PAKET INFORMASI TERSELEKSI
INDUSTRI Seri: Industri Kecil 2
S
alah satu alasan kenapa masih rendahnya jumlah dan mutu karya ilmiah Indonesia adalah karena kesulitan mendapatkan literatur ilmiah sebagai sumber informasi.Kesulitan mendapatkan literatur terjadi karena masih banyak pengguna informasi yang tidak tahu kemana harus mencari dan bagaimana cara mendapatkan literatur yang mereka butuhkan. Sebagai salah satu solusi dari permasalahan tersebut adalah diadakan layanan informasi berupa Paket Diseminasi Informasi Terseleksi (PDIT). Paket Diseminasi Informasi Terseleksi (PDIT) adalah salah satu layanan informasi ilmiah yang disediakan bagi peminat sesuai dengan kebutuhan informasi untuk semua bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dalam berbagai topik yang dikemas dalam bentuk kumpulan artikel dan menggunakan sumber informasi dari berbagai jurnal ilmiah Indonesia. Paket Diseminasi Informasi Terseleksi (PDIT) ini bertujuan untuk memudahkan dan mempercepat akses informasi sesuai dengan kebutuhan informasi para pengguna yang dapat digunakan untuk keperluan pendidikan, penelitian, pelaksanaan pemerintahan, bisnis, dan kepentingan masyarakat umum lainnya. Sumber-sumber informasi yang tercakup dalam Paket Diseminasi Informasi Terseleksi (PDIT) adalah sumber-sumber informasi ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan karena berasal dari artikel (full text) jurnal ilmiah Indonesia dilengkapi dengan cantuman bibliografi beserta abstrak.
DAFTAR ISI ANALISIS ALOKASI SUMBER DAYA UTAMA INDUSTRI KECIL MEBEL DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KURVA PENAWARAN NORMATIF: STUDI KASUS DI DAERAH SEKITAR PROGRAM PENGELOLAAN HUTAN BERSAMA MASYARAKAT (PHBM) PASURUAN JAWA TIMUR
Dwi Krisnarini, Musa Hubeis, dan Mamun Sarma Jurnal aplikasi manajemen : JAM, Vol. 7, No. 4, 2009: 924-935 Abstrak: Nowadays, there is a significant increase in the number of profits small industry exist bringing on tighter competitive situation. For that reason, efficiency small industries are required to improve themselves continuously. One of the ways to do that is by measuring the allocation main resources accurately. The main aim of this research generally are to analyze of the allocation furniture main resources, to analyze the combination of furniture products that can be produced by the craftsman, to analyze normative supply curve. This research was done in Pasuruan. The respondents were consisting of 49 furniture craftsman. The result of this research showed that the usage of furniture main resources (teak and capital) had been optimal. Labor is furniture main resources had not been optimal yet. The combination of furniture products that can be developed optimally by the craftsman generally are dressing table, 1 door wardrobe, 1 meter of buffet, 2 door wardrobe, 2 meter of buffet, 3 door wardrobe and bed, table, and chair. Normative supply curve is perfect inelastis.
i
Pilih/klik judul untuk melihat full text
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSEPSI PENGUSAHA INDUSTRI KECIL TERHADAP KREDIT PERBANKAN DI KOTA PALEMBANG
Azizah Karim Jurnal ilmu pengetahun teknologi dan seni, Vol. 1, No. 2, 2009: 39-42 Abstrak: Kegagalan Indonesia dalam memadukan program pertumbuhan ekonomi dengan pemerataan, menyebabkan banyak pihak mendiskusikan kembali konsep pembangunan yang selama ini telah dilaksanakan. Wacana yang berkembang dan banyak mendapat perhatian adalah konsep pengembangaman yang berpihak kepada rakyat banyak salah satu alteratif upaya pemberdayaan ekonomi rakyat dengan meningkatkan peran industri kecil dalam memperluas peluang kerja dan kesempatan berusaha dengan cara memberikan dukungan kepada industri kecil dalam mengakses sumber daya produktif berupa kredit perbankan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi pengusaha industri kecil terhadap kredit perbankan sebagai sumber modal usaha di Kota Palembang.Manfaat dari penelitian ini adalah untuk memperkaya wawasan para praktisi dalam menyusun kebijaksanaan pengembangan usaha kecil, terutama dalam bidang perkreditan yang berorientasi dan berpihak kepada kepentingan rakyat banyak.
DAFTAR ISI ANALISIS PENGARUH FAKTOR EKONOMI TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA PADA INDUSTRI KECIL TEMPE DI KOTA SEMARANG
Dian Yanuwardani W. Dan Nenik Woyanti Media ekonomi dan manajemen , Vol. 20, No. 2, 2009: 190-201 Abstrak: Small industries sector and informal which have important role in the result and impact of the economic crisis that Indonesia, and to contribute in encouraging economic growth during the crisis. The position of a strategic small industries sector and informal because it has several advantages compared to big industry or other medium capable of absorbing the labor farce and using local resources, industries and are relatively flexible. Small Industries Tempe where one source of many small industry managed by public middle to bottom, so that the existence of the industry is for the people around have a major role in absorbing labor. This study aims to analyze the factors working capital production value, and the level of wage toward labor absorption in small industries Tempe in the Semarang City. Data used in this research is the primary data and secondary data. Primary data is collected directly by interviewing and giving the questionnaires to 58 respondents from entrepreneurs of Tempe in the Semarang City. The researcher also employed gets the secondary one from institution and literary study. The method of analysis is multiple regression linier with Ordinary Least Square (OLS) using the SPSS program. Test results from the F indicates that together there is a significant influence of the third variable. This is shown by calculating the value of the probability F of 0.000 or less than the level of significance (= 0.05). T test analysis results of this research indicate that there is a partial influence of the significant variables from the working capital production value and the wages of employment. Adjusted R2 as determinasi coefficients has a value of 0.756, meaning 75.6% of variation of employment changes can be explained by variations of the three variables are independent,
while the remaining 24.4% is explained by other factors, which is not covered in this research. The results of the analysis indicate that the conclusion of the labor capital and production value has a significant and positive towards labor absorption. The variable wage levels have a significant and negative because every increase in wages will reduce the labor absorption.
EVALUASI KINERJA MANAJEMEN KUALITAS PADA TAHAP PROSES DENGAN KERANGKA SIX SIGMA PADA SENTRA INDUSTRI KECILMENENGAH DAN KOPERASI INTAKO TANGGULANGIN
Nanang Shonhadji Ventura : Jurnal ekonomi bisnis dan akuntansi, Vol. 11, No. 2, 2008: 173-182 Abstrak: Basically, customers would be satisfied as soon as they received value commensurate with their sacrifice, Intako Tanggulangin, as a producer of genuine leather bags attached great importance to keeping a high quality. This effort had been carried out by means of cutting design process in the production of leather bag office using Six Sigma methods. This case study was conducted by interviews, observation and documentation based on variable data concerning the front side, back side, near front side, near back side and chain. The company also succeeded in cost reduction and had met the customers need. Although the company have good process capability and technological mode, it must be supported by cutting down the quantity of reject to a zero defect level such as quality control with attributive data and increasing of human resources ability, toward process production.
DAFTAR ISI GLASIR BERPOTENSI MENINGKATKAN NILAI TAMBAH INDUSTRI KECIL KERAMIK
Suripto dan Dede Cahli Kurniawan Informasi teknologi keramik dan gelas, Vol. 25, No. 2, 2004: 51-57
influence much enough the low of the small industry performance are : ROI, TATO, MAPE and ROE. The map of the small industry and handy craft villages, based on the performance as follows 23% small industry are on the low category 62% small industry are on the medium category and only 15% industry are on the advance category.
Abstrak: -
KAJIAN KINERJA INDUSTRI KECIL DAN DESA KERAJINAN DENGAN METODE BALANCE SCORE CARD (BSC) DAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) STUDI KASUS DI BEBERAPA SENTRA INDUSTRI KECIL DI KABUPATEN SIDOARJO, PASURUAN, MOJOKERTO DAN GRESIK
Mochamad Tutuk Safirin Jurnal aplikasi manajemen : JAM, Vol. 8, No. 2, 2010: 570-576 Abstrak: The small industry and handy craft villages is the one of important thing on the economical structure, because of capability absorbing the human resources and exploiting the huge potential natural resources in Indonesia. The large amount of the small industry but on the balance with the high performance. Thus, the development of the industry is low and get the difficulty competing toward the advance industry and imported product. The Method which is used are Balanced Scorecard (BSC), and Analytical Hierarchy Process (AHP). The Balanced Scorecard was used to measure business/industry performance with 4 perspectives, i.e.: financial perspective, market. Perspective, internal business process perspective and study and development process perspective. The Analytical Hierarchy Process (AHP) method was used to measuring the weighted of the every perspective and every critical success factor. The result of the research indicate that the small industrial performance averages amount of 2.06 (medium category). The critical success factor
KAJIAN PENGEMBANGAN KOMODITI GULA AREN UNTUK PEMBERDAYAAN INDUSTRI RUMAH TANGGA DAN INDUSTRI KECIL (IRTIK) DI KABUPATEN MANDAILING NATAL
Zainal Abidin Nasution Inovasi : Jurnal politik dan kebijakan, Vol. 6, No. 4, 2009: 272-279 Abstrak: Aren (Arenga pinnata Merr) merupakan tanaman palma daerah tropis basah, belum dibudidayakan, berkembang biak secara alami dengan biji. Pohon aren ataupun pohon enau termasuk jenis pohon spesifik, mempunyai peranan penting sebagai tanaman konservasi keanekaragaman hayati pada lahan miring, penyerap karbon, pengatur tata air, serta lainnya. Secara ekonomi, tanaman ini memenuhi kebutuhan manusia akan produk utamanya yaitu nira. Pohon aren, secara umum mempunyai potensi yang tinggi dan mempunyai dampak yang positif terhadap peningkatan kesejahteraan hidup masyarakat. Nira adalah bahan baku untuk pembuatan gula aren, yang mana gula aren termasuk komoditi unggulan dan andalan. Gula aren mempunyai daya saing yang tinggi sebagai pemanis nutritif alami dan mempunyai peluang ekspor yang baik, digunakan sebagai bahan baku industri makanan dan minuman serta keperluan rumah tangga. Dari hasil pengujian contoh gula aren asal Kabupaten Mandailing Natal, dengan parameter utama gula reduksi adalah 7,56% (maks. 10%) dan jumlah gula sebagai sukrosa 73,9% (maks. 77%), memenuhi syarat mutu menurut SNI 01-3743-1955 tentang gula palma.
DAFTAR ISI KAJIAN STRATEGI PRODUKSI BERSIH DI INDUSTRI KECIL TAPIOKA KASUS KELURAHAN CILUAR, KECAMATAN BOGOR UTARA
Anas M. Fauzi, Ainy Rahmawakhida,dan Yaoi Hidetoshi Jurnal teknologi industri pertanian, Vol. 18, No. 2, 2008: 60-65 Abstrak: -
KARAKTERISTIK INDIVIDU, SOSIAL EKONOMI, BUDAYA DAN KESEHATAN TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN PADA INUSTRI KECIL DI KOTA MAKASSAR
Baharuddin Semmaila Ekuitas : Jurnal ekonomi dan keuangan, Vol. 12, No. 4, 2008: 540-557 Abstrak: This research was to identify the working hours and productivity of labors from Bugis, Toraja, and Makassar in the small industries. In detail, the aims of the research were to know: 1) the influence of individual characteristic, health status, work environment and work ethos (spirit) toward the work productivity of the small industry labors; 2) the differences of the work productivity among ethnics in the small industries; and 3) the variables which have dominant influence toward the labors work productivity in the small industries. The population of this research were 3135 labors from garment and furniture ready made industries, and the samples were 302 labors. The respondents were workers and employers. The data were analyzed using multiple linear regression with SPSS and AMOS programs and then the results were combined with the qualitative analysis. The research findings are: 1) the independent variables which influence significantly toward the work productivity of the small industry workers are work experience, dependency ratio, health status, weekly wages, work environment
and work ethos. While the variables which do not influence the productivity are workers age, sex and length of education. The independent variables which influence dominantly toward the labor productivity are wages and health status. Good health status may indicate the increase of the productivity. And there are the significant differences of work productivity among labors from Bugis, Toraja, and Makassar because of their cultural effects.
DAFTAR ISI KARAKTERISTIK SISTEM ADOPSI TEKNOLOGI PADA INDUSTRI KECIL PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN
M. Alfian Mizar Optimal, Vol. 5, No. 2, 2008: 121-132
Abstrak: There are three variables influence the level of technology adoption (TAT) on the small industries processing agricultural products in increasing its performance. First, determining variable for technological application success (KPT).Second, determining variable for more rapidly adopted technology (KAT).Third the variable for human resources capability of technology users in small industries (KP). The other related variables are technology capabilities (KB), and the variable for increasing small industries performance (KIK). The research respondents are 110 small industries processing agricultural products in East Java as a sample determined through purposive and random sampling. The data analysis utilizes Structural Equation Model. The result of study shows that KPT, KAT, and KP have significant influence to TAT, while TAT to KB has reciprocal influence, and TAT has significant influence to KIK. The level of technology adoption on the small industries processing agricultural products is included in Routine and Refinement level. The degree of sophisticated technological components on the small industries processing agricultural products has characteristics: (1) Technoware components are in the facility level of power/ machine (mechanical/electrical), (2) Human ware components are in the level of operating ability to repairing ability, (3) Info ware components are in the level of information accustomed to the facts and the information explaining them, and (4) Organoware components are in the organizational category growing and the organization building network.
