KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA TRIWULAN I TAHUN 2012
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Suhaedi : Kepala Perwakilan
Ferry F.F.M. Parera Eko Siswantoro Savetri Lihanara Farley Piga Jeany J. Legoh Dicky F. Tarigan Berthy L.M. Ruhukail Syamsul Bahri Teguh D. Prasetyo Curie Rantung
: Deputi Kepala Perwakilan : Kepala Tim Ekonomi Moneter : Kepala Tim Pengawasan Bank : Analis : Analis : Pengawas Bank : Pengawas Bank : Kepala Unit Layanan Nasabah dan Penyelenggara Kliring : Kepala Unit Operasional Kas : Kepala Unit Sumber Daya Manusia
Softcopy buku ini dapat di-download dari DIBI (Data dan Informasi Bisnis Indonesia) di website Bank Indonesia dengan alamat http://www.bi.go.id
Halaman ini sengaja dikosongkan
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA TRIWULAN I TAHUN 2012
Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, yang telah melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sulawesi Utara Triwulan I 2012 dapat selesai disusun dan dipublikasikan kepada stakeholders Bank Indonesia. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sulawesi Utara diterbitkan secara periodik setiap triwulan sebagai wujud peranan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara dalam memberikan informasi kepada stakeholders tentang perkembangan ekonomi Sulawesi Utara terkini serta prospeknya. Kami berharap informasi yang kami sajikan ini dapat menjadi salah satu referensi atau acuan dalam proses diskusi atau proses pengambilan kebijakan berbagai pihak terkait. Dalam proses penyusunan Kajian Ekonomi Regional ini, kami menggunakan data yang diperoleh dari berbagai pihak, yakni instansi di lingkungan Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara, Badan Pusat Statistik, pelaku usaha, laporan perbankan serta data hasil analisis intern Bank Indonesia dan sumber-sumber lain yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu. Untuk itu kepada para pihak tersebut, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dan semoga hubungan yang telah terjalin erat selama ini dapat ditingkatkan di masa yang akan datang. Kami juga menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam penyusunan kajian ini ataupun terdapat penyajian data yang kurang tepat, oleh karena itu kami senantiasa mengahapkan kritikan dan masukan membangun demi penyempurnaan di masa yang akan datang. Akhirnya besar harapan kami mudah-mudahan laporan triwulanan ini dapat bermanfaat bagi semua kalangan dalam memahani perekonomian Sulawesi Utara. Terima Kasih.
Manado,
Mei 2012
KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI UTARA ttd Suhaedi Direktur
iii
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA TRIWULAN I TAHUN 2012
Daftar Isi
iv
KATA PENGANTAR
halaman iii
DAFTAR ISI
halaman iv
RINGKASAN EKSEKUTIF
halaman 1
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO
halaman 11
Sisi Permintaan
halaman 11
Sisi Penawaran
halaman 19
PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
halaman 33
Inflasi Tahunan (yoy)
halaman 34
Inflasi Triwulanan (qtq)
halaman 34
Inflasi Bulanan (mtm)
halaman 35
FaktorFaktor-Faktor Yang Mempengaruhi Inflasi
halaman 37
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
halaman 43
Struktur Aset Perbankan Perbankan Sulawesi Utara
halaman 43
Perkembangan Kantor Bank
halaman 44
Perkembangan Bank Umum Konvensional
halaman 44
Stabilitas Sistem Perbankan
halaman 51
Perkembangan Perbankan Syariah
halaman 54
Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat
halaman 55
Boks 1 : Peran Bank Indonesia Dalam Mendorong Penyaluran Kredit Sektor Perikanan
halaman 57
PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
halaman 61
Dana Perimbangan di Sulawesi Utara
halaman 61
APBD di Tingkat Provinsi
halaman 63
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
halaman 69
Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai
halaman 69
Perkembangan Alat Pembayaran Non Tunai
halaman 73
KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
halaman 77
Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah
halaman 77
Perkembangan Kesejahteraan Masyarakat
halaman 80
PROSPEK PROSPEK PEREKONOMIAN
halaman 89
Prospek Ekonomi Makro
halaman 89
Prakiraan Inflasi
halaman 94
Prospek Perbankan
Halaman 98
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA TRIWULAN I TAHUN 2012
Daftar Istilah dan Singkatan
halaman 100
v
Halaman ini sengaja dikosongkan
RINGKASAN EKSEKUTIF
Halaman ini sengaja dikosongkan
RINGKASAN EKSEKUTIF
RINGKASAN EKSEKUTIF Perkembangan Makro Ekonomi Memasuki tahun 2012, kinerja perekonomian Sulawesi Utara mengalami pertumbuhan sebesar 7,46% (yoy)...
Memasuki tahun 2012, kinerja perekonomian Sulawesi Utara mengalami
pertumbuhan
sebesar
7,46%
(yoy),
meningkat
dibandingkan pertumbuhan pada yang sama tahun sebelumnya 6,99%
(yoy).
Berdasarkan
hasil
pemantauan
pada
indikator
pertumbuhan, sektor Bangunan menjadi salah satu penyumbang terbesar, hal ini ditandai dengan mulai berjalannya realisasi proyek fisik pemerintah dan beberapa proyek swasta khususnya di bidang properti. Kinerja sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) juga mengalami peningkatan seiring dengan kenaikan sumber pendapatan masyarakat seperti, kenaikan UMP dan rencana kenaikan gaji PNS sebesar 10%. Selain itu, dari sisi tingkat hunian hotel, perhelatan internasional
ASEAN Tourism Forum (ATF) juga mampu mendorong kinerja sektor PHR pada triwulan laporan. Sementara itu, sektor Pertanian juga masih tercatat sebagai salah satu sektor yang berkontribusi tinggi terhadap pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara pada triwulan laporan, ditandai dengan dimulainya masa panen di beberapa daerah sentra padi di Sulawesi Utara. Dari sisi permintaan, kegiatan perekonomian selama triwulan I 2012 terutama ditopang oleh aktivitas konsumsi, investasi dan membaiknya kinerja ekspor...
Dari sisi permintaan, kegiatan perekonomian selama triwulan I 2012 terutama ditopang oleh aktivitas konsumsi, investasi dan membaiknya kinerja ekspor. Kegiatan konsumsi, baik konsumsi swasta maupun pemerintah masih mengalami pertumbuhan positif. Pertumbuhan kinerja konsumsi diantaranya bersumber dari kenaikan pendapatan masyarakat seperti kenaikan UMP dan kenaikan gaji PNS sebesar 10% yang akan direalisasikan pada awal tahun juga turut berdampak terhadap peningkatan aktivitas konsumsi masyarakat. Pertumbuhan positif pada investasi didorong oleh aktivitas pembangunan baik yang bersumber dari realisasi proyek fisik pemerintah dan swasta serta masuknya beberapa investor asing ke Sulawesi Utara pada sektor industri pengolahan kelapa dan perikanan. Sementara itu, kinerja ekspor di triwulan I 2012 juga tercatat mengalami pertumbuhan positif yang ditandai dengan peningkatan ekspor komoditi unggulan Sulawesi Utara khususnya produk kelapa dan turunannya. 1
RINGKASAN EKSEKUTIF
Perkembangan Inflasi Daerah Inflasi Kota Manado pada Maret 2012 tercatat 0,95% (yoy), jauh lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu...
Inflasi Kota Manado pada Maret 2012 tercatat 0,95% (yoy), jauh lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, tercatat sebesar 6,89% (yoy) dan masih lebih rendah dibandingkan laju inflasi nasional yang tercatat sebesar 3,97% (yoy). Secara bulanan, tekanan inflasi Kota Manado sepanjang triwulan I-2012 menunjukkan tren peningkatan yang terutama dipengaruhi oleh pergerakan harga kelompok
bahan
makanan
karena
memburuknya
masyarakat dan faktor suplai. Pada Januari
ekspektasi
2012 Kota Manado
tercatat mengalami deflasi 0,13% (mtm), kemudian terakselerasi cukup tajam pada Februari 2012 sebesar 0,60% (mtm). Pada akhir triwulan I 2012 tekanan inflasi Kota Manado kembali mengalami peningkatan yang terutama didorong faktor berkurangnya suplai dan meningkatnya ekspektasi inflasi masyarakat seiring rencana kenaikan harga BBM bersubsidi pada awal April 2012, sehingga tercatat mengalami inflasi sebesar 1,12% (mtm). Secara akumulasi, tingkat inflasi Kota Manado sampai dengan Maret 2012 tercatat 1,59% (ytd), sedikit lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu, tercatat sebesar 1,31% (ytd) dan lebih tinggi dibandingkan dengan laju inflasi nasional yang sebesar 0,88% (ytd).. Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya, tekanan Inflasi secara tahunan terutama disumbangkan oleh kelompok inti...
Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya, tekanan Inflasi secara tahunan terutama disumbangkan oleh kelompok inti (core
inflation) dan kelompok administered price. Sementara itu, deflasi kelompok bahan makanan yang harganya bergejolak (volatile foods) sedikit tertahan, namun masih memberikan sumbangan yang negatif terhadap inflasi tahunan Kota Manado pada akhir triwulan I 2012. Perkembangan Perbankan Daerah
Kinerja perbankan pada triwulan I 2012 menunjukkan perkembangan cukup menggembirakan...
Kinerja perbankan pada triwulan I 2012 menunjukkan perkembangan cukup menggembirakan. Dari sisi penghimpunan dana, Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Pertumbuhan DPK terutama terjadi pada jenis deposito. Sementara itu, pertumbuhan aset sedikit tertahan sejalan dengan melambatnya laju pertumbuhan kredit pada triwulan I 2012. Namun demikian, fungsi intermediasi perbankan dan stabilitas
2
RINGKASAN EKSEKUTIF
sistem perbankan relatif terjaga. Loan to Deposit Ratio (LDR) perbankan di Sulawesi Utara berada pada level 110,96% di akhir triwulan I 2012. Beberapa aspek yang mencerminkan stabilitas sistem perbankan seperti aspek risiko kredit, risiko likuiditas, risiko pasar dan indikator lainnya relatif terkendali. Non Performing Loans (NPLs) relatif terjaga berada pada nilai dibawah batas ketentuan BI yaitu dibawah 5%. Secara umum, indikator kinerja bank umum syariah di Sulawesi Utara pada triwulan laporan mengalami pertumbuhan positif...
Secara umum, indikator kinerja bank umum syariah di Sulawesi Utara pada triwulan laporan mengalami
pertumbuhan positif. Total aset
bank umum syariah sampai dengan posisi Maret 2012 meningkat sebesar 37,12% (yoy), sejalan dengan pertumbuhan kredit sebesar 51,10%. Sementara itu, DPK tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 52,40% (yoy) pada triwulan laporan. Dengan kondisi tersebut,
Financing to Deposit Ratio (FDR) menjadi 190,57% pada triwulan I2012 Kinerja BPR Provinsi Sulawesi Utara pada triwulan I-2012 menunjukkan pertumbuhan positif yang tercermin dari pertumbuhan aset, DPK...
Kinerja BPR Provinsi Sulawesi Utara pada triwulan I-2012 menunjukkan pertumbuhan positif yang tercermin dari pertumbuhan aset, DPK dan kredit. Aset BPR pada Maret 2012 mengalami pertumbuhan sebesar 65,74% (yoy), menjadi Rp713,7 miliar yang terutama didorong oleh pertumbuhan kredit yang tercatat 56,76% (yoy) atau mencapai Rp505,5 miliar. Sejalan dengan hal tersebut, DPK juga mengalami pertumbuhan positif sebesar 52,80%(yoy) dengan jumlah nominal sebesar Rp471,3 miliar. Rasio LDR BPR tercatat sebesar 104,6% pada triwulan I-2012. Sejalan dengan membaiknya fungsi intermediasi, kualitas kredit BPR juga mengalami perbaikan seperti ditunjukkan oleh tren penurunan
persentase kredit bermasalah (NPL gross) hingga
tercatat sebesar 3,89% pada triwulan I-2012. Perkembangan Keuangan Daerah Kapasitas fiskal Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara meningkat dibandingkan tahun sebelumnya...
Kapasitas fiskal Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara meningkat dibandingkan tahun sebelumnya, kenaikan ini terutama berasal dari pendanaan transfer pemerintah pusat ke daerah (Dana Perimbangan). Target Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Tahun 2012 tercatat mengalami peningkatan dibandingkan tahun lalu yakni sebesar Rp1,72 triliun atau naik sebesar 36,32% (yoy). Hingga akhir triwulan I 2012 3
RINGKASAN EKSEKUTIF
realisasi pendapatan Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara baru mencapai Rp504,26 miliar (29,36%). Di sisi belanja, Provinsi Sulawesi Utara menganggarkan dana yang cukup besar. Alokasi belanja Provinsi Sulawesi Utara adalah sebesar Rp1,82 triliun atau meningkat 40,07% dari tahun sebelumnya. Namun demikian, peningkatan alokasi belanja ini tidak diikuti dengan peningkatan realisasinya. Pada triwulan I 2012 realisasi belanja pemerintah tercatat hanya mencapai 12,31%, lebih rendah dibandingkan realisasi pada triwulan I 2011 (13,33%). Dengan melakukan identifikasi terhadap pos-pos belanja dalam APBD provinsi ke dalam 2 (dua) kegiatan utama berdasarkan tabel PDRB sisi permintaan, yaitu konsumsi pemerintah dan belanja modal diperoleh hasil bahwa realisasi konsumsi pemerintah memiliki pangsa sebesar 2,17% terhadap PDRB harga berlaku Provinsi Sulawesi Utara di triwulan I 2012, sedangkan realisasi belanja modal hanya memiliki pangsa sebesar 0,08%. Tingginya pangsa konsumsi pemerintah tercermin dari kinerja konsumsi dalam struktur perekonomian Sulawesi Utara memiliki kontribusi terbesar dalam PDRB. Perkembangan Sistem Pembayaran Perkembangan aliran uang kartal pada triwulan I 2012 di wilayah kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara menunjukkan terjadinya net inflow...
Perkembangan aliran uang kartal pada triwulan I 2012 di wilayah kerja Kantor
Perwakilan
Bank
Indonesia
Provinsi
Sulawesi
Utara
menunjukkan terjadinya net inflow sebesar Rp975,15 miliar. Jumlah tersebut mengalami peningkatan sebesar 63,92% dibandingkan dengan posisi yang sama
tahun lalu (yoy). Sejalan dengan
perkembangan sistem pembayaran tunai, perkembangan penyelesaian transaksi sistem pembayaran non tunai melalui Sistem Kliring NasionalBank Indonesia (SKN-BI) juga mengalami peningkatan, jumlah warkat yang dikliringkan sebanyak 86.147 lembar dengan nilai Rp2.151 miliar atau meningkat jumlahnya sebesar 6,47% (yoy). Demikian halnya juga dengan penyelesaian transaksi melaui Bank Indonesia Real Time Gross
Settlement (BI-RTGS) selama triwulan I 2012 (dari dan ke wilayah Sulawesi Utara) mencapai Rp2.723 miliar atau mengalami peningkatan nilai sebesar 0,39% (yoy). Peningkatan rata-rata jumlah nominal kliring dan RTGS tersebut semakin menegaskan bahwa perekonomian Sulawesi Utara mengalami pertumbuhan positif yang berkelanjutan.
4
RINGKASAN EKSEKUTIF
Kesejahteraan Masyarakat Seiring dengan membaiknya kondisi ekonomi domestik dan meningkatnya kapasitas perekonomian Sulawesi Utara, kondisi ketenagakerjaan di Sulawesi Utara terus menunjukkan perkembangan yang menggembirakan...
Seiring
dengan
meningkatnya
membaiknya
kondisi
ekonomi
domestik
dan
kapasitas perekonomian Sulawesi Utara, kondisi
ketenagakerjaan di Sulawesi Utara terus menunjukkan perkembangan yang menggembirakan, ditandai oleh membaiknya berbagai indikator ketenagakerjaan
pada
periode
laporan.
Tingkat
Pengangguran
Terbuka (TPT) Provinsi Sulawesi Utara secara konstan mengalami penurunan selama beberapa tahun terakhir. Searah dengan TPT yang direlease oleh BPS, hasil Survei Konsumen (SK) yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulawesi Utara menunjukkan masyarakat Sulawesi Utara masih optimis terhadap ketersediaan lapangan kerja yang ditunjukkan oleh berlanjutnya tren peningkatan indeks ketersediaan lapangan kerja pada periode laporan. Sejalan dengan hasil SK, hasil liaison yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulawesi Utara ke sejumlah perusahaan di Sulawesi Utara pada berbagai sektor, diperoleh informasi bahwa perusahaan tidak akan melakukan pengurangan tenaga kerja pada Sementara itu, tingkat kesejahteraan masyarakat di Sulawesi Utara juga diperkirakan terus meningkat...
tahun 2012. Sementara itu, tingkat kesejahteraan masyarakat di Sulawesi Utara juga diperkirakan terus meningkat. Kondisi ini ditandai oleh turunnya tingkat kemiskinan yang didukung oleh kenaikan Nilai Tukar Petani (NTP), indeks penghasilan dan ekspektasi penghasilan masyarakat Sulawesi Utara serta indeks pembelian barang tahan lama hasil Survei Konsumen Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara. Prospek Perekonomian
Memasuki pertengahan tahun 2012, perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan II 2012 diperkirakan tumbuh lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun 2011, yakni dalam kisaran ±7,39% (yoy)...
Memasuki pertengahan tahun 2012, perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan II 2012 diperkirakan tumbuh lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun 2011, yakni dalam kisaran ±7,39% (yoy). Beberapa faktor yang mendorong laju pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara pada triwulan II 2012 diantaranya adalah peningkatan sumber pendapatan masyarakat seperti realisasi gaji baru, pembayaran rapel, realisasi tunjangan tambahan penghasilan pegawai, serta realisasi dana tunjangan sertifikasi dan non-sertifikasi guru. Selain itu, pembangunan proyek pemerintah dan swasta khususnya bidang properti juga turut 5
RINGKASAN EKSEKUTIF
berkontribusi terhadap pencapaian pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara triwulan II 2012.
Dari sisi permintaan, potensi peningkatan
pertumbuhan ekonomi didorong oleh kegiatan konsumsi dan membaiknya kinerja investasi Sulawesi Utara. Sementara dari sisi penawaran, sektor PHR dan sektor bangunan diprediksi akan mengalami pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Sektor pertanian diperkirakan akan tumbuh positif seiring dengan datangnya musim panen di akhir Maret dan sepanjang April 2012. Pada triwulan II 2011, laju inflasi Kota Manado diperkirakan akan meningkat, yakni berada pada kisaran 5,39%±1% (yoy)....
Pada triwulan II 2011, laju inflasi Kota Manado diperkirakan akan meningkat, yakni berada pada kisaran 5,39%±1% (yoy). Dari sisi fundamental, tekanan inflasi relatif terjaga didukung oleh melandainya harga global komoditas internasional dan masih memadainya kapasitas produksi seiring dengan pertumbuhan investasi, ditengah peningkatan permintaan domestik. Namun demikian, terdapat faktor risiko internal dan eksternal yang dapat memberikan tekanan inflasi fundamental pada triwulan depan, diantaranya tren peningkatan harga minyak dunia dan tendensi kenaikan ekspektasi masyarakat Sulawesi Utara terkait beberapa kebijakan pemerintah di tahun 2012. Dari sisi non fundamental
tekanan
inflasi
volatile foods diperkirakan akan
meningkat sebagai faktor berkurangnya pasokan (akibat faktor anomali cuaca dan curah hujan yang tinggi) dan aktivitas
konsumsi.
Sementara
itu,
tekanan
meningkatnya
inflasi
kelompok
administered price pada triwulan II 2012 diperkirakan akan berada pada level moderat apabila tidak ada penyesuaian harga barang strategis oleh pemerintah. datangnya musim panen di akhir Maret dan sepanjang April 2012. Sejalan dengan membaiknya pertumbuhan ekonomi domestik, kinerja intermediasi perbankan di Sulawesi Utara pada tahun 2012 diperkirakan akan membaik)....
Sejalan dengan membaiknya pertumbuhan ekonomi domestik, kinerja intermediasi perbankan di Sulawesi Utara
pada
tahun 2012
diperkirakan akan membaik. Hasil rekapitulasi Rencana Bisnis Bank (RBB) 2012 menunjukkan optimisme perbankan Sulawesi Utara untuk terus meningkatkan pertumbuhan penyaluran kreditnya pada kisaran 36% (yoy). Untuk mencapai target tersebut, perbankan akan lebih fokus pada usaha-usaha yang merupakan potensi daerah dan melakukan peningkatan pelayanan serta perbaikan infrastruktur kredit.
6
RINGKASAN EKSEKUTIF
Berdasarkan jenis usahanya, estimasi pertumbuhan baki debit kredit terutama terjadi pada kredit menengah yang diperkirakan tumbuh pada kisaran 45% (yoy). Selanjutnya diikuti oleh pertumbuhan baki debit kredit kecil dan mikro yang diperkirakan tumbuh masing-masing sebesar 37% (yoy) dan 26% (yoy). Dari sisi penghimpunan dana, pertumbuhan yang ditargetkan perbankan di Sulawesi Utara mencapai sekitar 41% (yoy).
7
Halaman ini sengaja dikosongkan
BAB I
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO
Halaman ini sengaja dikosongkan
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO Memasuki tahun 2012, kinerja perekonomian Sulawesi Utara mengalami pertumbuhan sebesar 7,46% (yoy), meningkat dibandingkan pertumbuhan pada yang sama tahun sebelumnya 6,99% (yoy). Berdasarkan hasil pemantauan pada indikator pertumbuhan, sektor Bangunan menjadi salah satu penyumbang terbesar, hal ini ditandai dengan mulai berjalannya realisasi proyek fisik pemerintah dan beberapa proyek swasta khususnya di bidang properti. Kinerja sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) juga mengalami peningkatan seiring dengan kenaikan sumber pendapatan masyarakat seperti, kenaikan UMP dan rencana kenaikan gaji PNS sebesar 10%. Selain itu, dari sisi tingkat hunian hotel, perhelatan internasional ASEAN Tourism
Forum (ATF) juga mampu mendorong kinerja sektor PHR pada triwulan laporan. Sementara itu, sektor Pertanian juga masih tercatat sebagai salah satu sektor yang berkontribusi tinggi terhadap pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara pada triwulan laporan, ditandai dengan dimulainya masa panen di beberapa daerah sentra padi di Sulawesi Utara. Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Sulawesi Utara (yoy)
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
1.1 SISI PERMINTAAN Dari sisi permintaan, kegiatan perekonomian selama triwulan I 2012 terutama ditopang oleh aktivitas konsumsi, investasi dan membaiknya kinerja ekspor. Kegiatan konsumsi, baik konsumsi swasta maupun pemerintah masih mengalami pertumbuhan positif. Pertumbuhan kinerja konsumsi diantaranya bersumber dari kenaikan pendapatan masyarakat seperti kenaikan UMP dari Rp1.050 ribu pada tahun 2011 menjadi Rp1.250 ribu pada tahun 2012. Selain itu rencana kenaikan gaji PNS sebesar 10% yang akan direalisasikan pada awal tahun juga turut berdampak terhadap peningkatan aktivitas konsumsi masyarakat. Pertumbuhan positif pada investasi didorong oleh aktivitas pembangunan baik yang bersumber dari realisasi proyek fisik 11
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO
pemerintah dan swasta serta masuknya beberapa investor asing ke Sulawesi Utara pada sektor industri pengolahan kelapa dan perikanan. Sementara itu, kinerja ekspor di triwulan I 2012 juga tercatat mengalami pertumbuhan positif yang ditandai dengan peningkatan ekspor komoditi unggulan Sulawesi Utara khususnya produk kelapa dan turunannya. Tabel 1.1. Pertumbuhan Provinsi Sulawesi Utara Menurut Penggunaan (% yoy) Jenis Penggunaan
Q1 5.48 4.62 7.12 11.64 10.16 9.02 9.42 6.99
Konsumsi Konsumsi Swasta Konsumsi Pemerintah PMTB Stok Ekspor Impor PDRB
Sumb 3.78 2.09 1.69 2.51 0.10 4.36 3.77 6.99
Q2 6.92 6.06 8.58 13.90 1.48 -1.46 -1.75 7.14
2011 Sumb Q3 4.42 7.34 2.54 7.47 1.87 6.37 2.80 15.87 0.02 25.31 -0.75 -16.58 -0.65 -19.62 7.14 7.73
Sumb 4.47 3.09 1.37 3.73 0.42 -7.93 -7.04 7.73
Q4 8.13 8.21 8.00 16.73 18.79 6.19 10.95 8.30
Sumb 5.18 3.29 1.89 3.74 0.31 2.97 3.90 8.30
2011 6.58 6.65 6.46 14.67 14.95 -0.38 0.31 7.39
2012 Q1 Sumb 4.44 2.98 3.62 1.59 6.00 1.39 10.23 2.29 13.00 0.13 4.60 2.31 0.64 0.26 7.46 7.46
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara
1.1. 1.1.1 1.1 Konsumsi Grafik 1.2. Perkembangan Upah Minumin Provinsi Sulawesi
Kegiatan
konsumsi
selama
triwulan
I
2012
mengalami pertumbuhan positif sebesar 4,44% (yoy) dengan kontribusi sebesar 2,98% terhadap laju pertumbuhan ekonomi. Dibandingkan pencapaian periode yang sama tahun sebelumnya, maka kinerja kegiatan konsumsi selama triwulan laporan tercatat mengalami sedikit perlambatan. Namun demikian, kinerja konsumsi masih tercatat sebagai kontributor
Sumber: Disnakertrans Provinsi Sulawesi
utama pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara pada
Utara.
triwulan I 2012. Kenaikan yang terjadi pada beberapa sumber pendapatan masyarakat seperti kenaikan Upah Minumum Provinsi (UMP) dan realisasi kenaikan gaji PNS/TNI/Polri sebesar 10% telah berdampak terhadap peningkatan aktivitas konsumsi masyarakat. Kinerja
konsumsi
swasta
pada
triwulan
laporan salah satunya terindikasi
melalui
Grafik 1.3. Indeks Ekonomi Saat Ini
Indeks Ekonomi Saat Ini (IEK) berdasarkan hasil Survei Konsumen (SK) di Kota Manado pada triwulan I 2012. Sebagaimana terlihat pada grafik 1.3, pada akhir triwulan laporan (Maret 2012) IEK mencapai 130,83. Jika dilihat berdasarkan
komponennya,
optimisme
konsumen terhadap kondisi perekonomian
12
Sumber: Survei Konsumen (SK), Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara.
