PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PENGARUH PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN INTERPRETASI DAN ANALISIS PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS V SD KANISIUS KALASAN YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh : Widi Astuti NIM: 131134208
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PENGARUH PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN INTERPRETASI DAN ANALISIS PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS V SD KANISIUS KALASAN YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh : NIM: Widi Astuti 131134208
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2017 i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Halaman Pengesahan
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERSEMBAHAN Karya ilmiah ini Penulis persembahkan kepada: 1. Tuhan Yesus Kristus, sumber kekuatan, sukacita, penghiburan dan Juru Selamatku yang hidup. 2. Kedua orang tuaku Sarmin dan Sri Wahyuni yang senantiasa memberikan semangat, kasih sayang dan ketulusan. 3. Keluarga besarku yang selalu memberikan semangat, pendapat, dan saran yang membangun. 4. Sahabat-sahabatku yang bersama berjuang, sebagai penyemangat dan penghiburku. 5. Universitas Sanata Dharma almamaterku yang kubanggakan.
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
MOTTO
“Sebab orang yang tak berpengalaman akan dibunuh oleh keengganannya, dan orang bebal akan dibinasakan oleh kelalaiaannya.” (Amsal 1: 32) “Sebab itu dengan yakin kita dapat berkata: “Tuhan adalah Penolongku. Aku tidak akan takut. Apakah yang dapat dilakukan manusia terhadap aku?”” (Ibrani 13: 6) “Jangan pernah berhenti untuk bermimpi, karena mungkin suatu saat nanti mimpi kalian akan menjadi kenyataan. Jadilah pribadi yang selalu berpikir positif, percaya diri, dan optimis.” (Bambang Pamungkas) “Rahasia meraih kesuksesan adalah mau berusaha dengan sungguh-sungguh. Lakukan yang terbaik dan bersikap baiklah, maka kamu akan menjadi yang terbaik.”
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam daftar kutipan dan daftar referensi sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 20 Januari 2017 Penulis,
Widi Astuti
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama
: Widi Astuti
Nomor Mahasiswa
: 131134208
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul: “PENGARUH PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN INTERPRETASI
DAN ANALISIS PADA
MATA
KANISIUS
PELAJARAN
IPA
KELAS
V
SD
KALASAN
YOGYAKARTA”, beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya berikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikan di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal: 20 Januari 2017 Yang menyatakan,
Widi Astuti
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRAK PENGARUH PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN INTERPRETASI DAN ANALISIS PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS V SD KANISIUS KALASAN YOGYAKARTA Widi Astuti Universitas Sanata Dharma 2017 Kata kunci: model Problem Based Learning, kemampuan interpretasi, kemampuan analisis, mata pelajaran IPA. Latar belakang penelitian ini adalah keprihatinan terhadap semakin rendahnya tingkat kemampuan IPA siswa Indonesia pada penelitian PISA tahun 2009 dan 2012. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penerapan model Problem Based Learning terhadap kemampuan interpretasi dan analisis pada mata pelajaran IPA kelas V SD Kanisius Kalasan Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan penelitian quasi experimental tipe nonequivalent control group design. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD Kanisius Kalasan Yogyakarta sebanyak 61 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari 31 siswa kelas VA sebagai kelompok eksperimen dan 30 siswa kelas VB sebagai kelompok kontrol. Treatment yang diterapkan di kelompok eksperimen adalah model Problem Based Learning. Ada 5 langkah dalam model Problem Based Learning yaitu mengorientasikan siswa terhadap masalah, mengorganisasi siswa untuk belajar, membimbing penyelidikan individual maupun kelompok, mengembangkan dan menyajikan hasil karya, dan menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) Model Problem Based Learning berpengaruh terhadap kemampuan interpretasi. Hal tersebut ditunjukkan dengan rerata kelompok eksperimen (M = 0,41, SE = 0,13) lebih tinggi dari kelompok kontrol (M = -0,23, SE = 0,13). Perbedaan tersebut signifikan dengan t (59) = 3,35 dan p = 0,001 (p < 0,05). Besar pengaruh perlakuan terhadap kemampuan interpretasi adalah r = 0,40 atau 16% yang setara dengan efek “menengah”. 2) Model Problem Based Learning tidak berpengaruh terhadap kemampuan analisis. Hal tersebut ditunjukkan dengan rerata kelompok eksperimen (M = 0,34; SE = 0,12) lebih tinggi dari kelompok kontrol (M = 0,08; SE = 0,14). Perbedaan ini tidak signifikan dengan t (59) = -1,30, dan p = 0,197 (p > 0,05). Besar pengaruh perlakuan terhadap kemampuan analisis adalah r = 0,173 atau 3% yang setara dengan efek kecil.
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT THE EFFECTS OF THE IMPLEMENTATION OF PROBLEM BASED LEARNING MODEL ON THE ABILITY TO INTERPRET AND ANALYZE IN NATURAL SCIENCES FOR THE FIFTH GRADE KANISIUS ELEMENTARY SCHOOL STUDENTS OF KALASAN YOGYAKARTA Widi Astuti Sanata Dharma University 2017 Keywords: Problem Based Learning model, the ability to interpretation, ability to analyze, natural science subject. The background of this research is growing concern over the low level of natural sciences ability of Indonesian students at PISA study in 2009 and 2012. The aim of this study was to determine the effect of Problem Based Learning model application on the ability of interpret and analyze in natural sciences for the fifth grade Kanisius Elementary School students of Kalasan Yogyakarta. This study uses a quasi-experimental research is non-equivalent control group design. The study population was all students of the fifth grade Kanisius Elementary Scjool students of Kalasan Yogyakarta as many as 61 students. The research sample consisted of 31 students of fifth grade A as an experimental group and 30 students of B as the control group. Treatment that is applied in the experimental group is a model of problem-based learning. There are five steps in Problem Based Learning models of orienting students to the problem of organizing learners to learn, guiding the investigation individually or in groups, develop and present the work, and to analyze and evaluate the problem-solving process. The results showed that 1) Model Problem Based Learning affect the ability of interpretation. This is indicated by the mean experimental group (M = 0.41, SE = 0.13) higher than the control group (M = -0.23, SE = 0.13). The significant difference with t (59) = -3.35 and p = 0.001 (p <0.05). The effect size of the treatment on the ability of the interpretation is r = 0.40 or 16%, which is equivalent to the effect of "medium". 2) Model Problem Based Learning did not affect the ability of the analysis. This is indicated by the mean experimental group (M = 0.34; SE = 0.12) higher than the control group (M = 0.08; SE = 0.14). These differences were not significant with t (59) = -1.30 and p = 0.197 (p> 0.05). The effect size of the treatment on the ability of analysis is r = 0.173, or 3%, which is equivalent to little effect.
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kasih-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar dan tepat waktu. Skripsi yang berjudul “PENGARUH PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN INTERPRETASI DAN ANALISIS PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS V SD KANISIUS KALASAN YOGYAKARTA” disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Peneliti menyadari bahwa skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Karena itu, peneliti mengucapkan terimakasih kepada: 1.
Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2.
Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3.
Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd. selaku Wakil Ketua Program Studi Pendidikan Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
4.
Gregorius Ari Nugrahanta, S.J., S.S., BST., M.A. selaku Dosen Pembimbing I yang membimbing kami dengan penuh kesabaran.
5.
Kintan Limiansih, S.Pd., M.Pd. selaku Dosen Pembimbing II yang membimbing kami dengan penuh kesabaran.
6.
Drs. Albertus Hartana, S.J., M.Pd. selaku Dosen Penguji 3 yang telah memberikan banyak masukan dan kritik yang membangun.
7.
Patricia Agustin Ria Dewi, S.Pd. selaku Kepala Sekolah SD Kanisius Kalasan Yogyakarta yang telah memberikan ijin melakukan penelitian.
8.
Martinus Sopyan S. selaku guru mitra yang telah membantu pelaksanaan penelitian, sehingga penelitian dapat berjalan dengan baik dan lancar.
9.
Siswa kelas V A dan V B SD Kanisius Yogyakarta tahun ajaran 2016/2017 yang telah bersedia terlibat dalam penelitian.
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10. Sekretariat PGSD Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah membantu proses perijinan penelitian skripsi. 11. Kedua orang tuaku, Sarmin dan Sri Wahyuni yang dengan sabar selalu menyertai perjuanganku dan senantiasa memberikan dukungan berupa doa, kasih sayang, perhatian, nasihat, dan materi yang tiada terkira. 12. Seluruh keluarga besar dan orang-orang yang menyayangiku yang selalu memberikan dukungan, semangat, doa, nasihat, perhatian dan kasih sayang. 13. Sahabat terbaikku, Yudha Fauzi yang selalu mendukung dan memberikan semangat. 14. Sahabatku yang tergabung dalam penelitian kolaboratif payung Cahya, Wati, Desy, Mita, Tita, Sita, Tami, Vero, Cicil, dan Listi yang telah memberikan dukungan dan bantuan selama melakukan penelitian dan menyelesaikan skripsi. 15. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu per satu namun telah banyak membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini. Peneliti menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna karena banyak keterbatasan yang ada dalam kemampuan peneliti. Segala kritik dan saran yang membangun akan peneliti terima dengan terbuka dan senang hati. Peneliti berharap, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca terutama bagi dunia pendidikan.
Penulis
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ....................................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING .............................................. ii HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................................... iii PERSEMBAHAN ......................................................................................................... iii MOTTO ....................................................................................................................... v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA........................................................................ vi LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN............................................................. vii PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ................ vii ABSTRAK .................................................................................................................. viii ABSTRACT .................................................................................................................... ix KATA PENGANTAR.................................................................................................... x DAFTAR ISI ................................................................................................................ xii DAFTAR TABEL ........................................................................................................ xv DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. xvii DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................. xviii BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. 1 1.1 Latar Belakang Permasalahan .................................................................. 1 1.2
Rumusan Masalah .................................................................................... 5
1.3
Tujuan Penelitian ...................................................................................... 5
1.4
Manfaat Penelitian .................................................................................... 6
1.5
Definisi Operasional ................................................................................. 6
BAB II LANDASAN TEORI ........................................................................................ 8 2.1 Kajian Pustaka .............................................................................................. 8 2.1.1 Teori-teori yang mendukung ..................................................................... 8 2.1.1.1 Teori Perkembangan Anak ..................................................................... 8 2.1.2 Model Pembelajaran ................................................................................ 10 2.1.3 Model Pembelajaran Berbasis Masalah .................................................. 11 2.1.3.1 Definisi Model Pembelajaran Berbasis Masalah .................................. 11 2.1.3.2 Langkah-Langkah Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah 12 2.1.3.4 Kelebihan Model Pembelajaran Berbasis Masalah .............................. 15 2.1.4 Berpikir Kritis.......................................................................................... 15 2.1.4.1 Kemampuan Interpretasi ...................................................................... 16 2.1.4.2 Kemampuan Analisis ........................................................................... 16 xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2.1.5 Pembelajaran IPA ................................................................................... 17 2.1.6 Materi IPA ............................................................................................... 18 2.1.6.1 Penyesuaian Diri Hewan terhadap Lingkungan ................................... 18 2.2.2 Penelitian-Penelitian Tentang Berpikir Kritis ......................................... 23 2.2.3 Literature Map ........................................................................................ 25 2.3 Kerangka Berpikir ...................................................................................... 25 2.4 Hipotesis Penelitian .................................................................................... 26
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................................... 28 3.1 Jenis Penelitian ........................................................................................... 28 3.2 Setting Penelitian ........................................................................................ 29 3.2.1 Lokasi Penelitian ..................................................................................... 29 3.2.2 Waktu Pengambilan Data ........................................................................ 30 3.3 Populasi dan Sampel .................................................................................. 30 3.3.1 Populasi ................................................................................................... 30 3.3.2 Sampel ..................................................................................................... 31 3.4 Variabel Penelitian ..................................................................................... 32 3.5 Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 33 3.6 Instrumen Penelitian ................................................................................... 34 3.7 Teknik Pengujian Instrumen ...................................................................... 35 3.7.1 Uji Validitas ............................................................................................ 35 3.7.2 Uji Reliabilitas......................................................................................... 38 3.8 Teknik Analisis Data .................................................................................. 39 3.8.1 Analisis Pengaruh Perlakuan ................................................................... 40 3.8.1.1 Uji Normalitas Distribusi Data ............................................................. 40 3.8.1.2 Uji Perbedaan Kemampuan Awal ........................................................ 41 3.8.1.3 Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan ................................................... 42 3.8.1.4 Uji Besar Pengaruh Perlakuan .............................................................. 43 3.8.2 Analisis Lebih Lanjut .............................................................................. 44 3.8.3 Persepsi terhadap Dampak Perlakuan ..................................................... 48
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................................. 51 xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4.1 Hasil Penelitian........................................................................................... 51 4.1.1 Implementasi Penelitian .......................................................................... 51 4.1.2 Deskripsi Sebaran Data ........................................................................... 57 4.1.3 Hasil Uji Hipotesis Penelitian I ............................................................... 60 4.1.3.1 Uji Normalitas Distribusi Data ............................................................. 61 4.1.3.2 Uji Perbedaan Kemampuan Awal ........................................................ 63 4.1.3.3 Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan ................................................... 64 4.1.3.4 Uji Besar Pengaruh Perlakuan .............................................................. 66 4.1.3.5 Analisis Lebih Lanjut ........................................................................... 67 4.1.4 Hasil Uji Hipotesis Penelitian II .............................................................. 74 4.1.4.1 Uji Normalitas Distribusi Data ............................................................. 75 4.1.4.2 Uji Perbedaan Kemampuan Awal ........................................................ 76 4.1.4.3 Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan ................................................... 77 4.1.4.4 Uji Besar Pengaruh Perlakuan .............................................................. 79 4.1.2.3 Analisis Lebih Lanjut ........................................................................... 80 4.2 Pembahasan ................................................................................................ 86 4.2.1 Ancaman Validitas Internal ..................................................................... 86 4.2.2 Pengaruh Model Problem Based Learning terhadap Kemampuan Interpretasi ........................................................................................................ 90 4.2.3 Pengaruh Model Problem Based Learning terhadap Kemampuan Analisis .......................................................................................................................... 94 4.2.4 Dampak Pengaruh Perlakuan .................................................................. 99 4.2.5 Pembahasan Lebih Lanjut ..................................................................... 102
BAB V PENUTUP ..................................................................................................... 104 5.1 Kesimpulan ............................................................................................... 104 5.2 Keterbatasan Penelitian ............................................................................ 105 5.3
Saran ..................................................................................................... 105
DAFTAR REFERENSI.............................................................................................. 107 LAMPIRAN ............................................................................................................... 110 CURRICULUM VITAE .............................................................................................. 199
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.1 Fase Implementasi Model Pembelajaran Berbasis Masalah ........................ 14 Tabel 2.2 Bentuk Paruh Unggas ................................................................................... 19 Tabel 2.3 Tipe Mulut Serangga .................................................................................... 20 Tabel 3.1 Jadwal Pengambilan Data ............................................................................ 30 Tabel 3.2 Pemetaan Instrumen Penelitian .................................................................... 34 Tabel 3.3 Matriks Pengembangan Instrumen ............................................................... 35 Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas Instrumen....................................................................... 37 Tabel 3.5 Hasil Validitas Instrumen Aspek Interpretasi dan Analisis ......................... 38 Tabel 3.6 Kriteria Koefisien Reliabilitas...................................................................... 39 Tabel 3.7 Hasil uji reliabilitas instrumen ..................................................................... 39 Tabel 3.8 Kriteria Besar Pengaruh Perlakuan .............................................................. 43 Tabel 3.9 Tabel Interpretasi Koefisien Korelasi .......................................................... 46 Tabel 3.10 Pedoman Wawancara dengan Guru ........................................................... 49 Tabel 3.11 Pedoman Wawancara dengan Siswa Kelompok Eksperimen Sebelum Perlakuan ..................................................................................................... 50 Tabel 3.12 Pedoman Wawancara dengan Siswa Kelompok Eksperimen Setelah Perlakuan ..................................................................................................... 50 Tabel 4.1 Tabulasi Data Kelompok Kontrol terhadap Kemampuan Interpretasi ........ 57 Tabel 4.2 Tabulasi Data Kelompok Eksperimen terhadap Kemampuan Interpretasi . 58 Tabel 4.3 Tabulasi Data Kelompok Kontrol terhadap Kemampuan Analisis .............. 59 Tabel 4.1 Tabulasi Data Kelompok Eksperimen terhadap Kemampuan Analisis ....... 60 Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas Distribusi Data Kemampuan Interpretasi .................. 62 Tabel 4.6 Hasil Uji Asumsi Homogenitas Varians ..................................................... 63 Tabel 4.7 Hasil Uji Perbedaan Rerata Pretest Kemampuan Interpretasi ...................... 64 Tabel 4.8 Hasil Uji Asumsi Homogenitas Varians ..................................................... 65 Tabel 4.9 Hasil Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan Kemampuan Interpretasi ......... 65 Tabel 4.10 Hasil Uji Effect Size terhadap Kemampuan Interpretasi ........................... 67 Tabel 4.11 Hasil Perhitungan Persentase Peningkatan Rerata Skor Pretest ke Posttest I Kemampuan Interpretasi.............................................................................. 67 Tabel 4.12 Hasil Uji Besar Efek Peningkatan Skor Pretest ke Posttest I Kemampuan Interpretasi ................................................................................................... 69 Tabel 4.9 Hasil Uji Korelasi antara Rerata Pretest dan Posttest I Kemampuan Interpretasi ................................................................................................... 70 Tabel 4.10 Hasil Uji Retensi Pengaruh Perlakuan Kemampuan Interpretasi ............. 72 Tabel 4.11 Hasil Uji Retensi Pengaruh Perlakuan Kemampuan Interpretasi ............. 73 Tabel 4.21 Hasil Uji Normalitas Distribusi Data Kemampuan Analisis...................... 75 Tabel 4.13 Hasil Uji Asumsi Homogenitas Varians ................................................... 77 Tabel 4.14 Hasil Uji Perbedaan Rerata Pretest Kemampuan Analisis ......................... 77 xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel 4.15 Hasil Uji Asumsi Homogenitas Varians ................................................... 78 Tabel 4.16 Hasil Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan Kemampuan Analisis ............ 79 Tabel 4.17 Hasil Uji Effect Size terhadap Kemampuan Analisis ................................ 80 Tabel 4.18 Hasil Perhitungan Persentase Peningkatan Rerata Skor Pretest ke Posttest I Kemampuan Analisis ................................................................................... 81 Tabel 4.19 Hasil Uji Besar Efek Peningkatan Skor Pretest ke Posttest I Kemampuan Analisis ........................................................................................................ 82 Tabel 4.20 Hasil Uji Korelasi antara Rerata Pretest dan Posttest I Kemampuan Analisis ........................................................................................................ 83 Tabel 4.21 Hasil Uji Retensi Pengaruh Perlakuan Kemampuan Analisis ................... 84 Tabel 4.22 Hasil Uji Retensi Pengaruh Perlakuan Kemampuan Analisis ................... 85
xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1 Zona perkembangan proksimal (Zone of Proximal Development) .......... 10 Gambar 2.1 Jenis adaptasi kaki unggas ........................................................................ 19 Gambar 2.2 Adaptasi Cecak ......................................................................................... 21 Gambar 2.2 Bagan Hasil Penelitian yang Relevan ...................................................... 25 Gambar 3.1 Desain Penelitian ...................................................................................... 29 Gambar 3.2 Pemetaan Variabel Penelitian ................................................................... 33 Gambar 3.3 Rumus Besar Efek untuk Data Normal .................................................... 44 Gambar 3.4 Rumus Besar Efek untuk Data Tidak Normal .......................................... 44 Gambar 3.5 Rumus Besar Persentase Penurunan Pretest-Posttest I ............................ 45 Gambar 3.6 Rumus Gain Score.................................................................................... 45 Gambar 3.7 Rumus Persentase Uji Retensi Pengaruh.................................................. 48 Gambar 4.1 Diagram Rerata Selisih Skor Pretest-Posttest I Kemampuan Interpretasi ..................................................................................................................... 66 Gambar 4.2 Grafik Gain Score Kemampuan Interpretasi ........................................... 68 Gambar 4.3 Grafik Pretest, Posttest I, dan Posttest II Kemampuan Interpretasi ......... 73 Gambar 4.4 Diagram Rerata Selisih Skor Pretest-Posttest I Kemampuan Analisis .... 79 Gambar 4.5 Grafik Gain Score Kemampuan Analisis ................................................. 81
xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1.1 Surat Ijin Penelitian ............................................................................. 111 Lampiran 1.2 Surat Ijin Validasi Soal ........................................................................ 112 Lampiran 2.1 Silabus Kelompok Eksperimen............................................................ 113 Lampiran 2.2 Silabus Kelompok Kontrol .................................................................. 115 Lampiran 2.3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelompok Eksperime. ............... 117 Lampiran 2.4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelompok Kontrol ..................... 127 Lampiran 2.5 Lembar Kerja Siswa ............................................................................ 136 Lampiran 2.6 Kunci Jawaban Lembar Kerja Siswa ................................................... 141 Lampiran 3.1 Soal Uraian .......................................................................................... 144 Lampiran 3.2 Kunci Jawaban Soal Essay .................................................................. 150 Lampiran 3.3 Rubrik Penilaian .................................................................................. 155 Lampiran 3.4 Hasil Rekap Nilai Expert Judgement ................................................... 159 Lampiran 3.5 Hasil Analisis SPSS Uji Validitas ....................................................... 162 Lampiran 4.1 Tabulasi Nilai Kemampuan Interpretasi Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen .............................................................................. 165 Lampiran 4.2 Tabulasi Nilai Kemampuan Analisis Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen ................................................................................................ 167 Lampiran 4.3 Hasil SPSS Uji Normalitas Data.......................................................... 169 Lampiran 4.4 Hasil SPSS Uji Perbedaan Kemampuan Awal .................................... 171 Lampiran 4.5 Hasil SPSS Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan ............................... 173 Lampiran 4.6 Perhitungan Manual Besar Pengaruh Perlakuan.................................. 175 Lampiran 4.7 Perhitungan Persentase Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I ....... 176 Lampiran 4.8 Hasil Uji Besar Efek Peningkatan Rerata Pretest Ke Posttest I .......... 182 Lampiran 4.9 Hasil SPSS Uji Korelasi antara Rerata Pretest dan Posttest I ............. 186 Lampiran 4.10 Hasil Uji Retensi Perlakuan ............................................................... 187 Lampiran 4.11 Transkrip Wawancara Siswa ............................................................. 191 Lampiran 4.12 Transkrip Wawancara Guru ............................................................... 195 Lampiran 5.1 Foto-Foto Kegiatan Pembelajaran ....................................................... 196 Lampiran 5.2 Surat Keterangan Melaksanakan Penelitian ........................................ 198
xviii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I PENDAHULUAN Bab I ini berisi tentang latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi operasional. Latar belakang berisi tentang alasan-alasan melakukan penelitian. Rumusan masalah berisi tentang pertanyaan-pertanyaan mengenai masalah yang akan diteliti. Manfaat penelitian berisi tentang manfaat diadakannya penelitian ini bagi sekolah, guru, siswa, dan peneliti. Sedangkan definisi operasional berisi pengertian kata-kata kunci yang digunakan dalam penelitian. Bagian-bagian tersebut akan dijelaskan sebagai berikut. 1.1 Latar Belakang Permasalahan Belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungannya, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, keterampilan dan nilai sikap (Winkel, 1987: 36). Di dalam kegiatan belajar melibatkan pula kegiatan berpikir, dimana kegiatan berpikir merupakan kegiatan untuk mendapatkan solusi atau informasi. Terkait dengan belajar, siswa diharapkan dapat belajar dengan baik khususnya di sekolah. Kegiatan belajar di sekolah yang dipandu oleh guru diharapkan mampu mengantarkan siswa dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Setiap siswa memiliki kemampuan dan karateristik yang berbeda. Perbedaan terdapat juga di dalam kemampuannya dalam belajar. Menurut Jean Piaget (Suparno, 2001: 5) perkembangan kognitif seorang anak pada usia 7 sampai 11 tahun berada pada tahap operasional konkret. Tahap operasional konkret ditandai dengan adanya sistem operasi berdasarkan apa-apa yang kelihatan nyata/konkret. Dengan demikian dapat dikatakan siswa dengan usia sekolah dasar masuk ke dalam tahap operasional konkret yang mendasarkan sesuatu hal dilihat dari kenyataan atau hal-hal yang bersifat konkret. Masa sekolah dasar sering disebut dengan masa intelektual atau masa keserasian bersekolah (Yusuf, 2010: 24). Untuk mengembangkan kemampuan intelektual siswa, maka diperlukan adanya pembelajaran yang bermakna. Model belajar yang cocok untuk anak Indonesia adalah belajar melalui pengalaman atau learning by doing 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(Samatowa,
2011: 5).
Pengalaman langsung akan
mendorong
lajunya
perkembangan kognitif anak. Suatu cara yang sering berguna untuk memperoleh pengertian yang jelas tentang suatu konsep ialah melalui pengalaman langsung dengan
kenyataan-kenyataan
(Amien,
1987: 2).
Terkait
dengan
tahap
perkembangan anak maka akan berkaitan dengan gaya mengajar guru dan metode yang digunakan. Pembelajaran
dilakukan
dengan
pemberian
kegiatan-kegiatan
yang
bermanfaat atau dengan menyajikan benda-benda konkret dalam hal ini berkaitan dengan Ilmu Pengetahuan Alam yang juga terdapat di lingkungan sekitar siswa. Siswa belajar mengkontruksi pengetahuannya sendiri melalui interaksi dengan lingkungan di sekitarnya (Sani, 2014: 127). Hal ini akan membantu siswa dalam mengetahui dengan jelas yang ingin disampaikan oleh guru. Dengan demikian siswa
dapat
membangun
sendiri
pengetahuannya
dengan
mengaitkan
pembelajaran dengan pengalaman yang di dapat. Kegiatan belajar yang saat ini terjadi adalah kegiatan yang didominasi oleh guru dalam penyampaian materi dengan menjelaskan materi yang ada menggunakan buku atau dengan teknik bercerita atau ceramah. Guru mendominasi kegiatan dan menjadi pusat dalam kegiatan belajar mengajar. Sehingga siswa kurang mendapatkan porsi dalam kegiatan belajar mengajar. Siswa akan beraktivitas apabila guru meminta mereka untuk mengerjakan sesuatu seperti mengerjakan soal latihan. Hal ini bertentangan dengan tahap perkembangan anak yang lebih menekankan pemahaman berdasarkan kenyataan atau hal-hal konkret. Dengan kegiatan pembelajaran yang didominasi guru dengan ceramah atau bercerita, hanya sedikit materi yang dapat diserap siswa. Kemampuan siswa dalam hal interpretasi dan analisis pun kurang tercapai apabila proses pembelajaran hanya dilakukan dengan metode ceramah. Kemampuan interpretasi dalam hal ini merupakan proses memahami dan menyatakan makna atau signifikansi variasi yang luas dari pengalaman, situasi, data, peristiwa, penilaian, persetujuan, keyakinan, aturan, prosedur dan kriteria. Sedangkan kemampuan analisis merupakan proses mengidentifikasi hubungan antara pernyataan, pertanyaan, konsep, deskripsi, atau bentuk-bentuk representasi lainnya untuk mengungkapkan keyakinan, penilaian, pengalaman, alasan, informasi dan opini. 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kurang tercapainya perkembangan kemampuan interpretasi dan analisis dikarenakan siswa yang hanya mendengarkan dan tidak mendapat pengalaman sendiri
dalam
belajar. Pembelajaran sebaiknya
melibatkan siswa
serta
menghadirkan contoh-contoh konkret yang dapat dijumpai siswa di lingkungan sekitar. Siswa sebaiknya terlibat dalam membangun pengetahuannya senidiri agar pemahaman siswa semakin tinggi. Pada
hasil penelitian yang dilakukan oleh
PISA (Programme
for
International Student Assessment) 2009, Indonesia berada pada peringkat 57 dari 65 negara, dengan skor 383 pada mata pelajaran IPA (OECD, 2010:8). Sedangkan pada tahun 2012, Indonesia berada di peringkat ke 64 dari 65 negara, dengan skor 382 pada mata pelajaran IPA (OECD, 2014: 226). Hasil penelitian tersebut menunjukkan Indonesia mengalami penurunan peringkat yang cukup tajam dari peringkat 57 ke peringkat 64. Dari hasil penelitian tersebut terlihat bahwa Indonesia mengalami permasalahan pada bidang matematika, membaca dan juga sains. Hal ini sangat memprihatinkan, melihat dari berbagai usaha yang sudah dikerahkan pemerintah dalam meningkatkan kualitas dan prestasi dalam bidang pendidikan. Permasalahan yang terjadi pada pendidikan di Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah kurangnya inovasi dalam pembelajaran. Pembelajaran tidak hanya semata-mata menyampaikan materi sesuai dengan target kurikulum, tanpa memperhatikan kondisi siswa, tetapi juga terkait dengan unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi demi tercapainya tujuan pembelajaran (Putra, 2013: 17). Metode yang biasanya digunakan dalam pembelajaran adalah metode ceramah yang mana sudah sering kita jumpai di berbagai jenjang sekolah di Indonesia. Akan tetapi dengan metode tersebut belum menunjukkan adanya perbaikan terhadap kualitas pendidikan di Indonesia. Salah satu upaya yang dapat dilakukan dalah dengan penerapan model pembelajaran inovatif di dalam pembelajaran khususnya di jenjang sekolah dasar. Berdasarkan realitas yang terjadi, penelitian dengan model pembelajaran inovatif perlu dilakukan guna memfasilitasi siswa dalam mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi terutama berpikir kritis. Berbagai penelitan 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dan jurnal pernah diterbitkan untuk mendukung pengembangan kemampuan berpikir kritis dengan model atau metode tertentu misalnya saja Scott (2008), Bahr (2010), Wirawani (2015), dan sebagainya. Penelitian-penelitian tersebut meneliti mengenai persepsi seseorang mengenai berpikir kritis hingga pengaruh bermain dalam berpikir kritis menurut guru preservice. Berkaitan dengan hal tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian menggunakan salah satu model pembelajaran yang diduga dapat mengoptimalkan pengembangan kemampuan berpikir kritis yaitu model Problem Based Learning. Berdasarkan uraian di atas, peneliti ingin mengujicobakan model Problem Based Learning di dalam mata pelajaran IPA. Problem Based Learning (PBL) adalah model pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran siswa pada masalah autentik
sehingga
siswa
dapat
menyusun
pengetahuannya
sendiri,
menumbuhkembangkan keterampilan yang lebih tinggi dan inquiri, memandirikan siswa dan meningkatkan kepercayaan diri (Arend, dalam Hosnan, 2014: 295). Model ini bercirikan penggunaan masalah kehidupan nyata sebagai sesuatu yang harus dipelajari siswa untuk melatih dan meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan pemecahan masalah serta mendapatkan pengetahuan konsep penting, dimana peran guru adalah memfokuskan diri untuk membantu siswa mencapai keterampilan mengarahkan diri (Hosnan, 2014: 295). Terdapat 5 tahap penerapan model pembelajaran berbasis masalah yaitu tahap 1 mengorientasikan siswa terhadap masalah, tahap 2 mengorganisasi siswa untuk belajar, tahap 3 membimbing penyelidikan individu maupun kelompok, tahap 4 mengembangkan dan menyajikan hasil karya, dan tahap 5 menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah (Hosnan, 2014: 302). Model pembelajaran ini memiliki beberapa kelebihan, diantaranya adalah siswa didorong untuk memiliki kemampuan dalam pemecahan masalah dalam dunia nyata, siswa memiliki kemampuan membangun pengetahuannya sendiri, siswa terbiasa menggunakan sumber-sumber belajar seperti buku, internet, ataupun dari wawancara, siswa memiliki kemampuan menilai kemajuan belajarnya sendiri, selain itu kesulitan siswa dalam belajar secara individual dapat diatasi dengan kerja kelompok dalam peer teaching.
4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Penelitian akan dilakukan di SD Kanisius Kalasan Yogyakarta. Penelitian ini diterapkan di kelas V semester gasal tahun ajaran 2016/2017 pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Materi yang digunakan adalah penyesuaian diri hewan terhadap lingkungan. Penelitian membatasi pengaruh penerapan model pembelajaran berbasis masalah terhadap kemampuan interpretasi dan analisis. Pemilihan SD Kanisius Kalasan sebagai tempat penelitian adalah sekolah ini memiliki kelas paralel yang cocok digunakan untuk melakukan penelitian eksperimen. Kelas yang digunakan untuk penelitian adalah kelas V A sebagai kelompok eksperimen dengan jumlah siswa sebanyak 31 anak dan kelas V B sebagai kelompok kontrol dengan jumlah siswa sebanyak 30 anak. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian quasi experimental design tipe nonequivalent control group design.
1.2 Rumusan Masalah 1.2.1
Apakah penerapan model Problem Based Learning berpengaruh terhadap kemampuan interpretasi pada mata pelajaran IPA materi penyesuaian diri hewan kelas V SD Kanisius Kalasan Yogyakarta semester gasal tahun ajaran 2016/2017?
1.2.2
Apakah penerapan model Problem Based Learning berpengaruh terhadap kemampuan analisis pada mata pelajaran IPA materi penyesuaian diri hewan kelas V SD Kanisius Kalasan Yogyakarta semester gasal tahun ajaran 2016/2017?
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1
Mengetahui pengaruh penerapan model Problem Based Learning berpengaruh terhadap kemampuan interpretasi pada mata pelajaran IPA materi penyesuaian diri hewan kelas V SD Kanisius Kalasan Yogyakarta semester gasal tahun ajaran 2016/2017.
1.3.2
Mengetahui pengaruh penerapan model Problem Based Learning berpengaruh terhadap kemampuan analisis pada mata pelajaran IPA materi penyesuaian diri hewan kelas V SD Kanisius Kalasan Yogyakarta semester gasal tahun ajaran 2016/2017. 5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1
Bagi Peneliti Peneliti dapat menggunakan hasil penelitian untuk acuan dalam menerapkan model pembelajaran berbasis masalah dalam pembelajaran.
1.4.2
Bagi Sekolah Manfaat bagi pihak sekolah adalah sekolah dapat merefleksikan apakah proses pembelajaran yang berlangsung sudah memfasilitasi siswa dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis atau belum, sehingga sekolah dapat memperbaiki dan atau meningkatkan sistem yang sudah dijalankan.
1.4.3
Bagi Guru Manfaat bagi guru dengan adanya penelitian ini adalah guru dapat merefleksikan dan mencari alternatif model pembelajaran yang dapat memfasilitasi siswa meningkatkan kemampuan interpretasi dan analisis.
1.4.4
Bagi Siswa Memperoleh pengalaman baru dalam menggunakan model Problem Based Learning sehingga dapat mengembangkan kemampuan interpretasi dan analisis dalam pembelajaran IPA.
1.5 Definisi Operasional 1.5.1
Model pembelajaran berbasis masalah adalah model pengajaran yang bercirikan adanya permasalahan nyata sebagai konteks untuk para siswa belajar berpikir kritis dan keterampilan memecahkan masalah serta memperoleh pengetahuan, dengan langkah-langkah mengorientasikan siswa terhadap masalah, mengorganisasi siswa untuk belajar, membimbing penyelidikan
individual
maupun
kelompok,
mengembangkan
dan
menyajikan hasil karya, dan menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. 1.5.2
Kemampuan adalah suatu kesanggupan atau kekuatan dalam diri seseorang dalam melakukan sesuatu pekerjaan atau kegiatan.
1.5.3
Kemampuan berpikir kritis adalah kemampuan berpikir yang terorganisir dan terarah dalam proses pemecahan masalah, terdapat enam elemen
6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dalam berpikir kritis yaitu interpretasi, analisis, evaluasi, inferensi, eksplanasi dan regulasi diri. 1.5.4
Kemampuan interpretasi adalah proses memahami dan menyatakan makna atau signifikansi variasi yang luas dari pengalaman, situasi, data, peristiwa, penilaian, persetujuan, keyakinan, aturan, prosedur dan kriteria, yang meliputi sub-skill kategorisasi, pengkodean, dan penjelasan makna.
1.5.5
Kemampuan analisis adalah proses mengidentifikasi hubungan antara pernyataan, pertanyaan, konsep, deskripsi, atau bentuk-bentuk representasi lainnya untuk mengungkapkan keyakinan, penilaian, pengalaman, alasan, informasi dan opini, yang meliputi sub-skill menguji gagasan-gagasan, mengidentifikasi argumen-argumen, dan menganalisis argumen-argumen.
1.5.6
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari gejala-gejala alam yang terdapat di lingkungan sekitar.
7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II LANDASAN TEORI Bab II ini berisi tentang kajian pustaka, penelitian yang relevan, kerangka berpikir, dan hipotesis. Tinjauan pustaka berisi teori-teori yang berkaitan dengan model pembelajaran, proses kognitif, dan hakikat mata pelajaran IPA. Penelitian yang relevan berisi tentang penelitian yang berkaitan dengan model pembelajaran berbasis
masalah
dan
kemampuan
menjelaskan
serta
kemampuan
menginterpretasi. Kerangka berpikir berisikan rumusan atau landasan berpikir dari umum ke khusus. Hipotesis berisi dugaan sementara tentang jawaban suatu rumusan masalah. Bagian-bagian tersebut dijelaskan sebagai berikut. 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Teori-teori yang mendukung Teori-teori
yang
mendukung
dalam
penelitian
ini
adalah
teori
perkembangan anak, model pembelajaran, model pembelajaran berbasis masalah, berpikir
kritis,
kemampuan
menginterpretasi,
kemampuan
menganalisis,
pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), dan materi pembelajaran IPA. 2.1.1.1 Teori Perkembangan Anak Teori perkembangan yang dijadikan acuan bagi peneliti adalah teori perkembangan kognitif Piaget dan teori Lev Vygotsky. Teori tersebut cocok dengan variabel penelitian dan tahap mendasar perkembangan anak, yaitu tahap perkembangan kognitif. Piaget menyebutkan bahwa kemampuan kognitif anak memiliki 4 tahapan yang saling berkaitan (Suparno, 2001: 24) yaitu: a. Tahap Sensorimotor berlangsung pada usia nol atau sejak lahir hingga usia sua tahun. Ciri pokok pada tahapan ini adalah intelegensi anak didasarkan pada tindakan anak terhadap lingkungan, anak belum bisa berbicara dan belum memiliki bahasa simbol untuk mengungkapkan apa yang ada di pikirannya. Mekanisme perkembangan tahap ini menggunakan proses asimilasi dan akomodasi.
