KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2016
Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/web/id/Publikasi/
Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh dengan menghubungi: KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA SULAWESI TENGGARA Tim Advisory dan Pengembangan Ekonomi Jl. Sultan Hasanudin No. 150 Kendari No. Telp. (0401) 3121655; No. Fax.(0401)3122718
Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) ini disusun setiap triwulan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara. Isi di dalamnya mencakup aspek pertumbuhan ekonomi, keuangan pemerintah, inflasi, sistem keuangan dan pengembangan akses keuangan, sistem pembayaran dan pengelolaan uang, ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat, serta prospek perekonomian ke depan. Kajian ekonomi daerah ini disamping bertujuan untuk memberikan masukan bagi Kantor Pusat Bank Indonesia dalam merumuskan kebijakan moneter, makroprudensial maupun sistem pembayaran, juga diharapkan dapat menjadi salah satu referensi bagi para stakeholders di daerah dalam membuat keputusan. Keberadaan Kantor Perwakilan Bank Indonesia di daerah diharapkan dapat semakin berperan sebagai strategic partner bagi stakeholder di wilayah kerjanya. Secara umum, kondisi perekonomian Sulawesi Tenggara pada triwulan III 2016 tumbuh melambat akibat adanya perlambatan yang terjadi pada konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah serta penurunan kinerja investasi pada sisi permintaan. Sementara itu, tekanan inflasi mengalami penurunan terutama dari komponen volatile food. Berbagai upaya juga terus dilakukan oleh Pemerintah dan Bank Indonesia untuk dapat mengendalikan inflasi. Dari sisi stabilitas keuangan daerah, sumber kerentanan pada sektor rumah tangga maupun korporasi masih terjaga di tengah kinerja institusi keuangan (perbankan) yang turut melambat seiring dengan kondisi perekonomian. Dalam penyusunan laporan ini, Bank Indonesia memanfaatkan data serta informasi dari berbagai institusi baik secara langsung melalui survei dan liason maupun data yang sudah tersedia. Sehubungan dengan hal tersebut, pada kesempatan ini, kami menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada semua pihak yang telah berkontribusi, baik berupa pemikiran maupun penyediaan data/informasi secara kontinyu, tepat waktu, dan reliable. Saran serta masukan dari para pengguna sangat kami harapkan untuk menghasilkan laporan yang lebih baik ke depan. Kendari, 21 November 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
Dian Nugraha
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA TRIWULAN I 2016
Kata Pengantar
ii
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2016
VISI BANK INDONESIA Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rencah dan nilai tukar yang stabil
MISI BANK INDONESIA 1.
2.
3.
4.
Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas. Mendorong sistem keuangan nasional bekerja secara efektif dan efisien serta mampu bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal untuk mendukung alokasi sumber pendanaan/pembiayaan dapat berkontribusi pada pertumbuhan dan stabilitas perekonomian nasional. Mewujudkan sistem pembayaran yang aman, efisien, dan lancar yang berkontribusi terhadap perekonomian, stabilitas moneter, dan stabilitas sistem keuangan dengan memperhatikan aspek perluasan akses dan kepentingan nasional Meningkatkan dan memelihara organisasi dan SDM Bank Indonesia yang menjunjung tinggi nilai-nilai strategis dan berbasis kinerja, serta melaksanakan tata kelola (governance) yang berkualitas dalam rangka melaksanakan tugas yang diamanatkan Undang-Undang
NILAI-NILAI STRATEGIS Merupakan nilai-nilai yang menjadi dasar Bank Indonesia, manajemen dan pegawai untuk bertindak dan atau berperilaku, yang terdiri atas: Trust and Integity – Professionalism – Excellence – Public Interest – Coordination and Teamwork
Kata Pengantar Visi Misi Bank Indonesia Daftar Isi Daftar Grafik Daftar Tabel Tabel Indikator Terpilih
i ii iii v viii Ix
RINGKASAN EKSEKUTIF BAB I PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH 1.1. KONDISI UMUM 1.2. SISI PERMINTAAN 1.2.1. Konsumsi Rumah Tangga 1.2.2. Konsumsi Pemerintah 1.2.3. Investasi 1.2.4. Ekspor dan Impor 1.2. SISI PENAWARAN: LAPANGAN USAHA 1.3.1. Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 1.3.2. Pertambangan dan Penggalian 1.3.3. Industri Pengolahan 1.3.4. Perdagangan Besar dan Eceran 1.3.5. Konstruksi 1.3.6. Transportasi dan Pergudangan
1 5 7 8 9 11 12 13 17 17 19 20 21 23 25
BAB II KONDISI FISKAL DAERAH 2.1. STRUKTUR ANGGARAN APBD TAHUN 2016 2.2. PERKEMBANGAN REALISASI ANGGARAN APBD PROVINSI 2.2.2. Realisasi Anggaran Pendapatan 2.2.2. Realisasi Anggaran Belanja
27 29 29 29 32
BAB III PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH 3.1. KONDISI UMUM 3.1.1. Perkembangan Inflasi Tahunan (year on year) 3.1.2. Perkembangan Inflasi Bulanan (month to month) 3.2. DISAGREGASI INFLASI 3.3. UPAYA PENGENDALIAN INFLASI
33 35 35 37 39 40 43
BOKS 1. Pusat Informasi Harga Pangan Strategis
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA TRIWULAN I 2016
Daftar Isi
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2016
iv BAB IV STABILITAS KEUANGAN DAERAH 4.1. ASESMEN SEKTOR RUMAH TANGGA 4.1.1. Sumber Kerentanan dan Kondisi Sektor Rumah Tangga 4.1.2. Kinerja Keuangan Rumah Tangga 4.1.3. Dana Pihak Ketiga Perseorangan Di Perbankan 4.1.4. Kredit Perbankan Pada Sektor Rumah Tangga 4.2. ASESMEN SEKTOR KORPORASI 4.2.1. Sumber Kerentanan Sektor Korporasi 4.2.2. Kinerja Korporasi 4.2.3. Eksposure Perbankan Pada Sektor Korporasi 4.3. ASESMEN INSTITUSI KEUANGAN (PERBANKAN) DI SULAWESI TENGGARA 4.3.1. Aset Bank Umum 4.3.2. Intermediasi Bank Umum Sulawesi Tenggara 4.3.3. Rentabilitas Bank Umum Sulawesi Tenggara 4.3.4. Perbankan Syariah 4.3.4. Bank Perkreditan Rakyat 4.4. AKSES KEUANGAN 4.4.1. Akses Keuangan Kepada UMKM 4.4.2. Akses Keuangan Kepada Penduduk
45 47 47 49 51 52 57 57 58 62 64 64 64 66 67 68 68 68 70
BAB V SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH 5.1. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN NON TUNAI 5.1.1. Perkembangan Transaksi Kliring 5.1.2. Perkembangan Transaksi RTGS 5.2. PENGELOLAAN UANG TUNAI 5.2.1. Aliran Uang Kartal 5.2.2. Penyediaan Uang Layak Edar 5.2.3. Perkembangan Temuan Uang Palsu
BOKS 2. Kendari Peduli Koin- Uang Logam Masih Dibutuhkan BOKS 3. Kampanye Non Tunai di Pemkot Kendari
71 73 73 74 74 74 75 76 77 79
BAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN 6.1. KETENAGAKERJAAN 6.2. KESEJAHTERAAN
81 83 85
BAB VII PROSPEK EKONOMI DAERAH 7.1. PROSPEK PERTUMBUHAN EKONOMI 7.2. PROSPEK INFLASI
87 89 92
Daftar Istilah Tim Penyusun
Grafik 1.1 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Tenggara Grafik 1.2 Pangsa Sektor Dominan Perekonomian Sulawesi Tenggara Triwulan I 2016 Grafik 1.3 Pertumbuhan Konsumsi Berdasarkan Kebutuhan Rumah Tangga Grafik 1.4 Persentase Penghasilan Rumah Tangga Untuk Aktivitas Konsumsi Grafik 1.5 Pertumbuhan Kredit Konsumsi Grafik 1.6 Konsumsi Semen di Sulawesi Tenggara Grafik 1.7 Pertumbuhan Kredit Investasi di Sulawesi Tenggara Grafik 1.8 Nilai Ekspor Luar Negeri dari Sulawesi Tenggara Grafik 1.9 Pangsa Komoditas Ekspor Grafik 1.10 Nilai Ekspor Feronikel Sultra Grafik 1.11 Nilai Ekspor Feronikel oleh Salah Satu Korporasi Grafik 1.12 Nilai Ekspor Perikanan Sultra Grafik 1.13 Arus Muat Barang Grafik 1.14 Nilai Impor Luar Negeri Sultra Grafik 1.15 Arus Bongkar Barang di Pelabuhan Grafik 1.16 Pangsa Sub Lapangan Usaha Pertanian Grafik 1.17 Kredit Pertanian di Sulawesi Tenggara Grafik 1.18 Produksi Ore Nikel Grafik 1.19 Kredit Pertambangan Sulawesi Tenggara Grafik 1.20 Produksi Feronikel Grafik 1.21 Kredit Industri Sulawesi Tenggara Grafik 1.22 Volume Ekspor Sulawesi Tenggara Grafik 1.23 Transaksi Perdagangan Luar Negeri Grafik 1.24 Pertumbuhan Aktivitas Bongkar Muat Pelabuhan Kendari Grafik 1.25 Kredit Perdagangan Sulawesi Tenggara Grafik 1.26 Arus Penumpang Kapal Laut
7 7 9 9 10 12 12 13 13 14 14 14 14 15 15 18 18 19 19 20 20 22 22 23 23 25
Grafik 2.1 Perkembangan Tahunan Anggaran Pendapatan Provinsi Sulawesi Tenggara Grafik 2.2 Perkembangan Tahunan Anggaran Belanja Provinsi Sulawesi Tenggara Grafik 2.3 Perkembangan Kondisi Keuangan Antara Realisasi dan Target Bulanan Grafik 2.4 Perkembangan Penyelesaian Fisik Pengadaan Antara Realisasi dan Target
29 29 31 31
Grafik 3.1 Pergerakan Inflasi Tahunan Sulawesi Tenggara Grafik 3.2 Pergerakan Inflasi Tahunan Sulawesi Tenggara Berdasarkan Kelompok Grafik 3.3 Pergerakan Inflasi Tahunan per Kota Grafik 3.4 Perbandingan Kinerja Inflasi Tahunan Triwulan III 2016 & Tracking Okt-16 Grafik 3.5 Pergerakan dan Pola Inflasi Bulanan Sulawesi Tenggara
35 35 36 36 37
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2016
Daftar Grafik
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2016
vi Grafik 3.6 Pergerakan Inflasi Bulanan Kota Kendari dan Kota Baubau Triwulan II 2016 Grafik 3.7 Perkembangan Inflasi Tahunan Berdasarkan Disagregasi Inflasinnya Grafik 3.8 Indeks Pengeluaran Konsumen Berdasarkan Kelompok Inflasi
37 38 38
Grafik 4.1 Kontribusi Konsumsi Rumah Tangga Terhadap PDRB Sulawesi Tenggara Grafik 4.2 Indeks Keyakinan Konsumen Rumah Tangga Sulawesi Tenggara Grafik 4.3 Persepsi Rumah Tangga Sultra Terhadap Ekonomi Saat ini Grafik 4.4 Perubahan Penghasilan Saat Ini dibandingkan 6 Bulan Mendatang Grafik 4.5 Persepsi Rumah Tangga Sultra Terhadap Ekonomi 6 Bulan Mendatang Grafik 4.6 Ekspektasi Peningkatan Gaji/Upah 6 bulan Grafik 4.7 Ekspektasi Perubahan Harga Oleh Rumah Tangga 3 Bulan Mendatang Grafik 4.8 Ekspektasi Perubahan Harga 3 Bulan Mendatang Berdasarkan Komoditi Grafik 4.9 Komposisi Pengeluaran Rumah Tangga Sulawesi Tenggara Grafik 4.10 Komposisi Pengeluaran Rumah Tangga Berdasarkan Pengeluaran/Bulan Grafik 4.11 Komposisi Pengeluaran Rumah Tangga Sulawesi Tenggara Grafik 4.12 Perkiraan Posisi Pinjaman 6 Bulan Mendatang Grafik 4.13 Komposisi DPK Sulawesi Tenggara Grafik 4.14 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga Perseorangan Sulawesi Tenggara Grafik 4.15 Komposisi DPK Perseorangan di Sulawesi Tenggara Grafik 4.16 Pertumbuhan DPK Perseorangan Tiap Jenis Penempatan Grafik 4.17 Komposisi Kredit Perseorangan di Sulawesi Tenggara Grafik 4.18 Komposisi Penggunaan Kredit Perseorangan di Sulawesi Tenggara Grafik 4.19 Komposisi Penggunaan Kredit Produktif Perseorangan Oleh UMKM Grafik 4.20 Pertumbuhan Kredit Perseorangan di Sulawesi Tenggara Grafik 4.21 NPL dan Suku Bunga Kredit Rumah Tangga & Kredit Konsumsi Grafik 4.22 Hubungan Antara Pertumbuhan Kredit Perseorangan & Suku Bunga Grafik 4.23 Komposisi Ekspor Sulawesi Tenggara Grafik 4.24 Harga Nikel Internasional Grafik 4.25 Kinerja Korporasi di Sulawesi Tenggara Berdasarkan Liaison Grafik 4.26 Kondisi Kegiatan Usaha di Sulawesi Tenggara Grafik 4.27 Perkembangan Upah Minimum Provinsi Grafik 4.28 Perkembangan Kondisi Likuiditas Keuangan Korporasi di Sultra Grafik 4.29 Kondisi Likuiditas Keuangan Korporasi Berdasarkan Sektoral Grafik 4.30 Pangsa Penggunaan Kredit Korporasi Grafik 4.31 Pertumbuhan Kredit Korporasi Grafik 4.32 Pertumbuhan Kredit Modal Kerja Korporasi Sektor Dominan Grafik 4.33 Pergerakan NPL Kredit Modal Kerja Korporasi Grafik 4.34 Pertumbuhan Kredit Investasi Korporasi Sektor Dominan Grafik 4.35 Pergerakan NPL Kredit Investasi Korporasi Grafik 4.36 Aset Bank Umum Sulawesi Tenggara Grafik 4.37 Pangsa Aset Berdasarkan Pemilik Bank Grafik 4.38 DPK Bank Umum Sulawesi Tenggara Grafik 4.39 Kredit Bank Umum Sulawesi Tenggara Grafik 4.40 Perkembangan Loan To Deposit Rasio Sulawesi Tenggara Grafik 4.41 Perkembangan NPL Bank Umum Sulawesi Tenggara
47 47 48 48 48 48 49 49 49 49 51 51 52 52 52 52 53 53 53 53 54 54 58 58 59 60 60 61 61 62 62 63 63 64 64 64 64 64 64 65 65
ivi 66 66 67 67 68 68 69 69 69 69 70 70
Grafik 5.1 Nilai Transaksi Kliring (SKNBI) Provinsi Sulawesi Tenggara Grafik 5.2 Volume Transaksi Kliring (SKNBI) Provinsi Sulawesi Tenggara Grafik 5.3 Perputaran kliring harian di Sulawesi Tenggara Grafik 5.4 Penolakan Kliring (Cek/BG Kosong) Grafik 5.5 Nilai Transaksi RTGS Provinsi Sulawesi Tenggara Grafik 5.6 Volume Transaksi RTGS Provinsi Sulawesi Tenggara Grafik 5.7 Aliran Uang Kartal Dari Bank Sentral di Sulawesi Tenggara Grafik 5.8 Posisi Selisih Inflow dan Outflow Di Bank Sentral Sulawesi Tenggara Grafik 5.9 Pemusnahan Uang Tidak Layak Edar Grafik 5.10 Komposisi Pecahan Uang Palsu Yang Ditemukan
73 73 73 73 74 74 75 75 76 76
Grafik 6.1 Kondisi Realisasi Penyerapan Tenaga Kerja Berdasarkan Sektor Usaha Grafik 6.2 Ketersediaan Lapangan Pekerjaan Dari Sisi Tenaga Kerja
83 83
I KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2016
Grafik 4.42 Spread Suku Bunga Bank Umum Grafik 4.43 Perkembangan BOPO dan NIM Bank Umum Grafik 4.44 Pangsa Perbankan Syariah Grafik 4.45 Perkembangan DPK dan Pembiayaan Syariah Grafik 4.46 Perkembangan BPR di Sulawesi Tenggara Grafik 4.47 Pangsa Kredit UMKM Grafik 4.48 Pertumbuhan Kredit UMKM Grafik 4.49 Pertumbuhan Kredit UMKM Sektoral Grafik 4.50 NPL Kredit UMKM Sektor Dominan Grafik 4.51 Pergerakan Baki Debet KUR Sulawesi Tenggara Grafik 4.52 Rasio Rekening DPK per Penduduk Bekerja Grafik 4.53 Rasio Rekening Kredit per Penduduk Bekerja
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA TRIWULAN I 2016
Daftar Tabel Tabel 1.1 Perkembangan Petumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan Tabel 1.2 Perkembangan Petumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran
8 17
Tabel 2.1 Perbandingan Pencapaian Penyerapan Pendapatan Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara Triwulan II Tabel 2.2 Perbandingan Pencapaian Penyerapan Belanja Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara Triwulan II
30
Tabel 4.1 Dana Rumah Tangga Untuk Membayar Cicilan dan Perubahannya Berdasarkan Tingkat Pengeluaran/Bulan Tabel 4.2 Dana Rumah Tangga Untuk Menabung dan Perubahannya Berdasarkan Berdasarkan Tingkat Pengeluaran/Bulan Tabel 4.3 Pertumbuhan dan NPL KPR di Sulawesi Tenggara Tabel 4.4 Pertumbuhan dan NPL KKB di Sulawesi Tenggara Tabel 4.5 Komposisi Kredit Multiguna Posisi Triwulan I 2016 Tabel 4.6 NPL Kredit Multiguna Tabel 4.7 Perkiraan Beban Angsuran Terhadap Pendapatan Korporasi 6 Bulan
50
31
50 55 55 56 57 61
Indikator Terpilih PDRB DAN IHK Indikator Indeks Harga Konsumen - Kendari - Baubau Laju Inflasi Tahunan (%, yoy) - Sulawesi Tenggara PDRB Penawaran - Harga Konstan (Rp miliar) 1. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 2. Pertambangan dan Penggalian 3. Industri Pengolahan 4. Pengadaan Listrik, Gas 5. Pengadaan Air 6. Konstruksi 7. Perdagangan Besar & Eceran, 8. Transportasi dan Pergudangan 9. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 10. Informasi dan Komunikasi 11. Jasa Keuangan 12. Real Estate 13. Jasa Perusahaan 14. Adm Pemerintahan, 15. Jasa Pendidikan 16. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 17. Jasa Lainnya PDRB Permintaan - Harga Konstan (Rp miliar) 1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT 3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 4. Pembentukan Modal Tetap Bruto 5. Perubahan Inventori 6. Eksport Luar Negeri 7. Import Luar Negeri 8. Net Eksport Antar Daerah Total PDRB (Rp Miliar) Pertumbuhan PDRB (%, yoy)
2015 I
II
III
IV
I
2016 II
III
114,65 121,39
115,67 123,88
118,00 124,87
118,06 126,70
120,18 126,94
120,72 128,20
121,65 129,58
7,81
7,35
7,24
2,27
4,75
3,49
3,28
3.984 3.687 1.069 8 36 1.986 2.057 740 99 384 382 302 37 938 843 175 258
4.253 3.920 1.128 9 36 2.269 2.195 768 104 401 373 310 39 1.000 844 180 267
4.323 4.222 1.092 8 35 2.444 2.224 817 106 421 403 314 39 1.033 857 180 273
4.360 3.915 1.151 10 36 2.738 2.274 847 114 434 426 307 40 1.066 931 187 282
4.411 3.350 1.162 9 40 2.205 2.205 830 106 437 437 303 40 969 937 191 279
4.491 3.938 1.191 9 39 2.517 2.354 885 113 459 456 314 42 1.083 951 188 292
4.575 3.841 1.243 9 40 2.661 2.652 956 115 476 459 287 42 1.084 995 195 290
8.409 177 2.202 6.483 153 856 988 (310) 16.984 5,7
8.565 181 2.627 7.117 152 932 945 (542) 18.095 7,2
8.859 196 2.784 7.676 111 712 1.000 (540) 18.791 7,0
8.982 208 3.159 8.730 (89) 714 1.504 (1.084) 19.117 7,5
8.955 189 2.308 7.145 (22) 431 763 (330) 17.913 5,5
9.138 194 3.079 7.768 12 658 1.207 (320) 19.321 6,8
9.403 203 3.007 8.018 22 694 1.038 (390) 19.920 6,0
x
Indikator Perbankan Total Asset (Rp miliar) - Bank Umum (Konvensional & Syariah) - BPR - Syariah Dana Pihak Ketiga Bank Umum (Rp miliar) - Giro - Tabungan - Deposito Kredit Bank Umum* (Rp miliar) - Modal Kerja - Investasi - Konsumsi NPL Bank Umum(%) LDR (%) Kredit UMKM (Rp miliar) NPL Kredit UMKM (%) Kas (Rp miliar)
- Inflow - Outflow - Net (Inflow - Outflow)
2015 I
II
III
IV
2016 II
I
III
20.871 19.702 200 969 12.597 3.475 5.887 3.235 14.444 3.967 1.689 8.787 2,88 115 4.859 5,87
21.796 21.562 234 1.169 13.675 4.169 5.923 3.583 15.174 4.266 1.701 9.206 3,06 111 5.144 6,47
22.718 21.562 240 916 14.883 4.548 6.619 3.716 15.644 4.313 1.692 9.639 2,95 105 5.212 6,34
22.770 21.562 261 947 14.517 2.829 8.129 3.558 16.092 4.288 1.791 10.013 2,45 111 5.200 5,31
22.768 21.562 271 935 15.367 4.211 7.245 3.912 16.915 4.669 1.823 10.423 2,61 110 5.797 5,70
23.837 21.562 292 943 15.690 4.030 7.665 3.995 17.910 5.002 1.962 10.946 2,48 114 6.255 5,35
23.837 21.562 274 987 15.442 3.790 7.717 3.934 18.119 5.061 1.920 11.140 2,79 117 6.190 5,86
939 230 708
431 923 (492)
754 1.757 (1.003)
262 1.807 (1.545)
1.279 282 997
579 1.612 (1.033)
1.140 1.044 96
878 41
918 42
1.051 44
1.748 55
2.084 58
2.437 64
2.172 56
5.462 12.863
5.891 18.445
6.821 18.698
4.010 10.959
481 848
529 874
478 689
Kliring
- Volume (transaksi) - Nominal (Rp miliar) RTGS dari Perbankan Sultra
- Volume (transaksi) - Nominal (Rp miliar) *Lokasi Bank
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2016
PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA TRIWULAN I 2016
Ringkasan Eksekutif
GAMBARAN UMUM Pada Triwulan III 2016 ekonomi Sulawesi Tenggara (Sultra) tumbuh sebesar 6,0% (yoy) mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Perlambatan tersebut disebabkan oleh perlambatan yang terjadi pada konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah serta penurunan kinerja investasi. Sementara itu, inflasi di Sulawesi Tenggara mencapai 3,28% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 4,12% (yoy). Penurunan inflasi tersebut terutama bersumber dari berkurangnya tekanan inflasi komponen volatile food. Di sisi lain, stabilitas keuangan daerah masih terjaga. Namun demikian dari sisi sektor korporasi, kinerja korporasi utama masih rentan terhadap pelemahan ekonomi global
2
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2016
Pertumbuhan Ekonomi Daerah Kontraksi lapangan usaha pertambangan dan melambatnya lapangan usaha konstruksi menyebabkan terjadinya perlambatan perekonomian Sultra
Pertumbuhan Sulawesi Tenggara pada triwulan III 2016 tumbuh sebesar 6,0% (yoy), mengalami perlambatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mampu tumbuh sebesar 6,8%(yoy). Perlambatan tersebut disebabkan oleh perlambatan yang terjadi pada konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah serta penurunan kinerja investasi Sulawesi Tenggara pada sisi permintaan. Dari sisi penawaran, kinerja lapangan usaha pertambangan yang terkontraksi dan melambatnya laju pertumbuhan pada lapangan usaha konstruksi merupakan penyebab utama percepatan laju pertumbuhan. Namun demikian pada triwulan IV 2016 perekonomian diperkirakan akan mengalami akselerasi seiring dengan peningkatan kinerja usaha pertambangan dan penggalian dan lapangan usaha konstruksi. Selain itu, akselerasi investasi dan ekspor Sulawesi Tenggara di periode mendatang juga masih menopang perekonomian Sulawesi Tenggara. Inflasi Daerah
Tekanan inflasi Sultra mengalami penurunan akibat adanya penurunan harga bahan makanan
Inflasi Sulawesi Tenggara pada triwulan III 2016 mengalami penurunan dari 4,12% (yoy) di triwulan sebelumnya menjadi 3,28% (yoy). Penurunan laju inflasi Sulawesi Tenggara tersebut disebabkan oleh penurunan inflasi yang terjadi di Kota Kendari. Sementara daerah lain yang merupakan kota perhitungan inflasi, yaitu Kota Baubau mengalami peningkatan. Sumber utama penurunan inflasi tersebut adalah penurunan harga bahan pangan seiring telah kembali normalnya permintaan masyarakat pasca Bulan Ramadhan dan perayaan Hari Raya Idul Fitri. Upaya pengendalian inflasi difokuskan untuk meningkatkan koordinasi dan komunikasi seluruh TPID Kota/Kabupaten dan TPID Provinsi. Selain itu, dilakukan pula upaya untuk menjaga ekspektasi masyarakat terhadap harga kebutuhan strategis terutama pada saat perayaan Hari Besar Keagamaan. Namun demikian, tekanan inflasi pada triwulan IV 2016 diperkirakan akan mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut utamanya disebabkan oleh
penurunan
kelompok
administered
prices
seiring
adanya
peningkatan permintaan akan komoditas angkutan udara terutama di Kota Baubau pada saat perayaan Natal dan Tahun Baru 2017.
3
Stabilitas keuangan daerah masih terjaga terutama dari ketahanan rumah tangga
Stabilitas keuangan daerah masih terjaga, terutama dari ketahanan sektor rumah tangga. Tingkat konsumsi masyarakat yang masih terjaga, perilaku berutang yang masih normal, dan risiko kredit yang masih terjaga berdampak minimal pada sistem keuangan. Dari sisi sektor korporasi, kinerja korporasi utama sudah mulai membaik ditengah pelemahan ekonomi global dan mampu menopang ketahanan sistem keuangan di Sulawesi Tenggara. Sementara itu, perekonomian yang melambat mempengaruhi kinerja institusi keuangan, khususnya perbankan di Sulawesi Tenggara. Kinerja penghimpunan dana pihak ketiga dan penyaluran kredit mengalami perlambatan. Sementara itu, risiko kredit menunjukkan peningkatan meskipun masih dalam batas terkendali. Keuangan Pemerintah
Realisasi Pendapatan maupun belanja APBD Provinsi Sulawesi Tenggara mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun sebelumnya
Anggaran Pendapatan dan Belanja (APBD) Provinsi Sulawesi Tenggara pada tahun 2016 mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan anggaran tahun 2015. Pada triwulan III 2016, realisasi pendapatan APBD Provinsi Sulawesi Tenggara mencapai sebesar 73,6% dari target, menurun dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 80,6%. Sejalan dengan kondisi tersebut, realisasi belanja APBD Provinsi Sulawesi Tenggara mengalami penurunan dari 68,3% menjadi 60,3% di periode laporan. Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang
Sistem pembayaran non tunai mengalami penurunan dan transaksi tunai terjadi net inflow
Pada triwulan III 2016, aktivitas sistem pembayaran non tunai melalui sistem kliring dan RTGS di Sulawesi Tenggara mengalami penurunan baik secara nominal maupun jumlah transaksi jika dibandingkan dengan periode sebelumnya. Di sisi sistem pembayaran tunai, pada triwulan III 2016 terjadi net inflow uang kartal yang berbeda dengan pola musimannya. Selain itu, KPw Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara juga terus melakukan peningkatan kelayakedaran dari uang kartal dan meminimalkan peredaran uang palsu.
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2016
Stabilitas Keuangan Daerah
4
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2016
Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Kondisi ketenagakerjaan dan tingkat kesejahteraan mengalami perbaikan
Kondisi ketenagakerjaan di Sulawesi Tenggara mengalami perbaikan walaupuan terjadi perlambatan kinerja perekonomian pada periode laporan. Kondisi tersebut terlihat dari peningkatan jumlah penduduk yang bekerja dan penurunan jumlah penggangguran. Sementara itu, untuk perkiraan kondisi ketenagakerjaan pada periode yang akan datang akan mengalami perbaikan. Sejalan dengan kondisi ketenagakerjaan, tingkat kesejahteraan
terutama
pada
masyarakat
pedesaan
mengalami
peningkatan. Hal tersebut tercermin dari Nilai Tukar Pertani (NTP) yang meningkat di periode laporan.
Prospek Perekonomian Pertumbuhan ekonomi Sultra pada tahun 2017 diperkirakan akan mengalami percepatan disertai dengan penurunan tekanan inflasi
Pada tahun 2017 mendatang, pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara diperkirakan masih berada pada tren meningkat dan tumbuh pada kisaran 6,5%
7,0% (yoy). Percepatan tersebut searah dengan prakiraan
perekonomian Indonesia dan dunia yang juga mengalami peningkatan. Kinerja lapangan usaha pertanian, pertambangan dan penggalian serta industri pengolahan masih merupakan faktor pendorong laju percepatan perekonomi. atan kinerja ekonomi di periode triwulan mendatang. Di sisi lain, perkembangan inflasi Sultra pada tahun 2017 diperkirakan akan dominan dipengaruhi oleh penurunan kelompok volatile food dan
administered prices. Inflasi Sulawesi Tenggara pada tahun 2017 diprakirakan berada pada kisaran 3,0% - 3,4% (yoy), relatif menurun dibandingkan dengan periode tahun 2016 berada pada kisaran 3,3%3,7% (yoy).
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA TRIWULAN I 2016
Bab 1
PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH
Perekonomian Sulawesi Tenggara pada triwulan III 2016 tumbuh sebesar 6,0% (yoy), mengalami perlambatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mampu tumbuh sebesar 6,8% (yoy). Perlambatan tersebut disebabkan oleh perlambatan yang terjadi pada konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah serta penurunan kinerja investasi pada sisi permintaan. Dari sisi penawaran, kinerja lapangan usaha pertambangan dan penggalian yang terkontraksi dan melambatnya laju pertumbuhan pada lapangan usaha konstruksi merupakan penyebab utama terjadinya perlambatan laju pertumbuhan. Namun demikian, pada triwulan IV yang sedang berjalan diperkirakan akan terjadi akselerasi pertumbuhan ekonomi yang didorong oleh akselerasi yang terjadi pada kegiatan investasi dan ekspor Sulawesi Tenggara.
