KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA TRIWULAN IV 2014
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA
Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/web/id/Publikasi/
Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh dengan menghubungi: KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA SULAWESI TENGGARA Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan Jl. Sultan Hasanudin No. 150 Kendari No. Telp. (0401) 3121655; No. Fax.(0401)3122718
Kata Pengantar
Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) disusun setiap triwulan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara, mencakup aspek pertumbuhan ekonomi, keuangan pemerintah, inflasi, sistem keuangan dan pengembangan akses keuangan, sistem pembayaran dan pengelolaan uang, ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat, serta prospek perekonomian ke depan. Kajian Ekonomi daerah disamping bertujuan untuk memberikan masukan bagi Kantor Pusat Bank Indonesia dalam merumuskan kebijakan modeter, makroprudensial maupun sistem pembayaran, juga diharapkan dapat menjadi salah satu referensi bagi para stakeholders di daerah dalam mempuat keputusan. Keberadaan Kantor Perwakilan Bank Indonesia di daerah diharapkan dapat semakin berperan sebagai strategic partner bagi stakeholder di wilayah kerjanya. Kondisi perekonomian Sulawesi Tenggara pada triwulan IV 2014 masih berada dalam tren perlambatan seiring dengan pemberlakuan UU Minerba di awal tahun 2014. Meskipun demikian, pada triwulan tersebut perekonomian Sulawesi Tenggara masih dapat tumbuh sebesar 5,31% (yoy) dan berada di atas pertumbuhan nasional sebesar 5,01% (yoy). Penyebab perlambatan pertumbuhan ekonomi dari sisi penawaran disebabkan oleh melambatnya sektor pertanian dan sektor konstruksi, sedangkan dari sisi pengeluaran dipicu oleh terkontraksinya ekspor luar negeri dan melambatnya kegiatan konsumsi serta investasi. Sedangkan untuk perkembangan harga, inflasi Sulawesi Tenggara pada triwulan IV 2014 mengalami peningkatan, dari 1,85% (yoy) di triwulan sebelumnya menjadi 8,45% (yoy). Kenaikan laju inflasi Sulawesi Tenggara tersebut sejalan dengan meningkatnya laju inflasi yang terjadi baik di Kota Kendari maupun di Kota Baubau. Peningkatan tekanan inflasi tersebut terutama bersumber dari komponen administered prices dan volatile food. Dalam penyusunan laporan ini, Bank Indonesia memanfaatkan data serta informasi dari berbagai institusi baik secara langsung melalui survei dan liason maupun data yang sudah tersedia. Sehubungan dengan hal tersebut, pada kesempatan ini, kami menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada semua pihak yang telah berkontribusi baik berupa pemikiran maupun penyediaan data/informasi secara kontinyu, tepat waktu, dan reliable. Saran serta masukan dari para pengguna sangat kami harapkan untuk menghasilkan laporan yang lebih baik ke depan. Kendari, Februari 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
Dian Nugraha Deputi Direktur
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
i
VISI BANK INDONESIA Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rencah dan nilai tukar yang stabil
MISI BANK INDONESIA 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas. 2. Mendorong sistem keuangan nasional bekerja secara efektif dan efisien serta mampu bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal untuk mendukung alokasi sumber pendanaan/pembiayaan dapat berkontribusi pada pertumbuhan dan stabilitas perekonomian nasional. 3. Mewujudkan sistem pembayaran yang aman, efisien, dan lancar yang berkontribusi terhadap perekonomian, stabilitas moneter, dan stabilitas sistem keuangan dengan memperhatikan aspek perluasan akses dan kepentingan nasional 4. Meningkatkan dan memelihara organisasi dan SDM Bank Indonesia yang menjunjung tinggi nilai-nilai strategis dan berbasis kinerja, serta melaksanakan tata kelola (governance) yang berkualiatas dalam rangka melaksanakan tugas yang diamanatkan Undang-Undang
NILAI-NILAI STRATEGIS Merupakan nilai-nilai yang menjadi dasar Bank Indonesia, manajemen dan pegawai untuk bertindak dan atau berperilaku, yang terdiri atas: Trust and Integity Professionalism Excellence Public Interest Coordination and Teamwork
ii
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
Daftar Isi
KATA PENGANTAR ................................................................................................... VISI MISI BANK INDONESIA...................................................................................... DAFTAR ISI ............................................................................................................... DAFTAR TABEL ........................................................................................................ DAFTAR GRAFIK ...................................................................................................... TABEL INDIKATOR TERPILIH .................................................................................... RINGKASAN EKSEKUTIF
.................
i ii iii v vi viii 1
BAB 1. PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH ............................. ............................ 1.1. Kondisi Umum .................................................................................. 1.2. Perkembangan Sisi Pengeluaran ......................................................... 1.2.1 Konsumsi Rumah Tangga ......................................................... 1.2.2 Konsumsi Pemerintah ............................................................... 1.2.3 Investasi ................................................................................... 1.2.4 Ekspor dan Impor ..................................................................... 1.3. Perkembangan Sisi Penawaran........................................................... 1.3.1 Sektor Pertanian ....................................................................... 1.3.2 Sektor Pertambangan ............................................................... 1.3.3 Sektor Industri Pengolahan ....................................................... 1.3.4 Sektor Perdagangan Besar dan Eceran ....................................... 1.3.5 Sektor Konstruksi ..................................................................... 1.3.6 Sektor Transportasi dan Pergudangan ....................................... 1.3.7 Sektor Jasa Keuangan ............................................................... 1.3.8 Sektor Lainnya .......................................................................... BOKS 1: PDRB PROVINSI SULAWESI TENGGARA TD 2010 .................................................
5 6 7 7 9 10 12 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
BAB 2. KEUANGAN PEMERINTAH ... .............................................. 2.1 Struktur Anggaran ............................................................................ 2.2 Perkembangan Realisasi Anggaran APBD ........................................... 2.2.1 Realisasi Anggaran Pendapatan ................................................ 2.2.2 Realisasi Anggaran Belanja ....................................................... BOKS 2: STRUKTUR APBD PROVINSI SULAWESI TENGGARA TAHUN 2015 ........................
23 6 26 26 26 30
BAB 3. INFLASI DAERAH ....... ............................................................................. 3.1 Kondisi Umum .................................................................................. 3.2 Disagregasi Inflasi .............................................................................. 3.3 Upaya Pengendalian Inflasi ................................................................
33 34 36 38
BAB 4. PERKEMBANGAN SISTEM KEUANGAN DAN SISTEM PEMBAYARAN ......................................................... 4.1 Perkembangan Perbankan ................................................................. 4.1.1 Intermediasi Perbankan............................................................. 4.1.2 Ketahanan Sektor Keuangan dari Sisi Koorporasi ......................
41 42 42 43
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
iii
4.1.3 Ketahanan Sektor Rumah Tangga ............................................ 4.1.4 Kredit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) ................... Perkembangan Sistem Pembayaran .................................................... 4.2.1 Transaksi Pembayaran Non Tunai ........................................... 4.2.2 Transaksi Pembayaran Tunai ...................................................
44 44 45 45 46
BAB 5. KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN.... ......................................... 5.1 Ketenagakerjaan ............................................................................... 5.2 Kesejahteraan ...................................................................................
49 50 52
BAB 6. PROSPEK EKONOMI ............................................................. ....................... 6.1 Prospek Ekonomi Makro .................................................................... 6.2 Prospek Inflasi .......... ........................................................................
55 56 59
4.2
DAFTAR ISTILAH TIM PENYUSUN
iv
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
Daftar Tabel
Tabel 1.1. Tabel 1.2. Tabel 1.3. Tabel 1.4
Pertumbuhan Ekonomi Sisi Pengeluaran (yoy) ........................................ Realisasi Belanja Pemerintah ................................................................ Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran (yoy) .......................................... Perkembangan Kredit Perumahan/Ruko.................................................
7 10 14 20
Tabel 2.1. Tabel 2.1.
Realisasi dan Pencapaian Target Pendapatan Pemerintah Sulawesi Tenggara ............................................................................................. Realisasi dan Pencapaian Target Belanja Pemerintah Sulawesi Tenggara
28 28
Tabel 3.1. Tabel 3.2.
Inflasi Kota Kendari (mtm) Per Kelompok............................................... Inflasi Kota Kendari (qtq) Per Kelompok................................................
35 36
Tabel 6.1. Tabel 6.2.
Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sektoral Triwulan I 2015....................... Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Pengeluaran Triwulan I 2015 ..........
57 58
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
v
Daftar Grafik
Grafik 1.1. Grafik 1.2. Grafik 1.3. Grafik 1.4. Grafik 1.5. Grafik 1.6. Grafik 1.7. Grafik 1.8. Grafik 1.9. Grafik 1.10. Grafik 1.11. Grafik 1.12. Grafik 1.13. Grafik 1.14. Grafik 1.15. Grafik 1.16. Grafik 1.17. Grafik 1.18. Grafik 1.19. Grafik 1.20. Grafik 1.21. Grafik 1.22. Grafik 1.23. Grafik 1.24. Grafik 1.25. Grafik 1.26. Grafik 1.27. Grafik 1.28. Grafik 1.29. Grafik 1.30. Grafik 1.31
Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Tenggara ............................................ Indeks Penghasilan .............................................................................. Pergerakan Indeks Keyakinan Konsumen ............................................. Pertumbuhan Konsumsi Listrik ............................................................ Pertumbuhan Konsumsi Air .................................................................. Penerimaan Pajak ............................................................................. Pertumbuhan Kredit Konsumsi ........................................................... Kredit Investasi Sulawesi Tenggara ...................................................... Impor Barang Modal .......................................................................... Perkembangan Pembangunan Smelter Pengolahan Nikel s.d Akhir 2014 Pertumbuhan Volume Ekspor .............................................................. Volume Ekspor ................................................................................... Ekspor Feronikel .................................................................................. Ekspor Biji Nikel ................................................................................. Volume Impor .................................................................................. Arus Bongkar Barang Pelabuhan ......................................................... Produksi Ore Nikel .............................................................................. Produksi Feronikel ................................................................................ Perkembangan Produksi Feronikel ......................................................... Ekspor Feronikel ................................................................................... Volume Impor Barang .......................................................................... Penjualan Kendaraan Bermotor ........................................................... Jumlah Barang Dibongkar .................................................................. Jumlah Barang Dimuat .......................................................................... Kredit Sektor Konstruksi ...................................................................... Konsumsi Semen ................................................................................ Arus Penumpang Pesawat Udara ......................................................... Kredit Perbankan ................................................................................ Aset Perbankan .................................................................................... Perkembangan Konsumsi Listrik ............................................................ Perkembangan Konsumsi Air ................................................................
6 8 8 8 8 9 9 10 10 11 12 12 13 13 13 13 16 16 17 17 18 18 19 19 19 19 20 21 21 22 22
Grafik 2.1. Grafik 2.2. Grafik 2.3.
Perkembangan dan Porsi Realisasi Pendapatan APBD Sulawesi Tenggara Perkembangan dan Porsi Realisasi Belanja APBD Sulawesi Tenggara ....... Perkembangan Kondisi Keuangan Antara Realisasi dan Target Bulanan APBD Sulawesi Tenggara .................................................................... Perkembangan Penyelesasian Fisik Pengadaan Antara Realisasi dan Target Bulanan APBD Sulawesi Tenggara...............................................
26 26
Pergerakan Inflasi Sulawesi Tenggara ...................................................
34
Grafik 2.4. Grafik 3.1.
vi
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
29 29
Grafik 3.2. Grafik 3.3. Grafik 3.4. Grafik 3.5. Grafik 3.6.
Perbandingan Inflasi ............................................................................. Inflasi Bulanan Kota Kendari ................................................................ Perbandingan Pola Inflasi Kota Kendari.................................................. Perkembangan Inflasi Sultra Berdasarkan Disagregasi Inflasi ................... Lokasi Pembentukan TPID pada Tahun 2015 .........................................
34 35 35 37 40
Grafik 4.1. Grafik 4.2. Grafik 4.3. Grafik 4.4. Grafik 4.5. Grafik 4.6. Grafik 4.7. Grafik 4.8. Grafik 4.9. Grafik 4.10.
Dana Pihak Ketiga di Perbankan Sulawesi Tenggara ............................... Kinerja Kredit, DPK dan LDR.................................................................. Penyaluran Jenis Kredit Perbankan ........................................................ Pertumbuhan Kredit Sektor Utama ........................................................ NPL Kredit Sektor Utama ...................................................................... Pertumbuhan Kredit Rumah Tangga...................................................... NPL Kredit Rumah Tangga .................................................................... Kinerja Kredit dan NPL Kredit UMKM .................................................... Transaksi RTGS Sulawesi Tenggara ........................................................ Perkembangan Inflow-Outflow pembayaran tunai .................................
42 43 43 43 43 44 44 45 46 46
Grafik 5.1. Grafik 5.2. Grafik 5.3. Grafik 5.4. Grafik 5.5. Grafik 5.6. Grafik 5.7. Grafik 5.8.
Indeks Realisasi Penyerapan Tenaga Kerja .............................................. Pertumbuhan Penduduk Bekerja ........................................................... Pangsa Penyerapan Tenaga Kerja Per Sektor (per Agustus 2014) ............ Pertumbuhan Tenaga Kerja Per Sektoral (per Agustus 2014) .................. Pertumbuhan Penduduk Menganggur .................................................. Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja ..................................................... Indeks Penghasilan ............................................................................... Perkembangan NTP Sulawesi Tenggara .................................................
50 50 51 51 51 51 52 52
Grafik 6.1. Grafik 6.2. Grafik 6.3.
Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Tenggara ............................... Perkembangan Pembangunan Smelter Pengolahan Nikel s.d Akhir 2014 Inflasi bulanan dan Ekspektasi Inflasi Kota Kendari .................................
56 57 60
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
vii
Tabel Indikator Terpilih A. Inflasi dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Indikator Indeks Harga Konsumen - Kendari - Baubau Laju Inflasi Tahunan (%, yoy) - Kendari PDRB Penawaran - Harga Konstan (Rp miliar) 1. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 2. Pertambangan dan Penggalian 3. Industri Pengolahan 4. Pengadaan Listrik, Gas 5. Pengadaan Air 6. Konstruksi 7. Perdagangan Besar & Eceran, dan Reparasi Mobil & Spd Motor 8. Transportasi dan Pergudangan 9. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 10. Informasi dan Komunikasi 11. Jasa Keuangan 12. Real Estate 13. Jasa Perusahaan 14. Adm Pemerintahan, Pertahanan & Jaminan Sosial Wajib 15. Jasa Pendidikan 16. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 17. Jasa Lainnya PDRB Permintaan - Harga Konstan (Rp miliar) 1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT 3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 4. Pembentukan Modal Tetap Bruto 5. Perubahan Inventori 6. Eksport Luar Negeri 7. Import Luar Negeri 8. Net Eksport Antar Daerah Total PDRB (Rp Miliar) Pertumbuhan PDRB (%, yoy)
2013
2014
I
II
III
IV
I
II
III
IV
102,02 -
104,02 -
109,46 -
108,16 -
107,34 109,84
108,71 112,72
110,43 115,31
116,16 121,89
3,02
3,76
7,30
5,92
5,21
4,50
0,88
7,39
3.516 3.371 940 8 32 1.680 1.740 654 84 353 325 269 30 783 641 142 209
3.867 3.809 993 8 32 1.781 1.878 692 90 364 340 273 32 822 664 145 214
4.155 3.849 926 8 33 1.894 1.921 713 91 384 342 277 32 881 712 153 228
3.970 3.837 966 8 34 2.086 1.977 746 94 395 345 283 34 903 808 164 242
4.004 3.371 905 8 35 1.953 1.927 700 92 370 354 290 34 872 737 164 244
4.333 3.499 1.016 8 34 2.027 1.991 717 98 376 368 294 35 906 755 168 252
4.502 3.632 1.054 8 35 2.110 2.075 739 99 390 371 294 35 1.003 804 166 252
4.082 3.646 1.146 9 36 2.290 2.146 793 103 403 388 299 36 1.048 924 181 260
7.588 173 2.102 5.858 (151) 3.033 739 (3.085) 14.779 -
7.659 174 2.460 5.988 478 2.408 631 (2.532) 16.003 -
7.929 174 2.528 6.241 (107) 1.961 811 (1.316) 16.599 -
8.139 178 2.883 6.721 196 3.837 1.097 (3.966) 16.893 -
8.070 199 2.149 6.241 (108) 1.483 708 (1.266) 16.061 8,68
8.135 194 2.528 6.453 430 729 752 (843) 16.876 5,45
8.435 192 2.607 6.974 337 893 1.167 (699) 17.571 5,86
8.629 198 3.030 7.435 (188) 961 1.579 (696) 17.790 5,31
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
viii
B. Perkembangan Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran Indikator Perbankan Total Asset (Rp miliar) - Bank Umum - BPR - Syariah Dana Pihak Ketiga (Rp miliar) - Giro - Tabungan - Deposito Kredit (Rp miliar) - Modal Kerja - Investasi - Konsumsi NPL (Gross) NPL (%) LDR Kredit UMKM (Rp miliar) NPL Kredit UMKM (%) Kredit ke Rumah Tangga (Rp miliar) NPL Kredit ke Rumah Tangga (%) Kas (Rp miliar) - Inflow - Outflow - Net (Inflow - Outflow) Kliring*
- Volume (lembar) - Nominal (Rp miliar)
2013 II
I
2014 III
IV
I
II
III
IV
17.523 16.347 104 1.072 11.111 3.188 5.944 1.979 11.732 3.778 1.339 6.614 208.754 1,78 106 3.765 3,25 7.304 0,84
17.874 16.676 105 1.094 11.384 3.327 6.072 1.985 12.692 3.824 1.835 7.033 236.400 1,86 111 4.131 3,68 8.150 0,93
19.145 17.785 112 1.248 11.862 3.602 6.249 2.010 13.278 3.966 1.957 7.354 269.976 2,03 112 4.247 3,59 8.564 0,89
17.866 16.765 133 968 11.709 2.298 7.334 2.077 13.781 4.067 2.081 7.632 250.186 1,82 118 4.360 3,58 8.890 0,74
19.297 17.884 133 1.281 12.218 3.253 6.358 2.607 13.950 4.200 1.923 7.827 315.189 2,26 114 4.391 4,38 9.101 0,87
20.245 19.100 142 1.003 12.775 3.836 6.305 2.634 14.560 4.145 1.742 8.673 381.706 2,62 114 4.729 5,16 9.821 1,05
19.686 18.598 163 925 13.094 3.712 6.445 2.936 14.886 4.236 1.738 8.912 408.594 2,74 114 4.780 5,41 10.086 1,07
18.833 17.743 187 903 12.172 2.181 7.142 2.849 15.175 4.247 1.773 9.154 387.232 2,55 125 4.786 4,94 10.373 1,00
522 162 360
188 604 (417)
572 1.221 (649)
397 1.430 (1.032)
632 120 512
319 675 (356)
462 1.056 (595)
281 1.025 (744)
30.167 599
39.590 944
35.330 1.063
44.054 11.652
44.549 10.535
39.339 10.117
38.672 11.108
27.711* 7.637*
15328 12.078
22138 39.800
24609 30.663
39800 34.745
21472 22.108
23296 25.541
25676 28.649
23907 28.768
RTGS
- Volume (lembar) - Nominal (Rp miliar) * posisi data hingga November 2014
ix
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
Ringkasan Eksekutif
Gambaran Umum Perekonomian Pada Triwulan IV 2014, ekonomi Sulawesi Tenggara (Sultra) tumbuh Sulawesi sebesar 5,31% (yoy) lebih lambat dibandingkan triwulan III 2014 Tenggara pada (5,86%, yoy). Dengan pertumbuhan tersebut, pertumbuhan Sultra lebih Triwulan IV tinggi daripada pertumbuhan ekonomi nasional yang pada triwulan IV tumbuh mencapai 5,01% (yoy). Sementara itu, tekanan inflasi di Sulawesi melambat Tenggara tercatat meningkat sebesar 8,45% (yoy), dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 1,83% (yoy). Tekanan tersebut terjadi terutama bersumber dari komponen administered prices dan volatile food. Disisi lain, kondisi sistem keuangan menunjukkan indikator perbankan masih dalam tendensi melambat, namun tetap dalam resiko terjaga. Sementara itu, kondisi sistem pembayaran nontunai maupun tunai juga mengalami penurunan.