8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
b. Tahap Praoperasional berlangsung pada usia dua hingga tujuh tahun. Pada tahap ini pemikiran mulai menggunakan fungsi penggunaan simbol atau tanda untuk menyatakan suatu objek. c. Tahap Operasional Konkret berlangsung pada usia tujuh hingga sebelas tahun. Pada tahap ini perkembangan pemikiran didasarkan pada aturan logis tertentu. d. Tahap Operasional Formal berlangsung pada usia sebelas atau duabelas tahun ke atas. Tahap ini merupakan tahapan terakhir dalam teori perkembangan kognitif menurut Piaget. Pada tahap ini logika mulai dikembangkan dan digunakan. Cara berpikir abstrak mulai dipahami. Pemikiran anak didasarkan pada pemikiran deduktif hipotesis, induktif saintifik, dan abstrak reflektif. Tahap perkembangan anak akan maksimal jika didukung dengan proses pembelajaran optimal pada zona perkembangan proksimalnya (zone of proximal development atau ZPD). Zona perkembangan proksimal sebagai salah satu unsur penting dalam teori perkembangan anak menurut Vygotsky adalah jarak antara tingkatan potensial perkembangan anak dan tingkatan kemampuan anak pada saat itu (Salkind, 2009: 375). Anak usia sekolah dasar dengan rentang 7-12 tahun sudah dapat berpikir secara logis mengenai peristiwa dan benda konkret di sekitarnya. Dari teori perkembangan Piaget ini dapat dilihat bahwa siswa usia sekolah dasar masuk dalam tahap operasional konkret dimana anak pada tahapan ini mendasarkan pemikiran pada aturan logis tertentu. dari teori Piaget, maka dalam pembelajaran untuk siswa usia sekolah dasar memerlukan model pembelajaran yang sesuai dengan tingkat perkembangannya. Hal yang perlu diperhatikan adalah adanya pembelajaran dan perkembangan yang maksimal pada zona perkembangan proksimal. Zona perkembangan proksimal bisa digambarkan sebagai perbedaan antara apa yang telah diketahui oleh anak dan apa yang harus diketahui oleh anak (Salkind, 2009: 376). Zona perkembangan proksimal (Zone of Proximal Development) dapat digambarkan sebagai berikut:
9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Sumber : Salkind, 2009 Gambar 2.1 Zona perkembangan proksimal (Zone of Proximal Development)
Dari gambar 2.1 dapatt diketahui bahwa Zona perkembangan proksimal (Zone of Proximal Development) adalah zona yang optimal untuk terjadinya suatu pembelajaran, terlebih jika didukung dengan adanya perancahan (Scaffolding). Perancahan (Scaffolding) adalah teknik-teknik yang digunakan oleh pendidik untuk membangun jembatan antara apa yang sudah diketahui oleh siswa dan apa yang harus diketahui olehnya (apa yang tengah diajarkan) (Salkind, 2009: 379). Scaffolding juga diartikan sebagai bantuan sementara yang diberikan kepada anak oleh orang dewasa untuk dapat melompat dari zona perkembangan aktual ke potensial. Scaffolding dapat dilakukan dengan melibatkan aktivitas sosial atau kelompok yang bervariasi, sehingga mendukung anak dalam perkembangannya. Hal ini sesuai dengan pendapat Vygotsky yang menekankan pentingnya peran sosial dalam belajar (Salkind, 2009: 381). Guru, teman sebaya, dan orang tua memberikan rangsangan sosial dan kultural bagi anak sehingga memungkinkan terjadinya perkembangan. Selain itu juga kerja sama dengan teman sebaya dapat mendorong anak belajar secara efektif. 2.1.2 Model Pembelajaran Model pembelajaran merupakan kerangka konseptual berupa pola prosedur sistematik yang dikembangkan berdasarkan teori dan digunakan dalam mengorganisaikan proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan belajar, ciri utama pada model pembelajaran adalah adanya tahapan atau sintaks pembelajaran (Sani, 2014: 89). Banyak model pembelajaran yang dikembangkan oleh guru yang pada dasarnya dibentuk untuk memberikan kemudahan pada siswa untuk 10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
memahami dan menguasai suatu pengetahuan atau pelajaran tertentu. Fungsi dari model pembelajaran itu sendiri adalah sebagai pedoman bagi pengajar dan guru dalam melaksanakan pembelajaran (Shoimin, 2014: 24). Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan memfasilitasi siswa dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis adalah model pembelajaran berbasis masalah. 2.1.3 Model Pembelajaran Berbasis Masalah 2.1.3.1 Definisi Model Pembelajaran Berbasis Masalah Problem Based Learning (PBL) adalah model pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran siswa pada masalah autentik sehingga siswa dapat menyusun pengetahuannya sendiri, menumbuhkembangkan keterampilan yang lebih tinggi dan inquiri, memandirikan siswa dan meningkatkan kepercayaan diri (Arend, dalam Hosnan, 2014: 295). Model ini bercirikan penggunaan masalah kehidupan nyata sebagai sesuatu yang harus dipelajari siswa untuk melatih dan meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan pemecahan masalah serta mendapatkan pengetahuan konsep penting, dimana
peran guru adalah
memfokuskan diri untuk membantu siswa mencapai keterampilan mengarahkan diri (Hosnan, 2014: 295). Pembelajaran berbasis masalah merupakan susasana pembelajaran yang diarahkan oleh suatu permasalahan sehari-hari (Shoimin, 2014: 130). Pembelajaran berbasis masalah didasarkan atas teori psikologi kognitif, terutama teori Piaget dan Vigotsky (Sani, 2013: 139). Proses berpikir yang dapat dikembangkan dengan model pembelajaran berbasis masalah ini antara lain (Sani, 2014: 128) berpikir membuat perencanaan, kemampuan membuat perencanaan untuk menyelesaikan masalah sangatlah dibutuhkan dan akan meningkat jika siswa dilatih memahami sebuah permasalahan yang lebih kompleks dan berupaya mencari solusinya. Proses berpikir kedua adalah berpikir generatif, kemampuan berpikir generatif akan meningkat dalam upaya membuat inferensi berdasar fakta dan memikirkan pengetahuan apa yang harus digunakan dalam pemecahan permasalahan. Proses berpikir selanjutnya adalah berpikir sistematis, setelah menentukan tindakan yang akan dilakukan selanjutnya siswa perlu mengumpulkan data yang diperlukan dengan penyelidikan yang terorganisasi secara sistematis. Dalam tahapan inilah maka siswa dapat mengembangkan proses berpikir sistematisnya. Proses berpikir 11
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
keempat adalah berpikir analogis, proses berpikir ini dibutuhkan siswa dalam mengolah data yang diperoleh. Proses berpikir kelima adalah proses berpikir sistemik, dimana
proses berpikir ini
dibutuhkan untuk menyelesaikan
permasalahan dengan berpikir holistik melakukan sintesis informasi untuk memperoleh solusi yang dibutuhkan. Pembelajaran dengan model ini memungkinkan siswa untuk terlibat dalam mempelajari hal-hal antara lain permaslahan dunia nyata, keterampilan berpikir tingkat tinggi, keterampilan menyelesaikan permasalahan, belajar antardisiplin ilmu, belajar mandiri, belajar menggali informasi, belajar bekerja sama, dan belajar keterampilan berkomunikasi (Sani, 2014: 129). Tujuan belajar dengan model ini terkait dengan penguasaan materi pengetahuan, keterampilan memecahkan masalah, belajar multidisiplin, dan keterampilan hidup. Dari pernyataan diatas maka peneliti menyimpulkan bahwa Problem Based Learning (PBL) merupakan model pembelajaran yang didasarkan pada adanya permasalahan yang dikaji lebih dalam oleh siswa dengan tujuan memecahkan masalah dan belajar untuk berpikir kritis. Pembelajaran dengan model ini dilakukan dengan beberapa tahapan yang saling berkaitan satu sama lain. Setiap tahapan dilakukan untuk tujuan yang terarah pada pemecahan masalah dan keterampilan berpikir tingkat tinggi. Dengan model ini diharapkan siswa mampu untuk menyelidiki dan membangun pemahaman yang lebih bermakna secara pribadi. 2.1.3.2 Langkah-Langkah Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Langkah-langkah penerapan model pembelajaran berbasis masalah antara lain (Shoimin, 2014: 131) a. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran. Menjelaskan logistik yang dibutuhkan, memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih. b. Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah dengan menetapkan topik, tugas, jadwal, dan lain-lain. c. Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan data yang sesuai, melakukan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, menyusun hipotesis, dan pemecahan masalah. 12
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
d. Guru membantu siswa dalam merencanakan serta menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan membeantu siswa untuk membagi tugas dengan temannya. e. Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan yang sudah dilaksanakan berikut proses-proses yang sudah digunakan. Amir (2009: 71-79) menyatakan bahwa langkah-langkah pembelajaran berbasis masalah antara lain: a.
Langkah 1: Mengklarifikasi istilah dan konsep yang belum jelas. Dalam langkah ini guru memastikan siswa memaahami setiap istilah dan konsep yang dihadirkan dalam permasalahan yang diberikan.
b.
Langkah 2: Merumuskan masalah. Merumuskan masalah dengan baik sebenarnya sebagian dari penyelesaiannya, dengan penjelasan hubunganhubungan yang terjadi antara fenomena dalam permasalahan.
c.
Langkah 3: Menganalisis masalah.
Pada tahapan ini siswa bersama
kelompok mencoba mengeluarkan pengetahuan terkait apa yang sudah diketahui oleh siswa mengenai masalah yang dikaji. d.
Langkah 4: Menata gagasan dan secara sistematis menganalisis dengan dalam. Hasil dari tahap ketiga kemudian dianalisis lebih dalam pada tahap ini dengan menganalisis bagian demi bagian dengan melihat keterkaitan satu sama lain dan dikelompokkan. Pada tahap ini siswa akan mengetahui informasi apa saja yang belum diketahui untuk menyelesaikan permaslahan.
e.
Langkah 5: Memformulasikan tujuan pembelajaran. Pada tahap ini siswa di dalam kelompok dapat merumuskan tujuan pembelajaran berdasar dengan pertanyaan yang ada di tahap keempat. Hal ini yang akan menjadi dasar penugasan individu di dalam kelompok.
f.
Langkah 6: Mencari informasi tambahan dari sumber diluar diskusi. Setiap siswa harus mampu mencari informasi secara mandiri dan efektif. Keaktifan setiap anggota harus terbukti dengan laporan yang harus disampaikan oleh setiap individu yang bertanggungjawab atas setiap tujuan pembelajaran.
g.
Langkah 7: Mensintesis (menggabungkan) dan menguji informasi baru. Hasil laporan-laporan
individu
dipresentasikan,
kemudian
kelompok
lain 13
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
mendapatkan informasi baru dari kelompok presentasi. Siswa kemudian saling menggabungkan informasi yang dimiliki dengan informasi yang didapat. Dari pendapat-pendapat diatas Hosnan (2014: 302) memperkuat dengan mengemukakan ada 5 tahap yang dapat dilakukan dalam pembelajaran menggunakan model PBL. Berikut adalah tahapan PBL menurut Hosnan.
Tabel 2.1 Fase Implementasi Model Pembelajaran Berbasis Masalah Tahap Aktivitas Guru dan Siswa Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan Tahap 1 Mengorientasikan siswa terhadap masalah sarana atau logistik yang dibutuhkan. Guru memotivasi siswa untuk terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah nyata yang dipilih atau ditentukan. Guru membantu siswa mendefinisikan dan Tahap 2 Mengorganisasi siswa untuk belajar mengorganisasi tugas belajar yang berhubungan dengan masalah yang sudah diorientasikan pada tahap sebelumnya. Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan Tahap 3 Membimbing penyelidikan individual maupun informasi yang sesuai dan melaksanakan kelompok eksperimen untuk mendapatkan kejelasan yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah. Guru membantu siswa untuk berbagi tugas dan Tahap 4 Mengembangkan dan menyajikan hasil karya merencanakan atau menyiapkan karya yang sesuai sebagai hasil pemecahan masalah dalam bentuk laporan, video, atau model. Guru membantu siswa untuk melakukan Tahap 5 Menganalisis dan mengevaluasi proses refleksi atau evaluasi terhadap proses pemecahan masalah pemecahan masalah yang dilakukan.
Langkah-langkah implementasi model pembelajaran berbasis masalah yang akan digunakan dalam penelitian ini peneliti mengambil pada langkahlangkah menurut Hosnan. Terdapat 5 tahap penerapan
model pembelajaran
berbasis masalah yaitu tahap 1 mengorientasikan siswa terhadap masalah, tahap 2 mengorganisasi siswa untuk belajar, tahap 3 membimbing penyelidikan individu maupun kelompok, tahap 4 mengembangkan dan menyajikan hasil karya, dan tahap 5 menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Peneliti memilih langkah-langkah tersebut karena dalam setiap tahap sudah dijelaskan kegiatan yang dilakukan pendidik dalam menerapkan model pembelajaran berbasis masalah ini.
14
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2.1.3.4 Kelebihan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Kelebihan dari model pembelajaran berbasis masalah ini antara lain (Shoimin, 2014: 132). a. Siswa didorong untuk memiliki kemampuan dalam pemecahan masalah di dalam dunia nyata. b. Siswa memiliki kemampuan membangun pengetahuannya sendiri. c. Siswa terbiasa menggunakan sumber-sumber belajar seperti buku, internet ataupun dari wawancara. d. Siswa memiliki kemampuan menilai kemajuan belajarnya sendiri. e. Siswa memiliki kemampuan dalam komunikasi ilmiah dalam penyampaian di dalam kegiatan diskusi ataupun presentasi hasil pekerjaannya. f. Kesulitan siswa dalam belajar secara individual dapat diatasi dengan kerja kelompok dalam peer teaching. 2.1.4 Berpikir Kritis Berpikir adalah memanipulasi data, fakta dan juga informasi untuk menentukan keputusan melakukan suatu tindakan. Aktivitas yang meliputi proses mental yang lebih tinggi terjadi di dalam otak (Tawil & Liliasari, 2013:1). Berpikir kritis merupakan proses disiplin secara intelektual aktif dan terampil dalam mengkonseptualisasi, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi informasi yang didapat dari pengamatan, pengalaman, refleksi, penalaran atau komunikasi sebagai panduan untuk kepercayaan dan tindakan (Tawil & Liliasari, 2013:7). Berpikir kritis merupakan sebuah proses yang terarah dan jelas yang digunakan dalam kegiatan mental seperti memecahkan masalah, mengambil keputusan, membujuk, menganalisis, asumsi, dan untuk berpendapat dengan cara yang terorganisasi (Johnson, 2007: 183). Berpikir kritis memungkinkan siswa untuk menemukan kebenaran di tengah banjir kejadian dan informasi yang mengelilingi mereka setiap hari. Tujuan dari berpikir kritis adalah untuk mencapai pemahaman yang mendalam (Johnson, 2007: 185). Dari pernyataan tersebut maka peneliti menyimpulkan bahwa berpikir kritis merupakan proses berpikir tingkat tinggi yang memungkinkan siswa menemukan informasi sebagai jawaban pemecahan masalah atau pemahaman yang lebih mendalam pada informasi tertentu.
15
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2.1.4.1 Kemampuan Interpretasi Kemampuan menginterpretasi adalah suatu kemampuan untuk mencoba mengerti dan mengungkapkan arti dari pengalaman, situasi, data kejadian, penilaian, kesepakatan, kepercayaan, aturan, prosedur, atau kriteria (Facione, 1990: 6-7). Dimensi ini terdiri dari 3 bagian, yaitu: a.
Membuat kategori, Misalnya:
-
Mengidentifikasi suatu permasalahan dan mendefinisikan ciri-cirinya.
-
Menentukan kriteria yang berguna untuk membuat klasifikasi.
-
Membuat klasifikasi atas data-data dengan menggunakan skema tertentu.
b.
Memahami arti, Misalnya:
-
Mendeteksi maksud di balik pertanyaan yang diajukan.
-
Menilai arti bahasa wajah, bahasa tubuh, sikap atau bahasa non verbal lain yang digunakan.
-
Menilai arti penggunaan ironi atau pertanyaan-pertanyaan retoris dalam debat.
-
Menginterpretasi data-data, grafik, tabel, gambar, simbol dsm yang dipresentasikan.
c.
Menjelaskan makna, Misalnya:
-
Membahasakan ulang apa yang dikatakan orang lain dengan kata-kata yang berbeda tanpa menghilangkan arti semula.
-
Menggunakan
contoh,
analogi,
lukisan,
gambar
dsm.
untuk
lebih
memperjelas suatu permasalahan. -
Menjelaskan lebih jauh suatu permasalahan untuk menghindarkan salah paham, kerancuan, ambiguitas, atau multi tafsir.
2.1.4.2 Kemampuan Analisis Kemampuan menganalisis adalah kemampuan mengidentifikasi relasi-relasi logis dari berbagai pernyataan, pertanyaan, atau konsep yang mengungkapkan keyakinan, penilaian, pengalaman, alasan, informasi, atau opini (Facione, 1990: 78). a.
Menguji gagasan-gagasan, misalnya: 16
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
Melontarkan suatu pernyataan kepada publik untuk melihat reaksi mereka dengan maksud untuk menyetujui gagasan tertentu.
-
Meneliti usulan-usulan yang masuk untuk suatu permasalahan dan melihat kesamaan-kesamaan maupun perbedaan-perbedaannya.
-
Memberikan suatu tugas yang kompleks untuk melihat bagaimana tugas itu dipilah-pilah dalam bagian-bagian yang lebih kecil sehingga bisa ditangani dengan lebih baik.
-
Mendefinisikan istilah-istilah yang abstrak.
-
Membandingkan gagasan, konsep, atau pernyataan yang berbeda-beda.
-
Mengidentifikasi
permasalahan
utama
dan
membedakannya
dengan
permasalahan-permasalahan sekunder. b.
Mengidentifikasi argumen-argumen, misalnya:
Menilai apakah suatu pernyataan (dari suatu artikel di koran atau suatu paragraf sebuah buku) mendukung atau berlawanan dengan pandangan tertentu. c.
Menganalisis argumen-argumen, misalnya:
-
Menganalisis apakah pandangan seorang pengarang (artikel, buku dsm) dengan argumen, premis, informasi, alasan dsm yang dikemukakannya mendukung atau bertentangan dengan pandangan tertentu.
-
Menganalisis rangkaian argumen yang dikembangkan dan yang digunakan pengarang sebagai dasar untuk menarik kesimpulan tertentu.
2.1.5 Pembelajaran IPA Ilmu pengetahuan alam (IPA) atau sains dalam arti sempit sebagai disiplin ilmu dari physical sciences dan life sciences (Samatowa, 2011: 1). IPA berupaya membangkitkan minat manusia agar mau meningkatkan kecerdasan dan pemahamannya tentang alam seisinya yang penuh dengan rahasia yang tak ada habis-habisnya (Samatowa, 2011: 1). Ilmu Pengetahuan Alam merupakan terjemahan dari kata-kata dalam bahasa Inggris yaitu natural science yang memiliki arti ilmu pengetahuan alam (IPA) (Samatowa, 2011: 3). Dengan kata lain IPA adalah ilmu yang mempelajari tentang alam atau peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam. IPA membahas mengenai gejala alam yang didasarkan pada pengamatan dan percobaan yang dilakukan secara sistematis dan tersusun secara teratur dan saling berkaitan antara hasil observasi dengan hasil percobaan. Dari 17
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
hal-hal tersebut maka dapat disimpulkan bahwa IPA adalah ilmu pengetahuan yang memiliki objek dan menggunakan metode-metode ilmiah untuk mengkaji objek tersebut (Samatowa, 2011: 3). Carin (dalam Amien, 1987: 4) menyatakan bahwa IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematik, yang di dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam. Dari pemaparan tersebut peneliti menyimpulkan bahwa IPA adalah pengetahuan yang mempelajari tentang gejala alam yang ada di sekitar kehidupan manusia. 2.1.6 Materi IPA Dalam
penelitian
ini
akan
menggunakan
materi
IPA
SK
3.
Mengidentifikasi cara makhluk hidup menyesuaikan diri dengan lingkungan KD 3.1 Mengidentifikasi penyesuaian diri hewan dengan lingkungan tertentu untuk mempertahankan hidup dengan materi utama yaitu cara penyesuaian diri hewan dengan lingkungan. 2.1.6.1 Penyesuaian Diri Hewan terhadap Lingkungan Banyak makhluk hidup yang menyesuaikan diri terhadap lingkungan dengan cara menyesuaikan bentuk tubuhnya terhadap lingkungan atau menyesuaikan dengan fungsinya. Penyesuaian bentuk tubuh ini bertujuan untuk memperoleh makanan maupun untuk melindungi diri dari musuhnya. Berikut ini contoh beberapa hewan yang menyesuaikan bentuk tubuhnya terhadap lingkungannya (Sulistyanto&Edy, 2008: 45). 1. Unggas Unggas memiliki bentuk kaki yang berbeda-beda disesuaikan dengan tempat hidupnya dan jenis mangsa yang dimakannya. Berdasarkan lingkungan dan jenis makanan yang dimakannya, bentuk kaki unggas dikelompokkan menjadi lima.
18
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Gambar 2.1 Jenis adaptasi kaki unggas (Sumber: Sulistyanto, Heri dan Edy Wiyono.Ilmu Pengetahuan Alam untuk SD dan MI Kelas V. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional)
Setiap unggas memiliki jenis makanan yang berbeda-beda ada yang cair, daging dan biji-bijian. Oleh karena itu, bentuk paruh setiap unggas juga berbedabeda. Keanekaragaman bentuk paruh unggas disesuaikan dengan jenis makanannya. Perhatikan keanekaragaman bentuk paruh unggas pada tabel berikut. No 1
Bentuk Paruh Burung
Tabel 2.2 Bentuk Paruh Unggas Ciri-ciri Paruh seperti sudu dan pangkal bergerigi berguna untuk menyaring makanan dari air dan lumpur.
Jenis Makanan Ikan, cacing
Itik 2
Paruh tajam, kuat, runcing, dan agak membengkok untuk mengoyak makanan yang berupa daging.
Ular, ayam, kelinci
Paruh pendek, tebal, dan runcing untuk memecah biji-bijian, seperti padi.
Biji-bijian
Paruh runcing agak panjang untuk memahat kayu pohon dan menangkap serangga di dalamnya.
Serangga
Elang 3
Pipit 4
Pelatuk
19
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
Paruh panjang dan berkantong besar pada bagian bawah untuk menyimpan ikan.
Ikan
Paruh pendek, tebal, dan runcing. Berguna untuk mencari makan di tanah.
Biji-bijian dan cacing.
Pelikan 6
Ayam (Sumber Gambar: Sulistyanto, Heri dan Edy Wiyono.Ilmu Pengetahuan Alam untuk SD dan MI Kelas V. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional)
2.
Serangga Serangga memiliki cara khusu untuk memperoleh makanan. Mereka
mempunyai cara penyesuaian diri dalam memperoleh makanan. Berikut tipe mulut serangga beserta cara menyesuaikan diri dalam memperoleh makanan: 1.
Tipe mulut penggigit
Tabel 2.3 Tipe Mulut Serangga Mempunyai rahang atas dan rahang bawah yang kuat untuk menggigit dan menghancurkan. Makanan kemudian dikunyah lalu ditelan. Contohnya mulut belalang dan jangkrik Mulut pada jangkrik mempunyai bentuk mulut penggigit dan pengunyah. Di dalam mulutnya terdapat gigi-gigi kecil yang dimanfaatkan untuk mengunyah makanan yang berupa daun.
2.
Tipe mulut penusuk-penghisap
Mempunyai rahang yang runcing dan panjang Contohnya mulut nyamuk dan kutu Serangga yang terkenal pengisap darah ini mempunyai bentuk mulut penusuk dan pengisap. Nyamuk memakai mulutnya untuk mengisap makanan berupa darah manusia dan hewan. Mulutnya yang berbentuk tabung panjang dan tajam (runcing) digunakan untuk menusuk kulit manusia dan hewan yang menjadi sasarannya, dimana makanan tersebut adalah makanan utama dari nyamuk. Darah akan mudah dihisapnya karena terdapat sedikit lobang akibat gigitannya
3.
Tipe penghisap
Mempunyai alat penghisap seperti belalai yang panjang dan dapat digulung
20
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Contohnya mulut kupu-kupu Kupu-kupu mepunai mulut dengan alat penghisap di dalamnya. Oleh karena itu, mulutnya dinamakan mulut penghisap. Mulut ini digunakan untuk menghisap nektar yang berada di dalam bunga. 4.
Tipe mulut penusuk dan penjilat
Mulut tipe penusuk dan penjilat dilengkapi dengan alat untuk menusuk dan menjilat. Contohnya mulut lebah madu dan lalat Lalat mendapatkan makanan dengan menyerap sari-sari makanan terutama yang berbentuk cairan. Alat penyerap ini mirip spons (gabus).
(Sumber Gambar: Sulistyanto, Heri dan Edy Wiyono.Ilmu Pengetahuan Alam untuk SD dan MI Kelas V. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional)
3. Cecak Setiap jenis hewan selalu berusaha melindungi diri dari serangan musuhnya. Hampir semua jenis hewan memiliki bagian tubuh untuk melindungi diri. Selain itu, ada sebagian hewan melindungi diri dengan tingkah laku. Sekarang, simak cara hewan melindungi diri dari serangan musuhnya, khususnya cecak.
Gambar 2.2 Adaptasi Cecak (Sumber: https://www.google.co.id/search?q=adaptasi+pada+cecak)
Pernahkah kamu melihat cecak yang memutuskan sebagian ujung ekornya? Hal itu dilakukan untuk mengelabui pemangsanya. Jika ada pemangsa yang menyerang dan menangkap ekor cecak, maka cecak akan segera memutuskan ekornya. Bagian ekor yang putus akan bergerak-gerak untuk beberapa menit. Hal ini akan mengalihkan perhatian pemangsanya. Pada saat itu, cecak akan segera menjauhi pemangsanya. Ekor cecak akan tumbuh seperti 21
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
semula dalam beberapa bulan. Meskipun ekor cecak yang baru akan lebih pendek dari ekor lamanya.
2.2 Hasil Penelitian yang Relevan 2.2.1 Penelitian-Penelitian Tentang Model Problem Based Learning Berikut ini adalah beberapa penelitian tentang model Problem Based Learning dari penelitian-penelitian sebelumnya. Akmar dan Lee Siew (2003) meneliti tentang pengintegrasian model Problem Based Learning pada kursus matematika. Penelitian ini dilakukan untuk menguji pelaksanaan PBL di kursus matematika secara khusus untuk menyelidiki sikap siswa sebelum dan sesudah pembelajaran dengan PBL. Penelitian ini melibatkan 63 siswa yang tercatat dalam kursus matematika. Penelitian ini dilakukan dengan metode kuasi eksperimental. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model PBL memiliki dampak positif secara keseluruhan pada sikap siswa. Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan yang signifikan (p <0,05) antara sikap siswa terhadap bekerja secara kooperatif dalam kelompok sebelum pembelajaran dengan PBL dan setelah PBL. Selain itu juga hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara persepsi siswa tentang instruksi menggunakan model PBL dan setelah sesi PBL (p <0,05). PBL juga meningkatkan keterampilan seperti berkomunikasi secara efektif secara lisan (p <0,001) dan mengadopsi pandangan yang lebih universal dan holistik ( p <0,05). Barman, Rogayah, dan Noorliza (2006) melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengeksplorasi persepsi mahasiswa Dokter Ilmu Gigi mengenai pembelajaran PBL. Penelitian ini melibatkan 110 mahasiswa Dokter Ilmu Gigi. Penelitian dilakukan dengan membagikan kuisioner dan diskusi yang terbagi dalam
dua
tahap.
Hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa
pembelajaran
menggunakan model PBL ini dirasa menarik. Pada umumnya mahasiswa berpendapat bahwa PBL bermanfaat bagi mereka dalam mencapai tujuan pembelajaran dan memperoleh pemahaman mendalam tentang topik penelitian, menghubungkan pengetahuan ilmu dasar untuk keterampilan penilaian klinis, dan dalam mengembangkan keterampilan interaksi kelompok.
22
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Akınoğlu dan Ruhan (2006) melakukan penelitian yang bertujuan untuk menentukan dampak dari pembelajaran aktif berbasis masalah di ilmu pendidikan pada siswa akademik prestasi dan konsep pembelajaran. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dan kuantitatif. Penelitian dilakukan pada 50 siswa kelas VII tahun ajaran 2004/2005 di sekolah umum di Istanbul. Hasil penelitian ini adalah penerapan Problem Based Learning berpengaruh terhadap perkembangan konseptual positif siswa dan mengatasi kesalahpahaman tingkat rendah pada siswa. 2.2.2 Penelitian-Penelitian Tentang Berpikir Kritis Scott (2008) meneliti tentang persepsi mahasiswa mengenai kemampuan berpikir kritis selama proses debat dalam sebuah studi kasus. Penelitian ini adalah untuk mengumpulkan persepsi mahasiswa teknologi mengenai proses perdebatan yang digunakan dalam kelas untuk meningkatkan berpikir kritis melalui kuisioner. Penelitian ini melibatkan 111 mahasiswa yang terdaftar di kursus Sains, Teknologi, dan Masyarakat 2005-2006. Kursus ini diajarkan oleh dua profesor. Para siswa dilakukan salah satu perdebatan selama semester di mana mereka berpartisipasi dalam kursus dan mereka diminta untuk mengisi kuesioner ditulis oleh peneliti. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa percaya bahwa perdebatan membantu mereka memahami topik yang lebih baik, belajar pengetahuan baru, dan memperoleh pemahaman tentang proses perdebatan. Sebagai tambahan, siswa berpikir bahwa perdebatan meningkat keterampilan berpikir kritis mereka. Bahr (2010) meneliti tentang berpikir kritis pada pendidikan tingkat tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemahaman mahasiswa dan staf fakultas mengenai berpikir kritis. Para peserta untuk penelitian ini adalah siswa (n = 26) dan akademisi (n = 21) di Fakultas Pendidikan di sebuah Universitas besar di Australia. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mahasiswa umumnya percaya diri dalam kemampuan mereka untuk berpikir kritis dan mampu mengidentifikasi kegiatan dalam kursus mereka yang menuntut pemikiran kritis. Wirawani (2015) meneliti tentang persepsi guru preservice mengenai pengaruh permainan dalam berpikir kritis. Penelitian ini bertujuan untuk 23
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
mengeksplorasi persepsi guru preservice terhadap perasaan bermain pada berpikir kritis dan bagaimana guru itu merasakan kurikulum saat ini dalam hal membantu anak-anak untuk menjadi pemikir kritis. Peneliti melakukan penelitian pada dua guru preservice yang masih belajar pada tahun kedua di program studi anak usia dini. Penelitian ini menggunakan metode wawancara untuk mendapatkan informasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak-anak adalah pemikir kritis dan mereka belajar melalui bermain. Namun sebelum guru prasekolah bisa mendorong kemampuan berpikir kritis dari anak-anak, mereka harus memiliki persepsi tentang bagaimana belajar harus terjadi dalam pra-sekolah lingkungan harus dilihat. Dari
hasil
penelitian
yang
relevan
diatas,
beberapa
penelitian
menggunakan model Problem Based Learning sebagai variabel independen penelitian. Meskipun demikian, belum banyak penelitian yang menggunakan variabel dependen berupa kemampuan berpikir kritis khususnya kemampuan interpretasi dan analisis. Hal ini dibuktikan melalui beberapa hasil penelitian yang relevan tentang proses kognitif terbatas pada penguasaan konsep dan pemahaman konsep. Oleh karena itu, peneliti akan melakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh penerapan model Problem Based Learning terhadap kemampuan interpretasi dan analisis siswa kelas V di SD Kanisius Kalasan Yogyakarta.
24
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2.2.3 Literature Map
Model Problem Based Learning
2
Berpikir Kritis
Akmar & Lee Siew (2003) PBL – Kursus Matematika
Scott (2008) Berpikir Kritis - Debat
Barman, Rogayah, dan Noorliza (2006) PBL – Pemahaman mahasiswa dokter gigi
Bahr, Nan (2010) Berpikir Kritis – Pemikiran Kritis pada Pendidikan Tingkat Tinggi
Akınoğlu & Ruhan (2006)
Wirawani (2015)
PBL – Prestasi, Sikap, dan Konsep Belajar Siswa
Bermain – Berpikir Kritis
Yang akan diteliti : Model Problem Based Learning (PBL) - Berpikir Kritis Kemampuan Interpretasi dan Analisis Gambar 2.2 Bagan Hasil Penelitian yang Relevan
2.3 Kerangka Berpikir Teori Piaget menjelaskan bahwa perkembangan kognitif anak usia Sekolah Dasar masuk dalam tahap operasional konkret. Hal tersebut ditandai dengan penerapan aturan yang jelas dan logis. Untuk mendukung teori tersebut model Problem Based Learning (PBL) diduga tepat digunakan untuk pembelajaran sesuai dengan perkembangan anak. Model Problem Based Learning (PBL) merupakan model pembelajaran yang didasarkan pada adanya permasalahan yang dikaji lebih dalam oleh siswa dengan tujuan memecahkan masalah dan belajar untuk berpikir kritis. Pembelajaran dengan model ini dilakukan dengan beberapa tahapan yang saling berkaitan satu sama lain. Setiap tahapan dilakukan untuk tujuan yang terarah pada pemecahan masalah dan keterampilan berpikir tingkat 25
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
tinggi. Dengan model ini diharapkan siswa mampu untuk menyelidiki dan membangun pemahaman yang lebih bermakna secara pribadi. Terdapat 5 tahap penerapan model pembelajaran berbasis masalah yaitu tahap 1 mengorientasikan siswa terhadap masalah, tahap 2 mengorganisasi siswa untuk belajar, tahap 3 membimbing penyelidikan individu maupun kelompok, tahap 4 mengembangkan dan menyajikan hasil karya, dan tahap 5 menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Berpikir kritis merupakan proses berpikir tingkat tinggi yang memungkinkan siswa menemukan informasi sebagai jawaban pemecahan masalah atau pemahaman yang lebih mendalam pada informasi tertentu. terdapat beberapa aspek dalam berpikir kritis antara lain kemampuan interpretasi dan analisis. Kemampuan interpretasi adalah proses memahami dan menyatakan makna atau signifikansi variasi yang luas dari pengalaman, situasi, data, peristiwa, penilaian, persetujuan, keyakinan, aturan, prosedur dan kriteria. Interpretasi meliputi subskill kategorisasi, pengkodean, dan penjelasan makna. Sedangkan Kemampuan analisis adalah proses mengidentifikasi hubungan antara pernyataan, pertanyaan, konsep, deskripsi, atau bentuk-bentuk representasi lainnya untuk mengungkapkan keyakinan, penilaian, pengalaman, alasan, informasi dan opini. Beberapa SD di Yogyakarta saat ini masih menerapkan KTSP, dimana penerapannya memerlukan dukungan dengan suatu model pembelajaran yang inovatif agar kemampuan kognitif, afektif, dan juga psikomotor siswa dapat berkembang secara maksimal. Model pembelajaran yang diterapkan setidaknya mampu mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa yaitu kemampuan interpretasi dan analisis siswa. Penerapan model Problem Based Learning merupakan solusi yang tepat untuk memfasilitasi siswa dalam mengembangkan kedua kemampuan tersebut. Model ini diterapkan pada mata pelajaran IPA dengan materi “Penyesuaian Diri Hewan terhadap Lingkungan”. Jika model ini diterapkan pada mata pelajaran IPA, maka model ini akan berpengaruh terhadap kemampuan interpretasi dan analisis siswa sesuai dengan materi yang dipelajari. 2.4 Hipotesis Penelitian 2.1.1
Penerapan model Problem Based Learning berpengaruh terhadap kemampuan interpretasi mata pelajaran IPA materi penyesuaian diri 26
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
hewan pada siswa kelas V di SD Kanisius Kalasan Yogyakarta semester gasal tahun ajaran 2016/2017. 2.1.2
Penerapan model Problem Based Learning berpengaruh terhadap kemampuan analisis mata pelajaran IPA materi penyesuaian diri hewan pada siswa kelas V di SD Kanisius Kalasan Yogyakarta semester gasal tahun ajaran 2016/2017.
27
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini akan diuraikan jenis penelitian, setting penelitian, populasi, dan sampel penelitian, variabel penelitian, instrumen penelitian, uji validitas dan reliabilitas, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data. 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian quasi experimental tipe nonequivalent control group design. Penelitian eksperimental adalah sebuah metode penelitian untuk menginvestigasi hubungan sebab akibat antara dua hal atau lebih (Ghozali, 2008: 6). Desain penelitian ini mempunyai kelompok kontrol akan tetapi tidak berfungsi sepenuhnya dalam mengontrol variabel-variabel dari luar yang dapat mempengaruhi pelaksanaan eksperimen (Sugiyono, 2013: 114). Quasi experimental digunakan dalam penelitian ini karena dalam penelitian ini tidak memungkinkan untuk mengatur kelas yang ada untuk mengambil sampel. Jenis penelitian ini melibatkan dua kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Kedua kelompok diberikan pretest dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa pada tiap kelompok sebelum diberikan suatu perlakuan. Hasil pretest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol kemudian dibandingkan. Penelitian dilanjutkan dengan pemberian perlakuan dengan pembelajaran menggunakan model Problem Based Learning pada kelompok eksperimen sedangkan kelompok kontrol tidak. Setelah diberi perlakuan, kedua kelompok kemudian dilakukan posttest untuk mengetahui adanya pengaruh dari perlakuan yang sudah diberikan. Pengaruh perlakuan dihitung melalui tiga langkah, yaitu (1) skor posttest dikurangi skor pretest pada kelompok eksperimen menghasilkan skor 1, (2) skor posttest dikurangi skor pretest pada kelompok kontrol menghasilkan skor 2, dan (3) skor 1 dikurangi skor 2 (Cohen, 2007: 276277). Pengaruh perlakuan dapat dihitung dengan menggunakan rumus (O 2-O1)(O4-O3). Jika hasilnya negatif, maka pengaruh perlakuan yang diberikan juga negatif (Cohen, 2007: 277). Jika hasilnya lebih besar dari nol, maka ada pengaruh perlakuan. Gambar desain penelitian sebagai berikut: 28
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
O1
X
O2
--------------
O3
O4
Gambar 3.1 Desain Penelitian (Sumber: Cohen, 2007: 283)
Keterangan: O1: Rerata skor pretest kelompok eksperimen O2: Rerata skor posttest kelompok eksperimen X: Perlakuan (treatment) dengan model pembelajaran berbasis masalah O3: Rerata skor pretest kelompok kontrol O4: Rerata skor posttest kelompok kontrol Garis putus-putus pada gambar di atas menunjukkan bahwa cara penentuan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol tidak menggunakan cara random melainkan dengan mengambil kelas klasikal yang sudah ada (Cohen, 2007: 283). Garis putus-putus juga berfungsi sebagai pemisah kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol yang disebut dengan nonequivalent control group design (Cohen, 2007: 283). 3.2 Setting Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian Lokasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah SD Kanisius Kalasan yang beralamat di Kringinan, Tirtomartani, Kalasan, Sleman, D.I. Yogyakarta. SD Kanisius Kalasan merupakan salah satu Sejolah Dasar swasta dibawah naungan yayasan Kanisius. Letak SD Kanisius sangat strategis, yaitu berada di tepi jalan raya Yogya-Solo sehingga untuk menemukan SD ini sangat mudah. Status sekolah SD ini sebagai sekolah Swasta dengan akreditasi A. SD Kanisius Kalasan mempunyai fasilitas yang sangat memadai dan mendukung pembelajaran diantaranya adalah mempunyai 12 ruang kelas, ruang guru, ruang kepala sekolah, laboratorium komputer, UKS, perpustakaan, koperasi, kamar mandi, halaman sekolah, dan kantin. Jumlah siswa di SD Kanisius Kalasan pada tahun ajar
29
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2016/2017 adalah 345 siswa. SD Kanisius Kalasan menggunakan kurikulum 2006 (KTSP). Peneliti memilih SD Kanisius Kalasan sebagai tempat penelitian karena sekolah ini memiliki akreditasi A, selain itu SD Kanisisus Kalasan merupakan SD yang mempunyai kelas paralel, dalam satu tingkatan kelasnya terdapat dua kelas yaitu kelas A dan kelas B, sehingga tepat untuk digunakan untuk penelitian eksperimen. Jumlah keseluruhan kelas ada 12 kelas dengan jumlah siswa tiap kelasnya rata-rata terdapat 25-33 siswa. 3.2.2 Waktu Pengambilan Data Penelitian ini dilaksanakan pada semester gasal tahun ajaran 2016/2017. Waktu pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan selama 3 minggu. Lama waktu pengambilan data pretest dan posttest dalam rentang waktu tiga minggu. Waktu untuk pemberian treatment adalah tiga kali 80 menit. Berikut ini adalah jadwal pengambilan data yang dilakukan pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Tabel 3.1 Jadwal Pengambilan Data Kelompok Kontrol (VB) Kelompok Eksperimen (VA) Hari/Tanggal Pertemuan Materi Hari/Tanggal Pertemuan Materi Senin/24 I Pretest Senin/24 I Pretest Oktober 2016 Oktober 2016 Kamis/27 II Cara Kamis/27 II Cara Oktober 2016 Adaptasi Oktober 2016 Adaptasi pada Unggas pada Unggas Senin/31 III Cara Senin/31 III Cara Oktober 2016 Adaptasi Oktober 2016 Adaptasi pada pada Serangga Serangga Kamis/3 IV Cara Kamis/3 IV Cara Noveber 2016 Adaptasi Noveber 2016 Adaptasi pada Cecak pada Cecak Senin/7 V Posttest I Senin/7 V Posttest I November November 2016 2016 Jumat/11 VI Posttest II Jumat/11 VI Posttest II November November 2016 2016
3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti 30
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010: 117). Sukmadinata (2008: 250) mengatakan bahwa populasi adalah kelompok besar dan wilayah yang menjadi lingkunp penelitian yang akan kita lakukan. Populasi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V (kelas VA dan kelas VB) SD Kanisius Kalasan yang berjumlah 61 siswa. 3.3.2 Sampel Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2010: 118). Sampel yang diambil untuk penelitian ini adalah siswa kelas V B sebagai kelompok kontrol yang berjumlah 30 siswa dan siswa kelas V A sebagai kelompok eksperimen dengan jumlah 31 siswa. Kelompok kontrol merupakan kelompok yang tidak mendapatkan perlakuan atau treatment, sedangkan kelas eksperimen merupakan kelas yang mendapatkan perlakuan atau treatment berupa model pembelajaran berbasis masalah. Teknik pengambilan sampel menggunakan desain non probability sampling dengan tipe convenience sampling. Teknik convenience sampling atau sampel yang dipilih dengan pertimbangan kemudahan, adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan saja, anggota populasi yang ditemui peneliti dan bersedia sebagai responden dijadikan sampel (Darmawan, 2013: 151). Pemilihan kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dilakukan dengan cara diundi. Penelitian ini dilakukan bersama guru mitra yang merupakan pelaksana proses pembelajaran. Guru mitra merupakan guru pengampu mata pelajaran IPA kelas VA dan kelas VB. Hal ini dilakukan supaya tidak terjadi kesenjangan atau perbedaan kemampuan guru dalam mengajar masing-masing kelompok. Pembelajaran pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dilakukan oleh satu orang guru yang sama. Selain itu guru lebih mengenal karakteristik siswa yang digunakan sebagai penelitian sehingga akan lebih mudah dalam menerapkan penelitian. Selama pembelajaran peneliti berperan sebagai observer yang mengamati jalannya pembelajaran yang terjadi di dalam kelas. Peneliti melakukan dokumentasi dan pengamatan selama berlangsungnya proses pembelajaran baik di kelas eksperimen ataupun di kelas kontrol.
