KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA TRIWULAN I 2015
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA
Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/web/id/Publikasi/
Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh dengan menghubungi: KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA SULAWESI TENGGARA Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan Jl. Sultan Hasanudin No. 150 Kendari No. Telp. (0401) 3121655; No. Fax.(0401)3122718
Kata Pengantar
Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) disusun setiap triwulan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara, mencakup aspek pertumbuhan ekonomi, keuangan pemerintah, inflasi, sistem keuangan dan pengembangan akses keuangan, sistem pembayaran dan pengelolaan uang, ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat, serta prospek perekonomian ke depan. Kajian Ekonomi daerah disamping bertujuan untuk memberikan masukan bagi Kantor Pusat Bank Indonesia dalam merumuskan kebijakan modeter, makroprudensial maupun sistem pembayaran, juga diharapkan dapat menjadi salah satu referensi bagi para stakeholders di daerah dalam membuat keputusan. Keberadaan Kantor Perwakilan Bank Indonesia di daerah diharapkan dapat semakin berperan sebagai strategic partner bagi stakeholder di wilayah kerjanya. Kondisi perekonomian Sulawesi Tenggara pada awal tahun 2015 mulai menunjukan peningkatan didorong oleh perbaikan kinerja sektor pertambangan dan stabilnya kinerja sektor industri pengolahan. Sementara dari sisi permintaan, peningkatan kinerja ekonomi Sultra di triwulan I 2015 didorong oleh perbaikan ekspor luar negeri dan stabilnya kinerja investasi. Selama triwulan I 2015, perekonomian Sulawesi Tenggara tumbuh sebesar 5,8% (yoy), terakselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya tumbuh 5,3% (yoy), angka tersebut juga tercatat berada di atas pertumbuhan nasional sebesar 4,71% (yoy). Inflasi Sulawesi Tenggara pada triwulan I 2015 mengalami penurunan, dari 8,79% (yoy) di triwulan sebelumnya menjadi 7,80% (yoy). Penurunan laju inflasi Sulawesi Tenggara sejalan dengan menurunnya laju inflasi yang terjadi baik di Kota Kendari maupun di Kota Baubau. Penurunan tekanan inflasi tersebut terutama bersumber dari komponen administered prices dan volatile food. Dalam penyusunan laporan ini, Bank Indonesia memanfaatkan data serta informasi dari berbagai institusi baik secara langsung melalui survei dan liason maupun data yang sudah tersedia. Sehubungan dengan hal tersebut, pada kesempatan ini, kami menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada semua pihak yang telah berkontribusi baik berupa pemikiran maupun penyediaan data/informasi secara kontinyu, tepat waktu, dan reliable. Saran serta masukan dari para pengguna sangat kami harapkan untuk menghasilkan laporan yang lebih baik ke depan.
Kendari, Mei 2015 KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA
Dian Nugraha
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
i
VISI BANK INDONESIA Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rencah dan nilai tukar yang stabil
MISI BANK INDONESIA 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas. 2. Mendorong sistem keuangan nasional bekerja secara efektif dan efisien serta mampu bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal untuk mendukung alokasi sumber pendanaan/pembiayaan dapat berkontribusi pada pertumbuhan dan stabilitas perekonomian nasional. 3. Mewujudkan sistem pembayaran yang aman, efisien, dan lancar yang berkontribusi terhadap perekonomian, stabilitas moneter, dan stabilitas sistem keuangan dengan memperhatikan aspek perluasan akses dan kepentingan nasional 4. Meningkatkan dan memelihara organisasi dan SDM Bank Indonesia yang menjunjung tinggi nilai-nilai strategis dan berbasis kinerja, serta melaksanakan tata kelola (governance) yang berkualiatas dalam rangka melaksanakan tugas yang diamanatkan Undang-Undang
NILAI-NILAI STRATEGIS Merupakan nilai-nilai yang menjadi dasar Bank Indonesia, manajemen dan pegawai untuk bertindak dan atau berperilaku, yang terdiri atas:
Trust and Integity
ii
Professionalism
Excellence
Public Interest
Coordination and Teamwork
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
Daftar Isi
KATA PENGANTAR .................................................................................................... VISI MISI BANK INDONESIA ....................................................................................... DAFTAR ISI ................................................................................................................ DAFTAR TABEL ........................................................................................................ DAFTAR GRAFIK ...................................................................................................... TABEL INDIKATOR TERPILIH ...................................................................................... RINGKASAN EKSEKUTIF
.................
i ii iii v vi viii 1
BAB 1. PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH ............................. .............................. 1.1. Kondisi Umum .................................................................................. 1.2. Perkembangan Sisi Pengeluaran ......................................................... 1.2.1 Konsumsi Rumah Tangga ......................................................... 1.2.2 Konsumsi Pemerintah ............................................................... 1.2.3 Investasi ................................................................................... 1.2.4 Ekspor dan Impor ..................................................................... 1.3. Perkembangan Sisi Penawaran: Sektor Ekonomi Utama ...................... 1.3.1 Sektor Pertanian ....................................................................... 1.3.2 Sektor Pertambangan ............................................................... 1.3.3 Sektor Industri Pengolahan ....................................................... 1.3.4 Sektor Perdagangan Besar dan Eceran....................................... 1.3.5 Sektor Konstruksi ..................................................................... 1.3.6 Sektor Transportasi dan Pergudangan .......................................
5 6 6 7 9 9 11 13 14 14 16 17 18 19
BAB 2. KEUANGAN PEMERINTAH ... ............................................... 2.1 Struktur Anggaran ............................................................................ 2.2 Perkembangan Realisasi Anggaran APBD ........................................... 2.2.1 Realisasi Anggaran Pendapatan ................................................ 2.2.2 Realisasi Anggaran Belanja .......................................................
23 24 24 24 26
BAB 3. INFLASI DAERAH ...... .......................................................................... 3.1 Kondisi Umum .................................................................................. 3.2 Disagregasi Inflasi .............................................................................. 3.3 Upaya Pengendalian Inflasi ................................................................
29 30 32 34
BAB 4. PERKEMBANGAN SISTEM KEUANGAN DAN SISTEM PEMBAYARAN .......................................................... 4.1 Perkembangan Perbankan ................................................................. 4.1.1 Intermediasi Perbankan............................................................. 4.1.2 Ketahanan Sektor Keuangan dari Sisi Koorporasi ...................... 4.1.3 Ketahanan Sektor Rumah Tangga ............................................ 4.1.4 Kredit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) ................... 4.2 Perkembangan Sistem Pembayaran ....................................................
41 42 42 43 44 44 45
BOKS 1: POTENSI SEKTOR TAMBANG PROVINSI SULAWESI TENGGARA ............................ 21
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
iii
4.2.1 4.2.2
Transaksi Pembayaran Non Tunai ........................................... Transaksi Pembayaran Tunai ...................................................
45 46
BAB 5. KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN.... ............................................ 5.1 Ketenagakerjaan ............................................................................... 5.2 Kesejahteraan ...................................................................................
47 48 50
BAB 6. PROSPEK EKONOMI ...................................................................................... 6.1 Prospek Ekonomi Makro .................................................................... 6.2 Prospek Inflasi .......... ........................................................................
51 52 55
DAFTAR ISTILAH TIM PENYUSUN
iv
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
Daftar Tabel
Tabel 1.1. Tabel 1.2.
Pertumbuhan Ekonomi Sisi Pengeluaran (yoy) ........................................ Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran (yoy) ..........................................
7 13
Tabel 2.1. Tabel 2.2.
Realisasi dan Pencapaian Target Pendapatan Pemerintah Sulawesi Tenggara ............................................................................................. Realisasi dan Pencapaian Target Belanja Pemerintah Sulawesi Tenggara
25 26
Tabel 3.1. Tabel 3.2.
Inflasi Kota Kendari (mtm) Per Kelompok............................................... Inflasi Kota Kendari (qtq) Per Kelompok................................................
31 32
Tabel 6.1. Tabel 6.2. Tabel 6.3.
Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sektoral Triwulan I 2015....................... Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Pengeluaran Triwulan I 2015 .......... Faktor Resiko dan Dampaknya Terhadap Inflasi di Triwulan II 2015.........
53 54 56
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
v
Daftar Grafik
Grafik 1.1. Grafik 1.2. Grafik 1.3. Grafik 1.4. Grafik 1.5. Grafik 1.6. Grafik 1.7. Grafik 1.8. Grafik 1.9. Grafik 1.10. Grafik 1.11. Grafik 1.12. Grafik 1.13. Grafik 1.14. Grafik 1.15. Grafik 1.16. Grafik 1.17. Grafik 1.18. Grafik 1.19. Grafik 1.20. Grafik 1.21. Grafik 1.22. Grafik 1.23. Grafik 1.24. Grafik 1.25. Grafik 1.26. Grafik 1.27. Grafik 1.28. Grafik 1.29. Grafik 1.30.
Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Tenggara ............................................ Pergerakan Indeks Keyakinan Konsumen ............................................. Indeks Penghasilan ............................................................................. Pertumbuhan Konsumsi Listrik ............................................................ Pertumbuhan Konsumsi Air .................................................................. Penerimaan Pajak ............................................................................. Pertumbuhan Kredit Konsumsi ........................................................... Penanaman Modal Asing .................................................................... Penanaman Modal Dalam Negeri ....................................................... Kredit Investasi Sulawesi Tenggara ........................................................ Impor Barang Modal ........................................................................... Perkembangan Pembangunan Smelter Pengolahan Nikel s.d Akhir 2014 Pertumbuhan Nilai Ekspor .................................................................... Pangsa Komoditas Ekspor .................................................................. Ekspor Feronikel ............................................................................... Pertumbuhan Ekspor Perikanan ........................................................... Volume Impor .................................................................................... Arus Bongkar Barang Pelabuhan ........................................................... Perkembangan Produksi Ore Nikel......................................................... Kredit Sektor Pertambangan ................................................................. Perkembangan Produksi Feronikel ......................................................... Perkembangan Kredit Sektor Industri .................................................... Penjualan Kendaraan Bermotor ............................................................. Transaksi Perdagangan Luar Negeri ....................................................... Nominal Exim Sultra.............................................................................. Penjualan Kendaraan Bermotor ............................................................. Kredit Sektor Konstruksi ....................................................................... Penjualan Semen .................................................................................. Arus Penumpang Pesawat Udara........................................................... Arus Penumpang Kapal laut ..................................................................
6 7 7 8 8 8 8 10 10 10 10 11 12 12 12 12 13 13 15 15 16 16 17 17 18 18 19 19 19 19
Grafik 2.1. Grafik 2.2. Grafik 2.3.
Perkembangan dan Porsi Realisasi Pendapatan APBD Sulawesi Tenggara Perkembangan dan Porsi Realisasi Belanja APBD Sulawesi Tenggara ....... Perkembangan Kondisi Keuangan Antara Realisasi dan Target Bulanan APBD Sulawesi Tenggara .................................................................... Perkembangan Penyelesasian Fisik Pengadaan Antara Realisasi dan Target Bulanan APBD Sulawesi Tenggara...............................................
24 24
Pergerakan Inflasi Sulawesi Tenggara ................................................... Perbandingan Inflasi .............................................................................
30 30
Grafik 2.4. Grafik 3.1. Grafik 3.2.
vi
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
27 27
Grafik 3.3. Grafik 3.4. Grafik 3.5. Grafik 3.6. Grafik 3.7. Grafik 3.8. Grafik 3.9. Grafik 3.10.
31 31 33 35 36 37 38
Grafik 3.11.
Inflasi Bulanan Kota Kendari ................................................................ Perbandingan Pola Inflasi Kota Kendari.................................................. Perkembangan Inflasi Sultra Berdasarkan Disagregasi Inflasi ................... Roadmap Pengendalian Inflasi Sulawesi Tenggara.................................. Program Mendukung Tingkatkan Produksi Pangan Strategis .................. Program Mendukung Tingkatkan Kelancaran Pasokan dan Distribusi ...... Program Mendukung Tingkatkan Koordinasi dan Penguatan TPID .......... Program Mendukung Tingkatkan Kelancaran Arus Informasi Kepada Masyarakat .......................................................................................... Peta TPID Kab/Kota di Sulawesi Tenggara (per April 2015) .....................
Grafik 4.1. Grafik 4.2. Grafik 4.3. Grafik 4.4. Grafik 4.5. Grafik 4.6. Grafik 4.7. Grafik 4.8. Grafik 4.9. Grafik 4.10.
Dana Pihak Ketiga di Perbankan Sulawesi Tenggara ............................... Kinerja Kredit, DPK dan LDR.................................................................. Penyaluran Jenis Kredit Perbankan ........................................................ Pertumbuhan Kredit Sektor Utama ........................................................ NPL Kredit Sektor Utama ...................................................................... Pertumbuhan Kredit Rumah Tangga...................................................... NPL Kredit Rumah Tangga .................................................................... Kinerja Kredit dan NPL Kredit UMKM .................................................... Transaksi RTGS Sulawesi Tenggara ........................................................ Perkembangan Inflow-Outflow pembayaran tunai .................................
42 43 43 43 43 44 44 45 46 46
Grafik 5.1. Grafik 5.2. Grafik 5.3. Grafik 5.4. Grafik 5.5. Grafik 5.6. Grafik 5.7. Grafik 5.8.
Pertumbuhan Penduduk Menganggur .................................................. Pertumbuhan Penduduk Bekerja ........................................................... Indeks Realisasi Kegiatan Usaha ............................................................ Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja ..................................................... Pangsa Penyerapan Tenaga Kerja Per Sektor (per Februari 2015) ............ Pertumbuhan Tenaga Kerja Per Sektoral (per Februari 2015) .................. Indeks Penghasilan ............................................................................... Perkembangan NTP Sulawesi Tenggara .................................................
48 48 49 49 49 49 50 50
Grafik 6.1. Grafik 6.2.
Indeks Perkiraan Perkembangan Usaha.................................................. Perkiraan Perkembangan Usaha Sektoral ...............................................
52 52
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
39 39
vii
Tabel Indikator Terpilih A. Inflasi dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Indikator Indeks Harga Konsumen - Kendari - Baubau Laju Inflasi Tahunan (%, yoy) - Kendari PDRB Penawaran - Harga Konstan (Rp miliar) 1. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 2. Pertambangan dan Penggalian 3. Industri Pengolahan 4. Pengadaan Listrik, Gas 5. Pengadaan Air 6. Konstruksi 7. Perdagangan Besar & Eceran, dan Reparasi Mobil & Spd Motor 8. Transportasi dan Pergudangan 9. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 10. Informasi dan Komunikasi 11. Jasa Keuangan 12. Real Estate 13. Jasa Perusahaan 14. Adm Pemerintahan, Pertahanan & Jaminan Sosial Wajib 15. Jasa Pendidikan 16. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 17. Jasa Lainnya PDRB Permintaan - Harga Konstan (Rp miliar) 1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT 3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 4. Pembentukan Modal Tetap Bruto 5. Perubahan Inventori 6. Eksport Luar Negeri 7. Import Luar Negeri 8. Net Eksport Antar Daerah Total PDRB (Rp Miliar) Pertumbuhan PDRB (%, yoy)
2013 I
II
2014 III
IV
I
II
III
IV
2015 I
102.02 -
104.02 -
109.46 -
108.16 -
107.34 109.84
108.71 112.72
110.43 115.31
116.16 121.89
114.65 121.39
3.02
3.76
7.30
5.92
5.21
4.50
0.88
7.39
6.81
3,516 3,371 940 8 32 1,680 1,740 654 84 353 325 269 30 783 641 142 209
3,867 3,809 993 8 32 1,781 1,878 692 90 364 340 273 32 822 664 145 214
4,155 3,849 926 8 33 1,894 1,921 713 91 384 342 277 32 881 712 153 228
3,970 3,837 966 8 34 2,086 1,977 746 94 395 345 283 34 903 808 164 242
4,004 3,371 905 8 35 1,953 1,927 700 92 370 354 290 34 872 737 164 244
4,333 3,499 1,016 8 34 2,027 1,991 717 98 376 368 294 35 906 755 168 252
4,502 3,632 1,054 8 35 2,110 2,075 739 99 390 371 294 35 1,003 804 166 252
4,082 3,646 1,146 9 36 2,290 2,146 793 103 403 388 299 36 1,048 924 181 260
3,981 3,687 1,069 10 36 1,986 2,056 737 98 384 392 302 37 938 843 175 258
7,588 173 2,102 5,858 (151) 3,033 739 (3,085) 14,779 -
7,659 174 2,460 5,988 478 2,408 631 (2,532) 16,003 -
7,929 174 2,528 6,241 (107) 1,961 811 (1,316) 16,599 -
8,139 178 2,883 6,721 196 3,837 1,097 (3,966) 16,893 -
8,070 199 2,149 6,241 (108) 1,483 708 (1,266) 16,061 8.68
8,135 194 2,528 6,453 430 729 752 (843) 16,876 5.45
8,435 192 2,607 6,974 337 893 1,167 (699) 17,571 5.86
8,629 198 3,030 7,435 (188) 961 1,579 (696) 17,790 5.31
8,559 177 2,202 6,483 285 844 1,149 (413) 16,988 5.77
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
viii
B. Perkembangan Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran Indikator Perbankan Total Asset (Rp miliar) - Bank Umum - BPR - Syariah Dana Pihak Ketiga (Rp miliar) - Giro - Tabungan - Deposito Kredit (Rp miliar) - Modal Kerja - Investasi - Konsumsi NPL (Gross) (Rp miliar) NPL (%) LDR (%) Kredit UMKM (Rp miliar) NPL Kredit UMKM (%) Kredit ke Rumah Tangga (Rp miliar) NPL Kredit ke Rumah Tangga (%) Kas (Rp miliar)
- Inflow - Outflow - Net (Inflow - Outflow)
2013 I
II
17.523 16.347 104 1.072 11.111 3.188 5.944 1.979 11.732 3.778 1.339 6.614 208.754 1,78 106 3.765 3,25 6.429 0,84
17.874 16.676 105 1.094 11.384 3.327 6.072 1.985 12.692 3.824 1.835 7.033 236.400 1,86 111 4.131 3,68 6.827 0,93
522 162 360
188 604 (417)
2014 III 19.145 17.785 112 1.248 11.862 3.602 6.249 2.010 13.278 3.966 1.957 7.354 209 2,03 112 4.247 3,59 7.147 0,89 572 1.221 (649)
IV
I
II
17.866 16.765 133 968 11.709 2.298 7.334 2.077 13.781 4.067 2.081 7.632 236 1,82 118 4.360 3,58 7.414 0,74
19.297 17.884 133 1.281 12.218 3.253 6.358 2.607 13.950 4.200 1.923 7.827 270 2,26 114 4.391 4,38 7.586 0,87
397 1.430 (1.032)
632 120 512
20.245 19.100 142 1.003 12.775 3.836 6.305 2.634 14.560 4.145 1.742 8.673 250 2,62 114 4.729 5,16 8.128 1,05 319 675 (356)
III 19.686 18.598 163 925 13.094 3.712 6.445 2.936 14.886 4.236 1.738 8.912 315 2,74 114 4.780 5,41 8.349 1,07 462 1.056 (595)
IV 18.833 17.743 187 903 12.172 2.181 7.142 2.849 15.175 4.247 1.773 9.154 382 2,55 125 4.786 4,94 8.583 1,00 281 1.025 (744)
2015 I 20.871 19.702 200 969 13.250 3.512 6.248 3.491 15.432 4.268 1.797 9.367 409 3,07 116 4.859 5,87 8.787 1,39 939 230 708
Kliring
- Volume (lembar) - Nominal (Rp miliar)
30.167 599
39.590 944
35.330 1.063
44.054 11.652
44.549 902
39.339 842
38.672 847
42.665 979
44.644 1.003
15.328 12.078
22.138 39.800
24.609 30.663
39.800 34.745
21.472 22.108
23.296 25.541
25.676 28.649
23.907 28.768
9.513 25.624
RTGS
- Volume (lembar) - Nominal (Rp miliar)
ix
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
Halaman Ini Sengaja Dikosongkan
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
x
Ringkasan Eksekutif
Gambaran Umum Perekonomian
Pada Triwulan I 2015 ekonomi Sulawesi Tenggara (Sultra) tumbuh sebesar
Sulawesi
5,8% (yoy) mengalami peningkatan dibandingkan triwulan IV 2014
Tenggara pada
(5,3%, yoy). Dengan pertumbuhan tersebut, pertumbuhan Sultra lebih
Triwulan I tumbuh
tinggi daripada pertumbuhan ekonomi nasional yang pada triwulan I
meningkat
mencapai 4,7% (yoy). Sementara itu, tekanan inflasi di Sulawesi Tenggara tercatat menurun sebesar 7,80% (yoy), dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 8,79% (yoy). Penurunan tekanan inflasi tersebut terutama bersumber dari komponen administered prices dan
volatile food. Di sisi lain, kondisi sistem keuangan di Provinsi Sulawesi Tenggara juga mengalami perlambatan sejalan dengan trend konsumsi pemerintah dan masyarakat yang melambat di awal tahun.