Pertumbuhan Ekonomi Daerah Melambatnya perekonomian Sulawesi Tenggara disebabkan oleh Terkontraksinya ekspor luar negeri masih menyebabkan perlambatan ekonomi pada triwulan IV 2014
terkontraksinya ekspor luar negeri seiring dengan pelarangan ekspor nikel mentah (ore) sejak diberlakukannya UU Minerba pada 12 Januari 2014 yang lalu. Selain itu, meningkatnya inflasi seiring dengan kenaikan harga BBM bersubsidi menyebabkan perlambatan pada aktivitas konsumsi rumah tangga sehingga menahan laju perekonomian pada periode tersebut. Sementara itu dari sisi penawaran, melambatnya kinerja sektor pertanian dan sektor konstruksi menjadi penyebab perlambatan perekonomian di Sulawesi Tenggara.
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
1
Keuangan Pemerintah Realisasi Realisasi pendapatan maupun belanja fiskal pemerintah provinsi pendapatan dan mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan periode yang sama belanja tahun sebelumnya. Realisasi pendapatan Provinsi Sulawesi Tenggara pemerintah mencapai 101,95%, lebih tinggi dibandingkan dengan realisasi meningkat jika pendapatan tahun 2013 sebesar 100,88%. Demikian pula dengan dibandingkand penyerapan anggaran belanja Provinsi Sulawesi Tenggara pada 2014 tahun mencapai 85,21%, meningkat jika dibandingkan dengan tahun 2013 sebelumnya yang mencapai 83,28%
Inflasi Daerah Laju inflasi di Sulawesi Tenggara pada triwulan IV 2014, tercatat sebesar Tekanan inflasi 8,45% (yoy), lebih tinggi dari triwulan II 2014 (1,85%, yoy). Kenaikan laju inflasi Sulawesi Tenggara sejalan dengan meningkatnya laju inflasi Sultra meningkat, yang terjadi baik di Kota Kendari maupun di Kota Baubau. Peningkatan disebabkan oleh tekanan inflasi tersebut terutama bersumber dari komponen naiknya harga administered prices dan volatile food. Meskipun demikian, pemerintah BBM bersubsidi daerah tetap berupaya mengendalikan inflasi melalui TPID (Tim dan TTL Pengendalian Inflasi Daerah) yang sudah terbentuk.
Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran Kinerja intermediasi perbankan di Sulawesi Tenggara mengalami perlambatan. Melambatnya kinerja sektor perbankan terlihat dari perlambatan penyaluran kredit maupun penghimpunan dana dari Intermediasi perbankan mengalami perlambatan dengan resiko
masyrakat. Meskipun demikian, resiko kredit perbankan di Sulawesi Tenggara masih terjaga bahkan dalam kondisi yang lebih baik daripada periode sebelumnya. Sejalan dengan perlambatan kinerja sektor perbankan, kondisi sistem keuangan di Provinsi Sulawesi Tenggara juga mengalami perlambatan, terlihat dari penurunan jumlah maupun nominal transaksi non tunai serta menurunnya pergerakan uang tunai.
yang membaik
2
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
Bab 6- Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Kondisi ketenagakerjaan menunjukkan adanya perbaikan. Perbaikan ketenagakerjaan tersebut antara lain terlihat dari meningkatnya jumlah orang yang bekerja dan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK). Meskipun Kondisi Sebaliknya,
demikian, kondisi
tingkat
pengangguran
kesejahteraan
mengalami
sedikit
meningkat
penurunan
karena
ketenagakerjaan berkurangnya penghasilan masyarakat seiring dengan perlambatan mengalami kinerja sektor pertanian. perbaikan namun kondisi kesejahteraan Prospek Perekonomian menurun. Pada triwulan I 2015 mendatang, pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara diperkirakan mengalami peningkatan disertai dengan adanya penurunan tekanan inflasi. Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara pada triwulan I 2015 diprakirakan berada pada kisaran 7,2% - 7,6% Perumbuhan ekonomi Sultra pada triwulan I 2015 akan mengalami peningkatan disertai penurunan tekanan inflasi
(yoy). Peningkatan tersebut diperkirakan didorong oleh peningkatan kinerja sektor pertambangan dan sektor konstruksi. Adapun untuk keseluruhan tahun 2015, perekonomian Sulawesi Tenggara diprakirakan tumbuh pada kisaran 8,0%-8,4% (yoy). Sementara itu, tekanan inflasi Sulawesi Tenggara pada triwulan I 2015 cenderung menurun dengan perkirakan berada pada kisaran 7,9% 8,3% (yoy). Penurunan tersebut terutama disebabkan oleh pelemahan tekanan inflasi dari kelompok administered prices seiring dengan kebijakan penurunan harga BBM bersubsidi.
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
3
Halaman Ini Sengaja Dikosongkan
4
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
Pertumbuhan Ekonomi Daerah
Bab 1
Kondisi perekonomian Sulawesi Tenggara pada akhir tahun 2014 masih berada dalam tren perlambatan seiring dengan pemberlakuan UU Minerba di awal tahun 2014. Meskipun demikian, pada triwulan tersebut perekonomian Sulawesi Tenggara masih dapat tumbuh sebesar 5,31% (yoy) dan berada di atas pertumbuhan nasional sebesar 5,01% (yoy). Dari sisi pengeluaran, perlambatan di triwulan IV 2014 terutama terjadi karena ekspor luar negeri yang terkontraksi lebih dalam dan kegiatan konsumsi serta investasi yang melambat. Sementara itu, dari sisi penawaran, melambatnya kinerja sektor pertanian dan sektor konstruksi menjadi penyebab perlambatan perekonomian di Sulawesi Tenggara.
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
5
Bab 1 – Pertumbuhan Ekonomi Daerah 1.1 KONDISI UMUM Perekonomian Sulawesi Tenggara pada triwulan IV 2014 tumbuh sebesar 5,31% (yoy), melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang dapat tumbuh mencapai 5,86% (yoy). Melambatnya perekonomian Sulawesi Tenggara disebabkan oleh terkontraksinya ekspor luar negeri seiring dengan pelarangan ekspor nikel mentah (ore) sejak diberlakukannya UU Minerba pada 12 Januari 2014 yang lalu. Selain itu, meningkatnya inflasi seiring dengan kenaikan harga BBM bersubsidi menyebabkan perlambatan pada aktivitas konsumsi rumah tangga sehingga menahan laju perekonomian pada periode tersebut. Sementara itu dari sisi penawaran, melambatnya kinerja sektor pertanian dan sektor konstruksi menjadi penyebab perlambatan perekonomian di Sulawesi Tenggara. Dengan kinerja tersebut, maka sepanjang tahun 2014 perekonomian Sulawesi Tenggara tumbuh sebesar 6,26% (yoy), lebih rendah dibandingkan tahun 2013 yang dapat tumbuh sebesar 7,51% (yoy). Meskipun mengalami perlambatan, namun tingkat pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara tercatat masih lebih tinggi bila dibandingkan dengan tingkat pertumbuhan ekonomi nasional yang pada triwulan IV 2014 tercatat tumbuh sebesar 5,01% (yoy) dan untuk tahun 2014 hanya tumbuh 5,02%, yoy (grafik 1.1).
%, yoy 10,63%
11,65% 8,68% 7,51% 6,26%
6,17%
2011
6,03%
2012
5,58%
2013
5,02%
2014
Pertumbuhan Ekonomi Sultra
.
5,45%
5,86%
5,14%
5,03%
4,92%
5,01%
I
II
III
IV
5,31%
2014
Pertumbuhan Ekonomi Nasional
Sumber : BPS Sultra, Diolah
Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Tenggara
Adapun sektor ekonomi utama di Sulawesi Tenggara selama tahun 2014 adalah sektor pertanian (pangsa sebesar 22,95%), sektor pertambangan (pangsa 20,49%), sektor konstruksi (pangsa 12,87%) dan sektor perdagangan besar dan eceran (pangsa sebesar 12,06%). Pada
6
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
Bab 1- Pertumbuhan Ekonomi Daerah triwulan IV 2014 sektor ekonomi utama tersebut, kecuali sektor pertambangan, masih menopang perekonomian dimana kontribusi sektor konstruksi sebesar 1,21% dari 5,86% (yoy), sektor industri pengolahan sebesar 1,07% dari 5,86% (yoy), dan sektor perdagangan besar dan eceran sebesar 1,00% dari 5,86% (yoy). 1.2 PERKEMBANGAN SISI PENGELUARAN Dari sisi pengeluaran, perlambatan di triwulan IV 2014 terutama terjadi karena ekspor luar negeri yang terkontraksi lebih dalam dan kegiatan konsumsi serta investasi yang melambat. Terkontraksinya ekspor luar negeri yang lebih dalam terjadi karena pada akhir 2013 perusahaan pertambangan nikel meningkatkan ekspor nikel mentah sebelum larangan ekspor mineral sesuai implementasi UU Minerba. Kondisi tersebut menyebabkan terjadinya based point effect di triwulan IV 2014. Selain itu, kondisi inflasi yang meningkat di akhir tahun 2014 juga mempengaruhi perlambatan aktivitas konsumsi dan investasi pada periode laporan. Meskipun demikian, konsumsi rumah tangga dan investasi masih menopang perekonomian dapat tumbuh di level yang tinggi. Berdasarkan pangsanya, konsumsi rumah tangga masih merupakan komponen
pengeluaran dengan pangsa terbesar yaitu mencapai 48,5%, kemudian diikuti oleh komponen PMTB dan konsumsi pemerintah yang masing-masing sebesar 41,79% dan 17,03%. Tabel 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Sisi Pengeluaran (yoy) 2014 Komponen Pengeluaran 2013 2014 I II III IV 1. Konsumsi Rumah Tangga 2. Konsumsi LNPRT 3. Konsumsi Pemerintah 4. PMTB 5. Perubahan Inventori 6. Eksport Luar Negeri 7. Import Luar Negeri 8. Net Eksport Antar Daerah
PDRB
7,03% 6,24% 6,36% 6,23% 6,38% 6,02% 1,83% 11,98% 14,97% 11,80% 10,01% 11,18% 5,51% 3,42% 2,24% 2,77% 3,14% 5,08% 6,17% 9,25% 6,53% 7,78% 11,74% 10,62% 2,43% 13,36% -28,54% -9,87% -413,84% -195,71% -2,47% -63,82% -51,09% -69,71% -54,45% -74,95% 37,89% 28,33% -4,23% 19,31% 43,89% 43,95% -13,02% -67,86% -58,97% -66,72% -46,91% -82,45% 7,51% 6,26% 8,68% 5,45% 5,86% 5,31%
Pangsa % SOG % Tw IV 2014 48,5% 2,90% 1,1% 0,12% 17,0% 0,87% 41,8% 4,23% -1,1% -2,27% 5,4% -17,03% -8,9% -2,85% -3,9% 19,36% 100% 5,31%
PMTB = Pembentukan Modal Tetap Bruto; SOG = Source of Growth (kontribusi) Sumber : BPS Sultra, Diolah
1.2.1 Konsumsi Rumah Tangga Aktivitas konsumsi rumah tangga di Sulawesi Tenggara pada triwulan IV 2014 tumbuh sebesar 6,02% (yoy), lebih lambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang dapat tumbuh sebesar 6,38% (yoy). Perlambatan konsumsi tersebut disebabkan oleh penurunan daya beli masyarakat sebagai akibat menurunnya tingkat penghasilan dan kenaikan harga barang dan jasa di akhir tahun. Penurunan tingkat penghasilan tercermin dari indeks penghasilan sesuai hasil Survei Konsumen yang menurun dari 148,67 di triwulan III 2014 menjadi 137,67 di triwulan IV 2014 (Grafik 1.2). Sementara itu, kenaikan harga barang dan jasa Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
7
Bab 1 – Pertumbuhan Ekonomi Daerah di akhir tahun 2014 bersumber dari kenaikan tarif TTL, harga LPG 3kg dan LPG 12 kg, serta harga BBM di periode triwulan IV 2014. 160
Indeks
170
148,67
150
Indeks
160 150
140 130
137,67
140 135,99
130
120
130,39
120
110
110
100
100 90
Indeks Penghasilan
90
80
80 I
II
III
IV
I
II
2012
III
IV
I
II
2013
III
I
IV
II
III
IV
I
II
2012 Indeks Keyakinan Konsumen
2014
III
2013
IV
I
II
III
IV
2014 Indeks Kondisi Saat Ini
Indeks Ekspektasi Konsumen
Sumber: Survei Konsumen-BI Provinsi Sultra
Sumber: Survei Konsumen-BI Provinsi Sultra
Grafik 1.2. Indeks Penghasilan
Grafik 1.3. Pergerakan Indeks Keyakinan Konsumen
Perlambatan konsumsi masyarakat tersebut terkonfirmasi dari hasil Survei Konsumen yang dilakukan Bank Indonesia, dimana terjadi penurunan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) dari sebesar 135,99 di triwulan III 2014 menjadi hanya sebesar 130,39 pada triwulan IV 2014 (Grafik 1.4). Penurunan tersebut menunjukkan adanya penurunan optimisme dari masyarakat terhadap berbagai faktor ekonomi seperti kondisi perekonomian, ketenagakerjaan, dan penghasilan sehingga terdapat kecenderungan untuk mengurangi atau menunda aktivitas konsumsinya. Selain itu, perlambatan konsumsi secara parsial juga terlihat dari perlambatan konsumsi listrik dan konsumsi air (Grafik 1.4 dan 1.5). Bahkan realisasi pajak pertambahan nilai (PPN) dan pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM) juga menunjukkan adanya perlambatan (Grafik 1.6). 90
Konsumsi Listrik (MW)
Growth (YoY)
80 70
1,200
25%
1,000
20%
800
15%
600
10%
400
5%
200
0%
-
Konsumsi Air Rumah Tangga
Growth (YoY)
15% 10%
5%
60
50 40 30
0% -5%
-10% -15%
10 TW I
TW II
TW III TW IV TW I
2012
TW II
TW III TW IV TW I
2013
TW II
TW III TW IV
2014
Sumber: PLN Area Kendari
Grafik 1.4. Pertumbuhan Konsumsi Listrik
-20% -25% Q1
Ribu
20
8
30%
Q2
Q3
Q4
Q1
2012
Q2
Q3
2013
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
2014
Sumber: PDAM Kendari
Grafik 1.5. Pertumbuhan Konsumsi Air
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
Bab 1- Pertumbuhan Ekonomi Daerah Seiring dengan aktivitas konsumsi yang melambat, penyaluran kredit konsumsi juga mengalami perlambatan. Pada triwulan IV 2014, kredit konsumsi hanya tumbuh sebesar 15,77% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang dapat tumbuh sebesar 16,82% (yoy). Perlambatan pada kredit konsumsi terutama terjadi pada kredit kendaraan bermotor yang terkontraksi sebesar 19,12% (yoy) dan kredit pemilikan rumah yang juga melambat dari 22,57% (yoy) di triwulan III 2014 menjadi hanya tumbuh 21,32% (yoy) pada periode laporan. 160 140
PPh (miliar)
PPN dan PPnBM (miliar)
Growth PPh (QtQ)
Growth PPN&PPnBM (QtQ)
150% 130% 110%
120 90% 100
70%
80
50% 30%
60
10% 40 -10% 20
-30% Q2
Q3
Q4
Q1
2012
Q2
Q3
Q4
Q1
2013
Q2
Q3
2014
Sumber: KPP Kendari
Grafik 1.6. Penerimaan Pajak
Q4
35% 30% 25% 20% 15%
10% 5%
0% Q1
-50% Q1
Growth (YoY) 40%
Triliun
-
Nominal (Triliun) 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 -
Q2
Q3
2012
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
2013
Q2
Q3
Q4
2014
Sumber: LB Bank Umum, BI
Grafik 1.7. Pertumbuhan Kredit Konsumsi
1.2.2 Konsumsi Pemerintah Sedikit berbeda dengan komponen konsumsi rumah tangga yang tercatat tumbuh melambat, komponen konsumsi pemerintah pada triwulan IV 2014 justru tercatat mengalami peningkatan yaitu menjadi sebesar 5,08% (yoy) dari triwulan sebelumnya yang hanya tumbuh sebesar 3,14% (yoy). Meskipun demikian, andil komponen konsumsi pemerintah masih relatif rendah yakni hanya sebesar 0,87% dari keseluruhan pertumbuhan ekonomi yang sebesar 5,31% (yoy). Tingginya laju pertumbuhan konsumsi pemerintah sejalan dengan tingginya pertumbuhan pada sektor konstruksi dimana proses pembangunan gedung perkantoran di daerah yang mengalami pemekaran yang dimulai dari triwulan I 2014 masih berlanjut sampai dengan saat ini dan sudah mulai memasuki tahap penyelesaian. Disamping itu berdasarkan konfirmasi dari para dinas terkait diketahui bahwa masih terdapat proyek-proyek pemerintah yang mulai direalisasikan pada periode laporan seperti diantaranya: a. Proyek pembangunan jalan nasional paket 1,2 dan 3. b. Pembangunan dan pengembangan bandara serta pelabuhan di Sulawesi Tenggara. c. Proses reklamasi teluk Kendari. d. Pembangunan water sport centre di Teluk Kendari. e. Pengembangan jalan bypass jalur kiri dan kanan. Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
9
Bab 1 – Pertumbuhan Ekonomi Daerah Selain itu, pertumbuhan yang cukup signifikan atas komponen konsumsi pemerintah di periode laporan juga turut didorong oleh meningkatnya gaji pegawai, realisasi belanja barang/jasa dan belanja bantuan sosial pemerintah terutama yang bersumber dari APBD. Tabel 1.2 Realisasi Belanja Pemerintah NOMOR URUT
ANGGARAN Realisasi (Q1- Realisasi (Q2- Realisasi (Q3- Realisasi (Q4Realisasi (%) 2014 2014) 2014) 2014) 2014)
URAIAN (Dalam Juta)
2,450,845
BELANJA BELANJA OPERASI
2 2.1 2.1.1 2.2.2 2.1.3 2.1.4 2.1.5 2.1.6 2.1.7 2.2 2.2.1 2.2.2 2.2.3 2.2.4 2.2.5 2.3 2.3.1 2.4 2.4.1
251,215
1,453,535
Belanja Pegawai Belanja Barang Belanja Bunga Belanja Subsidi Belanja Hibah Belanja Bantuan Sosial Belanja Bantuan Keuangan
576,083 406,148 25,544 326,750 119,010 727,627
BELANJA MODAL Belanja Tanah Belanja Peralatan dan Mesin Belanja Bangunan dan Gedung Belanja Jalan, irigasi dan Jaringan Belanja Aset Tetap Lainnya
42,354 49,463 198,614 436,022 1,174 20,000
BELANJA TIDAK TERDUGA Belanja Tak Terduga
20,000 249,684
TRANSFER Transfer Bagi hasil ke Kab/Kota Bagi Hasil Pajak
249,684 (314,295)
SURPLUS/DEFISIT
640,788
199,910 84,024 21,194 8,666 80,025 6,000 3,374 129 34 3,211 0 47,932 47,932 12,506
500,777 205,895 94,560 11,113 161,352 27,857 49,958 4,618 19,462 25,806 72 90,053 90,053 480,546
1,140,931
2,088,453
85.21
843,350 362,574 166,240 19,330 239,527 55,679 171,622 6,490 58,104 106,884 144 125,960 125,960 491,527
1,331,742
91.62
517,026 362,831 22,628 324,557 104,701 553,493
89.75 89.33 88.58 99.33 87.98 76.07
26,002 38,403 160,069 328,429 590 -
61.39 77.64 80.59 75.32 50.27 -
203,218
81.39
203,218 89,747
81.39 (28.55)
Sumber : Biro Pengelola Keuangan dan Aset Daerah
1.2.3 Investasi Perlambatan investasi yang terjadi pada triwulan IV 2014 merupakan salah satu faktor penyebab perlambatan perekonomian Sulawesi Tenggara. Pada periode tersebut, aktivitas investasi tumbuh sebesar 10,62% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mampu tumbuh sebesar 11,72% (yoy). Nominal (Miliar)
Ribu Ton
Growth (YoY)
80%
4000
1,800
70%
3500
1,600
60%
1,400
50%
1,200
40%
1,000
30%
800
20%
1500
600
10%
1000
400
0%
500
200
-10%
-
-20%
Miliar
2,000
Q1
Q2
Q3 2012
Q4
Q1
Q2
Q3 2013
Q4
Q1
Q2
Q3
%yoy 2000,00% 1800,00% 1600,00% 1400,00% 1200,00% 1000,00% 800,00% 600,00% 400,00% 200,00% 0,00% -200,00%
3000 2500 2000
0
I
II
III
IV
I
II
III
IV
I
II
III
IV
Q4
2014
2012 2013 Impor Barang Modal (Volume)
2014
Pertumbuhan Impor Barang Modal, skala kanan
Sumber: LB Bank Umum, BI
Grafik 1.8 Kredit Investasi Sulawesi Tenggara
10
Sumber: KP Bea Cukai (diolah)
Grafik 1.9. Impor Barang Modal
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
Bab 1- Pertumbuhan Ekonomi Daerah Melambatnya laju investasi tersebut seiring dengan sebagian besar proyek pembangunan pemerintah memasuki tahap akhir seperti pembangunan dan perbaikan jalan, pembangunan gedung kantor dan proyek pembangunan pemerintah lainnya. Perlambatan investasi yang terjadi juga diindikasikan dengan masih terkontraksinya laju pertumbuhan kredit investasi. Kredit investasi perbankan di Sulawesi Tenggara tercatat terkontraksi sebesar 11,41% (yoy) pada triwulan IV 2014, lebih dalam dibandingkan triwulan sebelumnya yang terkontraksi sebesar 7,64% (yoy).