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2016
2
1.1. KONDISI UMUM
dari kondisi eksternal dan sangat dipengaruhi
Perekonomian Sulawesi Tenggara pada triwulan
juga oleh kondisi perekonomian global.
III 2016 tumbuh sebesar 6,0% (yoy)1, mengalami
Memasuki triwulan IV 2016, perkembangan
perlambatan dibandingkan dengan triwulan
beberapa
sebelumnya yang mampu tumbuh sebesar 6,8%
Tenggara mengindikasikan arah pertumbuhan
(yoy)
dengan tren meningkat dan diperkirakan dapat
(Grafik
perlambatan
1.1).
Dari
sisi
tersebut
permintaan,
ekonomi
di
Sulawesi
oleh
tumbuh sebesar 6,5% (yoy). Hasil survei yang
perlambatan yang terjadi pada konsumsi rumah
dilakukan oleh KPw Bank Indonesia Provinsi
tangga
Sulawesi Tenggara dan pendalaman informasi
dan
disebabkan
indikator
konsumsi
pemerintah
serta
penurunan kinerja investasi Sulawesi Tenggara.
yang
Sementara dari sisi penawaran, kontraksi yang
mengindikasikan
terjadi pada lapangan usaha pertambangan dan
pertumbuhan ekonomi. Sektor ekonomi yang
penggalian serta perlambatan laju pertumbuhan
diperkirakan dapat mendorong peningkatan
pada lapangan usaha konstruksi menjadi sumber
tersebut
utama perlambatan perekonomian Sulawesi
pertambangan dan penggalian dan lapangan
Tenggara di periode tersebut.
usaha
Meskipun memiliki arah pertumbuhan yang
permintaan,
sama dengan perekonomian nasional, namun
ekonomi Sulawesi Tenggara diperkirakan berasal
pertumbuhan perekonomian Sulawesi Tenggara
dari adanya akselerasi investasi dan ekspor
masih lebih besar. Pertumbuhan ekonomi
Sulawesi Tenggara serta masih terjaganya
Indonesia pada periode yang sama hanya
konsumsi rumah tangga di periode mendatang.
tumbuh sebesar 5,0% (yoy). Kondisi tersebut
Dengan realisasi sampai dengan triwulan III 2016
menunjukkan bahwa sumber pertumbuhan
dan perkiraan pada triwulan IV tersebut, maka
perekonomian Sulawesi Tenggara masih berasal
sepanjang tahun 2016 perekonomian Sulawesi
dilakukan
melalui akan
yaitu
pada
konstruksi.
liaison
terjadi
peningkatan
lapangan
Sementara
peningkatan
juga
dari
usaha sisi
pertumbuhan
%, yoy 9,0%
Lainnya 8,0%
6,8% 6,0%
Sultra 2014=6,3%
7,0%
Sultra 2015=6,9%
6,0% 5,0%
5,2% 5,0%
4,0%
Perdagangan
3,0% I
II
III
IV
I
2014 Pertumbuhan Ekonomi Sultra
II
III
2015
IV
I
II
Konstruksi
III
2016
1
Pertanian
Pertambangan
Industri Pengolahan
Pertumbuhan Ekonomi Nasional
Sumber: BPS, ADHK, diolah
Grafik 1.1
23,0 19,3 6,2 13,4 13,3
Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Tenggara
Sumber: BPS, ADHK, diolah
Grafik 1.2
Pangsa Sektor Dominan Perekonomian Sulawesi Tenggara Triwulan III 2016
Angka pertumbuhan ekonomi tersebut merupakan pembulatan dari angka rilis BPS sebesar 5,95% (yoy).
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2016
7
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2016
8 Tenggara diperkirakan hanya dapat tumbuh
faktor pendorong utama terjadinya perlambatan
sebesar 6,2% (yoy). Melambat dibandingkan
pada konsumsi rumah tangga dan pemerintah.
pertumbuhan selama 2015 yang dapat tumbuh
Selain itu, telah berlalunya Bulan Ramadhan dan
sebesar 6,9% dan melanjutkan tren menurun
Hari Raya Idul Fitri juga menyebabkan daya beli
sejak 2015. Kondisi pelemahan permintaan
masyarakat kembali pada kondisi normalnya. Di
global terhadap komoditas ekspor Sulawesi
sisi lain, adanya penundaan transfer DAU
Tenggara, tingginya ketergantungan impor luar
tersebut juga mengakibatkan terhambatnya
negeri pada kegiatan investasi hilirisasi nikel, dan
pembangunan
adanya penundaan dana transfer pemerintah
daerah
pusat
sehingga
untuk
menyebabkan
pembangunan
infrastruktur
perekonomian
Sulawesi
yang
proyek-proyek belum
membuat
pemerintah
sempat
kinerja
ditenderkan
investasi
turut
mengalami perlambatan di periode triwulan III
Tenggara kembali melambat.
2016.
1.2. SISI PERMINTAAN
Meskipun demikian, adanya perbaikan kinerja
Dari sisi permintaan (dilihat dari komponen
ekspor di triwulan III 2016 mampu menahan laju
pengeluaran pada PDRB), perlambatan laju
perlambatan
pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara pada
Perbaikan tersebut dipengaruhi oleh adanya
triwulan III 2016 disebabkan oleh perlambatan
peningkatan
harga
yang terjadi pada konsumsi rumah tangga dan
Berdasarkan
hasil
konsumsi pemerintah serta penurunan kinerja
permintaan nikel olahan dari Sulawesi Tenggara
investasi
masih
di
Sulawesi
Tenggara.
Telah
pertumbuhan
dipengaruhi
yang
terjadi.
nikel
internasional.
liaison,
peningkatan
adanya
pemangkasan
direalisasikannya pembayaran gaji PNS/ASN dan
produksi nikel dari negara kompetitor nikel,
TNI/Polri ke-13 dan ke-14 pada triwulan II 2016
terutama Filipina ditengah peningkatan produksi
serta adanya penundaan transfer Dana Alokasi
stainless steel2 di Tiongkok.
Umum (DAU) oleh pemerintah pusat merupakan Tabel 1.1 Perkembangan Petumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan 2015 2016 Rasio Komponen Pengeluaran 2015 2016P III IV I II III IVP Tw III 2016 Konsumsi Rumah Tangga 5,1 5,0 4,8 6,5 6,7 6,1 5,8 6,3 47,2 Konsumsi LNPRT 5,1 5,5 -2,5 6,6 7,2 3,2 8,8 6,5 1,0 Konsumsi Pemerintah 6,8 4,3 4,5 4,8 16,1 8,0 7,6 9,2 15,1 PMTB 3,0 2,8 4,4 10,2 9,3 4,5 5,4 7,1 40,3 Perubahan Inventori -79,2 -81,6 -33,9 -114,2 -83,5 -80,0 -124,7 -85,5 0,1 Eksport Luar Negeri -21,9 -27,9 -20,9 -49,7 -29,4 -2,6 57,5 -9,6 3,5 Import Luar Negeri -39,1 -24,6 -23,4 -22,8 27,7 3,8 31,9 12,5 5,2 Net Eksport Antar Daerah -41,2 8,3 -30,0 6,7 -41,1 -27,7 5,0 -12,0 (2,0) PDRB 7,0 7,5 6,9 5,5 6,8 6,0 6,5 6,2 Dalam % (yoy) PMTB = Pembentukan Modal Tetap Bruto (investasi); LNPRT= Lembaga Non Profit melayani Rumah Tangga
2
Rasio = perbandingan terhadap total PDRB p= proyeksi KPw BI Sultra Sumber: BPS, ADHK, diolah
Stainless steel merupakan produk logam yang menggunakan nikel olahan (feronikel dan NPI) sebagai salah satu unsur bahan bakunya.
Dari sisi rasio komponen pengeluaran terhadap
2016 masih didorong oleh adanya peningkatan
total PDRB, konsumsi rumah tangga masih
permintaan luar negeri terhadap komoditas nikel
mendominasi perekonomian Sulawesi Tenggara
olahan. Disisi lain, konsumsi rumah tangga dan
dengan rasio sebesar 47,2% diikuti oleh
konsumsi pemerintah di periode mendatang
pengeluaran untuk kegiatan investasi sebesar
diperkirakan
40,3%. Selain itu, konsumsi pemerintah juga
sehingga relatif menahan laju pertumbuhan
masih memiliki peran yang cukup besar dengan
ekonomi Sulawesi Tenggara di periode tersebut.
akan
mengalami
perlambatan
rasio mencapai 15,1% sehingga realisasinya perlu
mendapat
perhatian
agar
dapat
1.2.1. Konsumsi Rumah Tangga
meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang
Realisasi Triwulan III 2016
optimal dan berkelanjutan. Sementara itu,
Pada triwulan III 2016 konsumsi rumah tangga
ekspor luar negeri Sulawesi Tenggara hanya
tercatat tumbuh sebesar 6,1% (yoy), mengalami
sebesar
perlambatan
3,5%
jika
dibandingkan
dengan
laju
pertumbuhan
jika
keseluruhan PDRB yang tercipta (Tabel 1.1) .
dibandingkan dengan periode sebelumnya yang
Meskipun demikian, pada triwulan IV yang
tercatat
sedang berjalan
Perlambatan laju pertumbuhan konsumsi rumah
diperkirakan
akan
terjadi
tumbuh
6,7%
tangga
oleh akselerasi yang terjadi pada kegiatan
dibayarkannya
investasi
pemerintah pada triwulan II yang lalu, sementara
ekspor
Sulawesi
Tenggara.
disebabkan
(yoy).
akselerasi pertumbuhan ekonomi yang didorong dan
tersebut
sebesar
gaji
ke
13
oleh
dan
telah
14
oleh
Pertumbuhan kinerja investasi pada periode
pada tahun 2015 di bayarkan pada triwulan III.
mendatang
mengalami
Berdasarkan jenis pengeluaran konsumsinya,
perbaikan seiring dengan adanya peningkatan
pengeluaran rumah tangga yang mengalami
realisasi investasi pemerintah maupun investasi
penurunan pada periode tersebut terjadi hampir
swasta. Sedangkan untuk akselerasi pada
pada seluruh komponen konsumsi rumah
kegiatan
tangga, kecuali pada konsumsi makanan dan
diperkirakan
ekspor
akan
Sulawesi
Tenggara
yang
diperkirakan akan terjadi selama triwulan IV
dan
konsumsi
kesehatan
dan
%
%, yoy 61 60
59 58
Tw II 2015
Konsumsi lainnya
Restoran dan Hotel
Transportasi dan Komunikasi
Kesehatan dan Pendidikan
Perumahan dan Perlengkapan Rumah Tangga
Pakaian dan Alas Kaki
57
Makanan dan Minuman, selain Restoran
12 10 8 6 4 2 0
minuman
56
55,5
55 54
53 I
Tw III 2016
Pertumbuhan Konsumsi Berdasarkan Kebutuhan Rumah Tangga
III
IV
I
II
III
IV
I
II
III
2014 2015 2016 Persentase Penghasilan Untuk Konsumsi
Sumber: BPS, ADHK, diolah
Grafik 1.3
II
Sumber: Survei Konsumen KPw BI Sultra, diolah
Grafik 1.4
Persentase Penghasilan Rumah Tangga Untuk Aktivitas Konsumsi
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2016
9
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2016
10 pendidikan (Grafik 1.3) . Kedua jenis konsumsi
2016, kredit konsumsi di Sulawesi Tenggara
tersebut mengalami kenaikan pada periode
tercatat sebesar Rp11,9 triliun atau tumbuh
triwulan III disebabkan karena adanya perayaan
sebesar 14,1% (yoy), sedangkan pada triwulan
Hari Raya Idul Adha dan pergantian tahun ajaran
sebelumnya tumbuh sebesar 16,5% (yoy) (Grafik
baru.
1.5).
Konsumsi
rumah
tangga
Sulawesi
Tenggara masih didominasi oleh konsumsi makanan dan minuman sebesar 46,3%, diikuti oleh
konsumsi
untuk
transportasi
dan
komunikasi sebesar 20,4%. Sementara itu konsumsi perumahan dan peralatan rumah tangga berada pada posisi ke-3 dengan pangsa sebesar 12,5%.
Tracking Triwulan IV 2016 & Tahun 2016 Memasuki triwulan IV 2016, perkembangan berbagai
indikator
pertumbuhan
terkini
mengindikasikan
konsumsi
cenderung
stabil
rumah
tangga
namun
terdapat
kecenderungan melanjutkan tren yang menurun di kisaran 5,8% (yoy). Adanya ketidakpastian
Perlambatan laju pertumbuhan konsumsi rumah
yang
tangga tersebut terlihat juga hasil Survei
menyebabkan masyarakat akan lebih selektif
Konsumen (SK) yang dilakukan oleh KPwBI
dalam
Provinsi Sulawesi Tenggara. Berdasarkan hasil
Masyarakat
survei tersebut terdapat penurunan Indeks
meningkatkan
Penghasilan Konsumen dari 140,3 di triwulan II
membayar cicilan/pinjaman. Hal ini tercermin
menjadi 130,7 di triwulan III serta persentase
dari
penghasilan rumah tangga yang digunakan
menunjukkan indeks penghasilan konsumen di
untuk konsumsi pada triwulan III 2016 menjadi
bulan Oktober yang tercatat sebesar 129,0
55,5% dari 58,9% di periode sebelumnya (Grafik
menurun dibandingkan dengan periode triwulan
1.4) .
III yang tercatat sebesar 130,7.
Sejalan
dengan
itu,
pertumbuhan
terjadi
pada
melakukan
hasil
perekonomian kegiatan
diperkirakan
Survei
konsumsinya.
akan
tabungan
global
cenderung
dan
Konsumen
berusaha (SK)
yang
kredit
Dengan perkembangan tersebut, selama tahun
konsumsi pada periode tersebut juga mengalami
2016 aktivitas konsumsi diperkirakan dapat
perlambatan pertumbuhan. Pada triwulan III
tumbuh
yoy
(yoy),
meningkat
19%
tumbuh sebesar 4,8% (yoy). Peningkatan
17% 16% 15% 14% 13% 12% 11% 10%
tersebut didorong oleh optimisme konsumen
11,97 18%
12
10 8 6
14,1%
4 2 -
II
III
IV
2014
I
II
III
2015
Kredit Konsumsi
Grafik 1.5
6,3%
dibandingkan dengan tahun 2015 yang hanya
Rp Miliar 14
I
sebesar
IV
I
II
III
2016
gKredit Konsumsi (sb. Kanan)
Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah
Pertumbuhan Kredit Konsumsi di Sulawesi Tenggara
yang tinggi pada semester I 2016 seiring dengan adanya kepastian dalam upaya pembangunan dan
peningkatan
memasuki
semester
ketidakpastian
penghasilan. II
eksternal
Namun,
2016,
tingginya
maupun
domestik
menyebabkan konsumsi rumah tangga relatif tertahan.
1.2.2. Konsumsi Pemerintah
tumbuh mencapai 6,4%(yoy), setelah pada
Realisasi Triwulan III 2016
periode sebelumnya mampu tumbuh sebesar
Realisasi pertumbuhan pengeluaran belanja
15,0%
pemerintah pada triwulan III 2016 tumbuh
individual pemerintah mengalami perlambatan
sebesar 8,0% (yoy), mengalami perlambatan jika
dari 17,7% (yoy) menjadi 10,4% (yoy).
dibandingkan dengan periode sebelumnya yang
Tracking Triwulan III I 2016 & Tahun 2016
mampu tumbuh sebesar 17,2% (yoy). Kondisi
Pada triwulan IV 2016, pertumbuhan konsumsi
tersebut disebabkan oleh telah dilakukannya
pemerintah diperkirakan masih akan mengalami
pembayaran
perlambatan.
gaji
ke-13
dan
ke-14
oleh
(yoy).
Sedangkan
Pada
untuk
triwulan
konsumsi
mendatang
pemerintah untuk PNS/ASN dan TNI/Polri pada
konsumsi pemerintah diperkirakan hanya akan
periode sebelumnya, sementara pada tahun
tumbuh sebesar 7,6% (yoy). Perlambatan
2015 pembayaran tersebut dilakukan pada
tersebut masih disebabkan adanya penundaan
triwulan III. Selain itu, adanya pengehematan
transfer
anggaran pemerintah dan penundaan transfer
pemerintah daerah sehingga menyebabkan
DAU
pengeluaran pemerintah daerah diperkirakan
dari
pemerintah
pusat
juga
turut
DAU
dari
pemerintah
pusat
ke
menyebabkan rendahnya konsumsi pemerintah
relatif
daerah di periode triwulan III 2016.
pemangkasan anggaran non strategis pada
Hal tersebut tercermin dari realisasi anggaran
beberapa kementerian dan lembaga negara.
belanja pemerintah daerah hingga triwulan III
Meskipun
2016 yang mencapai Rp1,6 triliun atau sebesar
konsumsi pemerintah diperkirakan masih dapat
60,3% dari total anggaran. Realisasi tersebut
tumbuh sebesar 9,2% (yoy), lebih tinggi
mengalami
daripada tahun 2015 yang hanya mencapai
penurunan
jika
dibandingkan
terbatas
seiring
demikian,
dengan
selama
tahun
adanya
2016
dengan periode yang sama pada tahun 2015
4,5%
yang telah mencapai 68,6% dari total anggaran.
konsumsi pemerintah dalam perekonomian
Perlambatan
laju
tersebut didorong oleh tingginya realisasi pada
pemerintah
tersebut
pertumbuhan
konsumsi
(yoy).
Masih
tingginya
sumbangan
oleh
triwulan II 2016. Pada saat itu realisasi ditopang
melambatnya pertumbuhan konsumsi kolektif3
oleh adanya event HALO Sultra dan berbagai
dan konsumsi individual pemerintah4. Pada
event daerah berskala nasional yang diadakan di
periode tersebut konsumsi kolektif pemerintah
kabupaten/kota di Sulawesi Tenggara. Selain itu,
disebabkan
3
Konsumsi kolektif pemerintah merupakan pengeluaran pemerintah untuk kepentingan masyarakat secara keseluruhan (umum) dan semua anggota masyarakat mendapatkan manfaat dari jasa seperti ini. Jasa kolektif yang diberikan oeh pemerintah antara lain keamanan dan pertahanan, peraturan-peraturan yang menyangkut kemasyarakatan, pemeliharaan undang-undang dan peraturan, perlindungan lingkungan, penelitian dan pengembangan, infrastruktur dan pembangunan ekonomi. 4
Konsumsi individu merupakan pengeluaran pemerintah untuk kepentingan rumah tangga individu antara lain: Pengeluaran pemerintah untuk pendidikan, kesehatan, jaminan sosial, olah raga dan rekreasi, dan kebudayaan
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2016
11
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2016
12 realisasi gaji ke-13 dan ke-14 menjelang
dari 15,0% (yoy) menjadi sebesar 7,9% (yoy) di
berakhirnya triwulan II 2016 tersebut turut
triwulan III 2016.
mendorong pertumbuhan yang tinggi.
Berdasarkan
1.2.3. Investasi
modalnya,
merupakan sumber perlambatan investasi di
Komponen investasi di Sulawesi Tenggara pada III
penanaman
Penamanam Modal Dalam Negeri (PMDN)
Realisasi Triwulan III 2016 triwulan
status
2016
tercatat
melambat
jika
dibandingkan dengan periode sebelumnya. Aktivitas investasi Sulawesi Tenggara di triwulan III 2016 tercatat hanya dapat tumbuh sebesar 4,5% (yoy), setelah di periode sebelumnya tercatat mampu tumbuh sebesar 9,3% (yoy). Perlambatan yang terjadi terjadi dipengaruhi oleh melambatnya investasi bangunan yang hanya mampu tumbuh sebesar 2,6%(yoy), setelah pada periode sebelumnya tumbuh
Sulawesi Tenggara. Pada triwulan III 2016, jumlah PMDN adalah sebanyak 136 proyek dengan total investasi Rp3,36 triliun. Dengan demikian, realisasi investasi PMDN terkontraksi sebesar
56,7%
(yoy),
jauh
lebih
rendah
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mampu tumbuh positif. Sedangkan untuk Penanaman
Modal
Asing
(PMA)
tercatat
mengalami pertumbuhan. Pada triwulan III jumlah PMA adalah sebanyak 49 proyek dengan nilai investasi sebesar Rp 104 juta.
mencapai 6,2% (yoy). Hal tersebut juga
Namun demikian, perlambatan pada kinerja
tercermin dari data konsumsi semen yang
investasi tersebut tertahan oleh penyaluran
tercatat mengalami perlambatan. Konsumsi
kredit investasi untuk proyek-proyek yang ada di
semen pada periode tersebut tercatat sebesar
Sulawesi Tenggara yang masih dapat tumbuh
157,9 ton atau hanya tumbuh sebesar 10,4%
tinggi sebesar 31,1% (yoy). Sampai dengan
(yoy), melambat jika dibandikan dengan periode
periode tersebut, jumlah outstanding kredit
sebelumnya yang tercatat tumbuh sebesar
investasi adalah sebesar Rp4,96 triliun (Grafik
26,8% (yoy) (Grafik 1.6). Selain itu, investasi non
1.7).
Thousands
bangunan juga tercatat mengalami perlambatan 200 180 160 140 120 100 80 60 40 20 -
yoy
Ton
I
II
III
IV
2014 Konsumsi semen
I
II
III
IV
I
100% 158 90% 80% 70% 60% 50% 40% 10,42%30% 20% 10% 0% II III
2015 2016 Pertumbuhan Kons Semen (sb.kanan)
Konsumsi Semen di Sulawesi Tenggara
160%
4.960,77140%
5.000 4.000
3.000 2.000
1.000 -
I
II
III
IV
2014 Kredit Investasi
Sumber: Asosiasi Semen Indonesia, diolah
Grafik 1.6
yoy
Rp Miliar 6.000
I
II
III
2015
IV
I
120% 100% 80% 31,1% 60% 40% 20% 0% -20% II III 2016
g Kredit Investasi (sb. Kanan)
Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah
Grafik 1.7
Pertumbuhan Kredit Investasi di Sulawesi Tenggara
Tracking Triwulan IV 2016 dan 2016
adanya hambatan-hambatan dalam realisasi
Di triwulan mendatang kegiatan investasi di
investasi.
Sultra diperkirakan akan mengalami akselerasi
pencairan dana transfer (DAK) dari pemerintah
jika dibandingkan dengan triwulan IV 2016.
pusat untuk beberapa proyek pembangunan
Pada
menyebabkan investasi pemerintah juga tidak
triwulan
berjalan
kegiatan
investasi
diperkirakan akan tumbuh sebesar 5,4% (yoy). Kondisi
tersebut
didorong
oleh
adanya
peningkatan investasi terutama dari belanja modal pemerintah. Realisasi belanja modal pemerintah
diperkirakan
akan
mengalami
peningkatan di triwulan IV mendatang akibat telah selesainya proses pengadaan pada triwulan sebelumnya. Sementara itu, investasi swasta diperkirakan juga meningkat meskipun masih relatif terbatas. Korporasi yang diperkirakan melakukan peningkatan investasi yaitu korporasi pengolahan
(smelter).
nikal
Kondisi
ini
dipengaruhi oleh adanya peningkatan harga
Selain
itu
adanya
penundaan
setinggi yang diharapkan. 1.2.4. Ekspor dan Impor
Realisasi Ekspor Triwulan III 2016 Komponen
ekspor
luar
negeri
Sulawesi
Tenggara pada triwulan III 2016 tercatat mengalami perbaikan di periode laporan. Pada periode tersebut ekspor Sulawesi Tenggara tercatat hanya mengalami kontraksi sebesar 2,6% (yoy), setelah pada periode sebelumnya mengalami kontraksi lebih dalam yakni sebesar 29,4% (yoy) (Tabel 1.1) . Perbaikan yang terjadi pada ekspor luar negeri tersebut dipengaruhi oleh perbaikan ekspor barang dan akselerasi
komoditas nikel dunia.
yang terjadi pada ekspor jasa. Ekspor Sulawesi Seiring
dengan
kondisi
tersebut,
aktivitas
investasi selama tahun 2016 diperkirakan masih dapat tumbuh sebesar 7,1% (yoy), lebih tinggi daripada tahun 2015 yang hanya tumbuh sebesar
4,4%
tersebut
(yoy).
belum
Namun dapat
peningkatan mendorong
perekonomian secara umum karena masih 140
120 100
80 60 40
20 -
II
III
IV
I
2014 Ekspor Sultra
periode
tersebut
masih
didominasi oleh ekspor barang yang mencapai 92,4% sedangkan sisanya merupakan ekspor jasa. Berdasarkan nilai ekspor barang secara riil dari data Bea Cukai, ekspor Sulawesi Tenggara pada periode laporan mencapai USD50,8 juta. Pencapaian tersebut lebih tinggi daripada
II
III
2015
IV
20% 10% 0% -10% -35,2% -20% -30% 48,24-40% -50% -60% -70% -80% I II III
Lainnya 956 1,9% Feronikel 48,773 95,9%
Ikan Hidup 1,077 2,1%
2016 g Ekspor Sultra
Sumber: Bea Cukai, diolah
Grafik 1.8
pada
yoy
Volume (ribu ton)
I
Tenggara
Nilai Ekspor Luar Negeri dari Sulawesi Tenggara
Sumber: Bea Cukai, diolah
Grafik 1.9
Pangsa Komoditas Ekspor
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2016
13
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2016
14
Juta US$
yoy
90 80
70 60 50 40 30
20 10
I
II
III
IV
I
II
2014 Ekspor feronikel
III
IV
I
400% 350% 300% 250% 49 200% 150% 100% 1,1%50% 0% -50% -100% II III
8
yoy
Volume (WMT)
300%
7
250%
6
200%
5
4,00
4
100%
3
50%
92%0%
2
1
-50%
-
-100% I
II
III
IV
I
II
2014
2015 2016 g Ekspor feronikel (sb. Kanan)
III
Nilai Ekspor Feronikel Sultra
IV
I
II
2015
Ekspor feronikel
III
2016
g Ekspor feronikel (sb. Kanan)
Sumber: Bea Cukai, diolah
Grafik 1.10
Sumber: Produsen Feni, diolah
Grafik 1.11 Ekspor Feronikel Oleh Salah Satu Korporasi
Volume (T/M 3)
57%
Tuna
67%
140.000
yoy 350%
120.000
300% 250%
100.000
200%
68.798
80.000
Ikan Hidup
-63%
-84%
-50%
0%
Tw III
50%
100%
100%
40.000
26,2% 0%
50%
-50%
-
-100% I
II
III
IV
2014 Arus muat
Tw II
Sumber: Bea Cukai, diolah
Grafik 1.12
150%
60.000
20.000
%,yoy -100%
150%
Nilai Ekspor Perikanan Sultra
I
II
III
IV
I
II
III
2015 2016 g Arus muat (sb. Kanan)
Sumber: Pelindo IV Kendari, diolah
Grafik 1.13 Arus Muat Barang
periode sebelumnya yang hanya tercatat sebesar
Perbaikan kinerja ekspor feronikel tersebut
USD47,5 juta (Grafik 1.9) .
sejalan dengan kondisi yang terjadi di salah satu
Perbaikan
kinerja
ekspor
tersebut
secara
dominan didorong oleh peningkatan ekspor feronikel.
Sementara
untuk
komoditas
perikanan dan komoditas aspal alam pada periode laporan mengalami penurunan sehingga menahan
perbaikan
pertumbuhan
ekspor
Sulawesi Tenggara. Komoditas ekspor Sultra secara dominan diwakili oleh komoditas nikel olahan dengan pangsa sebesar 96% dari total ekspor atau senilai USD48,8 juta (Grafik 1.10) . Kondisi tersebut menunjukkan bahwa feronikel memberikan andil yang sangat besar terhadap kinerja ekspor di Sulawesi Tenggara.
pelaku usaha ekspor nikel olahan di Sulawesi Tenggara. Berdasarkan hasil liaison, korporasi tersebut mengkonfirmasi bahwa pada triwulan III 2016 melakukan ekspor feronikel sebanyak 4.002,8 WMT atau mampu tumbuh sebesar 92,4% (yoy), jauh meningkat dibandingkan periode sebelumnya yang tercatat tumbuh negatif sebesar 23,7% (yoy) (Grafik 1.11). Peningkatan ekspor feronikel tersebut terjadi seiring dengan adanya peningkatan harga nikel olahan dunia yang disebabkan oleh adanya pemangkasan produksi nikel dari berberapa tambang dunia, terutama Filipina. Selain itu
15
yoy
450.000
250%
400.000
200%
350.000
330.075 40%
150%
300.000
30% 35,8%
8%100%
250.000
20%
200.000
10%
150.000
0%
100.000
-10%
50.000
-20%
60 50 40
30
17
20 10
50% 0% -50%
-
-100% I
II
III
IV
I
2014 Import Sultra
II
III
IV
I
II
yoy
Volume (T/M 3)
300%
60% 50%
-
III
-30% I
2015 2016 g Import Sultra (sb. Kanan)
II
III
IV
I
2014 Arus bongkar
Nilai Impor Luar Negeri Sultra
III
IV
I
II
III
2015 2016 g Arus bongkar (sb. Kanan)
Sumber: Bea Cukai, diolah
Grafik 1.14
II
Sumber: Pelindo IV Kendari, diolah
Grafik 1.15 Arus Bongkar Barang di Pelabuhan
permintaan feronikel untuk produsen stainless
aspal dari Sulawesi Tenggara masih tidak sesuai
steel di China mengalami peningkatan.
dengan permintaan importir.
Sementara itu, ekspor komoditas perikanan
Mitra dagang utama Sulawesi Tenggara untuk
pada periode laporan menunjukkan adanya
ekspor
penurunan sehingga menahan laju perbaikan
dibandingkan
yang terjadi. Pada triwulan III
terbesar
2016, ekspor
tidak
mengalami
periode
negara
perubahan
sebelumnya.
tujuan
ekspor
Pangsa Sulawesi
komoditas perikanan mengalami pertumbuhan
Tenggara adalah Korea Selatan yang mencapai
yang negatif (-14,1%- yoy) setelah pada periode
52,8%, lalu diikuti dengan pengiriman ke
sebelumnya tercatat mampu tumbuh positif
Tiongkok (23,2%) dan India (20,0%). Pangsa
sebesar 46,7% (yoy). Pada periode tersebut
ekspor
ekspor perikanan Sultra tercatat menurun senilai
dibandingkan dengan periode sebelumnya yang
USD1,7
sebelumnya.
hanya sebesar 12,8%. Hal ini disebabkan oleh
Penurunan tersebut utamanya disebabkan oleh
pengembangan pasar ekspor feronikel menuju
turunnya pengiriman ekspor gurita senilai
negara tersebut.
juta
dari
triwulan
USD1,6 juta (Grafik 1.12). Berdasarkan hasil liaison diketahui bahwa penurunan ekspor komoditas perikanan tersebut lebih disebabkan oleh berkurangnya hasil tangkapan akibat faktor cuaca dan musim produksi.