31
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3.4 Variabel Penelitian Variabel adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek, atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2008: 38). Jenis variabel yang digunakan dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi dua, yaitu variabel bebas (independent variable) dan variabel terikat (dependent variable). Kedua variabel digunakan karena sesuai dengan jenis penelitian yang bertujuan untuk melihat adanya suatu pengaruh.
3.4.1 Variabel Independen Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat) (Sugiyono, 2013: 61). Martono (2014: 61) mengungkapkan bahwa variabel independen merupakan variabel yang mempengaruhi variabel lain atau menghasilkan akibat pada variabel yang lain. Penelitian ini menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) sebagai variabel independen yang mempengaruhi variabel dependen. Model pembelajaran PBL yang digunakan terdiri dari lima langkah yaitu mengorientasi siswa pada masalah, mengorganisasikan siswa untuk belajar, membimbing penyelidikan individual maupun kelompok, mengembangkan dan menyajikan hasil karya, dan menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.
3.4.2 Variabel dependen Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel independen (Sugiyono, 2013: 61). Martono (2014: 61) mengungkapkan bahwa variabel dependen merupakan variabel yang diakibatkan atau dipengaruhi oleh variabel bebas. Keberadaan variabel ini dalam penelitian kuantitatif adalah sebagai variabel yang dijelaskan dalam fokus penelitian. Penelitian ini menggunakan kemampuan interpretasi dan analisis sebagai variabel dependen yang akan dipengaruhi variabel independen.
Berikut merupakan bagan hubungan antara variabel independen-dependen. 32
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Variabel dependen Variabel independen Kemampuan Interpretasi
Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
Kemampuan Analisis
Gambar 3.2 Pemetaan Variabel Penelitian
3.5 Teknik Pengumpulan Data Penelitian ini menggunakan eknik pengumpulan data dengan teknik tes. Tes adalah alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui dan mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan (Arikunto, 2012:67). Mardapi (2008: 67) tes diartikan sebagai sejumlah pertanyaan yang membutuhkan jawaban, atau sejumlah pertanyaan yang harus diberikan tanggapan dengan tujuan mengukur tingkat kemampuan seseorang atau mengungkap aspek tertentu dari seseorang yang dikenai tes. Bentuk tes yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah tes essai atau uraian. Tes bentuk uraian adalah tes yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengorganisaikan jawabannya secara bebas sesuai dengan kemampuan dengan bahasa sendiri atas sejumlah item yang relatif kecil dan tuntutan jawaban yang benar, relevan, lengkap, terstruktur, dan jelas (Masidjo, 2010: 46). Kemampuan interpretasi dan analisis diukur dengan menggunakan empat soal uraian yaitu soal nomor 1, 2, 3, dan 4. Soal tes uraian diberikan kepada dua kelas yaitu kelas kontrol dan kelas eksperimen. Pretest akan dilakukan sebelum pembelajaran tentang adaptasi hewan diberikan
dengan
tujuan untuk
mengetahui
kondisi
awal
setiap
kelompok yang akan digunakan untuk penelitian. Selanjutnya, pada kelompok eksperimen selama pembelajaran akan diberi perlakuan (treatment) dengan model pembelajaran berbasis masalah atau Problem Based Learning (PBL), sedangkan pada kelompok kontrol tidak diberikan perlakuan khusus. Setelah
dilakukan
pembelajaran yang berbeda, kemudian dilakukan posttest I pada masing-masing kelompok. 33
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Diadakannya posttest I ini bertujuan
untuk mengetahui ada tidaknya
pengaruh dari pemberian perlakuan (treatment) pada kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol yang tidak diberikan perlakuan (treatment). Semua instrumen penelitian maupun media yang akan digunakan selama proses pembelajaran
disiapkan
oleh
peneliti.
Guru
mitra
akan
melaksanakan
pembelajaran dan peneliti bertugas sebagai observer selama pembelajaran berlangsung.
No. 1
2
Kelompok Kontrol
Eksperimen
Tabel 3.2 Pemetaan Instrumen Penelitian Variabel Data Interpretasi Skor pretest Skor posttest I Skor posttest II Analisis Skor pretest Skor posttest I Skor posttest II Interpretasi Skor pretest Skor posttest I Skor posttest II Analisis Skor pretest Skor posttest I Skor posttest II
Instrumen Soal uraian (nomor 1, 2a, dan 2b) Soal uraian (nomor 3a, 3b, 4a dan 4b) Soal uraian (nomor 1, 2a, dan 2b) Soal uraian (nomor 3a, 3b, 4a dan 4b)
3.6 Instrumen Penelitian Pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran, sehingga harus ada alat ukur yang baik. Alat ukur dalam penelitian dinamakan instrumen penelitian. Dengan demikian instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Secara spesifik semua fenomena ini disebut dengan variabel penelitian (Sugiyono, 2013: 148). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes essai. Penelitian ini menggunakan Standar Kompetensi: 3. mengidentifikasi cara makhluk hidup menyesuaikan diri dengan lingkungan. Sedangkan Kompetensi Dasar khususnya pada mata pelajaran IPA yang digunakan adalah mengidentifikasi penyesuaian diri hewan dengan lingkungan tertentu untuk mempertahankan hidup. Instrumen ini terdapat 13 soal essai yang masing-masing nomor mewakili tingkat pemahaman yaitu interpretasi, analisis, evaluasi, inferensi, eksplanasi dan regulasi diri. Instrumen ini digunakan oleh tiga peneliti yang masing-masing meneliti dua kemampuan. Tes esai yang digunakan oleh peneliti memuat dua kemampuan yaitu kemampuan interpretasi dan kemampuan analisis yaitu soal 34
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
nomor 1, 2, 3 dan 4. Matriks pengembangan instrumen ditunjukkan pada tabel 3.3 berikut. No. 1.
2.
Variabel Interpretasi
Analisis
Tabel 3.3 Matriks Pengembangan Instrumen Aspek Indikator Menjelaskan makna Mengidentifikasi jenis adaptasi unggas terhadap lingkungan. Membuat kategori Mengklasifikasikan unggas berdasarkan bentuk paruh. Membuat kategori Mengklasifikasikan unggas berdasarkan bentuk paruh. Menguji gagasanMenganalisis bentuk tubuh gagasan unggas. Menguji gagasanMenganalisis bentuk tubuh gagasan unggas. Menguji gagasanMenguraikan cara-cara gagasan adaptasi unggas terhadap lingkungannya. Menguji gagasanMenguraikan cara-cara gagasan adaptasi unggas terhadap lingkungannya.
Nomor Soal 1
2a 2b 3a 3b 4a
4b
3.7 Teknik Pengujian Instrumen Sebelum diberikan kepada responden yang akan digunakan untuk penelitian, instrumen penelitian ini perlu diujicobakan untuk menghindari isi pertanyaan yang kurang jelas, bahasa yang digunakan dalam pembuatan pertanyaan kurang tepat, serta pertanyaan-pertanyaan yang ambigu yang mengandung dua makna. Untuk mendapatkan kesimpulan yang valid dan reliabel maka perlu diuji validitas dan reliabilitasnya. Berikut penjabaran uji validitas dan uji reliabilitas tersebut. 3.7.1
Uji Validitas Sugiyono (2013: 172) menyatakan bahwa hasil penelitian yang valid bila
terapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti. Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Suatu instrumen dikatakan valid apabila instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Sugiyono (2013: 176) menyatakan bahwa validitas instrumen yang berupa tes harus memenuhi construct validity (validitas konstruksi) dan content validity (validitas isi). Oleh karena itu, validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah content validity (validitas isi), face validity (validitas muka), dan construct validity (validitas konstruk). 35
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3.7.1.1 Validitas Isi (content validity) Sebuah tes memiliki validitas isi (content validity) apabila mampu mempresentasikan cakupan dan juga tujuan pembelajaran dengan menggunakan materi sesuai bidang yang bersangkutan (Cohen, 2007: 162). Validitas isi dicapai dengan penilaian dari para ahli atau expert judgment. Validitas isi tes dalam penelitian ini diperoleh dari tiga expert judgment yaitu dua dosen mata kuliah IPA dan satu guru kelas V yang mengampu mata pelajaran IPA. Validator 1, 2, dan 3 berpendapat bahwa soal nomor 1, 2a, 2b sudah baik. Pendapat validator 1 untuk soal nomor 1 mengenai soal cerita adalah “Bedanya itik dan ayam adalah itik lebih suka dengan tempat yang berair sedangkan ayam lebih suka tempat yang kering. Kesalahan dalam pemberian makan tidak berpengaruh apa-apa, lagi pula itik dan ayam pada cerita merupakan hewan peliharaan sehingga makanannya pun sudah dimodifikasi oleh manusia”. Dari pendapat ini peneliti memperbaiki soal cerita nomor 1 dengan memperjelas perbedaan dari itik dan ayam mengenai lingkungan yang disukainya. Untuk soal nomor 1 validator 1 dan 2 memberikan penilaian sangat baik, sedangkan validator 3 memberikan penilaian baik. Untuk soal nomor 2a dan 2b validator 1 memberikan penilaian sangat baik, sedangkan validator 2 dan 3 memberikan penilaian baik. Untuk soal nomor 3a dan 3b validator 1 dan 3 memberikan penilaian baik, sedangkan validator 2 memberikan penilaian sangat baik. Pada soal nomor 3a dan 3b ini validator 1 memberikan saran untuk menambahkan pertanyaan dengan kata tanya bagaimana. Untuk soal nomor 4a dan 4b ketiga validator memberikan penilaian baik sehingga tidak terdapat saran perbaikan. Total skor instrumen dari ketiga validator menunjukkan skor 65, 67, dan 63 dengan rerata dari masing-masing validator 3,10, 3,19, dan 3 sehingga instrumen penelitian ini layak diimplementasikan akan tetapi perlu adanya perbaikan.
3.7.1.2 Validitas Muka (face validity) Validitas muka menunjuk pada segi “rupa sebuah alat ukur”, suatu alat pengukur tampak mengukur apa yang akan diukur
(Martono, 2014: 101).
Validitas ini lebih mengacu pada penampilan dan juga bentuk dari instrumen yang akan
digunakan
dalam
penelitian.
Validitas
muka
diperoleh
dengan 36
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
mengujicobakan soal pada 5 siswa kelas V SD Kanisius Sengkan tahun ajaran 2016/2017. Pengerjaan soal dilakukan pada Selasa, 6 September 2016 dengan waktu 2 x 30 menit. Lima siswa tersebut dipilih dengan rekomendasi dari guru kelas dan sesuai dengan tingkat kemampuan kognitif tinggi, sedang, dan rendah. Dari ujicoba ini beberapa siswa masih belum paham dengan kata “adaptasi”, “unggas”, “alternatif” dan “identifikasi”. Pada instrumen nomor 3a dan 3b peneliti mengganti soal supaya lebih mudah dipahami oleh siswa. Meskipun demikian, setiap pertanyaan atau kalimat perintah sudah mampu dipahami dengan baik oleh siswa.
3.7.1.3 Validitas Konstruk (construct validity) Validitas konstruk dilakukan dengan uji empiris. Dalam penelitian ini peneliti mengujikan soal kepada siswa kelas V SD Kanisius Sengkan untuk memperoleh validitas konstruk. SD Kanisius Sengkan beralamat di Sengkan, Jl. Kaliurang km 7, Condongcatur, Depok, Sleman, D.I. Yogyakarta. Peneliti memilih SD Kanisius Sengkan berdasarkan beberapa alasan yaitu (1) sekolah ini memiliki kelas paralel seperti SD Kanisius Kalasan, (2) sekolah ini memiliki siswa dengan prestasi yang kurang lebih sama dengan siswa SD Kanisius Kalasan. Pengerjaan soal dilakukan pada Kamis, 15 September 2016 dengan waktu 2 x 30 menit. Jumlah responden dalam uji empiris ini adalah 33 siswa. Uji empiris dilakukan dengan jumlah sampel 30 orang (Sugiyono, 2013: 177). Setelah diujikan peneliti kemudian menghitung validitasnya menggunakan rumus korelasi dari Pearson dengan kriteria jika harga Sig (2-tailed) < 0,05 item tersebut dikatakan valid. Jika harga Sig (2-tailed) > 0,05 item tersebut dikatakan tidak valid. Dapat juga dengan rumus r hitung > r tabel (Sugiyono, 2013: 179). Validitas konstruk dilakukan dengan perhitungan menggunakan program komputer IBM SPSS Statistic 22 for Windows dengan tingkat kepercayaan 95%. Berikut ini adalah tabel hasil uji validitas instrumen.
No
Variabel
Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas Instrumen r tabel r hitung Sig (2-tailed)
1 2 3
Interpretasi Analisis Evaluasi
0,344 0,344 0,344
0,401 0,535 0,601
0,021 0,001 0,000
Keterangan Valid Valid Valid
37
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4 5
Inferensi Eksplanasi
0,344 0,344
0,730 0,788
0,000 0,000
Valid Valid
6
Regulasi Diri
0,344
0,592
0,000
Valid
Variabel Interpretasi
Analisis
Tabel 3.5 Hasil Validitas Instrumen Aspek Interpretasi dan Analisis Aspek r tabel r hitung Sig (2tailed) Menjelaskan Makna 0,344 0,543** 0,001 Membuat Kategori Membuat Kategori Menganalisis Argumen Menganalisis Argumen Menganalisis Argumen Menganalisis Argumen
Keterangan Valid
0,344 0,344 0,344
0,422* 0,511** 0,666**
0,014 0,002 0,000
Valid Valid Valid
0,344
0,579**
0,000
Valid
0,344
0,559**
0,001
Valid
0,344
0,559**
0,001
Valid
Tabel 3.5 menunjukkan bahwa harga Sig (2-tailed) < 0,05 pada seluruh aspek dalam kedua variabel, sehingga semua soal dinyatakan valid. Penelitian ini merupakan penelitian kolaboratif dengan enam kemampuan dalam berpikir kritis yang diujikan secara bersamaan. Enam kemampuan tersebut adalah interpretasi, analisis, inferensi, evaluasi, eksplanasi, dan regulasi diri. Meskipun demikian, peneliti hanya fokus pada kemampuan interpretasi dan analisis.
3.7.2
Uji Reliabilitas Sugiyono (2013: 172) menambahkan bahwa hasil penelitian yang reliabel,
bila terdapat kesamaan data dalam waktu yang berbeda. Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Reliabilitas instrumen merupakan syarat untuk pengujian validitas instrumen. Oleh karena itu, walaupun instrumen yang valid umumnya pasti reliabel, tetapi pengujian reliabilitas instrumen perlu dilakukan (Sugiyono, 2013: 174). Penelitian ini menggunakan soal berbentuk uraian sebagai instrumen pengumpulan data. Pemberian skor pada jawaban soal uraian dengan menggunakan rentang skor 1 hingga 4, dengan didasarkan pada kriteria yang sudah ditentukan. Nunnally (dalam Ghozali, 2007: 42) mengemukakan bahwa 38
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
suatu konstruk dikatakan reliabel jika harga Alpha Cronbach > 0,60. Berikut ini adalah tabel kriteria koefisien korelasi reliabilitas untuk memberikan arti terhadap koefisien reliabilitas yang diperoleh (Madsijo, 1995: 209). Tabel 3.6 Kriteria Koefisien Reliabilitas Koefisien Korelasi Kualifikasi 0,91-1,00 Sangat Tinggi 0,71-0,90 Tinggi 0,41-0,70 Cukup 0,21-0,40 Rendah Negatif-0,20 Sangat Rendah
Berikut adalah hasil dari uji coba reliabilitas instrumen yang dilakukan dengan program IBM SPSS statistic 22 dengan rumus Alpha Cronbach.
Uji reliabilitas instrumen
Tabel 3.7 Hasil uji reliabilitas instrumen Alpha Cronbach 0,675
Keterangan Reliabel
Tabel 3.7 menunjukkan hasil reabilitas instrumen penelitian. Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh reabilitas dari keenam variabel yang valid memiliki nilai Alpha Cronbach > 0,60 yaitu sebesar 0,675. Nilai Alpha Cronbach menunjukkan kualifikasi cukup, sehingga instrumen dapat dikatakan reliabel dan layak diterapkan dalam penelitian ini.
3.8 Teknik Analisis Data Analisis data adalah kegiatan menghitung data agar dapat disajikan secara sistematis dan dapat dilakukan interpretasi (Priyatno, 2012: 1). Analisis data pada penelitian kuantitatif dapat dilakukan secara manual dengan menghitung menggunakan rumus statistik atau menggunakan program bantu statistik. Analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul (Sugiyono, 2013: 207). Kegiatan dalam analisis data adalah: mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah, dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan. Untuk penelitian yang tidak merumuskan hipotesis, langkah terakhir tidak dilakukan. Analisis data menggunakan program komputer IBM SPSS Statistics 22 for 39
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Windows dengan tingkat kepercayaan 95%. Dalam teknik analisis data ini terdapat beberapa langkah pengujian data yang dilakukan sebagai berikut. 3.8.1
Analisis Pengaruh Perlakuan
3.8.1.1 Uji Normalitas Distribusi Data Uji normalitas data dilakukan setelah mendapatkan hasil tes dari siswa. Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data terdistribusi secara normal atau tidak, hal ini sebagai syarat digunakannya analisis parametrik (Priyatno, 2012: 132). Jika data terdistribusi tidak normal maka analisis data dilakukan dengan statistik non parametrik (Priyatno, 2012: 11). Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan IBM SPSS Statistics 22
for Windows dengan tingkat
kepercayaan 95%. Uji normalitas menggunakan One Samples Kolmogorov Smirnov Test dan Shapiro-Wilk. Uji normalitas dengan
Shapiro-Wilk pada
umumnya digunakan untuk sampel yang kurang dari 50 agar menghasilkan keputusan yang akurat (Shapiro dan Wilk dalam Razali dan Wah, 2011). Jika harga Sig (2-tailed) dengan uji Kolmogorov-Smirnov > 0,05 maka distribusi data normal sedangkan jika harga Sig (2-tailed) dengan uji KolmogorovSmirnov < 0,05 maka distribusi data tidak normal (Priyatno, 2012: 136). Apabila distribusi data normal maka analisis uji statistik selanjutnya menggunakan statistik parametrik misalnya paired samples t-test, sedangkan apabila distribusi data tidak normal maka dilakukan uji statistik non parametrik misalnya dengan Mann-Whitney atau Wilcoxon (Priyatno, 2012:141). Analisis data uji normalitas data menggunakan hipotesis statistik berikut ini. Hnull: Tidak ada deviasi dari normalitas. Hi: Ada deviasi dari normalitas. Kriteria yang digunakan adalah: 1. Jika harga Sig (2-tailed) > 0,05 maka Hnull diterima dan Hi ditolak. Artinya tidak ada deviasi dari normalitas maka distribusi data normal. 2. Jika harga Sig (2-tailed) < 0,05 maka Hnull ditolak dan Hi diterima. Artinya ada deviasi dari normalitas maka distribusi data tidak normal. 40
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3.8.1.2 Uji Perbedaan Kemampuan Awal Uji perbedaan kemampuan awal dilakukan dengan mengujikan perbedaan skor pretest pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Uji ini dilakukan untuk memastikan kedua kelompok memiliki kemampuan awal yang sama, sehingga kedua kelompok dapat dibandingkan. Uji ini dilakukan dengan menguji rerata skor pretest kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Uji ini menggunakan uji statistik 1) statistik parametrik Independent samples t-test, jika distribusi data normal. 2) statistik non parametrik MannWhitney U-test, jika distribusi data tidak normal (Priyatno, 2012: 137). Pengujian yang dilakukan sebelum analisis Independent samples t-test adalah uji Levene’s (uji asumsi varian) yaitu untuk mengetahui apakah varian data sama atau berbeda, jika varian data sama maka uji t menggunakan Equal Variance Assumed dan jika varian data berbeda maka menggunakan Equal Variance Not Assumed. Jika harga Sig. Levene’s test > 0,05 maka kelompok data memiliki varian yang sama, sehingga independent samples t-test menggunakan nilai pada equal variance assumed (Priyatno, 2012: 22-23). Analisis statistik dilakukan dengan program komputer IBM SPSS statistic 22 for Windows dengan tingkat kepercayaan 95%. Analisis data uji perbedaan kemampuan awal (pretest) menggunakan hipotesis statistik berikut ini. Hnull: Tidak ada perbedaan skor pretest yang signifikan antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dengan kata lain kemampuan awal kedua kelompok tersebut sama. Hi: Ada perbedaan skor pretest yang signifikan antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dengan kata lain kemampuan awal kedua kelompok tersebut tidak sama. Kriteria yang digunakan adalah: 1. Jika harga Sig (2-tailed) > 0,05 maka Hnull diterima dan Hi ditolak. Artinya tidak ada perbedaan antara rerata skor pretest yang signifikan pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. 41
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2. Jika harga Sig (2-tailed) < 0,05 maka Hnull ditolak dan Hi diterima. Artinya ada perbedaan antara rerata skor pretest yang signifikan pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Teknik analisis data yang digunakan adalah independent samples t-test jika data terdistribusi dengan normal atau Mann-Whitney U-test jika data terdistribusi dengan tidak normal. Teknik analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95%. Kondisi yang ideal untuk dilakukan penelitian eksperimen adalah jika kedua kelompok baik kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol memiliki kemampuan awal yang sama. 3.8.1.3 Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan Uji signifikansi pengaruh perlakuan digunakan untuk mengetahui pengaruh perlakuan atau penerapan model PBL terhadap kemampuan interpretasi dan analisis, dengan melihat perbedaan dari rerata skor selisih posttest I dan pretest dari kedua kelompok. Uji ini diperoleh dengan mengurangkan rerata selisih skor posttest I ke pretest pada kelompok kontrol dengan rerata selisih skor posttest I ke pretest pada kelompok eksperimen (Cohen, 2007: 276-277). Uji ini menggunakan rumus (O2 - O1) - (O4 - O3). Jika hasil pengujian menunjukkan skor negatif, maka tidak ada pengaruh perlakuan. Uji ini menggunakan uji statistik 1) statistik parametrik Independent samples t-test, jika distribusi data normal. 2) statistik non parametrik MannWhitney U-test, jika distribusi data tidak normal (Priyatno, 2012: 137). Pengujian yang dilakukan sebelum analisis Independent samples t-test adalah uji Levene’s (uji asumsi varian) yaitu untuk mengetahui apakah varian data sama atau berbeda, jika varian data sama maka uji t menggunakan Equal Variance Assumed dan jika varian data berbeda maka menggunakan Equal Variance Not Assumed. Jika harga Sig. Levene’s test > 0,05 maka kelompok data memiliki varian yang sama, sehingga independent samples t-test menggunakan nilai pada equal variance assumed (Priyatno, 2012: 22-23). Analisis data menggunakan hipotesis statistik sebagai berikut.
42
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Hnull: Tidak ada perbedaan yang signifikan antara selisih skor posttest I dengan skor pretest kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Hi: Ada perbedaan yang signifikan antara selisih skor posttest I dengan skor pretest kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Kriteria yang digunakan untuk menarik kesimpulan adalah sebagai berikut. 1. Jika harga Sig (2-tailed) > 0,05 maka Hnull diterima dan Hi ditolak. Artinya tidak ada perbedaan yang signifikan antara selisih skor posttest I- pretest pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, maka penerapan model PBL tidak berpengaruh terhadap kemampuan interpretasi dan analisis. 2. Jika harga Sig (2-tailed) < 0,05 maka Hnull ditolak dan Hi diterima. Artinya ada perbedaan yang signifikan antara selisih skor posttest I- pretest pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, maka penerapan model PBL berpengaruh terhadap kemampuan interpretasi dan analisis. 3.8.1.4 Uji Besar Pengaruh Perlakuan Uji besar pengaruh perlakuan dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh penerapan model PBL terhadap kemampuan interpretasi dan analisis. Uji besar pengaruh model PBL dapat dilihat dengan mencari effect size. Effect size adalah ukuran yang obyektif dan standar untuk mengetahui dari besarnya efek yang dihasilkan (Field: 2009: 56-57). Field (2009: 57) mengatakan bahwa terdapat kriteria yang menentukan besarnya efek, yaitu.
r (effect size) 0,10 0,30 0,50
Tabel 3.8 Kriteria Besar Pengaruh Perlakuan Kategori Persentase Efek kecil Efek sedang Efek besar
Setara dengan 1 % dari pengaruh perlakuan Setara dengan 9% dari pengaruh perlakuan Setara dengan 25% dari pengaruh perlakuan
Persentase pengaruh perlakuan dihitung dengan koefisien determinasi (R2) dengan cara mengkuadratkan harga r (harga koefisien korelasi Pearson yang diperoleh) kemudian dikalikan 100%. Jika distribusi data normal, uji besar pengaruh perlakuan dihitung dengan menggunakan rumus (Field, 2009: 57 & 179). 43
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
𝑡2 𝑡 2 + 𝑑𝑓
𝑟=
Gambar 3.3 Rumus Besar Efek untuk Data Normal
Keterangan: r = besar pengaruh (effect size) perlakuan dengan menggunakan koefisien korelasi Pearson t = harga uji t df = harga derajat kebebasan (degree of freedom) Jika distribusi data tidak normal, uji besar pengaruh dihitung dengan rumus berikut (Field, 2009: 550).
𝑟=
𝑍 𝑁
Gambar 3.4 Rumus Besar Efek untuk Data Tidak Normal
Keterangan: r
= besar pengaruh (effect size)
Z
= harga konversi dari standar deviasi (diperoleh dari perhitungan non parametrik program SPSS)
N
= dua kali jumlah respnden
3.8.2
Analisis Lebih Lanjut
3.8.2.1 Perhitungan Persentase Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I Perhitungan presentase peningkatan rerata pretest ke posttest I dilakukan untuk mengetahui presentase besar pengaruh model PBL yang dilihat dari peningkatan rerata dari pretest ke posttest I. Analisis perhitungan dilakukan dengan mengambil data rerata skor pretest dan posttest I pada uji normalitas distribusi data menggunakan Kolmogorov-Smirnov test. Besar presentase peningkatan rerata pretest ke posttest I dapat dihitung dengan rumus berikut (Gunawan, 2006: 575). Penurunan =
𝑃𝑜𝑠𝑡𝑡𝑒𝑠𝑡−𝑃𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠𝑡 𝑃𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠𝑡
𝑋 100%
44
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Gambar 3.5 Rumus Besar Persentase Penurunan Pretest-Posttest I
Untuk mengetahui persentase selisih skor pretest-posttest I (gain score) dapat dilakukan penghitungan manual sebagai berikut:
Gain score =
𝑓𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 × 100% 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎
Gambar 3.6 Rumus Gain Score
Frekuensi gain score yang diambil kurang lebih 50% dari skor tertinggi selisih pretest-posttest I kedua kelompok yaitu dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Grafik poligon pada gain score menunjukkan perbandingan yang tepat pada rerata antara kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol (Fraenkel, 2012: 250-251).
3.8.2.2 Uji Besar Efek Peningkatan Skor Pretest ke Posttest I Uji peningkatan skor rerata pretest ke posttest I dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat peningkatan rerata yang signifikan dari pretest ke posttest I baik pada kelompok kontrol maupun pada kelompok eksperimen. Uji statistik yang digunakan adalah Paired samples t-test jika data terdistribusi dengan normal, dan menggunakan uji statistik Wilcoxon jika distribusi data tidak normal (Field, 2009: 345). Analisis statistik menggunakan program komputer IBM SPSS Statistics 22 for Windows dengan tingkat kepercayaan 95%. Analisis data menggunakan hipotesis sebagai berikut. Hnull: Tidak ada perbedaan yang signifikan dari skor pretest ke posttest I kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Hi: Ada perbedaan yang signifikan dari skor pretest ke posttest I kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Kriteria yang digunakan untuk menarik kesimpulan adalah sebagai berikut. 1. Jika harga Sig (2-tailed) > 0,05 maka Hnull diterima dan Hi ditolak. Artinya tidak ada perbedaan yang signifikan antara
skor pretest ke posttest I
pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, maka tidak terdapat peningkatan atau penurunan yang signifikan dari pretest ke posttest I pada 45
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen terhadap kemampuan interpretasi dan analisis. 2. Jika harga Sig (2-tailed) < 0,05 maka Hnull ditolak dan Hi diterima. Artinya ada perbedaan yang signifikan antara skor pretest ke posttest I pada
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, maka terdapat
peningkatan atau penurunan yang signifikan dari pretest ke posttest I pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen terhadap kemampuan interpretasi dan analisis.
3.8.2.3 Uji Korelasi antara Rerata Pretest ke Posttest I Uji korelasi dilakukan untuk mengetahui apakah korelasi antara rerata pretest dan posttest I positif dan signifikan. Positif berarti semakin tinggi pretest maka semakin tinggi pula posttest I, signifikan berarti hasil dari skor korelasi dapat digeneralisasikan pada populasi. Tujuan uji korelasi untuk mengetahui apakah para siswa yang memperoleh skor tinggi pada pretest apakah juga memperoleh skor tertinggi pada posttest I, dan sebaliknya apakah siswa yang memperoleh skor rendah pada pretest juga memperoleh skor rendah pada posttest I. Uji korelasi dilakukan untuk memastikan sejauh mana validitas penelitian yang terkait karakteristik subjek dapat terkontrol dengan baik atau tidak. Uji korelasi antara rerata pretest dan posttest I dilakukan dengan menggunakan
rumus
bivariate
correlation
coefficients
yaitu
Pearson’s
correlation coefficient apabila data terdistribusi dengan normal (Field, 2009: 177). Sebaliknya jika data terdistribusi dengan tidak normal, maka menggunakan analisis statistik non-parametrik yaitu dengan rumus Spearman’s correlation coefficient (Field, 2009: 179). Berikut ini adalah tabel interpretasi koefisien korelasi untuk menguji hipotesis (Fraenkel, 2012: 253). Tabel 3.9 Tabel Interpretasi Koefisien Korelasi Correlation Coefficient Interpretasi 0,00 – 0,40 Rendah 0,41 – 0,60 Cukup besar 0,61 – 0,80 Sangat besar, tetapi jarang diperoleh pada penelitian pendidikan. Kemungkinan kesalahan penghitungan atau sebuah ukuran 0,81 atau lebih hubungan yang sangat besar.
46
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tingkat kepercayaan yang digunakan adalah 95%, dengan hipotesis statistik sebagai berikut. Hnull
: Tidak ada korelasi yang signifikan antara skor pretest dan posttest I pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.
Hi
: Ada korelasi yang signifikan antara skor pretest dan posttest I pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.
Kriteria yang digunakan untuk menarik kesimpulan adalah sebagai berikut: 1.
Jika harga sig. (2-tailed) < 0,05, maka Hnull ditolak dan Hi diterima. Artinya ada korelasi yang signifikan antara skor pretest dan posttest I pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.
2.
Jika harga sig. (2-tailed) > 0,05, maka Hnull diterima dan Hi ditolak. Artinya tidak ada korelasi yang signifikan antara skor pretest dan posttest I pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.
3.8.2.4 Uji Retensi Pengaruh Perlakuan Uji retensi pengaruh perlakuan dilakukan untuk mengetahui apakah perlakuan yang diberikan memiliki pengaruh yang masih kuat atau memiliki efek yang sama sesudah selang beberapa waktu dilakukan treatment. Uji retensi pengaruh perlakuan menggunakan data dari skor posttest I dan posttest II dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Teknik statistik yang digunakan adalah paired samples t-test jika data terdistribusi normal dan Wilcoxon jika data terdistribusi tidak normal (Field, 2009: 345). Data hasil posttest II dibandingkan dengan data posttest I menggunakan program IBM SPSS statistics versi 22 for Windows dengan tingkat kepercayaan 95%. Hipotesis statistiknya adalah sebagai berikut : Hnull: Tidak ada perbedaan skor yang signifikan dari posttest I ke posttest II pada kelompok eksperimen dan/atau kelompok kontrol. Dengan kata lain tidak terdapat penurunan/peningkatan skor yang signifikan dari posttest I ke posttest II. Hi: Ada perbedaan skor yang signifikan dari posttest I ke posttest II pada kelompok eksperimen dan/atau kelompok kontrol. Dengan kata lain 47
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
terdapat penurunan/peningkatan skor yang signifikan dari posttest I ke posttest II. Kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut: 1. Jika harga Sig. (2-tailed) > 0,05 maka Hnull diterima dan Hi ditolak. Artinya tidak ada perbedaan yang signifikan antara skor posttest I dan posttest II pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Dengan kata lain tidak terjadi penurunan/peningkatan skor yang signifikan dari skor posttest I ke posttest II. 2. Jika harga Sig. (2-tailed) < 0,05 maka Hnull ditolak dan Hi diterima. Artinya ada perbedaan yang signifikan antara skor posttest I dan posttest II pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Dengan kata lain terjadi penurunan/peningkatan yang signifikan dari posttest I ke posttest II.
Persentase kenaikan rerata posttest I ke posttest II dihitung menggunakan rumus sebagai berikut (Gunawan, 2006: 575). 𝑃𝑒𝑛𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡𝑎𝑛 =
(𝑝𝑜𝑠𝑡𝑡𝑒𝑠𝑡 𝐼𝐼 − 𝑝𝑜𝑠𝑡𝑡𝑒𝑠𝑡 𝐼) × 100% 𝑝𝑜𝑠𝑡𝑡𝑒𝑠𝑡 𝐼
Gambar 3.7 Rumus Persentase Uji Retensi Pengaruh
3.8.3
Persepsi terhadap Dampak Perlakuan Analisis dampak pengaruh perkakuan dilakukan dengan tujuan untuk
menyingkap sudut pandang terhadap proses pembelajaran yang berlangsung dari subjek yang terlibat dalam penelitian. Peneliti melakukan analisis dampak pengaruh perlakuan dengan dua teknik pengumpulan data, yaitu teknik tes dan teknik non tes. Teknik tes merupakan teknik utama dalam penelitian ini, sedangkan teknik non tes menggunakan elemen penelitian kualitatif sederhana yang digunakan untuk melengkapi hasil penelitian kuantitatif (Krathwohl, 2004: 546). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik non tes dengan metode triangulasi yaitu observasi, wawancara, dan dokumentasi. Observasi merupakan teknik pengamatan yang dilaksanakan secara langsung atau tidak langsung dan secara teliti terhadap suatu gejala dalam suatu situasi di suatu tempat (Masidjo, 1995: 59). Pendapat lainnya adalah observasi 48
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
merupakan sebuah proses pengamatan menggunakan pancaindra manusia (Martono, 2014: 86). Pada penelitian ini observasi dilakukan untuk mengamati aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung di kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hasil observasi diperoleh dengan membuat catatan aktivitas siswa selama pelaksanaan pembelajaran. Wawancara
merupakan
metode
pengumpulan
data
dengan
cara
mengajukan pertanyaan secara lisan kepada seseorang responden atau informan (Martono, 2014: 85). Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan masalah yang akan diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit atau kecil (Sugiyono, 2013: 194). Pada penelitian ini wawancara dilakukan kepada guru mitra dan 2 siswa dari kelompok eksperimen. Dokumentasi merupakan sebuah metode pengumpulan data yang dilakukan dengan mengumpulkan berbagai dokumen yang berkaitan dengan masalah penelitian (Martono, 2014: 87). Dokumen dapat berupa foto atau gambar, hasil karya seseorang atau tulisan. Dalam penelitian ini dokumen yang digunakan berupa dokumen nilai siswa dan foto-foto saat pembelajaran berlangsung. Nilai siswa siperoleh dari pretest, posttest I, dan posttest II. Pedoman wawancara guru dan siswa kelompok eksperimen dapat dilihat pada Tabel 3.10 dan Tabel 3.11 berikut.
No 1 2 3 4 5
6
Tabel 3.10 Pedoman Wawancara dengan Guru Pertanyaan Metode apa yang selama ini bapak gunakan ketika mengajar mata pelajaran IPA di kelas V? Mengapa bapak memilih menggunakan metode tersebut? Bagaimana tanggapan bapak mengenai penerapan model Problem Based Learning dalam penelitian kami? Apakah sebelumnya bapak sudah menggunakan model Problem Based Learning dalam mengajar mata pelajaran IPA? Menurut bapak jika menggunakan model Problem Based Learning dalam mengajar mata pelajaran IPA, apakah pembelajaran di kelas menjadi lebih efektif atau malah sebaliknya? Bagaimana perbedaan antara kelas eksperimen (V A) yang menggunakan model Problem Based Learning dengan kelas kontrol (V B) yang tidak menggunakan model Problem Based Learning?
49
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel 3.11 Pedoman Wawancara dengan Siswa Kelompok Eksperimen Sebelum Perlakuan No Pertanyaan 1
Apakah kamu senang IPA? Mengapa?
2
Biasanya bagaimana cara gurumu mengajar IPA?
3
Apakah kamu merasa senang ketika gurumu mengajar IPA dengan metode ceramah? Mengapa? Apakah sebelumnya gurumu pernah mengajarkan materi IPA dengan metode lain (selain ceramah)?
4
No 1 2 3 4
Tabel 3.12 Pedoman Wawancara dengan Siswa Kelompok Eksperimen Setelah Perlakuan Pertanyaan Bagaimana perasaanmu saat beljar IPA menggunakan model Problem Based Learning? Apakah sebelumnya sudah pernah belajar dengan menggunakan model Problem Based Learning? Apakah model Problem Based Learning membantumu dalam memahami materi? Mengapa? Kamu lebih mudah memahami materi pelajaran ketika pak Martinus menggunakan model Problem Based Learning atau ketika tidak menggunakan model Problem Based Learning?
50
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada Bab IV ini berisi hasil penelitian dan hasil analisis data. Hasil penelitian berisikan implementasi penelitan yang meliputi deskripsi populasi dan deskripsi implementasi pembelajaran. Hasil analisis data berisikan uji hipotesis penelitian I dan II yang meliputi analisis pengaruh perlakuan dan analisis lebih lanjut. Pada pembahasan diuraikan mengenai pengaruh perlakuan beserta dampaknya.
4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Implementasi Penelitian Penelitian ini menggunakan dua kelas sebagai kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Pemilihan kedua kelompok ditentukan dengan cara mengundi kedua kelas bersama guru mitra. Teknik pengambilan sampel menggunakan desain non probability sampling dengan tipe convenience sampling. Teknik convenience sampling atau sampel yang dipilih dengan pertimbangan kemudahan, adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan saja, anggota populasi yang ditemui peneliti dan bersedia sebagai responden dijadikan sampel (Darmawan, 2013: 151). Hasil pengundian menunjukkan kelas V A sebagai kelompok eksperimen dan kelas V B sebagai kelompok kontrol. Berikut ini merupakan deskripsi populasi penelitian dan pembelajaran pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.