100%
PT. Aneka Tambang
Tambahan Tungku: Comisioning & Piloting First Half 2015 Production: Second Half 2015
30%
PT. Jien Smelting Indonesia
30%
PT. Jilin Metal Indonesia
Ket:
X%
PT. Kembar Mas Sultra
40%
PT. Konutara Sejati
30%
PT. Karyatama Konawe Utara*
60%
PT. Elit Kharisma Utama
30%
PT. Cinta Jaya
40%
PT. CMMI
100%
Sudah beroperasi 4 tungku di Awal 2015 Selain itu terdapat pembangunan tambahan 4 tungku lagi di 2015 (skala kecil)
PT. Bintang Smelter Indonesia
40%
PT. Macika Mineral Industri
30%
PT. Sambas Mineral Mining
60%
Realiasi konstruksi
Sumber: Dinas ESDM Provinsi Sultra
Grafik 1.10. Perkembangan Pembangunan Smelter Pengolahan Nikel s.d Akhir 2014
Meskipun melambat, kinerja investasi tersebut masih dapat tumbuh pada level yang tinggi sehingga dapat menopang perekonomian Sulawesi Tenggara. Bahkan jika dilihat secara tahunan, maka pada tahun 2014 aktivitas investasi dapat tumbuh sebesar 9,25% (yoy), meningkat dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya tumbuh 6,17% (yoy). Masih tingginya kegiatan investasi di Sulawesi Tenggara didorong oleh beberapa proyek pembangunan smelter pengolahan nikel. Disamping itu, pelaksanaan beberapa proyek instansi seperti pembangunan beberapa power plant PLN dalam rangka mendukung ketersediaan pasokan listrik sejalan dengan realisasi pembangunan smelter juga masih mendorong pertumbuhan investasi Sulawesi Tenggara. Disisi lain, pemerintah daerah juga memiliki beberapa proyek seperti pembangunan berapa ruas jalan nasional, pelabuhan dan bandara yang bertujuan untuk perbaikan infrastruktur yang ada di Sulawesi Tenggra. Hal ini terlihat juga dari peningkatan konsumsi semen sebesar 22,08% (yoy) dan terealisasinya belanja modal pemerintah daerah.
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
11
Bab 1 – Pertumbuhan Ekonomi Daerah Meski tendensi peningkatan investasi tercatat cukup tinggi, namun masih terdapat kendalakendala pengembangan investasi agar berkelanjutan antara lain; (1) kualitas sumber daya manusia yang masih cukup rendah menyebabkan pengembangan investasi berbiaya tinggi karena harus mendatangkan tenaga kerja dari luar wilayah Sulawesi Tenggara, (2) infrastruktur jalan yang masih banyak rusak sehingga meningkatkan biaya transportasi, (3) masih terdapat masalah pembebasan lahan serta kurangnya infrastruktur pendukung seperti telekomunikasi, listrik dan pelabuhan. 1.2.4
Ekspor Dan Impor
Komponen ekspor luar negeri Sulawesi Tenggara pada triwulan IV 2014 tercatat kembali terkontraksi sebesar 74,95% (yoy). Menurunnya ekspor Sulawesi Tenggara pada periode laporan masih disebabkan sebagai dampak atas pemberlakuan UU Minerba No. 4 Tahun 2009 terkait pelarangan aktivitas ekspor hasil tambang berupa mineral mentah. Komoditas ekspor Sulawesi Tenggara yang didominasi oleh komoditas bahan tambang mentah yang mayoritas adalah ore nikel terkena dampak secara langsung atas diberlakukannya UU Minerba tersebut. Aktivitas ekspor tambang Sulawesi Tenggara berhenti secara total memasuki bulan Februari tahun 2014 terutama berasal dari perusahaan yang tidak memiliki smelter. (g) Ekspor Total
(g) Ekspor Non-Tambang
(g) Ekspor Tambang
Komoditi
Non-Tambang
Tambang
Volume dalam ribu ton
14,000
180%
12,000
130%
10,000
80% 8,000
30%
6,000
-20%
4,000
-70%
2,000 -
-120% Q1
Q2
Q3
2012
Q4
Q1
Q2
Q3
2013
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
2014
Sumber: KP Bea Cukai (diolah)
Grafik 1.11 Pertumbuhan Volume Ekspor
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 2011
2012
2013
2014
Sumber: KP Bea Cukai (diolah)
Grafik 1.12. Volume Ekspor
Penurunan komponen ekspor tercermin dari menurunnya volume ekspor di Sulawesi Tenggara pada triwulan IV 2014 sebesar 99,72% (yoy). Sejalan dengan penjelasan sebelumnya, penurunan kinerja ekspor juga terindikasi dari penurunan ekspor luar negeri yang disebabkan oleh penurunan ekspor hasil tambang sebesar 99,90% (yoy), sementara ekspor komoditas non tambang justru tercatat tumbuh positif sebesar 22,33% (yoy). Meskipun demikian, secara triwulanan ekspor Sulawesi Tenggara tercatat mulai berada pada tren yang membaik dan dapat tumbuh positif, yakni sebesar 0,38% (qtq) pada triwulan IV
12
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
Bab 1- Pertumbuhan Ekonomi Daerah 2014. Mulai tumbuhnya ekspor tersebut didorong oleh meningkatnya permintaan ekspor aspal Buton. 7,000
300%
6,000
250%
5,000
200% 150%
4,000
100%
3,000
50%
2,000
0%
1,000
-50%
-
-100% Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 2013
200% 150% 100% 50% 0%
-50% -100%
-150% Q1
Q2
2014
Ekspor FENI (metrik ton)
Q3
Q4
Q1
Q2
2012
Ribu
2012
1,000 900 800 700 600 500 400 300 200 100 -
Growth
Q3
Q4
Q1
2013
Q3
Q4
2014
Ekspor Biji Nikel (metrik ton)
Sumber: Salah satu perusahaan tambang Sultra
Q2
Growth
Sumber: Salah satu perusahaan tambang Sultra
Grafik 1.13 Ekspor Feronikel
Grafik 1.14. Ekspor Biji Nikel
Berlawanan arah dengan ekspor, aktivitas impor Sulawesi Tenggara pada periode laporan kembali menunjukkan pertumbuhan yang cukup tinggi yaitu dari 43,89% (yoy) pada triwulan III 2014 menjadi 43,95% (yoy) pada triwulan IV 2014. Impor Sulawesi Tenggara dihitung dari dua kegiatan yaitu impor antar pulau dan impor luar negeri. Meningkatnya aktivitas impor di Sulawesi Tenggara sejalan dengan informasi arus bongkar di Pelabuhan Kendari yang menunjukan bahwa terjadi peningkatan kapasitas arus bongkar sebesar 32,47% (yoy) setelah di periode sebelumnya tercatat tumbuh sebesar 8,32% (yoy). Selain itu, peningkatan impor Sulawesi Tenggara juga ditunjukan dengan pertumbuhan positif volume impor Sulawesi Tenggara khususnya di KPBC Pomalaa. Dari data yang ada diketahui bahwa pangsa impor KPBC Pomalaa adalah sebesar 100% dari total impor. Kondisi tersebut mengkonfirmasi bahwa sebagian besar material impor ke Sulawesi Tenggara merupakan komponen antara yang digunakan dalam proses pembangunan smelter. Impor Total
KPBC Kendari
KPBC Pomalaa
Volume dalam ton
12,000 10,000
450
Jumlah Arus Bongkar (T/M3)
60%
Growth (YoY)
400
50%
350
40%
30%
300
8,000
250
6,000
200
20% 10% 0%
150
4,000
2,000
-10%
100
-20%
50
-30%
Q1
Q2
Q3
2012
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
2013
Sumber: KPBC
Grafik 1.15 Volume Impor
Q3
2014
Q4
Ribu
-
-40% Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
2012
Q2
Q3
2013
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
2014
Sumber: PT. Pelindo IV
Grafik 1.16. Arus Bongkar Barang Pelabuhan
Disamping itu, peningkatan impor pada periode laporan sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan di sektor konstruksi dan komponen investasi, hal tersebut dikarenakan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
13
Bab 1 – Pertumbuhan Ekonomi Daerah peningkatan pembangunan turut mendorong peningkatan impor bahan konstruksi dari luar Sulawesi Tenggara menuju Sulawesi Tenggara. Di sisi lain, tingginya tingkat pertumbuhan sektor perdagangan juga diperkirakan menjadi salah satu faktor pendorong meningkatnya aktivitas impor perdagangan komoditas bahan makanan menuju Sulawesi Tenggara. 1.3 PERKEMBANGAN SISI PENAWARAN Dari sisi penawaran, melambatnya kinerja sektor pertanian dan sektor konstruksi menjadi penyebab perlambatan perekonomian di Sulawesi Tenggara. Melambatnya kinerja sektor pertanian disebabkan karena telah lewatnya masa panen padi dan tidak optimalnya hasil panen kedua komoditas kakao. Sementara itu, perlambatan kinerja sektor konstruksi disebabkan oleh aktivitas investasi yang juga melambat di triwulan IV 2014.
Sektoral
Tabel 1.3 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran (yoy) 2014 2013 2014 I II III IV
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Pengadaan Listrik, Gas Pengadaan Air Konstruksi Perdagangan Besar dan Eceran Transportasi dan Pergudangan Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum Informasi dan Komunikasi Jasa Keuangan Real Estate Jasa Perusahaan Administrasi Pemerintahan Jasa Pendidikan Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial Jasa Lainnya
PDRB
Pangsa % SOG % Tw IV 2014
6,04%
9,11%
13,90%
12,04%
8,34%
2,83%
22,9%
0,67%
7,47% 4,22% 13,64% 9,34% 8,65% 9,11% 6,45% 8,33%
-4,83% 7,74% 10,60% 6,97% 12,61% 8,30% 5,13% 9,41%
0,01% -3,79% 7,08% 9,50% 16,23% 10,79% 6,97% 9,71%
-8,13% 2,30% 7,32% 4,93% 13,78% 6,02% 3,60% 9,52%
-5,64% 13,88% 9,11% 7,25% 11,44% 8,03% 3,70% 8,83%
-4,99% 18,66% 18,58% 6,25% 9,78% 8,55% 6,30% 9,61%
20,5% 6,4% 0,1% 0,2% 12,9% 12,1% 4,5% 0,6%
-1,13% 1,07% 0,01% 0,01% 1,21% 1,00% 0,28% 0,05%
13,80% 14,16% 5,63% 13,01% 4,34% 11,52% 11,06% 8,48%
2,92% 9,44% 6,64% 9,74% 12,98% 13,98% 12,13% 12,93%
4,84% 8,85% 7,72% 13,01% 11,32% 14,88% 15,21% 16,74%
3,32% 8,24% 7,54% 9,88% 10,18% 13,70% 15,63% 18,04%
1,72% 8,39% 5,89% 9,29% 13,89% 13,01% 8,25% 10,48%
2,01% 12,22% 5,46% 7,11% 16,07% 14,36% 9,98% 7,45%
2,3% 2,2% 1,7% 0,2% 5,9% 5,2% 1,0% 1,5%
0,05% 0,25% 0,09% 0,01% 0,86% 0,69% 0,10% 0,11%
7,51%
6,26%
8,68%
5,45%
5,86%
5,31%
100%
5,31%
PMTB = Pembentukan Modal Tetap Bruto; SOG = Source of Growth (kontribusi_ Sumber : BPS Sultra, Diolah
Dari 4 (empat) sektor utama dengan pangsa terbesar di Sulawesi Tenggara, sektor konstruksi merupakan sektor dengan tingkat laju pertumbuhan tertinggi yakni sebesar 9,78% (yoy). Sementara beberapa sektor lainnya tercatat masih tumbuh moderat apabila dibandingkan dengan periode sebelumnya. Adapun kinerja sektor pertambangan tercatat kembali terkontraksi di triwulan IV 2014 yakni sebesar 4,99 (yoy).
14
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
Bab 1- Pertumbuhan Ekonomi Daerah Berdasarkan kontribusinya, sektor perdagangan besar dan eceran, sektor konstruksi dan sektor industri olahan memberikan sumbangan kontribusi tertinggi atas perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara di periode triwulan IV 2014. Sektor perdagangan besar dan eceran berkontribusi sebesar 1,00%, sektor konstruksi sebesar 1,21%, dan sektor industri olahan sebesar 1,07%. Sementara sektor pertambangan tercatat masih memberikan kontribusi negatif yakni sebesar 1,13% (yoy). 1.3.1
Sektor Pertanian
Pada periode laporan, perkembangan sektor pertanian tercatat tumbuh melambat cukup dalam sebesar 2,83% (yoy) apabila dibandingkan dengan posisi di triwulan sebelumnya sebesar 8,34% (yoy). Berdasarkan hasil liaison dengan beberapa instansi serta beberapa pelaku usaha di lapangan, penurunan kinerja sektor pertanian yang terjadi di triwulan IV 2014 terutama disebabkan oleh masa panen raya padi yang telah berlalu di triwulan sebelumnya, sehingga periode triwulan IV merupakan periode musim tanam padi. Selain itu, tanaman kakao yang juga merupakan salah satu komoditas utama sektor pertanian juga hanya mengalami 1x masa panen di tahun 2014 yakni di periode triwulan II 2014. Hal ini dipengaruhi oleh kondisi cuaca di rentang periode triwulan III 2014 yang membuat tanaman kakao mengalami gagal panen di beberap sentra produksi kakao. Disamping itu, umur tanaman kakao yang relatif sudah tua disertai rendahnya kesadaran para petani tanaman kakao untuk melakukan rehabilitasi terhadap pohon yang ada juga turut menyebabkan masa panen kakao tahap II menjadi tidak berlangsung. Selain disebabkan oleh rendahnya kinerja sub-sektor tanaman pangan, rendahnya
kinerja
sektor pertanian Sulawesi Tenggara juga turut didorong oleh rendahnya kinerja sektor perikanan Sulawesi Tenggara pada triwulan IV 2014 yang hanya tumbuh sebesar 4,41% (yoy) setelah di periode sebelumnya tercatat tumbuh sebesar 9,74% (yoy). Kondisi tersebut dipengaruhi oleh adanya puncak periode musim angin timur dan menyebabkan gelombang laut yang relatif tinggi dan berisiko bagi nelayan untuk melaut. Berdasarkan hasil liaison dengan beberapa kelompok nelayan dan pelaku usaha sektor perikanan, selama periode puncak musim angin timur, hasil tangkapan nelayan berkurang sebesar 70-85% dari masa normal. Masa musim angin timur sendiri baru berakhir di pertengahan periode triwulan IV yakni sekitar bulan November 2014. Meskipun demikian, untuk keseluruhan tahun 2014 sektor ini mengalami peningkatan pertumbuhan dan menopang perekonomian Sulawesi Tenggara. Sektor pertanian Sulawesi Tenggara tercatat tumbuh terakselerasi 9,11% (yoy) pada tahun 2014 setelah di tahun 2013 hanya tumbuh sebesar 6,04% (yoy). Relatif tingginya kinerja sektor pertanian di tahun 2014 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
15
Bab 1 – Pertumbuhan Ekonomi Daerah didorong oleh peningkatan produksi padi khususnya pada komoditas padi di awal tahun 2014 serta di akhir periode triwulan II 2014. 1.3.2
Sektor Pertambangan
Sektor pertambangan tercatat kembali terkontraksi pada periode laporan, terkoreksi cukup dalam akibat pemberlakuan UU Minerba terkait pelarangan aktivitas ekspor hasil tambang berupa mineral mentah. Berdasarkan hasil survey dan liaison diketahui bahwa hampir 90% pelaku usaha tambang berskala kecil yang ada di Sulawesi Tenggara telah tutup dan menghentikan aktivitas pertambangannya secara total. Hal tersebut menyebabkan sektor pertambangan tumbuh terkontraksi sebesar 4,99% (yoy), setelah sebelumnya tercatat terkontraksi sebesar 5,64% (yoy) di triwulan III 2014. Sedangkan untuk keseluruhan tahun 2014, kinerja sektor pertambangan tercatat mengalami kontraksi sebesar 4,83% (yoy), menurun cukup dalam dibanding tahun 2013 yang dapat tumbuh sebesar 7,47% (yoy). Meskipun demikian, pada triwulan IV 2014, kinerja sektor ini sudah menunjukkan adanya arah perbaikan. Secara triwulanan, kinerja sektor pertambangan sudah mulai tumbuh positif, yaitu sebesar 0,38% (qtq). Pertumbuhan positif tersebut diantaranya didorong oleh meningkatnya produksi nikel olahan seperti Feronikel dan Nickel Pig Iron (NPI). Selain itu, berdasarkan informasi dari salah satu produsen aspal, diketahui bahwa meningkatnya produksi tambang komoditas aspal buton seiring dengan meningkatnya permintaan juga turut mendorong kinerja positif sektor tambang secara triwulanan di periode laporan. 1,400,000
Produksi Ore Nikel (WMT)
100%
(g) yoy
6,000
Produksi
g (qtq)
50%
g (yoy)
80%
1,200,000
60%
40%
5,000
30%
40%
1,000,000
20% 800,000
0%
600,000
-20% -40%
400,000
-60% -80%
200,000
4,000
20%
10%
3,000
0%
2,000
-10% -20%
1,000
-30%
-100%
-
-120% Q1
Q2
Q3
2012
Q4
Q1
Q2
Q3
2013
Q4
Q1
Q2
Q3
2014
Sumber: Salah Satu Produsen Nikel Utama Sultra
Grafik 1.17 Produksi Ore Nikel
Q4
-
-40% Q1
Q2
Q3
2012
Q4
Q1
Q2
Q3
2012
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
2012
Sumber: Salah Satu Produsen Feronikel Utama Sultra
Grafik 1.18. Produksi Feronikel
Mulai membaiknya kinerja sektor tambang yang terjadi di periode laporan juga dikonfirmasi oleh mulai meningkatnya produksi nikel olahan salah satu pelaku usaha tambang terbesar di Sulawesi Tenggara yang tumbuh terakselerasi secara signifikan sebesar 24,44% (qtq) atau sebesar 29,81% (yoy). Sejalan dengan telah berlakunya UU Minerba terkait pelarangan ekspor mineral mentah, maka fokus pemerintah saat ini beralih kepada realisasi pengembangan dan
16
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
Bab 1- Pertumbuhan Ekonomi Daerah pembangunan industri pengolahan di wilayah Sulawesi Tenggara. Diharapkan dengan berdirinya pabrik pengolahan dan pemurnian mineral (smelter) disamping akan memberikan nilai tambah yang jauh lebih tinggi terhadap hasil pertambangan di Sulawesi Tenggara, juga dapat tetap menjaga kesinambungan pertumbuhan ekonomi di sektor tambang sekaligus turut mendorong berkembangnya sektor industri pengolahan. Upaya pemerintah saat ini terlihat dari sudah berdirinya 2 (dua) pabrik pengolahan dan pemurnian mineral di Kabupaten Konawe dan Kolaka. Berdasarkan hasil liaison yang dilakukan beberapa waktu lalu terhadap responden pelaku usaha tambang, diketahui bahwa terdapat rencana pengembangan dan pembangunan 8 (delapan) pabrik pengolahan dan pemurnian mineral lainnya. Diharapkan pembangunan smelter tersebut sudah dapat selesai pada tahun 2016 dan beroperasi secara optimal di tahun 2017.
