KAJIAN JIAN EKONOMI REGION GIONAL JAWA TIMUR
TRIWULAN III - 2012
BANK NK INDONESIA IN SURABAY ABAYA
Penerbit : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV Divisi Ekonomi Moneter Jl.Pahlawan No.105 SURABAYA Telp. : 031-3520011 psw. 8301/8258 Fax : 031-3554178 Email :
[email protected]
Bahan soft copy dari kajian ini dapat di download pada web BI (http://www.bi.go.id)
Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia Misi Bank Indonesia esia : “ Mencapai dan memel emelihara kestabilan nilai rupiah melalui pemelih meliharaan kestabilan moneter dan sistem tem kkeuangan untuk mendukung pembangunan gunan nasional yang berkesinambungan.“ Visi Bank Indonesia sia : “Menjadi bank sentral ntral yyang kredibel secara nasional maupun internasional inter melalui penguatan nilai-nilai ilai stra strategis serta pencapaian inflasi yang rendah ndah d dan stabil.“ Nilai – Nilai Strategis egis : Kompetensi – Intergrita rgritas – Transparansi – Akuntabilitas – Kebersam ersamaan.
Visi dan Misi Kantor Perwakilan Pe Bank Indonesia Wilaya ilayah IV Misi Kantor Perwaki rwakilan Bank Indonesia Wilayah IV: “Mendukung pencapa ncapaian kebijakan Bank Indonesia di bidang ng m moneter, perbankan dan sistem pembayar bayaran secara efisien dan optimal serta member emberikan saran kepada Pemda dan lembag embaga terkait lainnya di daerah dalam m ra rangka mendukung pembangunan ekonom konomi daerah.” Visi Kantor Perwakil wakilan Bank Indonesia Wilayah IV : “Menjadi kantorr Ba Bank Indonesia yang dapat dipercaya ya d di daerah melalui peningkatan peran ran da dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indones donesia yang diberikan.”
KATA PENGANTAR Pertama-tama ijinkkanlah kami memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rah ahmat dan hidayah-Nya sehingga Kajian Eko konomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwula ulan III - 2012 dapat diselesaikan dengan baik da dan tepat waktu. Kajian triwulanan ini disus usun untuk memenuhi kebutuhan informasi ba bagi stakeholders eksternal maupun interna nal yang berkaitan dengan perkembangan n perekonomian, perbankan dan sistem pem mbayaran di Jawa Timur baik pada triwulan dim imaksud maupun prospek ke depan. Analisa pada kajian ian ini menggambarkan perkembangan pereko konomian daerah Provinsi Jawa Timur didasa sarkan pada data dan informasi yang diperole leh dari berbagai pihak seperti perbankan da dan instansi di lingkungan pemerintah daerah,, BUMN maupun swasta. Atas seluruh bant ntuan tersebut kami mengucapkan pengharga gaan dan terima kasih yang sebesar-besarny nya. Harapan kami, hubungan kemitraan yang g terjalin selama ini dapat lebih ditingkatk tkan di masa yang akan datang. Kami jugaa mengharapkan masukan dan saran unt ntuk lebih meningkatkan kualitas kajian ssehingga dapat memberikan kemanfaatan n yang maksimal. Semoga Tuhan Y Yang Maha Pemurah selalu memberikan kekuatan dan kemudahan kepada kitaa semua dalam memberikan kontribusi yan ng terbaik bagi peningkatan kesejahteraan n masyarakat Jawa Timur pada khususnya dan n Indonesia pada umumnya. Surabaya, 7 Novem ember 2012 KEPALA KANTOR PERW WAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IV V (JAWA TIMUR)
Mohamad d Ishak I Direktur Eks ksekutif
i
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR
i
DAFTAR ISI
ii
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR GRAFIK
vii
DAFTAR ISTILAH
xviii
DAFTAR SINGKATAN
xix
DAFTAR LAMPIRAN
xii
RINGKASAN EKSEKUTIF
xiii
INDIKATOR MAKRO EKONOMI JAWA TIMUR
xvi
INDIKATOR PERBANKAN JAWA TIMUR
xvii
BAB 1
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
1
1.1 KONDISI UMUM
1
1.2 SISI PERMINTAAN
3
a.
Konsumsi
3
b.
Investasi
6
c.
Ekspor - Impor
8
1.3 SISI PENAWARAN
10
a.
Sektor Perdagangan, Hotel & Restoran
12
b.
Sektor Industri Pengolahan
14
c.
Pertanian
15
d.
Keuangan, Persewaan dan Jasa
16
e.
Bangunan
17
f.
Pengangkutan dan Komunikasi
18
BOKSAN 1 EKSPOR DAN IMPOR JAWA TIMUR BOKS 2 PENGEMBANGAN KLASTER KOMODITI UNGGULAN SEBAGAI UPAYA PEMBERDAYAAN SEKTOR RIIL & UMKM DI JAWA TIMUR
19
BAB 2
27
PERKEMBANGAN INFLASI
23
2.1 KONDISI UMUM
27
2.2 INFLASI BULANAN (mtm)
28
2.3 INFLASI TRIWULAN (qtq)
33
2.4 INFLASI TAHUNAN (yoy)
37
2.5 DISAGREGASI INFLASI BOKS 3 UPAYA PENGENDALIAN HARGA MELALUI OPERASI PASAR PROGRAM BANTUAN BIAYA TRANSPORTASI/ANGKUTAN BAHAN POKOK
41 46
BOKS 4 PROGRAM KERJA (PK) INISIATIF BANK INDONESIA 2012 : SKEMA TUNDA JUAL "JOMBANGAN" SEBAGAI PILOT PROJECT POLA PENGUATAN KETAHANAN PANGAN KOMODITAS BERAS
48
BAB 3
51
PERKEMBANGAN PERBANKAN 3.1 PERKEMBANGAN KINERJA BANK UMUM 3.1.1.
ASET DAN AKTIVA PRODUKTIF
52
3.1.2.
DANA PIHAK KETIGA (DPK)
55
3.1.3.
KREDIT
57
3.1.4.
KREDIT USAHA MIKRO KECIL MENENGAH (UMKM)
61
3.1.5
KREDIT USAHA RAKYAT (KUR)
62
3.2 STABILITAS SISTEM PERBANKAN
BAB 4
BAB 5
51
63
3.2.1.
RISIKO KREDIT
64
3.2.2.
RISIKO LIKUIDITAS
67
3.3 PERBANKAN SYARIAH
69
3.4 BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR)
71
3.5 BANK BERKANTOR PUSAT DI SURABAYA
74
3.6 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
77
3.6.1
TRANSAKSI KEUANGAN SECARA TUNAI
77
a.
Aliran Uang Masuk/Keluar (inflow/Outflow)
78
b.
Uang Kartal Tidak Layak Edar
79
3.6.2
TRANSAKSI KEUANGAN SECARA NON TUNAI
80
a.
Transaksi RTGS (Real Time Gross settlement)
80
b.
Transaksi Kliring
81
3.6.3
PENEMUAN UANG PALSU JAWA TIMUR
83
PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
85
4.1
UMUM
85
4.2
REALISASI PENDAPATAN DAERAH
85
4.3
REALISASI BELANJA DAERAH
86
KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
89
5.1 UMUM
89
5.2 KETENAGAKERJAAN
89
5.2.1
Angkatan Kerja dan Pengangguran
5.3 KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PEDESAAN 5.3.1
NILAI TUKAR PETANI (NTP)
89 92 92
5.3.2 BAB 6
NILAI TUKAR NELAYAN (NTN)
PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA
93 95
6.1 PERKIRAAN PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR
95
6.2 PERKIRAAN INFLASI JATIM
96
DAFTAR TABEL Tabel 1.1
Pertumbuhan Ekonomi Provinsi di Pulau Jawa
1
Tabel 2.1
Inflasi Triwulan II Tahun 2011 & 2012 di Jawa Timur (mtm)
28
Tabel 2.2 Tabel 2.3
Inflasi & Sumbangan Inflasi Di Jawa Timur (qtq)
34
Inflasi Jawa Timur (yoy) Per Kelompok Barang
37
Tabel 2.4
Inflasi 7 Kota di Jawa Timur
39
Tabel 2.5 Tabel 2.6
Inflasi 7 Kota di Jawa Timur per Kelompok Barang & Jasa Tw II 2012 (% yoy)
40
Sumbangan Inflasi 7 Kota di Jawa Timur per Kelompok Barang & Jasa Tw II 2012 (% yoy)
40
Tabel 2.7
Perkembangan Capacity Utilization Industri Pengolahan
43
Tabel 3.1
Perkembangan Indikator Perbankan ( Bank Umum & BPR ) di Jawa Timur
51
Tabel 3.2
Perkembangan Indikator Bank Umum di Jawa Timur
52
Tabel 3.3
Penyaluran Kredit pada Kab/Kota Dominan di Jawa Timur
60
Tabel 3.4
Perkembangan NPL per Kelompok Bank
64
Tabel 3.5
Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur
72
Tabel 3.6
Perkembangan Indikator Bank Berkantor Pusat Di Surabaya
75
Tabel 3.7
Perkembangan Arus Uang Tunai (inflow-Outflow) Kantor Bank Indonesia
78
Tabel 3.8
Perputaran Kliring dan Tolakan Cek, Bilyet Giro Tw.II - 2012
82
Tabel 4.1
Realisasi Pendapatan APBD Prop.Jatim Triwulan III - 2012
83
Tabel 4.2
Realisasi Belanja APBD Prov.Jatim Triwulan III - 2012 (Rp juta)
83
Tabel 5.1
Kondisi Ketenagakerjaan di Jawa Timur (2008 - 2012) (dalam ribuan)
84
Tabel 5.2
Perkembangan Penggunaan Tenaga Kerja SKDU Jawa Timur
85
Tabel 6.1
Tedensi Arah Inflasi dan Faktor Risiko
86
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1.1
Kontribusi PDRB Sektoral Prov. Jawa Timur
2
Grafik 1.2
Kontribusi PDRB Sisi Permintaan Prov. Jawa Timur
2
Grafik 1.3
Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Prov. Jawa Timur
2
Grafik 1.4
Struktur Perekonomian Prov. Jawa Timur
2
Grafik 1.5
Sisi Permintaan PDRB Prov. Jawa Timur
3
Grafik 1.6
Sisi Permintaan PDRB Prov. Jawa Timur
3
Grafik 1.7
Indeks Penjualan Eceran
4
Grafik 1.8
Konsumsi Listrik Rumah Tangga
4
Grafik 1.9
Perkembangan Kredit Konsumsi
4
Grafik 1.10
Jumlah Kendaraan Baru (Roda Empat)
4
Grafik 1.11
Survei Konsumen Keyakinan Konsumen
5
Grafik 1.12
Survei Konsumen Kondisi Ekonomi Saat Ini
5
Grafik 1.13
Perkembangan Jumlah Proyek Investasi
6
Grafik 1.14
Perkembangan Nilai Proyek Investasi
6
Grafik 1.18
Perkembangan PMTB
7
Grafik 1.19
Perkembangan Kredit Investasi
7
Grafik 1.20
Perkembangan Volume Penjualan Semen
8
Grafik 1.21
Perkembangan Barang Modal
8
Grafik 1.22
Perkembangan Kinerja Ekspor Jatim
9
Grafik 1.23
Perkembangan Kinerja Ekspor Luar Negeri Jatim
9
Grafik 1.24
Perkembangan Nilai Ekspor Per jenis Barang
9
Grafik 1.25
Pertumbuhan Ekspor Per Jenis Barang
9
Grafik 1.26
Perkembangan Nilai Ekspor
10
Grafik 1.27
Perkembangan Nilai Impor
10
Grafik 1.28
Nilai Impor Per Jenis Barang
10
Grafik 1.29
Pertumbuhan Impor Per Jenis Barang
10
Grafik 1.30
Pertumbuhan Tiga Sektor Utama
10
Grafik 1.31
Petumbuhan Sektor Pendukung
10
Grafik 1.32
Pertumbuhan Sektor Pendukung
11
Grafik 1.33
Utilisasi Kapasitas Produksi
11
Grafik 1.34
Utilisasi Kapasitas Produksi Sektoral
11
Grafik 1.35
Indeks Realisasi Usaha
12
Grafik 1.36
Indeks Realisasi Usaha Sektoral
12
Grafik 1.37
Tingkat Hunian Kamar Hotel Berbintang di Jatim
13
Grafik 1.38
Lama Tinggal Tamu di Hotel Berbintang Jatim
13
Grafik 1.39
Jumlah Wisatawan Asing Melalui Bandara Juanda
14
Grafik 1.40
Konsumsi Listrik Golongan Bisnis
14
Grafik 1.41
Pertumbuhan Produksi Industri Pengolahan
14
Grafik 1.42
Perkembangan Nilai Impor Barang Bahan Baku
14
Grafik 1.43
Perkembangan Pertumbuhan Impor Barang Bahan Baku
15
Grafik 1.44
Perkembangan Konsumsi BBM Industri
15
Grafik 1.45
Konsumsi Listrik Golongan Industri
15
Grafik 1.46
Luas Lahan Tanam dan Panen Padi di Jawa Timur
15
Grafik 1.47
Luas Lahan Tanam dan Panen Jagung di Jawa Timur
15
Grafik 1.48
Luas Lahan Puso di Jawa Timur
16
Grafik 1.49
Pertumbuhan Kredit dan DPK Perbankan Jawa Timur
16
Grafik 1.50
Perkembangan NIM Perbankan Jawa Timur
16
Grafik 1.51
Perkembangan Fee - Based Income
17
Grafik 1.52
Perkembangan Interest - Based Income
17
Grafik 1.53
Perkembangan Pendapatan - Biaya Operasional Bank
17
Grafik 1.54
Volume Penjualan Semen di Jawa timur
17
Grafik 1.55
Arus Penumpang di Tanjung Perak
18
Grafik 1.56
Arus Barang di Tanjung Perak
18
Grafik 1.57
Penumpang Domestik di Bandara Juanda
18
Grafik 1.58
Penumpang Internasional di Bandara Juanda
18
Grafik 2.1
Inflasi Jawa Timur & Nasional (yoy)
28
Grafik 2.2
Perkembangan Inflasi Jawa Timur
28
Grafik 2.3
Inflasi April 2012 - Berdasarkan Kelompok Barang
30
Grafik 2.4
Inflasi Mei 2012 - Berdasarkan Kelompok Barang
30
Grafik 2.5
Inflasi April 2012 - Berdasarkan Kelompok Barang
31
Grafik 2.6
Harga Emas Internasional vs Emas Perhiasan
31
Grafik 2.7
Harga Daging Ayam Ras & Telur Ayam Ras
33
Grafik 2.8
Harga Sub Kelompok Bumbu-bumbuhan
33
Grafik 2.9
Inflasi (qtq) Kel. Bahan Makanan
34
Grafik 2.10
Inflasi (qtq) Kel. Bahan Makanan Tw I - 2012 & Tw II - 2012
34
Grafik 2.11
Pergerakan Harga Bumbu-bumbuan
36
Grafik 2.12
Pergerakan Harga Daging-dagingan Perkembangan Harga Kelompok Makanan Jadi, Minuman Rokok dan Tembakau
36
Grafik 2.14
Pergerakan Harga Sayur-sayuran
36
Grafik 2.15
36
Grafik 2.16
Pergerakan Harga Beras di Surabaya Pergerakan Harga Beras Internasional
Grafik 2.17
Inflasi Kelompok Sandang (qtq)
Grafik 2.18
Perbandingan Inflasi Tahunan (yoy) Per Kelompok Barang
37 38
Grafik 2.19
Inflasi (yoy) Tertinggi - Kelompok Barang
38
Grafik 2.20
Inflasi Tahunan (yoy)Kelompok bahan Makanan Tahun 2011-2012
38
Grafik 2.21
Inflasi (yoy) Kelompok Makanan Jadi, Minuman & Tembakau
38
Grafik 2.13
36
36
Grafik 2.22
Perbandingan Inflasi Year on Year (yoy ) 7 Kota di Jawa Timur
39
Grafik 2.23
Laju Inflasi Jatim Per Komponen
41
Grafik 2.24
Perkembangan Nilai Tukar Rupiah
42
Grafik 2.25
Perkembangan Harga Minyak Internasional
42
Grafik 2.26
Perkembangan Harga CPO
42
Grafik 2.27
Perkembangan Harga Batu Bara Perkembangan Herga Karet Perkembangan Capacity Utilization
42
Grafik 2.28 Grafik 2.29 Grafik 2.30
Perbandingan Komponen Inflasi Inti
42 42 43
Grafik 2.31
Perkembangan Inflasi Inti Tradeable & Non Tradeable
44
Grafik 2.32
Perkembangan Inflasi Inti - Exclude Gold Price
44
Grafik 2.33
Perkembangan Inflasi Inti Tradeable & Non Tradeable
44
Grafik 2.34
Perkembangan Inflasi Inti - Exclude Gold Price
44
Grafik 3.1
Perkembangan LDR
53
Grafik 3.2
Perkembangan LDR per Kelompok Bank
53
Grafik 3.3
Perkembangan LDR per Wilayah Kerja
53
Grafik 3.4
Pertumbuhan Indikator Utama Perbankan (yoy)
54
Grafik 3.5
Pertumbuhan Indikator Utama Perbankan (qtq)
54
Grafik 3.6
Perkembangan Total Aset Bank Umum
55
Grafik 3.7
Proporsi Aktiva Produktif
55
Grafik 3.8
Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (y-o-y)
55
Grafik 3.9
Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (y-o-y)
56
Grafik 3.10
Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (qtq)
56
Grafik 3.11
Perkembangan DPK per Jenis Simpanan
56
Grafik 3.12
Komposisi DPK Bank Umum (%)
56
Grafik 3.13
Perbandingan Suku Bunga Simpanan - BI Rate
57
Grafik 3.14
Pertumbuhan Kredit (yoy)
57
Grafik 3.15
Pertumbuhan Kredit (qtq)
57
Grafik 3.16
Proporsi Penyaluran Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan
58
Grafik 3.17
Proporsi Penyaluran Kredit Berdasarkan Kelompok Bank
58
Grafik 3.18
Pertumbuhan Kredit Per Jenis Penggunaan(y-o-y)
59
Grafik 3.19
Pertumbuhan Kredit Per Jenis Penggunaan (q-t-q)
59
Grafik 3.20
Proporsi Kredit Sektoral
59
Grafik 3.21
Perkembangan Kredit Sektoral Dominan (yoy)
60
Grafik 3.22
Perbandingan Suku Bunga Kredit & BI Rate
60
Grafik 3.23
Perkembangan Kredit UMKM
61
Grafik 3.24
Proporsi Kredit UMKM Berdasarkan Bank
61
Grafik 3.25
Jumlah & Pangsa Kredit UMKM
61
Grafik 3.26
Perkembangan NPL Kredit UMKM (%)
61
Grafik 3.27
Pertumbuhan Kredit UMKM (%)
62
Grafik 3.28
5 Besar Provinsi Penyalur KUR
63
Grafik 3.29
Perkembangan Penyaluran KUR di Jatim
63
Grafik 3.30
Perkembangan NPL Bank Umum
65
Grafik 3.31
Perkembangan NPL per Jenis Penggunaan
65
Grafik 3.32
Sektor dengan Penyaluran Kredit Terbesar (Juta Rupiah)
65
Grafik 3.33
Sektor dengan Pertumbuhan Penyaluran Kredit Terbesar (% yoy)
66
Grafik 3.34
NPL Per Sektor Ekonomi
67
Grafik 3.35
Money Position Perbankan di Jawa Timur
67
Grafik 3.36
Proporsi Deposito per Jangka Waktu
68
Grafik 3.37
Perkembangan Indikator Perbankan Syariah (qtq)
69
Grafik 3.38
Perkembangan Indikator Perbankan Syariah (yoy)
69
Grafik 3.39
Proporsi DPK Perbankan Syariah
70
Grafik 3.40
Pertumbuhan DPK Perbankan Syariah (yo)
70
Grafik 3.41
Pertumbuhan Pembiayaan Syariah per Jenis Penggunaan
70
Grafik 3.42
Pangsa Pembiayaan Syariah Perjenis Penggunaan
70
Grafik 3.43
Non Performing Financing (NPF) dan Financing to Deposits Ratio (FDR) Perbankan Syariah di Jawa Timur
71
Grafik 3.44
Perkembangan Indikator BPR (yoy)
72
Grafik 3.45
Perkembangan Indikator BPR (qtq)
72
Grafik 3.46
Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga BPR (yoy)
73
Grafik 3.47
Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga BPR (qtq)
73
Grafik 3.48
Pertumbuhan Kredit BPR per-Jenis Penggunaan
73
Grafik 3.49
Proporsi Kredit BPR PerJenis Penggunaan
74
Grafik 3.50
Perkembangan LDR & NPL BPR
74
Grafik 3.51
Pertumbuhan Indikator Bank Ber-KP di Surabaya (yoy)
75
Grafik 3.52
Pertumbuhan Indikator Bank Ber-KP di Surabaya (qtq)
75
Grafik 3.53
Proporsi DPK Per Jenis Simpanan Pada Bank Ber KP di Surabaya
76
Grafik 3.54
Pertumbuhan DPK Perjenis Simpanan Pada Bank Ber-KP di Surabaya
76
Grafik 3.55
Perkembangan Kredit Per Jenis Penggunaan Pada Bank Ber-KP di Surabaya
76
Grafik 3.56
Proporsi Kredit Perjenis Penggunaan Bank Ber KP di Surabaya
76
Grafik 3.57
Perkembangan LDR dan NPL Bank Berkantor Pusat di Surabaya
77
Grafik 3.58
Perkembangan Arus Uang Tunai (Inflow-Outflow)
79
Grafik 3.59
Perkembangan Net Flow Jawa Timur
79
Grafik 3.60
Pemusnahan Uang Tidak Layak Edar (PTTB)
79
Grafik 3.61
Perkembangan Transaksi Non Tunai Di Jawa Timur
80
Grafik 3.62
Perkembangan Transaksi RTGS Di Jawa Timur
80
Grafik 3.63
6 Kota Dengan Aktivitas Transaksi Outgoing RTGS Terbesar Tw II 2012
81
Grafik 3.64
6 Kota Dengan Aktivitas Transaksi Incoming RTGS Terbesar Tw II 2012
81
Grafik 3.65
Perkembangan Transaksi Kliring Di Jawa Timur
82
Grafik 3.66
Tolakan Transaksi Kliring Di Jawa Timur
82
Grafik 3.67
Statistik Uang Palsu Yang Ditemukan
83
Grafik 3.68
Staistik Uang Palsu Yang Ditemukan (lembar)
83
Grafik 3.69
Staistik Uang Palsu Yang Ditemukan (nilai)
83
Grafik 3.70
Statistik Uang Palsu yang Dilaporkan Per Kota (lembar)
84
Grafik 4.1
Dana Pemerintah Prov/Kab/Kota di Perbankan
85
Grafik 5.1 Grafik 5.2 Grafik 5.3 Grafik 5.4
Penyerapan Tenaga Kerja Sisi Sektoral Penyerapan Tenaga Kerja Komposisi Tenaga Kerja Formal
86 87 87
Komposisi Bidang Tenaga Kerja Informal
88
Grafik 5.5
Penyerapan Tenaga Kerja 3 Sektor Utama
88
Grafik 5.6
NTP Nasional & Jawa Timur
89
Grafik 5.7
NTP dan Pertumbuhan (Nasional & Jatim)
89
Grafik 5.8
lt Serta Pertumbuhan Nasional & Jatim
90
Grafik 5.9
lb dan Pertumbuhanan Nasional & Jatim
91
Grafik 5.10
NTN Nasional & Jatim
91
Grafik 5.11
NTN Serta Pertumbuhan (Nasional & Jatim)
92
Ringkasan Eksekutif
Bank Indonesia Surabaya
RINGKASAN EKSEKUTIF
Perekonomian provinsi Jawa Timur pada triwulan III-2012 kembali mencatatkan peningkatan pertumbuhan dari 7,21% (yoy) menjadi 7,24%
KAJIAN EKONOMI REGIONAL (KER) TRIWULAN IIIII – 2012 201 2
Assesmen Perkembangan Makro Ekonomi
Di pertengahan tahun 2012, perekonomian Jawa Timur pada triwulan
ini
mencatatkan
perbaikan
pertumbuhan
ekonomi
dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu dari 7,21% (yoy) menjadi 7,24% (yoy). Selain itu, pertumbuhan ekonomi Jawa Timur pada periode laporan pun berada pada level yang lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi nasional yang tercatat sebesar 6,17%. Dari sisi permintaan, pertumbuhan pada triwulan ini masih didorong oleh kinerja konsumsi rumah tangga dan investasi (PMTB), yang masing-masing menyumbang pertumbuhan ekonomi sebesar 5,02% (yoy) dan 1,37%(yoy). Meskipun pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada triwulan ini sedikit melambat dibandingkan triwulan lalu, namun besaran proporsi yang masih berada di atas 70%,
mengakibatkan
sumbangan
pertumbuhannya
masih
signifikan mempengaruhi kinerja pertumbuhan ekonomi Jawa Timur. Sementara itu, dari sisi penawaran, sektor Perdagangan Hotel dan Restoran (PHR), sektor Industri Pengolahan, serta sektor Pertanian merupakan sektor pendorong pertumbuhan ekonomi Jatim. Ketiga sektor tersebut, secara berurutan menyumbang pertumbuhan ekonomi masing-masing sebesar 3,09% (yoy), 1,71% dan 0,64%. Sektor Pertanian mengalami tumbuh meningkat dari 3,04% (yoy) menjadi 4,19%. Tibanya musim panen beberapa jenis tanaman bahan makanan, seperti padi, aneka buah dan bumbu turut mendorong pertumbuhan sektor ini pada periode laporan. Kedua sektor utama lainnya, yaitu sektor PHR dan sektor Industri Pengolahan mengalami perlambatan pertumbuhan, yaitu masing-
Kajian Ekonomi Regional Wilayah Jawa Bagian Timur Triwulan III-2012
x
Bank Indonesia Surabaya masing dari sebelumnya 10,54% (yoy) menjadi 10,03% serta dari 6,71% menjadi 6,35%.
Assesmen Inflasi Kenaikan IHK di 7 (tujuh) kota pada periode laporan mengalami peningkatan sehingga secara tahunan mencapai 4,50%.
Perkembangan inflasi di wilayah Jawa Timur (Jatim) yang dihitung berdasarkan kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) di 71 kota pada triwulan III-2012 sebesar 1,93% (qtq) atau meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 0,68%(qtq). Hingga pertengahan tahun 2012, inflasi tahunan Jatim (4,50%-yoy) berada pada level yang jauh lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya (4,87%). Berdasarkan kelompok barang, rata-rata laju inflasi bulanan di sepanjang triwulan III-2012 relatif bervariasi. Dibandingkan triwulan III-2011, tekanan inflasi kelompok sandang, kelompok pendidikan serta kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar berada pada level yang lebih rendah sehingga turut mendorong melambatnya inflasi pada periode laporan. Tercatat melambatnya inflasi pada kelompok Sandang, berasal dari kenaikan harga emas perhiasan dan ragam sandang pria pada level yang lebih rendah, masing-masing sebesar 0,32% (mtm) dan 2,10%. Berdasarkan disagregasinya, melambatnya laju inflasi pada triwulan III-2012 terutama didorong oleh perlambatan kelompok volatile
food dari 0,85% (mtm) menjadi -0,80% dan administered price dari 0,24% (mtm) menjadi -0,43%. Sedangkan, kelompok core inflation sedikit mengalami peningkatan, yaitu dari 0,43% (mtm) menjadi 0,55%.
Assesmen Perbankan Pada triwulan III-2012, kinerja perbankan (Bank Umum dan BPR) di Jawa Timur masih terus menunjukkan perkembangan yang positif, tercermin dari indikator total aset, kredit dan DPK yang tumbuh dengan cukup baik serta tingkat risiko kredit yang terjaga di bawah 5%. Aset Bank Umum dan BPR tumbuh sebesar 22,13% 1
7 kota di Jawa Timur yang masuk dalam perhitungan inflasi Nasional : Surabaya, Malang, Kediri, Jember, Probolinggo, Madiun dan Sumenep, dengan bobot kota total sebesar 10,87%.
Kajian Ekonomi Regional Wilayah Jawa Bagian Timur Triwulan III-2012
xi
Bank Indonesia Surabaya (yoy) dengan penyaluran utama pada kredit. Hal ini tercermin dari pertumbuhan kredit Bank Umum dan BPR yang mencapai 24,38% (yoy) dan diiringi oleh kualitas kredit atau rasio Non Performing
Loans (NPLs) sebesar 2,68%. Loan to Deposit Ratio (LDR) yang mencerminkan
fungsi
intermediasi
perbankan
meningkat
dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu sebesar 82,37% karena pertumbuhan penyaluran kredit yang lebih tinggi dibandingkan DPK. Peningkatan fungsi intermediasi tersebut terutama didorong oleh terjaganya kondisi perekonomian nasional dan daerah. Dengan mempertimbangkan tren pertumbuhan kredit yang terus meningkat dan bahkan lebih tinggi dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya, maka peluang sumbangan sektor perbankan atas peningkatan pertumbuhan ekonomi Jawa Timur diperkirakan akan meningkat.
Prospek Ekonomi dan Inflasi Triwulan IV-2012 Ekonomi Jatim pada Tw IV-2012 diperkirakan berpotensi meningkat.
Pada triwulan IV-2012, pertumbuhan ekonomi Jatim masih berpotensi mengalami peningkatan dengan rentang pertumbuhan 7,20% – 7,30% (yoy). Momentum perayaan Idul Adha, Natal dan Tahun Baru pada periode laporan diperkirakan menjadi faktor utama pendorong pertumbuhan ekonomi, sesuai dengan pola pertumbuhan ekonomi pada periode sebelumnya. Mencermati perkembangan inflasi terkini dan tracking beberapa indikator harga, maka inflasi Provinsi Jawa Timur pada bulan triwulan IV-2012 berada pada rentang sebesar 4,40% (yoy) s/d 4,50%. Secara keseluruhan, inflasi Jawa Timur di akhir tahun berada dalam rentang yang diproyeksikan yaitu 4,5% + 1%.
Kelompok volatile food diyakini masih menjadi pendorong inflasi di pada triwulan IV-2012, meskipun pada level yang tidak terlalu tinggi. Sementara itu, inflasi inti diperkirakan relatif stabil, meskipun terdapat risiko dari pergerakan harga komoditas core inflation seperti emas perhiasan dan gula pasir. Potensi tekanan lainnya diperkirakan berasal dari inflasi
administered price yang turut menekan inflasi pada periode
Kajian Ekonomi Regional Wilayah Jawa Bagian Timur Triwulan III-2012
xii
Bank Indonesia Surabaya laporan,
dengan
pemicunya
adalah
kenaikan
tarif
angkutan/transportasi , khususnya untuk tarif angkutan udara, seiring banyaknya momentum cuti bersama pada periode ini.