India
mengalami
peningkatan
jika
Di sisi lain, perbaikan kinerja ekspor juga tercermin dari arus muat barang di pelabuhan peti kemas yang pada periode laporan tercatat berjumlah 68,8 ribu MT, atau tercatat tumbuh positif sebesar 26,2% (yoy) setelah pada periode
Selain itu, masih terkontraksinya ekspor Sulawesi
sebelumnya terkontraksi sebesar 5,4% (yoy)
Tenggara dipengaruhi juga oleh penurunan
(Grafik 1.13).
eskpor aspal. Ekspor aspal pada triwulan III 2016 hanya senilai USD2,4 ribu, jauh lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya yang mampu mengeskpor hingga mencapai USD2,1 juta. Penurunan tersebut disebabkan hasil produksi
Realisasi Impor Triwulan III 2016 Sementara itu, aktivitas impor luar negeri di Sulawesi
Tenggara
tercatat
mengalami
penurunan pada periode laporan. Selama
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2016
Juta US$
70
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2016
16 triwulan III 2016, aktivitas impor hanya tumbuh
saat itu. Berdasarkan perkiraan penjualan dari
sebesar 4,3% (yoy), menurun dibandingkan
salah satu eksportir komoditas nikel olahan di
triwulan sebelumnya yang mampu tumbuh
Sulawesi Tenggara akan terjadi peningkatan
sebesar 27,7% (yoy). Impor luar negeri Sulawesi
penjualan yang lebih tinggi selama triwulan IV
Tenggara didominasi oleh impor barang (96,5%)
2016. Korporasi tersebut berencana akan
yang
mengalami
melakukan ekspor feronikel sebanyak 8.004
penurunan dan tumbuh hanya sebesar 4,3%
MWT atau masih terakselerasi cukup tinggi
(yoy) pada periode laporan. Sementara untuk
mencapai sebesar 52,4% (yoy). Selain itu, eskpor
impor jasa masih tumbuh negatif sebesar 7,3%
komoditas perikanan juga diperkirakan juga
(yoy).
akan mengalami peningkatan seiring dengan
pada
periode
laporan
Dilihat berdasarkan nilai impor barang secara riil dari data Bea Cukai, impor Sulawesi Tenggara pada periode laporan adalah sebesar USD17,3
faktor cuaca yang mulai kondusif dalam meningkatkan
produksi
pada
periode
mendatang.
juta, menurun dibandingkan dengan periode
Sedangkan impor Sulawesi Tenggara pada
sebelumnya yang tercatat sebesar sebesar
triwulan
USD42,6 juta jika dibandingkan dengan periode
mengalami peningkatan. Pada periode tersebut
sebelumnya (Grafik 1.14). Impor Sultra pada
impor diperkirakan akan tumbuh sebesar 31,9%
periode laporan masih didominasi oleh barang
(yoy). Peningkatan tersebut terutama pada
modal yang mencapai 81,6% dan sisanya
impor barang modal seiring terjadinya akselerasi
merupakan barang antara. Pada triwulan III
pada kegiatan investasi di triwulan IV 2016.
2016 impor Sultra tersebut hanya berasal dari Tiongkok.
berjalan
diperkirakan
juga
akan
Untuk perkiraan sepanjang tahun 2016, eskpor Sulawesi
Tenggara
diperikakan
masih
Tracking Triwulan IV 2016 & Tahun 2016
mengalami kontraksi sebesar 9,6% (yoy) dan
Memasuki triwulan IV 2016, kinerja ekspor luar
menyebabkan
negeri diperkirakan masih akan membaik. Pada
secara umum. Masih rendahnya harga nikel
triwulan mendatang ekspor Sulawesi Tenggara
sepanjang tahun 2016 menyebabkan nilai
diperkirakan akan mampu tumbuh sebesar
tambah dari ekspor luar negeri produk olahan
57,5% (yoy). Hal ini disebabkan oleh adanya
nikel lebih rendah daripada tahun sebelumnya.
peningkatan ekspor komoditas nikel olahan seiring dengan mulai adanya peningkatan harga komoditas nikel olahan dunia. Selain itu, faktor
base effect juga turut memberikan pengaruh yang kuat pada akselerasi ekspor di triwulan mendatang. Pada tahun sebelumnya, ekspor Sulawesi Tenggara mengalami penurunan akibat rendahnya harga komoditas nikel dunia pada
perlambatan
perekonomian
Sementara itu, aktivitas impor sepanjang tahun 2016 diperkirakan meningkat sebesar 12,5% (yoy), lebih tinggi daripada tahun 2015 yang terkontraksi sebesar 23,4% (yoy). Peningkatan impor
tersebut
menyebabkan
pada
melambatnya
akhirnya
turut
perekonomian
sepanjang 2016. Meningkatnya impor luar negeri tersebut terjadi karena pembangunan
Tabel 1.2 Perkembangan Petumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran 2015 2016 Lapangan Usaha 2015 III IV I II III Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan (3,8) 6,8 0,0 10,7 5,7 5,6 Pertambangan dan Penggalian 16,2 7,4 11,3 (9,1) 0,5 (9,0) Industri Pengolahan 3,5 0,4 7,7 8,7 5,5 13,9 Pengadaan Listrik, Gas 0,7 4,5 4,0 8,2 6,2 11,6 Pengadaan Air 0,2 0,3 2,8 13,3 7,1 14,3 Konstruksi 15,8 19,5 12,6 11,0 10,9 8,9 Perdagangan Besar dan Eceran 7,1 6,0 7,4 7,2 7,5 19,2 Transportasi dan Pergudangan 10,5 6,8 7,5 12,2 15,2 17,0 Penyediaan Akomodasi dan Makan 7,7 10,5 7,9 7,7 8,3 7,7 Minum Informasi dan Komunikasi
7,8 8,8 6,9 11,0 3,0 6,5 8,7 8,5 7,0
Jasa Keuangan Real Estate Jasa Perusahaan Administrasi Pemerintahan Jasa Pendidikan Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial Jasa Lainnya
PDRB
7,6 11,5 2,8 11,6 1,7 0,8 3,3 8,3 7,5
6,5 7,7 4,8 10,3 5,3 7,9 6,4 7,1 6,9
13,7 14,5 0,4 10,0 3,3 11,2 9,2 8,5 5,5
12,2 21,6 1,2 8,1 9,2 12,7 4,5 9,4 6,8
IVP 5,5 0,9 11,3 7,5 8,8 9,6 8,0 16,7 8,7
13,2 14,0 (8,8) 7,7 5,0 16,1 8,3 6,1 6,0
7,7 9,7 5,2 6,2 4,6 6,0 6,0 7,8 6,5
Dalam % (yoy); p= proyeksi KPw BI Sultra
smelter
nikel
menggunakan
2016P
Pangsa % Tw III 2016
6,8 (4,2) 9,8 8,3 10,8 10,0 10,5 15,4 8,1
23,0%
11,6 14,8 (0,5) 8,0 5,5 11,4 7,0 7,9 6,2
2,4%
19,3% 6,2% 0,0% 0,2% 13,4% 13,3% 4,8% 0,6%
2,3% 1,4% 0,2% 5,4% 5,0% 1,0% 1,5% 100,0%
Sumber: BPS, ADHK, diolah
produk
dari
berimbas kepada permintaan bahan bangunan,
Tiongkok dan belum dapat dipasok dari dalam
termasuk produk pertambangan dan penggalian
negeri.
yaitu batu, pasir, dll (barang galian C). Hal tersebut
1.3. SISI PENAWARAN: LAPANGAN USAHA UTAMA
Dari sisi penawaran, perlambatan pertumbuhan
pada
akhirnya
berdampak
pada
terkontraksinya lapangan usaha pertambangan dan penggalian.
ekonomi Sulawesi Tenggara pada triwulan III
1.3.1. Pertanian, Kehutanan dan Perikanan
2016 disebabkan oleh kontraksi yang terjadi
Realisasi Triwulan III 2016
pada
Pada
lapangan
usaha
pertambangan
dan
triwulan
penggalian serta melambatnya lapangan usaha
pertanian,
konstruksi
(selanjutnya
di
periode
laporan.
Namun
III
2016,
kehutanan disebut
usaha
dan
perikanan
usaha
pertanian)
perlambatan tersebut sedikit tertahan oleh
mengalami
adanya akselerasi pada kinerja lapangan usaha
lapangan usaha tersebut tumbuh sebesar 5,6%
industri
(yoy), setelah pada periode sebelumnya tumbuh
pengolahan
dan
lapangan
usaha
Perlambatan pada lapangan usaha konstruksi terjadi karena adanya penundaan transfer DAU pemerintah pusat sehingga
pembangunan mengalami
proyek-proyek
penundaan.
perlambatan.
Kinerja
sebesar 5,7% (yoy). Jika diperhatikan dari sub
perdagangan besar dan eceran.
dari
sedikit
lapangan
sebagian
pemerintah
Kondisi
tersebut
lapangan usahanya, maka usaha pertanian, peternakan, perburuan dan jasa pertanian serta usaha
kehutanan
dan
penebangan
kayu
mengalami perlambatan. Sementara untuk sub lapangan usaha perikanan mengalami akselerasi
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2016
17
18
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2016
600
Pertanian
yoy
Rp Miliar
567,31 50%
500
40%
400
38,1% 30% 20%
55,8
300
Perikanan
10% 200
41,5
Kehutanan
0%
100
2,7
-10%
-
-20%
I
II
III
IV
I
II
2014
Grafik 1.16
Pangsa Sub Lapangan Usaha Pertanian
IV
2015
Kredit Pertanian
Sumber: Bea Cukai, diolah
III
I
II
III
2016
gKredit Pertanian (sb. Kanan)
Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah
Grafik 1.17 Kredit Pertanian di Sulawesi Tenggara
sehingga mampu memberikan andil terhadap
Tracking Triwulan IV 2016 & Tahun 2016
pertumbuhan.
Pada triwulan IV mendatang, lapangan usaha
Pangsa terbesar lapangan usaha ini adalah usaha pertanian, peternakan, perburuan dan jasa pertanian (55,8%), diikuti oleh usaha perikanan (41,5%) dan usaha kehutanan dan penebangan kayu (2,7%) (Grafik 1.16). Penyebab
utama
dari
pertanian diperkirakan masih akan melanjutkan tren penurunan. Pada periode mendatang lapangan usaha ini diperkirakan hanya akan tumbuh sebesar 5,5% (yoy). Berdasarkan hasil liaison, kondisi pertanian saat ini masih belum optimal karena irigasi yang masih kurang dan
perlambatan
usaha
adanya serangan hama pertanian. Namun
pertanian dipengaruhi oleh produksi tanaman
seiring
bahan makanan. Pada triwulan III 2016, cuaca
perikanan tangkap akan semakin meningkat dan
yang masih relatif ekstrim dan adanya serangan
dapat menopang kinerja kelompok usaha
hama menyebabkan produktivitas padi tidak
pertanian di akhir tahun.
dapat optimal. Hal tersebut tercermin juga dari luas panen padi yang mengalami penurunan. Pada triwulan III 2106 jumlah luas panen padi mencapai 38,6 ribu Ha, menurun dibandingkan dengan periode sebelumnya yang tercatat seluas 53,5
ribu
penyaluran
hektar. kredit
Meskipun pada
demikian,
lapangan
usaha
pertanian masih tumbuh stabil pada triwulan III 2016. Jumlah penyaluran kredit pada lapangan usaha tersebut tercatat sebesar Rp567,3 milliar atau tumbuh sebesar 38,1% (yoy) (Grafik 1.17).
dengan
pola
musimnya,
produksi
Meskipun masih berada dalam tren perlambatan setiap triwulannya, namun sepanjang tahun 2016
kinerja
lapangan
usaha
pertanian
diperkirakan dapat tumbuh sebesar 6,8% (yoy), lebih tinggi daripada tahun 2015 yang hanya tumbuh 0,04% (yoy). Peningkatan tersebut terutama disumbangkan oleh tingginya kinerja pada awal tahun 2016, yang dapat tumbuh sebesar 10,7% (yoy). Pergeseran masa tanam dan masa panen padi, peningkatan produksi perikanan tangkap komoditas gurita, dan peremajaan
tanaman
kakao
mendorong
peningkatan kinerja lapangan usaha pertanian di
lebih sensitif dengan bahan pencampur lainnya
tahun ini.
jika dibandingkan dengan aspal minyak.
1.3.2. Pertambangan dan Penggalian
Sementara
Realisasi Triwulan III 2016
penambangan komoditas nikel belum dapat
Kinerja lapangan usaha pertambangan dan penggalian pada periode laporan tercatat mengalami pertumbuhan yang negatif setelah pada periode sebelumnya mampu tumbuh positif
dan
mengakibatkan
terjadinya
perlambatan ekonomi di Sulawesi Tenggara. Pada triwulan III 2016 kinerja lapangan usaha ini tercatat mengalami kontraksi cukup dalam sebesar
9,0%
(yoy),
jauh
menurun
dibandingkan periode sebelumnya yang tumbuh
Terbatasnya
pembangunan
pemerintah
di
proyek-proyek
daerah
mengakibatkan
rendahnya permintaan atas komoditas barang C
dan
aspal.
Kondisi
tersebut
menyebabkan kontraksi pada lapangan usaha pertambangan dan penggalian. Selain itu, berdasarkan hasil liaison diketahui bahwa terjadi penurunan
penjualan
komoditas
aktivitas
mencegah terjadinya kontraksi lapangan usaha pertambangan
pada
periode
tersebut.
Berdasarkan data yang diperoleh dari salah satu perusahaan pertambangan terbesar di Sulawesi Tenggara
pada
periode
laporan
tercatat
melakukan produksi sebesar 155,7 ribu MWT, setelah
pada
periode
sebelumnya
hanya
melakukan produksi sebesar 96,1 ribu MWT. Peningkatan tersebut disebakan oleh adanya peningkatan untuk kebutuhan pembuatan nikel
aspal
Sejalan
dengan
kontraksi
yang
terjadi,
penyaluran kredit pada lapangan usaha tersebut juga mengalami perlambatan. Pada triwulan III 2016,
kredit
sektor
pertambangan
dan
penggalian di Sulawesi Tenggara tumbuh sebesar 60,4% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan periode sebelumnya yang tercatat tumbuh sebesar 75,6% (yoy) (Grafik 1.19).
disebabkan karena penggunaan aspal buton
Tracking Triwulan IV 2016 & Tahun 2016
pada pengerjaan pembangunan jalan nasional
Memasuki triwulan IV 2016, pertumbuhan
menyulitkan rekanan karena komoditas tersebut
kinerja lapangan usaha ini diperkirakan akan
Volume (WMT)
Thousands
peningkatan
olahan (Grafik 1.18).
postif sebesar 0,5% (yoy).
galian
itu,
yoy
350
300 250 200
150
3.000
900%
2.500
700%
2.000
156 500%
1.500
300%
1.000
100
100%
50 I
II
III
2014
IV
I
II
III
2015 Produksi nikel (MWT)
IV
I
II
-100% -2,75% III
2016 yoy
Sumber: Produsen Nikel Utama Sultra, diolah
Grafik 1.18
Produksi Ore Nikel
yoy
Rp Miliar
1100%
100% 2.485,69 80%
60% 60,4% 40% 20% 0%
500
-20%
-
-40% I
II
III
2014
IV
I
II
III
IV
I
2015
II
III
2016
Kredit Pertambangan
Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah
Grafik 1.19 Kredit Pertambangan Sulawesi Tenggara
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2016
19
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2016
20 mengalami perbaikan dan dapat tumbuh positif
Buton dari ekstenal maupun pasar domestik
sebesar
karena permasalahan kualitas.
0,9%
diperkirakan
(yoy).
Akselerasi
disebabkan
oleh
tersebut
peningkatan
permintaan ore nikel untuk memproduksi nikel
1.3.3. Industri Pengolahan
olahan. Berdasarkan data dari salah satu
Realisasi Triwulan III 2016
produsen nikel olahan terbesar di Sulawesi
Pada triwulan III 2016 kinerja lapangan usaha
Tenggara,
industri pengolahan mengalami akselerasi yang
pada
triwulan
IV
mendatang
berencana melakukan eksplorasi nikel sebanyak
cukup
306,1 ribu MWT atau tumbuh sebesar 176,5%
perlambatan yang terjadi pada perekonomian
(yoy),
periode
Sulawesi Tenggara. Kinerja lapangan usaha
sebelumnya yang terkontraksi sebesar 2,8%
industri pengolahan mampu tumbuh cukup
(yoy).
tinggi mencapai 13,9%(yoy), jauh mengalami
lebih
tinggi
dibandingkan
Dengan realisasi sampai dengan triwulan III 2016 dan ditambah dengan indikasi selama triwulan IV 2016, kinerja lapangan usaha pertambangan dan penggalian diperkirakan akan mengalami kontraksi sebesar 4,2% (yoy) pada tahun 2016. Terdapat
3
faktor
yang
mempengaruhi
terkontraksi kinerja lapangan usaha ini, yaitu: (1) penggunaan persediaan ore nickel yang telah dieksplorasi pada tahun sebelumnya sebagai
tinggi
sehingga
mampu
menahan
akselerasi dibandingkan periode sebelumnya yang hanya mampu tumbuh sebesar 5,5%(yoy). Akselerasi tersebut berdasarkan data BPS Prov Sultra terjadi akibat peningkatan produksi industri manufaktur besar dan sedang yang meningkat dari 6,91% (yoy) menjadi 6,94% (yoy)
dan
peningkatan
produksi
industri
manufaktur mikro dan kecil dari 11,55% (yoy) menjadi 14,72% (yoy).
(2)
Peningkatan produksi industri besar dan sedang
berkurangnya permintaan bahan galian C untuk
tersebut disebabkan oleh adanya peningkatan
bahan
relatif
produksi feronikel di Sultra akibat adanya
infrastruktur
peningkatan permintaan dunia akan komoditas
pemerintah, (3) berkurangnya permintaan aspal
tersebut di triwulan laporan. Dari hasil liaison,
bahan
baku
produsen
bangunan
terbatasnya
nikel
seiring
olahan,
dengan
pembangunan
produksi feronikel di salah satu perusahaan Volume (WMT)
yoy80% 5.791 70,56%
7.000
6.000
60%
5.000
40%
4.000
20%
3.000
0%
2.000 1.000
-20%
-
-40% I
II
III
IV
I
2014 Produksi feni
II
III
2015
IV
I
II
III
2016 g Produksi feni
Sumber: Produsen Feronikel Utama Sultra, diolah
Grafik 1.20
Produksi Feronikel
450 400 350 300 250 200 150 100 50 -
yoy
Rp Miliar
402,32140% 120%
125,6% 100% 80% 60% 40%
20% 0%
I
II
III
IV
2014 Kredit Industri
I
II
III
2015
IV
I
II
2016
g Kredit Industri (sb. Kanan)
Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah
Grafik 1.21 Kredit Industri Sulawesi Tenggara
21 pengolahan
terbesar
di
Sulawesi
produksi pertambangn ore nickel tidak langsung
Tenggara mengalami peningkatan. Pada periode
berpengaruh
laporan, produksi feronikel di perusahaan
pengolahan
tetapi
tersebut mampu tumbuh positif sebesar 79,3%
permintaan
dan
(yoy), jauh lebih tinggi daripada periode
produksi sebelumnya.
sebelumnya yang tercatat mengalami kontraksi cukup dalam mencapai 20,1% (yoy) (Grafik 1.20).
terhadap
kinerja
produksi
bergantung juga ketersediaan
stock
pada hasil
Berdasarkan data prognosa dari salah satu produsen nikel olahan di Sulawesi Tenggara di
Sementara untuk industri manufaktur mikro dan
triwulan mendatang hanya akan melakukan
kecil,
salah
mengalami
satu
industri
peningkatan
makanan
seiring
konsumsi
makanan
komponen
tercatat
produksi sebesar 4.906 MWT untuk memenuhi
adalah
industri
target produksi pada tahun 2016. Kondisi
meningkatnya
tersebut menyebabkan pertumbuhan produksi
dengan dan
konsumsi
Peningkatan
yang
tersebut
minuman rumah
pada
feronikel hanya mencapai 12,2% (yoy) atau
tangga.
menurun dibandingkan periode triwulan III.
oleh
Selain itu, untuk industri manufaktur mikro dan
didorong
peningkatan permintaan masyarakat seiring
kecil
dengan perayaan Hari Raya Idul Fitri dan Hari
perlambatan laju pertumbuhan akibat konsumsi
Raya Idul Adha di periode laporan.
rumah tangga yang cenderung menurun di akhir
Sejalan dengan akselerasi yang terjadi pada
diperkirakan
juga
akan
mengalami
tahun 2016.
lapangan usaha tersebut, penyaluran kredit
Dengan demikian, selama tahun 2016 kinerja
lapangan usaha industri pengolahan mengalami
lapangan usaha ini diperkirakan dapat tumbuh
akselerasi yang cukup tinggi. Pada triwulan III
sebesar 9,8% (yoy), lebih tinggi daripada tahun
2016, outstanding kredit ke lapangan usaha
2015 yang hanya tumbuh sebesar 7,7% (yoy).
industri pengolahan mampu mencapai Rp402,3
Peningkatan tersebut terutama disumbangkan
miliar atau meningkat sebesar Rp2,2 miliar jika
oleh perbaikan kinerja selama semester II 2016
dibandingkan
seiring dengan kembali naiknya permintaan
dengan
periode
sebelumnya
(Grafik 1.21).
nikel olahan dan harga nikel internasional.
Tracking Triwulan IV 2016 & Tahun 2016 Pada periode mendatang, kondisi lapangan usaha
industri
pengolahan
diperkirakan
mengalami sedikit perlambatan. Pertumbuhan pada lapangan usaha tersebut pada triwulan IV 2016 diprakirakan akan tumbuh pada kisaran 11,3% (yoy). Perlambatan tersebut utamanya disebabkan oleh tingginya realisasi produksi feronikel pada triwulan III. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan yang diperkirakan terjadi
1.3.4. Perdagangan Besar dan Eceran
Realisasi Triwulan III 2016 Kinerja lapangan usaha perdagangan besar dan eceran pada triwulan III 2016 tercatat mampu tumbuh positif sehingga mampu menahan laju perlambatan yang lebih dalam. Pada triwulan tersebut lapangan usaha perdagangan besar dan eceran mampu tumbuh sebesar 19,2% (yoy),
meningkat
dibandingkan
triwulan
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2016
industri
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2016
22 sebelumnya yang hanya tumbuh sebesar 7,5%
Sementara itu, kinerja perdagangan ekspor luar
(yoy). Percepatan yang terjadi pada triwulan ini
negeri pada periode laporan juga mengalami
disebabkan oleh peningkatan perdagangan
akselerasi
domestik
dengan
pertumbuhan lapangan usaha perdagangan
perbaikan kinerja lapangan usaha industri
besar dan eceran. Pada triwulan III 2016, total
pengolahan.
ekspor provinsi Sulawesi Tenggara tercatat
maupun
ekspor
sejalan
Hal tersebut tercermin dari meningkatnya aktivitas bongkar muat yang mendominasi
sehingga
menambah
laju
sebesar 24.391 ton atau masih tumbuh positif sebesar 3,4% (yoy) (Grafik 1.22).
kegiatan di pelabuhan Kendari. Dari data PT.
Pada triwulan tersebut, komoditas utama yang
Pelindo IV, diketahui bahwa pada triwulan III
menyebabkan akselerasi pertumbuhan pada
2016 pertumbuhan arus muat barang tercatat
kategori
mengalami akselerasi sebesar 26,2% (yoy).
feronikel. Ekspor komoditas feronikel tercatat
Kondisi
sebesar 24.019 ton lebih tinggi dibandingkan
tersebut
perbaikan
menunjukkan
karena
periode
adanya
sebelumnya
periode
perdagangan
sebelumnya
adalah
yang
komoditas
hanya
dapat
mengalami kontraksi sebesar 5,4%. Sejalan
mengeskpor 22.231 ton. Sementara itu, ekspor
dengan aktivitas muatnya, aktivitas bongkar
komoditas
barang juga tercatat mengalami peningkatan
mengalami penurunan. Pada triwulan III ekspor
dan tumbuh sebesar 35,8% (yoy) (Grafik 1.24).
komoditas perikanan tercatat sebesar 353,4 ton
Secara total, aktivitas di pelabuhan Kendari sebagai salah satu sentra aktivitas bongkar-muat di Sulawesi Tenggara tercatat tumbuh sebesar 34,1% (yoy), lebih tinggi dibandingkan kinerja di triwulan sebelumnya yang hanya tumbuh
yoy
Volume (ribu ton)
120 100
80 60 40
20 -
I
II
III
IV
I
2014 Ekspor Sultra
II
III
2015
IV
20% 10% 0% -10% -35,2% -20% -30% 48,24-40% -50% -60% -70% -80% I II III
2016 g Ekspor Sultra
Sumber: Bea Cukai, diolah
Grafik 1.22
dan
aspal
tercatat
atau berkurang sebesar 233,2 ton dibandingkan periode
sebelumnya.
komoditas
aspal,
Sedangkan
Sultra
untuk
tercatat
hanya
melakukan ekspor sebesar 18 ribu ton, jauh menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang mampu ekspor sebesar 81,8 ribu ton.
sebesar 21,9% (yoy).
140
perikanan
Volume Ekspor Sulawesi Tenggara
Juta USD
160 140 120 100
80 60
17
40
51
20
I
II
III
2014
IV
I
Nilai Eksport
II
III
2015
IV
Nilai Import
I
II
III
2016
Sumber: Bea Cukai, diolah
Grafik 1.23 Transaksi Perdagangan Luar Negeri
350%
yoy
Rp Miliar
6.000
%, yoy
300%
5.000
25%
250% 200%
150%
26,2%
100% 50% 0%
-50% -100%
I
35,8%
II III IV I
II III IV I
II III IV I
II III IV I
2012
2013
2014
2015
II III
2016
4.000
16,4%20%
3.000
15%
2.000
10%
1.000
5%
-
0% I
II
III
IV
I
II
2014
-150% Arus bongkar
Arus muat
Pertumbuhan Aktivitas Bongkar Muat Pelabuhan Kendari
III
IV
2015
Kredit Perdagangan
Sumber: PT Pelindo, diolah
Grafik 1.24
30%
4.818,95
I
II
2016
g Kredit Perdagangan (sb. Kanan)
Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah
Grafik 1.25 Kredit Perdagangan Sulawesi Tenggara
Sejalan dengan akselerasi pada lapangan usaha
peningkatan
perdagangan, laju pertumbuhan penyaluran
Sulawesi Tenggara seperti nikel olahan dan
kredit
komoditas perikanan.
ke
lapangan
usaha
tersebut
juga
mengalami peningkatan. Pada periode laporan total penyaluran kredit pada lapangan usaha tersebut tercatat sebesar Rp4,8 triliun atau tumbuh sebesar 16,4% (yoy), terakselerasi dibandingkan periode sebelumnya yang hanya tumbuh sebesar 15,9%(yoy) (Grafik 1.25).
ekspor
komoditas
unggulan
Dengan melihat kondisi tersebut, selama tahun 2016 kinerja lapangan usaha ini diperkirakan dapat tumbuh sebesar 10,5% (yoy), lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya tumbuh sebesar 7,4% (yoy). Peningkatan tersebut terjadi seiring dengan masih kuatnya
Tracking Triwulan IV 2016 & Tahun 2016
optimisme
Memasuki
membaiknya aktivitas perdagangan ekspor.
triwulan
IV,
kinerja
usaha
konsumen
dan
juga
mulai
perdagangan besar dan eceran diperkirakan masih tumbuh cukup tinggi namun terdapat indikasi kecenderungan menurun yakni sebesar 8,0% (yoy). Perlambatan kinerja usaha tersebut dipengaruhi domestik
oleh
sejalan
penurunan dengan
perdagangan
adanya
indikasi
penurunan daya beli masyarakat di akhir tahun 2016. Hal tersebut sejalan dengan hasil SK, yang menyebutkan
bahwa
indeks
perkiraan
pengeluaran triwulan IV yang menurun dari 168,7
menjadi
146,0.
Sementara
untuk
pedagangan luar negeri masih diperkirakan mengalami
akselerasi
akibat
adanya
1.3.5. Konstruksi
Realisasi Triwulan III 2016 Pada triwulan III 2016, kinerja lapangan usaha konstruksi tercatat mengalami perlambatan dan menajdi salah satu penyebab dari perlambatan perekonomi Sulawesi Tenggara secara umum. Pada periode tersebut, pertumbuhan usaha konstruksi mencapai 8,9% (yoy), lebih rendah dibandingkan kinerja periode sebelumnya yang tumbuh sebesar 10,9% (yoy). Kondisi tersebut terjadi karena adanya penurunan realisasi pembangunan oleh pemerintah daerah. Namun
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2016
23
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2016
24 masih tingginya realisasi pembangunan yang
periode sebelumnya yang mampu tumbuh
dilakukan oleh swasta dapat menahan terjadinya
sebesar 26,8%(yoy).
perlambatan lebih dalam.
Selajan
dengan
dengan
perlambatan
laju
Dari sisi realisasi pembangunan pemerintah,
pertumbuhan ekonomi, penyaluran kredit pada
rendahnya
lapangan usaha tersebut juga mengalami
realisasi
proyek
pembangunan
disebabkan karena adanya penundaan transfer
perlambatan.
DAU dari pemerintah pusat sehingga menunda
outstanding kredit ke lapangan usaha konstruksi
realisasi
proyek
mencapai Rp1.003,5 triliun atau mengalami
pemerintah. Hal ini terlihat dari realisasi belanja
pertumbuhan sebesar 67,2% (yoy). Kondisi
modal pemerintah daerah yang hanya mencapai
tersebut mengalami perlambatan dibandingkan
48,5% pada triwulan III 2016, jauh menurun
dengan periode sebelumnya yang mampu
dibandingkan realisasi yang sama di tahun
tumbuh sebesar 87,4% (yoy).
pembangunan
proyek-
sebelumnya yang mampu mencapai 66,9%. Capaian realisasi yang masih rendah adalah pada realisasi belanja bangunan dan gedung (56,8%) dan belanja jalan, irigasi dan jaringan (40,9%). Padahal pangsa dari anggaran kedua belanja tersebut mencapai 91,6% dari total anggaran belanja modal.