1.3.3
Sektor Industri Pengolahan
Meskipun perekonomian Sulawesi Tenggara mengalami perlambatan, namun pada triwulan IV 2014 sektor industri pengolahan tercatat tumbuh sebesar 18,66% (yoy), tumbuh terakselerasi dibandingkan laju pertumbuhan di periode sebelumnya sebesar 13,88% (yoy). Dengan demikian, untuk keseluruhan tahun 2014 sektor industri olahan tercatat tumbuh sebesar 7,74% (yoy), meningkat dibandingkan laju pertumbuhan di tahun 2013 sebesar 4,22% (yoy). Peningkatan kinerja sektor industri pengolahan di Sulawesi Tenggara didorong oleh meningkatnya kapasitas produksi feronikel di salah satu perusahaan industri pengolahan terbesar di Sulawesi Tenggara, yang pada periode laporan tumbuh positif sebesar 29,82% dibandingkan posisi yang sama di tahun sebelumnya serta meningkatnya kinerja ekspor feronikel yang di periode laporan tercatat tumbuh sebesar 16,49% (yoy). 6,000
Produksi
g (qtq)
50%
g (yoy)
5,000 4,000
3,000 2,000
1,000 Q1
Q2
Q3
2012
Q4
Q1
Q2
Q3
2013
Q4
Q1
Q2
Q3
Ekspor Feni
g (yoy)
40%
300%
7,000
30%
250%
6,000
20%
200%
10%
150%
0%
100%
-10%
50%
-20%
0%
-30%
-50%
-40%
-100%
Q4
2014
Sumber: Salah Satu Produsen Feronikel Utama Sultra
Grafik 1.19 Perkembangan Produksi Feronikel
5,000
4,000 3,000 2,000 1,000 Q1
Q2
Q3 2013
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
2014
Sumber: Salah Satu Produsen Feronikel Utama Sultra
Grafik 1.20. Ekspor Feronikel
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
17
Bab 1 – Pertumbuhan Ekonomi Daerah Meningkatnya produksi dan ekspor komoditas fero nikel di Sulawesi Tenggara diantaranya didorong oleh mulai meningkatnya permintaan ekspor atas komoditas feronikel dari negara tujuan ekspor seperti Belanda, Jepang dan Tiongkok. Selain itu, dengan berdirinya 2 (dua) pabrik pengolahan dan pemurnian mineral (smelter) baru di Sulawesi Tenggara, serta rencana pengembangan dan pembangunan beberapa smelter lainnya, maka diharapkan kedepannya sektor industri pengolahan di Sulawesi Tenggara dapat kembali tumbuh positif sekaligus mendorong pertumbuhan dan perkembangan ekonomi di sektor-sektor lainnya. 1.3.4
Sektor Perdagangan Besar Dan Eceran
Sejalan dengan membaiknya kinerja ekspor dan meningkatnya impor, kinerja sektor perdagangan besar dan eceran di periode laporan tumbuh sebesar 8,55% (yoy), terakselerasi dibanding periode sebelumnya yang hanya tumbuh sebesar 8,03% (yoy). Beberapa faktor yang mendorong cukup tingginya pertumbuhan sektor perdagangan besar dan eceran di periode pelaporan diantaranya adalah akibat meningkatnya aktivitas perdagangan antar pulau. Impor Total
KPBC Kendari
KPBC Pomalaa
Volume dalam ton
14
Jumlah Roda 2
Jumlah Roda 4
Growth Roda 2 (YoY)
Growth Roda 4 (YoY)
80%
12,000
12
60%
10,000
10
40%
8,000
8
20%
6,000
6
0%
4,000
4
-20%
2
-40%
2,000
0
Q1
Q2
Q3
Q4
2012
Q1
Q2
Q3
2013
Q4
Q1
Q2
Q3
2014
Sumber: KP Bea Cukai
Grafik 1.21 Volume Impor Barang
Q4
-60% Q1
Ribu
-
Q2
Q3
Q4
2013
Q1
Q2
Q3
Q4
2014
Sumber: Dispenda Prov. Sultra
Grafik 1.22 Penjualan Kendaraan Bermotor
Kondisi tersebut terkonfirmasi dari meningkatnya volume impor barang Sulawesi Tenggara, terutama komponen mesin smelter. Relatif tingginya kinerja sektor perdagangan besar dan eceran tidak lepas dari faktor realisasi pembangunan smelter di Sulawesi Tenggara yang didorong oleh kebutuhan untuk mendatangkan barang antara berupa komponen pendukung pembuatan pabrik pengolahan dan pemurnian mineral. Disamping itu, peningkatan jumlah arus bongkar dan arus muat yang masing-masing tumbuh sebesar 32,47% (yoy) dan 146,52% (yoy) juga mengindikasikan peningkatan kinerja dari sektor perdagangan besar dan eceran khususnya komoditas bahan pangan yang dikirim ke luar Sulawesi Tenggara di periode triwulan IV 2014.
18
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
Bab 1- Pertumbuhan Ekonomi Daerah 450
Jumlah Arus Bongkar (T/M3)
60%
Growth (YoY)
400
50%
350
40%
30%
300
20%
250
140
Jumlah Arus Muat (T/M3)
350%
Growth (YoY)
300%
120
250%
100
200%
80
150%
0%
60
100%
-10%
40
10% 200 150 100
-20%
50
-30%
-
-40% Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
2012
Q3
Q4
Q1
Q2
2013
Q3
0% 20
Q4
2014
Sumber: Pelido IV Kendari
-50%
Ribu
Ribu
Q1
50%
-100% Q1
Q3
Q4
Q1
2012
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
2013
Q3
Q4
2014
Sumber: Pelido IV Kendari
Grafik 1.23 Jumlah Barang Dibongkar
1.3.5
Q2
Grafik 1.24 Jumlah Barang Dimuat
Sektor Konstruksi
Pada triwulan IV 2014, sektor konstruksi tumbuh sebesar 9,78% (yoy) melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang dapat tumbuh sebesar 11,44% (yoy). Meskipun demikian, sektor ini masih memberikan andil yang cukup besar pada perekonomian daerah karena untuk tahun 2014 sektor ini dapat tumbuh sebesar 12,61% (yoy). Perlambatan tersebut sejalan dengan melambatnya aktivitas investasi di Sulawesi Tenggara dan terlihat juga dari perlambatan kredit sektor konstruksi di triwulan IV 2014. Nominal Konstruksi (Miliar)
1,600
Growth Konstruksi (YoY)
500
30%
450 25%
400
Produksi
50%
Growth (QtQ)
1,400
40%
1,200
30% 20%
1,000
350
20%
300 250
15%
200 10%
150
100
10%
800
0%
600
-10%
400
-20%
200
-30%
5%
-
50
-40% Q1
0% Q1
Q2
Q3 2012
Q4
Q1
Q2
Q3 2013
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
2014
Sumber: LB Bank Umum, BI
Grafik 1.25 Kredit Sektor Konstruksi
Ribu
-
Q2
Q3
Q4
Q1
2012
Q2
Q3
2013
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
2014
Sumber: Asosiasi Semen
Grafik 1.26 Konsumsi Semen
Tingginya pertumbuhan dan andil sektor konstruksi terhadap perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara tidak lepas dari dampak atas diberlakukannya UU Minerba No. 4 tahun 2009 terkait pelarangan aktivitas ekspor mineral mentah, sehingga hal tersebut mendorong beberapa pelaku usaha tambang mendirikan smelter. Di samping itu, fokus pemerintah atas lanjutan pengembangan infrastruktur beberapa kota/kabupaten seperti konstruksi gedung perkantoran dan beberapa realisasi proyek swasta terkait konstruksi beberapa hotel dan komplek perumahan juga turut mendorong perkembangan pertumbuhan sektor konstruksi di triwulan IV 2014. Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
19
Bab 1 – Pertumbuhan Ekonomi Daerah Berdasarkan hasil liaison dengan beberapa instansi terkait, diperkirakan kondisi tersebut akan berlangsung secara berkesinambungan selama rentang tahun 2014 hingga tahun 2015. Disamping itu, terdapat beberapa hal lain yang turut mengkonfirmasi akselerasi pertumbuhan sektor konstruksi adalah tingginya pertumbuhan kredit perumahan/ruko pada perbankan yaitu 13,75% (yoy) menjadi sebesar Rp 110,86 Milyar (Tabel 1.4), serta pertumbuhan kredit sektor konstruksi yang pada periode laporan tercatat tumbuh cukup tinggi sebesar 9,32% (yoy) (grafik 1.29). Tabel 1.4 Perkembangan Kredit Perumahan/Ruko
2013 Q1 1,527 6,337 25,950
KPR KPA sampai tipe 70 KPR KPA diatas tipe 70 Konsumsi - Ruko dan Rukan
1.3.6
Q2 5,279 4,870 19,860
2014 Q3 18,401 7,868 34,073
Q4 42,276 6,494 48,693
Q1 60,541 7,614 52,345
Q2 39,090 10,860 65,057
Q3 18,910 11,147 71,208
Q4 19,789 11,214 79,861
Sektor Transportasi Dan Pergudangan
Sektor transportasi dan pergudangan Sulawesi Tenggara tercatat tumbuh terakselerasi sebesar 6,30% (yoy) pada triwulan IV 2014 setelah di periode sebelumnya tumbuh sebesar 3,70% (yoy). Peningkatan laju pertumbuhan yang terjadi di triwulan IV terkonfirmasi oleh peningkatan jumlah penumpang bandara yang mengalami peningkatan sebesar 4,9% (yoy). Kenaikan jumlah penumpang tidak lepas dari penambahan jumlah rute penerbangan baru dari dan menuju Kendari oleh beberapa maskapai penerbangan. Disamping itu, penambahan jadwal 40%
penerbangan juga turut menjadi faktor
250
30%
yang mendorong tumbuhnya kinerja
200
20%
sektor transportasi dan pergudangan
150
10%
Sulawesi Tenggara di triwulan IV 2014.
100
0%
Lebih lanjut, banyak momen hari libur
Jumlah Penumpang
300
Growth (YoY)
-10%
-
-20%
Ribu
50
Q1
Q2
Q3
2012
Q4
Q1
Q2
Q3
2013
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
2014
Sumber: Bandar Udara Haluoleo
Grafik 1.27 Arus Penumpang Pesawat Udara
nasional serta hari libur panjang (long weekend)
selama
rentang
periode
triwulan IV juga turut menjadi salah satu
faktor
yang
mendorong
peningkatan jumlah arus penumpang bandara.
20
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
Bab 1- Pertumbuhan Ekonomi Daerah 1.3.7
Sektor Jasa Keuangan
80%
(G) Total Kredit (G) Kredit Investasi
70%
(G) Kredit Modal Kerja (G) Kredit Konsumsi
25
Nominal (Triliun)
50% 45% 40% 35% 30% 25% 20% 15% 10% 5% 0%
Growth (YoY)
20
60%
50%
15
40%
10
30%
20%
5
10%
-
-10%
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 2011
2012
2013
-20%
Sumber: LB Bank Umum, BI
Grafik 1.28 Kredit Perbankan
2014
Q1 Triliun
0%
Q2
Q3
Q4
Q1
2012
Q2
Q3
2013
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
2014
Sumber: LB Bank Umum, BI
Grafik 1.29 Aset Perbankan
Sektor jasa keuangan merupakan salah satu sektor yang tercatat mengalami laju pertumbuhan tertinggi. Pada triwulan IV 2014 sektor keuangan tercatat tumbuh terakselerasi sebesar 12,22% (yoy) dibanding laju pertumbuhan di triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 8,39% (yoy). Meski di triwulan IV tercatat tumbuh terakselerasi, namun secara keseluruhan tahun 2014, sektor jasa keuangan justru tercatat tumbuh melambat sebesar 9,44% (yoy) apabila dibandingkan posisi di tahun 2013 sebesar 14,16% (yoy). Perlambatan kinerja yang terjadi di sektor keuangan diperkirakan diantaranya didorong oleh melemahnya kinerja sektor perbankan di Sulawesi Tenggara sebagai bentuk dampak tidak langsung atas perkembangan kinerja sektor tambang. Tren perlambatan ekonomi di sektor keuangan yang terjadi di periode laporan didukung dengan perlambatan pertumbuhan kredit di Sulawesi Tenggara, baik itu pada kredit investasi, kredit konsumsi maupun kredit modal kerja. Lebih lanjut, kredit investasi tercatat mengalami penurunan meski yang cukup dalam selama rentang periode triwulan II sampai dengan triwulan IV 2014. Sejalan dengan hal tersebut, perkembangan aset perbankan di Sulawesi Tenggara tercatat mengalami perlambatan apabila dibandingkan dengan tren yang ada sebelumnya dan turut menahan laju perkembangan kinerja ekonomi sektor keuangan di periode laporan. Dari data laporan bank umum, aset perbankan di Sulawesi Tenggara di triwulan IV 2014 tercatat sebesar Rp 17,74 Triliun atau tumbuh melambat sebesar 5,84% (yoy) apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 11,05% (yoy). Meskipun demikian, kinerja perbankan dalam melakukan penghimpunan dana dari pihak ketiga dan proses penyaluran kredit diketahui masih tumbuh positif cukup tinggi dan memberikan kontirbusi positif atas perkembangan kinerja ekonomi Sulawesi Tenggara, hal tersebut dikarenakan oleh meningkatnya penyaluran kredit usaha dalam berbagai jenis produk serta
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
21
Bab 1 – Pertumbuhan Ekonomi Daerah kredit perumahan dengan persyaratan yang relatif mudah, serta meningkatnya penyaluran KUR dan UMKM.
1.3.8
Sektor Lainnya
Perkembangan sektor listrik dan gas di triwulan IV 2014 tercatat tumbuh positif berada pada level yang relatif tinggi sebesar 18,58% (yoy). Meskipun tercatat tumbuh cukup tinggi di triwulan IV 2014, namun secara keseluruhan tahun 2014 sektor listrik dan gas tercatat tumbuh melambat yakni sebesar 10,60% (yoy) apabila dibandingkan laju pertumbuhan tahun 2013 yang tercatat sebesar 13,64% (yoy). Relatif rendahnya tingkat pertumbuhan sektor listrik dan gas juga terkonfirmasi dari data konsumsi listrik yang menunjukan terjadinya penurunan jumlah konsumsi listrik di area kota Kendari pada periode laporan. 90
Konsumsi Listrik (MW)
Growth (YoY)
80 70 60
30%
1,200
25%
1,000
20%
50
15%
40 30
Konsumsi Air Rumah Tangga
15%
Growth (YoY)
10%
5% 800
0%
600
-5%
10%
-10%
400
20
-15%
5%
10
200
-
-20%
0%
TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV 2013
-
-25% Q1
2014
Ribu
2012
Sumber: PLN Area Kendari
Q2
Q3
Q4
Q1
2012
Q2
Q3
2013
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
2014
Sumber: PDAM Area Kendari
Grafik 1.30 Perkembangan Konsumsi Listrik
Grafik 1.31 Perkembangan Konsumsi Air
Sejalan dengan hal itu, sektor pengadaan air juga tercatat tumbuh melambat di periode laporan yakni sebesar 6,25% (yoy) apabila dibandingkan laju pertumbuhan di periode sebelumnya yang tercatat sebesar 7,25% (yoy). Perlambatan pertumbuhan di sektor pengadaan air juga terkonfirmasi dari penurunan laju pertumbuhan konsumsi air PDAM di kota Kendari yang pada periode laporan tercatat sebesar
sebesar 10,71% (yoy). Penurunan jumlah konsumsi air
diantaranya disebabkan oleh penurunan jumlah pemasangan sambungan air baru di kota Kendari di triwulan IV 2014.
