum Syariah dan 8 Unit Usaha Syariah. Secara year on year, Tabel 3.9. Perkembangan Bank Umum Syariah
kinerja
perbankan
Syariah
Sulawesi Selatan per Mei 2010 lebih baik jika dibandingkan dengan triwulan I-2010. Hal ini tercermin dari aset, dana pihak ketiga (DPK) dan pembiayaan tumbuh lebih besar daripada triwulan sebelumnya, per Mei 2010 masing-masing tumbuh sebesar 24,5% dan 17,4%.
Ditinjau dari sisi Finance to Deposit Ratio (FDR) perbankan Sulawesi Selatan juga cenderung lebih besar pada Mei 2010, yaitu meningkat dari 167,83% pada triwulan I-2010 menjadi 188,21%. Sementara dari sisi kualitas kredit yang disalurkan, yang tercermin dari indikator Non Performing Loan-Gross (NPLs) relatif meningkat menjadi 7,12%.
3.2. Perkembangan Bank Pekreditan Rakyat/Syariah (BPR/S) Dari sisi kelembagaan, jumlah jaringan kantor BPR yang beroperasi pada triwulan II2010 (per Mei 2010), tidak mengalami perubahan jumlah jaringan kantor sehingga jumlahnya tetap 53 kantor.
Grafik 3.4. Perkembangan Aset BPR/S
Pada triwulan II-2010, per Mei 2010, total aset perbankan kelompok BPR/S tercatat tumbuh sebesar 26,7% (y.o.y) sehingga menjadi Rp427,1 miliar. Pertumbuhan aset ini relatif melambat jika dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 29,2%. Namun relatif lebih tinggi jika dibandingkan triwulan II-2009, yaitu sebesar 23,3% (y.o.y).
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan II - 2010
45
Dari sisi penghimpunan dana, DPK BPR/S mengalami peningkatan pertumbuhan sebesar 36,3% (y.o.y) menjadi Rp180,16
Grafik 3.5. Perkembangan DPK, Kredit & LDR BPR/S
miliar pada triwulan II-2010 (per Mei 2010) jika
dibandingkan
dengan
triwulan
sebelumnya yang hanya tumbuh sebesar 44,1%
(y.o.y).
Pada
triwulan
laporan,
kredit/pembiayaan yang berhasil disalurkan oleh BPR/S tercatat tumbuh sebesar 23,4% (y.o.y), lebih besar jika dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya
tercatat
sebesar
20,9%. Dari rasio perbandingan kredit/pembiayaan dengan dana pihak ketiga BPR/S pada triwulan laporan tercatat sebesar 161,8%, lebih tinggi dibanding LDR pada triwulan I-2010 yang sebesar 156,0%. Peningkatan LDR ini lebih disebabkan oleh terjadinya kenaikan yang kredit yang cukup signifikan.
46
Triwulan II - 2010
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Bab 4
Perkembangan Sistem Pembayaran
Transaksi melalui sistem pembayaran tunai maupun non tunai pada triwulan II-2010 juga menunjukkan pergerakan peningkatan aktivitas perekonomian Sulsel. Peningkatan transaksi tersebut, selain itu karena faktor musiman (tahun ajaran baru dan liburan sekolah), kegiatan kampanye dan pelaksanaan pilkada juga turut mempengaruhi perkembangan transaksi sistem pembayaran ini.
4.1. Aliran Uang Kartal Masuk (Inflow) dan Keluar (Outflow) Aliran uang kartal masuk (inflow) dan keluar (outflow), pada triwulan laporan, dari dan ke perbankan melalui KBI Makassar tercatat mengalami out inflow sebesar Rp0,65 triliun, sementara pada triwulan I-2010 tercatat mengalami net inflow sebesar Rp1,56 triliun.
Grafik 4.1. Aliran Uang Kartal Masuk (Inflow) 2.50
150%
Inflow Y.O.Y
2.00
Grafik 4.2. Aliran Uang Kartal Keluar (Outflow) 100%
2.00
450%
1.80
Outflow
400%
1.60
Y.O.Y
350% 300%
1.40
50%
1.50
250%
1.20
200%
1.00
0%
1.00
150%
0.80
100%
0.60
Triliun Rp
‐100%
‐ 1
2
3 2008
4
1
2
3 2009
4
1
2 2010
50%
0.40
0%
0.20
‐50%
Triliun Rp
‐50%
0.50
‐
‐100% 1
2
3
4
1
2
2008
3 2009
4
1
2 2010
Peningkatan konsumsi pada triwulan laporan relatif tercermin dari transaksi inflow dan outflow ini. Sejalan dengan pertumbuhan ekonomi yang didorong oleh konsumsi dan meningkatnya laju inflasi tahunan pada triwulan laporan, aliran uang kartal keluar (outflow) menunjukkan perkembangan yang sama. Aliran uang kartal keluar (outflow) dari KBI Makassar pada triwulan laporan tercatat meningkat sebesar 17,5% (yoy) menjadi 45,9% (yoy). Tingginya outflow pada triwulan laporan yang tercatat sebesar Rp1,26 triliun relatif didorong oleh kebutuhan konsumsi yang cenderung meningkat pada triwulan ini. Selain faktor musiman, pelaksanaan pilkada pada 10 kabupaten di akhir triwulan laporan juga menjadi salah satu pendorong peningkatan outflow ini. Pelaksanaan pilkada tersebut yang relatif menyebabkan pertumbuhan outflow pada triwulan laporan tercatat lebih tinggi dibandingkan outflow pada triwulan II-2009 yang sebesar -52,67% (yoy). Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan II - 2010
47
Kondisi yang berlawanan terjadi pada aliran uang masuk (inflow) ke KBI Makassar. Meningkatnya konsumsi masyarakat dan realisasi proyek-proyek pada triwulan II-2010 menyebabkan terjadinya penurunan inflow tersebut. Inflow pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp0,61 triliun, atau tumbuh -30,0% (yoy), sementara pada triwulan I-2010 tercatat tumbuh -17,4%. Kondisi tersebut relatif menggambarkan pergerakan perekonomian yang menunjukkan peningkatan. Pelaksanaan pilkada juga menjadi salah satu pendorong menurunnya inflow pada triwulan ini. Kebutuhan uang tunai untuk kegiatan kampanye dan pelaksanaan pilkada menyebabkan inflow menjadi menurun cukup besar. Sehingga kondisi tersebut menyebabkan pertumbuhan inflow pada triwulan laporan tercatat lebih rendah dibandingkan triwulan II-2009.
