PAKET INFORMASI TERSELEKSI
PETERNAKAN Seri: Pupuk Kandang
S
alah satu alasan kenapa masih rendahnya jumlah dan mutu karya ilmiah Indonesia adalah karena kesulitan mendapatkan literatur ilmiah sebagai sumber informasi.Kesulitan mendapatkan literatur terjadi karena masih banyak pengguna informasi yang tidak tahu kemana harus mencari dan bagaimana cara mendapatkan literatur yang mereka butuhkan. Sebagai salah satu solusi dari permasalahan tersebut adalah diadakan layanan informasi berupa Paket Diseminasi Informasi Terseleksi (PDIT). Paket Diseminasi Informasi Terseleksi (PDIT) adalah salah satu layanan informasi ilmiah yang disediakan bagi peminat sesuai dengan kebutuhan informasi untuk semua bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dalam berbagai topik yang dikemas dalam bentuk kumpulan artikel dan menggunakan sumber informasi dari berbagai jurnal ilmiah Indonesia. Paket Diseminasi Informasi Terseleksi (PDIT) ini bertujuan untuk memudahkan dan mempercepat akses informasi sesuai dengan kebutuhan informasi para pengguna yang dapat digunakan untuk keperluan pendidikan, penelitian, pelaksanaan pemerintahan, bisnis, dan kepentingan masyarakat umum lainnya. Sumber-sumber informasi yang tercakup dalam Paket Diseminasi Informasi Terseleksi (PDIT) adalah sumber-sumber informasi ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan karena berasal dari artikel (full text) jurnal ilmiah Indonesia dilengkapi dengan cantuman bibliografi beserta abstrak.
i
Pilih/klik judul untuk melihat full text
APLIKASI PUPUK KANDANG, BIO URIN SAPI DAB NPK PADA TANAMAN ANGGUR BALI
of manure plus on the parameters. The best result was performed by treatment with doses 600 g + 10 ml EM4 + 50 mg GA3/germ. It was also detected significant correlation coefficient between treatment doses with the plant performances.
Abstrak : -
EFEKTIVITAS KOMBINASI AMELIORA DAN PUPUK KANDANG DALAM MENINGKATKAN HASIL KEDELAI PADA TANAH ULTISOL
I Nyoman Adijaya Buletin Teknologi Dan Informasi Pertanian, Vol. 9, No. 26, 2011: 7-11
EFEK RESIDU PENGAPURAN DAN PUPUK KANDANG TERHADAP BASA-BASA DAPAT DITUKARKAN PADA ULTISOL DAN HASIL KEDELAI Yunus Jurnal Solum, Vol. 3, No. 1, 2006: 27-33
Sudaryono; Andy Wijanarko; Suyamto Jurnal Penelitian Pertanian Tanaman Pangan, Vol. 30, No. 1, 2011: 43-51 Abstrak : -
Abstrak : -
EFEKTIFITAS PUPUK KANDANG PLUS TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT MAHKOTA DEWA (PHALERIA MACROCARPA)
Alridiwirsah JURIDIKTI : Jurnal Ilmiah Pendidikan Tinggi, Vol. 2, No. 1, 2009: 1-6 Abstract : The medicine plant Phaleria macrocarpa is better fertilized with organic matter rather than anorganic fertilizers. However, it was questioned whether the effect of manure in combination with EM-4 and GA3 will be better than the effect of manure alone. The objective of this research is to determine the effect of the combination on plant height, number of leaf, number of branch and steam diameter. The research was conducted with non factorial randomized complete block design with five replications. The treatments were manure with four stage treatments, namely PKP0 = control, PKP1 = manure 200 g + 10 ml EM-4 + 50 mg GA3/ germ, PKP2 = manure 400 g + 10 ml EM-4 + 50 mg GA3/germ, PKP3 = manure 600 g + 10 ml EM-4 + 50 mg GA3/germ. The results revealed a significant effect
EFEKTIVITAS PUPUK KANDANG, PUPUK N, P DAN K TERHADAP HASIL UMBI PADA SISTEM TANAM TUMPANGSARI UBIKAYU BARIS GANDA DI LAHAN KERING MASAM
Jurnal Pertanian Mapeta, Vol. 10, No. 2, 2008: 134-145 Abstract : This research was done at dry land in Rumbia-Central Lampung district and Pekalongan-East Lampung was conducted on different land by physical in land chemical conditions. A factorial randomized block design three replication were used in these trials. The first treatment is intercropping system: 1) Cassava with peanut; 2) Cassava with maize, and the second factor is variety: 1) UJ3 and 2) UJ5, the third factor is 1 fertilizer application for cassava 1) 200 kg Urea + 2000 kg pk (manure)/ha; 2) 200 kg Urea + 100 kg SP36 + 100 kg KCl/ha. The result shows that NPK application fertilizer (Urea, SP36, and KCl) was increased the tuber yield of UJ3 and UJ5 varieties in acid soil poor of dry land N, K, Ca and C-organic low nutrient by texture percent of sand > clay. Intercrop of cassava with peanut of UJ3 variety increased tube yield significantly produced 19.2 mg/ha and 27.8 mg/ha of UJ5. Intercrop of cassava with maize was produced 18.3 mg/ha of UJ3 variety and 26.2 mg/ha of UJ5. The application NPK fertilizer still increased by cassava with
peanut high produced 15.5% of UJ3 varieties 37.3 mg/ ha tuber yield, and UJ5 varieties was better 43 mg/ha increased 15.9% by cassava with maize intercropping. The interaction between intercropped systems and fertilizer, intercropped system by double row with peanut of maize increased tuber yield 15.2%-22% of UJ3 varieties and 9.6%-11.6% of UJ5 variety higher than cassava monoculture.
EVALUASI IN VITRO CENTROSEMA PUBESCENS (BENTH.) YANG DIBERI PERLAKUAN AIR BELERANG DAN PUPUK KANDANG
Kaunang, Charles L. Eugenia : Media Ilmu Pertanian, Vol. 10, No. 3, 2004: 251-258 Abstract: This research was aimed to examine the effects of sulphuric solution and manure at different level to nutritive value of Centrosema pubescens. Randomised group design of 2 x 5 factorial patterns with three repetitions based on the rumen liquid collecting time was used in this research. There were two faclors in this research; manure and sulphuric solution. The first factor was consisted of 0 tontha manure (A 1) and 25 tontha manure (A2). The second faclorwas sulphuric solution that divided into 5 levels; 0persen (81), 25persen (82), 50persen (83), 75persen (84) and 100persen (85). The variables measured in this research were dry matter digestibility, organic matter digestibility, ammonia (NH3) and Volatile Fatty Acid (VFA). The optimum results of all variables were shown at the combination of 2510nlha manure and 50persen sulphuric solution.
KAJIAN PEMAKAIAN PUPUK KANDANG SAPI PADA TANAH REGOSOL KELABU TERHADAP EROSI
Warsiti Orbith: Majalah Ilmiah Pengembangan Rekayasa Dan Social, Vol. 5, No. 1, 2009: 52-56 Abstrak: Tiap jenis tanah memberikan pengaruh yang berbeda terhadap laju erosi, hal ini terkait dengan sifat-sifat yang dimiliki tanah seperti ukuran butiran, permeabilitas, dan kandungan bahan organik.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari pemakaian pupuk kandang sapi pada tanah regosol kelabu terhadap erosi dengan berbagai kemiringan lahan.Dari hasil pengamatan menunjukan bahwa jumlah erosi yang terjadi cenderung meningkat dengan bertambahnya kemiringan lahan.Penambahan pupuk kandang sapi dapat meningkatkan permeabilitas dan kandungan bahan organik yang berakibat pada menurunnya nilai erodibilitas tanah K yang berarti meningkatkan ketahanan tanah terhadap erosi. Hasil dan penelitian ini didapat permeabilitas optimum sebesar 8,07 cm/ jam terjadi pada pemakaian pupuk kandang sapi 4,5%, erodibilitas tanah K optimum sebesar 0,056 g/J terjadi pada pemakaian pupuk kandang sapi 4,15%. Kesimpulan yang didapat dari penelitian ini adalah bahwa pemakaian pupuk kandang sapi pada tanah regosol kelabu dapat meningkatkan tanah terhadap erosi.
KEBERHASILAN OKULASI VARIETAS JERUK MANIS PADA BERBAGAI PERBANDINGAN PUPUK KANDANG
Yusran; Abdul Hamid Noer Media Litbang Sulawesi Tengah, Vol. 4, No. 2, 2011: 97-104 Abstrak : -
METODE PEMBERIAN PUPUK KANDANG AYAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH (GROWTH AND YIELD OF SHALLOT UNDER SEVERAL CHICKEN MANURE FERTILIZATION METHODS)
Yable, Selvina; Prabawardani, Saraswati; Hussein, Rizald Jurnal Agrivigor, Vol. 6, No. 2, 2007: 133-138 Abstract : A study was conducted to investigate effects to chicken manure fertilization methods to growth and yield of shallot (Allium ascalonicum L.). Randomized complete block design was applied with four replications. Treatments consisted of broadcasted on soil surface, dipped into planting holes, dipped between plant rows and non-fertilizer. Of the treatments applied, broadcasted-fertilizer gave better growth and bulb yield (15.4 t ha-1) than other treatments. Dippedmethod between plant rows produced 11.2 t bulb ha1, followed by dipped into planting holes of 10.7 t ha-1 and no-fertilizer of 5.6 t ha-1.
PEMANFAATAN PUPUK KANDANG DAN ANORGANIK PADA PADI SAWAH DALAM SISTEM INTEGRASI PADI-TERNAK DI SULAWESI TENGAH Jurnal Ilmiah Agrisains, Vol. 7, No. 2, 2006: 95-100
Abstrak : Laju pertumbuhan produksi beras dalam negeri cenderung menurun. Hal ini diduga disebabkan oleh penurunan produktivitas di daerah intensifikasi, terutama lahan sawah irigasi yang dikelola secara intensif dan berdampak pada kurang terawatnya kesuburan tanah akibat pemberian pupuk kimia secara terus-menerus tanpa memperhatikan kondisi tanah. Penelitian ini merupakan bagian dari pengkajian Sistem Integrasi Sapi Potong Pada Lahan Sawah di Sulawesi Tengah yang telah dilaksanakan oleh BPTP Sulawesi Tengah pada tahun anggaran 2003. Hasil uji tanah menunjukkan bahwa kondisi tanah sawah di daerah ini memiliki tingkat kesuburan yang rendah yang dicirikan oleh kadar bahan organik sangat rendah. Tujuan
penelitian adalah mendapatkan imbangan takaran antara pupuk organik dan pupuk anorganik pada budi daya padi sawah pada lahan sawah irigasi di Desa Boyantongo, Kabupaten Parigi Moutong. Metode yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok.Terdapat 3 (tiga) perlakuan pemupukan, yakni P1 (60% takaran pupuk anorganik + 40% takaran pupuk organik), P2 (50% takaran pupuk anorganik + 50% takaran pupuk organik) dan P3 (70% takaran pupuk anorganik + 30% takaran pupuk organik). Setiap perlakuan diulang empat kali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk kandang asal kotoran sapi dan pupuk anorganik memberikan pengaruh yang nyata terhadap tinggi tanaman pada umur 30 hst dan produksi jerami padi untuk pakan ternak. Perlakuan 50% pupuk kandang + 50% pupuk anorganik merupakan perlakuan yang terbaik untuk pertanaman padi sawah.
PENGARUH DOSIS PUPUK KANDANG DAN WAKTU APLIKASI JAMUR ANTAGONIS TIRICHODERMA SPP SEBAGAI PENGENDALI PENYAKIT LAYU FUSARIUM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL BAWANG MERAH
Subandi Nur; Ismiyati Agrijati : Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Pertanian, Vol. 6, No. 1, 2007: 14-19 Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dosis pupuk kandang yang tepat dan waktu aplikasi jamur antagonis Trichoderma spp yang tepat serta interaksi antara dosis pupuk kandang dalam waktu aplikasi jamur antagonis Trichaderma spp terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman bawang merah. Penelitian dilaksanakan di Desa Kebonagung Kecamatan Jatibarang Kab.Brebes dari bulan Mei sampai dengan Juli 2007. Rancangan percobaan yang digunaakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan perlakuan faktorial 4 x 3 dan masing-masing perlakuan diulang tiga kali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1). Pertumbuhan dan hasil bawang merah tertinggi diperoleh pada dosis pupuk kandang 15 ton/ha, 2). Waktu aplikasi 7 hari sebelum tanam menunjukkan pertumbuhan dan hasil tertinggi, dan 3). Kombinasi terbaik pada dosis 15 ton/ ha dengan waktu aplikasi 7 hari sebelum tanam.
PENGARUH DOSIS PUPUK KANDANG SAPI DAN BERAT BENIH TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN BAWANG MERAH (ALLIUM ASCALONICUM L.)
Wayan lana Ganec Swara : Media Informasi Ilmiah Universitas Mahasaraswati, Vol. 4, No. 2, 2010: 81-86 Abstract : The aim of the research was to find effects of rates of cattle manures and set weight with interaction on the growth and yields of shallots. Results of the research indicated that interaction effect between rates of cattle manures and set weight not significantly affected the fresh weight and the oven dry weight of bulbs ha-1. The treatment of rates of cattle manures effected was significant on the fresh weight and the oven dry weight of bulbs ha-1, where the highest of yield to find the rate of 30 t manures ha-1 was 11,763 t and 2,114 t, which was respectively 51.43% and 40.37% higher than treatments without manure was to find resulted only 7,768 t and 1,506 t ha-1. The treatments of set weight effected was significant on the fresh weight and the oven dry weight of bulbs ha-1, where the highest of yield to find the set weight 5,0-6,0 g was 10,569 t and 1,997 t and lowest to find the treatment set weight 1,0-2,9 g was 8,803 t and 1,618 t or significantly increased of yield was 20,06% and 23,42%.
PENGARUH DOSIS PUPUK KANDANG SAPI DAN MIKORIZA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KACANG TANAH (ARACHIS HYPOGAEA L.) DI LAHAN KERING
Wayan lana Majalah Ilmiah Universitas Tabanan, Vol. 6, No. 1, 2009: 69-83 Abstract : The experiment was conducted in the field to study the effects of cattle manures and mycorhiza on the growth and yield of peanut at dryland farming areas. The experiment was carried out in farming areas at Tukad Sumaga village, district of Grokgak, Buleleng regency
from October 2006 to January 2007. A randomized complete block design with three replications was used in this experiment. The treatments consisted of two factors which were arranged factorially. The first factor was the cattle manures consisted of four level was 0, 5, 10 and 15 t ha-1mean while the second factor was the rates of mycorhiza (Biofer- 2000 N) consisted of four level was 0, 75, 150 and 225 kg ha-1. Result of the experiment showed that the effects interaction of cattle manures and mycorhiza was significant on seed oven dry weight ha-1, seed weight at 12% moisture content ha-1 and leaf area index at 30 day after grow, while high significant effects on harvest index. Used cattle manures 15 t ha-1 with mycorhiza 150 kg ha-1 resulted high seed oven dry weight ha-1 and seed weight at 12 % moisture content was 3,142 t ha-1 and 3,664 t ha-1 or increased 225,59% and 175,90% than without used cattle manures and mycorhiza. A linear relationship was obtained between cattle manures with seed weight at 12% moisture content ha-1 of the level mycorhiza 0 kg ha-1 and 150 kg ha-1 justed the other was quadratic form but non significant of coefficient determination (R2). Advanced relationship was obtained between mycorhiza with seed weight at 12% moisture content had at each cattle manures was kuadratic form but only at level cattle manures 0 t ha-1 of coefisien determination (R2) was significant with regretion formulations: (Yso) = 1,3,32 + 0,01202 X - 3,111 e-5 X2; R2 = 0,999. The formulations was to get optimum mycorhiza (variable X) = 193,185 kg ha-1 and maximum seed weight at 12% moisture content was 2,493 t ha-1.
PENGARUH DOSIS PUPUK KANDANG TERHADAP HASIL AKAR DAN KADAR MINYAK ATSIRI VALERIAN (VALERIANA OFFICINALIS L.)
Rosita; H. Nurhayati; M. Rahardjo Jurnal Bahan Alam Indonesia, Vol. 6, No. 4, 2008: 149155 Abstract : Radix valerian (Valeriana officinalis L.) used as a mild sedative, relaxant, attenuate anxiety and decrease blood pressure. To support Valerian cultivation technology in Indonesia a field trial on organic
fertilizer component technology was conducted in andosol soil of Gekbrong, Cianjur, West Java, 950 m asl. The trial was conducted from April 2004-to March 2005. A randomized block design with five replications was used, the treatments were five dosages of dung manure equal to : 0, 10, 20, 30, and 40 t/ha. Result on plant growth showed that at 30 t/ha dung manure level, leaf number significantly increased on 9 MAS and 11 MAS only. Highest fresh (221.48 g/plant and 308.94 g/plant) and dried (47.72 g/plant and 71.39 g/plant) of root yield significantly increased on 9 and 11 MAS respectively. Highest percentage (41.53%) of dried root yield increase was obtained at 30 t/ha level of dung manure fertilization than control, and its essential oil content (2%) was high too. The same in line result also showed on fresh and dried biomass at 9 and 11 MAS as well as on the essential content. The nutrient biomass uptake per plant at 11 MAS on 30 ton/ha level of dung manure attained 2.1767 g of N, 0.4780 g of P, 2.3337 g of K, 0.8551 g of Ca, and 0.2287 g of Mg (equivalent to 95.230 kg of N 20.912 kg of P, 102.099 kg of K, 37.410 kg of Ca, and 10.005 kg of Mg/ ha).
pupuk kandang (kontrol); 5 ton ha-1 pupuk kandang sapi ; 5 ton ha-1 pupuk kandang ayam ; dan 5 ton ha-1 pupuk kandang domba. Sebagai tanaman uji digunakan tanaman jagung manis “Bisi Sweet”. Hasil percobaan menunjukkan bahwa terjadi efek interaksi antara pupuk P dengan pupuk kandang dalam meningkatkan pH (H2O), P total , P tersedia tanah dan serapan P. Secara mandiri pupuk P dan pupuk kandang memberikan pengaruh nyata terhadap bobot tongkol tanpa klobot tanaman jagung manis. Peningkatan pH (H2O), P total P tersedia dan serapan P tertinggi diperoleh dari pupuk kandang ayam (b2) disertai dosis 65,49 kg ha-1 P (a3). Sedangkan peningkatan bobot tongkol tanpa klobot tanaman jagung manis tertinggi diperoleh dari pupuk kandang ayam (b2) dan dosis 43,65 kg ha-1 P. Hasil maksimum bobot tongkol tanpa klobot tanaman jagung manis sebesar 2,40 kg plot-1 (10,20 t ha-1), diperoleh dari dosis optimum 3,0 kg ha-1 P. Kemasaman (pH) H2O dan serapan P tanaman merupakan variabel respon yang dapat menentukan hubungan antara sifat kimia pH, P total, P tersedia dan serapan P tanaman dengan bobot tongkol klobot tanaman jagung manis.
PENGARUH DOSIS PUPUK P DAN JENIS PUPUK KANDANG TERHADAP BEBERAPA SIFAT KIMIA TANAH, SERAPAN P DAN HASIL JAGUNG MANIS (ZEA MAYS VAR. SACCHARATA STURT) PADA INCEPTISOLS JATINANGOR
PENGARUH FOSFAT ALAM DAN KOMBINASI BAKTERI PELARUT FOSFAT DENGAN PUPUK KANDANG TERHADAP P TERSEDIA DAN PERTUMBUHAN KEDELAI PADA ULTISOL
Isrun Jurnal Ilmiah Agrisains, Vol. 7, No. 1, 2006: 9-17
Abstrak : Percobaan lapangan telah dilakukan untuk mengetahui pengaruh dosis pupuk P dengan jenis pupuk kandang terhadap PH, P total, P tersedia inceptisols, serapan P tanaman dan hasil jagung manis. Percobaan dilaksanakan sejak bulan Juli sampai Oktober 2002 di kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran Bandung.Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok (RAK) pola faktorial diulang tiga kali. Faktor I, yaitu pupuk fosfat (SP36) dengan empat taraf dosis, yaitu : 0; 21; 83; 43; 66; dan 65,49 kg ha-1 P. Faktor II, yaitu jenis pupuk kandang yang terdiri atas empat taraf, yaitu : tanpa
Noor, Aidi Buletin Agronomi, Vol. 31, No. 3, 2003: 100-106 Abstrak : -
PENGARUH JARAK TANAM DAN PEMBERIAN DOSIS PUPUK KANDANG TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KANOLA (BRASSICA COMPESTRIS X BRASSICA NAPUS)
Wenny Mamilianti Primordia : Media Informasi Dan Komunikasi Ilmiah Pertanian, Vol. 4, No. 1, 2008: 1-15 Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pertumbuhan dan hasil tanaman kanola akibat jarak tanam dan pemberian dosis pupuk kandang yang berbeda. Penelitian dilaksanakan di Kebun Bunga milik CV Mustika Bunga Mas, Desa Karangploko, Kecamatan Junrejo, Kota Batu, Jawa Timur. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial dengan dua faktor yaitu: pemberian dosis pupuk kandang (K) dengan empat level yaitu : K1 dosis Pupuk Kandang 5 ton/ha; K2 dosis pupuk kandang 10 ton/ha; K3 dosis pupuk kandang 15 ton/ha; K4 dosis pupuk kandang 20 ton/ha dan faktor kedua jarak tanam (1) dengan tiga level, yaitu J1 jarak tanam 20 X 15 cm; J2 jarak tanam 20 X 20 cm; J3 jarak tanam 20 X 25 cm. Dari hasil analisis regresi bobot biji didapat bahwa pada jarak tanam 20 x 15 cm dosis pupuk kandang sampai 20 ton/ha masih menunjukkan peningkatan bobot biji dimana bobot biji tertinggi sebesar 1148,32 kg/ha pada perlakuan K2J2, sedangkan jarak tanam 20 x 20 cm dosis optimum pupuk kandang adalah 11,68 ton/ha. Dari hasil penelitian bila kondisi iklim lingkungan sesuai dengan lahan penelitian disarankan menggunakan kombinasi perlakuan dosis pupuk kandang 20 km/ha dengan jarak tanam 20 x 25 cm karena lebih murah dan efisien dalam pemeliharaan.
