PAKET INFORMASI TERSELEKSI
PERPUSTAKAAN Seri: Perpustakaan Sekolah
S
alah satu alasan kenapa masih rendahnya jumlah dan mutu karya ilmiah Indonesia adalah karena kesulitan mendapatkan literatur ilmiah sebagai sumber informasi.Kesulitan mendapatkan literatur terjadi karena masih banyak pengguna informasi yang tidak tahu kemana harus mencari dan bagaimana cara mendapatkan literatur yang mereka butuhkan. Sebagai salah satu solusi dari permasalahan tersebut adalah diadakan layanan informasi berupa Paket Diseminasi Informasi Terseleksi (PDIT). Paket Diseminasi Informasi Terseleksi (PDIT) adalah salah satu layanan informasi ilmiah yang disediakan bagi peminat sesuai dengan kebutuhan informasi untuk semua bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dalam berbagai topik yang dikemas dalam bentuk kumpulan artikel dan menggunakan sumber informasi dari berbagai jurnal ilmiah Indonesia. Paket Diseminasi Informasi Terseleksi (PDIT) ini bertujuan untuk memudahkan dan mempercepat akses informasi sesuai dengan kebutuhan informasi para pengguna yang dapat digunakan untuk keperluan pendidikan, penelitian, pelaksanaan pemerintahan, bisnis, dan kepentingan masyarakat umum lainnya. Sumber-sumber informasi yang tercakup dalam Paket Diseminasi Informasi Terseleksi (PDIT) adalah sumber-sumber informasi ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan karena berasal dari artikel (full text) jurnal ilmiah Indonesia dilengkapi dengan cantuman bibliografi beserta abstrak.
DAFTAR ISI EFEKTIVITAS LAYANAN TERPADU PERPUSTAKAAN SEKOLAH (LTPS) PERPUSTAKAAN DAERAH JAWA TENGAH TAHUN 2013
Pertiwi, Ratih Diah; Rohmiyati, Yuli Jurnal Ilmu Perpustakaan, Vol. 2, No. 3, 2013 Abstrak: Layanan Terpadu Perpustakaan Sekolah merupakan suatu kegiatan yang berupaya memberikan bantuan layanan perpustakaan yang dilakukan secara terpadu bagi sekolah-sekolah yang berada dalam suatu wilayah tertentu (area library services system). Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat efektifitas layanan terpadu perpustakaaan sekolah di Perpustakaan daerah jawa tengah tahun 2013. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Informan dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling dan diperoleh informan 10 orang. Metode pengumpulan data dengan menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Dari hasil penelitian diketahui bahwa Layanan Terpadu Perpustakaan Sekolah sangat efektif. Hal ini dibuktikan dengan sebagian besar informan berpendapat positif terhadap keberadaan Layanan Terpadu Perpustakaan Sekolah, misalnya bulk loan system yang sudah sesuai untuk diterapkan, koleksi yang banyak, up todate, lengkap dan sesuai sehingga Layanan Terpadu Perpustakaan Sekolah dinilai efektif.
KAJIAN MICRO ETNOGRAFI MINAT BACA SISWA DI PERPUSTAKAAN SEKOLAH DASAR NEGERI 75 KOTA BENGKULU
Sri Daryanti Bisa: Jurnal Ilmiah, No. 3, 2011: 79-87 Abstrak: -
i
Pilih/klik judul untuk melihat full text
MANAJEMEN PERPUSTAKAAN SEKOLAH
I Ketut Widiasa Jurnal Perpustakaan Sekolah, Tahun 1, No. 1, 2007 Abstrak: Manajemen perpustakaan sekolah pada dasarnya adalah proses mengoptimalkan kontribusi manusia, material, anggaran untuk mencapaitujuan perpustakaan. Perpustakaan sekolah masih mengalami berbagai hambatan, sehingga belum bisa berjalan sebagaimana mestinya. Hambatan tersebut berasal dari dua aspek. Pertama aspek strutural, dalam arti keberadaan perpustakaan sekolah kurang memperoleh perhatian dari pihak manajemen sekolah. Kedua aspek teknis, artinya keberadaan perpustakaan sekolah belurn ditunjang aspek-aspek bersifat teknis yang sangat dibutuhkan oleh perpustakaan sekolah seperti tenaga, dana, serta sarana dan prasarana.
MENCERMATI MASALAH PENDIDIKAN DAN PENTINGNYA PERPUSTAKAAN SEKOLAH DALAM ERA GLOBALISASI INFORMASI
Ansyori Amin Jurnal Kepustakawanan Dan Masyarakat Membaca, Vol. 25, No. 1, 2009: 33-47 Abstrak: Masih kurang memuaskannya terhadap hasil pendidikan semakin dirasakan di era globalisasi sekarang ini, menuntut kita untuk berupaya meningkatkan dan menyejajarkan pendidikan kita dengan pendidikan di negara lain. Dengan mencermati tentang indeks pembangunan manusia atau Human Development Indeks (HDI), dan perlunya didirikan perpustakaan di setiap sekolah guna melayani para siswa, guru, dan karyawan untuk memperluas ilmu pengetahuan melalui buku-buku bacaan, juga dapat membantu program pendidikan dan pengajaran sesuai dengan tujuan yang terdapat dalam kurikulum.
DAFTAR ISI MODEL MANAJEMEN PENDIDIKAN BERBASIS SOLUSI UNTK MENINGKATKAN PENGELOLAAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH: PENELITIAN TINDAKAN DI SMP NEGERI 5 PADANG JAYA KABUPATEN BENGKULU UTARA
R. Fuadi Manajer Pendidikan: Jurnal Ilmiah Manajemen Pendidikan, Vol. 3, No. 4, 2009: 79-85 Abstract: The purpose of this research is to increase the management of school library by implementation of model of education management based solution at Padang Jaya Junior High School number 5 North Bengkulu Regency. The method of this research was an action research in three circles. The main subject of this research is the stakeholders who involved in education, those are: school committee, students’ parents, headmaster, teachers and staff and national education element. The technique of collecting data used in this research is observation, interview, and documentation. The general result of this research showed that model of education management based solution could increase the management of school library at Padang Jaya Junior High School number 5 North Bengkulu Regency. I suggest that, the role of stakeholders should be increased in order to get optimal results, that is in the line with the management of school library by applying Model of Management Based Solution.
OPTIMALISASI PELAYANAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH MENYONGSONG KURIKULUM 2013
Eddy Prawoto Media pustaka, vol. 2, 2013: 48-50 Abstrak: -
PEMANFAATAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH SEBAGAI PUSAT SUMBER BELAJAR DI SEKOLAH DASAR NEGERI 23 PAINAN UTARA
Novriliam, Rio; Yunaldi, Yunaldi Ilmu Informasi Perpustakaan dan Kearsipan, Vol. 1, No. 1, 2012 Abstract: This research aims to describe (1) the level of use of the school library as a learning resource center elementary school students Painan 23 North, (2) The school library which includes a collection of libraries, library collections and processing, library services, facilities and infrastructure perpustakaanSD N 23 North Painan as a learning resource center. Writing this using qualitative methods, analyzing the data carried by describing and explaining data. Data were collected by interview and observation. Based on data analysis, it can be concluded. (1) the existence of SD State Library 23 North Painan as a learning resource center is still not optimally utilized by teachers and students, (2) implementation of the Elementary School Library 23 North Painan not optimal, because the collection is owned by the SD State 23 North Painan still minimal. Processing the collection has been done although not optimal because there is a special librarians administer libraries yan. Library services are still constrained by the short time the library is open at rest. While the elementary school library Painan 23 North has a good infrastructure, but has not been fully utilized.
DAFTAR ISI PEMBERDAYAAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH SEBAGAI SUMBER BELAJAR PADA MTSN MODEL SE KALIMANTAN SELATAN
Nurjannah Rianie Ta’lim Muta’allim : Jurnal Ilmiah Keislaman, Pendidikan Dan Pembelajaran, Vol. 2, No. 1, 2012: 147-178 Abstrak : Pemberdayaan perpustakaan sekolah sebagai sumber belajar tidak terlepas dari keberadaan gedung yang refresentatif. Yakni perpustakaan yang memiliki gedung sendiri yang tidak menyatu dengan gedung belajar ataupun gedung lainya. Petugas perpustakaan sebagai bagian dari pemberdayaan perpustakaan sebagai sumber belajar semestinya memiliki kualifikasi pendidikan yang relevan yakni D3 Perpustakaan dan sudah selayaknya status mereka ditingkatkan menjadi PNS sehingga dengan kemapanan para petugas perpustakaan tersebut semakin mendukung profesionalisme mereka dalam mengelola perpustakaan sebagai sumber belajar. Koleksi buku perpustakaan setiap tahun semestinya dievaluasi kembali untuk dilengkapi dan ditambah sehingga memenuhi keperluan para pelanggan sekolah khususnya guru-guru dan murid. Pelayanan perpustakaan sebagai bagian dari pemberdayaan perpustakaan sebagai sumber belajar pada dasarnya melihat situasi dan kondisi baik dengan sistem terbuka dan tertutup atau keduanya. Demikian pula kerjasama antara guru dan petugas perpustakaan merupakan sebuah kekuatan dalam memberdayakan perpustakaan sekolah sebagai sumber belajar.
PERPUSTAKAAN SEKOLAH
Anita P. Fasilitator: Wahana Informasi Dan Komunikasi Pendidikan Taman Kanak-Kanak Dan Sekolah Dasar, No. 1, 2009: 10-14 Abstrak: -
PENATAAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH MENUJU PENINGKATAN MUTU PEMBELAJARAN
Sofyan A Gani Jurnal Wahana Pendidikan, Vol. 1, No. 1, 2009: 71-78 Abstrak: -
PENGARUH DISIPLIN SISWA DAN FASILITAS PERPUSTAKAAN SEKOLAH TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN EKONOMI
P. Eko Prasetyo;Harry Muliadi Dinamika Pendidikan: Jurnal Pendidikan Ekonomi, Vol. 3, No. 2, 2008: 211-232 Abstrak: -
DAFTAR ISI PENGARUH MOTIVASI BELAJAR DAN PEMANFAATAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH TERHADAP PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI SISWA KELAS X PROGRAM KEAHLIAN AKUNTANSI SMK YPKK 1 SLEMAN TAHUN AJARAN 2011/2012
Lenawati, Ade; Siswanto, Siswanto Kajian Pendidikan & Akuntansi Indonesia, Vol. 2, No. 1, 2013: 37-71 Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) pengaruh Motivasi Belajar terhadap Prestasi Belajar Akuntansi, 2) pengaruh Pemanfaatan Perpustakaan Sekolah terhadap Prestasi Belajar Akuntansi, 3) pengaruh Motivasi Belajar dan Pemanfaatan Perpustakaan Sekolah secara bersama-sama terhadap Prestasi Belajar Akuntansi Siswa Kelas X Program Keahlian Akuntansi SMK YPKK 1 Sleman Tahun Ajaran 2011/2012.Populasi penelitian ini adalah siswa Program Keahlian Akuntansi SMK YPKK 1 Sleman Tahun Ajaran 2011/2012 berjumlah 68 siswa. Dalam penelitian ini responden berjumlah 68 siswa sehingga penelitian ini merupakan penelitian populasi. Penelitian dilakukan pada bulan Mei-Juni 2012. Data dikumpulkan dengan metode dokumentasi dan kuesioner. Uji validitas instrumen menggunakan rumus korelasi product moment dan uji reliabilitas instrumen menggunakan rumus koefisien alpha. Uji prasyarat analisis meliputi uji linieritas dan uji multikolinieritas. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi sederhana, untuk menguji hipotesis pertama dan kedua serta mengetahui besarnya pengaruh antar masingmasing variabel bebas dengan variabel terikat dan regresi ganda untuk menguji hipotesis ketiga yaitu untuk mengetahui pengaruh semua variabel bebas secara bersama-sama dengan variabel terikat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) terdapat pengaruh positif dan signifikan Motivasi Belajar terhadap Prestasi Belajar Akuntansi, dibuktikan koefisien korelasi (rx1y) sebesar 0,318, koefisien determinasi (r2x1y) sebesar 0,101, thitung =
2,726 lebih besar dari ttabel = 1,997, 2) terdapat pengaruh positif dan signifikan Pemanfaatan Perpustakaan Sekolah terhadap Prestasi Belajar Akuntansi, dibuktikan dengan koefisien korelasi (rx2y) sebesar 0,321, koefisien determinasi (r2x2y) 0,103, thitung = 2,756 lebih besar dari ttabel = 1,997, 3) terdapat pengaruh positif dan signifikan Motivasi Belajar dan Pemanfaatan Perpustakaan Sekolah secara bersama-sama terhadap Prestasi Belajar Akuntansi, dibuktikan koefisien korelasi (Ry(1,2)) sebesar 0,422, koefisien determinasi (R2y(1,2)) 0,178, Fhitung = 7,032 lebih besar dari Ftabel 3,134. Penelitian ini menunjukkan besarnya sumbangan relatif dari variabel Motivasi Belajar 49,4%, variabel Pemanfaatan Perpustakaan Sekolah 50,6%. Sumbangan efektif dari variabel Motivasi Belajar 8,8%, variabel Pemanfaatan Perpustakaan Sekolah 9,0%.
DAFTAR ISI PENGARUH TEAMS GAMES TOURNAMENTS MELALUI PEMANFAATAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH SEBAGAI SUMBER BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR IPA KELAS IV SD GUGUS VII
I.B. Surya Manuaba; Dsk. Pt. Suastini; Siti Zulaikha MIMBAR PGSD, Vol. 1, 2013 Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments (TGT) melalui pemanfaatan perpustakaan sekolah sebagai sumber belajar dengan siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional di kelas IV SD Gugus VII Kecamatan Gianyar Tahun Pelajaran 2012/2013. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu, dengan desain Nonequivalent Control Group Design. Populasi penelitian ini siswa kelas IV SD Gugus VII Kecamatan Gianyar. Sampel dalam penelitian ini siswa kelas IV SD Negeri 1 Lebih yang berjumlah 31 siswa sebagai kelompok eksperimen dan siswa kelas IV SD Negeri 1 Serongga yang berjumlah 30 siswa sebagai kelompok kontrol. Data tentang hasil belajar IPA dikumpulkan dengan menggunakan tes objektif bentuk pilihan ganda biasa. Selanjutnya data dianalisis dengan uji-t. Berdasarkan hasil pengujian normalitas dan homogenitas terhadap data yang didapat dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berdistribusi normal dan homogen. Selanjutnya dilakukan uji hipotesis dengan uji-t dan menunjukkan thitung =3,102 dan ttabel =2,000 dengan db = 59 (n1+n2-2 =30+31-2 = 59) dan taraf signifikansi 5%. Berdasarkan kriteria pengujian, thitung > ttabel (3,102 > 2,000), maka Ha diterima dan H0 ditolak. Ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran kooperatif tipe TGT melalui pemanfaatan perpustakaan sekolah sebagai sumber belajar dengan siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif
tipe TGT melalui pemanfaatan perpustakaan sekolah sebagai sumber belajar berpengaruh terhadap hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Gugus VII Kecamatan Gianyar.
PENGELOLAAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH: STUDI DESKRIPTIF KUALITATIF DI SMA NEGERI I LEBONG ATAS KABUPATEN LEBONG
Rita Avirta Manajer Pendidikan: Jurnal Ilmiah Manajemen Pendidikan, Vol. 6, No. 1, 2012: 70-76 Abstract: The general objectives of this study is school library management in senior high school number 1 Lebong Atas District Lebong Atas. The specific objectives of this study consists of; vision, mission and purpose of library management; The condition of the human resources available to provide support to the achievement of the vision, mission and purpose of library management; The management of library collections; Student interest in reading; The provision of facilities and infrastructure, innovations being implemented in the management. The main subjects in this study is management libraries and other resources that are directly involved in the management of the library in Senior High School number 1 Lebong Atas, while the secondary sources ie principals, vice principals, teachers and students in Senior High School number 1 Lebong Atas. Data collection techniques used this study is observation, interview and documentation. The method in this study was descriptive qualitative. Based on the results of research which refers to the formulation of the problem and research objectives it can be concluded that the management of the library in Senior High School number 1 Lebong Atas is still carried out with very simple, has not kept pace with books relating to the implementation guidelines for school libraries.
DAFTAR ISI PENINGKATAN MINAT BACA SISWA MELALUI PEMBERDAYAAN DAN PEMANFAATAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH
Udi Agus Dwi Wahyudi Jurnal Pendidikan Lentera, Vol. 1, No. 1, 2013: 122-127 Abstrak: -
PERANAN PERPUSTAKAAN DALAM PROSES PENDIDIKAN: BERDASARKAN SUDUT PANDANG KEPALA SEKOLAH, GURU, KARYAWAN, TENAGA PERPUSTAKAAN, DAN SISWA DI SMA NEGERI 1 SUNGAYANG KABUPATEN TANAH DATAR
Putri, Hafiza; Nst. Bakhtaruddin Ilmu Informasi Perpustakaan dan Kearsipan, Vol. 2, No. 1, 2013: 331-339 Abstract: This paper aims to describe the development of the collection at the Library of SMA Negeri 1 Sungayang, analyze visits to the Library with librarian SMA Negeri 1 Sungayang, and to describe the efforts of library staff in increasing interest in a visit to the Library of SMA Negeri 1 Sungayang. From the data analysis it was found that: (1) building a collection of the Library of SMA Negeri 1 Sungayang not running optimally within the meaning of the collection has not been planned development on a regular basis, (2) visits to the Library librarian State sma 1 Sungayang relatively little on average only 21 6% per day during tahun2012, and (3) library staff efforts made to attract visitors to the Library of SMA Negeri 1 Sungayang (2) visits to the Library librarian SMA Negeri 1 Sungayang relatively little on average only 21.6% per day for tahun2012, and (3) library staff efforts made to attract visitors to the Library of SMA Negeri 1 Sungayang is to organize a library building to be attractive and comfortable place to visit, providing a new source of reading and in accordance with the requirements librarian,
adequate facilities, and into force profetional library and library staff that is friendly to visitors. Of these findings are expected in future pay more attention to the principal collections of the Library, especially coaching SMA Negeri 1 Sungayang can be done on an ongoing basis and regularly. In addition, the library in order to run basic tasks and fugsion optimally, should libraries be managed by professional librarians library science background.
PERANAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN MINAT BACA SISWA SDIT IQRA´ KOTA SOLOK
Utami, Pri; Nst., Bakhtaruddin Ilmu Informasi Perpustakaan dan Kearsipan, Vol. 1, No. 1, 2012: 270-273 Abstract: The purpose of this study was to describe about schools in improving student reading Solok City (1) the role of libraries SDIT Iqra´ Solok City in improving students reading interest, (2) the books in the library SDIT Iqra´ Solok City can serve as supporting the learning process of students class, (3) constraints encountered in developing an interest in reading in the Library SDIT Iqra´ Solok City. Data were collected through observation and interviews with librarians in SDIT Iqra´ Solok City data required for the necessary methods and techniques of data collection fact that evidence can be obtained. The method used is descriptive analysis. By analyzing the data, it is concluded - following. First, the role of libraries SDIT Iqra´ include: improvement of service the library, the school library should provide a collection. Second, the books in the library SDIT Iqra´ Solok City can serve as supporting students´ learning process, students are introduced directly by the user according to the subject being taught, and the teachers presenting latest book to every student so that students can be interested read books the library school. Third, problems encountered in the development of reading interest in the Library SDIT Iqra´Solok City are: (1) limited collection library, (2) that has not been ideal library space, (3) professionals who have not been fixed.
DAFTAR ISI PERPUSTAKAAN SEKOLAH: DARI “YANG PERNAH TERLUPAKAN’’ MENUJU LAYANAN PRIMA
Fandy Tjiptono Wipa: Wahana Informasi Perpustakaan UAJY, Vol. 15, 2012: 2-12 Abstrak: -
POLA STRATEGI SINERGIS PENGEMBANGAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH
Irawaty A. Kahar Jurnal Tabularasa, Vol. 6, No. 2, 2009: 126-134 Abstrak: -
POTENSI PERPUSTAKAAN DIGITAL DALAM PENGEMBANGAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH
Johanes Eka Priyatma Info Persadha, Vol. 10, No. 2, 2012: 80-88 Abstrak: -
PROBLEMATIKA PERPUSTAKAAN SEKOLAH PADA PENDIDIKAN DASAR DAN ALTERNATIF SOLUSINYA
Sri Marmoah Jurnal Tenaga Pendidikan, Vol. 4, No. 1, 2009: 56-74 Abstrak : Eksistensi perpustakaan sekolah seharusnya dapat dijadikan tempat atau sarana untuk membantu menggairahkan semangat belajar, menumbuhkan minat baca, dan mendorong membiasakan siswa belajar secara mandiri. Fakta yang ada di tiaptiap sekolah adalah banyaknya sekolah-sekolah pada pendidikan dasar yang belum memiliki
perpustakaan. Sementara sekolah yang memiliki perpustakaan juga belum sepenuhnya dapat memenuhi harapan tersebut. Hal ini disebabkan oleh berbagai kendala di lapangan. Tulisan ini akan membahas tentang segala problematika perpustakaan sekolah yang selama ini kurang diminati dan kurang diberi makna oleh sekolah dan stakeholdersnya.
SALAH SATU KIAT MEMASYARAKATKAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH.
Budisetyo Prianggono Buletin FKP2T, Vol. 3, No. 2, 1998: 12-16
Abstrak : Keberadaan suatu perpustakaan dalam suatu sekolah merupakan syarat mutlak. Guru hanya dapat memberikan ilmunya secara garis besar, sedangkan pengayaan bidang ilmu tersebut harus dicari sendiri oleh para murid. Dengan bahan pustaka yang disimpan di perpustakaan, para siswa dapat menambah dan mengembangkan ilmu pengetahuan yang diperoleh di kelas dengan cara membaca bahan pustaka yang tersedia. Untuk memasyarakatkan perpustakaan sekolah dapat diterapkan beberapa cara antara lain: menyajikan pelajaran selama satu jam di perpustakaan; murid-murid dapat menyelesaikan tugas yang diberikan di perpustakaan; melibatkan siswa dalam pemilihan judul bahan pustaka, khususnya serial yang dilanggan; membuat tata tertib pemakaian perpustakaan yang sederhana dan tidak memberi kesan mempersulit pemakai perpustakaan; menciptakan suasana yang menyenangkan bagi siswa.
DAFTAR ISI STUDI EVALUATIF TENTANG EFEKTIVITAS PENGELOLAAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) NEGERI DI KOTA DENPASAR TAHUN 2007/2008
I Made Gelgel Jurnal Ilmiah Pendidikan Dan Pembelajaran, Vol. 5, No. 2, 2009: 1176-1186 Abstrak : Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan dan menganalisis efektivitas pengelolaan perpustakaan sekolah pada SMP Negeri di Kota Denpasar dilihat dari komponen konteks, input, proses, produk dan kendala-kendala yang dijumpai dalam pengelolaan perpustakaan sekolah dan jika program dilanjutkan. Penelitian dilakukan pada SMP Negeri di Kota Denpasar dengan melibatkan responden kepala sekolah, guru, pustakawan/petugas perpustakaan, dan siswa dari unsur OSIS, dengan teknik purposive sampling, sebanyak 130 orang. Penelitian ini tergolong penelitian deskriptif-kuantitatif, dengan model CIPP (context, input, process, product) dengan analisis statistik t-skor. Pengumpulan data dengan instrumen berbentuk kuesioner. Data t-skor dikonversikan kedalam kuadran prototipe efektivitas pengelolaan perpustakaan sekolah. Hasil analisis menunjukkan bahwa komponen konteks, input, proses, produk menunjukan hasil yang positif (++++). Bila diverifikasi ke dalam prototipe efektivitas pengelolaan perpustakaan sekolah, terietak pada kuadran I (pertama), atau sangat efektif tetapi dari komponen proses masih memiliki kendala yakni tidak efektif (-) pada komponen siswa. Pada komponen produk masih ada kendala, yakni tidak efektif (-) pada komponen pustakawan/petugas perpustakaan.
SUATU TINJAUAN TENTANG PERPUSTAKAAN SEKOLAH SEBAGAI PENUNJANG KEGIATAN BELAJARMENGAJAR DI SMKN 5 PADANG
Ariani, Tri Bery; Nst. Bakhtaruddin Ilmu Informasi Perpustakaan dan Kearsipan Vol. 2, No. 1, 2013: 276-281 Abstract : This paper focuses on a review of the school library to support teaching and learning activities at SMKN 5 Padang. This study aimed to describe: (1) a review of the school library to support teaching and learning activities at SMKN 5 Padang, (2) the constraints that inhibit an overview of school libraries in supporting teaching and learning activities at SMKN 5 Padang. Data were collected through observation and interviews with the head librarian at SMKN 5 Padang. Object of study of this thesis paper is the role of the school library at SMK 5 Padang. The data were analyzed descriptively. Based on data analysis, it can be concluded that the role of school libraries in supporting teaching and learning activities at SMKN 5 Padang this is not optimal due to inadequate facilities, the number of library managers were not enough human resources to manage and develop the library as a learning resource for students and teachers less professional, a collection of reading materials in the school library less complete, as well as the students´ interest in school libraries are very less.
DAFTAR ISI SURVEI KONDISI DAN PENGELOLAAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH: DI SMP NEGERI KOTAMADYA JAKARTA PUSAT
Anisah Uswatun Khasanah; Dini Pratiwindya Jurnal Lingkar Mutu Pendidikan, Vol. 1, No. 3, 2008: 59-66 Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi dan pengelolaan perpustakaan sekolah di SMP Negeri Kotamadya Jakarta Pusat, dan merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan survei. Dengan menggunakan teknik random sampling, didapatkan sampel penelitian sebanyak 11 Perpustakaan SMP Negeri di wilayah Jakarta Pusat. Dalam penelitian ini diungkapkan adanya sepuluh aspek penting tentang kondisi dan pengelolaan perpustakaan di SMPN Jakarta Pusat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari segi kuantitas, pengelola perpustakaan sekolah sudah memenuhi standar yang ditetapkan, tetapi dari segi kualitas belum memenuhi standar. Keberadaan gedung atau ruang yang dikhususkan untuk perpustakaan sudah dapat dipenuhi oleh seluruh sampel penelitian (100%). Dari 14 macam sarana yang semestinya dimiliki perpustakaan, sudah ada 12% yang dimiliki oleh separuh sampel penelitian. Untuk aspek koleksi, bila dilihat dari jumlah minimal judul buku 55% sudah memenuhi standar, tetapi jika dilihat dari rasio jumlah buku dengan jumlah siswa (1:10) maka standar belum dapat dipenuhi. Dalam hal standar layanan pengguna 8 jam/hari, baru terpenuhi 36%. Semua aspek dalam pengolahan bahan pustaka sudah diterapkan oleh lebih dari 70% sampel. Tujuh puluh tiga persen koleksi perpustakaan berasal dari pembelian. Tidak ada sekolah yang menjamin tersedianya anggaran minimal 5% dari total anggaran sekolah, sedangkan kerja sama dengan instansi lain hanya dilakukan oleh 18% sampel. Secara umum dapat ditarik kesimpulan bahwa kondisi dan kemampuan SDM dalam mengelola perpustakaan perlu ditingkatkan baik dengan mengikuti diktat atau melanjutkan studi. Dengan demikian, perpustakaan dapat memenuhi kebutuhan pengguna serta lebih mendukung proses pembelajaran. Diperlukan kepedulian
kepala sekolah dan pihak terkait lain untuk mengembangkan perpustakaan sekolah.
TRANSFORMASI PERPUSTAKAAN SEKOLAH
Blasius Sudarsono Info Persadha, Vol. 10, No. 2, 2012: 68-79 Abstrak: -
UPAYA MENINGKATKAN MANAJEMEN DAN MINAT BACA SISWA SMP DI PERPUSTAKAAN SEKOLAH
Bambang Suratman; Tony Seno Aji Jurnal aplikasi manajemen, Vol. 4, No. 2, 2006: 286-289 Abstrak: -
JURNAL ILMU PERPUSTAKAAN Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013 Halaman 1-9 Online dari http: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jip EFEKTIVITAS LAYANAN TERPADU PERPUSTAKAAN SEKOLAH (LTPS) PERPUSTAKAAN DAERAH JAWA TENGAH TAHUN 2013 Oleh :Ratih Diah Pertiwi, Yuli Rohmiyati, S.Sos, M.si* E-mail:
[email protected] Program StudiIlmu Perpustakaan, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro, Semarang Abstrak Layanan Terpadu Perpustakaan Sekolah merupakan suatu kegiatan yang berupaya memberikan bantuan layanan perpustakaan yang dilakukan secara terpadu bagi sekolah-sekolah yang berada dalam suatu wilayah tertentu (area library services system).Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat efektifitas layanan terpadu perpustakaaan sekolah diPerpustakaan daerah jawa tengah tahun 2013. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Informan dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive samplingdan diperoleh informan 10 orang. Metode pengumpulan data dengan menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi.Dari hasil penelitian diketahui bahwa Layanan Terpadu Perpustakaan Sekolah sangat efektif. Hal ini dibuktikan dengan sebagian besar informan berpendapat positif terhadap keberadaan Layanan Terpadu Perpustakaan Sekolah, misalnya bulk loan system yang sudah sesuai untuk diterapkan, koleksi yang banyak, up todate, lengkap dan sesuai sehingga Layanan Terpadu Perpustakaan Sekolah dinilai efektif. Kata kunci: Layanan Terpadu Perpustakaan Sekolah, Perpustakaan Daerah Jawa Tengah
ABSTRACT Integrated Service of School Library is an activity that seeks to provide assistance of school service conducted in an integrated way for schools in certain area (area library service system). The aim of this research is to find out the effectiveness of integrated service of library school in LPTS of regional Library of Central Java in 2013. This research used qualitative method where the informants in determined by purposive sampling technique in which informant is determined based on certain aims and gained amount of 10 peoples. The result shows that Integrated Service of School Library is very effective. It can be seen from varied collection aspect and suitability of collection of LTPS in each level of Elementary School, Junior High School, Senior High School, bulk Loan System are already good and the benefit of LTPS for library user and library. Most of informants have positive argue for Integrated Service of School Library, for example bulk loan system that suitable implemented, many collections, up to date, complete and suitable so that Integrated Service of Library School is assessed positive. Keywords: Integrated Service of School Library, Regional Library of Central Java
*DosenPembimbing
1. Pendahuluan
Peranan perpustakaan adalah sebagai sumber informasi baik untuk kepentingan pendidikan, penelitian, ilmu pengetahuan dan teknologi. Karena perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini begitu pesat, maka peranan perpustakaan sebagai penyedia informasi atau sumber informasi harus semakin kuat. Perpustakaan sekolah merupakan sumber belajar. Perpustakaan sekolah sangat dibutuhkan oleh murid maupun guru untuk menunjang kegiatan belajar mengajar sehingga tujuan pendidikan di sekolah pun tercapai. Hal itu pula yang mendorong pemerintah untuk mengembangkan suatu kebijaksanaan tentang penyelenggaraan perpustakaan di semua jenis dan tingkat sekolah dan juga telah dikembangkan pula sistem penyelenggaraan perpustakaan yang mengacu pada sistem satu sekolah satu perpustakaan atau one school one library yang dimaksudkan untuk meningkatkan mutu pendidikan, efektivitas, dan efisiensi kegiatan belajar mengajar di sekolah. Seperti dalam Undang-Undang No. 2 Tahun 1989, pasal 35 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang berbunyi “Setiap satuan pendidikan sekolah, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun masyarakat harus menyediakan sumber belajar”. Artinya pendidikan di sekolah akan bisa terselenggara dengan baik apabila tersedia sumber belajar yang dapat mendukung pendidikan. Salah satu sumber belajar yang ada di sekolah adalah perpustakaan sekolah. Perpustakaan sekolah adalah perpustakaan yang tergabung pada sebuah sekolah, dikelola sepenuhnya oleh sekolah yang bersangkutan, dengan tujuan utama membantu sekolah untuk mencapai tujuan khusus sekolah dan tujuan pendidikan pada umumnya (Sulistyo-Basuki, 1993: 50). Perpustakaan sekolah dituntut untuk menyediakan koleksi yang menunjang proses belajar-mengajar di sekolah, yang disesuaikan dengan kurikulum yang berlaku. Namun pada kenyataannya, banyak kendala yang menjadikan perpustakaan sekolah belum bisa memenuhi tugas tersebut di antaranya yaitu koleksi yang belum menunjang fungsi perpustakaan sekolah dan kurikulum yang berlaku dan tenaga pustakawan yang belum memenuhi persyaratan. Dalam rangka mengatasi kendala tersebut serta meningkatkan fungsi perpustakaan sekolah, Perpustakaan Daerah Jawa Tengah berupaya memberikan layanan yang langsung ke lapangan
yaitu Layanan Terpadu Perpustakaan Sekolah (LTPS). Layanan Terpadu Perpustakaan Sekolah (LTPS) adalah suatu kegiatan yang berupaya memberikan bantuan layanan perpustakaan yang dilakukan secara terpadu bagi sekolah-sekolah yang berada dalam suatu wilayah tertentu (area library services system) (Panduan Layanan Perpustakaan Sekolah, 1992:6). Dari uraiandiatas, penulistertarik, untukmengkajibagaimana efektivitas Layanan Terpadu Perpustakaan Sekolah (LTPS) Perpustakaan Daerah Jawa Tengah Tahun 2013. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat efektivitas layanan terpadu perpustakaaan sekolah di LTPS Perpustakaan daerah Jawa Tengah Tahun 2013.
2. LandasanTeori 2.1 Perpustakaan Daerah Perpustakaan Daerah menurut Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 54 Tahun 2008 tentang organisasi dan tata kerja perpustakaan daerah sebagai unit pelaksana teknis pada badan arsip dan perpustakaan provinsi Jawa Tengah merupakan unit pelaksana teknis pada badan yang dipimpin oleh seorang kepala perpustakaan daerah yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada kepala badan. Menurut (Sulistyo-Basuki, 1993: 47) Adapun tugas perpustakaan daerah atau propinsi adalah: 1. Merupakan perpustakaan umum untuk wilayah propinsi 2. Bertindak sebagai pusat koordinasi dan kerjasama pengembangan dan pertumbuhan perpustakaan dalam daerah propinsi 3. Menjamin adanya pelayanan bibliografi dalam daerah propinsi 4. Bertanggung jawab atas pengumpulan, pemeliharaan, dan pengembangan bahan pustaka yang berhubungan dengan propinsi 5. Bertindak sebagai perpustakaan referens di tingkat propinsi 6. Membantu gubernur dalam merencanakan dan melaksanakan perkembangan sistem perpustakaan di seluruh daerah propinsi.
2.1 Perpustakaan Sekolah Perpustakaan sekolah adalah perpustakaan yang tergabung pada sebuah sekolah, dikelola
sepenuhnya oleh sekolah yang bersangkutan, dengan tujuan utama membantu sekolah untuk mencapai tujuan khusus sekolah dan tujuan pendidikan pada umumnya (Sulistyo-Basuki, 1993: 50). Sedangkan menurut Bafadal (2008:6-8) perpustakaan sekolah adalah:
Fungsi
1. Fungsi informasi Perpustakaan yang sudah maju tidak hanya menyediakan bahan-bahan pustaka yang berupa buku, tetapi juga menyediakan nahan-bahan yang bukan berupa buku/ non book material seperti majalah, surat kabar, buletin, pamflet, peta, bahkan dilengkapi juga dengan alat-alat pandangdengar seperti overhead, projector, televisi, video tape recorder dan sebagainya. Semua ini akan memberikan informasi atau keterangan yang diperlukan oleh murid-murid. 2. Fungsi pendidikan Di dalam perpustakaan sekolah disediakan bukubuku fiksi maupun non fiksi. Adanya buku-buku tersebut dapat membiasakan murid-murid belajar mandiri tanpa bimbingan guru, baik secara individual maupun berkelompok. Adanya perpustakaan sekolah dapat meningkatkan kemampuan membaca murid-murid. Selainitu di dalam perpustakaan sekolah tersedia buku-buku yang pengadaannya disesuaikan dengan kurikulum sekolah. Hal ini di maksudkan untuk dapat menunjang penyelenggaraan pendidikan di sekolah. 3. Fungsi tanggung jawab administratif Fungsi ini tampak pada kegiatan sehari-hari di perpustakaan sekolah, di mana setiap ada peminjaman dan pengembalian buku selalu dicatat oleh pustakawan. Setiap murid yang akan masuk ke perpustakaan sekolah harus menunjukkan kartu anggota. Apabila ada murid yang terlambat mengembalikan buku pinjamannya akan dikenai denda. Semua ini selain mendidik murid-murid ke arah tanggung jawab, juga membiasakan murid-murid bersikap dan bertindak secara administratif. 4. Fungsi riset Adanya bahan pustaka yang lengkap, murid dan guru dapat melakukan riset yaitu mengumpulkan data atau keterangan-keterangan yang diperlukan.
5. Fungsi rekreatif Adanya perpustakaan sekolah dapat berfungsi rekreatif berarti bahwa perpustakaan sekolah dapat dijadikan tempat mengisi waktu luang seperti pada waktu istirahat, dengan membaca buku-buku cerita, novel, roman, majalah, dan sebagainya. Perpustakaan sekolah sepenuhnya ditangani oleh pihak sekolah tetapi seperti dalam landasan hukum yaitu keputusan kepala perpustakaan RI Nomor 001/Org/9/1990 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perpustakaan Nasional RI khususnya bab VII Pasal 81 Ayat C, yaitu perpustakaan daerah mempunyai fungsi melaksanakan pembinaan dan pengembangan semua jenis perpustakaan termasuk Perpustakaan Sekolah. Maka dari itu, perpustakaan daerah mempunyai layanan yang menjangkau perpustakaan sekolah yaitu Layanan Terpadu Perpustakaan Sekolah (LTPS).
2.2
Layanan Terpadu Perpustakaan Sekolah (LTPS) 2.2.1 Pengertian Layanan Terpadu Perpustakaan Sekolah (LTPS) menurut Panduan Layanan Perpustakaan Sekolah (1992:6) ialah: Suatu kegiatan yang berupaya memberikan bantuan layanan perpustakaan yang dilakukan secara terpadu bagi sekolah-sekolah yang berada dalam suatu wilayah tertentu (area library services system). 2.2.2 Maksud dan Tujuan LTPS a. Maksud Layanan Terpadu Perpustakaan Sekolah (LTPS) merupakan salah satu sarana yang membantu pelaksanaan kegiatan perpustakaan sekolah untuk memberikan layanan koleksi bahan pustaka kepada murid dan guru di sekolah. b. Tujuan 1. Memberikan pemerataan pelayanan perpustakaan kepada sekolah-sekolah yang menjadi peserta layanan 2. Mengupayakan terpenuhinya kebutuhan informasi/bahan pustaka bagi nurid dan guru di sekolah. 3. Meningkatkan minat dan kebiasaan membaca serta menegmbangkan cinta buku kepada siswa dan guru.
4. Menunjang pelaksanaan sistem nasional perpustakaan sekolah yang efektif dan efisien, sehingga dapat ditingkatkan. 2.2.3 Tugas dan Fungsi LTPS Tugas dan Fungsi Layanan Terpadu Perpustakaan Sekolah (LTPS) menurut Panduan Layanan Perpustakaan Sekolah (1992:6) adalah sebagai berikut: a. Layanan Terpadu Perpustakaan Sekolah (LTPS) sebagai sarana penunjang perpustakaan sekolah dalam melayani kebutuhan bahan pustaka bagi murid dan guru yag mengacu pada pola pikir satu sekolah satu perpustakaan b. Memberikan bantuan layanan perpustakaan kepada semua anggota layanan c. Menyediakan berbagai jenis koleksi bahan pustaka yang dapat menunjang program pendidikan sesuai dengan kurikulum yang berlaku serta disesuaikan dengan kondisi daerah tempat sekolah bermukim d. Membantu mengembangkan bakat, minat, kebiasaan siswa dan guru e. Memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa dan guru untuk belajar dan menambah wawasan pengetahuan f. Layanan Terpadu Perpustakaan Sekolah (LTPS) merupakan tempat memperoleh bahan bacaan rekreasi yang sehat melalui buku bacaan fiksi.
2.3 Efektivitas Kata efektif berasal dari bahasa Inggris yaitu effective yang berarti berhasil atau sesuatu yang dilakukan berhasil dengan baik. Kamus ilmiah populer mendefinisikan efektivitas sebagai ketepatan penggunaan, hasil guna atau menunjang tujuan. Definisi efektivitas menurut Sukarno (1994: 48) “Efektivitas memberikan pengertian dapat menunjukan bahwa apa yang dikehendaki tercapai mengenai sasaran atau apa yang diciptakan menjadi realita”. The Liang Gie (1988:34) berpendapat : “Efektivitasmerupakankeadaan yang mengandungpengertianmengenaiterjadinyasuatuefek atauakibat yang dikehendaki. Kalauseseorangmelakukansuatuperbuatandenganma ksudtertentu yang dikehendaki, makaperbuatanitudikatakanefektifkalaumenimbulka
nakibatataumencapaimaksudsebagaimana yang dikehendaki.” Dari uraian mengenai Layanan Terpadu Perpustakaan Sekolah (LTPS) dan dari konsep mengenai efektifitas, dapatdikatakanbahwaefektivitasLayanan Terpadu Perpustakaan Sekolah (LTPS) adalahtercapainyasuatutujuan yang dilakukanolehPerpustakaan Daerah Jawa Tengah dalamhal LTPSsesuaidenganketentuan yang telahditetapkan. Untukmengukurefektivitaslayananmakakitadapatmel ihatnyadarisistem yang digunakan LTPS yaitu bulk loan system itu apakah sudah berdampak positif kepada anggota LTPS dan dari segi koleksi dan pemanfaatannya. Dari konseptersebut, indikatorindikatorefektivitasLayanan Terpadu Perpustakaan Sekolah adalahsebagaiberikut : 1. Bulk Loan Sytem. Sistem ini merupakan sistem yang digunakan dalam LTPS. Maksud dari bulk loan sistem adalah sistem dengan peminjaman besar. Sistem ini berguna meminjamkan koleksi kepada anggota LTPS dalam jumlah besar yaitu 100-150 eksemplar dan dirotasikan kepada anggota lain secara berkala. Sistem ini dijadikan indikator karena sistem ini dinilai peneliti sangat sukar untuk dilaksanakan karena koleksi harus dirotasikan secara berkala minimal satu bulan kepada setiap anggota. Oleh karena itu, bulk loan system ini menjadiindikator dalam penelitian ini. Apakah dari indikator ini, LTPS itu efektif. 2. Koleksi Indikator lain yang digunakan untuk mengukur efektivitas layanan adalah dari segi koleksi, apakah koleksi yang ada di LTPS itu dimanfaatkan oleh pengguna atau tidak. 3. Antusiasme pengguna (pemanfaatan) Indikator ketiga adalah antusiasme pengguna terhadap LTPS ini. Apakah dengan adanya LTPS itu pengguna merasa senang dan terbantu.
3. MetodePenelitian
Dalam penelitian ini dipilih metode kualitatif karena dalam metode kualitatif dapat memahami sebuah fenomena (central phenomenon) berdasarkan sudut pandang sekelompok orang atau komunitas tertentu dalam latar ilmiah. Fenomena dalam hal ini adalah adanya Layanan Terpadu Perpustakaan Sekolah (LTPS) yang mempunyai sistem berbeda yaitu bolk loan system dan dinilai dari sudut pandang informan. Sedangkan penelitian menggunakan penelitian deskriptif. Penelitian deskritif berasal dari bahasa Inggris to describe yang berarti mamaparkan atau menggambarkan sesuatu hal, misalnya keadaan, kondisi, situasi, peristiwa, kegiatan, dan lain-lain. Penelitian deskriptif merupakan dasar dari semua penelitian karena mencoba mencari deskripsi yang tepat dan cukup dari semua aktivitas, objek, proses, dan manusia. 3.1 Informan Cara pengambilan informan pada penelitian ini dengan menggunakan purposive sampling. Purposive sampling dilakukan dengan cara mengambil subyek didasarkan atas adanya tujuan tertentu (Arikunto, 2006: 127). Teknik ini bisa diartikan sebagai suatu proses pengambilan sampel dengan menentukan terlebih dahulu jumlah sampel yang hendak diambil, kemudian pemilihan sampel dilakukan dengan berdasarkan tujuan-tujuan tertentu, asalkan tidak menyimpang dari ciri-ciri sampel yang ditetapkan. Langkah penentuan informan dalam penelitian ini yaitu melalui observasi. Dalam observasi dilihat apakah informan itu cukup memenuhi kriteria informan atau tidak. Kriteria informan dalam skripsi ini adalah: 1. Orang yang dianggap menguasai dan memahami Layanan Terpadu Perpustakaan Sekolah (LTPS), yaitu koordinator Layanan Terpadu Perpustakaan Sekolah (LTPS) 2. Orang mengetahui dan berhubungan tentang Layanan Terpadu Perpustakaan Sekolah (LTPS) di sekolah yang dalam hal ini adalah Pustakawan di lokasi yang dilayani LTPS dan Kepala Sekolah di setiap lokasi yang dilayani LTPS. Layanan Terpadu Perpustakaan Sekolah (LTPS) melayani kurang lebih 38 lokasi, tetapi dalam hal ini tidak semua pustakawan dan kepala sekolah
tiap lokasi akan dijadikan informan. Jika dalam penelitian berjalan, informasi dirasa cukup untuk dijadikan data yang lebih relevan. Maka tidak semua lokasi dijadikan informan. 3.2 Metode Pengumpulan Data 1. Observasi 2. Wawancara 3. Dokumentasi 4. 3.3 Teknik Analisis Data Teknik analisis data menurut Miles dan Huberman (1992) dibagi menjadi tiga jalur yaitu datareduction, data display, dan conclusiondrawing/ verification. 1. datareduction atau reduksi data Reduksi data adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatancatatan tertulis di lapangan. Proses ini berlangsung secara terus-menerus selama penelitian ini berlangsung, bahkan sebelum data benar-benar terkumpul sebagaimana terlihat dari kerangka peneitian, permasalahan dan pengumpulan data dipilih. Reduksi meliputi: 1. meringkas data 2. mengklasifikasikan data 3. menelusur tema 4. memetakan data Cara melakukan reduksi data: 1. menyeleksi data 2. membuat ringkasan atau uraian singkat 3. memetakan data 2. Penyajian Data Bentuk penyajian data kualitatif dibagi atas: 1. Teks naratif, yaitu data yang berbentuk catatan lapangan 2. Matriks grafik jaringan dan bagan, yaitu menghimpun data kemudian diklasifikasikan berdasarkan jaringan ke sub jaringan dan seterusnya. Bentuk-bentuk ini menggabungkan informasi yang tersusun dalam suatu bentuk yang padu dan mudah diraih, sehingga memudahkan untuk melihat apa yang sedang terjadi. 3. Penarikan Kesimpulan
Upaya penarikan kesimpulan dilakukan peneliti secara terus-menerus selama berada di lapangan. Dari pengumpulan data, peneliti mulai mencari arti, mencatat penjelasan, menentukan alur dan proporsisi. Mula-mula kesimpulan belum jelas, namun kemudian menjadi lebih rinci dan mengakar dengan kokoh. Kesimpulan-kesimpilan itu juga diverifikasi selama penelitian berlangsung, dengan cara: 1. Memikir ulang selama penelitian 2. Tinjauan ulang catatan lapangan 3. Tinjauan kembali dan tukar pilihan antar sesama sejawat untuk mengembangkan kesepakatan intersubjektif 4. Menempatkan salinan suatu temuan dalam seperangkat data yang lain.
4. HasildanPembahasan Layanan Terpadu Perpustakaan Sekolah Perpustakaan Daerah Jawa Tengah Tahun 2013 sudah melayani 38 sekolah dan dibagi menjadi empat kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 10-11 tempat yang dilayani Layanan Terpadu Perpustakaan Sekolah (LTPS) ini. Setiap kelompok mendapatkan koleksi dalam bentuk buku sekitar 1000 eksemplar dengan pembagian satu tempat atau satu sekolah 100-150 eksemplar. Koleksinya secara berkala dirotasikan ke anggota lain secara siklus. Peneliti akan meneliti tempat yang dilayani Layanan Terpadu Perpustakaan Sekolah (LTPS) yaitu SD Muhammadiyah 6, SD Lamper 01-03, SD Karanganyar Gunung 01, SD Sendang Mulyo 4, MTS Negeri 1 Semarang, SMP Negeri 11, SMA Muhammadiyah 1, SMA Negeri 1 Semarang, Rumah Baca Asoka. Efektifitas Layanan Terpadu Perpustakaan Sekolah Perpustakaan Daerah Jawa Tengah ini, pertanyaan akan diberikan kepada tiga jenis responden yaitu kepada satu Koordinator Layanan Terpadu Perpustakaan Sekolah, tujuh Petugas perpustakaan sekolah dan dua kepala sekolah. Wawancara kepada petugas perpustakaan sekolah pertanyaan yang diajukan mengenai: Lama layanan, Awal Mula dilayani LTPS, Bulk Loan System, Perputaran Koleksi, Koleksi LTPS, Antusias Pemustaka Terhadap LTPS, Manfaat LTPS, Koleksi
yang Sering Dimanfaatkan, Dampak Positif bagi Pemustaka, Koleksi Dimanfaatkan oleh Selain Siswa, Tanggapan Pihak Sekolah, Kelemahan LTPS. Wawancara kepada Kepala Sekolah pertanyaan yang diajukan mengenai: kebijakan mengenai LTPS, Harapan dengan adanya kerja sama, Wawancara Koordinator LTPS yang diajukan mengenai: koleksi LTPS, kendala LTPS dan syarat LTPS. 4.1 Lama Layanan Wawancara dengan pertanyaan ini merupakan jejak pertanyaan awal yaitu berapa lama adanya layanan di masing-masing lokasi. Pertanyaan lama layanan diberikan karena untuk mengukur apakah lama tidaknya layanan berpengaruh terhadap kualitas layanan. Dari jawaban dapat disimpulkan bahwa lama atau tidaknya layanan tidak berpengaruh terhadap kualitas layanan. 4.2 AwalMulaDilayani LTPS Dengan pertanyaan ini akan diketahui sejarah atau awal mula layanan ini ada di masing-masing tempat. Pertanyaan awal mula dilayani LTPS diberikan karena ingin mengetahui awalnya adanya LTPS di masing-masing tempat. Menurut jawaban responden diperoleh tiga cara dilayani LTPS, yaitu melalui keinginan dari pihak sekolah, saran dari dinas pendidikan atau langsung diajak kerja sama oleh Perpustakaan Daerah Jawa Tengah. 4.3 Bulk Loan System Bulk loan system adalah sistem yang digunakan dalam Layanan Terpadu Perpustakaan Sekolah (LTPS). Dinamakan bulk loan system karena Sistem ini merotasikan koleksi ke setiap anggota dalam jumlah yang besar. Pertanyaan mengenai Bulk Loan System diberikan untuk mengetahui manfaat langsung dari sistem LTPS ini. Bagaimana pendapat responden mengenai sistem ini. Dari jawaban responden, sebagaian besar beranggapan positif mengenai sistem ini. Karena dengan sistem peminjaman besar ini, pihak sekolah mendapatkan manfaat yang besar. 4.4
PerputaranKoleksi
Bulk loan system akan merotasikan koleksi setiap satu bulan sekali, dan itu menjadi tugas dari petugas
LTPS Perpustakaan Daerah Jawa Tengah untuk merotasikan koleksi setiap bulan. Pertanyaan mengenai perputaran koleksi untuk mengetahui perputaran koleksi yang digunakan di sistem LTPS, apakah sudah sesuai dengan kebijakan awal atau tidak.Kebijakan yang setiap bulan koleksi akan berutar diakhir minggu. 4.5 Koleksi LTPS Koleksi LTPS terdiri dari Buku Pelajaran Pokok, Buku Pelajaran Pelengkap, Buku Bacaan dan Buku Sumber. Pertanyaan mengenai koleksi LTPS diajukan utuk mengetahui koleksi yang dilayankan di LTPS. Apakah koleksi yang dilayankan itu sudah memberikan manfaat yang baik kepada pemustaka. Baik dari segi kualitas maupun kuantitas koleksinya.Menurut informan, koleksi LTPS banyak dinikmati dan dimanfaatkan oleh siswa, dan kebanyakan siswa lebih condong untuk membaca dan meminjam buku koleksi LTPS Karena koleksi LTPS sangat sesuai dengan pemustaka. 4.6 AntusiasPemustaka Efektivitas Layanan Terpadu Perpustakaan Sekolah (LTPS) bisa dilihat dari manfaat dan antusias layanan ini terhadap pemustaka. Antusias pemustaka dapat diukur dari seringnya koleksi dimanfaatkan, dipinjam dan ditunggu-tunggu kedatangan koleksi terbarunya. Pertanyaan mengenai antusias pemustaka terhadap koleksi LTPS diajukan karena untuk mengetahui seberapa antusias dari pemustaka, dari wawancara yang sudah dilakukan, pemustaka sangat berantusias dilihat dari koleksi yang ditunggu-tunggu, koleksi yang sering dipinjam, koleksi yang sering dibaca. 4.7Manfaat koleksi yang variatif terhadap siswa Layanan Terpadu Perpustakaan Seolah menggunakan sistem berebeda yaitu bulk loan system. Sistem ini merupakan peminjaman koleksi dalam jumlah yang besar dan setiap bulannya akan diputr dan ditukarkan kolekinya. Sehingga dengan adanya LTPS ini, koleksinya pun menjadi banyak dan bervariatif. Sehingga pertanyaan mengenai manfaat koleksi yang variatif ini diajukan. Dari wawancara tersebut disimpulan bahwa banyak manfaat yang diperoleh oleh siswa dengan adanya koleksi yang variatif. Siswa menjadi sering ke perpustakaan, minat baca meningkat dan sering meminjam buku di perpustakaan.
4.8 Koleksi yang sering dimanfaatkan Koleksi LTPS berbeda-beda tiap jenjangnya, ada SD, SMP, SMA dan juga masyarakat. Koleksi yang ada di LTPS, diantaranya yaitu koleksi fiksi, koleksi mengenai kreatifitas, koleksi pokok pelajaran, dsb. Dari pertanyaan ini diperoleh koleksi yang sering dimanfaatkan adalah koleksi fiksi karena koleksi yang dimiliki oleh perpustakaan sekolah adalah tentang ilmu pengetahuan, sehingga dengan adanya koleksi LTPS ini, fungsi rekreatif siswa dalam membaca pun terpenuhi. 4.9 Koleksi dimanfaatkan oleh selain siswa Koleksi LTPS bukan hanya dimanfaaatkan oleh siswa, tetapi guru dan karyawan juga memanfaatkan. Karena koleksinya sangat menarik dan bermanfaat bagi kehiduan sehari-hari. Misalnya koleksi mengenai cara-cara membuat sesuatu, yang tertarik dengan koleksi ini tidak hanya siswa, tapi juga guru. Koleksi LTPS pun juga dibaca dan dimanfaatkan guru untuk menjadi bahan pelajaran, contohnya guru bahasa indonesia. 4.10Kelemahan LTPS Layanan tidak selalu berjalan lancar ketika sampai di lapangan. Layanan Terpadu Perpustakaan Sekolah (LTPS)pun juga mempunyai kelemahan. Pertanyaan mengenai kelemahan LTPS diajukan untuk mengetahui kelemahan LTPS di lapangan, sehingga bisa dijadikan pelajaran dan bisa diperbaiki nantinya. Selanjutnya yaitu wawancara terhadap kepala sekolah ini diberikan untuk mengetahui pendapat langsung dari pemimpin sekolah. Pertanyaan diberikan kepada sekolah yang awal kerja samanya langsung melalui kebijakan kepala sekolah. Dari wawancara ini diperoleh alasan yang melatarbelakangi kerjasama antara pihak sekolah dengan perpustakaan daerah jawa tengah. Kemudian diajukan juga pertanyaan mengenai harapan dari adanya kerja sama ini, karena LTPS ini memang banyak sekali manfaatnya, sehingga dari jawaban kepala sekolah diperoleh jika ingin terus kerja sama LTPS ini dengan Perpustakaan Daerah Jawa Tengah. Wawancara terhadap koordinator LTPS untuk mengetahui LTPS lebih dalam, misalnya koleksi
LTPS, syarat LTPS dan kendala LTPS. Diperoleh jawaban yang mendalam mengenai pertanyaan tersebut. Setiap pertanyaan yang diajukan kepada responden untuk mengetahui tingkat efektifitas Layanan Terpadu Perpustakaan Sekolah. Setiap jawaban responden disimpulkan apakah layanan ini eektif atau tidak. Dari semua jawaban informan yang beranggapan positif tentang keberadaan Layanan Terpadu Perpustakaan Sekolah bisa disimpulkan bahwa layanan ini sangat efektif.
5. Simpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan tentang Efektivitas Layanan Terpadu Perpustakaan Sekolah (LTPS) Perpustakaan Daerah Jawa Tengah Tahun 2013, dapat disimpulkan bahwa efektivitas LTPS dapat diukur dari segi koleksi, sistem dan manfaat layanan. Dari segi koleksi, dengan adanya LTPS kebutuhan koleksi pemustaka jadi terpenuhi karena tiap bulannya koleksinya berganti-ganti dan juga koleksi yang ada menjadi bervariatif. Koleksinya juga banyak yang sesuai dengan tingkatan-tingkatan anggota LTPS, misalnya tingkat SD disesuaikan dengan kebutuhan pemustaka SD, tingkat SMP disesuaikan dengan kebutuhan pemustaka tingkat SMP, tingkat SMA disesuaikan dengan kebutuhan pemustaka tingkat SMA kendatipun ada beberapa sekolah yang mengeluhkan kurangnya penyortiran koleksi. Ada beberapa sekolah yang menjadikan koleksi LTPS sebagai bahan ajar, kebanyakan ada di tingkat SD. Dengan adanya sistem Layanan Terpadu Perpustakaan Sekolah (LTPS) yaitu bulk loan system, perpustakaan sangat merasa terbantu karena pemustaka bisa terpenuhi kebutuhan akan koleksi dan koleksi menjadi bervariasi. Sehingga dilihat dari segi antusiasme, pemustaka sangat antusias terhadap Layanan Terpadu Perpustakaan Sekolah (LTPS) karena pemustaka selalu menunggu datangnya koleksi yang baru. Dilihat dari manfaatnya, adanya LTPS sangat bermanfaat karena minat baca pemustaka meningkat. Pemustaka jadi sering ke perpustakaan untuk membaca dan/atau meminjam buku.
Saran Berdasarkan simpulan penelitian, penulis memberi beberapa saran yaitu: 1. Petugas Layanan Terpadu Perpustakan Sekolah hendaknya lebih selektif lagi dalam memilih dan memilah koleksi yang diperuntukkan untuk SD, SLTP, SMA supaya pemustaka bisa memanfaatkan koleksi yang sesuai dengan tingkatannya. 2. Petugas perpustakaan sekolah hendaknya memeriksa dahulu koleksi yang ad di LTPS sebelum melayankannya kepada pemustaka. 3. Petugas Layanan Terpadu Perpustakaaan Sekolah dan petugas perpustakaan sekolah hendaknya mempunyai data koleksi yang akan dilayankan ke sekolah-sekolah. Hal ini bertujuan agar meminimalisir kehilangan atau tertukarnya koleksi. 4. Pihak sekolah hendaknya membuat data khusus peminjaman koleksi LTPS supaya tidak tertukar dengan koleksi yang dimiliki sekolah. 5. Pihak sekolah hendaknya sudah mempersiapkan koleksi yang dipinjamnya satu hari sebelum koleksi itu diambil untuk diputar supaya petugas LTPS tidak harus menunggu lama untuk mencari koleksi yang ada atau hilang dan menatanya. Karena dalam satu hari petugas LTPS harus memutarkan koleksi di 10-11 lokasi anggota LTPS hal ini supaya waktu yang dibutuhkan tidak terbuang sia-sia.
DaftarPustaka Anton sukarno. 1994. Efektivitas sistem pengajaran pelayanan bagi anak berkesulitan belajar. Surakarta Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: rineka cipta --------------.2010. Prosedur Penelitian: suatu pendekatan praktek. Jakarta: Rineka Cipta Revisi 2010 Bafadal, Ibrahim. 2008. Pengelolaan Perpustakaan Sekolah. Jakarta: PT Bumi Aksara
Herdiansyah, Haris. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta: Salemba Humanika Marzuki, 2000. Metodologi Yogjakarta
Riset.
BPFE-UI:
Miles, B.B., dan A.M. Huberman, 1992. Analisa Data Kualitatif. Jakarta: UI Press Moleong, lexy. 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosdakarya Peraturan Gubernur Jawa Tengah. 2008. Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 54 Tahun 2008. Semarang. Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. 1997. Panduan Layanan Terpadu Perpustakaan Sekolah (LTPS). Jakarta: Direktorat Bina Sistem Perpustakaan dan Pengendalian Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. 1990. Keputusan Kepala Perpustakaan Republik Indonesia Nomor: 001/org/9/1990 tentang Organisasi dan tata kerja perpustakaan nasional Republik Indonesia. Jakarta: Direktorat Bina Sistem Perpustakaan dan Pengendalian Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. 1981. Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 0103/O/1981, Tanggal 18 Maret 1981 Sulistyo-Basuki. 1993. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Sugiyono. 2005. Memahami penelitian kualitatif. Bandung: alfabet Suprapto. 2003. Statistik teori dan Aplikas. Jakarta: Erlangga Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: depdiknas
MANAJEMEN PERPUSTAKAAN SEKOLAH I Ketut Widiasa Pustakawan Universitas Negeri Malang. Alamat instansi Jl. Surabaya No. 6 Malang. Telp. 0341-571035
Abstrak. Manajemen perpustakaan sekolah pada dasarnya adalah proses mengoptimalkan kontribusi manusia, material, anggaran untuk mencapai tujuan perpustakaan. Perpustakaan sekolah masih mengalami berbagai hambatan, sehingga belum bisa berjalan sebagaimana mestinya. Hambatan tersebut berasal dan dua aspek. Pertama aspek strutural, dalam arti keberadaan perpustakaan sekolah kurang memperoleh perhatian dari pihak manajemen sekolah. Kedua aspek teknis, artinya keberadaan perpustakaan sekolah belurn ditunjang aspek-aspek bersifat teknis yang sangat dibutuhkan oleh perpustakaan sekolah seperti tenaga, dana, serta sarana dan prasarana. Kata-pata Kunci: perpustakaan sekolah, manajemen perpustakaan sekolah, organisasi perpustakaan sekolah Sepanjang sejarah manusia, perpustakaan bertindak sebagai selaku penyimpan khasanah hasil pikiran manusia. Hasil pikiran manusia itu dapat dituangkan dalam bentuk cetak maupun non cetak ataupun dalam bentuk elektronik seperti disket. Hasil pikiran manusia yang dituangkan dalam bentuk buku dalam arti luas (mencakup bentuk cetak atau, grafis, non cetak, bentuk elektronik) ini seringkali diasosiasikan dengan kegiatan belajar. Buku merupakan alat bantu manusia untuk belajar sejak saat mulai dapat membaca, memasuld bangku. sekolah hingga bekcaja. Oleh karena, itu, perpustakaan selalu dikaitkan dengan buku, sedangkan buku dikaitkan dengan kegiatan belajar, maka perpustakaan pun (termasuk dalam hal ini perpustakaan sekolah) selalu dikaitkan dengan kegiatan belajar. Kegiatan belajar dibagi atas dua macam, yaitu kegiatan belajar di dalam lingkungan sekolah dan kegiatan belajar di luar lingkungan sekolah. Perpustakaan sebagai pranata yang dikaitkan dengan. kegiatan belajar lebih mengarah pada kegiatan belajar di luar lingkungan sekolah. Dalam kenyataannya, ada juga sekolah yang memiliki perpustakaan sehingga, kegiatan belajar disatukan antara sekolah dengan perpustakaan. Karena itu muncullah jenis perpustakaan di lingkungan sekolah yang kemudian dikenal dengan sebutan "Perpustakaan Sekolah". Perpustakaan sekolah merupakan perpustakaan yang diselenggarakan pada sebuah sekolah, dikelola, sepenuhnya oleh sekolah yang bersangkutan, dengan tujuan utama mendukung terlaksananya dan tercapainya tujuan sekolah dan tujuan pendidikan pada umumnya. Sekolah merupakan tempat penyelenggaraan proses belajar mengajar, menanamkan dan, mengembangkan berbagai nilai, ilmu pengetahuan, dan teknologi, keterampilan, seni, serta, wawasan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional. Oleh karena itu, perpustakaan sekolah bukan hanya sekedar tempat penyimpanan bahan pustaka (buku. dan non buku), tetapi terdapat upaya untuk mendayagunakan agar koleksi-koleksi yang ada dimanfaatkan oleh pemakainya secara maksimal. Hal ini dipertegas dalam SK
JURNAL PERPUSTAKAAN SEKOLAH , TAHUN 1 - NOMOR 1 - APRIL 2007 Perpustakaan Universitas Negeri Malang
ISSN 1978-9548
1/14
Mendiknas No. 053/U/2001 tanggal 19 April 2001 tentang Penyusunan Pedoman Standar Pelayanan Minimal Penyelenggaraan Persekolahan pada Tingkat TK, Dasar sampai dengan SMU/SMK, bahwa keberadaan perpustakaan. Sekolah merupakan syarat dalam standar pelayanan minimal (SPM) tersebut. Sehubungan hal itu agar bahan pustaka, dapat didayagunakan secara maksimal sesuai dengan tujuan dan fungsi perpustakaan sekolah, maka tentunya diperlukan suatu manajemen perpustakaan sekolah yang memadai. B. KONSEP DASAR MANAJEMIEN PERPUSTAKAAN SEKOLAH 1. Pengertian Pada hakekataya manajemen adalah suatu kegiatan untuk mencapat tujuan, melalui kerja orang-orang lain. Secara lebih terperinci dapat dinyatakan, bahwa manajemen meliputi perancangan dan sifat-sifat usaha kelompok dalam rangka untuk mencapai tujuan, tetapi dengan penggunaan modal berupa, waktu, uang, material dan juga hambatan yang dijumpai, seminim mungkin. Dengan kata lain konsep dasar manajemen adalah perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian suatu aktivitas yang bertujuan untuk mengalokasikan sumber daya sehingga mempunyai nilai tambah. Di lingkungan sekolah, misalnya kita saksikan bahwa manajemen lebih memusatkan perhatian kepada upaya penggerakan dan pemberdayaan sumber daya manusia (human resources empowering and motivating), sedangkan administrasi lebih terfokus kepada pelaksanaan aspek-aspek substantif seperti kurikulum, perlengkapan, keuangan sekolah, dan aktivitas rutin lain (Sergiovanni, dalam Burhanuddin, 2002). Jadi, manajemen dapat diartikan sebagai tindakan untuk mencapai tujuan melalui usaha-usaha orang lain. Dalam kaitannya dengan perpustakaan sekolah, manajemen perpustakaan sekolah pada dasarnya adalah proses mengoptimalkan kontribusi manusia, material, anggaran untuk mencapai tujuan perpustakaan. Karena perpustakaan sekolah sebagai sub sistem dari sebuah organisasi, dalam hal ini yaitu sekolah, tentunya tujuan perpustakaan sekolah harus terlebih dahulu didefinisikan secara jelas. Pendefinisian secara operasional. dari manajemen dapat dilakukan dalam bentuk program yang akan dilaksanakan beserta sasaran yang konkret dan operasional. Untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan, maka kegiatan manajemen. perpustakaan sekolah dapat dilaksanakan atau. direalisasikan. 2. Organisasi Perpustakaan Sekolah Pengertian organisasi secara umum adalah perkumpulan. dan manusia yang tergabung dalam suatu wadah dengan maksud untuk mencapai tujuan bersama yang telah digariskan sebelumnya. Menurut Bernard, organisasi adalah suatu. sistem mengenai usaha-usaha kerjasama yang dilakukan. oleh dua orang atau lebih. James D. Mooney merumuskan bahwa organisasi ialah setiap bentuk perserikatan manusia untuk mencapai suatu tujuan bersama. Sondang P. Siagian mengatakan, bahwa organisasi adalah setiap bentuk persekutuan antara dua orang atau. lebih yang bekerja sama. untuk mencapai suatu tujuan. bersama, dan terikat secara formal dalam suatu ikatan. hirarkis dan selalu terdapat hubungan antara seseorang atau sekelompok orang yang disebut pimpinan dan seorang atau sekelompok orang yang disebut bawahan. Pendapat para, ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa organisasi diwujudkan oleh adanya sekelompok orang yang berserikat dan bekerjasama untuk mencapai suatu. kepentingan yang telah disetujui bersama. Butir-butir penting yang dapat dirumuskan dari definisi organisasi adalah: a. adanya kelompok orang yang bekerja sama b. adanya tujuan tertentu. yang akan dicapai JURNAL PERPUSTAKAAN SEKOLAH , TAHUN 1 - NOMOR 1 - APRIL 2007 Perpustakaan Universitas Negeri Malang
ISSN 1978-9548
2/14
c. adanya pekerjaan yang akan dikerjakan d. adanya penetapan dan. pengelompokan. pekerjaan e. adanya wewenang dan tanggung jawab f. adanya pendelegasian wewenang g. adanya hubungan satu. sama lain h. adanya penempatan. orang yang akan melakukan pekerjaan i. adanya tata tertib yang harus ditaati Jika ditilik dari beberapa aspek di atas, organisasi adalah wadah kegiatan adminsitrasi dan manajemen, sedang administrasi adalah keseluruhan proses pelaksanaan kegiatan. kerja yang dilakukan oleh semua tenaga yang ada dalam organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Manajemen adalah keterampilan untuk memperoleh hasil dalam rangka pencapaian tujuan. yang telah ditentukan dengan cara. menggerakkan orang-orang lain dalam organisasi. Manusia merupakan unsur terpenting dalam proses administrasi karena bertindak sebagai tenaga penggerak. Karena organisasi merupakan kumpulan manusia yang secara sadar ingin mencapai tujuan bersama, maka orgamsasi bersifat dinamis dan berkembang. Jika orgamsasi tidak berkembang, maka lama-kelamaan organisasi tersebut akan mati dan tidak menunjukkan aktivitasnya sama sekali. Sebagai alat administrasi dan manajenien, orgainsasi dapat ditinjau dari dua segi. a. Organisasi sebagai wadah Sebagai wadah, organisasi meliki sifat yang relatif tetap dan pola dasar struktur organisasi yang relatif permanen. Namun demikian bukan berarti bahwa organisasi tersebut statis, organisasi harus bersifat dinamis. Dinamika ini menujukkan bahwa sebagai wadah maka organisasi tersebut tumbuh dan berkembang. Suatu organisasi yang baik bentuknya sederhana sesuai dengan tuntutan tugas pokok dan fungsi yang menimbulkan beban kerja. Bila ada unit kerja di luar struktur seperti tim, panitia, dan panitia ad-hoc, hal itu menunjukkan bahwa unit organisasi yang seharusnya melembaga tidak atau kurang mampu melaksanakan tugas kewajibannya. b. Organisasi sebagai proses interaksi Sebagai proses, organisasi menyoroti interaksi antara orang-orang di dalamnya. Interaksi ini dapat menimbulkan hubungan formal dan informal. Hubungan formal antara orang-orang dalam organisasi telah diatur dalam dasar hukum rincian susunan organisasi serta hubungan yang bersifat hirarkis dan biasanya tergambar dalam bagart struktur organisasi. Hubungan informal tidak diatur dan tidak terlihat dalam struktur organisasi. 1) Unsur Organisasi Beberapa ahli manajemen memandang bahwa unsur orgamsasi sangat penting. Dari unsur-unsur vang ada, maka tujuan organisasi dapat dicapai dengan baik. Adapun unsur organisasi adalah sebagai berikut. a. Manuasia artinya organisasi baru ada jika ada unsur manusia, jika adamanusia yang bekerja sama, ada yang memimpin dan ada yang dipimpin b. Sasaran, artinya organisasi baru ada jika ada tujuan yang dicapai secara bersama-sama. c. Tempat kedudukan artinya organisasi baru ada jika, ada tempat dan kedudukannya secara tetap ataupun secara sementara.
JURNAL PERPUSTAKAAN SEKOLAH , TAHUN 1 - NOMOR 1 - APRIL 2007 Perpustakaan Universitas Negeri Malang
ISSN 1978-9548
3/14
d. Pekerjaan, artinya organisasi baru ada jika ada pekerjaan yang akan dikerjakan serta, adanya pembagian kerja secara jelas, apa dikerjakan siapa atau siapa. mengerjakan apa. e. Teknik, artinya organisasi baru ada jika terdapat unsur-unsur teknis. f. Struktur, artinya organisasi baru ada, jika ada hubungan antara manusia yang satu dengan yang lain sehingga tercipta organisasi. g. Lingkungan, artinya organisasi baru ada jika ada lingkungan yang saling mempengaruhi misalnya sistem kerjasama sosial. 2) Struktur Organisasi Apabila suatu. organisasi hanya terdin atas dua orang dan tujuan yang akandicapai juga hanya, sederhana, maka belum diperlukan struktur organisasi. Jika kelompok orang yang bekerjasama jumlah besar, dan tujuan yang akan dicapai luas, maka struktur organisasi yang tersusun rapi mutlak perlu. Struktur organisasi ialah suatu kerangka yang menunjukkan semua tugas kerja untuk mencapai tujuan organisasi, hubungan antara fungsi-fungsi tersebut, serta wewenang dan tanggung jawab setiap anggota, organisasi yang melakukan tiap-tiap tugas kerja tersebut. Struktur organisasi diperlukan untuk memberi wadah tujuan, nusi, tugas pokok dan fungsi. Jika fungsi yang diselenggarakan berlangsung secara terus menerus, maka harus dilembagakan agar memungkinkan berlakunya fungsionalisasi yang menjadi landasan peningkatan efisiensi dan efektivitas organisasi. Fungsionalisasi menentukan orang-orang yang harus bekerjasama, serta pemrakarsa kerja sama tersebut. Atau, secara fungsional seseorang bertanggung jawab atas suatu bidang dalam organisasi, dan memerlukan kerja sama dengan pemegang tanggung jawab bidang lain. 3) Organisasi Perpustakaan Setiap perpustakaan, baik kecil maupun besar, perlu diatur dan ditata dengan baik, sehingga pelaksanaan kegiatan kerjanya dapat berjalan dengan efisien dan efektif. Pengetahuan tentang seluk-beluk, pelaksanaan, dan teknik kepustakawanan disebut organisasi dan. administrasi perpustakaan. Semua kepala perpustakaan dan kepala unit kerja dalam perpustakaan perlu memiliki pengetahuan dan keterampilan di bidang organisasi dan administrasi perpustakaan, sehingga dapat melaksanakan tugas pimpinan. dengan baik. Untuk dapat memperoleh hasil yang baik, diperlukan kemauan dan kemampuan tenaga untuk bekerjasama sehingga dalam suatu organisasi perpustakaan perlu. ada pembagian tugas untuk pelaksanaan yang meliputi: a) beban kerja yang harus dipikul b) jenis pekerjaan yang bcragam c) kebutuhan berbagai macam spesialisasi Pembagian tugas, hendaknya dilaksanakan sesuai dengan kemampuan, keahlian, dan bakat orang-orang yang tersedia di dalam organisasi. Meskipun ada pembagian tugas, namun keseluruhan beban kerja harus dilaksanakan sebagai satu kesatuan yang bulat sehingga perlu ada pertimbangan ekonomis dengan memperhatikan masalah-masalah di lingkungan perpustakaan. sebagai berikut: a. produktivitas kerja b. efisiensi c. efektivitas d. penegakan disiplin kerja e. kegairahan kerja JURNAL PERPUSTAKAAN SEKOLAH , TAHUN 1 - NOMOR 1 - APRIL 2007 Perpustakaan Universitas Negeri Malang
ISSN 1978-9548
4/14
f. kecepatan layanan g. kualitas layanan h. kepuasan pemakai
Kepala perpustakaan harus mengetahui kapasitas, bakat dan potcnsi bawahannya agar usaha pengembangan meniadi lebih terarah. Tugas terpenting seorang pimpinan di lingkungan perpustakaan. adalah mengambil keputusan: pimpinan tertinggi mengambil keputusan yang bersifat menveluruh, sedang pimpinan tingkat terendah mengambil kcputusan yang implikasmya terbatas pada unit organisasi yang dipimpinnya. Dalam organisasi perpustakaan maka agar organisasi tersebut dapat berjalan dengan baik, pimpinan perpustakaan perlu memperhatikan aspek-aspek sebagai berikut. I ) Penentuan Tujuan Perpustakaan Tujuan harus dirumuskan secara jelas dan lengkap, baik mengenai bidang, ruang lingkung sasaran, keahlian dan/atau keterampilan, serta peralatan yang diperlukan. Dari tujuan yang telah dirumuskan dapat diperkirakan bentuk, susunan, corak, dan ukuran besar kecilnya organisasi yang harus disusun. 2) Perumusan Tugas Pokok Perpustakaan Tugas pokok adalah sasaran yang dibebankan kepada organisasi untuk dicapai: organisasi besar maka tugas pokoknya luas, sedangkan organisasi kecil tugas pokoknya terbatas. Perumus tugas pokok perlu memperhatikan hal-hal berikut di bawah ini. a. Tugas poko harus merupakan bagian dari tujuan yang harus dicapai dalam jangka waktu tertent. b. Tugas pokok harus memperhitungkan batas kemampuan yang ada untuk mencapai tujuan dalam jangka waktu tertentu. 3) Rincian Kegiatan Semua kegiatan kerja yang harus dilakukan untuk melaksanakan tugas pokok harus disusun secara lengkap dan terinci. Selain itu, harus, dibedakan antara kegiatan kerja yang penting dan kurang penting, kegiatan kerja utama dan penunjang. 4) Pengelompokan Kegiatan Kerja Kegiatan kerja yang erat hubungannya satu sama lain dikelompokkan, dan pengelompokan ini disebut fungsionalisasi. Setelah tersusun, dilakukan: a. pengadaan personel. b. penyediaan anggaran c. penyediaan peralatan d. penyusunan sistem hubungan kerja e. penyusunan prosedur dan tata kerja 4) Penyusunan Organisasi Perpustakaan Perpustakaan adalah organisasi, berupa lembaga, atau unit keria yang bertugas menghimpun koleksi pustaka dan menyediakannya bagi masyarakat untuk dirnanfaatkan. Lembaga merupakan organisasi yang otonom, sedang unit kerja merupakan organisasi di dalam oqganisasi, sehingga memiliki lembaga induk. Tujuan perpustakaan sebagai organisasi otonom agak berbeda dengan tujuan perpustakaan sebagai anak suatu organisasi yang telah mempunyai tujuan tertentu. Tujuan perpustakaan yang terakhir ini mendukung tujuan lembaga induknya. JURNAL PERPUSTAKAAN SEKOLAH , TAHUN 1 - NOMOR 1 - APRIL 2007 Perpustakaan Universitas Negeri Malang
ISSN 1978-9548
5/14
Walaupun ada beberapa, jenis perpustakaan seperti perpustakaan umum, perpustakaan khusus, perpustakaan sekolah, perpustakaan perguruan tinggi, dan perpustakaan nasional secara umum tujuannya adalah sama. Namun setiap, jenis perpustakaan mempunyai tujuan tertentu. Oleh sebab itu organisasi untuk tiap-tiap jenis perpustakaan bisa berbeda, karena. secara khusus tuiuannya tiap jenis perpustakaan tidak sama. Proses penyusunan organisasi perpustakaan dijabarkan. menurut urutan sebagai berikut. 1. Tujuan Perpustakaan Perpustakaan secara umum bertujuan untuk metakukan layanan informasi literer kepada, masyarakat. Tujuan khusus dibedakan oleh jenis perpustakaannya karena setiap jenis perpustakaan melayani kelornpok masyarakat yang berbeda satu sama lain. Tujuan tersebut adalah sebagai berikut: a. Perpustakaan Nasional di samping melayani masyarakat, juga mempunyai fimgsi lain, yaitu sebagai perpustakaan deposit b. Perpustakaan Perguruan Tinggi melayani masyarakat khusus suatu pergunian tinggi c. Perpustakaan Khusus melayani suatu kelompok masyarakat homogen yang mempunyai minat dan kebutuhan akan infbrmasi khusus. d. Perpustakaan Umum. melayani seluruh lapisan masyarakat e. Perpustakaan Sekolah melayam masyarakat khusus suatu sekolah. 2. Tugas Pokok Perpustakaan Karena tujuannya memberi layanan infonnasi leterer kepada masyarakat, maka tugas pokok adalah: a. menghimpun bahan pustaka yang meliputi buku. dan nonbuku sebagai sumber informasi, dapat dilakukan dengan cara membeh, meminta/menerima sebagai hadiah, tukar-menukar, atau. titipan. b. mengolah dan merawat pustaka yang meliputi tugas-tlugas: mencatat pustaka dalam buku induk, mengklasifikasi pustaka, membuatkan katalog untuk alat telusur, memberii label buku. sebagai sandi tempat menyimpannya, mcngatur buku di rak/almari, menyusun kartu-kartu katalog, merawat pustaka supaya tidak mudah rusak atau. hilang. c. memberikan layanan bahan. pustaka, koleksi yang sudah selesai diolah disajikan kepada pengguna perpustakaan untuk dimanfaatkan. 3. Rincian Kegiatan Kerja Perpustakaan Kegiatan-kegiatan keria yang harus dilakukan oleh perpustakaan sangat bervariasi, namun demikian pada dasarnya rincian kerja tersebut adalah sama. Perbedaan rincian kerja disebabkan jenis perpustakaan yang berbeda sehingga mengakibatkan. cakupan tugasnya tentunva juga agak berbeda. 4. Pengelompokan Kegiatan Kerja Kegiatan kerja yang erat hubungannya satu. sama lain dikumpulkan dalam satu kelompok, maka terdapat tiga kelompok kegiatan, yaitu: a. Kelompok Pembinaan Koleksi, adalah semua kegiatan ke:ga vang berhubungan dengan bahan pustaka, meliputi pengadaan,pengolahan, dan perawatan. b. Kelompok Pelayanan, adalah semua kegiatan keIja yang berhubungan dengan jasa layanan, meliputi layanan peminjaman pustaka. layanan referensi. layanan informasi/penelusuran. JURNAL PERPUSTAKAAN SEKOLAH , TAHUN 1 - NOMOR 1 - APRIL 2007 Perpustakaan Universitas Negeri Malang
ISSN 1978-9548
6/14
c. Kelompok Administrasi adalah semua kegiatan kerja yang berhubungan dengan admmistrasi kantor diluar kegiatan bidang kepustakawanan. 5) Struktur Organisasi Perpustakaan Setelah proses penyusunan organisasi perpustakaan selesai sampai ditentukannya kelompok kegiatan kerja, maka struktur organisasi dapat digambarkan dalam sebuah bagan. Sebaiknya dalam sebuah struktur organisasi juga perlu dipertimbangkan masuknya unit atau komisi sebagai lembaga pertimbangan yang secara teknis tidak ikut campur dalam urusan operasional perpustakaan, akan tetapi diminta bisa memberikan masukan ide maupun pemikiran tentang kemajuan perpustakaan. Di lingkungan sekolah, komisi ini adalah dewan guru. Tidak sernua guru yang duduk dalam dewan guru dapat melakukan pertimbangan kepada perpustakaan, akan tetapi cukup beberapa guru yang dipandang memiliki kemauan dan kemampuan dalam bidang itu.
Struktur Organisasi Perpustakaan Sekolah (Darmono, 2001) Model 1 Struktur organisai perpustakaan Sekolah
Kepala Sekolah
Dewan Guru
Bag. Pelayanan Teknis
Kepala Perpustakaan
Tata Usaha Perpustakaan
Bag. Pelayanan Pembaca
Garis Koordinasi Garis Komando
Catatan: 1. Bila perpustakaan sekolah tidak ada kepala perpustakaan karena kondisi sekolah yang tidak memungkinkan maka dapat diangkat guru pustakawan yang akan bertanggungjawab terhadap, pelaksanaan operasional perpustakaan 2. Antara bagian layanan tekrtis dan layanan pembaca dipisahkan untuk menunjukkan bahwa kedua bagian tersebut memang secara substansi kegiatan sangat berbeda. Pemisahan tersebut bukan berarti harus ada dua tenaga. Jika, dipandang cukup hanya satu tenaga, bisa saja dilaksanakan. JURNAL PERPUSTAKAAN SEKOLAH , TAHUN 1 - NOMOR 1 - APRIL 2007 Perpustakaan Universitas Negeri Malang
ISSN 1978-9548
7/14
Bagian layanan teknis bertanggungjawab mulat dan pengadaan bahan pustaka sampai proses pembuatan katalog dan penyusunan kartu katalog. Bagian layanan pembaca bertanggung jawab pada kegiatan layanan di semua lini layanan mulai dari peminjaman buku, layanan referensi dan layanan penelusuran informasi.
Model 2 Struktur Organisasi Perpustakaan Sekolah
Kepala Sekolah
Guru/Petugas Perpustakaan
Bag. Pelayanan Teknis
Tata Usaha Perpustakaan
Bag. Pelayanan Pembaca
Catatan: 1. Antara bagian layanan teknis dan bagian layanan pembaca dikerjakan secara tidak terpisah, 2. Guru pustakawan atau petugas perpustakaan membawahi bagian layanan teknis dan layanan pembaca. Guru pustakawan merangkap bagian tata usaha perpustakaan. 3. Model ini sesuai untuk selcolah yang kondisi minat baca mulai tumbuh dan jumlah koleksi yang dimiliki perpustakam belum begitu banyak.
JURNAL PERPUSTAKAAN SEKOLAH , TAHUN 1 - NOMOR 1 - APRIL 2007 Perpustakaan Universitas Negeri Malang
ISSN 1978-9548
8/14
Model 3 Struktur Organisasi Perpustakaan Sekolah
Kepala Sekolah
Guru/Petugas Perpustakaan
Bag. Pelayanan Teknis
Tata Usaha Perpustakaan
Bag. Pelayanan Pembaca
Catatan: 1. Antara bagian tata usaha perpustakaan, bagian layanan teknis dan bagian layanan pembaca dikerjakan secara tidak terpisah. 2. Guru pustawakan atau petugas perpustakaan merangkap petugas pada tiga bagian yaitu bagian layanan teknis, bagian layanan pembaca, dan bagian tata usaha perpustakaan. 3. Model ini biasanya cocok untuk Sekolah Dasar, yang pada umumnya tenaga di SD sangat terbatas jumlahnya.
C. IMPLEMENTASI MANAJEMEN PERPUSTAKAAN SEKOLAH DALAM PENDIDIKAN 1. Kepemimpinan Manajemen Perpustakaan Sekolah Kepemimpinan dalam kaitannya dengan manajemen perpustakaan sekolah merupakan proses mempengaruhi semua personel yang mendukung pelaksanaan operasional perpustakaan sekolah dalam rangka mencapai tujuan penyelenggaraan perpustakaan di sekolah. Peran kepemimpinan ini dilaksanakan oleh seorang guru atau
JURNAL PERPUSTAKAAN SEKOLAH , TAHUN 1 - NOMOR 1 - APRIL 2007 Perpustakaan Universitas Negeri Malang
ISSN 1978-9548
9/14
tenaga administrasi (TU) yang ditugaskan oleh Kepala Sekolah sebagai penanggungjawab dan. diberi kewenangan untuk mengelola, pekyelenggaraan perpustakaan di sekolah. Fungsi kepemimpinan dalam perpustakaan sekolah adalah menangani dan mendukung kelancaran penyelenggaraan proses kegiatan belajar mengajar di sekolah. Untuk itu para petugas/karlyawan yang ada di perpustakaan perlu diberdayakan agar mereka dapat met nbenkan kreativitas dan produktivitas kerja bagi kepentingan kualitas layanan pemakai secara. optimal. Ada beberapa kompetensi kepemimpinan dalam rangka mengimplementasikan manajeruen perpustakaan. sekolah. untuk mencapai keberhasilan melalui pencrapan manajemcn mutu terpadu dalam pendidikan, kompetensi vang diperlukan dimaksud menurut Charles Hoy, dkk (dalam Syarifuddin, 2002) sebagai berikut: 1. Visi, yaitu (a) kemampuan mengajukan tujuan dan sasaran sesuai keinginan bagi sekolah, (b) kemampuan untuk melaksanakan kebutuhan sementara dalam situasi tertentu, (c) kemampuan memprediksi kebutuhan sesuai tugas, (d) menghasilkan keaslian,, mengungkapkan imajinasi untuk mengidentifikasi tugas, dan (e) kemampuan mendemonstrasikan suatu kesadaran. tentang dimensi nilai dan kesiapan terhadap Wtangan asumsi. 2. Keterampilan perencanaan, yaitu (a) kemampuan merencanakan pencapaian target, (b) kemampuan menilai urutan alternatif strategis sebelum pelaksanaan. suatu rencana, (c) kemampuan menyadari jadwal. yang sesuai, (d) kemampuan menentukan rioritas, (e) kemampuan menganalisis elemen penting, dan (6) kemampuan mengembangkan secara, detail dan urutan logis rencana untuk mencapai sasaran. 3. Berpikir kritis, yaitu (a) kemampuan. berpikir analitis dan kritis, (b) kernampuan menerapkan konsep dan prinsip, dan (c) kernampuan membedakan berpilar rutin dan berpikir analitis. 4. Keterampilan kepernimpinan, yaitu (a) kemampuan mengarahkan. tindakan dan semua orang menuju sasaran. yang disepakati, (b) menstruktur interaksi untuk meqjangkau tqjuan, (c) mernimpin penyebaran secara efektif semua sumbernya, (d.) keinginan menedma tanggung jawab untuk tindakan secara. bersama dan untuk mencapai tujuan, dan. (e) kemampuan bertindak secara. meyakinkan dalam situasi yang sesuai.
5. Keteguhan hati, yaitu. (a) kesiapan. membuat suatu urutan strategi untuk mencapai solusi masalah, (b) kemampuan untuk mendemonstrasikan suatu. komitmen terhadap tugas, dan (c) kemampuan untuk mengenali kapan iklim yang diperlukan memberikan respons yang fleksibel. 6. Keterampilan mempengaruhi, yaitu (a) kemampuan untuk memberikan pengaruh atas yang lain dengan tindakan atau keteladanan, (b) kemampuan untuk memperoleh keterlibatan yang lain dalam proses manajemen, (c) membujuk staf untuk menyeirubangkan kebutuhan individual dan keperluan organisasi, dan (d) membujuk personel untuk memperhatikan keluasan berbagai pilihan. 7. Keterampilan hubungan interpersonal, yaitu (a) kernampuan membangun. dan memelihara hubungan positif, (b) kemampuan merasakan. kebutuhan, perhatian dan. keadaan. pribadi dari orang lain, (c) kernampuan mengenali dan menyelesaikan konflik, (d) kernarnpuan menggunakan keterampilan dan mendengarkan secara. efektif, (e) kemarnpuan memberitahukan, menginterprestasi dan merespon perilaku nonverbal, (f) kemampuan menggunakan secara efektif urutan komunikasi lisan dan tulisan, dan (g) kemampuan memberikan umpan balik yang sesuai dalam suasana yang sensitif (peka).
JURNAL PERPUSTAKAAN SEKOLAH , TAHUN 1 - NOMOR 1 - APRIL 2007 Perpustakaan Universitas Negeri Malang
ISSN 1978-9548
10/14
8. Percaya diri, yaitu. (a) kemampuan untuk merasa yakin akan potensi pribadi dan penilaian, (b) kemampuan mendernonstrasikan perilaku. tegas tanpa menggerakkan permusuhan, (c) kernampuan menyusun dan. menerima. umpan balik dari kineija seseorang dan gaya manajemen, (d) kemampuan menyampalkan tantangan kepada. yang lain agar menata. sikap percaya din mereka, dan (e) kemampuan menyampaikan urnpan balik untuk mengembangkan percaya diri. 9. Pengembangan, yaitu (a) kemampuan untuk secara. aktif menemukan cara. mengembangkan. pengetahuan pribadi, (b) kemampuan mendemonstrasikan suatu pengertian mengenai bentuk pembelajaran diri dan yang lain, (c) kemampuan secara. aktif menatap peluang untuk menangani pertumbuhan dalam diri dan yang lain, (d) kemampuan untuk mernasuki pengembangan kebutuhan, (e) kemampuan melakukan rancangan, melaksanakan, dan mengevaluasi program pengembangan, dan (f) kemampuan untuk mengimplementasikan iklim yang kondusif dan positif untuk pertumbuhan dan pengembangan organisasi. 10. Empati, yaitu (a) kemampuan mengungkapkan kesadaran tentang kebutuhan kelompok dan kebutuhan seorang anggota, (b) kernampuan mendengarkan dan berkomunikasi dalam suasana yang konstruktif, dan (c) kernampuan menyatakan hal yang sensitif untuk mempengaruhi keputusan bagi yang lain. 11. Toleransi terhadap stres, yaitu (a) kemampuan menyatakan perilaku yang sesuai dalam keadaan stres, (b) kemampuan mendemonstrasikan ketabahan/ulet dalam situasi tekanan, (c) kemampuan menyisakan secara efektif suatu tingkat pekedaan, (d) kemampuan memehhara keseimbangan antara beberapa prioritas, dan (e) kernampuan memperhitungkan tingkatan dari stres orang lain. Keterampilan kepenumpinan dalam manaJemen perpustakaan sekolah sebagaimana diungkapkan di atas merupakan cakupan yang luas untuk dipenuhi. Oleh karena itu diperlukan pendidikan, latihan, dan pengalaman untuk memantapkan keterampilan mernimpin perpustakaan sekolah. Di samping pengetahuan dan pengalaman, maka latihan-latihan kepenumpinan dan manajemen perpustakaan sekolah juga sangat diperlukan. 2. Fasilitas dan Sumber Daya Manusia (SDM) Dewasa ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) begitu pesat, perpustakaan sekolah dituntut untuk menyesuaikan diri dengan perkernbangan IPTEK tersebut, dalam arti pengelolaan perpustakaan memanfaatkan teknologi dewasa ini, misalnya memanfhatkan komputerisasi. Begitu juga dalam ilmu pengetahuan hendaknya koleksi bahan pustaka (buku dan non buku) perpustakaan sekolah dapat memenuhi kebutuhan pemakai baik siswa maupun guru sesuai dengan tuntutan kurikulum yang dipergunakan sekolah. Hal ini mengingat fungsi perpustakaan sekolah adalah mendukung terlaksananya dan tercapainya tujuan sekolah dan tujuan pendidikan pada umumnya sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, maka hendaknya perpustakaan sekolah selalu diusahakan untuk mengembangkan fasilitas dan sumber daya manusia (SDM) dalam pengelolaan perpustakaan secara memadai dan optimal. a. Peranan Fasilitas Fasilitas mempunyai peranan untuk menjembatani aktivitas ke~a dengan hasil/produktivitas yang dicapai. Fasilitas yang lengkap, serta didukung tenaga yang profesional, maka tujuan dan fimgsi perpustakaan sekolah dapat dicapai. Fasilitas dalam arti segenap kebutuhan yang dipergunakan untuk menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan dalam usaha kerjasama manusia. Biasanya faktor manusia atau orang tidak JURNAL PERPUSTAKAAN SEKOLAH , TAHUN 1 - NOMOR 1 - APRIL 2007 Perpustakaan Universitas Negeri Malang
ISSN 1978-9548
11/14
dimasukkan dalam pengertian fasilitas. Adapun yang dimaksud dengan fasilitas adalah alat-alat, benda-benda, uang, ruang tempat ke~a, metode ke~a serta peralatan apapun lainnya (Westra, 1992). Jadi inti dan fasilitas segenap kebutuhan yang mendukung kegiatan dalam rangka mencapai tujuan perpustakaan sekolah. Selain itu perlu diperhatikan berkaitan dengan semangat kerja bagi karyawan, seperti ruang tempat kerja, adanya ruangan dan peralatan kerja yang lengkap atau memadai. Sehingga dapat memungkinkan untuk menata rak-rak buku, dan dapat menempatkan buku-buku atau bahan pustaka lainnya sesuai dengan klasifikasi menurut sistem atau pedoman tertentu dan dapat memberikan motivasi tersendin bagi karyawan dalam menjalankan tugasnya. Disamping itu mempunyai daya dorong tersendiri bagi pengguna/pemakai jasa, perpustakaan untuk mengetahui lebih jauh tentang koleksi-koleksi yang ada diperpustakaan sekolah. b. Peran Sumber Daya Manusia (SDM) Dalam pengelolaan perpustakaan sekolah, selain tersedianya fasilitas tersebut. Juga faktor sumber daya manusia (SDM) sangat menentukan dalam pengelolaan perpustakaan. Pada umumnya perpustakaan sekolah di Indonesia khususnya pada jenjang pendidikan dasar belum memiliki sumber daya manusia sebagai pengelola perpustakaan secara baik dan memadai. Kenyataan di lapangan menunjukkan sebagian besar perpustakaan sekolah di SD dikelola, oleh seorang guru atau tenaga administrasi (TU). Bahkan mungkin ada di suatu SD perpustakaan sekolahnya tidak clikelola sebagaimana, mestinya. Kondisi ini mengindikasikan sebagian besar perpustakaan
sekolah belum memiliki karyawan. yang berlatar belakang pendidikan perpustakaan, dokumentasi dan informasi (pusdokinfo). Disamping itu tidak proporsional dalam menempatkan tenaga sebagai pengelola perpustakaan sekolah. Akibatnya perpustakaan sekolah seperti ini tidak mungkin diandalkan untuk membenkan layanan perpustakaan secara, baik dan maksimal. Jika layanan yang diberikan itu rendah, akibatnya pemanfhatan koleksi perpustakaan oleh pemakai juga, rendah. Sehingga bagaimanapun komplitriya. koleksi suatu perpustakaon sekolah tanpa. didukung oleh layanan yang berkualitas akan menyebabkan koleksi tidak dapat dimanfhatkan semaksimal mungkin. Oleh sebab itu untuk tercapainya. ftmgsi dan tujuan. perpustakaan sekolah sebagaimana, yang dffimpkan tentunya, pihak sekolah menempatkan tenaga sebagai pengelola. perpustakaan harus benar-benar mampu dalam mengelola. dan mengoperasikan. perpustakaan. Mereka. memiliki beban tugas dan tanggung jawab yang berat dibandingkan sebagai pelaksana. administrasi teknis pada umumnya. Seorang guru atau. tenaga administrasi sekolah yang ditugaskan sebagai pengelola dan mengoperasikan perpustakaan sekolah harus, menguasai manajemen perpustakaan, mampu mengikuti perkembangan kurikulum, memiliki kemampuan/jiwa. mendidik dan mengaplikasikannya. dalam bentuk bimbingan membaca. serta, harus, dapat melaksanakan hal-hal/urasan teknis pengelolaan perpustakaan. 3. Anggaran Perpustakaan Anggaran adalah unsur utama. untuk menjalankan perpustakaan tanpa, anggaran perpustakaan tidak mungkin dapat dikelola dan dioperasionalkan dengan sempurna, meskipun sistemnya. bagus dan. pustakawannya. bermutu. Maka, semua. pustakawan harus mau dan mampu ikut ambil bagian dalam perencanaan biaya yang diperlukan. untuk mengoperasikan suatu. perpustakaan, paling tidak untuk keperluan. satu tahun. Setiap perpustakaan harus membuat rencana, anggaran dan mengajukannya. kepada, lembaga. induknya, atau lembaga, lain yang berkewajiban memberi anggaran kepada perpustakaan. Rincian penggunaan anggaran perpustakaan pada umumnya. dikelompokkan dalam beberapa bagian seperti: JURNAL PERPUSTAKAAN SEKOLAH , TAHUN 1 - NOMOR 1 - APRIL 2007 Perpustakaan Universitas Negeri Malang
ISSN 1978-9548
12/14
a. b. c. d. e. f. g. h. i.
Operasional perpustakaan seperti pembayaran telepon, listrik, air Pengadaan alat kantor Pengadaan dan pengolahan bahan pustaka Pemelibaraan bahan pustaka Penyebaran informasi Pemasaran dan promosi jasa perpustakaan Perjalan dinas Perbaikan dan perawatan gedung Perbaikan dan perawatan alat
D. KENDALA MANAJEMEN PERPUSTAKAAN SEKOLAH Pada umumnya, perpustakaan, sekolah di Indonesia masih mengalami berbagai hambatan, sehingga belum bisa berJalan sebagaimana mestinya. Hambataa tersebut berasal dan dua aspek. Pertama adalah aspek strutural, dalam arti keberadaan perpustakaan sekolah kurang memperoleh perhatian dari pihak manajemen sekolah. Kedua adalah aspek teknis, artinya keberadaan perpustakaan sekolah belurn ditunjang aspek-aspek bersifat teknis yang sangat dibutuhkan oleh perpustakaan sekolah seperti tenaga, dana, serta sarana dan prasarana. Berikut ini beberapa kendala yang dialami sekolah dalam melaksanakan pengelolaan perpustakaan sekolah sebagai berikut: a. Minimnya dana operasional untuk perpustakaan sekolah. Secara umum memang dana menjadi persoalan hampir di semua instansi b. Terbatasnya sumber daya manusia vang mampu mengelola perpustakaan sekolah serta mempunyai visi pengembangan yang baik c. Kepedualian pihak manajemen sekolah terhadap pengembangan perpustakaan yang masih rendah d. Terbatasnya sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk menunjang keberadaan perpustakaan sekolah. e. Kebijakan pemerintah dalam hal ini Departemen Pendidikan Nasional tentang perpustakaan sekolab belum menjadi titik perhatian. Perpustakaan sekolah masih dianggap sebagai sarana pelengkap, untuk kegiatan belajar siswa bukan sebagai jantungnya sekolah untuk menggerakan proses kegiatan belajar. f. Belum diaturnya atau sulitriya diatur dalam kurikulum. tentang jam khusus bagi siswa untuk berbagai kegiatan pemanfaatkan dan atau kegiatan di perpustakaan sekolah. Tidak adanya jam khusus penggunaan perpustakaan yang terintegrasi dengan kurikulum, sehingga fungsi perpustakaan sekolah seakan-akan hanya sebagai bursa peminjaman buku bagi siswanya pada jam istirahat sekolah. Siswa tidak pernah punya waktu untuk berlama-lama di perpustakaan sekolah karena memang tidak ada. alokasi waktu secara khusus, untuk kegiatan itu
SUMBER RUJUKAN
Basuki, Sulist.yo. 1991 - Pengatar Iltnu Perpustakaan. Jakarta: PT. Grainedia. Pustaka, Utaina. Burhanuddin (Ed). 2002. Manajemen Pendidikan: Wacana, Proses dan Aplikasinya di Sekolah. Malang: Penerbit Universitas Negeri Malang.JURNAL PERPUSTAKAAN SEKOLAH , TAHUN 1 - NOMOR 1 - APRIL 2007 Perpustakaan Universitas Negeri Malang
ISSN 1978-9548
13/14
Darmono. 2001. Manajemen dan Tala Kerja Perpustakaan Sekolah. Jakarta: PT. Gramedia Widya Sarana Indonesia Depdiknas. 2001. Keptlusan Menteri Pendidikan Nasional RI No. 053,/U/2001 tentang Pedoman Penyusunan Standar Pelayanan Minimal Penyelenggaraan Persekolahan Bidang Pendidikan Dasar Dan Menengah. Jakarta: Depdiknas. Mulyasa. 2004. Manajemen Berbasis Sekolah Konsep, Strategi dan Implemenlasi. Bandung: PT. Reni;kja RosdakatyaPenierintah Kabupaten Malang. 2002. Buku Pedoman Mengelola Perpustakaon Secara Praktis. Malang: Kantor Komunikasi Publik-Seksi Perpustakaan Penierintah Kabupaten Malang. Syafaruddin. 2002, Manaiemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan: Konsep, Strategi dan Aplikasi. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana. Indonesia. Westra, Pariata. 1992. Enskilopedia Administrasi. Jakarta: CV. Haji Masagung.
JURNAL PERPUSTAKAAN SEKOLAH , TAHUN 1 - NOMOR 1 - APRIL 2007 Perpustakaan Universitas Negeri Malang
ISSN 1978-9548
14/14
Model Manajemen Pendidikan Berbasis Solusi (R Fuadi)
MODEL MANAJEMEN PENDIDIKAN BERBASIS SOLUSI UNTUK MENINGKATKAN PENGELOLAAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH (Penelitian Tindakan di SMP Negeri 5 Padang Jaya Kabupaten Bengkulu Utara) Oleh R. Fuadi (Guru SMPN 5 Padang Jaya, Bengkulu Utara) ABSTRACT The purpose of this research is to increase the management of school library by implementation of model of education management based solution at Padang Jaya Junior High School number 5 North Bengkulu Regency. The method of this research was an action research in three circles. The main subject of this research is the stakeholders who involved in education, those are: school committee, students’ parents, headmaster, teachers and staff and national education element. The technique of collecting data used in this research is observation, interview, and documentation. The general result of this research showed that model of education management based solution could increase the management of school library at Padang Jaya Junior High School number 5 North Bengkulu Regency. I suggest that, the role of stakeholders should be increased in order to get optimal results, that is in the line with the management of school library by applying Model of Management Based Solution (MPBS). Key words: Education management model, solution, school library A. PENDAHULUAN Perpustakaan sekolah merupakan perpustakaan yang diselenggaranakan di sekolah, oleh sekolah dan untuk kepentingan pengajaran di sekolah. Saleh (1999: 17) menyatakan bahwa perpustakaan sekolah memiliki peranan sebagai sumber bahan perbandingan dengan apa yang sudah diketahui, dan untuk mengetahui suatu cabang ilmu pengetahuan serta pengertian yang benar. Sesuai dengan hasil pengamatan yang telah dilakukan di SMP Negeri 5 Padang Jaya diketahui bahwa kondisi perpustakaan di sekolah tersebut pada umumnya belum memadai. Ketersediaan koleksi, sarana yang ada di perpustakaan masih sangat kurang, serta tenaga perpustakaan yang belum profesional. Penempatan buku yang belum teratur sehingga mengakibatakan siswa mengalami kesulitan untuk mencari buku-buku yang akan mereka gunakan. Ditambahkan lagi dengan kondisi perlengkapan perpustakaan yang belum teratur penempatannya, sehingga siswa enggan untuk menggunakan fasilitas perpustakaan sebagai penunjang proses belajar mengajar. Berangkat dari kenyataan tersebut, Model Manajemen Pendidikan Berbasis Solusi (MPBS) diharapkan dapat mengatasi permasalahan yang dihadapi dalam
79
Jurnal Ilmiah Manajemen Pendidikan, Vol 3, No 4, November 2009
penyelenggaraan perpustakaan di SMP Negeri 5 Padang Jaya Kabupaten Bengkulu Utara. Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah penelitian secara umum adalah sebagai berikut: “Apakah manajemen pendidikan berbasis solusi dapat meningkatkan pengelolaan perpustakaan di SMP Negeri 5 Padang Jaya Kabupaten Bengkulu Utara”. Dari rumusan masalah tersebut dapat diuraikan menjadi rumusan masalah khusus yaitu: (1) Apakah manajemen pendidikan berbasis solusi dapat meningkatkan pengelolaan koleksi perpustakaan?; (2) Apakah manajemen pendidikan berbasis solusi dapat meningkatkan pengelolaan sarana perpustakaan?; dan (3) Apakah manajemen pendididkan berbasis solusi dapat meningkatkan pengelolaan tenaga perpustakaan? Penelitian ini secara umum bertujuan untuk meningkatkan pengelolaan perpustakaan melalui Manajemen Pendidikan Berbasis Solusi di SMP Negeri 5 Padang Jaya Kabupaten Bengkulu Utara. Adapun tujuan khususnya yaitu: 1. Untuk meningkatkan pengelolaan koleksi perpustakaan melalui Manajemen Pendididkan Berbasis Solusi. 2. Untuk meningkatkan pengelolaan sarana perpustakaan melalui Manajemen Pendidikan Berbasis Solusi. 3. Untuk meningkatkan pengelolaan tenaga perpustakaan melalui Manajemen Pendidikan Berbasis Solusi. B. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan (Action Research). Sasongko (2009: 12), bahwa dalam penelitian tindakan ada 4 langkah yang dapat dikembangkan yaitu: perencanaan, pelaksanaan (dengan pengamatan), monitoring dan evaluasi dan refleksi. Arikunto (2006:145) menyatakan bahwa, subjek penelitian adalah subjek yang dituju untuk diteliti oleh peneliti. Subjek dalam penelitian ini adalah kepala sekolah, guru dan staf, komite SMP Negeri 5 Padang Jaya Depdiknas, serta lembaga terkait lainnya. Sugiono (2007:63) bahwa teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan dari penelitian adalah mengumpulkan data. Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah: observasi,wawancara dan dokumentasi. Sesuai dengan permasalahan yang diteliti serta tujuan penelitian yang telah ditetapkan, penelitian ini datanya terdiri dari data kuantitatif. Data kuantitatif berupa dampak penerapan model MPBS terhadap keterpenuhan Standar Pelayanan Minimal. Data dianalisis dengan perhitungan rata-rata (weigh mean score) dan dicocokkan dengan indikator keberhasilan. C. HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 1. Hasil Penelitian. Manajemen Pendidikan Berbasis Solusi merupakan suatu kegiatan organisasi sekolah yang diarahkan kepada upaya untuk mengatasi suatu permasalahan yang timbul. Dalam pelaksanaannya, model manajemen ini 80
Model Manajemen Pendidikan Berbasis Solusi (R Fuadi)
melibatkan berbagai pihak yang terkait seperti wali/ orang tua murid, komite sekolah, pemerintah daerah, Diknas maupun pihak-pihak terkait lainnya dalam rangka ikut serta dalam pengatasan masalah yang dihadapi sekolah. Berdasarkan rancangan penelitian yang telah dipaparkan pada BAB III, maka penelitian tindakan ini terdiri dari tiga siklus, yang masing-masing siklus terdiri dari: 1) perencanaan, 2) pelaksanaan dengan pengamatan, 3) monitoring dan evaluasi, dan 4) refleksi. a. Siklus 1 Penerapan MPBS untuk meningkatkan pengelolaaan koleksi bahan pustaka setelah diadakan kegiatan pada siklus 1 memperoleh rata-rata nilai 1,45 dengan katagori kurang memuaskan, pengelolaaan sarana perpustakaan memperoleh rata-rata nilai 1,52 dengan katagori kurang memuaskan, dan pengelolaaan tenaga perpustakaan setelah diadakan kegiatan pada siklus 1 memperoleh rata-rata nilai 1,32 dengan katagori kurang memuaskan. b. Siklus 2 Penerapan MPBS untuk meningkatkan pengelolaaan koleksi bahan pustaka setelah diadakan kegiatan pada siklus 1 memperoleh rata-rata nilai 2,50 dengan katagori kurang memuaskan, pengelolaaan sarana perpustakaan memperoleh rata-rata nilai 2,75 dengan katagori kurang memuaskan, dan pengelolaaan tenaga perpustakaan setelah diadakan kegiatan pada siklus 1 memperoleh rata-rata nilai 2,56 dengan katagori kurang memuaskan. c. Siklus 3 Penerapan MPBS untuk meningkatkan pengelolaaan koleksi bahan pustaka setelah diadakan kegiatan pada siklus 1 memperoleh rata-rata nilai 2,83 dengan katagori kurang memuaskan, pengelolaaan sarana perpustakaan memperoleh rata-rata nilai 2,78 dengan katagori kurang memuaskan, dan pengelolaaan tenaga perpustakaan setelah diadakan kegiatan pada siklus 1 memperoleh rata-rata nilai 2,95 dengan katagori kurang memuaskan. Berdasarkan hasil tindakan yang telah dilakukan, maka rekapitulasi dari kegiatan pelaksanaan tindakan mulai dari siklus 1 hingga tindakan siklus 3 dapat ditunjukkan pada tabel berikut ini. Tabel 1. Hasil Rekapitulasi Penerapan MPBS untuk Meningkatkan Pengelolaan Perpustakaan Sekolah Hasil Siklus No. Substansi 1 2 3 1. - Pengelolaan Koleksi Bahan Pustaka 1,45 2,50 2,83 2. - Pengelolaan Sarana Perpustakaan 1,52 2,75 2,78 3. - Pengelolaan Tenaga Perpustakaan 1,32 2,56 2,95 Rata-Rata 1,43 2,60 2,85 81
Jurnal Ilmiah Manajemen Pendidikan, Vol 3, No 4, November 2009
Indikator Keberhasilan Keterangan
2,75 Belum Berhasil
2,75 Belum Berhasil
2,75 Berhasil
Penerapan MPBS untuk meningkatkan Pengelolaan Perpustakaan Sekolah pada siklus 1 belum memperlihatkan keberhasilan. Begitu juga dengan pelaksanaan tindakan ke-2. Pada siklus ke-3, pelaksanaan tindakan telah mengalami keberhasilan. Berhasilnya penerpan produk MPBS yang telah dilakukan penulis pada penelitian tindakan merupakan inovasi dari pelaksanaan manajemen bidang pendidikan, dimana dalam melakukan tindakan telah menerapkan prinsip-prinsip pemberdayaan stakeholders, partisipasi demokratis, keterbukaan, anti KKN dan kemitraan. 2. Pembahasan a. Model Manajemen Pendidikan Berbasis Solusi Untuk Meningkatkan Pengelolaan Koleksi Bahan Pustaka Dari hasil penelitian dari siklus 1 sampai dengan siklus 3 ada kecendrungan kenaikan pengelolalaan koleksi bahan pustaka sebagai dampak dari penerapan MPBS. Hal ini dibuktikan dengan perolehan nilai/ skore padang masing-masing siklus. Pada siklus 1 perolehan nilai untuk pengelolaan koleksi bahan pustaka memperoleh nilai rata-rata 1,45 dengan katagori kurang memuaskan, selanjutnya untuk siklus 2 memperoleh rata-rata skore 2,50 dengan katagori cukup memuaskan, sedangkan pada siklus 3 mendapatkan skore rata-rata 2,83 masuk dalam katagori memuaskan Hamalik (1991: 20) menyatakan bahwa manajemen merupakan keseluruhan tindakan yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, pengawasan serta penilaian yang dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan rasionalitas tertentu untuk mencapai sasaran-sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya dengan mendayagunakan sumber-sumber manusiawi dan sumber-sumber daya lainnya. Dalam Peraturan Pemerintah No 24 tahun 2007 bahwa dalam penyelenggaraan perpustakaan sekolah, standar koleksi bahan pustaka yang harus dimiliki adalah: Buku teks pelajaran, Buku panduan pendidik, Buku pengayaan, Buku referensi, dan Sumber belajar lain. Koleksi bahan pustaka yang dimiliki perpustakaan sekolah harus dapat menunjang proses pembelajaran pada sekolah tersebut. Yusuf, et al (2005: 9) mendefinisikan koleksi perpustkaan sekolah sebagai sejumlah bahan atau sumber-sumber informasi, baik berupa buku maupun bahan bukan buku, yang dikelola untuk kepentingan proses belajar dan mengajar di sekolah bersangkutan. Isinya harus mengandung bahan-bahan yang dapat menunjang program kegiatan yang dilakukan sekolah baik yang bersifat kurikuler maupun ekstrakulikuler. Perencanaan pengadaan perlu diadakan dalam pengadaan koleksi yang akan disediakan sesuai dengan yang dibutuhkan. Menurut Bafadal (1992:32) langkah-langkah yang diperlukan dalam perencanaan pengadaan ialah 1) inventarisasi bahan-bahan pustaka yang harus dimiliki, 2) inventarisasi bahan82
Model Manajemen Pendidikan Berbasis Solusi (R Fuadi)
bahan pustaka yang dimiliki, 3) analisis kebutuhan bahan-bahan pustaka, 4) menetapkan prioritas, dan 5) menentukan cara pengadaan bahan pustaka. b. Model Manajemen Pendidikan Berbasis Solusi Untuk Meningkatkan Pengelolaan Sarana Perpustakaan Sekolah Dari hasil penelitian dari siklus 1 sampai dengan siklus 3, juga ada kecendrungan kenaikan pengelolalaan sarana perpustakaan sebagai dampak dari penerapan MPBS. Hal ini dibuktikan dengan perolehan nilai/ skore padang masing-masing siklus. Pada siklus 1 perolehan nilai untuk pengelolaan sarana perpustakaan memperoleh nilai rata-rata 1,52 dengan katagori kurang memuaskan, selanjutnya untuk siklus 2 memperoleh rata-rata skore 2,75 masuk dalam katagori cukup memuaskan, sedangkan pada siklus 3 mendapatkan skore rata-rata 2,78 dengan katagori memuaskan Suryosubroto (2004: 16) menyatakan manajemen pendidikan mempunyai pengertian kerja sama untuk mencapai tujuan pendidikan. Seperti kita ketahui tujuan pendidikan itu merentang dari tujuan yang sederhana sampai dengan tujuan yang kompleks. Pada tingkat sekolah, sebagai salah satu bentuk kerja sama dalam pendidikan misalnya, terdapat tujuan sekolah. Untuk mencapai tujuan pendidikan di sekolah itu diperlukan kerja sama diantara semua personel sekolah (guru, murid, kepala sekolah, dan staf sekolah) dan orang di luar sekolah atau stakeholders seperti komite, wali murid, Depdiknas, Pemerintah Daerah serta lembaga terkait lainnya. Perlengkapan atau meubelair sangat dibutuhkan dalam penyelenggaraan perpustkaan sekolah. Perlengkapan yang harus dimiliki oleh perpustakaan diantaranya adalah: Rak buku, Rak majalah, Rak surat kabar, Meja baca, Kursi baca, Kursi kerja, Meja sirkulasi, Lemari katalog, Lemari, dan Meja multimedia (Permen No. 24 Tahun 2007). c. Model Manajemen Pendidikan Berbasis Solusi Untuk Meningkatkan Pengelolaan Tenaga Perpustakaan Sekolah Dari hasil penelitian dari siklus 1 sampai dengan siklus 3 ada kecendrungan kenaikan pengelolalaan tenaga perpustakaan sebagai dampak dari penerapan MPBS. Hal ini dibuktikan dengan perolehan nilai/ skore padang masing-masing siklus. Pada siklus 1 perolehan nilai untuk pengelolaan koleksi bahan pustaka memperoleh nilai rata-rata 1,45 masuk dalam katagori kurang memuaskan, selanjutnya untuk siklus 2 memperoleh rata-rata skore 2,50 dengan katagori cukup memuaskan, sedangkan pada siklus 3 mendapatkan skore rata-rata 2,83 masuk dalam katagori memuaskan. Sasongko (2009: 6) menyatakan manajemen pendidikan berbasis solusi merupakan proses merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan, monitoring dan evaluasi penyelenggaraan sekolah yang didasarkan pada upaya mengatasi permasalahan sekolah. Dalam Undang-Undang No 43 Tahun 2007 menyatakan bahwa penyelenggaraan perpustakaan harus mengacu kepada standar yang salah satunya adalah standar tenaga perpustakaan. Selanjutnya dalam Peraturan Pemerintah No 25 Tahun 2008 menyatakan bahwa: 1) Kepala Perpustakaan Sekolah/ Madrasah harus berkualifikasi Diploma dua (D2) dan informasi bagi pustakawan dengan masa kerja minimal 4 tahun, dan 2) Setiap 83
Jurnal Ilmiah Manajemen Pendidikan, Vol 3, No 4, November 2009
perpustakaan sekolah minimal harus memiliki tenaga perpustakaan yang berkualifikasi SMA. D. SIMPULAN DAN SARAN 1. Simpulan Secara umum dapat disimpulkan bahwa model manajemen pendidikan berbasis solusi dapat meningkatkan pengelolaan perpustakaan sekolah pada SMP Negeri 5 Padang Jaya Kabupaten Bengkulu Utara. Secara khusus simpulan penelitian ini adalah sebagai berikut: Kedua, model manajemen pendidikan berbasis solusi dapat meningkatkan pengelolaan koleksi bahan pustaka. Ketiga, model manajemen pendidikan berbasis solusi dapat meningkatkan pengelolaan sarana perpustakaan sekolah. Keempat, model manajemen pendidikan berbasis solusi dapat meningkatkan pengelolaan tenaga perpustakaan sekolah. Simpulan dari penelitian menunjukkan model manajemen pendidikan berbasis solusi dengan menerapkan prinsip-prinsip pemberdayaan stakeholders, partisipasi demokratis, keterbukaan, anti KKN dan kemitraan dapat meningkatkan pengelolaan perpustakaan sekolah. 2. Saran Pengelolaan perpustakaan sekolah belum dapat dilaksanakan secara optimal oleh sekolah, sehingga peran serta masyarakat terutama pihak komite sekolah maupun orang tua/ wali diharapkan lebih intensif lagi mengambil peranan guna membantu sekolah dalam pemenuhan kebutuhan sekolah baik itu yang berkaitan dengan pengelolaan perpustakaan sekolah maupun peningkatan-peningkatan komponen lainnya, seperti pengeloaan laboratorium, multimedia dan sarana penunjang proses belajar mengajar lainnya. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Cetakan Ketigabelas. Jakarta: Rineka Cipta. Bafadal, Ibrahim. 1992. Pengelolaan Perpustakaan Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara. Permen No. 24 Tahun 2007. Standar Sarana dan Prasarana Pendidikan. Jakarta: Mendiknas. Permen No. 25 Tahun 2008. Standar Tenaga Perpustakaan Sekolah/ Madrasah. Jakarta: Mendiknas. Saleh, Ahmad. 1999. Perpustakaan Sekolah. Jakarta: Hidakarya Agung Sasongko, Rambat Nur. 2009. Model Manajemen Pendidikan Berbasis Solusi Untuk Mengatasi Sekolah Miskin. Bengkulu: Prodi MMP Unib. Sasongko, Rambat Nur. 2009. Panduan Perkuliahan Manajemen Satuan Pendidikan. Bengkulu: Prodi MMP Unib. Sugiyono. 2007. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta Suryosubroto. 2004. Manajemen Pendidikan di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta. 84
Model Manajemen Pendidikan Berbasis Solusi (R Fuadi)
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2007 Tentang Perpustakaan. 2007. Jakarta: Presiden Republik Indonesia Yusuf, M Pawit et al. 2005. Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan Sekolah. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
85
MEDIA PUSTAKA
ARTI KE L
O PTI MALISAS I P E LAYANAN P E R P USTAKAAN S E KO LA H M E NYO N GS O N G KU R I KU LU M 20 1 3 Oleh: Eddy Prawoto Pendahuluan Keberhasilan m1s1 perpustakaan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa tidak hanya ditentukan oleh gedung perpustakaan yang megah. tempatnya yang strategis maupun koleksi yang semakin bertambahah, akan tetapi keberhasilan tersebut ditentukan pula oleh 11sang juru kunct yaitu pustakawan dalam pemberian layanan terhadap pemustaka di lingkungan sekolah. Perpustakaan sekolah jika di1baratkan dengan sebuah warung, maka dagangan dan kemampuan berkomunikasi dari sang penjual akan berpengaruh dalam menarik konsumen, yakni pemustaka. Dengan demikia.n pustakawan memegang peranan yang penting bagi perpustakaan karena ia memliki tugas diantaranya mengkomunikasikan koleksi dan produk-produk informasi yang dimiliki untuk diinformasikan kepada pemustaka. Meski demikian peran sebagai penjaja informasi tersebut bukan persoalan mudah karena pustakawan harus pula memiliki modal, keberanian dan keterampilan berkomunikasi. Dengan kata lain, ia harus memahami berbagai hal yang berhubungan dengan apa yang dilayankan dan siapa yang akan dilayani. Permasalahan: Keluhan klasik yang sering terdengar dari pemustaka terhadap perpustakaan sekolah biasanya berupa keterbatasan koleksi yang disebabkan alokasi dana terbatas juga pelayanan yang kurang memuaskan. Pelayanan yang kurang baik dapat disebabkan pula karena beberapa hal rasa keterpaksaan dari petugas/ diantaranya pustakawan saat bekerja di perpustakaan yang kadang-kadang menimbulkan rasa rendah diri, sifat ramah yang belum nampak, kurangnya rasa empati terhadap pemustaka, penguasaan sumber-sumber i nformasi atau kurang menguasai terhadap bidang tugas
48
Edisi 2 I Juli -Desember 2013
yang diembannnya sehingga keberanian dan kemampuan berkomunikasi dikalangan pustakawan masih perlu ditingkatkan. Persoalan demikian itu muncul disebabkan karena pustakawan sering terjebak pada kegitan rutin harian yang bersifat mekanik, misal sibuk dengan layanan sirkulasi hingga seolah-olah tak perlu menjalin hubungan dengan dunia luar. Ditinjau secara kelembagaan perpus-takaan sekolah bertugas membantu lembaga in duknya dalam mewujudkan visi dan misi sekolah. lstilah "membantu" seakan-akan hanya berposisi sebagai pengkap penderita. Posisi ini berakibat perpustakaan sering dipandang sebelah mata oleh berbagai pihak sehingga berdampak secara psikologis pada pustakawan. Permasalahan lain adanya rasa "kurang nyaman" karena tunjangan pustakawan yang diterima saat ini reatif masih kecil jika dibanding beban kerja yang ada, apalagi jika dibandingkan pula dengan saudara-saudaranya yang serumah (guru) yangtelah menerima tunjangan sertifikasi. Beberapa persoalan tersebut perlu dicari kan solusi pemecahannya sehingga nan tinya akan semakin memperkuat keberadaan perpustakaan dalam mendukung visi dan misi sekolah yang menaunginya.
Pergeseran paradigma belajar Topik yang sedang hangat dibicarakan saat 1n1 adalah munculnya kebijakan pemerintah untuk mengganti kurikulum yang ada saat ini dengan kurikulum baru tahun 2013 beserta implementasinya. Terna pengembangan kuri kulum 2013 adalah dapat menghasilkan insan Indonesia yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif melalui penguatan sikap (tahu mengapa), keterampilan (tahu bagaimana), dan mengetahui (tahu apa) yang terintegrasi. Keberadaan perpustakaan sekolah semakin diperkuat sebagaimana diatur pada Pasal 23
MEDIA PUSTAKA
ART I KEL.
ayat (1) Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan menyatakan bahwa setiap sekolah/madrasah menyelenggarakan perpustakaan yang memenuhi standar nasional perpustakaan dengan memperhatikan Standar Nasional Pendidikan. Karenanya buku-buku yang dikoleksi perpustakaan sekolah harus sesuai dengan kurikulum dalam jumlah yang mencukupi untuk melayani semua peserta didik dan pendidik. Perpustakaan sekolah merupakan bagian integral dari sekolah berada di bawah tanggung jawab kepala sekolah sebagai sumber belajar, kedudukannya sejajar dengan sumber belajar lainnya. Kegiatan yang dilakukan berupa pengadaan, pengolahan, penyimpanan dan pendayagunaan materi perpustakaan untuk mendukung pembelajaran (BSN, 2009:7). Oleh karenanya dalam pengembangan perpustakaan sekolah harus didasarkan pula pada karakteristik, fungsi dan tujuan serta dilakukan sesuai dengan kebutuhan pemustaka dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. Pergeseran paradigma belajar abad 21 dapat digambarkan sebagai berikut. Gurr.bar perg2seran Parad•gma BelaJar At:ind 21 Model P�mbele)arnn
Cirl Abad21
-· �worm:>sr-· ------· (i.ucdoa d1mana •aJ:t. kapan UJa)
;-� -·-KomtilUklliY' - ___,,_\
\�:
·
M
r
· ---'
. _11
.
'&'lfib' �f.l;;E''�fid"iihTu'llb�·· (i:cngun1>ilankop"111,an) bikan bcrfiki•I
r-f>crnbeT.'
mebns;tt<(r,,1m)
- ,,,., �. ----·--•
'' - - --
··
I I
kel}O.ama dM k"bbora11 dllam l')enye\�:aikan matabb --- - ' -· -- -� ----.� --- ""- · ·
Komunikasi di Perpustakaan
Sebagai upaya meningkatkan peran perpustakaan, maka pustakawan perlu membangun komunikasi terhadap stake holder maupun pemustaka. Di perpustakan terdapat em pat jenis komunikasi yang dilakukan (Widjaja, 2000:97) yakni: 1. Komunikasi dari atas ke bawah: memberikan pengarahan tentang pelaksanaan tugas, informasi untuk pemahaman hubungan kerja, prosedur kerja, dan hasil kerja (umpan balik),
penampilan bawahan Komunikasi dari bawah ke atas: penyampaian keluhan, pemberian saran,permintaan petunjuk, bimbingan atau restu, dan pemberian laporan 3. Komunikasi pada sesama: tukar menukar informasi, jalinan kerjasma, kemitraan, kesejajaran 4. Komunikasi pacla pengunjung/ pemustaka: pemberian pelayanan yang sebaik-baiknya sehingga terjadi keharmonisan dengan pihak pemustaka Fakta di lapangan banyak menunJukkan pada komunikasai dari bawak ke atas seringkali tidak lancar karena pustakawan sering merasa rendah diri, seakan-akan sebagai warga negara kelas dua sehingga saat berkomunikasi dengan kepala sekolah selaku manajer sekolah bukan memberikan masukan sebagaimana yang diharapkan akan tetapi lebih banyak menerima/ melaksanakan perintah tanpa mengeluarkan argumen. Persoalan seperci ini hanya dapat diatasi melalui upaya membangun rasa percaya diri di kalangan pustakawan sehingga ungkapan "Yapak Yabu/ Ya Bapak, Ya lbu - loyalitas buta" tak senantiasa dengan mudah dan latah keluar dari bibirnya. Dalam membangun komunikasi dengan pula memperhatikan pemustaka perlu karakter karakteristiknya. Jika kita amati pemustaka dilihat dari segi penguasaan sumber sumber informasi dan kemampuan penggunaan/ pemanfaatannya dapat dikelompokkan menjadi em pat. 1. Tidak tahu dan tidak mau ( pemustaka tidak tahu di mana sumber informasi tersebut didapatkan dan tak mau berusaha) 2. Tahu dan tidak mau (mengetahui dimana sumber informasi yang diperlukan, akan tetap i tak mau mencarinya/berusaha) 3. Tahu dan mampu (mengetahui dimana sumber infornasi tersebut seharusnya didapatkan/ ditemukan dan mampu memanfaatkannya) 4. Tahu, mampu dan mau (mengetahui sumber tempat informasi itu didapatkan, mampu menggunakan clan mau berusaha untuk mengembangkan informasi yang diperlukan/diminati) Dengan mengetahui strata pemustaka 2.
Edisi 2 I Juli -Desember 2013
49
sebagai pencari informasi seperti tersebut di atas pustakawan akan mudah memposisikan diri dalam pemberian layanan sehingga pendekatan/ bentuk komunikasi yang dipergunkan akan berbeda untuk masing-masing strata. Secara umum akibat/hasil komunikasi dapat mencakup tiga aspek, sebagai berikut: a. Aspek kognitif, yaitu yang menyangkut kesadaran dan pengetahuan Misalnya: Menjadi sadar atau ingat, menjdi tahu atau kenal b. Aspek afektif, yaitu menyangkut sikap acau p(:Tasaan/emosi Misalnya: Sikap setuju/tidak setuju, perasaan sedih, gembira, benci, menyukai c. Aspek psikomotor, yaitu menyangkut perilaku/tindakan Misanya : Berbuat seperti apa yang disarankan atau berbuat sesuatu tidak seperti yang d:sarankan (menentang) Kepuasan pemustaka sebagai tolok ukur keberhasilan pelayanan. Muara akhirsebuah pelayanan perpustkaaan adalah tewujudnya pelayanan prima, yaitu pelayanan yang sangat berkualitas, sesuai dengan yang distandarkan yang bermuara pada tenciptanya kepuasan pemustaka. Sekedar gambaran, tingkat kepuasan pelayanan dapat digambarkan: 1. Tidak puas/kurang puas : jika yang didapatkan/diperoleh tidak sesuai dengan yang diharapkan 2. Puas: jika yang didapatkan/diperoleh sesuai dengan yang diharapkan 3. Sangat puas : jika yang didapatkan/ diperoleh melebihi yang diharapkan Kesimpulan :
1.
2.
50
Seiring dengan pergeseran paradigma pendidikan yang tertuang dalam kurikulum 2013 perlu diikuti dengan kebijakan berupa pengembangan koleksi yang berorintasi pada kurikulum baru. Perlunya kebijakan sekolah untuk pengembangan koleksi perpustakaan dengan menambah pengalokasian dana untuk pengembangan perpustakaan yang secara bertahap menuju pada penganggaraan ideal sebesar 5% dari Edisi 2 I Juli -Desember 2013
angaran belanja operasional sekolah/ madrasah atau belanja barag diluar belanja pegawai dan belanja modal. 3. Pustakawan di perpustakaan sekolah perlu meningkatkan komunikasi dan koordinasi dengan stake holder sehingga pengembangan perpustakaan sesuai dengan visi dan misi sekolah menuju perpustakaan sekolah yang berstandar nasional. dalam memberikan 4. Pustakawan pelayanan perlu melakukan inovasi khususnya pemustaka, sehingga peserta didik semakin gemar membaca sehingga semakin mampu dan dapat mengembangkan diri dalam memenuhi kebutuhan informasi yang diperlukan. 5. Perlunya kualitas peningkatan pustakawan sekolah diantaranya dengan pendidikan, meningkatkan jenjang mengikuti kegiatan pelatihan bidang mengikuti kepustakawanan serta perkembangan kebijakan di bidang pendidikan sehingga aktivitasnya sejalan dengan sekolah sebagai lembaga yang menaunginya.
PEMANFAATAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH SEBAGAI PUSAT SUMBER BELAJAR DI SEKOLAH DASAR NEGERI 23 PAINAN UTARA Rio Novriliam1, Yunaldi2 Program Studi Ilmu Informasi Perpustakaan dan Kearsipan FBS Universitas Negeri Padang email:
[email protected] Abstract This research aims to describe (1) the level of use of the school library as a learning resource center elementary school students Painan 23 North, (2) The school library which includes a collection of libraries, library collections and processing, library services, facilities and infrastructure perpustakaanSD N 23 North Painan as a learning resource center. Writing this using qualitative methods, analyzing the data carried by describing and explaining data. Data were collected by interview and observation. Based on data analysis, it can be concluded. (1) the existence of SD State Library 23 North Painan as a learning resource center is still not optimally utilized by teachers and students, (2) implementation of the Elementary School Library 23 North Painan not optimal, because the collection is owned by the SD State 23 North Painan still minimal. Processing the collection has been done although not optimal because there is a special librarians administer libraries yan. Library services are still constrained by the short time the library is open at rest. While the elementary school library Painan 23 North has a good infrastructure, but has not been fully utilized. Keywords: utilities; learning resource center A. Pendahuluan Perpustakaan merupakan tempat dimana bahan pustaka disimpan dan Perpustakaan sekolah adalah sarana dan prasarana yang diharapkan dapat menunjang proses belajar mengajar di sekolah sehingga mendorong terwujudnya kualitas pendidikan Indonesia yang berperan penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Keberadaan perpustakaan sekolah adalah untuk memenuhi kebutuhan informasi bagi masyarakat lingkungan sekolah yang bersangkutan. Perpustakaan berperan sebagai media dan sarana untuk menunjang kegiatan belajar mengajar ditingkat sekolah. Oleh karena itu, perpustakaan sekolah 1
Mahasiswa penulis makalah Prodi Ilmu Informasi Perpustakaan dan Kearsipan, wisuda periode September 2012 Pembimbing, Dosen FBS Universitas Negeri Padang
2
141
Jurnal Ilmu Informasi Perpustakaan dan Kearsipan Vol. 1, No. 1, September2012, Seri B
merupakan bagian integral dari program penyelenggaraan pendidikan tingkat sekolah. Perpustakaan sekolah harus dapat memainkan peran dalam memajukan masyarakat sekolah melalui ilmu pengetahuan dan informasi yang harus diwujudkan secara efektif dan efisien, sehingga perpustakaan sekolah perlu merealisasikan misi dan kebijakannya dalam memajukan masyarakat sekolah dengan penyelenggaraan perpustakaan dengan baik dan benar. Penyelenggaraan perpustakaan yang baik dan benar meliputi koleksi perpustakaan, pengolahan koleksi dan pustaka, pelayanan perpustakaan, sarana dan prasarana perpustakaan. Namun pada kenyataannya, masih banyak juga sekolah yang kurang memperhatikan penyelenggaraan perpustakaan sekolah, sehingga warga sekolah khususnya murid kurang menyadari keberadaan perpustakaan sekolah untuk dimanfaatkan sebagai pusat sumber belajar mengajar. Perpustakaan SD Negeri 23 Painan Utara dapat dinilai sebagai perpustakaan yang penyelenggraannya belum efisien, penilaian ini sesuai dengan kondisi yang ada di perpustakaan SD Negeri 23 Painan Utara. Penyelenggaraan perpustakaan SD Negeri 23 Painan Utara mengalami beberapa permasalahan seperti: koleksi yang tidak menarik dan merupakan koleksi lama, pelayanan perpustakaan yang hanya dimulai dari pukul 09.00 hingga pukul 09.30 WIB, penggunaan sarana dan prasarana perpustakan yang tidak optimal, letak perpustakaan yang tidak strategis dan rendahnya kerjasama guru dengn pihak perpustakaan dalam memanfatkan perpustakaaan sebagai pusat sumber belajar. Menurut Lasa (2009:20) Perpustakaan sekolah merupakan unit kerja yang menghimpun, mengola, dan menyajikan kekayaan intelektual untuk kepentingan pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi dan rekreasi untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Sementara Suherman (2009:39) berpendapat bahwa perpustakaan sekolah adalah sebuah jasa yang ditujukan kepada semua anggota komunitas sekolah: murid, guru, staf, komite sekolah dan orang tua murid. Oleh karena itu, perpustakaan sekolah merupakan bagian penting dari program penyelenggaraan pendidikan tingkat sekolah yang memiliki fungsi dan manfaat untuk mendukung pelyelenggaraan perpustakaan sekolah. Menurut Yusuf (2005:4) Perpustakaan sekolah memilki empat fungsi umum, yaitu: 1) Fungsi edukatif adalah secara keseluruhan segala fasilitas, sarana dan prasarana perpustakaan sekolah, terutama koleksi dapat membantu murid dalam proses belajar; 2) Fungsi informatif dari perpustakaan sekolah adalah mengupayakan penyediaan koleksi yang bersifat memberi tahu akan hal-hal yang berhubungan dengan kepentingan guru dan murid; 3) Fungsi kreasi bukan merupakan fungsi utama, namun sangat penting kedudukannya dalam upaya peningkatan intelektual dan inspirasi; 4) Fungsi riset membuat koleksi yang ada di perpustakaan sekolah menjadi bahan untuk melakukan riset atau penelitian sederhana. Sementara menurut Cella (2012) manfaat dari keberadaan perpustakaan sekolah adalah merangsang minat baca baik pada guru dan siswa, merupakan sumber literatur yang paling dekat, perpustakaan sebagi pusat sumber informasi dan sumber pembelajaran menulis. Berdasarkan manfaat dan fungsi dari perpustakaan sekolah, maka perpustakaan sekolah dapat disebut sebagai pusat sumber belajar seperti yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dimana pada pasal 35 undang-undang tersebut dikemukakan bahwa 142
Pemanfaatan Perpustakaan Sekolah sebagai Pusat Belajar – Rio Novriliam, Yunaldi
setiap satuan pendidikan jalur pendidikan sekolah, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun oleh masyarakat, harus menyediakan sumber-sumber belajar. Dalam penjelasan Pasal 35 tersebut dikemukakan bahwa salah satu sumber belajar yang amat penting tapi bukan satu-satunya adalah perpustakaan. Oleh karena itu, demi terwujudnya perpustakaan sekolah yang memiliki fungsi dan manfaat sebagai pusat sumber belajar maka setiap perpustakaan sekolah diharapkan untuk menyelenggarakan perpustakaan secara efisien dan efektif. Menurut Yusuf (2005:9) hal-hal yang terkait dalam penyelenggaraan perpustakaan adalah: koleksi perpustakaan dan pengadaanya, pengolahan koleksi, pelayanan perpustakaan, serta sarana dan prasarana perpustakaan. Menurut Sinaga (2005:37) koleksi bahan pustaka itu sendiri adalah Keseluruhan bahan-bahan pustaka yang dibina dan dikumpulkan oleh suatu perpustakaan melalui upaya pembelian, sumbangan, pertukaran, atau membuat sendiri dengan tujuan untuk disajikan dan didayagunakan oleh seluruh pemakai perpustakaan. Berkaitan dengan hal itu Menurut Yusuf (2005: 9) Jenis koleksi perpustakaan sekolah adalah:Koleksi Buku dan koleksi non buku. Pada jenis koleksi buku dapat digolongkan atas dua bagian yaitu: buku non fiksi yaitu buku yang ditulis berdasarkan fakta atau kenyataan alam, budaya, kondisi sosial, sejarah dan lain sebagainya. Yang termasuk kedalam buku fiksi adalah: buku ilmiah, ilmiah populer, informasi umum, dan informasi khusus, termasuk kedalamnya buku teks yang merupakan suatu buku tentang suatu bidang ilmu tertentu yang ditulis berdasarkan sistematika dan otraganisasi tertentu sehingga memudahkan proses pembelajaran oleh guru maupun murid, buku pelengkap adalah jenis buku yang masih tergolong kepada jenis buku teks tetapi berfungsi sebagai penunjang pelajaran atau penunjang buku teks, buku penunjang dikalangan seolah sering disebut buku bacaan, atau bahkan ada yang menyebutnya sebagai buku perpustakaan meskipun istilah ini kurang tepat. Contohnya: pustaka alam, Mamalia Darat, Teknik Bertenak Ayam. Kemudian jenis koleksi buku berikutnya adalah buku referensi atau rujukan. Sementara koleksi bukan bahan buku adalah seperti (1) Majalah dan surat kabar seperti majalah bobo dan majalah lainnya, (2) Pamflet yang berisi permasalahan menarik dan hangat, (3) Brosur yang berisi ajakan, (4) Guntingan surat kabar, (5) Gambar atau lukisan, (6) Globe, (7) Koleksi bahan bukan buku lainnya. Seperti plakat, piala, kenang-kenangan, film, kaset video, dan lain sebagainya. Sementara mengenai ketentuan jumlah koleksi perpustakaan, dapat mengacu pada pendapat Suherman (2009:75) yang mengatakan bahwa tidak akan ada koleksi perpustakaan yang lengkap, yang ada adalah koleksi yang berdasarkan pada kebutuhan. Standar yang dibuat oleh lembaga yang memiliki otoritas dalam perpustakaan hanya menganjurkan jumlah minimal yang ideal yang harus dimiliki perpustakaan sekolah. Selanjutnya hal yang perlu untuk diperhatikan adalah pengolahan koleksi perpustakaan. Menurut Yusuf (2005:33) pengolahan koleksi adalah kegiatan di perpustakaan yang dimulai dari pemeriksaan koleksi atau bahan pustaka yang baru datang sampai pada koleksi tersebut siap disusun dalam raknya guna dimanfaatkan oleh penggunanya. Kegiatan pengolahan ini termasuk kepada tugas 143
Jurnal Ilmu Informasi Perpustakaan dan Kearsipan Vol. 1, No. 1, September2012, Seri B
inti perpustakaan. Secara umum kegiatan pengolahan koleksi atau bahan pustaka di perpustakaan dikelompokan pada tujuh kegiatan: Pertama, Inventarisasi yang merupakan kegiatan pemeriksaan, pengecapan, dan pendaftaran ke buku induk. Kedua, Klasifikasi koleksi merupakan penggolongan buku berdasarkan subjek, sistem pengelompokan buku yang dipakai pada umumnya adalah DDC (Deway Decimal Clasification). Ketiga, Katalogisasi merupakan pembuatan katalog yang merupakan daftar buku dengan segenap keterangan kelengkapannya (data bibliogarfi) dari buku didaftarnya. Katalog berukuran 12,5 cm x 7,5 cm. Keempat, Pembuatan nomor buku adalah pemberian nomor klasifikasi, tiga huruf kapital pertama nama pengarang, dan satu huruf pertama judul buku dengan huruf kecil. Kelima, Pemberian kartu buku (yang memuat keterangan no.klas,pengarang, judul, kolom peminjam dan tanggal kembali. Kartu buku berukuran 9 x 6 cm), (kantong buku yang berukuran sekitar 8 x 7 cm), Lembar tanggal kembali dan label buku. Keena, Penyusunan kartu katalog. Katalog terdiri dari tiga bentuk, yaitu katalog pengarang, katalog judul dan katalog subjek. Katalog ini disusun pada laci khusus. Ketujuh, Penyusunan buku dalam rak dengan cara meletakan buku sesuai dengan jenisnya. Misalnya buku fiksi disusun sesama buku fiksi, buku non fiksi pun disusun sesama buku non fiksi, dengan memperhatikan no.klasifikasinya. Pada waktu koleksi telah melewati tahap pengolahan, maka koleksi telah dapat untuk dipublikasikan serta dimanfaatkan melalui pelayanan perpustakaan. Namun, sering kali pelayanan perpustakaan tidak maksimal, seperti jadwal pelayanan yang singkat dan lainnya. Menurut Yusuf (2005:69) pelayanan perpustakaan adalah proses penyebarluasan segala macam informasi kepada masyarakat luas. Ada beberapa macam bentuk pelayanan di perpustakaan, diantaranya pelayanan peminjaman koleksi, pelayanan referens dan informasi, pelayanan bimbingan kepada pembaca, dan pelayanan tidak langsung seperti promosi perpustakaan, pembinaan minat membaca, dan kerjasama dengan para guru. Selain itu dalam pelayanan perpustakaan, Yusuf (2005:85) mengatakan salah satu bagian dari pelayanan adalah tata tertib. Tata tertib hendaknya ditempel pada tempat yang strategis agar mudah dibaca. Adapun tata tertib yang ditentukan adalah jam dan hari layanan, keanggotaan, jumlah buku yang dipinjam, lama waktu pinjam, sanksi terhadap pelanggaran, ketentuan lainnya seperti keamanan, keindahan, ketertiban, kenyamanan dan karapihan. Disamping beberapa hal yang telah dikemukan di atas, pemanfaatan perpustakaan sekolah sebagai pusat sumber belajar juga harus memperhatikan sarana dan prasarana perpustakaan sekolah dalam menunjang pemanfaatan perpustakaan sekolah sebagai pusat sumber belajar di sekolah. Beberapa sarana yang harus diperhatikan adalah (1) ruangan yang menurut Yusuf (2005:96) untuk menghitung luas ruangan perpustakaan sekolah, sesuai dengan ketentuan perpustakan Nasional RI, dihitung 3 m² untuk tiap siswa, selanjutnya dikalikan 10,5 dari populasi sekolah yang bersangkutan. Salah satu bagian yang penting dari sebuah ruangan adalah tata cahaya dan ventilasi. Pengaturan cahaya di perpustakaan sekolah sangat penting diperhatikan. Penyebaran cahaya yang tidak teratur dan intensitas cahaya yang tidak terkontrol akan berpengaruh terhadap pelestarian koleksi dan kesehatan pemakai perpustakaan. Cahaya dapat berasal dari dua sumber, yaitu cahaya dari sumber alamiah (matahari), dan cahaya buatan 144
Pemanfaatan Perpustakaan Sekolah sebagai Pusat Belajar – Rio Novriliam, Yunaldi
(lampu). Sementara itu, pengaturan ventilasi yang mengatur pertukaran udara dan pengaturan temperatur akan sangat berpengaruh terhadap kesehatan manusia dan kelestarian bahan koleksi perpustakaan. (2) peralatan dan perlengkapan perpustakaan sekolah, seperti :kursi dan meja baca ,lemari, rak buku yang memiliki tinggi antara 15-150/175 cm, panjang 80-160 cm, lebar dalam 22,5-25 dan tahap-tahap 30-35 cm. Kabinet katalog terdiri dari 3 unit masing-masing: satu unit 15 laci untuk pengarang, satu unit 15 laci untuk judul, satu unit 15 laci untuk subject heading. Ukuran kabinet katalog ekslusif kaki: panjang 102,5 cm, lebar 40 cm, tinggi 60 cm, tinggi kaki 50 cm. Berdasarkan permasalahan dan teori penyelenggaraan perpustakaaan sekolah sebagai pusat sumber belajar, penulisan ini memiliki beberapa tujuan. Pertama, Tingkat pemanfaatan perpustakaan sekolah sebagai pusat sumber belajar siswa SD Negeri 23 Painan Utara. Kedua, Penyelenggaraan perpustakaan sekolah yang meliputi koleksi perpustakaan, pengolahan koleksi dan pustaka, pelayanan perpustakaan, sarana dan prasarana perpustakaan SD N 23 Painan Utara sebagai pusat sumber belajar. B. Metode Penelitian Penulisan ini mengggunakan metode kualitatif, penganalisisan data dilakukan dengan menjelaskan dan menerangkan data. Populasi dari penelitian ini adalah masyarakat SD Negeri 23 Painan Utara yang terdiri dari 500 orang murid, 26 guru, satu orang staf tata usaha dan stu orang penjaga sekolah, kemudian yang menjadi sampelnya adalah dua belas orang masyarakat sekolah yang dipilih secara acak dengan menggunakan teknik wawancara dan observasi. C. Pembahasan
1. Tingkat Pemanfaatan Perpustakaan Sekolah Dasar Negeri 23 Painan Utara Sebagai Sumber Pusat Belajar Di Sekolah. Sebagai pusat sumber belajar perpustakaan sekolah ini memiliki 3.547 eksemplar bahan koleksi buku, yang terdiri dari macam-macam buku yang dibutuhkan dalam proses belajar mengajar maupun buku-buku bersifat hiburan. Selain dari koleksi berbentuk buku, perpustakaan sekolah ini juga memiliki bahan koleksi non buku sebanyak 102 seperti globe, peta dan alat peraga lainnya. Semua koleksi yang ada di perpustakaan SD Negeri 23 Painan Utara diharapkan dapat dimanfaatkan oleh murid maupun guru dalam mendapatkan informasi dan ilmu pengetahuan. Pemanfaatan perpustakaan sekolah sebagi pusat sumber belajar di SD Negeri 23 Painan Utara ini belum berjalan optimal. Hal ini dapat di simpulkan dari kondisi perpustakaan yang sepi pengunjung yang terlihat dalam buku kunjungan perpustakaan. Berdasarkan hasil observasi dengan memperhatikan data yang terdapat dalam buku kunjungan perpustakaan SD Negeri 23 Painan Utara, dapat diketahui bahwa dari 538 orang masyarakat sekolah, yang hanya berkunjung ke perpustakaan sekolah rata-rata paling banyak adalah 40 orang murid setiap bulannya. Sementara saat dilakukan wawancara murid mengatakan bahwa penyebab jarangnya kunjungan mereka ke perpustakaan adalah karena koleksi tidak menarik (buku lama), waktu pelayanan perpustakaan yang singkat dan 145
Jurnal Ilmu Informasi Perpustakaan dan Kearsipan Vol. 1, No. 1, September2012, Seri B
bersamaan dengan waktu istirahat, guru tidak pernah menyarankan untuk memanfaatkan perpustakaan. Dari kalangan tenaga guru (guru) dan staf pegawai sekolah hanya sekitar satu sampai empat orang setiap bulannya. Saat dilakukan wawancara, guru memiliki pernyataan yang berbeda terkait dengan rendahnya kunjungan mereka ke perpustakaan. Di antaranya adalah keterbatasan waktu yang di miliki guru, letak ruangan perpustakaaan yang tidak strategis karena ruangan perpustakaan terletak di belakang sekolah, dan keadaan koleksi yang kurang menarik. Berikut frekuensi kunjungan perpustkaan dari bulan Januari 2012 sampai bulan Mei 2012. Jumlah kunjungan peserta didik setiap bulan Jan… Feb… Maret April Mei
50 0
jumlah kunjungan peserta didik setiap bulan
Grafik 1. Frekuensi kunjungan perpustakaan dari kalangan murid
Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa jumlah kunjungan peserta didik ke perpustakaan masih rendah. Pada bulan Mei peserta didik yang berkunjung ke perpustakaan kurang dari tiga puluh orang, bulan April sebanyak empat puluh orang, bulan Maret juga kurang dari tiga puluh orang, bulan Februari sekitar 31 orang dan pada bulan Januari juga sekitar 31 orang.
5 0
Jan… Fe… Maret April Mei
Kunjungan pendidik dan staf pegawai
Kunjungan Pendidik
Grafik 2. Frekuensi kunjungan guru
Berdasarkan grafik 2 diatas, dapat diketahui bahwa kunjungan pendidik dan staf pegawai setiap bulannya rata-rata paling banyak empat orang saja. Pada bulan Mei pengunjung dari kalangan pendidik berjumlah empat orang, April dua orang, Maret empat orang, Februari tiga orang, dan Januari sebnyak empat orang. Sementara untuk layanan peminjam dapat dikategorikan atas tiga jenis, yaitu pelayanan peminjaman tahunan, layanan peminjaman biasa dan layanan peminjaman khusus. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi, diketahui dalam lima bulan terakhir (Januari, Februari, Maret, April, Mei) tidak ada murid yang memanfaatkan layanan peminjaman buku secara biasa, untuk peminjaman khusus rata-rata berkisar sebanyak satu sampai tiga kelas perbulan. Untuk pengguna yang
146
Pemanfaatan Perpustakaan Sekolah sebagai Pusat Belajar – Rio Novriliam, Yunaldi
meminjam bahan koleksi perpustakaan secara pinjaman tahunan, pada tahun 2012 tercatat seluruh guru dan staf pegawai sebanyak 28 orang, semua guru tanpa kecuali diberikan pinjaman buku pegangan sesuai dengan mata pelajaran yang diajar. Untuk pelayanan tidak langsung seperti pembinaan minat baca, promosi perpustakaan belum dilakukan. Menurut hasil observasi dan wawancara, dari 26 tenaga guru yang ada hanya tiga orang saja yang sering menganjurkan dan mengajak muridnya untuk berkunjung keperpustakaan. Minimnya kunjungan masyarakat sekolah ke perpustakaan untuk memanfaatkan perpustakaan sekolah sebagai pusat sumber informasi, perlu untuk diperhatikan demi kemajuan SD Negeri 23 Painan Utara. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, dapat diketahui beberapa alasan kurangnya murid SD Negeri 23 Painan utara dalam pemanfaatan perpustakaan sekolah sebagai pusat sumber belajar karena kurang baiknya penyelenggaraan perpustakaan, diantaranya disebabkan oleh beberapa hal. Pertama, Waktu pelayanan perpustakan yang terlalu singkat, yaitu hanya dibuka pada waktu istirahat (09.00 – 09.30 WIB) karena kurangnya tenaga pengolah perpustakaan. Sampai saat ini pengolah perpustakaan hanya seorang guru yang memilki jadwal mengajar yang padat, sehingga hanya mampu melayani pengguna perpustakaan ketika proses belajar mengajar di dalam kelas terhenti. Kedua, Koleksi yang ada tidak menarik, koleksi sudah lama. Ketiga, Rendahnya kesadaran murid dan motivasi guru kepada murid dalam memanfaatkan perpustakaan sebagai pusat sumber belajar terlihat dari jarang adanya guru yang memberi saran memanfaatkan perpustakaan, pembinaan minat baca ataupun kerjasama dengan para guru yang masih rendah. 2.
Penyelenggaraan perpustakaan SD N 23 Painan Utara Penyelenggaraan perpustakaan yang baik dan benar meliputi koleksi perpustakaan, pengolahan koleksi dan pustaka, pelayanan perpustakaan, sarana dan prasarana perpustakaan. Dengan adanya penyelenggaraan perpustakaan yang benar, maka perpustakaan dapat dimanfaatkan secara optimal sebagai pusat sumber belajar di sekolah. Penyelenggaraan perpustakaan di SD Negeri 23 Painan Utara meliputi beberapa hal. Pertama, koleksi merupakan elemen yang penting dalam eksistensi sebuah perpustakaan. Pada saat ini perpustakan SD Negeri 23 Painan Utara memilki 3.649 koleksi yang tersedia dalam bentuk buku dan non buku. Semua koleksi perpustakaan dikelompokan berdasarkan DDC (Deway Decimal Clasification). Class 000 100 200 300 400 500 600
Tabel 1 Jumlah Koleksi Perpustakaan SD Negeri 23 Painan Utara Koleksi Buku Koleksi Non Buku Total Judul Eksemplar Judul Eksemplar Judul Eksemplar 6 250 6 250 9 64 9 64 24 614 24 614 17 450 17 450 25 654 25 654 23 543 23 543 17 270 17 270
147
Jurnal Ilmu Informasi Perpustakaan dan Kearsipan Vol. 1, No. 1, September2012, Seri B
700 800 900 Jumlah
7 30 5 162
91 300 277 3.534
3
19
4 7
83 102
10 30 9 167
110 300 394 3.649
Kedua, Pengadaan koleksi adalah upaya di mana koleksi di peroleh. Pengadaan koleksi harus dilakukan pada setiap perpustakaan karena tidak akan berarti suatu perpustakaan kalau tidak mempunyai koleksi, begitu pula pada perpustakaan SD 23 Painan Utara yang mana dalam memperoleh koleksi perpustakaan SD Negeri Painan Utara diperoleh dari: a. Pembelian yang dibiayai oleh dana khusus yang dialokasikan untuk pemberdayaan perpustakaan. SD Negeri Painan Utara menganggarkan 5% setiap tahunnya dari dana BOS dalam pengadaan koleksi perpustakaan dan terkadang dana ini sering di alokasikan untuk kebutuhan lain. Minimnya dana tersebut menyebabkan terbatasnya koleksi yang dapat di beli oleh SD Negeri Painan Utara; b. Pengadaan dari Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan melalui dinas pendidikan kabupaten pesisir selatan dengan memberikan buku-buku paket pada setiap SD di Kabupaten Pesisir Selatan, termasuk SD Negeri 23 Painan Utara yang untuk menjadi buku pelajaran yang diberi pinjaman kepada murid setiap tahunnya; c. Sumbangan yang di berikan oleh perpustakaan umum kabupaten berbentuk buku fiksi. Ketiga, Pengolahan koleksi adalah proses kegiatan di mana bahan koleksi di olah agar dapat di manfaatkan. Seperti pendapat Yusuf (2005:33) yang menyatakan bahwa pengelolaan koleksi adalah kegiatan pemeriksaan koleksi atau bahan pustaka yang baru datang sampai pada koleksi tersebut siap disusun dalam raknya. Pengolahan koleksi perpustakaan SD Negeri 23 Painan Utara dimulai dengan memberi stempel kepemilikan pada halaman 12 dari koleksi bahan buku, Pemberian stempel ini bertujuan untuk mencegah kehilangan koleksi perpustakaan. Setelah pemberian stempel dilakukan pengklasifikasian menggunakan Deway Decimal Clasification (DDC). Berdasarkan hasil observasi, nomor klasifikasi ini dipasang pada seiap rak koleksi sebagai petunjuk keberadaan koleksi yang diinginkan. Pihak perpustakaan memasang nomor klasifikasi mulai dari 000-900 pada setiap rak penyimpanan, namun masih didapatkan juga koleksi yang tidak berada pada rak yang telah ditentukan. Selanjutnya adalah pengkatalogan, SD Negeri Painan Utara memiliki satu jenis katalog yaitu katalog judul, yang berguna untuk mempermudah dalam pencarian informasi. Namun sekarang banyak katalog yang telah dimakan rayap sehingga informasinya hilang. 813 H
Hirata Andrea
e
Edensor/Andrea Hirata; penyunting Imam Risdiyanto.Yogyakarta: Bandung: Bentang 2008. Gambar 1. Contoh katalog perpustakaan SD Negeri Painan Utara Xii+290 hlm; 205 cm 148
ISBN 978-979-1227-02-5 I.
Judul Risdiyanto
II. Imam
Pemanfaatan Perpustakaan Sekolah sebagai Pusat Belajar – Rio Novriliam, Yunaldi
Kemudian dilakukan pembuatan nomor panggil atau nomor punggug buku. Contoh: 831 - Nomor klasifikasi HIR - Tiga huruf pertama nama pengarang e - Satu huruf pertama judul buku
Setelah pembuatan nomor panggil buku, maka buku siap disusun pada rak. Hal ini lakukan agar buku dapat dimanfaatkan oleh murid. Ketiga, Sarana adalah perlengkapan sedangkan Prasarana yaitu fasilitas. Menurut Dian Sinaga (2007:58) perpustakaan merupakan sarana yang sangat vital dan multi kompleks dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa, karena di perpustakaan tersedia berbagai sumber bahan sumber bahan pelajaran dan berbagai media pendidikan. Salah satu faktor yang dapat menarik masyarakat sekolah untuk memanfatkan perpustakaan sebagai pusat sumber belajar adalah sarana dan prasarana yang dimiliki oleh perpustakaan itu sendiri. Sarana dan prasarana yang di miliki Perpustakaan SD Negeri 23 Painan Utara yaitu: Ruang Pepustakaan 8 x 7 = 56 m². Hal ini belum memenuhi ketentuan dari perpustakaan nasional RI (dalam Yusuf 2005:96-97) yang mana untuk luas perpustakaan sekolah dasar negeri 23 Painan Utara yang seharusnya adalah: 10,5 populasi siswa x 509 jumlah siswa x 3 m² setiap siswa = 160,3 m². Ruangan perpustakaan ini memilki enam bidang jendela yang dipasang disekeliling ruangan dengan tambahan ventilasi di bagian atas jendela. Penerangan didalam ruang perpustakaan terdiri dari penerangan buatan dan penerangan alami. Sementara, perlengkapan yang ada adalah rak buku, meja dan kursi baca, kabinet katalog 26 laci, satu unit komputer, satu unit televisi, satu unit Tape recorder, satu set lemari.
D. Simpulan dan saran Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan disimpulkan beberapa hal. Pertama, keberadaan perpustakaan sekolah sebagai pusat sumber belajar masih belum dimanfaatkan secara optimal oleh masyarakat sekolah. Kedua, belum optimalnya pemanfaatan perpustakaan sekolah karena penyelenggaraan perpustakaan sekolah yang kurang baik. Keadaan seperti ini harus mendapat perhatian dari pihak sekolah demi terwujudnya pemanfaatan perpustakaan ssekolah sebagai pusat sumber belajar dengan melakukan beberapa hal. Pertama, menetapkan pengolah perpustakaan sehingga perpustakaan dapat dibuka dengan waktu yang efektif. Kedua, Pihak sekolah lebih memperhatikan lagi keadaan koleksi agar perpustakaan SD Negeri 23 Painan Utara dapat dimanfaatkan sebagai pusat sumber belajar. Catatan: artikel ini disusun berdasarkan makalah tugas akhir penulis dengan pembimbing Drs.Yunaldi.
149
Jurnal Ilmu Informasi Perpustakaan dan Kearsipan Vol. 1, No. 1, September2012, Seri B
Daftar Rujukan Cella, 2012. “Pemanfaatan Perpustakaan Sekolah”. http:/www.annehira.com/pengertian-perpustakaan-sekolah.htm. Diakses 23 Juli 2012.
Hidayat, 2011. http://meretasmasadepan.blogspot.com/2011/03/pemanfaatanperpustakaan -sebagai- sumber.html. Diakses 23 Juli 2012. Jono,Arief 2012. “Pengertian Pusat Sumber Belajar (PSB)”. http://psbsdalhikmah2.blogspot.com/2012/02/pengertian-pusat-sumberbelajar-psb.html. Diakses 23 Juli 2012.
Mardalis, 2009. Metode Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara.
Rahayuningsih, F.(2007). Pengelolaan Perpustakan.Yogyakarta: Graha Ilmu. Sinaga, Dian. 2005. Mengelola Perpustakaan Sekolah. Bandung: Bejana.
Suherman. (2009). Perpustakan sebagai Jantung Sekolah. Bandung: MQS Publishing.
Republik Indonesia. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta
Nomor
2
Tahun
1989
tentang
Yusuf, M.Yusuf. (2005). Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan Sekolah. Jakarta: Kencana.
150
PEMBERDAYAAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH SEBAGAI SUMBER BELAJAR PADA MTsN MODEL SE KALIMANTAN SELATAN Oleh: Nurjannah Rianie* Abstrak Pemberdayaan perpustakaan sekolah sebagai sumber belajar tidak terlepas dari keberadaan gedung yang refresentatif. Yakni perpustakaan yang memiliki gedung sendiri yang tidak menyatu dengan gedung belajar ataupun gedung lainya. Petugas perpustakaan sebagai bagian dari pemberdayaan perpustakaan sebagai sumber belajar semestinya memiliki kualifikasi pendidikan yang relevan yakni D3 Perpustakaan dan sudah selayaknya status mereka ditingkatkan menjadi PNS sehingga dengan kemapanan para petugas perpustakaan tersebut semakin mendukung profesionalisme mereka dalam mengelola perpustakaan sebagai sumber belajar. Koleksi buku perpustakaan setiap tahun semestinya dievaluasi kembali untuk dilengkapi dan ditambah sehingga memenuhi keperluan para pelanggan sekolah khususnya guru-guru dan murid. Pelayanan perpustakaan sebagai bagian dari pemberdayaan perpustakaan sebagai sumber belajar pada dasarnya melihat situasi dan kondisi baik dengan sistem terbuka dan tertutup atau keduanya. Demikian pula kerjasama antara guru dan petugas perpustakaan merupakan sebuah kekuatan dalam memberdayakan perpustakaan sekolah sebagai sumber belajar. Kata Kunci: Pemberdayaan, dan Belajar
*
Perpustakaan,
Sumber
Penulis adalah Dosen Tetap pada Fakultas Tarbiyah IAIN Antasari Banjarmasin.
147
148 Ta’lim Muta’allim, Vol. II Nomor 1 Tahun 2012 A. Latar Belakang Masalah Dalam dua dekade terakhir ini perpustakaan telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari sekolah/madrasah, karena perpustakaan merupakan salah satu sumber belajar yang memiliki peranan penting dalam proses pembelajaran di sekolah/madrasah. Hal ini seperti tertuang dalam UU RI No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bab XI pasal 35 ayat 1 “dalam penyelenggaraan pendidikan diperlukan, sarana dan prasarana yang meliputi ruang belajar, tempat berolahraga, tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium bengkel kerja, tempat bermain, tempat berkreasi dan sumber belajar lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran”. Perpustakaan merupakan suatu unit kerja yang memiliki sumber daya manusia, ruang khusus dan kumpulan koleksi sesuai dengan jenis perpustakaannya. 1 Setiap perpustakaan diselenggarakan dengan maksud dan tujuan tertentu, tergantung jenis perpustakaan. Undang-Undang No.43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan Bab VII pasal 20 menyebutkan bahwa jenis-jenis perpustakaan terdiri atas Perpustakaan Nasional, Perpustakaan Umum, Perpustakaan Sekolah/Madrasah, Perpustakaan Perguruan Tinggi dan Perpustakaan Khusus. Perpustakaan sekolah/madrasah diselenggarakan dengan tujuan utama sebagai sumber belajar yang merupakan bagian yang integral dari sekolah/madrasah yang bersangkutan, pusat penelitian, pusat membaca dan pusat belajar agama Islam. 2 Perpustakaan sekolah menyediakan informasi dan ide-ide agar siswa bisa eksis di dalam masyarakat yang berbasis teknologi dan informasi, seperti yang terjadi sekarang. Perpustakaan sekolah membekali siswa dengan keterampilan belajar seumur hidup (life
1
Forum Kajian Budaya dan Agama (FKBA), Pedoman Pengelolaan Perpustakaan Madrasah, (Yogyakarta: FKBA, 200), h. 1. 2 Lembaga Pemberdayaan Perpustakaan dan Informasi (LPPI) dan BEP Depag RI, Pedoman Pengelolaan Perpustakaan Madrasah, (Yogyakarta: BEP (Basic Education Project) Depag, 2001), h. 7-8.
Nurjannah Rianie, Pemberdayaan Perpustakaan Sekolah ...
149
long learning) dan membangun imajinasi, mempersiapkan siswa agar bisa menjadi warga negara yang bertanggung jawab. 3 Dari berbagai pernyataan di atas, jelaslah bahwa pemberdayaan perpustakaan sekolah sebagai sumber belajar adalah sebuah keharusan. Namun, pada kenyataannya, kondisi perpustakaan madrasah pada saat ini belum begitu menggembirakan. Direktur Madrasah dan Pendidikan Agama (Mapenda) Departemen Agama Republik Indonesia pada Seminar Nasional di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 10 Agustus 2006 menyebutkan bahwa jumlah perpustakaan madrasah di Indonesia sangat jauh dari memadai. Madrasah Aliyah yang memiliki perpustakaan yang layak hanya 35,95% dari jumlah 2.053 perpustakaan MA. Madrasah Tsanawiyah yang memiliki perpustakaan yang layak hanya 24,1% dari 4.772 perpustakaan MTs. Madrasah Ibtidaiyah yang memiliki perpustakaan yang layak angkanya lebih kecil lagi 10,5% dari jumlah 5.812 perpustakaan MI. 4 Menurut Sugiyanto yang dikutip oleh Saiful Haq, perpustakaan madrasah menghadapi berbagai masalah antara lain terbatasnya ruang, koleksi, petugas dan promosi. 5 Berbagai permasalahan di atas telah menarik perhatian, baik dari masyarakat maupun pemerintah. Departemen agama misalnya, melalui proyek pendidikan dasar atau BEF (Basic Education project) telah berupaya meningkatkan mutu pendidikan madrasah, termasuk peningkatan perpustakaan sebagai sarana pendidikan. Salah satu hasil dari proyek tersebut adalah apa yang disebut “madrasah model”. Madrasah model bukan madrasah baru. BEP 3
Anis Masruri (ed.), Coursepack on School/Teacher Librarianship (Kumpulan Artikel tentang Perpustakaan Sekolah/Guru Pustakawan), (Yogyakarta: Jurusan Ilmu Perpustakaan dan Informasi Fakultas Adab UIN Sunan Kalijaga , 2006) , h. 9. 4 Rizal Saiful Haq dkk, Perpustakaan dan pendidikan: Pemetaan Peran serta perpustakaan dalam proses belajar mengajar, (Jakarta, Fakultas Adab dan Humaniora UIN Jakarta, 2007), h. 41. 5 Ibid. h. 43.
150 Ta’lim Muta’allim, Vol. II Nomor 1 Tahun 2012 hanya mentransformasi madrasah yang sudah ada menjadi madrasah model, yaitu madrasah yang diharapkan menjadi madrasah satelit yang akan membantu peningkatan kualitas madrasah lain di sekitarnya. 6 Seiring dengan hal ini, di Kalimantan Selatan berdasarkan data sementara ada 4 MTsN Model yakni MTsN Model Banjarmasin, MTsN Model Martapura, MTsN Model Barabai serta MTsN Model Amuntai. Mengingat ciri khas utama MTsN Model salah satunya adalah pemberdayaan perpustakaan sebagai sumber belajar, maka dalam hal ini amat menarik untuk diteliti lebih jauh lagi bagaimana sebenarnya konsep ideal perpustakaan yang dilaksanakan pada MTsN Model di Kalimantan Selatan dalam rangka memberdayakanya sebagai sumber belajar sehingga benar-benar bisa menjadi percontohan dan model bagi MTsN dan MTs lain khususnya yang terdapat di Kalimantan Selatan. Berdasarkan kondisi dan kenyataan tersebut akhirnya penulis tertarik mengadakan penelitian dengan judul: Pemberdayaan Perpustakaan Sekolah Sebagai Sumber Belajar Pada MTsN Model Se Kalimantan Selatan. Menurut pandangan penulis, penelitian ini sangat perlu untuk dilakukan mengingat pemberdayaan sekolah dan keberadaan perpustakaan sekolah sebagai jantung dari sebuah lembaga pendidikan. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana gedung perpustakaan dalam pemberdayaan perpustakaan sebagai sumber belajar pada MTsN Model Se Kalimantan Selatan? 2. Bagaimana petugas perpustakaan dalam pemberdayaan perpustakaan sekolah sebagai sumber belajar pada MTsN Model Se Kalimantan Selatan? 3. Bagaimana koleksi perpustakaan dalam pemberdayaan perpustakaan sekolah sebagai sumber belajar pada MTsN Model Se Kalimantan Selatan?
6
Ibid. h. 44
Nurjannah Rianie, Pemberdayaan Perpustakaan Sekolah ...
151
4. Bagaimana Layanan perpustakaan dalam pemberdayaan perpustakaan sekolah sebagai sumber belajar pada MTsN Model Se Kalimantan Selatan? 5. Bagaimana Kerjasama antara Guru dan petugas perpustakaan dalam pemberdayaan perpustakaan sekolah sebagai sumber belajar pada MTsN Model se Kalimanatan Selatan? C. Definisi Operasional Pemberdayaan perpustakaan sebagai sumber belajar yang dimaksudkan dalam penelitian ini meliputi: Gedung perpustakaan yaitu ruang atau gedung yang dijadikan perpustakaan, Petugas perpustakaan (dalam hal ini Pustakawan atau Guru Pustakawan), koleksi perpustakaan, Layanan perpustakaan yang antara lain meliputi layanan Sirkulasi dan layanan referensi, dan Kerjasama antara Guru dan petugas perpustakaan dalam pemberdayaan perpustakaan sekolah sebagai sumber belajar pada MTsN Model Se Kalimantan Selatan yang terdiri dari MTsN Model Banjarmasin, MTsN Model Pelaihari, MTsN Model Barabai serta MTsN Model Amuntai. D. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui kondisi gedung perpustakaan sebagai sumber belajar pada MTsN Model Se Kalimantan Selatan. 2. Untuk mengetahui kondisi Petugas perpustakaan dalam pemberdayaan perpustakaan sekolah sebagai sumber belajar pada MTsN Model Se Kalimantan Selatan. 3. Untuk mengetahui koleksi perpustakaan dalam pemberdayaan perpustakaan sekolah sebagai sumber belajar pada MTsN Model Se Kalimantan Selatan. 4. Untuk mengetahui layanan perpustakaan dalam pemberdayaan perpustakaan sekolah sebagai sumber belajar pada MTsN Model Se Kalimantan Selatan. 5. Untuk mengetahui Kerjasama antara Guru dan petugas perpustakaan dalam pemberdayaan perpustakaan sekolah
152 Ta’lim Muta’allim, Vol. II Nomor 1 Tahun 2012 sebagai sumber belajar Kalimanatan Selatan.
pada
MTsN
Model
se
E. Signifikansi Penelitian Penelitian ini berguna dalam rangka menambah khazanah keilmuan pada bidang Ilmu Perpustakaan dan media pembelajaran agar pembelajaran menjadi lebih variatif, menarik dan hasil pembelajaran bisa dicapai secara maksimal. Selain itu sebagai masukan kepada lembaga-lembaga pendidikan Islam khususnya lembaga pendidikan Islam mulai dari tingkat MI kemudian MTs hingga MA untuk lebih memperhatikan pemberdayaan Perpustakaan sebagai sumber belajar, sehingga kualifikasi lulusan Madrasah lebih berkualitas dan mampu bersaing dengan sekolah-sekolah umum lainya. F. Metode Penelitian 1. Pendekatan dan Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan dalam bentuk penelitian lapangan (field reseach) sedangkan pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan pendekatan Kualitatif dengan metode Diskriptif. Pada pendekatan dan metode tersebut dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran tentang Pemberdayaan perpustakaan sekolah sebagai sumber belajar pada MTsN Model Se Kalimantan Selatan yang meliputi gedung, koleksi, petugas, layanan sirkulasi dan layanan referensi serta kerjasama pustakawan dan guru dalam pemberdayaan perpustakaan sekolah pada MTsN Model Se Kalimantan Selatan yang terdiri dari MTsN Model Banjarmasin, MTsN Martapura serta MTsN Model Barabai dan MTsN Model Amuntai. 2. Lokasi Penelitian Sekolah yang dipilih adalah MTsN Model Se Kalimantan Selatan yang terdiri dari MTsN Model Banjarmasin, MTsN Model Martapura, MTsN Model Barabai serta MTsN Model Amuntai.
Nurjannah Rianie, Pemberdayaan Perpustakaan Sekolah ...
153
3. Subjek Penelitian Adapun yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah Perpustakaan dan Petugas perpustakaan pada MTsN Model Se Kalimantan Selatan yang terdiri dari MTsN Model Banjarmasin, MTsN Model Martapura, MTsN Model Barabai serta MTsN Model Amuntai. 4. Objek Penelitian Yang menjadi Objek dalam penelitian ini adalah pemberdayaan perpustakaan sekolah sebagai sumber belajar yang meliputi: Gedung, koleksi, petugas, layanan sirkulasi dan layanan referensi serta kerjasama pustakawan dan guru dalam pemberdayaan perpustakaan sekolah sebagai sumber belajar pada MTsN Model Se Kalimantan Selatan yang terdiri dari MTsN Model Banjarmasin, MTsN Model Martapura, MTsN Model Barabai serta MTsN Model Amuntai. 5. Data dan Sumber Data Data Primer yang digali dalam penelitian ini adalah pemberdayaan perpustakaan sekolah sebagai sumber belajar yang meliputi: Gedung, koleksi, petugas, layanan sirkulasi dan layanan referensi serta kerjasama pustakawan dan guru dalam pemberdayaan perpustakaan sekolah sebagai sumber belajar pada MTsN Model Se Kalimantan Selatan yang terdiri dari MTsN Model Banjarmasin, Model Martapura, MTsN Model Barabai serta MTsN Model Amuntai. Sumber data Primer digali melalui petugas perpustakaan/ pustakawan/guru pustakawan MTsN Model Se Kalimantan Selatan yang terdiri dari MTsN Model Banjarmasin, MTsN Model Martapura, MTsN Model Barabai serta MTsN Model Amuntai. Serta sumber lain yang mendukung terhadap akurasi data yang digali baik yang bersifat primer maupun skunder.
154 Ta’lim Muta’allim, Vol. II Nomor 1 Tahun 2012 6. Teknik Pengumpulan Data Langkah awal pengumpulan data dilakukan dengan terlebih dahulu melaksanakan pengamatan pendahuluan sebagai persiapan untuk pedoman pengumpulan data lebih lanjut di lapangan. Setelah langkah persiapan telah dianggap cukup, termasuk pematangan pedoman observasi dan wawancara, selanjutnya dilakukan pengumpulan data. Data dikumpulkan menggunakan metode observasi dan wawancara mendalam. 7. Analisis Data Analisis data dilakukan bersamaan dengan pengumpulan data. Jadi selama dilakukan pengamatan yang rinci dan wawancara yang mendalam hingga dilakukan cek dan ricek, penafsiran terhadap data yang ada terus dilakukan hingga data dianggap jenuh. Selanjutnya dilakukan penyusunan hasil analisis dengan menggunakan metode induktif ke deduktif secara diskriptif analitik dengan menghubungkan kepada teori substantive. G. Temuan Hasil Penelitian 1. MTsN Model Mulawarman Banjarmasin a. Gedung Perpustakaan dalam Pemberdayaan Perpustakaan sebagai Sumber Belajar pada MTsN Model Mulawarman Berdasarkan data hasil observasi dan dokumen yang penulis himpun bahwa gedung perpustakaan dalam pemberdayaan Perpustakaan sebagai sumber belajar memiliki luas 100 m2. Posisi perpustakaan terletak di sudut kiri masuk bangunan sekolah yang dihimpit oleh ruangan UKS dan Gudang. Akses bangunan menyatu dengan gedung sekolah dan tidak terpisah sebagaimana juga ruangan belajar. Dengan demikian bisa pula dikatakan bahwa kondisi Gedung Perpustakaan di MTsN Model Mulawarman sejajar dengan ruangan-ruangan yang terdapat di bangunan sekolah tersebut. Akses terdekat dengan perpustakaan untuk memberdayakan perpustakaan sebagai sumber belajar adalah kelas VII kemudian kelas VIII dan terakhir kelas IX. Sementara
Nurjannah Rianie, Pemberdayaan Perpustakaan Sekolah ...
155
itu pula untuk mengakses perpustakaan di MTsN Model Mulawarman yang paling jauh adalah Kantor Dewan Guru. b. Petugas Perpustakaan dalam Pemberdayaan Perpustakaan Sekolah sebagai Sumber Belajar pada MTsN Model Mulawarman Berdasarkan data hasil wawancara dan dokumentasi bahwa untuk pemberdayaan perpustakaan sebagai sumber belajar pada MTsN Model Mulawarman sangat profesional yakni memang berlatar belakang D3 Perpustakaan dan sudah berstatus sebagai pustakawan Pegawai Negeri Sipil. FAUZAN RUSYADA, A.Md. Berdasarkan data hasil penelitian bahwa petugas perpustakaan MTsN Model Mulawarman memang profesional hal ini dilihat dari kemampuan mengelola secara manajerial perpustakaan mulai dari kelengkapan perangkat administrasi perpustakaan seperti: buku pengunjung, buku peminjaman dan pengembalian, daftar keanggotaan perpustakaan, slip buku, kartu peminjaman dan pengembalian, ruang baca yang teratur rapi, penyusunan buku yang refresentatif berdasarkan indexnya pada rak dan lemari. Selain itu pula tersedia informasi dalam bentuk soft file yang berisi tentang informasi yang diperlukan tentang halhal yang berhubungan dengan perpustakaan MTsN Model Mulawarman Banjarmasin. c. Koleksi Perpustakaan dalam Pemberdayaan Perpustakaan Sekolah sebagai Sumber belajar pada MTsN Model Mulawarman Berdasarkan data dokumentasi yang berhasil digali berkenaan dengan koleksi perpustakaan di MTsN Model Mulawarman sebagai berikut: Koleksi buku di MTsN Model Mulawarman terdiri dari koleksi untuk pegangan guru yakni yang terdiri dari 12 judul buku yang sesuai dengan mata pelajaran di MTsN Model Mulawarman. Jumlah Exampler buku pegangan
156 Ta’lim Muta’allim, Vol. II Nomor 1 Tahun 2012 guru terdiri dari buku pegangan guru kelas VII terdiri dari 143 Exampler, Kelas VIII terdiri dari 124 exampler serta kelas IX terdiri dari 124 exampler. Total keseluruhanya adalah 391 exampler. Sementara itu pula untuk koleksi buku penunjang terdiri dari 96 judul dengan jumlah examplernya adalah 706 exampler. Buku yang dipinjamkan secara terbuka di bagian sirkulasi sebanyak 1838 judul dengan jumlah 4753 exampler. Buku referensi yang tersedia dan hanya bisa dilayani secara tertutup sebanyak 188 judul dengan jumlah 1196 exampler. Buku paket koleksi terakhir sebanyak 113 judul berjumlah 12432 exampler. Dengan demikian total buku yang terkoleksi sebanyak 2140 judul dengan 18441 exampler. Data selengkapnya ada di tabel laporan akhir. d. Layanan Perpustakaan dalam Pemberdayaan Perpustakaan Sekolah sebagai Sumber Belajar pada MTsN Model Mulawarman Kota Banjarmasin Berdasarkan data observasi dan wawancara yang penulis lakukan bahwa layanan perpustakaan dalam pemberdayaan perpustakaan di MTsN Model Mulawarman Kota Banjarmasin ada dua macam, yakni layanan terbuka dan tertutup. Pada layanan terbuka diperuntukan terhadap siswa untuk masuk dan memilih sendiri buku-buku yang mereka perlukan di lemari dan rak buku. Selain itu itu ada pula dilakukan layanan tertutup yang diberlakukan khusus buku-buku referensi yang dijadikan sebagai arsip sekolah dan jumlahnya juga terbatas diantaranya buku-buku bahan ajar dari terbitan lama namun masih bisa diambil sebagian bacaanya untuk memperkaya bahan ajar yang ada serta kamuskamus penting baik kamus Indonesia, Arab dan Inggris. Khusus bagi guru-guru layanan perpustakaan di MTsN Mulawarman sifatnya terbuka karena sudah terinventarisir dengan rapi dan baik. Berdasarkan data yang dihimpun bahwa ruang baca yang dijadikan sebagai sarana layanan baca di MTsN Model Mulawarman belum memadai karena menyatu dengan ruang layanan sirkulasi buku dan peminjaman buku. Tidak adanya
Nurjannah Rianie, Pemberdayaan Perpustakaan Sekolah ...
157
sekat/pemisah antara ruang layanan sirkulasi buku dengan peminjaman buku ini diakui oleh petugas pelayanan memang mengganggu suasana kenyamanan dalam membaca dan pada akhirnya juga mempengaruhi konsentrasi seseorang dalam membaca. Jadwal pelayanan perpustakaan di MTsN Mulawarman yakni dari Senin, Selasa, Rabu, Kamis dan Sabtu dari jam 07.00 13.30 Jumat dari jam 07.30 - 11.00. Lama masa peminjaman adalah 1 Minggu. e. Kerjasama antara Guru dan Petugas Perpustakaan dalam Pemberdayaan Perpustakaan Sekolah sebagai Sumber Belajar pada MTsN Model Mulawarman Banjarmasin Berdasarkan data yang berhasil dihimpun oleh penulis bahwa kerjasama guru dan petugas perpustakaan sekolah di MTsN Mulawarman Banjarmasin, sebagai berikut: 1) Kerjasama dalam bentuk penyediaan informasi kepada guru tentang data buku-buku yang boleh dipinjamkan secara terbuka baik untuk siswa maupun dewan guru. 2) Kerjasama dalam menyediakan fasilitas ruang baca bagi siswa yang menyelesaikan tugas guru baik secara perorangan maupun kelompok. 3) Kerjasama dalam bentuk bimbingan belajar kepada murid yang memerlukan data dan penjelasan bahan ajar yang terdapat di perpustakaan. 4) Kerjasama dalam bentuk adanya pengiriman surat dari petugas perpustakaan kepada pihak wali kelas yang berisi tentang pemberitahuan tentang daftar siswa yang terlambat maupun yang belum mengembalikan buku yang dipinjam sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan. 5) Kerjasama dalam bentuk permintaan daftar buku-buku yang diperlukan dari pihak perpustakaan kepada guruguru atau sebaliknya ketika ada formasi penambahan literatur perpustakaan.
158 Ta’lim Muta’allim, Vol. II Nomor 1 Tahun 2012 2. MTsN Model Martapura a. Gedung Perpustakaan dalam Pemberdayaan Perpustakaan sebagai Sumber Belajar pada MTsN Model Martapura Berdasarkan data hasil observasi dan dokumen yang penulis himpun bahwa gedung perpustakaan dalam pemberdayaan Perpustakaan sebagai sumber belajar memili luas 16,5 x 13 m. Posisi perpustakaan terletak di tenagah, ujung berdiri sendiri dan tidak masuk bangunan sekolah. Akses perpustakaan mudah didatangi oleh siswa maupun dewan guru karena posisi yang strategis terletak ditenagah-ujung dari keseluruhan bangunan MTsN Model Martapura. Akses terdekat adalah untuk Kelas VIII kemudian kelas VIII dan kelas IX. Akses terjauh adalah lokasi kantor dewan guru yang posisinya di depan pintu masuk MTsN Model Martapura. Secara penampilan gedung posisi gedung perpustakaan sebagai sumber belajar sangat refresentatif karena posisinya yang strategis berada di tenagah ujung dari bangunan MTsN Model Martapura. Hal ini mendukung kenyamanan dan ketenangan ketika belajar dan membaca buku-buku yang ada di perpustakaan. Selain itu posisinya yang terpisah dari ruang belajar mencerminkan adanya sosok gedung yang menarik sebagai sumber belajar karena dimanapun dan dari arah manapun orang bisa melihat gedung perpustakaan sebagai sumber belajar yang bisa dimanfaatkan setiap saat dan setiap waktu. Demikian pula dengan ruang baca yang terdapat di gedung perpustakaan tersedia bagi siswa dan dewan guru serta seluruh tenaga pendidik dan kependidikan lainya. Berdasarkan hasil observasi kami pula bahwa kondisi gedung sangat baik dan sangat bersih sehingga membantu kenyamanan dan ketenangan dalam belajar dan membaca buku.
Nurjannah Rianie, Pemberdayaan Perpustakaan Sekolah ...
159
b. Petugas Perpustakaan dalam Pemberdayaan Perpustakaan Sekolah sebagai Sumber Belajar pada MTsN Model Martapura Berdasarkan data hasil wawancara dan dokumentasi bahwa untuk pemberdayaan perpustakaan sebagai sumber belajar pada MTsN Model Martapura sangat profesional, yakni Murniaty yang memang berlatar belakang D3 Perpustakaan kemudian melanjutkan ke S1 FKIP dan sudah berstatus sebagai pustakawan Pegawai Negeri Sipil selama 2 tahun. Selain itu di perpustakaan sudah ada tenaga pustakawan lain yang sudah lama menangani perpustakaan yakni Mahmudah yang sudah bekerja di perpustakaan selama 9 tahun. Berdasarkan data hasil penelitian penulis bahwa petugas perpustakaan MTsN Model Martapura memang profesional hal ini dilihat dari performan yang santun, ramah, bersih dan memahami keperluan fisik dan psikis para pengunjung perpustakaan. Selain itu ditunjukkan pula dengan kemampuan mengelola secara manajerial perpustakaan mulai dari kelengkapan perangkat administrasi perpustakaan seperti: buku pengunjung, buku peminjaman dan pengembalian, daftar keanggotaan perpustakaan, slip buku, kartu peminjaman dan pengembalian, ruang baca yang teratur rapi, penyusunan buku yang refresentatif berdasarkan indexnya pada rak dan lemari. Selain itu pula tersedia informasi dalam bentuk soft file yang berisi tentang informasi yang diperlukan tentang hal-hal yang berhubungan dengan perpustakaan MTsN Model Martapura. c. Koleksi Perpustakaan dalam Pemberdayaan Perpustakaan Sekolah sebagai Sumber Belajar pada MTsN Model Martapura Berdasarkan data dokumentasi yang berkenaan dengan koleksi perpustakaan di Martapura sebagaimana terdapat pada tabel sebagai berikut: untuk koleksi perpustakaan
berhasil digali MTsN Model penyajian data MTsN Model
160 Ta’lim Muta’allim, Vol. II Nomor 1 Tahun 2012 Martapura terinventaris dengan baik mulai dari buku pelajaran, buku bacaan dan cerita fiksi dengan jumlah sebagaimana yang telah tertera pada tabel penyajian data. Nomor induk buku bahan ajar terdiri dari 512 sementara nomor induk buku bacaan berjumlah 1395 sedangkan nomor induk buku fiksi berjumlah 315. d. Layanan Perpustakaan dalam Pemberdayaan Perpustakaan Sekolah sebagai Sumber Belajar pada MTsN Model Martapura Berdasarkan data observasi dan wawancara yang penulis lakukan bahwa layanan perpustakaan dalam pemberdayaan perpustakaan di MTsN Model Martapura ada dua macam, yakni layanan terbuka dan tertutup. Pada layanan terbuka diperuntukan terhadap siswa untuk masuk dan memilih sendiri buku-buku yang mereka perlukan di lemari dan rak buku. Selain itu itu ada pula dilakukan layanan tertutup yang diberlakukan khusus buku-buku referensi yang dijadikan sebagai arsif sekolah dan jumlahnya juga terbatas diantaranya buku-buku bahan ajar dari terbitan lama namun masih bisa diambil sebagian bacaanya untuk memperkaya bahan ajar yang ada serta kamus-kamus penting baik kamus Indonesia, Arab dan Inggris. Khusus bagi guru-guru layanan perpustakaan di MTsN Mulawarman sifatnya terbuka karena sudah terinventarisir dengan rapi dan baik. Berdasarkan data yang dihimpun bahwa ruang baca yang dijadikan sebagai sarana layanan baca di MTsN Model Martapuara sudah memadai meskipun menyatu dengan ruang layanan sirkulasi buku dan peminjaman buku. Tidak adanya sekat/pemisah antara ruang layanan sirkulasi buku dengan peminjaman buku ini diakui oleh petugas pelayanan memang mengganggu suasana kenyamanan dalam membaca dan pada akhirnya juga mempengaruhi konsentrasi seseorang dalam membaca. Jadwal pelayanan perpustakaan di MTsN Mulawarman yakni dari Senin, Selasa, Rabu, kamis, Jumat dan Sabtu dari jam 08.00-13.20. Lama masa peminjaman adalah 2 Minggu.
Nurjannah Rianie, Pemberdayaan Perpustakaan Sekolah ...
161
e. Kerjasama antara Guru dan Petugas Perpustakaan dalam Pemberdayaan Perpustakaan Sekolah sebagai Sumber Belajar pada MTsN Model Martapura Berdasarkan data yang berhasil dihimpun oleh penulis bahwa kerjasama guru dan petugas perpustakaan sekolah di MTsN Martapura sebagai berikut: 1) Kerjasama dalam bentuk penyediaan informasi kepada guru tentang data buku-buku yang boleh dipinjamkan secara terbuka baik untuk siswa maupun dewan guru. 2) Kerjasama dalam menyediakan fasilitas ruang baca bagi siswa yang menyelesaikan tugas guru baik secara perorangan maupun kelompok. 3) Kerjasama dalam bentuk bimbingan belajar kepada murid yang memerlukan data dan penjelasan bahan ajar yang terdapat di perpustakaan. 4) Kerjasama dalam bentuk adanya pengiriman surat dari petugas perpustakaan kepada pihak wali kelas yang berisi tentang pemberitahuan tentang daftar siswa yang terlambat maupun yang belum mengembalikan buku yang dipinjam sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan. 5) Kerjasama dalam bentuk permintaan daftar buku-buku yang diperlukan dari pihak perpustakaan kepada guruguru atau sebaliknya ketika ada formasi penambahan literatur perpustakaan. 6) Kerjasama dalam bentuk orientasi perpustakaan pada tahun ajaran baru yang disampaikan oleh pihak pustakawan, kepala sekolah serta seluruh dewan guru agar siswa mengenali cara pemanfaatan perpustakaan secara maksimal efektif dan efesien.
162 Ta’lim Muta’allim, Vol. II Nomor 1 Tahun 2012 3. MTsN Model Barabai HST a. Gedung Perpustakaan dalam Pemberdayaan Perpustakaan sebagai Sumber Belajar pada MTsN Model Barabai HST Berdasarkan data hasil observasi dan dokumen yang penulis himpun bahwa gedung perpustakaan dalam pemberdayaan Perpustakaan sebagai sumber belajar memiliki luas 16,5 x 13 m. Posisi perpustakaan terletak di tenagah-tenagah bangunan MTsN Model Barabai secara keseluruhan. Akses bangunan tersendiri dan tidak menyatu dengan ruangan kelas tetapi berdampingan dengan ruangan Laboraturium IPA. Dengan demikian bisa pula dikatakan bahwa kondisi Gedung Perpustakaan di MTsN Model Barabai HST sangat strategis yang berada di tenagah-tenagah bangunan sekolah yang mencerminkan mercusuarnya MTsN Model Barabai. Akses terdekat dengan perpustakaan untuk memberdayakan perpustakaan sebagai sumber belajar adalah ruang kelas atau ruangan belajar siswa selanjutnya ruang dewan guru serta ruangan kepala sekolah. Gedung Perpustakaan sebagai sumber belajar didalamnya sudah dilengkapi komputer, ruang baca, serta kondisi bangunan yang masih baik dan bersih memiliki daya tarik tersendiri bagi siswa dan guru untuk mengunjungi perpustakaan MTsN Model Barabai. b. Petugas Perpustakaan dalam Pemberdayaan Perpustakaan Sekolah sebagai Sumber Belajar pada MTsN Model Barabai HST Berdasarkan data hasil wawancara dan dokumentasi bahwa untuk pemberdayaan perpustakaan sebagai sumber belajar pada MTsN Model Barabai belum didukung tenaga pustakawan yang profesional karena tidak berlatar belakang D3 perpustakaan akan tetapi baru alumni SMK. Yang bernama Aminarurridha yang bertugas selama tiga tahun dan berstatus sebagai pegawai kontrak. Berdasarkan data hasil penelitian penulis bahwa petugas perpustakaan MTsN Model Barabai secara performance orangnya rapi santun dan familiar kepada siswa atau siapa saja yang
Nurjannah Rianie, Pemberdayaan Perpustakaan Sekolah ...
163
memerlukan khususnya yang ada kaitannya dengan pemanfaatan perpustakaan sebagai sumber belajar. Meskipun tenaga Pustakawanya bukan dari D3 perpustakaan tetapi kemampuan mengelola secara manajerial perpustakaan mulai dari kelengkapan perangkat administrasi perpustakaan sudah terpenuhi seperti: buku pengunjung, buku peminjaman dan pengembalian, daftar keanggotaan perpustakaan, slip buku, kartu peminjaman dan pengembalian, ruang baca yang teratur rapi, penyusunan buku yang refresentatif berdasarkan indexnya pada rak dan lemari. Selain itu pula tersedia informasi dalam bentuk soft file yang berisi tentang informasi yang diperlukan tentang hal-hal yang berhubungan dengan perpustakaan MTsN Model Barabai HST. c. Koleksi Perpustakaan dalam Pemberdayaan Perpustakaan Sekolah sebagai Sumber belajar pada MTsN Model Barabai HST Koleksi buku-buku yang tersedia di Perpustakaan MTsN Model Barabai terdiri dari beberapa koleksi buku yang terdiri dari Karya umum sebanyak 16 judul dengan 825 exampler. Filsafat sebanyak 8 judul dengan 108 exampler. Al-qur’an Hadits sebanyak 4 judul dengan 746 exampler. Fiqih sebanyak 3 judul dengan 520 exampler. Aqidah akhlak sebanyak 520 exampler. Jadi jumlah judul koleksi buku secara keseluruhan adalah 641 judul dengan 12325 exampler. Jumlah pengunjung terakhir yang terdokumentasikan dalam tahun 2011 ini tercatat sebanyak 15 847orang. Kemudian jumlah buku yang dipinjamkan adalah sebanyak 9115 exampler. d. Layanan Perpustakaan dalam Pemberdayaan Perpustakaan Sekolah sebagai Sumber Belajar pada MTsN Model Barabai HST Berdasarkan data observasi dan wawancara yang penulis lakukan bahwa layanan perpustakaan dalam pemberdayaan
164 Ta’lim Muta’allim, Vol. II Nomor 1 Tahun 2012 perpustakaan di MTsN Model Barabai HST Banjarmasin ada satu macam yakni layanan terbuka. Pada layanan terbuka diperuntukan terhadap siswa untuk masuk dan memilih sendiri buku-buku yang mereka perlukan di lemari dan rak buku. Selanjutnya menyerahkan kartu peminjaman kepada petugas perpustakaan kemudian slip peminjaman disisi. Untuk buku ajar masa peminjaman satu semester, sedangkan untuk buku baca selama 1 minggu. Khusus bagi guru-guru layanan perpustakaan di MTsN Model Barabai HST juga sifatnya terbuka dan tidak dibatasi waktu batas peminjamanya karena sudah terinventarisir dengan rapi dan baik untuk dipergunakan sebagaimana mestinya. Berdasarkan data yang dihimpun bahwa ruang baca yang dijadikan sebagai sarana layanan baca di MTsN Model Barabai HST belum memadai karena berhimpitan dengan Labaroturium IPA serta menyatu dengan ruang layanan sirkulasi buku dan peminjaman buku. Tidak adanya sekat/pemisah antara ruang layanan sirkulasi buku dengan peminjaman buku ini diakui oleh petugas pelayanan memang mengganggu suasana kenyamanan dalam membaca dan pada akhirnya juga mempengaruhi konsentrasi seseorang dalam membaca. Jadwal pelayanan perpustakaan di MTsN Mulawarman yakni dari Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat dan Sabtu dari jam 08.00 - 13.30. e. Kerjasama antara Guru dan Petugas Perpustakaan dalam Pemberdayaan Perpustakaan Sekolah sebagai Sumber Belajar pada MTsN Model Barabai Berdasarkan data yang berhasil dihimpun oleh penulis bahwa kerjasama guru dan petugas perpustakaan sekolah di MTsN Model Barabai sebagai berikut: 1) Kerjasama dalam bentuk penyediaan informasi kepada guru tentang data buku-buku yang boleh dipinjamkan secara terbuka baik untuk siswa maupun dewan guru. 2) Kerjasama dalam menyediakan fasilitas ruang baca bagi siswa yang menyelesaikan tugas guru baik secara perorangan maupun kelompok.
Nurjannah Rianie, Pemberdayaan Perpustakaan Sekolah ... 3) 4)
5)
6)
165
Kerjasama dalam bentuk bimbingan belajar kepada murid yang memerlukan data dan penjelasan bahan ajar yang terdapat di perpustakaan. Kerjasama dalam bentuk adanya pengiriman surat dari petugas perpustakaan kepada pihak wali kelas yang berisi tentang pemberitahuan tentang daftar siswa yang terlambat maupun yang belum mengembalikan buku yang dipinjam sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan. Kerjasama dalam bentuk permintaan daftar buku-buku yang diperlukan dari pihak perpustakaan kepada guruguru atau sebaliknya ketika ada formasi penambahan literatur perpustakaan. Guru-guru diperintahkan untuk mencari buku koleksi yang diperlukan kemudian fihak sekolah menfasilitasinya dalam penggantian dana pembelian selanjutnya pihak pustakawan menginventarisinya dan memuatnya di perpustakaan.
4. MTsN Model Amuntai HSU a. Gedung Perpustakaan dalam Pemberdayaan Perpustakaan sebagai Sumber Belajar pada MTsN Model Amuntai HSU Berdasarkan data hasil observasi dan dokumen yang penulis himpun bahwa gedung perpustakaan dalam pemberdayaan Perpustakaan sebagai sumber belajar memili luas sekitar 127 168 m2. Luas bangunan tersebut terbagi menjadi dua lokasi perpustakaan yakni lokasi komplik Candi Agung dan Sei Malang Ujung. Posisi perpustakaan terletak di depan bangunan MTsN Model Amuntai. Akses bangunan tersendiri dan tidak menyatu dengan ruangan kelas tetapi lokasinya terbagi 2 yakni Bangunan 1 di komplek Candi Agung sedangkan Bangunan 2 di Sei Malang Ujung. Dengan demikian bisa pula dikatakan bahwa kondisi Gedung Perpustakaan di MTsN Model Amuntai sangat strategis yang berada dibagian muka bangunan sekolah yang
166 Ta’lim Muta’allim, Vol. II Nomor 1 Tahun 2012 mencerminkan simbol utama tradisi membaca pada MTsN Model Amuntai. Akses terdekat dengan perpustakaan untuk memberdayakan perpustakaan sebagai sumber belajar adalah ruang kelas atau ruangan belajar siswa selanjutnya ruang dewan guru serta ruangan kepala sekolah. Gedung Perpustakaan sebagai sumber belajar didalamnya sudah dilengkapi komputer, meja kursi dan rak bukuserta ruang baca, serta kondisi bangunan yang masih baik dan bersih memiliki daya tarik tersendiri bagi siswa dan guru untuk mengunjungi perpustakaan MTsN Model Amuntai b. Petugas Perpustakaan dalam Pemberdayaan Perpustakaan Sekolah sebagai Sumber Belajar pada MTsN Model Amuntai HSU Berdasarkan data hasil wawancara dan dokumentasi bahwa untuk pemberdayaan perpustakaan sebagai sumber belajar pada MTsN Model Amuntai sudah didukung tenaga pustakawan yang profesional karena berlatar belakang D3 perpustakaan.Pustkawan yang bertugas di MTsN Model Amuntai bernama H. Ahmad Muhaimin, A.Md serta Norhamidah A. Md yang bertugas selama empat tahun dan berstatus sebagai pegawai tidak tetap (GTT). Berdasarkan data hasil penelitian penulis bahwa petugas perpustakaan MTsN Model Amuntaiai secara performance orangya rapi santun dan pamiliar kepada siswa atau siapa saja yang memerlukan khususnya yang ada kaitanya dengan pemanfaatan perpustakaan sebagai sumber belajar. Hal ini dimaklumi karena tenaga Pustakawanya memang dari D3 perpustakaan tetapi keamapuan mengelola secara manajerial perpustakaan mulai dari kelengkapan perangkat administrasi perpustakaan sudah terpenuhi seperti: buku pengunjung, buku peminjaman dan pengembalian, daftar keanggotaan perpustakaan, slip buku, kartu peminjaman dan pengembalian, ruang baca yang teratur rapi, penyusunan buku yang refresentatif berdasarkan indexnya pada rak dan lemari. Selain itu pula tersedia informasi dalam bentuk soft file yang berisi tentang informasi yang diperlukan tentang hal-hal yang berhubungan dengan
Nurjannah Rianie, Pemberdayaan Perpustakaan Sekolah ...
167
perpustakaan MTsN Model Amuntai HSU. Selengkapnya tentang petugas Perpustakaan. c. Koleksi Perpustakaan dalam Pemberdayaan Perpustakaan Sekolah sebagai Sumber Belajar pada MTsN Model Amuntai HSU Koleksi buku-buku yang tersedia di Perpustakaan MTsN Model Amuntai terdiri dari; beberapa koleksi buku yang terdiri dari Karya umum, filsafat, agama ilmu social bahasa, kesusasteraan, ilmu murni, terapan kesenian, olahraga, referensi, paket dll yang berjumlah 2. 628 judul dengan 16.930 exampler. Penambahan koleksi terbaru sebanyak 146 judul debgan 2659 exampler. Buku yang rusak ada 24 judul dengan 100 exampler. Keadaan buku terakhir yang ada dikoleksi adalah 21254 exampler. Sementara itu pula peminjam koleksi buku-buku yanga ada tercatat sebanyak 2851 orang. Selengkapnya ada pada Tabel Laporan d. Layanan Perpustakaan dalam Pemberdayaan Perpustakaan Sekolah sebagai Sumber Belajar pada MTsN Model Amuntai Berdasarkan data observasi dan wawancara yang penulis lakukan bahwa layanan perpustakaan dalam pemberdayaan perpustakaan di MTsN Model Amuntai ada satu macam yakni layanan terbuka. Pada layanan terbuka diperuntukan terhadap siswa untuk masuk dan memilih sendiri buku-buku yang mereka perlukan di Lemari dan rak buku. Selanjutnya menyerahkan kartu peminjaman kepada petugass perpustakaan kemudian slip peminjaman disisi. Untuk buku ajar masa peminjaman satu semester sedangkan untuk buku baca selama 1 minggu. Khusus bagi guru-guru layanan perpustakaan di MTsN Model Amuntai HST juga sifatnya terbuka dan tidak dibatasi waktu batas
168 Ta’lim Muta’allim, Vol. II Nomor 1 Tahun 2012 peminjamanya karena sudah terinventarisir dengan rapi dan baik untuk dipergunakan sebagaimana mestinya. Berdasarkan data yang dihimpun bahwa ruang baca yang dijadikan sebagai sarana layanan baca di MTsN Model Amuntai belum memadai karena berhimpitan dengan Layanan sirkulasi buku dan peminjaman buku. Tidak adanya sekat/pemisah antara ruang layanan sirkulasi buku dengan peminjaman buku ini diakui oleh petugas pelayanan memang mengganggu suasana kenyamanan dalam membaca dan pada akhirnya juga mempengaruhi konsentrasi seseorang dalam membaca. Jadwal pelayanan perpustakaan di MTsN Model Amuntai yakni dari Senin, Selasa, Rabu, kamis, Jumat dan Sabtu dari jam 08.00 13.30 e. Kerjasama antara Guru dan Petugas Perpustakaan dalam Pemberdayaan Perpustakaan Sekolah sebagai Sumber Belajar pada MTsN Model Amuntai HSU Berdasarkan data yang berhasil dihimpun oleh penulis bahwa kerjasama guru dan petugas perpustakaan sekolah di MTsN Model Amuntai sebagai berikut: 1) Kerjasama dalam bentuk penyediaan informasi kepada guru tentang data buku-buku yang boleh dipinjamkan secara terbuka baik untuk siswa maupun dewan guru. 2) Kerjasama dalam menyediakan fasilitas ruang baca bagi siswa yang menyelesaikan tugas guru baik secara perorangan maupun kelompok. 3) Kerjasama dalam bentuk bimbingan belajar kepada murid yang memerlukan data dan penjelasan bahan ajar yang terdapat di perpustakaan. 4) Kerjasama dalam bentuk adanya pengiriman surat dari petugas perpustakaan kepada pihak wali kelas yang berisi tentang pemberitahuan tentang daftar siswa yang terlambat maupun yang belum mengembalikan buku yang dipinjam sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan. 5) Kerjasama dalam bentuk permintaan daftar buku-buku yang diperlukan dari pihak perpustakaan kepada guru-
Nurjannah Rianie, Pemberdayaan Perpustakaan Sekolah ...
169
guru atau sebaliknya ketika ada formasi penambahan literatur perpustakaan. 6) Guru-guru diperintahkan untuk cari buku koleksi yang diperlukan kemudian fihak sekolah menfasilitasinya dalam penggantian dana pembelian selanjutnya pihak pustakawan menginventarisinya dan memuatnya di perpustakaan. H. Analisis Penelitian 1. MTsN Model Mulawarman Pemberdayaan perpustakaan pada MTsN Model Mulawarman Banjarmasin dalam hal gedung dimana masih belum representative hal ini bisa dilihat dari luas gedung yang sangat terbatas dan kondisi bangunan perpustakaan yang belum layak dikatakan gedung tetapi hanya menggunakan lokal belajar sebagaimana layaknya local belajar ditambah lagi berdimpitan dengan ruang UKS serta ruang baca yang menyatu dengan layanan sirkulasi. Sementara untuk petugas perpustakaan MTsN Model Mulawarman sudah memiliki tenaga Pustakawan yang sudah profesional dengan berlatar belakang pendidikan D3 Perpustakaan dan sudah berstatus sebagai pustakawan Negeri. Koleksi buku di MTsN Mmodel Mulawarman terdiri dari kolek si untuk pegangan guru yakni yang terdiri dari 12 judul buku yang sesuai dengan mata pelajaran di MTsN Model Mulawarman. Jumlah Exampler buku pegangan guru terdiri dari buku pegangan guru kelas VII terdiri dari 143 Exampler, Kelas VIII terdiri dari 124 exampler serta kelas IX terdiri dari 124 exampler.. Total keseluruhanya adalah 391 exampler. Sementara itu pula untuk koleksi buku penunjang terdiri dari 96 judul dengan jumlah examplernya adalah 706 exampler. Buku yang dipinjamkan secara terbuka di bagian sirkulasi sebanyak 1838 judul dengan jumlah 4753 exampler. Buku referensi yang tersedia dan hanya bias dilayani secara tertutup sebanyak 188 judul dengan jumlah 1196 exampler. Buku paket
170 Ta’lim Muta’allim, Vol. II Nomor 1 Tahun 2012 koleksi terakhir sebanyak 113 judul berjumlah 12432 exampler. Dengan demikian total buku yang terkoleksi sebanyak 2140 judul dengan 18441 exampler. Pemberdayaan perpustakaan MTsN Model Mulawarman sebagai sumber belajar memiliki dua system layanan yakni terbuka untuk buku yang tersedia di layanan sirkulasi dan tertutup untuk buku yang tersedia di bagian referensi. Sementara itu pula untuk pelayanan ini melayani dari senin sampai sabtu dari jam 07.00-13.30 terkecuali hari jumat dimajukan hingga jam 11.00. Kerjasama guru dan petugas perpustakaan sekolah di MTsN Mulawarman Banjarmasin dalam pemberdayaan perpustakaan seabai sumber belajar adalah dalam bentuk antara lain: Kerjasama dalam bentuk penyediaan informasi kepada guru tentang data buku-buku yang boleh dipinjamkan secara terbuka baik untuk siswa maupun dewan guru. Kerjasama dalam menyediakan fasilitas ruang baca bagi siswa yang menyelesaikan tugas guru baik secara perorangan maupun kelompok. Kerjasama dalam bentuk bimbingan belajar kepada murid yang memerlukan data dan penjelasan bahan ajar yang terdapat di perpustakaan. Kerjasama dalam bentuk adanya pengiriman surat dari petugas perpustakaan kepada pihak wali kelas yang berisi tentang pemberitahuan tentang daftar siswa yang terlambat maupun yang belum mengembalikan buku yang dipinjam sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan. Kerjasama dalam bentuk permintaan daftar buku-buku yang diperlukan dari pihak perpustakaan kepada guruguru atau sebaliknya ketika ada formasi penambahan literatur perpustakaan. 2. MTsN Model Martapura Pemberdayaan perpustakaan pada MTsN Model Martapura dalam hal gedung sudah representative hal ini bisa dilihat dari luas gedung yang sudah memadai ditambah lagi dengan posisi gedung yang terpisah dengan ruang belajar dan sudah layak dikatakan sebagai gedung perpustakaan. Sementara untuk petugas perpustakaan MTsN Model Martapura sudah memiliki tenaga Pustakawan yang sudah profesional dengan berlatar belakang pendidikan D3 Perpustakaan dan sudah
Nurjannah Rianie, Pemberdayaan Perpustakaan Sekolah ...
171
berstatus sebagai pustakawan Negeri. Bahkan saat ini pustakawan di MTsN Model Martapura sudah melanjutkan ke S1. Koleksi buku-buku yang tersedia di Perpustakaan MTsN Model Martapura terdiri dari; buku induk yang merupakan buku pegangan pokok sesuai dengan kurikulum mulai dari kelas VIIkelas IX yang berjumlah 512 judul buku sementara jumlah examplernya masih belum terinventrisir di data Dokomentasi. Sementara itu pula untuk koleksi buku induk yang berfungsi sebagai buku bacaan tambahan berjumlah 1395 judul dengan jumlah examplernya yang juga belum terdata secara pasti di Dokumentasi . Kemudian untuk buku induk untuk kategori buku cerita berjumlah 315 judul buku juga dengan jumlah exampler yang belum terhitung dan terdokumentasi kan. Layanan perpustakaan MTsN Model Martapura hanya bersifat terbuka saja tidak ada layanan tertutup jadi guru dan siswa bebas meminjam secara terbuka dengan mencari buku-buku yang diperlukan baik yang berkenaan dengan buku induk sebagai buku pegangan, buku induk sebgai buku bacaan maupun buku induk sebagai buku cerita. Jam pelayanan adalah dari jam 08.00 – 13.30 kecuali hari Jumat dimajukan jam 11.30. Lama peminjaman buku biasanya selama satu tahun terkecuali untuk buku bacaan dan cerita hanya 2 minggu saja. Berdasarkan data yang berhasil dihimpun oleh penulis bahwa kerjasama guru dan petugas perpustakaan sekolah di MTsN Martapura dalam pemberdayaan perpustakaan antara lain sebagai berikut: Kerjasama dalam bentuk penyediaan informasi kepada guru tentang data buku-buku yang boleh dipinjamkan secara terbuka baik untuk siswa maupun dewan guru. Kerjasama dalam menyediakan fasilitas ruang baca bagi siswa yang menyelesaikan tugas guru baik secara perorangan maupun kelompok. Kerjasama dalam bentuk bimbingan belajar kepada murid yang memerlukan data dan penjelasan bahan ajar yang terdapat di perpustakaan. Kerjasama dalam bentuk adanya pengiriman surat dari petugas perpustakaan kepada pihak wali kelas yang berisi tentang pemberitahuan tentang daftar siswa yang
172 Ta’lim Muta’allim, Vol. II Nomor 1 Tahun 2012 terlambat maupun yang belum mengembalikan buku yang dipinjam sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan. Kerjasama dalam bentuk permintaan daftar buku-buku yang diperlukan dari pihak perpustakaan kepada guru-guru atau sebaliknya ketika ada formasi penambahan literatur perpustakaan. Kerjasama dalam bentuk orientasi perpustakaan pada tahun ajaran baru yang disampaikan oleh pihak pustakawan, kepala sekolah serta seluruh dewan guru agar siswa mengenali cara pemanfaatan perpustakaan secara maksimal efektif dan efeisen. 3. MTsN Model Barabai Pemberdayaan perpustakaan pada MTsN Model Barabai sudah representatif, hal ini bisa dilihat dari luas gedung yang sudah memadai ditambah lagi dengan posisi gedung yang terpisah dengan ruang belajar dan sudah layak dikatakan sebagai gedung perpustakaan. Meskipun demikian gedung perpustakaan di MTsN Model Barabai ini masih berdampingan dengan Laboraturium MIPA. Hal seperti ini semestinya tidak terjadi karena mengurangi idealnya sebuah gedung perpustakaan sebagai pusat pembelajaran di luar kelas. Sementara untuk petugas perpustakaan MTsN Model Martapura juga belum memenuhi kriteria tenaga Pustakawan profesional dengan berlatar belakang pendidikan SMK dan status kepegawainya pun adalah tenaga honorer. Koleksi buku-buku yang tersedia di Perpustakaan MTsN Model Barabai terdiri dari beberapa koleksi buku Karya umum sebanyak 16 judul dengan 825 exampler. Filsafat sebanyak 8 judul dengan 108 exampler. Al-Qur’an Hadits sebanyak 4 judul dengan 746 exampler. Fiqih sebanyak 3 judul dengan 520 exampler. Aqidah akhlak sebanyak 520 exampler. Jadi jumlah judul koleksi buku secara keseluruhan adalah 641 judul dengan 12325 exampler. Jumlah pengunjung terakhir yang terdokumentasikan dalam tahun 2011 ini tercatat sebanyak 15847orang. Kemudian jumlah buku yang dipinjamkan adalah sebanyak 9115 exampler. Layanan perpustakaan MTsN Model Barabai hanya bersifat terbuka saja tidak ada layanan tertutup jadi guru dan siswa bebas meminjam secara terbuka dengan mencari buku-buku yang diperlukan baik yang berkenaan dengan buku induk sebagai buku
Nurjannah Rianie, Pemberdayaan Perpustakaan Sekolah ...
173
pegangan, buku induk sebgai buku bacaan maupun buku induk sebagai buku cerita. Jam pelayanan adalah dari jam 08.00 – 13.30 kecuali hari Jumat dimajukan jam 11.30. Lama peminjaman buku biasanya selama satu tahun terkecuali untuk buku bacaan dan cerita hanya 1 minggu saja. Berdasarkan data yang berhasil dihimpun oleh penulis bahwa kerjasama guru dan petugas perpustakaan sekolah di MTsN Model Barabai dalam pemberdayaan perpustakaan antara lain sebagai berikut: Kerjasama dalam bentuk penyediaan informasi kepada guru tentang data buku-buku yang boleh dipinjamkan secara terbuka baik untuk siswa maupun dewan guru. Kerjasama dalam menyediakan fasilitas ruang baca bagi siswa yang menyelesaikan tugas guru baik secara perorangan maupun kelompok. Kerjasama dalam bentuk bimbingan belajar kepada murid yang memerlukan data dan penjelasan bahan ajar yang terdapat di perpustakaan. Kerjasama dalam bentuk adanya pengiriman surat dari petugas perpustakaan kepada pihak wali kelas yang berisi tentang pemberitahuan tentang daftar siswa yang terlambat maupun yang belum mengembalikan buku yang dipinjam sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan. Kerjasama dalam bentuk permintaan daftar buku-buku yang diperlukan dari pihak perpustakaan kepada guru-guru atau sebaliknya ketika ada formasi penambahan literatur perpustakaan. Guru-guru diperintahkan untuk mencari buku koleksi yang diperlukan kemudian fihak sekolah menfasilitasinya dalam penggantian dana pembelian selanjutnya pihak pustakawan menginventarisinya dan memuatnya di perpustakaan. 4. MTsN Model Amuntai HSU Pemberdayaan perpustakaan pada MTsN Model Amuntai sudah representatif hal ini bisa dilihat dari luas gedung yang sudah memadai ditambah lagi dengan posisi gedung yang terpisah dengan ruang belajar dan sudah layak dikatakan sebagai gedung perpustakaan. Apalagi khusus bagi Perpustakaan MTsN Model Amuntai yang memiliki dua perpustakaan dengan lokasi MTsN
174 Ta’lim Muta’allim, Vol. II Nomor 1 Tahun 2012 Model yang terdiri dari lokasi 1 di Komplek Candi Agung dan Lokasi 2 di Sei Malang Ujung. Pda perpustakaan di MTsN Model Amuntai juga tersedia ruang baca namun masih menyatu dengan layanan sirkulasi sehingga agak mengganggu konsentrasi ketika blajar disana. Sementara untuk petugas perpustakaan MTsN Model Amuntai sudah memenuhi kreteria tenaga Pustakawan profesional dengan berlatar belakang pendidikan D3 Perpustakaan tetapi status kepegawaian mereka masih Honorer,. Koleksi buku-buku yang tersedia di Perpustakaan MTsN Model Amuntai terdiri dari beberapa koleksi buku dari Karya umum, filsafat, agama ilmu social bahasa, kesusasteraan, ilmu murni, terapan kesenian, olahraga, referensi, paket dll. yang berjumlah 2. 628 judul dengan 16.930 exampler. Penambahan koleksi terbaru sebanyak 146 judul dengan 2659 exampler. Buku yang rusak ada 24 judul dengan 100 exampler. Keadaan buku terakhir yang ada dikoleksi adalah 21254 exampler. Sementara itu pula peminjam koleksi buku-buku yang ada tercatat sebanyak 2851 orang. Layanan perpustakaan MTsN Model Amuntai bersifat terbuka saja tidak ada layanan tertutup jadi guru dan siswa bebas meminjam secara terbuka dengan mencari buku-buku yang diperlukan baik yang berkenaan dengan buku induk sebagai buku pegangan, buku induk sebagai buku bacaan maupun buku induk sebagai buku cerita. Jam pelayanan adalah dari jam 08.00 – 13.30 kecuali hari Jumat dimajukan jam 11.30. Lama peminjaman buku biasanya selama satu tahun terkecuali untuk buku bacaan dan cerita hanya 1 minggu saja. Berdasarkan data yang berhasil dihimpun oleh penulis bahwa kerjasama guru dan petugas perpustakaan sekolah di MTsN Model Amuntai dalam pemberdayaan perpustakaan antara lain sebagai berikut: Kerjasama dalam bentuk penyediaan informasi kepada guru tentang data buku-buku yang boleh dipinjamkan secara terbuka baik untuk siswa maupun dewan guru. Kerjasama dalam menyediakan fasilitas ruang baca bagi siswa yang menyelesaikan tugas guru baik secara perorangan maupun kelompok. Kerjasama dalam bentuk bimbingan belajar kepada murid yang memerlukan data dan penjelasan bahan ajar yang
Nurjannah Rianie, Pemberdayaan Perpustakaan Sekolah ...
175
terdapat di perpustakaan. Kerjasama dalam bentuk adanya pengiriman surat dari petugas perpustakaan kepada pihak wali kelas yang berisi tentang pemberitahuan tentang daftar siswa yang terlambat maupun yang belum mengembalikan buku yang dipinjam sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan. Kerjasama dalam bentuk permintaan daftar buku-buku yang diperlukan dari pihak perpustakaan kepada guru-guru atau sebaliknya ketika ada formasi penambahan literatur perpustakaan. Guru-guru diperintahkan untuk mencari buku koleksi yang diperlukan kemudian fihak sekolah menfasilitasinya dalam penggantian dana pembelian selanjutnya pihak pustakawan menginventarisinya dan memuatnya di perpustakaan. I. Kesimpulan 1. Gedung perpustakaan sebagai bagian dari pemberdayaan perpustakaan sebagai sumber belajar sebagian MTs Model yang terdapat di Kalimanatan Selatan sudah refresentatif dikatakan sebagai sebuah gedung perpustkaan diantaranya; MTsN Model Martapura serta MTsN Model Amuntai. Gedung yang belum representatif adalah MTsN Model Barabai dan MTsN Model Mulawarman. 2. Petugas perpustakaan sebagai bagian dari pemberdayaan perpustakaan sebagai sumber belajar ada beberapa MTsN Model yang sudah profesional memiliki tenaga pengelola perpustakaan diantaranya MTsN Model Mulawarman, MTsN Model Martapura serta MTsN Model Amuntai. Sementara pada MTsN Model Barabai tidak berlatar belakang D3 Perpustakaan yakni SMK. 3. Koleksi buku-buku yang tercatat dan tersedia di MTsN Model se Kalimantan Selatan pada dasarnya sudah memadai untuk memenuhi kebutuhan guru dan peserta didik. Buku pokok untuk pegangan sesuai dengan kurikulum juga sudah terpenuhi demikian juga dengan buku bacaan lainya.
176 Ta’lim Muta’allim, Vol. II Nomor 1 Tahun 2012 4. Pelayanan perpustakaan sebagai bagian dari pemberdayaan perpustakaan sebagai sumber belajar pada MTsN Model di Kalimanatan Selatan diantaranya hanya satu MTsN yang menerapkan sistem terbuka dan tertutup yaitu MTsN Model Mulawarman. Sementara MTsN Model Martapura, MTsN Model Barabai serta MTsN Model Amuntai hanya menerapkan sistem pelayanan terbuka. 5. Berdasarkan data yang berhasil dihimpun oleh penulis bahwa kerjasama guru dan petugas perpustakaan sekolah di MTsN Model Sekalimantan Selatan, meliputi: Kerjasama dalam bentuk penyediaan informasi kepada guru tentang data buku-buku baik untuk siswa maupun dewan guru. Kerjasama dalam menyediakan fasilitas ruang baca bagi siswa yang menyelesaikan tugas guru baik secara perorangan maupun kelompok. Kerjasama dalam bentuk bimbingan belajar kepada murid yang memerlukan data dan penjelasan bahan ajar yang terdapat di perpustakaan. Kerjasama dalam bentuk adanya pengiriman surat dari petugas perpustakaan kepada pihak wali kelas yang berisi tentang pemberitahuan tentang daftar siswa yang terlambat maupun yang belum mengembalikan buku yang dipinjam sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan. Kerjasama dalam bentuk permintaan daftar buku-buku yang diperlukan dari pihak perpustakaan kepada guru-guru atau sebaliknya ketika ada formasi penambahan literatur perpustakaan. Guru-guru diperintahkan untuk mencari buku koleksi yang diperlukan kemudian pihak sekolah menfasilitasinya dalam penggantian dana pembelian selanjutnya pihak pustakawan menginventarisinya dan memuatnya di perpustakaan.
Nurjannah Rianie, Pemberdayaan Perpustakaan Sekolah ...
177
DAFTAR PUSTAKA Arsyad, Azhar, Media Pembelajaran, Jakarta, PT. RajaGrafindo Persada, 2007. Tachir, A. Malik, dkk., Memahami Cara Belajar Aktif, Jakarta, Rosda Jayaputra, 1988. Suryadi, A., Membuat Siswa aktif Belajar, Bandung: Bina Cipta, 1983. Rusyan, A. Thabrani, Profesionalisme Tenaga Kependidikan, Bandung: Yayasan Karya Sarjana Mandiri, 1990. Bloom, Taxonomi of Educational Objectives, New York: Company, Inc.1956. Forum
Kajian Budaya dan Agama (FKBA), Pedoman Pengelolaan Perpustakaan Madrasah, Yogyakarta, FKBA, 2000.
Haq, Rizal Saiful, dkk., Perpustakaan dan Pendidikan: Pemetaan Peran serta Perpustakaan dalam Proses Belajar Mengajar, Jakarta, Fakultas Adab dan Humaniora UIN Jakarta, 2007. Humalik, Oemar, Mengajar Azas, Metode, Teknik, I-II, Bandung, Pustaka Martiana, 1983. ____________, Media Pendidikan, Bandung, PT. Citra Aditya Bakti,1994. Ibrahim Bafadal, Pengelolaan Perpustakaan Sekolah, Jakarta, PT. Bumi Aksara, 2008. Laila Rahmawati, Pelayanan Perpustakaan (Upaya Meningkatkan Mutu Pelayanan Perpustakaan Perguruan Tinggi dan Sekolah/Madrasah), AL JAMI Jurnal Ilmiah
178 Ta’lim Muta’allim, Vol. II Nomor 1 Tahun 2012 Keagamaan Pendidikan dan Dakwah, Vol. 3 No.2 JuliDes 2007. Lasa HS, Membina Perpustakaan Madrasah dan Sekolah Islam, Yogyakarta, Adicita Karya Nusa, 2002. Lembaga Pemberdayaan Perpustakaan dan Informasi (LPPI) dan BEP (Basic Education Project) Depag RI, Pedoman Pengelolaan Perpustakaan Madrasah, Yogyakarta: BEP Depag, 2001. Maman Achdiat, Dana Re, 1986, Mengajar Yang Efektif, (Brosur), Bidang Pendidikan Guru, Bandung: Kanwil Depdikbud Jabar, 1994. Masruri,
Anis, (ed.), Coursepack on School/Teacher Librarianship (Kumpulan Artikel tentang Perpustakaan Sekolah/Guru Pustakawan), Yogyakarta: Jurusan Ilmu Perpustakaan dan Informasi Fakultas Adab UIN Sunan Kalijaga, 2006.
Seels, B.B. dan Glasgow, Exercises in Instructional Design. Columbus: Merril Publishing Company, 1990. Sinaga, Dian, Mengelola Perpustakaan Sekolah, Bandung, Kiblat Buku Utama, 2007. Suhendar, Pawit M. Tusuf dan Yaya, Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan Sekolah, Jakarta, Prenada Media Group, 2007. Suherman, Perpustakaan sebagai Jantung Sekolah, Bandung, MQS Publissing, 2009. Surya, Moh, Suara Daerah. No. 201, Peranan Guru dalam Pengembangan Kurikulum dengan Menggunakan Pendekatan CBSA, 1987. Usman, Muh. Uzer, Dedaktik Metodek Umum, Bandung, 1985. ____________, Menjadi Guru Profesional, Bandung, PT.Remaja Rosdakarya, 2005.
Kajian Pendidikan Akuntansi Indonesia Ade Lenawati & Siswanto Halaman 37 - 71
PENGARUH MOTIVASI BELAJAR DAN PEMANFAATAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH TERHADAP PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI SISWA KELAS X PROGRAM KEAHLIAN AKUNTANSI SMK YPKK 1 SLEMAN TAHUN AJARAN 2011/2012 Oleh : Ade Lenawati1 Siswanto2 Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) pengaruh Motivasi Belajar terhadap Prestasi Belajar Akuntansi, 2) pengaruh Pemanfaatan Perpustakaan Sekolah terhadap Prestasi Belajar Akuntansi, 3) pengaruh Motivasi Belajar dan Pemanfaatan Perpustakaan Sekolah secara bersama-sama terhadap Prestasi Belajar Akuntansi Siswa Kelas X Program Keahlian Akuntansi SMK YPKK 1 Sleman Tahun Ajaran 2011/2012. Populasi penelitian ini adalah siswa Program Keahlian Akuntansi SMK YPKK 1 Sleman Tahun Ajaran 2011/2012 berjumlah 68 siswa. Dalam penelitian ini responden berjumlah 68 siswa sehingga penelitian ini merupakan penelitian populasi. Penelitian dilakukan pada bulan Mei-Juni 2012. Data dikumpulkan dengan metode dokumentasi dan kuesioner. Uji validitas instrumen menggunakan rumus korelasi product moment dan uji reliabilitas instrumen menggunakan rumus koefisien alpha. Uji prasyarat analisis meliputi uji linieritas dan uji multikolinieritas. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi sederhana, untuk menguji hipotesis pertama dan kedua serta mengetahui besarnya pengaruh antar masing-masing variabel bebas dengan variabel terikat dan regresi ganda untuk menguji hipotesis ketiga yaitu untuk mengetahui pengaruh semua variabel bebas secara bersama-sama dengan variabel terikat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) terdapat pengaruh positif dan signifikan Motivasi Belajar terhadap Prestasi Belajar Akuntansi, dibuktikan koefisien korelasi (rx1y) sebesar 0,318, koefisien determinasi (r2x1y) sebesar 0,101, thitung = 2,726 lebih besar dari ttabel = 1,997, 2) terdapat pengaruh positif dan signifikan Pemanfaatan Perpustakaan Sekolah terhadap Prestasi Belajar Akuntansi, dibuktikan dengan koefisien korelasi (rx2y) sebesar 0,321, koefisien determinasi (r2x2y) 0,103, thitung = 2,756 lebih besar dari ttabel = 1,997, 3) terdapat pengaruh positif dan signifikan Motivasi Belajar dan Pemanfaatan Perpustakaan Sekolah secara bersama-sama terhadap Prestasi Belajar Akuntansi, dibuktikan koefisien korelasi (Ry(1,2)) sebesar 0,422, koefisien determinasi (R2y(1,2)) 0,178, Fhitung = 7,032 lebih besar dari Ftabel 3,134. Penelitian ini menunjukkan besarnya sumbangan relatif dari 1 2
Alumni Program Studi Pendidikan Akuntansi – Universitas Negeri Yogyakarta Dosen Jurusan Pendidikan Akuntansi – Universitas Negeri Yogyakarta
37
Kajian Pendidikan Akuntansi Indonesia Ade Lenawati & Siswanto Halaman 37 - 71
variabel Motivasi Belajar 49,4%, variabel Pemanfaatan Perpustakaan Sekolah 50,6%. Sumbangan efektif dari variabel Motivasi Belajar 8,8%, variabel Pemanfaatan Perpustakaan Sekolah 9,0%. A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan hidup manusia untuk masa sekarang dan masa yang akan datang. Pendidikan dapat diperoleh di sekolah, keluarga maupun masyarakat. Pendidikan berfungsi membantu siswa dalam pengembangan dirinya yaitu pengembangan semua potensi, kecakapan serta karakteristik pribadinya ke arah yang positif, baik bagi dirinya maupun lingkungannya. Pendidikan di sekolah bertujuan agar siswa dapat mengembangkan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotornya secara seimbang. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu bentuk pendidikan menengah dengan berbagai program keahlian. Salah satu program keahlian yang ada di SMK yaitu program keahlian akuntansi. Program keahlian akuntansi menuntut siswa untuk memahami konsep dan teori akuntansi serta mempunyai kemampuan untuk mengelola pembukuan. Cara mengukur pemahaman siswa terhadap pelajaran akuntansi di sekolah dengan melihat Prestasi Belajar Akuntansi. Prestasi Belajar Akuntansi adalah hasil yang dicapai siswa melalui kegiatan belajar akuntansi dengan memperoleh kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik yang berhubungan dengan akuntansi yang dinyatakan dalam bentuk skor atau angka. Prestasi Belajar Akuntansi yang dipreoleh siswa mencerminkan tingkat kemampuan dan penguasaan siswa terhadap mata pelajaran akuntansi. Setiap siswa pada dasarnya memiliki keinginan untuk berhasil dalam proses belajar akuntansi atau dengan kata lain siswa mempunyai keinginan untuk mencapai Prestasi Belajar Akuntansi yang baik namun pada kenyataannya berbagai upaya yang dilakukan oleh siswa maupun pihak lain dalam meningkatkan Prestasi Belajar Akuntansi tidak jarang menemui 38
Kajian Pendidikan Akuntansi Indonesia Ade Lenawati & Siswanto Halaman 37 - 71
hambatan-hambatan yang menyebabkan siswa mengalami kegagalan dalam mencapai Prestasi Belajar Akuntansi yang diharapkan. Oleh karena itu untuk mencapai Prestasi Belajar Akuntansi yang tinggi maka perlu ditelusuri berbagai faktor yang mempengaruhinya. Prestasi Belajar Akuntansi dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor dari dalam diri siswa (intern) dan faktor dari luar diri siswa (ekstern). Faktor dari dalam diri siswa antara lain: faktor fisiologis, terdiri dari kondisi fisik dan kondisi panca indera, faktor psikologis, terdiri dari bakat, sikap, minat, kecerdasan, motivasi, kemampuan kognitif. Faktor dari luar yang mempengaruhi prestasi belajar antara lain: faktor lingkungan yang terdiri dari lingkungan alam dan lingkungan sosial, faktor instrumental yang terdiri dari kurikulum/bahan pelajaran, guru/pengajar, sarana seperti perpustakaan sekolah, administrasi/manajemen. Perbedaan dari setiap siswa dalam berbagai faktor menyebabkan perbedaan dalam pencapaian prestasi belajar. Dalam rangka untuk mendapatkan prestasi belajar yang baik dan tercapainya tujuan pembelajaran dibutuhkan interaksi antara faktor-faktor tersebut. Pengaruh dari masing-masing faktor tersebut mengakibatkan munculnya siswa yang mempunyai prestasi belajar yang tinggi, sedang, rendah atau bahkan gagal sama sekali. Mata pelajaran akuntansi bertujuan memberikan kemampuan dan keterampilan dalam mencatat, menggolongkan, mengiktisarkan dan melaporkan transaksi keuangan pada sebuah unit usaha yang terjadi pada periode tertentu serta kemampuan menginterpretasikan informasi yang berasal dari laporan keuangan tersebut. Dalam melaksanakan hal tersebut dibutuhkan kerapian dan ketelitian agar diperoleh hasil yang tepat dan akurat yang dapat digunakan oleh berbagai pihak yang membutuhkan untuk mengambil keputusan. Oleh karena itu dalam belajar akuntansi memerlukan ketekunan dalam berlatih mengerjakan soal-soal latihan. Dalam belajar akuntansi, Motivasi Belajar dan Pemanfaatan Perpustakaan Sekolah sangatlah penting dan diperlukan.
39
Kajian Pendidikan Akuntansi Indonesia Ade Lenawati & Siswanto Halaman 37 - 71
Faktor internal yang berhubungan dengan Prestasi Belajar Akuntansi adalah Motivasi Belajar. Motivasi Belajar yaitu dorongan yang timbul dalam diri seseorang untuk mencapai suatu tujuan yang diwujudkan dengan adanya perubahan tingkah laku orang tersebut. Motivasi Belajar siswa khususnya pada mata pelajaran akuntansi perlu ditumbuhkan dan dikembangkan dalam diri masing-masing siswa untuk mempermudah mereka dalam belajar sehingga prestasi belajar siswa yang diharapkan dapat tercapai. Motivasi Belajar siswa itu sangat dibutuhkan karena akan menimbulkan adanya kesiapan, semangat, konsentrasi siswa dalam kegiatan pembelajaran. Motivasi Belajar yang timbul dari diri siswa tidak muncul dengan sendirinya namun harus didukung dengan adanya suasana belajar yang nyaman, sarana belajar yang memadai seperti perpustakaan sekolah, kinerja guru yang baik dalam mengajar. Perpustakaan sekolah merupakan faktor eksternal yang berhubungan dengan Prestasi Belajar Akuntansi. Perpustakaan sekolah adalah pusat interaksi siswa dengan buku, sehingga Pemanfaatan Perpustakaan Sekolah sangat penting dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, pengelola perpustakaan sekolah harus mampu mengetahui dan mengakomodasi kepentingan dan kebutuhan siswa sehubungan dengan kegiatan belajar mereka dan juga memperluas wawasan pengetahuanya, sehingga Pemanfaatan Perpustakaan Sekolah secara intensif dapat meningkatkan prestasi belajar. SMK YPKK 1 Sleman merupakan salah satu sekolah kejuruan yang salah satu program keahliannya adalah program keahlian akuntansi. Siswa dituntut untuk bisa menguasai akuntansi sehingga pihak sekolah berusaha untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam proses pembelajaran. Usaha ini untuk meningkatkan Prestasi Belajar Akuntansi, khususnya siswa kelas X. Prestasi Belajar Akuntansi yang tinggi merupakan dambaan semua pihak baik pribadi diri siswa, orang tua maupun pihak sekolah. Namun berdasarkan data yang diperoleh peneliti dari hasil observasi yang
40
Kajian Pendidikan Akuntansi Indonesia Ade Lenawati & Siswanto Halaman 37 - 71
dilakukan di SMK YPKK 1 Sleman, diketahui bahwa Prestasi Belajar Akuntansi yang dicapai belum sesuai dengan yang diharapkan oleh SMK YPKK 1 Sleman. Hal ini terlihat dari nilai ulangan harian, nilai ujian tengah semester genap, dan nilai ujian akhir semester genap masih ada siswa yang mengikuti perbaikan karena nilai yang diperoleh masih di bawah standar ketuntasan yaitu 72, jumlah rata-rata seluruh siswa yang memperoleh nilai di bawah standar ketuntasan adalah sebanyak 33,82% dari jumlah keseluruhan siswa kelas X Program Keahlian Akuntansi SMK YPKK 1 Sleman. Persentase sebesar 33,82% tersebut merupakan permasalahan serius bagi sekolah karena sekolah menginginkan siswanya lulus 100% sedangkan kenyataanya siswa yang lulus atau memenuhi KKM hanya 66,18%. Motivasi Belajar siswa kelas X Program Keahlian Akuntansi di SMK YPKK 1 Sleman masih kurang maksimal. Hal ini dapat dilihat dari siswa yang kurang aktif dalam proses pembelajaran, siswa cenderung malas dan tidak bersungguh-sungguh dalam menerima materi pelajaran yang diajarkan oleh guru, berbeda dengan siswa yang mempunyai Motivasi Belajar yang baik, siswa tersebut akan siap, semangat dan konsentrasi dalam kegiatan pembelajaran. Motivasi Belajar siswa yang belum optimal akan berakibat belum optimal juga Prestasi Belajar Akuntansi siswa. Sekolah ini sudah dilengkapi dengan sarana yang memadai seperti perpustakaan sekolah, namun perpustakaan sekolah di SMK YPKK 1 Sleman belum dimanfaatkan sesuai dengan tujuannya karena masih banyak siswa yang menghabiskan waktu istirahat di kantin atau lebih memilih untuk duduk di depan kelas sambil mengobrol bersama teman daripada mengunjungi perpustakaan sekolah, sedangkan tujuan diadakannya perpustakaan sekolah supaya siswa dapat memanfaatkan waktu di luar jam pelajarannya untuk menambah pengetahuan mereka dengan membaca buku-buku yang ada di perpustakaan sekolah. Sebagian siswa yang meminjam buku akuntansi di perpustakaan sekolah hanya meminjam buku bila ada tugas dari guru, sehingga siswa terkesan terpaksa dalam meminjam buku dan kemauan tersebut tidak berasal dari diri siswa.
41
Kajian Pendidikan Akuntansi Indonesia Ade Lenawati & Siswanto Halaman 37 - 71
Siswa yang rajin berkunjung ke perpustakaan sekolah tidak untuk belajar melainkan membaca majalah yang tidak berhubungan dengan sekolah. Ruang perpustakaan sekolah SMK YPKK 1 Sleman juga sempit sehingga siswa kurang nyaman berada di ruang perpustakaan. Selain itu siswa SMK YPKK 1 Sleman tidak terlepas dari usaha atau keinginan untuk meningkatkan Prestasi Belajar Akuntansi dan faktorfaktor yang mempengaruhinya. Oleh karena itu untuk mengetahui seberapa besar faktor-faktor tersebut berpengaruh terhadap Prestasi Belajar Akuntansi maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Motivasi Belajar dan Pemanfaatan Perpustakaan Sekolah terhadap Prestasi Belajar Akuntansi Siswa Kelas X Program Keahlian Akuntansi SMK YPKK 1 Sleman Tahun Ajaran 2011/2012”. 2. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian yang hendak dicapai adalah untuk mengetahui: a. Pengaruh Motivasi Belajar terhadap Prestasi Belajar Akuntansi Siswa Kelas X Program Keahlian Akuntansi SMK YPKK 1 Sleman Tahun Ajaran 2011/2012. b. Pengaruh Pemanfaatan Perpustakaan Sekolah terhadap Prestasi Belajar Akuntansi Siswa Kelas X Program Keahlian Akuntansi SMK YPKK 1 Sleman Tahun Ajaran 2011/2012. c. Pengaruh Motivasi Belajar dan Pemanfaatan Perpustakaan Sekolah secara bersama-sama terhadap Prestasi Belajar Akuntansi Siswa Kelas X Program Keahlian Akuntansi SMK YPKK 1 Sleman Tahun Ajaran 2011/2012.
42
Kajian Pendidikan Akuntansi Indonesia Ade Lenawati & Siswanto Halaman 37 - 71
3. Manfaat Penelitian a. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini bermanfaat untuk memberikan informasi tentang pengaruh Motivasi Belajar dan Pemanfaatan Perpustakaan Sekolah terhadap Prestasi Belajar Akuntansi b. Manfaat Praktis 1) Bagi Peneliti a) Sebagai wadah pengembangan berfikir dan penerapan ilmu pengetahuan teoritis yang telah dipelajari di bangku kuliah sehingga diharapkan dapat berguna bagi penulis di masa yang akan datang. b) Menambah kesiapan dan wawasan penulis untuk menjadi seorang pendidik di masa yang akan datang. 2) Bagi Sekolah a) Sebagai masukan dalam mendorong prestasi belajar siswa khususnya Prestasi Belajar Akuntansi. b) Memberikan informasi bagi guru ada tidaknya Pengaruh Motivasi Belajar dan Pemanfaatan Perpustakaan Sekolah dalam rangka meningkatkan Prestasi Belajar Akuntansi siswa di masa yang akan datang. 4. Kajian Pustaka a. Prestasi Belajar Akuntansi 1) Pengertian Prestasi Belajar Suatu bukti keberhasilan dari seseorang setelah memperoleh pengalaman belajar atau mempelajari sesuatu merupakan prestasi belajar. Menurut Sugihartono, dkk (2007: 130) merumuskan prestasi belajar sebagai berikut: “hasil pengukuran dalam proses belajar yang berwujud angka ataupun penghayatan yang mencerminkan tingkat penguasaan materi pelajaran bagi para siswa”. Sejalan dengan pendapat tersebut Nana Sudjana (1992: 3) mengatakan bahwa “prestasi belajar
43
Kajian Pendidikan Akuntansi Indonesia Ade Lenawati & Siswanto Halaman 37 - 71
merupakan hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu”. Menurut Nana Syaodih Sukmadinata (2005: 102) 2) Pengertian Akuntansi Menurut American Accounting Association yang dikutip oleh Soemarso (2004: 3): Akuntansi adalah proses mengidentifikasi, mengukur dan melaporkan informasi ekonomi untuk memungkinkan adanya penilaian dan keputusan yang jelas dan tegas bagi mereka yang menggunakan informasi tersebut. Definisi Akuntansi menurut American Institute of Certified Public Accountants (AICPA) yang dikutip oleh Zaki Baridwan (2004: 1) ”akuntansi adalah suatu kegiatan jasa. Fungsinya adalah menyediakan data kuantitatif, terutama yang mempunyai sifat keuangan, dari kesatuan usaha ekonomi yang dapat digunakan dalam pengambilan keputusan-keputusan ekonomi dalam memilih alternatif-alternatif dari suatu keadaan”. 3) Pengertian Prestasi Belajar Akuntansi Prestasi Belajar Akuntansi adalah hasil pencapaian siswa yang ditunjukkan dengan nilai atau angka berdasarkan kriteria tertentu melalui kegiatan belajar akuntansi dengan memperoleh kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik yang berhubungan dengan akuntansi. 4) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Akuntansi Tujuan yang diharapkan dari proses belajar adalah hasil yang positif, namun tidak jarang hasil yang diperoleh siswa justru negatif. Hal ini tidak luput dari peran faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar. Menurut pendapat Syaiful Bahri Djamarah (2008: 176), faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar yaitu: a) Faktor dari dalam, terdiri dari faktor: (1) Fisiologis, terdiri dari:
44
Kajian Pendidikan Akuntansi Indonesia Ade Lenawati & Siswanto Halaman 37 - 71
(a) kondisi fisiologis (b) kondisi panca indra. (2) Psikologis (a) Minat (b) Kecerdasan (c) Bakat (d) Motivasi (e) kemampuan kognitif. b) Faktor dari luar, meliputi dua faktor: (1) Faktor lingkungan, terdiri dari: (a) Alam (b) sosial budaya (2) Faktor instrumental, terdiri dari: (a) Kurikulum (b) Program (c) sarana dan fasilitas (perpustakaan) (d) guru Selanjutnya Slameto (2010: 56) mengatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar yaitu: 1) Faktor Intern, meliputi: a) Faktor jasmaniah terdiri atas faktor kesehatan dan cacat tubuh. b) Faktor psikologis terdiri dari intelegensi, perhatian, minat, bakat, motivasi, kematangan dan kelelahan. 2) Faktor Ekstern, meliputi: a) Faktor keluarga terdiri atas cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga. b) Faktor sekolah terdiri atas metode mengajar, kurikulum, relasi guru dan siswa, disiplin sekolah, keadaan gedung, metode mengajar, tugas.
45
Kajian Pendidikan Akuntansi Indonesia Ade Lenawati & Siswanto Halaman 37 - 71
c) Faktor masyarakat terdiri dari kegiatan siswa dalam masyarakat, media massa, teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat. b. Tinjauan tentang Motivasi Belajar 1) Pengertian Motivasi Belajar Kegiatan belajar dilakukan oleh siswa dengan usaha tidak mudah, oleh karena itu diperlukan adanya sesuatu yang mendukung kegiatan belajar agar semua tujuan dapat dicapai dengan maksimal. Hal tersebut dapat terjadi bila adanya motivasi Belajar. “Motivasi Belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung” (Hamzah B. Uno, 2008:23). Menurut Sardiman (2011:75) “Motivasi Belajar adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai. Motivasi Belajar merupakan faktor psikis yang bersifat non-intelektual” 2) Bentuk-bentuk Motivasi Belajar Banyak cara dan bentuk yang dapat dilakukan untuk menumbuhkan Motivasi Belajar seseorang. Adapun bentuk atau cara untuk menumbuhkan Motivasi Belajar yang dikemukakan oleh Sardiman (2011: 92) sebagai berikut: a) Memberi angka Angka dalam hal ini sebagai simbol dari hasil kegiatan belajar berupa nilai. b) Hadiah Hadiah dikatakan sebagai motivasi tapi tidak selalu karena tidak semua orang senang akan diberinya hadiah dalam bekerja.
46
Kajian Pendidikan Akuntansi Indonesia Ade Lenawati & Siswanto Halaman 37 - 71
c) Saingan atau kompetisi Saingan atau kompetisi dijadikan sebagai alat motivasi diri siswa untuk meningkatkan prestasi belajar. d) Ego-invotvement Menumbuhkan kesadaran siswa akan pentingnya tugas sehingga bekerja keras dengan mempertahankan harga diri e) Memberi ulangan Memberi ulangan kepada siswa merupakan sarana motivasi yang baik f) Mengetahui hasil Mengetahui hasil belajar apabila jika terjadi kemajuan akan mendorong siswa lebih giat dalam belajar g) Pujian Pujian yang tepat dan menyenangkan akan meningkatkan gairah belajar siswa h) Hukuman Hukuman menjadi alat motivasi yang bijak bila diberikan secara tepat i) Hasrat untuk belajar Hasrat untuk belajar berarti ada unsur kesengajaan. Hasrat untuk belajar berarti dalam diri siswa ada motivasi untuk belajar sehingga hasilnya akan baik. j) Minat Proses belajar akan berjalan lancar bila disertai dengan adanya minat sebagai alat motivasi dalam diri siswa. 3) Faktor-faktor yang mempengaruhi Motivasi Belajar Seseorang mempunyai dorongan untuk melakukan aktivitas karena adanya faktor-faktor yang mempengaruhinya. Menurut Hamzah B.Uno (2008: 23) faktor-faktor yang mempengaruhi Motivasi Belajar yaitu:
47
Kajian Pendidikan Akuntansi Indonesia Ade Lenawati & Siswanto Halaman 37 - 71
a) Faktor dari dalam diri individu (1)Hasrat dan keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar (2)Harapan akan cita-cita b) Faktor dari luar diri individu (1) Adanya penghargaan (2) Lingkungan belajar yang kondusif (3) Kegiatan belajar yang menarik 4) Ciri-ciri Motivasi Belajar Motivasi Belajar yang ada di dalam dan di luar diri seorang siswa memiliki karakterisik atau ciri-ciri tertentu. Ada tiga ciri yang saling berkaitan, antara lain: (a) Motivasi dimulai dari adanya perubahan energi dalam pribadi (b) Motivasi ditandai dengan timbulnya perasaan (c) Motivasi ditandai oleh reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan (Oemar Hamalik, 2004) Hal tersebut juga dikemukakan oleh Sardiman (2011:83), sebagai berikut: (a) Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai) (b) Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa) (c) Minat terhadap bermacam-macam masalah (minat untuk sukses) (d) Lebih senang bekerja mandiri (e) Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin (hal-hal yang bersifat mekanis, berulang-ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif) (f) Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini (g) Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan sesuatu) (h) Senang mencari dan memecahkan soal-soal
48
Kajian Pendidikan Akuntansi Indonesia Ade Lenawati & Siswanto Halaman 37 - 71
Menurut Hamzah B. Uno (2008) dapat diklasifikasikan sebagai berikut: (a) Adanya hasrat dan keinginan berhasil (b) Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar (c) Adanya harapan dan cita-cita masa depan (d) Adanya penghargaan dalam belajar (e) Adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan seorang siswa dapat belajar dengan baik. 5) Jenis-jenis Motivasi Belajar Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2008: 149) jenis Motivasi Belajar yaitu: (a) Motivasi instrinsik Motivasi instrinsik adalah motivasi yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam setiap diri individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. (b) Motivasi ekstrinsik Motivasi ekstrinsik adalah kebalikan dari motivasi instrinsik. Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar. 6) Fungsi-fungsi Motivasi Belajar Motivasi mendorong timbulnya kelakuan dan mengubah kelakuan tersebut. Menurut Oemar Hamalik (2004:161), fungsi Motivasi Belajar meliputi: (a) Mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan. Tanpa motivasi maka tidak akan timbul sesuatu perbuatan seperti belajar (b) Motivasi berfungsi sebagai pengarah. Artinya mengarahkan perbuatan kepencapaian tujuan yang diinginkan.
49
Kajian Pendidikan Akuntansi Indonesia Ade Lenawati & Siswanto Halaman 37 - 71
(c) Motivasi sebagai penggerak. Ia berfungsi sebagai mesin dalam mobil. Besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan. Hasil belajar akan menjadi optimal bila ada motivasi. Makin tepat motivasi yang diberikan, makin berhasil pula pelajaran itu. Sehubungan dengan hal tersebut, ada tiga fungsi Motivasi Belajar menurut Sardiman (2011:85), yaitu: (a) Mendorong manusia untuk berbuat, jadi penggerak atau motor yang melepaskan energi (b) Menentukan arah perbuatan,yakni kearah tujuan yang hendak dicapai (c) Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang sesuai guna mencapai tujuan dengan
menyisihkan
perbuatan-perbuatan
yang
tidak
bermanfaat bagi tujuan tersebut. c. Tinjauan tentang Pemanfaatan Perpustakaan Sekolah 1) Pengertian Pemanfaatan Perpustakaan Sekolah Pemanfaatan berasal dari kata manfaat yang berarti guna atau faedah. Sedangkan pemanfaatan sendiri memiliki makna yakni adalah proses atau cara untuk mendapatkan hasil (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Pemanfaatan dalam penelitian ini lebih ditekankan pada hasil yang dicapai dengan mempergunakan secara optimal sarana yang ada. Perpustakaan sekolah merupakan unit kerja dari suatu sekolah yang menyelenggarakannya. Menurut Ibrahim Bafadal (2009: 4), “ Perpustakaan sekolah merupakan koleksi yang diorganisasi di dalam suatu ruang agar dapat digunakan oleh murid-murid dan guru-guru”. Menurut C. Larasati Milburga, dkk (2001:53) mendefinisikan bahwa: Perpustakaan sekolah merupakan salah satu jenis perpustakaan pada umumnya. Perpustakaan sekolah terwujud dengan adanya suatu unit tertentu
50
Kajian Pendidikan Akuntansi Indonesia Ade Lenawati & Siswanto Halaman 37 - 71
di sebuah lembaga yang bernama sekolah. Unit ini dimaksudkan baik secara organisasi maupun fasilitas tenaga dan tempat, merupakan bagian yang integral dari lembaga yang bernama sekolah, bukan sesuatu yang berdiri sendiri. Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa Pemanfaatan Perpustakaan Sekolah adalah proses atau cara untuk mendapatkan hasil dengan mempergunakan secara optimal sarana yang ada yaitu unit kerja yang merupakan bagian integral dari lembaga pendidikan sekolah yang berupa tempat menyimpan koleksi bahan pustaka yang dikelola dan diatur secara sistematis dengan cara tertentu untuk digunakan oleh siswa dan guru sebagai sumber informasi dalam rangka menunjang program belajar mengajar di sekolah untuk memperoleh apa yang diinginkan. 2) Manfaat Perpustakaan Sekolah Manfaat perpustakaan sekolah menurut Ibrahim Bafadal (2009:5) adalah sebagai berikut: (a) Perpustakaan sekolah dapat menimbulkan kecintaan siswa terhadap membaca (b) Perpustakaan sekolah dapat memperkaya pengalaman belajar siswa (c) Perpustakaan sekolah dapat menanamkan kebiasaan belajar mandiri yang akhirnya siswa mampu belajar mandiri (d) Perpustakaan
sekolah
dapat
mempercepat
proses
penguasaan teknik membaca (e) Perpustakaan dapat perkembangan kecakapan berbahasa (f) Perpustakaan sekolah dapat melatih siswa ke arah tanggung jawab. (g) Perpustakaan sekolah dapat memperlancar siswa dalam menyelesaikan tugas-tugas sekolah
51
Kajian Pendidikan Akuntansi Indonesia Ade Lenawati & Siswanto Halaman 37 - 71
(h) Perpustakaan sekolah dapat membantu guru menemukan sumber belajar (i) Perpustakaan sekolah dapat membantu siswa, guru dan anggota staf sekolah dalam mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Menurut C. Larasati Milburga, dkk (2001:61) Pemanfaatan Perpustakaan Sekolah meliputi: (a) Membantu para siswa melaksanakan penelitian dan membantu menemukan keterangan-keterangan yang lebih luas dari pelajaran yang didapatnya di dalam kelas (b) Memupuk daya kritis para siswa (c) Membantu memperkembangkan kegemaran dan hobi siswa (d) Tempat untuk melestarikan kebudayaan (e) Sebagai pusat penerangan (f) Meminjam buku atau bahan yang diwajibkan atau dianjurkan bagi penyelesaian pelajaran (g) Menjadi pusat dokumentasi (h) Sebagai tempat rekreasi Menurut Sulistyo Basuki (2004: 56), manfaat perpustakaan sekolah adalah sebagai berikut: (a) Mewujudkan suatu wadah pengetahuan yang terorganisasi (b) Menumbuhkan kemampuan menikmati pengalaman imajinatif (c) Membantu perkembangan kecakapan bahasa dan daya pikir (d) Mendidik murid agar dapat menggunakan dan memelihara bahan pustaka secara efisien (e) Memberikan dasar kearah studi mandiri B. METODE PENELITIAN 1. Jenis Penelitian Dilihat dari tujuannya, penelitian ini merupakan penelitian kausal asosiatif karena penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui
52
Kajian Pendidikan Akuntansi Indonesia Ade Lenawati & Siswanto Halaman 37 - 71
Pengaruh Motivasi Belajar dan Pemanfaatan Perpustakaan Sekolah terhadap Prestasi Belajar Akuntansi. Selain itu, penelitian ini merupakan penelitian ex post facto yaitu penelitian yang dilakukan atas peristiwa yang telah terjadi untuk mengungkap data yang ada atau menggambarkan variabel-variabel penelitian tanpa memberikan perlakuan atau manipulasi terhadap subjek yang diteliti. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif artinya semua informasi atau data diwujudkan dengan angka dan analisisnya menggunakan analisis statistik. 2. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMK YPKK 1 Sleman yang beralamat di Jl. Sayangan No. 05 Mejing Wetan Ambarketawang, Gamping, Yogyakarta. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juni 2012. 3. Populasi Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X Program Keahlian Akuntansi SMK YPKK 1 Sleman tahun ajaran 2011/2012 yang berjumlah 68 siswa. Adapun rincian jumlah siswa masing-masing kelas adalah sebagai berikut: Tabel 1. Jumlah Populasi Penelitian No Kelas 1 X AK 1 2 X AK 2 3 X AK 3 Jumlah populasi
Jumlah siswa 25 siswa 20 siswa 23 siswa 68 siswa
4. Metode Pengumpulan Data a. Metode Angket b. Dokumentasi
53
Kajian Pendidikan Akuntansi Indonesia Ade Lenawati & Siswanto Halaman 37 - 71
5. Uji Instrumen Penelitian a. Uji Validitas r xy =
N X
N XY ( X )( Y ) 2
( X ) 2
N Y 2 ( Y ) 2
Keterangan: r xy = Koefisien korelasi N
XY
= Jumlah responden = Total perkalian skor item dan total
X
= Jumlah skor item
Y
= Jumlah skor total
X2
= Jumlah kuadrat skor item
Y2
= Jumlah kuadrat skor total (Suharsimi, 2009:170)
b. Uji Reabilitas
2 k b r11 1 t2 (k 1)
Keterangan r11 = Reliabilitas instrumen k
= Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal 2 = b Jumlah varian butir
12
= Varian total (Suharsimi, 2009:196)
6. Teknik Analisis Data a. Uji Persyaratan analisis. 1) Uji Linieritas
Freg
RK reg RK res
Keterangan: Freg
= Harga F untuk garis regresi
54
Kajian Pendidikan Akuntansi Indonesia Ade Lenawati & Siswanto Halaman 37 - 71
RK reg
= Rerata kuadrat regresi
RK res
= Rerata kuadrat residu (Sutrisno Hadi, 2004:13)
2) Uji Multikolenieritas r xy =
N X
Keterangan: r N XY X Y X Y
N XY ( X )( Y ) 2
( X ) 2
N Y 2 ( Y ) 2
= Koefisien korelasi = Jumlah responden = Total perkalian skor X dan Y = Jumlah skor variabel X = Jumlah skor variabel Y = Jumlah kuadrat skor variabel X = Jumlah kuadrat skor variabel Y (Suharsimi, 2009 : 170)
3) Uji Hipotesis a) Analisis regresi sederhana (1) Menghitung koefisien korelasi (r) dengan rumus sebagai berikut:
Keterangan: rxy
rxy =
∑ xy
√(∑ x 2 ) (∑ y 2 )
= korelasi antara variabel X dengan Y.
∑ xy = ∑ XY −
∑ x2 = ∑ X2 −
∑ y2 = ∑ Y2 −
(∑ X) (∑ Y) N
(∑ X)2 N
(∑ Y)2 N
(Sutrisno Hadi, 2004: 4)
55
Kajian Pendidikan Akuntansi Indonesia Ade Lenawati & Siswanto Halaman 37 - 71
(2) Mencari koefisien determinasi (r2) dengan rumus: 𝑟𝑟 2 (1) = 𝑟𝑟 2 (2) =
𝑎𝑎1 ∑ 𝑥𝑥1 𝑦𝑦 ∑ 𝑦𝑦2
𝑎𝑎2 ∑ 𝑥𝑥2 𝑦𝑦 ∑ 𝑦𝑦2
Keterangan: r2(1,2)
: koefisien determinan antara Ydengan X1
dan X2 a1
: koefisien prediktor X1
a2
: koefisien prediktor X2
∑x1y
: jumlah perkalian antara X1 dengan Y
∑ x2 y 2
∑y
: jumlah perkalian antara X2 dengan Y : jumlah kuadrat kriterium Y (Sutrisno Hadi, 2004: 22)
(3) Menguji signifikansi regresi linier sederhana Rumus yang digunakan: t=
𝑟𝑟 √𝑛𝑛−2
Keterangan:
√1−𝑟𝑟²
t
= nilai t hitung
r
= koefisien regresi
n
= jumlah sampel (Sugiyono, 2010: 259)
(4) Membuat garis regresi linier sederhana. Persamaannya sebagai berikut: Y = aX + K Keterangan : Y = kriterium a = bilangan koefisien prediktor X = prediktor
56
Kajian Pendidikan Akuntansi Indonesia Ade Lenawati & Siswanto Halaman 37 - 71
K = konstanta (Sutrisno Hadi, 2004: 1) b) Analisis Regresi Ganda Langkah-langkah yang harus ditempuh dalam analisis regresi ganda ini adalah: (1) Menghitung koefisien korelasi antara X1 dan X2 dengan kriterium Y, dengan menggunakan rumus: R y(1,2) = √
Keterangan:
a1 ∑ x1 y + a2 ∑ x2 y ∑ y2
Ry(1,2) : koefisien korelasi antara Y dengan X1 dan X2 a1
: koefisien prediktor X1
a2
: koefisien prediktor X2
∑x1y
: jumlah perkalian antara X1 dan Y
∑x2y 2
∑y
: jumlah perkalian antara X2 dan Y : jumlah kriterium Y (Sutrisno Hadi, 2004: 22)
(2) Menghitung koefisien determinasi (R2) antara X1 dan X2 dengan kriterium Y, dengan menggunakan rumus: R²y(1,2) =
𝑎𝑎1 ∑ 𝑥𝑥1 𝑦𝑦 + 𝑎𝑎₂ ∑ 𝑥𝑥2 𝑦𝑦 ∑𝑦𝑦²
Keterangan: R2
: koefisien determinasi antara X1 dan X2
dengan Y b1
: koefisien prediktor X1
b2
: koefisien prediktor X2
∑X1Y : jumlah perkalian antara X1 dengan Y
∑X2Y : jumlah perkalian antara X2 dengan Y ∑Y2
: jumlah kuadrat kriterium Y
57
Kajian Pendidikan Akuntansi Indonesia Ade Lenawati & Siswanto Halaman 37 - 71
(Sutrisno Hadi, 2004: 22) (3) Menguji keberartian regresi ganda dengan uji F Freg =
R2 (N –m −1) m (1− R2 )
Keterangan: Freg
: harga F garis regresi
N
: cacah kasus
m
: cacah prediktor
R
: koefisien korelasi antara kriterium dengan prediktor-prediktor. (Sutrisno Hadi, 2004: 26)
(4) Membuat persamaan garis regresi dengan dua prediktor menggunakan rumus: Y = 𝑎𝑎1 𝑋𝑋1 + 𝑎𝑎2 𝑋𝑋2 + K
Keterangan: Y
= kriterium
X1 , X2 = prediktor 1, prediktor 2
a1 , a2 = koefisien prediktor 1, koefisien prediktor 2 𝐾𝐾
= bilangan konstanta
(Sutrisno Hadi, 2004: 2)
(5) Mencari sumbangan dari setiap variabel prediktor dari setiap variabel kriterium dengan rumus: (a) Sumbangan Relatif (SR%) SR % =
JKreg JKtot
x 100 %
Keterangan:
SR % = sumbangan relatif JK reg = jumlah kuadrat regresi JK tot = jumlah kuadrat total
(Sutrisno Hadi, 2004: 37)
58
Kajian Pendidikan Akuntansi Indonesia Ade Lenawati & Siswanto Halaman 37 - 71
(b) Sumbangan Efektif (SE%) SE % = SR % x R2
Keterangan:
SE % = sumbangan efektif prediktor SR % = sumbangan relatif R2
= koefisien determinasi
(Sutrisno Hadi, 2004: 3)
C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Deskripsi Data Hasil Penelitian a. Deskripsi Data Umum SMK YPKK 1 Sleman terletak di Jalan Sayangan 5, Mejing Wetan, Ambarketawang, Gamping, Sleman, Yogyakarta. Lokasi SMK YPKK 1 Sleman mudah dijangkau. Hal ini sangat menguntungkan bagi guru, siswa, karyawan dan pihak-pihak yang berkepentingan karena transportasi sangat mudah dan lancar. b. Deskripsi Data Khusus 1) Prestasi Belajar Akuntansi Data Prestasi Belajar Akuntansi selanjutnya dibuat interval kelas dengan menggunakan rumus 1 + 3,3 logn, dimana n adalah jumlah populasi penelitian. Hasil perhitungan jumlah kelas yaitu 1 + 3,3 log (68) = 7,0473 dibulatkan menjadi 7. Rentang kelas interval yaitu 92 – 37 = 55. Perhitungan panjang kelas yaitu 55:7=7,8 dibulatkan menjadi 8
59
Kajian Pendidikan Akuntansi Indonesia Ade Lenawati & Siswanto Halaman 37 - 71
Tabel 7. Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Akuntansi No. Interval Frekuensi 1 37 – 44 1 2 45 – 52 4 3 53 – 60 2 4 61 – 68 13 5 69 – 76 12 6 77 – 84 19 7 85 – 92 17 Jumlah 68 Sumber: Data primer yang diolah Berdasarkan pengelompokan tersebut maka dapat diketahui kecenderungan Prestasi Belajar Akuntansi adalah sebagai berikut: Tabel 8. Kategori Kecenderungan Prestasi Belajar Akuntansi No
Kategori
1 2
≥72 <72 Total
Frekuensi Absolut Relatif (%) 45 66,18 23 33,82 68 100 Sumber: Data primer yang diolah
Kategori Kompeten Belum Kompeten
a. Motivasi Belajar Data Motivasi Belajar selanjutnya dibuat interval kelas dengan menggunakan rumus 1 + 3,3 logn, dimana n adalah jumlah populasi penelitian. Hasil perhitungan jumlah kelas yaitu 1 + 3,3 log (68) = 7,0473 dibulatkan menjadi 7. Rentang kelas interval yaitu 76 – 39 = 37. Perhitungan panjang kelas yaitu 37:7=5,2 dibulatkan menjadi 6
60
Kajian Pendidikan Akuntansi Indonesia Ade Lenawati & Siswanto Halaman 37 - 71
Tabel 9. Distribusi Frekuensi Motivasi Belajar No. Interval Frekuensi 1 39 – 44 5 2 45 – 50 10 3 51 – 56 19 4 57 – 62 17 5 63 – 68 13 6 69 – 74 3 7 75 – 80 1 Jumlah 68 Sumber: Data primer yang diolah Berdasarkan perhitungan di atas, maka diperoleh kriteria kecenderungan Motivasi Belajar sebagai berikut: Tabel 10. Kategori Kecenderungan Motivasi Belajar Frekuensi Nilai Absolut 1 > 60 23 2 40 – 60 44 3 < 40 1 Total 68 Sumber: Data primer yang diolah No
Kelas Interval
Relatif (%) 33,8 64,7 1,5 100
Kelompok Baik Cukup Kurang
b. Pemanfaatan Perpustakaan Sekolah Data Pemanfaatan Perpustakaan Sekolah selanjutnya dibuat interval kelas dengan menggunakan rumus 1 + 3,3 logn, dimana n adalah jumlah populasi penelitian. Hasil perhitungan jumlah kelas yaitu 1 + 3,3 log (68) = 7,0473 dibulatkan menjadi 7. Rentang kelas interval yaitu 72 – 48 = 24. Perhitungan panjang kelas yaitu 24:7=3,4 dibulatkan menjadi 4
61
Kajian Pendidikan Akuntansi Indonesia Ade Lenawati & Siswanto Halaman 37 - 71
Tabel 11. Distribusi Frekuensi Pemanfaatan Perpustakaan Sekolah No. Interval Frekuensi 1 48 – 51 21 2 52 – 55 16 3 56 – 59 6 4 60 – 63 13 5 64 – 67 10 6 68 - 71 1 7 72 - 75 1 Jumlah 68 Sumber: Data primer yang diolah Berdasarkan perhitungan di atas, maka diperoleh kriteria kecenderungan Pemanfaatan Perpustakaan Sekolah sebagai berikut: Tabel 12. Kategori Kecenderungan Pemanfaatan Perpustakaan Sekolah Frekuensi Nilai Absolut 1 > 54 37 2 36 – 54 31 3 < 36 0 Total 68 Sumber: Data primer yang diolah No
Kelas Interval
Relatif (%) 54,4 45,6 0 100
Kelompok Baik Cukup Kurang
2. Uji Prasyarat Analisis a. Uji Linearitas Tabel 13. Rangkuman Hasil Uji Linearitas Hubungan Variabel
Df
Harga F Hitung
Table
P
Keterangan
X1
Y
28 ; 67
0,864
1,63
0,012
Linear
X2
Y
17 ; 67
1,397
1,80
0,006
Linear
Sumber: Data primer yang diolah
62
Kajian Pendidikan Akuntansi Indonesia Ade Lenawati & Siswanto Halaman 37 - 71
b. Uji Multikolenieritas Hasil uji multikolineritas secara ringkas disajikan dalam tabel berikut: Tabel 14. Rangkuman Hasil Uji Multikolinearitas Variabel
X1
X2
Motivasi Belajar (X1)
1
0,149
0,149
1
Pemanfaatan Perpustakaan Sekolah (X2)
Keterangan Tidak terjadi multikolinearitas
Sumber: Data primer yang diolah 3. Pengujian Hipotesis a. Pengujian Hipotesis Pertama Tabel 15. Rangkuman Hasil Uji Regresi Sederhana X1 Variabel X1
Y
Harga r dan r2
Harga t
rx1y
r2x1y
thitung
ttabel
0,318
0,101
2,726
1,997
Y
Keterangan
Sig.
Positif-
0,008
Signifikan Sumber: Data primer yang diolah Berdasarkan angka-angka tersebut dapat disusun persamaan garis regresi satu prediktor sebagai berikut: Y = 0,495X1 + 47,095 b. Pengujian Hipotesis Kedua Tabel 16. Rangkuman Hasil Uji Regresi Sederhana X2 Variabel X2
Y
Harga r dan r2 rx2y 0,321
r2
x2y
0,103
Harga t
Y
Keteranga
thitung
ttabel
n
2,756
1,997
Positif-
Sig. 0,008
Signifikan Sumber: Data primer yang diolah
63
Kajian Pendidikan Akuntansi Indonesia Ade Lenawati & Siswanto Halaman 37 - 71
Berdasarkan angka-angka tersebut dapat disusun persamaan garis regresi satu prediktor sebagai berikut: Y = 0,641X2 + 39,062 c. Pengujian Hipotesis Ketiga Tabel 17. Rangkuman Hasil Uji Regresi Ganda Harga R dan R2
Variabel X1 X2
Y
Ry(1,2)
R2
0,422
0,178
y (1,2)
Harga F Fhitung
Ftabel
7,032
3,134
Ket
Sig.
PositifSignifikan
0,002
Sumber: Data primer yang diolah Persamaan garis regresi dengan dua prediktor adalah sebagai berikut: Y = 0,430X1 + 0,559X2 + 19,380 Berdasarkan hasil analisis regresi ganda dapat diketahui besarnya Sumbangan Efektif (SE) dan Sumbangan Relatif (SR) masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat. Besarnya Sumbangan efektif dan Sumbangan relatif dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 18. Sumbangan Efektif dan Sumbangan Relatif Variabel Bebas terhadap Variabel Terikat No. Nama Variabel 1 2
Motivasi Belajar (X1) Pemanfaatan Perpustakaan Sekolah (X2)
Total Sumber: Data primer yang diolah
Sumbangan Relatif (%) Efektif (%) 49,4 8,8 50,6
9,0
100
17,8
64
Kajian Pendidikan Akuntansi Indonesia Ade Lenawati & Siswanto Halaman 37 - 71
4. Pembahasan a. Pengaruh Motivasi Belajar terhadap Prestasi Belajar Akuntansi Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan bantuan komputer program SPSS 17.0 diperoleh persamaan garis Y = 0,495X1 + 47,095. Nilai koefisien korelasi (rx1y) sebesar 0,318 bernilai positif dan koefisien determinasi (r2x1y) sebesar 0,101. Selanjutnya dilakukan uji keberartian terhadap koefisien regresi dengan menggunkan uji t, diperoleh hasil thitung sebesar 2,726 dan ttabel pada taraf signifikansi 5% sebesar 1,997. Harga thitung lebih besar dari ttabel berarti pengaruh Motivasi Belajar terhadap Prestasi Belajar Akuntansi signifikan sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan Motivasi Belajar terhadap Prestasi Belajar Akuntansi. Motivasi Belajar memiliki pengaruh terhadap Prestasi Belajar Akuntansi. Hal ini memperkuat deskripsi teoritik bahwa semakin baik Motivasi Belajar maka akan menyebabkan Prestasi Belajar Akuntansinya
pun
semakin
meningkat
sebagaimana
yang
diungkapkan oleh para ahli tentang masalah ini. Berdasarkan hal tersebut maka dapat disimpulkan bahwa semakin baik Motivasi Belajar maka semakin baik pula prestasi belajar yang akan diraih. Hasil tersebut juga didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan Asti Wahyuni (2007) dan Setyarini Prabawati (2011). b. Pengaruh
Pemanfaatan
Perpustakaan
Sekolah
terhadap
Prestasi Belajar Akuntansi Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan bantuan komputer program SPSS 17.0 diperoleh persamaan garis Y = 0,641X2 + 39,062. Nilai koefisien korelasi (rx2y) sebesar 0,321 bernilai positif dan koefisien determinasi (r2x2y) sebesar 0,103. Selanjutnya dilakukan uji keberartian terhadap koefisien korelasi dengan menggunkan uji t, diperoleh hasil thitung sebesar 2,756 dan ttabel pada taraf signifikansi 5% sebesar 1,997. Harga thitung lebih besar
65
Kajian Pendidikan Akuntansi Indonesia Ade Lenawati & Siswanto Halaman 37 - 71
dari ttabel berarti pengaruh Pemanfaatan Perpustakaan Sekolah terhadap Prestasi Belajar Akuntansi signifikan sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan Pemanfaatan Perpustakaan Sekolah terhadap Prestasi Belajar Akuntansi. Pemanfaatan Perpustakaan Sekolah memiliki pengaruh terhadap Prestasi Belajar Akuntansi. Hal ini memperkuat deskripsi teoritik bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dalam hal ini Prestasi Belajar Akuntansi adalah Pemanfaatan Perpustakaan Sekolah, yaitu suatu unit kerja yang merupakan bagian integral dari lembaga pendidikan sekolah, yang berupa tempat menyimpan koleksi bahan pustaka yang dikelola dan diatur secara sistematis dengan cara tertentu untuk digunakan oleh siswa dan guru sebagai sumber informasi, dalam rangka menunjang program belajar mengajar disekolah. Perpustakaan sekolah merupakan sarana untuk memenuhi dan mendorong keingintahuan para siswa sehingga dengan demikian perpustakaan sekolah dapat berfungsi sebagai pusat kegiatan belajar mengajar, pusat penelitian sederhana dan pusat membaca guna menambah ilmu pengetahuan dan rekreasi. Hasil penelitian ini juga diperkuat oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Rini Tri Pratiwi (2010). Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi Pemanfaatan Perpustakaan Sekolah maka semakin tinggi pula Prestasi Belajar Akuntansinya. c. Pengaruh Motivasi Belajar dan Pemanfaatan Perpustakaan Sekolah secara bersama-sama terhadap Prestasi Belajar Akuntansi Berdasarkan hasil analisis regesi ganda diperoleh persamaan garis Y = 0,430X1 + 0,559X2 + 19,380. Nilai koefisien korelasi (Ry(1,2)) sebesar 0,422 yang berarti bernilai positif, koefisien determinasi (R2y(1,2)) sebesar 0,178 sedangkan Fhitung sebesar 7,032 dan Ftabel sebesar 3,134 (Fhitung > Ftabel) pada taraf signifikansi 5%. Hal ini berarti terdapat pengaruh positif dan signifikan Motivasi
66
Kajian Pendidikan Akuntansi Indonesia Ade Lenawati & Siswanto Halaman 37 - 71
Belajar dan Pemanfaatan Perpustakaan Sekolah secara bersamasama terhadap Prestasi Belajar Akuntansi. Semakin baik Motivasi Belajar dan semakin baik Pemanfaatan perpustakaan maka akan semakin baik pula Prestasi Belajar Akuntansinya. Melalui analisis regresi ganda juga dapat diketahui bahwa koefisien determinasi (R2y(1,2)) sebesar 0,178 artinya 17,8% Prestasi Belajar Akuntansi dipengaruhi oleh Motivasi Belajar dan Pemanfaatan Perpustakaan Sekolah, sementara sisanya 82,2% dipengaruhi oleh faktor lain, baik itu faktor yang berasal dari dalam diri siswa maupun faktor yang berasal dari luar diri siswa yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Berdasarkan hasil tersebut maka diharapkan Motivasi Belajar hendaknya baik
dan Pemanfaatan
Perpustakaan Sekolah yang baik pula. Motivasi Belajar yang baik dan Pemanfaatan Perpustakaan Sekolah yang baik pula maka akan sangat membantu dalam proses belajar Akuntansi karena siswa akan lebih memperhatikan apa yang disampaikan oleh guru pada saat pelajaran berlangsung dan memiliki sumber informasi untuk mempelajari materi pelajaran Akuntansi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Motivasi Belajar dan Pemanfaatan
Perpustakaan
Sekolah
secara
bersama-sama
berpengaruh terhadap Prestasi Belajar Akuntansi, maksudnya bahwa semakin baik Motivasi Belajar dan semakin baik Pemanfaatan Perpustakaan Sekolah maka akan semakin baik pula Prestasi Belajar Akuntansi yang dicapainya. D. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data yang telah di bahas pada bab sebelumnya maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: a. Terdapat pengaruh positif dan signifikan Motivasi Belajar terhadap Prestasi Belajar Akuntansi Siswa Kelas X Program Keahlian
67
Kajian Pendidikan Akuntansi Indonesia Ade Lenawati & Siswanto Halaman 37 - 71
Akuntansi SMK YPKK 1 Sleman tahun ajaran 2011/2012. Hal ini ditunjukkan dengan koefisien korelasi (rx1y) sebesar 0,318, koefisien determinan (r2x1y) sebesar 0,101 dan thitung sebesar 2,726 lebih besar dari ttabel sebesar 1,997 (2,726 > 1,997) pada taraf signifikansi 5% dengan N = 68 serta model regresi sederhana yang terbentuk adalah Y = 0,495X1 + 47,095. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa semakin baik Motivasi Belajar maka semakin tinggi pula pencapaian Prestasi Belajar Akuntansinya. b. Terdapat pengaruh positif dan signifikan Pemanfaatan Perpustakaan Sekolah terhadap Prestasi Belajar Akuntansi Siswa Kelas X Program Keahlian Akuntansi SMK YPKK 1 Sleman tahun ajaran 2011/2012. Hal ini ditunjukkan dengan hasil analisis regresi sederhana bahwa koefisien korelasi (rx2y) sebesar 0,321, koefisien determinan (r2x2y) sebesar 0,103 dan thitung sebesar 2,756 lebih besar dari ttabel sebesar 1,997 (2,756 > 1,997) pada taraf signifikansi 5% dengan N = 68 dan model regresi sederhana yang terbentuk adalah Y = 0,641X2 + 39,062. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa semakin baik Pemanfaatan perpustakaan Sekolah maka akan semakin tinggi pula Prestasi Belajar Akuntansinya. c. Terdapat pengaruh positif dan signifikan Motivasi Belajar dan Pemanfaatan Perpustakaan Sekolah secara bersama-sama terhadap Prestasi Belajar Akuntansi
Siswa Kelas X Program Keahlian
Akuntansi SMK YPKK 1 Sleman tahun ajaran 2011/2012. Hal ini ditunjukkan dengan hasil analisis ganda bahwa koefisien korelasi Ry(1,2) sebesar 0,422, koefisien determinan R2y(1,2) sebesar 0,178 dan Fhitung 7,032 lebih besar dari Ftabel 3,134 (7,032 > 3,134) pada taraf signifikansi 5% dengan N = 68 dan model regresi ganda yang terbentuk adalah Y = 0,430X1 + 0,559X2 + 19,380. Sumbangan Relatif masing-masing variabel adalah Motivasi Belajar sebesar 49,4% dan Pemanfaatan Perpustakaan Sekolah 50,6%, sedangkan Sumbangan Efektif masing-masing variabel adalah Motivasi Belajar sebesar 8,8%
68
Kajian Pendidikan Akuntansi Indonesia Ade Lenawati & Siswanto Halaman 37 - 71
dan Pemanfaatan Perpustakaan Sekolah 9,0%. Hal ini menunjukkan bahwa semakin baik Motivasi Belajar dan semakin baik Pemanfaatan Perpustakaan Sekolah maka Prestasi Belajar Akuntansi yang dicapai pun semakin tinggi. 2. Saran a. Siswa Prestasi Belajar Akuntansi yang dicapai oleh para siswa dipengaruhi oleh Motivasi Belajar. Untuk itu, siswa diharapkan mampu meningkatkan Motivasi Belajar agar Prestasi Belajar Akuntansi yang dicapai maksimal. Cara yang dapat dilakukan oleh siswa untuk meningkatkan Motivasi Belajar adalah dengan membiasakan membaca buku Akuntansi sebelum pelajaran dimulai, mendengarkan penjelasan guru, mengerjakan setiap tugas Akuntansi yang diberikan guru, dan meminjam buku-buku akuntansi yang ada diperpustakaan untuk dipelajari dirumah. b. Sekolah Sekolah sebagai tempat kegiatan belajar, hendaknya selalu memperhatikan tingkat perkembangan prestasi siswa yang kemudian dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi bagaimana strategi ke depan yang perlu diperbaiki atau sebagai pedoman perencanaan yang lebih baik. Sekolah diharapkan untuk dapat membangun Motivasi Belajar yang tinggi khususnya dalam pembelajaran Akuntansi. Kaitannya dengan Pemanfaatan Perpustakaan Sekolah, sekolah diharapkan dapat menambah buku-buku yang ada didalamnya, khusunya dalam pembelajaran Akuntansi. Memberikan kesadaran kepada siswa bahwa pelajaran Akuntansi merupakan pelajaran yang bermanfaat bagi diri siswa di masa yang akan datang sehingga dengan demikian dapat tercapai Prestasi Belajar Akuntansi yang optimal dan menerapkan peraturan tata tertib sekolah yang dapat meningkatkan disiplin siswa dalam belajar khususnya dalam pembelajaran Akuntansi.
69
Kajian Pendidikan Akuntansi Indonesia Ade Lenawati & Siswanto Halaman 37 - 71
c. Peneliti Lain Penelitian ini memberikan informasi bahwa faktor Motivasi Belajar dan Pemanfaatan Perpustakaan Sekolah berpengaruh terhadap Prestasi Belajar Akuntansi sebesar 17,8%. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi Prestasi Belajar Akuntansi karena Prestasi Belajar Akuntansi tidak hanya dipengaruhi oleh kedua faktor tersebut melainkan masih banyak faktor lain yang ikut mempengaruhinya. E. DAFTAR PUSTAKA Asti Wahyuni. (2007). Pengaruh Motivasi Belajar dan Metode Pembelajaran terhadap Prestasi Belajar Akuntansi Siswa Kelas X Kompetensi Kejuruan Akuntansi SMK Pelita Nusantara 1 Semarang tahun ajaran 2006/2009. Skripsi. FISE UNY. C .Larasati Milburga. (2001). Membina Perpustakaan Sekolah. Yogyakarta: Kanisius. Hamzah B. Uno. (2008). Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta: Bumi Aksara. Handoko Riwidikdo. (2010). Statistik untuk Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Pustaka Rihama Ibrahim Bafadal. (2009). Pengelolaan Perpustakaan Sekolah. Bandung: Bejana. Ismani,dkk. (2009). Pedoman Penulisan Tugas Akhir Jurusan Pendidikan Akuntansi. Yogyakarta: Jurusan Pendidikan Akuntansi. Nana Sudjana. (2009). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya. Nana Syaodih
Sukmadinata. (2005). Landasan Psikologi Proses
Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Ngalim Purwanto. (2010). Psikologi Pendidikan.
Bandung: Remaja
Rosdakarya.
70
Kajian Pendidikan Akuntansi Indonesia Ade Lenawati & Siswanto Halaman 37 - 71
Oemar Hamalik. (2004). Psikologi BelajarMengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo. Pawit M. Yusuf dan Yaya Suhendar. (2010). Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan Sekolah. Jakarta: Kencana Rini Tri Pratiwi (2010) Pengaruh Kemandirian Belajar Siswa dan Pemanfaatan Perpustakaan Sekolah terhadap Prestasi Belajar Mata Pelajaran Akuntansi Siswa Kelas XI Program Keahlian Akuntansi SMK YPKK 2 Sleman Tahun Ajaran 2009/2010. Skripsi. FISE UNY. Sardiman. (2011). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Grafindo Persada. Setyarini Prabawati. (2011). Pengaruh Motivasi Belajar dan Pemberian Tugas terhadap Prestasi Belajar Akuntansi Siswa Kelas X Program Keahlian Akuntansi SMK Koperasi Yogyakarta tahun ajaran 2011/2012. Skripsi. FE UNY. Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineke Cipta. Soemarso. (2004). Akuntansi Suatu Pengantar. Jakarta: Salemba Empat. Sugihartono, dkk. (2007). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press. Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D). Bandung: Alfabeta. Sugiyono. (2007). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Suharsimi Arikunto. (2009). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Sulistyo Basuki. (2004). Periodisasi Perpustakaan Indonesia. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Sumadi Suryabrata. (2006). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Sutrisno Hadi. (2004). Analisis Regresi. Yogyakarta: Andi. Zaki Baridwan. (2004). Intermediate Accounting. Yogyakarta: BPFE.
71
PENGARUH TEAMS GAMES TOURNAMENTS MELALUI PEMANFAATAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH SEBAGAI SUMBER BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR IPA KELAS IV SD GUGUS VII Dsk. Pt. Suastini1, Siti Zulaikha2, I.B. Surya Manuaba3 1,2,3
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
e-mail:
[email protected],
[email protected],
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments (TGT) melalui pemanfaatan perpustakaan sekolah sebagai sumber belajar dengan siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional di kelas IV SD Gugus VII Kecamatan Gianyar Tahun Pelajaran 2012/2013. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu, dengan desain Nonequivalent Control Group Design. Populasi penelitian ini siswa kelas IV SD Gugus VII Kecamatan Gianyar. Sampel dalam penelitian ini siswa kelas IV SD Negeri 1 Lebih yang berjumlah 31 siswa sebagai kelompok eksperimen dan siswa kelas IV SD Negeri 1 Serongga yang berjumlah 30 siswa sebagai kelompok kontrol. Data tentang hasil belajar IPA dikumpulkan dengan menggunakan tes objektif bentuk pilihan ganda biasa. Selanjutnya data dianalisis dengan uji-t. Berdasarkan hasil pengujian normalitas dan homogenitas terhadap data yang didapat dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berdistribusi normal dan homogen. Selanjutnya dilakukan uji hipotesis dengan uji-t dan menunjukkan thitung =3,102 dan ttabel =2,000 dengan db = 59 (n1+n2-2 =30+31-2 = 59) dan taraf signifikansi 5%. Berdasarkan kriteria pengujian, thitung > ttabel (3,102 > 2,000), maka Ha diterima dan H0 ditolak. Ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran kooperatif tipe TGT melalui pemanfaatan perpustakaan sekolah sebagai sumber belajar dengan siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TGT melalui pemanfaatan perpustakaan sekolah sebagai sumber belajar berpengaruh terhadap hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Gugus VII Kecamatan Gianyar. Kata kunci : model pembelajaran kooperatif tipe TGT, perpustakaan sekolah, dan hasil belajar Abstract This study aims to determine the significant differences of students science learning outcomes who being taught by using Teams Games Tournaments (TGT) cooperative learning model who being taught by using of the school library as a learning resource between the students who being taught using conventional learning in fourth grade group Gianyar District VII Academic Year 2012/2013. This study is a quasi-experimental study, with design Nonequivalent Control Group Design. The population of this study were the fourth grade student group Gianyar District VII. The samples of this research was the fourth grade students of SD Negeri 1 Lebih which was amount 30 students as the experimental group and the fourth grade students of SD Negeri 1 Serongga which was amount 31 students as a control group. Data on science learning outcomes were collected using a regular multiple choice objective test. Furthermore, the data were
analyzed by t-test. Based on the results of tests of normality and homogeneity of the data obtained from the experimental group and the control group were normally distributed and homogeneous. Hypothesis test is then performed with t-test and showed tarithmetic = 3.102 and ttable = 2.000 with db = 59 (n1 + n2-2 = 30 +31-2 = 59) and a significance level is 5%. Based on testing criteria, tarithmetic > ttable (3.102>2.000), then Ha is accepted and H0 is rejected. This means that there is a significant differences of students science learning outcomes who being taught by using TGT cooperative learning model who being taught by using of the school library as a learning resource between the students who being taught using conventional learning. It can be concluded that the TGT cooperative learning model who being taught by using of the school library as a learning resource affects the results of learning science fourth grade student group Gianyar District VII. Keywords: TGT cooperative learning model, school library, and results of learning.
PENDAHULUAN Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), seorang guru dituntut memiliki kemampuan dalam memilih dan menerapkan berbagai pendekatan atau model pembelajaran yang inovatif dan menarik pada setiap mata pelajaran, salah satunya pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Menurut Samatowa (2011: 3) “IPA sebagai ilmu yang membahas tentang gejala-gejala alam yang disusun secara sistematis yang didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan manusia”. Kemendiknas (2011: 13) menjelaskan “IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan”. Jadi IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang alam secara sistematis melalui pengamatan dan percobaan. Trianto (2007), menjelaskan hakikat IPA meliputi empat unsur antara lain IPA sebagai produk berupa konsep, teori dan hukum, IPA sebagai proses yaitu bagaimana cara mendapatkan ilmu pengetahuan tersebut, IPA sebagai sikap yaitu meliputi rasa ingin tahu tentang benda, fenomena alam dan IPA sebagai aplikasi yang berarti penerapan metode ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari. Keempat unsur tersebut merupakan ciri IPA yang utuh dan dalam pembelajaran IPA, keempat unsur tersebut diharapkan dapat muncul. Pembelajaran IPA merupakan pembelajaran yang tidak hanya
menekankan pada penguasaan atau penghafalan pengetahuan yang berupa konsep-konsep atau teori saja, tetapi memberikan pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar siswa mampu memahami alam sekitar melalui proses mencari tahu dan berbuat. Selain itu, pembelajaran IPA juga sebaiknya dapat menciptakan suasana yang menarik agar siswa tidak merasa bosan selama mengikuti pembelajaran. Jadi keberhasilan pembelajaran IPA ditentukan oleh berbagai hal yaitu kemampuan siswa dan kemampuan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran yang bermakna bagi siswa sesuai dengan tuntutan kurikulum. Namun kenyataannya, pembelajaran IPA yang terjadi saat ini kecenderungan siswa hanya mempelajari IPA sebagai produk yakni lebih mementingkan pada penghafalan konsep atau teori dan bukan pemahaman, hal ini dapat dilihat dari kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru lebih banyak menggunakan metode ceramah. Tentu akan berdampak pada rendahnya hasil belajar siswa. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di SD Gugus VII Kecamatan Gianyar, pembelajarannya masih didominasi oleh guru. Keadaan ini tentunya menciptakan kurangnya interaksi diantara siswa sehingga kelas tampak pasif dan suasana belajar terkesan kaku dan membosankan. Suasana kelas yang terkesan kaku dan membosankan dapat menyebabkan gairah atau minat siswa untuk mengikuti pembelajaran IPA menjadi berkurang. IPA merupakan salah satu mata pelajaran yang diharapkan dapat menjadi
wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitarnya, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya dalam kehidupan seharihari, yang didasarkan pada metode ilmiah (Kemendiknas, 2011). Samatowa (2011) juga mengungkapkan IPA di SD hedaknya membuka kesempatan memupuk rasa ingin tahu siswa secara ilmiah sehingga dapat membantu siswa mengembangkan kemampuan bertanya dan mencari jawaban atas dasar bukti serta mengembangkan cara berfikir ilmiah. Dengan demikian, IPA sebagai salah satu mata pelajaran di SD sesuai dengan Kurikulum KTSP (Kemendiknas, 2011: 13) bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut. (1) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya. (2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. (3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat. (4) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan. (5) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam. (6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan. (7) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs. Jadi IPA merupakan mata pelajaran yang sangat penting bagi kehidupan siswa. Maka dari itu, dalam proses pembelajarannya guru harus mampu mengemas pembelajaran IPA secara menyenangkan dan bermakna melalui model pembelajaran yang inovatif, sehingga siswa dapat meraih hasil belajar yang optimal. Aunurrahman (2009: 37) “hasil belajar pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku pada kebanyakan hal merupakan
sesuatu perubahan yang dapat diamati (observable). Akan tetapi juga tidak selalu perubahan tingkah laku yang dimaksudkan sebagai hasil belajar tersebut dapat diamati”. Hal ini juga didukung oleh pendapat Sudjana (2011: 22) menjelaskan “hasil belajar adalah kemampuankemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya”. Sudjana (2011) “membagi hasil belajar menjadi tiga ranah, yaitu ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi, ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi, dan ranah psikomotor berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotor, yakni gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan interpretatif”. Hasil belajar merupakan suatu indikator yang dapat menunjukkan tingkat kemampuan dan pemahaman siswa dalam belajar. Jadi hasil belajar IPA adalah hasil atau kemampuan yang diperoleh siswa setelah mengikuti suatu materi pada mata pelajaran IPA. Salah satu model yang dapat diterapkan oleh guru untuk menciptakan pembelajaran yang menyenangkan dan bermakna pada mata pelajaran IPA adalah model pembelajaran kooperatif tipe teams games tournaments (TGT) melalui pemanfaatan perpustakaan sekolah sebagai sumber belajar. TGT merupakan salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif. Hamruni (2012: 118) menyatakan “pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang heterogen dan dikelompokkan dengan tingkat kemampuan yang berbeda. Dalam setiap kelompok terdapat peserta didik yang berkemampuan rendah, sedang, dan tinggi. Dalam menyelesaikan tugas, anggota saling bekerja sama membantu untuk memahami bahan pembelajaran”.
“TGT pada mulanya dikembangkan oleh David DeVries dan Keith Edwards, ini merupakan metode pembelajaran pertama dari Johns Hopkins” (Slavin, 2005: 13). Suyatno (2009) menjelaskan “Model TGT merupakan model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa memainkan permainan dengan anggotaanggota tim lain untuk memperoleh tambahan poin untuk skor tim mereka. Slavin (2005) menyatakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT terdiri dari 5 komponen, yaitu (1) Presentasi kelas, dalam penyajian kelas, biasanya dilakukan dengan pengajaran langsung atau dengan ceramah, diskusi yang dipimpin guru. Pada saat penyajian kelas ini siswa harus benarbenar memperhatikan dan memahami materi yang disampaikan guru karena akan membantu siswa bekerja lebih baik pada saat kerja kelompok dan pada saat game karena skor game akan menentukan skor kelompok. (2) Tim (kelompok), kelompok biasanya terdiri dari 4 sampai 5 orang siswa yang anggotanya heterogen dilihat dari prestasi akademik, jenis kelamin dan ras atau etnis. Pada tahap ini siswa belajar bersama dengan anggota kelompoknya untuk menyelesaikan tugas dan soal yang diberikan. Siswa diberikan kebebasan untuk belajar bersama dan saling membantu dengan teman dalam kelompok untuk mendalami materi pelajaran. (3) Game (permainan), gamenya terdiri atas pertanyaan-pertanyaan yang kontennya relevan yang dirancang untuk menguji pengetahuan siswa yang diperolehnya dari presentasi di kelas dan pelaksanaan kerja tim. Game tersebut dimainkan di atas meja dengan tiga orang siswa, yang masingmasing mewakili tim yang berbeda-beda. Kebanyakan game hanya berupa nomornomor pertanyaan yang ditulis pada lembar yang sama. Seorang siswa mengambil kartu bernomor dan harus menjawab pertanyaan sesuai nomor yang tertera pada kartu tersebut. (4) Turnamen (pertandingan), Biasanya turnamen dilakukan pada akhir minggu atau pada saat unit setelah guru melakukan presentasi kelas dan kelompok sudah mengerjakan lembar kerja. Pada turnamen pertama, guru menunjuk siswa untuk berada pada meja turnamen, tiga siswa
berprestasi tinggi sebelumnya pada meja 1, tiga berikutnya pada meja 2, dan seterusnya. Setelah turnamen pertama, para siswa akan bertukar meja tergantung pada kinerja mereka pada turnamen terakhir. Pemenang pada tiap meja “naik tingkat” ke meja berikutnya yang lebih tinggi (misalnya, dari meja 6 ke meja 5); skor tertinggi kedua tetap tinggal pada meja yang sama; dan yang skornya paling rendah “diturunkan”. (5) Rekognisi tim (penghargaan kelompok) Dalam pembelajaran kooperatif, penghargaan diberikan untuk kelompok bukan individual sehingga keberhasilan kelompok ditentukan oleh keberhasilan setiap anggotanya. Penghargaan kelompok diberikan atas dasar rata-rata poin kelompok yang diperoleh dari game dan turnamen dengan kriteria yang telah ditentukan. Jenis penghargaan sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan. Penghargaan kelompok dapat berupa hadiah, sertifikat, dan sebagainya. Dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT terdapat 7 fase, yaitu (1) Menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa, (2) Menyajikan informasi/materi, (3) Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar, (4) Kerja Kelompok, (5) Turnamen, (6) Penghargaan kelompok, (7) Evaluasi (Trianto, 2010). Taniredja,dkk (2012) mengemukakan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TGT memiliki beberapa kelebihan antara lain (1) siswa memiliki kebebasan untuk berinteraksi dan menggunakan pendapatnya, (2) dapat meningkatkan rasa percaya diri siswa, (3) perilaku mengganggu terhadap siswa lain menjadi lebih kecil, (4) motivasi belajar siswa bertambah, (5) siswa memperoleh pemahaman yang lebih mendalam terhadap pokok bahasan, (6) dapat meningkatkan kebaikan budi kepekaan, serta toleransi antara siswa, dan (7) dapat menciptakan suasana yang menyenangkan, karena proses belajarnya disertai dengan permainan sehingga siswa merasa senang untuk mengikuti pembelajaran. Pemanfaatan perpustakaan sekolah sebagai sumber belajar juga merupakan salah satu upaya yang dapat memberikan
kesempatan kepada siswa untuk aktif dalam pembelajaran. Situmorang, Robinson, dkk (2006: 21), mendefinisikan “sumber belajar adalah sesuatu yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan pembelajaran, baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga memberikan kemudahan bagi seseorang dalam belajar”. Sumber belajar juga mempunyai beberapa manfaat, seperti yang disebutkan oleh Rohani (dalam blog nurul), adapun manfaat dari sumber belajar yaitu: (1) Dapat memberikan pengalaman belajar yang lebih konkrit dan langsung. (2) Dapat menyajikan sesuatu yang tidak mungkin diadakan, dikunjungi atau dilihat secara langsung. (3) Dapat menambah wawasan dan memperluas cakrawala sajian yang ada di dalam kelas. (4) Dapat memberikan informasi yang akurat dan terbaru, misalnya buku teks, ensiklopedia, dan sebagainya. (5) Dapat membantu memcahkan masalah pendidikan baik dalam lingkup makro maupun lingkup mikro, misalnya pengaturan lingkungan yang menarik, penggunaan OHP dan Film. (6) Dapat memberikan motivasi yang positif, lebihlebih bila diatur dan dirancang secara tepat. (7) Dapat merangsang untuk berfikir, bersikap lebih positif dan merangsang untuk berkembang lebih jauh, misalnya dengan membaca buku teks, buku bacaan, melihat film dan sebagainya yang dapat merangsang si pemakai untuk berpikir, menganalisa, dan berkembang lebih lanjut. Komalasari (2011) mengemukakan bahwa sumber belajar dapat dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu (1) reading materials and resource (materi dan sumber bacaan), yang meliputi buku teks, ensiklopedia, buku referensi, internet, majalah, surat kabar, kliping dan lain sebagainya dan (2) non reading materials and resources (materi dan sumber buku bacaan) meliputi gambar, film, rekaman, darmawisata, dan sumber masyarakat. Dari beberapa sumber belajar tersebut yang dipakai dalam penelitian ini adalah sumber belajar berupa sumber bacaan atau yang termasuk dalam kategori reading materials and resource. Di lingkungan sekolah, sumber belajar yang berupa sumber bacaan ini dapat diperoleh di perpustakaan sekolah. Menurut Suryosubroto (2002:205)
menjelaskan “perpustakaan sekolah adalah suatu unit kerja yang merupakan bagian integral dari lembaga pendidikan sekolah, yang berupa tempat menyimpan koleksi bahan pustaka yang dikelola dan diatur secara sistematis dengan cara tertentu untuk digunakan siswa dan guru sebagai sumber informasi, dalam rangka menunjang proses pembelajaran di sekolah”. Lewat perpustakaan, siswa maupun guru dapat memperoleh tambahan ilmu pengetahuan dan keterampilan dari bahan pustaka atau bahan bacaan yang tersedia. Dengan menggunakan perpustakaan secara tepat guna siswa dapat memperdalam penghayatan pengetahuan yang telah disampaikan guru. Jadi melalui pemanfaatan perpustakaan sekolah sebagai sumber belajar, guru dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa dan mengajarkan kebiasaan belajar sendiri pada diri siswa, sehingga siswa dapat membangun pengetahuannya sendiri. Dengan demikian dalam proses pembelajaran guru tidak lagi menjadi satusatunya sumber belajar dalam pembelajaran. Berdasarkan uraian di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran kooperatif tipe TGT melalui pemanfaatan perpustakaan sekolah sebagai sumber belajar dengan siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional di kelas IV SD Gugus VII Kecamatan Gianyar Tahun Pelajaran 2012/2013. METODE Jenis penelitian ini merupakan Quasi Experimental atau penelitian eksperimen semu dan desain yang digunakan adalah Nonequivalent Control Group Design. Desain eksperimen ini dapat dilihat pada Gambar 1. O1 X O2 …………………. O3
O4
Gambar
1.
Nonequivalent Control Group Design (Sugiyono, 2011:116) Keterangan : O1 = pretes pada kelompok eksperimen O2 = posttes pada kelompok eksperimen O3 = pretes pada kelompok kontrol O4 = posttes pada kelompok kontrol X = perlakuan Untuk kelompok eksperimen diberikan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT melalui pemanfaatan perpustakaan sekolah sebagai sumber belajar, sedangkan untuk kelompok kontrol diberikan pembelajaran dengan menerapkan pembelajaran konvensional. Pretes dalam penelitian ini hanya digunakan untuk penyetaraan kelompok dengan menganalisis hasil nilai ulangan umum siswa kelas IV mata pelajaran IPA. Hal ini didukung oleh pendapat yang dikemukakan oleh Dantes (2012: 97) yang menyatakan bahwa “pemberian pretes biasanya digunakan untuk mengukur ekuivalensi atau penyetaraan kelompok”. Sedangkan untuk posttes diberikan pada akhir penelitian. “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/ subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya” (Sugiyono, 2011: 117). Oleh karena itu, yang menjadi populasi dalam penelitian ini seluruh siswa kelas IV di SD Gugus VII Kecamatan Gianyar yang terdiri dari 7 kelas dan berjumlah 198 siswa. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari ketua gugus, seluruh kelas yang ada di Gugus VII Kecamatan Gianyar setara, tidak ada kelas unggulan maupun non unggulan. “Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi” (Sugiyono, 2011: 118). Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan random sampling, tetapi yang dirandom adalah kelas. Dari hasil random yang dilakukan terpilih kelas IV SD Negeri 1 Lebih dengan jumlah 30 siswa sebagai kelompok eksperimen dan kelas IV SD Negeri 1 Serongga dengan jumlah 31 siswa sebagai kelompok kontrol, selanjutnya peneliti melakukan uji kesetaraan dengan
menganalisis hasil nilai ulangan umum siswa semester 1 Tahun Pelajaran 2012/2013 pada mata pelajaran IPA. Uji kesetaraan dilakukan dengan menggunakan uji-t. Namun, sebelum itu dilakukan uji prasyarat yaitu uji normalitas dan uji homogenitas. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan rumus Chi-Square, diperoleh untuk kelompok eksperimen sebesar 3,50 dan pada taraf signifikansi 5% dengan dk=5 diperoleh sebesar 11,07, ini berarti < maka data nilai ulangan umum siswa kelas IV semester 1 pada mata pelajaran IPA kelompok eksperimen berdistribusi normal. Sedangkan untuk kelompok kontrol diperoleh sebesar 3,10 dan pada taraf signifikansi 5% dengan dk=5 diperoleh = 11,07, ini berarti < maka data nilai ulangan umum siswa kelas IV semester 1 pada mata pelajaran IPA kelompok kontrol berdistribusi normal. Untuk uji homogenitas varians dilakukan dengan uji F. Dari hasil perhitungan diperoleh Fhitung sebesar 1,06 dan Ftabel pada taraf signifikansi 5% dengan db (30,29) sebesar 1,86. Ini berarti Fhitung < Ftabel, data nilai ulangan umum siswa kelas IV semester 1 pada mata pelajaran IPA homogen. Dari hasil uji prasyarat, yaitu uji normalitas dan homogenitas diperoleh bahwa data dari kelompok eksperimen dan kontrol berdistribusi normal dan homogen, maka selanjutnya dapat dilakukan analisis dengan uji-t. Berdasarkan hasil perhitungan dengan uji-t, diperoleh thitung sebesar 0,887 dan ttabel pada taraf signifikansi 5% dengan dk = 59 (n1+n2-2 = 30+31-2 = 59) diperoleh sebesar 2,000. Jadi dapat dilihat bahwa thitung lebih kecil dari ttabel (0,887 < 2,000), maka H0 diterima dan Ha ditolak. Ini berarti kelas IV SD Negeri 1 Lebih dan kelas IV SD Negeri 1 Serongga setara. Menurut Sugiyono (2011: 61) “variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya”. Dalam penelitian ini melibatkan dua
variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. “Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat)” (Sugiyono, 2011: 61). Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu model pembelajaran kooperatif tipe TGT melalui pemanfaatan perpustakaan sekolah sebagai sumber belajar. Variabel terikat merupakan “variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas” (Sugiyono, 2011: 61). Variabel terikat yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu hasil belajar IPA. Data yang diperlukan dalam penelitian ini data tentang hasil belajar IPA yaitu pada ranah kognitif. Data ini dikumpulkan dengan menggunakan tes. Arikunto (2012: 67) mendefinisikan “tes merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan”. Tes yang digunakan pada penelitian ini yaitu tes objektif. Sudijono (2009: 106) mendefinisikan “tes objektif adalah salah satu jenis tes hasil belajar yang terdiri dari butir-butir soal (items) yang dapat dijawab oleh siswa dengan jalan memilih salah satu atau lebih diantara beberapa kemungkinan jawaban yang telah dipasangkan pada masing-masing items atau dengan jalan menuliskan (mengisikan) jawabannya berupa kata-kata atau simbolsimbol tertentu pada tempat atau ruang yang telah disediakan untuk masing-masing butir items yang bersangkutan. Sudjana (2011: 44) menjelaskan, “soal-soal bentuk objektif ada beberapa bentuk, yakni jawaban singkat, benar-salah, menjodohkan, dan pilihan ganda”. Tes objektif yang digunakan pada penelitian ini merupakan tes objektif bentuk pilihan ganda biasa. Tes objektif bentuk pilihan ganda biasa adalah salah satu bentuk tes objektif yang terdiri atas pertanyaan-pertanyaan atau pernyataan yang sifatnya belum selesai, dan untuk menyelesaikannya harus dipilih salah satu dari beberapa kemungkinan yang telah disediakan pada setiap butir-butir soal yang bersangkutan (Sudijono, 2009: 118).Tes objektif bentuk pilihan ganda biasa yang
digunakan dalam penelitian ini terdiri 30 butir soal dengan masing-masing item terdiri dari 4 pilihan jawaban (a, b, c, dan d), setiap item diberikan skor satu jika benar dan diberi skor nol jika salah. Sebelum tes tersebut digunakan terlebih dahulu tes diuji validitas, daya beda, tingkat kesukaran, dan reliabilitas. Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Sudjana (2011: 12) menjelaskan “validitas berkenaan dengan ketepatan alat penilaian terhadap konsep yang dinilai sehingga betul-betul menilai apa yang seharusnya dinilai. Validitas isi berkenaan dengan kesanggupan alat penilaian dalam mengukur isi yang seharusnya. Artinya tes tersebut mampu mengungkapkan isi suatu konsep atau variabel yang hendak diukur. Uji validitas isi pada penelitian ini dilakukan dengan membuat kisi-kisi soal (blue print). Uji validitas butir untuk tes objektif ditentukan dengan rumus koefisien korelasi point biserial (rpbi), karena tes bersifat dikotomi. Untuk menentukan valid atau tidaknya butir soal dilakukan dengan membandingkan nilai yang diperoleh dengan nilai rtabel pada taraf signifikansi 5%, jika rhitung > rtabel, maka butir soal tersebut dikategorikan valid. Dari 60 butir soal yang diuji coba, terdapat terdapat 37 butir soal yang dinyatakan valid dan 23 butir soal yang dinyatakan tidak valid. “Daya pembeda (DP) dari sebuah butir soal adalah kemampuan soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah (Arikunto, 2012: 211). Dari 37 butir soal yang diuji daya pembedanya, terdapat 3 butir soal dengan klasifikasi daya pembedanya sangat baik, 14 butir soal dengan klasifikasi daya pembedanya baik, 18 butir soal dengan klasifikasi daya pembedanya cukup dan 2 butir soal dengan klasifikasi daya pembedanya jelek. Untuk klasifikasi daya pembeda butir soal yang jelek tersebut akan dibuang atau tidak ikut dianalisis pada uji analisis berikutnya. Tingkat kesukaran dapat dipandang sebagai kesanggupan atau kemampuan siswa menjawab tes yang diberikan atau
dapat dikatakan juga bahwa tingkat kesukaran adalah bilangan yang menunjukkan proporsi peserta tes yang menjawab dengan benar butir soal yang diberikan. “Tingkat kesukaran suatu butir soal dinyatakan dengan bilangan yang disebut dengan indeks kesukaran (difficulty index)” (Arikunto, 2012: 207). Dari 35 soal yang diuji tingkat kesukarannya terdapat terdapat 3 butir soal yang termasuk dalam kriteria sukar, 18 butir soal yang termasuk dalam kriteria sedang, dan 14 butir soal yang termasuk dalam kriteria mudah . “Reliabilitas adalah ketepatan atau keajegan alat penilaian dalam menilai apa yang dinilai. Artinya, kapan pun alat penilaian tersebut digunakan akan memberikan hasil yang relatif sama” (Sudjana, 2011: 16). Untuk uji reliabilitas tes yang bersifat dikotomi dan heterogen ditentukan dengan rumus KR-20 (Kuder Richardson). Sudijono (2009) mengemukakan dalam pemberian interpretasi terhadap koefisien reliabilitas tes (r11) pada umumnya digunakan patokan sebagai berikut. (1) Apabila r11 sama dengan atau lebih besar daripada 0,70 berarti tes hasil belajar yang sedang diuji reliabilitasnya dinyatakan telah memiliki reliabilitas yang tinggi (= reliabel). (2) Apabila r11 lebih kecil daripada 0,70 berarti bahwa tes hasil belajar yang sedang diuji reliabilitasnya dinyatakan belum memiliki reliabilitas yang tinggi (un-reliabel). Uji reliabilitas dilakukan terhadap 30 butir soal. Dari hasil perhitungan diperoleh r11= 0,91, hal ini menunjukkan bahwa tes hasil belajar yang sedang diuji reliabilitasnya dinyatakan telah memiliki reliabilitas yang tinggi atau dapat dikatakan reliabel, karena r11 yang diperoleh lebih besar dari 0,70. Setelah tes diuji validitas, daya beda, tingkat kesukaran, dan reliabilitas, selanjutnya tes ini diujikan terhadap kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, sehingga diperoleh data tentang hasil belajar IPA dari masing-masing kelompok. Data hasil belajar IPA ini kemudian dianalisis dengan uji-t. Sebelum
dilakukan uji-t terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat yaitu dengan melakukan uji normalitas dan uji homogenitas. Uji normalitas data dilakukan untuk mengetahui sebaran data hasil belajar IPA siswa masing-masing kelompok berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan analisis Chi Square. Kriteria pengujiannya adalah jika < , maka H0 diterima (gagal ditolak) yang berarti data berdistribusi normal. Sedangkan taraf signifikasinya 5% dan derajat kebebasannya (dk) = (k – 1). Uji homogenitas dilakukan untuk menunjukkan bahwa perbedaan yang terjadi pada uji hipotesis benar-benar terjadi akibat adanya perbedaan antar kelompok, bukan sebagai akibat perbedaan dalam kelompok. Uji homogenitas data dilakukan dengan uji F. Kriteria pengujian homogenitas, data mempunyai varians yang homogen bila Fhit < Ftabel = F (db pembilang-1, db penyebut-1) pengujian dilakukan pada taraf signifikansi 5%. Jika dari hasil uji normalitas dan homogenitas varians, diketahui sampel berdistribusi normal dan homogen, maka dilanjutkan dengan analisis uji-t. Rumus uji-t yang digunakan adalah rumus polled varian. Kriteria pengujiannya adalah jika < , maka H0 diterima (gagal ditolak) dan Ha ditolak, sebaliknya jika ≥ , maka H0 ditolak dan Ha diterima. Pengujian dilakukan pada taraf signifikansi 5% dengan dk = n1+n2-2. HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data tentang hasil belajar IPA. Data tersebut kemudian dianalisis, sehingga diperoleh nilai rata-rata ( varians (S2), dan standar deviasi (SD) dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Hasil data tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Nilai Rata-rata, Varians, dan Standar Deviasi Hasil Belajar IPA pada Kelompok Eksperimen dan Kontrol Kelompok Eksperimen Kontrol
N 30 31
S2 116,24 165,61
82,03 72,29
Secara umum, dapat dilihat bahwa kelompok eksperimen (yang dibelajarkan melalui model pembelajaran kooperatif tipe TGT melalui pemanfaatan perpustakaan sekolah sebagai sumber belajar) memiliki nilai rata-rata hasil belajar IPA yang lebih tinggi daripada kelompok kontrol (yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional). Sebelum dilakukan uji hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat yaitu uji normalitas dan homogenitas varians. Berdasarkan hasil perhitungan uji normalitas dengan menggunakan rumus Chi-Square, diperoleh untuk kelompok eksperimen sebesar 5,56 dan pada taraf signifikansi 5% dengan dk = 5 (6-1), diperoleh sebesar 11,07, ini berarti < maka H0 diterima. Berarti data hasil belajar IPA pada kelompok eksperimen berdistribusi normal. Sedangkan untuk kelompok kontrol diperoleh sebesar 2,42 dan pada taraf signifikansi 5% dengan dk = 5 (6-1) diperoleh sebesar 11,07, ini berarti < maka H0 diterima. Berarti data hasil belajar IPA pada kelompok kontrol berdistribusi normal. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa data hasil belajar IPA siswa pada kelompok eksperimen dan kontrol berdistribusi normal. Uji homogenitas varians dilakukan dengan uji F. Berdasarkan hasil perhitungan uji homogenitas diperoleh Fhitung sebesar 1,42. Sedangkan pada taraf signifikansi 5% dengan db (30,29) diperoleh Ftabel sebesar 1,86. Ini berarti berarti Fhitung < Ftabel, maka H0 diterima. Berarti hasil belajar
SD 10,87 12,87
IPA siswa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol homogen. Dari hasil analisis uji prasyarat yaitu uji normalitas dan homogenitas diperoleh data dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berdistribusi normal dan homogen. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat dilanjutkan pada pengujian hipotesis penelitian. Hipotesis yang diuji dalam penelitian ini adalah hipotesis nol (H0) yang menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran kooperatif tipe TGT melalui pemanfaatan perpustakaan sekolah sebagai sumber belajar dengan siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran Konvensional di kelas IV SD Gugus VII Kecamatan Gianyar Tahun Pelajaran 2012/2013 sedangkan hipotesis alternatifnya (Ha) adalah terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran kooperatif tipe TGT melalui pemanfaatan perpustakaan sekolah sebagai sumber belajar dengan siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran Konvensional di kelas IV SD Gugus VII Kecamatan Gianyar Tahun Pelajaran 2012/2013. Pengujian hipotesis tersebut melalui uji-t, dengan kriteria pengujian adalah jika thitung< ttabel, maka H0 diterima dan Ha ditolak, sebaliknya jika thitung ≥ ttabel, maka H0 ditolak dan Ha diterima. Pengujian dilakukan pada taraf signifikansi 5% dengan dk =n1+n2-2. Adapun hasil analisis dengan uji-t, dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Hasil Uji Hipotesis Kelompok Eksperimen
N 30
82,03
S2 116,24
Kontrol
31
72,29
165,61
Db 59
thitung 3,102
ttabel 2,000
Kesimpulan H0 ditolak dan Ha diterima
Berdasarkan hasil perhitungan uji-t, diperoleh thitung sebesar 3,102 sedangkan ttabel, dengan dk = 59 (n1+n2–2 = 30+31–2 = 59) dan taraf signifikansi 5% sebesar 2,000, ini berarti thitung lebih besar dari ttabel (3,102 > 2,000), maka H0 ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian, dapat diinterpretasikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran kooperatif tipe TGT melalui pemanfaatan perpustakaan sekolah sebagai sumber belajar dengan siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran Konvensional di kelas IV SD Gugus VII Kecamatan Gianyar Tahun Pelajaran 2012/2013. PEMBAHASAN Berdasarkan hasil analisis data dengan uji-t terbukti bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran kooperatif tipe TGT melalui pemanfaatan perpustakaan sekolah sebagai sumber belajar dengan siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran Konvensional di kelas IV SD Gugus VII Kecamatan Gianyar Tahun Pelajaran 2012/2013. Hal ini ditunjukkan dari hasil uji hipotesis dengan uji-t diperoleh thitung lebih besar dari ttabel (3,102 >2,000). Selain itu, nilai rata-rata post tes hasil belajar IPA kelompok eksperimen lebih besar dari nilai rata-rata post tes hasil belajar IPA kelompok kontrol (82,03>72,29). Ini berarti hasil belajar IPA siswa yang mengikuti pembelajaran kooperatif tipe TGT melalui pemnafaatan perpustakaan sekolah sebagai sumber belajar lebih baik daripada hasil belajar IPA siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional. Hal ini terjadi karena model pembelajaran kooperatif tipe TGT melalui pemanfaatan perpustakaan sekolah sebagai sumber belajar merupakan model pembelajaran yang melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, memberikan kesempatan kepada siswa bekerja sama dalam kelompokkelompok kecil untuk menyelesaikan tugas yang diberikan, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur-unsur permainan dan reinforcement di dalamnya. Aktivitas belajar dengan
permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks/santai disamping menumbuhkan tanggung jawab, kerjasama, persaingan sehat, dan keterlibatan belajar. Selain itu, dalam kegiatan pembelajaran siswa juga diberikan kesempatan untuk berinteraksi langsung dengan sumber belajar, salah satunya adalah perpustakaan sekolah. Dengan adanya perpustakaan sekolah, siswa dapat membangun pengetahuannya sendiri dengan cara mencari informasi sebanyakbanyaknya mengenai materi yang sedang dipelajari siswa. Karena perpustakaan sekolah ini menyediakan berbagai macam bahan bacaan/buku yang dapat dimanfaatkan siswa untuk menambah pengetahuan dan wawasan mereka. Dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT melalui pemanfaatan perpustakaan sekolah sebagai sumber belajar di kelas dapat menambah gairah siswa untuk mengikuti pembelajaran dan suasana pembelajaran terasa lebih menyenangkan. Berbeda dengan pembelajaran konvensional, dalam pembelajaran konvensional ini siswa cenderung kurang aktif selama mengikuti proses pembelajaran, siswa hanya mendengarkan secara teliti serta mencatat poin-poin penting yang disampaikan guru. Tentu hal ini mengakibatkan siswa menjadi mudah jenuh dan bosan mengikuti pembelajaran. Berdasarkan uraian di atas, terlihat bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TGT melalui pemanfaatan perpustakaan sekolah sebagai sumber belajar dapat mengoptimalkan hasil belajar siswa. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TGT melalui pemanfaatan perpustakaan sekolah sebagai sumber belajar berpengaruh terhadap hasil belajar IPA siswa di kelas IV SD Gugus VII Kecamatan Gianyar Tahun Pelajaran 2012/2013. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Parmawati (2012) yang menyatakan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Team Game Tournament berbantuan LKS dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPA siswa kelas V SD Negeri 17
Pemecutan Denpasar. Diperkuat oleh hasil penelitian Padmayanthi (2012) yang menyatakan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar IPA siswa kelas V SD Negeri 5 Tonja Denpasar. PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran kooperatif tipe TGT melalui pemanfaatan perpustakaan sekolah sebagai sumber belajar dengan siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran Konvensional di kelas IV SD Gugus VII Kecamatan Gianyar Tahun Pelajaran 2012/2013. Hal ini ditunjukkan dari hasil perhitungan uji hipotesis dengan uji-t, diperoleh thitung = 3,102 dan ttabel = 2,000 dengan dk 59 (n1+n2-2 = 30+31–2=59) dan taraf signifikansi 5%. Karena thitung > ttabel, maka Ha diterima dan H0 ditolak. Selain itu, nilai rata-rata post tes hasil belajar IPA oleh kelompok eksperimen lebih besar dibandingkan dengan kelompok kontrol (82,03>72,29). Saran yang dapat disampaikan berdasarkan penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut. (1) Guru hendaknya menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dalam pembelajaran di kelas, karena model pembelajaran ini dapat mengoptimalkan hasil belajar siswa. (2) Untuk menunjang keberhasilan proses pembelajaran, guru hendaknya dapat memfasilitasi siswa dengan berbagai sumber belajar salah satunya adalah dengan memanfaatkan perpustakaan sekolah. (3) Sekolah hendaknya dapat menyediakan fasilitas pembelajaran yang lengkap untuk menunjang proses pembelajaran. DAFTAR RUJUKAN Arikunto, Suharsimi. 2012. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Edisi 2. Jakarta: Bumi Aksara.
Aunurrahman. 2009. Pembelajaran. Alfabeta.
Belajar dan Bandung:
Dantes, Nyoman. 2012. Metode Penelitian. Yogyakarta: C.V Andi Offset. Hamruni.
2012. Strategi Pembelajaran. Yogyakarta: Insan Madani.
Nurul. 2013. Sumber Belajar. Tersedia Pada http://nurulpai.blogspot.com/2013/01/sumbe r-belajar.html (diakses 14 Juni 2013). Kemendiknas. 2011. Standar Kompetensi dan Kompetensi Kompetensi Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta: Kementerian Pendidikan Nasional. Komalasari, Kokom. 2011. Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. Bandung: PT Refika Aditama. Padmayanthi, Yuni Ni Luh. 2012. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments (TGT) Untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD Negeri 5 Tonja Denpasar. Skripsi (Tidak diterbitkan). Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP Undiksha. Parmawati, Dea Putu. 2012. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments Berbantuan LKS Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD Negeri 17 Pemecutan Denpasar. Skripsi (Tidak diterbitkan). Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP Undiksha. Samatowa, Usman. 2011. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Jakarta: Indeks.
Situmorang, Robinson, dkk. 2006. Desain Pembelajaran. Jakarta: Universitas Pendidikan Terbuka. Slavin, Robert E. 2005. Cooperatif Learning Teori, Riset dan Prkatik. Bandung: Nusa Pedia. Sudijono, Anas. 2009. Penghantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo. Sudjana,
Nana. 2011. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya Offset.
Sugiyono.
2011. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan
Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta. Suryosubroto. 2002. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta. Taniredja, Tukiran, dkk. 2012. Model-model Pembelajaran Inovatif. Bandung: Alfabeta. Trianto.
2007. Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Prestasi Pustaka.
-------.
2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Jurnal Ilmiah Manajemen Pendidikan, Vol 6, No 1, Maret 2012
PENGELOLAAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH (Studi Deskriptif Kualitatif di SMA Negeri I Lebong Atas Kabupaten Lebong) Oleh Rita Avirta (Guru MA Negeri Lebong) ABSTRACT The general objectives of this study is school library management in senior high school number 1 Lebong Atas District Lebong Atas. The specific objectives of this study consists of; vision, mission and purpose of library management. The condition of the human resources available to provide support to the achievement of the vision, mission and purpose of library management. The management of library collections. Student interest in reading. The provision of facilities and infrastructure, innovations being implemented in the management. The main subjects in this study is management libraries and other resources that are directly involved in the management of the library in Senior High School number 1 Lebong Atas, while the secondary sources ie principals, vice principals, teachers and students in Senior High School number 1 Lebong Atas. Data collection techniques used this study is observation, interview and documentation. The method in this study was descriptive qualitative. Based on the results of research which refers to the formulation of the problem and research objectives it can be concluded that the management of the library in Senior High School number 1 Lebong Atas is still carried out with very simple, has not kept pace with books relating to the implementation guidelines for school libraries. Key words: management, school library A. PENDAHULUAN Salah satu sarana vital dalam suatu Lembaga Pendidikan adalah perpustakaan sekolah. Sarana pendidikan adalah semua fasilitas yang diperlukan dalam proses belajar mengajar baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak agar pencapaian standar pendidikan dapat berjalan dengan lancar, teratur, efektif dan efisien. Ada beberapa alasan mengapa dunia pendidikan kita kurang menaruh perhatian pada perpustakaan sekolah sebagai salah satu sumber belajar utama yaitu sebagai berikut: Pertama, persepsi yang meremehkan peran perpustakaan dalam menunjang proses dan hasil pendidikan. Hal ini dapat diamati dari banyaknya gedung sekolah yang didirikan tanpa mengalokasikan ruang perpustakaan dalam perencanaanya. Kedua, Pemerintah tidak punya kebijakan yang jelas tentang perpustakaan sekolah. Sampai sekarang juga tidak pernah jelas siapa yang mengelola perpustakaan sekolah. Ketiga, kurangnya partisipasi guru dalam memotivasi anak didiknya untuk rajin mengunjungi perpustakaan. Banyak sekolah tidak menyadari bahwa 70
Pengelolaan Perpustakaan Sekolah (Rita A)
perpustakaan mempunyai peran yang sangat penting dalam menunjang proses belajar mengajar dan pencapaian hasil pembelajaran. Sehingga banyak sekolah yang kurang menghiraukan pengelolaan perpustakaan secara profesional. Namun banyak juga kepala sekolah yang sadar akan pentingnya keberadaan perpustakaan dilingkungan sekolah tersebut, sebagai bagian yang integral dari proses belajar mengajar, namun kesadaran tersebut tidak dibarengi dengan skala prioritas yang utama. Sehingga sering program yang berkaitan dengan perpustakaan sering terbengkalai oleh kebutuhan lain yang dianggap lebih penting dan pantas didahulukan. Berdasarkan penjelasan di atas penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tentang pengelolaan perpustakaan sekolah di SMA Negeri I Lebong Atas, Kecamatan Lebong Atas, Kabupaten Lebong. Masalah umum penelitian ini adalah bagaimana pengelolaan perpustakaan sekolah di SMA Negeri I Lebong Atas Kecamatan Lebong Atas, Kabupaten Lebong? Berdasarkan pada masalah umum tersebut maka dirumuskan masalah khusus sebagai berikut : 1. Apa visi, misi dan tujuan pengelolaan perpustakaan di SMA Negeri I Lebong Atas Kecamatan Lebong Atas Kabupaten Lebong ? 2. Bagaimanakah kondisi sumber daya manusia yang tersedia dapat memberikan dukungan terhadap pencapaian visi, misi dan tujuan pengelolaan perpustakaan di SMA Negeri I Lebong Atas Kecamatan Lebong Atas Kabupatenn Lebong ? 3. Bagaimana pengelolaan koleksi perpustakaan di SMA Negeri I Lebong Atas Kecamatan Lebong Atas Kabupaten Lebong ? 4. Bagaimana pengelolaan minat baca siswa di SMA Negeri I Lebong Atas Kecamatan Lebong Atas Kabupaten Lebong ? 5. Bagaimana pengadaan sarana dan prasarana di SMA Negeri I Lebong Atas Kecamatan Lebong Atas Kabupaten Lebong ? 6. Bagaimana inovasi yang diimplementasikan dalam pengelolaan di SMA Negeri I Lebong Atas Kecamatan Lebong Atas Kabupaten Lebong ? Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan pengelolaan perpustakaan di SMA Negeri I Lebong Atas Kecamatan Lebong Atas Kabupaten Lebong. Tujuan khusus dari penelitian ini antara lain mendeskripsikan atau memperoleh gambaran tentang: 1. Visi, misi dan tujuan pengelolaan perpustakaan di SMA Negeri I Lebong Atas Kecamatan Lebong Atas Kabupaten Lebong . 2. Kondisi sumber daya yang tersedia dapat memberikan dukungan terhadap pencapaian visi, misi dan tujuan pengelolaan perpustakaan di SMA Negeri I Lebong Atas Kecamatan Lebong Atas Kabupaten Lebong 3. Bagaimana pengelolaan koleksi perpustakaan di SMA Negeri I Lebong Atas Kecamatan Lebong Atas Kabupaten Lebong 4. Bagaimana pengelolaan minat baca siswa di SMA Negeri I Lebong Atas Kecamatan Lebong Atas Kabupaten Lebong 5. Bagaimana pengadaan sarana dan prasarana di SMA Negeri I Lebong Atas Kecamatan Lebong Atas Kabupaten Lebong
71
Jurnal Ilmiah Manajemen Pendidikan, Vol 6, No 1, Maret 2012
6. Bagaimana inovasi yang diimplementasikan dalam pengelolaan di SMA Negeri I Lebong Atas Kecamatan Lebong Atas Kabupaten Lebong B. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif yang berusaha untuk dapat menggambarkan secara lengkap pengelolaan perpustakaan sekolah di SMA Negeri 1 Lebong Atas Kabupaten Lebong Subyek utama dalam penelitian ini adalah pengelola perpustakaan beserta sumber daya lain yang secara langsung terlibat dalam pengelolaan perpustakaan di SMA Negeri I Lebong Atas, sedangkan sumber sekundernya yaitu Kepala Sekolah, Wakil-wakil Kepala Sekolah, Guru-guru dan Siswa-siswi SMA Negeri 1 Lebong Atas. Dalam penelitian ini yang bertindak sebagai pengumpul data adalah peneliti itu sendiri. Teknik yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu melalui pengamatan (Obsevasi), wawancara dan dokumentasi. Data yang diperoleh dilapangan akan dianalisis dengan analisis kualitatif sehingga dapat menganalisis permasalahan dalam penelitian ini. Analisis kualitatif merupakan cara analisis data tanpa menggunakan angka-angka dan cara menganalisisnya dengan cara tabulasi yang didapat dari kepala sekolah, guru, pengelola perpustakaan, siswa melalui daftar pertanyaan maupun hasil wawancara. C. HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 1. Hasil Penelitian a. Visi, Misi dan Tujuan Pengelolaan Perpustakaan SMA Negeri 1 Lebong Atas Kecamatan Lebong Atas kabupaten Lebong. Berdasarkan dari hasil wawancara bahwa visi, misi dan tujuan pengelolaan perpustakaan di SMA Negeri 1 Lebong Atas telah dirumuskan sesuai dengan standar, operasional pembakuan yang dikeluarkan oleh Departemen Pendidikan Nasional, indikatornya adalah dalam perumusan visi, misi dan tujuan pengelolaan perpustakaan telah memperhatikan beberapa aspek perumusan visi dan misi yaitu: (a). mudah dipahami dan mengandung nilai-nilai filosofis serta logis pencapaiannya, (b) tidak bertentangan dengan sistem pendidikan nasional, (c). melibatkan semua komponen peyelenggara pendidikan, (d) telah sesuai dengan kondisi nyata sekolah. b. Kondisi Sumber Daya yang Dapat Memberikan Dukungan terhadap Pencapaian Visi, Misi dan Tujuan Pengelolaan Perpustakaan di SMA Negeri 1 Lebong Atas, Kecamatan Lebong Atas Kabupaten Lebong. Dari hasil observasi yang telah peneliti lakukan didapat bahwa dari personil yang terlibat dalm pengelolaan perpustakaan SMA Negeri 1 Lebong Atas hanya satu orang personil saja yang telah mendapatkan pelatihan tentang manajemen perpustakaan yang diselenggarakan oleh Kabupaten Lebong selama dua hari pada Tahun 2010. Berikut pernyataan Wakil Kepala SMA Negeri 1 Lebong Atas: “Sumber daya manusia yang kami miliki untuk pengelola perpustakaan hanya dua orang, satu diantaranya telah mengikuti pelatihan manajemen perpustakaan yang diselenggarakan oleh Diknas Pendidikan Kabupaten Lebong, sedangkan 72
Pengelolaan Perpustakaan Sekolah (Rita A)
pengelola yang satu lagi belum pernah mengikuti pelatihan manajemen perpustakaan”. c. Pengelolaan Koleksi Perpustakaan di SMA Negeri 1 Lebong Atas Kecamatan Lebong Atas, Kabupaten Lebong. Dari hasil wawancara dengan pengelolaan perpustakaan di SMA Negeri 1 Lebong Atas dibagi atas empat bagian pekerjaan yaitu Pengadaan bahan koleksi, pengolahan bahan koleksi, pelayanan sirkulasi dan referensi serta pelayanan administrasi. Jumlah personil perpustakaan adalah dua orang termasuk kepala perpustakaan. Dari temuan dan wawancara yang dilakukan pada bagian ini dapat disimpulkan bahwa pengelolaan koleksi perpustakaan SMA Negeri 1 Lebong Atas telah berjalan dengan baik, walaupun dengan sumber daya terbatas, indikator tindakannya adalah: 1) pembagian kerja telah disesuaikan dengan bidang tuntutan ideal sebuah perpustakaan, 2). Setiap bagian mempunyai bidang pekerjaan dan tanggung jawab yang jelas, 3). Terjadinya kerjasama yang baik dari masing-masing bagian ketika terjadi penumpukan satu jenis pekerjaan. d. Pengelolaan Minat Baca Siswa di SMA Negeri I Lebong Atas. Dari hasil wawancara dengan kepala perpustakaan ibu Maria Fitriani, S.Sos ketika peneliti menanyakan bagaimana minat baca siswa SMA Negeri I Lebong Atas, beliau menyatakan bahwa: “Minat baca siswa SMA Negeri I Lebong Atas cukup tinggi, tetapi karena kurangnya koleksi perpustakaan terutama buku cerita yang berkenaan dengan remaja menyebabkan siswa harus bergantian meminjam buku cerita tersebut. Sedangkan diperpustakaan ini buku cerita yang diminati siswa sangat sedikit sekali jumlahnya, hampir semua siswa gemar membaca buku cerita oleh karena itu koleksi buku cerita jarang ada diperpustakaan selalu dipinjam siswa”. e.
Pengelolaan Sarana Prasarana di SMA Negeri I Lebong Atas Kecamatan Lebong Atas Kabupaten Lebong Berdasarkan wawancara dengan wakil kepala bidang sarana prasarana yaitu Bapak Agus Adrianto,S.Pd beliau menyatakan bahwa : “Fasilitas yang ada diperpustakaan masih sangat minim. Diakuinya tentang meja baca yang masih seperti meja laboratorium mengingat tempat yang tidak luas, jadi dengan meja panjang seperti itu akan dapat menampung pengunjung walau duduk berdesakan”. Ruang perpustakaan juga perlu ditata sedemikian rupa agar dapat menampung kegiatan pokok didalamnya, yaitu adanya ruang untuk mengolah dan memelihara bahan perpustakaan, ruang untuk melayani pengguna perpustakaan, serta tempat untuk administrasi perpustakaan. Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan untuk sarana buku atau referensi yang dimiliki oleh perpustakaan SMA Negeri 1 Lebong Atas adalah 836 buku. Sarana lainnya adalah 1 buah jam dinding dan 1 buah tipe warles.
73
Jurnal Ilmiah Manajemen Pendidikan, Vol 6, No 1, Maret 2012
f.
Inovasi yang Diimplementasikan dalam Pengelolaan Perpustakaan di SMA Negeri I Lebong Atas Kabupaten Lebong Hasil wawancara dengan kepala perpustakaan SMA Negeri I Lebong Atas yaitu Ibu Maria Fitriani, S.Sos. ketika peneliti menanyakan inovasi apakah yang dilakukan sekolah dalam pengelolaan perpustakaan?, beliau menyatakan bahwa: “Inovasi yang dilakukan dalam pengelolaan perpustakaan di SMA Negeri I Lebong Atas yaitu dengan mengadakan perlombaan antar kelas yang paling banyak mengunjungi perpustakaan baik yang meminjam buku atau yang membaca buku di perpustakaan kemudian hasil dari perlombaan tersebut diumumkan saat kenaikan kelas dan kelas yang paling banyak mengunjungi perpustakaan diberi hadiah. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan motivasi bagi siswa siswi lain untuk berkunjung keperpustakaan dan memanfaatkan koleksi yang ada serta meningkatkan minat baca siswa siswi disekolah”. Inovasi lain yang dilakukan dalam pengelolaan perpustakaan berdasarkan wawancara dengan wakil kepala sekolah bagian Humas yaitu ibu Dewi Andesti, M.Si beliau menyatakan bahwa: “Sekolah secara maksimal memberdayakan komite sekolah dalam hal penambahan jumlah koleksi perpustakaan yaitu dengan memberikan instruksi kepada walid murid, agar setiap akhir tahun bagi siswa yang lulus memberikan kenang-kenangan kepada perpustakaan berupa sebuah buku baik sebagai bahan koleksi maupun referensi, dengan hal seperti itu maka koleksi perpustakaan akan bertambah dan jika koleksi perpustakaan banyak maka siswa akan tertarik mengunjungi perpustakaan secara otomatis pengunjung perpustakaan meningkat”.
2. a.
Pembahasan Visi, Misi dan Tujuan Pengelolaan Perpustakaan Berdasarkan hasil penelitian bahwa visi, misi dan tujuan pengelolaan perpustakaan di SMA Negeri 1 Lebong Atas telah dirumuskan dengan baik, indikatornya adalah dalam perumusan visi, misi dan tujuan pengelolaan perpustakaan telah memperhatikan beberapa aspek perumusan Visi dan Misi yaitu: a). Mudah dipahami dan mengandung nilai-nilai filosofis serta logis pencapaiannya. b). Tidak bertentangan dengan sistem pendidikan nasioanal. c). Melibatkan semua komponen penyelenggara pendidikan dan telah sesuai dengan kondisi nyata sekolah. b. Kondisi Sumber Daya yang Dapat Memberikan Dukungan terhadap Pencapaian Visi, Misi, dan Tujuan Pengelolaan Perpustakaan. Kondisi dan kemampuan ideal tenaga pustakawan sangat sulit dipenuhi oleh sebuah sekolahan. Untuk itu sekolah secara keseluruhan harus melibatkan sumberdaya yang ada dalam pengelolaan perpustakaan baik secara eksplisit maupun implisit. Artinya perlu adanya kerjasama yang baik antar komponen yang terlibat dalam pendidikan disuatu sekolah. Dengan adanya kerjasama maka kelemahan tenaga pustakawan dapat ditutupi dalam melaksanakan tugasnya.
74
Pengelolaan Perpustakaan Sekolah (Rita A)
c.
Pengelolaan Koleksi Perpustakaan Yang dimaksud dengan pengelolaan koleksi perpustakaan adalah tatanan atau urutan pengerjaan setiap pekerjaan diperpustakaan. Terdapat lima pokok kegiatan dalam pengelolaan perpustakaan yaitu: pengadaan bahan koleksi, pengolahan bahan koleksi, pelayanan sirkulasi, pelayanan referensi, dan pelayanan administrasi (Hunter, Eric,& Bakeweli, K.G.B, 1991: 12) d. Pengelolaan Minat Baca Siswa Dari penyajian data yang telah disajikan telah diperoleh kesimpulan bahwa pengelolaan minat baca siswa di SMA Negeri 1 Lebong Atas berjalan dengan baik, guru sebagai pengajar dalam melaksanakan tugasnya menggunakan program peningkatan minat baca yang harus dikuasai dalam melaksanakan proses belajar mengajar, guru -guru sering menginstruksikan kepada siswa-siswa pada jam istirahat untuk mengunjungi perpustakaan karena disanalah kita dapat menemui informasi. e. Pengelolaan Sarana dan Prasarana Perpustakaan memiliki banyak sekali barang dan benda baik berupa inventaris, maupun perlengkapan dan perabot serta sarana prasarana yang lainnya. Sarana dan prasarana perpustakaan adalah semua barang, perlengkapan dan perabot ataupun inventaris yang harus disediakan di perpustakaan. Bendabenda dan barang-barang tersebut harus diurus dan dipergunakan dengan baik. Ruang perpustakaan juga perlu ditata sedemikian rupa agar dapat menampung kegiatan pokok didalamnya, yaitu adanya ruang untuk mengolah dan memelihara bahan perpustakaan, ruang untuk melayani pengguna perpustakaan, serta tempat untuk administrasi perpustakaan. f. Inovasi yang Diimplementasikan dalam Pengelolaan Perpustakaan Inovasi yang diimplementasikan dalam pengelolaan perpustakaan di SMA Negeri I Lebong Atas yaitu dengan memberikan reward ke pada kelas yang paling banyak mengunjungi perpustakaan. Hal ini merupakan inovasi yang sudah dilakukan pihak perpustakaan karena belum pernah dilakukan sebelumnya. Inovasi lain yang diimplementasikan dalam pengelolaan perpustakaan di SMA Negeri I Lebong Atas yaitu sekolah secara maksimal memberdayakan komite sekolah dalam hal penambahan jumlah koleksi perpustakaan. D. SIMPULAN DAN SARAN 1. Simpulan Simpulan dalam penelitian ini adalah: Pertama, visi, misi dan tujuan pengelolaan perpustakaan sudah dirumuskan sesuai dengan visi, misi sekolah. Kedua, semua komponen sekolah secara sadar ikut membantu pengelolaan perpustakaan. Ketiga, kurangnya peran aktif dari pihak Diknas Pendidikan Nasional dalam melengkapi bahan koleksi dan sarana lain dari perpustakaan. Keempat, adanya kerjasama yang baik seluruh komponen yang ada disekolah mulai dari guru, pengelola perpustakaan dan siswa dalam peningkatan minat baca. Kelima, pengelolaan fasilitas pada perpustakaan tergolong minim. Keenam, inovasi yang diimplementasikan dalam pengelolaan perpustakaan yaitu:
75
Jurnal Ilmiah Manajemen Pendidikan, Vol 6, No 1, Maret 2012
2.
1) dengan memberikan reward ke pada kelas yang paling banyak mengunjungi perpustakaan. 2) sekolah secara maksimal memberdayakan komite sekolah. Saran Adapun saran yang dapat disampaikan adalah: Pertama, perlu adanya sosialisasi tentang visi, misi dan tujuan pengelolaan perpustakaan kepada seluruh warga sekolah. Kedua, perlu memiliki tenaga yang profesional melalui peningkatan kemampuan dan pengetahuan dengan mengikuti pelatihan dan bimbingan teknis pengelola perpustakaan. Ketiga, memberikan wadah kepada guru dan siswa dalam penulisan karya ilmiah. Keempat, seluruh komponen yang ada disekolah harus saling mendukung dalam pengelolaan minat baca. Kelima, pengelolaan, penataan bahan dan ruang perpustakaan perlu ditingkatkan. Keenam, dalam melakukan inovasi perlu ditingkatkan kerjasama seluruh warga sekolah.
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Pratik. Jakarta: Rineka Cipta Bafadal, Ibrahim. 2006. Pengelolaan Perpustakaan Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara Depdiknas. 2007. Standar Pengelolaan Pendidikan. Jakarta: Permen Diknas Nomor 19 Tahun 2007 Ns, Sutarno. 2006. Manajemen Perpustakaan; Suatu Pendekatan Pratik. Jakarta: CV. Sagung Seto. Sasongko, Rambat Nur; Dkk. 2011. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Penulisan Makalah, Referensi, dan Tesis). Bengkulu: Prodi MAMP PPs FKIP Universitas Bengkulu Sulistyo, Basuki. 2004. Pedoman Dewey Decimal Classisfication Edisi 22 Khusus Disusun untuk Keperluan Perpustakaan SD, Madrasah, Komunitas dan Umum. Jakarta : Perpustakaan Nasional Republik Indonesia Surahmad, Winarno. 1992. Pengantar Penelitian Ilmiah: Dasar Teknik dan Metode. Bandung: Tarsito
76
Jurnal Pendidikan Len/era - Edisi l I Februari 2013
PENINGKATAN MINAT BACA SISWA MELALUI PEMBERDAYAAN DAN PEMANFAATAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH Udik Agus Dwi Wahyudi * ) Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk merumuskan langkah-langkah upaya pemberdayaan perpustakaan sekolah untuk meningkatkan minat baca siswa. Jenis penilitian ini adalah penelitian tindakan (action research) yang dilakukan dengan teknik pengumpulan data berupa angket, observasi, dan dokumentasi. Tiga aspek yang menjadi indikator peningkatan minat baca siswa adalah ( 1 ) frekuensi kunjungan siswa ke perpustakaan, (2) jumlah buku perpustakaan yang dipinjam siswa, (3) persentase siswa membaca buku. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan frekuensi yakni 417 kali pada siklus I menjadi 452 pada siklus II. Jumlah buku yang dibaca siswa juga mengalami peningkatan, pada siklus I sebanyak sebanyak 1 1 9 eksemplar, pada siklus II menjadi 185 eksemplar. Persentase siswa yang membaca buku sebesar 32% pada siklus menjadi 36% pada siklus II. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa pemberdayaan dan pemanfaatan perpustakaan sekolah dapat meningkatkan minat baca siswa SMA Negeri 1 Mlonggo Kabu paten Jepara. Kata kunci: minat baca, pemberdayaan dan pemanfaatan perpustakaan
PENDAHULUAN
berfikir. Dalam hal ini kegemaran membaca harus dimiliki oleh siswa sebagai calon generasi penerus bangsa dan untuk menjawab tantangan zaman yang semakin maju.
Membaca merupakan bagian dari kebutuhan aktivitas keseharian kita. Aktivitas membaca dilakukan untuk berbagai keperluan, mulai dari sekadar untuk kepentingan pemenuhan kebutuhan perolehan informasi secara umum, untuk k e p e n t i n g a n h i b u r a n , at au u n t u k memperoleh informasi secara khusus, hingga untuk studi dan pendalaman disiplin ilmu. Membaca juga merupakan sarana penting bagi setiap orang yang ingin maju. Begitu pula dengan para pelajar, membaca merupakan suatu keharusan untuk meningkatkan tidak hanya pengetahuan tetapi juga hasil belajar. Karena dengan membaca membuat mereka menjadi cerdas, kritis dan mempunyai daya analisa yang tinggi. Dengan membaca selalu tersedia waktu untuk merenung,berfikir dan mengembangkan kreativitas
*) Kepala SMA N
1
Hal penting terkait dengan kegemaran membaca adalah minat. Minat merupakan faktor yang sangat penting yang ada dalam diri setiap manusia. Meskipun motivasinya sangat kuat, tetapi jika minat tidak ada tentu kita tidak akan melakukan sesuatu yang dimotivasikan pada kita. Begitu pula halnya kedudukan minat dalam membaca menduduki tingkat teratas, karena tanpa minat seseorang sukar akan melakukan kegiatan membaca (Tarigan, 1 990). Minat baca adalah keinginan dan kemauan kuat untuk selalu membaca setiap ada kesempatan atau selalu mencari kesempatan u nt u k m e m ba c a .
Mlonggo 1 22
Jurnal Pendidikan Lentera - Edisi I I Februari 2013
sekolah sebagai sumber belajar di sekolahUpaya tersebut bisa dilakukan mengembangkan kebijakan dan jasa, memilih dan memperoleh sumber daya informasi, menyediakan akses fisik dan intelektual ke sumber informasi yang s e s u a i , m e n y e d i a k a n fa s i l i tas pembelajaran, serta mempekerjakan staf terlatih.
Ciri orang yang mempunyai minat baca tinggi diantaranya (selalu) memanfaatkan setiap waktu luang untuk membaca, suka mencari waktu atau kesempatan untuk membaca, senantiasa berkeinginan untuk m e m b a c a ( s e m u a j e n i s baca a n ) , m e m anfaatkan m e m baca se b agai kebutuhan, d a n melakukan kegiatan membaca dengan senang hati (Suyono, 2001). Kusmana (2009: 1 ) memaparkan bahwa berdasarkan hasil penelitian Programme for International Student Assessment, diketahui minat baca siswa kita masih rendah. Jika dibandingkan dengan negara-negara di Asia Timur, siswa Indonesia termasuk paling rendah. Dari 42 negara yang disurvey, siswa Indonesia menduduki peringkat ke-39, sedikit di alas Albania dan Peru. Kemampuan siswa kita itu masih di bawah siswa Thailand yang menduduki peringkat ke-32. Demikian pula dengan penguasaan materi dari bacaan, siswa kita hanya mampu menyerap 30% dari materi bacaan yang tersaji dalam bahan bacaan. Rendahnya minat baca siswa ini juga terjadi di sekolah-sekolah, khususnya di SMA Negeri 1 Mlonggo Kabupaten Jepara. Dari hasil sharing ideas dengah para guru dalam kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) juga diperoleh informasi bahwa kegiatan membaca bagi sebagian besar siswa belum menjadi kegiatan yang menyenangkan. Membaca masih merupakan kegiatan yang memberatkan dan dirasakan sebagai beban. Hanya sedikit siswa yang menyadari pentingnya membaca dan menganggapnya sebagai suatu kebutuhan. Dari data tersebut sudah tampak jelas bahwa minat baca siswa masih rendah dan perlu ditingkatkan. Salah satu alternatif yang dapat dilakukan untuk meningkatkan minat siswa adalah melalui pemberdayaan dan pemanfaatan perpustakaan sekolah. Pemberdayaan perpustakaan, m e n u ru t H e r m a n o n o ( 2 0 0 7 : 3 2 ) merupakan upaya pemenuhan fungsi Default Paragraph Font;perpustakaan.
Upaya pemberdayaan perpustakaan sekolah dalam penelitian ini lebih dispesifikkan dalam bentuk penambahan koleksi perpustakaan dan promosi perpusta kaan. Bentuk penambahan koleksi perpustakaan dilakukan dengan p e n g a d a a n b u k u perpustaka a n , sedangkan bentuk promosi perpustakaan dilakukan melalui sosialisasi menfaat perpustkaan oleh Pembina Upacara kepada seluruh peserta upacara ketika upacara bendera hari Senin dilaksanakan. Selain itu juga dilakukan pemasangan leaflet berisi motivasi agar siswa tertarik berkunjung ke perpustakaan sekolah. Upaya pemanfaatan perpustakaan s e k o l a h d i l a k u k a n d e n g a n car a melaksanakan proses pembelajaran di perpustakaan untuk mapel tertentu. Di samping itu, dilakukan pula kunjungan guru ke perpustakaan untuk memberikan teladan dan motivasi kepada siswa agar g e m a r m e n g u nj u n g i perpustakaan sekolah. Permasalahan yang akan diungkapkan dalam penelitian ini adalah: ( 1 ) Bagaimanakah minat baca siswa SMA Negeri 1 Mlonggo Kabupaten Jepara? (2) Apakah pemberdayaan dan pemanfaatan perpustakaan sekolah dapat meningkatkan minat baca siswa SMA Negeri 1 Mlonggo Kabupaten Jepara? Tujuan penelitian ini adalah: (a) mendeskripsikan upaya pemberdayaan dan pemberdayaan perpustakaan sekolah untuk meningkatkan minat baca siswa. (b) merumuskan langkah-langkah upaya pemberdayaan perpustakaan sekolah untuk meningkatkan minat baca siswa.
123
Jurnal Pendidikan Lentera - Edisi I I Februari 2013
(3) persentase siswa membaca buku perpustakaan. Ketiga aspek tersebut dapat terlhat adanya peningkatan mulai dari kondisi awal pada prasiklus, siklus I, dan siklus 1 1 . Frekuensi kunjungan siswa ke perpustakaan pada siklus I mengalami peningkatan dibandingkan pada prasiklus. Semula, frekuensi kunjungan siswa ke perpustakaan hanya 263 kali meningkat m e n j a d i 4 1 7 k a l i . J a d i , terdapat peningkatan 58% dari kondisi sebelumnya. Pada siklus II r:nengalami peningkatan lagi menjadi 452 kali kunjungan. Dengan demikian sudah melampaui target yang ditetapkan sebanyak400 kali. Kunjungan ini meskipun belum sepenuhnya dimanfaatkan siswa untuk membaca, mencari referensi, atau m e m i nj a m b u k u , n a m u n s u d a h menunjukkan indikator yang positif bagi kegairahan siswa membaca. Peningkatan kunjungan siswa ke perpustakaan tinggal mengarahkan ke jalur yang positif agar siswa terhindar dari kegiatan yang tidak produktif atau mubadzir seperti sekadar ngobrol atau sekadar bertemu dengan temannya. Jumlah buku yang dibaca siswa pada siklus I sebanyak 96 eksemplar, mengalami kenaikan menjadi 1 1 9 pada siklus II. Dengan demikian terdapat peningkatan 24% dari kondisi sebelumnya. Pada siklus 11 terdapat peningkatan menjadi 1 85 eksemplar. Jumlah ini juga sudah melampaui target yang ditetapkan sebanyak 150 eksemplar. Buku-buku yang dipinjam siswa sebagian besar memang masih berupa buku pelajaran seperti buku teks mapel dan kliping soal, namun jumlah buku fiksi dan nonfiksi yang dipinjam siswa mengalami peningkatan pula. Pada siklus I jumlah peminjam buku fiksi sebanyak 16 siswa, pada siklus I I sebanyak 22 siswa. Peminjam buku nonfiksi pada siklus I sebanyak 36 siswa, pada siklus II sebanyak 40 siswa. Selisihnya memang tidak terlalu banyak. Yang terlihat peningkatannya
METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan jenis penelitian tindakan (action research). Jenis penelitian ini menurut Sukmadinata (2005:140) merupakan suatu pencarian sistematik yang dilakukan oleh para pelaksana program dalam kegiatannya sendiri (dalam pendidikan dilakukan oleh guru, dosen, kepala sekolah, konselor), dalam mengumpulkan data tentang pelaksanaan kegiatan, keberhasilan dan hambatan yang dihadapi, untuk kmudian menyusun rencana d a n melakukan kegiatan-kegiatan penyemurnaan. Mengenai teknik pengumpulan data, (Arikunto 1998: 1 50) menjelaskan bahwa secara garis besar teknik pengumpulan data dapat digolongkan menjadi dua macam yaitu metode tes dan nontes/bukan tes Adapun teknik yang dipakai dalam penelitian ini adalah teknik angket, observasi, dan dokumentasi. Angket atau kuesioner (questionnaire) merupakan suatu teknik atau cara pengumpulan data secara tidak langsung (peneliti tidak langsung bertanya jawab dengan responden). Angket berisi sejumlah pertanyaan atau pernyataan yang harus dijawab atau d i respon oleh responden (Sukmadinata, 2005:21 9). Oalam penelitian ini angket digunakan untuk mendapatkan informasi sejauh mana siswa memiliki kegemaran membaca. Teknik dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat dan agenda dan sebagainya (Arikunto, 1 998:1 32). Dokumentasi dalam penelitian ini meliputi catatan kunjungan siswa dan guru ke perpustakaan, catatan peminjaman buku, serta foto kegiatan siswa dan guru di perpustakaan. HASIL PENELITIAN Dalam penelitian ini dipaparkan 3 aspek yang menjadi indikator peningkatan minat baca siswa, yaitu ( 1 ) frekuensi kunjungan siswa ke perpustakaan, (2) jumlah buku perpustakaan yang dipinjam 1 24
Jurnal Pendidikan Lentera - Edisi I I Februari 2013
tajam masih juga pada jenis buku pelajaran, yaitu 67 siswa pada siklus I menjadi 123 siswa pada siklus 11. Persentase siswa yang membaca minimal satu buku pada kurun waktu satu bulan pada siklus I sebanyak 32% atau 93 orang dari jumlah siswa sebanyak 291 orang. Terdapat peningkatan dari kondisi awal yang hanya 84 siswa yang membaca b u k u . Pada siklus I I mengalami peningkatan menjadi 36% atau 106 siswa dari 291 siswa. Sebagian besar siswa belum mampu membaca tuntas 1 buku dalam kurun waktu 1 bulan, namun persentase siswa yang mampu membaca tuntas sudah melampau target yang diteapkan, yakni 30% dari jumlah siswa. Perbandingan hasil pengamatan dua siklus, yaitu siklus I dan siklus II menampakkan perkembangan yang cukup signifikan. Semua indikator, baik frekuensi kunjungan siswa ke perpustakaan sekolah, jumlah buku yang dipinjam, maupun jumlah siswa yang membaca buku mengalami peningkatan.
·
frekuensi kunjungan siswa kelas XI pada siklus I sebesar 225 meningkat pada siklus II menjadi 249 kali kunjungan. Berarti terdapat peningkatan sebesar 24 kali. Jika frekuensi kunjungan siswa kelas X dan XI dijumlahkan, maka pada siklus I diperolelh hasil sebesar 4 1 7 kali. Dibandingkan dengan hasil yang diperoleh pada siklus II sebesar 452 kali, maka terdapat peningkatan sebesar 35 kali kunjungan. Berikut ini hasil pengolahan data mengenai jumlah buku perpustakaan yang dipinjam siswa dapat dilihat pada grafik berikut. 140
120 100
80
DFika
60
40 20 0
Perbandingan hasil kedua siklus tersebut dapat dilihat lebih jelas pada grafik berikut
SlkltA1 I
Slkkls fl
Gambar 2 Grafik Jumlah Buku Perpustakaan yang Dipinjam Siswa
Sllcha I
Data yang tercermin dari grafik tersebut adalah adanya peningkatan jumlah buku perpustakaan yang dipinjam siswa dari siklus I ke siklus II. Peningkatan ini terjadi pada semua jenis buku yang dipinjam, baik fiksi, nonfiksi, maupun pelajaran. Pada siklus I buku fiksi yang dipinjam siswa sebanyak 1 6 buku meningkat pada siklus I I menjadi 22 buku. Terdapat peningkatan sebanyak 6 buku. Untuk buku nonfiksi yang dipinjam pada siklus I sebanyak 36 buku, sedangkan pada siklus II sebanyak 40 buku. Terdapat peningkatan meskipun hanya 4 buku. Peningkatan yang cukup tinggi terdapat pada peminjaman buku pelajaran, yakni pada siklus I sebanyak 67 dan pada siklus II sebanyak 123 buku. Peningkatannya sebanyak 55 buku.
Slldut II
Gambar 1 Grafik Perbandingan Frekuensi Kunjungan ke Perpustakaan Dari grafik tersebut terlihat bahwa f r e k u e n s i k u nj u n g a n s i s w a k e perpustakaan sekolah pada siklus II lebih tinggi dibandingkan pada siklus II, baik jenjang kelas X maupun jenjang kelas XI. Pada siklus I kunjungan siswa kelas X mencapai 192 kali meningkat pada siklus 11 menjadi 203 kali. Terdapat kenaikan sebesar 1 1 kali kunjungan. Sedangkan 125
Jurnal Pendidikan Lentera - Edisi I I Februari 2013
Hasil pengolahan data mengenai presentase siswa yang membaca buku dapat dilihat pada grafik berikut ;
Gambar 4 Grafik Kegemaran Siswa Membaca Berdasarkan tabel di atas dapat terlihat bahwa dari 291 siswa, sebagian besar siswa memiliki minat yang tinggi terhadap kegiatan membaca yakni sebesar 49%. Sedangkan siswa yang memiliki minat sangat tinggi sebesar 31%. Jika kategori minat yang tinggi dan sangat tinggi dijumlahkan, maka diperoleh angka sebesar 80%. Adapun siswa yang memiliki minat sedang dan rendah sebesar 20%.
100 80 60 40
u
20 0
Siklus l
Siklus ll
IMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat dirumuskan simpulan sebagai berikut: ( 1 ) P e m b e rd a y a a n d a n p e m a nfaatan perpustakaan sekolah dapat meningkatkan minat baca siswa. Hal ini terlihat dari indikator adanya peningkatan frekuensi kunjungan siswa ke perpustakaan sekolah, peningkatan jumlah buku perpustakaan yang dipinjam siswa, dan peningkatan persentase siswa yang membaca buku; (2) Kunjungan siswa belum sepenuhnya dimanfaatkan untuk membaca, mencari referensi, atau meminjam buku, namun sudah menunjukkan indikator yang positif bagi kegairahan siswa membaca; (3) Buku buku yang dipinjam siswa sebagian besar memang masih berupa buku pelajaran seperti buku teks mapel dan kliping soal, namun jumlah buku fiksi dan nonfiksi yang dipinjam siswa mengalami peningkatan pula; (4) Sebagian besar siswa belum mampu membaca tuntas 1 buku dalam kurun waktu 1 bulan, namun persentase siswa yang mampu membaca tuntas sudah melampau target yang diteapkan, yakni 30% dari jumlah siswa
Gambar 3 Grafik Persentase Siswa yang Membaca Buku Berdasarkan grafik di atas dapat dicermaati bahwa siswa yang membaca lebih dari 1 buku pada siklus I sebesar 7 ,2% meningkat menjadi 10,6 pada siklus II. Terdapat peningkatan sebesar 3,4%. Siswa yang membaca 1 buku pada siklus I sebesar 21 % meningkat pada siklus II menjadi 25,6%. Peningkatannya sebesar 5,6%. Berbanding terbalik pada hasil sebelumnya, siswa yang tidak membaca buku sama sekali pada siklus I sebesar 71 % dan pada siklus II sebesar 63,6%. Terdapat penurunan sebesar 7,4%. Penurunan ini sekaligus menunjukkan adanya peningkatan karena keadaan siswa yang tidak membaca sama sekali pada siklus I menjadi berkurang pada sikfus II. Berdasarkan pengolahan data angket diperoleh hasil persentase minat siswa dalam kaitannya dengan kegemaran membaca sebagaimana tertera pada grafik berikut; 100
Saran Berdasarkan hasil penelitian disampaikan saran-saran sebagai berikut: (1 ) Pemberdayaan dan pemanfaatan perpustakaan sekolah hendaknya perlu terus-menerus dilakukan oleh semua sekolah guna memacu minat baca siswa agar menjadi generasi yang berkualitas; (2) Pemberdayaan perpustakaan sekolah
80 60
40 20
••ancat tlngt •tlncrf
0
1 26
Jurnal Pendidikan Lentera - Edisi 11 Februari 2013
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto Suharsimi, 1 998. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Hermanono. 2007. Perpustakaan Seko/ah dalam Pengajaran dan Pembe/ajaran untuk Semua. diakses 12 Juli 2012. Kusmana, Suherli. 2009. "Meningkatkan Minat Baca Siswa". blogspot.com/2009/01 . Diakses pada 1 7 Mei 2012 Rahajoe, Titik. 2009. Pedoman Penye/enggaraan Perpustakaan Sekolah Menengah Atas. Semarang: BadanArsip dan Perpustakaan. Sukidin, Basrowi, Suranto. 2008. Manajemen Penelitian Tindakan Ke/as. Surabaya: lnsan Cendekia. Sukmadinata, Nana Syaodih. 2005. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya. Suyono, "Minat Baca, Belajar, dan Kreativitas", dalam Buletin Pusat Perbukuan, Vol. 5 tahun 2001 . Tarigan, Henry Guntur. 2008. Membaca sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
127
PERANAN PERPUSTAKAAN DALAM PROSES PENDIDIKAN: BERDASARKAN SUDUT PANDANG KEPALA SEKOLAH, GURU, KARYAWAN, TENAGA PERPUSTAKAAN, DAN SISWA DI SMA NEGERI 1 SUNGAYANG KABUPATEN TANAH DATAR Hafiza Putri1, Bakhtaruddin Nst2 Ilmu Informasi Perpustakaan dan Kearsipan FBS Universitas Negeri Padang Email:
[email protected] Abstract This paper aims to describe the development of the collection at the Library of SMA Negeri 1 Sungayang, analyze visits to the Library with librarian SMA Negeri 1 Sungayang, and to describe the efforts of library staff in increasing interest in a visit to the Library of SMA Negeri 1 Sungayang. From the data analysis it was found that: (1) building a collection of the Library of SMA Negeri 1 Sungayang not running optimally within the meaning of the collection has not been planned development on a regular basis, (2) visits to the Library librarian State sma 1 Sungayang relatively little on average only 21 6% per day during tahun2012, and (3) library staff efforts made to attract visitors to the Library of SMA Negeri 1 Sungayang (2) visits to the Library librarian SMA Negeri 1 Sungayang relatively little on average only 21.6% per day for tahun2012, and (3) library staff efforts made to attract visitors to the Library of SMA Negeri 1 Sungayang is to organize a library building to be attractive and comfortable place to visit, providing a new source of reading and in accordance with the requirements librarian, adequate facilities, and into force profetional library and library staff that is friendly to visitors. Of these findings are expected in future pay more attention to the principal collections of the Library, especially coaching SMA Negeri 1 Sungayang can be done on an ongoing basis and regularly. In addition, the library in order to run basic tasks and fugsion optimally, should libraries be managed by professional librarians library science background. Keywords: collection; user; professional; optimized, descriptions. A. PENDAHULUAN Sekolah adalah suatu lembaga pendidikan formal yang memegang peranan penting dalam menentukan proses pembentukan, pertumbuhan, dan perkembangan kepribadian anak didik. Selain itu, sekolah adalah tempat berlangsungnya proses transfer ilmu pengetahuan dari guru kepada anak didik. Untuk kelancaran proses pembelajaran di sekolah, perlu adanya sarana dan 1 2
Penulis, mahasiswa prodi Ilmu Informasi Perpustakaan dan Kearsipan, wisuda periode September 2013 Pembimbing, dosen FBS Universitas Negeri Padang
331
Jurnal Ilmu Informasi Perpustakaan dan Kearsipan Vol. 2, No. 1, September 2013, Seri E
prasarana pendidikan. Salah satu sarana pendidikan yang dibutuhkan oleh suatu sekolah atau lembaga pendidikan adalah tersedianya perpustakaan yang lengkap dan up-to-date sesuai dengan kebutuhan penggunanya. Suatu perpustakaan tidak akan ada artinya jika tidak dapat memenuhi kebutuhan informasi penguna perpustakaan tersebut. Bafadal (2005: 1) menyebutkan bahwa perpustakaan sekolah adalah kumpulan bahan pustaka baik berupa book material maupun non-book material yang diorganisasi secara sistematis dalam suatau ruangan sehinga dapat membantu murid-murid dan guru-guru dalam proses balajar mengajar di sekolah. Jika, dihubungkan dengan proses belajar mengajar di sekolah, maka diketahui perpustakaan sekolah memberikan sumbangan yang sangat berharga dalam upaya meningkatkan aktivitas siswa serta meningkatkan kualitas pendidikan dan pembelajaran. Melalui penyediaan perpustakaan sekolah terutama dalam meningkatkan kualitas proses balajar mengajar, diharapkan siswa dapat berinteraksi dan dapat terlibat langsung baik secara fisik maupun mental. Jadi, perpustakaan sekolah merupakan bagian integral dari program sekolah secara keseluruhan dan bersama-sama dengan komponen pendidikan lainnya yang juga turut menentukan keberhasilan proses pendidikan dan pembelajaran. Selanjutnya M. Prawit (2005: 2) menyatakan bahwa perpustakaan sekolah adalah perpustakaan yang terdapat pada lingkungan sekolah. Diaadkannya perpustakaan sekolah ini bertujuan untuk memenuhi informasi masyarakat dilingkungan sekolah yang bersangkutan, khusunya para guru dan murid. Perpustakaan disini berperan sebagai media dan sarana untuk menunjang kegiatan proses belajar mengajar di tingkat sekolah. Oleh karena itu, peprustakaan merupakan bagian integral dari program penyelenggaraan pendidikan tingkat sekolah. Tujuan utama pendirian perpustakaan sekolah adalah untuk menunjang pencapaian tujuan sekolah, yaitu pendidikan dan pengajaran seperti yang digariskan dalam perangkat kurikulum sekolah. Di perpustakaan sekolah siswa dapat membahas atau meningkatkan pengetahuan serta keterampilan melalui bahan bacaan yang tersedia pada koleksi bahan pustaka. Disamping itu, siswa juga dapat memperdalam pengetahuannya dalam arti kata melakukan kajian atau penelitian sederhana. Demikian juga halnya, guru sebagai pendidik atau pengajar sesuai dengan profesinya harus selalu mengali pengetahuannya sesuai dengan bidangnya untuk mendapatkan informasi-informasi terbaru yang dapat diperoleh melalui perpustakaan. Dari gambaran diatas tersirat bahwa perpustakaan sangat penting pada suatu lembaga pendidikan seperti sekolah. Perpustakaan sekolah diperlukan untuk kegiatan belajar mengajar yang merupakan “the central of education program”. Diketahui bahwa betapa pentingnya perpustakaan di suatu sekolah dalam rangka memenuhi tuntutan siswa dalam proses pembelajaran, karena perpustakaan sekolah merupakan penunjang pencapaian tujuan sekolah. Jika, dihubungkan dengan proses belajar mengajar di sekolah, diketahui bahwa perpustakaan sekolah memberikan sumbangan yang sangat berharga dalam upaya meningkatkan aktivitas siswa serta meningkatkan kualitas pendidikan dan pembelajaran. Dengan adanya peprustakaan sekolah yang memiliki koleksi yang 332
Peranan Perpustakaan dalam Proses Pendidikan: Berdasarkan Sudut Pandang Kepala Sekolah, Guru, Karyawan, Tenaga Perpustakaan, dan Siswa di SMA Negeri 1 Sungayang Kabupaten Tanah Datar– Hafiza Putri, Bakhtaruddin Nst
bagus dan baru secara tidak langsung dapat meningkatkan kualitas proses belajar mengajar. Lasa (2007: 14) mengatakan bahwa perpustakaan sekolah merupakan bagian integral yang mendukung proses belajar mengajar. Keberadaan perpustakaan sekolah yang representatif dalam jangka panjang dimaksudkan untuk: a. Para siswa dan guru dapat memanfaatkan waktu untuk mendapat informasi di perpustakaan. Kebiasaan ini mampu meningkatkan minat baca mereka. b. Proses pengenalan dan penerapan teknologi informasi dari perpustakaan, dengan menyediakan fasilitas intrnet. c. Membiasakan akses informasi yang mandiri bagi siswa, guru beserta karyawan yang ada pada suatu sekolah. d. Memupuk bakat dan minay seseorang, keberhasilan seseorang tidak ditentukan dengan nilai yang tinggi melainkan melalui pengembangan bakat dan minat. Yusuf (2005: 3) menyebutkan bahwa tujuan didirikan perpustakaan sekolah tidak terlepas dari tujuan diselengarakannya pendidikan sekolah, yaitu untuk meberikan bakal kemampuan dasar kepada peserta didik, serta mempersiapkan mereka untuk mengikuti pendidikan menengah. Sejalan dengan hal tersebut, maka tujuan perpustakaan sekolah adalah sebagai berikut: (a) Mendorong dan mempercepat proses penguasaan teknik membaca para siswa, (b) Membantu menulis kreatif bagi para siswa dengan bimbingan guru dan pustakawan, (c) Menumbuhkembangkan minat dan kebiasaan membaca para siswa, (d) Menyediakan berbagai macam sumber informasi untuk kepentingan pelaksaan kurikulum, (e) Mendorong, menggairahkan, memelihara, dan memberi semangat membaca dan semangat belajar bagi para siswa, (f) Memperluas, memperdalam, dan memperkaya pengalaman belajar para sisiwa dengan membaca buku dan koleksi lain yang mengandung ilmu pengetahuan dan tekonologi, yang disediakan oleh perpustakaan, (g) Memberikan hiburan sehat untuk mengisi waktu senggang melalui kegiatan membaca, khususnya buku-buku dan sumber bacaan lain yang bersifat kreatif dan ringan, seperti fiksi, cerpen, dan lainnya. Sehingga tergambar tujuan perpustakaan sekolah dalam jangka panjang adalah untuk menambahkan dasar-dasar pengetahuan untuk menjadi fondasi bagi perkembangan selanjutnya. Mengacu kepada pelaksanaan pembangunan jangka panjang negara kita yang lebih menitik beratkan kepada peningkatan kualitas sumber daya manusia. Perpustakaan SMA Negeri 1 Sunganyang merupakan perpustakaan yang terdapat pada SMA Negeri 1 Sungayang yang memiliki tugas pokok dan fungsi sebagai sarana penyedia informasi terutama sumber-sumber yang berhubungan dengan kurikulum yang ada disekolah tersebut. Pada saat ini Perpustakaan SMA Negeri 1 Sungayang memiliki koleksi buku yang terdiri dari 302 judul atau 6.693 eksemplar. Koleksi yang lengkap dan baru merupakaan dambaan dari seluruh perpustakaan, perpustakaan akan ditinggalkan oleh pemakai perpustakaan jika tidak memiliki koleksi yang dapat memenuhi kebutuhannya. Perpustakaan SMA Negeri 1 Sungayang menempati satu rungan khusus dengan ukuran ruangan 6x10 m, dalam kegiatan pengelolaan sehari-hari perpustakaan SMA Negeri 1 Sungayang dikelola oleh dua orang tenaga petugas 333
Jurnal Ilmu Informasi Perpustakaan dan Kearsipan Vol. 2, No. 1, September 2013, Seri E
perpustakaan, terlihat juga bahwa pengunjung Perpustakaan SMA Negeri 1 Sungayang sangat jarang, rata-rata 20 orang dalam satu harinya dengan jumlah siswa seluruhnya adalah 423 orang, pada umumnya yang mengunjungi perpustakaan tersebut adalah siswa yang memiliki nilai yang tinggi (peringkat kelas). Berdasarkan pengamatan sepintas, pengelolaan perpustakaan berupa koleksi buku belum berjalan secara optimal begitu juga dari segi layanannya yang belum maksimal dalam melayani pengunjung yang berkunjung ke Perpustakaan SMA Negeri 1 Sungayang. Sejalan dengan tujuan yang diselenggarakan pendidikan di sekolah, yang pada poin-poin pokoknya mencakup adanya kemampuan dasar siswa terhadapa kemahiran melakukan kegiatan baca-tulis dan berhitung, maka perpustakaan sekolah dapat melaksanakan tujuan dan peranannya dalam membantu proses pendidikan. Melalui pengembangan pendekatan inovatif untuk meningkatakan pemanfaatan bahan bacaan diperpustakaan sekolah diharapkan dapat meningkatakan hasil pembelajaran siswa. Dengan demikian perpustakaan menjadi sebuah solusi dalam mengatasi permasalahan pembelajaran yang dihadapi oleh guru dan siswa berupa adanya pendekatan inovatif. Pengembanagan pendekakatan inovatif untuk mneningkatkan pemanfaatan bahan bacaan di perpustakaan adalah sebagai berikut. Pertama, memotivasi sisiwa dan mereka yang terlibat pada kegitan pendidikan/pengajaran untuk menggunakan, menikmati, serta menghargai buku sebagai sumber informasi dan bahan rekreasi. Kedua, membantu siswa dalam mengembangkan bakat, minat, dan kegemarannya. Ketiga, mengembangkan strategi guna mendukung keberadaan dari perpustakaan sekolah dengan melibatkan dukungan dan peran orang tua, serta keberadaan perpustakaan dapat terjaga kelangsunganya melalui pertambahan koleksi dan fasilitas pendukungnya. Suherman (2009: 26) menyebutkan bahwa guru harus mempunyai kemapuan untuk: menyediakan sumber informasi bagi dirinya guna memperluas pengetahuan dalam metodologi pembelajaran, mempunyai pandangan untuk lebih progresif tentang ideologi pendidikan, dan mempunyai gagasan bahawa perpustakaan dapat dijadikan kelas atau minimal menjadi mitra dalam pembelajaran dalam kelas. Peran kepala sekolah kepala sekolah merupakan manajer sekaligus sebagai penangung jawab keseluruhan program sekolah yang dilaksanakan, (kepala sekolah, guru, pustakawan) merupakan komponenyang sangat vital dalam memncapai pembelajaran atau kegiatan belar mengajar disekolah. Oleh sebab itu, pendidikan sekarang ini ditujukan untuk mengembangkan layanan informasi disekolah-sekolah, membangun perpustakaan sekolah sebagai mitra pembelajaran dalam kelas. Peran pustakawan sekolah ialah memberikan sumbangan pada misi dan tujuan sekolah, termasuk prosedur evaluasi dan mengembangkan serta melaksanakan misi dan tujuan perpustakaan sekolah. Pustakawan mesti memiliki pengetahuan dan keterampilan yang berkaitan dengan penyedian informasi dan pemecahan masalah informasi serta keahlian dalam mengunakan berbagai sumber, baik baik tercetak maupun elektronik. Penegtahuan, keterampilan, dan keahlian pustakawan sekolah harus mampu memenuhi kebutuhan komunitas 334
Peranan Perpustakaan dalam Proses Pendidikan: Berdasarkan Sudut Pandang Kepala Sekolah, Guru, Karyawan, Tenaga Perpustakaan, dan Siswa di SMA Negeri 1 Sungayang Kabupaten Tanah Datar– Hafiza Putri, Bakhtaruddin Nst
sekolah. Di samping itu, pustakawan hendaknya memimpin kampanye membaca dan promosi bacaan anak, media, dan budaya.
B. Metode Penelitian Hal-hal yang masuk dalam kajian metode penelitian ini adalah: Sumber data, teknik pengumpulan data, dan teknik pengolahan data. Berikut diuraikan satu persatu. Sumber data penulis peroleh dari penelitian di Perpustakaan SMA Negeri 1 Sungayang Kabupaten Tanah Datar. Pengambilan data sesuai dengan permasalahan dalam penulisan makalah ini, penulis menempuh cara: wawancara yaitu, teknik pengumpulan data yang digunakan untuk mendapatkan keterangan-keterangan lisan atau tulisan melalui tanya jawab, kepada pihak yang berwenang pada instansi terkait yang diperlukan dalam penyelesaian penulisan makalah ini, dan yang dijadikan nara sumber dalam penelitian ini adalah kepala sekolah, guru, karyawan dan siswa, selain itu penelitian juga melakukan pengamatan langsung ke Perpustakaan SMA Negeri 1 Sungayang.
C. PEBAHASAN 1. Pembinaan koleksi pada Perpustakaan SMA Negeri 1 Sungayang Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada Perpustakaan SMA Negeri 1 Sungayang, sejauh ini pembinaan koleksi Perpustakaan SMA Negeri 1 Sungayang belum berjalan secara optimal. Hal ini terlihat dari penambahan koleksi buku yang tidak berjalan secara berkala, terakhir kalinya Perpustakaan SMA Negeri 1 Sungayang melakukan penambahan koleksi dengan cara pembelian pada tahun 2008, sampai saat sekarang ini belum ada usaha yang dilakukan un tuk penambahan koleksi lebih lanjutnya. Sehingga sumber informasi yang disediakan oleh perpustakaan tersebut merupakan sumber informasi yang sudah mulai terkebelakang, semestinya perpustakaan menyediakan informasi yang up to date sesuai dengan kebutuhan pemustaka. Sementarab itu menurut UNESCO dala Pedoman Perpustakaan Sekolah mengatakan Perpustakaan sekolah menyediakan koleksi sumber daya buku yang sesuai, sepuluh buku permurid (10 buku/ murid). Sekolah kecil hendaknya paling sedikit memiliki 2.500 judul materi perpustakaan yang relevan dan mutakhir agar stok buku berimbang untuk semua umur, kemampuan dan latar belakang. Paling sedikit 60% koleksi perpustakaan terdiri dari buku nonfiksi yang berkaitan dengan kurikulum sekolah. Sedangkan Perpustakaan SMA Negeri 1 Sungayang hanya memiliki 302 judul koleksi yang tersedia. Seharusnya, Perpustakaan SMA Negeri 1 Sungayang perlu menyediakan anggaran khusus untuk melakukan pemeliharan koleksi setiap tahunnya sebanayak 10% dari koleksi yang sudah ada. Selain dari itu, bisa juga dengan memnita sumbangan suka rela kepada sisiwa kelas XII yang akan tamat untuk menyumbangkan bukunya, agar Perpustakaan SMA Negeri Sungayang memiliki jumlah koleksi yang up to date sesuai dengan kebutuhan informasi pemustaka.
335
Jurnal Ilmu Informasi Perpustakaan dan Kearsipan Vol. 2, No. 1, September 2013, Seri E
2. Pemanfaatan Perpustakaan SMA Negeri 1 Sungayang oleh Pemustaka Perpustakaan tidak bererti jika tidak dimanfaatkan, selengkap dan sebanayak apapun koleksi suatu perpustakaan tidak akan berati jika tidak dimanfaatka oleh pengunjung, banayaknya jumlah pengunjung pada suatu perpustakaan merupakan suatu kehormatan bagi sebuah perpustakaan. Perpustakaan SMA Negeri 1 Sungayang relatif sangat sedikit, keadaaan ini terlihat dari kurun waktu dari Januari sampai dengan Desember 2012 kunjungan siswa kurang lebih 20 oarang per harinya dengan jumlah siswa sebanyak 423 orang, sehingga dapat dikatakan rata-rata siswa yang berkunjung ke Perpustakaan SMA Negeri 1 Sungayang satu harinya adalah 1:11, sedangkan guru dan karyawan lainnya bisa dikatakan tidak ada yang berkunjung ke Perpustakaan dengan tujuan untuk meminjam koleksi. Dari pengamatan dan wawancara, penulis memiliki argumen mengapa kunjungan pemustaka ke Peprustakaan SMA Negeri 1 Sungayang relatrif jarang yaitunya: a. Sumber daya manusia Perpustakaan SMA Negeri 1 Sungayang masih di bawah binaan guru-guru yang mengajar di SMA Negeri 1 Sungayang sehingga belum bisa melayani pemustaka yang datang sebagaimana mestinya, tidak di layani dengan baik dan benar, petugas yang ditunjuk untuk membina perpustakaan hanya mempersiahkan pemustaka untuk berkunjung jika mereka memiliki waktu, sedangkan siswa dan guru ingin perpustakaan tersebut selalu terbuka kapanpun mereka inginkan dalam jam lingkungakan sekolah. Selain itu, jika pemustaka ingin mencari koleksi yang mereka inginkan tidak terdapat pada rak buku petugas pustaka tidak membantu untuk mencarikannya, serta tata letak buku yang ada tidak tertata dengan baik. Dari jawaban responden tadi dapat dinyatakan bahwa pelayan pada perpustakaan SMA Negeri 1 Sungayang belum maksimal, sebaiknya pada perpustakaan SMA Negeri 1 Sungayang ini petugas pustakanya memberikan pelayanan prima kepada para pemustaka. Sehingga mereka merasa nyaman dan diistimewakan berada dalam lingkungan perpustakaan. Dengan pemustaka merasa nyaman dan diistimewakan berada dalam lingkungan perpustakaa, akan berdampak pada perpustakaan itu sendiri yaitu, meningkatnya jumlah pemustaka untuk mengunjungi perpustakaan . b. Koleksi bahan pustaka Pada Perpustakaan SMA Negeri 1 Sungayang koleksi buku yang tersedia pada umumnya sudah tidak baru lagi, perpustakaan terakhir kali mengadakan pengadaan bahan pustaka pada tahun 2009 dengan cara pembelian. Sehingga dengan cepatnya kemajuan informasi pada saat sekarang ini, buku-buku yang di beli pada tahun 2009 tersebut sudah tidak sesuai dengan informasi yang dibutuhkan oleh pemustaka pada saat sekarang ini. Dengan adanya keadaan yang seperti ini menyebabkan salah satu penyebab perpustakaan jarang di kunjungi oleh pemustakanya, karena pemustaka tidak mendapatkan informasi yang terbaru dari koleksi yang ada, sesuai dengan kebutuhan akademiknya pada saat sekarang ini. Untuk itu Perpustakaan SMA Negeri 1 Sungayang seharusnya melakukan pengadaan koleksi baru, baik melalui pembelian maupun dengan cara lain. Kebutuhan informasi semakin hari semangkin meningkat, dan itu akan membuat tingkat kunjungan pemustaka terhadap Perpustakaan SMA Negeri 1 Sungayang 336
Peranan Perpustakaan dalam Proses Pendidikan: Berdasarkan Sudut Pandang Kepala Sekolah, Guru, Karyawan, Tenaga Perpustakaan, dan Siswa di SMA Negeri 1 Sungayang Kabupaten Tanah Datar– Hafiza Putri, Bakhtaruddin Nst
meningkat. Oleh karena itu, perpustakan harus mampu menyediakan koleksi yang terbaru guna mendapatkan informasi yang terbaru pula oleh para pemustaka yang sesuai dengan kebutuhan informasi pada saat sekarang ini, agar pemustaka tidak kecewa dan merasa puas karena koleksi yang tersedia di perpustakaan sesuai dengan kebutuhan informasinya. c. Sarana dan Prasarana Sarana penunjang pada perpustakaan seperti meja, kursi, alat penelusur dan lain-lainya belum sesuai dengan kebutuhan pemustaka yang berkunjung ke Peprustakaan SMA Negeri 1 Sungayang. Padahal sarana dan prasarana tersebut sangat diperlukan keberadaanya demi kelancaran dan kenyamanan kegiatan perpustakaan bagi para pemustaka. Di Perpustakaan SMA Negeri 1 Sungayang ruang baca yang tersedia masih sangat kecil, begitu juga dengan meja dan kursi yang tersedia belum sesuai dengan keinginan pemustakanya. Dengan adanya kenyataan yang seperti ini membuat pemustaka merasa kurang nyaman, dan ditambah lagi dengan keadaan ruang pustaka yang kurang tertata serta tidak adanya alat telusur perpustakaan seperti katalog online. Sebaiknya sarana penunjang seperti meja, kursi, dan alat telusur perpustakaan disediakan agar pemustaka dapat merasa nyaman selama berada dalam ruang perpustakaan. Faktor inilah yang paling penting dalam kemajuan perpustakaan dan kepuasan bagi pemustaka. Karena, pemustaka yang berkunjung ke perpustakaan tentunya ingin membaca dan meminjam koleksi yang tersedia. Dengan tersedia banyaknya koleksi pada perpustakaan, sehingga sulit untuk menemukan buku yang hendak dicari. Untuk itu sebaiknya perpustakaan juga menyediakan alat telusur seperti katalog online. d. Buku siswa dan guru lengakap Siswa dan guru kurang memiliki keingginan unutk mengunjungi perpustakaan di karenakan lengkapnya sumber bacaan yang merekal miliki, karena ada beberapa orang siswa dan guru yang mengatakan bahwa buku yang tersedia di perpustakaan sudah merka miliki. e. Tidak tersedianya fasilitas internet Dengan kemajuan zaman dan lajunya perkembangan informasi, maka internet merupakan fasilitas utama yang membantu untuk menemukan terbaru dengan waktu yang cepat dan cara yang mudah. Sebaiknya perpustakaan juga menyediakan fasiliutas internet agar pengunjung tertarik untuk berkunjung ke perpustakaan. 3. Usaha yang dilakukan tenaga perpustakaan untuk meningkatkan minat kepala sekolah, guru, karyawan, dan siswa untuk berkunjung ke Perpustakaan SMA Negeri 1 Sungayang Setelah wawancara dengan tenaga Perpustakaan SMA Negeri 1 Sungayang mengatakan bahwa pada saat ini perpustakaan memang jarang dikunjungi oleh kepala sekolah, guru, karyawan maupun siswa, ini disebabkan oleh pelayanan yang diberikan kepada pengunjung belum maksimal dan penataan ruangan perpustakaan belum baik, ditambha lagi koleksi yang ada belum tertata sebagai mana mestinya. Tenaga perpustakaaan juga mengatakan bahwa mereka akan berusaha untuk memperbaiki keadaan yang sekarang ini kepada yang lebih menarik agar perpustakaan menjadi tempat yang menarik untuk dikunjungi.
337
Jurnal Ilmu Informasi Perpustakaan dan Kearsipan Vol. 2, No. 1, September 2013, Seri E
Mendengar jawaban wawancara dengan tenaga Perpustakaan SMA Negeri 1 Sungayang, sebaiknya pegawai perpustakaan tersebut harus memperbaiki segi pelayanan maupun dari segi penataan ruangan dan koleksi yang ada, selain dari itu ada beberapa usaha yang dapat dilakukan pustakawan untuk meningkatkan minat pengunjungyaitunya sebagai berikut: (a) menata gedung perpustakaan agar menarik dan nyaman untuk dikunjungi, (b) menyediakan sumber bacaan yang baru dan sesuai dengan kebutuhan pemustaka, (c) fasilitas yang menadai, (d) menjadi pustakawan (tenaga perpustakaan) yang profesional, serta pustakawan (tenaga perpustakaan) yang bersahabat dengan pemustakanya. Usaha pustakawan yang disebutkan diatas tadi dilakukan agar pengunjung tertarik untuk mengunjungi perpustakaan dan menjadikan perpustakaan suatu tempat yang asyik dan nyaman untuk dikunjungi. Selain dari itu, perpustakan dapat meningkatkan pendidikan pada SMA Negeri 1 Sungayang sebagai sumber gudang ilmu dan ini merupakan tujuan utama didirikannya perpustakaan sekolah.
D. Simpulan dan Saran Berdasarkan pembahasan penulis pada bab sebelumnya, maka penulis dapat menyimpulkan beberapa buah kesimpulan: Pertama, pembinaan koleksi pada SMA Negeri 1 Sungayang belum berjalan secara optimal, sehingga perpustakaan tersebut belum dapat menjalankan tugas pokok dan fungsinya dengan benar. Kedua, kunjungan pemustaka yang masih sangat jarang ke perpustakaan karena PerpustakaaN SMA Negeri 1 Sungayang koleksinya belum dapat memenuhi kebutuhan informasi pemustakanya, sarana dan prasarana yang kurang memadai dan ditambah lagi sumberdaya manusia yang bekerja pada perpustakaan SMA Negeri 1 Sungayang belum profesional pada bidang perpustakaan yang disebabkan oleh tenaga yang mengelola perpustakaan tersebut hanya guru yang mengajar pada SMA Negeri 1 Sungayang, bukan tenaga yang ahli dalam ilmu perpustakaan. Selanjutnya ketiga, usaha yang dilakukan oleh pustakawan agar pemustaka berminat untuk mengunjungi Perpustakaan SMA Negeri 1 Sungayang yaitunya (a) menata gedung perpustakaan agar menarik dan nyaman untuk dikunjungi, (b) menyediakan sumber bacaan yang baru dan sesuai dengan kebutuhan pemustaka, (c) fasilitas yang memadai, (d) menjadi pustakawan yang professional dan kopten, serta pustakawan yang bersahabat dengan pemustakanya. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi di Perpustakaan SMA Negeri 1 Sungayang, maka penulis menyarankan: (1) Pembinaan koleksi pada Peprustakaan SMA Negeri 1 Sungayang sebaiknya dilakukan oleh tenaga yang profesinal di bidangnya, atau tenaga yang memiliki latar belakang ilmu perpustakaan, agar koleksi yang ada dapat memenuhi kebutuhan informasi penguna perpustakaan. (2) Agar kunjungan pemustaka ke Perpustakaan SMA Negeri 1 Sungayang banyak maka sebaiknya sumberdaya manusia, koleksi dan fasilitasnya dapat ditingkatkan lagi. (3) Sebaiknya seorang pustakawan itu melakukan beberapa cara, agar pemustaka tertarik untuk mengunjungi perpustakaan, dengan cara: menata ruangan agar lebih menarik, menyediakan sarana dan prasarana yang nyaman bagi pemustaka, koleksi yang menarik dan baru sehinga dapat memenuhi 338
Peranan Perpustakaan dalam Proses Pendidikan: Berdasarkan Sudut Pandang Kepala Sekolah, Guru, Karyawan, Tenaga Perpustakaan, dan Siswa di SMA Negeri 1 Sungayang Kabupaten Tanah Datar– Hafiza Putri, Bakhtaruddin Nst
kebutuhan informasi pemustaka sesuai dengan perkembangan zaman, serta yang paling utama menciptakan hubungan yang harmonis dan akrab antara pustakawan dan pemustaka.
Catatan: artikel ini disusun berdasarkan tugas akhir penulis dengan Pembimbing Drs. Bakhtaruddin Nst, M. Hum. Daftar Rujukan Bafadal, Ibrahim. 2005. Pengelolaan Perpustakaan Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara
Djamarin, Mulida. 2013. Pengembangan Koleksi Perpustakaan Sekolah. Padang: Kerja Sama Pusdiklat Perpustakaan Nasional Republik Indonesia dengan Lembaga penjamin Mutu Pendidikan Provinsi Sumatra Barat Hs, Lasa. 2009. Manajemen Perpustakaan Sekolah. Yogyakarta: Pinus Indonesia. 2007. Undang-Undang Republik Indonesia. Tentang Perpustakaan. Yogyakarta: Pustaka Timur Sinaga, Dian. 2007. Mengelola Perpustakaan Sekolah. Bandung: Bejana.
Suherman. 2009. Perpustakaan Sebagai Jantung Sekolah. Bandung: MSQ Publishing
Sulistyo-Basuki. 1993. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Suwarno, Wiji. 2010. Dasar-Dasar Ilmu Perpustakaan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
Yusuf, Prawit M. 2005. Pedoman Penyelengaraan Perpustakaan Sekolah. Jakarta: Kencana
339
PERANAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN MINAT BACA SISWA SDIT IQRA’ KOTA SOLOK Pri Utami1, Bakhtaruddin Nst.2 Program Studi Ilmu Informasi Perpustakaan dan Kearsipan FBS Universitas Negeri Padang email:
[email protected] Abstract The purpose of this study was to describe about schools in improving student reading Solok City (1) the role of libraries SDIT Iqra' Solok City in improving students reading interest, (2) the books in the library SDIT Iqra' Solok City can serve as supporting the learning process of students class, (3) constraints encountered in developing an interest in reading in the Library SDIT Iqra' Solok City. Data were collected through observation and interviews with librarians in SDIT Iqra' Solok City data required for the necessary methods and techniques of data collection fact that evidence can be obtained. The method used is descriptive analysis. By analyzing the data, it is concluded - following. First, the role of libraries SDIT Iqra' include: improvement of service the library, the school library should provide a collection. Second, the books in the library SDIT Iqra' Solok City can serve as supporting students' learning process, students are introduced directly by the user according to the subject being taught, and the teachers presenting latest book to every student so that students can be interested read books the library school. Third, problems encountered in the development of reading interest in the Library SDIT Iqra'Solok City are: (1) limited collection library, (2) that has not been ideal library space, (3) professionals who have not been fixed. Keywords: library, reading interest A. Pendahuluan Perpustakaan sekolah ialah sarana penunjang pendidikan yang bertindak di satu pihak sebagai pelestari ilmu pengetahuan dan di lain pihak juga sebagai sumber bahan pendidikan yang akan diwariskan kepada generasi yang lebih muda. ”Secara nyata perpustakaan sekolah merupakan sarana untuk proses belajar dan mengajar bagi guru maupun bagi murid” Setelah usaha yang dilakukan peneliti di lapangan berjalan maka peneliti memperoleh data berupa laporan dari usahanya
1
Mahasiswa penulis makalah Prodi Ilmu Informasi Perpustakaan dan Kearsipan, wisuda periode September 2012 Pembimbing, Dosen FBS Universitas Negeri Padang
2
270
Peranan Perpustakaan Sekolah Meningkatkan Minat Baca – Pri Utami, Bakhtaruddin Nst.
di lapangan. Dari data yang diperoleh, perpustakaan yang ada di Sekolah Dasar Islam Terpadu Iqra’ Kota Solok belum bisa berfungsi secara maksimal didalam meningkatkan minat membaca siswa untuk menunjang terlaksananya proses belajar mengajar dengan Sekolah Dasar Islam Terpadu Iqra’ Kota Solok. Menurut Septiyantono (Rahayuningsih, 2007 : 5) kelebihan perpustakaan sekolah adalah; (1) sebagai sumber kegiatan belajar mengajar yaitu membantu program pendidikan dan pengajaran sesuai dengan tujuan yang terdapat dalam kurikulum, (2) membantu siswa untuk memperjelas dan memperluas pengetahuannya pada setiap bidang studi, (3) mengembangkan minat dan budaya membaca yang menuju kebiasaan belajar mandiri, (4) membantu siswa untuk mengembangkan bakat, minat dan kegemarannya, (5) membiasakan siswa untuk mencari informasi di perpustakaan, (6) merupakan tempat untuk mendapatkan bahan rekreasi sehat melelui buku-buku bacaan yang sesuai dengan umur dan tingkat kecerdasan siswa, (7) memperluas kesempatan untuk belajar bagi para siswa dalam membantu menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan dari para guru. Perpustakaan Sekolah adalah perpustakaan yang berada dalam suatu sekolah yang kedudukan dan tanggung jawabnya kepada kepala sekolah yang melayani sivitas akademika sekolah yang bersangkutan. Perpustakaan Sekolah menurut Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 0103/O/1981, tanggal 11 Maret 1981, mempunyai fungsi sebagai : a) pusat kegiatan belajar-mengajar untuk mencapai tujuan pendidikan seperti tercantum dalam kurikulum sekolah, b) pusat Penelitian sederhana yang memungkinkan para siswa mengembangkan kreativitas dan imajinasinya, c) pusat membaca buku-buku yang bersifat rekreatif dan mengisi waktu luang (buku-buku hiburan). Oleh karena itu cara mengatasi hal tersebut dengan memanfaatkan perpustakaan yang ada di sekolah sebagai sumber belajar untuk meningkatkan minat membaca siswa Sekolah Dasar Islam Terpadu Iqra’ Kota Solok Untuk mencapai tujuan yang diinginkan, diperlukan adanya suatu minat. Keberadaan perpustakaan sangat penting bagi siswa salah satunya sebagai sumber informasi. Perpustakaan merupakan media penghubung antara sumber informasi dan ilmu pengetahuan terkandung di dalam koleksi perpustakaan dengan para pemustaka. Berbagai upaya dilakukan untuk meningkatkan pemanfaatan bagi siswa dalam mengembangkan minat baca untuk itu dalam makalah Tugas Akhir ini dibahas tentang permasalahan yang berkaitan dengan perpustakaan di sekolah SDIT Iqra’ Kota Solok dalam membantu meningkatkan minat baca siswa SDIT Iqra’, serta sebagai penunjang proses belajar mengajar.
B. Metode Penelitian Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif. pengumpulan data dengan melakukan pengamatan secara langsung dan pencatatan sistematis terhadap gejala atau fenomena yang diselidiki. Metode ini penulis lakukan dengan cara meninjau langsung Bagaimana keadaan perpustakaan sekolah serta banyaknya siswa-siswa yang berkunjung untuk membaca buku. Wawancara merupakan cara pengumpulan data dengan jalan tanya jawab sepihak yang dikerjakan dengan sistematika dan berlandaskan kepada tujuan penelitian. Metode ini penulis gunakan untuk mengetahui bagaimana minat baca siswa
271
Jurnal Ilmu Informasi Perpustakaan dan Kearsipan Vol. 1, No. 1, September2012, Seri D
terhadap koleksi serta seberapa sering siswa-siswa berkunjung ke perpustakaan sekolah.
C. Pembahasan Peranan perpustakaan SDIT Iqra’ Kota Solok dalam meningkatkan minat baca siswa. Pengembangan merupakan kegiatan yang berhubungan dengan pemeliharaan, penyempurnaan dan peningkatan. Untuk membina dan mengembangkan minat baca tidak b terlepas dari pembinaan kemampuan membaca. Pembinaan pada perpustakaan SDIT Iqra’ kota Solok berupa pemberian pelayanan yang ada di perpustakaan sekolah. Buku-Buku di perpustakaan SDIT Iqra’ Kota Solok dapat berfungsi sebagai penunjang proses belajar mengajar siswa kelas. buku-buku yang tersedia diperpustakaan sekolah sesuai dengan kurikulum tahun ajaran serta buku terbaru melengkapi koleksi Koleksi bahan pustaka yang dapat digolongkan menjadi tiga , yaitu, koleksi bahan pustaka umum, koleksi bahan pustaka referensi, dan koleksi bahan pustaka khusus. Kendala yang dihadapi dalam pengembangan minat baca di Perpustakaan SDIT Iqra’ Kota Solok sebagai berikut. Pertama, terbatasnya koleksi perpustakaan. Koleksi perpustakaan merupakan salah satu faktor penarik bagi para pemustaka perpustakaan serta merupakan penunjang perkembangan perpustakaan itu sendiri. Dengan berbagai macam dan kelengkapan koleksi suatu perpustakaan akan membuat pemustaka akan lebih berminat menggunakan perpustakaan, perpustakaan SDIT Iqra’ Kota Solok masih terkendala dalam kelengkapan koleksi disebabkan oleh bantuan yang masih minim. Koleksi bahan pustaka yang dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu koleksi bahan pustaka umum, koleksi bahan pustaka referensi, dan koleksi bahan pustaka khusus. Tata ruang perpustakaan yang memberikan ketenangan dan kenyamana bagipengunjung dengan memperhatikan kenyamanan suara, warna, udara, dan cahaya.Pelayanan sirkulasi yang memberikan kemudahan dan kesempatan yang sama untuk memanfaatkan jasa perpustakaan melalui kebijaksanaan yang telah ditetapkan oleh sekolah. Pemanfaatan perpustakaan sekolah adalah peranan aktif memanfaatkan jasa. Perpustakaan dalam proses belajar siswa dan keterlibatan siswa membantu tugas perpustakaan sekolah dengan maksud memberi kesempatan lebih mengetahui. Tata letak, tata tertib, prosedur yang ada sehingga lebih mudah memanfaatkan jasa perpustakaan sekolah. Kedua, tenaga profesional yang belum tetap. Kurangnya pengetahuan pustakawan atau guru pengelola perpustakaan SDIT Iqra’ Kota Solok dalam Pengolahan bahan pustaka.Pengolahan bahan pustaka merupakan kegiatan yang sangat penting dilakukan di perpustakaan, karena tampa adanya kegiatan pengolahan pada sebuah perpustakaan akan menyulitkan pustakawan dan pemustaka untuk menelusuri informasi dalam menemukan informasi. Ruang perpustakaan yang belum ideal. Ruangan SDIT Iqra’ Kota Solok masih jauh dari gambaran sebuah ruangan perpustakaan sekolah yang ideal, karena sebuah perpustakaan harus dilengkapi sarana dan prasarana yang mampu menunjang proses belajar mengajar murid-murid.Sebuah perpustakaan sekolah seharusnya dilengkapi dengan ruang baca yang luas, mempunyai ruangan computer untuk 272
Peranan Perpustakaan Sekolah Meningkatkan Minat Baca – Pri Utami, Bakhtaruddin Nst.
seorang pustakawan serta terdapat ruangan referensi yang dibutuhkan anak kelas untuk mencari bahan tugas pelajaran yang diberikan oleh guru-gurunya.
D. Simpulan dan Saran Berdasarkan pembahasan mengenai permasalahan yang ditemui dalam meningkatkan minat baca siswa, serta sebagai penunjang proses belajar mengajar. simpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut. Perpustakaan SDIT Iqra’ Kota Solok dapat memperluas mengembangkan budaya membaca dan membantu siswamemperluas pengalamannya.berperan meningkatkan minat baca siswa . Perpustakaan SDIT Iqra’ menyediakan koleksi baik buku-buku paket dari Departemen Pendidikan Nasional yang sesuai dengan kurikulum. dapat menunjang proses belajar mengajar di sekolah.Perpustakaan SDIT Iqra’ Kota Solok masih belum mempunyai tenaga pustakawan yang professional dalam mengelola perpustakaan. Guru SDIT Iqra’ Kota Solok hendaknya memberikan pengertian kepada siswa bahwa perpustakaan sekolah merupakan salah satu sarana dalam meningkatkan minat baca siswa .Guru SDIT Iqra’ hendaknya menyelenggarakan perpustakaan sekolah secara nyata agar tercipta kondisi perpustakaan yang ideal, sehingga diharapkan dapat meningkatkan minat baca siswa . Siswa hendaknya mengisi waktu luangnya dengan memanfaatkan perpustakaan sekolah karena dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan.
Catatan: artikel ini disusun berdasarkan makalah tugas akhir penulis dengan pembimbing Drs. Bakhtaruddin Nst., M.Hum. Daftar Rujukan Bafadal, Ibrahim. 2006. Pengelolaan Perpustakaan Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara. Rahayuningsih, F. 2007. Pengelolaan Perpustakaan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Rahim, Farida. 2005. Pengajaran Membaca Sekolah Dasar. Jakarta: Bumi Aksara. Sudjana, Nana. 1996. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.
273
SUATU TINJAUAN TENTANG PERPUSTAKAAN SEKOLAH SEBAGAI PENUNJANG KEGIATAN BELAJAR-MENGAJAR DI SMKN 5 PADANG Tri Bery Ariani1, Bakhtaruddin Nst2 Ilmu Informasi Perpustakaan dan Kearsipan FBS Universitas Negeri Padang Email:
[email protected] Abstract
This paper focuses on a review of the school library to support teaching and learning activities at SMKN 5 Padang. This study aimed to describe: (1) a review of the school library to support teaching and learning activities at SMKN 5 Padang, (2) the constraints that inhibit an overview of school libraries in supporting teaching and learning activities at SMKN 5 Padang. Data were collected through observation and interviews with the head librarian at SMKN 5 Padang. Object of study of this thesis paper is the role of the school library at SMK 5 Padang. The data were analyzed descriptively. Based on data analysis, it can be concluded that the role of school libraries in supporting teaching and learning activities at SMKN 5 Padang this is not optimal due to inadequate facilities, the number of library managers were not enough human resources to manage and develop the library as a learning resource for students and teachers less professional, a collection of reading materials in the school library less complete, as well as the students' interest in school libraries are very less. Keywords: school libraries; role of the school library; teaching and learning activities. A. Pendahuluan Perpustakaan sekolah merupakan suatu gedung atau tempat yang disediakan di sekolah sebagai tempat penyimpanan koleksi bahan pustaka seperti: buku teks yang diwajibkan maupun yang dianjurkan sebagai penunjang aktivitas belajar-mengajar, koleksi referensi, majalah, serta koleksi-koleksi umum lainnya yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan, hiburan dan rekreasi. Perpustakaan sekolah merupakan sumber informasi bagi siswa dan guru yang dapat penyelesaian tugas-tugas dalam proses belajar-mengajar. Sinaga (2005:16) menyatakan bahwa perpustakaan sekolah adalah sarana penunjang pendidikan yang bertindak di satu pihak sebagai pelestarian ilmu pengetahuan dan di lain pihak sebagai sumber bahan pendidikan yang akan diwariskan kepada generasi muda. Secara nyata untuk proses belajar dan mengajar bagi guru maupun murid. Menurut Bafadal (2005:51), perpustakaan sekolah adalah perpustakaan yang diselenggarakan di sekolah guna menunjang 1 2
Penulis, mahasiswa prodi Ilmu Informasi Perpustakaan dan Kearsipan, wisuda periode September 2013 Pembimbing, dosen FBS Universitas Negeri Padang
276
Suatu Tinjauan tentang Perpustakaan Sekolah sebagai Penunjang Kegiatan BelajarMengajar di SMKN 5 Padang – Tri Bery Ariani, Bakhtaruddin Nst
program belajar mengajar di lembaga pendidikan formal tingkat sekolah, baik sekolah dasar maupun sekolah menengah, baik sekolah umum maupun sekolah lanjutan. Oleh karena itu perpustakaan sangat penting dalam menyukseskan program belajar-mengajar di sekolah. Pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa perpustakaan sekolah adalah suatu unit yang tergabung pada sekolah, dikelola oleh sekolah yang bersangkutan untuk menyelenggarakan program sekolah dan penunjang pendidikan sekolah agar turut serta menetukan keberhasilan pendidikan dan pengajaran di sebuah lembaga pendidikan. Hermawan (2006:38-39) mengemukakan bahwa perpustakaan sekolah memiliki berbagai fungsi: 1) fungsi pendidikan; perpustakaan merupakan sarana kegiatan belajar mengajar untuk membantu siswa dalam memperjelas pengetahuan tentang pelajaran yang diperolehnya di dalam kelas; 2) fungsi informasi; perpustakaan merupakan sarana untuk menemukan sumber informasi yang dapat memperkaya pengetahuan siswa dan menunjang proses pembelajaran; 3) fungsi penelitian; membantu siswa dalam pelaksanaan penelitian yang sifatnya sederhana; 4) fungsi rekreasi; merupakan tempat rekreasi, masuk perpustakaan membaca bacaan yang segar untuk menambah wawasan dan pengetahuan merupakan rekreasi yang sehat dan mendidik serta menghilangkan kejenuhan bagi siswa dan guru; 5) fungsi kebudayaan; merupakan tempat melestarikan kebudayaan, baik budaya lokal, dan maupun nasional; 6) fungsi kreativitas; membantu siswa mengembangkan kegemaran dan hobi. Untuk menunjang hal tersebut diperlukan buku-buku yang dapat meningkatkan daya kreasi siswa; 7) fungsi dokumentasi; menjadi pusat dokumetasi sekolah dari berbagai kegiatan yang pernah dilakukan sekolah, baik siswa maupun guru Berdasarkan observasi dan wawancara yang penulis lakukan di perpustakaan SMKN 5 Padang belum berfungsi layaknya sebagai sebuah perpustakaan. Hal ini disebabkan, koleksi yang dimiliki perpustakaan tidak lengkap dan kurangnya kerja sama antara guru dan tenaga pengelola perpustakaan. Perpustakaan SMKN 5 Padang ruang lingkup penggunanya kecil, hal ini disebabkan kurangnya promosi dan informasi kepada siswa dan guru tentang koleksi yang dimiliki perpustakaan. Berdasarkan uraian itu, tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan: 1) suatu tinjuan tentang perpustakaan SMKN 5 Padang dalam menunjang kegiatan belajar-mengajar. 2) kendala-kendala yang menghambat suatu tinjuan tentang perpustakaan sekolah dalam menunjang kegiatan belajarmengajar di SMKN 5 Padang. B. Metode Penelitian Metode penulisan ini dilakukan dalam bentuk pengambilan data dan mendeskripsikan data tersebut. Penambilan data yang dilakukan sesuai dengan permasalahan dalam penulisan makalah ini, yakni sebagai berikut. Pertama, wawancara yaitu melakukan tanya jawab kepada kepala perpustakaan dan pegawai perpustakaan SMKN 5 Padang yang diperlukan dalam penyelesaian penulisan makalah. Kedua, observasi yaitu melakukan pengamatan secara langsung di lapangan dengan melihat dan mencatat sesuai dengan yang berhubungan dengan penelitian.
277
Jurnal Ilmu Informasi Perpustakaan dan Kearsipan Vol. 2, No. 1, September 2013, Seri D
C. Pembahasan Perpustakaan sekolah merupakan satu unit kerja yang berada di lingkungan sekolah yang memiliki peranan yang sangat penting yaitu, sebagai penyedia sumber informasi yang menunjang keberhasilan kegiatan belajar-mengajar di suatu sekolah. Menurut Sinaga (2005:16), perpustakaan sekolah ialah sarana penunjang pendidikan yang bertindak di satu pihak sebagai pelestari ilmu pengetahuan, dan di lain pihak. Tanpa adanya perpustakaan sekolah, maka kegiatan proses belajar mengajar tidak akan efektif karena baik guru maupun siswa yang terlibat dalam kegiatan belajar mengajar hanya sedikit memiliki akses yang mudah, cepat, dan luas pada sumber-sumber informasi. Perpustakaan sekolah sering dikatakan jantungnya pendidikan. Namun pada kenyataannya sering dijumpai sebuah sekolah yang tidak memiliki perpustakaan memadai, akibatnya proses belajar mengajar tidak dapat optimal, karena baik guru maupun siswa tidak memiliki akses yang luas pada sumbersumber informasi. Sumber-sumber informasi yang relevan dengan kurikulum yang disediakan oleh suatu perpustakaan sekolah akan sangat membantu keberhasilan suatu proses belajar mengajar, dengan memanfaatkan perpustakaan sekolah yang sudah dilengkapi dengan koleksi yang sesuai dengan kurikulum yang ada, maka baik guru maupun siswa bisa lebih memperkaya wawasannya. Hermawan (2006:38-39) mengemukakan bahwa perpustakaan sekolah memiliki berbagai fungsi: 1. Fungsi Pendidikan perpustakaan merupakan sarana kegiatan belajar mengajar untuk membantu siswa dalam memperjelas pengetahuan tentang pelajaran yang diperolehnya di dalam kelas. Perpustakaan SMKN 5 Padang berfungsi pendidikan karena sebagai pusat sumber belajar yang menyajikan kebutuhan para siswa atau pengguna seperti menyediakan koleksi bahan pustaka berdasarkan kurikulum yang diterapkan, alat-alat peraga dan sarana-sarana lainnya yang diharapkan mampu membantu mengembangkan daya pikir pengguna. 2. Fungsi Informasi Perpustakaan merupakan sarana untuk menemukan sumber informasi yang dapat memperkaya pengetahuan siswa dan menunjang proses pembelajaran. Perpustakaan tidak hanya menyediakan koleksi pustaka yang berupa buku-buku tetapi juga menyediakan koleksi bukan berupa buku (non book) seperti majalah,surat kabar, peta, CD, kaset, video tape recorder dan lain sebagainya. Adanya koleksi bahan pustaka membantu pengguna dalam mencari informasi yang dibutuhkan. Tabel 2.1 koleksi perpustakaan SMKN 5 Padang No. Klasifikasi Klasifikasi Jumlah Examplar 000 Karya Umum 174 100
Filasafat
50
300
Ilmu Sosial
744
200
278
Agama
673
Suatu Tinjauan tentang Perpustakaan Sekolah sebagai Penunjang Kegiatan BelajarMengajar di SMKN 5 Padang – Tri Bery Ariani, Bakhtaruddin Nst
400
Bahasa
2201
600
Teknologi
4958
500 700 800 900
Ilmu Murni Kesenian dan Olahraga Sastra
Geografi dan Sejarah Umum (Jurusan)
882 68
380 193 756
Perpustakaan SMKN 5 Padang memiliki koleksi bahan pustaka seperti karya umum, filsafat, agama, ilmu sosial, bahasa, ilmu murni, teknologi, olahraga dan kesenian, sastra, sejarah dan geografi serta koleksi untuk jurusan seperti: koleksi buku tentang manajemen, agribisnis, teknik, tata rias, mesin dan lain sebagainya. Namun perpustakaan SMKN 5 Padang, koleksi bahan pustakanya tidak lengkap karena untuk jurusan Teknik Komputer Jaringan (TKJ) dan Kendaraan Ringan (Otomotif) tidak memiliki koleksi bahan pustaka di perpustakaan sehingga sulitnya siswa untuk belajar, mencari tahu dan memperluas wawasannya. Jurusan TKJ dan kendaraan ringan (Otomotif) tidak memiliki koleksi bahan bahan pustaka karena kurangnya dana di sekolah itu untuk membeli buku dan belum adanya sumbangan atau hadiah dari pemerintah atau pihak lain. Koleksi elektronik seperti CD, kaset dan koleksi elektronik lainnya tidak dimiliki serta sedikitnya koleksi hiburan dan majalah oleh perpustakaan SMKN 5 Padang. Koleksi yang tidak lengkap di perpustakaan SMKN 5 Padang menjadi kendala karena siswa hanya sedikit yang berkunjung ke perpustakaan sekolah, hal itu terlihat ketika penulis melakukan observasi dan wawancara kepada tenaga pengelola perpustakaan SMKN 5 Padang, beliau menyatakan bahwa lebih kurang 30 orang perhari yang berkunjung ke perpustakaan. Siswa yang berkunjung ke perpustakaan terkadang lebih suka membaca koran, berdiskusi, membaca buku, mendengarkan musik, serta memasukan kartu pengunjung lalu keluar dari perpustakaan tetapi jarang sekali terkadang tidak ada siswa yang meminjam koleksi bahan pustaka. Koleksi yang tidak lengkap ini membuat fungsi informasi perpustakaan sekolah tidak berperan dengan optimal. 3. Fungsi Penelitian Membantu siswa dalam pelaksanaan penelitian yang sifatnya sederhana. Adanya koleksi bahan pustaka yang banyak dan lengkap dapat membantu pengguna seperti siswa atau guru melakukan penelitian dengan mengumpulkan data atau keterangan-keterangan yang diperlukan dengan membaca buku-buku yang telah disediakan di dalam perpustakaan sekolah. 4. Fungsi Rekreasi Merupakan sarana yang menyediakan koleksi bahan pustaka yang mengandung unsur hiburan yang sehat dan bermanfaat. Fungsi rekreasi :1) menciptakan kehidupan yang seimbang antara jasmani dan rohani. 2) mengembangkan minat rekreasi pengguna melalui berbagai bacaan dan 279
Jurnal Ilmu Informasi Perpustakaan dan Kearsipan Vol. 2, No. 1, September 2013, Seri D
pemanfaatan waktu senggang. 3) menunjang berbagai kegiatan kreatif serta hiburan yang positif. 5. Fungsi Kebudayaan Merupakan tempat melestarikan kebudayaan, baik budaya lokal, dan maupun nasional. Fungsi kebudayaan 1) meningkatkan mutu kehidupan dengan memanfaatkan berbagai informasi sebagai rekaman budaya bangsa untuk meningkatkan taraf hidup dan mutu kehidupan manusia baik secara individu maupun secara kelompok. 2) membangkitkan minat terhadap kesenian dan keindahan, yang merupakan salah satu kebutuhan manusia terhadap cita rasa seni. 3) mendorong tumbuhnya kreativitas dalam berkesenian 4) mengembangkan sikap dan sifat hubungan manusia yang positif serta menunjang kehidupan antar budaya secara harmonis. 5) menumbuhkan budaya baca di kalangan pengguna sebagai bekal penguasaan ahli teknologi. 6. Fungsi Kreativitas Membantu siswa mengembangkan kegemaran dan hobi. Untuk menunjang hal tersebut diperlukan buku-buku yang dapat meningkatkan daya kreasi siswa seperti menyedikan koleksi bahan pustaka tentang motivasi, teknologi, otomotif dan lain sebagainya. 7. Fungsi Dokumentasi; Menjadi pusat dokumetasi sekolah dari berbagai kegiatan yang pernah dilakukan sekolah, baik siswa maupun guru. Perpustakaan SMKN 5 padang memiliki dokumentasi seperti sejarah berdirinya SMKN 5 Padang, nama guru dan pegawai SMKN 5 Padang dan lain sebagainya.
A. Kendala-Kendala Yang Menghambat Peranan Perpustakaan sekolah Sebagai Penunjang Kegiatan Belajar Mengajar Di SMKN 5 Padang Dalam melaksanakan tugas dan fungsi perpustakaan, perpustakaan SMKN 5 Padang mengalami beberapa kendala-kendala dalam mengembangkan perpustakaan sekolah. Kendala-kendala yang menghambat perpustakaan sekolah sebagai penunjang kegiatan belajar-mengajar di SMKN5 Padang, yaitu: 1) tidak lengkapnya sarana dan prasana di perpustakaan, 2) lemahnya koleksi perpustakaan sekolah. Pada umumnya perpustakaan sekolah terdiri dari buku pelajaran yang merupakan dari pemerintah sedangkan koleksi yang bersifat hiburan hanya sedikit, 3) tidak adanya promosi koleksi-koleksi baru atau koleksi bahan pustaka yang dimiliki perpustakaan SMKN 5 Padang, 4) tidak adanya staf khusus perpustakaan atau pustakawan, 5) kurangnya minat baca siswa di perpustakaan sehingga tidak berjalan dengan optimal dalam mendukung kegiatan belajar-mengajar. B. Cara Mengatasi Kendala-Kendala Yang Menghambat Peranan Perpustakaan Sebagai Penunjang Kegiatan Belajar- Mengajar Di SMKN 5 Padang Untuk mengatasi kendala-kendala yang menghambat peranan perpustakaan sebagai penunjang kegiatan belajar-mengajar di SMKN 5 Padang adalah dengan cara menyesuaikan koleksi perpustakaan dengan perkembangan kurikulum yang diterapkan di sekolah, selalu memperbarui koleksi-koleksi terbaru, menyediakan koleksi yang menarik minat baca siswa, menumbuhkan 280
Suatu Tinjauan tentang Perpustakaan Sekolah sebagai Penunjang Kegiatan BelajarMengajar di SMKN 5 Padang – Tri Bery Ariani, Bakhtaruddin Nst
minat baca, memberikan pembinaan dan pelatihan kepada tenaga pengelola perpustakaan sehingga dapat mengelola perpustakaan dengan baik dan menjalin kerja sama dari berbagai pihak sehingga mendukung kegiatan belajar mengajar di SMKN 5 Padang.
Catatan: artikel ini disusun berdasarkan makalah penulis dengan pembimbing Drs. Bakhtaruddin, M.Hum.
D. Simpulan dan Saran Fungsi perpustakaan sekolah adalah sebagai fungsi pendidikan, informasi, penelitian, rekreasi, kebudayaan, kreatifitas dan dokumentasi sehingga membantu menunjang kegiatan belajar-mengajar di SMKN 5 Padang. Berdasarkan wawancara dan observasi yang penulis lakukan, suatu tinjauan tentang perpustakaan sekolah sebagai penunjang kegiatan belajar-mengajar di SMKN 5 Padang belum berjalan optimal karena belum terlaksananya fungsi perpustakaan sekolah seperti koleksi bahan pustaka yang tidak lengkap, masih terbatasnya sarana dan prasana yang dibutuhkan dan masih rendahnya minat baca siswa sehingga kurang menunjangnya kegiatan belajar-mengajar di SMKN 5 Padang. Dari kesimpulan, maka yang dapat disarankan kepada berbagai pihak yang yang bertanggung jawab dalam kemajuan perpustakaan SMKN 5 Padang adalah: 1) untuk kepala sekolah agar menambah sarana dan prasana di perpustakaan dan mengadakan kerjasama dari berbagai pihak guna memenuhi informasi dan kebutuhan untuk perpustakaan. 2) tenaga pengelola perpustakaan mengadakan promosi koleksi-koleksi baru sehingga dapat menunjang kegiatan belajarmengajar dan menumbuhkan minat baca pengguna. Daftar Rujukan Bafadal, Ibrahim. (2008). Pengelolahaan Perpustakaan Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara.
Darmono. (2001). Manajemen dan Tata Kerja Perpustakaan Sekolah. Jakarta: Grasindo.
Hermawan S, Rachman & Zulfikar Zen. (2006). Etika Pustakawan. Jakarta: Sagung Seto.
Noerhayati S. (1987). Pengelolahan Perpustakaan Jilid 1. Bandung: Alumni. Sinaga, Dian. (2005). Mengelola Perpustakaan Sekolah. Bandung: Bejana.
Yusuf, Pawit M & Yaya Suhendar. (2010). Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan Sekolah. Jakarta: Kencana.
281