KAJIAN AN EKONOMI REGIO IONAL JAWA TIMUR
TRIWULAN III - 2013
KANTOR R PERWAKILAN BANK IND NDONESIA WILAYAH IV
Penerbit : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV Divisi Kajian Moneter Jl.Pahlawan No.105 SURABAYA Telp. : 031-3520011 psw. 8301/8258 Fax : 031-3554178 Email :
[email protected]
Bahan soft copy dari kajian ini dapat di download pada web BI (http://www.bi.go.id)
Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia Misi Bank Indonesia ia : “ Mencapai dan memelihara m kestabilan nilai rupiah melal lalui pemeliharaan kestabilan moneterr dan sistem keuangan untuk mendukun ng pembangunan nasional yang berkes esinambungan.“
Visi Bank Indonesia ia : “Menjadi bank sent ntral yang kredibel secara nasional maup upun internasional melalui penguatan n nilai-nilai strategis serta pencapaian inflasi si yang rendah dan stabil.“
Nilai – Nilai Strategi gis : Kompetensi – Intergr gritas – Transparansi – Akuntabilitas – Keber ersamaan.
Visi dan Misi Kantor Perwaki kilan Bank Indonesia Wilayah IV V (Jawa Timur) Misi Kantor Kanto tor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV IV:: “Mendukung pen ncapaian kebijakan Bank Indonesia dii bidang moneter, perbankan
dan
sistem
pembayaran
secara
efisien
dan da
optimal
serta
memberikan saran n kepada Pemda dan lembaga terkait lainn nya di daerah dalam rangka mendukung ng pembangunan ekonomi daerah.”
Visi Kantor Perwak akilan Bank Indonesia Wilayah IV: IV: “Menjadi kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran ran dalam menjalankan tugas-tugas Ban ank Indonesia yang diberikan.”
KATA PENGANTAR Pertama-tama kami panjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III - 2013 dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Kajian triwulanan ini disusun untuk memenuhi kebutuhan informasi bagi stakeholders eksternal maupun internal yang terkait dengan perkembangan perekonomian, perbankan dan sistem pembayaran di Jawa Timur baik pada triwulan dimaksud maupun prospek ke depan. Secara garis besar, pertumbuhan ekonomi Jawa Timur pada triwulan ini mencapai kinerja yang membanggakan sebesar 6,49% (yoy), lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional (5,62%) maupun provinsi lainnya di Pulau Jawa. Sementara laju inflasi Jawa Timur di triwulan III-2013 tercatat sebesar 7,78% (yoy), lebih rendah dibandingkan inflasi nasional yang tercatat sebesar 8,40%. Di sisi lain, kinerja kredit perbankan sebagai salah satu penopang sumber pendanaan perekonomian Jawa Timur mencatat pertumbuhan sebesar 21,27% (yoy). Kinerja pertumbuhan ekonomi Jawa Timur pada triwulan IV-2013 diperkirakan lebih tinggi dari triwulan sebelumnya di kisaran 6,65% s.d 6,75% (yoy), didukung dengan peningkatan kredit perbankan di kisaran 23%, meskipun dibayangi laju inflasi yang tinggi dengan proyeksi di kisaran 7,62% s/d 7,85%. Analisa kajian ini didasarkan pada data dan informasi yang diperoleh dari berbagai pihak seperti perbankan, instansi pemerintah daerah, BUMN maupun swasta. Atas kerjasama tersebut kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya. Harapan kami, hubungan kemitraan yang terjalin selama ini dapat lebih ditingkatkan di masa yang akan datang. Kami juga mengharapkan masukan dan saran untuk lebih meningkatkan kualitas kajian sehingga dapat memberikan manfaat yang optimal. Semoga Tuhan Yang Maha Pemurah selalu memberikan kekuatan dan kemudahan kepada kita semua dalam memberikan kontribusi yang terbaik bagi masyarakat Jawa Timur pada khususnya dan Indonesia pada umumnya. Surabaya, 8 November 2013 KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IV (JAWA TIMUR)
Dwi Pranoto Direktur Eksekutif
i
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR
i
DAFTAR ISI
ii
DAFTAR TABEL
iii
DAFTAR GRAFIK
iv
RINGKASAN EKSEKUTIF
ix
INDIKATOR MAKRO EKONOMI JAWA TIMUR
xiii
INDIKATOR PERBANKAN JAWA TIMUR
xiv
DAFTAR ISTILAH
xv
DAFTAR SINGKATAN BAB 1
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
1
1.1
KONDISI UMUM
1
1.2
SISI PERMINTAAN
2
a.
Konsumsi
3
b.
Investasi
5
c.
Ekspor - Impor
7
1.3
BAB 2
xviii
SISI PENAWARAN
9
a.
Sektor Perdagangan, Hotel & Restoran
12
b.
Sektor Industri Pengolahan
14
c.
Pertanian
15
d.
Keuangan, Persewaan dan Jasa
17
e.
Bangunan
19
f.
Pengangkutan dan Komunikasi
20
PERKEMBANGAN INFLASI
22
2.1
KONDISI UMUM
22
2.2
INFLASI BULANAN (mtm)
23
2.3
INFLASI TRIWULAN (qtq)
27
2.4
INFLASI TAHUNAN (yoy)
31
2.5
INFLASI MENURUT KOTA
33
2.6
DISAGREGASI INFLASI
35
BOKS 1 KELAMBANAN RESPON PENGELUARAN RUMAH TANGGA TERHADAP PERUBAHAN HARGA DI JATIM BOKS 2 ANALISIS PENGARUH INFLASI TERHADAP DAYA SAING PRODUK JAWA TIMUR BAB 3
PERKEMBANGAN PERBANKAN &SISTEM PEMBAYARAN 3.1
3.2
45
PERKEMBANGAN KINERJA BANK UMUM
46
3.1.1.
ASET DAN AKTIVA PRODUKTIF
48
3.1.2.
DANA PIHAK KETIGA (DPK)
51
3.1.3.
KREDIT
55
3.1.4
KREDIT USAHA MIKRO KECIL MENENGAH (UMKM)
61
3.1.5
KREDIT USAHA RAKYAT (KUR)
63
STABILITAS SISTEM PERBANKAN
64
RISIKO KREDIT
64
3.3
PERBANKAN SYARIAH
3.2.1.
66
3.4
BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR)
69
3.5
BANK BERKANTOR PUSAT DI SURABAYA
71
3.6
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
73
3.6.1
TRANSAKSI KEUANGAN TUNAI
74
a.
Aliran Uang Masuk/Keluar (inflow/Outflow)
74
b.
Uang Kartal Tidak Layak Edar
76
3.6.2
TRANSAKSI KEUANGAN SECARA NON TUNAI
77
a.
Transaksi RTGS (Real Time Gross settlement)
78
b.
Transaksi Kliring
79
3.6.3
PENEMUAN UANG PALSU DI JAWA TIMUR
81
BOKS 3 EFEKTIVITAS PENYALURAN KREDIT PERBANKAN DI JAWA TIMUR BAB 4
PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
85
4.1
UMUM
85
4.2
ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR
86
4.2.1
Anggaran Pendapatan Daerah
86
4.2.2
Realisasi Pendapatan Daerah
88
4.2.3
Anggaran Belanja Daerah
89
4.2.4
Realisasi Belanja Daerah
91
BOKS 3 PERAN BELANJA MODAL DAERAH DALAM MENDUKUNG PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DAN PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH
BAB 5
KESEJAHTERAAN MASYARAKAT 5.1
UMUM
93
5.2
KETENAGAKERJAAN
93
5.2.1
Data Ketenagakerjaan Jawa Timur
93
5.2.2
Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU)
96
5.3
5.4 BAB 6
93
KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PEDESAAN
98
5.3.1
Kesejahteraan Petani
98
5.3.2
Kesejahteraan Nelayan
99
PROFIL KEMISKINAN JAWA TIMUR
PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA
101 106
6.1
PERKIRAAN PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR
106
6.2
PERKIRAAN INFLASI JATIM
108
6.3
PERKIRAAN KINERJA PERBANKAN JAWA TIMUR
110
6.4
PROSPEK EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2013
110
6.5
PROSPEK INFLASI JAWA TIMUR TAHUN 2013
111
DAFTAR TABEL Tabel 1.1
Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran Provinsi Jawa Timur
10
Tabel 1.2
Pertumbuhan Ekonomi Sektor Pertanian
Tabel 2.1
Inflasi Triwulan II Tahun 2013 & Triwulan III 2013 di Jawa Timur (mtm)
16 23
Tabel 2.2
Inflasi & Sumbangan Inflasi di Jawa Timur (qtq)
28
Tabel 2.3
Inflasi Jawa Timur (yoy) Per Kelompok Barang
31
Tabel 2.4
Inflasi 7 Kota di Jawa Timur
33
Tabel 2.5
Inflasi 7 Kota di Jawa Timur per Kelompok Barang & Jasa Triwulan III - 2013 (%yoy)
34
Tabel 2.6
Sumbangan Inflasi 7 Kota di Jawa Timur per Kelompok Barang & Jasa Triwulan III-2013 (%yoy)
35
Tabel 3.1
Perkembangan Indikator Perbankan ( Bank Umum & BPR ) di Jawa Timur
45
Tabel 3.2
Perkembangan Indikator Bank Umum di Jawa Timur
46
Tabel 3.3
Perkembangan NPL per Kelompok Bank
64
Tabel 3.4
Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur
69
Tabel 3.5
Perkembangan Indikator Bank Berkantor Pusat Di Surabaya
71
Tabel 3.6
Perkembangan Arus Uang Tunai (Inflow-Outflow) Kantor Bank Indonesia
75
Tabel 3.7
Perputaran Kliring dan Tolakan Cek, Bilyet Giro Tw.I - 2013
80
Tabel 4.1
Anggaran Pendapatan Daerah Prop. Jatim Triwulan I - 2013 (Juta Rupiah)
86
Tabel 4.2
Realisasi Pendapatan Daerah
88
Tabel 4.3
Anggaran Belanja Daerah Prov.Jatim Triwulan III - 2013 (Rp juta)
90
Tabel 4.4
Realisasi Belanja Daerah Prov.Jawa Timur Triwulan III - 2013
92
Tabel 5.1
Kondisi Ketenagakerjaan di Jawa Timur (2008 - 2012) (dalam ribuan)
94
Tabel 5.2
Survei Kegiatan Dunia Usaha SKDU Jawa Timur
97
Tabel 5.3 Tabel 6.1 Tabel 6.2
Garis Kemiskinan, Jumlah & Presentase Penduduk Miskin Menurut Daerah Tendensi Arah Inflasi dan Faktor Resiko Tendensi Arah Inflasi dan Faktor Resiko
102 108 112
DAFTAR GRAFIK Grafik 1.1
Kontribusi PDRB Sektoral Prov. Jawa Timur
2
Grafik 1.2
Kontribusi PDRB Sisi Permintaan Prov. Jawa Timur
2
Grafik 1.3
Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Prov. Jawa Timur
2
Grafik 1.4
Struktur Perekonomian Prov. Jawa Timur
2
Grafik 1.5
Sisi Permintaan PDRB Prov. Jawa Timur
3
Grafik 1.6
Sisi Permintaan PDRB Prov. Jawa Timur
3
Grafik 1.7
Survei Konsumen-Keyakinan Konsumen
4
Grafik 1.8
Survei Konsumen-Kondisi Ekonomi Saat Ini
4
Grafik 1.9
Indeks Penjualan Eceran
4
Grafik 1.10
Konsumsi Listrik Rumah Tangga
4
Grafik 1.11
Perkembangan Kredit Konsumsi
5
Grafik 1.12
Dana Simpanan Perbankan Perorangan
5
Grafik 1.13
Perkembangan Jumlah Proyek Investasi
6
Grafik 1.14
Perkembangan Nilai Proyek Investasi
6
Grafik 1.15
Perkembangan PMTB
6
Grafik 1.16
Perkembangan Kredit Investasi
6
Grafik 1.17
Perkembangan Volume Penjualan semen
7
Grafik 1.18
Perkembangan Impor Barang Modal
7
Grafik 1.19
Perkembangan Kinerja Ekspor Jatim
8
Grafik 1.20
Perkembangan Kinerja Ekspor Luar negeri Jatim
8
Grafik 1.21
Perkembangan Nilai Ekspor per Jenis Barang
8
Grafik 1.22
Pertumbuhan Ekspor per jenis barang
8
Grafik 1.23
Perkembangan Nilai Ekspor
8
Grafik 1.24
Perkembangan Nilai Impor
8
Grafik 1.25
Nilai Impor per Jenis Barang
9
Grafik 1.26
Pertumbuhan Impor per jenis Barang
9
Grafik 1.27
Pertumbuhan tiga sektor utama
10
Grafik 1.28
Pertumbuhan Sektor pendukung
10
Grafik 1.29
Pertumbuhan Sektor pendukung
10
Grafik 1.30
Utilisasi kapasitas produksi
11
Grafik 1.31
Utilisasi kapasitas produksi sektoral
11
Grafik 1.32
Indeks realisasi Usaha
12
Grafik 1.33
Indeks realisasi Usaha Sektoral
12
Grafik 1.34
Tingkat Hunian Kamar Hotel Berbintang di Jatim
13
Grafik 1.35
Lama Tinggal tamu di Hotel Berbintang di Jatim
13
Grafik 1.36
Jumlah Wisatawan Asing Melalui bandara Juanda
13
Grafik 1.37
Konsumsi Listrik Golongan Bisnis
13
Grafik 1.38
Pertumbuhan Sektor Industri Pengolahan
14
Grafik 1.39
Perkembangan Pertumbuhan Impor barang Bahan Baku
15
Grafik 1.40
Konsumsi Listrik Golongan industri
15
Grafik 1.41
Luas Lahan Tanam dan Panen Padi
17
Grafik 1.42
Luas Lahan Tanam dan Panen Jagung di Jatim
17
Grafik 1.43
Luas Lahan Puso di Jatim
17
Grafik 1.44
Pertumbuhan Kredit & DPK Perbankan Jatim
18
Grafik 1.45
Perkembngan NIM Perbankan Jatim
18
Grafik 1.46
Perkembangan Fee Based Incame
18
Grafik 1.47
Perkembangan Interest Based Income
18
Grafik 1.48
Perkembangan Pendapatan Biaya Operasional Bank Umum
18
Grafik 1.49
Volume Penjualan semen di jatim
20
Grafik 1.50
Rata-Rata Pembangunan Properti Residensial
20
Grafik 1.51
Rata-Rata Penjualan Properti Residensial
20
Grafik 1.52
Arus Penumpang di Tanjung Perak
21
Grafik 1.53
Arus Barang di tanjung Perak
21
Grafik 1.54
Penumpang Domestik di Bandara Juanda
21
Grafik 1.55
Penumpang Internasional di Bandara Juanda
21
Grafik 2.1
Inflasi Jawa Timur & Nasional (yoy)
22
Grafik 2.2
Perkembangan Inflasi Jawa Timur
22
Grafik 2.3
Disagregasi Inflasi Jawa Timur (yoy)
22
Grafik 2.4
Perbandingan Inflasi di Kawasan Jawa (yoy)
22
Grafik 2.5
Inflasi per Kelompok Barang Tw III-2013 (mtm)
24
Grafik 2.6
Inflasi Juli 2013 per Kelompok Barang 9mtm)
24
Grafik 2.7
Inflasi Agustus 2013 per Kelompok Barang (mtm)
24
Grafik 2.8
Inflasi September 2013 per Kelompok Barang (mtm)
24
Grafik 2.9
Perkembangan Inflasi per Kelompok Barang
25
Grafik 2.10
Inflasi Terkait Kenaikan Harga BBM (mtm)
25
Grafik 2.11
Inflasi Harga Sub Kelompok Daging dan Telur (mtm)
26
Grafik 2.12
Perkembangan Kurs dan Harga Emas
26
Grafik 2.13
Perkembangan Inflasi Sub Kelompok Pendidikan
26
Grafik 2.14
Inflasi (mtm) Kedelai dan Hasilnya
27
Grafik 2.15
Inflasi Sub Kelompok Bahan Makanan
28
Grafik 2.16
Perbandingan Inflasi (qtq) Sub Kelompok Bahan Makanan
28
Grafik 2.17
Harga Beras Internasional dan Lokal
29
Grafik 2.18
Inflasi Beras Jatim
29
Grafik 2.19
Inflasi Sub Kelompok Bumbu-Bumbuan
30
Grafik 2.20
Produksi Bumbu-Bumbuan di Jatim
30
Grafik 2.21
Inflasi Sub Kelompok Daging, Telur dan Hasil-Hasilnya (qtq)
31
Grafik 2.22
Inflasi Tahunan Sub Kelompok 2012-2013
32
Grafik 2.23
Inflasi Kelompok Bahan Makanan, Makanan Jadi, Sandang
32
Grafik 2.24
Inflasi Tahunan Kelompok Bahan Makanan Tahun 2012-2013
33
Grafik 2.25
Inflasi Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan (yoy)
33
Grafik 2.26
Perbandingan Inflasi Tahunan
34
Grafik 2.27
Inflasi Jatim per Komponen
35
Grafik 2.28 Grafik 2.29
Perbandingan Inflasi Jatim dan Rata-Ratanya Perbandingan - Disagregasi Inflasi (mtm)
35 36
Grafik 2.30
Disagregasi Inflasi (mtm)
36
Grafik 2.31
Perkembangan Inflasi Inti Tradeable & Non Tradeable
38
Grafik 2.32
Inflasi Inti - Manufacturing & Services
38
Grafik 2.33
Perkembangan Inflasi Inti - Exclude Gold Price
38
Grafik 2.34
Perkembangan Inflasi Inti Tradeable - Food & Non Food
38
Grafik 2.35
Inflasi Inti tanpa Emas
38
Grafik 2.36
Inflasi Traded - Properti & Nilai Tukar
39
Grafik 2.37
Inflasi Non Traded - Properti & Nilai Tukar
39
Grafik 2.38
Indeks Keyakinan & Ekspektasi Konsumen
39
Grafik 2.39
Eksktasi Harga yang Akan Datang
39
Grafik 3.1
Perkembangan LDR
47
Grafik 3.2
Perkembangan LDR per Kelompok Bank
47
Grafik 3.3
Pertumbuhan Indikator Utama Perbankan (yoy)
48
Grafik 3.4
Perkembangan Total Aset Bank Umum
49
Grafik 3.5
Proporsi Aset Bank Umum
49
Grafik 3.6
Proporsi Aset Bank Umum per Kab./Kot
49
Grafik 3.7
Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (y-o-y)
49
Grafik 3.8
Jumlah Aset Bank Umum Per Kab./Kot
50
Grafik 3.9
Pertumbuhan Aset Bank Umum Per Kab./Kot
50
Grafik 3.10
Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (y-o-y)
51
Grafik 3.11
Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (y-o-y)
52
Grafik 3.12
Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (qtq)
52
Grafik 3.13
Perkembangan DPK per Jenis Simpanan
52
Grafik 3.14
Komposisi DPK Bank Umum (%)
52
Grafik 3.15
Perbandingan Suku Bunga Simpanan - BI Rate
53
Grafik 3.16
Proporsi DPK per Kab./Kot
54
Grafik 3.17
Jumlah DPK per Kab./Kot
54
Grafik 3.18
Pertumbuhan DPK Bank Umum Per Kab./Kot
55
Grafik 3.19
Pertumbuhan Kredit (yoy)
56
Grafik 3.20
Pertumbuhan Kredit (qtq)
56
Grafik 3.21
Proporsi Penyaluran Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan
57
Grafik 3.22
Proporsi Penyaluran Kredit Berdasarkan Kelompok Bank
57
Grafik 3.23
Pertumbuhan Kredit Per Jenis Penggunaan(y-o-y)
58
Grafik 3.24
Pertumbuhan Kredit Per Jenis Penggunaan (q-t-q)
58
Grafik 3.25 Grafik 3.26 Grafik 3.27
Proporsi Kredit Sektoral Perkembangan Kredit Sektoral Dominan (yoy)
58 59
Perbandingan Suku Bunga Kredit & BI Rate
59
Grafik 3.28
Proporsi Penyaluran Kredit per Kab./Kot
60
Grafik 3.29
Pertumbuhan Kredit per Kab./Kot
60
Grafik 3.30
Perkembangan Kredit UMKM
61
Grafik 3.31
Proporsi Kredit UMKM Berdasarkan Bank
62
Grafik 3.32
5 Besar Provinsi Penyalur KUR
63
Grafik 3.33
Perkembangan Penyaluran KUR di Jatim
63
Grafik 3.34
Perkembangan NPL Bank Umum
65
Grafik 3.35
Perkembangan NPL per Jenis Penggunaan
65
Grafik 3.36 Grafik 3.37 Grafik 3.38 Grafik 3.39
NPL per Sektor Ekonomi Perkembangan indikator Perbankan Syariah (qtq) Perkembangan indikator Perbankan Syariah (yoy)
66 66 66
Proporsi DPK Perbankan Syariah di Jatim
67
Grafik 3.40
Pertumbuhan DPK Perbankan Syariah (yoy)
67
Grafik 3.41 Grafik 3.42
Pertumbuhan Pembiayaan Syariah per jenis pengunaan Pangsa Pembiayaan Syariah per jenis pengunaan Non Performing Financing (NPF) dan Financing to Deposits Ratio (FDR) Perbankan Syariah di Jawa Timur Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga BPR (%-yoy)
68 68
Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga BPR (%-qtq) Pertumbuhan Kredit BPR per-Jenis Penggunaan (yoy) Proporsi Kredit BPR PerJenis Penggunaan
70 70 70
Grafik 3.43 Grafik 3.44 Grafik 3.45 Grafik 3.46 Grafik 3.47 Grafik 3.48
68 70
Perkembangan LDR & NPL BPR
70
Grafik 3.49
Pertumbuhan Indikator Bank Ber-KP di Surabaya (yoy)
71
Grafik 3.50
Pertumbuhan Indikator Bank Ber-KP di Surabaya (qtq)
71
Grafik 3.51
Proporsi DPK Per Jenis Simpanan Pada Bank Ber KP di Surabaya
72
Pertumbuhan DPK Per Jenis Simpanan Pada Bank Ber-KP di Surabaya (qtq) Perkembangan Kredit Per Jenis Penggunaan Pada Bank Ber-KP di Surabaya (qtq)
72
Grafik 3.54 Grafik 3.55 Grafik 3.56 Grafik 3.57 Grafik 3.58
Proporsi Kredit Perjenis Penggunaan Bank Ber KP di Surabaya Perkembangan LDR dan NPL Bank Berkantor Pusat di Surabaya Perkembangan Arus Uang Tunai (inflow - out flow) dalam juta rupia Perkembangan Net Flow Jawa Timur
73 73 75 75
Pemusnahan Uang Tidak Layak Edar (PTTB)
76
Grafik 3.59
Perkembangan Transaksi Non Tunai Di Jawa Timur
77
Grafik 3.60
Perkembangan Transaksi RTGS Di Jawa Timur
78
Grafik 3.61
Pertumbuhan Transaksi RTGS (yoy)
78
Grafik 3.62
Pertumbuhan Transaksi RTGS (qtq)
78
Grafik 3.63
6 Kota dengan Aktivitas Transaksi Outgoing RTGS Terbesar
79
Grafik 3.64
6 Kota dengan Aktivitas Transaksi Incoming RTGS Terbesar
79
Grafik 3.65
Perkembangan Transaksi Kliring di Jatim
80
Grafik 3.66
Tolakan Transaksi Kliring di Jatim
80
Grafik 3.67
Statistik Uang Palsu yang Ditemukan
81
Grafik 3.68
Statistik Uang Palsu yang Ditemukan
81
Grafik 4.1
Perkembangan APBD Provinsi Jatim
86
Grafik 4.2
Proporsi APBD Jatim
87
Grafik 4.3
Realisasi PAD Jatim
89
Grafik 4.4
Proporsi Anggaran Belanja Tidak langsung Prov. Jatim
90
Grafik 4.5
Proporsi Belanja Langsung Prov. Jatim
91
Grafik 4.6
Realisasi Anggaran Belanja Tidak Langsung
92
Grafik 4.7
Realisasi Anggaran Belanja Langsung
92
Grafik 5.1
Penyerapan Tenaga Kerja Sisi Sektoral
94
Grafik 5.2
Penyerapan Tenaga Kerja
95
Grafik 5.3
Komposisi Tenaga Kerja Formal
95
Grafik 5.4 Grafik 5.5 Grafik 5.6 Grafik 5.7 Grafik 5.8 Grafik 5.9 Grafik 5.10
Komposisi Bidang Tenaga Kerja Informal Penyerapan Tenaga Kerja 3 Sektor Utama Penyerapan Tenaga Kerja Sektoral NTP Nasional & Jawa Timur NTP dan Pertumbuhan (Nasional & Jatim) lt Serta Pertumbuhan Nasional & Jatim lb dan Pertumbuhanan Nasional & Jatim
95 97 97 99 99 99 99
Grafik 3.52 Grafik 3.53
73
Grafik 5.11 Grafik 5.12 Grafik 5.13 Grafik 5.14 Grafik 5.15 Grafik 6.1 Grafik 6.2
NTN Nasional & Jawa Timur NTN Serta Pertumbuhan (Nasional & Jatim) Perkembangan Penduduk Miskin di Jawa Timur (%) Pertumbuhan Pengeluaran RT dan Inflasi Jatim Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan Indeks Ekspetasi Konsumen (IEK) Indeks Ekspetasi Penghasilan
100 100 101 103 104 106 106
Ringkasan Eksekutif
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV
RINGKASAN EKSEKUTIF
KAJIAN EKONOMI REGIONAL (KER) TRIWULAN IIIII – 2013 201 3
Assesmen Perkembangan Makro Ekonomi Kinerja ekonomi Jatim melambat sebesar 6,49% (yoy), lebih tinggi dibandingkan nasional (5,62%).
Ekonomi Jatim periode ini tumbuh melambat (6,49% - yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya pada level 6,89% (direvisi dari sebelumnya 6,97%). Angka ini pun lebih rendah dari perkiraan KPwBI Wil.IV pada level 7,09% (yoy). Secara keseluruhan, pertumbuhan ekonomi hingga triwulan III 2013 mencapai 6,68% (ctc), lebih rendah dibandingkan
Januari–September
2012 pada level 7,33% (ctc). Pertumbuhan ekonomi Jatim masih di atas angka pertumbuhan ekonomi nasional (5,62%) maupun provinsi lainnya di Kawasan Jawa. Perlambatan kinerja ekonomi juga dialami seluruh daerah di pulau Jawa Dari sisi permintaan, perlambatan ini disebabkan masih rendahnya pertumbuhan
transaksi
ekspor
khususnya
ke
kawasan
ASEAN.
Sumbangan pertumbuhan ekspor Jatim sebesar 2,81%, lebih rendah dari triwulan II 2013 di kisaran 3,50%. Di sisi lain, sumbangan impor sedikit melambat dari 2,48% menjadi 2,32%. Selain itu, masih rendahnya serapan belanja modal pemerintah mengakibatkan penurunan kontribusi komponen ini pada perekonomian. Dari sisi investasi hingga triwulan III 2013 tercatat pertumbuhan investasi swasta tidak beranjak dari kisaran 6% (yoy). Hal tersebut terkonfirmasi oleh hasil liaison, dimana perusahaan cenderung melakukan aksi wait and see di tengah ketidakpastian faktor eksternal dan peningkatan biaya produksi dalam negeri. Ditinjau dari sisi penawaran sektor Industri Pengolahan, sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan, serta sektor Perdagangan Hotel dan Restoran
(PHR)
menjadi
sektor
utama
pendorong
perlambatan
pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur. Ketiga sektor tersebut, secara berurutan menyumbang perlambatan pertumbuhan ekonomi masingmasing sebesar 1,26%, 0,45%, dan 0,41%. Laju inflasi pada triwulan III-2013, secara tahunan, mencapai sebesar 7,78% (yoy), lebih rendah dibandingkan nasional (8,40%).
Assesmen Inflasi Laju inflasi pada triwulan III-2013 tercatat sebesar 7,78% (yoy) dan lebih rendah dibandingkan inflasi nasional yang sebesar 8,40%. Rendahnya
Kajian Ekonomi Regional Wilayah Jawa Bagian Timur Triwulan III-2013
x
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV tekanan inflasi Jatim menyebabkan inflasi sampai dengan September 2013 mencapai 6,81% (ytd) lebih rendah dibandingkan nasional yang telah mencapai 7,57%. Sedangkan secara triwulanan, inflasi Jatim justru meningkat dari 0,11% (qtq) pada triwulan II-2013 menjadi 3,72%. Peningkatan konsumsi masyarakat karena adanya Hari Raya Idul Fitri menjadi indikator peningkatan inflasi kelompok volatile food dari 12,39% (yoy) pada triwulan II-2013 menjadi 14,43% (yoy), serta kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) yang menyebabkan lonjakan inflasi kelompok
administered price dari 6,58% (yoy) menjadi 13,89%. Kelompok inflasi inti (core inflation) juga menyumbang kenaikan inflasi sebagai dampak kenaikan harga emas dan pelemahan nilai tukar Rupiah sehingga pada triwulan ini meningkat menjadi 4,25% (yoy) dari triwulan sebelumnya yang hanya sebesar 3,90%. Berbeda dibandingkan periode sebelumnya dimana Jatim berada di urutan ketiga tertinggi di kawasan Jawa. Pada periode kali ini Jatim berada pada posisi kelima atau kedua dari bawah. Realisasi inflasi di kawasan Jawa, terendah ditempati Yogyakarta (7,60%), Jawa Timur (7,79%), Semarang (7,89%), Jakarta (6,54%) dan tertinggi terjadi pada Provinsi Banten (10,13%).
Assesmen Perbankan Kinerja perbankan di Jawa Timur masih terus menunjukkan perkembangan positif dengan pertumbuhan kredit mencapai 21,27% (yoy).
Sampai dengan Triwulan III tahun 2013 kinerja perbankan di Jawa Timur baik Bank Umum maupun Bank Perkreditan Rakyat (BPR) masih terus menunjukkan perkembangan positif. Hal tersebut tercermin dari indikator total aset, kredit dan DPK yang tumbuh dengan baik serta didukung oleh tingkat risiko kredit yang rendah (kurang dari 5%) dan stabil. Aset Bank Umum dan BPR tetap tumbuh tinggi yaitu sebesar 15,76% (yoy) hingga mencapai Rp 416,27 triliun pada Triwulan III 2013. Kredit tumbuh sebesar 21,27% (yoy) menjadi sebesar Rp 291,26 triliun pada Triwulan III 2013. Demikian pula dengan Dana Pihak Ketiga (DPK) Bank Umum dan BPR di Jawa Timur yang mencatat pertumbuhan sebesar 12,73% (yoy) menjadi sebesar Rp 318,99 triliun. Sementara itu, perkembangan transaksi sistem pembayaran di wilayah Kantor Perwakilan (Kpw) Bank Indonesia di Jawa Timur yang meliputi KPw BI Wilayah IV, Malang, Jember dan Kediri pada Triwulan III-2013 secara kumulatif kembali menunjukkan posisi net inflow setelah mencatat net
outflow pada periode sebelumnya. Tercatat net inflow Jawa Timur pada periode laporan adalah sebesar Rp 729,32 miliar. Kondisi tersebut berbeda apabila dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu Triwulan II 2013
Kajian Ekonomi Regional Wilayah Jawa Bagian Timur Triwulan III-2013
xi
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV yang mencatat net outflow sebesar Rp 411,54 miliar. Hal serupa juga ditunjukkan oleh transaksi non-tunai melalui sistem BI-RTGS yang tumbuh mencapai 1% (qtq) dari sisi volume transaksi dan Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) yang meningkat sebesar 4,59% dibandingkan triwulan sebelumnya. Peningkatan kedua transaksi non tunai tersebut turut mengkonfirmasi peningkatan pertumbuhan ekonomi Jawa Timur pada triwulan ini.
Prospek Ekonomi, Ekonomi, Inflasi dan Perbankan Tw IV 2013 Ekonomi Jatim pada Tw IV-2013 diperkirakan tumbuh pada rentang 6,65% s.d 6,75% (yoy).
Pada triwulan IV 2013, pertumbuhan ekonomi Jatim diproyeksikan tumbuh
pada
Perekonomian peningkatan
rentang Jawa
pertumbuhan
Timur
dibandingkan
triwulan triwulan
6,65% ini
s.d
6,75%
diperkirakan
sebelumnya
yang
(yoy).
mengalami mencatat
pertumbuhan pada level 6,49% (yoy). Dari sisi permintaan, pertumbuhan perekonomian Jawa Timur masih ditopang oleh tingkat konsumsi masyarakat, sebagaimana tercermin pada hasil survei konsumen. Namun, pertumbuhannya masih lebih rendah dibandingkan triwulan III 2013, mengingat telah berlalunya puncak pengeluaran belanja masyarakat di saat Hari Raya Idul Fitri. Komponen terbesar selanjutnya, yaitu investasi swasta (PMTB) diproyeksikan tumbuh lebih rendah mengingat masih belum membaiknya kondisi ekonomi domestik dan permintaan global. Di sisi penawaran, diharapkan kinerja sektor industri pengolahan mengalami perbaikan pasca terjaganya nilai tukar rupiah. Meskipun perdagangan luar negeri Jatim mengalami tekanan cukup dalam akibat pelemahan ekonomi Eropa, namun masih cukup kuatnya kinerja perdagangan dalam negeri Jatim diprediksi masih cukup baik untuk menyokong kinerja sub sektor perdagangan besar Jatim.
Inflasi IHK pada triwulan IV-2013, diperkirakan berada di kisaran 7,62% s/d 7,85% (yoy).
Mencermati perkembangan inflasi terkini dan tracking beberapa indikator harga, maka inflasi kota Jawa Timur pada Tw IV-2013 diperkirakan secara tahunan (yoy) berada di kisaran 7,62% s/d 7,85%. Adanya beberapa potensi risiko seperti berakhirnya musim panen dan baru dimulainya musim tanam petani yang diiringi dengan tibanya musim penghujan berpotensi menyebabkan gangguan pasokan di masyarakat, disisi lain justru di akhir tahun permintaan masyarakat mengalami kenaikan karena Hari Natal dan Tahun Baru. Walaupun masih terdapat kecukupan stok dari masa panen periode sebelumnya, namun tata niaga atau distribusi barang yang ada saat ini tidak mampu mencukupi kebutuhan/pasokan
semua daerah juga menjadi potensi peningkatan
Kajian Ekonomi Regional Wilayah Jawa Bagian Timur Triwulan III-2013
xii
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV inflasi. Masih berlanjutnya kebijakan kenaikan Tarif Tenaga Listrik (TTL) di pertengahan Triwulan IV-2013 serta adanya potensi kenaikan cukai rokok menjadi
pendorong
utama
meningkatnya
inflasi
di
kelompok
administered price meskipun pada tingkat yang relatif lebih rendah dibandingkan akhir Tw III-2013 dengan adanya kenaikan harga BBM. Dari sisi fundamental, potensi dorongan inflasi inti diperkirakan berasal dari kelompok tradeable seiring dengan meningkatnya permintaan di akhir tahun
yang
akan
mendorong
pula
para
pelaku
usaha
untuk
meningkatkan utilisasinya sehingga dapat memenuhi permintaan pasar. Sedangkan dari sisi kelompok non tradable, potensi kenaikan UMK juga akan mendorong peningkatan inflasi kelompok ini walaupun pada tingkat yang relatif lebih rendah dibandingkan kelompok tradable. Berlanjutnya peningkatan TTL pada Tw IV-2013 berpotensi direspon masyarakat dengan peningkatan tarif sewa rumah serta kenaikan harga barang seiring dengan peningkatan biaya produksi. Faktor penahan inflasi kelompok ini adalah rendahnya tekanan inflasi dari komoditas emas seiring dengan masih lesunya perdagangan di dunia internasional serta telah berlalunya tahun ajaran baru. Pertumbuhan kredit perbankan pada triwulan IV 2013 diperkirakan tetap mengalami peningkatan
Diperkirakan pada triwulan IV 2013 kinerja industri perbankan di Jawa Timur akan terus meningkat. Struktur dan pondasi sistem perbankan yang cukup baik diyakini masih dapat terjaga terutama ditopang oleh peningkatan fungsi intermediasi oleh perbankan. Adanya kenaikan BI Rate secara bertahap dari sebesar 6% pada Triwulan II 2013 menjadi 7,25% pada Triwulan III 2013 diperkirakan akan mendorong peningkatan suku bunga kredit dan DPK secara bertahap sampai dengan akhir tahun. Namun demikian, dengan penerapan strategi pengembangan usaha yang tepat serta efisiensi biaya perbankan di Jawa Timur diharapkan mampu terus meningkatkan kinerjanya. Pertumbuhan kredit oleh perbankan pada triwulan IV 2013 diperkirakan tetap mengalami peningkatan. Hal tersebut berdasarkan pertimbangan adanya momen periode libur natal dan akhir tahun yang pada akhirnya akan meningkatkan kredit konsumsi. Sektor ekonomi andalan Jatim seperti sektor perdagangan, sektor industri pengolahan, sektor konstruksi serta sektor transportasi dan komunikasi pertanian masih menjadi sektor
Secara keseluruhan, pertumbuhan ekonomi Jatim diproyeksikan tumbuh pada rentang 6,50% s.d 6,70% (yoy).
unggulan bagi perbankan untuk dibiayai.
Prospek Ekonomi dan Inflasi Tahun 2013 Di sepanjang tahun 2013, pertumbuhan ekonomi Jatim diproyeksikan tumbuh pada rentang 6,50% s.d 6,70% (yoy), ), lebih rendah dari angka
Kajian Ekonomi Regional Wilayah Jawa Bagian Timur Triwulan III-2013
xiii
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV perkiraan
sebelumnya
di
kisaran
6,70%
s.d
6,90%.
Perkiraan
pertumbuhan ekonomi Jatim tahun 2013 ini masih lebih rendah dibandingkan tahun 2012 (7,27% - yoy), namun
pertumbuhan ini
diyakini masih yang tertinggi dibandingkan provinsi lainnya di Pulau Jawa. Dari sisi permintaan,
penopang utama pertumbuhan ekonomi masih
berasal dari konsumsi masyarakat seiring dominannya proporsi usia produktif di Jawa Timur.
Sementara itu, kenaikan tarif komponen
pembentuk biaya produksi di tahun 2013 terindikasi berdampak pada kinerja sektor riil Jawa Timur di triwulan III 2013. Hal ini terlihat dari melemahnya kinerja investasi dan konsumsi swasta nirlaba. Di sisi lain, masih belum pulihnya ekonomi global dan tertekannya nilai rupiah pada Juli 2013 turut mempengaruhi kinerja perdagangan luar negeri Jawa Timur. Meskipun, transaksi perdagangan dalam negeri masih terjaga stabil, namun secara keseluruhan neraca perdagangan Jawa Timur menunjukkan pelemahan dibandingkan tahun 2012. Tingginya upaya pemerintah untuk menyelesaikan proyek infrastruktur di daerah turut mendorong level pertumbuhan belanja pemerintah. Di sisi penawaran, meningkatnya komponen biaya produksi baru terindikasi dampaknya pada triwulan III 2013. Hampir seluruh sektor ekonomi mengalami perlambatan pertumbuhan meskipun pelaku usaha telah berusaha meningkatkan efisiensi produksinya, namun daya saing produknya masih lebih rendah dibandingkan negara lain. Tingginya arus impor negara tetangga pun turut berdampak pada kinerja sektor industri pengolahan, khususnya yang memiliki pasar utama tujuan dalam negeri. Masih belum terurainya permasalahan di Tanjung Perak menjadi bottle
neck tersendiri bagi pelaku usaha di sub sektor perdagangan besar. Sementara itu, meningkatnya kebutuhan masyarakat dalam kegiatan wisata turut mendorong kinerja subsektor hotel dan restoran, ditambah dengan meningkatnya peranan Kota Surabaya sebagai sub hub ke Indonesia Timur yang terindikasi dari bertambahnya jumlah hotel kelas bisnis di Surabaya. Adanya pergeseran musim tahun ini berdampak signifikan pada tingkat produksi sub sektor tanaman bahan makanan. Berdasarkan rilis data Angka Ramalan II (ARAM II), terindikasi adanya perlambatan produksi meskipun angkanya masih sama dengan tahun 2012. Meningkatnya suku bunga konsumsi sejak Agustus 2013 turut menekan kinerja sektor konstruksi dan sub sektor real estate, sehingga kedua sektor ini mengalami perlambatan sejak triwulan III 2013. Hal serupa terjadi pada sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan akibat meningkatnya faktor risiko sektor keuangan pasca kenaikan suku
Kajian Ekonomi Regional Wilayah Jawa Bagian Timur Triwulan III-2013
xiv
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV bunga perbankan dan melemahnya kinerja sektor riil pada triwulan III 2013. Namun demikian, sektor pendukung lainnya diharapkan mampu lebih tinggi seiring meningkatnya demand masyarakat (pasca kenaikan UMK 2013), seperti sektor transportasi dan komunikasi. Inflasi IHK di akhir tahun 2013, diperkirakan berada di kisaran 7% + 1 (yoy).
Secara tahunan, tekanan inflasi sampai dengan akhir tahun 2013, diproyeksi bersumber dari kelompok administered price sebagai dampak kenaikan harga BBM, tarif listrik serta cukai rokok yang terjadi di sepanjang tahun 2013 serta kembali meningkatkan inflasi kelompok
volatile food di akhir tahun. Dengan demikian inflasi Jatim pada tahun 2013 diperkirakan secara tahunan berada di kisaran 7% + 1. Masih terbatasnya proses produksi pangan karena berbagai kendala seperti ketersediaan bibit, pengairan, pencegahan hama serta kerentanan terhadap cuaca menajdi penyebab utama keterbatasan pasokan di musim-musim tertentu sehingga belum dapat mendorong terjadinya penurunan harga yang lebih dalam. Dari sisi fundamental potensi dorongan inflasi inti diperkirakan berasal dari kelompok tradeable yang berasal dari kelompok perumahan dan pendidikan, meskipun di sisi lain tren pelemahan harga emas dunia (pada tingkat yang semakin kecil) dapat menahan laju inflasi di kelompok ini. Cukup baiknya eskpektasi para pelaku usaha akan kondisi perekonomian Jawa Timur, diimbangi dengan peningkatan kapasitas utilisasi produksi sehingga dapat meminimalkan terjadinya output gap dan mendukung stabilnya inflasi kelompok ini sampai dengan akhir tahun 2013.