Pada
triwulan
III
2016,
Tracking Triwulan IV 2016 & Tahun 2016 Pada
triwulan
kontruksi
IV
2016,
diperkirakan
lapangan akan
usaha
mengalami
akselerasi kembali seiring adanya peningkatan kegiatan investasi di Sulawesi Tenggara. Pada triwulan mendatang lapangan usaha tersebut diperkirakan mampu tumbuh sebesar 9,6%
Dari sisi realisasi pembangunan proyek swasta,
(yoy). Peningkatan tersebut terjadi baik dari
berdasarkan hasil liaison diperoleh informasi
pembangunan proyek pemerintah maupun dari
bahwa beberapa realisasi proyek pembangunan
pembangunan proyek swasta. Telah selesainya
smelter masih dihentikan pada semester I 2016
proses pengadaan proyek-proyek pemerintah di
seiring
harga
periode sebelumnya mengakibatkan proses
komoditas nikel olahan saat ini di pasar dunia.
pengerjaan di periode mendatang diperkirakan
dengan
Kontak
liaison
belum
optimalnya
mengatakan
bahwa
akan meningkat. Sementara itu, pembangunan
pembangunan akan dilanjutkan apabila harga
proyek smelter kembali akan dilanjutkan seiring
nikel dunia telah kembali pulih.
dengan mulai meningkatnya harga nikel.
Perlambatan laju pertumbuhan lapangan usaha konstruksi tersebut juga tercermin dari konsumsi semen di Sulawesi Tenggara yang mengalami perlambatan. Pada triwulan III 2016 konsumsi semen di Sulawesi Tenggara sebanyak 157,9 ton atau hanya tumbuh sebesar 10,4% (yoy), mengalami
penurunan
jika
dibandingkan
Dengan demikian, selama tahun 2016 kinerja lapangan usaha ini diperkirakan tidak setinggi tahun sebelumnya, yaitu hanya dapat tumbuh sebesar 10,0% (yoy). Hal ini seiring dengan melambatnya
kegiatan
infrastruktur dari pemerintah.
pembangunan
1.3.6. Transportasi dan Pergudangan
tumbuh sebesar 15,4% (yoy), lebih tinggi
Realisasi Triwulan III 2016
daripada tahun lalu yang hanya tumbuh sebesar
Lapangan usaha transportasi dan pergudangan
7,5% (yoy). Hal ini didukung oleh kinerja yang
Sulawesi Tenggara tercatat tumbuh sebesar
tinggi sejak triwulan II 2016 seiring dengan
17,0% (yoy) pada triwulan III 2016 setelah pada
mulai meningkatnya konsumsi masyarakat.
periode sebelumnya tumbuh sebesar 15,2% (yoy). Peningkatan tersebut disebabkan oleh adanya arus balik Hari Raya Idul Fitri pada periode laporan. Hal tersebut terkonfirmasi oleh peningkatan jumlah penumpang kapal laut. Berdasarkan data dari otoritas perhubungan, jumlah penumpang angkutan laut di triwulan III tercatat
sebesar
154,3
ribu
jiwa
atau
terakselerasi sebesar 7,1% (yoy), jumlah tersebut meningkat sebesar 2,7 ribu dibandingkan periode sebelumnya.
Tracking Triwulan IV 2016 & Tahun 2016 Memasuki triwulan IV mendatang, lapangan usaha
transportasi
diperkirakan
dan
akan
pergudangan
tumbuh
stabil
jika
dibandingkan dengan triwulan III yakni tumbuh sebesar 16,7 % (yoy). Stabilnya pertumbuhan tersebut disebabkan oleh adanya libur natal dan akhir tahun. Seiring dengan hal tersebut, kinerja lapangan
Thousands
usaha ini selama tahun 2016 diperkirakan dapat 200
80%
orang (ribu)
180
154 60%
160 140
40%
120
7,07%20%
100 80
0%
60
-20%
40
-40%
20 -
-60% I
II
III
2014
IV
I
II
III
IV
2015
I
II
III
2016
Penumpang kapal
Sumber: Pelindo IV, diolah
Grafik 1.26
Arus Penumpang Kapal Laut
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2016
25
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2016
26
Halaman ini sengaja dikosongkan
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA TRIWULAN I 2016
Bab 2
KONDISI FISKAL DAERAH
Anggaran Pendapatan dan Belanja (APBD) Provinsi Sulawesi Tenggara pada tahun 2016 mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan anggaran tahun 2015. Pada triwulan III 2016, realisasi pendapatan APBD Provinsi Sulawesi Tenggara mencapai sebesar 73,6%, menurun dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 80,6%. Sejalan dengan kondisi tersebut, realisasi belanja APBD Provinsi Sulawesi Tenggara juga mengalami penurunan dari 68,3% menjadi 60,3% di periode laporan.
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2016
28
29 meningkat
Anggaran pendapatan dan belanja pada APBD
belanja pada tahun 2016 tersebut didorong oleh
2016 meningkat relatif tinggi dibandingkan
meningkatnya anggaran belanja modal sebesar
tahun 2015. Dari sisi pendapatan, pada tahun
Rp802,2 miliar. Hal tersebut sejalan dengan
2016 diestimasikan pendapatan pemerintah
upaya pemerintah daerah untuk meningkatkan
daerah sebesar Rp2,6 triliun atau meningkat
kuantitas dan kualitas infrastruktur di Sulawesi
sebesar 17,0% dibandingkan dengan anggaran
Tenggara.
tahun
sebelumnya.
Peningkatan
tersebut
terutama terjadi pada pos dana penyesuaian dan Dana Alokasi Khusus (DAK). Anggaran dana penyesuaian bertambah sebesar Rp165 miliar atau mengalami peningkatan sebesar 40,5%. Sementara untuk DAK mengalami penambahan sebesar Rp117 miliar atau meningkat sebesar 159,8% jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Adapun anggaran pos Pendapatan Asli Daerah (PAD) ditargetkan sebesar Rp558,4
20,3%
dibandingkan
anggaran
belanja tahun 2015. Peningkatan anggaran
Secara historis, APBD Provinsi Sulawesi Tenggara selalu mencatatkan defisit sejak tahun 2010. Namun pada APBD tahun 2016, defisit anggaran tercatat lebih tinggi jika dibandingkan tahun sebelumnya. Defisit APBD tahun 2016 adalah sebesar
Rp127,6
miliar
atau
meningkat
sebanyak Rp 84,3 miliar dibandingkan dengan periode sebelumnya yang tercatat sebesar Rp43,3 miliar.
miliar atau meningkat 5,8% dibandingkan
2.2. PERKEMBANGAN REALISASI
anggaran tahun 2015. Sumber anggaran PAD
ANGGARAN APBD PROVINSI
utamanya berasal dari komponen pajak daerah
2.2.1. Realisasi Anggaran Pendapatan
yang mencapai 81,6% dari total pendapatan asli
Realisasi
daerah.
Sulawesi Tenggara terhadap anggaran yang
Sementara itu dari sisi belanja, tercatat anggaran
disediakan pada triwulan III 2016 relatif lebih
belanja tahun 2016 sebesar Rp2,8 triliun atau
rendah jika dibandingkan realisasi pendapatan
% yoy
Rp Miliar 3.000
2.641
2.500
40 35
pendapatan
Pemerintah
Provinsi
% yoy
Rp Miliar 3.000
2.769 20,3
2.500
30 2.000
25
17,0
1.500
20 15
1.000
-
2010
2011
Pendapatan
2012
2013
2014
2015
15
1.500
10 5
1.000
0
5
500
0
-
2016
-5
-10 2010
Growth Pendapatan (sb kanan)
Perkembangan Tahunan Anggaran Pendapatan Provinsi Sulawesi Tenggara
2011 Belanja
Sumber: BPKAD Prov. Sultra, diolah
Grafik 2.1
25 20
2.000
10 500
30
2012
2013
2014
2015
2016
Growth Belanja (sb kanan)
Sumber: BPKAD Prov. Sultra, diolah
Grafik 2.2
Perkembangan Tahunan Anggaran Belanja Provinsi Sulawesi Tenggara
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2016
2.1. STRUKTUR ANGGARAN APBD TAHUN 2016
30
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2016
Tabel 2.1 Perbandingan Pencapaian Penyerapan Pendapatan Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara Triwulan III URAIAN
Anggaran
APBD 2014
APBD 2015
Realisasi (Miliar Rp)
Serap (%)
Realisasi (Miliar Rp)
Serap (%)
Anggaran
APBD 2016 Anggaran
Realisasi (Miliar Rp)
Serap (%)
2.136,55
1.632,46
76,41
2.342,79
1.887,82
80,58
2.641,12
1.942,86
73,56
PENDAPATAN ASLI DAERAH
570,19
340,29
59,68
539,90
421,40
78,05
558,39
446,79
80,01
Pendapatan Pajak Daerah
467,50
281,20
60,15
415,49
350,69
84,41
455,62
371,60
81,56
Hasil Retribusi Daerah
23,04
13,57
58,91
16,67
13,33
79,99
10,07
9,29
92,26
Hasil Pengelolaan yang Dipisahkan
24,00
23,32
97,15
23,45
22,89
97,61
23,45
24,27
103,49
PENDAPATAN
55,65
22,19
39,88
84,30
34,49
40,92
69,26
41,63
60,11
PENDAPATAN TRANSFER
1.526,47
1.292,17
84,65
1.785,51
1.443,49
80,84
2.071,73
1.496,07
72,21
Transfer Pemerintah Pusat
1.212,20
983,66
81,15
1.383,88
1.141,91
82,52
1.498,36
1.066,17
71,16
Dana Bagi Hasil Pajak
60,04
52,80
87,94
66,42
18,87
28,41
62,45
39,14
62,67
Dana Bagi Hasil Bukan Pajak
39,77
35,20
88,51
54,64
73,57
134,64
44,36
36,53
82,34
Dana Alokasi Umum
1.053,64
878,03
83,33
1.176,42
980,35
83,33
1.200,63
891,83
74,28
Dana Alokasi Khusus
58,75
17,63
30,00
86,40
69,12
80,00
190,92
98,67
51,68
314,27
235,28
74,86
401,63
301,58
75,09
573,36
429,90
74,98
-
-
-
-
-
-
-
-
-
314,27
235,28
74,86
401,63
301,58
75,09
573,36
429,90
74,98
LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH
39,89
-
-
17,38
22,92
131,89
11,00
-
-
Pendapatan Hibah
39,89
-
-
17,38
-
-
11,00
-
-
Pendapatan Dana Darurat
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Pendapatan Lainnya
-
22,92 Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara, diolah
Lain-lain PAD
Transfer Pemerintah Pusat Lainnya Dana Otonomi Khusus Dana Penyesuaian
pemerintah daerah di periode yang sama tahun
meningkatnya target pendapatan transfer dari
sebelumnya. Pendapatan Pemerintah Provinsi
Rp1,7 triliun menjadi Rp2,1 triliun di tahun
Sulawesi Tenggara di triwulan III 2016 terealisasi
2016, juga disebabkan oleh penurunan realisasi
senilai Rp1,94 triliun, atau sebesar 73,6% dari
pendapatan Dana Alokasi Umum (DAU) serta
target total pendapatan dalam APBD 2016.
Dana Alokasi Khusus (DAK). Hingga bulan
Angka serapan tersebut tercatat jauh lebih
September 2016, DAU hanya terealisasi sebesar
rendah jika dibandingkan dengan realisasi di
Rp891,8 miliar atau sebesar 74,3% dari target.
triwulan III 2015 yang tercatat mampu mencapai
Sedangkan untuk DAK hingga akhir triwulan III
80,6% dari target dalam APBD tahun 2015 atau
masih terealisasi sebesar Rp98,7 miliar (51.7%
sebesar Rp1,88 triliun.
dari target). Adanya penurunan pencapaian
Menurunnya
realisasi
pendapatan
daerah
tersebut disebabkan oleh penurunan realisasi pendapatan
transfer.
dari pemerintah pusat.
transfer
Sementara untuk realisasi Pendapatan Asli
hingga bulan September 2016 tercatat hanya
Daerah (PAD) sampai dengan triwulan III 2016
mampu terealisasi sebesar 72,2 % dari total
tercatat sebesar 446,8 miliar atau sebesar 80%
target dalam APBD tahun 2016 atau sebesar
dari total APBD tahun 2016. Capaian tersebut
Rp1,5 triliun. Padahal pada periode yang sama
meningkat jika dibandingkan dengan periode
tahun 2015, realisasi pendapatan mencapai
yang sama pada tahun 2015 yang hanya mampu
80,8% dari total target pendapatan transfer
mencapai 78,1% dari target total pendapatan
tahun 2015 atau sebesar Rp1,44 triliun.
dalam
Menurunnya realisasi pendapatan terhadap
pencapaian tersebut disebabkan oleh adanya
target
peningkatan pencapaian pendapatan terutama
tersebut
Pendapatan
tersebut disebabkan adanya penundaan transfer
selain
disebabkan
oleh
APBD
tahun
2015.
Peningkatan
31
APBD 2014 URAIAN
Anggaran
APBD 2015
Realisasi (Miliar Rp)
Serap (%)
Anggaran
APBD 2014
Realisasi (Miliar Rp)
Serap (%)
Anggaran
Realisasi (Miliar Rp)
Serap (%)
BELANJA
2.450,85
1.140,93
46,55
2.300,96
1.578,82
68,62
2.768,76
1.668,44
60,26
BELANJA OPERASI
1.453,54
843,35
58,02
1.445,49
1.043,75
72,21
1.699,15
1.161,47
68,36
Belanja Pegawai
576,08
362,57
62,94
593,62
423,05
71,27
622,06
448,87
72,16
Belanja Barang
406,15
166,24
40,93
313,54
240,87
76,82
385,93
222,69
57,70
Belanja Bunga
25,54
19,33
75,68
24,16
17,90
74,06
18,55
16,49
88,89
Belanja Hibah
326,75
239,53
73,31
412,99
312,09
75,57
584,66
436,85
74,72
Belanja Bantuan Keuangan
119,01
55,68
46,78
101,18
49,85
49,27
87,95
36,57
41,58
BELANJA MODAL
727,63
171,62
23,59
592,53
396,38
66,90
802,24
388,83
48,47
Belanja Tanah
42,35
-
-
21,81
12,77
58,57
11,00
9,94
90,35
Belanja Peralatan dan Mesin
49,46
6,49
13,12
51,72
89,95
173,91
55,42
33,73
60,86
Belanja Bangunan dan Gedung
198,61
58,10
29,25
185,48
90,32
48,69
275,72
156,47
56,75
Belanja Jalan, irigasi dan Jaringan
436,02
106,88
24,51
331,64
203,00
61,21
459,06
188,09
40,97
1,17
0,14
12,30
1,89
0,34
18,25
1,04
0,61
59,07
BELANJA TIDAK TERDUGA
20,00
-
-
38,03
-
-
25,25
-
-
Belanja Tak Terduga
20,00
-
-
38,03
-
-
25,25
-
-
TRANSFER
249,68
125,96
50,45
224,91
138,68
61,66
242,12
118,14
48,79
Transfer Bagi hasil ke Kab/Kota
249,68
125,96
50,45
224,91
138,68
61,66
242,12
118,14
48,79
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Belanja Aset Tetap Lainnya
Bagi Hasil Pajak
Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara, diolah
pada pendapatan pajak daerah yang meningkat.
dari total target pendapatan pajak daerah di
Hingga triwulan III 2016 pendapatan pajak
tahun 2016. Adapun pajak daerah yang
daerah Sulawesi Tenggara mencapai Rp371,6
dipungut oleh provinsi diantaranya adalah pajak
milliar, mengalami peningkatan dibandingkan
kendaraan bermotor, bea balik nama kendaraan
periode tahun lalu yang hanya mencapai
bermotor,
Rp350,7 miliar.
bermotor, pajak air permukaan dan pajak rokok.
Sumber
terbesar
realisasi
PAD
pajak
bahan
bakar
kendaraan
Sulawesi
Selain itu, realisasi hasil pengeloaan yang
Tenggara masih berasal dari pendapatan pajak
dipisahkan juga sudah mencapai 103,5% dari
daerah. Hingga periode laporan Pemerintah
target. Pos pendapatan ini berasal dari badan
Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara telah mampu
usaha milik daerah (BUMD) yang dimiliki oleh
merealisasikan pajak daerah mencapai 81,6%
Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara.
100%
100%
75%
75%
50%
50%
25%
25%
0%
0% 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 2015 Target
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 .
2016 Realisasi
Sumber: Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa , diolah
Grafik 2.3
Perkembangan Kondisi Keuangan Antara Realisasi dan Target Bulanan APBD Sulawesi Tenggara
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112
2015 . 2016 Target Realisasi Sumber: Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa , diolah
Grafik 2.4
Perkembangan Penyelesaian Fisik Pengadaan Antara Realisasi dan Target Bulanan APBD Sulawesi Tenggara
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2016
Tabel 2.2 Perbandingan Pencapaian Penyerapan Belanja Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara Triwulan III
32
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2016
2.2.2. Realisasi Anggaran Belanja
Sampai dengan triwulan III 2016, kondisi
Sejalan dengan kinerja di sisi pendapatan, penyerapan anggaran belanja APBD Provinsi Sulawesi Tenggara pada triwulan III 2016 juga tercatat lebih rendah dibandingkan dengan realisasi anggaran di triwulan III 2015. Realisasi belanja Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara pada periode laporan mencapai 60,3% atau sebesar Rp1,7 triliun, lebih rendah dibandingkan
realisasi
keuangan
Pemprov
Sultra
baru
mencapai 61,6% jauh di bawah target 84,9%. Sementara itu kondisi penyelesaian fisik baru mencapai 49,1%, jauh di bawah target 87,0%. Namun pencapaian tersebut lebih tinggi jika dibandingkan periode tahun sebelumnya yang hanya
mencapai
56,9%
untuk
realisasi
keuangan dan 41,7% untuk realisasi fisik.
periode yang sama tahun sebelumnya yang
Sementara untuk proses pengadaan barang dan
mampu
jasa hingga akhir triwulan III 2016 tercatat
merealisasikan
anggaran
sebesar
68,7%.
bahwa dari total aktivitas strategis yang terdiri
Penurunan tersebut terjadi pada realisasi belanja operasional maupun belanja modal. Realisasi belanja operasional mencapai 68,4% atau sebesar Rp1,2 triliun. Rendahnya pencapaian tersebut disebabkan oleh belum optimalnya realisasi belanja barang yang hanya mencapai
dari 818 paket atau senilai Rp1,4 triliun, hanya sebanyak 44,01% yang berstatus provisional
hand over (PHO) atau telah di lakukan serah terima. Sedangkan yang sedang dalam tahap pelaksanaan mencapai 21,3%. Sementara untuk yang dalam tahap tanda tangan kontak dan proses
57,7%.
pengadaan
masing-masing
tercatat
sebesar 1,2% dan 0,6%. Sementara untuk Sedangkan, realisasi belanja modal pada periode laporan juga menunjukkan kinerja yang kurang maksimal dengan tingkat realisasi 48,5% atau sebesar Rp388,8 miliar. kondisi tersebut jauh menurun dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya yang dapat mencapai
66,9%.
Penurunan
tersebut
disebabkan oleh rendahnya realisasi belanja bangunan dan gedung yang mencapai 56,8% dan juga belanja jalan, irigasi dan jaringan yang hanya sebesar 40,9% Berdasarkan
data
Lembaga
Kebijakan
Pengadaan Barang/Jasa Daerah (LKPP), kinerja keuangan per bulan untuk Provinsi Sulawesi Tenggara selama triwulan III 2016 relatif rendah dibandingkan dengan target yang ditetapkan.
sisanya 32,9% atau sebanyak 269 belum dalam tahap pengadaan.
Bab 3
Inflasi Sulawesi Tenggara pada Triwulan III 2016 mengalami penurunan dari 4,12% (yoy) di triwulan sebelumnya menjadi 3,28% (yoy). Penurunan laju inflasi Sulawesi Tenggara tersebut disebabkan oleh penurunan inflasi yang terjadi di Kota Kendari. Sementara daerah lain yang merupakan kota perhitungan inflasi, yaitu Kota Baubau mengalami peningkatan. Sumber utama penurunan inflasi tersebut adalah penurunan harga bahan pangan seiring telah kembali normalnya permintaan masyarakat pasca Bulan Ramadhan dan perayaan Hari Raya Idul Fitri. Upaya pengendalian inflasi difokuskan untuk meningkatkan koordinasi dan komunikasi seluruh TPID Kota/Kabupaten dan TPID Provinsi. Selain itu, dilakukan pula upaya untuk menjaga ekspektasi masyarakat terhadap harga kebutuhan strategis terutama pada saat perayaan Hari Besar Keagamaan.
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2016
2
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2016
35
10% 9% 8% 7% 6% 5% 4% 3% 2% 1% 0%
1,00
0,26
0,32
0,50 0,50
0,24
0,07 0,00
15,00
% yoy
3,28%
10,00 5,00 0,00
IV
2015 Sultra
Grafik 3.1
III
I
II
III
2016 Nasional
Pergerakan Inflasi Tahunan Sulawesi Tenggara
Grafik 3.2
Tw III
Transpor
2014
II
Pendidikan
I
Perumahan
IV
Makanan Jadi
III
Bahan Makanan
II
Kesehatan
Tw II
-5,00
Sandang
3,07% I
1
0,87
% andil
1,50
1,04
Pergerakan Inflasi Tahunan Sultra Berdasarkan Kelompok
Angka inflasi Sulawesi Tenggara merupakan perhitungan agregasi oleh KPw BI Sulawesi Tenggara berdasarkan data IHK (indeks harga konsumen) Kota Kendari dan Kota Baubau yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik.
36
15,00 5,00
% yoy
20,00
10,00 0,00
15,00
-5,00
10,00
5,28% 4,04% 3,31% 3,58% 3,47% 3,77% 3,28% 3,07% 3,19% 3,09%
5,00
Transpor
Pendidikan
Tw III
Kesehatan
Tw II
Sandang
Bahan Makanan
Baubau
Perumahan
0,00
-5,00
Makanan Jadi
% yoy
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2016
Kendari
Kendari
Baubau
Sultra
Tw III 2016
Grafik 3.3
Pergerakan Inflasi Tahunan Kota Kendari dan Kota Baubau Berdasarkan Kelompok
Grafik 3.4
Nasional
Okt-16
Kawasan Timur
Perbandingan Kinerja Inflasi Tahunan Pada Triwulan III 2016 dan Tracking Oktober 2016
37
2,00
4 3,5 3 2,5 2 1,5 1 0,5 0 -0,5 -1 -1,5
%, mtm
1,54
Tw III
1,50 1,00
0,99
0,77 0,27
0,50
0,06
0,01 0,00
Kendari -0,50
-0,19
-0,01
-0,72
-1,00 1
Grafik 3.5
2
3 4 2014
5
6
7 8 2015
9
10
11 12 2016
Pergerakan dan Pola Inflasi BulananSulawesi Tenggara
Jul-16
Grafik 3.6
Baubau
Aug-16
Sep-16
Pergerakan Inflasi Bulanan Kota Kendari dan Kota Baubau Triwulan III 2016
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2016
%, mtm
38 indek s pengeluaran (moving 3 bulan)
200,0
175,0 150,0 125,0
Administered Prices
Grafik 3.7
Perkembangan Inflasi Tahunan Berdasarkan Disagregasi Inflasinya
Grafik 3.8
Jul
Transpor Aug
Pendidikan, Rekreasi
Inflasi Inti
Volatile Food
Kesehatan
Inflasi Umum
Sandang
2016
Perumahan, Bahan Bakar
2015
100,0
Makanan jadi
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Bahan makanan
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2016
inflasi (%,yoy) 16 14 12 10 8 6 4 2 (2) (4)
Sep
Indeks Pengeluaran Konsumen Berdasarkan Kelompok Inflasi
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2016
39
2
Analisis disagregasi membagi inflasi menjadi inflasi inti (core inflation) dan inflasi non-inti (volatile food dan administered prices). Hal ini dilakukan untuk menghasilkan indikator inflasi yang lebih menggambarkan pengaruh dari faktor yang bersifat fundamental.
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2016
40
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2016
41
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2016
42
BOKS 1. PUSAT INFORMASI HARGA PANGAN STRATEGIS (PIHPS) Sebagai salah satu upaya pengendalian inflasi, Bank Indonesia bersama dengan Kemenko Perekonomian dan Kementrian Dalam Negeri dalam wadah Tim Pengendalian Inflasi meluncurkan Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) dengan alamat http:\\hargapangan.id PIHPS tersebut merupakan salah satu tindaklanjut keputusan Rakornas Tim Pengendalian inflasi Daerah (TPID) ke III pada tahun 2012. Pada awalnya sejak pertama kali dikembangkan pada tahun 2014 sampai dengan awal tahun 2016, telah terdapat 19 website daerah (yang mencakup 127 kota/kabupaten dan 312 pasar) yang telah terintegasi dengan PIHPS Nasional. Tujuan dari dilaksanakannya program PIHPS adalah untuk memperluas akses informasi kepada masyarakat guna mengurangi asimetri informasi, dan mengarahkan ekspektasi pelaku ekonomi, serta sebagai dasar bagi Pemerintah Daerah dalam melakukan monitoring dan merumuskan kebijakan stabilisasi harga pangan di daerah.
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2016
43
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2016
44
Sejak bulan Juli 2016, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara, telah melaksanakan program PIHPS di Kota Kendari. Survey dilakukan pada dua pasar tradisional yaitu Pasar Mandonga dan Pasar Kota. Memasuki bulan November 2016, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara mulai melaksanakan program PIHPS di Kota Baubau. Adapun pasar yang dijadikan objek survey adalah Pasar Karya Nugraha dan Pasar Wameo. Pencacahan data harga untuk PIHPS dilakukan setiap hari kerja kepada pedagang pengecer di pasar tradisional untuk memperoleh informasi mengenai harga 10 komoditi strategis sebagai berikut: 1. Beras 2. Bawang Merah 3. Bawang Putih 4. Cabai Merah 5. Cabai Rawit 6. Daging Sapi 7. Daging Ayam Ras 8. Telur Ayam Ras 9. Gula Pasir 10. Minyak Goreng
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA TRIWULAN II 2016
Bab 4
STABILITAS KEUANGAN DAERAH
Stabilitas keuangan daerah masih terjaga, terutama dari ketahanan sektor rumah tangga. Tingkat konsumsi masyarakat yang masih terjaga, perilaku berutang yang masih normal, dan risiko kredit yang masih terjaga berdampak minimal pada sistem keuangan. Dari sisi sektor korporasi, kinerja korporasi utama sudah mulai membaik ditengah pelemahan ekonomi global dan mampu menopang ketahanan sistem keuangan di Sulawesi Tenggara. Perekonomian yang melambat mempengaruhi kinerja institusi keuangan, khususnya perbankan di Sulawesi Tenggara. Kinerja penghimpunan dana pihak ketiga dan penyaluran kredit mengalami perlambatan. Sementara itu, risiko kredit menunjukkan peningkatan meskipun masih dalam batas terkendali.
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2016
2
4.1. ASESMEN SEKTOR RUMAH TANGGA
optimisnya rumah tangga dalam melakukan
4.1.1. Sumber Kerentanan dan Kondisi Sektor Rumah Tangga
kegiatan konsumsi. Hal ini terlihat dari Indeks
Beberapa faktor yang mempengaruhi kondisi
2016 yang mencapai 123,3 (Grafik 4.2).
keuangan
tingkat
Faktor yang menyebabkan optimisme konsumen
pendapatan, tingkat pengangguran, tingkat
masih tinggi pada triwulan tersebut adalah
konsumsi, dan kondisi pembiayaan/kredit oleh
adanya ekspektasi kondisi ekonomi ke depan
rumah
yang relatif meningkat (Grafik 4.4).
rumah
tangga.
tangga
Secara
adalah
umum,
tingkat
Keyakinan Konsumen (IKK) selama triwulan III
Untuk 6
pendapatan, tingkat pengangguran dan tingkat
bulan
konsumsi rumah tangga turut juga dipengaruhi
memperkirakan
oleh kinerja perekonomian.
pendapatan/penghasilan. Selain itu, ekspektasi
Pada triwulan III 2016, kondisi perekonomian
bahwa lapangan kerja yang tersedia semakin
Sulawesi Tenggara mengalami perlambatan
banyak juga memperkecil kerentanan sektor
(lihat Bab 1 ). Perlambatan tersebut berpengaruh
rumah tangga dalam sektor keuangan di
kepada penurunan aktivitas konsumsi rumah
Sulawesi Tenggara (Grafik 4.4).
tangga. Konsumsi rumah tangga pada periode
Berdasarkan
tersebut tercatat hanya tumbuh sebesar 6,1%
dilakukan oleh KPw BI Sulawesi Tenggara,
(yoy), lebih rendah daripada periode sebelumnya
peningkatan penghasilan rumah tangga pada
yang dapat tumbuh sebesar 6,7% (yoy) (Grafik
triwulan III 2016 dialami oleh 33% responden,
4.1). Meskipun melambat namun konsumsi
sementara hanya 2% saja yang mengalami
rumah
penurunan
tangga
masih
berkontribusi
besar
ke
depan,
rumah
tangga
adanya
masih
peningkatan
hasil Survei Konsumen yang
penghasilan
dan
65%
masih
yang
sama
terhadap perekonomian Sulawesi Tenggara
mendapatkan
dengan pangsa sebesar 47,2%.
dibandingkan 6 bulan sebelumnya. Berdasarkan
Masih tingginya kontribusi konsumsi rumah
sektornya,
tangga
mengalami peningkatan penghasilan, kecuali
sejalan
dengan
Pangsa thd PDRB (%)
masih
%, yoy
60,0
8,0
7,2
7,0 55,0
6,1
6,0 5,0
50,0
47,2 4,0 3,0
45,0
2,0 1,0
40,0
0,0 I
II III IV
I
2013 Pangsa
II III IV 2014
I
II III IV
I
160 150 140 130 120 110 100 90 80 70 60
Kenaikan harga BBM
sektor
usaha
Kenaikan harga BBM Penurunan harga BBM
2014
2015 2016 gKonsumsi RT (sb.kanan)
Kontribusi Konsumsi Rumah Tangga Terhadap PDRB Sulawesi Tenggara
seluruh
Penurunan harga BBM
Penurunan harga BBM
1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 9
II III
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Tenggara, diolah
Grafik 4.1
hampir
indeks
pesimis optimis
tersebut
penghasilan
2015
IKK (Keyakinan Konsumen) IKE (Kondisi Ekonomi Saat Ini) IEK (Ekspektasi Konsumen)
2016
Sumber: Survei Konsumen KPw BI Sultra, diolah
Grafik 4.2
Indeks Keyakinan Konsumen Rumah Tangga Sulawesi Tenggara
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2016
47
48 indeks
150
180
140 133
140 130
119
120
100
96 96
90 80 70
124
100 80 60
Est Jan 17
Sumber: Survei Konsumen KPw BI Sultra, diolah
% kenaikan
max
20
10
10
11
10 10
5
10 10 10
11 10
10
7
13 10
7 Lainnya
Perorangan
Kesehatan
Kebudayaan
Jasa Profesional
Pendidikan
8 5
0
Persewaan
15
rata-rata min
15
Sumber: Survei Konsumen KPw BI Sultra, diolah
Perubahan Penghasilan Saat Ini dibandingkan 6 Bulan yang lalu
Est Mar 17
Pemerintahan
25
Infokom
100%
Jasa Keuangan
80%
Listrik
60%
Est Feb 17
Konstruksi
40%
Ekspektasi Kegiatan Usaha
Ekspektasi Rumah Tangga Sultra Terhadap Ekonomi 6 Bulan Mendatang
Industri
20%
Pertambangan
0%
Pertanian 33% 5% Pertambangan 50% 0% Industri 67% 0% Listrik 0% Konstruksi 29% 0% Perdagangan 34% 3% Transportasi 0% Hotel Restoran 33% Infokom 0% Jasa Keuangan 18% Jasa Profesional 25% Persewaan 17% 33% Pemerintahan 16% Pendidikan 64% Kesehatan 11% 11% Kebudayaan 100% Lainnya 37% 2% Perorangan 0% Lebih baik Sama Lebih Buruk
Grafik 4.4
Pertanian
Persepsi Rumah Tangga Sultra Terhadap Kondisi Saat Ini
Ekspektasi Lapangan Kerja
Sumber: Survei Konsumen KPw BI Sultra, diolah
Transportasi
Agst 16
Ekspektasi Penghasilan
Hotel Restoran
Juli 16
Pembelian Barang Tahan Lama Sept 16
Perdagangan
Ketersediaan Penghasilan Saat Lapangan Kerja Ini
Grafik 4.5
143
128
120
60
Grafik 4.3
162
154 146
140
107
97 92 93
110
157 146144
160
pesimis optimis
pesimis optimis
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2016
indeks
Sumber: Survei Konsumen KPw BI Sultra, diolah
Grafik 4.6
Ekspektasi Peningkatan Gaji/Upah 6 bulan mendatang Berdasarkan Sektoral
sektor kelistrikan, transportasi, dan infokom.
memiliki optimisme peningkatan penghasilan
Sementara itu pada rumah tangga yang bekerja
yang paling tinggi (15%), diikuti oleh pekerjaan
pada
di bidang perdagangan (11%), dan pendidikan
sektor
jasa
persewaan
mengalami
penurunan penghasilan hingga 33% dan sektor kesehatan turun sebesar 11% (Grafik 4.5).