KONTRIBUSI JARINGAN BISNIS (NETWORK) TERHADAP KINERJA INDUSTRI KECIL BATIK DI KABUPATEN BANGKALAN, MADURA
Faidal Kompetensi : Jurnal studi manajemen, Vol. 1, No. 2, 2007: 1-8 Abstrak: Bangkalan as a gate entrance of Suramadu Bridge, open a market share to the small business to be developed, including batik tulis business. Batik tulis in Bangkalan is base at Tanjung Bumi, which are most as home industrial whith 5-15 person average. Most the worker are womens with own capital and family. The row material usually from Pekalongan and Surabaya the areal of the marketing are local regional and national in Bangkalan Madura the batik tulis product can not compete with the other product shows that the batik industrial to get a high productivitas are to experience constraints. In this research developing network is the suggestion as an other way to get high productivity, so that they can compete with the other batik business in Indonesia and can be export oriented like Solo batik, Pekalongan batik and the other. This research is aim to know how the network pattern were build by the small business batik in Bangkalan and to know the contribution network toward the performance of the corporate. This research place is at Tanjung Bumi with 42 respondents as the sample, which are got from three village, which is Desa Tanjung Desa Telaga Biru, and Desa Paseseh. The result of this research show that the business pattern which is built by the batik small business, are building informal network among the small business with the large corporate. The large corporate as the supplier of the row material the order and the marketing. Beside of that show that with building the network can be increase the corporate performance, especially that connected with consumer satisfaction and increasing sales. Building the network business with the government and the other institution are the expectation from the small business, because the network that are build can increase the productivity, so that the product can compete in the global market.
DAFTAR ISI MENGUKUR BESARNYA PERANAN INDUSTRI KECIL DALAM PEREKONOMIAN DI PROPINSI JAWA TENGAH
Tri Wahyu Rejekiningsihl Jurnal dinamika ekonomi pembangunan : JDEP, Vol. 1, No. 2, 2004: 125-136 Abstrak: -
MODEL TRAINING NEEDS ANALYSIS UNTUK MEMBENTUK PERILAKU INOVATIF SDM INDUSTRI KECIL SEPATU DI JAWA TIMUR
Anita Kristina Ekuitas : Jurnal ekonomi dan keuangan, Vol. 14, No. 4, 2010: 434-459 Abstrak: Market Extension and product inovation every moment is conducted by industry this matter needs the better skill from the production to increase performance of innovative and understanding to new product. The aim of this research is to compile the model of Training Needs Analysis (TNA) which is needed to identify the training requirement in order to overcome the worker competence in innovative performance, this is in the small industry TNA is very important because TNA assists to find whether deficiencies of innovative performance can be improved with the training. The result of this research indicates that the innovative behavior is fundamental problem and become the main problem which must be finished with training. The result of this study indicates that TNA is shown in a model of concept of a system that is consist input process, and output. Process of analysis finds the discrepancy and cause from the problem of skill innovative. The output of this model is the training needs and non training needs.
ORIENTASI KEWIRAUSAHAAN, DINAMIKA LINGKUNGAN, DAN KEMAMPUAN MANAJEMEN SERTA DAMPAKNYA TERHADAP KINERJA STUDI PADA INDUSTRI KECIL MENENGAH BORDIR DI JAWA TIMUR
Rahayu Puji Suci Jurnal aplikasi manajemen : JAM, Vol. 7, No. 2, 2009: 335-344 Abstrak: This research is conducted to investigate of entrepreneurship orientation, environment dynamic, and management skills of the entrepreneur towards performance. The research is applied to the small and middle enterprise (sme) of embroidery industries in east Java which have to encounter dynamic and uncertain environment and high intensity competition and need good management skills in order to win in the competition. The population of the research is the entrepreneurs who are also the owners and managers of the small and middle embroidery industries in east Java. The total samples were 314 samples taken from 5 research areas. Meanwhile, the testing of the influence of management skills variable not have an effect on improvement of performance sme.
DAFTAR ISI PELAKSANAAN KEMITRAAN USAHA DI SENTRA INDUSTRI KECIL COR LOGAM DI KABUPATEN KLATEN
Muhammad Akhyar Paedagogia, Vol. 11, No. 2, 2008: 111-123
Abstrak: This study was evaluative in nature. The population was all the small entrepreneur (n=38) in the small-industria1 center of foundry in Klaten regency, who implemented the cooperative subcontracting system. To confirm the data obtained from the subcontractor entrepreneurs, the researcher collected other data from six contractor entrepreneur using questionnaire and interview. The data were then analyzed descriptively and presented in the form of mean score. The result of this research showed that the capacities of the production tools used by the subcontractors were very adequate, though the foundry technology was absolute. The preparation of the subcontractor in implementing the cooperation was still less adequate especially in finance and management. The level of subcontractors entrepreneur capability in realizing the cooperation was classified as high enough, and the level of constraint faced by the subcontractors in implementing the cooperative subcontracting system was high enough, especially in the area of capital formation supplying of raw materials and marketing. The level of contractors involvement was classifed as low especially in terms of capital support, raw material contribution, and expertise support.
PEMBERDAYAAN INDUSTRI KECIL MENENGAH (IKM) MELALUI PENDEKATAN ENVIRONTMENT, STRATEGY AND HUMAN RESOURCES PERFORMANCE
Anita Kristina Kompetensi : jurnal studi manajemen, Vol. 4, No. 2, 2010: 1-16 Abstrak: The aim from this study is to analyze the IKM empowerment, use environment, strategy and human resources performance approach. This study is qualitative method Data is used primer and finded from indepth interview and discussion. The result of this study shows that the concept of empowerment of IKM are use environment, that is a potential area approach. Use Strategy approach with SWOT Analysis, and the human resources performance approach, that are the product knowledge is poor, the theoritical and the technique skill, and the skill of their morality is poor. They do not have feel to integrity and commitment to their industries. In fact, the government policy this is not optimal yet, it is necessary to rearrange empowerment which has been experimented and developed. The approach analysis in fact is able to answer the needs of the performance in IKM.
DAFTAR ISI PEMBERDAYAAN USAHA KECIL DAN KEMANDIRIAN USAHA SURVEI PADA INDUSTRI KECIL TENUN SONGKET DI KOTA PALEMBANG
M. Syahirman Yusi Orasi bisnis, Vol. 1, No. 1, 2009: 16-29
Abstrak: The objective of the research was to examine the impact of empowerment toward business self reliance on small scale food industry, especially on tenun songket in Palembang. Through statistical analysis,empowerment which consisted of business climate, establishment and development, funding and guaranting, and partnership had a positive influence toward the business internal environment. Among those variables, business climate was the most dominant factor. lt means that in strengthening the internal business environment or developing the business self reliance, the role of government which is creating the condusive business climate becomes the most important factor. Furthermore, it indicates that in order to develop business self reliance, strengthening the internal environment through regulation and deregulation both monetary and fiscal policy need to be conducted first, and as a consequence will have the capability facing tight market competition, not only domestic but also export. Through further analysis, it was found that the internal business environment had a positive influence toward the competitive advantage, furthermore competitive advantage had a positive influence toward the business self reliance. Those above results of analysis indicated that all of the proposed research hypothesis and theoretical model were not rejected.
PEMBUATAN KARTON SKALA INDUSTRI KECIL DARI CAMPURAN LIMBAH PEMBALAKAN KAYU HUTAN TANAMAN INDUSTRI DAN SLUDGE INDUSTRI KERTAS
Yoswita; Han Roliadi Jurnal penelitian hasil hutan, Vol. 28, No. 1, 2010: 29-42 Abstrak; -
PEMBUATAN PROTOTYPE ALAT DESTILASI MINYAK ATSIRI SKALA INDUSTRI KECIL
Nanang Ruhyat Bulletin penelitian Universitas Mercu Buana, Vol. -, No. 15, 2008: 33-43 Abstrak: -
DAFTAR ISI PENGARUH KEWIRAUSAHAAN TERHADAP KEMAMPUAN PRODUKSI DAN KEMAMPUAN PEMASARAN SERTA KINERJA SUBSEKTOR INDUSTRI KECIL PERKAYUAN DI KALIMANTAN TIMUR
Rusdiah Iskandar Forum ekonomi : Jurnal ekonomi, manajemen dan akuntansi, Vol. 9, No. 2, 2006: 35-48 Abstrak: The purpose of this study to examine and analyze the efects of entrepreneurship and production competency on the marketing competency and performance of small industry subsector of woodwork in East Kalimantan. Data for entrepreneurship, production competency, marketing competency and performance variables were directly collected from 94 companies as study samples. the data were analyzed using sructural equation modelling (SEM) technique and processed by AMOS 4.0. Result of study reveals that: first, entrepreneurship significantly affects production competency (standardized coefficient=0,490,p<0, 05); second, production competency significantly affects marketing competency (standardized coefficient=0,840,p<0,001 ); third, marketing competency significantly affects performance (standardized coefficient =0C09,p<0,05); fourth , production competency significantly affects performance (standardized coefficient= 0,561,p<0,05); fifth, entrepreneurship has no significantly effect on marketing competency (standardized coefficient=0 ,036, n.s); and sixth, entrepreneurship has no significantly effect on performance (standardized coefficient=0 ,255, n.s). All in all, it is important to note that entrepreneurship Cproduction competency and marketing competency simuItaneously affect performance of small industry subsector of woodwork in East Kalimantan Timur.
PENGARUH KREATIVITAS DAN TRADE EXHIBITION TERHADAP INOVASI BERKELANJUTAN DAN KINERJA PEMASARAN SENTRA INDUSTRI KECIL MEBEL KAYU DI KABUPATEN MADIUN
Sonang Sitohang Ekuitas : Jurnal ekonomi dan keuangan, Vol. 12, No. 3, 2008: 289-313 Abstrak: The research aims are to analyze and test the influence of creativity and trade exhibition toward extended innovation and market performance of small industry of wood furniture cluster in Madiun region. Population are 103 entrepreneurs of wood furniture. Research method uses complete enumeration. Main instrument used in data collection relates to questionnaire through structure 5-points of Likert Scale. Data analysis used is Structural Equation Modeling (SEM) to ensure the causality between previous variable involved validity, reliability test and confirmatory factor analysis. The test requires criterion. The results of research indicate that creativity and trade exhibition significantly influence the extended innovation and innovation significantly influence the market performance, furthermore, both creativity and trade exhibition significantly influence the market performance of small Industry of wood furniture cluster in Madiun.
DAFTAR ISI PENGARUH KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA TERHADAP KINERJA PENGRAJIN SENTRA INDUSTRI KECIL TENUN IKAT
Sonang Sihotang Ekuitas : Jurnal ekonomi dan keuangan, Vol. 14, No. 1, 2010: 57-81 Abstrak: This study aimed is to analyze both simultaneously and partially the effect of the variable quality of human resources consisting of; technical skill, mental attitude, work discipline, work motivation, as well as between the four variables which are the dominant influence on the performance weaving ikad craftsmen small industries. Sampling technique use the census method. The number of respondents who were 52 of weaving craftsmen small industries in Lamongan. Instrument tests using validity and reliability test. Method of data analysis is a classic assumption test (normality test, multicollinearity, heteroskedastitas test), multiple regression analysis and hypothetical test (F test and t test) with significance level 5%. The test results shows either simultaneously or pasial, indicates that the variable quality of human resources consisting of technical skill, mental attitude, work discipline, work motivation, significant effect on performance. Meanwhile, the technical skill is the dominant variable affecting to the performance of weaving craftsmen small industries in Lamongan.