Pertumbuhan Ekonomi Daerah Perbaikan kinerja
Kondisi perekonomian Sulawesi Tenggara pada awal tahun 2015 mulai
sektor tambang
menunjukan peningkatan didorong oleh perbaikan kinerja sektor
dan stabilnya
pertambangan dan stabilnya kinerja sektor industri pengolahan.
kinerja investasi
Sementara dari sisi permintaan, peningkatan kinerja ekonomi Sultra di
mendorong
triwulan I 2015 didorong oleh perbaikan ekspor luar negeri dan stabilnya
peningkatan
kinerja investasi. Selama triwulan I 2015, perekonomian Sulawesi
ekonomi pada
Tenggara tumbuh sebesar 5,8% (yoy), terakselerasi dibandingkan
triwulan I 2015
triwulan sebelumnya yang hanya tumbuh 5,3% (yoy), angka tersebut juga tercatat berada di atas pertumbuhan nasional sebesar 4,7% (yoy).
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
1
Keuangan Pemerintah Peningkatan
Realisasi belanja fiskal pemerintah provinsi mengalami peningkatan jika
realisasi belanja
dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya. Realisasi
pemerintah tidak
belanja Provinsi Sulawesi Tenggara mencapai 12,5%, lebih tinggi
diikuti oleh
dibandingkan dengan realisasi pendapatan triwulan I tahun 2014 sebesar
peningkatan
10,3%. Di sisi lain, realisasi pendapatan pemerintah provinsi justru
realisasi
mengalami penurunan yang signifikan yakni hanya mencapai 0,03%,
pendapatan
menurun cukup dalam jika dibandingkan dengan periode yang sama di
pemerintah
tahun 2014 yang mencapai 12,3% Inflasi Daerah
Tekanan inflasi
Secara agregat, inflasi Sulawesi Tenggara pada triwulan I 2015 mengalami
Sultra menurun
penurunan, dari 8,79% (yoy) di triwulan sebelumnya menjadi 7,80%
yang disebabkan
(yoy). Penurunan laju inflasi Sulawesi Tenggara sejalan dengan
oleh penurunan
menurunnya laju inflasi yang terjadi baik di Kota Kendari maupun di Kota
harga BBM
Baubau. Penurunan tekanan inflasi tersebut terutama bersumber dari
bersubsidi
komponen administered prices dan volatile food. Komponen administered
prices menjadi faktor terbesar yang mendorong penurunan pada periode tersebut disebabkan oleh kebijakan menurunkan harga BBM bersubdisi pada Bulan Januari 2015. Sementara itu, penurunan komponen volatile
food dipicu telah masuknya musim panen komoditas cabai merah dan cabai rawit. Intermediasi
Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran
perbankan
Kinerja perbankan di Sulawesi tenggara pada Triwulan I 2015 mengalami
mengalami
peningkatan. Hal ini terlihat dari adanya percepatan pertumbuhan
peningkatan
penghimpunan dana masyarakat dan kredit yang disalurkan. Meskipun
dengan risiko
demikian, risiko kredit mengalami peningkatan meskipun masih berada
yang meningkat dalam level yang aman. Di sisi lain, kondisi sistem keuangan di Provinsi Sulawesi Tenggara juga mengalami perlambatan sejalan dengan trend konsumsi pemerintah dan masyarakat yang melambat di awal tahun.
2
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
Bab 6- Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Kondisi
Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
ketenagakerjaan
Tingkat pengangguran terbuka meningkat dari 2,1% (Februari 2014)
mengalami
menjadi 3,6% (Februari 2015). Meskipun jumlah penduduk yang bekerja
penurunan yang
juga meningkat, namun belum pulihnya kinerja semua sektor ekonomi
diikuti
utama berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja di Sulawesi
menurunnya
Tenggara. Sejalan dengan kondisi ketenagakerjaan, tingkat kesejahteraan
tingkat
mengalami penurunan terutama pada masyarakat pedesaan. Hal tersebut
kesejahteraan.
terlihat dari Nilai Tukar Petani (NTP) yang masih berada di bawah level 100 dan
bahkan
semakin
menurun
dibandingkan
dengan
periode
sebelumnya. Perumbuhan
Prospek Perekonomian
ekonomi Sultra
Pada triwulan II 2015 mendatang, pertumbuhan ekonomi Sulawesi
pada triwulan II
Tenggara diperkirakan mengalami peningkatan disertai dengan adanya
2015 akan
kenaikan tekanan inflasi. Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara pada
mengalami
triwulan II 2015 diprakirakan berada pada kisaran 6,0% - 6,5% (yoy).
peningkatan
Peningkatan tersebut diperkirakan didorong oleh peningkatan kinerja
disertai kenaikan tekanan inflasi
sektor pertambangan dan sektor pertanian. Sementara itu, tekanan inflasi Sulawesi Tenggara pada triwulan II 2015 cenderung meningkat dengan perkirakan berada pada kisaran 7,7% 8,1% (yoy). Kenaikan tersebut terutama disebabkan oleh kenaikan tekanan inflasi dari kelompok volatile food seiring naiknya tingkat permintaan masyarakat atas komoditas bahan pangan memasuki momen bulan suci ramadhan.
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
3
Halaman Ini Sengaja Dikosongkan
4
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
Pertumbuhan Ekonomi Daerah
Bab 1
Kondisi perekonomian Sulawesi Tenggara pada awal tahun 2015 mulai menunjukan peningkatan didorong oleh perbaikan kinerja sektor pertambangan dan stabilnya kinerja sektor industri pengolahan. Sementara dari sisi permintaan, peningkatan kinerja ekonomi Sultra di triwulan I 2015 didorong oleh perbaikan ekspor luar negeri dan stabilnya kinerja investasi. Selama triwulan I 2015, perekonomian Sulawesi Tenggara tumbuh sebesar 5,8% (yoy), terakselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya tumbuh 5,3% (yoy).
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
5
1.1 KONDISI UMUM Perekonomian Sulawesi Tenggara pada triwulan I 2015 tumbuh sebesar 5,8% (yoy), tumbuh terakselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya tumbuh sebesar 5,3% (yoy). Dari sisi penawaran, meningkatnya perekonomian Sulawesi Tenggara di periode laporan secara dominan didorong oleh meningkatnya kinerja sektor tambang pasca kontraksi yang terjadi sejak awal tahun 2014 akibat pemberlakuan UU Minerba. Peningkatan kinerja sektor tambang juga turut memberikan
multiplier efek atas kinerja positif di sektor industri olahan. Dari sisi permintaan, peningkatan kinerja ekonomi didorong oleh perbaikan ekspor luar negeri dan stabilnya kinerja investasi. Hal tersebut sejalan dengan fokus pemerintah daerah atas pengembangan sarana prasarana infrastruktur daerah seperti pembangunan jembatan, pengembangan pelabuhan laut dan udara, serta fokus pemerintah dalam pembangunan kawasan industri khusus. %, yoy 10,6%
11,7% 8,7%
7,5% 6,3% 6,2%
2011
6,0%
2012
5,6%
2013
5,0%
2014
.
Pertumbuhan Ekonomi Sultra
5,5%
5,9%
5,1%
5,0%
I
II
5,3%
5,8%
4,9%
5,0%
4,7%
III
IV
I
2014
2015
Pertumbuhan Ekonomi Nasional
Sumber : BPS Sultra, BPS RI
Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Tenggara
Bila dibandingkan dengan perekonomian secara nasional, perekonomian Sulawesi Tenggara berada di atas level pertumbuhan nasional yang hanya tumbuh 4,7% (yoy). Hal ini menunjukkan bahwa perekonomian Sulawesi Tenggara masih memiliki potensi untuk tumbuh lebih tinggi lagi di periode mendatang. Mulai beroperasinya smelter baru di Sulawesi Tenggara serta based point effect di periode triwulan I tahun 2014 mendorong perbaikan perekonomian Sultra apabila dibandingkan dengan kinerja ekonomi nasional yang masih relatif melambat di triwulan I 2015.
1.2 PERKEMBANGAN SISI PENGELUARAN Dari sisi pengeluaran, peningkatan perekonomian Sulawesi Tenggara di triwulan I 2015 didorong oleh perbaikan pada kinerja ekspor luar negeri dan stabilnya kinerja investasi. Meskipun masih terkontraksi, kinerja ekspor luar negeri yang lebih baik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya mampu mendorong perekonomian secara keseluruhan. Sementara itu, perekonomian
6
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
Sulawesi Tenggara juga ditopang oleh stabilnya pertumbuhan investasi di triwulan I 2015. Adapun komponen konsumsi rumah tangga meskipun melambat masih memberikan kontribusi terbesar pada perekonomian Sulawesi Tenggara. Dari pertumbuhan secara total sebesar 5,8%, kontribusi konsumsi rumah tangga mencapai 2,9%. Tabel 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Sisi Pengeluaran (yoy) 2014 Komponen Pengeluaran 2013 2014 I II III IV
2015 I
Pangsa % SOG % Tw I 2015
1. Konsumsi Rumah Tangga
7,0%
6,6%
6,8%
6,6%
6,8%
6,4%
5,7%
50,4%
2,9%
2. Konsumsi LNPRT
1,8%
11,9%
15,0%
11,8%
10,0%
10,8%
-11,0%
1,0%
-0,1%
3. Konsumsi Pemerintah
5,5%
3,4%
2,2%
2,8%
3,1%
5,1%
2,5%
13,0%
0,3%
4. PMTB
6,2%
9,2%
6,5%
7,8%
11,7%
10,6%
10,0%
38,2%
1,5%
5. Perubahan Inventori
2,4%
-9,9%
-13,2%
-16,1%
-360,4% -1198,0%
-425,4%
1,7%
2,3%
6. Eksport Luar Negeri
-2,5%
-63,8%
-51,1%
-69,7%
-43,1%
5,0%
-4,0%
7. Import Luar Negeri
-54,5%
-75,0%
37,9%
28,3%
-4,2%
19,3%
43,9%
43,9%
62,4%
-6,8%
-2,8%
-13,0%
-67,7%
-58,1%
-61,8%
-38,1%
-90,9%
-68,5%
-2,4%
5,6%
7,5% 6,3% 8,7% 5,5% PMTB = Pembentukan Modal Tetap Bruto; SOG = Source of Growth (kontribusi) Sumber : BPS Sultra, Diolah
5,9%
5,3%
5,8%
100%
5,8%
8. Net Eksport Antar Daerah
PDRB
1.2.1 Konsumsi Rumah Tangga Aktivitas konsumsi rumah tangga di Sulawesi Tenggara pada triwulan I 2015 masih tumbuh cukup tinggi sebesar 5,7% (yoy), namun lebih lambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang dapat mencapai 6,0% (yoy). Perlambatan yang terjadi tersebut terkonfirmasi oleh indeks keyakinan konsumen di Kota Kendari hasil Survei Konsumen-Bank Indonesia yang juga mengalami penurunan dari 130,39 di triwulan IV 2014 menjadi 127,33 di triwulan I 2015. Beberapa faktor yang mempengaruhi melambatnya konsumsi berdasarkan hasil survei tersebut adalah ketersediaan lapangan pekerjaan yang menjadi lebih terbatas dan adanya penundaan pembelian barang tahan lama (durable goods). Adapun indeks penghasilan diindikasikan mengalami peningkatan seiring dengan adanya peningkatan pertumbuhan ekonomi, meskipun demikian hal tersebut tidak mendorong konsumsi secara umum. 170
Indeks
160
160
150
150
140
140 127,33
130
143,33
130 120
120
110
110
108,67
100
100
90
90 80
Indeks
I
II
III
2012
IV
I
II
III
IV
I
2013
Indeks Keyakinan Konsumen
II
III
IV
2014
I 2015
Indeks Kondisi Saat Ini
Indeks Ekspektasi Konsumen
Sumber: Survei Konsumen-BI Provinsi Sultra
Grafik 1.2. Pergerakan Indeks Keyakinan Konsumen
80
I
II
III
IV
2012
Indeks Penghasilan
I
II
III
IV
I
2013
II
III
IV
2014
I 2015
Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja
Sumber: Survei Konsumen-BI Provinsi Sultra
Grafik 1.3. Indeks Penghasilan
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
7
Selain itu, perlambatan konsumsi juga terlihat dari perlambatan konsumsi listrik dan konsumsi air (Grafik 1.4 dan 1.5). Pada triwulan I 2015, konsumsi listrik di Sulawesi Tenggara hanya tumbuh 0,6% (yoy), lebih rendah daripada konsumsi di triwulan sebelumnya yang dapat tumbuh sebesar 1,0% (yoy). Rusaknya salah satu pembangkit listrik dan beberapa jaringan transmisi yang putus karena kondisi cuaca menyebabkan defisit listrik di Sulawesi Tenggara mencapai 25 MW setiap harinya. Kondisi yang sama juga terjadi pada konsumsi air minum PDAM yang masih terkontraksi sebesar 8,0% (yoy). Indikator konsumsi lainnya seperti penerimaan pajak pertambahan nilai (PPN) dan pajak pembelian barang mewah (PPnBM) juga menunjukkan adanya penurunan. Bahkan pada triwulan I 2015 pertumbuhan penerimaan pajak tersebut terkontraksi sebesar 37,1% (Grafik 1.7).
Konsumsi Listrik (MW)
yoy
90.000
85.345
80.000 70.000
Volume (ribu m3) 30%
1.000
25%
900
20%
800
yoy
15% 10% 5%
60.000
710
50.000 40.000 30.000 20.000 10.000
0,56%
I
II
III
IV
I
II
2012
III
IV
I
II
2013
Konsumsi Listrik
III
IV
15%
700
10%
600
5%
500
0%
400
I
2014
-5% -10% -7,99% -15% -20% -25% I
II
2015
III
IV
I
II
2012
gKonsumsi Listrik (sb. Kanan)
III
IV
I
II
2013 Konsumsi Air
Sumber: PLN Area Kendari (diolah)
0%
III
IV
2014
I
2015
gKonsumsi Air (sb. Kanan)
Sumber: PDAM Kendari (diolah)
Grafik 1.4. Pertumbuhan Konsumsi Listrik
Rp miliar
Grafik 1.5. Pertumbuhan Konsumsi Air
yoy
140 120
200%
12
150%
10
100%
8
50%
6
0%
4
Rp triliun
%, yoy
40%
9,63
30%
100
25%
80
20%
60 40 25,7
-
I
II
III
IV
I
2012
II
III
2013 PPN & PPnBM
IV
I
II
III
2014 gPPN,PPnBM (sb.kanan)
Sumber: KPP Kendari (diolah)
Grafik 1.6. Penerimaan Pajak
IV
15% 14,4% 10%
-37,14%
20
8
35%
I 2015
-50%
2
-100%
0
5%
0% I
II
III
IV
I
2012
II
III
2013 Kredit Konsumsi
IV
I
II
III
IV
2014 gKredit Konsumsi (sb. Kanan)
Sumber: LB Bank Umum, Lokasi Proyek (diolah)
Grafik 1.7. Pertumbuhan Kredit Konsumsi
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
I 2015
Seiring dengan aktivitas konsumsi yang melambat, penyaluran kredit konsumsi juga mengalami perlambatan. Melambatnya kredit konsumsi tersebut juga dipengaruhi oleh perlambatan ekonomi nasional. Pada triwulan I 2015, kredit konsumsi hanya tumbuh sebesar 14,4% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang dapat tumbuh sebesar 14,9% (yoy). Perlambatan tersebut terutama terjadi pada kredit pemilikan rumah yang tumbuh sebesar 19,7% (yoy), lebih rendah dari sebelumnya dapat tumbuh sebesar 20,5% (yoy). Kondisi yang sama juga terjadi di kredit kepemilikan kendaraan dan kredit rumah tangga lainnya.
1.2.2 Konsumsi Pemerintah Konsumsi pemerintah pada triwulan I 2015 tumbuh sebesar 2,5% (yoy), mengalami perlambatan dari triwulan sebelumnya yang dapat tumbuh sebesar 5,1% (yoy). Hal tersebut menyebabkan andil komponen konsumsi pemerintah juga masih relatif rendah yakni hanya sebesar 0,3% dari keseluruhan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,8% (yoy). Rendahnya laju pertumbuhan konsumsi pemerintah tersebut sejalan dengan relatif masih rendahnya realisasi APBD pemerintah daerah sesuai dengan pola tahunannya dimana serapan anggaran belanja pemerintah baru mulai optimal memasuki semester II. Perlambatan tersebut sebagai akibat masih rendahnya pembayaran gaji pegawai, realisasi belanja barang/jasa dan belanja bantuan sosial pemerintah terutama yang bersumber dari APBD. Meskipun demikian, sejak triwulan I berbagai kegiatan sudah diupayakan oleh pemerintah daerah dalam mendorong percepatan proses lelang dan pengadaan barang dan jasa, di antaranya dengan pengadaan melalui sistem online. Selain itu, masih rendahnya kontribusi konsumsi pemerintah juga terkait dengan belum terealisasinya pengadaan barang dan jasa yang menggunakan anggaran APBN. Pada triwulan I 2015 masih dilakukan konsolidasi anggaran dan nomenklatur di pemerintahan baru. Peraturan pemerintah mengenai rincian APBN-P tahun 2015 juga baru dikeluarkan pada tanggal 17 Maret 2015 (Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2015 tentang Rincian APBN 2015). Hal tersebut menyebabkan realisasi program dengan menggunakan APBN akan lebih banyak dilakukan pada triwulan mendatang.
1.2.3 Investasi Kondisi kegiatan investasi di Sulawesi Tenggara pada triwulan I 2015 masih tumbuh dalam tingkatan yang tinggi dan cenderung stabil. Investasi tumbuh sebesar 10% (yoy), relatif stabil dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 10,6% (yoy). Masih stabilnya pertumbuhan investasi tersebut turut menopang kondisi perekonomian di triwulan I 2015.
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
9
US$ Juta
Rp miliar 900
70 60
55,7
800 700
50
600
40,5
40
500
30
400 300
20
191,8
200
10
100
-
-
I
II
III
IV
I
II
2012
III
IV
I
II
2013
III
IV
2014
0,0 I
I
II
III
IV
I
II
2012
2015
III
IV
I
II
2013
III
IV
2014
I
2015
Penanaman Modal Dalam Negeri
Penanaman Modal Asing
Sumber: BKPM (diolah)
Sumber: BKPM (diolah)
Grafik 1.8. Penanaman Modal Asing
Grafik 1.9. Penanaman Modal Dalam Negeri
Stabilnya kegiatan investasi terutama disebabkan terealisasinya penanaman modal asing (PMA) di triwulan I 2015 sebesar US$55,7 juta, lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya terealisasi sebesar US$40,5 juta. Meskipun demikian, peningkatan tersebut tertahan oleh tidak adanya realisasi penanaman modal dalam negeri (PMDN) padahal pada triwulan sebelumnya terdapat realisasi sebesar Rp191,8 miliar. 4,5
Rp triliun
%, yoy
180%
3,80
4,0
160% 140%
3,5
120%
3,0
Volume (ribu ton) 12,0 9,86
10,0 8,0
100%
2,5
80%
2,0
6,0
60%
1,5
40%
1,0
-6,3%
0,5
20%
4,0 2,0
0,83
0%
0,0
-20% I
II
III
IV
I
2012
II
III
2013 Kredit Investasi
IV
I
II
III
IV
2014
I 2015
gKredit Investasi (sb. Kanan)
Sumber: LB Bank Umum, lokasi proyek (diolah)
Grafik 1.10 Kredit Investasi Sulawesi Tenggara
I
II
III
IV
I
II
2013
III
IV
2014
I
2015
Impor Barang Modal
Sumber: KP Bea Cukai (diolah)
Grafik 1.11. Impor Barang Modal
Masih stabilnya aktivitas investasi juga berpengaruh pada realisasi kredit investasi yang masih berada pada kisaran Rp3,80 miliar dan masih terkontraksi sebesar 6,3% (yoy), relatif sama dengan kondisi di triwulan sebelumnya. Hal ini juga dipengaruhi oleh lebih besarnya PMA dibandingkan dengan PMDN di triwulan I 2015, dimana PMA lebih banyak menggunakan kredit sindikasi dari perbankan/lembaga keuangan luar negeri.