4.2. Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) Jumlah nominal kondisi uang tidak layak edar pada triwulan II-2010 tercatat mengalami penurunan. PTTB pada triwulan II-2010 tercatat sebesar Rp0,69 triliun, sementara PTTB pada triwulan I-2010 tercatat sebesar Rp1,04 triliun. Dari rasio PTTB terhadap inflow pada triwulan laporan tercatat sebesar 113,6% lebih tinggi dibandingkan triwulan I-2010 yang sebesar 56,2%. Hal ini karena kegiatan PTTB pada triwulan laporan ini terdapat tambahan kegiatan PTTB yang belum terselesaikan pada triwulan I-2010. Sementara meningkatnya kegiatan perekonomian pada triwulan laporan ini diperkirakan akan tercermin dari sisi PTTB pada triwulan III-2010, terutama karena pelaksanaan pilkada pada akhir triwulan laporan.
Grafik 4.3. Pemberian Tanda Tidak Berharga dan Inflow 800%
Inflow
700%
PTTB
2.0 1.5
600%
PTTB/Inflow
500%
yoy PTTB
400% 300%
1.0
200% 100%
0.5
0%
‐100% 0.0
‐200% 1
2
3 2008
48
PTTB / Inflow
Inflow & PTTB (Triliun Rp)
2.5
Triwulan II - 2010
4
1
2
3 2009
4
1
2 2010
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
4.3. Perkembangan Uang Palsu yang Ditemukan Pada triwulan laporan, jumlah
Grafik 4.4. Proporsi Jumlah Lembar Uang Palsu Berdasarkan Pecahan Triwulan II-2010
temuan uang rupiah palsu tercatat sedikit
mengalami
peningkatan
dibandingkan triwulan sebelumnya.
50,000 45.9%
Pada triwulan II-2010, jumlah uang palsu
yang
ditemukan
20,000 3.0%
sebesar
10,000 1.5%
Rp19,07 juta, dari Rp19,05 juta pada
5,000 1.5%
triwulan I-2010. Berdasarkan jenis pecahan, ditemukan pecahan uang
2,000 0.7%
100,000 47.4%
kertas Rp100.000,- dan Rp50.000,yang menjadi pecahan uang yang
paling banyak dipalsukan yakni masing-masing sebanyak 127 lembar dan 123 lembar, dengan komposisi masing-masing sebesar 47,7% dan 45,9% dari total lembar temuan uang palsu. Selain itu, ditemukan juga uang palsu dengan pecahan kecil yaitu Rp2.000,- sebanyak 2 lembar.
Tabel 4.1. Perkembangan Temuan Uang Palsu di Wilker KBI Makassar Triwulan II-2010 Periode
Pecahan 100,000 50,000 20,000 10,000 5,000 2,000 1,000
Total
Trw IV‐2008
62
123
11
5
2
0
0
203
Trw I‐2009
44
116
9
4
2
0
0
175
Trw II‐2009
58
87
11
4
1
0
1
162
Trw III‐2009
103
277
8
8
19
0
0
415
Trw IV‐2009
139
251
16
3
24
0
0
433
Trw I‐2010
97
181
13
3
2
0
0
296
Trw II‐2010 127 Sumber : Bank Indonesia
123
8
4
4
2
0
268
4.4. Perkembangan Kliring dan RTGS 4.4.1. Perkembangan RTGS Perkembangan transaksi transfer keluar via RTGS (outgoing) pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp12,6 triliun atau meningkat sebesar 8,5% (yoy), sedangkan pada triwulan I-2010 tercatat sebesar Rp11,9 triliun dan pada triwulan II-2009 sebesar Rp11,6 triliun. Meningkatnya nominal outgoing pada triwulan laporan dibandingkan triwulan I-2010 maupun triwulan II-2009 relatif menunjukkan peningkatan aktifitas perekonomian, yang salah satunya diperkirakan didorong oleh pembayaran keperluan kampanye dan pelaksanaan pilkada, seperti spanduk, baliho, kaos dan lain-lain. Dimana komoditas dimaksud harus didatangkan dari luar daerah. Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan II - 2010
49
Peningkatan nominal transaksi tranfer masuk via RTGS (incoming) terjadi pada triwulan laporan. Nominal incoming pada triwulan II-2010 tercatat sebesar Rp22,7 triliun, sementara pada triwulan I-2010 tercatat sebesar Rp18,0 triliun. Peningkatan transaksi ini, selain karena faktor musiman (tahun ajaran baru/liburan sekolah), juga diperkirakan karena pelaksanaan Pilkada.