Kajian Ekonomi Regional Wilayah Jawa Bagian Timur Triwulan III-2013
xv
LAMPIRAN INDIKATOR MAKRO EKONOMI JAWA TIMUR INDIKATOR INDEKS HARGA KONSUMEN (IHK) JAWA TIMUR - Kota Surabaya - Kota Malang - Kota Kediri - Kota Jember - Kota Probolinggo - Kota Madiun - Kota Sumenep LAJU INFLASI TAHUNAN (Y-O-Y) JAWA TIMUR - Kota Surabaya - Kota Malang - Kota Kediri - Kota Jember - Kota Probolinggo - Kota Madiun - Kota Sumenep PDRB Harga Konstan (Milliar Rp) - Pertanian - Pertambangan dan Penggalian - Industri Pengolahan - Listrik, gas, dan air bersih - Bangunan - Perdagangan, Hotel dan Restoran - Pengangkutan dan komunikasi - Keuangan, persewaan, dan jasa - Jasa
Pertumbuhan (yoy) - Pertanian - Pertambangan dan Penggalian - Industri Pengolahan - Listrik, gas, dan air bersih - Bangunan - Perdagangan, Hotel dan Restoran - Pengangkutan dan komunikasi - Keuangan, persewaan, dan jasa - Jasa Pertumbuhan PDRB (yoy )
2012 Tw I
Tw II
Tw III
Tw IV
Tw I
2013 Tw II
Tw III
135.50 135.02 135.89 134.62 135.86 140.56 138.20 133.44
139.39 138.95 139.65 138.00 139.66 144.54 142.52 137.77
139.55 139.09 140.14 138.82 139.33 137.07 144.58 142.10
144.74 144.18 145.31 144.47 144.83 150.44 147.45 141.63
130.58 130.32
131.75 131.39
134.29 133.80
130.51 129.34 131.12 133.59 134.42 128.26
131.63 130.90 132.22 135.90 135.20 129.81
134.34 134.04 134.39 139.28 137.51 132.63
3.97 4.19 3.80 4.34 2.46 3.19 3.36 5.10 95,330,557 15,982,668 1,893,917 23,409,626 1,257,835 2,893,702 30,081,571 6,945,037 5,156,525 2,145,164
4.63 4.69 4.44 5.06 4.12 4.66 3.93 5.46 98,085,149 14,177,715 2,120,466 23,871,800 1,320,473 3,224,522 31,799,848 7,627,427 5,439,472 8,503,427
4.50 4.29 4.58 5.26 4.40 5.55 3.91 6.06 100,427,099 13,591,281 2,160,927 24,936,426 1,310,535 3,314,209 32,958,742 7,949,406 5,544,158 8,661,415
4.50 4.37 4.60 4.63 4.49 5.88 3.51 5.06 99,823,633 10,712,279 2,225,952 25,799,205 1,349,589 3,408,133 33,535,338 8,119,044 5,662,313 2,996,662
6.75 6.63 7.01 6.70 6.51 8.20 6.04 7.42 101,637,322 16,295,361 1,944,490 24,587,026 1,324,308 3,132,579 32,903,774 7,707,809 5,594,390 2,239,473
5.93 5.86 6.46 6.05 5.38 5.59 6.39 5.10 104,923,561 14,596,007 2,169,220 25,398,705 1,381,232 3,564,182 34,637,806 8,393,503 5,857,555 8,925,351
7.78 7.75 8.17 7.78 7.77 8.02 7.23 6.78 106,946,358 13,831,915 2,267,291 26,272,724 1,370,689 3,594,584 35,764,742 8,800,228 5,954,027 9,090,159
2.76 5.09 6.23 7.07 10.18 9.69 13.17 7.76 4.75 7.27
4.68 1.66 5.74 6.69 5.58 10.61 8.05 8.92 4.96 7.31
4.36 1.01 7.21 5.25 6.84 9.79 8.79 8.18 4.63 7.41
1.95 1.11 6.17 5.90 6.10 10.13 9.10 7.20 4.97 7.09
1.96 2.67 5.03 5.28 8.26 9.38 10.98 8.49 4.40 6.62
2.95 2.30 6.40 4.60 10.53 8.92 10.04 7.69 4.96 6.97
1.77 4.92 5.36 4.59 8.46 8.51 10.70 7.39 4.95 6.49
xviii
LAMPIRAN INDIKATOR PERBANKAN JAWA TIMUR A. Perbankan INDIKATOR
2012 Tw I
Tw II
Tw III
Tw IV
Tw I
2013 Tw II
Tw III
Bank Umum : Total Asset (Rp. Triliun) DPK (Rp. Triliun) - Tabungan (Rp. Triliun) - Giro (Rp. Triliun) - Deposito (Rp. Triliun) Kredit (Rp. Triliun) - Bank Pelapor - Modal Kerja - Investasi - Konsumsi Non Performing Loan (NPL-Gross) Loan to Deposit Ratio - LDR (%) Kredit UMKM (Triliun Rp)-Bank Pelapor NPL UMKM Gross (%)
304.22 252.81 109.95 42.85 100.00 192.75 112.31 26.13 54.32 2.96 76.25% 63.21 4.22
322.89 262.25 116.20 43.54 102.50 210.06 123.45 28.75 57.86 2.73 80.10% 68.87 3.82
342.66 273.66 122.89 46.07 104.70 223.51 129.66 31.21 62.64 2.64 85.07% 63.65 3.68
353.60 289.09 134.22 47.67 107.20 239.48 139.52 33.72 66.25 2.60 82.84% 68.53 3.63
362.32 287.82 130.08 46.57 111.16 245.21 142.72 33.43 69.06 2.26 85.20% 70.40 3.89
379.47 293.80 133.15 45.98 114.67 265.35 153.43 38.62 73.31 2.12 90.32% 78.65 3.56
406.88 313.69 140.54 51.85 121.31 284.35 165.97 41.56 76.82 2.02 90.64% 79.16 3.59
6.98 4.18 1.33 2.85 5.15 3.36 0.16 1.64 4.29% 123.38%
7.35 4.39 1.35 3.03 5.57 3.63 0.17 1.77 4.14% 127.08%
8.01 4.74 1.47 3.27 5.81 3.78 0.20 1.83 4.24% 123%
8.33 4.89 1.57 3.32 5.94 3.80 0.28 1.85 3.39% 121%
8.57 4.98 1.61 3.38 6.19 4.11 0.20 1.88 3.84% 124%
8.97 5.09 1.60 3.50 6.70 4.48 0.23 1.99 3.88% 131%
9.39 5.30 1.65 3.65 6.92 4.62 0.26 2.05 3.88% 131%
16.57 12.39 1.39 4.83 6.18 11.99 5.08 2.29 4.61 1.43 96.72
17.27 13.13 1.22 4.95 6.97 12.46 5.24 2.30 4.92 1.91 94.84
18.74 13.83 1.27 7.29 5.27 13.53 5.74 2.57 5.22 1.97 97.84
19.23 13.90 0.75 7.36 5.78 13.84 6.04 2.50 5.30 2.54 99.57
BPR : Total Asset (Rp. Triliun) DPK (Rp. Triliun) - Tabungan (Rp. Triliun) - Deposito (Rp. Triliun) Kredit (Rp. Triliun) - Modal Kerja - Investasi - Konsumsi Non Performing Loan (NPL-Gross) Loan to Deposit Ratio - (LDR) %
-
SYARIAH :
-
Total Asset (Rp. Triliun) DPK (Rp. Triliun) - Giro (Rp. Triliun) - Tabungan (Rp. Triliun) - Deposito (Rp. Triliun) Pembiayaan (Rp. Triliun) - Modal Kerja - Investasi - Konsumsi Non Performance Financing (NPF) % Financing to Deposit Ratio (FDR) %
12.01 9.32 0.84 4.90 3.58 8.93 3.60 1.51 3.83 1.36 95.77
13.14 9.88 0.88 5.08 3.92 10.03 4.16 1.75 4.12 1.43 101.59
14.08 10.59 0.88 5.43 4.28 10.68 4.54 1.89 4.25 1.63 100.80
B. SISTEM PEMBAYARAN INDIKATOR Inflow (Rp. Triliun) Outflow (Rp. Triliun) Pemusnahan Uang (Rp- Triliun) Nominal Transaksi RTGS Volume Transaksi RTGS Nominal Kliring Kredit (Rp. Triliun) Volume Kliring Kredit (juta lembar) Tolakan Kliring (Rp. Juta) Tolakan Kliring (lembar)
2012 Tw I 12.70 6.52 4.76 122.21 141,322 44.05 1.40 632,814 20,065
Tw II 20.08 12.08 5.10 182.77 172,750 46.32 1.40 638,541 19,361
Tw III 14.91 14.30 0.29 185.10 146,738 38.59 1.28 637,615 23,280
Tw IV 9.99 11.53 0.88 197.88 189,920 46.11 1.29 979,293 21,770
Tw I 15.99 8.16 0.93 126.58 79,223 36.69 1.12 964,720 25,418
2013 Tw II 11.35 11.77 0.25 220.10 170,050 49.46 1.38 774,711 21,488
Tw III 18.78 18.05 5.02 210.82 171,756 51.73 1.35 964,847 25,638
Bab 1
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
1
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
1.1.
KONDISI UMUM Ekonomi Jatim periode ini tumbuh melambat (6,49% - yoy) dibandingkan triwulan
sebelumnya pada level 6,89% (direvisi dari sebelumnya 6,97%). Angka ini pun lebih rendah dari perkiraan KPwBI Wil.IV pada level 7,09% (yoy). Secara keseluruhan, pertumbuhan ekonomi hingga triwulan III 2013 mencapai 6,68% (ctc), lebih rendah dibandingkan Januari –September 2012 pada level 7,33% (ctc). Dari sisi permintaan, perlambatan ini disebabkan masih rendahnya pertumbuhan transaksi ekspor khususnya ke kawasan ASEAN. Hingga September 2013, ekspor komoditas utama tumbuh lebih rendah meliputi komoditas tembaga, bahan kimia organik dan perhiasan/permata. Sumbangan pertumbuhan ekspor Jatim sebesar 2,81%, lebih rendah dari triwulan II 2013 di kisaran 3,50%. Di sisi lain, sumbangan impor sedikit melambat dari 2,48% menjadi 2,32%. Selain itu, masih rendahnya serapan belanja modal pemerintah mengakibatkan penurunan kontribusi komponen ini pada perekonomian. Dari sisi investasi hingga triwulan III 2013 tercatat pertumbuhan investasi swasta tidak beranjak dari kisaran 6% (yoy), dimama realisasi
investasi
lebih
banyak
berupa
investasi
non
bangunan
dan
bersifat
penggantian/peremajaan mesin. Hal tersebut terkonfirmasi oleh hasil liaison, dimana perusahaan cenderung melakukan aksi wait and see di tengah ketidakpastian faktor eksternal dan peningkatan biaya produksi dalam negeri. Tercatat hanya konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta nirlaba yang meningkat sebagai respon atas momentum Hari Raya Idul Fitri pada bulan Agustus 2013. Indikator konsumsi ini searah dengan hasil Survei Konsumen (SK) dan Survei Penjualan Eceran (SPE) yang dilakukan BI KPw Jatim. Dari sisi penawaran, perlambatan terbesar disumbang dari menurunnya kinerja sektor industri pengolahan dan sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR). Namun, sektor pertanian, pertambangan serta sektor pengangkutan dan komunikasi masih mampu tumbuh lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya. Kenaikan biaya produksi akibat faktor dalam negeri (kenaikan upah buruh, biaya energi dan beban bunga pinjaman) dan faktor luar negeri (depresiasi nilai tukar), turut menjadi beban sektor usaha, yang mengakibatkan penurunan pendapatan sektor korporasi. Hal ini turut dikonfirmasi dari hasil liaison yang menyatakan
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – 2013
1
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
tergerusnya marjin usaha sejak bulan Agustus 2013 pasca depresiasi nilai tukar sehingga mengakibatkan kenaikan biaya bahan baku. Di sisi lain, derasnya impor kelompok tekstil mengakibatkan pelaku usaha terpaksa menurunkan kapasitas
produksinya
karena kalah
bersaing dengan produk Cina. Di pasar dalam negeri, transaksi perdagangan antar pulau mengalami perlambatan akibat menurunnya kinerja ekspor antar pulau. Hal ini berujung pada melemahnya pertumbuhan sub sektor perdagangan besar Jawa Timur. Disisi lain, sebagaimana diperoleh
dari hasil Survei Pemantauan Harga Properti (SHPR) BI KPw
Jatim, kenaikan suku bunga konsumsi dan biaya material konstruksi turut mempengaruhi tingkat pembangunan properti residensial dan komersial, khususnya kelompok menengah. Hal ini berdampak pada melambatnya pertumbuhan sektor jasa (sub sektor real estate) dan sektor konstruksi. Grafik 1.1 Kontribusi Pertumbuhan PDRB Sektoral Prov.Jawa Timur (%, yoy) 5.07 5.04
KEUANGAN, PERSEWAAN, & JS. PRSH.
-25.14 -22.97 -24.17
Tw III 2013 Tw III 2012 Tw II 2013
8.08 8.41
JASA-JASA
Grafik 1.2 Kontribusi PDRB Sisi Permintaan Prov.Jawa Timur
Perubahan Stok
31.58 30.58
PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN
1.23 1.33
LISTRIK, GAS & AIR BERSIH
Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba
2.04 2.07
5
10
15
20
25
30
-40.00
35
Grafik 1.3 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi
-20.00
0.00
20.00
40.00
60.00
80.00
Jawa Timur
Indonesia
Grafik 1.4 Struktur Perekonomian Prov. Jawa Timur
Tren-Jawa Timur
8
JASA-JASA
100% 90%
7.29 7.147.20 7.17
7.29 7.277.31 7.41
5
4
KEUANGAN, PERSEWAAN, & JS. PRSH.
80%
7.09 6.89 7.11 6.64 6.58 6.53 6.44 6.65 6.30 6.25 6.11 6.29 6.03 6.52 6.49 6.11 5.81 5.99 6.45 6.36 6.29 6.32 6 6.03 5.81 5.81 6.16 5.42 5.89 5.97 5.61 5.60 5.85 5.28 5.79 5.28 5.60 7
y o y
70.81 70.59 71.36
Sumber: BPS Jatim, diolah
Sumber: BPS Jatim, diolah
%
7.63 7.14 7.40 0.66 0.64 0.64
Konsumsi Rumah Tangga
14.63 15.12
PERTANIAN 0
21.36 20.86 20.58
Konsumsi Pemerintah
26.48 27.13
INDUSTRI PENGOLAHAN PERTAMBANGAN & PENGGALIAN
1.14 1.76 2.22
Pembentukan Modal Tetap Bruto
4.76 4.60
BANGUNAN
q2-2013 q3-2013
23.55 21.98 21.97
Ekspor
6.13 5.71
PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI
q3-2012
Impor
PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI
70% 60% 50%
PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN
40%
BANGUNAN
5.01 4.52
30%
LISTRIK, GAS & AIR BERSIH
4.27 4.33 4.14
20% INDUSTRI PENGOLAHAN
10% 0%
3
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III
I II IIIIV I II IIIIV I II IIIIV I II IIIIV I II IIIIV I II IIIIV I II III
PERTAMBANGAN & PENGGALIAN PERTANIAN
2007
2008
Sumber: BPS Jatim, diolah
2009
2010
2011
2012
2013
2007 2008 2009* 2010 2011 2012 2013
Sumber: BPS Jatim, diolah
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – 2013
2
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
1.2. SISI PERMINTAAN Dari sisi permintaan, masih tingginya konsumsi rumah tangga turut menahan perlambatan ekonomi, dengan sumbangan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,21% (yoy). Selanjutnya, meskipun investasi swasta belum bergerak dari level pertumbuhan 6% (yoy), namun besarannya merupakan kedua yang tertinggi sebagai pendorong kerja mesin ekonomi di angka 1,17%. Sumber perlambatan ekonomi periode laporan masih berasal dari belum pulihnya kinerja transaksi ekspor-impor luar negeri Jawa Timur. Sedangkan, kinerja perdagangan dalam negeri relatif stagnan, berbeda arah dengan pola sebelumnya, khususnya mengingat pada triwulan ini terdapat momentum bulan puasa dan Hari Raya Idul Fitri. Grafik 1.5 Sisi Permintaan PDRB Prov.Jawa Timur
T r i l i u n
80
Kons. RT g_Kons. RT (rhs)
Kons. Pemerintah g_Kons. Pemerintah (rhs)
70 60 50 40 30 20 10 0
R p
Grafik 1.6 Sisi Permintaan PDRB Prov.Jawa Timur
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III 2007
2008
2009
2010
2011
2012
Net Ekspor Luar Negeri g_Net Ekspor Luar Negeri (rhs)
6
30% 25% 20% 15% % 10% 5% 0% Y -5% O -10% Y -15%
2013
Sumber: BPS Jatim
T r i l i u n
500 4 0 2
-500
%
-1,000 0 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III -2
R p
Net Ekspor Antar Pulau 1,000 g_Net Ekspor Antar Pulau (rhs)
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
-1,500 -2,000
Y O Y
-2,500 -4 -3,000 -6
-3,500
Sumber: BPS Jatim
a. Konsumsi Pada triwulan III 2013, kinerja konsumsi rumah tangga tetap menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur.
Tercatat pertumbuhannya mencapai 7,54% (yoy),
meningkat dari triwulan II 2013 pada level 6,94%. Tren ini turut dikonfirmasi oleh perbaikan level pertumbuhan/indeks beberapa indikator konsumsi, seperti hasil survei konsumen, konsumsi listrik rumah tangga dan sumber pembiayaan konsumsi masyarakat. Sedangkan indikator indeks omset riil relatif stabil di atas level 115. Meningkatnya kinerja konsumsi masyarakat turut dikonfirmasi oleh hasil survei konsumsi, dengan bertahannya indeks di atas level 120. Membaiknya Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) mencerminkan kenaikan level konsumsi masyarakat periode laporan. Perbaikan indeks ini utamanya didorong oleh Indeks Penghasilan Saat Ini, sebagai efek lanjut dari kenaikan upah buruh sebesar 30% di tahun 2013. Namun, di sisi lain, adanya kekhawatiran atas perekonomian Jatim dan Indonesia dalam 6 (enam) bulan mendatang mengakibatkan melemahnya capaian Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK). Meningkatnya tekanan domestik pasca kenaikan komponen biaya produksi serta masih berlanjutnya ketidakpastian ekonomi global Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – 2013
3
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
diterjemahkan oleh para responden dengan menurunnya keyakinan kondisi ekonomi dan penghasilan pada 6 (enam) bulan mendatang. Grafik 1.7 1. 7 Survei Konsumen – Keyakinan Konsumen Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK)
Indeks
160
Grafik 1.8 1.8 Survei Konsumen – Kondisi Ekonomi Saat Ini
140
160
Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) Indeks Penghasilan Saat Ini Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja Indeks Ketepatan Waktu Pembelian Barang Tahan Lama
Indeks
140
120 120
100 100
80 80
60
60
40
40
20
20
0
0
I
II III IV I
II III IV I
II III IV I
II III IV I
II III IV I
II III IV I
2007
2008
2009
2010
2011
2012
II III
I
2013
II III IV I
II III IV I
II III IV I
II III IV I
II III IV I
II III IV I
2007
2008
2009
2010
2011
2012
II III 2013
Meningkatnya konsumsi rumah tangga turut dikonfirmasi oleh hasil Survei Penjualan Eceran yang bertahan di atas indeks 115. Transaksi pembelian eceran masyarakat didominasi oleh kelompok barang barang budaya dan rekreasi, barang bahan kimia, barang konstruksi, suku cadang dan alat tulis. Momentum bulan puasa dan Hari Raya Idul Fitri menjadi pemicu meningkatnya pembelian kelompok pakaian serta kelompok makanan, minuman dan tembakau. Secara keseluruhan, indeks omset riil dari Hasil Survei Penjualan Eceran yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV bertahan pada indeks 116. Grafik 1.10 1.10 Konsumsi Listrik Rumah Tangga
Grafik 1.9 Indeks Penjualan Eceran Indeks Omset Riil Pakaian & Perlengkapannya Alat Tulis Barang Budaya dan Rekreasi
Indeks 140
120
Peralatan Rumah Tangga Makanan, Minuman, Tembakau Konstruksi
Indeks
150
600
Kwh
Konsumsi Listrik
Kwh/pelanggan
Kwh/ 1,000 pelanggan 900
140
800
500
130 700
100 400
120
600
80 300 60
500
110
400
100 200
40
300 90 200
100
20
-
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III 2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
80
100 0
70 I
II III IV I
II III IV I
II III IV I
II III IV I
II III IV I
II III IV I
2007
2008
2009
2010
2011
2012
II III 2013
Sumber: PLN Distribusi Jatim
Sementara itu, indikator konsumsi listrik rumah tangga mengindikasikan terjadinya peningkatan konsumsi, yaitu dari 886 juta Kwh menjadi 910 juta Kwh atau meningkat dari 108,79 menjadi 110,09
Kwh per pelanggan. Kenaikan ini dipicu dari banyaknya
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – 2013
4
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
penyelenggaraan kegiatan masyarakat dalam menyambut Hari Raya Idul Fitri pada bulan Agustus 2013. Sementara itu, konsumsi BBM jenis premium pun meningkat sebagai konsekwensi dari rutinitas mudik masyarakat Jawa Timur di saat Hari Raya Idul Fitri. Kenaikan harga pada pertengahan Juni belum direspon negatif, mengingat tingginya kebutuhan konsumsi BBM untuk kegiatan mudik Hari Raya. Dalam mengantisipasi lonjakan konsumsi ini, KPwBI Wil.IV telah berkoordinasi dengan instansi terkait guna memastikan terjaganya stok BBM premium hingga akhir tahun di seluruh wilayah kab/kota Jawa Timur. Pertumbuhan simpanan perorangan sebagai salah satu sumber pembiayaan konsumsi masyarakat menunjukkan terjaga pada level 15%. Komponen jenis simpanan yang tumbuh meningkat adalah jenis giro (dari 7,15% menjadi 7,77%) dan deposito (dari 11,11% menjadi 12,76%). Sedangkan jenis tabungan mengalami penurunan dari 19,34% (yoy) menjadi 18,29%. Penggunaan dana tabungan sebagai salah satu sumber pembiayaan konsumsi masyarakat mengakibatkan penurunan pertumbuhan pada periode laporan. Sedangkan meningkatnya suku bunga simpanan perbankan dan faktor masih tingginya ketidakpastian ekonomi domestik dan global menjadi pendorong meningkatnya pertumbuhan dana simpanan masyarakat jenis deposito. Sebagai sumber pembiayaan lainnya, kenaikan suku bunga konsumsi pada bulan Agustus 2013 mengakibatkan perlambatan kredit konsumsi Bank Umum, yaitu dari 26,69% (yoy) menjadi 22,63%. Grafik 1.1 1. 11 Perkembangan Kredit Konsumsi
Grafik 1.1 1.12 Dana Simpanan Perbankan Perorangan
% yoy
35
Modal Kerja
50,00 45,00 40,00 35,00 30,00 25,00 20,00 15,00 10,00 5,00 -
Investasi
Konsumsi
gDPK Perorangan gGiro Perorangan (rhs) gTab Perorangan (rhs) gDep Perorangan (rhs)
% yoy
30 25
%yoy
50 40
20
30
15
20
10
10
5
Tw I
Tw II
Tw III Tw IV
Tw I
Tw II
Tw III
60
-
-
(10) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2012
2013
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
b. Investasi Kinerja investasi Jawa Timur yang tercermin pada tingkat pertumbuhan investasi (Pembentukan Modal Tetap Bruto – PMTB) pada triwulan III 2013 meningkat dari 6,34% (yoy) menjadi sebesar 6,50% pada periode laporan. Namun, jika dinilai dari sumbangannya, realisasi
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – 2013
5
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
PMTB periode ini masih lebih rendah yaitu dari 1,23% menjadi 1,17%. Pertumbuhan investasi di sepanjang tahun 2013 tercatat cenderung stagnan di level 6% (yoy). Berdasarkan data yang dirilis oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), diperoleh informasi bahwa kinerja penanaman modal pada periode laporan mengindikasikan hal serupa pada jenis Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN). Dapat dilaporkan, bahwa realisasi investasi jenis PMA mencapai USD 609,9 juta (109 proyek) sedangkan PMDN sebesar Rp. 8,807.8 milyar (78 proyek). Berdasarkan informasi dari kegiatan Liaison yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV, realisasi investasi lebih banyak berupa investasi non bangunan dan bersifat penggantian/peremajaan mesin. Perusahaan cenderung melakukan aksi wait and see di tengah ketidakpastian faktor eksternal dan peningkatan biaya produksi dalam negeri. Grafik 1.1 1. 13 Perkembangan Jumlah Proyek Investasi Jumlah Proyek PMA Perubahan Jumlah Proyek PMA
350
Grafik 1.1 1.14 Perkembangan Nilai Proyek Investasi
300%
Jumlah
300
12,000
Jumlah Proyek PMDN Perubahan Jumlah Proyek PMDN
Nilai Proyek PMA (USD million) g Nilai Proyek PMA
1200%
Nilai Proyek PMDN (Rp miliar) g Nilai Proyek PMDN
1000%
10,000 800%
USD Miliar 250
8,000
200%
600%
200 6,000
400%
100%
150
200% 4,000 100 0%
0% 2,000
50
-200%
-
-100% I
II III IV I
II III IV I
II III IV I
II III IV I
II III IV I
II III IV I
2007
2008
2009
2010
2011
2012
-
II III 2013
Sumber: BKPM
Pembentukan Modal Tetap Bruto gPMTB (rhs)
II III IV I
II III IV I
II III IV I
II III IV
2007
2008
2009
2010
2011
2012
I
II III 2013
16% 14%
20 12% 10%
15
% 8%
10
6% 4%
5
R 0 p
II III IV I
Grafik 1.16 1. 16 Perkembangan Kredit Investasi
2% 0%
Y O Y
% yoy
T r i l i u n
II III IV I
Sumber: BKPM
Grafik 1.15 1.15 Perkembangan PMTB 25
-400% I
Modal Kerja
50,00 45,00 40,00 35,00 30,00 25,00 20,00 15,00 10,00 5,00 Tw I
Tw II
Investasi
Tw III Tw IV
Tw I
Konsumsi
Tw II
Tw III
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III 2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2012
2013
Sumber: BPS Jawa Timur, diolah
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – 2013
6
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Indikator lainnya juga mengindikasikan hal yang sama, sebagaimana tercermin dari terjaganya level pertumbuhan kredit investasi yang merupakan salah satu sumber pembiayaan investasi dari Bank Umum. Pada periode laporan tercatat pertumbuhan kredit jenis ini terjaga di atas level 33%. Mayoritas investasi dalam bentuk non bangunan/mesin turut dikonfirmasi oleh indikator volume penjualan semen di Jawa Timur, yang mengalami perlambatan dari 5,40% (yoy) menjadi 1,09%. Searah dengan indikator volume penjualan semen, indikator kinerja impor barang modal mengindikasikan adanya peningkatan transaksi dibandingkan periode sebelumnya. Tracking atas perkembangan impor barang modal pada triwulan III 2013 menginformasikan masih stabilnya transaksi kelompok barang ini, yang didominasi impor mesin dari Cina. Grafik 1.18 1.18 Perkembangan Impor Barang Modal
Grafik 1.17 1.17 Perkembangan Volume Penjualan Semen 2,500,000
(Juta Sak)
Penjualan Semen
(%, yoy) 30%
g_Penjualan Semen
800 700
(FOB, juta usd)
Capital Goods
g_Capital Goods
(%, yoy)
20%
600 1,500,000 0% 1,000,000
100
500
80
400
60
300
40 20
-10%
200 500,000 -20%
-
100
(20) (40)
0 0
-30% I
II
III
2008
IV
I
II
III
IV
2009
I
II
III
IV
I
2010
II
III
2011
IV
I
II
III
2012
IV
I
II 2013
III
140 120
2,000,000
10%
160
I II IIIIV I II IIIIV I II IIIIV I II IIIIV I II IIIIV I II IIIIV I II IIIIV I II IIIIV I II III 2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012 2013
Sumber: Asosiasi Semen Indonesia, diolah
c. EksporEkspor-Impor Pada triwulan III 2013, neraca perdagangan Jawa Timur masih belum stabil dengan menurunnya angka net ekspor dari Rp. 4,22 triliun menjadi Rp. 3,86 triliun. Meningkatnya nilai net ekspor perdagangan dalam negeri dari Rp. 3,47 triliun menjadi Rp. 3,70 triliun menjadi penahan turunnya nilai net ekspor luar negeri dari Rp. 0,75 triliun menjadi Rp. 0,16 triliun. Informasi pendukung lainnya menginformasikan kondisi serupa, yaitu laporan aplikasi Permohonan Ekspor Barang (PEB) dan Permohonan Impor Barang (PIB) kembali mencatatkan net impor sebesar USD 1.176,83 juta dengan faktor pendorong dari peningkatan net impor barang modal (dari sebelumnya kondisi net impor sebesar USD 446,20 juta menjadi net impor USD 619,90 juta) dan masih berlanjutnya net impor barang bahan baku dari (dari sebelumnya kondisi net impor sebesar USD 1,187.67 juta menjadi net impor USD 1.064,35 juta). Sedangkan kelompok barang konsumsi mencatatkan kondisi net ekspor pada besaran yang lebih rendah, yaitu dari USD 874,72 juta menjadi USD 507,43 juta. Berdasarkan data ini, kinerja perdagangan Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – 2013
7
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
luar negeri Jatim melemah cukup dalam dibandingkan periode sebelumnya. Depresiasi nilai tukar sejak Juli 2013 berpengaruh pada peningkatan nilai ekspor barang Jawa Timur. Namun, di sisi lain, masih tingginya ketergantungan impor bahan baku mengakibatkan defisit neraca perdagangan Jawa Timur makin melebar. Rendahnya pertumbuhan transaksi ekspor khususnya terjadi untuk negara tujuan kawasan ASEAN. Hingga September 2013, ekspor komoditas utama tumbuh lebih rendah meliputi komoditas tembaga, bahan kimia organik dan perhiasan/permata. Grafik 1.19 1. 19 Perkembangan Kinerja Ekspor Jatim 6
T r i l i u n
Net Ekspor Luar Negeri
Net Ekspor Antar Pulau
Grafik 1.20 1.20 Perkembangan Kinerja Ekspor Luar Negeri Jatim Net Ekspor
1,000
NET EKSPOR (USD Juta) Net Intermediate Goods
(juta usd)
Net Capital Goods Net Consumption Goods
800 4
600 2
400 200
0 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III -2
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
(200) (400)
R -4 p
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV 2006
2007
2008
2009
2010
2011
(600)
-6
(800)
Sumber: BPS Jatim
Grafik 1.21 1.21 Perkembangan Nilai Ekspor Per Jenis Barang 4,500
Consumption Goods
Intermediate Goods
Grafik 1.22 1.22 Pertumbuhan Ekspor Per Jenis Barang
Capital Goods
80
4,000
70
3,500
60
3,000
Juta USD
g_Total Ekspor g_Capital Goods (rhs) g_Intermediate Goods (rhs) g_Consumption Goods (rhs)
(juta usd)
(%, yoy)
200
50
2,500
40
2,000
30
1,500
20
1,000
10
150 100 50 -
-
500
(10)
0
250
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III (50)
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III 2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
(20)
2006
2007
(juta usd)
Total Ekspor
2009
2010
2011
2012
2013 (100)
(30)
Grafik 1.24 1.24 Perkembangan Nilai Impor
Grafik 1.23 1.23 Perkembangan Nilai Ekspor 4,500
2008
g_Total Ekspor
4,000
(%, yoy)
80
6000
60
5000
40
4000
20
3000
-
2000
(20)
1000
(40)
0
Total Impor
(FOB, juta usd)
g_Total Impor
80 (%, yoy)
60
3,500 3,000
40 20
2,500 2,000
-
1,500
(20)
1,000
(40)
500 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III 2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
(60) I II IIIIV I II IIIIV I II IIIIV I II III IV I II IIIIV I II III IV I II IIIIV I II IIIIV I II III 2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012 2013
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – 2013
8
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Grafik 1.26 1.26 Pertumbuhan Impor per Jenis Barang
Grafik 1.2 1. 25 Nilai Impor per Jenis Barang 5,500
(juta usd)
Consumption Goods
Intermediate Goods
Capital Goods
J 5,000 U 4,500 T 4,000 A
160.0
g_Total Impor
g_Capital Goods
g_Intermediate Goods
g_Consumption Goods
120.0 100.0
3,500
% 80.0
U 3,000 S 2,500 D
60.0
y 40.0 o y 20.0
2,000
(
1,500
C I 1,000 500 F
0.0
)
-20.0
0 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III 2006
1.2.
(juta usd)
140.0
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
-40.0
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III 2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
-60.0
SISI PENAWARAN Dari sisi penawaran, struktur perekonomian Jawa Timur pada triwulan III-2013 secara
keseluruhan masih didominasi oleh tiga sektor utama, yaitu Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR), Sektor Industri Pengolahan dan Sektor Pertanian, dengan rincian kontribusi 31,58% (PHR), 26,48% (Industri Pengolahan), dan 14,63% (Pertanian). Secara umum, jumlah kontribusi ketiga sektor utama tersebut mencapai 72,68%, sedikit lebih rendah apabila dibandingkan dengan proporsi ketiganya pada Triwulan II 2013 yang tercatat sebesar 72,77%. Penurunan proporsi ini didorong oleh kontribusi sektor pertanian yang menurun 0,74% dibandingkan triwulan II-2013. Sektor Pertanian, Pertambangan serta Pengangkutan dan Komunikasi mencatat pertumbuhan positif pada triwulan III-2013, sementara enam sektor lainnya mengalami perlambatan. Pertumbuhan tertinggi dinikmati oleh sektor Pengangkutan dan Komunikasi, yaitu sebesar 10,70% (yoy) pada triwulan III-2013 dengan pertumbuhan tertinggi di sub sektor Komunikasi, yaitu sebesar 12,61%. Hal ini seiring dengan semakin meningkatnya kebutuhan masyarakat akan jasa komunikasi dan angkutan selama hari raya Idul Fitri. Sektor pertanian dan pertambangan juga mengalami pertumbuhan positif, yaitu masing-masing tumbuh dari 1,46% menjadi 1,77%, dan dari 2,6% menjadi 4,9% pada triwulan laporan.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – 2013
9
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Tabel.1.3 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Sisi Penawaran (%, yoy) 2011
Lapangan Usaha
I Pertanian 2.82 Pertambangan 10.3 Industri Pengolahan 6.66 Listrik, Gas & Air Bersih 7.22 Bangunan 7.42 Perdagangan, Hotel & Restora 9.60 Pengangkutan & Komunikasi 12.41 Keuangan, Persewaan & Jasa P 8.21 Jasa-jasa 3.89 PDRB 7.17
2012
II
III 2.06 4.5 5.60 5.17 8.90 10.44 11.61 8.17 2.55 7.29
6.15 1.9 2.50 4.54 7.23 5.76 7.82 5.40 3.70 7.29
IV 1.64 4.9 5.96 5.65 8.99 9.69 9.85 7.87 5.82 7.11
I
II
2.76 5.1 6.23 7.07 10.18 9.69 13.17 7.76 5.18 7.27
4.68 1.7 5.74 6.69 5.58 10.61 8.05 8.92 4.96 7.31
III 4.36 1.0 7.21 5.25 6.84 9.79 8.79 8.18 4.63 7.41
IV 1.95 1.1 6.17 5.90 6.10 10.13 9.10 7.20 5.50 7.09
2013 II 1.46 2.6 6.62 4.60 10.53 8.92 10.04 7.84 5.70 6.89
I 1.96 2.7 5.16 5.28 8.26 9.38 10.98 8.49 5.68 6.65
III 1.77 4.9 5.36 4.59 8.46 8.51 10.70 7.39 4.95 6.49
Sumber: BPS Jatim, diolah
Grafik 1.30 1.30 Pertumbuhan Sektor Pendukung
Grafik 1.29 1.29 Pertumbuhan Tiga Sektor Utama 16
(%, yoy)
(%, yoy)
Pertanian
14 12
Jasa-Jasa
18
Industri Pengolahan
16
Perdagangan, Hotel&Restoran
14
10
Pengangkutan & Komunikasi Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan
12 10
8
8
6
6
4
4
2
2 0
0 I
II
III 2011
IV
I
II
III
IV
I
II
2012
I
III
II
III
IV
I
2011
2013
Sumber: BPS Jatim, diolah
II
III 2012
IV
I
II
III
2013
Sumber: BPS Jatim, diolah
Grafik 1.31 1.31 Pertumbuhan Sektor Pendukung 16
(%, yoy)
Listrik, Gas & Air Bersih Pertambangan & Penggalian Bangunan
14 12 10 8 6 4 2 0 I
II
III 2011
IV
I
II
III 2012
IV
I
II
III
2013
Sumber: BPS Jatim, diolah
Berbeda dengan triwulan sebelumnya, sektor Industri Pengolahan mengalami perlambatan yang cukup dalam, yaitu dari 6,62% (yoy) pada triwulan II-2013 menjadi 5,36% pada triwulan III-2013. Perlambatan paling besar dialami oleh sub sektor Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya yang melambat 11,91%, dari 15,35% menjadi 3,44%. Sementara itu, perlambatan pada sektor bangunan juga cukup signifikan, yaitu tumbuh menurun dari 10,53% Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – 2013
10
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
menjadi 8,46%. Sektor lainnya yang turut melambat antara lain sektor Perdagangan, Hotel & Restoran (PHR) yang tumbuh di level 8,51%, sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan (7,39%) dan sektor Jasa-Jasa (4,95%), seluruhnya secara yoy. Berbeda dengan triwulan sebelumnya, pertumbuhan sektor primer cenderung positif, sektor sekunder cenderung melambat, sedangkan sektor tersier cenderung stabil. Salah satu indikator perkembangan kegiatan usaha di Jawa Timur, yaitu hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang dilakukan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV menunjukkan adanya penurunan tingkat utilisasi kapasitas produksi dari 79,28% menjadi 76,55%. Penurunan ini didorong oleh menurunnya utilisasi sektor utama, yakni Pertanian sebesar 8,16%, Industri Pengolahan (1,16%), dan Listrik, Gas dan Air (3,56%). Sementara apabila dilihat dari rincian sub sektor, maka sub sektor listrik mengalami penurunan utilisasi terbesar, disusul oleh sub sektor semen dan barang galian bukan logam, serta sub sektor perikanan. Secara keseluruhan tingkat utilisasi kapasitas produksi sektor utama Jawa Timur masih berada di atas 70%. Grafik 1.32 1.32 Utilisasi Kapasitas Produksi
Grafik 1.33 1.33 Utilisasi Kapasitas Produksi Sektoral
Kapasitas Produksi Terpakai (Persen) 82.00
Perkembangan Kegiatan Usaha (left axis)
SBT
%
36.00
78.00
31.00
76.00
26.00
74.00
21.00
72.00
16.00
70.00
11.00
68.00
6.00
66.00
1.00
64.00
-4.00 II
III IV
2009
I
II
III IV
2010
I
II
III IV
2011
I
II
III IV
I
2012
II
III
%, SBT
41.00
80.00
I
Total Pertambangan Listrik Gas Air Bersih
120.00
Pertanian Industri Pengolahan
100.00 80.00 60.00 40.00 20.00 0.00 I
II
III 2009
IV
I
II
III 2010
IV
I
II
III 2011
IV
I
II
III 2012
IV
I
II
III
2013
2013
Penurunan kinerja ekonomi pada triwulan III 2013 turut dikonfirmasi oleh indeks realisasi usaha pada Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang mengalami penurunan signifikan dari 37,72 menjadi 9,03. Secara sektoral, perlambatan sektor utama pun searah dengan indeks realisasi usaha di sektor tersebut yang menurun. Indeks realisasi usaha sektor Pertanian menurun sebesar 7,86, sementara sektor industri pengolahan menurun 4,17 dan sektor PHR menurun 6,95. Ke depan, di perkirakan indeks realisasi usaha sektor utama tersebut mampu stabil kembali di angka total 15,72 pada triwulan IV-2013 seiring dengan harapan perbaikan perekonomian nasional dan Jawa Timur. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – 2013
11
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Grafik 1.34 1.34 Indeks Realisasi Usaha 40
Grafik 1.35 1.35 Indeks Realisasi Usaha Sektoral 37.72
35.87
TOTAL
31.82 30
25.86 23.29 22.32 21.6
22.1 20
S B T
16.30 12.65 12.71
15.81 11.6
11.35 10
7.05
6.43
6.47
4.15
15.72
2.60
0
25.00 S B 20.00 T
15.00
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV*
-1.85
-0.45 2006
-20
2007
2008
-1.46 2009
2010
2011
2012
10.00
2013
5.00 -18.91
Indeks Realisasi Usaha
0.00
-30 -27.23
-40
a.