10
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
Di sisi lain, aktivitas impor barang modal menunjukkan peningkatan yang signifikan, dari hanya 0,83 ribu ton pada triwulan IV 2014 menjadi 9,86 ribu ton pada triwulan laporan. Tingginya volume impor barang modal tersebut didorong oleh beberapa proyek pembangunan smelter pengolahan nikel. Di samping itu, pelaksanaan beberapa proyek instansi seperti pembangunan beberapa power plant PLN dalam rangka mendukung ketersediaan pasokan listrik juga mendorong impor barang modal tersebut. Meskipun tendensi peningkatan investasi tercatat cukup tinggi, namun masih terdapat kendalakendala pengembangan investasi agar dapat menopang pertumbuhan ekonomi berkelanjutan, antara lain; (1) kualitas sumber daya manusia yang masih cukup rendah menyebabkan pengembangan investasi berbiaya tinggi karena harus mendatangkan tenaga kerja dari luar wilayah Sulawesi Tenggara, (2) infrastruktur jalan yang masih banyak rusak sehingga meningkatkan biaya transportasi, (3) masih terdapat masalah pembebasan lahan serta kurangnya infrastruktur pendukung seperti telekomunikasi, listrik dan pelabuhan.
Realisasi: Rp2,72 T
100%
Smelter Feni BUMN
Smelter NPI Swasta Asing
40% A: Rp34 M
Smelter NPI Swasta Asing
30%
Smelter NPI Swasta Asing
60%
A: $139,9 rb
Smelter Feni Swasta Asing
30%
A: Rp1,96 T
Smelter NPI Swasta Asing
40% A: $13 juta
Smelter NPI Swasta Asing
100%
Realisasi: Rp160 M
30%
Smelter Feni Swasta Asing
A: $172,5 juta 30%
Smelter Feni Swasta Asing
A: $100 juta
Smelter NPI Swasta Asing
40% A: $5 juta
Smelter NPI Swasta Asing
30% A: Rp168 M
Smelter NPI Swasta Asing
60%
Sumber: Dinas ESDM Provinsi Sultra
Grafik 1.12. Perkembangan Pembangunan Smelter Pengolahan Nikel s.d Akhir 2014
1.2.4
Ekspor Dan Impor
Komponen ekspor luar negeri Sulawesi Tenggara pada triwulan I 2015 tercatat masih terkontraksi sebesar 43,1% (yoy). Meskipun demikian, kondisi tersebut menujukkan adanya perbaikan karena kontraksi ekspor tersebut tidak sedalam triwulan sebelumnya yang mencapai 75,0% (yoy). Terkontraksinya ekspor Sulawesi Tenggara pada periode laporan masih disebabkan dampak atas pemberlakuan UU Minerba No. 4 Tahun 2009 terkait pelarangan aktivitas ekspor hasil tambang berupa mineral mentah. Komoditas ekspor Sulawesi Tenggara yang didominasi oleh komoditas bahan tambang mentah yang mayoritas adalah ore nikel terkena dampak secara langsung atas diberlakukannya UU Minerba tersebut. Aktivitas ekspor tambang Sulawesi Tenggara berhenti secara total memasuki bulan Februari tahun 2014 terutama berasal dari perusahaan yang tidak memiliki
smelter.
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
11
Millions
Juta US$
yoy
400 350
Lainnya 112,6 0%
40% 20%
300
0%
250
Ikan hidup 202,7 0%
Tuna 413,2 1%
-20%
200
-47,74% -40%
150
-60%
100
66,1
Feronikel 63793,1 96%
Rajungan 340,4 1%
-80%
50 -
Gurita 1237,9 2%
-100%
I
II
III
IV
I
II
2012
III
IV
I
II
2013 Ekspor Sultra
III
IV
I
2014
2015
gEkspor Sultra (sb.kanan)
Dalam ribu USD
Sumber: KP Bea Cukai (diolah)
Sumber: KP Bea Cukai (diolah)
Grafik 1.13 Pertumbuhan Nilai Ekspor
Grafik 1.14. Pangsa Komoditas Ekspor
Perbaikan kinerja ekspor tersebut terlihat dari ekspor Sulawesi Tenggara di triwulan I 2015 yang mencapai US$ 66,1 juta. Meskipun masih terkontraksi sebesar 47,7% (yoy), namun lebih baik daripada triwulan sebelumnya yang terkontraksi sebesar 75,1% (yoy). Perbaikan tersebut terutama didorong oleh peningkatan ekspor hasil perikanan, seperti rajungan, gurita, ikan tuna dan ikan hidup lainnya. Sementara itu, ekspor feronikel masih menunjukkan penurunan yang semakin dalam di triwulan I 2015. Juta US$
yoy
120
450% 400%
100
72,6% 47,2%
Gurita
350% 300%
80
250% 63,8
60
35,9% 30,3%
Rajungan
200% 150%
100%
40
Tuna
50%
-13,1% -75,7%
0%
20 -19,98% -
-50%
Ikan Hidup
-100% I
II
III
IV
I
2012
II
III
2013
Ekspor Ferronikel
IV
I
II
III
2014
IV
Grafik 1.15 Ekspor Feronikel
%,yoy
I
-150,0% -100,0% -50,0%
2015
Tw I-15
gEkspor Feronikel (sb.kanan)
Sumber: KP Bea Cukai (diolah)
-47,3% -94,9% 0,0%
50,0%
100,0%
Tw IV-14
Sumber: KP Bea Cukai (diolah)
Grafik 1.16. Pertumbuhan ekspor perikanan
Sejalan dengan arah ekspor, aktivitas impor luar negeri Sulawesi Tenggara pada periode laporan juga menunjukkan peningkatan yang cukup tinggi yaitu sebesar 62,4% (yoy) setelah di triwulan sebelumnya tercatat tumbuh terakselerasi sebesar 43,9% (yoy). Dari data Bea Cukai, impor luar negeri di triwulan I 2015 mencapai US$ 17,14 juta, tumbuh sebesar 298,1% (yoy) lebih tinggi dibandingkan dengan periode sebelumnya yang mencapai 124,6% (yoy).
12
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
Juta US$
yoy
70
Volume (T/M3) 300%
298,09% 250%
60 50
200%
40 150%
yoy
450.000
50%
350.000
316.901,040% 30%
300.000
20%
250.000
10%
200.000
30 17,14
20
100% 50%
10
0%
150.000
-10%
100.000
-20%
50.000
-
0%
I
II
III
IV
Impor Sultra
-23,31%
-
I
2014
-30% -40%
I
II
2015
III
IV
I
II
2012
gImpor Sultra (sb.kanan)
III
IV
I
2013
Arus Bongkar Pelabuhan
Sumber: KP Bea Cukai (diolah)
60%
400.000
II
III
2014
IV
I 2015
gArus Bongkar (sb. Kanan)
Sumber: PT. Pelindo IV (diolah)
Grafik 1.17 Volume Impor
Grafik 1.18. Arus Bongkar Barang Pelabuhan
1.3 PERKEMBANGAN SISI PENAWARAN: SEKTOR EKONOMI UTAMA Sektoral
Tabel 1.2 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran (yoy) 2014 2013 2014 I II III IV
2015 I
Pangsa % SOG % Tw IV 2014
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
6,0%
9,1%
13,9%
12,0%
8,3%
2,8%
-0,6%
23,4%
-0,1%
Pertambangan dan Penggalian
7,5%
-4,8%
0,0%
-8,1%
-5,6%
-5,0%
9,4%
21,7%
2,0%
Industri Pengolahan
4,2%
7,7%
-3,8%
2,3%
13,9%
18,7%
18,2%
6,3%
1,0%
13,6%
10,6%
7,1%
7,3%
9,1%
18,6%
17,0%
0,1%
0,0%
Pengadaan Air
9,3%
7,0%
9,5%
4,9%
7,3%
6,2%
3,0%
0,2%
0,0%
Konstruksi
8,7%
12,6%
16,2%
13,8%
11,4%
9,8%
1,7%
11,7%
0,2%
Perdagangan Besar dan Eceran
9,1%
8,3%
10,8%
6,0%
8,0%
8,5%
6,7%
12,1%
0,8%
Transportasi dan Pergudangan
6,4%
5,1%
7,0%
3,6%
3,7%
6,3%
5,3%
4,3%
0,2%
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum
8,3%
9,4%
9,7%
9,5%
8,8%
9,6%
5,8%
0,6%
0,0%
Informasi dan Komunikasi
13,8%
2,9%
4,8%
3,3%
1,7%
2,0%
3,6%
2,3%
0,1%
Jasa Keuangan
14,2%
9,4%
8,8%
8,2%
8,4%
12,2%
10,8%
2,3%
0,2%
5,6%
6,6%
7,7%
7,5%
5,9%
5,5%
4,0%
1,8%
0,1%
13,0%
9,7%
13,0%
9,9%
9,3%
7,1%
7,7%
0,2%
0,0%
4,3%
13,0%
11,3%
10,2%
13,9%
16,1%
7,6%
5,5%
0,4%
11,5%
14,0%
14,9%
13,7%
13,0%
14,4%
14,4%
5,0%
0,7%
11,1%
12,1%
15,2%
15,6%
8,2%
10,0%
6,8%
1,0%
0,1%
Jasa Lainnya
8,5%
12,9%
16,7%
18,0%
10,5%
7,4%
5,5%
1,5%
0,1%
PDRB
7,5%
6,3%
8,7%
5,5%
5,9%
5,3%
5,8%
100,0%
5,8%
Pengadaan Listrik, Gas
Real Estate Jasa Perusahaan Administrasi Pemerintahan Jasa Pendidikan Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
PMTB = Pembentukan Modal Tetap Bruto; SOG = Source of Growth (kontribusi) Sumber : BPS Sultra, Diolah
Dari sisi penawaran, meningkatnya pertumbuhan ekonomi Sultra secara dominan didorong oleh kinerja positif di sektor pertambangan yang pada periode laporan tercatat tumbuh sebesar 9,4% (yoy) setelah selama tahun 2014 tercatat tumbuh negatif akibat dari diberlakukannya UU Minerba. Selain itu, stabilnya kinerja sektor industri pengolahan turut menopang peningkatan perekonomian di triwulan I 2015. Hal tersebut seiring dengan mulai optimalnya proses produksi nikel olahan di salah satu produsen penghasil Nickel Pig Iron yang baru berdiri di Sultra, setelah di periode
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
13
tahun 2014 masih berada dalam fase produksi uji coba. Sementara itu, sektor dominan lainnya seperti sektor pertanian mengalami kontraksi dan sektor perdagangan besar dan sektor konstruksi mengalami perlambatan kinerja. Hal tersebut menahan laju peningkatan di triwulan I 2015.
1.3.1 Sektor Pertanian Pada periode laporan, perkembangan sektor pertanian tercatat mengalami kontraksi sebesar 0,6% (yoy) setelah di periode sebelumnya tumbuh sebesar 2,8% (yoy). Berdasarkan hasil liaison dengan beberapa instansi serta beberapa pelaku usaha di lapangan, penurunan kinerja sektor pertanian yang terjadi di triwulan I 2015 terutama disebabkan oleh bergesernya musim panen raya di hampir seluruh sentra produksi padi di Sulawesi Tenggara. Pola panen raya yang biasanya terjadi di rentang periode triwulan I (bulan Maret), pada tahun ini bergeser menjadi bulan April-Mei. Pergeseran musim panen itu sendiri disebabkan oleh relatif tingginya tingkat curah hujan selama awal periode triwulan I (bulan Februari) sehingga menganggu pola masa tanam komoditas padi. Sejalan dengan hal tersebut, tingginya curah hujan di awal periode triwulan I selain menganggu kinerja sub-sektor tabama juga turut menganggu kinerja sub-sektor perikanan. Berdasarkan hasil liaison kepada instansi terkait, diketahui bahwa terjadi penurunan produksi ikan segar. Tingginya tingkat curah hujan menyebabkan nelayan mengalami kesulitan untuk pergi melaut sehingga menganggu kinerja dan mengurangi hasil tangkapan ikan segar. Di sisi lain, rendahnya kinerja sektor pertanian juga tidak lepas dari rendahnya kinerja tanaman perkebunan yang secara dominan diwakili oleh tanaman kakao. Sebagaimana pola musimannya, periode triwulan I merupakan fase perawatan bagi pohon kakao, sehingga hasil produksi dari komoditas tersebut relatif sangat rendah. Masa panen kakao sendiri baru akan terjadi memasuki akhir periode triwulan II dengan asumsi tidak terjadi pergeseran musim panen yang biasanya dipengaruhi oleh kondisi cuaca.
1.3.2 Sektor Pertambangan Setelah pada tahun 2014 tercatat tumbuh terkontraksi dan memberikan andil negatif, sektor pertambangan tumbuh terakselerasi cukup tinggi di awal tahun 2015, yakni sebesar 9,4% (yoy). Peningkatan tersebut sangat signifikan karena di triwulan sebelumnya kinerja sektor ini terkontraksi sebesar 5,0% (yoy). Tingginya tingkat pertumbuhan sektor tambang di periode laporan, selain disebabkan oleh based point effect pasca pemberlakuan UU Minerba di awal tahun 2014, juga disebabkan oleh tingginya kebutuhan akan pasokan bahan tambang berupa ore nickel yang dibutuhkan dalam proses pembuatan nikel olahan. Kondisi tersebut sejalan dengan pesatnya perkembangan di sektor industri olahan seiring dengan pembangunan smelter baru di beberapa wilayah di Sulawesi Tenggara. Berdasarkan hasil pemantauan terakhir di lapangan, diketahui bahwa
14
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
saat ini sudah terdapat 2 (dua) smelter yang telah beroperasi secara penuh. Pengoperasian tungku
smelter secara maksimal akan memberikan efek langsung atas naiknya tingkat kebutuhan ore nickel yang digunakan untuk proses pemurnian menjadi komoditi Nickel Pig Iron (NPI) maupun Ferro Nickel (Feni) sehingga turut mendorong kinerja sektor tambang. Mulai membaiknya kinerja sektor tambang tercermin dari mulai meningkatnya produksi ore nickel di salah satu perusahaan pertambangan yang dapat tumbuh sebesar 1027,4% (yoy) di triwulan I 2015. Perusahaan tersebut berhasil memproduksi ore nickel sebesar 112,7 ribu WMT. Meskipun demikian, hasil produksi tersebut masih jauh dari rata-rata produksi triwulanan pada tahun 2012-2013 yang lalu, dimana rata-rata produksi ore nickel dapat mencapai 710 ribu WMT/triwulan. Perusahan yang memiliki smelter pengolahan nikel berupa Feni juga mencatat peningkatan produksi Feni. Pada triwulan I 2015, produksi Feni mencapai 4.501 WMT, tumbuh sebesar 35,6% (yoy) lebih tinggi dibandingkan kinerja triwulan sebelumnya yang hanya tumbuh 29,8% (yoy). Volume (WMT)
yoy
1.400.000 1027,38%
1.200.000
Rp miliar
1000%
1.000.000
800%
1.480
400%
1.440
200%
1.420
I
II
III
IV
I
2012 Produksi Ore Nickle
II
III
2013
IV
I
II
III
2014
IV
I 2015
gProduksi Ore Nickle (sb.kanan)
Sumber: Salah Satu Produsen Nikel Utama Sultra
Grafik 1.19.Produksi Ore Nikel
60,0%
1.460 40,0%
5,9%
1.400
20,0% 0,0%
1.380
-200% 1.360
-
100,0% 80,0%
1.500
600.000
200.000
1.521
1.520
600%
112.738,0 0%
120,0%
1.540
800.000
400.000
%, yoy
1200% 1.560
-20,0% III
IV
I
2013 Kredit Sektor Pertambangan
II
III
IV
2014
I 2015
gKredit Pertambangan (sb.kanan)
Sumber: LB Bank Umum, Lokasi Proyek (diolah)
Grafik 1.20. Kredit Sektor Pertambangan
Sejalan dengan telah berlakunya UU Minerba terkait pelarangan ekspor mineral mentah, maka fokus pemerintah saat ini beralih kepada realisasi pembangunan dan pengembangan industri pengolahan di wilayah Sulawesi Tenggara. Diharapkan dengan berdirinya pabrik pengolahan dan pemurnian mineral (smelter) tersebut akan memberikan nilai tambah yang jauh lebih tinggi terhadap hasil pertambangan di Sulawesi Tenggara, selain itu juga dapat menjaga kesinambungan pertumbuhan ekonomi di sektor tambang sekaligus turut mendorong berkembangnya sektor industri pengolahan. Upaya pemerintah saat ini terlihat dari telah berdirinya 2 (dua) pabrik pengolahan dan pemurnian mineral di Kabupaten Konawe dan Kolaka. Berdasarkan hasil liaison yang dilakukan beberapa waktu lalu terhadap responden pelaku usaha tambang, diketahui bahwa terdapat rencana pengembangan dan pembangunan 34 pabrik pengolahan dan pemurnian mineral lainnya, dimana 12 di antaranya sudah mulai masuk di tahap konstruksi. Diharapkan pembangunan smelter tersebut sudah dapat selesai pada tahun 2016 dan beroperasi secara optimal di tahun 2017.
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
15
Peningkatan kinerja sektor pertambangan juga diikuti dengan meningkatnya kredit ke sektor tersebut. Pada triwulan I 2015, kredit ke sektor pertambangan di Sulawesi Tenggara berdasarkan lokasi proyek mencapai Rp1,52 triliun, tumbuh sebesar 5,9% (yoy) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang terkontraksi sebesar 7,2% (yoy). Dengan demikian, perbankan merealisasikan tambahan kredit ke sektor ini sebesar Rp87 miliar selama 1 triwulan.
1.3.3 Sektor Industri Pengolahan Sejalan dengan kinerja di sektor pertambangan, pada triwulan I 2015 sektor industri pengolahan tercatat tumbuh stabil sebesar 18,2% (yoy), relatif sama dengan kinerja di triwulan sebelumnya sebesar 18,7% (yoy). Tingginya kinerja sektor industri pengolahan di Sulawesi Tenggara tersebut turut menopang akselerasi perekonomian di periode laporan. Hal tersebut didorong peningkatan kapasitas produksi feronikel di salah satu perusahaan industri pengolahan terbesar di Sulawesi Tenggara. Pada triwulan I 2015, produksi feronikel di perusahaan tersebut tumbuh sebesar 35,6% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya tumbuh sebesar 29,8% (yoy). Selain itu, tingginya kinerja sektor industri olahan juga turut didorong oleh mulai berproduksinya salah satu perusahaan pengolah nikel yang telah memasuki fase produksi optimal, setelah selama tahun 2014 silam berada di fase uji coba. Volume (WMT)
yoy
6.000
35,55%
5.000
50% 40% 30%
4.501,020%
4.000
10%
3.000
0%
2.000 1.000 -
I
II
III
IV
I
2012 Produksi Ferro Nickle
II
III
2013
IV
I
II
III
IV
2014
I 2015
gProduksi Ferro Nickle (sb.kanan)
Sumber: Salah Satu Produsen Feronikel Utama Sultra
Grafik 1.21 Perkembangan Produksi Feronikel
185
Rp miliar
%, yoy
35,0%
180
30,0%
175
171,6 25,0%
170 165
20,0%
160 15,0%
155
-10%
150
-20%
145
-30%
140
-40%
135
10,0% 8,3%
5,0% 0,0%
III
IV
I
2013
II
III 2014
Kredit Sektor Industri
IV
I 2015
gKredit Industri (sb. Kanan)
Sumber: LB Bank Umum Sultra, Lokasi Proyek (diolah)
Grafik 1.22. Perkembangan Kredit Sektor Industri
Stabilnya kinerja sektor pengolahan belum diikuti dengan membaiknya realisasi kredit perbankan di sektor ini. Pada triwulan I 2015, kredit ke sektor industri pengolahan hanya tumbuh sebesar 8,3% (yoy), lebih rendah daripada pertumbuhan di triwulan sebelumnya yang mencapai 13,5% (yoy). Meskipun demikian, kondisi tersebut tidak terlalu mempengaruhi kinerja sektor ini dan tetap menunjang perkembangan ekonomi di Sulawesi Tenggara. Berdasarkan hasil konfirmasi dari beberapa pelaku usaha terkait, diketahui bahwa mayoritas pelaku usaha sektor industri olahan relatif cenderung
16
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
memilih memenuhi kebutuhan modalnya melalui pemenuhan modal sendiri dibandingkan melalui fasilitas kredit perbankan.