(11%) (Grafik 4.6). Sumber kerentanan lainnya adalah terkait
Sumber kerentanan yang berasal dari sisi
dengan adanya potensi tekanan harga. Pada
penghasilan rumah tangga diperkirakan masih
awal
dapat terjaga pada periode mendatang. Hasil
menghadapi
dari Survey Konsumen juga menunjukkan
administered prices dan bahan makanan (Grafik
bahwa
memperkirakan
4.7). Adanya adjusment tarif listrik dan relatif
terjadinya peningkatan penghasilan di 6 bulan
tingginya tarif angkutan udara menjelang
berikutnya.
responden
liburan akhir tahun mendorong terjadinya inflasi.
memperkirakan akan terdapat penambahan
Selain itu, tekanan harga bahan pangan pada
gaji/upah sebesar 9,9%. Secara sektoral, rumah
masa tersebut relatif tinggi karena gangguan
tangga yang bekerja pada sektor jasa keuangan
cuaca. Meskipun demikian, tekanan harga
responden Secara
masih
aggregat,
triwulan
IV
2016,
tekanan
rumah
harga
tangga
dari
sisi
49
indeks perubahan harga
5
200
190,0
4
180
180,0
3
160
2
140
170,0 160,0
1
150,0
0
140,0
130,0
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2016
inflasi %, qtq
indeks 200,0
120 100 80
-1
Idul Fitri
120,0
-2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 2015 2016 Ekspektasi Perubahan Harga (moving 3 bulan) Inflasi Sultra qtq (sb.kanan)
Est.Okt 16
Sumber: Survei Konsumen KPw BI Sultra, diolah
Grafik 4.7
Ekspektasi Perubahan Harga Oleh Rumah Tangga 3 Bulan Mendatang
Est.Nov 16
Est.Des 16
Sumber: Survei Konsumen KPw BI Sultra, diolah
Grafik 4.8
Ekspektasi Perubahan Harga 3 Bulan Mendatang Berdasarkan Komoditi
selama triwulan IV 2016 diperkirakan akan
membayar cicilan hutang lebih besar. Pada
semakin menurun pada bulan November dan
periode tersebut pangsa dana rumah tangga
Desember (Grafik 4.8).
yang disisihkan untuk membayar cicilan hutang bertambah dari 16,4% menjadi 20,1%.
4.1.2. Kinerja Keuangan Rumah Tangga Secara umum, penggunaan keuangan rumah
Apabila dilihat berdasarkan pendapatannya,
tangga lebih banyak ditujukan untuk keperluan
tingkat pengeluaran konsumsi yang tertinggi
konsumsi. Pada triwulan III 2016, pengeluaran
dilakukan
untuk konsumsi mengambil porsi sebesar
berpendapatan tertinggi (dengan pengeluaran
51,4%, lebih rendah dibandingkan dengan
>Rp5 juta). Meskipun demikian, terlihat tidak
triwulan sebelumnya (Grafik 4.9). Selain itu, dana
terdapat diferensiasi yang signifikan pada porsi
rumah tangga yang ditabung juga semakin
konsumsi berdasarkan tingkat pengeluaran.
besar
dari
Diferensiasi yang terlihat signifikan adalah pada
keseluruhan penggunaan dana rumah tangga.
porsi pengeluaran untuk cicilan/pinjaman. Porsi
Berkurangnya konsumsi juga digunakan untuk
pembayaran cicilan/pinjaman yang terbesar
25,1%
menjadi
26,9%
51,4% 20,1% 28,6%
43,4%
Rp4,1 - 5 jt
Cicilan/Pinjaman
Tabungan
Sumber: Survei Konsumen KPw BI Sultra, diolah
Komposisi Pengeluaran Rumah Tangga Sulawesi Tenggara
18,1%
Rp2,1 - 3 jt
54,3%
Rp1 - 2 jt
54,9% 20%
Konsumsi
21,6% 30,6%
48,9%
Rp3,1 - 4 jt
0%
Grafik 4.9
rumah
55,3%
>Rp5 jt
56,7% 16,4% 26,9%
Konsumsi
kelompok
tangga
Tw III 2016
Tw II 2016
Pengeluaran/bulan
dari
oleh
19,1% 11,0%
40%
Cicilan/Pinjaman
60%
23,0% 26,0% 33,0%
26,6% 34,1% 80%
100%
Tabungan
Sumber: Survei Konsumen KPw BI Sultra, diolah
Grafik 4.10 Komposisi Pengeluaran Rumah Tangga Berdasarkan Pengeluaran/Bulan
Pengeluaran/ bln
>30%
TMP
0-10%
10%-20%
20%-30%
Rp1 - 2 jt
0,7%
1,0%
2,3%
3,0%
25,3%
Rp1 - 2 jt
1,7%
5,0%
7,0%
Rp2,1 - 3 jt
2,7%
7,0%
2,7%
3,7%
15,0%
Rp2,1 - 3 jt
4,7%
6,3%
Rp3,1 - 4 jt
0,3%
2,0%
2,7%
5,3%
17,0%
Rp3,1 - 4 jt
3,3%
1,7%
Rp4,1 - 5 jt
0,0%
1,0%
1,0%
2,0%
1,7%
Rp4,1 - 5 jt
1,0%
0,7%
>Rp5 jt
1,3%
0,3%
0,7%
0,7%
0,7%
>Rp5 jt
9,3% 14,7%
59,7%
Rp1 - 2 jt
-66,7% -75,0%
8,3%
6,7%
5,0%
7,3%
10,7%
4,3%
2,0%
0,7%
1,3%
0,3%
1,0%
0,3%
1,3%
14,0%
25,7%
33,3%
15,7%
>30%
20%-30%
Perubahan Tabungan*
-50,0% -44,4%
Rp2,1 - 3 jt
-17,6% -26,9% -16,7% -16,7% -11,8%
Rp3,1 - 4 jt -75,0% -45,5% -50,0%
220%
59,4%
Rp3,1 - 4 jt
Rp4,1 - 5 jt -100% -25,0%
500%
0,0%
Rp4,1 - 5 jt
>Rp5 jt Total
300% -80,0%
0,0%
100,0%
-34,8% -37,0% -24,3% 83,3%
10,5%
TMP = Tidak Memiliki Pinjaman/Cicilan * Perubahan triwulan III 2016 dibandingkan triwulan II 2016
Sumber: Survei Konsumen KPw BI Sultra, diolah
>Rp5 jt
25,0% -77,3% 0,0%
23,5%
TMB
Rp1 - 2 jt
-4,5% -33,3%
13,4%
3,7%
-8,3% -21,1%
Rp2,1 - 3 jt -27,3%
0,0% 50,0%
15,0%
0,7%
10%-20%
TMP
TMB
11,3%
0-10%
>30%
20%-30%
10%-20%
Perubahan DSR*
Total
Pengeluaran/ bln
5,0% 11,3%
0-10%
Total
>30%
20%-30%
Tabungan
10%-20%
Debt Service Ratio (DSR)
Tabel 4.2 Dana Rumah Tangga Untuk Menabung dan Perubahannya Berdasarkan Tingkat Pengeluaran/bulan Triwulan III 2016
>0-10%
Pengeluaran/ bln
Tabel 4.1 Dana Rumah Tangga Untuk Membayar Cicilan dan Perubahannya Berdasarkan Tingkat Pengeluaran/Bulan Triwulan III 2016
Pengeluaran/ bln
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2016
50
32,4%
15,8% 300,0%
18,2%
0,0% 500,0% -50,0% 300,0%
0,0% -80,0%
Total
10,0%
-15,0% -48,8%
0,0% 300,0% 14,9%
40,8%
17,5%
TMB = Tidak Menabung * Perubahan triwulan III 2016 dibandingkan triwulan II 2016
Sumber: Survei Konsumen KPw BI Sultra, diolah
adalah pada rumah tangga yang memiliki
dengan DSR>30% memiliki risiko yang tinggi
pengeluaran antara Rp4 juta s.d Rp5 juta.
dan
Sementara
performing loan) (Tabel 4.1).
rumah
tangga
yang
memiliki
pengeluaran di antara Rp1 juta s.d Rp2 juta, relatif memiliki cicilan/pinjaman yang lebih rendah dengan pangsa sebesar 11,0% (Grafik 4.10) .
dapat
menjadi
penyebab
NPL
(non
Di sisi lain, terjadi peningkatan risiko pada perilaku
menabung.
Hal
ini
terlihat
dari
bertambahnya jumlah rumah tangga yang tidak menabung hingga 17,5%, jika dibandingkan
Sementara itu jika dilihat dari perilaku berutang,
dengan triwulan sebelumnya (Tabel 4.2). Rumah
maka terdapat peningkatan risiko dari sisi kredit
tangga yang paling besar peningkatannya dalam
karena secara agregat terjadi peningkatan
hal tidak menabung berada pada kelompok
jumlah rumah tangga yang memiliki debt service
pendapatan lebih dari Rp4 juta. Rumah tangga
ratio lebih dari 30% (DSR>30%). Pada triwulan
yang tidak dapat menabung berisiko pada
III
dengan
stabilitas
83,3%,
mengganggu likuiditas institusi keuangan dari
2016,
DSR>30%
jumlah
rumah
bertambah
tangga hingga
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Institusi keuangan menilai bahwa rumah tangga
sistem
sisi sumber dana.
keuangan
karena
dapat
cukup
berubah tidak signifikan >Rp5 jt
Rp4,1 - 5 jt
Pengeluaran/bln
Pengeluaran/bln
>Rp5 jt 5,9%
Rp3,1 - 4 jt
-1,2%
Rp2,1 - 3 jt
-1,1%
Rp1 - 2 jt
-1,0%
-5,0% Pas-pasan
2,4%
2,4% 1,1% 2,1% 0,0%
Sangat Cukup
1,0%
Rp3,1 - 4 jt
-6,5%
-2,1%
-10,0%
10,0%
-6,1%
Rp2,1 - 3 jt
-4,1% -5,0%
1,1%
% pangsa 0,0%
5,0%
Berkurang Signifikan Rencana Berkurang Signifikan Percepatan Bertambah Signifikan Rencana
Lebih dari cukup
Sumber: Survei Konsumen KPw BI Sultra, diolah
Grafik 4.11
-1,2%
Rp1 - 2 jt
% pangsa
5,0%
-5,9%
Rp4,1 - 5 jt
Komposisi Pengeluaran Rumah Tangga Sulawesi Tenggara
Sumber: Survei Konsumen KPw BI Sultra, diolah
Grafik 4.12 Perkiraan Posisi Pinjaman 6 Bulan Mendatang
Meskipun demikian, dari Survey Konsumen juga
tingkat pengeluaran antara Rp4,1 juta s.d Rp5
dapat diketahui bahwa kondisi keuangan rumah
juta
tangga masih berada dalam batas yang aman.
memperkirakan akan terjadi pengurangan posisi
Sebanyak 96,0% responden menyatakan bahwa
pinjaman 6 bulan mendatang karena percepatan
pendapatan yang diterima masih cukup untuk
pembayaran. (Grafik 4.12).
terdapat
5,9%
responden
yang
memenuhi kebutuhan dan membayar cicilan, bahkan masih terdapat sisa untuk ditabung guna pemenuhan kebutuhan kesehatan dan pendidikan.
4.1.3. Dana Pihak Ketiga Perseorangan Di Perbankan Sektor rumah tangga masih mendominasi dana pihak ketiga (DPK) yang berada di perbankan
Sementara itu jika dilihat berdasarkan tingkat pengeluaran/bulannya, rumah tangga yang dalam kondisi sangat cukup (masih terdapat sebagian untuk investasi dan rekreasi) dan lebih dari cukup (sebagian besar untuk investasi, berlibur dan membeli kebutuhan tersier) terjadi pada rumah tangga dengan tingkat pengeluaran antara Rp4 juta s.d Rp5 juta. Adapun pada rumah tangga dengan tingkat pengeluaran di bawah Rp4juta masih terdapat responden pada kondisi pas-pasan karena pendapatan yang didapat hanya cukup untuk kebutuhan sehari-
Sulawesi Tenggara. Hal ini tercermin dari pangsa DPK perseorangan yang mencapai 66,7% dari keseluruhan DPK di Sulawesi Tenggara (Grafik 4.13). Seiring dengan pangsanya yang semakin
bertambah, DPK perseorangan juga tumbuh sebesar 18,6% (yoy), lebih tinggi daripada pertumbuhan DPK bukan perseorangan yang terkontraksi sebesar 16,7% (yoy) (Grafik 4.14) . Namun, DPK yang berasal dari perseorangan maupun dari bukan perseorangan (korporasi dan pemerintah) sama-sama mengalami tren penurunan.
hari tanpa bisa menabung (Grafik 4.11). Kondisi keuangan rumah tangga diperkirakan juga akan semakin membaik karena beban cicilan/pinjaman
yang
diperkirakan
akan
semakin ringan. Pada responden yang memiliki
Preferensi rumah tangga dalam melakukan penempatan masih didominasi oleh fasilitas tabungan dan deposito. Bahkan porsi tabungan perseorangan
pada
perbankan
Sulawesi
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2016
51
52
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2016
pangsa 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0%
60,0
40,6
39,5
91,1
88,0
3,6
3,3
35,5
33,3
%, yoy
50,0 40,0
96,4
59,4 60,5
30,0
96,7
66,7
64,5
20,0
18,6
10,0
8,9 12,0 Tw II Tw III Tw II Tw III Tw II Tw III Tw II Tw III 2016 2016 2016 2016 2016 2016 2016 2016 Deposito
Giro
Tabungan
Perseorangan
3,9
0,0 -10,0
I
II
III
IV
I
2014
III
IV
I
II
2015
III
2016
-20,0
Total
-16,7
-30,0
Bukan Perseorangan
DPK Total
Perseorangan
Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah
Grafik 4.13
II
Komposisi DPK Sulawesi Tenggara
Bukan Perseorangan
Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah
Grafik 4.14 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga Perseorangan Sulawesi Tenggara
pangsa
%, yoy
%
150,0
100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0%
8,0
23,5 23,3
7,0
100,0
6,1
53,9 18,1
50,0 73,0 72,3
0,0
I
II
III
IV
2014 Giro
I
II
III
IV
2015 Tabungan Deposito
I
3,5
4,4
II
III
-50,0
I
II
III
IV
I
2014
2016
Tenggara
Komposisi DPK Perseorangan di Sulawesi Tenggara
mencapai
96,7%
dibandingkan
III
2015
Giro Deposito
IV
I
5,0
17,1
4,0
II
3,0
III
2016 Tabungan Sk. Bg Deposito (sb.kanan)
Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah
Grafik 4.15
II
6,0
Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah
Grafik 4.16 Pertumbuhan DPK Perseorangan Tiap Jenis Penempatan
sedikit
lebih
rendah
daripada
triwulan
dengan total keseluruhan DPK. Sementara itu
sebelumnya yang tumbuh sebesar 20,6% (yoy).
porsi DPK dalam bentuk deposito juga masih
(Grafik 4.16).
dominan dilakukan oleh nasabah perseorangan dengan porsi mencapai 60,5% dan sisanya merupakan nasabah bukan perseorangan.
4.1.4. Kredit Perbankan Pada Sektor Rumah Tangga Dari sisi kredit perbankan, rumah tangga di
Dari sisi pertumbuhannya, DPK perseorangan
Sulawesi
yang mengalami perlambatan disebabkan oleh
penyaluran kredit. Hal ini terlihat dari pangsa
adanya perlambatan pada fasilitas tabungan.
kredit untuk perseorangan pada triwulan III
Pada triwulan III 2016, tabungan perseorangan
2016 yang mencapai 77,7% dibandingkan
hanya tumbuh sebesar 17,1% (yoy), lebih
keseluruhan kredit yang direalisasikan untuk
rendah
dapat
daerah ini (Grafik 4.17). Dari sisi penggunaannya,
tumbuh sebesar 28,8% (yoy). Selain itu,
sebagian besar kredit perseorangan tersebut
pertumbuhan DPK perseorangan pada fasilitas
digunakan untuk konsumsi yaitu sebesar 68,0%,
deposito hanya tumbuh sebesar 18,1% (yoy),
sedangkan sisanya digunakan untuk kegiatan
daripada
sebelumnya
yang
Tenggara
mendominasi
realisasi
pangsa
22,3
100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0%
Tw III 2016 Multiguna
I Lokasi Proyek
II
III
IV
I
2014 Perseorangan
II
III
IV
I
II
Konsumsi
Komposisi Kredit Perseorangan di Sulawesi Tenggara
Nominal
Nominal
95,8% 4,2%
95,6% 4,4%
Rekening
Rekening
99,8% 0,2%
98,8% 1,2%
Tw III 2016
Modal Kerja
%, yoy
70,0 60,0 50,0 40,0 30,0 20,0 10,0 0,0 -10,0 -20,0
20,3
15,1 14,2
1,1 -1,3 II
III
IV
I
2014
KREDIT INVESTASI PERORANGAN
II
III
Komposisi Penggunaan Kredit Produktif Perseorangan Oleh UMKM
IV
I
2015
Kredit Perseorangan KPR Multiguna
Bukan UMKM
Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah
Grafik 4.19
*Lokasi Proyek
Investasi
Sumber: LBU Bank Indonesia, loaksi proyek, diolah
I
UMKM
6,2 1,4
Grafik 4.18 Komposisi Penggunaan Kredit Perseorangan di Sulawesi Tenggara
Tw III 2016
KREDIT MODAL KERJA PERORANGAN
Alat RT
III
2015 2016 Bukan Perseorangan
Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah
Grafik 4.17
KKB
73,2 19,2
68,0 23,5 8,6
77,7
KPR
II
III
2016 Kredit Konsumsi KKB
Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah
Grafik 4.20 Pertumbuhan Kredit Perseorangan di Sulawesi Tenggara
produktif seperti untuk modal kerja dan investasi
meningkatkan risiko pada kondisi keuangan
dengan pangsa masing-masing sebesar 23,5%
rumah tangga.
dan 8,6% (Grafik 4.18).
Kredit konsumsi oleh perseorangan digunakan
Masih relatif besarnya pembiayaan aktivitas
untuk berbagai keperluan. Paling besar adalah
produktif menggunakan jalur perseorangan
kredit multiguna yang mencapai pangsa sebesar
menunjukkan bahwa banyak UMKM yang
73,2%
belum menggunakan badan usahanya dalam
perseorangan. Penggunaan kedua terbesar
mendapatkan
dari
adalah kredit kepemilikan rumah (KPR) yang
perbankan. Pada periode laporan, nominal
mencapai pangsa 19,2%. Sementara itu kredit
kredit modal kerja perseorangan yang diakses
kepemilikan kendaraan bermotor (KKB) dan
oleh UMKM mencapai 95,8%, sementara pada
kredit peralatan rumah tangga masih relatif kecil
kredit investasi mencapai 95,6% (Grafik 3.19).
masing-masing sebesar 6,2% dan 1,4% (Grafik
Penggabungan aktivitas keuangan usaha dan
4.18).
fasilitas
pembiayaan
rumah tangga terlihat masih banyak terjadi pada UMKM di Sulawesi Tenggara dan dapat
dari
keseluruhan
kredit
konsumsi
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2016
53
13,60 13,40 13,20 13,00 12,80 12,60 12,40 12,20 12,00 11,80 11,60 11,40
%, tertimbang
%, NPL
13,04
12,98
2,54 1,22
I
II
III
IV
I
II
2014 Sk.Bunga K. RT NPL K. RT (sb.kanan)
III
2015
IV
I
II
5,00 4,50 4,00 3,50 3,00 2,50 2,00 1,50 1,00 0,50 0,00
III
2016 Sk.Bunga K. Kons NPL K.Kons (sb.kanan)
1,2
Penurunan Suku Bunga Kredit RT (D%)*
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2016
54
1
Kolut 0,8
Butur R² = 0,2007
Baubau
0,6
Konawe Wakatobi
0,4
Bombana
Kendari Rp7,9 T
0,2
Konsel Konut
0
Buton
Muna
Kolaka
-0,2 -0,4 0
5
10
15
20
25
30
35
Pertumbuhan Kredit Perseorangan (%, yoy) Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah
Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah
*dibandingkan dengan tingkat suku bunga triwulan III 2015 Ukuran lingkaran= baki debet kredit perseorangan (tw III 2016)
Grafik 4.21
Dari
NPL dan Suku Bunga Kredit Rumah Tangga & Kredit Konsumsi di Sulawesi Tenggara
sisi
kredit
bunga kredit konsumsi perseorangan masih
perseorangan tumbuh sebesar 15,1% (yoy) pada
stabil dan bahkan lebih tinggi daripada suku
triwulan III 2016, lebih rendah daripada periode
bunga kredit perseorangan secara keseluruhan,
sebelumnya yang mampu tumbuh 17,0% (yoy).
yaitu sebesar 13,04% per tahun (Grafik 4.21).
Perlambatan
pertumbuhan
kredit
kreditnya,
Grafik 4.22 Hubungan Antara Pertumbuhan Kredit Perseorangan dan Penurunan Suku Bunga
perseorangan
tersebut
disebabkan oleh melambatnya kredit konsumsi, termasuk kredit multiguna.
Dari sisi risiko kredit, kredit rumah tangga masih menunjukkan
tekanan yang minimal. Hal ini
tercermin dari NPL kredit perseorangan yang
Sementara itu, kredit kepemilikan kendaraan
berada pada level 2,54%. Bahkan NPL pada
bermotor masih mengalami kontraksi sebesar
kredit konsumsi perseorangan hanya berada
1,3% (yoy) meskipun sudah lebih baik daripada
pada level 1,22% (Grafik 4.21).
triwulan sebelumnya yang terkontraksi lebih dalam mencapai 7,4% (yoy). Di sisi lain kredit kepemilikan rumah (KPR) masih menunjukkan tren melambat sejak awal tahun 2014. Pada periode laporan, KPR hanya tumbuh sebesar 1,1%, yoy (Grafik 4.20).
Secara spasial, kredit perseorangan masih terkonsentrasi di Kota Kendari, dengan pangsa sebesar 47,4%, diikuti oleh penyaluran di Kabupaten Kolaka dengan pangsa sebesar 13,1% dan Kota Baubau (pangsa 8,8%). Meskipun demikian, pertumbuhan penyaluran
Dilihat dari sisi suku bunganya, suku bunga
kredit perseorangan pada ketiga daerah tersebut
kredit perseorangan menunjukkan arah yang
berada di bawah rata-rata pertumbuhan kredit
mengarah ke suku bunga yang lebih rendah.
di Sulawesi Tenggara. Hal ini menunjukkan
Pada triwulan III 2016, suku bunga tertimbang
bahwa penyaluran kredit mulai terekspansi ke
kredit perseorangan di Sulawesi Tenggara
daerah-daerah lainnya di Sulawesi Tenggara,
mencapai 12,98% per tahun, lebih rendah
bahkan di Kab. Bombana kredit perseorangan
daripada periode sebelumnya yang mencapai
dapat
13,12%. Meskipun demikian, kondisi suku
Pertumbuhan kredit di daerah tidak secara
tumbuh
sebesar
33,5%
(yoy).
signifikan dipengaruhi oleh penurunan suku
dapat tumbuh sebesar 6,4% (yoy) (Tabel 4.3).
bunganya dengan R2 sebesar 0,2. Rata-rata
Peningkatan tersebut salah satunya dipengaruhi
penurunan suku bunga kredit rumah tangga
oleh kebijakan program subsidi perumahan
adalah sebesar 0,15%, dengan penurunan
rakyat (KPR bersubsidi).
tertinggi terjadi di Kab.Kolaka Utara (0,96%) (Grafik 4.22).
Dari sisi risiko kredit KPR, perilaku rumah tangga dalam
melakukan
pembayaran
cicilan
Kredit Kepemilikan Rumah
pembayaran rumah masih terjaga meskipun
Masih berlanjutnya perlambatan pertumbuhan
tekanan
KPR di Sulawesi Tenggara menambah tekanan
sebelumnya. Pada triwulan III 2016, NPL gross
risiko pada pelaku usaha di bidang konstruksi
KPR
perumahan dan penjualan real estate. Penjualan
sebelumnya yang hanya sebesar 3,18%. Risiko
rumah
dapat
kredit yang perlu mendapatkan perhatian dari
menyebabkan tekanan pada kondisi keuangan
institusi keuangan adalah pada penyaluran
pelaku usaha konstruksi dan real estate. Hal ini
kredit ruko (rumah toko) yang telah melampaui
juga tercermin dari melambatnya kinerja sektor
threshold 5%.
baru
yang
masih
rendah
konstruksi (PDRB) pada triwulan III 2016 yang hanya
tumbuh
sebesar
8,9%
(yoy)
dari
sebelumnya 10,9% (yoy).
lebih
mencapai
tinggi
daripada
3,98%,
lebih
triwulan
tinggi
dari
Kredit Kepemilikan Kendaraan Bermotor Kredit kendaraan bermotor (KKB) di Sulawesi Tenggara
pada
triwulan
III
2016
masih
Dari jenis KPR-nya, perlambatan pertumbuhan
terkontraksi. Namun kontraksi pada periode
yang terjadi pada triwulan II 2016 bersumber
tersebut
dari KPR/KPA untuk ukuran tipe besar (> T.70)
sebelumnya. Dilihat dari jenis kendaraan yang
dan pada kredit kepemilikan ruko. Meskipun
dibeli, kredit kendaraan roda 4 (mobil) mulai
demikian, terdapat peningkatan permintaan
menunjukkan adanya perbaikan, meskipun
untuk rumah tipe kecil (KPR s.d tipe 21) yang
masih mengalami kontraksi. Secara nominal
semula tumbuh sebesar 3,4% (yoy) menjadi
terdapat
7,2% (yoy) dan tipe sedang (> T.21-T.70) yang
pembiayaan pembelian mobil sebesar Rp23,5
Tabel 4.3 Pertumbuhan dan NPL KPR di Sulawesi Tenggara
Tabel 4.4 Pertumbuhan dan NPL KKB di Sulawesi Tenggara Pangsa Growth (% yoy) NPL (%) Jenis KPR % Tw II-16 Tw III-16 Tw II-16 Tw III-16
Pangsa Growth (% yoy) NPL (%) Jenis KPR % Tw II-16 Tw III-16 Tw II-16 Tw III-16 KPR/KPA 7 3,4 7,2 3,21 3,15 sd 21 KPR/KPA 58 6,2 6,4 2,61 3,25 >21-70 KPR/KPA 15 -9,4 -15,0 2,52 2,74 >70 KP 19 1,7 -1,3 5,43 7,55 Ruko KPR 100 2,3 1,1 3,18 3,98 Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah
Mobil Sepeda Motor Kendaraan Lainnya KPR
relatif
tidak
penambahan
sedalam
baki
debet
periode
untuk
76,9
-4,2
-1,0
0,44
1,38
15,6
-12,7
-22,0
10,42
1,85
7,6
-39,5
102,1
0,27
3,84
100
-7,4
-1,3
2,27
1,64
Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2016
55
miliar selama 1 triwulan. Jika diasumsikan harga
itu, risiko pada KKB sepeda motor yang
sebuah mobil keluarga sebesar Rp250 juta/unit
sebelumnya berada di atas threshold 5% juga
maka dalam 1 triwulan tersebut jumlah mobil
menurun menjadi sebesar 3,84%.
yang dibeli melalui pembiayaan perbankan sekitar 94 unit. Sementara
Kredit Multiguna Besarnya
itu,
pembiayaan
penggunaan
kredit
konsumsi
pembelian
perseorangan secara multiguna menunjukkan
kendaraan roda 2 (sepeda motor) masih
bahwa kebutuhan pembiayaan rumah tangga
terkontraksi sebesar 22,0% (yoy) (Tabel 3.4).
lainnya masih cukup besar, di luar kebutuhan
Selama 1 triwulan terjadi penurunan baki debet
untuk memiliki rumah, kendaraan bermotor
sebesar Rp11,9 miliar, atau terjadi penurunan
maupun peralatan rumah tangga. Hal ini terjadi
jumlah sepeda motor baru yang dibiayai
karena pengajuan kredit multiguna relatif
perbankan sekitar 790 unit (asumsi harga
mudah dengan menggunakan jaminan/agunan
sepeda motor Rp15 juta/unit). Menurut hasil
yang dimiliki oleh rumah tangga. Selain itu
liasion kepada salah satu dealer kendaraan
penggunaan dana yang diterima dapat secara
bermotor,
pola
pembelian
leluasa digunakan oleh rumah tangga dalam
kendaraan
didominasi
pembelian
melakukan
pembayaran dengan
aktivitas
konsumsi
seperti
melalui lembaga pembiayaan (bank dan leasing)
merenovasi rumah, biaya pernikahan, biaya
sebesar 70%, sisanya melakukan pembelian
pendidikan,
secara tunai.
pembelian barang berharga/elektronik, dan
Dari
sisi
risiko
kredit
KKB,
meskipun
biaya
pengobatan,
maupun
bahkan dapat digunakan untuk modal usaha.
pertumbuhan kreditnya mengalami kontraksi
Pada triwulan III 2016, kredit multiguna juga
namun NPL gross kredit ini relatif rendah pada
tumbuh melambat menjadi sebesar 20,3% (yoy),
kisaran 1,64% Bahkan untuk KKB roda 4 NPL-
lebih rendah daripada sebelumnya yang dapat
nya paling rendah yaitu sebesar 1,38%. Selain
tumbuh sebesar 24,6% (yoy) (Grafik 4.20). Jika
Tabel 4.5 Komposisi Kredit Multiguna Posisi Triwulan III 2016
>4 - 10 th
>10 th
0,04
0,02
0,01
0,37
0,48
2,24
0,72
0,24
0,11
1,40
4,71
1,78
0,42
0,27
0,04
1,71
4,22
6,86
2,38
1,26
0,24
5,89
16,64
>50-100 jt
0,02
0,64
0,93
0,15
18,77
20,51
0,04
1,34
1,81
0,24
28,19
31,62
>100-500 jt
0,02
0,34
0,79
0,15
71,62
72,93
0,01
0,25
0,61
0,14
45,77
46,79
>500-1 M
0,01
0,02
0,01
0,00
1,00
1,03
0,00
0,00
0,00
0,00
0,18
0,19
>1M
0,02
0,03
0,00
0,00
0,77
0,83
0,00
0,00
0,00
0,00
0,05
0,05
Jumlah
1,91
1,48
2,03
0,35
94,23 100,00
9,15
4,70
3,94
0,73
1-3 th
0,05
>10-50 jt
< 1 th
<10 jt
1-3 th
>3 - 4 th
Jangka Waktu >10 th
Jangka Waktu >4 - 10 th
Berdasarkan Jumlah Rekening (%)
>3 - 4 th
Besar pinjaman
Berdasarkan Nominal (% Pangsa) < 1 th
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2016
56
Jumlah
Jumlah
81,48 100,00
Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah
57
Jangka Waktu < 1 th
1-3 th
>3 - 4 th
>4 - 10 th
>10 th
Jumlah
<10 jt
1,13
9,65
20,41
9,49
29,71
17,44
>10-50 jt
0,08
0,86
1,46
0,86
2,10
0,82
>50-100 jt
0,00
0,22
0,23
0,24
0,00
0,23
>100-500 jt
0,00
1,10
0,23
0,98
1,74
0,24
5,64
0,00
>500-1 M >1M Jumlah
0,11
0,00
5,19
0,82
0,44
5,49 4,84
0,70
1,62
0,43
Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah
melihat
dari
pangsa
berdasarkan
besar
pinjamannya dan jangka waktu kreditnya, kredit multiguna
masih
didominasi
oleh
kredit
kelompok pinjaman >Rp100 juta s.d Rp500 juta dengan jangka waktu lebih dari 10 tahun yang
maupun pada sistem keuangan di Sulawesi Tenggara. 4.2. ASESMEN SEKTOR KORPORASI
4.2.1. Sumber Kerentanan Sektor Korporasi
mencapai 72,93% dari keseluruhan nominal
Perlambatan perekonomian Sulawesi Tenggara
kredit multiguna. Dari sisi nasabah, kelompok
pada
tersebut juga memiliki jumlah nasabah paling
penurunan kinerja usaha pertambangan dan
besar
sebesar
penggalian dan melambatnya kinerja usaha
45,77% (dengan menggunakan pendekatan
konstruksi dan usaha pertanian. Sebaliknya,
jumlah rekening).
sektor dominan lainnya di Sulawesi Tenggara
jumlahnya
dengan
pangsa
Dari sisi risiko kredit, kredit rumah tangga untuk fasilitas multiguna berada dalam kondisi risiko yang rendah. Pada triwulan III 2016, NPL kredit multiguna hanya sebesar 0,43% dan NPL pada konsentrasi kelompok terbesar hanya sebesar
triwulan
III
2016
bersumber
dari
yaitu usaha industri pengolahan mengalami peningkatan. Beberapa sektor dominan yang mengalami perlambatan tersebut dapat menjadi sumber kerentanan sistem keuangan di Sulawesi Tenggara yang berasal dari sektor korporasi.
1,74% (Tabel 4.6). Adapun kredit multiguna
Perlambatan kinerja konstruksi sebagai dampak
dengan risiko kredit terbesar berada pada
dari melambatnya kegiatan investasi pemerintah
pembiayaan dengan nominal di bawah Rp10
dan swasta pada periode tersebut berpengaruh
juta. Meskipun dari jumlah nasabah pangsanya
kepada permintaan bahan bangunan yang
sebesar 1,40% dari keseluruhan rekening
berasal dari komoditas pertambangan dan
multiguna, namun karena pangsa nominalnya
galian (batu, kerikil dan pasir).
hanya sebesar 0,37% maka risiko kredit tersebut
Sementara
masih berdampak kecil pada institusi keuangan
pertanian terjadi pada hampir seluruh subsektor,
di Sulawesi Tenggara. Kondisi ini menunjukkan
baik pada subsektor tanaman bahan makanan,
bahwa eksposur keuangan rumah tangga masih
peternakan, kehutanan, kecuali pada subsektor
berdampak minimal pada institusi keuangan
perikanan. Hal ini disebabkan karena adanya
itu
perlambatan
anomali cuaca dan iklim.
kinerja
usaha
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2016
Tabel 4.6 NPL Kredit Multiguna Besar pinjaman
58
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2016
USD/metric ton
Feronikel 48,773 95,9%
%, qtq
20.000 18.000 16.000 14.000 12.000 10.000 8.000 6.000 4.000 2.000 0
Lainnya 956 1,9% Ikan Hidup 1,077 2,1%
I
II
III
IV
I
2014 Series1
II
III
Sumber: Bea Cukai, diolah
Grafik 4.23
Komposisi Ekspor Sulawesi Tenggara
IV
2015
I
30 25 15,9 20 15 10 10.2275 0 -5 -10 -15 -20 -25 II III
2016 Series2
Sumber: Bloomberg, diolah
Grafik 4.24 Harga Nikel Internasional
Di sisi lain, masih bergantungnya ekspor
peralatan berat pertambangan, dan korporasi
Sulawesi Tenggara pada komoditas Feronikel
penyedia jasa pengangkutan hasil olahan. Selain
menyebabkan terdapat kerentanan pada sektor
berpengaruh
industri pengolahan nikel. Meskipun demikian,
peningkatan pada permintaan nikel olahan juga
kinerja
berdampak pada potensi perbaikan kondisi
ekspor
perbaikan
pada
feronikel
yang
triwulan
III
mengalami 2016
dapat
kepada
ketenagakerjaan
dan
korporasi
lainnya,
peningkatan
tingkat
meminimalkan risiko default pada sektor-sektor
penghasilan pekerja di korporasi yang berkaitan
pendukungnya. Pada periode tersebut, ekspor
secara
feronikel mencapai 95% dari keseluruhan
Bahkan secara tidak langsung, dampak dari
ekspor (Grafik 3.23). Volume ekspor komoditas
kondisi ini akan dirasakan oleh korporasi
tersebut sudah mencatat pertumbuhan sebesar
penjualan ritel dan korporasi akomodasi (hotel).
100,67%
(yoy),
setelah
pada
periode
sebelumnya masih terkontraksi hingga mencapai 24,8% (yoy). Harga nikel yang sudah mengalami
rebound menunjukkan peningkatan permintaan dari negara tujuan ekspor terhadap produk olahan nikel. Harga nikel pada triwulan III 2016 secara rata-rata sebesar USD10.227/metric ton, lebih tinggi daripada harga pada triwulan sebelumnya
yang
hanya
sebesar
USD8.827/metric ton (Grafik 4.24). Dengan meningkatnya permintaan olahan nikel (feronikel dan nikcel pig iron/ NPI) dunia dan
langsung
maupun
tidak
langsung.
4.2.2. Kinerja Korporasi
Omzet Penjualan Dari hasil liaison kepada pelaku usaha korporasi di Sulawesi Tenggara pada triwulan III 2016, terdapat peningkatan omzet penjualan ekspor, khususnya pada korporasi perikanan dengan skala likert penjulan ekspor sebesar +1,0 (peningkatan
berada
di
bawah
rata-rata
normalnya) (Grafik 4.25). Peningkatan yang terjadi pada korporasi perikanan terutama untuk memenuhi pasar Amerika, Eropa, Jepang dan beberapa negara di Asia lainnya. Kinerja positif
harga nikel yang mulai membaik maka akan
penjualan ekspor terjadi pada komoditas baby
mengurangi risiko lanjutan pada korporasi
octopus seiring dengan adanya penambahan
pertambangan nikel, korporasi penyedia jasa
kontrak kerjasama dengan beberapa pembeli
baru dari luar negeri, serta masih tingginya
Sementara itu pada usaha perhotelan, skala
tingkat permintaan global atas komoditas
likert penjualan domestik juga mencapai +2,0
tersebut. Untuk memenuhi tingkat permintaan
(peningkatan berada pada rata-rata normal).
dari luar negeri, korporasi tersebut melakukan
Kondisi
penambahan kerjasama baru/kemitraan dengan
meningkatnya kontribusi penjualan bagi tamu
beberapa nelayan lokal, khususnya dengan
partai
nelayan dari Sulawesi Tengah maupun Sulawesi
kampanye dalam rangka pemilihan umum
Tenggara sebagai pemasok utama komoditas
kepala daerah tingkat kota/kabupaten. Secara
baby octopus.
umum, sumbangan omzet penjualan korporasi
Peningkatan juga terjadi pada korporasi yang bergerak di sektor yang berhubungan langsung dengan aktivitas konsumsi rumah tangga seperti
tersebut politik
disumbangkan
seiring
dengan
oleh
pelaksanaan
hotel dari partai politik mencapai 20%, hampir menyamai sumbangan dari korporasi lainnya 30% dan pemerintah 25%.
lapangan usaha perdagangan besar dan eceran
Di sisi lain, penjualan domestik pada korporasi
(PBE) penjualan kendaraan, PBE ritel dan
PBE
lapangan usaha akomodasi (perhotelan). Pada
komoditas kakao mengalami penurunan dengan
korporasi
dan
skala likert -2,3 (penurunan lebih besar daripada
perdagangan ritel memiliki skala likert penjualan
rata-rata normal). Korporasi yang bergerak di
domestik mencapai +2,0 (peningkatan berada
bidang perdagangan kakao menyatakan terjadi
pada rata-rata normal). Kinerja positif penjualan
penurunan serapan kakao dari petani hingga
kendaraan didorong oleh masih membaiknya
50%. Penurunan jumlah serapan biji kakao
daya beli seiring dengan mulai pulihnya kondisi
disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya
ekonomi
berbagai
adalah berkurangnya stok hasil panen biji kakao
promosi dan adanya model/varian baru yang
di petani seiring dengan musim kemarau
diluncurkan turut meningkatkan penjualan pada
panjang yang terjadi di periode tahun 2015 yang
triwulan III 2016.
baru memberikan dampak terhadap hasil panen
perdagangan
masyarakat.
kendaraan
Selain
itu,
yang
behubungan
dengan
penjualan
di tahun 2016. Di sisi lain, penurunan produksi Skala Likert
3,00 2,00
1,00 (1,00)
(2,00) (3,00) Penjualan Domestik
Penjualan Kapasitas Ekspor Utilisasi PBE-Konsumsi
Persediaan PBE-Komoditi
Investasi Perikanan
Biaya
Harga Jual
Marjin
Hotel Sumber: Liaison KPw BI Sultra, diolah
Grafik 4.25
Kinerja Korporasi di Sulawesi Tenggara Berdasarkan Liaison Triwulan III 2016
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2016
59
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2016
60 saldo bersih
Upah (Rp)
26,66%
30,00%
2.500.000
16,69%
20,00%
1.950.000
1.500.000
6,21%
10,00%
1.890.000
1.850.000
2.000.000
1.000.000 0,00%
500.000 -10,00%
0
-12,80%
-20,00% I
II
III
IV
UMP I
2015
II
Sektor Sektor Bangunan Pertambangan
III
2013
2016
2014
2015
Sumber: SKDU KPw BI Sulawesi Tenggara, diolah
Grafik 4.26
juga
Kondisi Kegiatan Usaha di Sulawesi Tenggara
diantaranya
biaya tersebut lebih disebabkan karena adanya
banyaknya alih fungsi lahan/kecenderungan
kenaikan harga bahan baku. Seperti pada
petani kakao yang mengganti tanamannya
korporasi PBE komoditas kakao yang harus
menjadi
membeli biji kakao dari petani sebesar Rp38.000
komoditas
oleh
Grafik 4.27 Perkembangan Upah Minimum Provinsi
cukup
tanaman
disebabkan
2016
Sumber: Pemprov Sultra, diolah
lain
seperti
cengkeh dan nilam.
s.d Rp40.000 per kilogram pada masa panen
Kinerja penjualan yang masih menunjukkan adanya optimisme secara umum terlihat pula dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang dilakukan oleh KPw BI Sulawesi Tenggara. Pada
triwulan
III
2016,
kegiatan
usaha
menunjukkan saldo bersih sebesar 16,69%. Nilai saldo bersih yang positif tersebut menunjukkan
tahun ini, lebih tinggi dibandingkan harga tahun sebelumnya yang hanya sebesar Rp33.000 s.d Rp35.000 per kilogram. Harga komoditas kakao yang mengikuti harga internasional tersebut mengalami
kenaikan
peningkatan
permintaan
seiring
dengan
dunia
terhadap
komoditas tersebut.
bahwa korporasi yang mengalami peningkatan
Marjin Keuntungan
permintaan lebih banyak daripada korporasi
Kinerja korporasi dari sisi perolehan laba atau
yang mengalami penurunan permintaan (Grafik
margin keuntungan secara umum relatif stabil.
4.26) .
Pada triwulan III 2016, peningkatan margin
Biaya
hanya
Pada triwulan III 2016, semua korporasi yang
perdagangan besar dan eceran barang konsumsi
menjadi
dengan skala likert +1,00. Sementara itu pada
mengalami
responden
liaison
peningkatan
biaya
menyatakan produksi.
dialami
korporasi
oleh
perikanan
korporasi
korporasi
mengalami
sedikit
Peningkatan terbesar dialami oleh korporasi
penurunan marjin (skala likert -0,33) (Grafik
perdagangan besar dan eceran komoditas
4.25). Peningkatan margin keuntungan yang
bahan mentah dengan likert scale sebesar
terjadi pada korporasi PBE barang konsumsi
+2,33, diikuti dengan korporasi perdagangan
dilakukan untuk memitigasi flukstuasi harga
besar dan eceran barang konsumsi dengan likert
pembelian dan harga penjualan serta untuk
scale sebesar +1,87 (Grafik 4.25). Peningkatan
memberikan
ruang
bagi
korporasi
untuk
Tw II 2016
60,0 40,0 50,0 50,0 Jasa jasa 3,2 41,9 54,8 Pertanian 39,1 60,9 Industri 38,5 61,5 Hotel Resto 32,0 68,0 Perdagangan 31,3 68,8 Tambang14,3 85,7
Tw III 2016
Konstruksi
Transportasi
42,1% 56,1% 1,8%
37,4% 62,0% 0,6%
Baik
Cukup
0%
Buruk
Sumber: SKDU KPw BI Sulawesi Tenggara, diolah
Grafik 4.28
20%
40%
60%
Baik
Cukup
Buruk
80%
100%
Sumber: SKDU KPw BI Sulawesi Tenggara, diolah
Perkembangan Kondisi Likuiditas Keuangan Korporasi di Sulawesi Tenggara
Grafik 4.29 Kondisi Likuiditas Keuangan Korporasi Berdasarkan Sektoral
mengadaka diskon harga bagi konsumen
korporasi yang bergerak di sektor pertambangan
sebagai bagian dari upaya promosi produknya.
dan penggalian. Jumlah korporasi yang memiliki likuiditas keuangan yang baik di sektor tersebut
Kondisi likuiditas keuangan korporasi
mencapai 60,0%. Sementara itu, korporasi pada
Secara umum, dari hasil SKDU, likuiditas
sektor tambang memiliki kondisi likuiditas baik
keuangan korporasi menunjukkan posisi yang
yang paling rendah, yaitu hanya sebesar 4,3%
cukup baik. Pada triwulan III 2016, pangsa
dari
korporasi yang memiliki kondisi likuiditas baik mencapai
37,4%,
lebih
rendah
keseluruhan
responden
pada
sektor
tersebut. Pada triwulan tersebut hanya korporasi
daripada
sektor jasa-jasa yang memiliki kondisi likuiditas
triwulan sebelumnya yang hanya sebanyak
yang buruk (Grafik 4.29).
42,1% dari total responden korporasi di Sulawesi Tenggara. Selain itu pangsa korporasi
Beban Angsuran Hutang Korporasi
dengan kondisi likuiditas yang buruk relatif
Dari
berkurang menjadi 0,6% (Grafik 4.28).
korporasi di Sulawesi Tenggara secara umum
Jika dilihat secara sektoral, korporasi yang
masih memiliki risiko yang relatif terjaga. Kondisi
sisi
kemampuan
membayar
hutang,
Tabel 4.8 Perkiraan Beban Angsuran Terhadap Pendapatan Korporasi 6 Bulan Mendatang
Sektor
Memiliki kredit bank (% thd total responden)
Perkiraan Beban Angsuran (% Responden thd Responden Kredit) Semakin Berat
Tetap
Semakin Ringan
77,8
22,2
Pertanian
19,57
0,0
Pertambangan
28,57
0,0
0,0
100,0
Industri
23,08
0,0
66,7
33,3
Konstruksi
60,00
0,0
66,7
0,0
Perdagangan
25,00
0,0
87,5
12,5
Hotel Restoran
36,00
0,0
88,9
11,1
Angkutan
25,00
0,0
66,7
33,3
Jasa
16,13
0,0
100,0
0,0
Total
24,56
0,0
78,6
19,0
Sumber: SKDU KPw BI Sulawesi Tenggara, diolah
berada pada kondisi likuiditas yang baik adalah
ini tercermin dari hasil Survei Kegiatan Dunia
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2016
61
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2016
62 Usaha (SKDU) pada triwulan III 2016 yang
Kredit perbankan pada sektor korporasi di
menunjukkan tidak terdapat korporasi yang
Sulawesi Tenggara pada triwulan III 2016
mengalami beban angsuran perbankan yang
mencapai Rp5,0 triliun, tumbuh sebesar 38,6%
semakin
(yoy),
korporasi
berat.
Bahkan
yang
sedang
terdapat
19,0%
rendah
daripada
triwulan
kredit
sebelumnya yang dapat tumbuh sebesar 45,5%
perbankan menyatakan bahwa beban angsuran
(yoy) (Grafik 4.31). Meskipun melambat namun
kredit ke depan akan semakin ringan terhadap
pertumbuhan kredit korporasi lebih tinggi
pendapatan perusahaan. Jumlah responden
daripada pertumbuhan kredit rumah tangga
SKDU yang masih memiliki hutang ke perbankan
(perseorangan) yang hanya tumbuh sebesar
hanya
15,1% (yoy).
sebesar
24,56%
memiliki
lebih
dari
keseluruhan
responden (Tabel 4.7).
Perlambatan yang terjadi pada kredit korporasi
4.2.3. Eksposure Perbankan Pada Sektor Korporasi
tersebut bersumber dari melambatnya kredit
Untuk menjaga stabilitas sistem keuangan,
lebih rendah daripada periode sebelumnya yang
kerentanan yang terjadi pada sektor korporasi
mengalami kontraksi sebesar 52,9% (yoy).
tetap perlu diwaspadai meskipun eskposur
Karena pangsa kredit investasi mendominasi
kredit perbankan pada sektor ini hanya sebesar
kredit korporasi sebesar 69,0% maka kondisi
22,3% dari total kredit di Sulawesi Tenggara
tersebut sangat mempengaruhi kredit korporasi
(berdasarkan lokasi proyek). Faktor tersebut
secara keseluruhan. Sementara itu, kredit modal
terjadi karena kondisi keuangan sektor rumah
kerja korporasi hanya tumbuh sebesar 33,0%
tangga yang menjadi eksposur dominan kredit
(yoy), sedikit lebih rendah daripada sebelumnya
perbankan
yang mencapai 34,9% (yoy).
di
Sulawesi
Tenggara
investasi yang tumbuh sebesar 42,3% (yoy),
juga
dipengaruhi oleh kinerja sektor korporasi, terutama dari sisi penghasilan dan penyerapan tenaga kerja.
Kredit Modal Kerja Korporasi Posisi kredit modal kerja korporasi pada triwulan III 2016 mencapai Rp1,52 triliun, tumbuh melambat sebesar 33,0% (yoy). Perlambatan %, yoy 100 80
30,3% 69,0% 0,7%
Kredit Modal Kerja Kredit Investasi
60
42,3
40
38,6
20
33,0
0
-20
Kredit Konsumsi
-40 -60
I
II
III
IV
I
2014 Kredit Korporasi Kredit Investasi Korporasi
Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah
Grafik 4.30
Pangsa Penggunaan Kredit Korporasi
II
III
IV
I
2015
II
III
2016
Kredit Modal Kerja Korporasi
Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah
Grafik 4.31 Pertumbuhan Kredit Korporasi
92,7
90 80 70 60 50 40 30 20 10
20%
15%
18,2 10,9
pangsa 32,1%
pangsa 45,1%
66,6
58,6 49,3
pangsa 12,7%
%, yoy
100
risiko terjaga
risiko terkendali
risiko terkendali
10%
5%
threshold
Konstruksi
Perdagangan Pertambangan TwII 16 TwIII 16
Pertumbuhan Kredit Modal Kerja Korporasi Sektor Dominan
Perdagangan Pertambangan Modal Kerja Korporasi
TwII 16 TwIII 16 Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah
Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah
Grafik 4.32
risiko terkendali
0%
0
Konstruksi
%, NPL
Grafik 4.33 Pergerakan NPL Kredit Modal Kerja Korporasi
yang terjadi disebabkan karena perlambatan
menjadi 3,87% pada periode laporan (Grafik
penyaluran kredit pada sektor konstruksi. Kredit
4.33). Penurunan tekanan risiko kredit tersebut
modal kerja pada sektor konstruksi tumbuh
berasal dari penurunan risiko pada sektor
sebesar 66,6% (yoy) (Grafik 4.32). Meskipun
pertambangan dan penggalian.
melambat, namun penyaluran kredit korporasi untuk modal kerja masih dapat tumbuh pada level yang tinggi. Dari sisi pangsanya, kredit modal kerja didominasi oleh kredit kepada sektor konstruksi (pangsa 45,1%) dan sektor perdagangan (pangsa 32,1%). Sementara itu, pangsa sektor pertambangan menempati posisi ke-3 dengan pangsa sebesar 12,7%.
Kredit Investasi Korporasi Posisi kredit investasi korporasi pada triwulan III 2016 mencapai Rp3,45 triliun, berkurang sebesar Rp93 miliar dibandingkan dengan posisi triwulan sebelumnya. Berbeda dengan kredit modal kerja, pangsa terbesar kredit investasi korporasi berada pada sektor pertambangan dan penggalian (pangsa 65,6%). Diikuti oleh
Dari sisi risiko kredit, terjadi penurunan tekanan
penyaluran kredit ke sektor perhotelan (pangsa
dari sisi kredit modal kerja. Hal ini terlihat dari
7,9%) dan sektor pertanian (pangsa 6,9%)
NPL yang turun dari 8,28% pada triwulan II 2016
(Grafik 4.34).
90,0
80,0
%, yoy
79,2 pangsa
6%
65,6%
5%
70,0
60,9
4%
60,0 50,0
pangsa 7,9%
40,0
18,4 21,4
30,0
20,0
pangsa 6,9%
16,1
10,7
10,0
3%
%, NPL
threshold risiko terjaga
risiko terjaga
Tambang
Perhotelan
risiko terjaga
risiko terjaga
2%
1% 0%
0,0 Pertambangan
Perhotelan Tw II 16
Pertanian
TwIII 16
Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah
Grafik 4.34
Pertumbuhan Kredit Investasi Korporasi Sektor Dominan
Pertanian Investasi Korporasi Tw II 16 TwIII 16 Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah
Grafik 4.35 Pergerakan NPL Kredit Investasi Korporasi
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2016
63
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2016
64 %, yoy
Rp triliun
30,0 25,0 20,0 15,0 10,0 5,0 0,0 -5,0 -10,0 -15,0
25
Rp3,73
24
triliun
22,63 23 3,9 2,0
I
II
III
IV
I
2015 Aset Bank (sb.kanan) gAset Bank Pemerintah
II
22
Rp18,91
21
triliun
20
-6,5 19 18 III
2016 gAset Total gAset Bank Swasta
Aset Bank Pemerintah Aset Bank Swasta
Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi bank, diolah
Grafik 4.36
Aset Bank Umum Sulawesi Tenggara
Perlambatan
kredit
investasi
korporasi
83,5% 16,5%
Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi bank, diolah
Grafik 4.37 Pangsa Aset Berdasarkan Pemilik Bank
pemerintah.
Secara
umum
dipengaruhi oleh penurunan kredit ke sektor
pangsanya,
bank
pemerintah
pertambangan. Pada triwulan III 2016, baki
mendominasi industri perbankan di Sulawesi
debet kredit di sektor pertambangan tumbuh
Tenggara dengan porsi aset mencapai 83,5%,
sebesar 60,9% (yoy), lebih rendah daripada
sedangkan total bank swasta nasional hanya
triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar
sebesar 16,5% dari total aset bank umum di
79,2% (yoy). Kondisi ini berkebalikan dengan
Sulawesi Tenggara.
pertumbuhan kredit modal kerja ke sektor yang sama yang justru meningkat. Sementara itu dari sisi risiko kredit, kredit investasi korporasi masih memiliki risiko yang terjaga di bawah threshold 5%. Pada triwulan III 2016, NPL kredit ini hanya sebesar 0,96% (Grafik 4.35).
berdasarkan masih
4.3.2. Intermediasi Bank Umum Sulawesi Tenggara
Dana Pihak Ketiga Dana Pihak Ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun oleh bank umum yang berkantor di Sulawesi Tenggara pada triwulan III 2016 kembali mengalami
perlambatan
pertumbuhan
jika
dibandingkan dengan periode sebelumnya, yaitu
4.3. ASESMEN INSTITUSI KEUANGAN
dari 14,7% (yoy) di triwulan I menjadi 3,8% (yoy)
(PERBANKAN) DI SULAWESI TENGGARA
di triwulan III 2016. Perlambatan penyerapan
4.3.1. Aset Bank Umum
DPK
Aset bank umum yang berada di Sulawesi
deposito dan tabungan serta penurunan giro.
Tenggara pada triwulan III 2016 mencapai
Pada periode tersebut giro terkontraksi sebesar
Rp22,6 triliun, atau tumbuh sebesar 2,0% (yoy).
16,7% (yoy), tabungan tumbuh sebesar 16,6%
Pertumbuhan aset bank umum tersebut lebih
(yoy) dan untuk deposito tumbuh sebesar 5,9%
rendah daripada periode sebelumnya yang
(yoy) (Grafik 4.38).
mencapai 4,8% (yoy). Perlambatan tersebut disebabkan karena berkurangnya aset bank swasta nasional dan melambatnya aset bank
tersebut
terjadi
karena
perlambatan
Jumlah DPK yang dihimpun oleh bank umum Sulawesi Tenggara sampai dengan periode tersebut
mencapai
Rp15,44
triliun,
atau
%, yoy
Rp triliun
60,0 50,0 40,0 30,0 20,0 10,0 0,0 -10,0 -20,0
15,44
20 15
%, yoy
Rp triliun
25,0
25
20,0
17,3 20
15,8 15,6 15 13,4
15,0
16,6 10
10,0
5,9 3,8 5
5,0 0,0
-16,7 0 I
II
III
IV
I
2015
II
10
18,1
0 I
III
II
IV
I
DPK Bank Umum Sulawesi Tenggara
II
III
2016
Kredit (sb.kanan) gKr.Investasi gKredit
gDPK gDPK Tabungan
Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi bank, diolah
Grafik 4.38
III
2015
2016
DPK (sb.kanan) gDPK Giro gDPK Deposito
5
-5,0
gKr.Modal Kerja gKr.Konsumsi
Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi bank, diolah
Grafik 4.39 Kredit Bank Umum Sulawesi Tenggara
berkurang sebesar Rp248,2 miliar dibandingkan
tumbuh sebesar 18,0% (yoy). Secara nominal,
dengan
kredit
periode
sebelumnya.
Dari
jenis
perbankan
yang
disalurkan
sampai
penempatannya, sebanyak 50,0% berada pada
dengan triwulan III 2016 mencapai Rp18,1 triliun
fasilitas
(Grafik 4.39).
tabungan,
sementara
untuk
giro
memiliki pangsa sebesar 24,5% dan deposito 25,5%.
Perlambatan
penyaluran
kredit
tersebut
disebabkan oleh melambatnya penyaluran kredit
Kredit
konsumsi dan kredit investasi yang mendominasi
Seiring dengan kinerja penghimpunan dana
kredit di Sulawesi Tenggara. Pangsa kredit
yang
fungsi
konsumsi mencapai 61,5% dari total penyaluran
penyaluran kredit perbankan oleh bank umum
kredit pada triwulan III 2016. Pada periode
yang berkantor di Sulawesi Tenggara secara
tersebut, kredit konsumsi hanya tumbuh sebesar
keseluruhan juga mengalami perlambatan. Pada
15,6% (yoy) setelah pada periode sebelumnya
triwulan III 2016, kredit perbankan tumbuh
tumbuh sebesar 18,9% (yoy). Sedangkan untuk
sebesar 15,8% (yoy) lebih rendah dibandingkan
kredit investasi tercatat sebesar Rp1,92 triliun
dengan
atau tumbuh sebesar 13,4% (yoy), lebih rendah
mengalami
kinerja
perlambatan,
periode
sebelumnya
LDR (%) 120 118 116 114 112 110 108 106 104 102 100 98
Rp triliun
117,3 114,7 111,0 105,1
I
yang
II
III 2015
DPK (sb.kanan)
110,9 110,1 114,1
IV
I
II
19 18 17 16 15 14 13 12 11 10
III
2016 Kredit (sb.kanan)
LDR
Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi bank, diolah
Grafik 4.40
Perkembangan Loan To Deposit Rasio Sulawesi Tenggara
%, NPL
Rp miliar
10,0
505,7
8,0
6,83
6,0
4,82
4,0
600 500 400 300
2,79 200
2,0
100
1,17 0,0
0
I
II
III
2015 Nominal NPL (sb.kanan) NPL K.MK NPL K.Kons
IV
I
II
III
2016 NPL NPL K.Inv
Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi bank, diolah
Grafik 4.41 Perkembangan NPL Bank Umum Sulawesi Tenggara
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2016
65
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2016
66 dibandingkan dengan periode sebelumnya yang
Tenggara masih berada pada batas yang aman.
tumbuh sebesar 15,3% (yoy). Sementara itu,
Hal ini terlihat dari indikator Non Performance
kredit modal kerja tercatat sebesar Rp5,1 triliun
Loans (NPLs) Gross pada triwulan III 2016 yang
atau tumbuh terakselerasi sebesar 17,3% (yoy),
hanya sebesar 2,79%, lebih tinggi daripada
relatif stabil dibandingkan periode sebelumnya.
periode sebelumnya yang mencapai 2,48% (Grafik 4.41).
Loan to Deposit Ratio (LDR) Kondisi
intermediasi
perbankan
yang
Pada
periode
tersebut
penyaluran
kredit
diindikasikan dengan indikator Loan to Deposit
investasi memiliki risiko kredit terbesar yaitu
Ratio (LDR) menunjukkan peningkatan. Pada
dengan NPL sebesar 6,83%. Sementara itu
triwulan III 2016 LDR bank umum di Sulawesi
kredit modal kerja juga masih memiliki NPL
Tenggara
tinggi
relatif tinggi meskipun masih berada dalam
daripada triwulan sebelumnya yang tercatat
batas threshold 5%, yaitu sebesar 4,82%. Di sisi
sebesar 110,1% (Grafik 4.40). Hal tersebut terjadi
lain, penyaluran kredit konsumsi masih memiliki
karena penambahan penghimpunan dana dari
risiko kredit terendah dengan NPL hanya sebesar
masyarakat lebih besar daripada penambahan
1,17%.
mencapai
114,1%,
lebih
realisasi penyaluran kredit. Nilai LDR yang lebih dari 100 juga menunjukkan bahwa kapasitas pembiayaan
perekonomian
di
Sulawesi
Tenggara memerlukan dana dari daerah lain. Kondisi ini terlihat dari adanya peningkatan kewajiban antar kantor (penerimaan dari kantor bank yang sama di daerah lain) sebesar 9,71%
kredit oleh bank umum yang ada di Sulawesi %
%
10 9,5 9
8,91
8,5 8
III
IV
I
2014
II
III
2015
Spread Suku Bunga BI 7DRR
IV
I
II
8,00 7,75 7,50 7,25 7,00 6,75 6,50 6,25 6,00 5,75 5,50 5,25 5,00 4,75 4,50 4,25 4,00
III
2016 BI Rate (sb.kanan)
Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi bank, diolah
Grafik 4.42
kemampuan mendapatkan pendapatan dari aset yang dimiliki dan kemampuan untuk melakukan efisiensi biaya. Pada triwulan III 2016, kondisi
diindikasikan dengan tingkat Net Interest Margin
Sementara itu dari sisi risiko kredit, penyaluran
II
Rentabilitas suatu bank umum dipengaruhi dari
relatif berada dalam kondisi yang baik. Hal ini
Non Performing Loans (NPL)
I
Tenggara
rentabilitas bank umum di Sulawesi Tenggara
(qtq) pada triwulan III 2016.
10,5
4.3.3. Rentabilitas Bank Umum Sulawesi
Spread Suku Bunga Bank Umum
(NIM) yang relatif stabil berada pada level 9,98% (Grafik 4.43). Relatif stabilnya NIM tersebut terjadi %
% 70%
12,00%
61,56%
60%
11,00%
10,00%
9,98% 9,00%
50%
8,00%
I
II
III
2014 BOPO
IV
I
II
III
IV
I
II
III
2015 2016 Net Interest Margin (Sb. Kanan)
Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi bank, diolah
Grafik 4.43 Perkembangan BOPO dan NIM Bank Umum
karena terdapat peningkatan pendapatan bunga
pangsa pembiayaan hanya mencapai 3,7% dari
sebesar 8,4% (yoy), sementara beban bunga
total
juga naik sebesar 6,1% (yoy). Kondisi tersebut
Sedangkan penghimpunan DPK bank syariah
juga terjadi karena spread suku bunga (selisih
hanya sebesar 4,1% dari seluruh DPK se
antara bunga kredit dengan bunga DPK) di
Sulawesi Tenggara (Grafik 4.44).
Sulawesi
Tenggara
relatif
mengecil
dari
sebelumnya pada kisaran 9,96% menjadi 8,91% (Grafik 4.42).
realisasi
kredit
oleh
bank
umum.
Sampai dengan triwulan III 2016, penyaluran pembiayaan syariah masih mengalami kontraksi sejak triwulan III 2015. Pada periode tersebut
Selain itu, kondisi rentabilitas bank umum juga
pembiayaan syariah terkontraksi sebesar 0,3%
semakin membaik terlihat dari BOPO (Biaya
(yoy) dengan baki debet sebesar Rp830,2 miliar
Operasional per Pendapatan Operasional) yang
(Grafik 4.45).
menurun.
Pada
BOPO
Sebaliknya, penghimpunan DPK perbankan
perbankan
di
triwulan
III
2016,
Sulawesi
Tenggara
sebesar
syariah menunjukkan peningkatan. Pada periode
rendah
daripada
periode
tersebut jumlah DPK bank syariah mencapai
sebelumnya yang mencapai 64,25% (Grafik
Rp639,4 miliar, tumbuh sebesar 11,1% (yoy).
4.43).
Dibandingkan dengan periode sebelumnya,
4.3.4. Perbankan Syariah
kinerja DPK syariah tersebut terakselerasi karena
Pangsa perbankan syariah di Sulawesi Tenggara
sebelumnya hanya tumbuh sebesar 8,4% (yoy).
masih relatif kecil di tengah kondisi masyarakat
Peningkatan
yang religius. Dari sisi aset, perbankan syariah
penempatan DPK fasilitas serupa deposito yang
hanya memiliki aset sebesar Rp987,4 miliar, atau
tumbuh
sebesar 4,4% dari keseluruhan aset bank umum
demikian, terjadi perlambatan DPK pada fasilitas
di Sulawesi Tenggara. Kondisi yang sama juga
tabungan syariah yang tumbuh sebesar 15,2%
terjadi
(yoy).
61,56%,
lebih
pada
penghimpunan
dana
dan
tersebut
sebesar
disebabkan
8,6%
(yoy).
karena Meskipun
penyaluran pembiayaan. Pada triwulan III 2016, %, yoy
Aset Rp987,4 Pembiayaan Rp830,2 4,4% miliar
%
15,0
3,7% miliar
11,1
10,0
8 7 6
4,1%
5,0
DPK
0,0
Rp639,4 miliar
6,11
5 4
-0,33
-5,0
2
-10,0
1
-15,0
0
I Bank Konvensional
Bank Syariah
gDPK
Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi bank, diolah
Grafik 4.44
Pangsa Perbankan Syariah
II
III
IV
I
II
III
2015 2016 gPembiayaan NPF (sb.kanan) Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi bank, diolah
Grafik 4.45 Perkembangan DPK dan Pembiayaan Syariah
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2016
67
68
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2016
%, yoy 70,0
Non UMKM
72,6%
60,0
Usaha
50,0
25,5% Menengah
40,0
UMKM
27,4%
30,0 20,0
Usaha
Rp6,19 triliun
23,2
44,1% Kecil
14,0 7,6
10,0
Usaha
0,0 I
II
III
IV
I
2015 gDPK BPR
II
30,4% Mikro
III
2016 gKredit BPR
gAset BPR
Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah, lokasi bank
Grafik 4.46
Perkembangan BPR di Sulawesi Tenggara
Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah, lokasi proyek
Grafik 4.47 Pangsa Kredit UMKM
Dari sisi risiko pembiayaan, tekanan pada risiko
Rp215,4 miliar. Dengan kondisi tersebut, LDR
tersebut kembali meningkat. Hal ini terlihat dari
BPR pada triwulan III 2016 mencapai 195,5 yang
NPF (Non Performance Financing) masih berada
berarti
di atas threshold 5% yaitu sebesar 6,11%.
menggunakan dana dari institusi keuangan
kredit
yang
disalurkan
oleh
BPR
lainnya. Dengan demikian risiko yang terjadi 4.3.4. Bank Perkreditan Rakyat
pada BPR dapat menyebabkan risiko pada
Di triwulan III 2016, kinerja BPR (termasuk BPR
institusi keuangan lainnya. Sementara itu, risiko
Syariah)
kredit pada BPR masih relatif tinggi yaitu sebesar
tetap
tumbuh
tinggi
meskipun
mengalami tren yang melambat. Aset BPR tumbuh sebesar 14,0% (yoy), lebih rendah dari periode sebelumnya yang dapat tumbuh sebesar 24,9% (yoy) sehingga secara nominal asetnya mencapai
Rp274,2
miliar
(Grafik
4.46).
Perlambatan aset BPR di Sulawesi Tenggara juga diikuti oleh melambatnya kinerja penghimpunan dana dari masyarakat. Penghimpunan DPK tumbuh sebesar 7,6% (yoy) atau tercatat sebesar Rp110,1 miliar, melambat dibandingkan periode sebelumnya yang tumbuh sebesar 19,5% (yoy). Namun sebaliknya, penyaluran kredit dapat tumbuh sebesar 23,2% (yoy), meningkat dari sebelumnya hanya tumbuh
12,25%, di atas threshold 5%. 4.4. AKSES KEUANGAN
4.4.1. Akses Keuangan Kepada UMKM Pada triwulan III 2016, kredit yang diterima oleh UMKM di Sulawesi Tenggara (berdasarkan lokasi proyek) mencapai Rp6,19 triliun. Secara pangsa mencapai 27,4% dibandingkan total kredit di Sulawesi Tenggara. Kredit kepada UMKM1 tersebut, sebagian besar diberikan kepada usaha kecil sebesar 44,1% dan usaha mikro dengan pangsa sebesar 30,4%. Sedangkan untuk usaha menengah memiliki pangsa sebesar 25,5% dari total kredit UMKM (Grafik 4.47).
20,3% (yoy) dengan nominal kredit sebesar
1
Penentuan UMKM dilakukan berdasarkan kriteria dalam UU No. tahun 2008. Usaha mikro merupakan usaha dengan asset maksimal Rp50 juta dan omzet maksimal Rp300 juta. Usaha kecil merupakan usaha dengan aset antara Rp50 juta s.d Rp500 juta dan omzet antara Rp300 juta s.d Rp2,5 miliar. Usaha menengah merupakan usaha dengan aset antara Rp500 juta s.d Rp10 miliar dan omzet antara Rp2,5 miliar s.d Rp50 miliar.
%, yoy 60,0
50
50,0
40
37,5
30 20
10,5
10
10,3
0
48,8
pangsa pangsa 69,0% 7,68%
pangsa 47,1 5,02%
15,8 14,0
16,2 13,5
pangsa 3,3%
40,0 30,0 20,0
9,9
10,0
III
IV
I
II
2015 Mikro
III
-10,0
2016
Kecil
Menengah
UMKM
Tw II 16
Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah, lokasi proyek
Grafik 4.48
Pertumbuhan Kredit UMKM
Industri
II
Pertanian
-20 I
1,7 -3,9
-2,0
0,0
Konstruksi
-10,9
Perdagangan
-10
pangsa 3,84%
Transportasi
%, yoy
60
Tw III 16
Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah, lokasi proyek
Grafik 4.49 Pertumbuhan Kredit UMKM Sektoral
Sejalan dengan kondisi kredit perbankan secara
2016 hanya tumbuh sebesar 14,0%(yoy).
umum, laju pertumbuhan kredit UMKM tercatat
Penyaluran
mengalami perlambatan, dari semula tumbuh
pertanian, konstruksi dan transportasi juga
sebesar 13,2% (yoy) pada triwulan sebelumnya
mengalami
menjadi sebesar 10,3% (yoy). Perlambatan
penyaluran kredit kepada UMKM industri
tersebut disebabkan oleh penurunan realisasi
pengolahan masih dapat tumbuh tinggi sebesar
kredit kepada usaha menengah dan usaha
48,8% (yoy) (Grafik 4.49).
kredit
UMKM
penurunan.
kepada
Namun
sektor
disisi
lain
mikro. Sementara itu kredit untuk usaha kecil relatif stabl tumbuh sekitar 10,5% (yoy) (Grafik
Dari sisi risiko kreditnya, secara umum kredit UMKM mengalami peningkatan risiko dan masih
4.48).
berada sedikit di atas threshold 5%. Pada
Secara sektoral, perlambatan kredit UMKM dipengaruhi
oleh
melambatnya
penyaluran
kredit di sektor perdagangan dengan pangsa kredit terbesar (69,0%) yang semula tercatat mampu tumbuh sebesar 15,8% (yoy) pada triwulan sebelumnya, namun pada triwulan III
triwulan III 2016 NPL kredit UMKM mencapai 5,86%, mengalami sedikit peningkatan dari sebelumnya yang tercatat sebesar 5,35%. Kondisi tersebut dipengaruhi oleh meningkatnya risiko kredit pada hampir semua sektor kecuali UMKM pertanian (Grafik 4.50). Baki Debet miliar)
%, NPL 15,0
Nasabah
400 (Rp
341,3
350
25.000
300
10,0
20.000
250 5,0
30.000
200
theshold
15.000
150
10.000
100
Industri
Tw III 16
Transportasi
Tw II 16
Pertanian
Konstruksi
Perdagangan
0,0
Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah, lokasi proyek
Grafik 4.50
NPL Kredit UMKM Sektor Dominan
9.429
50 0
5.000 0
I
II
III 2015
IV
I
II
III
2016
KUR Rekening (sb.kanan) Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah, lokasi bank
Grafik 4.51 Pergerakan Baki Debet KUR Sulawesi Tenggara
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2016
69
70
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2016
%
133,7
135
130,6
130
115,5
118,0
115 110 105 I
II
III
IV
I
II
2015 Rekening DPK (sb. Kanan)
2016
20
1.400 1.200 1.000 800 600 400 200 0
125 120
25
133,0 1.600
126,9
125,1
%
nasabah 1.623 1.800
140
nasabah (ribu) 260 21,3 22,0 21,0 22,0 19,7 20,0 18,1 250 240
15
230 221
10
220
5
210
0
III
200 I
Rasio Rekening DPK per Penduduk Bekerja
III
IV
I
II
III
2015 2016 Rekening Kredit Rasio Kredit Sumber: LBU Bank Indonesia, BPS, diolah
Rasio DPK
Sumber: LBU Bank Indonesia, BPS, diolah
Grafik 4.52
II
Grafik 4.53 Rasio Rekening Kredit per Penduduk Bekerja
Seiring dengan adanya perubahan kebijakan
angkatan kerja yang juga memiliki rekening
KUR (Kredit Usaha Rakyat) pada tahun 2016,
seperti siswa sekolah maupun mahasiswa.
terdapat peningkatan penyaluran kredit tersebut kepada UMKM. Sampai dengan triwulan III 2016, baki debet KUR di Sulawesi Tenggara mencapai Rp341,3 miliar dengan jumlah debitur aktif mencapai 9.429 usaha (Grafik 4.51). Salah satu kebijakan yang mendorong peningkatan adalah penurunan suku bunga dari 12% efektif per tahun menjadi 9% efektif.
Sementara itu, rasio jumlah rekening kredit terhadap penduduk angkatan kerja di Sulawesi Tenggara menunjukkan penurunan menjadi 18,1% (Grafik 4.53). Masih rendahnya rasio rekening kredit menunjukkan bahwa fasilitas pembiayaan masih sedikit digunakan oleh masyarakat di provinsi ini dan masih terdapat ruang untuk meningkatkan penyaluran kredit di masa yang akan datang.
4.4.2. Akses Keuangan Kepada Penduduk
Upaya pengembangan akses keuangan memiliki
Indikator akses keuangan di Sulawesi Tenggara
peran penting dalam menjaga stabilitas sistem
terutama
keuangan
dari
sisi
penghimpunan
dana
dan
mendorong
pertumbuhan
mengalami peningkatan, begitu juga dari sisi
ekonomi Sulawesi Selatan. Oleh karena itu, KPw
kredit. Rasio jumlah rekening DPK terhadap
BI
penduduk angkatan kerja di Sulawesi Tenggara
memberikan
tetap menunjukkan tren peningkatan, dimana
kegiatan edukasi keuangan yang bertujuan
pada triwulan III 2016 rasio tersebut tercatat
untuk memberikan informasi mengenai produk
sebesar 133,0% (Grafik 4.52). Rasio yang lebih
dan jasa keuangan serta untuk menumbuhkan
besar dari 100% menunjukkan bahwa terdapat
kesadaran masyarakat pada umumnya untuk
penduduk angkatan kerja di Sulawesi Tenggara
menabung
yang memiliki rekening simpanan lebih dari satu.
keuangan. Dalam rangka mendukung upaya
Selain
tersebut, pada bulan Agustus dan September
itu
rasio
mengindikasikan
lebih adanya
dari
100%
penduduk
juga bukan
Provinsi
2016,
telah
Sulawesi dan
dan
Tenggara
berupaya
memfasilitasi
berbagai
melakukan
dilakukan
pengelolaan
kegiatan
edukasi
keuangan, elektronifikasi dan keuangan inklusif.
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA TRIWULAN I 2016
Bab 5
Pada triwulan III 2016, aktivitas sistem pembayaran non tunai melalui sistem kliring dan RTGS di Sulawesi Tenggara mengalami penurunan baik secara nominal maupun jumlah transaksi jika dibandingkan dengan periode sebelumnya. Di sisi sistem pembayaran tunai, pada triwulan III 2016 terjadi net inflow uang kartal yang berbeda dengan pola musimannya. Selain itu, KPw Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara juga terus melakukan peningkatan kelayakedaran dari uang kartal dan meminimalkan peredaran uang palsu.
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2016
2
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2016
73
%, yoy
Rp miliar 3.000
2.172 180 160 140 120 100 10780 60 40 20 0 -20 III
2.500 2.000 1.500 1.000
500 I
II
III
IV
I
II
2014 Nominal (Rp miliar)
Grafik 5.1
III
IV
I
II
56
60
27
40
35
40
1.000
35 30
905 800
25
20 0 -20
30
-40
20
-60 10
-80
-
-100 I
II
III
IV
I
2014 Lembar (ribu)
Grafik 5.2
Transaksi 1.200
Rp miliar 45
60 40
50
2015 2016 Pertumbuhan yoy (sb.kanan)
Nilai Transaksi Kliring (SKNBI) Provinsi Sulawesi Tenggara
%, yoy 80
Transaksi 70
II
III
IV
I
II
III
2015 2016 Pertumbuhan yoy (sb.kanan)
Volume Transaksi Kliring (SKNBI) Provinsi Sulawesi Tenggara
Transaksi 1.400
Rp miliar 70 60
1.200
50
1.000
40
800
600
20 15
400
10
200
5 -
0 I
II
III
IV
2014 Nominal/hari
Grafik 5.3
I
II
III
IV
I
II
III
30
600
20
400
10
200
-
0 I
2015 2016 Transaksi/hari(sb.kanan)
Perputaran kliring harian di Sulawesi Tenggara
II
III
IV
2014 Nominal/hari
Grafik 5.2
I
II
III
IV
I
II
III
2015 2016 Transaksi/hari(sb.kanan)
Penolakan Kliring (Cek/BG Kosong)
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2016
74
Rp Miliar 1.000 900 800 700 600 500 400 300 200 100 -
848
Transaksi 540
874 689
520 510 500 490
481
478
480 470 460 I
II
III
450 I
2016
Grafik 5.5
529
530
Nilai Transaksi RTGS Provinsi Sulawesi Tenggara
II
III
2016
Grafik 5.6
Volume Transaksi RTGS Provinsi Sulawesi Tenggara
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2016
75
3.000
200
Rp Miliar 1.500
2.500
150
1.000
2.000
100
500
%, yoy
Rp Miliar
51
1.500
50
1.000
-
500
(41)
-
(50) (100)
I
II III IV I
II III IV I
II III IV I II
2013
2014
2015
Inflow g Inflow (sb. Kanan)
Grafik 5.7
III
2016
Outflow g Outflow (sb. Kanan)
Aliran Uang Kartal Dari Bank Sentral di Sulawesi Tenggara
net inflow 96
(500)
(1.000) (1.033)
net outflow
(1.500) (2.000)
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III 2011
Grafik 5.8
2012
2013
2014
2015
2016
Posisi Selisih Inflow dan Outflow Di Bank Sentral Sulawesi Tenggara
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2016
76
%, yoy
Rp, Miliar 400
300
350
291 250
300
200
250
150
200 100
150
70,8 29,2
50
100 50
19,8
0 I
II
III
IV
2014 Nominal UTLE
Grafik 5.9
I
II
III
2015
IV
I
II
(50)
III
2016
g Nominal UTLE (sb.Kanan)
Pemusnahan Uang Tidak Layak Edar
Pecahan 100.000
Pecahan 50.000
Grafik 5.10 Komposisi Pecahan Uang Palsu Yang Ditemukan
BOKS 2. KENDARI PEDULI KOIN UANG LOGAM MASIH DIBUTUHKAN Kurangnya penggunaan koin oleh masyarakat khususnya pada saat bertransaksi menjadi fenomena umum yang sering dijumpai dihampir seluruh daerah termasuk di Kendari. Salah satunya karena uang logam dianggap tidak praktis digunakan karena nilainya kecil namun berat dibawa. Akibatnya banyak orang lebih memilih menyimpan uang logam di rumah dibanding membelanjakannya. Sementara di lain pihak banyak pedagang khususnya pedagang retail yang membutuhkan uang logam untuk pengembalian transaksi. Dalam satu dasawarsa terakhir Bank Indonesia mengeluarkan uang koin sekitar Rp 6 triliun, namun yang kembali ke Bank Indonesia hanya Rp900 miliar atau 16% dengan tren semakin menurun. Hal ini disebabkan adanya persepsi dan kebiasaan masyarakat yang menganggap uang koin bukan sebagai alat transaksi. Kondisi tersebut mendorong Bank Indonesia sebagai otoritas dibidang Sistem Pembayaran dan PUR untuk memfasilitasi dua pihak dimaksud dengan menyelenggarakan Gerakan Peduli Koin Nasional.
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2016
77
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2016
78
Gerakan tersebut dilaksanakan hampir di seluruh kota dimana terdapat Kantor Perwakilan Bank Indonesia termasuk di Kota Kendari yang digelar pada hari Minggu 25 September 2016 bertempat di Taman Kota Kendari. Kepala Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sultra dalam sambutan pembukaan mengatakan bahwa Gerakan Peduli Koin Nasional di Kendari dimaksudkan untuk mendorong penggunaan uang koin sebagai alat pembayaran yang sah, meningkatkan efektivitas uang koin, dan menyediakan fasilitas kepada masyarakat yang akan melakukan penukaran uang koin. “Seperti halnya uang kertas uang koin/logam juga merupakan alat pembayaran yang sah di Republik Indonesia” ujarnya kepada masyarakat Kota Kendari yang hadir. Berdasarkan hasil pengolahan uang logam yang diperoleh dari kegiatan Kendari Peduli Koin tersebut terkumpul 70.393 keping logam senilai Rp26.681.000,-. Selain memberikan layanan penukaran uang logam, dalam kegiatan Gerakan Peduli Koin Nasional tersebut, KPw Bank Indonesia Provinsi Sultra juga memberikan layanan penukaran uang lusuh/rusak dan uang yang telah dicabut dari peredaran.
BOKS 3. KAMPANYE NON TUNAI DI PEMKOT KENDARI
Sebagai tindaklanjut MoU No.17/2/KPwBI/Kdi tanggal 25 Juni 2015 tentang Transaksi Keuangan Non Tunai Di Lingkungan Pemerintah Daerah Kota Kendari, KPw BI Provinsi Sulawesi Tenggara bersama Pemkot Kendari dan PT. BRI Cabang Kendari menyelenggarakan kampanye dan sosialisasi penggunaan Kendari Smart Card sebagai alat pembayaran di kantin Pemkot Kendari. Kendari Smart Card merupakan kartu pegawai elektronik yang sekaligus dapat berfungsi sebagai uang elektronik dan ATM. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mendorong penggunaan Kendari Smart Card khususnya oleh PNS lingkup Pemkot Kendari sekaligus mensukseskan implementasi transaksi non tunai dalam mewujudkan Kota Kendari menjadi Smart City yang mendapat dukungan dari Pemkot Kendari dan pihak BRI. Sebelumnya pihak BRI Kendari telah memasang EDC di kantin Pemkot Kendari dan bus Trans Lulo, namun demikian berdasarkan evaluasi tingkat pemanfaatannya masih kurang. Kepala Perwakilan BI Sultra dalam sambutannya menyampaikan bahwa secara luas, uang elektronik telah banyak digunakan sebagai alat pembayaran untuk keperluan pembayaran tol, parkir, SPBU, tiket KRL Jabodetabek, toko/retail dll. Mengutip data dari website Bank Indonesia, secara nasional nilai transaksi menggunakan uang elektronik pada tahun 2015 tercatat sebesar Rp5,28 triliun dengan jumlah transaksi mencapai 535,5 juta transaksi. Nilai tersebut meningkat 59,1% dibandingkan tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp3,32 triliun. Adapun jumlah uang elektronik yang beredar di masyarakat hingga bulan Agustus 2016 sebanyak 43.087.252 kartu. “Bank Indonesia berkomitmen untuk terus mendorong penggunaan transaksi non tunai dalam berbagai jenis transaksi termasuk transaksi pembayaran di lingkungan pemerintahan pada khususnya” tutupnya. Sebagai salah satu bank pelopor uang elektronik di Sultra, BRI menyampaikan bahwa pihaknya terus melakukan inovasi agar penggunaan transaksasi non tunai dapat terus diperluas seperti yang telah berlangsung saat ini seperti untuk pencairan dana PAUD, bantuan kepada masyarakat dll. “Salah satu kendala yang kami hadapi dalam perluasan transaksi non tunai di wilayah Sultra adalah gangguan listrik dan signal” ujar Manajer Operasional BRI Kendari. Sementara itu Sekretaris Kota Kendari mewakili Pemkot Kendari memberikan apresiasi atas upaya yang ditempuh oleh Bank Indonesia dan BRI tersebut. “Kegiatan ini sejalan dengan visi pemerintah kota untuk mewujudkan Kendari sebagai Smart City kedepannya” ujarnya. Dalam kegiatan kampanye tersebut para pengunjung diminta untuk langsung menggunakan kartu yang dimiliki untuk melakukan transaksi di kantin Pemkot. Para pedagangpun tampak lincah mengoperasikan EDC yang disediakan oleh BRI. Tidak hanya untuk keperluan transaksi di kantin, Kendari Smart City juga diujicobakan untuk pembayaran angkutan bis Trans Lulo milik Pemkot Kendari. Selain untuk kalangan PNS Pemkot Kendari, masyarakat umum juga dapat menggunakan uang elektronik dari BRI untuk pembayaran Trans Lulo dan outlet yang telah ditunjuk oleh BRI.
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2016
79
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2016
80
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA TRIWULAN I 2016
Bab 6
KETENAGAKERJAAN & KESEJAHTERAAN
Kondisi ketenagakerjaan di Sulawesi Tenggara mengalami perbaikan walaupuan terjadi perlambatan kinerja perekonomian pada periode laporan. Kondisi tersebut terlihat dari peningkatan jumlah penduduk yang bekerja dan penurunan jumlah penggangguran. Sementara itu, untuk perkiraan kondisi ketenagakerjaan pada periode yang akan datang akan mengalami perbaikan. Sejalan dengan kondisi ketenagakerjaan, tingkat kesejahteraan terutama pada masyarakat pedesaan mengalami peningkatan. Hal tersebut tercermin dari Nilai Tukar Pertani (NTP) yang meningkat di periode laporan.
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER I 2016
2
83
Sulawesi
menyerap tenaga kerja sebesar 474 ribu jiwa
Tenggara pada triwulan III 2016 diindikasikan
atau 38,9% dari total penduduk yang bekerja di
mengalami
Sulawesi
Kondisi
ketenagakerjaan perbaikan,
di
walaupun
terjadi
Tenggara.
Peningkatan
jumlah
perlambatan ekonomi pada periode tersebut.
penduduk yang bekerja di lapangan usaha
Hal ini tercermin dari data BPS Sulawesi
pertanian ditengarai sebagai akibat adanya
Tenggara
adanya
panen pada periode tersebut serta dari persepsi
peningkatan jumlah penduduk yang bekerja dan
kesejahteraan petani yang meningkat. Hal ini
penurunan jumlah penggangguran terbuka.
tercermin dari adanya kenaikan NTP pada
yang
menunjukkan
Pada bulan Agustus 2016, jumlah penduduk bekerja tercatat sebanyak 1,25 juta jiwa atau
periode laporan jika dibandingkan dengan periode sebelumnya.
meningkat sebesar 41,5 ribu jika dibandingkan
Lapangan usaha perdagangan dan rumah
dengan periode Februari 2016. Peningkatan
makan
jumlah tenaga kerja tersebut utamanya berasal
penyerapan tenaga kerja sebesar 243,4 ribu jiwa
dari peningkatan jumlah tenaga kerja yang
atau 19,9% dari penduduk yang bekerja di
berkerja di lapangan usaha pertanian dan
Sulawesi Tenggara. Sementara lapangan usaha
lapangan usaha konstruksi. Struktur lapangan
jasa menempati posisi ketiga dengan menyerap
pekerjaan
225,5 ribu jiwa atau 18,5% dari penduduk yang
pada
periode
laporan
tidak
menempati
posisi
kedua
dengan
mengalami perubahan, pada bulan Agustus
bekerja di Sulawesi Tenggara.
lapangan
Jenis pekerjaan yang dominan pada bulan
usaha
pertanian
masih
menjadi
penyumbang terbesar penyerapan tenaga kerja
Agustus
di Sulawesi Tenggara di ikuti oleh lapangan
bekerja sebagai buruh/karyawan. Sementara itu
usaha perdagangan dan rumah makan dan
jumlah tenaga kerja yang bekerja pada sektor
lapangan usaha jasa.
formal hanya sebesar 383,8 ribu jiwa atau
2016 adalah kelompok orang yang
31,5% dari total penduduk bekerja di Sulawesi orang (ribu)
1.220 1.166
1.250 1.200
1.126 1.075 1.037
1.150 1.100
1.112 1.054
1.050
63
60
40
37
46
42
34 24
30 20 10
950
-
900 Feb
Aug
2013
Feb
Aug
2014
Feb
Aug
2015
Feb
Aug
2016
Feb
Kondisi Penduduk Bekerja Sulawesi Tenggara
Aug
2013
Sumber: BPS, diolah
Grafik 6.1
48
46
50
997
1.000
orang (ribu) 70
Feb
Aug
2014
Feb
Aug
2015
Feb
Aug
2016
Sumber: BPS, diolah
Grafik 6.2
Kondisi Penduduk Menganggur
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2016
Pada Agustus 2016, lapangan usaha pertanian
6.1. KETENAGAKERJAAN
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER I 2016
84 6% SBT (Saldo Bersih Tertimb ang)
25% SBT (Saldo Bersih Tertimb ang)
4%
20%
2%
15% 0% I
-2%
II
III
IV
I
II
2014
III
IV
I
2015
II
III
10%
2016
5%
-4%
0%
-6%
I
II
-8%
III
IV
II
Indeks Realisasi Penggunaan Tenaga Kerja
III
IV
I
2015
Sumber: SKDU KPw BI Sultra, diolah
Grafik 6.3
I
2014
II
III
2016
Sumber: SKDU KPw BI Sultra, diolah
Grafik 6.4
Indeks Perkiraan Jumlah Pengunaan Tenaga Kerja
Tenggara, menurun sebanyak 17,3 ribu jiwa jika
Terjadinya peningkatan jumlah penduduk yang
dibandingkan dengan bulan Februari 2016.
bekerja dan penurunan jumlah penduduk yang
Sementara untuk penduduk yang bekerja pada
menganggur membuat Tingkat Pengganguran
sektor informal pada periode laporan mencapai
Terbuka (TPT) di Sulawesi Tenggara menurun
835,8 ribu jiwa atau sebanyak 68,5% dari total
dari 3,78% (Februari 2016) menjadi 2,72%
penduduk bekerja di Sulawesi Tenggara. Kondisi
(Agustus
tersebut meningkat sebanyak 70,7 ribu jiwa
Angkatan Kerja yang meningkat dari 71,9%
dibandingkan periode bulan Februari 2016.
menjadi sebesar 73,5%.