PENGARUH SEKTOR INDUSTRI KECIL TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DI KABUPATEN JAYAPURA
Junaedy Jurnal Uniyap : Jurnal ilmu pengetahuan dan teknologi, Vol. 2, No. 5, 2009: 56-67 Abstrak: Merupakan penelitian dengan permasalahan yang akan coba dijawab mengenai Seberapa besar perkembangan industri kecil di Kabupaten
Jayapura dan seberapa banyak industri kecil mampu menyerap tenaga kerja di Kabupaten Jayapura. Jenis penelitian ini adalah penelitian terapan yang dilakukan dalam rangka mengisi relevansi konsep dengan keadaan perusahaan yang diteliti.Jenis dan rancangan penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian deskriptif kuantitatif, yaitu analisa yang disertai dengan data yang berupa angka-angka. Berdasarkan penelitian tersebut, maka didapat hasil bahwa perkembangan industri kecil selama periode 2002 sampai tahun 2005 menunjukkan kecenderungnn yang meningkat dari tahun ke tahun, namun bila dilihat dari pertumbuhannva, dari tahun ketahun terlihat adanya fluktuasi yang ekstrim pada tahun tertentu. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2006 untuk unit usaha mengalami pertumbuhan sebesar 56,69%, tenaga kerja 95,83%, nilai investasi 1.612,45% dan nilai produksi pertumbuhnya sebesar 283,29%. Sedangkan tahun 2003 sampai tahun 2005 pertumbuhan industri kecil menunjukkan kecenderungan yang menurun. Kendala-kendala yang dihadapi industri kecil dalam perkembangannya adalah masalah permodalan, pemasaran, sarana, dan prasarana, bahan baku dan tenaga kerja. Kemampuan industri kecil dalam menyerap tenaga kerja selama periode 2006 terus mengalami peningkatan, dan 0,85% tahun 2002, menjadi 1,57% lahan untuk kelompok industri kecil daya serap terendah ada pada industri aneka. Secara statistik pengaruh perkembangan unit usaha industri kecil terhadap kesempatan kerja menunjukkan hubungan yang positif dengan persamaan regresi Y = 55 18,76 + 5,570815 X, hal ini berarti tiap kenaikan 1 unit usaha akan meningkatkan kesempatan kerja pada industri kecil sebanyak 5,570815 orang secara rata-rata, sedangkan untuk kelompok industri kecil aneka (IA) secara statistik menunjukkan hubungan yang negatif namun secara teoritis unit usaha mempunyai pengaruh terhadap kesempatan kerja.
DAFTAR ISI PENGARUH UKURAN USAHA DAN UMUR USAHA TERHADAP KINERJA USAHA INDUSTRI KECIL
Frans Indriani Kartikaningsih Jurnal studi ekonomi, Vol. 2, No. 1, 2007: 55-67 Abstrak: The aim of this research is to analyze impact of business size and age of business on the business performance of small scale industry in the case of emping melinjo industry in Dusun Karangsari, Kecamatan Pengasih, Kabupaten Kulon Progo, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. This research used primary and secondary data. Field survey was conducted by interviewing 60 small producer of emping melinjo. The Ordinary Least Square (OLS) was used in estimating the empirical model. The research found that size and age of business positively influenced business performance of small industry. There are two recommendation of this research. First, skill of business management and productivity should be improved. Second, further research should improve the empirical model by adding other explanatory variables and expanding size of sample.
PENGEMBANGAN MODEL SISTEM PEMINTALAN SUTERA BALAI BESAR TEKSTIL UNTUK INDUSTRI KECIL MENENGAH
Cahyadi dan Dikdik Natawijaya Arena tekstil, Vol. 23, No. 2, 2008: 91-103
Abstrak: Sistem pemintalan sutera dikembangkan dengan skala IKM yang meliputi proses pengeringan kokon, proses seleksi kokon, proses pemasakan kokon, proses reeling, proses rereeling, relaksasi benang dan pengemasannya. Rangkaian mesinmesin pengolah sutera tersebut adalah fasilitas yang telah dibuat dan tersedia di Balai Besar Tekstil Bandung.Pada model sistem pemintalan sutera yang dihasilkan dilakukan pengamatan efisiensi produksi, keseimbangan kebutuhan mesin/alat,
analisa kelayakan usaha dan analisa nilai tambah benang sutera. Hasil penelitian didapatkan rendita pemintalan sebesar 13% lebih besar daripada sistem tradisional yaitu umumnya 10% dan mampu mengolah bahan baku kokon 30 kg per hari dengan kebutuhan mesin/alat terdiri atas satu unit alat pengering kokon, satu alat seleksi kokon, satu alat pemasak kokon, dua unit mesin reeling, satu unit mesin rereeling, satu unit alat relaksasi benang dan satu unit alat pengemasan benang. Penerapan sistem pemintalan sutera ini membutuhkan modal investasi sebesar Rp94.500.000, dan diproyeksikan usaha ini memiliki profitabilitas rata-rata 11,18% per tahun, break even point (BEP) selama enam tahun ratarata 48,74%, dan pengembalian investasi ditempuh dalam waktu kurang dari empat tahun. Sistem pemintalan sutera ini menghasilkan nilai tambah benang sutera 75% lebih tinggi dibandingkan dengan pemintalan sutera tradisional.
PENGEMBANGAN STRATEGI KOMUNIKASI PEMASARAN INDUSTRI KECIL-MENENGAH (IKM)
Rachmad Hidayat; Issa Dyah Utami; Sari Romadhani Cover Age : Journal of strategic communication, Vol. 1, No. 2, 2011: 205-221 Abstrak: -
DAFTAR ISI PROFIL DAN PERAN SERTA WANITA PADA PENGEMBANGAN INDUSTRI RUMAH TANGGA DALAM RANGKA PENGENTASAN KEMISKINAN DI KABUPATEN SIDOARJO: SUATU STUDI PADA INDUSTRI KECIL KRUPUK IKAN DI DESA KEDUNGREJO KECAMATAN JABON KABUPATEN SIDOARJO
Indah Asriyanti Jurnal aplikasi manajemen : JAM, Vol. 4, No. 2, 2006: 297-304 Abstrak: The small industry as a part of informal sectors plays important role in attracting rural employment. Most of the small industries, mainly home based industries, attract women employees. In Indonesia, the women, especially those form Javanese ethnic, has traditionally been active in employment and decision making in a family. This study was conducted to see the profile and role of women employees in the home industry of fish flavoured chips in Desa Kedungrejo Kecamatan Jabon Kabupaten Sidoarjo and find out the empirical data about the growth of such a home industry and then to test their correlation. The procedure of gathering the data was using questionnaire items that were answering by these respondents. The results indicated that the employee profile suggested that they are mostly graduated only from elementary school (64%) with the age ranging from 34-43 years old (40%). Moreover as much as 21 respondents (84%) stated that their work was being the primary enterprise of their family. Women played active role in such enterprise by being involved themselves in all business activities, together with their own husbands, either in the production processes or financial matters. In addition, the growth level of this home industry was high. Finally it was found that both the profile and role of women employees of chips home industry had significant correlation with the growth of industry.
PROSES INDUSTRI KECIL DALAM MEMBANGUN KEUNGGULAN KOMPETITIF DEGAN PENDEKATAN BERBASIS SUMBER DAYA: STUDI KASUS PENGUSAHA INDUSTRI KECIL TAHU CIBUNTU
Widjajani Media ekonomi, Vol. 14, No. 2, 2008: 111-125
Abstrak: The small industries are important part to increase welfare in society. This research is a strategy process research to study on how small industries manage their businesses to gain competitiveness by using of Resource-Based View Soft system methodology is used in the aforementioned research by applying it in the case study on a successful small Tahu Cibuntu industry. The outcome of this research is a framework that describes on how successful the Tahu industry in developing its competitiveness.
DAFTAR ISI RANCANG BANGUN ALAT PENGGILING MEKANIS ABON IKAN YANG EFEKTIF DAN EFISIEN UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI INDUSTRI KECIL
Edy Suprapto Buletin perancangan dan kaji tindak, Vol. 26, No. -, 2010: 39-43 Abstrak: Rancang bangun alat penggiling mekanis abon ikan ini dilaksanakan dalam rangka program vucer. Program vucer ini bertujuan untuk menerapkan teknologi (alat penggiling mekanis abon ikan) yang efektif dan efisien untuk meningkatkan produksi industri kecil Perusahaan Abon lkan Sari Rasa yang digunakan dalam program vucer ini adalah: penyuluhan, demonstrasi dan evaluasi penggunaan alat penggiling mekanis abon ikan yang efektif efesien. Alat ini telah diberikan kepada industri kecil mitra. Hasil kegiatan yang telah dicapai dari program vucer adalah: 1). Dengan menggunakan alat penggiling mekanis abon ikan yang penggiling mekanis abon ikan yang efektif dan efisien. Perusahaan Abon lkan Sari Rasa dapat melakukan proses pelumatan ikan dengan cepat sehingga proses pembuatan abon ikan dapat berjalan dengan cepat, sehingga dapat meningkatkan efektivitas ddan efisiensi kerja industri mitra. Hal ini dapat dilihat dari kemampuan produksi dari 150 kg/bulan menjadi ikan/bulan. 2). Alat ini dapat juga digunakan pada industri kecil warung makan untuk menghaluskan bumbu-bumbu masakan.
RANCANG BANGUN MESIN CETAK KUE DAKAK-DAKAK SISTEM HANTARAN SCREW UNTUK PENINGKATAN PRODUKSI KUE DAKAK-DAKAK PADA INDUSTRI KECIL MAKAN RINGAN
Andrianto dan Ichlas Nur Jurnal teknik mesin, Vol. 5, No. 2, 2008: 66-70
Abstrak: Dakak-dakak is special food that produced home industry from Sumbar especially Batusangkar. In
general capacity of home industry Dakak-dakak have limited 120 form come in roll/hours cause it has obstacle at type pressing noodle come in rolls, the traditional way is using piece of coconut shell has hig a hole with variation size it was suit able size of Dakak-dakak that wanted. So need tool press that can be wont as continue well can get with from in rolls soon. The purpose of this activity to increase the capability home industry of Dakak-dakak as maximal with using tool as mechanism. From this activity producted machine press of Dakak-dakak through machine with at transmission syst em used screw so got rools noodle to automatic press. Result machine used 4 press and machine moved the press through axis with continue circle each others moved of 1/4 circle couse used fly well capacity of press machine Dakak-dakak to product form come in rools noodle it 600/hour or 3600/6 hours, because in one day works get form come in rools at home industry dakak-dakak is 6 hours.
SIFAT-SIFAT KEWIRAUSAHAAN DAN KINERJA BISNIS ORGANISASI STUDI EMPIRIS PADA SEJUMLAH PERUSAHAAN INDUSTRI KECIL
Amir Asyikin Hasibuan Warta kebijakan iptek dan manajemen litbang, Vol. 8, No. 1, 2010: 79-93 Abstrak: Tujuan dari studi ini adalah meneliti dampak dari sifatsifat kewirausahaan dari pengusaha industri skala kecil terhadap kinerja organisasi.Partisipan terdiri dari 50 pengusaha industri skala kecil yang mengisi instrumen yang mengukur sifat-sifat kewirausahaan. Teknik analisis menggunakan regresi jamak. Hasil studi menunjukkan dukungan yang kurang terhadap hipotesis tentang pengaruh tiga sifat kewirausahaan (prestatif, luwes bergaul, dan kontrol diri ) terhadap kinerja organisasi. Ketiga sifat kewirausahaan ini hanya dapat memprediksi 8,00% dari kinerja organisasi. Implikasi untuk praktik manajerial dan riset di masa datang juga didiskusikan.
DAFTAR ISI STRATEGI PEMBERDAYAAN INDUSTRI KECIL: PENGARUHNYA TERHADAP KEMANDIRIAN USAHA: SURVEI PADA INDUSTRI KECIL TENUN SONGKET DI KOTA PALEMBANG
M. Syahirman Yusi Jurnal ekonomi bisnis dan akuntansi ventura, Vol. 12, No. 1, 2009: 23-38 Abstrak: The objective of the research is to examine the impact of empowerment toward business self reliance in small scale industries, especially on Tenun Songket in Palembang. Through statistical analysis, empowerment which consists of business climate, establishment and development finding and guarantying, and partnership is found to have a positive influence toward the business internal environment. Among those variables, business climate is considered the most dominant factor. It means that in strengthening the internal business environment or developing the business self reliance, the role of government which is creating the conducive business climate becomes the most important factor. Furthermore, it indicates that in order to develop business self reliance, strengthening the internal environment through regulation and deregulation both monetary and fiscal policy need to be conducted first. Consequently it has the capability facing tight market competition, not only domestic but also export markets. Through further analysis, it is found that the internal business environment has a positive influence toward the competitive advantage. In addition, competitive advantage has a positive influence toward the business self reliance. The results mentioned above indicates that all of the proposed research hypotheses and theoretical models are not rejected.
STRATEGI SURVIVAL MENGHADAPI KRISIS EKONOMI GLOBAL KASUS INDUSTRI KECIL-MENENGAH DI PROVINSIDAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Y. Sri Susilo Jurnal studi ekonomi, Vol. 4, No. 2, 2009: 177-190 Abstrak: -
ISSN 2087-3352
Pengembangan Strategi Komunikasi Pemasaran Industri Kecil-Menengah (IKM) Rachmad Hidayat,1 Issa Dyah Utami, & Sari Romadhani Jurusan Teknik Industri, Universitas Trunojoyo Madura Kampus Unijoyo Jl. Raya Telang, PO BOX 2 Kamal – Bangkalan 69162. Tel (031) 3011147 | Fax (031) 3011506 | E-mail:
[email protected]
Abstrak Penelitian ini menganalisis strategi komunikasi pemasaran Industri Kecil Menengah
(IKM) produk ikan teri nasi. Lokasi penelitian yang dipilih dalam penelitian ini adalah daerah Madura. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan observasi untuk mengetahui keadaan IKM produsen ikan teri nasi. Hasil penelitian strategi komunikasi pemasaran produk teri nasi melalui analisis lingkungan dan pasar, diketahui bahwa untuk dapat memajukan UKM teri nasi, hal yang harus dilakukan adalah mengatasi permasalahan dari segi bauran komunikasi pemasaran, dan merancang suatu strategi untuk meningkatkan semua aspek yang terdapat dalam pemasaran produk IKM ikan teri nasi.