1.3.4 Sektor Perdagangan Besar Dan Eceran Sejalan dengan masih terkontraksinya ekspor dan melambatnya konsumsi rumah tangga maupun konsumsi pemerintah, kinerja sektor perdagangan besar dan eceran pada triwulan I 2015 hanya tumbuh sebesar 6,7% (yoy), lebih rendah dari periode sebelumnya yang dapat tumbuh sebesar 8,5% (yoy). Beberapa faktor yang mendorong perlambatan pertumbuhan sektor perdagangan besar dan eceran di periode laporan di antaranya adalah akibat menurunnya aktivitas perdagangan antarpulau. Di samping itu, pelemahan daya beli masyarakat juga turut mendorong penurunan aktivitas dan kinerja di sektor perdagangan besar dan eceran. Kondisi tersebut terkonfirmasi dari penurunan penjualan kendaraan bermotor baik roda dua maupun roda empat. Data Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara menunjukan adanya penurunan penjualan kendaraan roda dua sebesar 13,6% (yoy) dan penurunan sebesar 31,0% (yoy) atas penjualan kendaraan roda empat. %, yoy
Juta USD
80%
160
60%
140 120
40%
100
20%
80
I -20%
17,1
60
0%
II
III
2012
IV
I
II
III
IV
2013
I
II
III
2014
IV
I 2015 -13,55%
-40%
40
66,1
20 I
-31,03%
-60% Kendaraan Roda 2
Kendaraan Roda 4
Sumber: Dispenda Provinsi Sultra (diolah)
Grafik 1.23 Penjualan Kendaraan Bermotor
II
III
IV
2014
Ekspor LN
I 2015
Impor LN
Sumber: KP Bea Cukai (diolah)
Grafik 1.24 Transaksi Perdagangan luar negeri
Melambatnya kinerja sektor perdagangan juga dipengaruhi oleh menurunnya transaksi perdagangan luar negeri. Melemahnya nilai ekspor disebabkan oleh masih tidak stabilnya kondisi ekonomi negara tujuan ekspor seperti Tiongkok. Di sisi lain, pulihnya kondisi ekonomi Amerika dan Eropa yang memberikan efek atas melemahnya nilai tukar rupiah terhadap mata uang dolar Amerika menyebabkan beban biaya perolehan barang impor menjadi lebih mahal. Kondisi tersebut mendorong beberapa importir cenderung menahan pembeliannya sambil menunggu kondisi menjadi lebih stabil.
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
17
Di sisi lain, perlambatan yang terjadi di sektor perdagangan besar dan eceran juga turut terkonfirmasi oleh menurunnya aktivitas bongkar dan muat di pelabuhan Kota Kendari. Data PT Pelindo menunjukan bahwa aktivitas bongkar barang tercatat mengalami penurunan sebesar 23,3% (yoy), sementara aktivitas muat barang juga mengalami penurunan yakni sebesar 3,7% (yoy). Rp miliar
%, yoy
%, yoy
4.100
350%
3.994
4.000
300%
35,0%
3.900
250%
40,0%
30,0%
3.800
200%
3.700
25,0%
150%
3.600
20,0%
3.500
15,0%
100%
3.400
50%
-3,69%
0% -50%
10,0%
3.300
10,7%
3.200
I
II
III
IV
I
2012
II
III
IV
2013
I
II
III
2014
-100%
IV
I 2015 -23,31%
-150%
3.100
0,0% III
IV
I
II
2013 Kredit Sektor Perdagangan
Arus Bongkar
5,0%
III
IV
2014
I 2015
gKredit Perdagangan
Arus Muat
Sumber: PT Pelindo (diolah)
Grafik 1.25 Nominal Exim Sultra
Sumber: LB Bank Umum, Lokasi Proyek (diolah)
Grafik 1.26 Penjualan Kendaraan Bermotor
Selain itu, kondisi perlambatan sektor perdagangan diikuti dengan melambatnya realisasi kredit ke sektor tersebut. Pada triwulan I 2014, kredit sektor perdagangan mencapai Rp3,99 triliun, atau tumbuh sebesar 10,7% (yoy), lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya yang dapat tumbuh sebesar 12,1% (yoy).
1.3.5 Sektor Konstruksi Pada triwulan I 2015, sektor konstruksi tumbuh sebesar 1,7% (yoy) melambat cukup besar bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang dapat tumbuh sebesar 9,8% (yoy). Perlambatan tersebut sejalan dengan melambatnya aktivitas investasi bangunan di Sulawesi Tenggara dan terkofirmasi juga dari perlambatan kredit sektor konstruksi di triwulan I 2015. Adapun investasi yang masih tumbuh tinggi di triwulan tersebut adalah investasi non-bangunan, yaitu berupa kendaraan dan mesin smelter. Perlambatan investasi bangunan terjadi karena realisasi konstruksi fisik bangunan belum terlalu tinggi. Di samping itu, based point effect akibat dari tingginya kinerja sektor konstruksi di periode yang sama tahun lalu juga turut menjadi salah satu penyebab atas rendahnya tingkat pertumbuhan sektor konstruksi di periode laporan. Meski demikian, fokus pemerintah atas lanjutan pengembangan infrastruktur di beberapa kota/kabupaten seperti konstruksi gedung perkantoran dan beberapa realisasi proyek swasta terkait konstruksi beberapa hotel dan komplek perumahan diperkirakan akan turut mendorong
18
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
perkembangan pertumbuhan sektor konstruksi memasuki periode triwulan II 2015. Berdasarkan hasil
liaison dengan beberapa instansi terkait, diperkirakan kondisi tersebut akan berlangsung secara berkesinambungan selama rentang tahun 2015 hingga tahun 2016.
Rp miliar
%, yoy
600 500 428,6
400 300 200 100
160.000
20,0%
140.000
15,0%
120.000
10,0%
100.000
5,0%
80.000
0,0%
60.000
-5,0%
40.000
-10,0%
20.000
-15,0%
-
-8,9% 0 III
IV
I
II
III
2013
IV
I
2014
Kredit Sektor Konstruksi
kg
25,0%
136.246 123.173
I
II
2015
III
IV
I
III
IV
I
II
2013
gKredit Konstruksi (sb.kanan)
Sumber: LB Bank Umum, lokasi proyek (diolah)
II
2012
III
IV
I
2014
2015
Penjualan Semen
Sumber: Asosiasi Semen
Grafik 1.27 Kredit Sektor Konstruksi
Grafik 1.28. Penjualan Semen
1.3.6 Sektor Transportasi Dan Pergudangan Sektor transportasi dan pergudangan Sulawesi Tenggara tercatat tumbuh melambat sebesar 5,3% (yoy) pada triwulan I 2015 setelah di periode sebelumnya tumbuh sebesar 6,3% (yoy). Perlambatan tersebut terkonfirmasi oleh jumlah penumpang bandara yang mengalami penurunan sebanyak 86,1 ribu orang dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Di samping itu, penurunan jumlah penumpang juga terjadi pada mode transportasi laut dimana terdapat penurunan arus jumlah penumpang di pelabuhan sebesar 26,8 ribu penumpang bila dibandingkan dengan posisi di triwulan sebelumnya.
orang
orang
300.000
200.000 180.000
250.009
250.000
152.200
160.000
200.000
163.936
150.000
125.377
140.000 120.000 100.000 80.000
100.000
60.000 40.000
50.000
20.000 -
I
II
III
2012
IV
I
II
III
IV
I
2013
II
III
2014
IV
I 2015
-
I
II
III
2012
Penumpang Pesawat Udara
Sumber: Bandar Udara Haluoleo
Grafik 1.29.Arus Penumpang Pesawat Udara
IV
I
II
III
IV
2013
I
II
III
2014
IV
I 2015
Penumpang Kapal Laut
Sumber: PT Pelindo
Grafik 1.30. Arus Penumpang Kapal laut
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
19
Berdasarkan hasil konfirmasi dari beberapa instansi terkait, penurunan yang terjadi di periode laporan terutama disebabkan oleh adanya kenaikan harga tiket pesawat udara sejalan dengan kebijakan pemerintah. Di samping itu, penurunan yang terjadi juga sejalan dengan pola tahunan yang ada, dimana pada rentang periode triwulan I relatif tidak terdapat momen hari raya, libur panjang ataupun pelaksanaan event skala nasional maupun internasional yang dapat mendorong tingginya arus transportasi masyarakat, baik melalui mode transportasi udara maupun laut.
20
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
BOKS 1 POTENSI SEKTOR TAMBANG PROVINSI SULAWESI TENGGARA Berdasarkan hasil studi dan penelitian terakhir terhadap kondisi sektor pertambangan di Sulawesi Tenggara diketahui bahwa di dalam perut bumi Sulawesi Tenggara terkandung berbagai macam potensi sumber daya alam yang bernilai tinggi. Terdapat 3 (tiga) komoditas tambang utama di Sulawesi Tenggara yakni Ore Nikel, Aspal dan Emas. Ketiga komoditas tersebut tersebar secara merata di seluruh wilayah Kabupaten di Sulawesi Tenggara. Dari gambar diatas diketahui bahwa untuk komoditas ore nikel, potensi cadangan alam terbesar terdapat di Kabupaten Konawe Utara dan Konawe Selatan dengan potensi produksi sebanyak 50 miliar WMT. Untuk keseluruhan Sultra sendiri, memiliki potensi cadangan ore nikel sebanyak 97 miliar WMT dengan nilai ekonomi sebesar Rp23 ribu triliun. Sementara untuk komoditas aspal terkonsentrasi di Pulau Buton, Kabupaten Buton dengan potensi produksi sebanyak 3,8 miliar WMT dan memiliki nilai ekonomis sebesar Rp2,300 triliun. Di sisi lain, kandungan emas yang terdapat di kabupaten Bombana diperkirakan mencapai 1,12jt ton dengan nilai ekonomis yang diperkirakan mencapai hingga Rp400ribu triliun.
Konawe • Luas Potensi 61rb ha • Potensi Produksi 1,7 miliar WMT
Kolaka Utara • Luas Potensi 80rb ha • Potensi Produksi 2,8 miliar WMT
Nikel
Nikel
Potensi Nikel Sultra: 97 Miliar WMT 23 ribu triliun
Nikel
Kolaka • Luas Potensi 57rb ha • Potensi Produksi 12 miliar WMT
Bombana (Emas) • Potensi Produksi 1,12jt ton • Nilai Ekonomis 400rb triliun Bombana (Nikel) • Luas Potensi 24rb ha • Potensi Produksi 28 miliar WMT
Nikel
Konawe Utara & Selatan • Luas Potensi 85rb ha • Potensi Produksi 50 miliar WMT
±Rp425 ribu triliun Emas
Potensi Emas Sultra: 1,2 juta ton 400 ribu triliun
Potensi Aspal Sultra: 4 Miliar WMT 2300 triliun Aspal
Nikel Baubau & Buton • Potensi Produksi 3,8 miliar WMT • Nilai Ekonomis 2300 triliun Tambang Nikel • Luas Potensi 5rb ha • Potensi Produksi 1,7 miliar WMT
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
21
Halaman ini sengaja dikosongkan
22
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
Keuangan Pemerintah
Bab 2
Kondisi perekonomian yang sudah menunjukkan adanya perbaikan belum diikuti oleh peningkatan pendapatan Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara di triwulan I 2015. Realisasi pendapatan asli daerah yang menurun ditambah dengan belum direalisasikannya pendapatan transfer pemerintah pusat menyebabkan serapan realisasi pendapatan pemerintah daerah baru sebesar 0,03% atau senilai Rp71,93 miliar dari total target sebesar Rp2,26 triliun. Sementara itu, pengelolaan belanja Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara menunjukkan adanya peningkatan. Pada triwulan I 2015 serapan realisasi belanja pemerintah daerah mencapai 12,5% atau senilai Rp286,36 miliar dari total target sebesar Rp2,3 triliun. Hal ini terutama terjadi karena adanya peningkatan belanja operasi dan belanja modal.
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
23
2.1 STRUKTUR ANGGARAN Konsolidasi pemerintahan baru dan APBN-P tahun 2015 yang baru disetujui di pertengahan triwulan I 2015 menyebabkan kinerja realisasi pendapatan APBD Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara tidak sebesar tahun-tahun sebelumnya 1. Hal tersebut terlihat dari realisasi pendapatan yang hanya mencapai Rp71,93 miliar di triwulan I 2015 dan seluruhnya disumbangkan oleh pendapatan asli daerah (PAD). Adapun pada triwulan tersebut tidak ada pendapatan transfer yang didapatkan baik berupa dana alokasi umum, dana alokasi khusus maupun dana bagi hasil. Padahal sejak tahun 2011, pendapatan transfer mendominasi pendapatan APBD Pemprov di triwulan I dengan pangsa sebesar 67%-77% (Grafik 2.1). Sementara itu dari sisi belanja, pos belanja operasi masih menjadi pos dominan dari struktur belanja pemerintah daerah di triwulan I dengan pangsa sebesar 81%, relatif sama dengan pangsa di tahun sebelumnya yang mencapai 80%. Meskipun demikian, terdapat peningkatan secara nominal pada pos belanja operasi tersebut sehingga mendorong realisasi belanja yang lebih besar di tahun ini. Selain itu, kondisi yang perlu diapresiasi adalah meningkatnya pangsa belanja modal dari hanya 1% di triwulan I 2014 menjadi 3% di triwulan I 2015. Rp miliar
Triwulan I
600
350
Rp371,5
400
Rp301,6
Rp263,7
71%
71% Rp71,9 27%
29%
2011
2012
Pendapatan Asli Daerah (PAD)
23% 2013
250 200 150
67%
73%
100
20%
300
77%
300
-
Triwulan I Rp411,3
400
500
200
Rp miliar 450
Rp564,9
33% 2014
100%
50
Rp286,4
30%
Rp251,2 19%
65%
80%
2013
2014
74%
16%
81%
91%
2011
2015
2012
Belanja Operasi
Pendapatan Lain-Lain yang Sah
Grafik 2.1. Perkembangan dan Porsi Realisasi Pendapatan APBD Sulawesi Tenggara Triwulan I
9%
100
Pendapatan Transfer
Sumber: BPKAD Provinsi Sulawesi Tenggara (diolah)
Rp172,6
Rp301,7
Belanja Modal
2015
Transfer
Sumber: BPKAD Provinsi Sulawesi Tenggara (diolah)
Grafik 2.2. Perkembangan dan Porsi Realisasi Belanja APBD Sulawesi Tenggara Triwulan I
2.2 PERKEMBANGAN REALISASI ANGGARAN APBD 2.2.1 REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN Realisasi pendapatan Sulawesi Tenggara terhadap anggaran pada triwulan I 2015 jauh lebih rendah jika dibandingkan realisasi pendapatan pemerintah daerah di periode yang sama tahun
1
APBN Perubahan Tahun 2015 disetujui oleh DPR RI dalam Sidang Paripurna pada tanggal 13 Februari 2015 dengan mengeluarkan UU Nomor 3 tahun 2015 tentang Perubahan APBN 2015. Adapun UU tersebut ditindaklanjuti dengan dikeluarkannya Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2015 tentang Rincian APBN 2015 pada tanggal 17 Maret 2015.
24
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
sebelumnya. Pendapatan Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara di triwulan I 2015 baru terealisasi senilai Rp71,93 miliar, atau sebesar 0,03% dari target total pendapatan dalam APBD 2015. Angka serapan tersebut tercatat mengalami penurunan yang sangat signifikan dibandingkan dengan realisasi di triwulan I 2014 yang tercatat sebesar Rp263,72 miliar atau 12,3% dari target dalam APBD. Penurunan realisasi pendapatan daerah tersebut secara dominan disebabkan oleh belum terealisasinya pendapatan transfer dari pemerintah pusat yang pada periode triwulan I tahun 2014 dapat terealisasi sebesar 11,5% atau senilai Rp175,68 miliar. Di sisi lain, realisasi pada pos Pendapatan Asli Daerah (PAD) di periode laporan juga tercatat mengalami penurunan apabila dibandingkan realisasi di triwulan yang sama tahun sebelumnya. Pada periode laporan, realisasi PAD Sultra tercatat sebesar 13,6% dari target dalam APBD 2015, atau senilai Rp71,93 miliar, angka tersebut diketahui lebih rendah dibanding realisasi di triwulan I tahun 2014 yang mencapai 15,4% atau senilai Rp88,04 miliar. Tabel 2.1. Realisasi dan Pencapaian Target Pendapatan Pemerintah Sulawesi Tenggara APBD 2013 URAIAN
PENDAPATAN
APBD 2014
Triwulan I Realisasi Serap (%) (Miliar Rp) 564,94 28,94%
APBD 2015
Triwulan I Triwulan I Realisasi Realisasi Serap (%) Serap (%) (Miliar Rp) (Miliar Rp) 263,72 12,34% 71,93 0,03
PENDAPATAN ASLI DAERAH
128,77
25,62%
88,04
15,44%
71,93
13,63%
Pendapatan Pajak Daerah
96,38
25,66%
57,59
12,32%
64,12
16,02%
5,39
22,26%
4,19
18,17%
0,84
4,59%
23,82
100,00%
23,29
97,04%
-
0,00%
3,18
4,03%
2,97
5,34%
6,97
8,18%
PENDAPATAN TRANSFER
434,51
30,10%
175,68
11,51%
-
0,00%
Transfer Pemerintah Pusat
362,13
31,73%
175,61
14,49%
-
0,00%
0,51
0,75%
-
0,00%
0,00%
18,63
46,85%
-
0,00%
0,00%
Dana Alokasi Umum
327,01
33,33%
175,61
16,67%
0,00%
Dana Alokasi Khusus
15,98
30,00%
-
0,00%
Transfer Pemerintah Pusat Lainnya
72,38
23,95%
0,08
0,02%
-
-
-
-
72,38
23,95%
0,08
0,02%
1,66
28,58%
-
0,00%
0,00%
-
0,00%
-
-
-
-
-
-
1,66
-
-
-
-
Hasil Retribusi Daerah Hasil Pengelolaan yang Dipisahkan Lain-lain PAD
Dana Bagi Hasil Pajak Dana Bagi Hasil Bukan Pajak
Dana Otonomi Khusus Dana Penyesuaian LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH Pendapatan Hibah Pendapatan Dana Darurat Pendapatan Lainnya
0,00% -
0,00% 0,00%
-
-
Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara
Penurunan PAD Sultra tersebut terutama disebabkan oleh belum terealisasinya pendapatan pada pos hasil pengelolaan yang dipisahkan. Meskipun demikian, pos pendapatan pajak daerah di triwulan I 2015 tersebut justru tercatat mengalami peningkatan sebesar 11,3% (yoy) atau senilai Rp6,53 miliar. Kembali meningkatnya aktivitas di sektor pertambangan diperkirakan turut memberikan efek positif atas meningkatnya pendapatan pajak daerah Sulawesi Tenggara.