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO
saat ini tercermin dari positifnya nilai indeks seluruh komponen penyusun Indeks Ekonomi Saat Ini yang meliputi Indeks Penghasilan Saat Ini (125,5) , Indeks Pembelian Barang Tahan Lama/Durable Goods (113,5) serta Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja (153,5). Hal ini menunjukkan bahwa kondisi usaha yang semakin membaik berdampak terhadap penyerapan tenaga kerja yang lebih besar, yang selanjutnya mendorong kenaikan penghasilan masyarakat, dan naiknya konsumsi rumah tangga. Disamping
itu,
pertumbuhan
konsumsi
Grafik 1.4. Indeks Nilai Tukar Petani Per Sub-Sektor
selama triwulan laporan tidak lepas dari membaiknya daya beli petani seiring dengan meningkatnya harga komoditas dunia. Hal ini tercermin dari peningkatan Nilai Tukar Petani (NTP) pada triwulan I 2012 mencapai 102,73
atau
Peningkatan subsektor
tumbuh
1,08%
(yoy).
terutama
terjadi
pada
pangan
dan
tanaman
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara
perkebunan rakyat. Peningkatan subsektor tanaman pangan merupakan dampak dari peningkatan produksi padi khususnya di Kabupaten Bolaang Mongondow yang mengalami panen disebagian besar daerah sentra beras. Sementara itu, kenaikan subsektor tanaman perkebunan merupakan dampak dari tingginya permintaan ekspor kelapa dan turunannya sehingga ikut mendorong kenaikan harga komoditas tersebut. Sementara itu, sub sektor yang masih berada dibawah batas minimum sejahtera adalah perikanan sebagai dampak turunnya produksi perikanan karena faktor cuaca buruk. Dalam Indeks NTP yang ditunjukkan pada grafik 1.4., sepanjang tahun 2009 sampai akhir triwulan IV-2011 NTP Sulawesi Utara selalu berada dalam kategori sejahtera (indeks > 100). Indeks NTP digunakan sebagai salah satu indikator konsumsi karena berdasarkan komposisinya, sekitar 35% masyarakat di Sulawesi Utara bermata pencaharian bertani, sehingga tingkat kesejahteraan petani mampu memberikan dampak yang cukup signifikan terhadap aktivitas konsumsi rumah tangga. Selanjutnya, pertumbuhan positif kegiatan konsumsi selama triwulan laporan juga dapat dikonfirmasi melalui penjualan kendaraan roda empat di wilayah Kota Manado yang mengalami kenaikan sebagaimana data yang disajikan oleh salah satu dealer utama penjualan kendaraan roda dua di Kota Manado. Selama triwulan I 2012 penjualan kendaraan roda dua mengalami terus mengalami pertumbuhan positif hingga mencapai 8,05% (yoy) pada triwulan laporan. Adanya peningkatan penghasilan pada triwulan laporan direspon oleh masyarakat dengan melakukan pembelian barang dan jasa khususnya pembelian barang tahan lama. 13
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO
Sementara itu, data penyaluran kredit konsumsi oleh perbankan Sulawesi Utara tetap menunjukkan pertumbuhan positif, meskipun melambat apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Pada Maret 2012, kredit konsumsi yang berhasil disalurkan bank umum mencapai Rp8.363 miliar, atau tumbuh sebesar 13,24% (yoy), sedikit melambat apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat mengalami pertumbuhan 17,93% (yoy). Grafik 1.6. Perkembangan Kredit Konsumsi Bank Umum
Grafik 1.5. Perkembangan Penjualan Kendaraan Roda Empat
Sumber : Dealer utama penjualan kendaraan roda empat
Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara
Sejalan dengan pertumbuhan positif konsumsi swasta, kegiatan konsumsi pemerintah selama triwulan I 2012 juga tumbuh positif sebesar 6% (yoy), dengan sumbangan sebesar 1,39% (yoy). Pertumbuhan konsumsi pemerintah lebih banyak didorong oleh realisasi belanja pegawai sebagai respon atas pencairan kenaikan gaji yang direalisasikan pada triwulan I 2012. Hingga triwulan I 2012, realisasi belanja pegawai Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara tercatat Rp97,93 miliar atau mencapai 18,14% dari total yang dianggarkan dalam APBD 2012. Poroporsi belanja pegawai juga merupakan proporsi terbesar (43,13%) pada komponen belanja operasional Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara pada APBD 2012. 1.1. 1.1.2 1.2 Investasi Pada triwulan I 2012, investasi di Sulawesi Utara mengalami pertumbuhan positif sebesar 10,23% (yoy) dengan kontribusi sebesar 2,29% terhadap total pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara. Faktor pendorong pertumbuhan kinerja investasi pada triwulan I 2012 diantaranya bersumber dari dimulainya realisasi proyek fisik pemerintah dan swasta juga didorong oleh masuknya beberapa investor asing ke Sulawesi Utara pada sektor industri pengolahan kelapa dan perikanan.
14
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO
Tabel 1.2. Investasi PMA Tahun 2012
No.
Nama Perusahaan
Bidang Usaha
1.
PT. Starcky Indonesia
2.
PT. Bol Indah Utama
3.
PT. Sino Global Perkasa
4.
PT. Global International Indah
Penangkapan ikan bersirip di laut dan industri pembekuan ikan. Perkebunan kelapa sawit, industri minyak makan kelapa sawit serta hasil pengolahan kelapa sawit lainnya Perkebunan Kelapa Sawit,Industri minyak makan kelapa sawit serta hasil pengolahan kelapa sawit lainnya. Perkebunan kelapa sawit, industri minyak makan kelapa sawit serta hasil pengolahan kelapa sawit lainnya.
JUMLAH
Rencana Investasi ( US$ )
Realisasi Investasi ( US$ )
Asal Negara
Ket.
1.130.000
-
Philipina
Bitung
181.228.714.874
-
Singapura
Bolmong Selatan
15.554.191,14
-
Singapura
Bolmong
11.106.482,90
-
Singapura
Bolmong
181.256.505.548
-
Sumber : Badan Koordinasi Penanaman Modal Regional Sulawesi Utara
Selain itu, peran perbankan dalam penyaluran pembiayaan untuk kegiatan investasi juga terus
Grafik 1.7. Perkembangan Kredit Investasi Bank Umum
mengalami peningkatan. Sampai akhir triwulan I 2012, jumlah kredit investasi tercatat sebesar Rp2.630 miliar atau tumbuh 68,45% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan I 2011 yang tumbuh 68%
(yoy).
Pencapaian
pertumbuhan
kredit
investasi ini pada tahap selanjutnya diharapkan dapat mendorong kinerja investasi di Sulawesi Utara.
Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara
1.1.3 Ekspor – Impor Kinerja ekspor Sulawesi Utara pada triwulan I 2012 mengalami pertumbuhan positif sebesar 4,60% (yoy) dan tercatat memberikan sumbangan terbesar kedua setelah konsumsi dengan kontribusi sebesar 2,31% terhadap total pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara. Indikasi pertumbuhan positif kinerja ekspor Sulawesi Utara disumbang baik melalui perdagangan antar negara dan juga perdagangan antar pulau/daerah. Nilai ekspor luar negeri Sulawesi Utara selama triwulan I 2012 tercatat sebesar USD333,5 juta atau meningkat sebesar 303,2% (yoy).
15
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO Tabel 1.3. Perkembangan Ekspor Sulawesi Utara (Juta USD) 2011
Uraian Total Ekspor (Ribu USD)
Q1
82.68
2012
Q2
Q3
Q4
271.60
160.80
234.60
Q1
333.40
Grow th (y oy )
303.2%
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
Jika dilihat berdasarkan sektor usahanya, kinerja ekspor luar negeri Sulawesi Utara terutama disumbang oleh ekspor dari sektor industri dengan pangsa sebesar 97%, sisanya merupakan ekspor hasil sektor pertanian. Sementara itu berdasarkan jenisnya, komoditi utama ekspor luar negeri pada triwulan I 2012 terutama didominasi dalam bentuk Lemak dan Minyak Hewani dengan pangsa mencapai 82% kemudian ikan & udang dengan pangsa mencapai 6%, sisanya dalam bentuk ampas/sisa industri (5%), daging olahan dan ikan olahan (4%), berbagai produk kimia (1%) dan produk lainnya (1%). Grafik 1.8. Pangsa Sektor Utama Ekspor Sulawesi Utara
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
Grafik 1.9. Pangsa Komoditi Utama Ekspor Sulawesi Utara
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
Komposisi negara tujuan ekspor Sulawesi Utara sampai dengan triwulan I 2012 mengalami pergeseran bila dibandingkan periode yang sama tahun 2011. Negara tujuan utama ekspor Sulawesi Utara sampai dengan triwulan laporan adalah Belanda (35,68%), Cina (20,57%), Amerika Serikat (17,18%), Korea Selatan (10,73%), dan Singapura (3,75%). Sedangkan triwulan I 2011 negara tujuan ekspor utama Sulawesi Utara adalah Amerika Serikat (33,49%), Korea Selatan (16,81%), Cina (11,73%), dan Belanda (11,37%). Grafik 1.10. Negara Tujuan Ekspor Jan-Mar 2011
16
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
Grafik 1.11. Negara Tujuan Ekspor Jan-Mar 2012
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO
Sejalan dengan aktivitas perdagangan luar negeri,
kinerja
Grafik 1.12. Perkembangan Kegiatan Muat di Pelabuhan Bitung
ekspor antar pulau/daerah
Sulawesi Utara juga menunjukkan adanya pertumbuhan positif. Hal ini dapat tercermin dari kegiatan muat barang melalui pelabuhan Bitung. Kegiatan muat didefinisikan sebagai kegiatan pengiriman barang dari Sulawesi Utara ke luar provinsi. Selama triwulan I 2012, volume barang asal Sulawesi Utara yang dikirim (muat) ke pasar domestik sebesar 222 ribu ton
Sumber : PT. PELINDO IV (Persero) Bitung
atau tumbuh 15,45% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun lalu.Tiga komoditi ekspor terbesar antar daerah adalah beras, barang campuran dan minyak goreng kelapa sawit. Sementara itu, kinerja impor Sulawesi Utara pada triwulan I 2012 juga mengalami perbaikan, hal ini ditandai dengan pertumbuhan impor sebesar 0,26% (yoy) atau lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 9,42% (yoy). Perlambatan ini menunjukkan bahwa tingkat ketergantungan Sulawesi Utara terhadap negara/daerah lain sudah mulai mengalami penurunan. Perlambatan impor luar negeri antara lain dapat dikonfirmasi dengan data nilai impor selama triwulan laporan yang tercatat USD 17,60 juta atau turun 72,8% (yoy) dibanding periode yang sama tahun lalu. Tabel 1.4. Impor Sulawesi Utara (Juta USD) Uraian Total Impor (Ribu USD)
2011
2012
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
64.76
11.90
21.30
46.40
17.60
Grow th (y oy )
-72.8%
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi
Berdasarkan jenisnya, kegiatan impor luar negeri pada triwulan laporan didominasi oleh impor bahan baku dengan pangsa sebesar 44%, sisanya sebesar 42% berupa barang konsumsi dan 14% berupa impor barang modal. Sementara berdasarkan komoditinya, impor komoditas gandum-ganduman merupakan komoditi impor terbanyak dengan pangsa 39% dari total nilai impor. Beberapa komoditas impor Sulawesi Utara lainnya diantaranya kapal laut, mesin-mesin, dan besi baja dengan pangsa berturut-turut 16%, 14% dan 6%.
17
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO
Grafik 1.13. Pangsa Jenis Barang Impor Sulawesi Utara
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
Grafik 1.14. Pangsa Komoditi Utama Ekspor Sulawesi Utara
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
Berdasarkan negara asal barangnya, barang impor sampai dengan Maret 2012 lebih dominan didatangkan dari negara Thailand (40%), Cina (18%), Taiwan (14%), Australia (12%), Filipina dan Singapura masing-masing sebesar 5%. Mengalami pergeseran dibandingkan negara asal impor Sulawesi Utara pada periode yang sama tahun lalu yakni Jepang (25%), Cina (10%), dan Malaysia (9%). Hal ini sejalan dengan komoditi impor pada triwulan I 2012 yang didominasi oleh beras, coil roll dan barang proyek. Grafik 1.15. Negara Asal Impor Jan-Mar 2011
Sumber : BPS Prov. Sulawesi Utara, diolah
Grafik 1.16. Negara Asal Impor Jan-Mar 2012
Sumber : BPS Prov. Sulawesi Utara, diolah
Sementara itu pertumbuhan kinerja impor antar daerah/pulau dapat dikonfirmasi dengan kegiatan bongkar barang melalui pelabuhan Bitung. Kegiatan bongkar didefinisikan sebagai masuknya barang dari luar provinsi ke Sulawesi Utara. Selama triwulan I 2012, volume barang yang masuk ke Sulawesi Utara (bongkar) mencapai 753 ribu ton naik 10,84% (yoy) apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya tercatat 679 ribu ton.
18
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO
Grafik 1.17. Perkembangan Kegiatan Bongkar di Pelabuhan Bitung
Sumber : PT. Pelindo IV (Persero), Bitung
1.2 SISI PENAWARAN Dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi pada triwulan I 2012 disumbangkan oleh seluruh sektor yang ada dengan tingkat pertumbuhan total sebesar 7,46% (yoy), lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 6,99% (yoy). Sektor yang memberikan kontribusi besar pada pertumbuhan ekonomi triwulan I 2012 adalah sektor bangunan yang tercatat tumbuh 8,26% (yoy) dengan sumbangan sebesar 1,33% terhadap total pertumbuhan. Selanjutnya, sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, sektor jasa-jasa, sektor pertanian serta sektor pengangkutan dan komunikasi dengan sumbangan masingmasing sebesar 1,22%, 1,20%, 1,08%, dan 0.99% terhadap total pertumbuhan. Tabel 1.5. Laju Pertumbuhan Sulawesi Utara Menurut Sektor Ekonomi (%) Lapangan Usaha Pertanian Pertambangan & Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas & Air Bersih Bangunan PHR Pengangkutan & Komunikasi Keu., Sewa & Jasa Perusahaan Jasa-Jasa PDRB
Q1 6,58 5,89 6,03 4,81 8,31 8,79 7,24 5,31 5,89 6,99
Sumb 1,29 0,31 0,47 0,04 1,39 1,31 0,89 0,36 0,93 6,99
Q2 6,65 5,88 6,93 5,33 13,59 6,36 3,27 7,13 6,46 7,14
2011 Sumb. Q3 1,42 2,42 0,30 7,90 0,52 6,33 0,04 7,22 1,97 15,76 1,00 12,97 0,43 2,55 0,47 6,51 0,98 8,20 7,14 7,73
Sumb 0,52 0,39 0,49 0,06 2,26 1,83 0,35 0,43 1,39 7,73
Q4 1,00 2,44 -3,07 6,29 13,41 18,52 3,57 9,87 10,36 8,30
Sumb 0,18 0,11 -0,24 0,05 2,16 3,46 0,48 0,60 1,49 8,30
2011 -2,28 2,80 3,71 5,93 11,61 21,03 4,10 6,59 8,10 7,39
2012 Q1 Sumb 5,86 1,08 7,17 0,37 7,38 0,60 15,26 0,13 8,26 1,33 7,45 1,22 8,11 0,99 7,62 0,54 7,70 1,20 7,46 7,46
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
1.2.1. 1.2.1. Bangunan Kinerja sektor bangunan (konstruksi) selama triwulan I 2012 mencatat pertumbuhan sebesar 8,26% (yoy) dengan sumbangan sebesar 1,33% terhadap total pertumbuhan. Beberapa faktor yang mendorong pertumbuhan di sektor bangunan diantaranya adalah penyelesaian beberapa proyek pemerintah seperti: -
Proyek pengaspalan ruas jalan Mooat-Atoga dengan nilai proyek sebesar Rp9 miliar.
19
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO
-
Proyek perbaikan jalan, pembangunan GOR dan Kantor Bupati Kabupaten Minahasa Selatan dengan nilai Rp21.5 miliar.
-
Pembangunan infrastruktur jalan di Kabupaten Kepulauan Sitaro dengan nilai proyek sebesar Rp10 miliar.
-
Peningkatan kondisi jalan di sepanjang lingkar selatan Sulawesi Utara, dengan dana sebesar Rp213.98 miliar (tabel 1.6.)
-
Pembangunan jalan baru dari Desa Adow ke Matali Baru, Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan yang menargetkan dana sebesar Rp178 miliar.
-
Pembangunan lokasi wisata di Gunung Mahawu, Kota Tomohon dengan alokasi dana sebesar Rp1 miliar.
-
Pelebaran dan perbaikan kualitas jalan di Kecamatan Sangkub hingga Biontong di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara dengan alokasi dana sebesar Rp80 miliar.
-
Rehabilitasi dan peningkatan 11 poros jalan yang tersebar di wilayah Kab.Kep. Sangihe dengan alokasi dana sebesar Rp9.9 miliar (tabel 1.7.) Tabel 1.6. Alokasi Pembangunan Jalan Lingkar Selatan
Ruas Jalan Kema – Rumbia Kema – Rumbia 2 Kema – Rumbia Cs Buyat – Molobog Molobog – Onggunoi I Molobog – Onggunoi II Onggunoi – Pinolosian I Onggunoi – Pinolosian II Pinolosian – Molibagu Molibagu – Mamalia Mamalia – Taludaa Jumlah
Anggaran 24,979,000,000 19,979,000,000 19,979,000,000 19,096,769,000 19,979,000,000 29,977,500,000 29,977,500,000 14,979,000,000 9,981,750,000 15,073,644,000 9,981,750,000 213,983,913,000 213,983,913,000
Sumber : Dinas PU Kabupaten Bolaang Mongondow Timur
Tabel 1.7. Pembangunan Jalan di Kabupaten Kepulauan Sangihe
Nama Ruas Jalan
Volume (Km)
Anggaran (Rp)
• Peningkatan Jalan
20
Poros jalan Ulung Peliang-Lelipang-Palilangen-Lumbaha
1.2
1,053,822,000
Poros jalan Salurang-Hangke-Palareng Poros jalan Kawiwi-Sampakang • Rehabilitasi Jalan
1.0 1.0
1,100,000,000 1,100,000,000
Poros jalan Mohade-Beha-Kalekube Poros jalan Tahuna-Lesa-Manganitu Poros jalan Kalinda-Bebu Poros jalan Kawasan Dagho
2.7 2.0 3.0 1.0
1,562,000,000 1,870,000,000 1,100,000,000 412,500,000
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO
Poros jalan Santiago-Mahena Poros jalan Mala-Hiung-Pinabetengan Poros jalan Tariang Baru-Timbelang-Makaliahe Poros jalan Kalagheng-Birahi-Mandol
0.5 1.3 1.2 1.0
715,000,000 660,000,000 770,000,000 605,000,000
Sumber : Dinas PU Kabupaten Kepulauan Sangihe
Selanjutnya, proyek swasta juga menunjukan adanya peningkatan pada triwulan I 2012. Beberapa proyek swasta yang hingga saat ini masih dalam proses pengerjaan adalah proyek perumahan. Hal ini tercermin dari peningkatan data penjualan semen di Provinsi Sulawesi Utara. Selama triwulan laporan, penjualan semen tercatat mencapai 204,84 ribu ton atau mengalami pertumbuhan 92,63% (yoy). Selain itu, hasil Survei Penjualan Eceran (SPE) juga memperlihatkan kenaikan indeks penjualan bahan konstruksi sebesar 29,62% (yoy) dari 140,77 pada Maret 2011 menjadi 182,47 pada Maret 2012.
Grafik 1.18. Perkembangan Data Penjualan Semen
Sumber : Data Asosiasi Semen Indonesia
Sumber : Survei Penjualan Eceran Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara
Dari sisi pembiayaan, peran perbankan terhadap sektor
bangunan
(konstruksi)
Grafik 1.19. Perkembangan Indeks Penjualan Bahan Konstruksi
Grafik 1.20. Perkembangan Kredit Konstruksi
menunjukkan
perkembangan yang menggembirakan. Hal ini tercermin dari jumlah kredit yang disalurkan oleh perbankan sampai dengan Desember 2011 tercatat sebesar Rp453 miliar atau mengalami pertumbuhan positif sebesar 32,42% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Manado
21
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO
1.2.2. 1.2.2. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) pada triwulan I 2012 menunjukan pertumbuhan positif sebesar 7,45% (yoy) dengan kontribusi sebesar 1,22% terhadap total pertumbuhan. Pertumbuhan sektor ini terutama terjadi pada sub sektor perdagangan sebagai respon dari adanya kenaikan sumber pendapatan masyarakat seperti kenaikan UMP dari Rp1.050 ribu pada tahun 2011 menjadi Rp1.250 ribu pada tahun 2012. Selain itu rencana kenaikan gaji PNS sebesar 10% yang akan direalisasikan pada awal tahun juga turut berdampak terhadap peningkatan aktivitas konsumsi masyarakat. Selain itu, subsektor hotel juga berkontribusi positif terhadap kinerja sektor PHR yang didorong oleh pelaksanaan event ASEAN Tourism Forum (ATF) yang berlangsung pada tanggal 8-15 Januari 2012 berdampak terhadap kinerja sektor PHR pada triwulan laporan. Pertemuan ATF mendatangkan sebanyak ±2.000 orang termasuk peserta forum yang tang terdiri dari menteri pariwisata 10 Negara ASEAN dan pejabat negara Mitra ASEAN yang akan mengikuti acara travel exchange selama penyelenggaraan ATF. Multiplier effect yang dihasilkan dari pelaksanaan ATF diantaranya: -
Pameran potensi pariwisata (travel exchange) diramaikan oleh 390 peserta dari 10 Negara ASEAN yang umumnya adalah pengusaha pariwisata menempati sebanyak 438 stan bersaing menarik minat pengunjung dengan menawarkan potensi pariwisata dari masingmasing negara melalui produk tour and travel.
-
Pelaksanaan North Sulawesi Tourism, Trade and Investment Expo (NSTTI Expo) 2012 yang digelar pada tanggal 10-15 Januari menjadi salah satu rangkaian acara ATF. Pada acara ini ditawarkan beberapa potensi pariwisata dan investasi serta produk-produk UMKM Sulawesi Utara.
-
Peningkatan transaksi money changer hingga mencapai 50% selama pelaksanaan ATF. Perhelatan ATF telah menarik perhatian wisatawan asing yang berasal dari Australia, Amerika dan Eropa untuk menghadiri pameran travel exchange.
-
Kenaikan tingkat hunian hotel di Kota Manado selama acara ATF berlangsung dari 8-15 Januari 2012.
Maraknya berbagai perhelatan yang diselenggarakan di Kota Manado selama triwulan laporan antara lain dapat dikonfirmasi melalui perkembangan data pariwisata yang secara umum memperlihatkan tren peningkatan diantaranya adalah data wisatawan mancanegara, data jumlah tamu dan lama tamu menginap, Tingkat Penghunian Kamar (TPK), dan jumlah kamar terjual.