Kata Kunci: Strategi komunikasi pemasaran, analisis lingkungan dan pasar, bauran komunikasi pemasaran, IKM teri nasi.
Abstrack This study analyzes the marketing communications strategy of Small Medium
Enterprises (SME) for Stolephorus Spp product. Location of study selected in this study is the region of Madura. Data were collected through interviews and observation to determine the state of SME producing Stolephorus Spp. The results of product marketing communications strategies of products Stolephorus Spp through the analysis of market and market environment, it shows that in order to promote SME products Stolephorus Spp, things to do is to tackle the problem in terms of the marketing communication mix, and devise a strategy to improve all aspects include in the SME product marketing of Stolephorus Spp. Keywords: The marketing communications strategy, analysis and market environment, the marketing communication mix, SME of Stolephorus Spp.
CoverAge: Journal of Strategic Communication Vol. 1, No. 2, Hal. 205-221. Maret 2011 Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Pancasila
Diterima 25 Januari 2011 Disetujui 14 Maret 2011
1
Penulis korespondensi E-mail:
[email protected]
206 | CoverAge, Vol. 1, No. 2, Maret 2011
PENDAHULUAN Industri Kecil-Menengah (IKM) mempunyai karakteristik dan kontribusi yang berbeda terhadap perkembangan industri kecil nasional. IKM adalah industri yang memproduksi barang dan jasa yang menggunakan bahan-bahan utama berbasis pada pendayagunaan sumber daya alam, bakat, dan karya seni tradisional dari daerah setempat sehingga komoditi yang termasuk dalam kelompok industri ini secara prioritas tumbuh dan berkembang di daerah pedesaan (Depperindag, 2002:57-58). Kendala yang sering dihadapi oleh IKM adalah akses pasar, untuk itu perlu dibangun sistem pemasaran bagi IKM yang lebih baik. Salah satu faktor yang perlu mendapat perhatian adalah ketersediaan informasi pasar. Informasi pasar di satu sisi berupa informasi tentang barang-barang hasil produksi IKM dan kebutuhan atau kecenderungan pasar, yaitu jenis barang, kualitas, kuantitas, maupun spesifikasi suatu barang yang diminati masyarakat. Untuk memenuhi permintaan pasar dan selera pasar serta menghadapi persaingan global menuntut inovasi dan kreativitas para pelaku usaha. Persaingan pasar yang semakin terbuka menuntut semua pelaku usaha mampu beradaptasi dengan perubahan perilaku bisnis yang terjadi, bila tidak ingin tergilas atau lenyap sama sekali dalam pertarungan pasar. Adanya permasalahan internal IKM serta perkembangan lingkungan dan teknologi yang demikian cepat menyebabkan IKM kurang mampu mengakses informasi pasar (Indra & Lestari, 2009) Komoditi ikan teri nasi mempunyai potensi yang cukup besar, sedangkan pemanfaatannya sebagian besar masih diolah secara tradisional oleh IKMIKM ikan teri nasi. Di Kabupaten Pamekasan ikan teri nasi merupakan salah satu andalan ekspor ke luar negeri terutama ke Jepang, Korea, dan Taiwan. Hasil tangkapan para nelayan dengan mutu dan kualitas teri yang cukup putih, bersih, dan kondisi teri kelihatan utuh seperti nasi―yang disebut dengan teri nasi― sehingga mempunyai nilai tinggi di pasaran (Statistik Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Pamekasan, 2009). Penelitian tentang pemasaran ikan teri nasi ini, dibuat dengan dilatarbelakangi karena menurunnya permintaan produk dari luar negeri, yang secara otomatis menurunkan pendapatan IKM komoditi ikan teri nasi. Salah satu langkah yang disarankan untuk dilakukan adalah mengadakan perluasan pemasaran dalam negeri atau lokal. Dalam memasarkan produknya di dalam negeri, perusahaan harus mengetahui cara
Rachmad Hidayat , Issa Dyah Utami , & Sari Romadhani
menganalisis kesempatan pasarnya, cara memilih pasar sasaran (target markets) yang tepat, dan cara mengelola usaha pemasaran yang efektif yang didukung dengan efektivitas komunikasi pemasaran. Hal ini mengingat bahwa dewasa ini pemasaran telah didudukkan secara strategis dalam proses bisnis di mana komunikasi merupakan determinant factor, bahkan menurut Schultz, Tannebaum, dan Lauterborn (1994:46), pemasaran di era informasi ini adalah komunikasi dan komunikasi adalah pemasaran, di mana keduanya tidak pernah bisa dipisahkan (Estaswara, 2008:11). Komunikasi pemasaran memegang peranan yang sangat penting dalam pemasaran produk, karena komunikasi pemasaran memilki kemampuan untuk menggugah minat semua orang yang menjadi target sasaran tergerak untuk melakukan pembelian. Dengan strategi komunikasi pemasaran yang terencana dengan baik mencakup penggunaan teknik dan media komunikasi yang tepat maka informasi dan pengaruh yang diinginkan dari pelaksanaan strategi komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh suatu perusahaan akan tercapai. Menyadari pentingnya komunikasi pemasaran sebagai alat penyebaran informasi tentang suatu produk dari perusahaan ke masyarakat, perusahaan membangun komunikasi melalui strategi komunikasi pemasaran diharapkan dapat menciptakan hubungan komunikasi yang efektif dalam rangka mempromosikan produk kepada konsumen. Secara sederhana komunikasi pemasaran merupakan usaha untuk menyampaikan pesan kepada publik terutama konsumen sasaran mengenai keberadaan produk di pasar (Sutisna, 2002:267). Strategi komunikasi pemasaran dalam pelaksanaannya dijalankan melalui proses penentuan segmentasi pasar, penetapan penyampai pesan (komunikator), pengemasan pesan, pemilihan sarana penyampai pesan berupa periklanan, promosi penjualan, hubungan masyarakat dan publisitas, penjualan pribadi, serta pemasaran langsung. Kemudian evaluasi sebagai proses akhir dalam strategi komunikasi pemasaran. Berpijak pada fenomena yang muncul serta yang dihadapi oleh pelaku IKM teri nasi di Madura, penulis menilai sangat penting penyusunan strategi komunikasi pemasaran bagi para pelaku IKM produk ikan teri nasi.
TINJAUAN PUSTAKA Komunikasi Pemasaran Konsep pemasaran menegaskan bahwa kunci u nt u k m e n ca p a i t u j u a n o p e ra s i o n a l ya n g
Pengembangan Strategi Komunikasi Pemasaran Industri Kecil-Menengah (IKM) | 207
ditetapkan adalah perusahaan tersebut harus menjadi lebih efektif dibandingkan dengan pesaing dalam menciptakan, menyerahkan, dan mengomunikasikan nilai pelanggan kepada pasar sasaran yang terpilih. Pemasaran adalah suatu proses sosial dan managerial yang membuat individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan lewat penciptaan dan pertukaran timbal balik produk dan nilai dengan orang lain. Pemasaran merupakan fungsi organisasi yang mencakup proses creating, communicating, and delivering value. Fungsi organisasi yang dalam hal ini fungsi manajemen yaitu merencanakan, mengelola, melaksanakan, dan mengendalikan aktivitas pemasaran dalam bentuk menciptakan, mengomunikasikan, dan membawa nilai kepada pelanggan dan kemudian mengendalikan atau menjaga hubungan dengan pelanggan. Definisi ini terlalu baku dalam lingkungan pemasaran yang terus bergerak dan berubah dengan cepat. Jika pemasaran hanya terpaku pada fungsi organisasi yang baku dan terstandar, dikhawatirkan organisasi hanya berjalan di tempat dan lama-lama akan mati karena tidak mampu bertahan dan beradaptasi dengan perubahan lingkungan pemasaran (Kotler & Amstrong, 2007:3). Komunikasi pemasaran adalah aspek penting dalam keseluruhan misi pemasaran serta penentu suksesnya pemasaran. Komunikasi pemasaran dapat dipahami dengan menguraikan dua unsur pokoknya yaitu komunikasi dan pemasaran. Komunikasi adalah proses di mana pemikiran dan pemahaman disampaikan antar individu, atau antar organisasi dengan individu. Pemasaran adalah sekumpulan
kegiatan di mana perusahaan dan organisasi lainnya mentranfer nilai-nilai (pertukaran) antara mereka dengan pelanggannya. Sedangkan komunikasi pemasaran mempresentasikan gabungan semua unsur dalam bauran pemasaran merek yang memfasilitasi terjadinya pertukaran dengan menciptakan suatu arti yang disebarluaskan kepada pelanggan atau kliennya. Komunikasi pemasaran merupakan usaha untuk menyampaikan pesan kepada publik terutama konsumen sasaran mengenai keberadaan produk di pasar. Konsep yang secara umum sering digunakan untuk menyampaikan pesan adalah apa yang disebut bauran promosi atau bauran komunikasi pemasaran. Di dalam bauran komunikasi pemasaran ini biasanya sering digunakan berbagai jenis promosi. Terdapat lima jenis promosi yang biasa disebut bauran komunikasi pemasaran seperti yang dijelaskan di atas, yaitu iklan, penjualan tatap muka, promosi penjualan, humas dan publisitas, serta pemasaran langsung. Komunikasi pemasaran memegang peranan yang sangat penting bagi perusahaan karena tanpa komunikasi konsumen maupun masyarakat secara keseluruhan tidak akan mengetahui keberadaan produk di pasar. Komunikasi pemasaran juga secara berhati-hati dan penuh perhitungan dalam menyusun rencana komunikasi perusahaanan. Penentuan siapa saja yang menjadi sasaran komunikasi akan sangat menentukan keberhasilan komunikasi, dengan penentuan sasaran yang tepat, proses komunikasi akan berjalan efektif dan efisien. Model komunikasi pemasaran yang biasa dikembangkan pada umumnya tidak jauh dengan
Umpan Balik Sumber
Transmisi
Tindakan
Perusahaan
iklan, tenaga penjualan, iklan , ,
Radio, TV, surat kabar, majalah, brosur
Respons dan Interpretasi oleh penerima
Perilaku Konsumen
Gambar 1. Model Komunikasi Pemasaran Sumber: Sutisna (2001:270).
208 | CoverAge, Vol. 1, No. 2, Maret 2011
Rachmad Hidayat , Issa Dyah Utami , & Sari Romadhani
proses komunikasi dalam ilmu komunikasi. Model komunikasi pemasaran seperti yang ditampilkan pada Gambar 1 meliputi sender atau disebut juga sumber (source).
respons dilakukan oleh penerima. Pengirim mengharapkan A, konsumen mengharapkan B, jadi ada ketidaksesuaian antara harapan pengirim dengan tanggapan konsumen.
Pertama kali pesan komunikasi datang dari sumber. Dalam pemasaran sumber berarti pihak yang mengirim pesan pemasaran kepada konsumen. Pihak yang mengirim pesan tentu saja perusahaan. Proses selanjutnya yaitu perusahaan menentukan bagaimana pesan itu disusun agar bisa dipahami dan direspons secara positif oleh penerima dalam hal ini konsumen. Pada proses tersebut ditentukan pula jenis komunikasi apa yang akan digunakan. Apakah pesan akan disampaikan melalui iklan, personal selling, promosi penjualan, public relation, atau pemasaran langsung. Proses enconding ini juga disebut sebagai proses menerjemahkan tujuantujuan komunikasi ke dalam bentuk-bentuk pesan yang akan dikirimkan kepada penerima.
Proses memberikan respons dan menginterprestasikan pesan yang diterima disebut proses decoding, yaitu penerima pesan memberi interprestasi atas pesan yang diterima. Proses decoding ini akan dilanjutkan dengan tindakan konsumen sebagai penerima pesan, jika pesan yang sampai diterima secara positif, maka hal ini akan memberikan pengaruh positif pada sikap dan perilaku konsumen. Sikap positif konsumen terhadap suatu produk akan mendorong konsumen untuk melakukan tindakan pembelian, karena dibatasi oleh kemampuan daya beli. Sedangkan sikap negatif terhadap produk akan menghalangi konsumen untuk melakukan tindakan pembelian. Jangankan sikap negatif, sikap positif pun tidak semuanya diakhiri dengan pembelian, apalagi jika seseorang mempunyai sikap negatif, pasti akan sangat menghalangi tindakan pembelian. Pembentukan sikap positif terhadap produk sangat penting dilakukan oleh perusahaan.
Proses selanjutnya yaitu menyampaikan pesan melalui media. Jika pesan dirancang dalam bentuk iklan, maka pesan harus disampaikan dalam bentuk media cetak atau media elektronik. Pesan yang disampaikan dalam media cetak akan berbeda bentuk dan strukturnya dengan pesan yang disampaikan dalam media elektronik. Pesan dalam media cetak biasanya bersifat detail dan menjelaskan karakteristik produk secara lengkap. Sedangkan pesan yang akan disampaikan dalam media elektronik seperti radio dan televisi pada umumnya tidak secara detail menerangkan produk karena akan sangat memakan biaya. Proses penyampaian pesan melalui media ini disebut proses transmisi. Pesan yang disampaikan melalui media akan ditangkap oleh penerima. Ketika pesan diterima, penerima akan memberikan respons terhadap pesan yang disampaikan. Respons yang diberikan bisa positif, negatif, atau netral. Respons positif tentu saja adalah respons yang diharapkan oleh pengirim pesan. Respons positif identik dengan terjadinya keserasian antara harapan pengirim pesan dengan tanggapan penerima pesan. Dengan perkataan lain, pesan yang dirancang direspons sesuai dengan keinginan perancang pesan. Kesesuaian antara harapan pengirim dengan tanggapan penerima inilah yang diharapkan terjadi, karena hal ini akan memengaruhi perilaku konsumen secara positif. Hal yang tidak diharapkan terjadi adalah respons negatif atau netral dari konsumen (penerima pesan), respons negatif ini terjadi karena tidak terjadinya keserasian antara harapan pengirim pesan dengan
Proses terakhir yaitu umpan balik atas pesan yang dikirimkan. Perusahaan mengevaluasi apakah pesan yang disampaikan sesuai dengan harapan, artinya mendapat respons dan tindakan yang positif dari konsumen atau justru pesan tidak sampai secara efektif. Pengukuran efektivitas pesan adalah tingkat penjualan produk yang ditawarkan ke pasar. Pesan melalui iklan disebut berhasil atau efektif jika tingkat penjualan produk setelah proses penyampaian pesan meningkat secara signifikan. Sebaliknya pesan yang tidak efektif jika setelah pesan disampaikan penjualan produk tidak meningkat, atau justru turun. Indikator penjualan ini seharusnya menjadi sinyal awal bagi perusahaan untuk melakukan penelitian atas pesan yang disampaikan ke konsumen. Tujuan iklan umumnya mengandung misi komunikasi, di mana iklan adalah suatu komunikasi massa yang dibayar untuk menarik kesadaran, menanamkan informasi, mengembangkan sikap atau mengharapkan adanya suatu tindakan y a n g m e n g u n t u n g k a n b a g i p e r u s a h a a n . Ada beberapa teori komunikasi massa dalam proses memengaruhi perilaku konsumen, antara lain Teori Jarum Hipodermik dan Metode DAGMAR. Teori Jarum Hipodermik. Dalam teori ini dikemukakan bahwa komponen-komponen komunikasi (komunikator, pesan, media) amat
Pengembangan Strategi Komunikasi Pemasaran Industri Kecil-Menengah (IKM) | 209
p e r ka s a d a l a m m e m e n ga r u h i ko m u n i ka s i . Dikatakan jarum hipodermik karena dalam model ini dikesankan seakan-akan komunikasi disuntikkan langsung ke dalam jiwa komunikan. Sebagaimana obat disimpan dan disebarkan dalam tubuh sehingga terjadi perubahan dalam sistem fisik, begitu pula pesan-pesan persuasi mengubah sistem psikologis sehingga perilaku sangat memengaruhi teori ini. Teori ini sering juga disebut teori peluru karena komunikan dianggap pasif menerima berondongan pesan-pesan komunikasi. Bila menggunakan komunikator yang tepat, pesan yang baik, media yang benar, maka komunikan dapat diarahkan sekehendak komunikator. Metode DAGMAR. Dalam pendekatan DAGMAR (Defining Advertising Goals for Measured Advertising Results) dikembangkan suatu metode yang disebut proses komunikasi yang terdiri atas langkah-langkah yang harus dilalui suatu produk untuk sampai pada tujuan yang dikehendaki yaitu berupa tindakan yang diambil konsumen (Gambar 2).
produk cocok bagi konsumen dan produk itu bisa terjual dengan sendirinya (Umar, 2002:27). Jangkauan pemasaran sangat luas, berbagai tahap kegiatan harus dilalui oleh barang dan jasa sebelum sampai ke tangan konsumen, sehingga ruang lingkup kegiatan yang luas itu disederhanakan menjadi 4 (empat) komponen pamasaran yang lazim disebut sebagai bauran pemasaran yang terdiri atas produk (product), harga (price), distribusi (place), dan promosi (promotion) (Umar, 2002:29). Komponen-komponen dalam Bauran Pemasaran dan variabel-variabelnya disajikan pada Tabel 1 dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Kebijakan produk adalah suatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk mendapatkan perhatian, untuk dibeli, digunakan atau untuk dikonsumsi yang dapat memenuhi suatu keinginan atau kebutuhan 2. Kebijakan harga adalah sejumlah nilai yang ditukarkan konsumen dengan manfaat dari memiliki atau menggunakan produk atau jasa yang nilainya ditetapkan oleh pembeli dan penjual melalui tawar-menawar, atau ditetapkan oleh penjual untuk satu harga yang sama terhadap semua pembeli
Sumber: George (2006).
3. Kebijakan distribusi. Sebagaian besar produsen menggunakan perantara pemasaran untuk memasarkan produk khususnya barang dengan cara membangun suatu saluran distribusi, yaitu sekelompok organisasi yang saling tergantung dalam ketertiban mereka pada proses yang memungkinkan suatu produk atau jasa tersedia bagi penggunaan atau konsumsi oleh konsumen atau pengguna industri
Seorang calon pembeli yang belum pernah melihat dan mendengar sesuatu produk bermula pada keadaan yang disebut Ketidaksadaran yaitu tidak sadar kehadiran produk. Langkah kedua adalah pemahaman, langkah ini dibutuhkan sebagai suatu proses sebelum orang mengatakan suka atau tidak suka terhadap sesuatu produk. Kemudian menuju suatu sikap, di mana diukur perasaan suka atau tidak suka. Langkah terakhir adalah Tindakan, di mana produsen mengharapkan agar calon pembeli mengambil tindakan-tindakan yang diharapkan seperti pergi ke toko untuk membeli produk.
4. Kebijakan promosi. Pemasaran tidak hanya membicarakan mengenai produk, harga produk dan mendistribusikan produk, tetapi juga mengomunikasikan produk ini kepada masyarakat agar produk itu dikenal dan ujungujungnya dibeli. Untuk mengomunikasikan produk ini perlu disusun suatu strategi yang sering disebut dengan strategi bauran promosi (promotion – mix) yang terdiri atas 4 (empat) komponen utama, yaitu periklanan, promosi penjualan, hubungan masyarakat, dan penjualan perorangan.
Bauran Pemasaran (Marketing Mix)
Strategi Komunikasi Pemasaran
Tujuan pemasaran ialah untuk mengetahui dan memahami konsumen demikian baiknya sehingga
Menurut Fred (2004) strategi adalah seni d a n p e n g e t a h u a n u n t u k m e r u m u s k a n ,
Gambar 2. Model Proses Komunikasi Pemasaran
210 | CoverAge, Vol. 1, No. 2, Maret 2011
Rachmad Hidayat , Issa Dyah Utami , & Sari Romadhani
Tabel 1. Marketing Mix (Bauran Pemasaran)
Sumber: Umar (2002:30).
m e n g i m p l e m e nta s i ka n , d a n m e n geva l u a s i keputusan lintas fungsional yang membuat organisasi mampu mencapai objektifnya. Sedangkan Hariadi (2003:3) berpendapat bahwa strategi adalah suatu proses yang dirancang secara sistematis oleh manajemen untuk merumuskan strategi, menjalankan strategi, dan mengevaluasi strategi dalam rangka menyediakan nilai-nilai yang terbaik bagi seluruh pelanggan untuk mewujudkan visi organisasi. Menurut Widjaja (2004), strategi terdiri atas sembilan tugas kritikal yaitu: 1. Memformulasi misi (mission) perusahaan termasuk pernyataan yang luas mengenai maksud (purpose), falsafah (philosophy) dan sasaran (goal) 2. Mengembangkan suatu profil perusahaan yang merefleksi pada kondisi internal dan kemampuannya 3. Menilai lingkungan eksternal perusahaan, termasuk baik faktor kompetitif maupun faktor yang berhubungan dengan konteks umum 4. M e n ga n a l i s i s o p s i p e r u s a h a a n d e n ga n menandingi sumber daya perusahaan dengan lingkungan eksternalnya 5. Mengidentifikasi opsi yang paling diiinginkan dengan menilai setiap opsi dipandang dari sudut misi perusahaan 6. Memilih sekumpulan tujuan jangka panjang dan strategi total (grand strategies) yang akan mencapai opsi yang paling diinginkan 7. Mengembangkan tujuan tahunan dan strategi jangka pendek yang sesuai dengan kumpulan tujuan jangka panjang yang dipilih dari strategi secara keseluruhan (grand strategies) 8. Mengimplementasikan pilihan strategi dengan alat alokasi sumber daya yang dianggarkan yaitu
yaitu mendanai tugas-tugas, manusia, struktur, teknologi, dan menekankan sistem ganjaran 9. Menilai keberhasilan proses strategi sebagai masukan untuk pengambilan keputusan di masa yang akan datang. Tujuan komunikasi dalam pemasaran adalah selain memberikan informasi suatu produk juga menitik beratkan pada bujukan dan menanamkan awareness dalam benak konsumen sebagai upaya memotivasi pembelian. Hampir semua kumunikasi pemasaran memiliki tujuan sama, yakni menyampaikan pesan tertentu kepada audiens sasaran yang sudah diidentifikasi secara jelas. Tujuan strategi komunikasi pemasaran menurut Pace et al. (dalam Ruslan, 2003:30) adalah: 1. To secure understanding. Untuk memastikan bahwa terjadi suatu pengertian dalam komunikasi 2. To establish acceptance. Bagaimana cara penerimaan itu terus dibina dengan baik 3. To m o t i v e a c t i o n . P e n g g i a t a n u n t u k memotivasinya 4. The goals which the communicator sought to achieve. Bagaimana mencapai tujuan yang hendak dicapai oleh pihak komunikator dari proses komunikasi tersebut. Segmentasi merupakan hal pertama yang dilakukan pada komunikasi pemasaran dalam melakukan analisis dan perencanaan, strategi dibagun berdasarkan informasi-informasi penting yang menyangkut data-data faktual yang diperoleh dari berbagai sumber. Segmentasi Pasar (Market Segmentation). Segmen pasar terdiri atas kelompok pelanggan yang memiliki seperangkat keinginan yang sama (Kotler, 2005:307). Tidak ada cara tunggal untuk
Pengembangan Strategi Komunikasi Pemasaran Industri Kecil-Menengah (IKM) | 211
mensegmentasi pasar. Pemasar harus mencoba sejumlah variabel segmentasi yang berbedabeda, sendiri-sendiri atau bersama-sama, dengan harapan dapat menemukan cara terbaik untuk melihat struktur pasar. Lebih lanjut, (Kotler, Bowen, & Makens, 2002:255-261) menyatakan bahwa segmentasi dapat dilakukan berdasarkan variabelvariabel sebagai berikut: 1. Segmentasi geografis (geographic segmentation). Segmentasi geografis adalah segmentasi yang membagi pasar menjadi unit geografis yang berbeda-beda seperti negara, daerah otonomi, kota, iklim, atau kawasan pemukiman 2. S e g m e n t a s i d e m o g ra f i s ( d e m o g r a p h i c segmentation). Segmentasi demografis adalah segmentasi yang membagi pasar menjadi berbagai kelompok berdasarkan variabel seperti usia, jenis kelamin, siklus hidup keluarga, pendapatan, pekerjaan, pendidikan, agama, ras, dan kebangsaan. Faktor-faktor demografis paling sering dipakai sebagai dasar untuk mensegmentasi kelompok konsumen. Salah satu alasannya adalah kebutuhan, keinginan, dan tingkat penggunaan konsumen berhubungan erat dengan variabel demografis. Alasan yang lainnya adalah bahwa variabel demografis lebih mudah diukur jika dibandingkan dengan jenis variabel lainnya
3. Segmentasi perilaku (behavioral segmentation). Segmentasi ini mengelompokkan pembeli berdasarkan pengetahuan, sikap, tingkat penggunaan atas sebuah produk atau jasa, serta manfaat yang dicari oleh konsumen dalam membeli sebuah produk atau jasa 4. S e g m e nta s i ps i ko g raf i s ( p sy c h o g r a p h i c segmentation). Segmentasi ini membagi konsumen menjadi kelompok yang berbedabeda berdasarkan karakteristik gaya hidup dan kepribadian konsumen. Penentuan Segmen Pasar (Market Targeting). Setelah mengevaluasi berbagai segmen, perusahaan harus memutuskan segmen mana dan berapa segmen yang akan dilayani. Pasar sasaran mencakup seperangkat pembeli yang memiliki kebutuhan atau karakteristik umum yang ingin dilayani oleh perusahaan. Segmen pasar perlu memenuhi syarat antara lain: 1. Dapat diukur. Ukuran, daya beli, dan profil segmen harus dapat diukur 2. B es a r. S e g m e n h a ru s c u ku p b e s a r d a n menguntungkan untuk dilayani. Suatu segmen harus merupakan kelompok homogen terbesar yang paling mungkin, yang berharga untuk diraih dengan program pemasaran yang dirancang khusus untuk mereka
1. M e n g i d e n t i f i kas i va r i a b e l s e g m e n t a s i d a n mensegmentasi pasar. 2. Mengembangkan gambaran segmen yang dihasilkan.