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
25
2.2.2 REALISASI ANGGARAN BELANJA Berkebalikan dengan kinerja di sisi pendapatan, penyerapan belanja APBD Provinsi Sulawesi Tenggara pada triwulan I 2015 justru tercatat lebih tinggi dibandingkan dengan realisasi anggaran di triwulan I 2014. Realisasi belanja Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara pada periode laporan mencapai 12,5% dari target, lebih tinggi daripada kinerja di periode yang sama tahun sebelumnya yang hanya mampu merealisasikan anggaran sebesar 10,3%. Peningkatan kinerja keuangan pemerintah terutama didorong peningkatan daya serap belanja operasi dan belanja modal. Belanja operasi telah direalisasikan sebesar 16,0% dan secara nominal meningkat sebesar 15,7% (yoy). Sementara belanja modal tercatat telah direalisasikan sebesar 1,8% atau secara nominal meningkat sebesar 214,4%. Disamping itu, pos dana transfer bagi hasil ke kabupaten/kota juga telah terealisasi dengan cukup baik atau sebesar 19,7% dari target APBD. Tabel 2.2 Realisasi dan Pencapaian Target Belanja Pemerintah Sulawesi Tenggara APBD 2013 URAIAN
BELANJA
APBD 2014
Triwulan I Realisasi Serap (%) (Miliar Rp) 301,73 13,86%
APBD 2015
Triwulan I Triwulan I Realisasi Realisasi Serap (%) Serap (%) (Miliar Rp) (Miliar Rp) 251,22 10,25% 286,36 12,45%
BELANJA OPERASI
197,59
14,90%
199,91
13,75%
231,36
16,01%
Belanja Pegawai
96,83
16,67%
84,02
14,59%
101,60
17,12%
Belanja Barang
14,67
4,93%
21,19
5,22%
20,85
6,65%
Belanja Bunga
8,11
27,69%
8,67
33,92%
7,64
31,63%
Belanja Subsidi Belanja Hibah Belanja Bantuan Sosial Belanja Bantuan Keuangan BELANJA MODAL Belanja Tanah Belanja Peralatan dan Mesin
-
0,00%
-
0,00%
-
0,00%
74,42
24,22%
80,03
24,49%
101,27
24,52%
-
0,00%
-
0,00%
-
0,00%
3,56
3,19%
6,00
5,04%
-
0,00%
12,15
2,01%
3,37
0,46%
10,61
1,79%
-
0,00%
-
0,00%
-
0,00%
0,46
0,96%
0,13
0,26%
0,80
1,55%
0,12
0,22%
0,03
0,02%
0,04
0,02%
11,56
2,46%
3,21
0,74%
9,76
2,94%
0,00
0,02%
0,00
0,00%
0,00
0,05%
BELANJA TIDAK TERDUGA
-
0,00%
-
0,00%
-
0,00%
Belanja Tak Terduga
-
0,00%
-
0,00%
-
0,00%
91,99
38,95%
47,93
19,20%
44,39
19,74%
-
0,00%
47,93
19,20%
44,39
19,74%
91,99
38,95%
-
0,00%
-
0,00%
Belanja Bangunan dan Gedung Belanja Jalan, irigasi dan Jaringan Belanja Aset Tetap Lainnya
TRANSFER Transfer Bagi hasil ke Kab/Kota Bagi Hasil Pajak
Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara
Meskipun realisasi pos belanja modal penyerapannya baru sebesar 1,8% dari target APBD, namun secara nominal mengalami peningkatan dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh telah terealisasinya beberapa proyek pada pos belanja jalan, irigasi, serta pada pos belanja peralatan dan mesin. Kondisi tersebut sejalan dengan realisasi belanja pemerintah pada perbaikan ruas jalan nasional, maupun jalan provinsi di beberapa wilayah di Sulawesi Tenggara.
26
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
Sementara itu data Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Daerah (LKPP) menunjukkan kinerja keuangan per bulan untuk Provinsi Sulawesi Tenggara selama triwulan I 2015 relatif masih rendah dibandingkan dengan target yang ditetapkan. Sampai dengan akhir triwulan I 2015, kondisi keuangan Pemprov Sultra baru mencapai 13,7% di bawah target 32,3%. Sementara itu kondisi penyelesaian fisik baru mencapai 3,4%, di bawah target 27,5%. Kondisi tersebut diperkirakan disebabkan oleh masih berlangsungnya proses lelang sehingga tingkat realisasi di lapangan relatif masih rendah. 40%
40% 35%
32,34%
Target
30%
22,97%
25%
20%
20%
13,66%
10%
0%
2,65% 1
10,58%
3,41% 8,79%
7,37%
2,59%
2 2014
16,18%
15%
10,75%
5%
27,49%
Realisasi
25%
19,48%
3,20%
Target
30%
Realisasi
15%
35%
3
1 .
10,90%
10%
6,56%
5%
1,33% 0,86% 0,00%
3,78%
2,67%
0,00%
1,35%
3,43%
0%
2
1
3
2014
2015
Sumber: Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa
Grafik 2.3. Perkembangan Kondisi Keuangan Antara Realisasi dan Target Bulanan APBD Sulawesi Tenggara
2
3
1 .
2
3
2015
Sumber: : Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa
Grafik 2.4. Perkembangan Penyelesasian Fisik Pengadaan Antara Realisasi dan Target Bulanan APBD Sulawesi Tenggara
Meskipun demikian, bila dibandingkan dengan pencapaian tahun sebelumnya, tingkat realisasi baik kondisi keuangan maupun pada proses penyelesaian fisik di periode laporan tercatat relatif lebih baik apabila dibandingkan kinerja di periode yang sama tahun sebelumnya. Tingkat realisasi keuangan sampai dengan triwulan I 2015 sebesar 13,7%, mengalami peningkatan kinerja dibandingkan periode triwulan I 2014 sebesar 10,6%. Sejalan dengan hal tersebut, realisasi penyelesaian fisik sampai dengan posisi triwulan tercatat sebesar 3,44%, mengalami peningkatan kinerja dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 2,7%.
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
27
Halaman Ini Sengaja Dikosongkan
28
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
Inflasi Daerah
Bab 3
Secara agregat, inflasi Sulawesi Tenggara pada triwulan I 2015 mengalami penurunan, dari 8,79% (yoy) di triwulan sebelumnya menjadi 7,80% (yoy). Penurunan laju inflasi Sulawesi Tenggara sejalan dengan menurunnya laju inflasi yang terjadi baik di Kota Kendari maupun di Kota Baubau. Penurunan tekanan inflasi tersebut terutama bersumber dari komponen administered prices dan volatile food. Komponen administered prices menjadi faktor terbesar yang menyebabkan penurunan pada periode tersebut disebabkan oleh kebijakan menurunkan harga BBM bersubdisi pada Bulan Januari 2015. Sementara itu, penurunan komponen volatile food dipicu telah masuknya musim panen komoditas cabai merah dan cabai rawit. Lebih lanjut, salah satu upaya TPID (Tim Pengendalian Inflasi Daerah) untuk melakukan pengendalian inflasi di daerah adalah dengan membuat Roadmap Pengendalian Inflasi.
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
29
3.1 KONDISI UMUM Berdasarkan rilis inflasi yang dikeluarkan oleh BPS mengenai tingkat inflasi Kota Kendari dan Kota Baubau, menunjukkan bahwa tingkat inflasi secara agregat provinsi Sulawesi Tenggara mencapai 7,80% (yoy) pada triwulan I 20151. Angka inflasi tersebut lebih rendah dibandingkan dengan laju laju inflasi di periode triwulan sebelumnya yang mencapai 8,79% (yoy). Penurunan laju inflasi Sulawesi Tenggara sejalan dengan menurunnya tekanan inflasi yang terjadi baik di Kota Kendari maupun di Kota Baubau. Laju inflasi Kota Kendari di triwulan I 2015 mencapai sebesar 6,81% (yoy), menurun cukup signifikan bila dibandingkan dengan laju inflasi di triwulan IV 2014 sebesar 7,39% (yoy). Meskipun demikian, realisasi inflasi di Kota Kendari tersebut lebih tinggi apabila dibandingkan dengan tingkat inflasi nasional (6,38%, yoy) maupun tingkat inflasi Kawasan Timur Indonesia -KTI (6,83%, yoy). Di sisi lain, laju inflasi kota Baubau di triwulan I 2015 mencapai 10,52% (yoy), mengalami penurunan dibandingkan laju inflasi di triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 11,37% (yoy). 12%
%,yoy
Perbandingan Inflasi Tahunan 10,52%
10%
10,52%
7,80%
8%
6,81%
6%
6,38%
7,80% 6,81%
6,83% 6,38%
4% 2%
0% Jan
Feb
Mar
Apr May
Jun
Jul
Aug Sep
Oct
Nov
Dec
2014
Inflasi Nasional
Inflasi Kendari
Sumber: BPS Prov Sultra (diolah)
Jan
Feb
Mar
2015
Inflasi Sultra
IHK Inflasi Kendari
IHK Inflasi Baubau
IHK Inflasi Sultra
IHK Inflasi Nasional
IHK Inflasi KTI
Inflasi Baubau
Grafik 3.1. Pergerakan Inflasi Sulawesi Tenggara
Sumber: BPS Prov Sultra (diolah)
Grafik 3.2. Perbandingan Inflasi Tahunan
Penurunan inflasi di Kota Kendari, terutama disebabkan oleh adanya penurunan pada kelompok transportasi dan komunikasi yang pada triwulan I 2015 mengalami inflasi sebesar 5,13% (yoy) setelah pada periode sebelumnya mencapai 12,50% (yoy). Penurunan ini disebabkan oleh kebijakan pemerintah yang sempat menurunkan harga BBM pada periode laporan. Sedikit berbeda dengan kondisi di Kota Kendari, penurunan tingkat inflasi di Kota Baubau secara dominan didorong oleh kelompok bahan makanan (dari 17,02%-yoy menjadi 14,82%-yoy), kelompok sandang (dari 10,05%-
1
Seluruh angka inflasi Sulawesi Tenggara merupakan perhitungan agregasi oleh KPw BI Sulawesi Tenggara berdasarkan data inflasi Kota Kendari yang dikeluarkan oleh BPS Provinsi Sulawesi Tenggara dan inflasi Kota Baubau yang dikeluarkan oleh BPS Kota Baubau
30
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
yoy menjadi 8,70%-yoy) dan kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau (dari 9,28%yoy menjadi 8,00%-yoy). Tabel 3.1 Inflasi Provinsi Sulawesi Tenggara (mtm) Per Kelompok
Kelompok
Okt 0,35% 0,13% 0,91% -0,42% 0,34% 0,06% -0,02% 0,31%
Bahan Makanan Makanan Jadi Perumahan Sandang Kesehatan Pendidikan & Kesehatan Transportasi & Komunikasi Inflasi (mtm)
2014 Nov 2,55% 0,33% 0,55% -0,67% 0,14% 0,15% 4,52% 1,65%
Des 1,53% 1,04% 3,81% 2,57% 1,54% 1,68% 6,91% 3,29%
Jan 0,19% 0,94% 0,84% -0,42% 0,37% -0,85% -3,96% -0,61%
2015 Feb -0,86% 0,44% -0,11% 0,30% 0,04% 0,49% -2,96% -0,76%
Mar -1,66% 0,39% 0,28% 0,88% 1,20% 0,04% 2,67% 0,30%
Sumber: BPSProv Sultra (diolah)
Secara bulanan, tingkat inflasi Sulawesi Tenggara selama triwulan I 2015 mengalami laju inflasi yang lebih rendah dibandingkan dengan kondisi di periode triwulan IV 2014. Secara agregat, selama periode triwulan I 2015 tersebut Provinsi Sulawesi Tenggara mengalami deflasi sebesar 0,61% (mtm) pada bulan Januari, deflasi sebesar 0,75% (mtm) pada bulan Februari dan inflasi sebesar 0,30% (mtm) pada bulan Maret. Deflasi yang terjadi pada bulan Januari dan Februari tersebut disebabkan oleh adanya koreksi harga pada kelompok bahan makanan. Sedangkan untuk bulan Maret terjadi inflasi yang disebakan oleh tekanan pada kelompok transportasi dan komunikasi. Hal tersebut merupakan dampak kebijakan pemerintah yang menaikan harga komoditas bensin pada tanggal 28 Maret 2015 dari semula Rp6.800,-/liter menjadi Rp7.300,-/liter dan komoditas solar dari yang semula Rp6.400,/litter menjadi Rp6.900,-/liter. Jan
Feb
Mar
0,71%
3,27%
0,31% 0,08%
1,67% -0,01%
-0,10%
0,57% 0,18% -0,97%
Oct
Nov
Dec
TW IV
Jan
Feb
Mar
TW I
Jan '15 (mtm, %) Rata-rata Inflasi Feb '15 (mtm, %) Rata-rata Inflasi Mar '15 (mtm, %) Rata-rata Inflasi Jan 2010-2014 Feb 2010-2014 Mar 2010-2014
-0,96% -0,91% Sumber: BPS Prov Sultra
Grafik 3.3. Inflasi Bulanan Kota Kendari
Sumber: BPS Prov Sultra (diolah)
Grafik 3.4 Perbandingan Pola Inflasi Kota Kendari
Kondisi tersebut sejalan dengan laju inflasi yang terjadi di Kota Kendari selama triwulan I 2015. Setelah deflasi yang terjadi di bulan Januari dan Februari 2015, Kota Kendari mengalami inflasi di bulan Maret. Berdasarkan data yang dirilis oleh BPS Prov. Sultra, Kota Kendari mengalami deflasi sebesar 0,96%
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
31
(mtm) di bulan Januari, deflasi sebesar 0,91% (mtm) di bulan Februari dan mengalami inflasi sebesar 0,57% (mtm) di bulan Maret (Grafik3.3). Sementara itu, kondisi inflasi di kota Baubau memiliki pola yang berbeda dengan kota Kendari, dimana pada bulan Januari mengalami inflasi sebesar 0,32% (mtm) dan pada bulan Februari dan Maret mengalami deflasi sebesar 0,34% (mtm) dan 0,39% (mtm). Secara triwulanan, Sulawesi Tenggara mengalami deflasi sebesar 1,06% (qtq) pada triwulan I 2015, lebih rendah dibandingkan dengan laju inflasi triwulan sebelumnya yang mencapai 5,33% (qtq). Penurunan tersebut didorong oleh deflasi pada kelompok bahan makanan dan kelompok transportasi yang masing-masing tercatat mengalami deflasi sebesar 2,32% dan 4,31%. Penurunan pada kelompok bahan makanan terutama dipengaruhi oleh sudah masuknya musim panen aneka cabai pada triwulan I 2015, sedangkan pada kelompok transportasi dan komunikasi disebabkan deflasi yang terjadi pada subkelompok transport sebesar 6,34% (qtq) akibat kebijakan pemerintah yang menurunkan harga BBM bersubsidi pada bulan Januari 2015. Kondisi serupa terjadi di Kota Kendari dan Kota Baubau yang masing-masing tercatat mengalami deflasi sebesar 1,30% (qtq) dan 0,41 (qtq) setelah sebelumnya mengalami inflasi sebesar 5,19% (qtq) dan 5,71%(qtq) di triwulan IV 2014. Rendahnya tekanan inflasi di Kota Kendari disebabkan oleh deflasi yang yang terjadi kelompok bahan makanan (-1,36%, qtq) dan kelompok transport dan komunikasi (-6,75%, qtq). Sedangkan untuk deflasi yang terjadi di Kota Baubau hanya disebabkan oleh deflasi yang terjadi pada kelompok bahan makanan yaitu sebesar 4,55% (qtq). Tabel 3.2 Inflasi Kota Kendari (qtq) Per Kelompok Inflasi IHK (qtq) Bahan Makanan Makanan Jadi Perumahan Sandang Kesehatan Pendidikan & Kesehatan Transportasi & Komunikasi Inflasi (qtq)
I 0,24% 0,65% 0,88% -1,03% 1,58% 0,66% -0,96% 0,18%
2013 II III 1,06% 9,09% 0,96% 1,70% 6,16% 0,96% -7,11% 1,65% 0,10% 0,02% -0,05% 0,42% 4,77% 13,56% 1,96% 5,23%
IV -5,15% 0,55% 0,79% -1,31% 1,04% 0,11% 0,19% -1,20%
I -4,69% 0,82% 0,76% 0,48% 1,05% 0,08% -0,21% -0,76%
2014 II III 4,34% 2,98% 1,01% 1,54% 0,12% 2,01% -0,34% 0,36% 0,88% 1,22% 0,30% 0,66% 0,70% 0,48% 1,28% 1,58%
IV 4,18% 1,04% 5,48% -0,08% 2,13% 1,33% 11,42% 5,19%
2015 I -1,36% 2,08% 1,19% 0,33% 2,20% -0,60% -6,75% -1,30%
Sumber: BPSProv Sultra (diolah)
3.2 DISAGREGASI INFLASI 2 Penurunan tekanan inflasi Sulawesi Tenggara pada triwulan I 2015, terutama bersumber dari komponen administered prices dan volatile food . Komponen administered prices menjadi faktor terbesar yang menyebabkan penurunan pada periode tersebut. Pada triwulan I 2015 komponen
administered prices di provinsi Sulawesi Tenggara mengalami inflasi lebih rendah jika dibandingkan 2
Analisis disagregasi membagi inflasi menjadi inflasi inti (core inflation) dan inflasi non inti (volatile food dan administered prices). Hal ini dilakukan untuk menghasilkan indikator inflasi yang lebih menggambarkan pengaruh dari faktor yang bersifat fundamental.
32
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
dengan periode sebelumnya. Penurunan inflasi di kelompok tersebut sudah terjadi sejak bulan Januari 2015, dimana terdapat kebijakan pemerintah pusat terhitung sejak tanggal 19 Januari 2015 yang menurunkan harga bahan bakar premium bersubsidi dari Rp7.600,-/liter menjadi Rp6.600,-/liter dan bahan bakar solar dari Rp7.250,-/liter menjadi Rp6.400,-/liter. Hal tersebut membuat komoditas bensin dan solar di Kota Kendari dan Kota Baubau mengalami deflasi masing-masing sebesar 15,53% (mtm) dan 8,08% (mtm). Selanjutnya, penurunan tekanan inflasi dari komponen administered prices masih berlanjut pada bulan Februari 2015 pada komoditas bensin dan solar serta berimbas pada koreksi harga pada tarif angkutan. Pada bulan Februari 2015 di Kota Kendari komoditas angkutan antarkota dan komoditas angkutan dalam kota masing-masing mengalami deflasi sebesar 3,88% (mtm) dan 7,93% (mtm). Pada bulan Maret 2015 komponen administered prices mengalami peningkatan akibat adanya kebijakan pemerintah pada tanggal 1 Maret 2015 yang menaikkan harga premium bersubsidi dari dari Rp6.600,-/liter menjadi Rp6.800,-/liter serta pada tanggal 28 Maret 2015 dimana harga premium tercatat mengalami kenaikan harga dari semula Rp6.800,-/liter menjadi Rp7.300,-/liter. Di samping itu, pemerintah juga menaikkan harga solar bersubsidi dari semula Rp6.400,-/liter menjadi Rp6.900,/liter. Selain itu, tingkat inflasi kelompok administered prices juga turut dipengaruhi oleh kenaikan tarif angkutan udara khususnya di kota Baubau yang mengalami inflasi sebesar 44,26% (mtm) pada bulan Januari 2015. Inflasi yang terjadi tersebut disebabkan oleh kebijakan pemerintah untuk menaikan batas bawah tar %,mtm 6%
Inflasi
Volatile Food (sb.kanan)
Core (sb.kanan)
Administered Price (sb.kanan)
%,mtm
20%
5%
15%
4%
3%
10%
2%
5%
1% 0%
0%
-1%
-5%
-2% -3%
-10% 1
2
3
4
5
6
7
2013
8
9 10 11 12 1
2
3
4
5
6
7
2014
8
9 10 11 12 1
2
3
2015
Grafik 3.5.Perkembangan Inflasi Sultra Berdasarkan Disagregasi Inflasi
Adapun untuk komponen volatile food, selama triwulan I 2015 juga menunjukkan adanya perkembangan harga yang menurun. Pada triwulan I 2015 inflasi komponen volatile food tercatat
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
33
lebih rendah jika dibandingkan dengan periode sebelumnya. Penurunan komponen volatile food utamanya terjadi pada bulan Januari dan Februari 2015. Beberapa komoditas volatile food di Kota Kendari yang mengalami penurunan harga selama Januari 2015 antara lain subkelompok sayur-sayuran seperti komoditas daun singkong (-33,16%, mtm) dan komoditas terong panjang (-33,91%, mtm). Disamping itu, dari subkelompok bumbu-bumbuan, komoditas yang mengalami penurunan harga yang cukup signifikan adalah komoditas cabai merah (27,88%, mtm) dan komoditas cabe rawit (-17,24%, mtm). Penurunan harga yang terjadi tersebut disebabkan oleh masuknya musim panen komoditas-komoditas tersebut sehingga menambah jumlah
supply yang ada di pasar. Sementara itu, di Kota Baubau, penurunan selain disebabkan oleh subkelompok bumbu-bumbuan juga disebabkan oleh subkelompok ikan segar dan subkelompok daging dan hasil-hasilnya. Seperti halnya yang terjadi pada kota Kendari, penurunan level harga pada subkelompok bumbu-bumbuan disebabkan oleh komoditas cabai merah (-24,75%, mtm) dan komoditas cabai rawit (-3,41%, mtm). Sementara itu, pada subkelompok ikan segar didorong oleh penurun harga pada beberapa komoditas seperti cakalang (-10,26%, mtm), kembung (-10,22%, mtm), cumi-cumi (-34,40%, mtm) dan baubara (-9,85%, mtm) disebabkan faktor cuaca yang mendukung nelayan untuk melaut sehingga menyebabkan peningkatan stok ikan di pasaran yang pada akhirnya mendorong penurunan indeks harga komoditas ikan segar di Kota Baubau. Sedangkan untuk subkelompok daging dan hasil-hasilnya didorong oleh penurunan harga pada komoditas daging sapi (-1,17%, mtm). Kondisi tersebut terus berlanjut di bulan Februari 2015, sehingga di Kota Kendari terjadi penurunan harga terutama pada subkelompok sayur-sayuran (-7,91%, mtm), bumbu-bumbuan (-19,46%, mtm) sementara untuk kota Baubau penurunan harga terutama terjadi pada subkelompok bumbubumbuan (-15,27%, mtm) serta daging dan hasil-hasilnya (-1,82%, mtm). Sementara itu, untuk perkembangan komponen inflasi inti (core inflation) di Sulawesi Tenggara berada pada level yang stabil. Terdapat beberapa subkelompok yang mengalami peningkatan level harga yaitu subkelompok sandang (semula 4,33%, yoy menjadi 2,61%, yoy) dan subkelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga (semula 4,85%, yoy menjadi 2,71%, yoy). Sementara peningkatan yang terjadi pada subkelompok perumahan mampu menahan level inflasi. Inflasi pada subkelompok perumahan tersebut tercatat sebesar 8,79% (yoy) setelah sebelumnya tercatat sebesar 5,67% (yoy).