PHR
30.00
9.03
8.49
1.1
-10
INDUSTRI PENGOLAHAN
35.00
20.88
19.5518.54
PERTANIAN
40.00
26.35
-5.00
I
II III IV I
II III IV I
II III IV I
II III IV I
II III IV*
-10.00
Sektor Perdagangan, Hotel & Restoran (PHR) Masih sama dengan pola historisnya, pertumbuhan sektor PHR termasuk dalam 2 (dua)
besar sektor dengan pertumbuhan tertinggi dalam struktur ekonomi Jatim. Pada triwulan III 2013, Sektor Perdagangan Hotel dan Restoran tercatat mengalami pertumbuhan kedua tertinggi yaitu mencapai 8,51% (yoy), namun melemah dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang mencapai 8,92%(yoy). Perlambatan ini dipicu oleh melemahnya pertumbuhan di seluruh sub sektor PHR, terutama hotel yang menurun dari 9,04% (yoy) menjadi 8,27% (yoy). Sedangkan kedua sub sektor lainnya yaitu restoran dan perdagangan besar dan eceran masing-masing juga menurun menjadi 9,04% (yoy) dan 8,27% (yoy). Kenaikan harga BBM yang mendorong tingginya harga barang dan jasa turut berpengaruh pada penurunan kinerja sub sektor perdagangan besar dan eceran serta sub sektor restoran. Sementara itu, tingginya impor, terutama kelompok tekstil dan persaingan produk lokal dengan China menyebabkan sektor usaha menurunkan kapasitas produksinya, sehingga memperlambat pertumbuhan perdagangan besar. Perlambatan kinerja sub sektor hotel di Jawa Timur dikonfirmasi oleh perlambatan pertumbuhan beberapa indikator seperti Tingkat Penghunian Kamar (TPK) dan lama tinggal tamu di Hotel Berbintang. Tercatat, TPK Hotel Berbintang mengalami penurunan dari sebelumnya mencapai 52,69% pada triwulan II-2013 menjadi 50,73% pada triwulan III-2013. Indikator rata–rata lama menginap tamu di hotel berbintang turut mengindikasikan adanya penurunan, baik tamu asing maupun domestik. Tercatat rata-rata lama menginap tamu asing pada triwulan II adalah selama 4,08 hari, sementara pada pada triwulan III-2013 berkurang menjadi selama 2,22 hari. Begitu pula dengan rata-rata menginap tamu domestik yang berkurang dari 1,88 hari pada triwulan III-2012, menjadi 1,73 hari pada periode laporan. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – 2013
12
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Penurunan kinerja PHR tersebut juga ditunjukkan dengan jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang datang melalui bandara Juanda mengalami penurunan signifikan, yaitu 13,31% (qtq), dari 19.898 orang menjadi 17.250 orang. Faktor penyebab melambatnya kinerja sub sektor hotel yakni perlambatan ekonomi internasional, terutama negara sedang berkembang (emerging market) dan Amerika Serikat (AS). Seperti diketahui, sebagian besar wisatawan asing Jawa Timur berasal dari wilayah Asia. Depresiasi mata uang di sebagian besar negara sedang berkembang terhadap USD menyebabkan menurunnya daya beli dan minat berwisata wisman. Selain itu, instabilitas perekonomian Indonesia pada triwulan III-2013, seperti inflasi yang tinggi turut memberikan sentimen negatif wisatawan asing terhadap Indonesia. Grafik 1.36 1.36
Grafik 1.37 1.37
Tingkat Hunian Kamar Hotel Berbintang di Jatim
Lama Tinggal Tamu di Hotel Berbintang Jatim
TPK Hotel Berbintang Jatim
5 Asing
%
60%
Indonesia
Total
4 55%
3
H A R I
50% 45% 40%
2 1
35%
0 I
30% I
II
III
IV
I
2007
II
III
IV
I
2008
II
III
IV
I
II
2009
III
IV
I
II
2010
III
IV
I
II
2011
III
IV
I
II
2012
II III IV I
II III IV I
II III IV I
II III IV I
II III IV I
2007
2008
2009
2010
2011
2012
II III 2013
2013
Sumber : BPS Jatim (diolah)
Sumber : BPS Jatim (diolah)
Grafik 1.38 1.38
Grafik 1.39 1.39
Jumlah Wisatawan Asing melalui Bandara Juanda
Konsumsi Listrik Golongan Bisnis
100%
TPK Hotel Berbintang Jatim
Konsumsi Listrik Bisnis
280
gJumlah Wisman Melalui Juanda
80% 60% 40%
%
II III IV I
III
Pertumbuhan
% Kwh
30%
240
25%
220
20% 15%
200
10%
180
20%
5%
160
0% I
II III IV
I
II III IV
I
II III IV
I
II III IV
I
II III IV
I
II III IV
I
II III
-20% 2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
0%
140
-5%
120
-10%
100
-15% -20%
80
-40%
35%
260
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III
-60% 2007
Sumber : BPS, diolah
2008
2009
2010
2011
2012
2013
Sumber : PLN (diolah)
Meskipun kinerja sektor ini mengalami perlambatan, namun potensi pemulihan kinerjanya diperkirakan masih tinggi. Hal ini seiring dengan stabilnya indikator konsumsi listrik golongan usaha atau bisnis di Jawa Timur. Konsumsi listrik golongan usaha/bisnis tumbuh 2,27% (qtq), yaitu dari 260,87 KwH menjadi 266,8 KwH pada triwulan laporan atau 14,78%
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – 2013
13
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
secara year on year. Ke depan, sektor ini diperkirakan dapat kembali stabil seiring dengan masih tingginya pasar usaha restoran dan perdagangan di Jawa Timur. b. Sektor Industri Pengolahan Sektor industri pengolahan mengalami pertumbuhan sebesar 5,36% (yoy), tumbuh lebih rendah apabila dibandingkan dengan pertumbuhan sebelumnya yang mencatat pertumbuhan sebesar 6,62% (yoy). Perlambatan sektor ini dipicu oleh menurunnya sub sektor barang kayu dan hasil hutan lainnya yang menurun menjadi 3,44% (yoy), pupuk, kimia dan barang dari karet (4,37%), serta tekstil, barang kulit dan alas kaki (2,91%). Berdasarkan rilis data industri manufaktur, diperoleh informasi bahwa produksi industri manufaktur besar dan sedang pada triwulan III-2013 mengalami kenaikan 3,03% (yoy), namun lebih rendah dibanding angka nasional yang mencapai 6,83%. Pertumbuhan produksi industri manufaktur besar dan sedang disumbang oleh pertumbuhan industri alat angkut lainnya. Di sisi lain, Industri mikro dan kecil Jawa Timur pun mengalami peningkatan pertumbuhan produksi sebesar 5,35% (yoy) dan lebih tinggi dari level nasional yang tumbuh 4,86%. Kenaikan tersebut terutama disebabkan karena peningkatan kinerja sub sektor industri komputer, barang elektronik dan optik serta industri kertas dan barang dari kertas. Grafik 1.40 1.40 Pertumbuhan Sektor Indusri Pengolahan Makanan, Minuman dan Tembakau
Tekstil, Brg. Kulit & Alas kaki
Logam Dasar Besi & Baja
Brg. Kayu & Hasil Hutan lainnya
Kertas dan Barang Cetakan
27
22
%, yoy
17
12
7
2
-3
I
II
III 2010
IV
I
II
III 2011
IV
I
II
III 2012
IV
I
II
III
2013
-8 Sumber: BPS Jatim , diolah
Perlambatan kinerja sektor industri pengolahan turut dikonfirmasi oleh penurunan impor bahan baku dan modal. Kenaikan biaya produksi akibat faktor dalam negeri ( biaya energi dan beban bunga pinjaman) dan faktor luar negeri (depresiasi nilai tukar), turut menjadi beban sektor usaha, yang mengakibatkan penurunan pendapatan sektor korporasi. Hal ini turut dikonfirmasi dari hasil liaison yang menyatakan tergerusnya marjin usaha sejak bulan Agustus 2013 pasca depresiasi nilai tukar sehingga mengakibatkan kenaikan biaya bahan baku.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – 2013
14
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Apabila dilihat dari indikator jumlah konsumsi listrik golongan industri, pada triwulan III2013 mengalami peningkatan yang cukup signifikan, yaitu tumbuh 29,95% (yoy) atau 36,44% (qtq). Hampir serupa dengan pola golongan usaha atau bisnis, peningkatan kinerja golongan industri terutama disebabkan karena tingginya permintaan barang dan jasa masyarakat pada momen ramadhan dan lebaran. Oleh karena itu, produksi yang dilakukan oleh industri pengolahan di Jawa Timur meningkat sebagaimana direpresentasikan dengan jumlah konsumsi listrik yang dikonsumsi golongan tersebut. Grafik 1.42 1.42 Perkembangan Pertumbuhan Impor Impor Barang Bahan Baku 160.0
(juta usd)
140.0
Grafik 1.43 1.43 Konsumsi Listrik Golongan Industri
g_Total Impor
g_Capital Goods
g_Intermediate Goods
g_Consumption Goods
Konsumsi Listrik Industri
980 880
Pertumbuhan
60% %
Kwh
50%
120.0
780
40%
680
30%
80.0
580
20%
60.0
480
10%
100.0
% y o y
40.0
380
0%
280
-10%
180
-20%
20.0 0.0
80 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III
-20.0 -40.0
2006
2007
Sumber: -60.0 KPwBI Wil.IV (Jatim)
2008
2009
2010
2011
2012
2013
-30% I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III 2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
Sumber : PLN (diolah)
Sumber: BPS Jatim , diolah
c. Pertanian Pertumbuhan ekonomi sektor pertanian Jawa Timur sedikit meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu sebesar 1,77% (yoy), yang didorong oleh meningkatnya produksi sub sektor perikanan (4,33% - yoy) dan perikanan (4,33%). Seluruh sub sektor mengalami pertumbuhan positif kecuali sektor peternakan yang melambat menjadi -0,59%. Perlambatan sektor ini disebabkan karena penurunan jumlah ternak, sebagaimana hasil survei pertanian pada September 2013 yang menyatakan bahwa Jawa Timur merupakan provinsi dengan penurunan jumlah ternak sapi terbesar yang mencapai 1,22 juta ekor jika dibandingkan dengan tahun 2011.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – 2013
15
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Tabel 1.3 Pertumbuhan Ekonomi Sektor Pertanian 2011
LAPANGAN USAHA PERTANIAN 1.1. Tanaman Bahan Makanan 1.2. Tanaman Perkebunan 1.3. Peternakan 1.4. Kehutanan 1.5. Perikanan
I 2.82 1.88 3.76 5.91 4.60 3.92
II 3.35 2.18 3.97 6.40 4.83 4.28
2012 III 2.06 2.43 (1.53) 4.42 7.62 3.00
IV 1.64 0.90 9.36 0.61 8.04 (2.78)
I 2.76 1.91 3.94 3.34 35.70 4.02
II 4.68 5.09 2.82 3.42 16.52 4.55
2013 III 4.36 4.94 1.02 3.24 40.51 5.10
IV 1.95 (1.49) 2.81 4.68 26.89 4.12
I 1.96 0.94 3.52 3.39 (0.43) 4.08
II 1.46 0.79 1.71 1.18 4.27 4.24
III 1.77 1.58 2.46 (0.59) 3.44 4.33
Sumber: BPS Jatim , diolah
Berdasarkan rilis data ARAM II Tahun 2013 diperoleh informasi adanya penurunan produksi padi pada bulan Mei-Agustus 2013 yaitu dari 6,12 juta ton (Januari-April 2013) menjadi 3,89 juta ton. Penyebab utama penurunan produktivitas padi adalah musim kering di beberapa wilayah di Jawa Timur, seperti Jombang dan Madura. Sementara itu, pada bulan September-Desember diramalkan akan terjadi penurunan produksi padi menjadi 2,14 juta ton. Sebagaimana terkonfirmasi pada grafik di bawah ini, luas panen padi menurun dibandingkan triwulan sebelumnya seiring dengan semakin meningkatnya luas puso padi, sementara itu pertumbuhannya mengalami peningkatan yakni tumbuh sebesar 10,39% (yoy). Luas panen jagung mengalami peningkatan dibanding triwulan sebelumnya seiring dengan semakin menurunnya luas puso jagung baik secara qtq maupun yoy, namun pertumbuhannya menurun menjadi -1,24% (yoy). Untuk mengatasi dampak akibat anomali cuaca, Dinas Pertanian wilayah Jawa Timur telah menganggarkan pemberian bantuan sarana dan prasarana pertanian berupa jaringan irigasi, lampu pembasmi hama dan mengoptimalkan program system of rice intensification (SRI) yang telah berjalan sejak tahun 2011. Permasalahan makin berkurangnya luas lahan tanam
di
daerah selain diatasi melalui penerbitan RTRW tingkat kab/kota juga dengan mengkoodinasikan gerakan pemanfaatan lahan tadah hujan dan bantaran sungai oleh seluruh Dinas Pertanian di Jawa Timur. Pada tanaman hortikultura dan bumbu-bumbuan menunjukkan pasokan yang stabil, seperti peningkatan produksi kedelai di Jember dan Nganjuk, produksi bawang merah yang stabil. Namun, pasokan bawang putih cenderung langka, sehingga meningkatkan permintaan impor, terutama dari China. Dari sisi harga, terdapat potensi kenaikan harga terutama pada komoditas cabai dan bawang putih akibat kelangkaan pasokan.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – 2013
16
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Grafik 1.45 1.45 Luas Lahan Tanam & Panen Jagung di Jawa Timur %
Ha
Luas Panen Padi (Ha) gLuas Panen Padi (%)
1,000,000
Luas Tanam Padi (Ha) gLuas Tanam Padi (%)
Luas Panen Jagung (Ha) gLuas Panen Jagung (%)
Ha
200
900,000 150
800,000
100
Luas Tanam Jagung (Ha) gLuas Tanam Jagung (%)
%
Grafik 1.44 1.44 Luas Lahan Tanam dan Panen Padi
80
800,000
60
700,000
40
600,000
20
600,000
500,000 -
50
400,000 400,000
200,000
(20)
300,000
-
(50)
200,000
(40)
100,000
(60) (80)
(100)
I
II III IV 2008
I
II III IV I
II III IV
2009
2010
I
II III IV 2011
I
II III IV
I
2012
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III
II III
2006
2013
Sumber : Dinas Pertanian Provinsi (diolah)
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
Sumber : Dinas Pertanian Provinsi (diolah)
Grafik 1.46 1.46 Luas Lahan Puso di Jawa Timur
Luas Puso Padi (Ha) gLuas Puso Padi (%)
Ha
30,000
Luas Puso Jagung (Ha) gLuas Puso Jagung (%)
%
35,000
12,000 10,000
25,000
8,000
20,000
6,000
15,000
4,000
10,000
2,000
5,000
-
-
(2,000) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III 2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
Sumber : Dinas Pertanian Provinsi (diolah)
d. Keuangan, Persewaan, dan Jasa Pada periode laporan, kinerja Sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan sedikit melambat dari 7,84% (yoy) menjadi 7,39%. Perlambatan ini disebabkan oleh perlambatan hampir seluruh sub sektornya, kecuali sub sektor bank. Sub sektor yang mengalami perlambatan terbesar adalah Jasa Perusahaan yang pertumbuhannya menurun dari 5,40% menjadi 3,70%. Selanjutnya subsektor yang mengalami perlambatan adalah Lembaga Keuangan Bukan Bank dan Sewa Bangunan yang mampu tumbuh masing-masing sebesar 8,47% dan 6,84%.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – 2013
17
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Grafik 1.47 1. 47
Grafik 1.48 1.48
Pertumbuhan Kredit dan DPK Perbankan Jawa Timur
Perkembangan NIM Perbankan Jawa Timur
20%
gDana Pihak Ketiga
%, yoy
30.00%
gKredit (Skala Kanan)
7,000,000
Nilai Net Interest Margin (NIM)
160.00%
g NIM (Skala Kanan)
18% 25.00%
140.00%
6,000,000
16%
120.00%
14%
20.00%
12% 10%
15.00%
%, yoy
5,000,000 100.00% 4,000,000 80.00%
8%
3,000,000 10.00%
60.00%
6%
2,000,000
4%
40.00%
5.00%
2%
1,000,000
0%
20.00%
0.00%
III
0.00%
-
2010
2011
2012
II
2013
2010
2013
Grafik 1.49 1. 49
Grafik 1.50 1.50 Perkembangan Interest Interest--Based Income
Fee Based Income g.Fee Based Income (Skala Kanan)
60% 50%
juta Rp
600,000
2012
Perkembangan Fee Fee--Based Income 800,000 700,000
2011
III
II
I
I
II
IV
III
III
IV
II
I
I
II
IV
III
III
IV
II
I
I
II
IV
III
III
IV
II
I
I
Interest Based Income
12,000,000
50%
g.Interest Based Income (Skala Kanan) 10,000,000
40%
8,000,000
30%
6,000,000
20%
4,000,000
10%
2,000,000
0%
40% 30%
500,000
20%
400,000
10%
300,000
0%
200,000
-10%
100,000
-20%
-
-30% I
II III IV I
II III IV I
II III IV I
II III IV I
2009
2010
2011
2012
juta Rp
II III
-
-10% I
2013
II III IV I
II III IV I
II III IV I
II III IV I
2009
2010
2011
2012
II III 2013
Grafik 1.51 1.51 Perkembangan Pendapatan – Biaya Operasional Bank Umum 5,000,000
140.60
Pendapatan Operasional - Biaya Operasional BO/PO (Skala Kanan)
120.60
4,000,000
juta Rp 3,000,000
100.60
2,000,000
80.60
1,000,000
60.60
40.60
-
(1,000,000)
(2,000,000)
I II 2009
III
IV
I II 2010
III
IV
I II 2011
III
IV
I II 2012
III
IV
I II 2013
III 20.60
0.60
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – 2013
18
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kinerja sub sektor bank yang cukup tinggi tercermin dari penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang pertumbuhannya meningkat dari 12,03% menjadi 14,63% pada triwulan III2013. Tingginya sumber dana tersebut diimbangi dengan penyaluran kredit yang cukup tinggi, yaitu tumbuh 27,22%. Terjaganya kredit penyaluran perbankan pada level tinggi dengan tingkat risiko yang terjaga rendah mendorong terjadinya pertumbuhan sub sektor ini pada periode laporan. Demikian pula dengan indikator perbankan lainnya, seperti pertumbuhan laba
net interest margin yang meningkat dari 17,92% menjadi 23,08%. Di sisi lain, fee based income perbankan pada periode laporan mengalami penurunan dari 21,77% menjadi 17,18%. Sementara intereset based income yang diperoleh subsektor bank mengalami peningkatan dari 16,15% menjadi 22,78%. Peningkatan interest based income tersebut salah satunya dipicu oleh kenaikan suku bunga bank sebagai akibat dari peningkatan BI Rate. Suku bunga yang cukup tinggi tidak menjadi hambatan berarti bagi sebagian besar kreditur, sebagaimana tercermin dari pertumbuhan kredit yang semakin meningkat. Hal ini justru meningkatkan efisiensi sub sektor bank yang ditunjukkan dengan penurunan Rasio Biaya Operasional dibandingkan dengan Pendapatan Operasional. e. Bangunan Kinerja sektor bangunan di triwulan III-2013 mengalami perlambatan dari sebelumnya 10,53% (yoy) menjadi 8,46% (yoy). Beberapa indikator yang mengkonfirmasi perlambatan kinerja sektor bangunan antara lain data penjualan semen, serta pembangunan dan penjualan properti residensial di Jawa Timur. Pertumbuhan volume penjualan semen pada triwulan IV2012 menurun dibandingkan dengan triwulan III-2012, yaitu dari sebesar 5,40% (yoy) menjadi 1,09% (yoy). Sementara itu, rata-rata pembangunan prperti residensial di Jawa Timur cenderung stabil dengan penjualan yang meningkat, khususnya pada properti residensial tipe kecil. Selain itu, walaupun secara umum pertumbuhan rata-rata pembangunan dan penjualan properti residensial di Jawa Timur menunjukkan tren meningkat, namun pada triwulan III-2013 terjadi perlambatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Beberapa faktor yang diperkirakan menahan pertumbuhan kinerja sektor bangunan antara lain kenaikan harga bahan bangunan dan kenaikan upah pekerja. Selain itu, kenaikan harga BBM pada tiwulan laporan juga turut meningkatkan biaya produksi dan pembangunan properti residensial. Dari sisi konsumen, adanya peraturan Loan to Value (LTV) pada rumah kedua dan seterusnya pun menjadi penghambat pertumbuhan penjualan properti residensial.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – 2013
19
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Grafik 1.52 Volume Penjualan Semen di di Jawa Timur Penjualan Semen
2,500,000
g_Penjualan Semen (Skala Kanan)
30%
20%
2,000,000
10% 1,500,000 0% 1,000,000 -10% 500,000
-20%
0
-30% I
II
III
IV
I
II
2008
III
IV
I
2009
II
III
2010
IV
I
II
III
IV
I
II
2011
III
IV
I
II
2012
III
2013
Sumber : Asosiasi Semen Indonesia (diolah)
Grafik 1.53 RataRata-Rata Pembangunan Properti Residensial 50
45
unit
45
KECIL BESAR
43
40
Grafik 1.54 RataRata- Rata Penjualan Properti Residensial
MENENGAH Grand Total
42 39
35
30
30
26
25 20 15 10 5
24
27 23
21
17 15
31
30 15.9
16 14 12 8 9 9 9 10 10 6 7 9 8 57 3 4 4 4 3 4
-
18 17 17 16 14 9.8 12 9 10.0 9 8 7 6 5.8 3
unit 41
40
Grand Total
34 31
30 27 25
25
25
23 21
21
20
16 16
16 15
9
11 10
14
9
10 5
8 6 4
8
9 2
10
7 8
7 3
10
4
3
2
13
14
7 7
12 9 9 7 9
3
3
5
10 9 8
12 9
11 10
5
5
6
14 12 13 6
6
5
-
Tw I Tw II Tw III
Tw Tw I Tw II Tw IV III
Tw Tw I Tw II Tw IV III
Tw Tw I Tw II Tw IV III
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III 2010
f.
MENENGAH
BESAR
35
35
25
24 23 22 23 23 21
KECIL
2011
2012
2013
Pengangkutan dan Komunikasi Kinerja sektor Pengangkutan dan Komunikasi pada periode laporan mengalami
pertumbuhan positif yang paling tinggi dibandingkan dengan sektor lainnya. Sektor ini tumbuh dari 10,04% menjadi 10,70% pada triwulan III-2013. Hal tersebut didorong oleh meningkatnya kinerja seluruh kelompok sub sektornya, kecuali jasa penunjang angkutan dan angkutan jalan raya. Kelompok yang tumbuh paling tinggi adalah angkutan udara yang tumbuh sebesar 12,13%, diikuti dengan angkutan rel (2,67%). Tingginya kinerja sektor pengangkutan tersebut sejalan dengan tingginya arus mudik menjelang dan arus balik pasca hari raya dengan menggunakan kereta api dan pesawat terbang. Tingginya harga tiket pesawat terbang maupun kereta api mampu meningkatkan kinerja sektor ini mengingat pola konsumsi masyarakat pada Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – 2013
20
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
jasa angkutan di peak season cenderung bersifat inelastis dan tidak memperhatikan kenaikan harga. Di samping itu, waktu tempuh yang pendek juga menyebabkan pertumbuhan pada kedua jenis angkutan ini lebih tinggi dibanding dengan angkutan laut maupun angkutan darat lainnya. Indikator sektor komunikasi dan angkutan pada triwulan III-2013 seperti tercermin pada gambar di bawah ini menunjukkan arus penumpang di Jawa Timur yang melalui pelabuhan Tanjung Perak tercatat mengalami peningkatan, sementara arus barang di pelabuhan tersebut mengalami penurunan. Di sisi lain, arus penumpang domestik di bandara Juanda mengalami penurunan, sementara arus penumpang internasional meningkat signifikan. Grafik 1.55 1.55
Grafik 1.5 1.56
Arus Penumpang di Tanjung Perak
Arus Barang di Tanjung Perak Vo l Baran g
Jml Penumpang 280
g Jml Penumpang (rhs)
3500
100%
% yoy
100%
% yoy
Ribu Orang
g Jml Barang (rhs)
Ribu Ton
80% 3000
80%
60%
230 60%
2500 40%
180 40% 130
2000
20%
20% 0%
1500
0% 80
-20%
-20%
1000 -40%
30 -40% 500
-60%
-20
I II III IV I
II III IV I II III IV I
II III IV I II III IV I
II III IV I II III
-60% -80%
0
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
I
II
III IV
I
2007
Sumber : BPS Provinsi Jatim
III IV
I
2008
II
III IV
I
2009
II
III IV
I
2010
II
III IV
I
2011
II
III IV
I
2012
II
III
2013
Sumber : BPS Provinsi Jatim (diolah)
Grafik 1.5 1.57
Grafik 1.5 1.58
Penumpang Domestik di Bandara Juanda
Penumpang Internasional di Bandara Juanda
Jml Penumpang Domestik
g Jml Penumpang Domestik (rhs)
Ribu Ton 2000
II
% yoy % yoy
Ribu Orang
Jml Penumpang Intl
40%
gPenumpang Intl (rhs)
250
50%
% yoy
Ribu Orang
1800
40%
30%
1600
200 30%
1400
20% 150
1200 1000
20%
10% 10%
100
800 0%
600
0%
400
-10%
50 -10%
200 -20%
0 I
II III IV I
II III IV I
II III IV I
II III IV I
II III IV I
II III IV I
2007
2008
2009
2010
2011
2012
Sumber : BPS Provinsi Jatim (diolah)
II III 2013
0
-20% I
II III IV I
II III IV I
II III IV I
II III IV I
II III IV I
II III IV I
2007
2008
2009
2010
2011
2012
II III 2013
Sumber : BPS Provinsi Jatim (diolah)
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – 2013
21
Bab 2
PERKEMBANGAN INFLASI JAWA TIMUR
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
2 PERKEMBANGAN INFLASI 2.1 KONDISI UMUM UMUM Tekanan inflasi mereda pada akhir triwulan III-2013. Setelah mengalami lonjakan inflasi yang tinggi pada triwulan I-2013 dan awal triwulan III-2013, laju inflasi pada triwulan III-2013 tercatat sebesar 7,78% (yoy) dan lebih rendah dibandingkan inflasi nasional yang sebesar 8,40%. Rendahnya tekanan inflasi Jatim menyebabkan inflasi sampai dengan September 2013 mencapai 6,81% (ytd) lebih rendah dibandingkan nasional yang telah mencapai 7,57%. Sedangkan secara triwulanan, inflasi Jatim justru meningkat dari 0,11% (qtq) pada triwulan II-2013 menjadi 3,72%. Hal ini khususnya dipengaruhi oleh peningkatan konsumsi masyarakat karena adanya Hari Raya Idul Fitri yang terindikasi dari peningkatan inflasi kelompok volatile food dari 12,39% (yoy) pada triwulan II-2013 menjadi 14,43% (yoy), serta tingginya tekanan inflasi kelompok administered price sebagai dampak kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) yang menyebabkan lonjakan inflasi kelompok ini dari 6,58% (yoy) menjadi 13,89%. Kelompok inflasi inti (core inflation) juga menyumbang kenaikan inflasi sebagai dampak kenaikan harga emas dan pelemahan nilai tukar Rupiah sehingga pada triwulan ini meningkat menjadi 4,25% (yoy) dari triwulan sebelumnya yang hanya sebesar 3,90%. Grafik 2.1. Inflasi Jawa Timur & Nasional (yoy)
Grafik 2.2. 2.2. Perkembangan Inflasi Jawa Timur
Grafik 2.3. Disagregasi Inflasi Jawa Timur (yoy)
Grafik 2.4. Perbandingan Inflasi di Kawasan Jawa (yoy) % yoy
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2013
22
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Secara historis, inflasi Jatim selalu sejalan dengan nasional dengan tingkat inflasi yang relatif lebih tinggi. Namun pada tahun 2013, inflasi Jatim berada pada level di bawah inflasi nasional dan di urutan ketiga tertinggi untuk kawasan Jawa. Realisasi inflasi di kawasan Jawa terendah ditempati DIY (7,60%), Jawa Tengah (7,72%), Jawa Timur (7,78%), Jawa Barat (9,24%) dan tertinggi terjadi pada Provinsi Banten (9,78%). Walaupun tekanan inflasi pada akhir triwulan III-2013 relatif melambat, namun potensi inflasi sampai dengan akhir tahun 2013 diperkirakan akan meningkat seiring dengan masih berlanjutnya pelemahan nilai tukar, penerapan kebijakan terkait dengan administered price (listrik, cukai rokok) serta minimnya musim panen di beberapa sentra produksi Jatim.
2.2 INFLASI BULANAN (mtm) Sepanjang triwulan III-2013, pergerakan harga di Jatim diwarnai dengan dua bulan inflasi dan satu bulan deflasi. Tekanan inflasi terjadi pada bulan Juli dan Agustus masingmasing sebesar 2,96% dan 0,97% (mtm), sedangkan deflasi terjadi di bulan September (0,23%). Terjadinya deflasi pada September 2013 utamanya didorong oleh kecukupan pasokan bahan makanan serta kembali normalnya konsumsi masyarakat setelah mengalami masa puncaknya pada Agustus 2013 seiring dengan tibanya Hari Raya Idul Fitri. Hal ini diindikasikan melalui terjadinya deflasi pada kelompok bahan makanan khususnya sub kelompok bumbu-bumbuan, sayur-sayuran serta telur, susu dan hasil-hasilnya yang merupakan komoditas yang banyak diminta masyarakat ketika momen bulan Ramadhan dan Lebaran. Selain kelompok bahan makanan yang mengalami deflasi terbesar yaitu -2,25% (mtm) dan memberikan sumbangan -0,53%, kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan juga mengalami deflasi sebesar -0,45% (menyumbang -0,08%) yang utamanya karena telah meredanya dampak BBM yang mengalami kenaikan harga sebesar 44,44% pada Juni 2013. Tabel Tabel 2.1 2.1 Inflasi Triwulan I Tahun 2013 & Triwulan II Tahun 2013 di Jawa Timur (mtm)
No 1 2 3 4 5 6 7
Kelompok Barang Umum Bahan Makanan Mamin, Rokok & Tembakau perumahan, Air, Listrik, Gas & BB Sandang Kesehatan Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga Transpor, Komunikasi
Tw II-2013 Tw III-2013 Rata-Rata Rata-Rata Apr Mei Jun Jul Aug Sep -0.36 -0.20 0.68 0.04 2.96 0.97 -0.23 1.23 -1.38 -1.39 0.40 -0.79 5.76 0.93 -2.25 1.48 0.35 0.19 0.34 0.30 1.25 0.51 0.54 0.77 0.09 0.78 0.10 0.32 0.50 0.65 0.40 0.52 -1.69 -1.83 -0.91 -1.48 -0.95 3.31 3.29 1.88 0.34 0.47 0.30 0.37 0.41 0.19 0.36 0.32 0.09 0.07 0.02 0.06 0.20 1.72 0.15 0.69 -0.07 0.20 3.18 1.11 8.06 0.27 -0.45 2.63
Sumber: BPS Provinsi Jatim, data diolah
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2013
23
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Namun demikian, deflasi pada kelompok bahan makanan dan transportasi tertahan oleh peningkatan harga kelompok sandang dan makanan minuman yang masing-masing mengalami inflasi sebesar 3,29% (mtm) dan 0,54%. Berdasarkan kelompok barang sesuai tabel di atas, rata-rata laju inflasi bulanan sepanjang Tw III-2013 ditandai dengan inflasi yang berada di atas seluruh rata-rata bulanan dari triwulan sebelumnya kecuali untuk kelompok kesehatan. Hal ini selaras dengan pola inflasi pada periode yang sama pada tahun-tahun sebelumnya dimana selalu terjadi kenaikan harga di moment Hari Raya Idul Fitri (seasonal) yang disebabkan peningkatan permintaan masyarakat secara signifikan dan direspon oleh para pelaku pasar dengan kenaikan harga. Pola seasonal ini dicirikan dengan akan turunnya inflasi setelah periode seasonal berlalu. Grafik 2.5 2.5. Inflasi per Kelompok Barang Tw III-2013 (mtm)
Grafik 2.6 2.6. Inflasi Juli 2013 per Kelompok Barang (mtm)
Berdasarkan grafik inflasi bulanan di atas (untuk bulan Juli, Agustus dan September 2013), tampak bahwa pendorong utama inflasi bulanan untuk triwulan III-2013 adalah administered
price yang berdampak pada peningkatan harga secara signifikan pada kelompok transportasi dan kelompok makanan minuman, rokok dan tembakau. Sedangkan kelompok bahan makanan karena telah melampaui masa seasonal-nya mulai mengalami penurunan harga di akhir triwulan III-2013. Grafik 2.7 2.7. Inflasi Agustus 2013 per Kelompok Barang (mtm)
Grafik 2.8 2.8. Inflasi September 2013 per Kelompok Barang (mtm)
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2013
24
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Perkembangan inflasi bulanan secara ringkas selama Tw III-2013 tersaji sebagai berikut : 1. Bulan Juli 2013 - Pada bulan ini, Jatim mencatat inflasi bulanan tertinggi sepanjang tahun 2013 yaitu 2,96% (mtm). Hal ini sudah diprediksi pada periode sebelumnya dimana kenaikan BBM yang terjadi pada bulan Juni 2013 dampaknya baru akan terlihat pada Juli 2013. - Lonjakan harga BBM tersebut diikuti dengan kenaikan harga komoditas lainnya (second round effect) yang diantaranya meliputi peningkatan tarif angkutan dalam kota sebesar 21,34% (mtm) dan angkutan antar kota sebesar 13,21% (mtm). Hal tersebut menyebabkan kelompok transportasi mengalami inflasi yang sangat besar pada bulan Juli 2013 yaitu sebesar 8,06% (mtm). Grafik 2.9 2.9. Perkembangan Inflasi per Kelompok Barang (mtm)
Grafik 2.10 2.10. 10. Inflasi terkait Kenaikan Harga BBM (mtm) % mtm
- Berdasarkan grafik 2.10 di atas tampak bahwa penyesuaian harga oleh sub kelompok transportasi atas kenaikan harga BBM baru dilaksanakan secara penuh pada Juli 2013 yang meliputi antara lain penyesuaian tarif taxi, tarif angkutan dan sewa kendaraan. Tingkat harga angkutan antar kota dan kendaraan carter menyesuaikan dengan kondisi pasar sehingga masih berfluktuatif, sedangkan untuk angkutan dalam kota mengikuti peraturan yang telah ditetapkan oleh Kepala Daerah Provinsi Jawa Timur dengan mengacu kepada ketentuan dari Dinas Perhubungan. Dengan demikian, penyesuaian harga yang dilakukan pada bulan yang bersamaan tersebut menjadi pendorong utama tingginya inflasi pada kelompok transportasi. - Kelompok bahan makanan juga mulai mengalami peningkatan harga sehubungan dengan tibanya bulan Ramadhan. Tercatat beberapa komoditas yang mengalami kenaikan harga yaitu bawang merah (61,36%-mtm), daging ayam ras (20,30%), cabe rawit (86,01%) dan beras (3,64%). Tingginya inflasi pada kelompok bahan makanan selain disebabkan oleh tingginya permintaan juga karena permasalahan pada kecukupan pasokan dimana terdapat gangguan salah satunya pada produksi bawang merah di kota Nganjuk karena faktor angin dan bibit.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2013
25
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
2. Bulan Agustus 2013 - Inflasi sedikit mereda pada Agustus 2013 dimana secara bulanan sebesar 0,97% lebih rendah dibandingkan Juli 2013 yang mencapai 2,96% (mtm). Penyebab utama masih tingginya inflasi tersebut selain karena masih dalam momen Hari Raya Idul Fitri juga karena pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap mata uang asing, dimana salah satu dampaknya adalah peningkatan harga emas perhiasan lokal. - Tekanan inflasi pada kelompok bahan makanan relatif turun, terlihat dari inflasi kelompok ini yang sebesar 0,93% (mtm) lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya (5,76%). Penyumbang penurunan tersebut adalah terjadinya deflasi pada komoditas bawang putih (-13,88%), telur ayam ras (-4,03%) dan wortel (-14,24%). Grafik 2.11 2.11. 11. Perkembangan Harga Sub Kelompok Daging dan Telur (mtm) % mtm
Grafik 2.12 2.12. 12. Perkembangan Kurs dan Harga Emas (mtm) % mtm
- Meredanya inflasi pada kelompok volatile food tidak diikuti oleh kelompok core
inflation dimana pada bulan Agustus 2013 justru menjadi penyumbang utama inflasi. Pada grafik 2.12 di atas tampak bahwa pelemahan nilai tukar Rupiah yang terjadi sejak awal triwulan III-2013 diikuti dengan kenaikan harga emas perhiasan sebesar 9,62% (mtm) atau menyumbang 0,19% dari total inflasi di bulan Agustus 2013. Kondisi tersebut diperburuk dengan tibanya tahun ajaran baru yang secara seasonal meningkatkan inflasi di sub kelompok pendidikan (grafik 2.13) dimana Sekolah Dasar mengalami inflasi terbesar (6,16%) dengan sumbangan 0,07%. Grafik 2.13 2.13. 13. Perkembangan Inflasi sub Kelompok Pendidikan (mtm) % mtm
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2013
26
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
3. Bulan September 2013 - Setelah mengalami puncak inflasi pada Agustus 2013, laju inflasi Jatim pada September 2013 mengalami penurunan. Perubahan harga pada periode ini tercatat mengalami deflasi sebesar 0,23% (mtm). Berdasarkan disagregasinya, penurunan inflasi kelompok volatile food dan administered price menjadi faktor utama terjadinya deflasi pada September 2013. Redanya kenaikan tarif angkutan serta tidak adanya kenaikan Tarif Tenaga Listrik (TTL) pada periode laporan menyebabkan minimnya tekanan inflasi kelompok administered price. Kembali normalnya tingkat konsumsi masyarakat pasca Hari Raya Idul Fitri yang didukung pula dengan kecukupan pasokan beberapa komoditas utama menjadi faktor penahan inflasi kelompok volatile food. - Masih sejalan dengan bulan sebelumnya, tekanan inflasi pada bulan ini utamanya berasal dari kelompok core inflation yang memberikan sumbangan inflasi sebesar 0,32% sebagai dampak kenaikan harga emas perhiasan akibat pelemahan nilai tukar Rupiah serta masih belum stabilnya harga komoditas internasional. Dampak tersebut terlihat dari peningkatan harga komoditas kedelai impor yang mempengaruhi pula harga komoditas tahu mentah dan tempe, serta daging ayam ras yang komponen pakannya sebagian besar menggunakan kedelai. - Beberapa sentra produksi di Jawa Timur antara lain Probolinggo (bawang merah), Kediri dan Banyuwangi (cabe merah), masih mengalami masa panen sehingga mendorong deflasi komoditas tersebut masing-masing sebesar -33,11% (bawang merah), -23,20% (cabe rawit) dan -17,23% (cabe merah). Grafik 2.14 2.14 Inflasi (mtm) Kedelai dan Hasilnya % mtm
2.3. INFLASI TRIWULANAN (qtq) Pada Tw III-2013, laju inflasi Jatim secara triwulanan mencapai 3,72% (qtq), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 0,11% (qtq). Seluruh kelompok barang mengalami peningkatan inflasi, khususnya kelompok transport, komunikasi dan jasa keuangan yang mengalami kenaikan terbesar dari 3,32% (Tw II-2013) menjadi 7,87% (Tw III2013). Sumbangan utama kenaikan inflasi kelompok ini adalah peningkatan harga sub Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2013
27
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
kelompok transpor dari 5,16% (qtq) menjadi 11,85% karena peningkatan bahan bakar minyak (BBM) yaitu bensin. Kelompok lain yang juga mengalami inflasi cukup tinggi adalah kelompok sandang (5,69%-qtq) khususnya karena peningkatan harga sub kelompok barang pribadi dan sandang lain dari -10,31% menjadi 12,29% karena naiknya harga emas perhiasan. Kelompok lain juga mengalami inflasi namun pada tingkat yang lebih rendah. Berdasarkan sumbangannya, kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan memberikan sumbangan inflasi terbesar pada Tw III-2013 sebesar 1,42% sehubungan dengan kenaikan BBM (bensin dan solar) serta tarif angkutan dalam dan luar kota (second
round effect). Penyumbang inflasi tertinggi kedua adalah kelompok bahan makanan (1,03%) karena tingginya permintaan akan daging dan ikan segar serta kacang-kacangan. Tabel 2.2 2.2 Inflasi & Sumbangan Inflasi di Jawa Timur (qtq)
Inflasi QTQ No
Umum Bahan Makanan Mamin, Rokok & Tembakau Perumahan, Air, Listrik, Gas & BB Sandang Kesehatan Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga Transpor, Komunikasi
Tw II 0.89 0.90 1.90 1.18 -0.48 0.54 0.27 0.40
2012 Tw III 1.93 2.55 2.59 0.68 3.61 0.86 3.56 0.80
Tw IV 0.91 1.62 0.79 0.97 0.31 0.68 0.32 0.79
Tw I 2.87 9.34 1.73 1.84 -1.66 0.98 0.32 0.25
2013 Tw II 0.11 -2.36 0.89 0.97 -4.37 1.11 0.18 3.32
Tw III 3.72 4.34 2.31 1.57 5.69 0.97 2.08 7.87
Tw II 0.89 0.06 0.25 0.18 -0.06 0.02 0.00 0.06
Sumbangan Inflasi QTQ 2013 2012 Tw III Tw IV Tw I Tw II 1.93 0.91 2.87 0.11 0.87 0.24 2.28 -0.56 0.56 0.17 0.31 0.16 0.23 0.19 0.38 0.20 0.16 0.13 -0.10 -0.27 0.04 0.04 0.04 0.05 0.34 0.03 0.03 0.02 0.20 0.09 0.04 0.58
Tw III 3.72 1.03 0.42 0.32 0.36 0.04 0.18 1.42
Sumber : BPS, data diolah
Pola sumbangan inflasi pada tahun 2013 ini sedikit berbeda dengan pola inflasi triwulanan pada umumnya. Sebagaimana tabel di atas, tampak bahwa seharusnya inflasi merangkak naik sejak awal tahun dengan puncak pada Tw III (sehubungan dengan adanya perayaan hari keagamaan Idul Fitri) dan melambat pada Tw IV. Namun adanya permasalahan hortikultura di awal tahun menyebabkan inflasi Jawa Timur melambung pada Tw I-2013, kemudian sedikit mereda pada Tw II dan masih meningkat pada Tw III-2013 seiring dengan adanya hari keagamaan dan tahun ajaran baru. Grafik 2.15 2.15 Inflasi (qtq) Sub Kelompok Bahan Makanan
Grafik 2.16 2.16 Perbandingan Inflasi (qtq) Sub Kelompok Bahan Makanan
% (qtq) 8.86
7.11
4.96
5
-25
3.54 1.16
Lemak dan Minyak
Bumbu - bumbuan
Buah - buahan
Kacang - kacangan
Sayur-sayuran
Ikan Segar
Telur, Susu dan Hasil2nya
-20
Ikan Diawetkan
-15
Daging dan Hasil-hasilnya
-5
2.96
-1.41 -2.69
0
-10
3.07
1.92
Bahan Makanan Lainnya
10.53 10
Padi-padian, umbi-umbian
1 2 3 4 5 6 7
Kelompok Barang
-30 Sumber : BPS Jatim (diolah)
-35
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2013
28
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Analisis lebih lanjut dilakukan terhadap kelompok bahan makanan mengingat kelompok ini memiliki volatilitas besar dan pada musim-musim tertentu menjadi penyumbang utama inflasi Jawa Timur. Sebagaimana terlihat pada grafik 2.16, sub kelompok bumbubumbuan yang pada triwulan sebelumnya mengalami deflasi cukup dalam, pada triwulan ini meningkat signifikan karena kenaikan harga bawang merah dan cabe rawit masing-masing sebesar 19,05% (qtq) dan 35,21%. Demikian pula dengan sub kelompok daging dan hasilhasilnya yang meningkat dari 1,55% (Tw II-2013) menjadi 10,53% (Tw III-2013) sebagai dampak peningkatan harga daging ayam ras dan daging sapi sebesar 23,36% dan 1,63% (qtq) karena tingginya konsumsi pada Hari Raya Idul Fitri dan peningkatan harga pakan ternak. Peningkatan ini diproyeksi masih akan berlanjut mengingat pada awal triwulan IV terdapat Hari Raya Idul Adha akan yang mendorong tingginya permintaan akan daging sapi serta trend pelemahan nilai tukar Rupiah yang akan meningkatkan harga komoditas impor diantaranya bawang putih. Perkembangan inflasi beberapa komoditas yang mempengaruhi inflasi Jatim adalah sebagai berikut : Beras Pada Tw III-2013 ini, komoditas beras yang merupakan makanan pokok masyarakat Jawa Timur mulai mengalami sedikit kenaikan harga (5,34% - qtq) khususnya pada jenis beras premium sebagai dampak tingginya permintaan akan beras disamping kapasitas Jawa Timur untuk memenuhi pula kebutuhan di luar Provinsi Jawa Timur. Meskipun demikian, berdasarkan informasi dari Bulog Provinsi Jawa Timur, penyerapan Bulog relatif baik dan terdapat kecukupan stok untuk memastikan tidak terjadi shortage akibat kekurangan pasokan. Grafik 2.17 2.17 Harga Beras Internasional dan Lokal s.d. Sep 2013
Grafik 2.18 2.18 Inflasi Beras Jawa Timur (qtq) % qtq
Sumber : BPS Jatim dan Bloomberg (diolah)
Sumber : BPS Jatim (diolah)
Berdasarkan grafik di atas tampak bahwa dibandingkan dengan harga beras lokal, harga komoditas beras internasional relatif stabil bahkan mengalami penurunan. Kondisi tersebut tidak berpengaruh pada harga beras domestik karena minimnya penggunaan beras Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2013
29
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
impor seiring dengan kecukupan stok Bulog dan posisi Jawa Timur lumbung padi nasional, sehingga diharapkan mampu menstabilkan kembali harga komoditas beras di triwulan selanjutnya. Untuk memitigasi dan menjaga kecukupan beras di masyarakat, Bulog telah melakukan antisipasi dengan pengadaan yang sampai dengan akhir September 2013 mencapai 923.452 ton atau setara dengan pasokan sampai dengan 19 bulan ke depan serta melakukan penyaluran raskin yang mencapai 489.894 ton. BumbuBumbu -Bumbuan Berdasarkan grafik berikut, terlihat setelah mengalami lonjakan signifikan pada Tw I2013, terdapat penurunan inflasi untuk sub kelompok bumbu-bumbuan yang terus berlanjut sampai dengan Tw II-2013 dan meningkat kembali pada Tw III-2013. Grafik 2.19 2.19 Inflasi Sub Kel. Bumbu-Bumbuan (qtq)
Sumber : BPS Jatim (diolah)
Grafik 2.20 2.20 Produksi Bumbu-Bumbuan di Jatim
Sumber : Dinas Pertanian Jatim (diolah)
Produksi beberapa komoditas sub kelompok bumbu-bumbuan antara lain bawang merah, cabe merah dan cabe rawit memiliki pola tanam dan panen tertentu. Sebagai contoh untuk komoditas bawang merah, masa panen tertinggi adalah di pertengahan tahun (Tw II dan Tw III) kemudian melambat di akhir dan awal tahun, demikian pula dengan cabe merah yang memiliki masa panen raya di Tw II dan awal Tw III. Dengan demikian, pola inflasi komoditas ini juga dapat diperkirakan yaitu meningkat di masa-masa dimana petani memulai musim tanam (mendekati akhir tahun dan awal tahun). Karena bumbu-bumbuan merupakan komoditas yang tidak tahan lama sehingga kelebihan pasokan pada saat panen tidak dapat disimpan untuk memenuhi masa shortage. Peternakan Sub kelompok daging dan hasil-hasilnya pada Tw III-2013 meningkat signifikan dibandingan Tw II-2013 yaitu dari 1,55% (qtq) menjadi 10,53%. Peningkatan terbesar terjadi pada komoditas daging ayam ras yaitu dari 1,46% (qtq) menjadi 23,36%. Daging sapi meningkat sedikit dari 1,30% (qtq0 menjadi 1,63% sedangkan telur ayam ras justru mengalami penurunan dari 14,11% (qtq) menjadi -6,05%.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2013
30
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Tingginya inflasi pada sub kelompok ini karena adanya momen Hari Raya Idul Fitri di Triwulan III-2013 sehingga meningkatkan permintaan akan komoditas tersebut. Dari sisi supply, ketersediaan daging sapi relatif terbatas karena tidak semua populasi sapi di Jawa Timur siap untuk dipotong. Berdasarkan data dari Dinas Peternakan Jawa Timur, beberapa sentra daging sapi di Jawa Timur antara lain Tuban, Lumajang, Magetan, Madura dan Malang mengkonfirmasi tidak meratanya produksi daging sapi yang tercermin dari rata-rata pertumbuhan 5 (lima) tahun terakhir konsumsi daging sapi (kisaran 2,5%) yang lebih tinggi dari produksinya (kisaran 2,4%). Sedangkan peningkatan harga daging ayam ras lebih disebabkan kenaikan harga biaya produksi akibat harga pakan ternak yang meningkat. Grafik 2.21 2.21 Inflasi Sub Kel. Daging, Telur dan Hasil-Hasilnya (qtq) % qtq
2.4. INFLASI TAHUNAN (yoy) Meningkatnya inflasi Jawa Timur sejak awal tahun 2013, secara langsung juga mempengaruhi pencapaian inflasi tahunan yang pada Tw III-2013 mencapai 7,78%. Kebijakan Pemerintah antara lain kenaikan harga BBM, kenaikan Tarif Tenaga Listrik (TTL), tarif Upah Minimum Kota (UMK) dan cukai rokok secara keseluruhan memberikan sumbangan peningkatan inflasi pada tahun 2013 ini. Tabel 2.3 2.3 Inflasi Jawa Timur (yoy) Per Kelompok Barang
Inflasi YOY No
1 2 3 4 5 6 7
Kelompok Barang Umum Bahan Makanan Mamin, Rokok & Tembakau Perumahan, Air, Listrik, Gas & BB Sandang Kesehatan Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga Transpor, Komunikasi
Tw II 4.63 6.14 6.32 3.29 6.27 1.83 6.26 1.86
2012 Tw III 4.50 6.65 6.69 3.18 3.99 2.43 4.51 1.87
2013 Tw IV Tw I Tw II 4.50 6.75 5.93 5.74 14.98 11.27 6.71 7.18 6.12 3.54 4.75 4.53 4.53 1.72 -2.25 2.60 3.10 3.69 4.43 4.50 4.40 2.43 2.26 5.23
Tw III 7.78 13.20 5.83 5.46 -0.29 3.80 2.91 12.61
Tw II 3.97 1.37 1.16 0.70 0.42 0.09 0.56 0.33
Sumbangan Inflasi YOY 2013 2012 Tw III Tw IV Tw I Tw II 4.63 4.50 6.75 5.93 1.48 1.29 2.71 2.65 1.24 1.25 1.12 1.13 0.68 0.75 0.95 0.96 0.27 0.31 -0.14 -0.14 0.11 0.12 0.17 0.17 0.40 0.40 0.39 0.39 0.33 0.42 0.88 0.91
Tw III 7.78 3.13 1.06 1.12 -0.02 0.17 0.25 2.28
Sumber: BPS, data diolah
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2013
31
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Dibandingkan tahun sebelumnya, inflasi Tw III-2013 mengalami peningkatan dan lebih tinggi dibandingkan rata-rata 5 (lima) tahun terakhir sebagai akibat kenaikan harga kelompok bahan makanan, transportasi, listrik maupun rokok dan tembakau. Pendorong inflasi pada triwulan ini adalah masih tingginya kenaikan harga kelompok bahan makanan (13,20% - yoy) dengan sumbangan sebesar 3,13% dan kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan (12,61%) yang menyumbang inflasi sebesar 2,28%. Penahan inflasi pada periode ini adalah adalah kelompok sandang yang mengalami deflasi sebesar -0,29% karena masih berlanjutnya penurunan harga emas perhiasan. Grafik 2.22 2.22 Inflasi Tahunan (yoy) Sub Kelompok 2012 - 2013
Grafik 2.23 2.23 Inflasi Kelompok Bahan Makanan, Makanan Jadi, Sandang dan Tranpor (yoy) 2010-2013
Berdasarkan grafik 2.23 di atas tampak bahwa terdapat peningkatan signifikan untuk inflasi kelompok bahan makanan di Tw I-2013 dan transport di Tw II-2013 yang dampaknya masih berpengaruh sampai dengan Tw III-2013. Selain itu, perlu juga diwaspadai trend inflasi kelompok sandang yang di Tw III-2013 juga mulai meningkat walaupun masih dalam posisi deflasi. Sedangkan kelompok makanan jadi tidak terlalu terpengaruh kenaikan inflasi kelompok bahan makanan. Masih berlanjutnya inflasi kelompok bahan makanan disebabkan oleh peningkatan harga sub kelompok bumbu-bumbuan (35,25%-yoy), daging dan hasil-hasilnya (21,48%), buah-buahan (18,21%) dan sayur-sayuran (18,01%). Sedangkan berdasarkan komoditasnya, bawang merah, cabe rawit, tomat sayur dan cabe merah merupakan penyumbang utama tingginya inflasi kelompok ini masing-masing sebesar 194,15%, 82,08%, 66,40% dan 41,31% (yoy). Walaupun tekanan inflasi pada Tw III-2013 sudah mulai mereda namun pada triwulan selanjutnya diperkirakan kelompok ini akan kembali mengalami kenaikan harga seiring dengan minimnya musim panen dan dimulainya musim penghujan. Selain kelompok bahan makanan, kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan juga mengalami kenaikan signifikan khususnya untuk sub kelompok transport yang meningkat dari 7,89%-yoy (Tw II-2013) menjadi 16,93% (Tw III-2013). Kenaikan bensin Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2013
32
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
sebesar 44,44% direspon dengan kenaikan inflasi bensin sebesar 41,84% (first round effect) serta kenaikan tarif angkutan dalam kota sebesar 31,12% (second round effect). Grafik 2.24 2.24 Inflasi Tahunan (yoy) Kelompok Bahan Makanan Tahun 2012 - 2013
Grafik 2.25 2.25 Inflasi (yoy) Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan
2.5. INFLASI MENURUT KOTA Pada Tw III-2013, 7 (tujuh) kota di Jatim yang masuk dalam perhitungan inflasi nasional secara umum menunjukkan peningkatan laju inflasi triwulanan. Tercatat, inflasi tertinggi pada periode laporan terjadi di kota Kediri dengan inflasi sebesar 4,07% (qtq) sedangkan terendah terjadi di kota Sumenep (3,33%-qtq). Jika dibandingkan dengan inflasi pada triwulan sebelumnya dimana seluruh kota mengalami inflasi kurang dari 1%, pada triwulan ini 7 (tujuh) kota tersebut mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Tabel 2.4 2.4 Inflasi 7 Kota di Jawa Timur
Wilayah Jatim Surabaya Malang Kediri Jember Sumenep Probolinggo Madiun
Tw II 0.89 0.82 0.86 1.20 0.84 1.21 1.73 0.58
Inflasi Triwulanan 2012 Tw III Tw IV Tw I 1.93 0.91 2.87 1.83 0.91 2.90 2.05 1.15 2.78 2.40 0.43 2.51 1.65 1.09 2.81 2.17 0.61 3.26 2.49 0.92 2.83 1.71 0.50 3.14
(qtq) 2013 Tw II Tw III 0.11 3.72 0.11 3.66 0.35 3.69 0.60 4.07 -0.25 3.95 -0.53 3.33 0.03 4.05 -0.31 3.77
Tw II 4.63 4.69 4.44 5.06 4.12 5.46 4.66 3.93
Inflasi Tahunan (yoy) 2013 2012 Tw III Tw IV Tw I Tw II 4.50 4.50 6.75 5.93 4.29 4.37 6.61 5.86 4.58 4.60 7.01 6.46 5.26 4.63 6.69 6.05 4.40 4.49 6.53 5.38 6.06 5.06 7.44 5.59 5.55 5.88 8.19 6.39 3.91 3.51 6.04 5.10
Tw III 7.78 7.75 8.17 7.78 7.77 6.78 8.02 7.23
Sumber: BPS, Data diolah.