22
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
Bab 1- Pertumbuhan Ekonomi Daerah
BOKS 1 PDRB PROVINSI SULAWESI TENGGARA TD 2010
Pada bulan Februari 2015, Badan Pusat Statistik (BPS) PDRB dengan tahun dasar baru yaitu tahun dasar 2010. Perubahan tahun dasar 2010 kali ini berbeda dengan sebelumnya, karena selain merubah harga tahun dasar, pada saat yang bersamaan juga mengimplementasikan rekomendasri Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) terkait konsep, cakupan dan metodologi yang tertuang dalam System of National Account 2008 (SNA 2008). Akibat perubahan tahun dasar tersebut PDRB sisi penawaran yang semula terdiri dari 9 sektor berubah menjadi 17 sektor. Sementara itu jika dilihart dari sisi pengeluaran yang semula terdiri dari 7 sektor berubah menjadi 8 sektor dengan penambahan sektor Net Ekspor Antar Daerah. JASA - JASA 12% KEUANGAN, DLL 6%
PERTANIAN 29%
PENGANGKUTA N 9%
TAMBANG 7% PHR 20%
INDUSTRI PENGOLAHAN 6% KONSTRUKSI LISTRIK, DLL 1% 10%
Grafik 1. Pangsa Sektoral Tahun 2014 (berdasarkan TD 2000) Konstruksi Pengadaan Air 12% 0% Pengadaan Listrik, Gas 0% Industri Pengolahan 6%
Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor Transportasi dan Pergudangan 12% 4% Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 1%
Pertambangan dan Penggalian 20%
Informasi dan Komunikasi 2% Real Estate 2%
Jasa Keuangan 2%
Jasa Perusahaan 0%
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 26%
Jasa Pendidikan 5% Jasa Kesehatan dan Jasa lainnya Kegiatan Sosial 1% 1%
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 6%
Grafik 2. Pangsa Sektoral Tahun 2014 (berdasarkan TD 2010)
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
23
Bab 1 – Pertumbuhan Ekonomi Daerah
PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Sulawesi Tenggara untuk tahun 2014 berdasarkan tahun dasar 2010 adalah sebesar Rp 78,62 triliun, berbeda jika menggunakan tahun dasar 2000 yang tercatat sebesar Rp 44,81 triliun. Sementara itu PDRB Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2014 jika menggunakan tahun dasar 2010 tercatat sebesar Rp
68,29 triliun sedangkan jika
berdasarkan tahun dasar 2000 tercatat sebesar Rp 15,98 triliun. 90.000 80.000 70.000 60.000 50.000 40.000 30.000 20.000 10.000 -
78.620
dalam Miliar
71.041
64.694
70.000
55.759
32.113
dalam Miliar
40.861
36.647
50.000
44.813
64.274
59.785
60.000
48.401 28.377
80.000 68.299
53.547
48.401
40.000 30.000 20.000
12.698
11.654
15.077
14.040
15.985
10.000 -
2010
2011 tahun dasar 2000
2012
2013
2014
2010
2011 tahun dasar 2000
tahun dasar 2010
Grafik 3. Perbandingan PDRB ADHB
2012
2013
2014
tahun dasar 2010
Grafik 4. Perbandingan PDRB ADHK
Akibat terjadinya perubahan besaran pertumbuhan ekonomi. Apabila menggunakan tahun dasar 2010 tercatat pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV 2014 sebesar 6,26% (yoy) sementara apabila menggunakan tahun dasar 2000 maka pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara tercatat sebesar 6,02% (yoy) 14,00% 11,65%
12,00%
10,63%
10,00%
8,00%
10,56%
7,51%
8,96%
6,26% 7,39%
6,00%
6,02%
4,00%
2,00% 0,00%
2011
2012 tahun dasar 2000
2013
2014
tahun dasar 2010
Grafik 5. Perbandingan Pertumbuhan Ekonomi Sultra
24
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
Keuangan Pemerintah
Bab 2
Meskipun kondisi perekonomian selama tahun 2014 menunjukkan perlambatan, namun kinerja keuangan pemerintah provinsi menunjukkan peningkatan baik dari sisi pendapatan maupun pengeluaran. Realisasi pendapatan Provinsi Sulawesi Tenggara mencapai 101,95%, lebih tinggi dibandingkan dengan realisasi pendapatan tahun 2013 sebesar 100,88%. Demikian pula dengan penyerapan anggaran belanja Provinsi Sulawesi Tenggara pada 2014 mencapai 85,21%, meningkat jika dibandingkan dengan tahun 2013 yang mencapai 83,28%
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
25
Bab 2 – Keuangan Pemerintah 2.1 STRUKTUR ANGGARAN Dalam kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir, peningkatan nilai APBD Provinsi Sulawesi Tenggara diikuti dengan perubahan struktur pada bagian pendapatan maupun belanja. Dari sisi pendapatan, pangsa pendapatan transfer pada tahun 2014 mencapai 71%, mengalami penurunan jika dibandingkan dengan periode tahun sebelumnya yang mencapai 74% (Grafik 2.1). Hal ini menunjukkan tingkat ketergantungan daerah kepada anggaran pusat semakin menurun. Meskipun demikian, secara nominal anggaran pendapatan transfer meningkat sebesar 6,73% (yoy) atau bertambah sebesar Rp97,83 miliar dari anggaran tahun 2013. Selain itu, Pendapatan Asli Daerah (PAD) di tahun 2014 menunjukkan perkembangan yang semakin baik dengan peningkatan sebesar 8,56% (yoy). Sementara itu, dari sisi belanja, sejak tahun 2013, porsi belanja modal modal mengalami peningkatan dan pada tahun 2014 mencapai 27%. Secara nominal, belanja modal meningkat sebesar 28,5% (yoy) atau mencapai Rp533 miliar. Peningkatan tersebut menunjukkan bahwa komitmen pemerintah daerah Sulawesi Tenggara untuk meningkatkan pembangunan infrastruktur daerah. Rp triliun
Rp triliun
2,50
Rp2,72 T
2,50
Rp2,09 T
Rp1,97 T Rp1,81 T
2,00
2,00
Rp1,06 T
72%
1,00
68%
Rp1,33 T
1,50
Rp1,29 T
1,50
Rp1,71 T
74%
1,00
21%
0,50
32%
27%
24%
26%
25%
2010
2011
2012
2013
2014
27%
82%
72%
69%
64%
64%
2010
2011
2013
2014
-
Pendapatan Asli Daerah (PAD)
24%
26%
66%
0,50
12%
Rp1,12 T
71%
Rp1,81 T
Pendapatan Transfer
Belanja Operasi
2012
Belanja Modal
Transfer
Pendapatan Lain-Lain yang Sah
Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara
Grafik 2.1. Perkembangan dan Porsi Realisasi Pendapatan APBD Sulawesi Tenggara
Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara
Grafik 2.2. Perkembangan dan Porsi Realisasi Belanja APBD Sulawesi Tenggara
2.2 PERKEMBANGAN REALISASI ANGGARAN APBD 2.2.1
REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN
Realisasi pendapatan Sulawesi Tenggara terhadap anggaran pada tahun 2014 lebih tinggi jika dibandingkan dengan periode tahun 2013. Pendapatan Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara pada tahun 2014 mampu mencapai 101,95% dari target dalam APBD, lebih tinggi
26
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
Bab 2- Keuangan Pemerintah dibandingkan dengan pencapaian tahun 2013 yang sebesar 100,88% (Tabel 2.1). Peningkatan capaian tersebut terutama karena komponen Pendapatan Transfer mencapai 101,52% dari target dan komponen Pendapatan Lain-Lain yang Sah mencapai 183,6% dari target. Pendapatan Provinsi Sulawesi Tenggara yang berasal dari transfer Pemerintah Pusat naik cukup signifikan pada tahun 2014. Pada periode laporan tercatat dana transfer ke Sulawesi Tenggara mencapai Rp 1,54 triliun, meningkat sebesar 6,73% (yoy). Peningkatan pendapatan transfer pada tahun 2014 yang diterima Provinsi Sulawesi Tenggara terutama berasal dari Dana Alokasi Umum (DAU) yang mencapai Rp 1,05 triliun atau setara dengan 67,99% dari total Dana Transfer ke Sulawesi Tengara di tahun 2014. Tabel 2.1. Realisasi dan Pencapaian Target Pendapatan Pemerintah Sulawesi Tenggara APBD 2012 URAIAN PENDAPATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH Pendapatan Pajak Daerah Hasil Retribusi Daerah Hasil Pengelolaan yang Dipisahkan Lain-lain PAD PENDAPATAN TRANSFER Transfer Pemerintah Pusat Dana Bagi Hasil Pajak Dana Bagi Hasil Bukan Pajak Dana Alokasi Umum Dana Alokasi Khusus Transfer Pemerintah Pusat Lainnya Dana Otonomi Khusus Dana Penyesuaian LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH Pendapatan Hibah Pendapatan Dana Darurat Pendapatan Lainnya
Realisasi (Miliar Rp) 1.811,98 439,18 336,93 19,16 25,05 58,04 1.308,77 1.019,75 69,71 45,49 869,88 34,66 289,02 289,02 64,03 63,66 0,38
APBD 2013
Serap (%) 97,54 80,48 118,10 94,46 99,59 27,00 99,75 101,05 81,87 238,32 99,96 100,00 95,43 95,43 -
Realisasi (Miliar Rp)
APBD 2014
Serap (%)
1.969,13 511,43 408,11 24,47 23,84 55,01 1.451,90 1.160,90 67,21 59,38 981,04 53,27 291,00 291,00 5,80 5,80 -
100,88 101,76 108,63 101,12 100,09 69,73 100,58 101,71 99,95 149,30 100,00 100,00 96,28 96,28 100,00 100,00 -
Realisasi (Miliar Rp) 2.178,20 555,24 413,20 18,29 23,32 100,43 1.549,73 1.236,02 62,48 61,15 1.053,64 58,75 313,71 313,71 73,23 39,89 33,35
Serap (%) 101,95 97,38 88,39 79,38 97,15 180,47 101,52 101,96 104,06 153,76 100,00 100,00 99,82 99,82 183,60 100,00 -
Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara
Sejalan dengan peningkatan pendapatan daerah Sulawesi Tenggara, Pendapatan Asli Daeah (PAD) juga mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan periode sebelumnya. PAD tahun 2014 tercatat sebesar Rp 555,23 miliar, tumbuh sebesar 8,56% (yoy). Meskipun demikian, realisasi pencapaian PAD hanya mencapai 97,38% dari anggaran semula. Hal tersebut disebabkan adanya penurunan Hasil Retribusi Daerah sebesar 25,26% (yoy). Kondisi sektor pertambangan yang mengalami kontraksi turut memperlemah kinerja sektor pengangkutan dan sektor perdagangan. Dengan demikian, sumber retribusi pemerintah juga terkena dampak dari kondisi tersebut.
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
27
Bab 2 – Keuangan Pemerintah 2.2.2
REALISASI ANGGARAN BELANJA
Seiring dengan kinerja di sisi pendapatan, penyerapan belanja APBD Provinsi Sulawesi Tenggara pada tahun 2014 juga lebih tinggi dibandingkan dengan realisasi anggaran 2013. Realisasi belanja Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara pada tahun 2014 mencapai 85,21% dari target, lebih tinggi daripada kinerja tahun 2013 yang hanya mampu merealisasikan anggaran sebesar 83,28%. Peningkatan kinerja keuangan pemerintah terutama didorong peningkatan daya serap belanja operasi dan belanja modal. Belanja operasi telah direalisasikan sebesar 91,62% dan secara nominal meningkat sebesar 14,47% (yoy). Tabel 2.2 Realisasi dan Pencapaian Target Belanja Pemerintah Sulawesi Tenggara APBD 2012 URAIAN BELANJA BELANJA OPERASI Belanja Pegawai Belanja Barang Belanja Bunga Belanja Hibah Belanja Bantuan Keuangan BELANJA MODAL Belanja Tanah Belanja Peralatan dan Mesin Belanja Bangunan dan Gedung Belanja Jalan, irigasi dan Jaringan Belanja Aset Tetap Lainnya BELANJA TIDAK TERDUGA Belanja Tak Terduga TRANSFER Transfer Bagi hasil ke Kab/Kota Bagi Hasil Pajak
Realisasi (Miliar Rp) 1.714,90 1.406,35 493,81 275,04 14,76 390,19 232,53 204,20 5,18 21,25 69,03 107,46 1,29 0,09 0,09 104,26 104,26 104,26
APBD 2013
Serap (%) 87,84 92,20 90,54 90,40 50,75 96,03 96,82 49,36 49,59 89,68 89,17 36,42 18,13 0,66 0,66 100,00 100,00 100,00
Realisasi (Miliar Rp)
APBD 2014
Serap (%)
1.812,82 1.163,34 493,85 259,29 18,33 295,63 96,25 430,71 1,93 39,48 45,15 343,49 0,65 3,95 3,95 214,81 214,81 214,81
83,28 87,72 85,02 87,20 62,56 96,21 86,39 71,39 6,93 81,38 80,46 73,06 97,31 35,35 35,35 90,96 90,96 90,96
Realisasi (Miliar Rp)
Serap (%)
2.088,45 1.331,74 517,03 362,83 22,63 324,56 104,70 553,49 26,00 38,40 160,07 328,43 0,59 203,22 203,22 -
85,21 91,62 89,75 89,33 88,58 99,33 87,98 76,07 61,39 77,64 80,59 75,32 50,27 81,39 81,39 -
Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara
Sementara itu, belanja modal penyerapannya masih rendah pada tahun 2014 namun mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya. Realisasi pos belanja modal sampai akhir 2014 mencapai Rp553,49 miliar, meningkat sebesar 28,50% (yoy) terutama pada pembangunan bangunan dan gedung. Sementara itu, belanja modal untuk infrastruktur secara nominal mengalami penurunan sebesar 4,34% (yoy). Sementara itu dari data Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Daerah (LKPP), kinerja keuangan per bulan untuk Provinsi Sulawesi Tenggara menunjukkan perkembangan yang baik sampai dengan realiasi bulan November 2014. Namun pada akhir tahun realisasi anggaran belanja tidak dapat tercapai karena progres fisik pembangunan maupun pengadaan barang
28
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
Bab 2- Keuangan Pemerintah yang belum selesai. Hal tersebut juga dipengaruhi keterlambatan proses pelelangan barang dan jasa pada triwulan I 2014 yang berimbas pada kinerja keseluruhan tahun. 100,00%
100%
100,00%
100% 90%
90%
Target
80%
86,32%
Realisasi
Target
80%
74,22%
Realisasi
66,93%
70%
70% 60%
49,93%
60% 43,59%
50%
50% 40%
47,43%
31,50%
40% 30%
30%
19,48%
20% 10%
26,70%
10%
10,58%
12,42%
0%
0% 1
2
3
4
28,83%
16,18%
20%
5
6
7
8
9 10 11 12
Bulan Sumber: Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa
Grafik 2.3. Perkembangan Kondisi Keuangan Antara Realisasi dan Target Bulanan APBD Sulawesi Tenggara
1
2,67% 2 3 4
5
6
7
8
9 10 11 12
Bulan Sumber: : Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa
Grafik 2.4. Perkembangan Penyelesasian Fisik Pengadaan Antara Realisasi dan Target Bulanan APBD Sulawesi Tenggara
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
29
Bab 2 – Keuangan Pemerintah BOKS 2 STRUKTUR APBD PROVINSI SULAWESI TENGGARA TAHUN 2015
Pada tanggal 19 Desember 2014, DPRD Provinsi Sulawesi Tenggara menyetujui Rancangan Peraturan Daerah (Raperda) tentang Anggaran Dan Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) Tahun Anggaran 2015
ditetapkan menjadi Perda. Disahkannya
APBD pada akhir tahun mendorong realisasi anggaran dan proses pengadaan barang dan jasa dapat dilakukan lebih cepat. Sesuai Perda APBD Sulawesi Tenggara tahun 2015 tersebut, total anggaran pendapatan mencapai Rp2,263 triliun, meningkat sebesar 3,89% dari realisasi tahun 2014. Dari total pendapatan tersebut, sebanyak 58,4% merupakan pendapatan transfer (dana perimbangan), 23,6% merupakan pendapatan asli daerah, dan sisanya adalah dana penyesuaian dan otonomi khusus.
Total Pendapatan
58,4%
18,0%
23,6%
Pendapatan Asli Daerah
Rp2.263,04 miliar
Rp533,10 miliar
Rp408,18 miliar
Dana Penyesuaian dan Otsus
Rp1.321,76 Dana miliar Perimbangan
Rp405,6 miliar
Rp18,33 miliar
Rp24,00 miliar
Rp85,16 miliar
Rp71,84 miliar
Rp1.176,4 2 miliar
Rp73,49 miliar
Pajak Daerah
Retribusi Daerah
Pengelolaan Kekayaan
Lain-Lain
Bagi Hasil
DAU
DAK
Gambar 1. Struktur Pendapatan APBD Sulawesi Tenggara 2015
Sementara itu untuk anggaran belanja pada tahun 2015 mencapai Rp2.321,89 miliar, meningkat sebesar 11,89% (yoy) dari realiasi belanja tahun 2014. Dari anggaran belanja tersebut, sebanyak 57,54% diperuntukkan dalam pos Belanja Tidak Langsung, sementara 42,46% merupakan anggaran Belanja Langsung. Adapun pangsa belanja modal dalam struktur APBD 2015 mencapai 25,51%. Meskipun pangsa belanja modal lebih kecil daripada APBD 2014 namun secara nominal anggaran belanja modal meningkat sebesar 7,05% (yoy).
30
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
Bab 2- Keuangan Pemerintah
Total Belanja Rp2.321,89 miliar
Belanja Tidak Rp1.336,12 57,54% miliar Langsung
Rp985,77 miliar
42,46%
Belanja Langsung
Rp534,85 miliar
Rp801,27 miliar
Rp58,76 miliar
Rp334,47 miliar
Rp529,53 miliar
Belanja Pegawai
Belanja Non Pegawai
Belanja Pegawai
Belanja Barang dan Jasa
Belanja Modal
23,03%
34,50%
2,53%
14,40%
25,51%
Gambar 2. Struktur Belanja APBD Sulawesi Tenggara 2015 2013
2014
2015
81,81% 68,97% 58,08%
33,02%
35,38%
18,61%
26,62%
16,68% 16,00%
22,31% 19,74% 4,93% 2,65%
11,18%
BEL ANJ A
7,05%
0,21% BEL ANJ A P EGAW AI
BEL ANJ A NON P EGAW AI
BEL ANJ A P EGAW AI L A N G S U NG
-11,86% -12,63% BEL ANJ A BEL ANJ A MOD AL BARANG D AN J ASA
Gambar 3. Grafik Peningkatan Anggaran Tiap Pos Belanja (%, yoy)
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
31
Bab 2 – Keuangan Pemerintah
Halaman Ini Sengaja Dikosongkan
32
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
Inflasi Daerah
Bab 3
Secara agregat, inflasi Sulawesi Tenggara pada triwulan IV 2014 mengalami peningkatan, dari 1,85% (yoy) di triwulan sebelumnya menjadi 8,45% (yoy). Kenaikan laju inflasi Sulawesi Tenggara sejalan dengan meningkatnya laju inflasi yang terjadi baik di Kota Kendari maupun di Kota Baubau. Peningkatan tekanan inflasi tersebut terutama bersumber dari komponen administered prices dan volatile food. Komponen administered prices menjadi faktor terbesar yang mendorong peningkatan pada periode tersebut disebabkan oleh kebijakan kenaikan harga BBM bersubdisi dan TTL. Sementara itu, pasokan bahan makanan seperti komoditas cabai merah dan ikan laut tangkap juga mengalami kendala seiring dengan meningkatnya curah hujan dan tingginya gelombang laut. Meskipun demikian, pemerintah daerah tetap berupaya mengendalikan inflasi melalui TPID (Tim Pengendalian Inflasi Daerah) yang sudah terbentuk.