3. Mengevaluasi daya tarik masing-masing segmen 4. Memilih segmen-segmen sasaran.
5. Mengidentifikasi konsep yang memungkinkan bagi masing-masing segmen sasaran. 6. Memilih, mengembangkan, dan mengkomunikasikan konsep yang dipilih. Gambar 3. Langkah-Langkah dalam Segmentation, Targeting, dan Positioning Sumber: Kotler (2005:339).
212 | CoverAge, Vol. 1, No. 2, Maret 2011
3. Dapat diakses. Segmen dapat dijangkau dan dilayani secara efektif 4. Dapat dibedakan. Segmen-segmen secara konseptual dapat dipisahkan dan memberikan tanggapan yang berbeda terhadap elemen dan program pemasaran yang berbeda 5. Dapat diambil tindakan. Program-program yang efektif dapat dirumuskan untuk menarik dan melayani segmen-segmen tersebut (Kotler, Bowen, & Makens 2002:265). Penetapan Posisi Pasar (Market Positioning). Posisi produk adalah cara produk itu didefinisikan oleh konsumen berdasarkan sejumlah atribut atau tempat produk tertentu di pikiran konsumen secara relatif terhadap produk-produk yang bersaing (Kotler, Bowen, & Makens 2002:272). Dengan kata lain, positioning adalah tentang bagaimana suatu merek perusahaan dapat masuk dan menguasai benak pelanggan. Konsumen terlalu banyak dihadapkan dengan informasi tentang produk dan layanan. Konsumen tidak mungkin mengevaluasi ulang produk setiap saat memutuskan pembelian, sebaliknya dalam benak konsumen setiap produk atau merek akan dikelompokkan dalam sejumlah kategori. Penetapan posisi dimulai dengan produk, yaitu suatu barang, jasa, perusahaan, lembaga, atau bahkan orang. Penetapan posisi bukanlah kegiatan yang dilakukan pemasar terhadap produk, melainkan merupakan kegiatan yang dilakukan pemasar terhadap pikiran calon pelanggan sehingga posisi produk dengan tepat dapat ditanamkan di benak pelanggan. Para pemasar dapat menggunakan tujuh atribut penetapan posisi (Kotler, Bowen, & Makens, 2002:344) di bawah ini: 1. Penetapan posisi berdasarkan atribut produk 2. Penetapan posisi berdasarkan manfaat tertentu yang ditawarkan bagi konsumen 3. Penetapan posisi berdasarkan penggunaannya 4. Penetapan posisi berdasarkan siapa kelompok konsumen yang mungkin menjadi pemakai dari produk atau jasa perusahaan 5. Penetapan posisi berdasarkan pesaing (lebih baik dari posisi pesaing saat ini) 6. Penetapan posisi berdasarkan kategori produk 7. Penetapan posisi berdasarkan mutu/harga. Selanjutnya menurut Kotler (2005:339), seluruh strategi pemasaran harus dibangun berdasarkan tiga langkah utama dalam pemasaran bersasaran
Rachmad Hidayat , Issa Dyah Utami , & Sari Romadhani
yaitu STP - Segmentation, Targeting dan Positioning seperti dijelaskan dalam Gambar 3.
METODE Lokasi penelitian yang dipilih dalam penelitian ini adalah daerah Madura. Dalam survei awal ini, peneliti ingin mengetahui masalah yang ada di IKM-IKM produsen pengolah ikan teri nasi dengan melakukan wawancara dan observasi untuk mengetahui keadaan IKM-IKM produsen ikan teri nasi. Pengumpulan data dilakukan dengan penyebaran kuesioner yang disebarkan kepada pelaku IKM terkait (stakeholders) yang benar-benar mengerti produk ikan teri nasi tersebut. Adapun tahapan dari penelitian ini adalah (1) Formative Research Phase; (2) Strategy Phase; (3) Tactic Phase; dan (4) Evaluative Research Phase. Formative Research Phase Fase pertama dalam proses perencanaan strategis adalah riset formatif atau riset stategis, kegiatan pendahuluan yang dilakukan untuk mendapatkan informasi dan menganalisis situasi yang dihadapi (Smith, 2005:11). Dalam fase ini terdapat tiga tahap yakni analisis situasi, analisis organisasi, dan analisis publik. Situasi adalah satu set keadaan yang dihadapi oleh organisasi. Situasi memiliki makna yang sama dengan masalah. Sehingga analisis situasi adalah pernyataan tentang peluang dan hambatan yang dihadapi oleh program komunikasi. Tanpa adanya pernyataan situasi yang dihadapi dengan jelas dan dini maka efisiensi riset tidak dapat dilakukan. Definisi situasi ini dinyatakan dalam bentuk kata benda. Sedangkan yang termasuk dalam analisis organisasi meliputi aspek lingkungan internal, persepsi publik, dan lingkungan eksternal yang dihadapi meliputi pesaing maupun pendukung. Sedangkan analsis publik adalah identifikasi dan analisis publik-publik kunci dari berbagai kelompok orang yang berinteraksi dengan organisasi. Identifikasi hasil yang didapat dengan cara menganalisis strategi pemasaran yang ada dijalankan dengan menggunakan SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat) analysis dan Analytical Hierarchy Process (AHP). Analytical Hierarchy Process (AHP) yang merupakan penyederhanaan suatu persoalan kompleks yang tidak terstruktur, strategis dan dinamis menjadi bagian-bagiannya, serta menata dalam suatu hierarki. Kemudian tingkat kepentingan
Pengembangan Strategi Komunikasi Pemasaran Industri Kecil-Menengah (IKM) | 213
setiap variabel diberi nilai numerik secara subjektif tentang arti penting variabel tersebut. Secara relatif dibanding dengan variabel yang lain. Dari berbagai pertimbangan tersebut kemudiaan dilakukan sintesis untuk memanfaatkan variabel yang memiliki prioritas tinggi dan berperan untuk memengaruhi hasil pada sistem tersebut. Faktor yang akan di bobot adalah Faktor Eksternal dan Faktor Internal. Analisis Faktor Internal dan analisis Faktor Eksternal dilakukan untuk mengetahui tingkat pengaruh dan tingkat kepentingan dari masing-masing kriteria yang telah ditetapkan. Cara menentukan perhitungan faktor strategi internal dan eksternal adalah dengan metode SWOT (Permadi, 2002:97). Usaha untuk memasukkan kaitan antara elemen yang satu dan elemen yang lain dalam menghitung bobot prioritas sederhana menurut Saaty (1998:68) dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut: 1. Membagi setiap angka (skala) dalam suatu kolom dengan jumlah kolom tersebut dan melakukan hal yang sama untuk setiap kolom. Kemudian angka (skala) baru yang dihasilkan dari pembagian dijumlahkan menurut baris. Setelah itu dicari total dari jumah elemen setiap baris dan kemudian dilakukan pembagian dari jumlah setiap baris terhadap totalnya agar didapat prioritas akhir setiap elemen dengan total bobot agar prioritas = 1. Proses yang dilakukan untuk membuat total bobot prioritas = 1 disebut proses normalisasi 2. Mencari hasil kali dari angka-angka setiap baris dan hasil tersebut ditarik akarnya dengan pangkat sebanyak jumlah angka yang dikalikan. Apabila ada tiga elemen yang dibandingkan dalam suatu matrik perbandingan maka ada tiga angka setiap baris yang harus dicari hasil perkaliannya dan kemudian hasilnya harus ditarik akarnya dengan pangkat 3 setelah
didapat angka untuk setiap baris maka dilakukan proses normalisasi 3. Dengan suatu matrik perbandingan berdasarkan operasi matriks dan vektor yang dikenal dengan eigenvektor. Eigenvektor ialah sebuah vektor yang apabila dikalikan sebuah matriks hasilnya adalah vektor itu sendiri dikalikan sebuah bilangan dengan sebuah bilangan skalar atau parameter yang disebut sebagai eigenvalue. Bila eigenvektor disimbolkan dengan w, eigenvalue dan matriks bujur sangkar A, bentuk persamaannya:
A . w = λ . w ................................................... (1)
Salah satu keuntungan utama AHP yang m e m b e d a ka n d e n ga n m o d e l p e n ga m b i l a n keputusan lainnya ialah tidak ada syarat konsistensi mutlak (Permadi, 2002:5-6). Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa keputusan manusia sebagian didasari logika dan sebagian lagi didasarkan pada unsur bukan logika seperti perasaan, pengalaman, dan intuisi (Permadi, 2002:14). Menurut Permadi (2002:14), pengukuran konsistensi AHP dilakukan dalam dua tahap yaitu, pertama, tahap mengukur konsistensi setiap matriks, dan kedua, tahap mengukur konsistensi seluruh hirarki. Tahap Mengukur Konsistensi Setiap Matriks. Perbandingan pengukuran ini didasarkan pada eigenvalue maksimum. Consistecy Index (CI) = (λmaks – n) / (n – 1) ... (2) Dalam persamaan ini, n = ukuran matriks. Makin dekat eigenvalue dengan besarnya matriks, makin konsisten matrik tersebut. Consistency Ratio (CR) = CI / RI ....................... (3) Dalam persamaan ini, RI = random index
Tabel 2. Skala Perbandingan
Sumber: Permadi (2002:7).
214 | CoverAge, Vol. 1, No. 2, Maret 2011
Berikut ini indeks random untuk beberapa ukuran matriks : N 3 4 5 6 7 8 9 10 RI 0,58 0,9 1,12 1,24 1,32 1,41 1,45 1,49 B ata s a n d i te r i m a t i d a k nya ko n s i ste n s i sebenarnya tidak ada yang baku, hanya menurut beberapa eksperimen dan pengalaman inkonsistensi sebesar 10% ke bawah ialah tingkat inkonsistensi yang masih bisa diterima. Tahap Mengukur Konsistensi Seluruh Hierarki. Consistency Rasio Hierarchy (CRH) merupakan perbandingan antara Consistency Index Hierarchy (CIH) dan Random Index Hierarchy (RIH) dan dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut:
CRH = CIH / RIH .............................................. (4)
Batasan diterima tidaknya konsistensi suatu hirarki sama halnya dengan konsistensi matriks yaitu inkonsistensi sebesar 10% ke bawah adalah tingkat inkonsistensi yang masih bisa diterima. Evaluasi Faktor Internal (EFI) dan Evaluasi Faktor Eksternal (EFE) dilakukan untuk mengetahui tingkat pengaruh dan tingkat kepentingan dari masingmasing kriteria yang telah ditetapkan. Kriteria Faktor Internal diklasifikasikan menjadi dua macam, yaitu kekuatan dan kelemahan. Kekuatan (strength) terdiri atas: (1) Bahan baku yang berkualitas baik dan tahan lama; (2) Terjangkaunya harga pembelian; (3) Rasanya yang merupakan ciri khas; (4) Pelayanan yang cepat dan tepat; (5) Pemberian diskon; (6) Lokasi perusahaan dekat dengan tempat pemasaran; dan (7) Kebersihan. Sedangkan kelemahan (weakness) terdiri atas: (1) Kepantasan harga; (2) Cara mempromosikannya; (3) Kemudahan komplain; dan (4) Keramahan dalam pelayanan. U n t u k k r i t e r i a p a d a Fa k t o r E k s t e r n a l diklasifikasikan menjadi dua macam, yaitu peluang dan ancaman. Peluang (opportunity) terdiri atas (1) Pertambahan penduduk yang semakin meningkat; dan (2) Semakin meningkatnya pendapatan perkapita. Sedangkan ancaman (threat) terdiri atas: (1) Banyak produk yang sejenis dengan harga yang lebih murah; (2) Penghasil produk yang sejenis semakin banyak; dan (3) Produk sejenis memiliki nama yang lebih dikenal di masyarakat. Strategy Phase Strategi adalah keseluruhan rencana organisasi, meliputi apa yang ingin dicapai dan bagaimana cara
Rachmad Hidayat , Issa Dyah Utami , & Sari Romadhani
mencapainya. Strategi memiliki dua fokus yakni aksi yang dilakukan organisasi dan isi pesan. Strategi memiliki tiga tahap, yaitu menetapkan tujuan dan sasaran, memformulasikan aksi, dan strategi respons, kemudian menggunakan komunikasi efektif. Tujuan merupakan pernyataan tentang suatu isu dan gambaran bagaimana mencapai harapan yang diinginkan. Tujuan komunikasi dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu reputation management goal, yang berhubungan dengan identitas dan persepsi organisasi, relationship management goal yang berkaitan dengan hubungan organisasi dengan para publiknya, dan task management goal yang berhubungan dengan cara melakukan sesuatu tugas. Tactic Phase Setelah strategi di buat, kini tiba gilirannya untuk memasuki fase ketiga yaitu taktik. Pada fase ini terdiri atas pemilihan taktik komunikasi yang akan digunakan dan melakukan implementasi rencana strategis yang sudah disusun. Taktik komunikasi yang digunakan dalam perencanaan komunikasi pemasaran ini adalah perpaduan antara kegiatan public relations dan komunikasi pemasaran yang lazim disebut sebagai integrated communication. Evaluative Research Phase Dalam perencanaan komunikasi dimulai dengan riset dan diakhiri dengan riset pula. Riset yang dilakukan pada fase terakhir adalah untuk mengetahui efektivitas berbagai taktik komunikasi yang digunakan untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditentukan. Adapun cara yang dapat digunakan untuk mengevaluasi efektivitas taktik dalam mencapai tujuan adalah dengan menggunakan desain riset After-Only study. Desain seperti ini paling umum dan mudah (sederhana) untuk mengukur sikap. Sedangkan metodologi untuk teknik evaluasi adalah teknik kuantitatif yakni melakukan survei, content analisis atas berita atau publikasi media massa tentang UBL. Dan teknik kualitatif yang digunakan adalah interview.