4.1.1.1 Deskripsi Populasi dan Sampel Penelitian Populasi penelitian ini adalah siswa kelas V SD Kanisius Kalasan Yogyakarta. Populasi terdiri dari dua kelas yaitu kelas V A dan kelas V B. Dari hasil wawancara dengan guru mitra, menunjukkan bahwa pembagian kedua kelas tersebut dilakukan secara acak bukan didasarkan pada prestasi akademik siswa. Sampel pertama pada penelitian ini adalah kelas V A sebagai kelompok eksperimen dengan jumlah siswa 31 anak yang terdiri dari 18 siswa laki-laki dan 13 siswa perempuan. Sedangkan sampel kedua adalah kelas V B sebagai 51
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kelompok kontrol. Jumlah siswa di kelas ini adalah 30 anak yang terdiri dari 19 siswa laki-laki dan 11 siswa perempuan. Siswa pada kelompok eksperimen rata-rata berasal dari keluarga ekonomi menengah dan berpendidikan. Data siswa menunjukkan bahwa pekerjaan orang tua siswa antara lain karyawan swasta, guru, wiraswasta, dan PNS. Latar belakang pendidikan orang tua antara lain SPG, SMA, SMK, D3, D4, S1, dan S2. Sedangkan pada kelas kontrol rata-rata siswa berasal dari latar belakang ekonomi menengah dan berpendidikan. Data siswa menunjukkan bahwa pekerjaan orang tua siswa antara lain karyawan swasta, guru, wiraswasta, dan PNS. Latar belakang pendidikan orang tua antara lain SPG, SMA, SMK, D3, D4, S1, dan S2. 4.1.1.2 Deskripsi Implementasi Pembelajaran Pelaksanaan penelitian ini dimulai dengan mengadakan pretest pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Pretest dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal dari masing-masing kelompok. Pemberian pretest ini dilakukan pada hari Senin, 24 Oktober 2016. Siswa mengerjakan soal pretest yang berjumlah 13 soal uraian dengan waktu 2 x 30 menit. Sebelum mengerjakan soal, siswa menerima pengarahan dari guru menganai langkah-langkah pengerjaan soal maupun maksud dari butir soal. Guru yang mendampingi siswa dalam mengerjakan soal maupun yang melaksanakan pembelajaran pada kedua kelompok adalah guru yang sama. Dalam hal ini peneliti berperan sebagai pengamat, sehingga tidak sedikitpun mengambil peran dalam kegiatan pembelajaran. Peneliti membantu dalam menyiapkan alat dan bahan sebelum pelaksanaan pembelajaran dan mendokumentasikan kegiatan pembelajaran. Berikut deskripsi implementasi kegiatan pembelajaran pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.
1.
Deskripsi Implementasi Pembelajaran Kelompok Kontrol Pembelajaran pada kelompok kontrol menggunakan metode ceramah.
Pelaksanaan pembelajaran berpedoman pada kurikulum 2006 (KTSP). Waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan pembelajaran pada setiap pertemuan adalah dua jam pelajaran (2 x 40 menit). Pembelajaran dilaksanakan selama tiga kali pertemuan dengan sub materi yang berbeda. Pembelajaran dilaksanakan oleh guru 52
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
mitra. Materi pokok yang dipelajari adalah penyesuaian diri atau adaptasi hewan terhadap lingkungan. Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Kamis, 27 Oktober 2016 pada pukul 09.20-10.40 WIB. Sub materi yang dipelajari pada pertemuan pertama adalah cara adaptasi pada unggas. Kegiatan pembelajaran diawalai dengan apersepsi dari guru. Guru bertanya jawab dengan siswa mengenai pengertian adaptasi dan fungsi adaptasi yang dilakukan oleh makhluk hidup. Guru dan siswa juga bertanya jawab mengenai contoh-contoh hewan yang melakukan adaptasi terhadap lingkungannya terutama pada unggas. Siswa menerima materi dari guru dengan cara menyimak dan mendengarkan serta menulis hal-hal penting di buku masing-masing. Setelah siswa membuat rangkuman mengenai materi yang sudah dipelajari, guru memberikan beberapa soal latihan untuk dikerjakan. Kegiatan pembelajaran diakhiri dengan menyimpulkan materi yang sudah dipelajari. Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Senin, 31 Oktober 2016 pada pukul 11.40-13.00 WIB. Sub materi yang dipelajari pada pertemuan kedua ini adalah cara adaptasi yang dilakukan oleh serangga berkaitan dengan bentuk mulut serangga berdasarkan jenis makanannya. Kegiatan diawali dengan tanya jawab guru dan siswa mengenai jenis-jenis serangga yang diketahui oleh siswa. Kemudian guru memberikan penjelasan mengenai bentuk mulut serangga berdasarkan makanannya. Siswa mendengarkan penjelasan dari guru dan mencatat hal-hal penting di buku masing-masing. Kegiatan diakhiri dengan menyimpulkan materi yang sudah dipelajari. Pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari Kamis, 3 November 2016 pukul 09.20-10.40 WIB. Sub materi yang dipelajari adalah cara adaptasi yang dilakukan oleh cecak. Kegiatan diawali dengan tanya jawab mengenai bentuk tubuh cecak. Guru menyampaikan penjelasan mengenai autotomi yang dilakukan cecak serta tujuan cecak melakukan autotomi. Siswa mendengarkan dan mencatat hal-hal yang disampaikan oleh guru. Kegiatan diakhiri dengan menyimpulkan materi yang sudah dipelajari dan pemberian umpan balik dari guru. Pada hari Senin, 7 November 2016 siswa kelompok kontrol mengerjakan soal posttest I. Tujuan dari diadakannya posttest I adalah untuk mengetahui pemahaman siswa setelah menerima pembelajaran. Pada hari Jumat tanggal 11 53
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
November 2016 siswa diberikan posttest II yang bertujuan untuk mengetahui kembali pemahaman siswa dalam selang waktu beberapa hari dengan metode ceramah. Soal yang dikerjakan oleh siswa pada posttest I dan II sama seperti soal pretest, yakni 13 soal uraian.
2.
Deskripsi Implementasi Pembelajaran Kelompok Eksperimen Pembelajaran kelompok eksperimen menggunakan model Problem Based
Learning. Pelaksanaan pembelajaran berpedoman pada kurikulum 2006 (KTSP). Waktu pelaksanaan pembelajaran pada setiap pertemuan adalah dua jam pelajaran (2 x 40 menit). Pembelajaran dilaksanakan selama tiga kali pertemuan dengan sub materi yang berbeda. Materi pokok yang dipelajari adalah penyesuaian diri atau adaptasi hewan terhadap lingkungan. Pembelajaran dilaksanakan oleh guru mitra yang sama dengan yang melaksanakan pembelajaran pada kelas kontrol. Pelaksanaan pembelajaran dengan model Problem Based Learning pada kelompok eksperimen meliputi tiga kegiatan yaitu pendahuluan, inti, dan penutup. Pendahuluan berisi kegiatan salam, apersepsi, motivasi, dan penyampaian tujuan pembelajaran. Kegiatan inti berisi lima langkah model Problem Based Learning yaitu mengorientasi siswa pada masalah, mengorganisasi siswa untuk belajar, membimbing penyelidikan individual maupun kelompok, mengembangkan dan menyajikan hasil karya, dan menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Kegiatan penutup berisikan penegasan, refleksi, dan tindak lanjut terhadap siswa. Pertemuan pertama dilaksanakan pada Kamis, 27 Oktober 2016 pukul 07.0008.20 WIB. Sub materi yang dipelajari adalah cara adaptasi pada unggas. Kegiatan diawali dengan tanya jawab mengani adaptasi dan jenis-jenis unggas yang siswa ketahui (apersepsi), penyampaian tujuan pembelajaran, dan pemberian semngat belajar pada siswa (motivasi). Kegiatan inti diawali dengan pembagian kelompok. Masing-masing kelompok terdiri dari 6 siswa. Guru mengarahkan pembelajaran dengan menyampaikan permasalahan yang akan menjadi topik pembelajaran yang harus dipecahkan siswa. Masing-masing kelompok diberi lembar kerja siswa. Guru membimbing siswa untuk memulai pembelajaran. Kegiatan selanjutnya adalah siswa bersama kelompok melakukan diskusi untuk 54
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
memecahkan permasalahan yang sudah didapat. Siswa diberi kebebasan memilih sumber belajar yaitu dari buku atau dari video yang disajikan menggunakan laptop. Pada tahap ini guru membimbing siswa untuk menyelidiki permasalahan yang ada. Siswa di dalam kelompok mencatat hasil diskusi dan membuat laporan diskusi berupa tabel. Guru meminta siswa untuk menyampaikan hasil diskusi. Guru bersama siswa merefleksikan cara pemecahan masalah yang sudah dilakukan dan juga penegasan materi yang dilakukan oleh guru. Kegiatan pembelajaran diakhiri dengan menyimpulkan materi dan pemberian tindak lanjut terhadap siswa. Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Senin, 31 Oktober 2016 pukul 10.00-11.20 WIB. Sub materi yang dipelajari pada pertemuan kedua adalah cara adaptasi pada serangga. Kegiatan diawali dengan tanya jawab guru dengan siswa mengenai serangga yang diketahui siswa (apersepsi), penyampaian tujuan pembelajaran, dan pemberian motivasi belajar. Selanjutnya, kegiatan inti pertama adalah mengorientasi siswa pada masalah, guru menyampaikan pertanyaanpertanyaan yang menjadi fokus permasalahan yang harus dipecahkan siswa. Kegiatan inti kedua adalah mengorganisasi siswa untuk belajar, guru membentuk siswa menjadi 5 kelompok dengan masing-masing kelompok terdiri dari 6 siswa. Guru menyampaikan informasi mengenai kegiatan diskusi yang akan dilakukan siswa di dalam kelompok. Masing-masing kelompok diberi kebebasan untuk memilih sumber belajar yang akan digunakan. Guru menyiapkan beberapa artikel dan buku berisi materi mengenai adaptasi pada serangga. Selain dengan artikel dan buku, guru juga menyiapkan beberapa contoh serangga yag masih hidup seperti belalang dan kumbang. Kegiatan inti ketiga adalah membimbing penyelidikan individual maupun kelompok, guru membimbing siswa dalam diskusi untuk memecahkan masalah yang sudah disajikan. Kegiatan inti keempat adalah mengembangkan dan menyajikan hasil karya, siswa bersama kelompok membuat laporan diskusi berupa tabel serangga beserta bentuk mulut dan makanannya. Kemudian guru meminta siswa mempresentasikan hasil diskusinya. Kegiatan inti kelima adalah menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah, guru bersama siswa mengevaluasi proses pemecahan masalah yang
55
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
sudah dilakukan oleh siswa bersama kelompok. Kegiatan pembelajaran diakhiri dengan menyimpulkan materi, pemberian penegasan dan refleksi. Pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari Kamis, 3 November 2016 pukul 07.00-08.20 WIB. Sub materi yang dipelajari pada pertemuan ketiga adalah cara adaptasi pada cecak. Kegiatan diawali dengan tanya jawab antara guru dan siswa mengenai cecak (apersepsi), penyampaian tujuan pembelajaran dan pemberian motivasi. Kegiatan inti pertama adalah mengorientasi siswa pada masalah, guru menyampaikan pertanyaan-pertanyaan yang menjadi fokus permasalahan yang harus dipecahkan siswa. Kegiatan inti kedua adalah mengorganisasi siswa untuk belajar, guru membentuk siswa menjadi 6 kelompok dengan masing-masing kelompok terdiri dari 5 siswa. Guru menyampaikan informasi mengenai kegiatan diskusi yang akan dilakukan siswa di dalam kelompok. Masing-masing kelompok diberi kebebasan untuk memilih sumber belajar yang akan digunakan. Guru menyiapkan beberapa artikel dan buku berisi materi mengenai adaptasi pada cecak. Selain dengan artikel dan buku, guru juga menyiapkan sebuah eksperimen sederhana untuk menunjukkan bagaimana cecak memutuskan ekornya apabila terancam oleh musuhnya. Kegiatan inti ketiga adalah membimbing penyelidikan individual maupun kelompok, guru membimbing siswa dalam diskusi untuk memecahkan masalah yang sudah disajikan. Masing-masing kelompok diberi seekor cecak yang ditempatkan pada botol bekas air mineral dan sebuah tongkat kecil. Siswa diminta mengganggu cecak yang berada di dalam botol dengan menggunakan tongkat hingga cecak tersebut memutuskan ekornya. Namun siswa tidak diperbolehkan dengan sengaja memotong ekor cecak. Kegiatan inti keempat adalah mengembangkan dan menyajikan hasil karya, siswa bersama kelompok membuat laporan diskusi dengan mengisi lembar kerja kelompok yang sudah diberikan oleh guru. Kemudian guru meminta siswa mempresentasikan hasil diskusinya. Kegiatan inti kelima adalah menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah, guru bersama siswa mengevaluasi proses pemecahan masalah yang sudah dilakukan oleh siswa bersama kelompok. Kegiatan pembelajaran diakhiri dengan menyimpulkan materi, pemberian penegasan dan refleksi.
56
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Pada hari Senin, 7 November 2016 siswa kelompok eksperimen mengerjakan soal posttest I. Tujuan dari diadakannya posttest I adalah untuk mengetahui pemahaman siswa setelah menerima pembelajaran. Pada hari Jumat tanggal 11 November 2016 siswa diberikan posttest II yang bertujuan untuk mengetahui kembali pemahaman siswa dalam selang waktu beberapa hari dengan model Problem Based Learning. Soal yang dikerjakan oleh siswa pada posttest I dan II sama seperti soal pretest, yakni 13 soal uraian.
4.1.2 Deskripsi Sebaran Data Dalam penelitian ini kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen mengerjakan satu kali pretest dan satu kali posttest I. Dari hasil mengerjakan pretest dan posttest I didapat hasil yang akan dianalisis untuk mengetahui apakah ada peningkatan skor rerata dari pretest ke posttest I. Hasil pretest dan posttest I disajikan dalam tabel sebaran data yang dibedakan berdasarkan kemampuan yang diteliti. Berikut ini adalah tabel sebaran data kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.
4.1.2.1 Kemampuan Interpretasi 1. Kelompok Kontrol Tabel 4.1 Tabulasi Data Kelompok Kontrol terhadap Kemampuan Interpretasi Indikator Pretest Posttest I
No
1 2 3
Menjelaskan Makna Membuat Kategori Membuat Kategori
Jumlah
1 6
2 3
3 20
4 1
total 30
1 20
2 1
3 7
4 2
Total 30
0
4
8
18
30
0
3
3
24
30
14
4
7
5
30
15
8
2
5
30
20
11
35
24
90
35
12
12
31
90
Hasil pengerjaan soal pretest dan posttest I kelompok kontrol pada kemampuan
interpretasi
menunjukkan
perubahan
hasil.
Hasil
pretest
menunjukkan bahwa jumlah siswa yang mendapat nilai 1 pada ketiga indikator kemampuan interpretasi kelompok kontrol adalah 20. Jumlah siswa yang mendapat nilai 2 pada ketiga indikator kemampuan interpretasi kelompok kontrol 57
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
adalah 11. Jumlah siswa yang mendapat nilai 3 pada ketiga indikator kemampuan interpretasi kelompok kontrol adalah 35. Jumlah siswa yang mendapat nilai 4 pada ketiga indikator kemampuan interpretasi kelompok kontrol adalah 24. Sedangkan hasil posttest I menunjukkan bahwa jumlah siswa yang mendapat nilai 1 pada ketiga indikator kemampuan interpretasi kelompok kontrol adalah 35. Jumlah siswa yang mendapat nilai 2 pada ketiga indikator kemampuan interpretasi kelompok kontrol adalah 12. Jumlah siswa yang mendapat nilai 3 pada ketiga indikator kemampuan interpretasi kelompok kontrol adalah 12. Jumlah siswa yang mendapat nilai 4 pada ketiga indikator kemampuan interpretasi kelompok kontrol adalah 31.
2. Kelompok Eksperimen Tabel 4.2 Tabulasi Data Kelompok Eksperimen terhadap Kemampuan Interpretasi Indikator Pretest Posttest I
No
1 2 3
Menjelaskan Makna Membuat Kategori Membuat Kategori
Jumlah
1 8
2 2
3 16
4 5
total 31
1 6
2 1
3 8
4 16
Total 31
3
5
5
18
31
0
1
1
29
31
7
15
1
8
31
7
12
6
6
31
18
22
22
31
93
13
14
15
51
93
Hasil pengerjaan soal pretest dan posttest I kelompok eksperimen pada kemampuan
interpretasi
menunjukkan
perubahan
hasil.
Hasil
pretest
menunjukkan bahwa jumlah siswa yang mendapat nilai 1 pada ketiga indikator kemampuan interpretasi kelompok eksperimen adalah 18. Jumlah siswa yang mendapat nilai 2 pada ketiga indikator kemampuan interpretasi kelompok eksperimen adalah 22. Jumlah siswa yang mendapat nilai 3 pada ketiga indikator kemampuan interpretasi kelompok eksperimen adalah 22. Jumlah siswa yang mendapat nilai 4 pada ketiga indikator kemampuan interpretasi kelompok eksperimen adalah 31. Sedangkan hasil posttest I menunjukkan bahwa jumlah siswa yang mendapat nilai 1 pada ketiga indikator kemampuan interpretasi kelompok eksperimen adalah 13. Jumlah siswa yang mendapat nilai 2 pada ketiga indikator kemampuan interpretasi kelompok eksperimen adalah 14. Jumlah siswa 58
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
yang mendapat nilai 3 pada ketiga indikator kemampuan interpretasi kelompok eksperimen adalah 15. Jumlah siswa yang mendapat nilai 4 pada ketiga indikator kemampuan interpretasi kelompok eksperimen adalah 51.
4.1.2.2 Kemampuan Analisis 1. Kelompok Kontrol Tabel 4.3 Tabulasi Data Kelompok Kontrol terhadap Kemampuan Analisis Indikator Pretest Posttest I
No
1 2 3 4
Menguji gagasangagasan Menguji gagasangagasan Menguji gagasangagasan Menguji gagasangagasan
Jumlah
1 6
2 5
3 19
4 0
total 30
1 10
2 2
3 12
4 6
Total 30
13
5
11
1
30
14
4
10
2
30
11
13
6
0
30
11
14
3
2
30
8
14
6
2
30
10
15
3
2
30
38
37
42
3
120
45
35
28
12
120
Hasil pengerjaan soal pretest dan posttest I kelompok kontrol pada kemampuan analisis menunjukkan perubahan hasil. Hasil pretest menunjukkan bahwa jumlah siswa yang mendapat nilai 1 pada ketiga indikator kemampuan analisis kelompok kontrol adalah 38. Jumlah siswa yang mendapat nilai 2 pada ketiga indikator kemampuan analisis kelompok kontrol adalah 37. Jumlah siswa yang mendapat nilai 3 pada ketiga indikator kemampuan analisis kelompok kontrol adalah 42. Jumlah siswa yang mendapat nilai 4 pada ketiga indikator kemampuan analisis kelompok kontrol adalah 5. Sedangkan hasil posttest I menunjukkan bahwa jumlah siswa yang mendapat nilai 1 pada ketiga indikator kemampuan analisis kelompok kontrol adalah 45. Jumlah siswa yang mendapat nilai 2 pada ketiga indikator kemampuan analisis kelompok kontrol adalah 35. Jumlah siswa yang mendapat nilai 3 pada ketiga indikator kemampuan analisis kelompok kontrol adalah 28. Jumlah siswa yang mendapat nilai 4 pada ketiga indikator kemampuan analisis kelompok kontrol adalah 12.
59
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2. Kelompok Eksperimen Tabel 4.1 Tabulasi Data Kelompok Eksperimen terhadap Kemampuan Analisis Indikator Pretest Posttest I
No
1 2
Menguji gagasangagasan Menguji gagasangagasan
1 14
2 3
3 11
4 3
total 31
1 9
2 2
3 15
4 5
Total 31
21
2
7
1
31
5
7
11
8
31
3
Menguji gagasangagasan
13
15
2
1
31
4
21
4
2
31
4
Menguji gagasangagasan
10
18
1
2
31
3
21
5
2
31
59
40
24
11
124
21
51
35
17
124
Jumlah
Hasil pengerjaan soal pretest dan posttest I kelompok eksperimen pada kemampuan analisis menunjukkan perubahan hasil. Hasil pretest menunjukkan bahwa jumlah siswa yang mendapat nilai 1 pada ketiga indikator kemampuan analisis kelompok eksperimen adalah 59. Jumlah siswa yang mendapat nilai 2 pada ketiga indikator kemampuan analisis kelompok eksperimen adalah 40. Jumlah siswa yang mendapat nilai 3 pada ketiga indikator kemampuan analisis kelompok eksperimen adalah 24. Jumlah siswa yang mendapat nilai 4 pada ketiga indikator kemampuan analisis kelompok eksperimen adalah 11. Sedangkan hasil posttest I menunjukkan bahwa jumlah siswa yang mendapat nilai 1 pada ketiga indikator kemampuan analisis kelompok eksperimen adalah 21. Jumlah siswa yang mendapat nilai 2 pada ketiga indikator kemampuan analisis kelompok eksperimen adalah 51. Jumlah siswa yang mendapat nilai 3 pada ketiga indikator kemampuan analisis kelompok eksperimen adalah 35. Jumlah siswa yang mendapat nilai 4 pada ketiga indikator kemampuan analisis kelompok eksperimen adalah 17. 4.1.3 Hasil Uji Hipotesis Penelitian I Hipotesis penelitian I adalah penerapan model Problem Based Learning berpengaruh terhadap kemampuan interpretasi pada mata pelajaran IPA dengan materi penyesuaian diri atau adaptasi hewan dengan lingkungan kelas V SD Kanisius Kalasan tahun ajaran 2016/2017. Variabel dependen pada hipotesis tersebut adalah kemampuan interpretasi, sedangkan variabel independen adalah 60
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
penerapan model Problem Based Learning. Instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel dependen terdiri dari 2 soal uraian yaitu item soal nomor 1 dan 2 yang mengandung indikator menjelaskan makna dan membuat kategori. Hasil analisis statistik secara keseluruhan dihitung dengan menggunakan program statistik yakni IBM SPSS Statistics 22 for Windows dengan tingkat kepercayaan yang digunakan adalah 95%. Tahapan analisis data yang dilakukan adalah sebagai berikut. 1) Uji normalitas data untuk mengetahui data terdistribusi dengan normal atau tidak, sehingga dapat digunakan untuk melakukan analisis selanjutnya dengan menggunakan statistik parametrik atau statistik nonparapetrik. 2) Uji kemampuan awal dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. 3) Uji signifikansi pengaruh perlakuan. 4) Uji besar pengaruh perlakuan. 5) Perhitungan presentase peningkatan rerata pretest ke posttest. 6) Uji signifikansi peningkatan rerata pretest ke posttest. 7) Uji korelasi rerata pretest ke posttest. 8) Uji retensi pengaruh perlakuan.
4.1.3.1 Uji Normalitas Distribusi Data Uji normalitas data dilakukan setelah mendapatkan hasil tes dari siswa. Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data terdistribusi secara normal atau tidak, hal ini sebagai syarat digunakannya analisis parametrik (Priyatno, 2012: 132). Jika data terdistribusi tidak normal maka analisis data dilakukan dengan statistik non parametrik (Priyatno, 2012: 11). Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan IBM SPSS Statistics 22
for Windows dengan tingkat
kepercayaan 95%. Uji normalitas menggunakan One Samples Kolmogorov Smirnov Test dan Shapiro-Wilk. Shapiro-Wilk pada umumnya digunakan untuk sampel yang kurang dari 50 agar menghasilkan keputusan yang akurat (Shapiro dan Wilk dalam Razali dan Wah, 2011). Jika harga Sig (2-tailed) dengan uji Kolmogorov-Smirnov > 0,05 maka distribusi data normal sedangkan jika harga Sig (2-tailed) dengan uji KolmogorovSmirnov < 0,05 maka distribusi data tidak normal (Priyatno, 2012: 136). Apabila distribusi data normal maka analisis uji statistik selanjutnya menggunakan statistik parametrik misalnya paired samples t-test, sedangkan apabila distribusi 61
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
data tidak normal maka dilakukan uji statistik non parametrik misalnya dengan Mann-Whitney atau Wilcoxon (Priyatno, 2012:141).
No
1. 2. 3. 4.
5. 6. 7. 8.
Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas Distribusi Data Kemampuan Interpretasi Aspek Kolmogorov Smirnov Saphiro Wilk
Pretest interpretasi kelompok kontrol Posttest I interpretasi kelompok kontrol Posttest II interpretasi kelompok kontrol Selisih rerata skor pretest-posttest I interpretasi kelompok control Pretest interpretasi kelompok eksperimen Posttest I interpretasi kelompok eksperimen Posttest II interpretasi kelompok eksperimen Selisih rerata skor pretest-posttest I interpretasi kelompok eksperimen
Sig. 2 tailed
Keterangan
Sig. 2 tailed
Keterangan
0,029
Tidak Normal
0,143
Normal
0.192
Normal
0,287
Normal
0,061
Normal
0,096
Normal
0,017
Tidak Normal
0,146
Normal
0,084
Normal
0,404
Normal
0,200
Normal
0,062
Normal
0,009
Tidak Normal
0,128
Normal
0,153
Normal
0,200
Normal
Tabel 4.1 menunjukkan harga Sig.(2-tailed) > 0,05 untuk semua aspek apabila diuji dengan Shapiro-Wilk, sedangkan jika diuji dengan Kolmogorov Smirnov terdapat dua aspek yang tidak normal dengan harga Sig.(2-tailed) < 0,05. Aspek yang dimaksud adalah pretest, posttest I, posttest II, dan selisih rerata skor pretest - posttest I untuk kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Dari kedua uji tersebut, peneliti mengambil hasil pada uji dengan Shapiro-Wilk karena data yang diuji merupakan sampel random sesuai dengan persyaratan yang digunakan dalam uji normalitas dengan Shapiro-Wilk. Selain itu Shapiro-Wilk pada umumnya digunakan untuk sampel yang kurang dari 50 agar menghasilkan keputusan yang akurat (Shapiro dan Wilk dalam Razali dan Wah, 2011). Semua aspek memiliki distribusi data normal, sehingga analisis statistik selanjutnya menggunakan statistik parametrik. Statistik parametrik dengan Independent sample t-test digunakan untuk analisis data dari kelompok yang berbeda, misalnya kelompok kontrol dengan kelompok eksperimen (Field, 2009: 326). Sedangkan 62
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
statistik parametrik dengan Paired samples t-test digunakan untuk analisis data dari kelompok yang sama, misalnya kelompok kontrol dengan kelompok kontrol atau kelompok eksperimen dengan kelompok eksperimen.
4.1.3.2 Uji Perbedaan Kemampuan Awal Uji perbedaan kemampuan awal dilakukan dengan mengujikan perbedaan skor pretest pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Uji ini dilakukan untuk memastikan kedua kelompok memiliki kemampuan awal yang sama, sehingga kedua kelompok dapat dibandingkan. Uji ini dilakukan dengan menguji rerata skor pretest kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Uji ini menggunakan statistik parametrik Independent samples t-test karena data terdistribusi normal dan diambil dari kelompok yang berbeda (Field, 2009: 326). Pengujian yang dilakukan sebelum analisis Independent samples t-test adalah uji Levene’s (uji asumsi varian) yaitu untuk mengetahui apakah varian data sama atau berbeda, jika varian data sama maka uji t menggunakan Equal Variance Assumed dan jika varian data berbeda maka menggunakan Equal Variance Not Assumed. Jika harga Sig. Levene’s test > 0,05 maka kelompok data memiliki varian yang sama, sehingga independent samples t-test menggunakan nilai pada equal variance assumed (Priyatno, 2012: 22-23). Hasil uji asumsi homogenitas varians dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut. (Lihat Lampiran 4.4.1) Tabel 4.6 Hasil Uji Asumsi Homogenitas Varians Uji Statistik F Sig. Keputusan Levene’s Test for Equality of Variances 3,627 0,062 Homogen
Levene’s test dengan tingkat kepercayaan 95% menunjukkan harga F = 3,38 dan harga Sig. = 0,071, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat homogenitas varians data. Apabila variansnya homogen, maka data uji statistik Independent samples t-test yang diambil adalah data pada baris pertama output SPSS (Field, 2009: 340). Tingkat kepercayaan untuk melakukan uji perbedaan kemampuan awal ini adalah 95%. Kriteria yang digunakan untuk menolak Hnull adalah jika Sig.(2tailed) < 0,05 (Field, 2009: 53). Tabel 4.3 menunjukkan hasil uji perbedaan 63
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kemampuan awal dari kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. (Lihat Lampiran 4.4.1) Tabel 4.7 Hasil Uji Perbedaan Rerata Pretest Kemampuan Interpretasi Uji Statistik Sig. (2-tailed) Keterangan Independent samples t-test 0,787 Tidak ada perbedaan
Rerata skor kelompok eksperimen (M = 2,67; SE = 0,09) lebih tinggi dari kelompok kontrol (M = 2,71; SE = 0,13). Perbedaan tersebut tidak signifikan dengan t(59)= -0,272 dan p = 0,787 (p > 0,05). Harga Sig.(2-tailed) ˃ 0,05 maka Hnull diterima dan Hi ditolak, artinya tidak ada perbedaan yang signifikan antara rerata skor pretest pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Kesimpulan dari hasil uji perbedaan rerata pretest yaitu kedua kelompok memiliki kemampuan awal yang sama untuk kemampuan interpretasi.
4.1.3.3 Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan Uji signifikansi pengaruh perlakuan digunakan untuk mengetahui pengaruh perlakuan atau penerapan model PBL terhadap kemampuan interpretasi dan analisis, dengan melihat perbedaan dari rerata skor selisih posttest I dan pretest dari kedua kelompok. Uji ini diperoleh dengan mengurangkan rerata selisih skor posttest I ke pretest pada kelompok kontrol dengan rerata selisih skor posttest I ke pretest pada kelompok eksperimen (Cohen, 2007: 276-277). Uji ini menggunakan rumus (O2 - O1) - (O4 - O3). Jika hasil perhitungan lebih besar dari 0, maka ada pengaruh. Hasil menunjukkan selisih skor posttest I – pretest pada kelompok eksperimen sebesar 0,41 dan selisih skor posttest I – pretest pada kelompok kontrol sebesar -0,24. Besar pengaruh perlakuan yang diperoleh adalah 0,65 (didapat dari selisih 0,41 dan -0,24) maka ada pengaruh penerapan model PBL terhadap kemampuan interpretasi. Uji normalitas distribusi data menunjukkan bahwa rerata selisih skor pretest ke posttest I pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen berdistribusi normal. Analisis statistik selanjutnya adalah statistik parametrik dengan Independent samples t-test karena data berasal dari kelompok yang berbeda (Field, 2009: 326).
64
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Sebelum dilakukan uji statistik untuk mengetahui signifikansi pengaruh perlakuan, perlu dilakukan uji asumsi terhadap homogenitas varians dengan melihat harga Sig.Levene’s test. Jika harga Sig. < 0,05 maka tidak terdapat homogenitas varians pada dua data yang dibandingkan (Field, 2009: 340). Jika harga Sig. > 0,05 maka terdapat homogenitas varians pada dua data yang dibandingkan. Hasil uji asumsi homogenitas varians dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut. (Lihat Lampiran 4.5.1) Tabel 4.8 Hasil Uji Asumsi Homogenitas Varians Uji Statistik F Sig. Keputusan Levene’s Test for Equality of Variances 0,980 0,326 Homogen
Hasil Levene’s test dengan tingkat kepercayaan 95% menunjukkan bahwa harga F = 0,980 dan harga Sig. = 0,326 (Sig. > 0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat homogenitas varians data. Jika terdapat homogenitas varians, data uji statistik Independent samples t-test yang diambil adalah data pada baris pertama output SPSS (Field, 2009: 340). Tingkat kepercayaan yang digunakan untuk uji signifikansi pengaruh perlakuan adalah 95%. Kriteria yang digunakan untuk menolak Hnull adalah jika Sig.(2-tailed) < 0,05 (Field, 2009: 53). Tabel 4.9 menunjukkan hasil uji signifikansi pengaruh perlakuan pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen terhadap kemampuan interpretasi. (Lihat Lampiran 4.5.1) Tabel 4.9 Hasil Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan Kemampuan Interpretasi Uji Statistik Sig. (2-tailed) Keterangan Independent samples t-test 0,001 Ada perbedaan
Rerata skor kelompok eksperimen (M = 0,41, SE = 0,14) lebih tinggi daripada kelompok kontrol (M = -0,23, SE = 0,13). Perbedaan tersebut signifikan dengan t(59)= -3,35, p = 0,001 (p < 0,05). Harga Sig.(2-tailed) < 0,05 maka Hnull ditolak dan Hi diterima, dengan demikian ada perbedaan yang signifikan antara rerata selisih skor pretest ke posttest I kemampuan interpretasi pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.
65
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kesimpulan dari hasil uji signifikansi pengaruh perlakuan adalah penerapan model PBL berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan interpretasi. Hasil perbandingan rerata selisih skor pretest ke posttest I kemampuan interpretasi pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dapat dilihat dalam diagram berikut.
Gambar 4.1 Diagram Rerata Selisih Skor Pretest-Posttest I Kemampuan Interpretasi
4.1.3.4 Uji Besar Pengaruh Perlakuan Uji besar pengaruh perlakuan dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh penerapan model PBL terhadap kemampuan interpretasi. Uji besar pengaruh model PBL dapat dilihat dengan mencari effect size. Effect size adalah ukuran yang obyektif dan standar untuk mengetahui dari besarnya efek yang dihasilkan (Field: 2009: 56-57). Kriteria untuk menentukan besarnya efek adalah jika r = 0,10 (efek kecil) yang setara dengan 1% pengaruh yang diakibatkan oleh pengaruh variabel independen, r = 0,30 (efek menengah) yang setara dengan 9% pengaruh yang diakibatkan variabel independen, dan r = 0,50 (efek besar) yang setara dengan 25% pengaruh (Field: 2009: 56-57). Independent samples t-test digunakan untuk mengambil t dalam melakukan uji besar pengaruh perlakuan. Persentase pengaruh perlakuan didapat dengan menghitung koefisien determinasi (R2) dengan cara mengkuadratkan harga r (harga koefisien korelasi Pearson yang 66
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
didapat) kemudian dikalikan 100% (Field, 2009: 179). Besar pengaruh penggunaan model PBL pada kelompok eksperimen terhadap kemampuan interpretasi adalah r = 0,4 atau 16%. Berdasarkan kriteria yang digunakan untuk menentukan besarnya efek, maka hasil perhitungan r setara dengan efek menengah. Berikut ini hasil perhitungan effect size terhadap kemampuan interpretasi. (Lihat Lampiran 4.6) Tabel 4.10 Hasil Uji Effect Size terhadap Kemampuan Interpretasi Kelompok Kontrol dan Eksperimen Variabel t t2 df r (effect size) R2 % Interpretasi -3.35 11,25 59 0,40 0,16 16
Efek menengah
4.1.3.5 Analisis Lebih Lanjut 1. Perhitungan Persentase Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I Perhitungan presentase peningkatan rerata pretest ke posttest I dilakukan untuk mengetahui presentase besar pengaruh model PBL yang dilihat dari peningkatan rerata dari pretest ke posttest I. Analisis perhitungan dilakukan dengan mengambil data rerata skor pretest dan posttest I pada uji normalitas distribusi data menggunakan Kolmogorov-Smirnov test. Persentase peningkatan rerata pretest ke posttest I dihitung dengan cara membagi selisih rerata pretest-posttest I dengan rerata pretest, kemudian dikali 100%. Hasil perhitungan persentase peningkatan rerata skor pretest ke posttest I dapat dilihat pada tabel 4.11 berikut ini. (Lihat Lampiran 4.7.1) Tabel 4.11 Hasil Perhitungan Persentase Peningkatan Rerata Skor Pretest ke Posttest I Kemampuan Interpretasi No Kelompok Rerata Peningkatan (%) Pretest Posttest I 1 Eksperimen 2,71 3,12 15% 2 Kontrol 2,67 2,43 -8,9%
Data pada tabel 4.7 menunjukkan rerata pretest kelompok kontrol sebesar 2,67 dan rerata pretest kelompok eksperimen sebesar 2,71. Sedangkan rerata posttest I kelompok kontrol sebesar 2,43 dan rerata posttest I kelompok eksperimen sebesar 3,12. Hasil perhitungan persentase peningkatan rerata pretest ke posttest I pada kelompok kontrol sebesar -8,9%, sedangkan hasil perhitungan persentase peningkatan rerata pretest ke posttest I pada kelompok eksperimen 67
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
sebesar 15%. Kesimpulan yang dapat ditarik adalah terjadi peningkatan skor pretest ke posttest I pada kelompok eksperimen dan terjadi penurunan skor pretest ke posttest I pada kelompok kontrol terhadap kemampuan interpretasi. Persentase peningkatan skor pretest ke posttest I pada kelompok eksperimen lebih tinggi daripada kelompok kontrol yaitu 15%, sedangkan kelompok kontrol sebesar -8,9%. Hal ini diperjelas melalui gambar 4.2 menggunakan grafik poligon untuk melihat perbedaan selisih pretest–posttest I pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Berikut grafik yang menunjukkan frekuensi selisih pretest-postest I (gain score) pada kedua kelompok.
Grafik Gain Score Kelompok Kontrol dan Eksperimen pada Kemampuan Interpretasi 10
Frekuensi
8 6 Kontrol
4
Eksperimen
2 0 -3
-2
-1
0
1
2
3
Gain Gambar 4.2 Grafik Gain Score Kemampuan Interpretasi
Gambar 4.2 menunjukkan bahwa gain score terendah pada kelompok kontrol adalah -2, sedangkan gain terendaah pada kelompok eksperimen adalah 1. Gain score tertinggi kelompok kontrol adalah 1,67 dan gain score tertinggi kelompok eksperimen adalah 2,33. Hal ini menunjukkan bahwa selisih pretest– posttest I pada kelompok eksperimen lebih dominan daripada selisih pretest– posttest I pada kelompok kontrol. Frekuensi siswa yang mendapat nilai ≥ 1,16 pada kelompok kontrol ada 1 orang, sedangkan pada kelompok eksperimen ada 5 orang. Nilai 1,16 merupakan nilai tengah gain score yang didapat dari menghitung 50% dari nilai tertinggi. 68
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Persentase gain score ≥ 1,16 pada kelompok kontrol sebesar 3,33%, sedangkan persentase gain score ≥ 1,16 pada kelompok eksperimen sebesar 16,12%. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa 3,33% siswa pada kelompok kontrol diuntungkan dengan penerapan metode ceramah, sedangkan 16,12% siswa pada kelompok eksperimen diuntungkan dengan penerapan model PBL. Dengan demikian, penerapan model PBL memiliki persentase peningkatan yang lebih dominan dibandingkan dengan penerapan metode ceramah.
2. Uji Besar Efek Peningkatan Skor Pretest ke Posttest I Uji besar pengaruh peningkatan skor pretest ke posttest I dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat peningkatan skor rerata yang signifikan dari pretest ke posttest I baik pada kelompok kontrol maupun pada kelompok eksperimen. Uji statistik yang digunakan adalah Paired samples t-test karena data yang diuji adalah data normal dan berasal dari kelompok yang sama (Field, 2009: 325). Tingkat kepercayaan yang digunakan adalah 95 dengan kriteria untuk menolak menolak Hnull adalah jika harga Sig.(2-tailed) < 0,05 (Field, 2009: 53). Hasil uji peningkatan rerata skor pretest ke posttest I dapat dilihat pada tabel 4.12 berikut. (Lihat Lampiran 4.8.1.2) Tabel 4.12 Hasil Uji Besar Efek Peningkatan Skor Pretest ke Posttest I Kemampuan Interpretasi No. Kelompok t t2 df r R2 % Efek 1 Kontrol -1,85 3,42 29 0,32 0,105 10,5 Menengah 2 Eksperimen 2,85 8,13 30 0,46 0,21 21 Menengah
Skor rerata kelompok eksperimen lebih tinggi daripada kelompok kontrol yaitu M= 0,40; SD=0,79; SE= 0,14; n=31; dan df = 30. Hasil skor kelompok kontrol yaitu M = -0,23; SD = 0,69; SE = 0,12; n= 30; dan df = 29. Hasil uji besar pengaruh peningkatan skor pretest ke posttest I pada kelompok kontrol untuk kemampuan interpretasi adalah harga Sig.(2-tailed) > 0,05 yaitu 0,74, maka Hnull diterima dan Hi ditolak. Artinya, tidak ada perbedaan yang signifikan antara skor pretest ke posttest I pada kelompok kontrol terhadap kemampuan interpretasi. Kesimpulan yang dapat ditarik adalah tidak terdapat peningkatan skor yang signifikan dari skor pretest ke posttest I pada kelompok kontrol terhadap 69
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kemampuan interpretasi. Sedangkan hasil uji peningkatan rerata skor pretest ke posttest I pada kelompok eksperimen untuk kemampuan interpretasi adalah harga Sig.(2-tailed) ˂ 0,05 yaitu 0,008, maka Hnull ditolak dan Hi diterima. Artinya, ada perbedaan yang signifikan antara skor pretest ke posttest I pada kelompok eksperimen terhadap kemampuan interpretasi. Kesimpulan yang dapat ditarik adalah terdapat peningkatan skor yang signifikan dari skor pretest ke posttest I pada kelompok eksperimen terhadap kemampuan interpretasi. Persentase besar pengaruh penerapan model PBL pada kelompok eksperimen lebih besar dibandingkan dengan persentase besar pengaruh pada kelompok kontrol. Besar pengaruh penerapan model PBL pada kelompok eksperimen terhadap kemampuan interpretasi adalah 0,21 atau 21% yang setara dengan efek menengah, sedangkan besar pengaruh penerapan metode ceramah pada kelompok kontrol terhadap kemampuan interpretasi adalah 0,105 atau 10,5% yang setara dengan efek menengah.