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
33
Bab 3 – Inflasi Daerah 3.1 KONDISI UMUM Berdasarkan rilis inflasi yang dikeluarkan oleh BPS mengenai tingkat inflasi Kota Kendari dan Kota Baubau, menunjukkan bahwa tingkat inflasi secara agregat provinsi Sulawesi 1
Tenggara tercatat sebesar 8,45% (yoy) pada triwulan IV 2014 . Angka inflasi tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan laju laju inflasi di periode triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 1,83% (yoy). Kenaikan laju inflasi Sulawesi Tenggara sejalan dengan meningkatnya laju inflasi yang terjadi baik di Kota Kendari maupun di Kota Baubau. Laju inflasi Kota Kendari di triwulan IV 2014 tercatat sebesar 7,40% (yoy), meningkat cukup tinggi bila dibandingkan dengan laju inflasi di triwulan III 2014 sebesar 1,05% (yoy). Meskipun tercatat cukup tinggi, namun realisasi inflasi kota Kendari tersebut tercatat masih lebih rendah apabila dibandingkan dengan tingkat inflasi nasional (8,36%, yoy). Disisi lain, laju inflasi kota Baubau di triwulan IV 2014 tercatat sebesar 11,37% (yoy), meningkat cukup tinggi dibandingkan laju inflasi di triwulan sebelumnya yang hanya sebesar 1,83% (yoy). 12%
11,37%
Inflasi Nasional ( yoy)
%, yoy
11,37%
Inflasi Kendari (yoy) 10% 8%
Inflasi Baubau (yoy)
8,45%
Inflasi Sultra ( yoy)
8,36%
7,40%
8,31%
8,48%
7,40%
6%
4% 2%
0% Jan Feb Mar Apr May Jun
Jul Aug Sep Oct Nov Dec
IHK Inflasi IHK Inflasi IHK Inflasi IHK Inflasi IHK Inflasi IHK Inflasi Kendari Baubau Sultra Nasional Sulampua KTI
2014
Sumber: BPS Prov Sultra (diolah)
Grafik 3.1. Pergerakan Inflasi Sulawesi Tenggara
Sumber: BPS Prov Sultra (diolah)
Grafik 3.2. Perbandingan Inflasi
Tingginya laju inflasi baik di Kota Kendari maupun di Kota Baubau turut disebabkan oleh fenomena nasional yakni naiknya harga BBM bersubsidi. Di Kota Kendari, kelompok transportasi dan komunikasi di Kota Kendari mengalami laju inflasi tertinggi yakni sebesar 12,50% (yoy), diikuti kelompok perumahan sebesar 8,55% (yoy) dan kelompok bahan makanan tercatat mengalami inflasi sebesar 6,69% (yoy). Sedikit berbeda dengan kondisi di Kota Kendari, tingkat inflasi di Kota Baubau secara dominan didorong oleh pergerakan tingkat inflasi kelompok bahan makanan sebesar 17,02% (yoy), sementara kelompok transportasi mengalami inflasi sebesar 5,71% (yoy). 1
Seluruh angka inflasi Sulawesi Tenggara merupakan perhitungan agregasi oleh KPw BI Sulawesi Tenggara berdasarkan data inflasi Kota Kendari yang dikeluarkan oleh BPS Provinsi Sulawesi Tenggara dan inflasi Kota Baubau yang dikeluarkan oleh BPS Kota Baubau
34
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
Bab 3- Inflasi Daerah Secara bulanan, tingkat inflasi Sulawesi Tenggara selama di triwulan IV 2014 tercatat mengalami laju inflasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan kondisi di periode triwulan III 2014. Selama periode triwulan IV 2014 tersebut, inflasi agregat Provinsi Sulawesi Tenggara yang tercatat mengalami inflasi sebesar 0,29% (mtm) pada bulan Oktober, 1,68% (mtm) pada bulan November dan 3,29% (mtm) pada bulan Desember. Terlihat bahwa kenaikan laju inflasi mulai terjadi di bulan November 2014 dimana pada tanggal 18 November 2014 pemerintah mengambil kebijakan untuk menaikkan harga BBM bersubsidi. Tren peningkatan inflasi juga berlanjut di bulan Desember 2014, dimana kenaikan harga BBM bersubsidi telah memberikan dampak maksimal atas pembentukan tarif transportasi dan harga komoditas lainnya di Sulawesi Tenggara. Kondisi tersebut sejalan dengan peningkatan laju inflasi Kota Kendari selama periode triwulan IV 2014. Setelah deflasi yang terjadi di bulan Agustus dan September 2014, Kota Kendari tercatat mengalami kenaikan tingkat inflasi. Berdasarkan data yang dirilis oleh BPS Prov. Sultra, diketahui Kota Kendari tercatat mengalami inflasi sebesar 0,18% (mtm) di bulan Oktober, 1,67% (mtm) di bulan November dan sebesar 3,27% (mtm) di bulan Desember. (grafik 3.3) 3,67%
%, mtm
Tw IV'14
7.40 1,82%
Nov'14
Oct'14
Dec'14
5.03
3.27
1,67%
1.67
0.18 (1.22)
-0,11% -0,13% 0,18% Jul
Aug
Sep
Oct
Tw III
Nov
Triwulan IV Rata-rata (yoy,%) Inflasi Tw IV 20102013
Dec
TW IV
Sumber: BPS Prov Sultra
-
0.11
Okt'14 Rata-rata Nov'14 Rata-rata Des'14 Rata-rata (mtm,%) Inflasi Okt' (mtm,%) Inflasi Nov' (mtm,%) Inflasi Des' 2010-2013 2010-2013 2010-2013
Sumber: BPS Prov Sultra (diolah)
Grafik 3.3. Inflasi Bulanan Kota Kendari
Grafik 3.4 Perbandingan Pola Inflasi Kota Kendari
T abel 3.1 Inflasi Kota Kendari (mtm) Per Kelompok Kelompok Bahan Makanan Makanan Jadi Perumahan Sandang Kesehatan Pendidikan & Kesehatan Transportasi & Komunikasi Inflasi (mtm)
Jul'14
Aug'14
Sep'14
Oct'14
Nov'14
Dec'14
5,79% 1,29% 0,52% 1,50% 1,26% 0,02% 0,35% 1,82%
-1,06% -0,01% 0,55% -0,61% 0,01% 0,24% 0,16% -0,11%
-1,62% 0,26% 0,93% -0,51% -0,05% 0,39% -0,03% -0,13%
-0,12% 0,11% 1,02% -0,60% 0,45% 0,08% -0,21% 0,18%
2,39% 0,39% 0,59% -0,94% 0,18% 0,18% 4,46% 1,67%
1,87% 0,53% 3,79% 1,48% 1,50% 1,07% 6,88% 3,27%
Sumber: BPSProv Sultra (diolah)
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
35
Bab 3 – Inflasi Daerah Adapun secara triwulanan, inflasi agregat Sulawesi Tenggara mencapai 5,33% (qtq) pada triwulan IV 2014, lebih tinggi dibandingkan dengan laju inflasi triwulan sebelumnya yang hanya sebesar 1,78% (qtq). Hal ini berbeda dengan kondisi pada tahun 2013, dimana pada triwulan IV inflasi secara qtq cenderung mengalami penurunan karena sudah berlalunya masa bulan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri. Sejalan dengan penjelasan sebelumnya, tingginya laju inflasi triwulanan di Sulawesi Tenggara disebabkan oleh meningkatnya laju inflasi pada kelompok transportasi dan komunikasi sebesar 11,72% (qtq), diikuti oleh kelompok perumahan sebesar 5,34% (qtq), dan kelompok bahan makanan sebesar 4,48% (qtq). Hal tersebut masih didorong oleh naiknya indeks harga pada komoditas BBM bersubsidi yakni solar dan bensin yang memberikan dampak langsung dan tidak langsung pada pembentukan indeks harga komoditas lainnya. Kondisi tersebut didukung oleh kenaikan tingkat inflasi di Kota Kendari yang tercatat sebesar 5,19% (qtq) di triwulan IV setelah di triwulan III tercatat mengalami inflasi sebesar 1,58% - qtq (tabel 3.2). Tingginya tingkat inflasi triwulanan Kota Kendari didorong oleh kenaikan tingkat inflasi pada kelompok transportasi & komunikasi sebesar 5,19% (qtq) dan inflasi pada kelompok bahan makanan sebesar 4,18% (qtq). T abel 3.2 Inflasi Kota Kendari (qtq) Per Kelompok Inflasi IHK (qtq) Bahan Makanan Makanan Jadi Perumahan Sandang Kesehatan Pendidikan & Kesehatan Transportasi & Komunikasi Inflasi (qtq)
I 0,24% 0,65% 0,88% -1,03% 1,58% 0,66% -0,96% 0,18%
2013 II III 1,06% 9,09% 0,96% 1,70% 6,16% 0,96% -7,11% 1,65% 0,10% 0,02% -0,05% 0,42% 4,77% 13,56% 1,96% 5,23%
IV -5,15% 0,55% 0,79% -1,31% 1,04% 0,11% 0,19% -1,20%
I -4,69% 0,82% 0,76% 0,48% 1,05% 0,08% -0,21% -0,76%
2014 II III 4,34% 2,98% 1,01% 1,54% 0,12% 2,01% -0,34% 0,36% 0,88% 1,22% 0,30% 0,66% 0,70% 0,48% 1,28% 1,58%
IV 4,18% 1,04% 5,48% -0,08% 2,13% 1,33% 11,42% 5,19%
Sumber: BPSProv Sultra (diolah)
3.2 DISAGREGASI INFLASI 2 Peningkatan tekanan inflasi Sulawesi Tenggara pada triwulan IV 2014, terutama bersumber dari komponen administered prices dan volatile food . Komponen administered
prices menjadi faktor terbesar yang mendorong peningkatan pada periode tersebut. Peningkatan inflasi di kelompok tersebut sudah terjadi sejak bulan Oktober 2014, dimana terdapat kebijakan peningkatan tarif tenaga listrik (TTL). Pada bulan tersebut, peningkatan tarif
2
Analisis disagregasi membagi inflasi menjadi inflasi inti (core inflation) dan inflasi noninti (volatile food dan administered prices). Hal ini dilakukan untuk menghasilkan indikator inflasi yang lebih menggambarkan pengaruh dari faktor yang bersifat fundamental.
36
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
Bab 3- Inflasi Daerah listrik di Kota Kendari mencapai 4,71% (mtm) dan di Kota Baubau sebesar 4,27% (mtm). Selain itu, pada bulan tersebut tercatat pula kenaikan harga rokok kretek dan rokok putih di Kota Kendari masing-masing sebesar 1,45% (mtm) dan 0,63% (mtm) yang turut memberikan sumbangan inflasi di komponen administered prices. Selanjutnya, tekanan inflasi dari komponen administered prices semakin tinggi di bulan November 2014 seiring dengan kebijakan peningkatan harga BBM bersubsidi pada tanggal 18 November 2014. Sejak tanggal tersebut, harga bensin premium naik dari Rp6.500 menjadi Rp8.500 dan harga komoditas solar dari Rp5.500 menjadi Rp7.500. Kenaikan Rp2.000 pada kedua komoditas tersebut telah memicu terjadinya kenaikan tarif angkutan darat dalam kota untuk perorangan oleh para pelaku usaha yaitu dari yang semula Rp4.000 menjadi Rp5.000. Berdasarkan analisis sebelumnya, dampak kenaikkan harga BBM bersubsidi masing-masing sebesar Rp. 2,000,-/Liter akan mendorong kenaikkan tingkat inflasi di kota Kendari sebesar 2,85%, yang mana angka tersebut terbentuk dari dampak langsung atas kenaikkan harga bensin dan solar sebesar 1,27%, dampak tidak langsung atas komoditas tarif angkutan sebesar 1,05% dan dampak tidak langsung atas inflasi inti dan inflasi volatile food sebesar 0,53%. Adapun pada bulan November tersebut, komoditas bensin dan komoditas solar di Kota Kendari mengalami peningkatan sebesar 13,25% (mtm) dan 15,77% (mtm), sementara komoditas bensin dan solar di Kota Baubau tercatat mengalami inflasi sebesar 13,44% (mtm) dan 15,77% (mtm). Kondisi tersebut juga masih berlanjut di bulan Desember 2014, dimana komoditas bensin dan komoditas solar di Kota Kendari mengalami peningkatan sebesar 13,46% (mtm) dan 17,79% (mtm). Sementara di Kota Baubau, bensin dan solar masing-masing mengalami kenaikan sebesar 15,38% (mtm) dan 17,79% (mtm). Sebagai dampak kenaikan komoditas tersebut, tarif taksi juga tercatat mengalami kenaikan yang cukup tinggi yakni sebesar 26,92% (mtm). 15%
Inflasi IHK (mtm)
Volatile Food
Administered Price
Core
10%
5%
0%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 -5%
2013
5 6 7 8 9 10 11 12 2014
-10%
Grafik 3.5. Perkembangan Inflasi Sultra Berdasarkan Disagregasi Inflasi
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
37
Bab 3 – Inflasi Daerah Adapun untuk komponen volatile food, selama triwulan IV 2014 juga menunjukkan perkembangan harga yang meningkat, terutama pada bulan November dan Desember 2014. Beberapa komoditas volatile food di Kota Kendari yang mengalami peningkatan harga selama November 2014 antara lain sub-kelompok sayur-sayuran seperti komoditas daun singkong (21,69%, mtm) dan komoditas jagung manis (19,70%, mtm). Disamping itu, dari sub kelompok bumbu-bumbuan, komoditas yang mengalami peningkatan harga yang cukup signifikan adalah komoditas cabai rawit (45,13%, mtm). Peningkatan harga yang terjadi tersebut disebabkan oleh terhambatnya produksi, kenaikan biaya transportasi dan adanya faktor spekulan terutama di komoditas cabai rawit. Sementara itu, di Kota Baubau, tingginya gelombang laut selama rentang bulan November menyebabkan kelangkan stok ikan di pasaran yang pada akhirnya mendorong kenaikan indeks harga komoditas ikan segar di Kota Baubau. Kondisi tersebut terus berlanjut di bulan Desember 2014, sehingga di Kota Kendari terjadi peningkatan harga terutama pada sub-kelompok ikan segar seperti komoditas kerang (14,60%, mtm) dan ikan tembang (13,37%, mtm). Disamping itu, dari sub kelompok bumbu-bumbuan, komoditas yang mengalami peningkatan harga yang cukup signifikan adalah komoditas cabai rawit (39,64%, mtm) serta cabai merah (66,78%, mtm). Bahkan di Kota Baubau, komoditas cabai rawit meningkat sebesar 70,60% (mtm) dan cabai merah 64,66% (mtm). Sementara itu, untuk perkembangan komponen inflasi inti (core inflation) di Sulawesi Tenggara juga menunjukkan adanya peningkatan. Peningkatan tersebut terutama didorong oleh adanya penyesuaian harga terkait dengan biaya energi dan biaya transportasi yang juga meningkat. Beberapa komoditas yang mengalami penyesuaian harga diantaranya adalah bahan bangunan dan bahan makanan. Selama triwulan IV 2014 di Kota Kendari, kelompok makanan jadi berturut-turut mengalami peningkatan sebesar 0,11% (mtm) di bulan Oktober, 0,39% (mtm) di bulan November dan 0,53% (mtm) di bulan Desember. Sementara itu untuk kelompok perumahan juga mengalami peningkatan sebesar 1,02% (mtm) di bulan Oktober, 0,59% (mtm) di bulan November dan 3,79% (mtm) di bulan Desember.
3.3 UPAYA PENGENDALIAN INFLASI Dalam rangka mengendalikan inflasi di tahun 2014, TPID telah mengindentifikasi permasalahan terkait dengan implementasi Penguatan Ketahanan Pangan Daerah dalam konteks UU No.18 Tahun 2012 tentang Pangan sebagai berikut: 1. Permasalahan produksi a) Sebagian komoditas pangan berasal dari luar wilayah Sulawesi Tenggara. b) Konversi lahan pertanian subur beririgasi teknis masih terus berlanjut. c) Terbatasnya fasilitas permodalan di pedesaan.
38
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
Bab 3- Inflasi Daerah d) Lambatnya penerapan teknologi. e) Adanya gangguan hama dan penyakit pada tanaman dan ternak. f)
Keterbatasan cadangan pangan pemerintah dan masyarakat.
g) Sulitnya peningkatan produksi komoditas sayuran dan buah-buahan karena pemasaran yang belum terjamin. 2. Permasalahan distribusi a) Keterbatasan infrastruktur pelabuhan di Kendari. b) Keterbatasan infrastruktur jalan khususnya dari perbatasan Sulawesi Tenggara dengan Sulawesi Selatan. Mencermati permasalahan tersebut, terdapat beberapa upaya yang dilakukan seperti: 1. Upaya dalam mengatasi permasalahan produksi, antara lain: a) Optimalisasi program pemerintah dalam meningkatkan produksi komoditas pangan dan membangun kerja sama antara SKPD pelaksana dengan pihak-pihak terkait, b) Meningkatkan rasio land-man dengan mengeluarkan peraturan yang mengatur penyediaan lahan beririgasi abadi. c) Pengembangan dan pengenalan teknologi tepat guna dan peningkatan anggaran untuk keperluan riset dan pengembangan teknologi produksi serta pengolahan produk pangan. d) Penerapan teknologi budidaya tanaman dan ternak yang baik. e) Penyediaan anggaran dari pemerintah daerah untuk cadangan pangan pemerintah dan masyarakat. f)
Pengembangan industri turunan hasil pertanian agar dapat menyerap produksi pertanian saat pasokan melimpah
2. Upaya dalam mengatasi permasalahan distribusi, antara lain: a) Peningkatan anggaran baik dari pemerintah pusat maupun pemerintah daerah untuk perbaikan jalan rusak pada masing-masing jalan negara, provinsi dan kabupaten. (Usulan kepada Kementerian Pekerjaan Umum) b) Peningkatan produksi dalam daerah sehingga mengurangi ketergantungan pasokan dari luar yang sangat rentan terhadap cuaca.(Usulan kepada Kementerian Pertanian) Selain itu, pada tahun 2014 sudah terbentuk 6 TPID baru di tingkat Kota/Kabupaten. Daerah yang sudah membentuk TPID tersebut adalah Kota Baubau, Kab. Wakatobi, Kab. Kolaka utara, Kab. Kolaka Timur, Kab. Kolaka dan Kab. Muna. Dengan demikian, sudah terdapat 1 TPID di tingkat provinsi dan 7 TPID di tingkat Kota/Kabupaten. Dengan terbentuknya TPID di kota/kabupaten, pengendalian inflasi lebih mudah dikoordinasikan dan disinergikan, terutama terkait dengan kelancaran produksi dan distribusi bahan makanan strategis. Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
39
Bab 3 – Inflasi Daerah
2014
TPID Kab. Kolaka Utara 2014
TPID Prov. Sultra
TPID Kab.Kolaka Timur TPID Kota Kendari
2014
TPID Kab.Kolaka
2014
TPID Kab.Muna
2014
2014
TPID Kota Bau-Bau
TPID Kab. Wakatobi
Grafik 3.6. Lokasi Pembentukan TPID pada Tahun 2015
40
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
Perkembangan Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran
Bab 4
Kinerja intermediasi perbankan di Sulawesi tenggara pada Triwulan IV 2014 mengalami perlambatan. Melambatnya kinerja sektor perbankan terlihat dari perlambatan penyaluran kredit maupun penghimpunan dana dari masyarakat. Meskipun demikian, resiko kredit perbankan di Sulawesi Tenggara masih terjaga bahkan dalam kondisi yang lebih baik daripada periode sebelumnya. Sejalan dengan perlambatan kinerja sektor perbankan, kondisi sistem keuangan di Provinsi Sulawesi Tenggara juga mengalami perlambatan, terlihat dari penurunan jumlah maupun nominal transaksi non tunai serta menurunnya pergerakan uang tunai.
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
41
Bab 4 – Perkembangan Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran 4.1 PERKEMBANGAN PERBANKAN Secara umum, perkembangan sistem keuangan terutama kinerja perbankan di Sulawesi Tenggara masih dalam keadaan yang baik meskipun mengalami perlambatan. Hal ini salah satunya terlihat dari penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) pada triwulan IV 2014 yang masih berada dalam tren yang melambat seiring dengan perekonomian Sulawesi Tenggara maupun nasional yang masih tumbuh terbatas. Perlambatan kinerja penghimpunan dana masyarakat didorong oleh pertumbuhan negatif giro (-5,11%, yoy) dan tabungan (-2,62%, yoy). Penurunan suku bunga dari 3,21% pada triwulan III menjadi 2,38% pada triwulan IV 2014 menjadi salah satu faktor penurunan DPK tersebut. 14.000
45% 40% 35% 30% 25% 20% 15% 10% 5% 0%
12.000 10.000 8.000 6.000 4.000
2.000 I
II
III
2012
IV
I
II
III
I
II
2013
Dana Pihak Ketiga (miliar Rp)
Sumber: LHBU
IV
III
IV
2014 Growth yoy
BI Provinsi Sultra
Grafik 4.1. Dana Pihak Ketiga di Perbankan Sulawesi Tenggara
4.1.1 Intermediasi Perbankan Meskipun secara umum kondisi perekonomian mengalai perlambatan, namun kinerja intermediasi perbankan Provinsi Sulawesi Tenggara mengalami peningkatan. Hal ini tercermin dari peningkatan Loan to Deposit Ratio (LDR) dari 113,69% pada triwulan III 2014 menjadi 124,67% pada triwulan IV 2014. Peningkatan intermediasi ini diakibatkan oleh perlambatan pertumbuhan penghimpunan dana lebih besar dari perlambatan pada penyaluran kinerja kredit. Dari sisi penyaluran kredit, secara keseluruhan penyaluran kredit perbankan mengalami perlambatan terutama pada kredit investasi. Kredit investasi pada triwulan IV 2014 tercatat mengalami kontraksi sebesar 14,77% meningkat setelah pada triwulan III 2014 terkontraksi sebesar 11,19%. Perlambatan kredit investasi disebabkan oleh perlambatan yang tejadi pada perekonomian Sulawesi Tenggara. Hal ini juga terlihat dari perlambatan penyaluran kredit di sektor perdagangan besar dan eceran dan sektor konstruksi.
42
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
Bab 4 – Perkembangan Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran
130%
35%
125%
30%
120%
25%
115%
20%
110%
15%
105%
10%
100%
5%
95%
80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% -10% -20%
0% I
II
III
IV
I
II
2013 LDR
IV
I
II
III
IV
I
II
III
2013
2014 growth DPK (yoy)
Sumber: LHBU
III
growth Kredit (yoy)
BI Provinsi Sultra
Sumber: LHBU
Grafik 4.2. Kinerja Kredit, DPK dan LDR
IV
2014
growth Kredit
growth Modal Kerja
growth Investasi
growth Konsumsi
BI Provinsi Sultra
Grafik 4.3.Penyaluran Jenis Kredit Perbankan
4.1.2 Ketahanan Sektor Keuangan dari Sisi Korporasi Perlambatan kinerja kredit dipicu oleh terbatasnya pertumbuhan kinerja beberapa sektor utama Sulawesi Tenggara. Sektor utama yang menyebabkan perlambatan kinerja kredit yaitu sektor perdagangan besar dan eceran dan sektor konstruksi. Kinerja penyaluran kredit sektor perdagangan besar dan eceran menunjukkan perlambatan dari 12,43% (yoy) pada triwulan III menjadi 11,64% (yoy) pada triwulan IV 2014 sejalan dengan terjadinya perlambatan pertumbuhan ekonomi di Sulawesi Tenggara. Meskipun demikian, ketahanan sektor perdagangan besar dan eceran mengalami perbaikan jika dibandingkan dengan periode sebelumnya. Hal ini terlihat dari rasio NPL yang turun dari 4,77% (triwulan III 2014) menjadi 4,20% pada periode laporan.
Pertanian Pertambangan & Penggalian Konstruksi
150
Perikanan Pengolahan Perdagangan
Pertanian Pertambangan & Penggalian Konstruksi
14%
Perikanan Pengolahan Perdagangan
12%
100
10% 8%
50
6% 4%
I
II
III
IV
2013
(50)
I
II
III 2014
IV
2%
0% I
II
III
IV
2013
I
II
III
IV
2014
(100)
Sumber: LHBU
BI Provinsi Sultra
Grafik 4.4. Pertumbuhan Kredit Sektor Utama
Sumber: LHBU
BI Provinsi Sultra
Grafik 4.5.NPL Kredit Sektor Utama
Sementara itu, kinerja kredit sektor konstruksi tumbuh sebesar 9,32% (yoy), lebih rendah daripada triwulan sebelumnyaa yang tumbuh 14,31% (yoy). Ketahanan sektor ini juga mengalami tekanan pada triwulan IV 2014 dibanding dengan triwulan sebelumnnya. Hal ini
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
43
Bab 4 – Perkembangan Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran terlihat dari rasio NPL yang naik dari 5,46% menjadi 5,55% pada triwulan IV 2014. Berdasarkan hasil liaison, penurunan kinerja kredit pada sektor konstruksi disebabkan pembangunan smelter yang dilakukan perusahaan tambang saat ini tidak lagi meminjam kredit dari perbankan namun beralih kepada menjalanin kerjasama dengan perusahaan asing.