Grafik 4.5. Transaksi RTGS - Incoming Incoming
90%
16
Outgoing
100%
Y.O.Y
80%
14
Y.O.Y
80%
20
70% 60%
15
50% 40%
10 5
Triliun Rp
‐ 1
2
3
4
1
2008
2
3 2009
4
1
2 2010
12
60%
10
40%
8
30%
6
20%
4
10%
2
0%
‐ Triliun Rp
25
Grafik 4.6. Transaksi RTGS - Outgoing
20% 0% ‐20% ‐40% 1
2
3 2008
4
1
2
3 2009
4
1
2 2010
Secara netto, transaksi pembayaran via RTGS di Sulsel tercatat masih mengalami net inflow yaitu sebesar Rp10 triliun, yang tumbuh sebesar 39,0% (yoy). Apabila dibandingkan dengan net inflow triwulan I-2010 dan triwulan II-2009, net inflow pada triwulan II-2010 tercatat lebih tinggi dibandingkan net inflow kedua triwulan dimaksud. Net inflow pada triwulan I-2010 tercatat sebesar Rp6,1 triliun, sementara net inflow triwulan II-2009 tercatat sebesar Rp7,2 triliun.
4.4.2. Perkembangan Kliring Secara nominal perputaran kliring pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp7,3 triliun, atau tumbuh sebesar 6,29% (yoy). Pertumbuhan tersebut tercatat lebih rendah dibandingkan triwulan I-2010 yang sebesar Rp7,2 triliun, atau tumbuh sebesar 10,63% (yoy). Meksipun dari sisi pertumbuhan mengalami perlambatan, namun secara nominal perputaran kliring
mengalami peningkatan. Peningkatan ini, selain karena faktor
musiman (tahun
ajaran baru/liburan sekolah), juga relaitf disebabkan oleh keperluan kegiatan kampanye dan pelaksanaan pilkada. Sementara dari sisi rata-rata harian, nilai nominal perputaran kliring tercatat relatif tetap. Rata-rata harian nilai nominal perputaran kliring pada triwulan II-2010 tercatat sebesar Rp118,2 miliar, relatif sama apabila dibanding triwulan I-2010 yang sebesar Rp118,4 miliar. Di lihat dari rasio penolakan warkat (Cek/BG) kosong pada triwulan laporan, secara nominal tercatat mengalami peningkatan, yaitu dari sebesar 2,3% pada triwulan I-2010 menjadi
50
Triwulan II - 2010
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
sebesar 2,6% pada triwulan laporan. Namun dari jumlah lembar, rasio rata-rata warkat yang ditolak relatif tetap yaitu sebesar 2,3%.
2010
2009
2008
Periode
Tabel 4.2. Perputaran Kliring dan Cek/BG Kosong Nisbah Rata‐rata Rata‐rata Harian Total Perputaran Kliring Penolakan Cek/ BG Perputaran Kliring Nominal Lembar Nominal Lembar Nominal Lembar
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
(Miliar Rp)
(Ribuan)
(Miliar Rp)
(Ribuan)
(%)
(%)
6,347.0 7,291.2 7,875.5 7,304.5 6,543.4 6,894.5 7,362.1 7,460.4 7,239.1 7,328.3
3.0 262.5 270.9 251.7 242.2 258.4 262.3 263.6 253.5 259.8
105.8 121.5 125.0 121.7 110.9 111.2 120.7 118.4 118.7 118.2
3.9 4.4 4.3 4.2 4.1 4.2 4.3 4.2 4.2 4.2
0.9 0.9 1.1 1.3 1.7 2.0 2.7 2.9 2.3 2.6
2.0 0.9 1.0 1.2 1.7 1.6 2.3 2.2 2.3 2.3
Sumber : BI‐RTGS
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan II - 2010
51
Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank
Bab 5
Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
Daya serap perkembangan pertumbuhan ekonomi Sulsel selama tahun 2010 terhadap angkatan kerja semakin membaik, terutama pada semester I-2010. Sehingga Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Sulsel tercatat mengalami penurunan yaitu sebesar 0,76% yaitu dari 8,7% pada Februari 2009 menjadi 7,9% pada Februari 2010. Tingkat kesejahteraan petani Sulsel pada triwulan laporan meskipun menunjukkan perlambatan pertumbuhan namun masih mengalami perkembangan positif. Rata-rata pertumbuhan NTP Sulsel pada triwulan II-2010 tercatat tumbuh sebesar 1,4% (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan NTP pada triwulan I-2010 yang sebesar 2,6% (yoy).
5.1. Ketenagakerjaan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) pada Februari 2010 mengalami peningkatan. Pada bulan Februari 2010, jumlah angkatan kerja tercatat naik sebesar 1,9% dari 3,49 juta orang pada Februari 2009 menjadi 3,56 juta orang. Dengan pertumbuhan tersebut, Tabel 5.1 Penduduk Usia 15 + Menurut Kegiatan Utama
TPAK
sedikit
mengalami peningkatan, yaitu dari 60,3% pada Februari 2009 menjadi 62,2% pada Februari 2010.
Sehingga
daya
serap
pembangunan ekonomi Sulsel selama tahun 2009 terhadap angkatan kerja naik dari 91,3% pada Februari 2009 menjadi 92,0% pada Februari 2010, atau daya serapnya bertambah 0,7%. Sementara dari sisi Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Sulsel tercatat mengalami penurunan yaitu sebesar 0,76% yaitu dari 8,7% pada Februari 2009 menjadi 7,9% pada Februari 2010. Kondisi ini relatif dampak dari pertumbuhan ekonomi Sulsel pada tahun 2009 terhadap penyerapan tenaga kerja masih relatif kecil. Hal ini dimungkinkan karena pertumbuhan ekonomi Sulsel pada tahun 2009 mengalami perlambatan, yaitu dari 7,7% pada tahun 2008 menjadi 6,2% pada tahun 2009 karena pengaruh krisis global. Sehingga dunia usaha cenderung tidak terdapat penambahan tenaga kerja untuk ekspansi usaha.