HASIL DAN PEMBAHASAN Formative Research Phase Adapun analisis situasi, organisasi dan publik dalam perencanaan komunikasi pemasaran untuk UKM ikan teri nasi adalah sebagai berikut: (a) Evaluasi Faktor Internal (EFI). Untuk kriteria pada Faktor Internal diklasifikasikan menjadi dua macam, yaitu kekuatan
Pengembangan Strategi Komunikasi Pemasaran Industri Kecil-Menengah (IKM) | 215
dan kelemahan; (b) Evaluasi Faktor Eksternal (EFE). Untuk kriteria pada Faktor Eksternal diklasifikasikan menjadi dua macam, yaitu peluang dan ancaman; dan (c) SWOT analysis dengan paparan hasil analisis sebagai berikut: Kekuatan (Strength). Pada pengolahan data Evaluasi Faktor Internal (kekuatan/strength) maka dapat diketahui bobot dari masing-masing variabel yang dapat dilihat pada Tabel 3. Nilai bobot yang tertinggi terdapat pada variabel lokasi perusahaan dekat dengan tempat pemasaran dari produk ikan teri nasi yaitu mempunyai bobot 0,157. Nilai tersebut dapat digunakan untuk pengolahan data selanjutnya yaitu pembuatan matriks bagian kekuatan. Kelemahan (Weakness). Pada pengolahan data Evaluasi Faktor Internal (kelemahan/weakness) maka dapat diketahui bobot dari masing-masing variabel yang dapat dilihat pada Tabel 4. Nilai bobot yang tertinggi terdapat pada variabel kepantasan harga dari produk ikan teri nasi yaitu mempunyai bobot 0,423. Nilai tersebut dapat digunakan untuk
pengolahan data selanjutnya yaitu pembuatan matriks bagian kelemahan. Peluang (Opportunity). Pada pengolahan data Evaluasi Faktor Eksternal (peluang/opportunity) maka dapat diketahui bobot dari masing-masing variabel yang dapat dilihat pada Tabel 5. Nilai bobot yang tertinggi terdapat pada variabel semakin meningkatnya pendapatan per kapita dari para konsumen yaitu mempunyai bobot 0,586. Nilai tersebut dapat digunakan untuk pengolahan data selanjutnya yaitu pembuatan matriks bagian peluang. Ancaman (Threat). Pada pengolahan data Evaluasi Faktor Eksternal (ancaman/threat) maka dapat diketahui bobot dari masing-masing variabel yang dapat dilihat pada Tabel 6. Nilai bobot yang tertinggi terdapat pada variabel produk yang sejenis memiliki nama yang lebih dikenal di masyarakat yaitu mempunyai bobot 0,675. Nilai tersebut dapat digunakan untuk pengolahan data selanjutnya yaitu pembuatan matriks bagian ancaman. Diagram SWOT Analysis. SWOT analysis didasarkan pada usaha untuk memaksimalkan
Tabel 3. Evaluasi Faktor Internal (Kekuatan/Strength)
Sumber: Data Diolah.
Tabel 4. Evaluasi Faktor Internal (Kelemahan/Weakness) 1. 2. 3. 4.
Kepantasan harga Cara mempromosikannya Kemudahan komplain Keramahan dalam pelayanan
0,423 0,086 0,260 0,231
Sumber: Data Diolah.
Tabel 5. Evaluasi Faktor Eksternal (Peluang/Opportunity)
1. Pertambahan penduduk yang semakin meningkat. 2. Semakin meningkatnya pendapatan perkapita.
0,414 0,586
Sumber: Data Diolah.
216 | CoverAge, Vol. 1, No. 2, Maret 2011
Rachmad Hidayat , Issa Dyah Utami , & Sari Romadhani
kekuatan dan peluang serta meminimalkan kelemahan dan ancaman. Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan AHP terhadap Faktor Internal dan Faktor Eksternal diperoleh bobot yang tertinggi sebagai berikut : 1. Faktor Kekuatan = 0,157 (variabel lokasi perusahaan dekat dengan tempat pemasaran) 2. Faktor Kelemahan = 0,423 (variabel kepantasan harga) 3. Faktor Peluang = 0,586 (variabel semakin meningkatnya pendapatan perkapita) 4. Faktor Ancaman = 0,675 (variabel produk yang sejenis memiliki nama yang lebih dikenal). Variabel yang mempunyai bobot tertinggi diberi skor untuk masing-masing responden. Hasil skoring disajikan pada Tabel 7. Pemberian skor berasal dari perbandingan tiap-tiap faktor, untuk skor 1 yaitu sangat penting dan skor 0 tidak begitu penting. Dari skor yang telah diperoleh maka dapat digambarkan dengan diagram SWOT analysis yang terdiri atas empat kuadran yaitu : Strategy Phase Dari Faktor Internal (kekuatan dan kelemahan), dan Faktor Eksternal (peluang dan ancaman) maka didapat titik koordinat (2,2). Adapun analisis matriks SWOT dari Faktor Internal dan Faktor Eksternal pada Gambar 4 adalah sebagai berikut: a. Kuadran I: Strategi kombinasi yaitu perusahaan m e n e t a p k a n l e b i h d a r i s a t u s t ra t e g i . Perusahaan berada dalam kondisi yang
sangat menguntungkan di mana perusahaan memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang dan kekuatan tersebut. b. Kuadran II: Strategi pertumbuhan internal dimaksudkan untuk mempercepat pertumbuhan perusahaan, dengan cara meningkatkan fasilitas produk dibarengi dengan peningkatan volume penjualan, dan pangsa pasar yang luas. c. Kuadran III: Strategi pengurangan biasanya digunakan untuk perusahaan yang mempunyai keinginan untuk mengurangi market atau function. Perusahaan menghadapi peluang pasar yang sangat besar, tetapi juga menghadapi beberapa kendala atau kelemahan internal. d. Kuadran IV: Strategi stabilitas yaitu suatu alternatif strategi di mana perusahaan tetap menerapkan strategi yang telah dilaksanakan sebelumnya. Perusahaan berada pada situasi kurang menguntungkan, dan menghadapi beberapa ancaman dan kelemahan internal. Analisis Faktor Internal dan Faktor Eksternal serta penentuan strategi komunikasi pemasaran pada Strategy Phase adalah sebagai berikut: Strength (Kekuatan). Dari data yang disajikan pada Gambar 5 (Grafik Strength/Kekuatan), perusahaan dapat memperbaiki atau lebih meningkatkan lagi variabel-variabel yang mempunyai bobot yang kecil. Untuk variabel rasa, perusahaan harus berusaha mengubah dengan rasa baru yang nantinya merupakan ciri khas dari perusahaan, misalnya dengan cara memberikan aroma tertentu atau dengan cara menghilangkan rasa asin/bau
Tabel 6. Evaluasi Faktor Eksternal (Ancaman/Threat)
Sumber: Data Diolah.
Tabel 7. Skoring
1 2 3 4
Kekuatan Kelemahan Peluang Ancaman
Perusahaan dekat pasar Kepantasan harga Meningkatnya pendapatan perkapita Produk sejenis lebih dikenal
Sumber: Data Diolah.
0 1 0 1
0 1 0 1
0 2 0 2
Pengembangan Strategi Komunikasi Pemasaran Industri Kecil-Menengah (IKM) | 217
Gambar 4. Matriks SWOT Sumber: Data Diolah
dari ikan teri nasi tersebut agar nantinya menarik perhatian dari para konsumen. Untuk variabel bahan baku, perusahaan harus berusaha mengambil bahan baku yang berkualitas baik dan tahan lama agar nantinya produk yang dijual tidak cepat busuk atau rusak. Untuk variabel diskon, perusahaan harus lebih selektif memberikan diskon pada pelanggan yang sudah lama berlangganan atau memberikan diskon pada pelanggan yang membeli ikan teri nasi dengan jumlah banyak sehingga dengan adanya diskon tersebut besar kemungkinan pelanggan akan banyak.
dapat mempertahankan atau lebih meningkatkan lagi ketiga variabel yang mempunyai bobot terendah dari faktor kelemahan. Dari ketiga variabel faktor kelemahan tersebut besar kemungkinan mempunyai nilai rendah karena tempat pemasaran dengan perusahaan sangat dekat sehingga cara mempromosikan, cara komplain, dan keramahan sangat mudah. Pada variabel keramahan sangat mudah karena besar kemungkinan masyarakat sekitar sudah mengetahui orang-orang yang terlibat dalam perusahaan tersebut sehingga pelanggan dan karyawan atau orang yang terlibat di perusahaan tersebut akan lebih akrab.
Sedang untuk variabel yang terakhir yaitu variabel pelayanan perusahaan harus berusaha meningkatkan pelayanan yang cepat dan tepat supaya pelanggan merasa puas.
Opportunity (Peluang). Meskipun pertumbuhan penduduk semakin meningkat bukan berarti akan memengaruhi peningkatan penjualan dari produk ikan teri nasi. Oleh sebab itu perusahaan berusaha atau memanfaatkan variabel tersebut agar hasil penjualan juga meningkat. Misalnya dalam harga produk harus disesuaikan dengan melihat kondisi masyarakat sekitar dan hanya mengambil keuntungan yang sedikit agar pelanggan bisa menjangkau harga penjualan tersebut.
Weakness (Kelemahan). Berdasarkan data yang ditunjukkan dalam Grafik Weakness/ Kelemahan pada Gambar 5, maka perusahaan
T h r e a t ( A n c a m a n ) . Pe r u s a h a a n h a r u s berusaha lebih keras lagi mengenalkan produk teri nasi sebab produk teri sejenis juga banyak di
Untuk variabel harga pembelian perusahaan harus memberikan target dengan melihat kondisi masyarakat di sekitar dan hanya mengambil keuntungan yang sedikit agar pelanggan bisa menjangkau harga tersebut.
218 | CoverAge, Vol. 1, No. 2, Maret 2011
Rachmad Hidayat , Issa Dyah Utami , & Sari Romadhani
pasaran. Perusahaan harus mampu menyadarkan masyarakat bahwa produk teri nasi lebih berkualitas dari produk lain yang sejenis ataupun produk yang sama dari luar daerah. Cara yang bisa dilakukan adalah mempromosikannya lebih memasyarakat lagi dengan ciri khas rasa yang lebih ditonjolkan. Perusahaan dapat lebih meningkatkan lagi ciri khas dari produk ikan teri nasi yang diproduksinya, agar produk tersebut banyak pelanggannya meskipun banyak produk yang sejenis dengan harga yang lebih murah. Penentuan Strategi Komunikasi Pemasaran. Dari hasil penelitian strategi komunikasi pemasaran produk teri nasi melalui analisis lingkungan dan pasar, diketahui bahwa untuk dapat memajukan IKM ikan teri nasi, hal yang harus dilakukan adalah mengatasi permasalahan dari segi bauran komunikasi pemasaran, dan merancang suatu strategi untuk meningkatkan semua aspek yang terdapat dalam pemasaran produk IKM ikan teri nasi. Hal ini ditujukan untuk memperkuat brand image dan meningkatkan serta memperluas cakupan pangsa pasar. Pada dasarnya strategi pemasaran merupakan bagian integral dari suatu strategi bisnis yang berfungsi memberikan arah bagi perusahaan dalam usaha mengaplikasikan beberapa fungsi dari
manajemen pemasaran khususnya yang menyangkut strategi pemilihan pasar, perencanaan produk, penetapan harga, penentuan saluran distribusi, dan pemilihan media promosi. Penentuan strategi pemasaran ini dapat dilakukan oleh perusahaan dalam pembuatan tiga macam jenis keputusan, yaitu: tentang konsumen yang akan dituju, kepuasan konsumen, dan penentuan kombinasi marketing mix yang tepat. Ketiga jenis keputusan ini sangat menentukan arah dan strategi pemasaran. Faktor lain yang perlu diperhatikan dalam penentuan strategi pemasaran adalah faktor lingkungan, pasar, persaingan, perilaku konsumen, ekonomi, serta faktor internal perusahaan. Berdasarkan Gambar 4 yaitu bahwa posisi produk perusahaan berada pada kuadran keempat, dalam hal ini perusahaan menghadapi kendala yang sangat besar berupa ancaman dari luar dan beberapa kendala atau kelemahan internal. Fokus strategi yang harus dilakukan pada perusahaan yaitu mengantisipasi masalah-masalah Faktor Eksternal (ancaman), meminimalkan kelemahan pada Faktor Internal, dan memperluas pangsa pasar sehingga dapat memanfaatkan peluang pasar secara lebih baik. Jika kondisi ini tidak diperhatikan dengan baik oleh perusahaan maka perusahaan akan menghadapi keadaan yang sulit dalam hal penjualan produk yang diproduksi.
Gambar 5. Variabel Bobot Kecil Indikator SWOT Sumber: Data Diolah.
Pengembangan Strategi Komunikasi Pemasaran Industri Kecil-Menengah (IKM) | 219
Tactic Phase Ada lima kategori taktik komunikasi yang dapat digunakan yaitu: (1) Pemasaran Langsung (Direct Marketing), (2) Promosi Penjualan (Sales Promotion), (3) Hubungan Masyarakat (Public Relations), (4) Penjualan Personal (Personal Selling), dan (5) Periklanan (Advertising). Pemasaran Langsung (Direct Marketing). Pada saat UKM ingin berhubungan langsung dengan konsumen tanpa melalui retailer, maka digunakanlah direct-response marketing, seperti: close-loop, interactive, database-driven messaging system yang menggunakan banyak jenis media untuk menciptakan respons behavioral. Direct marketing merupakan salah satu fungsi Komunikasi Pemasaran Terpadu (Integrated Marketing Communication – IMC) yang terdiri atas front-end dan back-end operations. Front-end menyusun harapan-harapan dari konsumen yang mencakup the offer (yakni segala sesuatu yang nyata maupun tidak dijanjikan oleh perusahaan guna mencapai perilaku konsumen yang diinginkan perusahaan, misal: penawaran harga khusus), the database (mendapatkan data konsumennya dan menggunakan data itu untuk penawaran selanjutnya) dan the response (memberikan respons yang baik terhadap konsumen, misal: dengan membuat toll-free-line untuk layanan konsumen) sedangkan back-end berusaha mempertemukan harapan konsumen dengan produk, mencakup fulfillment (yakni membuat produk atau informasi yang diminta oleh konsumen cocok, efektif, dan tepat waktu). P ro m o s i Pe n j u a l a n ( S a l e s P r o m o t i o n ) merupakan istilah singkat dari penawaran nilai tambah yang dirancang untuk menggerakkan dan mempercepat respons dari kosumen. Contoh dari nilai tambah itu sendiri adalah “kesempatan untuk memenangkan hadiah”, potongan harga (seperti diskon 20%, sale 50% off, dan sebagainya), produk ekstra (seperti “isi kemasan 30% lebih banyak”), sampel gratis dan hadiah tambahan (misalnya beli produk teri nasi dapat piring cantik dengan tulisan produk UKM teri nasi). Pada konsepnya, sales promotion digunakan untuk memotivasi kosumen agar melakukan aksi dengan membeli produk yang dipicu dengan adanya penawaran produk dalam jangka waktu terbatas. Hubungan Masyarakat (Public Relations PR). PR dalam konsepsi IMC melakukan pekerjaan yang sangat luas dan beragam, tidak hanya bertugas mengumpulkan opini publik saja, tetapi juga bertugas mengatur corporate brand dan
menjaga reputasinya. Sedangkan Marketing Public Relations (MPR) merupakan salah satu fungsi PR yang digunakan sebagai media tanpa bayar untuk menyampaikan brand information guna memengaruhi calon konsumen (customer). MPR sendiri lebih fokus kepada customer dan melengkapi strategi marketing yang lain dengan 4 cara: (1) meningkatkan kredibilitas brand message; (2) menyampaikan message sesuai targetnya berdasarkan aspek demografis, psikografis, etnik atau khalayak secara regional; (3) memengaruhi opinion leader atau trendsetter yang berpengaruh; (4) melibatkan customer dan stakeholder lainnya pada event spesial. Pe n j u a l a n Pe rs o n a l ( Pe r s o n a l S e l l i n g ) adalah komunikasi dua arah di mana seorang penjual menjelaskan fitur dari suatu brand untuk kepentingan pembeli. Dalam personal selling, dilibatkan komunikasi yang sifatnya tatap muka dan kegiatannya sekarang ini terfokus pada pemecahan masalah dan penciptaan nilai bagi customer (lebih dikenal sebagai partnership). Dimensi dari partnership ini adalah, seorang sales person harus memahami konsumennya dengan baik. Personal selling sendiri merupakan bagian dari direct marketing, namun perbedaan dasarnya adalah dalam personal selling, perusahaan yang dijembatani sales person berinteraksi secara tatap muka dengan customer. Periklanan (Advertising) merupakan suatu bentuk dari presentasi non-personal dan promosi dari suatu ide, barang atau jasa yang tidak gratis (berbayar) dan dilakukan oleh sponsor (perusahaan) yang teridentifikasi. Karakteristik dari iklan sendiri adalah bersifat non-personal, komunikasi satu arah, ada sponsor (khalayak yang peduli), dan bertujuan untuk mengubah sikap dan perilaku. Biasanya advertising itu dipakai ketika suatu perusahaan ingin mengubah customer dari unaware, menjadi aware terhadap suatu brand. Konsep ini makin dipahami dan dikembangkan. Tidak berhenti dengan meramu kegiatan-kegiatan komunikasi agar akhirnya memengaruhi persepsi khalayak. Lebih dari itu, IMC dikembangkan dengan melibatkan stake holder untuk ikut berperan atau memengaruhi pesan dan mendorong dialog. Jadi, IMC menggunakan seluruh kontak, berusaha menciptakan sinergi dan menjalin hubungan. Contoh yang mampu menggambarkan hal tersebut bisa kita lihat pada JTV, dengan talent artis terkenal. Mereka mengundang target untuk ikut memecahkan masalah rambutnya. “Kira-kira produk teri nasi yang mana, yang paling cocok untuk
220 | CoverAge, Vol. 1, No. 2, Maret 2011
artis tersebut?” Kemudian khalayak diundang untuk menjawab lewat SMS. Hal-hal seperti inilah yang memuat perusahaan dekat dengan konsumennya. Konsumen seakan-akan ikut merasakan sebagai pengambil keputusan. Dalam kenyataannya, hanya perusahaanperusahaan besarlah yang menerapkan IMC ini. Namun bukan berarti bahwa IMC tidak cocok diterapkan untuk usaha kecil menengah. Konsep ini pada dasarnya juga cocok untuk usaha kecil menengah. Karena IMC tidak otomatis berujung pada membengkaknya anggaran. Paling tidak sebagai sebuah konsep, IMC bisa dipakai oleh perusahaan berskala apapun. Bagaimana sebuah perusahaan memberi beban komunikasi kepada “semua” hal, termasuk yang diluar promosi. Kita perlu menggunakan paradigma baru, semua hal menyandang fungsi komunikasi. Memilih nama merek, logo, desain kemasan, memilih tempat usaha, membangun ruangan yang mencerminkan positioning kita, melatih frontliner, seragam mereka, menetapkan harga, semuanya punya bobot komunikasi. Semuanya memengaruhi brand image. Kelebihan lain dari IMC ini adalah cara atau strategi yang digunakan sudah tidak asing lagi dalam istilah pemasaran. Hanya saja, IMC menggabungkan ke lima strategi diatas secara terpadu untuk menguatkan pemasarannya. Hal inilah yang menyebabkan strategi ini disebut sebagai Komunikasi Pemasaran Teradu atau Integrated Marketing Comunication (IMC). Evaluative Research Phase Cara untuk mengevaluasi awareness objectives adalah dengan menghitung isi pesan yakni berapa orang yang terekspos oleh suatu media (jika ada media yang meliput events yang diselenggarakan pemerintah dalam mengembangkan UKM), seberapa mudah isi pesan dipahami dan berapa pesan yang diingat. Untuk mengukur jangkauan pesan adalah dengan mengumpulkan kliping atas publikasi media tentang UKM teri nasi. Selain itu untuk mengukur jumlah audience adalah dengan cara menghitung jumlah audience yang datang pada acara education gathering (seminar/workshop), pameran, dan sebagainya. Selain itu juga dapat menghitung jumlah telpon dan partisipan di website. Cara untuk mengukur acceptance objectives dapat juga dilakukan dengan cara menghitung jumlah telpon yang masuk, jumlah kunjungan konfirmasi, audience yang berpartisipasi dalam web dan berbagai
Rachmad Hidayat , Issa Dyah Utami , & Sari Romadhani
acara lainnya. Sedangkan untuk mengukur action objectives adalah dengan cara mengobservasi dan menghitung jumlah konsumen baru termasuk jumlah aplikasi balasan atas direct mail dan jumlah konsumen lama yang melakukan pembelian kembali. Setelah data terkumpul kemudian dianalisis dan dibandingkan dengan objectives yang hendak dicapai.
SIMPULAN
Hasil penelitian strategi komunikasi pemasaran produk teri nasi melalui analisis lingkungan dan pasar, diketahui bahwa untuk dapat memajukan IKM teri nasi, hal yang harus dilakukan adalah mengatasi permasalahan dari segi bauran komunikasi pemasaran, dan merancang suatu strategi untuk meningkatkan semua aspek yang terdapat dalam pemasaran produk IKM teri nasi. Hal ini ditujukan untuk memperkuat brand image dan meningkatkan serta memperluas cakupan pangsa pasar. Pada dasarnya strategi pemasaran merupakan bagian integral dari suatu strategi bisnis yang berfungsi memberikan arah bagi perusahaan dalam usaha mengaplikasikan beberapa fungsi dari manajemen pemasaran khususnya yang menyangkut strategi pemilihan pasar, perencanaan produk, penetapan harga, penentuan saluran distribusi dan pemilihan media promosi. Penentuan strategi pemasaran ini dapat dilakukan oleh perusahaan dalam pembuatan tiga macam jenis keputusan, yaitu: tentang konsumen yang akan dituju, kepuasan konsumen, dan penentuan kombinasi marketing mix yang tepat. Ketiga jenis keputusan ini sangat menentukan arah dan strategi pemasaran. Faktor lain yang perlu diperhatikan dalam penentuan strategi pemasaran adalah faktor lingkungan, pasar, persaingan, perilaku konsumen, ekonomi, serta faktor internal perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA Depperindag. (2002). Rencana induk pengembangan industri kecil menengah 2002-2004. Buku I kebijakan dan Strategi Umum Pengembangan Industri Kecil Menengah. Naskah tidak diterbitkan. Estaswara, H. (2008). Think IMC!: Efektifitas Komunikasi untuk Meningkatkan Loyalitas Merek dan Laba Perusahaan. Jakarta: Gramedia. Fred, R. D. (2004). Concept in Strategic Management (9th ed.). New Jersey: Prentice Hall College.
Pengembangan Strategi Komunikasi Pemasaran Industri Kecil-Menengah (IKM) | 221
George, K. (2006). AIDA and Dagmar – Model for an Advertising Agency. Patant Consultants International: Harness The Power of Article Marketing. Diakses 16 November 2008 dari http://www.patantconsultant.com/articlesvault/ article/AIDA and Dagmar-Model/244. Hariadi, B. (2003). Strategi Manajemen (Cetakan Pertama). Malang: Penerbit Bayu Media. Indra & Lestari, S. (2009, Agustus). Kajian efektivitas model promosi pemasaran produk Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Jurnal Pengkajian Koperasi dan UKM, (4):116-139. Kotler, P. (2005). Manajemen Pemasaran (edisi ke-11, terj.). Jakarta: PT Indeks Kelompok Gramedia. Kotler, P. & Armstrong, G. (2007). Marketing: An Introduction. The United States of America: Pearson Education, Inc.
Universitas – Studi Ekonomi Universitas Indonesia. Ruslan, R. (2003). Metode Penelitian Publik dan Komunikasi. Jakarta: PT Grafindo Persada. Saaty, T. L. (1998). Decision Making for Leader: The Analytic Hierarchy Process for Decision in a Complex world. New York: Mc.Graw-Hill. Schultz, D. E., Tannenbaum, S. I., & Lauterborn, R. F. (1993). Integrated Marketing Communications: Putting It Together and Making It Work. Illinois: NTC Publishing Group. Smith, D. R. (2005). Strategic Planning For Public Relations (2nd ed.). London: Lawrence Erlbaum Associates Publisher. Statistik Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Pamekasan. (2009). Sutisna (2001). Perilaku Konsumen dan Komunikasi Pemasaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Kotler, P., Bowen J., & Makens J. (2002). Pemasaran Perhotelan dan Kepariwisataan (edisi kedua, terj.). Jakarta: PT Prenhallindo.
Umar, H. (2002). Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama bekerja sama dengan Jakarta Business Research Center (JBRC).
Permadi, B. B. (2002). Analytic Hierarchy Process (AHP). Jakarta: PAU RK UI. Pusat Antar
Widjaja, T. A. (2004). Manajemen Strategik : Konsep dan Kasus (jilid 1). Jakarta: Harvarindo.