4.1.3 Ketahanan Sektor Rumah Tangga Pada triwulan IV 2014, pertumbuhan kredit sektor rumah tangga yang dicerminkan oleh kredit konsumsi juga mengalami pertumbuhan yang melambat dibandingkan periode laporan sebelumnya. Pada periode laporan, kredit sektor rumah tangga tersebut tumbuh sebesar 19,94% (yoy), melambat dibandingkan dengan periode sebelumnya yang tercatat sebesar 21,17% (yoy). Hal tersebut terutama disebabkan turunnya minat konsumen untuk membeli barang selain kebutuhan pokok yang tercermin dari turunnya Indeks Konsumsi Barang Kebutuhan Tahan Lama (kondisi saat ini dibandingkan 6 bulan yang lalu) dari 100 pada triwulan III 2014 menjadi 96 pada triwulan IV 2014 dan juga ditengarai juga dipicu oleh dampak kenaikan BBM. 250%
3,0%
200%
2,5% 2,0%
150%
1,5%
100%
1,0%
50%
0,5%
0%
-50%
0,0%
I
-100%
II
III
IV
2013
I
II
III
IV
I
II
Otomotif
Sumber: LHBU
Multiguna
Perumahan dan Apartemen
IV
I
2013
2014
-150% Otomotif
III
Multiguna
II
III
IV
2014 Perumahan dan Apartemen
Lainnya
Lainnya
BI Provinsi Sultra
Grafik 4.6. Pertumbuhan Kredit Rumah Tangga
Sumber: LHBU
BI Provinsi Sultra
Grafik 4.7.NPL Kredit Rumah Tangga
Secara umum, ketahanan sektor rumah tangga mengalami perbaikan pada triwulan IV 2014. Rasio NPL untuk kredit rumah tangga sedikit mengalami perbaikan dari 1,07% pada triwulan III 2014 menjadi 1,00% pada triwulan IV 2014.
4.1.4 Kredit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Sejalan dengan kondisi kredit perbankan secara umum, laju pertumbuhan kredit UMKM pun mengalami perlambatan. Perlambatan ini terutama terjadi pada usaha yang bergerak di bidang penyediaan akomodasi dan konsumsi yang melambat dari 28,88% (yoy) pada triwulan III 2014 menjadi 19,25% (yoy) pada triwulan IV 2014. Sedangkan kredit yang diberikan pada UMKM yang bergerak di bidang perdagangan besar dan eceran juga mengalami perlambatan
44
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
Bab 4 – Perkembangan Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran pertumbuhan dari 14,72% (yoy) pada triwulan III 2014 menjadi 12,58% (yoy) pada triwulan IV 2014. 35%
6%
30%
5%
25%
4%
20%
3%
15%
2%
10%
1%
5% 0%
0% I
II
III
IV
2013
II
III
IV
2014 g Kredit
Sumber: LHBU
I
Rasio NPL
BI Provinsi Sultra
Grafik 4.8.Kinerja Kredit dan NPL Kredit UMKM
Sementara itu, ketahanan sektor UMKM menunjukan perbaikan. Saat ini level NPL kredit UMKM telah berada di bawah level aman (dibawah 5%) yaitu pada 4,94% setelah pada periode sebelumnya berada pada level 5,61%. Adapun jika diperhatikan berdasarkan sektor usahanya, masih terdapat sektor-sektor usaha yang NPL-nya berada pada level yang tinggi, yaitu sektor usaha perikanan (9,42%), sektor pendidikan (9,96%), dan sektor industri pengolahan (8,06%). 4.2 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN 4.2.1 Transaksi Pembayaran Non Tunai Transaksi pembayaran non tunai nominal besar melalui Bank Indonesia Real Time Gross
Settlement (BI-RTGS) mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya. Perlambatan ini sejalan dengan lesunya aktivitas perekonomian triwulan IV 2014, khususnya pada sektor utama Provinsi Sulawesi Tenggara. Pertumbuhan nilai transaksi RTGS menurun 17,20% (yoy) dengan penurunan volume transaksi sebesar 39,93% (yoy). Sejalan dengan penurunan transaksi yang terjadi pada RTGS, transaksi pembayaran non tunai melalui sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) juga mengalami penurunan pada November 2014, baik dari sisi volume maupun nominalnya. Penurunan nilai transaksi SKNBI menurun sebesar 26,99% (yoy) dengan penurunan volume sebesar 6,20% (yoy).
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
45
Bab 4 – Perkembangan Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran
45 40 35 30 25 20 15 10 5 0
45 40 35 30 25 20 15 10 5 0 I
II
III
IV
I
II
2013
III
IV
2014
Volume Transaksi (ribu warkat)
Nominal (miliar)
Sumber: www.bi.go.id
Grafik 4.9. Transaksi RTGS Sulawesi Tenggara
4.2.2 Transaksi Pembayaran Tunai Transaksi pembayaran tunai pada triwulan IV 2014 mengalami penurunan jika dibadingkan dengan triwulan sebelumnya. Data triwulan IV mencatat baik inflow maupun outflow mengalami penurunan masing-masing sebesar 39,15% (yoy) dan 2,96% (yoy) sehingga net
outflow yang terjadi pada triwulan tersebut mencapai Rp 744,04 miliar. Penurunan jumlah uang keluar (outflow) disebabkan penurunan kebutuhan masyarakat akan uang fisik. 1000 500
0 -500
-1000
I
II
III
IV
2013
I
II
III
IV
2014
-1500 -2000 Inflow (miliar Rp)
Outflow (miliar Rp)
Net Inflow/Outflow (miliar Rp)
Sumber: BI Provinsi Sultra
Grafik 4.10. Perkembangan Inflow-Outflow pembayaran tunai
Di sisi lain, selama triwulan IV 2014, uang palsu yang ditemukan mengalami peningkatan dari 25 lembar pada triwulan III 2014 menjadi 60 lembar pada triwulan IV 2014. Uang palsu tersebut ditemukan dari kegiatan penukaran uang di loket Bank Indonesia, kegiatan kas keliling, loket perbankan, setoran perbankan, maupun yang dilaporkan masyarakat atau
46
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
Bab 4 – Perkembangan Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran ditemukan oleh pihak kepolisian. Sebagai upaya untuk menanggulangi peredaran uang palsu tersebut, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara terus berupaya untuk meningkatkan kesadaran dari masyarakat melalui berbagai macam kegiatan sosialisasi ciri-ciri keaslian uang rupiah kepada semua lapisan masyarakat dan berbagai daerah di Sulawesi Tenggara.
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
47
Bab 4 – Perkembangan Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran
Halaman Ini Sengaja Dikosongkan
48
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
Bab 5
Meskipun kondisi perekonomian Sulawesi Tenggara mengalami perlambatan, kondisi ketenagakerjaan menunjukkan adanya perbaikan. Perbaikan ketenagakerjaan tersebut antara lain terlihat dari meningkatnya jumlah orang yang bekerja dan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK). Meskipun demikian, tingkat pengangguran sedikit meningkat karena penambahan jumlah angkatan kerja tidak diimbangi dengan peningkatan lapangan pekerjaan. Sebaliknya, kondisi kesejahteraan mengalami penurunan karena berkurangnya penghasilan masyarakat seiring dengan perlambatan kinerja sektor pertanian. Selain itu, tingkat inflasi yang tinggi di akhir tahun menyebabkan daya beli masyarakat berkurang. Meskipun demikian, tingkat kemiskinan semakin menurun seiring dengan berbagai pembangunan dan pemberdayaan masyarakat pedesaan.
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
49
Bab 5 – Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan 5.1 KETENAGAKERJAAN Pada triwulan IV 2014, penyerapan tenaga kerja di Sulawesi Tenggara mengalami peningkatan. Hal ini tercermin dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU)1 dimana indeks penyerapan tenaga kerja di triwulan IV 2014 mencapai 1,79%, meningkat dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2013 yang sebesar -1,29% (Grafik 5.1). Membaiknya kondisi ketenagakerjaan juga terlihat dari data BPS Provinsi Sulawesi Tenggara, baik dari sisi jumlah orang yang bekerja maupun dari tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK). Selama setahun, dari Agustus 2013 sampai dengan Agustus 2014, jumlah penduduk yang bekerja bertambah sebanyak 40.188 orang atau tumbuh sebesar 4,03%,yoy (Grafik 5.2 ). Dengan demikian, TPAK di Agustus 2014 mencapai 66,87%, sedikit lebih tinggi dibandingkan tahun 2013 yang hanya mencapai 65,91%. 12% 10%
juta orang
6,00%
4,03%
1,04
8% 6% 4% 2% 0% -2% -4% -6% -8%
%, yoy
1,05
4,00%
1,03
3,00%
1,02
1,79%
I
II
III
2011
IV
I
II
III
IV
2012
I
II
III
IV
-1,29%
I
II
2013
Indeks Penyerapan TK
III
2014
2,00%
1,01
1,00%
1,00
0,26% IV
0,00%
0,99
-1,00%
0,98
-2,00%
0,97
-3,00% Agustus
Agustus
Agustus
Agustus
Agustus
2010
2011
2012
2013
2014
Penduduk Bekerja
Sumber: SKDU
BI Provinsi Sultra
Grafik 5.1. Indeks Realisasi Penyerapan Tenaga Kerja
5,00%
Pertumbuhan yoy (skala kanan)
Sumber: BPS Sultra (diolah)
Grafik 5.2.Pertumbuhan Penduduk Bekerja
Dilihat secara sektoral, sektor pertanian, sektor jasa dan sektor perdagangan dan rumah makan merupakan sektor yang menyerap tenaga kerja terbesar di Sulawesi Tenggara dengan pangsa masing-masing sebesar 42,62%, 18,89% dan 18,65% (Grafik 5.3). Meskipun demikian, peningkatan terbesar terjadi pada sektor konstruksi dengan pertumbuhan tenaga kerja sebesar 12,81% (yoy). Hal tersebut terjadi seiring dengan meningkatnya kegiatan investasi baik dalam bidang infrastruktur maupun pembangunan smelter nikel. Sebaliknya, penurunan terbesar terjadi di sektor pertambangan sebesar 13,2% (yoy) seiring dengan pembatasan ekspor mineral mentah sesuai dengan UU Minerba tahun 2009 (Grafik 6.4).
1
SKDU dilakukan oleh Kantor Perwakilan BI Provinsi Sulawesi Tenggara dengan responden pelaku usaha di berbagai sektor ekonomi.
50
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
Bab 5- Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Jasa 19%
Jasa
Jasa Dunia Usaha 2%
3%
Jasa Dunia Usaha
Pertanian 43%
6%
-6% Transportasi PHR
Transportasi 4%
6%
Konstruksi
12,81%
LGA
PHR 19%
Industri
-6%
LGA 0%
Industri 5%
Pertumbuhan Jumlah Tenaga Kerja
Tambang
-13%
Konstruksi 6%
4%
Tambang 2%
Pertanian -15%
Sumber: BPS Provinsi Sultra (diolah)
-10%
-5%
6% 0%
5%
%, yoy
10%
15%
Sumber: BPS Provinsi Sultra (diolah)
Grafik 5.3. Pangsa Penyerapan Tenaga Kerja Per Sektor (per Agustus 2014) ribu orang
%, yoy
60,00
40%
Grafik 54.Pertumbuhan Tenaga Kerja Sektoral (per Agustus 2014) 150
Indeks
140
133,00
30%
50,00 5,19%
40,00 30,00
20% 10%
120
0%
110
-10%
20,00
130
136,00
100
-20% 10,00
-30%
-
-40%
Agustus
Agustus
Agustus
Agustus
Agustus
2010
2011
2012
2013
2014
Penduduk menganggur
90
Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja
80 I
II
III
2012
IV
I
II
III
IV
I
2013
II
III
IV
2014
Pertumbuhan (skala kanan)
Sumber: BPS Sultra (diolah)
Grafik 5.5. Pertumbuhan Penduduk Menganggur
Sumber: Survei Konsumen-BI Provinsi Sultra
Grafik 5.6.Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja
Meskipun terjadi peningkatan jumlah penduduk yang bekerja, namun jumlah penduduk yang menganggur juga meningkat. Pada Agustus 2014, jumlah penduduk yang menganggur meningkat sebanyak 2.374 orang, atau sebesar 5,19%,yoy (Grafik 5.5). Karena peningkatan penduduk yang menganggur lebih besar daripada peningkatan penduduk yang bekerja maka Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Sulawesi Tenggara juga meningkat dari 4,38% (Agustus 2013) menjadi 4,43% (Agustus 2014). Bertambahnya penduduk yang menganggur juga tercermin dari jumlah lapangan pekerjaan yang berkurang. Dari hasil Survei Konsumen, masyarakat merasakan bahwa terjadi penurunan ketersediaan lapangan pekerjaan di triwulan IV 2014 (Grafik 5.6). Dengan jumlah penduduk bekerja di Sulawesi Tenggara terkonsentrasi di sektor pertanian, maka pekerja yang berada sektor informal juga mendominasi struktur ketenagakerjaan di provinsi ini. Pekerja informal dalam perekonomian Sulawesi Tenggara mencapai sebesar Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
51
Bab 5 – Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan 67,86% atau 703.948 orang lebih tinggi dibandingkan Agustus 2013 sebesar 67,44% atau 672.498 orang. Meskipun demikian, dari sisi kualitas input tenaga kerja mengalami peningkatan. Hal tersebut tercemin dengan pangsa pekerja dengan pendidikan tinggi (Diploma dan Universitas) mencapai 13,27% pada Agustus 2014, lebih tinggi daripada tahun sebelumnya yang baru mencapai 13,05% dari keseluruhan penduduk yang bekerja. Selain itu, pekerja yang memiliki pendidikan dasar (SD-SMP) juga semakin berkurang dari 61,23% di Agustus 2013 menjadi 60,85% di Agustus 2014.
5.2 KESEJAHTERAAN Meskipun dari sisi ketenagakerjaan terjadi peningkatan di Sulawesi Tenggara, namun dari sisi kesejahteraan pada triwulan IV 2014 menunjukkan adanya penurunan. Hal ini sebagai akibat
menurunnya tingkat penghasilan masyarakat seiring dengan melambatnya kinerja
perekonomian pada periode tersebut. Hasil Survei Konsumen yang dilakukan oleh KPw BI Provinsi Sulawesi Tenggara menunjukkan indeks penghasilan masyarakat yang mengalami penurunan dari 148,67 di triwulan III 2014 menjadi 137,67 di triwulan IV 2014 (Grafik 5.7) 160
Indeks
148,67
150
105,95 103,23
Perikanan
140 130
137,67
120
103,75 103,02
Peternakan
Tanaman Perkebunan Rakyat
110
100
Hortikultura Indeks Penghasilan
90 II
III
2012
IV
I
II
III
IV
107,22
96,14 97,19
Tw III 2014
Tanaman Pangan
80 I
101,76
I
II
2013
III
2014
IV
Total
92,94 93,13
Tw IV 2014
101,64 99,63
85,00 90,00 95,00 100,00 105,00 110,00
Sumber: Survei Konsumen-BI Provinsi Sultra
Grafik 5.7. Indeks Penghasilan
Sumber: BPS Sultra (diolah)
Grafik 5.8. Perkembangan NTP Sulawesi Tenggara
Selain itu, indeks pendapatan petani yang dicerminkan dengan Nilai Tukar Petani (NTP) juga menunjukkan adanya penurunan. Penduduk Sulawesi Tenggara sebanyak 43% bekerja di sektor pertanian sehingga NTP yang turun akan berdampak pada keseluruhan kondisi kesejahteraan di Sulawesi Tenggara. Pada triwulan IV 2014, NTP hanya mencapai 99,63%, lebih rendah daripada triwulan sebelumnya yang dapat mencapai 101,64% (Grafik 5.8). Dengan pencapaian NTP di bawah 100% maka total pendapatan petani lebih rendah daripada total pengeluaran untuk memproduksi hasil usahanya. Penurunan NTP terjadi paling besar pada
52
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
Bab 5- Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan tanaman perkebunan rakyat dari 107,22 di triwulan III 2014 menjadi 101,76 di triwulan IV 2014. Kondisi ini terjadi karena pada periode tersebut bukan merupakan masa panen kakao. Selain itu, kondisi cuaca yang tidak mendukung menyebabkan tanaman kakao dengan kemampuan panen 2 kali tidak dapat berproduksi secara optimal. Sementara itu, pada triwulan IV 2014 terdapat dua sektor yang nilai NTP berada di bawah 100, yaitu sektor tanaman pangan dan holtikultura yang masing masing tercatat sebesar 93,13 dan 97,19. Kedua sektor tersebut mengalami peningkatan setelah pada periode sebelumnya masing-masing tercatat sebesar 92,94 dan 96,14. Di sisi lain, angka kemiskinan Sulawesi Tenggara mengalami penurunan dari 14,05% di bulan Maret 2014 menjadi 12,77% di bulan September 2014. Jumlah penduduk miskin juga mengalami penurunan sebesar 28,17 ribu jiwa dan penurunan terbesar terjadi di tingkat desa sebesar 8,74% (yoy). Jumlah penduduk miskin di perkotaan pada bulan September 2014 mencapai 45,79 ribu jiwa. Sementara itu, jumlah penduduk miskin di pedesaan mencapai 268,3 ribu jiwa atau memiliki pangsa 85,42% dari total penduduk miskin di Sulawesi Tenggara. Garis kemiskinan di Sulawesi Tenggara terus mengalami kenaikan. Dalam enam bulan terakhir, garis kemiskinan kota dan desa meningkat sebesar 5,38% dari Rp 230.627,- per kapita per bulan pada Maret 2014 menjadi Rp 243.036,- per kapita per bulan pada September 2014. BPS mendefinisikan garis kemiskinan sebagai nilai pengeluaran minimum yang harus dikeluarkan oleh satu orang. Apabila seorang individu tidak dapat melewati rata-rata garis kemiskinan tersebut maka akan dikategorikan sebagai penduduk miskin. Kenaikan garis kemiskinan dapat mempengaruhi angka kemiskinan karena secara langsung meningkatkan ambang nilai kemiskinan.
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
53
Bab 5 – Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
Halaman Ini Sengaja Dikosongkan
54
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
Prospek Perekonomian
Bab 6
Pada triwulan I 2015 mendatang, pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara diperkirakan mengalami peningkatan disertai dengan adanya penurunan tekanan inflasi. Berdasarkan beberapa indikator pendukung, hasil survei dan liaison, pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara pada triwulan I 2015 diprakirakan berada pada kisaran 7,2% - 7,6% (yoy). Peningkatan tersebut diperkirakan didorong oleh peningkatan kinerja sektor pertambangan dan sektor konstruksi. Adapun untuk keseluruhan tahun 2015, perekonomian Sulawesi Tenggara diprakirakan tumbuh pada kisaran 8,0%-8,4% (yoy). Sementara itu, dari arah trend data, isu di lapangan, serta hasil survei kepada masyarakat dan pelaku usaha, serta memperhatikan laju inflasi hingga triwulan laporan, tekanan inflasi Sulawesi Tenggara pada triwulan I 2015 cenderung menurun dengan perkirakan berada pada kisaran 7,9% - 8,3% (yoy). Penurunan tersebut terutama disebabkan oleh pelemahan tekanan inflasi dari kelompok administered prices seiring dengan kebijakan penurunan harga BBM bersubsidi. Meskipun demikian, inflasi masih cenderung tinggi karena adanya risiko terhambatnya pasokan bahan makanan seiring dengan kondisi cuaca dan gelombang laut yang tinggi.