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan II - 2010
53
Sementara TPT pada Februari 2009 dibandingkan Februari 2008 mengalami penurunan sebesar 1,75%. Dari sisi lapangan pekerjaan utama, untuk periode Februari 2009 dan Februari 2010 komposisi tenaga kerja di sektor pertanian makin mengecil, sementara komposisi tenaga kerja di sektor non pertanian bertambah besar, terutama pada sektor jasa dan sektor industri. Pangsa jumlah tenaga kerja yang bekerja di sektor pertanian pada Februari 2010 tercatat sebesar 49,4%, sementara pada Februari 2009 tercatat sebesar 50,1%. Sedangkan pangsa jumlah tenaga kerja yang bekerja di sektor jasa dan sektor industri meningkat masing-masing menjadi sebesar 12,4% dan 6,1% pada Februari 2010. Sementara pada Februari 2009, komposisi tenaga kerja untuk sektor jasa dan sektor industri masing-masing sebesar 10,9% dan 5,1%. Peningkatan pertumbuhan dan produktifitas di sektor pertanian relatif kurang menarik minat tenaga kerja yang adan. Hal tersebut dimungkinkan karena tingkat pendapatan sektor pertanian yang bersifat musiman dan pengaruh tingkat harga produk hasil pertanian yang relatif kurang menguntungkan.
Grafik 5.1. Persentase Penduduk Usia 15 + yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama Februari 2009 Angkutan /Komuni kasi 6.0%
Jasa 10.9%
Februari 2010 Lainnya *) 2.1%
2.3% 12.4% 5.3%
Perdagan gan 19.6%
Konstruk si 5.5%
49.4%
Pertania n 50.7%
19.0%
5.4% 6.1%
Industri 5.1%
Sumber : BPS
5.2. Kesejahteraan 5.2.1. Nilai Tukar Petani Perbaikan daya beli masyarakat relatif mengalami perlambatan pertumbuhan pada triwulan laporan. Musim panen pada subsektor tanaman bahan makanan dan perkebunan diperkirakan masih kurang memberikan tambahan kesejahteraan bagi petani. Kondisi
54
Triwulan II - 2010
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
tersebut relatif tercermin dari perlambatan pertumbuhan Nilai Tukar Petani (NTP) Sulsel pada triwulan laporan. Tingkat kesejahteraan petani Sulsel pada triwulan laporan meskipun menunjukkan perlambatan pertumbuhan namun masih mengalami perkembangan positif. Rata-rata pertumbuhan NTP Sulsel pada triwulan II-2010 tercatat tumbuh sebesar 1,4% (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan NTP pada triwulan I-2010 yang sebesar 2,6% (yoy). Kondisi ini diperkirakan karena pengaruh kondisi cuaca yang kurang kondusif (curah hujan yang cukup tinggi) relatif mempengaruhi kualitas produk pertanian, meskipun dari segi volume mengalami peningkatan sehubungan dengan masa panen. Sehingga kecenderungan kenaikan harga produk pertanian selama triwulan (misalnya pada beras dan sayur-sayuran) relatif kurang bisa memberikan tambahan pendapatan bagi petani. Hal tersebut tampak dari perlambatan pertumbuhan ‘Indeks yang Diterima Petani’ yang cukup tajam, yaitu dari triwulan I-2010 yang tercatat sebesar 13,1% (yoy) menjadi sebesar 5,2% pada triwulan laporan. Pertumbuhan yang masih positif pada ‘Indeks yang Diterima Petani’ diperkirakan didorong oleh subsektor perkebunan (kakao), yang juga mengalami panen raya pada triwulan laporan dan tingkat harga komoditi yang cukup tinggi.
Grafik 5.3 Perkembangan Rata-rata Indeks Yang Diterima Petani
Grafik 5.2 Perkembangan Rata-rata Nilai Tukar Petani 10%
130
8%
125
6%
120
4%
115
2%
110
97
0%
105
96
‐2%
100
103
NTP
y.o.y
102
Indeks Yang Diterima Petani
16%
y.o.y
14% 12%
101
10%
100
8%
99 98
6% 4%
1
Smb : BPS
2
3 2008
4
1
2
3 2009
4
1
0% 1
2 2010
2%
2
Smb : BPS
3
4
1
2
2008
3
4
1
2009
2 2010
Grafik 5.4 Perkembangan Rata-rata Indeks Yang Dibayar Petani 140
Indeks Yang Dibayar Petani
30%
y.o.y
120
25%
100
20%
80 15% 60 10%
40
5%
20 ‐
0% 1
Smb : BPS
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
2
3 2008
4
1
2
3 2009
4
1
2 2010
Triwulan II - 2010
55
Untuk ‘Indeks yang Dibayar Petani’ juga menunjukkan perlambatan pertumbuhan, yaitu dari 4,6% (yoy) pada triwulan I-2010 menjadi 3,8% pada triwulan laporan. Perlambatan pertumbuhan indeks tersebut relatif tertahan sehubungan dengan adanya program subsidi pupuk dari pemerintah dan relatif terkendalinya tingkat inflasi selama triwulan laporan. Sehingga tekanan harga terhadap konsumsi petani relatif berkurang.