PENGARUH PAKAN SAPI TERHADAP PRODUKTIVITAS UBI JALAR UNGU DAN SIFAT FISIK TANAH DENGAN PENGGUNAAN PUPUK KANDANG SAPI
I Nyoman Adijaya; I Wayan Jedeng Bulletin Teknologi Dan Informasi Pertanian, Vol. 8, No. 24, 2010: 5-9 Abstrak : -
PENGARUH PEMBERIAN HORMON ORGANIK COM B DAN PUPUK KANDANG TERHADAP PRODUKSI TANAMAN SAWI (BRASSISCA JUNCEA L. COSS) Sri Kustiah; Warnerry; Yuliana Kansrini Agrica Ekstensia, Vol. 3, No. 2, 2009: 197-209 Abstrak : -
PENGARUH PEMBERIAN PUPUK KANDANG AYAM PADA HASIL PAPRIKA (CAPSICUM ANNUUM VAR. GROSSUM) Lita B. Kapugu Soil Environment, Vol. 7, No. 1, 2009: 23-25 Abstrak : -
PENGARUH PEMOTONGAN MALAI DAN PEMBERIAN PUPUK KANDANG SAPI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL JAGUNG PUTRI (BABY CORN) VARIETAS CPI-1
Idiek Donowarti Primordia : Media Informasi Dan Komunikasi Ilmiah Pertanian, Vol. 3, No. 2, 2007: 114-123 Abstrak: Penelitian ini untuk mengetahui dosis pupuk kandang sapi dan pemotongan malai terhadap pertumbuhan dan produksi jagung puteri (baby corn) varietas CP11. Rancangan ini mempergunakan RAK yang disusun secara faktorial, terdiri dari 2 faktor dan diulang 3 kali. Faktor pertama adalah dosis pupuk kandang sapi (P): (P0), pupuk kandang sapi (P2) dosis 3,6 kg / petak (P), dan pupuk kandang sapi dosis 6 kg/petak. Faktor kedua adalah pemotongan malai (M) yang terdiri dari 3 level yaitu tanpa pemotongan malai (M0), pemotongan malai menjelang muncul (Ml), dan pemotongan 2 minggu setelah muncul (M1). Analisis data dengan ANOVA taraf 5% & 1% dan jika terjadi perbedaan nyata sangat nyata dilakukan uji BNT dengan taraf nyata/ sangat nyata 5 & 1%. Hasil penelitian menunjukkan
interaksi yang nyata antara perlakuan dosis pupuk kandang sapi (P) dan pemotongan malai (M) terhadap luas dan umur 21 HST, sedang untuk parameter lain tidak tcrjadi interaksi. Perlakuan dosis pupuk kandang sapi (P) secara tunggal berpengaruh nyata tehadap parameter tinggi tanaman, jumlah daun, Iuas daun, diameter batang, panjang tongkol, diameter tongkol dan berat tongkel kupasan.Perlakuan pemotongan malai berpenaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman, jumlah daun, 1uas daun lumur, diameter batang lumur, diameter tongkol dan berat tongkol kupasan.
PENGARUH PENGOLAHAN TANAH DAN APLIKASI PUPUK KANDANG SAPI TERHADAP BEBERAPA SIFAT FISIKA TANAH DAN HASIL TANAMAN KEDELAI (GLYCINE MAX L) VARIETAS WILLIS PADA TANAH ULTISOL SIMALINGKAR
Parlindungan Lumbanraja JURIDIKTI: Jurnal Ilmiah Pendidikan Tinggi, Vol. 4, No. 1, 2011: 107-120 Abstrak: -
PENGARUH POLA PENGOLAHAN TANAH DAN PUPUK KANDANG TERHADAP BEBERAPA SIFAT FISIK TANAH ULTISOL DAN PERTUMBUHAN VEGETATIF TANAMAN KACANG TANAH (ARACHIS HYPOGEA L.)
Parlindungan Lumbanraja JURIDIKTI: Jurnal Ilmiah Pendidikan Tinggi, Vol. 4, No. 3, 2011: 67-79 Abstrak : -
PENGARUH PUPUK KANDANG AYAM DAN PENGOLAHAN TANAH TERHADAP HASIL KACANG TANAH (ARACHIS HYPOGEA L.)
Ratna Shanti Jurnal Ilmu Pertanian Dan Kehutanan, Vol. 8, No. 1, 2009: 40-47 Abstract: The purpose of this experiment was to know the effect of chicken manure fertilizers and soil tillage to determine the optimum dosage of chicken fertilizer on to peanut yield through soil physical and chemical characteristics improvement on ultisols. The experiment was conducted started on November 2006 until February 2007 at Sempaja farm area. The design of this experiment was Split Plot Design. The main plot was soil tillage that consist of three levels, namely: zero tillage (t1), minimum tillage (t1), and intensive tillage (t2). Sub plot was chicken manure that consist of four levels, namely: control (p0), 10 ton ha-1 (p1), 20 ton ha-1 (p2), and 30 ton ha-1 (p3) with three replications. The results of this experiment showed that chicken fertilizer and tillage could improved soil physical and chemical characteristics of Ultisols. The relation between chicken manure treatment and yield showed a linier regression, namely: Y (t0) = 0,855 + 0,815x (r0 = 0,9891); Y (t1) = 1,495+0,713x (r1 = 0.9882); and Y (t2) = 1,66 + 0,794x (r2 = 0,9951). So the optimum dosage can not be obtained. Chicken manure dosage at 30 ton ha-1 increased significantly on peanut yield reached 4,93 ton ha-1.
PENGARUH PUPUK KANDANG AYAM DAN PUPUK HIJAU CALOPOGONIUM MUCUNOIDES TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KEDELAI PANEN MUDA YANG DIBUDIDAYAKAN SECARA ORGANIK Melati, Maya; Andriyani, Wisdiyastuti Buletin Agronomi, Vol. 33, No. 2, 2005: 8-15 Abstrak: -
PENGARUH TAKARAN OPTIMAL PUPUK NPKS, DOLOMIT, DAN PUPUK KANDANG TERHADAP HASIL KEDELAI DI LAHAN PASANG SURUT
Abdullah Taufiq; Andy Wijanarko; Suyamto, Penelitian Pertanian Tanaman Pangan, Vol. 30, No. 1, 2011:52-57 Abstrak : -
PERTUMBUHAN AWAL BRACHIARIA BRIZANTHA DAN CYNODON PLECTOTACHYUS DENGAN MEDIA TANAMAN PUPUK KANDANG
Rahayuning Tri Mulatsih Buletin Sintesis: Media Informasi Ilmiah Dalam Bidang Ilmu-Ilmu Pertanian, Vol. 12, No. 2, 2008: 27-30 Abstrak :-
PERTUMBUHAN DAN BOBOT SEGAR BAWANG DAUN PADA TUJUH TARAF PEMBERIAN PUPUK KANDANG AYAM
Rina Wardani Jurnal Fakultas Pertanian Unikarta, Vol. 8, No. 1, 2008: 45-53 Abstrak: -
PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KACANG TANAH PADA BERBAGAI DOSIS BOKHASI PUPUK KANDANG AYAM Katriani M; Ramly, Machmud; Jumriah Jurnal Agrivigor, Vol. 3, No. 2, 2003: 128-135
Abstract : The experiment aims to study growth and yield of peanut on several dosages of Bokhasi chicken manure. The experiment was conducted at Experimental Farm of Faculty of Agriculture and Forestry, Hasanuddin
University from May until August 2002. The experiment was arranged in Randomized Complete Block Design with three replications. There were five levels of Bokhasi; i.e. without Bokhasi (control), and Bokhasi with rates of 10, 20, 30 and 40 t ha-1. The peanut variety used in this experiment was Gajah. The results of the experiment indicated that Bokhasi chicken manure improved growth and yield of peanut. Bokhasi rates of 40 t ha-1 gave highest yield of dry seed (143 t ha-1) better than other rates i.e. 30 t ha-1 (112 t ha-1) 20 t ha-1 (099 t ha-1) 10 t ha-1 (094 t ha-1) and control.
PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TIGA VARIETAS SORGUM YANG DIAPLIKASI PUPUK KANDANG AYAM DENGAN DOSIS YANG BERBEDA Wahida Jurnal Agronomika, Vol. 1, No. 2, 2011: 71-78
Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pertumbuhan dan produksi tiga varietas tanaman sorgum pada berbagai dosis pupuk kandang ayam. Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin Makassar yang disusun dengan menggunakan rancangan petak terpisah. Petak utama adalah varietas tanaman sorgum yang terdiri dari 3 varietas yaitu : varietas Numbu, varietas Kawali, dan varietas Hegari Genjah. Anak petak adalah dosis pupuk kandang ayam, yang terdiri dari 4 taraf perlakuan yakni : 3,5 ton.ha-1, 4,5 ton.ha-1, 5,5 ton.ha-1, dan 6,5 ton.ha-1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa varietas Hegari Genjah memberikan indeks luas daun tertinggi. Varietas Numbu memberikan berat brangkasan terberat dan bobot biji kering terberat (5,46 ton.ha-1).
PRODUKSI BIOMASSA DAN BAHAN BIOAKTIF KOLESOM (TALINUM TRIANGULARE (JACQ.) WILLD) DARI BERBAGAI ASAL BIBIT DAN DOSIS PUPUK KANDANG AYAM Susanti, Hilda; Aziz, Sandra Arifin Buletin Agronomi, Vol. 36, No. 1, 2008: 48-55
Abstract: Field experiment to study biomass and bioactive compound productions of Talinum triangulare from different propagules and chicken manure dosages was conducted at Leuwikopo, Dramaga, Bogor, West Java, Indonesia from September to November 2005. The research used split plot design with 3 replications. The main plot was propagules (seed and stem cutting) and sub plot was chicken manure dosages (0, 5, 10, and 15 t ha). Bioactive compound was determined qualitatively. The results showed that stem cutting gave the highest leaf dry weight (7.78 g plam] and tuber dry weight (4.99 g plant). The bioactive compounds (alkaloid, steroid, saponin, tannin, andflavonoid) were not influenced by propagules. The dosage of 15 t ha chicken manure gave the highest leaf dry weight (10.73 g plant) and tuber dry weight (6.36 g plant). The bioactive compound decreased with the increasing chicken manure dosages. Interaction of stem cutting and 15 t ha- of chicken manure gave the highest leaf dry weight (12.43 g plant). Bioactive compound and tuber dry weight were not influenced by the interaction of propagules and chicken manure dosages.
RESPON BIBIT KOPI ARABIKA PADA BEBERAPA TAKARAN PUPUK KANDANG KOTORAN AYAM Baherta Jurnal Ilmiah, Vol. 8, No. 3, 2009: 467-472 Abstrak : -
RESPON DUA JENIS ROSELLA TERHADAP PEMBERIAN PUPUK KANDANG DI LAHAN TADAH HUJAN KABUPATEN DELI SERDANG, PROVINSI SUMATERA UTARA Nurhayati Jurnal Ilmiah Abdi Ilmu, Vol. 2, No. 2, 2009: 240-250 Abstrak : -
TEKNIK PEMBERIAN BEBERAPA JENIS PUPUK KANDANG UNTUK MENINGKATKAN HASIL RUMPUT BENGGALA (PANICUM MAXIMUM CV. PURPLE GUINEA) Oyo Buletin Teknik Pertanian, Vol. 15, No. 2, 2010: 66-69 Abstrak : -
Pengaruh Pengolahan Tanah Dan Aplikasi Pupuk Kandang Sapi Terhadap Beberapa Sifat Fisika Tanah Dan Hasil Tanaman Kedelai (Glycine max L) Varietas Willis Pada Tanah Ultisol Simalingkar The Soil Tillage and Manure of Cattle Application Effect on Some Soil Physical Properties and Yield of Soybeans (Glycine max. L) Var. Willis on Ultisol Simalingkar
Parlindungan Lumbanraja
Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas HKBP Nommensen, Jalan Sutomo 4-A, Telp. 061-4545411, 4522922, Fax. 061-4571426, Medan 20234, Indonesia; Email :
[email protected] Abstrak Parlindungan Lumbanraja. Pengaruh Pengolahan Tanah dan Pupuk Kandang Sapi Terhadap Beberapa Sifat Fisika Tanah Ultisol Simalingkar dan Hasil Tanaman Kedelai (Glycine max L) Varietas Willis. Penelitian ini dilaksanakan di Porlak Percobaan Fakultas Pertanian Universitas HKBP Nommensen Medan, di Desa Simalingkar B. Ketinggian ± 33 m dpl, jenis tanah Ultisol, pH tanah 5,5 dan tekstur tanah pasir berlempung (Lumbanraja, 2000). Diduga bahwa: 1. Pengolahan tanah maupun pemberian pupuk kandang sapi berpengaruh terhadap sifat fisik tanah dan hasil tanaman kedelai. 2.Diduga ada interaksi pengolahan tanah dan pemberian pupuk kandang sapi terhadap sifat fisika tanah dan hasil tanaman kedelai. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial dengan tiga kali ulangan. Dilakukan Uji Analisis Variance (ANOVA) dan apabila menunjukkan bedanyata dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan. Sifat fisika tanah yang diamati meliputi: berat jenis tanah (bd); porositas tanah dan kadar air tanah. Bagian tanaman yang diamati meliputi: berat 100 biji kering kedelai (g) dan hasil biji kedelai (g/petak). Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa:1.Pola pengolahan tanah hanya berpengaruh sangat nyata terhadap BD dan porositas tanah. 2. Pemberian pupuk kandang sapi berpengaruh sangat nyata terhadap BD tanah, porositas tanah, kadar air tanah dan hasil kedelai saja. 3. Kombinasi perlakuan pola pengolahan tanah dengan pemberian pupuk kandang tidak memberikan pengaruh nyata terhadap parameter yang diamati, tetapi menunjukkan adanya kecenderungan pengaruh yang positip bagi setiap parameter tersebut. Kata Kunci: pengolahan konvensional, pengolahan konservasi, pengolahan mminimal, tanpa pengolahan
Keywords: Conventional tillage, conservation tillage, minimum tillage, no/zero tillage
Jurnal Ilmiah Pendidikan Tinggi, Vol.4 No.1 April 2011. ISSN LIPI: 1979-9640
Page
The Soil Tillage and Manure of Cattle Application Effect on Some Soil Physical Properties and Yield of Soybeans (Glycine max. L) Var. Willis on Ultisol Simalingkar by Parlindungan Lumbanraja. Research took place in Simalingkar-B, Medan, North Sumatera , Indonesia. According to USDA soil classification this soil is Ultisol with loamy sand texture and pH of soil is 5,5 the area is abouth 33 meters above sea level. Hypothesize that ploughing methods such as canventional tillage, minimum tillage and zero/no tillage (which both the last are familiar recognize as conservation tillages) or manure application, and their combination will effecs some soil physical properties and yield of soybeans (Glycine max L). Research design with Randomize Complete Block Design, every parameter effect significantly will be continued analized with Duncan’s Multiple Range Test. Soil physical properties that analized are soil bulk density, porosity and water holding capacity. For crop observation had made by scaled of fresh and dry weight of 100 seeds and yield of soybeans grain (g/plot). The concluding of the research can be explain that soil ploughing methods take effects highly significant to soil bulkdensity and soil porosity. The manure application had highly significant take effect to soil bulkdensity, soil porosity, soil moisture, and the yield of soybeans. The combination of soil ploughing and manure interacted did not significantly effected all parameters had been observed.
107
Abstract
Sebagai benda alam yang rumit, tanah yang mempunyai berbagai macam ragam tentunya memerlukan pola oengolahan yang beragam juga. Ultisol sebagai salah satu jenis tanah paling luas setelah Inceptisol di Indonesia yang banyak digunakan dalam pengembangan pertanian. Subagyo, (2004) mengutarakan bahwa Tanah ini tersebar luas dibeberapa pulau besar di Indonesia, seperti Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Papua. Di pulau Sumatera saja tanah ini menempati 77% dari luas wilayah daratannya. Ultisol merupakan tanah yang kurang baik secara fisik maupun secara kimia, sebab itu tanah ini dalam pemanfaatannya memerlukan penanganan yang sangat hati-hati dan akurat. Untuk meningkatkan kemampuan produksi lahan ini dapat ditempouh dengan berbagai cara seperti pengolahan tanah yang seminimum mungkin, pemberian bahan organik, pemupukan, penambahan kapur, dan pertanaman yang adaptif (Munir, 1996). Perlunya meminimumkan pengolahan tanah pada tanah ini terutama karena pada tanah ini terdapat horizon argillik, yang apa bila dalam proses persiapan tanamnya karena suatu hal terjadi pembalikan yang mengakibatkan
Tanah ini umumnya mempunyai kandungan bahanorganik yang rendah, kondisi ini memungkinkan tanah akan padat sehingga membatasi penetrasi akar dalam mendapatkan hara dan air ataupun udara untuk pertumbuhannya. Atas kenyataan rentetan keadaan di atas sehingga tanah sangat rentan terhadap pemadatan, sehingga pemberian pupuk kandang sebagai upaya meningkatkan kandungan bahan organik untuk memperbaiki struktur tanah adalah sangat berarti. Sejak beberapa tahun lalu pemerintah sudah berusaha agar indonesia dapat berswasembadea palawija, khususnya kedelai dan jagung. Namun citacita ini belum dapat terpenuhi sebagaimana pada kenyataan masih harus mengimport guna memenuhi permintaan dalam negeri (Depatan, 1977). Banyak para pakar mencoba mengusulkan peningkatan produksi maupun kwlitas melalui berbagai cara mulai dari perbaikan cara produksi (Rusdi, 1986; Omar, 1985, dan Prawinata dkk., 1981) dan bahkan Sinto, (1995) mengutarakan peningkatan kwalitas produksi tanaman kedelai dapat ditingkatkan dengan memperbaiki cara penyimpanan yang benar. Sumarno dan Hartono, (1983) dan Ibrahim (1990), masih menegaskan bahwa sebenarnya produksi kedelai kita masih dapat ditingkatkan produksinya dengan cara pengoptimalan penanaman yang lebih baik. Tentunya hal ini dapat dilakukan dengan cara prbaikan pola persiapan tanam dan peningkatan bahan organik dalam tanah, yang mana kedua perlakuan tersebut di atas dapat memberikan pengaruh yang sangat mendasar bagi pertumbuhan tanaman.
Jurnal Ilmiah Pendidikan Tinggi, Vol.4 No.1 April 2011. ISSN LIPI: 1979-9640
108
Sebagai media tumbuh bagi tanaman tanah merupakan sumberdaya alam yang utama bagi menunjang usaha pertanian yang menjadi andalan dalam mempertahankan kelanjutan kehidupan manusia di biosfer ini. Kerusakan tanah yang sering kita kenal sebagai degradasi tanah atau lahan sudah sangat perlu mendapat perhatian utama untuk mencegah pengrusakan dimaksut (Lumbanraja, 2007). Hal ini merupakan hal yang sangat urgen untuk dapat mempertahankan sumberdaya tersebut, karena tanpa sumber daya ini adalah tidak mungkin memprodulsi hasil pertanian dalam volume sebagaimana adanya delam pertanian dengan media tanah tersebut. Karena pertumbuhan dan perkembangan tanaman sangat tergantung kemampuan sumber daya ini menyediakan unsur hara, air dan udara bagi tanaman (Arsyad, 1989).
horizon argillik terangkat maka yang timbul adalah masalah. Sehingga perlu dipertimbangkan bagaimana pola pengolahan tanah yang pas, satu diantaranya adalah pola pengolahan konservasi seperti pengolahan tanah minimum dan tanpa olah tanah (Lumbanraja, 1997). Sebagaimana kita ketahui bahwa tujuan pengolahan tanah adalah untuk menciptakan kondisi tanah yang opbimal bagi pertumbuhan tanaman usaha. Hal ini bisa juga disertai dengan pembenaman sisa-sisa tanaman kedalam tanah (Anonimus, 2009).
Page
PENDAHULUAN Latarbelakang.
Hipotesis Penelitian. Dalam penelitian ini diduga bahwa: 1. Pengolahan tanah maupun pemberian pupuk kandang sapi berpengaruh terhadap sifat fisik tanah dan hasil bijni tanama kedelai (Glycine max L) 2. Diduga ada interaksi pengolahan tanah dan pemberian pupuk kandang sapi terhadap sifat fisik tanah dan dan hasil biji tanama kedelai (Glycine max L) Kegunaan Penelitian. 1. Penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk:Sebagai bahan informasi bagi berbagai pihak yang memerlukannya dalam hal pengaruh pengolahan tanah, pemakaian pupuk kandang sapi dan pertumbuhan tanaman kedelai. 2. Memenuhi tugas Tridharma Perguruan Tinggi di Fakultas Pertanian Universitas HKBP Nommensen-Medean BAHAN DAN METODA
Alat yang dipergunakan dalam penelitian ini meliputi, alat olah tanah dalam hal ini cangkul, parang, babat, tugal, timbangan papan nama, meteran, gembor , corong, tali plastik, ember, semprot punggung, bambu, oven, ringsampler dan alat-alat laboratorium lainnya serta alat tulis. Metode Penelitian Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial dua faktor dengan tiga Ulangan. Faktor pertama adalah pengolahan tanah (P) yang terdiri dari tiga taraf yaitu: P0 : Tanpa Olah Tanah P1 : Pengolahan Tanah Minimum P2 : Pengolahan Tanah Biasa Faktor kedua adalah pemberian pupuk kandang sapi (K) yang terdiri dari empat taraf yaitu:
Tempat dan Waktu Penelitian
K0 : Dosis 0 ton/Ha
Penelitian ini dilaksanakan di Porlak Percobaan Fakultas Pertanian Universitas HKBP Nommensen Medan yang berada di Desa Simalingkar B. Ketinggian Daerah ini lebih kurang 33 m dpl, jenis tanah Ultisol, pH tanah 5,5 dan tekstur tanah adalah pasir berlempung (Lumbanraja, 2000), data tanah dan pupuk kandang sapi disajikan pada Lampiran 1 dan Lampiran 2. Penelitian berlangsung dari bulan September 1999 sampai Januari 2000.
K1 : Dosis Setara Dengan 2,5 ton/Ha
Bahan dan Alat Penelitian
K2 : Dosis Setara Dengan 5 ton /Ha K3 : Dosis Setara Dengan 7,5 ton/Ha Kombinasi perlakuan dalam penelitian ini adalah 3 x 4 sehingga ada 12 kombinasi perlakuan yaitu: P0K0; P0K1; P0K2; P0K3; P1K0; P1K1; P1K2; P1K3; P2K0; P2K1; P2K2; P2K3 Ulangan dilakukan tiga kali, dan penentuan letak masing-masing kombinasi dalam basisan ulangan dilakukan dengan acak dan diperoleh dari hasil pengacakan.
Jurnal Ilmiah Pendidikan Tinggi, Vol.4 No.1 April 2011. ISSN LIPI: 1979-9640
109
Penelitian ini bertujuan uantuk mengetahui sejauh mana pola pengolahan tanah dan pemberian pupuk kandang sapi mempengaruhi beberapa sifat fisik tanah Ultisol Simalingkar dan hasil biji kedelai.
Bahan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah benih kedelai varietas genjah, pupuk kandang sapi, fingisida, insektisida, dll.
Page
Tujuan Penelitian.
Model persamaan percobaan adalah sebagai berikiut: Ykij= µ +kk + ρi+βj + (ρ β)ij+Єkij Ykij:
Pengamatan pada krelompok ke-k yang mendapat perlakuan pengolahan tanah pada taraf ke-i dan pemberian pupuk kandang sapi pada taraf ke-j
µ:
Nilai tengah
Kk:
Pengaruh kelompok ke –K
ρi: Pengaruh tanah taraf ke-i
pengolahan
βj: Pengaruh pemberian pupuk kandang taraf ke –j (ρβ)ij:
Єkij:
Pengaruh interaksi pengolahan tanah taraf kei degan pupuk kandang sapi taraf ke-j Pengaruh galat pada ulangan kelompok ke-k dengan pengolahan tanah taraf ke-i dan pemberian pupuk kandang sapi taraf ke-j, (Malau, 2002)
Pelaksanaan Penelitian Pengolahan Tanah Tanah yang menjadi areal penelitian dibersihkan terlebih dahulu dari segala jenis rumput atau gulma yang ada dengan babat lalu dibuat petak percobaan dengan ukuran 2 m x 2 m sebanyak 36 petak dengan jarak tanam 20 cm x 30 cm, jarak antar petak percobaan 50 cm dan jarak antar barisan ulangan 100 cm.