Di sisi lain, jumlah pengangguran terbuka pada
Kondisi tersebut sejalan dengan hasil Survei
periode laporan mengalami penurunan. Dari
Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang dilakukan
Februari 2016 hingga Agustus 2016, jumlah
oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi
pengangguran terbuka berkurang sebanyak
Sulawesi Tenggara. Hasil SKDU menunjukkan
11,7 ribu orang atau menurun sebesar 25,6%.
bahwa kondisi ketenagakerjaan pada triwulan III
Dengan adanya penurunan tersebut, jumlah
mengalami
penduduk yang menganggur di Bulan Agustus
dengan periode sebelumnya. Pada triwulan III
2016 tercatat sebesar 34,1 ribu orang. Jika
2016, pelaku usaha masih menyatakan adanya
diperhatikan dari pendidikan tertinggi yang
perbaikan jumlah tenaga kerja yang terserap dari
ditamatkan masih banyak terdapat tenaga kerja
saldo bersih tertimbang (SBT) sebesar 2,21%,
yang
dari sebelumnya yang tercatat sebesar -1,81%.
berpendidikan
Berdasarkan
data
BPS
yang
menganggur.
Provinsi
Sulawesi
Tenggara diketahui bahwa sebanyak 5,0% dari total penduduk usia yang 15 tahun ke atas yang menganggur berpendidikan sarjana, sementara untuk
yang
berpendidikan
sebanyak 2,3%.
Diploma
I/II/III
2016)
Sementara
serta
peningkatan
itu,
Tingkat
jika
Partisipasi
dibandingkan
diperkirakan
kondisi
ketenagakerjaan pada periode yang akan datang juga akan mengalami perbaikan. Hasil SKDU
menunjukkan
bahwa
perkiraan
perkembangan jumlah penggunaan tenaga kerja
pada
tiga
bulan
mendatang
akan
mengalami peningkatan. SBT tenaga kerja pada
sebelumnya yang hanya tercatat sebesar 99,6.
triwulan
4,53,
Peningkatan tersebut terutama disebabkan oleh
periode
peningkatan NTP yang terjadi pada subsektor
yang tercatat sebesar 2,60.
tanaman perkebunan rakyat, dari 101,3 pada
Peningkatan tersebut diperkirakan berasal dari
triwulan II 2016 menjadi 104,7 di triwulan III
lapangan usaha pertanian dan lapangan usaha
2016 akibat dengan adanya musim panen
penggangkutan dan komunikasi.
komoditas kakao di periode tersebut. Subsektor
IV
meningkat
2016
tercatat
dibandingkan
triwulan III
sebesar
dengan
peternakan juga mengalami peningkatan dari 6.2. KESEJAHTERAAN
Sejalan dengan perbaikan yang terjadi dari sisi ketenagakerjaan, Sulawesi
kondisi
Tenggara
kesejahteraan
juga
terindikasi
mengalami peningkatan pada triwulan III 2016. Hal ini terlihat dari peningkatan indeks penghasilan masyarakat dan Nilai Tukar Petani (NTP) pada triwulan III 2016 jika dibandingkan dengan triwulan II 2016. NTP merupakan suatu indikator kemampuan tukar produk pertanian untuk
keperluan
memproduksi
produk
pertanian. Oleh karena itu, NTP dapat dijadikan alat
ukur
untuk
tingkat
kesejahteraan
105,3 di triwulan II 2016 menjadi 106,7 di triwulan
III
perayaan
2016 Hari
seiring Raya
dengan
Idul
adanya
Adha
mengakibatkan adanya permintaan komoditas ternak. Serta subsektor perikanan dari 109,2 di triwulan II menjadi 111,6 di triwulan III. Peningkatan
tersebut
disebabkan
oleh
meningkatnya kinerja perikanan tangkap yang meningkat dari 114,7 menjadi 118,4. Kondisi tersebut sejalan dengan akselerasi pertumbuhan sub lapangan usaha perikanan. Pencapaian NTP subsektor hortikultura Provinsi
masyarakat khususnya yang bekerja di sektor
Sulawesi tenggara sampai triwulan III
pertanian.
masih
Pada triwulan III 2016, NTP Sulawesi Tenggara tercatat sudah lebih dari nilai 100 yakni sebesar 100,4 atau meningkat dibandingkan triwulan 155
berada
di
bawah
100,
diterima
oleh
para
petani
lebih
145
Peternakan
140
Perkebunan Rakyat
Hortikultura Tanaman Pangan
125
Total
120 II
III
2014
IV
I
II
III
IV
2015
I
II
III
-
2016
Indeks Penghasilan Konsumen
50,0 NTP Tw III
Sumber: Bea Cukai, diolah
Grafik 6.5
ini
rendah
111,6 109,2 106,7 105,3 104,7 101,3 89,8 92,3 91,4 93,5 100,4 99,6
130
I
hal
dibandingkan dengan total pengeluaran untuk
Perikanan
135
2016
menunjukkan bahwa total pendapatan yang
Indeks
150
yang
100,0
150,0
NTP Tw II
Sumber: Produsen Feni, diolah
Grafik 6.6
Perkembangan NTP Sulawesi Tenggara
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2016
85
86
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER I 2016
memproduksi hasil usahanya. Selain subsektor hortikultura, subsektor tanaman pangan juga berada di bawah angka 100, yakni sebesar 91,4. Rendahnya NTP dibeberapa sector pertanian (khususnya subsektor hortikultura dan subsektor tanaman pangan) tersebut menunjukkan bahwa kesejahteraan para pekerja di sektor pertanian belum secara merata dirasakan oleh masyarakat. Hal ini sesuai dengan hasil Survei Konsumen yang dilakukan oleh KPw BI Provinsi Sulawesi Tenggara menunjukkan adanya penurunan Indeks Penghasilan Konsumen (IPK) dari 140,3 pada triwulan II 2016 menjadi 130,7 pada triwulan
III
2016.
Adanya
penurunan
penghasilan tersebut dapat berdampak pada rendahnya daya beli masyarakat.
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA TRIWULAN I 2016
Bab 7
PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH
Pada tahun 2017 mendatang, pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara diperkirakan berada pada tren meningkat dan tumbuh pada kisaran 6,5% – 7,0% (yoy). Percepatan tersebut searah dengan prakiraan perekonomian Indonesia dan dunia yang juga mengalami peningkatan. Kinerja lapangan usaha pertanian, pertambangan dan penggalian serta industri pengolahan masih merupakan faktor pendorong laju percepatan perekonomian di periode triwulan mendatang. Di sisi lain, perkembangan inflasi Sultra pada tahun 2017 diperkirakan akan dominan dipengaruhi oleh penurunan kelompok volatile food dan administered prices. Inflasi Sulawesi Tenggara pada tahun 2017 diprakirakan berada pada kisaran 3,0% - 3,4% (yoy), relatif menurun dibandingkan dengan periode tahun 2016 yang diperkirakan berada pada kisaran 3,3%-3,7% (yoy).
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2016
2
89 Peningkatan kinerja lapangan usaha utama
7.1.1. Tahun 2017 Berdasarkan beberapa indikator pendukung,
Lapangan usaha pertanian (tabama, perkebunan dan perikanan)
hasil survei dan liaison, pertumbuhan ekonomi
Kondisi cuaca pada tahun 2017 mendatang
Sulawesi
diperkirakan akan kembali normal dan
Tenggara
pada
tahun
2017
diprakirakan berada pada kisaran 6,5% - 7,0%
mendukung
(yoy) mengalami akselerasi jika dibandingkan
pertanian di Sultra. Selain itu, terdapat
pertumbuhan
yang
beberapa faktor yang diperkirakan akan
diperkirakan akan tumbuh pada kisaran 6,2%
mendorong peningkatan produksi di sektor
(yoy). Perkembangan perekonomian di Sultra
pertanian, antara lain;
tersebut searah dengan prakiraan perekonomian
1) Perikanan
Indonesia dan dunia yang juga diperkirakan
-
mengalami
pada
periode
peningkatan.
2016
Kinerja
peningkatan
produktivitas
Terdapat program dari Pemprov di tahun
lapangan
2016
untuk
pembenahan
produksi
usaha pertanian, pertambangan dan industri
perikanan tangkap maupun budidaya
pengolahan
mendominasi
seperti Penyusunan Tata Ruang Wilayah
signifikan
Laut, penataan perizinan 5-30 GT, dan
yang
perekonomian
masih
Sultra
secara
dipengaruhi oleh kondisi ekonomi global.
peningkatan balai benih perikanan.
Beberapa asumsi yang menjadi pendorong
Terdapat bantuan kapal kepada nelayan
-
perekonomian Sulawesi Tenggara tahun 2017
di tahun 2016 sebanyak 217 kapal
adalah (1) peningkatan kinerja lapangan usaha
ukuran 5-15 GT dan akan efektif
utama,
digunakan untuk meningkatkan kinerja
(2)
peningkatan
konsumsi
rumah
perikanan tangkap pada tahun 2017.
tangga, (3) peningkatan realisasi investasi, dan (4) meningkatnya ekspor komoditas utama.
2) Perkebunan - Sulawesi Tenggara ditunjuk sebagai salah
8,0
%, yoy
satu
6,0
kakao.
US$/kg
US$/mt
7,0
sentra produksi
18000
3500
16000
3000
14000
5,0
2500
12000
4,0
10000
2000
3,0
8000
1500
2,0
6000
1000
4000
1,0
500
2000 0,0
2013
2014
Sultra
2015
Indonesia (OECD)
2016
2017
0 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Dunia (OECD)
Sumber: OECD (June 2016), diolah
Grafik 7.1
0
Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia dan Dunia
Nickel
Kakao (sb.kanan)
Sumber: World Bank Commodity Forecast Price Oct 2016, diolah
Grafik 7.2
Proyeksi Harga Komoditas Internasional
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2016
7.1. PROSPEK PERTUMBUHAN EKONOMI
90
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2016
Produksi tanaman kakao di Sultra ratarata
mencapai
salah satu sentra produksi sapi potong
Perusahaan pengolah kakao di Sultra
diperkirakan akan memberikan dampak
sudah mulai beroperasi dan dapat
pada peningkatan hasil produksi.
petani
kakao
untuk
meningkatkan produksinya. -
industri pengolahan (nikel, feronikel dan
salah
aspal)
satu
sentra produksi
kakao.
Produksi tanaman kakao di Sultra rata-
Produksi tambang nikel diperkirakan akan
rata
ton/tahun.
kembali mengalami peningkatan cukup
Perusahaan pengolah kakao di Sultra
signifikan pada tahun 2017 khususnya
sudah mulai beroperasi dan dapat
untuk memenuhi permintaan dalam negeri
mendorong
yang semakin meningkat seiring dengan
mencapai
157.537
petani
Adanya
program
kakao
untuk
menunjukkan
telah
kakao
mulai
maupun NPI). Berdasarkan hasil liaison
peningkatan
diketahui bahwa salah satu perusahaan
adanya daerah
sebagai
feronikel
mulai
mulai mengoperasikan salah satu tungku
mengembangkan perkebunan kelapa
pada tahun 2017 telah selesainya proses
sawit, pada tahun 2016 diperkirakan
pembangunan di akhir tahun 2016. Selain
tanaman kelapa sawit mulai dapat
itu
berproduksi lebih ekspansif.
mendatang juga akan terdapat 3 (tiga)
Terdapat penambahan lahan sawah di
sawah baru tersebut akan sudah mulai berproduksi pada tahun 2017. Adanya perbaikan sarana irigasi pada tahun
2016
diperkirakan
akan
memberikan dampak pada peningkatan produksi pertanian di tahun 2017. Terdapat beberapa kabupaten yang memanfaatkan penanaman jagung
lahannya
juga,
perusahaan
luas 1.500 hektar. Diperkirakan lahan
-
(output
besar pengolahan nikel diperkirakan akan
beberapa kabupaten yang mencapai
-
smelter
pengolahan
3) Tanaman Bahan Makanan -
beberapa
pada
produksi kakao. Beberapa
beroperasinya
peremajaan
tanaman-tanaman
-
Lapangan usaha pertambangan dan
Sulawesi Tenggara ditunjuk sebagai
meningkatkan produksinya. -
Sulawesi Tenggara ditunjukkan sebagai
ton/tahun.
mendorong
157.537
-
untuk
diperkirakan smelter
pada
yang
akan
tahun mulai
beroperasi. Beberapa
lembaga
internasional
memprediksi bahwa harga nikel akan mulai mengalami peningkatan seiring dengan meningkatnya permintaan dunia terutama negara Tiongkok terhadap stainless steel. Sementara
itu,
produksi
dari
negara
pengekspor terbesar di dunia yakni Filipina mengalami
penurunan
akibat
adanya
penertiban besar-besaran tambang nikel dan penutupan sementara pabrik-pabrik akibat adanya masalah lingkungan.
Di sisi lain, kinerja pertambangan aspal juga
eskpor
diperkirakan
peningkatan
akan
semakin
mengalami
peningkatan seiring adanya instruksi presiden tentang
penggunaan
aspal
buton
Sultra
sehingga
penghasilan
berakibat
pada
masyarakat
dan
berujung pada peningkatan konsumsi domestik.
untuk
Peningkatan investasi
peningkatan atau pembangunan jalan nasional sementara
permintaan
luar
negeri
Pada tahun 2017, aktivitas investasi di Sultra
untuk
diperkirakan
komoditas aspal juga akan semakin meningkat,
akan
kembali
mengalami
peningkatan terutama yang dilakukan oleh
terutama ke Tiongkok dan Myanmar.
pemerintah.
Peningkatan konsumsi rumah tangga
Kondisi
tersebut
diperkirakan
disebabkan oleh adanya pembayaran transfer
Konsumsi rumah tangga diprakirakan masih
DAU dari pemerintah pusat yang tertunda pada
tumbuh pada level yang tinggi di kisaran
akhir tahun 2016 serta masih terdapatnya
6,5%(yoy) dipengaruhi oleh peningkatan jumlah
proyek pembangunan infrastruktur yang bersifat
penduduk sebesar 2,2%. Selain itu, presentase
multiyears
penduduk yang masuk dalam usia produktif juga
Bahteramas dan bendungan Ladongi.
semakin meningkat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Hal
ini
diperkirakan
menengah
(middle
pembangunan
jembatan
Peningkatan ekspor
dapat Sejalan
mendorong peningkatan jumlah masyarakat berpenghasilan
seperti
dengan
adanya
peningkatan
perekonomian global dan negara mitra dagang,
income
ekspor Sultra pada tahun 2017 diperkirakan
group) yang menopang konsumsi domestik.
tumbuh positif. Ekspor nikel olahan seperti
Di samping itu, kondisi perekonomian dunia
feronikel dan NPI (Nikel Pig Iron) diperkirakan
yang meningkat juga turut diperkirakan akan
akan
meningkat
seiring
dengan
adanya
memperbesar permintaan komoditas utama Tabel 7.1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Pengadaan Listrik, Gas Pengadaan Air Konstruksi Perdagangan Besar dan Eceran Transportasi dan Pergudangan Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum Informasi dan Komunikasi Jasa Keuangan Real Estate Jasa Perusahaan Administrasi Pemerintahan Jasa Pendidikan Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial Jasa Lainnya PDRB
2016 I 10,7 (9,1) 8,7 8,2 13,3 11,0 7,2 12,2 7,7 13,7 14,5 0,4 10,0 3,3 11,2 9,2 8,5 5,5
II 5,7 0,5 5,5 6,2 7,1 10,9 7,5 15,2 8,3 12,2 21,6 1,2 8,1 9,2 12,7 4,5 9,4 6,8
III 5,6 (9,0) 13,9 11,6 14,3 8,9 19,2 17,0 7,7 13,2 14,0 (8,8) 7,7 5,0 16,1 8,3 6,1 6,0
IVP 5,5 0,9 11,3 7,5 8,8 9,6 8,0 16,7 8,7 7,7 9,7 5,2 6,2 4,6 6,0 6,0 7,8 6,5
2017 IP 5,7 1,9 11,8 7,1 14,3 7,0 7,1 12,0 7,2 9,5 4,8 2,9 8,9 3,9 5,3 5,7 7,4 6,0
2015 0,04 11,3 7,7 4,0 2,8 12,6 7,4 7,5 7,9 6,5 7,7 4,8 10,3 5,3 7,9 6,4 7,1 6,9
2016P 6,8 (4,2) 9,8 8,3 10,8 10,0 10,5 15,4 8,1 11,6 14,8 (0,5) 8,0 5,5 11,4 7,0 7,9 6,2
2017P 6,7 - 7,1 2,6 - 3,0 11,1 - 11,5 6,4 - 6,8 11,3 - 11,7 9,8 - 10,2 7,9 - 8,3 11,6 - 12,0 7,3 - 7,7 8,8 - 9,2 3,1 - 3,6 5,9 - 6,2 5,5 - 5,6 4,8 - 5,2 1,7 - 2,1 5,9 - 6,3 8,5 - 8,9 6,6 - 7,0
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2016
91
92
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2016
Tabel 7.2 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan 2016
Komponen Pengeluaran
I
Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi LNPRT Konsumsi Pemerintah PMTB Perubahan Inventori Eksport Luar Negeri Import Luar Negeri Net Eksport Antar Daerah PDRB
6,5 6,6 4,8 10,2 -114,2 -49,7 -22,8 6,7 5,5
II 6,7 7,2 16,1 9,3 -83,5 -29,4 27,7 -41,1 6,8
III IVP 6,1 5,8 3,2 8,8 8,0 7,6 4,5 5,4 -80,0 -124,7 -2,6 57,5 3,8 31,9 -27,7 5,0 6,0 6,5
2017 IP 6,2 6,5 7,5 7,9 -45,1 59,4 58,8 14,3 6,0
2015
2016P
4,8 -2,5 4,5 4,4 -33,9 -20,9 -23,4 -30,0 6,9
2017P
6,3 6,2 - 6,6 6,5 7,4 - 7,8 9,2 8,2 - 8,6 7,1 8,1 - 8,5 -85,5 -412,8 - -413,2 -9,6 105,4 - 105,8 12,5 55,1 - 55,5 -12,0 42,2 - 42,6 6,2 6,6 - 7,0
peningkatan permintaan dari negara Eropa,
dalam membangun infrastruktur. Pada awal
Tiongkok maupun negara Asia lainya seperti
tahun, proyek-proyek pemerintah masih dalam
India dan Korea Selatan. Ekspor aspal juga
masa tender dan persiapan sehingga belum
diperkirakan
memberikan dampak terhadap lapangan usaha
akan
mengalami
perbaikan
sehingga dapat mendorong peningkatan ekspor secara umum. Selain produk tambang, ekspor hasil perikanan Sultra diperkirakan juga akan mengalami peningkatan seiring dengan adanya peningkatan produksi dan permintaan dari negara tujuan ekspor.
konstruksi. Sedangkan dari sisi permintaan, perlambatan disumbangkan oleh tingginya impor, terutama dalam mendukung hilirisasi nikel. Sejauh ini barang modal untuk membangun smelter masih didatangkan dari luar negeri, terutama dari
7.1.2. Triwulan I 2017
Tiongkok.
Dengan didasarkan pada beberapa indikator pendukung,
hasil
survei
dan
liaison,
pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara pada triwulan I 2017 diprakirakan berada pada
7.2. PROSPEK INFLASI
7.2.1. Tahun 2017
mengalami
Tekanan inflasi Sulawesi Tenggara pada tahun
perlambatan jika dibandingkan periode triwulan
2017 mendatang diperkirakan akan berada
IV 2016 yang diperkirakan akan mengalami
pada level moderat yaitu pada kisaran 3,0% -
pertumbuhan sebesar 6,5% (yoy).
3,4% (yoy), lebih rendah dibandingkan tahun
kisaran
5,8%
-
6,2%
(yoy),
Dari sisi penawaran, lapangan usaha konstruksi diperkirakan akan menjadi lapangan usaha yang secara dominan memberikan kontribusi pada perlambatan kinerja ekonomi Sultra di periode triwulan I 2017. Lapangan usaha konstruksi mengalami
perlambatan
dipengaruhi
oleh
perilaku musiman dari investasi pemerintah
2016 yang diperkirakan berada pada kisaran 3,3% - 3,7% (yoy). Penurunan tekanan inflasi pada tahun tersebut didorong oleh penurunan tekanan volatile food dan administered prices terkait dengan kebijakan energi. Beberapa asumsi yang mendasari penurunan tersebut adalah sebagai berikut:
93 akhirnya
dapat
memberikan
tekanan
Kinerja produksi bahan pangan di Sultra
terhadao inflasi secara tidak langsung. Selain
pada
itu, subsidi pemerintah terhadap beberapa
tahun
meningkat pasokan
2017
dan bahan
diperkirakan
membantu makanan
akan
tersedianya baik
serelia
maupun dari komoditi ikan dan unggas. Program kerja peningkatan bahan pangan sebagai
salah
satu
program
Tim
komoditas
seperti
listrik
dan
BBM
diperkirakan akan mulai dikurangi untuk menyehatkan keuangan pemerintah. 3. Tekanan inflasi inti relatif meningkat Perkembangan inflasi inti dipengaruhi oleh
Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Sultra
faktor
diperkirakan turut mendorong peningkatan
Permintaan domestik diperkirakan masih
kinerja
tinggi
tersebut.
terbentuknya
Di
sisi
TPID
lain, dengan di
domestik seiring
dan
faktor
dengan
eksternal.
peningkatan
seluruh
penghasilan masyarakat. Mulai aktifnya
Kota/Kabupaten maka kerjasama/koordinasi
pertambangan dan harga nikel dunia yang
antar daerah dalam rangka penyediaan
sudah berangsur membaik menyebabkan
pasokan dan distribusi bahan pangan
tingkat penghasilan masyarakat juga akan
diperkirakan akan semakin lancar. Selain itu,
meningkat.
terbangunnya jalan dan pelabuhan yang
mendorong terciptanya lapangan kerja baru
memadai diperkirakan akan meningkatkan
dan adanya migrasi tenaga kerja dari daerah
jumlah dan memperlancar arus barang di
maupun negara lain.
Sultra.
administered
price
Peningkatan kelompok administered price di Sultra banyak dipengaruhi oleh tekanan harga tiket pesawat udara terutama Kota Baubau.
Namun
dengan
adanya
penambahan jadwal penerbangan pada tahun
2016,
maka
diperkirakan
tekanan inflasi dari tarif angkutan udara
akan
demikian,
Tekanan inflasi Sulawesi Tenggara pada triwulan I 2017 mendatang diperkirakan akan berada pada tekanan yang lebih rendah dibandingkan dengan inflasi pada akhir triwulan IV 2016. Inflasi pada triwulan I 2017 diperkirakan berada pada kisaran 2,3% s.d 2,7% (yoy). Kelompok
volatile
food
penyumbang
diperkirakan utama
akan
terjadinya
menjadi
penurunan
tekanan pada triwulan tersebut. Selain itu
dapat lebih rendah. Namun
tersebut
7.2.2. Triwulan I 2017
2. Tekanan inflasi menurun.
akhir
Kondisi
masih
terbatasnya
kemampuan
pemerintah
dalam
meningkatkan
pendapatan
negara,
terutama dari pajak, menyebabkan terdapat indikasi kebijakan dalam meningkatkan pengenaan pajak dan cukai yang pada
diperkirakan tekanan dari administered prices akan sedikit meningkat terutama dari adanya rencana kenaikan cukai rokok. Sementara itu tingkat konsumsi yang masih tinggi diperkirakan dapat meningkatkan inflasi dari kelompok inti namun masih dapat terkendali.
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2016
1. Tekanan inflasi volatile foods menurun
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2016
94
Halaman Ini Sengaja Dikosongkan
Daftar Istilah Administered price
Salah satu disagregasi inflasi, yaitu untuk komoditas yang perkembangan harganya diatur oleh pemerintah.
Andil inflasi
Sumbangan perkembangan harga suatu komoditas/kelompok barang/kota terhadap tingkat inflasi secara keseluruhan.
APBD
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD, dan ditetapkan dengan peraturan daerah.
Bobot inflasi
Besaran yang menunjukkan pengaruh suatu komoditas terhadap tingkat inflasi secara keseluruhan, yang diperhitungkan dengan melihat tingkat konsumsi masyarakat terhadap komoditas tersebut.
Dana Perimbangan
Sumber pendapatan daerah yang berasal dari APBN untuk mendukung pelaksanaan kewenangan pemerintah daerah dalam mencapai tujuan pemberian otonomi daerah.
Dana Pihak Ketiga (DPK)
Dana masyarakat (berupa tabungan, deposito, giro, dll) yang disimpan di suatu bank.
Faktor Fundamental
Faktor fundamental adalah faktor pendorong inflasi yang dapat dipengaruhi oleh kebijakan moneter, yakni interaksi permintaanpenawaran atau output gap, eksternal, serta ekspektasi inflasi masyarakat
Faktor Non Fundamental
Faktor non fundamental adalah faktor pendorong inflasi yang berada di luar kewenangan otoritas moneter, yakni produksi maupun distribusi bahan pangan (volatile foods), serta harga barang/jasa yang ditentukan oleh pemerintah (administered price)
Feronikel
Hasil olahan nikel mentah (ore nickel) dengan kadar antara 20-30% Ni dan digunakan sebagai bahan baku pembuatan baja dan stainless
steel Imported inflation
Salah satu disagregasi inflasi, yaitu inflasi yang berasal dari pengaruh perkembangan harga di luar negeri (eksternal)
Indeks Ekspektasi Konsumen
Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap ekspektasi kondisi ekonomi 6 bulan mendatang, dengan skala 1---100.
Indeks Harga Konsumen (IHK)
Sebuah indeks yang merupakan ukuran perubahan rata-rata harga barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat pada suatu periode tertentu.
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA TRIWULAN I 2016
Indeks Kondisi Ekonomi
Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini, dengan skala 1---100.
Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)
Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini dan ekspektasi kondisi ekonomi enam bulan mendatang, dengan skala 1---100.
Investasi
Kegiatan meningkatkan nilai tambah suatu kegiatan produksi melalui peningkatan modal.
Inflasi inti
Inflasi inti adalah inflasi yang dipengaruhi oleh faktor fundamental
Liaison
Kegiatan pengumpulan data/statistik dan informasi yang bersifat kualitatif dan kuantitatif yang dilakukan secara periodik melalui wawancara langsung kepada pelaku ekonomi mengenai perkembangan dan arah kegiatan ekonomi dengan cara yang sistematis dan didokumentasikan dalam bentuk laporan
Loan to Deposit Ratio (LDR)
Ratio yang menunjukkan perbandingan antara jumlah pinjaman yang disalurkan dengan dana pihak ke tiga yang dihimpun pada suatu waktu tertentu.
Migas
Minyak dan gas. Merupakan kelompok sektor industri yang mencakup industri minyak dan gas.
Mtm
Month to month. Perbandingan antara data satu bulan dengan bulan sebelumnya.
NPI
Nikcel Pig Iron. Hasil olahan ore nickel dengan kandungan 5-10% Ni.
Non Performing Loan (NPL)
Besarnya jumlah kredit bermasalah pada suatu Bank dibanding dengan total keseluruhan kreditnya
Omzet
Nilai penjualan bruto yang diperoleh dari satu kali proses produksi.
PDRB
Produk Domestik Regional Bruto. Pendapatan suatu daerah yang mencerminkan hasil kegiatan ekonomi yang ada di suatu wilayah tertentu.
Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Pendapatan yang diperoleh dari aktivitas ekonomi suatu daerah seperti hasil pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah.
Perceived risk
Persepsi risiko yang dimiliki oleh investor terhadap kondisi perekonomian sebuah negara
Qtq
Quarter to quarter. Perbandingan antara data satu triwulan dengan triwulan sebelumnya.
Saldo Bersih
Selisih antara persentase jumlah respondenyang memberikan jawaban meningkat dengan persentase jumlah responden yang memberikan jawaban menurun danmengabaikan jawaban sama .
Saldo Bersih Tertimbang. Nilai yang diperoleh dari hasil perkalian saldo bersih sektor/subsektor yang bersangkutan dengan bobot sektor/subsektor yang bersangkutan sebagai penimbangnya.
Sektor ekonomi dominan
Sektor ekonomi yang mempunyai nilai tambah besar sehingga mempunyai pengaruh dominan pada pembentukan PDRB secara keseluruhan.
Volatile food
Salah satu disagregasi inflasi, yaitu untuk komoditas yang perkembangan harganya sangat bergejolak karena faktor-faktor tertentu.
West Texas Intermediate
Jenis minyak bumi yang menjadi acuan untuk transaksi perdagangan minyak dunia.
Yoy
Year on year. Perbandingan antara data satu tahun dengan tahun sebelumnya.
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA TRIWULAN I 2016
SBT
PENANGGUNG JAWAB Dian Nugraha
(
[email protected])
KOORDINATOR PENYUSUN Harisuddin
(
[email protected])
TIM PENULIS Daniel Agus Prasetyo
(
[email protected]) Argo Hadianto
(
[email protected])
KONTRIBUTOR Fungsi Data dan Statistik Ekonomi dan Keuangan Fungsi Pelaksanaan Pengembangan UMKM Fungsi Koordinasi dan Komunikasi Kebijakan Unit Pengelolaan Uang Rupiah
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA SULAWESI TENGGARA Tim Advisory dan Pengembangan Ekonomi Fungsi Asesmen Ekonomi dan Surveilans Jl. Sultan Hasanudin No. 150 Kendari No. Telp. (0401) 3121655; No. Fax.(0401)3122718
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA TRIWULAN I 2016
Tim Penyusun