22
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO
Grafik 1.22. Data Lama Tamu Menginap
Grafik 1.21. Data Wisatawan Mancanegara
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara,
Grafik 1.23. TPK dan Lama Menginap
Grafik 1.24. Jumlah Kamar Terjual
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara,
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara,
Dari segi pembiayaan, sektor PHR merupakan
Grafik 1.25. Perkembangan Kredit Sektor PHR
sektor ekonomi terbesar yang mendapatkan alokasi pembiayaan dari perbankan. Sampai dengan Maret 2012 kredit sektor PHR yang telah
disalurkan
Rp4.652
miliar
bank
umum
atau
tumbuh
mencapai 27,61%
dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Manado
1.2.3. 1.2.3. Sektor Pertanian Kinerja sektor pertanian pada triwulan I 2012 menunjukkan pertumbuhan positif sebesar 5,86% (yoy) dengan sumbangan sebesar 1,08% terhadap total pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara. Beberapa faktor yang mendorong kinerja sektor pertanian diantaranya: 23
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO
- Mengawali musim panen di awal tahun 2012, dari sekitar 3.800 hektar sawah yang ada di wilayah Kota Kotamobagu, sekitar 25 hektar padi sawah telah dipanen. - Dalam rangka mensukseskan program swasembada beras yang telah dicanangkan Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten Minahasa Tenggara menggagas program Gerakan Tanam Padi (Gentadi) seluas 4 hektar di 4 (empat) kecamatan di Kabupaten Mitra. - Pemerintah Kota Tomohon meningkatkan target produksi beras sebesar 5,3% atau sebesar 10.000 ton. - Pemerintah Kota Bitung meningkatkan target produksi beras menjadi 1.555 ton pada tahun 2012. Guna mencapai target tersebut, Pemkot Bitung telah mendatangkan bibit padi unggul bernama Inpari 13 dan sementara diuji coba di kawasan pertanian beras Tanjung Merah dan Manembo-nembo bawah. - Distanak Provinsi Sulawesi Utara mulai melaksanakan pemanfaatan lahan pertanian seperti padi ladang di lahan seluas 3 hektar di wilayah Kota Manado. Panen padi ladang ini merupakan langkah awal dalam memaksimalkan 50 hektar lahan sawah di Manado untuk memproduksi beras bagi kebutuhan masyarakat. - Dalam rangka mendukung program swasembada beras, PT. Pupuk Kaltim sebagai penyedia pupuk bersubsidi di Provinsi Sulawesi Utara (Sulawesi Utara) menjaga stok pupuk urea sekaligus memantau distribusinya ke titik-titik pengecer yang ada agar petani dapat memperoleh pupuk dengan mudah. Dalam tahun 2012 ini, petani Sulawesi Utara mendapat alokasi pupuk sebanyak 49,100 ton dari pemerintah, terdiri atas lima jenis pupuk bersubsidi. Pupuk yang dialokasikan meliputi urea 25 ribu ton, SP-36 sebanyak 5,500 ton, ZA 200 ton, NPK 15,600 ton dan pupuk organic 2,800 ton. Penetapan alokasi tersebut berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 87/Permentan/SR.130/12/2011 tertanggal 9 Desember 2011. Peningkatan kinerja sektor pertanian antara lain juga dapat dikonfirmasi dengan data dari Perkembangan Luas Panen, Produksi Gabah, Padi dan Pipilan Jagung Kering di Provinsi Sulawesi Utara, dimana pada triwulan I 2012 luas panen padi tercatat sebesar 38,01 ribu hektar lebih tinggi dibandingkan luas panen pada triwulan I 2011 sebesar 28,89 ribu hektar atau naik 31,54% (yoy). Sejalan dengan penurunan luas panen, produksi beras yang dihasilkan juga meningkat menjadi 114,41 ribu ton atau naik 32,96% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Sejalan dengan produksi beras, produksi pipilan jagung kering pada triwulan laporan juga mengalami peningkatan dari 118,88 ribu ton pada triwulan I 2011 menjadi 122,47 ribu ton pada triwulan laporan atau naik sebesar 3,02%.
24
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO
Tabel 1.8. Perkembangan Luas Panen dan Produksi Hasil Pertanian Prov. Sulawesi Utara 2010
KOMPONEN
Q1
Q2
2011 Q3
Q4
Q1
Q2
2012 Q3
Q4
Q1
Perkembangan Luas Panen, Produksi Gabah dan Beras Luas Panen (Ha)-right axis
30,258
38,597
24,198
26,718
28,898
24,959
41,568
26,659
38,011
140,922
185,420
119,571
138,117
136,155
117,088
204,854
138,001
181,029
Produksi Beras (Ton)-left axis 89,063 117,185 75,569 Perkembangan Luas Panen dan Produksi Pipilan Kering Jagung
87,290
86,050
74,000
129,468
87,217
114,410
Luas Panen (Ha)
Produksi Gabah (Ton)-left axis
Produksi Jagung (Ton) - left axis
29,759
36,226
32,565
23,380
32,600
15,295
75,590
90,147
33,578
108,759
132,339
119,262
85,785
118,875
56,181
277,093
328,233
122,465
Sumber: Distanak Provinsi Sulawesi Utara
Sementara itu, dari sisi pembiayaan, peran
Grafik 1.26. Pertumbuhan Kredit Pertanian
perbankan untuk membiayai sektor pertanian semakin
menunjukkan
adanya
tren
peningkatan. Sampai dengan Maret 2012, jumlah kredit yang disalurkan pada sektor pertanian
mencapai
Rp400
milliar
atau
tumbuh 89,82% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Namun demikian, jika dibandingkan
dengan
total
kredit
yang
Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara
disalurkan bank, jumlah kredit pertanian hanya mencapai 2,47% dari total kredit yang disalurkan. Belum terlalu optimalnya penyaluran kredit di sektor pertanian antara lain disebabkan oleh relatif tingginya resiko usaha di sektor tersebut tercermin dari tingginya NPL (Non Performing Loan) di sektor pertanian yang mencapai 5,12% pada triwulan laporan. 1.2. 1.2 .4 . Sektor lainnya A. Sektor Jasa Jasa-jasa Kinerja sektor jasa pada triwulan I 2012 tumbuh
Grafik 1.27. Perkembangan Kredit Sektor Jasa-jasa
positif sebesar 7,70% (yoy), dengan sumbangan sebesar 1,20% terhadap total pertumbuhan triwulan laporan. Kinerja sektor jasa yang cukup stabil ditopang oleh aktivitas sub pemerintahan
umum.
Apabila
sektor
dibandingkan
dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya kinerja sektor jasa-jasa mengalami peningkatan yang tercermin dari kinerja penyaluran kredit
Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara
25
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO
perbankan di sektor ini. Sampai dengan bulan Maret 2012 kredit sektor jasa-jasa tercatat sebesar Rp962miliar atau tumbuh 52,86% (yoy). B. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Salah satu multiplier effect dari adanya penyelenggaraan event berskala nasional maupun internasional yang dilaksanakan di Sulawesi Utara adalah semakin dikenalnya Sulawesi Utara khususnya Kota Manado sebagai salah satu kota tujuan wisata maupun sebagai tempat
Meeting, Incentives, Convention and Exhibition (MICE). Hal ini berpengaruh pada meningkatnya minat wisatawan untuk berkunjung ke Sulawesi Utara hingga pada tahap lanjut mampu mendorong kinerja sektor pengangkutan dan telekomunikasi. Sektor pengangkutan dan komunikasi pada triwulan I 2012 mengalami pertumbuhan 8,11% (yoy), dengan sumbangan sebesar 0,99% terhadap total pertumbuhan. Pertumbuhan yang positif pada sub sektor pengangkutan pada triwulan laporan tercermin dari tingginya arus penumpang yang keluar/masuk dari/ke Bandar Udara Sam Ratulangi Manado baik asal/tujuan domestic maupun internasional. Sampai dengan periode laporan, arus penumpang yang masuk ke wilayah Sulawesi Utara juga mengalami pertumbuhan sebesar 13,63% (yoy). Sejalan dengan itu, arus penumpang yang berangkat (keluar) dari wilayah Sulawesi Utara tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 13,68% (yoy). Tabel 1.9. Perkembangan Lalu Lintas Penumpang dan Kargo di Bandara Sam Ratulangi Jenis Kedatangan/ Pengangkutan Keberangkatan Penumpang Kargo
Datang Berangkat Datang Berangkat
2011 2012 2010 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 174,013 208,221 218,514 229,908 203,160 213,389 229,846 245,468 230,845 183,275 205,865 219,567 216,486 213,108 216,771 232,520 231,954 242,260 1,378,294 1,715,793 1,844,427 1,957,143 1,783,877 1,656,261 1,808,789 1,957,167 1,307,021 941,772 1,270,119 1,400,768 1,011,539 1,208,615 1,098,530 945,969 1,154,768 1,061,987
Growth (YoY) 13.63% 13.68% -26.73% -12.13%
Sumber: PT. Angkasa Pura II, Sulawesi Utara
Sejalan dengan pertumbuhan positif sektor ini,
keberpihakan
perbankan
yang
Grafik 1.28. Perkembangan Kredit Sektor Transportasi & Komunikasi
diwujudkan dalam penyaluran kredit di sektor pengangkutan dan komunikasi juga memperlihatkan
adanya
peningkatan.
Sampai dengan akhir triwulan I 2012 jumlah kredit yang disalurkan mencapai Rp157 miliar, atau tumbuh 43,40% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
26
Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO
C. Sektor Industri Pengolahan Kinerja sektor industri pengolahan pada triwulan I 2012 mengalami peningkatan yang mencatat pertumbuhan sebesar 7,38% dengan sumbangan sebesar 0,60%, lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 6,03% (0,47%). Peningkatan ini dapat dikonfirmasi melalui data masuknya beberapa perusahaan pada bidang industri pengolahan khususnya pada bidang pengolahan kelapa sawit. Tabel 1.10. Investasi PMA Tahun 2012 Pada Bidang Industri Pengolahan
No.
Nama Perusahaan
1.
PT. Bol Indah Utama
2.
PT. Sino Global Perkasa
3.
PT. Global International Indah
Bidang Usaha Perkebunan kelapa sawit, industri minyak makan kelapa sawit serta hasil pengolahan kelapa sawit lainnya Perkebunan Kelapa Sawit,Industri minyak makan kelapa sawit serta hasil pengolahan kelapa sawit lainnya. Perkebunan kelapa sawit, industri minyak makan kelapa sawit serta hasil pengolahan kelapa sawit lainnya.
Asal Negara
Ket.
Singapura
Bolmong Selatan
Singapura
Bolmong
Singapura
Bolmong
Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal Regional Sulawesi Utara
Penurunan kinerja sektor industri juga ditandai oleh peningkatan jumlah pelanggan listrik di sektor industri. Berdasarkan data PLN, jumlah pelanggan listrik di sektor industri pada triwulan I 2012 tumbuh 8,22% (yoy). Indikator lainnya yang mendukung peningkatan kinerja sektor industri adalah perlambatan pertumbuhan kredit yang disalurkan oleh perbankan. Sampai dengan akhir triwulan I 2012 jumlah kredit yang disalurkan sebesar Rp385 miliar atau tumbuh sebesar 27,96% (yoy). Grafik 1.29. Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Kelompok Bisnis dan Industri
Sumber : PLN Kanwil Sulawesi Utaratenggo
Grafik 1.30. Perkembangan Kredit Sektor Industri
Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara
27
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO
D. Sektor Keuangan, Sewa dan Jasa Perusahaan Sementara itu, untuk kinerja sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan pada triwulan I 2012 tumbuh 7,70% (yoy). Perkembangan sektor keuangan, persewaan dan jasa antara lain tercermin dari maraknya pembangunan jaringan kantor dan fasilitas perbankan antara lain: pembukaan kantor cabang pembantu baru, penambahan ATM (Anjungan Tunai Mandiri), serta penawaran produk-produk baru yang memberikan kemudahan dan kenyamanan kepada masyarakat dalam bertransaksi. Selain itu, pengaruh meningkatnya laju konsumsi dan aktivitas sistem pembayaran di wilayah Sulawesi Utara juga turut berkontribusi pada pertumbuhan sektor ini. Tabel 1.11. Perkembangan Jumlah Bank dan Kantor Bank Umum dan BPR di Sulawesi Utara Data Bank
2010
2011
2012
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
Jumlah Bank umum
24
25
25
25
25
25
25
25
Q1 25
Jumlah kantor bank umum*)
206
215
219
225
227
234
242
246
246
Jumlah BPR
13
14
14
16
16
17
17
17
17
Jumlah kantor BPR
39
39
41
43
43
46
46
48
48
Ket: *) termasuk kantor unit Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara
E. Sektor Pertambangan dan Penggalian Sektor pertambangan dan penggalian pada triwulan I 2012 tumbuh 7,17% (yoy) dengan sumbangan sebesar 0,37% terhadap total pertumbuhan. Berdasarkan pelaku usahanya, sub sektor penggalian ini lebih banyak dilakukan oleh penambangan tradisional/rakyat dan bukan industri berskala besar. Dukungan perbankan terhadap sektor pertambangan juga terus mengalami perbaikan, jika dilihat berdasarkan trennya, pembiayaan yang diberikan oleh pihak perbankan terhadap sektor pertambangan terus mengalami peningkatan sejak tahun 2011 hingga pada triwulan laporan jumlah kredit yang disalurkan pada sektor pertambangan tercatat sebesar Rp117 miliar atau tumbuh sebesar 210,95% (yoy). Grafik 1.31. Perkembangan Kredit Sektor Pertambangan dan Penggalian
Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara
28
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO
F. Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih Sementara itu, sektor listrik, gas dan air bersih pada triwulan I 2012 tumbuh siginifikan sebesar 5,26% (yoy), namun jika dilihat berdasarkan kontribusinya, sektor listrik, gas dan air bersih masih tercatat sebagai sektor yang memberikan sumbangan terendah terhadap total pertumbuhan ekonomi pada
triwulan laporan dengan sumbangan sebesar
0,13%.
Pertumbuhan sektor listrik, gas dan air bersih dapat dikonfirmasi dari data jumlah penjualan listrik serta jumlah pelanggan di Sulawesi Utara. Jumlah pelanggan listrik pada triwulan I 2012 sebesar 458,89 ribu pelanggan atau tumbuh 8,18% (yoy) dengan jumlah pemakaian 193 MW atau tumbuh 2% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Sementara itu, kapasitas listrik yang tersedia pada triwulan laporan sebesar 257 MW atau tumbuh 22,97% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Berdasarkan data tersebut, masih terdapat surplus daya listrik sebesar 64 MW. Adanya surplus listrik tersebut didukung oleh adanya peningkatan produksi listrik yang dihasilkan dari geothermal Lahendong.
Grafik 1.32. Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik di Sulawesi Utara
Grafik 1.33. Perkembangan Jumlah Pemakaian dan Supply Listrik di Sulawesi Utara
Sumber: PT. PLN Kanwil Sulawesi Utaraenggo, diolah
Sumber: PT. PLN Kanwil Sulawesi Utaraenggo, diolah
29
Halaman ini sengaja dikosongkan
BAB IIII
PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
Halaman ini sengaja dikosongkan
PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH Inflasi Kota Manado pada Maret 2012 tercatat 0,95% (yoy), jauh lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, tercatat sebesar 6,89% (yoy) dan masih lebih rendah dibandingkan laju inflasi nasional yang tercatat sebesar 3,97% (yoy). Secara bulanan, tekanan inflasi Kota Manado sepanjang triwulan I-2012 menunjukkan tren peningkatan yang terutama dipengaruhi oleh pergerakan harga kelompok bahan makanan karena memburuknya ekspektasi masyarakat dan faktor suplai. Pada Januari 2012 Kota Manado tercatat mengalami deflasi 0,13% (mtm), kemudian terakselerasi cukup tajam pada Februari 2012 sebesar 0,60% (mtm). Pada akhir triwulan I 2012 tekanan inflasi Kota Manado kembali mengalami peningkatan yang terutama didorong faktor berkurangnya suplai dan meningkatnya ekspektasi inflasi masyarakat seiring rencana kenaikan harga BBM bersubsidi pada awal April 2012, sehingga tercatat mengalami inflasi sebesar 1,12% (mtm). Secara akumulasi, tingkat inflasi Kota Manado sampai dengan Maret 2012 tercatat 1,59% (ytd), sedikit lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu, tercatat sebesar 1,31% (ytd) dan lebih tinggi dibandingkan dengan laju inflasi nasional yang sebesar 0,88% (ytd). Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya, tekanan Inflasi secara tahunan terutama disumbangkan oleh kelompok inti (core inflation) dan kelompok administered price. Sementara itu, deflasi kelompok bahan makanan yang harganya bergejolak (volatile foods) sedikit tertahan, namun masih memberikan sumbangan yang negatif terhadap inflasi tahunan Kota Manado pada akhir triwulan I 2012. Grafik 2.1. Laju Inflasi Kota Manado vs Nasional (yoy) 16
Grafik 2.2. Laju Inflasi Kota Manado vs Nasional (qtq)
%
5
14
%
4
12 10
3
8 2
6 4
1
2 0 -2
0
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 2008
2009
2010
2011
2012
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 -1
2008
2009
2010
2011
-2
yoy Manado
yoy Nasional
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara , diolah
qtq Manado
qtq Nasional
-3
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara , diolah
33
PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
2.1. PERKEMBANGAN INFLASI 2.1.1 INFLASI TAHUNAN (yoy) Secara tahunan, inflasi Kota Manado selama triwulan I tahun 2012 tercatat 0,95% (yoy), jauh lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, tercatat sebesar 6,89% (yoy) dan masih lebih rendah dibandingkan laju inflasi nasional yang tercatat sebesar 3,97% (yoy) pada Maret 2011. Berdasarkan kelompoknya, inflasi tahunan terutama disumbang oleh kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga, tercatat sebesar 9,22% (yoy). Berdasarkan sub kelompoknya, sub kelompok pendidikan mengalami inflasi tertinggi yang didorong oleh kenaikan biaya pendidikan akademi/perguruan tinggi. Sementara itu, kelompok bahan makanan tercatat mengalami deflasi sebesar 5,19% (yoy) karena menurunnya harga bumbu-bumbuan terkait membaiknya kondisi pasokan dibandingkan periode yang sama tahun lalu, baik pasokan lokal maupun pasokan impor. Pasokan bawang merah yang sempat terkendala terkait pelarangan impor di daerah sentra Brebes mulai normal kembali sehingga turut berkontribusi pada peningkatan suplai ke Kota Manado. Ketersediaan cabai rawit dipengaruhi oleh panen cabai yang terjadi di daerah-daerah pemasok cabai di Sulawesi Utara seperti Palu dan Gorontalo. Tabel 2.1. Inflasi Tahunan Kota Manado Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%) No
Kelompok
1 2 3 4 5 6 7
Bahan Makanan Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar Sandang Kesehatan Pendidikan, Rekreasi & Olahraga Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan Umum
Q1 -2.19 8.13 1.45 2.83 4.98 1.97 1.63 1.84
2010 Q2 Q3 6.39 18.14 5.96 4.83 1.83 2.58 6.84 7.02 2.56 1.87 1.75 1.19 2.60 3.26 4.21 7.38
Q4 15.23 5.36 2.35 5.15 0.96 1.62 0.59 6.28
Q1 21.69 0.43 1.85 5.03 0.61 0.91 0.80 6.90
2011 Q2 14.72 1.50 2.14 4.28 2.62 0.86 -0.38 5.15
Q3 -1.23 1.45 1.58 8.32 3.20 9.70 -0.87 1.25
Q4 -3.17 1.21 1.63 5.56 5.20 9.06 0.49 0.67
2012 Q1 -5.19 2.95 4.73 5.68 4.48 9.22 -0.35 0.95
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
2.1.2 INFLASI TRIWULANAN (q (q t q ) Tekanan inflasi Kota Manado selama triwulan I-2012 tercatat lebih tinggi dibandingkan periode lalu maupun periode yang sama tahun lalu. Secara triwulanan, Kota Manado pada triwulan I2012 mencatat inflasi 1,59% (qtq), lebih tinggi dibandingkan triwulan IV-2011 yang mengalami inflasi sebesar 0,88% (qtq) dan triwulan I 2011 sebesar 1,31% (qtq).
34
PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH Tabel 2.2. Inflasi Triwulanan Kota Manado Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%) No
Kelompok
1 2 3 4 5 6 7
Bahan Makanan Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar Sandang Kesehatan Pendidikan, Rekreasi & Olahraga Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan Umum
Q1 -1.50 4.68 0.74 0.52 2.02 0.72 -0.20 0.72
2010 Q2 Q3 0.23 11.98 -0.95 0.77 0.09 0.96 1.89 1.09 -0.04 0.32 0.01 0.36 1.23 0.62 0.20 3.81
Q4 4.23 0.84 0.55 1.56 -1.32 0.52 -1.06 1.44
Q1 4.03 -0.22 0.24 0.40 1.66 0.02 0.02 1.31
2011 Q2 Q3 -5.51 -3.59 0.10 0.72 0.38 0.41 1.17 5.02 1.96 0.90 -0.04 9.15 0.05 0.13 -1.43 -0.05
Q4 2.18 0.60 0.60 -1.03 0.59 -0.06 0.29 0.87
2012 Q1 1.86 1.51 3.29 0.50 0.97 0.16 -0.81 1.59
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
Berdasarkan kelompoknya, inflasi terutama terjadi pada kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar, tercatat sebesar 3,29% (qtq) karena kenaikan harga bahan bakar rumah tangga dan bensin terkait kelangkaan bensin dan program konversi minyak tanah ke LPG. Kondisi ini turut andil memperburuk ekspektasi inflasi masyarakat yang pada tahap selanjutnya mendorong inflasi pada kelompok lainnya. Sementara itu, kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan mengalami deflasi terutama disebabkan oleh melandainya harga angkutan udara setelah mengalami puncaknya pada Desember 2011. 2.1.3 INFLASI BULANAN (mtm) Secara bulanan, tekanan inflasi Kota Manado
Grafik 2.3 Laju Inflasi Kota Manado vs Nasional (mtm)
sepanjang triwulan I-2012 menunjukkan tren peningkatan.
Manado
4
tinggi
3
dibandingkan dengan tingkat inflasi nasional,
2
dengan pola pergerakan yang sama (Grafik 2.3).
1
sepanjang
Tingkat triwulan
Pada Januari
inflasi I
2012
Kota lebih
2012 Kota Manado tercatat
%
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 2009
-1
mengalami
deflasi
0,13%
(mtm),
kemudian
terakselerasi cukup tajam pada Februari 2012
2010
2011
2012
-2 -3
mtm Manado
mtm Nasional
sebesar 0,60% (mtm). Pada akhir triwulan I 2012 tekanan inflasi Kota Manado kembali mengalami
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara , diolah
peningkatan yang terutama didorong faktor berkurangnya suplai dan meningkatnya ekspektasi inflasi masyarakat seiring rencana kenaikan harga BBM bersubsidi pada awal April 2012 sehingga tercatat mengalami inflasi sebesar 1,12% (mtm).
35
PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
JANUARI 2012 2012
Pada
Januari
2012,
Kota
Manado
tercatat
mengalami deflasi sebesar -0,13% (mtm). Deflasi
Grafik 2.4. Inflasi dan Andil Inflasi Kota Manado Menurut Kelompok Barang & Jasa Oktober 2011
terutama terjadi pada kelompok bahan makanan sebesar 1,22% (mtm) dengan sumbangan sebesar 0,35% terhadap total inflasi bulanan. Berdasarkan sub kelompoknya, bumbu-bumbuan mengalami deflasi sebesar 18,67% (mtm). Kemudian diikuti oleh sub kelompok telur, susu dan hasil-hasilnya dan sub kelompok kacang-kacangan yang masingmasing mengalami deflasi sebesar 1,21% (mtm)
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara , diolah
dan 0,93% (mtm). Melandainya tingkat harga pada awal tahun 2012 yang terutama terjadi pada kelompok bahan makanan merupakan dampak menurunnya aktivitas konsumsi masyarakat seiring berlalunya perayaan Natal 2011 dan Tahun Baru 2012 FEBRUARI 2012 201 2
Grafik 2.5. Inflasi dan Andil Inflasi Kota Manado Menurut Kelompok Barang dan Jasa Februari 2012
Tekanan inflasi Kota Manado pada Februari 2012 terakselerasi tajam dibandingkan dengan bulan sebelumnya, sehingga tercatat mengalami inflasi sebesar 0,6% (mtm). Inflasi terjadi pada hampir semua kelompok barang dan jasa, kecuali pada kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan yang tercatat mengalami deflasi -0,04% (mtm).
Sumber: BPS SulawesiUtara , diolah.
Harga komoditas kelompok bahan makanan yang menurun pada bulan sebelumnya, mulai merangkak naik sehingga pada Februari 2012 kelompok ini tercatat mengalami inflasi 1,49% (mtm) dengan andil 0,43% terhadap inflasi bulanan secara keseluruhan. Komoditas yang mengalami kenaikan harga antara lain beras, cabe rawit, daging ayam ras, daun bawang, kue basah, gula pasir, dan cumi-cumi. Kenaikan harga beras pada periode laporan merupakan dampak kenaikan HPP Beras dan berkurangnya pasokan. PMK No 13/PMK 011/2011 tentang pembebasan bea impor produk & bahan pangan, bahan baku pakan ternak, dan pupuk telah berakhir pada bulan Desember 2011 sehingga bea impor pangan 5% kembali berlaku. Hal ini berdampak pada kenaikan biaya produksi peternak yang pada tahap selanjutnya menyebabkan kenaikan harga daging ayam ras yang mulai terasa dampaknya pada Februari 2012.