Penanaman Setelah persiapan petak percobaan dan perlakuannya selesai, selanjutnya dilakukan penanaman. Setiap lobang tanam yang dibuat dengan cara menugal diberiu 2 biji benih kedelai kemudian ditutup dengan tanah. Bersamaan dengan penanaman dilakukan pemberian pupuk dasar berupa Urea setara 100 kg/ha; TSP setara 200 kg/ha dan KCl setara 100 kg/ha. Pemeliharaan Tanaman Adapun permerliharaan tanaman yang dilakukan adalah antara lain: penyiraman, penyulaman, penyiangan, pembumbunan dan pengendalian hama dan penyakit sesuai dengan kebutuhannya. Pengamatan Parameter Pengambilan para meter pengamatan dilakukan kurang lebih 90 hari setelah tanam, saat polong sudah mulai kelihatan tua (kering). Parameter Yang Diamati Parameter Fisika Tanah Sifat fisika tanah yang diamati meliputi: 1. Berat Jenis Tanah (g/cm3) 2. Porositas Tanah (%) 3. Kadar Air Tanah (% g/g)
Jurnal Ilmiah Pendidikan Tinggi, Vol.4 No.1 April 2011. ISSN LIPI: 1979-9640
110
Untuk mengetahui respon yang diamati terhadap perlakuan yang diberikan dilakukan Uji Analisis Variance (ANOVA) dan apabila menunjukkan bedanyata dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan.
Untuk melakukan pengolahan tahan tanpa olah tanah petak percobaan hanya dibersihkan dari gulma dengan membabat, sedangkan untuk olah tanah minimum pengolahan tanah hanya membalik tanah satu kali tanpa menghancurkan bongkahan tanah yang terbentuk, sedangkan untuk olah tanah biasa dilakukan pembalikan, penghancuran bongkah tanah dan membersihkan seluruh sisa tanaman yang ada. Setelah pola pengolahan tanah sudah selaesai baru dilakukan penambahan perlakuan aplikasi pupuk kandang ke tanah sesuai dosis yang diuji.
Page
Metode Analisis
Parameter Tanaman
HASIL
Bagian tanaman yang diamati meliputi:
Pengaruh Perlakuan Pengolahan Tanah Terhadap Beberapa Sifat Fisika Tanah dan Produksi Kedelai
1. Berat 100 biji kering kedelai (g) 2. Hsil biji kedelai (g/petak), yang dilaksanakan pada saat polong tanaman mulai kering, kurang lebih 90 hari setelah tanam.
Dari data pengamatan hasil penelitian yang disajikan pada Tabel. 1, di bawah ini terlihat bahwa pengaruh pengolahan tanah terhadap beberapa sifat fisika tanah memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap kepadatan tanah (BD), dan porositas tanah, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap kadar air tanah maupun hasil kedelai.
Tabel 1. Pengaruh Perlakuan Pengolahan Tanah Terhadap Parameter Yang Diamati. Parameter
Tanpa Olah Tanah (P0)
Pengolahan Pengolahan Tanah Tanah Biasa Minimum (P2) (P1) Berat Jenis Tanah (g/cm3) 1,159aA 1,088bB 1,089bB Porositas Tanah (%) 56,258aA 58,931bB 58,396bB Kadar Air Tanah (% g/g) 36,232a 39,564a 38,914a Berat 100 biji Kedelai (g) 9,631a 10,092a 9,511a Hasil biji kedelai (g/petak) 472,500a 602,500a 552,500a Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 0,05% (huruf kecil) dan 0,01 % (huruf besar) pada Uji Jarak Berganda Duncan. Pengaruh Perlakuan Pupuk Kandang Sapi Terhadap Beberapa Sifat Fisika Tanah dan Produksi Kedelai. Data hasil penelitian yang tertera pada Tabel. 2 memperlihatkan bahwa
perlakuan pupuk kandang berpengaruh sangat nyata terhadap BD tanah, porositas total tanah, kadar air tanah, dan hasil tanaman kedelai perpetak percobaan tetapi terhadap berat biji tidak terjadi pengaruh nyata.
Tabel. 2. Pengaruh Perlakuan Pupuk Kandang Terhadap Parameter Yang Diamati. Dosis 2,5 ton/ha (K1) 1,116bB
Dosis 5,0 ton/ha (K2) 1,108bcB
Dosis 7,5 ton/ha (K3) 1,084dD
Berat Jenis Tanah (g/cm3) Porositas Tanah (%) 56,268cC 57,903cC 58,197bB 59,077aA Kadar Air Tanah (% g/g) 43,119dD 37,537cBC 38,932bB 42,367aA Berat 100 biji Kedelai (g) 9,733a 9,629a 9,684a 9,931a Hasil biji Kedelai 436,667dD 496,667cC 584,889bB 687,778aA (g/petak) Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 0,05% (huruf kecil) dan 0,01 % (huruf besar). pada Uji Jarak Berganda Duncan.
Jurnal Ilmiah Pendidikan Tinggi, Vol.4 No.1 April 2011. ISSN LIPI: 1979-9640
111
Dosis 0 ton/ha (K0) 1,125aA
Page
Parameter
Pengaruh Interaksi Perlakuan Pola Pengolahan Tanah dan Pupuk Kandang Sapi Terhadap Beberapa Sifat Fisika Tanah dan Produksi Kedelai
Ultisol simalingkar yang tekstur tanahnya pasir berlempung ini belum memberikan hasil yang berbeda secara nyata terhadap seluruh parameter yang diamati, baik parameter fisika tanah maupun terhadap parameter tanaman.
Interaksi pengolahan tanah degan pemberian pupuk kandang pada tanah
Tabel. 3. Pengaruh Interaksi Perlakuan Pola Pengolahan Tanah dan Pupuk Kandang Sapi Terhadap Parameter Yang Diamati.
_______________________________________________________ Parameter Yabg di Amati
Pola Pengolahan Tanah (P)
Pupuk Kandang (K) (K0)
(K1)
(K2)
(K3)
_______________________________________________________________________________ Berat Jenis Tanah (g/cm3)
Porositas Tanah
Kadar Air Tanah
P0 P1
1,237 1,093
1,117 1,113
1,103 1,137
1,140 1,090
P2
1,097
1,123
1,053
1,077
P0 P1 P2
53,334 57,861 57,610 56,981 58,724 57,987 57,106 58,868 58,616 57,610 60,251 59,371
P0
33,616 32,563 36,177 36,035
P1
38,473 38,174 36,629 40,223
P2
39,919 38,646 47,062 41,387
P0
9,370
P1 P2
10,107 9,113 9,463 9,787
9,700 9,890 10,450 9,557
P0
350,00 510,00
450,00 433,33
P1
533,33 523,33 473,33 600,00
P2
573,33 633,33 766,66 663,33
(%)
(%)
Berat 100 biji kedelai (g) 9,920
9,910
9,667
Jurnal Ilmiah Pendidikan Tinggi, Vol.4 No.1 April 2011. ISSN LIPI: 1979-9640
Page
_______________________________________________________________________________
112
Hasil kedelai (g/petak)
Untuk hal kenaikan porositas tanah terliha bahwa sejalan dengan pengaruh yang terjadi pada BD tanah, disini juga terbukti bahwa pengaruh yang sangat nyata terjadi juga pada peningkatan porositas tanah ini. Peningkatan porositas tanah terbesar juga tidak terjadi pada pola
Dalam hal kadar air tanah yang mana hal ini sangat dipengaruhi oleh besarnya persentase pori-pori sedang dan mikro dari tanah itu sendiri. Terlihat dari hasil percobaan bahwa tanah dengan pengolahan tanah minimum juga memberikan hasil yang sangat nyata. Pada perlakuan pengolahan tanah minimum (P1) ada kenaikan kadar air tanah sebesar 9,19% dari kadar air tanah pada perlakuan tanpa olah tanah, sedangkan kenaikan air yang terjadi pada pola pengolahan tanah biasa, meski berbeda nyata dari kadar air tanah dengan tanpa olah, namun kenaikan sebesar 7,41% pada perlakuan (P2) ini lebih kecil dari peningkatan yang diperolah dengan perlakuan pengolahan tanah pola olah tanah minimum (P1). Sesuai dengan kondisi yang diduga sebelumnya dalam kejadian pengaruh pengolahan tanah terhadap BD dan porositas tanah pada alinea sebelumnya, terbukti disini bahwa memang tanah ini pada dasarnya mempunyai porositas yang tinggi. Namun seperti telah ditegaskan sebelumnya bahwa sebagian pori ini hanyalah merupakan pori-pori makro yang berfungsi sebagai pori drainase dan pori
Jurnal Ilmiah Pendidikan Tinggi, Vol.4 No.1 April 2011. ISSN LIPI: 1979-9640
113
Terlihat bahwa pola pengolahan tanah berpengaruh nyata terhadap kadar air tanah dan bahkan berpengaruh sangat nyata terhadap penurunan BD tanah dan kenaikan porositas tanah. Pengaruh sangat nyata pengolahan tanah terhadap BD tanah adalah sebagai akibat adanya penggemburan tanah yang dilakukan melalui pengolahan tanah minimum yang merupakan cara pengolahan tanah yang menghancurkan tanah lebih dari pola tanpa olah tanah tetapi kurang dari pola pengolahan tanah maksimum. Sebagaimana diketahui bahwa dari beberapa fungsi pengolahan tanah satu diantaranya adalah untuk menggemburkan tanah (Lumbanraja, 2000; Maurya, 1997; dan Hillel, 1980). Dari data di atas terlihat bahwa ada penurunan BD tanah sebesar 0,071 g/cm3, yang terjadi pada pola ngolahan tanah minimum (P1). Disini terlihat ada ketidak konsistenan dari pengaruh pengolahan tanah yang diberikan terhadap BD tanah yang diamati. Misalnya dari data terlihat bahwa BD tanah paling kecil dihasilkan dengan pola pengolahan tanah minimum, yang secara logika pengolahan tanah biasalah yang seharusnya demikian karena pola pengolahannya yang paling maksimum, namun tidak demikian yang terjadi dalam penelitian ini. Besar kemungkinan bahwa hal ini terjadi sebagai dampak dari sifat tanah ini yang secara teori dengan teksturnya yang merupakan pasir berlempung memang cenderung ber BD tinggi. Karena kenyataan inilah tidak baik menyamaratakan semua sistem atau pola pengolahan tanah terhadap tanah-tanah yang berbeda. Atas dasar hasil percobaan ini sebenarnya masih terbuka penghematan dalam usaha pertanian dengan pengurangan pengeluaran dalam hal persiapan tanam, yang dapat mengurangi waktu kerja maupun biaya, baik untuk lahan yang persiapannya dilakukan secara mekanis maupun dengan cara tradisionil.
pengolahan tanah biasa (P2) melainkan terjadi pada pola pengolahan tanah minimum (P1) dengan porositas sebesar 58,931% ( kenaikan sebesar 4,7% dari perlakuan dengan tanpa olah tanah). Penjelasannya tentu sesuai dengan apa yang telah diutarakan pada alinea ebelumnya. Karena seperti diketahui bahwa memang pada dasarnya porositas ini tidak bisa dipisahkan dari BD tanah seperti diketahui bahwa porositas memang saling mempengaruhi satu sama lain. Jadi yang merupakan hal yang perlu mendapat perhatian disini adalah bahwa penurunan BD tanah hanya sebesar 0,071 g/cm3 mampu membuat perubahan yang sangat nyata bagi peningkatan porositas tanah (dalam hal ini porositas meningkat sebesar 4,7%) dari pengolahan tanpa olah tanah. Pada pola pengolahan tanah biasa meski terjadi peningkatan porositas tanah, namun peningkatan tersbut meski berbeda sangat nyata dari perlakuan tanpa pengolahan tanah tetapi kenaikan porositas sebesar 3,8% dari porositas tanah tanpa olah tidak berbeda nyata terhadap porositas tanah pada pola pengolahan minimum (P1).
Page
PEMBAHASAN
Pengaruh Perlakuan Pupuk Kandang Sapi Terhadap Beberapa Sifat Fisika Tanah dan Produksi Kedelai. Dari Tabel. 2 ini terlihat bahwa pengaruh pupuk kandang sapi berpengaruh sangat nyata terhadap BD tanah, porositas total tanah, kadar air tanah, dan hasil tanaman kedelai perpetak percobaan, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap berat biji kedelai. Terlihat dari hasil penelitian ini ternyata bahwa pupuk kandang yang ditambahkan ke dalam tanah lebih besar pengaruhnya dalam menurunkan BD tanah dibandingkan terhadap pola pengolahan tanah. Sebagi mana terlihat pada data pengamatan bahwa BD tanah pada perlakuan tanpa aplikasi pupuk kandang tanah ini
Untuk porositas tanah terlihat bahwa penigkatan yang terjadi juga berhubungan dengan adanya peningkatan dosis pupuk kandang, seperti terlihat ada peningkatan porositas sebesar 2,9%, 3,4%; 4,8% masing-masing untuk perlakuan pemberian pupuk kandang setara 2,5ton/ha; 5,0 ton/ha dan 7,5 ton/ha berturut-turut dari tanah tanpa pemberian pupuk kandang dengan porositas sebesar 56,268%. Hasil ini ada kesesuaiannya dengan apa yang diutarakan beberapa peneliti sebelumnya bahwa bahan organik yang diaplikasikan dengan baik akan dapat memperbaiki keadaan beberapa sifat fisik tanah (Morachan, et al., 1990; Lumbanraja, 1989; dan Unger, 1972). Meski demikian terbukti bahwa hanya aplikasi pupuk kandang sebesar setara dengan 5 dan 7,5 ton/ha-lah yang memberikan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap porositas ini. Terlihat bahwa porositas tertinggi dihasilkan pada saat perlakuan K3, jadi dalam hal ini terlihat bahwa pemberian pupuk kandang setara dengan 7,5 ton/ha masih mendapat respon yang baik dari tanah ini, hal ini bisa dipahami bahwa kondisi ini masih jauh dari taraf kadar bahan organik yang optimal dalam tanah, yang mana secara umum
Jurnal Ilmiah Pendidikan Tinggi, Vol.4 No.1 April 2011. ISSN LIPI: 1979-9640
114
Namun demikian perbaikan kondisi fisik tsanah yang diberikan sebagaimana terbukti dalam Tabel. 1 di atas , sejauh ini beberapa perbaikan yang terjadi pada tanah sebagai media tumbuh tanaman belum sampai kepada pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai. Seperti terlihat pada hasil tersebut baik besarnya produksi kedelai maupun ukuran biji kedelai belum terpengaruh peningkatannya dengan perlakuan pengolahan tanah ini. Tapi satu hal yang perlu diperhatikan pada parameter inipun ternyata hasil terbaik dari ketiga perlakuan pengolahan tanah terhadap berat biji maupun terhadap besarnya produksi atau hasil tanaman per petak percobaan tetap dihasilkan dari pola pengolahan tanah minimum (P1) yaitu terjadi pengingkatan sebesar 27,51% dari perlakuan tanpa olah tanah, dan bukan juga pada pengolahan biasa (P2) dengan peningkatas hasil hanya sebesar 10,58% dari pola tanpa olah tanah. Kedua pola perlakuan pola pengolahan tanah konservasi tersebut memberikan hasil yang lebih tinggi dari pola hasil tanam kedelai dengan tanpa pengolahan tanah.
mempunyai kepadatan tanah yang lebih tinggi dengan BD tanah sebesar 1,125g/cm3, dan pada pemberian pupuk kandang sapi setara dengan 2,5 ton/ha menurunkan BD tanah sebebesar 0,009 g/cm3, dan pemberian setara dengan 5 ton/ha mampu menurunkan BD tanah sampai dengan 0,013 g/cm3, sedangkan aplikasi pupuk kandang sebesar setara dengan 7,5 ton/ha menurunkan BD tanah sampai 0,41g/cm3. Dalam hal ini telihat bahwa peningkatan penambahan bahan organik dengan taraf dosis yang meningkat menurunkan BD tanah dengan kecenderungan penurunan BD tanah tersebut meningkat dengan pertambahan aplikasi pupuk kandang tersebut. Hasil ini membuat bahwa tanah dengan aplikasi pupuk kandang pada taraf K3 memberi hasil yang paling baik dalam percobaan ini dengan perbedaan yang sangat nyata dari perlakuan tanpa pupuk kandang, dan perlakuan pada taraf K3 tersebut juga memberikan BD tanah yang berbeda sangat nyata terhadap perlakuan pupuk kandang dengan perlakuan pada taraf K2.
Page
aerasi. Hal ini adalah merupakan keadaan yang tidak dapat dielakkan lagi dari tanahtanah berpasir, jadi perlu ada perlakuan khusus dalam upaya memperbaiki kondisi tanah untuk keperluan ini sebagaimana diutarakan oleh Lumbanraja (1997) satu dari beberapa cara yang dapat ditempuh adalah penambahan bahan organik ke dalam tanah.
Hal ini dapat dijelaskan sebagai pengaruh dari pertambahan pengguna air didalam zona perakaran tanaman dengan introduksi organisma baru yang terkandung dalam bahan pupuk kandang sapi yang diaplikasikan kedalam tanah percobaan tersebut, (Lumbanraja, 1998). Jadi dengan dasar pemikiran tersebut timbullah peningkatan kebutuhan air bagi organisma tanah tersebut beserta tanaman dan juga kebutuhan hara maupun kebutuhan lainnya dari dalam tanah. Memang sebagaimana diketahui bahwa dengan adanya penambahan pupuk kandang sapi tersebut kedalam tanah maka akan terjadi perbaikan beberapa kondisi tanah yang akan memperbaiki kondisi bagi tanam usaha maupun organisma lainnya didalam zona perakaran tanaman baik organisma mikro maupun makrobia tanah. Tetapi hal lain yang harus disadari sebagaimana telah diuraikan di atas sebelumnya, diketahui secara teori bahwa bahan pupuk kandang itu sendiri mengandung berjuta bahkan bermilliard mikrobia yang terkandung di dalamnya (Lumbanraja, 1998). Dengan demikian pertambahan populasi mikrobia tersebut dalam kondisi keadaan air tanah pada waktu penelitian menjadi sangat menentukan, diduga bahwa dalam hal ini terjadi keterbatasan suplai air dari curah hujan yang ada sebagai satu-satunya
Atas dasar kedua hal yang diutarakan di atas (penambahan atau introduksi populasi microbia dari pupuk kandang dan kondisi kantong air yang tidak dapat terisi penuh sebagai akibat kurangnya pasokan air presipitasi untuk mengisi kantong-kantong air yang terbentuk dengan kehadiran pupuk kandang) sangat perlu dipertimbangkan bahwa pemberian bahan organik kedalam tanah harus memperhatikan bahkan harus menjadi pertimbangan juga keadaan dan pasokan air tanah dari presipitasi. Tujuannya adalah untuk menghindari terjadinya dugaan di atas, yaitu supaya tidak tercipta persaingan antara tanaman dan organisma tanah (Lumbanraja, 1998). Yang mungkin dalam taraf atau tingkat tertentu, keadaan dimana bahwa air tanah yang menjadi sangat terbatas akan menjadi pemicu munculnya persaingan atau kompetisi penggunaan air tersebut antara tanaman dan mikrobia atau organisma tanah lainnya, yang jika hal ini tidak dirancang atau ditangani dengan benar akan berakhir pada kondisi yang akan sangat merugikan, sebagai akibat dari terjadinya pengaruh yang terbalik dari rancangan yang bertujuan baik. Pengaruh pemberian pupuk kandang terhadap tanah sampai dengan dosis setara 7,5 ton/ha belum berpengaruh nyata terhadap berat biji kedelai. Namun demikian terlihat bahwa berat biji tertinggi dihasilkan pada saat pemberian pupuk kandang setara dengan 7,5 ton/ha. Hal ini sangat mudah dimengerti, walau belum optimal seperti yang diharapkan
Jurnal Ilmiah Pendidikan Tinggi, Vol.4 No.1 April 2011. ISSN LIPI: 1979-9640
115
Terhadap kadar air tanah terlihat bahwa dalam hal ini terjadi pengaruh yang kurang baik, dan hal ini sekilas kita merasa bahwa pengaruh ini seolah-olah bertentangan dari logika berpikir maupun dari teori yang ada. Karena terlihat bahwa justru kadar air tanah malah menurun bahkan dibandingkan dengan tanah tanpa perlakuan pemberian bahan organik. Dan perlu ditegaskan juga dari hasil penelitian ini terlihat gambaran bahwa pengaruh ini memberi pengaruh dengan kecenderungan yang sangat konsisten, bahwa kadar air tersedia bagi tanaman ternyata tetap berada dibawah kadar kandungan air tanah dengan perlakuan tanpa pupuk kandang meskipun dengan meningkatnya dosis pemberian pupuk kandang ke dalam tanah sampai 7,5 ton/ha.
sumber air ke dalam tanah. Sehingga dengan kenyataan ini berarti bahwa meskipun tersedia kantong-kantong air di dalam tanah, dalam hal ini yang dibangun atau dibentuk dalam tanah melalui penambahan pupuk kandang sapi tersebut, tetapi karena kantong-kantong air yang tersedia tersebut tidak pernah berisi dengan penuh sebagai akibat dari kurangnya pasokan dari presipitasi yang ada. Inilah yang mengakibatkan kenapa kadar air tanah pada perlakuan tersebut tidak pernah berada diatas kadar air tanah yang tanpa pemberian pupuk kandang, bahkan hingga dengan aplikasi tertinggipun tetap berada di bawah kandungan air tanpa perlakuan pupuk kandang sapi tersebut.
Page
telah diketahui bahwa kadar bahan organik dalam tanah paling tidak mencapai kuranglebih 5%.
Pemberian pupuk kandang setara dengan 7,5 ton/ha memberikan hasil yang paling besar, dan diikuti dengan aplikasi 5,0 ton/ha dan 2,5 ton/ha yang masingmasing perlakuan tersebut mampu menaikkan hasil kedelai sebesar 57,5%, 33,94% dan 16,74% berturut-turut yang dibandingkan kenaikannya dari hasil tanaman tanpa perlakuan pupuk kandang dengan hasil 436,667 g/petak Tabel. 2. Terlihat bahwa kondisi terbaik pada perlakuan K3 terhadap hasil kedelai ini, terjadi saat BD tanah 1,084 g/cm3 dan 77,70% dari pori total tanah ditempati oleh air. Hal ini merupakan bukti bahwa derajat kebasahan pori tanah yang mencapai hingga 77,70% belumlah merupakan penghalang bagi pertumbuhan tanaman kedelai pada tanah bertekstur pasir berlempung, yang pada dasarnya secara teori kondisi ini tidak lagi optimal bagi pertumbuhan tanaman secara umum. Pengaruh Interaksi Perlakuan Pola Pengolahan Tanah dan Pupuk Kandang
Interaksi pengolahan tanah degan pemberian pupuk kandang pada tanah Ultisol simalingkar dengan tekstur tanah pasir berlempung belumlah memberikan hasil yang berbeda secara nyata terhadap seluruh parameter yang diamati, baik parameter fisika tanah maupun terhadap parameter tanaman. Dalam interaksi ini terlihat ada kecenderungan bahwa BD tanah terendah dihasilkan pada kombinasi perlakuan pola pengolahan tanah biasa dengan aplikasi pupuk 5,0 ton/ha yaitu sebesar 1,053 g/cm3. Nilai ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan BD tanah dengan perlakuan pengolahan tanah saja secara tunggal. Misalnya yang terkecil terjadi pada pola pengolahan tanah dengan olah tanah minimum yaitu sebesar 1,088 g/cm3, sedangkan pada pemberian pupuk kandang diperoleh saat aplikasi pupuk kandang sebesar setara dengan 7,5 ton/ha yaitu sebesar 1,084 g/cm3. Dari data ini terlihat bahwa memang ada pengaruh interaksi perlakuan ini terhadap BD tanah yang walaupun belum berbeda nyata secara statistik. Sebagaimana terlihat bahwa aplikasi kombinasi perlakuan tersebut untuk mendapatkan BD tanah paling otimal bagi tanaman sebagaimana dalam hal ini nilai terkecil terjadi pada kombinasi P2K2. Atas kenyataan ini dengan penerapan kombinasi perlakuan tersebut akan dapat dilakukan pengurangan biaya pengeluaran seperti untuk pembelian pupuk kandang yang setara dengan biaya 2,5 ton untuk setiap hektar lahan usaha. Terhadap porositas tanah interaksi kombinasi perlakuan ini berpengaruh yang positip karena dengan pengaruh tersebut peran pengolahan tanah minimum dengan bahan organik 5 ton/ha sudah cukup. Jika hal ini dijadikan sebagai patokan berarti terjadi penghematan dalam beberapa hal. Setidaknya ada hal penting yang dapat diambil dari hal tersebut, bahwa kombinasi ini dapat menghemat pemakaian bahan pupuk kandang dan juga tenaga atau bahan bakar minyak untuk traktor pengolah tanah maupun kegiatan lain yang berhubungan, dengan manfaat yang tidak berkurang malah lebih baik sebagaimana telah diutarakan juga sebelumnya.