3. Uji Korelasi antara Rerata Pretest dan Posttest I Uji korelasi ini dilakukan untuk mengetahui apakah korelasi antara rerata pretest dan posttest I positif dan signifikan. Positif berarti semakin tinggi pretest semakin tinggi pula posttest I, signifikan berarti hasil skor korelasi tersebut dapat digeneralisasi pada populasi. Data yang diambil dari rerata skor pretest dan rerata skor posttest I pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen terdistribusi normal, sehingga menggunakan rumus Pearson Correlation untuk data normal. Tingkat kepercayaan yang digunakan adalah 95%. Kriteria yang digunakan untuk menolak Hnull adalah jika harga Sig.(2-tailed) < 0,05 (Field,2009: 53). Hasil uji korlasi antara rerata pretest dan posttest I pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dapat dilihat pada tabel 4.9 berikut (lihat Lampiran 4.9.1) Tabel 4.9 Hasil Uji Korelasi antara Rerata Pretest dan Posttest I Kemampuan Interpretasi No Kelompok Pearson Correlation Sig. (2-tailed) Keterangan 1 Kontrol 0,29 0,119 Positif dan tidak signifikan 2 Eksperimen 0,31 0,90 Positif dan tidak signifikan
70
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Berdasarkan hasil uji korelasi rerata pretest dan postest I, harga Sig.(2tailed) pada kelompok kontrol adalah 0,119 atau p > 0,05, berarti Hnull diterima dan Hi ditolak. Maka, tidak ada korelasi atau hubungan yang signifikan antara hasil rerata pretest dan hasil rerata posttest I pada kemampuan interpretasi kelompok kontrol. Hasil Pearson correlation kelompok kontrol menunjukkan 0,29, maka korelasi antara rerata pretest dan posttest I termasuk pada kategori rendah. Harga Pearson correlation menunjukkan nilai positif artinya apabila rerata skor siswa di pretest rendah maka hasil rerata skor siswa di posttest I rendah, begitu pula sebaliknya apabila rerata skor siswa di pretest tinggi maka hasil rerata skor siswa di posttest I akan tinggi pada kelompok kontrol. Sedangkan kelompok eksperimen menunjukkan Pearson correlation 0,31 dan harga Sig.(2-tailed) adalah 0,90. Hal tersebut menunjukkan bahwa Sig.(2tailed) > 0,05 yang berarti bahwa Hnull diterima dan Hi ditolak. Maka, tidak ada korelasi atau hubungan yang signifikan antara hasil rerata pretest dan hasil rerata posttest I kemampuan interpretasi kelompok eksperimen. Hasil Pearson correlation menunjukkan 0,31, maka korelasi antara rerata pretest dan posttest I termasuk pada kategori rendah. Harga Pearson correlation menunjukkan nilai positif artinya apabila rerata skor siswa di pretest rendah maka hasil rerata skor siswa di posttest I rendah, begitu pula sebaliknya apabila rerata skor siswa di pretest tinggi maka hasil rerata skor siswa di posttest I tinggi pada kelompok eksperimen.
4. Uji Retensi Pengaruh Perlakuan Uji retensi pengaruh perlakuan dilakukan untuk mengetahui pengaruh perlakuan masih kuat sesudah satu bulan dilakukan treatment untuk itu digunakan data dari skor posttest I dan posttest II dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Uji retensi pengaruh perlakuan menggunakan statistik parametrik Paired samples t-test karena data yang diuji adalah data normal dan dalam kelompok yang sama (Field: 2009, 325). Tingkat kepercayaan yang digunakan adalah 95% dengan kriteria yang digunakan untuk menolak Hnull adalah Sig.(2-tailed) < 0,05 (Field: 2009, 53). Hasil uji retensi pengaruh perlakuan pada kelompok kontrol
71
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
maupun kelompok eksperimen dapat dilihat dalam tabel 4.10 (lihat Lampiran 4.10.1.2) Tabel 4.10 Hasil Uji Retensi Pengaruh Perlakuan Kemampuan Interpretasi No Rerata Peningkatan Sig. (2Keterangan Kelompok (%) tailed) Posttest Posttest I II 1 Kontrol 2,43 2,78 14,4 0,002 Ada Perbedaan 2 Eksperimen 3,12 2,77 -11,21 0,005 Ada Perbedaan
Rerata kelompok kontrol lebih tinggi daripada rerata kelompok eksperimen yaitu M = 0,34; SD = 0,57; SE = 0,10; t = 3,31; n = 30; dan df = 29. Hasil skor kelompok eksperimen yakni M = -0,35; SD = 0,64; SE = 0,12; t = 3,02; n= 31; dan df = 30. Hasil uji retensi pengaruh perlakuan skor posttest I ke posttest II kelompok kontrol terhadap kemampuan interpretasi menunjukkan harga Sig.(2-tailed) sebesar 0,002 (Sig.(2-tailed) < 0,05), maka Hnull ditolak dan Hi diterima. Artinya, ada perbedaan skor yang signifikan dari skor posttest I ke posttest II pada kelompok kontrol terhadap kemampuan interpretasi. Kesimpulan yang dapat ditarik adalah terjadi peningkatan skor yang signifikan dari skor posttest I ke skor posttest II kelompok kontrol terhadap kemampuan interpretasi. Sedangkan harga Sig.(2-tailed) pada kelompok eksperimen sebesar 0,005 (Sig.(2tailed) < 0,05), maka Hnull ditolak dan Hi diterima. Artinya, ada perbedaan skor yang signifikan dari skor posttest I ke posttest II pada kelompok eksperimen terhadap kemampuan interpretasi. Kesimpulan yang dapat ditarik adalah terjadi penurunan skor yang signifikan dari skor posttest I ke skor posttest II kelompok eksperimen terhadap kemampuan interpretasi. Persentase kenaikan rerata posttest I ke posttest II pada kelompok eksperimen lebih rendah daripada kelompok kontrol. Hal ini ditunjukkan dengan persentase penurunan kelompok eksperimen sebesar -11,21%, sedangkan kelompok control mengalami peningkatan sebesar 14,4%. Peningkatan skor dari pretest, posttest I, dan posttest II terhadap kemampuan interpretasi pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dapat dilihat pada grafik berikut ini.
72
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3,50 3,00 2,50
3,12 2,77
2,71
2,78 2,67 2,43
2,00
Kontrol
1,50
Eksperimen
1,00 0,50 0,00 Pretest
Posttest I
Posttest II
Gambar 4.3 Grafik Pretest, Posttest I, dan Posttest II Kemampuan Interpretasi
Untuk memastikan apakah capaian skor rerata posttest II berbeda atau tidak dengan pretest maka dilakukan analisis terhadap perbedaan skor rerata pretest dan posttest II dengan menggunakan paired samples t-test karena data yang diuji adalah data yang terdistribusi normal dari kelompok yang sama (Field, 2009: 325). Tingkat kepercayaan yang digunakan adalah 95% dengan kriteria untuk menolak Hnull adalah Sig.(2-tailed)<0,05 (Field, 2009: 53). Berikut adalah hasil uji signifikansi skor pretest ke posttest II yang dapat dilihat tabel 4.11 (Lihat Lampiran 4.10.1.3). Tabel 4.11 Hasil Uji Retensi Pengaruh Perlakuan Kemampuan Interpretasi No Rerata Peningkatan Sig. (2Keterangan Kelompok (%) tailed) Pretest Posttest II 1 Kontrol 2,67 2,78 4,11 0,364 Tidak Ada Perbedaan 2 Eksperimen 2,71 2,77 2,2 0,677 Tidak Ada Perbedaan
Data pada tabel 4.11 menunjukkan bahwa hasil uji signifikansi skor pretest ke posttest II pada kelompok kontrol terhadap kemampuan interpretasi menunjukkan harga Sig.(2-tailed) sebesar 0,364 (p > 0,05), maka Hnull diterima dan Hi ditolak, sehingga tidak ada perbedaan yang signifikan antara skor pretest dan posttest II pada kelompok kontrol. Sedangkan skor pretest ke posttest II pada kelompok eksperimen terhadap kemampuan interpretasi menunjukkan harga 73
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Sig.(2-tailed) sebesar 0,677 (p > 0,05), maka Hnull diterima dan Hi ditolak, sehingga tidak ada perbedaan yang signifikan antara skor pretest dan posttest II pada kelompok eksperimen. Tabel 4.11 juga menunjukkan bahwa rerata pretest kelompok kontrol sebesar 2,67 dan rerata pretest kelompok eksperimen sebesar 2,71. Sedangkan rerata posttest II kelompok kontrol sebesar 2,78 dan rerata posttest II kelompok eksperimen sebesar 2,77. Hasil perhitungan persentase peningkatan rerata pretest ke posttest II pada kelompok kontrol adalah 4,11% sedangkan kelompok eksperimen sebesar 2,2%. Kesimpulan yang dapat ditarik adalah terjadi peningkatan skor pretest ke posttest II pada kedua kelompok, akan tetapi peningkatan skor tidak terjadi secara signifikan.
4.1.4 Hasil Uji Hipotesis Penelitian II Hipotesis penelitian II adalah penerapan model Problem Based Learning berpengaruh terhadap kemampuan analisis pada mata pelajaran IPA dengan materi penyesuaian diri atau adaptasi hewan dengan lingkungan kelas V SD Kanisius Kalasan tahun ajaran 2016/2017. Variabel dependen pada hipotesis tersebut adalah kemampuan analisis, sedangkan variabel independen adalah penerapan model Problem Based Learning. Instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel dependen terdiri dari 4 soal uraian yaitu item soal nomor 3a, 3b, 4a, dan 4b yang mengandung indikator menguji gagasan-gagasan. Hasil analisis statistik secara keseluruhan dihitung dengan menggunakan program statistik yakni IBM SPSS Statistics 22 for Windows dengan tingkat kepercayaan yang digunakan adalah 95%. Tahapan analisis data yang dilakukan adalah sebagai berikut. 1) Uji normalitas data untuk mengetahui data terdistribusi dengan normal atau tidak, sehingga dapat digunakan untuk melakukan analisis selanjutnya dengan menggunakan statistik parametrik atau statistik nonparapetrik. 2) Uji kemampuan awal dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. 3) Uji signifikansi pengaruh perlakuan. 4) Uji besar pengaruh perlakuan. 5) Perhitungan presentase peningkatan rerata pretest ke posttest. 6) Uji signifikansi peningkatan rerata pretest ke posttest. 7) Uji korelasi rerata pretest ke posttest. 8) Uji retensi pengaruh perlakuan. 74
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4.1.4.1 Uji Normalitas Distribusi Data Uji normalitas data dilakukan setelah mendapatkan hasil tes dari siswa. Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data terdistribusi secara normal atau tidak, hal ini sebagai syarat digunakannya analisis parametrik (Priyatno, 2012: 132). Jika data terdistribusi tidak normal maka analisis data dilakukan dengan statistik non parametrik (Priyatno, 2012: 11). Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan IBM SPSS Statistics 22
for Windows dengan tingkat
kepercayaan 95%. Uji normalitas menggunakan One Samples Kolmogorov Smirnov Test dan Shapiro-Wilk. Shapiro-Wilk pada umumnya digunakan untuk sampel yang kurang dari 50 agar menghasilkan keputusan yang akurat (Shapiro dan Wilk dalam Razali dan Wah, 2011). Jika harga Sig (2-tailed) dengan uji Kolmogorov-Smirnov > 0,05 maka distribusi data normal sedangkan jika harga Sig (2-tailed) dengan uji KolmogorovSmirnov < 0,05 maka distribusi data tidak normal (Priyatno, 2012: 136). Apabila distribusi data normal maka analisis uji statistik selanjutnya menggunakan statistik parametrik misalnya paired samples t-test, sedangkan apabila distribusi data tidak normal maka dilakukan uji statistik non parametrik misalnya dengan Mann-Whitney atau Wilcoxon (Priyatno, 2012:141).
No
Tabel 4.21 Hasil Uji Normalitas Distribusi Data Kemampuan Analisis Aspek Kolmogorov Smirnov Saphiro Wilk Sig. 2 tailed
Keterangan
Sig. 2 tailed
Keterangan
1.
Pretest analisis kelompok kontrol
0,200
Normal
0,233
Normal
2.
Posttest I analisis kelompok kontrol
0.131
Normal
0,092
Normal
3.
Posttest II analisis kelompok kontrol Selisih rerata skor pretest-posttest I analisis kelompok control Pretest analisis kelompok eksperimen Posttest I analisis kelompok eksperimen Posttest II analisis kelompok eksperimen Selisih rerata skor pretest-posttest I analisis kelompok eksperimen
0,091
Normal
0,238
Normal
0,200
Normal
0,871
Normal
0,019
Tidak Normal
0,095
Normal
0,200
Normal
0,119
Normal
0,041
Tidak Normal
0,70
Normal
0,200
Normal
0,054
Normal
4. 5. 6. 7. 8.
75
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel 4.12 menunjukkan harga Sig.(2-tailed) > 0,05 untuk semua aspek apabila diuji dengan Shapiro-Wilk, sedangkan jika diuji dengan Kolmogorov Smirnov terdapat dua aspek yang tidak normal dengan harga Sig.(2-tailed) < 0,05. Aspek yang dimaksud adalah pretest, posttest I, posttest II, dan selisih rerata skor pretest - posttest I untuk kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Dari kedua uji tersebut, peneliti mengambil hasil pada uji dengan Shapiro-Wilk karena data yang diuji merupakan sampel random sesuai dengan persyaratan yang digunakan dalam uji normalitas dengan Shapiro-Wilk. Selain itu Shapiro-Wilk pada umumnya digunakan untuk sampel yang kurang dari 50 agar menghasilkan keputusan yang akurat (Shapiro dan Wilk dalam Razali dan Wah, 2011). Semua aspek memiliki distribusi data normal, sehingga analisis statistik selanjutnya menggunakan statistik parametrik. Statistik parametrik dengan Independent sample t-test digunakan untuk analisis data dari kelompok yang berbeda, misalnya kelompok kontrol dengan kelompok eksperimen (Field, 2009: 326). Sedangkan statistik parametrik dengan Paired samples t-test digunakan untuk analisis data dari kelompok yang sama, misalnya kelompok kontrol dengan kelompok kontrol atau kelompok eksperimen dengan kelompok eksperimen.
4.1.4.2 Uji Perbedaan Kemampuan Awal Uji perbedaan kemampuan awal dilakukan dengan mengujikan perbedaan skor pretest pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Uji ini dilakukan untuk memastikan kedua kelompok memiliki kemampuan awal yang sama, sehingga kedua kelompok dapat dibandingkan. Uji ini dilakukan dengan menguji rerata skor pretest kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Uji ini menggunakan statistik parametrik Independent samples t-test karena data terdistribusi normal dan diambil dari kelompok yang berbeda (Field, 2009: 326). Pengujian yang dilakukan sebelum analisis Independent samples t-test adalah uji Levene’s (uji asumsi varian) yaitu untuk mengetahui apakah varian data sama atau berbeda, jika varian data sama maka uji t menggunakan Equal Variance Assumed dan jika varian data berbeda maka menggunakan Equal Variance Not Assumed. Jika harga Sig. Levene’s test > 0,05 maka kelompok data memiliki varian yang sama, sehingga independent samples t-test menggunakan nilai pada 76
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
equal variance assumed (Priyatno, 2012: 22-23). Hasil uji asumsi homogenitas varians dapat dilihat pada tabel 4.13 berikut. (lihat Lampiran 4.4.2) Tabel 4.13 Hasil Uji Asumsi Homogenitas Varians Uji Statistik F Sig. Keputusan Levene’s Test for Equality of Variances 0,365 0,548 Homogen
Levene’s test dengan tingkat kepercayaan 95% menunjukkan harga F = 0,365 dan harga Sig. = 0,548, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat homogenitas varians data. Apabila variansnya homogen, maka data uji statistik Independent samples t-test yang diambil adalah data pada baris pertama output SPSS (Field, 2009: 340). Tingkat kepercayaan untuk melakukan uji perbedaan kemampuan awal ini adalah 95%. Kriteria yang digunakan untuk menolak Hnull adalah jika Sig.(2tailed) < 0,05 (Field, 2009: 53). Tabel 4.14 menunjukkan hasil uji perbedaan kemampuan awal dari kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. (lihat Lampiran 4.4.2) Tabel 4.14 Hasil Uji Perbedaan Rerata Pretest Kemampuan Analisis Uji Statistik Sig. (2-tailed) Keterangan Independent samples t-test 0,66 Tidak ada perbedaan
Rerata skor kelompok kontrol (M = 2,09; SE = 0,11) lebih tinggi dari kelompok eksperimen (M = 1,81; SE = 0,09). Perbedaan tersebut tidak signifikan dengan t(59)= 1,874, p= 0,66 (p > 0,005). Harga Sig.(2-tailed) ˃ 0,05 maka Hnull diterima dan Hi ditolak, artinya tidak ada perbedaan yang signifikan antara rerata skor pretest pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Kesimpulan dari hasil uji perbedaan rerata pretest yaitu kedua kelompok memiliki kemampuan awal yang sama untuk kemampuan analisis.
4.1.4.3 Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan Uji signifikansi pengaruh perlakuan digunakan untuk mengetahui pengaruh perlakuan atau penerapan model PBL terhadap kemampuan analisis, dengan melihat perbedaan dari rerata skor selisih posttest I dan pretest dari kedua kelompok. Uji ini diperoleh dengan mengurangkan rerata selisih skor posttest I ke 77
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pretest pada kelompok kontrol dengan rerata selisih skor posttest I ke pretest pada kelompok eksperimen (Cohen, 2007: 276-277). Uji ini menggunakan rumus (O2 O1) - (O4 - O3). Jika hasil perhitungan lebih besar dari 0, maka ada pengaruh. Hasil menunjukkan selisih skor posttest I – pretest pada kelompok eksperimen sebesar 0,34 dan selisih skor posttest I – pretest pada kelompok kontrol sebesar 0,09. Besar pengaruh perlakuan yang diperoleh adalah 0,25 (didapat dari selisih 0,34 dan 0,09) maka ada pengaruh penerapan model PBL terhadap kemampuan analisis. Uji normalitas distribusi data menunjukkan bahwa rerata selisih skor pretest ke posttest I pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen berdistribusi normal. Analisis statistik selanjutnya adalah statistik parametrik dengan Independent samples t-test karena data berasal dari kelompok yang berbeda (Field, 2009: 326). Sebelum dilakukan uji statistik untuk mengetahui signifikansi pengaruh perlakuan, perlu dilakukan uji asumsi terhadap homogenitas varians dengan melihat harga Sig.Levene’s test. Jika harga Sig. < 0,05 maka tidak terdapat homogenitas varians pada dua data yang dibandingkan (Field, 2009: 340). Jika harga Sig. > 0,05 maka terdapat homogenitas varians pada dua data yang dibandingkan. Hasil uji asumsi homogenitas varians dapat dilihat pada tabel 4.15 berikut. (lihat Lampiran 4.5.2) Tabel 4.15 Hasil Uji Asumsi Homogenitas Varians Uji Statistik F Sig. Keputusan Levene’s Test for Equality of Variances 0,331 0,567 Homogen
Hasil Levene’s test dengan tingkat kepercayaan 95% menunjukkan bahwa harga F = 0,331 dan harga Sig. = 0,567 (Sig. > 0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat homogenitas varians data. Jika terdapat homogenitas varians, data uji statistik Independent samples t-test yang diambil adalah data pada baris pertama output SPSS (Field, 2009: 340). Tingkat kepercayaan yang digunakan untuk uji signifikansi pengaruh perlakuan adalah 95%. Kriteria yang digunakan untuk menolak Hnull adalah jika Sig.(2-tailed) < 0,05 (Field, 2009: 53). Tabel 4.16 menunjukkan hasil uji 78
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
signifikansi pengaruh perlakuan pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen terhadap kemampuan analisis. (lihat Lampiran 4.5.2) Tabel 4.16 Hasil Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan Kemampuan Analisis Uji Statistik Sig. (2-tailed) Keterangan Independent samples t-test 0,197 Tidak ada perbedaan
Rerata skor kelompok eksperimen (M = 0,34; SE = 0,12) lebih tinggi daripada kelompok kontrol (M = 0,08; SE = 0,14). Perbedaan tersebut tidak signifkan dengan t(59)= -1,30, p= 0,197 (p > 0,005). Harga Sig.(2-tailed) > 0,05 maka Hnull diterima dan Hi ditolak, dengan demikian tidak ada perbedaan yang signifikan antara rerata selisih skor pretest ke posttest I kemampuan analisis pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Kesimpulan dari hasil uji signifikansi pengaruh perlakuan adalah penerapan model PBL tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan analisis. Hasil perbandingan rerata selisih skor pretest ke posttest I kemampuan analisis pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dapat dilihat dalam diagram berikut.
Gambar 4.4 Diagram Rerata Selisih Skor Pretest-Posttest I Kemampuan Analisis
4.1.4.4 Uji Besar Pengaruh Perlakuan Uji besar pengaruh perlakuan dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh penerapan model PBL terhadap kemampuan interpretasi. Uji besar 79
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pengaruh model PBL dapat dilihat dengan mencari effect size. Effect size adalah ukuran yang obyektif dan standar untuk mengetahui dari besarnya efek yang dihasilkan (Field: 2009: 56-57). Kriteria untuk menentukan besarnya efek adalah jika r = 0,10 (efek kecil) yang setara dengan 1% pengaruh yang diakibatkan oleh pengaruh variabel independen, r = 0,30 (efek menengah) yang setara dengan 9% pengaruh yang diakibatkan variabel independen, dan r = 0,50 (efek besar) yang setara dengan 25% pengaruh (Field: 2009: 56-57). Independent samples t-test digunakan untuk mengambil t dalam melakukan uji besar pengaruh perlakuan. Persentase pengaruh perlakuan didapat dengan menghitung koefisien determinasi (R2) dengan cara mengkuadratkan harga r (harga koefisien korelasi Pearson yang didapat) kemudian dikalikan 100% (Field, 2009: 179). Besar pengaruh penggunaan model PBL pada kelompok eksperimen terhadap kemampuan analisis adalah r = 0,173 atau 3%. Berdasarkan kriteria yang digunakan untuk menentukan besarnya efek, maka hasil perhitungan r setara dengan efek kecil. Berikut ini hasil perhitungan effect size terhadap kemampuan analisis. (lihat Lampiran 4.6)
Variabel Analisis
Tabel 4.17 Hasil Uji Effect Size terhadap Kemampuan Analisis Kelompok Kontrol dan Eksperimen t t2 df r (effect size) R2 % -1,306 1,71 59 0,173 0,03 3
Efek Kecil
4.1.2.3 Analisis Lebih Lanjut 1. Perhitungan Persentase Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I Perhitungan presentase peningkatan rerata pretest ke posttest I dilakukan untuk mengetahui presentase besar pengaruh model PBL yang dilihat dari peningkatan rerata dari pretest ke posttest I. Analisis perhitungan dilakukan dengan mengambil data rerata skor pretest dan posttest I pada uji normalitas distribusi data menggunakan Kolmogorov-Smirnov test. Persentase peningkatan rerata pretest ke posttest I dihitung dengan cara membagi selisih rerata pretest-posttest I dengan rerata pretest, kemudian dikali 100%. Hasil perhitungan persentase peningkatan rerata skor pretest ke posttest I dapat dilihat pada tabel 4.18 berikut ini. (lihat Lampiran 4.7.1)
80
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel 4.18 Hasil Perhitungan Persentase Peningkatan Rerata Skor Pretest ke Posttest I Kemampuan Analisis No Kelompok Rerata Peningkatan (%) Pretest Posttest I 1 Eksperimen 2,05 2,39 16% 2 Kontrol 1,97 2,06 4,5%
Data pada tabel 4.18 menunjukkan rerata pretest kelompok kontrol sebesar 1,97 dan rerata pretest kelompok eksperimen sebesar 2,05. Sedangkan rerata posttest I kelompok kontrol sebesar 2,06 dan rerata posttest I kelompok eksperimen sebesar 2,39. Hasil perhitungan persentase peningkatan rerata pretest ke posttest I pada kelompok kontrol sebesar 4,5%, sedangkan hasil perhitungan persentase peningkatan rerata pretest ke posttest I pada kelompok eksperimen sebesar 16%. Kesimpulan yang dapat ditarik adalah terjadi peningkatan skor pretest ke posttest I pada kelompok eksperimen dan terjadi penurunan skor pretest ke posttest I pada kelompok kontrol terhadap kemampuan analisis. Persentase peningkatan skor pretest ke posttest I pada kelompok eksperimen lebih tinggi daripada kelompok kontrol yaitu 16%, sedangkan kelompok kontrol sebesar 4,5%. Hal ini diperjelas melalui gambar 4.5 menggunakan grafik poligon untuk melihat perbedaan selisih pretest–posttest I pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Berikut grafik yang menunjukkan frekuensi selisih pretest-postest I (gain score) pada kedua kelompok. Grafik Gain Score Kelompok Kontrol dan Eksperimen pada5 Kemampuan Analisis
Frekuensi
4 3 Kontrol
2
Eksperimen
1
-2
-1
0 Gain 0
1
2
Gambar 4.5 Grafik Gain Score Kemampuan Analisis
81
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Gambar 4.2 menunjukkan bahwa gain terendah pada kelompok kontrol adalah -1,75, sedangkan gain terendah pada kelompok eksperimen adalah -1,25. Gain tertinggi kelompok kontrol adalah 1,53 dan gain tertinggi kelompok eksperimen adalah 1,25. Hal ini menunjukkan bahwa selisih pretest–posttest I pada kelompok kontrol lebih dominan daripada selisih pretest–posttest I pada kelompok eksperimen. Frekuensi siswa yang mendapat nilai ≥ 0,76 pada kelompok kontrol ada 5 orang, sedangkan pada kelompok eksperimen ada 8 orang. Nilai 0,76 merupakan nilai tengah gain score yang didapat dari menghitung 50% dari nilai tertinggi. Persentase gain score ≥ 0,76 pada kelompok kontrol sebesar 16,67%, sedangkan persentase gain score ≥ 0,76 pada kelompok eksperimen sebesar 25,8%. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa 16,67% siswa pada kelompok kontrol diuntungkan dengan penerapan metode ceramah, sedangkan 25,80% siswa pada kelompok eksperimen diuntungkan dengan penerapan model PBL. Dengan demikian, penerapan model PBL memiliki persentase peningkatan yang lebih dominan dibandingkan dengan penerapan metode ceramah.
2. Uji Besar Efek Peningkatan Skor Pretest ke Posttest I Uji besar pengaruh peningkatan skor pretest ke posttest I dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat peningkatan skor rerata yang signifikan dari pretest ke posttest I baik pada kelompok kontrol maupun pada kelompok eksperimen. Uji statistik yang digunakan adalah Paired samples t-test karena data yang diuji adalah data normal dan berasal dari kelompok yang sama (Field, 2009: 325). Tingkat kepercayaan yang digunakan adalah 95% dengan kriteria untuk menolak menolak Hnull adalah jika harga Sig.(2-tailed) < 0,05 (Field, 2009: 53). Hasil uji peningkatan rerata skor pretest ke posttest I dapat dilihat pada tabel 4.19 berikut. (lihat Lampiran 4.8.2.2) Tabel 4.19 Hasil Uji Besar Efek Peningkatan Skor Pretest ke Posttest I Kemampuan Analisis No. Kelompok t t2 df r R2 % Efek 1 Kontrol -0,260 0,068 29 0,05 0,0025 0,25 2 Eksperimen 6,070 36,84 30 0,74 0,55 55% Besar
82
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3. Uji Korelasi antara Rerata Pretest dan Posttest I Uji korelasi ini dilakukan untuk mengetahui apakah korelasi antara rerata pretest dan posttest I positif dan signifikan. Positif berarti semakin tinggi pretest semakin tinggi pula posttest I, signifikan berarti hasil skor korelasi tersebut dapat digeneralisasi pada populasi. Data yang diambil dari rerata skor pretest dan rerata skor posttest I pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen terdistribusi normal, sehingga menggunakan rumus Pearson Correlation untuk data normal. Tingkat kepercayaan yang digunakan adalah 95%. Kriteria yang digunakan untuk menolak Hnull adalah jika harga Sig.(2-tailed) < 0,05 (Field,2009: 53). Hasil uji korlasi antara rerata pretest dan posttest I pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dapat dilihat pada tabel 4.20 berikut (lihat Lampiran 4.9.2). Tabel 4.20 Hasil Uji Korelasi antara Rerata Pretest dan Posttest I Kemampuan Analisis No Kelompok Pearson Correlation Sig. (2-tailed) Keterangan 1 Kontrol 0,396 0,030 Positif dan signifikan 2 Eksperimen 0,573 0,001 Positif dan signifikan
Berdasarkan hasil uji korelasi rerata pretest dan postest I, harga Sig.(2tailed) pada kelompok kontrol adalah 0,0,30 atau p < 0,05, berarti Hnull ditolak dan Hi diterima. Maka, ada korelasi atau hubungan yang signifikan antara hasil rerata pretest dan hasil rerata posttest I pada kemampuan analisis kelompok kontrol. Hasil Pearson correlation kelompok kontrol menunjukkan 0,30, maka korelasi antara rerata pretest dan posttest I termasuk pada kategori rendah. Harga Pearson correlation menunjukkan nilai positif artinya apabila rerata skor siswa di pretest rendah maka hasil rerata skor siswa di posttest I rendah, begitu pula sebaliknya apabila rerata skor siswa di pretest tinggi maka hasil rerata skor siswa di posttest I akan tinggi pada kelompok kontrol. Sedangkan kelompok eksperimen menunjukkan Pearson correlation 0,573 dan harga Sig.(2-tailed) adalah 0,001. Hal tersebut menunjukkan bahwa Sig.(2tailed) < 0,05 yang berarti bahwa Hnull ditolak dan Hi diterima. Maka, ada korelasi atau hubungan yang signifikan antara hasil rerata pretest dan hasil rerata posttest I kemampuan interpretasi kelompok eksperimen. Hasil Pearson correlation menunjukkan 0,573, maka korelasi antara rerata pretest dan posttest I termasuk pada kategori cukup besar. Harga Pearson correlation menunjukkan nilai positif 83
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
artinya apabila rerata skor siswa di pretest rendah maka hasil rerata skor siswa di posttest I rendah, begitu pula sebaliknya apabila rerata skor siswa di pretest tinggi maka hasil rerata skor siswa di posttest I tinggi pada kelompok eksperimen.
4. Uji Retensi Pengaruh Perlakuan Uji retensi pengaruh perlakuan dilakukan untuk mengetahui pengaruh perlakuan masih kuat sesudah satu bulan dilakukan treatment untuk itu digunakan data dari skor posttest I dan posttest II dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Uji retensi pengaruh perlakuan menggunakan statistik parametrik Paired samples t-test karena data yang diuji adalah data normal dan dalam kelompok yang sama (Field: 2009, 325). Tingkat kepercayaan yang digunakan adalah 95%dengan kriteria yang digunakan untuk menolak Hnull adalah Sig.(2-tailed) < 0,05 (Field: 2009, 53). Hasil uji retensi pengaruh perlakuan pada kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen dapat dilihat dalam tabel 4.21 (lihat Lampiran 4.10.2.2) Tabel 4.21 Hasil Uji Retensi Pengaruh Perlakuan Kemampuan Analisis No Rerata Peningkatan Sig. (2Keterangan Kelompok (%) tailed) Posttest Posttest I II 1 Kontrol 2,06 2,28 10,67 0,049 Ada Perbedaan 2 Eksperimen 2,39 2,03 -15,06 0,000 Ada Perbedaan
Rerata kelompok kontrol lebih tinggi daripada rerata kelompok eksperimen yaitu M = 0,21; SD = 0,57; SE = 0,10; t = 2,05; n = 30; dan df = 29. Hasil skor kelompok eksperimen yakni M = -0,36; SD = 0,40; SE = 0,07; t = 4,94; n= 31; dan df = 30. Hasil uji retensi pengaruh perlakuan skor posttest I ke posttest II kelompok kontrol terhadap kemampuan interpretasi menunjukkan harga Sig.(2-tailed) sebesar 0,049 (Sig.(2-tailed) < 0,05), maka Hnull ditolak dan Hi diterima. Artinya, ada perbedaan skor yang signifikan dari skor posttest I ke posttest II pada kelompok kontrol terhadap kemampuan interpretasi. Kesimpulan yang dapat ditarik adalah terjadi peningkatan skor yang signifikan dari skor posttest I ke skor posttest II kelompok kontrol terhadap kemampuan analisis. Sedangkan harga Sig.(2-tailed) pada kelompok eksperimen sebesar 0,000 (Sig.(284
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
tailed) < 0,05), maka Hnull ditolak dan Hi diterima. Artinya, ada perbedaan skor yang signifikan dari skor posttest I ke posttest II pada kelompok eksperimen terhadap kemampuan interpretasi. Kesimpulan yang dapat ditarik adalah terjadi penurunan skor yang signifikan dari skor posttest I ke skor posttest II kelompok eksperimen terhadap kemampuan analisis. Persentase kenaikan rerata posttest I ke posttest II pada kelompok eksperimen lebih rendah daripada kelompok kontrol. Hal ini ditunjukkan dengan persentase penurunan kelompok eksperimen sebesar -15,06%, sedangkan kelompok kontrol mengalami peningkatan sebesar 10,67%. Peningkatan skor dari pretest, posttest I, dan posttest II terhadap kemampuan analisis pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dapat dilihat pada grafik berikut ini. 2,50 2,09 2,00 1,81
2,38 2,05
2,27 2,03
1,50 Kontrol 1,00
Eksperimen
0,50 0,00 Pretest
Posttest I
Posttest II
Gambar 4.6 Grafik Pretest, Posttest I, dan Posttest II Kemampuan Analisis
Untuk memastikan apakah capaian skor rerata posttest II berbeda atau tidak dengan pretest maka dilakukan analisis terhadap perbedaan skor rerata pretest dan posttest II dengan menggunakan paired samples t-test karena data yang diuji adalah data yang terdistribusi normal dari kelompok yang sama (Field, 2009: 325). Tingkat kepercayaan yang digunakan adalah 95% dengan kriteria untuk menolak Hnull adalah Sig.(2-tailed)<0,05 (Field, 2009: 53). Berikut adalah hasil uji signifikansi skor pretest ke posttest II yang dapat dilihat tabel 4.22 (Lihat Lampiran 4.10.1.3). Tabel 4.22 Hasil Uji Retensi Pengaruh Perlakuan Kemampuan Analisis No Rerata Peningkatan Sig. (2Keterangan Kelompok (%) tailed) Pretest Posttest
85
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
Kontrol
2,09
II 2,28
2
Eksperimen
1,81
2,03
9
0,274
12,1
0,045
Tidak Ada Perbedaan Ada Perbedaan
Data pada tabel 4.22 menunjukkan bahwa hasil uji signifikansi skor pretest ke posttest II pada kelompok kontrol terhadap kemampuan analisis menunjukkan harga Sig.(2-tailed) sebesar 0,274 (p > 0,05), maka Hnull diterima dan Hi ditolak, sehingga tidak ada perbedaan yang signifikan antara skor pretest dan posttest II pada kelompok kontrol. Sedangkan skor pretest ke posttest II pada kelompok eksperimen terhadap kemampuan analisis menunjukkan harga Sig.(2tailed) sebesar 0,045 (p < 0,05), maka Hnull ditolak dan Hi diterima, sehingga ada perbedaan yang signifikan antara skor pretest dan posttest II pada kelompok eksperimen. Tabel 4.22 juga menunjukkan bahwa rerata pretest kelompok kontrol sebesar 2,09 dan rerata pretest kelompok eksperimen sebesar 1,81. Sedangkan rerata posttest II kelompok kontrol sebesar 2,28 dan rerata posttest II kelompok eksperimen sebesar 2,03. Hasil perhitungan persentase peningkatan rerata pretest ke posttest II pada kelompok kontrol adalah 9% sedangkan kelompok eksperimen sebesar 12,1%. Kesimpulan yang dapat ditarik adalah terjadi peningkatan skor pretest ke posttest II pada kedua kelompok, kelompok eksperimen memiliki peningkatan skor yang signifikan sedangkan kelompok kontrol tidak.
4.2 Pembahasan 4.2.1 Ancaman Validitas Internal Perlu kehati-hatian dalam menarik kesimpulan bahwa perubahan yang terjadi pada variabel dependen disebabkan oleh variabel independen yang digunakan sebagai perlakuan dalam penelitian saja. Akan tetapi terdapat juga variabel lain diluar perlakuan yang ternyata ikut berpengaruh terhadap hasil penelitian sehingga memunculkan keraguan terhadap hubungan sebab-akibat yang ditarik dalam kesimpulan penelitian. Faktor-faktor diluar variabel dependen tersebut bisa menjadi ancaman terhadap validitas penelitian (Johnson & Christensen, 2008: 258). Ancaman validitas penelitian telah diidentifikasi oleh Campbell dan Stanley (1963),
86
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Bracht dan Glass (1968), dan Lewis-Beck (1993). Ancaman-ancaman tersebut dijelaskan sebagai berikut. 1. Sejarah (History) Setiap kejadian atau perlakuan terhadap kelompok yang diteliti yang terjadi diantara pretest dan posttest di luar treatment penelitian yang bisa mempengaruhi hasil posttest pada variabel dependen (Johnson & Christensen, 2008: 260, Cohen, Manion, & Morrison, 2007: 155). Kejadian di luar treatment misalnya workshop, ekstrakurikuler, kursus, acara TV, dan lain-lain yang memberikan materi yang sama dengan yang digunakan dalam treatment penelitian. Dalam penelitian ini terjadi ancaman sejarah yaitu kelompok eksperimen mendapatkan satu kali pembelajaran dengan materi yang sama dengan treatment penelitian, sehingga peneliti tidak dapat mengendalikan ancaman tersebut. 2. Difusi treatment atau kontaminasi Ancaman ini terjadi apabila kelompok eksperimen dan kelompok kontrol diamdiam saling berkomunikasi dan sama-sama mempelajari treatment yang diberikan pada kelompok eksperimen. Dalam penelitian ini tidak terjadi ancaman difusi treatment. 3. Perilaku Kompensatioris Ancaman ini terjadi jika treatment yang diberikan di kelompok eksperimen dirasa sangat berharga dan diketahui juga oleh kelompok kontrol yang tidak mendapatkan treatment tersebut. Keuntungan yang diperoleh oleh kelompok eksperimen dirasa jauh lebih banyak dibanding kelompok kontrol. Karena merasa didevaluasi, kelompok kontrol bisa jadi 1) berusaha menandingi kelompok eksperimen dengan belajar ekstra keras atau 2) mengalami demoralisasi sehingga marah dan tidak kooperatif. Dalam penelitian ini ancaman perilaku kompensatioris dapat dikendalikan sebab siswa dari kedua kelompok tidak merasa keberatan dengan adanya treatment di kelompok eksperimen. 4. Maturasi (maturation) Setiap perubahan biologis atau psikologis yang terjadi sepanjang waktu penelitian bisa berpengaruh terhadap posttest pada variabel dependen (Johnson 87
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
& Christensen, 2008: 261). Misalnya kebosanan, rasa lapar, rasa haus, kelelahan, dsb. Dalam penelitian ini terjadi ancaman maturasi yaitu rasa bosan yang terjadi pada siswa dalam mengerjakan soal-soal pretest dan posttest yang sama lebih dari satu kali. 5. Regresi Statistik Kecenderungan umum bahwa partisipan dengan hasil skor pretest yang sangat tinggi (mencapai skor tertinggi dalam skala pengukuran) biasanya memperoleh skor posttest yang lebih rendah dan sebaliknya hasil pretest yang sangat rendah (mencapai skor terendah dalam skala pengukuran) biasanya memperoleh skor posttest yang lebih tinggi merupakan ancaman regresi statistik. Untuk mengatasi ancaman ini maka dilakukan uji korelasi pada pretest dan posttest I. Hasil uji korelasi menunjukkan bahwa pada kemampuan interpretasi korelasi antara pretest dengan posttest I menunjukkan hasil positif dan tidak signifikan. Artinya apabila rerata skor siswa di pretest rendah maka hasil rerata skor siswa di posttest I rendah, begitu pula sebaliknya apabila rerata skor siswa di pretest tinggi maka hasil rerata skor siswa di posttest I akan tinggi pada kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen. Sedangkan pada kemampuan analisis menunjukkan hasil positif dan signifikan. Artinya apabila rerata skor siswa di pretest rendah maka hasil rerata skor siswa di posttest I rendah, begitu pula sebaliknya apabila rerata skor siswa di pretest tinggi maka hasil rerata skor siswa di posttest I akan tinggi pada kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen. 6. Mortalitas (Mortility) Perbedaan jumlah partisipan pada waktu pretest dan posttest akibat mengundurkan diri dalam penelitian sehingga tidak ikut posttest dapat berpengaruh terhadap validitas penelitian. Dalam penelitian ini tidak terjadi ancaman mortalitas karena seluruh siswa baik kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol mengikuti treatment dan posttest. 7. Pengujian dan (testing) Pretest pada awal penelitian bisa mempengaruhi hasil posttest sehingga hasil posttest menjadi lebih tinggi dari jika tanpa ada pretest (Cohen, Manion, & Morrison, 2007: 156). Dengan mengerjakan pretest kelompok yang diteliti 88
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
sudah tahu tentang apa yang ditargetkan, sudah memiliki pengalaman awal, dan menjadi familiar dengan materi test sehingga lebih terfokus terhadap apa yang nantinya dikerjakan pada saat posttest. Untuk menghindari ancaman ini maka diadakan pretest pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. 8. Instrumentasi Ancaman instrumentasi dapat terjadi apabila karakteristik alat pengumpul data yang digunakan berbeda antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen atau untuk pretest dan posttest. Dari ancaman tersebut dalam penelitian ini membuat agar karakteristik alat pengumpul data yang digunakan harus sama untuk kedua kelompok dan sama untuk pretest dan posttest. 9. Lokasi Jika lokasi yang digunakan baik untuk pretest maupun posttest maupun untuk implementasi treatment pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen terlalu berbeda (misalnya ukuran ruang, kenyamanan ruang, kebisingan ruang, dsb), lokasi yang berbeda bisa menghasilkan skor posttest yang berbeda. Pada penelitian ini ruangan kelas yang digunakan tidak terlalu berbeda antara ruangan kelas kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. 10. Karakteristik Subjek Kemampuan awal yang berbeda pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen akan mempengaruhi hasil posttest. Dalam penelitian ini dilakukan pretest untuk menguji kemampuan awal masing-masing kelompok apakah sama atau tidak. Jika dalam pretest kedua kelompok tersebut memiliki kemampuan awal yang tidak berbeda, bias yang mungkin terjadi dianggap tidak ada. 11. Implementasi Perbedaan guru yang mengajar pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen bisa berpengaruh pada skor posttest. Guru yang berbeda juga akan memiliki
style
mengajar
yang
berbeda.
Solusi:
guru
yang
mengimplementasikan pembelajaran di kedua kelompok tersebut sama atau sama-sama dilaksanakan oleh guru yang berbeda-beda (banyak guru). Untuk itu dalam penelitian ini treatment dilakukan oleh satu guru mitra yang sama untuk mengajar di kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
89
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4.2.2 Pengaruh Model Problem Based Learning terhadap Kemampuan Interpretasi Hipotesis I penelitian ini penerapan model Problem Based Learning (PBL) berpengaruh terhadap kemampuan interpretasi mata pelajaran IPA materi penyesuaian diri hewan terhadap lingkungan pada siswa kelas V SD Kanisius Kalasan Yogyakarta semester gasal tahun ajaran 2016/2017. Hasil analisis data menunjukkan bahwa penerapan model Problem Based Learning berpengaruh terhadap kemampuan interpretasi. Hal ini dibuktikan melalui uji signifikansi pengaruh perlakuan yang menunjukkan harga Sig.(2-tailed) sebesar 0,001 (sig.(2tailed) < 0,05), maka Hnull ditolak dan Hi diterima. Artinya ada perbedaan yang signifikan antara rerata selisih skor pretest ke posttest I pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Kesimpulan yang dapat ditarik adalah penerapan model PBL berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan interpretasi. Hasil sebaran data yang diperoleh siswa kelompok kontrol pada pretest menunjukkan bahwa siswa yang mendapat skor 1 pada indikator pertama adalah 6, siswa yang mendapat skor 2 adalah 3, siswa yang mendapat skor 3 adalah 20 dan siswa yang mendapat skor 4 adalah 1. Sedangkan pada pengerjaan posttest I siswa yang mendapat skor 1 pada indikator pertama adalah 20, siswa yang mendapat skor 2 adalah 1, siswa yang mendapat skor 3 adalah 7 dan siswa yang mendapat skor 4 adalah 2. Modus pada hasil pengerjaan pretest adalah siswa yang mendapat skor 3 sedangkan pada posttest I adalah siswa yang mendapat skor 1. Terjadi penurunan skor dari pretest ke posttest I, hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya siswa yang mendapat skor 1. Pada indikator kedua siswa yang mendapat skor 1 pada adalah 0, siswa yang mendapat skor 2 adalah 4, siswa yang mendapat skor 3 adalah 8 dan siswa yang mendapat skor 4 adalah 18. Sedangkan pada pengerjaan posttest I siswa yang mendapat skor 1 pada indikator pertama adalah 0, siswa yang mendapat skor 2 adalah 3, siswa yang mendapat skor 3 adalah 3 dan siswa yang mendapat skor 4 adalah 24. Modus pada hasil pengerjaan pretest adalah siswa yang mendapat skor 4 sedangkan pada posttest I adalah siswa yang mendapat skor 4. Terjadi peningkatan skor dari pretest ke posttest I, hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya siswa yang mendapat skor 4. 90
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Pada indikator ketiga siswa yang mendapat skor 1 pada adalah 14, siswa yang mendapat skor 2 adalah 4, siswa yang mendapat skor 3 adalah 7 dan siswa yang mendapat skor 4 adalah 5. Sedangkan pada pengerjaan posttest I siswa yang mendapat skor 1 pada indikator pertama adalah 15, siswa yang mendapat skor 2 adalah 8, siswa yang mendapat skor 3 adalah 2 dan siswa yang mendapat skor 4 adalah 5. Modus pada hasil pengerjaan pretest adalah siswa yang mendapat skor 1 sedangkan pada posttest I adalah siswa yang mendapat skor 1. Terjadi penurunan skor dari pretest ke posttest I, hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya siswa yang mendapat skor 1. Sedangkan hasil sebaran data yang diperoleh siswa kelompok eksperimen pada pretest menunjukkan bahwa siswa yang mendapat skor 1 pada indikator pertama adalah 8, siswa yang mendapat skor 2 adalah 2, siswa yang mendapat skor 3 adalah 16 dan siswa yang mendapat skor 4 adalah 5. Sedangkan pada pengerjaan posttest I siswa yang mendapat skor 1 pada indikator pertama adalah 6, siswa yang mendapat skor 2 adalah 1, siswa yang mendapat skor 3 adalah 8 dan siswa yang mendapat skor 4 adalah 16. Modus pada hasil pengerjaan pretest adalah siswa yang mendapat skor 3 sedangkan pada posttest I adalah siswa yang mendapat skor 4. Terjadi peningkatan skor dari pretest ke posttest I, hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya siswa yang mendapat skor 4. Pada indikator kedua siswa yang mendapat skor 1 pada adalah 3, siswa yang mendapat skor 2 adalah 5, siswa yang mendapat skor 3 adalah 5 dan siswa yang mendapat skor 4 adalah 18. Sedangkan pada pengerjaan posttest I siswa yang mendapat skor 1 pada indikator pertama adalah 0, siswa yang mendapat skor 2 adalah 1, siswa yang mendapat skor 3 adalah 1 dan siswa yang mendapat skor 4 adalah 29. Modus pada hasil pengerjaan pretest adalah siswa yang mendapat skor 4 sedangkan pada posttest I adalah siswa yang mendapat skor 4. Terjadi peningkatan skor dari pretest ke posttest I, hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya siswa yang mendapat skor 4. Pada indikator ketiga siswa yang mendapat skor 1 pada adalah 7, siswa yang mendapat skor 2 adalah 15, siswa yang mendapat skor 3 adalah 1 dan siswa yang mendapat skor 4 adalah 8. Sedangkan pada pengerjaan posttest I siswa yang mendapat skor 1 pada indikator pertama adalah 7, siswa yang mendapat skor 2 91
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
adalah 12, siswa yang mendapat skor 6 adalah 3 dan siswa yang mendapat skor 4 adalah 6. Modus pada hasil pengerjaan pretest adalah siswa yang mendapat skor 2 sedangkan pada posttest I adalah siswa yang mendapat skor 2. Terjadi peningkatan skor dari pretest ke posttest I, hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya siswa yang mendapat skor 3. Dari pemaparan sebaran data tersebut terlihat bahwa kelompok eksperimen mengalami peningkatan pada ketiga indikator di kemampuan interpretasi setelah diberikan perlakuan dengan model Problem Based Learning. Sedangkan pada kelompok kontrol hanya mengalami peningkatan di indikator kedua. Dapat dikatakan bahwa penerapan model Problem Based Learning memberikan dampak pada kemampuan interpretasi. Model PBL memberikan pengaruh “menengah” terhadap kemampuan interpretasi yang ditunjukkan dengan harga r = 0,40 atau 16% pada uji besar pengaruh perlakuan. Model PBL memberikan pengaruh 16% terhadap kemampuan interpretasi, sedangkan 84% sisanya merupakan pengaruh dari variabel lain diluar variabel yang diteliti. Variabel lain yang dimaksud misalnya variabel dari dalam diri siswa, contohnya motivasi, konsentrasi siswa, minat, kesehatan siswa, dan intelegensi. Selain itu juga ada variabel dari luar diri suswa misalnya lingkungan sekitar kelas yang ramai, kondisi latar belakang keluarga siswa, dan kondisi atau suasana di dalam kelas. Perbandingan rerata selisih Perbandingan rerata selisih skor pretest ke posttest I terhadap kemampuan interpretasi pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dapat dilihat pada gambar 4.1. Gambar tersebut menunjukkan diagram perbandingan rerata selisih skor pretest ke posttest I pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Peningkatan rerata skor pretest ke posttest I pada kelompok eksperimen lebih besar daripada kelompok kontrol. Peningkatan rerata skor pada kelompok kontrol sebesar -0,232 atau -8,9%, sedangkan pada kelompok eksperimen sebesar 0,408 atau 15%. Uji signifikansi peningkatan rerata pretest ke posttest I menunjukkan bahwa persentase peningkatan skor pretest ke posttest I pada kelompok eksperimen (penerapan model PBL) lebih besar daripada kelompok kontrol (penerapan metode ceramah). Persentase peningkatan skor pretest ke posttest I 92
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dengan penerapan model PBL memiliki r (besar pengaruh) 0,46 atau 21% yang setara dengan efek menengah, sedangkan penerapan metode ceramah memiliki r (besar pengaruh) 0,32 atau 10,5% yang setara dengan efek menengah. Kelompok kontrol dan kelompok eksperimen mengalami peningkatan skor yang positif namun tidak signifikan. Hal ini ditunjukkan dengan hasil korelasi rerata pretest ke posttest I dengan harga Sig.(2-tailed) sebesar 0,119 atau (Sig.(2tailed) > 0,05) pada kelompok kontrol dan harga Sig.(2-tailed) sebesar 0,90 atau (Sig.(2-tailed) > 0,05) pada kelompok eksperimen. Pengaruh model PBL tidak sekuat pada posttest I setelah dua minggu dilakukannya perlakuan, karena terjadi penurunan skor rerata pretest II terhadap kemampuan interpretasi. Penurunan tersebut terjadi secara signifikan. Hal ini ditunjukkan dengan harga Sig.(2-tailed) sebesar 0,002 atau (sig.(2-tailed) < 0,05) pada kelompok kontrol dan Sig.(2-tailed) sebesar 0,005 atau (sig.(2-tailed) < 0,05) pada kelompok eksperimen. Kegiatan pembelajaran pada kelompok kontrol berbeda dengan kegiatan pembelajaran pada kelompok eksperimen. Kegiatan pembelajaran pada kelompok kontrol menggunakan metode tradisional yaitu ceramah, sedangkan kegiatan pembelajaran pada kelompok eksperimen menggunakan model PBL. Siswa pada kelompok kontrol mengikuti pembelajaran dengan mendengarkan dan mencatat penjelasan materi dari guru. Pembelajaran dengan metode ceramah hanya menggunakan interaksi satu arah dari sumber belajar, yaitu guru (Sani, 2013: 159). Dengan kata lain, pembelajaran dengan metode ceramah didominasi oleh komunikasi lisan dari guru ke siswa. Siswa pada kelompok eksperimen mengikuti pembelajaran dengan aktif dan melakukan proses berpikir melalui kegiatan diskusi untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Selain itu siswa pada kelompok eksperimen melakukan percobaan sederhana yang menunjang kegiatan pembelajaran. Di dalam kegiatan belajar mengajar siswa kelompok eksperimen lebih aktif dan memiliki kesempatan untuk mengembangkan kemampuan interpretasi lebih banyak dari pada kelas kontrol selama pembelajaran. Siswa kelompok eksperimen aktif mengajukan pertanyaan tentang hal-hal yang ingin mereka ketahui. Siswa berdiskusi dan membuat jawaban pemecahan masalah terhadap pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan guru. Kemudian siswa melakukan 93
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
interaksi dengan guru, teman, dan lingkungan ketika menjelaskan makna dari materi pembelajaran dan membuat kategori berdasarkan hasil pemecahan masalah yang sudah dilakukan. Sedangkan siswa kelompok kontrol tidak memiliki kesempatan yang lebih untuk mengembangkan kemampuan interpretasi. Pembelajaran di kelompok kontrol ditunjukkan dengan kegiatan siswa yang lebih banyak mendengarkan penjelasan dari guru dan mendapat kesempatan untuk menjawab hanya ketika mendapat pertanyaan dari guru. Akan tetapi siswa menjawab bukan berdasarkan pengalaman belajar yang diterima tetapi dari teori yang mereka ketahui sebelumnya. 4.2.3 Pengaruh Model Problem Based Learning terhadap Kemampuan Analisis Hipotesis II penelitian ini adalah penerapan model Problem Based Learning (PBL) berpengaruh terhadap kemampuan analisis mata pelajaran IPA materi penyesuaian diri hewan terhadap lingkungan pada siswa kelas V SD Kanisius Kalasan Yogyakarta semester gasal tahun ajaran 2016/2017. Hasil analisis data menunjukkan bahwa penerapan model PBL tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan analisis. Hal ini dibuktikan melalui uji signifikansi pengaruh perlakuan yang menunjukkan harga Sig.(2-tailed) sebesar 0,197 (sig.(2-tailed) > 0,05), maka Hnull diterima dan Hi ditolak. Artinya tidak ada perbedaan yang signifikan antara rerata selisih skor pretest ke posttest I pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Kesimpulan yang dapat ditarik adalah penerapan model PBL tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan analisis. Hasil sebaran data yang diperoleh siswa kelompok kontrol pada pretest menunjukkan bahwa siswa yang mendapat skor 1 pada indikator pertama adalah 6, siswa yang mendapat skor 2 adalah 5, siswa yang mendapat skor 3 adalah 19 dan siswa yang mendapat skor 4 adalah 0. Sedangkan pada pengerjaan posttest I siswa yang mendapat skor 1 pada indikator pertama adalah 10, siswa yang mendapat skor 2 adalah 2, siswa yang mendapat skor 3 adalah 12 dan siswa yang mendapat skor 4 adalah 6. Modus pada hasil pengerjaan pretest adalah siswa yang mendapat skor 3 sedangkan pada posttest I adalah siswa yang mendapat skor 3. Terjadi peningkatan skor dari pretest ke posttest I, hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya siswa yang mendapat skor 4. 94
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Pada indikator kedua siswa yang mendapat skor 1 pada adalah 13, siswa yang mendapat skor 2 adalah 5, siswa yang mendapat skor 3 adalah 11 dan siswa yang mendapat skor 4 adalah 1. Sedangkan pada pengerjaan posttest I siswa yang mendapat skor 1 pada indikator pertama adalah 14, siswa yang mendapat skor 2 adalah 4, siswa yang mendapat skor 3 adalah 10 dan siswa yang mendapat skor 4 adalah 2. Modus pada hasil pengerjaan pretest adalah siswa yang mendapat skor 1 sedangkan pada posttest I adalah siswa yang mendapat skor 1. Tidak terjadi peningkatan ataupun penurunan skor pretest ke posttest I pada indikator kedua untuk kelompok kontrol. Pada indikator ketiga siswa yang mendapat skor 1 pada adalah 11, siswa yang mendapat skor 2 adalah 13, siswa yang mendapat skor 3 adalah 6 dan siswa yang mendapat skor 4 adalah 0. Sedangkan pada pengerjaan posttest I siswa yang mendapat skor 1 pada indikator pertama adalah 11, siswa yang mendapat skor 2 adalah 14, siswa yang mendapat skor 3 adalah 3 dan siswa yang mendapat skor 4 adalah 2. Modus pada hasil pengerjaan pretest adalah siswa yang mendapat skor 2 sedangkan pada posttest I adalah siswa yang mendapat skor 2. Terjadi peningkatan skor dengan ditunjukkan meningkatnya siswa yang mendapat skor 4. Pada indikator keempat siswa yang mendapat skor 1 pada adalah 8, siswa yang mendapat skor 2 adalah 14, siswa yang mendapat skor 3 adalah 6 dan siswa yang mendapat skor 4 adalah 2. Sedangkan pada pengerjaan posttest I siswa yang mendapat skor 1 pada indikator pertama adalah 10, siswa yang mendapat skor 2 adalah 15, siswa yang mendapat skor 3 adalah 3 dan siswa yang mendapat skor 4 adalah 2. Modus pada hasil pengerjaan pretest adalah siswa yang mendapat skor 2 sedangkan pada posttest I adalah siswa yang mendapat skor 2. Terjadi penurunan skor dari pretest ke posttest I dengan diunjukkan pada meningkatnya siswa yang mendapat skor 1 dan 2. Sedangkan hasil sebaran data yang diperoleh siswa kelompok eksperimen pada pretest menunjukkan bahwa siswa yang mendapat skor 1 pada indikator pertama adalah 14, siswa yang mendapat skor 2 adalah 3, siswa yang mendapat skor 3 adalah 11 dan siswa yang mendapat skor 4 adalah 3. Sedangkan pada pengerjaan posttest I siswa yang mendapat skor 1 pada indikator pertama adalah 9, siswa yang mendapat skor 2 adalah 2, siswa yang mendapat skor 3 adalah 15 dan 95
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
siswa yang mendapat skor 4 adalah 5. Modus pada hasil pengerjaan pretest adalah siswa yang mendapat skor 1 sedangkan pada posttest I adalah siswa yang mendapat skor 3. Terjadi peningkatan skor dari pretest ke posttest I, hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya siswa yang mendapat skor 4, dan berkurangnya siswa yang mendapatkan skor 1 dan 2. Pada indikator kedua siswa yang mendapat skor 1 pada adalah 21, siswa yang mendapat skor 2 adalah 2, siswa yang mendapat skor 3 adalah 7 dan siswa yang mendapat skor 4 adalah 1. Sedangkan pada pengerjaan posttest I siswa yang mendapat skor 1 pada indikator pertama adalah 5, siswa yang mendapat skor 2 adalah 7, siswa yang mendapat skor 3 adalah 11 dan siswa yang mendapat skor 4 adalah 8. Modus pada hasil pengerjaan pretest adalah siswa yang mendapat skor 1 sedangkan pada posttest I adalah siswa yang mendapat skor 3. Terjadi peningkatan skor dari pretest ke posttest I, hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya siswa yang mendapat skor 3 dan 4 dan menurunnya siswa yang mendapat skor 1 dan 2. Pada indikator ketiga siswa yang mendapat skor 1 pada adalah 13, siswa yang mendapat skor 2 adalah 15, siswa yang mendapat skor 3 adalah 2 dan siswa yang mendapat skor 4 adalah 1. Sedangkan pada pengerjaan posttest I siswa yang mendapat skor 1 pada indikator pertama adalah 4, siswa yang mendapat skor 2 adalah 21, siswa yang mendapat skor 3 adalah 4 dan siswa yang mendapat skor 4 adalah 2. Modus pada hasil pengerjaan pretest adalah siswa yang mendapat skor 4 sedangkan pada posttest I adalah siswa yang mendapat skor 4. Terjadi peningkatan skor dari pretest ke posttest I, hal ini ditunjukkan dengan menurunnya siswa yang mendapat skor 1 dan meningkatnya siswa yang mendapat skor 4. Pada indikator keempat siswa yang mendapat skor 1 pada adalah 10, siswa yang mendapat skor 2 adalah 18, siswa yang mendapat skor 3 adalah 1 dan siswa yang mendapat skor 4 adalah 2. Sedangkan pada pengerjaan posttest I siswa yang mendapat skor 1 pada indikator pertama adalah 3, siswa yang mendapat skor 2 adalah 21, siswa yang mendapat skor 3 adalah 5 dan siswa yang mendapat skor 4 adalah 2. Modus pada hasil pengerjaan pretest adalah siswa yang mendapat skor 2 sedangkan pada posttest I adalah siswa yang mendapat skor 2. Terjadi peningkatan skor dari pretest ke posttest I, hal ini ditunjukkan dengan menurunnya siswa yang mendapat skor 1. 96
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Dari pemaparan sebaran data tersebut terlihat bahwa kelompok eksperimen mengalami peningkatan pada ketiga indikator di kemampuan interpretasi setelah diberikan perlakuan dengan model Problem Based Learning. Sedangkan pada kelompok kontrol hanya mengalami peningkatan di indikator kedua. Dapat dikatakan bahwa penerapan model Problem Based Learning memberikan dampak pada kemampuan analisis. Model Problem Based Learning memberikan besar pengaruh “kecil” terhadap kemampuan analisis yang ditunjukkan dengan harga r= 0,173 atau 3% pada uji besar pengaruh perlakuan. Model Problem Based Learning berpengaruh sebesar 3% terhadap kemampuan analisisi, sedangkan 97% sisanya merupakan pengaruh dari variabel yang lain diluar variabel yang diteliti. Variabel lain yang dimaksud misalnya variabel dari dalam diri siswa, contohnya motivasi, konsentrasi siswa, minat, kesehatan siswa, dan intelegensi. Selain itu juga ada variabel dari luar diri suswa misalnya lingkungan sekitar kelas yang ramai, kondisi latar belakang keluarga siswa, dan kondisi atau suasana di dalam kelas. Perbandingan rerata selisih skor pretest ke posttest I terhadap kemampuan analisis pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dapat dilihat pada gambar 4.4. Pada gambar tersebut menunjukkan diagram perbandingan rerata selisih skor pretest ke posttest I pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Peningkatan rerata skor pada kelompok kontrol sebesar 0,086 atau 4,5%, sedangkan pada kelompok eksperimen sebesar 0,339 atau 16%. Uji besar efek peningkatan rerata pretest ke posttest I menunjukkan bahwa persentase peningkatan skor pretest ke posttest I pada kelompok eksperimen (model PBL) lebih besar daripada kelompok kontrol (penerapan metode ceramah). Persentase peningkatan skor pretest ke posttest I dengan model PBL memiliki r (besar pengaruh) 0,74 atau 55% yang setara dengan efek besar, sedangkan penerapan metode ceramah memiliki r= 0,05 atau 0,25%. Kelompok eksperimen mengalami peningkatan skor yang positif dan signifikan, sedangkan kelompok eksperimen mengalami penurunan yang positif dan signifikan. Hal ini ditunjukkan dengan hasil uji korelasi rerata pretest ke posttest I dengan harga Sig.(2-tailed) sebesar 0,030 atau (sig.(2-tailed) ˂ 0,05) pada kelompok kontrol dan harga Sig.(2-tailed) sebesar 0,001 atau (sig.(2-tailed) ˂ 0,05) 97
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pada kelompok eksperimen. Pengaruh model Problem Based Learning terhadap kemampuan analisis tidak sekuat pada posttest I. Hal ini dibuktikan dengan harga Sig.(2-tailed) pada uji retensi pengaruh perlakuan pada kelompok eksperimen sebesar 0,000 (Sig.(2-tailed) < 0,05). Sedangkan kelompok kontrol justru mengalami peningkatan pada posttest II dengan harga Sig.(2-tailed) pada uji retensi pengaruh perlakuan pada kelompok kontrol sebesar 0,049 (Sig.(2-tailed) < 0,05). Kegiatan pembelajaran pada kelompok kontrol berbeda dengan kegiatan pembelajaran pada kelompok eksperimen. Kegiatan pembelajaran pada kelompok kontrol menggunakan metode tradisional yaitu ceramah, sedangkan kegiatan pembelajaran pada kelompok eksperimen menggunakan model PBL. Siswa pada kelompok kontrol mengikuti pembelajaran dengan mendengarkan dan mencatat penjelasan materi dari guru. Pembelajaran dengan metode ceramah hanya menggunakan interaksi satu arah dari sumber belajar, yaitu guru (Sani, 2013: 159). Dengan kata lain, pembelajaran dengan metode ceramah didominasi oleh komunikasi lisan dari guru ke siswa. Siswa pada kelompok eksperimen mengikuti pembelajaran dengan aktif dan melakukan proses berpikir melalui kegiatan diskusi untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Selain itu siswa pada kelompok eksperimen
melakukan
percobaan
sederhana
yang
menunjang
kegiatan
pembelajaran. Di dalam kegiatan belajar mengajar siswa kelompok eksperimen lebih aktif dan memiliki kesempatan untuk mengembangkan kemampuan analisis lebih banyak dari pada kelas kontrol selama pembelajaran. Siswa kelompok eksperimen aktif mengajukan pertanyaan tentang hal-hal yang ingin mereka ketahui. Siswa berdiskusi dan membuat jawaban pemecahan masalah terhadap pertanyaanpertanyaan yang disampaikan guru. Kemudian siswa melakukan interaksi dengan guru, teman, dan lingkungan ketika menguji gagasan-gagasan berdasarkan hasil pemecahan masalah yang sudah dilakukan. Pemecahan masalah didapatkan dari mengamati video, melakukan percobaan sederhana saat materi adaptasi cecak dan diskusi bersama kelompok. Sedangkan siswa kelompok kontrol tidak memiliki kesempatan yang lebih untuk mengembangkan kemampuan analisis. Pembelajaran di kelompok kontrol ditunjukkan dengan kegiatan siswa
yang lebih banyak
mendengarkan penjelasan dari guru dan mendapat kesempatan untuk menjawab 98
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
hanya ketika mendapat pertanyaan dari guru. Akan tetapi siswa menjawab bukan berdasarkan pengalaman belajar yang diterima tetapi dari teori yang mereka ketahui sebelumnya. 4.2.4 Dampak Pengaruh Perlakuan Analisis dampak pengaruh perkakuan dilakukan dengan tujuan untuk menyingkap sudut pandang terhadap proses pembelajaran yang berlangsung dari subjek yang terlibat dalam penelitian. Peneliti melakukan analisis dampak pengaruh perlakuan dengan dua teknik pengumpulan data, yaitu teknik tes dan teknik non tes. Teknik tes merupakan teknik utama dalam penelitian ini, sedangkan teknik non tes menggunakan elemen penelitian kualitatif sederhana yang digunakan untuk melengkapi hasil penelitian kuantitatif. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik non tes dengan metode triangulasi yaitu observasi, wawancara, dan dokumentasi. Pada bagian ini dipaparkan hasil analisis dampak pengaruh perlakuan berdasarkan hasil observasi dan wawancara. Peneliti melakukan observasi saat pembelajaran berlangsung di kelas eksperimen selama tiga kali pertemuan. Observasi pertama dilaksanakan pada hari Kamis, 27 Oktober 2016 pukul 07.00-08.20 WIB. siswa terlihat antusias saat guru menyampaikan materi pembelajaran mengenai adaptasi hewan. Sebelumnya guru mengarahkan siswa untuk membentuk kelompok dan menyampaikan tujuan pembelajaran serta pokok permasalahan yang akan dipecahkan siswa bersama kelompok. Ada beberapa siswa yang belum memahami apa itu adaptasi dan bertanya kepada guru, “Pak, adaptasi itu apa?” (Komunikasi pribadi, 27 Oktoberber 2016). Guru menjlakan pengertian adaptasi dan tujuan makhluk hidup melakukan adaptasi. Selanjutnya siswa mengamati video dan berdiskusi bersama kelompok. Selama kegiatan pembelajaran berlangsung siswa terlihat begitu aktif berdiskusi dengan kelompok ditambah dengan pemberian video dan artikel membuat siswa bersemangat belajar. Di dalam kelompok, siswa saling bekerjasama dalam memecahkan masalah yang didapat serta saling membantu menjelaskan pada teman apabila ada teman yang belum memahami materi yang sedang dipelajari. Observasi kedua dilakukan pada hari Senin, 31 Oktober 2016 pukul 10.4011.20 WIB. Siswa kembali diarahkan untuk belajar di dalam kelompok untuk 99
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
memecahkan masalah yang baru. Kali ini pembelajaran dilakukan dengan mengamati serangga secara langsung. Siswa mengamati bentuk mulut serangga bersama kelompok. Di dalam pembelajaran siswa terlihat aktif berdiskusi dan sangat antusias dalam mengamati serangga yang dibawa oleh guru. Dari hasil diskusi, siswa dibimbing untuk membuat daftar bentuk mulut serangga beserta contoh serangga. Observasi ketiga dilakukan pada hari Kamis, 3 November 2016 pukul 07.00-08.20 WIB. Ketika Guru menyampaikan tujuan belajar mengenai adaptasi cecak, beberapa siswa sudah menebak-nebak apakah hari ini akan kembali menghadirkan hewan yang akan dipelajari dengan bertanya kepada guru, “Pak, hari ini mengamati cecak seperti kemarin mengamati serangga?” (Komunikasi pribadi, 3 November 2016). Ada pula yang memberi penegasan dengan bertanya, “Berkelompok lagi kan, Pak?”. Kemudian siswa dibimbing untuk memecahkan masalah dengan mengamati cecak secara langsung. Beberapa siswa terlihat takut, akan tetapi teman dalam kelompoknya kemudian menenangkan sembari mengajak untuk berdiskusi dan mengamati bersama. Ada siswa yang bertanya, “Pak, kenapa cecak bisa menempel di dinding dan langit-langit rumah?”. Guru kemudian membimbing siswa untuk mengamati kaki cecak yang terdapat perekat yang berguna untuk membantu cecak agar tidak jatuh saat merayap di dinding. Peneliti melakukan wawancara terhadap guru mitra setelah dilakukannya perlakuan pada 1 Desember 2016. Guru mengungkapkan sudah pernah menggunakan model Problem Based Learning sebelumnya, akan tetapi untuk saat ini beliau lebih sering menggunakan metode ceramah. Berikut pertnyataan guru, “Kebanyakan itu ceramah yang saya gunakan, hanya saja saat terakhir menerangkan biasanya memang saya kelompokkan untuk diskusi” (W G B3-5). Selain itu guru mitra juga mengungkapkan alasan beliau lebih memilih menggunakan ceramah dalam pembelajaran, berikut pemaparan beliau “Saya menggunakan ceramah karena jumlah siswa yang banyak, selain itu juga dalam hal alokasi waktu jika menggunakan strategi atau model pembelajaran tertentu itu memang tidak cukup” (W G B7-8). Model Problem Based Learning dirasa efektif dan cukup menarik diterapkan karena membuat siswa lebih menikmati pembelajaran dengan adanya media dan diskusi dengan teman. Hanya saja dalam 100
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pelaksanaannya menurut beliau akan kurang efektif jika seluruh materi diajarkan per sub bab dan terpaku dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). berikut pemaparan guru mitra mengenai penerapan model Problem Based Learning, “Menurut saya bagus, tapi untuk masalah materi yang diajarkan itu karena materi kelas lima itu banyak jadi jika diterapkan per sub bab dan ‘manut’ RPP itu nanti waktunya tidak akan cukup” (W G B11-14). Pembelajaran dengan model Problem Based Learning dirasa efektif dalam pembelajaran pada mata pelajaran IPA, berikut pemaparan dari guru mitra, “Menurut saya Problem Based Learning lebih efektif, terutama untuk pembelajaran IPA yang materinya agak banyak, menggunakan Based Learning bagus” (W G B21-22). Guru mitra juga menyampaikan perbedaan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol saat pembelajaran menggunakan
PBL, berikut pemaparan beliau “Anaknya lebih
enjoy dengan menggunakan media. Kalau metode ceramah itu biasanya salah satu bisa, tetapi bagian belakang itu jarang mendengarkan” (W G B26-28). Wawancara juga dilakukan terhadap tiga siswa pada kelompok eksperimen. Wawancara pada ketiga siswa tersebut dilakukan secara terpisah. Dari hasil wawancara dengan siswa menunjukkan bahwa siswa merasa senang saat belajar menggunakan Problem Based Learning. hal ini diungkapkan oleh salah satu siswa dengan jawaban sebagai berikut,”Senang” (W2 SA B3). Siswa lain menjawab, “Senang” (W2 SB B2). Siswa ketiga juga mengungkapkan senang belajar dengan PBL, “Senang. Seru” (W2 SC B2). Model Problem Based Learning membantu siswa dalam memahami materi penyesuaian diri hewan. Berikut adalah salah satu jawaban siswa, “Sebelumnya belum pernah belajar seperti pembelajaran seperti itu tapi pernah mengamati benda-benda nyata seperti kemaren itu. Menurut saya lebih mudah membantu dalam memahami materi, karena pakai diskusi dan menonton video. Selain itu juga kan kemaren pakai serangga sama cecak jadi saya bisa mengamati langsung” (W2 SA B9). Siswa menyampaikan bahwa kegiatan belajar mengajar menjadi lebih menyenangkan dibandingkan dengan kegiatan belajar mengajar yang biasanya dilakukan. Hal ini mereka sampaikan demikian, “Lebih mudah memahami dengan kegiatan seperti kemarin karena ya itu tadi pakai hewan asli, diberi video juga, bisa berdiskusi dengan teman juga jadi tidak seperti biasanya. Kalau biasanya itu 101
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
mendengarkan guru sama mencatat” (W2 SA B13). Siswa lainnya juga menyampaikan dengan PBL lebih lebih mudah dipahami, berikut pemaparannya “Lebih senang dengan pembelajaran seperti kemarin, lebih mudah dipahami” (W2 SB B14). 4.2.5 Pembahasan Lebih Lanjut Penelitian ini menunjukkan dua hasil yaitu penerapan model Problem Based Learning berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan interpretasi dan penerapan model Problem Based Learning tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan analisis. Pada penelitian lain juga terdapat hasil penelitian yang melaporkan bahwa model Problem Based Learning memiliki dampak positif terhadap keseluruhan sukao siswa. Hal ini ditunjukkan dengan hasil uji yang menunjukkan ada perbedaan yang signifikan (p < 0,05) antara sikap siswa terhadap bekerja secara kooperatif dalam kelompok sebelum pembelajaran dengan PBL dan setelah PBL. Selain itu juga hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara persepsi siswa tentang instruksi menggunakan model PBL dan setelah sesi PBL (p < 0,05). PBL juga meningkatkan keterampilan seperti berkomunikasi secara efektif secara lisan (p < 0,001) dan mengadopsi pandangan yang lebih universal dan holistik (p < 0,05) (Akmar & Siew, 2003). Pada
hasil penelitian yang dilakukan oleh
PISA (Programme
for
International Student Assessment) 2009, Indonesia berada pada peringkat 57 dari 65 negara, dengan skor 383 pada mata pelajaran IPA (OECD, 2010:8). Sedangkan pada tahun 2012, Indonesia berada di peringkat ke 64 dari 65 negara, dengan skor 382 pada mata pelajaran IPA (OECD, 2013: 232). Hasil penelitian tersebut menunjukkan Indonesia mengalami penurunan peringkat yang cukup tajam dari peringkat 57 ke peringkat 64. Dari hasil penelitian tersebut terlihat bahwa Indonesia mengalami permasalahan pada bidang matematika, membaca dan juga sains. Hal ini sangat memprihatinkan, melihat dari berbagai usaha yang sudah dikerahkan pemerintah dalam meningkatkan kualitas dan prestasi dalam bidang pendidikan. Permasalahan yang terjadi pada pendidikan di Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah kurangnya inovasi dalam pembelajaran. 102
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Pembelajaran tidak hanya semata-mata menyampaikan materi sesuai dengan target kurikulum, tanpa memperhatikan kondisi siswa, tetapi juga terkait dengan unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi demi tercapainya tujuan pembelajaran (Putra, 2013: 17). Metode yang biasanya digunakan dalam pembelajaran adalah metode ceramah yang mana sudah sering kita jumpai di berbagai jenjang sekolah di Indonesia. Akan tetapi dengan metode tersebut belum menunjukkan adanya perbaikan terhadap kualitas pendidikan di Indonesia. Salah satu upaya yang dapat dilakukan dalah dengan penerapan model pembelajaran inovatif di dalam pembelajaran khususnya di jenjang sekolah dasar. Penelitian ini dikhususkan untuk meneliti pengaruh penerapan model Problem Based Learning terhadap kemampuan interpretasi dan analisis pada mata pelajaran IPA materi penyesuaian diri pada hewan siswa kelas V SD Kanisius Kalasan Yogyakarta. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan model Problem Based Learning memberikan efek menengah terhadap kemampuan interpretasi dengan nilai r = 0,40 atau sebesar 16%. Penerapan model Problem Based Learning memberikan efek kecil terhadap kemampuan analisis dengan nilai r = 0,173 atau sebesar 3%. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, model Problem Based Learning dapat diujicobakan ke sekolah-sekolah yang lain sebagai
model
pembelajaran
inovatif
untuk
meningkatkan
kemampuan
interpretasi dan analisis siswa kelas V pada mata pelajaran IPA. Selain itu, model pembelajaran ini juga dapat diujicobakan untuk mata pelajaran selain IPA, atau terhadap kemampuan lain dan pada tingkat kelas yang berbeda.
103
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V PENUTUP Bab V membahas kesimpulan, keterbatasan penelitian, dan saran. Kesimpulan berisi hasil penelitian dan menjawab hipotesis penelitian. Keterbatasan penelitian berisi kekurangan yang ada selama pelaksanaan penelitian. Saran berisi masukan dari peneliti untuk penelitian selanjutnya.
5.1 Kesimpulan 5.1.1 Penerapan model Problem Based Learning berpengaruh terhadap kemampuan interpretasi mata pelajaran IPA materi penyesuaian diri hewan pada siswa kelas V di SD Kanisius Kalasan Yogyakarta semester gasal tahun
ajaran
2016/2017.
Hasil
analisis
terhadap
data
penelitian
mengafirmasi hipotesis penelitian. Hasil uji signifikansi pengaruh perlakuan menggunakan statistik parametrik dengan independent samples t-test menunjukkan bahwa harga Sig.(2-tailed) sebesar 0,001 (sig.(2-tailed) < 0,05), maka Hnull ditolak dan Hi diterima. Artinya ada perbedaan yang signifikan antara rerata selisih skor pretest ke posttest I pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Kesimpulan yang dapat ditarik adalah penerapan model PBL berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan interpretasi. Rerata selisih skor kelompok eksperimen (M = 0,41, SE = 0,14) lebih lebih tinggi daripada kelompok kontrol (M = -0,23, SE = 0,13). Perbedaan tersebut signifikan dengan t(59)= -3,35, p = 0,001 (p < 0,05). Besar pengaruh perlakuan (effect size) terhadap kemampuan interpretasi adalah 0,40 atau 16% yang setara dengan efek menengah. 5.1.2 Penerapan model Problem Based Learning tidak berpengaruh terhadap kemampuan analisis mata pelajaran IPA materi penyesuaian diri hewan pada siswa kelas V di SD Kanisius Kalasan Yogyakarta semester gasal tahun ajaran 2016/2017. Hasil analisis terhadap data penelitian tidak mengafirmasi hipotesis penelitian. Hasil uji signifikansi pengaruh perlakuan menggunakan statistik parametrik dengan independent samples t-test menunjukkan bahwa harga Sig.(2-tailed) sebesar 0,197 (sig.(2-tailed) > 0,05), maka Hnull diterima dan Hi ditolak. Artinya tidak ada perbedaan yang 104
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
signifikan antara rerata selisih skor pretest ke posttest I pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Kesimpulan yang dapat ditarik adalah penerapan model PBL tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan analisis. Rerata selisih skor kelompok eksperimen (M = 0,34; SE = 0,12) lebih tinggi daripada kelompok kontrol (M = 0,08; SE = 0,14). Perbedaan tersebut tidak signifikan dengan t(59) = -1,30, p = 0,197 (p > 0,005). Besar pengaruh perlakuan (effect size) terhadap kemampuan interpretasi adalah 0,173 atau 3% yang setara dengan efek kecil.
5.2 Keterbatasan Penelitian 5.2.1
Kurangnya sosialisasi dengan guru mitra mengenai materi penyesuaian diri hewan dan langkah-langkah pembelajaran secara detail sesuai dengan model Problem Based Learning.
5.2.2
Kurangnya
sosialisasi
kepada
siswa
mengenai
langkah-langkah
pembelajaran model Problem Based Learning. 5.2.3
Kurangnya koordinasi dengan sesama rekan magang, sehingga terjadi tabrakan jadwal penggunaan kelas V sebagai tempat penelitian.
5.2.4
Hasil penelitian tidak dapat digeneralisasikan ke semua sekolah, karena penelitian terbatas pada siswa kelas V SD Kanisius Kalasan Yogyakarta tahun ajaran 2016/2017.
5.3 Saran 5.3.1
Peneliti sebaiknya melakukan sosialisasi dengan guru mitra mengenai materi penyesuaian diri hewan dan langkah-langkah pembelajaran secara detail sesuai dengan model Problem Based Learning.
5.3.2
Peneliti sebaiknya melakukan sosialisasi kepada siswa mengenai langkahlangkah pembelajaran model Problem Based Learning.
5.3.3
Peneliti sebaiknya melakukan koordinasi dari jauh-jauh hari dan betulbetul disosialisasikan dengan sesama rekan magang, sehingga tidak terjadi tabrakan jadwal penggunaan kelas sebagai tempat penelitian.
5.3.4
Sebaiknya peneliti berikutnya dapat mengadakan penelitian serupa yang fokus meneliti pada kemampuan interpretasi dan analisis dengan 105
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
menambah atau menggunakan model Problem Based Learning sebagai treatment di SD lainnya.
106
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR REFERENSI Akınoğlu, O. & Ruhan Özkardeş Tandoğan. (2007). “The Effects of Problem Based Active Learning in Science Education on Students’ Academic Achievement, Attitude and Concept Learning”. Eurasia Journal of Mathematics, Science, & Technology Education. Vol. 3, No. 1. P71-81. Akmar, S.N. & Lee Siew Eng. (2003). “Integrating Problem Based Learning (PBL) in mathematics method course”. Malaysia: Faculty of Education University of Malaya. Al-Tabany, T.I.B. (2014). Mendesain model pembelajaran inovatif, progresif, dan kontekstual: konsep, landasan, dan implementasinya pada kurikulum 2013 (kurikulum tematik integratif/TKI). Jakarta: Prenadamedia Group. Amien, M. (1987). Mengajarkan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dengan menggunakan metoda “discovery” dan “inqury” bagian i. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Amir, T. (2009). Inovasi pendidikan melalui Problem Based Learning. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Arikunto, S. (2010). Prosedur penelitian: Suatu pendekatan praktik (edisi revisi 2010). Jakarta: Rineka Cipta. Bahr, N. (2010) "Thinking critically about critical thinking in higher education," International Journal for the Scholarship of Teaching and Learning: Vol. 4: No. 2, Article 9. Barman, Rogayah, dan Noorliza. (2006). “Problem Based Learning as perceived by dental students in universiti sains Malaysia”. The Malaysian Journal of Medical Sciences. Vol. 13: No. 1, p63-67. Cohen, L., Manion, L., & Morrison, K. (2007). Research methods in education. New York: Routledge. Dimyati, M. (2015). Belajar dan pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta. EE Jessie & Oon Seng Tan. (2009). PBL made simple lessons for the classroom. Singapore: Cengage Learning Asia Pte Ltd. Facione, P.A. (1990). Critical Thinking: A statement of expert consensus for purposes of educational assessment and instruction, The Delphi Report, diakses tanggal 7 Maret 2009, dari www.insightassessment.com/pdf_files/DEXadobe.PDF. Field, A. (2009). Discovering statistics using SPSS, third edition. London: Sage. 107
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Fraenkel, J., R., Wallen, N., E., & Hyun H., H. (2012). How to design and evaluate research in Education. New York: Mc Graw-Hill. Ghozali, I. (2007). Aplikasi analisis multivariate dengan program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Gunawan, A. (2009). Buku pintar Sekolah Dasar. Jakarta: Lima Bintang Hanafiah & Suhana, C. (2010). Konsep strategi pembelajaran. Bandung: PT. Refika Aditama. Hosnan, M. (2014). Pendekatan Saintifik dan kontekstual dalam pembelajaran abad 21. Bogor: Ghalia Indonesia. Johnson, B. & Christensen, L. (2008). Educational research: Quantitative, qualitative, and mixed approaches (3rd. Ed.). California: Sage Publications. Krathwohl, D.R. (2004). Methods of educational and social science research, an integrated approach, second edition. Illinois: Waveland Press. Mardapi, D. (2008). Teknik penyusunan instrumen tes dan non tes. Yogyakarta: Mitra Cedikia Press. Mariana, M.A. & Wandy Praginda. (2009). Hakikat IPA dan Pendidikan IPA. Bandung: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Martono, N. (2014). Metode penelitian kuantitatif: analisis isi dan data sekunder, edisi revisi. Jakarta: Rajawali Pers. Masidjo, (1995). Pencapaian hasil belajar siswa di sekolah. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Mooney, C.G. (2013). Theories of childhood, second edition. USA: Redleaf Press. OECD. (2010) PISA 2009 results. Jerusalem: PISA, OECD Publishing. OECD. (2013). PISA 2012 results: what students know and can do student perfomance in mathematics, reading and science (volume 1). Turkey: PISA, OECD Publishing. Priyatno, D. (2012). Belajar praktis analisis parametrik dan non parametrik. Yogyakarta: Gava Media. Putra, S.R. (2013). Desain belajar mengajar kreatif berbasis sains. Yogyakarta: Diva Press. Razali, N.M., Yap Bee Wah. (2011). Power comparision of Shapiro-Wilk, Kolmogorov Smirnov, Lilliefors, and Anderson-Darling tests. Journal of Statistical modeling and Analytics Volume 2 No. 1. 21-33. 108
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Salkind, N. J. (2009). Teori-teori perkembangan manusia: Sejarah kemunculan, konsepsi dasar, analisis komparatif, dan aplikasi. Yogyakarta: Nusa Media. Samatowa, U. (2011). Pembelajaran IPA di sekolah dasar. Jakarta: Indeks. Sani, R.A. (2014). Pembelajaran saintifik untuk implementasi kurikulum 2013. Jakarta: PT Bumi Aksara. Sani, R.A. (2013). Inovasi pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara Santoso, S. (2012). Aplikasi SPSS pada statistik nonparametrik. Jakarta: PT Alex Media Komputindo. Scott, S. (2008). “Perceptions of students’ learning critical thinking through debate in technology classroom: a case study”. Journal of Technology Studies; Spring 2009, Vol. 34 Issue 1, p39. Shoimin, A. (2014). 68 Model pembelajaran inofatif dalam kurikulum 2013. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. Sugiyono. (2013). Metode penelitian pendidikan: Pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung: Penerbit Alfabeta. Suharsaputra, U. (2012). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan tindakan. Bandung: PT Refika Aditama. Sukmadinata, N. S. (2008). Metode penelitian pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset. Sulistyanto, H & Edy Wiyono (2008). Ilmu Pengetahuan Alam 5: untuk sd dan kelas V. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. Suparno, P. (2001). Teori perkembangan kognitif Jean Piaget. Yogyakarta: Kanisius. Winkel, W.S. (1987). Psikologi pengajaran. Jakarta: PT Gramedia. Wirawani. (2015). “Affect of play on critical thinking: what are the perceptions of preservice teachers”. International Journal of Social and Humanity. Vol. 5, No. 12. Yusuf, S. (2011). Psikologi perkembangan anak dan remaja. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
109
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN
110
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 1.1 Surat Ijin Penelitian
111
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 1.2 Surat Ijin Validasi Soal
112
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 2.1 Silabus Kelompok Eksperimen
113
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 2.2 Silabus Kelompok Kontrol
115
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 2.3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelompok Eksperimen
117
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 2.4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelompok Kontrol
127
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
131
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
132
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
133
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
134
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
135
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 2.5 Lembar Kerja Siswa Lembar Kerja Siswa Pertemuan Pertama
1. Lengkapilah tabel berikut! No.
Bentuk Paruh
1.
Jenis Burung
Jenis Makanan
Fungsi paruh
...........................
...........................
...........................
2. ............................ ............................ ........................... 3. ............................ ............................ ........................... 4. 5.
............................ ............................ ........................... ............................ ............................ ...........................
2. Apakah semua unggas memiliki jenis paruh yang sama? Jelaskan! Jawab:
3. Apa yang terjadi apabila semua unggas memiliki bentuk paruh yang sama? Misalnya paruh burung pemakan biji digunakan untuk memakan daging. Jawab:
4. Jelaskan manfaat adaptasi unggas terhadap kelangsungan hidup berdasarkan bentuk tubuhnya! Jawab:
136
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lembar Kerja Siswa Pertemuan kedua A. Isilah tabel di bawah ini! Nama
Jenis Mulut
Ciri-ciri Mulut
Manfaat
Serangga
B. Isilah titik di bawah ini dengan jawaban yang tepat! 1. Berdasarkan bentuk mulutnya, lebah termasuk serangga yang memiliki jenis mulut ..... 2. Bagaimana ciri-ciri serangga yang memiliki jenis mulut penusuk dan penghisap .... 3. Tipe mulut untuk menggigit dan mengunyah .... 4. Tipe mulut untuk menusuk dan mengisap... 5. Tipe mulut untuk menghisap....
C. Jawablah pertanyaan di bawah ini! 1. Setiap serangga memilki tipe mulut serangga berbeda-beda. Mengapa demikian? Jawab: 2. Apakah bisa jenis mulut seperti belalang digunakan untuk menghisap nektar? Jawab: 3. Perhatikan gambar di bawah ini
137
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tuliskan tipe mulut yang dimiliki serangga pada gambar di atas! Jawab:
138
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lembar Kerja Siswa Pertemuan Ketiga
1. Pernahkah kamu melihat cecak yang tidak memiliki ekor? Coba perhatikan gambar dibawah ini, menurutmu mengapa ekor cecak tersebut putus?
Jawab:
2. Lakukan percobaan berikut! a. Perhatikan cecak yang terdapat dalam toples. b. Ambil cecak, dan pegang pada bagian ekornya. c. Perlakukan cecak sedemikian rupa, namun dengan catatan jangan memutuskan ekornya dengan menggunakan benda tajam. d. Kalian boleh menggunakan penggaris, dengan cara menekan ekor cecak dengan penggaris. Dari percobaan tersebut, apa yang terjadi pada cecak? apakah cecak memutuskan ekornya? Jawab:
3. Dari percobaan di nomor dua, menurutmu apa alasan cecak memutuskan ekornya? Jawab:
4. Apa tujuan cecak memutuskan ekornya? Jawab:
139
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5. Menurutmu apakah ekor cicak dapat kembali tumbuh? Jelaskan! Jawab:
140
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 2.6 Kunci Jawaban Lembar Kerja Siswa Kunci Jawaban LKS 1 1. Lengkapilah tabel berikut! No. 1.
Bentuk Paruh
Jenis Burung
Jenis Makanan
Pipit
Biji-bijian
Elang
Ular, ayam, kelinci
Ayam
Biji-bijian dan cacing
2.
3. 4. Pelatuk
Serangga
Itik
Ikan dan cacing
5.
Fungsi paruh Memecah bijibijian Mengoyak makanan berupa daging Mencari makan di tanah Memahat kayu pohon dan menangkap serangga di dalamnya. Menyaring makanan dari air dan lumpur
2. Apakah semua unggas memiliki jenis paruh yang sama? Jelaskan! Jawab: Tidak. Unggas memiliki jenis makanan yang berbeda-beda, sehingga bentuk paruhnya pun berbeda menyesuaikan dengan jenis makanannya agar paruh tersebut dapat berfungsi dengan baik. 3. Apa yang terjadi apabila semua unggas memiliki bentuk paruh yang sama? Misalnya paruh burung pemakan biji digunakan untuk memakan daging. Jawab: Apabila semua unggas memiliki bentuk paruh yang sama, maka beberapa hewan akan kesulitan bahkan tidak bisa makan. Bentuk paruh unggas telah disesuaikan dengan jenis makanannya, jenis makanan unggas yang berbeda mengakibatkan paruh unggas berbeda-beda pula. Misalnya paruh burung pemakan biji digunakan untuk memakan daging, paruh tersebut tidak akan bisa digunakan dengan baik. Paruh burung pemakan biji berguna untuk memecahkan biji-bijian bukan untuk mencabik daging. 4. Jelaskan manfaat adaptasi unggas terhadap kelangsungan
hidup
berdasarkan bentuk tubuhnya!
141
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Jawab: Bentuk tubuh unggas membantu unggas dalam mencari makan sesuai dengan jenis makanannya dan tempat hidupnya. Sehingga unggas dapat bertahan hidup dihabitatnya.
Kunci Jawaban LKS 2 A. Isilah tabel di bawah ini! Nama Serangga
Jenis Mulut
Ciri-ciri Mulut
Manfaat
Belalang, Jangkrik, Kecoa
Mulut penggigit
Mempunyai rahang atas dan rahang bawah yang kuat untuk menggigit dan menghancurkan. Makanan kemudian dikunyah lalu ditelan.
Menggigit mangsa
Kupu-kupu
Mulut penghisap
Mempunyai alat penghisap seperti belalai yang panjang dan dapat digulung
Menghisap pada bunga
Nyamuk, Kutu
Mulut penusuk dan penghisap
Mempunyai rahang runcing dan panjang
yang
Menusuk dan menghisap makanan
Lebah lalat
Mulut penusuk dan penjilat
Memiliki bibir untuk menjilat
menusuk dan menghisap makanan
madu,
madu
B. Isilah titik di bawah ini dengan jawaban yang tepat! 1. Penusuk dan penjilat 2. Mempunyai rahang yang runcing dan panjang 3. Balalang 4. Nyamuk 5. Kupu-kupu
C. Jawablah pertanyyan di bawah ini! 1. Setiap serangga memiliki tipe mulut yang berbeda karena itu merupakan cara adaptasi serangga yang menyesuaikan diri dengan makanan demi kelangsungan hidupnya. 2. Tidak bisa, karena belalang memiliki tipe mulut dengan rahang atas dan rahang bawah yang kuat untuk menggigit. Sedangkan untuk menghisap
142
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
nektar diperlukan alat penghisap yang panjang seperti belalai yang panjang dan dapat digulung. 3. Tipe mulut serangga a. Tipe serangga pengunyah b. Tipe serangga penghisap dan penjilat c. Tipe serangga pengisap d. Tipe serangga pengisap-penusuk e. Tipe serangga pengisap-penusuk
Kunci Jawaban LKS 3 1. Ya, saya pernah melihat cecak yang tidak memiliki ekor. Dari gambar tersebut menurut saya cecak memutuskan ekornya dengan sengaja untuk menghindari ancaman musuh. 2. Dari percobaan tersebut cecak yang saya pegang berusaha melepaskan diri. Cecak sepertinya merasa terancam karena saya memegang ekornya. Saat saya memegang ekor cecak tersebut tiba-tiba ekor cecak tersebut putus dengan sendirinya. 3. Menurut saya cecak memutuskan ekornya karena merasa terancam saat saya memegang ekornya sehingga cecak ingin melepaskan diri dengan memutuskan ekornya agar cecak dapat lari dari tangkapan saya. 4. Cecak memutuskan ekornya supaya cecak bisa melepaskan diri dari ancaman musuh. 5. Ya, ekor cicak dapat tumbuh kembali. Akan tetapi membutuhkan waktu yang cukup lama untuk tumbuh kembali.cicak memiliki kemampuan untuk meregenerasi bagian tubuh yang terputus terutama pada ekor. Apabila luka pada ekor yang terputus sudah mulai membaik, maka proses regenerasi akan segera dimulai sehingga ekor cicak dapat kembali tumbuh meskipun ekornya tidak sama seperti semula.
143
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 3.1 Soal Uraian Nama : Nomor :
Berikut adalah kasus yang akan digunakan untuk panduan soal! Bu Mita memiliki 20 ekor ayam dan 20 ekor itik. Setiap harinya Bu Mita memberi makan untuk ternaknya. Setelah diberi makan ayam dan itik dilepas. Semua itik Bu Mita pergi ke sawah yang becek dan berlumpur, sedangkan ayam ke halaman sambil mengais-ngais tanah. Ayam tidak pergi ke tempat yang becek dan berlumpur karena bentuk kaki ayam tidak mendukung untuk dapat berjalan dan mencari makan di tempat yang becek dan berlumpur.
1. Sebut dan jelaskan cara adaptasi yang dilakukan ayam dan itik berdasarkan bacaan di atas! Jawab:
2. Sebutkan minimal 5 contoh hewan lain yang memiliki ciri-ciri anggota tubuh yang sama dengan contoh di bawah ini! Berikan tanda (√) pada kolom yang sesuai! a. Bentuk paruh unggas No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Nama Hewan
Paruh pemakan biji
Paruh pencari makan ditempat becek
√
Ayam Itik
√
b. Bentuk kaki unggas No. 1. 2. 3. 4.
Nama Hewan Ayam Itik
Kaki Pejalan √
Kaki Perenang √
144
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5. 6. 7.
3. a. Apa perbedaan paruh ayam dan itik? Jelaskan! Jawab:
b.Apa perbedaan kaki ayam dan itik? Jelaskan! Jawab:
4. Ayam dan itik memiliki cara adaptasi yang berbeda. a. Identifikasikanlah cara adaptasi yang dilakukan oleh ayam! Jawab:
b. Identifikasikanlah cara adaptasi yang dilakukan oleh itik! Jawab:
5. Mengapa kaki dan paruh ayam tidak cocok apabila digunakan untuk mencari makan di tempat yang berair atau berlumpur? Berikan 2 alasannya! Jawab:
6. Jelaskan 2 alasan mengapa makhluk hidup harus beradaptasi dengan lingkungan! Jawab: 145
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7. Apakah kamu setuju apabila ayam mencari makanan di tempat berair seperti itik? Jelaskan minimal 2 alasan! Jawab:
8. Ketika kamu dan temanmu melihat anak ayam yang tercebur ke dalam bekas kolam yang berisi air sedalam setengah meter. a. Apa yang akan kamu lakukan untuk menyelamatkan anak ayam? Sebutkan minimal 2 cara! Jawab:
b. Apabila temanmu mengajakmu pergi meninggalkan ayam yang sedang tercebur dikolam, apa yang akan kamu lakukan? Diandaikan kamu masih punya banyak waktu. Apakah: 1) Tetap menyelamatkan anak ayam yang tercebur di kolam. 2) Mengikuti temanmu pergi. Alasan :
c. Apakah tindakan yang kamu lakukan sudah tepat? Berikan minimal 2 alasannya! Jawab:
146
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9. Sabtu pagi Nina jalan-jalan ke taman bunga bersama ayahnya. Disana banyak sekali bunga yang sedang mekar. Nina melihat ada kupu-kupu cantik hinggap di salah satu bunga. Nina meminta ayahnya menangkap kupu-kupu itu untuk dibawa pulang. Setiba di rumah, Nina meletakan kupu-kupu itu di dalam wadah besar (seperti sangkar burung yang berisi satu tumbuhan yang tidak berbunga). Lima hari kemudian Nina mendapati kupu-kupu sudah mati. Berdasarkan kasus di atas jawablah pertanyaan di bawah! a. Jelaskan 2 penyebab kupu-kupu tersebut mati terkait makanannya! Jawab:
b. Berdasarkan pengalaman Nina, sebut dan jelaskan 2 alternatif yang bisa dilakukan agar bisa memelihara kupu-kupu? Jawab:
10. Berikut adalah tipe mulut-mulut serangga 1) tipe mulut penghisap 2) tipe mulut penggigit 3) tipe mulut penusuk-penghisap Dari tipe mulut di atas: Manakah tipe mulut yang cocok untuk memakan darah? Alasan:
11. Suatu hari ketika hendak makan siang, Andre melihat cecak yang sedang memakan nasi di meja makan. Andre mencoba untuk menangkap cecak menggunakan tangannya. Cecak itu tidak berhasil tertangkap, namun Andre
147
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
mendapat ekor cecak yang bergerak-gerak terlepas dari tubuh cecak. Cecak itu lolos dan pergi merayap ke tembok rumah.
Lingkari jawaban yang tepat! Manakah kalimat-kalimat berikut ini yang benar/salah? Berikan alasan untuk setiap jawaban yang kamu pilih! a. Cecak memutuskan ekor untuk mengelabuhi musuhnya ketika terancam. (Benar/ Salah) Alasan:
b. Cecak selalu memutuskan ekornya ketika dalam keadaan terancam. (Benar/ Salah) Alasan:
c. Dalam keadaan yang tidak terlalu terancam, cecak akan menghindar tanpa harus memutuskan ekornya. (Benar/ Salah) Alasan:
12. Di bawah ini manakah cara cecak menyelamatkan diri ketika sangat terancam musuh? a. Melarikan diri b. Memutuskan ekor c. Melawan musuh Manakah
cara
yang paling efektif
yang dilakukan
cecak
untuk
menyelamatkan diri? Alasan: 148
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13. Apa keuntungan dan kerugian cecak memutuskan ekornya? Jelaskan! Jawab:
149
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 3.2 Kunci Jawaban Soal Essay Kunci Jawaban Soal Essay
1. Dari bacaan tersebut, cara adaptasi yang dilakukan ayam adalah ayam pergi mencari makanan ke tempat yang kering yaitu halaman rumah dengan mengais-ngais tanah. Sedangkan itik mencari makanan ke tempat yang becek dan berlumpur. Kaki ayam dan itik berbeda, kaki ayam tidak memiliki selaput berbeda dengan kaki itik yang memiliki selaput sehingga itik dapat berenang di air.
2. Bentuk tubuh unggas a. Bentuk paruh unggas No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Nama Hewan Ayam Itik Angsa Merpati Entok Burung pipit Burung gereja
Paruh pemakan biji
Paruh pencari makan ditempat becek
√ √ √ √ √ √ √
b. Bentuk kaki unggas No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
3.
Nama Hewan Ayam Itik Entok Burung unta Burung Pelikan Burung Kasuari Angsa
Kaki Pejalan √
Kaki Perenang √ √
√ √ √ √
a. Bentuk paruh ayam pendek, tebal, runcing dan kuat. Bentuk paruh ini sesuai untuk memakan jenis biji-bijian. Sedangkan paruh bebek berbentuk seperti sudu dan pangkal bergerigi. Bentuk paruh seperti ini sesuai untuk mencari makanan di tempat becek, berlumpur, atau di air. b. Ayam memiliki kaki yang tersusun dari tiga jari menghadap ke depan dan satu jari bagian belakang yang berukuran lebih pendek. Sedangkan itik
150
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
memiliki kaki yang tersusun dari tiga jari menghadap ke depan dan memiliki selaput disela-sela jarinya. 4. a. Cara adaptasi yang dilakukan oleh ayam; - Adaptasi morfologi Adaptasi morfologi pada ayam berupa bentuk paruh dan kaki. Paruh ayam berbentuk runcing, pendek dan tebal yang cocok untuk memakan biji-bijian. Kaki ayam cocok untuk berjalan. - Adaptasi perilaku Ayam mencari makan di tempat yang kering dengan mengais-ngais tanah. c. Cara adaptasi yang dilakukan oleh itik; - Adaptasi morfologi Adaptasi morfologi pada itik berupa bentuk paruh dan kaki. Paruh itik berbentuk sudu dan bergerigi, sedangkan kakinya berselaput sehingga membantunya untuk berenang. - Adaptasi perilaku Itik mencari makan dengan berenang dan menyaring makanan dari air dengan paruhnya.
5. Kaki dan paruh ayam tidak cocok apabila digunakan untuk mencari makan ditempat berair atau berlumpur karena kaki ayam tidak memiliki selaput seperti itik yang dapat membantu berenang sehingga ayam dapat tenggelam apabila berada di air dan terperosok di dalam lumpur. Sedangkan paruh ayam juga tidak cocok untuk mencari makan di tempat yang berair atau berlumpur, bentuk paruh ayam tidak seperti bentuk paruh itik yang lebar dan bergerigi serta dapat menyaring makanan di dalam air. Bentuk paruh ayam lebih cocok digunakan untuk mencari makan di tanah.
6. Makhluk hidup harus beradaptasi dengan lingkungan karena makhluk hidup harus bertahan pada habitat yang ditempati karena makhluk hidup tidak dapat mengubah keadaan lingkungan seperti layaknya manusia, misalnya pada
151
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
tempat yang dingin manusia dapat membuat penghangat ruangan. Selain itu makhluk hidup perlu mempertahankan diri dari serangan musuh.
7. Tidak setuju, karena ayam dan itik memiliki paruh yang berbeda, selain itu ayam dan itik juga memiliki bentuk kaki yang berbeda. Maka dari itu, ayam tidak dapat mencari makan ditempat berair seperti itik.
8. Ketika kamu dan temanmu melihat anak ayam yang tercebur ke dalam kolam. Kemudian temanmu meminta kamu untuk menolong anak ayam keluar dari kolam tersebut. a. Menolong anak ayam keluar dari kolam dengan cara: - Menggunakan galah untuk menggiring anak ayam keluar dari kolam. - Turun ke kolam untuk mengambil anak ayam keluar dari kolam. b. Apabila teman saya menyuruh saya meninggalkan anak ayam yang tercebur di kolam sedangkan saya masih mempunyai banyak waktu, maka saya akan: 1) Tetap menyelamatkan anak ayam yang tercebur di kolam. Karena apa bila tidak diselamatkan anak ayam tersebut akan mati tenggelam. c. Ya, tindakan yang saya lakukan sudah tepat karena anak ayam tidak bisa berenang maka anak ayam tersebut harus diselamatkan. Selain itu apabila anak ayam dibiarkan anak ayam tersebut dapat mati tenggelam.
9. Berdasarkan bacaan tersebut maka: c. Penyebab kupu-kupu tersebut mati terkait makanannya adalah: Kupu-kupu tersebut mati karena di dalam wadah tidak terdapat bunga untuk dihisap madunya. Kupu-kupu tersebut tidak bisa makan daun karena memiliki tipe mulut penghisap. Tipe mulut yang bisa digunakan untuk memakan daun adalah tipe mulut penggigit. d. Alternatif yang bisa dilakukan agar bisa memelihara kupu-kupu adalah
152
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Mengingat tipe mulut yang dimiliki kupu-kupu adalah tipe mulut penghisap maka kita dapat memelihara kupu-kupu dengan memberi makan berupa larutan gula dengan menggunakan spons yang sudah direndam dalam larutan gula. Memelihara kupu di taman bunga dalam ruangan sehingga kupu-kupu bisa makan madu dari bunga tanpa harus membiarkan kupu-kupu tersebut lepas.
10. Tipe mulut yang cocok untuk memakan darah adalah 3) tipe mulut penusukpenghisap. Alasan: Karena nyamuk mempunyai rahang yang runcing dan panjang. Nyamuk memakai mulutnya untuk mengisap makanan berupa darah manusia dan hewan. Mulutnya yang berbentuk tabung panjang dan tajam (runcing) digunakan untuk menusuk kulit manusia dan hewan yang menjadi sasarannya, dimana makanan tersebut adalah makanan utama dari nyamuk. Darah akan mudah dihisapnya karena terdapat sedikit lobang akibat gigitannya
11. a. Benar. Alasan: karena cecak memutuskan ekor untuk mengelabuhi musuhnya ketika dalam keadaan terdesak. b. Salah Alasan: karena cecak hanya akan memutuskan ekornya ketika dalam keadaan terdesak.
e. Benar. Alasan: karena cecak masih bisa melarikan diri tanpa harus memutuskan ekornya
12. Cara yang paling efektif yang dilakukan cecak untuk menyelamatkan diri adalah B. Memutuskan ekor. Alasan: Karena dengan memutuskan ekor musuh akan terkelabuhi melihat ekor cecak yang bergerak-gerak dan cecak akan mudah terbebas dari musuh
153
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13. Keuntungan dan kerugian cecak memutuskan ekornya: -
Keuntungan memutuskan ekor adalah cecak akan lebih mudah lepas dari kejaran musuh karena ekor yang putus mengelabuhi musuh.
-
Kerugian memutuskan ekor adalah cecak akan menunggu ekor tumbuh waktu yang lama. Apabila ketika cecak masih dalam keadaan buntung bertemu dengan musuh cecak tidak bisa lagi mengelabuhi musuh dengan memutuskan ekornya, yang bisa dilakukan hanya berlari menghindari musuh.
154
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 3.3 Rubrik Penilaian No 1
Kemampuan Interpretasi
Unsur yang Terkandung Menjelaskan makna
Membuat kategori
Membuat kategori
2
Analisis
Menguji gagasan-gagasan
Menguji gagasan-gagasan
Kriteria Penilaian
Skor
Jika menyebutkan 2 jawaban dengan benar dengan penjelasan yang tepat. Jika menyebutkan 2 jawaban dengan benar dengan penjelasan yang kurang tepat. Jika menyebutkan 1 jawaban yang benar dengan penjelasan yang tepat. Jika menyebutkan 1 jawaban yang benar dengan penjelasan yang kurang tepat. Jika menyebutkan minimal 4 nama hewan dengan tepat dan 4 penjelasan dengan tepat. Jika menyebutkan minimal 3 nama hewan dengan tepat dan 3 penjelasan dengan tepat. Jika menyebutkan minimal 2 nama hewan dengan tepat dan 2 penjelasan dengan tepat. Jika menyebutkan minimal 1 nama hewan dengan tepat dan 1 penjelasan dengan tepat. Jika menyebutkan minimal 4 nama hewan dengan tepat dan 4 penjelasan dengan tepat. Jika menyebutkan minimal 3 nama hewan dengan tepat dan 3 penjelasan dengan tepat. Jika menyebutkan minimal 2 nama hewan dengan tepat dan 2 penjelasan dengan tepat. Jika menyebutkan minimal 1 nama hewan dengan tepat dan 1 penjelasan dengan tepat. Jika menyebutkan 2 perbedaan dengan 2 penjelasan yang tepat. Jika menyebutkan 2 perbedaan dengan 2 penjelasan yang kurang tepat. Jika menyebutkan 1 perbedaan dengan 1 penjelasan yang tepat. Jika menyebutkan 1 perbedaan dengan 1 penjelasan yang kurang tepat. Jika menyebutkan 2 perbedaan dengan 2 penjelasan yang tepat. Jika menyebutkan 2 perbedaan dengan 2 penjelasan yang kurang tepat. Jika menyebutkan 1 perbedaan dengan 1 penjelasan yang tepat. Jika menyebutkan 1 perbedaan dengan 1 penjelasan yang kurang tepat.
4
No. Soal 1
3
2 1
4
2a
3
2
1
4
2b
3
2
1
4
3a
3
2 1
4
3b
3
2 1
155
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Menguji gagasan-gagasan
Menguji gagasan-gagasan
3
Evaluasi
Menilai sah tidaknya argumenargumen
Menilai benar tidaknya suatu argumen
Menilai sah tidaknya klaimklaim
4
Inferensi
Menarik kesimpulan
Menerka alternatifalternatif
Jika menyebutkan 2 istilah dengan tepat dengan 2 penjelasan yang tepat. Jika menyebutkan 2 istilah dengan tepat dengan 2 penjelasan yang kurang tepat. Jika menyebutkan 1 istilah dengan tepat dengan 1 penjelasan yang tepat. Jika menyebutkan 1 istilah dengan tepat dengan 1 penjelasan yang kurang tepat. Jika menyebutkan 2 istilah dengan tepat dengan 2 penjelasan yang tepat. Jika menyebutkan 2 istilah dengan tepat dengan 2 penjelasan yang kurang tepat. Jika menyebutkan 1 istilah dengan tepat dengan 1 penjelasan yang tepat. Jika menyebutkan 1 istilah dengan tepat dengan 1 penjelasan yang kurang tepat. Jika memilih jawaban benar dengan alasan yang tepat Jika memilih jawaban benar dengan alasan yang kurang tepat Jika memilih jawaban benar dengan alasan yang tidak tepat Jika memilih jawaban salah dengan alasan yang tidak tepat Jika memilih 3 pernyataan benar dan 2 alasan yang tepat Jika memilih 2 pernyataan benar dan 1 alasan yang tepat Jika memilih 3 pernyataan benar dengan alasan yang salah atau memilih 1 pernyataan benar dan 1 alasan yang tepat Jika memilih 2 pernyataan benar dengan alasan yang salah Jika memilih jawaban benar dengan alasan yang tepat Jika memilih jawaban benar dengan alasan yang kurang tepat Jika memilih jawaban benar dengan alasan yang tidak tepat Jika memilih jawaban salah dengan alasan yang tidak tepat Jika memberikan 2 penjelasan dengan benar Jika memberikan 1 penjelasan dan 1 penjelasan yang kurang tepat Jika memberikan 1 penjelasan dengan benar Jika memberikan penjelasan yang salah Jika memberikan 2 penjelasan dengan benar Jika memberikan 1 penjelasan dan 1
4
4a
3
2 1
4
4b
3
2 1
4
10
3 2 1 4
11
3 2
1 4
12
3 2 1 4
9a
3 2 1 4
9b
3
156
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Menerka alternatifalternatif
5
Eksplanasi
Menjelaskan hasil penalaran.
Memaparkan argumenargumen yang digunakan
6
Regulasi diri
Refleksi diri
penjelasan yang kurang Jika memberikan 1 penjelasan dengan benar Jika memberikan penjelasan yang salah Jika menuliskan keuntungan dan kerugian dengan benar Jika menuliskan keuntungan dan kerugian dengan salah satu jawaban benar Jika menuliskan keuntungan atau kerugian dengan benar Jika tidak menuliskan keuntungan dan kerugian dengan benar Jika menyebutkan 2 pokok dengan tepat dengan 2 penjelasan yang tepat. Jika menyebutkan 2 pokok dengan tepat dengan 2 penjelasan yang kurang tepat. Jika menyebutkan 1 pokok dengan tepat dengan 1 penjelasan yang tepat. Jika menyebutkan 1 pokok dengan tepat dengan 1 penjelasan yang kurang tepat. Jika menjawab dengan tepat dengan 2 penjelasan yang tepat. Jika menjawab dengan tepat dengan 1 penjelasan yang tepat. Jika menjawab dengan tepat dengan 2 penjelasan yang kurang tepat. Jika menjawab dengan tepat dengan 1 penjelasan yang kurang tepat. Jika menjawab dengan tepat dengan 2 alasan yang tepat. Jika menjawab dengan tepat dengan 2 alasan yang kurang tepat. Jika menjawab dengan tepat dengan 1 alasan yang tepat. Jika menjawab dengan tepat dengan 1 alasan yang kurang tepat.
Refleksi diri
Koreksi Diri
Jika memilih jawaban yang lebih diharapkan dengan alasan yang tepat. Jika memilih jawaban yang lebih diharapkan dengan alasan yang kurang tepat. Jika memilih jawaban yang kurang diharapkan dengan alasan yang tepat. Jika memilih jawaban yang kurang diharapkan dengan alasan yang kurang tepat. Jika menjawab dengan tepat dengan 2 alasan yang tepat.
2 1 4
13
3
2 1 4
6
3 2 1 4
7
3 2 1 8a 4 3 2 1 4
8b
3 2 1 8c 4
157
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Jika menjawab dengan tepat dengan 2 alasan yang kurang tepat. Jika menjawab dengan tepat dengan 1 alasan yang tepat. Jika menjawab dengan tepat dengan 1 alasan yang kurang tepat.
3 2 1
158
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 3.4 Hasil Rekap Nilai Expert Judgement No. Soal 1
1 4
2 4
Validator 3 Rerata 3 3,67
2a
4
3
3
3,33
2b
4
3
3
3,33
3a
3
4
3
3,33
3b
3
4
3
3,33
4a
3
3
3
3
4b
3
3
3
3
5
4
3
3
4,33
6
4
4
3
3,67
Komentar (Saran Perbaikan) Validator 1 Soal pada variabel interpretasi sudah sangat baik. Validator 2 Soal pada variabel interpretasi sudah sangat baik. Validator 3 Soal pada variabel interpretasi baik. Validator 1 Soal pada variabel interpretasi sudah sangat baik. Validator 2 Soal pada variabel interpretasi baik. Validator 3 Soal pada variabel interpretasi baik. Validator 1 Soal pada variabel interpretasi sudah sangat baik. Validator 2 Soal pada variabel interpretasi baik. Validator 3 Soal pada variabel interpretasi baik. Validator 1 Ditambah pertanyaan awal “bagaimana” Validator 2 : Soal pada 159ariable analisis sudah sangat baik. Validator 3 : Soal pada 159ariable analisis sudah baik. Validator 1 Ditambah pertanyaan awal “bagaimana” Validator 2 : Soal pada 159ariable analisis sudah sangat baik. Validator 3 : Soal pada 159ariable analisis sudah baik. Validator 1 : Soal pada variabel analisis sudah baik. Validator 2 : Soal pada variabel analisis sudah baik. Validator 3 : Soal pada variabel analisis sudah baik. Validator 1 : Soal pada variabel analisis sudah baik. Validator 2 : Soal pada variabel analisis sudah baik. Validator 3 : Soal pada variabel analisis sudah baik. Validator 1 Soal pada variabel eksplanasi sudah sangat baik. Validator 2 Soal pada variabel eksplanasi sudah baik. Validator 3 Soal pada variabel eksplanasi sudah baik. Validator 1 Soal pada variabel eksplanasi sudah sangat baik. Validator 2 Soal pada variabel eksplanasi sudah sangat baik. Validator 3 Soal pada variabel eksplanasi sudah sangat baik.
159
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
4
3
3
3,33
8a
1
3
3
2,33
8b
2
3
3
2,67
8c
1
3
3
2,33
9a
2
3
3
2,67
9b
3
3
3
3
10
3
3
3
3
11a
4
3
3
3,33
11b
2
3
3
2,67
Validator 1 Soal pada variabel eksplanasi sudah sangat baik. Validator 2 Soal pada variabel eksplanasi sudah baik. Validator 3 Soal pada variabel eksplanasi sudah sangat baik. Validator 1 Saya tidak setuju dengan kunci jawaban dari problem ini. Alangkah lebih baik kalau mengukur lebih dahulu dalamnya kolam atau ditambah keterangan pada soal ceritanya. Validator 2 Soal pada variabel regulasi diri sudah baik. Validator 3 Soal pada variabel regulasi diri sudah baik. Validator 1 Tergantung terceburnya dimana, kalau di sumur atau sungai yang deras, atau kolam yang dalam. Kok tiba-tiba muncul kata kolam. Validator 2 Soal pada variabel regulasi diri sudah baik. Validator 3 Soal pada variabel regulasi diri sudah baik. Validator 1 Soal pada variabel regulasi diri sangat tidak baik. Validator 2 Soal pada variabel regulasi diri sudah baik. Validator 3 Soal pada variabel regulasi diri sudah baik. Validator 1 Perlu mengecek umur kupu-kupu berapa lama kupu-kupu bertahan tanpa makanan. Validator 2 Soal pada variabel inferensi sudah baik. Validator 3 Soal pada variabel inferensi sudah baik. Validator 1 Soal pada variabel inferensi sudah baik. Validator 2 Soal pada variabel inferensi sudah baik. Validator 3 Soal pada variabel inferensi sudah baik. Validator 1 Soal pada variabel evaluasi sudah baik. Validator 2 Soal pada variabel evaluasi sudah baik. Validator 3 Soal pada variabel evaluasi sudah baik. Validator 1 Soal pada variabel evaluasi sudah sangat baik. Validator 2 Cecak Perhatikan penulisan: harus menggunakan istilah (nama) yang baku! Validator 3 Soal pada variabel evaluasi sudah baik. Validator 1 Soal harusnya dalam bentuk pernyataan.
160
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11c
3
3
3
3
12
4
3
3
3,33
13
4
3
3
3,33
65
67
63
Total skor Rerata
3,10
3,19
3
Validator 2 Soal pada variabel evaluasi sudah baik. Validator 3 Soal pada variabel evaluasi sudah baik. Validator 1 Soal pada variabel evaluasi sudah baik. Validator 2 Soal pada variabel evaluasi sudah baik. Validator 3 Soal pada variabel evaluasi sudah baik. Validator 1 Soal pada variabel evaluasi sudah sangat baik. Validator 2 Soal pada variabel evaluasi sudah baik. Validator 3 Soal pada variabel evaluasi sudah baik. Validator 1 Soal pada variabel inferensi sudah sangat baik. Validator 2 Soal pada variabel inferensi sudah baik. Validator 3 Soal pada variabel inferensi sudah baik.
Validator 1 Instrumen penelitian layak diimplementasikan akan tetapi perlu perbaikan Validator 2 Instrumen penelitian layak diimplementasikan akan tetapi perlu perbaikan Validator 3 Instrumen penelitian layak diimplementasikan akan tetapi perlu perbaikan
Keterangan : 4
: Sangat baik
3
: Baik
2
: Tidak baik
1
: Sangat tidak baik
Kategori Kelayakan Sangat layak Layak perlu perbaikan Tidak layak
Rerata 4 2,1 – 3,9 1-2
161
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 3.5 Hasil Analisis SPSS Uji Validitas 3.5.1 Hasil Uji Validitas Setiap Variabel Correlations Total Pearson Correlation 1 Sig. (2-tailed) N 33 Interpretasi Pearson Correlation ,401* Sig. (2-tailed) ,021 N 33 Analisis Pearson Correlation ,535** Sig. (2-tailed) ,001 N 33 Evaluasi Pearson Correlation ,601** Sig. (2-tailed) ,000 N 33 Inferensi Pearson Correlation ,730** Sig. (2-tailed) ,000 N 33 Eksplanasi Pearson Correlation ,788** Sig. (2-tailed) ,000 N 33 Regulasi Pearson Correlation ,592** Sig. (2-tailed) ,000 N 33 *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Total
162
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3.5.2 Hasil Uji Validitas Setiap Aspek 3.5.2.1 Validitas Aspek Interpretasi
Correlations Total Total
Pearson Correlation 1 Sig. (2-tailed) N 33 Menjelask Pearson Correlation ,543** an Makna Sig. (2-tailed) ,001 N 33 Membuat Pearson Correlation ,422* Kategori Sig. (2-tailed) ,014 N 33 Membuat Pearson Correlation ,511** Kategori Sig. (2-tailed) ,002 N 33 **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
3.5.2.2 Validitas Aspek Analisis Correlations Total Pearson Correlation 1 Sig. (2-tailed) N 33 Menguji Pearson Correlation ,666** gagasanSig. (2-tailed) ,000 gagasan N 33 Menguji Pearson Correlation ,579** gagasanSig. (2-tailed) ,000 gagasan N 33 Menguji Pearson Correlation ,559** gagasanSig. (2-tailed) ,001 gagasan N 33 Menguji Pearson Correlation ,559** gagasanSig. (2-tailed) ,001 gagasan N 33 **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). Total
163
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 3.6 Hasil Analisis SPSS Uji Reliabilitas Case Processing Summary N % Cases Valid 33 100,0 a Excluded 0 ,0 Total 33 100,0 a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items ,675 6
164
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 4.1 Tabulasi Nilai Kemampuan Interpretasi Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen No. Resp
Pre Int Kon
Post1 Int Kon
Post2 Int Kon
Pre Int Eks
Post1 Int Eks
Post2 Int Eks
SelPrePost1 IntKon
SelPrePost1 IntEks
1
2,33
2,00
2,33
3,00
2,67
2,00
-,33
-,33
2
3,00
3,67
2,67
2,33
4,00
3,00
,67
1,67
3
2,33
2,33
2,33
3,67
4,00
2,67
,00
,33
4
2,00
1,33
2,67
2,67
2,33
3,67
-,67
-,33
5
2,67
3,00
2,67
3,00
3,67
3,33
,33
,67
6
3,00
3,00
2,67
2,00
2,33
2,33
,00
,33
7
3,33
3,00
3,67
2,33
2,33
3,00
-,33
,00
8
2,00
3,67
3,67
3,33
3,00
2,33
1,67
-,33
9
2,67
2,67
3,33
2,33
3,00
3,00
,00
,67
10
2,33
2,00
3,33
2,00
3,67
3,00
-,33
1,67
11
3,33
3,00
3,33
4,00
4,00
3,33
-,33
,00
12
2,00
2,00
3,00
3,33
2,67
2,67
,00
-,67
13
3,67
1,67
2,00
2,00
3,33
2,33
-2,00
1,33
14
3,00
2,33
2,67
1,67
2,67
2,67
-,67
1,00
15
2,67
2,33
3,00
2,67
2,67
2,67
-,33
,00
16
1,67
2,33
2,00
1,67
2,67
3,33
,67
1,00
17
3,00
2,67
3,00
2,67
3,33
3,00
-,33
,67
18
4,00
3,00
3,00
3,00
3,33
3,00
-1,00
,33
19
3,00
3,33
3,00
2,67
3,67
3,00
,33
1,00
20
2,33
3,00
2,67
3,00
3,00
2,33
,67
,00
21
2,67
2,67
2,67
2,00
4,00
2,33
,00
2,00
22
2,67
1,67
2,67
3,67
4,00
3,33
-1,00
,33
23
2,67
2,33
3,00
3,33
2,33
2,77
-,33
-1,00
24
2,00
2,00
2,33
1,67
1,33
1,33
,00
-,33
25
2,67
2,67
3,00
3,00
3,33
2,67
,00
,33
26
3,00
2,00
2,00
1,33
3,67
2,67
-1,00
2,33
165
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
2,00
1,67
3,00
3,00
3,00
3,33
-,33
,00
28
2,67
2,00
2,33
3,00
2,33
2,33
-,67
-,67
29
2,67
2,33
3,00
3,33
3,33
2,00
-,33
,00
30
2,67
1,33
2,33
2,67
3,00
2,67
-1,33
,33
3,67
4,00
3,67
31
,33
166
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 4.2 Tabulasi Nilai Kemampuan Analisis Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen No. Resp
Pre Ana Kon
Post1 Ana Kon
Post2 Ana Kon
Pre Ana Eks
Post1 Ana Eks
Post2 Ana Eks
SelPrePost1 AnaKon
SelPrePost1 AnaEks
1
2,00
3,50
3,50
2,25
2,50
1,75
1,00
,65
2
2,25
1,50
2,25
1,00
1,50
1,50
-,50
-,50
3
1,50
1,75
2,50
1,50
1,50
1,50
-,22
-1,25
4
1,00
1,00
1,50
2,50
2,25
2,00
-,97
1,25
5
2,09
1,50
2,75
1,75
2,75
1,75
-,50
,75
6
1,50
2,50
4,00
2,50
2,50
2,50
,53
,00
7
1,50
2,50
2,25
1,00
1,75
2,25
1,50
-,10
8
2,00
2,75
3,00
2,50
3,25
2,00
-,75
,75
9
2,50
3,25
2,75
3,00
4,00
3,75
1,25
1,25
10
2,00
1,50
1,00
2,00
2,25
2,25
,00
-,50
11
3,25
2,75
2,00
2,00
2,50
2,00
,25
,25
12
3,00
1,75
2,25
2,75
3,00
2,50
-1,75
1,00
13
1,25
1,50
1,75
1,25
2,50
2,00
,50
,65
14
1,50
2,25
2,25
2,00
2,75
2,00
,28
,75
15
3,00
2,25
2,50
1,50
2,00
1,50
-,25
,00
16
2,00
2,50
2,50
1,50
1,75
1,00
,53
-,25
17
1,50
1,00
1,50
1,75
2,75
2,00
,00
,90
18
2,00
1,50
2,25
2,25
2,75
2,75
-,75
,75
19
2,75
2,25
2,75
1,50
2,25
2,00
,75
,40
20
2,50
2,50
2,00
1,50
2,25
2,50
1,00
,40
21
1,50
1,00
1,50
1,50
1,75
1,50
-1,50
-,25
22
3,00
1,75
2,00
2,50
2,25
2,25
-,22
,40
23
2,25
2,25
2,25
1,75
2,25
2,03
,25
,00
24
2,50
3,50
3,50
2,00
3,00
3,00
1,53
1,25
25
1,75
1,50
2,00
1,00
2,75
2,50
-,47
1,25
26
3,00
2,00
1,75
1,50
1,75
1,50
,03
-,25
167
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
2,50
2,25
1,50
1,50
3,00
2,00
,50
1,15
28
2,09
1,75
2,00
1,00
1,50
1,00
,75
-1,25
29
1,00
1,50
2,75
2,00
1,50
1,00
-,47
-,35
30
2,09
2,25
1,75
1,50
3,00
2,00
,28
1,15
2,00
2,50
2,50
31
,25
168
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 4.3 Hasil SPSS Uji Normalitas Data 4.3.1 Kemampuan Interpretasi
N Normal Parametersa,b
Most Extreme Differences
Mean Std. Deviatio n Absolute Positive Negative
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test PreInt PreInt PostInt PostInt SelPostP SelPostP Post2Int Post2In Kon Eks Kon Eks reIntKon reIntEks Kon tEks 30 31 30 31 30 31 30 31 2,667 2,710 2,4333 3,1181 -,2323 ,4084 2,7780 2,7665 3 0 ,5252 3
,6870 ,62662 ,67047 7
,169 ,165 -,169 ,169 ,029c
,147 ,107 -,147 ,147 ,084c
Test Statistic Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. c. Lilliefors Significance Correction. d. This is a lower bound of the true significance.
,132 ,132 -,117 ,132 ,192c
,117 ,103 -,117 ,117 ,200c,d
Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Statistic df Sig. PreIntKon ,169 30 ,029 SelPostPreIntKon ,177 30 ,017 PreIntEks ,150 30 ,083 PostIntKon ,132 30 ,192 PostIntEks ,110 30 ,200* SelPostPreIntEks ,173 30 ,022 Post2IntKon ,156 30 ,061 Post2IntEks ,147 30 ,097 *. This is a lower bound of the true significance. a. Lilliefors Significance Correction
,69057
,79682
,44959
,51797
,177 ,168 -,177 ,177 ,017c
,184 ,184 -,080 ,184 ,009c
,156 ,144 -,156 ,156 ,061c
,136 ,100 -,136 ,136 ,153c
Shapiro-Wilk Statistic df ,947 30 ,948 30 ,965 30 ,959 30 ,934 30 ,953 30 ,941 30 ,945 30
Sig. ,143 ,146 ,404 ,287 ,062 ,200 ,096 ,128
169
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4.3.2 Kemampuan Analisis
N Normal Parametersa,b
Most Extreme Differences
Mean Std. Deviatio n Absolut e Positive Negativ e
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test SelPostP SelPostP PreAn PreAn PostAn PostAn reAnaK reAnaE Post2An Post2A aKon aEks aKon aEks on Ks aKon naEks 30 31 30 31 30 31 30 31 2,0923 1,8145 2,0583 2,3871 ,0860 ,3387 2,2750 2,0252 ,61989 ,53606
,68129
,59455
,80688
,70222
,66420
,58932
,130
,173
,141
,118
,081
,123
,148
,160
,130
,173
,141
,116
,058
,097
,148
,142
-,107
-,117
-,111
-,118
-,081
-,123
-,088
-,160
Test Statistic ,130 ,173 ,141 Asymp. Sig. (2-tailed) ,200c,d ,019c ,131c a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. c. Lilliefors Significance Correction. d. This is a lower bound of the true significance.
,118 ,200c,d
,081 ,200c,d
,123 ,200c,d
,148 ,091c
,160 ,041c
Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Statistic df Sig. PreAnaKon ,130 30 ,200* PreAnaEks ,181 30 ,013 PostAnaKon ,141 30 ,131 PostAnaEks ,119 30 ,200* SelPostPreAnaKon ,081 30 ,200* SelPostPreAnaEKs ,134 30 ,180 Post2AnaKon ,148 30 ,091 Post2AnaEks ,160 30 ,047 *. This is a lower bound of the true significance. a. Lilliefors Significance Correction
Shapiro-Wilk Statistic df ,955 30 ,941 30 ,940 30 ,944 30 ,982 30 ,932 30 ,956 30 ,936 30
Sig. ,233 ,095 ,092 ,119 ,871 ,054 ,238 ,070
170
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 4.4 Hasil SPSS Uji Perbedaan Kemampuan Awal 4.4.1 Kemampuan Interpretasi Group Statistics Kelompok PreIntKonEk Pretest Interpretasi s Kontrol Pretest Interpretasi Eksperimen
N
Std. Deviation
Mean
Std. Error Mean
30
2,6673
,52523
,09589
31
2,7100
,68707
,12340
Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances
F PreIntKo Equal nEks variance s assume d Equal variance s not assume d
3,627
Sig.
t-test for Equality of Means
t
,062 -,272
Sig. (2Mean Std. Error tailed) Difference Difference
df
95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper
59
,787
-,04267
,15697
-,35675
,27142
-,273 56,034
,786
-,04267
,15628
-,35573
,27040
171
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4.4.2 Kemampuan Analisis Group Statistics Kelompok PreAnaKonEk Pretest Analisis Kontrol s Pretest Analisis Eksperimen
30
Mean 2,0923
Std. Deviation ,61989
Std. Error Mean ,11318
31
1,8145
,53606
,09628
N
Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances
PreAnaKonE Equal ks varianc es assume d Equal varianc es not assume d
F
Sig.
,365
,548
t-test for Equality of Means
t
Sig. Mean (2Differen Std. Error tailed) ce Difference
df
95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper
1,874
59
,066
,27782
,14823 -,01879 ,57443
1,870
57,203
,067
,27782
,14859 -,01970 ,57534
172
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 4.5 Hasil SPSS Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan 4.5.1 Kemampuan Interpretasi Group Statistics
SelIntKon Eks
Kelompok Selisih Interpretasi Kontrol Selisih Interpretasi Eksperimen
N
Std. Deviation
Mean
Std. Error Mean
30
-,2323
,69057
,12608
31
,4084
,79682
,14311
Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances
F SelIntKonEks Equal variance s assumed Equal variance s not assumed
,980
Sig.
t-test for Equality of Means
t
,326 -3,351
df
Sig. (2taile d)
Mean Differen ce
Std. Error Differ ence
95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper
59
,001
-,64072 ,19118
-1,02327
-,25817
-3,359 58,306
,001
-,64072 ,19073
-1,02246
-,25898
173
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4.5.2 Kemampuan Analisis Group Statistics
Kelompok
N
SelAnaKonEk Selisih Analisis Kontrol s
Selisih Analisis Eksperimen
Mean
Std.
Std. Error
Deviation
Mean
30
,0860
,80688
,14732
31
,3387
,70222
,12612
Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances
t-test for Equality of Means Sig. (2-
Mean
Std.
95% Confidence
Error
Interval of the
tailed Differenc Differe
SelAnaKonEks
F
Sig.
t
df
)
e
,331
,567
-1,306
59
,197
-,25271
-1,303
57,323
,198
-,25271
nce
Difference Lower
Upper
,19348
-,63987
,13445
,19393
-,64100
,13558
Equal variances assumed Equal variances not assumed
174
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 4.6 Perhitungan Manual Besar Pengaruh Perlakuan Effect size kemampuan interpretasi adalah sebagai berikut:
Effect size kemampuan analisis adalah sebagai berikut:
2
=
2
=
+
(− )2 2 (− ) +
=
11
=
11
=√
+
= √0 1 = 0 Persentase pengaruh penggunaan metode inkuiri untuk kemampuan interpretasi :
2
+
=
(−1 0 )2 (−1 0 )2 +
=
1 1 1 1+
=
1 1 0 1
2 2
2
= √0 0 = 01 Persentase pengaruh penggunaan metode inkuiri untuk kemampuan analisis: R2 = r2
R2 = r2 = (0,4)2
= (0,173)2
= 0,16
= 0,03
Persentase = R2 = 01 = 16 %
100% 100%
Persentase = R2 = 00
100% 100%
=3%
175
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 4.7 Perhitungan Persentase Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I 4.7.1 Perhitungan Persentase Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I Persentase Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I Kemampuan interpretasi Kelompok Kontrol Persentase
Kelompok Eksperimen Persentase
−
= = =
2
−2
100 % 100 %
2 − 2
= −0 0
2−2
=
100 %
2
−
=
=
100 %
100 %
2
100 %
2
= 01
= -8,9 %
100 %
100 % %
= 15 %
Persentase Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I Kemampuan Analisis Kelompok Kontrol Persentase
Kelompok Eksperimen Persentase
−
= =
2
−
= = 00 = 4,5 %
100 % 100 %
100 % 100 %
−
= = =
2
−2 2
2
= 01
100 % 100 %
100 % 100 % %
= 16 %
176
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4.7.2 Perhitungan Persentase Gain Score 4.7.2.1 Tabulasi Gain Score Kemampuan Interpretasi Kelompok Eksperimen Gain Score
f
2,33
1
2
1
1,67
2
1,33
1
1
3
0,67
3
0,33
7
0
6
-0,33
4
-0,67
2
-1
1
Kelompok Kontrol Gain Score
f
1,67
1
0,67
3
0,33
2
0
7
-0,33
9
-0,67
3
-1
3
-1,33
1
-2
1
177
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4.7.2.2 Perhitungan Gain Score ≥ 1,16 Kemampuan Interpretasi
Kelompok Kontrol
Kelompok Eksperimen
Frekuensi gain score ≥ 1,16 adalah 1 siswa.
Frekuensi gain score ≥ 1,16 adalah 5 siswa.
Persentase
Persentase
= = = 00 = 3,3 %
100% 100 % 100 %
= =
100% 100 %
= 01 1
100 %
= 16,1 %
178
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4.7.2.3 Tabulasi Gain Score Kemampuan Analisis Kelompok Kontrol Gain Score
f
1,53
1
1,5
1
1,25
1
1
2
0,75
2
0,53
2
0,5
2
0,28
2
0,25
2
0,03
1
0
2
-0,22
2
-0,25
1
-0,47
2
-0,5
2
-0,75
2
-0,97
1
-1,5
1
-1,75
1
179
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kelompok Eksperimen Gain Score
f
1,25
4
1,15
2
1
1
0,9
1
0,75
4
0,65
2
0,4
3
0,25
2
0
3
-0,1
1
-0,25
3
-0,35
1
-0,5
2
-1,25
2
180
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4.7.2.4 Perhitungan Persentase Gain Score ≥ 0,76 Kemampuan Analisis
Kelompok Kontrol
Kelompok Eksperimen
Frekuensi gain score ≥ 0,76 adalah 5 siswa.
Frekuensi gain score ≥ 0,76 adalah 8 siswa.
Persentase
Persentase
= =
100% 100 %
= 01 = 16.67%
100 %
=
100%
=
100 %
=0
0
100 %
= 25,80 %
181
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 4.8 Hasil Uji Besar Efek Peningkatan Rerata Pretest Ke Posttest I 4.8.1 Kemampuan Interpretasi 4.8.1.1 Hasil SPSS Uji Besar Efek Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I
Pair 1 Pair 2
Pair 1 Pair 2
PostIntKon PreIntKon PostIntEks PreIntEks
Paired Samples Statistics Mean N Std. Deviation Std. Error Mean 2,4333 30 ,62662 ,11440 2,6673 30 ,52523 ,09589 3,1181 31 ,67047 ,12042 2,7100 31 ,68707 ,12340
Paired Samples Correlations N Correlation PostIntKon & PreIntKon 30 ,291 PostIntEks & PreIntEks 31 ,310
Sig. ,119 ,090
Paired Samples Test
Pair 1
Pair 2
PostIntKon PreIntKon PostIntEks PreIntEks
Paired Differences 95% Confidence Interval of the Std. Std. Difference Deviatio Error Mean n Mean Lower Upper t ,2340 ,69082 ,12613 -,49196 ,02396 1,855 0 ,4080 6
,79769
,14327
,11547
,70066 2,848
df
Sig. (2tailed)
29
,074
30
,008
182
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4.8.1.2 Perhitungan Manual Besar Efek Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I Interpretasi Kelompok Kontrol dan Eksperimen Kelompok Kontrol 2
=
2
2
=
+
(−1 )2 ( 1 )2 +
=
Kelompok Eksperimen
2
+ (
=
(
)2 )2 +
=
1 1 + 0
=
=
1 1
= √0 10
= √0 1
= 0
= 0
=
+
Persentase = R2
100%
Persentase = R2
100%
= r2
100%
= r2
100%
= (0,32) 2 = 0,105 = 10,5 %
100% 100%
= (0,46) 2 = 0,21
100% 100%
= 21 %
183
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4.8.2 Kemampuan Analisis 4.8.2.1 Hasil SPSS Uji Besar Efek Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I
Pair 1 Pair 2
Pair 1 Pair 2
PostAnaKon PreAnaKon PostAnaEks PreAnaEks
Paired Samples Statistics Mean N Std. Deviation Std. Error Mean 2,0583 30 ,68129 ,12439 2,0923 30 ,61989 ,11318 2,3871 31 ,59455 ,10679 1,8145 31 ,53606 ,09628
Paired Samples Correlations N Correlation PostAnaKon & PreAnaKon 30 ,396 PostAnaEks & PreAnaEks 31 ,573
Sig. ,030 ,001
Paired Samples Test
Pair PostAnaKon 1 PreAnaKon Pair PostAnaEks 2 PreAnaEks
Paired Differences 95% Confidence Interval of the Std. Std. Difference Deviatio Error Mean n Mean Lower Upper t ,0340 ,71660 ,13083 -,30158 ,23358 -,260 0 ,5725 ,52517 ,09432 ,37995 ,76522 6,070 8
df
Sig. (2tailed)
29
,797
30
,000
184
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4.8.2.2 Perhitungan Manual Besar Efek Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I Analisis Kelompok Kontrol dan Eksperimen Kelompok Kontrol =
2 2
Kelompok Eksperimen 2
=
+
=
(−0 0)2 (−0 0)2 +
=
=
00 00 +
=
=
00 0
=
2
+
( 0 0)2 ( 0 0)2 + 0
+
= √0 00
= √0
= 00
= 0
0
Persentase = R2
100%
Persentase = R2
100%
= r2
100%
= r2
100%
= (0,05) 2
100%
= (0,74) 2
= 0,0025
100%
= 0,55
= 0,25 %
100% 100%
= 55 %
185
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 4.9 Hasil SPSS Uji Korelasi antara Rerata Pretest dan Posttest I 4.9.1 Kemampuan Interpretasi 4.9.1.1 Uji Korelasi Kelompok Kontrol
PreIntKon
PostIntKon
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
Correlations PreIntKon PostIntKon 1 ,291 ,119 30 30 ,291 1 ,119 30 30
4.9.1.2 Uji Korelasi Kelompok Eksperimen
PreIntEks
PostIntEks
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
Correlations PreIntEks PostIntEks 1 ,310 ,090 31 31 ,310 1 ,090 31 31
4.9.2 Kemampuan Analisis 4.9.2.1 Uji Korelasi Kelompok Kontrol
Correlations PreAnaKon PostAnaKon PreAnaKon Pearson Correlation 1 ,396* Sig. (2-tailed) ,030 N 30 30 PostAnaKon Pearson Correlation ,396* 1 Sig. (2-tailed) ,030 N 30 30 *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
4.9.2.2 Uji Korelasi Kelompok Eksperimen
PreAnaEks
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
Correlations PreAnaEks PostAnaEks 1 ,573** ,001
186
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
N 31 Pearson Correlation ,573** Sig. (2-tailed) ,001 N 31 *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
31 1
PostAnaEks
31
Lampiran 4.10 Hasil Uji Retensi Perlakuan 4.10.1 Kemampuan Interpretasi 4.10.1.1 Hasil SPSS Uji Retensi Perlakuan
Pair 1 Pair 2
Pair 1 Pair 2
Post2IntKon PostIntKon Post2IntEks PostIntEks
Paired Samples Statistics Mean N Std. Deviation Std. Error Mean 2,7780 30 ,44959 ,08208 2,4333 30 ,62662 ,11440 2,7665 31 ,51797 ,09303 3,1181 31 ,67047 ,12042
Paired Samples Correlations N Correlation Post2IntKon & PostIntKon 30 ,479 Post2IntEks & PostIntEks 31 ,429
Sig. ,007 ,016
Paired Samples Test
Pair 1 Pair 2
Post2IntKon PostIntKon Post2IntEks PostIntEks
Mea n ,3446 7 ,3516 1
Paired Differences 95% Confidence Interval of the Std. Std. Difference Deviatio Error n Mean Lower Upper ,57003
,10407
,13181
,64822
,11642
-,58938
t
df
Sig. (2tailed)
,55752 3,312
29
,002
3,020
30
,005
-,11384
187
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4.10.1.2 Perhitungan Persentase Peningkatan Skor Pretest I ke Posttest II Persentase Peningkatan Rerata Pretest I ke Posttest II Kemampuan Interpretasi Kelompok Kontrol
Kelompok Eksperimen
Persentase −
= = =
Persentase
2
−2 2
100% 100 %
100 %
2
= 01
−
=
100 %
=
2
=
−
−
2 2
2
100% 100 %
100 %
= −0 11 1 100 %
= 14,4 %
= -11,21 %
4.10.1.3 Hasil SPSS Uji Retensi Perlakuan
Pair 1 Pair 2
Pair 1 Pair 2
Paired Samples Statistics Mean N Std. Deviation Std. Error Mean 2,7780 30 ,44959 ,08208 2,6673 30 ,52523 ,09589 2,7665 31 ,51797 ,09303 2,7100 31 ,68707 ,12340
Post2IntKon PreIntKon Post2IntEks PreIntEks
Paired Samples Correlations N Correlation Post2IntKon & PreIntKon 30 ,097 Post2IntEks & PreIntEks 31 ,255
Mean Pair 1 Pair 2
Post2IntKon - PreIntKon Post2IntEks - PreIntEks
Sig. ,611 ,166
Paired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Interval of the Std. Std. Difference Deviatio Error n Mean Lower Upper
t
df
Sig. (2tailed)
,11067
,65751
,12004
-,13485
,35619
,922
29
,364
,05645
,74758
,13427
-,21776
,33067
,420
30
,677
188
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4.10.1.4 Perhitungan Persentase Pretest ke Posttest II Persentase Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest II Kemampuan Interpretasi Kelompok Kontrol
Kelompok Eksperimen
Persentase −
= = =
Persentase
2
−2 2
100% 100 %
=
100 %
2
−
=
=
2
−2
100 %
2
2
= 0 0 11 100 % %
= 00
= 4,11 %
= 2,2 %
100%
100 % 100 %
4.10.2 Kemampuan Analisis 4.10.2.1 Hasil SPSS Uji Retensi Perlakuan
Pair 1 Pair 2
Pair 1 Pair 2
Paired Samples Statistics Mean N Std. Deviation Std. Error Mean 2,2750 30 ,66420 ,12127 2,0583 30 ,68129 ,12439 2,0252 31 ,58932 ,10584 2,3871 31 ,59455 ,10679
Post2AnaKon PostAnaKon Post2AnaEks PostAnaEks
Paired Samples Correlations N Correlation Post2AnaKon & 30 ,630 PostAnaKon Post2AnaEks & PostAnaEks 31 ,763
Sig. ,000 ,000
Paired Samples Test
Mean Pair 1 Pair 2
Post2AnaKon - PostAnaKon Post2AnaEks PostAnaEks
Paired Differences 95% Confidence Interval of the Std. Std. Difference Deviatio Error n Mean Lower Upper
,21667
,57884
,10568
,00052
,36194
,40774
,07323
-,51149
t
df
Sig. (2tailed)
,43281 2,050
29
,049
4,942
30
,000
-,21238
189
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4.10.2.2 Perhitungan Persentase Peningkatan Skor Posttest I ke Posttest II Persentase Peningkatan Rerata Pretest I ke Posttest II Kemampuan Analisis Kelompok Kontrol
Kelompok Eksperimen
Persentase −
= = =
Persentase
2 2 −2
22
100 %
= 0 10
−
=
100 %
2
2
100%
100 %
=
2
=
−
−2
100 %
2
2
100 %
= −0 1 0
= 10,67%
100%
100 %
= -15,06 %
4.10.2.3 Hasil SPSS Uji Retensi Perlakuan
Pair 1 Pair 2
Pair 1 Pair 2
Post2AnaKon PreAnaKon Post2AnaEks PreAnaEks
Paired Samples Correlations N Correlation Post2AnaKon & 30 ,024 PreAnaKon Post2AnaEks & PreAnaEks 31 ,509
Mean Pai r1 Pai r2
Paired Samples Statistics Mean N Std. Deviation Std. Error Mean 2,2750 30 ,66420 ,12127 2,0923 30 ,61989 ,11318 2,0252 31 ,58932 ,10584 1,8145 31 ,53606 ,09628
Post2AnaKon - PreAnaKon Post2AnaEks - PreAnaEks
Paired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Interval of the Std. Std. Difference Deviat Error ion Mean Lower Upper
,18267 ,89771
,16390
-,15254
,51788
,21065 ,55948
,10048
,00543
,41586
Sig. ,901 ,003
t 1,11 5 2,09 6
df
Sig. (2tailed)
29
,274
30
,045
190
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4.10.2.4 Perhitungan Persentase Peningkatan Skor Pretest ke Posttest II
Persentase Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest II Kemampuan Interpretasi Kelompok Kontrol Persentase
= =
Persentase −
= 2 2 −2
2
100% 100 %
2
Kelompok Eksperimen
100 %
−
= = =
2
−
22
100% 100 %
100 %
= 0 0 0 100 % %
= 0 1 1 100 %
=9%
= 12,1 %
Lampiran 4.11 Transkrip Wawancara Siswa 4.11.1 Wawancara I Siswa A Sebelum Perlakuan Hari/Tanggal: Senin, 24 Oktober 2016 Baris 1 2
P S A
: :
Wawancara I Apakah kamu senang belajar IPA? Mengapa? Ya, senang
3 4
P S A
: :
Biasanya, bagaimana cara gurumu mengajar IPA? Biasanya mencatat, guru menjelaskan
5
P
:
7
S A P
:
Apakah kamu merasa senang ketika gurumu mengajar IPA dengan metode ceramah? Mengapa? Ya, senang.
S A
:
8 10
:
Apakah sebelumnya gurumu pernah mengajarkan materi IPA dengan metode lain (selain ceramah)? Em, pernah waktu kelas IV. Pernah dengan percobaan.
Keterangan Senang belajar IPA (W1 SA B2) Metode ceramah sering digunakan (W1 SA B4)
Senang metode ceramah
Pernah melakukan dengan percobaan
191
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4.11.2 Wawancara II Siswa A Sesudah Perlakuan Hari/Tanggal: Kamis, 1 Desember 2016 Baris 1 3 4 6 7 9 10
13
P
:
S A P
:
S A P
:
S A P
:
S A
:
:
:
:
Wawancara ke-2 Bagaimana perasaanmu saat belajar IPA menggunakan model Problem Based Learning? Senang Apakah sebelumnya sudah pernah belajar dengan menggunakan model Problem Based Learning? Belum Apakah model Problem Based Learning membantumu dalam memahami materi? Mengapa? Membantu, lebih mudah dipahami Kamu lebih mudah memahami materi pelajaran ketika Pak Martinus menggunakan model Problem Based Learning atau ketika tidak menggunakan model Problem Based Learning? Lebih mudah memahami materi pelajaran dengan pembelajaran seperti kemarin
Keterangan
PBL menyenangkan (W2 SA B3)
Belum pernah belajar menggunakan PBL
PBL mempermudah (W2 SA B9)
PBL mempermudah (W2 SA B13)
4.11.3 Wawancara I Siswa B Sebelum Perlakuan Hari/Tanggal: Senin, 24 Oktober 2016 Baris 1 2
P S A
: :
Wawancara I Apakah kamu senang belajar IPA? Mengapa? Senang, karena membantu mengetahui tentang tumbuhan dan hewan.
3 4
P S A
: :
Biasanya, bagaimana cara gurumu mengajar IPA? Dengan menjelaskan dan mencatat.
5
P
:
7
S A P
:
Apakah kamu merasa senang ketika gurumu mengajar IPA dengan metode ceramah? Mengapa? Ya, biasanya seperti itu.
S A
:
8 10
:
Apakah sebelumnya gurumu pernah mengajarkan materi IPA dengan metode lain (selain ceramah)? Em, pernah tapi jarang . Dulu pernah sekali dengan melakukan percobaan.
Keterangan Senang belajar IPA (W1 SB B2) Metode ceramah sering digunakan (W1 SB B4)
Senang metode ceramah
Pernah melakukan dengan percobaan
192
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4.11.4 Wawancara II Siswa B Sesudah Perlakuan Hari/Tanggal: Kamis, 1 Desember 2016 Baris 1 3 4 6 7 9 10
14
P
:
S A P
:
S A P
:
S A P
:
S A
:
:
:
:
Wawancara ke-2 Bagaimana perasaanmu saat belajar IPA menggunakan model Problem Based Learning? Senang Apakah sebelumnya sudah pernah belajar dengan menggunakan model Problem Based Learning? Belum pernah. Apakah model Problem Based Learning membantumu dalam memahami materi? Mengapa? Nggak tau. Lebih mudah dipahami. Kamu lebih mudah memahami materi pelajaran ketika Pak Martinus menggunakan model Problem Based Learning atau ketika tidak menggunakan model Problem Based Learning? Lebih senang dengan pembelajaran seperti kemarin, lebih mudah dipahami
Keterangan
PBL menyenangkan (W2 SB B2)
Belum pernah belajar menggunakan PBL
PBL mempermudah (W2 SB B9)
PBL menyenangkan (W2 SB B14)
4.11.5 Wawancara I Siswa C Sebelum Perlakuan Hari/Tanggal: Senin, 24 Oktober 2016 Baris 1 2
P S A
: :
Wawancara I Apakah kamu senang belajar IPA? Mengapa? Senang, bisa belajar adaptasi hewan.
3 4
P S A
: :
Biasanya, bagaimana cara gurumu mengajar IPA? Biasanya menerangkan dan mencatat.
5
P
:
7
S A P
:
Apakah kamu merasa senang ketika gurumu mengajar IPA dengan metode ceramah? Mengapa? Senang, bisa belajar.
S A
:
8 10
:
Apakah sebelumnya gurumu pernah mengajarkan materi IPA dengan metode lain (selain ceramah)? Dulu pernah, tapi jarang.
Keterangan Senang belajar IPA (W1 SC B2) Metode ceramah sering digunakan (W1 SC B4)
Senang metode ceramah
Pernah belajar dengan metode selain ceramah
193
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4.11.6 Wawancara II Siswa C Sesudah Perlakuan Hari/Tanggal: Kamis, 1 Desember 2016 Baris 1 3 4 6 7 9 11
14
P
:
S A P
:
S A P
:
S A P
:
S A
:
:
:
:
Wawancara ke-2 Bagaimana perasaanmu saat belajar IPA menggunakan model Problem Based Learning? Senang. Seru. Apakah sebelumnya sudah pernah belajar dengan menggunakan model Problem Based Learning? Jarang Apakah model Problem Based Learning membantumu dalam memahami materi? Mengapa? Membantu, karena dengan pembelajaran itu bisa menambah pengetahuan dengan tahu langsung hewannya. Kamu lebih mudah memahami materi pelajaran ketika Pak Martinus menggunakan model Problem Based Learning atau ketika tidak menggunakan model Problem Based Learning? Lebih mudah memahami materi pelajaran dengan pembelajaran seperti kemarin
Keterangan
PBL menyenangkan (W2 SC B2)
Jarang menggunakan PBL
PBL mempermudah (W2 SC B9-10)
PBL mempermudah (W2 SC B14-15)
194
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 4.12 Transkrip Wawancara Guru Hari/Tanggal: Kamis, 1 Desember 2016 Baris 1
P
:
Wawancara ke-1 Metode apa yang selama ini bapak gunakan ketika mengajar mata pelajaran IPA di kelas V? Kebanyakan kalau aku ceramah, diskusi itu cuma untuk akhir pas terakhir saya menerangkan. Contohnya satu bab, saya ceramah dulu bla bla bla berapa pertemuan tiga kali, terakhir saya diskusi.
3
G
:
6 7
P G
: :
Mengapa bapak memilih menggunakan metode tersebut? Karena yang pertama, anaknya banyak. Kalau kemampuan waktunya untuk menggunakan strategi-strategi seperti itu tidak cukup.
9
P
:
11
G
:
15
P
:
17
G
:
Bagaimana tanggapan bapak mengenai penerapan model Problem Based Learning dalam penelitian kami? Kalau saya bagus, tapi anu mbak, untuk masalah materi, kelas V kan materinya banyak, kalau per sub satu pertemuan seperti serangga dan lain-lain itu menurut RPP saklek gak jadi. Itu sebagai catatan kalau mengajar saklek RPP waktunya tidak cukup. Apakah sebelumnya bapak sudah menggunakan model Problem Based Learning dalam mengajar mata pelajaran IPA? Sudah, awal-awal sudah.
18
P
:
21
G
:
23
P
:
26
G
:
Menurut bapak jika menggunakan model Problem Based Learning dalam mengajar mata pelajaran IPA, apakah pembelajaran di kelas menjadi lebih efektif atau malah sebaliknya? Lebih efektif, terutama untuk pembelajaran IPA yang materinya agak banyak, menggunakan Based Learning bagus. Bagaimana perbedaan antara kelas eksperimen (V A) yang menggunakan model Problem Based Learning dengan kelas kontrol (V B) yang tidak menggunakan model Problem Based Learning? Anaknya lebih enjoy dengan menggunakan media. Kalau metode ceramah itu biasanya salah satu bisa, tetapi bagian belakang itu jarang mendengarkan.
Keterangan
Sering menggunakan metode ceramah (W G B3-5) Siswa terlalu banyak dan waktu kurang (W G B7-8)
PBL bagus (W G B11-14)
Sudah pernah menggunakan PBL (W G B17)
PBL lebih efektif (W G B21-22)
Siswa lebih enjoy menggunakan PBL (W G B2628)
195
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 5.1 Foto-Foto Kegiatan Pembelajaran Pembelajaran Kelompok Eksperimen
196
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Pembelajaran Kelompok Kontrol
197
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 5.2 Surat Keterangan Melaksanakan Penelitian
198
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
CURRICULUM VITAE Widi Astuti merupakan anak kedua dari pasangan Sarmin dan Sri Wahyuni. Lahir di Klaten pada tanggal 7 Agustus 1995. Pendidikan dimulai dari TK Pertiwi Somopuro, pada tahun 2000-2001 kemudian pendidikan dilanjutkan di Sekolah Dasar Negeri Somopuro III pada tahun 2001-2007. Peneliti melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Prambanan pada tahun 2007 sampai tahun 2010. Peneliti kemudian menempuh pendidikan di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Jogonalan pada tahun 2010 dan lulus pada tahun 2013. Peneliti melanjutkan pendidikan di Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma pada tahun 2013. Selama menempuh pendidikan di Universitas Sanata Dharma banyak kegiatan kemahasiswaan yang telah diikuti. Kegiatan-kegiatan tersebut diantaranya sebagai berikut:
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Nama Kegiatan Inisiasi Universitas Sanata Dharma English Club Program Inisiasi Fakultas Pelatihan Pengembangan Kepribadian Mahasiswa I dan II Kursus Pembina Pramuka Mahir Dasar (KMD) Inisiasi Mahasiswa Baru PGSD (Insipro PGSD) 2013 Week-end Moral Penguasaan Bahasa Inggris Aktif Seminar “Love dating and sex: pacaran dengan akal sehat” Seminar “Reiventing childhood education”
11
Kolaborasi Wayang Kulit Duo Dalang dan Tari “Pandawa Membangun Purakencana”
Tahun 2014 2013-2015 2013 2014 2014 2013 2014 2016 2014 2015 2015
Peran Peserta Peserta Peserta Peserta Peserta Peserta Peserta Peserta Peserta Liasion Officier Anggota Usaha Dana
199