Terjadinya inflasi (qtq) di beberapa kota di Jawa Timur tersebut terutama didorong oleh peningkatan harga BBM yang mempengaruhi kenaikan harga sub kelompok transport. Selain BBM, kenaikan juga dipicu oleh inflasi pada kelompok bahan makanan khususnya sub kelompok bumbu-bumbuan, daging dan hasil-hasilnya serta sayur-sayuran.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2013
33
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Secara tahunan (yoy), inflasi tertinggi terjadi di Kota Malang (8,17%), disusul kemudian di Probolinggo (8,02%), Kediri (7,78%), Jember (7,77%), Surabaya (7,75%), Madiun (7,23%) dan Sumenep (6,78%).Tingginya inflasi kota Malang antara lain karena kenaikan inflasi kelompok bahan makanan dan transport yang lebih tinggi diantara kabupaten/kota lainnya yaitu mencapai 14,35% dan 15,66% (yoy) dan relatif persisten sehingga memerlukan waktu yang lebih lama untuk kembali normal. Grafik 2.26 2.26 Perbandingan Inflasi Tahunan (yoy) 7 Kota di Jawa Timur
Berbeda dibandingkan periode sebelumnya, inflasi tahunan terendah periode ini terjadi di kabupaten Sumenep yaitu sebesar 6,78% (yoy). Penyumbang utama rendahnya inflasi tersebut selain penurunan harga komoditas bawang merah yang cukup tinggi (43,75%) juga karena penurunan harga sub kelompok ikan segar yang pada periode ini mengalami deflasi sebesar -3,62% (yoy). Kabupaten Sumenep merupakan kabupaten yang sebagian masyarakatnya mendapatkan penghasilan sebagai nelayan sehingga pasokan ikan segar merupakan hal yang umum terjadi ketika cuaca sedang baik. Sebagai dampak banyaknya hasil tangkapan tersebut, sub kelompok ikan segar menyumbangkan deflasi yang cukup besar dibandingkan 6 kabupaten/kota lainnya yang justru mengalami inflasi pada sub kelompok ini. Selain sub kelompok ikan segar, komoditas daging sapi juga mengalami deflasi sebesar -3,46% karena kabupaten ini merupakan salah satu pemasok daging sapi di Jawa Timur. Tabel 2.5 Inflasi 7 kota di Jawa Timur per Kelompok Barang & Jasa Triwulan III-2013 (% yoy)
Kelompok Barang Umum Bahan Makanan Mamin, Rokok & Tembakau Perumahan, Air, Listrik, Gas & BB Sandang Kesehatan Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga Transpor, Komunikasi
Jatim 7.78 13.20 5.83 5.46 -0.29 3.80 2.91 12.61
Surabaya Malang Kediri Jember Sumenep Probolinggo Madiun 7.75 8.17 7.78 7.77 6.78 8.02 7.23 13.92 14.35 9.19 11.68 8.02 12.46 11.11 5.94 4.55 6.51 4.24 6.34 10.09 6.17 5.90 3.82 5.28 6.74 6.03 3.84 5.06 -1.47 2.65 1.53 0.52 1.33 -1.85 3.05 4.38 1.51 4.58 2.67 6.07 4.42 2.90 2.36 3.02 5.71 2.80 3.85 3.58 4.80 11.96 15.66 14.06 13.23 9.91 11.72 10.05
Sumber : BPS (diolah)
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2013
34
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Berdasarkan kelompok barang penyumbang inflasi, sumber tekanan inflasi di ketujuh kota pada Tw III-2013 ini relatif sama yaitu pada kelompok bahan makanan. Hal ini karena tingginya permintaan masyarakat akan bahan makanan untuk Hari Raya Idul Fitri sedangkan
supply yang ada relatif terbatas karena belum optimalnya hasil produksi lokal yang diakibatkan faktor cuaca dan pola produksi yang belum mampu mendukung produksi massal. Tabel 2.6 2.6 Sumbangan Inflasi 7 Kota di Jawa Timur Per Kelompok Barang & Jasa Triwulan III-2013 (% yoy)
Kelompok Barang Umum Bahan Makanan Mamin, Rokok & Tembakau Perumahan, Air, Listrik, Gas & BB Sandang Kesehatan Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga Transpor, Komunikasi
Jatim 7.78 3.13 1.06 1.12 -0.02 0.17 0.25 2.28
Surabaya Malang Kediri Jember Sumenep Probolinggo Madiun 7.75 8.17 7.78 7.77 6.78 8.02 7.23 3.12 3.73 2.34 3.26 2.63 3.43 2.67 1.08 0.87 1.18 0.68 0.97 1.87 1.17 1.22 0.75 1.12 1.43 1.16 0.82 1.11 -0.10 0.14 0.08 0.04 0.10 -0.12 0.16 0.20 0.06 0.21 0.12 0.26 0.19 0.16 0.21 0.28 0.44 0.19 0.21 0.24 0.38 2.24 2.62 2.51 2.22 1.50 1.77 1.64
Sumber : BPS, data diolah
2.6.
DISAGREGASI INFLASI Berdasarkan disagregasinya, secara tahunan inflasi Jatim terutama didorong oleh
peningkatan harga kelompok volatile food dan administered price yaitu pada level 14,43% dan 13,89%, sedangkan kelompok core inflation relatif stabil sebesar 4,25% (yoy). Sumbangan inflasi terbesar masih diberikan oleh kelompok volatile food (2,63%), disusul kemudian oleh core inflation (2,60%) dan kelompok administered price (2,50%). Tingginya permintaan akan komoditas pangan dan penerapan berbagai kebijakan pemerintah yang berdampak pada pergerakan harga menjadi pemicu utama peningkatan inflasi pada 2 (dua) kelompok tersebut. Grafik 2.2 2.27 Inflasi Jatim per Komponen (yoy)
Grafik 2.28 2.28 Perbandingan Inflasi Jatim & Rata-Ratanya(yoy)
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2013
35
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Pada grafik 2.27 di atas, tampak bahwa tingginya inflasi pada tahun 2013 utamanya disebabkan oleh lonjakan inflasi volatile food pada awal tahun dan administered price pada Tw II-2013. Sedangkan kelompok core inflation masih stabil di kisaran 4,5%. Grafik 2.29 2.29 Perbandingan – Disagregasi Inflasi Jawa Timur (mtm)
Grafik Grafik 2.30 2.30 Disagregasi Inflasi (mtm) Jawa Timur
% mtm
Sedangkan berdasarkan disagregasi bulanan, inflasi Jatim terutama didorong oleh penurunan inflasi kelompok volatile food yaitu pada level -2,59% (mtm), sedangkan kelompok administered price relatif stabil sebesar 0,14% (mtm) dan kelompok core inflation mulai meningkat menjadi sebesar 0,51% (mtm). Masih berlanjutnya penurunan harga komoditas hortikultura khususnya sub kelompok bumbu-bumbuan, sayur-sayuran serta telur, susu dan hasil-hasilnya sebagai dampak panen periode sebelumnya dan kembali normalnya konsumsi masyarakat menjadi pendorong utama penurunan inflasi kelompok volatile food. Tekanan inflasi kelompok administered price dari peningkatan bahan bakar minyak (BBM) telah mencapai puncaknya pada Agustus 2013 dan mereda pada September 2013, demikian pula dengan kenaikan TTL tahap ke-4 yang akan dilaksanakan pada pertengahan triwulan IV sehingga memberikan tekanan yang rendah pada inflasi kelompok ini. Sedangkan kelompok
core inflation mengalami tekanan yang cukup besar sebagai dampak pelemahan nilai tukar Rupiah yang berujung pada peningkatan harga emas perhiasan, harga komoditas internasional yang cenderung meningkat serta adanya trend kenaikan properti. Volatile Food Fluktuasi harga pada kelompok volatile food menyumbang deflasi sebesar -0,52% (mtm) terhadap inflasi bulanan Jawa Timur yang sebesar -0,23% (mtm). Pada periode ini, sub kelompok bumbu-bumbuan, sayur-sayuran serta telur dan hasil-hasilnya, merupakan komponen terbesar penyumbang deflasi kelompok bahan makanan dengan sumbangan masing-masing sebesar -0,36%, -0,14% dan -0,05% (mtm). Sedangkan sub kelompok kacang-kacangan dan buah-buahan mengalami inflasi masing-masing sebesar 4,39% dan 1,67% (mtm) dengan sumbangan mencapai 0,08% dan 0,04% (mtm). Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2013
36
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Berdasarkan pemetaan komoditas utama penyumbang inflasi di Jawa Timur diketahui bahwa komoditas beras, bawang merah, bawang putih, cabe merah, cabe rawit, daging sapi, daging ayam ras dan telur ayam ras merupakan komoditas-komoditas yang paling besar pengaruhnya terhadap kenaikan harga karena merupakan kebutuhan sehari-hari mayoritas penduduk di Jawa Timur. Pemetaan terhadap produksi komoditas utama tersebut menunjukkan bahwa terdapat kendala di lapangan yaitu : - Proses
produksi pertanian yang sepenuhnya bergantung kepada faktor cuaca
menyebabkan hasil pertanian menjadi berfluktuatif dan tidak mampu memenuhi kebutuhan masyarakat (contoh : bawang merah, cabe, sayur-sayuran dan beras). - Infrastruktur yang belum memadai menyebabkan jalur distribusi barang menjadi terhambat sehingga terdapat potensi kelangkaan di suatu daerah pada waktu tertentu. - Belum adanya perlindungan harga kepada petani dan produsen sehingga petani lebih memilih untuk memproduksi tanaman pertanian yang menguntungkan bagi mereka. - Arus produksi bahan makanan seringkali diperdagangkan ke luar daerah tanpa mempertimbangkan potensi shortage di Jawa Timur. Berdasarkan kendala-kendala tersebut tampak bahwa sumber potensi inflasi kelompok ini berada pada aspek hulu, yaitu proses produksi komoditas-komoditas pangan utama penyumbang inflasi Jawa Timur sehingga potensi timbulnya permasalahan yang sama di kemudian hari masih tetap ada. Core Inflation Secara bulanan inflasi pada sub kelompok barang pribadi dan sandang lain (7,55%mtm) menjadi pendorong tingginya inflasi kelompok inti. Beberapa penyebab eksternal dan internal ditengarai menjadi penyebab tingginya inflasi. Secara eksternal, perekonomian global yang tak kunjung membaik serta pelemahan nilai tukar Rupiah menjadi hal yang harus diantisipasi dampaknya terhadap perekonomian domestik. Sedangkan secara internal, ekspektasi masyarakat terhadap kenaikan harga menjadi suatu potensi inflasi yang harus diminimalkan. Berdasarkan pembentuknya secara bulanan baik inflasi untuk kelompok inti tradeable maupun nontradeable lebih banyak disebabkan oleh aspek konstruksi. Hal ini tercermin pada peningkatan harga kontrak rumah (0,58%-mtm), tukang bukan mandor (0,96%) serta bahan bangunan seperti batu bata/batu tela (2,40%), genteng (0,61%), pasir (0,37%) dan semen (0,57%). Tidak terdapat peningkatan signifikan untuk inflasi kelompok tradable food karena rendahnya tekanan inflasi dari kelompok bahan makanan sehingga dapat menjaga inflasi relatif stabil. Tekanan inflasi kelompok inti utamanya berasal dari komoditas non-food khususnya emas dan biaya tempat tinggal. Pada awal September 2013, harga emas beberapa kali mengalami kenaikan dan mencatatkan titik tertinggi sebesar Rp 441.375 di Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2013
37
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
pasar. Namun kenaikan tersebut tidak bertahan lama seiring dengan tidak berlangsungnya
tapering quantitative easing sehingga mendorong emas turun menjadi Rp 429.500 di akhir September 2013 dan memberikan sumbangan inflasi sebesar 0,19% (8,97%-mtm). Grafik 2.32 2.32 Inflasi Inti – Manufacturing & Services (mtm)
Grafik 2.31 2.31 Perkembangan Inflasi Inti Tradeable & Non Tradeable (mtm)
% mtm
% mtm
Grafik 2.33 2.33 Perkembangan Inflasi Inti – Exclude Gold Price (mtm) % mtm
Grafik 2.34 2.34 Inflasi Inti Tradeable – Food & Non Food (mtm) % mtm
Walaupun terdapat peningkatan inflasi komoditas emas perhiasan pada Tw III-2013, namun secara tahunan harga emas justru cenderung turun. Pada grafik 2.35 tampak bahwa inflasi inti tanpa komoditas emas justru lebih tinggi dibandingkan tanpa emas. Hal ini menunjukkan besarnya pengaruh emas perhiasan terhadap tingkat inflasi di Jawa Timur. Selanjutnya, % yoy
Grafik 2.35 2.35 Inflasi Inti tanpa Emas (yoy)
perlu
dianalisis
pula
tentang pengaruh penurunan nilai tukar Rupiah
terhadap
inflasi
kelompok
core
inflation. Analisis dilakukan dengan melihat pengaruh nilai tukar terhadap inflasi core
traded dan core non traded non properti. Secara bulanan pengaruh terbesar terjadi pada bulan Agustus 2013 dan telah mereda pada
September
2013.
Hal
ini
karena
tingginya permintaan akan barang-barang Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2013
38
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
impor baik untuk bahan baku industri maupun konsumsi untuk memenuhi tingginya permintaan masyarakat pada saat Hari Raya Idul Fitri. Grafik 2.36 2.36
Grafik 2.37 2.37
Inflasi Traded – Properti & Nilai Tukar (yoy)
Inflasi Non Traded – Properti & Nilai Tukar (yoy)
Jika dilihat secara tahunan, tampak bahwa terdapat peningkatan secara konsisten untuk inflasi di core tradable sektor properti sedangkan untuk core tradable non properti tetapi terpengaruh oleh nilai tukar peningkatan terjadi pada triwulan II-2013 dimana kondisi Rupiah melemah sedangkan permintaan barang impor masih relatif tinggi. Grafik 2.38 2.38 Indeks Keyakinan & Ekspektasi Konsumen
Grafik 2.39 2.39 Ekspektasi Harga yang Akan Datang 250
Indeks
Perubahan harga umum 3 bulan yad Perubahan harga umum 6 bulan yad
200 150 100 50 0
Indeks
1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 2010
2011
2012
2013
2014
Ekspektasi inflasi masyarakat (yang tercermin dari hasil survei konsumen) juga menjadi faktor pendorong inflasi inti, baik pada ekspektasi harga 3 (tiga) dan 6 (enam) bulan yang akan datang (grafik 2.45). Masyarakat menilai bahwa harga akan meningkat pada jangka pendek sampai dengan awal tahun 2014 dan menurun mendekati akhir Triwulan I-2014. Disisi lain keyakinan konsumen kota Surabaya pada bulan September 2013 menunjukkan penurunan yang tercermin dari Indeks Keyakinan Konsumen pada Tw III-2013 sebesar 121,8 lebih rendah dibandingkan Tw II-2013 yang mencapai 122,07. Penurunan tersebut disebabkan indeks pembentuknya yaitu Indeks Ekspektasi Konsumen yang turun dari 135,2 menjadi 133,9 sedangkan Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini masih meningkat dari 108,8 menjadi 109,8. Hal ini mencerminkan keraguan konsumen menyikapi kondisi ekonomi
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2013
39
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
yang akan datang, salah satunya disebabkan adanya kenaikan harga BBM dan pelemahan nilai tukar Rupiah. Administered Price Secara bulanan inflasi kelompok administered price mengalami penurunan dari 0,74% (Agustus 2013-mtm) menjadi 0,14% (September 2013). Sumbangan utama peningkatan inflasi periode
ini
utamanya berasal dari peningkatan harga BBM (Pertamax) sebagai
dampak peningkatan harga minyak dunia dan rokok kretek filter. Walaupun meningkat namun tidak berpengaruh signifikan karena masyarakat pengguna Pertamax relatif sedikit. Sedangkan faktor penahan laju inflasi adalah kembali normalnya harga tarif angkutan setelah Hari Raya Idul Fitri seperti tarip kereta api dan angkutan lainnya.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2013
40
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
KELAMBANAN RESPON PENGELUARAN RUMAH TANGGA TERHADAP PERUBAHAN HARGA DI JAWA TIMUR Inflasi merupakan salah satu variabel makro yang penting dalam menentukan kinerja ekonomi suatu daerah. Tingginya inflasi tanpa diikuti dengan penyesuaian tingkat upah dapat berimplikasi pada penurunan daya beli masyarakat sebagai dampak dari kenaikan harga barang dan jasa secara umum. Pengeluaran rumah tangga di Jawa Timur sebesar 54% didominasi oleh konsumsi makanan, baik berupa bahan makanan, makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau. Sedangkan sisanya (46%) digunakan untuk konsumsi non makanan yang terdiri dari perumahan, sandang, pendidikan, transportasi, kesehatan, jasa keuangan dan lainnya. Oleh karena itu, guncangan inflasi akan mempengaruhi daya beli rumah tangga yang tercermin dari kinerja pengeluarannya. Grafik 1 Inflasi dan Konsumsi Makanan & Non Makanan di Jawa Timur
Secara historis, terdapat lag satu periode perubahan konsumsi masyarakat dalam merespon pergerakan inflasi di Jawa Timur. Gambar di atas menunjukkan perkembangan inflasi (qtq) dan pengeluaran konsumsi masyarakat baik untuk komoditas makanan maupun non makanan di Jawa Timur. Pada triwulan II-2011 terjadi deflasi pada komoditas makanan sebesar -0,21% dengan pertumbuhan konsumsi makanan yang cenderung stabil di kisaran 3,66%. Penurunan harga (deflasi) tersebut baru direspon oleh masyarakat dengan meningkatkan pengeluaran makanan pada satu triwulan berikutnya (triwulan III-2011), yang tumbuh dari 3,66% menjadi 4%. Pola serupa juga terlihat pada triwulan III-2011, dimana inflasi makanan meningkat menjadi 2,15% direspon dengan penurunan konsumsi makanan di Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2013
41
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
triwulan IV-2011 yang hanya tumbuh sebesar 1,73%. Sementara itu, pada triwulan I2013, tingginya inflasi makanan (bahan makanan: 9,34%, makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau: 1,73%) mampu menurunkan pertumbuhan pengeluaran konsumsi makanan di triwulan II-2013 dari 4,36% menjadi 0,95% atau menjadi Rp100,37 T. Hal serupa juga terjadi pada pengeluaran non makanan yang pertumbuhannya meningkat menjadi Rp85,33 T sebagai akibat dari penurunan inflasi non makanan di satu triwulan sebelumnya. Kelambanan (lag) dalam merespon kenaikan harga tersebut disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, rencana pengeluaran masyarakat yang tidak dapat diubah dengan mudah, sehingga baru dapat disesuaikan pada periode selanjutnya. Kedua, terdapat kekakuan upah (wage rigidity). Pada saat inflasi tinggi, upah pekerja tidak dapat disesuaikan dalam waktu yang dekat, sehingga daya beli di periode tersebut tidak berubah. Oleh karena itu, masyarakat berekspektasi untuk menurunkan daya beli yang dimiliki terhadap barang dan jasa di periode yang akan datang. Di sisi lain, pola konsumsi komoditas makanan dan non makanan memiliki sifat yang berbeda. Konsumsi makanan cenderung memiliki elastisitas yang lebih rendah mengingat makanan merupakan kebutuhan primer yang harus dipenuhi pada level harga berapapun. Sementara konsumsi non makanan merupakan kebutuhan sekunder dan tersier yang sensitif terhadap perubahan harga. Oleh karena itu, perkembangan konsumsi non makanan cenderung bergerak tajam. Ke depan, pada triwulan III-2013, diperkirakan konsumsi rumah tangga pada komoditas makanan akan meningkat signifikan seiring dengan adanya deflasi (0,73%) pada komoditas makanan di triwulan II-2013. Hal tersebut juga didukung dengan tingginya keyakinan masyarakat yang tercermin pada IKK (Indeks Keyakinan Konsumen) di triwulan III-2013 yang meningkat 1,1% dari 120,7% mencapai 121,8%. Oleh karena itu, pengeluaran konsumsi rumah tangga masih akan menjadi faktor pendorong tingginya Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) di Jawa Timur.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2013
42
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
ANALISIS INFLASI TERHADAP DAYA SAING PRODUK JAWA TIMUR Rendahnya inflasi pada kuartal II-2013 di Jawa Timur meningkatkan daya saing ekspor antardaerah Jawa Timur sebesar 7,4%. Jawa Timur memiliki daya saing produk yang cukup tinggi, baik di dalam maupun luar negeri. Gambar di bawah ini menunjukkan perkembangan ekspor Jawa Timur serta inflasi dan kurs tengah. Kinerja ekspor Jawa Timur ke wilayah lain di Indonesia (ekspor antar daerah) terutama ditentukan oleh tinggi-rendahnya inflasi. Pada triwulan I-2013, saat inflasi umum meningkat dari 0,91% menjadi 2,87% (qtq), ekspor dalam negeri Jawa Timur terpengaruh signifikan, yaitu tumbuh menurun 4,76% dari Rp82,65T menjadi Rp78,72T. Hal ini disebabkan karena tingginya inflasi meningkatkan harga bahan baku maupun barang modal yang digunakan dalam proses produksi. Oleh karena itu, harga jual barang dan jasa tersebut akan meningkat dan menurunkan daya saing produk, sehingga ekspor dalam negeri pun menurun. Selain itu, inflasi yang tinggi di Jawa Timur akan meningkatkan harga relatif Jawa Timur terhadap provinsi lain. Eksportir dalam negeri akan memilih untuk membeli barang dari provinsi selain Jawa Timur yang menawarkan harga lebih rendah. Kondisi sebaliknya terjadi pada triwulan IV-2012, dimana inflasi yang rendah (0,91%) diikuti dengan peningkatan ekspor dalam negeri di triwulan tersebut, meningkat 6,2% dari Rp77,83T menjadi 82,66T.
Grafik 1 Perkembangan Inflasi, Nilai Tukar dan Perkembangan Ekspor Jawa Timur (%) 15.00
10.00
5.00
-
(5.00)
(10.00)
(15.00) g Ekspor LN
g Ekspor DN
g Kurs Tengah
Inflasi (qtq)
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2013
43
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Berdasarkan data IRIO (Inter Regional Input-Output) 2005, Jawa Timur paling banyak mengekspor hasil produksinya terutama dari sektor industri ke provinsiprovinsi di Jawa. Sebagian besar jenis komoditas berupa: industri makananminuman, pulp dan kertas, jasa-jasa lainnya, serta pengilangan minyak bumi. DKI Jakarta merupakan provinsi yang paling banyak menggunakan output Jawa Timur untuk digunakan sebagai input industrinya, yakni sebesar 22,33% dari total output Jawa Timur. Komoditas Jawa Timur yang paling banyak diekspor ke DKI Jakarta tersebut antara lain: industri petrokimia, industri makanan dan minuman, serta industri pengolahan hasil laut. Sementara itu Jawa Barat, Jawa Tengah dan Sumatera Utara masing-masing menggunakan 21,88%, 10,01% dan 5,62% dari total output yang dihasilkan Jawa Timur, seperti yang ditunjukkan pada gambar di bawah Grafik 2 Distribusi Output Jawa Timur ke Daerah Lain (IRIO 2005)
Sementara itu, dari sisi daya saing eksternal, faktor yang paling berpengaruh pada ekspor luar negeri Jawa Timur adalah kinerja nilai tukar rupiah. Depresiasi Rupiah terhadap US $ akan menurunkan harga relatif dalam negeri terhadap luar negeri, sehingga ekspor luar negeri akan meningkat. Hal ini dapat dilihat pada triwulan II-2013,
dimana
Rupiah
terdepresiasi
2,14%
yang
diikuti
dengan
peningkatan volume ekspor sebesar 1,58% dari Rp56,92T menjadi Rp57,82T. Perlambatan ekonomi global di Eropa dan Amerika Serikat sebagai tujuan ekspor turut berpengaruh signifikan pada penurunan ekspor Jawa Timur ke luar negeri.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2013
44
Bab 3
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
3
PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Sampai dengan Triwulan III tahun 2013 kinerja perbankan
di Jawa Timur baik
Bank Umum maupun Bank Perkreditan Rakyat (BPR) masih terus menunjukkan perkembangan positif. positif. Hal tersebut tercermin dari indikator total aset, kredit dan DPK yang tumbuh dengan baik serta didukung oleh tingkat risiko kredit yang rendah (kurang dari 5%) dan stabil. Aset Bank Umum dan BPR tetap tumbuh tinggi yaitu sebesar 15,76% (yoy) hingga mencapai Rp 416,27 triliun pada Triwulan III 2013. Kredit tumbuh sebesar 21,27% (yoy) dari sebesar Rp 272,26 triliun pada Triwulan II 2013 menjadi sebesar Rp 291,26 triliun pada Triwulan III 2013. Demikian pula dengan Dana Pihak Ketiga (DPK) Bank Umum dan BPR di Jawa Timur yang mencatat pertumbuhan sebesar 12,73% (yoy) menjadi sebesar Rp 318,99 triliun pada periode laporan. Peningkatan kinerja Bank Umum dan BPR di Jawa Timur terutama didorong oleh terjaganya kondisi perekonomian nasional dan daerah. Dengan mempertimbangkan tren pertumbuhan kredit yang terus meningkat hingga mencapai 21,27% (yoy) pada Triwulan III 2013, maka peluang sumbangan sektor perbankan atas peningkatan pertumbuhan ekonomi Jawa Timur diperkirakan masih akan terus meningkat. Tabel 3.1 Perkembangan Indikator Perbankan (Bank Umum & BPR) di Jawa Timur INDIKATOR BANK UMUM DAN BPR
2012
2013
I
II
III
IV
I
II
III
311.206,26
330.235,29
350.677,74
361.922,83
370.892,76
388.441,32
416.268,97
Pertumbuhan (%yoy)
18,65
19,47
22,13
20,79
19,18
17,63
15,76
Pertumbuhan (%qtq)
2,71
5,38
3,88
4,36
3,86
6,11
7,16
256.985,03
266.634,97
278.400,34
293.979,22
292.804,92
298.892,15
318.994,08
Pertumbuhan (%yoy)
17,60
16,77
18,03
16,46
13,94
12,10
12,73
Pertumbuhan (%qtq)
5,82
5,75
0,46
1,55
8,52
1,61
6,73
Kredit (Miliar Rupiah)
197.908,02
215.635,55
229.312,65
245.419,66
251.401,19
272.050,57
291.265,74
Pertumbuhan (%yoy)
19,65
22,26
24,38
26,18
27,03
26,16
21,27
Pertumbuhan (%qtq)
3,81
6,63
4,53
5,49
1,75
8,96
7,06
Total Aset (Miliar Rupiah)
Dana Pihak Ketiga (Miliar Rupiah)
Perkembangan transaksi sistem pembayaran pembayaran di wilayah Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jawa Timur yang meliputi KPwBI Surabaya, Malang, Malang, Jember dan Kediri pada Triwulan II I- 2013 secara umum menunjukkan peningkatan, peningkatan, baik untuk transaksi tunai
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur ProvinsiJawaTimur Triwulan III – 2013
45
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
maupun transaksi nonnon-tunai. Transaksi tunai mengalami net-inflow sebesar Rp 729,32 miliar. Kondisi tersebut berbeda apabila dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu Triwulan II 2013 yang mencatat net outflow sebesar Rp 411,54 triliun. Hal serupa juga ditunjukkan oleh transaksi non-tunai melalui sistem BI-RTGS dan Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) yang peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Peningkatan jumlah aliran uang kartal dari dan ke Bank Indonesia pada periode laporan merupakan dampak dari tingginya penggunaan uang kartal di masyarakat. Momen bulan puasa dan Hari Raya Idul Fitri yang jatuh pada Bulan Agustus 2013 menyebabkan transaksi ekonomi masyarakat yang menggunakan uang kartal meningkat.
3.1.
PERKEMBANGAN KINERJA BANK UMUM Kinerja Bank Umum di Jawa Timur sampai dengan Triwulan III 2013 masih terus
menunjukkan perkembangan positif. Hal tersebut merupakan indikasi terlaksananya fungsi intermediasi dengan baik. Peningkatan kinerja Bank Umum di Jawa Timurtersebut tercermin dari pertumbuhan indikator kinerja utama yaitu total aset sebesar 18,74% (yoy),Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar 14,63% (yoy) dan kredit dengan pertumbuhan sebesar 27,22% (yoy). Pertumbuhan kredit yang lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan DPK mendorong kenaikan rasio Loan to Deposit Radio (LDR) Bank Umum dari sebesar 90,32% pada Triwulan II 2013, menjadi sebesar 90,64% pada Triwulan III 2013. Peningkatan penyaluran kredit antara lain didorong oleh adanya peningkatan konsumsi masyarakat saat bulan puasa dan Hari raya Idul Fitri yang jatuh pada bulan Juli - Agustus 2013. Peningkatan LDR dimaksud diikuti dengan risiko kredit atau Non Performance Loan (NPL) yang tetap terjaga di level 2,02%, lebih rendah apabila dibandingkan dengan Triwulan II 2013 yang tercatat sebesar 2,12%. Tabel 3.2 Perkembangan Indikator Bank Umum di Jawa Timur INDIKATOR BANK UMUM Total Aset (Jt Rp) Pertumbuhan (yoy %) Pertumbuhan (qtq %) Dana Pihak Ketiga (Jt Rp) Pertumbuhan (yoy %) Pertumbuhan (qtq) Kredit (Jt Rp) Pertumbuhan (yoy %) Pertumbuhan (qtq) LDR (%) NPL (%)
Tw II 322.889.656,00 19,48 6,14 262.249.932,00 16,75 3,73 210.063.135,00 22,30 8,98 80,10% 2,73
2012 Tw III 342.663.960,00 22,05 6,12 273.662.910,00 17,94 4,35 223.506.097,00 24,49 6,40 81,67% 2,64
Tw IV 353.595.712,00 20,75 3,19 289.087.210,00 16,39 5,64 239.483.201,00 26,28 7,15 82,84% 2,60
Tw I 362.320.071,28 19,10 2,47 287.820.030,32 13,85 (0,44) 245.211.529,00 27,21 2,39 85,20% 2,26
2013 Tw II 379.474.342,11 17,52 4,73 293.799.081,36 12,03 2,08 265.353.368,89 26,32 8,21 90,32% 2,12
Tw III 406.877.274,32 18,74 7,22 313.692.848,13 14,63 6,77 284.345.325,30 27,22 7,16 90,64% 2,02
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur ProvinsiJawaTimur Triwulan III – 2013
46
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Secara umum, kinerja bank umum di Jawa Timur terus menunjukkan peningkatan selama beberapa waktu terakhir. Hal tersebut terlihat dari peningkatan rasio penyaluran kredit terhadap dana pihak ketiga atau Loan to Deposit Ratio (LDR) yang didukung oleh tren penurunan risiko kredit atau Non Performance Loan (NPL).
Grafik 3.1Perkembangan LDR 3.1
NPL (%) rhs
LDR (%) 3,50 3,00 2,50 2,00 1,50 1,00 0,50 0,00
95,00 90,00 %
85,00 80,00 75,00 70,00 65,00 Tw I
Tw II
Tw III
Tw IV
Tw I
Tw II
Tw III
Bank Swasta
Bank Asing
100 80 60 40 20 0 Tw I
2012
Bank Pemerintah
120
%
LDR (%)
Grafik 3.2Perkembangan LDR per Kelompok Bank 3.2
Tw II
Tw III
Tw IV
Tw I
Tw II
Tw III
2013
2012
2013
Fungsi Intermediasi perbankan untuk Bank Umum di Jawa Timur terus menunjukkan peningkatan. Tercatat sampai dengan Triwulan IIIt 2013, LDR Bank Umum di Jawa Timur cukup tinggi mencapai 90,64%. sedikit lebih tinggi apabila dibandingkan dengan LDR periode sebelumnya (Triwulan II 2013) yang tercatat sebesar 90,64%, atau periode yang sama tahun sebelumnya (Triwulan III 2012) yang tercatat sebesar 81,67%(grafik 3.1). Peningkatan ini terutama didorong oleh pertumbuhan kredit triwulanan (7,16% qtq) yang lebih tinggi daripada pertumbuhan DPK (6,77% qtq). Hal tersebut antara lain disebabkan oleh meningkatnya konsumsi masyarakat pada periode bulan puasa dan Hari Raya Idul Fitri (Agustus 2013) dengan sumber dana dari penarikan simpanan maupun pinjaman bank. Indikasi adanya penarikan dana simpanan masyarakat di Bank tercermin dari penurunan pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) dalam bentuk tabungan dari sebesar 14,58% (yoy) pada Triwulan II 2013 menjadi sebesar 14,36% (yoy) pada Triwulan II 2013. Sementara itu, pertumbuhan total kredit menunjukkan peningkatan dari sebesar 26,3% (yoy) menjadi sebesar 27,22% (yoy). Berdasarkan kelompok bank, rasio LDR terbesar masih didominasi oleh kelompok Bank Pemerintah dengan LDR sebesar 109,38%, diikuti oleh kelompok Bank Asing sebesar 101,78% dan Bank Swasta sebesar 73,43% (grafik 3.2).
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur ProvinsiJawaTimur Triwulan III – 2013
47
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Berdasarkan nominal, proporsi penyaluran kredit masing-masing kelompok bank terhadap total kredit perbankan di Jawa Timurmasih didominasi oleh Bank Pemerintah sebesar Rp 148,7 triliun atau 52,3% dari total kredit. Proporsi terbesar selanjutnya adalah Bank Swasta dengan penyaluran kredit sebesar Rp 117,2 triliun atau 41,22%. Sementara Bank Asing memiliki porsi penyaluran kredit terkecil dengan nominal sebesar Rp 18,43 triliun atau 6,48% dari total kredit.
400.000.000 350.000.000 300.000.000 250.000.000 200.000.000 150.000.000 100.000.000 50.000.000 -
Grafik 3.4 Pertumbuhan Indikator Utama Perbankan (qtq)
Aset
25 20 % 15 y 10 o 5 y 0 Tw I
Tw II
Tw III
Tw IV
Tw I
2012
Tw II
Tw III
2013
Kredit
DPK
10,00 8,00 6,00 %
Rp Juta
Grafik 3.3 Pertumbuhan Indikator Utama Perbankan(yoy) Aset Kredit Dana G Aset (yoy) G Kredit (yoy) G DPK (yoy) 450.000.000 30
4,00 2,00 0,00 I
II
III 2011
IV
I
II
III 2012
IV
I
II
III
2013
3.1.1. ASET DAN AKTIVA PRODUKTIF Total aset bank umum pada Triwulan III - 2013, menunjukkan pertumbuhan sebesar18,74%(yoy) dan 7,22% (qtq). Pertumbuhan tersebut lebih tinggi apabila dibandingkan dengan pertumbuhan pada periode sebelumnya (Triwulan II 2013) yang hanya tercatat sebesar 17,52% (yoy) dan 4,73% (qtq). Peningkatan jumlah aset bank umum di Jawa Timur antara lain didorong oleh adanya peningkatan kinerja penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) dari sebesar 12,03% (yoy) pada Triwulan II 2013 menjadi sebesar 14,63% (yoy) pada Triwulan III 2013. Peningkatan Dana Pihak Ketiga (DPK) pada periode laporan diperkirakan didorong oleh berangsur normalnya kegiatan penarikan dana oleh masyarakat yang sempat cukup tinggi pada periode tahun ajaran baru dan liburan sekolah (Triwulan II 2013). Selain itu, mulai kembali normalnya harga pasca kenaikan BBM turut mendorong peningkatan DPK dan aset pada periode laporan (Triwulan III 2013).
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur ProvinsiJawaTimur Triwulan III – 2013
48
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Grafik 3.6 3. 6ProporsiAset Bank Umum
Grafik 3.5 3.5Perkembangan Total Aset Bank Umum
Rp Juta
Aset
G Aset (yoy) rhs
Bank Pemerintah
Bank Swasta
Bank Asing
25
450.000.000 400.000.000 350.000.000 300.000.000 250.000.000 200.000.000 150.000.000 100.000.000 50.000.000 -
20 15 10 5
6%
%
47%
y o y
47%
0 Tw I
Tw II
Tw III
Tw IV
Tw I
Tw II
2012
Tw III
2013
Searah dengan kapasitas ekonomi masing-masing Kabupaten / Kota, aset perbankan masih didominasi oleh Bank Umum yang berlokasi di wilayah Surabaya dengan prosentase sebesar 58,7% dari total aset Bank Umum di Jawa Timur. Tercatat jumlah aset bank umum yang berlokasi di wilayah Kota Surabaya pada Triwulan III 2013 adalah sebesar Rp 238,3 triliun. Proporsi terbesar selanjutnya secara berurutan adalah Kota Malang dengan nilai aset sebesar Rp 32,92 triliun (8,09%), Kediri sebesar Rp 24,94 triliun (6,13%), Jember sebesar Rp 17,1 triliun (4,2%) dan Sidoarjo dengan nilai aset sebesar Rp 10,84 triliun (2,67%). Grafik 3.7 3.7 Proporsi Aset Bank Umum Per Kabupaten Kota
1% 1%
1%
1% 1%
1%
1% 0% 0% 0% 0% 1% 0% 0% 0% 0% 1% 1% 1% 0% 0% 0%
1%
0%
0%
0% 0%
2% 3%
3%
4% 6%
59% 8%
Kota Surabaya
Kota Malang
Kota Kediri
Kab. Jember
Kab. Sidoarjo
Kab. Gresik
Kota Madiun
Kab. Banyuwangi
Kab. Mojokerto
Kota Probolinggo
Kab. Tulungagung
Kota Pasuruan
Kab. Bojonegoro
Kota Blitar
Kab. Pamekasan
Kab. Jombang
Kab. Tuban
Kab. Ponorogo
Kab. Lamongan
Kab. Ngawi
Kab. Nganjuk
Kab. Situbondo
Kab. Magetan
Kab. Lumajang
Kab. Bangkalan
Kab. Bondowoso
Kab. Trenggalek
Kab. Pacitan
Kab. Malang
Kab. Sumenep
Kab. Sampang
Kota Mojokerto
Kab. Kediri
Kab. Madiun
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur ProvinsiJawaTimur Triwulan III – 2013
49
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Grafik 3.8 Jumlah Aset Bank Umum Per Kab / Kota Miliar Rp 300.000,00
250.000,00
200.000,00
150.000,00
100.000,00
50.000,00
0,00
Berdasarkan perkembangan kinerja pertumbuhan aset pada periode laporan, bank umum yang berhasil mencatat pertumbuhan jumlah aset tertinggi adalah yang berlokasi di Kota Mojokerto, yaitu sebesar 29,42% (yoy). Disusul kemudian dengan bank umum yang berlokasi di Kota Kediri, Kabupaten Lamongan dan Kabupaten Bondowoso dengan pertumbuhan masing-masing sebesar 28,9% (yoy), 28,44% (yoy) dan 28,14% (yoy). Sementara itu, pertumbuhan jumlah aset terkecil adalah pada Bank Umum yang berlokasi di wilayah Kabupaten Tuban dengan prosentase pertumbuhan sebesar 6,8% (yoy). Grafik 3.9 3. 9 Pertumbuhan Aset Bank Umum Per Kab / Kota (% yoy) 120,00
100,00
% yoy
80,00
60,00
40,00
20,00
0,00 Tw I
Tw II
Tw III
Tw IV
Tw I
Tw II
Tw III
-20,00 2012
2013
Kota Mojokerto
Kota Kediri
Kab. Lamongan
Kab. Bondowoso
Kab. Malang
Kab. Madiun
Kab. Ngawi
Kab. Bojonegoro
Kab. Lumajang
Kab. Gresik
Kab. Mojokerto
Kab. Nganjuk
Kota Pasuruan
Kab. Banyuwangi
Kab. Sumenep
Kab. Ponorogo
Kab. Sidoarjo
Kota Surabaya
Kota Probolinggo
Kab. Trenggalek
Kota Malang
Kab. Pamekasan
Kab. Jombang
Kab. Pacitan
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur ProvinsiJawaTimur Triwulan III – 2013
50
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
3.1.2. DANA PIHAK KETIGA (DPK) Sampai dengan Triwulan III Tahun 2013, jumlah Dana Pihak Ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun bank umum di Jawa Timur terus menunjukkan pertumbuhan positif. Tercatat jumlah DPK pada periode laporan adalah sebesar Rp 313,69 triliun, atau tumbuh sebesar14,63% (yoy) dibandingkan periode sebelumnya. Pertumbuhan tersebut lebih tinggi apabila dibandingkan pertumbuhan pada periode sebelumnya yaitu Triwulan II 2013 yang tercatat sebesar 12,03% (yoy). Grafik 3.7 3. 7 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (yoy)
Dana
G DPK (yoy)
G DPK (qtq)
350.000.000
20
300.000.000
15
Rp Juta
250.000.000
%
200.000.000
10
150.000.000
5 o
y y
100.000.000 0
50.000.000 -
-5
Tw I
Tw II
Tw III
Tw IV
Tw I
Tw II
Tw III
Kembali meningkatnya pertumbuhan tahunan DPK pada periode laporan searah dengan tren pertumbuhan tahun sebelumnya. Selain itu, mulai kembali normalnya aktifitas ekonomi masyarakat pasca libur tahun ajaran baru (Juni 2013) dan lebaran (awal Agustus 2013) turut mendorong kembali pertumbuhan kinerja penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) Bank Umum di Jawa Timur pada Triwulan III 2013 (September). Demikian pula apabila ditinjau secara triwulanan, penghimpunan DPK mencatat peningkatan cukup signifikan dari sebesar 2,08% (qtq) pada Triwulan II 2013 menjadi sebesar 6,77% (qtq) pada Triwulan III 2013. Dengan mempertimbangkan perkembangan ekonomi Jawa Timur yang stabil dan kepercayaan masyarakat kepada perbankan yang terjaga, diperkirakan DPK yang dihimpun bank umum di Jawa Timur akan tetap tumbuh cukup tinggi sampai dengan akhir tahun 2013. Namun demikian, pertumbuhan DPK tersebut diperkirakan mengalami sedikit penurunan pada akhir tahun seiring dengan tingginya konsumsi masyakarat pada momen libur natal dan tahun ajaran baru. Sebagaimana periode sebelumnya, struktur DPK Bank Umum di Jawa Timur pada Triwulan III 2013 masih didominasi olehtabungan dengan nominal mencapai Rp 140,54triliun denganproporsi sebesar 44,8% dari total DPK.Menyusulkemudian deposito dengan prosentase
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur ProvinsiJawaTimur Triwulan III – 2013
51
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
sebesar38,67% dan nominal Rp 121,31 triliun. Sementara itu penghimpunan DPK dalam bentuk giroadalah sebesar Rp 51,85 triliun, atau 16,53% dari total DPK. Ditinjau dari sisi pertumbuhan, pada periode ini depositomemberikan kontribusi terbesar dengan prosentase pertumbuhan sebesar 15,86% (yoy). Disusul kemudian dengan tabungan dan giro dengan pertumbuhan masing-masing sebesar 14,36% (yoy) dan 12,53% (yoy).Penurunan pertumbuhan tabungan dari sebesar 14,58% (yoy) pada triwulan II 2013 menjadi sebesar 14,36% (yoy) pada triwulan III 2013 diyakini disebabkan oleh penarikan dana tabungan oleh masyarakat untuk kegiatan bulan puasa dan lebaran yang jatuh pada bulan Agustus 2013. Grafik 3.8 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (yoy)) Deposito
Giro
Tabungan
Tabungan
10,00
Tw I
Tw II
Tw III
Tw IV
Tw I
Tw II
2012
I
Giro
II
(5,00)
2013
Tabungan
5,00
0,00
Tw III
Grafik 3.10 DPK PerJenisSimpanan 3.10Perkembangan 10 (Rp. Milyar)
III
IV
I
II
2012
III
2013
Grafik 3.11 3.11Komposisi DPK Bank Umum (%) Giro
Deposito
160.000.000 140.000.000 120.000.000 100.000.000 80.000.000 60.000.000 40.000.000 20.000.000 -
Deposito
Tabungan
16% 45%
% y o y
Tw I
Tw II
Tw III Tw IV
Tw I
2012
Tw II
39%
Tw III
2013
Grafik 3.12 Perbandingan Suku Bunga Simpanan – BI Rate
DPK
%
Rp Juta
Deposito
15,00
30,00 25,00 20,00 15,00 10,00 5,00 -
% qtq
% yoy
Giro
Grafik 3.9 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (qtq)
Giro
Tabungan
Deposito
BI Rate
8,00 7,00 6,00 5,00 4,00 3,00 2,00 1,00 Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III 2011
2012
2013
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur ProvinsiJawaTimur Triwulan III – 2013
52
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Pasca adanya kenaikan kenaikan BI Rate secara bertahap dari sebesar 6% pada Triwulan II 2013 menjadi 7,25%pada Triwulan III 2013, tren suku bunga DPK bank umum di Jawa Timur mulai menunjukkan peningkatan. Tercatat suku bunga rata-rata tertimbang bank umum di wialyah Jawa Timur meningkat dari sebesar 3,22%pada Triwulan II 2013 menjadi sebesar 3,5%pada Triwulan III 2013. Peningkatan tersebut terutama didorong oelh peningkatan suku bunga Deposito, dari sebesar 5,32% pada Triwulan II 2013 menjadi sebesar 6,08% pada Triwulan III 2013. Sementara itu tren suku bunga tabungan dan giro justru menunjukkan sedikit penurunan. Tercatat suku bunga tabungan turun dari sebesar 1,79% pada Triwulan II 2013 menjadi sebesar 1,74% pada Triwulan III 2013. Suku bunga giro tercatat sebesar 1,72% pada triwulan III 2013, lebih rendah bila dibandingkan dengan triwulan II 2013 yang tercatat sebesar 1,74% (yoy). Kondisi tersebut mengindikasikan kebijakan bank umum yang lebih memilih untuk meningkatkan suku bunga Dana Pihak Ketiga dengan jangka waktu panjang, yaitu deposito. Hal tersebut terkait dengan kepastian penyimpanan dana di bank sehingga mempermudah perencanaan likuiditas bank jangka panjang. Sementara tabungan dan giro belum menunjukkan peningkatan dikarenakan sifat simpanan yang likuid, sehingga kurang optimal untuk digunakan dalam perencanaan likuiditas jangka panjang. Apabila ditinjau berdasarkan lokasinya, bank umum di wilayah Kota Surabaya mencatat jumlah penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) tertinggi dibandingkan dengan Kabupaten / Kota lain di Jawa Timur. Tercatat DPK Bank Umum di wilayah Kota Surabaya mencapai sebesar Rp 180,58 triliun atau 56,9% dari total DPK bank umum di Jawa Timur. Wilayah dengan DPK terbesar selanjutnya adalah Kota Malang sebesar Rp 28,9 triliun (9,11%), Kota Kediri sebesar Rp 16 triliun (5,04%), dan Kabupaten Jember sebesar Rp 13,68 triliun ( 4,31%). Grafik 3.13 Proporsi DPK per Kabupaten Kota 1% 1%
1%
2%
1%
1%
1% 1%
1% 0% 0% 0% 0% 0%0% 0% 0% 1% 1% 1% 1% 1% 0%
0%
0%
0%
0%
2% 3%
4% 57% 5%
9%
Kota Surabaya
Kota Malang
Kota Kediri
Kab. Jember
Kab. Sidoarjo
Kab. Gresik
Kota Madiun
Kab. Mojokerto
Kab. Banyuwangi
Kab. Tulungagung
Kota Pasuruan
Kota Blitar
Kota Probolinggo
Kab. Bojonegoro
Kab. Pamekasan
Kab. Jombang
Kab. Tuban
Kab. Ponorogo
Kab. Lamongan
Kab. Nganjuk
Kab. Ngawi
Kab. Magetan
Kab. Bangkalan
Kab. Lumajang
Kab. Trenggalek
Kab. Situbondo
Kab. Pacitan
Kab. Sumenep
Kab. Sampang
Kab. Bondowoso
Kab. Malang
Kota Mojokerto
Kab. Kediri
Kab. Madiun
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur ProvinsiJawaTimur Triwulan III – 2013
53
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Grafik 3.14 Jumlah DPK per Kabupaten Kota 200.000,00 180.000,00 160.000,00
Miliar Rp
140.000,00 120.000,00 100.000,00 80.000,00 60.000,00 40.000,00 20.000,00 0,00
Berdasarkan
perkembangan
pertumbuhan
DPK,
Kabupaten
Madiun
mencatat
pertumbuhan tahunan tertinggi dengan prosentase pertumbuhan sebesar 76,09% (yoy). Wilayah dengan pertumbuhan kinerja penghimpunan DPK terbesar selanjutnya adalah Kabupaten Kediri, Kota Mojokerto dan Kabupaten Sidoarjo dengan pertumbuhan masingmasing sebesar 31,36% (yoy), 30,93% (yoy) dan 30,81% (yoy). Kabupaten Pacitan mencatat pertumbuhan DPK terendah sebesar 3,72% (yoy). Grafik 3.15 3. 15 Pertumbuhan DPK Bank Umum Per Kab / Kota (% yoy) 120,00 100,00
% yoy
80,00 60,00 40,00 20,00 0,00 -20,00
Tw I
Tw II
Tw III
Tw IV
Tw I
Tw II
Tw III
-40,00 2012 Kab. Madiun Kab. Sidoarjo Kab. Lumajang Kab. Ponorogo Kab. Mojokerto Kab. Bojonegoro Kota Probolinggo Kab. Bangkalan Kota Madiun Kota Kediri
3.1.3.
2013 Kab. Kediri Kab. Ngawi Kab. Lamongan Kab. Banyuwangi Kab. Trenggalek Kab. Sumenep Kota Malang PROVINSI JAWA TIMUR Kab. Jombang
Kota Mojokerto Kab. Nganjuk Kab. Malang Kab. Magetan Kota Pasuruan Kab. Sampang Kab. Tulungagung Kota Blitar Kab. Pamekasan
KREDIT Sampai dengan Triwulan III 2013, fungsi intermediasi bank yang tercermin dari besar
penyaluran kredit oleh bank umum di Jawa Timur masih terus menunjukkan peningkatan. Tercatat pada bulan September 2013 (Triwulan III), adalah sebesar Rp 284,34 triliun atau tumbuh27,22% (yoy) dan 7,16% (qtq).
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur ProvinsiJawaTimur Triwulan III – 2013
54
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Secara tahunan, pertumbuhan kredit bank umum di wilayah Jawa Timur sebesar 27,22% (yoy) dimaksud lebih tinggi apabila dibandingkan dengan pertumbuhan pada Triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 26,32% (yoy). Peningkatan tersebut terutama didorong oleh peningkatan kredit modal kerja dari 24,29% (yoy) pada Triwulan II 2013 menjadi sebesar 28,01% (yoy) pada Triwulan III 2013. Hal tersebut diperkirakan didorong oleh peningkatan pengajuan kredit modal kerja dalam rangka menyambut bulan puasa dan hari raya Idul Fitri 1434.Seiring dengan peningkatan konsumsi masyarakat, pada periode tersebut banyak bermunculan usaha musiman seperti catering, penjualan kue kering, baju dan perlengkapan lebaran. Berbeda dengan pertumbuhan tahunannya, secara triwulanan jumlah kredit yang disalurkan oleh bank umum di wilayah Jawa Timur menunjukkan perlambatan dibandingkan dengan periode sebelumnya (Triwulan II 2013). Tercatat pada Triwulan III kredit tumbuh 7,16% (qtq), lebih rendah bila dibandingkan pertumbuhan Triwulan II yang tercatat sebesar 8,21% (qtq). Hal tersebut dikarenakan kredit tumbuh sangat tinggi pada triwulan II 2013 sehubungan dengan adanya periode tahun ajaran baru, libur sekolah dan kenaikan harga karena ekspektasi kenaikan BBM. Pada Triwulan III 2013 kredit tetap tumbuh tinggi walaupun sedikit melambat dibandingkan periode sebelumnya karena terdapat momen puasa dan Hari Raya Idul Fitri. Tingginya Loan to Deposit Ratio (LDR) yang didukung oleh rendahnya risiko kredit atau
Non Performance Loan (NPL) pada periode laporan mencerminkan baiknya fungsi intermediasi perbankan di Jawa Timur. Tercatat LDR pada periode laporan adalah sebesar 90,64%, meningkat apabila dibandingkan dengan LDR pada triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 90,32%. Tingginya rasio LDR dimaksud masih didukung oleh NPL yang rendah dan stabil di kisaran 2,02%. Grafik 3.14 3.14Pertumbuhan Kredit (qtq)
Grafik 3.13 3.13Pertumbuhan Kredit (yoy)
Kredit
G Kredit (yoy) 30
300.000.000
250.000.000
25
250.000.000
200.000.000
20 %
200.000.000
150.000.000
15 y 10 o y 5
100.000.000 50.000.000
0
-
Tw I
Tw II Tw III Tw IV 2012
Tw I
Tw II 2013
Tw III
Rp Juta
Rp Juta
Kredit 300.000.000
G Kredit (qtq) 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0
150.000.000 100.000.000 50.000.000 -
Tw I
Tw II
Tw III Tw IV
2012
Tw I
Tw II
% y o y
Tw III
2013
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur ProvinsiJawaTimur Triwulan III – 2013
55
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Pada Triwulan III 2013 kredit yang disalurkan bank umum di Jawa Timur masih didominasi oleh kredit produktif yaitu kredit modal kerja yaitu sebesar 58% dari total kredit dengan nominal sebesar Rp 165,97 triliun. Proporsi kredit terbesar selanjutnya adalah kredit konsumsi dengan prosentase sebesar 27% dari total kredit (Rp 76,82 triliun).Sementara itu kredit investasi memperoleh proporsi yang lebih kecil yaitu sebesar 15% dari total kredit dengan nominal mencapai Rp 41,56 triliun. Ditinjau dari sisi pertumbuhan tahunan, kredit modal kerja mengalami peningkatan pertumbuhan dari sebesar 24,29% (yoy) pada Triwulan II 2013 menjadi 28,01% (yoy) pada periode laporan. Sementara kredit investasi dan konsumsi menunjukkan sedikit perlambatan dibandingkan periode sebelumnya dengan prosentase pertumbuhan masing-masing sebesar 33,16% dan 22,63%. Senada dengan pertumbuhan tahunan, pertumbuhan kredit
modal kerja secara
triwulanan juga menunjukkan peningkatan dari sebesar 7,5% (qtq) pada triwulan II 2013 menjadi sebesar 8,17% (qtq) pada triwulan III 2013. Hal tersebut diperkirakan didorong oleh tingginya aktifitas ekonomi masyarakat pada saat puasa dan lebaran. Sementara kredit investasi dan konsumsi mencatat pertumbuhan yang lebih rendah pada level masing-masing sebesar 7,62% (yoy) dan 4,79% (yoy). Berdasarkan kelompok bank, Bank Pemerintah masih menjadi penyalur kredit terbesar dengan proporsi 52,3% dari total kredit, disusul oleh Bank Swasta sebesar 41,22% dan Bank Asing sebesar 6,48%. Ditinjau dari kinerja pertumbuhan kredit, pada periode ini bank asing masih mencatat pertumbuhan tahunan tertinggi yaitu mencapai 40,06% (yoy), sementara bank pemerintah dan bank swasta masing-masing mencatat pertumbuhan sebesar 28,01% (yoy) dan 24,46% (yoy). Tingginya pertumbuhan penyaluran kredit tersebut menunjukkan baiknya kinerja bank umum di Jawa Timur dalam meningkatkan fungsi intermediasinya. Tingkat persaingan yang semakin kondusif antara kelompok bank diharapkan dapat mendorong peningkatan kualitas penyaluran kredit kepada masyarakat.
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur ProvinsiJawaTimur Triwulan III – 2013
56
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Grafik 3.15 3.15Proporsi Penyaluran Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan
Modal Kerja
Investasi
Grafik 3.16 3.16Proporsi Penyaluran Kredit Berdasarkan Kelompok Bank
Bank Pemerintah
Konsumsi
Bank Swasta
Bank Asing
6%
27%
47% 58%
15%
47%
Modal Kerja
50,00 45,00 40,00 35,00 30,00 25,00 20,00 15,00 10,00 5,00 -
Investasi
Grafik 3.18 3.18Pertumbuhan Kredit PerJenis Penggunaan (qtq)
Konsumsi
Modal Kerja
Investasi
Konsumsi
20,00
15,00
% qtq
% yoy
Grafik 3.17 3.17 Pertumbuhan Kredit Per Jenis Penggunaan (yoy)
Tw I
Tw II
Tw III
Tw IV
Tw I
Tw II
Tw III
10,00
5,00
0,00 I
2012
2013
II
(5,00)
III 2012
IV
I
II
III
2013
Grafik3. Grafik3.19 3. 19 Proporsi Kredit Sektoral 0%
3%
0% 1%
27% 29% 0% 0% 0% 4%
2% 0% 0%
3%
3%
0%
0%
26%
0%
1%
1. PERTANIAN, PERBURUAN DAN KEHUTANAN 3. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 5. LISTRIK, GAS DAN AIR 7. PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN 9. TRANSPORTASI, PERGUDANGAN DAN KOMUNIKASI 12. REAL ESTATE, USAHA PERSEWAAN, DAN JASA PERUSAHAAN 14. JASA PENDIDIKAN 15. JASA KEMASYARAKATAN, SOSIAL BUDAYA, HIBURAN DAN PERORANGAN LAINNYA 17. BADAN INTERNASIONAL DAN BADAN EKSTRA INTERNASIONAL LAINNYA 19. PENERIMA KREDIT BUKAN LAPANGAN USAHA
2. PERIKANAN 4. INDUSTRI PENGOLAHAN 6. KONSTRUKSI 8. PENYEDIAAN AKOMODASI DAN PENYEDIAAN MAKAN MINUM 10. PERANTARA KEUANGAN 13. ADMINISTRASI PEMERINTAHAN, PERTAHANAN DAN JAMINAN SOSIAL WAJIB 14. JASA KESEHATAN DAN KEGIATAN SOSIAL 16. JASA PERORANGAN YANG MELAYANI RUMAH TANGGA 18. KEGIATAN YANG BELUM JELAS BATASANNYA 20. Lain-lain
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur ProvinsiJawaTimur Triwulan III – 2013
57
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Secara sektoral, kredit yang disalurkan oleh bank umum di Jawa Timur pada periode laporan sebagian besar masih kepada Sektor Industri Pengolahan (29% dari total kredit), dan kepada Sektor Perdagangan Besar dan Eceran (26%). Tingginya peyaluran kredit kepada kedua sektor tersebut searah dengan peran keduanya sebagai sektor utama dalam mendukung pertumbuhan ekonomi daerah. Sementara itu, kredit yang disalurkan kepada sektor pertanian, perburuan dan kehutanan memperoleh proporsi kredit yang masih relatif kecil yaitu sebesar 2,63%. Proporsi tersebut lebih kecil apabila dibandingkan dengan prosentase periode sebelumnya yang tercatat sebesar 3,08%. Hal tersebut dapat dijadikan indikasi kurangnya akses perbankan kepada sektor pertanian yang merupakan salah satu sektor utama penyumbang pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur. Selain itu, terdapat adanya peningkatan penyaluran kredit pada sektor lain seperti sektor pengolahan dan sektor perdagangan seiring dengan datangnya bulan puasadan Hari Raya Idul Fitri 2013.
% yoy
Grafik 3.20 3. 20 Perkembangan Kredit Sektoral Dominan (yoy) 100,00
30.000,00
80,00
25.000,00
60,00
20.000,00
40,00
15.000,00
20,00
10.000,00
-
5.000,00
(20,00)
Tw I
Tw II
Tw III
Tw IV
Tw I
2012
Tw II
Tw III
-
2013
1. PERTANIAN, PERBURUAN DAN KEHUTANAN
2. PERIKANAN
3. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN
4. INDUSTRI PENGOLAHAN
6. KONSTRUKSI
7. PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN
8. PENYEDIAAN AKOMODASI DAN PENYEDIAAN MAKAN MINUM
9. TRANSPORTASI, PERGUDANGAN DAN KOMUNIKASI
10. PERANTARA KEUANGAN
19. PENERIMA KREDIT BUKAN LAPANGAN USAHA
20. Lain-lain (rhs)
Grafik 3.21 3.21 Perbandingkan Suku Bunga Kredit & BI rate Kredit
Modal kerja
Investasi
Konsumsi
BI Rate
18.00 16.00 14.00
%
12.00 10.00 8.00 6.00 4.00 2.00 Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III 2011
2012
2013
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur ProvinsiJawaTimur Triwulan III – 2013
58
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Ditinjau dari wilayah lokasi bank pelapor, penyaluran kredit terbesar masih didominasi oleh bank umum di Kota Surabaya dengan nominal sebesar Rp 161,26 triliun dan prosentase sebesar 56,41% dari total kredit yang disalurkan. Proporsi terbesar selanjutnya adalah bank umum di wilayah Kota Malang, Kota Kediri dan Kabupaten Jember dengan prosentase masingmasing sebesar 7,92%, 6,74% dan 4,27% dari total kredit yang disalurkan Jawa Timur. Grafik 3.22 3.22 Proporsi Penyaluran Kredit per Kabupaten Kota 1%
1%
2%
1%1% 1% 1%1%1%1%0% 0%0% 0% 0% 0% 0% 1% 0% 1%1% 1%
0% 0%
0%
2% 4%
4%
Miliar Rp
1%
1%
1%
56%
7% 8%
Kota Surabaya
Kota Malang
Kota Kediri
Kab. Jember
Kab. Gresik
Kab. Sidoarjo
Kota Madiun
Kab. Banyuwangi
Kab. Bojonegoro
Kota Probolinggo
Kab. Mojokerto
Kota Pasuruan
Kab. Pamekasan
Kab. Jombang
Kab. Tulungagung
Kota Blitar
Kab. Tuban
Kab. Lamongan
Kab. Ponorogo
Kab. Ngawi
Kab. Nganjuk
Kab. Magetan
Kab. Situbondo
Kab. Lumajang
Kab. Bondowoso
Kab. Pacitan
Kab. Malang
Kab. Trenggalek
Kab. Bangkalan
Kab. Sumenep
Kab. Sampang
Kota Mojokerto
Kab. Kediri
Kab. Madiun
180.000 160.000 140.000 120.000 100.000 80.000 60.000 40.000 20.000 -
Pertumbuhan kredit berdasarkan lokasi bank pelapor tertinggi pada periode laporan adalah di Kabupaten Madiun dengan pertumbuhan tahunan mencapai 56,92% (yoy). Pertumbunan tertinggi selanjutnya adalah pada Kota Batu dan Kabupaten Kediri dengan prosentase masing-masing sebesar 54,88% dan 49,53% (yoy). Perlambatan penyaluran kredit terbesar pada Kota Madiun dengan prosentase pertumbuhan negatif sebesar -9,46% (yoy).
% yoy
Grafik 3.23 3.23 Pertumbuhan Kredit per Kabupaten Kota 80,00 70,00 60,00 50,00 40,00 30,00 20,00 10,00 Des
Jan
Feb
2012
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Ags
Sep
2013
Kota Kediri
Kab. Lumajang
Kab. Gresik
Kab. Situbondo
Kota Pasuruan
Kab. Bondowoso
Kab. Malang
Kab. Banyuwangi
Kota Surabaya
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur ProvinsiJawaTimur Triwulan III – 2013
59
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
3.1.4 KREDIT USAHA MIKRO KECIL MENENGAH (U MKM) Perbankan di Jawa Timur terus berperan aktif dalam meningkatkan peran UMKM dalam mendukung perekonomian daerah. Hal tersebut ditunjukkan dengan adaya peningkatan penyaluran kredit kepada sektor UMKM. Jumlah UMKM yang sangat banyak di Jawa Timur menunjukkan bahwa peluang perbankan dalam penyaluran kredit di sektor ini masih sangat luas. Berdasarkan hasil survey yang dilakukan Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jatim hingga akhir 2012, jumlah UMKM di Jawa Timur mencapai lebih dari 6,8 juta UMKM dengan konsentrasi jumlah terbesar di kabupaten Jember, Malang dan Banyuwangi. Berdasarkan sektor usahanya, jumlah tersebut terdiri atas UMKM yang bergerak di sektor pertanian sebesar 60,25% dengan jumlah unit usaha sebanyak 4.112.443 usaha, dan sektor non pertanian sebesar 39,75% dengan jumlah unit usaha sebanyak 2.713.488 usaha. Berdasarkan
pertimbangan
tersebut,
Bank
Indonesia
dan
Pemerintah
menyediakanberbagai fasilitas dan kebijakan sebagai upaya pengembangan UMKM, antara lain dengan pembentukan PT. Jamkrida (Lembaga Penjaminan Kredit Daerah), penyaluran kredit
linkage, pemberian bantuan teknis/pelatihan dan pendampingan kepada UMKM untuk memperoleh pembiayaan dari perbankan dengan mengoptimalkan fungsi Konsultan Keuangan Mitra Bank (KKMB), pengembangan klaster komoditas potensial, serta Program Kerjasama Sertifikasi Tanah antara Bank Indonesia dan Badan Pertanahan Nasional (BPN) untuk meningkatkan aksesibilitas kredit UMKM. Upaya dimaksud diharapkan mampu menjadi pendorong bagi industri perbankan di Jawa Timur untuk terus meningkatkan penyaluran kredit kepada UMKM. Grafik 3.22 3.22Perkembangan Kredit UMKM Kredit UMKM Juta Rupiah
Growth % (yoy)
90,000,000
%
10
20,000,000 5 10,000,000 -
0 Tw I
Tw II
Tw III
2012
Tw IV
Tw I
Tw II 2013
Tw III
3,60 3,40 3,20
2012
Tw III
30,000,000
3,80
Tw II
y o y
40,000,000
4,00
Tw I
15
50,000,000
4,20
Tw IV
%
Tw III
20
4,40
Tw II
25 70,000,000 60,000,000
J u t a
NPL (%) Skala Kanan
90.000.000 80.000.000 70.000.000 60.000.000 50.000.000 40.000.000 30.000.000 20.000.000 10.000.000 -
Tw I
80,000,000
Juta Rp
R p
Kredit UMKM Juta Rupiah 30
2013
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur ProvinsiJawaTimur Triwulan III – 2013
60
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Perhatian perbankan di Jawa Timur terhadap perkembangan UMKM terus menunjukkan peningkatan dari waktu ke waktu. Hal tersebut tercermin dari perkembangan kredit UMKM yang disalurkan terus mencatat peningkatan hingga mencapai Rp 79,16 triliun pada periode laporan. Jumlah tersebut tumbuh 24,37% (yoy), lebbih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada periode sebelumnya (Triwulan II 2013) yang tercatat sebesar 14,2% (yoy). Secara triwulanan, pertumbuhan penyaluran kredit UMKM adalah sebesar 0,65% (qtq), lebih rendah apabila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mencatat pertumbuhan cukup tinggi yaitu sebesar 11,71% (qtq). Searah dengan pertumbuhan ekonomi Jawa Timur, pertumbuhan penyaluran kredit UMKM oleh perbankan di Jawa Timur diperkirakan akan terus tumbuh positif. Grafik 3.23 3.23Proporsi Kredit UMKM Berdasarkan Bank
Triwulan II 2013 Bank Pemerintah
Bank Swasta
Triwulan III 2013 Bank Asing
Bank Pemerintah
Bank Swasta
Bank Asing
1%
1% 41%
40% 59%
58%
Proporsi penyaluran kredit UMKM oleh bank umum di Jawa Timur masih didominasi oleh Bank Pemerintah sebesar 58% dengan jumlah nominal mencapai Rp 45,99 triliun. Bank swasta menyumbang proporsi terbesar kedua dengan prosentase sebesar 41% dan nominal Rp 32,37 triliun.Proporsi penyaluran kredit UMKM terkecil adalah bank asing dengan nominal sebesar Rp 794 miliar dan prosentase 1% dari total kredit. Semakin besarnya proporsi penyaluran kredit oleh bank swasta dari 40% pada Triwulan II 2013 menjadi 41% pada Triwulan III 2013 mengindikasikan peningkatan peran bank swasta dalam dalam mendukung pengembangan UMKM di Jawa Timur. Apabila ditinjau berdasarkan wilayahnya, beberapa kabupaten/kota dengan penyaluran kredit UMKM terbesar adalah pada Kota Surabaya, Kota Malang, Kota Kediri, Kabupaten Jember dan Kabupaten Banyuwangi. Kota Surabaya mencatat penyaluran kredit UMKM terbesar dengan nominal mencapai Rp 33,45 triliun atau 41,62% dari total kredit UMKM Jawa
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur ProvinsiJawaTimur Triwulan III – 2013
61
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Timur. Kota Malang mencatat penyaluran kredit UMKM sebesar Rp 7,54 triliun (9,38% dari total kredit UMKM Jawa Timur. Kota Kediri menyalurkan kredit UMKM dengan prosentase lebih kecil yaitu sebesar 5,88%, dengan nominal sebesar Rp 4,72 triliun. Kabupaten Jember mencatat penyaluran kredit UMKM sebesar Rp 4,26 triliun atau 5,3%, dan Kabupaten Banyuwangi sebesar Rp 2,3 Triliun dengan prosentase sebesar 2,86%. Sementara itu, penyaluran kredit UMKM terendah terdapat pada Kabupaten Madiun dengan jumlah kredit UMKM sebesar Rp 1 miliar. Jumlah tersebut hanya menyumbang sebesar 0,12% dari keseluruhan kredit UMKM yang disalurkan oleh perbankan di Jawa Timur. Grafik 3.32 3. 32 Prosentase Penyaluran Kredit UMKM di Jawa Timur 1%
1% 1% 1% 1%
1%1% 1% 1% 1% 1% 0% 0% 0% 0% 1% 0% 1% 1%
2% 2% 2% 2%
2%
42%
2% 2%
2% 6%
2%
9%
3%
3%
5% Kota Surabaya Kab. Banyuwangi Kota Probolinggo Kab. Mojokerto Kab. Pamekasan Kab. Magetan Kab. Bondowoso Kab. Malang Kab. Kediri
Kota Malang Kab. Sidoarjo Kab. Jombang Kota Pasuruan Kab. Ponorogo Kab. Ngawi Kab. Pacitan Kab. Sumenep Kab. Madiun
Kota Kediri Kota Madiun Kab. Bojonegoro Kota Blitar Kab. Tuban Kab. Situbondo Kab. Trenggalek Kab. Sampang
Kab. Jember Kab. Gresik Kab. Tulungagung Kab. Lamongan Kab. Nganjuk Kab. Lumajang Kab. Bangkalan Kota Mojokerto
Pertumbuhan penyaluran kredit UMKM tertinggi adalah di Kabupaten Lumajang dengan pertumbuhan sebesar 59,51% (yoy). Pertumbuhan tertinggi selanjutnya adalah Kabupaten Nganjuk sebesar 44,93% (yoy), Kabupaten Mojokerto sebesar 44,82% (yoy) dan Malang sebesar 44% (yoy). Pertumbuhan kredit UMKM terkecil adalah di Kabupaten Madiun yang mencatat penurunan pertumbuhan hingga -81,83% (yoy). Grafik 3.33 3. 33
Prosentase Penyaluran Kredit UMKM di Jawa Timur
100,00 80,00
%
60,00 40,00 20,00 0,00 -20,00
Des
Jan
Feb
Mar
2012
Apr
Mei
Jun
Jul
Ags
Sep
2013
Kab. Lumajang
Kab. Nganjuk
Kota Mojokerto
Kab. Malang
Kota Pasuruan
Kab. Sumenep
Kab. Ngawi
Kab. Situbondo
Kab. Pacitan
Kab. Gresik
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur ProvinsiJawaTimur Triwulan III – 2013
62
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
3.2.
STABILITAS SISTEM PERBANKAN Stabilitas sistem perbankan selama Triwulan III 2013 relatif stabil dan terjaga yang
tercermin dari relatif rendahnya risiko yang dihadapi dalam pelaksanaan transaksi. Peningkatan kredit perbankan sebesar 27,22% (yoy) hingga mencapai Loan to Deposit Ratio (LDR) sebesar 90,64% didukung oleh kecukupan likuiditas dan rendahnya risiko kredit. Peningkatan penyaluran kredit yang diimbangi dengan terjaganya rasio NPL di kisaran 2,02% mengindikasikan adanya peningkatan stabilitas sistem perbankan yang didukung oleh kesadaran dan kemampuan masyarakat dalam melaksanakan kewajibannya sebagai debitur. Namun demikian, perbankan tetap harus mewaspadai beberapa risiko lain seperti risiko operasional yang terkait dengan mekanisme proses internal, kesalahan manusia, kegagalan sistem dan atau kejadian–kejadian yang mempengaruhi operasional bank. Untuk itu, tetap perlu adanya optimalisasi fungsi pengawasan atas kegiatan operasional perbankan baik oleh internal bank melalui fungsi Satuan Kerja Audit Intern (SKAI) maupun oleh pihak eksternal dalam hal ini Bank Indonesia sebagai regulator dan masyarakat sebagai pengguna jasa perbankan. Bank Indonesia terus berupaya meningkatkan perlindungan dan pemberdayaan nasabah dengan Transparansi Produk, Penyelesaian Pengaduan, Mediasi Perbankan, dan Edukasi Konsumen. hal tersebut dilakukan untuk mendorong terciptanya iklim perbankan yang kondusif dengan cara mendorong peningkatan kualitas pelayanan perbankan maupun perlindungan konsumen. 3.2.1. RISIKO KREDIT Tabel 3.4 3. 4 Perkembangan NPL perper- Kelompok Bank
KETERANGAN NPL Bank Umum (%) a. Bank Pemerintah b. Bank Swasta c. Bank Asing
Tw I 3,03 3,90 1,66 4,12
2012 Tw II Tw III 2,73 2,64 3,62 3,37 1,51 1,69 3,87 3,05
Tw IV 2,60 3,46 1,64 1,98
Tw I 2,26 2,74 1,70 2,01
2013 Tw II 2,12 2,56 1,66 1,60
Tw III 2,02 2,42 1,63 1,36
Sumber: Bank Indonesia
Risiko kredit perbankan yang tercermin dari rasio kredit bermasalah terhadap total kredit atau Non Performing Loan (NPL) di Jawa Timur secara umum terus menunjukkan perbaikan dari waktu ke waktu. NPL bank umum pada Triwulan II 2013 tercatat membaik dibandingkan periode sebelumnya, yaitu dari sebesar 2,12% pada Triwulan II 2013 menjadi
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur ProvinsiJawaTimur Triwulan III – 2013
63
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
2,02% pada Triwulan III 2013. Penurunan NPL ini disebabkan pertumbuhan kredit yang lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan nominal kredit bermasalah dan mecerminkan kinerja bank yang membaik dalam pengelolaan risiko kredit. Berdasarkan kelompok bank, persentase NPL tertinggi adalah kelompok bank pemerintah dengan NPL sebesar 2,02%. NPL bank asing dan bank swasta di Jawa Timur memiliki NPL lebih rendah dengan prosentase masing-masing sebesar 1,36% dan 1,63%. Berdasarkan jenis penggunaannya, NPL kredit tertinggi pada triwulan laporan terdapat pada kredit investasi dengan prosentase sebesar 2,4%. Sementara kredit modal kerja dan kredit konsumsi mencatat risiko kredit yang lebih rendah yaitu sebesar 2,25% dan 1,33%. Secara individual debitur, kredit konsumsi merupakan kredit yang memiliki tingkat risiko terbesar karena bukan merupakan sektor produktif sehingga jaminan terhadap pengembalian kredit lebih kecil dibandingkan kredit produktif. Namun secara aggregat perbankan, kredit konsumsi memiliki tingkat risiko yang lebih rendah dibandingkan kredit lainnya karena risiko kredit tersebar pada banyak debitur sehingga dapat meminimalkan signifikansi default debitur kredit konsumsi. Grafik 3.26 3.26 Perkembangan NPL Bank Umum Swasta (Jt Rp)
Asing (Jt Rp)
NPL Pemerintah (%)
NPL Swasta (%)
NPL Asing (%)
50.000.000 45.000.000 40.000.000 35.000.000 30.000.000 25.000.000 20.000.000 15.000.000 10.000.000 5.000.000 -
Juta Rp
Total Kredit
8,00 7,00 6,00 5,00 4,00 3,00 2,00 1,00 0,00 Tw I
Tw II
Tw III
Tw IV
2012
Tw I
Tw II 2013
Tw III
Modal Kerja
Investasi
Konsumsi
4,00 3,50 3,00 2,50
%
Pemerintah (Jt Rp)
Grafik 3.27 3.27Perkembangan NPL per Jenis Penggunaan
2,00 1,50 1,00 0,50 0,00 Tw I
Tw II
Tw III 2012
Tw IV
Tw I
Tw II
Tw III
2013
3.3. PERBANKAN SYARIAH Secara tahunan, indikator kinerja utama Perbankan Syariah di Jawa Timur yang terdiri atas aset, Dana Pihak Ketiga (DPK) dan pembiayaan pada triwulan III 2013 mencatat perlambatan pertumbuhan dibandingkan periode sebelumnya. Aset tumbuh sebesar 36,56% (yoy) dan 2,63% (qtq) dari Rp 18,74 triliun pada Triwulan II-2013 menjadi Rp 19,23 triliun pada Triwulan III-2013. Sementara itu, dana masyarakat yang disimpan pada Bank Syariah di Jawa Timur
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur ProvinsiJawaTimur Triwulan III – 2013
64
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
tumbuh 24,15% (yoy) dan 0,46% (qtq) dari sebesar Rp 13,53 triliun pada Triwulan II 2013 menjadi Rp 13,89 triliun pada Triwulan III 2013. Grafik 3.33 Indikator Perbankan Syariah (qtq) 3. 33Perkembangan 33 Pembiayaan
Dana
G DPK (qtq)
G Aset (qtq)
G Kredit (qtq) 20 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0
25.000.000
Rp Juta
20.000.000 15.000.000 10.000.000 5.000.000 Tw I
Tw II
Tw III
Tw IV
Tw I
Tw II
% q t q
Rp Juta
Aset
Grafik 3.34 3.34 Perkembangan Indikator Perbankan Syariah (yoy)
Aset
Pembiayaan
Dana
G DPK (yoy)
G Aset (yoy)
G Kredit (yoy)
25.000.000
100
20.000.000
80 %
15.000.000
60
y 40 o y 20
10.000.000 5.000.000 -
Tw III
0 Tw I
2012
Tw II
Tw III
Tw IV
Tw I
Tw II
Tw III
2013
Berdasarkan jenisnya, pertumbuhan Giro, Deposito maupun Tabungan menunjukkan penurunan dibandingkan periode sebelumnya. Giro mencatat penurunan tertinggi dengan persentase sebesar -13,5% (yoy), dari sebelumnya 45,97% (yoy) pada Triwulan II 2013. Pertumbuhan deposito melambat dari 34,98% (yoy) pada Triwulan II 2013 menjadi sebesar 32,82% (yoy) pada Triwulan III 2013. Demikian pula dengan tabungan yang melambat dari sebesar 43,18% (yoy) pada periode laporan menjadi 23,3% (yoy) pada Triwulan III 2013. Perlambatan tersebut disebabkan oleh tingginya penggunaan dana untuk aktifitas ekonomi masyarakat pada saat bulan puasa dan hari raya Idul Fitri 2013. Grafik 3.35 3.3 5 Proporsi DPK Perbankan Syariah di Jawa Timur
53%
DEPOSITO 5%
GIRO
TABUNGAN
42%
% yoy
GIRO
Grafik 3.36 3.3 6 Pertumbuhan DPK Perbankan Syariah (yoy)
140,00 120,00 100,00 80,00 60,00 40,00 20,00 (20,00) (40,00)
I
DEPOSITO
II
III
2011
IV
I
TABUNGAN
II
III
2012
IV
I
II
III
2013
Pembiayaan yang disalurkan oleh Bank Syariah di Jawa Timur selama Tw III 2013 tumbuh sebesar 2,23% (qtq) atau 29,61 % (yoy) dengan baki debet sebesar Rp 13,83 triliun. Berdasarkan jenisnya, penyaluran pembiayaan modal kerja memperoleh porsi tertinggi dengan
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur ProvinsiJawaTimur Triwulan III – 2013
65
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
prosentase sebesar 44% dari total pembiayaan. Sementara kredit konsumsi dan investasi memperoleh prosentase yang lebih kecil yaitu masing-masing sebesar 38% dan 18%. Adanya penambahan porsi kredit modal kerja dari sebesar 42% (Triwulan II 2013) menjadi 44% (Triwulan III 2013) menjadi indikasi peningkatan peran Bank Syariah dalam mendukung ekonomi daerah dengan penyaluran kredit produktif. Grafik 3.37 3.37 Pertumbuhan Pembiayaan Syariah Per Jenis Penggunaan
% yoy
Modal Kerja
Konsumsi
Grafik 3.38 3.38 Pangsa Pembiayaan Syariah Per Jenis Penggunaan
Investasi
Modal Kerja
120,00 100,00 80,00 60,00 40,00 20,00 -
Investasi
38%
Konsumsi
44% 18%
I
II
III
2011
IV
I
II
III
2012
IV
I
II
III
2013
Tingginya proporsi pembiayaan modal kerja Bank Syariah di Jawa Timur menunjukkan bahwa masyarakat telah mulai mempercayai perbankan syariah sebagai mitra bisnis, tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja. Hal ini tercermin dari pertumbuhan pembiayaan modal kerja dan investasi yang tumbuh tinggi masing-masing sebesar 33,05% (yoy) dan 32,40% (yoy). Sementara pertumbuhan pembiayaan konsumsi mencatat angka yang lebih kecil dengan prosentase sebesar 24,68% (yoy). Dengan demikian, perbankan syariah juga secara bertahap mendukung pengembangan sektor produktif di Jawa Timur. Kinerja penyaluran pembiayaan yang baik tersebut didukung dengan kualitas pembiayaan yang terjaga. Hal tersebut tercermin dari rasio Non Performing Financing (NPF) terjaga rendah dan stabil di kisaran 2,54%. Walaupun sedikit meningkat dibandingkan periode sebelumnya, namun besar NPF tersebut masih berada dalam kendali perbankan dan telah dimitigasi serta dikelola penanganannya dengan baik. Rasio Financing to Deposit Ratio (FDR) yang mencerminkan proporsi penyaluran pembiayaan dibandingkan dengan dana yang dihimpun menunjukkan pertumbuhan yang stabil dan terus meningkat. Tercatat FDR pada Triwulan III 2013 mencapai 99,57%, meningkat dibandingkan dengan Triwulan II 2013 yang tercatat sebesar 97,84%.
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur ProvinsiJawaTimur Triwulan III – 2013
66
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Grafik 3.39 3.39 Non Performing Financing (NPF) dan Financing to Deposits Ratio (FDR) Perbankan Syariah Jawa Timur FDR (%)
NPF (%)
3,00
104,00
2,50
102,00 100,00
2,00
%
98,00 1,50 96,00 1,00
94,00
0,50
92,00 90,00
Tw I
Tw II
Tw III
Tw IV
Tw I
2012
Tw II
Tw III
2013
3.4. BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) Indikator kinerja utama BPR di Jawa Timur pada Triwulan III - 2013 secara umum tetap menunjukkan pertumbuhan yang cukup tinggi. Tercatat total aset BPR pada periode laporan tumbuh sebesar 17,19% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 17,07% (yoy). Penghimpunan dana tumbuh sebesar 11,9% (yoy) pada periode laporan, lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya yang tercatat sebesar 14,23%. Demikian pula penyaluran kredit BPR yang tumbuh sebesar 19,18% (yoy), sedikit melambat dibandingkan dengan Triwulan II 2013 yang tercatat sebesar 19,36%. Tabel 3.5 3.5 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur BPR (Juta Rupiah) 1 Total Asset 2 Kredit Per Jenis Penggunaan - Modal Kerja - Investasi - Konsumsi 3 NPL (%) 4 Dana (dpk) - Deposito - Tabungan 4 LDR
2012 I 6.982.253 5.153.678 3.355.165 156.005 1.642.508 4,29% 4.177.128 2.850.360 1.326.767,86 123,38%
II 7.345.638 5.572.413 3.631.661 171.126 1.769.626 4,14% 4.385.038 3.032.046 1.352.992,08 127,08%
2013 III 8.013.778 5.806.554 3.781.188 195.048 1.830.319 4,24% 4.737.430 3.271.589 1.465.841,86 122,57%
IV 8.327.121
I 8.572.689
II 8.966.980
III 9.391.693
5.936.457 3.801.754 284.088 1.850.615 3,39% 4.892.009 3.319.944 1.572.064 121,35%
6.189.661 4.105.148 202.962 1.881.551 3,84% 4.984.885 3.377.435 1.607.450 124,17%
6.697.201 4.481.920 225.223 1.990.057 3,88% 5.093.066 3.497.001 1.596.064 131,50%
6.920.414 4.617.058 258.083 2.045.274 5.301.227 3.651.184 1.650.044 130,54%
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur ProvinsiJawaTimur Triwulan III – 2013
67
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Sampai dengan Triwulan III 2013, total dana masyarakat yang disimpan pada BPR di Jawa Timur mencapai Rp 5,3 triliun. Penghimpunan dana pihak ketiga oleh BPR didominasi oleh deposito yang mencapai 68,87% terhadap total DPK, sementara tabungan memperoleh proporsi yang lebih kecil yaitu sebear 31,13% dari total DPK. Namun demikian apabila ditinjau dari sisi pertumbuhannya, tabungan mampu tumbuh sebesar 12,57% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan deposito yang tercatat tumbuh sebesar 11,6% (yoy). Hal ini menunjukkan bahwa BPR mulai meningkatkan penghimpunan dana murah dari masyarakat yang berbentuk tabungan. Di sisi lain, stabilnya peningkatan dana masyarakat dalam bentuk deposito dan tabungan yang disimpan di BPR hingga Triwulan III 2013, menunjukkan tingginya kepercayaan masyarakat terhadap kinerja BPR. Selain itu, adanya fenomena peningkatan BI Rate dan LPS rate turut mendongkrak peningkatan suku bunga simpanan di BPR yang secara rata-rata berada di atas tingkat suku bunga deposito bank umum. Grafik 3.41 3. 41 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga BPR (%-qtq)
Grafik 3.40 Dana Pihak Ketiga BPR (% - yoy) 3.40Pertumbuhan 40 TABUNGAN
DPK
DPK 12,00
25,00
10,00
20,00
8,00
% qtq
15,00 10,00
Deposito
Tabungan
6,00 4,00
5,00 2,00
-
I
II
III
IV
I
II
III
IV
I
II
0,00
III
(2,00)
2011
2012
I
II
2013
III
IV
I
2011
II
III 2012
IV
I
II
III
2.013
Grafik 3.42 3.42 Pertumbuhan Kredit BPR per-Jenis Penggunaan (yoy)
Kredit
Modal Kerja
Investasi
Konsumsi
120,00 100,00 80,00
% yoy
% yoy
DEPOSITO 30,00
60,00 40,00 20,00 (20,00)
I
II
III
2011
IV
I
II
III
2012
IV
I
II
III
2013
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur ProvinsiJawaTimur Triwulan III – 2013
68
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Kredit yang disalurkan oleh BPR didominasi oleh kredit modal kerja dengan prosentase mencapai 67% dari total kredit. Dari sisi pertumbuhannya, pada Triwulan III 2013 kredit investasi tumbuh paling tinggi yaitu sebesar 32,32% (yoy). Kredit modal kerja juga mencatat pertumbuhan yang cukup tinggi meski sedikit melambat dibandingkan periode sebelumnya dengan persentase sebesar 22,11% (yoy). Sementara itu kredit konsumsi yang disalurkan BPR tumbuh lebih rendah yaitu sebesar 11,74%. Tingginya pertumbuhan kredit investasi dan modal kerja yang disalurkan mengindikasikan bahwa BPR mulai meningkatkan penyaluran kreditnya pada sektor produktif sehingga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat di sekitarnya. Grafik 3.44 3.44Perkembangan LDR & NPL BPR
Grafik 3.43 3.43Proporsi Kredit BPR Per Jenis Penggunaan
Modal Kerja
Investasi
LDR
Konsumsi
%
29%
67% 4%
NPL Skala Kanan 5,00%
134,00% 132,00% 130,00% 128,00% 126,00% 124,00% 122,00% 120,00% 118,00% 116,00%
4,00% 3,00% 2,00% 1,00% 0,00% I
II
III 2012
IV
I
II
III
2013
Pertumbuhan kredit yang lebih tinggi dari pertumbuhan DPK selama beberapa periode terakhir menyebabkan Loan to Deposit Ratio (LDR) BPR meningkat hingga mencapai 130,54% pada periode laporan. Sementara itu, kualitas kredit yang ditunjukkan dengan rasio Non
Performing Loan (NPL) maish berada di kisaran 3%. Hal ini mencerminkan perlunya peningkatan kewaspadaan dan pengawasan BPR terhadap kredit yang disalurkan melalui penyeleksian profil debitur secara efisien dengan memperhatikan konsep 5 C (Capital,
Collateral, Capacity, Character, dan Condition of Economy). 3.5. BANK BERKANTOR PUSAT DI SURABAYA SURABAYA Kinerja 6 (enam)1 bank umum yang berkantor pusat di Surabaya pada Triwulan III 2013 secara umum menunjukkan tren pertumbuhan yang stabil dan cenderung meningkat. Tercatat
1
) 6 Bank BerkantorPusat di kota Surabaya : Bank Jatim, Bank Maspion, Bank Antardaerah (Bank Anda), Bank Anglomas Internasional (Bank Amin), Bank Centratama Nasional Bank (CNB) dan Bank Prima Mas,ter.
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur ProvinsiJawaTimur Triwulan III – 2013
69
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
pertumbuhan total aset Bank Berkantor Pusat di Jawa Timur meningkat 9,13% (yoy) dan 6,27% (qtq) dibandingkan dengan periode sebelumnya. Tabel 3.6 3.6 Perkembangan Indikator Bank Berkantor Pusat di Surabaya 2012
Bank KP di Jatim I 36.657.865,00 36,85 19,95 26.344.525,00 29,74 21,09 17.436.071,00
Total Aset (Jt Rp) Pertumbuhan (yoy %) Pertumbuhan (qtq %) Dana Pihak Ketiga (Jt Rp) Pertumbuhan (yoy %) Pertumbuhan (qtq) Kredit (Jt Rp) Pertumbuhan (yoy %) Pertumbuhan (qtq) LDR (%) NPL (%)
II 38.361.025,00 29,30 4,65 26.605.346,00 15,66 0,99 18.919.553,00
22,19 2,82 66,18% 1,40%
2013
III 42.254.532,00 35,28 10,15 27.931.448,00 16,60 4,98 19.726.756,00
21,83 8,51 71,11% 1,89%
Kredit
16,79 0,40 82,54% 2,06%
15,71 1,87 80,15% 2,03%
II 43.389.416,06 13,11 5,15 26.866.224,34 0,98 6,72 21.750.303,72
III 46.111.458,29 9,13 6,27 31.381.327,20 12,35 16,81 22.951.115,45
14,96 7,80 0,81% 2,27%
16,35 5,52 73,14% 2,17%
Grafik 3.46 3.4 6 Perumbuhan Indikator Bank Ber-KP di Surabaya (qtq)
DPK
Aset
Kredit
DPK
20,00 15,00 10,00 5,00
%
% yoy
Aset
I 41.263.366,55 12,56 14,81 25.173.780,01 (4,44) 4,91 20.175.683,58
18,26 4,27 70,63% 2,01%
Grafik 3.45 3.4 5 Pertumbuhan Indikator Bank BerKP di Surabaya (yoy) 50,00 45,00 40,00 35,00 30,00 25,00 20,00 15,00 10,00 5,00 0,00 (5,00) (10,00)
IV 35.941.107,00 17,61 (14,94) 23.996.099,00 10,30 (14,09) 19.805.245,00
0,00 (5,00) (10,00)
I
II
III
2011
IV
I
II
III
IV
2012
I
II 2013
III
I
II
III
2011
IV
I
II
III
2012
IV
I
II
III
2013
(15,00) (20,00)
Sumber utama pertumbuhan aset bank berkantor pusat di Surabaya adalah peningkatan dana pihak ketiga yang pada triwulan ini mencapai 16,81% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya. Komposisi Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dihimpun dari masyarakat relatif merata antara giro, deposito dan tabungan dengan proporsi masing-masing sebesar 38,28%, 26,36% dan 35,36% dari total DPK.
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur ProvinsiJawaTimur Triwulan III – 2013
70
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN Grafik 3.48 3.48 Pertumbuhan DPK Per Jenis Simpanan Pada Bank Ber-KP di Surabaya (qtq)
Grafik 3.4 3.47 7 Proporsi DPK Per Jenis Simpanan Pada Bank Ber KP di Surabaya
Giro
Deposito
Giro
Tabungan
36%
% qtq
38%
26%
50,00 45,00 40,00 35,00 30,00 25,00 20,00 15,00 10,00 5,00 0,00 (5,00) (10,00) (15,00) (20,00) (25,00) (30,00) (35,00) (40,00) (45,00)
I
II
III 2011
Deposito
IV
I
Tabungan
II
III
IV
2012
I
II
III
2013
Penyaluran kredit Bank Umum yang berkantor pusat di Surabaya tumbuh sebesar 16,35% (yoy) dan 5,52% (qtq), meningkat dari sebesar Rp 21,75 triliun pada Triwulan II 2013 menjadi Rp 22,95 triliun pada periode laporan. Berdasarkan jenis kreditnya, kredit konsumsi masih memiliki porsi terbesar yaitu mencapai 59,59%, disusul kemudian oleh kredit modal kerja dengan proporsi sebesar 34,99%. Sementara kredit konsumsi mencatat pertumbuhan terkecil dengan prosentase sebesar 5,42%. Tren pertumbuhan kredit modal kerja berfluktuasi dan membentuk pola tertentu yaitu sedikit melambat pada akhir tahun dan meningkat kembali di pertengahan tahun. Sedangkan kredit konsumsi walaupun secara komposisi mendominasi, namun tren pertumbuhannya terus menurun dibandingkan periode sebelumnya. Dengan demikian diharapkan perpaduan dua kondisi tersebut akan tetap meningkatkan penyaluran kredit produktif kepada masyarakat. Kinerja penyaluran kredit Bank Umum Berkantor Pusat di Surabaya pada Triwulan III-2013 didukung oleh terjaganya kualitas kredit yang ditunjukkan oleh rasio NPL yang cukup rendah dan stabil,yaitudi kisaran 2,17%, lebih rendah bila dibandingkan dengan NPL Triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 2,27%. Grafik 3. 3.49 49 Perkembangan Kredit Per Jenis Penggunaan Pada Bank Ber-KP di Surabaya (qtq)
% qtq
Modal Kerja 40,00 35,00 30,00 25,00 20,00 15,00 10,00 5,00 0,00 (5,00) (10,00) (15,00) (20,00) (25,00) (30,00)
Investasi
Grafik 3.50 3. 50 Proporsi Kredit Per Jenis Penggunaan Bank Ber KP di Surabaya
Modal Kerja
Konsumsi
Investasi
Konsumsi
35% 60% I
II
III
2011
IV
I
II
III
2012
IV
I
II
III
2013
5%
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur ProvinsiJawaTimur Triwulan III – 2013
71
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Dalam menjalankan fungsinya sebagai lembaga intermediasi, Bank Umum Berkantor Pusat di Jawa Timur menunjukkan perkembangan kinerja positif yang terlihat dari terjaganya
Loan to Deposit Ratio (LDR) di angka yang cukup tinggi yaitu 73,14%. Perlambatan LDR dari sebesar 80,96% pada Triwulan II 2013 menjadi 73,14% pada Triwulan III 2013 dimaksud disebabkan oleh lebih tingginya peningkatan Dana Pihak Ketiga yaitu 16,81% (qtq) dibandingkan dengan pertumbuhan kredit yang tercatat sebesar 5,52% (qtq). Grafik 3.51 3. 51 Perkembangan LDR dan NPL Bank Berkantor Pusat di
LDR
NPL ( rhs)
90,00% 80,00% 70,00% 60,00% 50,00% 40,00% 30,00% 20,00% 10,00% 0,00%
2,50% 2,00% 1,50% 1,00% 0,50% 0,00% I
II
III
IV
2011
I
II
III 2012
IV
I
II
III
2013
3.6 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Sistem pembayaran merupakan salah satu komponen terintegrasi dengan fungsi Bank Indonesia lainnya yaitu moneter dan perbankan. Kebijakan dan pelaksanaan Sistem Pembayaran mempunyai keterkaitan dengan efektivitas pengendalian moneter dan pengawasan perbankan. Sampai dengan Triwulan III 2013, kegiatan Sistem Pembayaran di Jawa Timur baik tunai maupun non tunai berjalan dengan sangat baik. Hal tersebut tidak terlepas dari tingginya komitmen Bank Indonesia dalam menjamin kelancaran sistem pembayaran dan pemenuhan kebutuhan uang masyarakat, baik dalam jumlah maupun pecahan yang cukup. Beberapa indikator yang dapat digunakan untuk melihat perkembangan kinerja Sistem Pembayaran di Jawa Timur antara lain peningkatan jumlah transaksi keuangan tunai yang terdiri atas aliran uang masuk dari perbankan ke Bank Indonesia (inflow) dan aliran uang keluar dari Bank Indonesia ke perbankan (outflow), transaksi keuangan non tunai (BI-Real
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur ProvinsiJawaTimur Triwulan III – 2013
72
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Time Gross Settlement (BI-RTGS) dan Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI)), serta jumlah temuan uang palsu di Wilayah Jawa Timur.
3.6.1 Transaksi Keuangan Tunai Transaksi pembayaran tunai di Bank Indonesia tercermin dari beberapa kegiatan, antara lain: jumlah aliran uang keluar dari Bank Indonesia ke perbankan (outflow), jumlah aliran uang masuk dari perbankan ke Bank Indonesia (inflow), serta kegiatan pemusnahan Uang Tidak Layak Edar (UTLE) atau Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB). a. Aliran Uang Masuk/Keluar ( Inflow/Outflow) Pada Triwulan III 2013, jumlah aliran uang kartal dari dan ke Bank Indonesia di wilayah Jawa Timur yang meliputi KPwBI Wilayah IV (Surabaya), Malang, Kediri, dan Jember secara kumulatif kembali menunjukkan posisi net inflow setelah mencatat outflow pada periode sebelumnya.Hal tersebut dapat diartikan bahwa jumlah aliran uang yang masuk ke Bank Indonesia dari perbankan (inflow) lebih besar dibandingkan dengan jumlah aliran uang dari Bank Indonesia kepada perbankan (outflow). Tabel 3.6 PerkembanganArusUangTunai (Inflow –Outflow) Kantor Perwakilan Bank Indonesia dalam miliar rupiah Wilayah
Keterangan Tw II
SURABAYA
KEDIRI
MALANG
JEMBER
Tw III
Tw IV
Tw I
Tw II
Tw III
OUTFLOW
6,080.74
6,803.54
6,192.91
4,728.70
7,026.66
INFLOW
5,078.72
8,120.04
4,776.87
7,502.76
4,975.73
9,058.45
NET FLOW
(1,002.03)
1,316.50
(1,416.04)
2,774.06
(2,050.92)
(1,011.07)
OUTFLOW
3,027.60
3,585.98
2,561.01
1,657.39
2,183.55
3,803.58
INFLOW
1,113.18
2,309.86
1,269.90
2,194.90
1,656.83
3,514.64
NET FLOW
(1,914.42)
(1,276.12)
(1,291.11)
537.51
OUTFLOW
1,359.03
1,996.30
1,417.27
826.44
INFLOW
(526.72)
10,069.52
(288.94)
1,105.54
2,139.94 4,160.30
2,181.97
2,823.32
2,792.64
4,205.10
3,069.28
NET FLOW
822.93
827.02
1,375.38
3,378.66
1,963.74
2,020.36
OUTFLOW
1,518.28
1,915.09
1,359.02
943.13
1,450.60
2,039.90
INFLOW
1,331.97
1,654.95
1,154.19
2,088.87
1,652.96
2,048.87
1,145.75
202.35
8.97
11,530.20
8,155.66
11,766.34
18,052.93
9,993.60
15,991.64
11,354.80
18,782.25
(1,536.60)
7,835.97
NET FLOW OUTFLOW JAWA TIMUR
2013
2012
INFLOW NET FLOW
(186.30)
(260.14)
11,985.65
14,300.91
9,705.83
14,908.16
(2,279.82)
607.25
(204.83)
(411.54)
729.32
Keterangan : Net Flow (+) : Net Inflow Net Flow (-) : Net outflow
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur ProvinsiJawaTimur Triwulan III – 2013
73
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Tercatat net inflow Jawa Timur pada periode laporan adalah sebesar Rp 729,32 miliar. Kondisi tersebut berbeda apabila dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu Triwulan II 2013 yang mencatat net outflow sebesar Rp 411,54 miliar. Net inflow yang terjadi disebabkan oleh peningkatan jumlah aliran uang kartal yang kembali ke Bank Indonesia pasca tingginya peredaran uang (outflow) pada pertengahan tahun karena adanya momen tahun ajaran baru, liburan sekolah, dan hari raya keagamaan serta ekspektasi kenaikan harga BBM. Gambar 3.51 Perkembangan Net Flow JawaTimur
Gambar 3.50 Perkembangan Arus UangTunai (Inflow –Outflow) DalamJuta Rupiah
INFLOW
NETFLOW 10,000,000.00
Juta Rupiah
Juta Rupiah
OUTFLOW 20,000,000.00 18,000,000.00 16,000,000.00 14,000,000.00 12,000,000.00 10,000,000.00 8,000,000.00 6,000,000.00 4,000,000.00 2,000,000.00 0.00 Tw II
Tw III
Tw IV
Tw I
Tw II 2013
Tw III
8,000,000.00 6,000,000.00 4,000,000.00 2,000,000.00 (2,000,000.00) (4,000,000.00)
Tw II
Tw III
Tw IV
Tw I
Tw II
Tw III
2013
Secara nominal, jumlah inflow dan outflow menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan apabila dibandingkan dengan periode sebelumnya. Tercatat outflow pada periode laporan mencapai Rp 18,05 triliun, atau meningkat 53,43% (qtq) dan 26,24% (yoy) dibandingkan periode sebelumnya yang tercatat sebesar Rp 11,76 triliun. Demikian pula dengan inflow yang juga menunjukkan peningkatan cukup signifikan dari sebesar Rp 11,35 triliun pada Triwulan II 2013, menjadi sebesar Rp 18,78 triliun pada Triwulan III 2013. Jumlah tersebut meningkat 65,41% (qtq) dan 25,99% (yoy) dibandingkan periode sebelumnya.
b. Uang Kartal Tidak Layak Edar Salah satu upaya yang dilakukan Bank Indonesia dalam memelihara kualitas uang kartal yang diedarkan kepada masyarakat (Clean Money Policy) adalah pelaksanaan kegiatan pemusnahan Uang Tidak Layak Edar (UTLE) atau Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) secara rutin.
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur ProvinsiJawaTimur Triwulan III – 2013
74
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Selama Triwulan III 2013, tercatat jumlah uang tidak layak edar yang dimusnahkan adalah sebesar Rp 5,02 triliun atau meningkat 53,16% (qtq) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Peningkatan tersebut terutama didorong oleh adanya kenaikan inflow yang lebih tinggi dibandingkan dengan outflow pada periode laporan. Namun demikian, peningkatan jumlah PTTB tersebut jauh lebih rendah apabila dibandingkan dengan pertumbuhan pada Triwulan II 2013 yang tercatat sebesar 95,81% (qtq). Gambar 3.52 Pemusnahan Uang Tidak Layak Edar (PTTB)
Juta Rupiah
PTTB
Rasio PTTB thdp Inflow (%) rhs
6.000.000,00
35,00
5.000.000,00
30,00 25,00
4.000.000,00
20,00
3.000.000,00
15,00
2.000.000,00
10,00
1.000.000,00
5,00 -
0,00 Tw II
Tw III
Tw IV
Tw I
Tw II
Tw III
2013
Sementara itu, apabila ditinjau dari persentase jumlah uang kartal tidak layak edar terhadap inflow (rasio PTTB terhadap inflow), pada periode laporan menunjukkan penurunan dibandingkan periode sebelumnya. Tercatat besar rasio PTTB terhadap inflow Jawa Timur pada Triwulan III 2013 adalah sebesar 26,71%, lebih rendah bila dibandingkan dengan Triwulan II 2013 yang tercatat sebesar 28,85%. Tren penurunan jumlah uang kartal tidak layak edar tidak terlepas dari upaya Bank Indonesia yang terus melakukan sosialisasi kepada masyarakat mengenai pentingnya perlakuan yang tepat terhadap uang kartal, antara lain melalui brosur, pamflet, serta edukasi perbankan. Dengan demikian diharapkan usia edar uang kartal dapat lebih panjang sehingga mengurangi besarnya volume PTTB yang pada akhirnya mengurangi biaya percetakan uang baru.
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur ProvinsiJawaTimur Triwulan III – 2013
75
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
3.6.2 Transaksi Keuangan Non Tunai Transaksi sistem pembayaran non tunai dalam kajian ini mencakup kegiatan transaksi non tunai masyarakat melalui perbankan dengan menggunakan sistem BI-Real Time Gross
Settlement (BI-RTGS) dan Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI). Secara umum perkembangan keduanya jenis sistem pembayaran tersebut di Jawa Timurterus mengalami peningkatan dari waktu ke waktu dengan dominasi terbesar transaksi RTGS. Gambar 3.53 Perkembangan Transaksi Non Tunai Di JawaTimur
Share Kliring
Share RTGS
Kliring (Rp triliun)
250,00
100% 80% 60% 40% 20% 0%
RTGS (Rp triliun)
200,00 150,00 100,00 50,00 0,00
Tw I
Tw II
Tw III
Tw IV
Tw I
Tw II
2012
Tw I
Tw III
Tw II
Tw III 2012
2013
Tw IV
Tw I
Tw II
Tw III
2013
a. Transaksi BIBI- RTGS ( R eal Time Gross Settlement) Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) dikembangkan sebagai upaya mitigasi risiko dalam sistem pembayaran antar bank bernilai besar (high-value payment
system). Gambar 3.54
Transaksi
Perkembangan Transaksi RTGS di Jawa Timur
1.000.000 100.000 10.000 1.000 100 10 1
250,00 200,00 150,00 100,00 50,00 0,00 Tw I
Tw II
Tw III 2012
Volume
Tw IV
Tw I
Tw II
Tw III
2013
Nominal (Rp Triliun) rhs
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur ProvinsiJawaTimur Triwulan III – 2013
76
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Transaksi keuangan dengan menggunakan sistem RTGS di Jawa Timur secara umum masih terus menunjukkan tren peningkatan. Pada Triwulan III 2013, jumlah volume transaksi RTGS di Jawa Timur tercatat sebanyak 171.756 transaksi dengan nominal mencapai Rp 210,82 triliun. Jumlah transaksi tersebut meningkat 17,05% (yoy) atau 1% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencatat transaksi sebesar 170.050 transaksi. Gambar 3.55 Pertumbuhan Transaksi RTGS (yoy)
Nominal
Volume
Gambar 3.56 Pertumbuhan Transaksi RTGS (qtq)
Linear (Nominal )
Nominal
60,00
60,00
50,00
50,00
Volume
40,00
40,00
30,00 20,00 % qtq
% yoy
30,00 20,00 10,00
(10,00)
(10,00)
10,00 Tw I
Tw II
Tw III
Tw IV
Tw I
Tw II
Tw III
(20,00)
Tw I
Tw II
Tw III
Tw IV
Tw I
Tw II
Tw III
2012
(30,00)
2013
(40,00)
(20,00)
2012
2013
(50,00)
Searah dengan perkembangan perekonomian di beberapa kota di Jawa Timur, besar transaksi RTGS di tingkat kota/kabupaten masih menunjukkan terpusatnya kegiatan perekonomian pada wilayah–wilayah tertentu. Berdasarkan asal kotanya, pada transaksi
outgoing dan incoming RTGS masih didominasi oleh kota/kabupaten dengan kapasitas perekonomian yang cukup menonjol, dimana Kota Surabaya sebagai Ibu Kota provinsi Jawa Timur masih mendominasi besarnya transaksi. Gambar 3.55 6 Kota dengan aktivitas Transaksi Outgoing RTGS Terbesar Tw III -2013
Gambar 3.56 6 Kota dengan aktivitas Transaksi Incoming RTGS Terbesar Tw III -2013
140000
160000
120000
140000 120000
100000
(Miliar Rp)
Volume
(Miliar Rp)
Volume
100000 80000 80000 60000 60000 40000
40000
20000
20000
0
0 SURABAYA
KEDIRI
MALANG
GRESIK
BATU
SIDOARJO
SURABAYA
KEDIRI
MALANG
GRESIK
BATU
SIDOARJO
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur ProvinsiJawaTimur Triwulan III – 2013
77
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Tercatat transaksi RTGS pada Triwulan III -2013 dari kota Surabaya ke kota lainnya (outgoing) mencapai Rp 210,82 triliun dengan volume sebanyak 171.756 transaksi. Sementara itu transaksi RTGS yang masuk ke rekening perbankan di Surabaya (incoming) tercatat sebanyak 175.431 transaksi dengan nilai mencapai Rp 216,162 triliun. Kota lain di Jawa Timur yang memiliki transaksi RTGS cukup tinggi, baik outgoing maupun incoming pada periode ini adalah Kediri, Malang, Gresik, Batu dan Sidoarjo. b. Transaksi Kliring Dalam rangka mendukung kelancaran sistem pembayaran, khususnya melalui transaksi Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI), kegiatan kliring di Jawa Timur diikuti oleh 473 kantor peserta kliring baik langsung maupun tidak langsung yang tersebar di 38 kabupaten/kota. Penyelenggaraan kegiatan kliring dilaksanakan di 4 (empat) Kantor Perwakilan Bank Indonesia di wilayah Jawa Timur yaitu Surabaya, Malang, Kediri dan Jember.
Tabel 3.7 Perputaran Kliring dan Tolakan Cek, Bilyet Giro Tw III - 2013 Kota
Surabaya
Jumlah Kantor Peserta
Perputaran Kliring ( D ) Lembar (satuan)
263
1.093.711
Nominal (juta Rp) 42.355.535
Rata-2 Perputaran Kliring Sehari Lembar Nominal (satuan) (juta Rp) 52.081
696.939
Jumlah Penolakan Cek Dan Giro Kosong Lembar Nominal (satuan) (juta Rp) 20.960
806.201
Rata-2 Penolakan Cek Persentase Rata-2 Penolakan Dan BG Kosong Sehari Cek Dan BG Kosong Sehari Lembar Nominal Lembar Nominal (satuan) (juta Rp) (%) (%) 998
38.391
2
6
Malang
70
111.782
4.444.605
5.323
71.073
1.883
77.019
90
3.668
2
5
Kediri
81
85.096
3.251.380
4.052
49.295
1.555
41.247
74
1.964
2
4
Jember
59
57.160
1.677.512
2.722
28.616
1.240
40.380
59
1.923
2
7
Jatim
473
1.347.749
51.729.032
64.179
2.463.287
25.638
964.847
1.221
45.945
1,90
1,87
Secara nominal, transaksi perputaran kliring di Jawa Timur yang berlangsung pada Triwulan III 2013 menunjukkan peningkatan dibandingkan periode sebelumnya. Tercatat jumlah nominal transaksi kliring pada periode laporan adalah sebesar Rp 51,73 triliun, lebih tinggi apabila dibandingkan dengan Triwulan sebelumnya yang mencatat nominal transaksi
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur ProvinsiJawaTimur Triwulan III – 2013
78
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
sebesar Rp 49,46 triliun. Jumlah tersebut meningkat 4,59 (qtq) dan 15,78% (yoy) dibandingkan periode sebelumnya. Dari sisi volume, tercatat sebanyak 1,35 juta warkat keuangan (cek, bilyet giro, nota kredit dan nota debet perbankan) ditransaksikan melalui kliring. Jumlah tersebut sedikit lebih rendah dari jumlah warkat kliring pada Triwulan II 2013 yang tercatat sebanyak 1,38 juta lembar. Selain mencerminkan tingginya aktifitas ekonomi dengan menggunakan sistem pembayaran non tunai, hal tersebut juga mengindikasikan peningkatan kesadaran masyarakat untuk menggunakan alat pembayaran non tunai. Gambar 3.57
Gambar 3.58
Perkembangan Transaksi Kliring di JawaTimur
Tolakan Transaksi Kliring di JawaTimur Tolakan Kliring (Rp juta)
Warkat (juta lembar)
30.000
1.000.000
25.000
800.000
20.000
600.000
15.000
400.000
10.000
1,25
200.000
5.000
1,20
-
46,00
1,30
42,00
Tw III
Tw II
Tw I
Tw IV
Tw III
Tw II
Tw I
40,00
2012
-
Tw I
44,00
2012
2013
Tw III
1,35
Tw II
48,00
Tw I
50,00
Tw IV
1,40
Tw III
52,00
Tolakan Kliring (Warkat-lembar)-Skala Kanan
1.200.000
1,45
Tw II
Nominal (Rp triliun) 54,00
2013
5.3 PENEMUAN UANG PALSU DI JAWA TIMUR Gambar 3.59 Statistik Uang Palsu yang Ditemukan (lembar) Surabaya
Malang
Kediri
Jember
Jatim (rhs)
4.500 4.000 3.500 3.000 2.500 2.000 1.500 1.000 500 0
9.000 8.000 7.000 6.000 5.000 4.000 3.000 2.000 1.000 0 Tw I
Tw II Tw III Tw IV 2011
Tw I
Tw II Tw III Tw IV 2012
Tw I
Tw II tw III 2013
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur ProvinsiJawaTimur Triwulan III – 2013
79
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Pada Triwulan III -2013, penemuan uang palsu di Jawa Timur baik melalui perbankan maupun berdasarkan laporan masyarakat menunjukkan penurunan dibandingkan periode sebelumnya. Tercatat penemuan uang palsu pada periode laporan sebanyak 7.452 lembar dalam berbagai pecahan. Jumlah tersebut menurun -8,64% (qtq) apabila dibandingkan dengan temuan pada Triwulan II 2013 yang tercatat sebanyak 8.136 lembar Gambar 3.60 Statistik Uang Palsu yang ditemukan (lembar) Surabaya
Malang
Kediri
Jember
16% 43% 19%
22%
Sebagaimana periode sebelumnya, sebagian besar uang palsu yang beredar di Jawa Timur pada Triwulan III 2013 didominasi oleh nominal Rp100.000,- dengan proporsi mencapai 69,17% (berdasarkan lembar). Surabaya sebagai kota terbesar dan pintu gerbang perdagangan dengan Indonesia Timur, hingga saat ini masih menjadi kota dengan penemuan uang palsu tertinggi di wilayah Jawa Timur. Menghadapi maraknya pemalsuan uang, Bank Indonesia bersama instansi berwenang yang terkait terus berupaya melakukan penanggulangan yang bersifat preventif maupun represif. Tindakan preventif dilaksanakan melalui upaya–upaya memasyarakatkan pengetahuan mengenai ciri-ciri keaslian uang rupiah, meningkatkan unsur pengaman pada uang baru, serta peningkatan kerjasama dengan instansi terkait di dalam maupun luar negeri. Sementara itu, upaya penanggulangan secara represif dilaksanakan oleh Kepolisian dengan menangkap dan menghukum pembuat maupun pengedar uang palsu sesuai dengan ketentuan perundang undangan yang berlaku.
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur ProvinsiJawaTimur Triwulan III – 2013
80
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
EFEKTIFITAS PENYALURAN KREDIT PERBANKAN DI JAWA TIMUR Salah satu syarat bagi keberhasilan pembangunan adalah terciptanya suatu sistem keuangan yang berfungsi dengan baik dan memberi manfaat bagi seluruh lapisan masyarakat. Dalam hal ini perbankan memiliki peran penting dalam menyalurkan dana kepada kegiatan ekonomi yang produktif. Akses terhadap layanan keuangan merupakan syarat penting keterlibatan masyarakat luas pemberdayaan
masyarakat
dalam sistem perekonomian,
untuk
mengentaskan
kemiskinan
khususnya dalam yang
muaranya
upaya pada
pertumbuhan ekonomi. Kredit
Berdasarkan data yang dimiliki oleh Bank Indonesia, sebanyak 32% masyarakat Indonesia belum memiliki tabungan, dan hanya sekitar 17% penduduk Indonesia yang mendapatkan kredit perbankan serta baru sekitar 10% penduduk yang mendapatkan kredit dari lembaga keuangan mikro. Beberapa penyebab tingginya unbanked people diantaranya adalah adanya keterbatasan infrastruktur lembaga keuangan, rendahnya penghasilan masyarakat, rendahnya pemahaman tentang keuangan, dan masih belum tersedianya jasa keuangan/layanan yang sesuai. Namun hal ini bukan berarti tidak bisa diselesaikan satu demi satu. Fungsi intermediasi bank yang tercermin dari besar penyaluran kredit oleh bank umum di Jawa Timur terus menunjukkan peningkatan hingga mencapai Rp 284,34 triliun pada bulan September 2013. Tingginya pertumbuhan penyaluran kredit mendorong peningkatan Loan to
Deposit Ratio (LDR) hingga sebesar 90,64%, namun tetap didukung oleh risiko kredit yang stabil dan terjaga di kisaran 2,02%.
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur ProvinsiJawaTimur Triwulan III – 2013
81
BAB III–PERKEMBANGAN PERBA ANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Salah satu cara melihat m efektifitas penyaluran kredit perbankkan dalam mendukung perkembangan ekonomi daerah d adalah dengan melihat hubungan ant ntara jumlah kredit yang disalurkan dengan tingkatt kkemiskinan daerah tersebut. Hubung gan Kredit dan Kemiskinan Kabupaten / Kota Jaw awa Timur
Tahun Tah 2006
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Pacitan Ponorogo Trenggalek Tulungagung Blitar Kediri Malang Lumajang Jember Banyuwangi
11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Bondowoso Situbondo Probolinggo Pasuruan Sidoarjo Mojokerto Jombang Nganjuk Madiun Magetan
Tahun ahun 2011
21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Ngawi Bojonegoro Tuban Lamongan Gresik Bangkalan Sampang Pamekasan Sumenep Kota Kediri
31 32 33 34 35 36 37 38
Kota ta Kota ta Kota ta Kota ta Kota ta Kota ta Kota ta Kota ta
Blitar B Malang M Probolinggo P Pasuruan P Mojokerto M Madiun M Surabaya S Batu B
Berdasarkan hasilil observasi terhadap jumlah kredit, PDRB dan da Tingkat Kemiskinan Kabupaten Kota di Wilaya yah Jawa Timur (tahun 2006 dan 2011) diper eroleh gambaran bahwa masih terdapat beberapa Kabupaten K / Kota yang rasio kredit dan PDRB-n nya masih relatif rendah dengan tingkat kemiskinan an yang tinggi yaitu Kabupaten Sampang, Pam mekasan dan Bangkalan. Sedangkan kota dengan tingkat t penyaluran kredit tinggi dan kemiskin inan rendah antara lain Kota Pasuruan, Mojokerto o dan Surabaya. Namun demikian,, pada p tahun 2011 terlihat mulai terjadi perges eseran dimana beberapa kabupaten mulai mempero roleh penyaluran kredit cukup tinggi, antara llain Kabupaten Tuban, Pamekasan, Pacitan dan Gresik. G Peningkatan rasio kredit terhadap PDRB P dimaksud seiring dengan penurunan rasio pe penduduk miskin di beberapa kota dimaksud. Hal tersebut semak akin menekankan pentingnya fungsi intermedia iasi perbankan khusunya dalam penyaluran kredit untuk un perkembangan ekonomi masyarakat. Deengan demikian, sangat
KajianEkonomi Regi gionalProvinsiJawaTimur ProvinsiJawaTimur Triwulan III – 2013
82
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
penting untuk menciptakan sistem keuangan yang dapat diakses oleh seluruh lapisan masyarakat dalam rangka mencapai kesejahteraan ekonomi melalui pengurangan kemiskinan, pemerataan pendapatan dan stabilitas sistem keuangan. Untuk itu, untuk meningkatkan akses masyarakat kepada perbankan Bank Indonesia telah berupaya mengembangkan program keuangan inklusif seperti Gerakan Indonesia Menabung (GIM), branchless banking (mobile payment system), program edukasi keuangan, e-
money, pendalaman keuangan untuk UMKM, dan program-program kampanye lainnya seperti “Ayo ke Bank”dan “3P”( Pastikan Manfaatnya, Pahami Risikonya, Perhatikan Biayanya).
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimur ProvinsiJawaTimur Triwulan III – 2013
83
Bab 4
PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
BAB IV – PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
4 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH 4.1. UMUM Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan wujud pengelolaan keuangan daerah yang berdasarkan UU No.17 Tahun 2003 merupakan rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat daerah (DPRD). Penyusunan
APBD
memperhatikan
adanya
keterkaitan
antara
kebijakan
perencanaan dengan penganggaran oleh Pemerintah Daerah serta sinkronisasi dengan berbagai kebijakan Pemerintah Pusat dalam Perencanaan dan Penganggaran Negara. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan suatu gambaran atau tolak ukur pentingnya keberhasilan suatu daerah dalam meningkatkan potensi perekonomian daerah. Pertumbuhan ekonomi suatu daerah akan berdampak positif terhadap peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD), khususnya penerimaan pajak daerah. APBD merupakan rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang disetujui oleh DPRD dan ditetapkan dengan peraturan daerah (UU No.17 tahun 2003). APBD memiliki fungsi otorisasi, perencanaan, pengawasan, alokasi, distribusi dan stabilisasi. Fungsi otorisasi mengandung arti bahwa Perda tentang APBD menjadi dasar untuk melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun perencanaan
berarti
bahwa
APBD
menjadi
yang
pedoman
bersangkutan. Fungsi
bagi
manajemen
dalam
merencanakan kegiatan pada tahun yang bersangkutan. Sedangkan fungsi pengawasan terlihat dari digunakannya APBD sebagai standar dalam penilaian penyelenggaraan pemerintahan daerah. Kebijakan desentralisasi fiskal yang ditetapkan dalam Undang-Undang Republik Indonesia No.25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat Daerah bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas pengelolaan sumber daya keuangan daerah dalam rangka peningkatan kesejahteraan dan pelayanan kepada masyarakat. Oleh sebab itu, proses pengelolaan keuangan Pemerintah Daerah dalam pelaksanaannya mengacu kepada prinsip transparansi dan akuntabilitas.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2013
84
BAB IV – PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
4.2 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Jawa Timur Grafik 4.1 Perkembangan APBD Provinsi Jawa Timur Pendapatan
Juta Rupiah
Belanja
18,000,000.00 16,000,000.00 14,000,000.00 12,000,000.00 10,000,000.00 8,000,000.00 6,000,000.00 4,000,000.00 2,000,000.00 0.00 2010
2011
2012
2013
Seiring dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi daerah, alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Jawa Timur terus menunjukkan peningkatan dari waktu ke waktu. Tercatat total anggaran pendapatan daerah tahun 2013 adalah sebesar Rp 15,29 triliun, meningkat 1,27% dari total anggaran pendapatan daerah setelah perubahan tahun 2012 yang dianggarkan sebesar Rp 15,09 triliun. Jumlah anggaran belanja daerah juga meningkat sebesar 1,3%, dari Rp 16,01 triliun pada tahun 2012 menjadi Rp 16,21 triliun pada tahun 2013. 4.2.1 Anggaran Pendapatan Daerah Tabel 4.1 Anggaran Pendapatan Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2013 (Juta Rupiah) Uraian
APBD
APBD
Perubahan
Th. 2012
T ahun 2013
%
(Juta Rp) 15,094,257.88
(Juta Rp) 15,286,013
PENDAPAT AN ASLI DAERAH
9,385,804.03
9,523,901
1.47
PAJAK DAERAH
7,733,400.00
7,863,719
1.69
RETRIBUSI DAERAH HASIL PENGELOLAAN
110,984.72
126,405
13.89
KEKAYAAN DAERAH YANG
352,883.86
328,891
-6.80
1,188,535.45
1,204,884
1.38
2,832,022.38
2,895,842
2.25
1,287,673.56
1,177,549
-8.55
1,491,561.14 52,787.68
1,632,648 85,644
9.46 62.24
2,876,431.47
2,866,268
-0.35
25,380.13
10,615
-58.18
2,851,051.34
2,855,652
0.16
PENDAPAT AN DAERAH
1.27
DIPISAHKAN LAIN-LAIN PENDAPATAN ASLI DAERAH YANG SAH DANA PERIMBANGAN DANA BAGI HASIL PAJAK/BAGI HASIL BUKAN PAJAK DANA ALOKASI UMUM DANA ALOKASI KHUSUS LAIN-LAIN PENDAPAT AN DAERAH YANG SAH PENDAPATAN HIBAH DANA PENYESUAIAN DAN OTONOMI KHUSUS
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2013
85
BAB IV – PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
Anggaran Pendapatan Daerah Pemerintah Provinsi Jawa Timur pada tahun anggaran 2013 mencapai Rp 15,29 triliun atau meningkat 1,27% dibandingkan anggaran tahun 2012. Peningkatan tertinggi adalah pada Dana Alokasi Khusus dengan prosentase sebesar 62,24% dan Retribusi Daerah dengan prosentase sebesar 13,89%. Sementara itu, anggaran pendapatan hibah dianggarkan lebih kecil dengan prosentase penurunan sebesar -58,18% dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Sebagaimana pola-pola anggaran di daerah, struktur pendapatan daerah di Jawa Timur didominasi oleh Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang bersumber dari penerimaan pajak daerah seperti Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, Pajak Air Bawah Tanah, Pajak Air Permukaan, Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor serta penerimaaan asli daerah lainnya yang sah. Proporsi PAD yang dianggarkan pada tahun 2013 adalah sebesar 62,3% dari total pendapatan. Sementara itu, Dana Perimbangan dan Pendapatan Lain yang Sah memperoleh proporsi anggaran yang hampir sama, yaitu masing-masing sebesar 18,94% dan 18,75% dari total pendapatan. Grafik 4.2 Proporsi Anggaran Pendapatan Daerah Provinsi Jawa Timur
Pada bagian Pendapatan Asli Daerah, Pajak Daerah masih menjadi sumber pendapatan terbesar dengan prosentase sebesar 83% dari total PAD yang direncanakan diperoleh pada tahun 2013. Proporsi tersebut lebih besar apabila dibandingkan dengan proporsi tahun sebelumnya (2012) yang tercatat sebesar 82%. Proporsi terbesar selanjutnya adalah Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah (13%), Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan (3%), dan Retribusi Daerah (1%).
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2013
86
BAB IV – PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
4.2.2
Realisasi Pendapatan Daerah Tabel 4.2 Realisasi Anggaran Pendapatan Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2013 (Juta Rupiah)
No
Uraian
APBD Th. 2012 (Juta Rp)
4
Juta Rp
15.094.258
11.267.198
PENDAPATAN ASLI DAERAH
9.385.804
7.046.510
4.1.1
PAJAK DAERAH
7.733.400
4.1.2
RETRIBUSI DAERAH
4.1.3
HASIL PENGELOLAAN KEKAYAAN DAERAH YANG DIPISAHKAN
4.1.4
%
Realisasi (Juta Rp) Tw III 2013 Juta Rp
%
12.829.690
83,93
75,08
9.523.901
8.619.793
90,51
5.635.454
72,87
7.863.719
6.997.023
88,98
110.985
74.384
67,02
126.405
71.420
56,50
352.884
349.466
99,03
328.891
329.020
100,04
LAIN-LAIN PENDAPATAN ASLI DAERAH YANG SAH
1.188.535
987.205
83,06
1.204.884
1.222.328
101,45
DANA PERIMBANGAN
2.832.022
2.146.854
75,81
2.895.842
2.188.558
75,58
4.2.1
DANA BAGI HASIL PAJAK/BAGI HASIL BUKAN PAJAK
1.287.674
988.592
76,77
1.177.549
937.435
79,61
4.2.2
DANA ALOKASI UMUM
1.491.561
1.118.671
75,00
1.632.648
1.224.486
75,00
4.2.3
DANA ALOKASI KHUSUS
52.788
39.591
75,00
85.644
26.636
31,10
2.876.431
2.073.835
72,10
2.866.268
2.021.338
70,52
25.380
25.942
102,21
10.615
25.151
236,94
2.851.051
2.047.893
71,83
2.855.652
1.996.187
69,90
4.2
4.3
LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH
4.3.1
PENDAPATAN HIBAH
4.3.4
DANA PENYESUAIAN DAN OTONOMI KHUSUS
74,65
APBD Tahun 2013 (Juta Rp) 15.286.013
4.1
PENDAPATAN DAERAH
Realisasi Tw III 2012
Realisasi total Pendapatan Daerah sampai dengan Triwulan III 2013 mencapai Rp 12,83 triliun, atau telah mencapai 83,93% dari total anggaran sebesar Rp 15,29 triliun. Realisasi tersebut lebih tinggi apabila dibandingkan dengan realisasi pada periode yang sama tahun sebelumnya (Triwulan III 2012) yang hanya mencapai 74,65%. Peningkatan realisasi anggaran pendapatan daerah dimaksud terutama didorong oleh realisasi pendapatan asli daerah sebesar 90,51%. Sumber Pendapatan Asli Daerah Pemerintah Provinsi Jawa Timur sebagian besar berasal dari Pajak Daerah dengan nominal rencana anggaran sebesar Rp 7,86 triliun, atau 82,57% dari total Pendapatan Asli Daerah. Realisasi pajak daerah sampai dengan Triwulan III 2013 adalah sebesar Rp 6,9 triliun, atau telah mencapai 88,89% dari anggaran yang direncanakan. Realisasi tersebut lebih besar apabila dibandingkan dengan realisasi periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 72,87%. Sementara itu, penerimaan retribusi daerah
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2013
87
BAB IV – PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
pada Triwulan III 2013 mencatat realisasi yang lebih rendah yaitu sebesar 56,5% dari anggaran, dengan nominal sebesar Rp 71,42 miliar. Berbeda dengan Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan dan Lain-lain, Pendapatan Daerah yang Sah mencatat prosentase realisasi yang tidak jauh berbeda apabila dibandingkan dengan realisasi tahun lalu. Realisasi Dana Perimbangan pada Triwulan III 2013 telah mencapai 75,58% dengan nominal mencapai Rp 2,19 triliun, sedikit lebih rendah apabila dibandingkan dengan Triwulan III 2012 yang tercatat sebesar 75,81%. Sementara itu, Pendapatan Hibah Provinsi Jawa Timur mencatat realisasi yang cukup tinggi hingga mencapai Rp 25,15 miliar, lebih tinggi dibandingkan rencana anggaran semula yang ditetapkan sebesar Rp 10,61 miliar. Grafik 4.2 Realisasi Pendapatan Asli Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2013 (Juta Rupiah)
Jt Rp
APBD 2013
Realisasi Tw III
9000000 8000000 7000000 6000000 5000000 4000000 3000000 2000000 1000000 0 PAJAK DAERAH
RETRIBUSI DAERAH
HASIL LAIN-LAIN PENGELOLAAN PENDAPATAN ASLI KEKAYAAN DAERAH DAERAH YANG SAH YANG DIPISAHKAN
4.2.3. Anggaran Belanja Daerah Anggaran Belanja Daerah Pemerintah Provinsi Jawa Timur pada tahun 2013 direncanakan sebesar Rp 16,21 triliun atau meningkat 1,30% dibandingkan anggaran belanja tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp 16,01 triliun. Berdasarkan kelompoknya, Belanja Langsung mencatat peningkatan tertinggi yaitu 1,81%, sementara Belanja Tidak Langsung meningkat sebesar 1% dibandingkan tahun sebelumnya. Belanja Bantuan Sosial dicadangkan cukup tinggi yaitu sebesar Rp 77,19 miliar, meningkat 64,6% dibandingkan tahun 2012. Hal tersebut terkait dengan perhatian Pemerintah Provinsi Jawa
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2013
88
BAB IV – PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
Timur terhadap dampak kenaikan BBM, TDL dan UMK Provinsi Tahun 2013 terhadap kesejahteraan masyarakat Jawa Timur. Tabel 4.3 Anggaran Belanja Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2013 (Juta Rupiah)
Uraian BELANJA DAERAH BELANJA TIDAK LANGSUNG BELANJA PEGAWAI BELANJA BUNGA
APBD Th. 2012 (Juta Rp)
APBD Tahun 2013 (Juta Rp)
Perubahan %
16,007,745.52 10,088,960.10 1,557,539.37 6,139.01
16,215,603 10,189,908 1,725,859 5,516
1.30 1.00 10.81 -10.15
4,092,242.77 46,900.50
4,988,320 77,198
21.90 64.60
2,810,071.50
2,427,977
-13.60
1,516,532.03
903,036
-40.45
PEMERINTAHAN DESA BELANJA TIDAK TERDUGA BELANJA LANGSUNG BELANJA PEGAWAI BELANJA BARANG DAN JASA
59,534.92 5,918,785.42 1,010,963.88 3,767,460.63
62,000 6,025,695 1,086,920 3,947,256
4.14 1.81 7.51 4.77
BELANJA MODAL
1,140,360.91
991,518
-13.05
BELANJA HIBAH BELANJA BANTUAN SOSIAL BELANJA BAGI HASIL KEPADA PROVINSI/KABUPATEN/ KOTA DAN PEMERINTAHAN DESA BELANJA BANTUAN KEUANGAN KEPADA PROVINSI/ KABUPATEN/KOTA DAN
Berdasarkan sub kelompoknya, proporsi Anggaran Belanja Tidak Langsung Provinsi Jawa Timur masih didominasi oleh belanja hibah dengan prosentase sebesar 49% dari total anggaran Belanja Tidak Langsung. Prosentase terbesar selanjutnya adalah Belanja Bagi Hasil kepada Kabupaten / Kota dan Belanja Pegawai dengan prosentase masing-masing sebesar 24% dan 17%. Belanja Pegawai yang diperuntukkan untuk pembayaran gaji pegawai mencatat peningkatan dibandingkan tahun lalu yang hanya sebesar 15% dari total Belanja Tidak Langsung Provinsi. Grafik 4.3 Proporsi Anggaran Belanja Tidak Langsung Provinsi Jawa Timur
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2013
89
BAB IV – PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
Pada kelompok anggaran Belanja Langsung, anggaran Belanja Barang dan Jasa masih mendominasi dengan prosentase sebesar 66%, disusul kemudian dengan Belanja Pegawai dan Belanja Modal dengan prosentase masing-masing sebesar 18% dan 16%. Peningkatan prosentase belanja barang dan jasa dari sebesar 64% pada tahun 2012 menjadi sebesar 66% pada tahun 2013 terkait dengan peningkatan kebutuhan operasional Pemerintah Provinsi Jawa Timur. Demikian pula dengan peningkatan proporsi belanja pegawai dari sebesar 17% pada tahun 2012 menjadi 18% pada tahun 2013 yang mengindikasikan peningkatan kebutuhan tenaga kerja langsung untuk mendukung kegiatan operasional. Sementara itu, alokasi Belanja Modal yang mencerminkan kegiatan investasi menunjukkan penurunan proporsi dari sebesar 19% pada tahun 2012, menjadi sebesar 16% pada tahun 2013. Grafik 4.4 Proporsi Anggaran Belanja Langsung Provinsi Jawa Timur
4.2.3. Realisasi Belanja Daerah Sampai dengan Triwulan III 2013, realisasi belanja daerah Provinsi Jawa Timur telah mencapai Rp 11,24 triliun, atau telah terealisasi sebanyak 69,31% dari anggaran yang direncanakan. Realisasi tersebut lebih tinggi bila dibandingkan dengan realisasi anggaran belanja daerah pada periode yang sama tahun sebelumnya (Triwulan III 2012) yang mencatat realisasi sebesar 63,51%. Apabila ditinjau berdasarkan sub kelompoknya, realisasi tertinggi adalah Belanja Tidak Langsung yaitu mencapai 75,92% dari yang dianggarkan. Sementara itu, Belanja Langsung terealisasi lebih rendah yaitu sebesar 58,15% dari yang telah dianggarkan.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2013
90
BAB IV – PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH Tabel 4.4 Realisasi Anggaran Belanja Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2013 (Juta Rupiah)
No
Uraian
APBD Th. 2012 (Juta Rp)
5
Realisasi Tw III 2012 Juta Rp
APBD Tahun 2013 (Juta Rp)
%
16.007.746
10.165.927
BELANJA TIDAK LANGSUNG
10.088.960
6.846.247
1.557.539
%
11.239.679
69,31
67,86
10.189.908
7.735.695
75,92
1.134.675
72,85
1.725.859
1.170.993
67,85
6.139
4.238
69,03
5.516
3.956
71,72
4.092.243
2.679.458
65,48
4.988.320
3.784.239
75,86
46.901
25.605
54,59
77.198
39.039
50,57
2.810.071
1.691.009
60,18
2.427.977
1.873.117
77,15
KEPADA PROVINSI/ KABUPATEN/KOTA DAN PEMERINTAHAN DESA BELANJA TIDAK TERDUGA
1.516.532
1.261.677
83,19
903.036
806.235
89,28
59.535
49.586
83,29
62.000
58.114
93,73
BELANJA LANGSUNG
5.918.785
3.319.680
56,09
6.025.695
3.503.983
58,15
5.2.1
BELANJA PEGAWAI
1.010.964
682.430
67,50
1.086.920
777.764
71,56
5.2.2
BELANJA BARANG DAN JASA
3.767.461
2.099.336
55,72
3.947.256
2.254.484
57,12
5.2.3
BELANJA MODAL
1.140.361
537.914
47,17
991.518
471.735
47,58
5.1.1
BELANJA PEGAWAI
5.1.2
BELANJA BUNGA
5.1.4
BELANJA HIBAH
5.1.5
BELANJA BANTUAN SOSIAL BELANJA BAGI HASIL KEPADA PROVINSI/KABUPATEN/ KOTA DAN PEMERINTAHAN DESA BELANJA BANTUAN KEUANGAN
5.1.6 5.1.7 5.1.8 5.2
63,51
Juta Rp
16.215.603
5.1
BELANJA DAERAH
Realisasi (Juta Rp) Tw III 2013
Realisasi belanja tertinggi adalah Belanja Tidak Terduga yaitu sebesar 93,73%. Belanja Pegawai baik di Pos Belanja Langsung maupun Belanja Tidak Langsung pada periode laporan menunjukkan prosentase realisasi yang cukup tinggi yaitu sebesar 75,92% untuk Belanja Pegawai Tidak Langsung, dan 71,56% untuk belanja pegawai langsung. Grafik 4.5 Realisasi Anggaran Belanja Tidak Langsung
Realisasi Tw III 2013
Grafik 4.6 Realisasi Anggaran Belanja Langsung
APBD
Realisasi Belanja Langsung
Juta
Juta
6.000.000 5.000.000 4.000.000 3.000.000 2.000.000 1.000.000 0
4.500.000 4.000.000 3.500.000 3.000.000 2.500.000 2.000.000 1.500.000 1.000.000 500.000 0 BELANJA PEGAWAI
APBD
BELANJA BELANJA MODAL BARANG DAN JASA
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2013
91
Bab 5
KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
BAB V – KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
5 KESEJAHTERAAN MASYARAKAT 5.1. UMUM Perkembangan tingkat kesejahteraan masyarakat Jawa Timur yang tercermin pada kondisi ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat pedesaan menunjukkan kondisi
perlambatan
dibanding
triwulan
sebelumnya.
Berdasarkan
indikator
ketenagakerjaan yang telah dirilis Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur (BPS Jatim) mengindikasikan adanya penurunan penyerapan jumlah tenaga kerja. Hal ini juga terkonfirmasi dengan Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Triwulan III-2013 di Jawa Timur yang terindikasi adanya penurunan penyerapan jumlah tenaga kerja terutama di sektor Industri Pengolahan, serta sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR). Nilai Tukar Petani (NTP) yang menjadi salah satu indikator kesejahteraaan masyarakat pedesaan di Jawa Timur menunjukkan sedikit peningkatan. Akhir panen gadu dan peningkatan harga beberapa komoditas hortikultura di triwulan III-2013 mendorong peningkatan Nilai Tukar Petani (NTP). Sementara itu, Nilai Tukar Nelayan (NTN) Jawa Timur pada triwulan III-2013 menunjukkan penurunan akibat tingginya gelombang di perairan laut Jawa sehingga menurunkan hasil tangkapan nelayan. 5.2. 5.2. KETENAGAKERJAAN Perlambatan perekonomian Jawa Timur pada triwulan III-2013 sebagai dampak dari tekanan domestik maupun eksternal, memberikan dampak negatif pada kondisi ketenagakerjaan. 5.2.1. Data Ketenagakerjaan Jawa Timur Situasi ketenagakerjaan di Jawa Timur menunjukkan adanya penurunan jika dibandingkan denga triwulan sebelumnya. Jumlah angkatan kerja di Jawa Timur per Agustus
2013
sebanyak
20,137
juta
orang,
meningkat
dibandingkan
data
ketenagakerjaan di bulan Februari 2013 (20,095 juta). Namun demikian, peningkatan angkatan kerja diikuti dengan peningkatan jumlah penduduk yang menganggur dan penurunan jumlah penduduk yang bekerja. Oleh karena itu, rasio penduduk yang menganggur dengan jumlah angkatan kerja yang biasa disebut dengan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) mengalami peningkatan sebesar 0,33%, dari 4,00% Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2013
92
BAB V – KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
menjadi 4,33%. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) yang menunjukkan perbandingan antara angkatan kerja dengan penduduk usia kerja (15 tahun ke atas) juga menurun menjadi 69,92% jika dibandingkan periode sebelumnya sebesra 70,12% Kondisi perekonomian nasional maupun regional yang melemah merupakan salah satu pendorong meningkatnya pengangguran di Jawa Timur. Inflasi yang tinggi pada triwulan III-2013, yang diikuti dengan kenaikan harga BBM menurunkan daya beli masyarakat. Selain itu, kondisi eksternal berupa depresiasi nilai tukar rupiah terhadap US $ hingga menembus level Rp 11.000 membuat harga bahan baku impor semakin mahal. Oleh karena itu, dunia usaha mencoba melakukan efisiensi dengan mengurangi jumlah tenaga kerja yang digunakan. Tabel 5.1 Kondisi Ketenagakerjaan di Jawa Timur (2008 – 2013) 2009 Kegiatan
Feb
Total Angkatan Kerja Bekerja Menganggur TPAK (%) TPT (%)
2010 Aug
20,316,773 19,123,221 1,193,552 69.36% 5.87%
Feb
20,338,568 19,305,056 1,033,512 69.25% 5.08%
2011 Aug
20,623,490 19,611,540 1,011,950 69.77% 4.91%
Feb
19,527,051 19,698,108 828,943 69.08% 4.25%
2012 Aug
20,251,672 19,406,025 845,647 71.39% 4.18%
2013
Feb
19,761,885 18,940,340 821,546 69.49% 4.16%
Aug
19,831,685 19,012,225 819,460 69.55% 4.14%
Feb
19,901,558 19,081,995 819,563 69.62% 4.12%
Aug
20,095,752 19,291,374 804,378 70.12% 4.00%
20,137,000 19,266,000 871,000 69,92% 4,33%
Sumber : BPS Jatim, (diolah)
Grafik 5.1 Penyerapan Tenaga Kerja Sisi Sektoral Ribu orang
Jasa Kemasyarakatan
Industri
Perdagangan
Pertanian
TOTAL
18000
20,000
16000
19,500
14000
19,000
12000 18,500 10000 18,000 8000 17,500
6000
17,000
4000
16,500
2000 Aug
Feb
2006
Aug 2007
Feb
Aug 2008
Feb
Aug 2009
Feb
Aug 2010
Feb
Aug 2011
Feb
Aug 2012
Feb
Aug 2013
Sumber : BPS Jatim (diolah)
Secara sektoral, pada triwulan III-2013 penyerapan tenaga kerja sedikit mengalami pergeseran. Distribusi penyerapan tenaga kerja terbesar yang secara historis didominasi oleh tiga sektor unggulan Jawa Timur (Pertanian, Perdagangan, dan Industri Pengolahan), pada triwulan III-2013 didominasi oleh sektor Pertanian, Perdagangan, dan Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2013
93
BAB V – KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Jasa Kemasyarakatan. Perlambatan kinerja Industri pengolahan dinilai sebagai faktor utama penurunan kontribusi penyerapan tenaga kerja di Jawa Timur yaitu sebesar 14,40%, sementara itu penyerapan tenaga kerja di sektor Jasa Kemasyarakatan meningkat dengan kontribusinya sebesar 15,63%. Sektor Jasa Kemasyarakatan membutuhkan
keahlian
khusus
dengan
upah
tertentu
yang
diberikan
bagi
pekerjanyasehingga permintaan terhadap tenaga kerja sektor ini semakin meningkat. Di sisi lain, sektor Pertanian dan Perdagangan masing-masing berkontribusi sebesar 37,44% dan 21,01% dari total tenaga kerja Jawa Timur. G rafik 5.2 Penyerapan Tenaga Kerja
G rafik 5.3 Komposisi Tenaga Kerja Formal
25
16% Informal
Formal
G Formal
G Informal
12%
20
8% 15 13.48
13.58
13.76
14.12
14.10
14.11
12.84
12.84
13.26
12.63
12.86
12.67
12.76
0%
10 5 5.27
5.29
5.12
5.19
5.02
5.50
6.11
5.70
5.44
6.45
6.15
6.62
6.51
R I
4%
Aug
Feb
Aug
Feb
Aug
Feb
Aug
Feb
Aug
Feb
Aug
Feb
Buruh/Karyawan
g berusaha dibantu buruh tetap
20%
g buruh/karyawan
15%
5
10% 5%
4 3 2
-8%
1
-12%
-
4.37
4.68
4.30
4.80
4.54
4.99
4.64
4.53
4.88
5.49
5.10
5.81
5.50
5.92
5.88
0% -5% -10% -15%
R
Aug
Berusaha dibantu buruh tetap
6
-4%
I
B U
7
0.59
0.57
0.59
0.48
0.58
0.49
0.55
0.51
0.56
0.60
0.62
0.65
0.65
0.70
0.62
Aug
Feb
Aug
Feb
Aug
Feb
Aug
Feb
Aug
Feb
Aug
Feb
Aug
Feb
Aug
-20%
B
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
U
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
Sumber : BPS Jatim (diolah)
Sumber : BPS Jatim (diolah)
Grafik 5.4 Komposisi Bidang Tenaga Kerja Informal
16
Pekerja Tak Dibayar
Pekerja Bebas Non Pertanian
Berusaha dibantu buruh tdk tetap
Berusaha sendiri
Pekerja Bebas di Pertanian
14 12 10 8
3.60
3.66
3.65
3.56
3.85
3.69
3.99
3.24
3.77
3.62
3.62
3.67
3.64
3.81
0.91 1.54
0.86 1.48
1.00 1.50
0.94 1.57
1.04 1.51
3.69
0.93 1.78
0.84 1.71
1.01 1.46
0.91 1.47
1.05 1.43
1.05 1.43
1.13 1.41
1.19 1.39
1.21 1.17
2.41
4.34
4.46
4.36
4.10
3.85
3.85
3.99
3.61
3.82
3.84
6 4 2
3.75
4.13
4.18
4.26
4.25
3.01
2.92
3.19
3.33
3.45
3.40
3.42
3.29
3.02
2.89
2.89
2.67
2.76
2.83
2.69
Aug
Feb
Aug
Feb
Aug
Feb
Aug
Feb
Aug
Feb
Aug
Feb
Aug
Feb
Aug
-
R I B U
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
Sumber : BPS Jatim (diolah)
Berdasarkan komposisinya, karakteristik tenaga kerja di Jawa Timur masih didominasi oleh penyerapan tenaga kerja di sektor informal, yakni sebesar 12,76 juta orang. Komposisi terbesar pada kelompok berusaha dibantu buruh (3,84 juta orang) diikuti oleh kelompok pekerja tak dibayar (3,81 juta orang). Hal ini sejalan dengan
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2013
94
BAB V – KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
penyerapan tenaga kerja terbesar di sektor Pertanian, dimana sektor primer ini membutuhkan buruh dalam jumlah banyak dan seringkali melibatkan anggota keluarga, sehingga jumlah pekerja tak dibayar juga tinggi. Kedua hal inilah yang menjadi salah satu penyebab rendahnya pendapatan dan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, diperlukan peningkatan kapasitas keterampilan tenaga kerja Jawa Timur, baik melalui lembaga pendidikan formal maupun informal. Pendidikan yang memadai juga penting untuk didorong pemerintah, sehingga tenaga kerja memiliki kualitas tinggi dan mampu bekerja di sektor sekunder maupun tersier yang menawarkan pendapatan lebih tinggi. Sementara itu, perkembangan tenaga kerja di sektor formal juga mengalami penurunan secara qtq, namun secara yoy mengalami kenaikan. Tenaga kerja di sektor formal didominasi oleh buruh atau karyawan sebesar 90,40%, sementara sisanya merupakan berusaha dibantu buruh. 1
5.2.2. Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU)1
Berbeda dengan indikator ketenagakerjaan dari BPS Provinsi Jawa Timur, indikator ketenagakerjaan hasil Survei Kegiatan Usaha (SKDU) yang dilakukan oleh Bank Indonesia di wilayah kerja Jawa Timur menunjukkan penurunan, tercermin dari nilai 2
Saldo Bersih Terimbang (SBT) sebesar -4,81% pada triwulan II-2013 menjadi -6,31% pada triwulan III-2013. Secara spesifik dari 9 (sembilan) sektor ekonomi yang melakukan pengurangan tenaga kerja pada triwulan laporan, terutama sektor Industri Pengolahan yang diikuti oleh sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran, Listrik, Gas dan Air Bersih, serta Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan. Perlambatan kinerja sektor-sektor ini pada triwulan III-2013 menyebabkan menurunnya nilai SBT Penggunaan Tenaga Kerja. Sementara
itu,
membaiknya
kinerja
sektor
lainnya
turut
mempengaruhi
penggunaan tenaga kerja pada sektor terkait, yang ditunjukkan dengan meningkatnya nilai Saldo Bersih Tertimbang (SBT) sektor tersebut dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Peningkatan nilai SBT tertinggi terjadi pada sektor Jasa-Jasa serta Pengangkutan dan Komunikasi. Hal ini seiring dengan tingginya arus jasa angkutan dan komunikasi serta jasa lain pada hari raya Idul Fitri. 1
SKDU (Survei Kegiatan Dunia Usaha) adalah survei yang dilakukan Bank Indonesia secara triwulan yang bertujuan untuk mendapatkan informasi dini mengenai indikasi perkembangan kegiatan ekonomi (sisi penwaran) di sektor riil pada triwulan sedang berjalan maupun perkiraan triwulan yang akan datang. 2 Diperoleh dari hasil perkalian saldo bersih sektor/subsektor yang bersangkutan dengan bobot sektor/subsektor yang bersangkutan sebagai penimbangnya. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2013
95
BAB V – KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Respon adanya kenaikan TDL dan harga BBM disertai dengan peningkatan harga barang sangat berpengaruh terhadap dunia usaha karena biaya operasional perusahaan akan mengalami peningkatan. Oleh karena itu, pengusaha akan mengurangi beban usaha salah satunya dengan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Namun demikian, ekspektasi pelaku usaha terhadap perkembangan perekonomian di Jawa Timur pada triwulan yang akan datang pasca kenaikan tarif dasar listrik (TDL) dan bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi, diperkirakan masih optimis akan terjadi peningkatan penggunaan tenaga kerja. Hal ini sebagaimana tercermin dari SBT triwulan IV-2013 meningkat menjadi 2,12%. Tabel 5.2 Perkembangan Penggunaan Tenaga Kerja Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Jawa Timur 2011
SEKTOR REALISASI PERTANIAN PERTAMBANGAN INDUSTRI PENGOLAHAN LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH BANGUNAN PHR PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI KEUANGAN, PERSEWAAN & JASA PERUSAHAAN JASA - JASA TOTAL
II
III
IV
I
II
III
IV
I
II
III
2.89 0.00 -3.18 0.07 1.64 -0.58 -0.60 2.13 0.79 3.16
-0.79 0.04 -0.46 0.61 1.32 1.65 -0.54 1.72 0.90 4.44
-0.82 -0.94 -1.66 -0.08 -0.37 0.63 0.19 1.67 0.84 -0.54
-0.94 0.04 0.28 -0.05 0.35 -1.38 0.33 1.36 0.00 -0.02
1.54 0.03 -3.50 -0.77 0.26 3.23 -1.52 0.32 -0.42 -0.83
-0.62 -0.21 3.44 -0.82 0.49 3.67 0.46 0.71 0.42 7.54
-0.39 -0.21 -1.69 -0.03 0.00 7.30 -1.93 -0.21 -1.82 2.70
-0.15 0.37 -4.33 -0.02 0.24 0.84 -0.64 0.34 1.36 -1.99
0.68 0.35 -8.16 0.01 0.00 -1.86 -0.92 -0.20 3.13 -6.95
-0.48 0.52 -4.68 -0.39 0.59 0.44 -0.27 -0.53 0.00 -4.81
0.19 0.21 -5.46 -0.84 0.00 -1.77 0.71 -0.12 0.78 -6.31
Grafik 5.5 5.5 Penyerapan Tenaga Kerja 3 Sektor Utama TOTAL 10
PERTANIAN
INDUSTRI PENGOLAHAN
PHR
PERTANIAN PERTAMBANGAN PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI
%, SBT
8.00 6.00
4
4.00
2
2.00
0
INDUSTRI PENGOLAHAN LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH KEUANGAN, PERSEWAAN & JASA PERUSAHAAN
PHR BANGUNAN JASA - JASA
0.00
I
II III IV
I
II III IV
I
II III IV
I
II III IV
I
II III IV*
-2.00
-4 2009
2010
2011
2012
-4.00
2013
I
II
III 2011
IV
I
II
III 2012
IV
I
II
III
2013
-6.00
-8 -10
0.49 0.00 0.65 -0.25 0.52 -0.27 -0.26 0.85 0.39 2.12
10.00 %, SBT
6
-6
IV*
Grafik 5.6 5.6 Penyerapan Tenaga Kerja Sektoral
8
-2
2013
2012
I
-8.00 -10.00
5. 3. KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PEDESAAN Tingkat kesejahteraan masyarakat pedesaan di Jawa Timur pada triwulan III-2013 cenderung menurun dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal ini tercermin dari Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2013
96
BAB V – KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
penurunan yang cukup signifikan pada Nilai Tukar Nelayan (NTN) dan sedikit peningkatan pada Nilai Tukar Petani (NTP) pada periode laporan. 5. 3.1. Kesejahteraan Petani Pada triwulan III-2013, indikator kesejahteraan petani di Jawa Timur yang tercermin dari indikator Nilai Tukar Petani (NTP) menunjukan sedikit peningkatan, yaitu tumbuh 0,25% (qtq) dari 102,95 menjadi 103,21. Pertumbuhan NTP Jawa Timur tersebut menunjukkan tingkat kesejahteraan petani di Jawa Timur yang cukup baik di tengah melambatnya NTP nasional yang menurun sebesar 0,68% (qtq). Namun demikian, NTP Jawa Timur pada periode ini masih berada di bawah level nasional (104,56). Peningkatan NTP Jawa Timur didorong oleh pertumbuhan indeks harga yang diterima petani (lt) yang lebih tinggi dibandingkan dengan indeks harga yang dibayarkan oleh petani (lb). Pada triwulan laporan indeks harga yang diterima petani di Jawa Timur sebesar 164,32 (meningkat 4,77% (qtq)). Angka indeks ini menunjukkan bahwa tingkat harga produk pertanian pada tw.III-2013 mengalami kenaikan secara rata-rata 64,32% dibandingkan dengan produk yang sama pada tahun dasar (2007). Di sisi lain, indeks harga yang dibayar petani di Jawa Timur sebesar 159,22 (meningkat 4,52% (qtq)). Angka indeks ini menunjukkan bahwa tingkat harga kebutuhan petani baik biaya produksi, penambahan barang modal, maupun konsumsi petani meningkat secara rata-rata 59,22 kali lipat dibanding dengan produk yang sama pada tahun dasar (2007). Lebih besarnya indeks harga terima dibanding indeks harga bayar petani menunjukkan bahwa pendapatan petani di Jawa Timur lebih tinggi dari biaya yang dikeluarkan oleh petani. Kondisi ini terjadi karena di triwulan III 2013 merupakan akhir dari masa panen gadu padi, sehingga hasil produksi petani masih cukup relatif tinggi. Selain itu, curah hujan yang rendah di Jawa Timur membuat panen tembakau di beberapa wilayah, seperti Bojonegoro, Madura dan Probolinggo cukup tinggi. Sementara itu, Kabupaten Nganjuk sebagai salah satu sentra produksi kedelai Jawa Timur, pada triwulan III-2013 mampu memanen kedelai dengan peningkatan hampir 30% dibandingkan musim sebelumnya. Harga kedelai yang melambung di pasar, membuat petani kedelai menikmati keuntungan yang signifikan. Kondisi tersebut turut berkontribusi pada peningkatan pendapatan petani di Jawa Timur.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2013
97
BAB V – KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Ketersediaan pasokan hasil pertanian relatif terjaga. Selain itu, meningkatnya kebutuhan masyarakat pada hari raya Idul Fitri mengakibatkan harga pangan cenderung naik, turut berpengaruh pada peningkatan indeks harga yang diterima oleh petani. Grafik 5.7 5. 7 NTP Nasional & Jawa Timur 108
NTP Nasional
Grafik 5.8 5. 8 NTP dan Pertumbuhan (Nasional & Jatim) NTP Nasional
NTP Jawa Timur
NTP Jawa Timur
g It Nasional
g It Jatim
108
106
Indeks
6 Indeks
106
104
5
104
102
4
102
100 98 96
100
3
98
2
96
94
1
94
92 90 I
II
III
IV
I
2009
II
III
IV
I
II
2010
III
IV
I
II
2011
III
IV
I
II
2012
92
0
90
-1
III
I
II
2013
III
IV
2009
I
II
2010
Grafik 5. 9 lt Nasional
lt Jatim
g lt Nasional
6
Indeks
5
140 4
120 100
3
80
2
60
1
40 0
20 0
-1 III IV
II
III
IV
2011
I
II
III
IV
2012
I
II
III
2013
Ib dan Pertumbuhan Nasional & Jatim
g lt Jatim
180
II
I
Grafik 5.10 5.10
It serta Pertumbuhan Nasional & Jatim
I
IV
Sumber : BPS Jatim (diolah)
Sumber : BPS Jatim (diolah)
160
III
I
II
III IV
I
II
III IV
I
II
III IV
I
II
2009
2010
2011
2012
Ib Jatim
g Ib Nasional
g Ib Jatim
5 Indeks
4 3 2 1 0 -1
I
II III IV I
II III IV I
II III IV I
II III IV I
2009
2010
2011
2012
II III
III
% Sumber : BPS Jatim (diolah)
Ib Nasional
180 160 140 120 100 80 60 40 20 0
%
2013
2013
Sumber : BPS Jatim (diolah)
5. 3.2. Kesejahteraan Nelayan Kondisi kesejahteraan nelayan yang tercermin pada Nilai Tukar Nelayan (NTN) Jawa Timur pada triwulan III-2013 mengalami penurunan yang signifikan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Tercatat Nilai Tukar Nelayan (NTN) pada triwulan II-2013 tumbuh menurun sebesar 1,76% dari 158,07 menjadi 155,28. Penurunan tersebut terutama disebabkan karena faktor cuaca dan tingginya ombak di sebagian besar perairan Jawa, termasuk di perairan Jawa Timur. Oleh karena itu, nelayan cenderung enggan melaut dan beralih ke pekerjaan di sektor lain, seperti pertanian dan perdagangan, sehingga hasil tangkapan ikan cenderung menurun. Namun demikian,
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2013
98
BAB V – KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
kesejahteraan nelayan Jawa Timur lebih tinggi dari nasional yang tercermin dari NTN Jawa Timur yang berada di atas level nasional (105,21). Sepuluh komoditas yang mengalami penurunan indeks harga yang diterima nelayan
adalah
kembung,
ikan
tongkol,
cumi-cumi,
ikan
pari,
ikan
ekor
ikan
kuning,
layur,
ikan
ikan selar
tenggiri, dan
ikan
ikan layur.
Sementara itu, hanya terdapat satu komoditas yang mengalami kenaikan indeks harga yang diterima nelayan, yakni udang putih. Di sisi lain, sepuluh komoditas yang mengalami kenaikan indeks harga yang dibayar nelayan adalah emas perhiasan, garam, upah membersihkan kapal, biaya perbaikan, beras, bensin, umpan, jaring, minyak tanah dan tahu mentah. Sedangkan, komoditas yang mengalami penurunan indeks harga yang di bayar nelayan adalah cabai rawit, bawang merah, tomat sayur, cabai hijau dan bayam. Dari enam kabupaten yang melakukan penghitungan nilai tukar nelayan pada bulan september 2013, penurunan terbesar terjadi di Kabupaten Situbondo sebesar 3,81%, diikuti kabupaten Lamongan sebesar 3,25%, Kabupaten Tuban sebesar 2,48%, kabupaten Trenggalek 1,77% dan Kabupaten Pamekasan sebesar 1,33%. Sementara kenaikan nilai tukar nelayan hanya terjadi di Kabupaten Banyuwangi sebesar 0,27%. Grafik Grafik 5.1 5. 12
Grafik 5.13 5.13
NTN Nasional & Jawa Timur Indeks
180 160 140 120 100 80 60 40 20 0
NTN Nasional
NTN serta Pertumbuhan (Nasional & Jatim)
NTN Jawa Timur
Nasional
180 160
Jatim
g NTN Nasional
g NTN Jatim
8 6
Indeks
140
4
120
2
100 0
80 -2
60
I
II III IV
I
II III IV
I
II III IV
I
II III IV
I
II III
40
-4
20
-6
0
-8
I
2009
2010
2011
2012
Sumber : BPS Jatim (diolah)
2013
II
III
IV
I
2009
II
III
IV
I
2010
II
III
2011
IV
I
II
III
2012
IV
I
II
III
%
2013
Sumber : BPS Jatim (diolah)
5.4 PROFIL KEMISKINAN JAWA TIMUR Angka kemiskinan di Jawa Timur terus menurun secara gradual sejak tujuh tahun terakhir. Berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), jumlah penduduk Jawa 3
Timur yang berada di bawah garis kemiskinan (penduduk miskin) pada Maret 2013 turun sebesar 0,53%, yaitu dari 13,08% pada September 2012 menjadi 12,55% atau sebesar 3
Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2013
99
BAB V – KESEJAHTERAAN MASYARAK ASYARAKAT
4.771.260 jiwa (grafik 5.1 .14). Meskipun secara makroekonomi, terdapat at indikasi perlambatan perekonomian, namun tin tingginya upaya masyarakat dan pemerintah h dalam memberantas kemiskinan menjadi faktorr pendorong penurunan kemiskinan di Jawa Tim imur. Grafik 5.14 Perkembangan Penduduk Miskin di Jawa Timur (% (%) % 25
20 15
21.09 19.98 19.95 18.51 16.68 15.26 13.8513.08 12.55
10 5 0
Sumber : BPS BP Jatim (diolah)
Penurunan persent ntase penduduk miskin pada Maret 2013 sebaagian besar disumbang oleh penurunan penduduk uk miskin di pedesaan, yaitu sebesar 0,73%,, sementara penurunan persentase penduduk misk iskin di kota hanya sebesar 0,33%. Penurun nan angka kemiskinan tersebut, tidak terlepas dari d komitmen dan konsistensi melaksanaka kan berbagai program pengentasan kemiskinan yyang dilakukan pemerintah pusat dan pemerin rintah daerah, terutama yang dilakukan di desa-des esa. Konsistensi Pemerintah Provinsi Jawa Timu ur dalam pengentasan kemiskinan tersebut ditua uangkan dalam Rencana Pembangunan Jangk gka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi
Jawaa
Timur
Tahun
2009-2014,
dengan
me emposisikan
Program
Penanggulangan Kemiskina inan sebagai salah satu Program Prioritas di Jawa wa Timur. Program-program Penanggulangan dan pengentasan kemisk iskinan di Jawa Timur dimaksudkan untuk meni ningkatkan dan mengembangkan peran maasyarakat serta fungsi lembaga-lembaga Desa, untuk u mendorong kesadaran kaum miskin in dalam memperbaiki nasibnya. Program-program ram mengentas kemiskinan melalui dua cara, a, yaitu (i) mengurangi beban biaya bagi Rumah h Tangga Sangat Miskin, seperti misalnya : biaya bi pendidikan, biaya kesehatan, infrastruktur seperti s air bersih, jalan desa dan sebagain inya, (ii) meningkatkan pendapatan Rumah Tangg gga Miskin dan Hampir Miskin dengan jalan n antara lain pelatihan ekonomi produktif, usahaa ekonomi, stimulan modal kerja/ usaha, pasa sar desa, dan kegiatan pemberdayaan ekonomi lokal lo serta peningkatan produksi melalui tekno ologi tepat guna. Salah
Kajian Ekonomi mi Region Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2013
100
BAB V – KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
satu
contoh
program
yang
dilaksanakan
adalah
Program
Pemberdayaan
Potensi
Desa/Kelurahan (P3D/K) yang telah dialokasikan oleh Badan Pemberdayaan Masyarakat (Bapemas) Provinsi Jawa Timur sejak tahun 2011 dan sekarang ini telah memasuki tahap penguatan.
Program
tersebut
memperkuat
perekonomian
masyarakat
desa
melalui
pengembangan potensi ekonomi unggulan Desa/Kelurahan. Tabel 5.4 Garis Kemiskinan, Jumlah & Persentase Penduduk Miskin Menurut Daerah Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bulan) Daerah/ tahun
(1) Perkotaan Maret 2008 Maret 2009 Maret 2010 Maret 2011 Sept 2011 Maret 2012 Sept 2012 Maret 2013 Pedesaan Maret 2008 Maret 2009 Maret 2010 Maret 2011 Sept 2011 Maret 2012 Sept 2012 Maret 2013 Kota + Desa Maret 2008 Maret 2009 Maret 2010 Maret 2011 Sept 2011 Maret 2012 Sept 2012 Maret 2013
Makanan
Bukan Makanan
Total
(2)
(3)
(4)
Jumlah Persentase Penduduk Miskin Penduduk Miskin (Ribu) (5)
Perubahan Persentase Penduduk Miskin (%)
(6)
(7)
131,487 145,676 152,965 169,242 174,210 175,806 182,073 187,350
51,921 56,948 60,418 65,303 68,193 69,499 71,874 77,853
183,408 202,624 213,383 234,546 242,403 245,305 253,947 265,209
2,438.76 2,148.51 1,873.55 1,768.23 1,734.31 1,630.63 1,605.96 1,550.46
13.15 12.17 10.58 9.87 9.66 9.06 8.90 8.57
-0.98 10.58 -0.71 -0.21 -0.81 -0.16 -0.33
118,971 131,522 139,806 155,457 161,141 167,352 176,674 189,172
36,461 43,106 46,073 50,818 53,025 54,864 57,882 61,358
155,432 174,628 185,879 206,275 214,166 222,216 234,556 250,530
4,581.19 3,874.07 3,655.76 3,587.98 3,493.00 3,440.34 3,354.58 3,220.80
23.64 21.00 19.74 18.19 17.66 17.35 16.88 16.15
-2.64 19.74 -1.55 -0.53 -0.84 -0.47 -0.73
125,091 138,440 146,240 162,017 167,360 171,375 179,244 188,306
44,020 49,874 53,087 57,711 60,243 61,827 64,540 69,205
169,112 188,317 199,327 219,727 227,603 233,202 243,783 257,510
7,019.95 6,022.59 5,529.30 5,365.21 5,227.31 5,070.98 4,960.54 4,771.26
18.51 16.68 15.26 14.23 13.85 13.40 13.08 12.55
-1.47 -1.83 -1.42 -1.03 -0.38 -0.83 -0.32 -0.53
Sumber : BPS Jatim
Garis kemiskinan merupakan harga yang dibayar oleh kelompok acuan untuk memenuhi kebutuhan pangan sebesar 2.100 kkal/kapita/hari dan kebutuhan non-pangan esensial seperti perumahan, sandang, kesehatan, pendidikan, transportasi dan lainnya. Garis kemiskinan pada Maret 2013 meningkat sebesar 5,63 persen atau Rp.13.727 perkapita perbulan, yaitu dari Rp. 243.783 perkapita perbulan pada September 2012 menjadi Rp. 257.510 perkapita perbulan pada Maret 2013. Peranan komoditi makanan terhadap garis
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2013
101
BAB V – KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
kemiskinan jauh lebih besar dibanding peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan dan kesehatan), yaitu sebesar 73,13 persen. Inflasi yang tinggi akan diikuti dengan peningkatan harga barang dan jasa. Pengeluaran rumah tangga terhadap komoditas tertentu akan terpengaruh sebagai dampak dari peningkatan harga. Grafik 5.15 menunjukkan perkembangan pertumbuhan konsumsi makanan dan non makanan rumah tangga serta rata-rata inflasi makanan dan non makanan di Jawa Timur. Pada triwulan III-2013, rata-rata inflasi makanan meningkat dari -0,73% menjadi 3,33% sebagai dampak dari tingginya permintaan bahan makanan pada bulan Ramadhan dan hari raya Idul Fitri. Pola konsumsi makanan masyarakat bersifat inelastis, sehingga tidak terpengaruh dengan adanya peningkatan harga yang cukup signifikan tersebut. Pada triwulan III-2013, konsumsi makanan tetap tumbuh positif 4,8% dari Rp100,37 T menjadi 105,27 T pada triwulan III-2013. Sementara itu, rata-rata inflasi non makanan juga mengalami peningkatan dari 0,24% menjadi 3,64%. Hal ini juga direspon dengan peningkatan konsumsi non makanan yang tumbuh positif 7,24% dari Rp85,33 T menjadi Rp91,51 T. Inflasi yang meningkat akan diikuti oleh peningkatan batas kemiskinan sehingga jumlah penduduk miskin akan bertambah jika tidak diikuti dengan peningkatan daya beli dan pendapatan, terutama masyarakat kelompok berpenghasilan bawah. Grafik 5.15 Pertumbuhan Pengeluaran Rumah Tangga dan Pertumbuhan Inflasi di Jawa Timur (%)
%
Rata2 Inflasi Makanan
Rata2 Inflasi Non Makanan
g Konsumsi Makanan
g Konsumsi Non Makanan
6.00
0.20
5.00
0.15
4.00 0.10
3.00 2.00
0.05
1.00
-
(1.00) (2.00)
II-2008 III-2008 IV-2008 I-2009 II-2009 III-2009 IV-2009 I-2010 II-2010 III-2010 IV-2010 I-2011 II-2011 III-2011 IV-2011 I-2012 II-2012 III-2012 IV-2012 I-2013 II-2013 III-2013
-
Sumber : BPS Jatim (diolah)
(0.05) (0.10)
Kemiskinan tidak hanya mencakup persentase penduduk miskin, tetapi juga menyangkut seberapa besar jarak dan keragaman pengeluaran penduduk miskin terhadap garis kemiskinan. Indikator tersebut dapat dihat dari (P1) dan (P2). Indeks Kedalaman Kemiskinan/Poverty Gap Index (P1), merupakan ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2013
102
BAB V – KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
masing-masing penduduk miskin terhadap garis kemiskinan. Semakin tinggi nilai indeks, semakin jauh rata-rata pengeluaran penduduk dari garis kemiskinan. Indeks Keparahan Kemiskinan/Poverty Severity Index (P2), merupakan ukuran tingkat ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin. Semakin tinggi nilai indeks maka semakin tinggi ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin. Dari data kemiskinan rilis Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur (BPS Jatim) digambarkan bahwa indeks kedalaman kemiskinan (P1) mengalami penurunan 0,09 poin atau sebesar 1,93 pada September 2012 menjadi 1,84 pada Maret 2013. Penurunan nilai P1 tersebut terjadi di pedesaan (0,21 poin), sedangkan di perkotaan terjadi sedikit peningkatan (0,03 poin). Sementara itu, nilai P2 juga mengalami penurunan 0,01 poin atau menjadi 0,43 pada Maret 2013. Penurunan nilai yaitu P1 memberikan indikasi rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung mendekati garis kemiskinan sebagai akibat dari semakin tingginya harga-harga komoditas yang harus dipenuhi masyarakat. Di sisi lain, penurunan P2 menunjukkan ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin juga semakin menyempit. Dari sisi wilayah, pola kemiskinan di desa menunjukkan semakin banyak penduduk yang mendekati garis kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran di antara penduduk miskin yang lebih tinggi daripada di kota sebagaimana ditunjukkan pada grafik 5.18. Grafik 5.18 Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) di Jawa Timur Menurut Daerah 5 4.5 4 3.5 3 2.5 2 1.5 1 0.5 0 Mar 08 Mar 09 Mar 10 Mar 11 Sept 11 Mar 12 Sept 12 Mar 13 Indeks
P1 Kota
P1 Desa
P2 Kota
P2 Desa
Sumber : BPS Jatim
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2013
103
Bab 6
PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA
BAB VI – PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA
6
PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA
6.1 PERKIRAAN PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR Pada triwulan IV 2013, pertumbuhan ekonomi Jatim diproyeksikan tumbuh pada rentang pertumbuhan 6,65% s.d 6,75% (yoy). Perekonomian Jawa Timur triwulan ini diperkirakan mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencatat pertumbuhan pada level 6,49% (yoy). Dari sisi permintaan, pertumbuhan perekonomian Jawa Timur masih ditopang oleh tingkat konsumsi masyarakat, sebagaimana tercermin pada hasil survei konsumen. Namun, pertumbuhannya masih lebih rendah dibandingkan triwulan III 2013, mengingat telah berlalunya puncak pengeluaran belanja masyarakat di saat Hari Raya Idul Fitri. Komponen terbesar selanjutnya, yaitu investasi swasta (PMTB) diproyeksikan tumbuh lebih rendah mengingat masih belum membaiknya kondisi ekonomi domestik dan permintaan global. Grafik 6.1 6. 1 Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) 160
Grafik 6.2 6. 2 Indeks Ekspektasi Penghasilan
Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK)
Indeks
140
170
Indeks Penghasilan Saat Ini
Indeks
Indeks Ekspektasi Penghasilan Saat Ini
160 150
120
140
100
130
80 120
60 110
40 100
20 90
0 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV* 2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
80 I
II
III
2007
IV
I
II
III
2008
IV
I
II
III
2009
IV
I
II
III
2010
IV
I
II
III
2011
IV
I
II
III
2012
IV
I
II
III IV*
2013
Selanjutnya, masih belum membaiknya kinerja perekonomian global serta perkembangan harga komoditas internasional diperkirakan masih menekan tingkat daya saing produk ekspor Jawa Timur. Masih belum pulihnya kinerja ekspor komoditas utama Jatim di tengah meningkatnya nilai impor bahan baku akibat depresiasi rupiah mengakibatkan neraca perdagangan masih belum mampu mencapai nilai net ekspor. Di sisi lain, perdagangan antar pulau diharapkan mengalami perbaikan seiring membaiknya kinerja ekonomi Kawasan Timur Indonesia (KTI). Sementara itu, belanja pemerintah diperkirakan juga mengalami peningkatan, mengikuti pola belanja yang terus meningkat
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan II I– Tahun 2013
104
BAB VI – PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA
hingga akhir tahun, di samping faktor pendukung berupa membaiknya awareness pemerintah daerah tingkat kab/kota terkait realisasi belanja APBD. Di sisi penawaran, diharapkan kinerja sektor industri pengolahan mengalami perbaikan pasca terjaganya nilai tukar rupiah. Meskipun perdagangan luar negeri Jatim mengalami tekanan cukup dalam akibat pelemahan ekonomi Eropa, namun masih cukup kuatnya kinerja perdagangan dalam negeri Jatim diprediksi masih cukup baik untuk menyokong kinerja sub sektor perdagangan besar Jatim. Secara keseluruhan, kinerja sub sektor perdagangan besar pada triwulan ini diperkirakan masih tumbuh lebih rendah karena pemulihan kinerja perdagangan dalam negeri masih belum kembali pada level sebelumnya. Perkiraan masih rendahnya curah hujan di awal triwulan IV 2013 diharapkan mendorong kinerja sub sektor tanaman bahan makanan yang telah tiba waktunya untuk musim panen. Sektor pendukung yang turut mengalami kenaikan diperkirakan adalah Sektor Pengangkutan dan Komunikasi dan sektor Listrik, Gas dan Air Bersih. Masih tingginya tingkat suku bunga sektor produktif diperkirakan turut mempengaruhi tingkat marjin usaha sektor pendukung lainnya, terutama sektor konstruksi serta sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Kondisi sektoral pada triwulan II 2013 ini searah dengan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha KBI Surabaya yang menunjukkan optimisme pelaku usaha yang dituangkan dalam nilai indeks estimasi realisasi usaha dan penggunaan tenaga kerja sektoral tiga sektor utama. Grafik 6.4 Estimasi Penggunaan Tenaga Kerja Tw III 2013 2013
Grafik 6.3 6.3 Estimasi Realisasi Usaha Tw III 2013 2013 TOTAL
PERTANIAN
INDUSTRI PENGOLAHAN
PHR
TOTAL
40.00
10
35.00
8
30.00
6
25.00
4
20.00
INDUSTRI PENGOLAHAN
PHR
2
15.00
0
10.00
-2
5.00
-4
0.00 -5.00
PERTANIAN
%, SBT
I
II
III IV
I
II
III IV
I
II
III IV
I
II
III IV
I
II
III IV*
-10.00 2009
2010
2011
2012
2013
I
II III IV 2009
I
II III IV 2010
I
II III IV 2011
I
II III IV 2012
I
II III IV* 2013
-6 -8 -10
Sumber : Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Bank Indonesia (diolah)
Sumber : Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Bank Indonesia (diolah)
Ke depan, beberapa faktor risiko yang berpotensi menekan pertumbuhan ekonomi tetap perlu diwaspadai. Masih belum membaiknya perekonomian dunia dan dampak lanjutannya di kawasan negara berkembang, berpotensi mendorong kenaikan harga komoditas sehingga berpotensi menekan biaya bahan baku akibat masih tingginya ketergantungan impor bahan baku. Selanjutnya, dampak ikutan dari kenaikan TDL di awal Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan II I– Tahun 2013
105
BAB VI – PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA
triwulan IV-2013 berpotensi menekan marjin usaha lebih dalam hingga akhir tahun. Kenaikan UMK di wilayah penyangga ekonomi utama Jatim perlu diimbangi dengan insentif untuk dapat mempertahankan gairah dunia usaha. Beberapa hal yang menjadi perhatian pelaku usaha adalah situasi politik dalam negeri menjelang Pemilu 2014 dan potensi kenaikan biaya produksi. Disisi lain, adanya beberapa momentum perayaan hari agama dan cuti bersama diharapkan mampu mendorong kinerja sub sektor Hotel dan Restoran serta sektor Transportasi dan Komunikasi. 6.2 PERKIRAAN INFLASI JAWA TIMUR Mencermati perkembangan inflasi terkini dan tracking beberapa indikator harga, maka inflasi kota Jawa Timur pada Tw IV-2013 diperkirakan secara tahunan (yoy) berada di kisaran 7,62% s/d 7,85%. Tabel 6.1 Tendensi Arah Inflasi dan Faktor Risiko
Faktor Risiko
Tw III-2013 Tw IV-2013
Volatile Food
Administered Price
Core Inflation
Tw IV-2013 - Telah berlalunya masa panen untuk komoditas pangan utama - Stok beras masih mencukupi konsumsi masyarakat sampai dengan 18 bulan ke depan - Peningkatan harga komoditas kedelai yang akan mempengaruhi harga produksi daging ayam ras - Pasokan daging sapi berpotensi tidak memenuhi tingginya permintaan masyarakat di akhir tahun - Produksi cabe sebagian dikirim kepada Provinsi lain - Lemahnya nilai tukar Rupiah berpotensi meningkatkan harga komoditas pangan impor (contoh : bawang putih) - Dimulainya musim penghujan sehingga berpotensi mengganggu proses produksi komoditas pertanian Tw IV 2013 - Tarif angkutan dalam kota telah relatif stabil - Masih adanya kenaikan tarif dasar listrik dan cukai rokok - Potensi kenaikan Upah Minimum Kota/Kabupaten - Adanya Hari Natal dan Tahun Baru 2014 sehingga berpotensi menggiring kenaikan tarif transportasi Tw IV-2013 - Masih berlanjutnya pelemahan nilai tukar Rupiah berpotensi meningkatkan harga barang impor dan biaya produksi perusahaan - Harga komoditas internasional yang masih berfluktuatif - Trend kenaikan harga properti
Menurun
Meningkat
Stabil
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan II I– Tahun 2013
106
BAB VI – PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA
Berdasarkan tabel di atas, tekanan inflasi pada Tw IV-2013 dari ketiga kelompok inflasi mengalami peningkatan yang lebih tinggi dibandingkan Tw III-2013 dengan ulasan sebagai berikut : 1. Volatile Food Kelompok ini diproyeksi akan memberikan sumbangan utama kenaikan inflasi di akhir tahun 2013. Adanya beberapa potensi risiko seperti berakhirnya musim panen dan baru dimulainya musim tanam petani yang diiringi dengan tibanya musim penghujan berpotensi menyebabkan gangguan pasokan di masyarakat, disisi lain justru di akhir tahun permintaan masyarakat mengalami kenaikan karena Hari Natal dan Tahun Baru. Walaupun masih terdapat kecukupan stok dari masa panen periode sebelumnya, namun tata niaga atau distribusi barang yang ada saat ini tidak mampu mencukupi kebutuhan/pasokan semua daerah. 2. Administered Price Masih berlanjutnya kebijakan kenaikan Tarif Tenaga Listrik (TTL) di pertengahan Triwulan IV-2013 serta adanya potensi kenaikan cukai rokok menjadi pendorong utama meningkatnya inflasi kelompok ini, meskipun pada tingkat yang relatif lebih rendah dibandingkan akhir Tw II-2013 dimana Pemerintah meningkatkan harga BBM. Namun perlu dicermati pula potensi kenaikan Upah Minimum Kab/Kota (UMK) yang di satu sisi dapat menaikkan inflasi dari sisi permintaan karena kenaikan daya beli, dan di sisi lain meningkatkan inflasi pula dari sisi penawaran karena tingginya biaya produksi. 3. Core Inflation Dari sisi fundamental, potensi dorongan inflasi inti diperkirakan berasal dari kelompok
tradeable seiring dengan meningkatnya permintaan di akhir tahun yang akan mendorong pula para pelaku usaha untuk meningkatkan utilisasinya sehingga dapat memenuhi permintaan pasar. Sedangkan dari sisi kelompok non tradable, potensi kenaikan UMK juga akan mendorong peningkatan inflasi kelompok ini walaupun pada tingkat yang relatif lebih rendah dibandingkan kelompok tradable. Berlanjutnya peningkatan TTL pada Tw IV2013 berpotensi direspon masyarakat dengan peningkatan tarif sewa rumah serta kenaikan harga barang seiring dengan peningkatan biaya produksi. Faktor penahan inflasi kelompok ini adalah rendahnya tekanan inflasi dari komoditas emas seiring dengan masih lesunya perdagangan di dunia internasional serta telah berlalunya tahun ajaran baru.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan II I– Tahun 2013
107
BAB VI – PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA
6.3 PERKIRAAN KINERJA PERBANKAN JAWA TIMUR Diperkirakan pada triwulan IV 2013 kinerja industri perbankan di Jawa Timur akan terus meningkat. Struktur dan pondasi sistem perbankan yang cukup baik diyakini masih dapat terjaga terutama ditopang oleh peningkatan fungsi intermediasi oleh perbankan. Adanya kenaikan BI Rate secara bertahap dari sebesar 6% pada Triwulan II 2013 menjadi 7,25% pada Triwulan III 2013 diperkirakan akan mendorong peningkatan suku bunga kredit dan DPK secara bertahap sampai dengan akhir tahun. Namun demikian, dengan penerapan strategi pengembangan usaha yang tepat serta efisiensi biaya perbankan di Jawa Timur diharapkan mampu terus meningkatkan kinerjanya. Pertumbuhan kredit oleh perbankan pada triwulan IV 2013 diperkirakan tetap mengalami peningkatan. Hal tersebut berdasarkan pertimbangan adanya momen periode libur natal dan akhir tahun yang pada akhirnya akan meningkatkan kredit konsumsi. Sektor ekonomi andalan Jatim seperti sektor perdagangan, sektor industri pengolahan, sektor konstruksi serta sektor transportasi dan komunikasi pertanian masih menjadi sektor unggulan bagi perbankan untuk dibiayai.
6.4 6.4 PROSPEK EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2013 Di sepanjang tahun 2013, pertumbuhan ekonomi Jatim diproyeksikan tumbuh pada rentang 6,50% s.d 6,70% (yoy), ), lebih rendah dari angka perkiraan sebelumnya di kisaran 6,70% s.d 6,90%. Perkiraan pertumbuhan ekonomi Jatim tahun 2013 ini masih lebih rendah dibandingkan tahun 2012 (7,27% - yoy), namun pertumbuhan ini diyakini masih yang tertinggi dibandingkan provinsi lainnya di Pulau Jawa. Dari sisi permintaan, penopang utama pertumbuhan ekonomi masih berasal dari konsumsi masyarakat seiring dominannya proporsi usia produktif di Jawa Timur. Sementara itu, kenaikan tarif komponen pembentuk biaya produksi di tahun 2013 terindikasi berdampak pada kinerja sektor riil Jawa Timur di triwulan III 2013. Hal ini terlihat dari melemahnya kinerja investasi dan konsumsi swasta nirlaba. Di sisi lain, masih belum pulihnya ekonomi global dan tertekannya nilai rupiah pada Juli 2013 turut mempengaruhi kinerja perdagangan luar negeri Jawa Timur. Meskipun, transaksi perdagangan dalam negeri masih terjaga stabil, namun secara keseluruhan neraca perdagangan Jawa Timur menunjukkan pelemahan dibandingkan tahun 2012. Tingginya upaya pemerintah untuk menyelesaikan proyek infrastruktur di daerah turut mendorong level pertumbuhan belanja pemerintah. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan II I– Tahun 2013
108
BAB VI – PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA
Di sisi penawaran, meningkatnya komponen biaya produksi baru terindikasi dampaknya pada triwulan III 2013. Hampir seluruh sektor ekonomi mengalami perlambatan pertumbuhan meskipun pelaku usaha telah berusaha meningkatkan efisiensi produksinya, namun daya saing produknya masih lebih rendah dibandingkan negara lain. Tingginya arus impor negara tetangga pun turut berdampak pada kinerja sektor industri pengolahan, khususnya yang memiliki pasar utama tujuan dalam negeri. Masih belum terurainya permasalahan di Tanjung Perak menjadi bottle neck tersendiri bagi pelaku usaha di sub sektor perdagangan besar. Sementara itu, meningkatnya kebutuhan masyarakat dalam kegiatan wisata turut mendorong kinerja subsektor hotel dan restoran, ditambah dengan meningkatnya peranan Kota Surabaya sebagai sub hub ke Indonesia Timur yang terindikasi dari bertambahnya jumlah hotel kelas bisnis di Surabaya. Adanya pergeseran musim tahun ini berdampak signifikan pada tingkat produksi sub sektor tanaman bahan makanan. Berdasarkan rilis data Angka Ramalan II (ARAM II), terindikasi adanya perlambatan produksi meskipun angkanya masih sama dengan tahun 2012. Meningkatnya suku bunga konsumsi sejak Agustus 2013 turut menekan kinerja sektor konstruksi dan sub sektor
real
estate,
triwulan III 2013.
sehingga
kedua
sektor
ini
mengalami
perlambatan
sejak
Hal serupa terjadi pada sektor keuangan, persewaan dan jasa
perusahaan akibat meningkatnya faktor risiko sektor keuangan pasca kenaikan suku bunga perbankan dan melemahnya kinerja sektor riil pada triwulan III 2013. Namun demikian, sektor pendukung lainnya diharapkan mampu lebih tinggi seiring meningkatnya demand masyarakat (pasca kenaikan UMK 2013), seperti sektor transportasi dan komunikasi.
6.5 6.5 PROSPEK INFLASI JAWA TIMUR TAHUN 2013 Tingginya tekanan harga komoditas hortikultura pada Tw I-2013 telah dapat kembali normal pada Tw II-2013 dan berlanjut di Tw III-2013. Meskipun terdapat tekanan pada Tw III-2013, namun tekanan tersebut hanya merupakan dampak dari tingginya permintaan masyarakat sehubungan dengan banyaknya hari raya keagamaan dan bukan karena faktor produksi maupun permasalahan impor. Secara tahunan, tekanan inflasi sampai dengan akhir tahun 2013, diproyeksi bersumber dari kelompok administered price sebagai dampak kenaikan harga BBM, tarif listrik serta cukai rokok yang terjadi di sepanjang tahun 2013 serta kembali meningkatkan inflasi kelompok volatile food di akhir tahun. Dengan demikian inflasi Jatim pada tahun 2013 diperkirakan secara tahunan berada di kisaran 7% + 1. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan II I– Tahun 2013
109
BAB VI – PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA
Tabel 6.2 Tendensi Arah Inflasi dan Faktor Risiko Th. 2012
Volatile Food
Administered Price
Core Inflation
Faktor Risiko
Th. 2013
Th. 2013 - Impor hortikultura lancar sehingga anomali kenaikan harga seperti di awal tahun 2013 bisa dihindari - Bulog mampu menjaga stok beras sehingga memastikan kecukupan ketahanan pangan Jawa Timur - Anomali cuaca (musim hujan) berkelanjutan - Rendahnya produksi daging sapi dibandingkan dengan pertumbuhan konsumsinya - Tata niaga komoditas hortikultura yang belum baik menyebabkan tidak terpenuhinya kebutuhan melalui pasokan lokal - Peningkatan harga komoditas pangan impor seiring dengan pelemahan nilai tukar Rupiah Th. 2013 - Kenaikan harga BBM di tengah tahun masih mempengaruhi proses pembentukan harga s.d. akhir tahun - Masih adanya kenaikan tarif dasar listrik dan cuka i rokok yang berkelanjutan - Adanya Hari Natal dan Tahun Baru di akhir 2013 memi cu peningkatan tarif transportasi sehingga meningkatkan inflasi kelompok ini Th. 2013 - Berlanjutnya penurunan harga emas walaupun semakin mengecil karena depresiasi Rupiah - Harga komoditas internasional walaupun berfluktuatif namun masih pada koridor yang tidak signifikan - Membaiknya ekspektasi masyarakat akan kondisi usaha Jawa Timur
Menurun
Meningkat
Stabil
Dibandingkan tahun 2012, kenaikan harga terbesar diprediksi terjadi pada kelompok
administered price. Hal ini berbeda dibandingkan pola inflasi yang umumnya peningkatan terbesar terjadi dari kelompok volatile food. Walaupun sempat meningkat signifikan di awal tahun, mulai terdapat penurunan inflasi kelompok volatile food meskipun belum dapat kembali pada tingkat wajarnya di kisaran 7% - 10% (yoy). Masih terbatasnya proses produksi pangan karena berbagai kendala seperti ketersediaan bibit, pengairan, pencegahan hama serta kerentanan terhadap cuaca menajdi penyebab utama keterbatasan pasokan di musim-musim tertentu sehingga belum dapat mendorong terjadinya penurunan harga yang lebih dalam. Sejalan dengan volatile food namun pada tingkat yang lebih besar, kelompok
administered price diproyeksi masih mengalami peningkatan seiring dengan berlanjutnya Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan II I– Tahun 2013
110
BAB VI – PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA
kenaikan TTL, cukai rokok dan transportasi di akhir tahun. Dibandingkan tahun 2012 dimana kelompok ini mengalami tingkat inflasi di kisaran 2% - 4% (yoy), pada tahun 2013 tingkat inflasi adminitered price diproyeksi belum dapat kembali pada tingkat normalnya sehingga menjadi pendorong utama inflasi. Sementara itu, dari sisi fundamental potensi dorongan inflasi inti diperkirakan berasal dari kelompok tradeable yang berasal dari kelompok perumahan dan pendidikan, meskipun di sisi lain tren pelemahan harga emas dunia (pada tingkat yang semakin kecil) dapat menahan laju inflasi di kelompok ini. Cukup baiknya eskpektasi para pelaku usaha akan kondisi perekonomian Jawa Timur, diimbangi dengan peningkatan kapasitas utilisasi produksi sehingga dapat meminimalkan terjadinya output gap dan mendukung stabilnya inflasi kelompok ini sampai dengan akhir tahun 2013.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan II I– Tahun 2013
111
DAFTAR ISTILAH
DAFTAR ISTILAH Administered price Harga barang yang diatur oleh pemerintah, misalnya harga bahan bakar minyak dan tarif dasar listrik
APBD Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang dibahas dan setujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD dan ditetapkan dengan perauran daerah
BI Rate Suku bunga referensi kebijakan moneter dan ditetapkan dalam Rapat Dewan Gubernur setiap bulannya
BI--RTGS BI Bank Indonesia Real Time Gross Settlement, yang merupakan suatu penyelesaian kewajiban bayar-membayar (settlement) yang dilakukan secara on-line atau seketika untuk setiap instruksi transfer dana
Bobot inflasi Besaran yang menunjukkan pengaruh suatu komodias terhadap tingkat inflasi secara keseluruhan yang diperhitungkan dengan melihat tingkat konsumsi masyarakat terhadap komoditas tersebut
Dana Pihak Ketiga (DPK) Simpanan pihak ketiga bukan bank yang terdiri dari giro, tabungan dan simpanan berjangka
Ekspor dan Impor Dalam konteks PDRB adalah mencakup perdagangan barang dan jasa antar negara dan antar provinsi
Faktor Fundamental Faktor pendorong inflasi yang dapat dipengaruhi oleh kebijakan moneter, yakni interaksi permintaan-penawaran atau output gap, eksernal serta ekspektasi inflasi masyarakat
Fakor Non Fundamental Faktor pendorong inflasi yang berada di luar kewenangan otoritas moneter, yakni produksi maupun distribusi bahan pangan (volatile foods) serta harga barang/jasa yang ditentukan oleh pemerintah (adminisered price)
Financing tto Deposit Ratio (FDR) aau Loan to Deposit Deposit Ratio (LDR) Rasio pembiayaan atau kredit terhadap dana pihak ketiga yang diterima oleh bank, baik dalam rupiah dan valas. Terminologi FDR unuk bank syariah, sedangkan LDR untuk bank konvensional
Imported inflation Salah satu disagregasi inflasi, yaitu inflasi yang berasal dari pengaruh perkembangan harga di luar negeri (eksternal)
Indeks Ekspektasi Konsumen Salah satu pembentuk IKK, indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap ekspektasi kondisi ekonomi 6 bulan mendatang dengan skala 1 – 100
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan II – Tahun 2013
DAFTAR ISTILAH
Indeks Kondisi Ekonomi Salah satu pembentuk IKK, indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saa ini dengan skala 1 – 100
Indeks Keyakinan Konsumen Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini dan ekspektasi kondisi ekonomi enam bulan mendatang dengan skala 1 – 100
Inflasi IHK Kenaikan harga barang dan jasa dalam satu periode yang diukur dengan perubahan indeks harga konsumen (IHK), yang mencerminkan perubahan harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat luas
Inflasi Inti Inflasi IHK setelah mengeluarkan komponen volatile foods dan administered prices
Inflow Uang yang diedarkan aliran masuk uang kartal ke Bank Indonesia
Investasi Kegiatan meningkatkan nilai tambah suatu kegiatan produksi
Kredit Penyediaan uang atau tagihan yang sejenis, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjammeminjam antara Bank dengan pihak lain yang mewajibkan peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertenttu dengan pemberian bunga, termasuk • Pembelian surat berharga nasabah yang dilengkapi dengan note purchase agreement (NPA) • Pengambilan tagihan dalam rangka kegiatan anjak piutang
Liaison Kegiatan pengumpulan data/statistik dan informasi yang bersifat kualitatif dan kuantitatif yang dilakukan secara periodik melalui wawancara langsung kepada pelaku ekonomi mengenai perkembangan dan arah kegiatan ekonomi dengan cara yang sistematis dan didokumentasikan dalam bentuk laporan
Mtm Month to month. Perbandingan antara data satu bulan dengan bulan sebelumnya
Net Inflow Uang yang diedarkan inflow lebih besar dari outflow Non Performing Financing (NPF) atau Non Performing Loan (NPL) Rasio pembiayaan atau kredit macet terhadap otal penyaluran pembiayaan atau kredit oleh bank, baik dalam rupiah dan valas, Terminologi NPF dan pembiayaan untuk bank syariah, sedangkan NPL dan kredit untuk bank konvensional.Kriteria NPF atau NPL adalah (1) kurang lancar, (2) diragukan dan (3) macet
Omset Nilai penjualan bruto yang diperoleh dari satu kali proses produksi
Outflow Outflow Aliran keluar uang kartal dari Bank Indonesia
Pendapatan Asli Daerah (PAD) Pendapatan yang diperoleh dari aktivitas ekonomi suatu daerah seperti hasil pajak daerah, restribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan II – Tahun 2013
DAFTAR ISTILAH
Qtq Quarter to quarter. Perbandingan anara data satu triwulan dengan triwulan sebelumnya
Sektor Ekonomi Dominan Sektor ekonomi yang mempunyai nilai tambah besar sehingga mempunyai pengaruh dominan pada pembenttukan PDRB secara keseluruhan
Volatile Food Salah satu disagregasi inflasi, yaitu untuk komoditas yang perkembangan harganya sanga bergejolak karena faktor-faktor tertentu
Yoy Year on year. Perbandingan antara daa sau tahun dengan tahun sebelumnya
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan II – Tahun 2013
DAFTAR SINGKATAN
DAFTAR SINGKATAN APBD Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
BBM Bahan Bakar Minyak
BOPO Rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional
BPS Badan Pusat Statistik
IHK Indeks Harga Konsumen
IKK Indeks Keyakinan Konsumen
KPR Kredit Pemilikan Rumah
LDR Loan to Deposit Ratio
LTV Loan to Value
NIM Net Interest Margin
NPF Non Performing Financing
NPL Non Performing Loan
PHR Perdagangan, Hotel dan Restoran
PLN Perusahaan Listrik Negara
PMA Penanaman Modal Asing
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan II – Tahun 2013
DAFTAR SINGKATAN
PMDN Penanaman Modal Dalam Negeri
PMTB Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto Q-t- Q Quarter to quarter
RBB Rencana Bisnis Bank
Yoy Year on year
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan II – Tahun 2013