Jurnal Ilmiah Pendidikan Tinggi, Vol.4 No.1 April 2011. ISSN LIPI: 1979-9640
116
Pemberian pupuk kandang pada tanah Ultisol Simalingkar dengan dosis setara 2,5 ton/ha; 5,0 ton/ha; dan 7,5 ton/ha ketiganya memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap hasil kedelai dibandingkan terhadap perlakuan tanpa pemberian pupuk kandang sapi. Dan perlu ditegaskan bahwa hasil peningkatan hasil kedelai pada masing-masing taraf aplikasi pupuk kandang tersebut masing-masing berbeda dengan sangat nyata satu dengan lainnya antar taraf aplikasi pupuk kandang tersebut. Terlihat bahwa tanah Ultisol Simalingkar dengan tekstur tanah pasir berlempung ini sangat respon terhadap pemberian pupuk kandang. Sebagai mana diketahui penambahan pupuk kandang ini ke dalam tanah membawa juga beberapa unsur hara yang terkandung didalamnya yang memang sangat dibutuhkan tanaman seperti: K,Ca, Mg dan P (Lumbanraja, 2000) sebagai mana tertera pada Lampiran. 1.
Sapi Terhadap Beberapa Sifat Fisika Tanah dan Produksi Kedelai
Page
bahwa peningkatan tersebut untuk mampu menaikkan ukuran biji kedelai tersebut belumlah tercapai. Seperti terbukti di sini bahwa biji kedelai terbesar yang dihasilkan dalam penelitian ini masih tergolong kepada ukuran biji kedelai yang kecil (Hidayat, 1988 dalam Lumbanraja, 1989).
Untuk berat biji kedelai kombinasi perlakuan yang sama memberikan hasil yang terbaik, walaupun belum merubah kelompok ukuran biji kedelai tersebut dari biji kecil menjadi ukuran biji lainnya yang lebih baik. Hal yang sama juga terjadi pada berat biji kedelai bahwa pengaruh kombinasi pupuk kandang dengan pengolahan tanah penaruhnya memang muncul namun tidak mencapai perbedaan yang beda nyata secara uji statistik. Untuk produksi perpetak tanam terjadi bahwa hasil terbesar diperoleh dari kombinasi perlakuan P2K2 tersebut. Jika dibandingkan dari kombinasi tanpa olah dan tanpa pupuk kandang, terlihat sangat jauh perbedaan hasilnya yaitu terjadi kenaikan hasil 119%, yaitu dari 350,00 g/petak untuk K0P0 dan 766,66 g/petak untuk kombinasi P2K2. Pertumbuhan tanaman dengan hasil yang lebih besar pada kombinasi ini menunjukkan bahwa pada tanah dengan tekstur pasir berlempung dengan kondisi pori terisi air sebesar 82,23% dari total porositas tanah belum mengganggu terhadap. Malah disini terjadi penurunan hasil kedelai pada saat
KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan 1. Pola pengolahan tanah hanya berpengaruh sangat nyata terhadap BD tanah, porositas tanah tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap kadar air tanah, berat biji dan hasil tanaman kedelai pada tanah Ultisol Simalingkar. 2. Pemberian pupuk kandang sapi berpengaruh sangat nyata terhadap BD tanah, porositas tanah, kadar air tanah dan hasil kedelai tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap bobot biji kedelai tanah Ultisol Simalingkar. 3.
Kombinasi perlakuan pola pengolahan tanah dengan pemberian pupuk kandang sapi tidak memberikan pengaruh nyata baik terhadap BD tanah, porositas total tanah, kadar air tanah, maupun terhadap hasil
Jurnal Ilmiah Pendidikan Tinggi, Vol.4 No.1 April 2011. ISSN LIPI: 1979-9640
117
Untuk kadar air tanah juga dijumpai bahwa kombinasi P2K2 merupakan kombinasi terbaik dengan kadar air terbesar dari seluruh kombinasi, yaitu 47,062% terjadi peningkatan kadar air sebesar 13,446% dari kadar air tanah dengan perlakuan P0K0. Hal ini membuktikan bahwa ada pengaruh kombinasi pengolahan dengan pemberian pupuk kandang terhadap kadar air tanah meskipun belum sampai kepada taraf beda nyata.
persen derajat kebasahan pori-pori tanah dibawah 82,23% untuk tanaman kedelai pada penelitian ini yang dilakukan pada tanah dengan tekstur pasir berlempung tersebut. Sebagai contoh penulis mengambil sampel yang penarikannya didasarkan kepada rata-rata hasil kedelai terrendah, sedang dan tertinggi dalam penelitian ini berturut-turut: 350,00 g/petak pada kombinasi perlakuan P0K0; 573,33 g/petak untuk kombinasi perlakuan P2K0 (pengambilan kombiunasi P2K0 menjadi pewakil kombinasi diantara yang terrendah dan tertinggi adalah karena hasil ini merupakan yang terdekat dengan rata-rata dari hasil tertinggi dan terrendah yaitu 558g); dan 766,66 g/petak untuk kombinasi perlakuan P2K2, yang mana masing-masing persen poti total yang ditempati air tanah pada kombinasi tersebut adalah 77,96%; 74,00%; dan 82,23% (untuk tidak menimbulkan kerancuan dirasa perlu untuk memberitahukan bahwa dalam penentuan persen derajat kebasahan pori dimaksud dalam contoh di atas data kadar air gravimetrik pada kombinasi terpilih tersebut telah dikonversi ke data volumetrik).
Page
Penurunan BD tanah di atas tentunya akan berhubungan dengan semakin gemburnya tanah, demikian juga pada penelitian ini dapat memberikan keadaan porositas tanah yang bertambah besar sampai pada kondisi tertentu. Misalnya dalam penelitian ini didapati bahwa kombinasi perlakuan P2K2 yaitu pengolahan tanah biasa dengan penambahan pupuk kandang setara dengan 5 ton/ha memberikan hasil yang lebih baik dari kombinasi lainnya meskipun perbedaan ini tidak nyata secara statistik. Seperti terlihat pada Tabel. 3, bahwa terjadi peningkatan porositas tanah sebesar 6,917% dari perlakuan P0K0.
Dirasa perlu untuk melakukan penelitian lebih lanjut pada tanah yang berbeda teksturnya dan juga tanaman yang lain untuk mendapatkan informasi yang masih dianggap perlu tentang pola pengolahan tanah dan tingkat aplikasi pupuk kandang sapi yang optimal bagi tanaman. DAFTAR PUSTAKA Anonimus. 2009. Pengaruh Sistem Pengolahan Tanah. http://unisri.ac.id/faperta/wpcontent/upload. Arsyad, S. 1989. Konservasi Tanah dan Air.IPB.Bogor. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Bogor. Baver, L.D., Walter, H.G and Wilford, R.G. 1978. Soil Physics. Wiley Eastern Limited. New Delhi. Bengalore. Bombay. Buckman, O.H. and Nyle C.B. 1969. The Nature and Properties of Soils. The Macmillan Company. New York. Departemen Pertanian. 1977. Pedoman bercocok tanam padi, palawija dan sayur-sayuran. Departemen Pertanian. Jakarta. Hillel, D. 1980. Fundamentals of Soil Physics. Academic Press. New York. Ibrahim, M., Sumarno, A.S. Karama dan A.M. Fagi. 1990. Teknologi peningkatan produksi kedelai di Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. Kramer, P.J. 1980. Plant and Soil Relationships; a modern synthesis. Tata McGraw Hill Publishing Company LTD. New Delhi.
Lumbanraja, P. 1998. Diversitas Mikroba Tanah pada Empat Pola Pengolahan Tanah.PPS-IPB-Bogor. VISIUniversitas HKBP Nommensen.Medan. Lumbanraja, P. 1997. Aplikasi Beberapa Pola Pengolahan Tanah Konservasi , Manfaat dan Dampak yang Ditimbulkannya. Fakultas Pertanian Universitas HKBP NommensenMedan. Lumbanraja, P. 1997. Efek Aplikasi Terracottem, Pupuk Kandang dan Mulsa Jerami Pada Alfisol Jonggol Terhadap Beberapa Sifat Fisik Tanah dan Hasil Tanaman Kedelai (Glycine max L) Varietas Tampomas. Fakultas Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor (IPB). Bogor Lumbanraja, P. 1989. Pengaruh Pemakaian Pasir dan Jerami Sebagai Mulsa Pada Berbagai Cara Pengolahan Tanah Terhadap Beberapa Sifat Fisik Tanah Latosol dan Hasil Tanaman Kedelai (Glycine max L) var. Lokon. Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran (UNPAD). Bandung. Malau, S. 2002. Rancangan Percobaan. Universitas HKBP Nommensen. Medan. Maurya, P.R. and R. Lal. 1979. Effect of Bulk Density anb Soil Moisture on Radicle Elongation of Some Tropical Crops . John Wiley. New York. Morachan, Y.B., Moldenhauer, W.C, anda Larson, W.W. 1972. Effect of Increasing Amounts of Organic Residues on Continuous Corn. I. Yield and Soil Physical Properties. Agron. J. 64: 199-203. Munir, M.S. 1996. Tanah-Tanah Utama Indonesia, Karakteristik, Klasifikasi dan Pemanfaatannya. Pustaka Jaya.
Jurnal Ilmiah Pendidikan Tinggi, Vol.4 No.1 April 2011. ISSN LIPI: 1979-9640
118
5.2. Saran
Lumbanraja, P. 2000. Pengaruh Pola Pengolahan Tanah dan Pemberian Pupuk Kandang Terhadap Beberapa Sifat Fisik Tanah Ultisol Simalingkar dan Produksi Tanaman Kedelai. Fakultas Pertanian Universitas HKBP Nommensen. Medan.
Page
dan berat biji kedelai pada Ultisol Simalingkar dengan tekstur tanah pasir berlempung.
Omar, O. H. 1985. Morfologi Tanaman Kedelai. Balai Penelitian Tanaman Pangan Sukamandi. Prawinata, W., S. Harran dan P. Tjondronegoro. 1981. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan 1. Departemen Botani. Fakultas Pertanian IPB. Bogor. Radke, J. K. ; A.R. Dester and O.J. Devin. (1985). Tillage Effect on Soil Temperature, Soil Water and Wheat Growth ini South Australia. Soil Sci. Soc. Am. J. 44: 1542-1547. Rusdi. 1986. Bercocok tanam kedelai. Karya Bani. Jakarta Sarief, S. 1989. Fisika-Kimia Tanah Pertanian. Pustaka Buana. Bandung. Sarief, S. 1985. Ilmu Tanah Pertanian. Pustaka Buana.Bandung. Sarief, S. 1980. Fisika Tanah Dasar. Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian UNPAD. Bandung.
Subagyo, H., N. Suharta dan A.B. Siswanto. 2004. Tanah-Tanah Pertanian di Indonesia. Sumberdaya Lahan Indonesia dan Pengelolaannya. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat. Bogor. Sumarno, dan Hartono. 1983. Kedelai dan cara bercocok tanamnya. Puslitbang Tanaman Pangan .Bogor. Tester,C.F. 1990. Orgnik Amandement Effect on Physical and Chemical Properties of Sandy Soil. Soil Sci. Soc. Am. J. 54: 827-831 Trouse, A.C.Jr. 1979. Soil Physical Characteristics and Roots Groeth. John Wiley & Sons. New York. Unger, P.W. and Parker. (1970) . Water Relation of Profile Modified Slowly Permeable Soil. Soil Sci. Soc. Am. J. 34: 492-495 Witsell, L.E and Hobbs, J.A. 1965. Soil Compaction Effects on Field Plant Growth. Agron. J. 57: 534-537.
Page
119
Sinto. 1995. Pengaruh cara penyimpanan petani terhadap mutu kedelai.
Forum Pascasarjana. No.2, Vol. 18. PPs-IPB Bogor. Indonesia.
Jurnal Ilmiah Pendidikan Tinggi, Vol.4 No.1 April 2011. ISSN LIPI: 1979-9640
LAMPIRAN
Lampiran 1. Hasil Analisis Kimia Tanah dan Pupuk Kandang Sapi Komposisi pH H2O C (%) N(%) C/N P-Bray-2 (ppm) K (m.eq/100 g) Ca (m.eq/100 g) Mg (m.eq/100 g) Fe(ppm) Mn(ppm)
Sumber:
Tanah 5,50 0,20 30,00 0,51 trace 37,00
Pupuk Kandang 1,63 0,79 2,10 401,00 1,33 7,86 19,92 -
Lumbanraja. 1999. Pengaruh Pemakaian Mulsa Plastik Hitam Perak danPupuk Kandang Terhadap Sifat Fisik Tanah, Pertumbuhan dan Produksi Cabai Merah (Capsicum annum) Pada Ultisol Simalingkar. Tanah di analisa di Laboratorium Tanah Balai Penelitian Perkebunan Kelapa Sawit RISPA, Medan.
Lampiran 2. Analisis Textur Tanah Ultisol Simalingkar (tiga fraksi)
Pasir 73%
Debu 10%
Liat 17%
Page
120
Sumber: Lumbanraja, P. 2000. Pengaruh Pola Pengolahan Tanah dan Pemberian Pupuk Kandang Terhadap Beberapa Sifat Fisik Tanah Ultisol Simalingkar dan Produksi Tanaman Kedelai (Glycine max L.) Tanah di analisa di Laboratorium Tanah Balai Penelitian Perkebunan Kelapa Sawit RISPA, Medan.
Jurnal Ilmiah Pendidikan Tinggi, Vol.4 No.1 April 2011. ISSN LIPI: 1979-9640
Pengaruh Pola Pengolahan Tanah Dan Pupuk Kandang Terhadap Beberapa Sifat Fisik Tanah Ultisol Dan Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Kacang Tanah (Arachis hypogea L) The effects of soil tillage and manure application to some soil physical properties and vegetative growth of peanut (Arachis hypogea, L) on Simalingkar Ultisol Parlindungan Lumbanraja Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas HKBP Nommensen, Jalan Sutomo 4-A, Telp. 061-4545411, 4522922, Fax. 061-4571426, Medan 20234,Indonesia. Email:
[email protected] Abstrak Pengaruh Pengolahan Tanah dan Pemberian Pupuk Kandang terhadap beberapa Sifat Fisika Tanah Ultisol Simalingkar dan Pertumbuhan Vegetative Tanaman Kacang Tanah ((Arachis hypogea L). Penelitian ini dilaksanakan di Porlak Percobaan Fakultas Pertanian Universitas HKBP Nommensen Medan, di Desa Simalingkar B. Ketinggian ± 33 m dpl, jenis tanah Ultisol, pH tanah 5,5 dan tekstur tanah pasir berlempung (Lumbanraja, 2000). Diduga bahwa: 1. Pengolahan tanah maupun pemberian pupuk kandang ayam berpengaruh terhadap sifat fisik tanah dan pertumbuhan vegetatif tanaman kacang tanah (Arachis hypogea, L). 2.Diduga ada interaksi pengolahan tanah dan pemberian pupuk kandang ayam terhadap sifat fisik tanah dan pertumbuhan vegetatif tanaman kacang tanah (Arachis hypogea, L). Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial dengan tiga kali ulangan. Dilakukan Uji Analisis Variance (ANOVA) dan apabila menunjukkan bedanyata dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan. Sifat fisika tanah yang diamati meliputi: Berat Jenis Tanah; Porositas Tanah dan Kadar Air Tanah. Bagian tanaman yang diamati meliputi: Bobot Basah Bagian Atas Tanaman; Bobot Basah Bagian Bawah Tanaman; Bobot Kering Bagian Atas Tanaman dan Bobot Kering Bagian Bawah Tanaman. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa: 1. Pola pengolahan tanah hanya berpengaruh nyata terhadap bobot basah bagian atas dan bagian bawah, bobot kering bagian atas tanaman kacang tanah.2. Pemberian pupuk kandang ayam berpengaruh nyata terhadap bobot basah bagian atas dan bagian bawah tanaman serta bobot kering bagian atas tanaman maupun bobot kering bagian bawah tanaman.3. Kombinasi perlakuan pola pengolahan tanah dengan pemberian pupuk kandang tidak memberikan pengaruh nyata. Abstract The effects of soil tillage and manure application to some soil physical properties and vegetative growth of peanut (Arachis hypogea, L) on Simalingkar Ultisol by Parlindungan Lumbanraja. Research took place in Simalingkar-B, Medan, North Sumatera , Indonesia. According to USDA soil classification this soil is Ultisol with loamy sand texture and pH of soil is 5,5 the area is abouth 33 meters above sea level.
Jurnal Ilmiah Pendidikan Tinggi, Vol.4 No.3 Desember 2011. ISSN LIPI: 1979-9640
Page
Research design with Randomize Complete Block Design, every parameter effect significantly will be continued analized with Duncan’s Multiple Range Test.
67
Hypothesize that ploughing methods such as conventional tillage, minimum tillage and no/zero tillage (which both the last familiar recognize as conservation tillage) or manure application, and their combination will effecs some soil physical properties and vegetative growth of peanut (Arachis hypogea, L).
Soil physical properties that analize are soil bulk density, porosity and water holding capacity. For crop observation had made by scaled of fresh and dry weight of shoots and roots. The concluding of the research can be explain that soil ploughing methods take effects significantly to shoot fresh weight, roots fresh weight, and also to shoot dry weight. The manure application had significantly take effect for all crops parameter. The combination of soil ploughing and manure did not interact significantly for every parameters had been ovserved. Kata kunci: conventional tillage, minimum tillage, No/Zero tillage.
Sebagai media tumbuh bagi tanaman tanah merupakan sumberdaya alam yang utama bagi menunjang usaha pertanian yang menjadi andalan dalam mempertahankan kelanjutan kehidupan manusia di biosfer ini. Kerusakan tanah yang sering kita kenal sebagai degradasi tanah atau lahan sudah sangat perlu mendapat perhatian utama untuk mencegah pengrusakan dimaksut (Lumbanraja, 1997). Hal ini merupakan hal yang sangat urgen untuk dapat mempertahankan sumberdaya tersebut, karena tanpa sumber daya tanah adalah tidak mungkin memprodulsi hasil pertanian dalam volume besar sebagaimana adanya dalam pertanian dengan media tanah tersebut. Karena pertumbuhan dan perkembangan tanaman sangat tergantung kemampuan sumber daya ini menyediakan unsur hara, air dan udara bagi tanaman (Arsyad, 1989). Sebagai benda alam yang rumit, tanah yang mempunyai berbagai macam ragam tentunya memerlukan pola oengolahan yang beragam juga. Ultisol sebagai salah satu jenis tanah paling luas setelah Inceptisol di Indonesia yang banyak digunakan dalam pengembangan pertanian. Subagyo, (2004) mengutarakan bahwa Tanah ini tersebar luas dibeberapa pulau besar di Indonesia, seperti Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Papua. Di pulau Sumatera saja tanah ini menempati 77% dari luas wilayah daratannya. Ultisol merupakan tanah yang kurang baik secara fisik maupun secara kimia, sebab itu tanah ini dalam pemanfaatannya memerlukan penanganan
Perlunya meminimumkan pengolahan tanah pada tanah ini terutama karena pada tanah ini terdapat horizon argillik, yang apa bila dalam proses persiapan tanamnya karena suatu hal terjadi pembalikan yang mengakibatkan horizon argillik terangkat maka yang timbul adalah masalah. Sehingga perlu dipertimbangkan bagaimana pola pengolahan tanah yang pas, satu diantaranya adalah pola pengolahan konservasi seperti pengolahan tanah minimum dan tanpa olah tanah (Lumbanraja, 1997; Baver, et al,. 1978; Maurya and Lal, 1979). Sebagaimana kita ketahui bahwa tujuan pengolahan tanah adalah untuk menciptakan kondisi tanah yang opbimal bagi pertumbuhan tanaman usaha. Hal ini bisa juga disertai dengan pembenaman sisa-sisa tanaman kedalam tanah (Anonimus, 2009). Tanah ini umumnya mempunyai kandungan bahanorganik yang rendah, kondisi ini memungkinkan tanah akan padat sehingga membatasi penetrasi akar dalam mendapatkan hara dan air ataupun udara untuk pertumbuhannya (Morachan, et al., 1972) Atas kenyataan rentetan keadaan di atas sehingga tanah sangat rentan terhadap pemadatan, sehingga pemberian pupuk kandang sebagai upaya meningkatkan kandungan bahan organik untuk memperbaiki struktur tanah adalah sangat berarti (Witsell and Hobb, 1965)
Jurnal Ilmiah Pendidikan Tinggi, Vol.4 No.3 Desember 2011. ISSN LIPI: 1979-9640
68
Latarbelakang.
yang sangat hati-hati dan akurat. Untuk meningkatkan kemampuan produksi lahan ini dapat ditempouh dengan berbagai cara seperti pengolahan tanah yang seminimum mungkin, pemberian bahan organik, pemupukan, penambahan kapur, dan pertanaman yang adaptif (Munir, 1996; Kramer, 1980).
Page
PENDAHULUAN
BAHAN DAN METODA Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Porlak Percobaan Fakultas Pertanian Universitas HKBP Nommensen Medan, di Desa Simalingkar B. Ketinggian Daerah ini lebih kurang 33 m dpl, jenis tanah Ultisol, pH tanah 5,5 dan tekstur tanah adalah pasir berlempung (Lumbanraja, 2000). Penelitian berlangsung dari bulan April sampai dengan bulan Juni 2010.
Tujuan Penelitian.
Bahan dan Alat Penelitian
Penelitian ini bertujuan uantuk mengetahui sejauhmana pola pengolahan tanah dan pemberian pupuk kandang ayam mempengaruhi beberapa sifat fisik tamah Ultisol Simalingkar dan pertumbuhan vegetatif tanaman kacang tanah.
Bahan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah benih kacang tanah varietas genjah, pupuk kandang ayam, fingisida, insektisida, dll. Alat yang dipergunakan dalam penelitian ini meliputi, alat olah tanah dalam hal ini cangkul, parang, babat, tugal, timbangan papan nama, meteran, gembor , corong, tali plastik, ember, semprot punggung, bambu, oven, ringsampler dan alat-alat laboratorium lainnya serta alat tulis.
Hipotesis Penelitian. Dalam penelitian ini diduga bahwa: 1. Pengolahan tanah maupun pemberian pupuk kandang ayam berpengaruh terhadap sifat fisik tanah dan pertumbuhan vegetatif tanaman kacang tanah (Arachis hypogea, L) 2. Diduga ada interaksi pengolahan tanah dan pemberian pupuk kandang ayam terhadap sifat fisik tanah dan pertumbuhan vegetatif tanaman kacang tanah (Arachis hypogea, L). Kegunaan Penelitian. Penelitian ini diharapkan berguna untuk:
dapat
1.Sebagai bahan informasi bagi berbagai pihak yang memerlukannya dalam hal pengaruh pengolahan tanah, pemakaian pupuk kandang dan pertumbuhan tanaman kacang tanah.
Metode Penelitian Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial dua faktor dengan tiga Ulangan. Faktor pertama adalah pengolahan tanah (P) yang terdiri dari tiga taraf yaitu: P0 : Tanpa Olah Tanah; P1 : Pengolahan Tanah Minimum; P2 : Pengolahan Tanah Biasa. Faktor kedua adalah pemberian pupuk kandang ayam (A) yang terdiri dari tiga taraf yaitu: A0 : Dosis 0 ton/Ha; A1 : Dosis Setara Dengan 20 ton/Ha; A2 : Dosis Setara Dengan 40 ton /Ha. Kombinasi perlakuan dalam penelitian ini adalah 3 x 3 sehingga ada 9 kombinasi perlakuan yaitu: P0A0; P0A1; P0A2; P1A0; P1A1; P1A2; P2A0; P2A1; P2A2, dengan tiga kali uloangan. Metode Analisis Untuk mengetahui respon yang diamati terhadap perlakuan yang diberikan
Jurnal Ilmiah Pendidikan Tinggi, Vol.4 No.3 Desember 2011. ISSN LIPI: 1979-9640
69
Atas dasar kenyataan di atas maka dirasa perlu untuk melakukan penelitian yang sesuai guna mendapatkan pengaruh dari perlakuan yang diujikan terhadap keadaan tanah Ultisol dan pertumbuhan tanaman kacang tanah tersebut.
2.Memenuhi tugas tridharma PT di Fakultas Pertanian Universitas HKBP Nommensen-Medean.
Page
Kacang tanah merupakan tanaman sumber protein yang penting setelah tanaman kedelai, dan dapat dimanfaatkan dalam berbagai bentuk pangan yang diperlukan oleh manusia karena kekayaan kandungannya seperti lemak (40,50%), protein (27%), Karbohidrat (18%) serta berbagai macam vitamin antaralain vitamin A, B, C, D, E dan Vitamin K). Selain itu komoditi ini juga kaya dengan berbagai mineral seperti Ca, Cl, Fe, Mg, P, K dan S.
Ykij: Pengamatan pada krelompok ke-k yang mendapat perlakuan pengolahan tanah pada taraf ke-i dan pemberian pupuk kandand ayam pada taraf ke-j µ:
Nilai tengah
Kk:
Pengaruh kelompok ke –K
ρi: Pengaruh pengolahan tanah taraf ke-i βj: Pengaruh pemberian pupuk kandang taraf ke –j (ρβ)ij:
Єkij:
Pengaruh interaksi pengolahan tanah taraf kei degan pupuk kandang aya taraf ke-j Pengaruh galat pada ulangan kelompok ke-k dengan pengolahan tanah taraf ke-i dan pemberian pupuk kandang ayam taraf ke-j, (Malau, 2002)
Pelaksanaan Penelitian Pengolahan Tanah Tanah areal penelitian dibersihkan terlebih dahulu dari segala jenis rumput atau gulma yang ada dengan babat lalu dibuat petak percobaan ukuran 1 m x 1,5 m sebanyak 27 petak dengan jarak antar petak percobaan 50 cm dan jarak antar barisan ulangan 100 cm. Untuk melakukan pengolahan tahan tanpa olah tanah petak percobaan hanya dibersihkan dari gulma dengan membabat, sedangkan untuk olah tanah minimum pengolahan tanah hanya membalik tanah satu kali tanpa menghancurkan bongkahan tanah yang terbentuk, sedangkan untuk olah tanah biasa dilakukan pembalikan, penghancuran bongkah tanah dan membersihkan seluruh sisa tanaman yang ada. Setelah pola pengolahan tanah sudah selaesai baru dilakukan penambahan perlakuan aplikasi
Penanaman Setiap lobang tanam yang dibuat dengan cara menugal diberiu 2 biji benih kacang tanah kemudian ditutup dengan tanah.Bersamaan dengan penanaman dilakukan pemberian pupuk dasar berupa Urea setara 100 kg/ha; TSP setara 200 kg/ha dan KCl setara 100 kg/ha. Pemeliharaan Tanaman Permerliharaan tanaman yang dilakukan antara lain: penyiraman, penyulaman, penyiangan, pembumbunan dan pengendalian hama dan penyakit sesuai dengan kebutuhannya. Parameter Yang Diamati Pengambilan parameter yang diamati dilaksanakan pada saat tanaman mulai berbunga kurang lebih 5 minggu setelah tanam. Parameter Fisika Tanah Sifat fisika tanah yang diamati meliputi: Berat Jenis Tanah; Porositas Tanah dan Kadar Air Tanah Parameter Tanaman Bagian tanaman yang diamati meliputi: Bobot Basah Bagian Atas Tanaman; Bobot Basah Bagian Bawah Tanaman; Bobot Kering Bagian Atas Tanaman dan Bobot Kering Bagian Bawah Tanaman.
Jurnal Ilmiah Pendidikan Tinggi, Vol.4 No.3 Desember 2011. ISSN LIPI: 1979-9640
70
Ykij= µ +kk + ρi+βj + (ρ β)ij+Єkij
pupuk kandang ke tanah sesuai dosis yang diuji.
Page
dilakukan Uji Analisis Variance (ANOVA) dan apabila menunjukkan bedanyata dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan.Model persamaan percobaan adalah sebagai berikiut:
HASIL Pengaruh Perlakuan Pengolahan Tanah Terhadap Beberapa Sifat Fisika Tanah, Bobot Basah dan Bobot Kering Tanaman Kacang Tanah.
berpengaruh sangat nyata terhadap bobot basah dan bobot kering bagian atas tanaman, berpenga nyata terhadap bobot basah bagian bawah tanaman, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap berat kering bagian bawah tanaman (Tabel. 1).
Dari data hasil penelitian ini terlihat bahwa pengaruh pengolahan tanah terhadap sifat fisika tanah tidak memberikan pengaruh yang nyata baik terhadap kepadatan tanah atau BD, porositas maupun kadar air tanah, tetapi Tabel 1. Pengaruh Perlakuan Pengolahan Tanah Terhadap Parameter Yang Diamati. Parameter
Tanpa Olah Tanah (P0)
Pengolahan Tanah Minimum (P1)
Pengolahan Tanah Biasa (P2)
Berat Jenis Tanah (g/cm3) Porositas Tanah (%) Kadar Air Tanah (% v/v) Bobot Basah Bagian Atas Tanaman (g)
1,17 55,93 25,92 34,63aA
1,17 55,93 26,35 45,99bB
1,11 58,18 27,61 43,12bB
Bobot Basah Bagian Bawah Tanaman(g)
0,82a
0,96b
1,03b
Bobot Kering Bagian Atas Tanaman (g)
8,74aA
10,78abAB
12,90bB
Bobot Kering Bagian Bawah Tanaman (g)
0,28
0,30
0,32
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 0,05% (huruf kecil) dan 0,01 % (huruf besar) pada Uji Jarak Berganda Duncan. Pengaruh Perlakuan Pupuk Kandang Ayam Terhadap Beberapa Sifat Fisika Tanah, Bobot Basah dan Bobot Kering Tanaman Kacang Tanah.
Page
71
Dari halil analisis data ternyata bahwa pemberian pupuk kandang ayam setara
dengan 20 dan 40 ton/ha tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap ketiga sifat fisik tanah, baik terhadap berat jenis tanah, porositas total tanah dan kadar air tanah, tetapi berpengaruh sangat nyata terhadap bobot basah dan bobot kering bagian bawah dan bagian atas tanaman (Tabel. 2).
Jurnal Ilmiah Pendidikan Tinggi, Vol.4 No.3 Desember 2011. ISSN LIPI: 1979-9640
Tabel. 2.
Pengaruh Perlakuan Pupuk Parameter
Ayam Terhadap Beberapa Sifat Fisika
Berat Jenis Tanah (g/cm3) Porositas Tanah (%) Kadar Air Tanah (% v/v) Bobot Basah Bagian Atas Tanaman (g)
1,13 57,15 24,95 31,48aA
Dosis 20 ton/ha (A1) 1,19 55,26 26,39 46,10bB
Bobot Basah Bagian Bawah Tanaman(g)
0,76aA
1,01bB
1,04bB
Bobot Kering Bagian Atas Tanaman (g)
7,31aA
13,10bB
12,02bB
Bobot Kering Bagian Bawah Tanaman (g)
0,25aA
0,33bB
0,30bB
Kandang Ayam Terhadap Parameter Yang Diamati. Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 0,05% (huruf kecil) dan 0,01 % (huruf besar). pada Uji Jarak Berganda Duncan.
Dosis 40 ton/ha (A2) 1,12 57,64 28,54 46,16bB
Tanah dan Bobot Basah dan Bobot Kering Tanaman Kacang Tanah. Data pengamatan hasil penelitian untuk pengaruh interaksi Pengolahan Tanah dan pemberian Pupuk Kandang ayam pada tanah Ultisol Simalingkar dari hasil uji variance menunjukkan bahwa interaksi tersebut tidak berpengaruh nyata terhadap berat jenis tanah, porositas total tanah, kadar air tanah, bobot basah dan bobot kering bagian atas dan bagian bawah tanaman kacang tanah (Tabel. 3).
Page
72
Pengaruh Interaksi Perlakuan Pola Pengolahan Tanah dan Pupuk Kandang
Dosis 0 ton/ha (A0)
Jurnal Ilmiah Pendidikan Tinggi, Vol.4 No.3 Desember 2011. ISSN LIPI: 1979-9640
Tabel. 3. Pengaruh Interaksi Perlakuan Pola Pengolahan Tanah dan Pupuk Kandang Ayam Terhadap Parameter Yang Diamati. __________________________________________________________________ Parameter yang diamati Pola Pengolahan Pupuk Kandang Tanah (P) (A0) (A1) (A2) __________________________________________________________________ Berat Jenis Tanah (g/cm3) P0 1,16 1,20 1,15 P1 1,11 1,21 1,18 P2 1,13 1,15 1,04 56,22 57,98 57,23
54,84 54,21 56,73
56,73 55,59 60,59
P0 P1 P2
25,38 22,47 26,99
25,63 25,89 27,65
26,75 30,68 28,18
Bobot Basah Bagian Atas Tanaman (g) P0 P1 P2
21,85 35,55 37,05
38,82 55,93 43,56
43,83 46,51 48,74
Bobot Basah Bagian Bawah Tanaman (g) P0 0,60 0,92 P1 0,83 1,04 P2 0,85 1,08 Bobot Kering Bagian Atas Tanaman (g) P0 4,36 12,84 P1 6,30 12,88 P2 11,26 13,59 Bobot Kering Bagaian Bawah Tanaman (g) P0 0,25 0,30 P1 0,26 0,33 P2 0,25 0,36 ________________________________________________________________ PEMBAHASAN Pengaruh Perlakuan Pengolahan Tanah Terhadap Beberapa Sifat Fisika Tanah, Bobot Basah dan Bobot Kering Tanaman Kacang Tanah. Seperti yang telah diutarakan sebelumnya bahwa dari data hasil penelitian ini terlihat pengaruh pengolahan tanah berpengaruh sangat nyata terhadap bobot basah dan bobot kering bagian atas tanaman, berpenga nyata terhadap bobot basah bagian bawah tanaman, tetapi tidak berpengaruh nyata
0,95 1,01 1,16 9,03 13,16 12,90 0,30 0,32 0,35
terhadap berat kering bagian bawah tanaman, berat jenis atau kepadatan tanah (BD), porositas maupun kadar air tanah (Tabel. 1). Baik pengolahan tanah tanpa olah tanah, pengolahan tanah minimum maupun pengolahan tanah biasa, ketiganya tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap berat jenis (BD) tanah Ultisol Simalingkar. Hal ini dapat dijelaskan sebagai pengaruh dari koindisi tanah Ultiosol Simalingkar itu sendiri, bahwa dari segi tekstur tanah ini tergolong tekstur tanah lempung berpasir
Jurnal Ilmiah Pendidikan Tinggi, Vol.4 No.3 Desember 2011. ISSN LIPI: 1979-9640
73
Kadar Air Tanah (% v/v)
P0 P1 P2
Page
Porositas Tanah (%)
Untuk mendapatkan gambaran pengaruh perlakuan terhadap pertumbuhan vegetativ tanaman kacang tanah dilakukan pengukuran terhadap berat basah dan berat kering dari bagaian atas dan bagian bawah tanaman, dan hasilnya sebagaimana tertera pada Tabel. 1, ternyata cara pengolahan tanah hanya memberikan pengaruh yang nyata terhadap bagian atas tanaman baik terhadap berat basah maupun terhadap berat keringnya. Sedangkan untuk bagian bawah tanaman pengaruh tersebut hanya nyata terhadap berat basah sedangkan untuk berat keringnya tidak nyata
Jurnal Ilmiah Pendidikan Tinggi, Vol.4 No.3 Desember 2011. ISSN LIPI: 1979-9640
74
Dari keadaan porositas tanah pada Tabel. 1, terlihat bahwa pada tanah pengolahan tanah tidak memberikan pengaruh yang nyata. Sebagaimana dijelaskan sebelumnya bahwa tanah ini secara alamiah sudah cukup porous sebagai konsekwensi tekstur tanahnya. Seperti diketahui bahwa tanah-tanah mineral mempunyai porositas maksimum hanya berkisar sampai 60% (Sarief, 1989). Sehingga usaha penggemburan tanah melalui pola atau cara pengolahan tanah yang dilakukan, baik pengolahan tanah minimum maupun pengolahan tanah biasa atau konvensional sekalipun tidak lagi memberikan pengaruh yang nyata terhadap porositas tanah. Tetapi terlihat mesti sangat kecil sekali ada kecenderungan bahwa pengolahan tanah maksimum dalam hal ini pola pengolahan konvensional yang dilakukan dapat memberikan efek terhadap peningkatan porositas total tanah hal ini sesuai dengan apa yang diutarakan olah Radke, et.al., ( 1985) maupun Unger (1970)
Terhadap kadar air tanah seperti terlihat pada Tabel. 1, di atas perlakuan cara pengolahan tanah juga tidak memberi pengaruh yang nyata. Namun demikian tetap terlihat bahwa kedua pola pengolahan tanah baik pengolahan tanah minimum maupun pengolahan tanah secara konvensional tetap menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan kadar air tanah tersebut walau sangat kecil dibandingkan terhadap cara tanpa pengolahan tanah. Buckman, et al., (1969) sebelumnya telah mengutarakan bahwa dalam hal penanganan tanah dengan tekstur kasar perlu perhatian khusus guna meningkatkan kapasitas pegang air tanah, mengingat tanah ini memiliki jumlah poripori makro yang lebih dominan. Hal yang sama juga terlihat dalam hasil penelitian ini karena seluruh tanah pada cara pengolahan tanah tanpa olah tanah, olah minimum dan maupun cara pengolahan konvensional tidak dapat secara nyata mengubah sifat tanah bertekstur kasar dengan dominasi pori-pori makronya. Seperti dari Tabel di atas terlihat bahwa pori-pori tanah hanya 53 % - 54% dari pori total tanah ditempati oleh udara, sedangkan air hanya menempati ruang pori sekitar 46% -47 % saja, sedangkan secara teori kondisi yang optimal bagi pertumbuhan tanaman pori-pori berisi air 50% dari total pori-pori tanah. Meskipun ada peningkatan kadar air tanah pada pola pengolahan minimum sebesar 0,43 % dan pada pola pengolahan tanah konvensional sebesar 1,26 % masing-masing dibandingkan terhadap tanah dengan perlakuan tanpa pengolahan tanah, namun perbedaan tersebut belum merupakan pengaruh yang nyata.
Page
yang terdiri dari 73% pasir, 10 % debu dan 17% liat (Lumbanraja, 2000). Tanah ini tergolong tanah bertekstur kasar, sehingga kepadatan tanahnya secara alamiah memang rendah. Dalam keadaan tanah yang secara alamiah sudah cukup gembur, pengolahan tanah tidak dibutuhkan lagi. Hal ini sebagai akibat 3 dari BD tanah 1,11 g/ cm - 1,17 g/ cm3 masih optimal untuk pertumbuhan tanaman dan masih jauh dari pada menghambat pergerakan akar sebagaimana dilaporkan peneliti sebelumnya Goss (1969) dalam Lumbanraja (1997 ) maupun Trouse (1979). Dengan data ini berarti pola penanaman tanpa olah tanah bisa diterapkan dalam pengusahaan lahan ini. Kenyataan ini akan sangat menguntungkan, karena persiapan lahan dengan cara ini dapat mengurangi biaya pengolahan tanah dalam usaha pertanian yang dijalankan baik secara mekanis maupun tradisional. Penerapan penggunaan lahan dengan pola tanpa olah tanah ini lebih lanjut akan dapat menekan atau memperkecil pengrusakan struktur tanah, dengan minimumnya kegiatan yang berakibat kepada pemadatan tanah.
meskipun ada kecenderungan peningkatan yang sangat kecil sekali.
pengaruhnya terhadap pertumbuhan perakaran tanaman kacang tanah.
Peningkatan yang sangat nyata dari bobot basah maupun bobot kering bagian atas tanaman dan peningkatan yang nyata dari bobot basah bagian bawah tanaman adalah merupakan respon terhada sifat fisika tanah yang relatif meningkat ke arah yang lebih optimal bagi pertumbuhan tanaman. Seperti diutarakan oleh Baver (1978) bahwa kondisi tanah yang tidak optimal, tata air dan udara tanahnya akan dapat berakibat pada terganggunya seluruh kondisi yang mendukung terhadap kesuburan tanah termasuk aktivitas mikrobia yang ada didalamnya. Dari data di atas ternyata bahwa kondisi pertumbuhan tanaman tidak terganggu, karena memang seperti yang nyata dari data bahwa baik kadar air tanah dan pori terisi udara pada tanah memberikan hasil yang berbeda untuk ketiga cara pengolahan tanah. Dalam hal ini untuk tanaman kacang tanah, meskipun pengaruh pengolahan tanah dengan cara tanpa olah tanah tidak berpengaruh nyata atau sangat kecil sekali, misalnya BD tanah hanya turun 0,06 g/cm3, porositas hanya naik 2,25% dan kadar air meningkat 1,26% namun untuk pertumbuhan tanaman sangat besar pengaruhnya. Terlihat dari hasil bahwa dengan pengolahan tanah minimum (P1) terjadi peningkatan tertinggi bagi pertumbuhan bagian atas tanaman dan hasil ini berbeda sangat nyata terhadap cara pengolahan tanah tanpa olah (P0) tetapi tidak berbeda nyata terhadap pola pengolahan konvensional (P2). Hal ini membuat cara pengolahan tanah dengan cara pengolahan tanah minimum pada tanah Ultisol Simalingkar dengan tekstur tanah lempung berpasir adalah yang optimal bagi pertumbuhan vegetativ kacang tanah. Namun untuk bobot bagian bawah tanaman ternyata optimal perkembangannya pada kondisi tanah dengan cara pengolahan konvensional (P2) dengan pengaruh berbeda sangat nyata antara pola tanpa olah tanah terhadap pola pengolahan tanah konventional, sedangkan pola pengolahan tanah minimum ada diantara keduanya. Jelas disini bahwa penurunan berat jenis tanah sebesar 0,06 g/cm3 saja, dan perbedaan porositas tanah hanya sebesar 2,25% saja sudah nyata
Pengaruh Perlakuan Pupuk Kandang Ayam Terhadap Beberapa Sifat
Jurnal Ilmiah Pendidikan Tinggi, Vol.4 No.3 Desember 2011. ISSN LIPI: 1979-9640
Page
Seperti yang telah ditegaskan di atas hasil analisis data menunjukkan bahwa pemberian pupuk kandang ayam setara dengan 20 dan 40 ton/ha tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap ketiga sifat fisik tanah, baik terhadap berat jenis tanah, porositas total tanah dan kadar air tanah (Tabel. 2). Dari ketiga sifat fisika tanah yang diamati terlihat bahwa pemberian pupuk kandang hanya menunjukkan kecenderuangan perbaikan terhadap kadar air tanah dengan kenaikan sebesar 1,47 % dan 3,89% masing-masing untuk dosis 20 dan 40 ton/ha dibandingkan terhadap tanah tanpa pemberian bahan organik. Terlihat bahwa meningkatnya dosis bahan organik diikuti dengan peningkatan kadar air tanah. Walau kecil namun ada kenaikan air tanah 6,96 % dan 15,59 % dibamdingkan terhadap kadar air tanah pada perlakuan tanpa pupuk kandang yaitu kadar air tanahnya 24,95%. Tentunya hal ini bukan hal yang baru karena peneliti-peniliti sebelumnya juga telah banyak mengutarakan hasil penelitian mereka tentang hal ini seperti percobaan Tester (1990) menunjukkan bahwa kepadatan tanah setelah lima tahun aplikasi bahan organik (BO) pada tanah secara terusmenerus akan menurunkan BD tanah secara nyata. Ia menjelaskan bahwa penurunan ini adalah sebagai pengaruh sifat aktif BO dalam pembentukan struktur tanah. Persentase volume yang ditempati oleh pori-pori mikro dalam tanah berpasir adalah rendah, ini menggambarkan kapasitas memegang air tanah tersebut rendah, sebaliknya pada tanah bertekstur halus memiliki lebih banyak ruang pori total yang sebagian besar terdiri dari pori mikro sehingga tanah ini mempunyai daya pegang air yang tinggi (Buckman, et al., 1969). Fungsi BO dalam perbaikan struktur tanah dapat secara langsung maupun secara tidak langsung melalui pengaktivan kegiatan microbia yang pada akhirnya aktivitas microbia tersebut akan menghasilkan kondisi yang menunjang
75
Fisika Tanah, Bobot Basah dan Bobot Kering Tanaman Kacang Tanah.
Pengaruh Interaksi Perlakuan Pola Pengolahan Tanah dan Pupuk Kandang Ayam Terhadap Beberapa Sifat Fisika Tanah dan Bobot Basah dan Bobot Kering Tanaman Kacang Tanah.
Pemberian pupuk kandang terhadap tanah Ultisol Simalingkar berpengaruh sangat nyata terhadap pertumbuhan vegetativ tanaman kacang tanah. Hal ini terbukti dari data pada Tabel. 2 bahwa Telah ditegaskan bawha data seluruh parameter tanaman yang di amati pengamatan hasil pengaruh interaksi memberikan respon yang sangat nyata, Pengolahan Tanah dan pemberian Pupuk baik berat basah dan berat kering bagian Kandang ayam pada tanah Ultisol atas tanaman maupun bagian bawah Simalingkar dengan tekstur tanah pasir tanaman kacang tanah. Hal ini bisa berlempung tidak berpengaruh nyata dipahami sebagai akibat dari kondisi terhadap berat jenis tanah, porositas total pemberian pupuk kandang yang tanah, kadar air tanah, bobot basah dan meningkatkan kadar air tanah dan bobot kering bagian atas dan bagian berbagai sifat-sifat kesuburan tanah bawah tanaman kacang tanah sebagaimana lainnya. Seperti diketahui bahwa air tertera pada Tabel. 3. Meski pengaruh merupakan komponen yang sangat utama interaksi pengolahan tanah dan bahan dalam pertumbuhan tanaman, karena pupuk kandang ini tidak berbeda nyata dalam percobaan ini telah nyata bahwa secara statistik tetapi ada kecenderungan kondisi yang lain kebutuhan tanaman yang perlu mendapat perhatian pada selain kadar air tanah tersebut sejauh ini beberapa kombinasi interaksi tersebut. Jurnal Ilmiah Pendidikan Tinggi, Vol.4 No.3 Desember 2011. ISSN LIPI: 1979-9640
76
Jadi jelas bahwa peningkatan kadar air tanah dengan meningkatnya dosis bahan organik yang diberikan adalah sebagai pengaruh perbaikan struktur tanah dengan kehadiran bahan organik tersebut. Dalam hal ini bahan organik yang bersifat sebagai bahan perekat bagi butir-butir primer tanah sekaligus berfungsi sebagai pemegang air, dengan demikia kadar air tanah dapat meningkat. Degan penambahan bahan organik di atas ternyata kenaikan kadar air sebagai pengaruh dari pemberian pupuk kandang tersebut membuat persentase pori yang ditempati air tanah meningkat dari 43% pada tanah tanpa perlakuan bahan organik menjadi 47% dan 49% masing-masing untuk tanah dengan perlakuan bahan organik sebesar setara dengan 20 dan 40 ton/ha berturut-turut. Berarti pemberian perlakuan pupuk kandang ayam seperti dosis di atas meningkatkan pori berisi air sebesar 9,0% dan 13,95% dari perlakuan tanpa bahan organik.
dianggap sama. Pengaruh lain yang juga menunjang terhadap pertumbuhan vegetativ tanaman ini adalah bahwa penambahan bahan organik kedalam tanah otomatis menaikkan ketersediaan unsur hara di dalam tanah yang juga menaikkan kapasitas tukar kation tanah, kejenuhan basa tanah dan berbagai pengaruh baik lainnya yang diakibatkan penambahan bahan organik ke dalam tanah. Meski penambahan tersebut hanya kecil sekali tapi dengan kenyataan bahwa kondisi tanah Ultisol yang miskin hara, rendah KTK, dan rendah KB penambahan tersebut sudah sangat memberi pengaruh yang besar.Dari hasil yang tertera pada data pengamatan di atas terlihat bahwa bagian atas tanaman dapat meningkat berkisar 14,62 sampai dengan 14,68 % dari bobot bagian atas tanaman tanpa pemberian bahan organik, sedangkan bagian bawah tanaman neingkat sebesar 0,25 g (32,89%) sampai dengan 0,28 g ( 36,84%) dari bobot akar tanaman tanpa penambahan bahan organik. Terlihat dengan jelas bahwa pertambahan bobot akar tanaman sebesar 0,25 gr saja mampu meningkatkant bagian atas tanaman sebesar 14,62% dan peningkatan bobot akar tanaman sebesar 0,28 g dapat meningkatkan bagian atas tanaman sebesar 14,68 %. Jadi dari hasil tersebut tergambar bahwa pemberian pupuk kandang ayam sampai dengan 40 ton/ha masih memberi pengaruh yang baik terhadap tanaman kacang tanah.
Page
terhadap perbaikan struktur tanah sehingga tanah lebih porous (Edward, et al., 1992 dalam Lumbanraja, 1997). Pengalaman sehari-hari memberitahukan bahwa biasanya air bergerak lebih cepat melalui tanah-tanah berpasir dibandingkan tanah-tanah berliat. Ruang pori total pada tanah berpasir adalah kecil, tetapi sebagian besar pori-pori itu terdiri dari pori-pori yang berukuran besar dan sangat efisien dalam lalu lintas air maupun udara dalam tanah (Sarief, 1985).
Berat basah bagian atas tanaman yang terbaik dihasilkan pada kombinasi yaitu perlakuan pengolahan (P1A1) minimum dengan pemberian pupuk kandang ayam sebesar 20 ton/ha seperti tertera pada Tabel. 3 yaitu sebesar 55,93 g, bobot ini lebih besar 34,08 g dari perlakuan tanpa olah tanah dan tanpa pemberian pupuk kandang (P0A0). Produksi bobot basah tanaman ini terjadi pada saat kondisi 47,75% pori-pori tanah ditempati oleh air (pori-pori total tanah 54,21 % dengan kadar air 25,89%) sebagaimana tertera pada Tabel. 3. Bobot ini lebih tinggi dari perlakuan P0A0 dengan air tanah menempati 42,85% dari total porositas tanah, dan lebih tinggi juga dari kombinasi perlakuan P2A2 yang mana pada kombinasi ini 55,18 % total pori tanah ditempati oleh air. Secara teori bahwa kondisi kadar air tanah yang optimal bagi pertumbuhan tanam adalah pada saat 50% pori terisi udara dan selebihnya diisi oleh air (Hillel, 1980 ). Jadi hal tersebut di atas diduga terjadi penurunan bobot bagian atas tanaman pada saat 55,18% total pori tanah terisi air sudah mengganggu kesetimbangan aierasi (udara) tanah seperti terlihat dalam hasil penelitian ini. Begitu juga kadar air yang kurang dari kondisi optimal, dalam hal ini 42,85% dari pori total tanah di tempati air juga sudah tidak optimal. Jadi baik kelebihan 5,18% kadar air tanah dan kerurangan 7,15% air tanah dari keadaan optimal sudah
Sedangkan untuk parameter kadar air tanah kombinasi perlakuan (P1A2) yaitu pengolahan tanah minimum dan pemberian bahan organik 40 ton/ha adalah yang terbaik yaitu sebesar 30,68% terjadai peningkatan sebesar 5,30% dibandingkan terhadap pengolahan tanah tanpa olah Jurnal Ilmiah Pendidikan Tinggi, Vol.4 No.3 Desember 2011. ISSN LIPI: 1979-9640
77
Terhadap porositas total tanah terlihat dari data pengamatan pada Tabel. 3, bahwa porositas total ini mencapai 60,59% pada kombinasi perlakuan (P2A2) yaitu polah pengolahan tanah konvensional dan penambahan pupuk kandang setera 40 ton/ha yaitu meningkat sebesar 4,37 % dari porositas total tanah pada pola tanpa olah tanah dan tanpa penambahan pupuk kandang yang mana porositas totalnya hanya 56,22%. Sedangkan pada pengaruh tunggal pengolahan tanah hanya memberi peningkatan porositas total tanah yang sangat kecil sekali yaitu sebesar 2,25% (Tabel. 1), dan pemberian pupuk kandang setara dengan 40 ton/ha hanya memberikan peningkatan sebesar 0,19% saja (Tabel. 2).
tanah dan tanpa pemberian bahan organik (Tabel. 3). Sedangkan untuk perlakuan tunggal pola pengolahan tanah pada pola pengolahan konvensional hanya meneingkatkan kadar air tanah sebesar 1,69% (Tabel 4.1) dan pupuk kandang untuk dosis setara dengan 40 ton/ha hanya menaikkan kadar air tanah 2,15% (Tabel. 2). Jadi jelas terlihat disini bahwa peningkatan kadar air pada kombinasi perlakuan pengolahan tanah minimum dan pemberian pupuk kandang sebesar 40 ton/ha ini sangat jauh melebihi pengaruh tunggal masing-masing kedua perlakuan untuk taraf yang sama, hal ini menggambarkan dengan jelas adanya pengaruh interaksi kombinasi faktor pengolahan tanah dan penambahan pupuk kandang tersebut yang walaupun belum nyata.
Page
Untuk parameter pengamatan BD tanah dan porositas total tanah terlihat dari data pengamatan tersebut bahwa kombinasi perlakuan (P2A2) yaitu berupa pola pengolahan konvensional dan penambahan pupuk kandang ayam setara dengan 40 ton/ha memberikan pengaruh yang paling optimal. Hal ini adalah sebagai pengaruh dari pengolahan tanah yang berfungsi sebagai salah satu usaha pengemburan tanah (Sarief, 1989) begitu juga penambahan bahan organik memberikan kontribusi terhadap kegemburan tanah (Edward, et al., 1992) data tersebut menunjuk bahwa ada penurunan BD tanah sampai 0,12 g/cm3 pada pola pengolahan tanah konvensional dengan penambahan pupuk kandang 40 ton/ha dibandingkan terhadap pola tanpa pengolahan tanah dan tanpa aplikasi pupuk kandang. Sedangkan secara perlakuan tunggal pengolahan tanah hanya menurunkan BD tanah sebesar 0,06 g/cm3 (Tabel 4.1) dan perlakuan tunggal pupuk kandang 40 ton/ha hanya menurunkan BD tanah sebesar 0,01 g/cm3 (Tabel. 2). Jadi jelas, bahwa meski interaksi ini tidak nyata pengaruhnya tetapi penurunan kepadatan tanah yang ditimbulkannya sangat besar dan patut yuntuk memperoleh perhatian.
memberi pengaruh yang merugikan bagi hasil bobot basah bagian atas tanaman.
Berat kering bagian bawah tanaman yang terbaik dihasilkan pada kombinasi pengolahan tanah perlakuan (P2A1) konvensional dengan pemberian pupuk kandang ayam setara 20 ton/ha dengan bobot 0,36 g lebih tinggi 0,1 g dari interaksi perlakuan (P0A0). Kedua parameter pengamatan terakhir tersebut optimal pada kondisi air tanah menempati pori-pori total tanah sebesar 48,73% sedangkan keadaan air baik di atasnya maupun di bawahnya berdampak memberikan bobot kering tanaman yang lebih rendah. Diguga ada hubungannya dengan keenceran larutan saat kadar air tinggi, sedangkan saat air lebih rendah dari keadaan optimal tersebut terjadi perlambatan absorbsi hara dari tanah oleh sistem perakaran tanaman. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1.
Pola pengolahan tanah hanya berpengaruh nyata terhadap bobot basah bagian atas dan bagian bawah, bobot kering bagian atas tanaman
Pemberian pupuk kandang ayam berpengaruh nyata terhadap bobot basah bagian atas dan bagian bawah tanaman serta bobot kering bagian atas tanaman maupun bobot kering bagian bawah tanaman tetapi tidaki berpengaruh nyata terhadap berat jenis tanah, porositas total tanah dan kadar air tanah Ultisol Simalingkar.
3. Kombinasi perlakuan pola pengolahan tanah dengan pemberian pupuk kandang ayam pada dosis setara dengan 20 dan 40 ton/ha tidak memberikan pengaruh nyata baik terhadap berat jenis, porositas total, kadar air tanah Ultisol Simalingkar, maupun terhadap pertumbuhan vegetativ tanaman kacang tanah. Saran Dirasa perlu untuk melakukan penelitian lebih lanjut untuk mendapatkan tingkat aplikasi pupuk kandang yang memberi pengaruh nyata dalam interaksinya dengan pola pengolahan tanah Ultisol Simalingkar. DAFTAR PUSTAKA Anonimus. 2009. Pengaruh Sistem Pengolahan Tanah. http://unisri.ac.id/faperta/wpcontent/upload. Arsyad, S. 1989. Konservasi Tanah dan Air.IPB.Bogor. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Bogor. Baver, L.D., Walter, H.G and Wilford, R.G. 1978. Soil Physics. Wiley Eastern Limited. New Delhi. Bengalore. Bombay. Buckman, O.H. and Nyle C.B. 1969. The Nature and Properties of Soils. The Macmillan Company. New York. Hillel, D. 1980. Fundamentals of Soil Physics. Academic Press. New York.
Jurnal Ilmiah Pendidikan Tinggi, Vol.4 No.3 Desember 2011. ISSN LIPI: 1979-9640
78
Berat kering bagian atas tanaman yang terbaik dihasilkan pada kombinasi pengolahan tanah perlakuan (P2A1) konvensional dengan pemberian pupuk kandang ayam sebesar 20 ton/ha dengan berat 13,59 g yaitu lebih tinggi 9,23 g dari kombinasi perlakuan (P0A0)
2.
Page
Untuk bobot basah bagian bawah tanaman yang terbesar dihasilkan pada yaitu kombinasi perlakuan (P2A2) pengolahan tanah secara konvensional dan penambahan pupuk kandang sebesar 40 ton/ha, terlihat ada peningkatat sebesar 0,56 g dari kombinasi perlakuan (P0A0). Kenaikan ini terjadi pada saat pori-pori total tanah 55,18% di isi oleh air. Jadi untuk bagian bawah tanaman terlihat bahwa walaupun hanya 44,82% pori-pori total tanah ditempati oleh udara tanah terlihat tidak terjadi gangguan terhadap pertumbuhan perakaran tanaman kacang tanah walaupun secara teori bahwa kadar pori terisi udara tersebut sudah lebih kecil 5,18% dari keadaan yang optimal.
kacang tanah, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap bobot kering bagian bawah tanaman kacang tanah, berat jenis tanah, porositas total tanah dan kadar air tanah Ultisol Simalingkar.
Kramer, P.J. 1980. Plant and Soil Relationships; a modern synthesis. Tata McGraw Hill Publishing Company LTD. New Delhi. Lumbanraja, P. 2007. Degradasi Lahan, Persepsi dan Keperdulian Terhadapnya. Fakultas Pertanian, Universitas HKBP NommensenMedan. Lumbanraja, P. 2000. Pengaruh Pola Pengolahan Tanah dan Pemberian Pupuk Kandang Terhadap Beberapa Sifat Fisik Tanah Ultisol Simalingkar dan Produksi Tanaman Kedelai. Fakultas Pertanian Universitas HKBP Nommensen. Medan. Lumbanraja, P. 1997. Aplikasi Beberapa Pola Pengolahan Tanah Konservasi , Manfaat dan Dampak yang Ditimbulkannya. Fakultas Pertanian Universitas HKBP NommensenMedan. Lumbanraja, P. 1997. Efek Aplikasi Terracottem, Pupuk Kandang dan Mulsa Jerami Pada Alfisol Jonggol Terhadap Beberapa Sifat Fisik Tanah dan Hasil Tanaman Kedelai (Glycine max L) Varietas Tampomas. Fakultas Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor (IPB). Bogor Lumbanraja, P. 1989. Pengaruh Pemakaian Pasir dan Jerami Sebagai Mulsa Pada Berbagai Cara Pengolahan Tanah Terhadap Beberapa Sifat Fisik Tanah Latosol dan Hasil Tanaman Kedelai (Glycine max L) var. Lokon. Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran (UNPAD). Bandung. Malau, S. 2002. Rancangan Percobaan. Universitas HKBP Nommensen. Medan.
Yield and Soil Physical Properties. Agron. J. 64: 199-203. Munir, M.S. 1996. Tanah-Tanah Utama Indonesia, Karakteristik, Klasifikasi dan Pemanfaatannya. Pustaka Jaya. Radke, J. K. ; A.R. Dester and O.J. Devin. (1985). Tillage Effect on Soil Temperature, Soil Water and Wheat Growth ini South Australia. Soil Sci. Soc. Am. J. 44: 1542-1547. Sarief, S. 1989. Fisika-Kimia Tanah Pertanian. Pustaka Buana. Bandung. Sarief, S. 1985. Ilmu Tanah Pertanian. Pustaka Buana.Bandung. Sarief, S. 1980. Fisika Tanah Dasar. Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian UNPAD. Bandung. Subagyo, H., N. Suharta dan A.B. Siswanto. 2004. Tanah-Tanah Pertanian di Indonesia. Sumberdaya Lahan Indonesia dan Pengelolaannya. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat. Bogor. Tester,C.F. 1990. Orgnik Amandement Effect on Physical and Chemical Properties of Sandy Soil. Soil Sci. Soc. Am. J. 54: 827-831 Trouse, A.C.Jr. 1979. Soil Physical Characteristics and Roots Groeth. John Wiley & Sons. New York. Unger, P.W. and Parker. (1970) . Water Relation of Profile Modified Slowly Permeable Soil. Soil Sci. Soc. Am. J. 34: 492-495 Witsell, L.E and Hobbs, J.A. 1965. Soil Compaction Effects on Field Plant Growth. Agron. J. 57: 534-537.
Jurnal Ilmiah Pendidikan Tinggi, Vol.4 No.3 Desember 2011. ISSN LIPI: 1979-9640
Page
Morachan, Y.B., Moldenhauer, W.C, anda Larson, W.W. 1972. Effect of Increasing Amounts of Organic Residues on Continuous Corn. I.
79
Maurya, P.R. and R. Lal. 1979. Effect of Bulk Density anb Soil Moisture on Radicle Elongation of Some Tropical Crops . John Wiley. New York.
ISSN 2088-8066
J. Agronomika (2011) Vol 1 No.2, 71-78
PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TIGA VARIETAS SORGUM YANG DIAPLIKASI PUPUK KANDANG AYAM DENGAN DOSIS YANG BERBEDA Growth and Yield of three Verieties of Sorghum Plant With Different Dosage of Chicken Manure Aplication Wahida Fakultas Pertanian Universitas Musamus Merauke, Papua * Email :
[email protected]
Abstract The aim of the research is to study the growth and three varities of sorghum in different doses of chicken manure.This research was done at experimental farm of Agricultural Department, Hasanuddin University, Makassar, with using split plot design. The main plot was sorghum plant variety consisting of three varieties, i.e. Numbu variety, Kawali variety, and Hegari genjah variety. Subplot was the dose of -1 chicken manure consisting of four treatment dosages, i.e. 3.5 ton. ha , 4.5 ton -1 -1 -1 ha , 5.5 ton ha , and 6.5 ton ha . The results of the research reveal the Hegari Genjah variety given highest of Leaf Area Index. Numbu variety gives the heaviest weight waste, i.e. and the heaviest weight of dry seeds (5.46 ton ha-1). Keywords : Variety, manure, sorghum, Leaf Area, waste.
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pertumbuhan dan produksi tiga varietas tanaman sorgum pada berbagai dosis pupuk kandang ayam. Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin Makassar yang disusun dengan menggunakan rancangan petak terpisah. Petak utama adalah varietas tanaman sorgum yang terdiri dari 3 varietas yaitu : varietas Numbu, varietas Kawali, dan varietas Hegari Genjah. Anak petak adalah -1 dosis pupuk kandang ayam, yang terdiri dari 4 taraf perlakuan yakni : 3,5 ton.ha , -1 -1 -1 4,5 ton.ha , 5,5 ton.ha , dan 6,5 ton.ha . Hasil penelitian menunjukkan bahwa varietas Hegari Genjah memberikan indeks luas daun tertinggi. Varietas Numbu memberikan berat brangkasan terberat dan bobot biji kering terberat (5,46 -1 ton.ha ). Keywords : Varietas, pupuk kandang, sorgum, luas daun, brangkasan.
PENDAHULUAN Sorgum (Sorghum bicolor L. Moench) merupakan salah satu tanaman bahan pangan penting di dunia. Kebanyakan produksinya digunakan sebagai bahan makanan, minuman, makanan ternak, dan kepentingan industri. Tanaman sorgum merupakan sumber karbohidrat yang mudah dibudidayakan. Dalam setiap 100 gram sorgum, terkandung 73,0 g karbohidrat dan 332 kal.kalori, serta nutrisi lainnya, seperti ___________________________________ • Diterima Tanggal 11 Juni 2011 • Disetujui Tanggal 27 November 2011
protein, lemak, kalsium, fosfor, zat besi, vitamin B1 dan air (Rukmana dan Oesman, 2001). Selain memiliki potensi sebagai sumber karbohidrat, tanaman sorgum, mempunyai keistimewaan lebih yaitu tahan terhadap kekeringan dan genangan bila dibandingkan dengan tanaman palawija lainnya serta dapat tumbuh hampir di setiap jenis tanah, mudah dibudidayakan dengan daya hasil yang cukup tinggi, sedikit membutuhkan air, resiko kegagalannya kecil, daya adaptasi luas baik ditanam secara monokultur maupun dalam pola tanam ganda, dapat diratun sehingga bisa menghemat waktu, tenaga dan pupuk. Mengingat potensi
Wahida
serta keistimewaannya itu, sorgum sebenarnya layak dikembangkan terutama untuk menunjang upaya-upaya pelestarian swasembada beras. Biji sorgum juga bisa menggantikan jagung yang banyak digunakan sebagai bahan baku dalam industi pakan ternak. Selain sebagai sumber karbohidrat, tanaman sorgum juga sebagai bahan baku pembuat etanol, melalui proses fermentasi. Dalam hal ini pengembangan tanaman sorgum justru mendukung program pemerintah dalam rangka ketahanan pangan (program swasembada pangan) dan energi (program desa mandiri energi), selain itu juga mendukung pengembangan industri lainnya yaitu penggemukan sapi (swasembada daging) dan industri pulp (Sumantri dkk., 1996). Sering kurang disadari oleh petani, bahwa walaupun peran bahan organik terhadap suplai hara bagi tanaman kurang, namun peran bahan organik yang paling besar dan penting adalah kaitannya dengan perbaikan fisik tanah. Apabila tanah kandungan humusnya semakin berkurang, maka lambat laun tanah akan menjadi keras, kompak dan bergumpal, sehingga menjadi kurang produktif (Stevenson, 1982). Pemberian pupuk organik perlu dilakukan dengan tujuan untuk memelihara kesuburan tanah dan mengurangi penggunaan pupuk anorganik. Meskipun sorgum dapat tumbuh pada lahan kurang subur, namun tanaman sorgum diharapkan tanggap terhadap pemberian pupuk organik maupun pupuk anorganik. Oleh karena itu dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan dan produksi tiga varietas tanaman sorgum pada berbagai dosis pupuk kandang ayam. Hasil yang diperoleh diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu acuan dan bahan pertimbangan serta informasi dalam penggunaan pupuk kandang ayam pada tanaman sorgum. METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin, kecamatan Tamalanrea Makassar, pada ketinggian tempat 7 m di atas permukaan laut dengan jenis tanah Podsolik merah kuning, berlangsung mulai Februari 2011 sampai Juni 2011
72
Bahan Penelitian Bahan yang digunakan berupa pupuk kandang ayam steril, efektif mikroorganisme, benih tanaman sorgum varietas Numbu dan Kawali diperoleh dari Balitsereal kabupaten Maros, sedangkan varietas Hegari Genjah diperoleh dari kabupaten Merauke. Bahan lain berupa insektisida yang digunakan dalam pemeliharaan tanaman. Metode Percobaan Penelitian disusun menggunakan Rancangan Petak Terpisah (RPT). Sebagai petak utama adalah varietas tanaman sorgum (v), terdiri dari varietas Numbu (v1), varietas Kawali (v2) dan varietas Hegari Genjah (v3) dan anak petak adalah dosis pupuk kandang ayam -1 -1 (t), yaitu 3.5 ton ha (2.1 kg.petak ) (t1), -1 -1 4.5 ton.ha (2.7 kg.petak ) (t2), 5.5 ton. -1 -1 -1 ha (3.3 kg.petak ) (t3) dan 6.5 ton.ha -1 (3.9 kg.petak ) (t4). Luas petak percobaan 3 m x 2 m dan tiap kombinasi perlakuan diulang tiga kali sehingga terdapat 3 x 4 x 3 = 36 petak percobaan. Pelaksanaan Percobaan Analisis Tanah dan Pupuk Pengambilan sampel tanah dilakukan sebelum penelitian dan akhir penelitian. Analisa sampel tanah dan pupuk kandang ayam dilakukan di laboratorium kesuburan tanah, Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin Makassar. Pengolahan Tanah dan Penanaman Pengolahan lahan dilakukan menggunakan cangkul, selanjutnya dibuat petakan dengan ukuran 3 m x 2 m sebanyak 36 petak. Jarak antar petak 100 cm dan antar ulangan 100 cm. Sebelum penanaman dilakukan pengukuran dengan menggunakan tali rafia dengan jarak tanam 75 cm x 25 cm. Sebelum ditanam biji dicampur dengan Insektisida agar setelah biji ditanam tidak dimakan hama tanah. Penanaman dilakukan dengan tugal. Tiap lubang ditanam 5 biji dengan kedalaman ± 4 cm dan sesudah 14 hst dilakukan penjarangan dengan menyisakan 2 tanaman per lubang. Pemupukan Pupuk organik diaplikasikan sebelum penanaman yaitu setelah pembuatan bedengan atau sekitar dua minggu sebelum penanaman, caranya ditabur di
Pertumbuhan dan Produksi Tiga Varietas Sorgum
setiap bedengan yang telah disiapkan -1 -1 dengan dosis 3.5 ton.ha (2.1 kg.petak ), -1 -1 -1 4.5 ton.ha (2.7 kg.petak ), 5.5 ton.ha -1 -1 (3.3 kg.petak ) dan 6.5 ton.ha (3.9 -1 kg.petak ). Pemberian pupuk anorganik dengan dosis separuh dari yang -1 direkomendasikan (urea 300 kg.ha , 200 -1 -1 kg.ha dan 75 – 100 kg .ha ) yaitu urea -1 -1 150 kg.ha , pupuk SP36 100 kg.ha dan -1 pupuk KCl 50 kg.ha . Pemberian pupuk anorganik ini dilakukan dua kali yaitu pertama bersamaan waktu tanam (urea 75 -1 -1 kg.ha + SP36 100 kg.ha + KCl 50 kg. -1 -1 ha ) dan kedua 30 hst (urea 75 kg.ha ). Pemeliharaan dan Panen Pemeliharaan yang dilaksanakan meliputi penyulaman, penyiangan, pengendalian hama penyakit, dan pembumbunan. Penyulaman dilakukan 7 hst. Penyiangan dilakukan dengan cara mencabut gulma secara hati-hati, agar tidak mengganggu perakaran tanaman sorgum. Penyiangan pertama dilakukan umur 7 – 10 hst selanjutnya jika terdapat gulma yang mengganggu tanaman. Penyiraman dilakukan untuk memberi ketersediaan air dalam tanah, agar tanaman tidak kekurangan air dan untuk membantu proses fotosintesis dan masa pembuahan. Pembumbunan dilakukan bersamaan dengan pemupukan kedua (30 hst). Pembumbunan dilakukan dengan cara menggemburkan tanah disekitar tanaman. Kemudian menimbunkan tanah tersebut pada pangkal batang tanaman sorgum sehingga membentuk guludanguludan kecil. Tanaman sorgum sudah dapat dipanen pada umur 89 hari (varietas Hegari Genjah), 98 hari (varietas Numbu), dan 104 hari (varietas Kawali). Panen dilakukan dengan menggunakan gunting setek, dipotong sekitar 10 – 15 cm di bawah tangkai malai.
Parameter Pengamatan Jumlah tanaman yang diamati adalah 6 tanaman setiap petak yang dipilih secara acak. Parameter yang diamati pada komponen tumbuh ini adalah ; 1. Jumlah daun (helai), dihitung pada umur 2 mst, 4 mst, 6 mst dan 8 mst. 2. Indeks Luas Daun (ILD). Dihitung pada umur 2 mst, 4 mst, 6 mst dan 8 mst. Indeks luas daun dihitung berdasarkan formula yang diberikan oleh Gardner (1991) dengan rumus:
...............(1)
ILD
=
Dimana LDtot = JT = LL =
: 2 Luas daun total (cm ) Jumlah Tanaman 2 Luas lahan (cm )
LDtot =
LD
x
JD ………… (2)
Dimana : 2 LD = Luas tegakan spesifik (cm ) JD = Jumlah daun (helai) 3. Umur berbunga (hari) dihitung sejak mulai tanam sampai tanaman berbunga 50 %. 3 4. Volume akar (cm ) 5. Bobot kering biji per malai (gram). 6. Bobot biji kering (12 – 14 %) per petak -1 (kg), Dalam satuan kg.petak 2 percobaan (6 m) selanjutnya -1 dikonversi dalam ton ha . 7. Bobot brangkasan basah (kg) per petak. HASIL DAN PEMBASAN Jumlah Daun Sidik ragam Jumlah Daun menunjukkan adanya perbedaan yang nyata pengaruh dari perlakuan pemberian pupuk kandang ayam.
Tabel 1. Rata-rata Jumlah Daun (helai) tiga varietas tanaman Sorghum yang diaplikasi berbagai dosis pupuk kandang ayam pada umur 2 MST -1
Varietas Numbu
Dosis Pupuk kandang (ton.ha ) 3.5
4.5
5.5
6.5
3,80
3,30
3,17
3,50
Rata-rata b
3,44
NP BNT0,05 0,8222
b
Kawali
3,07
3,17
3,00
3,33
3,14
H.Genjah
4,43
4,73
4,27
4,17
4,40
a
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama berarti berbeda nyata pada taraf uji BNTα=0,05 73
Wahida
Tabel 1 menunjukkan bahwa varietas Hegari Genjah menghasilkan jumlah daun tanaman terbanyak pada umur 2 MST (4,40 helai) dan berbeda nyata dengan varietas Kawali dan varietas Numbu. Pada pengamatan jumlah daun varietas Hegari Genjah pada umur 2, 4, 6 MST varietas Hegari Genjah memiliki tinggi tanaman tertinggi, hasil ini ditunjang oleh jumlah daun terbanyak yang dimiliki oleh varietas Hegari genjah pada umur 2 MST. Semakin banyak daun semakin tinggi fotosintesis yang terjadi. Menurut Gardner dkk., (1991), daun berfungsi sebagai organ utama fotosintesis pada tumbuhan, efektif dalam penyerapan cahaya dan cepat dalam pengambilan CO2. Indeks Luas Daun (ILD) Hasil pengamatan Sidik Ragam Indeks Luas daun minggu ke 2 hingga ke 8 menunjukkan adanya perbedaan nyata respon luas daun sebagai akibat dari pemberian pupuk kandang ayam pada berbagai varietas sorghum. Tabel 2 menunjukkan bahwa varietas Hegari Genjah menghasilkan indeks luas daun tanaman sorgum tertinggi pada umur 2 MST (0,0542), 4 MST (0,7403) dan 8 MST (5,9509) dan sangat berbeda nyata dengan varietas Kawali tetapi tidak berbeda nyata dengan
varietas Numbu pada umur 6 dan 8 MST dan sangat berbeda nyata dengan varietas Numbu pada umur 4 MST. Sedangkan pada umur 6 MST varietas Hegari Genjah masih memperlihatkan indeks luas daun tertinggi (3,2063), dan berbeda nyata dengan varietas Kawali tetapi tidak berbeda nyata dengan varietas Numbu. Varietas Hegari Genjah memiliki indeks luas daun yang lebih tinggi dibandingkan dengan varietas Kawali dan Numbu. Menurut Nasaruddin (2010), pertumbuhan dan perkembangan daun pada awal pertumbuhan tanaman akan terus bertambah sejalan dengan pertambahan umur tanaman. Dengan demikian maka luas daun pada tajuk tanaman dan tingkat penutupan lahan akan terus bertambah yang mengakibatkan peningkatan indeks luas daun. Menurut Gardner dkk. (1991), tanaman semusim cenderung menginvestasikan sebagian besar awal pertumbuhannya dengan penambahan luas daun. Penambahan luas daun akan berkurang atau terhenti pada saat tanaman memasuki fase pembungaan. Peningkatan luas daun dan indeks luas daun berkembang secara tidak proporsional karena peningkatan luas daun akan mengakibatkan persaingan antar daun dalam penerimaan cahaya matahari.
Tabel 2. Rata-rata indeks luas daun tiga varietas tanaman Sorghum yang diaplikasi berbagai dosis pupuk kandang ayam. Umur (MST) 2
4
6
8
-1
Numbu Kawali
Dosis Pupuk kandang (ton.ha ) 3.5 4.5 5.5 6.5 0,0323 0,0285 0,0241 0,0287 0,0214 0,0211 0,0204 0,0221
0,0284 0,0212b
H.genjah Numbu
0,0559 0,4793
0,0580 0,4473
0,0510 0,4623
0,0518 0,4891
0,0542 b 0,4695
Kawali
0,2686
0,2533
0,2426
0,2441
0,2522c
H.Genjah Numbu
0,7414 3,3751
0,7957 3,2839
0,7305 2,9638
0,6936 3,5083
0,7403 a 3,2828
Kawali
2,6375
2,5117
2,4220
2,2689
2,4600b
H.Genjah Numbu Kawali
3,1800 5,9382 4,7533
3,4978 5,7255 4,7424
2,9101 5,4112 4,5105
3,2373 5,9175 4,4497
3,2063 a 5,7481 4,6140b
Varietas
Rata-rata
NP BNT
b
NPBNT (0,01)
0,01218
a
NPBNT (0,01)
0,14565
a
NPBNT (0,05)
0,65503
a
NPBNT (0,05)
0,91549 a H.Genjah 5,6854 6,2524 5,8139 6,0518 5,9509 Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama berarti berbeda nyata (taraf uji BNTα=0,05 ) dan sangat nyata (taraf uji BNTα= 0,01)
74
Pertumbuhan dan Produksi Tiga Varietas Sorgum
Volume Akar Hasil pengamatan Sidik Ragam volume akar pada akhir percobaan menunjukkan adanya perbedaan nyata respon pertambahan volume akar sebagai akibat dari pemberian pupuk kandang ayam pada berbagai varietas sorghum. Secara statistic respon perbedaan ditunjukkan pada berbagai varietas. Tabel 3 menunjukkan bahwa varietas Numbu menghasilkan volume akar tertinggi (80,76 cm3) dan berbeda nyata dengan varietas Kawali tetapi tidak berbeda nyata dengan varietas Hegari Genjah. Varietas Hegari Genjah meskipun respon di komponen pertumbuhan tapi kurang tahan rebah, hal ini disebabkan karena mempunyai volume akar yang kecil yang berfungsi untuk menopang batang, hal ini sesuai dengan deskripsi varietas, dinyatakan bahwa varietas Numbu tahan terhadap rebah sedangkan varietas Hegari Genjah agak tahan rebah. Selain untuk menopang batang, akar juga berfungsi untuk menyerap unsur hara dalam tanah. Umur Berbunga Hasil pengamatan Sidik Ragam Umur Berbunga 50 % menunjukkan adanya perbedaan umur berbunga dari berbagai varietas sorghum secara statistik. Tabel 4 menunjukkan bahwa varietas Hegari Genjah menghasilkan umur berbunga
tercepat (61,75 hari) dan sangat berbeda nyata dengan varietas Kawali dan varietas Numbu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa varietas Hegari Genjah memiliki umur berbunga 50 % pada umur 61,75 hari, varietas Numbu 67,33 hari dan varietas Kawali 72,92 hari. Sedangkan di deskripsi menunjukkan bahwa umur berbunga varietas Hegari Genjah 49 hari, Numbu 69 hari dan Kawali 70 hari. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa varietas Numbu yang berbunga lebih cepat dari deskripsi sedangkan varietas Hegari Genjah dan Kawali lebih lama dari deskripsi varietas yang ada, hal ini terjadi karena pertumbuhan vegetatif pada varietas Hegari Genjah membutuhkan waktu yang lebih lama. Hal ini terbukti dari pertumbuhan tinggi tanaman yang jauh melebihi dari deskripsi yang berpengaruh pada umur berbunga tanaman. Perbedaan-perbedaan yang muncul pada komponen pengamatan vegetatif dari ketiga jenis varietas sorgum diduga merupakan pengaruh perbedaan genetik ketiga jenis varietas tersebut. Hal ini dapat dijelaskan pada beberapa komponen pengamatan seperti jumlah daun, indeks luas daun, dan volume akar. Menurut Humpries dan Wheeler (1963) dalam Gardner dkk. (1991), bahwa pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh genotipe dan lingkungan.
3 Tabel 3. Rata-rata volume akar (cm ) tiga varietas tanaman Sorghum yang diaplikasi berbagai dosis pupuk kandang ayam. -1
Varietas
3.5
Dosis Pupuk kandang (ton.ha ) 4.5 5.5 6.5
Rata-rata a
Numbu
83,02
76,67
66,19
97,14
80,76
Kawali
52,50
60,83
60,83
50,83
56,25b
NP BNT0,05 15,4746
ab
H.Genjah 66,67 69,17 72,33 70,83 69,75 Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda berarti berbeda nyata pada taraf uji BNTα=0,05 Tabel 4. Rata-rata umur berbunga (hari) 50 % tiga varietas tanaman Sorghum yang diaplikasi berbagai dosis pupuk kandang ayam. -1 Dosis Pupuk kandang (kg.petak ) Rata-rata NP BNT0,01 3.5 4.5 5.5 6.5 b Numbu 65,00 67,33 68,67 68,33 67,33 5,0900 c Kawali 72,67 71,67 74,67 72,67 72,92 a H.Genjah 62,00 60,67 62,67 61,67 61,75 Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda berarti berbeda sangat nyata pada taraf uji BNTα=0,01
Varietas
75
Wahida
Pemberian pupuk kandang akan meningkatkan struktur tanah lebih remah dan meningkatkan jumlah pori tanah sehingga memudahkan tunas-tunas baru tumbuh menembus permukaan tanah. Bahan organik juga berpengaruh langsung terhadap fisiologi tanaman seperti meningkatkan kegiatan respirasi untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman, serta bertambah lebarnya daun akan meningkatkan produksi. Dari hasil analisis tanah menunjukkan bahwa pemberian pupuk kandang ayam mampu meningkatkan kandungan N dalam tanah, hal ini sesuai dengan pendapat Ifradi dkk., (1998) dalam Anonim (2010), menyatakan bahwa pupuk kandang menyediakan unsur N, yang dibutuhkan dalam proses pembentukan protein tanaman sehingga meningkatkan pertumbuhan vegetatif tanaman seperti batang, daun dan akar. Pupuk kandang dapat mempertahankan bahan organik tanah, meningkatkan aktivitas biologis tanah dan juga meningkatkan ketersediaan air tanah. Semakin tinggi kadar air tanah maka absorbsi dan transportasi unsur hara maupun air akan lebih baik, sehingga laju fotosintesa untuk dapat menghasilkan cadangan makanan bagi pertumbuhan tanaman lebih terjamin. Produksi Biji dan Brangkasan
Hasil pengamatan Sidik Ragam Bobot Biji per petak menunjukkan adanya perbedaan dari berbagai varietas sorghum secara statistik. Tabel 5 menunjukkan varietas Numbu memiliki hasil produksi bobot biji kering yaitu 3,27 kg per petak (5,46
-1 ton.ha ), lebih tinggi dibandingkan dengan varietas Kawali 2,41 kg per petak (4,02 ton -1 ha ), tetapi tidak berbeda nyata dengan varietas Hegari Genjah 2,93 kg per petak -1 (4,89 ton ha ). Hasil ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan deskripsi varietas, dimana potensi hasil varietas Numbu (3,11 -1 -1 ton.ha ), Hegari Genjah (3 – 4 ton.ha ) -1 dan Kawali (2,9 ton.ha ). Hasil produksi yang tinggi ini diperoleh dari hasil pertumbuhan vegetatif tanaman yang tinggi. Menurut Lakitan (1993), produksi meningkat dengan meningkatnya indeks luas daun karena semakin luas daun yang melakukan fotosintesis sehingga semakin bayak hasil fofosintesis yang dialokasikan ke biji. Selain itu hasil ini ditunjang oleh bobot biji permalai yang tinggi. Hal ini berarti bahwa biji-biji varietas Kawali yang dihasilkan kecil-kecil tetapi padat per malainya, hal ini terbukti dari bobot keringnya yang melebihi deskripsi varietas. Biji menjadi organ yang dominan sebagai tempat penyimpanan karbohidrat serta matrik yang mobil dan pada saat ini akan terjadi penurunan pertumbuhan. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dinyatakan oleh Haeder (1973) dalam Halis (2009), bahwa setelah pembentukan bunga, fotosintesis dan mineral ditranslokasikan secara cepat di biji. Hal ini berdampak pada semakin meningkatkan kebutuhan tanaman akan nutrisi dalam menghadapi proses-proses fisiologis tersebut, sehingga diperlukan pemupukan yang mensuplai unsur hara dalam keadaan seimbang.
Tabel 5. Rata-rata produksi biji tiga varietas tanaman Sorghum yang diaplikasi berbagai dosis pupuk kandang ayam. -1
Varietas Numbu Kawali H.genjah
Dosis Pupuk kandang (ton.ha ) 3.5 4.5 5.5 3,06 3,51 3,26 (5,10) (5,85) (5,43)
6.5 3,27 (5,45)
2,28
2,65
2,45
2,27
(3,80)
(4,42)
(4,09)
(3,78)
2,87
2,93
3,04
2,89
Rata-rata
NP BNT0,01
a
0,4339
3,27 (5,46)
b
2,41
(4,02) a
2,93
(4,79) (4,89) (5,06) (4,82) (4,89) Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda berarti berbeda sangat nyata pada taraf uji BNTα=0,01 ; Dalam kg.petak-1, kecuali angka dalam kurung merupakan -1 konversi ke ton.ha
76
Pertumbuhan dan Produksi Tiga Varietas Sorgum
Tabel 6. Rata-rata bobot brangkasan (kg) tiga varietas tanaman Sorghum yang diaplikasi berbagai dosis pupuk kandang ayam. -1
Dosis Pupuk kandang (kg.petak ) Rata-rata
Varietas Numbu
3.5
4.5
5.5
6.5
20,32
22,07
22,92
21,32
21,66
a
Kawali
15,68
14,47
16,10
15,69
15,49
b
H.Genjah
15,40
15,54
14,82
13,72
14,87
b
NP BNT0,01 4,26026
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda berarti berbeda sangat nyata pada taraf uji BNTα=0,01
Sebagai sumber pakan varietas Numbu memiliki bobot brangkasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan Kawali dan Hegari Genjah. Tabel 6 menunjukkan bahwa Varietas Numbu memiliki bobot brangkasan 21,66 kg per petak (36,10 -1 ton.ha ). Brangkasan tersebut bisa dimanfaatkan sebagai pakan ternak ruminansia. Pertumbuhan dan produksi tanaman sangat ditentukan oleh jenis dan kualitas benih, pengaruh lingkungan tumbuh, faktor lingkungan tumbuh dan faktor teknis bercocok tanam. Salah satu faktor lingkungan tersebut adalah ketersediaan unsur hara dalam tanah yang cukup. Dari hasil analisis tanah menunjukkan bahwa, terjadi peningkatan kandungan C, N, P2O5, K2O dan KTK. Dengan adanya peningkatan unsur-unsur tersebut maka mampu memenuhi kebutuhan hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman, sehingga takaran pupuk kandang yang diberikan tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman. KESIMPULAN 1. Varietas Hegari Genjah memiliki jumlah daun terbanyak pada umur 2 minggu setelah tanam dan indeks luas daun yang lebih tinggi dibandingkan dengan varietas Numbu dan Kawali, serta umur berbunga (61,75 hari) lebih pendek. 2. Varietas Numbu memiliki bobot hasil -1 atau biji tertinggi (3,27 kg.petak -1 setara dengan 5,46 ton ha ), serta volume akar, dan berat brangkasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan varietas Hegari Genjah dan Kawali. 3. Tidak terdapat dosis pupuk kandang ayam yang optimum serta interaksinya
dengan jenis varietas yang member respon nyata untuk pertumbuhan dan produksi tiga varietas sorgum yang diujikan. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2010. Respon hijauan pakan terhadap pemupukan pupuk kandang dan air belerang. (Online) (http://damandiri.or.id / file / pcharlesipbbab3. pdf, diakses tanggal 11April 2010), hal : 17 – 38. Gardner, F. P., R. B. Pearce dan R. L. Mitchell. 1991. Physiology of Crop Plants (Fisiologi Tanaman Budidaya, Terjemahan : H. Susilo). Penerbit Universitas Indonesia Press, Jakarta. Halis, A. 2009. Produksi Tiga Varietas Kentang dengan Berbagai Dosis Pemupukan yang Ditanam pada Tiga Ketinggian Tempat. Tesis tidak diterbitkan. Makassar : Program Pascasarjana Unhas. Lakitan, B. 1993. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Rajawali Press. Jakarta Nasaruddin. 2010. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Penerbit Yayasan Forest Indonesia dan Fakultas Pertanian Unhas. Makassar. Rukmana, R., dan Y.Y. Oesman. 2005. Usaha Tani Sorgum. Penerbit Kanisius. Stevenson, F.J. 1982. Humus Chemistry, Genesis, Composition and Reaction. A. Willey-Interscience Pub Singapore. 496p. Sumantri, A., Hanyokrowati, dan B. Guritno. 1996. Prospek pengembangan sorgum manis untuk menunjang pembangunan agroindustri di lahan kering. Makalah dalam Lokakarya Nasional Pertanian
77
Wahida
Lahan Kering Beberapa Kawasan Pembangunan Ekonomi Terpadu di Kawasan Timur Indonesia. Malang, 10 – 12 Oktober 1996. Setyowati, Mamik., Hadiatmi dan Sutoro. 2005. Evaluasi Pertumbuhan dan Hasil Plasma Nutfah Sorgum (Sorghum vulgare (L.) Moench.) dari Tanaman Induk dan Ratoon. Buletin Plasma Nutfah Vol.11 No.2 Th.2005. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian, Bogor .
78
Sirappa, M.P. 2003. Prospek Pengembangan Sorgum di Indonesia sebagai Komoditas Alternatif Untuk Pangan, Pakan dan Industri J.Litbang Pertanian. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan. Makassar. Selvina Y., Saraswati P., dan Rizald H., 2007. Metode pemberian pupuk kandang ayam terhadap pertumbuhan dan produksi bawang merah. J.Agrivigor 6 (2) : 133-138, April 2007.
RESPON DUA JENIS ROSELLA TERHADAP PEMBERIAN PUPUK KANDANG DI LAHAN TADAH HUJAN KABUPATEN DELI SERDANG, PROVINSI SUMATERA UTARA Nurhayati Staf Pengajar Fakultas Pertanian,UISU,Medan ABSTRAK Lahan tadah hujan di Kabupaten Deli Serdang merupakan lahan tadah hujan terluas kedua di Sumatera Utara. Lahan tadah hujan tersebut ditanami padi dua kali setahun. Diantara dua musim tersebut dapat ditanami berbagai jenis tanaman, salah satu diantaranya tanaman Rosella yang mempunyai khasiat sebagai obat. Permasalahan lahan tadah hujan adalah tingkat kesuburan rendah, untuk itu pengembangan Rosella di lahan tadah hujan dengan penggunaan pupuk kandang ayam. Metode penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial dengan 2 faktor yang diteliti yaitu :Faktor Jenis Rosella (J) terdiri dari 2 jenis yaitu : J1 = Merah Ungu dan J2 = Merah Darah. Dan Faktor kedua adalah Dosis Pupuk Kandang (D) terdiri dari 4 taraf yaitu :D0 = tanpa pupuk kandang, D1 = 10 ton/ha ( 1 kg/plot), D2 = 20 ton/ha ( 2 kg/plot), D3 = 30 ton/ha ( 3 kg/plot). Jenis Rosella berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah daun, jumlah cabang, jumlah bunga per tanaman, berat bunga per tanaman dan berat bunga per plot, tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman. Jenis Rosella Merah Darah memiliki pertumbuhan dan produksi yang lebih tinggi daripada Merah Ungu. Pemberian pupuk kandang berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah cabang, jumlah bunga per tanaman dan berat bunga per tanaman, tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap berat bunga per plot. Semakin meningkat dosis pupuk kandang maka semakin meningkat pertumbuhan dan produksi Rosella. Interaksi antara jenis Rosella dan dosis pupuk kandang berpengaruh nyata terhadap jumlah bunga per tanaman. Jumlah bunga per tanaman terbanyak diperoleh pada perlakuan J2D3 (Rosella Merah Darah dan dosis pupuk kandang 30 ton/ha), sedangkan jumlah bunga per tanaman paling sedikit diperoleh pada perlakuan J1D0 (Rosella Merah Ungu dan dosis pupuk kandang 0 ton/ha) dan J1D0 (Rosella Merah Ungu dan dosis pupuk kandang 10 ton/ha) Kata Kunci : Rosella, Pupuk Kandang, Tadah Hujan
Vol. 2 No.2 November 2009
ISSN : 1979 - 5408
Pendahuluan Teh rosella merupakan minuman yang paling banyak dijumpai bahkan bisa dianggap sebagai salah satu minuman sehari-hari (daily drink) hampir disemua negara. Selain menyegarkan teh rosella juga kaya akan manfaat alam, karena bagi sebagian orang mengkonsumsi teh rosella adalah sarana terapi untuk menghilangkan beberapa penyakit antara lain: diabetes, hipertensi, asam urat, kolesterol dan lain-lain. Dari penelitian terbukti bahwa kelopak bunga Rosella mempunyai efek anti-hipertensi, kram otot dan anti infeksi-bakteri. Dalam eksperimen ditemukan juga bahwa ekstrak kelopak bunga Rosella mengurangi efek alkohol pada tubuh kita, mencegah pembentukan batu ginjal, dan memperlambat pertumbuhan jamur/bakteri/parasit penyebab demam tinggi. Kelopak bunga Rosella juga diketahui membantu melancarkan peredaran darah dengan mengurangi derajat kekentalan darah. Ini terjadi karena asam organik, poly-sakarida dan flavonoid yang terkandung dalam ekstrak kelopak bunga Rosella sebagai Farmakologi. Selain itu yang tidak kalah pentingnya adalah kelopak bunga Rosella mengandung vitamin C dalam kadar tinggi yang berfungsi untuk meningkatkan daya tahan tubuh manusia terhadap serangan penyakit. Selama ini Rosella banyak dikembangkan di pulau Jawa bahkan telah diproduksi dalam bentuk teh Rosella. Pengembangan di Pulau Sumatera masih terbatas. Lahan yang dapat digunakan untuk pengembangan rosella antara lain adalah lahan sawah tadah hujan bekas tanaman padi. Penanaman pada lahan sawah dapat menghasilkan warna lebih cerah yang sesuai untuk export. Permasalahan pada lahan tadah hujan adalah kesuburan tanah rendah, untuk itu perlu penelitian untuk mempelajari pemberian bahan organik terhadap pertumbuhannya rosella pada lahan sawah tadah hujan berupa pupuk kandang. Pupuk kandang dapat meningkatkan kesuburan tanah, baik kimia tanah, fisika dan biologi tanah (Rosmarkam dan Yuwono, 2003). Rosella memiliki variasi warna bunga, berdasarkan warna bunga tersebut rosella dikelompokkan. Potensi pertumbuhannya dilahan sawah perlu dilakukan penelitian. Berdasarkan uraian di atas maka telah dilakukan penelitian ”Respon Dua Jenis Rosella terhadap Pemberian Pupuk Kandang di Lahan Tadah Hujan Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara”. Maksud penelitian adalah menguji varietas mana yang terbaik dan dosis pupuk kandang yang tepat untuk meningkatkan pertumbuhan Rosella di lahan tadah hujan serta menguji interaksi antara jenis Rosella dan dosis pupuk kandang. Bahan Dan Metode Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Tumpatan Nibung, Kecamatan Batang Kuis, kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara, dengan
Jurnal Ilmiah Abdi Ilmu
241
Vol. 2 No.2 November 2009
ISSN : 1979 - 5408
ketinggian tempat ± 25 meter diatas permukaan laut dengan topografi datar. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari 2009 sampai Juni 2009 Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah Benih Rosella terdiri dari dua jenis yaitu Merah Darah dan Merah Ungu, Pupuk kandang ayam, Perfekton dan Fungisida Dithane M-45, Decis 2,5 EC.Alat yang digunakan adalah : cangkul, parang, pisau, babat, ember, garu, gergaji, meteran, Handsprayer, Gembor. Metode penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial dengan 2 faktor, yang diteliti yaitu :Faktor Jenis Rosella (J) terdiri dari 2 jenis yaitu : J1 = Merah Ungu dan J2 = Merah Darah. Dan Faktor Dosis Pupuk Kandang (D) terdiri dari 4 taraf yaitu :D0 = tanpa pupuk kandang, D1 = 10 ton/ha ( 1 kg/plot), D2 = 20 ton/ha ( 2 kg/plot), D3 = 30 ton/ha ( 3 kg/plot), Peubah yang diamati adalah Tinggi Tanaman (cm), Jumlah Daun (helai), Jumlah Cabang (cabang), Jumlah Bunga per tanaman (bunga), Berat Bunga per tanaman (g), Berat Bunga per plot (g), HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil 1. Tinggi Tanaman (cm) Hasil analisis menunjukkan bahwa dosis pupuk kandang berpengaruh sangat nyata, tetapi jenis Rosella dan interaksi kedua faktor perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman Rosella pada umur 3 bulan. Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa perlakuan jenis Rosella berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman Rosella. Tanaman tertinggi diperoleh pada perlakuan J2 (Merah Darah) yaitu 117,22 cm, yang diikuti dengan perlakuan J1 (Merah Ungu) yaitu 114,63 cm. Perlakuan dosis pupuk kandang berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman Rosella. Tanaman tertinggi diperoleh pada perlakuan D3 (30 ton/ha) yaitu 121,65 cm, yang berbeda sangat nyata dengan perlakuan D0 (tanpa pupuk kandang) yaitu 101,84 cm, tetapi tidak berbeda sangat nyata dengan perlakuan D2 (20 ton/ha) yaitu 121,08 cm dan perlakuan D1 (10 ton/ha) yaitu 119,14 cm. Hubungan tinggi tanaman Rosella dengan pemberian dosis pupuk kandang adalah linier dengan persamaan Ŷ = 106,7 2 + 6,14 D, r = 0,84 (Gambar 1).
242
Jurnal Ilmiah Abdi Ilmu
Vol. 2 No.2 November 2009
ISSN : 1979 - 5408
Tinggi Tanaman (cm)
125 117.5 110
Ŷ= 106,72 + 6,14 D r = 0,84
102.5 95 0
1
2
3
Dosis Pupuk Kandang (kg/plot)
Gambar 1. Hubungan Tinggi Tanaman Rosella (cm) dengan Pemberian Dosis Pupuk Kandang (kg/plot) 2. Jumlah Daun (helai) Hasil analisis menunjukkan bahwa jenis Rosella dan dosis pupuk kandang berpengaruh sangat nyata, tetapi interaksi kedua faktor perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah daun Rosella pada umur 3 bulan. Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa perlakuan jenis Rosella berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah daun Rosella. Daun terbanyak diperoleh pada perlakuan J2 (Merah Darah) yaitu 679,17 helai, yang berbeda sangat nyata dengan perlakuan J1 (Merah Ungu) yaitu 647,22 helai. Perlakuan dosis pupuk kandang berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah daun Rosella. Daun terbanyak diperoleh pada perlakuan D3 (30 ton/ha) yaitu 746,67 helai, yang berbeda sangat nyata dengan perlakuan D2 (20 ton/ha) yaitu 121,08 helai, perlakuan D1 (10 ton/ha) yaitu 119,14 helai dan perlakuan D0 (tanpa pupuk kandang) yaitu 101,84 helai. Hubungan jumlah daun Rosella dengan pemberian dosis pupuk kandang adalah linier dengan persamaan Ŷ = 553,78 + 72,94 D, r = 0,94 (Gambar 2).
Jurnal Ilmiah Abdi Ilmu
243
Vol. 2 No.2 November 2009
ISSN : 1979 - 5408
Jumlah Daun (helai)
800 700
Ŷ= 553,78 + 72,94 D, r = 0,94
600 500 400 0
1
2
3
Dosis Pupuk Kandang (kg/plot)
Gambar 2. Hubungan Jumlah Daun Rosella (helai) dengan Pemberian Dosis Pupuk Kandang (kg/plot) 3. Jumlah Cabang (cabang) Hasil analisis menunjukkan bahwa jenis Rosella dan dosis pupuk kandang berpengaruh sangat nyata, tetapi interaksi kedua faktor perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah cabang Rosella pada umur 3 bulan. Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa perlakuan jenis Rosella berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah cabang Rosella. Cabang terbanyak diperoleh pada perlakuan J2 (Merah Darah) yaitu 20,92 cabang, yang berbeda sangat nyata dengan perlakuan J1 (Merah Ungu) yaitu 19,89 cabang. Perlakuan dosis pupuk kandang berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah cabang Rosella. Cabang terbanyak diperoleh pada perlakuan D3 (30 ton/ha) yaitu 22,34 cabang, yang berbeda sangat nyata dengan perlakuan D0 (tanpa pupuk kandang) yaitu 101,84 cabang, tetapi tidak berbeda sangat nyata dengan perlakuan D2 (20 ton/ha) yaitu 121,08 cabang dan perlakuan D1 (10 ton/ha) yaitu 119,14 cabang. Hubungan jumlah cabang Rosella dengan pemberian dosis pupuk kandang adalah linier dengan persamaan Ŷ = 17,93 + 1,65 D, r = 0,93 (Gambar 3).
244
Jurnal Ilmiah Abdi Ilmu
Jumlah Cabang (cabang)
Vol. 2 No.2 November 2009
ISSN : 1979 - 5408
25 21,25
Ŷ= 17,93 + 1,65 D r = 0,93
17,5 13,75 10 0
1
2
3
Dosis Pupuk Kandang (kg/plot)
Gambar 3. Hubungan Jumlah Cabang Rosella (cabang) dengan Dosis Pupuk Kandang (kg/plot)
Pemberian
4. Jumlah Bunga per Tanaman (bunga) Hasil analisis menunjukkan bahwa jenis Rosella dan dosis pupuk kandang serta interaksi kedua faktor perlakuan berpengaruh nyata terhadap jumlah bunga per tanaman Rosella. Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa perlakuan jenis Rosella berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah bunga per tanaman Rosella. Jumlah bunga per tanaman terbanyak diperoleh pada perlakuan J2 (Merah Darah) yaitu 18,17 bunga, yang berbeda sangat nyata dengan perlakuan J1 (Merah Ungu) yaitu 11,49 bunga. Perlakuan dosis pupuk kandang berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah bunga per tanaman Rosella. Jumlah bunga per tanaman terbanyak diperoleh pada perlakuan D3 (30 ton/ha) yaitu 16,90 bunga, yang berbeda sangat nyata dengan perlakuan D0 (tanpa pupuk kandang) yaitu 11,63 bunga dan perlakuan D1 (10 ton/ha) yaitu 14,43 bunga, tetapi tidak berbeda sangat nyata dengan perlakuan D2 (20 ton/ha) yaitu 16,35 bunga. Hubungan jumlah bunga per tanaman Rosella dengan pemberian dosis pupuk kandang adalah linier dengan persamaan Ŷ = 12,17 + 1,77 D, r = 0,96 (Gambar 4).
Jurnal Ilmiah Abdi Ilmu
245
Jumlah Bunga per Tanaman (bunga)
Vol. 2 No.2 November 2009
ISSN : 1979 - 5408
18 15,5
Ŷ= 12,17 + 1,77 D r = 0,96
13 10,5 8 0
1
2
3
Dosis Pupuk Kandang (kg/plot)
Gambar 4. Hubungan Jumlah Bunga per Tanaman Rosella (bunga) dengan Pemberian Dosis Pupuk Kandang (kg/plot) Interaksi kedua perlakuan berpengaruh nyata terhadap jumlah bunga per tanaman Rosella. Jumlah bunga per tanaman terbanyak diperoleh pada interaksi J2D3 (Merah Dasah dan 30 ton/ha) yaitu 22,20 bunga, sedangkan jumlah bunga per tanaman terendah diperoleh pada interaksi J1D0 (Merah Ungu dan tanpa pupuk kandang) yaitu 10,53 bunga. 5. Berat Bunga per Tanaman (g) Hasil analisis menunjukkan bahwa jenis Rosella dan dosis pupuk kandang berpengaruh sangat nyata, tetapi interaksi kedua faktor perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap berat bunga per tanaman Rosella. Pada Tabel 5 dapat dilihat bahwa perlakuan jenis Rosella berpengaruh sangat nyata terhadap berat bunga per tanaman Rosella. Berat bunga per tanaman terberat diperoleh pada perlakuan J2 (Merah Darah) yaitu 186,75 g, yang berbeda sangat nyata dengan perlakuan J1 (Merah Ungu) yaitu 118,50 g. Perlakuan dosis pupuk kandang berpengaruh sangat nyata terhadap berat bunga per tanaman Rosella. Berat bunga per tanaman terberat diperoleh pada perlakuan D3 (30 ton/ha) yaitu 171,34 g, yang berbeda sangat nyata dengan perlakuan D1 (10 ton/ha) yaitu 152,34 g dan perlakuan D0 (tanpa pupuk kandang) yaitu 117,83 g, tetapi tidak berbeda sangat nyata dengan perlakuan D2 (20 ton/ha) yaitu 169,00 g. Hubungan berat bunga per tanaman Rosella dengan pemberian dosis pupuk kandang adalah linier dengan persamaan Ŷ = 126,05 + 17,72 D, r = 0,93 (Gambar 5).
246
Jurnal Ilmiah Abdi Ilmu
Berat Bunga per Tanaman (g)
Vol. 2 No.2 November 2009
ISSN : 1979 - 5408
180 160 140
Ŷ= 126,05 + 17,72 D r = 0,93
120 100 0
10
20
30
Dosis Pupuk Kandang (ton/ha)
Gambar 5. Hubungan Berat Bunga per Tanaman Rosella (g) dengan Pemberian Dosis Pupuk Kandang (kg/plot) 6. Berat Bunga per Plot (g) Hasil analisis menunjukkan bahwa jenis Rosella berpengaruh nyata, tetapi dosis pupuk kandang dan interaksi kedua faktor perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap berat bunga per plot Rosella. Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa perlakuan jenis Rosella berpengaruh nyata terhadap berat bunga per plot Rosella. Berat bunga per plot terberat diperoleh pada perlakuan J2 (Merah Darah) yaitu 798,33 g, yang berbeda nyata dengan perlakuan J1 (Merah Ungu) yaitu 665,25 g. Perlakuan dosis pupuk kandang berpengaruh tidak nyata terhadap berat bunga per plot Rosella. Berat bunga per plot terberat diperoleh pada perlakuan D3 (30 ton/ha) yaitu 798,33 g, yang diikuti dengan perlakuan D2 (20 ton/ha) yaitu 740,84 g, perlakuan D1 (10 ton/ha) yaitu 725,83 g dan perlakuan D0 (tanpa pupuk kandang) yaitu 662,17 g. Pembahasan Pertumbuhan dan Produksi Dua Jenis Rosella Jenis Rosella berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah daun, jumlah cabang, jumlah bunga per tanaman, berat bunga per tanaman dan berat bunga per plot, tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman. Penelitian ini menguji pertumbuhan dan produksi 2 jenis Rosella : Merah Ungu dan Merah Darah. Tanaman tertinggi, jumlah daun terbanyak, jumlah cabang terbanyak, jumlah bunga pertanaman terbanyak, berat bunga pertanaman terberat, berat bunga per plot terberat, pada jenis Merah Darah yang diikuti jenis Merah Ungu.
Jurnal Ilmiah Abdi Ilmu
247
Vol. 2 No.2 November 2009
ISSN : 1979 - 5408
Rosella memiliki perbedaan pertumbuhan dan produksi, karena setiap varietas memiliki perbedaan respon terhadap lingkungan akibat perbedaan genetik. Menurut Nyakpa dkk (1988) varietas unggul memiliki kemampuan adaptasi terhadap lingkungan, mampu merespon kondisi lingkungan. Kebutuhan unsur hara lebih tinggi dan dapat memanfaatkan ketersediaan sumber daya alam dengan baik. Jenis Merah Darah memiliki produksi yang lebih tinggi, dapat dilihat dari data jumlah bunga pertanaman, berat bunga per tanaman dan berat bunga per plot. Hal ini karena varietas tersebut memiliki daun yang lebih banyak. Daun yang banyak akan meningkatkan proses fotosintesis, hasil fotosintesis digunakan untuk pembentukan bunga. Jenis Merah Darah produksi yang lebih tinggi hal ini menunjukkan bahwa gen-gen pada tanaman Rosella jenis merah Darah memiliki kemampuan untuk menghasilkan tanaman yang lebih tinggi, daun lebih banyak, cabang lebih banyak dan produksi yang lebih tinggi. Menurut Gardner, dkk (1991) pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh genetik dan lingkungan. Genetik merupakan sifat yang dibawa tanaman dari tetuanya. Diduga tetua dari jenis Merah Darah memiliki produksi yang lebih besar dan pertumbuhan tanaman lebih jagur. Pengaruh Dosis Pupuk Kandang terhadap Pertumbuhan dan Produksi Rosella Pemberian dosis pupuk kandang berpengaruh nyata tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah cabang, jumlah bunga per tanaman dan berat bunga per tanaman, tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap berat bunga per plot. Pemberian pupuk kandang sampai dosis 30 ton/ha nyata meningkatkan tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah cabang, jumlah bunga per tanaman dan berat bunga per tanaman, dengan meningkatnya dosis pupuk kandang yang diberikan dari 0 ton/ha sampai 30 ton/ha. Pupuk kandang mengandung unsur N, P dan K masing-masing sebesar 1%, P 0,8% dan 0,4% dan selebihnya mengandung unsur hara mikro seperti Fe, Mn, B, Cu dan Zn (Marsono dan Sigit, 2001). Unsur hara dalam pupuk organik dapat meningkatkan pertumbuhan Rosella dan juga produksi bunga Rosella. Pemberian bahan organik juga dapat meningkatkan ketersediaan air dalam tanah sehingga dapat meningkatkan produksi Rosella, karena bunga Rosella banyak mengandung air. Menurut Sutedjo dan Kartasapoetra (1995) unsur hara N, P dan K merupakan unsur-unsur yang sangat penting dalam pertumbuhan Rosella yaitu meningkatkan tinggi tanaman, jumlah daun dan jumlah cabang serta meningkatkan produksi yaitu jumlah bunga. Unsur-unsur tersebut mempunyai peranan yang berbeda dalam menyusun senyawa organik dalam pertumbuhan dan produksi. Nitrogen merupakan komponen dari penyusun asam amino dan protein yang banyak terdapat dalam sel-sel vegetatif tanaman Posfat berperan dalam reaksi enzimatis dalam pertumbuhan bagian vegetatif dan generatif tanaman Rosella. Unsur P sangat penting dalam
248
Jurnal Ilmiah Abdi Ilmu
Vol. 2 No.2 November 2009
ISSN : 1979 - 5408
pertumbuhan tanaman karena merupakan komponen dari sumber energi. Sedangkan K berperan dalam translokasi senyawa organik dari daun menuju anakan/bagian-bagian meristem dan untuk pembentukan bunga. Adanya pengaruh pupuk kandang terhadap produksi diduga karena adanya respon pertumbuhan bunga akibat penambahan unsur yang terkandung dalam pupuk organik terutama unsur K. Menurut Setyati (1988) unsur K berperan dalam pertumbuhan buah. Kalium merupakan unsur yang berperan dalam translokasi senyawa organik dari daun menuju organ generatif (bunga). Pupuk kandang juga dapat menggemburkan tanah, sehingga penambahan pupuk kandang meningkatkan kemampuan akar Rosella untuk menyerap hara dalam tanah. Selanjutnya akan mendukung pertumbuhan dan produksi Rosella Pengaruh Interaksi Jenis Rosella dan Dosis Pupuk Kandang terhadap Pertumbuhan Rosella Interaksi jenis Rosella dan dosis pupuk kandang berpengaruh nyata terhadap jumlah bunga per tanaman. Jumlah bunga pertanaman terbanyak diperoleh pada perlakuan J2D3 (Rosella Merah Darah dan dosis pupuk kandang 30 ton/ha), dan jumlah bunga pertanaman paling sedikit diperoleh pada perlakuan J1D0 (Rosella Merah Ungu dan dosis pupuk kandang 0 ton/ha) dan J1D1 (Rosella Merah Ungu dan dosis pupuk kandang 10 ton/ha) Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan jenis Rosella Merah Darah membutuhkan dosis pupuk kandang yang lebih tinggi, karena pertumbuhan Rosella Merah Darah yang lebih jagur dan produksi yang lebih tinggi membutuhkan unsur hara yang lebih banyak. Pertumbuhan Rosella Merah Darah memberikan respon yang baik terhadap pemberian pupuk kandang dengan dosis tinggi yaitu D3. Rosella akan lebih meningkat pertumbuhannya bila diberi pupuk kandang dengan dosis yang lebih tinggi, sebaliknya dengan pemberian dosis pupuk kandang yang lebih rendah maka pertumbuhan dan produksi lebih rendah. SIMPULAN Jenis Rosella berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah daun, jumlah cabang, jumlah bunga per tanaman, berat bunga per tanaman dan berat bunga per plot, tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman. Jenis Rosella Merah Darah memiliki pertumbuhan dan produksi yang lebih tinggi daripada Merah Ungu. Pemberian pupuk kandang berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah cabang, jumlah bunga per tanaman dan berat bunga per tanaman, tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap berat bunga per plot. Semakin meningkat dosis pupuk kandang maka semakin meningkat pertumbuhan dan produksi Rosella.
Jurnal Ilmiah Abdi Ilmu
249
Vol. 2 No.2 November 2009
ISSN : 1979 - 5408
Interaksi antara jenis Rosella dan dosis pupuk kandang berpengaruh nyata terhadap jumlah bunga per tanaman. Jumlah bunga per tanaman terbanyak diperoleh pada perlakuan J2D3 (Rosella Merah Darah dan dosis pupuk kandang 30 ton/ha), sedangkan jumlah bunga per tanaman paling sedikit diperoleh pada perlakuan J1D0 (Rosella Merah Ungu dan dosis pupuk kandang 0 ton/ha) dan J1D0 (Rosella Merah Ungu dan dosis pupuk kandang 10 ton/ha) Daftar Pustaka Gadner, F. P., R. L. Mitchell dan R. B. Pearce. 1991. Fisiologi Tumbuhan. Jakarta. UI-Press. Marsono dan P. Sigit. 2001. Pupuk Akar. Jenis dan Aplikasi. PT. Penebar Swadaya, Jakarta. Nyakpa, M. Y., A. M. Lubis., M. A. Pulungan., A. G. Amrah., A. Munawar., Go Ban Hong dan Nurhayati Hakim. 1988. Kesuburan Tanah. Universitas Lampung. Lampung. Rosmarkam, A. dan N. W. Yuwono. 2003. Ilmu Kesuburan Tanah. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Setyati, H. M. M. 1988. Pengantar Agronomi. Departemen Agronomi Fakultas Pertanian IPB, Bogor. Sutedjo, M. M., dan A. G. Kartasapoetra. 1995. Pengantar Ilmu Tanah. Terbentuknya Tanah dan Tanah Pertanian. Bina Aksara. Jakarta.
250
Jurnal Ilmiah Abdi Ilmu