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
55
Bab 6 – Prospek Perekonomian 6.1 PROSPEK EKONOMI MAKRO Berdasarkan beberapa indikator pendukung, hasil survei dan liaison, pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara pada triwulan I 2015 diprakirakan berada pada kisaran 7,2% - 7,6% (yoy). Peningkatan tersebut diperkirakan didorong oleh peningkatan kinerja sektor pertambangan, sektor industri pengolahan dan sektor konstruksi. Hal tersebut juga sejalan dengan perkiraan membaiknya kondisi perekonomian global, khususnya pada negara tujuan ekspor komoditas utama Sulawesi Tenggara. 10,00%
%, yoy
2014: 8,0%-8,4%
9,00% 8,00%
2013: 6,26%
7,00%
6,00% 5,00% 4,00% 3,00% I
II
III 2014
IV
I
II
III
IV
2015
Grafik 6.1. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Tenggara
Meningkatnya kinerja sektor tambang dan industri pengolahan pada triwulan mendatang diperkirakan didorong oleh beroperasinya beberapa smelter yang telah selesai dibangun pada tahun 2014. Dari hasil liaison dengan beberapa perusahaan pengolahan mineral di Sulawesi Tenggara, terdapat adanya peningkatan target produksi komoditas feronikel dan NPI (Nickel Pig Iron). Hal tersebut juga didorong oleh peningkatan harga nikel di tingkat internasional. Disamping itu, terdapat potensi peningkatan permintaan nikel olahan dari negara tujuan ekspor. Sementara itu, beberapa smelter pengolahan nikel masih dalam proses penyelesaian konstruksi dengan realisasi pada akhir tahun 2014 bervariasi antara 30% sampai dengan 60% (Grafik 6.2). Hal tersebut diperkirakan tetap mendorong kinerja sektor konstruksi di Sulawesi Tenggara di triwulan I 2015 tetap berada pada level yang tinggi. Selain itu, beberapa proyek pemerintah yang bersifat multiyears seperti revitalisasi Teluk Kendari, peningkatan jalan bypass di Kota Kendari, dan pembangunan jembatan Bahteramas juga diperkirakan meningkatkan kinerja sektor tersebut.
56
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
Bab 6- Prospek Perekonomian
Tabel 6.1. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sektoral Triwulan I 2015 Sektoral 1. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 2. Pertambangan dan Penggalian 3. Industri Pengolahan 4. Pengadaan Listrik, Gas 5. Pengadaan Air 6. Konstruksi 7. Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil/ Sepeda Motor 8. Transportasi dan Pergudangan 9. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 10. Informasi dan Komunikasi 11. Jasa Keuangan 12. Real Estate 13. Jasa Perusahaan 14. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 15. Jasa Pendidikan 16. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 17. Jasa Lainnya
Pertumbuhan Ekonomi
2014 Tw IV 2,83 (4,99) 18,66 18,58 6,25 9,78 8,55 6,30 9,61 2,01 12,22 5,46 7,11 16,07 14,36 9,98 7,45 5,31
2015 Tw I 0,7 - 1,1 8,8 - 9,2 17,6 - 18,0 17,5 - 17,9 4,2 - 4,6 11,7 - 12,1 5,1 - 5,5 8,0 - 8,4 4,1 - 4,5 1,7 - 2,1 9,6 - 10,0 3,2 - 3,6 3,6 - 4,0 16,0 - 16,4 15,0 - 15,4 4,2 - 4,6 4,1 - 4,5 7,4 - 7,8 keterangan:
2014
2015
9,11 (4,83) 7,74 10,60 6,97 12,61 8,30 5,13 9,41 2,92 9,44 6,64 9,74 12,98 13,98 12,13 12,93 6,26
9,1 - 9,5 6,5 - 6,9 12,0 -12,4 11,0 - 11,4 6,6 - 7,0 11,4 - 11,8 8,3 - 8,7 3,5 - 3,9 3,7 - 4,1 2,6 - 3,0 6,3 - 6,7 4,4 - 4,8 9,9 - 10,3 5,8 - 6,2 9,1 - 9,5 8,5 - 8,9 6,5 - 6,9 8,0 - 8,4
meningkat melambat
100%
PT. Aneka Tambang
Tambahan Tungku: Comisioning & Piloting First Half 2015 Production: Second Half 2015
30%
PT. Jien Smelting Indonesia
30%
PT. Jilin Metal Indonesia
Ket:
X%
PT. Kembar Mas Sultra
40%
PT. Konutara Sejati
30%
PT. Karyatama Konawe Utara*
60%
PT. Elit Kharisma Utama
30%
PT. Cinta Jaya
40%
PT. CMMI
100%
Sudah beroperasi 4 tungku di Awal 2015 Selain itu terdapat pembangunan tambahan 4 tungku lagi di 2015 (skala kecil)
PT. Bintang Smelter Indonesia
40%
PT. Macika Mineral Industri
30%
PT. Sambas Mineral Mining
60%
Realiasi konstruksi
Sumber: Dinas ESDM Provinsi Sultra
Grafik 6.2. Perkembangan Pembangunan Smelter Pengolahan Nikel s.d Akhir 2014
Sementara itu, kinerja sektor pertanian diperkirakan akan tumbuh melambat dan dapat menahan laju pertumbuhan Sultra di awal tahun 2015. Perlambatan yang terjadi di triwulan I Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
57
Bab 6 – Prospek Perekonomian 2015 diperkirakan didorong oleh bergesernya musim panen padi. Sesuai Kalender Tanam (Katam) Padi yang dikeluarkan oleh Kementerian Pertanian, sebagian besar masa tanam pada Musim Hujan (MH) 2014/2015 untuk Sulawesi Tenggara adalah pada bulan Desember 2014 s.d Januari 2015, sehingga musim panen raya yang pada tahun 2014 terjadi pada bulan MaretApril bergeser menjadi bulan April-Mei di tahun 2015. Disamping hal tersebut, komoditas tanaman kakao juga diperkirakan masih memasuki masa kultivasi selama rentang periode triwulan I 2015. Tabel 6.2. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Pengeluaran Triwulan I 2015 Komponen Pengeluaran 1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (1.a s/d 1.i) 2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT 3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah (3.1 +3.b) 4. Pembentukan Modal Tetap Bruto(4.a +4.b) 5. Perubahan Inventori 6. Eksport Luar Negeri (6.a + 6.b) 7. Import Luar Negeri (7.a + 7.b) 8. Net Eksport Antar Daerah (8.a - 8b)
Pertumbuhan Ekonomi
2014 Tw IV 6,02 11,18 5,08 10,62 (195,71) (74,95) 43,95 (82,45) 5,31
2015 Tw I 6,6 - 7,0 4,7 - 5,1 6,3 - 6,7 10,7 - 11,1 (1,9) - (1,5) (31,2) - (30,8) 43,8 - 44,2 (48,6) - (48,2) 7,4 - 7,8 keterangan:
2014
2015
6,24 11,98 3,42 9,25 13,36 (63,82) 28,33 (67,86) 6,26
7,4 - 7,8 4,5 - 5,0 7,2 - 7,6 9,8 - 10,2 4,3 - 4,7 8,1 - 8,5 22,1 - 22,5 (5,8) - (5,4) 8,0 - 8,4
meningkat melambat
Dari sisi permintaan, peningkatan kinerja ekonomi Sultra diperkirakan akan didorong oleh perbaikan kinerja ekspor luar negeri, peningkatan aktivitas konsumsi dan masih tingginya realisasi investasi. Perbaikan ekspor luar negeri terutama terjadi seiring dengan peningkatan ekspor nikel olahan. Meskipun demikian, ekspor luar negeri diperkirakan masih mengalami terkontraksi karena ekspor nikel olahan belum mampu menutupi kekurangan ekspor mineral yang sebelumnya menjadi komoditas ekspor dominan dari Sulawesi Tenggara. Sementara itu, kegiatan konsumsi diperkirakan akan mengalami peningkatan pada triwulan I 2015 seiring dengan indeks ekspektasi konsumen yang meningkat di awal tahun 2015. Masyarakat cenderung memiliki optimisme yang tinggi terhadap peningkatan penghasilan dan tersedianya lapangan pekerjaan yang cukup di triwulan tersebut. Disamping itu, konsumsi juga diperkirakan mengalami peningkatan karena tekanan inflasi yang lebih rendah terutama karena adanya penurunan harga BBM bersubsidi. Adapun peningkatan investasi diperkirakan akan tumbuh pada kisaran 10,5% s.d 11,0% (yoy). Beberapa kegiatan investasi yang diperkirakan masih berlangsung adalah beberapa proyek pemerintah yang bersifat multiyears, penyelesaian proyek smelter, pembangunan Kawasan Industri Khusus (KIK) di 13 daerah, pembangunan garbarata dan ruang VIP bandara Haluoleo, serta pembangunan dan perbaikan jaringan irigasi. Meskipun demikian, tingginya akivitas
58
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
Bab 6- Prospek Perekonomian investasi tersebut diperkirakan juga akan diikuti oleh peningkatan impor, baik dari dalam dan luar negeri. Oleh sebab itu, peningkatan perekonomian diperkirakan akan sedikit tertahan oleh impor di triwulan mendatang. Adapun untuk keseluruhan tahun 2015, perekonomian Sulawesi Tenggara
diprakirakan
tumbuh pada kisaran 8,0%-8,4% (yoy), meningkat dibandingkan pertumbuhan pada tahun 2014 yang hanya sebesar 6,26% (yoy). Peningkatan tersebut terutama didorong oleh peningkatan kinerja sektor utama di Sulawesi Tenggara seperti sektor pertanian, sektor pertambangan dan sektor perdagangan besar dan eceran. Selain itu ekspor luar negeri diperkirakan mengalami perbaikan dan ditambah dengan penigkatan realisasi investasi selama tahun 2015 terutama terkait perbaikan infrastruktur untuk menunjang program kemaritiman.
6.2 PROSPEK INFLASI Tekanan inflasi Sulawesi Tenggara pada triwulan I 2015 diperkirakan akan semakin rendah, sejalan dengan keputusan pemerintah untuk menurunkan harga BBM bersubsidi di bulan Januari 2015. Inflasi pada triwulan I 2015 diperkirakan berada pada kisaran 7,9% s.d 8,3% (yoy), lebih rendah daripada triwulan sebelumnya yang mencapai 8,45% (yoy). Kondisi tersebut diperkirakan akan dapat membawa inflasi sepanjang tahun 2015 berada dalam tren yang semakin rendah pada kisaran 3,4% s.d 3,8% (yoy). Turunnya harga BBM bersubsidi pada bulan Januari 2015 diprakirakan akan memberikan efek langsung maupun tidak langsung atas turunnya indeks harga beberapa komoditas utama penyumbang inflasi seperti cabai dan bawang. Disamping itu, beberapa komoditas bahan bangunan yang didatangkan dari luar Sulawesi Tenggara juga diprakirakan akan mengalami penurunan harga seiring dengan turunnya biaya transportasi yang timbul untuk mendatangkan komoditas tersebut. Tarif transportasi juga mengalami penyesuaian meskipun penurunannya tidak sebesar pada saat penyesuaian tarif di akhir 2014 yang lalu. Meskipun tekanan inflasi lebih rendah daripada sebelumnya, namun terdapat beberapa faktor yang diperkirakan berpotensi meningkatkan laju inflasi khususnya pada komoditas bahan makanan. Hal tersebut diindikasikan dari perkiraan kondisi cuaca yang relatif tidak kondusif dimana tingkat curah hujan cukup tinggi selama periode triwulan I 2015 khususnya di bulan Februari 2015. Curah hujan yang tinggi diprakirakan dapat mengganggu produksi aneka cabai dan bawang. Disamping itu, kondisi cuaca tersebut berpotensi menganggu pola tanam pada komoditas padi sehingga berpotensi menimbulkan tekanan inflasi pada komoditas beras. Ditambah lagi kondisi cuaca yang kurang kondusif berpotensi meningkatkan risiko penurunan pasokan ikan laut. Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
59
Bab 6 – Prospek Perekonomian Perkiraan kondisi inflasi tersebut juga tercermin dari angka ekspektasi inflasi 3 bulan kedepan pada Survei Konsumen di Kota Kendari yaitu dengan angka Saldo Bersih (SB)1591 yang mencerminkan optimisme ekspektasi masyarakat akan terjadinya penurunan tingkat inflasi pada triwulan I 2015. Perubahan Harga 3 Bulan
200
Perubahan Harga 6 Bulan
Inflasi (mtm)
180
5% 4%
160 3%
140 120
2%
100 1%
80
60
0%
40 -1%
20 -
-2%
Jun Jul Aug Sept Oct Nov Des Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec 2013
2014
Sumber: Survei Konsumen - Bank Indonesia Grafik 6.3. Inflasi bulanan dan Ekspektasi Inflasi Kota Kendari
Mengacu kepada perkiraan inflasi tersebut, terdapat beberapa isu strategis yang menjadi pendorong utama terjadinya inflasi selama tahun 2015, sebagai berikut: a. Ketergantungan yang masih cukup tinggi terhadap wilayah luar Sulawesi Tenggara, yang berdasarkan data I/O (Input/Output) BPS Sultra mencapai 85% dari total komoditas konsumsi masyarakat. Beberapa komoditas utama yang didatangkan dari luar Sulawesi Tenggara antara lain bumbu-bumbuan (bawang merah, cabe merah, tomat, sayuran), telur, daging ayam ras, gula pasir, minyak goreng, tepung dll. b. Sistem distribusi yang belum lancar akibat kendala dari sisi infrastruktur, cuaca serta alat transportasi yang terbatas. Saat ini arus masuk barang ke Sulawesi Tenggara melalui jalur laut dan darat yang masing-masing memiliki kendala keterbatasan infrastruktur sebagai berikut: i.
Pelabuhan Kota Kendari sebagai pintu masuk utama jalur laut memiliki keterbatasan infrastruktur yang mencakup tempat sandar kapal, area parkir kontainer, dan angkutan penjemputan yang terbatas. Selain infrastruktur juga terdapat keterbatasan tenaga kerja bongkar muat serta juru pandu sandar kapal di pelabuhan.
1
Angka SB di atas 100 mencerminkan bahwa konsumen cenderung optimis bahwa akan terjadi kenaikan harga atau inflasi, sebaliknya jika dibawah 100 maka konsumen cenderung pesimis akan terjadi kenaikan harga atau inflasi.
60
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
Bab 6- Prospek Perekonomian ii.
Jalur darat di Sulawesi Tenggara yang mencakup jalan provinsi Kolaka UtaraKendari sebagai jalur distribusi utama, saat ini dalam kondisi tidak mantap (75% dari total panjang jalan), sehingga menyebabkan peningkatan biaya transportasi yang diikuti peningkatan harga kebutuhan konsumsi masyarakat.
Berdasarkan isu strategis tersebut, dalam pengendalian inflasi, Tim Pengendali Inflasi Daerah memberikan beberapa rekomendasi sebagai berikut: a. Untuk pembentukan ekspektasi, informasi harga secara rutin selain dipublikasikan melalui media cetak koran sebagaimana yang sudah berjalan, juga perlu diperkuat melalui papan informasi harga elektronik yang ditempatkan pada pasar-pasar utama di Kota Kendari sebagaimana yang dilakukan di kota lain seperti Bandung, Banjarmasin, dan Palangkaraya. b. Sebagai bentuk pengendalian inflasi pada jangka panjang, TPID (Tim Pengendalian Inflasi Daerah) Sulawesi Tenggara memberikan rekomendasi kepada pemerintah daerah terkait kendala infrastruktur dan tenaga kerja pelabuhan sebagai berikut: i.
Mendirikan pusat pergudangan yang berguna sebagai tempat stok komoditas konsumsi sekaligus memberikan solusi perhentian kontainer yang datang, sehingga tidak harus mengantri di lapangan parkir kontainer pelabuhan.
ii.
Menganjurkan kepada Administrasi Pelabuhan agar membuat shift malam bagi tenaga buruh bongkar pelabuhan sehingga aktivitas bongkar dapat dilakukan pada malam hari.
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
61
Bab 6 – Prospek Perekonomian
Halaman Ini Sengaja Dikosongkan
62
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
Daftar Istilah Administered price
Salah satu disagregasi inflasi, yaitu untuk komoditas yang perkembangan harganya diatur oleh pemerintah.
Andil inflasi
Sumbangan perkembangan harga suatu terhadap tingkat inflasi secara keseluruhan.
APBD
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD, dan ditetapkan dengan peraturan daerah.
Bobot inflasi
Besaran yang menunjukkan pengaruh suatu komoditas terhadap tingkat inflasi secara keseluruhan, yang diperhitungkan dengan melihat tingkat konsumsi masyarakat terhadap komoditas tersebut.
Dana Perimbangan
Sumber pendapatan daerah yang berasal dari APBN untuk mendukung pelaksanaan kewenangan pemerintah daerah dalam mencapai tujuan pemberian otonomi daerah.
Dana Pihak Ketiga (DPK)
Dana masyarakat (berupa tabungan, deposito, giro, dll) yang disimpan di suatu bank.
Faktor Fundamental
Faktor fundamental adalah faktor pendorong inflasi yang dapat dipengaruhi oleh kebijakan moneter, yakni interaksi permintaan-penawaran atau output gap, eksternal, serta ekspektasi inflasi masyarakat
Faktor Non Fundamental
Faktor non fundamental adalah faktor pendorong inflasi yang berada di luar kewenangan otoritas moneter, yakni produksi maupun distribusi bahan pangan (volatile foods), serta harga barang/jasa yang ditentukan oleh pemerintah (administered price)
Imported inflation
Salah satu disagregasi inflasi, yaitu inflasi yang berasal dari pengaruh perkembangan harga di luar negeri (eksternal)
Indeks Ekspektasi Konsumen
Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap ekspektasi kondisi ekonomi 6 bulan mendatang, dengan skala 1 100.
Indeks Harga Konsumen (IHK)
Sebuah indeks yang merupakan ukuran perubahan rata-rata harga barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat pada suatu periode tertentu.
Indeks Kondisi Ekonomi
Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini, dengan skala 1 100.
Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)
Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini dan ekspektasi kondisi ekonomi enam bulan mendatang, dengan skala 1 100.
Investasi
Kegiatan meningkatkan nilai tambah suatu kegiatan produksi melalui peningkatan modal.
komoditas/kelompok barang/kota
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
Inflasi inti
Inflasi inti adalah inflasi yang dipengaruhi oleh faktor fundamental
Liaison
Kegiatan pengumpulan data/statistik dan informasi yang bersifat kualitatif dan kuantitatif yang dilakukan secara periodik melalui wawancara langsung kepada pelaku ekonomi mengenai perkembangan dan arah kegiatan ekonomi dengan cara yang sistematis dan didokumentasikan dalam bentuk laporan
Loan to Deposit Ratio (LDR)
Ratio yang menunjukkan perbandingan antara jumlah pinjaman yang disalurkan dengan dana pihak ke tiga yang dihimpun pada suatu waktu tertentu.
Migas
Minyak dan gas. Merupakan kelompok sektor industri yang mencakup industri minyak dan gas.
Mtm
Month to month. Perbandingan antara data satu bulan dengan bulan sebelumnya.
Non Performing Loan (NPL)
Besarnya jumlah kredit bermasalah pada suatu Bank dibanding dengan total keseluruhan kreditnya
Omzet
Nilai penjualan bruto yang diperoleh dari satu kali proses produksi.
PDRB
Produk Domestik Regional Bruto. Pendapatan suatu daerah yang mencerminkan hasil kegiatan ekonomi yang ada di suatu wilayah tertentu.
Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Pendapatan yang diperoleh dari aktivitas ekonomi suatu daerah seperti hasil pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah.
Perceived risk
Persepsi risiko yang dimiliki oleh investor terhadap kondisi perekonomian sebuah negara
Qtq
Quarter to quarter. Perbandingan antara data satu triwulan dengan triwulan sebelumnya.
Saldo Bersih
Selisih
SBT
Saldo Bersih Tertimbang. Nilai yang diperoleh dari hasil perkalian saldo bersih sektor/subsektor yang bersangkutan dengan bobot sektor/subsektor yang bersangkutan sebagai penimbangnya.
Sektor ekonomi dominan
Sektor ekonomi yang mempunyai nilai tambah besar sehingga mempunyai pengaruh dominan pada pembentukan PDRB secara keseluruhan.
Volatile food
Salah satu disagregasi inflasi, yaitu untuk komoditas yang perkembangan harganya sangat bergejolak karena faktor-faktor tertentu.
West Texas Intermediate
Jenis minyak bumi yang menjadi acuan untuk transaksi perdagangan minyak dunia.
Yoy
Year on year. Perbandingan antara data satu tahun dengan tahun sebelumnya.
antara
persentase
jumlah respondenyang memberikan jawaban ase jumlah responden yang memberikan jawaban
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
Tim Penyusun
PENANGGUNG JAWAB Dian Nugraha
KOORDINATOR PENYUSUN Harisuddin
TIM PENULIS Daniel Agus Prasetyo, Reinaldy Akbar Ariesha, Argo Hadianto
KONTRIBUTOR Unit Statistik, Survei dan Liaison Unit Akses Keuangan dan UMKM Unit Operasional Kas
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA SULAWESI TENGGARA Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan Jl. Sultan Hasanudin No. 150 Kendari No. Telp. (0401) 3121655; No. Fax.(0401)3122718 Email :
[email protected]
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan IV 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara