PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PENGEMBANGAN PERANGKAT DAN MODUL PEMBELAJARAN MENGHEMAT ENERGI LISTRIK BERDASARKAN PENDEKATAN PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF UNTUK SISWA KELAS III A SDN PETINGGEN YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh: Yuliana Reni Restriani NIM: 131134083
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PENGEMBANGAN PERANGKAT DAN MODUL PEMBELAJARAN MENGHEMAT ENERGI LISTRIK BERDASARKAN PENDEKATAN PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF UNTUK SISWA KELAS III A SDN PETINGGEN YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh: Yuliana Reni Restriani NIM: 131134083
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2017
i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERSEMBAHAN
Karya tulis berupa skripsi ini dengan tulus kupersembahkan untuk Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang senantiasa selalu menyertai dan memberkati seluruh keluargaku. Kedua Orangtuaku, Almh. Bapak Agustinus Sumbana dan Ibu Florentina Tri Irianti yang senantiasa tidak kenal lelah untuk berjuang membesarkan, mendidikk dengan penuh cinta kasih, dan selalu memberi doa restu kepadaku. Tanteku, Veronica Inti Purianti yang selalu memberiku dukungan, semangat dan bentuan dalam kuliahku. Kakak perempuanku Agustina Sari Dewi dan Kakak Iparku Junico Fareta yang selalu memberikan aku inspirasi, semangat dan membantu dalam kuliahku. Kakakku Andreas Vata Dwi Kusuma yang selalu memberiku motivasi, dan semangat. Keluarga besarku yang senantiasa memdidikk memberi semangat, dan doa restu. Sahabat-sahabatku yang senantiasa memberi dukungan, semangat, dan pengorbanan sehingga karyaku ini dapat terselesaikan dengan baik, teman-teman PGSD USD angkatan 2013 yang senantiasa memberikan dukungan, semangat, dan doa selama menempuh studi di PGSD USD. Alamamaterku tercinta Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, terimakasih banyak sudah mendidikku hingga menjadi seperti sekarang, karya ini adalah sumbangsih yang sungguhsungguh kukerjakan dengan sepenuh hati.
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
MOTTO
“ GOD, has the amazing most plan for you, trust him. ” “Y. R. Restriani”
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 15 Juni 2017 Peneliti
Yuliana Reni Restriani
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama
: Yuliana Reni Restriani
Nomor Mahsiswa
: 131134083
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan karya ilmiah saya kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul: PENGEMBANGAN PERANGKAT DAN MODUL PEMBELAJARAN MENGHEMAT ENERGI LISTRIK BERDASARKAN PENDEKATAN PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF UNTUK SISWA KELAS III A SDN PETINGGEN YOGYAKARTA Dengan demikian, saya mengijinkan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencamtumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal: 15 Juni 2017
Yang menyatakan
Yuliana Reni Restriani
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRAK PENGEMBANGAN PERANGKAT DAN MODUL PEMBELAJARAN MENGHEMAT ENERGI LISTRIK BERDASARKAN PENDEKATAN PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF UNTUK SISWA KELAS III A SDN PETINGGEN YOGYAKARTA Yuliana Reni Restriani Universitas Sanata Dharma 2017 Penelitian ini diawali dengan kegiatan observasi mengenai permasalahan lingkungan di SDN Petinggen Yogyakarta. Hasil observasi menunjukkan bahwa siswa SDN Petinggen Yogyakarta menggunakan energi listrik secara berlebihan yaitu dengan menyalakan lampu dan kipas angin dari awal hingga akhir pembelajaran dan lupa mematikannya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui cara mengembangkan perangkat dan modul pembelajaran menghemat energi listrik dan mengetahui kualitas penggunaannya. Jenis penelitian ini merupakan penelitian dan pengembangan (Research and development). Penelitian ini menggunakan 5 langkah pengembangan bahan menurut Tomlinson yang meliputi (1) analisis kebutuhan, (2) desain, (3) implementasi, (4) evaluasi, dan (5) revisi. Modul ini disusun dan disesuaikan dengan sepuluh prinsip pengembangan bahan menurut Tomlinson. Subjek penelitian ini yaitu 9 siswa kelas III A SDN Petinggen Yogyakarta. Perangkat pembelajaran dan modul materi yang sudah dibuat oleh peneliti sebelum diterapkan atau diimplementasikan telah melalui dievaluasi atau divalidasi oleh ahli IPA, ahli bahasa, dan guru kelas III A. Berdasarkan hasil dari validasi perangkat pembelajaran dan modul mendapatkan skor rata-rata, 3,50 dan 3,63 dari skala 4, sehingga perangkat pembelajaran dan modul materi mendapatkan kategori “layak” untuk diimplementasikan pada kelas III dengan perbaikan berdasarkan masukan dari para ahli dan guru kelas. Penggunaan produk berupa modul pembelajaran “Menghemat Energi Listrik” yang dikembangkan sudah memenuhi 11 prinsip pengembangan materi milik Tomlinson yaitu (1) materi memiliki pengaruh bagi pembelajar, (2) materi membuat pembelajar merasa nyaman, (3) materi mengembangkan kepercayaan diri, (4) materi relevan bagi pembelajar, (5) materi membuat pembelajar tertarik, (6) materi memberikan penjelasan, (7) materi menyedikan kesempatan berkomunikasi dengan aktif, (8) materi mempertimbangkan gaya belajar siswa yang berbeda, (9) materi memperhatikan sikap afektif yang berbeda, (10) materi memberdayakan kemampuan intelektual, emosional, dan menstimulasi otak kanan dan kiri, dan (11) materi menyediakan terwujudnya feedbeck. Kata kunci: pengembangan, perangkat, modul, menghemat energi listrik, paradigma pedagogi reflektif.
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT PENGEMBANGAN PERANGKAT DAN MODUL PEMBELAJARAN MENGHEMAT ENERGI LISTRIK BERDASARKAN PENDEKATAN PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF UNTUK SISWA KELAS III A SDN PETINGGEN YOGYAKARTA Yuliana Reni Restriani Sanata Dharma University 2017 This research began with observations about the problems conditions in SDN Petinggen Yogyakarta. The observations result showed that SDN Petinggen Yogyakarta students used the electricity too much. They turned on the lamp and the fan from the beginning until the end of the learning process. In the end of the learning process, they forgot to turn off it. This research aimed to know the process of developing the learning device, to know the process of developing the safe electricity module, and to know the use of its quantity. This research used Research and Development (R&D) as the research method. According to Tomlinson there were five steps that used to develop the materials. The steps were (1) needs analysis, (2) design, (3) implementation, (4) evaluation, and (5) revision. The researcher used ten principles from Tomlinson to develop the learning materials. The research participants were nine students of third grade of SDN Patinggen Yogyakarta. Before implementing the materials, the researcher did the materials validation or evaluation to the evaluator. The evaluators were a scientis, a linguist, and a teacher of third grade. Based on the evaluation result, the mean range score was 3.50 and 3.63 of 4. So, the materials were categorizing “proper” to implement for third grade students by revising based on the suggestions from the evaluators. The used of “Menghemat Energi Listrik” materials have consisted of eleven principles from Tomlinson. The principles were (1) the materials have influence for the students, (2) the materials make the students happy and feel comfortable, (3) the materials can develop their self-confident, (4) the materials relevant for the students, (5) the materials can attract the students’ attention, (6) the materials give explanation, (7) the materials provide a chance for the students to have communication with others, (8) the materials consider to the differences of the learning styles, (9) the materials give attention for the differences of affective attitude, (10) the materials empower to the intellectual skill, emotional skill, and stimulate the right and left brain, and (11) the materials provide feedback. Keywords: development, device, module, save electrical energy, the paradigm reflective pedagogy.
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat kesehatan dan keselamatan yang senantiasa diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan tanggungjawab untuk menyusun tugas akhir atau skripsi dengan
judul:
PENGEMBANGAN
PERANGKAT
DAN
MODUL
PEMBELAJARAN MENGHEMAT ENERGI LISTRIK BERDASARKAN PENDEKATAN PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF UNTUK SISWA KELAS III A SDN PETINGGEN YOGYAKARTA. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis mendapat bimbingan, bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak baik secara langsung ataupun tidak langsung sehingga skripsi dapat terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada Bapak Rohandi, Ph.D. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma, Ibu Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd. Ketua Progaram Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma, Bapak Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd. Wakil Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma, Ibu Eny Winarti, Ph.D. dan Ibu Wahyu Wido Sari, M.Biotech. yang senantiasa membimbing, memdidik, memberi semangat dan dukungan sehingga skripsi ini sapat terselesaikan. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Kepala Sekolah dan Guru kelas I hingga kelas VI SDN Petinggen Yogyakarta, yang senantiasa memberikan bantuan dan bimbingan sema penulis melaksanakan PPL dan penelitian. Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada seluruh siswa kelas III A tahun ajaran 2016/2017 yang senantiasa penulis cintai dan banggakan, yang telah mendukung dan berpartisipasi aktif dalam melam melaksanakan setiap kegiatan yang diharapkan oleh penulis, Bapak dan Ibu Dosen PGSD USD yang senantiasa mendidik dan membimbing penulis selama menempuh ilmu di PGSD, serta seluruh karyawan dan karyawati Sekertariat PGSD USD yang telah memberikan
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
bantuan dan bimbingan baik dalam hal administrasi dan teknis pelaksanaan setiap hal yang menjdi kebutuhan penulis. Terakhir kali tanpa mengurangi rasa hormat dan terimakasih, ucapan terimakasih diberikan kepada sahabat-sahabatku yaitu Atika Sari, Dwila Oktanuryani, Assa Prima Sekarini, Giadiolla Septi Pangesti, Aisyah Desmaniar, Witanri Wiyantari dan Martinus Putu Ardi Kristianta yang saling melengkapi, mendukung, memberi perhatian, waktu, tenaga, dan pikiran, dalam proses menuntaskan tanggung jawab sebagi Mahasiswa PGSD USD, teman-teman Payung Emansipatoris yang senantiasa memberikan bantuan, semangat serta dukungan, dan seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam karya ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Semoga karya ini dapat menjadi berkah dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Peneliti
Yuliana Reni Restriani
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................... ii HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iii HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... iv HALAMAN MOTTO .....................................................................................v LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARTA ..................................... vi LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS .................................. vii ABATRAK ................................................................................................... viii ABSTRACK .................................................................................................... ix KATA PENGANTAR .....................................................................................x DAFTAR ISI ................................................................................................. xii DAFTAR BAGAN .........................................................................................xv DAFTAR TABEL ....................................................................................... xvi DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xvii DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xviii BAB 1 PENDAHULUAN ...............................................................................1 1.1 Latar Belakang Masalah .........................................................................1 1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................7 1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................................8 1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................................8 1.5 Spesifikasi Produk ..................................................................................9 1.6 Definisi Oprasional...............................................................................10 BAB II LANDASAN TEORI .......................................................................12 2.1 Kajian Pustaka ......................................................................................12 2.1.1 Penelitian dan pengembangan (Research and Development) .......12 2.1.2 Perangkat Pembelajaran................................................................13 2.1.3 Modul............................................................................................19 2.1.4 IPA ................................................................................................24
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2.1.5 Paradigma Pedagogi Reflektif ......................................................26 2.1.6 Pendidikan Emansipatoris ............................................................31 2.1.7 Energi Listrik ................................................................................35 2.2 Penelitian yang Relevan .......................................................................36 2.3 Kerangka Berpikir ................................................................................42 2.4 Pertanyaan Penelitian ...........................................................................44 BAB III METODE PENELITIAN ..............................................................45 3.1 Jenis Penelitian .....................................................................................45 3.2 Setting Penelitian ..................................................................................47 3.2.1 Tempat Penelitian .........................................................................47 3.2.2 Subjek Penelitian ..........................................................................47 3.2.3 Objek Penelitian............................................................................47 3.2.4 Waktu Penelitian...........................................................................48 3.3 Prosedur Pengembangan ......................................................................48 3.3.1 Analisis Kebutuhan .......................................................................50 3.3.2 Desain ..........................................................................................51 3.3.3 Implementai ..................................................................................52 3.3.4 Evaluasi.........................................................................................52 3.3.5 Revisi ............................................................................................52 3.4 Teknik Pengumpulan Data ...................................................................53 3.4.1 Observasi ......................................................................................53 3.4.2 Wawancara ...................................................................................53 3.4.3 Kuesioner ......................................................................................54 3.5 Instrumen Penelitian .............................................................................54 3.5.1 Pedoman Observasi ......................................................................55 3.5.2 Pedoman Wawancara....................................................................55 3.5.3 Kuesioner ......................................................................................56 3.6 Teknik Analisi Data..............................................................................60 3.6.1 Data Kualitatif ..............................................................................60 3.6.2 Data Kuantitatif ............................................................................60 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.............................63 4.1 Hasil Penelitian.....................................................................................63
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4.1.1 Proses Pengembangan Perangkat dan Modul Pembelajaran ............63 4.1.1.1 Analisis Kebutuhan .....................................................................63 4.1.1.1.1 Observasi ................................................................................64 4.1.1.1.2 Wawancara .............................................................................65 4.1.1.1.3 Penyebaran Kuesioner .............................................................67 4.1.1.2 Desain ..........................................................................................69 4.1.1.3 Implementasi ...............................................................................82 4.1.1.4 Evaluasi .......................................................................................85 4.1.1.5 Revisi ...........................................................................................98 4.2 Pembahasan ........................................................................................103 4.2.1 Perangkat dan Modul Pembelajaran Dikembangkan Berdasar Pada 5 Langkah dan 11 Prinsip Pengembangan Bahan Ajar Menurut Tomlinson .....................................................................103 4.2.2 Kelebihan dan Kelemahan Perangkat dan Modul Pembelajaran ..............................................................................105 BAB V PENUTUP .......................................................................................107 5.1 Kesimpulan .........................................................................................107 5.2 Keterbatasan .......................................................................................109 5.3 Saran ...................................................................................................109 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................110 LAMPIRAN .................................................................................................112
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR BAGAN Halaman Bagan 2.1 Penelitian terdahulu yang relevan .................................................... 41 Bagan 3.1 Prosedur pengembangan perangkat dan modul pembelajaran ......... 49
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1 Kisi-kisi observasi ............................................................................. 55 Tabel 3.2 Pedoman wawancara dengan Guru kelas III A ................................. 56 Tabel 3.3 Pedoman wawancara dengan Siswa kelas III A................................ 56 Tabel 3.4 Kisi-kisi kuesioner Guru terbuka ...................................................... 57 Tabel 3.5 Kisi-kisi kuesioner Siswa terbuka ..................................................... 57 Tabel 3.6 Aspek penilaian perangkat pembelajaran ......................................... 58 Tabel 3.7 Aspek penilaian modul pembelajaran ............................................... 58 Tabel 3.8 Instrumen kuesioner uji coba produk ................................................ 59 Tabel 3.9 Tabel konversi data kuantitatif ke kualitatif ..................................... 61 Tabel 3.10 Tabel konversi data kuantitatif ke kualitatif ................................... 62 Tabel 4.1 Hasil analisis kebutuhan siswa .......................................................... 68 Tabel 4.2 Hasil validasi perangkat pembelajaran ............................................. 77 Tabel 4.3 Hasil validasi modul pembelajaran ................................................... 77 Tabel 4.4 Komentar ahli IPA dan revisian ........................................................ 78 Tabel 4.5 Komentar ahli Bahasa dan Revisian ................................................. 80 Tabel 4.6 Rekapitulasi Penilaian Perangkat dan Modul pembelajaran oleh Ahli IPA, Ahli Bahasa, dan Guru Kelas III ..................................... 81 Tabel 4.7 Hasil penilaian siswa terhadap kualitas modul ................................. 92
xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 4.1 Cover modul .................................................................................. 70 Gambar 4.2 Panduan bereksperimen................................................................. 72 Gambar 4.3 Kegiatan eksperimen ..................................................................... 72 Gambar 4.4 Refleksi.......................................................................................... 73 Gambar 4.5 Konten modul ................................................................................ 73 Gambar 4.6 Kegiatan individu .......................................................................... 75 Gambar 4.7 Kegiatan kelompok ....................................................................... 75 Gambar 4.8 Kegiatan eksperimen dan pengamatan .......................................... 76 Gambar 4.9 Evaluasi ......................................................................................... 76 Gambar 4.10 Aksi ............................................................................................. 76 Gambar 4.11 Komentar dan saran ahli IPA ...................................................... 79 Gambar 4.12 Komentar dan saran ahli Bahasa ................................................. 81 Gambar 4.13 Pelaksanaan Implementasi .......................................................... 85 Gambar 4.14 Siswa melakukan ekperimen ....................................................... 93 Gambar 4.15 Siswa menuliskan kegiatan ekperimen ....................................... 93 Gambar 4.16 Siswa berdiskusi .......................................................................... 95 Gambar 4.17 Siswa mengerjakan kegiatan individu ......................................... 97 Gambar 4.18 Siswa mengerjakan kegiatan kelompok ...................................... 97 Gambar 4.19 Rincian kegiatan inti RPPH nomor 5 dan 6 sebelum direvisi ..... 98 Gambar 4.20 Rincian kegiatan inti RPPH nomor 5 dan 6 setelah direvisi ....... 98 Gambar 4.21 Rincian kegiatan inti RPPH nomor 11 sebelum direvisi ............ 99 Gambar 4.22 Rincian kegiatan inti RPPH nomor 11 setelah direvisi .............. 99 Gambar 4.23 Langkah kegiatan nomor 2 sebelum direvisi............................. 101 Gambar 4.24 Langkah kegiatan nomor 2 setelah direvisi ............................... 101 Gambar 4.25 Eksperimen sebelum direvisi .................................................... 102 Gambar 4.26 Ekperimen setelah direvisi ........................................................ 102
xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1 Surat ijin penelitian ...................................................................... 113 Lampiran 2 Surat keterangan penelitian ......................................................... 114 Lampiran 3 Hasil analisi kebutuhan Guru ...................................................... 115 Lampiran 4 Hasil analisi kebutuhan Siswa ..................................................... 117 Lampiran 5 Validasi produk ahli IPA ............................................................. 119 Lampiran 6 Validasi produk ahli Bahasa ........................................................ 124 Lampiran 7 Valisdasi produk Guru ................................................................. 129 Lampiran 8 Lembar instrumen validasi siswa ................................................ 134 Lampiran 9 Dokumentasi Penelitian di SDN Petinggen Yogyakarta…….....136 Lampiran 10 Poster hasil karya siswa ............................................................. 137 Lampiran 11 Curriculum vitae ........................................................................ 140
xviii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini diuraikan (1) Latar Belakang, (2) Rumusan Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Manfaat penelitian, (5) Definisi Operasional, (6) Spesifikasi Produk yang Diharapkan. 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting. Setiap orang berusaha
untuk
berpendapat
mendapatkan
bahwa
pendidikan
pendidikan yang
setinggi-tingginya.
diterima
dapat
Orang
mengembangkan
potensinya. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1, dijelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (dalam Permendikbud No 65 Tahun 2013). Agar pendidikan dapat diterima dan terlaksana dengan baik maka guru sebagai pendidik perlu mengembangkan perangkat pembelajaran supaya pembelajaran yang akan diajarkan dapat berjalan dengan baik. Perangkat pembelajaran merupakan perangkat yang dipergunakan dalam proses pembelajaran (Trianto, 2010: 96). Setiap guru di setiap satuan pendidikan diwajibkan untuk menyusun perangkat pembelajaran supaya proses pembelajaran yang ingin diajarkan dapat berjalan dengan baik dan menarik bagi siswa. Perangkat pembelajaran yang diperlukan dalam mengelola proses belajar
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2
mengajar dapat berupa silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Selain membutuhkan perencanaan yang baik, pembelajaran juga membutuhkan sumber belajar yang dapat membantu dan mempermudah siswa untuk belajar secara mandiri. Salah satu sumber belajar tersebut adalah modul pembelajaran. Dalam menyusun perangkat dan modul pembelajaran tersebut biasanya guru akan menggunakan pendekatan sebagai pedomannya. Salah satu pendekatan yang ada adalah pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR). Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) adalah cara pandang
tentang
pendidikan di sekolah yang menekankan pada pengembangan, pengintegrasian usaha penumbuhan nilai-nilai kemanusiaan dan pengembangan kompetensi siswa melalui
pelaksanaan
pembelajaran
di
sekolah.
Penumbuhan
nilai-nilai
kemanusiaan dilakukan sesuai konteks siswa dan materi pelajaran, serta melalui mekanisme pemberian pengalaman refleksi dan perwujudan aksi serta evaluasi. Dinamika pelaksanaan PPR meliputi 5 siklus yaitu konteks, pengalaman, refleksi, aksi, dan evaluasi. Selain 5 siklus tersebut, tujuan dari pembelajaran PPR terwujud dalam 3 unsur yang ada pada tujuan pembelajaran. Ketiga unsur tersebut adalah competence, conscience, dan compassion. Competence merupakan kemampuan secara kognitif atau intelektual, conscience ialah kemampuan afektif dalam menentukan pilihan-pilihan yang dapat dipertanggungjawabkan secara moral, sedangkan compassion adalah kemampuan dalam psikomotor yang berupa tindakan konkret maupun batin disertai sikap bela rasa bagi sesama (Subagya, 2010: 23-24). Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu mata pelajaran yang terdapat di jenjang Sekolah Dasar yang mempelajari tentang fenomena alam dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 3
dapat diperoleh dengan menggunakan metode observasi. Pembelajaran IPA berhubungan dengan mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Adanya pembelajaran IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar. Pada pembelajaran IPA di Sekolah Dasar siswa diajak untuk mempelajari tentang materi IPA yang masih sederhana. Salah satu materi tersebut adalah tentang cara menghemat energi listrik. Energi listrik merupakan salah satu bentuk energi yang sangat penting dan menjadi kategori kebutuhan pokok yang tidak bisa dipisahkan bagi kehidupan umat manusia di era globalisasi ini selain makanan dan pakaian. Hal ini terjadi karena hampir semua kebutuhan manusia yang berkaitan dengan peralatan menggunakan listrik sebagai energinya. Sebut saja kipas angin, televisi, mesin cuci, bahkan pengaduk adonan kue. Secara garis besar, energi listrik dapat diartikan sebagai salah satu faktor terpenting bagi kehidupan manusia sebab tak sedikit sekali peralatan yang biasa kita gunakan menggunakan listrik sebagai sumber energinya. Seiring berkembangan zaman yang semakin modern, permintaan akan energi listrik di seluruh dunia semakin meningkat. Di sisi lain, perkembangan teknologi yang terjadi mulai memunculkan beban listrik baru yang menyebabkan semakin banyaknya energi listrik yang dibutuhkan. Banyaknya energi yang dibutuhkan tersebut maka mengakibatkan manusia untuk menggunakan energi listrik secara berlebihan. Tindakan manusia dalam menggunakan energi tersebut dapat berupa menyalakan lampu, TV, kipas angin dan alat elektronik lainnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 4
secara bersamaan dan lupa untuk mematikannya. Penggunaan energi listrik secara berlebihan tersebut akan menibulkan dampak negatif kehidupan manusia, seperti global warming, biaya yang dikeluarkan untuk membayak penggunaan energi listrik akan semakin banyak, dan pekerjaan manusia akan terganggung karena tidak adanya energi listrik. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti selama PPL pada guru kelas III A di SDN Petinggen pada tanggal 12 Oktober 2016, dapat diketahui secara garis besar latarbelakang sosial dan ekonomi siswa-siswi SDN Petinggen adalah menengah kebawah. Hal tersebut dapat terlihat dari 30 siswa, 75% orangtua siswa bekerja menjadi wiraswasta dengan berdagang burjonan, penjual makanan, tukang parkir, satpam dan lain-lain. Dan sisanya 25% pekerjaan orangtua mereka menjadi PNS. Peneliti juga melakukan observasi yang dilaksanakan pada bulan Juli sampai Oktober 2016 peneliti mendapatkan fakta bahwa siswa masih menggunakan energi lisrtik secara berlebihan dengan menyalakan lampu dan kipas angin dari awal hingga akhir pembelajaran bahkan sampai lupa mematikannya dan jika diingatkan untuk mematikaanya mereka malas untuk melakukannya. Permasalahan tersebut terjadi di semua kelas akibatnya di sekolah mati listrik sering terjadi sampai 3 kali sehari hal itu disebabkan karena energi listrik yang digunakan tidak seimbang atau melebihi daya listrik yang ada di sekolah. Penggunaan energi listrik tersebut juga menimbulkan dampak akan tingginya biaya yang dikeluarkan, maka semakin banyak enegi listrik yang digunakan semakin banyak juga biaya yang akan dikeluarkan. Hal ini akan berdampak pada orang tua siswa yang secara garis besar latarbelakang sosial dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 5
ekonominya adalah menengah kebawah. Dan saat melakukan wawancara peneliti menemui bahwa siswa tidak tahu tentang dampak menggunakan energi listrik secara berlebihan dan
kurang tahu bagaimana cara untuk menghemat energi
listrik. Peneliti juga melakukan observasi tentang proses pembelajaran di kelas dan wawancara dengan guru di SD Negeri Petinggen Yogyakarta, tentang perangkat dan sumber pembelajaran yang digunakan di sekolah. Saat melakukan observasi peneliti menemui bahwa selama proses pembelajaran guru lebih banyak memberikan materi kepada siswa dan hampir 3-4 kali memberikan tugas kepada siswa untuk mengerjakan LKS. Hasil wawancara peneliti menemui bahwa guru memang sudah membuat perangkat pembelajaran, namun perangkat pembelajaran tidak dibuat secara lengkap dengan menuliskan langkah-langkah kegiatan pembelajaran secara rinci dan kurang menarik karena metode pembelajaran yang digunakan hanya sebatas ceramah, diskusi dan tanya jawab. Selain itu, guru hanya menggunakan buku dan LKS yang disediakan dari pemerintah sebagai penunjang pembelajaran. Hal itu juga diperkuat dengan hasil penyebaran kuesioner untuk siswa yang dilakuan peneliti dan menemui bahwa sebagian besar siswa memerlukan pembelajaran yang membuat mereka berpikir, memerlukan pembelajaran yang sesuai dengan lingkungannya, dan memerlukan modul pembelajaran yang dapat mempermudah mereka mengikuti pembelajaran dan membuat mereka mandiri. Siswa juga menyatakan meyukai pembelajaran yang menghargai mereka sebagi manusia dan mengajak mereka untuk berpikir kritis. Dari hasil pengamatan dan wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa siswa mengalami kesulitan untuk menerapkan materi IPA tentang cara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 6
menghemat energi listrik. Hal ini dikarenakan informasi yang didapatkan oleh siswa ketika pembelajaran hanya ditransfer dari guru, jadi guru menjelaskan materi tersebut dan siswa mendengarkan. Siswa juga kurang diberikan pengetahuan yang konkrit, jarang untuk diajak melakukan eksperimen dan mengamati lingkungan sekitar. Pembelajaran yang demikian membuat siswa kesulitan untuk memahami isi materi. Oleh karena itu, peneliti akan mengembangkan perangkat dan modul pembelajaran dengan memilih Standar Kompetensi (SK) 5. Menerapkan energi gerak dan Kompetensi Dasar (KD) 5.2 Menerapkan cara menghemat energi dalam kehidupan sehari-hari. SK dan KD tersebut dipilih peneliti karena dalam SK dan KD tersebut mencakup materi menghemat energi listrik sesuai dengan permasalahan yang ditemui. Berdasarkan permasalahan tersebut, peneliti terdorong untuk melakukan penelitian
dan
pengembangan
(Research
and
Development).
Prosedur
pengembangan materi dan prinsip pengembangan materi menurut Tomlinson (dalam Harsono, 2015) akan digunakan untuk menyusun sebuah materi pembelajaran dikarenakan peneliti akan memfokuskan pengembangan modul pembelajaran. Tomlinson merupakan salah satu ahli terkemuka di dunia pada pengembangan materi untuk pembelajaran bahasa (Aneheim University, 2016). Pengembangan materi menurut Tomlinson dimaksudkan untuk mengembangkan bahan-bahan apapun yang dapat digunakan untuk membantu pelaksanaan pembelajaran. Materi tersebut dapat berupa buku teks, buku kerja (LKS), kaset, CD-ROM, DVD, video, handout, dan dari internet (Tomlinson, 2005). Peneliti akan mengembangkan perangkat dan modul pembelajaran berdasarkan pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR). Pedekatan PPR ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 7
dipilih karena PPR memiliki polapikir dalam menumbuhkembangkan pribadi siswa menjadi pribadi kristiani/kemanusiaan. Pola pikir dalam PPR bertujuan untuk membentuk pribadi siswa dengan menggunakan 3 unsur utama PPR, yaitu pengalaman, refleksi, dan aksi. Siswa akan diberi pengalaman akan suatu nilai kemanusiaan, kemudian siswa difasilitasi dengan pertanyaan agar merefleksikan pengalaman tersebut, dan siswa difasilitasi dengan pertanyaan aksi agar siswa membuat niat dan berbuat sesuai dengan nilai. Melalui pola pikir tersebut siswa diharapkan mengalami sendiri (bukan hanya mendapatkan informasi karena diberi tahu) (Tim PPR kanisius, 2008). Dengan mengunakan mengembangkan perangkat dan modul pembelajaran berdasarkan pendekatan PPR diharapkan siswa akan mendapatkan pembelajaran yang menarik dan menimbulkan dampak yang positif bagi siswa. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, rumusan masalah sebagai berikut: 1.2.1
Bagaimana langkah-langkah atau prosedur pengembangan perangkat dan modul pembelajaran menghemat energi listrik berdasarkan pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif untuk siswa kelas III A di SDN Petinggen Yogyakarta?
1.2.2
Bagaimana deskripsi kualitas perangkat dan modul pembelajaran menghemat energi listrik berdasarkan pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif untuk siswa kelas III A di SDN Petinggen Yogyakarta?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 8
1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.3.1
Mendeskripsikan langkah-langkah atau prosedur pengembang perangkat dan modul pembelajaran menghemat energi listrik berdasarkan pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif untuk siswa kelas III A di SDN Petinggen Yogyakarta
1.3.2
Mendeskripsikan kualitas perangkat dan modul pembelajaran menghemat energi listrik berdasarkan pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif untuk siswa kelas III A di SDN Petinggen Yogyakarta.
1.4 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.4.1
Bagi Peneliti Peneliti
mampu
melakukan
penelitian
pengembangan
dengan
menghasilkan produk berupa perangkat dan modul materi menghemat energi listrik berdasarkan pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif untuk siswa kelas III A di SDN Petinggen Yogyakarta. 1.4.2
Bagi Guru Guru mendapatkan pengalaman baru tentang perangkat pembelajaran yang dibuat dengan menggunakan pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif dan mendapatkan salah satu sarana belajar berupa modul pembelajaran menghemat
energi
listrik
yang
dapat
pembelajaran di kelas III A Sekolah Dasar.
digunakan
dalam
proses
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 9
1.4.3
Bagi Siswa Siswa mendapatkan model pembelajaran yang membuatnya aktif dan mandiri dalam menyelesaikan masalah dan siswa belajar dari lingkungan sekitarnya.
1.4.4
Bagi Sekolah Sekolah mendapatkan wawasan baru tentang pengembangan perangkat pembelajaran berbasis pendekatan paradigma pedagogi reflektif dan pengembangn modul pembelajaran IPA yang dapat mengoptimalkan kegiatan belajar mengajar.
1.5 Spesifikasi Produk Spesifikasi
produk
yang
dikembangkan
dalam
penelitian
dan
pengembangan ini adalah sebagai berikut: 1.5.1
Produk yang dikembangkan berupa perangkat dan modul pembelajaran berdasakan hasil analisis kebutuhan berupa visi dan misi sekolah, latar belakan siswa dan permasalahan yang ditemukan di sekolah.
1.5.2
Perangkat pembelajaran yang dikembangkan berupa silabus dan RPP yang disusun dengan mengintegrasi pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) dan Pendidikan Emansipatoris.
1.5.3
Modul pembelajaran yang dikembangkan berisikan tujuan, pengenalan terhadap topik informasi tentang kegiatan belajar, alat yang digunakan, kegiatan pembelajaran (yang berisikan petunjuk kegiatan eksperimen dan pertanyaan untuk siswa setelah melakukan eksperiman), refleksi
dan
evaluasi, serta disusun dengan mengintegrasi 11 prinsip pengembangan materi menurut Tomlinson.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 10
1.5.4
Perangkat dan modul pembelajaran ini akan dikembangkan sebagai sarana dalam pembelajaran pada mata pelajaran IPA (SK) 5. Menerapkan energi gerak, Kompetensi Dasar (KD) 5.2 Menerapkan cara menghemat energi dalam kehidupan sehari-hari untuk siswa kelas III A SDN Petinggen Yogyakarta.
1.5.5
Modul pembelajaran dilengkapi gambar yang menarik untuk memperjelas langkah-langkah dalam kegiatan pembelajaran serta untuk menarik perhatian siswa.
1.6 Definisi Operasional Definisi oprasional dalam penelitian ini adalah: 1.6.1
Perangkat Pembelajaran Perangkat pembelajaran adalah perangkat yang dipergunakan dalam proses pembelajaran
yang
dapat
berupa
silabus,
Recana
Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP), media pembelajaran, dan Lembar Kerjas Siswa (LKS). 1.6.2
Modul Modul adalah sumber belajar berupa buku yang ditulis dengan tujuan agar siswa dapat belajar secara mandiri tanpa atau dengan bimbingan guru dan dapat digunakan guru untuk mempermudah dalam proses pembelajaran.
1.6.3
Energi Listrik Energi listrik merupakan energi utama yang dibutuhkan untuk menyalakan peralatan yang membutuhkan listrik untuk menyalakannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 11
1.6.4
Menghemat energi listrik Menghemat energi listrik adalah usaha yang dilakukan untuk mengurangi besarnya penggunaan energi listrik.
1.6.5
Paradigma Pedagogi Refeltif Paradigma Pedagogi Reflektif merupakan pola pikir yang dipercaya mampu menumbuhkembangkan nilai-nilai kemanusiaan dalam diri siswa yang diperoleh melalui 5 siklus, yaitu konteks, pengalaman, aksi, refleksi dan evaluasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II LANDASAN TEORI Dalam bab ini akan diuraikan (1) Kajian Pustaka (2) Penelitian yang Relevan (3) Kerangka Berpikir dan (4) Pertanyaan Penelitian. 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Penelitian dan Pengembangan (Research and Development, R&D) Penelitian pengembangan atau yang lebih dikenal dengan R & D merupakan suatu penelitian yang diarahkan untuk menghasilkan suatu produk, desain maupun proses. Menurut Borg (dalam Sanjaya, 2013) penelitian pengembangan ini merupakan model penelitian yang banyak digunakan untuk pengembangan pendidikan. R & D sendiri menurutnya berkembang dalam penelitian yang dilakukan oleh industri untuk menemukan suatu produk yang dianggap cocok dengan kebutuhan masyarakat. Dalam dunia pendidikan R & D mulai diperkenalkan oleh United States Office of Education, sebuah lembaga pendidikan di Amerika pada tahun 1965 untuk mengembangkan produk, bahan ajar dan prosedur dalam bidang pendidikan. Sukmadinata (2008) berpendapat bahwa Research and Development adalah suatu proses atau langkah-langkah untuk mengembangkan suatu produk baru
atau
meyempurnakan
produk
yang
telah
ada,
yang
dapat
dipertanggungjawabkan. Pendapat ini sejalan dengan Soenarto (dalam Tegeh, 2014: xii) yang menyatakan bahwa penelitian pengembangan adalah upaya untuk mengembankan dan menghasilkan suatu produk berupa materi, media, alat dan atau strategi pembelajaran. Pengertian yang hampir sama juga dikemukakan oleh Bord & Gall (1983) bahwa penelitian pengembangan sebagai usaha untuk
12
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 13
mengembangan dan memvalidasi produk-produk yang digunakan dalam pendidikan. Berdasarkan ketiga pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa penelitian pengembangan adalah upaya mengembangkan dan menghasilkan suatu produk. Dalam rangka meningkatkan kualitas produk pendidikan, Sentyasa (dalam Tegeh, 2014: xiii) merincikan karakteristik penelitian dan pengembangan. Pertama, masalah yang dipecahkan adalah masalah nyata yang berkaitan dengan upaya
inovatif
atau
penerapan
teknologi
dalam
pembelajaran.
Kedua,
pengembangan model, pendekatan, dan metode pembelajaran serta media belajar yang dikembangkan sebaiknya menunjang keefektifan pencapaian kompetensi siswa. Ketiga, produk yang dikembangkan divalidasi melalui uji ahli dan uji lapangan secara terbatas perlu dilakukan. Keempat, proses pengembangan perlu didokumentasikan secara rapi dan dilaporkan secara sitematis. Terdapat beberapa macam desain metode penelitian dan pengembangan dari beberapa ahli seperti Borg & Gall (1983) dan Dick & Carey (2003). Dalam penelitian ini peneliti berfokus pada pengembangan bahan ajar berupa modul pembelajaran,
sehingga
peneliti
menggunakan
desain
model
penelitian
pengembangan materi menurut Brian Tomlinson. Tomlinson dianggap sebagai ahli terkemuka pada pengembangan materi khususnya berkaitan dengan bahasa (Aneheim University, 2016). Terdapat 5 langkah utama dalam pengembangan materi menurut Tomlinson (dalam Harsono, 2015). Pertama, analisis kebutuhan. Analisi kebutuhan dilakukan untuk mengetahui dan mengidentifikasi hal yang dibutuhkan. Analisis kebutuhan bertujuan sebagai pedoman dalam pengembangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 14
materi. Tahap kedua adalan desain. Desain merupakan kegiatan dalam merincikan hal-hal pokok yang diperlukan dalam pengembangan materi. Perincian hal pokok pengembangan materi didasarkan pada hasil analisis kebutuhan. Tahap ketiga adalah implementasi. Hasil perincian hal pokok dalam pengembangan materi kemudian diimplementasikan dalam kegiatan pembelajaran. Tahap keempat yaitu evaluasi. Hasil implementasi materi kemudian dievaluasi. Tahap kelima yaitu revisi. Dasar dalam melakukan revisi adalah hasil evaluasi implementasi materi. Tahap
revisi
ini
merupakan
tahap
akhir
pengembangan
materi
yang
memungkinkan terbentuknya materi yang layak digunakan. Pengembangan materi menurut Brian Tomlinson (2005) merupakan segala sesuatu yang dapat dijadikan sebagai sumber informasi untuk menunjang proses pembelajaran bahasa. Materi atau bahan yang digunakan dapat berupa seperti buku teks, buku kerja (LKS), kaset, CD-ROM, DVD, video, handout, dan dari internet, dan apa pun yang menyajikan suatu informasi (Tomlinson, 2005). Terdapat 16 prinsip yang harus dicapai dalam pengembangan materi ini untuk proses pembelajaran bahasa (Tomlinson, 2005: 7-22). Peneliti kemudian berfokus pada 11 prinsip dari Tomlinson yang sesuai dengan penelitian ini. Sebelas
prinsip
Tomlinson
yang
digunakan
peneliti
dalam
mengembangkan modul pembelajaran yaitu 1) materi harus mencapai dampak 2) Materi harus membantu peserta didik untuk merasa nyaman, 3) materi harus membantu peserta didik untuk mengembangkan kepercayaan diri, 4) materi yang diajarkan harus relevan dan berguna bagi siswa, 5) materi harus diperlukan dan memfasilitasi peserta didik dalam belajar, 6) materi yang dikembangkan terdapat bagian-bagian yang dapat memfasilitasi siswa dalam belajar, 7) materi harus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 15
menyediakan kesempatan bagi peserta didik untuk dapat berkomunikasi dengan aktif, 8) materi harus memperhatikan gaya belajar yang bebeda dalam diri masingmasing siswa, 9) materi harus memperhitungkan sikap persrta didik yang berbedabeda, 10) materi dapat membantu pembelajar mengembangkan kemampuan berpikir, pengelolaan emosi, estetika seni, dan menyediakan kegiatan yang melatih otak kanan dan kiri peserta didik, 11) materi harus memberikan kesempatan peserta didik untuk umpan balik hasil. 2.1.2
Perangkat Pembelajaran Ibrahim (2003: 3) dalam buku “Model Pembelajaran Terpadu” Trianto
(2010: 96) menyatakan bahwa perangkat pembelajaran merupakan perangkat yang dipergunakan dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, setiap guru di setiap satuan pendidikan diwajibkan untuk menyusun perangkat pembelajaran supaya proses pembelajaran yang ingin diajarkan dapat berjalan dengan baik dan menarik bagi siswa. Perangkat pembelajaran yang diperlukan dalam mengelola proses belajar mengajar dapat berupa: silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan Lembar Kegiatan Siswa (LKS). Berdarkan teori sersebut dapat disimpulkan bahwa perangkat pembelajaran adalah perangkat yang dipergunakan dalam proses pembelajaran. 2.1.2.1 Silabus Silabus merupakan rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi penilaiaan, alokasi waktu, dan sumber belajar (Trianto, 2010: 96).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 16
Sesuai dengan prinsip kemandirian (otonomi) sekolah, pengembangan silabus dapat dilakukan oleh guru secara mandiri atau berkelompok dalam sebuah sekolah. Menurut Trianto (2010: 96) Penyusunan dan pengembangan silabus yang dilakukan oleh tim pengembang harus memenuhi beberapa prinsip pengembangan silabus, yaitu 1) Ilmiah, bahwa keseluruhan materi dan kegiatan dalam silabus harus benar dan dapat dipertangungjawabkan secara keilmuan. 2) Relevan, artinya seluruh cakupan dalam silabus sesuai dengan tingkat perkembangan fisik, intelektual, sosial, emosional, dan spiritual peserta didik. 3) Sistematis, bahwa komponen-komponen silabus saling berhubungan secara fungsional dalam mencapai kompetensi. 4) Konsisten, adanya hubungan yang konsisten dari keseluruhan komponen silabus. 5) Memadai, artinya cakupan keseluruhan komponen silabus cukup untuk menunjang pancapaian kompetensi dasar. 6) Aktual dan Kontekstual, artinya cakupan silabus memerhatikan perkembangan ilmu, teknologi, dan seni mutakhir dalam kehidupan nyata, dan peristiwa yang terjadi. 7) Fleksibel, sartinya seluruh komponen silabus dapat mengakomodasi keragaman peserta didik dan perubahan dalam masyarakat. 8) Menyeluruh, artinya komponen silabus mencakup keseluruhan kompetensi (kognitif, afektif, psikomotor). Dengan
mempertimbangkan
prinsip
tersebut,
pengembangan
dan
penyusunan silabus dapat dilakukan dengan cara mengembangakan indikator, meteri pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian, alokasi waktu dan sumber belajar yang mengacu pada pencapaian kompetensis dasar sesuai dengan karakteristik mata pelajaran dan sumber daya yang ada dan berpedoman pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 17
standar isi yang ditetapkan pemerintahan dalam Peraturan Pendidikan Nasional Nomor 23 tahun 2006. Langkah-langkah dalam pengembangan silabus yaitu, pertama, mengkaji Standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran sebagaimana tercantum pada satandar isi. Kedua, mengidentifikasi materi pokok/pembelajaran yang menunjang pencapaian kompetensi dasar. Ketiga, mengembangkan kegiatan pembelajaran. Keempat, merumuskan indikator pencapaian kompetensi. Kelima, penentuan jenis penilaian. Keenam, menentukan alokasi waktu. Ketujuh, menentukan sumber belajar (Trianto, 2010: 99-102). 2.1.2.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Rencana
Pelaksanaan
Pembelajaran
(RPP)
adalah
rencana
yang
menggambarkan prosedur dan manajemen pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam standar kompetensi yang dijabarkan dalam silabus (Trianto, 2010:108). Rencana pelaksanaan pembelajaran dapat menjadi langkah-langkah yang akan dilakukan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran yang disusun dalam skenario kegiatan. Skenario kegiatan pembelajaran dikembangkan dari rumusan tujuan pembelajaran yang mengacu pada indikator untuk mencapai hasil belajar. Jadi secara sederhana RPP merupakan penjabaran silabus dan dijadikan pedoman/skenario pembelajaran. Secara umum dalam mengembangkan RPP harus berpedoman pada prinsisp pengembangan RPP, yaitu 1) Kompetensi yang direncanakan dalam RPP harus jelas, konkret, dan mudah dipahami. 2) RPP harus sederhana dan fleksibel. 3) RPP yang dikembangkan sifatnya menyeluruh, utuh, dan jelas pencapaiannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 18
4) Harus koordinasi dengan komponen pelaksanaan program sekolah, agar tidak mengganggu jam pelajaran yang lain. Komponen-komponen penting yang ada dalam RPP meliputi Standar kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD), hasil belajar, indikator pencapaiaan hasil belajar, strategi pembelajaran, sumber pembelajaran, alat dan bahan, angkahlangkah kegiatan pembelajaran, dan evaluasi. Adapun langkah-langkah atau cara pengembangan RPP menurut Trianto (2010: 99) yaitu 1) Mengisi kolom identitas, 2) Menentukan alokasi waktu pertemuan, 3) Menentukan SK/KD serta indikator, 4) Merumuskan tujuan sesuai SK/KD dan indikator. 5) Mengidentifikasi materi standar. 6) Menentukan pendekatan, model & metode pembelajaran. 7) Menentukan langkah-langkah pembelajaran yang terdiri dari kegiatan awal, inti dan akhir. 8) Menentukan sumber belajar. 9) Menyususn kriteria penilaian. 2.1.2.3 Lembar Kegiatan Siswa (LKS) Lembar kegiatan siswa merupakan panduan siswa yang digunakan untuk melakukan kegiatan penyelidikan atau pemecahan masalah. Lembar Kegiatan Siswa (LKS) memuat sekumpulan kegiatan mendasar yang harus dilakukan oleh siswa untuk memaksimalkan pemahaman dalam upaya pembentukan kemampuan dasar sesuai indikator pencapaian hasil belajar yang harus ditrmpuh. Komponenkomponen LKS meliputi judul eksperimen, teori singkat tentang materi, alat dan bahan, prosedur eksperimen, data pengamatan serta pertanyaan dan kesimpulan untuk bahan diskusi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 19
2.1.3 Modul 2.1.3.1 Pengertian modul Istilah modul dipinjam dari dunia teknologi. Modul adalah alat ukur yang lengkap. Abdul Majid (2008) dalam buku “Pengembangan Bahan Ajar Tematik” Prastowo (2014) menyatakan bahwa modul adalah sebuah buku yang ditulis dengan tujuan agar siswa dapat belajar secara mandiri tanpa atau dengan bimbingan guru. Jika guru mempunyai fungsi menjelaskan sesuatu maka modul harus mampu menjelaskan sesuatu dengan bahasa yang mudah diterima siswa sesuai dengan tingkat pengetahuan dan usianya. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia juga ditemukan pengertian yang hampir sama bahwa modul adalah kegiatan program belajar mengajar yang dapat dipelajari oleh siswa dengan bantuan yang minimal dari guru, meliputi: perencanaan tujuan yang akan dicapai secara jelas, penyediaan materi pelajaran, alat yang dibutuhkan, serta alat untuk penilaiaan, dan mengukur keberhasilan siswa dalam penyelesaiaan pelajaran. Sukiman (2012) juga menjelaskan bahwa modul dapat dipandang sebagai paket program yang disususn dalam bentuk satuan tertentu guna keperluan pembelajaran. Dari beberapa penjelasan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa modul adalah sumber belajar yang dapat digunakan oleh siswa dan guru untuk mempermudah dalam proses pembelajaran. 2.1.3.2 Fungsi, Tujuan, dan Kegunaan Modul Modul memiliki arti penting dalam pembelajaran. Sebagai salah satu jenis bahan ajar catak, modul memiliki setidak-tidaknya empat fungsi sebagai berikut (Prastowo, 2014: 210-211): pertama, bahan ajar mandiri, artinya modul
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 20
membantu meningkatkan kemampuan siswa untuk belajar sendiri tanpa tergantung kepada kehadiran pendidik (guru). Kedua, pengganti fungsi pendidik, maksudnya modul sebagai bahan ajar yang harus mampu menjelaskan materi pembelajaran dengan baik dan mudah dipahami oleh siswa sesuai dengan tingkat pengetahuan dan usiannya. Ketiga, sebagai alat evaluasi, maksudnya dengan modul siswa dituntut dapat mengukur dan menilai sendiri tingkat penguasaannya terhadap materi yang telah dipelajari. Keempat, sebagai bahan rujukan bagi siswa, maksudnya karena modul mengandung berbagai materi yang harus dipelajari siswa, maka modul juga memiliki fungsi sebagai bahan rujukan bagi siswa. Penyusunan atau pembuatan modul dalam kegiatan pembelajaran mempunyai lima tujuan, sebagai berikut: pertama, agar siswa dapat belajar secara mandiri tanpa, atau, dengan bimbingan pendidik (guru). Kedua, agar peran pendidik tidak terlalu dominan dan otoriter dalam kegiatan pembelajaran. Ketiga, melatih kejujuran siswa. Keempat, mengakomodasi berbagai tingkat dan kecepatan belajar siswa. Kelima, agar siswa mampu mengukur sendiri tingkat penguasaan materi yang telah dipelajari. Modul memiliki empat macam kegunaan dalam proses pembelajaran seperti yang diungkapkan Andriani dan Andi Prastowo, yaitu: pertama, modul sebagai penyedia informasi dasar. Kedua, modul sebagai bahan instruksi atau petunjuk bagi siswa. Ketiga, modul sebagai bahan pelengkap dengan ilustrasi dan foto yang komunikatif. Keempat, modul bisa menjadi petunjuk mengajar yang efektif bagi pendidik dan menjadi bahan untuk berlatih siswa dalam melakukan penilaian sendiri (self-assesment).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 21
2.1.3.3 Karakteristik Modul Untuk menghasilkan modul yang mampu meningkatkan motivasi penggunanya,
modul
harus
mencakup
beberapa
karakteristik
tertentu.
Karakteristik untuk pengembangan modul antara lain sebagai berikut: pertama, self instructional. Melalui modul, siswa mampu belajar mandiri dan tidak tergantung pada pihak lain. Kedua, self contained. Seluruh materi pembelajaran dari satu unit standar kompetensi dasar yang dipelajari terdapat dalam satu modul secara untuh. Ketiga, stand alone. Modul yang dikembangkan tidak tergantung pada media lain atau tidak harus digunakan bersama-sama dengan media lain. Keempat, adaptive. Modul hendaknya memiliki daya adaptasi tinggi terhadap perkembangan ilmu dan teknologi. Kelima, user friendly. Modul hendaknya mudah digunakan oleh peserta didik. Penggunaan bahasa yang sederhana, mudah dimengerti, intruksi dan informasi yang diberikan bersifat mempermudah peserta didik (Sukiman, 2012: 133-135). Berdasarkan kelima karakteristik modul tersebut dapat disimpulakan bahwa materi atau kegiatan dalam modul harus menggunakan bahasa yang mudah dimengerti siswa, sesuai dengan pemahaman siswa dan dapat membuat siswa lebih mandiri. 2.1.3.4 Prinsip Modul Tomlinson (2005) menyampaikan bahwa yang dimaksud dengan pengembangan materi adalah pengembangan terhadap bahan-bahan apapun yang dapat digunakan untuk membantu pelaksanaan pembelajaran. Bahan ajar tersebut dapat berbentuk seperti buku teks, buku kerja (LKS), kaset, CD-ROM, DVD, video, handout, dan dari internet. Pengembangan bahan ajar perlu memenuhi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 22
setidaknya 16 prinsip sesuai yang diringkas oleh Tomlinson. Peneliti kemudian menentukan (11) prinsip dari enem belas (16) prinsip yang diyakini relevan dengan penelitian ini. Penelitian
ini
mengupayakan
tercapainya
ke
sebelas
prinsisp
pengembangan bahan ajar menurut Tomlinson (2005: 1-24). Prinsip yang pertama yaitu materi harus mencapai dampak. Dampak tercapai ketika materi memiliki efek yang nyata pada peserta didik, yaitu peserta didik memiliki rasa ingin tahu, minat dan tertatik terhadap materi. Pengaruh dapat tercapai ketika materi itu dipegang dan dibaca oleh siswa. Siswa pun akan memperoleh kesempatan untuk menerima informasi yang dihadirkan dalam suatu materi yang nantinya akan diproses sebagai bentuk kegiatan berpikir. Prinsip kedua yaitu materi harus membantu peserta didik untuk merasa nyaman. Materi dapat membantu pembelajar untuk merasakan kenyamanan jika setidaknya terdapat beberapa kriteria antara lain berisikan teks dan ilustrai/gambar, bahasa yang digunakan mudah dipahami oleh pembelajar, dan berisikan contoh-contoh atau petunjuk. Prinsip yang ketiga yaitu materi harus membantu siswa untuk mengembangkan kepercayaan diri. Pembelajar dapat dengan lebih mudah mengembangkan kepercayaan diri mereka jika materi yang diterima tidak terlalu rumit akan tetapi materi tersebut tetap dapat berpotensi untuk mengembangkan kemampuan mereka. Materi yang diajarkan harus relevan dan berguna bagi siswa sehinggan dapat memenuhi prinsip yang keempat. Materi yang diberikan sebaiknya disesuaikan dengan latar belakang tingkat kemampuan kognitif, afektif, psikomotorik, sosial dan ekonomi pembelajar. Materi juga diharapkan dapat berguna bagi kehidupan pembelajar sehari-hari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 23
Prinsip yang kelima yaitu materi semestinya diperlukan dan memfasilitasi peserta didik dalam belajar. Materi yang dikembangkan terdapat bagian-bagian yang dapat memfasilitasi siswa dalam belajar, misalnya materi, gambar dan kegiatan eksperimen. Materi sebaiknya juga memberikan pencerahan bagi pembelajar dengan menghadirkan petunjuk atau nasihat kegiatan sehingga memudahkan pembelajar memahaminya sesuai dengan prinsip yang keenam. Prinsip yang ketujuh yaitu materi menyediakan kesempatan untuk siswa berkomunikasi dengan aktif tanpa dikendalikah oleh guru sehingga siswa diberi kebebasan untuk berkomunikasi. Prinsip kedelapan yaitu, materi harus memperhatikan gaya belajar yang bebeda dalam diri masing-masing siswa. Tidak semua siswa memiliki gaya belajar yang sama. Materi sebaiknya mengupayakan untuk menyediakan bentuk-bentuk kegiatan yang mengupayakan kegiatan visual (belajar dengan cara melihat), auditori (belajar dengan cara mendengar), dan kinestetik (belajar dengan cara bergerak, bekerja dan menyentuh). Materi juga diharapkan dapat memenuhi prinsip kesembilan yaitu memperhatikan sikap afektif yang berbeda dalam diri masing-masing siswa, oleh karena itu sebaiknya materi dapat menyediakan kegiatan secara individual atau pun kelompok. Prinsip yang kesepuluh yaitu .materi dapat membantu pembelajar mengembangkan kemampuan berpikir, pengelolaan emosi, estetika seni, dan menyediakan kegiatan yang melatih otak kanan dan kiri pembelajar. Materi juga sebaiknya dapat mendorong siswa untuk memberikan respon positif atas informasi/kegiatan yang sudah diterima pembelajar sesuiai dengan prinsip yang kesebelas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 24
2.1.4 IPA 2.1.4.1 Hakikat IPA Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) memegang peranan sangat penting dalam kehidupan manusia. Hal ini disebabkan karena kehidupan kita sangat tergantung dari alam, zat terkandung di alam, dan segala jenis gejala yang terjadi di alam. Menurut Wisudawati (2012: 22) IPA merupakan rumpun ilmu, memiliki karakteristik khusus yang mempelajari fenomena alam yang fakta (factual), baik berupa kenyataan (reality), atau kejadian (events) dan hubungan sebab-akibatnya. Dalam pembelajarannya, IPA akan membahas tentang hubungan yang terjadi pada fenomena yang terjadi dan sebab akibatnya pada manusia. IPA merupakan ilmu yang pada awalnya diperoleh dan dikembangkan berdasarkan percobaan (induktif) namun pada perkembangan selanjutnya IPA juga diperoleh dan dikembangkan berdasarkan teori (deduktif). Ada dua hal yang berkaitan yang tidak terpisahkan dengan IPA, yaitu IPA sebagai produk, pengetahuan IPA yang berupa pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif, dan IPA sebagai proses, yaitu kerja ilmiah (Wisudawati, 2014:22). Samatowa (2011: 3) ilmu pengetahuan alam merupakan terjemahan katakata dalam bahasa inggris yaitu natural science, artinya ilmu pengetahuan alam (IPA). Berhubuangan dengan alam atau bersangkut paut dengan alam, science artinya ilmu pengetahuan. Jadi ilmu pengetahuan alam (IPA) atau science dapat disebut sebagai ilmu tentang alam. Ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam. Hal ini
selaras dengan pendapat Trianto (2007) yang
menyatakan bahwa IPA berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengatahuan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 25
berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar. Proses pembelajaran IPA menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam secara ilmiah. Jadi, pendidikan IPA diarahkan untuk dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebh mendalam tentang alam sekitar. 2.1.4.2 Pendidikan IPA SD IPA sebagai disiplin ilmu dan penerapanya dalam masyarakat membuat pendidikan IPA menjadi penting. Melalui pendidikan IPA siswa diajak untuk lebih mengembangankan kemampuan kognitif dan melatih keterampilanketerampilan yang dimiliknya (Samatowa, 2010: 5). Proses pembelajaran IPA lebih menitik beratkan dengan malakukan percobaan-percobaan dan penelitian. Hal ini terjadi ketika belajar IPA mampu meningkatkan proses berpikir siswa dan mengajak siswa mengurangi kebiasaan yang bersifat hapalan belaka. Dengan demikian, proses pembelajaran IPA lebih mengutamakan penelitian dan pemecahan masalah. Proses pembelajaran IPA seperti ini akan melatih anak untuk berpikir kritis dan objektif. Pengetahuan yang benar artinya pengetahuan yang dibenarkan mnurut tolak ukur kebenaran ilmu, yaitu rasional dan objektif. Rasional artinya masuk akal dan logis, diterima oleh akal sehat, objektif artinya sesuai objeknya, sesuai dengan kenyataan atau sesuai dengan pengalaman pengamatan melalui panca indera.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 26
Paolo dan Marten (dalam Samatowa, 2006: 12) mendefinisikan bahwa pembelajaran IPA di Sekolah Dasar yaitu sebagai berikut: mengamati apa yang terjadi, mencoba memahami apa yang diamati, mempergunakan pengetahuan baru untuk meramalkan apa yang akan terjadi, menguji bahwa ramalan-ramalan itu benar. Tujuan pembelajaran IPA di Sekolah Dasar yaitu siswa diharapkan mampu berpikir secara kritis dan ilmiah serta mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Permendiknas no 22 tahun 2006 menyebutkan bahwa ruang lingkup pembelajaran IPA tentang standar isi meliputi aspek-aspek sebagai berikut a) makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, dan tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan serta kesehatan, b) benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi cair, padat dan gas, c) energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet dan listrik, d) bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya dan benda-benda langit lainnya. Dari ruang lingkup tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPA mencakup semua benda yang ada di alam semesta. 2.1.5 Paradigma Pedagogi Reflektif 2.1.5.1 Pengertian Paradigma Pedagogi Reflektif PPR
merupakan
polapikir
(paradigma
≈
polapikir)
dalam
menumbuhkembangkan pribadi siswa menjadi kristiani/kemanusiaan (padagogi reflektif ≈ pendidikan kristiani/kemanusiaan). Pada polapikir PPR siswa diberi pengalaman akan suatu nilai kemanusiaan, kemudian siswa difasilitasi dengan pertanyaan agar merefleksikan pengalaman tersebut, dan berikutnya difasilitasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 27
dengan pertanyaan aksi agar siswa membuat niat dan berbuat sesuai dengan nilai tersebut (Tim PPR kanisius, 2008: 39). Pembelajaran berpola PPR adalah pembelajaran yang mengintegrasikan pembelajaran bidang studi dengan pengembangan nilai-nilai kemunasiaan.. Pembelajaran bidang studi disesuaikan dengan konteks siswa. Sedangkan pengembangan
nilai-nilai
kemanusiaan
ditumbuhkan
melalui
dinamika
pengalaman, refleksi, dan aksi. Proses pembelajaran ini dikawal dengan evaluasi (Tim PPR Kanisius, 2008: 51). Berdasarkan teori dapat disimpulkan bahwa Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) merupakan pola pikir yang dipercaya mampu menumbuhkembangkan nilainilai kemanusiaan dalam diri siswa. 2.1.5.2 Tujuan Paradigma Pedagogi Reflektif Tujuan pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif PPR adalah untuk meningkatkan kemampuan dalam menanggapi berbagai hal yang terjadi di sekitar secara kritis dalam upaya untuk semakin memperdalam pemahaman akan pembelajaran yang telah diterima di sekolah dan lingkungan sosial mereka, sehingga kelak akan mengasilkan lulusan yang handal dan cakap dalam mengatasi permasalahan yang ada di kehidupan sosialnya (Subagya, 2010: 22-25). Tujuan dari pembelajaran PPR terwujud dalam 3 unsur yang ada pada tujuan pembelajaran. Ketiga unsur tersebut adalah competence, conscience, dan compassion. Competence merupakan kemampuan secara kognitif atau intelektual, conscience ialah kemampuan afektif dalam menentukan pilihan-pilihan yang dapat dipertanggungjawabkan secara moral, sedangkan compassion adalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 28
kemampuan dalam psikomotor yang berupa tindakan konkret maupun batin disertai sikap bela rasa bagi sesama (Subagya, 2010: 23-24). 2.1.5.3 Langkah-Langkah Penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif Penerapan paradima pedagogi reflektif dalam pembelajaran melalui sebuah siklus yang terdiri atas 5 unsur-unsur pokok. Unsur-unsur pokok tersebut yaitu: konteks (centext), pengalaman (experience), refleksi (reflection), aksi (action), dan evaluasi (evaluation) (P3MP, 2008: 8). Berikut ini penjabaran tentang unsur-unsur pokok pada siklus pembelajaran PPR. 1. Konteks Konteks merupakan proses dalam siklus PPR yang dilakukan oleh oleh guru yang didukung oleh keterbukaan diri dari siswa. Dalam proses ini siswa diajak untuk mencermati konteks-konteks kehidupan yang terjadi dan ada pada diri siswa. Konteks tersbut dapat diambil dari konteks nyata dari kehidupan pelajar, konteks sosio-ekonomi, politis, dan kebudayaa, suasana kelembagaan sekolah atau pusat belajar dan pengertian-pengertian yang dibawa seseorang pelajar ketika memulai proses belajar. Guru berperan sebagai penggali konteks kehidupan yang ada dalam diri siswa dan kemudian akan diamati sejauh mana pecapaian siswa akan perkembangan pribadi yang utuh pada materi yang akan dipelajarinya atau diajarkan (Subagya, 2010:43). 2. Pengalaman Pengalaman sangat penting dalam proses PPR. Tanpa pengalaman dalam pembelajaran maka siswa tidak akan dapat mendalami bahan dan memetik makna yang mendalam dari bahan yang dipelajari. Pengalaman merupakan suatu kejadian yang sungguh terjadi, dilakukan, dialami, dihidupi, yang dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 29
menyentuh pikiran, hati, kehendak, perasaan, maupun hasrat siswa (Suparno, 2015, 28). Pengalaman dalam pembelajaran dapat dibedakan menjadi dua yaitu, pengalaman langsung dan pengalaman tidak langsung. Pengalaman langsung adalah pengalaman yang sungguh dialami oleh siswa sendiri, sehingga seluruh diri terlibat misalnya, pengalaman dalam praktikum, diskusi dan pengamatan. Pengalaman tidak langsung adalah pengalaman yang diperoleh siswa yang bukan dari pengalaman dirinya sendiri seperti pengalaman mendengarkan, melihat, dan membaca (Subagya, 2010: 52). 3. Refleksi Langkah yang sangat penting dalam dinamika PPR adalah refleksi. Dalam tahap refleksi, siswa dibantu untuk menggali pengalaman mereka sedalamdalamnya dan seluas-luasnya, dan mengambil makna bagi hidupnya, bagi orang lain, dan bagi masyarakat. Refleksi merupakan proses mempertimbangkan dengan seksama menggunakan daya ingat, pemahaman, imajinasi, pengalaman dan ideide atau tujuan-tujuan yang diinginkan. Refleksi menjadi sarana dalam menghubungkan antara pengalaman yang telah diperoleh siswa dalam kegitan pembelajaran dengan tindakan yang akan siswa lakukan. Dengan berefleksi siswa diharapkan mampu memaknai proses pembelajaran, menangkap nilai-nilai positif yang ada dalam pembelajaran yang telah dilakukan dan mengalamu perubahan pribadi yang lebih baik yang dapat mempengaruhi lingkungan sekitar. 4. Aksi Aksi adalah tindakan yang dilakukan siswa setelah
merefleksikan
pengalaman belajar mereka. Secara nyata aksi dapat berupa dua hal yaitu: sikap diri yang berubah lebih baik dan tindakan nyata keluar yang dapat dilihat dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 30
dirasakan orang lain (Suparno, 2015: 37). Aksi yang sering terjadi adalah siswa mengalami perubahan sikap, menjadi lebih baik dan bersemangat maju. Lewat refleksi dan pengalaman, siswa semakin merasa hidupnya bermakna. Mereka semakin memperbaiki diri, semakin menjadi pribadi yang lebih baik dan menjadi pribadi yang utuh. Tindakan aksi kedua, adalah sampai pada tindakan keluar yang nyata, yang dirasakan orang lain. Misalnya, saat siswa belajar tentang energi, siswa akan sampai pada kesadaran untuk menghemat energi dengan menggunakan energi dengan sewajarnya. Disinilah pentingnnya peran guru dalam memberikan atau menyediakan pengalaman dan menantang siswa sendiri untuk mengalami kejadian, pengalaman, pendalaman, yang dapat menantang pikiran, hari, kehendak, dan tindakan mereka. 5. Evaluasi Sebagai suatu proses pendidikan, agar dapat terus dikembangkan, diperlukan evaluasi. Evaluasi dimaksudkan untuk melihat secara keseluruhan bagaimana seluruh proses PPR itu terjadi dan berkembang (Suparno, 2015: 40). Seluruh
proses yang berdasar atas tujuan dari pendidikan PPR, yaitu untuk
membentuk manusia yang memiliki kepribadian utuh, kompeten secara kognitif atau intelektual, bersedia untuk makin berkembang, memiliki sikap religious, penuh kasih, dan memiliki tekad untuk berbuat adil dalam pelayanan yang tulus pada sesama umat Allah. Pencapaian tujuan tersebut dilakukan melalui evaluasi yang mendalam pada aspek-aspek pengetahuan, prioritas, perkembangan sikap, dan tindakan-tindakan nyata yang dilakukan siswa (Subagya, 2010: 63-64).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 31
2.1.6 Pendidikan Emansipatoris Pendidikan
Emansipatoris
merupakan
pendidikan
yang
mampu
memberdayakan dan memberi pencerahan pada siswa (Mangunsong, 2005: 15). Winarti (2015: 53) dalam buku yang berjudul “Manusia Pembelajar di Dunia Tarik Ulur” Giroux (2011) bahwa pendidikan emansipatoris yang pergerakannya menekankan perwujudan masyarakat yang adil dan demokratis. Melalui pendidikan emansipatoris, yaitu pendidikan yang mampu memberi pencerahan, menyantuni dan memberdayakan peserta didik sebagai subyek dalam kegiatan belajar (Darmaningtyas, 2005: 66). Dalam hal ini pendidikan emansipatoris menempatkan guru dan siswa keduanya adalah pembelajar, yang artinya adanya hubungan timbal balik antara guru dan siswa karena proses belajar mengajar akan efektif jika terjadi dialog diantara keduanya, maka pemahaman dan pengalaman akan realitas dari kedua pihak akan berkembang, apabila masing-masing pihak menghargai pihak lainnya. Dalam buku yang berjudul Mencapai Perkembangan Manusia yang Utuh melalui Pendidikan Emansipatoris (2005: 74), Darmaningtyas mengemukakan bahwa, pendidikan di Indonesia merupakan antagonis terhadap pendagogis emansipatoris karena pendekatannya top-down, sistemnya militeristik, dan menggunakan metode anjing supaya para murid setia dan tunduk. Pendidikan mestinya mengembangkan bakat siswa, menghormati kepribadian unik murid, merangsang daya cipta, tanggung jawab, otonomi, dan kesadaran moral. Salah satu strategi untuk mengobarkan semangat pedagogi emansipatoris adalah dengan terus menerus melakukan kontekstualisasi kegiatan belajar di kelas. Guru mesti menghayati betul dan berusaha menjadi preseden bagi murid perihal apa yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 32
disebut belajar sepanjang hayat (on going formation dan long life education). Guru mesti berusaha mengajar sekaligus melakoni belajar. Dalam pendidikan emansipatoris, baik guru maupun siswa keduanya adalah pembelajar (Winarti dan Anggadewi, 2015:54). Jadi dalam proses pembelajaran siswa dan guru akan menjadi seperti teman belajar, walaupun keduanya memiliki tugas dan tanggung jawab masing-maing yang berbeda. Sebagai manusia pembelajar guru dan murid bersama-sama membangun dan mengembangkan kemampuannya untuk mengerti secara kritis dirinya sendiri dan dunianya. Dalam pendidikan emansipatoris memiliki kata kunci yang selalu bekaitan dalam mewujudkan pendidikan ini. Ada tiga kata kunci pada model pendidikan emansipatoris, yaitu humanisasi, kesadaran kritis, dan mempertanyakan sistem. 2.1.6.1 Humanisasi Dalam buku yang berjudul
Manusia Pembelajar di Dunia Tarik Ulur
(2015: 289-290), (Abidin, 2006) mengatakan bahwa humanisme dalam arti filsafat diarttikan sebagai paham filsafat yang menjunjung tinggi nilai dan martabat manusia sedemikian rupa sehingga manusia menempati posisi yang sentral dan penting dalam hidup sehari-hari. Pendidikan humanis berfokus pada cara menjalin komunikasi dan relasi personal antarpribadi dengan pribadi dan antarpribadi dengan kelompok di dalam komunitas pendidikan. Humanisme harus dipahami sebagai suatu keyakinan etis yang sesuai, yaitu suatu keyakinan bahwa setiap orang harus dihormati sebagai manusia dalam arti yang sepenuhnya (Budiningsih, 2010: 4). Humanisme juga diartikan sebagai solidaritas terhadap orang lain, tanpa memandang sekat-sekat primordial dan sosialnya. Ini berarti humanisme tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 33
terikat pada batas-batas ideologi agama, dan legitimas teoritis lain (Magis-Suseno, 2001). Dari beberapa pendapat tersebut maka, teori pendidikan humanisasi memungkinkan konsep belajar disusun dengan menitiberatkan pada sisi perkembangan kepribadian manusia, berfokus pada potensi manusia untuk mencari dan menemukan kemampuan yang dimiliki, serta mengembangkan kemampuan tersebut. Karenanya, pembelajaran dengan asas humanisasi pendidikan membuka ruang akan proses dilatih dan terarahnya kemampuan seseorang, kebebasan yang dimiliki sebagi manusia, menyadari konteks hidupnya, memahami posisi dirinya, dan belajar menjawab tuntutan etis yang hadir di depan matanya sebagai perwujudan perkembangan intelektual yang tanggap realitas. Teori humanisme pendidikan banyak mengadopsi prinsip-prinsip progresif dan mendapat stimulus dari eksistensialisme, yang mencakup keberpusatan pada anak, peran guru yang tidak otoritatif, pemfokusan pada subjek didik yang terlibat aktif, dan sisi-sisi pendidikan yang kooperatif dan demokrasi. Selain itu, teori belajar humanistik sifatnya mementingkan isi pembelajaran yang sambung terhadap keadaan pembelajar daripada terpaku pada langkah baku yang alergi perunahan dan situasi.
Humanisasi adalah pendidikan yang memanusiakan
manusia yang artinya semakin mengasah akal budi manusia dan mendidik hati nurani (Priyatma dan Mudayen, 2015). 2.1.6.2 Kesadaran Kritis Dalam buku Rahmat Hidayat yang berjudul Pedagogi kritis: Sejarah, Perkembangan dan Pemikiran (2013:7), Monchinski (2011) mengatakan bahwa pedagogi kritis merupakan pendekatan pembelajaran yang berupaya membantu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 34
murid mempertanyakan dan menantang dominasi serta keyakinan dan praktikpraktik yang mendominasi. Dalam buku yang sama Vavrus (2007) Pedagogi kritis menawarkan cara untuk melihat pengajaran dan pembelajaran yang dapat membawa konsep kunci seperti ideologi, hegemoni, resitensi, kekuasaan, konstruksi pengetahuan, kelas, politik budaya, politik budaya, dan emansipatoris tindakan. Pedagogi kritis berfokus pada isu-isu yang berkaitan dengan kesempatan, suara dan wacana dominan pendidikan dan mencari pengalaman pendidikan yang lebih adil dan membebaskan. Dalam prespektif kritis, pembelajaran harus mampu menciptakan ruang untuk mengidentifikasi dan menganalisis secara bebas kritis untuk transformasi sosial. Dengan kata lain tugas utama pembelajaran adalah „memanusiakan‟ kembali manusia yang mengalami dehumanisasi karena sistem dan struktur yang tidak adil. Paradigma kritis dalam pembelajaran, bertujuan melatih siswa untuk mampu mengidentifikasi „ketidakadilan‟ dalam sistem dan struktur yang ada, kemudian mampu melakukan analisis bagaimana sistem dan struktur itu bekerja, serta bagaimana mentransformasikannya. Tugas pembelajar dalam paradigma kritis adalah menciptakan ruang dan keselamatan agar peserta didik terlibat dalam suatu proses penciptaan struktur yang secara fundamental baru dan lebih baik. Agar mampu membangun kesadaran kritis maka proses pembelajaran, harus mencerdaskan sekaligus bersifat membebaskan pesertanya untuk menjadi pelaku (subyek) utama, bukan sasaran pelaku (obyek), dari proses tersebut. Ciriciri pokok dari pembelajaran yang demikian itu adalah; 1) Belajar dari pengalaman, artinya belajar dari keadaan nyata masyarakat atau pengalam seseorang atau sekelompok orang yang terlibat dalam keadaan nyata tersebut. 2)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 35
Tidak mengurai, karena tak ada “guru” dan tak ada “siswa yang digurui”, semua orang yang terlibat dalam proser pembelajaran ini adalah “guru sekaligus siswa” pada saat yang bersamaan. 3) Dialogis, proses pembelajaran yang berlangsung bukan lagi proses “mengajar-belajar”, tetapi proses “komunikasi” dalam berbagai bentuk kegiatan dan penggunaan media yang lebih memungkinkan terjadinya dialog kritis antar semua orang yang terlibat dalam proses pembelajaran (Haryanto, 2011). 2.1.6.3 Mempertanyakan Sistem Guru dan siawa keduanya adalah pembelajar. Ketika terjadi dialog antara keduanya, maka pemahaman dan pengalaman akan relitas dari kedua belah pihak pun berkembang (Winarti dan Anggadewi, 2015:54). Pada saat dialog berlangsung, terjadi pula transformasi pengetahuan yang sebenarnya bersifat politis. Dialog dalam hal ini adalah suatu percakapan yang dilakukan oleh guru dan siswa yang menghasilkan suatu kesimpulan yang baru, lebih baik dan sesuai kehidupan nyata. Dari pemahaman baru tersebut, maka kedua pembelajar akan menjadi teman yang secara bersama-sama memberdayakan satu sama lain. Dialog yang nyata dalam kehidupan sehari-hari pembelajar adalah teman dialog yang biasa diambil dalam pendidikan emansipatoris. 2.1.7 Energi Listrik Energi listrik merupakan bentuk energi yang sangat dibutuhkan umat manusia dalam berbagai bidang kehidupan yang serba teknologi (Damanik, 2011). Energi listrik adalah salah satu bentuk energi yang sangat penting dan menjadi kategori kebutuhan pokok yang tidak bisa dipisahkan bagi kehidupan umat manusia di era globalisasi ini selain makanan dan pakaian. Hal ini terjadi karena
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 36
hampir semua kebutuhan manusia yang berkaitan dengan peralatan menggunakan listrik sebagai energinya. Sebut saja kipas angin, televisi, mesin cuci, bahkan pengaduk adonan kue. Secara garis besar, energi listrik dapat diartikan sebagai salah satu faktor terpenting bagi kehidupan manusia sebab tak sedikit sekali peralatan yang biasa kita gunakan menggunakan listrik sebagai sumber energinya. Oleh sebab itu, untuk mencegah penggunaan energi listrik secara berlebihnya, perlu adanya tindakan menghemat energi listrik. Menghemat energi listrik adalah usaha yang dilakukan untuk mengurangi besarnya penggunaan energi listrik. Dari besarnya penggunaan energi listrik, maka tidaklah mengherankan jika berbagai bentuk energi yang ada diubah menjadi bentuk energi listrik agar dapat memenuhi kebutuhan yang selalu bertambah ragam dan kuantitasnya akibat kemajuan industri dan jumlah penduduk yang terus bertambah. Energi listrik dapat dihasilkan dari energi lain. Sumber energi yang bisa menghasilkan listrik, yaitu nuklir, minyak, angin, tenaga gelombang, batu bara, matahari dan air. Terdapat juga beberapa alat yang dapat menghasilkan sumber energi listrik yaitu Perusahaan Listrik Negara (PLN), accu/aki, baterai kering, adaptor. Sampai sekarang juga banyak ditemukan alternatif lain yang dapat menghasilkan energi listik salah satunya adalah buah. 2.1 Penelitian yang Relevan Penelitian yang relevan dibagi dalam dua penelitian yang berhubungan dengan perangkat serta modul pembelajaran dan Paradigma Pedagogi Refelektif (PPR).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 37
2.2.1
Penelitian
yang
berhubungan
dengan
perangkat
dan
modul
pembelajaran Berikut ini adalah penelitian yang relevan yang telah dilakukan peneliti sebelumnya. Istanti (2012) dalam penelitianya yang berjudul “Pengembangan Modul Imu Pengetahuan Alam Bagi Siswa Kelas IV Sekolah Dasar”. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan modul pembelajaran IPA tentang “Perubahan Kenampakan Bumi dan Benda Langit” yang layak bagi siswa kelas IV Sekolah Dasar. Penelitian pengembangan ini mengadaptasi dan memodifikasi langkahlangkah penelitian dan pengembangan Borgand Gall. Teknik dan pengumpulan data mengggunakan wawancara, observasi, dokumentasi, dan angket. Analisis data menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan penilaian dari ahli materi dengan rata-rata skor 4,32 dengan kriteria sangat baik dan penilaian dari ahli media mendapatkan hasil rerata 4,71 dengan kriteria sangat baik. Hasil penilaian pada uji coba lapangan awal mendapatkan persentase 92,59% dengan kriteria layak dan hasil uji coba lapangan diperoleh persentase 98,89% dengan kriteria layak. Sehingga secara keseluruhan modul IPA materi Perubahan Kenampakan Bumi dan Benda Langit layak digunakan sebagai bahan ajar yang dapat digunakan secara mandiri oleh siswa. Rahayu (2015) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengembangan Modul IPA Terpadu Berbasis Etnosains Tema Energi Dalam Menanamkan Jiwa Konservasi
Siswa”.
Penelitian
menggunakan
rancangan
penelitian
dan
pengembangan R&D (Research and Development). Data penelitian yang didapatkan dianalisi secara deskriptif persentase. Hasil uji kelayakan modul IPA
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 38
terpadu tahap I untuk keseluruhan penilaian pakar dinilai positif dan lolos validasi tahap I. Hasil validasi tahap II oleh pakar isi sebesar 85%, oleh pakar bahasa sebesar 82,5%, dan oleh pakar penyajian sebesar 90%. Berdasarkan hasil analisis hasil belajar, ketuntasan klasikal hasil pre test saat implementasi modul yang dikembangkan sebanyak 4 siswa dari 34 siswa sedangkan ketuntasan klasikal hasil post test sebanyak 30 siswa dari 34 siswa dengan nilai gain sebesar 0,58 denga kriteria sedang. Hasil ini menunjukkan bahwa modul IPA terpadu yang dikembangkan efektif untuk digunakan dalam pembelajaran IPA. Hasil observasi dan angket, tingkat karakter siswa berada pada tingkat mulai berkembang. Widiyatmoko (2013) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengembangan Perangkat Pembelajaran IPA Terpadu Berkarakter Menggunakan Pendekatan Humanistik Berbantu Alat Peraga Murah”. Rancangan penelitian ini merupakan penelitian Research and Development (R & D). Perangkat yang dikembangkan dalam penelitian ini meliputi: (1) silabus, (2) RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran), (3) Alat Peraga Murah, (4) lembar kerja siswa, dan (5) tes prestasi belajar.Tujuan dari penelitian adalah menghasilkan perangkat pembelajaran IPA terpadu yang dapat memfasilitasi siswa untuk mengembangkan kemampuan yang dimiliki secara menyeluruh. Dari hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa pengembangan perangkat pembelajaran IPA terpadu berkarakter menggunakan pendekatan humanistik berbantu alat peraga murah di sekolah menengah berupa silabus, RPP, alat peraga, LKS, dan modul yang dihasilkan melalui alur Four-D model, yaitu definition (pendefinisian), design (perancangan), development (pengembangan) dan disseminate (penyebaran) yang telah melalui tahap validasi dan revisi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 39
2.2.2 Penelitian yang berhubungan dengan Paradigma Pedagogi Refelektif (PPR) Sakti (2014) dalam penelitiannya yang berjudul “Penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif Pada Mata Pelajaran Pkn Dalam Meningkatkan Kesadaran Siswa Akan Nilai Demokrasi Kelas V SD Negeri Sarikaya”. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran akan nilai demokrasi dalam bidang studu PKn pada menghargai keputusan bersama dengan model PPR. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas V SDN Sarikarya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa PKn dengan menggunakan model PPR dapat meningkatkan kesadarn akan nila demokrasi. Susanti (2013) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Implementasi Model Pembelajaran Paradigm Pedagogi Reflektif (PPR) Berdasarkan Unsur Competence-Conscience-Compassion Siswa”. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hasil implementasi model pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) dalam memfasilitasi penguasaan konsep IPA dan CompetenceConscience-Compassion (3C) siswa di SD Kanisius Wirobrajan 1 Yogyakarta. Subyek penelitian dalam penelitian ini adalah 32 orang yang terdiri dari Direktur Yayasan Kanisius Cabang Yogyakarta, pengawas TK/SD Yayasan Kanisius Cabang Yogyakarta, kepala SD, guru kelas V, dan 28 siswa kelas V SD Kanisius Wirobrajan 1 Yogyakarta.Penelitian ini merupakan studi kasus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil implementasi dapat memfasilitasi penguasaan konsep IPA dan unsur 3C siswa. Rekomendasi penelitian yakni: perlunya upaya peningkatan kapasitas guru melalui pelatihan dan perlunya penyusunan instrumen yang lebih detail untuk mengukur unsur 3C.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 40
Widiyanti (2012) melakukan penelitian tentang “Pengaruh Pendidikan Karakter Dengan Pendekatan PPR Dan Motivasi Belajar Terhadap Kepribadian Siswa”. Metode penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas (action research) dengan mengimplementasikan siklus Pedagogi Ignasian yang meliputi konteks, pengalaman, refleksi, aksi, evaluasi. Instrument yang digunakan adalah lembar obsevasi, kuesioner, rubrik, dan lembar refleksi. Jenis penelitian yang dilakukan adalah eksperimen. Penelitian lapangan dilakukan di SMPK St. Yusuf Kota Madiun Propinsi Jawa Timur. Penelitian dilakukan dengan memberikan materi pelajaran yang sama terhadap kelas eksperimen dan kontrol namun pendekatan yang digunakan berbeda. Kelas eksperimen dengan pendekatan PPR dan kelas kontrol dengan pendekatan konvensional.Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Terdapat perbedaan pengaruh pendidikan karakter dengan pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif dan pendekatan konvensional terhadap kepribadian siswa dalam Pendidikan Agama Katolik, (2) Terdapat perbedaan kepribadian dalam Pendidikan Agama Katolik antara siswa yang memiliki motivasi tinggi dan motivasi rendah dalam belajar, (3) Terdapat interaksi pengaruh antara pendidikan karakter dengan pendekatan paradigma pedagogi refleksi dan motivasi belajar terhadap kepribadian siswa dalam Pendidikan Agama Katolik. Berdasarkan enam penelitian di atas, peneliti menemukan relevansi dari penelitian-penelitian tersebut dengan penelitian yang akan dilakukan. Kerangka relevansi penelitian ini dapat dilihat pada literature map yang dijabarkan pada bagan 2.1 berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 41
Desain Diagram Perangkat & modul
PPR
Pengembangan Modul Imu Pengetahuan Alam Bagi Siswa Kelas IV Sekolah Dasar.
Sakti, (2014). Penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif Pada Mata Pelajaran Pkn Dalam Meningkatkan Kesadaran Siswa Akan Nilai Demokrasi Kelas V SD Negeri Sarikaya.
Pengembangan Modul IPA Terpadu Berbasis Etnosains Tema Energi Dalam Menanamkan Jiwa Konservasi Siswa.
Susanti, (2013). Analisis Implementasi Model Pembelajaran Paradigm Pedagogi Reflektif (PPR) Berdasarkan Unsur Competence-ConscienceCompassion Siswa.
Widitaymoko, (2013). Pengembangan Perangkat Pembelajaran IPA Terpadu Berkarakter Menggunakan Pendekatan Humanistik Berbantu Alat Peraga Murah.
Widiyanti, (2012). Pengaruh Pendidikan Karakter Dengan Pendekatan PPR Dan Motivasi Belajar Terhadap Kepribadian Siswa.
Istanti,
Rahayu,
(2012).
(2015).
Pengembangan Perangkat Dan Modul Pembelajaran Menghemat Energi Listrik Berdasarkan Pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif Untuk Siswa kelas III A SDN Petinggen Yogyakarta Bagan 2.1 Penelitian terdahulu yang relevan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 42
2.3 Kerangka Berpikir Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) adalah cara pandang tentang pendidikan di sekolah yang menekankan pada pengintegrasian usaha penumbuhan nilai-nilai
kemanusiaan
dan
pengembangan
kompetensi
siswa
melalui
pelaksanaan. Pendidikan pada saat ini masih dimaknai sebagai jalan menuju sukses finansial, maka sekolah, guru, siswa dan orang tua siswa akan kehilangan kesadaran akan perlunya pembentukan pribadi manusiawi yang cerdas, berhati nurani, berkeadilan, berkepedulian, dan berpersaudaraan. Akibatnya nilai-nilai kemanusiaan yang ditanamkan kepada siswa sangat kurang sehingga berdampak menjadi maraknya aksi kekerasan, ketidakadilan, perusakan lingkungan dan sikap mementingkan
diri
sendiri.
PPR
berpeluang
membantu
siswa
untuk
menumbuhkan nilai-nilai kemanusiaan yang dilakukan dengan membentuk pribadi siswa dengan cara siswa diberi pengalaman akan suatu nilai kemanusiaan, kemudian difasilitsi dengan pertanyaan agar merefleksikan pengalan tersebut, dan berikutnya difasilitasi dengan pertanyaan aksi agar siswa membuat niat dan berbuat dengan nilai tersebut. Melalui dinamika tersebut siswa diharapkan mengalami. Melalui refleksi diharapkan siswa yakin sendiri. Melalui aksi, siswa berbuat dari kemauannya sendiri. Pembentukan kepribadian dilakukan sedemikian rupa sehingga siswa nantinya memiliki komitmen untuk memperjuangkan kehidupan bersama yang lebih adil, bersaudara, bermartabat, melestarikan lingkungan hidup dan lebih menjamin kesejahteraan umum. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tidak terlepas untuk selalu menggunakan energi listrik. Energi listrik adalah salah satu bentuk energi yang sangat penting dan menjadi kategori kebutuhan pokok yang tidak bisa dipisahkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 43
bagi kehidupan umat manusia di era globalisasi ini selain makanan dan pakaian. Hal ini terjadi karena hampir semua kebutuhan manusia yang berkaitan dengan peralatan menggunakan listrik sebagai energinya. Sebut saja kipas angin, televisi, mesin cuci, bahkan pengaduk adonan kue. Secara garis besar, energi listrik dapat diartikan sebagai salah satu faktor terpenting bagi kehidupan manusia sebab tak sedikit sekali peralatan yang biasa kita gunakan menggunakan listrik sebagai sumber energinya. Namun, semakin lama kebutuhan akan energi listrik akan semakin bertambah dan pada kenyataannya sebagian besar siswa tidak tahu dampak dari menggunakan energi listrik secara berlebihan maka siswa masih sering menggunakan energi listrik secara berlebihan yang akan mengakibatkan sumber energi listrik semakin lama akan semakin habis jika digunakan terusmenerus. Dari masalah tersebut, maka pendidik memegang peranan penting sebagai sarana yang dapat membantu memberikan pemahaman kepada anak-anak supaya mereka mengetahui mengethui manfaat dari energi listrik pendidik juga dapat membantu siswa belajar mengenai dampak yang ditimbulkan akibat menggunakan energi lstrik secara berlebihan dan bagaimana cara menghemat energi listrik. Perangkat pembelajaran dapat dijadikan panduan bagi guru untuk dapat merancang pembelajaran yang menarik dan menyenangkan bagi siswa. Selain itu modul pembelajaran juga dapat dijadikan panduan dalam membuat siswa semakin mandiri dan dapat menemukan pengetahuan baru. Dengan demikian anak-anak akan menjadi generasi pembaharu yang akan menekankan demokrasi, kemandirian, keadilan dan sungguh memahami pentingnya pendidikan. Perangkat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 44
dan modul pembelajaran merupakan perwujudan dari tanggungjawab peneliti sebagi warga masyarakat yang ingin memberikan pemahaman tentang pendidikan. Berdasarkan
dari alasan di atas, maka peneliti akan mengembangkan
perangkat dan modul pembelajaran menghemat energi listrik berdasarkan pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif untuk siswa kelas III A SDN Petinggen Yogyakarta. Perangkat dan modul tersebut dapat digunakan guru sebagai pedoman dan sumber belajar dikelas dan akan membantu siswa untuk belajar secara mandiri, serta siswa dapat mengetahui manfaat, dampak penggunaan dan cara menghemat energi listrik. 2.4 Pertanyaan Penelitian Berdasarkan uraian teori diatas, maka dapat dirumuskan beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana
langkah-langkah
atau
prosedur
pengambangan
modul
pembelajaran dengan implementasi pendekatan Peradigma Pedagogi Reflektif khususnya pada mata pelajaran IPA kelas III mengenai materi menghemat energi listrik? 2. Bagaimana kualitas modul pembelajaran yang mengimplementasikan pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif dapat membentuk siswa kelas III memeiliki pemahaman terhadap materi menghemat energi listrik?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III METODE PENELITIAN Bab ini berisi paparan metode penelitian yang meliputi: 1. Jenis Penelitian, 2. Prosedur Pengembangan, 3. Uji coba produk yang terdiri dari (a) Desain Uji Coba, (b) Subjek Uji Coba, (c) Instrumen Penelitian, (d) Teknik Pengumpulan Data, dan (e) Teknik Analisis Data. 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dan pengembangan, yang biasa dikenal dengan penelitan R&D (Research and Development). Research and
Development
adalah
suatu
proses
atau
langkah-langkah
untuk
mengembangkan suatu produk baru atau meyempurnakan produk yang telah ada, yang dapat dipertanggungjawabkan (Sukmadinata, 2008: 164). Terdapat beberapa macam desain metode penelitian dan pengembangan dari beberapa ahli seperti Borg & Gall (1983) dan Dick & Carey (2003). Penelitipun memutusakan untuk menggunakan desain penelitian dan pengembangan menurut Tomlinson. Penelitian ini menggunakan metode pengembangan menurut Tomlinson dekarenakan lebih memfokuskan pada pengembangan materi pembelajaran. Tomlinson (2005) menyampaikan bahwa yang dimaksud dengan pengembangan materi adalah pengembangan terhadap materi-materi apapun yang dapat digunakan untuk membantu pelaksanaan pembelajaran seperti buku teks, buku kerja (LKS), kaset, CD-ROM, DVD, video, handout, dan dari internet. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan suatu produk berupa perangkat dan modul pembelajaran IPA berdasarkan pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) khususnya pada (SK) 5. Menerapkan energi gerak,
45
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 46
Kompetensi Dasar (KD) 5.2 Menerapkan cara menghemat energi dalam kehidupan sehari-hari di kelas III A SD Negeri Petinggen Yogyakarta. Pelaksanaan pengembangan perangkat dan modul pembelajaran disesuaikan dengan lima langkah pengembangan materi menurut Tomlinson. Kelima langkah pengembangan materi ajar menurut Tomlinson (dalam Harsono, 2015), yaitu: yaitu (1) Analisis kebutuhan (need analysis),
(2) Desain (Design), (3)
Implementasi (Implementation), (4) Evaluasi (Evaluation), dan (5) Revisi (Revision). Penyususnan modul pembelajaran yang dikembangkan oleh peneliti juga didasarkan pada 11 prinsip dari 16 prinsip pengambangan materi menurut Tomlinson (2005). Sebelas prinsip pengembangan materi menurut Tomlinson antara lain (1) materi memiliki pengaruh bagi pembelajar, (2) materi membuat pembelajar merasa nyaman, (3) materi mengembangkan kepercayaan diri, (4) materi relevan bagi pembelajar, (5) materi membuat pembelajar tertarik, (6) materi
memberikan
penjelasan,
(7)
materi
menyediakan
kesempatan
berkomunikasi dengan aktif, (8) materi mempertimbangkan gaya belajar siswa yang berbeda, (9) materi memperhatikan sikap afektif yang berbeda, (10) materi memberdayakan kemampuan intelektual, emosional, dan menstimulasi otak kanan dan kiri, dan (11) materi menyediakan terwujudnya feedbeck. Peneliti memilih 11 prinsip dari 16 prinsip pengembangan materi ajar milik Tomlinson beberapa prinsip kurang relevan dengan perangkat dan modul pembelajaran yang peneliti kembangkan karena secara keseluruhan prinsip Tomlinson berfokus untuk mengembangkan materi pada materi Bahasa, sedangkan peneliti berfokus pada materi IPA.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 47
3.2 Setting Penelitian 3.2.1 Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SDN Petinggen Yogyakarta yang beralamat di jalan A.M Sangaji no 61 kelurahan Karangwaru kecamatan Tegalrejo kabupaten Yogyakarta. Peneliti memilih SDN Petinggen Yogyakarta sebagai tempat penelitian, karena di sini masih kurang diajarkan mengenai cara untuk menghemat energi terutama energi listrik. Selain itu, pengajaran mengenai materi IPA masih minim cara mengajar yang menarik dan masing kurangnnya materi ajar yang dapat lebih memebantu siswa memahami materi. Sehingga keadaan tersebut sangat cocok untuk kegiatan penelitian. 3.2.2 Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas III SD. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas III SD Negeri Petinggen Yogyakarta. Siswa yang dipilih berjumlah sembilan anak yang terdiri dari lima siswa putra dan empat siswa putri. Peneliti memilih sembilan siswa tersebut berdasarkan rekomendasi dari guru kelas. 3.2.3 Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah pengembangan Perangkat dan Modul Pembelajaran Menghemat Energi Listrik Berdasarkan Pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) untuk siswa kelas III A SDN Petinggen Yogyakarta tahun ajaran 2016/2017.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 48
3.2.4 Waktu Penelitian Penelitian dan pengembangan ini dilakukan pada bulan Juli 2016 s.d Februari 2017. Secara keseluruahan, penelitian ini berlangsung kurang lebih selama tujuh bulan. 3.3 Prosedur Pengembangan Penelitian ini menggunakan prosedur pengembangan yang menghasilkan produk berupa perangkat dan modul pembelajaran berdasarkan pendekatan Pedagogi Reflektif (PPR). Prosedur pengembangan penelitian
ini
menggunakan
langkah-langkah
yang digunakan dalam
prosedur
penelitian
dan
pengembangan menurut Tomlinson. Ada 5 langkah prosedur pengembangan menurut Tomlinson (dalam Harsono, 2015), yaitu (1) analisis kebutuhan, (2) Desain, (3) implementasi, (4) evaluasi, dan (5) revisi. Kelima langkah tprosedur pengembangan materi dijelaskan secara umum pada bagan 3.1.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 49
Langkah I Analisis Kebutuhan 1. Visi dan misi (Observasi, wawancara) 2. Kurikulum (Observasi, wawancara) 3. Latar belakang siswa (Observasi, wawancara) 4. Permasalahan (Observasi, wawancara) 5. Penggunaan perangkat dan modul Pembelajaran (Kuesioner)
Mengintrgrasi 11 Prinsip Tomlinson
Validasi: 1. Ahli IPA 2. Ahli Bahasa 3. Guru
Langkah II Desain 1. Perangkat Pembelajaran (Silabus, RPP) 2. Modul pembelajaran
Revisi
Langkah IV Evaluasi 1. Analisi data hasil observasi dan penyebaran kuesioner. 2. Analisi kelebihan dan kekurangan perangkat dan modul pembelajaran.
Hasil dari analisi kebutuhan: 1. SK/KD 2. Indikator 3. Tujuan 4. Materi
Mengintrgrasi PPR dan Emansipatoris
Perangkat dan Modul pembelajaran siap uji
Langkah III Implementasi 1. Kegiatan belajar mengajar 2. Observasi proses pembelajaran 3. Penyebaran Kuesioner 4. Validasi Siswa
Langkah V Revisi Memperbaiki Perangkat dan Modul Pembelajaran sesuai hasil evaluasi
Bagan 3.1 Prosedur Pengembangan Perangkat dan Modul Pembelajaran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 50
Dari 5 langkah perosedur penelitian dan pengembangan menurut Tomlinsosn, yaitu (1) analisis kebutuhan, (2) desain, (3) implementasi, (4) evaluasi, dan (5) revisi. Berikut ini peneliti akan menjelaskan bagan prosedur pengembangan tersebut. 3.3.1 Analisis Kebutuhan Langkah pertama dalam penelitian ini adalah analisis kebutuhan. Analisis kebutuhan dilakukan sebagai acuan dalam pembuatan perangkat dan modul pembelajaran. Pertama peneliti melakukan pengumpulan data yaitu berupa latar belakang siswa kelas III A di SDN Petinggen Yogyakarta, visi dan misi sekolah, kurikulum yang digunakan di sekolah, permasalahan yang ada di sekolah dan penggunaan perangkat dan modul pembelajaran oleh siswa dan guru di kelas III A. Latar belakang siswa dan permasalahan yang ada di sekolah diperoleh melalui observasi dan wawancara. Visi dan misi sekolah serta kurikulum yang digunakan diperoleh dengan observasi. Penggunaan perangkat dan modul pembelajaran diperoleh melalui penyebaran kuesioner. Setelah melakukan pengumpulan data, peneliti menganalisis data yang diperoleh, kemudian memilih Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD). Standar Kompetensi yang peneliti pilih yaitu SK. 5. Menerapkan energi gerak, dengan Kompetensi Dasar (KD) 5.2 Menerapkan cara menghemat energi dalam kehidupan sehari-hari. Setelah menentukan SK & KD, peneliti kemudian menentukan indikator, tujuan, dan materi yang digunakan peneliti untuk menyususn perangkat dan modul pembelajran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 51
3.3.2 Desain Langkah kedua dalam penelitian ini adalah desain. Proses desain diawali dengan membuat perangkat pembelajaran yang berupa silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Silabus dan RPP dikembangkan menggunakan pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) dan memasukan unsur Pendidikan Emansipatoris didalamya. RPP digunakan sebagai dasar pembuatan modul pembelajaran IPA. Modul Pembelajaran IPA dikembangkan dengan mengintegrasi sebelas dari enambelas prinsip pengembangan materi milik Tomlinson, yaitu 1) Materi harus mencapai dampak 2) Materi harus membantu peserta didik untuk merasa nyaman, 3) Materi harus membantu peserta didik untuk mengembangkan kepercayaan diri., 4) Materi yang diajarkan harus relevan dan berguna bagi siswa, 5) materi harus diperlukan dan memfasilitasi peserta didik dalam belajar, 6) materi ajar yang dikembangkan terdapat bagian-bagian yang dapat memfasilitasi siswa dalam belajar, 7) materi harus menyediakan kesempatan bagi peserta didik untuk dapat berkomunikasi dengan aktif, 8) materi harus memperhatikan gaya belajar yang bebeda dalam diri masing-masing siswa, 9) materi harus memperhitungkan sikap peserta didik yang berbeda-beda, 10) materi dapat membantu pembelajar mengembangkan kemampuan berpikir, pengelolaan emosi, estetika seni, dan menyediakan kegiatan yang melatih otak kanan dan kiri peserta didik, 11) materi harus memberikan kesempatan peserta didik untuk umpan balik hasil. Perangkat dan modul pembelajaran yang sudah dibuat, kemudian divalidasikan kepada ahli IPA, ahli Bahasa dan Guru kelas III untuk memperoleh kritik dan saran serta penilaian modul yang dikembangkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 52
oleh peneliti. Kritik dan saran dari ahli dan Guru kelas III digunakan untuk memperbaiki modul pembelajaran sebelum dilakukan implementasi. 3.3.3 Implementasi Langkah ketiga dalam penelitian ini adalah implementasi. Pada tahap ini, peneliti melakukan kegiatan pembelajaran dan uji coba produk yang sudah direvisi berdasarkan hasil validasi oleh ahli IPA, ahli bahasa dan guru kelas III. Implementasi yang dilakukan melibatkan subjek yang terdiri atas sembilan siswa kelas III SD. Selama kegiatan pembelajaran peneliti secara tidak langsung melakukan observasi terhadap proses pembelajaran yang sudah dilakukan. Setelah kegiatan pembelajaran, peneliti kemudian membagikan kuesioner yang digunakan untuk mengukur kualitas modul pembelajaran IPA kepada masing-masing siswa. Kegiatan tersebut dilakukan untuk memperoleh hasil validasi siswa. 3.3.4 Evaluasi Langkah keempat dalam penelitian ini adalah evaluasi. Pada tahap ini, keseluruhan dari rangkaian proses implementasi perangkat dan modul pembelajara, serta
hasil kuesioner, dianalisis kembali untuk mengetahui
kelebihan dan kekurangan dari perangkat dan modul pembelajaran. 3.3.5 Revisi Langkah terakhir dalam penelitian ini adalah revisi. Revisi akhir dilakukan peneliti setelah melakukan analisis kelebihan dan kelemahan dari modul pembelajaran sesuai dengan hasil evalusi. Kegiatan revisi akhir ini dilakukan sebagai upaya untuk memperbaiki dan mengembangkan kualitas modul, agar semakin layak dan berguna sebagai tahap akhir penelitian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 53
3.4 Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data dalam penelitian dimaksudkan untuk memperoleh materi-materi, keterangan, kenyataan-kenyataan, dan informasi yang dapat dipercaya. Untuk memperoleh data tersebut, dalam penelitian dapat digunakan berbagai macam teknik, diantaranya adalah, angket, observasi, wawancara, tes, dan analisis dokumen (Widoyoko, 2012: 33). Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, dan kuesioner. 3.4.1 Observasi Obervasi merupakan salah satu metode pengumpulan data di mana pengumpul
data
mengamati
secara
visual
gejala
yang
diamati
serta
menginterprestasikan hasil pengamatan tersebut dalam bentuk catatan sehingga validitas data sangat tergantung pada kemampuan observer (Widoyoko, 2012: 46). Observasi pada penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Petinggen Yogyakarta dan kelas III di SD tersebut. Aspek yang diamati oleh peneliti ketika melakukan observasi adalah permasalahan yang dialami siswa di sekolah dan ketersediaan perangkat pembelajaran dan bahan ajar yang digunakan. 3.4.2 Wawancara Wawancara adalah bentuk komunikasi langsung antara peneliti dan reponden. Komunikasi berlangsung dalam bentuk tanya-jawab dalam hubungan tatap muka, sehingga gerak dan mimik responden merupakan pola media yang melengkapi kata-kata secara verbal (Gulo, 2002: 119). Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya-jawab, sambil bertatap muka antara si penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau reponden dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide (panduan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 54
wawancara) (Nazir, 2014,170). Wawancara pada penelitian ini dilakukan kepada guru dan siswa kelas III A SD Negeri Petinggen Yogyakarta. Wawancara dengan guru kelas III A dilakukan untuk memperoleh informasi tentang latar belakan sosial-ekonomi siswa, mengenali analisis kebutuhan perangkat dan materi ajar yang digunakan. Wawancara dengan siswa kelas III A dilakukan untuk memperoleh data terkait dengan materi menghemat energi listrik, proses pembelajaran yang di lakukan di sekolah dan bahan ajar yang digunakan. 3.4.3 Kuesioner Kuesioner merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk diberikan respon sesuai dengan permintaan pengguna (Widoyoko, 2012: 33). Peneliti menggunakan kuesioner dalam penelitian ini untuk mengumpulkan data mengenai analisis kebutuhan baik guru maupun siswa validasi produk dan uji coba produk. Kuesioner diberikan kepada guru dan siswa kelas III A SD Negeri Petinggen Yogyakarta untuk memperoleh analisis kebutuhan terkait dengan produk. Kuesioner validasi produk ditujukan kepada ahli IPA, Bahasa dan guru kelas III untuk menilai kelayakan produk berupa perangkat dan modul pembelajaran yang sudah dibuat. Kuesioner
validasi siswa ditujukan untuk
menilai kualitas produk yang sudah dibuat. 3.5 Instrumen Penelitian Instrumen penelitian merupakan alat bantu yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data penelitian dengan cara melakukan pengukuran (Widoyoko, 2012: 51). Peneliti menggunakan beberapa instrumen dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 55
penelitian ini diantaranya pedoman observasi, pedoman wawancara, dan kuesioner. 3.5.1 Pedoman Observasi Observasi dilaksanakan dalam dua lingkup yaitu pertama mengenai sekolah dan kedua mengenai proses pembelajaran IPA siswa kelas III A di SD Negeri Petinggen Yogyakarta. Aspek yang diobservasi terkait sekolah yaitu berkaitan dengan kurikulum, visis dan misi sekolah dan permasalahan yang ada.. Aspek yang diobservasi di kelas III A adalah tentang proses pembelajaran yang berlangsung dan materi ajar yang digunakan. Kisi-kisi observasi dapat dilihat pada tabel 3.1. Tabel 3.1 Kisi-kisi Observasi No 1. 2. 3. 4.
Kisi-kisi Observasi Sekolah Kurikulum sekolah Visi dan misi sekolah Lingkungan sekolah Permasalahan yang ada
Kisi-kisi Observasi Kelas Proses belajar mengajar Ketersediaan perangkat pembelajaran Ketersediaan modul pembelajaran Partisipasi siswa dalam mengikuti pembelajaran
3.5.2 Pedoman wawancara Wawancara ditujukan kepada guru dan siswa kelas III A SD Negeri Petinggen Yogyakarta. 3.5.2.1Wawancara Guru Kelas III A Pengumpulan data melalui wawancara yang pertama ditujuan kepada guru kelas III A SD Negeri Petinggen Yogyakarta. Teknik wawancara yang digunakan adalah wawancara tidak tersetruktur atau terbuka, sehingga peneliti hanya menyusun rencana untuk wawancara tetapi tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 56
datanya (Widoyoko, 2012: 42-43) Berikut adalah rencana wawancara dengan guru kelas III A dapat dilihat pada tebel 3.2. Tabel 3.2 Pedoman Wawancara dengan Guru Kelas III A No 1. 2. 3. 4. 5.
Topik Pertanyaan Latar belakang sosial-ekonomi siswa Pendekatan yang pernah di gunakan dalam pembelajaran Penggunaan perangkat pembelajaran Bahan ajar yang digunakan dalam pembelajaran Partisipasi siswa dalam pembelajaran
3.5.2.2 Wawancara Siswa Kelas III A Kegiatan wawancara yang kedua ditujukan kepada siswa kelas III A yang berjumlah 5 orang. Wawancara yang dilakukan menggunakan teknik wawancara tidak tersetruktur atau terbuka. Adapun rencana wawancara yang dilakukan dengan siswa kelas III A dapat dilihat pada tabel 3.3. Tabel 3.3 Pedoman Wawancara dengan siswa kelas III A No 1. 2. 3. 4.
Topik Pertanyaan Tindakan siswa dalam menggunakan energi listrik di sekolah Pemahaman siswa tentang dampak yang ditimbulkan dari penggunaan energi listrik yang berlebihan Pembelajaran yang menarik bagi siswa Bahan ajar yang digunakan siswa dalam pembelajaran
3.5.3 Kuesioner Peneliti menggunakan kuesioner dalam beberapa hal yaitu analisis kebutuhan, validasi produk oleh para ahli, dan kuesioner uji coba produk 3.5.3.1 Instrumen analisis kebutuhan Instrumen analisis kebutuhan yang berupa kuesioner diberikan kepada guru dan siswa kelas III A SD Negeri Petinggen Yogyakarta. Kuesioner analisis kebutuhan diberikan kepada guru kelas III A. Kuesioner anaisis kebutuhan siswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 57
diberikan kepada siswa kelas III A yang berjumlah 30 siswa. Pemberian instrumen kuesioner bertujuan untuk mengetahui kebutuhan guru dan siswa akan perangkat dan modul pembelajaran. Kuesioner yang diberikan kepada guru berupa kuesioner terbuka, sedangkan kuesioner yang diberikan kepada siswa berupa kuesioner tertutup. Kuesioner terbuka merupakan kuesioner yang bisa dijawab/direspon secara bebas oleh responden, sedangkan kuesioner tertutup merupakan kuesioner yang jumlah item san alternatif jawaban maupun responya sudah ditentukan (Widoyoko, 2012: 36). Adapun kisi-kisi kuesioner analisis kebutuhan guru dan siswa dapat dilihat pada tabel 3.4 dan 3.5. Tabel 3.4 Kisi-Kisi Kuesioner Guru Terbuka Indikator
Nomor Item
Pengaruh penggunaan perangkat dan modul pembelajaran bagi siswa
1,2,5 dan 6
Pembelajaran yang dapat membentuk pribadi siswa
3,9 dan 10
Fungsi perangkat dan modul pembelajaran
7
Bahan ajar yang pernah digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran
4 dan 8
Tabel 3.5 Kisi-Kisi Kuesioner Siswa Tertutup Indikator Manfaat modul bagi siswa Pentingnya penggunaan modul bagi siswa Pengaalaman belajar siswa
Nomor Item 1,2,3 dan 5 4,6 dan 10 7,8,9,11,12,13,14, dan 15
3.5.3.2 Instrumen Validasi Produk oleh Ahli Instrumen validasi produk oleh ahli berupa kuesioner, yang dilakukan untuk mengetahui kualitas produk yang berupa perangkat dan modul pembelajaran. Kuesioner validasi produk berupa kuesioner tertutup dengan pilihan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 58
jawaban berskala likert. Rentang skala yang disediakan yaitu 1- 4 dengan jawaban skala (1) sangan kurang baik, (2) kurang baik, (3) baik, (4) sangat baik. Validasi produk dilakukan oleh ahli pembelajaran IPA, ahli Bahasa dan guru kelas III. Ada dua kuesioner yang akan di validasi yaitu, kuisioner perangkat pembelajaran dan kuesioner modul pembelajaran. Kuesioner perangkat pembelajaran berisi pernyataan yang berjumlah 20 butir, sedangkan kuesioner modul penilaian modul pembelajaran berisi 32 butir pernyataan. Berikut adalah aspek yang dinilai dalam validasi produk yang disajikan dalam tabel 3.6 dan 3.7. Tabel 3.6 Aspek Penilaian Perangkat Pembelajaran No
Aspek yang dinilai
1.
Indikator
2.
Tujuan
3.
Materi
4.
Media dan sumber belajar
5.
Skenario kegiatan pembelajaran
6.
Penilaiaan hasil belajar
Tabel 3.7 Aspek Penilaiaan Modul Pembelajaran No 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Aspek yang dinilai Tujuan dan pendekatan Desain dan pengorganisasian Isi Topik Metodologi Bahasa
3.5.3.3 Instrumen Validasi Siswa Instrumen validasi siswa berupa kuesioner dilakukan untuk mengetahui kualitas dan pengaruh modul pembelajaran setelah digunakan oleh siswa. Kuesioner validasi siswa berupa kuesioner tertutup dengan pilihan jawaban berskala likert. Rentang skala yang disediakan yaitu 1- 4 dengan jawaban skala (1)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 59
sangat tidak baik, (2) tidak baik, (3) baik, (4) sangat baik. Kuesioner validasi siswa dilakukan oleh siswa kelas III yang sudah mengguakan modul pembelajaran. Kuesioner berisi pernyataan yang berjumlah 12 butir. Adapun instrumen kuesioner validasi siswa dapat dilihar pada tebel 3.8 Tabel 3.8 Instrumen Kuesioner Validasi Siswa No
Pertanyaan
skor 1
1.
2. 3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
Saya memahami bahasa yang digunakan pada modul pembelajaran Saya memahami dengan jelas langkah kegiatan pembelajaran Ukuran dan jenis huruf pada modul pembelajaran dapat saya bacaa dengan jelas Gambar pada modul pembelajaran membuat saya menjadi jelas dan tertarik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Warna yang ada pada modul pembelajaran membuat saya tertarik dan membuat saya semangat untuk uji coba. Tampilan pada modul pembelajaran membuat saya tertarik untuk menemukan pengetahuan sendiri dan tidak membosankan. Isi yang disajikan dalam modul pembelajaran membuat saya mandiri. Dengan modul pembelajaran membuat saya lebih aktif dalam pembelajaran. Modul pembelajaran meningkatkan rasa ingin tahu saya. Modul pembelajaran membuat saya lebih aktif dalam mencari tahu pada saat melakukan uji coba. Modul pembelajaran membuat saya mencari, menemukan sendiri masalah dan kesimpulan dari kegiatan uji coba yang berkaitan dengan lingkungan. Modul pembelajaran membantu saya dalam memecahkan masalah saat melakukan uji coba
2
Komentar 3
4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 60
No
Pertanyaan
skor 1
2
Komentar 3
4
Jumlah Skor
3.6 Teknik Analisis Data Teknik analisis data pada penelitian ini dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif merupakan data yang menunjukkan kualitas atau mutu sesuatu yang ada, baik keadaan proses, peristiwa/kejadian dan lainnya yang dinyatakan dalam bentuk pernyataan atau berupa kata-kata (Widoyoko, 2012: 18). Data kuantitatif merupakan data yang berwujud angka-angka sebagai hasil observasi atau pengukuran (Widoyoko, 2012: 21). Berikut pembahasan dari masing-masing teknik analisis. 3.6.1 Data kualitatif Data kualitatif diperoleh berupa kritik dan saran yang dikemukakan oeleh ahli IPA, ahli Bahasa, guru dan siswa yang dikumpulkan untuk memperbaiki produk pengembangan perangkat dan modul pembelajaran. Selain itu, data juga dapat diperoleh dari komentar terhadap kuesioner yang disebarkan. Adapun komentar tersebut diperoleh dari komentar para pakar yang akan memberikan masukkan terhadap kelayakan perangkat dan modul pembelajaran. Data juga dapat diperoleh dari hasil pengamatan peneliti selama proses uji coba berupa hasil observasi, hasil kajian dari penggunaan modul pembelajaran, dan dari hasil refleksi siawa. Data yang diperoleh kemudian dianalsis sebagai pedoman untuk memperbaiki kualitas dan mengetahui kelayakan prosuk. 3.6.2 Data kuantitatif Data kuantitatif diperoleh dari hasil kuesioner analisis kebutuhan guru, kebutuhan siswa, validasi produk oleh ahli IPA dan bahasa, serta kuesioner
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 61
validasi siswa. Analisis dilakukan menggunakan skala likert 1-4 dengan jawaban skala (1) sangat tidak baik, (2) tidak baik, (3) baik, (4) sangat baik.Hasil yang digunakan dari penilaian dengan menggunakan skala Likert 1-4 kemudian dihitung untuk memperoleh rerata penilaian. Rerata penilaian dihitung dengan rumus 3.1 Ʃ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 =
Ʃ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑖𝑡𝑒𝑚
Rumus 3.1. Rumus perhitungan rerata hasil penilaian dengan skala Likert Berdasarkan perhitungan dengan rumus tersebut, diperoleh rerata nilai. Rerata nilai tersebut kemudian dikonversikan menjadi data kualitatif dengan acuan dari Widoyoko (2014: 144). Tabel 3.9 adalah tabel konversi data kuantitatif ke kualitatif menurut Widoyoko. Tabel 3.9 Tabel Konversi Data Kuantitatif ke Kualitatif Interval Skor 3,26 - X- 4,00 2,51 - X- 3,25 1,76 - X- 2,50 1,00 - X- 1,75
Kategori Sangat Baik Baik Kurang Sangat Kurang
Interval skor tersebut juga dapat menunjukkan valid/tidaknya suatu instrumen. Berikut adalah kategorisasi hasil skor validasi instrumen oleh ahli yang dituangkan dalam tabel 3.10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 62
Tabel 3.10 Tabel Konversi Data Kuantitatif ke Kualitatif Interval Skor 3,26 - X- 4,00
Kategori Sangat Baik
2,51 - X- 3,25
Baik
1,76 - X- 2,50
Kurang
1,00 - X- 1,75
Sangat Kurang
Bobot Keseluruhan instrumen sudah layak digunakan Keseluruhan instrumen sudah layak digunakan namun perlu perbaikan Keseluruhan instrumen kurang layak digunakan Keseluruhan instrumen tidak layak digunakan
Instrumen dikatakan valid jika memperoleh rerata skor lebih besar dari 2,50. Nilai terdapat pada rentan skor 3 (kategori baik) yang berarti keseluruhan instrumen sudah layak digunakan namun perul perbaikan. Apabila rerata skor yang diperoleh lebih kecil dari 2,50, maka instrumen tersebut dapat dikatakan tidak valid.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini akan membahas dua hal utama yang berkaitan dengan pertanyaan penelitian. Pertama, membahas proses pengembangan perangkat dan modul pembelajaran Menghemat Energi Listrik untuk siswa III A SDN Petinggen Yogyakata. Kedua, membahas deskripsi kualitas perangkat dan modul pembelajaran dalam membantu siswa kelas III A SDN Petinggen Yogyakarta agar semakin sadar untuk menghememat energi listrik. Peneliti akan menguraikan hasil penelitian dan pembahasan sebagai berikut: 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Proses Pengembangan Perangkat dan Modul Pembelajaran Perangkat dan modul pembelajaran yang dikembangkan oleh peneliti berfokus pada pembelajaran IPA dengan materi Menghemat Energi Listrik. Proses pengembangan perangkat dan modul pembelajaran pada penelitian ini menggunakan lima langkah pengembangan materi menurut Tomlinson, kelima langkah tersebut antara lain sebagai berikut: 4.1.1.1 Analisis Kebutuhan Penelitian pengembangan ini diawali dengan melakukan kegiatan analisis kebutuhan melalui kegatiatan observasi, wawancara dan penyebaran kuesioner. Kegiatan observasi dilakukan untuk mengetahui kurikulum sekolah, visi dan misi sekolah, permasalahan lingkungan yang ada di sekolah dan proses pembelajaran di kelas III A SDN Petinggen Yogyakarta. Kegiatan wawancara dilakukan pada guru dan siswa. Sedangkan penyebaran kuesioner digunakan untuk memperoleh informasi tentang kebutuhan bahan ajar yang digunakan dalam pembelajaran.
63
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 64
4.1.1.1.1 Observasi Kegiatan observasi dilakukan oleh peneliti selama melaksanakan kegiatan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SDN Petinggen Yogyakarta. Peneliti melaksanakan kegiatan PPL selama 3 bulan yakni dari bulan Juli s.d Oktober 2017. Kegiatan obeservasi pertama yang dilakukan peneliti yaitu menganalisis kurikulum, visi dan misi serta permasalahan yang ada di sekolah. Pertama, Kurikulum yang diterapkan di SDN Petinggen ada 2 yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidik (KTSP) dan Kurikulum 2013. Untuk kelas I dan IV menggunakan kurikulum 2013, sedangkan kelas II, III, V, dan VI menggunakan KTSP. Kedua, visi dan misi SDN Petinggen Yogyakarta. Analisis visi dan misi dilakukan akan penelitian yang dilakukan dapat sesuai dengan apa yang diharapkan oleh sekolah. Visi SDN Petinggen ini adalah terwujudnya siswa yang taqwa, cerdas, terampil, berkualitas, dan berkarakter bangsa serta memiliki etika dalam berlalu lintas. Misi yang ada di SDN Petinggen ada 5, namun peneliti hanya mengambil satu misi yang sesuai dengan penelitian yang dilakukan yaitu mengembangkan kecerdasan intelektual dan emosional secara optimal sesuai tahap perkrmbangan jiwa anak. Ketiga permasalahan yang peneliti dapatkan di sekolah yaitu tingginya penggunaan energi listrik yang digunakan. Hal itu dapat dilihat dari seringnya beban listrik di sekolah anjlok, bahkan sampai 3 kali dalam sehari, selain itu peneliti mendapatkan fakta bahwa siswa masih menggunakan energi listrik secara berlebihan dengan menyalakan lampu serta kipas angina sampai lupa mematikan. Kegiatan obeservasi kedua yaitu saat peneliti melakukan kegiatan observasi pembelajaran IPA di kelas III A SDN Petinggen pada hari Rabu tanggal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 65
13 September 2016. Siswa kelas III A berjumlah 30 siswa, dengan siswa laki-laki sebanyak 14 dan 16 siswa perempuan. Guru mengawali pembelajaran dengan mengkondisikan siswa selanjunya berdoa. Materi yang dipelajari pada hari itu yaitu tentang lingkungan alam dan buatan. Materi disampaikan dengan cara tanya jawab terlebih dahulu, salah satu pertanyaan yang diajukan oleh guru adalah “Apa yang dimaksud dengan lingkungan?”. Siswa selanjutnya diminta untuk membaca materi yang ada di buku paket, setelah itu siswa bersama guru melakukan tanya jawab untuk membahas materi yang dipelajari. Setiap siswa kemudian diminta untuk mengerjakan latihan soal yang ada di LKS. Jika siswa sudah selesai mengerjakan latiahan soal, guru meminta siswa untuk secara bergantian menjawab soal yang sudah dikerjakan. Saat pembelajaran berlangsung, jika ada siswa yang berbicara sendiri guru selalu menegurnya. Berdasarkan hasil observasi pembelajaran di kelas III A dan hasil observasi yang dilakukan selama peneliti melaksanakan PPL, pembelajaran IPA yang berlangsung di kelas III A belum mengupayakan pembelajaran yang menyenangkan. Materi yang disampaikan hanya sebatas pengetahuan saja dan pembelajaran belum dapat membuat siswa mengalami sendiri (bukan hanya mendapatkan informasi karena diberi tahu). 4.1.1.1.2 Wawancara Peneliti melakukan wawancara dengan siswa dan guru. Pertama peneliti melakukan wawancara dengan 5 orang siswa. Garis besar pertanyaan wawancara yaitu kebiasaan menggunakan energi listrik, dampak penggunaan energi listrik secara berlebih, cara menghemat energi listrik, pembelajaran yang menarik bagi siswa dan bahan ajar yang pernah siswa gunakan. Dari kegiatan wawancara ke 5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 66
siswa tersebut dapat diperoleh hasil bahwa siswa menggunakan energi listrik untuk menyalakan lampu, kipas angin, menonton tv, main game, dan kegiatan tersebut sering meraka lakukan secara bersamaan. Dari penggunaan energi listrik yang siswa lakukan tersebut, siswa masih belum tahu dampak yang ditimbulkan dari penggunaan energi listrik secara berlebihan. Siswa juga masih kurang tahu cara-cara untuk menghemat energi listrik. Kurangnya pemahaman akan dampak dan cara mengehemat energi listrik disebabkan karena siswa jarang diberikan pengalaman secara
langsung, sedangkan siswa ingin pembelajaran yang
mengajak siswa untuk belajar secara langsung dan menyenangkan. Materi ajar yang digunakan siswapun masih terbatas dengan menggunakan buku cetak dan LKS saja yang kurang menunjang dalam proses pembelajaran. Kegiatan wawancara kedua yaitu peneliti melakukan wawancara terhadap guru wali kelas III A. Garis besar pertanyaan wawancara yaitu latar belakang sosial-ekonomi siswa, pendekatan yang pernah digunakan dalam pembelajaran, penggunaan perangkat pembelajaran, materi ajar yang digunakan dan partisipasi siswa dalam pembelajaran. Berdasarkan hasil wawancara beliau mengatakan bahwa secara garis besar latar belakang sosial-ekonomi siswa kelas III A adalah menengah kebawah. Hal tersebut dapat terlihat dari 30 siswa, 75% orangtua siswa bekerja menjadi wiraswasta
dengan berdagang burjonan, penjual makanan,
tukang parkir, satpam dan lain-lain. Dan sisanya 25% pekerjaan orangtua mereka menjadi PNS. Dalam kegiatan pembelajaran beliau berpedoman pada perangkat pembelajaran yang sudah beliau siapkan. Perangkat pembelajaran yang dibuat bertujuan untuk mempermudah dalam menyampaikan materi. Selama beliau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 67
mengajar, pendekatan yang pernah beliau gunakan dalam pembelajaran hanya EEK dan sesekali menggunkan saintifik. Bahan ajar yang sering digunakan dalam pembelajaran adalah buku paket dan LKS yang direkomendasikan dari sekolah. Selama beliau mengajar, siswa tekadang terlihat aktif dan terkadang kurang tergantung pada kegiatan pembelajaran yang dilakukan. Namun selama ini beliau sering mengajar dengan hanya memberikan materi kepada siswa dan jarang membiarkan siswa mencari sendiri. 4.1.1.1.3 Penyebaran Kuesioener Peneliti selanjutnya membagikan kuesioner kepada guru dan siswa untuk mendapatkan informasi sebagai analisis kebutuhan akan perangkat dan modul pembelajaran IPA. Pertama peneliti memberikan kuesioner pada guru kelas III A. Pertanyaan kuesioner tersebut ditanyakan mengenai penggunaan perangkat dan modul pembelajaran IPA, guru menjelaskan bahwa perangkat dan modul pembelajaran berfungsi sebagai acuan guru dalam menyapaikan materi. Dengan adanya perangkat dan modul pembelajaran materi yang akan disampaikan dalam pembelajaran akan lebih mudah, runtut dan jelas. Modul pembelajaran dapat meningkatkan keaktifan, motivasi untuk belajar dan akan lebih baik lagi jika materi disampikan dengan menarik sehingga mudah dipahami siswa. Namun, selama ini beliau masih sering memberikan materi kepada siswa daripada siswa yang mencari sendiri, sehingga dengan adanya modul pembelajaran dapat membantu siswa untuk madiri dan mencari materi sendiri. Adapun pertanyaan mengenai kriteria modul dan isi modul, beliau menjelaskan bahwa modul yang bergambar dan kata-katanya jelas dapat lebih menarik untuk dipelajari. Lalu pada bagian isi modulnya harus disesuaikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 68
dengan materi, langkah-langkah kegiatannya jelas sehingga siswa dapat melakukan kegiatan yang ada secara mandiri, alat dan materinya mudah diperoleh, terdapat pertanyaan yang mendukung serta ringkasan materi agar siswa lebih paham, dan kegiatannya dapat membuat siswa aktif, kreatif, dan kritis. Peneliti selanjutnya membagikan kuesioner analisis kebutuhan pada seluruh siswa kelas III A yang pada saat itu siswa yang masuk berjumlah 29 siswa. Hasil dari analisis kuesioner analisis kebutuhan siswa adalah sebagi berikut. Tabel 4.1 Hasil Kuesioner Analisis Kebutuhan Siswa No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14.
Pernyataan Dengan adanya modul materi dapat mempermudah saya untuk mengikuti pembelajaran. Dengan adanya modul materi membuat saya mandiri. Dengan adanya modul materi lebih memperjelas saya dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Saya memerlukan pembelajaran yang menbuat saya berpikir dan bertindak. Dengan adanya modul materi membuat saya aktif berfikir. Saya memerlukan pembelajaran yang sesuai dengan lingkungan saya. Saya belajar bukan hanya dari penjelasan guru tapi mencari sendiri. Saya pernah mengikuti pembelajaran yang akan mengasah akal budi dan mendidik kepedulian. Saya pernah mengikuti pembelajaran yang melakukan kegiatan praktikum. Saya memerlukan modul materi untuk membantu dalam pembelajaran. Saya terlibat aktif ketika pembelajaran IPA di kelas Saya mengalami kesulitan ketika melakukan pembeljaran IPA tanpa menggunakan modul pembelajaran. Saya belajar dari bacaan dan bertanya kepada orang lain untuk bisa mengetahui suatu informasi. Saya memiliki kepribadian yang utuh dan memiliki kebebasan dalam memilih.
Jawaban Ya Tidak 26 3 24 26
5 3
28
1
28 26
1 3
26 5
3 24
18
10
25
4
16 22
14 7
23
6
1
28
Berdasarkan hasil kuesioner yang dibagikan pada siswa tersebut 26 siswa menyatakan bahwa modul pembelajaran dapat mempermudah mereka dalam mengikuti pembelajaran. Lalu untuk keperluan adanya modul pembelajaran IPA, 25 siswa mengatakan bahwa mereka memerlukan modul pembelajaran untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 69
membantu mereka dalam pembelajaran, 22 siswa mengelami kesulitan ketika melakukan pembelajaran IPA tanpa menggunakan modul pembelajaran. Adapun kriteria modul yang mereka inginkan yaitu 28 siswa mengatakan menginginkan modul pempelajaran yang membuat mereka dapat aktif berpikir dan bertindak, 26 siswa memerlukan pembelajaran yang sesuai dengan lingkungannya. Dari data itu semua menjadi landasan bagi peneliti untuk membuat modul pembelajaran IPA. Peneliti mengumpulkan data hasil observasi, wawancara, dan kuesioner tersebut sebagai dasar untuk membuat produk berupa perangkat dan modul pembelajaran IPA yang diharapkan dapat membantu siswa dan guru dalam kegiatan belajar mengejar khususnya pada pembelajaran IPA. 4.1.1.2 Desain Desain merupakan langkah lanjutan setelah peneliti melakukan analisis kebutuhan. Peneliti mengawali kegiatan desain dengan mempelajari terlebih dahulu prinsip-prinsip pengembangan materi ajar menurut Tomlinson (2005) yang diyakini relevan dengan penelitian ini. Proses pendesainan materi dalam penelitian ini sebagai berikut: 4.1.1.2.1 Desain Materi Sebelum Divalidasi Berangkat dari analisis kebutuhan yang telah dilakukan, peneliti membuat produk berupa perangkat dan modul pembelajaran IPA untuk siswa kelas III Sekolah Dasar. Dalam pembuatan produk, peneliti pertama-tama mentukan SK, KD dan menentukan materi yaitu menghemat energi listrik. Pembuatan produk awal yang dilakuakan peneliti yaitu membuat perangkat pembelajaran. Perangkat pemebelajaran yang dibuat berupa silabus dan RPP. Setelah silabus dan RPP selesai dibuat, peneliti selanjutnya membuat modul pembelajaran IPA yang sesuai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 70
dengan acuan yang ada pada silabus dan RPP. Perangkat dan modul pembelajaran dibuat dengan menggunakan pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) dan mengintegrasi 11 prinsip pengembangan materi menurut Tomlinson. Perangkat dan modul pembelajaran yang dikembangkan dibuat oleh peneliti menggunakan program Microsoft word 2010 dengan font Times New Roman dengan ukuran 12. Desain produk modul di buat semenarik mungkin dengan memberikan gambar dan warna yang menarik bagi siswa. Komponen dari modul pembelajaran IPA ini yaitu: (1) sampul modul, (2) pendahuluan, (isi), dan (4) daftar pustaka, penjelasanya adalah sebagai berikut: 1) Sampul modul Sampul modul didesain sendiri oleh peneliti menggunakan Microsoft Word 2010. Isi sampul modul adalah tema “Ayo Menghemat Energi Listrik” yang ditujukan untuk siswa kelas III, serta nama lengkap dan nomor induk mahasiswa yaitu Yuliana Reni Restriani, dan background dan gambar yang peneliri peroleh dari mengakses internet.
Gambar 4.1 Cover Modul
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 71
2) Pendahuluan Pendahuluan berisikan deskripsi singkat, Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD), indikator pencapaian KD, dan tujuan. 3) Isi Modul Modul berisi 3 subtema materi yaitu mengenai manfaat energi listrik, dampak penggunaan energi listrik secara berlebihan dan cara menghemat energi listrik. Materi tersebut dilengkapi gambar-gambar yang dapat menunjang materi. Selain itu, isi modul juga dilengkapi serangkaian kegiatan yang dapat memberi pengalaman nyata bagi penggunanya, yaitu seperti pengamatan, eksperimen, latihan soal, refleksi, aksi menghemat energi, dan eveluasi. 4) Daftar Pustaka Daftar pustaka berisikan referensi yang digunaka dalam penyususnan modul pembelajaran IPA. Modul pembelajaran IPA yang dikembangkan oleh peneliti juga disesuaikan dengan sebelas dari enam belas prinsip pengembangan materi milik Tomlinson. Prinsip pertama yakni materi harus mencapai dampak. Jadi prinsip ini dapat dikatakan tercapai apabila modul pembelajaran IPA yang dikembangkan peneliti dapat menggugah rasa ingin, minat dan perhatian dari peserta didik. Pada gambar 4.2 dan 4.3 berikut adalah bukti bahwa modul pembelajaran IPA memiliki dampak bagi siswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 72
Gambar 4.2 Panduan berekperimen
Gambar 4.3 Kegiatan ekperimen
Prinsip kedua yakni materi harus membantu peserta dikik merasa nyaman. Pada gambar 4.2 dan 4.3 merupakan salah satu bukti jika modul pembelajaran IPA yang dikembangkan dapat membantu pesrta didik merasa nyaman, karena materi sudah dilengkapi dengan teks, gambar dan bahasa yang mudah dipahami oleh siswa, serta berisikan langkah-langkah kegiatan. Prinsip ketiga yakni materi harus membantu siswa untuk mengembangkan kepercayaan diri. Hal ini dapat di pada gambar 4.2 dan 4.3 modul berisikan kegiatan eksperimen yang membuat siswa dapat melakukan kegiatan dengan mandiri setelah membaca langkah-langkah yang ada pada modul dan modul juga mengembangkan kemampuan siswa yaitu siswa melakukan kegiatan eksperimen yang belum pernah mereka lakukan. Prinsip yang keempat yakni materi yang diajarkan harus relevan dan berguna bagi siswa. Gambar 4.4 adalah bukti bahwa modul pembelajaran IPA yang peneliti kembangkan bermanfaat bagi siswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 73
Gambar 4.4 Refleksi Prinsip
yang
kelima
yakni,
materi
semestinya
diperlukan
dan
memfasilitasi peserta didik dalam belajar. Pada modul pembelajaran IPA yang peneliti kembangkan terdapat bagian-bagian yang dapat memfasilitasi siswa dalam belajar, misalnya materi, gambar, dan kegiatan eksperimen. Materi berfungsi sebagai sumber pengetahuan dalam modul, gambar berfungsi sebagai visualisasi dari materi yang diberikan dan kegiatan eksperimen berfungsi sebagai pembuktian bahwa materi yang telah dipelajari itu benar. Gambar 4.5 merupakan salah satu contohnya.
Gambar 4.5 Konten Modul
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 74
Prinsip yang keenam yakni, materi sebaiknya memberikan pencerahan bagi peserta didik dengan menghadirkan petunjuk atau nasihat kegiatan sehingga memudahkan peserta didik memahaminya. Gambar 4.2 adalah salah satu buktinya. Prinsip yang ketujuh yakin, materi menyediakan kesempatan bagi siswa untuk dapat berkomunikasi secara aktif. Setelah belajar, pelajar harus diberikan kesempatan mempraktekkan bahasa mereka untuk berkomunikasi dalam situasi kehidupan nyata tidak sekedar dikendalikan oleh guru kelas. Modul pembelajaran yang dikembangkan peneliti memfasilitasi siswa untuk dapat berkomunikasi secara aktif dalam kegiatan tanya-jawab dan kegiatan kelompok. Prinsip kedelapan yaitu, materi harus memperhatikan gaya belajar yang bebeda dalam diri masing-masing siswa. Materi sebaiknya mengupayakan untuk menyediakan bentuk-bentuk kegiatan yang mengupayakan kegiatan visual (belajar dengan cara melihat), auditori (belajar dengan cara mendengar), dan kinestetik (belajar dengan cara bergerak, bekerja dan menyentuh). Gambar 4.3 dan 4.5 merupakan salah satu buktinya. Prinsip yang kesembilan yakni, materi harus memperhatikan sikap afektif yang berbeda dalam diri masing-masing peserta didik. Oleh karena itu sebaiknya materi yang disusun dapat menyediakan bentuk kegiatan secara individual dan kelompok. Gambar 4.6 dan 4.7 adalah salah satu buktinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 75
Gambar 4.6 Kegiatan Individu
Gambar 4.7 Kegiatan Kelompok
Prinsip kesepuluh adalah materi dapat membantu peserta didik mengembangkan kemampuan berpikir, pengelolaan emosi, estetika seni, dan menyediakan kegiatan yang melatih otak kanan dan kiri peserta didik. Pada modul pembelajaran IPA tersadapat kegiatan eksperimen tentang dampak penggunaaan energi listrik secara berlebihan dimana ada dua rangkaian, rangkaian pertama lampu dibiarkan menyala selama 1 menit lalu dimatikan dan rangkaian kedua lampu dibiarkan menyala selama 5 menit. Dari kegiatan tersebut siswa diminta untuk menganalisis pada rangkaian berapa yang membutuhkan energi listrik lebih banyak dan lebih sedikit. Kegiatan ini bertujuan melatih siswa untuk berpikir dan membandingkan sehingga dengan kegiatan ini dapat memaksimalkan potensi siswa. Kegiatan tersebut dapat dilihat dari gambar 4.8.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 76
Gambar 4.8 Kegiatan eksperimen dan pengamatan Prinsip yang kesebelas yaitu materi harus memberikan kesempatan peserta didik untuk umpan balik.
Gambar 4.9 Evaluasi
Gambar 4.10 Aksi
Pada modul ini terdapat kegiatan aksi membuat poster, refleksi dan evaluasi (lihat gambar 4.4, 4.9 dan 4.10). Rangkaian kegiatan tersebut digunakan untuk melihat perkembangan siswa (feeback), baik segi kognitif, afektif, dan psikomotor.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 77
4.1.1.2.2 Desain Materi Sesudah Divalidasi Produk awal yang telah disusun menjadi sebuah perangkat dan modul pembelajaran kemudian diberikan kepada ahli IPA, ahli bahasa dan Guru kelas III untuk divalidasi. Validasi ini dilakukan untuk mengetahui kelayakan produk yang dikembangkan oleh peneliti. Validasi ini menggunakan pedoman pensekoran skala likert 1-4 menurut Widoyoko (2014: 144). Hasil penilaiaan dari ketiga validator dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.2 Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran No
Aspek
1. Indikator 2. Tujuan 3. Materi 4. Media dan sumber belajar 5. Skenario kegiatan pembelajaran 6. Penilaiaan hasil belajar Total skor Skor terbobot
Ʃ
ℎ Ʃ
Kategori
1 (IPA)
Validator 2 (Bahasa)
3 (Guru)
19 11 11 14 15 3 73 3,65
18 11 10 13 12 3 67 3,15
19 11 11 15 15 4 75 3,75
Sangat layak
Layak
Sangat layak
1 (IPA)
Validator 2 (Bahasa)
3 (Guru)
24 26 25 14 12 12 113 3,51
22 25 21 12 9 12 101 3,15
22 31 27 16 11 16 123 3,84
Sangat layak
Layak
Sangat layak
Tabel 4.3 Hasil Validasi Modul Pembelajaran No
Aspek
1. Tujuan dan pendekatan 2. Desain dan pengorganisasian 3. Isi 4. Topik 5. Metodologi 6. Bahasa Total skor Skor terbobot Kategori
Ʃ
ℎ Ʃ
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 78
Validasi pertama dilakukan oleh ahli IPA. Hasil validasi untuk perangkat pembelajaran memperoleh skor 3,65 dengan kategori “sangat layak”, sedangkan untuk hasil validasi modul pembelajaran diperoleh skor 3,51 dengan kategori “sangat layak”, skor yang telah diperoleh tersebut lalu dilihat kategorinya pada tabel 3.8 modul dikatakan layak untuk digunakan/diuji coba dengan revisi sesuai dengan saran yang diberikan. Ahli IPA memberikan beberapa komentar berisi masukan untuk perbaikan perangkat dan modul pada aspek desain dan pengorganisasian. Pada aspek desain dan pengorganisasian ahli IPA memberikan masukan bahwa perlu mengganti kegiatan 2 yaitu tentang dampak penggunaan energi listrik secara berlebihan karena peneliti menggunakan multimeter untuk mengukur batu baterai padahal batu baterai tidak dapat diukur dengan multimeter. Aspek selanjutnya memperbaiki
langkah-langkah pada kegiatan
3
yaitu tentang kegiatan
bereksperiman mencari sumber energi listrik alternatif dari buah karena pada langkah-langkah kegiatan kurang diberikan gambar yang dapat memperjelas kegiatan eksperimen tersebut. Produk yang telah divalidasi oleh pakar IPA lalu direvisi sesuai komentar dan saran, komentar dan saran tersebut dijabarka dalam tabel berikut: Tabel 4.4 Komentar Pakar IPA dan Revisian Komentar pakar Desain dan Pengorganisasian Untuk mengukur daya dan energi tidak menggunakan multimeter
Untuk kegiatan ekperimen sumber energi alternatif dari buah sebaiknya perlu ditambahkan gambar pada langakahlangkahnya.
Revisi Dilakukan perbaikan dengan mengganti alat dan materi praktikum dari menggunakan batu baterai dan multimeter menjadi menggunakan batu telepon genggam sehingga dapat diukur dengan menggunakan telepon genggam Dilakukan perbaikan dengan menambahkan gambar pada langkah-langkah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 79
Sebelum direvisi
Sebelum direvisi
Setelah direvisi
Setelah direvisi
Gambar 4. 11 Komentar dan Saran dari ahli IPA
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 80
Berdasarkan hasil validasi yang kedua yaitu, validasi pada pakar Bahasa diperoleh hasil validasi perangkat pembelajaran dengan skor 3,15 dengan kategori “layak”, sedangkan untuk hasil validasi modul pembelajaran diperoleh skor 3,15 dengan kategori “layak”, skor yang telah diperoleh tersebut lalu dilihat kategorinya pada tabel 3.8 modul dikatakan layak untuk digunakan/diuji coba dengan revisi sesuai dengan saran yang diberikan. Ahli bahasa memberikan beberapa komentar berisi masukan untuk perbaikan perangkat dan modul pada bahasa. Pada aspek bahasa ahli bahasa memberikan masukan untuk memperbaiki kesalahan penulisan dan ejaan, serta masih ada istilah asing yang digunakan. Produk yang telah divalidasi oleh ahli bahasa lalu direvisi sesuai komentar dan saran. Komentar dan saran tersebut dijabarkan dalam tebel berikut: Tabel 4.5 Komentar Pakar Bahasa dan Revisian Komentar pakar Bahasa Perbaiki kesalahan penuliasan dan ejaan Masih ada istilah asing
Revisi Dilakukan perbaikan pada kesalahan penuliasan dan ejaan. Dilakukan perbaikan kalimat yang menggunakan istilah asing
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 81
Sebelum direvisi
Sesudah direvisi
Gambar 4.12 Komentar dan saran dari ahli Bahasa
Validasi ketiga dilakukan oleh guru kelas III. Hasil validasi untuk perangkat pembelajaran memperoleh skor 3,75 dengan kategori “sangat layak”, sedangkan untuk hasil validasi modul pembelajaran diperoleh skor 3,84 dengan kategori “sangat layak”, skor yang telah diperoleh tersebut lalu dilihat kategorinya pada tabel 3.8 modul dikatakan layak untuk digunakan/diuji coba tanpa revisi. Rekapitulasi penilaian dari dua ahli dan guru kelas terhadap perangkat dan modul pembelajaran dapat dilihat pada table 4.6 Table 4.6 Rekapitulasi Penilaian Perangkat dan Modul pembelajaran oleh Ahli IPA, Ahli Bahasa, dan Guru Kelas III
No
Valiadator
1. Ahli IPA 2. Ahli Bahasa 3. Guru Kelas III Total skor Rata-rata
Skor Perangkat Modul peserta pembelajaran didika 3,65 3,15 3,75
3,51 3,15 3,84
Rata-rata
3,58 3,15 3,79 10,52 3,50
Kategori
Sangat layak Layak Sangat layak Sangat layak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 82
Data yang diperoleh dari hasil validasi perangkat dan modul pembelajaran oleh dua ahli dan guru kelas memperoleh skor rata-rata 3,50. Kualitas perangkat dan modul pembelajaran yang dikembangkan peneliti berdasarkan validasi pada tabel 4.6 dapat dikateorikan “sangat layak”. 4.1.1.3 Implementasi Peneliti melakukan implementasi di SDN Petinggen Yogyakarta pada hari Rabu, 11 Februari 2017 di kelas III A dengan jumlah siswa 9 yang terdiri dari 5 siswa laki-laki dan 4 perempuan. Implementasi dilakukan selama 1 kali pertemuan dan kegiatan pembelajaran yang dilakukan berpedoman dengan RPP dan melakukan kegiatan pada modul yang sudah dibuat. Pada modul pembelajaran terdapat 3 subtema materi yaitu, mengenai manfaat energi listrik, dampak penggunaan energi listrik secara berlebihan dan cara menghemat energi listrik. Subtema materi yang pertama yaitu mengetahui manfaat energi listrik, pada kegiatan ini siswa diajak untuk mengamati lingkungan kelas dan luar kelas, setelah itu siswa menuliskan benda-benda yang ada di kelas dan di luar kelas yang membutuhkan energi listrik. Siswa kemudian secara bergantian menyebutkan apa saja benda yang mereka temukan. Pada kegiatan tersebut, siswa dapat saling bertukar pendapat dan saling melengkapi jawaban yang mereka peroleh. Setelah siswa
sudah
menemukan
benda-benda
tersebut,
selanjutnya
siswa
mengidentifikasi kegunaan dari masing-masing benda yang mereka temukan. Subtema materi kedua yaitu, mengetahui dampak penggunaan energi listrik secara berlebihan. Pada kegiatan ini siswa melakukan ekperimen sederhana dengan menggunakan lampu dan batu baterai telepon genggam. Pertama-tama telah disediakan 2 telepon genggam, siswa lalu melihat daya batu baterai yang ada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 83
pada 2 telepon genggam tersebut. Percobaan yang dilakukan dibedakan menjadi 2, pada percobaan pertama lampu yang dinyalakan dengan batu baterai telepon genggam dinyalakan selama 1 menit dan pada percobaan kedua lampu yang dinyalakan dengan batu baterai telepon genggam dinyalakan selama 5 menit. Setelah itu siswa kembali mengukur daya dari kedua batu baterai tersebut. Dari kegiatan tersebut, selanjutnya siswa menganalisis pada percobaan berapa yang menghabiskan energi listrik lebih banyak serta apa penyebabnya dan percobaan mana yang menghabiskan energi listrik lebih sedikit serta apa penyebabnya. Selain melakukan percobaan siswa juga menuliskan pengalaman yang pernah mereka lakukan selama menggunakan energi listrik secara berlebihan dan penyebab yang akan ditimbulkan dari kegiatan yang mereka lakukan tersebut. Pengalaman yang mereka tulis lalu di bacakan secara bergantian. Subtema materi yang ketiga yaitu, cara menghemat energi listrik. Pada kegiatan ini, siswa diajak melakukan ekperimen menemukan sumber alternatif energi listrik dari buah-buah. Siswa dibagi menjadi 3 kelompok, 1 kelompok terdiri dari 3 siswa. Setiap kelompok diberikan buah yang berbeda, kelompok pertama mendapat buah jeruk nipis, kelompok kedua mendapatkan buah kentang dan kelompok ketiga mendapatkan buah tomat. Setelah siswa mendapatkan buah, siswa selanjutnya merangkai buah-buah tersebut sesuai dengan langkah-langkah yang ada pada modul supaya lampu dapat menyala. Selanjutnya setiap kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompok mereka, sedangkan kelompok yang lain mengamati nyala lampu yang dihasilkan oleh masing-masing buah. Dari
hasil
presentasi
masing-masing
kelompok,
siswa
lalu
membandingkan mana buah yang dapat menghasilkan energi listik paling besar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 84
dan paling kecil, yang dapat dilihat dari nyala lampu. Kegiatan ekperimen ini merupakan kegiatan yang menyenangkan bagi siswa karena saat mereka selesai merangkai buah dan ternyata lampu dapat menyala mereka terlihat sangat senang dan kagum bahwa buah bisa membuat lampu menyala. Selain melakukan ekperimen, siswa juga menuliskan kegiatan yang pernah mereka lakukan dalam menghemat energi listrik. Pada kegiatan selanjutnya, siswa melakukan aksi. Aksi dilakukan siswa dengan membuat poster yang berisi gambar dan kalimat ajakan untuk menghemat energi listrik. Poster dibuat siswa bersama kelompoknya. Saat membuat poster terlihat kerjasama antar siswa. Siswa di dalam kelompok saling bertukar pendapat untuk menentukan gambar dan tulisan yang mereka anggap bagus. Siswa juga berinisiatif untuk membagi tugas, siswa pertama menggambar, siswa kedua menulis dan siswa yang ketiga bertugas untuk mewarnai. Dari kerjasama siswa tersebut membuat poster yang dihasilkan lebih menarik. Dari kegiatan yang sudah dilakukan tersebut, siswa selanjutnya melakukan refleksi dan evaluasi. Dari hasil refleksi siswa menuliskan bahwa pembelajaran hari ini sangat menyenangkan terutama saat kegiatan ekperimen. Dan saat menjawab soal eveluasi yang ada pada modul, siswa dapat menjawab soal tersebut dengan benar. Dari hasi refleksi dan evaluasi tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang dilakukan peneliti menyenakan bagi siswa dan materi yang disampaikan dapat dipahami oleh siswa. Setelah kegiatan pembelajaran selesai, peneliti kemudian membagikan kuesioner validasi siswa untuk penilaiaan kualitas modul.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 85
Gambar 4.13 Pelaksanaan Implementasi 4.1.1.4 Evaluasi 4.1.1.4.1 Data Hasil Observasi Observasi dilakukan selama peneliti melakukan kegiatan implementasi di sekolah. Peneliti melakukan kegiatan observasi untuk melihat sudah tercapai atau belumnya pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) dan unsur Pendidikan Emansipatoris yang digunakan peneliti sebagai dasar pengembangan perangkat dan modul pembelajaran. Selain itu peneliti juga akan melihat apakah perangkat dan modul pembelajaran yang dibuat sudah baik atau masih perlu diperbaiki untuk digunakan. Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) adalah cara pandang pendidikan
di
sekolah
yang
menekankan
pada
pengembangan
tentang pada
pengintegrasian usaha penumbuhan nilai-nilai kemanusiaan dan pengembangan kompetensi siswa melalui pelaksanaan pembelajaran di sekolah. Penumbuhan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 86
nilai-nilai kemanusiaan dilakukan sesuai konteks siswa dan materi pelajaran, serta melalui mekanisme pemberian pengalaman refleksi dan perwujudan aksi serta evaluasi. Melalui pola pikir tersebut siswa diharapkan mengalami sendiri (bukan hanya mendapatkan informasi karena diberi tahu). Dinamika pelaksanaan PPR meliputi 5 siklus yaitu konteks, pengalaman, refleksi, aksi, dan evaluasi. Selain 5 siklus tersebut, tujuan dari pembelajaran PPR terwujud dalam 3 unsur yang ada pada tujuan pembelajaran. Ketiga unsur tersebut adalah competence, conscience, dan compassion. Competence merupakan kemampuan secara kognitif atau intelektual, conscience ialah kemampuan afektif dalam menentukan pilihanpilihan yang dapat dipertanggungjawabkan secara moral, sedangkan compassion adalah kemampuan dalam psikomotor yang berupa tindakan konkret maupun batin disertai sikap bela rasa bagi sesama (Subagya, 2010: 23-24). Berdasarkan hasil pengamatan selama kegiatan implementasi, perangkat dan modul pembelajaran yang dikembangkan oleh peneliti pendekatan PPR yang digunakan sudah terlihat. Hal ini dapat dilihat dari perangkat dan modul pembelajaran yang dikembangkan sudah memuat lima siklus dalam PPR yaitu konteks, pengalaman, refleksi, aksi, dan evaluasi serta sudah memenuhi tujuan dari pembelajaran PPR yang terwujud dalam 3 unsur yang ada pada tujuan pembelajaran yaitu competence, conscience, dan compassion. Siklus yang pertama adalah konteks. Hal ini terlihat ketika siswa diajak untuk mencermati kontekskonteks kehidupan yang terjadi pada diri siswa, contohnya saat guru secara langsung mengajak siswa untuk merasakan jika di sekolah ini tidak ada listrik dengan cara mematikan lampu dan kipas angin saat sedang dalam kegiatan belajar mengajar. Dari kegiatan tersebut siswa diajak secara langsung untuk merasakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 87
bagaimana jika mereka belajar tanpa menggunakan lampu dan siswa akan tahu bagaimana suasanya belajar dengan gelap tanpa ada lampu. Kegiatan tersebut secara tidak sengaja dapat mengajarkan siswa akan pentingnnya energi listrik. Siklus yang kedua yaitu pengalaman. Pengalaman merupakan suatu kejadian yang sungguh terjadi, dilakukan, dialami, dihidupi, yang dapat menyentuj pikiran, hati, kehendak, perasaan, maupun hasrat siswa (Suparno, 2015: 28). Hal ini terlihat ketika siswa melakukan 2 kegiatan eksperimen. Kegiatan pertama siswa menyalakan lampu dengan menggunakan batu baterai telepon genggam dalam waktu 1 menit dan kegiatan kedua siswa menyalakan lampu selama 5 menit, setelah itu siswa diminta untuk mengukur besar daya yang dikeluarkan pada masing-masing baterai. Dari kegiatan tersebut siswa dapat menyimpulkan sendiri pada kegiatan berapa yang lebih boros dan lebih hemat dalam menggunakan enegi listrik. Kegiaatan ekperimen yang kedua yaitu siswa diminta untuk mencari sumber energi listik alternatif dari buah-buahan. Pada kegiatan ini siswa dibagi menjadi 3 kelompok masing-masing kelompok mendapatkan buah yang berbeda. Selanjutnya siswa diminta untuk merangkai buah tersebut, detelah itu rangkaian buah disambunghkan dengan lampu LED. Dari kegiatan tersebut siswa dapat mengalami sendiri bahwa ternyata energi listik dapat bersumber dari buah-buahan. Selain dapat membuat siswa mengalami sendiri, kegiatan eksperimen yang dilakukan tersebut dapat membuat siswa senang, aktif, tertarik untuk belajar, serta memberikan pengalaman baru bagi siswa. Siklus yang ketiga yaitu refleksi. Dalam tahap refleksi, siswa dibantu untuk menggali pengalaman mereka sedalam-dalamnya dan seluas-luasnya, dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 88
mengambil makna bagi hidupnya, bagi orang lain, dan bagi masyarakat. Hal ini terlihat ketika guru mengajak siswa merefleksikan tindakan yang dilakukan selama ini, apakah selama ini saya melakukan tindakan menggunakan energi listrik secara berlebihan atau tidak dan siswa juga diajak untuk memikirkan dampak dari tindakan siswa yang dilakukan tersebut. Dari kegiatan ini siswa dilatih untuk mempunyai sikap yang jujur atas jawaban mereka. Siklus yang keempat yaitu aksi. Aksi adalah tindakan yang dilakukan siswa setelah merefleksikan pengalaman belajar mereka. Hal ini terlihat ketika siswa diajak untuk melakukan aksi dengan mengajak siswa lainnya untuk menghemat energi listrik melalui poster yang mereka buat. Dari kegiatan tersebut siswa diajak peduli untuk menghemat energi listrik dan melatih siswa untuk kreatif, karena siswa diminta untuk menggambar dan mawarnai poster itu sendiri. Siklus yang kelima yaitu evaluasi. Evaluasi dimaksudkan untuk melihat secara keseluruhan bagaimana seluruh proses PPR itu terjadi dan berkembang (Suparno, 2015: 40). Hal ini terlihat ketika siswa mengerjakan soal materi yang sudah diberikan hari ini, dari kegiatan tersebut dapat terlihat bahwa siswa sudah lebih mengetahui manfaat energi listrik, dampak penggunaan energi listrik dan cara menghemat energi listrik yang membuat siswa lebih dapat menghargai energi listrik dengan menggunakan energi listrik seperlunya. Selain kelima siklus tersebut, pembelajaran juga harus memenuhi tujuan dari pembelajaran PPR yang terwujud dalam 3 unsur yang ada pada tujuan pembelajaran yaitu competence, conscience, dan compassion. Unsur yang pertama yaitu
competence.
Competence merupakan
kemampuan akademik
yang
memadukan unsur pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Hal ini terlihat ketika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 89
kegiatan pembelajaran yang dilakukan memberikan pengetahuan kepada siswa tentang manfaat energi listrik, dampak penggunaan energi listrik secara berlebih dan cara menghemat energi listrik. Pembelajaran juga melatih keterampilan siswa dengan mengajak siswa berekperimen dan saat mengajak siswa untuk menggambar poster yang semenarik mungkin. Unsur yang kedua yaitu conscience. Conscience merupakan kemampuan afektif dalam menentukan pilihan-pilihan yang dapat dipertanggungjawabkan secara moral. Hal ini terlihat ketika siswa menceritakan pengalaman mereka selama ini ketika menggunakan energi listik. Dari kegiatan tersebut siswa diberi kebebasan untuk menceritakan sehingga siswa dilatih untuk bertindak jujur dan terbuka. Unsur yang ketiga yaitu compassion. Compassion adalah kemampuan dalam psikomotor yang berupa tindakan konkret maupun batin disertai sikap bela rasa bagi sesama. Hal ini terlihat ketika siswa melakukan kegiatan aksi mereka bersama dengan kelompok. Di dalam kelompok siswa sudah terlihat memiliki sikap bela rasa dengan saling menghargai pendapat orang lain sehingga poster yang mereka buat menjadi menarik dan poster yang mereka buat juga dapat mengajak siswa yang lain untuk menghemat energi listrik. Perangkat dan modul pembelajaran yang dikembangkan peneliti juga memasukkan
unsur
Pendidikan
Emansipatoris
dalam
pedoman
pengembangannya. Pendidikan Emansipatoris merupakan pendidikan yang mampu memberdayakan dan memberi pencerahan pada siswa (Mangunsong, 2005: 15). Menurut Giroux (dalam Winarti dan Anggadewi, 2015: 53) pendidikan emansipatoris dipandang sebagai pendidikan yang pergerakannya menekankan perwujudan masyarakat yang adil dan demokratis. Ada tiga kata kunci pada model
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 90
pendidikan
emansipatoris,
yaitu
humanisasi,
kesadaran
kritis,
dan
mempertanyakan sistem. Pada
konten-konten
perangkat
dan
modul
pembelajaran
yang
dikembangkan peneliti sudah menunjukaan sisi emansipatoris dengan tiga kata kunci, yaitu humanisasi, kesadaran kritis, dan mempertanyakan sistem. Kata kunci yang pertama yaitu humanisasi. Humanisasi terlihat ketika siswa diberi kebebasan untuk membuat kelompok, siswa mampu berkerjasama dalam kelompok, siswa dapat saling menghormati pendapat yang orang lain sampaikan, siswa ikut berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran dan setelah melakukan kegiatan pembelajaran siswa dapat menghargai pentingnnya energi listirk dengan menggunakan energi listrik sesuai kebutuhan. Kata kunci yang kedua yaitu kesadaran kritis. Kesadaran kritis terlihat ketika siswa melakukan kegiatan eksperimen. Kegiatan eksperimen yang dilakukan menuntun siswa untuk berpikir kritis, karena kegiatan ekperimen mengajak siswa untuk mengidentifikasi dan menganalisi hasil dari ekperimen yang dilakukan. Contohnya, ketika siswa melakukan kegiatan eksperimen tentang dampak menggunakan energi listrik secara berlebihan, siswa dituntut untuk menganalisis dari dua percobaan dan mengidentifikasi penyebab dari masingmasing percobaan yang menunjukkan kegiatan hemat energi dan menggunakan energi secara berlebih. Kata kunci yang ketiga yaitu, mempertanyakan sistem. Mempertanyakan sistem terlihat ketika guru dan siswa berdialog melakukan tanya jawab dan berdiskusi. Salah satu contoh kegiatan dialog yang dilakukan yaitu, saat guru melakukan tanya jawab dengan siswa tentang kegiatan yang pernah dilakukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 91
dalam menggunakan energi listrik. Siswa dan guru saling memberikan pengalaman yang pernah dilakukan saat menggunakan energi listrik. Dari hasil tanya jawab tersebut, guru dan siswa kemudian berdiskusi apakah selama ini kegiatan yang dilakukan termasuk kegitan menghemat energi listrik atau menggunakan energi listrik secara berlebihan. Dari kegiatan diskusi tersebut, guru dan siswa saling bertukar pendapat akan dampak ketika menggunakan energi listrik secara berlebih dan ketika dampak menggunakan energi listrik sesuai dengan keperluan. Pada
pelaksanaan implementasi, peneliti juga menemukan beberapa
kesalahan pada RPP dan modul pembelajaran yang digunakan dalam implementasi. Kesalahan yang didapat yaitu pada rincian kegiatan inti dalam RPP pada langkah kegiatan nomor 5 dan 6. Langkah kegiatan bertulisakan siswa mengamati benda-benda yang ada di dalam kelas, namun pada kegiatan pembelajaran siswa diminta untuk mengamati benda-benda yang ada di dalam kelas dan di luar kelas. Kegiatan yang pada nomor 13 juga masih kurang sesuai, karena pada kegiatan tersebut dituliskan siswa mengamati kegiatan eksperimen yang dilakukan guru, namun sebenarnya siswa melakukan eksperimen dengan membaca langkah-langkah yang sudah ada pada modul pembelajaran. Kesalahan juga ditemukan pada langkah-langkah kegiatan ekperimen mengenai dampak penggunaan energi listrik secara berlebih pada langkah nomor 2. Kalimat pada nomor 2 tersebut menurut peneliti masing kurang lengkap. Dari kegiatan obeservasi yang telah dilakukan peneliti selama kegiatan implementasi dapat disimpulkan bahwa perangkat dan modul pembelajaran yang dibuat sudah terlihat penggunaan pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 92
dan Pendidikan Emansipatoris dalam proses implementasi. Selain itu perangkat dan modul pembelajaran yang dikembangkan masih terdapat beberapa kesalahan yaitu pada kegiatan inti RPP dan langkah kegiatan ekperimen yang ada pada modul pembelajaran. 4.1.1.4.2 Penyebaran Kuesioner Penyebaran kuesioner dilakukan kepada 9 siswa yang mengikuti kegiatan pembelajaran dengan menggunakan modul pembelajaran. Pembagian kuesioner dilakukan setelah kegiatan pembelajaran sudah selesai. Instrumen kuesioner yang dibagikan kepada siswa dapat dilihat pada tabel 3.8 Berikut ini adalah rekapitulasi peneliaan siswa terhadap kualitas modul. Tabel 4.7 Hasil Penilaiaan Siswa terhadap Kualitas Modul Siswa 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Rerata
Penilaian Modul 3,53 3,53 3,83 3,53 3,53 3,53 3,53 3,83 3,91 3,63
Kriteria Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik
Berdasarkan pada tabel 4.6 rerata skor yang diperoleh berjumlah 3,63. Bila dibandingkan dengan table 3.9 skor 3,63 masuk kategori “sangat baik”, sehingga menunjukkan bahwa instrument ini layak untuk digunakan. Dari hasil penyebaran kuesioner tersebut, terlihat bahwa modul pembelajaran
yang
dikembangkan
dengan
menggunakan
11
prinsip
pengembangan materi ajar menurut Tomlinson sudah sangat layak untuk digunakan. Hal ini terlihat dari hasil analisis 11 prinsip pengembangan materi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 93
Tomlinson yang peneliti gunakan. Pada prinsip pertama materi harus mencapai dampak. Jadi prinsip ini dapat dikatakan tercapai apabila modul pembelajaran yang dikembangkan peneliti dapat menggugah rasa ingin tahu peserta didik, minat, dan perhatian. Berdasarkan hasil observasi, siswa sangat antusias ketika melakukan kegiatan eksperimen dan mereka mampu melakukan eksperimen secara mandiri dengan panduan yang ada pada modul sehingga pada modul ini dapat dikatakan mencapai dampak. Hal ini dapat di lihat pada gambar 4.14 dan 4.15.
Gambar 4.14 Siswa melakukan eksperimen
Gambar 4.15 Siswa menuliskan hasil kegiatan
Prinsip kedua yakni materi harus membantu peserta didik untuk merasa nyaman. Modul pembelajaran IPA yang dikembangkan peneliti dapat membuat peserta didik merasa nyaman, hal ini dibuktikan karena modul pembelajaran sudah berisikan teks dan ilustrai/gambar, bahasa yang digunakan mudah dipahami oleh peserta didik, dan berisikan contoh-contoh atau petunjuk, sehingga dapat membuat siswa merasa nyaman. Hal ini dapat dilihat pada gambar 4.2.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 94
Prinsip ketiga yakni materi harus membantu peserta didik untuk mengembangkan kepercayaan diri. Pada modul pembelajaran IPA yang peneliti kembangkan dapat menumbuhkan kepercayaan diri, hal ini dibuktikan ketika siswa mengungkapkan hasil observasi tentang benda-benda di kelas dan di luar kelas yang membutuhkan energi listrik, saat menuliskan kegiatan yang pernah dilakukan dalam menghemat dan menggunakan energi listrik secara berlebihan dengan berani dan percaya diri. Kemudian siswa juga dapat mengikuti langkahlangkah kegiatan eksperimen yang ada pada modul dengan lancar. Hal ini dapat dilihat pada gambar 4.14 dan 4.15. Prinsip keempat yakni materi yang diajarkan harus relevan dan berguna bagi siswa. Hal ini dibuktikan dari hasil refleksi dan evaluasi siswa, yaitu mereka berpendapat bahwa “kegiatan yang dilakukan menyenangkan karena bisa tahu bahwa buah bisa menyalakan lampu”, selain itu mereka juga tahu dampak yang ditimbulkan akibat menggunakan energi listrik secara berlebihan, serta tahu bagaimana cara menghemat energi listrik. Jadi modul pembelajaran IPA yang peneliti kembangkan bermanfaat bagi siswa. Hal ini dapat dilihat pada gambar 4.4. Prinsip kelima yakni materi harus diperlukan dan memfasilitasi peserta didik dalam belajar. Pada modul pembelajaran IPA yang peneliti kembangkan terdapat bagian-bagian yang dapat memfasilitasi siswa dalam belajar, misalnya materi, gambar dan kegiatan eksperimen. Materi berfungsi sebagai sumber pengetahuan pada modul, gambar berfungsi sebagai visualisasi dari materi yang diberikan, dan kegiatan eksperimen berfungsi sebagai pembuktian bahwa materi yang dipelajari itu benar. Hal ini dapat dilihat pada gambar 4.5.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 95
Prinsip keeman yakni materi sebaiknya memberikan pencerahan bagi peserta didik dengan menghadirkan petunjuk atau nasihat kegiatan sehingga memudahkan peserta didik memahaminya. Hal ini dapat dilihat pada gambar 4.2 yang sudah menunjukan langkah-langkah yang dapat membantu siswa. Prinsip yang ketujuh yakin, materi menyediakan kesempatan bagi peserta didik untuk dapat berkomunikasi secara aktif. Modul pembelajaran yang dikembangkan peneliti sudah menyediakan kesempatan bagi siswa untuk dapat berkomunikasi dengan aktif. Hal ini terbukti dalam kegiatan pembelajaran siswa diberikan kesempatan untuk berdiskusi dengan kelompok dan mengemukakan pendapat mereka tanpa dikendalikan oleh guru. Gambar 4.16 merupakan salah satu bukti, siswa dapat saling bediskusi tanpa dikendalikan oleh guru.
Gambar 4.16 Siswa berdiskusi Prinsip yang kedelapan yaitu. materi harus memperhatikan gaya belajar yang bebeda dalam diri masing-masing siswa. Dari kegiatan implementasi yang sudah dilakukan, modul yang dikembangkan peneliti sudah menyediakan kegiatan pembelajaran secara visual (belajar dengan cara melihat), auditori (belajar dengan cara mendengar), dan kinestetik (belajar dengan cara bergerak,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 96
bekerja dan menyentuh). Kegiatan visual (belajar dengan cara melihat), terlihat ketika siswa dapat belajar dengan menggunakan materi, media dan alat peraga secara langsung siswa dapat materi dengan lebih mudah. Kegiatan auditori (belajar dengan cara mendengar), terlihat ketika siswa melakukan kegiatan kelompok, dalam kegiatan kelompok siswa dapat berdiskusi sehingga siswa dapat mendengarkan pendapat dari siswa dalam satu kelompok dan kelompok lainnya. Kegiatan kinestetik (belajar dengan cara bergerak, bekerja dan menyentuh) terlihat ketika siswa melakukan kegiatan ekperimen, siswa dapat bergerak dan berkerja secara langsung sehingga siswa dapat membuktikan materi yang sedang dipelajari dari kegiatan eksperimen tersebut. Ketiga kegiatan tersebut dapat dilihat pada gambar 4.14, 4.15 dan 4.16 Prinsip yang kesembilan yakni, materi harus memperhatikan sikap afektif yang berbeda dalam diri masing-masing peserta didik. Hal ini dapat dilihat ketika modul sudah menyediakan kegiatan individu dan kegiatan kelompok. Kegiatan individu dapat mengasah kemampuan secara mandiri, contohnya saat siswa menuliskan benda-benda yang membutuhkan energi listrik siswa dapat menuliskanya sesuai dengan apa yang mereka ketahui. Kegiatan kelompok mengasah kemampuan siswa untuk saling menghargai pendapat teman, contohnya saat siswa secara berkelompok menggambar poster, mereka saling berdiskusi apa yang akan mereka gambar dan masing-masing siswa harus memiliki kesepakatan apa yang akan mereka gambar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 97
Gambar 4.16 Siswa mengerjakan tugas individu Prinsip
kesepuluh
yakni
materi
Gambar 4.17 Siswa mengerjakan tugas kelompok dapat
membantu
peserta
didik
mengembangkan kemampuan berpikir, pengelolaan emosi, estetika seni, dan menyediakan kegiatan yang melatih otak kanan dan kiri peserta didik. Pada modul pembelajaran IPA tersadapat kegiatan eksperimen tentang dampak penggunaan energi listrik secara berlebihan dimana ada dua rangkaian, rangkaian pertama lampu dibiarkan menyala selama 1 menit lalu dimatikan dan rangkaian kedua lampu dibiarkan menyala selama 5 menit. Dari kegiatan tersebut siswa diminta untuk menganalisis pada rangkaian berapa yang membutuhkan energi listrik lebih banyak dan lebih sedikit. Kegiatan ini bertujuan melatih siswa untuk berpikir dan membandingkan sehingga dengan kegiatan ini dapat memaksimalkan potensi siswa. Prinsip kesebelas yakni materi harus memberikan kesempatan peserta didik untuk umpan balik hasil. Pada modul ini terdapat kegiatan aksi, refleksi dan evaluasi (lihat gambar 4.4, 4.10 dan 4.11). Rangkaian kegiatan tersebut digunakan untuk melihat perkembangan siswa (feeback), baik segi kognitif, afektif, dan psikomotor.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 98
4.1.1.5 Revisi Proses revisi sebagai langkah kelima dalam penelitian ini, merupakan usaha terakhir untuk memperbaiki perangkat dan modul agar kualitasnya semakin baik. Hasil evaluasi terhadap implementasi perangkat dan modul pada 9 siswa kelas III A SDN Petinggen Yogyakarta menjadi dasar dari proses revisi. Bagian yang perlu diperbaiki yaitu pada rincian kegiatan pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan langkah-langkah ekperimen pada modul pembelajaran. Rincian kegiatan inti dalam RPP yang dilakukan perbaikan pada langkah kegiatan nomor 5 dan 6. Langkah kegiatan tersebut perlu ditambahkan kegiatan yang belum dituliskan. Proses revisi untuk langkah kegiatan nomor 5 dan 6 dapat dilihat pada gambar 4.19 dan 4.20. Kegiatan yang dilakukan pada nomor 13 dalam rincian kegiatan inti juga dilakukan perbaikan. Proses revisi untuk langkah kegiatan nomor 13 dapat dilihat pada gambar 4.21 dan 4.22.
Gambar 4.19 Rincian Kegiatan Inti RPPH nomor 5 dan 6 Sebelum Direvisi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 99
Gambar 4.20 Rincian Kegiatan Inti RPPH nomor 5 dan 6 Setelah Direvisi
Gambar 4.21 Rincian Kegiatan Inti RPPH nomor 13 Sebelum Direvisi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 100
Gambar 4.22 Rincian Kegiatan Inti RPPH nomor 13 Setelah Direvisi
Pada
kegiatan
eksperimen
modul
pembelajaran
tentang dampak
penggunaan energi listik secara berlebihan terdapat perbaikan langkah pada nomor 2. Keterangan amati besar daya batu baterai telepon genggam yang tertera pada layar lalu catatlah pada tabel yang sudah disediakan. Proses revisi untuk langkah kegiatan nomor 2 dapat dilihat pada gambar 4.23 dan 4.24. Pada kegiatan eksperimen tentang sumber energi listrik alternatif dari buah-buahan diganti dengan sumber energi listrik alternatif dari larutan air garam, dikarenakan larutan air garam lebih terjangkau dibandingkan dengan buah-buahan. Proses revisi dapat dilihat pada gambar 4.25 dan 4.26.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 101
Gambar 4. 23 Langkah Kegiatan Nomor 2 Sebelum Revisi
Gambar 4.24 Langkah Kegiatan Nomor 2 Setelah Direvisi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 102
Gambar 2.25 Eksperimen sebelum direvisi
Gambar 2.26 Eksperimen setelah direvisi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 103
4.2 Pembahasan Perangkat dan modul pembelajaran menghemat energi listrik yang dikembangkan oleh peneliti mendapat tanggapan baik dari Validator, Guru dan Siswa kelas III A SDN Petinggen Yogyakarta. Kualitas perangkat dan modul pembelajaran dinilai sangat layak digunakan berdasarkan hasil kuesioner dari siswa tentang kualitas modul pembelajaran dan kuesioner yang diberikan pada ahli IPA, ahli Bahasa, dan guru kelas. Hasil kuesioner uji coba modul yang diberikan kepada siswa memperoleh skor 3,63 masuk kategori “sangat baik”, sehingga menunjukkan bahwa instrument ini layak untuk digunakan. Hasil validasi yang dilakukan oleh ahli IPA, ahli Bahasa dan guru kelas terhadap perangkat dan modul pembelajaran meperoleh skor rata-rata 3,50. Kualitas perangkat dan modul pembelajaran berdasarkan hasil validasi dapat dikategorikan “sangat layak”. Perangkat dan modul pembelajaran menghemat energi listrik dapat dikatakan “sangat layak” untuk digunakan Guru dan Siswa kelas III A SDN Petinggen Yogyakarya. Hal tersebut dapat terjadi dikarenakan penyusunan perangkat dan modul pembelajaran, peneliti memperhatikan beberapa prinsip sebagai berikut: 4.2.1 Perangkat dan Modul Pembelajaran Dikembangkan Berdasar Pada 5 Langkah dan 11 Prinsip Pengembangan Materi Ajar Menurut Tomlinson Metode penelitian dan pengembangan yang digunakan oleh peneliti merupakan gagasan dari Tomlinson. Pengembangan materi ajar yang dimaksud Tomlinson (2005) adalah pengembangan terhadap materi-materi apapun yang dapat berupa buku teks, buku kerja (LKS), kaset, CD-ROM, DVD, atau video
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 104
yang
dapat
digunakan
unruk
membantu
pelaksanaan
pembelajaran.
Pengembangan perangkat dan modul pembelajaran yang dilaksanakan dalam penelitian ini melalui 5 langkah kegiatan yaitu analisi kebutuhan, desain, implementasi, evaluasi dan revisi. Kegiatan observasi sekolah dan pembelajaran yang dilakukan di Kelas III A menjadi pengalaman awal yang memotivasi peneliti untuk mengobservasi sikap serta perilaku siswa terhadap lingkungan. Kegiatan wawancara juga dilakukan kepada guru dan siswa untuk melakukan analisis kebutuhan terhadap modul pembelajaran. Penyebaran kuesioner juga dilakukan kepada guru dan siswa untuk memperoleh informasi terhadap kebutuhan modul pembelajaran yang menarik untuk digunakan. Hasil dari kegiatan observasi, wawancara dan penyebaran kuesioner memotivasi peneliti untuk fokus dalam mengembangkan perangkat dan modul pembelajaran yang dapat memberikan materi ajar yang menarik bagi siswa. Perangkat dan modul peserta didika yang dikembangkan berfokus pada materi menghemat energi listrik dan disusun berdasarkan pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR). Modul pembelajaran yang dikembangkan peneliti disusun dengan melandaskan diri pada 11 prinsip pengembangan materi ajar menurut Tomlinson (2005). Perangkat dan modul pembelajaran yang disusun dengan memenuhi 11 prinsip pengembangan materi ajar menurut Tomlinson tentunya dapat memuat rasa keingintahuan, ketertarikan, dan perhatian siswa menjadi terpancing untuk terus membaca dan mempelajarai modul. Siswa dan guru yang sudah membaca modul pembelajaran akan diajak untuk berpikir. Kegiatan berpikir yang dilakukan disertai rasa nyaman, senang, dan bahagia karena modul pembelajaran berisikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 105
penjelasan dengan bahasa yang mudah dipahami, contoh-contoh, dan gambar yang relevan akan semakin mengembangan kepercayaam dalam diri siswa. Kepercayaan diri yang tumbuh dalam diri siswa untuk melakukan kegiatan ekperimen. Kegiatan ekperimen yang dilakukan mengupayakan berkembangnya kemampuan intelektual, estetika, emosional, dan menstimulasi otak kanan serta otak kiri dikarenakan dilakukan melalui aktivitas individu serta kelompok. Siswa juga akan diberikan kesempatan untuk mendapatkan upan balik yang didapatkan dari kegiatan refleksi, aksi, dan evaluasi. Kegiatan tersebut digunakan untuk melihat perkembangan siswa (feeback), baik segi kognitif, afektif, dan psikomotor. 4.2.2 Kelebihan dan Kelemahan Perangkat dan Modul pembelajaran Peneliti mendapatkan komentar dan masukan yang membangun kualitas perangkat dan modul pembelajaran yang dikembangkan oleh peneliti. Data yang didapatkan dapat membantu peneliti untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan dari perangkat dan modul pembelajaran “Ayo, Menghemat Energi Listrik”. 4.2.2.1 Kelebihan Perangkat dan Modul Pembelajaran Penyusunan perangkat dan modul pembelajaran bertujuan untuk mendidik siswa kelas III A SDN Petinggen Yogyakarta melalui kegiatan pembelajaran berdasarkan pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR).
Penggunaan
pendekatan PPR akan membantu siswa lebih mudah dalam memahami konteks pembelajaran melalui pengalaman belajar yang nyata. Siswa juga diajak untuk merefleksikan pengalaman belajar yang didapat untuk menentukan aksi nyata yang akan dilakukan dalam kehidupan sehari-hari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 106
Pengalaman yang didapatkan siswa melalui kegiatan eksperimen diharapkan menumbuhkan rasa bahagia dalam diri siswa, mereka dapat bermain sambil belajar. Paduan eksperimen yang dipersiapkan diharapkan juga dapat membantu siswa agar lebih mudah melakukan eksperimen. Penyususnan panduan eksperimen didasarkan analisis kebutuhan siswa kelas III A dan juga berdasar pada 11 prinsip pengembangan materi menurut Tomlinson. Tomlinson merupakan salah satu ahli terkemuka dunia pada pengembangan materi untuk pembelajaran. 4.2.2.2 Kelemahan Perangkat dan Modul Pembelajaran Perangkat dan modul pembelajaran menghemat energi listrik yang dikembangkan oleh peneliti tentunya memiliki kelemahan baik dalam segi isi atau cakupan dan teknis implementasi. Tujuan dari penyusunan perangkat dan modul pembelajaran ini adalah memberikan pendidikan lingkungan kepada siswa untuk peduli terhadap lingkungan disekitarnya. Materi eksperimen yang disusun masih terbatas pada konteks menghemat energi listrik, sehingga guru perlu menyusun materi ekperimen sendiri untuk konteks permasalahan lingkungan yang berbeda.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V PENUTUP Pada bab ini peneliti akan menguraikan (1) kesimpulan dari penelitian yang dilakukan, (2) keterbatasan penelitian, dan (3) saran. 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahsan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa: 5.1.1 Proses penyusunan produk berupa perangkat dan modul pembelajaran menghemat energi listrik berdasarkan pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif
dilakukan
dengan
menggunakan
5
langkah
prosedur
pengembangan bahan yang meliputi: 1) analisis kebutuhan dilakukan dengan menganalisi visi dan misi sekolah, kurikulum, latar belakang siswa, permasalahan, dan penggunaan perangkat dan modul pembelajaran di sekolah. 2) desain diawali dengan mengintegrasi 11 prinsip Tomlinson, Paradigma Pedagogi Reflektif dan emansipasoris, selanjutnya menyusun silabus dan RPP, dilanjutkan dengan membuat modul pembelajaran, kemudian memvalidasi modul yang dilakukan oleh dua ahli dan satu guru dan melakukan revisi bagian mosul yang diberi komentar dan saran oleh validator, 3) implementasi perangkat dan modul pembelajaran pada 9 siswa dari kelas III A di SDN Petinggen Yogyakarta, 4) melakukan evaluasi modul yang telah diimplementasikan dengan melihat dari hasil observasi proses pembelajaran dan hasil penilaian siswa terhadap kualitas modul, 5) melakukan revisi dari hasil evaluasi.
107
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 108
5.1.2 Kualitas produk berupa perangkat dan modul pembelajaran menghemat energi listrik setelah divalidasi oleh siswa diperoleh skor 3,63. Skor tersebut dikategorikan “sangat baik”, sehingga modul pembelajaran yang peneliti kembangkan ini layak untuk digunakan. Hasil observasi yang dilakukan selama implementasi modul pembelajaran menunjukkan bahwa modul sudah memenuhi 11 prinsip pengembangan bahan ajar menurut Tomlinson. Peneliti meyakini tercapainya 11 prinsip tersebut terbukti bahwa (1), siswa sudah merasa berminat, ingin tahu, dan tertarik dengan modul karena siswa sudah memegang dam membaca modul pembelajaran tersebut. (2) siswa merasa nyaman dan bahagia sebab modul pembelajaran berisikan penjelasan dengan bahasa yang mudah dipahami serta berisikan gambar, (3) siswa bereksperimen dengan menggunakan panduan sehingga berkembang kepercayaan dirinya, (4) siswa bersedia dibentuk menjadi kelompok secara acak sehingga memperhatikan latar belakang sosial, kognitif, afektif dan psikomotorik, (5) siswa difasilitasi dengan modul pembelajaran yang berisikan materi, gambar dan kegiatan pembelajaran, (6) siswa dapat melakukan eksperimen sebab terdapat langkah-langkah kegiatan/petunjuk kegiatan, (7) siswa dapat berkomunikasi dengan aktif, (8) proses pembelajaran dilakukan melalui berbagai cara belajar seperti tanya jawab, diskusi dan ekperimen,
(9) siswa dapat melakukan kegiatan
individu dan kelompok, (10) siswa berpartisipasi aktif dalam kegiatan diskusi dan eksperimen, (11) siswa mendapat respon positif melalui kegiatan ekperimen, refleksi, aksi dan evaluasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 109
5.2 Keterbatasan Produk yang peneliti rancang mempunyai beberapa keterbatasan, yaitu sebagai berikut: 5.2.1 Perangkat dan modul pembelajaran yang peneliti kembangkan lebih berfokus pada mata pelajaran IPA, serta modul pembelajaran IPA yang peneliti kembangkan terbatas pada materi menghemat energi listrik. 5.2.2 Modul pembelajaran yang peneliti kembangkan menggunakan 11 prinsip dari 16 prinsip pengembangan materi milik Tomlinson. 5.3 Saran Berikut ini beberapa saran dari peneliti untuk penelitian selanjutnya, antara lain: 5.3.1 Modul pembelajaran akan lebih baik di desain dengan menambahkan lebih banyak materi pembelajaran tentang dampak menggunakan energi listrik secara berlebihan dan cara menghemat energi listrik. 5.3.2 Modul pembelajaran akan lebih baik di desain dengan lebih banyak menambahkan gambar pentunjuk dalam melakukan eksperimen.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA
Damanik, A. (2011). Fisika Energi. Yogyakarta: Universitas Santa Dharma. Gulo. (2002). Metodologi Penelitian. Jakarta: Grasindo. Harsono, Y.M. (2015). Developing Learning Materials for Specific Purpose. (Online). (http://journal.teflin.org), diakses 27 September 2016. Hidayat, R. (2013). Pedagogi Kritis: Sejarah, Perkembangan dan Pemikiran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Istanti, V. (2012). Pengembangan Modul Ilmu Pengetahuan Alam Bagi Siswa Kelas IV Sekolah Dasar. Jurnal. Tidak diterbitkan. Mangungsong, F. (2005). Proccending:Mencapai Perkembangan Manusia yang Utuh Melalui Pendidikan Emansipatoris. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma University Press. Nazir. (1983). Metode Penelitian. Jakarta: Graha Indonesia. P3MP-USD. (2008). Model Pembelajaran Berbasis Pedagogi Ignasia. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma. Prastowo, A. (2014). Pengembangan Bahan Ajar Tematik: Tinjauan Teoritis dan Praktis. Jakarta : Penerbit Kencana. Priyatma, E.J., dan Mudayen, Y.M.V. (2015). Manusia Pembelajar di Dunia Tarik Ulur, Bab 19: Keluar dari Jerat Pendidikan yang tak Memanusiakan. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma. Rahayu, W.E. (2015). Pengembangan Modul IPA Terpadu Berbasis Etnosains Tema Energi Dalam Menanamkan Jiwa Konservasi Siswa. Uness Science Education Journal 4 (2). Sakti, F.V.P. (2014). Penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif Pada Mata Pelajaran Pkn Dalam Meningkatkan Kesadaran Siswa Akan Nilai Demokrasi Kelas V SD Negeri Sarikaya.Tidak diterbitkan. Sanjaya, W. (2013). Penelitian Pendidikan. Jakarta: Kharisma Putra Utama Samatowa, U. (2011). Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Jakarta: PT Indeks. Sastrapatedja. (2001). Pendidikan Sebagai Humanisasi. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma. Setyosari, P. (2010). Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan. Jakarta: Kencana. Subagyo. (2010). Paradigma Pedagogi Reflektif Mendampingi Peserta Didik Menjadi Cerdas & Berkarakter. Yogyakarta: Kanisius
110
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 111
Sukiman. (2012). Pengembangan Media Pembelajaran. Yogyakarta: PT Pustaka Insan Madani. Sukmadinata, N.S. (2008). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Suparno, P. 2015. Pembelajaran di Perguruan Tinggi Bergaya Paradigma Pedagogi Reflektif . Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma. Susanti, M.M.I. (2013). Analisis Implementasi Model Pembelajaran Paradigm Pedagogi Reflektif (PPR) Berdasarkan Unsur Competence-ConscienceCompassion Siswa. Jurnal: UPI. Tegeh, dkk. (2014). Model Penelitian Pengembangan. Yogyakarta: Graha Ilmu. Tim PPR Kanisius, (2008). Paradigma Pedagogi Reflektif. Yogyakarta: Kanisius Tim Penyusun bahasa Indonesia, (2002). Kamus Besar bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Tomlinson, B. (2015). Material Development in Language Teching. Cambridge: University Press. Trianto. (2010). Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara. Widiyanti. (2012). Pengaruh Pendidikan Karakter Dengan Pendekatan PPR Dan Motivasi Belajar Terhadap Kepribadian Siswa. Jurnal: UNS. Widiyatmoko. (2013). Pengembangan Perangkat Pembelajaran IPA Terpadu Berkarakter Menggunakan Pendekatan Humanistik Berbantu Alat Peraga Murah. Jurnal: JPII 2 (1). Widoyoko, S. (2012). Teknik Penyususnan Instrumen. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Winarti, E., dan Brigita E.T.A. (2015). Manusis Pembelajar di Dunia Tarik Ulur, Bab 3: Pedagogi Ignasian Sebagai Pendidikan Emansipatoris. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma. Wisudawati & Sulistyowati. (2014). Metodologi Pembelajaran IPA. Jakarta:Bumi Aksara.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN
114
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 113
Lampiran 1. Surat ijin penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 114
Lampiran 2. Surat keterangan penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 115
Lampiran 3. Hasil analisis kebutuhan Guru
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 116
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 117
Lampiran 4. Hasil analisis kebutuhan siswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 118
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 119
Lampiran 5. Vlidasi produk ahli IPA
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 120
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 121
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 122
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 123
/
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 124
Lampiran 6. Validasi produk ahli Bahasa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 125
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 126
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 127
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 128
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 129
Lampiran 7. Validasi produk Guru
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 130
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 131
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 132
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 133
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 134
Lampiran 8. Lembar instrumen validasi siswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 135
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 136
Lampiran 9 Dokumentasi Penelitian di SDN Petinggen Yogyakarta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 137
Lampiran 10. Poster hasil karya siswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 138
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 139
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 140
Lampiran 11
CURRICULUM VITAE Yuliana Reni Restriani lahir di Sleman, 15 Juli 1995. Sebelum menempuh pendidikan dasar, masuk ke Taman Kanak-kanak Citra Sakti selama dua tahun, yaitu tahun 20002001. Pendidikan dasar ditempuh di SDN Pusmalang pada tahun 2001-2007. Pendidikan menengah pertama ditempuh di SMP Negeri 1 Pakem pada tahun 2007-2010. Setamat pendidikan SMP, melanjutkan sekolah menengah atas di SMA Negeri 1 Cangkringan pada tahu 2010-2013. Peneliti mulai tercatat sebagai mahasiswa aktif Universitas Sanata Dharma sejak tahun 2013, khususnya pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Program Studi Pendidika Guru Sekolah Dasar. Selama menempuh pendidikan di PGSD, peneliti mengikuti beberapa macam kegiatan sebagai pengembangan keterampilan di luar perkuliahan wajib. Tahun 2014, peneliti mengikuti week and moral di Santikara dan menjadi pengisi acara di Pekan Kreativitas dan Malam Kreativitas Mahasiswa PGSD. Pada tahun yang sama, peneliti tergabung dalam kepanitian INSIPRO PGSD 2014 sebagai divisi dampok. Tahun 2015, peneliti juga tergabung dalam kepanitian TABLO 2015 sebagi divisi konsumsi