Kajian Ekonomi Regional Wilayah Jawa Bagian Timur Triwulan III-2012
xiii
LAMPIRAN INDIKATOR MAKRO EKONOMI JAWA TIMUR INDIKATOR INDEKS HARGA KONSUMEN (IHK) JAWA TIMUR - Kota Surabaya - Kota Malang - Kota Kediri - Kota Jember - Kota Probolinggo - Kota Madiun - Kota Sumenep LAJU INFLASI TAHUNAN (Y-O-Y) JAWA TIMUR - Kota Surabaya - Kota Malang - Kota Kediri - Kota Jember - Kota Probolinggo - Kota Madiun - Kota Sumenep PDRB Harga Konstan (Milliar Rp) - Pertanian - Pertambangan dan Penggalian - Industri Pengolahan - Listrik, gas, dan air bersih - Bangunan - Perdagangan, Hotel dan Restoran - Pengangkutan dan komunikasi - Keuangan, persewaan, dan jasa - Jasa Pertumbuhan PDRB (yoy ) Pertumbuhan (YoY) - Pertanian - Pertambangan dan Penggalian - Industri Pengolahan - Listrik, gas, dan air bersih - Bangunan - Perdagangan, Hotel dan Restoran - Pengangkutan dan komunikasi - Keuangan, persewaan, dan jasa - Jasa Pertumbuhan PDRB (yoy )
2011 Tw I
Tw II
Tw III
Tw IV
125,591 125,081 125,735 123,956 127,970 129,455 130,053 122,031
125,92 125,50 126,03 124,60 126,99 129,84 130,09 123,09
128,50 128,30 128,46 127,34 128,73 131,66 132,35 125,03
129,69 129,38 129,91 128,66 130,02 132,75 133,51 127,02
6,94 7,60 5,82 5,38 6,76 6,81 5,60 5,69 88.724.137 15.553.734 1.802.122 21.820.355 1.174.790 2.626.382 27.085.226 6.546.139 4.785.173 7.330.216 6,98
6,26 6,98 5,37 4,48 5,04 5,59 5,32 5,70 91.361.994 13.773.813 2.085.751 22.560.496 1.237.703 3.054.205 28.588.367 6.966.113 4.993.959 8.101.587 7,25
4,87 5,22 4,71 4,45 4,03 3,71 4,65 3,57 93.350.482 13.336.371 2.139.238 23.274.729 1.245.192 3.102.022 29.708.289 7.141.739 5.124.947 8.277.955 7,12
4,29 4,73 4,07 3,64 2,42 3,78 3,49 4,19 93.212.679 10.507.871 2.201.521 24.299.093 1.274.399 3.212.217 30.450.678 7.443.098 5.282.030 8.541.772 7,11
2,82 10,34 5,61 7,22 7,42 8,24 19,72 8,21 3,89 6,98
5,11 5,44 6,01 7,05 10,98 8,86 10,69 8,50 4,48 7,25
4,52 4,55 5,67 5,17 8,90 9,29 9,11 8,17 5,96 7,12
1,64 4,85 5,96 5,65 8,99 9,69 9,86 7,87 5,82 7,11
Tw I
2012 Tw II
Tw III
130,58 130,33
131,75 131,39
134,29 133,81
130,48 129,33 131,15 133,59 134,45 128,25
131,63 130,90 132,22 135,2 135,90 129,81
134,34 134,03 134,39 139,28 137,50 132,62
4,48 4,56 4,50 4,71 3,63 3,85 4,28 5,53 95.255.849 15.903.128 1.893.917 23.417.927 1.269.738 2.893.702 30.081.571 6.933.037 5.153.153 7.709.676 7,19
4,63 4,69 4,44 5,06 4,12 5,46 4,66 3,93 97.984.951 13.954.912 2.120.466 24.091.691 1.322.563 3.224.522 31.778.068 7.627.372 5.361.931 8.503.427 7,21
4,50 4,30 4,58 5,25 4,39 5,56 3,91 6,05 13.314.382 2.167.540 24.763.849 1.331.292 3.249.351 33.255.748 8.125.439 5.509.384 8.600.008 7,29
2,25 5,09 6,27 8,08 10,18 9,69 13,01 7,69 5,18 7,19
3,04 1,66 6,71 6,86 5,58 10,54 8,08 7,37 4,96 7,21
2,24 1,32 6,47 6,91 4,75 10,78 11,14 7,50 3,89 7,29
xviii
Bab 1
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
1
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
1.1. KONDISI UMUM Di pertengahan tahun 2012, perekonomian Jawa Timur pada triwulan ini mencatatkan perbaikan pertumbuhan ekonomi dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu dari 7,21% (yoy) menjadi 7,24% (yoy). Selain itu, pertumbuhan ekonomi Jawa Timur pada periode laporan pun berada pada level yang lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi nasional yang tercatat sebesar 6,17%. Dari sisi permintaan, pertumbuhan pada triwulan ini masih didorong oleh kinerja konsumsi rumah tangga dan investasi (PMTB), yang masing-masing menyumbang pertumbuhan ekonomi sebesar 5,02% (yoy) dan 1,37%(yoy). Meskipun pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada triwulan ini sedikit melambat dibandingkan triwulan lalu, namun besaran proporsi yang masih berada di atas 70%, mengakibatkan sumbangan pertumbuhannya masih signifikan mempengaruhi kinerja pertumbuhan ekonomi Jawa Timur. Sementara itu, dari sisi penawaran, sektor Perdagangan Hotel dan Restoran (PHR), sektor Industri Pengolahan, serta sektor Pertanian merupakan sektor pendorong pertumbuhan ekonomi Jatim. Ketiga sektor tersebut, secara berurutan menyumbang pertumbuhan ekonomi masing-masing sebesar 3,09% (yoy), 1,71% dan 0,64%. Sektor Pertanian mengalami tumbuh meningkat dari 3,04% (yoy) menjadi 4,19%. Tibanya musim panen beberapa jenis tanaman bahan makanan, seperti padi, aneka buah dan bumbu turut mendorong pertumbuhan sektor ini pada periode laporan. Kedua sektor utama lainnya, yaitu sektor PHR dan sektor Industri Pengolahan relatif stabil, yaitu masing-masing terjaga pada level 10% dan 6%. Grafik 1.2 Kontribusi PDRB Sisi Permintaan Prov.Jawa Timur
Grafik 1.1 Kontribusi Pertumbuhan PDRB Sektoral Prov.Jawa Timur 8,43 8,67 4,86 4,89 5,71 5,81
Jasa-jasa Keuangan, Persewaan & Jasa … Pengangkutan & Komunikasi
Tw.III-2012 Tw.III-2011
Tw.II-2012
Impor
Listrik, Gas & Air Bersih
15,19 14,95
Pertanian 0
5
10
15
20
0.64 0.59
Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba
2,08 2,28
Pertambangan & Penggalian
70.64 67.18
Konsumsi Rumah Tangga
25
30
35
-40.00
-20.00
q1-2011
6.02 7.14
Konsumsi Pemerintah
26,96 26,71
Industri Pengolahan
q4-2011
20.72 19.10
Pembentukan Modal Tetap Bruto
1,33 1,43
q1-2012
1.89 4.16
Perubahan Stok
30,83 30,52 4,61 4,74
Bangunan
23.71 21.94
Ekspor
Perdagangan, Hotel & Restoran
Sumber: BPS Jatim, diolah
-23.61 -20.10
0.00
20.00
40.00
60.00
80.00
Sumber: BPS Jatim, diolah
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – 2012
1
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Grafik 1.3 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi 8
Jawa Timur
7
%
Indonesia
6,64 6,58 6,44 6,42 6,40 6,25 6,11 6,32 6,08 5,89 5,85 5,97 5,61 5,79
y o 5 y
Tren-Jawa Timur
7,24 7,29 7,30 7,19 7,21 7,14 7,20 7,17 7,11 6,53 6,90
6,03 6
Grafik 1.4 Struktur Perekonomian Prov. Jawa Timur
5,81 5,42 5,28
2,00 1,97 1,35 1,42 1,65 1,96
Jasa-jasa Keuangan, Persewaan & Jasa … Pengangkutan & Komunikasi
6,17 6,50 6,50 6,50 6,40 6,50 6,17 5,70 5,80
Listrik, Gas & Air Bersih
7,15 6,30
Industri Pengolahan 0,42 0,67
Pertambangan & Penggalian 3
3,61 2,89
Pertanian I
II III IV I
II III IV
2007
2008
I
II III IV 2009
I
II III IV I
II III IV I
2010
2011
II III
0
2012
11,67
1,20 2,08 0,13 0,20
Bangunan 5,01 4,58 4,37 4,20 4,33 4,00
Tw.II-2012
9,96
Perdagangan, Hotel & Restoran
5,18
4
Tw.III-2012 Tw.III-2011
5
10
15
Sumber: BPS Jatim, diolah
Sumber: BPS Jatim, diolah
1.2. SISI PERMINTAAN Dari sisi permintaan, pertumbuhan pada triwulan ini masih didorong oleh kinerja konsumsi rumah tangga dan investasi (PMTB), yang masing-masing menyumbang pertumbuhan ekonomi sebesar 5,02% (yoy) dan 1,37%(yoy).
Grafik 1.5 Sisi Permintaan PDRB Prov.Jawa Timur 80
Konsumsi Rumah Tangga gKonsumsi (rhs)
70
T r i l i u n
Konsumsi Pemerintah g_Konsumsi Pemerintah (rhs)
30%
T r i l i u n
15%
50
10% 40
%
5% 30
0%
20
-5% -10%
Y O Y
I
II III IV I
II III IV I
II III IV I
II III IV I
II III IV I
2007
2008
2009
2010
2011
II III
Net Ekspor Antar Pulau g_Net Ekspor Antar Pulau (rhs) 1.000 500
4
0
3
-500
%
2 -1.000 1 -1.500 0 I
R p
-15%
0
Net Ekspor Luar Negeri g_Net Ekspor Luar Negeri (rhs)
5
25% 20%
60
10
R p
Grafik 1.6 Sisi Permintaan PDRB Prov.Jawa Timur
II III IV I
II III IV I
II III IV I
II III IV I
II III IV I
2007
2008
2009
2010
2011
II III
-1 2012
-2.000
Y O Y
-2.500
-2
-3.000
-3
-3.500
2012
Sumber: BPS Jatim
Sumber: BPS Jatim
a. Konsumsi Pada triwulan III - 2012, pertumbuhan konsumsi rumah tangga tetap menjadi pendorong
utama
pertumbuhan
ekonomi
di
Jawa
Timur.
Walaupun
mengalami
perlambatan, pertumbuhan konsumsi rumah tangga tetap berada pada level tinggi yaitu di kisaran 6%. Tercatat pertumbuhannya pada triwulan ini mencapai 5,66% (yoy), sedikit lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 6,40%. Namun demikian, beberapa indikator konsumsi mengindikasikan bahwa kinerja konsumsi rumah tangga di Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – 2012
2
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Jawa Timur relatif stabil. Indikator tersebut berupa tingkat konsumsi listrik rumah tangga, pembelian kendaraan (mobil) serta kredit konsumsi. Demikian pula dengan indikator yang merupakan hasil Survei Bank Indonesia, yang meliputi nilai indeks omset riil dan tingkat keyakinan konsumen, yang diperoleh dari hasil Survei Penjualan Eceran (SPE) dan Survei Konsumen (SK). Dalam merespon pertumbuhan ekonomi Jatim yang terus meningkat, kinerja konsumsi masyarakat Jatim pada triwulan III-2012 mengalami pertumbuhan, seiring tibanya momentum Tahun Ajaran Baru, Bulan Puasa dan Lebaran. Tercatat kelompok bahan kimia dan kelompok suku cadang mengalami peningkatan omset, masing-masing meningkat sebesar 10 poin. Secara keseluruhan, indeks omset riil dari Hasil Survei Penjualan Eceran yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV, mengalami kenaikan dari sebelumnya berada pada level 106,97 menjadi 108,14. Grafik 1.8 Konsumsi Listrik Rumah Tangga
Grafik 1.7 Indeks Penjualan Eceran Indeks Omset Riil Makanan, Minuman, Tembakau Barang Budaya dan Rekreasi
Peralatan Rumah Tangga Alat Tulis
Pakaian & Perlengkapannya Konstruksi
100
Konsumsi Listrik
Kwh/pelanggan
150
120
2.500
450 140
400
Indeks
80
2.000
350
130
300
120
1.500
250
60
110
200
40
150
1.000
100
100
20
90 500
50
-
80
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III
0
70 I
2006
2007
2008
2009
2010
2011
II
III
IV
I
II
III
IV
I
II
III
IV
I
II
III
IV
I
II
III
IV
I
II
III
2012 2007
2008
2009
2010
2011
2012
Sumber: Hasil Survei Penjualan Eceran BI (diolah)
Sumber : PLN (diolah)
Sebagai sumber pembiayaan lainnya, kinerja pertumbuhan kredit konsumsi Bank Umum meningkat dari 31,14% (yoy) menjadi 36,63%. Pola ini searah dengan indikator konsumsi rumah tangga lainnya yang umumnya mengalami peningkatan kinerja pada periode laporan. Grafik 1.10 1. 10 Perkembangan Kredit Konsumsi Modal Kerja
Investasi
Grafik 1.11 1.11 Jumlah Kendaraan Baru (Roda Empat) 1.400
Konsumsi
50,00
Total
g Penjualan Mobil (yoy)
100%
1.200
80%
40,00
1.000
60%
35,00
800
40%
600
20%
%, yoy
45,00
30,00 25,00 20,00 15,00
400
0%
200
-20%
10,00
-
5,00
-40% 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Tw I
Tw II
Tw III
Tw IV
Tw I
Tw II
Tw III
Tw IV
Tw I
Tw II
Tw III
2011 2010 Sumber : LBU BI (dioah)
2011
2012
2012
Sumber : Dinas Pendapatan Jatim (diolah)
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – 2012
3
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Peningkatan konsumsi masyarakat turut dikonfirmasi oleh hasil survei konsumsi, yang mengindikasikan kenaikan indeks sebagai akibat dari meningkatnya kedua indeks penyusunnya, yaitu Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) menjadi sebesar 122,81 dan 137,91. Selain faktor momentum Tahun Ajaran Baru dan Lebaran, membaiknya tingkat pendapatan masyarakat turut mempengaruhi perbaikan indeks ini. Meskipun masih terdapat kekhawatiran perkembangan ekonomi sebagai akibat dari ketidakpastian ekonomi global, namun Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) terus mengalami perbaikan, yang mengindikasikan optimisme kelompok rumah tangga dalam melakukan kegiatan konsumsinya di masa mendatang. Keyakinan konsumen akan tingkat penghasilan dan lapangan pekerjaan 6 (enam) bulan yang akan datang mengalami kenaikan seiring membaiknya tingkat pendapatan masyarakat pada periode laporan, dengan terus berkembangnya kegiatan sektor usaha. Grafik 1.12 1.12 Survei Konsumen – Keyakinan Konsumen
Grafik 1.13 1. 13 Survei Konsumen – Kondisi Ekonomi Saat Ini Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) Indeks Penghasilan Saat Ini Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja Indeks Ketepatan Waktu Pembelian Barang Tahan Lama
Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) 160
160
Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK)
Indeks
Indeks
140 140
120 120
100
100
80
80
60
60
40
40
20
20
0 I
0 I
II III IV
I
II III IV
I
II III IV
I
II III IV
I
II
III IV
I
II
II III IV
I
2007 2007
2008
2009
2010
2011
II III IV
I
II III IV
I
II III IV
I
II III IV
I
II III
III
2008
2009
2010
2011
2012
2012
Sumber: Hasil Survei Konsumen BI (diolah)
Sumber: Hasil Survei Konsumen BI (diolah)
b. Investasi Kinerja investasi Jawa Timur yang tercermin pada tingkat pertumbuhan investasi (Pembentukan Modal Tetap Bruto – PMTB) mengalami penurunan dari sebesar 12,11 (yoy) menjadi sebesar 10,32% pada periode laporan. Meskipun demikian, menyerupai pola konsumsi rumah tangga, dengan porsi kedua terbesar, investasi publik pada periode laporan menjadi salah satu pendorong pertumbuhan ekonomi Jatim. Berdasarkan data yang dirilis oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), diperoleh
informasi
bahwa
kinerja
penanaman
modal
pada
periode
laporan
mengindikasikan hal serupa pada jenis Penanaman Modal Asing (PMA), sedangkan jenis Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) mengalami kenaikan (pada nilai). Dapat Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – 2012
4
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
dilaporkan, bahwa realisasi investasi jenis PMA mengalami penurunan dari USD 949,54 juta (90 proyek) menjadi
USD 232,2 juta (66 proyek) atau pertumbuhannya menurun dari
1135% (yoy) menjadi -7%. Sedangkan, untuk kinerja investasi jenis PMDN tercatat mengalami peningkatan, yaitu dari Rp3.044,44 milyar (60 proyek) menjadi Rp5.165,6 milyar (36 proyek) atau pertumbuhannya meningkat dari 43% (yoy) menjadi 92%. Berdasarkan informasi dari kegiatan Liaison yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV, diperkirakan akan terus terjadi perbaikan kinerja investasi di Jatim, seiring dengan berkembangnya optimisme para pelaku usaha di Jatim. Selain itu juga sebagai respon balik atas berbagai program inisiatif yang telah dicanangkan oleh Gubernur Jatim melalui instansi terkait. Salah satunya yang mendapat sambutan positif dari para pelaku usaha di dalam negeri adalah upaya untuk mengembangkan jejaring perdagangan dalam negeri dengan membuka perwakilan dagang wilayah mitra dagang Provinsi Jawa Timur. Grafik 1.14 1. 14 Perkembangan Jumlah Proyek Investasi 100
Grafik 1.15 1.15 Perkembangan Nilai Proyek Investasi 6.000
Jumlah Proyek PMA
Jumlah Proyek PMDN
Perubahan Jumlah Proyek PMA
Perubahan Jumlah Proyek PMDN
1200% Nilai Proyek PMA (USD million)
90
300%
Nilai Proyek PMDN (Rp miliar)
g Nilai Proyek PMA
g Nilai Proyek PMDN
1000% 5.000
80
800%
70
200%
4.000 600%
60 3.000
50
400%
100% 40
200% 2.000
30
0%
0%
20
1.000
10
-200%
-100%
I
II
III IV
I
2007
II
III IV
I
2008
II
III IV
I
2009
II
III IV
I
II
2010
III IV
I
2011
II
-400%
-
III
I
2012
II
III
II
III
IV
I
2008
II
III
IV
I
II
2009
III
IV
2010
I
II
III
IV
2011
I
II
III
2012
Sumber: BKPM
Grafik 1.16 Perkembangan PMTB
Grafik 1.1 1. 17 Perkembangan Kredit Modal Kerja Investasi Investasi Konsumsi
20
T r i l i u n
I
2007
Sumber: BKPM
50,00
20%
Pembentukan Modal Tetap Bruto
18
IV
gPMTB (rhs)
%, yoy
45,00
18%
16
16%
14
14%
12
12%
10
10%
8
8%
6
6%
4
4%
2
2%
R 0 p
0%
40,00 35,00 30,00
I II III IV I II III IV I 2007
2008
II III IV I
II III IV I II III IV I II III
2009
2010
2011
2012
%
25,00 20,00
Y O Y
15,00 10,00 5,00 Tw I
Tw II
Tw III
2010
Tw IV
Tw I
Tw II
Tw III
2011
Tw IV
Tw I
Tw II
Tw III
2012
Sumber : LBU BI (dioah)
Sumber: BPS Jawa Timur, diolah
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – 2012
5
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Indikator lainnya juga mengindikasikan kinerja yang positif, sebagaimana tercermin dari peningkatan kinerja penyaluran kredit investasi yang merupakan salah satu sumber pembiayaan investasi dari Bank Umum. Pada periode laporan tercatat pertumbuhan kredit jenis ini meningkat dari 29,82% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi sebesar 30,01%. Indikator investasi lainnya, yaitu volume penjualan semen di wilayah Jatim pun tercatat mengalami peningkatan yaitu
dari 15,08% (yoy) menjadi 17,81%. Yang
mengindikasikan meskipun terjadi perlambatan realisasi investasi pada periode laporan, namun kegiatan pembangunan masyarakat Jatim masih tetap tumbuh. Pengaruh tingginya kebutuhan pembangunan di daerah ini yang belum mempengaruhi kinerja komoditas semen, sehingga penjualannya pun bahkan mengalami peningkatan. Grafik 1.18 Perkembangan Volume Penjualan Semen Penjualan Semen g_Penjualan Semen
2.000.000
30%
1.800.000
Grafik 1.19 Perkembangan Impor Barang Modal
800
Capital Goods
160
g_Capital Goods
140
700 20%
1.600.000
120
600 1.400.000
100
10%
500
80
0%
400
60
-10%
300
40
1.200.000 1.000.000 800.000 600.000
20
200
400.000
-
-20%
200.000
100
(20)
-30%
0 I
II
III
IV
I
II
III
IV
I
II
III
IV
I
II
III
IV
I
II
III
(40)
0 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2008
2009
2010
2011
2012
2005
Sumber : Asosiasi Semen Indonesia (diolah)
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia
c. Ekspor-Impor Mengawali tahun 2012, tercatat transaksi perdagangan Jawa Timur mengalami peningkatan signifikan dibandingkan triwulan sebelumnya dengan mencatatkan kinerja net ekspor sebesar Rp12,39 triliun. Perolehan kinerja triwulan ini diperoleh dari kenaikan tajam nilai net ekspor perdagangan dalam negeri dari posisi net ekspor sebesar Rp14,06 triliun menjadi Rp16,24 triliun. Selain itu, perdagangan luar negeri Jawa Timur pun mencatatkan kinerja positif dengan posisi net impor sebesar Rp-3,8 triliun dari sebelumnya berada pada kondisi net impor sebesar Rp-2,69 triliun. Grafik 1.20
20.000.000 Perkembangan Net Ekspor Net Ekspor Kinerja Ekspor JatimAntar Pulau
1.000 800
15.000.000
Grafik 1.21 NET EKSPOR (USD Juta) Net Capital Goods Perkembangan Kinerja Negeri JatimGoods Net Intermediate Goods Ekspor Luar Net Consumption
600
10.000.000
400 200
5.000.000
-
(5.000.000)
(200)
I II III IV I II III IV I II III IV I II III
(400) (600)
2009
2010
2011
2012
(800)
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur 2006 2007 2008 2009 Triwulan 2010 III 2011 – 20122012
6
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Sumber: BPS Jatim
Sumber: Bank Indonesia Grafik 1.23 Pertumbuhan Ekspor Per Jenis Barang
Grafik 1.22 1.22 Perkembangan Nilai Ekspor Per Jenis Barang 4.500
Consumption Goods
Intermediate Goods
Capital Goods
g_Total Ekspor g_Intermediate Goods (rhs)
80
4.000
70
3.500
g_Capital Goods (rhs) 250 g_Consumption Goods (rhs) 200
60
3.000
50
2.500
150
40
2.000
100
30 1.500
20
50
1.000
10 500
-
-
0
(10)
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III 2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
(20)
2012
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III (50) 2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012 (100)
(30) Sumber: Bank Indonesia
Sumber: Bank Indonesia
Grafik 1.25 Perkembangan Nilai Impor
Grafik 1.24 1.24 Perkembangan Nilai Ekspor 4.500
Total Ekspor
80
g_Total Ekspor
5000
Total Impor
80
g_Total Impor
4500
4.000 60 3.000
40
2.500 20 -
1.000 (20)
2008
2009
2010
2011
2000
-
1500
(20) (40) (60)
0
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III 2007
20
500
(40)
2006
40
3000
1000
500 -
3500
2500
2.000 1.500
60
4000
3.500
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2012
2005
Sumber: Bank Indonesia
Consumption Goods
Intermediate Goods
2010
2011
2012
160,0
Capital Goods
140,0
g_Total Impor
g_Capital Goods
g_Intermediate Goods
g_Consumption Goods
120,0 100,0
3.000
(
500
2009
Grafik 1.27
U 2.500 S 2.000 D 1.500 1.000
2008
Pertumbuhan Impor per Jenis Barang
J 4.500 U 4.000 T 3.500 A
C I F
2007
Sumber: Bank Indonesia
Grafik 1.26 1.26 Nilai Impor per Jenis Barang 5.000
2006
%
80,0 60,0
y 40,0 o y 20,0
0
)
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I IITriwulan III IV I II III IVIII I II–III2012 IV I II III
0,0
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III 2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
-20,0 -40,0 -60,0
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
7
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Sumber: Bank Indonesia
Sumber: Bank Indonesia
1.3. SISI PENAWARAN Dari sisi penawaran, struktur perekonomian Jawa Timur pada triwulan III-2012 masih masih didorong oleh tiga sektor utama yaitu Perdagangan, Hotel & Restoran (PHR), Industri Pengolahan dan Pertanian. Kombinasi ketiganya memberi sumbangan hingga sekitar 71,10% terhadap PDRB Jawa Timur. Grafik 1.33 Pertumbuhan Sektor Pendukung
Grafik 1.32 Pertumbuhan Tiga Sektor Utama Pertanian Industri Pengolahan Perdagangan, Hotel & Restoran gPertanian (rhs) gIndustri Pengolahan (rhs) gPerdagangan, Hotel & Restoran (rhs)
35,00 30,00
20,00
Pengangkutan & Komunikasi Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan Jasa-jasa gPengangkutan & Komunikasi (rhs) gKeuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan (rhs) gJasa-jasa (rhs)
10,00 9,00
15,00
8,00
Triliun Rp.
10,00
20,00
7,00
15,00
Triliun Rp.
25,00
25,00
4,00
5,00
3,00
-
6,00
20,00 5,00
15,00 10,00
10,00
5,00
2,00 (5,00)
5,00
(5,00)
1,00
(10,00)
0,00 0,00
(10,00) I
II III IV I
II III IV I
II III IV I
II III IV I
II III IV I
2007
2008
2009
2010
2011
II III 2012
Sumber: BPS Jawa Timur
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III 2007
2008
2009
2010
2011
2012
Sumber: BPS Jawa Timur
Pertumbuhan tertinggi berada pada salah satu sektor utama Jawa Timur, yaitu sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) yang mencapai 10,03% sehingga memberikan sumbangan pertumbuhan terbesar mencapai 3,09%. Sedangkan sektor Industri Pengolahan dan sektor Pertanian masing-masing tumbuh sebesar 6,35% dan 4,19% dengan kontribusi masing-masing sebesar 1,71% dan 0,64% terhadap pertumbuhan ekonomi Jatim. Sedangkan sektor pendukung secara umum mencatatkan peningkatan pertumbuhan dibandingkan periode sebelumnya.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – 2012
8
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Berdasarkan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang dilakukan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV Jawa Timur, tingkat utilisasi kapasitas produksi di Jawa Timur tercatat mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu dari 77,09% menjadi 73,73% (lihat grafik 1.35). Dari sisi sektoral, peningkatan kapasitas produksi ini dipicu oleh perbaikan kinerja sektor pertanian dan sektor listrik, gas dan air bersih. Grafik 1.35 Utilisasi Kapasitas Produksi
Grafik 1.36 Utilisasi Kapasitas Produksi Sektoral Total Pertanian Pertambangan
120
90
80,1
80
78,1 77,7 74,9
71,5
70
73,2
67,2
78,5
73,3
100 77,1 73,7
80
69,3
64,2
60
74,5
70,7
69,8
63,4
74,3
73,9
75,1
70,0
%, SBT
60
63,3 56,9
40
50
20
40
0
30 I
II
III
IV
I
II
2006
III
IV
I
II
2007
III
IV
I
II
2008
III
IV
I
II
2009
III
IV
I
II
2010
III
IV
I
2011
II
I
III
II
2012
III
IV
I
2006
II
III
IV
I
II
2007
III
IV
I
2008
II
III
IV
I
II
2009
III
IV
I
2010
II
III
IV
2011
Kondisi yang sedikit berbeda diperoleh dari Sumber perkembangan kegiatan usaha melalui : Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha BI (diolah)
I
II
III
2012
Sumber : Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha BI (diolah)
angka indeks realisasi usaha hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang mengalami perlambatan
menjadi
16,30.
Sedangkan
indeks
realisasi
usaha
secara
sektoral
mencatatkan perolehan angka tertinggi berada pada sektor perdagangan, hotel dan restoran yang diikuti oleh sektor pertanian. Grafik 1.37 Indeks Realisasi Usaha
Grafik 1.38 Indeks Realisasi Usaha Sektoral
40
35,87
10
30
25,86 23,29 22,32 21,6
22,1 20
11,35 10
S B T
16,55212809 16,30 12,65
15,81 11,6
7,05
6 4
8,49
6,43
6,47
4,15
PERTANIAN PHR
8
26,35 20,88
19,55 18,54
TOTAL INDUSTRI PENGOLAHAN
%, SBT
31,82
2
1,1 0 I
II
III
IV
I
II
III
2006
I
II
III
IV
I
II
III
-1,85
-0,45 -10
IV
2007
IV
I
II
III
IV
I
II
III
IV
I
II
III
IV*
0
-1,46 2008
2009
2010
2011
I
2012
II
III
IV
I
II
III
IV
I
II
III
IV
I
II
III
IV*
-2 2009
-20
2010
2011
2012
-4
-18,91
Indeks Realisasi Usaha -6
-30 -27,23
Sumber : Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Bank Indoneisa (diolah)
-40
Sumber: SKDU BI Surabaya
a. Sektor Perdagangan, Hotel & Restoran Kinerja sektor Perdagangan, Hotel & Restoran (PHR) relatif stabil terjaga pada level 10%
(yoy). Apabila ditinjau berdasarkan sub-sub sektornya, tercatat subsektor hotel Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – 2012
9
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
mengalami peningkatan, sedangkan sisanya melambat. Subsektor ini mencatat peningkatan dari sebesar 7,30% (yoy) pada periode sebelumnya menjadi 7,47% (yoy) pada Triwulan III2012. Sub Sektor Restoran melambat dari sebesar 8,86% (yoy) menjadi 8,48% (yoy) pada periode laporan. Sementara itu Sub Sektor Perdagangan Besar dan Eceran mencatat sedikit perlambatan, yaitu dari sebesar 10,89% (yoy) menjadi 10,41% (yoy). Perlambatan kinerja pertumbuhan Sektor Perdagangan, Hotel dan Restaurant tersebut disebabkan oleh relatif melambatnya konsumsi masyarakat meskipun masih berada pada level yang cukup tinggi. b. Sektor Industri Pengolahan Kinerja Industri Pengolahan pada triwulan III-2012 pun relatif terjaga stabil pada level 6%. Pertumbuhan tertinggi (yoy) terdapat pada subsektor logam dasar, besi dan baja serta subsektor makanan, minuman dan tembakau, masing-masing sebesar 8,91% (yoy) dan 8,74%. Pertumbuhan positif hampir terjadi di seluruh sub sektor, kecuali sub sektor kertas dan barang cetakan serta subsektor semen dan barang galian bukan logam masing-masing sebesar -0,09% (yoy) dan -0,19%. Grafik 1.44 Perkembangan Nilai Impor Barang Bahan Baku 5.000
Consumption Goods
Intermediate Goods
Capital Goods
J 4.500 U 4.000 T 3.500 A 3.000
U 2.500 S 2.000 D 1.500 (
1.000
C I F
500 0
)
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III 2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
Sumber: Bank Indonesia
Terjaganya kinerja sektor industri pengolahan turut dikonfirmasi oleh ketiga indikatornya, yaitu impor bahan baku dan modal, konsumsi bahan bakar dan listrik sektor industri. Meskipun impor barang modal mengalami sedikit menurun, namun impor barang bahan baku mencatatkan peningkatan. Kondisi ini merefleksikan bahwa kegiatan produksi sektor industri pengolahan masih berjalan dengan baik seiring masih terjaganya konsumsi dalam negeri di tengah melemahnya perekonomian global. Grafik 1.45 Perkembangan Pertumbuhan Impor Impor Barang Bahan Baku
Grafik 1.47 Konsumsi Listrik Golongan Industri
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – 2012
10
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
160,0 140,0
g_Total Impor
g_Capital Goods
g_Intermediate Goods
g_Consumption Goods
Konsumsi Listrik Industri
120,0
880
100,0
780
Pertumbuhan
%
Kwh
980
20% 15% 10%
680
%
80,0 60,0
0%
480
0,0
-5%
380
-10%
280
-15%
180
-20% -25%
80 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III
-20,0 -40,0
5%
580
y 40,0 o y 20,0
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
25%
I
II III IV I
II III IV I
II III IV I
II III IV I
II III IV I
2007
2008
2009
2010
2011
II III 2012
Sumber : PLN (diolah)
-60,0
Sumber: Bank Indonesia
c. Pertanian Kinerja Sektor Pertanian mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu dari tumbuh dari 3,04% menjadi 4,19% (yoy). Hampir semua sub sektor mengalami peningkatan pertumbuhan, kecuali subsektor tanaman perkebunan dan subsektor peternakan yang mencatatkan perlambatan masing-masing menjadi sebesar 2,04% (yoy) dan 3,24% (yoy). Peningkatan pertumbuhan terbesar terdapat pada Sub Sektor Kehutanan yang mencatat kenaikan dari sebesar 16,52% (yoy) menjadi 40,51% pada triwulan laporan.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – 2012
11
Bab 2
PERKEMBANGAN INFLASI JAWA TIMUR
BAB II n PERKEMBANGAN INFLASI
2
PERKEMBANGAN INFLASI
2.1 KONDISI UMUM UMUM Perkembangan inflasi di wilayah Jawa Timur (Jatim) yang dihitung berdasarkan kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) di 71 kota pada triwulan III-2012 sebesar 1,93% (qtq) atau meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 0,68%(qtq). Hingga pertengahan tahun 2012, inflasi tahunan Jatim (4,50%-yoy) berada pada level yang jauh lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya (4,87%). Berdasarkan kelompok barang, rata-rata laju inflasi bulanan di sepanjang triwulan III2012 relatif bervariasi. Dibandingkan triwulan III-2011, tekanan inflasi kelompok sandang, kelompok pendidikan serta kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar berada pada level yang lebih rendah sehingga turut mendorong melambatnya inflasi pada periode laporan. Tercatat melambatnya inflasi pada kelompok Sandang, berasal dari kenaikan harga emas perhiasan dan ragam sandang pria pada level yang lebih rendah, masing-masing sebesar 0,32% (mtm) dan 2,10%. Berdasarkan disagregasinya, melambatnya laju inflasi pada triwulan III-2012 terutama didorong oleh perlambatan kelompok volatile food dari 0,85% (mtm) menjadi -0,80% dan
administered price dari 0,24% (mtm) menjadi -0,43%. Sedangkan, kelompok core inflation sedikit mengalami peningkatan, yaitu dari 0,43% (mtm) menjadi 0,55%. Grafik 2.1. Inflasi Jawa Timur & Nasional (yoy) jatim
8
Grafik 2.2. Perkembangan Inflasi Jawa Timur %
nasional
8
7
7
6
6
Inflasi Bulanan (mtm) Inflasi Triwulanan (qtq)
inflasi Tahunan (yoy)
5
4,50
5 4
4 3
4,31
2
3
1
2
0
1
3
5
7
9
2010
11
1
3
5
7 2011
9
11
1
3
5
7
9
-1
2012
2010
Sumber : BPS Jatim (diolah)
2.2
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 2011
2012
Sumber : BPS Jatim (diolah)
INFLASI BULANAN (mtm) 2.2
Secara bulanan, rata-rata realisasi inflasi Jatim (0,64% - mtm) sedikit lebih rendah dibandingkan inflasi bulanan di sepanjang triwulan III-2011 (0,68% - mtm), lihat tabel 2.1. Penyebabnya adalah rendahnya level inflasi pada bulan September, yang hanya mencapai 0,02% (mtm) dibandingkan 2011 (0,47%-mtm). Setelah mengalami kenaikan harga pada 1
7 kota di Jawa Timur yang masuk dalam perhitungan inflasi Nasional : Surabaya, Malang, Kediri, Jember, Probolinggo, Madiun dan Sumenep, dengan bobot kota total sebesar 10,87%. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III n Tahun 2012
12
BAB II n PERKEMBANGAN INFLASI
Juli dan Agustus, kelompok bahan makanan serta kelompok transportasi dan komunikasi mengalami deflasi masing-masing sebesar -0,85% (mtm) dan -0,69%.Sedangkan dibandingkan komoditas lainnya, kenaikan biaya pendidikan dan harga emas internasional turut mempengaruhi meningkatnya inflasi Jawa Timur di sepanjang triwulan III-2012. Pola inflasi di sepanjang triwulan III-2012 masih sama dengan tahun 2011, yaitu karena beberapa momentum yang serupa menjadi pemicu inflasi, diantaranya bulan puasa dan lebaran, yang mendorong peningkatan permintaan pada periode laporan. Meskipun memiliki pola inflasi yang relatif sama, namun fluktuasi nilai yang terjadi pada triwulan III2012 sedikit lebih tinggi. Tabel 2.1 Inflasi Triwulan III Tahun 2011 & 2012 di Jawa Timur (mtm) No
1 2 3 4 5 6 7
Tw III-2011 Rata-rata Jul Agst Sept 0,58 0,98 0,47 0,68 UMUM BAHAN MAKANAN 1,50 0,41 0,14 0,69 MAMIN, ROKOK & TEMBAKAU 0,60 0,87 0,74 0,74 PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB 0,10 0,21 0,48 0,26 SANDANG 0,94 3,57 1,28 1,93 KESEHATAN 0,07 0,08 0,12 0,09 PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH R 0,40 3,77 1,06 1,74 TRANSPOR,KOMUNIKASI 0,10 0,65 0,03 0,26 Kelompok Barang
Jul 0,63 1,27 1,17 0,21 0,15 0,29 0,18 0,17
Tw III-2012 Agst 1,27 2,13 1,11 0,46 0,93 0,35 2,29 1,32
Sept 0,02 -0,85 0,30 0,05 2,50 0,26 1,05 -0,69
Rata-rata 0,64 0,85 0,86 0,24 1,19 0,30 1,17 0,27
Sumber: BPS Provinsi Jatim, data diolah
Berdasarkan kelompok barang, rata-rata laju inflasi bulanan di sepanjang triwulan III-2012 relatif bervariasi. Dibandingkan triwulan III-2011, tekanan inflasi kelompok sandang, kelompok pendidikan serta kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar berada pada level yang lebih rendah sehingga turut mendorong melambatnya inflasi pada periode laporan. Tercatat melambatnya inflasi pada kelompok Sandang, berasal dari kenaikan harga emas perhiasan dan ragam sandang pria pada level yang lebih rendah, masing-masing sebesar 0,32% (mtm) dan 2,10%. Selanjutnya, kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga mengalami kenaikan harga cukup tinggi pada Agustus dan September. Pendorong utama kenaikan kelompok pendidikan bersumber dari momentum tibanya tahun ajaran baru yang memicu kenaikan biaya hampir di tiap level pendidikan. Namun secara keseluruhan kenaikan harga pada tahun ini masih lebih kecil dibandingkan dengan tahun 2011, sehingga level inflasi secara tahunan pada triwulan III-2012 mencapai 4,50% (yoy).
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III n Tahun 2012
13
BAB II n PERKEMBANGAN INFLASI Grafik 2.3 Inflasi Juli 2012 Berdasarkan Kelompok Barang
Grafik 2.4 Inflasi Agusutus 2012 Berdasarkan Kelompok Barang BAHAN MAKANAN
1,40
BAHAN MAKANAN
1,27
2,50
MAMIN, ROKOK & TEMBAKAU
1,17 1,20
PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB
MAMIN, ROKOK & TEMBAKAU
2,13
SANDANG
2,00
KESEHATAN
SANDANG
1,00
2,29
PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB
PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA TRANSPOR,KOMUNIKASI
KESEHATAN
1,50
0,80
PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA
Inf. Jatim : 1,27%
1,32 1,11
TRANSPOR,KOMUNIKASI
Inf. Jatim : 0,63% 0,60
0,93
1,00
0,40
0,29
0,46
0,21 0,20
0,35
0,50
0,15
0,18
0,17
0,00
0,00
1
1
Sumber : BPS Jatim (diolah)
Inflasi mtm (%)
Inflasi mtm (%) Sumber : BPS Jatim (diolah)
Bulan Juli Inflasi Jatim pada bulan Juli 2012 (0,65% - mtm) berada pada level yang rendah jika dibandingkan dengan rata-rata historis inflasi pada periode yang sama dalam 5 (lima) tahun terakhir (2007 – 2011) yang mencapai 0,91%, karena beberapa periode (tahun 2008 dan 2010) mengalami inflasi cukup tinggi. Meskipun demikian, inflasi Jatim masih berada dibawah inflasi nasional yang mencapai 0,70% (mtm). Namun, dibandingkan periode sebelumnya yaitu Juni 2012 (0,07% - mtm), terjadi peningkatan signifikan kenaikan harga beberapa komoditas utama pada periode ini, khususnya pada kelompok bahan makanan serta kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau. Meningkatnya harga sub kelompok buah-buahan, sub kelompok telur, susu dan hasil-hasilnya, sub kelompok kacang-kacangan serta sub kelompok daging dan hasilhasilnya menjadi pendorong utama meningkatnya harga pada kelompok bahan makanan. Tibanya bulan puasa pada pertengahan bulan menjadi pemicu meningkatnya permintaan kelompok bahan makanan. Di sisi lain, guna mengendalikan harga, Pemerintah Provinsi Jawa Timur berinisiatif melakukan Program Bantuan Biaya Transportasi Bahan Pokok/Angkut di Jawa Timur Tahun Anggaran 2012. Berdasarkan komoditas, kenaikan harga pada kelompok ini, utamanya didorong oleh telur ayam ras, alpukat, anggur dan daging ayam kampung. Selain faktor permintaan, harga bahan makanan pun turut terpengaruh oleh kenaikan harga komoditas internasional, yaitu dengan meningkatnya harga kacang kedelai lokal, sehingga turut mempengaruhi level harga produk turunannya, seperti tahu dan tempe. Selanjutnya, kenaikan harga komoditas rokok mendorong inflasi pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau pada periode laporan. Masih berlanjutnya kenaikan harga rokok menjadi bagian dari strategi manajemen dalam menghadapi
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III n Tahun 2012
14
BAB II n PERKEMBANGAN INFLASI
kebijakan tarif cukai rokok yang terus mengalami peningkatan. Dengan menerapkan kenaikan harga secara bertahap, diharapkan jumlah penjualan produk relatif stabil. Grafik 2.5 . Inflasi September 2012 – Per Kelompok Barang
Grafik 2.6 Harga Emas Internasional vs Emas Perhiasan 500.000
3,00 2,50 2,00 1,50 1,00
Harga Emas Perhiasan
BAHAN MAKANAN MAMIN, ROKOK & TEMBAKAU PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GA S & BB SANDANG
2,50
KESEHATAN PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA
1800
400.000
1600
350.000
1400
300.000
1200
250.000
1000
200.000
800
150.000
600
100.000
400
50.000
200
1,05
0,30
0,50
2000
Harga Emas Internasional (rhs)
450.000
0,26 0,05 Inf. Jatim : 0,02%
0,00
-
-0,50
Rp/Gram -0,69
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
-1,00 -0,85
2010
2011
2012
Inflasi mtm (%)
Sumber : BPS Jatim (diolah)
Sumber: SPH, Bank Indonesia & Bloomberg
Bulan Agustus Tekanan
inflasi
pada
bulan
Agustus
2012
mengalami
peningkatan
dari
0,63% (mtm) menjadi 1,27%. Level inflasi Jatim pada bulan ini sedikit lebih tinggi dibandingkan nasional yang mencapai 0,95% (mtm). Beberapa kelompok mengalami peningkatan harga cukup tinggi, sehingga signifikan mendorong inflasi pada bulan ini, yang terdiri dari kelompok bahan makanan, kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga serta kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan. Kelompok bahan makanan meningkat sebesar 0,64% (mtm), dari 1,49% menjadi 2,13%. Pada periode laporan, level harga pada sub kelompoknya relatif bervariasi, beberapa mengalami inflasi dan lainnya deflasi. Harga pada sub kelompok kacangkacangan, ikan segar dan sayur-sayuran meningkat signifikan hingga level inflasi kelompok ini rata-rata berada di atas 4,00%. Selanjutnya, kenaikan harga pada sub kelompok ikan diawetkan, sub kelompok lemak dan minyak, serta sub kelompok padi-padian, umbiumbian dan hasilnya pun turut mendorong kenaikan inflasi kelompok bahan makanan yang rata-rata meningkat sebesar 1% (mtm). Meningkatnya harga komoditas di hampir seluruh sub kelompok disebabkan karena kenaikan permintaan masyarakat pada bulan puasa dan Lebaran yang jatuh di pertengahan bulan
Agustus 2012. Di sisi lain, beberapa kelompok
lainnya mengalami deflasi, yaitu sub kelompok daging dan hasil-hasilnya, sub kelompok telur, susu dan hasil-hasilnya, sub kelompok buah-buahan serta sub kelompok bahan makanan lainnya. Menyadari tingginya tekanan permintaan pada periode laporan, Pemerintah
Provinsi
Jawa
Timur
berupaya
melakukan
Program
Bantuan
Biaya
Transportasi/Angkut Bahan Pokok Tahun 2012. Selanjutnya, tekanan inflasi juga meningkat pada kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga dari 0,20% (mtm) menjadi 2,29%. Kenaikan kelompok ini utamanya didorong Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III n Tahun 2012
15
BAB II n PERKEMBANGAN INFLASI
oleh kenaikan biaya pendidikan hingga mencapai 3,67% (mtm). Dimulainya tahun ajaran baru pendidikan tingkat akademi/perguruan tinggi mendorong kenaikan harga pada sub kelompok ini. Kenaikan harga juga terjadi pada sub kelompok perlengkapan/peralatan pendidikan sebesar 1,44% (mtm). Namun demikian, kenaikan kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga pada Agustus 2012 masih lebih kecil dibandingkan tahun 2011, yang mengalami inflasi sebesar 6,85% (mtm) dari sebelumnya 0,16%. Sebagaimana pada umumnya, momentum Lebaran yang disertai tradisi mudik menjadi kesempatan tersendiri bagi pengusaha transportasi guna meningkatkan laba. Dengan pemberlakuan ketentuan tarif batas atas alat transportasi oleh Kementerian Perhubungan
RI
diharapkan
kenaikan
tarifnya
tidak
memberatkan
masyarakat.
Meningkatnya biaya angkut di 7 (tujuh) kota penghitungan inflasi pada akhirnya turut mendorong inflasi sub kelompok transpor dari 0,24% (mtm) menjadi 1,87%. Tidak hanya itu, meningkatnya kebutuhan masyarakat hampir di seluruh sektor, termasuk sub sektor jasa keuangan yang pada akhirnya turut mempengaruhi tingkat biaya yang harus dibayar. Tercatat, sub kelompok jasa keuangan mengalami inflasi sebesar 2,46% (mtm). Bulan September Sebagaimana pola sebelumnya, pasca momentum bulan puasa, tahun ajaran baru dan Lebaran, tekanan inflasi di bulan September 2012 menurun dari 1,27% (mtm) menjadi 0,02%. Meredanya tekanan inflasi bulan ini dipicu oleh menurunnya permintaan masyarakat serta stabilnya sisi penawaran, sehingga mendorong terjadinya deflasi pada beberapa kelompok, yaitu kelompok bahan makanan serta kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan, masing-masing sebesar -0,85% (mtm) dan -0,69%. Tekanan inflasi cukup tinggi berasal dari kelompok sandang, yang meningkat menjadi 2,50% (mtm). Peningkatan ini didorong oleh kenaikan harga emas perhiasan yang turut terpengaruh oleh peningkatan harga emas di level internasional. Inflasi pada kelompok lainnya relatif stabil terjaga pada level yang sama dibandingkan periode sebelumnya. Hampir seluruh sub kelompok bahan makanan mengalami deflasi, terutama sub kelompok bumbu-bumbuan serta sub kelompok daging dan hasil-hasilnya yang masingmasing mencapai -2,72% (mtm) dan -2,31%. Menurunnya permintaan masyarakat serta tibanya musim panen gadu beberapa komoditas kelompok bumbu-bumbuan menjadi pendorong terjadinya deflasi pada kelompok ini. Tercatat penurunan harga terjadi pada komoditas bawang merah, cabe merah dan ketumbar, masing-masing sebesar -11,38% (mtm), -8,31% dan -1,06%. Menurunnya harga komoditas daging ayam ras, daging ayam kampung dan hati sapi, masing-masing sebesar -6,09% (mtm), -2,97% dan -4,00% menjadi pendorong terjadinya deflasi kelompok bahan makanan pada periode laporan.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III n Tahun 2012
16
BAB II n PERKEMBANGAN INFLASI
Selanjutnya, deflasi pada
kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan
utamanya didorong oleh penurunan harga sub kelompok transpor sebesar -0,95% (mtm). Tercatat tarif angkutan antar kota, kereta api, angkutan udara, kendaraan sewa dan kendaraan travel menjadi pendorong utama penurunan sub kelompok ini, masing-masing sebesar -14,97% (mtm), -8,07%, -2,89%, -0,68% dan -0,46%. Minimnya momentum untuk berwisata serta telah berlalunya musim liburan sekolah dan lebaran menjadikan seluruh biaya jasa transport kembali normal. Grafik 2.7 Harga Daging Ayam Ras & Telur Ayam Ras Daging ayam ras
Rp/ Kg 26.000
Grafik 2.8 Harga Sub Kelompok Bumbu-bumbuan Rp/ Kg 90.000
Telur Ayam Ras
Cabe Merah
Bawang Merah
Cabe Rawit
Bawang Putih
80.000
24.000
70.000
22.000
60.000
20.000
50.000 18.000 40.000 16.000
30.000
14.000
20.000
12.000
10.000
10.000
5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 2009
2010
2011
Sumber: Survei Pemantauan Harga, KBI Surabaya
5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2012
2009
2010
2011
2012
Sumber: Survei Pemantauan Harga, KBI Surabaya
2.3. INFLASI TRIWULANAN (qtq) Secara triwulanan, laju inflasi Jatim mencapai 1,95% (qtq) pada triwulan II-2012 atau meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang berada pada level 0,89% (qtq). Dari kelompok pembentuknya, peningkatan pada triwulan ini terutama disebabkan oleh meningkatnya laju kenaikan harga komoditas (secara berurutan) pada kelompok sandang dari -0,53% (qtq) menjadi 3,66%, kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga dari 0,25% (qtq) menjadi 3,56%, kelompok bahan makanan dari 0,68% (qtq) menjadi 2,77%, kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau dari 1,85% (qtq) menjadi 2,66%, kelompok kesehatan dari 0,52% (qtq) menjadi 0,91%dan kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan dari 0,41% (qtq) menjadi 0,79%. Peningkatan harga komoditas emas perhiasan, beberapa jenis sandang wanita dan laki-laki menjadi pendorong utama kenaikan harga kelompok sandang pada triwulan ini. Tercatat, secara konsisten, ketiga komoditas ini mengalami peningkatan harga di bulan Agustus dan September pada triwulan III-2012. Selanjutnya, kenaikan tarif pendidikan di saat tahun ajaran baru mulai terjadi sejak Agustus di seluruh jenjang pendidikan, dengan kenaikan tertinggi pada tingkat Sekolah Dasar (7,80% - qtq). Bahkan tahapan pendidikan Kelompok Bermain pun mengalami kenaikan harga sebesar 3,82% (qtq). Pada kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga, tidak hanya sub kelompok pendidikan yang mengalami
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III n Tahun 2012
17
BAB II n PERKEMBANGAN INFLASI
kenaikan biaya, namun juga sub kelompok perlengkapan/peralatan pendidikan pun harganya meningkat sebesar 2,06% (qtq). Kenaikan harga tertinggi bersumber dari jenis komoditas buku pelajaran (SD/SMP/SMA), buku tulis bergaris dan printer desk jet yang bergerak pada level 3% (qtq). Produksi tanaman bahan makanan di sepanjang triwulan III-2012 lebih kecil dibandingkan periode sebelumnya, sehingga turut mempengaruhi level harga sub kelompoknya, kecuali sub kelompok ikan yang diawetkan dan sub kelompok bumbubumbuan yang tercatat mengalami deflasi. Kenaikan harga tertinggi bersumber dari kelompok kacang-kacangan, yang turut terpengaruh oleh kenaikan harga kedelai di pasar internasional. Kelompok ini tercatat mengalami kenaikan harga hingga mencapai level 15,03% (qtq), jauh lebih tinggi dibandingkan kenaikan harga umumnya yang bergerak di level 0,50% s.d 1,00%. Sementara itu, kenaikan harga sub kelompok makanan jadi sebesar 2,59% (qtq) menjadi sumber inflasi kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau pada periode laporan, selain masih terus berlanjutnya kenaikan komoditas rokok di sepanjang tahun. Pada kelompok kesehatan, sumber pendorong inflasi berasal dari sub kelompok perawatan jasmani dan kosmetika sebesar 1,49% (qtq). Selanjutnya, sub kelompok jasa keuangan dan sub kelompok transpor signifikan mempengaruhi tingkat inflasi kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan dari 0,41% (qtq) menjadi 0,79%. Tabel 2.2 Inflasi & Sumbangan Inflasi di Jawa Timur (qtq)
KELOMPOK Tw I 0,99 0,81 1,20 1,01 1,04 1,64 0,79 1,06
UMUM BAHAN MAKANAN MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB SANDANG KESEHATAN PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA K
INFLASI QTQ 2011 Tw II Tw III Tw IV Tw I 0,26 2,05 0,92 0,68 -1,14 2,07 2,49 0,56 0,71 2,23 0,77 1,28 0,65 0,79 0,57 0,67 2,03 5,88 -0,21 1,06 1,46 0,26 0,52 0,50 0,35 5,29 0,40 0,25 0,17 0,79 0,23 0,42
2012 Tw II 0,89 0,90 1,90 1,18 -0,48 0,54 0,27 0,40
Tw III 1,93 2,55 2,61 0,72 3,60 0,90 3,55 0,79
Tw I 0,99 0,18 0,22 0,22 0,07 0,08 0,07 0,19
SUMBANGAN INFLASI QTQ 2011 2012 Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II 0,26 2,06 0,92 3,98 0,55 -0,25 0,46 0,56 0,90 0,25 0,23 0,30 0,14 1,04 1,34 0,14 0,17 0,13 0,58 0,85 0,14 0,40 -0,01 0,61 -0,96 0,07 0,01 0,02 0,13 0,47 0,03 0,48 0,04 0,57 0,03 0,03 0,14 0,03 0,28 0,33
Tw III 2,30 3,81 3,04 1,11 2,30 0,78 3,75 1,14
Sumber : BPS, data diolah
Grafik 2.9 Inflasi (qtq) Kel. Bahan Makanan % (qtq)
Grafik 2.10 Inflasi (qtq) Kel. Bahan Makanan Tw II-2012 & Tw III-2012
14,95
15,00 10,00
7,23 4,85
5,00
0,94
3,12
-3,82 -0,47
0,82
1,75 -5,14
1,80 Lemak dan Minyak Bahan Makanan Lainnya
Bumbu - bumbuan
Lemak dan Minyak
Buah - buahan
Sayur-sayuran
Telur, Susu dan Hasil2nya
Ikan Segar
Kacang - kacangan
-20,00
Ikan Diawetkan
-15,00
Padi-padian, umbi-umbian
-10,00
Daging dan Hasilhasilnya
0,00 -5,00
Padi-padian, umbi-umbian 15,00 Daging dan Hasil-hasilnya 10,00 5,00 Ikan Segar 0,00
Bahan Makanan Lainnya
-5,00 -10,00 Bumbu - bumbuan
Ikan Diawetkan
Buah - buahan Kacang - kacangan
Telur, Susu dan Hasil2nya Sayur-sayuran
-25,00 -30,00
Sumber : BPS, data diolah
Tw II-2012
Tw III-2012
Sumber : BPS, data diolah
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III n Tahun 2012
18
BAB II n PERKEMBANGAN INFLASI Grafik 2.11 Perkembangan Harga Bumbu-bumbuan Rp/ Kg 90.000
Cabe Merah
Bawang Merah
Cabe Rawit
Grafik 2.12 Pergerakan Harga Daging-Dagingan Rp/ Kg 28.000
Bawang Putih
Daging ayam ras
Telur Ayam Ras
Daging Sapi 90.000,00
80.000
26.000
80.000,00
70.000
24.000
70.000,00
60.000
22.000
60.000,00
50.000
20.000
50.000,00
40.000
18.000
40.000,00
30.000
16.000
30.000,00
20.000
14.000
20.000,00
10.000
12.000
10.000,00
-
10.000
-
5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9
5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 2009
2010
2011
2009
2012
Sumber: Survei Pemantauan Harga, KBI Surabaya
2010
Gula Pasir Lokal
ROKOK KRETEK
2012
Sumber: Survei Pemantauan Harga, KBI Surabaya
Grafik 2.13 Perkembangan Harga Kelompok Makanan Jadi, Minuman Rokok dan Tembakau Rp/ Kg
2011
Grafik 2.14 Pergerakan Harga Sayur-sayuran 17.000
ROKOK KRETEK FILTER
19.000
Kacang Panjang
9.400,00 9.200,00
17.000
9.000,00
Kangkung
Bayam
Sawi Hijau
Tomat Sayur
Wortel
Kentang
15.000 13.000
8.800,00
15.000
8.600,00
13.000
11.000
8.400,00 8.200,00
11.000
8.000,00
9.000 7.000
7.800,00
9.000
7.600,00
7.000
5.000
7.400,00
5
7
9 11 1
3
5
7
9 11 1
3
5
7
9 11 1
3
5
7
9
3.000 Rp/ Kg5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2009
2010
2011
2012 2009
Sumber: Survei Pemantauan Harga, KBI Surabaya
2010
2011
2012
Sumber: Survei Pemantauan Harga, KBI Surabaya
Meskipun kenaikan harga pada kelompok bahan makanan tidak terlalu tinggi dibandingkan periode sebelumnya, namun sumbangan utama inflasi masih berasal dari sub kelompok daging dan hasil-hasilnya, sub kelompok buah-buahan dan sub kelompok sayursayuran, masing-masing bergerak pada level 8%, 5% dan 2%. Sedangkan sub kelompok bumbu-bumbuan lebih banyak mengalami deflasi, kecuali di bulan Agustus yang mengalami kenaikan harga sebesar 4,32% (qtq). Grafik 2.15 Pergerakan Harga Beras di Surabaya
Grafik 2.16 Pergerakan Harga Beras Internasional 600,00
10500
Harga Beras Internasional
Harga Beras Domestik 10000
500,00
9500
400,00
9000 300,00 8500 200,00 8000 100,00
7500
-
7000 Rp/Kg 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 9 2009
2010
Sumber: Survei Pemantauan Harga, KBI Surabaya
2011
2012
USD/mt 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 2009
2010
2011
2012
Sumber: Bloomberg
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III n Tahun 2012
19
BAB II n PERKEMBANGAN INFLASI
Hingga September 2012, realisasi pengadaan beras Bulog Jatim mencapai 932.348 ton, dari target 1.036.000 pada akhir tahun. Meskipun musim kemarau mulai melanda beberapa kawasan di Jatim, namun diperkirakan tidak berdampak pada produksi dan serapan beras petani oleh Bulog Jatim. Dengan strategi untuk memperluas cakupan kegiatan di bidang on farm, kini Bulog Jatim turut berperan pada kegiatan yang berhubungan
dengan
penanaman
dan
pembelian
gabah/beras
langsung
dari
petani/kelompok petani/Gapoktan. Kegiatan tersebut diantaranya: 1. On Farm Mandiri, adalah kegiatan usaha tani padi yang dikelola secara mandiri oleh Perum Bulog di lahan milik Perum Bulog dan/sewa lahan milik pihak lain; 2. On Farm Kemitraan, adalah kegiatan kerjasama usaha tani padi antara Perum Bulog dan Mitra Kerja On Farm Mandiri (MKO) dengan cara memberikan bantuan sarana produksi berupa bibit benih, pupuk dan pestisida kepada petani/kelompok petani/Gapoktan atas jaminan dari MKO yang dibayarkan setelah selesai panen (yarnen); 3. On Farm Sinergi, adalah kegiatan kerjasama usaha tani padi antara Perum Bulog dengan petani/kelompok tani/Gapoktan, Mitra Kerja, Perusahaan Saprodi, Perbankan dan Instansi terkait seperti (Pemerintah Daerah, Dinas Pertanian dan Badan Ketahanan Pangan). Kegiatan kerjasama yang dilakukan tersebut dalam rangka untuk penyediaan Saprodi, produksi (budidaya), penanganan panen dan pasca panen, pembiayaan usaha tani dengan seluruh hasil panen di jual kepada Perum Bulog Drive Jatim. 4. On Farm Alternatif, adalah kegiatan usaha tani padi antara Perum Bulog dengan Gapoktan/KTNA, dimana Gapoktan melaksanakan penandatangan MOU dengan Perum Bulog serta selanjutnya Gapoktan melaksanakan kontrak pengadaan dengan Perum Bulog. Bulog Divre Jawa Timur bertekad akan terus mengembangkan Program On Farm untuk mendukung target surplus 10 juta ton setara beras pada tahun 2014. Pada tahun ini tercatat Kabupaten Bojonegoro menjadi sentra produksi beras terbesar di Jawa Timur dengan produksi 173.926 ton, disusul oleh Kabupaten Madiun dan Kabupaten Madura masing – masing sebesar 59.430 ton dan 59.123 ton.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III n Tahun 2012
20
BAB II n PERKEMBANGAN INFLASI
Tabel 2.3 Time Ti me Series Pengadaan Gabah/Beras 5 Tahun Terakhir oleh BULOG Jatim
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember Jumlah
2007 (Ton) 111.037 202.540 113.844 70.187 39.274 6.047 105 543.034
Realisasi Pengadaan 2008 2009 2010 (Ton) (Ton) (Ton) 32.490 559 51.369 16 162.685 258.602 69.304 242.450 296.401 192.078 169.469 174.055 176.416 102.798 109.207 105.646 96.318 69.846 23.169 55.885 65.077 15.393 41.179 28.176 7.351 35.685 19.905 18.133 50.684 3.311 7.090 17.313 298 706 975.025 1.108.737 615.302
Grafik 2.17 Inflasi Kelompok Sandang (qtq) 12,00
2011 (Ton) 183 17.513 87.312 91.779 75.803 38.622 18.296 27.622 3.875 6.284 14.761 29.720 411.764
2012 Rencana Realisasi (Ton) (Ton) 63.500 625 89.000 19.510 135.000 153.557 192.000 242.648 160.000 195.755 132.500 117.775 92.500 83.936 67.500 66.273 42.100 33.978 37.500 83.256 20.000 4.400 1.036.000 962.838
Berbeda dengan triwulan sebelumnya,
%, qtq
kelompok sandang menjadi pendorong
10,00
inflasi
8,00
periode
laporan
dengan
meningkatnya harga emas perhiasan, yang
6,00 4,00
turut terpengaruhi oleh kenaikan harga
2,00
emas di pasar dunia.
0,00 -2,00
pada
Sandang Laki-laki
Sandang Wanita
Sandang Anakanak
Tw I-2011 Tw.I-2012
Tw II-2011 Tw II-2012
Tw III-2011 Tw III-2012
Barang Pribadi dan Sandang Lain Tw IV-2011
Sumber : BPS Jatim (diolah)
2.3 INFLASI TAHUNAN (yoy) Berbeda dengan laju inflasi bulanan dan triwulanan, secara tahunan, pada triwulan II2012, terjadi perlambatan laju inflasi dari sebelumnya 4,60% (yoy) menjadi 4,50%. Perlambatan ini didorong utamanya oleh terjadinya perlambatan laju inflasi pada kelompok sandang dari 6,21% (yoy) menjadi 3,98%, kelompok serta kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar dari 3,22% (yoy) menjadi 3,18%. Namun demikian, masih terdapat tekanan inflasi dari kelompok kesehatan, bahan makanan serta kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau, masing-masing sebesar 2,47% (yoy), 6,64% serta 6,72%. Sedangkan, kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan masih berada pada level yang sama yaitu 1,87% (yoy).
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III n Tahun 2012
21
BAB II n PERKEMBANGAN INFLASI Tabel 2.3 Inflasi Jawa Timur (yoy) Per Kelompok Barang Inflasi (yoy) KELOMPOK
Sumbangan Inflasi (yoy)
2011
Umum Bahan Makanan Makanan Jadi, Minuman & Rokok Perumahan Listrik, Gas & Bahan Bakar Sandang Kesehatan Pendidikan, Rekreasi & Olah Raga Tranpor, Komunikasi & Jasa
Tw I 7,46 15,71 5,63 4,62 9,58 3,11 6,75 3,93
Tw II Tw III Tw IV 6,26 4,87 4,29 9,69 5,33 4,26 5,98 6,22 5,00 4,83 3,08 3,04 7,64 13,27 8,93 4,34 3,88 3,93 7,08 6,97 6,92 3,98 1,44 2,27
Tw I 3,97 4,00 5,09 2,70 8,95 2,76 6,35 1,62
2012 Tw II Tw III 4,63 4,50 6,14 6,64 6,32 6,72 3,24 3,18 6,27 3,98 1,83 2,47 6,26 4,51 1,86 1,87
2011 Tw I 7,46 15,71 5,63 4,62 9,58 3,11 6,75 3,93
Tw II Tw III Tw IV 6,26 4,87 4,29 9,69 5,33 4,26 5,98 6,22 5,00 4,83 3,08 3,04 7,64 13,27 8,93 4,34 3,88 3,93 7,08 6,97 6,92 3,98 1,44 2,27
Tw I 3,97 4,00 5,09 2,70 8,95 2,76 6,35 1,62
2012 Tw II Tw III 4,27 4,52 5,46 7,25 5,74 6,58 2,91 3,23 5,76 2,18 1,76 2,28 6,01 4,46 1,78 2,14
Sumber: BPS, data diolah
Perlambatan pada periode laporan didorong oleh penurunan harga komoditas pada kelompok Sandang, terutama pada sub kelompok barang pribadi dan sandang lain dari 10,60% (yoy) menjadi 5,10% serta sub kelompok sandang laki-laki dari 4,13% (yoy) menjadi
2,43%.
Meskipun
harga
emas
perhiasan
mengalami
kenaikan
namun
peningkatannya masih lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya. Grafik 2.18 Perbandingan Inflasi Tahunan (yoy) Per Kelompok Barang
Grafik 2.19 Inflasi (yoy) Tertinggi - Kelompok Barang Inflasi yoy (%)
BAHAN MAKANAN
BAHAN MAKANAN
20,00
8,00 TRANSPORT ASI, KOMUNIKASI
6,00 4,00
MAMIN,ROK OK & TEMBAKAU
MAKANAN JADI, MINMAN, ROKOK & TEMB
16,00 12,00
2,00 PENDIDIKAN, REKREASI, OLAH RAGA
8,00
0,00 PERUMAHA N
4,00 0,00
KESEHATAN
SANDANG
Inflasi (mtm) Agust 2012 Inflasi (mtm) Sept 2012
1
3
5
7
9 11 1
2010
3
5
7
2011
9 11 1
3
5
7
9
2012
Sumber: BPS (diolah)
Sumber : BPS, (data diolah)
Sebagaimana ditunjukkan pada grafik 2.18, perkembangan dua kelompok barang utama penyumbang inflasi di Jawa Timur menunjukkan perkembangan yang searah, yaitu keduanya mengalami kenaikan laju inflasi secara tahunan di sepanjang bulan Juli, Agustus dan September 2012. Serupa dengan pola inflasi secara bulanan dan triwulanan, faktor utama pendorong inflasi pada kelompok bahan makanan berasal dari sub kelompok kacang-kacangan, sub kelompok bumbu-bumbuan, sub kelompok daging dan hasil-hasilnya serta sub kelompok ikan segar dengan rata-rata tingkat inflasi berada pada level 10% 14%. Sedangkan pendorong kenaikan kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau berasal dari sub kelompok tembakau dan minuman yang beralkohol yang mengalami inflasi sebesar 9,75% (yoy) dari sebelumnya 2,40%.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III n Tahun 2012
22
BAB II n PERKEMBANGAN INFLASI Grafik 2.20 Inflasi Tahunan (yoy) Kelompok Bahan Makanan Tahun 2011 - 2012
Grafik 2.21 Inflasi (yoy) Kelompok Makanan Jadi, Minuman & Tembakau
Padi-padian Bahan Makanan Lainnya
40,00
Makanan Jadi 15,00
Daging & hasilnya
20,00 0,00
Lemak dan Minyak
10,00
Ikan Segar 5,00
-20,00 -40,00
0,00
Ikan Diawetkan
Bumbu - bumbuan
Buah - buahan
Tembakau dan Minuman Beralkohol
Telur, Susu
Kacang - kacangan
Minuman yang Tidak Beralkohol
Sayur-sayuran
Inflasi (yoy) Tahun 2011
Inflasi (yoy) Tahun Sept 2011
Inflasi (yoy)Tahun 2012
Sumber : BPS, (data diolah)
Inflasi (yoy) Tahun Sept 2012
Sumber : BPS, (data diolah)
2.4 INFLASI MENURUT KOTA Pada triwulan periode laporan, perkembangan IHK 7 (tujuh) kota di Jatim yang masuk dalam perhitungan inflasi nasional secara umum menunjukkan peningkatan laju inflasi triwulanan. Sebagaimana ditunjukkan pada table 2.4 di bawah ini, inflasi tertinggi pada periode laporan terjadi di kota Probolinggo dengan inflasi sebesar 2,49% (qtq) sedangkan terendah terjadi di Madiun (1,70%). Tabel 2.4 Inflasi 7 Kota di Jawa Timur
Inflasi Triwulanan (qtq) WILAYAH Jawa Timur Surabaya Malang Kediri Jember Sumenep Probolimggo Madiun
2011 Tw I 0,99 1,25 0,72 -0,15 0,80 0,10 1,20 0,81
Tw II Tw III Tw IV 0,26 2,05 0,92 0,34 2,23 0,84 0,24 1,92 1,13 0,52 2,20 1,03 -0,76 1,37 1,00 0,87 1,59 1,57 0,30 1,62 0,61 0,03 1,73 0,89
Tw I 0,68 0,73 0,46 0,53 0,84 0,97 0,63 0,68
Inflasi Tahunan (yoy) 2012 Tw II 0,89 0,82 0,86 1,20 0,84 1,21 1,73 0,58
2011 Tw III 1,93 1,84 2,05 2,40 1,64 2,16 2,49 1,70
Tw I 7,46 8,00 6,42 5,98 7,97 6,31 7,19 6,51
Tw II 6,26 6,98 5,37 4,48 5,04 5,70 5,59 5,32
Tw III Tw IV 4,87 4,29 5,22 4,73 4,71 4,07 4,45 3,64 4,03 2,42 3,57 4,19 3,71 3,78 4,65 3,49
Tw I 3,97 4,19 3,80 4,34 2,46 5,10 3,19 3,36
2012 Tw II Tw III 4,63 4,50 4,69 4,30 4,44 4,58 5,06 5,25 4,12 4,39 5,46 6,05 4,66 5,56 3,93 3,91
Sumber: BPS, Data diolah.
Hal serupa ditunjukkan juga pada laju inflasi tahunan 7 (tujuh) kota di Jatim yang seluruhnya mengalami peningkatan. Tercatat, inflasi tahunan (yoy) tertinggi terjadi di kota Sumenep (6,05%) dan inflasi terendah terjadi di Madiun (3,91%). Masih sama dengan periode sebelumnya, faktor utama yang mendorong tingginya inflasi di kota Sumenep dibanding kota-kota lainnya masih terkait dengan kendala untuk mengakses wilayah ini,
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III n Tahun 2012
23
BAB II n PERKEMBANGAN INFLASI Grafik 2.22 Perbandingan Inflasi Year on Year (yoy) 7 Kota di Jawa Timur
sehingga
tingginya
fluktuasi harga barang. Selain itu, faktor
6,50
% (yoy)
mengakibatkan
Sumenep 6,05
ketinggian ombak di musim tertentu pun
6,00 Probolinggo 5,56
turut
5,50
5,00 Malang 4,58 4,50 Surabaya 4,30 4,00
Jatim 4,50
mempengaruhi
tingkat
harga,
terutama untuk sub kelompok bumbu-
Kediri 5,25
bumbuan yang bersifat tidak tahan lama.
Jember 4,39
Madiun 3,91
Pendirian lumbung desa merupakan salah
3,50
satu strategi yang dapat dilakukan guna
3,00 3,00
3,50
4,00
4,50
5,00
5,50
6,00
6,50
mengendalikan fluktuasi harga.
Sumber : BPS Jatim (diolah)
Sumber: BPS, Data diolah.
Sementara itu, relatif rendahnya laju inflasi di kota Madiun baik secara triwulanan maupun tahunan pada periode laporan disebabkan oleh relatif rendahnya laju inflasi dari kelompok kesehatan dan kelompok transport, komunikasi dan jasa keuangan, yang masingmasing tercatat sebesar 2,71% (yoy) dan 0,21%. Selain itu, menurunnya tekanan inflasi dari kelompok kesehatan dan kelompok transport, komunikasi dan jasa keuangan turut menyumbang terbentuknya tingkat inflasi yang rendah di kota ini. Tabel 2.5 Inflasi 7 Kota di Jawa Timur per Kelompok Barang & Jasa Triwulan III-2012 (% mtm) Kelompok Barang Umum Bahan Makanan Makanan Jadi, Minuman & Rokok Perumahan Listrik, Gas & Bahan Bakar Sandang Kesehatan Pendidikan, Rekreasi & Olah Raga Tranpor, Komunikasi & Jasa
Jatim Surabaya Malang Kediri Jember Sumenep Probolinggo Madiun 0,78 1,25 0,52 -0,02 -0,03 -0,56 -0,35 -0,14 0,23 0,46 0,46 -0,03 -0,05 -0,71 -0,24 -0,28 0,16 0,22 0,22 0,03 0,14 0,00 0,04 0,09 0,10 0,13 0,13 0,00 0,12 0,02 0,01 0,01 0,08 0,06 0,06 0,10 0,14 0,13 0,03 0,08 0,01 0,02 0,02 0,01 0,00 0,00 0,00 0,01 0,20 0,19 0,19 0,10 0,06 0,03 0,00 0,07 0,03 0,19 0,19 -0,22 -0,32 -0,02 -0,18 -0,22
Sumber : BPS, data diolah.
Pada periode laporan, kelompok barang penyumbang inflasi yang menjadi sumber tekanan inflasi di ketujuh kota diindikasikan utamanya berasal dari kelompok bahan makanan, yang masing-masing menyumbang inflasi Jatim di level 0,91% - 14,37% (yoy). Selanjutnya, kenaikan harga gula pasir dan rokok yang terjadi di seluruh wilayah Jatim, diindikasikan menjadi penyumbang inflasi tertinggi kedua, yang berasal dari kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau. Masih sama seperti periode sebelumnya, sumbangan inflasi kelompok kesehatan dan kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan merupakan yang terendah dibandingkan kelompok lainnya.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III n Tahun 2012
24
BAB II n PERKEMBANGAN INFLASI Tabel 2.6 Sumbangan Inflasi 7 Kota di Jawa Timur Per Kelompok Barang & Jasa Triwulan III-2012 (% yoy) Kelompok Barang Jatim Surabaya Malang Kediri Jember Sumenep Probolinggo Madiun Umum 4,52 4,33 4,58 5,25 4,39 6,05 5,56 3,91 Bahan Makanan 7,25 1,59 1,57 2,27 1,40 4,03 1,78 1,76 Makanan Jadi, Minuman & Rokok 6,58 1,28 1,04 1,43 1,33 0,58 1,32 0,70 Perumahan Listrik, Gas & Bahan Bakar 3,23 0,65 0,44 0,77 1,27 0,65 0,71 0,81 Sandang 2,18 0,08 0,23 0,17 0,09 0,54 0,31 0,31 Kesehatan 2,28 0,09 0,09 0,16 0,07 0,22 0,15 0,12 Pendidikan, Rekreasi & Olah Raga 4,46 0,27 0,70 0,40 0,15 0,16 1,36 0,34 Tranpor, Komunikasi & Jasa 2,14 0,43 0,53 0,15 0,17 0,07 0,16 0,03 Sumber : BPS, data diolah.
2.5 DISAGREGASI INFLASI Grafik 2.23 Laju Inflasi Jatim per Komponen (mtm) 8,00
(% ,mtm) Umum
Volatile food
Adm Price
Core Inflation
6,00
4,00
2,00
0,00 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 -2,00
2009
2010
2011
2012
-4,00
-6,00 Sumber: BPS (diolah)
Analisis lebih lanjut berdasarkan disagregasinya, melambatnya laju inflasi pada triwulan III-2012 terutama didorong oleh perlambatan kelompok volatile food dari 0,85% (mtm) menjadi -0,80% dan administered price dari 0,24% (mtm) menjadi -0,43%. Sedangkan, kelompok core inflation sedikit mengalami peningkatan, yaitu dari 0,43% (mtm) menjadi 0,55%. Melambatnya laju inflasi kelompok volatile food pada triwulan III-2012 didorong oleh penurunan harga pada hampir seluruh sub kelompok, kecuali sub kelompok kacangkacangan dari dan sub kelompok buah-buahan. Meningkatnya harga bahan makanan pada sub kelompok kacang-kacangan turut dipengaruhi oleh kenaikan harga komoditas kacang kedelai di pasar dunia sehingga mendorong meningkatnya harga kacang kedelai lokal dan produk turunannya, seperti tahu dan tempe. Masih tingginya ketergantungan Indonesia pada kedelai impor menjadi landasan kebijakan pemerintah untuk mendorong produksi kedelai lokal di masa mendatang. Penetapan Harga Eceran Tertinggi (HET) sebagai acuan harga
jual
kedelai
lokal
diharapkan
menjadi
insentif
bagi
petani
lokal
guna
mengembangkan komoditas ini seiring makin menjanjikannya laba hasil penanamannya. Selanjutnya, minimnya panen sub kelompok buah-buahan pada triwulan ini di tengah
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III n Tahun 2012
25
BAB II n PERKEMBANGAN INFLASI
kenaikan permintaan masyarakat menjadi sumber penyebab kenaikan harga sub kelompok ini pada periode laporan. Sebagaimana telah dipaparkan sebelumnya, kenaikan pada kelompok core inflation terutama didorong oleh kenaikan harga komoditas telur ayam ras dan daging ayam ras yang mengalami peningkatan pada triwulan laporan. Selanjutnya, dorongan inflasi dari sub kelompok biaya tempat tinggal (0,11%), sub kelompok minuman yang tidak beralkohol (0,10%) serta sub kelompok makanan jadi (0,08%) menjadi pendorong utama peningkatan laju inflasi kelompok core inflation. Sedangkan, penurunan pada kelompok administered
price didorong oleh penurunan inflasi sub kelompok transportasi (0,08%). Pada triwulan III-2012, tekanan inflasi di Jatim yang berasal dari faktor fundamental atau inflasi inti tercatat sebesar 3,95% (yoy), atau mengalami penurunan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 4,43%. Secara umum tekanan inflasi inti bisa berasal dari faktor eksternal, peningkatan ekspektasi inflasi serta interaksi antara sisi permintaan dan penawaran. Tekanan dari faktor eksternal terutama berasal dari kenaikan harga komoditas strategis di pasar internasional seperti emas dan minyak mentah. Di triwulan III tahun 2012, harga minyak dunia kembali mengalami peningkatan karena memburuknya situasi geopolitik di Timur Tengah. Demikian pula dengan kenaikan harga emas dunia yang dipicu oleh ekspektasi pelaku ekonomi internasional atas pelemahan ekonomi dunia menyebabkan kenaikan harga emas perhiasan di pasar domestik. Sementara itu, faktor yang juga ikut mempengaruhi adalah perkembangan sisi supply yang menurun. Tingkat penggunaan kapasitas produksi di Jawa Timur pada triwulan laporan menunjukkan adanya penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal tersebut dikonfirmasi dari Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang dilakukan Bank Indonesia yang menunjukkan secara rata-rata kapasitas terpakai industri di Jawa Timur triwulan III-2012 mencapai 73,73% menurun bila dibandingkan triwulan II-2012 (77,09%) dan triwulan I2012 (78,53%). Dari sisi eksternal terutama dipengaruhi oleh depresiasi nilai tukar rupiah yang melemah dari sebelumnya Rp 9.305 menjadi Rp 9.508. Dipandang masih tingginya ketidakpastian terkait penanganan krisis utang dan fiskal di Eropa, pemulihan ekonomi AS yang belum solid, melemahnya perekonomian China serta koreksi harga komoditas global turut memberi tekanan terhadap rupiah.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III n Tahun 2012
26
BAB II n PERKEMBANGAN INFLASI Grafik 2.24 Perkembangan Nilai Tukar Rupiah
Grafik 2.25 Perkembangan Harga Minyak Internasional USD/Barel
Rp/ 1 USD
9800 9600 9400 9200 9000 8800 8600 8400 8200 8000 7800
110
Kurs Tukar Rupiah
100 86,41
90
94,66
80
91,20
70 60 50
01-Sep-12
01-Jul-12
01-Agust-12
01-Jun-12
01-Apr-12
01-Mei-12
01-Mar-12
01-Jan-12
01-Feb-12
01-Des-11
01-Okt-11
01-Nop-11
01-Sep-11
01-Jul-11
01-Agust-11
01-Jun-11
40 30 10
11
1
2
3
4
5
2011
Sumber: Kurs Tengah Bank Indonesia
6
7
8
9
10*
2012
Sumber Bloomberg
Grafik 2.26 Perkembangan Harga CPO
Grafik 2.27 Perkembangan Harga Batu Bara
USD/Barel
USD / Metrik Ton 85 81,05
1.230
80
913,95
1.030
12
75
737,83 830
70
871,98
63,66 65,03
65
630
60 55
430
50
230
45 40
30
10
10
11
12
1
2
3
4
5
6
7
8
9
11
12
1
2
3
4
5
2011
2011
6
7
8
9
10*
10* 2012
2012
Sumber Bloomberg
Sumber Bloomberg
Grafik 2.28 Perkembangan Harga Karet
Grafik 2.29 Perkembangan Capacity Utilization
USD Cent / Kg 90
500 442,67 450
80,1
80
78,1 77,7 74,9
400
71,5
70
350
334,13
300
70,0
73,2
67,2
60
74,5
78,5
73,3
77,1 73,7
70,7
69,8 63,4
316,05
74,3
73,9
75,1
69,3
64,2 63,3
56,9 50
250 200
40
150
30
10
11
12
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10*
I
II
III 2006
2011
IV
I
II
III 2007
IV
I
II
III 2008
IV
I
II
III 2009
IV
I
II
III 2010
IV
I
II
III 2011
IV
I
II
III
2012
2012 Sumber : Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha BI (diolah)
Sumber Bloomberg
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III n Tahun 2012
27
BAB II n PERKEMBANGAN INFLASI
Tabel 2.7 Perkembangan Capacity Utilization Sektor Usaha No 1
2
3
4
2010
SEKTOR
Tw I
REALISASI PERTANIAN, PERKEBUNAN, PETERNAKAN, KEHUTANAN DAN PERIKANAN A. Tanaman Pangan B. Tanaman Perkebunan C. Peternakan dan Hasil - hasilnya D. Kehutanan E. Perikanan PERTAMBANGAN A. Minyak dan gas bumi B. Pertambangan tanpa migas C. Penggalian INDUSTRI PENGOLAHAN A. Industri Non Migas 1. Makanan, minuman dan tembakau 2. Tekstil, barang kulit dan alas kaki 3. Barang kayu dan hasil hutan lainnya 4. Kertas dan barang cetakan 5. Kimia dan barang dari karet 6. Semen dan barang galian bukan logam 7. Logam dasar, besi dan baja 8. Alat angkutan, mesin dan peralatannya 9. Barang Lainnya B. Industri Migas LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH A. Listrik B. Gas C. Air bersih TOTAL SELURUH SEKTOR
Tw II
2011 Tw III
Tw IV
Tw I
Tw II
Tw III
Tw IV
Tw I
2012 Tw II
Tw III
72,84 84,75 55,92 87,50 0,00 79,49 70,00 0,00 50,00 80,00 68,16
69,66 71,56 62,22 88,33 0,00 67,61 55,13 0,00 0,50 73,33 71,51
79,71 73,61 88,75 85,63 0,00 76,43 75,00 0,00 100,00 50,00 73,29
74.69 73.33 72.50 86.67 0,00 72.62 75.00 0,00 75.00 0,00 74.41
74.47 81.56 59.44 75.88 0,00 77.93 78.33 0,00 75.00 80.00 73.80
72.17 68.00 70.47 83.75 0,00 83.22 68.33 0,00 80.00 62.50 74.85
74.82 71.94 74.38 85.86 100.00 66.94 61.67 0,00 80.00 52.50 74.26
80.32 69.00 85.08 86.88 0,00 87.84 100.00 0,00 100.00 0,00 77.32
84,38 91,47 72,50 88,40 0,00 86,25 91,43 0,00 80,00 93,33 74,44
79,20 78,93 69,57 89,44
70.71 69.24 62.01 83.89
86,96 92,14
76.00 86.25
70,00 95,83 76,54
80.00 87.14 73.56
64,84 81,53 53,07 67,80 73,24 98,50 63,93 78,00 64,18
70,88 74,19 63,23 76,38 78,47 73,00 68,23 76,25 66,00
73,79 77,03 58,15 83,57 76,13 100,00 69,71 76,67 72,13
71.00 74.26 61.73 89.56 87.11 80.00 76.45 72.50 73.57
73.98 80.11 59.67 83.63 80.91 90.00 73.17 64.63 67.13
75.38 74.37 65.81 86.38 83.54 99.00 68.67 73.13 68.00
74.40 78.37 56.73 71.63 83.86 92.33 74.29 73.57 69.55
77.40 78.98 59.91 84.14 87.23 80.00 77.64 80.00 71.88
76,06 77,94 65,45 77,57 80,29 75,50 68,00 73,57 67,80
71,82 85,15 71,25 84,67 81,31 90,00 71,97 80,00 67,92
76.11 77.59 60.44 74.00 81.23 63.33 52.50 79.43 71.73
83,82 0,00 0,00 83,82
68,71 67,50 75,00 67,75
61,36 26,67 100,00 70,71
72.29 82.50 0,00 69.74
64.56 35.00 80.00 70.99
64.83 45.00 0,00 69.79
78.49 46.50 81.67 86.27
76.06 66.25 72.00 81.78
82,99 95,00 75,00 81,99
67,69 44,31 69,33 72,33
79.08 75.00 82.00 79.67
69,49
70,71
73,89
74,31
73,26
73,64
74,47
78.14
78,53
77,09
73.73
Sumber : Survei Kegiatan Dunia Usaha
Grafik 2.30 Perbandingan Komponen Inflasi Inti INTI 2,50
Inti - Tradeable (Barang)
2,00
Inti - Non Tradeable (Jasa)
1,50 1,00 0,50 0,00 -0,50
2
3
4
5
6
7
8
9 10 11 12 1
2011
2
3
4
5
6
7
8
9
2012
Sumber: BPS (diolah)
Analisis lebih detail untuk faktor pendorong inflasi dilakukan dengan menggunakan pendekatan komoditas. Berbeda dengan triwulan sebelumnya, komponen laju inflasi inti berada pada level yang sama, dengan nilai sedikit lebih besar pada laju inflasi inti non
tradeable (jasa). Kenaikan inflasi inti tradeable (barang) melandai 0,62% (mtm) dari sebelumnya 0,66%. Sedangkan kenaikan inflasi inti non tradeable (jasa) terjadi sebesar 0,63% (mtm), jauh lebih rendah dari sebelumnya 0,97% (mtm).
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III n Tahun 2012
28
BAB II n PERKEMBANGAN INFLASI
Grafik 2.31 Perkembangan Inflasi Inti Tradeable & Non Tradeable
Grafik 2.32 Perkembangan Inflasi Inti – Exclude Gold Price INTI
INTI
1,40
2,50
Inti - Tradeable (Barang)
2,00
Core -Exc. Gold
1,20
Inti - Non Tradeable (Jasa)
1,00
1,50
0,80 0,60
1,00
0,40 0,50
0,20 0,00
0,00 2
-0,50
3
4
5
6
7
8
9 10 11 12 1
2
3
4
2011
5
6
7
8
-0,20
9
2
3
4
5
6
7
8
9 10 11 12 1
2
3
4
2011
2012
5
6
7
8
9
2012
Sumber: BPS (diolah)
Sumber: BPS (diolah)
Grafik 2.33 Perkembangan Inflasi Inti Tradeable & Non Tradeable
TRADED Food Non Food
2,00
Grafik 2.34 Perkembangan Inflasi Inti – Exclude Gold Price
3,00
MANUFACTURING GOOD SERVICES
2,50 2,00
1,50
1,50 1,00
1,00
0,50
0,50 0,00
0,00 2
3
4
5
6
7
8
9 10 11 12 1
2
3
4
5
6
7
8
9
-0,50
2
3
4
5
6
7
8
9 10 11 12 1
2
3
4
5
6
7
8
9
-0,50 2011 Sumber: BPS (diolah)
2012
-1,00
2011
2012
Sumber: BPS (diolah)
Lebih dalam lagi analisis dilakukan terhadap faktor pembentuk inflasi inti tradeable (barang), yang utamanya didorong oleh kenaikan harga komoditas pada sub kelompok
food. Tercatat, inflasi pada sub kelompok food meningkat dari 0,66% (mtm) menjadi 0,82%. Sedangkan sub kelompok non food mengalami perlambatan dari 0,78% (mtm) menjadi 0,55%. Perkembangan inflasi inti kecuali komoditas emas, yang ditunjukkan pada grafik 2.34 mengindikasikan bahwa laju inflasi pada sub kelompok barang manufaktur lebih tinggi dibandingkan jasa, searah dengan perbandingan laju inflasi inti tradeable (barang) dan inflasi inti non tradeable (jasa).
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III n Tahun 2012
29
Bab 3
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
BAB III – PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
3
PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN Pada triwulan I II -2012, kinerja kinerja perbankan (Bank Umum dan BPR) di Jawa Timur
masih terus menunjukkan perkembangan yang positif, positif, tercermin dari indikator total aset, kredit dan DPK yang tumbuh dengan cukup baik serta tingkat risiko kredit yang terjaga di bawah 5%. 5% Aset Bank Umum dan BPR tumbuh sebesar 22,13% (yoy) dengan penyaluran utama pada kredit. Hal ini tercermin dari pertumbuhan kredit Bank Umum dan BPR yang mencapai 24,38% (yoy) dan diiringi oleh kualitas kredit atau rasio Non Performing Loans (NPLs) sebesar 2,68%. Loan to Deposit Ratio (LDR) yang mencerminkan fungsi intermediasi perbankan meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu sebesar 82,37% karena pertumbuhan penyaluran kredit yang lebih tinggi dibandingkan DPK. Peningkatan fungsi intermediasi tersebut terutama didorong oleh terjaganya kondisi perekonomian nasional dan daerah. Dengan mempertimbangkan tren pertumbuhan kredit yang terus meningkat dan bahkan lebih tinggi dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya, maka peluang sumbangan sektor perbankan atas peningkatan pertumbuhan ekonomi Jawa Timur diperkirakan akan meningkat. Tabel 3.1 Perkembangan Indikator Perbankan (Bank Umum & BPR) di Jawa Timur
INDIKATOR BANK UMUM DAN BPR Total Aset (Triliun Rupiah) Pertumbuhan (yoy %) Pertumbuhan (qtq %) Dana Pihak Ketiga (Triliun Rupiah) Pertumbuhan (yoy %) Pertumbuhan (qtq) Kredit (Triliun Rupiah) Pertumbuhan (yoy %) Pertumbuhan (qtq) LDR (%) NPL (%)
TW I 262,29 15,30 2,71 218,52 12,45 0,74 165,41 22,05 3,81 75,69 3,41
2011 TW II 276,41 15,87 5,38 228,35 13,85 4,50 176,37 19,71 6,63 77,24 3,59
Tw III 287,12 16,43 3,88 235,87 14,70 3,29 184,37 20,45 4,53 78,16 3,50
Tw IV 299,63 17,33 4,36 252,42 16,37 7,02 194,50 22,07 5,49 77,05 2,92
Tw I 311,21 18,65 3,86 256,99 17,60 1,81 197,91 19,65 1,75 77,01 3,00
2012 Tw II 330,24 19,47 6,11 266,63 16,77 3,76 215,64 22,26 8,96 80,87 2,77
Tw III 350,68 22,13 6,19 278,40 18,03 4,41 229,31 24,38 6,34 82,37 2,68
Sumber: Bank Indonesia, data diolah
Sistem pembayaran di Jawa Timur, baik tunai maupun non-tunai pada triwulan III -
2012 berjalan dengan baik sehingga dapat memperlancar dan memenuhi kebutuhan Sumber: Bank Indonesia, data diolah
masyarakat dalam kegiatan ekonomi. Hal tersebut tercermin antara lain melalui peningkatan
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – 2012
30
BAB III – PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
transaksi keuangan tunai dan non-tunai, perkembangan jumlah uang tidak layak edar serta jumlah temuan uang palsu di wilayah Jawa Timur.
3.1.
PERKEMBANGAN KINERJA BANK UMUM Sejalan dengan kinerja perbankan (Bank Umum dan BPR), kinerja Bank Umum di Jawa
Timur pada triwulan III-2012 tetap menunjukkan perkembangan positif dan mencerminkan pelaksanaan fungsi intermediasi yang berjalan dengan baik. Peningkatan kinerja Bank Umum di Jawa Timur tersebut tercermin dari pertumbuhan total aset, DPK dan kredit (masing-masing sebesar 22,05%, 17,94% dan 24,49%) yang lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya dan mencapai titik tertinggi selama tahun 2012. Peningkatan penyaluran kredit tersebut menyebabkan rasio LDR meningkat menjadi 85,07%, sementara rasio NPL dapat ditekan menjadi 2,64% atau turun dibandingkan periode sebelumnya yang mencapai 2,73%. Tabel 3.2 Perkembangan Indikator Bank Umum di Jawa Timur
2011 2012 Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III 256.43 270.26 280.75 292.82 304.22 322.89 342.66 15.86 22.42 20.87 17.30 18.64 19.48 22.05 2.72 5.39 4.34 3.84 3.89 10.73 6.12 214,941,278.00 224.62 232.03 248.38 252.81 262.25 273.66 12.48 13.73 15.63 16.43 17.62 16.75 17.94 0.83 4.56 3.23 6.98 1.78 6.43 4.35 161,124,136.00 171,755,921.00 179,542,188.00 189,646,950.00 192,754,345.00 210,063,135.00 223,506,097.00 22.23 19.50 20.65 22.18 19.63 22.30 24.49 3.81 6.59 4.53 5.63 1.64 12.66 6.40 74.96% 76.46% 77.38% 76.35% 76.25% 80.10% 85.07% 3.36 3.55 3.47 2.89 2.96 2.73 2.64
INDIKATOR BANK UMUM Total Aset (Juta Rupiah) Pertumbuhan (yoy %) Pertumbuhan (qtq %) Dana Pihak Ketiga (Juta Rupiah) Pertumbuhan (yoy %) Pertumbuhan (qtq) Kredit (Juta Rupiah) Pertumbuhan (yoy %) Pertumbuhan (qtq) LDR (%) NPL (%) Sumber: Bank Indonesia, data diolah
Secara umum, Bank Umum di Jawa Timur menunjukkan kinerja yang konsisten dan meningkat selama kurun waktu 3 (tiga) tahun terakhir. Grafik 3 .1 Perkembangan LDR
Grafik 3.2 Perkembangan LDR per Kelompok Bank
LDR Bank Umum (%)
LDR total
90.00 % , yoy 80.00 70.00 60.00 50.00 40.00 30.00 20.00 10.00 0.00 Tw I
100.00
Bank Swasta
Bank Asing
% , yoy
80.00 60.00 40.00 20.00 0.00
Tw II Tw III Tw IV Tw I 2010
Sumber : LBU BI (diolah)
Bank Pemerintah
120.00
Tw II Tw III Tw IV Tw I 2011
Tw II Tw III
Tw I
Tw II
Tw III Tw IV
2010
2012
Tw I
Tw II
Tw III Tw IV
2011
Tw I
Tw II
Tw III
2012
Sumber : LBU BI (diolah)
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – 2012
31
BAB III – PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Meskipun cenderung berfluktuasi, namun tingkat Loan to Deposit Ratio (LDR) bank umum selama periode 2010 hingga triwulan III-2012 masih menunjukkan tren yang meningkat (grafik 3.1). Peningkatan ini terutama didorong oleh rata-rata pertumbuhan kredit yang lebih tinggi daripada DPK, dimana pada triwulan III-2012 LDR tercatat mencapai 85,07%. Berdasarkan kelompok bank, rasio LDR terbesar masih didominasi oleh kelompok Bank Pemerintah dengan LDR sebesar 100,96%, diikuti oleh kelompok Bank Asing sebesar 84,49% dan Bank Swasta sebesar 65,82% (grafik 3.2). Terdapat pergeseran LDR dari bank pemerintah ke bank asing pada triwulan III-2012 walaupun secara nominal bank pemerintah tetap mendominasi penyaluran kredit. Hal ini menunjukkan bahwa bank asing juga mulai meningkatkan fungsi intermediasi pada masyarakat di wilayahnya. Berdasarkan nominal, proporsi penyaluran kredit masing-masing kelompok bank terhadap total kredit perbankan di Jawa Timur masih didominasi oleh Bank Pemerintah sebesar 51,97%, Bank Swasta sebesar 42,14% dan sisanya adalah Bank Asing sebesar 5,89%. Terjadi penurunan tipis proporsi bank swasta dari periode sebelumnya yaitu 42,56% dan beralih kepada Bank Asing sehingga proporsi Bank Asing sedikit meningkat dibandingkan periode sebelumnya yang sebesar 5,46%. Grafik 3.3 3.3 Pertumbuhan Indikator Utama Perbankan (yoy) 30.00
Aset
%, yoy
Kredit
Grafik 3.4 3.4 Pertumbuhan Indikator Utama Perbankan (qtq) Aset
DPK
Kredit
DPK
14,00 %, qtq
25.00
12,00
20.00
10,00
15.00
8,00
10.00
6,00
5.00
4,00
2,00
Tw I
Tw II
Tw III
Tw IV
Tw I
Tw II
Tw III
Tw IV
Tw I
Tw II
Tw III
0,00 Tw I
2010
2011
Tw II
2012
Tw III 2010
Tw IV
Tw I
Tw II
Tw III 2011
Tw IV
Tw I
Tw II
Tw III
2012
Sumber : LBU BI (diolah)
Sumber : LBU BI (dioah)
3.1.1. ASET DAN AKTIVA PRODUKTIF Total aset Bank Umum pada triwulan III-2012 menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya baik dari sisi nominal maupun pertumbuhan, yaitu tumbuh 22,05% atau meningkat sebesar Rp61,91 triliun (yoy). Pertumbuhan aset Bank Umum pada triwulan laporan ini tercatat cukup tinggi dibandingkan pertumbuhan pada periode-periode sebelumnya yaitu di kisaran 20%-25% (yoy) dan 6%10%% (qtq).
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – 2012
32
BAB III – PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Tingginya pertumbuhan aset bank umum disebabkan karena bank mengalokasikan sumber dana yang diperolehnya pada aktiva produktif yang juga tumbuh secara signifikan. Komposisi terbesar penyaluran aktiva produktif Bank Umum adalah pada kredit (65,23%), disusul oleh penempatan pada bank lain (2,07%) dan penempatan pada Bank Indonesia (1,34%). Komposisi ini mendukung bank untuk mencapai kinerja yang optimal dan mendukung fungsi intermediasi perbankan. Sejalan dengan stabilnya inflasi dan tingginya pertumbuhan ekonomi, diharapkan akan semakin memacu pertumbuhan kinerja bank dalam meningkatkan aktiva produktifnya. Pada triwulan III-2012, penempatan pada Bank Indonesia dan penempatan pada bank lain masing-masing tumbuh sebesar 15,89% dan 76,76% (yoy) atau 26,24% dan 13,87% (qtq). Tingginya pertumbuhan penempatan Bank Umum ini mengindikasikan beberapa hal antara lain masih terdapat idle fund dari penghimpunan DPK yang belum terserap dalam penyaluran kredit namun di lain sisi dapat diartikan pula sebagai peningkatan cadangan likuiditas bank untuk memenuhi pemenuhan Giro Wajib Minimum baik Primer maupun Sekunder serta untuk mengantisipasi penarikan dana. Grafik 3.6 3.6 Proporsi Aktiva Produktif
Grafik 3.5 3. 5 Perkembangan Total Aset Bank Umum Nominal (Skala Kiri)
Growth (Skala Kanan)
Kredit
Penempatan pada BI
Penempatan pada bank lain
Surat Berharga
25,00
400.000.000 Juta Rupiah
% yoy
5.000
350.000.000
250.000
Miliyar
20,00 300.000.000
250.000.000
15,00
4.000
200.000
3.000
150.000
2.000
100.000
1.000
50.000
200.000.000 10,00
150.000.000
100.000.000 5,00 50.000.000
-
Tw I
Tw II
Tw III
Tw IV
Tw I
Tw II
2010
Tw III
Tw IV
Tw I
Tw II
2011
0 Tw I
-
Tw III
Tw II
Tw III
Tw IV
Tw I
Tw II
2010
Tw III
2011
Tw IV
Tw I
Tw II
2012
2012
Sumber Bank Indonesia (diolah)
Sumber : LBU BI (diolah)
3.1.2. DANA PIHAK KETIGA (DPK) Grafik 3.7 3.7 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (yoy) 20,00
Dana Pihak Ketiga (DPK) Bank Umum di Jawa Timur
%
DPK (yoy)
pada
triwulan
III-2012
tetap
DPK (qtq)
15,00
menunjukkan pertumbuhan yang positif, yaitu
10,00
tumbuh sebesar 17,94% (yoy) atau 4,35%
5,00
(qtq) menjadi Rp273,66 triliun. Secara tahunan, pertumbuhan
0,00 Tw I
Tw II
(5,00) Sumber : LBU BI (diolah)
Tw III 2010
Tw IV
Tw I
Tw II
Tw III 2011
Tw IV
Tw I
Tw II 2012
DPK
menunjukkan
tren
Tw III
peningkatan walaupun pernah melambat pada Tw II-2012. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – 2012
33
BAB III – PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Sedangkan secara triwulanan, pertumbuhan DPK berfluktuasi dengan siklus yang hampir sama yaitu cenderung melambat setiap awal triwulan dan kembali meningkat pada triwulan selanjutnya. Dengan mempertimbangkan siklus musiman tersebut serta melihat prospek daya beli masyarakat yang masih meningkat, diprediksi sepanjang tahun 2012 pertumbuhan DPK masih tetap meningkat sebagaimana tahun-tahun sebelumnya. Struktur DPK Bank Umum di Jawa Timur masih didominasi oleh tabungan (44,91%), deposito (38,26%) dan giro (16,84%). Terdapat sedikit penurunan pada jenis simpanan deposito dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu dari 39,09% menjadi 38,26%. Sementara dari pertumbuhannya, tabungan memberikan kontribusi terbesar dengan tumbuh sebesar 25,04% (yoy) disusul oleh giro (18,48%) dan deposito (10,37%). Secara bertahap, komposisi deposito mulai turun seiring dengan tren penurunan suku bunga deposito. Kebijakan dan kondisi makro juga memberikan ruang yang kondusif untuk mendukung penurunan komposisi dana mahal Bank Umum. Hal ini tercermin dari penetapan BI rate sebesar 5,75% dan suku bunga penjaminan LPS sebesar 5,5% yang direspon oleh Bank Umum dengan menurunkan suku bunga deposito sehingga pada Tw III-2012 mencapai titik terendahnya yaitu dengan rata-rata suku bunga deposito sebesar 5,17%. Grafik 3.8 3.8 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (yoy)) Giro 30,00
Deposito
Grafik 3.9 3. 9 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (qtq)
Tabungan
%, yoy
25,00 20,00 15,00 10,00 5,00 (5,00)
Tw I
Tw II
Tw III
2010
Tw IV
Tw I
Tw II
Tw III
2011
Tw IV
Tw I
Tw II
Tw III
2012
Sumber : LBU BI (dioah)
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – 2012
34
BAB III – PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Grafik 3.1 3.10 Perkembangan DPK Per Jenis Simpanan (Rp. Milyar) Giro 140.000
Deposito
Grafik 3.11 3.11 Komposisi DPK Bank Umum (%) Tw II-2012
Tabungan
Milyar Rupiah
GIRO 17%
TABUNGAN 44%
120.000 100.000
Tw III-2012
80.000
TABUNGAN 45%
60.000
GIRO 17%
DEPOSITO 39%
40.000 20.000
DEPOSITO 38%
Tw I
Tw II
Tw III
Tw IV
2010
Tw I
Tw II
Tw III
Tw IV
Tw I
2011
Tw II
Tw III
2012
Sumber : LBU BI (diolah)
Sumber : LBU BI (diolah)
Grafik 3.12 Perbandingan Suku Bunga Simpanan – BI Rate Deposito 110.000 105.000 100.000 95.000 90.000 85.000 80.000
LPS
% Deposito
BI Rate %
Rp Miliyar
Tw I
Tw II
Tw III
Tw IV
Tw I
Tw II
2011
7,5 7,0 6,5 6,0 5,5 5,0 4,5 4,0
Tw III
2012
Sumber Bank Indonesia (diolah)
Diharapkan dengan adanya trend penurunan komposisi dan suku bunga deposito tersebut akan mampu mendorong Bank Umum untuk beroperasi dengan lebih efisien sehingga dapat memberikan suku bunga kredit yang kompetitif dan meningkatkan fungsi intermediasi perbankan serta sejalan dengan arah pertumbuhan perbankan nasional yaitu meningkatkan efisiensi perbankan. 3.1.3.
KREDIT Penyaluran kredit oleh Bank Umum di Jawa Timur pada triwulan III-2012 mengalami
peningkatan yang cukup signifikan, yaitu sebesar Rp43,96 triliun atau tumbuh 24,49% (yoy) dan 6,40% (qtq). Walaupun mengalami penurunan pada periode ini (periode sebelumnya 8,98qtq), namun dengan mempertimbangkan kondisi perekonomian Jawa timur yang cukup stabil dan kondusif serta adanya perayaan Natal dan Tahun Baru maka kredit diprediksi tetap akan mengalami pertumbuhan sampai dengan akhir 2012.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – 2012
35
BAB III – PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Grafik 3.14 3.14 Pertumbuhan Kredit (qtq)
Grafik 3.13 3.13 Pertumbuhan Kredit (yoy) Kredit Miliyar Rupiah (Skala Kiri)
Kredit Miliyar Rupiah (Skala Kiri) 30,00 25,00
200.000,00
20,00 150.000,00
Thousands
250.000,00
Growth % yoy (Skala Kanan)
Milyar Rupiah
250.000,00
Growth % qtq (Skala Kanan)
Milyar Rupiah
14,00 12,00
200.000,00
10,00 150.000,00
8,00
100.000,00
6,00
15,00 100.000,00 10,00
4,00
50.000,00
5,00
50.000,00
0,00
0,00
0,00
Tw I
Tw II Tw III Tw IV 2010
Sumber : LBU BI (diolah)
Tw I
Tw II Tw III Tw IV 2011
Tw I
Tw II Tw III
2,00 0,00 Tw I
Tw II
2012
Tw III
2010
Tw IV
Tw I
Tw II
Tw III
2011
Tw IV
Tw I
Tw II
Tw III
2012
Sumber : LBU BI (diolah)
Berdasarkan jenisnya, kredit di Jawa Timur pada laporan masih didominasi oleh kredit produktif yaitu kredit modal kerja dengan jumlah mencapai Rp129,66 triliun atau sebesar 58,01% dari total kredit, disusul kemudian oleh kredit konsumsi sebesar Rp 62,64 triliun dengan proporsi 28,03% serta kredit investasi sebesar Rp 31,21 triliun dengan proporsi 13,96%. Pertumbuhan kredit tertinggi pada periode ini masih terjadi pada kredit investasi dengan pertumbuhan sebesar 35,59% (yoy) disusul kredit konsumsi sebesar 25,12% (meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 22,39%) dan kredit modal kerja sebesar 21,79%. Terdapat trend peningkatan kredit konsumsi dan investasi serta perlambatan kredit modal kerja pada periode ini. Walaupun melambat, kredit modal kerja masih mendominasi penyaluran kredit Bank Umum di Jawa Timur selama 3 tahun terakhir sehingga perbankan Jawa Timur masih turut berperan aktif dalam mendorong aktivitas dunia usaha melalui penyaluran kredit yang bersifat produktif. Berdasarkan kelompok bank, Bank Pemerintah masih menjadi penyalur kredit terbesar dengan proporsi 51,97% disusul oleh Bank Swasta sebesar 42,14% dan Bank Asing sebesar 5,89%. Terjadi pergeseran komposisi yang relatif kecil dari Bank Swasta ke Bank Asing seiring dengan meningkatnya pertumbuhan penyaluran kredit Bank Asing (yoy) yang mencapai 38,44% (periode sebelumnya sebesar 32,13%) dan turunnya pertumbuhan penyaluran kredit Bank Swasta yang pada periode ini mencapai 29,99% (periode sebelumnya sebesar 32,78%). Sementara Bank Pemerintah tetap mengalami pertumbuhan yang stabil di kisaran 15%-20%. Hal ini menunjukkan bank semakin meningkatkan fungsi intermediasinya dan adanya tingkat persaingan yang semakin kondusif antara kelompok bank sehingga diharapkan dapat meningkatkan kualitas penyaluran kredit kepada masyarakat.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – 2012
36
BAB III – PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Grafik 3.15 3.15 Proporsi Penyaluran Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan Konsumsi
Bank Pemerintah
Tw III
129.657.208
31.210.671
62.638.218
Tw II
123.450.558
28.749.534
57.863.043
Tw I
112.308.501
Tw IV
112.817.796
26.125.367 24.741.616
52.087.538
106.462.361
23.018.055
50.061.771
Tw II
101.918.282
22.561.043
47.276.597
95.365.789
Sumber : LBU BI (diolah) 0%
20%
21.548.764
40%
60%
Grafik 3.17 3.17 Pertumbuhan Kredit Per Jenis Penggunaan (yoy) Modal Kerja
Investasi
Tw II
109.188.587
89.396.515
11.478.033
Tw I
100.628.506
81.339.181
10.786.658
Tw IV
100.868.891
78.812.333
9.965.726
Tw III
97.585.854
72.449.298
9.507.036
Tw II
93.900.308
68.864.649
8.990.964
Tw I
88.099.084
64.407.711
8.617.341
0% Sumber : LBU BI (diolah)
100%
Bank Asing
94.178.078
44.209.584 80%
Bank Swasta
116.166.417
54.320.477
Tw III
Tw I
Proporsi Penyaluran Kredit Berdasarkan Kelompok Bank
Tw III 2012
Investasi
2011
2011
2012
Modal Kerja
Grafik 3.16 3.16
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
13.161.602
90%
100%
Grafik 3.18 3.18 Pertumbuhan Kredit Per Jenis Penggunaan (qtq)
Konsumsi
Modal Kerja
50,00
20,00
%, yoy
Investasi
Konsumsi
%, qtq
45,00 40,00
15,00
35,00
10,00
30,00 25,00
5,00
20,00 15,00
0,00 Tw I
10,00
Tw II
Tw III
Tw IV
Tw I
Tw II
Tw III
Tw IV
Tw I
Tw II
Tw III
(5,00)
5,00
2010
2011
2012
Tw I
Tw II
Tw III
Tw IV
Tw I
2010
Tw II
Tw III
2011
Tw IV
Tw I
Tw II
(10,00)
Tw III
2012
: LBU BI (diolah) Grafik 3.19 Kredit Sektoral 3. 19 ProporsiSumber
Sumber : LBU BI (dioah)
PERTANIAN, PERBURUAN DAN KEHUTANAN
1% 0%
0% 3%
PERIKANAN
28%
PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN
28%
INDUSTRI PENGOLAHAN
LISTRIK, GAS DAN AIR
4%
4% 4%
PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN
2% 1%
23%
0% 0% 1% 0% 0% 0%
1%
KONSTRUKSI
PENYEDIAAN AKOMODASI DAN PENYEDIAAN MAKAN MINUM TRANSPORTASI, PERGUDANGAN DAN KOMUNIKASI PERANTARA KEUANGAN
Sumber : LBU BI (diolah)
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – 2012
37
BAB III – PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Berdasarkan sektor ekonomi, penyaluran kredit bank umum paling besar disalurkan kepada sektor-sektor yang mendominasi struktur perekonomian di Jatim, seperti sektor Industri Pengolahan serta sektor Perdagangan Besar dan Eceran dengan proporsi masing-masing sebesar 28,04% dan 23,07%. Sementara apabila dilihat dari angka pertumbuhannya, peningkatan penyaluran kredit tertinggi adalah pada sektor jasa perorangan yang melayani rumah tangga, sektor pertanian, perburuan dan kehutanan serta sektor pertambangan dan penggalian dengan pertumbuhan masing-masing sebesar 101,94%, 74,09%, dan 63,55% (yoy). Grafik 3.2 3. 20 Perkembangan Kredit Sektoral Dominan (yoy) 120,00
Grafik 3.21 3.21 Perbandingkan Suku Bunga Kredit & BI rate
PERTANIAN, PERBURUAN DAN KEHUTANAN
%, yoy
Investasi
Konsumsi
Modal kerja
BI Rate (%)
17,00
100,00
%
INDUSTRI PENGOLAHAN
15,00
80,00 KONSTRUKSI
13,00
60,00 PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN
40,00
TRANSPORTASI, PERGUDANGAN DAN KOMUNIKASI
20,00
11,00 9,00 7,00
Tw I
Tw II
Tw III
Tw IV
Tw I
Tw II
Tw III
(20,00) 2011
2012
REAL ESTATE, USAHA PERSEWAAN, DAN JASA PERUSAHAAN KEGIATAN YANG BELUM JELAS BATASANNYA
5,00 Tw 1 Tw II Tw III
(40,00) PENERIMA KREDIT BUKAN LAPANGAN USAHA
(60,00)
Tw Tw I Tw II Tw IV III
2010
Tw Tw I Tw II Tw IV III
2011
2012
Sumber Bank Indonesia (diolah)
Sumber : LBU BI (dioah)
Sementara itu, penyaluran kredit berdasarkan dati II (kab/kota) di Jawa Timur didominasi oleh kota Surabaya (56,54%), diikuti oleh kota Malang (8,51%), kota Kediri (4,97%), kab Jember (4,35%) dan kab Gresik (3,05%). Namun berdasarkan pertumbuhannya, secara tahunan pertumbuhan tertinggi terdapat di kab Kediri (83,63%), diikuti oleh kab Madiun (78,33%) dan kab Gresik (49,60%).
Tabel 3.3 Penyaluran Penyaluran Kredit pada kab/kota Dominan di Jawa Timur Dati II Provinsi Jawa Timur T otal Kab. Gresik Kab. Jember Kab. Malang Kab. Kediri Kab. Madiun Kota Surabaya Kota Malang Kota Kediri
Tw I 161.12 3.98 6.4 0.38 0.15 0.04 91.98 13.61 7.28
Nominal Kredit (Triliun Rupiah) 2011 2012 Tw II Tw III T w IV Tw I Tw II 171.76 179.54 189.65 192.75 210.06 4.28 4.84 5.79 5.27 6.40 6.95 7.51 8.15 8.24 9.13 0.47 0.52 0.57 0.59 0.65 0.19 0.25 0.32 0.37 0.35 0.06 0.07 0.08 0.09 0.11 98.62 99.84 105.86 107.72 118.77 14.26 15.24 16.31 16.45 17.88 7.28 10.27 10.54 10.9 10.44
yoy (%) 2012 Tw I Tw II 19.63 22.30 32.41 49.60 28.75 31.37 55.26 37.66 146.67 82.63 125.00 78.33 17.11 20.43 20.87 25.39 49.73 43.34
Pangsa 2011 Tw III 100% 2.70% 4.18% 0.29% 0.14% 0.04% 55.61% 8.49% 5.72%
Tw IV 100% 3.05% 4.30% 0.30% 0.17% 0.04% 55.82% 8.60% 5.56%
2012 Tw I 100% 2.73% 4.27% 0.31% 0.19% 0.05% 55.89% 8.53% 5.65%
Tw II 100% 3.05% 4.35% 0.31% 0.17% 0.05% 56.54% 8.51% 4.97%
Sumber: Bank Indonesia, data diolah
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – 2012
38
BAB III – PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
3.1.4 KREDIT USAHA MIKRO KECIL MENENGAH ( UMKM) Sejalan dengan komitmen untuk meningkatkan peranan UMKM dalam mendukung perekonomian daerah, perbankan juga turut mengambil peranan dengan meningkatkan penyaluran kredit pada sektor tersebut. Peluang perbankan dalam pengembangan kredit UMKM masih terbuka lebar mengingat tingginya jumlah UMKM di Jawa Timur. Selain itu, berbagai fasilitas dan kebijakan yang disediakan oleh Bank Indonesia dan Pemerintah Daerah seperti pembentukan PT. Jamkrida (lembaga penjaminan kredit daerah), penyaluran kredit
linkage, pemberian bantuan teknis/pelatihan dan pendampingan kepada UMKM untuk memperoleh pembiayaan dari perbankan dengan mengoptimalkan fungsi Konsultan Keuangan Mitra Bank (KKMB), pengembangan klaster komoditas potensial, serta Program Kerjasama Sertifikasi Tanah antara Bank Indonesia dan Badan Pertanahan Nasional (BPN) untuk meningkatkan aksesibilitas kredit UMKM diharapkan mampu menjadi sweetener yang mendorong industri perbankan untuk meningkatkan penyaluran kredit UMKM. Walaupun belum menunjukkan perkembangan yang signifikan, namun secara bertahap kredit UMKM mengalami peningkatan yang konstan dan pada tahun 2012 berada pada kisaran Rp60-70 triliun (grafik 3.22). Grafik 3.22 3.22 Perkembangan Kredit UMKM Total Kredit
Bank Pemerintah
Kredit U M K M
Bank Swasta
Tw III
Milyar Rupiah 2012
250000
Grafik 3.23 3.23 Proporsi Kredit UMKM Berdasarkan Bank
200000
Bank Asing
35.437.082
1.192.546
27.020.814
40.097.148
27.671.728
1.098.665
Tw I
36.455.161
26.060.243
693.713
100000
Tw IV
37.078.521
24.356.340
910.722
50000
Tw III
36.691.981
23.391.175
1.210.108
Tw II
35.887.982
21.556.340
1.627.662
Tw I
34.187.098
20.769.960
1.313.487
2011
Tw II
150000
0 Tw I
Tw II Tw III Tw IV Tw I 2010
Sumber : LBU BI (diolah)
Tw II Tw III Tw IV Tw I 2011
Tw II Tw III 2012
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
Sumber : LBU BI (diolah)
1
Pada Triwulan III-2012, penyaluran kredit UMKM di Jawa Timur mencapai Rp63,65 triliun, tumbuh sebesar 3,85% (yoy) dan -7,58% (qtq) atau mengalami perlambatan dibandingkan Triwulan II-2012 yang tumbuh sebesar 16,58% (yoy) dan 8,95% (qtq). Perlambatan ini mengikuti nature UMKM (dimana pengajuan kredit murni digunakan sebagai modal kerja) sehingga siklus kredit mengikuti siklus usahanya. Walaupun mengalami
1
mengacu pada definisi UMKM berdasarkan UU No.20 tahun 2008 tentang UMKM
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – 2012
39
BAB III – PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
perlambatan namun diprediksi pada akhir tahun 2012 nominal kredit UMKM akan tetap tumbuh positif sejalan dengan kondusifnya perekonomian Jawa Timur. Proporsi penyaluran kredit UMKM oleh Bank Umum di Jawa Timur didominasi oleh Bank Pemerintah sebesar 55,67% dengan jumlah mencapai Rp 35,44 triliun, disusul oleh Bank Swasta dan Bank Asing masing-masing sebesar Rp27,02 triliun (42,45%) dan Rp1,19 miliar (1,87%). Terdapat pergeseran yang cukup besar terhadap komposisi penyaluran kredit UMKM dari Bank Pemerintah ke Bank Swasta dan Bank Asing dibandingkan Tw II-2012, yaitu yang semula hanya sebesar 40,18% (Bank Swasta) dan 1,60% (Bank Asing). Hal ini menunjukkan bahwa perbankan di Jawa Timur telah merespon kebijakan Pemerintah Daerah dan menjadikan UMKM sebagai salah satu pasar potensial. 3.2.1. RISIKO KREDIT Tabel 3.4 3.4 Perkembangan NPL perper-Kelompok Bank
Kelompok Bank NPL Bank Umum(%) Bank Pemerintah Bank Swasta Bank Asing
TwI
Tw II
2010 TwIII
TwIV
Tw I
Tw II
2011 Tw III
TwIV
TwI
2012 Tw II
TwIII
3,01 2,74 2,71
2,88 2,67 2,56
3,04 2,99 2,53
2,96 3,14 2,35
3,36 3,77 2,57
3,55 4,10 2,64
3,47 4,37 2,13
2,89 3,69 1,71
2,96 4,09 0,85
2,73 3,62 1,51
2,64 3,37 1,69
6,64
6,57
7,11
5,55
5,18
4,88
4,46
4,18
8,40
3,87
3,05
Sumber: Bank Indonesia
Risiko kredit perbankan yang tercermin dari rasio kredit bermasalah terhadap total kredit atau Non Performing Loan (NPL) di Jawa Timur pada periode laporan membaik dibandingkan periode sebelumnya yaitu dari 2,73% menjadi 2,64%. Turunnya NPL ini disebabkan pertumbuhan kredit yang lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan nominal kredit bermasalah. Berdasarkan kelompok bank, persentase NPL tertinggi berada kelompok bank pemerintah yang mencapai 3,37%, disusul kemudian oleh kelompok bank swasta dan bank asing dengan rasio NPL masing-masing sebesar 1,69% dan 3,05%. Berdasarkan jenis penggunaannya, NPL kredit tertinggi terjadi pada kredit modal kerja dengan prosentase sebesar 3,22%, disusul oleh kredit investasi sebesar 2,43% dan kredit konsumsi sebesar 1,55%. Peningkatan NPL terbesar berada pada jenis kredit investasi yaitu sebesar 12,18% (qtq) atau meningkat menjadi Rp758,83 milyar, sedangkan kredit modal kerja dan konsumsi hanya meningkat sebesar 1,70% dan 1,45%. Tingginya pertumbuhan NPL kredit investasi ini sejalan dengan tingginya penyaluran kredit investasi pada Tw III-2012 yang mencapai 8,56% (qtq). Hal ini didukung pula dengan nature kredit investasi yang umumnya merupakan kredit jangka panjang atau pembangunan proyek tertentu sehingga pembayaran
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – 2012
40
BAB III – PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
kredit bergantung pada penyelesaian termasuk proyek dan tidak dapat ditetapkan cash flow (aliran pendapatan) sebagaimana pada kredit modal kerja. Secara individual debitur, kredit konsumsi merupakan kredit yang memiliki tingkat risiko terbesar karena bukan merupakan sektor produktif sehingga jaminan terhadap pengembalian kredit lebih kecil dibandingkan kredit produktif. Namun secara aggregat perbankan, kredit konsumsi memiliki tingkat risiko yang lebih rendah dibandingkan kredit lainnya karena risiko kredit tersebar pada banyak debitur sehingga dapat meminimalkan signifikansi default debitur kredit konsumsi. Grafik 3.27 3.27 Perkembangan NPL per Jenis Penggunaan
Grafik 3.26 3.26 Perkembangan NPL Bank Umum NPL Bank Umum 9,00
Bank Pemerintah
Bank Swasta
NPL Bank Umum
Bank Asing 4,00
%
Modal Kerja
Investasi
Konsumsi 4,00
5,00% % 4,50%
8,00
3,50
7,00
3,00
3,50
4,00%
6,00
3,00 3,50%
2,50
3,00%
2,50
2,00
2,50%
2,00
1,50
2,00%
1,50
5,00 4,00 3,00 2,00
1,00
1,00
0,50
1,50% 1,00 1,00% 0,50
0,50%
0,00
0,00 Tw I
Tw II
Tw III
Tw IV
Tw I
Tw II
2010
Tw III
Tw IV
2011
Tw I
Tw II 2012
Tw III
0,00
0,00% Tw I
Tw II Tw III Tw IV
Tw I
Tw II Tw III Tw IV
2010
2011
Tw I
Tw II Tw III 2012
Sumber : LBU BI (diolah)
Sumber : LBU BI (diolah)
Secara sektoral, penyaluran kredit terbesar yang dilakukan oleh Bank Umum hingga akhir Triwulan III-2012 tertuju pada sektor Industri Pengolahan, sektor Penerima Kredit Bukan Lapangan Usaha, serta sektor Perdagangan Besar dan Eceran dengan proporsi masing-masing sebesar 28,04%,28,03 dan 23,07%. Sektor ini juga merupakan sektor utama perekonomian di Jawa Timur sehingga perbankan telah bersinergi dalam mendukung perekonomian daerah. Grafik 3.28 3.28 Sektor dengan Penyaluran Kredit Terbesar (Juta Rupiah) 60.000
Miliyar)
INDUSTRI PENGOLAHAN
PENERIMA KREDIT BUKAN LAPANGAN USAHA 50.000 PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN
40.000
REAL ESTATE, USAHA PERSEWAAN, DAN JASA PERUSAHAAN KONSTRUKSI
30.000 TRANSPORTASI, PERGUDANGAN DAN KOMUNIKASI 20.000 PERTANIAN, PERBURUAN DAN KEHUTANAN 10.000
Sumber : LBU BI (diolah)
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – 2012
41
BAB III – PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Sementara untuk 8 (delapan) sektor lainnya yaitu jasa kesehatan dan kegiatan sosial, listrik, gas dan air, jasa pendidikan, perikanan, badan internasional dan badan ekstra internasional lainnya, administrasi pemerintahan, jasa perorangan yang melayani rumah tangga, serta sektor lain-lain, masing-masing hanya memiliki proporsi kurang dari 0,5%terhadap total penyaluran kredit. Dari sisi pertumbuhan tahunan, peningkatan penyaluran kredit tertinggi terdapat pada Sektor Perorangan yang Melayani Jasa Rumah Tangga sebesar 101,94% (yoy), Pertanian, Perburuan dan Kehutanan sebesar 74,09%, dan Pertambangan dan Penggalian sebesar 53,14% (yoy). Sementara sektor usaha yang justru mengalami perlambatan adalah sektor administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib, serta sektor kegiatan yang belum jelas batasannya. Pertumbuhan tertinggi ini umumnya terjadi pada sektor yang proporsinya terhadap total kredit relatif kecil. Sementara itu, 3 (tiga) sektor utama Jawa Timur tumbuh secara konstan pada tingkat 25%-30%. Dengan demikian, pertumbuhan yang signifikan tersebut tidak akan mengganggu stabilitas kredit perbankan. Grafik 3.29 3. 29 Sektor dengan Pertumbuhan Penyaluran Kredit Terbesar (% yoy) 120 %
100
JASA PERORANGAN YANG MELAYANI RUMAH TANGGA PERTANIAN, PERBURUAN DAN KEHUTANAN PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN
80
TRANSPORTASI, PERGUDANGAN DAN KOMUNIKASI PENYEDIAAN AKOMODASI DAN PENYEDIAAN MAKAN MINUM KONSTRUKSI
60
JASA KESEHATAN DAN KEGIATAN SOSIAL PERANTARA KEUANGAN
40
INDUSTRI PENGOLAHAN PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN JASA PENDIDIKAN
20
PENERIMA KREDIT BUKAN LAPANGAN USAHA LISTRIK, GAS DAN AIR
0
-20
REAL ESTATE, USAHA PERSEWAAN, DAN JASA PERUSAHAAN PERIKANAN
-40
JASA KEMASYARAKATAN, SOSIAL BUDAYA, HIBURAN DAN PERORANGAN LAINNYA KEGIATAN YANG BELUM JELAS BATASANNYA ADMINISTRASI PEMERINTAHAN, PERTAHANAN DAN JAMINAN SOSIAL WAJIB
-60
-80 Sumber : LBU BI (diolah)
Berdasarkan kualitasnya, NPL terbesar dimiliki oleh sektor pertambangan dan penggalian dengan NPL sebesar 14%, disusul kemudian oleh sektor industri pengolahan dan sektor perikanan masing-masing sebesar 7,65% dan 7%. Tingginya NPL sejalan dengan tingginya komposisi penyaluran kredit utama perbankan. Sementara sektor utama lainnya yaitu perdagangan dan eceran hanya memiliki NPL sebesar 4% sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat risiko pada sektor ini relatif lebih terkendali dibandingkan sektor utama lainnya.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – 2012
42
BAB III – PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Grafik 3.30 3.30
NPL per Sektor Ekonomi LAIN LAIN PERTANIAN, PERBURUAN DAN KEHUTANAN PERIKANAN PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN INDUSTRI PENGOLAH AN
0%
0% 5%
3%
LISTRIK, GAS DAN AIR
5% 7%
5%
KONSTRUKSI
3%
2%
6% 14%
PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN
0% PENYEDIAAN AKOMODASI DAN PENYEDIAAN MAKAN MINUM
3% 4%
TRANSPORTASI, PERGUDANGAN DAN KOMUNIKASI
5%
7,65% 7%
PERANTARA KEUANG AN REAL ESTATE, USAHA PERSEWAAN, DAN JASA PERUSAHAAN
7%
4%
ADMINISTRASI PEMERINTAH AN, PERTAHANAN DAN JAMINAN SOSIAL WAJIB
3%
JASA PENDIDIKAN
0% JASA KESEHATAN DAN KEGIATAN SOSIAL JASA KEMASYARAKATAN, SOSIAL BUDAYA, HIBURAN DAN PERORANG AN LAINNYA JASA PERORANGAN YANG MELAYANI RUMAH TANGGA BADAN INTERNASIONAL DAN BADAN EKSTRA INTERNASIONAL LAINNYA KEGIATAN YANG BELUM JELAS BATASANNYA PENERIMA KREDIT BUKAN LAPANGAN USAHA
Sumber : LBU BI (diolah)
Berdasarkan grafik di atas terlihat bahwa selain sektor utama, kualitas kredit pada sektor lainnya relatif tersebar secara merata di bawah 4%. Jika di-manage dengan baik, maka sektor yang lain juga masih berpotensi untuk ditingkatkan dengan kualitas kredit yang terjaga.
3.2.2 3.2. 2. RISIKO LIKUIDITAS Risiko likuiditas perbankan di Jawa Timur pada Triwulan III-2012 masih terjaga dengan baik. Cash Ratio yang mencerminkan kemampuan perbankan Jawa Timur dalam melunasi kewajiban jangka pendek dengan aktiva likuid yang dimilikinya sebesar 6,40% atau mengalami perbaikan dibandingkan periode sebelumnya yang tercatat sebesar 5,96%. Membaiknya cash
ratio perbankan disebabkan peningkatan penempatan pada BI dan bank lain masing-masing sebesar 26,24% dan 13,87% (qtq) sehingga meningkatkan cadangan bank untuk memenuhi kewajiban jangka pendek khususnya kepada pihak ketiga. Grafik 3.31 3. 31 Money Position Perbankan di Jawa Timur
Aktiva Lancar meningkat dari Rp16,28 triliun pada triwulan
Kas
Penempatan pada BI
Penempatan pada bank lain
36,03%
38,84%
sebelumnya menjadi Rp18,23
triliun (11,95%-qtq). Komposisi aktiva lancar terbesar berupa penempatan pada bank lain sebesar
Rp7,1
triliun,
disusul
kas
dan
penempatan pada Bank Indonesia masing– masing sebesar Rp6,57 triliun dan Rp4,58 25,13%
triliun.
Sementara
pasiva
lancar
sebesar
Rp284,8 triliun dan didominasi oleh dana pihak Sumber : Bank Indonesia (diolah)
ketiga.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – 2012
43
BAB III – PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Pada triwulan III-2012, komposisi dana pihak ketiga di Jawa Timur terhadap giro, tabungan dan deposito masing-masing adalah 16,84%, 44,91% dan 38,26%. Perubahan yang tampak dibandingkan periode sebelumnya adalah adanya pergeseran dari deposito menjadi tabungan (proporsi tabungan dan deposito pada periode sebelumnya adalah 44,31% dan 39,09%). Hal ini menunjukkan bahwa preferensi penempatan dana masyarakat pada instrument perbankan adalah pada tabungan. Tabungan memang tidak membebani perbankan namun memerlukan manajemen likuiditas yang lebih baik dan akurat karena tidak dapat diprediksi waktu penarikannya. Sedangkan deposito lebih bersifat manageable namun memerlukan persediaan atau cadangan likuiditas yang lebih besar khususnya untuk deposito berjangka pendek (1 bulan). Berdasarkan jangka waktunya, deposito jangka pendek masih menjadi pilihan sebagian besar nasabah perbankan. Hal ini tercermin dari komposisi deposito berjangka waktu 1 dan 3 bulan yang masing-masing sebesar 47% dan 33%. Hanya 7% deposito yang memiliki jangka waktu lebih dari 1 tahun. Sebagai akibatnya bank harus memiliki mitigasi yang tepat untuk memastikan kecukupan cadangan likuiditas terhadap pencairan deposito jangka pendek tersebut Grafik 3.3 3. 32 Money Position Perbankan di Jawa Timur 1%
0% 0%
Walaupun trend pertumbuhan dana pihak ketiga di Jawa Timur (yoy) masih didominasi
0%
6%
1 bulan
oleh tabungan dan disusul oleh deposito
3 bulan
namun
13% 47%
perbankan
diharapkan
tetap
6 bulan 12 bulan 18 bulan
33%
menjaga asset and liability management (ALMA), melakukan pengendalian risiko
24 bulan 36 bulan >36 bulan Sumber : LBU BI (dioah)
3.3.
likuiditas
serta
penghimpunan
menjaga DPK
komposisi
sehingga
dapat
meminimalkan risiko likuiditas.
PERBANKAN SYARIAH Terus tumbuh dan berkembangnya kegiatan usaha perbankan syariah di Provinsi Jawa
Timur didukung oleh pertumbuhan ekonomi Jawa Timur yang terus menunjukkan perkembangan positif, serta masih terbukanya potensi pengembangan pasar perbankan syariah
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – 2012
44
BAB III – PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
di Jawa Timur. Selain itu, peningkatan kinerja perbankan syariah di Jawa Timur juga dapat menjadi indikasi meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap Bank Syariah.
Grafik 3.3 3. 33 Perkembangan Indikator Perbankan Syariah (qtq) Total Asset 30,00
Pembiayaan
Grafik 3.34 3.34 Perkembangan Indikator Perbankan Syariah (yoy)
DPK
Total Asset
% qtq
100,00 90,00 80,00 70,00 60,00 50,00 40,00 30,00 20,00 10,00 0,00
25,00 20,00 15,00 10,00 5,00 0,00 Tw III
Tw IV
Tw I
Tw II
Tw III
Tw IV
Tw I
Tw II
Tw II
Tw III
Tw IV
Tw I
Tw II
Tw III
Tw III
2011 2010
DPK
% yoy
Tw I Tw II
Pembiayaan
2012
2011
Sumber : LBU BI (diolah)
Sumber : LBU BI (diolah)
Secara umum, indikator kinerja utama Perbankan Syariah di Jawa Timur yang terdiri atas aset, Dana Pihak Ketiga (DPK) dan pembiayaan mencatat pertumbuhan walaupun melambat dibandingkan periode sebelumnya. Aset tumbuh sebesar 36,71% (yoy) dan 7,22% (qtq) dari Rp 13,14 triliun pada Triwulan II-2012 menjadi Rp 14,10 triliun pada Triwulan III2012. Sementara itu, dana masyarakat yang disimpan pada Bank Syariah di Jawa Timur tumbuh 36,87% (yoy) dan 7,22% (qtq), atau meningkat dari sebesar Rp 9,88 triliun menjadi Rp 10,59 triliun. Berdasarkan komposisinya, peningkatan dana masyarakat didorong oleh cukup tingginya pertumbuhan ketiga jenis simpanan yaitu giro, tabungan dan deposito yang masing– masing secara tahunan (yoy) tumbuh sebesar 90,47%, 95,45%, dan (4,82)%.
Secara
triwulanan (qtq), pertumbuhan dari masing-masing Dana Pihak Ketiga Bank Syariah adalah 0,15% untuk giro, 6,90% untuk tabungan, dan 9,22% untuk deposito. Pada triwulan ini terjadi pergeseran bentuk simpanan dari deposito menjadi tabungan (sejalan dengan arah dan trend DPK pada Bank Umum) sehingga dapat mengurangi potensi risiko likuiditas akibat pencairan deposito jangka pendek.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – 2012
45
BAB III – PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN Grafik 3.35 3.3 5 Proporsi DPK Perbankan Syariah di Jawa Timur
Grafik 3.36 3.3 6 Pertumbuhan DPK Perbankan Syariah (yoy)
- GIRO 8,30%
Giro 140,00
Tabungan
Deposito
% yoy
120,00
- DEPOSITO 40,42%
100,00 80,00 60,00
- TABUNGAN 51,28%
40,00 20,00 0,00 (20,00)
Tw I
Tw II
Tw III
Tw IV
Tw I
Tw II
2011
Sumber : LBU BI (diolah)
Tw III
2012
Sumber : LBU BI (diolah)
Selama Tw III-2012 penyaluran pembiayaan tumbuh 6,39% (qtq) atau 32,08% (yoy) dengan baki debet sebesar Rp 10,68 triliun. Berdasarkan jenisnya, penyaluran pembiayaan konsumsi mulai menurun dan digantikan oleh modal kerja yang pada Triwulan ini mengambil proporsi terbesar dengan prosentase mencapai 42,54% dari total pembiayaan yang disalurkan Bank Syariah di Jawa Timur, disusul kemudian oleh pembiayaan konsumsi 39,79% dan pembiayaan investasi 17,68%. Grafik 3.37 3.37
Pertumbuhan Pembiayaan Syariah Per Jenis Penggunaan Modal Kerja
120,00
Investasi
Grafik 3.38 3.38
Pangsa Pembiayaan Syariah Per Jenis Penggunaan
Konsumsi
% yoy
100,00
- Konsumsi 39,79%
80,00
- Modal Kerja 42,54%
60,00 40,00
- Investasi 17,68%
20,00 0,00 Tw I
Tw II
Tw III
Tw IV
Tw I
2011
Tw II
Tw III
Sumber : LBU BI (diolah)
2012
Sumber : LBU BI (diolah)
Beralihnya komposisi terbesar penyaluran pembiayaan dari konsumsi ke modal kerja menunjukkan bahwa masyarakat telah mulai mempercayai perbankan syariah sebagai mitra bisnis, tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja. Hal ini tercermin dari pertumbuhan pembiayaan modal kerja dan investasi (yoy) yang masing-masing tumbuh sebesar 43,32% dan 58,48% jauh di atas pertumbuhan pembiayaan konsumsi yang hanya mencapai 14,07%.
Dengan
demikian,
perbankan
syariah
juga
secara
bertahap
mendukung
pengembangan sektor produktif di Jawa Timur.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – 2012
46
BAB III – PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Kinerja penyaluran pembiayaan yang menggembirakan tersebut diiringi dengan kualitas pembiayaan yang terjaga, tercermin dari rasio Non Performing Financing (NPF) sebesar 1,63%. Walaupun secara nominal dan rasio meningkat dibandingkan periode sebelumnya (dari Rp 143 milyar menjadi Rp 173 milyar) namun jumlah tersebut masih berada dalam kendali perbankan dan telah dimitigasi serta dikelola penanganannya dengan baik. Rasio Financing to Deposit Ratio (FDR) yang mencerminkan proporsi penyaluran pembiayaan dibandingkan dengan dana yang dihimpun secara umum menunjukkan pertumbuhan yang stabil di kisaran 95%-100%. Walaupun sedikit mengalami perlambatan dibandingkan periode sebelumnya (dari 101,59% menjadi 100,80%), namun secara substansi perbankan syariah telah mampu mengoptimalkan penghimpunan dananya ke dalam sektorsektor yang produktif. Pertumbuhan rasio FDR ini diimbangi dengan terjaganya rasio NPF di bawah 2%.
Grafik 3.39 3.39 Non Performing Financing (NPF) dan Financing to Deposits Ratio (FDR) Perbankan Syariah Jawa Timur FDR (%)
NPF 1,80
120,00
% 1,60 100,00 1,40 1,20
80,00
1,00 60,00 0,80 0,60
40,00
0,40 20,00 0,20 -
Tw I
Tw II Tw III Tw IV Tw I 2010
Tw II Tw III Tw IV Tw I 2011
Tw II Tw III 2012
Sumber : LBU BI (diolah)
3.4.
BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) Indikator kinerja utama BPR di Jawa Timur pada Triwulan III-2012 menunjukkan
peningkatan yang cukup baik. Secara tahunan (yoy), total aset pada periode laporan tumbuh sebesar 25,75%, lebih tinggi dibandingkan triwulan
sebelumnya yang tercatat sebesar
19,33%. Peningkatan yang sama juga terjadi pada penghimpunan dana yaitu sebesar 23,45% lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya yang hanya sebesar 17,74%. Sementara itu,
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – 2012
47
BAB III – PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
penyaluran kredit BPR tumbuh secara stabil yaitu dari 20,76% pada triwulan sebelumnya menjadi sebesar 20,38% pada periode ini. Tabel 3.5 3.5 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur INDIKATOR BPR Total Aset (Juta Rupiah)
2011 Tw I
Tw II
Tw III
Tw IV
2012 Tw II
Tw I
Tw III
5.863.144
6.155.763
6.372.570
6.808.042
6.982.253
7.345.638
8.013.778
Pertumbuhan (yoy)
17,39
17,64
16,50
18,76
19,09
19,33
25,75
Pertumbuhan (qtq)
2,28
4,99
3,52
6,83
2,56
5,20
9,10
3.578.663
3.724.342
3.837.571
4.040.661
4.177.128
4.385.038
4.737.430
Pertumbuhan (yoy)
15,80
15,02
14,53
15,19
16,72
17,74
23,45
Pertumbuhan (qtq)
2,02
4,07
3,04
5,29
3,38
4,98
Dana Pihak Ketiga (Juta Rupiah)
Kredit (juta Rupiah)
4.282.468
4.617.801
4.823.475
4.849.367
5.153.678
5.572.413
8,04 5.806.554
Pertumbuhan (yoy)
13,68
14,20
15,46
16,88
20,34
20,67
Pertumbuhan (qtq)
3,22
7,83
4,45
0,54
6,28
8,12
20,38 4,20
LDR (%)
119,67%
115,49%
125,69%
120,01%
123,38%
127,08%
122,57%
NPL (%)
4,99%
4,92%
4,77%
4,01%
4,29%
4,14%
4,24%
Sumber: Bank Indonesia, data diolah
Tingginya pertumbuhan aset tersebut dipicu oleh pertumbuhan DPK pada Triwulan III2012 meningkat 8,04% (qtq). Hingga akhir periode laporan total dana masyarakat yang disimpan pada BPR di Jawa Timur mencapai Rp4,74 triliun. Berdasarkan jenisnya, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh tabungan yaitu meningkat sebesar Rp112,85 miliar atau tumbuh sebesar 8,34% (qtq) dan 27,61% (yoy) dibandingkan periode sebelumnya. Sementara deposito meningkat sebesar Rp239,54 miliar atau tumbuh sebesar 7,90% (qtq) dan 21,67% (yoy), menjadi Rp3,27 triliun pada periode laporan. Stabilnya peningkatan dana masyarakat dalam bentuk deposito dan tabungan yang disimpan di BPR hingga triwulan III-2012, selain menunjukkan tingginya kepercayaan masyarakat juga terkait dengan besarnya suku bunga simpanan BPR yang secara rata-rata berada di atas tingkat suku bunga deposito bank umum. Walaupun BPR memiliki daya saing dalam penghimpunan dana karena pemberian suku bunga deposito yang lebih tinggi dibandingkan Bank Umum (komposisi deposito terhadap total penghimpunan dana sebesar 69,01%), namun secara bertahap juga mulai meningkatkan penghimpunan dana murah yang tercermin dari pertumbuhan tabungan yang melebihi pertumbuhan deposito selama tahun 2012. LPS juga secara bertahap menurunkan suku bunga penjaminannya sehingga menjadi acuan oleh BPR untuk menentukan komposisi pendanaan dan meningkatkan efisiensi.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – 2012
48
BAB III – PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Grafik 3.40 3.40 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga BPR (% - yoy)
%, yoy
DPK
DEPOSITO
Grafik 3.41 3. 41 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga BPR (%-qtq) DPK
TABUNGAN 14,00
Deposito
Tabungan
%, qtq
30,00 12,00
25,00 10,00
20,00 8,00
15,00 6,00
10,00 4,00
5,00 2,00
0,00
Tw I
Tw II
Tw III
Tw IV
Tw I
Tw II
Tw III
Tw I
Tw II
Tw III
Tw IV
Tw I
Tw II
Tw III
Tw IV
Tw I
Tw II
Tw III
(2,00)
2011
2010
2012
2011
2012
Sumber Bank Indonesia (diolah)
Sumber Bank Indonesia (diolah)
Grafik 3.42 3.42 Pertumbuhan Kredit BPR per-Jenis Penggunaan (yoy) Kredit
Modal Kerja
Investasi
Konsumsi
%, yoy 40,00 30,00 20,00 10,00 Tw I
Tw II
Tw III
Tw IV
Tw I
Tw II
Tw III
(10,00) 2011
2012
Sumber Bank Indonesia (diolah)
Pertumbuhan penyaluran kredit modal kerja yang memiliki proporsi terbesar dalam penyaluran kredit BPR (mencapai 65,12% dari total kredit) meningkat sebesar 17,42% (yoy) menjadi sebesar Rp3,78 triliun pada Triwulan III-2012. Sementara berdasarkan jenisnya, pertumbuhan tertinggi terjadi pada kredit investasi (dari 33,85% menjadi 41,99%) disusul oleh kredit konsumsi (dari 29,82% menjadi 24,86%). Pertumbuhan kredit BPR sejalan dengan pertumbuhan kredit perbankan di Jawa Timur yaitu didominasi oleh kredit investasi. Sedangkan untuk kredit konsumsi terdapat trend penurunan pertumbuhan kredit sehingga dapat disimpulkan bahwa BPR juga mulai meningkatkan penyaluran kreditnya pada sektor produktif sehingga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat di sekitarnya.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – 2012
49
BAB III – PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Grafik 3.43 3.43 Proporsi Kredit BPR Per Jenis Penggunaan Modal Kerja
Investasi
Grafik 3.44 3.44 Perkembangan LDR & NPL BPR LDR
Konsumsi
128,00%
NPL Skala Kanan 6,00%
%
126,00% 5,00%
124,00% 122,00%
32%
4,00%
120,00% 118,00%
3,00%
116,00% 2,00%
114,00%
65%
112,00%
1,00%
110,00% 108,00%
3%
0,00% Tw II
Tw III
Tw IV 2010
Sumber Bank Indonesia (diolah)
Tw I
Tw II
Tw III
2011
Tw IV
Tw I
Tw II
Tw III
2012
Sumber Bank Indonesia (diolah)
Pertumbuhan DPK yang lebih tinggi dari pertumbuhan kredit selama 2 (dua) periode terakhir menyebabkan Loan to Deposit Ratio (LDR) sedikit menurun dari 127,08% (Triwulan II2011) menjadi 122,57% pada Triwulan III-2012. Tingginya pertumbuhan kredit tersebut didukung dengan terjaganya kualitas kredit yang tercermin dari rasio Non Performing Loan (NPL) selama 1 (satu) tahun terakhir berada di kisaran 4%-4,5% dan mencapai 4,24% pada Triwulan III-2012. Hal tersebut menunjukkan bahwa fungsi intermediasi BPR telah berjalan dengan cukup baik dan menjadi salah satu indikasi peningkatan kinerja BPR dalam menghadapi resiko kredit.
3.5. BANK BERKANTOR PUSAT DI SURABAYA SURABAYA Kinerja 6 (enam)2 bank umum yang berkantor pusat di Surabaya pada triwulan laporan menunjukkan tren pertumbuhan yang stabil dan cenderung meningkat. Tercatat pertumbuhan total aset Bank Berkantor Pusat di Jawa Timur meningkat dari 4,65% (qtq) pada Triwulan II2011, menjadi 10,15% (qtq) pada Triwulan III-2012 dengan nominal sebesar Rp 42,25 triliun.
2
) 6 Bank BerkantorPusat di kota Surabaya : Bank Jatim, Bank Maspion, Bank Antardaerah (Bank Anda), Bank Anglomas Internasional (Bank Amin), Bank Centratama Nasional Bank (CNB) dan Bank Prima Master.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – 2012
50
BAB III – PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Tabel 3.6 3. 6 Perkembangan Indikator Bank Berkantor Pusat di Surabaya (dalam Milyar Rupiah) 2011
INDIKATOR BANK kp Total Aset (Juta Rupiah)
TWII 29.668.517,03
Tw III 31.234.859,97
Tw IV 30.560.729,77
TWI 36.657.865,00
TWII 38.361.025,00
TW III 42.254.532,00
10,83 8,97
14,55 10,76
21,53 5,28
24,33 (2,16)
36,85 19,95
29,30 4,65
35,28 10,15
Pertumbuhan (yoy %) Pertumbuhan (qtq %) Dana Pihak Ketiga (Juta Rupiah)
2012
TW I 26.786.468,42
20.305.854,21
23.003.101,04
23.954.468,00
21.755.511,54
26.344.525,00
26.605.346,00
27.931.448,00
Pertumbuhan (yoy %) Pertumbuhan (qtq)
9,82 12,76
12,03 13,28
17,36 4,14
20,81 (9,18)
29,74 21,09
15,66 0,99
16,60 4,98
Kredit (Juta Rupiah)
14.269.653,00
15.529.866,00
16.680.432,00
16.958.441,00
17.436.071,00
18.919.553,00
19.726.756,00
Pertumbuhan (yoy %) Pertumbuhan (qtq) LDR (%) NPL (%)
30,09 4,93 70,27%
30,38 8,83 67,51%
28,20 7,41 69,63%
24,70 1,67 77,95%
22,19 2,82 66,18%
21,83 8,51 71,11%
18,26 4,27 70,63%
0,82%
1,03%
1,30%
1,08%
1,40%
188,83%
200,74%
Grafik 3.45 3.45 Pertumbuhan Indikator Bank BerKP di Surabaya (yoy) 50,00
Aset
%, yoy
Kredit
Grafik 3.46 3.4 6 Perumbuhan Indikator Bank Ber-KP di Surabaya (qtq)
DPK
Aset 25,00
45,00 40,00
20,00
35,00
15,00
Kredit
DPK
% qtq
30,00 10,00
25,00 5,00
20,00 15,00
0,00 Tw II
10,00
Tw III
Tw IV
Tw I
Tw II
Tw III
Tw IV
Tw I
Tw II
Tw III
(5,00)
5,00
2010
2011
2012
(10,00)
0,00 Tw I
Tw II
Tw III
Tw IV
Tw I
Tw II
Tw III (15,00)
Sumber : LBU BI (diolah)
2011
2012
Sumber : LBU BI (diolah)
Sumber utama pertumbuhan aset tersebut adalah peningkatan dana pihak ketiga yang pada triwulan ini mencapai Rp27,93 triliun atau tumbuh sebesar 4,98% (qtq) meningkat dibandingkan Triwulan II-2012 yang hanya tumbuh sebesar 0,99% (qtq). Komposisi Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dihimpun dari masyarakat terdiri atas giro, tabungan dan deposito dengan proporsi masing-masing sebesar 37,17%, 25,17% dan 37,65%. Pertumbuhan terbesar DPK didominasi oleh peningkatan simpanan dalam bentuk deposito yang pada Triwulan III-2012 ini mencapai 23,32% (yoy). Berbeda dengan perbankan di Jawa Timur yang penghimpunan dananya didominasi oleh tabungan, sumber dana Bank Umum berkantor pusat di Surabaya didominasi oleh giro dan deposito. Hal ini karena volume usaha terbesar dimiliki oleh Bank Pembangunan Daerah dimana komposisi dana utamanya didominasi oleh giro Pemda. Ditambah lagi dengan nature 5 bank umum lainnya yang merupakan bank swasta skala kecil dan menengah dimana sumber pendanaan utama umumnya masih didominasi oleh deposito.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – 2012
51
BAB III – PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Grafik 3.48 3.48
Grafik 3.4 3.47 7 Proporsi DPK Per Jenis Simpanan Pada Bank Ber KP di Surabaya
Pertumbuhan DPK Per Jenis Simpanan Pada Bank Ber-KP di Surabaya (qtq) Giro
Giro Deposito
Tabungan
50,00 45,00 40,00 35,00 30,00 25,00 20,00
25% 37%
15,00 10,00 5,00 0,00 (5,00) (10,00) (15,00)
38%
Deposito
Tabungan
% qtq
Tw II
Tw III
Tw IV
Tw I
2010
Tw II
Tw III
Tw IV
Tw I
2011
Tw II
Tw III
2012
(20,00) (25,00) (30,00)
Sumber : LBU BI (diolah)
Sumber : LBU BI (diolah)
Penyaluran kredit Bank Umum yang berkantor pusat di Surabaya tumbuh sebesar 18,26% (yoy) dan 4,27% (qtq), meningkat dari sebesar Rp18,92 triliun pada Triwulan II-2011 menjadi Rp 19,73 triliun pada periode laporan. Berdasarkan jenis kreditnya, kredit konsumsi masih memiliki porsi terbesar yaitu mencapai 53,71%, disusul kemudian oleh kredit modal kerja dan Investasi dengan proporsi masing-masing sebesar 38,55% dan 7,73%. Terdapat trend peningkatan penyaluran kredit konsumsi yang tumbuh sebesar 11,50% (qtq) sedangkan kredit modal kerja dan investasi justru mengalami perlambatan masing-masing sebesar -0,21% dan -15,02%. Berdasarkan grafik 3.49 dapat dilihat bahwa trend pertumbuhan kredit modal memang berfluktuatif dan membentuk pola tertentu yaitu sedikit melambat pada akhir tahun dan meningkat kembali di awal tahun, namun masih memiliki trend meningkat. Sedangkan kredit konsumsi walaupun secara komposisi mendominasi
namun trend pertumbuhannya relatif
turun dibandingkan periode sebelumnya. Dengan demikian diharapkan perpaduan dua kondisi tersebut akan tetap meningkatkan penyaluran kredit produktif kepada masyarakat. Grafik 3. 3.49 49 Perkembangan Kredit Per Jenis Penggunaan Pada Bank Ber-KP di Surabaya (qtq) Modal Kerja 75,00 70,00 65,00 60,00 55,00 50,00 45,00 40,00 35,00 30,00 25,00 20,00 15,00 10,00 5,00 0,00 (5,00) (10,00) (15,00) (20,00)
Investasi
Konsumsi
Grafik 3.50 3. 50 Proporsi Kredit Per Jenis Penggunaan Bank Ber KP di Surabaya Modal Kerja
Investasi
Konsumsi
% qtq
38% 54% 8% Tw II
Tw III
Tw IV
2010
Tw I
Tw II
Tw III 2011
Tw IV
Tw I
Tw II
Tw III
2012
Sumber : LBU BI (diolah)
Sumber : LBU BI (diolah)
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – 2012
52
BAB III – PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Dalam menjalankan fungsinya sebagai lembaga intermediasi, Bank Umum Berkantor Pusat di Jawa Timur menunjukkan perkembangan kinerja positif yang terlihat dari peningkatan
Loan to Deposit Ratio (LDR) secara konsisten yaitu di kisaran 65%-70% dan mencapai nilai 70,63% pada Triwulan III-2012. 3.6
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Sistem pembayaran di Jawa Timur, baik tunai maupun non-tunai pada triwulan III -
2012 berjalan dengan baik sehingga dapat memperlancar dan memenuhi kebutuhan masyarakat dalam kegiatan ekonomi. Hal tersebut tercermin antara lain melalui peningkatan transaksi keuangan tunai dan non-tunai, perkembangan jumlah uang tidak layak edar serta jumlah temuan uang palsu di wilayah Jawa Timur. TRANSAKSI KEUANGAN SECARA TUNAI Transaksi pembayaran tunai di Bank Indonesia tercermin dari beberapa kegiatan, yaitu: aliran uang keluar (outflow) dari Bank Indonesia ke perbankan dan aliran uang masuk (inflow) dari perbankan ke Bank Indonesia, kegiatan pemusnahan uang tidak layak edar atau Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB), serta kegiatan penukaran uang pecahan kecil kepada masyarakat. a. Aliran Uang Masuk/Keluar ( Inflow/Outflow) Hingga akhir Triwulan III-2012, aliran uang kartal dari dan ke Bank Indonesia di wilayah Jawa Timur (KBI Surabaya, KBI Malang, KBI Kediri, dan KBI Jember) secara kumulatif menunjukkan posisi net inflow. Artinya, jumlah aliran uang yang keluar dari Bank Indonesia kepada perbankan (outflow) lebih kecil dibandingkan jumlah aliran uang yang masuk ke Bank Indonesia (inflow). Namun demikian, besar net-inflow dimaksud lebih kecil apabila dibandingkan dengan net-inflow yang terjadi pada periode sebelumnya (triwulan II 2012).
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – 2012
53
BAB III – PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Tabel 3.6 Perkembangan Arus Uang Tunai (Inflow – Outflow) Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah SURABAYA
KEDIRI
MALANG
JEMBER
JAWA TIMUR
2011
2010
Keterangan
TW I 2.018.265,88 4.009.777,01 1.991.511,13 327.528,58 949.725,11 622.196,53 166.699,29 1.608.603,03 1.441.903,74 209.971,81 1.097.156,98 887.185,17 2.722.465,56 7.665.262,13 4.942.796,57
OUTFLOW INFLOW NET FLOW OUTFLOW INFLOW NET FLOW OUTFLOW INFLOW NET FLOW OUTFLOW INFLOW NET FLOW OUTFLOW INFLOW NET FLOW
Tw III 7.241.746,38 6.584.758,69 (656.987,69) 3.567.299,00 2.239.735,00 (1.327.564,00) 2.135.130,44 2.726.217,97 591.087,53 1.716.668,17 649.344,40 (1.067.323,77) 14.660.843,99 12.200.056,06 (2.460.787,93)
Tw IV 4.826.881,52 5.316.031,06 489.149,53 2.081.368,42 1.207.693,84 (873.674,58) 1.331.602,91 2.177.240,19 845.637,28 945,52 1.032,18 86,66 8.240.798,38 8.701.997,27 461.198,89
Tw I 3.323.748,12 6.395.569,26 3.071.821,14 1.525.840,77 1.830.428,68 304.587,91 842.198,39 3.071.891,49 2.229.693,10 829.197,60 1.498.420,82 669.223,22 6.520.984,88 12.796.310,24 6.275.325,36
dalam jutaan rupiah 2012 Tw II Tw III 6.106.138,14 6.803.539,46 5.105.846,50 8.120.035,13 -1.000.291,64 1.316.495,67 3.050.172,32 3.585.984,06 2.795.660,36 2.309.860,59 -254.511,97 -1.276.123,47 1.392.481,67 1.996.300,00 4.919.083,50 2.823.316,86 3.526.601,83 827.016,86 1.534.350,13 1.915.085,43 2.366.437,48 1.654.948,02 832.087,35 -260.137,41 12.083.142,25 14.300.908,94 20.076.764,58 14.908.160,60 7.993.622,32 607.251,65
Keterangan : Net Flow (+) : Net Inflow Net Flow (-) : Net outflow
Tercatat net inflow Jawa Timur pada periode laporan adalah sebesar Rp 607,2 miliar, lebih kecil 25,74% (qtq) dibandingkan dengan periode sebelumnya yang tercatat sebesar Rp 7,99 triliun. Hal tersebut disebabkan oleh peningkatan outflow sebesar 18,35% (qtq) sebagai dampak dari tingginya kebutuhan uang kartal masyarakat pada saat bulan puasa dan lebaran yang jatuh pada Bulan Agustus 2012. Di lain pihak, inflow mengalami penurunan sebesar 25,74% (qtq) yang mengindikasikan tingginya peredaran uang di masyarakat pada periode laporan. Gambar 3.50 Perkembangan Arus Uang Tunai (Inflow –Outflow) Dalam Juta Rupiah OUTFLOW
Gambar 3.51 Perkembangan Net Flow JawaTimur
NET FLOW
INFLOW
25.000.000,00
10.000.000,00
20.000.000,00
8.000.000,00
15.000.000,00
6.000.000,00
10.000.000,00
4.000.000,00
5.000.000,00
2.000.000,00
-
-
TW I
Tw III 2010
Tw IV
Tw I
Tw II 2012
Sumber : Bank IndonesiaSurabaya
Tw III
(2.000.000,00) (4.000.000,00)
TW I
Tw III 2010
Tw IV
Tw I
Tw II
Tw III
2012
Sumber : Bank IndonesiaSurabaya
b. Uang Kartal Tidak Layak Edar Kegiatan Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) sebagai bagian dari proses pemusnahan Uang Tidak Layak Edar (UTLE) atau rusak secara rutin, merupakan salah satu
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – 2012
54
BAB III – PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
upaya yang dilakukan Bank Indonesia untuk memelihara kualitas uang kartal yang diedarkan kepada masyarakat (Clean Money Policy). Selama Triwulan III-2012, tercatat sebesar Rp 292,44 miliar uang kartal yang tidak layak edar dalam berbagai pecahan dimusnahkan. Penurunan jumlah uang kartal tidak layak edar yang tidak layak edar tersebut terkait dengan upaya Bank Indonesia yang terus melakukan sosialisasi kepada masyarakat mengenai pentingnya perlakuan yang tepat terhadap uang kartal, antara lain melalui brosur, pamflet, serta edukasi perbankan. Dengan demikian diharapkan usia edar uang kartal dapat lebih panjang sehingga mengurangi besarnya volume PTTB yang pada akhirnya mengurangi biaya percetakan uang baru. Gambar 3.52 PemusnahanUangTidakLayakEdar (PTTB)
PTTB (Juta Rupiah)
Rasio PTTB thd Inflow (%)
6.000.000,00
80,00 70,00
5.000.000,00
60,00
4.000.000,00
50,00
3.000.000,00
40,00 30,00
2.000.000,00
20,00
1.000.000,00
10,00
-
TW I
Tw III
Tw IV
Tw I
2010
Tw II
Tw III
2012
Sumber : Bank IndonesiaSurabaya
3.6.1. TRANSAKSI KEUANGAN SECARA NON TUNAI Transaksi sistem pembayaran non tunai dalam kajian ini mencakup kegiatan transaksi non tunai masyarakat melalui perbankan yang menggunakan sistem BI-Real Time Gross
Settlement (BI-RTGS) dan Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI).
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – 2012
55
BAB III – PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Gambar 3.53 PerkembanganTransaksi Non Tunai Di JawaTimur
Share Kliring
Sharet RTGS
200,00
Kliring (Rp triliun)
RTGS (Rp triliun)
180,00
100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0%
160,00 140,00 120,00 100,00 80,00 60,00 40,00 20,00 0,00
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III 2010
2011
2010
2012
2011
2012
Sumber : Bank IndonesiaSurabaya
a. Transaksi RTGS ( Real Time Gross Settlement)
Gambar 3.54 Perkembangan Transaksi RTGS di Jawa Timur
Volume
Nominal (Rp Triliun) rhs
1000000
200,000 180,000 160,000 140,000 120,000 100,000 80,000 60,000 40,000 20,000 0,000
100000 10000 1000 100 10 1 Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III 2010
2011
2012
Sumber : Bank Indonesia Surabaya
Transaksi keuangan dengan menggunakan sistem RTGS di Jawa Timur pada Triwulan III-2012 menunjukkan tren peningkatan dibandingkan periode sebelumnya. Tercatat volume transaksi RTGS (outgoing) dari 30 kota di Jawa Timur pada periode laporan adalah sebanyak 146.738 transaksi dengan nominal mencapai Rp 185,1 triliun, meningkat 1,28% (qtq) atau 23,97% (yoy) dibandingkan periode sebelumnya.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – 2012
56
BAB III – PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Searah dengan perkembangan perekonomian di beberapa kota di Jawa Timur, besar transaksi RTGS di tingkat kota/kabupaten menunjukkan terpusatnya kegiatan perekonomian pada wilayah–wilayah tertentu. Berdasarkan asal kotanya, pada Triwulan III 2012 transaksi
outgoing maupun incoming RTGS masih didominasi oleh kota/kabupaten dengan karakteristik perekonomian yang cukup menonjol, dimana Kota Surabaya sebagai Ibu Kota provinsi Jawa Timur masih mendominasi besarnya transaksi. Gambar 3.55 6 Kota dengan aktivitas Transaksi Outgoing RTGS Terbesar Tw III -2012 Nilai (Miliar Rp)
Gambar 3.56 6 Kota dengan aktivitas Transaksi Incoming RTGS Terbesar Tw III -2012
Volume
Nilai (Miliar Rp)
120000
140000
100000
120000
Volume
100000
80000
80000 60000 60000 40000
40000
20000
20000
0
0 SURABAYA
KEDIRI
MALANG
GRESIK
Sumber : Bank IndonesiaSurabaya
BATU
JEMBER
SURABAYA
KEDIRI
MALANG
GRESIK
BATU
JEMBER
Sumber : Bank IndonesiaSurabaya
Tercatat transaksi RTGS pada Triwulan III-2012 dari kota Surabaya ke kota lainnya (outgoing) sebesar Rp 99,1 triliun dengan volume mencapai 48.267 transaksi. Sementara itu transaksi RTGS yang masuk ke rekening perbankan di Surabaya (incoming) tercatat sebanyak 76.013 transaksi dengan nilai mencapai Rp 130,89 triliun. Kota lain di Jawa Timur yang memiliki transaksi RTGS cukup tinggi, baik outgoing maupun incoming meliputi Kediri, Malang, Gresik, Batu dan Jember. b. Transaksi Kliring Dalam rangka mendukung kelancaran sistem pembayaran, khususnya melalui transaksi Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI), kegiatan kliring di Jawa Timur diikuti oleh 457 kantor/bank umum peserta kliring baik langsung maupun tidak langsung yang tersebar di 38 kabupaten/kota. Penyelenggaraan kegiatan kliring dilaksanakan di 4 (empat) Kantor Perwakilan Bank Indonesia di wilayah Jawa Timur yaitu Surabaya, Malang, Kediri dan Jember.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – 2012
57
BAB III – PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN Tabel 3.7 Perputaran Kliring dan Tolakan Cek, Bilyet Giro Tw III - 2012 ( Nominal dalam jutaan Rp ) PESERTA KLIRING KLIRING
WILAYAH KLIRING LOKAL
JUMLAH
PERIODE / TANGGAL
I. KBI : I.1 Bank I.2 Bank I.3 Bank I.4 Bank I.5 Bank I.6 Bank
DKE
Pemerintah Asing Campuran Swasta Nasional Pemb. Daerah Syariah Jumlah I
JUMLAH
Nominal
Lbr/DKE
Nominal
27 8 13 95 11 21 175
80.016 12.512 24.223 647.282 3.038 3.162 770.233
3.067.306 682.500 914.615 21.988.533 203.942 136.115 26.993.011
7.072 22 210 10.611 1.045 2.040 21.000
220.302 677 12.940 278.441 18.116 27.070 557.547
7 12 15 11 6 12 14 6 83
3.928 4.154 7.747 2.505 116 6.049 6.626 1.649 32.774
161.435 194.984 316.256 95.598 8.626 140.024 211.151 45.223 1.173.298
132 46 155 66 0 287 346 0 1.032
4.230 1.459 3.976 5.595 0 6.566 6.561 0 28.388
258
803.007
28.166.309
22.032
585.935
II. NON BI : II.1 PAMEKASAN II.2 BOJONEGORO II.3 JOMBANG II.4 TUBAN II.5 SUMENEP II.6 PASURUAN II.7 MOJOKERTO II.8 LAMONGAN Jumlah II JUMLAH I + II
KLIRING PENGEMBALIAN
KLIRING PENYERAHAN
Sumber : Bank IndonesiaSurabaya
5.3 PENEMUAN UANG PALSU DI JAWA TIMUR Gambar 3.59 Statistik Uang Palsu yang Ditemukan Surabaya
Lembar
Malang
Kediri
Jember
Nominal Jt Rp
4.500
350,00
4.000
300,00
Surabaya
Malang
Kediri
Jember
3.500 250,00
3.000 2.500
200,00
2.000
150,00
1.500
100,00
1.000 50,00
500 0
0,00 Tw I
Tw II
Tw III 2011
Tw IV
Tw I
Tw II 2012
Tw III
Tw I
Tw II
Tw III 2011
Tw IV
Tw I
Tw II
Tw III
2012
Sumber : Bank IndonesiaSurabaya
Pada Triwulan III -2012, penemuan uang palsu di Jawa Timur baik melalui perbankan maupun berdasarkan laporan masyarakat secara umum menunjukkan penurunan. Tercatat penemuan uang palsu pada periode laporan sebanyak 5.663 lembar dalam berbagai pecahan
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – 2012
58
BAB III – PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
dengan nilai nominal sebesar Rp 491,601 juta. Dilihat dari jumlah lembar uang palsu yang ditemukan, pada periode ini terjadi penurunan sebesar -33,45% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebanyak 8.510 lembar dengan nilai nominal sebesar Rp 702,332 juta. Gambar 3.61 Statistik Uang Palsu yang ditemukan (nilai)
Gambar 3.60 Statistik Uang Palsu yang ditemukan (lembar) 4%
1% 2% 0% 0% 0%
0%
0%
0%
1% 0% 0%
0%
8% 14%
79%
100.000
50.000
20.000
10.000
5.000
91%
2.000
1.000
500
100.000
50.000
20.000
10.000
5.000
2.000
1.000
500
100
Sumber : Bank IndonesiaSurabaya
Sumber : Bank IndonesiaSurabaya
Sebagaimana periode sebelumnya, sebagian besar uang palsu yang beredar di Jawa Timur pada Triwulan laporan didominasi oleh nominal Rp100.000,- dengan proporsi mencapai 79% (berdasarkan lembar) dan 91% (berdasarkan nominal). Surabaya sebagai kota terbesar dan pintu gerbang perdagangan dengan Indonesia Timur, hingga saat ini masih menjadi kota dengan penemuan uang palsu tertinggi di wilayah Jawa Timur, baik lembar maupun nominal. Gambar 3.62 Statistik Uang Palsu yang Per Kota (lembar)
Surabaya
Malang
Kediri
Jember
JATIM
4.500
9.000
4.000
8.000
3.500
7.000
3.000
6.000
2.500
5.000
2.000
4.000
1.500
3.000
1.000
2.000
500
1.000
0
0
Tw I
Tw II
Tw III 2011
Tw IV
Tw I
Tw II
Tw III
2012
Sumber : Bank IndonesiaSurabaya
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – 2012
59
BAB III – PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Menghadapi maraknya pemalsuan uang, Bank Indonesia bersama instansi berwenang yang terkait terus berupaya melakukan penanggulangan yang bersifat preventif maupun represif. Tindakan preventif dilaksanakan melalui upaya–upaya memasyarakatkan pengetahuan mengenai ciri-ciri keaslian uang rupiah, meningkatkan unsur pengaman pada uang baru, serta peningkatan kerjasama dengan instansi terkait di dalam maupun luar negeri. Sementara itu, upaya penanggulangan secara represif dilaksanakan oleh Kepolisian dengan menangkap dan menghukum pembuat maupun pengedar uang palsu sesuai dengan ketentuan perundang undangan yang berlaku.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – 2012
60
Bab 4
PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
BAB IV – PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
4 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH 4.1. UMUM Kinerja keuangan daerah Provinsi Jawa Timur yang tercermin dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBD) pada triwulan III tahun 2012 mencapai Rp14,73 triliun atau meningkat 48,66% dibandingkan anggaran 2011. Hingga triwulan III-2012, realisasi pendapatan daerah Provinsi Jawa Timur telah mencapai 25,66% atau senilai Rp3,78 triliun. Sementara itu dari sisi pengeluaran Anggaran Belanja Daerah Pemerintah Provinsi Jawa Timur pada tahun 2012 sebesar Rp15,15 triliun atau meningkat 42,60% dibandingkan anggaran 2011, dengan realisasi belanja sampai dengan triwulan III – 2012 sebesar Rp3,46 triliun atau 22,86%. Sebagaimana pola-pola anggaran di daerah, struktur pendapatan daerah di Jawa Timur didominasi oleh Pendapatan Asli daerah (PAD) yang bersumber dari penerimaan pajak daerah seperti Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, Pajak Air Bawah Tanah, Pajak Air Permukaan, Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor serta penerimaaan asli daerah lainnya yang sah. Kontribusi terbesar selanjutnya berasal dari Dana Perimbangan, sementara itu pendapatan lain-lain yang sah hanya memberikan kontribusi yang relatif rendah. 4.2.
REALISASI PENDAPATAN DAERAH Kinerja pendapatan daerah hingga triwulan III-2012 telah mencapai Rp3,78 triliun atau
terealisasi sebesar 25,66% dari yang ditargetkan di tahun 2012. Kondisi ini cenderung menurun jika dibandingkan realisasi penerimaan pendapatan pada periode yang sama triwulan III tahun 2011 yang berhasil merealisasikan target pendapatan daerahnya sebesar 85,14% atau Rp8,43 triliun dari Rp9,91 triliun. Realisasi pendapatan daerah sebagian besar didominasi oleh pendapatan pajak daerah yang merupakan bagian dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebesar Rp2,04 triliun dan telah melebihi target yang direncanakan (27,27%), sedangkan sisanya disumbangkan oleh dana perimbangan dengan realisasi sebesar Rp680,75 miliar (terealisasi 24,44%) dan lain-lain pendapatan yang sah sebesar Rp690,03 miliar (terealisasi 24,01%).
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2012
61
BAB IV – PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH TABEL 4.1 REALISASI PENDAPATAN APBD PROP. JAWA TIMUR TRIWULAN III-2012 (Rp juta) No 4 4.1 4.1.1 4.1.2 4.1.3 4.1.4 4.2 4.2.1 4.2.2 4.2.3 4.3 4.3.1 4.3.4
Anggaran Sebelum Realisasi s.d Tw IIIUraian Perubahan Tahun 2011Timur Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daeah Prvinsi Jawa Timur 2011 PENDAPATAN DAERAH PENDAPATAN ASLI DAERAH PAJAK DAERAH RETRIBUSI DAERAH HASIL PENGELOLAAN KEKAYAAN DAERAH YANG DIPISAHKAN LAIN-LAIN PENDAPATAN ASLI DAERAH YANG DANA SAH PERIMBANGAN DANA BAGI HASIL PAJAK/BAGI HASIL BUKANALOKASI PAJAK UMUM DANA DANA ALOKASI KHUSUS LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH PENDAPATAN HIBAH DANA PENYESUAIAN DAN OTONOMI KHUSUS JUMLAH PENDAPATAN DAERAH
9,907,001,026,685.00 7,615,042,879,117.00 6,120,000,000,000.00 56,357,559,100.00 315,158,897,817.00 1,123,526,422,200.00 2,267,158,147,568.00 864,625,248,568.00 1,347,501,699,000.00 55,031,200,000.00 24,800,000,000.00 24,800,000,000.00 9,907,001,026,685.00
Anggaran Sebelum Perubahan Tahun 2012
8,435,234,496,954.47 14,727,475,360,411.00 6,544,427,562,205.97 9,068,160,048,588.00 5,350,896,204,304.52 7,502,400,000,000.00 45,239,192,656.87 123,663,970,000.00 365,089,986,604.59 320,317,073,588.00 783,202,178,639.99 1,121,779,005,000.00 1,842,285,461,095.00 2,785,080,971,823.00 702,858,021,095.00 1,240,732,155,823.00 1,122,918,080,000.00 1,491,561,136,000.00 16,509,360,000.00 52,787,680,000.00 48,521,473,653.50 2,874,234,340,000.00 20,161,121,653.50 23,300,000,000.00 28,360,352,000.00 2,850,934,340,000.00 8,435,234,496,954.47 14,727,475,360,411.00
Realisasi s.d Tw III-2012 3,778,992,286,260.70 2,408,207,752,031.70 2,045,847,863,425.00 22,404,948,732.00 6,073,286,732.00 333,881,653,142.70 680,752,651,362.00 408,404,673,362.00 248,593,522,000.00 23,754,456,000.00 690,031,882,867.00 10,095,077,867.00 679,936,805,000.00 3,778,992,286,260.70
% Tw III2011 85.14% 85.94% 87.43% 80.27% 115.84% 69.71% 81.26% 81.29% 83.33% 30.00% 195.65% 81.29% 0.00% 85.14%
% Tw III2012 25.66% 26.56% 27.27% 18.12% 1.90% 29.76% 24.44% 32.92% 16.67% 45.00% 24.01% 43.33% 23.85% 25.66%
4.3. REALISASI BELANJA DAERAH Anggaran Belanja Daerah Pemerintah Provinsi Jawa Timur pada tahun 2012 direncanakan sebesar Rp.15,15 triliun atau naik 42,60% dibandingkan anggaran belanja tahun sebelumnya. TABEL 4.2 REALISASI BELANJA APBD PROV. JAWA TIMUR TRIWULAN III-2012 (Rp juta) Anggaran Sebelum No 5.1 5.1.1 5.1.2 5.1.4 5.1.5 5.1.6 5.1.7 5.1.8 5.2 5.2.1 5.2.2 5.2.3
Uraian BELANJA TIDAK LANGSUNG BELANJA PEGAWAI BELANJA BUNGA BELANJA HIBAH BELANJA BANTUAN SOSIAL BELANJA BAGI HASIL KEPADA PROVINSI/KABUPATEN/ KOTA DAN BELANJA BANTUAN KEUANGAN KEPADA PROVINSI/TIDAK KABUPATEN/KOTA DAN BELANJA TERDUGA BELANJA LANGSUNG BELANJA PEGAWAI BELANJA BARANG DAN JASA BELANJA MODAL JUMLAH BELANJA DAERAH
Perubahan Tahun 2011 5,797,640,027,698.00 1,497,004,813,695.00 4,878,211,780.00 974,301,072,000.00 87,714,900,000.00 2,229,468,218,036.00 963,160,438,765.00 41,112,373,422.00 4,828,721,359,854.00 833,869,936,141.00 3,094,388,943,127.00 900,462,480,586.00 10,626,361,387,552.00
Realisasi s.d Tw III2011
Anggaran Sebelum Perubahan Tahun 2012
3,802,860,122,426.83 9,436,506,402,841.00 1,045,919,269,938.00 1,668,623,319,850.00 2,899,241,006.83 6,139,011,401.00 506,531,368,550.00 3,895,673,765,000.00 52,087,350,000.00 31,358,000,000.00 1,452,135,297,659.00 2,292,840,281,343.00 711,254,138,205.00 1,490,172,025,247.00 32,033,457,068.00 51,700,000,000.00 2,559,540,880,033.03 5,717,182,698,075.00 539,129,785,918.00 969,382,979,974.00 1,607,086,171,635.03 3,685,777,301,924.00 413,324,922,480.00 1,062,022,416,177.00 6,362,401,002,459.86 15,153,689,100,916.00
Realisasi s.d Tw III-2012 2,079,096,828,975.51 400,230,773,657.32 256,542,455.19 840,737,663,975.00 8,042,902,000.00 469,666,710,326.00 354,015,755,962.00 6,146,480,600.00 1,385,476,893,137.83 265,781,222,925.00 900,015,547,078.83 219,680,123,134.00 3,464,573,722,113.34
% Tw III2011
% Tw III2012
65.59% 69.87% 59.43% 51.99% 59.38%
22.03% 23.99% 4.18% 21.58% 25.65%
65.13% 73.85% 77.92% 53.01% 64.65% 51.94% 45.90% 59.87%
20.48% 23.76% 11.89% 24.23% 27.42% 24.42% 20.69% 22.86%
Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Provinsi Jawa Timur
Sampai dengan akhir triwulan III-2012 realisasi belanja pada periode laporan tercatat sebesar Rp3,46 triliun atau 22,86%, menurun dibandingkan triwulan III-2011 yang berhasil terealisasi sebesar 59,87%. Sesuai dengan penggunaannya yang bersifat rutin, tercatat realisasi belanja terbesar adalah realisasi belanja hibah. Sementara itu,tingkat belanja bagi hasil kepada prov/kab/kota masih menjadi faktor dominan selanjutnya. Hal ini selaras dengan kebijakan pemerintah provinsi Jawa Timur dalam peningkatan nilai bagi hasil kepada kabupaten/kota guna meningkatkan perekonomian di daerah. Jika dibandingkan Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2012
62
BAB IV – PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
berdasarkan komponen penyusunnya, realisasi belanja terendah terjadi pada belanja modal yang baru dibelanjakan sebesar Rp219 miliar atau 20,69% dari total rencana belanja di tahun 2012. Disamping itu, rendahnya realisasi belanja bantuan sosial kemungkinan disebabkan oleh pemberian bantuan sosial dilakukan secara selektif, tidak mengikat/terusmenerus dalam arti tidak harus diberikan setiap tahun anggaran serta pemberian bantuan tersebut lebih didasarkan pada pertimbangan urgensinya bagi kepentingan daerah dan kemampuan keuangan daerah.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2012
63
Bab 5
KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
BAB V – KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
5 KESEJAHTERAAN MASYARAKAT 5.1. UMUM Pada triwulan III-2012, perkembangan tingkat kesejahteraan masyarakat Jawa Timur yang tercermin dari kondisi ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat pedesaan kembali menunjukkan perbaikan. Data ketenagakerjaan memperlihatkan bahwa kondisi pengangguran di Jawa Timur di triwulan III-2012 menurun dibandingkan triwulan III-2011. Meningkatnya aktivitas perekonomian pada sektor utama seperti sektor industri Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) mendorong penyerapan tenaga kerja, hal ini dikonfirmasi dengan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha Jawa Timur di triwulan III-2012 yang mengindikasikan peningkatan penggunaan tenaga kerja pada sektor utama. Sementara itu, kondisi kesejahteraaan masyarakat pedesaan juga menunjukan adanya peningkatan, tercermin dari peningkatan Nilai Tukar Petani (NTP) dan Nilai Tukar Nelayan (NTN) berada di atas level 100. Kenaikan Nilai Tukar Nelayan (NTN) disebabkan oleh lebih tingginya kenaikan indeks harga yang diterima oleh nelayan dibandingkan dengan indeks harga yang harus dibayarkan. Demikian pula terhadap Nilai Tukar Petani (NTP) menunjukkan peningkatan yang didorong oleh pertumbuhan indeks harga yang diterima petani (It) lebih tinggi dibandingkan dengan indeks harga yang dibayarkan (Ib).
5.2. KETENAGAKERJAAN Seiring dengan terus membaiknya perekonomian di Jawa Timur hingga akhir triwulan III-2012, indikator ketenagakerjaan menunjukkan adanya peningkatan. Meskipun berbagai permasalahan terkait ketidaksesuaian tenaga kerja masih terjadi, namun jumlah pengangguran pada triwulan III 2012 mengalami penurunan. 5.2.1. Data Ketenagakerjaan Jawa Timur Situasi ketenagakerjaan di Jawa Timur relatif membaik dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Jumlah angkatan kerja di Jatim per Agustus 2012 sebanyak 19,90 Juta orang, meningkat dibandingkan data ketenagakerjaan di bulan Agustus 2011 (19,76 juta). Peningkatan ini menyebabkan menurunnya rasio Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2012
64
BAB V – KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
penduduk yang menganggur dengan jumlah angkatan kerja yang biasa disebut dengan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT). Pada periode laporan tercatat TPT mengalami penurunan dari 4,16% menjadi sebesar 4,12%. Di sisi lain, perbaikan perekonomian Jatim yang sedang berlangsung diyakini juga menjadi pendorong peningkatan penyerapan tenaga kerja. Tercatat terjadi peningkatan jumlah penduduk yang bekerja, dari 18,94 juta menjadi 19,08 juta jiwa. Tabel 5.1 Kondisi Ketenagakerjaan di Jawa Timur (2008 – 2012) 2008 Kegiatan
Feb
Total Angkatan Kerja Bekerja Menganggur TPAK (%) TPT (%)
2009 Aug
Feb
2010 Aug
Feb
2011 Aug
Feb
20.117.245 20.178.590 20.316.773 20.338.568 20.623.490 19.527.051 18.861.360 18.882.277 19.123.221 19.305.056 19.611.540 19.698.108 1.255.885 1.296.313 1.193.552 1.033.512 1.011.950 828.943 69,69% 69,32% 69,36% 69,25% 69,77% 69,08% 6,24% 6,42% 5,87% 5,08% 4,91% 4,25%
2012 Aug
Feb
20.251.672 19.761.885 19.831.685 19.406.025 18.940.340 19.012.225 845.647 821.546 819.460 71,39% 69,49% 69,55% 4,18% 4,16% 4,14%
Aug
19.901.558 19.081.995 819.563 69,62% 4,12%
Sumber : BPS Jatim, (diolah)
Gambar 5.1 Penyerapan Tenaga Kerja Sisi Sektoral Jasa Kemasyarakatan
20000
Industri
Perdagangan
Pertanian
TOTAL
18000
19.600 19.400
16000 14000
19.200
12000
19.000
10000 8000
18.800
6000
18.600
4000 18.400
2000 0
18.200 Feb
Aug 2008
Feb
Aug 2009
Feb
Aug 2010
Feb
Aug 2011
Feb
Aug 2012
Sumber: BPS Jawa Timur, (diolah)
Secara sektoral, distribusi penyerapan tenaga kerja terbesar di Jawa Timur pada triwulan
laporan masih didominasi oleh ketiga sektor unggulannya yaitu
pertanian dengan proporsi sebesar 39,30% yang diikuti oleh sektor perdagangan dengan proporsi sebesar 20,17% kemudian disusul oleh sektor industri yang menyerap sebesar 14,91% dari total tenaga kerja di Jawa Timur. Dominasi sektor pertanian menjadi ciri dari wilayah pedesaan yang merupakan wilayah terluas di Jawa Timur. Namun demikian penurunan sektor lahan pertanian akibat konversi lahan untuk pemukiman dan industri diyakini akan berdampak pada penurunan tenaga kerja di sektor ini dan beralih pada sektor lainnya. G rafik 5.2
G rafik 5.3
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2012
65
BAB V – KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Penyerapan Tenaga Kerja
Komposisi Tenaga Kerja
Formal 25
16% Informal
Formal
G Formal
7
G Informal
12% 8% 15 13,58
13,76
14,11
14,12
14,10
13,26
12,84
12,84
Berusaha dibantu buruh tetap
g berusaha dibantu buruh tetap
20%
g buruh/karyawan
15% 10%
5
4%
4
0%
3
-4%
2
-8%
1
-12%
-
12,63
12,86
10
Buruh/Karyawan
6
20
5% 4,80
4,54
4,64
4,53
4,99
4,88
5,49
5,10
5,81
5,50
0% -5% -10%
5 5,29
5,12
5,50
5,19
5,02
5,44
6,11
5,70
6,45
6,15
Feb
Aug
Feb
2008
Aug
Feb
2009
Aug 2010
Feb
Aug
Feb
2011
Aug 2012
-15% 0,48
0,58
0,49
0,55
0,51
0,56
0,60
0,62
0,65
0,65
Feb
Aug
Feb
Aug
Feb
Aug
Feb
Aug
Feb
Aug
2008
Sumber: BPS Jawa Timur (diolah)
2009
2010
2011
-20%
2012
Sumber: BPS Jawa Timur, (diolah)
Grafik 5.4 Komposisi Bidang Tenaga Kerja Informal Pekerja Tak Dibayar Berusaha dibantu buruh tdk tetap
Pekerja Bebas Non Pertanian Berusaha sendiri
Pekerja Bebas di Pertanian
16 14 12 10 8 6
3,65
3,56
3,85
3,69
3,99
0,86 1,48
1,00 1,50
0,94 1,57
1,04 1,51
1,01 1,46
4,26
4,25
4,34
4,46
3,33
3,45
3,40
Feb
Aug
Feb
3,77
3,62
3,62
3,67
3,69
0,91 1,47
1,05 1,43
1,05 1,43
1,13 1,41
1,19 1,39
4,36
4,10
3,85
3,85
3,99
3,61
3,42
3,29
3,02
2,89
2,89
2,67
2,76
Aug
Feb
Aug
Feb
Aug
Feb
Aug
4 2 -
2008
2009
2010
2011
2012
Sumber: BPS Jawa Timur, (diolah)
Berdasarkan komposisinya, karakteristik tenaga kerja di Jawa Timur masih didominasi oleh penyerapan tenaga kerja di sektor informal. Komposisi terbesar pada kelompok pekerja tak dibayar dan posisi berikutnya diduduki oleh kelompok berusaha dibantu buruh. Hal ini menunjukan pada sektor tertentu, dominasi pekerja sosial yang mengalami kecederungan sulit lepas dari kondisi kemiskinan semakin meningkat. Kualitas komposisi tenaga kerja ini secara langsung menunjukan tingkat kesejahteraan masyarakat Jawa Timur yang sebagian besar tinggal di pedesaan mengalami kesulitan dalam mendapatkan pekerjaan dengan imbalan upah yang memadai. Namun demikian selama tiga tahun terakhir, tercatat jumlah pekerja di sektor informal semakin menurun dan bergeser pada sektor formal. Dikarenakan sektor informal belum didukung oleh adanya sumber dana yang kuat serta keterbatasan
kemampuan
sumber
daya
manusia
yang
ada,
sehingga
pertumbuhannya lambat bahkan tidak bisa bertahan lama.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2012
66
BAB V – KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Sementara itu, perkembangan tenaga kerja di sektor formal sedikit mengalami peningkatan, dengan didominiasi oleh tenaga buruh/ karyawan yang mencapai 89,99% dari total tenaga kerja yang bekerja di sektor formal, sedangkan selebihnya merupakan tenaga kerja yang masuk dalam kategori berusaha dibantu buruh tetap (wirausaha). 5.2.2. Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Membaiknya kondisi ketenagakerjaan juga dikonfirmasi dengan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang dilakukan oleh Bank Indonesia di wilayah kerja Jawa Timur yang menunjukkan peningkatan. Tercatat Saldo Bersih Tertimbang (SBT) sebesar 2,7% melambat dibanding periode sebelumnya. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran merupakan penyumbang terbesar peningkatan penggunaan tenaga kerja 7,3% (SBT) selama periode laporan. Pada triwulan yang akan datang diperkirakan, pelaku kegiatan usaha masih optimis akan terjadi peningkatan penggunaan tenaga kerja. Tabel 5. 2 Perkembangan Penggunaan Tenaga Kerja Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Jawa Timur SEKTOR REALISASI PERTANIAN PERTAMBANGAN INDUSTRI PENGOLAHAN LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH BANGUNAN PHR PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI KEUANGAN, PERSEWAAN & JASA PERUSAHAAN JASA - JASA TOTAL
2011
2012
I
II
III
IV
I
II
III
2,89 0,00 -3,18 0,07 1,64 -0,58 -0,60 2,13 0,79 3,16
-0,79 0,04 -0,46 0,61 1,32 1,65 -0,54 1,72 0,90 4,44
-0,82 -0,94 -1,66 -0,08 -0,37 0,63 0,19 1,67 0,84 -0,54
-0,94 0,04 0,28 -0,05 0,35 -1,38 0,33 1,36 0,00 -0,02
1,54 0,03 -3,50 -0,77 0,26 3,23 -1,52 0,32 -0,42 -0,83
-0,62 -0,21 3,44 -0,82 0,49 3,67 0,46 0,71 0,42 7,54
-0,39 -0,21 -1,69 -0,03 0,00 7,30 -1,93 -0,21 -1,82 2,70
Sumber : Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Bank Indonesia (diolah)
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2012
67
BAB V – KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Grafik 5. 5 Penyerapan Tenaga Kerja 3 Sektor Utama 10,00
TOTAL INDUSTRI PENGOLAHAN
%, SBT
PERTANIAN PHR
8,00 6,00 4,00 2,00 0,00 I
II
III
IV
I
II
III
IV
I
II
III
IV*
-2,00 2010
2011
2012
-4,00 -6,00 Sumber : Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Bank Indoneisa (diolah)
5.3. KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PEDESAAN Tingkat kesejahteraan masyarakat pedesaan di Jawa Timur pada triwulan III2012 menunjukkan peningkatan dibandingkan periode sebelumnya. Hal ini didorong oleh peningkatan terhadap Nilai Tukar Petani (NTP) tercatat sebesar 102,80. Disamping itu Nilai Tukar Nelayan (NTN) relatif naik dibandingkan pada triwulan II2012 sebesar 152,92. 5.3.1. Kesejahteraan Petani Sampai dengan akhir triwulan III-2012, indikator kesejahteraan petani di Jawa Timur yang tercermin dari indikator Nilai Tukar Petani (NTP) menunjukkan peningkatan dibandingkan periode sebelumnya. NTP Jawa Timur pada periode laporan adalah sebesar 102,80 atau meningkat 1,22% (qtq) dibandingkan triwulan II yang tercatat sebesar 101,56. Namun demikian, apabila dibandingkan dengan indikator kesejahteraan nasional, NTP Jawa Timur masih berada di bawah level NTP Nasional yaitu sebesar 105,41. Peningkatan NTP Jawa Timur didorong oleh indeks harga yang diterima petani (lt) lebih tinggi yaitu sebesar 2,45 (qtq) dibandingkan indeks harga yang dibayarkan oleh petani (lb) jauh lebih kecil yaitu sebesar 1,22 (qtq). Peningkatan indeks harga yang diterima petani (lt) disebabkan oleh kenaikan (lt) 2 (dua) sub sektor pertanian yaitu Sub Sektor Tanaman Pangan dan Sub Sektor Peternakan. Sementara Sub Sektor Hortikultura, Sub sektor Perikanan dan Sub Sektor Tanaman Perkebunan Rakyat mengalami penurunan. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2012
68
BAB V – KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Gambar 5. 6 NTP Nasional & Jawa Timur
Gambar 5. 7 NTP dan Pertumbuhan (Nasional & Jatim) Nasional
108
108 NTP Nasional
NTP Jawa Timur
106
Jatim
g NTP Nasional
g NTP Jatim
5%
106
4%
104
3%
102
2%
104 102
100
1%
100
98
0%
98
96
-1%
96
94
-2%
94
92
-3%
92
90
-4% I
90 I
II
III
IV
I
II
2009
III
IV
I
II
2010
III
IV
2011
I
II
II
III
III
IV
I
II
2009
III
IV
I
II
2010
III
IV
I
2011
II
III
2012
Sumber : BPS Jatim (diolah)
2012
Sumber: BPS Jawa Timur
Gambar 5. 8 It serta Pertumbuhan Nasional & Jatim It Nasional
160 140 120 100 80 60 40 20 0 I
II
III IV
2009
It Jawa Timur
I
II
III IV
2010
g It Nasional
I
II
III IV
2011
g It Jatim
I
II
Gambar 5.9 5. 9 Ib dan Pertumbuhan Nasional & Jatim 4,5 4 3,5 3 2,5 2 1,5 1 0,5 0 -0,5 -1
III
2012
Sumber : BPS Jatim (diolah)
Ib Nasional
160 140 120 100 80 60 40 20 0 I
II III IV 2009
I
Ib Jatim
g Ib Nasional
II III IV
I
2010
II III IV 2011
g Ib Jatim
I
3 2,5 2 1,5 1 0,5 0 -0,5 -1
II III 2012
Sumber : BPS Jatim (diolah)
5.3.2. Kesejahteraan Nelayan Kesejahteraan nelayan yang tercermin pada Nilai Tukar Nelayan (NTN) Provinsi Jawa Timur pada triwulan III-2012 menunjukkan peningkatan. Hal ini tercermin dari nilai NTN yang tercatat sebesar 152,92 meningkat 1,05 (qtq) dibandingkan dengan triwulan II yang tercatat sebesar 151,32. Jika dibandingkan dengan NTN nasional, kondisi kesejahteraan nelayan di Jawa Timur cenderung berada diatas level nasional. Mengingat nilainya yang selalu berada diatas level 100, kesejahteraan nelayan di Jatim dapat dikatakan lebih baik dibandingkan dengan kesejahteraan petani. Biaya operasional yang relatif lebih rendah, serta faktor risiko kegagalan yang tidak setinggi di sektor pertanian menjadi salah satu penyebab tingginya nilai NTN dibandingkan NTP. Sementara itu, berdasarkan komposisinya peningkatan indeks harga yang diterima nelayan pada periode ini disebabkan oleh kenaikan harga beberapa jenis ikan, seperti ikan tenggiri, ikan tongkol dan udang barong. Sedangkan kenaikan indeks Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2012
69
BAB V – KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
harga yang dibayar oleh nelayan dipicu oleh kenaikan indeks harga biaya produksi dan penambahan barang modal sebesar 0,12 persen. Gambar 5.10 5. 10
Gambar 5.11 5.11
NTN Nasional & Jawa Timur NTN Nasional
180 160 140 120 100 80 60 40 20 0
NTN serta Pertumbuhan (Nasional & Jatim)
NTN Jawa Timur
Nasional
180
Jatim
g NTN Nasional
g NTN Jatim
8
160
6
140
4
120
2
100 0
80 -2
60
I
II
III
IV
2009 Sumber : BPS Jatim (diolah)
I
II
III
2010
IV
I
II
III
2011
IV
I
II 2012
III
40
-4
20
-6
0
-8
I
II
III
IV
2009
I
II
III
2010
IV
I
II
III
2011
IV
I
II
III
2012
Sumber : BPS Jatim (diolah)
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2012
70
Bab 6
PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA
BAB VI – PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA
6
PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA
6.1 PERKIRAAN PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR Pada triwulan IV-2012, pertumbuhan ekonomi Jatim masih berpotensi mengalami peningkatan dengan rentang pertumbuhan 7,20% – 7,30% (yoy). Momentum perayaan Idul Adha, Natal dan Tahun Baru pada periode laporan diperkirakan menjadi faktor utama pendorong pertumbuhan ekonomi, sesuai dengan pola pertumbuhan ekonomi pada periode sebelumnya. Dari sisi permintaan, pertumbuhan perekonomian Jawa Timur utamanya didorong oleh konsumsi masyarakat, yang tercermin pada hasil survei konsumen, yang diperkirakan relatif stabil, dengan terjaganya kedua indeks utama pada level tinggi, yaitu Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) dan Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE). Meskipun tekanan pelemahan ekonomi Eropa dan Amerika Serikat diperkirakan masih dalam level yang cukup tinggi, namun masih kuatnya dukungan perdagangan dalam negeri diperkirakan masih mampu mendorong iklim perdagangan Jatim yang kondusif, seiring terus bertambahnya jumlah atase perdagangan Jatim. Mengikuti pola-pola tahun sebelumnya, konsumsi pemerintah diperkirakan masih tetap dapat tumbuh, terutama di sepanjang semester II tahun laporan, dimana mulai terealisasinya sejumlah proyek-proyek yang telah dianggarkan. Sementara itu, kinerja investasi Jatim diperkirakan relatif stabil dan bergerak pada level pertumbuhan yang moderat. Grafik 6.1 6.1 Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK)
Grafik 6.2 6. 2 Indeks Ekspektasi Penghasilan
Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)
Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) Indeks Penghasilan Saat Ini Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja Indeks Ketepatan Waktu Pembelian Barang Tahan Lama
Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) 160
Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK)
Indeks
160
Indeks
140
140
120
120
100
100
80 80
60 60
40 40
20
20
0
0
I I
II
III IV
I
II
III IV
I
II III IV
I
II III IV
I
II III IV
I
II
III IV
2007 2007
2008
2009
Sumber: Hasil Survei Konsumen BI (diolah)
2010
2011
I
II
III IV
I
II III IV
I
II III IV
I
II
III IV
I
II
III
II III
2008
2009
2010
2011
2012
2012
Sumber: Hasil Survei Konsumen BI (diolah)
Di sisi penawaran, perdagangan antar pulau diperkirakan mengalami perlambatan seiring telah berlalunya momentum utama sektor perdagangan secara tahunan. Di sisi lain, Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2012
71
BAB VI – PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA
perdagangan luar negeri Jatim mengalami tekanan cukup dalam akibat pelemahan ekonomi Eropa, namun masih kuatnya perdagangan dalam negeri Jatim diprediksi masih cukup baik untuk menyokong kinerja sub sektor perdagangan besar Jatim. Sementara itu, kinerja industri pengolahan diproyeksikan masih relatif stabil, seiring masih berlanjutnya permintaan dalam dan luar negeri sebagai respon dari peningkatan impor bahan baku pada triwulan sebelumnya. Sementara itu, tibanya musim hujan dengan intensitas tinggi dikhawatirkan turut mempengaruhi produksi tanaman jenis bahan makanan di Jawa Timur, khususnya kelompok padi, aneka buah dan bumbu. Kondisi ini dikhawatirkan dapat mempengaruhi kinerja sub sektor pertanian hingga mengalami perlambatan meskipun masih berada pada level 2%. Kondisi sektoral pada triwulan IV-2012 ini searah dengan indeks realisasi usaha dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) atas estimasi realisasi usaha dan penggunaan tenaga kerja sektoral tiga sektor utama di Jawa Timur. Grafik 6.4 Estimasi Penggunaan Tenaga Kerja Tw II- 2012
Grafik 6.3 Estimasi Realisasi Usaha Tw II-2012
10,00
TOTAL
PERTANIAN
INDUSTRI PENGOLAHAN
TOTAL
PHR
40,00
PERTANIAN
INDUSTRI PENGOLAHAN
PHR
8,00
35,00 30,00
6,00
25,00
4,00
20,00 15,00
2,00
10,00
0,00
5,00
I
-5,00
II
III
IV
I
II
III
IV
I
II
III
IV*
-2,00
0,00 I
II
III
IV
I
II
III
IV
I
II
III
IV*
-4,00
2010
2011
2012
-10,00 2010
2011
2012
Sumber: SKDU KBI Surabaya
-6,00 Sumber: SKDU KBI Surabaya
6.2 PERKIRAAN INFLASI JAWA TIMUR Mencermati perkembangan inflasi terkini dan tracking beberapa indikator harga, maka inflasi Provinsi Jawa Timur pada bulan November 2012 diperkirakan berada di kisaran 0,25 (mtm) s/d 0,35%, sehingga secara tahunan akan sebesar 4,50% (yoy) s/d 4,60%. Secara keseluruhan, inflasi Jawa Timur di akhir tahun berada dalam rentang yang diproyeksikan yaitu 4,5% + 1%.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2012
72
BAB VI – PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA Tabel 6.1 Tendensi Arah Inflasi dan Faktor Risiko
Tw.III-12
Tw IV-12
Volatile Food Administered Price Core Inflation
Menurun
Meningkat
Faktor Risiko Tw IV-12 : Pergeseran musim yang dikhawatirkan dapat mengganggu supply kelompok bahan makanan Tw IV-12 : Masih terjadinya potensi kenaikan harga rokok, yang dilakukan secara bertahap di sepanjang tahun Tw IV-12 : - Fluktuasi Harga Komoditas Internasional (Emas & Minyak Bumi & komoditas internasional) - Potensi depresiasi nilai tukar rupiah
Stabil
Kelompok volatile food diyakini masih menjadi pendorong inflasi pada triwulan IV2012, meskipun pada level yang tidak terlalu tinggi. Kondisi ini dipengaruhi oleh adanya tekanan permintaan yang berasal dari cukup banyaknya kegiatan perayaan pada periode ini. Umumnya kondisi ini mempengaruhi tingkat harga komoditas telur dan daging ayam ras serta sub kelompok bumbu-bumbuan yang pada umumnya banyak dikonsumsi pada rangkaian kegiatan pernikahan di daerah. Adanya momentum cuti bersama di sepanjang triwulan turut mendorong peningkatan permintaan. Dari sisi penawaran, pada triwulan IV-2012, sebagian besar wilayah di Jatim memasuki musim tanam untuk kelompok tanaman bahan makanan, sehingga dikhawatirkan turut mempengaruhi jumlah pasokan di tengah meningkatnya permintaan masyarakat. Sementara itu, inflasi inti diperkirakan relatif stabil, meskipun terdapat risiko dari pergerakan harga komoditas core inflation seperti emas perhiasan dan gula pasir. Tekanan lainnya dapat berasal dari potensi fluktuasi nilai tukar rupiah serta fluktuasi harga komoditas inti lainnya, seperti harga emas internasional. Selain itu, faktor ekspektasi musiman inflasi masyarakat juga diperkirakan tidak terlalu tinggi. Ekspektasi kenaikan harga 3 bulan yang akan datang berdasarkan hasil Survei Konsumen (SK) dan Survei Pedagang Eceran (SPE) mengindikasikan adanya sedikit peningkatan baik dari sisi konsumen maupun produsen. Sementara itu kondisi output gap yang menggambarkan kesenjangan antara sisi permintaan dan penawaran diperkirakan masih berada pada kondisi yang cukup baik dan tidak memberikan dorongan yang signifikan terhadap kenaikan harga, meskipun pada triwulan IV-2012 diperkirakan masih terjadi dorongan pada sisi permintaan, namun pada level yang lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya. Namun peningkatan tersebut masih dapat
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2012
73
BAB VI – PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA
dipenuhi mengingat masih terdapat ruang untuk mengoptimalkan penggunaan kapasitas terpasang pada sektor produksi. Grafik 6.5 Ekspektasi Konsumen dan Produsen Terhadap Harga Barang dan Jasa Di Surabaya Ekspektasi konsumen terhadap harga 3 bulan yang akan datang
220,00 200,00 180,00 160,00 140,00 120,00 100,00 80,00 60,00 40,00 20,00
200,0
3 Bulan yad
Ekspektasi konsumen terhadap harga 6 bulan yang akan datang
Indeks
6 Bulan yad
180,0 160,0 140,0 120,0 100,0 80,0
1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 910
1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 2008
2009
2010
2011
2012
2010
Sumber: Hasil Survei Konsumen BI (diolah)
Sumber: Survei Konsumen – KBI Surabaya
inflasi
pada
periode
2012
2013
Sumber: Survei Penjualan Eceran – KBI Surabaya
Potensi tekanan lainnya diperkirakan berasal dari menekan
2011
laporan,
dengan
inflasi administered price yang turut pemicunya
adalah
kenaikan
tarif
angkutan/transportasi , khususnya untuk tarif angkutan udara dan kereta api, seiring banyaknya momentum cuti bersama pada periode ini.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2012
74
DAFTAR ISTILAH
DAFTAR ISTILAH Administered price Harga barang yang diatur oleh pemerintah, misalnya harga bahan bakar minyak dan tarif dasar listrik APBD Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang dibahas dan setujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD dan ditetapkan dengan peraturan daerah BI Rate Suku bunga referensi kebijakan moneter dan ditetapkan dalam Rapat Dewan Gubernur setiap bulannya BI-RTGS Bank Indonesia Real Time Gross Settlement, yang merupakan suatu penyelesaian kewajiban bayarmembayar (settlement) yang dilakukan secara on-line atau seketika untuk setiap instruksi transfer dana Bobot inflasi Besaran yang menunjukkan pengaruh suatu komodias terhadap tingkat inflasi secara keseluruhan yang diperhitungkan dengan melihat tingkat konsumsi masyarakat terhadap komoditas tersebut Dana Pihak Ketiga (DPK) Simpanan pihak ketiga bukan bank yang terdiri dari giro, tabungan dan simpanan berjangka Ekspor dan Impor Dalam konteks PDRB adalah mencakup perdagangan barang dan jasa antar negara dan antar provinsi Faktor Fundamental Faktor pendorong inflasi yang dapat dipengaruhi oleh kebijakan moneter, yakni interaksi permintaan-penawaran atau output gap, eksernal serta ekspektasi inflasi masyarakat Fakor Non Fundamental Faktor pendorong inflasi yang berada di luar kewenangan otoritas moneter, yakni produksi maupun distribusi bahan pangan (volatile foods) serta harga barang/jasa yang ditentukan oleh pemerintah (adminisered price) Financing tto Deposit Ratio (FDR) aau Loan to Deposit Ratio (LDR) Rasio pembiayaan atau kredit terhadap dana pihak ketiga yang diterima oleh bank, baik dalam rupiah dan valas. Terminologi FDR unuk bank syariah, sedangkan LDR untuk bank konvensional Imported inflation Salah satu disagregasi inflasi, yaitu inflasi yang berasal dari pengaruh perkembangan harga di luar negeri (eksternal) Indeks Ekspektasi Konsumen Salah satu pembentuk IKK, indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap ekspektasi kondisi ekonomi 6 bulan mendatang dengan skala 1 – 100
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan II – Tahun 2012
DAFTAR ISTILAH
Indeks Kondisi Ekonomi Salah satu pembentuk IKK, indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saa ini dengan skala 1 – 100 Indeks Keyakinan Konsumen Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini dan ekspektasi kondisi ekonomi enam bulan mendatang dengan skala 1 – 100 Inflasi IHK Kenaikan harga barang dan jasa dalam satu periode yang diukur dengan perubahan indeks harga konsumen (IHK), yang mencerminkan perubahan harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat luas Inflasi Inti Inflasi IHK setelah mengeluarkan komponen volatile foods dan administered prices Inflow Uang yang diedarkan aliran masuk uang kartal ke Bank Indonesia Investasi Kegiatan meningkatkan nilai tambah suatu kegiatan produksi Kredit Penyediaan uang atau tagihan yang sejenis, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjammeminjam antara Bank dengan pihak lain yang mewajibkan peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertenttu dengan pemberian bunga, termasuk • Pembelian surat berharga nasabah yang dilengkapi dengan note purchase agreement (NPA) • Pengambilan tagihan dalam rangka kegiatan anjak piutang Liaison Kegiatan pengumpulan data/statistik dan informasi yang bersifat kualitatif dan kuantitatif yang dilakukan secara periodik melalui wawancara langsung kepada pelaku ekonomi mengenai perkembangan dan arah kegiatan ekonomi dengan cara yang sistematis dan didokumentasikan dalam bentuk laporan mtm Month to month. Perbandingan antara data satu bulan dengan bulan sebelumnya Net Inflow Uang yang diedarkan inflow lebih besar dari outflow Non Performing Financing (NPF) atau Non Performing Loan (NPL) Rasio pembiayaan atau kredit macet terhadap otal penyaluran pembiayaan atau kredit oleh bank, baik dalam rupiah dan valas, Terminologi NPF dan pembiayaan untuk bank syariah, sedangkan NPL dan kredit untuk bank konvensional.Kriteria NPF atau NPL adalah (1) kurang lancar, (2) diragukan dan (3) macet Omset Nilai penjualan bruto yang diperoleh dari satu kali proses produksi Outflow Aliran keluar uang kartal dari Bank Indonesia
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan II – Tahun 2012
DAFTAR ISTILAH
Pendapatan Asli Daerah (PAD) Pendapatan yang diperoleh dari aktivitas ekonomi suatu daerah seperti hasil pajak daerah, restribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah qtq Quarter to quarter. Perbandingan anara data satu triwulan dengan triwulan sebelumnya Sektor Ekonomi Dominan Sektor ekonomi yang mempunyai nilai tambah besar sehingga mempunyai pengaruh dominan pada pembenttukan PDRB secara keseluruhan Volatile Food Salah satu disagregasi inflasi, yaitu untuk komoditas yang perkembangan harganya sanga bergejolak karena faktor-faktor tertentu yoy Year on year. Perbandingan antara daa sau tahun dengan tahun sebelumnya
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan II – Tahun 2012
DAFTAR SINGKATAN
DAFTAR SINGKATAN APBD Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara BBM Bahan Bakar Minyak BOPO Rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional BPS Badan Pusat Statistik IHK Indeks Harga Konsumen IKK Indeks Keyakinan Konsumen KPR Kredit Pemilikan Rumah LDR Loan to Deposit Ratio LTV Loan to Value NIM Net Interest Margin NPF Non Performing Financing NPL Non Performing Loan PHR Perdagangan, Hotel dan Restoran PLN Perusahaan Listrik Negara PMA Penanaman Modal Asing PMDN Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan II – Tahun 2012
DAFTAR SINGKATAN
Penanaman Modal Dalam Negeri PMTB Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto q-t-q Quarter to quarter RBB Rencana Bisnis Bank yoy Year on year
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan II – Tahun 2012