3.3 UPAYA PENGENDALIAN INFLASI Upaya pengendalian inflasi memerlukan suatu alur yang holistic dan terintegrasi. Berdasarkan karakteristik inflasi di Indonesia yang lebih dipengaruhi oleh sisi supply baik pada kelompok volatile
food maupun administered prices, diperlukan upaya untuk menjaga kesinambungan laju inflasi yang rendah melalui penyusunan Roadmap Pengendalian Inflasi yang secara garis besar terdiri dari 3 (tiga) fase utama, yakni:
34
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
A. Fase 1: Membangun Sinergi (2015-2017) B. Fase 2: Memantapkan Langkah (2018-2021) C. Fase 3: Menjaga Komitmen (2021-2024) Roadmap Pengendalian Inflasi Fase 2
.
Tingkatkan Arus Informasi Kepada Masyarakat
PRODUKSI
i
DISTRIBUSI
p
4
INPUT
3
area pengembangan
.
.
Tingkatkan Koordinasi & Penguatan TPID
2
Data & Analisis
Monitoring Evaluasi
Komunikasi
Tingkatkan Kelancaran Pasokan & Distribusi
1
Siklus Kerja
Strategi Kebijakan
Tingkatkan Produksi Pangan Strategis
KONSUMSI
d
k
.
Rekomendasi .
Kebijakan
Grafik 3.6.Roadmap Pengendalian Inflasi Sulawesi Tenggara
Pada masing-masing fase tersebut terdapat 4 (empat) strategi kebijakan yang perlu dilakukan oleh setiap pihak terkait. Kebijakan yang dapat disingkat menjadi Berempati (4Ti), yaitu: 1. Tingkatkan Produksi Pangan Strategis a. Prioritas perbaikan infratsruktur pendukung produksi pertanian, perikanan dan peternakan. b. Prioritas akses petani, nelayan dan peternak atas sarana produksi (pupuk, bibit, dll) dan penguatan permodalan. c. Peningkatan kompetensi SDM petani, nelayan maupun peternak. d. Penguatan kerjasama antar dinas terkait dengan penyuluh ataupun akademisi. e. Identifikasi potensi penambahan lahan pertanian, jumlah ternak maupun kapal nelayan.
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
35
Fase 2 Tingkatkan Produksi Pangan Strategis
Infrastruktur Memprioritaskan perbaikan penunjang infrastruktur pendukung produksi pertanian, peternakan dan i p perikanan
Peningkatan dan perbaikan infrastruktur produksi dan transportasi di daerah sentra produksi
Perluasan pembangunan infrastruktur pendukung produksi dan transportasi di daerah sentra produksi
Sarana pendukung
Memprioritaskan akses petani, peternak, nelayan kepada sarana produksi (pupuk, bibit, dll) dan modal
Peningkatan dan perbaikan akses petani, peternak, nelayan kepada sarana produksi (pupuk, bibit, dll) dan modal
Perluasan akses petani, peternak, nelayan kepada sarana produksi (pupuk, bibit, dll) dan modal
Peningkatan kompetensi petani dan nelayan melalui pelatihan
Penyiapan kompetensi SDM dalam meningkatkan produksi pertanian melalui intensifikasi, diversifikasi, pengembangan dan rehabilitasi
Pengoptimalan kemampuan SDM dalam memaksimalkan produktivitas melalui intensifikasi, diversifikasi, pengembangan dan rehabilitasi
Penguatan kerjasama antara dinas pertanian/peternakan, penyuluh dan akademisi
Memperluas kerjasama antara dinas pertanian/peternakan, penyuluh dan akademisi
Pengoptimalan kerjasama antara dinas pertanian/peternakan, penyuluh dan akademisi
Identifikasi potensi penambahan lahan pertanian, jumlah ternak atau kapal nelayan
Meningkatkan luas lahan pertanian, jumlah ternak dan kapasitas kapal nelayan
Meningkatkan produktivitas dan merevitalisasi lahan pertanian dan kapal yang ada
i Pengelolaan SDM
i
p
Pemanfaatan teknologi
p Peningkatan kapasitas
p
Grafik 3.7.Program Mendukung Tingkatkan Produksi Pangan Strategis
2. Tingkatkan Kelancaran & Pasokan Distribusi a. Pembangunan infrastruktur logistik pertanian dan pedesaan, serta pelabuhan penghubung. b. Identifikasi pola perdagangan intra maupun antar daerah. c. Mempersingkat rantai perdagangan antar daerah. d. Pembangunan sub-terminal agribisnis dan perikanan. e. Identifikasi
produsen/pedagang
yang
berpotensi
untuk
bermitra
pedagang/produsen dari daerah lain. f.
36
Pemenuhan energi (listrik, BBM maupun LPG).
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
dengan
Fase 2 Tingkatkan Kelancaran Pasokan & Distribusi
Konektivitas Memprioritaskan pembangunan infrastruktur logistik pertanian dan pedesaan dan pelabuhan d penghubung
Tata niaga
d Infrastruktur tata niaga
d Kerjasama antar daerah
d Pasokan energi
Peningkatan dan perbaikan infrastruktur transportasi antar kabupaten dan antar provinsi (jalan dan pelabuhan)
Peningkatan dan perbaikan infrastruktur transportasi antar kabupaten dan antar provinsi (jalan dan pelabuhan)
• Identifikasi perdagangan intra dan antar daerah • Mempersingkat rantai pemasaran untuk menekan biaya dan mengantisipasi risiko produk rusak
Peningkatan efisiensi jalur distribusi bahan pangan strategis, terutama untuk menjaga stabilitas harga dan ketersediaan stok
Terciptanya rantai pemasaran yang efisien sehingga meningkatkan daya saing, dan memberikan kesejahteraan bagi petani
Memprioritaskan pembangunan sub terminal agribisnis dan perikanan
Meningkatkan jaringan sub terminal agribisnis/perikanan dengan pusat perdagangan
Membuat pusat distribusi komoditas pokok dan strategis provinsi
Mengidentifikasi produsen/pedagang yang berpotensi untuk bermitra dengan produsen/pedagang daerah lain
Meningkatkan fasilitasi dan mempermudah perijinan untuk kerjasama produsen/pedagang dengan produsen/pedagang daerah lain
Perluasan fasilitasi kerjasama antar produsen/pedagang di daerahnya dengan daerah lain
Memprioritaskan pemenuhan energi (listrik, BBM dan LPG)
Menambah pasokan energi
Memastikan stabilitas pasokan energi
Grafik 3.8.Program Mendukung Tingkatkan Kelancaran Pasokan dan Distribusi
3. Tingkatkan Koordinasi dan Penguatan TPID a. Pengembangan SDM anggota TPID tingkat Kota/Kabupaten. b. Pembentukan TPID di seluruh Kota/Kabupaten di Sulawesi Tenggara. c. Membangun dan mengembangan mekanisme pengendalian harga oleh TPID Provinsi, Kota dan Kabupaten. d. Peningkatan sinergi dan koordinasi TPID antar kota/kabupaten dalam 1 provinsi untuk dikembangan dalam penguatan sinergi dan koordinasi TPID antar provinsi.
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
37
Fase 2 Tingkatkan Koordinasi & Penguatan TPID
Pengeloaan Capacity Building SDM TPID SDM tingkat Kabupaten/ Kota
d
Meningkatkan Capacity SDM TPID tingkat Kabupaten/ Kota
Membentuk TPID di seluruh kota/kabupaten
Membentuk klaster wilayah untuk mempermudah koordinasi dan sinergi antar TPID kab/kota
Meningkatkan koordinasi dan sinkronisasi kebijakan pengendalian inflasi
Membangun dan mengembangkan mekanisme pengendalian harga oleh TPID Provinsi dan Kabupaten/Kota
Membangun dan mengembangkan mekanisme manajemen krisis
Pemantapan mekanisme manajemen krisis
Pembahasan antar TPID dalam satu Provinsi untuk meningkatkan kerjasama antar daerah dalam satu provinsi dan dengan Provinsi Lain
TPID memfasilitasi kerjasama antar produsen/pedagang di daerahnya dengan daerah lain
Perluasan fasilitasi kerjasama antar produsen/pedagang di daerahnya dengan daerah lain oleh TPID
k
Penguatan lembaga
d
k
Pola kerja
d
k
Kerjasama antar daerah
d
Pemantapan Capacity Building SDM TPID tingkat Kabupaten/ Kota
k
Grafik 3.9.Program Mendukung Tingkatkan Koordinasi dan Penguatan TPID
4. Tingkatkan Arus Informasi Kepada Masyarakat a. Membangun PIHPS regional, mencakup perkembangan harga tingkat provinsi dan kota/kabupaten dan perkembangan harga di tingkat konsumen. b. Memperluas komunikasi kebijakan TPID kepada masyarakat melalui media massa. c. Membangun kepedulian masyarakat atas budaya konsumsi yang wajar.
38
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
Fase 2 Tingkatkan Arus Informasi Kepada Masyarakat
Pusat Membangun PIHPS regional Informasi (tingkat provinsi – mencakup Harga seluruh Kabupaten/ Kota) dengan harga pada tingkat konsumen
Mengembangan PIHPS regional dengan memperluas komoditas serta deseminasi harga via papan harga dan sms gateway, serta integrasi dengan data produksi
Pemantapan PIHPS melalui pengintegrasian dengan manajemen krisis
Memperluas komunikasi kebijakan TPID kepada masyarakat melalui media massa
Memperluas komunikasi kebijakan TPID kepada masyarakat melalui media massa dan media sosial
Mengoptimalkan komunikasi kebijakan TPID kepada masyarakat
Membangun kepedulian masyarakat terhadap budaya konsumsi yang wajar
Meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap budaya konsumsi yang wajar
Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pengendalian inflasi
k
Penguatan lembaga
k Ekspektasi inflasi
k Grafik 3.10.Program Mendukung Tingkatkan Kelancaran Arus Informasi Kepada Masyarakat.
Selain itu, selama tahun 2015 hingga bulan April sudah terbentuk 4 TPID baru di tingkat Kota/Kabupaten. Daerah yang sudah membentuk TPID tersebut adalah Kota Kendari, Kota Baubau, Kab. Wakatobi, Kab. Kolaka utara, Kab. Kolaka Timur, Kab. Kolaka, Kab Konawe, Kab Bombana, Kab Konawe Utara, Kabupaten Buton Utara dan Kab. Muna. Dengan demikian, sudah terdapat 1 TPID di tingkat provinsi dan 11 TPID di tingkat Kota/Kabupaten. Dengan terbentuknya TPID di kota/kabupaten, pengendalian inflasi diharapkan lebih mudah dikoordinasikan dan disinergikan, terutama terkait dengan kelancaran produksi dan distribusi bahan makanan strategis. 2015
TPID Kab. Konawe Utara
2014
2015
TPID Kab. Kolaka Utara
TPID Kab. Konawe
2014
TPID Kab.Kolaka Timur
2012
TPID Kota Kendari
2014
TPID Kab.Kolaka 2015
2015
TPID Kab. Buton Utara
TPID Kab. Bombana 2014
TPID Kab. Muna
2014
2013
TPID Kota Bau-Bau
TPID Kab. Wakatobi
Grafik 3.11.Peta TPID Kab/Kota di Sulawesi Tenggara (per April 2015)
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
39
Halaman ini sengaja dikosongkan
40
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
Perkembangan Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran
Bab 4
Kinerja perbankan di Sulawesi tenggara pada Triwulan I 2015 mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari adanya percepatan pertumbuhan penghimpunan dana masyarakat dan kredit yang disalurkan. Meskipun demikian, risiko kredit mengalami peningkatan meskipun masih berada dalam level yang aman. Di sisi lain, kondisi sistem keuangan di Provinsi Sulawesi Tenggara juga mengalami perlambatan sejalan dengan trend konsumsi pemerintah dan masyarakat yang melambat di awal tahun.
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
41
4.1 PERKEMBANGAN PERBANKAN Secara umum, perkembangan sistem keuangan terutama kinerja perbankan di Sulawesi Tenggara mengalamai peningkatan. Hal ini salah satunya terlihat dari penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) pada triwulan I 2015 yang mengalami percepatan pertumbuhan setelah pada triwulan sebelumnya berada dalam tren yang melambat. Sampai dengan triwulan I 2015, jumlah dana yang berhasil dihimpun mencapai Rp13,25 triliun. Peningkatan kinerja tersebut didorong oleh pertumbuhan pada giro sebesar 5,11% (yoy) dan tabungan sebesar 2,62% (yoy). Hal tersebut salah satunya dipengaruhi oleh peningkatan suku bunga rata-rata giro perbankan di Sulawesi Tenggara dari 2,38% pada triwulan IV 2014 menjadi 3,39% pada triwulan I 2015. 14.000
45%
12.000
40% 35%
10.000
30%
8.000
25%
6.000
20% 15%
4.000
10%
2.000
5%
-
0% I
II
III
2012
IV
I
II
III
IV
2013
Dana Pihak Ketiga (miliar Rp)
Sumber: LHBU
I
II
III
IV
2014
I
2015
Growth yoy
BI Provinsi Sultra
Grafik 4.1.Dana PihakKetiga di Perbankan Sulawesi Tenggara
4.1.1 Intermediasi Perbankan Dari sisi penyaluran kredit, secara keseluruhan penyaluran kredit perbankan juga mengalami sedikit peningkatan. Pada triwulan I 2015, kredit perbankan tumbuh sebesar 10,6% (yoy) lebih tinggi dibandingkan dengan kinerja periode sebelumnya yang tumbuh sebesar 10,1% (yoy). Secara nominal, kredit yang disalurkan sampai dengan awal tahun 2015 tersebut mencapai Rp15,43 triliun. Peningkatan yang terjadi di sisi penyaluran kredit tersebut lebih dipengaruhi adanya perbaikan penyaluran kredit investasi. Kredit investasi tercatat mengalami kontraksi sebesar 6,59% (yoy) lebih baik setelah pada triwulan IV 2014 terkontraksi sebesar 14,77% (yoy). Sementara itu kredit modal kerja tumbuh sebesar 1,63% (yoy) pada triwulan I 2015, melambat setelah pada triwulan sebelumnya tumbuh sebesar 4,42% (yoy). Dengan kondisi tersebut intermediasi perbankan yang diindikasikan dengan indikator Loan to Deposit
Ratio (LDR) pada triwulan I 2015 mencapai 116,46%, lebih rendah daripada triwulan sebelumnya yang mencapai 124,67%. Meskipun demikian, penurunan intermediasi tersebut lebih dipengaruhi oleh pertumbuhan penghimpunan dana yang lebih besar dari pertumbuhan pada penyaluran kredit.
42
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
80,0%
130%
35%
125%
30%
120%
25%
115%
20%
40,0%
110%
15%
30,0%
105%
10%
100%
5%
0,0%
95%
0%
-10,0%
70,0% 60,0%
I
II
III
IV
I
II
2013
IV
2014
LDR
Sumber: LHBU
III
growth DPK (yoy)
50,0%
20,0% 10,0% I
II
III
-20,0%
I
2015
growth Kredit (yoy)
BI Provinsi Sultra
Sumber: LHBU
Grafik 4.2. Kinerja Kredit, DPK dan LDR
IV
I
II
2013
III
IV
2014
growth Kredit
growth Modal Kerja
growth Investasi
growth Konsumsi
I 2015
BI Provinsi Sultra
Grafik 4.3.Penyaluran Jenis Kredit Perbankan
4.1.2 Ketahanan Sektor Keuangan dari Sisi Korporasi Percepatan kinerja kredit dipicu oleh pertumbuhan kinerja beberapa sektor utama Sulawesi Tenggara. Kinerja penyaluran kredit sektor pertanian, perburuan dan kehutanan menunjukkan percepatan dari yang terkontraksi sebesar 72,45% (yoy) pada triwulan IV menjadi tumbuh sebesar 1,28% (yoy) pada triwulan I 2015, hal ini sejalan dengan masuknya musim panen pada periode laporan sehingga para petani membutuhkan bantuan dana untuk memanen lahannya. Meskipun demikian, ketahanan sektor pertanian, perburuan dan kehutanan mengalami pelemahan pada triwulan I 2015 dibanding dengan triwulan sebelumnnya. Hal ini terlihat dari rasio NPL yang naik dari 3,93% menjadi 4,09% pada triwulan I 2015.
Pertanian Pertambangan & Penggalian Konstruksi
150
Perikanan Pengolahan Perdagangan
Pertanian Pertambangan & Penggalian Konstruksi
16% 14%
100
Perikanan Pengolahan Perdagangan
12% 10% 8%
50
6% 4%
I
II
III
IV
I
2013
(50)
II
III
IV
2014
I
2%
2015
0% I
II
III
IV
2013
I
II
III
IV
2014
I 2015
(100)
Sumber: LHBU
BI Provinsi Sultra
Grafik 4.4.Pertumbuhan Kredit Sektor Utama
Sumber: LHBU
BI Provinsi Sultra
Grafik 4.5.NPL Kredit Sektor Utama
Sementara itu, kinerja kredit sektor konstruksi tumbuh sebesar 12,70% (yoy), lebih tinggi daripada triwulan sebelumnya yang tumbuh 9,32% (yoy). Ketahanan sektor ini mengalami perbaikan jika dibandingkan dengan periode sebelumnya. Hal ini terlihat dari rasio NPL yang turun dari 5,55% (triwulan IV 2014) menjadi 5,29% pada periode laporan. Meskipun demikian, NPL yang berada di atas 5% tersebut masih menjadi titik kritis dan dapat mempengaruhi perbankan dalam menyalurkan kreditnya ke sektor tersebut.
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
43
Selain itu, terdapat beberapa ketahanan sektor utama Sulawesi Tenggara yang mengalami tekanan pada triwulan I 2015 dibanding dengan triwulan sebelumnnya. Sektor utama yang mengalami peningkatan tekanan yaitu sektor perikanan dan sektor pertambangan. Rasio NPL kredit sektor perikanan meningkat dari 9,41% pada triwulan IV 2014 menjadi 13,82% pada triwulan I 2015. Di sisi lain, pada sektor pertambangan dan penggalian tercatat rasio NPL sebesar 8,44%, meningkat jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 3,80%.