5.2.2. Jumlah Penduduk Miskin Jumlah penduduk miskin di Sulsel per Maret 2010 tercatat sebesar 11,6% dari jumlah penduduknya atau sebesar 913,4 ribu orang. Dari jumlah tersebut, 13,1% berada di daerah perkotaan sedangkan sisanya berada di daerah pedesaan. Persentase pangsa jumlah penduduk miskin di perkotaan tersebut relatif tetap dibanding Maret 2009 yang tercatat sebesar 12,9% dari jumlah penduduk miskin pada tahun tersebut. Dari sisi jumlah, jumlah penduduk miskin di Sulsel mengalami penurunan, yaitu dari 963,6 ribu per Maret 2009 menjadi 913,4 ribu pada Maret 2010, atau menurun 5,2%, sementara pada tahun 2009 turun sebesar 6,6%. Penurunan jumlah penduduk miskin Grafik 5.5. Jumlah Penduduk Miskin Sulsel
794,1 ribu orang. Jumlah tersebut relatif masih cukup besar, yaitu sekitar 10,1% dari total penduduk
1000
13.33%
800 600
200
miskin juga terjadi di perkotaan yang
0 Sumber : BPS
13.5% 13.0% 12.5%
12.31%
400
Sulsel. Penurunan jumlah penduduk
tercatat sebesar -4,3% yaitu dari
Jml Pendd Miskin Desa Jml Pendd Miskin Kota % Total Pendd Miskin
1200
11.60%
880.9
orang pada Maret 2009 menjadi
930.3
tercatat -5,3%, yaitu dari 839,1 ribu
12.0% 11.5%
794.3
tertinggi terjadi di pedesaan, yang
152.8
150.8
119.2
2008
2009
2010
11.0% 10.5%
124,5 ribu orang menjadi 119,2 ribu orang. Jumlah penduduk miskin perkotaan tersebut merupakan 1,5% dari total penduduk Sulsel. Terkonsentrasinya jumlah penduduk miskin di pedesaan tersebut perlu mendapatkan perhatian tersendiri, mengingat sektor unggulan ekonomi Sulsel masih terletak pada sektor pertanian, dimana penduduk pedesaan sebagian besar mata pencahariannya adalah petani. Apabila dibandingkan dengan provinsi se-Sulampua, persentase jumlah penduduk miskin di Sulsel masih tercatat pada urutan ketiga terendah setelah provinsi Sulawesi Utara (9,1%) dan Maluku Utara (9,4%). Urutan provinsi Sulut dan Malut tersebut juga tidak mengalami perubahan dibandingkan kondisi pada Maret 2009. Sedangkan persentase jumlah penduduk miskin tertinggi di Sulampua tercatat sebesar 36,8% masih terdapat di provinsi Papua. Jumlah penduduk miskin se-Sulampua tersebut tercatat sebesar 1,65% dari
56
Triwulan II - 2010
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
total penduduk Indonesia, sementara pada Maret 2009 tercatat sebesar 1,73% dari total penduduk Indonesia.
Grafik 5.6. Persentase Jumlah Penduduk Miskin se-Sulampua per Maret 2009 100%
40
34.88
90%
35
76.14
91.50
96.56
% Total Penddk Miskin
94.46
70%
88.59
63.05
80%
Kota
86.95
Desa
27.74
30
36.95
50% 40%
18.07
96.26
23.18
91.61
90.40
25
60%
20
17.05
23.86
15
30%
13.58 10
3.71
8.39
8.50
3.33
10%
9.60
9.42
6.03
20%
13.05
11.60 9.10
11.41
Sumber : BPS, diolah
36.80
Irjabar
Papua
5
% 0
0% Sulut
Sulteng
Sulsel
Sultra
Gor
Sulbar
Maluku
Malut
5.3. Survei Berdasarkan hasil Survei Konsumen, pada triwulan laporan rata-rata ‘Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja Saat Ini’ (IKLK) juga menunjukkan perkembangan yang sama dengan perkembangan tolok ukur kesejahteraan lainnya (NTP dan kemiskinan). Rata-rata IKLK pada triwulan laporan tercatat tumbuh sebesar 0,8% (yoy), sementara pada triwulan I2010 tumbuh sebesar 18,9%. Perlambatan pertumbuhan indeks ini relatif sejalan dengan perlambatan pertumbuhan kinerja investasi (pertumbuhan perekonomian Sulsel) sehubungan dengan melambatnya realisasi proyek-proyek pemerintah dibandingkan triwulan II-2009 serta ketersediaan lapangan kerja baru yang masih minim.
Grafik 5.8. Indeks Penghasilan Saat Ini Dibandingkan 6 Bulan Lalu
Grafik 5.7. Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja Saat Ini 120
Ketersediaan lap kerja saat ini
30%
y.o.y
25%
100
20%
80
15% 10%
60
5% 0%
40
‐5%
20
‐10% ‐15%
0 1
2
3 2008
4
1
2
3 2009
4
1
2 2010
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
138 136 134 132 130 128 126 124 122 120 118 116
Penghasilan saat ini dibanding 6 bln yl
8%
y.o.y
6% 4% 2% 0% ‐2% ‐4% ‐6% ‐8% ‐10%
1
2
3 2008
4
1
2
3 2009
4
1
2 2010
Triwulan II - 2010
57
Sejalan dengan perkembangan ‘Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja Saat Ini’, ratarata ‘Indeks Penghasilan Saat Ini Dibanding 6 bulan lalu’ (IPD6) juga mengalami perlambatan pertumbuhan, yaitu dari 2,1% (yoy) pada triwulan I-2010 menjadi kontraksi sebesar 8,8%.
58
Triwulan II - 2010
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Bab 6
Keuangan Daerah
Pada triwulan II-2010, sebagaimana diuraikan dalam perkembangan kondisi ekonomi (Bab I), bahwa kinerja konsumsi mempunyai sumbangan tertinggi dalam pertumbuhan ekonomi di Sulawesi Selatan. Dari sumbangan konsumsi sebesar 4,54% (yoy), sumbangan konsumsi pemerintah hanya mencapai 0,87% sementara konsumsi rumah tangga mencapai 3,67%. Sumbangan konsumsi pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi Sulsel tersebut relatif lebih besar jika dibandingkan dengan triwulan I-2010 yang tercatat memberikan sumbangan sebesar 0,64%. Perkembangan konsumsi pemerintah tersebut tercermin dari realisasi Anggaran Belanja Pemerintah Daerah Provinsi Sulsel. Pada triwulan laporan, realisasi belanja pemerintah daerah Provinsi Sulsel telah terealisasi sebesar 31,83%. Selanjutnya performance Keuangan Pemerintah Daerah pada Semester I-2010 tercermin dalam tabel dibawah : Tabel 6.1. Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Sampai Dengan Semester I-2010 (Milyar Rupiah) s/d Semester I‐2010
NO.
U R A I A N
ANGGARAN
REALISASI
% REALISASI
PENDAPATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH ‐ Pendapatan Pajak Daerah ‐ Pendapatan Retribusi Daerah ‐ Bagian Laba Hasil Daerah ‐ Lain‐lain PAD yang Sah PENDAPATAN TRANSFER Dana Perimbangan ‐ Dana Bagi Hasil Pjk dan Bukan Pjk ‐ DAU ‐ DAK Transfer Pemerintah Pusat‐Lainnya Lain‐lain Pendapatan yang Sah JUMLAH PENDAPATAN
1,430.08 1,222.80 113.55 59.61 34.12 954.63 954.63 219.12 706.28 29.24 ‐ 58.97 2,443.68
735.30 617.77 45.30 51.05 21.18 508.76 508.76 87.96 411.99 8.81 ‐ 0.62 1,244.68
2. 2.1. 2.2. 2.3.
BELANJA BELANJA OPERASI BELANJA MODAL BELANJA TIDAK TERDUGA JUMLAH BELANJA
1,662.02 274.10 15.00 1,951.12
590.08 30.42 0.60 621.10
51.42% 50.52% 39.90% 85.64% 62.07% 53.29% 53.29% 40.14% 58.33% 30.13% 0.00% 1.04% 50.93% 35.50% 11.10% 3.97% 31.83%
2.4.
TRANSFER
554.39
146.53
492.56
623.58
1. 1.1.
1.2.
1.3.
SURPLUS / (DEFISIT) Sumber : Pemprov Sulsel Ket : Angka Sementara
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
26.43% 126.60%
Triwulan II - 2010
59
Realisasi anggaran pendapatan daerah sampai dengan Semester I-2010 tercatat hampir mencapai target 50% dari total target pendapatan, yaitu sebesar 50,9% atau mencapai Rp1,244.68 milyar. Target pendapatan 2010 ini diperkirakan dapat tercapai lebih dari 100% mengingat pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan yang cenderung lebih tinggi dibandingkan tahun 2009. Dari komponen pendapatan, realisasi “Pendapatan Transfer” telah mencapai 53,3%, terutama pada sub komponen “Dana Alokasi Umum” (DAU) yang telah mencapai 58,3%. Sementara realisasi komponen “Pendapatan Asli Daerah” baru mencapai 51,4%, terutama pada sub komponen “Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah” dan “Pendapatan Pajak Daerah” yang masing-masing telah mencapai 62,1% dan 50,5%. Realisasi pada sub komponen “Pendapatan Pajak Daerah” tersebut relatif menggambarkan kinerja konsumsi rumah tangga (PDRB), mengingat objek penerimaan dari “Pendapatan Pajak Daerah” tersebut antara lain adalah pajak dan bea balik nama kendaraan bermotor. Dari sisi anggaran belanja daerah, sampai dengan semester I-2010, realisasinya baru mencapai 31,8%. Realisasi terbesar terjadi pada pos ‘Belanja Operasi’ yang sebesar 35,5%, diikuti oleh pos ‘Belanja Modal’ (11,1%). Kecenderungan peningkatan yang signifikan pada realisasi pos “Belanja Operasi” tersebut relatif sejalan dengan naiknya pertumbuhan kinerja konsumsi pemerintah (PDRB) pada triwulan laporan jika dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal yang serupa juga terjadi pada realisasi pos “Belanja Modal” yang relatif sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan kinerja investasi (PDRB) pada triwulan laporan dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu sebesar 13.77% (y.o.y). Realisasi ‘Belanja Operasi’ tersebut sendiri lebih banyak dipergunakan untuk Belanja Hibah yang telah terealisasi sebesar 39,8% dan untuk Belanja Pegawai yang telah terealisasi sebesar 37,9%. Sementara untuk ‘Belanja Modal’, realisasi masih terdapat pada pos ’Belanja Peralatan dan Mesin’ yang tercatat sebesar 16,69% dan pos ’Belanja Aset Lainnya’ yang terealisasi sebesar 6,36%.
60
Triwulan II - 2010
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Bab7
Outlook Kondisi Ekonomi dan Inflasi
Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan di triwulan III-2010 diperkirakan akan relatif meningkat jika dibandingkan dengan triwulan II-2010. Hal tersebut diperkirakan terjadi karena perkembangan ekonomi global dan domestik yang membaik selama triwulan II/2010 tersebut, diperkirakan akan terus berlanjut hingga akhir tahun 2010. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2010 diperkirakan akan melampaui batas atas kisaran proyeksi 5,5%6,0%, kemudian akan mempengaruhi peningkatan pertumbuhan hingga tingkat regional, termasuk Sulawesi Selatan. Dorongan pertumbuhan dari sisi permintaan terjadi pada konsumsi, investasi dan ekspor. Sedangkan pada sisi penawaran, peningkatan pertumbuhan didorong oleh sektor industri, listrik-gas-air, pertambangan, angkutan-komunikasi dan perdagangan-hotel-restauran. Kemudian, laju inflasi tahunan diperkirakan akan cenderung mengalami peningkatan yang relatif besar. Tekanan inflasi diperkirakan terutama berasal dari dampak kenaikan TDL yang berimbas pada sisi supply, datangnya Ramadhan dan Idhul Fitri yang mendorong sisi permintaan, dan kenaikan harga-harga bahan makanan terkait dengan ketidakpastian musim. Tekanan inflasi diperkirakan terjadi karena semakin terbatasnya respon sisi penawaran terhadap peningkatan permintaan yang diperkirakan akan semakin meningkat.
7.1 Outlook Kondisi Makroregional Pada sisi permintaan, pertumbuhan Sulawesi Selatan triwulan III-2010 diperkirakan mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan pertumbuhan pada periode sebelumnya. Hal tersebut diperkirakan terjadi karena perkembangan ekonomi global dan domestik yang membaik selama triwulan II/2010 tersebut, kemudian akan terus berlanjut hingga akhir tahun 2010. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2010 diperkirakan akan cenderung menuju ke batas atas kisaran proyeksi 5,5%-6,0%, diperkirakan akan mempengaruhi peningkatan pertumbuhan hingga tingkat regional, termasuk Sulawesi Selatan. Pada triwulan mendatang, diperkirakan konsumsi masyarakat akan cenderung meningkat pertumbuhannya mengingat pada awal triwulan III-2010 sudah memasuki Tahun Ajaran Baru sehingga otomatis konsumsi rumah tangga yang terkait dengan biaya administrasi, pembelian perlatan dan perlengkapan sekolah meningkat. Selain itu, aktivitas pada bulan Ramadhan dan terkait dengan perayaan Idul Fitri yang jatuh pada triwulan III-2010, akan meningkatkan konsumsi
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan II - 2010
61
Rumah Tangga maupun Pemerintah. Peningkatan konsumsi masyarakat pada triwulan III2010 sejalan dengan hasil Survei Konsumen yang dilakukan oleh Bank Indonesia Makassar, dimana menunjukan kecenderungan ekspektasi masyarakat yang meningkat yang ditandai dengan kecenderungan kenaikan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK). IEK tersebut merupakan gabungan dari indeks ekspektasi masyarakat akan kondisi perekonomian 6 (enam) bulan yang akan datang, ekspektasi penghasilan 6 bulan mendatang dan ketersediaan lapangan kerja pada 6 bulan ke depan. Kemudian untuk investasi, pada triwulan II-2010 diprediksi akan relatif meningkat sejalan
dengan
peningkatan
realisasi
anggaran
Pemerintah
untuk
proyek-proyek
pembangunan yang cenderung lebih besar pada semester II. Selain itu, pada sisi eksporimpor juga diperkirakan terjadi peningkatan pertumbuhan net ekspor. Kenaikan ekspor diduga akan naik seiring dengan naiknya harga nikel internasional. Hal ini akan meningkatkan penjualan nikel di dunia sejalan dengan membaiknya perekonomian dunia yang kemudian mendorong pulihnya permintaan baja anti karat.
Grafik 7.1. Perkembangan Indeks Ekspektasi Konsumen 160
Indeks Ekspektasi Konsumen
140 120 100 80 60 40 20 0 2
3
4
1
2
3
2007
4
1
2
3
4
1
2008
2
3
2009
4
1
2*
2010
Pada sisi penawaran, peningkatan pertumbuhan didorong oleh sektor industri, listrik-gas-air,
pertambangan,
angkutan-komunikasi
dan
perdagangan-hotel-restauran.
Sektor industri pengolahan, khsususnya industri semen dan tepung terigu diperkirakan akan tumbuh lebih tinggi dari pada triwulan II-2010. Kebutuhan semen diperkirakan meningkat seiring dengan besarnya realisasi proyek pemerintah menginjak semester II-2010 sehingga terdapat kecenderungan mengejar target penyelesaian proyek. Selain itu, untuk industri tepung terigu, juga terdapat kecenderungan untuk terjadi peningkatan produksi sehubungan dengan moment Ramadhan dan Idul Fitri yang akan meningkatkan permintaan Rumah Tangga yang akan dipergunaan untuk membuat makanan/kue-kue.
62
Triwulan II - 2010
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Kemudian pada sektor listrik-gas-air, diduga akan terjadi kenaikan kinerja khususnya pada subsektor listrik jika dibandingkan dengan triwulan III-2010. Meski terjadi kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL) pada Juli 2010, namun seiring dengan dugaan meningkatnya akrivitas perekonmian di Sulsel pada triuwlan III-2010 maka kinerja sektor kelistrikan sebagai sektor penopang
sektor-sektor lain akan secara cenderung tumbuh searah. Selain itu, sektor
pertambangan diduga relatif akan tumbuh meningkat
sejalan dengan meningkatnya
permintaan baja di dunia sehingga berimbas pada permintaan nikel yang merupakan bahan dasar pembuatan baja dan hal ini dapat terlihat dari dengan meningkatnya harga nikel. Oleh sebab itu, maka diprediksi produksi nikel PT.Inco akan meningkat pada triwulan III-2010. Terakhir adalah proyeksi peningkatan pertumbuhan pada sektor angkutankomunikasi dan perdagangan-hotel-restauran yang cenderung berjalan seiringan. Pada triwulan mendatang, diperkirakan pergerakan sektor angkutan-komunikasi dan sub sektor perdagangan-hotel-retoran akan cenderung terdorong karena aktivitas di bulan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri. Khusus untuk sub sektor hotel, diproyeksikan akan banyak disebabkan oleh kegiatan MICE (Meeting Incentive Conference Event) diselenggarakan di Sulawesi Selatan terutama sebelum, pada saat dan setelah bulan Ramadhan. Hal tersebut, tercermin dari tingginya tingkat huian hotel sejak akhir triuwlan II-2010 dan kecenderungan yang meningkat pada triwulan berikutnya. Dengan mempertimbangkan kondisi tersebut di atas, maka perekonomian Sulsel pada triwulan mendatang diperkirakan tumbuh lebih tinggi dibandingkan triwulan II-2010 (9,21%; y.o.y). Perkiraan pertumbuhan ekonomi Sulsel pada triwulan III-2010 yaitu berada pada kisaran 9,7% + 0,5% (y.o.y).
7.2 Outlook Inflasi (6,4 +0,5%) Pada triwulan mendatang, laju inflasi tahunan diperkirakan akan cenderung mengalami peningkatan yang relatif besar. Sumber tekanan inflasi terutama berasal dari kenaikan inflasi kelompok makanan jadi dan bahan makanan. Hal ini terlihat dari beberapa komoditas utama seperti beras, gula, bumbu-bumbuan, daging ayam dan daging sapi. Keniakan harga-harga tersebut sudah terjadi sejak akhir triwulan II-2010 dan diduga masih terus berlanjut hingga triwulan III-2010, mengingat meningkatnya permintaan menjelang bulan Ramadhan dan perayaan Idul Fitri dan cenderung lambatnya respon supply barangbarang untuk sampai ke tangan konsumen akhir. Kenaikan harga-harga juga dipicu oleh naiknya TDL per 1 Juli 2010 yang kemudian berimbas pada harga barang-barang secara umum sebagai respon dari peningkatan biaya produksi.
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan II - 2010
63
Kombinasi sisi produksi yang menaikan harga sebagai akibat biaya produksi yang secara otomatis disesuaikan dan sisi permintaan yang meningkat yang disebabkan moment Ramadhan dan Idul Fitri, akan berdampak cukup signifikan pada pergerakan harga di triwulan III-2010. Pada kondisi ini peran pemerintah sangat diperlukan untuk mengantisipasi dan menindak kemungkinan terjadinya penimbunan karena dapat memicu kenaikan harga secara signifikan. Selain itu, tekanan inflasi juga berasal dari komoditas sandang, yang didorong oleh peningkatan harga komoditas emas internasional. Permintaan emas menjelang hari Raya Idul Fitri juga cenderung meningkat sehingga inflasi dari kelompok sandang diduga akan memberikan sumbangan pada peningkatan inflasi pada triwulan III-2010. Dengan mempertimbangkan berbagai faktor tersebut di atas, maka pada triwulan III2010 diperkirakan inflasi tahunan provinsi Sulsel akan lebih besar daripada triwulan sebelumnya, yaitu pada kisaran 6,4% ± 0.5% (y.o.y). Kecenderungan tersebut searah dengan Survei Konsumen (SK) bulan Maret yang dilakukan oleh Bank Indonesia, dimana Indeks Ekspektasi terhadap harga-harga dalam 3 bulan yang akan datang, yaitu sebesar 177.5 yang mengindikasikan bahwa persepsi responden SK akan harga akan cenderung meningkat pada triwulan mendatang. Grafik 7.2. Indeks Ekspektasi Terhadap Harga-harga dalam 3 bulan y.a.d 200
Indeks perubahan harga umum 3 bulan yad
180 160 140 120 100 80 60 40 20 0 1
2
3
4
1
2
2007
3
4
1
2008
2
3
4
2009
1
2 2010
Grafik 7.3. Perkembangan Laju Inflasi Tahunan Sulsel dan Proyeksinya 14
% Sumber : BPS, diolah y.o.y ‐ Sulsel
12
y.o.y ‐ Nas
10 8 6 4 2 0 1
2
3 2008
64
Triwulan II - 2010
4
1
2
3 2009
4
1
2*
3**
2010
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
7.3. Prospek Perbankan Kinerja perbankan di Sulsel pada triwulan III-2010 diduga masih tumbuh lebih baik jika dibandingkan triwulan II-2010 atau satu tahun sebelumnya. Pada triwulan II-2010, terlihat kinerja perbankan semakin membaik jika dibandingkan triwulan sebelumnya dan pada triwulan III-2010 perkembangan perbankan diprediksikan akan lebih baik lagi terutama dari sisi pertumbuhan kredit. Sejalan dengan meningkatnya prospek perkonomian Indonesia termasuk Sulawesi Selatan, maka antusiasme perbankan untuk menyalurkan kredit diduga akan meningkat pada triwulan III-2010. Disisi lain, penempatan dana pihak ketiga (DPK) ke perbankan diduga akan relatif stabil dengan sedikit kecenderugan menurun. Hal dimaksud dikarenakan proyeksi pengeluaran masyarakat yang cukup signifikan terkait dengan penenuhan kebutuhan pada masa Ramadhan dan Idul Fitri. Dugaan peningkatan kredit yang disalurkan dan kecenderungan melambatnya DPK, maka akan berdampak pada penigkatan Loan to Deposit Ratio (LDR). Ditambah lagi paket kebijakan yang ikelurkan BI pada tanggal 16 Juli 2010 telah diterima secara positif oleh pelaku pasar baik domestik maupun internasional, dimana hal tersebut tercermin dari nilai tukar Rupiah yang secara rata-rata cenderung menguat hingga yang disertai dengan volatilitas yang menurun hingga akhir triwulan II-2010. Selain itu, cadangan devisa Indonesia sampai dengan akhir triwulan II-2010 mencapai USD76,3 miliar. Kondisi tersebut diyakini akan semakin memperkuat manajemen moneter dan pendalaman pasar keuangan dan akhirnya berdampak pada keyakinan perbankan di seluruh Indonesia dalam menyalurkan kreditnya kepada masyarakat. Kemudian sejalan dengan membaiknya kondisi stabilitas keuangan domestik, meningkatnya pertumbuhan nasional dan regional maka diharapkan Non Performing Loan (NPL) akan cenderung menurun.
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan II - 2010
65