36
PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
MARET 2011 2011 Pada akhir triwulan I–2012, laju perkembangan harga barang dan jasa secara umum kembali
Grafik 2.6. Inflasi dan Andil Inflasi Kota Manado Menurut Kelompok Barang dan Jasa Maret 2011
mengalami peningkatan dibandingkan bulan sebelumnya hingga menyentuh angka inflasi 1,12% (mtm). Inflasi pada akhir triwulan I 2012 terutama
disebabkan
oleh
meningkatnya
ekspektasi inflasi masyarakat karena rencana kenaikan BBM pada 1 April 2012. Hal ini membawa dampak lanjutan pada kenaikan harga barang dan jasa secara sepihak oleh pedagang yang ditandai oleh (1) Kenaikan harga bahan makanan
Sumber: BPS SulawesiUtara , diolah.
(2) Terdongkraknya
harga semen (3) Meningkatnya harga ongkos angkutan pada Maret 2012.
2.2 FAKTORFAKTOR -FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INFLASI Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya, tekanan Inflasi secara tahunan terutama didorong oleh meningkatnya tekanan kelompok inti (core inflation) dan kelompok administered
price. Sementara itu, deflasi kelompok bahan makanan yang harganya bergejolak (volatile foods) sedikit tertahan, namun masih memberikan sumbangan yang negatif terhadap inflasi tahunan Kota Manado pada akhir triwulan I 2012. Grafik 2.8. Pergerakan Inflasi Berdasarkan Faktor Penyebabnya
Grafik 2.7. Sumbangan Inflasi Berdasarkan Faktor Penyebabnya
8.00
6.00
4.00
2.00
0.00 1 -2.00
2
3
4
5
6
7
8
9
10 11 12
1
2
3
4
5
2010
6
7
8
9
10 11 12
2011
Sumber: BPS Su u lawesi Utara, diolah.
UMUM
Volatile
Administered
2
3
2012
-4.00
-6.00
1
Core
Sumber: BPS Su u lawesi Utara, diolah.
37
4
PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
2.2.1 FAKTOR FUNDAMENTAL Tekanan inflasi inti (core inflation) pada triwulan I 2012 mengalami peningkatan apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu maupun triwulan lalu. Inflasi inti pada Maret 2012 tercatat 3,91% (yoy) dengan sumbangan 2,01% terhadap total inflasi tahunan pada akhir triwulan I-2012, atau lebih tinggi dibandingkan dengan Maret 2011 yang tercatat sebesar 1,46% (yoy) dengan sumbangan 0,79% terhadap total inflasi tahunan, maupun triwulan lalu yang tercatat sebesar 3,03% (yoy) dengan sumbangan 1,57% terhadap total inflasi tahunan. Peningkatan tekanan inflasi inti terutama bersumber dari memburuknya ekspektasi inflasi dan faktor eksternal.
Interaksi Permintaan dan Penawaran
Peningkatan permintaan selama triwulan I
Grafik 2.9. Perkembangan Pertumbuhan Indeks Penjualan Eceran dan Kapasitas Produksi
2012, direspon dengan baik oleh peningkatan penggunaan
kapasitas
produksi
sehingga
mampu menjamin ketersediaan pasokan. Hal ini
600
120
500
100
400
80
tercermin dari peningkatan indeks penjualan riil 300
60
hasil Survei Penjualan Eceran Kantor Perwakilan
200
40
Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara dari
100
20
88,27 pada triwulan I 2011 menjadi 95,41 pada triwulan I 2012. Peningkatan ini direspon oleh
0
0 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 2007
2008
2009
Indeks Riil Penjual Eceran (right axis)
2010
2011
2012
Kapasitas Produksi (left axis)
peningkatan kapasitas produksi dunia usaha yang tercermin dari peningkatan indeks hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha Bank Indonesia
Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) KPw Prov. Sulawesi Utara dan Survei Pedagang Eceran (SPE) KPw Prov. Sulawesi Utara
Provinsi Sulawesi Utara dari 194,26 pada triwulan I 2011 menjadi 223,79 pada triwulan I 2012.
Ekspektasi Inflasi
Ekspektasi masyarakat Sulawesi Utara terhadap tingkat harga 3 bulan dan 6 bulan yang akan datang terbilang cukup tinggi. Hal ini tercermin dari hasil Survei Konsumen (SK) Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara pada periode laporan yang ditandai oleh tren kenaikan angka indeks ekspektasi konsumen terhadap tingkat harga 3 bulan dan 6 bulan yang akan datang hingga mencapai masing-masing sebesar 199 dan 197 pada Maret 2011 (Grafik 2.10). Selanjutnya dari sisi ekspektasi pedagang, berdasarkan hasil Survei Pedagang Eceran (SPE) KBI Manado, sebagian besar pedagang di Sulawesi Utara juga memiliki ekspektasi yang tinggi terhadap tingkat harga 3 bulan dan 6 bulan yang akan datang (Grafik 2.11). Tingginya ekspektasi masyarakat Sulawesi Utara merupakan faktor: (1) kebijakan pemerintah terkait BBM bersubsidi (rencana kenaikan harga BBM bersubsidi jenis bensin dan solar serta kebijakan
38
PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
konversi minyak tanah ke LPG) dan rencana kenaikan TDL (2) kenaikan gaji PNS/TNI/POLRI sebesar 10% pada Maret 2011.
Grafik 2.10. Perkembangan Indeks Ekspektasi Konsumen Terhadap Harga Barang dan Jasa di Kota Manado
Grafik 2.11. Perkembangan Indeks Ekspektasi Pedagang Eceran Terhadap Harga Barang dan Jasa di Kota Manado
250.00
250.00
200.00
200.00
150.00
150.00
100.00
100.00
50.00
50.00
0.00 1
3
5
7
9 11 1
3
5
2008
7
9 11 1
3
2009
5
7
9 11 1
2010
Ekspektasi pedagang terhadap harga 3 bulan yad
3
5
7
9 11 1
2011
0.00
3
1
5
7
9 11 1
3
5
2008
Ekspektasi pedagang terhadap harga 6 bulan yad
7
9 11 1
3
2009
5
7
9 11 1
2010
Ekspektasi konsumen terhadap harga 3 bulan yad
Sumber : Survei Konsumen (SK) KPw Provinsi Sulawesi Utara
3
2012
3
5
7
9 11 1
2011
3
2012
Ekspektasi konsumen terhadap harga 6 bulan yad
Sumber : Survei Pedagang Eceran (SPE) KPw Provinsi Sulawesi Utara
Eksternal Grafik 2.12. Perkembangan Nilai Tukar Rupiah
Dari sisi eksternal, tekanan inflasi inti meningkat sebagai dampak nilai tukar Rupiah yang bergerak melemah
9,600 9,400
pada triwulan I tahun 2012. Baik secara rata-rata
point
maupun
to
point,
Rupiah
9,200
terdepresiasi
9,000
dibandingkan dengan level pada triwulan IV 2011.
8,600
8,800
8,400
Secara rata-rata Rupiah melemah sebesar 1,03%(qtq).
8,200 8,000
Pelemahan Rupiah tersebut dipengaruhi oleh masih
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 2010
tingginya ketidakpastian kondisi perekonomian global
2011
2012
Sumber: Bank Indonesia
serta meningkatnya persepsi risiko domestik terkait dengan kenaikan ekspektasi inflasi. Disamping itu, kenaikan harga komoditas internasional non pangan terutama emas dan energi yang meningkat cukup signifikan juga merupakan salah satu faktor yang membawa inflasi inti pada level yang lebih tinggi. Grafik 2.13. Perkembangan Minyak di Pasar Internasional
Grafik 2.14. Perkembangan Harga Emas di Pasar Internasional USD/pound
USD/Barel 120
2,000.00 1,800.00
110.04
1,600.00
110
1,400.00
100
106.09
1,200.00
90
1,000.00
80
800.00
70
600.00
60
400.00 200.00
50
0.00
40
4
5
6
7
30
8 2011
4
5
6
7
8 2011
Sumber: Bloomberg
9
10
11
12
1
2
9
10
11
12
1
2 2012
3
2012
Sumber: Bloomberg
39
3
PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
2.2.2 Non Fundamental
Volatile foods
Kelompok volatile foods pada Maret 2011 tercatat mengalami deflasi -5,38% (yoy) dengan sumbangan -1,61% (yoy) terhadap inflasi umum. Namun demikian, secara triwulanan kelompok volatile foods tercatat mengalami inflasi sebesar 1,88% (qtq). Hal ini mencerminkan bahwa kondisi pasokan kelompok volatile foods membaik apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Namun demikian, tren penurunan harga sampai dengan akhir tahun 2011 tertahan oleh kenaikan HPP Beras yang dituangkan dalam Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 3 Tahun 2012 tentang kebijakan pengadaan gabah/beras dan penyaluran beras oleh pemerintah pada 27 Februari 2012. Selain itu, faktor cuaca buruk turut menjadi pendorong kenaikan harga, seperti yang terpantau pada harga aneka bumbu (cabe rawit dan bawang putih) serta beberapa komoditas perikanan tangkap. Dari sisi ekspektasi inflasi, pedagang bumbu-bumbuan menaikkan harga sebagai antisipasi atas kenaikan ongkos angkutan yang diperkirakan akan terjadi menjelang penyesuaian harga BBM bersubsidi oleh pemerintah. Sementara itu, beberapa harga pangan terindikasi mulai meningkat yang berdampak pada kenaikan harga pada sebagian komoditas domestik, seperti minyak goreng.
Grafik 2.15. Perkembangan Harga Komoditas Beras dan Minyak Goreng di Kota Manado Rp/kg
Grafik 2.16. Perkembangan Harga Komoditas Cabe Rawit dan Bawang Merah di Kota Manado Rp/lt
10,500
12,000
Rp/kg 30,000
11,500
10,000
11,000 9,500 10,500 9,000 10,000 8,500
9,500
8,000
9,000 I
II
III
Des -11
IV M I M II M III M IV M I M II M III M IV M V M I M II M III M IV Jan-12
Beras
Feb-12
Maret
Minyak Goreng
Sumber : Survei Pemantauan Harga (SPH) KPw Prov. Sulawesi Utara
10,000 I
II
III
Des -11
IV M I M II M III M IV M I M II M III M IV M V M I M II M III M IV Jan-12
Cabe Rawit (merah)
Feb-12
Maret
Bawang Merah
Sumber : Survei Pemantauan Harga (SPH) KPw Prov. Sulawesi Utara
Administered Price
Secara tahunan inflasi kelompok administered prices pada Maret 2012 tercatat sebesar 2,96% (yoy) dengan sumbangan 0,55% (yoy). Inflasi administered prices pada Maret terutama berasal dari komoditas rokok dan bahan bakar rumah tangga terkait masih berlanjutnya program konversi minyak tanah ke gas elpiji.
40
BAB III III
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
Halaman ini sengaja dikosongkan
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH Kinerja perbankan pada triwulan I 2012 menunjukkan perkembangan cukup menggembirakan. Dari sisi penghimpunan dana, Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Pertumbuhan DPK terutama terjadi pada jenis deposito. Sementara itu, pertumbuhan aset sedikit tertahan sejalan dengan melambatnya laju pertumbuhan kredit pada triwulan I 2012. Namun demikian, fungsi intermediasi perbankan dan stabilitas sistem perbankan relatif terjaga. Loan to Deposit Ratio (LDR) perbankan di Sulawesi Utara berada pada level 110,96% di akhir triwulan I 2012. Beberapa aspek yang mencerminkan stabilitas sistem perbankan seperti aspek risiko kredit, risiko likuiditas, risiko pasar dan indikator lainnya relatif terkendali. Non Performing Loans (NPLs) relatif terjaga berada pada nilai dibawah batas ketentuan BI yaitu dibawah 5%. Tabel 3.1 Indikator Utama Perbankan di Sulawesi Utara
Komponen Total Aset Tumbuh Y.o.Y (%) DPK (Rp Miliar) Tumbuh Y.o.Y (%) Kredit outstanding (Rp Miliar) Tumbuh Y.o.Y (%) LDR (%) NPL (%)
Q1 14,783 8.42 9,953 11.74 10,867 19.48 109.18 3.53
2010 Q2 Q3 15,914 16,731 11.79 12.58 10,604 11,114 12.24 14.28 11,631 12,119 20.81 21.14 109.68 109.05 3.46 3.48
Q4 17,534 18.72 11,428 14.43 12,909 23.12 112.95 3.13
Q1 18,242 23.40 11,797 18.53 13,397 23.28 113.56 3.74
2011 Q2 Q3 19,467 20,465 22.33 22.32 12,601 13,298 18.83 19.66 14,403 15,107 23.83 24.65 114.30 113.60 3.64 3.46
Q4 21,244 21.16 14,138 23.71 15,896 23.14 112.43 2.66
2012 Q1 22,112 21.22 14,579 23.58 16,177 20.75 110.96 2.66
Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulawesi Utara
3.1. STRUKTUR ASET PERBANKAN SULAWESI UTARA Aset perbankan Sulawesi Utara, baik bank umum konvensional, bank umum syariah maupun Bank Perkreditan Rakyat (BPR) pada triwulan I-2012 mengalami pertumbuhan dengan laju sedikit lebih lambat dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Total aset perbankan Sulawesi Utara pada triwulan I 2012 mencapai Rp22.112 miliar atau tumbuh 21,22% (yoy), lebih rendah dari pertumbuhan pertumbuhan tahun lalu yang tercatat sebesar 23,40% (yoy). Struktur aset perbankan Sulawesi Utara masih didominasi oleh aset bank umum konvensional dengan pangsa mencapai 94,98% dari total aset perbankan. Lebih lanjut, sebesar 67,63% merupakan aset bank pemerintah dan 28,77% merupakan aset bank swasta. Sementara itu, pangsa bank umum syariah dan BPR konvensional masing-masing sebesar 1,95% dan 3,07%.
43
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
Apabila dilihat pertumbuhannya, aset BPR konvensional terus mengalami pertumbuhan positif hingga tercatat mencapai 65,74% (yoy) pada triwulan I 2012. Sementara itu, aset bank umum syariah mengalami pertumbuhan positif dengan laju melambat dibandingkan triwulan lalu. Pada triwulan I 2012 aset bank umum syariah tercatat tumbuh 37,12% (yoy), atau lebih lambat dibandingkan triwulan lalu yang tercatat sebesar 57,82%(yoy). Grafik 3.2. Perkembangan Pangsa Aset Perbankan Sulawesi Utara Tw. I-20112 (%)
Grafik 3.1. Pangsa Aset Perbankan Sulawesi Utara Tw. I-2012
Total Asset BPR Konvensional (left axis) Total Asset BU Syariah (left axis) Bank Umum Konvensional (right axis)
4
98 97.5
3
97
3
96.5
2
96
2
95.5 95
1
94.5
1
94
-
93.5 Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
2009
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulawesi Utara
Q2
Q3
2010
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
2011
Q1 2012
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulawesi Utara
3.2. PERKEMBANGAN KANTOR BANK Secara kelembagaan, perbankan Sulawesi Utara pada triwulan laporan terdiri dari 25 bank umum konvensional, 3 bank umum syariah, dan 17 Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Berdasarkan jaringan kantornya, bank umum konvensional memiliki 246 kantor dan bank umum syariah memiliki 13 kantor, sementara itu BPR terdiri dari 48 kantor. Jumlah bank umum dan BPR konvensional di Sulawesi Utara mengalami peningkatan apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Sepanjang tahun 2011 terdapat penambahan 21 kantor bank umum konvensional, 5 kantor BPR dan 1 kantor bank umum syariah yang menggambarkan semakin besarnya aktivitas perekonomian di Sulawesi Utara. 3.3. PERKEMBANGAN BANK UMUM KONVENSIONAL 3.3.1. Respon Perbankan Sulawesi Su lawesi Utara Terhadap Kebijakan Moneter Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada tanggal 8 Maret 2012 memutuskan untuk mempertahankan BI rate sebesar 5,75%. Tingkat BI Rate tersebut dinilai masih konsisten dengan tekanan inflasi dari sisi fundamental yang masih terkendali ke depan serta tetap kondusif untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dari dampak penurunan kinerja perekonomian dunia. Terhadap rencana kebijakan Pemerintah di bidang energi (BBM), Bank 44
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
Indonesia memperkirakan dampaknya pada inflasi bersifat temporer (one-time shock) dan inflasi akan kembali menurun sesuai dengan kondisi fundamental perekonomian. Sejalan dengan itu, Bank Indonesia akan mengambil langkah kebijakan yang diperlukan untuk mengantisipasi dampak inflasi jangka pendek tersebut melalui penguatan operasi moneter untuk mengendalikan ekses likuiditas jangka pendek, dengan tetap menjaga konsistensi kebijakan suku bunga dengan prakiraan makroekonomi ke depan. Transmisi kebijakan moneter melalui jalur suku bunga perbankan di Sulawesi Utara terus berlanjut. Namun demikian, penyesuaian terhadap kenaikan suku bunga pinjaman di Sulawesi Utara masih dalam kisaran yang relatif terbatas, ditandai oleh tren penurunan suku bunga perbankan hingga akhir triwulan I-2012 dalam kisaran rendah. Berdasarkan data yang bersumber dari Bank Indonesia, sampai dengan akhir Maret 2012, rata-rata tingkat suku bunga kredit tercatat sebesar 13,43% atau sedikit lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 13,53%. Menurut jenis penggunaannya, rata-rata tingkat suku bunga kredit modal kerja mencapai 13,30% per tahun, rata-rata kredit investasi sebesar 13,93% per tahun dan rata-rata kredit konsumsi sebesar 13,36% per tahun. Sementara itu, rata-rata tingkat suku bunga deposito 1 bulan sampai dengan Desember 2011 tercatat sebesar 5,79%, lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 6,58%. Apabila dibandingkan dengan tingkat suku bunga nasional, suku bunga kredit di Provinsi Sulawesi Utara masih berada pada level yang lebih tinggi. Rata-rata suku bunga kredit nasional tercatat sebesar 12,42% pada triwulan I 2012. Berdasarkan penggunaannya, rata-rata tingkat suku bunga kredit modal kerja mencapai 12,02% per tahun, rata-rata kredit investasi sebesar 11,62% per tahun dan rata-rata kredit konsumsi sebesar 13,62% per tahun.
Grafik 3.3. Perkembangan Rata-Rata Tingkat Suku Bunga Kredit, Deposito dan BI Rate (%)
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulawesi Utara
Grafik 3.4. Rata-Rata Tingkat Suku Bunga Kredit Menurut Jenis Penggunaan (%)
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulawesi Utara
45
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
3.3.2. Penyerapan Dana Masyarakat Dana Pihak Ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun perbankan di wilayah Sulawesi Utara pada triwulan I-2012 menunjukkan pertumbuhan sebesar 23,58% (yoy) menjadi Rp14.579 miliar, lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan pada periode yang sama tahun lalu, tercatat tumbuh 18,53% (yoy) atau sebesar Rp11.797 miliar. Hal ini mengindikasikan bahwa kemampuan perbankan dalam menjaring dana dari masyarakat semakin membaik. Berdasarkan jenis simpanannya, kenaikan dana terjadi pada jenis deposito yang tumbuh 30,18% (yoy) kemudian disusul oleh tabungan sebesar 21,36% (yoy) dan giro sebesar 17,8% (yoy). Grafik 3.5. Perkembangan Dana Pihak Ketiga (Rp. Miliar)
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulawesi Utara
Grafik 3.6.
Share Dana Pihak Ketiga (DPK)
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulawesi Utara
Menurut pangsanya, penempatan dana dalam sistem perbankan masih didominasi oleh jenis simpanan tabungan sebesar 46,40% dari total keseluruhan Dana Pihak Ketiga (DPK), disusul kemudian deposito (34,88%) dan giro (18,72%). Berdasarkan kelompok banknya, bank pemerintah menyerap 65,76% dari total DPK sedangkan sisanya dihimpun oleh bank swasta (34,24%). Berdasarkan laju pertumbuhannya, dana di bank pemerintah tumbuh 25,69% (yoy) sedangkan dana di bank swasta tumbuh sebesar 19,71% (yoy).
Grafik 3.7. Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Bank Penghimpun (Rp. Miliar)
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulawesi Utara
46
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
Berdasarkan wilayah penghimpunan dananya, dari keseluruhan total dana pihak ketiga yang dihimpun, sebesar 71,20% atau sebesar Rp10.380 miliar berasal dari bank-bank yang berlokasi di Manado, selanjutnya diikuti oleh Kota Kotamobagu (7,66%), Kota Bitung (6,97%), Kabupaten Kepulauan Sangihe Talaud (5,99%), Kabupaten Minahasa (5,02%), Kota Tomohon (1,23%), Kabupaten Minahasa Selatan (1,19%), Kabupaten Minahasa Utara (0,75%) . Tabel 3.2. Perkembangan Sebaran DPK per Kabupaten/Kota (Rp. Miliar)
Sebaran DPK Kab. Minahasa Kab. Kepulauan Sangihe Kab. Minahasa Selatan Kab. Minahasa Utara Kota Menado Kota Kotamobagu Kota Bitung Kota Tomohon Total
Q1 605 736 111 140 8,275 1,011 775 144 11,797
2011 Q2 Q3 682 682 763 802 122 126 123 117 8,890 9,478 1,047 1,054 834 887 140 153 12,601 13,298
Q4 662 744 107 94 10,489 962 965 115 14,138
2012 Q1 732 873 173 109 10,380 1,117 1,017 179 14,579
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulawesi Utara
Grafik 3.8. Komposisi Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Kabupaten/Kota (Rp. Miliar)
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov.
Grafik 3.9. Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Kab/Kota (%)
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov.
Berdasarkan wilayah administratifnya, DPK yang berhasil dihimpun pada triwulan laporan hampir seluruh kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi Utara mengalami pertumbuhan jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Pertumbuhan tertinggi dialami oleh Kabupaten Minahasa Selatan sebesar 56,02% (yoy) dan yang terendah dialami oleh Kota Kotamobagu sebesar 10,45% (yoy). Sementara itu, Kabupaten Minahasa Utara mengalami pertumbuhan negatif sebesar 22,08% (yoy). Apabila dilihat lebih lanjut, pertumbuhan negatif di Minahasa Utara terjadi pada giro pemerintah yang diperkirakan merupakan realisasi pembiayaan proyek pemerintah.
47
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
3.3.3. Penyaluran Penyaluran Kredit Bank Pelapor Pertumbuhan kredit bank umum konvensional di Sulawesi Utara terus menunjukkan adanya tren peningkatan. Pada triwulan I-2012, jumlah kredit secara umum tercatat 16.177 miliar atau tumbuh 20,75% (yoy). Berdasarkan jenis penggunaannya, pertumbuhan kredit paling signifikan dialami oleh kredit investasi yang mencapai jumlah Rp2.630 miliar atau tumbuh 68,45% (yoy). Sementara itu, untuk jenis kredit modal kerja dan kredit konsumsi masing-masing sebesar Rp5.185 miliar dan Rp8.363 miliar atau tumbuh 16.48% (yoy) dan 13.24% (yoy). Tingginya pertumbuhan kredit investasi dan modal kerja pada periode laporan diperkirakan didorong oleh meningkatnya minat pelaku usaha untuk berinvestasi di Sulawesi Utara, hal ini tercermin dari pembangunan infrastruktur penunjang serta sarana dan prasarana daerah yang terus ditingkatkan seiring dengan semakin banyaknya perhelatan berskala nasional dan internasional yang dilaksanakan di Sulawesi Utara. Grafik 3.11. Penyaluran Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan (Rp. Miliar)
Grafik 3.10. Perkembangan Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan (%)
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulawesi
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulawesi
Berdasarkan strukturnya, pangsa kredit konsumsi menempati urutan pertama sebesar 51,69% dari total kredit yang disalurkan. Selanjutnya pangsa kredit modal kerja tercatat sebesar 32,05%,
kemudian
diikuti
oleh
kredit
investasi
dengan
pangsa
sebesar
16,26%.
Mendominasinya share kredit konsumsi dibandingkan jenis kredit lainnya searah dengan pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara yang terutama didorong oleh aktivitas konsumsi. Berdasarkan sektor ekonominya, penyaluran kredit produktif selama triwulan ini sebagian besar ditujukan ke sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) dengan pangsa sebesar 28,75% dari total kredit. Sementara itu, berdasarkan kelompok bank, sampai dengan triwulan laporan, bank umum pemerintah mendominasi penyaluran kredit dibandingkan dengan bank umum
48
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
swasta nasional. Kelompok bank pemerintah menyalurkan Rp11.593 miliar atau mencapai pangsa pasar 71,66% sedangkan sisanya disalurkan oleh kelompok bank swasta sebesar Rp4.584 miliar dengan pangsa pasar 28,34% dari total kredit.
Grafik 3.12. Penyaluran Kredit Berdasarkan Sektor Ekonomi
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulawesi Utara
Grafik 3.13. Penyaluran Kredit Berdasarkan Kelompok Bank
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulawesi Utara
Berdasarkan wilayah penyaluran kredit, dari total kredit sebesar Rp16.177 miliar, tercatat 64.93% atau sebesar Rp10.505 miliar disalurkan di wilayah Kota Manado. Selanjutnya diikuti oleh Kota Kotamobagu dengan pangsa pasar sebesar 9,79% (Rp1.583 miliar), Kabupaten Minahasa 8,51% (Rp1.377 miliar), Kabupaten Kepulauan Sangihe 6,43%(Rp.1041 miliar), Kota Bitung 6,19% (Rp.1.001 miliar), Kota Tomohon 1,7% (Rp275 miliar), Kabupaten Minahasa Selatan 1,4% (Rp.226 miliar), Kabupaten Minahasa Utara 1,04% (Rp169 miliar).
Grafik 3.14. Komposisi Kredit Berdasarkan Kabupaten/Kota (Rp. Miliar)
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulawesi Utara
Grafik 3.15. Pertumbuhan Kredit Berdasarkan Kabupaten/Kota (%)
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulawesi
49
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
Berdasarkan laju pertumbuhan kreditnya, wilayah dengan laju pertumbuhan kredit tertinggi dialami Tomohon sebesar 46,69% (yoy) sedangkan yang terendah adalah Kabupaten Minahasa 6,66% (yoy). 3.3.4. Kredit MKM Pertumbuhan Menengah) konvensional
kredit
MKM
yang
disalurkan
di
Sulawesi
(Mikro, oleh Utara
Kecil bank
dan umum
Grafik 3.16. Laju Pertumbuhan Kredit UMKM dan Total Kredit (%)
mengalami
peningkatan. Hal ini mencerminkan keberpihakan perbankan terhadap UMKM. Sampai dengan triwulan I-2012, posisi kredit MKM tercatat Rp14.388 miliar atau tumbuh 19,59% (yoy). Jika dilihat berdasarkan skalanya, kredit kecil (di atas Rp50 juta namun di bawah Rp500 juta) memiliki pangsa terbesar yakni 59,96%, kredit menengah (di atas Rp500 juta namun di bawah Rp5 miliar) pangsanya mencapai 23,26%, dan sisanya 16,78% merupakan kredit mikro (di
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulawesi Utara
bawah Rp50 juta). Jika melihat pangsa kredit MKM terhadap penyaluran kredit perbankan secara keseluruhan pada triwulan I-2012, pangsa kredit MKM tercatat 88,94%, atau sedikit lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, tercatat 88,71%. Kenaikan pangsa kredit MKM ditopang oleh semakin membaiknya kualitas kredit yang disalurkan tercermin dari rasio
Non Performing Loan (NPL) sebesar 2,56% pada akhir triwulan I-2012. Grafik 3.17. Kredit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (Rp. Miliar)
50
Grafik 3.18.
Non Performing Loan Kredit UMKM (Rp. Miliar)
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulawesi
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulawesi
Utara
Utara
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
3.4 STABILITAS SISTEM PERBANKAN Stabilitas sistem perbankan di Sulawesi Utara sampai dengan triwulan I 2012 relatif terkendali.
Non Performing Loans (NPLs) relatif terjaga, berada pada tingkat dibawah batas ketentuan BI yaitu 5%. Sementara itu, aspek penyerapan dana yang tercermin dari Loan to Deposit Ratio (LDR) berada pada level sedikit diatas 100%. Sedangkan volatilitas kurs diperkirakan tidak akan berdampak besar terhadap risiko pasar, karena paparan tehadap transaksi valuta asing yang tidak tinggi. Sementara itu, perkembangan indikator lainnya (Kelonggaran tarik, NIM, ROA dan BOPO) menunjukkan perkembangan yang positif. 3.4.1 Risiko Kredit Pada triwulan I-2012 risiko kredit perbankan Sulawesi Utara masih terkendali yang tercermin dari indikator Non Performing Loans (NPLs) dan konsentrasi kredit secara keseluruhan. Ratio NPLs (bruto) tetap terjaga pada level dibawah batas yang ditetapkan oleh Bank Indonesia (5%) tercatat sebesar 2.66%. Dengan nilai NPLs yang relatif terjaga maka terdapat peluang untuk terus meningkatkan kinerja penyaluran kredit, terutama pada sektor-sektor yang produktif. Lebih lanjut, terdapat penurunan NPLs pada hampir semua sektor ekonomi terutama pada sektor pertanian. Hal ini tidak lepas dari upaya-upaya perbankan dalam perbaikan kualitas kredit. Selain itu, perbaikan kualitas kredit pertanian pada triwulan laporan diperkirakan merupakan dampak membaiknya kemampuan debitur dalam mengembalikan pinjamannya seiring dengan naiknya UMP pada awal tahun 2012 serta kenaikan gaji PNS/TNI/POLRI sebesar 10% pada Maret 2011. Sementara itu, apabila dilihat dari indikator konsentrasi kredit secara keseluruhan, dapat terlihat bahwa sebagian besar kredit disalurkan pada sektor yang memiliki tingkat NPL yang relatif rendah yakni sektor lainnya (Konsumsi) dengan pangsa mencapai 55,67% dari total kredit memiliki tingkat NPL sebesar 1,52%. Grafik 3.19. Kredit & NPLs Sektoral Tw. I-2012
Keterangan : 1 = Pertanian 2 = Pertambangan 3 = Industri 4 = Listrik, Gas, dan Air Bersih 5 = Konstruksi 6 = PHR 7 = Transportasi&Komunikasi 8 = Jasa-jasa 9 = Lainnya (Konsumsi)
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulawesi Utara
51
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
3.4.2 Risiko Risiko Likuiditas Indikator risiko likuiditas perbankan Sulawesi Utara, yaitu konsentrasi jangka waktu sumber dana dan tingkat Loan Deposit Ratio (LDR) menunjukkan bahwa risiko likuiditas pada triwulan laporan cukup terkendali. Dilihat berdasarkan konsentrasi jangka waktu sumber pembiayaannya, DPK di Sulawesi Utara masih
didominasi oleh dana-dana jangka pendek (tabungan dan giro) yang berpotensi
menciptakan maturity mismatch karena kredit yang disalurkan perbankan jangka waktunya relatif lebih panjang daripada penempatan dana masyarakat. Hal ini ditandai oleh pangsa ratarata 3 tahun terakhir dari tabungan tercatat sebesar 51,96% dari total kredit secara keseluruhan. Kondisi ini perlu dikelola dengan baik oleh perbankan, dimana perbankan dituntut untuk mampu memproyeksikan profil DPK-nya. Grafik 3.20.
Selanjutnya angka Loan to Deposit Ratio (LDR) pada
Loan to Deposit Ratio (LDR) Berdasarkan Kabupaten/Kota
triwulan laporan tercatat 110,96%. Perlu digaris bawahi bahwa perhitungan LDR ini hanya membagi jumlah total kredit yang disalurkan dengan jumlah dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun oleh perbankan. Meningkatnya rasio LDR ini disebabkan karena pertumbuhan kredit yang lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan DPK yang berhasil dihimpun bank.
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulawesi Utara
Berdasarkan wilayah administratifnya, rasio LDR terendah dialami oleh Kota Bitung sebesar 98,48%. Sedangkan LDR tertinggi dicapai oleh Kabupaten Minahasa sebesar 188,15%, disusul kemudian berturut-turut oleh Kabupaten Minahasa Utara sebesar 154,87%, Kota Tomohon sebesar 154,14%, Kota Kotamobagu sebesar 141,78%, Kabupaten Minahasa Selatan sebesar 130,72%, dan Kabupaten Kepulauan Sangihe sebesar 119,24%. Tingginya rasio LDR di wilayah-wilayah tersebut mengindikasikan bahwa wilayah tersebut merupakan kawasan yang sedang berkembang dan membutuhkan banyak kucuran dana, yang diantaranya diperoleh dari penyaluran kredit oleh perbankan di wilayah tersebut. 3.4.3 Risiko Pasar Risiko pasar yang dihadapi oleh perbankan Sulawesi Utara relatif terkendali yang tercermin dari rendahnya tingkat fluktuasi suku bunga. Tingkat suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) yang cenderung tetap, menyebabkan pergerakan suku bunga perbankan di Sulawesi Utara pun bergerak dalam batasan yang relatif kecil. Sementara itu, pergerakan kurs diperkirakan tidak akan berdampak besar terhadap kinerja perbankan Sulawesi Utara, karena minimnya transaksi valuta asing di perbankan Sulawesi Utara. 52
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
3.4.4 Indikator perbankan lainnya
Grafik 3.21. Kelonggaran Tarik Kredit Bank Umum
Rasio Kelonggaran Tarik Kredit
Perkembangan rasio kelonggaran tarik kredit bank umum pada triwulan I-2012 memperlihatkan adanya kecenderungan
peningkatan.
Tercatat
rasio
kelonggaran tarik pada Maret 2011 sebesar 7,47%, mengalami sedikit penurunan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat 7,56%. Hal ini mencerminkan berkurangnya jumlah kredit yang tidak dicairkan oleh nasabah.
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulawesi Utara
Margin Net Interest Ma rgin (NIM)
Net Interest Margin (NIM) didefinisikan sebagai salah
satu
indikator
penilaian
terkait
Grafik 3.22.
Net Interest Margin Bank Umum (Rp Miliar)
kemampuan bank dalam menghasilkan laba. Berdasarkan neraca konsolidasi bank umum, saldo bersih pendapatan bunga setelah dikurangi biaya bunga atau yang biasa disebut Net Interest
Margin
(NIM)
pada
triwulan
laporan
menunjukkan angka yang positif sebesar Rp773 miliar, mengalami peningkatan bila dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang tercatat Rp414
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulawesi Utara
miliar.
Rasio BOPO
Rasio BOPO menunjukkan tingkat efisiensi bank dalam melakukan kegiatan operasionalnya. Rasio BOPO yang tinggi mencerminkan kondisi bank yang tidak efisien. Sampai dengan triwulan laporan, tingkat efisiensi operasional perbankan menurun yang tercermin dari peningkatan rasio BOPO bank umum dari 67,35% pada triwulan yang sama tahun sebelumnya menjadi 85,83% pada triwulan laporan. Hal ini dapat diartikan bahwa bank masih belum efisien dalam menjalankan kegiatan operasionalnya.
53
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
Return on Asset (ROA)
Return on Asset (ROA) merupakan suatu rasio yang mengukur kemampuan bank untuk menghasilkan laba dengan aset yang dimilikinya. Sampai dengan triwulan I-2012, rasio ROA bank umum tercatat sebesar 1,26%, mengalami peningkatan bila dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 1,18%. Grafik 3.23. Rasio Biaya dan Pendapatan Operasional Bank Umum
Grafik 3.24.
Return On Asset Bank Umum
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov.
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulawesi Utara
Sulawesi Utara
3.5 PERKEMBANGAN PERBANKAN SYARIAH Secara umum, indikator kinerja bank umum syariah di Sulawesi Utara pada triwulan laporan mengalami
pertumbuhan positif. Total aset bank umum syariah secara tahunan, sampai
dengan posisi Maret 2012 meningkat sebesar 37,12% (yoy), sejalan dengan pertumbuhan kredit sebesar 51,10%. Sementara itu, DPK tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 52,40% (yoy) pada triwulan laporan. Dengan kondisi tersebut, Financing to Deposit Ratio (FDR) menjadi 190,57% pada triwulan I-2012. Tabel 3.3. Indikator Utama Perbankan Syariah di Sulawesi Utara (Rp miliar)
2010
2011
Q2
Q3
Q4
Q1
Asset
199.25
288.12
304.69
331.31
330.49
347.06
480.87
454.29
DPK
90.29
104.37
125.46
128.38
133.03
138.95
188.58
195.65
9.10
11.85
13.81
13.12
12.14
12.76
16.73
13.94
59.52
67.33
79.98
76.95
34.87
35.88
68.68
106.55
Giro Tabungan Deposito Kredit Modal Kerja
Q3
Q4
Q1
21.68
25.20
31.67
38.30
86.02
90.31
103.16
75.16
185.92
217.44
240.06
246.04
285.07
322.15
355.48
371.77
170.57
199.82
215.85
217.87
243.62
248.81
259.58
260.57 16.27
Investasi
3.33
3.55
3.60
3.62
3.96
5.71
10.92
Konsumsi
12.02
14.07
20.61
24.55
37.49
67.63
84.98
94.93
205.91
208.33
191.35
191.65
214.29
231.85
188.51
190.57
FDR (%)
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulawesi Utara
54
Q2
2012
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
3.6 PERKEMBANGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT
Tabel 3.4. Indikator Utama Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Sulawesi Utara (Rp. Miliar) 2 0 10
Ko m po ne n Q1
Q2
2 0 11 Q3
Q4
Q1
Q2
334.3
402.0
430.6
496.2
A set
272.0
301.9
DP K
192.8
221.8
255.0
135.7
155.2
189.7
Depo sito Tabungan
281.8 207.0
308.4 236.5
2 0 12 Q3
348.5 267.9
Q4
Q1
563.1
651.7
395.0
439.5
318.6
346.5
713.7 471.3 382.2
57.0
66.7
65.4
74.8
71.9
80.6
76.4
92.9
89.1
212.3
230.3
246.8
288.3
322.5
383.6
420.1
455.8
505.5
56.4
63.3
74.1
81.9
104.4
92.4
100.1
98.1
97.1
13.1
14.1
12.3
10.9
15.7
14.1
13.2
12.5
17.3
142.8
152.9
160.5
195.5
202.4
277.1
306.8
345.2
391.1
Pertanian
4.8
4.5
4.8
4.4
4.5
4.7
5.6
5.7
5.9
Perindustrian
0.6
0.7
0.9
3.9
5.4
3.6
2.8
2.3
2.3
34.1
37.8
41.4
43.8
41.8
46.2
49.5
44.9
50.9
Kre dit J e nis P e ngguna a n M o dal Kerja Investasi Ko nsumsi S e k t o ra l
PHR Jasa-jasa
18.6
18.5
20.5
18.7
53.6
33.6
33.2
33.5
33.8
154.2
168.6
179.2
217.5
217.2
295.4
329.0
369.4
412.7
LD R ( P e rs e n)
110.1
103.8
96.8
102.3
104.6
110.1
106.3
103.7
104.6
N P L ( P e rs e n)
3.39
3.84
4.37
4.24
4.71
3.85
4.16
3.92
3.89
Lain-lain
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulawesi Utara
Kinerja BPR Provinsi Sulawesi Utara pada triwulan I-2012 menunjukkan pertumbuhan positif yang tercermin dari pertumbuhan aset, DPK dan kredit. Aset BPR pada Maret 2012 mengalami pertumbuhan sebesar 65,74% (yoy), menjadi Rp713,7 miliar. Pertumbuhan aset BPR pada periode laporan terutama didorong oleh pertumbuhan kredit tercatat 56,76% (yoy) atau mencapai Rp505,5 miliar.
Secara sektoral, kredit terutama disalurkan pada sektor lain-lain
(konsumsi) dengan pangsa 81,64% dan sektor PHR dengan pangsa 10,06%. Berdasarkan jenis penggunaannya, sebagian besar kredit yang disalurkan BPR merupakan kredit konsumsi dengan pangsa mencapai 77,36% dari total kredit. Hal ini diperkirakan tidak lepas dari kegiatan konsumsi masih menjadi lokomotif pertumbuhan ekonomi daerah disamping meningkatnya aktivitas ekonomi khususnya di sektor konsumsi yang didorong oleh kenaikan pendapatan sebagian besar masyarakat di Sulawesi Utara. Sejalan dengan hal tersebut, DPK juga mengalami pertumbuhan positif sebesar 52,80%(yoy) dengan jumlah nominal sebesar Rp471,3 miliar. Berdasarkan komponen pembentuknya, deposito masih mendominasi DPK BPR dengan pangsa 81,10%. Pertumbuhan DPK BPR jauh lebih tinggi apabila dibandingkan dengan pertumbuhan DPK bank umum. Hal ini diduga terkait dengan masih relatif lebih menariknya suku bunga simpanan di BPR dibandingkan suku bunga perbankan. Melihat kondisi tersebut, diperlukan perhatian lebih pada penataan ulang efisiensi
55
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
BPR, terutama bagaimana dapat menekan suku bunga pinjaman yang saat ini berada pada tingkat yang cukup tinggi akibat tingginya suku bunga sumber dana pembiayaan BPR. Fungsi intermediasi pada BPR juga menunjukkan pertumbuhan positif, tercermin dari rasio LDR yang tercatat sebesar 104,6% pada triwulan I-2012. Sejalan dengan membaiknya fungsi intermediasi, kualitas kredit BPR juga mengalami perbaikan seperti ditunjukkan oleh tren penurunan
persentase kredit bermasalah (NPL gross) hingga tercatat sebesar 3,89% pada
triwulan I-2012.
56
PERAN BANK INDONESIA DALAM MENDORONG PENYALURAN KREDIT SEKTOR PERIKANAN Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) pada sub sektor perikanan secara historis selama 3 (tiga) tahun terakhir menunjukkan bahwa nelayan Sulawesi Utara masih berada dalam kondisi kurang sejahtera dengan rata-rata nilai indeks sebesar 96,72 (indeks < 100). Perkembangan Nilai Tukar Petani Sub Sektor Perikanan
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Utara
Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas
Perkembangan Produksi Ikan Tangkap dan Budidaya
Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Utara diperoleh data bahwa hasil produksi ikan tangkap cenderung stabil sepanjang tahun 2010 dan 2011, namun pada triwulan I 2012 terdapat penurunan sebesar 11,19% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Kinerja sub sektor perikanan tangkap relatif fluktuatif dimana faktor cuaca sangat menentukan produktivitas hasil tangkapan. Sementara itu, produksi perikanan budidaya relatif lebih
stabil
(meningkat
0,03%)
90,000 80,000 70,000 60,000 50,000 40,000 30,000 20,000 10,000 0
Produksi Ikan Tangkap Produksi Ikan Budidaya
Q1
Q2
Q3
2010
Q4
Q1
Q2
Q3
2011
Q4
Q1 2012
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Utara
apabila
dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, namun jika dibandingkan dengan periode sebelumnya, produksi perikanan budidaya juga mengalami penurunan sebesar 69,25%. (qtq). Penyaluran kredit dari perbankan memiliki peran yang penting terhadap perkembangan produktivitas sektor perikanan. Dari total kredit perbankan sebesar Rp16,55 triliun pada Maret 2012, penyaluran kredit di sektor perikanan memiliki pangsa 1,02% atau hanya Rp169,54 miliar yang disalurkan pada sektor perikanan. Minimnya penyaluran kredit pada sektor perikanan terkait dengan risiko kredit yang cukup tinggi pada sektor tersebut, hal ini tercermin dari rata-rata kredit bermasalah (Non Performing Loan) kredit perikanan pada Januari 2011 hingga Maret 2012 tercatat sebesar 7,16%, lebih tinggi dibandingkan NPL kredit secara umum sebesar 3,38% dan telah melebihi batas toleransi yang ditentukan Bank Indonesia sebesar 5%.
57
Pangsa Kredit Sektor Perikanan Terhadap Total Kredit (Maret 2012)
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara
Perkembangan Rasio NPL Kredit Perikanan
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara
Dalam rangka meningkatkan penyaluran kredit pada sektor perikanan, Bank Indonesia bekerja sama dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan yang tertuang dalam Nota Kesepahaman No.04/MEN-KP/KB/IV/2010 dan No.12/1/GBI/DPNP/MOU tanggal 22 April 2010. Dengan adanya Nota Kesepahaman tersebut diharapkan dapat mendorong percepatan kinerja sektor kelautan dan perikanan sebagai salah satu sektor unggulan dalam perekonomian Indonesia. Adapun ruang lingkup Nota Kesepahaman tersebut mencakup kegiatan seminar, workshop, sosialisasi, penelitian, survei, kelompok kerja atau forum kerja sama dalam rangka mendorong fungsi intermediasi perbankan kepada sektor kelautan dan perikanan serta penyediaan data terkait pemberian kredit di sektor kelautan dan perikanan oleh perbankan.
58
BAB IV IV
PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
Halaman ini sengaja dikosongkan
PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan instrumen untuk mengatur pengeluaran dan pendapatan pemerintah daerah dalam rangka membiayai pelaksanaan kegiatan pemerintahan dan pembangunan, meningkatkan output, mencapai pertumbuhan dan stabilitas perekonomian, dan menentukan arah serta prioritas pembangunan secara umum. Selain itu, APBD merupakan kebijakan operasional yang menjadi turunan dari strategi pembangunan pemerintah daerah yang telah ditetapkan, sehingga dapat terlihat arah keberpihakan pemerintah daerah. APBD seharusnya menggambarkan angka-angka ekonomis yang mencerminkan kebutuhan masyarakat untuk memecahkan masalah dan meningkatkan kesejahteraannya. Pada hakikatnya anggaran daerah merupakan alat untuk meningkatkan pelayanan publik dan kesejahteraan masyarakat. Pembahasan dan analisa kinerja APBD dalam laporan ini meliputi perkembangan kinerja anggaran pemerintah daerah di tingkat Provinsi, sedangkan kinerja anggaran untuk 15 Kabupaten/Kota yang ada di Sulawesi Utara belum dapat tersajikan dalam laporan karena terkendala oleh keterbatasan data yang diperoleh. Transfer dana dari pemerintah pusat yang bersumber dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) ke Provinsi/Kab/Kota di wilayah Sulawesi Utara pada Tahun 2012 mencapai Rp7,43 triliun atau naik 3,87% dibandingkan tahun sebelumnya. Berdasarkan komponen penyusunnya, kenaikan transfer dana dari pemerintah pusat terutama berasal dari Dana Alokasi Umum (DAU) sebesar Rp983,37 miliar atau naik 19,81%. Tabel 4.1. Perkembangan Transfer Dana Pusat Ke Prov/Kab/Kota di Wilayah Sulawesi Utara (dlm jutaan rupiah)
Dana Dana Perimbangan
Dana Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak Dana Alokasi Umum (DAU) Dana Alokasi Khusus (DAK) Dana Penyesuaian & Otonomi Khusus TOTAL
2008 4,375,802 274,401 3,427,845 673,556 280,370 4,656,172
2009 5,282,510 335,993 4,059,322 887,196 393,844 5,676,354
2010 5,462,060 330,894 4,431,419 699,748 221,120 5,683,180
2011 5,997,653 324,688 4,963,779 709,185 1,152,757 7,150,410
2012* 6,992,563 356,424 5,947,146 688,993 434,367 7,426,930
*) Data Update per 31 Maret 2012
Sumber : Dirjen Perimbangan Keuangan Depkeu
4.1. 4.1 .
Dana Perimbangan di Sulawesi Utara
4.1.1
Struktur Dana Perimbangan di Sulawesi Utara
Alokasi dana perimbangan yang terdiri atas Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK) dan dana bagi hasil pajak/bukan pajak dari pemerintah pusat bagi 61
PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
Provinsi/Kab/Kota di wilayah Sulawesi Utara Tahun 2012 meningkat sebesar 16,59% dibandingkan dengan Tahun 2011. Secara agregat, jumlah alokasi dana perimbangan dari pemerintah pusat ke provinsi, kabupaten dan kota di Sulawesi Utara mencapai Rp6,99 triliun. Seluruh Kabupaten/Kota bahkan di tingkat Provinsi di Tahun 2012 mengalami peningkatan alokasi anggaran dibandingkan tahun lalu. Berdasarkan alokasi dana perimbangan di masing-masing kabupaten/kota/provinsi di Tahun
2012,
mendapatkan
Provinsi
Sulawesi
Utara
alokasi
terbesar
yakni
Grafik 4.1. Alokasi Dana Perimbangan Sulawesi Utara Tahun 2012
Rp889,07 miliar dengan pangsa 12,71%. Berikutnya adalah Kota Manado sebesar Rp667,12 miliar dengan pangsa 9,54% dari total anggaran, Kabupaten Minahasa sebesar Rp558,16 miliar dengan pangsa 7,98% dan Kabupaten Bolaang Mongondow sebesar Rp478,57 miliar dengan pangsa 6,84%.
Sumber: Dirjen Perimbangan Keuangan Depkeu, diolah
Alokasi dana terendah diperoleh oleh Kabupaten Bolaang Mongondow Timur dengan pangsa 3,65% dari total dana perimbangan atau sebesar Rp255,57 milliar.
Berdasarkan komponennya, alokasi dana perimbangan di seluruh kabupaten/kota di Sulawesi Utara pada APBD Tahun 2012 sebagian besar berasal dari Dana Alokasi Umum dengan pangsa mencapai 85,05%. Selanjutnya diikuti oleh Dana Alokasi Khusus (DAK) dengan pangsa sebesar 9,85% dan Dana Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak sebesar 5,10%. Apabila dilihat berdasarkan proporsi Dana Perimbangan terhadap total Pendapatan di wilayah Provinsi Sulawesi Utara tercatat bahwa komponen Dana Perimbangan masih mendominasi pendapatan Sulawesi Utara dengan pangsa sebesar 62%, sisanya sebesar 38,19% merupakan Pendapatan Asli Daerah Provinsi Sulawesi Utara. Grafik 4.2. Pangsa Komponen Dana Perimbangan Prov/Kab/Kota di Sulawesi Utara Tahun 2012
62
Sumber: Dirjen Perimbangan Keuangan Depkeu, diolah
Grafik 4.3. Rincian Alokasi Dana Perimbangan Sulawesi Utara Tahun 2012
Sumber: Dirjen Perimbangan Keuangan Depkeu, diolah
PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
4.2 4.2 .
APBD di Tingkat Provinsi
Kapasitas fiskal Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara meningkat dibandingkan tahun sebelumnya. Peningkatan terutama berasal dari pendanaan transfer pemerintah pusat ke daerah (Dana Perimbangan). Target Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Tahun 2012 tercatat mengalami peningkatan dibandingkan tahun lalu yakni sebesar Rp1,72 triliun atau naik sebesar 36,32% (yoy). Hingga akhir triwulan I 2012 realisasi pendapatan Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara baru mencapai Rp504,26 miliar (29,36%). Di sisi belanja, Provinsi Sulawesi Utara menganggarkan dana yang cukup besar. Alokasi belanja Provinsi Sulawesi Utara adalah sebesar Rp1,82 triliun atau meningkat 40,07% dari tahun sebelumnya. Namun demikian, peningkatan alokasi belanja ini tidak diikuti dengan peningkatan realisasinya. Pada triwulan I 2012 realisasi belanja pemerintah tercatat hanya mencapai 12,31%, lebih rendah dibandingkan realisasi pada triwulan I 2011 (13,33%).
Tabel 4.2. Kinerja APBD Provinsi Sulawesi Utara s.d. 31 Maret 2012 (dlm jutaan rupiah)
No I
II
III
Uraian Pendapatan Pendapatan Asli Daerah Pendapatan Transfer Lain-lain PAD yang Sah Belanja Belanja Operasi Belanja Modal Belanja Tidak Terduga Transfer (Ke Kab/Kota/Desa) Pembiay aan Penerimaan Daerah - SILPA Pengeluaran Daerah
APBD 2011 (Rp Juta) 1,259,702 451,755 807,647 300 1,297,908 892,324 223,584 10,000 172,000 38,207 40,207 40,207 2,000
Realisasi APBD Tw . I-2011 Nominal % 355,749 28.24 119,410 26.43 236,257 29.25 82 27.38 172,949 13.33 135,932 15.23 13,464 6.02 100 1.00 23,453 13.64 -
APBD 2012 (Rp Juta) 1,717,270 549,355 1,167,565 350 1,817,969 1,251,434 351,536 10,000 205,000 100,699 100,699 100,699 -
Realisasi APBD Tw . I-2012 Nominal % 504,257 29.36 132,800 24.17 371,416 31.81 42 11.89 223,830 12.31 190,292 15.21 7,753 2.21 70 0.70 25,715 12.54 189,114 187.80 189,114 187.80 189,114 187.80 -
Sumber : Biro Keuangan Provinsi Sulawesi Utara, diolah
4.2.1. Pendapatan Pen dapatan Daerah di Tingkat Provinsi Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara meningkatkan target pendapatan secara umum. Hal ini tercermin dari peningkatan target pendapatan pada APBD 2012 dibandingkan APBD 2011. Peningkatan terutama berasal dari meningkatnya anggaran alokasi transfer pemerintah pusat ke daerah (Dana Perimbangan). Sampai dengan periode laporan, total Dana Perimbangan mencapai Rp889,07 miliar, mengalami peningkatan 7,11% dibandingkan tahun lalu. Peningkatan ini sejalan dengan komitmen pemerintah pusat untuk meningkatkan kapasitas daerah serta mengurangi kesenjangan publik.
63
PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
Sejalan dengan itu, Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara juga meningkatkan target Pendapatan Asli Daerah (PAD) menjadi Rp549,35 miliar pada APBD 2012, meningkat 21,60% dibandingkan tahun lalu. Hal ini merupakan komitmen Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara dalam mengurangi ketergantungan Pemerintah Provinsi terhadap Pemerintah Pusat mengingat masih besarnya rasio dana perimbangan dibandingkan total pendapatan Provinsi Sulawesi Utara yang menandakan kegiatan ekonomi dan sosial masyarakat Sulawesi Utara sebagian besar masih digerakkan oleh dana yang berasal dari pemerintah pusat. Tabel 4.3. Kinerja Pendapatan Daerah Provinsi Sulawesi Utara s.d. 31 Maret 2012 (dlm jutaan rupiah)
Uraian PENDAPATAN Pendapatan Asli Daerah - Pajak Daerah - Retribusi Daerah - Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah - Lain-lain Pendapatan Transfer - Dana Bagi Hasil Pajak - Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (SDA) - Dana Alokasi Umum - Dana Alokasi Khusus - Transfer pemerintah lainnya Lain-lain Pendapatan yang Sah
APBD 2011 (Rp Juta) 1,259,702 451,755 409,963 6,591 20,000 15,200 807,647 54,035 965 619,711 29,288 103,647 300
Realisasi APBD Tw . I-2011 Nominal % 355,749 119,410 114,933 1,759 2,718 236,257 20,867 33 206,570 8,786 82
28.24 26.43 28.03 26.69 17.88 29.25 38.62 3.44 33.33 30.00 27.38
APBD 2012 (Rp Juta) 1,717,270 549,355 507,063 7,091 20,000 15,200 1,167,565 54,770 230 790,534 43,540 278,491 350
Proporsi APBD 2012 (%) 100.00 31.99 92.30 1.29 3.64 2.77 67.99 4.69 0.02 67.71 3.73 23.85 0.03
Realisasi APBD Tw . I-2012 Nominal % 504,257 132,800 125,262 1,302 6,236 371,416 9,868 11,504 263,511 86,532 42
29.36 24.17 24.70 18.36 41.03 31.81 18.02 5,001.77 33.33 31.07 11.89
Sumber : Biro Keuangan Provinsi Sulawesi Utara, diolah
Sementara itu, tingkat realisasi pendapatan pada akhir triwulan I 2012 tercatat sebesar 29,36%, lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu (28,24%). Apabila dilihat berdasarkan komponennya, pencapaian terbesar terjadi pada komponen pendapatan transfer dengan realisasi sebesar 31,81%. Realisasi pendapatan transfer terutama berasal dari dana bagi hasil bukan pajak (SDA) dan Dana Alokasi Umum (DAU). Selanjutnya pada komponen Pendapatan Asli Daerah, realisasi terbesar berasal dari pajak daerah yang terealisasi sebesar 24,70% dan retribusi daerah sebesar 18,36%. 4.2.2. 4.2.2. Belanja Daerah di Tingkat Provinsi Di sisi belanja, Provinsi Sulawesi Utara menganggarkan dana yang cukup besar. Alokasi belanja Provinsi Sulawesi Utara adalah sebesar Rp1,82 triliun atau meningkat 40,07% dari tahun sebelumnya. Namun demikian, peningkatan alokasi belanja ini tidak diikuti dengan peningkatan realisasinya. Sampai dengan akhir triwulan I 2012 realisasi belanja tercatat sebesar 12,31% dari total anggaran atau lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 13,33%.
64
PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
Tabel 4.4. Kinerja Belanja Daerah Provinsi Sulawesi Utara s.d. 31 Maret 2012 (dlm jutaan rupiah)
Uraian BELANJA Belanja Operasi
- Belanja Pegawai - Belanja Barang - Belanja Hibah - Belanja Bantuan Sosial - Belanja Bantuan Keuangan Belanja Modal - Belanja Tanah - Belanja Peralatan dan Mesin - Belanja Bangunan dan Gedung - Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan - Belanja Aset Tetap Lainnya Belanja Tak Terduga Transfer (Bagi Hasil ke Kab/ Kota/Desa)
APBD 2011 (Rp Juta) 1,297,908 892,324 476,316 329,125 35,383 45,720 5,780 223,584 24,000 37,383 30,273 128,305 3,623 10,000 172,000
Realisasi APBD Tw . I-2011 Nominal 172,949 135,932 88,728 37,198 7,247 2,759 13,464 7,441 2,506 3,456 61 100 23,453
% 13.33 15.23 18.63 11.30 20.48 6.04 0.00 6.02 0.00 19.91 8.28 2.69 1.68 1.00 13.64
APBD 2012 (Rp Juta)
Proporsi APBD 2012 (%)
1,817,969 1,251,434 539,802 374,624 300,728 35,000 1,280 351,536 102,140 81,636 41,018 121,654 5,088 10,000 205,000
100.00 68.84 43.13 29.94 24.03 2.80 0.10 19.34 29.06 23.22 11.67 34.61 1.45 0.55 11.28
Realisasi APBD Tw . I-2012 Nominal 223,830 190,292 97,927 31,726 60,639 0 7,753 100 6,587 888 78 101 70 25,715
% 12.31 15.21 18.14 8.47 20.16 0.00 0.00 2.21 0.10 8.07 2.16 0.06 1.98 0.70 12.54
Sumber : Biro Keuangan Provinsi Sulawesi Utara, diolah
Menurut komponen pembentuknya, belanja Provinsi terdiri atas belanja operasi, belanja modal dan belanja tak terduga dengan pangsa masing-masing 68,84%, 19,34% dan 0,55%. Belanja operasi didominasi oleh belanja pegawai dengan pangsa 43,13% dan belanja barang 29,94%, sisanya merupakan belanja hibah (24,03%), belanja bantuan sosial (2,8%), dan
belanja
bantuan keuangan (0,10%). Sementara itu belanja modal terutama didominasi oleh belanja jalan, irigasi dan jaringan sebesar 34,61%. Sementara itu, berdasarkan tingkat realisasinya, tingkat realisasi belanja operasi (15,21%) tercatat lebih tinggi dibandingkan realisasi belanja modal (2,21%).
Hal ini sejalan dengan
struktur perekonomian Sulawesi Utara yang masih lebih banyak didorong oleh sektor konsumsi dibandingkan investasi (consumption driven growth). 4.2.3. Pangsa Realisasi APBD Terhadap PDRB dan Uang Beredar Dengan melakukan identifikasi terhadap pos-pos belanja dalam APBD provinsi ke dalam 2 (dua) kegiatan utama berdasarkan tabel PDRB sisi permintaan, yaitu konsumsi pemerintah dan belanja modal diperoleh hasil bahwa realisasi konsumsi pemerintah memiliki pangsa sebesar 2,17% terhadap PDRB harga berlaku Provinsi Sulawesi Utara di triwulan I 2012, sedangkan realisasi belanja modal hanya memiliki pangsa sebesar 0,08%. Tingginya pangsa konsumsi pemerintah tercermin dari kinerja konsumsi dalam struktur perekonomian Sulawesi Utara memiliki kontribusi terbesar dalam PDRB. Sementara itu, dampak realisasi APBD Provinsi terhadap perkembangan uang beredar sampai dengan posisi 31 Maret 2012 masih relatif minimal, hal ini tercermin dari kondisi surplus yang 65
PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
berarti jumlah realisasi pendapatan pemerintah lebih besar dibandingkan realisasi pengeluaran (belanja pemerintah).
Tabel 4.5. Pangsa Realisasi APBD Provinsi s.d. 31 Maret 2012 Terhadap PDRB Harga Berlaku (dlm jutaan rupiah)
Uraian PENDAPATAN Pendapatan Asli Daerah - Pajak Daerah - Retribusi Daerah - Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah - Lain-lain Pendapatan Transfer - Dana Bagi Hasil Pajak - Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (SDA) - Dana Alokasi Umum - Dana Alokasi Khusus Lain-lain Pendapatan y ang Sah BELANJA Konsumsi Pemerintah - Belanja Pegawai - Belanja Barang - Belanja Hibah - Belanja Bantuan Sosial - Belanja Bantuan Keuangan - Belanja Tak Terduga - Transfer (Bagi Hasil ke Kab/Kota/Desa) Pembentukan Modal Tetap Bruto (Belanja Modal) Sumber: Biro Keuangan Daerah Sulawesi Utara, diolah
66
Realisasi APBD Tw .I-2012 (Rp Juta) 504,257 132,800
% thd PDRB 5.06 1.33
125,262
1.26
1,302
0.01
6,236 371,416 9,868 11,504 236,511 0 42 223,830 216,077 97,927 31,726 60,639 0 0 70 25,715 7,753
0.00 0.06 3.72 0.10 0.12 2.37 0.00 0.00 2.24 2.17 0.98 0.32 0.61 0.00 0.00 0.00 0.26 0.08
BAB V
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
Halaman ini sengaja dikosongkan
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Sistem pembayaran adalah sistem yang berkaitan dengan kegiatan pemindahan dana dari satu pihak kepada pihak lain yang melibatkan berbagai komponen sistem pembayaran. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan menggunakan alat pembayaran tunai, kliring, maupun Real Time Gross
Settlement (RTGS). Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran nasional baik tunai maupun non tunai merupakan salah satu tugas Bank Indonesia yang diamanatkan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah terakhir kalinya dengan Undang-undang Republik Indonesia No.6 tahun 2009. Bank Indonesia senantiasa berupaya untuk dapat memenuhi kebutuhan uang kartal di masyarakat baik dalam nominal yang cukup, jenis pecahan yang sesuai, tepat waktu dan dalam kondisi layak edar (clean money policy). Sementara itu kebijakan di bidang instrumen pembayaran non tunai tetap diarahkan untuk menyediakan sistem pembayaran yang efektif, efisien, aman dan handal dengan tetap memperhatikan aspek perlindungan konsumen. Sebagai representasi Bank Indonesia di daerah, fungsi mengatur kelancaran sistem pembayaran baik tunai maupun non tunai di Sulawesi Utara dijalankan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara. Memasuki triwulan pertama tahun 2012, nilai transaksi sistem pembayaran baik tunai maupun non tunai (kliring) di Sulawesi Utara menunjukkan peningkatan. Namun demikian, untuk aktivitas transaksi pembayaran melalui Bank Indonesia - Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) pada triwulan laporan mengalami sedikit penurunan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. 5.1. Perkembangan Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai 5.1.1. Perkembangan Aliran Uang Kartal (Inflow/Outflow) Perkembangan aliran uang kartal pada triwulan I 2012 di wilayah kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara menunjukkan terjadinya net inflow. Pada triwulan laporan, aliran uang masuk (inflow) tercatat lebih besar daripada aliran uang keluar (outflow) sehingga secara keseluruhan mengalami net inflow sebesar Rp975,15 miliar. Jumlah tersebut mengalami peningkatan sebesar 63,92% dibandingkan dengan posisi yang sama tahun lalu (yoy). Dilihat dari data historisnya, aliran uang di wilayah Sulawesi Utara secara umum memiliki pola, dimana pada tiga bulan pertama di awal tahun mengalami siklus net inflow yang cukup besar setelah pada triwulan sebelumnya (tiga bulan terakhir di akhir tahun) terjadi outflow yang cukup tinggi yang biasa terjadi pada moment perayaan Natal dan menjelang Tahun Baru. 69
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
Secara nominal, pada triwulan laporan jumlah uang kartal yang masuk (inflow) ke Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara adalah sebesar Rp1.158 miliar, mengalami peningkatan 54,57% dibandingkan periode yang sama tahun lalu (yoy). Sementara itu, jumlah uang kartal yang keluar (outflow) dari Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara tercatat Rp183,68 miliar atau hanya naik 18,63% (yoy). Apabila dilihat secara bulanan, sepanjang triwulan I 2012 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara terus mengalami net inflow sebesar Rp759,82 miliar pada Januari 2012, Rp178,59 miliar pada Februari 2012 dan Rp36,74 miliar pada Maret 2012. Grafik 5.1.
Netflow Aliran Kas Uang Kartal Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara, diolah
5.1.2. Penyediaan Uang Kartal Layak Edar Dalam melaksanakan strategi clean money policy, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara melaksanakan kegiatan pemusnahan uang yang sudah tidak layak edar dengan melakukan Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) terhadap uang kartal yang telah lusuh/rusak. Proses pemusnahan tersebut telah dilakukan dengan prosedur dan pengawasan yang ketat terhadap tingkat kelusuhan uang yang dapat dimusnahkan. Hal tersebut dilakukan untuk menjamin ketersediaan uang layak edar di masyarakat. Selama triwulan I 2012, rasio PTTB terhadap uang kartal masuk tercatat sebesar 37,55%, lebih rendah dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun lalu yang tercatat 43,53%. Secara nominal, jumlah uang yang diberi tanda tidak berharga selama triwulan laporan adalah sebesar Rp435 miliar. Budaya dan perilaku masyarakat yang kurang baik dalam memperlakukan uang kertas seperti melipat, mengokot (men-staples), meremas dan mencorat-coret akan 70
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
mempercepat kelusuhan uang kertas. Selain itu, karena faktor iklim tropis yang lembab juga akan mempercepat tingkat kelusuhan uang kertas. Grafik 5.2. Rasio Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) Terhadap Inflow
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara, diolah
5.1.3. Perkembangan Kas Titipan Dalam perannya sebagai regulator di daerah yang bertugas untuk memenuhi kebutuhan likuiditas dan kebutuhan uang yang layak edar bagi masyarakat di wilayahnya, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara melakukan kegiatan kas titipan. Kegiatan kas titipan ini dilakukan khususnya untuk daerah yang lokasinya cukup jauh dari Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara. Penyelenggaraan kegiatan kas titipan ini dilakukan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara bekerjasama dengan salah satu bank umum di wilayah Gorontalo dan Tahuna. Grafik 5.3.
Netflow Kas Titipan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara di Gorontalo (Rp. Miliar)
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara, diolah
Sejalan dengan kondisi aliran kas di Sulawesi Utara, kondisi aliran kas titipan di Gorontalo sepanjang triwulan I 2012 menunjukkan posisi net inflow sebesar Rp218 miliar. Pada triwulan 71
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
laporan jumlah kas titipan yang masuk (inflow) di Gorontalo tercatat Rp856 miliar, sedangkan jumlah kas keluar (outflow) tercatat lebih rendah yaitu sebesar Rp638 miliar. Grafik 5.4.
Netflow Kas Titipan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara di Tahuna (Rp. Miliar)
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara, diolah
Selain di Provinsi Gorontalo, kas titipan juga terdapat di Kota Tahuna, Kabupaten Kepulauan Sangihe. Pada triwulan I 2012, kas titipan di Tahuna juga mengalami net inflow sebesar Rp37miliar, dengan jumlah kas titipan yang masuk (inflow) sebesar Rp89 miliar, lebih tinggi dibandingkan jumlah kas keluar (outflow) Rp52 miliar. 5.1.4. Penemuan Uang Palsu Jumlah uang palsu yang ditemukan di wilayah kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara pada triwulan I 2012 menunjukkan peningkatan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Total uang palsu yang ditemukan dan dilaporkan ke Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara tercatat sebanyak 80 lembar atau secara nominal tercatat sebesar Rp4,9 juta, lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 26 lembar atau secara nominal hanya sebesar Rp1,71juta. Secara historis, pecahan uang palsu yang paling banyak ditemukan selama dua tahun terakhir adalah uang kertas pecahan Rp100,000 dan Rp50,000 atau sekitar 60% dari seluruh pecahan uang palsu yang ditemukan. Terjadinya peningkatan temuan uang palsu merupakan dorongan bagi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara terus berupaya menekan perkembangan peredaran uang palsu, diantaranya melalui sosialisasi ciri-ciri keaslian uang rupiah kepada semua lapisan masyarakat. Kegiatan sosialisasi tidak hanya dilakukan di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara, kalangan perbankan, di instansi-instansi pemerintah daerah, akademisi dan sekolah-sekolah namun juga dilakukan di pusat perbelanjaan dan sentra perekonomian di 72
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
kota Manado. Hal tersebut dilakukan mengingat pusat perbelanjaan juga sangat rentan terhadap kegiatan peredaran uang palsu karena tingginya tingkat perputaran uang yang digunakan untuk melakukan transaksi. Selain itu, secara represif pihak Bank Indonesia juga menjalin kerjasama dengan pihak Kepolisian Daerah Sulawesi Utara dalam upaya penanganan proses hukum. Peran serta aktif masyarakat bersama dengan pihak kepolisian diperlukan untuk dapat membongkar sejumlah kasus pemalsuan uang di Sulawesi Utara. Tabel 5.1. Temuan Uang Palsu di Wilayah Kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Pecahan
2010 Q1
Q2
2011 Q3
Q4
Q1
Q2
2012
Q3
Q4
Q1
- Rp100.000,-
14
-
94
35
12
21
73
58
29
- Rp50.000,-
19
3
10
8
8
32
32
35
34
- Rp20.000,-
-
-
2
6
5
6
14
15
13
- Rp10.000,-
1
-
-
-
1
16
7
6
4
- Rp5.000,-
3
-
-
-
-
-
-
-
-
- Rp1.000,-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Total 37 3 106 49 26 75 Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara, diolah
126
114
80
5.2. Perkembangan Alat Pembayaran NonNon-Tunai Berkembangnya perekonomian domestik telah berdampak terhadap peningkatan kebutuhan masyarakat akan ketepatan, kehandalan dan keamanan dalam bertransaksi. Berdasarkan latar belakang tersebut, Bank Indonesia secara terus menurus melakukan penyempurnaan dan pengembangan
terhadap
sistem
yang
telah
ada,
termasuk
diantaranya
melalui
penyelenggaraan kliring dan Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS).
5.2.1. Perkembangan Perkembang an Kliring (Tunai) Perkembangan kliring di wilayah Sulawesi Utara (tunai) selama triwulan I 2012 mengalami peningkatan, jumlah warkat yang dikliringkan sebanyak 86.147 lembar dengan nilai Rp2.151 miliar atau meningkat jumlahnya sebesar 6,47% (yoy) dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Jika dilihat berdasarkan rata-rata harian lembar warkat yang dikliringkan, selama periode laporan tercatat sebanyak 1.367 lembar warkat dengan nilai sebesar Rp34,13 miliar atau tumbuh sebesar 4,38% (yoy). Peningkatan rata-rata jumlah nominal kliring tersebut semakin menegaskan bahwa perekonomian Sulawesi Utara mengalami pertumbuhan positif yang berkelanjutan.
73
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
KETERANGAN
Tabel 5.2. Perputaran Kliring dan Cek/BG Kosong di Wilayah Sulawesi Utara 2010 2011 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
Perputaran Kliring a. Lembar 75,799 80,399 b. Nominal (Rp miliar) 1,658 1,674 Rata-rata perputaran kliring per hari a. Lembar 1,221 1,299 b. Nominal (Rp miliar) 26.73 27.08 Persentase rata-rata penolakan a. Lembar (%) 1.02 2.16 b. Nominal (%) 1.01 2.44
Q4
2012 Q1
82,862 1,914
89,523 2,083
80,909 1,915
86,567 2,093
91,486 2,167
91,789 2,279
86,147 2,151
1,315 30.39
1,400 32.52
1,310 31.01
1,418 34.31
1,501 35.55
1,434 35.62
1,367 34.13
1.72 1.54
1.33 1.82
1.78 1.99
1.71 2.23
1.57 1.40
1.67 2.12
1.39 1.72
Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Manado, diolah
Sementara itu, rata-rata penolakan lembar cek/bilyet giro kosong selama triwulan laporan tercatat 1,39% dari rata-rata lembar warkat yang dikliringkan per hari atau turun 21,91% (yoy) dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat 1,78%. 5.2.2. RTGS (Real Time Gross Settlement) Implementasi sistem BI-RTGS di Indonesia yang bermanfaat sebagai sarana penyelesaian akhir transaksi pembayaran semakin menunjukkan peningkatan dari waktu ke waktu. Hal ini dikarenakan BI-RTGS mempunyai keunggulan dalam kecepatan penyelesaian transaksi (seketika) dan resiko settlement-nya dapat diperkecil. Perkembangan penyelesaian transaksi RTGS selama triwulan I 2012 (dari dan ke wilayah Sulawesi Utara) mencapai Rp2.723 miliar atau mengalami peningkatan nilai sebesar 0,39% (yoy). Namun demikian dari sisi jumlah transaksi, volume RTGS pada triwulan laporan sedikit mengalami penurunan sebesar 9,07% (yoy) dari 6.208 transaksi di triwulan I 2011 turun menjadi 5.645 transaksi pada triwulan I 2012. Tabel 5.3. Perkembangan Traksaksi Melalui RTGS - Real Time Gross Settlement Periode Jan Feb Mar Tw I-2011 Apr Mei Jun Tw II-2011 Jul Aug Sep Tw III-2011 Oct Nov Dec Tw IV-2011 Jan Feb Mar Tw I-2012 Pertumbuhan (YoY %)
FROM + TO FROM TO Nilai Nilai Nilai Volume Volume Volume (Miliar Rp) (Miliar Rp) (Miliar Rp) 226 887 673 1,085 899 1,972 220 826 583 1,063 803 1,889 251 981 760 1,366 1,011 2,347 697 2,694 2,016 3,514 2,712 6,208 241 745 456 1,012 698 1,757 229 870 639 1,034 868 1,904 257 861 709 1,219 966 2,080 727 2,476 1,804 3,265 2,531 5,741 234 875 684 1,201 918 2,076 262 887 839 1,322 1,101 2,209 230 833 759 1,104 988 1,937 725 2,595 2,282 3,627 3,007 6,222 232 936 590 1,121 821 2,057 372 1,226 881 1,167 1,254 2,393 336 997 750 897 1,087 1,894 940 3,159 2,222 3,185 3,162 6,344 214 714 425 849 640 1,563 273 868 673 1,025 946 1,893 324 1,033 813 1,156 1,138 2,189 811 2,615 1,911 3,030 2,723 5,645 16.39 -2.93 -5.19 -13.77 0.39 -9.07
Sumber : www.bi.go.id, diolah
74
BAB VI
KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Halaman ini sengaja dikosongkan
KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Seiring dengan membaiknya kondisi ekonomi domestik dan meningkatnya kapasitas perekonomian Sulawesi Utara, kondisi ketenagakerjaan di Sulawesi Utara terus menunjukkan perkembangan yang menggembirakan,
ditandai oleh membaiknya berbagai indikator
ketenagakerjaan pada periode laporan. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Provinsi Sulawesi Utara secara konstan mengalami penurunan selama beberapa tahun terakhir. Searah dengan TPT yang direlease oleh BPS, hasil Survei Konsumen (SK) yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulawesi Utara menunjukkan masyarakat Sulawesi Utara masih optimis terhadap ketersediaan lapangan kerja yang ditunjukkan oleh berlanjutnya tren peningkatan indeks ketersediaan lapangan kerja pada periode laporan. Sejalan dengan hasil SK, hasil liaison yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulawesi Utara ke sejumlah perusahaan di Sulawesi Utara pada berbagai sektor, diperoleh informasi bahwa perusahaan tidak akan melakukan pengurangan tenaga kerja pada tahun 2012. Sementara itu, tingkat kesejahteraan masyarakat di Sulawesi Utara juga diperkirakan terus meningkat. Kondisi ini ditandai oleh turunnya tingkat kemiskinan yang didukung oleh kenaikan Nilai Tukar Petani (NTP), indeks penghasilan dan ekspektasi penghasilan masyarakat Sulawesi Utara serta indeks pembelian barang tahan lama hasil Survei Konsumen Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara. 6.1. 6.1 . PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH Berbagai indikator ketenagakerjaan pada triwulan I-2012 di Sulawesi Utara mengindikasikan adanya peningkatan penyerapan jumlah tenaga kerja. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Februari 2012 sebesar 66,82 %, meningkat 1,50 % dari Agustus 2011 yang tercatat sebesar 65,32%. Sementara itu, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) terus mengalami penurunan sehingga tercatat menjadi 8,32% pada Februari 2012. Hal ini mengindikasikan adanya peningkatan jumlah lapangan kerja dan penyerapan tenaga kerja di Sulawesi Utara. Namun demikian, tingkat pengangguran di Sulawesi Utara masih berada diatas tingkat pengangguran nasional yang tercatat sebesar 6,32% pada Februari 2012.
77
KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Tabel 6.1. Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Kegiatan di Sulawesi Utara F e b- 0 9
A gs - 0 9
F e b- 10
A ug- 10
F e b- 11
A ug- 11
F e b- 12
Penduduk 15 Thn ke atas
1,685.5
1,694.1
1,710.9
1,637.4
1,651.0
1,659.8
1,668.1
Angkatan Kerja
1,077.2
1,051.1
1,074.3
1,036.6
1,068.4
1,084.2
1,114.7
Bekerja
962.6
940.2
961.6
936.9
970.2
990.7
1,022.0
Mencari Kerja
114.5
111.0
112.6
99.6
98.2
93.5
92.7
608.3
643.0
636.7
600.8
582.6
575.6
553.4
Bukan Angkatan Kerja TPAK
63.91
62.0
62.79
63.31
64.71
65.32
66.82
TPT
10.63
10.56
10.48
9.61
9.19
8.62
8.32
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara
Berdasarkan lokasinya, tingkat pengangguran terutama terjadi di wilayah perkotaan. Persentase tingkat pengangguran di daerah perkotaan tercatat sebesar 11,31% atau sekitar 58,8 ribu orang. Sementara itu, di daerah pedesaan tingkat pengangguran tercatat sebesar 5,7% atau 33,9 ribu orang. Dibandingkan dengan posisi Agustus 2011, baik pedesaan maupun perkotaan mencatat penurunan tingkat pengangguran meski secara absolut mencatat kenaikan jumlah pengangguran. Tabel 6.2. Pengangguran Terbuka Menurut Daerah Agustus 2011
Februari 2011 Daerah
Jumlah (ribu jiwa)
%
Agustus 2011 Jumlah (ribu jiwa)
%
Februari 2012 Jumlah (ribu jiwa)
%
Perkotaan
54.60
11.40
57.30
11.37
58.80
11.31
Pedesaan
43.60
7.40
36.20
6.24
33.90
5.70
Sulawesi Utara
98.20
9.16
93.50
8.62
92.70
8.32
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara
Berdasarkan sektornya, sektor pertanian (pertanian, perkebunan, kehutanan, perburuan dan perikanan) masih merupakan lapangan pekerjaan utama sebagian besar penduduk yang bekerja yaitu sebanyak 347,2 ribu orang (34%). Apabila dibandingkan dengan posisi yang sama tahun sebelumnya terjadi kenaikan sebesar 2.45% (yoy). Sementara itu, sektor Perdagangan, Rumah Makan dan Jasa Akomodasi menempati urutan kedua dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 212,7 ribu orang (21%).
78
KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Grafik 6.1.
Tabel 6.3. Penduduk Yang Bekerja di Sulawesi Utara Menurut Lapangan Usaha
Lapangan Pekerjaan Utama Pertanian, Perkebunan, Kehutanan dan Perikanan Pertambangan dan Penggalian Industri
Menurut Lapangan Usaha
2009
2010
2011
2012
Agustus 345.6
Februari Agustus 333.0 357,5
Februari Agustus 338,9 321,1
Februari 347,2
*
* 57.5
*
*
57.4 50,6
69,2
Listrik/Gas/Air Minum
* 66,0 *
Konstruksi Perdagangan, Rumah Makan dan Jasa Akomodasi Transportasi, Pergudangan dan Komunikasi Lembaga Keuangan/Real Estate/persewaan dan Jasa Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan Lainnya * Total
Share Penduduk Yang Bekerja di Sulawesi Utara
36,3 73,6 4,1
68.8
57.3 59,1
61,3
173.4
178.3 172,7
186,7
102.1
97.5 77,9
69,6
16.6
19.3 15,0
19,7
162.9
183.0 182,3
182,1
199,6
169,3
22.3
35.8 21,8
42,7
207,8
-
940.2
961.6 936,9
970,2
990,7
1.021,9
* 196,2 * *
63,4 212,7 85,3 30,0
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara
Berdasarkan status pekerjaannya, dari tujuh kategori status pekerjaan utama, pendekatan pekerja formal mencakup kategori berusaha dengan dibantu buruh tetap dan kategori buruh/karyawan, sisanya termasuk pekerja informal. Berdasarkan identifikasi ini, pada Februari 2012 sebesar 388,4 ribu orang (38%) bekerja pada kegiatan formal dan 633,6 ribu orang (62%) bekerja pada kegiatan informal. Dari 1.002 ribu orang yang bekerja pada Februari 2012, status pekerjaan utama yang terbanyak sebagai buruh/karyawan (34,2%), diikuti oleh berusaha sendiri (27,4%), dan berusaha dibantu buruh tidak tetap (12,5%). Tabel 6.4. Penduduk Yang Bekerja di Sulawesi Utara Menurut Status Pekerjaan S t a t us P e k e rja a n
F e b- 0 9
A gs - 0 9
F e b- 10
A ug- 10
F e b- 11
A gs - 11
F e b- 12
Berusaha Sendiri
287.2
286.7
259.6
242.9
250.2
270.8
280.1
Berusaha Dibantu Buruh Tidak Tetap - Buruh Tidak Dibayar Berusaha Dibantu Buruh Tetap-Buruh Dibayar Buruh/Karyawan
130.4
129.3
128.0
102.4
131.9
114.5
127.3
41.2
42.9
41.0
45.9
47.0
42.4
39.1
279.2
284.8
322.3
332.7
335.9
347.7
349.3
Pekerja Bebas Pertanian
64.1
48.0
52.0
74.3
43.3
55.1
47.5
Pekerja Bebas Non Pertanian
39.9
55.1
58.5
40.4
52.3
60.3
57.2
120.6
93.4
100.3
98.6
109.6
99.9
121.4
9 6 2 .6
9 4 0 .2
9 6 1.6
9 3 6 .9
9 7 0 .2
9 9 0 .7
Pekerja Tak Dibayar T o tal
10 2 2
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara
79
KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Membaiknya
kondisi
ketenagakerjaan
pada
periode laporan juga sejalan dengan hasil survei
Grafik 6.2. Perkembangan Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja
yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulawesi Utara. Sikap optimisme masyarakat terhadap ketersediaan lapangan kerja
tercermin
dari
indeks
ketersediaan
lapangan kerja hasil Survei Konsumen (SK) Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulawesi Utara yang masih berada diatas level optimis. Pada akhir triwulan I-2012, angka indeks ketersediaan lapangan kerja tercatat sebesar Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara
153,5, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya tercatat sebesar 120. Sejalan dengan survei konsumen, hasil liaison yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulawesi Utara ke sejumlah perusahaan di Sulawesi Utara pada berbagai sektor, diperoleh informasi bahwa perusahaan tidak akan melakukan pengurangan tenaga kerja pada tahun 2012. Kenaikan Upah Minimum Provinsi (UMP)per 1 Januari 2012 tidak mempengaruhi keputusan perusahaan dalam jumlah tenaga kerja mengingat upah yang diberikan selama ini berada diatas UMP.
6.2 Perkembangan Kesejahteraan Masyarakat Sejalan dengan kondisi ketenagakerjaan, tingkat
Grafik 6.3. Perkembangan Indeks Penghasilan, Ekspektasi Penghasilan & Pembelian Barang Tahan Lama
kesejahteraan masyarakat di Sulawesi Utara pada triwulan
pertama
tahun
2012
menunjukkan
perkembangan yang menggembirakan. Hal ini tercermin dari indeks penghasilan dan ekspektasi penghasilan hasil Survei Konsumen (SK) Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulawesi Utara yang berada pada level optimis yakni masingmasing tercatat sebesar 125,5 dan 174. Indikator survei
lainnya
yang
menunjukkan
terjadinya
peningkatan kesejahteraan masyarakat Sulawesi
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara
Utara pada triwulan laporan yakni indeks pembelian barang tahan lama juga berada pada level
80
KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
optimis, tercatat sebesar 113,5 pada Maret 2012. Optimisme masyarakat tersebut tidak lepas dari kenaikan UMP per 1 Januari 2012 dan kenaikan gaji PNS/TNI/POLRI sebesar 10% pada Maret 2011. Apabila ditinjau kondisi kesejahteraan di sektor pertanian yang merupakan sektor ekonomi dominan Sulawesi Utara sekaligus sebagai sektor penyerap tenaga kerja terbesar dapat dilihat bahwa tren kesejahteraan petani mulai mengalami peningkatan. Hal ini tercermin dari pertumbuhan NTP yang merupakan perbandingan antara indeks harga yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar oleh petani untuk keperluan konsumsi rumah tangga dan biaya produksi.
Grafik 6.4. Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP)
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara
Grafik 6.5. Perkembangan Indeks Yang Diterima dan Dibayar Petani
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara
81
KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Rata-Rata Nilai Tukar Petani (NTP) Sulawesi Utara selama triwulan I-2012 sebesar 102,73, lebih tinggi dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 101,63. Kedua komponen, baik Indeks yang Diterima Petani (IT) maupun Indeks yang Dibayar Petani (IB) mengalami peningkatan, namun karena kenaikan IT lebih besar dibandingkan kenaikan IB, maka terjadi kenaikan NTP pada triwulan I-2012. Adapun kenaikan IB terutama datang dari naiknya harga bahan makanan dan makanan jadi (untuk kelompok konsumsi rumah tangga), serta harga penambahan barang modal dan obat-obatan serta pupuk (untuk kelompok biaya produksi dan penambahan barang modal). Tabel 6.5. Komponen Indeks Dibayar Petani (IB)
Indeks Rincian Indeks Diterima Petani Indeks Dibayar Petani Konsumsi Rumah Tangga Bahan Makanan Makanan Jadi Perumahan Sandang Kesehatan Pendidikan, Rekreasi & Olah Raga Transportasi dan Komunikasi BPPBM Bibit Obat-obatan & Pupuk Sewa Lahan, Pajak & Lainnya Transportasi Penambahan Barang Modal Upah Buruh Tani Nilai Tukar Petani (indeks)
Growth (%)
2011 Q1 131.70 129.59 134.02 148.76 131.71 118.75 116.74 119.31 112.56 111.21 116.42 110.99 117.73 111.08 118.92 120.81 112.17 101.63
Q2 133.50 129.06 133.14 146.09 132.98 119.56 116.87 119.95 113.09 111.64 117.08 111.15 118.94 111.61 119.32 121.17 112.86 103.44
Q3 134.69 130.00 134.30 147.92 133.46 120.34 116.97 120.68 113.43 112.31 117.32 111.18 119.01 111.78 119.78 121.41 113.15 103.61
Q4 135.72 130.27 134.60 147.96 133.93 121.14 117.06 121.35 113.75 112.26 117.48 111.21 118.90 111.80 119.80 121.65 113.44 104.19
2012 Q1 135.70 132.11 136.81 151.08 135.89 122.63 118.01 123.18 114.85 112.27 118.27 111.57 120.29 111.95 119.98 121.92 114.38 102.73
yoy
qtq
3.04% 1.94% 2.08% 1.56% 3.17% 3.26% 1.08% 3.24% 2.03% 0.95% 1.59% 0.53% 2.18% 0.79% 0.89% 0.92% 1.97% 1.08%
-0.01% 1.41% 1.64% 2.11% 1.46% 1.23% 0.81% 1.51% 0.97% 0.01% 0.68% 0.33% 1.17% 0.14% 0.14% 0.22% 0.83% -1.40%
Sumber : BPS Prov. Sulawesi Utara
Tingkat kemiskinan Provinsi Sulawesi Utara
mengalami penurunan pada tahun 2011.
Berdasarkan Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yang dilaksanakan pada bulan September 2011 diketahui Tingkat Kemiskinan di Sulawesi Utara sebesar 8,46% atau sebanyak 194,72 ribu jiwa, mengalami penurunan apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 9,1% atau sebanyak 206,72 ribu jiwa. Penurunan angka kemiskinan pada tahun 2011 ini merupakan lanjutan dari tren yang terjadi sejak tahun 2007. Tahun tersebut adalah titik balik setelah terjadi peningkatan pada beberapa periode sebelumnya. Penurunan ini juga sejalan dengan tren perkembangan tingkat kemiskinan pada tingkat nasional. Apabila dibandingkan dengan tingkat kemiskinan nasional sejak tahun
82
KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
2006 sampai dengan tahun 2010, tingkat kemiskinan Provinsi Sulawesi Utara selalu berada dibawah angka nasional.
Grafik 6.6. Perkembangan Tingkat Kemiskinan Nasional dan Prov. Sulawesi Utara 18
Grafik 6.7. Persebaran Penduduk Miskin Provinsi Sulawesi Utara
%
16 14 12 10 8 6 4 2 0
Juli 06
Mar 07
Mar 08
Mar 09
Mar 10
Mar 11
Sep 11
Sulut
10.76
11.42
10.10
9.79
9.1
8.51
8.46
Nasional
16.90
16.58
15.42
14.15
13.33
12.49
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara
Tabel 6.6. Garis Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Daerah di Sulawesi Utara
Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bln) Tahun Makanan
Bukan Makanan
Total
Jumlah Penduduk Miskin
% Penduduk Miskin
Perdesaan Maret 2007 Maret 2008 Maret 2009
117,516 128,498 141,599
31,924.00 33,935.00 36,672.00
149,440 162,433 178,271
171.00 150.90 140.31
13.80 12.04 11.05
Maret 2010 Maret 2011
149,372 163,264
38,724.00 42,977
188,096 206,241
130.35 117.65
10.14 9.37
Sept 2011
171,952
44,544
216,496
116.58
9.25
Kota & Desa Maret 2007
119,827
36,723.00
156,550
250.10
11.42
Maret 2008 Maret 2009 Maret 2010
129,781 143,512 150,595
38,378.00 41,260.00 43,739.00
168,160 184,772 194,334
223.50 219.57 206.72
10.10 9.79 9.10
Maret 2011 Sept 2011
164,964 171,380
47,859.00 49,898.00
212,823 221,278
194.90 194.72
8.51 8.46
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara
83
KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Besar kecilnya jumlah penduduk miskin di suatu wilayah sangat dipengaruhi oleh Garis Kemiskinan. Semakin tinggi Garis Kemiskinan, semakin banyak penduduk yang tergolong sebagai penduduk miskin. Selama periode Maret 2010 – September 2011, garis kemiskinan meningkat sebesar Rp.8.455 yaitu dari Rp.212.823 per kapita per bulan pada Maret 2010 menjadi Rp.221.278 per kapita per bulan pada September 2011. Walaupun terjadi peningkatan nilai Garis Kemiskinan, tingkat kemiskinan mengalami penurunan. Hal ini mengindikasikan bahwa tingkat pendapatan sebagian penduduk miskin khususnya penduduk miskin transient pada Maret 2011 mengalami peningkatan dengan laju yang lebih tinggi dibandingkan kenaikan Garis Kemiskinan sehingga sebagian dari mereka (sekitar 200 orang) mampu keluar dari kemiskinan. Dengan memperhatikan komponen Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM), terlihat bahwa peranan komoditi makanan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan dan kesehatan). Pada Maret 2011, sumbangan GKM terhadap GK sebesar 77,51%, pada September 2011, peranannya sedikit mengalami penurunan menjadi 77,45%. Dengan kata lain peningkatan Garis Kemiskinan dari Maret 2011 ke September 2011 lebih disebabkan karena kenaikan harga yang lebih tinggi pada komoditi non makanan dibandingkan pada komoditi makanan. Tabel 6.7. Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan Menurut Daerah di Sulawesi Utara
Tahun
Kota
Desa
Total
Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Maret 2007 Maret 2008
1.30 1.08
2.33 1.87
1.88 1.53
Maret 2009 Maret 2010
1.27 1.12
1.77 1.16
1.55 1.14
Maret 2011 September 2011
1.11 0.20
1.16 1.22
1.14 1.21
Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Maret 2007 0.31
0.60
0.47
Maret 2008 Maret 2009
0.30 0.32
0.45 0.39
0.38 0.36
Maret 2011 September 2011
0.30 0.31
0.19 0.25
0.24 0.28
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara
Pada periode Maret 2011-September 2011, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) mengalami perubahan yang cukup berarti. Nilai indeks (P1) menunjukkan ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin 84
KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
terhadap garis kemiskinan. Semakin tinggi nilai indeks, semakin besar rata-rata kesenjangan terhadap garis kemiskinan. Indeks ini digunakan sebagai dasar penghitungan berapa subsidi yang diperlukan untuk mengentaskan penduduk miskin. Sementara itu nilai indeks (P2) menunjukkan ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin. Semakin tinggi nilai indeks, semakin tinggi ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin. Dengan naiknya indeks P1 berarti selama periode Maret 2011-September 2011 ada indikasi bahwa rata-rata jarak kedalaman kemampuan konsumsi penduduk miskin semakin bergerak turun menjauh dari garis kemiskinan. Sedangkan naiknya indeks P2 menunjukkan bahwa variasi pengeluaran konsumsi penduduk miskin semakin tidak merata atau semakin tinggi ketimpangannya. Kedalaman kemiskinan di perdesaan dan perkotaan tidak berbeda signifikan terlihat dari nilai indeks P1 yang hampir sama yakni 1,204 berbanding 1,218. Sedangkan dari sisi ketimpangan pengeluaran, penduduk miskin di perkotaan cenderung memiliki tingkat ketimpangan yang lebih tinggi dibandingkan penduduk miskin di perdesaan yang ditunjukkan dari disparitas nilai indeks P2 dimana di perdesaan 0,247 sedangkan di perkotaan mencapai 0,312.
85
Halaman ini sengaja dikosongkan
BAB VII
PROSPEK PEREKONOMIAN
Halaman ini sengaja dikosongkan
PROSPEK PEREKONOMIAN
PROSPEK PEREKONOMIAN 7.1. 7.1.
Prospek Ekonomi Makro Memasuki pertengahan tahun 2012, perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan II
2012 diperkirakan tumbuh lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun 2011, yakni dalam kisaran ±7,60% (yoy). Beberapa faktor yang mendorong laju pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara pada triwulan II 2012 diantaranya adalah peningkatan sumber pendapatan masyarakat seperti realisasi gaji baru, pembayaran rapel, realisasi tunjangan tambahan penghasilan pegawai, serta realisasi dana tunjangan sertifikasi dan non-sertifikasi guru. Selain itu, pembangunan proyek pemerintah dan swasta khususnya bidang properti juga turut berkontribusi terhadap pencapaian pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara triwulan II 2012. Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang dilakukan
secara
triwulanan
oleh
Kantor
Grafik 7.1. Perkembangan Realisasi dan Ekspektasi Kegiatan Dunia Usaha Provinsi Sulawesi Utara
Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara menunjukkan adanya optimisme terhadap pertumbuhan
ekonomi
dan
peningkatan
ekspektasi pelaku usaha terhadap dunia usaha yang
ditandai
dengan
kenaikan
indikator
ekspektasi kegiatan usaha pada triwulan II 2012 dengan persentase Saldo Bersih Tertimbang (SBT) sebesar 21,63%, lebih tinggi dari realisasi kegiatan
kegiatan
usaha
pada
triwulan
Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Triwulan I 2012
sebelumnya dengan SBT sebesar 5,25%. Dari sisi permintaan, potensi peningkatan pertumbuhan ekonomi didorong oleh kegiatan konsumsi dan membaiknya kinerja investasi Sulawesi Utara. Peningkatan konsumsi swasta pada triwulan laporan dipengaruhi oleh semakin membaiknya daya beli masyarakat sebagai dampak adanya peningkatan beberapa sumber pendapatan masyarakat seperti realisasi gaji baru di kalangan PNS/TNI/POLRI beserta pembayaran rapel kenaikan sebesar 10%, realisasi tunjangan tambahan penghasilan pegawai, serta realisasi dana tunjangan sertifikasi dan nonsertifikasi guru. Dampak positif kenaikan pendapatan masyarakat dapat dikonfirmasi dari hasil Survei Konsumen Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara pada April 2012 yang menunjukkan optimisme masyarakat terhadap kondisi ekonomi Sulawesi Utara saat ini dengan nilai indeks sebesar 135,50 lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya (130,83) 89
PROSPEK PEREKONOMIAN
maupun periode yang sama tahun lalu (126,17). Namun demikian, terdapat indikasi memburuknya ekspektasi masyarakat terhadap kondisi perekonomian kedepan sebagai dampak dari rencana kenaikan harga BBM bersubsidi oleh pemerintah yang ditandai oleh mulai naiknya beberapa harga bahan kebutuhan pokok. Penurunan ekspektasi ini tercermin dari penurunan Indeks Ekspektasi Konsumen dari 160,50 pada Maret 2012 menjadi 151,67 pada April 2012.
Grafik 7.2. Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini
Grafik 7.3. Indeks Ekspektasi Konsumen
Sumber: Survei Konsumen (SK) Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara
Sumber: Survei Konsumen (SK) Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara
Selanjutnya kinerja investasi diawal tahun 2012 diperkirakan terus tumbuh positif seiring dengan semakin
meningkatnya
realisasi
Grafik 7.4. Indeks Bahan Konstruksi
proyek
pemerintah di Sulawesi Utara dan maraknya aktivitas di bidang properti. Salah satu indikator yang dapat menunjukkan peningkatan kinerja investasi adalah hasil Survei Penjualan Eceran yang memperlihatkan kenaikan indeks penjualan bahan konstruksi sebesar 36,64% (yoy) dari 131,30 pada April 2011 menjadi 176,78 pada
Sumber: Survei Penjualan Eceran (SPE) Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara
April 2012. Perkembangan ekspor pada triwulan II 2012 diperkirakan tumbuh positif lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Sebagai komoditi unggulan ekspor, komoditi kelapa dan turunannya telah berhasil menembus pasar baru yakni Rusia dan Austria. Pada April Sulawesi Utara mengekspor 71 ton tepung kelapa ke kedua negara tersebut dengan total nilai ekspor sebesar USD 99.671 ribu. Selain itu ekspor minyak kelapa kasar atau crude coconut oil 90
PROSPEK PEREKONOMIAN
(CCO) pada awal April 2012 juga tercatat telah diekspor ke Amerika Serikat sebanyak 4.000 ton dengan nilai ekspor sebesar USD 5,35 juta. Selain komoditi unggulan, Sulawesi Utara juga mulai mengembangkan produk rumah panggung sebagai salah satu alternatif produk unggulan ekspor dengan pangsa pasar Afrika dan Timur Tengah. Pada April 2012, ekspor rumah panggung telah dilakukan di Tanzania sebanyak 8 unit dan Uni Emirat Arab sebanyak 2 unit, yang masing-masing menghasilkan perolehan devisa sebesar USD133,33 ribu dan USD67,52 ribu. Dari sisi penawaran, sektor PHR dan sektor bangunan diprediksi akan mengalami pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Sementara itu sektor pertanian diperkirakan akan tumbuh positif seiring dengan datangnya musim panen di akhir Maret dan sepanjang April 2012. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) Kinerja sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) tercatat lebih baik dibandingkan bulan sebelumnya. Memasuki triwulan II 2012, kegiatan konsumsi yang masih mendominasi laju pertumbuhan ekonomi
telah
berkontribusi cukup
besar
terhadap kinerja
subsektor
perdagangan. Sejalan dengan subsektor perdagangan, kinerja subsektor hotel dan retoran juga mengalami peningkatan pada bulan April 2012 yang salah satunya ditandani oleh tingginya tingkat hunian hotel. •
Tingginya aktivitas konsumsi masyarakat pada triwulan II 2012 didorong oleh adanya peningkatan beberapa sumber pendapatan masyarakat seperti realisasi gaji baru di kalangan PNS/TNI/POLRI beserta pembayaran rapel kenaikan sebesar 10%, realisasi tunjangan tambahan penghasilan pegawai, serta realisasi dana tunjangan sertifikasi dan non-sertifikasi guru.
•
Dampak positif kenaikan pendapatan masyarakat dapat dikonfirmasi dari hasi Survei Konsumen KBI Manado pada April 2012 yang menunjukkan optimisme masyarakat terhadap kondisi ekonomi Sulawesi Utara saat ini dengan nilai indeks sebesar 135,50 lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya (130,83) maupun periode yang sama tahun lalu (126,17).
•
Hasil Survei Penjualan Eceran KBI Manado juga menunjukkan adanya peningkatan penjualan pedagang eceran yang tercermin dari kenaikan Indeks Penjualan pada April 2012 menjadi sebesar 203,28, lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu (190,62).
•
Peningkatan kinerja sub sektor hotel tercermin dari tingginya tingkat hunian hotel sepanjang April 2012. Terpilihnya Kota Manado menjadi salah satu tujuan MICE (Meeting, Invention, Conference and Exhibition) telah mendorong kenaikan tingkat hunian hotel. 91
PROSPEK PEREKONOMIAN
Grafik 7.5. Indeks Penjualan Eceran
Sumber: Survei Penjualan Eceran (SPE) Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara
Sektor Bangunan Perkembangan sektor bangunan diperkirakan akan mengalami peningkatan seiring dengan peningkatan proyek fisik pemerintah. Beberapa proyek pemerintah yang diperkirakan dapat mendorong kinerja sektor bangunan diantaranya: • Pembangunan jembatan di daerah Ondong, Siau Barat dengan dana sebesar Rp5.4 miliar yang bersumber dari Dana Alokasi Umum (DAU). • Pembangunan kawasan boulevard Tahuna yang dilengkapi dengan pengadaan jembatan dengan alokasi dana sebesar Rp1 miliar. • Paket proyek perbaikan ruas jalan, irigasi dan air bersih di Kabupaten Minahasa dengan total alokasi anggaran sebesar Rp21 miliar. • Pemerintah
Kota
Kotamobagu
mengalokasikan
dana
sebesar
Rp34 miliar
untuk
pembangunan jalan dan perbaikan jembatan, drainase dan lainya. • Pemeliharaan dan peningkatan jalan di wilayah Kabupaten Bolaang Mongondow dengan total dana sebesar Rp9 miliar yang berasal dari Dana Alokasi Khusus (DAK) sebesar Rp8,19 miliar dan Dana Alokasi Umum (DAU) sebesar Rp819 juta. • Dinas Pekerjaan Umum Kota Tomohon menganggarkan dana sebesar Rp16,8 miliar untuk proyek pembangunan jalan, irigasi, saluran air dan lainnya dengan total sebanyak 21 proyek. Selain proyek fisik pemerintah, kinerja sektor bangunan juga didorong oleh aktivitas di bidang properti, beberapa proyek perumahan sedang marak dibangun. Salah satu indikator yang menunjukkan peningkatan tersebut adalah hasil Survei Penjualan Eceran yang memperlihatkan kenaikan indeks penjualan bahan konstruksi sebesar 36,64% (yoy) dari 131,30 pada April 2011 menjadi 176,78 pada April 2012. 92
PROSPEK PEREKONOMIAN
Tabel 7.1 Proyek Pemerintah di Kota Tomohon No
21 Paket Proyek PU
1 Jalan Lahendong-Pinaras dan Pinaras Sawangan Rp1miliar 2 Jalan Hotmix strategis antar kelurahan Rp849,2 juta 3 Rehabilitasi jalan hotmix Tumatangtang-Pinaras Rp320,2 juta 4 Rehab eks kantorSKPD Rindam Rp900 juta 5 Kantor kelurahan Taratara Rp250 juta 6 Kantor kelurahan Taratara III Rp250 juta 7 Kantor Woloan I Utara Rp250 juta 8 Kantor Wailan II Rp250 juta 9 Sarana dan prasarana air minum Rurukan I Rp337,2 juta 10 Sarana dan prasarana air minum Kayawu-Kakaskasen I Rp510,8 juta 11 Saluran air dan trotoar Wailan Rp204,2 juta 12 Saluran air dan trotoar Kamasi dan Kamasi I Rp405 juta 13 Saluran air dan trotoar Woloan I dan III Rp385 juta 14 Saluran air dan trotoar Paslaten Rp148,8 juta 15 Saluran air dan trotoar Samping gereja Pniel Kakaskasen Rp156,8 juta 16 Checkdam Muung Rp774,1 juta 17 Normalisasi saluran sungai Giniringan Talete-Kamasi Rp431,4 juta 18 Normalisasi sungai Muung Matani Rp540 juta 19 Rehabilitasi jaringan irigasi di Ranowangko Rp263,9 juta 20 Rehabilitasi jaringan irigasi di Kelong Rp330,5 juta 21 Rehabilitasi jaringan di Aga Rp335,2 juta Sumber: Dinas Pekerjaan Umum Kota Tomohon
Sektor Pertanian Pada triwulan II 2012, sektor pertanian diperkirakan mengalami peningkatan seiring dengan datangnya musim panen pada akhir Maret dan sepanjang April 2012. Beberapa faktor yang mendorong pertumbuhan pada sektor pertanian diantaranya: • Mengawali musim panen di awal tahun 2012, dari sekitar 3.800 hektar sawah yang ada di wilayah Kota Kotamobagu, sekitar 25 hektar padi sawah telah dipanen. Selain itu, panen padi juga telah nampak di wilayah Kabupaten Minahasa Utara. Panen yang terjadi juga didukung oleh adanya MoU antara camat dan para lurah untuk menerapkan langkahlangkah dalam mendukung peningkatan produksi beras seperti pemanfaatan lahan tidur untuk ditanami dengan padi ladang. • Dalam rangka mendukung program swasembada beras 2012, Pemerintah Kabupaten Minahasa Utara menyiapkan sekitar 15 armada hand tractor yang akan dibagikan kepada sejumlah kelompok tani dalam upaya meningkatkan produksi pertanian. • Program swasembada beras optimis dapat terwujud pada tahun 2012 didukung oleh potensi lahan yang menunjang (tabel 3) serta koordinasi antar dinas terkait seperti Dinas Pekerjaan
93
PROSPEK PEREKONOMIAN
Umum, Badan Ketahanan Pangan dan Dinas Pertanian dan Peternakan di masing-masing Kabupaten/Kota. • Berdasarkan subsektornya, kinerja subsektor perikanan pada triwulan II-2012 diperkirakan akan mengalami peningkatan yang ditandai dengan pergeseran musim sehingga produksi ikan stabil. Selain hasil perikanan tangkap, pengembangan perikanan budidaya juga diprediksikan meningkat ditandai dengan penyebaran benih ikan mencapai 5 juta ekor di wilayah Minahasa Tenggara.
Grafik 7.6. Perkiraan Luas Panen dan Produksi Gabah serta Beras Triwulan II 2012
Grafik 7.7. Perkiraan Produksi Jagung Triwulan II 2012
Sumber: Dinas Pertanian Provinsi Sulawesi Utara
Sumber: Dinas Pertanian Provinsi Sulawesi Utara
Namun demikian masih terdapat beberapa risiko yang perlu diwaspadai yang berpotensi menurunkan kinerja sektor pertanian seperti: • Kelangkaan pupuk masih terus terjadi di Kabupaten Minahasa, hal ini berlanjut dengan adanya kenaikan harga pupuk di atas Harga Eceran Tertinggi (HET). Kondisi ini dapat berpotensi mengakibatkan gagal panen. • Serangan hama sexava mulai menyerah sejumlah pohon kelapa di kecamatan Pinolosian Timur. Dampak serangan hama ini akan menurunkan tingkat produktivitas tanaman kelapa. • Tingginya permintaan kayu kelapa sebagai bahan baku aneka produk kerajinan dan meubel telah menurunkan populasi pohon kelapa di Sulawesi Utara, Jika hal ini terus berlanjut dapat berpotensi menurunkan kinerja sub sektor tanaman perkebunan.
7.2 7. 2.
Perkiraan Inflasi
Pada triwulan II 2011, laju inflasi Kota Manado diperkirakan akan meningkat, yakni berada pada kisaran 5,39%±1% (yoy). Dari sisi fundamental, tekanan inflasi relatif terjaga didukung oleh melandainya harga global komoditas internasional dan masih memadainya kapasitas
94
PROSPEK PEREKONOMIAN
produksi seiring dengan pertumbuhan investasi, ditengah peningkatan permintaan domestik. Namun demikian, terdapat faktor risiko internal dan eksternal yang dapat memberikan tekanan inflasi fundamental pada triwulan depan, diantaranya tren peningkatan harga minyak dunia dan tendensi kenaikan ekspektasi masyarakat Sulawesi Utara terkait beberapa kebijakan pemerintah di tahun 2012. Dari sisi non fundamental tekanan inflasi volatile foods diperkirakan akan meningkat sebagai faktor berkurangnya pasokan (akibat faktor anomali cuaca dan curah hujan yang tinggi) dan meningkatnya aktivitas konsumsi. Sementara itu, tekanan inflasi kelompok administered price pada triwulan II 2012 diperkirakan akan berada pada level moderat apabila tidak ada penyesuaian harga barang strategis oleh pemerintah. Faktor Faktor Fundamental Tekanan inflasi fundamental diperkirakan terjaga ditengah ketidakpastian kebijakan pemerintah di bidang energi. Dari sisi eksternal, tekanan inflasi global diperkirakan menurun seiring dengan tren penurunan harga komoditas internasional. Harga emas internasional diperkirakan akan stabil setelah mengalami penurunan pada beberapa bulan terakhir. Namun demikian, peningkatan harga minyak dunia berpotensi meningkatkan ongkos angkut sehingga penurunan
imported inflation diperkirakan relatif moderat. Sementara itu, dari sisi domestik peningkatan permintaan domestik seiring dengan perayaan hari raya keagamaan dan musim liburan yang jatuh pada triwulan II 2012 diperkirakan masih dapat direspon dengan kapasitas produksi yang ada seiring dengan pertumbuhan investasi. Hal ini dicerminkan dari hasil Survei Pedagang Eceran (SPE) dan Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara pada periode laporan (grafik 7.7). Memburuknya ekspektasi masyarakat seiring dengan ketidakpastian kebijakan pemerintah di bidang energi diperkirakan akan memberikan tekanan pada inflasi inti di triwulan II 2012. Berdasarkan hasil Survei Pedagang Eceran (SPE) Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara, sebagian besar pedagang di Sulawesi Utara memiliki ekspektasi yang tinggi terhadap tingkat harga 3 bulan dan 6 bulan yang akan datang, tercermin dari tren peningkatan indeks ekspektasi pedagang terhadap harga 3 bulan dan 6 bulan yang akan datang hingga masing-masing mencapai 124 dan 134 pada akhir triwulan I 2012 (grafik 7.6).
95
PROSPEK PEREKONOMIAN
Grafik 7.9. Interaksi Permintaan dan Penawaran
Grafik 7.8. Indeks Ekspektasi Pedagang thd Harga 3 bln & 6 bln yad 600
120
500
100
400
80
300
60
200
40
100
20
250.00 200.00 150.00 100.00 50.00 0.00 5
2007
2008
2009
2010
Indeks Riil Penjual Eceran (right axis)
Ekspektasi pedagang terhadap harga 3 bulan yad
2011
Q1
Q2*)
0
Q4
2012
Q3
0
Q2
2011
3
Q1
9 11 1
Q4
7
Q3
2010
5
Q2
3
Q1
9 11 1
Q4
7
Q3
2009
5
Q2
3
Q1
9 11 1
Q4
7
Q3
5
Q2
2008
3
Q1
9 11 1
Q4
7
Q3
5
Q2
3
Q1
1
2012
Kapasitas Produksi (left axis)
Ekspektasi pedagang terhadap harga 6 bulan yad
Sumber : Survei Pedagang Eceran (SPE) dan Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU KPw BI Prov. Sulawesi Utara
Sumber : Survei Konsumen (SK) KPw BI Prov. Sulawesi Utara
Grafik 7.10. Perkembangan Harga Komoditas Internasional Emas
Minyak WTI USD/Barel
USD/pound 2,000.0 0
120
1,800.0 0
110
1,600.0 0
100
1,400.0 0
110.04
106.09
90
1,200.0 0
80
1,000.0 0 800.00
70
600.00
60
400.00
50
200.00
40
0.00 4
5
6
7
8 2011
9
10
11
12
1
2
3
30 4
5
6
2012
7
8
9
10
2011
11
12
1
2 2012
Sumber : Bloomberg, diolah
Faktor Non Fundamental Dari sisi non fundamental, tekanan inflasi volatile foods diperkirakan akan meningkat. Berdasarkan pantauan di sejumlah pasar tradisional dan modern di Kota Manado melalui Survei Pemantauan Harga (SPH) yang dilakukan KBI Manado menunjukkan adanya tren peningkatan harga beberapa komoditas volatile foods. Faktor yang diperkirakan meningkatkan laju inflasi kelompok volatile foods pada triwulan II 2012 diantaranya : •
Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Utara memperkirakan terjadi penurunan produktivitas sektor perikanan tangkap (tabel 7.1). Hal ini diperkirakan merupakan salah satu dampak dari ketidaktersediaan BBM bersubsidi dan semakin meningkatnya harga BBM Non Industri sehingga aktivitas nelayan berkurang.
•
Peningkatan aktivitas konsumsi masyarakat seiring perayaan Hari Raya Paskah (April 2012) dan Pengucapan Syukur (Juni 2012) serta musim liburan sekolah (Juni 2012).
•
Anomali cuaca dan curah hujan yang tinggi berpotensi mengurangi pasokan.
•
Berakhirnya musim panen beras di sentra beras Sulawesi Utara.
96
3
PROSPEK PEREKONOMIAN
Tabel 7.2. Produksi Perikanan Provinsi Sulawesi Utara Komponen
Tahun
Jan
Feb
Mar
Apr*)
Produksi Ikan Tangkap
2011
16,929.30
18,826.00
19,540.20
16,983.90
18,750.00
19,972.10
2012
15,939.30
16,425.00
16,743.30
16,910.70
17,614.40
17,421.90
Growth (yoy) Produksi Ikan Budidaya
(5.85)
(12.75)
(14.31)
(0.43)
Mei*)
Jun*)
(6.06)
(12.77)
2011
7,727.30
8,377.90
8,913.10
9,091.40
9,273.20
9,458.70
2012
7,724.20
8,375.30
8,910.60
9,660.90
9,007.50
9,513.30
Growth (yoy)
(0.04)
(0.03)
(0.03)
6.26
(2.87)
0.58
Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Prov. Sulawesi Utara
Gambar 7.1. Perkiraan Curah Hujan Mei & Juni 2012
Sumber : BMKG
Tekanan inflasi kelompok administered price pada triwulan II 2012 diperkirakan akan berada pada level moderat apabila tidak ada penyesuaian harga barang strategis. Rendahnya tekanan inflasi kelompok ini terutama terkait dengan tidak dinaikkannya harga BBM bersubsidi yang semula direncanakan pada April 2012. Mencermati keberhasilan pengendalian inflasi pada tahun 2011 dan menyadari semakin beratnya tantangan menjaga stabilitas harga pada umumnya dan pengendalian inflasi pada khususnya, selain pengendalian inflasi dari sisi moneter, juga diperlukan penguatan rumusan bauran kebijakan lintas sektor yang bersifat kolaboratif dan sinergis. Melalui wadah Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID), pada tahun 2012 Bank Indonesia akan memperkuat koordinasi dan kerjasama baik secara vertikal yakni antara pemerintah pusat-daerah maupun secara horisontal antar pemerintah daerah dan antar lembaga terkait baik di tingkat pusat dan daerah, dalam rangka mendukung stabilitas harga khususnya melalui penguatan program kerja ketahanan pangan dan pemanfaatan informasi harga pangan strategis di daerah
97
PROSPEK PEREKONOMIAN
7.3.
Prospek Perbankan
Sejalan dengan membaiknya pertumbuhan ekonomi domestik, kinerja intermediasi perbankan di Sulawesi Utara pada tahun 2012 diperkirakan akan membaik. Hasil rekapitulasi Rencana Bisnis Bank (RBB) 2012 menunjukkan optimisme
perbankan Sulawesi Utara untuk terus
meningkatkan pertumbuhan penyaluran kreditnya pada kisaran 36% (yoy). Untuk mencapai target tersebut, perbankan akan lebih fokus pada usaha-usaha yang merupakan potensi daerah dan melakukan peningkatan pelayanan serta perbaikan infrastruktur kredit. Berdasarkan jenis usahanya, estimasi pertumbuhan baki debit kredit terutama terjadi pada kredit menengah yang diperkirakan tumbuh pada kisaran 45% (yoy). Selanjutnya diikuti oleh pertumbuhan baki debit kredit kecil dan mikro yang diperkirakan tumbuh masing-masing sebesar 37% (yoy) dan 26% (yoy). Dari sisi penghimpunan dana, pertumbuhan yang ditargetkan perbankan di Sulawesi Utara mencapai sekitar 41% (yoy). Tingginya target pertumbuhan ini dapat dicapai dengan menerapkan berbagai upaya diantaranya mempertahankan nasabah yang telah ada dan menjaring nasabah baru melalui penambahan jumlah karyawan, kantor cabang dan fitur-fitur dalam mengoptimalkan kemudahan bertransaksi. Grafik 7.11. Indeks Ekspektasi Tingkat Suku Bunga (SBT)
Kebijakan Bank Indonesia untuk mempertahankan suku bunga acuannya (BI rate) sebesar 5,75% pada
180.00
triwulan II 2012 diperkirakan memberikan dampak
160.00
pada penambahan kapasitas perekonomian Provinsi
120.00
Sulawesi
Utara
perbankan
yang
melalui pada
transmisi tahap
suku
140.00
100.00
bunga
80.00
selanjutnya
akan
40.00
membaiknya
funsi
60.00
20.00
2007
penurunan suku bunga kredit di perbankan Sulawesi
Sumber :
2008
2009
2010
Mei Agustus
2011
Nopember Februari
Agust Nop Feb
Feb Mei
Feb Mei
Agust Nop
Agust Nop
Nop Feb Mei
Mei Agust
intermediasi perbankan. Hal ini ditandai oleh tren
Nop Feb
pada
Feb
dampak
Mei Agust
memberikan
2012
Sumber : Survei Konsumen (SK) KPw BI Prov. Sulawesi Utara
Utara. Selain itu, berdasarkan hasil Survei Konsumen (SK) Bank Indonesia Manado menunjukkan adanya penurunan indeks ekspektasi masyarakat terhadap tingkat bunga, tercermin dari indeks ekspektasi terhadap suku bunga 6 bulan yang akan datang pada Maret 2011 sebesar 113, atau lebih rendah dibandingkan dengan triwulan lalu, tercatat sebesar 116.
98
Halaman ini sengaja dikosongkan
DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN
DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN
PDRB mtm qtq yoy Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Indeks Harga Konsumen (IHK) Indeks Kondisi Ekonomi Indeks Ekspektasi Konsumen Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dana Perimbangan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Inflasi
Volatile Foods Administered Price M1 M2
Mo
Uang Kartal Uang Giral
NIM
100
Produk Domestik Regional Bruto. Pendapatan suatu daerah yang mencerminkan hasil kegiatan ekonomi yang ada di suatu wilayah tertentu month to month. Perbandingan antara satu bulan dan bulan sebelumnya. quarter to quarter. Perbandingan antara data satu triwulan dengan triwulan sebelumnya. year on year. Perbandingan antara data satu tahun dengan tahun sebelumnya. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini dan ekspektasi kondisi ekonomi enam bulan mendatang, dengan skala 1-100 Sebuah indeks yang merupakan ukuran perubahan rata-rata harga barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat pada suatu periode tertentu. Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini, dengan skala 1-100 Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap ekspektasi kondisi ekonomi 6 bulan mendatang, dengan skala 1-100 Pendapatan yang diperoleh dari aktivitas ekonomi suatu daerah seperti hasil pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah. Sumber pendapatan daerah yang berasal dari APBN untuk mendukung pelaksanaan kewenangan pemerintah daerah dalam mencapai tujuan pemberian otonomi. Ukuran kualitas pembangunan manusia yang diukur melalui pencapaian rata-rata 3 (tiga) hal kualitas hidup yaitu : pendidikan, kesehatan dan daya beli. Kecenderungan kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan bersifat persisten. Perubahan (laju) inflasi umumnya diukur dengan melihat perubahan harga pada sejumlah barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat, seperti tercermin pada perkembangan indeks harga konsumen (IHK). Berdasarkan faktor penyebabnya, inflasi dapat dipengaruhi baik dari penawaran maupun dari permintaan. Salah satu disagregasi inflasi, yaitu untuk komoditas yang perkembangan harganya sangat bergejolak karena faktor-faktor tertentu. Salah satu disagregasi inflasi, yaitu untuk komoditas yang perkembangan harganya diatur pemerintah. Disebut sebagai narrow money (uang beredar dalam arti sempit), terdiri dari uang kartal dan uang giral Disebut broad money atau uang beredar dalam arti luas, merupakan indicator tingkat likuiditas perekonomian, terdiri dari uang kartal, uang giral dan uang kuasi (tabungan dan deposito baik dalam mata uang rupiah maupun asing). Disebut uang primer (base money) merupakan kewajiban otoritas moneter (di dalam neraca bank sentral), terdiri dari uang kartal pada bank umum dan masyarakat ditambah dengan saldo giro bank umum dan masyarakat di bank sentral. Uang kertas dan uang logam yang berlaku, tidak termasuk uang kas pada kas negara (KPKN) dan bank umum. Terdiri dari rekening giro masyarakat di bank, kiriman uang, simpanan berjangka dan tabungan yang sudah jatuh tempo yang seluruhnya merupakan simpanann penduduk dalam rupiah pada sistem moneter. Singkatan dari Net Interest Margin adalah selisih antara penerimaan bunga yang diperoleh oleh bank dengan biaya bunga yang harus dibayar.
DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN
NPLs Restrukturisasi kredit UMKM UYD
Inflow Outflow Netflow PTTB
Singkatan dari Non Performing Loans disebut juga kredit bermasalah, dengan kolektibiltas kurang lancar (3), diragukan(4) dan macet (5) menurut ketentuan BI. Upaya yang dilakukan bank dalam kegiatan usaha perkreditan agar debitur dapat memenuhi kewajibannya yang dilakukan antara lain dengan melalui : restrukturisasi, re-scheduling atau konversi kepemilikan. Singkatan dari Sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah yang mempunyai skala pinjaman antara Rp50 Juta s/d Rp 5 Milyar. Singkatan dari uang yang diedarkan, adalah uang kartal yang berada dimasyarakat ditambah dengan uang yang berada di kas bank. Uang kartal yang masuk ke BI, melalui kegiatan setoran yang dilakukan oleh bank umum. Uang kartal yang keluar dari BI melaui proses penarikan uang tunai bank umum dari giro di BI atau pembayaran tunai melalui BI. Selisih antara outflow dan inflow. Pemberian tanda tidak berharga, adalah bagian dari kegiatan untuk menarik uang yang sudah tidak layak edar, sehingga uang yang disediakan oleh BI tersebut dapat berada dalam kondisi layak dan segar (fit for circulation) untuk bertransaksi.
101
Halaman ini sengaja dikosongkan