4.1.3 Ketahanan Sektor Rumah Tangga Pada triwulan I 2015, pertumbuhan kredit sektor rumah tangga yang dicerminkan oleh kredit konsumsi mengalami pertumbuhan yang melambat dibandingkan periode laporan sebelumnya. Pada periode laporan, kredit sektor rumah tangga tersebut tumbuh sebesar 19,68% (yoy), melambat dibandingkan dengan periode sebelumnya yang tercatat sebesar 19,94% (yoy). Hal tersebut terutama disebabkan turunnya minat konsumen untuk membeli barang selain kebutuhan pokok. Kondisi tersebut terlihat dari turunnya Indeks Konsumsi Barang Kebutuhan Tahan Lama berdasarkan Survei Konsumen yang dilakukan oleh KPw BI Provinsi Sulawesi Tenggara dari 96 pada triwulan IV 2014 menjadi 92 pada triwulan I 2015. 4,0%
250%
3,5%
200%
3,0%
150%
2,5%
100%
2,0%
50%
1,5%
1,0%
0%
-50%
I
II
III
IV
I
2013
-100%
II
III
IV
I
2014
2015
0,5% 0,0% I
II
III
IV
I
2013
-150% Otomotif
Sumber: LHBU
Multiguna
Perumahan dan Apartemen
Lainnya
BI Provinsi Sultra
Grafik 4.6. Pertumbuhan Kredit Rumah Tangga
Otomotif
Sumber: LHBU
Multiguna
II
III 2014
Perumahan dan Apartemen
IV
I 2015
Lainnya
BI Provinsi Sultra
Grafik 4.7.NPL Kredit Rumah Tangga
Di sisi lain, ketahanan sektor rumah tangga mengalami peningkatan risiko pada triwulan I 2015. Hal ini tercermin dari rasio NPL untuk kredit rumah tangga yang sedikit mengalami kenaikan dari 1,00% pada triwulan IV 2014 menjadi 1,39% pada triwulan I 2015.
4.1.4 Kredit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Sejalan dengan kondisi kredit perbankan secara umum, laju pertumbuhan kredit UMKM pun mengalami percepatan. Percepatan ini terutama terjadi pada usaha yang bergerak di sektor pertanian, perburuan dan kehutanan yang meningkat dari terkontraksi sebesar 55,13% (yoy) pada triwulan IV 2014 menjadi tumbuh sebesar 1,84% (yoy) pada triwulan I 2015. Sedangkan kredit yang diberikan
44
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
pada UMKM yang bergerak di bidang konstruksi juga mengalami percepatan pertumbuhan dari 8,36% (yoy) pada triwulan IV 2014 menjadi 16,42% (yoy) pada triwulan I 2015. 35%
7%
30%
6%
25%
5%
20%
4%
15%
3%
10%
2%
5%
1%
0%
0% I
II
III
IV
I
2013
g Kredit
Sumber: LHBU
II
III
IV
2014
Rasio NPL
I 2015
Batas aman NPL
BI Provinsi Sultra
Grafik 4.8.Kinerja Kredit dan NPL Kredit UMKM
Sementara itu, ketahanan sektor UMKM menunjukan pelemahan. Hal ini ditunjukkan dengan level NPL kredit UMKM berada sebesar 5,87%, lebih tinggi daripada periode sebelumnya yang mencapai 4,94%. Kondisi tersebut dipengaruhi oleh masih adanya sektor-sektor usaha yang NPL-nya berada pada level yang tinggi, yaitu sektor usaha perikanan (13,98%), sektor pertambangan dan penggalian (16,00%), sektor transportasi, pergudangan dan komunikasi (14,07%) dan sektor jasa pendidikan (12,29%).
4.2 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN 4.2.1 Transaksi Pembayaran Nontunai Transaksi pembayaran nontunai nominal besar melalui Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BIRTGS) mengalami penurunan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Nilai transaksi RTGS menurun 10,93% (qtq) dengan volume transaksi yang juga menurun sebesar 60,21% (qtq). Penurunan ini sejalan dengan trend konsumsi pemerintah dan masyarakat yang menurun di awal tahun dan juga aktivitas perdagangan yang melambat. Berbeda dengan transaksi melalui RTGS, transaksi pembayaran nontunai melalui sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) mengalami peningkatan pada triwulan I 2015, baik dari sisi volume maupun nominalnya. Peningkatan pada nilai transaksi SKNBI yaitu sebesar 2,48% (qtq) dengan peningkatan volume sebesar 4,64% (qtq).
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
45
45
45
40
40
35
35
30
30
25
25
20
20
15
15
10
10
5
5
0
0 I
II
III
IV
I
II
2013
III
IV
2014
Volume Transaksi (ribu warkat)
I 2015
Nominal (miliar)
Grafik 4.9.Transaksi RTGS Sulawesi Tenggara
4.2.2 Transaksi Pembayaran Tunai Transaksi pembayaran tunai pada triwulan I 2015 mengalami perbedaan jika dibadingkan dengan triwulan sebelumnya. Data triwulan I mencatat inflow mengalami kenaikan sebesar 234,24% (qtq) sedangkan untuk outflow mengalami penurunan sebesar 77,54% (qtq) sehingga pada triwulan I 2015 mengalami net inflow, sedangkan pada triwulan sebelumnya terjadi outflow. Hal ini menunjukan bahwa pada triwulan I 2015 terjadi arus masuk kas fisik ke Bank Indonesia setelah pada periode sebelumnya terjadi arus keluar akibat adanya perayaan hari raya Natal dan tahun baru. 1500 1000 500
0 -500
I
II
III
IV
2013
I
II
III 2014
IV
I 2015
-1000 -1500 -2000
Inflow (miliar Rp)
Outflow (miliar Rp)
Net Inflow/Outflow (miliar Rp)
Grafik 4.10. Perkembangan Inflow-Outflow pembayaran tunai
Di sisi lain, selama triwulan I 2015, uang palsu yang ditemukan mengalami peningkatan dari 60 lembar pada triwulan IV 2014 menjadi 77 lembar pada triwulan I 2015. Uang palsu tersebut ditemukan dari kegiatan penukaran uang di loket Bank Indonesia, kegiatan kas keliling, loket perbankan, setoran perbankan, maupun yang dilaporkan masyarakat atau ditemukan oleh pihak kepolisian. Sebagai upaya untuk menanggulangi peredaran uang palsu tersebut, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara terus berupaya untuk meningkatkan kesadaran dari masyarakat melalui berbagai macam kegiatan sosialisasi ciri-ciri keaslian uang rupiah kepada semua lapisan masyarakat dan berbagai daerah di Sulawesi Tenggara.
46
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
Bab 5
Perbaikan perekonomian Sulawesi Tenggara belum diikuti dengan penurunan tingkat pengangguran. Tingkat pengangguran terbuka meningkat dari 2,13% (Februari 2014) menjadi 3,62% (Februari 2015). Meskipun jumlah penduduk yang bekerja juga meningkat, namun belum pulihnya kinerja semua sektor ekonomi utama berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja di Sulawesi Tenggara. Sejalan dengan kondisi ketenagakerjaan, tingkat kesejahteraan mengalami penurunan terutama pada masyarakat pedesaan. Hal tersebut terlihat dari Nilai Tukar Petani (NTP) yang masih berada di bawah level 100 dan bahkan semakin menurun dibandingkan dengan periode sebelumnya.
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
47
5.1 KETENAGAKERJAAN Pada awal tahun 2015, penyerapan tenaga kerja di Sulawesi Tenggara mengalami penurunan. Hal ini tercermin dari data BPS Sulawesi Tenggara yang menunjukan penambahan jumlah penduduk yang menganggur di Provinsi Sulawesi Tenggara. Selama setahun, dari Februari 2014 hingga Februari 2015, jumlah pengganguran terbuka bertambah sebanyak 18,1 ribu orang atau meningkat sebesar 74,92% (yoy) (Grafik 5.1). Dengan adanya peningkatan tersebut, jumlah penduduk yang menganggur di bulan Februari 2015 mencapai 42,3 ribu orang. ribu orang
%, yoy
45
42,3
40
74,92%
35
1.140
80%
1.120
60%
30
ribu orang
100%
%, yoy 1.125,7
3% 2%
1.080
1,23%
20%
20
0%
15
-20%
10
5%
4%
1.100
40%
25
6%
1%
1.060
0%
-1%
1.040
-2%
5
-40%
1.020
-
-60%
1.000
Februari
Februari
Februari
Februari
2012
2013
2014
2015
Penduduk Menganggur
gPenduduk Menganggur (sb. Kanan)
Sumber: BPS Sultra (diolah)
Grafik 5.1. Pertumbuhan Penduduk Menganggur
-3%
Februari
Februari
Februari
Februari
2012
2013
2014
2015
Penduduk Bekerja
-4%
gPenduduk Bekerja (sb. Kanan)
Sumber: BPS Sultra (diolah)
Grafik 5.2.Pertumbuhan Penduduk Bekerja
Sementara itu, jumlah penduduk yang bekerja juga mengalami peningkatan. Pada Februari 2015 jumlah orang yang bekerja meningkat sebanyak 13,7 ribu orang atau meningkat sebesar 1,23% (yoy). Dengan demikian pada Februari 2015 jumlah penduduk yang bekerja mencapai 1,12 juta orang. Karena peningkatan penduduk yang mengganggur lebih besar daripada peningkatan penduduk bekerja, maka Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Sulawesi Tenggara meningkat dari 2,13% (Februari 2014) menjadi 3,62% (Februari 2015). Sementara itu untuk Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja mengalami sedikit penurunan dari sebesar 71,05% pada Februari 2014 menjadi sebesar 71,04% pada Februari 2015. Penurunan kondisi ketenagakerjaan di Provinsi Sulawesi Tenggara sejalan dengan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) dan Survei Konsumen (SK) yang dilakukan oleh KPw BI Provinsi Sulawesi Tenggara. SKDU menunjukkan bahwa Saldo Bersih Tertimbang (SBT)1 kegiatan usaha kegiatan bernilai negatif (-9,79%) jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (Grafik 5.3). Sedangkan untuk Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja pada triwulan I 2015 tercatat sebesar 108,67, jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 133 (Grafik 5.4).
1
Saldo Bersih Tertimbang dihasilkan dari perkalian antara saldo bersih yang berasal dari selisih antara persentase jumlah responden yang memberikan jawaban “meningkat” dengan responden yang memberikan jawaban “menurun”, dengan bobot yang dihitung dari pangsa sektor tersebut dalam PDRB tahun 2000.
48
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
Dilihat secara sektoral, sektor pertanian, sektor perdagangan dan rumah makan serta sektor jasa merupakan sektor yang menyerap tenaga kerja terbesar di Sulawesi Tenggara sejak tahun 2013 dengan pangsa masing-masing sebesar 39,2%, 20,7% dan 20,2% (Grafik 5.5). Meskipun demikian, peningkatan terbesar terjadi pada sektor industri dengan pertumbuhan tenaga kerja sebesar 52,42% (yoy). Sebaliknya, penurunan terbesar terjadi di sektor pertambangan sebesar 48,35%-yoy (Grafik 5.6). 6
SBT
150
Indeks
140
4
133,00 130
2
0,04 -0,10
120
110
0 I
II
III
IV
2012
-2
I
II
III
IV
I
II
2013
III
2014
IV
108,67
I 2015
100 90
-4
Indeks Ketersediaan Lap Kerja
80
-6
I
II
Sumber: SKDU-BI Provinsi Sultra
IV
I
II
III
IV
I
2013
II
III
Pertanian 39%
Jasa
6%
Jasa Dunia Usaha
-31%
Transportasi
Transportasi 4%
0%
PHR
11%
Konstruksi
6,53%
LGA
208%
Industri
PHR 21%
Tambang
LGA 0%
Industri 8%
I 2015
Grafik 5.4.Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja
Jasa 20%
Konstruksi 5%
IV
2014
Sumber: Survei Konsumen-BI Provinsi Sultra
Grafik 5.3. Indeks Realisasi Kegiatan Usaha
Jasa Dunia Usaha 2%
III
2012
Realisasi Kegiatan Usaha
Tambang 1%
Sumber: BPS Provinsi Sultra (diolah) Ket: PHR = Perdagangan Hotel dan Restoran LGA = Listrik Gas dan Air
Grafik 5.5. Pangsa Penyerapan Tenaga Kerja Per Sektor (per Februari 2015)
12%
Pertanian -50%
Pertumbuhan Jumlah Tenaga Kerja
-23% -5% 0%
50%
100%
150%
200%
250%
%, yoy
Sumber: BPS Provinsi Sultra (diolah) Ket: PHR = Perdagangan Hotel dan Restoran LGA = Listrik Gas dan Air
Grafik 5.6.Pertumbuhan Tenaga Kerja Sektoral (per Februari 2015)
Dengan jumlah penduduk bekerja di Sulawesi Tenggara terkonsentrasi di sektor pertanian, maka pekerja yang berada di sektor informal juga masih mendominasi struktur ketenagakerjaan di provinsi ini. Pekerja informal dalam perekonomian Sulawesi Tenggara mencapai sebesar 71,58% atau 742.629 orang, lebih rendah dibandingkan Februari 2014 sebesar 75,85% atau 756.424 orang. Meskipun demikian, dari sisi kualitas input tenaga kerja mengalami peningkatan. Hal tersebut tercemin dengan pangsa pekerja dengan pendidikan tinggi (Diploma dan Universitas) mencapai 17,50% pada Februari 2015, lebih tinggi daripada tahun sebelumnya yang baru mencapai 13,36% dari keseluruhan
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
49
penduduk yang bekerja. Selain itu, pekerja yang memiliki pendidikan dasar (SD-SMP) juga semakin berkurang dari 59,52% di Februari 2014 menjadi 53,91% di Februari 2015.
5.2 KESEJAHTERAAN Penurunan yang terjadi dari sisi ketenagakerjaan di Sulawesi Tenggara, diikuti juga oleh penurunan dari sisi kesejahteraan pada triwulan I 2015. Indikator kesejahteraan yang digunakan adalah pendapatan petani dan pendapatan konsumen. Pendapatan petani yang diindikasikan dari Nilai Tukar Petani (NTP) menunjukkan adanya penurunan pada triwulan I 2015. Sebanyak 441,6 ribu penduduk Sulawesi Tenggara yang mencapai 39,23% dari total penduduk adalah bekerja di sektor pertanian sehingga NTP yang turun akan berdampak pada keseluruhan kondisi kesejahteraan di Sulawesi Tenggara. Pada triwulan I 2015, NTP tercatat sebesar 98,15, lebih rendah daripada triwulan sebelumnya yang mencapai 99,63 (Grafik 5.8). Dengan pencapaian NTP di bawah 100% maka total pendapatan petani lebih rendah dibandingkan dengan total pengeluaran untuk memproduksi hasil usahanya. Penurunan NTP paling besar terjadi pada tanaman perkebunan rakyat dari 101,76 di triwulan IV 2014 menjadi 95,87 di triwulan I 2015. Kondisi ini disebabkan produksi kakao yang mengalami penurunan dari tahun ketahun dikarenakan pohon kakao yang dimiliki oleh para petani saat ini berusia tua. Selain itu, pada triwulan I 2015 terdapat dua sektor lainnya yang memiliki NTP berada di bawah 100, yaitu sektor tanaman pangan (97,9) dan sektor holtikultura (93,1). 160
Indeks
150
Perikanan
104,31 103,23
Peternakan
104,31 103,02
143,33
140 130
Tanaman Perkebunan Rakyat
120 110
Hortikultura
95,87 93,15
100
97,19
Tw I 2015
Tanaman Pangan
90 80
101,76
I
II
III
2012
IV
I
II
III
IV
I
2013
Indeks Penghasilan
II
III
2014
IV
I 2015
Total
93,13
97,94
Tw IV 2014
98,55 99,63
85,00 90,00 95,00 100,00 105,00 110,00
Sumber: Survei Konsumen-BI Provinsi Sultra
Sumber: BPS Sultra (diolah)
Grafik 5.7.Indeks Penghasilan
Grafik 5.8. Perkembangan NTP Sulawesi Tenggara
Di sisi lain, berdasarkan hasil Survei Konsumen yang dilakukan oleh KPw BI Provinsi Sulawesi Tenggara menunjukkan bahwa indeks penghasilan masyarakat pada triwulan I 2015 berada pada level yang meningkat. Pada triwulan I 2015 Indeks Peghasilan Konsumen tercatat sebesar 143,33 meningkat jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 137,67.
50
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
Prospek Perekonomian
Bab 6
Pada triwulan II 2015 mendatang, pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara diperkirakan mengalami peningkatan disertai dengan adanya sedikit kenaikan tekanan inflasi. Berdasarkan beberapa indikator pendukung, hasil survei dan liaison, pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara pada triwulan II 2015 diprakirakan berada pada kisaran 6,0% - 6,5% (yoy). Peningkatan tersebut diperkirakan didorong oleh peningkatan kinerja sektor konstruksi dan sektor pertanian. Adapun untuk keseluruhan tahun 2015, perekonomian Sulawesi Tenggara diprakirakan tumbuh pada kisaran 6,4% - 6,8% (yoy). Sementara itu, dari arah trend data, isu di lapangan, serta hasil survei kepada masyarakat dan pelaku usaha, serta memperhatikan laju inflasi hingga triwulan laporan, tekanan inflasi Sulawesi Tenggara pada triwulan II 2015 cenderung sedikit meningkat dengan perkirakan berada pada kisaran 7,7% - 8,1% (yoy). Kenaikan tersebut terutama disebabkan oleh meningkatnya tekanan inflasi dari kelompok volatile food seiring dengan masuknya bulan suci Ramadhan serta persiapan menjelang hari raya Idul Fitri. Ke depannya, inflasi masih cenderung tinggi karena adanya risiko terhambatnya pasokan bahan makanan seiring dengan kondisi cuaca dan gelombang laut yang tinggi.
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
51
6.1 PROSPEK EKONOMI MAKRO Berdasarkan beberapa indikator pendukung, hasil survei dan liaison, pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara pada triwulan II 2015 diprakirakan berada pada kisaran 6,0% - 6,5% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan I 2015 yang hanya tumbuh 5,8% (yoy). Dari sisi penawaran, peningkatan tersebut diperkirakan didorong oleh peningkatan kinerja sektor pertanian, sektor perdagangan besar dan eceran dan sektor konstruksi. Sementara itu dari sisi permintaan, meningkatnya kondisi perekonomian Sultra diperkirakan didorong oleh peningkatan dan kinerja positif dari komponen konsumsi rumah tangga dan komponen konsumsi pemerintah. Meski demikian masih tingginya realisasi investasi sejalan dengan kinerja positif sektor konstruksi juga diperkirakan turut memberikan sumbangan positif atas meningkatnya kinerja ekonomi Sultra di periode triwulan mendatang. Hal ini sesuai dengan perkiraan para pelaku usaha di Sultra pada Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang mempekirakan akan terjadi peningkatan kinerja mereka. Pelaku usaha di bidang pertanian memperkirakan akan terjadi peningkatan produksi baik itu pada komoditas tanaman pangan, perikanan maupun peternakan. Selain itu, usaha konstruksi juga diperkirakan akan meningkat seiring dengan mulai berjalannya proyek pembangunan perumahan maupun infrastruktur pemerintah.
40%
SBT Perdagangan
35% 30%
Konstruksi
25%
Industri
20% 15%
Pertambangan
10% 5%
Peternakan
0% -5% -10%
I
II
III 2014
IV
I
II 2015
-15%
Perikanan Pertanian-Tabama
Realisasi Usaha
Perkiraan Usaha -5,00% 0,00% 5,00% 10,00%15,00%20,00%25,00%
Tw II 2015
Sumber: SKDU-BI Provinsi Sultra
Grafik 6.1. Indeks Perkiraan Perkembangan Usaha
Tw I 2015
Sumber: SKDU-BI Provinsi Sultra
Grafik 6.2. Perkiraan Perkembangan Usaha Sektoral
Meningkatnya kinerja sektor pertanian di periode triwulan II 2015 didorong oleh masuknya musim panen raya yang semula diperkirakan jatuh di periode triwulan I 2015 namun mengalami pergeseran di periode triwulan II 2015. Berdasarkan hasil konfirmasi dari dinas terkait, pergeseran musim panen disebabkan oleh kondisi cuaca yang kurang kondusif disertai tingkat curah hujan yang tinggi di periode awal masa tanam, sehingga mengangu pola panen. Panen raya diprakirakan akan berlangsung selama bulan Mei dan puncak panen raya jatuh pada bulan Juni. Dari hasil konfirmasi di lapangan, diketahui bahwa faktor perluasan lahan tanam, disertai pola tanam yang lebih efektif yang
52
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
menunjang kenaikan produktivitas diprakirakan akan menjadi faktor yang mendorong kenaikan kinerja positif sektor pertanian di periode triwulan II 2015. Tabel 6.1. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sektoral Triwulan I 2015 Sektor PDRB
2014 II
2015 I
II
2014
2015
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
12.0
(0.3)
1.0 - 1.5
9.1
2.0 - 3.0
Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Pengadaan Listrik, Gas Pengadaan Air Konstruksi Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor Transportasi dan Pergudangan Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum Informasi dan Komunikasi Jasa Keuangan Real Estate Jasa Perusahaan
(8.1) 2.3 7.3 4.9 13.8
9.4 18.2 7.8 3.0 1.7
7.0 - 8.0 12.0 - 13.5 12.5 - 13.5 6.2 - 6.9 4.2 - 4.9
(4.8) 7.7 10.6 7.0 12.6
5.0 - 7.0 14.5 - 16.5 17.0 - 18.0 4.5 - 5.5 6.0 - 6.6
6.0
6.7
7.0 - 8.0
8.3
7.0 - 7.8
3.6
5.3
7.7 - 8.3
5.1
7.0 - 7.8
9.5
5.8
1.1 - 1.6
9.4
4.0 - 4.8
3.3 8.2 7.5 9.9
3.7 8.2 4.0 7.7
2.2 - 2.7 7.2 - 7.8 2.3 - 3.0 7.8 - 8.4
2.9 9.4 6.6 9.7
3.0 - 3.6 8.6 - 9.2 5.5 - 6.0 7.8 - 8.3
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
10.2
7.6
13.8 - 14.4
13.0
13.0 - 14.0
Jasa Pendidikan Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial Jasa Lainnya PDRB
13.7 15.6 18.0 5.5
14.4 6.8 5.5 5.8
13.0 - 14.5 8.2 - 8.7 5.2 - 5.8 6.0 - 6.5
14.0 12.1 12.9 6.3
12.0 - 13.0 7.3 - 7.8 7.7 - 8.2 6.4 - 6.8
*Keterangan Meningkat Melambat
Sementara itu, sektor perdagangan besar dan eceran diperkirakan juga akan mengalami peningkatan memasuki periode triwulan II 2015. Persiapan memasuki bulan suci Ramadhan dan Idul Fitri diperkirakan akan mendorong aktivitas perdagangan di Sulawesi Tenggara, terutama mengingat tingginya tingkat ketergantungan Sulawesi Tenggara akan pasokan komoditi bahan pangan dan bahan bangunan dari luar wilayah Sulawesi Tenggara. Di samping itu, musim panen raya pada komoditas tabama juga diperkirakan turut memberikan multiplier effect atas peningkatan kinerja di sektor perdagangan besar dan eceran. Di sisi lain, sektor konstruksi juga diperkirakan menjadi salah satu sektor yang secara dominan memberikan kontribusi atas peningkatan kinerja ekonomi Sultra di periode triwulan II 2015. Fokus pemerintah atas pembangunan dan pengembangan sarana prasarana infrastruktur daerah seperti pembangunan dan pengembangan Bandar udara, pelabuhan laut, pembangunan jembatan, perbaikan ruas jalan nasional dan jalan provinsi, serta masih berlangsungnya pembangunan Kawasan
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
53
Industri Khusus (KIK) di Kabupaten Konawe diperkirakan akan memberikan kontribusi yang signifikan atas perkembangan kinerja sektor konstruksi di periode triwulan mendatang. Tabel 6.2. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Pengeluaran Triwulan I 2015
Sektor PDRB Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi LNPRT Konsumsi Pemerintah Investasi Ekspor Luar Negeri Impor Luar Negeri Net Ekspor Antar Daerah PDRB
2014 II 6.6 11.8 2.8 5.1 (69.7) 19.3 (61.8) 5.5
2015 I
II 5.7 5.8 - 6.2 (11.0) 5.2 - 5.6 2.5 2.8 - 3.3 10.0 9.0 - 9.5 (43.1) (30) - (15) 62.4 20 - 40 (68.5) (30) - (20) 5.8 6.0 - 6.5
2014 6.6 11.9 3.4 8.9 (63.8) 28.3 (67.7) 6.3
2015 5.5 - 6.0 (1.0) - 1.0 3.0 - 4.0 8.8 - 9.3 5.0 - 10.0 25.0 - 30.0 (30) - (10) 6.4 - 6.8
Dari sisi permintaan, meningkatnya kondisi perekonomian Sultra diperkirakan didorong oleh peningkatan dan kinerja positif dari komponen konsumsi rumah tangga dan komponen konsumsi pemerintah. Meningkatnya komponen konsumsi rumah tangga diperkirakan sejalan dengan indeks ekspektasi konsumen yang meningkat di pertengahan tahun 2015. Masyarakat cenderung memiliki optimisme yang tinggi terhadap peningkatan penghasilan di triwulan tersebut, terutama yang disebabkan oleh pembagian gaji ke-13 bagi PNS di bulan Juni. Di samping itu, masuknya musim panen raya diperkirakan turut mendorong kenaikan tingkat penghasilan dan tingkat konsumsi masyarakat. Di sisi lain, masuknya momen bulan suci ramadhan di bulan Juni juga diperkirakan turut memberikan efek positif atas naiknya tingkat konsumsi masyarakat Sulawesi Tenggara di periode triwulan mendatang. Sementara itu, meningkatnya komponen konsumsi pemerintah diperkirakan disebabkan oleh realisasi belanja pemerintah yang semakin optimal seperti pembagian gaji ke-13 yang hampir dipastikan dicairkan di bulan Juni.
Selain itu, beberapa proyek pemerintah yang bersifat multiyears atas
pembangunan dan pengembangan sarana prasaran infrastruktur daerah seperti revitalisasi Teluk Kendari, peningkatan jalan bypass di Kota Kendari, dan pembangunan jembatan Bahteramas juga diperkirakan meningkatkan kinerja sektor tersebut. Adapun kinerja investasi diperkirakan akan tumbuh pada kisaran 9.0% s.d 9.5% (yoy). Beberapa kegiatan investasi yang diperkirakan masih berlangsung adalah beberapa proyek pemerintah yang bersifat multiyears, penyelesaian proyek smelter, pembangunan Kawasan Industri Khusus (KIK) di 13 daerah, pembangunan jembatan Bahteramas, perbaikan dan pengembangan Bandar udara, serta pembangunan dan perbaikan jaringan irigasi. Adapun untuk keseluruhan tahun 2015, perekonomian Sulawesi Tenggara diprakirakan tumbuh pada kisaran 6,4% - 6,8% (yoy), meningkat dibandingkan pertumbuhan pada tahun 2014 yang hanya sebesar 6,3% (yoy). Peningkatan tersebut terutama didorong oleh peningkatan kinerja sektor utama di Sulawesi Tenggara seperti sektor pertanian, sektor pertambangan dan sektor perdagangan besar
54
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
dan eceran. Selain itu ekspor luar negeri diperkirakan mengalami perbaikan dan ditambah dengan penigkatan realisasi investasi selama tahun 2015 terutama terkait perbaikan infrastruktur untuk menunjang program kemaritiman.
6.2 PROSPEK INFLASI Tekanan inflasi Sulawesi Tenggara pada triwulan II 2015 diperkirakan akan mengalami sedikit kenaikan disebabkan oleh adanya tekanan inflasi pada komoditas kelompok volatile food menjelang memasuki bulan suci ramadhan dan persiapan hari raya idul fitri. Inflasi pada triwulan II 2015 diperkirakan berada pada kisaran 7,7% s.d 8,1% (yoy), sedikit meningkat daripada triwulan sebelumnya yang mencapai 7,8% (yoy). Kenaikan tingkat inflasi tersebut diperkirakan lebih banyak dipengaruhi oleh kenaikan harga BBM di akhir triwulan I 2015 dan ekspektasi pelaku usaha untuk menaikan harga bahan pangan menjelang bulan suci ramadhan. Kenaikan harga BBM di pertengahan periode triwulan diprakirakan akan memberikan efek langsung maupun tidak langsung atas naiknya indeks harga beberapa komoditas utama penyumbang inflasi seperti cabai dan bawang. Di samping itu, beberapa komoditas bahan bangunan yang didatangkan dari luar Sulawesi Tenggara juga diprakirakan akan mengalami kenaikan harga seiring dengan naiknya biaya transportasi yang timbul untuk mendatangkan komoditas tersebut. Tarif transportasi udara juga mengalami kenaikan meskipun kenaikannya relatif tidak terlalu signifikan. Di samping itu, sebagaimana pola musimannya, memasuki bulan suci Ramadhan yang jatuh pada pertengahan bulan Juni, diperkirakan akan turut mempengaruhi kenaikan indeks harga khususnya pada komoditas bahan pangan di Sulawesi Tenggara. Di samping itu, rusaknya lahan sawah siap panen milik warga karena rusaknya bendungan di Kabupaten Konawe dapat mempengaruhi pasokan beras dan dapat mendorong kenaikan tingkat inflasi di periode triwulan II 2015. Meskipun tekanan inflasi lebih tinggi daripada sebelumnya, namun terdapat beberapa faktor yang diperkirakan dapat menahan laju inflasi khususnya pada komoditas bahan makanan. Hal tersebut diindikasikan dari perkiraan kondisi cuaca yang relatif cukup kondusif dimana tingkat curah hujan relatif cukup rendah selama periode triwulan II 2015 khususnya di bulan Juni 2015. Kondisi cuaca yang cukup kondusif diharapkan dapat mendukung pola panen, khususnya terhadap beberapa komoditas yang memilki andil cukup tinggi atas pembentukan tingkat inflasi di Sulawesi Tenggara seperti komoditas cabai dan bawang. Di samping itu, kondisi cuaca juga memiliki pengaruh yang signifikan atas pergerakan arus barang khususnya komoditas bahan pangan yang didatangkan ke Sulawesi Tenggara. Kondisi cuaca yang diprakirakan relatif cukup kondusif diharapkan dapat memperlancar arus barang komoditas bahan makan menuju Sulawesi Tenggara.
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
55
Tabel 6.3. Faktor Risiko dan Dampaknya Terhadap Inflasi di Triwulan II 2015
Faktor Risiko
Volatile Food
Ketersediaan stok daging ayam potong,telur ayam dan daging sapi untuk memenuhi tingkat kebutuhan masyarakat di bulan ramadhan. Ketersediaan stok ikan segar yang relatif minim disebabkan oleh pola kebiasaan masyarakat nelayan untuk berhenti melaut selama rentang waktu 7 hari sebelum dan sesudah hari raya Idul Fitri. Tingginya gelombang laut juga berpotensi menurunkan jumlah produksi ikan tangkap sehingga mendorong kenaikan harga komoditas ikan tangkap.
Potensi Dampak HIGH
b. Distribusi: Terganggunya saluran distribusi komoditas bahan pangan yang didatangkan dari luar Sultra yang disebabkan oleh lambatnya aktivitas bongkar muat di pelabuhan akibat padatnya antrian kapal.
Adm. Prices
Core
• • •
Kenaikan harga minyak dunia berimplikasi terhadap kenaikan harga BBM Kenaikan tarif angkutan umum dan angkutan penyeberangan baik laut maupun udara sejalan dengan momen hari raya idul fitri. Transmisi kenaikan harga TTL dan LPG terhadap kenaikan kontrak dan sewa rumah
MEDIUM
LOW
Secara whole year tahun 2015, tingkat inflasi Sulawesi Tenggara diperkirakan berada di kisaran 2,8% - 3,4% (yoy). Rendahnya tingkat inflasi Sulawesi Tenggara lebih disebabkan oleh based point effect akibat lonjakan inflasi yang timbul di periode akhir tahun 2014 setelah kenaikan harga BBM bersubsidi. Di samping hal tersebut, rendahnya tingkat inflasi di akhir tahun juga diperkirakan didorong oleh masuknya musim panen raya yang terjadi di bulan November. Terjaganya ketersediaan stok bahan pangan khususnya beras dan komoditas bumbu-bumbuan di pasar turut menjadi salah satu hal yang mendukung pencapaian tingkat inflasi yang rendah di akhir tahun 2015. Mengacu kepada perkiraan inflasi tersebut, terdapat beberapa isu strategis yang menjadi pendorong utama terjadinya inflasi selama tahun 2015, sebagai berikut: a. Ketergantungan yang masih cukup tinggi terhadap wilayah luar Sulawesi Tenggara, yang berdasarkan data I/O (Input/Output) BPS Sultra mencapai 85% dari total komoditas konsumsi masyarakat. Beberapa komoditas utama yang didatangkan dari luar Sulawesi Tenggara antara lain bumbu-bumbuan (bawang merah, cabe merah, tomat, sayuran), telur, daging ayam ras, gula pasir, minyak goreng, tepung dll.
56
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
b. Sistem distribusi yang belum lancar akibat kendala dari sisi infrastruktur, cuaca serta alat transportasi yang terbatas. Saat ini arus masuk barang ke Sulawesi Tenggara melalui jalur laut dan darat yang masing-masing memiliki kendala keterbatasan infrastruktur sebagai berikut: i.
Pelabuhan Kota Kendari sebagai pintu masuk utama jalur laut memiliki keterbatasan infrastruktur yang mencakup tempat sandar kapal, area parkir kontainer, dan angkutan penjemputan yang terbatas. Selain infrastruktur juga terdapat keterbatasan tenaga kerja bongkar muat serta juru pandu sandar kapal di pelabuhan.
ii.
Jalur darat di Sulawesi Tenggara yang mencakup jalan provinsi Kolaka Utara-Kendari sebagai jalur distribusi utama, saat ini dalam kondisi tidak mantap (75% dari total panjang jalan), sehingga menyebabkan peningkatan biaya transportasi yang diikuti peningkatan harga kebutuhan konsumsi masyarakat.
Berdasarkan isu strategis tersebut, dalam pengendalian inflasi, Tim Pengendali Inflasi Daerah memberikan beberapa rekomendasi sebagai berikut: a. Untuk pembentukan ekspektasi, informasi harga secara rutin selain dipublikasikan melalui media cetak koran sebagaimana yang sudah berjalan, juga perlu diperkuat melalui papan informasi harga elektronik yang ditempatkan pada pasar-pasar utama di Kota Kendari sebagaimana yang dilakukan di kota lain seperti Bandung, Banjarmasin, dan Palangkaraya. b. Sebagai bentuk pengendalian inflasi pada jangka panjang, TPID (Tim Pengendalian Inflasi Daerah) Sulawesi Tenggara memberikan rekomendasi kepada pemerintah daerah terkait kendala infrastruktur dan tenaga kerja pelabuhan sebagai berikut: i.
Mendirikan pusat pergudangan yang berguna sebagai tempat stok komoditas konsumsi sekaligus memberikan solusi perhentian kontainer yang datang, sehingga tidak harus mengantri di lapangan parkir kontainer pelabuhan.
ii.
Menganjurkan kepada Administrasi Pelabuhan agar membuat shift malam bagi tenaga buruh bongkar pelabuhan sehingga aktivitas bongkar dapat dilakukan pada malam hari.
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
57
Halaman ini sengaja dikosongkan
58
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
Daftar Istilah Administered price
Salah satu disagregasi inflasi, yaitu untuk komoditas yang perkembangan harganya diatur oleh pemerintah.
Andil inflasi
Sumbangan perkembangan harga suatu terhadap tingkat inflasi secara keseluruhan.
APBD
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD, dan ditetapkan dengan peraturan daerah.
Bobot inflasi
Besaran yang menunjukkan pengaruh suatu komoditas terhadap tingkat inflasi secara keseluruhan, yang diperhitungkan dengan melihat tingkat konsumsi masyarakat terhadap komoditas tersebut.
Dana Perimbangan
Sumber pendapatan daerah yang berasal dari APBN untuk mendukung pelaksanaan kewenangan pemerintah daerah dalam mencapai tujuan pemberian otonomi daerah.
Dana Pihak Ketiga (DPK)
Dana masyarakat (berupa tabungan, deposito, giro, dll) yang disimpan di suatu bank.
Faktor Fundamental
Faktor fundamental adalah faktor pendorong inflasi yang dapat dipengaruhi oleh kebijakan moneter, yakni interaksi permintaan-penawaran atau output gap, eksternal, serta ekspektasi inflasi masyarakat
Faktor Non Fundamental
Faktor non fundamental adalah faktor pendorong inflasi yang berada di luar kewenangan otoritas moneter, yakni produksi maupun distribusi bahan pangan (volatile foods), serta harga barang/jasa yang ditentukan oleh pemerintah (administered price)
Imported inflation
Salah satu disagregasi inflasi, yaitu inflasi yang berasal dari pengaruh perkembangan harga di luar negeri (eksternal)
Indeks Ekspektasi Konsumen
Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap ekspektasi kondisi ekonomi 6 bulan mendatang, dengan skala 1 100.
Indeks Harga Konsumen (IHK)
Sebuah indeks yang merupakan ukuran perubahan rata-rata harga barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat pada suatu periode tertentu.
Indeks Kondisi Ekonomi
Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini, dengan skala 1 100.
Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)
Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini dan ekspektasi kondisi ekonomi enam bulan mendatang, dengan skala 1 100.
Investasi
Kegiatan meningkatkan nilai tambah suatu kegiatan produksi melalui peningkatan modal.
komoditas/kelompok barang/kota
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
Inflasi inti
Inflasi inti adalah inflasi yang dipengaruhi oleh faktor fundamental
Liaison
Kegiatan pengumpulan data/statistik dan informasi yang bersifat kualitatif dan kuantitatif yang dilakukan secara periodik melalui wawancara langsung kepada pelaku ekonomi mengenai perkembangan dan arah kegiatan ekonomi dengan cara yang sistematis dan didokumentasikan dalam bentuk laporan
Loan to Deposit Ratio (LDR)
Ratio yang menunjukkan perbandingan antara jumlah pinjaman yang disalurkan dengan dana pihak ke tiga yang dihimpun pada suatu waktu tertentu.
Migas
Minyak dan gas. Merupakan kelompok sektor industri yang mencakup industri minyak dan gas.
Mtm
Month to month. Perbandingan antara data satu bulan dengan bulan sebelumnya.
Non Performing Loan (NPL)
Besarnya jumlah kredit bermasalah pada suatu Bank dibanding dengan total keseluruhan kreditnya
Omzet
Nilai penjualan bruto yang diperoleh dari satu kali proses produksi.
PDRB
Produk Domestik Regional Bruto. Pendapatan suatu daerah yang mencerminkan hasil kegiatan ekonomi yang ada di suatu wilayah tertentu.
Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Pendapatan yang diperoleh dari aktivitas ekonomi suatu daerah seperti hasil pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah.
Perceived risk
Persepsi risiko yang dimiliki oleh investor terhadap kondisi perekonomian sebuah negara
Qtq
Quarter to quarter. Perbandingan antara data satu triwulan dengan triwulan sebelumnya.
Saldo Bersih
S dengan persent
SBT
Saldo Bersih Tertimbang. Nilai yang diperoleh dari hasil perkalian saldo bersih sektor/subsektor yang bersangkutan dengan bobot sektor/subsektor yang bersangkutan sebagai penimbangnya.
Sektor ekonomi dominan
Sektor ekonomi yang mempunyai nilai tambah besar sehingga mempunyai pengaruh dominan pada pembentukan PDRB secara keseluruhan.
Volatile food
Salah satu disagregasi inflasi, yaitu untuk komoditas yang perkembangan harganya sangat bergejolak karena faktor-faktor tertentu.
West Texas Intermediate
Jenis minyak bumi yang menjadi acuan untuk transaksi perdagangan minyak dunia.
Yoy
Year on year. Perbandingan antara data satu tahun dengan tahun sebelumnya.
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
Tim Penyusun
PENANGGUNG JAWAB Dian Nugraha
KOORDINATOR PENYUSUN Harisuddin
TIM PENULIS Daniel Agus Prasetyo, Reinaldy Akbar Ariesha, Argo Hadianto
KONTRIBUTOR Unit Statistik, Survei dan Liaison Unit Akses Keuangan dan UMKM Unit Operasional Kas
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA SULAWESI TENGGARA Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan Jl. Sultan Hasanudin No. 150 Kendari No. Telp. (0401) 3121655; No. Fax.(0401)3122718 Email :
[email protected]
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara