PAKET INFORMASI TERSELEKSI
PERPUSTAKAAN Seri: Perpustakaan Digital
S
alah satu alasan kenapa masih rendahnya jumlah dan mutu karya ilmiah Indonesia adalah karena kesulitan mendapatkan literatur ilmiah sebagai sumber informasi.Kesulitan mendapatkan literatur terjadi karena masih banyak pengguna informasi yang tidak tahu kemana harus mencari dan bagaimana cara mendapatkan literatur yang mereka butuhkan. Sebagai salah satu solusi dari permasalahan tersebut adalah diadakan layanan informasi berupa Paket Diseminasi Informasi Terseleksi (PDIT). Paket Diseminasi Informasi Terseleksi (PDIT) adalah salah satu layanan informasi ilmiah yang disediakan bagi peminat sesuai dengan kebutuhan informasi untuk semua bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dalam berbagai topik yang dikemas dalam bentuk kumpulan artikel dan menggunakan sumber informasi dari berbagai jurnal ilmiah Indonesia. Paket Diseminasi Informasi Terseleksi (PDIT) ini bertujuan untuk memudahkan dan mempercepat akses informasi sesuai dengan kebutuhan informasi para pengguna yang dapat digunakan untuk keperluan pendidikan, penelitian, pelaksanaan pemerintahan, bisnis, dan kepentingan masyarakat umum lainnya. Sumber-sumber informasi yang tercakup dalam Paket Diseminasi Informasi Terseleksi (PDIT) adalah sumber-sumber informasi ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan karena berasal dari artikel (full text) jurnal ilmiah Indonesia dilengkapi dengan cantuman bibliografi beserta abstrak.
DAFTAR ISI ANALISA DESAIN BERDASARKAN TEORI”THE ESSENTIAL OF DESIGN”KENDALL PADA SISTEM INFORMASI PERPUSTAKAAN DIGITAL STMIK PPKIA PRADNYA PARAMITA MALANG
Husni, Mochamad; Ihsan Dinamika Dotcom, Vol. 3, No. 1, 2012: 18-28
Abstract: Design user interface and data entry procedure STMIK Digital Library Information Systems PPKIA Pradnya Paramita Malang is still not meet the rule of making a good design so that the user interface and data entry procedure can not execute their respective functions resulting digital library is not able to function as sources of information and the science as well as journals or publications of scientific articles in digital format. The theory of “The Essential of Design” Kendall is a theory that contains the rules and principles in making a web design, including the user interface design which includes layout rules, standards and consistency of operation, limits the choice menu, using natural language and include guidelines on dialog design and data entry procedure which includes about coding or command on the button or link that is able to effectively bring users to the desired condition.
ANALISIS TECHNOLOGY ACCEPTANCE MODEL TERHADAP PERPUSTAKAAN DIGITAL DENGAN STRUCTURAL EQUATION MODELING
Imam Yuadi Palimpsest: Jurnal Ilmu Informasi Perpustakaan, No. 1, 2009: 65-81 Abstrak: -
Dan
i
Pilih/klik judul untuk melihat full text
DESAIN DAN STANDAR PERPUSTAKAAN DIGITAL
Susanto, Setyo Edy Jurnal Pustakawan Indonesia, Vol. 10, No. 2, 2010: 17-23 Abstrak: Perpustakaan digital adalah perpustakaan modern yang sudah menggunakan sistem otomasi dalamoperasionalnya serta mempunyai koleksi bahan pustaka sebagian besar dalam bentuk format digital yangdisimpan dalam arsitektur komputerisasi dan bisa diakses melalui komputer. Koleksi dari perpustakaan digitaladalah dokumen digital umumnya terdiri dari lima jenis yaitu teks, gambar, suara, gambar bergerak (video),dan grafik. Hal-hal yang mendasari perancangan perpustakaan digital diantaranya adalah Knowledge society,Knowledge management, Knowledge Creation, dan Knowledge Management System.Rancangan dasar dari perpustakaandigital meliputi dua bidang yaitu digitalisasi dokumen dan pembangunan basis data.Proses perancanganPerpustakaan Digital meliputi Struktur rancangan, konfigurasi six-ware (software, hardware, netware, dataware,brainware, environmentware), implementasi, dan evaluasi seluruh jaringan. Standarisasi Perpustakaan Digitalmeliputi sixware, koleksi digital, pengumpulan konten digital, proses scanning, inisial penamaan unit, isi file,tatanama file dan folder, keamanan koleksi digital, peminjaman koleksi digital, dan pertukaran data. Beberapamasalah dalam Perpustakaan Digital diantaranya ialah dalam digitalisasi dokumen dan masalah hak cipta.
DAFTAR ISI EFEKTIVITAS PENYEBARAN INFORMASI DI BIDANG PERTANIAN MELALUI PERPUSTAKAAN DIGITAL (KASUS PUSAT PERPUSTAKAAN DAN PENYEBARAN TEKNOLOGI PERTANIAN)
Maryam,S; Hubeis, M; Maksum Jurnal Komunikasi Pembangunan, Vol. 7, No. 1, 2009: 65-81 Abstract: The research was conducted to know and analyze the effectiveness of agricultural information dissemination throughdigital library. The characteristic, information accessibility and communication intensity of library user and thecorrelation of their variables was analyzed partially or simultaneously. The research location was performed atPusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian (PUSTAKA) Bogor, and conducted from March until June2008. This research was designed by using a survey method with correlation descriptive. Data collected byquestionnaire and the samples were taken by employing a non-probability sampling method with conveniencesampling, involving 82 respondents which consists the library user of university student. The analysis was done bydescriptive frequency and inferential analysis with Rank Spearman correlation by SPSS 16.0 for windows program.The result showed that the characteristic, information accessibility and communication intensity of library user bytogether didn’t show significantly correlation with the diffusion effectiveness of agricultural through digital library atPUSTAKA Bogor. It means the user come to the library to look for the information what they need, it doesn’t showcorrelation with the availability of facilities at PUSTAKA. However the correlation occurring between thecharacteristic of library user and information accessibilities was shown significantly. The diffusion of agriculturalthrough digital library at PUSTAKA Bogor has already run effectively. Therefore, it can be as a reference for thesame library to other libraries in Indonesia for developing the digital library. The digital library of PUSTAKA shouldpromote to the public with
publicity and advertisement, especially through television as the digital library beingcomplete and modern in agriculture sector.
IMPLEMENTASI KATALOG BERSAMA UNTUK DISTRIBUSI KOLEKSI FISIK DAN KOLEKSI DIGITAL PADA PERPUSTAKAAN BINAAN YAYASAN TRAMPIL
Sugiarto; Dewi, Lily Puspa Bintoro; Andy Febrico Jurnal Infra, Vol. 2, No. 2, 2014 Abstrak: Implementasi Sistem Informasi Perpustakaan untuk Mengelola Koleksi Fisik dan Koleksi Digital pada PerpustakaanBinaan Yayasan TRAMPIL. Yayasan TRAMPIL bergerak dalam bidang pendidikan yang membantu guru yang ingin melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi sehingga memenuhi standar kualitas guru berdasarkan aturan dari pemerintah.Yayasan TRAMPIL memberikan fasilitas perpustakaan bagi peserta yang mengikuti program pendidikan sehingga dapat meminjam buku yang ada.Perpustakaan yang masih tidak terkomputerisasi membuat yayasan ini kesulitan dalam mendistribusikan koleksi yang dimiliki.Berdasarkan kebutuhan yang dibutuhkan oleh yayasan tersebut maka sistem infomasi perpustakaan yang berbasis web diperlukan dalam membantu menyelesaikan permasalahan tersebut. Sistem ini digunakan untuk membantu Yayasan TRAMPIL untuk mengelola koleksi yang dimiliki sehingga koleksi-koleksi tersebut dapat dilihat oleh perpustakaan binaan lainnya.Hasil yang diberikan dengan penggunaan sistem ini adalah membantu dalam pengolahan koleksi yang dimiliki.Membuat pendistribusian koleksi menjadi lebih mudah terutama koleksi digital bagi perpustakaan lainnya.
DAFTAR ISI JARINGAN PERPUSTAKAAN DIGITAL IPTEK
Bambang Setiarso Jurnal Pustakawan Indonesia, Vol. 5, No. 1, 2005: 10-17 Abstrak: -
KETERSEDIAAN KOLEKSI DIGITAL UNDIP INSTITUTIONAL REPOSITORY DALAM MEMOTIVASI PEMUSTAKA MENYUSUN TESIS DI PERPUSTAKAAN PROGRAM STUDI MAGISTER LINGUISTIK UNIVERSITAS DIPONEGORO
JARINGAN PERPUSTAKAAN DIGITAL
Ahwan, Muh Ahlis; Murtiningsih, Tri Wahyu Hari; Rohmiyati, Yuli Jurnal Ilmu Perpustakaan, Vol. 1, No. 1, 2012: 1-10
Abstrak: Tulisan ini menjelaskan upaya membangun jaringan perpustakaan menggunakan sumberdaya yang ada.Software database perpustakaan yang murah seperti CDS/ISIS dari UNESCO (http://www. unesco.org) digunakan dan dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan perpustakaan khususnya di Indonesia. Software FreeWAIS (dapat diambil dari http;//www.lib.itb.ac.id/isis/resources. html) digunakan untuk menampilkan database dalam format CDS/ISIS tersebut ke dalam sebuah search engine CDS/ISIS di Indonesia dan sudah diintegrasikan dalam jaringan perpustakaan ini ada empat (4) buah yaitu di ITB, PDII LIPI, Universitas Muhammadiyah Malang, dan Universitas Lampung. Perpustakaan lain yang tidak memiliki server sendiri, bisa memanfaatkan fasilitas Free Hosting di server ITB. Beberapa perpustakaan telah memanfaatkannya antara lain: IPB, UNILA, UKM, BKKBN, dan lainnya. Untuk mengakomodiasi diskusi diantara pustakawan Indonesia bisa menggunakan mailinglist misalnya pustakawan @itb.ac.id.Sedangkan mailing list untuk diskusi antara pustakawan Indonesia dan Internasional bisa melalui library.network@ itb.ac.id.Saat ini, kita sedang mengupayakan hubungan antara jaringan perpustakaan di Kanada dengan Indonesia.
Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana kelengkapan, kemutakhiran, kesesuaian, fasilitas yang disediakan, serta kemudahan akses koleksi Undip Institutional Repository terhadap motivasi mahasiswa dalam menyusun tesis.Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan jenis studi kasus. Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah observasi partisipan dan wawancara semi terstruktur dengan memilih 5 informan yang memenuhi kriteria yang telah ditentukan untuk memperoleh sumber data utama dan data lain yang selanjutnya dilakukan trianggulasi. Analisis data yang dilakukan adalah reduksi data, penyajian data, menarik kesimpulan dan memverifikasi. Hasil dari penelitian ini adalah ketersediaan koleksi digital Undip Institutional Repository tidak dapat memotivasi mahasiswa menyusun tesis sejauh ketersediaan jumlah, keterbaruan, kesesuaian, dan fasilitas untuk mengakses koleksi digital Undip Institutional Repository di Perpustakaan Program Studi Magister Linguistik Universitas Diponegoro, namun bidang ilmu yang sesuai dengan penyusunan tesis, tata cara penulisan yang memberikan panduan penulisan tesis, sebagian isi koleksi yang memberikan referensi dalam menyusun tesis, serta adanya jaringan internet yang membantu mengakses koleksi digital Undip Institutional Repository dengan cepat cukup memotivasi mahasiswa dalam menyusun tesis.
Fahmi, Ismail Jurnal Pustakawan Indonesia, Vol. 2, No. 2, 1999: 38-48
DAFTAR ISI MEMBANGUN PERPUSTAKAAN DIGITAL PADA INSTITUSI PESANTREN
Safrudin Aziz Visipustaka: Buletin Jaringan Informasi Antar Perpustakaan, Vol. 14, No. 2, 2012: 5-14 Abstrak: -
MODEL I-CASE UNTUK PENGEMBANGAN REKAYASA PERANGKAT LUNAK PERPUSTAKAAN DIGITAL BERBASIS OPEN SOURCE
Yuniarthe, Yodhi Semantik, Vol. 1, No. 1, 2011: 1-6
Abstrak: Sebagai bagian akhir dari proses rekayasa perangkat lunak, I-CASE (Integrated Computer Aided Software Engineering) memegang peran penting dalam membentuk peralatan sistem yang menentukan kualitas perangkat lunak. Makalah ini menguraikan tentang suatu kajian secara konseptual mengenai model I-CASE yang didalmnya terdapat sub komponen yang berinteraksi dalam membangun peralatan proses (process tools) dalam CASE sehingga dapat disesuaikan dengan prinsip-prinsip dalam perangkat lunak. Studi kasus dalam penelitian ini adalah pada aplikasi perangkat lunak berbasis open source bagiperpustakaan di lingkungan perguruan tinggi (PT) telah mengantarkan pada kesuksesan secara teknis dimana program aplikasinya memiliki kompetensi untuk dikembangkan sehingga layak untuk dilakukan penelitian lebih lanjut. Perpustakaan digital (digital library) merupakan produk dari perpustakaanterbarukan saat ini. Masalah saat ini pada perpustakaan PT adalah pada sentralisasi dimana fasilitas perpustakaan membutuhkan integrasi data yang terkoordinasi agar pemustaka dapat mengakses sumber referensi yang memuaskan.Oleh karena itu, Penelitian ini memfokuskan bagaimana menyiapkan model ICASE dalam rangka mengantisipasi kebutuhan perangkat lunak bagi perpustakaan digital
tersebut. Metodologi penelitian yang digunakan adalah studi literatur yang komprehensif mengenai model arsitektural saat ini dan teknik pembaganan sistem yang menguraikan dokumentasi interface pemakai dengan kebutuhan sistem yang akan dibangun. Perkembangan open source yang begitu pesatmenyebabkan kemudahan perancangan aplikasi, tetapi dapat menimbulkan perancangan yang semaunya karena sifat open source yang source codenya gratis (free). Hasil pembahasan diharapkan dapat memberikan masukan kepada para pengembang hususnya programmer menyiapkan rancangan program perangkat lunak berbasis open source dengan model I-CASE yang mendukung aplikasi pemakai dengan beragam pilihan sehingga mendukung otomasi perpustakaan.
PEMANFAATAN ALIH MEDIA UNTUK PENGEMBANGAN PERPUSTAKAAN DIGITAL
Sri Hartinah Visipustaka: Buletin Jaringan Informasi Antar Perpustakaan, Vol. 11, No. 3, 2009: 13-18 Abstrak: -
DAFTAR ISI PEMANFAATAN PERPUSTAKAAN DIGITAL DALAM MENDUKUNG PROSES BELAJAR MENGAJAR
Batu Bara, Abdul Karim Iqra’: Jurnal Perpustakaan dan Informasi, Vol. 7, No. 2, 2013: 61-71 Abstract: The digital library is designed as a system to manage the collection of information in digital form as well as providing services to access the collection. The digital library has been utilized as a resource that can store a collection of institutions. Nowadays digital library gateway in storage and dissemination of information.Until now, the digital library has been used as a tool to support the learning process, especially in the provision of learning materials. Digital libraries needed by learners, especially at the stage of learning resources search.
PENERAPAN DIGITALISASI UNTUK PERPUSTAKAAN
Azizah, ST., Lailan Iqra’: Jurnal Perpustakaan dan Informasi, Vol. 6, No. 2, 2012: 59-64 Abstract: Library system using digitization is needed at this time. In order to prepare the documents printed materials to electronic (computer file). Digitization process is not too complicated and can be done by beginners who want to optimize the results of digitization.Many application programs for the process both DOS based Windows and LINUX.
PENGARUH KARKTERISTIK INTERFACE TERHADAP PENGGUNAAN SISTEM INFORMASI PERPUSTAKAAN DIGITAL (STUDI PADA PENGGUNA (MAHASISWA) PERPUSTAKAAN DIGITAL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG)
Zuhroh Jurnal Administrasi Bisnis, Vol. 11, No. 1, 2014: 1-9 Abstrak: Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh karakteristik interface terhadap penggunaan sistem informasi perpustakaan digital. Karakteristik interface diukur dengan tiga variabel, yaitu terminologi, desain layar, dan navigasi. Penggunaan sistem informasi diukur dengan dua variabel, yaitu persepsi kemudahan dan persepsi kemanfaatan.Analisis yang digunakan adalah analisis path dengan jenis penelitian ekspanatori. Data dikumpulkan dari Universitas Brawijaya melalui kuesioner.Responden berjumlah 59.Hasil penelitian menunjukkan terminologi, desain layar, dan navigasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap persepsi kemudahan.Terminologi, desain layar, persepsi kemudahan berpengaruh signifikan terhadap persepsi kemanfaatan, sedangkan navigasi berpengaruh tidak signifikan terhadap persepsi kemanfaatan. Desain layar menjadi variabel yang paling dominan diantara variabel eksogen yang lain.
DAFTAR ISI PENGEMBANGAN PERPUSTAKAAN DIGITAL UNIVERSITAS RIAU DENGAN PROGRAM LIBRARY MANAGEMENT SYSTEM (SLIMS)
Astuti, Yuli Jurnal Gema Pustakawan, Vol. 1, No. 1, 2013: 36-42 Abstract: Along with the times, as well as an abundance of information obtained, so the information available at this time may not be accommodated in the library or documentation center and any information. Technological developments especially in the field of electronics and telecommunications are in line with the growth of information having helped solve this problem. Developments in technology have given rise to a new form library, the digital library. The development of digital libraries in Indonesia is encouraging, although it is still in the testing phase and development. In order to develop a digital library, a lot of software can be used, for example Winisis, GDLS, GSDLS and others. But at Riau University library program is selected for the program applied Senayan Library Management System (Slims). SliMS is a work of the nation. Its applications built using PHP language program and MYSQL database with the Git version control. 2009 Slims got the first level in the event INAICTA 2009 for open source. Currently SliMS has been used extensively by various libraries, both in Indonesia and abroad.
PENGUJIAN COGNITIVE WALKTHROUGH ANTARMUKA PERPUSTAKAAN DIGITAL (E-LIBRARY) PUSAT DOKUMENTASI DAN INFORMASI ILMIAH LIPI (PDII-LIPI)
Maryati, Ira; Ardiansyah, Firman; Kusuma, Wisnu Ananta BACA: Jurnal Dokumentasi, Informasi dan Perpustakaan, Vol.35, No. 1, 2014: 25-40 Abstrak: Desain antarmuka berperan penting terhadap
kesuksesan penggunaan aplikasi perpustakaan digital.Pengembanganlayanan perpustakaan digital yang dilakukan oleh Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah Lembaga IlmuPengetahuan Indonesia (PDII-LIPI) sampai saat ini belum dievaluasi.Penelitian ini menganalisis desain antarmukaweb perpustakaan digital Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (PDII-LIPI)menggunakan metode cognitive walkthrough (CW).Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaranmengenai permasalahan-permasalahan usability yang dihadapi pengguna ketika berinteraksi dengan antarmukaweb perpustakaan digital PDII-LIPI. Objek penelitian ini adalah tiga menu pada antarmuka web perpustakaan digitalPDII-LIPI yaitu Karya Ilmiah Indonesia, Buku Elektronik, danJurnal Indonesia (ISJD).Parameter pengujianCW antarmuka perpustakaan digital PDII-LIPI terdiri dari keberhasilan penyelesaian tugas, dan efektivitas pelaksanaantugas. Hasil pengujian menunjukkan bahwa seluruh responden berhasil menyelesaikan tugas dengan waktu yangmelampaui waktu standar yang ditetapkan.Analisis yang dilakukan terhadap seluruh hasil pengujian menunjukkanbahwa kendala yang dihadapi pengguna pada umumnya yaitu menemukan menu E-Library, menentukan menupencarian yang digunakan, dan melakukan pencarian judul artikel yang diinginkan.
PENINGKATAN MANFAAT KOLEKSI PERPUSTAKAAN MELALUI PERPUSTAKAAN DIGITAL
Arif Rifai Dwiyanto Jurnal Pustakawan Indonesia, Vol. 4, No. 2, 2004: 7-10 Abstrak: -
DAFTAR ISI PERANCANGAN ARSITEKTUR PERPUSTAKAAN DIGITAL UPH DAN RELEVANSI DSPACE SEBAGAI SOLUSI PENGELOLAAN DAN PENYEBARAN GREY LITERATURE
Janti G. Sudjana;Firman Ardiansyah;Hendryanto Djohan Jurnal Pustakawan Indonesia, Vol. 10, No. 2, 2010: 1-10 Abstract: Grey literature is one of library material types which can be accessed restrictedly by the patrons. The paradox is that grey literature contains very important information to support research and study. Therefore by building a digital library it is assumed both security and accessibility of users to the grey literature content will be accomodated. Designing a digital library as an institutional repository for UPH by using the Zachman Framework will take a very important role in defining the technical and normative features of an ideal digital library. In addition to, the exploration and modification of DSpace by using Software Evolution method will also define the technical and normative features of DSpace performance. The result of these will be compared to one another by using a simple relevancy test procedure. The result are 90,625 0; of relevancy degree on technical features and 95,7 % of relevancy degree on normative features. According to the result, it can be claimed that a high relevancy degree is found between the pre made architectural system of digital library and the post-modification of DSpace program.
PERKEMBANGAN TEKNOLOGI INFORMASI PERPUSTAKAAN MENGGUNAKAN DIGITAL LIBRARY SYSTEM DAN KAITANNYA DENGAN KONSEP LIBRARY 3.O
Vivid Rizqy Manurung Iqra’: Jurnal Perpustakaan dan Informasi, Vol. 8, No. 2, 2014: 148-165 Abstract: Digital library systems has been able to meet the development needs of society in terms of library service in institution. Digital library system contributes the development of digital resources that can be accessed via the internet. Library management system contributed to the development of automation, membership data processing, circulation and cataloguing. In this journal develop digital library systems and library management systems by integrating these two systems architecture. Integration architectures implemented by inserting component library management system into the digital library system architecture. Library 3.O application technology required for these components, in order to be integrated with the digital library components. The system has the advantage of this development application of borrowing, membership, and cataloguing to sharable over the internet, so, the application can be used together. Information can be delivered between library catalogues, without leaving the digital library function in the utilization of shared digital resources derived from uploading by each librarian.
DAFTAR ISI PERPUSTAKAAN DIGITAL DAN PENELITIAN MULTI-DISIPLIN
PERPUSTAKAAN DIGITAL: KESINAMBUNGAN DAN DINAMIKA
Uun Bisri TMB: Publikasi Teknologi Mineral Dan Batubara, Vol. 3, No. 1, 2009: 12-18
Pendit, Putu Laxman Jurnal Pustakawan Indonesia, Vol. 10, No. 1, 2010: 59-61
Abstrak: Perpustakaan digital dan Web berperan penting dalam mendukung mekanisme pencarian data dan informasi yang sangat kompleks dari para peneliti. Dengan memahami budaya dan sejarah serta filosofi sains, akan memungkinkan seseorang untuk mengubah standar tinjauan literatur disesuaikan dengan perubahan-perubahan dalam kandungan artikel untuk menggambarkan dasar teori yang lebih luas. Dengan demikian, para peneliti perlu membiasakan untuk membaca dan mengevaluasi bahan bacaan dengan cakupan subyek yang lebih luas.Basis yang meluas dapat memberikan dampak yang berbeda pada subyek yang bersifat ilmiah dan non-ilmiah.
Abstrak: Banyak kasus yang menunjukkan bahwa perpustakaan digital seolah-olah bukan urusan pustakawan, tetapi urusan ahli komputer.Padahal jika dilihat dari istilah “Perpustakaan Digital” maka pengertian istilah tersebut adalah “Perpustakaan”. Perpustakaan ini merupakan jawaban dari sebuah pertanyaan “apakah sebetulnya perpustakaan digital tersebut?”.Katadigital yang mengikuti kata perpustakaan merupakan kata yang menerangkan bahwa bentuk Perpustakaan tersebut adalah Digital. Bukan perpustakaan yang lain.
PERPUSTAKAAN DIGITAL: PARADIGMA, KONSEP, DAN TEKNOLOGI INFORMASI YANG DIGUNAKAN
Imam Yuadi Masyarakat Kebudayaan dan Politik, Tahun 19, No. 4, 2006: 29-47 Abstrak: -
DAFTAR ISI PERSEPSI PEMUSTAKA TERHADAP KOLEKSI DIGITAL TALKING BOOK DI PERPUSTAKAAN DIGITAL PERTUNI DPD JATENG
Asriana, Putri Aziza;Ati, Sri Jurnal Ilmu Perpustakaan, Vol. 1, No. 1,2012: 1-10 Abstrak: Skripsi ini berjudulPersepsi Pemustaka terhadap Koleksi Digital Talking Book di Perpustakaan Digital, Pertuni DPD Jateng. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi pemustaka terhadap koleksi Digital Talking Book di Perpustakaan Digital Pertuni DPD Jateng sekaligus untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan pemustaka tidak memanfaatkan koleksi Digital Talking Book secara maksimal.Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif.Subyek penelitian ini adalah pemustaka Perpustakaan Digital Pertuni DPD Jateng.Sedangkan obyek penelitian adalah koleksi Digital Talking Book di Perpustakaan Digital Pertuni. Dengan pemilihan secara purposive sampling, diperoleh 5 orang informan pemustaka tunanetra dan 1 informan pendukung yaitu pustakawan Perpustakaan Digital Pertuni, metode pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi, dan studi literatur.Hasil dari penelitian ini yaitu persepsi pemustaka terhadap koleksi Digital Talking Book cenderung negatif sehingga mempengaruhi sikap pemustaka terhadap pemanfaatan koleksi tersebut.Menurut persepsi pemustaka, penelusuran informasi menggunakan Digital Talking Book tidak membuat mereka nyaman karena beberapa kendala dalam teknis penggunaan. Mereka lebih senang menggunakan alat bantu berupa software JAWS Screen Reader, karena itu mereka lebih memilih menelusur informasi melalui internet. Kurang lengkapnya jumlah koleksi dari segi subyek ditambah belum adanya katalog juga membuat pemustaka kesulitan memperoleh koleksi yang mereka butuhkan.Saran penulis untuk Perpustakaan Digital Pertuni DPD Jateng adalah sebaiknya pihak Perpustakaan memperbanyak judul untuk setiap jenis subyek koleksi supaya kebutuhan
pemustaka dapat terpenuhi secara maksimal. Juga diadakannya katalog untuk mempermudah pemustaka mengetahui koleksi Digital Talking Book yang tersedia di perpustakaan.
POTENSI PERPUSTAKAAN DIGITAL DALAM PENGEMBANGAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH
Johanes Eka Priyatma Info Persadha, Vol. 10, No. 2, 2012: 80-88 Abstrak: -
REKONSTRUKSI PERAN PUSTAKAWAN INDONESIA: PERSIAPAN MENGHADAPI ERA PERPUSTAKAAN DIGITAL
Salmubi Media Pustakawan: Media Komunikasi Antar Pustakawan, Vol. 18, No. 3-4, 2011: 32-37 Abstrak: -
STRATEGI PERENCANAAN PERPUSTAKAAN DIGITAL DALAM KONTEK MANAJEMEN
Elva Rahmah Jurnal Kepustakawanan Dan Masyarakat Membaca, Vol. 27, No. 2, 2011: 1-22 Abstrak: -
TANTANGAN DALAM PROYEK PERPUSTAKAAN DIGITAL: SEBUAH TINJAUAN KASUS GOOGLE DAN PERBANDINGANNYA DI INDONESIA
Noerrachman Saleh Jurnal Pustakawan Indonesia, Vol. 5, No. 2, 2005: 1-5 Abstrak: -
ANALISA DESAIN BERDASARKAN TEORI “THE ESSENTIAL OF DESIGN” KENDALL PADA SISTEM INFORMASI PERPUSTAKAAN DIGITAL STMIK PPKIA PRADNYA PARAMITA MALANG Mochamad Husni, Sa’atul Ihsan Program Studi Sistem Informasi STMIK PPKIA Pradnya Paramita Malang Email :
[email protected]
ABSTRACT Design user interface and data entry procedure STMIK Digital Library Information Systems PPKIA Pradnya Paramita Malang is still not meet the rule of making a good design so that the user interface and data entry procedure can not execute their respective functions resulting digital library is not able to function as sources of information and the science as well as journals or publications of scientific articles in digital format. The theory of "The Essential of Design" Kendall is a theory that contains the rules and principles in making a web design, including the user interface design which includes layout rules, standards and consistency of operation, limits the choice menu, using natural language and include guidelines on dialog design and data entry procedure which includes about coding or command on the button or link that is able to effectively bring users to the desired condition. Key words: Kendall, "The Essential of Design", the data entry procedure, user interface, web design, digital libraries.
media informasi global terutama bagi institusi
PENDAHULUAN E-Learning, e-Education dan e-Library
pendidikan. Penggunaan kaidah atau aturan
merupakan satu kesatuan utuh yang harus
tersebut terlihat dari kesesuaian antara hal
dimiliki oleh sebuah lembaga ataupun institusi
pokok atau unsur pembentuk desain yang dapat
pendidikan baik yang bergerak di bidang
menjalankan fungsinya masing-masing dengan
teknologi dan informasi maupun yang bergerak
baik dan benar, artinya hal pokok atau unsur
di bidang lain. Konsep e-Learning dan e-
pembentuk desain dalam desain perpustakaan
Education
dapat
diwujudkan
dalam
satu
digital
bisa
mewakili
tujuan
yang
ingin
kemasan yang utuh dan berbobot melaui e-
disampaikan dari institusi pendidikan selaku
Library atau yang dewasa ini biasa kita sebut
pemilik perpustakaan digital serta memudahkan
dengan “Perpustakaan Digital”. Perpustakaan
pengunjung untuk memahami informasi yang
digital sebagai media penyampai informasi harus
terdapat dalam perpustakaan digital. Hal pokok
dibuat dengan desain yang menarik dan tetap
atau unsur pembentuk desain seperti yang
memenuhi kaidah atau aturan pembuatan sebuah
terdapat dalam teori “The Essential of Design”
desain. Sebuah perpustakaan digital yang dibuat
Kendall dibedakan menjadi lima hal pokok atau
dengan tidak memperhatikan kaidah-kaidah
unsur meliputi desain output, desain input,
pembuatan sebuah desain akan mengurangi
desain database, desain user interface dan
fungsi utamanya dalam mencapai tujuan sebagai
desain akurasi data entry procedure yang
Jurnal Dinamika Dotcom Vol 3. No. 1 18
memiliki aturan tersendiri dan berbeda pada
desain yang tidak sesuai dengan teori “The
masing-masing desain, dimana kelima unsur
Essential Of Design” Kendall berdasarkan hasil
tersebut dapat dijadikan acuan untuk analisa dan
pengamatan dan pencocokan model
desain perpustakaan digital yang memenuhi
melalui
aturan atau kaidah pembuatan desain dalam
informasi dan teori yang diperoleh dari jurnal
sebuah web.
dan
Dalam penelitian ini diangkat sebuah
studi
kepustakaan
penelitian
yang
untuk
pernah
serta
mencari dilakukan
sebelumnya oleh orang lain, dari buku dan
:
artikel atau dengan membuka situs-situs resmi
Bagaimana menganalisis dan mendesain Sistem
dan terpercaya yang menunjang penyelesaian
Informasi Perpustakaan Digital STMIK PPKIA
penelitian.
rumusan
permasalahan
sebagai
berikut
Pradnya Paramita Malang sesuai dengan teori KAJIAN TEORI
“The Essential of Design” Kendall ? Sedangkan tujuan yang ingin dicapai
Landasan teori berisi dasar teori dan
dalam penelitian ini adalah untuk menganalisa
teori-teori yang dijadikan acuan atau pedoman
dan mendesain “Sistem Informasi Perpustakaan
yang
Digital
dilakukan.
STMIK
PPKIA
Pradnya
Paramita
berkaitan
dengan
penelitian
yang
Malang” meliputi analisa user interface dan data entry procedure yang mengacu kepada teori
Dasar Teori
“The Essential Of Design” Kendall untuk
Dasar teori berisi tentang penelitian
mengetahui bagian-bagian dari perpustakaan
yang pernah dilakukan sebelumnya dengan
digital yang tidak maupun belum memenuhi
mengunakan
aturan atau kaidah pembuatan desain sebuah
memecahkan masalah yang berbeda yang
web.
berguna Untuk mendukung rumusan dan tujuan
metode
sebagai
yang
dasar
sama
penelitian
untuk yang
dilakukan, seperti berikut : Suyanto (2010), dalam artikel yang
dari penelitian ini digunakan metode penelitian dengan melakukan pengumpulan data melalui
berjudul
pengamatan desain user interface dan data entry
menjelaskan tentang prinsip-prinsip dan dasar-
procedure perpustakaan digital STMIK PPKIA
dasar
Pradnya Paramita Malang untuk menentukan
membuat desain web khususnya desain user
kebutuhan
interface agar sebuah desain user interface web
analisa
dan
kriteria
analisa
“Desain
bagi
Web
seorang
Site
analis
e-Leraning”, sistem
dalam
berdasarkan teori “The Essential of Design”
memenuhi
aturan atau kaidah pembuatan
Kendall, pencocokan model yaitu kesesuaian
sebuah desain. Prinsip dan dasar desain web
desain user interface dan data entry procedure
yang dimaksud adalah bagaimana membuat
perpustakaan digital STMIK PPKIA Pradnya
sebuah web dengan desain user interface
Paramita Malang terhadap teori “The Essential
dengan kualitas dan karakteristik yang baik dan
of Design” Kendall, membuat desain revisi untuk
efektif, sehingga mudah dibaca dan cepat
Jurnal Dinamika Dotcom Vol 3. No. 1 19
dimengerti
oleh
memperhatikan
pengguna
keseimbangan
dengan
simetris
Question And Answer Interface
dan
Question
and
answer
interface
menunjukkan adanya interaksi antara pengguna
asimetris untuk tata letak.
dengan sistem melalui sebuah pertanyaan yang ditampilkan pada layar. Untuk berinteraksi,
The Essential Of Design The Essential Of Design dalam sebuah
pengguna memasukkan jawaban (melalui stroke
buku yang ditulis oleh Kendall (2005) yang
keyboard atau klik mouse) dan kemudian
berjudul System Analys and Design tidak
komputer memproses sebuah pertanyaan yang
menjelaskan makna dari The Essential Of Design
dimaksudkan dan wizards yang digunakan
itu sendiri, namun bisa dirumuskan bahwa The
untuk menginstal perangkat lunak adalah contoh
Essential Of Design membahas 5 hal pokok
umum dari question and answer interface
dalam mendesain sebuah program yang baik dan
(Kendall, 2005:498).
benar yaitu desain output, desain input, desain database, desain user interface, desain data
Menu Sebuah menu pada user interface
entry procedure.
layaknya sebuah daftar makanan yang ada di rumah makan, pengguna hanya bisa memesan
User Interface User interface memiliki dua komponen
yang tersedia dalam daftar dan terbatas pada
utama dalam usaha pencapaian tujuan utamanya
pilihan yang ditampilkan. Demikian pula user
yaitu presentation language yang menjadikan
interface menu yang menyediakan daftar pilihan
komputer dengan manusia merupakan bagian
bagi pengguna pada layar dan tidak bisa
dari
yang
menggunakan menu yang tidak tersedia. Untuk
menjadikan ciri manusia sebagai bagian dari
memanfaatkan menu terbaik pengguna harus
komputer.
tahu mana yang harus mereka pilih untuk
transaksi
dan
action
language
digunakan melalui daftar menu yang sudah ada. Natural Languange Interface Natural language atau bahasa alami
Form Input Interface Form input interface terdiri dari bentuk
adalah sebuah bahasa yang digunakan dan dapat memandu pengguna yang belum berpengalaman
layar
untuk berinteraksi dengan komputer dalam
menampilkan pilihan item berisi kolom data
bahasa sehari-hari. Natural language dapat
atau parameter yang perlu informasikan kepada
membantu pengguna yang belum berpengalaman
pengguna.
dalam
mengarahkan pengguna akan apa yang harus
memahami
keinginan
(Kendall, 2005:498).
antarmuka
atau
bentuk
Form
berbasis
yang
web
ditampilkan
yang
harus
dimasukkan dengan cara yang mudah, sehingga pengguna
mengetahui
dimana
harus
Jurnal Dinamika Dotcom Vol 3. No. 1 20
memasukkan sesuatu secara benar (Kendall,
Komputer memahami apa yang pengguna
2005:501).
inputkan dan penggunapun memahami apa yang disajikan dan diminta komputer 2. Minimalisir Aksi Pengguna (Minimal User
Command Language Interface Command
language
interface
memungkinkan pengguna untuk mengontrol aplikasi dengan serangkaian penekanan tombol, perintah, frase, atau beberapa rangkaian dari
Action) 3. Standar Operasi dan Konsistensi (Standard Operation and Concistency) Sistem harus menyajikan informasi
tidak
secara jelas kepada pengguna, yang berarti
memiliki makna yang melekat bagi pengguna
memiliki topik yang tepat untuk setiap tampilan,
karena
meminimalkan
ketiga
metode.
Command
command
language
merupakan
line
bahasa
penggunaan
singkatan,
dan
penerjemah antara manusia dan komputer,
memberikan umpan balik yang jelas kepada
dengan
pengguna.
kata
lain
command
language
memanipulasi komputer sebagai alat dengan pengguna sebagai pengontrol dialog. Command
User Feedback
banyak
Semua sistem memerlukan umpan balik
pengguna
untuk memantau perubahan perilaku, umpan
memberikan perintah ke komputer menggunakan
balik biasanya membandingkan perilaku saat ini
command language maka perintah tersebut akan
dengan tujuan yang telah ditentukan dan
dijalankan oleh sistem dengan segera dan dengan
memberikan
seketika pula pengguna dapat melanjutkan untuk
menggambarkan kesenjangan antara kinerja
memberikan perintah lain (Kendall, 2005:502).
aktual yang dimaksudkan (Kendall, 2005:510).
Pedoman Desain Dialog
Data Entry Procedure
line
memberikan
fleksibilitas
pengguna
dan
kontrol,
lebih
ketika
kembali
informasi
yang
antara
Memastikan data berhasil dimasukkan
yang
ke dalam sistem dengan akurat adalah hal
dirancang dengan baik memberikan kemudahan
terpenting dalam membangun sebuah sistem
yang lebih bagi pengguna untuk menggunakan
informasi. Kualitas akurasi data yang telah
komputer. Agar dapat berkomunikasi dengan
dimasukkan kedalam sistem akan menentukan
baik dialog harus dibuat dengan memenuhi
kualitas dari ouput sebuah sistem informasi itu
syarat yang telah ditetapkan seperti yang
sendiri (Kendall, 2005:543).
Dialog komputer
adalah
dengan
komunikasi
pengguna.
Dialog
dikemukakan oleh Kendall sebagai berikut : 1. Komunikasi
yang
berarti
(Meaningful
Communication)
Effective Coding Salah
satu
cara
agar
data
yang
dimasukkan menjadi lebih akurat dan efisien adalah dengan memiliki pengetahuan tentang Jurnal Dinamika Dotcom Vol 3. No. 1 21
berbagai kode. Pengkodean membantu analis
merupakan cara singkat menggambarkan orang,
sistem dalam mencapai tujuan efisiensi, karena
tempat,
proses memasukkan data yang awalnya ambigu
2005:545).
tinggal,
atau
peristiwa
(Kendall,
atau rumit menjadi pendek sehingga waktu yang dibutuhkan
menjadi
lebih
pendek
pula.
Concealing Information Kode
Pengkodean juga dapat membantu dalam
dapat
digunakan
untuk
penyortiran data yang tepat pada titik yang
menyembunyikan atau menyamarkan informasi
terakhir dalam proses transformasi data, selain
yang kita tidak ingin orang lain tahu.
itu data yang dikodekan dapat menghemat memori dan media penyimpanan. Singkatnya,
Revealing Information
pengkodean adalah cara yang fasih tetapi singkat
Pengungkapan kode
informasi
terkadang
melalui
dalam menangkap data. Tipe kode tertentu
sebuah
dibutuhkan
oleh
memungkinkan kita untuk memperlakukan data
seseorang untuk mengetahui apa saja yang
dalam suatu cara tertentu pula, selain dapat
disimpan dalam kode tersebut.
memberikan akurasi dan efisiensi, pengkodean harus memiliki tujuan. Tujuan pengkodean dalam teori The Essential of Design oleh Kendall telah
ditetapkan
yaitu
keeping
track
of
Usability Suyanto (2006) dalam artikel yang berjudul
“Desain
Web
Site
e-Leraning”
something, classifying information, concealing
menjelaskan bahwa usability adalah sebagai
information, revealing information, requesting
suatu pengalaman pengguna dalam berinteraksi
appropriate action.
dengan aplikasi atau situs web sampai pengguna dapat mengoperasikannya dengan mudah dan cepat, dan merupakan salah satu hal penting
Keeping Track Of Something lebih
yang harus diperhatikan oleh seorang analis
hal
sistem dalam membuat desain user interface
pencarian mengenai isi dari sebuah sistem yang
pada sebuah web. Web site harus memenuhi
ditampung dalam database, sedangkan sistem itu
lima syarat untuk mencapai tingkat usability
sendiri berfungsi sebagai antarmuka pencari dari
yang ideal yaitu Mudah untuk dipelajari, efisien
pengguna terhadap sistem (Kendall, 2005:545).
dalam penggunaan, mudah untuk diingat,
Keeping mengarah
track
kepada
of
something
pendekatan
dalam
tingkat kesalahan rendah, kepuasan pengguna. Classifying Information Klasifikasi membedakan
satu
kode
digunakan
kelompok
data
untuk dengan
Standarisasi Warna Konsistensi penggunaan
lain. Kode untuk pengklasifikasian dapat terdiri
penempatan dan proporsi warna yang tepat
dari
merupakan elemen penting dalam mencapai
satu
huruf
atau
nomor
yang
dalam
standarisasi
karakteristik khusus dari kelompok data yang salah
warna
dan
web
seperti
Jurnal Dinamika Dotcom Vol 3. No. 1 22
ketertarikan terhadap web, karena konsistensi
karena
apa
yang
dijadikan
koleksinya,
sangat efektif digunakan untuk membangun
semuanya adalah hasil pemikiran manusia dari
brand sebuah perusahaan maupun instansi.
berbagai ahli yang mempunyai bidang keahlian
Penggunaan warna dalam sebuah web hendaknya
dari berbagai tempat, waktu, kebangsaan,
jangan terlalu banyak, penggunaan 3 sampai 4
agama, dengan berbagai cara menghasilkannya.
warna adalah standarisasi konsistensi warna yang tepat untuk sebuah web, dimana penjelasan
Perpustakaan Perguruan Tinggi Perpustakaan
Suyanto dalam artikel tersebut sama dengan teori “The
Essential of Design” Kendall yang
menurut
Perguruan
Rahayuningsih
Tinggi
(2007)
adalah
dijelaskan pada point standard operator and
perpustakaan yang melayani para mahasiswa,
concostency. Sesuai ketentuan W3C (World
dosen, dan karyawan suatu perguruan tinggi
Wide Web Concortium) kumpulan warna yang
tertentu (akademi, universitas, institute, sekolah
beraneka ragam terbentuk dari 3 warna dasar
tinggi, politeknik).
atau primary colours (merah, kuning, biru) dan diimplementasikan
dalam
nama,
fromat
Perpustakaan Tradisional Perpustakaan
hexadecimal atau satuan grafis RGB.
Meifrina
Suminarsih
tradisional (2010:2)
oleh
Eka
merupakan
merpustakaan yang mengolah bahan pustaka
Tipografi Tipografi adalah seni dalam huruf yang
dan memberikan layanan terbatas.Perpustakaan
meliputi penentuan huruf, penentuan ukuran
jenis ini belum mengelola perpustakaan sesuai
yang tepat, dimana teks dapat diputus, spasi dan
dengan
bagaimana teks dapat dengan mudah dibaca
perpustakaan.Bahan pustaka hanya dicatat dan
merupakan
menjaga
disimpan dalam rak tanpa dibuatkan katalog.
konsistensi sebuah web dan senada dengan
Pelayanan perpustakaan ini hanya sebatas
pernyataan Kendall dalam teori “The Essential of
mencatat peminjaman dan pengembalian bahan
Design ” Kendall yang menyatakan harus ada
pustaka .
hal
konsistensi
atau
penting
dalam
standarisasi
aturan-aturan
standar
dalam
menggunakan font pada sebuah web.
Perpustakaan Digital Perpustakaan
Perpustakaan Perpustakaan dalam pengertian yang disampaikan Supsiloani (2006:32) pada jurnal
digital
adalah
implementasi teknologi informasi agar dokumen digital bisa dikumpulkan, diklasifikasikan, dan bisa diakses secara elektronik.
perpustakaan digital sebagai wujud penerapan teknologi informasi di perguruan tinggi adalah merupakan suatu dunia yang tidak mengenal batas waktu, ruang/tempat dan batas lainnya
Informasi Informasi Pangestu
dapat didefenisikan oleh
(2003-2007)
sebagai
hasil
dari
Jurnal Dinamika Dotcom Vol 3. No. 1 23
pengolahan data dalam suatu bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi penerimanya yang menggambarkan suatu kejadian-kejadian (event) yang nyata (fact) yang digunakan untuk
Kebutuhan Analisa 1. Warna Backgro und
Kriteria Analisa - Standard Operator and Concisten cy
2.
- Batasan Pilihan Menu
pengambilan keputusan. Sumber dari informasi adalah data, data merupakan bentuk jamak dari bentuk tunggal atau data-item, dengan kata lain data adalah kenyataan yang menggambarkan
Menu Web
suatu kejadian-kejadian dan kesatuan nyata, sedangkan
kejadian-kejadian
(event)
adalah
sesuatu yang terjadi pada saat tertentu. Analisa Sistem Analis sistem (system analyst) adalah
3. Font
- Tipografi
orang yang menganalisis sistem (mempelajari masalah-masalah yang timbul dan menetukan kebutuhan-kebutuhan pemakai sistem) untuk mengidentifikasikan pemecahan yang beralasan. Sebutan lain untuk analis sistem ini adalah analis informasi (information analyst), analis bisnis (business analyst), perancang sistem (system designer), konsultan sistem (system consultant) dan ahli teknik sistem (system engineer).
dan tahapan penyelesaian masalah yang ada pada desain perpustakaan digital, yang kemudian menentukan kebutuhan dan kriteria analisa dalam bentuk tabel analisa berdasarkan teori dalam
Pada
Desain
PPKIA Pradnya Paramita Malang yang ada saat
Analisa masalah berisi tentang masalah
digunakan
- Standarisasi warna yang digunakan untuk semua tampilan atau layar adalah sama untuk semua aplikasi. - User interface menu menyediakan daftar pilihan bagi pengguna pada layar dan tidak bisa menggunakan menu yang tidak tersedia. - Seni dalam huruf yang meliputi penentuan huruf, penentuan ukuran yang tepat, dimana teks dapat diputus, spasi dan bagaimana teks dapat dengan mudah dibaca.
Desain perpustakaan digital STMIK
ANALISA MASALAH
yang
Masalah Yang Ada Perpustakaan Digital
Keterangan
penelitian.
Contoh
ini belum memenuhi kaidah dan standar desain dalam sebuah web atau dengan kata lain desain yang ada dibuat dengan kurang memperhatikan aturan-aturan yang harus dipenuhi dan dipatuhi dam pembuatan sebuah web termasuk desain untuk sebuah user interface dan
data entry
procedure.
kebutuhan analisan dan criteria analisa seperti terlihat pada tabel 1.
Tabel 1 Struktur Tabel Kebutuhan Analisa Dan Kriteria Analisa
Pemecahan Masalah
Jurnal Dinamika Dotcom Vol 3. No. 1 24
Pemecahan masalah dalam penelitian ini dapat dilakukan melalui perbaikan dari desain user interface dan data entry procedure sistem informasi perpustakaan digital STMIK PPKIA
Keb. Anal isa Ikon
Kriteria Analisa
Keteranga n
Hasil Analisa
Standard Operator and Concistency
- Standaris asi untuk pengguna an ikon untuk operasi yang sama ketika menggun akan antarmuk a pengguna grafis.
- Penggunaa n 1 ikon untuk semua menu web meyebabka n tidak adanya perbedaan antara menu yang satu dengan menu yang lain sehingga pengguna memerluka n kejelian lebih untuk memilih menu.
Pradnya Paramita Malang dengan menentukan kebutuhan analisa dan kriteria analisa yang diperoleh melalui tahapan pemecahan masalah untuk mengetahui bagian-bagian yang tidak maupun belum memenuhi aturan atau kaidah pembuatan desain dalam sebuah web. Tahapan Pemecahan Masalah Tahapan
pemecahan
masalah
dapat
berupa block diagaram yang menggambarkan proses yang terjadi pada masing-masing symbol yang terdapat pada block diagram dari awal hingga akhir penelitian. PENGUJIAN DAN HASIL Pengujian dan hasil berisi hasil analisa dan revisi desain yang didapatkan dari penentuan kebutuhan dan kriteria analisa dalam bentuk tabel revisi yang berisi kebutuhan dan kriteria analisa, keterangan, hasil analisa dan revisi desain user interface dan data entry procedure berdasarkan teori yang digunakan yaitu teori “The Essential of Design” Kendall. Contoh hasil
Meaningful Communicati on
- Sistem harus menyajik an informasi secara jelas kepada pengguna dan memiliki topik yang tepat untuk setiap tampilan.
Revisi - Standarisas i penggunaa n ikon untuk operasi yang sama bukan berarti juga sebagai standarisas i penggunaa n ikon pada menu web, karena menu web berbedabeda dan bukan merupakan suatu operasi, sehingga penggunaa n ikon yang sama pada menu web berdasarka n teori Kendall adalah kurang tepat dan perlu adanya perbaikan dengan mengguna kan ikon yang berbeda untuk menunjukk an adanya perbedaan pada setiap menu web.
analisa dalam bentuk tabel dan revisi desain seperti terlihat pada tabel 2 dan gambar 1 dibawah ini :
Tabel 2 Hasil Analisa Jurnal Dinamika Dotcom Vol 3. No. 1 25
4.
Form Input Interface (form antar muka masukan)
5.
Command Language Interfaces (antar muka bahasa perintah program)
6.
Pedoman Desain Dialog
7.
Meaningful
Communication
(informasi
yang berguna/jelas) 8.
pengguna)
Gambar 1 Revisi Desain 9. keseluruhan
dari
Standard
Operator
kebutuhan
b. Data entry procedure
kebutuhan analisa sesuai dengan hasil yang telah
1.
Usability
diteliti pada bab III, sedangkan kebutuhan
2.
Standarisasi warna
analisa yang harus direvisi berdasarkan teori
3.
Tipografi
“The Essential of Design” Kendall adalah
4.
Effective
kebutuhan
analisa
dari
setelah
tahap
(pengkodean
pencarian terhadap sesuatu/data) - Classifying
revisi
berdasarkan teori “The Essential of Design”
informasi)
Kendall, delapan kebutuhan analisa tersebut
- Concealing
information
(klasifikasi Information
telah disesuaikan dengan teori “The Essential of
(menyembunyikan/menyamarkan
Design” sehingga jumlah keseluruhan sembilan
informasi) - Revealing Information (mengungkapkan
belas kebutuhan analisa desain user interface dan data entry procedure telah sesuai dengan
informasi)
teori “The Essential of Design” Kendall dengan
- Requesting
Appropriate
rincian sebagai berikut:
(permintaan tindakan yang sesuai)
a. User interface
Delapan
1. Natural Language Interface ( bahasa yang alami) 2. Question and Answer Interface (antar muka pertanyaan dan jawaban) 3. Menu
yang
- Keeping Track Of Something (Ketepatan
sebanyak semiblan belas kebutuhan analisa. demikian
Coding
efektif)
jumlah
kebutuhan analisa secara keseluruhan yaitu Dengan
Consistency
10. User Feedback (umpan balik pengguna)
analisa yang di analisis adalah sebanyak 16
delapan
and
(standar operator dan konsistensi)
RANGKUMAN HASIL ANALISA Jumlah
Minimal User Action (minimalisir aksi
kebutuhan
analisa
Action yang
direvisi 1.
Ikon
2.
Menu Pencarian
3.
Form Login
4.
Menu Utama Admin
5.
Form Input Admin
Jurnal Dinamika Dotcom Vol 3. No. 1 26
6.
pengembangan program meliputi Desain
Form Input Penulis
Input, Desain Output dan Desain Database
7. Form input Jurnal
b. Pengambil Kebijakan
8. Buku Tamu
Teori “The Essential of Design” Kendall pada Sistem Informasi Perpustakaan Digital
KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisa yang mengacu pada teori “The Essential of Design” Kendall maka terdapat beberapa kekurangan pada desain user
interface
dan
data
entry
procedure
perpustakaan digital STMIK PPKIA Pradnya Paramita Malang karena belum memenuhi kaidah serta aturan pembuatan desain pada sebuah web. Hal ini dapat dilihat dari delapan kebutuhan analisa yang harus dan telah direvisi dari total sembilan belas kebutuhan analisa dengan kriteria analisa pada masing-masing kebutuhan analisa. Delapan kebutuhan analisa yang telah direvisi tersebut mencakup dua hal pokok dari teori “The Essential of Design” Kendall yaitu user interfaces dan data entry procedure.
terdapat
beberapa
diperhatikan
kaidah
ketika
yang
mendisain
perlu sebuah
program, bagi pengambil kebikajan dalam pegembangan sebuah perpustakaan digital hendaknya memperhatikan sisi desain yang merupakan hal utama yang berfungsi sebagai interaksi antara pengguna dengan sistem demi tercapainya pendekatan yang mengarah
pada
kesempurnaan
sebuah
perpustakaan digital. c. Masyarakat Umum Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sebuah gambaran umum dan pembelajaran yang baik bagi masyarakat yang ingin membuat sebuah program web base yang sesuai dengan kaidah pembuatan sebuah web dengan memperhatikan segala aspek
SARAN
dalam
a. Pengembang Ilmu Hasil analisis perpustakaan digital yang difokuskan pada desain user interface dan data entry procedure pada Sistem Informasi Perpustakaan
Digital
STMIK
PPKIA
Pradnya Paramita Malang yang mengacu pada teori “The Essential of Design” Kendall diharapkan dapat dikembangkan lagi agar teori “The Essential of Design” Kendall lengkap digunakan pada Sistem Informasi. Perpustakaan Digital STMIK PPKIA Pradnya Paramita Malang baik dari sisi
STMIK PPKIA Pradnya Paramita Malang
analisa
program
maupun
bentuk
desain,
baik
hanya
berdasarkan 2 teori “The Essential of Design”
Kendall
maupun
berdasarkan
kelima teori “The Essential of Design” Kendall. DAFTAR RUJUKAN Dewiyana, Himma. 2006. Jurnal Study Perpustakaan Dan Informasi Kompetensi dan Kurikulum Perpustakaan : Paradigma Baru dan Dunia Kerja di Era Globalisasi Informasi”. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123 456789/15752/1/pus-jun2006-
dalam
Jurnal Dinamika Dotcom Vol 3. No. 1 27
%20%283%29.pdf Vol.2, No.1, Juni 2006 ( 22 February 2011) Dwinovi, Titin. 2010. Sistem Informasi Akademik Berbasis Web Pada Man 2 Model Medan. http://repository.usu.ac.id/handle/123456 789/20012 (20 maret 2011) Kendall. 2005. System Analys and Design. New Jersey : Person Education, Inc. Upper Saddle River. Meifrina Suminarsih, Eka. 2010. Pengembangan Perpustakaan Digital Untuk Meningkatkan Pemanfaatan Grey Literature di Indonesia. http://perpustakaan.bppt.go.id/web/medi a/Pengembangan-rev.02-2011.pdf (23 February 2011) Mustafa, B. 2006. Perpustakaan Modern Berbasis Budaya Melayu dengan Nuansa Agamis yang Didukung oleh Pemanfaatan Teknologi Mutakhir. http://repository.ipb.ac.id/handle/123456 789/321132010-07-12T02:59:47Z (27 February 2011) Mulyono, Sri. 2007. Makalah TIK. http://media.diknas.go.id/media/docume nt/4496.pdf (26 February 2011) Pangestu, Danu Wira. 2003-2007. Teori Dasar Sistem Informasi Manajemen. http://ilmukomputer.org/wpcontent/uploads//2008/08/sim.pdf (26 February 2011) Rahayuningsih.F. 2000. Pengelolaan Perpustakaan. Yogyakarta:Graha Ilmu Siregar, A. Ridwan. 2008. Perluasan Peran Perpustakaan Perguruan Tinggi. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123 456789/16086/3/pus-jun2008%281%29.pdf.txt. Pustaha: Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi, Vol.4, No.1, Juni 2008. (27 February 2011) Sriwijaya. Riki. 2003. Sejarah Internet. http://ilmukomputer.org/wpcontent/uploads/2008/04/sriwijayasejarahinternet.doc (27 February 2011) Jurnal Dinamika Dotcom Vol 3. No. 1 28
Jurnal Komunikasi Pembangunan ISSN 1693-3699
Februari 2009, Vol. 07, No. 1
Efektivitas Penyebaran Informasi di Bidang Pertanian melalui Perpustakaan Digital (Kasus Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian) S. Maryam a), M. Hubeis b), dan Maksum b) a) Universitas Sahid Jakarta Jl. Prof. Supomo, SH No. 84 Tebet Jak-Sel 12870 Telp. 021-8312813 Fax. 021-8354763, b) Mayor Komunikasi Pembangunan, Gedung Departemen KPM IPB Wing 1 Level 5, Jalan Kamper Kampus IPB Darmaga, Telp. 0251-8420252, Fax. 0251-8627797
Abstrak The research was conducted to know and analyze the effectiveness of agricultural information dissemination through digital library. The characteristic, information accessibility and communication intensity of library user and the correlation of their variables was analyzed partially or simultaneously. The research location was performed at Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian (PUSTAKA) Bogor, and conducted from March until June 2008. This research was designed by using a survey method with correlation descriptive. Data collected by questionnaire and the samples were taken by employing a non-probability sampling method with convenience sampling, involving 82 respondents which consists the library user of university student. The analysis was done by descriptive frequency and inferential analysis with Rank Spearman correlation by SPSS 16.0 for windows program. The result showed that the characteristic, information accessibility and communication intensity of library user by together didn’t show significantly correlation with the diffusion effectiveness of agricultural through digital library at PUSTAKA Bogor. It means the user come to the library to look for the information what they need, it doesn’t show correlation with the availability of facilities at PUSTAKA. However the correlation occurring between the characteristic of library user and information accessibilities was shown significantly. The diffusion of agricultural through digital library at PUSTAKA Bogor has already run effectively. Therefore, it can be as a reference for the same library to other libraries in Indonesia for developing the digital library. The digital library of PUSTAKA should promote to the public with publicity and advertisement, especially through television as the digital library being complete and modern in agriculture sector. Keywords :The diffusion effectiveness, digital library, characteristic, information accessibility, communication intensity and PUSTAKA
1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi secara intensif untuk pembangunan pertanian hanya dapat dilakukan apabila ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) di bidang tersebut dan bidang terkait lainnya dapat dihimpun dan dikelola dengan baik, sehingga mudah ditemukan kembali melalui sistem penelusuran (retrieval) yang tepat. Dewasa ini sistem temu kembali informasi sangat mudah dilakukan, terutama dengan berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Kemajuan TIK telah mampu menjawab permasalahan komunikasi yang diakibatkan oleh faktor jarak dan waktu. Terciptanya suatu sistem jaringan informasi global yang dikenal dengan
internet, juga mampu mewujudkan sistem komunikasi data secara cepat, tepat dan akurat. Terbukanya pasar global dan peningkatan selera konsumen ke arah mutu produk pertanian yang lebih tinggi merupakan tantangan yang harus ditanggapi secara sistematis, antara lain dengan mengoptimalkan kegiatan penyebaran informasi hasil penelitian dan teknologi pertanian melalui berbagai media, baik media cetak (buku, prosiding, jurnal,brosur, leaflet atau folder dan poster), media elektronik (televisi, radio, CD, surat elektronik, dan internet) maupun melalui tatap muka (seminar, lokakarya, workshop atau apresiasi dan advokasi) (Setiabudi dalam PUSTAKA, 2007). Perkembangan teknologi informasi juga telah menimbulkan perubahan be-
Efektivitas Penyebaran Informasi di Bidang Pertanian melalui Perpustakaan Digital sar pada cara seseorang dalam memanfaatkan data, informasi dan pengetahuan. Perpustakaan adalah tempat dimana masyarakat dapat melakukan hal tersebut, karena kompetensi utama perpustakaan adalah penyediaan dan penyebaran informasi iptek. Sebagaimana dikemukakan oleh Ratnaningsih (1998) bahwa perpustakaan merupakan sarana penyediaan informasi dan pelestarian kebudayaan yang penting untuk keperluan pendidikan, penelitian dan pengembangan ilmu pada pembangunan nasional. Selanjutnya Ratnaningsih (1998) menyatakan bahwa perpustakaan adalah suatu lembaga pendidikan non formal yang menyediakan koleksi dan informasi yang beraneka ragam dan berguna untuk mengubah cara berpikir, bertingkah laku dan berperasaan dalam menghadapi proses kehidupan yang selalu berubah. Perubahan tersebut harus senantiasa dihadapi dan diikuti perkembangannya baik oleh lembaga perpustakaannya maupun pustakawannya. Perkembangan masyarakat dan kemajuan teknologi informasi dari tahun ke tahun menyebabkan perpustakaan tidak lagi hanya menghimpun dan meminjamkan buku, melainkan juga bahan-bahan telaah lainnya, baik dalam bentuk database elektronik, CD-ROM, media visual maupun media audio visual. Menurut Effendy (2000), hal tersebut menunjukkan bahwa fungsi perpustakaan tidak lagi semata-mata sebagai sarana edukatif dan rekreatif, tetapi juga sebagai sarana informatif, kreatif dan inovatif. Memasuki era digital, demi memenuhi tuntutan kebutuhan Lemustaka, perpustakaan mulai mengembangkan sistem layanan digital, atau dikenal dengan perpustakaan digital (digital library). Menurut Deegan (2002) perpustakaan digital adalah ”From a research perspective, digital libraries 66
are content collected and organized on behalf of user communities. From a library perspective, digital librarie are institutions that provide information services in digital formats”. Sedangkan menurut Asms dalam Deegan (2002), perpustakaan digital adalah: ”A managed collection of information, with associated sources where the information is stored in digital formats and accessible over a network. A crucial part of this definition is that the information is managed”. Dewasa ini, kemajuan TIK sudah menjadi kebutuhan primer bagi masyarakat. Oleh karena itu, perpustakaan yang tidak mau mengubah identitasnya dari sistem konvensional ke sistem digital akan ditinggalkan oleh masyarakat pemustaka. Sehubungan dengan hal tersebut, Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian selanjutnya disebut PUSTAKA adalah salah satu institusi yang berada di bawah Badan Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Pertanian, Departemen Pertanian yang berdasarkan SK Menteri Pertanian No 299, 2005 salah satu tugasnya adalah melaksanakan pembinaan perpustakaan di seluruh unit kerja Departemen Pertanian. Pengembangan perpustakaan digital di PUSTAKA telah dimulai sejak tahun 1980-an, dimulai dengan membangun infrastruktur jaringan internet dan pangkalan data hasil penelitian pertanian (PUSTAKA 2006). Pada umumnya, pengunjung PUSTAKA berasal dari lembaga-lembaga yang berada di wilayah Jakarta dan Bogor. Jumlah pengunjung perpustakaan sampai dengan akhir Desember 2006 mencapai 4.292 orang, sedangkan jumlah permintaan penelusuran mencapai 567 orang. Pemustaka lebih didominasi oleh pengguna yang datang langsung (87,96 %) yang terdiri atas pelajar, mahasiswa, peneliti, petugas dari instansi pemerintah, ilmuwan,
S. Maryam, M. Hubeis, dan Maksum pustakawan dan pengguna lain (swasta atau petani). Mahasiswa merupakan pengguna terbanyak yang mengunjungi PUSTAKA dalam 3 tahun terakhir yaitu 53 % di tahun 2005, 29% tahun 2006 dan 27% tahun 2007 (PUSTAKA 2007). Walaupun secara statistik pengguna mahasiswa ini cenderung menurun karena berbagai media khususnya internet kini banyak diakses, PUSTAKA tetap merupakan salah satu perpustakaan khusus yang menjadi tujuan dalam pencarian informasi berkaitan dengan bidang pertanian yang merupakan salah satu kebutuhan mereka dalam menyelesaikan tugas-tugas perkuliahan maupun dalam pembuatan karya ilmiah. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang, maka disajikan permasalahan yang diteliti yaitu: 1. Bagaimanakah karakteristik, aksesibilitas informasi dan intensitas komunikasi pemustaka, serta efektivitas penyebaran informasi di bidang pertanian melalui perpustakaan digital di PUSTAKA Bogor? 2. Seberapa besar hubungan antara karakteristik pemustaka dengan efektivitas penyebaran informasi di bidang pertanian melalui perpustakaan digital di PUSTAKA Bogor? 3. Seberapa besar hubungan antara aksesibilitas terhadap informasi dengan efektivitas penyebaran informasi di bidang pertanian melalui perpustakaan digital di PUSTAKA Bogor? 4. Seberapa besar hubungan antara intensitas komunikasi dengan efektivitas penyebaran informasi di bidang pertanian melalui perpustakaan digital di PUSTAKA Bogor? 5. Seberapa besar hubungan antara karakteristik pemustaka, aksesibilitas informasi dan intensitas komuni-
kasi secara bersama-sama dengan efektivitas penyebaran informasi di bidang pertanian melalui perpustakaan digital di PUSTAKA Bogor? 6. Seberapa besar hubungan antara ketiga peubah bebas: karakteristik, aksesibilitas informasi, dan intensitas komunikasi pemustaka di PUSTAKA Bogor? 1.3 Tujuan Penelitian Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penyebaran informasi di bidang pertanian melalui perpustakaan digital di PUSTAKA Bogor. Secara spesifik bertujuan untuk: 1. Mengetahui dan menganalisis karakteristik, aksesibilitas informasi, dan intensitas komunikasi pemustaka serta efektivitas penyebaran informasi di bidang pertanian melalui perpustakaan digital di PUSTAKA Bogor. 2. Mengetahui dan menganalisis hubungan antara karakteristik pemustaka dengan efektivitas penyebaran informasi di bidang pertanian melalui perpustakaan digital di PUSTAKA Bogor 3. Mengetahui dan menganalisis hubungan antara aksesibilitas terhadap informasi dengan efektivitas penyebaran informasi di bidang pertanian melalui perpustakaan digital di PUSTAKA Bogor 4. Mengetahui dan menganalisis hubungan antara intensitas komunikasi dengan efektivitas penyebaran informasi di bidang pertanian melalui perpustakaan digital di PUSTAKA Bogor . 5. Mengetahui dan menganalisis hubungan antara karakteristik pemustaka, aksesibilitas informasi dan intensitas komunikasi secara bersama-sama dengan efektivitas penyebaran informasi di bidang
67
Efektivitas Penyebaran Informasi di Bidang Pertanian melalui Perpustakaan Digital pertanian melalui perpustakaan digital di PUSTAKA Bogor. 6. Mengetahui dan menganalisis hubungan antara peubah bebas: karakteristik pemustaka dan aksesibilitas informasi dengan intensitas komunikasi di PUSTAKA Bogor. 1.4 Manfaat Penelitian Secara akademik, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam penelitian dan pengembangan keilmuan di bidang komunikasi, khususnya bidang informasi dan perpustakaan. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan mampu memberi masukan bagi PUSTAKA Bogor serta perpustakaan unit kerja lingkup Departemen Pertanian dalam mengembangkan perpustakaan digital. Manfaat ini secara umum merupakan referensi bagi perpustakaan sejenis di seluruh Indonesia dalam upaya mengembangkan perpustakaan digital. 1.4 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini difokuskan pada bagaimana karakteristik personal, aksesibilitas informasi dan intensitas komunikasi pemustaka serta efektivitas penyebaran informasi pertanian melalui perpustakaan digital PUSTAKA Bogor. Selain itu penelitian juga diarahkan untuk melihat keeratan hubungan antara keempat peubah tersebut. 2. Tinjauan Pustaka 2.1 Komunikasi Manusia telah berkomunikasi selama puluhan ribu tahun. Sebagian besar waktu jaga manusia digunakan untuk berkomunikasi, hal ini diperkuat oleh Tubbs and Moss (1994), bahwa 83,5% manusia menggunakan waktunya untuk berkomunikasi. Dengan demikian manusia akan selalu terlibat dalam tindak68
an komunikasi. Tindakan komunikasi dapat terjadi dalam beberapa konteks kehidupan manusia, mulai dari kegiatan yang bersifat individual, diantara dua orang atau lebih, kelompok, keluarga, organisasi dalam konteks publik secara lokal, regional dan global atau melalui media massa (Effendy 2003). Oleh karena itu, Devito (1997) menyatakan bahwa dalam kontek komunikasi setidaknya ada tiga dimensi, yaitu dimensi fisik, dimensi sosial-psikologis dan dimensi temporal. Tempat dimana komunikasi berlangsung disebut dimensi fisik, tata hubungan status dimana komunikasi berlangsung dan aturan budaya berlaku disebut dimensi sosialpsikologis. Sedangkan waktu hitungan tertentu (kurun waktu) dimana komunikasi berlangsung disebut temporal. 2.2 Informasi Menurut Claude Shannon dalam Pendit, et al (2005), informasi adalah simbol-simbol yang dipertukarkan dalam komunikasi antar manusia, dimana alat atau saluran komunikasi mengirim simbol-simbol itu dari satu titik ke titik lain di tempat lainnya. Informasi bersumber atau bermula dari suatu kejadian. Selanjutnya Pendit mengatakan bahwa informasi adalah sesuatu yang dibawa oleh bahasa manusia dalam komunikasi yang seringkali menjurus pada pengertian informasi sebagai bagian tak terpisahkan dari pesan (message), atau sebagai isi dari sebuah pesan. Seringkali informasi dalam pengertian ini diartikan sama dengan pesan itu sendiri. 2.3 Efektivitas Penyebaran informasi di bidang pertanian Informasi teknologi pertanian memegang peranan penting dalam proses pembangunan pertanian. Tersedianya berbagai sumber informasi yang akan
S. Maryam, M. Hubeis, dan Maksum mendesiminasikan (menyebarkan) atau menyampaikan informasi pertanian dapat mempercepat kemajuan usaha pertanian di pedesaan. Upaya penyampaian informasi pembangunan, khususnya bidang pertanian yang dikemas secara terarah, terencana dan periodik kepada kelompok masyarakat ini diharapkan dapat mempercepat proses meningkatnya pengetahuan, kesadaran memilih dan melakukan kegiatan untuk turut mensukseskan pembangunan nasional. Seperti dikatakan Ross (1985), pesan pembangunan yang dikemas dengan memperhatikan : (1) introduction yang meliputi attention, interest, overview dan impression, (2) body meliputi information, vizualisation, (3) conclusion meliputi review dan reinforcement, akan diterima dan kemudian mendorong khalayak untuk melaksanakan isi pesan. Terbukanya pasar global dan peningkatan selera konsumen ke arah mutu produk pertanian yang lebih tinggi merupakan tantangan yang harus ditanggapi secara sistematis, antara lain dengan mengoptimalkan kegiatan diseminasi (penyebarluasan informasi) hasil penelitian dan teknologi pertanian melalui berbagai media, baik media cetak (buku, prosiding, jurnal, brosur, leaflet atau folder dan poster), media
elektronik (televisi, radio, CD, surat elektronik, dan internet) maupun melalui tatap muka (seminar, lokakarya, workshop atau apresiasi dan advokasi) (PUSTAKA 2007). 2.4 Perpustakaan Digital Adanya perkembangan teknologi menimbulkan perubahan besar-besaran pada cara manusia memanfaatkan data, informasi, dan pengetahuan. Perkembangan ini juga menimbulkan perubahan mendasar dalam cara penyelenggaraan perpustakaan. Perpustakaan digital merupakan implementasi teknologi informasi agar dokumen digital bisa dikumpulkan, diklasifikasikan, dan bisa diakses secara elektronik. Secara sederhana dapat dianalogikan sebagai tempat menyimpan koleksi perpustakaan yang sudah dalam bentuk digital. 3. Metodologi Penelitian 3.1 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Untuk mengetahui dan menganalisis apakah penyebaran informasi di bidang pertanian melalui perpustakaan digital di PUSTAKA Bogor sudah efektif, perlu dilakukan penelitian. Kerangka pemikiran penelitian ini disajikan Gambar 3.
69
Efektivitas Penyebaran Informasi di Bidang Pertanian melalui Perpustakaan Digital
Peubah Bebas
Peubah Tak Bebas
KARAKTERISTIK PEMUSTAKA 1. Umur 2. Jenis Kelamin 3. Pendidikan Formal 4. Pendidikan non formal 5. Program Studi 6. Kekosmopolitan 7. Aktivitas Sosial 8. Aktivitas Sosial
EFEKTIVITAS PENYEBARAN INFORMASI DI BIDANG PERTANIAN MELALUI PERPUSTAKAAN DIGITAL 1. 2. 3. 4. 5. 6.
AKSESIBILITAS INFORMASI 1. Jenis informasi 2. Sumber informasi 3. Frekuensi ke perpustakaan 4. Cara penelusuran 5. Subjek yang dicari 6. Waktu penelusuran
Kinerja layanan Ketersediaan database hasil penelitian pertanian Ketersediaan fasilitas akses informasi Jumlah fasilitas penelusuran Kesesuaian informasi yang dicari Kepuasan terhadap hasil yang dicapai
1 . INTENSITAS KOMUNIKASI 1. Frekuensi Interaktif 2. Frekuensi Diskusi 3. Terpaan media massa 4. Jumlah karya tulis 5. Langganan media komunikasi
J e n i s
I n f 1o .r Gambar 3. Hubungan karakteristik pemustaka, aksesibilitas informasi dan intensitas komunikasi dengan efektivitas gkmpenyebaran informasi di bidang pertanian melalui perpustakaan digital aa s ui a 3.2 Hipotesis pemustaka dengan peubah efektin2 vitas penyebaran informasi di H1 : Terdapat keragaman pemustaka di . bidang pertanian melalui perpustaPUSTAKA Bogor dari sudut su kaan digital J karakteristik, aksesibilitas infor- m H3 :Terdapat hubungan nyata dan a masi, intensitas komunikasi, dan bn positif antara peubah aksesibilitas efektivitas penyebaran informasi eg informasi dengan peubah efektividi bidang pertanian melalui per- rk tas penyebaran informasi di a pustakaan digital. bidang pertanian melalui perpustaiu H2 :Terdapat hubungan nyata dan n kaan digital a positif antara peubah karakteristik fn o rs m u 70 am sb ie r 3
S. Maryam, M. Hubeis, dan Maksum H4 :Terdapat hubungan nyata dan positif antara peubah intensitas komunikasi dengan peubah efektivitas penyebaran informasi di bidang pertanian melalui perpustakaan digital H5 :Terdapat hubungan nyata dan positif antara peubah karakteristik pemustaka, aksesibilitas informasi dan intensitas komunikasi secara bersama-sama dengan efektivitas penyebaran informasi di bidang pertanian melalui perpustakaan digital H6 :Terdapat hubungan nyata dan positif antara ketiga peubah bebas: karakteristik, aksesibilitas informasi, dan intensitas komunikasi pemustaka. 3.3 Lokasi dan waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian (PUSTAKA) Bogor. Pengambilan dan pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Maret - Juni 2008. 3.4 Desain Penelitian Penelitian ini dirancang sebagai penelitian survei deskriptif korelasional, dengan peubah bebas yang digunakan adalah karakteristik pemustaka, aksesibilitas informasi dan intensitas komunikasi, sedangkan peubah tidak bebasnya adalah efektivitas penyebaran informasi di bidang pertanian melalui perpustakaan digital PUSTAKA Bogor. Indikator dan parameter setiap peubah yang diteliti, ditetapkan berdasarkan pengamatan dan studi literatur, sehingga jumlah indikator dan parameter setiap peubah dibatasi. 3.5 Populasi dan Contoh Pada penelitian ini, pengambilan contoh dilakukan dengan non probability sampling dengan teknik convi-
nience sampling/available sampling yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan kemudahan data yang dimiliki populasi. Periset bebas memilih siapa saja anggota populasi yang mempunyai data melimpah dan mudah diperoleh periset (Kriyantoro 2007). Dalam penelitian ini penetapan contoh dilakukan berdasarkan pemustaka yang datang ke PUSTAKA Bogor sebanyak 82 orang yang semuanya mahasiswa. Alasan pemilihan mahasiswa sebagai contoh adalah karena menurut data yang diperoleh di PUSTAKA, sebagian besar pemustaka yang mengunjungi PUSTAKA selama satu tahun terakhir adalah mahasiswa disusul dengan pelajar, peneliti dan lainnya. Sementara jumlah mahasiswa yang datang rata-rata 80 orang perbulan. Untuk itu dalam penelitian ini penulis mengambil contoh mahasiswa yang datang pada bulan Juni 2008 yang jumlahnya 82 orang. 3.6 Pengumpulan data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh secara langsung dari pemustaka di PUSTAKA melalui wawancara yang berpedoman pada pertanyaan-pertanyaan yang telah disusun dalam kuesioner secara terstruktur (Arikunto 1993). Penyusunan pertanyaan dalam kuesioner dilakukan secara terbuka dan tertutup. Wawancara juga dilakukan kepada Kepala dan staf perpustakaan di PUSTAKA Bogor. Sedangkan data sekunder diperoleh melalui telaah dokumen dan telaah pustaka dari berbagai sumber terkait dengan tujuan penelitian. 3.7 Validitas dan Reliabilitas Uji validitas dan reliabilitas instrumen dalam penelitian ini dilakukan kepada 20 pemustaka yang datang ke PUSTAKA pada bulan Mei 2008. 71
Efektivitas Penyebaran Informasi di Bidang Pertanian melalui Perpustakaan Digital Validitas instrumen menggunakan uji Rank Spearman pada taraf α = 0,05 dan diolah dengan menggunakan SPSS for Windows 16.0. Hasil uji validitas didapatkan nilai untuk peubah karakteristik pemustaka, aksesibilitas informasi, dan intensitas komunikasi serta efektivitas penyebaran informasi di bidang pertanian melalui perpustakaan digital seluruhnya 0,94 Hasil uji coba instrumen dengan menggunakan uji Cronbach Alpha didapatkan nilai reliabilitas untuk peubah karakteristik pemustaka 0,75, aksesibilitas informasi 0,83, Intensitas komunikasi 0,82 dan efektivitas penyebaran informasi di bidang pertanian melalui perpustakaan digital 0, 87. Secara keseluruhan nilai reliabilitas tersebut adalah 0,82. Dengan demikian seluruh item pertanyaan baik peubah bebas (X) maupun peubah tak bebas (Y) yang digunakan, dinyatakan sangat valid dan sangat reliabel. karena pada level α = 0.05, rentang kesangat handalan berada antara 0,80-1,00 (Triton, 2006) 3.8 Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan dan analisis data dilakukan atas dua tahap, yaitu sebelum instrumen dijadikan alat pengumpul data (uji validitas dan reliabilitas) dan setelah instrumen sahih sebagai alat pengumpul data. Data dianalisis secara diskriptif berupa distribusi frekuensi dan analisis inferensial. Untuk menentukan adanya hubungan antar peubah bebas dengan peubah terikat digunakan uji Korelasi Rank Spearman (Arikunto, 1998) berikut : 6 ΣD2 ________________ Rhoxy = N (N2 – 1) Dimana : Rhoxy = Koefisien Korelasi Rank Spearman
72
D = Beda antar jenjang setiap subyek N = Banyaknya subyek (contoh) 4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Karakteristik Pemustaka Pemustaka sebagai responden dalam penelitan ini adalah mahasiswa yang datang ke PUSTAKA Bogor. Kayakteristik pemustaka yang diteliti meliputi umur, jenis kelamin, pendidikan formal, non formal, program studi, kekosmopolitan dan aktivitas sosial. Hasil penelitian secara deskriptif menunjukkan bahwa responden dalam penelitian ini tergolong usia muda (69,5%) dengan perbandingan perempuan lebih banyak (62,2%). daripada laki-laki dan sebagian besar (67,1%) sedang menjalankan pendidikan formalnya di program sarjana khususnya S1 dengan program studi yang diambil lebih banyak (55%) yang berada di luar bidang pertanian namun berhubungan dengan subyek pertanian seperti kimia dan lain-lain. Selain pendidikan formal yang ditekuni, kegiatan non formal seperti kursus, pelatihan dan sejenisnya banyak ditekuni responden. Berdasarkan kekosmopolitan dan aktivitas sosialnya, responden tergolong kosmopolit (40,2%) dan sebagian besar mengikuti kegiatan sosial kemasyarakatan di bidang kerohanian (41,4%). 4.2 Aksesibilitas Informasi Aksesibilitas Informasi adalah ketepatan dan kecepatan responden dalam mengakses berbagai informasi yang dibutuhkan. Aksesibilitas informasi yang diteliti meliputi sumber informasi, jenis informasi, frekuensi ke perpustakaan, cara penelusuran, subyek yang dicari dan waktu penelusuran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sumber informasi yang banyak dicari responden bersumber dari majalah (59%) dan buku (57%). Sumber
S. Maryam, M. Hubeis, dan Maksum informasi elektronik yang banyak dicari adalah internet (71%). Sedangkan untuk yang bersifat personal sebagian besar responden (47,6) memilih teman mahasiswa sebagai sumber informasi. Sebagian besar responden mengakses informasi artikel lengkap (78%) dan bibliografi (74,4%) dibandingkan dengan jenis informasi yang berupa abstrak atau yang lainnya. Keadaan tersebut dapat dipahami karena sebagian besar responden lebih menyenangi informasi hasil penelitian yang lebih lengkap sebagai pembimbing penelitiannya. Sebagian besar responden (79,3%) lebih sering ke perpustakaan kampusnya sendiri dari pada ke perpustakaan khusus/departemen atau ke perpustakaan umum atau lainnya. Responden lebih menyukai cara penelusuran melalui media elektronik, dari pada dengan cara manual dan waktu yang digunakan dalam penelusuran tersebut berkisar antara 1 sampai 2 jam (65,9%) dengan subjek yang dicari lebih banyak di luar bidang pertanian (65,9%). Sementara itu subjek yang dicari responden di bidang pertanian, lebih banyak subyek mengenai tanaman pangan (31,7%) di bandingkan dengan yang lainnya. 4.3 Intensitas Komunikasi Dalam rangka memenuhi kebutuhan informasi, seseorang harus aktif dalam pencarian informasi tersebut, yaitu bagaimana aktifitas responden dalam berinteraksi dengan sumber-sumber informasi, baik secara interpersonal, kelompok, maupun massa yang diukur melalui frekuensi interaktif, frekuensi diskusi, terpaan media massa, jumlah karya tulis dan langganan media komunikasi. Dari hasil penelitian, komunikasi interpersonal yang dilakukan oleh responden dalam rangka pencarian informasi yang dibutuhkan lebih sering
(42,7%) dilakukan dengan sesama teman mahasiswa dibandingkan dengan dosen. Diskusi kelompok maupun seminar yang diikuti responden dikategorikan rendah yakni sebagian besar responden (46,3% dan 53,7%)hanya mengikuti kurang dari 3 kali diskusi kelompok maupun seminar dalam 3 bulan terakhir. Dari hasil penelitian terkait dengan terpaan media massa diketahui bahwa sebagian besar responden dalam menggunakan media massa baik radio (69,5%) maupun media televisi dan surat kabar (masing-masing 40,2%) untuk memperoleh informasi dikategorikan rendah. begitu juga dengan jumlah karya tulis, sebagian besar responden (76,8%) dalam tiga bulan terakhir hanya menghasilkan dan mempresentasikan karya tulis kurang dari 3 buah. Untuk langganan media massa juga dikategorikan rendah yang ditunjukkan dengan sebagian besar responden (82,9%) berlangganan media massa kurang dari 3 buah. 4.4 Efektivitas Penyebaran informasi di bidang Pertanian Melalui Perpustakaan Digital Efektivitas penyebaran informasi di bidang pertanian melalui perpustakaan digital adalah penyebaran informasi hasil penelitian pertanian melalui layanan perpustakaan berbasis teknologi informasi dan komunikasi yang dilihat dari persepsi responden terhadap kinerja layanan, ketersediaan database hasil penelitian pertanian, ketersediaan fasilitas akses informasi, jumlah fasilitas penelusuran, kesesuaian informasi yang dicari dan kepuasan terhadap hasil yang dicapai. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) sebagian besar responden (74,9%) menyatakan kinerja layanan PUSTAKA memuaskan. 2) sebagian besar responden menyatakan
73
Efektivitas Penyebaran Informasi di Bidang Pertanian melalui Perpustakaan Digital ketersediaan database hasil penelitian pertanian di PUSTAKA memuaskan dan berada pada rataan skor yang tinggi (69,73), 3)sebagian besar responden berpendapat ketersediaan fasilitas akses informasi elektronik, fasilitas komputer penelusuran, fasilitas katalog elektronik (OPAC), komputer buku tamu, mesin fotokopi, fasilitas komputer untuk download maupun ketersediaan fasilitas CD-ROM yang ada di PUSTAKA berada pada rataan skor yang tinggi (72,51%.) 4) responden menilai ketersediaan informasi dan kesesuaian informasi serta 5)kecepatan akses melalui internet yang ada di PUSTAKA menempati skor yang
tinggi (70 %) . Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa PUSTAKA merupakan salah satu sarana penyebaran informasi yang efektif dan efisien apabila berorientasi pada kebutuhan dan kepuasan pemustakanya. 4.5 Hubungan Karakteristik Pemustaka dengan Efektivitas Penyebaran informasi di bidang Pertanian melalui Perpustakaan Digital Hasil uji korelasi Rank Spearman pada taraf α = 0,05 antara karakteristik responden dengan efektivitas penyebaran informasi di bidang pertanian melalui perpustakaan digital ditunjukkan pada Tabel 1.
Tabel 1 Hubungan Karakteristik Pemustaka dengan Efektivitas Penyebaran Informasi di Bidang Pertanian melalui Perpustakaan Digital Peubah tidak bebas Peubah bebas Karakteristik Pemustaka (X1) 1.Umur 2.Jenis kelamin 3.Pendidikan formal 4.Pendidikan non formal 5.Program studi 6.Kekosmopolitan 7.Aktivitas sosial
Efektivitas Penyebaran informasi (Y) Rho Sig -0,1212 0,2780 -0,1808 0,1040 0,1461 0,1904 -0.2052 0,0644 0,0680 0,5438 0,0886 0,4278 -0,0078 0,9447 -0,0765 0,4948
Sumber: Diolah dari data primer, 2008 Keterangan: Sig=Signifikansi uji dua sisi (two tailed test), level 0,05 ; rho=koefisisen korelasi *nyata dan **sangat nyata
Tabel 1 menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan nyata dan positif antara kedua peubah tersebut. Hal ini berarti hipotesis kedua dalam penelitian yang menyebutkan terdapat hubungan yang nyata dan positif antara karakteristik pemustaka dengan efektivitas penyebaran informasi di bidang pertanian melalui perpustakaan digital tidak dapat diterima/ditolak. Dengan demikian karakteristik responden tidak menentukan pandangannya 74
terhadap efektivitas penyebaran informasi, melainkan peubah lain, misal kesukarannya mencari informasi pertanian secara lengkap melalui media lain. Bila dilihat per unsur, tidak satu pun unsur-unsur karakteristik responden berhubungan dengan efektivitas penyebaran informasi di bidang pertanian. Hal ini dapat disimpulkan bahwa responden mencari informasi di PUSTAKA bukan karena usia, jenis kelamin, pendidikan formal atau non
S. Maryam, M. Hubeis, dan Maksum formal, program studi, kekosmopolitan maupun aktivitas sosialnya, tapi karena sebagai mahasiswa umumnya, perpustakaan adalah salah satu tempat untuk mencari informasi yang dibutuhkan dalam menyelesaikan tugastugas perkuliahannya. Hal ini sejalan dengan apa yang dikatakan Ratnaningsih (1998) bahwa perpustakaan merupakan sarana penyediaan informasi dan pelestarian kebudayaan yang penting untuk keperluan pendidikan, penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. PUSTAKA adalah perpustakaan khusus yang
menyediakan koleksi dan informasi yang dibutuhkan mahasiswa yang banyak berkaitan dengan bidang pertanian. 4.6 Hubungan Aksesibilitas Informasi dengan Efektivitas Penyebaran informasi di bidang Pertanian melalui Perpustakaan Digital Hasil uji korelasi Rank Spearman pada taraf α = 0,05 antara aksesibilitas informasi dengan efektivitas penyebaran informasi di bidang pertanian melalui perpustakaan digital ditunjukkan pada Tabel 2.
Tabel 2 Hubungan Aksesibilitas Informasi dengan Efektivitas Penyebaran Informasi di Bidang Pertanian melalui Perpustakaan Digital Peubah tidak bebas Peubah bebas Aksesibilitas informasi (X2) 1. Jenis informasi 2. Sumber informasi 3. Frekuensi ke perpustakaan 4. Cara penelusuran 5. Subyek yang dicari 6.Waktu penelusuran
Efektivitas penyebaran informasi (Y) rho Sig 0,1775 0,1106 0,0952 0,0952 -0,0579 0,6052 0,2390* 0,0305 0,1425 0,2014 -0,0181 0,8718 -0,0182 0,8713
Sumber: Diolah dari data primer, 2008 Keterangan: Sig=Signifikansi uji dua sisi (two tailed test), level 0,05 ; rho=koefisisen korelasi *nyata dan **sangat nyata
Tabel 2 menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan nyata dan positif antara kedua peubah tersebut. Hal ini berarti hipotesis ketiga dalam penelitian yang menyebutkan terdapat hubungan yang nyata dan positif antara aksesibilitas informasi dengan efektivitas penyebaran informasi di bidang pertanian melalui perpustakaan digital tidak dapat diterima/ditolak. Bila dilihat perunsur aksesibilitas informasi responden didapatkan, frekuensi ke perpustakaan berhubungan nyata dan positif dengan efektivitas penyebaran informasi. Hal ini dapat disimpulkan bahwa kecepatan dan ketepatan
responden dalam mengakses informasi yang dicari dan didapatkan tidak selalu tergantung dengan adanya berbagai fasilitas yang ada di PUSTAKA, akan tetapi seringnya responden ke PUSTAKA akan membawa penilaian yang positif terhadap kegiatan penyebaran informasi di bidang pertanian tersebut.
75
Efektivitas Penyebaran Informasi di Bidang Pertanian melalui Perpustakaan Digital
4.7 Hubungan Intensitas komunikasi dengan Efektivitas Penyebaran informasi di bidang Pertanian melalui Perpustakaan Digital
Hasil uji korelasi Rank Spearman pada taraf α = 0,05 antara aksesibilitas informasi dengan efektivitas penyebaran informasi di bidang pertanian melalui perpustakaan digital ditunjukkan pada Tabel 3.
Tabel 3 Hubungan Intensitas Komunikasi dengan Efektivitas Penyebaran Informasi di Bidang Pertanian melalui Perpustakaan Digital Peubah tidak bebas Peubah bebas Intensitas komunikasi (X3) 1. Frekuensi interaktif 2. Frekuensi diskusi 3. Terpaan media massa 4. Jumlah karya tulis 5. Langganan media komunikasi Sumber: Diolah dari data primer, 2008
Tabel 3 menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan nyata dan positif (α = 0,05) antara kedua peubah tersebut. Hal ini berarti hipotesis keempat dalam penelitian yang menyebutkan terdapat hubungan yang nyata dan positif antara intensitas komunikasi dengan efektivitas penyebaran informasi di bidang pertanian melalui perpustakaan digital tidak dapat diterima/ditolak. Apabila dilihat satu persatu dari unsur intensitas komunikasi responden didapatkan frekuensi interaktif dan jumlah karya tulis yang dihasilkan dan dipresentasikan responden dalam tiga bulan terakhir berhubungan nyata dan positif dengan efektivitas penyebaran informasi. Hal ini dapat disimpulkan bahwa aktifitas responden dalam pencarian informasi yang dibutuhkan membawa persepsi yang positif terhadap kegiatan penyebaran informasi ini. Dengan seringnya berkomunikasi secara interpersonal dengan sumbersumber informasi dan banyaknya karya tulis yang akan dihasilkan membawa responden untuk selalu menggunakan PUSTAKA dalam memenuhi kebutuhan 76
Efektivitas Penyebaran informasi (Y) rho Sig 0,2018 0,0690 0,2343* 0,0341 0,0881 0,4313 0,1651 0,1382 0,2740* 0.0127 -0,0735 0,5114
akan informasi yang dicarinya. Sementara itu frekuensi diskusi dan langganan media komunikasi tidak terlihat adanya hubungan yang nyata dengan efektivitas penyebaran informasi di bidang pertanian di PUSTAKA Bogor. Hal ini dimungkinkan seringnya responden melakukan diskusi kelompok maupun seminar dan banyaknya media komunikasi yang dilanggan, akan menjadikan perpustakaan bukan satu-satunya sumber informasi yang dibutuhkan. Dengan demikian responden tidak terpengaruh pada berbagai fasilitas yang ditawarkan PUSTAKA 4.8 Hubungan Karakteristik Pemustaka, Aksesibilitas Informasi dan Intensitas Komunikasi dengan Efektivitas Penyebaran informasi di bidang Pertanian melalui Perpustakaan Digital Hasil analisis inferensial dengan korelasi Rank Spearman pada taraf α = 0,05 secara umum menunjukkan, karakteristik, aksesibilitas informasi dan
S. Maryam, M. Hubeis, dan Maksum intensitas komunikasi responden secara bersama-sama tidak menunjukkan hubungan yang nyata dan positif dengan efektivitas penyebaran
informasi di bidang pertanian melalui perpustakaan digital di PUSTAKA Bogor.Hal tersebut ditunjukkan pada Tabel 4.
Tabel 4 Hubungan antar Peubah Karakteristik, Aksesibilitas Informasi, dan Intensitas Komunikasi dengan Efektivitas Penyebaran Informasi Peubah bebas
Peubah tidak bebas
X123 1.Karakteristik pemustaka 2.Aksesibilitas informasi 3.Intensitas komunikasi
Efektivitas penyebaran informasi rho Sig 0,1896 0,0880 -0,1212 0,2780 0,1175 0,1106 0,2018 0,0690
Sumber: Diolah dari data primer, 2008 Keterangan: Sig=Signifikansi uji dua sisi (two tailed test), level 0,05 ; rho=koefisisen korelasi *nyata dan **sangat nyata
Dengan demikian hipotesis kelima dalam penelitian ini tidak dapat diterima/ditolak. Karakteristik responden yang terdiri dari umur, jenis kelamin, pendidikan formal dan non formal, program studi, kekosmopolitan dan aktivitas sosial tidak mempengaruhi keefektifan penyebaran informasi di bidang pertanian di PUSTAKA Bogor. Hal ini menunjukkan responden tidak mempersoalkan kinerja layanan maupun berbagai ketersediaan fasilitas yang ada di PUSTAKA, mereka cenderung mencari informasi yang berkaitan dengannya sepanjang informasi itu ada di PUSTAKA. Kecepatan dan ketepatan responden dalam mengakses informasi yang dibutuhkan juga tidak mempengaruhi keefektifan penyebaran informasi di bidang pertanian. Hal ini menunjukkan ketersediaan berbagai akses informasi yang ada di PUSTAKA tidak menjadikan perpustakaan ini sebagai satusatunya tempat untuk memperoleh informasi, karena di era globalisasi ini berbagai informasi sangat mudah didapatkan, khususnya melalui media massa baik cetak maupun elektronik.
Intensitas komunikasi responden juga tidak memperlihatkan hubungan yang nyata dengan efektivitas penyebaran informasi di bidang pertanian melalui perpustakaan digital. Hal ini menunjukkan aktivitas responden dalam mencari informasi melalui sumbersumber informasi yang dibutuhkan tidak berpengaruh terhadap kedatangannya di PUSTAKA Bogor. Dengan kinerja layanan yang ada di PUSTAKA dan tersedianya berbagai fasilitas akses informasi tidak membuat responden berhenti untuk mencari sumber-sumber informasi yang terkait. PUSTAKA dijadikan salah satu alternatif pencarian informasi dalam melengkapi informasi yang dibutuhkan. 4.9 Hubungan Karakteristik, Aksesibilitas Informasi dan Intensitas Komunikasi Pemustaka. Hipotesis keenam yang menyebutkan terdapat hubungan nyata dan positif (α = 0,05) antara karakteristik pemustaka dengan aksesibilitas informasi dapat diterima. Hal ini ditunjukkan dalam tabel 5. Karakteristik responden terutama umur, program studi dan kekosmo77
Efektivitas Penyebaran Informasi di Bidang Pertanian melalui Perpustakaan Digital politan menentukan kecepatan dan ketepatannya dalam mengakses informasi yang dibutuhkan, Usia yang masih muda, program studi yang tengah dijalani dan keterbukaannya pada berbagai jenis dan sumber informasi, membuat responden cenderung lebih sering ke perpustakaan. Hal ini dapat dipahami bahwa dengan seringnya ke perpustakaan akan semakin banyak
informasi yang didapatkannya. Kekosmopolitan responden juga akan menentukan bagaimana dia mencari informasi yang diinginkannya melalui cara-cara penelusuran yang dilakukannya di perpustakaan. Semakin kosmopolit responden semakin canggih cara-cara penelusuran yang digunakannya dalam mencari informasi.
Tabel 5 Hubungan Karakteristik Pemustaka dengan Aksesibilitas Informasi X1
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
X2
Karakteristik Pemustaka Umur Jenis kelamin Pendidikan formal Pendidikan non formal Program studi Kekosmopolitan Aktivitas sosial
Aksesibilitas informasi rho Sig 0,4160** 0,0001 0,0051 0,3065** 0,6418 0,0521 0,0709 0,2005 0,8135 0,0264 0,0016 0,3422** 0,0001 0,4089** 0,3601 0,1024
Sumber: Diolah dari data primer, 2008 Keterangan: Sig=Signifikansi uji dua sisi (two tailed test), level 0,05 ; rho=koefisisen korelasi *nyata dan **sangat nyata
Hipotesis keenam juga menyebutkan terdapat hubungan nyata dan positif (α = 0,05) antara karakteristik pemustaka dengan intensitas komuni-
kasi serta antara aksesibilitas informasi dengan intensitas komunikasi, keduanya tidak dapat diterima/ditolak. Hal ini ditunjukkan dalam tabel 6 dan 7.
Tabel 6 Hubungan Karakteristik Pemustaka dengan Intensitas Komunikasi X1
X3
Karakteristik pemustaka 1. Umur 2 Jenis kelamin 3 Pendidikan formal 4 Pendidikan non formal 5 Program studi 6 Kekosmopolitan 7. Aktivitas sosial
Intensitas Komunikasi Rho Sig -0,1095 0,3276 -0,1143 0,3065 -0,0856 0,4447 -0,0369 0,7419 -0,0750 0,5030 -0,0059 0,5970 0,0824 0,4617 -0,1076 0,3361
Sumber: Diolah dari data primer, 2008 Keterangan: Sig=Signifikansi uji dua sisi (two tailed test), level 0,05 ; rho=koefisisen korelasi *nyata dan **sangat nyata
78
S. Maryam, M. Hubeis, dan Maksum Tabel 7 Hubungan Aksesibilitas Informasi dengan Intensitas Komunikasi X2
X3
Aksesibilitas informasi 1. Jenis informasi 2. Sumber informasi 3. Frekuensi ke perpustakaan 4. Cara penelusuran 5. Subyek yang dicari 6.Waktu penelusuran
Intensitas komunikasi Rho Sig 0,1159 0,2997 0,1274 0,2539 -0,0749 0,5038 0,0633 0,5723 0,0412 0,7130 0,0632 0,5724 0,0148 0,8948
Sumber: Diolah dari data primer, 2008 Keterangan: Sig=Signifikansi uji dua sisi (two tailed test), level 0,05 ; rho=koefisisen korelasi *nyata dan **sangat nyata
5. Kesimpulan dan Saran 5.1 Kesimpulan 1. Responden dalam penelitian ini adalah 82 orang mahasiswa yang sebagian besar perempuan, berusia muda, pendidikan formal S1, tergolong kosmopolit dan memiliki aktivitas sosial di bidang kerohanian. Aksesibilitas responden terhadap sumbersumber informasi tergolong aktif dan tinggi intensitasnya. Intensitas komunikasi yang dilakukan responden melalui komunikasi interaktif, diskusi, media massa, dan karya tulis relatif rendah. Sementara itu efektivitas penyebaran informasi di bidang pertanian melalui perpustakaan digital PUSTAKA sebagian besar responden berpendapat cukup memuaskan sampai memuaskan. 2. Secara umum karakteristik responden tidak ada hubungannya dengan efektivitas penyebaran informasi di bidang pertanian melalui perpustakaan digital. Responden mencari informasi bukan karena berbagai berbagai fasilitas di PUSTAKA, tapi karena sebagai mahasiswa umumnya, perpustakaan adalah salah satu tempat untuk mencari informasi yang dibutuhkan dalam menyelesaikan tugas-tugas perkuliahannya dan PUSTAKA
adalah perpustakaan khusus yang menyediakan koleksi dan informasi yang dibutuhkan mahasiswa yang banyak berkaitan dengan bidang pertanian. 3. Aksesibilitas informasi responden tidak menentukan pandangannya terhadap efektivitas penyebaran informasi di bidang pertanian melalui perpustakaan digital. Kecepatan dan ketepatan responden dalam mengakses informasi yang dicari dan didapatkan tidak selalu tergantung dengan adanya berbagai fasilitas yang ada di PUSTAKA, akan tetapi seringnya responden ke PUSTAKA akan membawa penilaian yang positif terhadap kegiatan penyebaran informasi di bidang pertanian tersebut. 4. Intensitas komunikasi tidak menentukan penilaian responden terhadap efektivitas penyebaran informasi di bidang pertanian melalui perpustakaan digital, aktifitas responden dalam pencarian informasi yang dibutuhkan membawa persepsi yang positif terhadap kegiatan penyebaran informasi di bidang pertanian. Seringnya berkomunikasi secara interpersonal dengan sumbersumber informasi dan banyaknya karya tulis yang dihasilkan membawa responden untuk selalu menggu79
Efektivitas Penyebaran Informasi di Bidang Pertanian melalui Perpustakaan Digital nakan PUSTAKA dalam memenuhi kebutuhan akan informasi yang dicarinya. 5. Secara umum, karakteristik responden, aksesibilitas informasi dan intensitas komunikasi tidak berhubungan nyata dan positif dengan efektivitas penyebaran informasi di bidang pertanian melalui perpustakaan digital. Hal ini disebabkan responden tidak mempersoalkan kinerja layanan maupun berbagai ketersediaan fasilitas yang ada di PUSTAKA dan tidak menjadikannya sebagai satu-satunya tempat untuk memperoleh informasi, karena di era globalisasi ini berbagai informasi sangat mudah didapatkan, khususnya melalui media massa. PUSTAKA dijadikan salah satu alternatif pencarian informasi dalam melengkapi informasi yang dibutuhkan. 6. Hasil analisis hubungan antar peubah bebas menunjukkan hanya karakteristik responden yang menentukan kecepatan dan ketepatannya dalam mengakses informasi yang dibutuhkan, akan tetapi tidak mempengaruhi aktifitasnya dalam pencarian informasi. Hal ini menunjukkan responden sesuai dengan karakteristiknya memerlukan aksesibilitas yang tinggi dalam memperoleh informasi yang dibutuhkan. 5.2 Saran 1. Selain internet, fasilitas penelusuran elektronik seperti CD-ROM dan OPAC harus lebih disosialisasikan agar fungsi PUSTAKA sebagai perpustakaan digital lebih dioptimalkan. 2. Dari hasil penelitian, penyebaran informasi di bidang pertanian melalui perpustakaan digital yang diterapkan PUSTAKA Bogor sudah
80
cukup efektif. Hal ini bisa dijadikan referensi bagi perpustakaan sejenis di seluruh Indonesia dalam upaya mengembangkan perpustakaan digital. 3. Ketersediaan perangkat TIK untuk penelusuran, download, dan komunikasi data yang ada di PUSTAKA perlu disesuaikan dengan intensitas dan jumlah pengguna (pemustaka), termasuk kecepatan aksesnya. 4. Tidak hanya kepada peneliti di lingkungan Badan Litbang Pertanian, Perpustakaan digital PUSTAKA perlu lebih dipromosikan kepada masyarakat luas dengan publikasi dan iklan melalui media massa terutama televisi (media difusi paling dominan) sebagai perpustakaan terlengkap dan termodern di bidang pertanian. Daftar Pustaka Arikunto, S. 1993. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan. Jakarta: PT Bhineka Cipta. Deegan, M.C. 2002. Libraries without walls 3: the delivery of library services to distant user. London: Library Association Publishing. DeVito, J.A. 1997. Komunikasi Antar Manusia. Kuliah Dasar. Maulana Agus, penerjemah; Jakarta: Profesional Books. Terjemahan dari Human Communication. Effendy. O.U. 2000. Dinamika Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya. Kriyantoro, R. 2007. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana. Pendit, P.L dkk. 2005. Perpustakaan Digital: Perspektif Perpustakaan Perguruan Tinggi di Indonesia. Jakarta: Perpustakaan Universitas Indonesia, [PUSTAKA] Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian.
S. Maryam, M. Hubeis, dan Maksum 2006. Grand Desain Perpustakan Digital PUSTAKA. Bogor. Pusat Perpustakan dan Penyebaran Teknologi Pertanian. 2007. Laporan Tahunan 2006. Pusat Perpustakan dan Penyebaran Teknologi Pertanian. Bogor: Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian. Ratnaningsih.1998. Pustakawan dan Penelitian Perpustakaan. Jakarta: Kesaint Blanc.
Ross, S.R. 1985. Speech Communication fundamental and Practice. New York: Prantice Hall, Inc. Engelwood Cliffts. Triton, P.B. 2006. SPSS 13.0 Terapan. Yogjakarta: Penerbit ANDI. Tubbs S.L and Moss, S .1996. Human Communication, Konteks-konteks Komunikasi. Mulyana Deddy, penerjemah; Bandung: Remaja Rosda Karya. Terjemahan dari Human Communication
81
IMPLEMENTASI KATALOG BERSAMA UNTUK DISTRIBUSI KOLEKSI FISIK DAN KOLEKSI DIGITAL PADA PERPUSTAKAAN BINAAN YAYASAN TRAMPIL Sugiarto1, Lily Puspa Dewi2, Andy Febrico Bintoro3
Program Studi Teknik Informatika Fakultas Teknologi Industri Universitas Kristen Petra Jl. Siwalankerto 121-131 Surabaya 60236 Telp. (031)-2983455, Fax. (031)-8417658
[email protected],
[email protected],
[email protected]
ABSTRAK
Implementasi Sistem Informasi Perpustakaan untuk Mengelola Koleksi Fisik dan Koleksi Digital pada Perpustakaan Binaan Yayasan TRAMPIL. Yayasan TRAMPIL bergerak dalam bidang pendidikan yang membantu guru yang ingin melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi sehingga memenuhi standar kualitas guru berdasarkan aturan dari pemerintah. Yayasan TRAMPIL memberikan fasilitas perpustakaan bagi peserta yang mengikuti program pendidikan sehingga dapat meminjam buku yang ada. Perpustakaan yang masih tidak terkomputerisasi membuat yayasan ini kesulitan dalam mendistribusikan koleksi yang dimiliki. Berdasarkan kebutuhan yang dibutuhkan oleh yayasan tersebut maka sistem infomasi perpustakaan yang berbasis web diperlukan dalam membantu menyelesaikan permasalahan tersebut. Sistem ini digunakan untuk membantu Yayasan TRAMPIL untuk mengelola koleksi yang dimiliki sehingga koleksi-koleksi tersebut dapat dilihat oleh perpustakaan binaan lainnya. Hasil yang diberikan dengan penggunaan sistem ini adalah membantu dalam pengolahan koleksi yang dimiliki. Membuat pendistribusian koleksi menjadi lebih mudah terutama koleksi digital bagi perpustakaan lainnya.
Kata kunci
Perpustakaan, Sistem informasi perpustakaan, Yii Framework, Katalogisasi.
Keywords
Library, Library Information System, Yii Framework, Cataloging
1. PENDAHULUAN.
Untuk membantu para guru, Yayasan TRAMPIL berencana untuk mendirikan pusat belajar (learning centre) yang tersebar di seluruh pelosok Indonesia. Learning centre ini nantinya akan dilengkapi dengan perpustakaan yang memiliki sistem informasi terintegrasi. Untuk itu, diperlukan adanya katalog bersama yang dapat diakses dan didistribusikan dengan mudah. Namun pada saat ini Yayasan TRAMPIL masih belum mempunyai katalog bersama sebagai sarana yang dapat menghubungkan perpustakaan binaannya secara online. Hal tersebut memberikan dampak yang terasa pada Yayasan TRAMPIL. Adanya kebutuhan akan teknologi yang dapat membantu dalam berbagi bahan ajar/materi ajar, menyebabkan perubahan serta penambahan koleksi dalam bentuk koleksi digital yang dengan mudah dapat secara langsung diakses melalui Internet[1].
2. PENGERTIAN KATALOG BERSAMA
Katalog bersama adalah kumpulan dari beberapa katalog yang kemudian katalog tersebut dimasukan ke dalam database pada suatu perpustakaan. Pada katalog bersama menggunakan standar database yang dalam penulisannya harus menggunakan nama pada setiap kolom yang harus disamakan[2].
3. INFORMATION RETRIEVAL ABSTRACT
Library Information System Implementation to Manage Physical Collection and Digital Collection in Binaan Yayasan TRAMPIL Library. Yayasan TRAMPIL involves in educational field that helps teachers who would like to pursue higher education degree to fulfill the standards set by government. Yayasan TRAMPIL provides library facilities for participants who join the education program which enable all participants to borrow necessary books. However, library which has not been systemized hinder this Yayasan TRAMPIL to distribute existing collection. Based on the needs of Yayasan TRAMPIL, a web based library information system is necessary to solve the current problem faced by Yayasan TRAMPIL. This particular system will enable Yayasan TRAMPIL to manage the existing collection as well as allow other binaan library to check the existing collection. Utilizing this system will results in more efficient way in managing the existing collection. It will also ease the distribution of books to other library, especially for digital collection.
Information retrieval adalah proses menemukan dokumen yang bersifat tidak terstruktur dari dalam suatu koleksi besar (tersimpan di dalam tempat penyimpanan) dan banyak yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan informasi. Information retrieval mendukung pengguna dalam mencari dan melakukan penyaringan koleksi dokumen atau melakukan pengolahan lebih lanjut dari beberapa dokumen yang diambil. Information retrieval melakukan penghitungan dalam mencari suatu dokumen, melalui penghitungan tersebut dilakukan perbandingan yang ditinjau dari hal-hal tertentu[3].
4. ANALISA SISTEM 4.1.Analisa Proses
Yayasan TRAMPIL merupakan sebuah pusat pembelajaran berbasis teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dimana para peserta dapat mengikuti proses pembelajaran melalui sistem e-learning. Yayasan ini memfasilitasi proses pembelajaran berbasis Internet yang dilakukan oleh seorang ICT learning centre di setiap lokasi yang dikelola oleh dua orang fasilitator, yakni fasilitator belajar dan fasilitator TIK. Setiap orang yang hendak mengikuti program yang ditawarkan oleh yayasan ini harus terlebih dahulu mendaftar, sehingga
5. DESAIN SISTEM 5.1. Data Flow Diagram (DFD)
dapat melakukan akses terhadap pembelajaran di learning centre. Yayasan TRAMPIL saat ini masih menggunakan sistem manual dalam menjalankan kegiatan dibagian perpustakaan. Sirkulasi meurpakan salah satu kegiatan yang ada di yayasan tersebut, pada proses ini masih menggunakan cara yang masih tergelong cara yang tradisional. Pada proses peminjaman masih dilakukan denganara peminjaman buku layaknya perpustakaan umum.
4.2.
DFD akan membantu dalam mengetahui aliran data dari Yayasan TRAMPIL. Pembuatan DFD dimulai dengan pembuatan context diagram, kemudian dari context tersebut dibuat menjadi DFD level 0 dan DFD level 1 yang dirancang untuk memperbaiki sistem yang lama[4]. Dapat dilihat pada Gambar 1 DFD dari sistem infrmasi perpustakaan dari yayasan ini. Entitas-entitas yang ada adalah admin anggota , guest dan owner. Proses utama yang ada pada site ini adalah pengelolahan , review da rating serta pembuatan laporan. Aliran data yang diberikan kepada sistem akan disimpan kedalam data store.
Analisa Kebutuhan
Dari latar belakang masalah dapat disimpulkan bahwa kebutuhan dari yayasan ini adalah: Software katalog bersama yang berbasiskan web. Software yang dapat membantu dalam mengatur hak akses dari setiap anggota perpustakaan Kepala Perpus
List Master Detail Koleksi Digital List Master Koleksi Digital
Laporan Koleksi Digital Data Pencarian Laporan Jumlah Koleksi perkategori
List Master Detail Koleksi fisik
Laporan Peminjaman Koleksi
List Master Penerbit List Master Subjek
List Data Master Member Data Master Member
Pustakawan Data Master Perpustakaan
Member
Data Master Koleksi Fisik
Data Master Penerbit
List Hasil Cari
Data Master Detail Koleksi Fisik
Data Koleksiku 1 Ulasan
SISTEM INFORMASI PERPUSTAKAAN TRAMPIL
Kriteria Buku yang dicari
Data Master Bentuk Data Master Bahasa
Data Master Koleksi Digital Data Master User Data Master Detail Koleksi Digital Data Master Subjek
List Data Master Perpustakaan
List Master User List Master Koleksi Fisik Kriteria Buku yang dicari
List Hasil Cari
List Master Bentuk List Master Bahasa
Guest
Gambar 1. Data Flow Diagram-Context Diagram
5.2. Entity Relationship Diagram
ERD adalah diagram yang dipakai untuk mendokumentasikan skema database dan disebut juga sebagai entity relationship karena menggambarkan entitas dan hubungannya[5]. Dalam pembuatan ERD terdapat 2 bagian, yaitu conceptual data model dan physical data model.
ERD dari yayasan ini dapat dilihat pada Gambar 2. Pada Gambar 2 dijelaskan mengenai database yang dipakai . Tabel yang dipakai pada yayasan ini adalah tabel untuk koleksi fisik, koleksi digital, dan adanya tabel review dan rating. Masingmasing tabel memiiki hubungan yang memudahkan pengguna dalam melakukan pencarian data pada .
penerbit id_penerbit
Integer <M> nama_penerbit Characters (256) alamat_penerbit Characters (256) tanggal_update Timestamp user_yang_update Characters (256) flag Integer
punya
Identifier_1
bahasa
punya
id_bahasa Characters (256) <M> nama_bahasa Characters (256) tanggal_update Timestamp user_yang_update Characters (256) flag Integer
punya
punya
punya
memanage bentuk id_bentuk Characters (256) <M> nama_bentuk Characters (256) tanggal_update Timestamp user_yang_update Characters (256) flag Integer
Identifier_1 memanage
Identifier_1
subjek id_subjek Integer <M> nama_subjek Characters (256) tanggal_update Timestamp user_yang_update Characters (256) counter_fisik Integer counter_digital Integer
punya
punya
Identifier_1 perpustakaan
punya memanage punya
id_perpustakaan Characters (256) <M> nama_perpustakaan Characters (256) nama_kepala Characters (256) email_perpus Characters (256) alamat_perpus Characters (256) tanggal_update Timestamp user_yang_update Characters (256) kota Characters (256) provinsi Characters (256) flag Integer count Integer
kategori_fisik pengolahan punya
Identifier_1 d_pengolahan
memanage
id_dpengolahan Integer <M> judul_ind Characters (256) judul_eng Characters (256) abstrak Characters (256) keterangan Characters (256) copyrights Characters (256) sumber Characters (256) tanggal_update Timestamp user_yang_update Characters (256) pengarang Characters (256)
member
memanage
Identifier_1 memanage
Mempuyai punya
kategori_digital id_kategori Integer <M> nama_kategori Characters (256) count Integer flag Integer user_yang_update Characters (256) tanggal_update Timestamp Identifier_1
review dan rating
d_detail_pengolahan id_detail Integer <M> sumber Characters (256) status_akses Characters (256) tanggal_update Timestamp user_yang_update Characters (256) format_file Characters (256) nama_file Characters (256) kualitas_video Characters (256) downloaded Integer
memanage
id_member Integer <M> nama_member Characters (256) username Characters (256) password Characters (256) pekerjaan Characters (256) tanggal_update Timestamp user_yang_update Characters (256) alamat_member Characters (256) ICT Characters (256) kota Characters (256) telepon Characters (256) tanggal_daftar Date status Characters (256) superuser Integer counter_login Integer last_login Date
id_kategori Integer <M> nama_kategori Characters (256) count Integer flag Integer user_yang_update Characters (256) tanggal_update Timestamp Identifier_1
punya punya
Identifier_1
memanage
Punya. memanage detail_pengolahan k999a Integer <M> callnumber Integer tanggal_datang Date status_kondisi Characters (256) status_perolehan Characters (256) asal_perolehan Characters (256) tanggal_status Date ketersediaan Characters (256) tanggal_update Timestamp user_yang_update Characters (256) lokasi Characters (256)
Identifier_1
punya
memanage
Identifier_1
k099a id Integer <M> nama Characters (256) tanggal_update Timestamp user_yang_update Characters (256) count Integer Identifier_1
Identifier_1
apachelog
punya
punya
id_katalog Integer <M> judul_koleksi Characters (256) judul_seri Characters (256) tahun_terbit Integer ISBN Integer k099a Characters (256) k099b Characters (256) k099c Characters (256) k099d Characters (256) nama_pengarang Characters (256) edisi Integer abstrak Characters (256) tanggal_update Timestamp user_yang_update Characters (256) flag Integer
id_apache Integer <M> nama_log Characters (256) hit Integer
punya
Identifier_1 part id_part Integer <M> nama_part Characters (256) tanggal_update Timestamp user_yang_update Characters (256) flag Integer
jenis_member
hit
id_jenis Characters (256) <M> nama_jenis Characters (256) tanggal_update Timestamp user_yang_update Characters (256) flag Integer
Identifier_1
id_hit Integer <M> jumlah_hit Integer tanggal_hit Date Identifier_1
Identifier_1 setting id_setting Integer <M> nama_setting Characters (256) value_setting Characters (256)
koleksiku_digital id_koleksiku Integer <M> review Characters (256) rating Float
Identifier_1 review dan rating
Identifier_1
kota id_kota Integer <M> nama_kota Characters (256) provinsi Characters (256) tanggal_update Timestamp user_yang_update Characters (256)
punya
Identifier_1
koleksiku_fisik review Characters (256) rating_member Float id_koleksiku Integer <M> punya
Identifier_1
Gambar 2. Entity Relationship Diagram – Conceptual Diagram
6. IMPLEMENTASI SISTEM 6.1. Katalog Bersama
Katalog bersama adalah halaman pencarian yang digunakan oleh semua orang yaitu guest, anggota, admin. Pada katalog bersama
dibagi menjadi tiga bagian yaitu pencarian koleksi digital, pencarian koleksi fisik, dan pencarian berdasarkan direktori. Pada pencarian koleksi fisik dibagi menjadi dua simple search dan advanced search. Gambar 3 adalah gambar yang menjelaskan mengenai proses kerja dari katalog bersama.
Gambar 3.Pencarian katalog. Dengan menggunakan pencarian ini, mempermudah pengguna dan yayasan dalam mencari koleksi.
6.2. Pengolahan Anggota
Pengolahan anggota digunakan untuk membantu dalam mengelola anggota-anggota yang baru mendaftar. Gambar 4 adalah proses mengelola anggota baru.
Gambar 4. Pengolahan anggota Pada Gambar 4 pengguna harus memasukkan data data dari anggota yang hendak disimpan sebagai anggota baru pada perpustakaan.
6.3. Laporan
Laporan yang ada dalam sistem ini terbagi mejadi dua macam yaitu laporan untuk koleksi fisik dan laporan untuk koleksi digital. Laporan koleksi fisik menunjukan mengenai koleksikoleksi yang dimiliki oleh yayasan. Sedangkan laporan koleksi digital menampilkan koleksi-koleksi digital yang dimiliki. Pada pembuatan laporan ini dapat dibuat secara flexible, maksudnya adalah dapat memilik data apa yang mau dicetak. Gambar 5 adalah gambar dari halaman laporan yang digunakan untuk memberikan informasi mengenai koleksi-koleksi yang dimiliki oleh yayasan dan binaannya.
Gambar 6. Pengolahan eksemplar
6.5. Dashboard
Dashboard digunakan untuk memantau koleksi yang sedang digemari dan juga memantau jumlah dari orang yang mengakses situs yang dibuat.. Gambar 7 adalah gambar dari dashboard yang digunakan untuk memantau koleksi yang dimiliki.
Gambar 5. Pengolahan laporan. Pada Gambar 5 terdapat pilihan yang dapat dimasukkan sebagai kriteria dalam membuat kolom dari laporan dan juga kriteria dalam pembuatan laporan tersebut yang dapat ditinjau dari periode waktu tertentu.
6.4. Master Detil Pengolahan
Modul ini digunakan untuk mengelolah eksemplar dari tiap koleksi, khusus pada koleksi digital pengolahan ini dapat mengunggah file yang diperlukan untuk di bagikan kepada orang lain. Gambar 6 adalah gambar untuk pengolahan detil dari judul koleksi yang dimiliki (eksemplar).
.
Gambar7. Dashboard
6.6. Koleksiku
Fitur yang diberikan kepada anggota, sehingga anggota tidak perlu susah-susah mencari koleksi ditempat lain. Cukup melalui katalog bersama dan kemudian anggota dapat mengunduh eksemplar dalam bentuk file, namun file tertentu saja yang dapat diakses oleh anggota. Gambar 8 adalah fitur koleksiku yang digunakan untuk memberikan ulasan terhadap koleksi yang dimiliki.
7. KESIMPULAN & SARAN Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan, terdapat beberapa hal yang dapat disimpulkan, yaitu: Hasil pencarian katalog sesuai dengan kata kunci yang dicari oleh pengguna. Berdasarkan kuisioner yang diberikan kepada koresponden, 100% koresponden menilai keseluruhan program sudah baik. Berdasarkan kuisioner yang diberikan kepada koresponden, 100% koresponden menilai kesesuaian program sangat baik. Berdasarkan kuisioner yang diberikan kepada koresponden, 33,33% koresponden menilai keengkapan informasi cukup baik, 66,66% koresponden menilai keengkapan informasi sudah baik. Sistem yang dibuat mempermudah yayasan dalam mengatur hak akses dari setiap anggota perpustakaan, hal ini ditunjukkan dengan hasil dari kuisioner.Sebanyak 66,66% koresponden mengatakan sistem yang telah dibuat sudah baik dalam mempermudah pengerjaan. 33,33% koresponden mengatakan sistem sangat mempermudah pengerjaan. Pengujian sistem yang dilakukan dengan cara beberapa orang yang memakai, dihasilkan bahwa database dapat terintegrasi dengan perpustakaan binaan lainnya. Proses penjadwalan belum dapat mengatur waktu sesuai keinginan admin. Beberapa saran yang dapat membantu menyempurnakan sistem ini adalah: Pengembangan sistem selanjutnya dapat ditambahkan dengan fitur yang memberikan rekomendasi terhadap koleksi yang memiliki kesamaan dalam isi. 8. [1] [2] [3]
Gambar 8. Koleksiku. Pengukuran tingkat kepuasan dari penggunaan sistem diukur dengan menggunakan kuisioner yang diberikan kepada koresponden. Pada kuisioner tersebut terdapat beberapa nilai yang dapat diberikan yaitu sangat buruk dengan nilai 1, buruk dengan nilai 2, cukup dengan nilai 3, baik dengan nilai 4 dan sangat baik dengan nilai 5. Hasil yang diperoleh dari pembagian kuisioner tersebut dapat dilihat pada Tabel 1: Tabel 1. Hasil Kuisioner Jumlah Responden No Pernyataan 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 6
Interface Program Kesesuaian Program dengan Kebutuhan Kecepatan Proses Program Kemudahan Pemakaian Program Kelengkapan Informasiyang didapat Keseluruhan Program
0
0
2
1
0
0
0
0
0
3
0
0
0
3
0
0
0
0
2
1
0
0
1
2
0
0
0
0
3
0
[4] [5]
DAFTAR PUSTAKA TRAMPIL. 2013. TRAMPIL. Retrieved from TRAMPIL: www.trampil.org. Pendit, P. L. 2008. Perpustakaan Digital Dari A sampai Z. Jakarta: CITA KARYAKARSA MANDIRI. Retrieved October 29, 2013. Manning, C. D., Raghavan, P., & Schutze, H. 2009. An Introduction to Information Retrieval. Cambridge: Cambridge University Press. Retrieved fromhttp://nlp.stanford.edu/IRbook/pdf/irbookonlinereading.pdf. Romney, M. B., & Steinbart, P. J. 2012. Accounting Information System. England: Pearson. Kendall, E.Kenneth .2010. SYSTEMS ANALYSIS & DESIGN METHODS. New York: Prentice Hall.
JARINGAN PERPUSTAKAAN DIGITAL IPTEK Oleh Bambang Setiarso [email protected] Bidang Pengembangan Sistem Dokinfo, PDII – LIPI
Pendahuluan Digital Library bisa dilihat dari berbagai disiplin ilmu (multi dimensi) secara komprehensif menuju pada a knowledge society. Knowledge society adalah salah satu fondasi dasar bagi perkembangan suatu bangsa dan negara, dimana DL adalah salah satu instrumen untuk pertukaran pengetahuan atau informasi di suatu negara dan bangsa, antar negara/bangsa. Knowledge Society sangat berbeda dengan masyarakat industri (knowledge economy) yang bertujuan merubah masyarakat dari pemenuhan kebutuhan dasar “ the basic need of all round development to empowerment”. Knowledge Society ada dua komponen driven by societal transformation and wealth generation seperti : pendidikan, kesehatan, pertanian dan pemerintahan akan melahirkan generasi dengan produktivitas tinggi. Knowledge Management adalah suatu proses yang secara sistematis dari finding, selecting, organizing, distilling, and presenting informasi, untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman secara komprehensif pada area yang spesifik. Specific Knowledge Management aktivitas terdiri dari bagaimana mengorganisasikan acquiring, storing, utilizing knowledge for problem solving, dynamic learning, strategic planning and decision making. Knowledge Creation ada dua yaitu : explicit dan tacit knowledge, explicit knowledge seperti: buku, proseding, makalah/artikel, presentasi, notulen, catatan harian, dsb, sedangkan tacit knowledge terdapat di masing-masing orang, sehingga perlu suatu cara yang secara sistematis 10
diamati, ditangkap atau mengamati/menangkap data/informasi dari setiap individu dalam suatu organisasi yang ada untuk memecahkan masalah yang dihadapi oleh suatu organisasi, sehingga perlu suatu mekanisme yang sistematis untuk menangkap pengetahuan individu/perorangan, sedangkan Digital Library sebagai komponen penting untuk menangkap explicit knowledge. Sehingga perlu diperkuat Knowledge Management Grid dan the Central Digital Library Data Center yang dilengkapi dengan the Comprehensive Virtual Digital Library dan Knowledge Management System kedalam suatu organisasi yang terhubung dengan Internet.
Digital Library Concepts
“ The Digital Libraries is an electronic library where the information is acquired stored & retrieved in digital form. Digital libraries is a group of interlinked workstations connected to high speed networks. Librarians face greater challenges in capturing, storing, formatting, retrieval & reproduction of nontextual information. Modern information system are now able to represent the information electronically & manipulate automatically at high speeds”.
Definition of a Digital Library
The Digital Library Federation mendefinisikan sebagai berikut: “Organizations that provide the resources, including the specialized staff, to select, structure, offer intellectual access to, interpret, distribute, preserve the integrity of, and ensure the persistence over time of collections of digital works so that they are readily and economically
available for use by a defined community or set of communities” (Walters 1998). T.B. Rajashekar mendefinisikan sebagai berikut: “ a managed collection of information, with associated services, where the information is stored in digital formats and accessible over a network”. John Millard mendefinisikan sebagai berikut : “libraries that are distinguished from information retrieval systems because they include more type of media, provide additional functionally and services, and include other stages of the information life cycle, from creation through use. Digital libraries can be viewed as a new form of information institution or as an extension of services libraries currently provide”. Berbagai tantangan yang cukup berat yang dihadapi oleh pustakawan dewasa ini dan mendatang, sehubungan dengan adanya suatu evolusi dari perpustakaan klasik menuju suatu perpustakaan yang berfungsi sebagian sebagai perpustakaan digital disebut dengan “hybrid libraries”. HL sebagai konsekuensinya adanya percepatan evolusi di ICT (Information Technology and Telecommunications), dimana aplikasi ICT lebih menonjol tidak hanya mengelola perpustakaan klasik, tapi juga kreasi baru, penyebaran dan akses sumber informasi dalam bentuk digital melalui jaringan komputer. Jadi DL secara mendasar berdasarkan system yang berbasis jaringan komputer untuk pengadaan, penyimpanan, pengolahan, pencarian kembali, penyebaran dalam format digital kepada pemakai. Transformasi dari system perpustakaan tradisional ke perpustakaan digital, perlu formulasi kebijakan, perencanaan strategis secara holistic termasuk aspek hukum (copyrights), standarisasi, pengembangan koleksi, infrastruktur jaringan, metoda akses, pendanaan, kolaborasi, kontrol bibliografi, pelestarian, dan sebagainya untuk memandu keberhasilan mengintegrasikan tradisional ke format digital. Penguatan ditekankan
kapasitas kebijakan harus pada pelatihan dan penyegaran
kepada staf perpustakaan dan pemakai dengan adanya layanan perpustakaan digital seperti : penggunaan “search engine” dengan konsep “ a one stop window”, subject gateways, aplikasi perangkat lunak, sumber daya informasi secara online, digitalisasi, dsb. DL standard adalah Z 39.50 oleh the American National Standards Institute, disamping itu juga the Dublin Core Metadata yang berisi 15 elemen yang telah disetujui dalam suatu pertemuan International di Dublin, Ohio, ke 15 elemen tersebut adalah : title, creator, subject, descriptions, publisher, constributor, date, type, format, identifier, source, language, relation, coverage and rights. Jadi hal diatas tersebut adalah untuk mendukung The world summit on the information society --. We the representatives of the peoples of the world, assembled in Geneva from 10-12 December 2003 for the first phase of the World Summit on the Information Society, declare our common desire and commitment to build a people centred, inclusive and developmentoriented Information Society, where everyone can create, access, utilize, and share information and knowledge…”. Pengembangan jaringan DL juga perlu diperhatikan beberapa kendala adalah sebagai berikut : pencaharian melalui online, perlu mengetahui prinsip-prinsip ICT, strategi penelusuran online, kemampuan (jam terbang) menelusur online, kalau tidak akan mendapatkan informasi yang dihendaki; terlalu besarnya sumber informasi dan pengetahuan dalam bentuk digital, maka searching tidak dapat menghasilkan hits file yang sesuai dengan topik, atau informasi/pengetahuan yang mendalam ; perbedaan system pada system pencarian secara online, seperti untuk e-journal berbeda dengan web search tools atau dengan digital library dimana berbeda search interfaces atau sering digunakan search syntax yang beda, membuat harus mengenal semua search tools yang ada dulu; mengenal dulu topik yang akan dicari dan struktur DL, mengenal pengorganisasian
11
-
-
-
-
-
content dari berbagai system seperti: ejurnal, online databases, DL, dsb; sulit memutuskan bagi pemakai dari sejumlah metadatabase berdasarkan subject/topik, sehingga yang mana akan dipilih dari berbagai e-jurnal dan berbagai database; sering dari online-database hanya abstraknya saja, dan ada prosedur /search lain untuk memperoleh full-textnya; pemakai juga sering dibikin pusing oleh search option seperti: kata kunci, subjek, judul, atau kata kunci subjek, dan sulit dibedakan bagi pemakai; online dengan bandwidth rendah, makan waktu, membuat frustasi, untuk down load makan waktu yang panjang dan kadangkadang putus ditengah jalan; kadang-kadang prosedur search terlalu rumit dan panjang sehingga makan waktu yang panjang hanya untuk mencari misalnya fulltext journal articles, kesulitan untuk memutuskan yang mana relevan dengan yang dicari; pengorganisasian informasi di DL, kalau terlalu spesifik punya dampak dalam pemilihan oleh pemakai, atau kadangkadang tidak terlihat dilayar utama, tapi tersembunyi di layar berikutnya, sehingga pemakai harus menjelajah webpage untuk mendapatkan berbagai macam sumber informasi yang tersedia.
Intinya pemakai menginginkan “a One-stop window search” ??? ini yang menjadi persoalan pustakawan untuk mendisain DL yang terdiri dari berbagai system operasi, perangkat lunak, perangkat keras, search engine, interface dsb.
Kemungkinan pemecahannya -
12
implikasi dari DL harus ada pelatihan mengenai struktur DB, meta database atau
-
-
-
-
-
-
data mining yang kita pakai, strategi penelusuran dan teknik penelusuran secara online, dst; artinya pemakai harus mempersiapkan dan meluangkan waktu untuk mencari informasi/pengetahuan yang sesuai dengan system atau karakter dari search engine, databases, atau sys tem operasinya, setelah itu baru ditekankan pada kurikulum pelatihannya, juga perlu dipikirkan adalah disain database dan struktur databasenya; pendekatan A One – Stop Window dimana pemakai dapat melihat dan menggunakan satu interface search untuk mencari informasi dari berbagai macam system, databases, dst; konsekuensi pendekatan A One-Stop Window adalah harus lengkap panduan “online help ” untuk membimbing/ atau petunjuk bagi pemakai secara lengkap; terkait dengan kesenjangan digital, maka data statistik pemakai perlu dilengkapi : berapa pemakai yang terkoneksi ke internet, berapa pemakai yang akan akses ke DL, siapa yang sering menggunakan DL ?, berapa pemakai yang menggunakan koneksi ke internet dengan a high bandwidth connection ?; system akses informasi harus didisain untuk dimungkinkan akses ke sumber-sumber informasi di DL, intranet dan internet dari suatu institusi; pada umumnya pemakai tidak mau banyak meluangkan waktu pada luaran search, jadi mekanisme automatic filtration harus berdasarkan karakter pemakai, tugas pemakai, atau pilihan pemakai; fasilitas untuk menggunakan “search term dictionary atau vocabulary control tools adalah sangat mutlak untuk good DL search interfaces.
Model Perencanaan Strategis Tradisional (adapted from Rea and Kerzner, 1997) External Analysis Lingkungan Kesempatan dan Ancaman
Tanggung jawab dan komitmen Sosial
Internal Analysis
Pengadaan Informasi
Evaluasi informasi
Kekuatan dan Kelemahan Organisasi
Visi dan nilai manajerial
Evaluasi strategi
Seleksi strategi
Implementasi
Perencanaan Strategis dalam paradigma baru
Keputusan rencana dan goals Scan lingkungan Perencanaan strategis
Analisa opsi strategi Disain unit perencanaan Agenda Adop perencanaan stra tegis
13
juga pola penyebaran informasi kepada institusi lain.
Perubahan paradigma KM dan DL secara umum mempunyai pemahaman dengan suatu pengertian pengontrolan/pengelolaan penggunaan hasil dari informasi/pengetahuan yang eksplisit dan tacit ke dalam suatu organisasi. Penggunaan dan penerapan informasi atau pengetahuan tacit dan eksplisit dalam suatu organisasi adalah untuk memecahkan atau solusi permasalahan organisasi itu sendiri, dari suatu hasil dan proses komunikasi antar anggota organisasi dalam suatu jaringan komunikasi (network) melalui pendekatan KS dalam suatu komunikasi pengetahuan yang intens untuk memecahkan masalah. Tahapannya adalah -
perubahan paradigma dari seluruh anggota organisasi perlu dilakukan menuju pada DL dan KS berdasarkan perspektif organisasi itu sendiri;
-
perubahan paradigma dengan tujuan DL dan KS yang komunikatif disesuaikan dengan perspektif budaya kita;
-
paradigma komunikatif dalam DL juga harus relevan dalam upaya meningkatkan proses pembelajaran dalam suatu organisasi dengan bentuk kolaborasi, kooperatif dalam proses pertukaran informasi dan pengetahuan;
-
Disain KS dan DL juga secara dramatis berubah dari cara bagaimana luaran/produk dan pertukaran informasi/pengetahuan dalam kerangka suatu organisasi di lingkungan ilmiah;
-
DL dalam paradigma komunikatif yang mana minimal sesuai dengan topik yang dibahas, paradigma kemandirian organisasi DL yang akan mempunyai konsekuensi besar untuk pekerjaan perpustakaan dan struktur organisasinya,
14
-
Dengan demikian maka institusi DL tersebut memerlukan suatu proses dan manajemen yang terpadu melalui DB transfer, generasi informasi, information mapping, codification, coordination, information architects, dsb.
Dalam suatu proses komunikasi dalam DL memang ICT adalah factor peng gerak utama dalam kehidupan masyarakat modern, dimana komunikasi dalam masyarakat akan terjadi bersifat fundamental dan alami, yang juga ada perbedaan karakteristik budaya, social, ekonomi dan agama yang sangat mempengaruhi terjadinya komunikasi yang interaktif dalam DL. Pandangan klasik bahwa informasi atau pengetahuan yang dihasilkan oleh seseorang , dipublikasikan dan disimpan dalam suatu wadah informasi seperti cetakan, buku, jurnal, laporan, namun sekarang wadah itu berubah dalam bentuk elektronik seperti: bank data, knowledge-based-systems, non-linier hypertext, data mining dan web-sites yang tujuannya adalah untuk penyebaran informasi atau pengetahuan kepada pemakai, ini adalah dilihat dari sudut pandang statis atau disebut “information warehouse approach”. Pandangan DL komunikatif yang dinamis adalah tidak bertumpu sebagai hal yang tetap, tapi penekanannya pada suatu petumbuhan DL yang dibutuhkan atau pembaharuan informasi dan pengetahuan secara daur ulang sesuai dengan dinamika pemakai, dalam suatu proses yang berkesinambungan baik dalam pertukaran DB dan komunikasi data atau informasi dalam suatu jaringan DL sehingga menghasilkan INOVASI, dari hasil proses interaksi dan komunikasi jaringan DL disebut dengan the network or communication approach telemediatization yang berisi potensi telekomunikasi (komunikasi elektronik melalui
network), informatika (electronic information processing) dan multimedia. Jadi DL dilihat dari berbagai perspektif dan multi dimensi menuju a knowledge society adalah merupakan fondasi dasar dari perkembangan suatu bangsa dan negara, dimana DL adalah salah satu instrumen untuk pertukaran informasi dan pengetahuan di suatu negara. A knowledge society sangat bebeda dengan masyarakat industri ( A knowledge economy) yang bertujuan untuk merubah masyarakat dari pemenuhan the basic need of all round development to empowerment, sedangkan a knowledge society ada dua komponen driven by societal transformation and wealth generation seperti: pendidikan, kesehatan, pertanian dan pemerintahan yang akan melahirkan suatu generasi yang produktivitasnya tinggi. DL systems adalah suatu proses yang secara sistematis mulai dari finding, selecting, organizing, distilling, and presenting information untuk meningkatkan pengetahuan dan memahami secara komprehensif pada spesifik area. Aktivitas a spesific information/knowledge management terdiri dari bagaimana mengorganisasikan acquiring, storing, utilizing information/knowledge for problem solving, dynamic learn ing, strategic planning and decision making. Knowledge creation ada dua yaitu: explicit dan tacit knowledge, dimana explicit seperti: buku, proseding, paper, bahan presentasi, notulen, catatan harian,dsb, sedangkan tacit terdapat dimasing-masing individu/orang, sehingga perlu suatu cara secara sistematis untuk mengamati dan menangkap data/informasi/pengetahuan dari setiap individu dalam suatu organisasi yang ada untuk memecahkan suatu masalah di dalam suatu organisasi, sedangkan DL adalah komponen penting untuk menangkap explicit.
Arsitektur disain DL Secara teknikal dapat dibagi menjadi tiga lapisan dari atas sampai kebawah yaitu: lapisan portal, lapisan aplikasi, dan lapisan sumber daya informasi, dimana biasanya berisi berbagai
macam databases seperti: artificial intelligent database, full-text database, citation database, dsb. Lapisan aplikasi punya Open URL linking server, cross-databases Meta-search engine, OAI service providers that can integrated those resource into a universal knowledge platform. Sedangkan lapisan PORTAL adalah untuk memudahkan pemakai mengoptimalkan sumber informasi dalam DL dan sekaligus pelayanan permintaan dan pengiriman informasi/pengetahuan lewat RSS atau Email. Pendekatan DL fokus pada tiga area yaitu: pengembangan sumber daya informasi, adanya portal yang mengintegrasikan berbagai database untuk keperluan akademis atau penelitian yang mudah diakses dan sekaligus sebagai kemudahan layanan DL ke pemakai, dan pelatihan kepada pemakai untuk optimalisasi penggunaan database secara efisien; Pengembangan koleksi secara kolaborasi; Konvergensi sumber informasi dan system pelayanan digital; System union katalog untuk E-jurnal; System meta search engine; Document delivery system (DDS ) dan Reference Desk service (RDS); Subject information portal; Open URL link service; Training.
Gmb. Disain DL Portal Layer ( portal subyek, portal pengetahuan, portal perpustakaan) Application Layer ( Meta Search, OAI,Open URL, Digital Ref)
Resource Layer (AI database, Full text DB) (open access) (digitalize)
15
Penutup
umpan-balik dan fasilitas pembelajaran yang memadai.
Beberapa isu Digital Library yang muncul dalam ICDL2004 adalah sebagai berikut :
Rossel mengusulkan agar perhatian diberikan kepada dua hal, yaitu:
-
DL policy; DL strategic planning; DL user friendly interface; DL portal/knowledge infrastructure; DL metadatabases; People networking DL-K sharing K society; Connectivity; DL services; Future DL systems.
Future DL research and development: - a One stop window for searching all varieties of DBs; - cross DB search facilties through one interface; - access system for providing access to DL, internet and intranet resources; - hybrid library mix of printed & electronics information resources and services; - UCD (user centrered design); - Universal dictionary; - Machine translation; - Automatic summarization; - DL policy and strategic planning; - Potential DL create Knowledge Management. Perkembangan DL di Indonesia masih dalam upaya “pencarian peta baru”, “cara baru”, untuk membentuk jaringan DL (DL networks) yang lebih tepat untuk konteks yang baru. Dalam hal penggunaan DL, harus diberikan prioritas kepada cara-cara organisasi perpustakaan memberdayakan DL yang langsung memiliki kontak dengan masyarakat. Pendekatan ini memerlukan petugas perpustakaan yang memahami kerangka DL dan karakter DL dan tujuan DL, sementara system DL perlu dilengkapi dengan saluran
16
•
•
Masyarakat berbasis informasi merupakan masyarakat yang terfokus pada pemanfaatan model manusia (human capital) dalam bentuk pengetahuan, sehingga manajemen perlu segera mengijinkan petugas /pegawai mengambil keputusan dan memiliki akses ke sumberdaya organisasi secara bebas untuk melakukan inovasi. Merubah struktur hirarkis, berpindah ke organisasi yang didasarkan pada kelompok-kelompok berdasarkan focus permasalahan (problem–focused teams), sehingga ketika ada masalah pegawai dari berbagai unit bisa dikumpulkan untuk mencari solusi masalah tersebut, setelah teratasi tim dibubarkan.
Dengan perkembangan teknologi DL yang pesat, ditambah kehadiran berbagai perangkat lunak yang mudah digunakan, kini tidak hanya diperlukan kemampuan mengembang-kan jaringan kerjasama antar perpustakaan melalui DL network, tetapi juga kemampuan individual untuk berdialog dan berkomunikasi melintasi batas birokrasi dan budaya.
Daftar Pustaka Bhatt, RK and KP Singh (2004) Digital Libraries: Emergence, Features, Challenges, and Opportunities. IndiaNew Delhi: Proceedings International Conference on Digital Libraries, Vol 1, pp 56-64. Chandrakar, Rajesh and TAV Murthy (2004) Narrowing the D igital Divide : Initiatives of INFLIBNET Centre for Indian Academic Libraries. India-New
Delhi: Proceedings International Conference on Digital Libraries, Vol 1, pp 81 - 88. Chowdhury, G.G. (2004) Access to Information in Digital Libraries: Users and Digital Divide. India-New Delhi: Proceedings International Conference on Digital Libraries, Vol 1, pp 56-64. Deoghuria, Swapan (2004) Are Research Libraries in India Prepared in Digital Age? India-New Delhi : Proceedings International Conference on Digital Libraries, Vol 1, pp 76-80. Dhawan, S M (2004) National Planning for a Transition to Digital Library in Ind ia. India-New Delhi: Proceedings International Conference on Digital Libraries, Vol.1, pp 221- 227. Jain,
Vinita (2004) Digital Libraries: Conceptual and Theoretical Aspects. India-New Delhi : Proceedings International Conference on Digital Libraries, Vol 1, pp 30 - 40.
Katre, Dinesh S (2004) Pragmatic and Usable Approach for Digital Library Initiatives in India. India-New Delhi : Proceedings International Conference on Digital Libraries, Vol 1, pp 41-48. Niewenhuysen,Paul (2004) Challenges in the Evolusion from Classical over Hybrid to Digital Libraries. India - New Delhi : Proceedings International Conference on Digital Libraries, Vol 1, pp 13-20.
Parekh, Harsha (2004) Digitization in India: Developing and Implementing a National Policy. India-New Delhi: Proceedings International Conference on Digital Libraries, Vol 1, pp 202-207. Setiarso, Bambang (2004) Indonesian Traditional Knowledge Management A case study : Cashew Nut Shell Liquid (CNSL ). India-New Delhi: Proceedings International Conference on Digital Libraries, Vol 2, pp 611- 620. Singh, Digvijay (2004) Digital Divide in India - An Overview . India-New Delhi: Proceedings International Conference on Digital Libraries, Vol 1, pp 69-75. Singh, S P (2004) Quality Approach to the Evaluation of Digital Libraries. IndiaNew Delhi : Proceedings International Conference on Digital Libraries, Vol 1, pp 228 - 234. Tadasad, P G (2004) Bridging the Digital Divide in Urban India: A Vision Towards and Means. India-New Delhi: Proceedings International Conference on Digital Libraries, Vol 1, pp 89 - 95. Yajnik, Nilay M (2004) Digital Libraries to Bridge the Digital Divide. India-New Delhi: Proceedings International Conference on Digital Libraries, Vol 1, pp 97-101.
Noerr, Peter (2004) Scaling the digital divide: How Interoperable Systems are Making Information More Accessible. IndiaNew Delhi : Proceedings International Conference on Digital Libraries, Vol 1, pp 65 -75. Ondari, Robert M (2004) Digital Library Policy and Strategic Planning. IndiaNew Delhi: Proceedings International Conference on Digital Libraries, Vol 1, pp 216-234. 17
KETERSEDIAAN KOLEKSI DIGITAL UNDIP INSTITUTIONAL REPOSITORY DALAM MEMOTIVASI PEMUSTAKA MENYUSUN TESIS DI PERPUSTAKAAN PROGRAM STUDI MAGISTER LINGUISTIK UNIVERSITAS DIPONEGORO Oleh: Muh Ahlis Ahwan* Pembimbing: 1. Dra. Tri Wahyu Harimurtiningsih, M.Si. 2. Yuli Rohmiyati, S.Sos., M.Si. Program Studi Ilmu Perpustakaan, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro Semarang *) Email: [email protected] Abstrak Penelitian ini berjudul “Ketersediaan Koleksi Undip Institutional Repository dalam Memotivasi Mahasiswa Menyusun Tesis di Perpustakaan Program Studi Magister Linguistik Universitas Diponegoro Semarang”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana kelengkapan, kemutakhiran, kesesuaian, fasilitas yang disediakan, serta kemudahan akses koleksi Undip Institutional Repository terhadap motivasi mahasiswa dalam menyusun tesis. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan jenis studi kasus. Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah observasi partisipan dan wawancara semi terstruktur dengan memilih 5 informan yang memenuhi kriteria yang telah ditentukan untuk memperoleh sumber data utama dan data lain yang selanjutnya dilakukan trianggulasi. Analisis data yang dilakukan adalah reduksi data, penyajian data, menarik kesimpulan dan memverifikasi. Hasil dari penelitian ini adalah ketersediaan koleksi digital Undip Institutional Repository tidak dapat memotivasi mahasiswa menyusun tesis sejauh ketersediaan jumlah, keterbaruan, kesesuaian, dan fasilitas untuk mengakses koleksi digital Undip Institutional Repository di Perpustakaan Program Studi Magister Linguistik Universitas Diponegoro, namun bidang ilmu yang sesuai dengan penyusunan tesis, tata cara penulisan yang memberikan panduan penulisan tesis, sebagian isi koleksi yang memberikan referensi dalam menyusun tesis, serta adanya jaringan internet yang membantu mengakses koleksi digital Undip Institutional Repository dengan cepat cukup memotivasi mahasiswa dalam menyusun tesis. Kata Kunci: ketersediaan koleksi, institutional repository, motivasi, tesis. Abstract This study entitled "Availability Undip Institutional Repository Collection in Motivating Students to Arrange Thesis in the Library of Master Program in Linguistics Diponegoro University Semarang". The purpose of this study was to determine the extent of completeness, currency, suitability, facilities provided, as well as easy access to the collection of Diponegoro University Institutional Repository on student motivation in preparing the thesis. The method used was descriptive qualitative with a case study selecting five informants who had predetermined criteria. Techniques of collecting the data were participant observation and semistructured interviews to obtain primary data sources and other data was then performed in triangulation form. Data analysis were data reduction, data presentation, conclusions and verification. Results showed that the availability of digital collections Undip Institutional Repository can not motivate students in preparing a thesis as far as the availability of the amount, currency of, compliance, and facilities to access the Undip Institutional Repository digital collection at the Library of Master Program in Linguistics Diponegoro University, yet the science field related to thesis prepared students, the procedure of writing guidance in writing a thesis, some collection of supporting refrences heeded by students in arranging thesis and the existence of the internet that help them to access the digital collections of Diponegoro University Institutional Repository quickly enough motivated students in writing a thesis. Keywords: availability of collections, institutional repositories, motivation, thesis.
1
1. Pendahuluan
Berdasarkan observasi sementara, ditemukan bahwa mahasiswa Program Studi Magister Linguistik tidak memperoleh koleksi jenis tesis pada Undip Institutional Repository, namun mahasiswa menemukan koleksi tesis dalam bentuk cetak di Perpustakaan Program Studi Magister Linguistik Universitas Diponegoro, sesungguhnya koleksi tesis bentuk digital tersebut berasal dari koleksi cetak di Perpustakaan Program Studi Magister Linguistik. Hal ini menjadi kesenjangan antara kebutuhan mahasiswa terhadap ketersediaan koleksi tesis Undip Institutional Repository. Ketersediaan koleksi Undip Institutional Repository dapat memotivasi mahasiswa dalam menyusun tesis, apabila kebutuhan mahasiswa tersebut terpenuhi.
Perpustakaan pada saat ini tidak lepas dari adanya teknologi dan informasi. Perpustakaan mempunyai peran penting dalam menyediakan informasi, dan teknologi mendukung untuk kedua hal tersebut. Dalam perkembangan saat ini, dikenal adanya layanan informasi yang cepat dan mudah yang sering disebut dengan layanan digital atau digital library. Layanan digital memberikan kemudahan bagi pengguna untuk memenuhi kebutuhannya, sehingga perpustakaan pada saat ini sangat memperhatikan dalam mengembangkan layanan tersebut terutama perpustakaan perguruan tinggi, salah satunya adalah Universitas Diponegoro.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka diperlukan suatu pendekatan untuk mengetahui sejauh mana ketersediaan koleksi digital Undip Institutional Repository dalam memotivasi mahasiswa menyusun tesis.
Universitas Diponegoro merupakan lembaga induk yang bertujuan mendukung dan menunjang pelaksanaan program Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu pengajaran, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Upaya yang dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut, Universitas Diponegoro melalui UPT Pusat Komputer (dahulu PLTIK atau Pusat Layanan Teknologi Informasi dan Komunikasi) bekerjasama dengan UPT Perpustakaan telah menyediakan layanan digital berupa Institutional Repository atau sering disebut dengan Undip-IR (http://eprints.undip.ac.id).
2. Landasan Teori 2.1. Ketersediaan Koleksi Dalam menyediakan koleksi, perpustakaan tidak lepas dari kebijakan dalam mengembangkan koleksi. Faktor-faktor dalam mengembangkan ketersediaan koleksi disebutkan oleh Yulia (2009: 2.4-2.5), bahwa kebijakan dalam mengembangkan koleksi meliputi, kelengkapan, kemutakhiran, kesesuaian, berorientasi terhadap kebutuhan pengguna, serta adanya kerjasama.
Undip Institutional Repository merupakan sebuah layanan yang menyediakan hasil karya ilmiah sivitas akademika Universitas Diponegoro dalam bentuk digital, yang dihimpun, dikumpulkan, diolah, disimpan, dan dibuka untuk diakses secara gratis oleh pengguna khususnya mahasiswa Program Studi Magister Linguistik dalam menyusun tesis.
Jumlah koleksi hendaknya memadai untuk memenuhi kebutuhan pengguna. Seperti disebutkan oleh Sutarno (2006: 86), bahwa jumlah bahan pustaka selalu mencukupi agar koleksi perpustakaan sesuai dengan keperluan pengguna. Kelengkapan juga dapat diartikan bahwa ketersediaan koleksi mencakup keseluruhan isi koleksi, sehingga pengguna tidak hanya memperoleh sebagian informasi. Sesuai pendapat Liauw Toong Tjiek (2009: 20), bahwa adanya koleksi yang tersedia secara menyeluruh (full text), maka pengguna dapat lebih terpenuhi kebutuhannya serta dapat menjadi pemantau terhadap penjiplakan suatu karya ilmiah.
Menghasilkan sebuah karya tesis merupakan syarat yang harus ditempuh oleh mahasiswa Program Studi Magister Linguistik untuk menyelesaikan pendidikan jenjang S2 (strata dua). Dalam menyusun tesis, mahasiswa mencari referensi di berbagai tempat yang menyediakan layanan informasi guna mendukung kelengkapan karya ilmiahnya, salah satunya di Perpustakaan Program Studi Magister Linguistik Universitas Diponegoro. Perpustakaan tersebut menyediakan akses koleksi digital Undip Institutional Repository agar mahasiswa memperoleh referensi yang sesuai, sehingga mahasiswa dapat belajar lebih giat dalam menyusun tesis.
Ketersediaan koleksi terbaru dapat memenuhi kebutuhan pengguna mendapatkan informasi terkini. Sutarno (2006: 113) menyatakan, bahwa koleksi dengan terbitan yang relatif baru, akan dapat
2
sarana dan prasarananya. Sesuai dengan pernyataan Sutarno (2006: 220), bahwa untuk mengadakan jasa perpustakaan yang menyajikan koleksi digital, maka perpustakaan harus menyiapkan sarana dan prasarananya terlebih dahulu, misalnya tersedianya komputer dengan segala kelengkapan lainnya, seperti instalasi akses internet. Dengan fasilitas yang memadai, pemustaka dapat mengakses koleksi digital dimanapun mereka berada dengan mudah.
memberikan kesempatan yang makin besar untuk memperoleh informasi terkini. Ketersediaan koleksi juga harus relevan dengan tujuan perpustakaan, karena setiap perpustakaan mempunyai tujuan yang berbeda satu sama lain. Koleksi seyogyanya relevan dengan tujuan perpustakaan, karena setiap perpustakaan mempunyai tujuan yang berbeda satu sama lain, sehingga ketersediaannya pun berbeda-beda, (Soeatminah, 1992: 67).
2.3. Institutional Repository Pendit (2008: 137) menjelaskan, bahwa Istilah institutional repository atau simpanan kelembagaan merujuk ke sebuah kegiatan menghimpun dan melestarikan koleksi digital yang merupakan hasil karya intelektual dari sebuah komunitas tertentu.
Setiap perpustakaan mempunyai pengguna yang berbeda, sehingga pola kebutuhan informasinya berbeda pula, ketersediaan koleksi juga hendaknya berorientasi pada minat dan kebutuhan pemakan secara pribadi agar dapat membantu perkembangannya, (Yulia, 2009: 2.5).
Raym Crow (2002: 17-18) menyebutkan, jenis koleksi yang disediakan pada sebuah Institutional Repository dapat berupa proposal penelitian, hasil penelitian, buku lepas, bahan pengajaran, buku, data, laporan penelitian, prosiding atau hasil seminar, skripsi, tesis, disertasi, dan buku panduan. Adapun karakterisitik koleksi institutional repository disebutkan oleh Pendit (2008: 140), bahwa: a. Pengirim materi untuk disimpan bukanlah hanya si pembuat, tetapi juga pemilik karya (misalnya penerbit yang sudah membeli hak cipta dari penulis) dan pihak ketiga (misalnya pustakawan) b. Selain karya, disimpan pula metadata dari karya tersebut, dan ini dimungkinkan karena perangkat lunaknya memang sudah dilengkapi dengan borang untuk mengisi metadata secara mudah. c. Pada umumnya tersedia mekanisme sederhana untuk meletakkan, mengambil mencari dokumen. d. Karena mengendalikan inisiatif dari pihak pengirim, maka sebuah simpanan kelembagaan perlu mendapatkan kepercayaan dan dukungan. e. Karakteristik setiap simpanan kelembagaan tentu saja sangat ditentukan oleh lembaga tempatnya berada, selain oleh jenis koleksinya, yang terutama merupakan hasil penelitiannya.
Kerjasama perpustakaan juga perlu dilakukan, koleksi perpustakaan sebaiknya merupakan hasil kerja sama semua pihak yang berkepentingan dalam mengembangkan koleksi, yaitu antara pustakawan, guru atau dosen atau peneiti, dan berbagai pihak lain tergantung jenis perpustakaannya, (Yulia, 2009: 2.5). 2.2. Koleksi Digital Qalyubi (2007: 443) menjelaskan, bahwa sumbersumber koleksi digital mencakup materi yang didigitalisasikan dari bahan-bahan tercetak perpustakaan yang sudah ada sejak dulu. Koleksi tesis Undip Institutional Repository merupakan koleksi dalam bentuk teks yang dikonversikan ke dalam bentuk elektronik, sehingga koleksi tersebut persis sama dengan versi cetaknya. Menurut sifat media sumber informasi dan isinya, Pendit (2007: 70) menjelasakan, bahwa koleksi digital dibedakan menjadi 4 (empat) macam, yaitu: a. Bahan dan sumber daya full-text, termasuk ejournal, koleksi digital yang bersifat terbuka (open access), e-book, e-newspapers, dan tesis serta disertasi digital b. Sumber daya metadata, termasuk perangkat lunak digital berbentuk katalog, indeks, dan abstrak, atau sumber daya yang menyediakan informasi tentang informasi lainnya c. Bahan-bahan multimedia digital d. Aneka situs di internet
2.4. Motivasi Istilah motivasi menurut Uno (2011: 3) berasal dari kata “motif” yang berarti sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu tersebut bertindak atau berbuat. Motivasi pada dasarnya merupakan akibat adanya kebutuhan, Abraham Maslow membagi 5 (lima) tingkatan dalam kebutuhan, yaitu:
Untuk memanfaatkan koleksi digital, perpustakaan perlu menyediakan fasilitas untuk mengakses seperti
3
Dalam merubah tingkah laku atau proses belajar sangat menentukan keberhasilan suatu tujuan yang akan dicapai. Menurut Uno (2011: 33) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi proses belajar, yaitu motif intrinsik dan ekstrinsik. Motivasi intrinsik yaitu perbuatan seseorang yang didasari oleh suatu dorongan yang muncul dari dalam diri sesorang tanpa diketahui secara jelas, seperti hasrat atau keinginan, adanya kebutuhan, berharap, bercitacita, tanpa ada pengaruh dari orang lain atau lingkungannya, sedangkan motivasi ekstrinsik, yaitu dorongan yang muncul dari luar diri seseorang, seperti adanya penghargaan, kegiatan yang menarik serta lingkungan yang mendorong seseorang untuk berbuat sesuatu.
a. Kebutuhan fisiologis yaitu kebutuhan pokok yang harus dipenuhi dengan segera seperti keperluan makan, minum, berpakaian, dan tempat tinggal. b. Kebutuhan keamanan yaitu kebutuhan seseorang untuk memperoleh keselamatan , keamanan, jaminan, atau perlindungan dari ancaman yang membahayakan kelangsungan hidup dan kehidupan dengan segala aspeknya. c. Kebutuhan sosial yaitu kebutuhan seseorang untuk disukai dan menyukai, dicintai dan mencintai, bergaul, berkelompok, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. d. Kebutuhan akan harga diri yaitu kebutuhan seseorang untuk memperoleh kehormatan, penghormatan, pujian, penghargaan, dan pengakuan. e. Kebutuhan akan aktualisasi diri yaitu kebutuhan seseorang untuk memperoleh kebanggaan, kekaguman, dan kemasyhuran sebagai pribadi yang mampu dan berhasil mewujudkan potensi bakatnya dengan hasil prestasi yang luar biasa, (Djaali, 2011: 102).
3. Metode Penelitian Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan jenis studi kasus. Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah observasi partisipan dan wawancara semi terstruktur untuk memperoleh data yang lengkap dan mendalam. Pengambilan informan menggunakan teknik purposive sampling (sampling bertujuan) dengan kriteria sebagai berikut:
Kebutuhan manusia pada hakikatnya berbeda-beda, kebutuhan tersebut akan menjadi motivasi seseorang apabila setiap tingkatan belum terpenuhi. Sementara McCleland dalam Djaali (2011: 103) mengemukakan bahwa diantara kebutuhan hidup manusia terdapat tiga macam kebutuhan lain yaitu kebutuhan berprestasi, berafiliasi dan memperoleh makanan.
a. Mahasiswa Program Studi Magister Linguistik yang sedang menempuh mata kuliah seminar tesis dan penulisan tesis. b. Aktif memanfaatkan layanan Undip Institutional Repository. c. Mahasiswa yang sering berkunjung ke Perpustakaan Program Studi Magister Linguistik. d. Memiliki banyak informasi yang berguna berkaitan dengan tujuan penelitian. e. Bersedia menjadi informan.
Johnson, Schwitzgebel dan Kalb dalam Djaali (2011: 109) menyebutkan karakteristik individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi yang dapat disimpulkan sebagai berikut: a. Menyukai situasi atau tugas yang menuntut tanggung jawab b. Memilih tujuan yang realistis tetapi besar resikonya atau tidak mudah dicapai c. Mencari situasi atau pekerjaan yang dapat menentukan umpan balik baik atau tidaknya tindakan tersebut d. Senang bekerja sendiri untuk mengungguli orang lain e. Mampu menangguhkan pemuasan keinginannya demi masa depan yang lebih baik f. Tidak tertarik untuk mendapatkan imbalan semata kecuali merupakan lambang prestasi atau ukuran keberhasilan.
Kegiatan untuk memilih informan dilakukan melalui 2 (dua) tahapan, yaitu: a. Tahapan pertama, mengumpulkan data mahasiswa Program Studi Magister Linguistik yang menempuh mata kuliah seminar tesis dan penulisan tesis pada semester gasal 2011/2012 untuk mengetahui seluruh mahasiswa yang sedang menyusun tesis. Dari hasil data tersebut, terdapat 71 mahasiswa yang sedang menyusun tesis . b. Tahapan kedua, mengajukan pertanyaan terhadap 71 mahasiswa yang paling sering dijumpai di Perpustakaan Program Studi Magister Linguistik pada saat observasi untuk mengetahui mahasiswa yang paling sering memanfaatkan koleksi tesis Undip Institutional
4
Repository. Hal ini dilakukan karena tidak terdapat data identitas mahasiswa yang telah memanfaatkan Undip Institutional Repository, hanya terdapat data yang memuat jumlah pengguna Undip Institutional Repository dalam waktu tertentu, sehingga pertanyaan terkait seberapa sering mahasiswa berkunjung ke Perpustakaan Program Studi Magister Linguistik dan memanfaatkan koleksi tesis Undip Institutional Repository diajukan.
Program Studi Magister Linguistik dan pengelola Undip Institutional Repository, agar data yang telah dikumpulkan sesuai dengan kebenaran. Analisis data yang dilakukan adalah reduksi data, penyajian data, menarik kesimpulan dan memverifikasi.
4. Hasil Penelitian 4.1. Kelengkapan Koleksi Tesis Undip Institutional Repository Jumlah seluruh koleksi Program Studi Magister Linguistik pada Undip Institutional Repository tergolong sedikit dibandingkan dengan jumlah koleksi program studi lain. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut:
Berdasarkan tahapan tersebut, akhirnya mendapatkan 5 (lima) informan yang telah memenuhi kriteria yang telah ditetapkan guna memperoleh sumber data utama berupa alimat atau kata-kata yang tersirat dari pernyataan informan dan data lain seperti gambar maupun daftar statistik yang selanjutnya dilakukan trianggulasi memvalidasi data yang telah terkumpul dengan data Perpustakaan NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
Tabel 8: Jumlah koleksi Program Magister pada Undip Institutional Repository PROGRAM STUDI JUMLAH KOLEKSI Program Studi Magister Agribisnis 19 Program Studi Magister Ilmu Biomedik 802 Program Studi Magister Teknik Sipil 225 Program Studi Magister Sumberdaya Pantai 158 Program Studi Magister Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan 114 Program Studi Magister Epidemologi 203 Program Studi Magister Ilmu Hukum 780 Program Studi Magister Manajemen 1418 Program Studi Magister Kenotariatan 1154 Program Studi Magister Ilmu Admintrasi Publik 317 Program Studi Magister Ilmu Keshatan Masyarakat 762 Program Studi Magister Akutansi 415 Program Studi Magister Ilmu Ternak 70 Program Studi Magister Teknik Arsitektur 195 Program Studi Magister Teknik Kimia 23 Program Studi Magister Kesehatan Lingkungan 81 Program Studi Magister Ilmu Lingkungan 282 Program Studi Magister Promosi Kesehatan 28 Program Studi Magister Sejarah 16 Program Studi Magister Susastra 32 Program Studi Magister Sistem Informasi 14 Program Studi Magister Linguistik 22 Program Studi Magister Teknik Mesin 18 Program Studi Magister Ilmu Politik 10 Program Studi Magister Ilmu Gizi 20 Program Studi Magister Teknik Pembangunan Wilayah dan Kota 660 Total 7838 Sumber data: Undip Institutional Repository bulan April 2012
5
khusus koleksi tesis tidak dapat menjadi perbandingan, karena jumlah koleksi tesis sesungguhnya tergantung pada jumlah sivitas akademika pada setiap program studi yang menghasilkannya. Apabila setiap program studi menghasilkan jumlah koleksi tesis lebih banyak, maka program studi lain yang menghasilkan koleksi lebih sedikit tidak dapat melampauinya.
Tabel 8 di atas menunjukkan perbandingan antara jumlah ketersediaan koleksi setiap program studi magister pada Undip Institutional Repository, jumlah koleksi paling sedikit dimiliki oleh Program Studi Magister Ilmu Politik, yaitu 10 eksemplar, sedangkan jumlah koleksi paling banyak dimiliki oleh Program Studi Magister Manajemen yaitu 1418 eksemplar. Tabel tersebut juga memperlihatkan, bahwa Program Studi Magister Linguistik telah menyediakan koleksi sebanyak 22 eksemplar, yang mencakup koleksi tesis sebanyak 13 eksemplar dan koleksi lain 9 eksemplar, sehingga jumlah koleksi Program Studi Magister Linguistik lebih sedikit dibandingkan beberapa program studi lain. Namun
Jumlah koleksi tesis yang disediakan pada Undip Institutional Repository juga tidak selengkap jumlah koleksi cetak di Perpustakaan Program Studi Magister Linguistik. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 9. Perbandingan koleksi tesis digital dengan koleksi tesis cetak Jumlah Koleksi Tesis Program Studi Jumlah Koleksi Tesis Cetak di Jenis Koleksi Magister Linguistik pada Undip Perpustakaan Program Studi Magister Institutional Repository Linguistik Koleksi Tesis 13 80 Koleksi Lain 9 689 Jumlah 22 769 Sumber data: Perpustakaan Program Studi Magister Linguistik bulan April 2012 mahasiswa menyusun tesis karena sebagian besar mahasiswa belum menemukan tema yang sesuai dengan tesis yang disusun, Mahasiswa juga lebih termotivasi dengan kemudahan akses serta file yang didapat dari berbagai sumber. Dengan kelengkapan koleksi tesis Undip Institutional Repository yang disediakan mahasiswa lebih termotivasi dari faktor dalam dirinya (intrinsik), yaitu mahasiswa yang mempunyai sifat mengungguli, mahasiswa juga lebih termotivasi dengan ketersediaan koleksi koleksi lain yang dapat memenuhi kebutuhannya dalam menyusun tesis, seperti koleksi cetak di perpustakaan.
Tabel 9 di atas menunjukkan, bahwa jumlah koleksi tesis Program Studi Magister Linguistik pada Undip Institutional Repository adalah 13 eksemplar, sedangkan jumlah koleksi tesis cetak di Program Studi Magister Linguistik sebanyak 80 eksemplar. Hal ini menunjukkan antara koleksi tesis Undip Institutional Repository dengan koleksi cetak di Perpustakaan Program Studi Magister Linguistik tidak sesuai, karena pada dasarnya koleksi tesis Undip Institutional Repository berasal dari koleksi tesis di Perpustakaan Program Studi Magister Linguistik. Ketersediaan koleksi tesis pada Undip Institutional Repository juga tidak seluruhnya disediakan secara menyeluruh (full-text), beberapa koleksi tesis hanya menyediakan judul, pengarang, abstrak, dan sebagian bab saja.
Namun, bagi sebagian mahasiswa yang telah memperoleh bidang ilmu dan tata cara penulisan pada koleksi tesis Undip Institutional Repository, cukup memotivasi mahasiswa dalam menyusun tesis.
Koleksi tesis Program Studi Magister Linguistik pada Undip Institutional Repository ternyata belum lengkap, baik dibandingkan dengan jumlah koleksi cetak di Perpustakaan Program Studi Magister Linguistik maupun isi koleksi yang disediakan pada Undip Institutional Repository.
4.2. Kemutakhiran Koleksi Tesis Undip Institutional Repository Koleksi tesis Undip Institutional Repository harus dapat mengikuti perkembangan koleksi tesis yang dihasilkan setiap program studi, termasuk koleksi tesis Program Studi Magister Linguistik Universitas Diponegoro. Kemutakhiran koleksi tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:
Kelengkapan koleksi tesis Undip Institutional Repository juga ternyata belum dapat memotivasi
6
Tabel 10: Kemutakhiran Koleksi Program Studi Magister Linguistik pada Undip Institutional Repository Koleksi Program Studi Magister Linguistik pada Undip Tahun Institutional Repository Koleksi Tesis Koleksi Lain 2012 2011 1 2010 2 5 2009 1 2 2008 7 2007 3 1
Jumlah 13 9 Sumber data: www.eprints.undip.ac.id Tebel 9 di atas menunjukkan, bahwa koleksi Program Studi Magister Linguistik pada Undip Institutional Repository paling baru adalah tahun 2011, sedangkan koleksi terlama adalah tahun 2007. Namun koleksi Program Studi Magister Linguistik pada Undip Institutional Repository tidak semutakhir koleksi tesis yang disediakan di Perpustakaan Program Studi Magister Linguistik. Hal ini dapat di lihat pada tabel berikut:
Tabel 11: Perbandingan Kemutakhiran Koleksi Program Studi Magister Linguistik pada Undip Institutional Repository dengan Koleksi Cetak Tahun 2012 2011 2010 2009 2008 2007 Jumlah
Jumlah Koleksi Tesis Program Studi Magister Linguistik pada Undip Institutional Repository 2 1 7 3 13
Jumlah Koleksi Tesis di Perpustakaan Program Studi Magister Linguistik 8 29 19 8 12 3 80
tesis, namun mahasiswa tidak termotivasi dengan kemutakhiran koleksi yang disediakan tersebut.
Tabel 10 di atas menunjukkan bahwa koleksi tesis terbaru Program Studi Magister Linguistik pada Undip Institutional Repository tidak sesuai dengan koleksi tesis terbaru di Perpustakaan Program Studi Magister Linguistik, sehingga ketersediaan koleksi tesis Program Studi Magister Linguistik pada Undip Institutional Repository kurang mutakhir.
4.3. Kesesuaian Koleksi Tesis Undip Institutional Repository terhadap Kebutuhan Mahasiswa Program Studi Magister Linguistik dalam Menyusun Tesis Undip Institutional Repository berusaha menyediakan berbagai subjek koleksi agar kebutuhan referensi mahasiswa dalam menyusun tesis terpenuhi. Adapun topik atau subjek koleksi yang disediakan Undip Institutional Repository dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 12. Subjek Koleksi Undip Institutional Repository No Subjek Ilmu Koleksi 1 Ilmu Umum 495 2 Filsafat, Psikologi, Agama 225 3 Tambahan Ilmu Sejarah 14 4 Dunia Sejarah Umum dan Lama 144 5 Sejarah Amerika 1 Sejarah Amerika Serikat, 6 4 Kanada, Amerika Latin 7 Geografi, Antropologi, Rekreasi 625 8 Ilmu Sosial 6190
Kemutakhiran koleksi adalah salah satu indikator dalam menyediakan koleksi tesis Undip Institutional Repository, namun dengan adanya kemutakhiran koleksi tesis Undip Institutional Repository tersebut di atas, maka mahasiswa kurang dapat menemukan referensi terbaru, sehingga mahasiswa kurang termotivasi dalam menyusun tesis. Mahasiswa lebih termotivasi dengan akses yang mudah dan jumlah koleksi yang lebih banyak diperoleh, sehingga kemutakhiran Undip Institutional Repository tidak menjadi faktor utama dalam memotivasi mahasiswa dalam menyusun tesis. Ketersediaan koleksi tesis Undip Institutional Repository juga tidak menjadi satu-satunya media referensi bagi mahasiswa, walaupun dapat membantu untuk melengkapi referensi menyusun
7
apabila mahasiswa mencari tata cara penulisan tesis dan topik directive act yang disediakan pada Undip Institutional Repository.
9 10 11
Ilmu Politik 702 Hukum 2820 Pendidikan 288 Musik dan Buku-buku tentang 12 13 Musik 13 Kesenian 1476 14 Bahasa dan Sastra 324 15 Ilmu Pengetahuan 4953 16 Kedokteran 6793 17 Pertanian 2430 18 Teknologi 4703 19 Ilmu kelautan 110 Bibliografi. Ilmu Perpustakaan. 20 126 Informasi Sumber Daya Sumber data: Undip Institutional Repository bulan April 2012
4.4. Koleksi Tesis Undip Institutional Repository Berorientasi terhadap Kebutuhan Pengguna Ketersediaan koleksi tesis merupakan hasil karya yang dihasilkan sivitas akademika, karya tersebut diperoleh dari penelitian di lingkungan masyarakat yang ada, sehingga ketersediaan koleksi Undip Institutional Repository merupakan layanan yang bertujuan menyediakan hasil karya ilmiah sivitas akademika di dalam sebuah jaringan maya, sehingga pengguna leluasa memanfaatkan layanan tersebut dimanapun mereka berada, tujuan lain dari ketersediaan koleksi Undip Institutional Repository menyediakan koleksi supaya dapat mencegah dan menanggulangi penjiplakan terhadap sebuah karya ilmiah. Kedua tujuan tersebut menjadi faktor utama dalam menyediakan koleksi Undip Institutional Repository, sehingga orientasi terhadap kebutuhan pengguna merupakan hasil dari tersediannya koleksi Undip Institutional Repository.
Tabel 10 di atas menunjukkan, bahwa Undip Institutional Repository menyedikan koleksi dalam 20 subjek ilmu pengetahuan berdasarkan standart Library of Congress of Classification, subjek tersebut diantaranya adalah ilmu bahasa dan sastra. Namun koleksi tesis yang disediakan Undip Institutional Repository tersebut belum sesuai dengan kebutuhan mahasiswa dalam menyusun tesis. Mahasiswa membutuhkan topik koleksi yang lebih rinci, seperti koleksi tentang etnografi komunikasi, terjemahan, metafora, pragmatik, psikolinguistik, analisis wacana, jurnal-jurnal tentang linguistik di seluruh Indonesia, dan hal tersebut belum tersedia pada Undip Institutional Repository. Ketersediaan koleksi tersebut juga belum mencukupi kebutuhan mahasiswa Program Studi Magister Linguistik dalam menyusun tesis, karena setiap mahasiswa memiliki kebutuhan koleksi berbeda-beda sesuai dengan jenjang pendidikinnya, mahasiswa strata dua akan membutuhkan koleksi yang lebih rinci di bandingkan dengan koleksi yang dibutuhkan mahasiswa strata satu.
4.5. Kerjasama dalam Menyediakan Koleksi Tesis Undip Institutional Repositoy Undip Institutional Repositoy merupakan layanan yang menyediakan hasil karya sivitas akademika Universitas Diponegoro, kerjasama yang dilakukan adalah mengumpulkan, mengolah serta menyediakan hasil karya tersebut agar dapat dimanfaatkan oleh sivitas akademika pada khususnya dan pengguna luar (masyarakat) pada umumnya. Kerjasama yang dapat dilakukan dalam menyediakan koleksi tesis Undip Institutional Repositoy adalah kerjasama kedalam dan keluar. Adapun kerjasama kedalam dapat dilakukan antara pihak pengelola terhadap sivitas akademika yaitu mahasiswa, dosen maupun karyawan Universitas Diponegoro yang telah menyelesaikan penelitiannya, sehingga sivitas akademika dapat berkarya seluasluasnya, sedangkan kerjasama keluarnya adalah fungsi kontrol terhadap hasil karya Universitas Diponegoro dengan Institutional Repository lain, sehingga kerjasama tersebut dapat menghasilkan kualitas dan karya yang maksimal.
Namun bagi mahasiswa yang telah memperoleh topik yang sama dengan penelitiannya maupun tata cara penulisan dalam koleksi tesis yang disediakan Undip Institutional Repository seperti topik directive act cukup membantu mahasiswa dalam menyusun tesis.
Koleksi tesis Undip Institutional Repository merupakan koleksi digital yang butuh alat bantu untuk memanfaatkannya, alat bantu tersebut adalah fasilitas berupa sarana dan prasarana yang memadai,
Sebagian besar kesesuaian koleksi tesis Undip Institutional Repository kurang dapat memotivasi mahasiswa dalam menyusun tesis, namun motivasi mahasiswa untuk menyusun tesis dapat meningkat
8
sehingga koleksi tesis Undip Institutional Repositoy dapat dimanfaatkan secara maksimal.
seperti jaringan internet di rumah atau menggunakan modem (modulator demodulator) cukup memadai, mahasiswa dapat mengakses koleksi tesis Undip Institutional Repository dimana saja dengan leluasa,.
4.6. Fasilitas Perpustakaan Program Studi Magister Linguistik untuk Mengakses Koleksi Tesis Undip Institutional Repository Untuk dapat memanfaatkan koleksi tesis Undip Institutional Repository, diperlukan sarana dan prasarana yang memadai. Sarana tersebut meliputi mesin perangkat keras dan perangkat lunak yang terhubung dengan jaringan internet, sedangkan prasarananya berbeda untuk setiap jenis perpustakaan sekurang-kurangnya memiliki perlengkapan, perabot dan peralatan, agar perpustakaan dapat dimanfaatkan secara maksimal.
4.7. Kemudahan Akses Koleksi Tesis Undip Institutional Repositoy Akses koleksi tesis Undip Institutional Repository ternyata cukup mudah, walaupun terkadang sinyal jaringan internet di rumah menghambat mahasiswa memanfaatkan koleksi tersebut. Mahasiswa juga terkadang sulit untuk menggunakan jaringan wifi tertentu di Perpustakaan Program Studi Magister Linguistik, mahasiswa harus memasukkan kata kunci untuk menggunakan jaringan wifi tersebut. Mahasiswa juga terkadang menjumpai tampilan website dan tulisan yang kurang menarik dan kurang jelas. Namun hambatan tersebut di atas tidak menyulitkan mahasiswa dalam mengakses koleksi tesis Undip Institutional Repository, mahasiswa cukup mudah dalam mengakses koleksi tesis Undip Institutional Repository apabila sudah terhubung dengan jaringan internet. Hal ini dapat membantu mahasiswa mencari koleksi tesis Undip Institutional Repository guna menyusun tesis dengan cepat dan dimana saja, sehingga kemudahan akses koleksi tesis pada Undip Institutional Repository cukup memotivasi mahasiswa menyusun tesis.
Koleksi tesis Program Studi Magister Linguistik pada Undip Institutional Repository dapat dimanfaatkan dengan fasilitas yang tersedia di Perpustakaan Program Studi Magister Linguistik, namun fasilitas tersebut berupa sebuah komputer, meja, dan kursi, sehingga belum menunjang bagi 100 mahasiswa Program Studi Magister Linguistik dalam memanfaatkan layanan Undip Institutional Repository. Fasilitas yang disediakan Program Studi Magister Linguistik juga kurang dapat diperhatikan oleh mahasiswa, jumlah dan tata letak yang tidak sesuai mengakibatkan mahasiswa menggunakan fasilitas lain untuk mengakses koleksi tesis Undip Institutional Repository.
Ketersediaan koleksi tesis Undip Institutional Repository hanya perlu dilengkapi dan diperbaharui agar tidak menjadi hambatan mahasiswa untuk mencari referensi dalam menyusun tesis.
Namun jaringan internet di Perpustakaan Program Studi Magister Linguistik cukup membantu mahasiswa dalam memanfaatkan koleksi tesis Undip Institutional Repository. Mahasiswa menggunakan mesin pribadi yang cukup dihubungkan dengan jaringan internet yang disediakan Program Pascasarjan Universitas Diponegoro. Jaringan tersebut berupa wifi yang dapat diakses di Perpustakaan Program Studi Magister Linguistik.
5. Simpulan Berdasarkan analisis data dan pembahasan mengenai sejauh mana ketersediaan koleksi digital Undip Institutional Repository dalam memotivasi mahasiswa menyusun tesis di Perpustakaan Program Studi Magister Linguistik Universitas Diponegoro, maka dapat disimpulkan, bahwa ketersediaan koleksi digital Undip Institutional Repository tidak dapat memotivasi mahasiswa menyusun tesis sejauh ketersediaan jumlah, keterbaruan, kesesuaian, dan fasilitas untuk mengakses koleksi digital Undip Institutional Repository di Perpustakaan Program Studi Magister Linguistik Universitas Diponegoro. Namun pada bidang ilmu yang sesuai dengan penyusunan tesis, tata cara penulisan yang memberikan panduan penulisan tesis, sebagian isi koleksi yang memberikan referensi dalam menyusun tesis, serta adanya jaringan internet yang membantu
Fasilitas di Perpustakaan Program Studi Magister Linguistik dapat memudahkan mahasiswa untuk memanfaatkan koleksi tesis Undip Institutional Repository. Namun, fasilitas tersebut kurang memotivasi mahasiswa menyusun tesis. Mahasiswa lebih termotivasi karena diri pribadinya untuk menyusun tesis, tetapi bagi mahasiswa yang menggunakan mesin pribadi seperti laptop yang dihubungkan dengan jaringan internet (wifi) Universitas Diponegoro, maupun fasilitas pribadi
9
Qalyubi, Syihabudin. 2007. Dasar-dasar Ilmu Perpustakaan dan Informasi. Yogyakarta: Jurusan Ilmu Perpustakaan dan Informasi, Fakultas ADAB, UIN Sunan Kalijaga Reitz, Joan M. 2004. Dictionary for Library and Information Science. USA : Library Unlimited. <www.abcclio.com/ODLIS/odlis_A.aspx> [22 Maret 2012]
mengakses koleksi digital Undip Institutional Repository dengan cepat cukup memotivasi mahasiswa dalam menyusun tesis. 6. Daftar Pustaka Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Basrowi dan Suwandi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineke Cipta Crow, Raym. 2002. The case for institutional repositories: a SPARC position paper. Washington: The Scholarly Publishing and Academic Resources Coalition. [22 November 2011]. Depdiknas. 2011. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Djaali. 2011. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Eriyanto. 2007. Teknik Sampling. Yogyakarta: LKiS Liauw Toong Tjiek (Aditya Nugraha). Desember 2009. Open Access: Menyuburkan Plagiarisme. Jakarta: Visi Pustaka, Volume 11 Nomor 32. [19 November 2011] Lynch, Clifford A. 2003. Institutional Repositories: Essential Infrastructure for Scholarship in the Digital Age. Washington: The Scholarly Publishing and Academic Resources Coalition. [21 November 2011]
Saleh, Abdur Rahman. 2010. Materi Pokok bahan Rujukan. Jakarta: Universitas Terbuka. Soeatminah. 1992. Perpustakaan, Kepustakawanan dan Pustakawan. Yogyakarta: Kanisius. Sudarsana, Undang. 2010. Materi Pokok Pembinaan Minat Baca. Jakarta: Universitas terbuka. Sulistiyo-Basuki. 1993. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Sulistiyo-Basuki. 2006. Metode Penelitian. Jakarta: Wedatama Widya Sastra bekerja sama dengan FIPB UI. Sutarno, N. S. 2006. Perpustakaan dan Masyarakat. Jakarta: Sagung Seto. Uno, Hamzah B. 2011. Teori Motivasi dan pengukurannya: Analisa di Bidang Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Yulia, Yuyu. 2009. Materi Pokok Pengembangan Koleksi. Jakarta: Universitas Terbuka. Yuliana. 2007. Koleksi Digital Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Medan: Departemen Studi Perpustakaan dan Informasi, FS, USU. [22 November 2011] Yusup, Pawit M. 2009. Ilmu Informasi, Komunikasi, dan Kepustakaan. Jakarta: Bumi Aksara.
Martini, Nina A. 2011. Materi Pokok Psikologi Perpustakaan. Jakarta: Universitas Terbuka. Moleong, Lexi. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosdakarya. Muhibbin Syah. 2011. Psikologi Belajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada Pedoman Umum Pengelolaan Koleksi Perpustakaan Perguruan Tinggi. 1999. Jakarta: Perpustakaan Nasional RI. Pendit, Putu Laxman. dkk. 2007. Perpustakaan Digital: Perspektif Perpustakaan Perguruan Tinggi Indonesia. Jakarta: Sagung Seto. Pendit, Putu Laxman. 2008. Perpustakaan Digital dari A sampai Z. Jakarta: Citra Karyakarsa Mandiri.
10
Seminar Nasional Teknologi Informasi & Komunikasi Terapan 2011 (Semantik 2011)
ISBN 979-26-0255-0
MODEL I-CASE UNTUK PENGEMBANGAN REKAYASA PERANGKAT LUNAK PERPUSTAKAAN DIGITAL BERBASIS OPEN SOURCE Yodhi Yuniarthe
Jurusan Teknik Informatika, STMIK Mitra, Bandar Lampung E-mail : [email protected]
ABSTRAK Sebagai bagian akhir dari proses rekayasa perangkat lunak, I-CASE (Integrated Computer Aided Software Engineering) memegang peran penting dalam membentuk peralatan sistem yang menentukan kualitas perangkat lunak. Makalah ini menguraikan tentang suatu kajian secara konseptual mengenai model ICASE yang didalmnya terdapat sub komponen yang berinteraksi dalam membangun peralatan proses (process tools) dalam CASE sehingga dapat disesuaikan dengan prinsip-prinsip dalam perangkat lunak. Studi kasus dalam penelitian ini adalah pada aplikasi perangkat lunak berbasis open source bagi perpustakaan di lingkungan perguruan tinggi (PT) telah mengantarkan pada kesuksesan secara teknis dimana program aplikasinya memiliki kompetensi untuk dikembangkan sehingga layak untuk dilakukan penelitian lebih lanjut. Perpustakaan digital (digital library) merupakan produk dari perpustakaan terbarukan saat ini.Masalah saat ini pada perpustakaan PT adalah pada sentralisasi dimana fasilitas perpustakaan membutuhkan integrasi data yang terkoordinasi agar pemustaka dapat mengakses sumber referensi yang memuaskan. Oleh karena itu, Penelitian ini memfokuskan bagaimana menyiapkan model ICASE dalam rangka mengantisipasi kebutuhan perangkat lunak bagi perpustakaan digital tersebut. Metodologi penelitian yang digunakan adalah studi literatur yang komprehensif mengenai model arsitektural saat ini dan teknik pembaganan sistem yang menguraikan dokumentasi interface pemakai dengan kebutuhan sistem yang akan dibangun. Perkembangan open source yang begitu pesat menyebabkan kemudahan perancangan aplikasi, tetapi dapat menimbulkan perancangan yang semaunya karena sifat open source yang source codenya gratis (free). Hasil pembahasan diharapkan dapat memberikan masukan kepada para pengembang hususnya programmer menyiapkan rancangan program perangkat lunak berbasis open source dengan model I-CASE yang mendukung aplikasi pemakai dengan beragam pilihan sehingga mendukung otomasi perpustakaan. Kata kunci : I-CASE, open source, process tools, digital library, model arsitektural
1. PENDAHULUAN Perpustakaan digital saat ini telah mulai banyak diterapkan di lingkungan perguruan tinggi. Perkembangan teknologi informasi di bidang open source telah meningkatkan jumlah pengguna dan pemakaian system yang lebih fleksibel. Paling tidak ada beberapa perubahan di dunia universitas yang akan mempengaruhi dunia perpustakaan juga di Indonesia, yaitu: 1). Tingkat Konsumerisme : jumlah mahasiswa terus bertambah, demikian pula keragaman dalam latarbelakang dan tujuan pendidikan mereka. 2). Pendidikan tinggi yang konsumptif – para mahasiswa dan orang tua memiliki harapan semakin tinggi tentang mutu pendidikan yang dikaitkan dengan kesempatan kerja, sedemikian rupa sehingga universitas pun menjadi semakin berorientasi kepada pelanggan (customer oriented). 3). Pembiayaan siswa : para mahasiswa diharapkan membayar lebih banyak dan dengan demikian menjadi kontributor penting bagi pendidikan mereka sendiri. 4). Rancangan kursus dan metode pembelajaran : cenderung menuju pendidikan berbasis semester dan mengunakan modul-modul yang dapat ditawarkan secara terpisah. menumbuhkan kecenderungan belajar secara otonom (autonomous learning) dengan memanfaatkan berbagai teknologi informasi, baik dalam pengajaran maupun pengujian. 5). Akuntabilitas pendidikan tinggi : setiap institusi dituntut untuk lebih menekankan aspek kualitas, sementara harus juga memikirkan sumber dana yang beragam untuk mendukung butir pertama, yaitu pendidikan yang bersifat massal. 6). Pendanaan : universitas semakin bersaing untuk meningkatkan 1
Seminar Nasional Teknologi Informasi & Komunikasi Terapan 2011 (Semantik 2011)
ISBN 979-26-0255-0
efektivitas pendanaan, dan mungkin juga akan menimbulkan tuntutan efisiensi, termasuk dalam hal perpustakaan. Berdasarkan hal ini, maka perlu kiranya dilakukan studi lebih lanjut bagaimana peningkatan sumber daya organisasi pada perpustakaan digital yang mendukung teknologi informasi dengan model open source terkini melalui peralatan terpadu dari perangkat lunak komputer.
2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Perpustakaan Digital Teknologi informasi tidak terbatas hanya pada komputer tetapi terdiri dari beberapa kumpulan t eknologi yang menghubungkan semua computer ke dalam jaringan untuk melakukan pertukaran informasi jarak jauh dan lintas batas perpustakaan. Internet menyediakan konektifitas global dan flatform fleksible agar aliran informasi berjalan tanpa hambatan di sep anjang lini perpustakaan dan antara perpustakaan dengan pengguna maupun penerbit. Dengan kemampuan teknologi informasi yang semakin berkembang, berkembang pulalah bentuk perpustakaan digital tersebut dalam berbagai media diantaranya : [1]. 2.1.1 SGML Standard Generalized Mark-up Language (SGML) adalah kumpulan dari kode -kode yang memberikan salah satu dalam bagian komponen-komponen (judul, formula, paragraf diagram dan lain-lain). Dokumen SGML dapat disimpan lebih efisien dan dapat diperoleh kembali dengan komponen individual. Lebih penting lagi, SGML melindungi gambar dari sebuah dokumen, mengijinkan untuk dapat ditampilkan pada layar video dengan cara yang sama dimana penulis atau penerbit memperuntukkannya untuk melihat ketika dicetak pada ketas. 2.1.2. Perpustakaan Video Digital Video menggabungkan bunyi dan gambar dan usah lainnya tipe dari dokumen yang komplek. Media video dapat mengambil secara terpisah dan mengartikan secara terpisah penggunaan alat-alat yang berbeda untuk komponen yang berbeda lalu dirakit kembali. Heteroginitas dari sumber –sumber daya informasi dan sistem komunikasi adalah alami dan konsekuensinya tidak dapat dihindarkan dari perkembangan didalam sebuah kompetisi dan ruang lingkup teknologi yang kr eatif. Perbedaan pendekatan memproduksi perbedaan sistem dan praktek. Pada tingkat pemula dengan relatif di dalam evolusi dari teknologi perpustakaan digital merupakan kebutuhan asangat vital dimana proyek berusaha keras untuk pendekatan penyatuan dengan fungsional secara standar dan protokol yang digunakan, sekalipun pada mulanya tidak sepenuhnya didayagunakan. Ketelitian mendesain dari kemampuan memeperluas dalam perpustakaan digital akan memfasilitasi kemajun penelitian selanjutnya dan pengertian dari pengaruh yang kuat dari pendekatan baru pada komunitas user tanpa memerlukan tindakan untuk menggantikan penginstalan dasar. Kemampuan dalam mengoperasikan keseragaman yang nyata dan transparansi yang berbeda-beda, tempat penyimpanan distribusi informasi. Sangat kompleks, sistem multi komponen akan ditampakkan ke user sebagai salah satu kemudahan tunggal. Kemampuan dalam mengoperasikan harus juga dicapai dalam dimensi lain seperti : 1). Waktu (kemampuan dalam pengoperasian dari sistem lama ke sistem baru). 2). Bahasa (kemampuan dalam pengopearsian multi bahasa). 3). Sintax (mendistribusikan pencarian silang tempat penyimpana heterogen dan pelayanan. 4). Arti kata (user dapat mengakses kelas-kelas dari objek digital yang sama di dalam pengertian dimana mereka memiliki permintaan kata demi kata. Kemampuan perpustakaan digital harus ditingkatkan untuk mencapai keunggulan dalam pengoperasian dan tidak dapat dihindarkan peningkatan persyaratan pe rmintaan pelayanan oleh user. Keberadaan protokol internet (misalnya http dengan basis World Wide Web) biasanya mengetahui ketidakcukupan dalam 2
Seminar Nasional Teknologi Informasi & Komunikasi Terapan 2011 (Semantik 2011)
ISBN 979-26-0255-0
pencarian haru s memindahkan melebihi dasar tertentu dari penyebaran protokol dan sistem-sistem tanpa ancaman keadaan yang terdapat di dalam pengaksesan. 2.1.3. Dokumen Digital Keinginan dalam merubah bentuk dokumen ke dalam bentuk yang lebih interaktif merupakan suatu perubahan yang memungkinkan user menikmati sajian informasi dalam bentuk yang berbeda dari sekarang. Satu petyunjuk ke masa depan unit konseptual ditemukan didalam ide-ide yang berkembang dari suatu dokumen. Dokumen fisik dapat emngambil beberapa bentuk tetapi dikarakteristikkan oleh atribut dasar dari suatu isi dan struktur bagaimana isi ditunjukkan. Struktur mempertinggi arti dengan mensuplai informasi kontekstual. Dokumen juga dapat dikarakteristikkan dengan tipe dan gaya. Dokuemen yang ada dalam bentuk di gital memperoleh hak kekayaan lainnya yaitu format digital. Pemilihamn format digital untuk sebuah dokumen memiliki potensial tantanagn yang positif maupun negatif secara fungsi dan kegunaan. Isi,struktur dan format dapat dibicarakan secara bebas untuk me mperbesar perluasan fungsinya. 2.1.4. Optical Character Recognition (OCR) OCR selalu difugsikan sebagai alternatif penyimpanan untuk kunci utama, teks dalam bentuk digital. Sebagi definisi, OCR adalah metode pemasukan data pada komputer yang digunakan adalah teknologi scan dan analisa gambar. Untuk identifikasi atau pembaca karakter dalam bentuk tekas sebagai kunci atau keyword. Kode -kode tersebut juga dilihat bentuk digital jika ingin menyiapkan dokumen yang akan diubah bentuknya menjadi bentuk digital. Terlebih dahulu dokumen itu discan dan dicetak dahulu agar tidak terjadi kesalahan. 2.2. Konsep CASE 2.2.1. Bangunan Blok CASE Computer Aided Software Engineering (CASE) merupakan sebuah alat tunggal yang mendukung suatu aktivitas rekayasa perangkat lunak yang menunjukkan peralatan, sebuah database, orang-orang, perangkat keras, system operasi, standard an komponen lainnya. Peralatan CASE menambah kotak peralatan perekayasa perangkat lunak, karena CASE menyediakan perekayasa dengan kemampuan untuk mengotomasikan aktivitas manual dan memperbaiki wawasan perekayasaan. Peralatan CASE membantu meyakinkan kualitas yang dirancang sebelum produk dibangun. [2].
CASE Tools Integration Framework Portability Services Operating System Hardware Platform Environment Architecture Gambar-1 : Blok Bangunan CASE [2]
2.2.2. Taksonomi dari Peralatan CASE Peralatan CASE dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa aspek yang dapat disebutkan,antara lain : 1). Peralatan rekayasa informasi. 2). Peralatan manajemen dan permodelan proses. 3). Peralatan perencanaan 3
Seminar Nasional Teknologi Informasi & Komunikasi Terapan 2011 (Semantik 2011)
ISBN 979-26-0255-0
proyek. 3). Peralatan analisis resiko. 4). Peralatan manajemen proyek 5). Peralatan pelacakan kebutuhan. 6). Peralatan manajemen dan alat ukur. 7). Peralatan dokumentasi 8). Peralatan perangkat lunak sistem 9). Peralatan jaminan kualitas. 10). Peralatan manajemen basis data. 11). Peralatan manajemen konfigurasi perangkat lunak. 12). Peralatan rancangan dan analisis. 13). Peralatan PRO/SIM. 14). Peralatan pengembangan dan rancangan antarmuka. 15). Peralatan prototyping. 16). Peralatan pemrograman. 17). Peralatan pengujian dan integrasi. 18). Peralatan analisis static. 19). Peralatan analisis dinamis dan lain-lain. [2]. 2.2.3. Lingkungan I CASE Ada beberapa keuntungan I CASE, antara lain : 1). Transfer yang perlahan dari informasi (model, program, dokumen, data) dari satu peralatan ke peralatan lainnya dan dari satu langkah rekayasa perangkat lunak ke langkah berikutnya. 2). Sebuah pengurangan dalam usaha yang diperlukan untuk menjalankan segala aktivitas yang meliputi manajemen konfigurasi perangkat lunak. 3). Sebuah peningkatan dalam pengendalian proyek yang dicapai melalui perencanaan, monitoring dan komunikasi yang lebih baik. 4). Perbaikan koordinasi diantara anggota staf yang bekerja pada sebuah perangkat lunak yang besar. [2]. 2.2.4. Elemen I CASE Ada beberapa elemen yang menyusun I-CASE, antara lain : 1). Blok fondasi yang terdiri dari, arsitektur, platform perangkat keras dan perangkat lunak, sistem operasi. 2). Jasa portabilitas. 3). Kerangka kerja integrasi. 4). Peralatan CASE. [2]. 2.4. Pengembangan Open Source Open source merupakan istilah dalam bahasa Inggris. Open berarti buka, sedangkan source berarti sumber. Jadi, secara harafiah, open source berarti sumber terbuka, atau lebih tepatnya kode sumber (source code) yang dibuka untuk umum/publik. Dalam dunia komputer, secara sederhana, semua yang berjalan ketika pengguna memencet tombol power adalah program/perangkat lunak/software. Seluruh program yang berjalan di komputer dibuat melalui bahasa pemrograman tertentu. Terdapat beragam pilihan bahasa pemrograman, misalnya: Visual Basic, Pascal, Delphi, C, Java, dan lain sebagainya. Masing-masing bahasa pemrograman mempunyai kelebihan dan kekurangan. Seseorang yang ingin membuat program yang dapat berjalan di komputer harus menentukan bahasa pemrograman yang akan dipakai dan kemudian menulisnya menurut kaidah yang dibuat oleh bahasa pemrograman yang telah dipilih. Hasil penulisan ini disebut source code. Source code kemudian akan di kompilasi (compile) oleh compiler bahasa pemrograman tersebut untuk menghasilkan sebuah file yang dapat dieksekusi/dijalankan oleh komputer. Teknologi OSS telah menjadi building blocks dari aplikasi/layanan Internet, antara lain : 1). Mail server: sendmail, qmail, postfix. 2). Web server: apache. 3). ftp server: wu-ftpd, proftpd 4). dB server: mysql, postgres. 5). Blog software: wordpress. 6). Wiki software: mediawiki. 7). Content management system (CMS). Proyek-proyek Open Source telah ada sejak 1960-an, tetapi cenderung mengalami popularitas yang baru ditemukan saat ini disebabkan oleh meningkatnya penggunaan internet sebagai media komunikasi dan informasi. Proses rekayasa perangkat lunak meliputi: 1). Pedefinisian Persyaratan. 2). Rancangan tingkt sistem. 3). Rancangan lengkap. 4). Implementasi 5). Integrasi, 6). Bidang Pengujian dan 7). Dukungan. Perangkat lunak model open source mendukung semua aspek dari proses ini dan menyediakan insinyur dengan metodologi untuk mengikuti untuk menghasilkan produk berkualitas tinggi menerapkan persyaratan klien. [3].
4
Seminar Nasional Teknologi Informasi & Komunikasi Terapan 2011 (Semantik 2011)
ISBN 979-26-0255-0
3. PENGEMBANGAN MODEL DAN PEMBAHASAN 3.1. Model I-CASE Pengembangan perpustakaan digital menjadi keharusan dimana sistem perpustakaan digital memberikan fleksbilitas kepada pemakai tentang akses informasi referensi yang dibutuhkan.
Gambar-2 : Library System Use-Case Diagram [3].
Proyek-proyek Open Source, seperti proyek-proyek proprietary, membutuhkan tingkat analisis persyaratan dan pemodelan untuk mengimplementasikan solusi. UML adalah pendekatan definitif untuk membangun model pembangunan berbasis proses yang menggabungkan suara dan arsitektur yang kuat. Spesifikasi ini memungkinkan pengembang menggunakan notasi standar untuk model komponen sistem, perilaku, dan pengguna. Persyaratan analisis dilakukan menyangkut masalah perangkat lunak atau sistem, kemudian dimodelkan melalui UML dan disajikan sebagai solusi konseptual. Spesifikasi UML tidak menentukan metodologi yang tepat atau proses yang harus digunakan untuk menyelesaikan masalah, tetapi menguraikan pemahaman analis masalah untuk terjemahan mudah oleh tim desain. [3]. UML mendefinisikan notasi dan semantik untuk jenis berikut solusi masalah: 1). Interaksi pengguna : menggambarkan batas dan interaksi antara pengguna dan sistem. 2). Interaksi atau Kolaborasi Model : menjelaskan bagaimana objek dalam sistem berinteraksi untuk menyelesaikan tugas. 3). Dynamic Model : legiatan grafik menggambarkan alur kerja sistem akan capai. 4). Logika atau Kelas Model : menjelaskan kelas dan objek sistem. 5). Komponen Fisik Model : menjelaskan perangkat lunak, dan kadang-kadang perangkat keras sistem. 6). Fisik Deployment Model : menjelaskan arsitektur sistem fisik dan penyebaran komponen pada perangkat keras sistem. [3]. UML menyediakan model perangkat lunak Open Source dengan kemampuan untuk berkembang dari aplikasi solusi sederhana untuk penggunaan pribadi untuk aplikasi skala besar menyelesaikan persyaratan ukuran sistem industri. Ini adalah proses yang UML menyediakan pengembangan organisasi yang memungkinkan mereka untuk kembali fokus pengembangan usaha mereka terhadap pemahaman mudah masalah ini kompleks. [3]. 3.2. Analisis Perancangan Sistem Pola pengembangan model open source diasumsikan pada keinginan pengguna untuk dapat menggunakan berbagai macam perangkat lunak. Pola pengembangan ini merupakan pendekatan pragmatis untuk mereduksi biaya atau meningkatkan kualitas dari perangkat lunak. Singkatnya, pembuat program 5
Seminar Nasional Teknologi Informasi & Komunikasi Terapan 2011 (Semantik 2011)
ISBN 979-26-0255-0
memberikan source code untuk digunakan pengguna, dan pengguna memiliki kebebasan untuk mengubah dan memodifikasi kode program untuk meningkatkan kualitas program. Pola sharing software seperti ini tentu hanya dapat terjadi diantara pengguna yang juga memiliki kemampuan teknis untuk mengubah atau memodifikasi kode program, atau yang disebut sebagai pengguna yang “prosumen” (produsen-konsumen). Model pengembangan seperti ini yang menjadi ide dasar dari Free/Open Source Software. Pembuatan sebuah perangkat lunak open source biasanya terdiri 3 fase, yaitu: [4]. 1. Fase awal (the initial development phase) Pembuatan program dapat dilakukan oleh initial developer (individu atau perusahaan) untuk kebutuhan kerjanya. Hasil program tersebut kemudian diberikan kepada orang lain. Jika ada yang tertarik dengan programnya, initial developer akan memberikan program dan source code-nya untuk dikembangkan lagi. 2. Fase pertumbuhan (the growth phase) Pada fase ini, program yang dibuat oleh pengembang awal telah dimodifikasi melalui kontribusi orang lain. Kontribusi ini membuat program lebih generic dan fungsional. 3. Fase pengorganisasian (organization phase) Tahap ini dapat tercapai ketika program yang dibuat dan dikembangkan dengan kontribusi yang luas dari berbagai pihak telah menjadi standar baku untuk digunakan dalam suatu komunitas atau kelompok. Pada tahap ini, biaya pemeliharaan sistem menjadi tanggung jawab komunitas.
4. SIMPULAN Pengembangan model I CASE pada open source perpustakaan digital merupakan suatu topik yang sangat menarik perhatian karena berasal dari permasalahan kepraktisan atas penggunaan perangkat lunak dengan alat bantuan yang terintegrasi dengan kebutuhan pemakai. Model I CASE dengan pendekatan UML (Unified Modelling Language) dapat menjadi solusi alternatif dalam merancang perpustakaan digital berbasis open source. Oleh karena itu, diharapkan model I CASE dengan memperhatikan aspek kepraktisan dapat menjadi perhatian bagi perekayasa perangkat lunak khususnya berkaitan dengan perpustakaan digital berbasis open source.
DAFTAR PUSTAKA [1] [2] [3] [4]
http://journal.unair.ac.id/filerPDF/PERPUSTAKAAN%20DIGITAL.pdf, diakses tanggal 12 Maret 2011 Roger S. Pressman, “Software Engineering : A Practitioner’s Approach”. Fourth Edition, Mc Graw-Hill Companies., 1997, page 806-814. http://tldp.org/LDP/LG/issue67/gilliam.html, diakses tanggal 14 Maret 2011. .Adi Indrayanto, Budi Rahardjo, Andika Triwidada, Zaki Akhmad, Indra, Syarifudin, “Panduan Penelitian Open Source Software”, Versi 1.00, 2007, hal. 31-32, the Creative Commons Attribution Attribution-NonCommercialNoDerivs V2.5, (http://creativecommons.org), diakses tanggal 16 Maret 2011.
6
Jurnal Iqra’ Volume 07 No.02
Oktober, 2013
PEMANFAATAN PERPUSTAKAAN DIGITAL DALAM MENDUKUNG PROSES BELAJAR MENGAJAR Abdul Karim Batubara Abstract The digital library is designed as a system to manage the collection of information in digital form as well as providing services to access the collection. The digital library has been utilized as a resource that can store a collection of institutions. Nowadays digital library gateway in storage and dissemination of information.Until now. The digital library has been used as a tool to support the learning process, especially in the provision of learning materials. Digital libraries needed by learners, especially at the stage of learning resources search. Kata Kunci : Perpustakaan Digital, Belajar Mengajar, Perpustakaan Online Pendahuluan Dalam proses belajar mengajar terlibat berbagai komponen atau elemen yang dibungkus menjadi sebuah lingkungan belajar, salah satunya adalah alat pendukung proses belajar, misalnya perpustakaan digital. Dalam proses belajar mengajar perpustakaan digital berperan sebagai pendukung yang menyediakan materi belajar. Perpustakaan digital dibutuhkan khususnya pada tahap di mana pengguna perpustakaan (pendidik atau pembelajar) melakukan pencarian sumber belajar sebagai modal untuk membentuk dan mencari pengetahuan baru. Namun dengan memandang aktivitas belajar sebagai rangkaian proses penambahan pengetahuan, kebutuhan pengguna perpustakaan (pendidik dan pembelajar) terhadap alat pendukung tidak lagi sebatas penyediaan materi belajar saja, pengguna perpustakaan (pendidik dan pembelajar) juga membutuhkan fasilitas yang mengakomodasi kebutuhan-kebutuhan pengetahuan lainnya. Di samping itu perpustakaan digital merupakan suatu usaha yang dapat menumbuhkan motivasi belajar peserta didik dalam memperoleh pengetahuan secara teknologi. Implementasi perpustakaan digital terhadap kegiatan belajar mengajar dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam upaya pencapaian tujuan proses belajar mengajar. Tujuan pengajaran yang dirumuskan dengan baik dan benar, selayaknya diupayakan pencapaiannya secara maksimal. Pemaksimalan pencapaian tujuan pengajaran tersebut dapat dilakukan antara lain dengan penyediaan dan pelayanan perpustakaan yang memadai. Dengan adanya pengelolaan perpustakaan digital yang lebih maju akan membantu siswa dalam pengaksesan sumber-sumber informasi yang dicari dengan mudah, cepat dan berkualitas.
61
Jurnal Iqra’ Volume 07 No.02
Oktober, 2013
Sejarah Perpustakaan Digital Ide atau pikiran yang menjadi konsep dasar pengembangan perpustakaan digital ini pertama kali muncul pada tahun 1945 dari Vannevar Bush. Bush menulis artikel, dengan judul “As We May Think”, tentang impiannya berupa sebuah “meja kerja” untuk para ilmuwan yang diberi nama MEMEX (baca: ‘mi.meks’). Meja ini memiliki layar kaca dan merupakan sebuah ‘mesin memori’ yang dapat menyimpan semua berkas, artikel, buku bacaan, dan surat menyurat seorang ilmuwan. Pemilik mesin ini akan bekerja seperti mengetik, membaca, memeriksa, menganalisa dengan berbagai berkas yang tersimpan dalam “meja kerja” tersebut yang saling berhubungan satu sama lain secara otomatis. Dia dapat membuka berkas yang akan dibaca, membuka berkas yang akan ditulis, dan menutupnya kembali jika sudah tidak dibutuhkannya (Pendit P. L., 2009) (Lesk, 2005). Pikiran Bush ini muncul akibat penyimpanan informasi manual yang menghambat akses terhadap penelitian yang sudah dipublikasikan. Intinya adalah Bush ingin agar bagaimana informasi atau ilmu pengetahuan yang ada dalam berbagai bentuk dan format tersebut dapat diorganisasikan supaya dapat dengan mudah disimpan dan ditemukan kembali apabila diperlukan. Perkembangan perpustakaan digital dimulai dengan otomasi perpustakaan dimana fungsifungsi perpustakaan dikerjakan dengan bantuan komputer. Otomasi perpustakaan ini mulai berkembang pada tahun 1980an. Namun pada saat itu hanya perpustakaan-perpustakaan besar saja yang menerapkan otomasi perpustakaan mengingat biaya investasinya yang begitu besar. Pada tahun 1980an sudah dimulai adanya upaya untuk mengintegrasikan teks lengkap pada basisdata elektronik. Library of Congress di Amerika yang telah mengimplementasikan sistem tampilan dokumen elektronik (electronic document imaging systems) untuk kepentingan penelitian dan operasional perpustakaan. Dari sudut pandang pengguna, komputer bukanlah bagian dari fasilitas manajemen perpustakaan melainkan hanya pelayanan untuk digunakan staf perpustakaan. Pada awal 1990-an berkembang perangkat lunak yang meng”otomasi”kan hampir seluruh fungsi perpustakaan seperti online public access catalogue (OPAC), kontrol sirkulasi, pengadaan bahan perpustakaan, interlibrary loan (ILL) atau pinjam antar perpustakaan, manajemen koleksi, manajemen keanggotaan, dan lain-lain. Dengan pengembangan jaringan lokal (Local Area Network/LAN) dan jaringan yang lebih luas (Wide Area Network/WAN) pada periode ini komunikasi antar perpustakaan dapat dilakukan dengan mudah dan lancar. Fasilitas online searching atau penelusuran informasi jarak jauh dengan teknologi peer to peer juga berkembang. Pada periode ini kita kenal layanan online searching dari DIALOG, DATA STAR, MEDLINE dan lain-lain. (Saleh:2013).
62
Jurnal Iqra’ Volume 07 No.02
Oktober, 2013
Di Indonesia sendiri perkembangan teknologi informasi yang mendasari pengembangan otomasi perpustakaan dan perpustakaan digital ini dimulai pada akhir 1970an dengan dicanangkannya jaringan kerjasama IPTEK berbasis komputer yang dikenal dengan nama IPTEKNET. Pada dekade 1980an dibentuk jaringan perguruan tinggi yang dikenal dengan nama University Network atau UNINET. Otomasi perpustakaan di Indonesia dimulai oleh Perpustakaan Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Perpustakaan Lembaga Manajemen Kelistrikan (LMK) dengan memelopori penggunaan komputer pribadi (Personal Computer/ PC) untuk pengelolaan perpustakaan. Akhir tahun 1980an banyak perpustakaan menggunakan CDS/ISIS dalam mengelola data bibliografinya. Seperti diketahui CDS/ISIS versi DOS dirilis pertama kali oleh UNESCO pada tahun 1986. Pada akhir 1980an sampai 1990an banyak perpustakaan di Indonesia memulai otomasi diantaranya seluruh perguruan tinggi negeri (PTN) melalui proyek Bank Dunia XXI yang dikoordinir oleh UKKP (Unit Koordinasi Kegiatan Perpustakaan) membeli perangkat lunak Dynix. Tidak mau kalah, Perpustakaan Nasional juga membeli perangkat lunak VTLS dan VTLS versi “micro”nya disebarkan ke Perpustakaan Nasional Provinsi di seluruh Indonesia. Departemen Agama juga “membagikan” perangkat lunak untuk manajemen perpustakaan yang diberi nama INSIS dan dibuat oleh PT Cursor Informatics kepada seluruh IAIN di Indonesia. Setelah itu berkembang perangkat-perangkat lunak untuk otomasi perpustakaan seperti Spectra oleh UK Petra Surabaya, SIPISIS oleh Perpustakaan IPB, Adonis oleh Perpustakaan Universitas Andalas, ISISonline dan GDL oleh Perpustakaan ITB, Laser oleh perpustakaan UMM, Digilib oleh perpustakaan USU, BDeL oleh Universitas Bina Darma Palembang, LEIC oleh Universitas Syah Kuala, LEIC oleh Politeknik Negeri Sriwijaya, Digital Library oleh Widya Mandala Surabaya, LONTAR oleh Universitas Indonesia dan masih banyak lagi pihak-pihak yang mengembangkan perangkat lunak sejenis. Ada juga perangkat lunak yang dikembangkan oleh vendor yang murni komersial, sebut saja NCI Bookman oleh PT Nuansa Cerah Informasi, SIMPUS dan lain-lain. Dengan berkembangnya perangkat lunak “open source” ada beberapa lembaga yang juga ikut bermain dalam pengembangan perangkat lunak pengelolaan otomasi perpustakaan dan perpustakaan digital. Kita bisa menyebut SLiMS atau Senayan Library and Information Management System sebagai salah satu produk “open source” yang diproduksi oleh Perpustakaan Departemen Pendidikan Nasional di Senayan. Sebenarnya ISISOnline dan GDL juga dirilis sebagai perangkat lunak “open source”. Manfaat Perpustakaan Digital
63
Jurnal Iqra’ Volume 07 No.02
Oktober, 2013
Sebagaimana yang diharapkan pada gagasan awal, perpustakaan digital bertujuan untuk membuka akses seluas-luasnya terhadap informasi yang sudah dipublikasikan. Tujuan perpustakaan digital menurut Association of Research Libraries (ARL, 1995) sebagaimana dikutip oleh Winy Purtini ( 2000) yang dimuat dalam IDLN adalah sebagai berikut: 1. Untuk melancarkan pengembangan yang sistematis tentang cara mengumpulkan, menyimpan, dan mengorganisasi informasi dan pengetahuan dalam format digital. 2. Untuk mengembangkan pengiriman informasi yang hemat dan efisien di semua sektor. 3. Untuk mendorong upaya kerjasama yang sangat mempengaruhi investasi pada sumber-sumber penelitian dan jaringan komunikasi. 4. Untuk memperkuat komunikasi dan kerjasama dalam penelitian, perdagangan, pemerintah, dan lingkungan pendidikan. 5.Untuk mengadakan peran kepemimpinan internasional pada generasi berikutnya dan penyebaran pengetahuan ke dalam wilayah strategis yang penting. 6.Untuk memperbesar kesempatan belajar sepanjang hayat. Sedangkan manfaat perpustakaan digital menurut Chisenga (2003) sebagaimana dikutip oleh Achmad (2006) adalah: 1.Penambahan koleksi lebih cepat dengan kualitas lebih baik. 2.Dapat mempercepat akses sehingga informasi yang dibutuhkan dapat segera dimiliki dan dimanfaatkan oleh pengguna. 3.Lebih bebas dan dapat memotong mata rantai administrasi untuk memperoleh informasi. 4.Dapat diakses dimana saja, kapan saja asal ada komputer yang terkoneksi dengan jaringan. 5.Pengguna dapat mengakses bukan hanya dalam format cetak tapi juga format suara, gambar, video dll. Selanjutnya Achmad (2006) juga mengutip pendapat Arms (2000) tentang manfaat perpustakaan digital sebagai berikut: 1.Perpustakaan digital membawa perpustakaan ke pengguna. Untuk memanfaatkan perpustakaan pemakai memerlukan akses. Cara lama, pengguna harus datang secara fisik ke perpustakaan. Beberapa anggota perpustakaan tinggal dekat dengan lokasi perpustakaan sehingga memerlukan waktu beberapa 64
Jurnal Iqra’ Volume 07 No.02
Oktober, 2013
menit saja untuk datang ke perpustakaan. Namun tidak semua anggota perpustakaan tersebut tinggal dekat dengan lokasi perpustakaan. Perpustakaan digital membawa informasi ke meja pengguna baik di tempat kerja maupun di rumah. Hal ini mempermudah untuk memanfaatkan perpustakaan dan sudah barang tentu dapat meningkatkan pemanfaatannya. Dengan membawa perpustakaan digital ke atas meja pengguna, maka pengguna tidak lagi harus datang secara fisik ke lokasi perpustakaan. Jadi perpustakaan selalu ada di komputer jika telah ada koneksi dengan jaringan. 2.Komputer dapat dimanfaatkan untuk mengakses dan merawak (browsing) informasi. Komputer dapat dimanfaatkan untuk mencari informasi. Dokumen kertas memang enak, dan nyaman untuk dibaca, tetapi mencari informasi yang disimpan didalamnya tidak mudah. Walaupun banyak alat-alat penelusur informasi (tercetak) ditambah dengan tingkat keterampilan pustakawan yang baik dalam menelusur informasi, namun untuk memanfaatkan perpustakaan yang besar sungguh merupakan tantangan besar. Untuk mencari informasi dengan computer tentu saja lebih mudah dari pada menggunakan metode konvensional atau manual. Komputer sangat bermanfaat dalam menelusur informasi karena dilengkapi dengan hyperlink yang memungkinkan penelusur meloncat dari dokumen yang satu ke dokumen yang lain. 3.Informasinya dapat digunakan secara bersama (resource sharing). Perpustakaan mengoleksi berbagai macam informasi. Di dalam perpustakaan digital maka pustakawan harus menempatkan informasi ini dalam suatu jaringan sehingga tersedia untuk diakses oleh setiap orang. Saat ini sudah banyak koleksi digital dikembangkan orang dan ditempatkan dalam suatu jaringan yang dapat diakses secara global oleh
pengguna perpustakaan. Hal ini
merupakan suatu
keuntungan yang luar biasa dibandingkan dengan koleksi tercetak yang kurang bermanfaat namun untuk mendapatkan harus melakukan pengorbanan yang sangat besar baik waktu dan bahkan biaya
untuk datang ke tempat koleksi
tersebut disimpan. 4. Informasi yang ada mudah untuk perbaharui (di up-date). Suatu keuntungan yang tidak diperoleh perpustakaan digital
pada perpustakaan konvensional adalah bahwa
dapat
diperbaharui atau dimutakhirkan secara terus
menerus setiap saat (secara real time). Pada koleksi tercetak hal ini tidak mudah dilakukan, sebab pada dokumen tercetak harus dicetak ulang secara 65
Jurnal Iqra’ Volume 07 No.02
Oktober, 2013
keseluruhan. Semua kopi dari versi lama harus dilacak dan diganti. Banyak perpustakaan menyediakan buku-buku referens seperti ensiklopedi, direktori dalam bentuk online atau digital. Jika revisi diterima dari penerbit, pustakawan hanya meng-install versi baru tersebut ke komputer. Versi baru biasanya segera terbit dan tersedia untuk perpustakaan. 5. Informasi selalu tersedia sepanjang hari, sepanjang masa, sepanjang hayat. Pintu perpustakaan digital harus terbuka lebar setiap saat, sehingga pengguna dapat berkunjung setiap saat secara maya. Koleksi perpustakaan tidak pernah dibawa pulang oleh pembaca, atau salah tempat di rak. Koleksi perpustakaan digital tidak akan pernah keluar kampus (dalam arti fisik). Sehingga cakupan koleksi bisa terus berkembang tanpa melihat batas fisik gedung perpustakaan (dikenal dengan perpustakaan tanpa dinding/ library without wall). Memang perpustakaan digital tidak selalu sempurna, yaitu jika sistem komputer gagal atau jaringan komputer yang berhubungan dengan server perpustakaan digital lamban. Tetapi bila disbanding dengan perpustakaan tradisional, informasi yang tersimpan di perpustakaan digital lebih sering dapat dimanfaatkan pengguna kapanpun ia membutuhkannya. 6. Memungkinkan bentuk informasi baru. Perpustakaan konvensional pada umumnya menyimpan koleksi cetak. Namun bentuk cetak tidak selalu cocok untuk disimpan dan didisseminasikan
atau dipencarkan. Pangkalan data
mungkin cocok untuk menyimpan data sensus penduduk, sehingga dapat dengan mudah untuk dianalisis oleh komputer. Perpustakaan matematika, tidak dapat menyimpan tampilan matematika, seperti tampilan yang ada pada kertas. Tetapi dapat mengubah simbol-simbol komputer yang dimanipulasi oleh program seperti Mathematica atau Maple. Bahkan jika formatnya sama, koleksi yang diciptakan untuk dunia digital tidak akan sama dengan koleksi yang semula didisain untuk kertas atau media lainnya. Kata-kata yang diucapkan mempunyai dampak lain jika kata-kata itu ditulis. Dan koleksi teks online sangat berbeda dengan
yang diucapkan atau
dicetak. Penulis yang bagus
menggunakan kata-kata berbeda ketika ia menulis untuk media yang berbeda dan pengguna akan menemukan cara baru untuk menggunakan informasi. Peran dan fungsi Perpustakaan digital Dalam Proses Belajar
66
Jurnal Iqra’ Volume 07 No.02
Oktober, 2013
Peran perpustakaan digital telah dimanfaatkan sebagai sumber daya yang dapat menyimpan koleksi suatu institusi. Saat ini juga Perpustakaan digital juga menjadi gerbang atau portal yang menyediakan account dan password untuk masuk ke online resources prabayar, seperti IEEE dan ACM. Dalam proses belajar Perpustakaan digital berperan sebagai sistem pendukung yang menyedikan materi belajar. Perpustakaan digital dibutuhkan khususnya pada tahap dimana pembelajar melakukan pencarian sumber belajar sebagai modal untuk membentuk pengetahuan baru. Untuk kebutuhan tersebut, peran atau fungsionalitas Perpustakaan digital perlu diberdayakan menjadi lebih optimal tidak lagi sehingga proses belajar mengajar lebih bermanfaat dan berdaya guna. Dalam konteks belajar Perpustakaan digital menjadi sistem yang berfungsi untuk menyediakan proses belajar, seperti dokumen tekstual, video, audio dan gambar. Dengan demikian Perpustakaan digital berperan dalam proses knowledge sharing di mana pengguna dapat menyumbangkan artikel sehingga dapat dipelajari oleh orang lain, contohnya ilmu komputer (http://ilmukomputer.com) Di samping itu Perpustakaan digital bermanfaat sebagai penyedia sumber belajar saja, melainkan juga memberikan layanan untuk kebutuhan belajar secara lebih menyeluruh. Implementenasi perpustakaan digital di perpustakaan sekolah yang kaitannya dengan proses belajar mengajar, dapat diidentifikasi menurut Kusmintardjo (1992) .sebagai berikut: 1.Membantu menumbuhkan dan mengembangkan aktivitas anak didik. Pertumbuhan dan perkembangan aktivitas anak dapat terjadi jika anak merasa dapat mengikuti (secara phisik dan psikhis) kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan di sekolah itu. Untuk dapat mengikuti kegiatan belajar-mengajar terutama untuk bidang studi yang sifatnya lebih banyak kognitif dan efektif, maka perlu tersedianya suatu resources yang memungkinkan anak tersebut selalu merasa aktual. Pada resources inilah (yang bisa berupa bahan pustaka) anak dapat berlomba untuk selalu siap mengikuti materi yang disampaikan. Media untuk dapat selalu siap inilah yang diamksudkan dengan tumbuh dan berkembangnya aktivitas anak 2.Menurunkan kadar ketergantungan siswa pada guru. Perpustakaan yang lengkap koleksinya dan terkelola dengan baik, bila dimanfaatkan secara optimal akan dapat membuat siswa tidak terlalu tergantung kepada guru. Siswa akan berpandangan bahwa guru bukan satu-satunya 67
Jurnal Iqra’ Volume 07 No.02
Oktober, 2013
sumber belajar. Pendekatan CBSA atau Student Active Learning dalam kegiatan belajar mengajar menunutut siswa lebih aktif mempelajari dan menyelesaikan tugas-tugas secara mandiri. Disinilah letak peran perpustakaan sekolah sebagai resources yang akhirnya dapat mengurangi ketergantungan siswa kepada guru. Guru berperan sebagai fasilitator, walaupun masih harus sebagai sumber utama yang terpercaya. 3.Efisiensi dan efektivitas dalam upaya pencapaian tujuan pengajaran. Tujuan pengajaran yang dirumuskan dengan baik dan benar, selayaknya diupayakan pencapaiannya secara maksimal. Pemaksimalan pencapaian tujuan pengajaran tersebut dapat dilakukan antara lain dengan menyediakan dan pelayanan perpustakaan yang memadai. Di perpustakaan sekolah siawa dapat melengkapi pemahamannya tehadap materi yang disampaikan guru sehingga tujuan pengajaran menjadi relatif lebih mudah untuk dicapai siswa. Dalam implementasi perpustakaan digital dapat ditambahkan dengan memberikan pengetahuan atau fasilitas dengan perangkat digital. Perangkat digital yang secara pengetahuan dapat membuat peserta didik menjadi lebih efektif dan efisien terhadap mencari pengetahuan, informasi dan mengerjakan tugas-tugas. Setelah implementasi, langkah selanjutnya perlu pemeliharaan dan pengawasan dalam manajemen perpustakaan digital agar sesuai dengan arah tujuan dan tepat sasaran. Pengawasan dapat dilakukan oleh personil yang ada dalam perpustakaan digital disekolah termasuk kepala sekolah. Untuk pemeliharaan tentunya dapat dilakukan oleh seluruh pihak sekolah harus ikut turun membatu pemeliharaan perpustakaan digital agar tetap terstruktur. Dari pengawasan dan pemeliharaan dapat dilakukan pengevaluasian apakah perpustakaan digital di sekolah berjalan sesuai dengan tujuan dan mampu mengembangkan kualitas sekolah. Manajemen perpustakaan digital di sekolah merupakan suatu usaha yang dapat menumbuhkan motivasi belajar peserta didik dalam memperoleh pengetahuan secara teknologi. Dengan demikian manajemen perpustakaan digital secara tidak langsung dapat mengembangkan kualitas peserta didik yang menggunakannya. Di samping itu tidak terbatasnya informasi terutama sumber belajar yang dapat diakses oleh siswa dan guru melalui perpustakaan digital, akan berdampak pada kegiatan pembelajaran. Pembelajaran tidak lagi berpusat pada guru ( teacher centered) tetapi sudah bergeser ke student centered, active learning , dan pembelajaran berbasis aneka sumber. Dengan demikian konstuktivisme dalam 68
Jurnal Iqra’ Volume 07 No.02
Oktober, 2013
pembelajaran yang berorientasi pada pembelajaran yang aktif, interaktif, kreatif, inovatif, dan menyenangkan dapat terlaksana dengan baik sehingga siswa tidak lagi belajar dengan tuntutan subject matter oriented tapi mereka akan mengkonstruksi apa yang dipelajarinya dalam proses pembelajarannya dan dapat menerapkan dalam kehidupannya( Samsudin:2010). Perpustakaan digital yang terkoneksi secara intra maupun internet ke setiap ruangan kelas memungkinkan guru dan siswa dapat belajar lebih efektif, karena dapat mengakses informasi (sumber belajar) dari ruangan kelas dan tidak harus ke perpustakaan secara fisik. Adanya perpustakaan digital secara tidak langsung telah membangun jaringan virtual untuk terus memperjuangkan bahwa masyarakat gemar membaca (reading society) merupakan persyaratan dalam mewujudkan masyarakat gemar belajar (learning society) yang merupakan salah satu ciri masyarakat maju dan beradab. Disisi lain adanya perpustakaan digital akan menekan biaya operasional untuk pengadaan buku/aneka sumber belajar karena dengan membeli satu master kemudian disimpan dalam server dapat diakses ke seluruh ruang kelas/ruangan yang ada. Menurut Koswara (2006) ada beberapa strategi pengajaran yang dapat diterapkan dengan menggunakan teknologi informasi termasuk perpustakaan digital adalah sebagai berikut : 1.
Learning by doing. Simulasi belajar dengan melakukan apa yang hendak dipelajari; contohnya adalah simulator penerbangan (flight simulator), dim ana seorang calon penerbang dapat dilatih untuk melakukan penerbangan suatu pesawat tertentu seperti ia berlatih dengan pesawat yang sesungguhnya
2.
Incidental learning. Mempelajari sesuatu secara tidak langsung. Tidak semua hal menarik untuk dipelajari, oleh karena itu dengan strategi ini seorang mahasiswa dapat mempelajari sesuatu melalui hal lain yang lebih menarik, dan diharapkan informasi yang sebenarnya dapat diserap secara tidak langsung. Misalnya mempelajari geografi dengan cara melakukan “perjalanan maya” ke daerah-daerah wisata.
3.
Learning by reflection. Mempelajari sesuatu dengan mengembangkan ide/gagasan tentang subyek yang hendak dipelajari. Mahasiswa didorong untuk mengembangkan suatu ide/gagasan dengan cara memberikan informasi awal dan aplikasi akan “mendengarkan”
69
Jurnal Iqra’ Volume 07 No.02
Oktober, 2013
dan memproses masukan ide/gagasan dari mahasiswa untuk kemudian diberikan informasi lanjutan berdasarkan masukan dari mahasiswa. 4.
Case-based learning. Mempelajari sesuatu berdasarkan kasus-kasus yang telah terjadi mengenai subyek yang hendak dipelajari. Strategi ini tergantung kepada nara sumber ahli dan kasus-kasus yang dapat dikumpulkan tentang materi yang hendak dipelajari. Mahasiswa dapat mempelajari suatu materi dengan cara menyerap informasi dari nara sumber ahli tentang kasus-kasus yang telah terjadi atas materi tersebut.
5.
Learning by exploring. Mempelajari sesuatu dengan cara melakukan eksplorasi terhadap subyek yang hendak dipelajari. Mahasiswa didorong untuk memahami suatu materi dengan cara melakukan eksplorasi mandiri atas materi tersebut. Aplikasi harus menyediakan informasi yang cukup untuk mengakomodasi eksplorasi dari mahasiswa. Mempelajari sesuatu dengan cara menetapkan suatu sasaran yang hendak dicapai (goal-directed learning). Mahasiswa diposisikan dalam sebagai seseorang yang harus mencapai tujuan/sasaran dan aplikasi menyediakan fasilitas yang diperlukan dalam melakukan hal tersebut. Mahasiswa kemudian menyusun strategi mandiri untuk mencapai tujuan tersebut.
PENUTUP Dilihat dari peran perpustakaan digital bahwa proses belajar mempunyai korelasi yang positif dalam usaha pembedayaan dan pengkayaan keilmuan baik bagi pendidik maupun pembelajar. Dukungan terhadap proses belajar sebaiknya dapat mengakodomasi kebutuhankebutuhan pengetahuan. Untuk itu dalam pengolahan perpustakaan digital dalam menduikung proses belajar harus menggabungkan integrasi, keterkaitan, dan kerjasama. Integrasi dan keterkaitan antara berbagai format data dalam jumlah besar dan disebarkan melalui jaringan telematika global. Kerjasama antar perpustakaan dan penyedia informasi sangat diperlukan dalam rangka meningkatkan kualitas pengguna, lebih dari itu kerjasama merupakan kebutuhan dan keharusan dalam rangka memaksimalkan pemanfaatan informasi secara bersama-sama (resource sharing) karena tak satupun perpustakaan di dunia yang mampu memenuhi kebutuhan penggunanya. Aplikasi Perpustakaan Digital akhirnya melahirkan peran baru bagi perpustakaan. Potensi teknologi telematika ini dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kepentingan masyarakat pengguna, dan konsentrasi para pustakawan di era digital ini bukanlah pada upaya mengejar teknologi melainkan pada bagaimana menjadi mitra yang sesungguhnya dalam kehidupan perguruan tinggi 70
Jurnal Iqra’ Volume 07 No.02
Oktober, 2013
yang berubah cepat. Melalui penerapan konsep perpustakaan digital dan perubahan peran inilah para pustakawan sebenarnya sedang memastikan diri bahwa profesi mereka tetap diperlukan. Daftar Pustaka Danim, Sudarwan dan Danim, Yunan. 2010. Administrasi Sekolah dan Manajemen Kelas. Bandung: Pustaka Setia. Effendi, Handaya (1999). Pemrograman Dynamic HTML. Jakata: Elex Media Komputindo. Haryanto, Imam (2007). Membuat Database dengan Microsoft Office Access. Bandung: Informatika, 2007. Kusmintardjo. 1992. Pengelolaan Layanan Khusus di Sekolah (Jilid II). Malang: IKIP Malang. Manullang, .M. 2008. Dasar-Dasar Manajemen. Yogyakarta: Gajah Mada Unyversity Press. Mustafa, B. (tanpa tahun). Mengenal Greenstone Digital Library Software. Makalah Tidak dipublikasi. Panduan Lengkap Pemrograman VBScript. (2003). Yogyakarta: Andi Offset. HTML Statik, VB Script, Java script, Acess, CSS, HTML Dynamic, ASP, XML dan XSL. Bandung: Informatika. Rohiat. 2010. Manajemen Sekolah. Bandung: Retika Aditama Saleh, Abdul Rahman.(2010). Mengembangkan Perpustakaan Digital: step by step. Jakarta: Sagung Seto. ----------------------------- Panduan Praktis Membuat Dokumen HTML, XML dan Up Load ke Geocities untuk Layanan Digitalisasi dan Arsip. Bahan untuk Pelatihan Digitalisasi Dokumen dan Arsip. Bogor: UPT Perpustakaan (tidak dipublikasi). ------------------------- 2013. Pengembangan Perpustakaan Digital: Teori dan Praktik Tahap Demi Tahap. Bogor: Rumah Q-ta Production Sidik, Betha dan Husni I. Pohan (2001). HTML dan XML: Pembahasan mencakup Subrata, Gatot. 2009. Perpustakaan Digital. http://library.um.ac.id/images/stories/pustakawan/kargto/Perpustakaan%20Digital.pdf Diakses tanggal 11 Maret 2012 UNESCO Division of Software Development and Application, Office of Information Programmes and Service. (1998). CDS/ISIS for Windows: Reference manual (version 1.31). Paris: Unesco. UNESCO Information Society Division. Sector of Communication and Information. (2003). CDS/ISIS for Windows: Reference manual (version 1.5). Paris:
71
Jurnal Iqra’ Volume 06 No.02
Okt, 2012
PENERAPAN DIGITALISASI UNTUK PERPUSTAKAAN Oleh: Lailan Azizah (Pegawai pada Perpustakaan IAIN-SU) Abstract Library system using digitization is needed at this time. In order to prepare the documents printed materials to electronic (computer file). Digitization process is not too complicated and can be done by beginners who want to optimize the results of digitization.Many application programs for the process both DOS based Windows and LINUX
Pendahuluan Kebanyakan orang menganggap perpustakaan itu hanya sebuah gedung besar yang berisikan buku-buku yang harus di baca yang tersusun di dalam rak , bahkan kotor berdebu karna tidak pernah tersentuh . Perpustakaan sekarang ini masih sangat jauh dari mahasiswa/i karna masih kurang nya minat mereka untuk membaca karena ini itu dan sebagian hal lainnya. Disisi lain perpustakaan menempati posisi yang sangat penting dalam suatu kehidupan Perguruan Tinggi. Dari perpustakaanlah diharapkan akan muncul dukungan bagi kesuksesan teaching dan learning, serta penelitian. Namun kondisi perpustakan di Indonesia khususnya diberbagai Perguruan Tinggi saat ini, belum sebagaimana yang diharapkan. Oleh karena itu. dalam rangka meningkatkan pengelolaan dan layanan perpustakaan dan agar perpustakaan tidak ditinggalkan penggunanya, sudah merupakan tugas bagi perpustakaan mulai menerapkan teknologi modern dalam berbagai aspek untuk membantu sistem layanannya. Karena itu perpustakaan dapat mulai menerapkan sistem otomasi untuk berbagai kegiatan dan transaksi layanan perpustakaan. Selanjutnya perpustakaan harus mulai merintis langkah-langkah untuk menuju layanan perpustakaan digital. Digitalisasi Digitalisasi (bahasa Inggris: digitizing) merupakan sebuah terminologi untuk menjelaskan proses alih media dari bentuk tercetak, audio, maupun video menjadi bentuk digital. Digitalisasi dilakukan untuk membuat arsip dokumen bentuk digital, untuk fungsi fotokopi, dan untuk membuat koleksi perpustakaan digital. Digitalisasi memerlukan peralatan seperti komputer, scanner, operator media sumber dan software pendukung. Dokumen tercetak dapat dialihkan ke dalam bentuk digital dengan bantuan program pendukung scanning dokumen seperti Adobe Acrobat dan Omnipage. Dokumen audio dapat dialihkan ke dalam bentuk digital dengan bantuan program pengolah audio seperti CoolEdit dan JetAudio. Dokumen video dapat dialihkan ke dalam bentuk digital dengan bantuan program pengolah video. Digitalisasi sendiri sangat berperan penting untuk memajukan perpustakaan , digitalisasi bisa di manfaatkan untuk memajukan perpustakaan yang ada . Di zaman modren ini semua yang ada serba digital , semua diolah menjadi serba digital dengan menggunakan alat-alat canggih contohnya scanner.
59
Jurnal Iqra’ Volume 06 No.02
Okt, 2012
Disini di perbantukan alat yang canggih dan tentunya sumber manusia yang cukup untuk bisa menggunakan alat-alat canggih tersebut. Tanpa adanya sumber daya manusia yang dapat menguasai semua itu maka perpustakaan juga pasti akan tetap tertinggal . Serta peran pustakawan tentunya juga pasti sangat dibutuhkan. Digitalisasi perpustakaan dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan pengguna perpustakaan tentang informasi yang semakin kompleks, baik kualitas maupun kuantitasnya. Pengguna ingin memperoleh pelayanan secara cepat, tepat dan akurat. Digitalisasi perpustakaan juga dilaksanakan dalam rangka meningkatkan kinerja dan perpustakaan, sehingga perpustakaan dapat memiliki daya saing dengan perpustakaan lainnya, dengan menonjolkan segi kepraktisan, kemudahan, kecepatan dan keakuratan dalam pelayanannya Digitalisasi meneliti mengenai dua bidang:
Pendigitalan Dokumen : Meneliti tentang bagaimana mendigitalkan dokumen dan jenis pendigitalan dokumen baik full text maupun page image Pembangunan Database : Meneliti tentang pembangunan database meliputi pencarian judul, pencarian dokumen, pencarian gambar, katalog database, database gambar, dan database link informasi
Perlunya digitalisasi Transformasi perpustakaan biasa menuju perpustakaan yang menggunakan sistem digitalisasi tidak dapat dihindari , guna melayani kebutuhan komunitas mahasiswa/mahasiswi dalam mengalihkan ilmu pengetahuan berbasis digital informasi dan ilmu pengetahuan yang selalu ada dan siap sedia saat di perlukan secara cepat atau mendadak. Perpustakaan dituntut tidak hanya memberikan saran infrastruktur saja , tetapi akses sumber informasi yang bisa diakses secara cepat . Salah satu fungsi diadakannya digitalisasi untuk perpustakaan di Perguruan Tinggi adalah sebagai sarana pengelolaan dan penyebaran informasi ilmiah di lingkungan Perguruaan Tinggi dan akan di sebar informasi tersebut dalam bentuk digital kepada intern maupun eksetrn kampus. Berdasarkan alasan tersebut, maka pembangunan jaringan perpustakaan berbasis elektronik yang memungkinkan kerjasama setiap perpustakaan dapat saling bertukar informasi melalui jaringan global. Dengan tetap menyepakati peraturan tentang keamanan data, hak milik intelektual/hak cipta dan hak akses. Manfaat digitalisasi untuk perpustakaan Banyak manfaat yang dikemukakan oleh para ahli sebagaimana disampaikan Chisenga (2003) sebagai berikut : a. b. c.
Penambahan koleksi yang lebih cepat dengan kualitas yang lebih baik Dapat mempecepat akses sehingga informasi yang dibutuhkan dapat sesegera mungkin di dimiliki dan di manfaatkan oleh para pengguna perpustakaan Tentunya dapat dikoneksikan lebih cepat apabila sistem digitalisasi digunakan di seluruh area kampus dengan jaringan,baik jaringan LAN maupun jaringan
60
Jurnal Iqra’ Volume 06 No.02
d.
Okt, 2012
internet atau apapun itu yang berhubungan untuk mendapatkan koneksi sistem digitalisasi tersebut. Pengguna dapat mengakses bukan hanya dalam bentuk format tercetak tetapi juga bisa mengakses dalam bentuk format suara , gambar , video dan masih banyak lagi lainnya.
Apa saja yang disediakan untuk sisitem digitalisasi perpustakaan Alasan utama membuat sistem digitalisasi di perpustakaan adalah upaya koleksi perpustakaan cepat dan mudah di akses tanpa harus mencari-cari buku lagi ke rak-rak buku yang ada di perpustakaan , ringan dalam penyimpanan serta mudah dalam pengadaan . dimana penggunaan nya bebrbentuk format elektronik . Beberapa contoh koleksi utama yang dibuat secara digitalisasi melalui scanner ataupun barang elektronik lcanggih lainnya adalah : a. Skripsi, tesis, desertasi maupun jurnal yang telah di ubah formatnya menjadi format digital. b. Gray literature adalah bahan-bahan perpustakaan yang tidak dipublikasikan pada jalur formal atau tidak tersedia secara komersial laporan penelitian, kertas kerja, prosiding seminar, atau tulisan staff akademika yang dapat dipublikasikan secara terbatas atau lokal. c.
Vidio clip dan sejenisnya yang biasanya digunakan pada proses mengajar . Seperti koleksi dari discovery chanel, history chanel dan sebagainya.
d. Electronic-book (e-book) yaitu buku-buku yang memang sudah dalam format elektronik saat diproduksi. e.
Electronic-journal (e-journal) yaitu jurnal-jurnal yang bertaraf nasional maupun internasional yang sudah tersedia dalam bentuk elektronik.
f.
Penerbitan lain , Contoh :brosur-brosur, foto-foto, kliping koran atau artikel majalah serta dokumen-dokumen sebagai arsip lembaga yang memungkinkan dipublikasikan secara digital.
Terdapat beberapa isu/masalah yang perlu diperhatikan dalam implementasi digitalisasi perpustakaan : a. Pengelola sistem digitalisasi hendaknya mengetahui esensi pendigitalisasian yaitu memberikan kemudahan akses dalam jangkauan yang lebih luas. b.
Pengelola sistem digitalisasi ini harus memahami secara jelas masalah legalitas (copyright) koleksi digital, isu legalitas koleksi merupakan isu utama dalam implementasi sistem digitalisasi untuk perpustakaan di Indonesia .
c.
Tujuan utama pendigitalisasian bukan hanya sarana persevasi koleksi.
d.
Masalah teknologi yang berhubungan dengan perangkat keras dan perangkat lunak seringkali sudah ketinggalan jaman (out of date).
Digitalisasi sangat diperlukan oleh sebuah perpustakaan Untuk perpustakaan harus selalu update untuk koleksi cetak yang sudah ada seperti :
itu,
61
Jurnal Iqra’ Volume 06 No.02
a.
Skripsi mahasiswa
b.
Tugas akhir mahasiswa
c.
Hasil penelitian dosen
d.
Skripsi/thesis/desertasi dosen
e.
Makalah presentasi sivitas akademika
f.
Proseding
g.
Jurnal PTN/PTS
Okt, 2012
Dalam membangun sebuah perpustakaan yang menggunakan sistem digitalisasi sangat penting bagi sebuah perpustakaan itu sendiri untuk : a. Mambangun sebuah website perpustakaan lengkap dengan pustakawan yang menajdi webmaster b.
Software automasi pelayanan web-based sehingga katalog dan koleksi dapat dibaca atau dielusur secara online
c.
Scurity system di dalam perpustakaan sebaiknya juga menyatu dengan software yang digunakan untuk pelayanan
d.
System libraryan harus disiapkan agar perpustakaan tidak mengalami hambatan-hambatan kecil dalam kaitannya dengan teknologi informasi.
e.
Digtizing unit harus disiapkna untuk menyatukan koleksi lama dengan koleksi baru dalam format digital
f.
Menyediakan akses WIFI yang tidak lelet di dalam perpustakaan untuk memudahkan civitas akademika mengakses koleksi digital tersebut .
Standar Operasi proses Digitalisasi Untuk melakukan proses digitalisasi diperlukan Prosedur Standar Operasi (SOP). SOP ini diperlukan agar: 1. Pustakawan, baik pustakawan pusat maupun jurusan mengetahui cara pengerjaan tugasnya dalam proses digitalisasi menurut aturan yang baku 2. Proses dan hasil digitalisasi dilakukan secara konsisten (taat asas) 3. Untuk memudahkan pustakawan yang bertugas mengupload ke situs http://digilib.itb.ac.id Alat yang digunakan untuk digitalisasi Untuk memilih scanner dokumen yang tepat, anda harus memperhatikan halhal berikut : 1. Bentuk dokumen Apabila dokumen yang hendak didigitalisasi berbentuk kertas lembaran lepas maka dapat digunakan scanner Automatic Document Feeder atau ADF Scanner.
62
Jurnal Iqra’ Volume 06 No.02
Okt, 2012
Apabila dokumen yang hendak didigitalisasi sudah dijilid dan tidak boleh dilepaskan maka kita dapat memilih scanner berjenis Flatbed yang bentuknya sudah umum dipasaran. Ada kalanya kita melakukan scanning dengan gabungan kertas lepas dan dokumen jilid dengan jumlah dokumen lepas lebih banyak daripada dokumen jilid, untuk itu kita dapat menggunakan scanner combi yaitu scanner ADF yang dilengkapi dengan Flatbed. Di Perpustakaan IAIN sendiri menggunakan scanner tipe Flatbed untuk menuju sistem digitalisasi tersebut. 2. Ukuran dokumen Untuk menentukan papersize dari scanner kita membutuhkan data ukuran kertas max yang hendak kita scan juga ukuran minimal serta ketebalan dan ketipisan kertas yang akan diproses. Ukuran scanner yang ada dipasaran biasnya adalah A4 atau A3 dimana A4 dapat menjangkau ukuran folio. Ukuran A2 hingga A0 terdapat juga dipasaran terutama untuk gambar-gambar teknik yang umumnya berbentuk seperti mesin plotter 3. Distribusi Pengguna Ada kalanya perusahaan menginginkan suatu sistem scanning tersentralisasi dimana satu buah scanner dapat digunakan secara bersamaan oleh beberapa orang di organisasi. 4. Bentuk akhir digitalisasi Bentuk akhir digitalisasi adalah file dengan mode warna/grayscale/BW , resolusi berapa dpi, dengan bentuk format seperti apa. Untuk beberapa keperluan seperti form processing fitur seperti background removal, border removal, noise cleaning, color drop out dan thresholding diperlukan untuk mendapatkan output yang akurat dan memuaskan . Biasanya bentuk akhir digitalisasi setelah di scanner adalah dengan format pdf dan jpg tetapi lebih sering digunakan adalah pdf kemudian dipindahkan ke komputer dan sedikit editan kemudian di upload ke web . 5. Kecepatan penyelesaian digitalisasi Berapa lama akan diselesaikan suatu pekerjaan digitalisasi , hal itu akan tergantung oleh kecepatan scanning yang ada. Kecepatan scanner yang tinggi ditemui pada production scanner yaitu hingga 160 lembar/menit. Dalam menentukan kecepatan scanner kita juga harus memperhatikan metode kerja, scanning setiap 10-20 lembar kemudian harus disimpan manual tidak akan efektif menggunakan scanner kecepatan tinggi dan tentunya sumber daya manusia yang ada . Digitalisasi itu mudah asalkan dana, sumber daya manusia, alat-alat bantu dan segala yang diperlukan tertata dengan baik .
63
Jurnal Iqra’ Volume 06 No.02
Okt, 2012
Daftar Bacaan Wikipedia Bahasa Indonesia (2009). “Perpustakaan Digital”. www.wikipedia.com/ Perpustakaan_digital.html (13 Desember 2009). http://id.wikipedia.org/wiki/Perpustakaan_digital http://katalogmediaperpustakaan.blogspot.com/ kangbudhi.files.wordpress.com/2010/03/modul-5-dan-6.doc undipku.wikispaces.com/.../Penerapan+Perpustakaan+Digital+di+Per... http://id.wikipedia.org/wiki/Digitalisasi http://scanningtechnologies.blogspot.com/2009/03/memilih-scanner-dokumenyang-tepat.html http://ilmukomputer.org/2008/09/24/sistem-digitalisasi-dan-otomasiperpustakaan/ http://www.pemustaka.com/sekarang-zamannya-era-digitalisasi-termasukperpustakaan.html Roesma, Lily Irawati. 2003. Penyusunan Prosedur Operasi Standar Perpustaskaan (Standard Operational Prosedures). Forum Perpustakaan Perguruan Tinggi Indonesia. UI
64
PENGARUH KARKTERISTIK INTERFACE TERHADAP PENGGUNAAN SISTEM INFORMASI PERPUSTAKAAN DIGITAL (Studi pada Pengguna (Mahasiswa) Perpustakaan Digital Universitas Brawijaya Malang) Zuhroh Endang Siti Astuti Riyadi Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang Email: [email protected] ABSTRAK Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh karakteristik interface terhadap penggunaan sistem informasi perpustakaan digital. Karakteristik interface diukur dengan tiga variabel, yaitu terminologi, desain layar, dan navigasi. Penggunaan sistem informasi diukur dengan dua variabel, yaitu persepsi kemudahan dan persepsi kemanfaatan. Analisis yang digunakan adalah analisis path dengan jenis penelitian ekspanatori. Data dikumpulkan dari Universitas Brawijaya melalui kuesioner. Responden berjumlah 59. Hasil penelitian menunjukkan terminologi, desain layar, dan navigasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap persepsi kemudahan. Terminologi, desain layar, persepsi kemudahan berpengaruh signifikan terhadap persepsi kemanfaatan, sedangkan navigasi berpengaruh tidak signifikan terhadap persepsi kemanfaatan. Desain layar menjadi variabel yang paling dominan diantara variabel eksogen yang lain Kata Kunci: Terminologi, Desain Layar, Navigasi, Persepsi Kemudahan, Persepsi Kemanfaatan ABSTRACT The objective of this paper is to study the influence of interface characteristics on digital library information system usage. Interface characteristics are measured by terminology, screen design, and navigation. Information System Usage is measured by perceive easy of use and perceive usefulness. Analisis path is used and type this research is explanation. Data was collected from Brawijaya University using a structured questionnaire. Questionnaires were distributed to 59 respondents. From the results of this analysis, there is a positive and significant correlation between variables terminology, screen design, and navigation against the perceived easy of use. Then, terminology, screen design, and perceived easy of use have a positive and significant on perceived usefulness, but variable navigation has a positive and nonsignificants on perceived usefulness. Further, screen design has an impact more dominant than terminology and navigation. Keywords: Terminology, Screen Design, Navigation, Perceive Easy of Use, Perceive Usefulness PENDAHULUAN Teknologi informasi memberikan media baru untuk menyebarkan informasi, yaitu media digital. Banyak institusi pendidikan di Indonesia sudah menggunakan media digital untuk menunjang pembelajaran, seperti penggunaan perpustakan digital. Perpustakaan digital tidak akan terlepas dari platform interaksi manusia dengan komputer.
Jika kita melihat “manusia” sebagai individu atau sekelompok orang yang menggunakan komputer untuk membantu menyelesaikan tugasnya, maka faktor keberhasilan interaksi atau suksesnya sistem terdistribusi perlu diperhatikan. Salah satu keberhasilan interaksi ini dapat dilihat dari kemampuan perangkat lunak (software) dalam Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 11 No. 1 Juni 2014| administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
1
membantu menyelesaikan tugas user (Santosa, 2009) dan end user akan berinterkasi dengan sistem melalui interface yang dibuat, sehingga keberhasilan perpustakaan digital selain dinilai dari isinya juga dinilai dari interface nya. Beberapa bulan terakhir ini perpustakaan digital Universitas Brawijaya mulai ditinggalkan oleh pengunjungnya. Bulan Desember 2013 jumlah pengunjung 10.182, bulan Januari 2014 jumlah pengunjung 9.956, bulan Februari 2014 jumlah pengunjung 9.938. Berkurangnya jumlah pengunjung mengindikasikan bahwa pemanfaatan perpustakaan digital juga mulai berkurang. Hal ini yang dimungkinkan dipengaruhi oleh beberapa faktor software yang digunakan, antara lain desain antarmuka yang kurang baik dan kemudahan penggunaannya. Penyebab lain adalah kemungkinan sedikitnya literatur informasi yang ditemukan oleh pencari informasi, atau karena masih banyak orang yang lebih suka membaca buku cetakan daripada melalui layar komputer (Yuadi, 2009; Kresh, 2007). TINJAUAN PUSTAKA Penelitian Terdahulu Penelitian pertama dilakukan oleh Lee, Dahlan, Ramayah, Karia dan Asaari (2005). Penelitian mereka berjudul Impact of Interface Characteristic on Digital Library Usage. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa persepsi kemudahan berpengaruh langsung terhadap persepsi kemanfaatan, terminologi berpengaruh signifikan terhadap persepsi kemudahan, sedangkan desain layar dan navigasi berpengaruh tidak signifikan terhadap persepsi kemudahan. Penelitian kedua dilakukan oleh Ramayah (2006). Penelitiannya berjudul Interface Characteristic, Perceived Ease of Use and Intention to Use an Online Library in Malaysia. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan adanya pengaruh signifikan antara persepsi kemudahan terhadap minat perilaku. Kemudian terminologi, desain layar, dan navigasi juga berpengaruh signifikan terhadap persepsi kemudahan. Sistem Informasi Perpustakaan Digital Istilah sistem informasi didefinisikan “sebagai kumpulan elemen yang saling berhubungan dan membentuk satu kesatuan untuk mengintegrasikan data, memproses, menyimpan serta mendistribusikan informasi” (Oetomo, 2002 dalam Suwanto, Rohmiyati, Dani, Taufiq, dan Heriyanto, 2013:242). Sistem informasi
perpustakaan didesain agar semua pendataan yang terkait koleksi pustaka, katalog, data-data anggota, maupun transaksi dapat berjalan dengan mudah. Hal ini membuat manajemen perpustakaan lebih sistematis dan terkontrol dengan baik yang nantinya akan menghasilkan bentuk-bentuk laporan yang efektif (Lutfian, 2009: Harmawan, 2009 dalam Suwanto et al., 2013:242). Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa sistem informasi perpustakaan merupakan hal yang sangat penting dari seluruh aktivitas pada perpustakaan dalam menyebarkan informasi, memperluas kinerja, yang pada akhirnya bisa meningkatkan orientasi perpustakaan. Perpustakaan digital didefinisikan sebagai “koleksi terorganisir yang fokus pada objek digital” (Smith, 2001 dalam Alhaji, 2011:2). Perpustakaan digital dapat diakses kapan saja dan dimana saja melalui CD-ROM (Compact DiscRead Only Memory) atau internet. Internet diartikan Kadir, 2003, sebagai jaringan terbesar yang menghubungkan jutaan komputer yang tersebar di seluruh dunia. Siapa saja dapat terhubung pada internet sepanjang memiliki alamat IP (Internet Protocol). Interaksi Manusia dengan Komputer (IMK) “Interaksi manusia-komputer (IMK) merupakan disiplin ilmu yang mempelajari perancangan, implementasi, dan evaluasi sistem komputasi interaktif serta berbagai aspek terkait” (Santosa, 2009:5). Istilah mesin pada ilmu IMK lebih dikenal dengan sebutan komputer. Aspek manusia sebagai user juga dibahas dalam IMK. Oleh karena itu, interface yang didalamnya ada sistem terdistribusi dan pekerjaan yang secara kooperatif dikerjakan oleh orang dengan bantuan sistem komputer merupakan topik dalam IMK (Santosa, 2009). Interaksi terjadi saat user mulai memasukkan data dan kemudian diproses oleh komputer dengan menampilkan keluaran ke layar. Piranti interaksi terbagi menjadi 3, yaitu piranti masukan tekstual, piranti penuding dan pengambil, dan layar tampilan (Santosa, 2009:159). Interface Galitz (2002) dalam Tedd dan Large (2005:129), interface diartikan “sebagai bagian dari komputer dan software yang bisa dilihat, didengar, disentuh untuk dipahami seseorang”. Interface memiliki dua komponen, yaitu: (1) komponen input, yaitu komponen yang digunakan user berinteraksi dengan komputer dan membuat Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 11 No. 1 Juni 2014| administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
2
user tertarik menggunakannya, (2) komponen output yaitu komponen yang menunjukkan hasil dari proses oleh user. Shneiderman (1998) dalam Tedd dan Large (2005:130) mengatakan “semua desain harus dimulai dengan memahami para user yang dituju, termasuk usia, jenis kelamin, kemampuan fisik, pendidikan, budaya atau latar belakang etnis, pelatihan, motivasi, tujuan dan kepribadian”. Sistem user interface mempengaruhi nilai guna yang merupakan faktor penting untuk keberhasilan sistem perpustakaan digital. Desain sistem user interface yang efektif membutuhkan pemahaman konteks yang luas untuk menentukan informasi para user, kebutuhan, dan tujuan mereka untuk menggunakan perpustakaan digital (Sastry, Manjunath, dan Reddy, 2011:7). Kepuasan user adalah kunci sukses untuk meningkatkan kualitas layanan perpustakaan digital (Aytac, 2003:2). Interface memiliki karakteristik yang terdiri dari terminologi, desain layar, dan navigasi (Ramayah, 2006 dan Lee, et al., 2005). Pengaruh dari karakteristik interface telah terbukti dapat mempengaruhi kinerja user yang ditunjukkan dari penelitian Ramayah (2006) dan Lee, et al. (2005). 1. Terminologi Menurut Lindgaard (1994) dalam Hong, Thong, Wong, dan TAM (2001-2002:106), “terminologi mengacu pada kata, kalimat, dan singkatan yang digunakan oleh sistem”. Terminologi dapat pula dikatakan sebagai bahasa karena seorang user perlu memahami bahasa tertentu untuk menerima dan menggunakan teknologi tersebut (Talja, et al., 1998 dalam Yuadi, 2009). Hong, et al. (20012002) juga berpendapat bahwa kesuksesan perpustakaan digital dapat terlihat pada terminologi. Terminologi yang digunakan sistem perlu dipahami user dengan baik. User juga perlu memahami deskripsi, instruksi, dan hasil pencarian pada perpustakaan digital dengan jelas dan benar. “kesuksesan perpustakaan digital tergantung pada bagaimana user berinteraksi dengan sistem” (Ramayah, 2006). Hal ini terbukti pada penelitian Lee, et al (2005) bahwa terminologi yang jelas berpengaruh signifikan terhadap persepsi kemudahan penggunaan. Oleh karena itu, hipotesis dalam penelitian ini adalah terminologi memiliki pengaruh signifikan
terhadap persepsi kemudahan penggunaan dan persepsi kemanfaatan perpustakaan digital. 2. Desain Layar “Desain layar adalah suatu cara dimana informasi dipresentasikan pada suatu layar” (Lindgaard, 1994 dalam Hong et al., (20012002). “Desain layar mengacu pada tampilan visual atau daya tarik umum situs” (Ramayah, 2006:127). Strategi pencarian (search) yang dilakukan oleh user dapat dipengaruhi oleh desain layar dan model tampilan informasi pada sistem informasi. Pada konteks perpustakaan digital, tidak hanya “apa” yang ditampilkan pada layar tetapi juga “bagaimana” informasi itu akan ditampilkan (Liu, Dantzig, Sachs, Corey, Hinnebusch, Damashek, Cohen, 2000 & Yuadi, 2009). Model tampilan informasi yang ditunjukkan pada layar dapat mempengaruhi interaksi user dengan perpustakaan digital di luar efek isi informasi. Layar yang terorganisir dengan baik dan dirancang secara hati-hati dapat membantu para user dalam mengidentifikasi informasi yang relevan secara mudah (Yuadi, 2009). Hong, et al. (20012002) berpendapat bahwa desain layar yang baik dapat menciptakan lingkungan virtual yang nyaman dimana user dapat dengan mudah mengidentifikasi kelompok fungsional dan alat bantu navigasi, bebas bergerak dan mengamati hasil pencarian, dan membuat pencariannya lebih efisien. 3. Navigasi “Navigasi adalah kemudahan dimana user dapat berpindah-pindah pada seputar sistem” (Lindgaard, 1994 dalam Yuadi, 2009). User dapat mengakses informasi dengan mudah karena fungsi navigasi membantu user menemukan keberadaan data yang dicari (Ramayah, 2006). Para user sering mengalami masalah ketika mereka membutuhkan informasi digital (Dillon, 2000:521). “Sejumlah informasi meningkat dengan cepat sehingga struktur untuk menyimpan informasi menjadi lebih komplek. Para user seringkali kehilangan sistem informasi yang intensif ketika perpustakaan digital berusaha untuk menemukan kembali informasinya” (Yuadi, 2009). Oleh karena itu, navigasi diduga memiliki pengaruh yang signifikan terhadap persepsi kemudahan penggunaan dan persepsi kemanfaatan perpustakaan digital. Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 11 No. 1 Juni 2014| administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
3
TAM (Technology Acceptance Model) Model TAM (Technology Accpetance Model) atau model penerimaan teknologi merupakan model penerimaan sistem teknologi informasi yang akan digunakan user. Model ini dikembangkan oleh Davis, et al. (1989) berdasarkan model TRA (Theory of Reason Action) (Jogiyanto, 2007). Model TAM dikembangkan dari teori psikologis yang menjelaskan perilaku penggunaan komputer. Tujuan model ini adalah menjelaskan faktor-faktor utama perilaku user terhadap penerimaan teknologi. Model ini menempatkan faktor sikap dari tiap-tiap perilaku pengguna dengan dua variabel yaitu: persepsi kemudahan dan persepsi kemanfaatan (Wibowo, 2006). 1. Persepsi Kemudahan Jogiyanto (2007:115) mendefinisikan persepsi kemudahan sebagai “sejauh mana seseorang percaya bahwa menggunakan suatu teknologi akan bebas dari usaha”. Davis (1989) mendefinisikan persepsi kemudahan sebagai “tingkat keyakinan seseorang bahwa menggunakan sistem terbebas dari usaha”. Pada konteks penelitian ini, dapat diartikan bahwa persepsi kemudahan dalam penggunaan perpustakaan digital Universitas Brawijaya merupakan pandangan subjektif mahasiswa mengenai kemudahan untuk menggunakan situs perpustakaan digital Universitas Brawijaya. 2. Persepsi Kemanfaatan Persepsi kemanfaatan adalah tingkat dimana seorang individu percaya bahwa menggunakan sistem akan memberikan kontribusi untuk mencapai tujuan tertentu (Davis, 1989:320). Berdasarkan definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa produktivitas dan efektivitas penggunaan sistem dapat dipengaruhi oleh persepsi kemanfaatan seseorang. Pada konteks penelitian ini dapat diartikan bahwa persepsi kemanfaatan dalam penggunaan perpustakaan digital Universitas Brawijaya merupakan pandangan subyektif mahasiswa mengenai manfaat yang diperoleh oleh para mahasiswa karena menggunakan perpustakaan digital tersebut.
Model Konsep dan Hipotesis Model konsep yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Persepsi Kemudahaan
Karakteristik Interface
Persepsi Kemanfaatan
Gambar 1. Diagram Konseptual of Interface Sumber:Lee, et al, Impact Characteristic on Digital Library Usage, 2014 H4
H5
Terminologi (X1) Desain layar (X2) Navigasi (X3)
H1
Persepsi Kemudahaan Penggunaan (Y1)
H2 H3
H7
Persepsi EKemanfaatan (Y2)
H6
Gambar 2. Model Hipotesis et al, Impact of
Interface Characteristic on Digital Library Usage, 2014 Sumber:Lee,
Hipotesis pada penelitian ini ada tujuh:
1. Terminologi berpengaruh signifikan terhadap persepsi kemudahan pada penggunaan perpustakaan digital. 2. Desain layar berpengaruh signifikan terhadap persepsi kemudahan pada penggunaan perpustakaan digital. 3. Navigasi berpengaruh signifikan terhadap persepsi kemudahan pada penggunaan perpustakaan digital. 4. Terminologi berpengaruh signifikan terhadap persepsi kemanfaatan. 5. Desain layar berpengaruh signifikan terhadap persepsi kemanfaatan 6. Navigasi berpengaruh signifikan terhadap persepsi kemanfaatan 7. Persepsi kemudahan pada penggunaan perpustakaan digital berpengaruh signifikan terhadap persepsi kemanfaatan.
METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah explanatory research (penelitian penjelasan) dengan pendekatan kuantitatif, karena pada penelitian ini dapat menjelaskan hubungan variabel eksogen terhadap variabel endogen yang ada dalam hipotesis tersebut. Penelitian ini bertujuan menjelaskan pengaruh karakteristik interface, yaitu terminologi, desain layar, dan navigasi terhadap persepsi kemudahan serta terhadap persepsi kemanfaatan dan menjelaskan pengaruh
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 11 No. 1 Juni 2014| administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
4
persepsi kemudahaan kemanfaatan.
terhadap
persepsi
Item
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden Responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa Universitas Brawijaya tahun 2014. Hasil penelitian diperoleh melalui kuesioner. Karakteristik responden dikelompokkan berdasarkan jenis kelamin, usia, asal negara, jenjang pendidikan yang masih ditempuh di Universitas Brawijaya, fakultas yang sedang diambil dan semester, serta pengalaman menggunakan komputer Tabel 1. Data Demografis Responden Item Jenis kelamin: Laki-laki Perempuan Usia: 17-22 23-28 29-34 ≥35
Asal Negara: Indonesia Jenjang yang ditempuh: S1 S3 Fakultas: Ekonomi & Bisnis Hukum Ilmu Administrasi Ilmu Budaya Ilmu Sosial&Politik Kedokteran MIPA Pertanian PTIIK Teknik Teknik Pertanian Semester yang ditempuh I-IV V-VIII IX-XII ≥ XIII Pengalaman Komputer 5-8 thn 9-12 thn ≥13 thn
Tabel 2. Hasil Uji Validitas
N
%
22 37
37,29 62,71
51 6 1 1
86,44 10,17 1,695 1,695
59
100
57 2
96,61 3,39
8 2 13 1 12 1 3 3 1 9 6
13,56 3,39 22,03 1,70 20,34 1,70 5,08 5,08 1,70 15,25 10,17
18 30 7 4
30,51 50,85 11,86 6,78
16 37 6
27,12 62,71 10,17
Sumber: Data Primer Diolah, 2014
Uji Instrumen Penelitian 1. Uji Validitas Uji validitas dapat dilakukan dengan cara mengkorelasikan masing-masing faktor atau variabel dengan total faktor atau variabel tersebut dengan menggunakan korelasi (r) product moment (Sugiyono, 2008)
X1.1 X1.2 X1.3 X1.4 X1.5 X1.6 X2.1 X2.2 X2.3 X2.4 X3.1 X3.2 X3.3 X3.4 Y1.1 Y1.2 Y1.3 Y1.4 Y1.5 Y1.6 Y2.1 Y2.2 Y2.3 Y2.4 Y2.5 Y2.6
Koefisien Korelasi
0.780 0.672 0.713 0.784 0.811 0.773 0.854 0.924 0.812 0.742 0.725 0.795 0.806 0.876 0.522 0.799 0.725 0.591 0.612 0.822 0.874 0.912 0.873 0.810 0.816 0.535
Sig.
r tabel
Keterangan
0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.003 0.000 0.000 0.001 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.002
0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361
Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Sumber: Data Primer diolah, 2014
Semua item penelitian baik pada variabel eksogen maupun variabel endoegn memiliki nilai signifikansi yang lebih kecil dari taraf kesalahan (0,05). Sehingga dapat disimpulkan bahwa semua item pertanyaan tersebut telah valid dan dapat dilakukan analisis selanjutnya 2. Uji Reliabilitas Uji reliabilitas dilakukan secara internal, yaitu dengan mencoba alat ukur cukup sekali dan hasilnya dianalisis dengan metode alpha cronbach. Tabel 3. Hasil Uji Reliabilitas No
Indikator
1 2 3
Terminologi (X1) Desain Layar (X2) Navigasi (X3) Persepsi Kemudahan Persepsi Kemanfaatan
4 5
Alpha Cronbach 0,846 0,855 0,814
Reliabel Reliabel Reliabel
0,744
Reliabel
0,896
Reliabel
Ket
Sumber : Data Primer diolah, 2014
Nilai alpha crobach pada variabel eksogen dan endogen berada di atas 0,6 sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel tersebut telah
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 11 No. 1 Juni 2014| administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
5
reliabel dan selanjutnya.
dapat
dilakukan
analisis
Analisis Data Pengaruh Langsung 1. Analisis Path Model Pertama (X1, X2, X3 terhadap Y1) Tabel 4. Analisis Path Model Pertama Standardized
Variabel eksogen
koefisien beta
t hitung
Probabilitas
Ket
X1
0.258
2.156
0.035
Sign
X2
0.331
3.378
0.001
Sign.
X3
0.361
3.079
0.003
Sign.
Variabel endogen
Y1
R
: 0,834
R square (R2) Adjusted R square
: 0,696 : 0,680
Sumber: Data Primer diolah, 2014
X1 X2 X3
0,258(p=0,035)
0,331 (p=0,001)
C1=0,551 Y1
0,361 (p=0,003)
Gambar 3. Model Path Pertama
Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui ada pengaruh yang signifikan antara variabel terminologi (X1), desain layar (X2), dan navigasi (X3) terhadap persepsi kemudahan (Y1). Besarnya kontribusi variabel terminologi, desain layar, dan navigasi terhadap persepsi kemudahan dilihat dari nilai R Square yaitu sebesar 0,696. Artinya bahwa 69,6% variabel persepsi kemudahan akan dipengaruhi oleh variabel terminologi, desain layar, dan navigasi. Sisanya 30,4% variabel persepsi kemudahan akan dipengaruhi oleh variabelvariabel lain yang tidak dibahas dalam penelitian ini. Pengaruh variabel terminologi (X1) terhadap persepsi kemudahan (Y1). Koefisien path yang ditunjukkan pada koefisien beta sebesar 0,258 dan nilai probabilitas lebih kecil
dari tingkat kesalahan yaitu sebesar 0,035. Ini artinya secara parsial variabel terminologi (X1) mempunyai pengaruh langsung yang positif dan signifikan terhadap persepsi kemudahan (Y1) apabila variabel lain diasumsikan konstan (tetap). Pengaruh variabel desain layar (X2) terhadap persepsi kemudahan (Y1). Koefisien path yang ditunjukkan pada koefisien beta sebesar 0,331 dan nilai probabilitas lebih kecil dari tingkat kesalahan yaitu sebesar 0,001. Ini artinya secara parsial variabel desain layar (X2) mempunyai pengaruh langsung yang positif dan signifikan terhadap persepsi kemudahan (Y1) apabila variabel lain diasumsikan konstan (tetap). Pengaruh variabel navigasi (X3) terhadap persepsi kemudahan (Y1). Koefisien path yang ditunjukkan pada koefisien beta sebesar 0,361 dan nilai probabilitas lebih kecil dari tingkat kesalahan yaitu sebesar 0,003. Ini artinya secara parsial variabel navigasi (X3) mempunyai pengaruh langsung yang positif dan signifikan terhadap persepsi kemudahan (Y1) apabila variabel lain diasumsikan konstan (tetap). 2. Analisis Path Model Kedua (X1, X2, X3, Y1 terhadap Y2) Tabel 5. Analisis Path Model Kedua Variabel eksogen
Standardize d koefisien beta
t hitung
Probabilitas
Ket
X1
0.271
2.011
0.049
Sign
X2
0.251
2.157
0.035
Sign
X3
0.034
0.245
0.807
Tidak Sign.
2.423
0.019
Sign
Y1
0.352
Variabel endogen
Y2
R
: 0,808
R square (R2) Adjusted R square
: 0,653 : 0,627
Sumber :Data primer diolah, 2014
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 11 No. 1 Juni 2014| administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
6
0,271 (p=0,049) X1
Y1
0,352 (p=0,019)
C2= 0,589
Y2
X2 0,251 (p=0,035) X3
0,034 (p=0,807)
Gambar 4. Model Path Kedua
Berdasarkan tabel 5 dapat diketahui pengaruh variabel terminologi (X1), desain layar (X2), navigasi (X3), dan persepsi kemudahan (Y1) terhadap persepsi kemanfaatan (Y2). Besarnya sumbangan (kontribusi) dapat dilihat dari nilai R Square yaitu sebesar 0,653. Artinya bahwa 65,3% variabel persepsi kemanfaatan akan dipengaruhi oleh variabel terminologi, desain layar, navigasi, dan persepsi kemudahan. Sisanya 34,7% variabel persepsi kemanfaatan akan dipengaruhi oleh variabel-variabel lain yang tidak dibahas dalam penelitian ini. Pengaruh variabel terminologi (X1) terhadap persepsi kemanfaatan (Y2). Koefisien path yang ditunjukkan pada koefisien beta sebesar 0,271 dan nilai probabilitas lebih kecil dari tingkat kesalahan yaitu sebesar 0,049. Ini artinya secara parsial variabel terminologi (X1) mempunyai pengaruh langsung yang positif dan signifikan terhadap persepsi kemanfaatan (Y2) apabila variabel lain diasumsikan konstan (tetap). Pengaruh variabel desain layar (X2) terhadap persepsi kemanfaatan (Y2). Koefisien path yang ditunjukkan pada koefisien beta sebesar 0,251 dan nilai probabilitas lebih kecil dari tingkat kesalahan yaitu sebesar 0,035 maka ini artinya secara parsial variabel desain layar (X2) mempunyai pengaruh langsung yang positif dan signifikan terhadap persepsi kemanfaatan (Y2) apabila variabel lain diasumsikan konstan (tetap). Pengaruh variabel navigasi (X3) terhadap persepsi kemanfaatan (Y2). Koefisien path yang ditunjukkan pada koefisien beta sebesar 0,034 dan nilai probabilitas lebih besar dari tingkat kesalahan yaitu sebesar 0,807. Ini artinya secara parsial variabel desain layar (X2) mempunyai pengaruh langsung yang positif dan tidak signifikan terhadap persepsi kemanfaatan (Y2) apabila variabel lain diasumsikan konstan (tetap). Pengaruh variabel persepsi kemudahan (Y1) terhadap persepsi kemanfaatan (Y2). Koefisien
path yang ditunjukkan pada koefisien beta sebesar 0,352 dan nilai probabilitas lebih kecil dari tingkat kesalahan yaitu sebesar 0,019. Ini artinya secara parsial variabel persepsi kemudahan (Y1) mempunyai pengaruh langsung yang positif dan signifikan terhadap persepsi kemanfaatan (Y2) apabila variabel lain diasumsikan konstan (tetap) Pengaruh Tidak langsung Hasil uji juga menunjukkan adanya pengaruh tidak langsung dari terminologi (X1) terhadap persepsi kemanfaatan (Y2) melalui variabel perantara (persepsi kemudahan (Y1)). Besar pengaruh tidak langsung adalah sebesar 0,258 x 0,352 = 0,08385 atau dibulatkan menjadi 0,08. Artinya bahwa pengaruh tidak langsung terminologi terhadap persepsi kemanfaatan sebesar 0,08 sedangkan pengaruh langsung variabel terminologi terhadap persepsi kemanfaatan (tanpa variabel perantara) sudah disebutkan diatas sebesar 0,271. Jadi dapat disimpulkan bahwa pengaruh terminologi terhadap persepsi kemanfaatan akan lebih besar bila tidak ada variabel perantara. Pengaruh tidak langsung antara desain layar (X2) terhadap persepsi kemanfaatan (Y2) melalui variabel perantara (persepsi kemudahan (Y1)) adalah sebesar 0,331 x 0,352 = 0,11651 atau dibulatkan menjadi 0,117. Artinya bahwa pengaruh tidak langsung desain layar terhadap persepsi kemanfaatan sebesar 0,117, sedangkan pengaruh langsungya (tanpa variabel perantara) sudah disebutkan diatas sebesar 0,251. Jadi dapat disimpulkan bahwa pengaruh desain layar terhadap persepsi kemanfaatan akan lebih besar bila tidak ada variabel perantara. Pengaruh tidak langsung antara navigasi (X3) terhadap persepsi kemanfaatan (Y2) melalui variabel perantara (persepsi kemudahan (Y1)) adalah sebesar 0,361 x 0,352 = 0,12707 atau dibulatkan menjadi 0,127. Artinya bahwa pengaruh tidak langsung desain layar terhadap persepsi kemanfaatan sebesar 0,127. Sedangkan pengaruh langsungnya (tanpa variabel perantara) sudah disebutkan diatas sebesar 0,034 Jadi dapat disimpulkan bahwa pengaruh navigasi terhadap persepsi kemanfaatan akan lebih besar jika ada variabel perantara. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Hasil penelitian menunjukan bahwa variabel terminologi (X1) berpengaruh secara nyata
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 11 No. 1 Juni 2014| administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
7
2.
3. 4. 5. 6. 7.
(signifikan) terhadap persepsi kemudahan (Y1). Hasil penelitian menunjukan bahwa variabel desain layar (X2) berpengaruh nyata (signifikan) terhadap persepsi kemudahan (Y1). Hasil penelitian menunjukan bahwa variabel navigasi (X3) berpengaruh nyata (signifikan) terhadap persepsi kemudahan (Y1). Hasil penelitian menunjukan bahwa variabel terminologi berpengaruh nyata (signifikan) terhadap persepsi kemanfaatan (Y2). Hasil penelitian menunjukan bahwa variabel desain layar berpengaruh nyata (signifikan) terhadap persepsi kemanfaatan (Y2). Hasil penelitian menunjukan bahwa variabel navigasi berpengaruh tidak signifikan terhadap persepsi kemanfaatan (Y2). Hasil penelitian menunjukan bahwa variabel persepsi kemudahan berpengaruh nyata (signifikan) terhadap persepsi kemanfaatan (Y2).
Saran 1. Pihak perpustakaan seyogyanya meningkatkan terminologi, desain layar, dan navigasi karena grand mean dari variabel-variabel tersebut belum optimal. 2. Mengingat variabel bebas dalam penelitian ini merupakan hal yang sangat penting dalam mempengaruhi persepsi kemanfaatan diharapkan hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai acuan bagi peneliti selanjutnya untuk mengembangkan penelitian ini dengan mempertimbangkan variabel-variabel lain, seperti behavioral intention dan actual use yang merupakan variabel lain diluar variabel yang sudah masuk dalam penelitian ini. . DAFTAR PUSTAKA Alhaji, I.U. (2011). Digitization of Library Resources and The Formation of Digital libraries:A Practical Approach. Aytac, S. (2003). Development of A UserCentered Digital Library for Ottoman Manuscripts. 24th IATUL Conference Proceedings. Available at: www.iatul.org/doclibrary/public/Conf_Procee dings/.../AYTAC_fulltext.pdf Davis, F.D. (1989). Perceived usefulness, perceived ease of use, and user acceptance of information technology. MIS Quarterly, pp. 318-340.
Dillon, A. (2000). Spacial-semantic: how user derive shape from information space. Journal of The American Society for Information Science. Proquets. 51:6, pp. 521-528 Hong, W., et al. (2001-2002). Determinants of user acceptance of digital library: an empirical examination of individual differences and sstem characteristic. Journal of Management Information Systems. 18:3, pp. 97-124. Jogiyanto. (2007). Sistem Keprilakuan.Yogyakarta: Andi.
Informasi
Kadir, A. (2003). Pengenalan Sistem Informasi. Yogyakarta: Andi Kresh, D. (2007). The Whole Digital Library Handbook. Chicago: American Library Association. Lee, G.T., et al. (2005). Impact of Interface Characteristics on Digital Libraries Usage. Malaysian Online Journal of Instructional Technology. 2:1. Liu, Y.H., et al. (2000). Visualizing document classfication: a search aid for digital library. Journal of The American Society for Information Science. Proquets. 51:3, pp. 216-227 Ramayah, T. (2006). Interface characteristic, perceived ease of use and intention to use an online library in Malaysia. 22:2, pp. 123-133 Santosa, P.I. (2009). Interaksi Manusia dengan Komputer. Yogyakarta: Andi Sastry, H.G., et al. (2011). User interface design challenges for digital libraries. International Journal of Computer Applications, 15:6, pp. 7-13 Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta Suwanto, S.A., et al. (2013). Persepsi mahasiswa FIB UNDIP terhadap Electronic Library UPT Perpustakaan Universitas Diponegoro. 7, pp. 239-253. Tedd, L.A. dan Large, A. (2005). Digital Libraries Principles and Practice in a Global Environment. Wahid, F. (2005). Pengaruh teknologi informasi dalam modernisasi pendidikan bangsa. Simposium Nasional Peduli Pendidikan. Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 11 No. 1 Juni 2014| administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
8
Fakultas Teknologi Industri. Universitas Islam Indonesia. Wibowo, Arif. (2006). Kajian Tentang Perilaku Pengguna Sistem Informasi dengan Pendekatan Technology Acceptance Model (TAM), diakses pada tanggal 30 Desember 2013 dari http://peneliti.budiluhur.ac.id/wpcontent/uploads/2008/.../arif+wibowo.pdf Yuadi, Imam. (2009). Analisis Technology Acceptance Model Terhadap Perpustakaan Digital Dengan Structural Equation Modeling. Departemen Ilmu Informasi dan Perpustakaan.
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 11 No. 1 Juni 2014| administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
9
PENGEMBANGAN PERPUSTAKAAN DIGITAL UNIVERSITAS RIAU DENGAN PROGRAM LIBRARY MANAGEMENT SYSTEM (SLIMS)
1)2)
YULI ASTUTI1 dan NURASMI2
Pustakawan Perpustakaan Universitas Riau, Pekanbaru
ABSTRACT
Along with the times, as well as an abundance of information obtained, so the information available at this time may not be accommodated in the library or documentation center and any information. Technological developments especially in the field of electronics and telecommunications are in line with the growth of information having helped solve this problem. Developments in technology have given rise to a new form library, the digital library. The development of digital libraries in Indonesia is encouraging, although it is still in the testing phase and development. In order to develop a digital library, a lot of software can be used, for example Winisis, GDLS, GSDLS and others. But at Riau University library program is selected for the program applied Senayan Library Management System (Slims). SliMS is a work of the nation. Its applications built using PHP language program and MYSQL database with the Git version control. 2009 Slims got the first level in the event INAICTA 2009 for open source. Currently SliMS has been used extensively by various libraries, both in Indonesia and abroad. Keywords: Digital Library, Information Technology, SLiMS
PENDAHULUAN Dewasa ini perkembangan dan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi telah berkembang dengan sangat pesat. Berbagai kemudahan dalam memperoleh informasi dari berbagai penjuru dunia dapat diperoleh dalam hitungan detik. Kemajuan luar biasa dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan mengakibatkan berlimpahnya informasi di dunia ini, sehingga informasi yang ada pada saat ini tidak mungkin akan tertampung satu
perpustakaan atau pusat dokumentasi dan informasi manapun. Masalah yang timbul bagaimana menyimpan informasi yang ada, kemudian bagaimana menemukannya kembali secara cepat dan tepat. Perkembangan teknologi khususnya di bidang elektronika dan telekomunikasi yang sejalan dengan pertumbuhan informasi telah membantu memecahkan masalah ini. Penerapan teknologi informasi saat ini telah menyebar hampir di semua bidang tidak terkecuali perpustakaan.
Jurnal Gema Pustakawan Vol. 1. No. 1. Mei 2013
36
Perpustakaan sebagai institusi pengelola informasi merupakan salah satu bidang penerapan teknologi informasi yang berkembang dengan pesat. Perkembangan dari penerapan teknolgi informasi bisa kita lihat dari perkembangan jenis perpustakaan yang selalu berkaitan dengan teknologi, diawali dari perpustakaan manual, perpustakaan terautomasi dan perpustakaan digital atau cyber library. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2007 Pasal 3 tentang perpustakaan, dinyatakan bahwa fungsi perpustakaan sebagai wahana pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi dan rekreasi untuk meningkatkan kecerdasan dan keberdayaan bangsa. Dengan fungsi yang dimiliki oleh perpustakaan yang diantaranya sebagai wahana pendidikan dan pusat informasi maka perpustakaan harus didukung oleh perangkat yang dapat mempermudah dalam mencari informasi yang dibutuhkan. Untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan pemustaka maka perpustakaan harus bisa memberikan layanan yang cepat, akurat dan efisien. Dalam era informasi sekarang ini, teknologi informasi dan komunikasi atau ICT (Information, Communication and Technology) telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan global. Oleh karena itu setiap institusi termasuk perpustakaan berlomba untuk mengintegrasikan ICT guna membangun dan memberdayakan sivitas akademikanya berbasis pengetahuan agar dapat bersaing dalam era global.
PERPUSTAKAAN DIGITAL Pada dasarnya perpustakaan digital sama saja dengan perpustakaan biasa, hanya saja memakai prosedur kerja berbasis komputer dan sumber daya digital (widyawan, 2005). Perpustakaan digital (digital library) menawarkan kemudahan bagi para pemustaka untuk mengakses sumbersumber elektronik dengan alat yang menyenangkan pada waktu dan kesempatan yang tidak terbatas. Pemustaka bisa menggunakan sumber-sumber informasi tersebut tanpa harus terikat kepada jam operasional perpustakaan seperti jam kerja atau jam buka perpustakaan. Istilah yang digunakan untuk perpustakaan digital (digital library) sering dipertukarkan dengan perpustakaan elektronik (e-library), dan perpustakaan maya (virtual library). Menurut Kusumah (2001) Digital Library belum didefinisikan secara jelas untuk dijadikan standar atau acuan dalam dunia pendidikan. Namun demikian ia mengutip definisi yang dirangkum oleh Saffady sebagai berikut: “Digital Library adalah perpustakaan yang mengelola semua atau sebagian yang subtansi dari koleksi-koleksinya dalam bentuk komputerisasi sebagai bentuk alternative, suplemen atau pelengkap terhadap cetakan konvensional dalam bentuk mikro material yang saat ini didominasi koleksi perpustakaan.” Menurut Widyawan (2005) perpustakaan digital itu tidak berdiri sendiri, melainkan terkait dengan sumber-sumber informasi lain
Jurnal Gema Pustakawan Vol. 1. No. 1. Mei 2013
37
dan pelayanan informasinya terbuka bagi pengguna di seluruh dunia. Kelebihan perpustakaan digital dibandingkan dengan perpustakaan konvensional antara lain: 1. Menghemat ruangan Karena lokasi perpustakaan digital adalah dokumen-dokumen berbentuk digital, maka penyimpanannya akan sangat efisien. 2. Akses ganda (Multiple access) Kekurangan perpustakaan konvensional adalah akses terhadap koleksinya bersifat tunggal. Artinya apabila ada sebuah buku dipinjam oleh seorang anggota perpustakaan, maka anggota yang lain yang akan meminjam harus menunggu buku tersebut dikembalikan terlebih dahulu. Koleksi digital tidak demikian. Setiap pemakai dapat secara bersamaan menggunakan sebuah koleksi buku digital yang sama baik untuk dibaca maupun untuk diunduh atau dipindahkan ke komputer pribadinya (download). 3. Tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Perpustakaan digital dapat diakses dari mana saja dan kapan saja dengan catatan ada jaringan komputer (computer internetworking). Sedangkan perpustakaan konvensional hanya bisa diakses jika orang tersebut datang keperpustakaan pada saat perpustakaan membuka layanan. Jika perpustakaan tutup maka orang yang datang tidak akan dapat mengakses perpustakaan.
4.
Koleksi dapat berbentuk multimedia. Koleksi perpustakaan digital tidak hanya koleksi yang bersifat teks saja atau gambar saja. Koleksi perpustakaan digital dapat berbentuk kombinasi antara teks gambar, dan suara. Bahkan koleksi perpustakaan digital dapat menyimpan dokumen yang hanya bersifat gambar bergerak dan suara (film) yang tidak mungkin digantikan dengan bentuk teks. 5. Biaya lebih murah. Secara relatif dapat dikatakan bahwa biaya untuk dokumen digital termasuk murah. Mungkin memang tidak sepenuhnya benar. Untuk memproduksi sebuah e-book mungkin perlu biaya yang cukup besar. Namun bila melihat sifat e-book yang bisa digandakan dengan jumlah yang tidak terbatas dan dengan biaya sangat murah, mungkin kita akan menyimpulkan bahwa dokumen elektronik tersebut biayanya sangat murah . Untuk membuat dokumen digital beberapa persiapan perlu dilakukan agar dalam pembuatan dokumen digital tersebut lancar. Adapun yang dipersiapkan meliputi: 1. Perangkat keras Perangkat keras yang perlu disiapkan antara lain: • Komputer. Perangkat keras komputer yang digunakan tentunya sangat bervariasi dari komputer dengan spesifikasi standar
Jurnal Gema Pustakawan Vol. 1. No. 1. Mei 2013
38
sampai kepada komputer dengan spesifikasi sangat baik. Semakin banyak dokumen digital yang harus dikelola, maka semakin membutuhkan perangkat komputer dengan spesifik baik. •
2.
Alat Pemindai (Scanner). Dalam memilih alat yang akan digunakan untuk memindai dokumen koleksi kita hendaknya kita lakukan sangat hatihati dan kita sesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan pendanaan perpustakaan.
Perangkat lunak Dalam memilih perangkat lunak ini kita juga harus menyesuaikan diri dengan kebutuhan dan kemampuan anggaran yang kita miliki. Beberapa perangkat lunak yang diperlukan antara lain seperti: • Vistascan atau Hpscan atau perangkat lunak pemindai yang lain (biasanya disertakan pada waktu kita membeli alat pemindai atau scanner); • Adobe Acrobat (versi lengkap) untuk menghasilkan dokumen dalam format PDF (Portable Document Format); • MSWord untuk menulis dokumen yang kemudian disimpan dalam format DOC, RTF ataupun PDF.
PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS RIAU Perpustakaan Universitas Riau didirikan pada tahun 1962 bersamaan dengan berdirinya Universitas Riau yang masih di bawah naungan Yayasan Universitas Riau dan hanya menempati ruang seluas 100 meter persegi. Pada tahun 1980 Perpustakaan Universitas Riau hanya memiliki gedung seluas 500 meter persegi yang terletak di lokasi kampus lama jalan Pattimura No. 9 Pekanbaru. Sejak tahun 1992 Perpustakaan Universitas Riau dipindahkan ke kampus baru yakni Kampus Bina Widya Panam Jalan HR Soebrantas KM 12,5 Simpang Baru, Pekanbaru sejalan dengan dipindahkannya kantor Rektorat dan beberapa fakultas. Perpustakaan saat ini melayani lebih dari 27.500 mahasiswa, 1.400 dosen dan 654 karyawan. Perpustakaan Universitas Riau menyimpan lebih dari 132.000 judul atau 365.000 eksemplar koleksi bahan pustaka. Saat ini Perpustakaan Universitas Riau sudah menggunakan program SliMS (Senayan), yang melayani semua sivitas akademika serta pemustaka dari luar Universitas Riau. Untuk melayani permustaka, perpustakaan sudah memiliki bagian-bagian yang dibutuhkan pemustaka, yaitu pelayanan dibidang pembuatan kartu anggota perpustakaan, bebas pustaka, penyerahan skripsi, sirkulasi, referensi, jurnal, skripsi, thesis, disertasi, photo copy, internet dan bookstore. Dalam pembuatan kartu anggota perpustakaan, Perpustakaan Universitas Riau sudah menggunakan kartu
Jurnal Gema Pustakawan Vol. 1. No. 1. Mei 2013
39
barcode dan foto ditempat. Di layanan sirkulasi, referensi dan skripsi perpustakaan sudah menyediakan masingmasing 10 unit komputer untuk searching. Dalam pengolahan buku dan skripsi data sudah dientri dan dimasukan kedalam program Senayan Library Management System (SliMS) sebelum menggunakan program Senayan Library Management System (SliMS) perpustakaan menggunakan program Lontar (Library Automation and Digital Archive). PROGRAM SENAYAN LIBRARY MANAGEMENT SYSTEM (SLIMS) Senayan Library Management System (SliMS) adalah perangkat lunak sistem manajemen perpustakaan dengan sumber terbuka yang berbasis web yang multi platform dan gratis digunakan oleh siapapun.. SliMS dilisensikan dibawah GPLv3. Aplikasi SliMS pertamakali dikembangkan dan digunakan oleh Perpustakaan Kementerian Pendidikan Nasional, Pusat Informasi dan Hubungan Masyarakat, Kementerian Pendidikan Nasional. Aplikasi SliMS dibangun dengan menggunakan bahasa pemograman PHP dan database MYSQL dengan kontrol versi Git. Tahun 2009, SLiMS mendapat penghargaan tingkat pertama dalam ajang INAICTA 2009 untuk kategori open source (Rasyid Ridho). Saat ini SENAYAN telah digunakan luas oleh berbagai perpustakaan, baik di dalam maupun luar negeri
1. Keunggulan Program SliMS Aplikasi SliMS ini dibangun untuk perpustakaan yang memiliki koleksi, anggota dan staf yang banyak di lingkungan jaringan lokal intranet maupun internet yang berbasis web dan multi platform. Senayan dirancang sesuai dengan standar pengelolaan koleksi perpustakaan, misalkan standar pendeskripsian katalog berdasarkan ISBD yang juga sesuai dengan aturan pengatalogan Anglo-American Cataloging Rules. SliMS mempunyai fitur layanan Layanan z39.50 adalah protokol pertukaran data yang banyak dikenal adalah Z39.50 merupakan protokol yang bersifat interaktif. Z39.50 merupakan protokol standar berbasis client-server yang memungkinkan komputer komputer client untuk mencari dan mendapatkan informasi ke server data. Untuk dapat menggunakan layanan z39.50 sangatlah mudah, persyaratannya adalah komputer dimana SLiMS diinstal dapat mengakses internet. Layanan P2P (Peer to Peer) pada prinsipnya sama dengan layanan z39.50 yaitu berfungsi untuk meng-copy katalog dari perpustakaan lain. Yang membedakan antara P2P dengan z39.50 adalah sumber katalog yang di copy adalah sesama pengguna aplikasi SLiMS yang katalognya sudah di online-kan di internet. Jadi ringkasnya adalah mengkopi informasi katalog dari perpustakaan yang menggunakan SLiMS. Layanan P2P menggunakan XML untuk pertukaran datanya. Layanan Mencetak Label dan Barcode. Tugas bagian
Jurnal Gema Pustakawan Vol. 1. No. 1. Mei 2013
40
pengolahan koleksi selain melakukan entri data, katalogisasi, klasifikasi dan juga mencatat jumlah eksemplar setiap koleksi adalah membuat label untuk ditempel pada punggung koleksi serta membuat barcode agar dapat digunakan untuk kegiatan transaksi peminjaman dan pengembalikan koleksi. 2. Penerapan Aplikasi dan Persiapan Sampai Sekarang Perpustakaan Universitas Riau sebelumnya menggunakan aplikasi LONTAR yang dikembangkan oleh Universitas Indonesia. Akan tetapi karena dilihat SliMS memiliki kelebihan yang dibutuhkan perpustakaan Univeristas Riau maka pada awal tahun 2012 Perpustakaan Univeritas Riau memutuskan untuk migrasi ke SliMS. Banyak yang harus dipersiapkan untuk kegiatan migrasi ini salah satunya adalah pelatihan dasar untuk pegawai dan pustakawan tentang pengenalan SliMS. Adapun beberapa tahapan yang dilalui Perpustakaan Universitas Riau adalah: Tahap I (satu) meliputi : 1. Persiapan hardware dan software • Menyediakan server untuk aplikasi SliMS • Menyediakan thin client untuk OPAC • Menyediakan perangkat komputer, printer, scanner, barcode reader untuk pegawai yang bertugas. • Mengistalkan software SliMS
2. Pelatihan dasar untuk pegawai dan pustakawan Universitas Riau tentang pengenalan SliMS. Tahap II meliputi : 1. Migrasi database LONTAR ke SliMS 2. Simulasi SliMS di Perpustakaan Universitas Riau 3. Implementas SliMS tahap I ( seluruh bagian masih memakai aplikasi LONTAR dan SliMS 4. Implementasi SliMS tahap II (bagian sirkulasi pengembalian saja yang memakai aplikasi LONTAR, bagian yang lain sudah memakai SLiMS) 5. Implementasi tahap III seluruh layanan sudah memakai SliMS PENGEMBANGAN PENGGUNAAN PROGRAM SLIMS Kedepannya Program SLiMS akan di aplikasikan untuk seluruh perpustakaan fakultas yang ada di Universitas Riau. Ada kemungkinan juga koneksitas ini diperluas untuk perpustakaan antar Perguruan Tinggi di Propinsi Riau. Sehingga harapan Perpustakaan Universitas Riau menjadi pusat keunggulan (Center Of Excellence) Perpustakaan Digital Riau dapat terwujud. Sesuai dengan visi Perpustakaan Universitas Riau sebagai learning resourch center pada tahun 2035.
Jurnal Gema Pustakawan Vol. 1. No. 1. Mei 2013
41
KESIMPULAN DAN SARAN Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa membangun perpustakaan digital di Perpustakaan Universitas Riau harus di dukung oleh tiga komponen utama yaitu: 1) Pustakawan, ). Tim IT dan 3) Pemustakanya. Ketiga komponen ini harus benar-benar menguasai teknologi sehingga bisa mengaplikasikannya. Dengan adanya Program SliMS tersebut, perpustakaan Universitas Riau perlu meningkatkan penguasan teknologinya baik dalam aplikasi, perawatan software dan hardware agar pemanfaatannya lebih optimal. Dan perpustakaan juga melakukan peningkatan kemampuan Program SLiMS sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi dan menyesuaikan dengan kebutuhan informasi pemustaka.
Penguasaan dan penerapan program yang benar tidak menutup kemungkinan Perpustakaan Universitas Riau akan menjadi salah satu perpustakaan rujukan dimasa yang akan datang. DAFTAR PUSTAKA http://perpustakaan.kemdiknas.go.id/per pusdiknas/?page_id=109.Diundu h tanggal 28 April 2013 Ridho, M. Rasyid. 2011. Senayan Library Management System for Dummies. Materi Pelatihan SliMS, Perpustakaan Universitas Riau. Saleh, Abdul Rahman. 2010. Membangun Perpustakaan Digital. Sagung Seto, Jakarta Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2007 Tentang Perpustakaan.
Jurnal Gema Pustakawan Vol. 1. No. 1. Mei 2013
42
PENGUJIAN COGNITIVE WALKTHROUGH ANTARMUKA PERPUSTAKAAN DIGITAL (E-LIBRARY) PUSAT DOKUMENTASI DAN INFORMASI ILMIAH – LIPI (PDII-LIPI) Ira Maryati1*, Firman Ardiansyah2, Wisnu Ananta Kusuma3 Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah-Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia 2 Dosen pada Progam Magister Teknologi Informasi untuk Perpustakaan IPB 3 Dosen pada Progam Magister Teknologi Informasi untuk Perpustakaan IPB
1
*Korespondensi: [email protected]
ABSTRACT Interface design has a significant role towards the successful of digital librarys application use. Digital library services developed by Centre for Scientific Documentation and Information - Indonesian Institute of Sciences ( PDII-LIPI) has yet to be evaluated. This research analyzed the design of the web interface of PDII-LIPI’s digital libraries using the method of cognitive walkthrough (CW). The aim of the research is to identify user constraints in using PDII-LIPI’s digital libraries. Object of this study are three menus in digital library web interface that is “Karya Ilmiah Indonesia”, “Buku Elektronik”, and “Jurnal Indonesia (ISJD)”. CW testing parameters for PDII-LIPI’s digital library interface consists of the successful completion of the task, and the effectiveness of the task. The successful completion of the task was assessed by comparing the standard time with task completion time by respondents. Effectiveness assessed based on the processing time of each stage and the number of mistakes made by the respondent. The test results showed that all respondents successfully completed the task with the time that goes beyond the standard set time. The analysis was conducted on all test results indicate that the obstacles faced by users in general are finding menu of “E-Library”, specify the search facility is used, and searching the articles.
ABSTRAK Desain antarmuka berperan penting terhadap kesuksesan penggunaan aplikasi perpustakaan digital. Pengembangan layanan perpustakaan digital yang dilakukan oleh Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah – Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (PDII-LIPI) sampai saat ini belum dievaluasi. Penelitian ini menganalisis desain antarmuka web perpustakaan digital Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (PDIILIPI) menggunakan metode cognitive walkthrough (CW). Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai permasalahan-permasalahan usability yang dihadapi pengguna ketika berinteraksi dengan antarmuka web perpustakaan digital PDII-LIPI. Objek penelitian ini adalah tiga menu pada antarmuka web perpustakaan digital PDII-LIPI yaitu “Karya Ilmiah Indonesia”, “Buku Elektronik”, dan”Jurnal Indonesia (ISJD)”. Parameter pengujian CW antarmuka perpustakaan digital PDII-LIPI terdiri dari keberhasilan penyelesaian tugas, dan efektivitas pelaksanaan tugas. Hasil pengujian menunjukkan bahwa seluruh responden berhasil menyelesaikan tugas dengan waktu yang melampaui waktu standar yang ditetapkan. Analisis yang dilakukan terhadap seluruh hasil pengujian menunjukkan bahwa kendala yang dihadapi pengguna pada umumnya yaitu menemukan menu”E-Library”, menentukan menu pencarian yang digunakan, dan melakukan pencarian judul artikel yang diinginkan.
Keyword: Cognitive walkthrough testing; Usability; Usable interface; Digital library; PDII-LIPI.
1. PENDAHULUAN Perpustakaan digital merupakan perwujudan dari prinsip-prinsip lama perpustakaan yang dituangkan ke dalam lingkungan elektronik. Perpustakaan digital menyediakan seluruh layanan yang ada pada perpustakaan konvensional melalui sarana elektronik. Akibat dari penggunaan sarana elektronik dalam menjalankan fungsi perpustakaan, maka tampilan antarmuka (interface) menjadi sangat penting. Tampilan antarmuka merupakan media komunikasi pengguna dengan program aplikasi komputer. Pengguna perpustakaan digital memulai semua aktivitasnya dari antarmuka yang tersedia. Oleh
Pengujian Cognitive Walkthrough Antarmuka Perpustakaan Digital ... | Ira Maryati
25
karenanya, usability antarmuka perpustakaan digital menjadi hal penting dalam kesuksesan penggunaan aplikasi tersebut. Pengembangan layanan perpustakaan digital sedang dilakukan oleh Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah-Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (PDII-LIPI). Pengembangan perpustakaan digital di PDII menggunakan konsep “Bibliotainment”. Konsep tersebut merupakan ide untuk menciptakan suasana yang menyenangkan di perpustakaan. Perpustakaan digital PDII-LIPI diakses melalui menu “E-Library”. Adapun desain antarmuka “E-Library” yang telah dibuat oleh programmer sampai saat ini belum dievaluasi. Oleh karenanya analisis terhadap desain antarmuka web “ELibrary” perlu dilakukan. Cognitive walkthrough (CW) merupakan salah satu metode analisis usability terhadap antarmuka perpustakaan digital. Beberapa penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa pengujian CW mampu mengidentifikasi kendala-kendala yang dihadapi pengguna ketika menggunakan sebuah antarmuka. Pengembangan antarmuka berdasarkan hasil pengujian tersebut mampu meningkatkan efektivitas penggunaan web. Penelitian ini menganalisis desain antarmuka web “E-Library” PDII-LIPI dengan menggunakan metode CW. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai permasalahanpermasalahan usability yang dihadapi pengguna ketika berinteraksi dengan antarmuka web “E-Library” PDII-LIPI. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk menyusun rekomendasi untuk pengembangan perpustakaan digital PDII-LIPI.
2. TINJAUAN PUSTAKA Pengembangan perpustakaan digital berbasis web dapat memenuhi kebutuhan informasi masyarakat pada saat ini. Menurut Cherry et.al. (2002) internet menyebabkan perubahan perilaku pencarian informasi masyarakat. Informasi lebih banyak diakses melalui internet. Website merupakan komponen bagian perpustakaan digital. Materi dari perpustakaan diolah seperti halnya perpustakaan tradisional (Koehler, 1999). Adapun pengguna memilih dan menggunakan materi perpustakaan melalui antarmuka website. Oleh karenanya, perancangan antarmuka harus berorientasi terhadap pengguna (user oriented). Antarmuka yang baik berpengaruh terhadap kebermanfaatan dan kemudahan penggunaan (Thong, 2002). Analisis usability penting dilakukan untuk menghasilkan antarmuka web yang sesuai dengan pengguna. Beberapa penelitian yang dirangkum oleh Nielsen (1994) menunjukkan bahwa analisis usability dapat meningkatkan nilai web, daya saing web dan kepuasan yang dirasakan oleh pengguna. Analisis usability dapat dilakukan dengan dua cara yaitu evaluasi oleh pakar dan pengujian oleh pengguna (Nielsen, 1994). Evaluasi oleh pakar dilakukan dengan cara membandingkan tampilan antarmuka dengan prinsip-prinsip usability. Adapun pengujian oleh pengguna dilakukan dengan cara pengguna mencoba menggunakan web yang diuji atau CW (Lewis, et.al. 1990). Penelitian yang dilakukan oleh Wang (2008) menunjukkan bahwa pengembangan antarmuka yang melalui proses pengujian CW mampu meningkatkan efektivitas penggunaan antarmuka. Menurut Lewis (1990) pengujian CW mampu mendeteksi lima puluh persen permasalahan yang dihadapi pengguna ketika berinteraksi dengan sebuah antarmuka. Metode CW pertama kali dikembangkan oleh Lewis, et.al (1990). Menurut Jacobsen et al. (2000) metode CW terdiri dari dua tahapan yaitu tahap persiapan (preparation) dan tahap eksekusi
26
BACA: Jurnal Dokumentasi dan Informasi, 35 (1) Juni 2014
(execution). Tahap persiapan terdiri dari empat bagian yaitu membaca literatur mengenai analisis CW, mempelajari sistem yang akan diuji, menentukan pengguna yang akan menjadi responden dan menyusun skenario tugas pengujian, serta mengubah skenario tugas pengujian menjadi tahapan pengerjaan. Tahap eksekusi adalah tahap pengujian CW dan perekaman data. Metode CW juga telah digunakan oleh Ruttkay, et.al. (2008) untuk menganalisis antarmuka sebuah sistem yang membutuhkan interaksi antara manusia dengan manusia virtual. Responden pengujian CW pada penelitian ini adalah pengguna perpustakaan PDII-LIPI. Menurut Ling (2005) CW terdiri dari tahapan-tahapan prosedur pengujian yang membutuhkan tindakan langsung guna menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan. Oleh karena itu, metode ini dapat dilakukan oleh penguji pada tingkatan rendah (bukan pakar). Menurut Brick, et.al. (2002) responden pengujian adalah pengguna web tersebut, terkecuali perancangnya (designer). Menurut Rauterberg (2006) dan Nielsen (2000) jumlah responden yang mampu mendeteksi permasalahan usability secara maksimal pada pengujian CW adalah sepuluh orang. Penambahan jumlah penguji yang lebih dari sepuluh tidak dapat memberikan kontribusi lebih banyak dalam mendeteksi permasalahan usability. Menurut Galitz (2002) ada beberapa informasi penting yang harus diketahui peneliti mengenai pengguna sebagai objek dalam melakukan pengujian usability. Informasi tersebut diantaranya yaitu pengetahuan dan pengalaman pengguna dalam menggunakan web yang akan diuji atau yang sejenisnya, pekerjaan dan kebutuhan pengguna, karakteristik psikologis, dan karakteristik fisik pengguna. Metode CW menggunakan lima parameter pengujian (Tullis dan Albert, 2008). Parameter tersebut adalah keberhasilan pengguna dalam melaksanakan perintah tertentu, waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan perintah, reflek kesalahan (error) yang dibuat selama melaksanakan perintah, efisiensi pengguna selama melaksanakan perintah (contoh jumlah klik yang dilakukan), dan kemampuan pengguna dalam mempelajari web (learnability).
3. METODE 3.1 Objek Penelitian Objek yang dianalisis adalah desain antarmuka web “E-Library” PDII-LIPI. Web tersebut merupakan salah satu layanan yang tersedia pada web PDII-LIPI, dan dapat diakses melalui tautan http://pdii.lipi.go.id. Web “E-Library” menyediakan tujuh menu yang terdiri dari “Buku Elektronik”, “Jurnal Indonesia ISJD”, “Jurnal Asing”, “Karya Ilmiah Indonesia”, “Database Pakar”, “Integrated Library”, dan “Multimedia”. Tampilan antarmuka “E-Library” PDII-LIPI dapat dilihat pada Gambar 1. CW diuji dengan cara menganalisis objek yang dapat digunakan langsung oleh pengguna yaitu “Karya Ilmiah Indonesia”, “Buku Elektronik”, dan “Jurnal Indonesia (ISJD)”. Hal ini dilakukan karena responden pada pengujian ini adalah pengguna perpustakaan digital PDIILIPI.
Pengujian Cognitive Walkthrough Antarmuka Perpustakaan Digital ... | Ira Maryati
27
Gambar 1. Tampilan antar muka “E-Library” PDII-LIPI Sumber: PDII-LIPI, 2010.
3.2 Responden Responden pada masing-masing pengujian terdiri dari sepuluh orang pengguna perpustakaan PDII-LIPI. Penentuan komposisi responden dilakukan berdasarkan jenis pekerjaannya (peneliti, mahasiswa, dosen/ pendidik, dll.). Penentuan jumlah responden pada masing-masing jenis pekerjaan dilakukan berdasarkan data rata-rata persentase jumlah pengunjung perpustakaan berdasarkan jenis pekerjaan selama lima tahun terakhir. Responden pada masing-masing pengujian berjumlah sepuluh orang yang terdiri dari enam orang mahasiswa dan masing-masing satu orang untuk responden peneliti, industri, akademisi, dan umum. Komposisi pengguna perpustakaan PDII-LIPI dari hasil data pengunjung sebagai pengguna informasi tahun 2008 sampai tahun 2013 terdiri dari mahasiswa (94,32 %), peneliti (0,56 %), akademisi (1,27 %), industri (0,16 %), dan umum (2,18 %) (Sub.bid.Perpus, 2013). Berdasarkan data tersebut ditetapkan bahwa jumlah responden dari masing-masing jenis pekerjaan dengan persentase kurang dari sepuluh persen ditetapkan berjumlah satu orang. Adapun jumlah responden selebihnya adalah mahasiswa. 3.3 Parameter Pengujian Parameter pengujian yang dilakukan pada penelitian kali ini terdiri dari keberhasilan penyelesaian tugas, dan efektivitas pelaksanaan tugas. Analisis keberhasilan penyelesaian tugas dilakukan dengan membandingkan terhadap waktu penyelesaian tugas oleh standar. Adapun standar merupakan pelaksanaan tugas yang dilakukan oleh staf PDII-LIPI yang telah mahir menelusur melalui web E-Library PDII-LIPI. Efektivitas penyelesaian tugas dianalisis berdasarkan dua parameter, yaitu waktu dan jumlah kesalahan yang dilakukan responden selama menyelesaikan tugas. Analisis dilakukan dengan cara membandingkan selisih waktu yang ditempuh dari setiap tahapan ke tahapan berikutnya antara responden dengan waktu standar. Adapun jumlah kesalahan dihitung dari aktivitas-aktivitas yang dilakukan responden yang tidak terdapat pada procedural task analysis (PTA) standar. Jumlah kesalahan kemudian dibandingkan dengan standar.
28
BACA: Jurnal Dokumentasi dan Informasi, 35 (1) Juni 2014
3.4 Pengujian Standar Pengujian standar dilakukan dengan cara memberikan tugas pengujian terhadap personal yang sudah terlatih menggunakan antarmuka portal web yang diuji. Pada penelitian ini pengujian standar dilakukan oleh pustakawan yang telah mahir menelusur melalui web perpustakaan digital PDII-LIPI. Tugas yang diberikan sama dengan tugas yang diberikan terhadap responden pengujian yaitu melakukan pencarian artikel pada menu “Karya Ilmiah”, “Buku Elektronik”, dan “Jurnal Indonesia (ISJD)”. Pengujian standar menghasilkan data waktu standar penyelesaian tugas, tahapan pengerjaan standar, dan waktu pengerjaan setiap tahapan. Proses perekaman data sama dengan proses perekaman data responden pada pengujian CW. 3.5 Procedural Task Analysis (PTA) Standar PTA standar merupakan tahapan-tahapan baku yang seharusnya dilakukan oleh responden pada saat melaksanakan tugas yang diberikan. PTA ditetapkan berdasarkan tahapan pengerjaan yang dilakukan oleh standar. Hasil pengujian dibandingkan dengan PTA standar untuk melihat kendala-kendala apa yang dihadapi pengguna ketika melaksanakan tugas yang diberikan. Berikut adalah PTA standar pengujian menu “Karya Ilmiah” (Gambar 2), “Buku Elektronik”(Gambar 3), dan “Jurnal Indonesia (ISJD)” (Gambar 4).
Masuk web PDII-LIPI
Klik tag Perpustakaan 2
1
Klik tag ELibrary
Klik Karya Ilmiah
Memasukkan kata kunci
3
4
5
Klik Judul pada hasil pencarian
Dokumen ditemukan
6
7
Gambar 2. PTA standar pengujian menu “Karya Ilmiah”
Masuk web PDII-LIPI 1
Klik tag Perpustakaan 2
Klik tag ELibrary
Klik Buku Elektronik
Memasukkan kata kunci
3
4
5
Klik Judul pada hasil pencarian 6
Dokumen ditemukan 7
Gambar 3. PTA standar pengujian menu “Buku Elektronik”
Masuk web PDII-LIPI 1
Klik tag Perpustakaan 2
Klik tag ELibrary
Klik ISJD
Memasukkan kata kunci
3
4
5
Klik Judul pada hasil pencarian 6
Dokumen ditemukan 7
Gambar 4. PTA standar pengujian menu “Jurnal Indonesia (ISJD)”
3.6 Pengujian Cognitive Walkthrough Pengujian CW dilakukan dengan cara merekam kegiatan yang dilakukan oleh responden selama melaksanakan tugas yang diberikan. Rekaman kegiatan diperoleh dengan menggunakan software Camtasia Studio pada Microsoft WindowsTM. Camtasia Studio merupakan software yang dibuat oleh TechSmith Coorporation yang dapat merekam kegiatan yang dilakukan pada antarmuka layar komputer (TechSmith, 2012). Berikut adalah tampilan antarmuka software Camtasia Studio.
Pengujian Cognitive Walkthrough Antarmuka Perpustakaan Digital ... | Ira Maryati
29
Gambar 5. Tampilan antarmuka menu utama software Camtasia Studio
Gambar 6. Tampilan antarmuka menu “Record The Screen”
3.3 Analisis Hasil Evaluasi dan Pengujian Analisis dilakukan dengan cara membandingkan hasil pengujian CW dengan standar. Perbandingan waktu penyelesaian tugas responden dengan standar menunjukkan efektivitas penggunaan menu yang diuji. Adapun perbandingan waktu penyelesaian tugas setiap tahapan pengerjaan menunjukkan parameter apa saja yang menjadi kendala pengguna dalam berinteraksi dengan antarmuka web “E-Library” PDII-LIPI ketika menggunakan menu yang di uji. Analisis juga dilakukan dengan menghitung jumlah kesalahan yang dilakukan responden. Jumlah kesalahan adalah tahapan-tahapan pengerjaan yang dilakukan oleh responden yang tidak terdapat pada PTA.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN Responden melakukan pengujian terhadap menu “Karya Ilmiah”, “Buku Elektronik”, dan “Jurnal Indonesia (ISJD)” yang ada pada web “E-Library” PDII-LIPI. Hasil rekaman aktivitas yang dilakukan responden selama melaksanakan perintah berupa video dengan tipe file camtasia recorder (*.camrec) yang hanya terbaca dengan software Camtasia. Data yang diperoleh dari rekaman tersebut adalah waktu penyelesaian tugas pada setiap tahapan, jumlah klik yang dilakukan, dan navigasi yang dilakukan selama responden melakukan tugas. Berikut adalah hasil pengujian CW pada menu “Karya Ilmiah”, “Buku Elektronik”, dan “Jurnal Indonesia (ISJD)”.
4.1 Pengujian Menu “Karya Ilmiah” Responden pada pengujian ini diminta untuk menyelesaikan tugas mencari artikel karya ilmiah berupa laporan penelitian berjudul “Budidaya Rumput Laut Jenis Euchenia Cottoni dengan Metode Bertingkat untuk Meningkatkan Produksi Rumput Laut Tiap Satuan Luas Perairan”. Seluruh responden pada pengujian menu “Karya Ilmiah” berhasil menyelesaikan tugas yang diberikan, 30
BACA: Jurnal Dokumentasi dan Informasi, 35 (1) Juni 2014
namun waktu yang ditempuh oleh seluruh responden melampaui waktu standar yang diperoleh dari pengujian standar yaitu 112,5 detik. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat kendala-kendala yang dihadapi pengguna ketika menggunakan menu “Karya Ilmiah” melalui web “E-Library”. Kendala-kendala tersebut mempengaruhi efektivitas penyelesaian tugas oleh responden. Gambar 7 menunjukkan perbandingan waktu penyelesaian pengerjaan tugas oleh responden dengan waktu standar. Perbandingan waktu penyelesaian setiap tahapan pengerjaan oleh seluruh responden dapat dilihat pada Gambar 8. Jumlah kesalahan responden dapat dilihat pada Tabel 1.
Gambar 7. Perbandingan waktu penyelesaian pengerjaan tugas oleh responden dengan waktu standar pada pengujian menu “Karya Ilmiah”
Gambar 8. Perbandingan waktu penyelesaian setiap tahapan pengerjaan oleh responden dengan waktu standar pada pengujian menu “Karya Ilmiah” Tabel 1.Jumlah Kesalahan Responden Pada Pengujian Menu “Karya Ilmiah” Aktivitas (PTA)
Jumlah Kesalahan Mahasiswa
Peneliti
Akademis
Industri
Umum
[1—2]
1
2
0
2
0
[2—3]
0
9
0
2
7
[3—4]
3
4
0
5
6
[4—5]
2
3
0
0
0
[5—6]
6
3
7
8
12
[6—7]
0
0
0
0
0
Pengujian Cognitive Walkthrough Antarmuka Perpustakaan Digital ... | Ira Maryati
31
Responden mahasiswa mampu menyelesaikan tugas pengujian karya ilmiah dengan waktu 277 detik, melampaui waktu standar 112,5 detik. Pengamatan terhadap waktu penyelesaian setiap tahapan pada PTA standar menunjukkan bahwa responden mahasiswa mengalami inefisiensi pada penyelesaian tahap [1—2] (memilih menu “Perpustakaan”), tahap [3—4] (memilih menu “Karya Ilmiah”), tahap 4—5 (memasukkan kata kunci) dan tahap [5—6] (menemukan judul bibliografi). Hal tersebut menunjukkan bahwa responden mahasiswa melakukan kesalahan atau efektivitasnya kurang dalam melaksanakan tahapan pengerjaan tersebut. Inefisiensi pada tahap [1—2] disebabkan karena responden membutuhkan waktu untuk menentukan dalam memilih menu “Perpustakaan”. Adapun jumlah kesalahan rata-rata pada pengerjaan tahap tersebut adalah satu (Tabel 1). Dengan demikian inefisiensi pada tahap tersebut hanya disebabkan oleh proses awal responden untuk mempelajari isi web PDII-LIPI. Beberapa responden mahasiswa mengalami kendala dalam menyelesaikan tahap [3—4] dan [4—5] karena responden belum mengetahui bahwa laporan penelitian berada pada menu karya ilmiah. Oleh karenanya, responden mencoba-coba menelusur pada beberapa menu lainnya. Hal ini dapat dilihat dengan cukup tingginya angka kesalahan pada tahap tersebut yaitu tiga dan dua. Inefisiensi dilakukan mahasiswa paling tinggi yaitu pada penyelesaian tahap [5—6] yaitu menemukan judul dokumen yang dicari. Responden mengalami beberapa kali kegagalan setelah memasukkan kata kunci pada sistem pencarian. Hal ini menyebabkan kebingungan dan bahkan beberapa kembali ke antarmuka web “E-Library” dan melakukan pencarian pada menu lainnya. Jumlah kesalahan rata-rata pada tahap ini merupakan yang tertinggi yaitu enam. Responden peneliti menyelesaikan tugas pengujian karya ilmiah dengan waktu 408 detik, melampaui waktu standar 112,5 detik. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa responden peneliti mengalami inefisiensi pada pengerjaan tahap [1—2] (memilih menu perpustakaan), tahap [2—3] (menemukan menu “E-Library”), dan tahap [3—4] (memilih menu karya ilmiah). Inefisiensi pada tahap [1—2] mengindikasikan bahwa responden belum mengetahui posisi penempatan menu “E-Library” sehingga responden perlu mempelajari beberapa menu yang ada di antarmuka web PDII-LIPI sebelum membuka menu “Perpustakaan”. Menurut Wang (2008) penempatan menu yang penting dan sering digunakan pengguna pada antarmuka menggunakan navigasi yang dalam atau tersembunyi seringkali menyebabkan pengguna kehilangan manfaat dan efektivitas dari menu tersebut. Inefisiensi pada tahap [2—3] dapat disebabkan karena responden belum mengetahui penempatan menu “Karya Ilmiah” pada web “E-Library”. Penempatan akses langsung ke menu “Karya Ilmiah” dari menu “Perpustakaan” juga tidak berhasil mempercepat penyelesaian tugas yang diberikan. Penamaan istilah “Karya Ilmiah” juga berbeda dengan akses cepatnya yang diberi nama “Katalog Perpustakaan”. Pada saat responden gagal melakukan pencarian melalui menu “Katalog Perpustakaan”, responden kembali ke web PDII-LIPI dan mencoba mengakses menu “Karya Ilmiah”. Hal tersebut menyebabkan jumlah kesalahan pada tahap tersebut terjadi paling tinggi yaitu sembilan (Tabel 1). Inefisiensi juga terjadi pada tahap memilih menu “Karya Ilmiah” dari web”E-Library”. Responden mencoba melakukan pencarian pada beberapa menu lain yang ada pada tampilan antarmuka web “E-Library”. Responden akademisi melaksanakan setiap tahapan pengerjaan sesuai PTA standar dengan cukup efisien. Hal ini mengindikasikan bahwa responden mampu mempelajari tampilan antarmuka web PDII-LIPI dengan baik sehingga mampu menyelesaikan setiap tahapan sesuai dengan standar. 32
BACA: Jurnal Dokumentasi dan Informasi, 35 (1) Juni 2014
Kendala yang dihadapi responden pada saat menyelesaikan tahap [4—5] (memasukan kata kunci) sampai kepada tahap [5—6] (menemukan bibliografi dokumen yang dicari). Responden membutuhkan waktu paling lama untuk menyelesaikan tahap tersebut dengan jumlah kesalahan tertinggi yaitu tujuh (Tabel 1). Kendala tersebut dapat disebabkan oleh kurangnya kemampuan responden dalam melakukan pencarian. Penentuan kata kunci yang tepat dan sistem temu kembali berpengaruh terhadap kecepatan penyelesaian tahapan tersebut. Responden industri membutuhkan waktu paling lama dibandingkan dengan responden lainnya untuk menyelesaikan tugas pengujian karya ilmiah. Waktu yang ditempuh yaitu 440 detik jauh lebih lama dibandingkan waktu standar yaitu 112,5 detik. Kendala yang dihadapi responden industri yaitu pada tahap [1—2] (memilih menu “Perpustakaan”), tahap [2—3] (menemukan menu “ELibrary”), tahap [3—4] (memilih menu “Karya Ilmiah”), dan tahap [5—6] (menemukan daftar hasil pencarian yang sesuai). Penyelesaian tahap [1—2] dan [2—3] membutuhkan waktu yang tidak berbeda jauh dengan tahap [3—4]. Adapun jumlah kesalahan pada tahap [3—4] lebih banyak dari pada tahap [1—2] dan [2—3] (Tabel 1). Hal ini mengindikasikan bahwa responden membutuhkan waktu berfikir dalam mengambil keputusan memilih menu “Perpustakaan” dan menu “E-Library” sebagai sarana untuk mengakses perpustakaan digital. Pada tahap [5—6], responden memperoleh beberapa halaman daftar hasil pencarian. Responden kemudian melihat setiap halaman pada daftar hasil pencarian sehingga membutuhkan waktu yang lama untuk menemukan judul dokumen yang dicari. Responden dari kalangan umum menyelesaikan tugas pengujian menu “Karya Ilmiah” dengan waktu 347 detik, melampaui waktu standar 112,5 detik. Responden melakukan kesalahan cukup tinggi pada penyelesaian tahap [2—3], [3—4], dan [5—6] yaitu masing-masing tujuh, enam, dan dua belas (Tabel 1). Penempatan menu “E-Library” sebagai sub menu “Perpustakaan” di urutan terakhir menyebabkan responden memilih menu lain sebelum masuk ke web “E-Library”. Responden melakukan kesalahan dengan cara melakukan pencarian laporan penelitian pada menu “Jurnal Indonesia (ISJD)” yang berada di menu “Perpustakaan”. Setelah responden berhasil masuk ke web “E-Library”, responden masih belum mengetahui letak dokumen laporan penelitian. Akibatnya, responden mencoba mengakses menu “Buku Elektronik” dan “Jurnal Indonesia (ISJD)”. Jumlah kesalahan yang paling tinggi terjadi pada penyelesaian tahap [5—6] yaitu menemukan bibliografi dokumen yang dicari (Gambar 8). Hal ini terjadi karena pada saat responden berada pada menu yang tepat namun ia memasukkan kata kunci yang kurang tepat sehingga hasil pencarian terlalu banyak dan membingungkan. Kemudian ia kembali ke antarmuka awal web “E-Library” dan mencoba kembali beberapa menu lainnya pada antarmuka web “E-Library”. Dengan demikian, waktu penyelesaian tugas menjadi lama dan jumlah kesalahan tinggi.
4.2 Pengujian Menu “Buku Elektronik” Responden pada pengujian ini diminta untuk menyelesaikan tugas menemukan buku elektronik berjudul “Food Safety: A Reference Handbook Second Edition”. Pengujian CW dalam menu “Buku Elektronik” menunjukkan bahwa seluruh responden dapat menyelesaikan perintah yang diberikan dengan waktu yang jauh melampaui waktu standar (Gambar 9). Hal tersebut menunjukkan bahwa responden mengalami kendala ketika menyelesaikan tugas pengujian yang diberikan. Perbandingan waktu pada setiap tahapan pengerjaan sesuai PTA standar menunjukkan bahwa
Pengujian Cognitive Walkthrough Antarmuka Perpustakaan Digital ... | Ira Maryati
33
pada umumnya responden mengalami kendala pada penyelesaian tahap [2—3] dan [5—6] (Gambar 10).
Gambar 9. Perbandingan waktu penyelesaian pengerjaan tugas oleh responden dengan waktu standar pada pengujian menu “Buku Elektronik”
Gambar 10. Perbandingan waktu penyelesaian setiap tahapan pengerjaan oleh responden dengan waktu standar pada pengujian menu “Buku Elektronik” Tabel 2. Jumlah kesalahan responden pada pengujian menu “Buku Elektronik” Aktivitas (PTA)
Jumlah Kesalahan Mahasiswa
Peneliti
Akademis
Industri
Umum
[1—2]
2
0
0
2
0
[2—3]
10
25
4
14
9
[3—4]
0
0
0
3
0
[4—5]
0
0
0
0
0
[5—6]
5
1
11
1
8
[6—7]
0
0
0
0
0
Responden mahasiswa menyelesaikan tugas dengan waktu 301,5 detik melampaui waktu standar yang diperoleh dari pengujian standar yaitu 70,5 detik. Perbandingan terhadap waktu standar pada setiap tahapan pengerjaan (Gambar 10) menunjukkan bahwa responden mahasiswa mengalami kendala penyelesaian tahap [1—2] (memilih menu “Perpustakaan”), [2—3] (memilih menu “E-Library”), dan [5—6] (menemukan judul buku yang dicari). Inefisiensi pada penyelesaian tahap [1—2] terjadi karena responden membuka beberapa 34
BACA: Jurnal Dokumentasi dan Informasi, 35 (1) Juni 2014
menu pada antarmuka web PDII-LIPI sebelum membuka menu “Perpustakaan”. Jumlah kesalahan yaitu dua, tidak terlalu besar jika dibandingkan dengan kesalahan pada penyelesaian tahap [2—3] dan [5—6] (Tabel 2). Responden melakukan kesalahan paling tinggi pada penyelesaian tahap [2—3] dengan jumlah kesalahan sepuluh. Kesalahan yang dilakukan responden yaitu melakukan pencarian di menu “Katalog Perpustakaan” dan menu lain pada menu “Perpustakaan”. Adapun buku elektronik hanya bisa diakses melalui antarmuka web “E-Library”. Inefisiensi pada tahap [5—6] terjadi karena kurangnya keahlian responden dalam menentukan kata kunci yang digunakan untuk melakukan penelusuran informasi. Penambahan fitur pencarian canggih dapat membantu meningkatkan kemudahan penggunaan menu “Buku Elektronik”. Waktu penyelesaian tugas pengujian buku elektronik oleh peneliti yaitu 301 detik melebihi waktu standar 70,5 detik. Responden peneliti mengalami kendala pada penyelesaian tahap [2—3] dengan jumlah kesalahan 25 (Gambar 10 dan Tabel 2). Pada tahap tersebut responden melakukan kesalahan karena melakukan pencarian melalui menu “Katalog Perpustakaan”. Responden juga melakukan pencarian melalui beberapa menu yang ada pada antarmuka web PDII. Selain itu, responden mencoba menggunakan menu “Unduh Buku Elektronik” yang ada pada menu sumberdaya. Adapun menu tersebut hanya berisi satu judul buku elektronik. Basis data buku elektronik hanya bisa diakses melalui web “E-Library”. Responden akademis memerlukan waktu 247 detik untuk menyelesaikan tugas pengujian menu buku elektronik. Waktu pengujian melebihi waktu standar 70,5 detik. Gambar 10 menunjukkan bahwa tahapan pengerjaan yang memiliki selisih waktu paling tinggi adalah tahap [2—3] (memilih menu “E-Library”), dan [5—6] (menemukan judul buku yang dicari). Jumlah kesalahan yang tinggi pada tahap [2—3] dan [5—6] (Tabel 2) juga menunjukkan adanya kendala yang dihadapi pengguna pada tahapan tersebut. Kesalahan responden pada tahap [2—3] disebabkan responden melakukan pencarian pada menu “Katalog Perpustakaan” yang diakses langsung dari menu “Perpustakaan”. Hal ini mengindikasikan bahwa responden menganggap semua koleksi perpustakaan ada pada “Katalog Perpustakaan”. Oleh karenanya, penempatan satu sarana akses untuk seluruh layanan perpustakaan perlu dilakukan. Responden kembali melakukan kesalahan setelah gagal melakukan pencarian pada menu “Buku Elektronik”. Responden kembali ke antarmuka “E-Library” dan kemudian responden mencoba beberapa menu lain yang tersedia. Responden dari kalangan industri membutuhkan waktu paling lama yaitu 386 detik untuk menyelesaikan tugas pengujian. Perbandingan waktu pengerjaan setiap tahapan (Gambar 10) dan jumlah kesalahan (Tabel 2) menunjukkan bahwa responden mengalami kendala dalam menyelesaikan tahap [1—2] (memilih menu “Perpustakaan”), [2—3] (memilih menu “E-Library”) dan [3—4] (memilih menu “Buku Elektronik”). Inefisiensi paling tinggi terjadi pada tahap [2—3]. Pada tahap tersebut, responden beberapa kali melakukan pencarian pada menu “Katalog Perpustakaan”. Responden merasa sudah berada pada sistem pencarian yang benar karena pada sistem pencarian canggih terdapat pencarian berdasarkan jenis koleksi buku. Adapun buku elektronik yang dimaksud merupakan koleksi digital yang hanya bisa dicari melalui web “E-Library”. Oleh karenanya, pemisahan koleksi berdasarkan jenis koleksi digital dan koleksi non digital perpustakaan perlu ditampilkan dalam satu antarmuka sehingga tidak membingungkan pengguna. Waktu penyelesaian tugas pengujian buku elektronik oleh responden umum adalah 329 detik melebihi waktu standar 70,5 detik. Gambar 10 menunjukkan bahwa tahapan pengerjaan yang Pengujian Cognitive Walkthrough Antarmuka Perpustakaan Digital ... | Ira Maryati
35
memiliki selisih waktu paling tinggi adalah tahap [2—3] (memilih menu “E-Library”), dan [5—6] (menemukan judul buku yang dicari). Jumlah kesalahan yang tinggi pada tahap [2—3] dan [5— 6] (Tabel 2) juga menunjukkan adanya kendala yang dihadapi pengguna pada tahapan tersebut. Kesalahan responden pada tahap [2—3] adalah responden memilih beberapa menu pada antarmuka web PDII-LIPI kemudian melakukan pencarian pada menu “Katalog Perpustakaan” yang dapat diakses langsung melalui menu “Perpustakaan”. Pada tahap [5—6], responden melakukan pencarian dengan cara browsing pada daftar buku beberapa bidang, sehingga waktu penyelesaian tahap tersebut jauh melebihi waktu standar.
4.3 Pengujian Menu “Jurnal Indonesia (ISJD)” Responden pada pengujian ini diminta untuk menyelesaikan tugas menemukan jurnal berjudul “Kandungan Karotenoid Hasil Isolasi Ekstrak Rumput Laut Petani Lombok”. Seluruh responden menyelesaikan tugas pengujian CW terhadap menu “Jurnal Indonesia (ISJD)” melebihi waktu standar yaitu 101 detik. (Gambar 11). Perbandingan waktu pada setiap tahapan pengerjaan sesuai PTA menunjukkan bahwa pada umumnya responden mengalami kendala pada penyelesaian tahap [2—3] dan [5—6] (Gambar 12). Hal ini mengindikasikan terjadinya inefisiensi pelaksanaan tugas dan tingginya jumlah kesalahan yang dilakukan responden pada tahapan tersebut.
Gambar 11. Perbandingan waktu penyelesaian pengerjaan tugas oleh responden dengan waktu standar pada pengujian menu “Jurnal Indonesia (ISJD)”
Gambar 12. Perbandingan waktu penyelesaian setiap tahapan pengerjaan oleh responden dengan waktu standar pada pengujian menu “Jurnal Indonesia (ISJD)” 36
BACA: Jurnal Dokumentasi dan Informasi, 35 (1) Juni 2014
Tabel 3. Jumlah kesalahan responden pada pengujian menu “Jurnal Indonesia (ISJD)” Aktivitas (PTA)
Jumlah Kesalahan Mahasiswa
Peneliti
Akademis
Industri
Umum
[1—2]
1
3
3
0
1
[2—3]
6
0
0
14
0
[3—4]
3
7
0
0
0
[4—5]
1
0
0
0
0
[5—6]
15
14
37
24
30
[6—7]
0
0
0
0
0
Responden mahasiswa menyelesaikan tugas dengan waktu paling sedikit dibandingkan dengan responden lainnya yaitu 278,3 detik. Responden mahasiswa mengalami kendala pada penyelesaian tahap [2—3] (memilih menu “E-Library”) dan tahap [5—6] (menemukan judul artikel yang dicari) (Gambar 12). Jumlah kesalahan pada tahapan tersebut juga merupakan yang paling tinggi yaitu enam dan lima belas (Tabel 3). Kesalahan yang dilakukan responden mahasiswa pada tahap [2— 3] yaitu responden melakukan pencarian pada menu “Katalog Perpustakaan”. Hal tersebut menunjukkan bahwa responden membutuhkan satu buah menu yang dapat mengakses ke seluruh koleksi perpustakaan. Pada tahap [5—6], responden beberapa kali mengalami kegagalan pencarian. Tersedianya tipe pencarian berdasarkan judul dan keyword tidak berpengaruh terhadap efisiensi pencarian. Oleh karenanya, perbaikan terhadap menu pencarian “Jurnal Indonesia (ISJD)” perlu dilakukan. Responden peneliti memerlukan waktu 331 detik untuk menyelesaikan tugas pengujian terhadap menu “Jurnal Indonesia (ISJD)”. Inefisiensi dan jumlah kesalahan tinggi terjadi pada penyelesaian tahap [1—2], [3—4], dan [5—6] (Gambar 12 dan Tabel 3). Pada tahap [1—2] responden membuka beberapa menu pada antarmuka web PDII-LIPI sebelum membuka menu “Perpustakaan”. Penempatan menu “E-Library” sebagai menu utama pada antarmuka web PDII-LIPI akan meningkatkan efisiensi penggunaan perpustakaan digital. Responden akademisi menyelesaikan tugas pengujian dengan waktu paling lama dibandingkan dengan responden lainnya yaitu 515 detik. Perbandingan waktu penyelesaian setiap tahapan menunjukkan bahwa responden hanya mengalami kendala pada tahap [5—6] yaitu melakukan pencarian sampai menemukan judul artikel yang dicari (Gambar 12). Hal ini mengindikasikan bahwa responden akademis cukup mudah mempelajari antarmuka web”E-Library” namun responden kesulitan melakukan pencarian pada menu “Jurnal Indonesia (ISJD)” (Tabel 3). Perbaikan menu pencarian perlu dilakukan untuk meningkatkan usability web “E-Library” PDIILIPI. Responden industri memerlukan waktu 497 detik untuk menyelesaikan tugas pengujian. Responden industri mengalami kendala pada penyelesaian tahap [2—3] (memilih menu “E-Library”) dan tahap [5—6] (menemukan judul artikel yang dicari) (Gambar 12). Jumlah kesalahan pada tahapan tersebut juga merupakan yang paling tinggi yaitu empat belas dan duapuluh empat (Tabel 3). Pada tahap [2—3], responden melakukan kesalahan dengan melakukan pencarian pada menu “Katalog Perpustakaan”. Responden menganggap semua koleksi perpustakaan ada pada “Katalog Perpustakaan”. Perancangan sebuah menu pencarian pada antarmuka yang Pengujian Cognitive Walkthrough Antarmuka Perpustakaan Digital ... | Ira Maryati
37
memungkinkan pencarian terhadap seluruh koleksi perpustakaan penting dilakukan. Pada tahap [5—6], responden beberapa kali mengalami kegagalan pencarian. Responden sudah menggunakan menu pencarian berdasarkan judul dan keyword, tetapi mengalami beberapa kali kegagalan sehingga jumlah kesalahan tinggi (Tabel 3). Oleh karena itu, perbaikan terhadap menu pencarian “Jurnal Indonesia (ISJD)” perlu dilakukan. Waktu penyelesaian tugas pengujian pada menu “Jurnal Indonesia (ISJD)” oleh responden umum adalah 453 detik, melebihi waktu standar 101 detik. Perbandingan waktu penyelesaian tugas pada setiap tahapan menunjukkan bahwa tahapan pengerjaan yang memiliki selisih waktu paling tinggi adalah tahap [5—6] (menemukan judul buku yang dicari). (Gambar 12). Jumlah kesalahan yang tinggi pada tahap [5—6] (Tabel 3) juga menunjukkan adanya kendala yang dihadapi pengguna pada tahapan tersebut. Pada tahap [5—6], responden mengalami kegagalan pencarian pada menu yang sudah benar yaitu “Jurnal Ilmiah (ISJD)”. Oleh karenanya, responden kembali ke antarmuka web “E-Library” kemudian responden melakukan pencarian pada menu yang lain. Hal inilah yang menyebabkan tingginya jumlah kesalahan pada tahapan tersebut. Berikut adalah ringkasan kendala pelaksanaan tugas oleh responden pada pengujian menu “Karya Ilmiah”, “Buku Elektronik”, dan “Jurnal Indonesia (ISJD)” pada antarmuka perpustakaan digital PDII-LIPI dengan tahapan pengerjaan 1. Masuk web PDII-LIPI, 2. Klik menu”Perpustakaan”, 3. Klik menu “E-Library”, 4. Klik “Karya Ilmiah Indonesia”/ “Buku Elektronik”/ Jurnal Indonesia (ISJD)”, 5. Memasukkan kata kunci, 6. Klik Judul pada hasil pencarian dan 7. Dokumen ditemukan. Tabel 4. Kendala Pelaksanaan Tugas pada Pengujian CW oleh Responden terhadap Menu “Karya Ilmiah”, “Buku Elektronik”, dan “Jurnal Indonesia (ISJD)” pada Antarmuka web”ELibrary” PDII-LIPI Tahapan pengerjaan
Responden Mahasiswa
Peneliti
[2--3]
AC
ABC
[3--4]
BC
AC
[4--5]
AC
AC
[5--5]
A
[6--7]
ABC
Akademis
Industri
Umum
[1--2] B
ABC
A
AB
AB
AB
A
B AC
ABC
AC
ABC
[7--8] Keterangan: A = menunjukan adanya kendala pada pengerjaan tahapan tersebut pada pengujian menu “Karya Ilmiah” B = menunjukan adanya kendala pada pengerjaan tahapan tersebut pada pengujian menu “Buku Elektronik” C = menunjukan adanya kendala pada pengerjaan tahapan tersebut pada pengujian menu “Jurnal Indonesia (ISJD)”
5. KESIMPULAN Hasil pengujian terhadap menu “Karya Ilmiah”, “Buku Elektronik”, dan “Jurnal Indonesia (ISJD)” pada antarmuka web perpustakaan digital PDII-LIPI menunjukkan bahwa pada umumnya responden 38
BACA: Jurnal Dokumentasi dan Informasi, 35 (1) Juni 2014
masih mengalami kendala pada tahapan memilih menu “Perpustakaan”, menemukan menu “E-Library”, memilih menu yang tepat untuk melakukan pencarian informasi melalui kotak pencarian yang tersedia. Responden pada umumnya membutuhkan waktu yang lama untuk mempelajari antarmuka utama web PDII-LIPI dengan cara membuka beberapa menu, sebelum membuka menu “Perpustakaan”. Penempatan “E-Library” sebagai sub menu “Perpustakaan” membuat “E-Library” tidak dijadikan sebagai pilihan utama dalam melakukan pencarian konten perpustakaan. Responden dalam penelitian ini juga mengalami beberapa kekeliruan ketika menentukan menu yang digunakan untuk melakukan pencarian. Hal ini menyebabkan terjadinya penurunan efektivitas pencarian informasi yang diinginkan.
DAFTAR PUSTAKA Brinck T, Gergle D, and Wood SD. 2002. Designing website that work usability for the web. California, USA: Academic Press. Cherry, Joan M. and Duff, Wendy M. 2002. Studying digital library users over time: A Follow-up survey of Early Canadiana Online. Information Research, 7 (2), Januari. http://informationr.net/ir/7-2/ paper123.html (Diakses 13/6/2012). Galitz W.O. 2002. The Essential guide to user interface design. Canada, USA: John Wiley & Sons, Inc. Jacobsen N and John B. 2000. Two case studies in using cognitive walkthrough for interface evaluation. Pittsburgh, Philadelphia: Human Computer Interaction Institute, School of Computer Science, Carnegie Mellon University. http://reports-archive.adm.cs.cmu.edu/anon/2000/CMU-CS-00-132.pdf. (Diakses 14/11/2013). Koehler, W. 1999. Digital libraries and world wide web sites and page persistence. Information Research, 4 (4), July. http://informationr.net/ir/4-4/paper60.html. (Diakses 5/6/2012). Lewis C., Polson P., Wharton C., and Rieman J. 1990. Testing a walkthrough methodology for theory based design of walk-up-and-use interface. In Proceeding of ACM CHI’90 Conference, New York: 235-242. Ling C. 2005. Advances in heuristic usability evaluation method, Dissertation. Ann Arbor: ProQuest Information and Learning Company. [Sub.bid.Perpus] Sub. Bidang Perpustakaan PDII-LIPI. 2013. Pemanfaatan jasa perpustakaan PDIILIPI (Tahun 2004-2013): Laporan Layanan. Jakarta: PDII-LIPI Nielsen J. 1994. Usability Engineering. California, USA: Academic Press. Ibid. 2000. Why you only need to test with 5 user. http://www.nngroup.com/articles/why-you-only-needto-test-with-5-users/ (Diakses 12/9/ 2013). PDII-LIPI. 2010. Bibliotainment. http://elib.pdii.lipi.go.id. (Diakses 5/5/2011). Pendit, P.L. 2005. Perpustakaan digital: Perspektif perpustakaan perguruan tinggi Indonesia. Depok: Perpustakaan Universitas Indonesia. Rauterberg M. 2006. Usability engineering evaluation method. http://www.idemployee.id.tue.nl/ g.w.m.rauterberg/lecturenotes/JFS-lecture/JFS-USI-primer-8.pdf (Diakses 5/7/2011]. Ruttkay Z. and Akker R. 2008. Affordances and cognitive walkthrough for analyzing human-virtual human interaction. Verbal and Nonverbal Features of Human-Human and Human-Machine Interaction, Lecture Notes in Computer Science. 5042: 90-106. TechSmith Coorporation. 2002. Camtasia studio & Camtasia: Mac. http://www.techsmith.com/download/camtasia/ (Diakses 5/7/2011). Thong J.Y.L. 2002. Understanding user acceptance of digital libraries: What are the roles of interface characteristics, organizational context, and individual differences? Int. J. Human-Computer Studies. 57: 215–242. Tullis T and Albert B. 2008. Measuring the user experience: Colleccting, analyzing, and presenting usability metric. Burlington: Morgan Kaufmann Publishers. Wang X. 2008. Design and evaluation of intelligent menu interface through cognitive walkthrough procedure and automated logging for management information system. 11th International Conference, CSCWD 2007, Melbourne, Australia, April 26-28, 2007. Revised Selected Papers. http:// download.springer.com /static/pdf/614/chp%253A10.1007%252F978-3-540-927198_37.pdf?auth66= 1386214326_4c16eee6e15f1647052c4b7f36bd9297&ext=.pdf (Diakses 21/11/ 2013).
Pengujian Cognitive Walkthrough Antarmuka Perpustakaan Digital ... | Ira Maryati
39
40
BACA: Jurnal Dokumentasi dan Informasi, 35 (1) Juni 2014
PENINGKATAN MANFAAT KOLEKSI PERPUSTAKAAN MELALUI PERPUSTAKAAN DIGITAL Oleh Arif Rifai Dwiyanto Sekretaris Umum Jaringan Perpustakaan Digital Indonesia (IDLN) [email protected]
Tujuan dari tulisan ini adalah memberikan wawasan mengenai perpustakaan digital dan manfaatnya. Dibahas pula kendalakendala yang dihadapi dan bagaimana upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi kendala-kendala tersebut.
Pendahuluan Sebuah perpustakaan sering dikatakan sebagai jantung informasi dalam setiap institusi, bahkan konon dengan melihat perpustakaannya kita sudah dapat melihat kualitas pendidikan yang diberikan oleh institusi tersebut. Dalam perkembangannya perpustakaan tidak lepas dari teknologi. Teknologi informasi dan internet telah mengakibat-kan banyaknya koleksi (resource) yang tersedia dalam bentuk digital sehingga muncul gagasan untuk membentuk perpustakaan digital. Kalau kita berbicara mengenai perpustakaan digital, maka kita akan membicarakan dua hal yaitu “perpustakaan” dan “digital”, dua kata yang membentuk istilah “perpustakaan digital”.
Perpustakaan sebagai tempat belajar dan pengelola pengetahuan
Perpustakaan tentunya sudah menjadi hal yang umum bahkan wajib di setiap institusi pendidikan, namum belum semua
orang memahami peran perpustakaan tersebut.
dan
fungsi
Tujuan dan fungsi suatu perpustakaan adalah mengumpulkan, menata, melestarikan, dan menyediakan bahan pustaka dalam berbagai bentuk (tidak hanya buku dan naskah, tetapi juga film, foto, cetakan, peta, rekaman suara, pita visual, piringan, dan lain-lain), dan semua bahan yang mempunyai kemampuan memuat atau merekam pengetahuan dan pikiran manusia. Semua bahan tadi dengan perbedaan waktu, peradaban, dan bentuk merupakan ungkapan kehidupan intelektual dan budaya pada suatu masa dan tempat tertentu. Pengertian lainnya menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, perpustakaan adalah tempat atau gedung yang disediakan untuk pemeliharaan dan penggunaan koleksi buku dan sebagainya. Selain itu, dapat juga diartikan sebagai koleksi buku, majalah, dan bahan kepustakaan lainnya yang disimpan untuk dibaca, dipelajari, dibicarakan. Carl T. Rowan bahkan mengatakan bahwa "The library is the temple of learning, and learning has liberated more people than all the wars in history". Peran perpustakaan adalah sebagai wahana untuk belajar, dan proses belajar telah memerdekakan manusia lebih banyak dari pada peperangan 7
Jadi dari penjelasan diatas, perpustakaan bukan sekedar tempat penyimpanan buku, tetapi mempunyai peran yang jauh lebih penting sebagai tempat belajar dan untuk mengelola pengetahuan. Pengetahuan dalam berbagai bentuk tersebut dikumpulkan, ditata, dilestarikan, disediakan untuk pengguna, dan disebarluarkan, untuk dibaca, dipelajari, dibicarakan, dan kemudian dimanfaatkan untuk masyarakat
Era Digital “dari Atom ke Bit” Semua berawal ketika manusia menggunakan akalnya untuk menghitung dan menggunakan tubuhnya (jari-jemari) sebagai alat hitung, maka muncul konsep angka atau digit. Pada abad 17, Leibniz membuktikan bahwa semua angka dapat dinyatakan dengan angka “0” dan “1” yang dikenal dengan binary digit. Binary digit atau sering disebut bit ini kemudian dapat digunakan untuk melakukan kalkulasi otomatis dan pada akhirnya tercipta alat hitung atau komputer. Akhirnya bit menjadi elemen dasar dari informasi (text, gambar dan suara), informasi dinumerasikan/ didigitalkan dan kita masuk ke dalam era digital. Dalam bukunya “Being Digital” Negroponte menyatakan bahwa dalam era digital terjadi peralihan dari atom ke bit, artinya semakin banyak koleksi yang disebarkan dalam bentuk digital daripada bentuk fisik/tercetak. Bentuk digital lebih mudah dan lebih cepat untuk disebarluaskan, lebih kecil penyimpanannya, lebih mudah untuk diperbanyak dan masih banyak keuntungan lain. Melihat keuntungan tersebut, pada akhirnya buku-buku akan disebarluaskan
8
dalam dua bentuk baik dalam bentuk tercetak maupun dalam bentuk digital. Seiring dengan itu, Internet telah menjadi jaringan informasi global, dan semakin banyak koleksi digital yang di-online-kan di Internet. Penelitian dari citeseer menyebutkan bahwa koleksi digital yang dipublish di Internet (online) lebih banyak dikutip dibandingkan koleksi yang tidak online, dengan kata lain koleksi online lebih banyak dimanfaatkan dibandingkan koleksi yang tidak di-online-kan. Perpustakaan dengan peran dan fungsi diatas mau tidak mau, dalam era digital ini, pada akhirnya juga akan mengelola koleksi digital, sehingga muncul gagasan untuk membangun perpustakaan digital.
Perpustakaan Digital Definisi perpustakaan digital menurut Digital Library Federation adalah “Digital Libraries are organization that provide the resources, including the specialized staff, to select, structure, offer intellectual access to, interpret, distribute, preserve the integrity of, and ensure the persistence over time of collections of digital works so that they are readily and economically available for use by a defined community or set of communities”. Dari definisi diatas objek-objek yang ada dalam perpustakaan digital adalah: -
koleksi digital staf pengelola perpustakaan digital komunitas pengguna perpustakaan digital
Perpustakaan digital dapat dibentuk dengan mendigitalkan dan atau mengumpulkan koleksi-koleksi digital yang telah ada di masing-masing lembaga.
Dalam pelaksanaanya khususnya di Indonesia ada beberapa kendala dalam penerapan perpustakaan digital diantaranya: -
undang-undang/peraturan budget/anggaran yang kurang SDM Infrastruktur telekomunikasi penetrasi komputer yang rendah penetrasi internet yang rendah budaya E-leadership
Namun kendala-kendala tersebut bukannya tidak dapat diatasi, beberapa hal akan dibahas dalam tulisan ini. Hak Cipta
Setidaknya saat ini ada dua Undangundang yang terkait dengan perpustakaan digital yaitu Undang-undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta dan Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) yang baru saja disahkan. Sebagai kewajiban WTO Indonesia diwajibkan meratifikasi undang-undang Intellectual Propery Right. Undang-undang ini penuh batasan-batasan, namun masih ada celah dalam undang-undang tersebut yang bisa dijadikan landasan untuk mengumpulkan koleksi digital. Berikut cuplikan isi undang-undang tersebut: Undang-undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta Pasal 14 Tidak dianggap sebagai pelanggaran Hak Cipta: a. Pengumuman dan/atau Perbanyakan lambang Negara dan lagu kebangsaan menurut sifatnya yang asli; b. Pengumuman dan/atau Perbanyakan segala sesuatu yang diumumkan dan/atau diperbanyak oleh atau atas
c.
nama Pemerintah, kecuali apabila Hak Cipta itu dinyatakan dilindungi, baik dengan peraturan perundang-undangan maupun dengan pernyataan pada Ciptaan itu sendiri atau ketika Ciptaan itu diumumkan dan/atau diperbanyak; atau Pengambilan berita aktual baik seluruhnya maupun sebagian dari kantor berita, Lembaga Penyiaran, dan surat kabar atau sumber sejenis lain, dengan ketentuan sumbernya harus disebutkan secara lengkap.
Pasal 15 Dengan Syarat bahwa sumbernya harus disebutkan atau dicantumkan, tidak dianggap sebagai pelanggaran Hak Cipta: a. penggunaan Ciptaan pihak lain untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah dengan tidak merugikan kepentingan yang wajar dari Pencipta; … e. Perbanyakan suatu ciptaan selain program komputer, secara terbatas dengan cara atau alat apapun atau proses yang serupa oleh perpustakaan umum, lembaga ilmu pengetahuan atau pendidikan, dan pusat dokumentasi yang nonkomersial semata-mata untuk keperluan aktivitasnya;
Berdasarkan undang-undang yang berlaku, masih memungkinkan perpustakaan untuk memperbanyak koleksi digital yang dimiliki sepanjang menyebutkan sumbernya. Namun yang lebih diharapkan adalah kesadaran masing-masing individu/ lembaga untuk menyebarkan karya ciptanya tanpa batasan secara online dan menjadikannya sebagai milik umum (public domain).
9
Jaringan Perpustakaan Indonesia
Digital
Salah satu sifat luhur bangsa kita adalah sifat “gotong-royong”. Dengan gontongroyong banyak kendala yang dapat diselesaikan. Semangat inilah yang mendorong dibentuknya jaringan perpustakaan digital Indonesia atau yang dikenal dengan IndonesiaDLN. Dalam jaringan IndonesiaDLN terdapat lembaga maupun individu yang mengembangkan perpustakaan digital masingmasing, dan dalam jaringan ini mereka saling berbagi koleksi digitalnya. Dari kontribusi anggota-anggotanya kemudian terkumpul koleksi dalam bentuk digital yang dapat diakses langsung oleh masyarakat luas melalui internet. Koleksi yang dikelola dalam jaringan ini sangat beragam, sesuai dengan jenis pengetahuan yang dimiliki dan dihasilkan oleh para anggotanya. Mulai dari artikel, tugas akhir atau skirpsi, thesis, disertasi, laporan penelitian, kliping, bahan ajar, gambar, musik, suara, multimedia, dan lain sebagianya. Misi IndonesiaDLN adalah membuka kunci akses pengetahuan yang dimiliki bangsa Indonesia dan menyediakan akses seluas mungkin kepada masyarakat sesuai dengan kebutuhannya. IndonesiaDLN merupakan suatu upaya untuk mengatasi tantangan pengembangan perpustakaan digital khususnya di Indonesia.
Penutup Saat ini kita telah masuk kedalam era digital, demikian juga perpustakaan juga akan mengelola koleksi digital disamping koleksi yang telah ada saat ini.
10
Koleksi yang di-online-kan lebih banyak dikutip dibandingkan koleksi yang tidak di-online-kan untuk umum, dengan kata lain koleksi online lebih banyak dimanfaatkan dibandingkan koleksi yang tidak online. Dengan membangun perpustakaan digital dan mengonlinekan koleksi dalam bentuk digital (dengan memperhatikan undang-undang yang ada) akan meningkatkan maanfaat koleksi tersebut, namun hal ini harus diiringi oleh kesediaan pemilik karya tersebut untuk membagi pengetahuan dan karya yang dimilikinya menjadi milik umum (public domain). Salah satu upaya peningkatan manfaat koleksi perpustakaan adalah dengan bergabung dalam sebuah jaringan perpustakaan digital. Dalam jaringan ini koleksi akan semakin banyak dan disebarluaskan antar anggota jaringan. Hal ini juga secara tidak langsung menambah pengelola dan pengguna perpustakaan digital tersebut.
Daftar Pustaka Digital Education, Antonio M. Battro and Percival J. Denham, Buenos Aries, May, 1997 Negroponte, N. (1995). Being digital. New York: Alfred A. Knopf.
The Scope of the Digital Library Draft Prepared by Barry M. Leiner for the DLib Working Group on Digital Library Metrics January 16, 1998 Revised October 15, 1998 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta
Jurnal Iqra’ Volume 08 No.02
Oktober 2014
PERKEMBANGAN TEKHNOLOGI INFORMASI PERPUSTAKAAN MENGGUNAKAN DIGITAL LIBRARY SYSTEM DAN KAITANNYA DENGAN KONSEP LIBRARY 3.O Vivid Rizqy Manurung
Abstract Digital library systems has been able to meet the development needs of society in terms of library service in institution. Digital library system contributes the development of digital resources that can be accessed via the internet. Library management system contributed to the development of automation, membership data processing, circulation and cataloguing. In this journal develop digital library systems and library management systems by integrating these two systems architecture. Integration architectures implemented by inserting component library management system into the digital library system architecture. Library 3.O application technology required for these components, in order to be integrated with the digital library components. The system has the advantage of this development application of borrowing, membership, and cataloguing to sharable over the internet, so, the application can be used together. Information can be delivered between library catalogues, without leaving the digital library function in the utilization of shared digital resources derived from uploading by each librarian. Kata Kunci: Digital Library System, Library Management System, Integration, library 3.O application. Pendahuluan Perkembangan dunia Teknologi Informasi (TI) telah menyeluruh menyebar kesemua lini termasuk perpustakaaan. Informasi dalam masyarakat sangatlah mudah untuk diperoleh melalui berbagai media, telah terjadi transisi yaitu perpustakaaan yang konvensional (manual) berkembang kearah perpustakaaan berbasis TI (Digital Library). Perpustakaaan harus mampu mengikuti kebutuhan masyarakat, salah satu hal yang sangat nge-trend adalah pencarian informasi melalui media internet. Internet memberikan kemudahan akses untuk memperoleh informasi, meskipun memberikan kemudahan tetaplah seorang pencari informasi harus selektif terhadap informasi yang diperoleh. Perpustakaaan yang berbasis TI sangat erat hubunganya dengan internet dan internet sangat berhubungan dengan website, jadi ada benang merah antara perpustakaan, internet dan website. Pada era informasi abad ini, teknologi informasi dan komunikasi atau ICT (Information and Communication Technology) telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan global (Subrata, 2009:1). Kehidupan global tersebut membuat lembaga di pemerintahan termasuk lembaga perpustakaan 148
Jurnal Iqra’ Volume 08 No.02
Oktober 2014
berlomba untuk mengintegrasikan ICT guna membangun dan memberdayakan sumber daya manusia berbasis pengetahuan teknologi agar dapat bersaing dalam era global. Persaingan ini memberikan dampak positif bagi lembaga untuk menuju era informasi digital yang perkembangannya semakin cepat seiring waktu berjalan. Perpustakaan saat ini telah berkembang sedimikian pesatnya sesuai perkembangan zaman. Perkembangan perpustakaan dalam beberapa periode ini telah banyak dipengaruhi oleh perkembangan teknologi informasi. Hamim (2012:73) mengemukakan bahwa perpustakaan sebagai salah satu “aktor” yang berperan dalam pengumpulan, pengolahan dan pendistribusian informasi mau tidak mau harus berhadapan dengan apa yang dinamakan teknologi informasi ini. Jika perpustakaan tertinggal atau tidak mengalami perkembangan kemajuan dengan adanya perkembangan informasi tersebut, maka perpustakaan akan ditinggalkan oleh masyarakat karena perpustakaan dianggap sebagai sebuah lembaga yang ketinggalan zaman, kuno dan tidak berkembang seperti pada lembaga pemerintah lainnya yang sudah berkembang sebelum perpustakaan. Teknologi informasi di perpustakaan merupakan bagian dari tolak ukur kemajuan dan modernisasi dari sebuah perpustakaan, baik itu perpustakaan umum, perpustakaan khusus, perpustakaan perguruan tinggi maupun perpustakaan sekolah. Hal ini sejalan dengan apa yang menjadi tuntutan dari masyarakat yang memang sudah mengerti akan segala macam bentuk teknologi Iinformasi. Seiring dengan adanya kabar terbaru ini bahwa World Summit of Information Society (WSIS) yang menjadi Action Plan UNESCO menargetkan pada tahun 2015 sebagian besar penduduk dunia harus memiliki akses terhadap informasi yang berbasis Teknologi Iinformasi dan Komunikasi (TIK). Dengan adanya gejala dan permasalahan serta fenomena inilah membawa dampak kepada apa yang disebut dengan Layanan Perpustakaan Berbasis Teknologi Informasi dan komunikasi (ICT). Perkembangan ICT ini akhirnya melahirkan sebuah perpustakaan berbasis komputer. Perpustakaan berbasis komputer seperti ciri adanya automasi perpustakaan dan akhirnya terdapat apa yang disebut perpustakaan digital (Digital Library). Perpustakaan digital secara ekonomis lebih menguntungkan dibandingkan dengan perpustakaan tradisional. Chapman dan Kenney (Subrata 2009), mengemukakan empat alasan yaitu: institusi dapat berbagi koleksi digital, koleksi digital dapat mengurangi kebutuhan terhadap bahan cetak pada tingkat lokal, penggunaannya akan meningkatkan akses elektronik dan nilai jangka panjang koleksi digital akan mengurangi biaya berkaitan dengan pemeliharaan dan penyampaiannya. Maka, pada makalah beirkut akan dibahas pengertian dari perpustakaan digital (Digital Library), sistem perpustakaan digital serta website dalam hal ini kita akan khusus membahas
149
Jurnal Iqra’ Volume 08 No.02
Oktober 2014
penerapan web 3.O untuk perpustakaan atau yang lebih dikenal dengan Library 3.O.
1. Perpustakaan Digital (Digital Library) Istilah perpustakaan digital itu sendiri digunakan sekitar tahun 1994 sebagaimana diuraikan Harter (1997) dalam Chisenga (2003), penggunaan istilah perpustakaan digital secara relatif dapat ditelusuri dalam tahun 1994 melalui pembentukan Digital Libraries Initiative (DLI) yang didanai bersama oleh National Science Foundation, Advanced Research Projects Agency dan National Aeronautics and Space Administration di Amerika. Perpustakaan Digital adalah sebuah sistem yang memiliki berbagai layanan dan obyek informasi yang mendukung akses objek informasi tesebut melalui perangkat digital (Sismanto, 2008). Lesk (dalam Pendit, 2007) memandang perpustakaan digital secara sangat umum sebagai mata-mata kumpulan informasi digital yang tertata. Arms (dalam Pendit, 2000) memperluas sedikitnya dengan menambahkan bahwa koleksi tersebut disediakan sebagai jasa dengan memanfaatkan jaringan informasi. Selain istilah perpustakaan digital (Digital Library) terdapat juga istilah lain seperti Electronic Library, Virtual Library, Cyber Library, dan lain sebagainya dimana semua itu memiliki makna yang sama yaitu perpustakaan yang memiliki koleksi dalam bentuk digital dan dapat diakses oleh para pengguna dimanapun dan kapanpun. Perbedaan “perpustakaan biasa” dengan “perpustakaan digital” terlihat pada keberadaan koleksi (Subrata, 2009:5). Koleksi digital tidak harus berada di sebuah tempat fisik, sedangkan koleksi biasa terletak pada sebuah tempat yang menetap, yaitu perpustakaan. Perbedaan kedua terlihat dari konsepnya. Konsep perpustakaan digital identik dengan internet atau komputer, sedangkan konsep perpustakaan biasa adalah buku-buku yang terletak pada suatu tempat. Perbedaan ketiga, perpustakaan digital bisa dinikmati pengguna dimana saja pengguna itu berada dan dengan tanpa terbatasnya waktu, sedangkan pada perpustakaan biasa pengguna menikmati di perpustakaan dengan jam-jam yang telah diatur oleh kebijakan organisasi perpusakaan tersebut. National Information Standards Organization (NISO, 2007) dalam karyanya berjudul: “A Framework of Guidance for Building Good Digital Collections” menguraikan komponen-komponen utama yang diperlukan sebagai standar pengembangan perpustakaan digital. Ada empat jenis kriteria yang harus menjadi pokok utama, yaitu: a. Collection (organized groups of object), dengan prinsip-prinsip pengembangannya sebagai berikut: 1. Diwujudkan berdasarkan pada kebijakan pengembangan koleksi yang jelas. 2. Koleksi sebaiknya dideskripsikan. 3. Dipelihara sepanjang waktu. 4. Tersedia secara luas. 150
Jurnal Iqra’ Volume 08 No.02
5. 6. 7. 8. 9.
Oktober 2014
Menghormati hak atas kekayaan intelektual. Memiliki mekanisme. Koleksi interoperable. Terintegrasi dengan alur kerja yang ada dalam institusi. Berkelanjutan sepanjang waktu.
b. Object (digital materials), prinsip-prinsip yang dapat dijadikan pedoman: 1. Eksis dalam format yang mendukung penggunaan yang diinginkan. 2. Bisa dipelihara dimana obyek tidak akan menimbulkan rintangan dan dapat diakses setiap saat. 3. Bermakna dan berguna di luar konteks lokal, mudah dipindahkan, bisa digunakan kembali, dan dapat dipertukarkan. 4. Ditandai dengan identifier yang tetap dan bersifat unik. 5. Dapat diautentifikasi. 6. Memiliki metadata berkaitan. c. Metadata (information about objects and collection), prinsip-prinsip yang dapat digunakan: 1. Metadata sesuai dengan standar komunitas. 2. Mendukung interoperability. 3. Menggunakan authority control (mengatur sumber) dan standar konten. 4. Mencakup tentang pernyataan tentang syarat- syarat penggunaan obyek digital. 5. Mendukung pemeliharaan dan preservasi jangka panjang terhadap obyek dalam koleksi. d. Initiatives (programs or project to create and manage collections), prinsipprinsip yang dapat diterapkan: 1. Memiliki desain dasar dan komponen perencanaan. 2. Memiliki staf yang sesuai dengan keahlian yang diperlukan untuk mencapai sasaran. 3. Mengikuti best practices untuk manajemen proyek. 4. Memiliki komponen evaluasi. 5. Memasarkan dan menyebarluaskan informasi tentang proses dan hasil proyek kepada pemangku kepentingan. 2. Perkembangan perpustakaan digital 1. Sejarah Perpustakaan Digital Lahirnya konsep dan ide mengenai perpustakaaan digital sebenarnya sudah ada sejak tahun 1945 yaitu tepatnya pada bulan juli 1945, dimana istilah dan ide tersebut dicetuskan oleh Vannevar Bush. Pada saat itu beliau mengeluhkan penyimpanan informasi manual yang menghambat akses terhadap penelitian yang sudah dipublikasikan. Untuk itu, beliau mengajukan ide untuk membuat catatan dan perpustakaan pribadi (untuk buku, rekaman/dokumentasi dan komunikasi) yang termekanisasi. Selama dekade 1950-an dan 1960-an keterbukaan akses terhadap koleksi perpustakaan terus diusahakan oleh peneliti, pustakawan, dan pihak-pihak lain, tetapi teknologi 151
Jurnal Iqra’ Volume 08 No.02
Oktober 2014
yang ada belum cukup menunjang. Baru pada awal 1980-an fungsi-fungsi perpustakaan telah diotomasi melalui perangkat komputer, namun hanya pada lembaga-lembaga besar mengingat tingginya biaya investasi. Misalnya pada Library of Congress di Amerika yang telah mengimplementasikan sistem tampilan dokumen elektronik (electronic document imaging systems) untuk kepentingan penelitian dan operasional perpustakaan. Pada awal 1990-an hampir seluruh fungsi perpustakaan ditunjang dengan otomasi dalam jumlah dan cara tertentu. Fungsi-fungsi tersebut antara lain pembuatan katalog, sirkulasi, peminjaman antara perpustakaan, pengelolaan jurnal, penambahan koleksi, kontrol keuangan, manajemen koleksi yang sudah ada dan data pengguna. Dalam periode ini komunikasi data secara elektronik dari satu perpustakaan ke perpustakaan lainnya semakin berkembang dengan cepat. Pada tahun 1994, Library of Congress mengeluarkan rancangan National Digital Library dengan menggunakan tampilan dokumen elektronik, penyimpanan dan penelusuran teks secara elektronik dan teknologi lainnya terhadap koleksi cetak dan non-cetak tertentu. Pada September 1995, enam universitas di Amerika diberi dana untuk melakukan proyek penelitian perpustakaan digital. Penelitian yang didanai NSF/ARPA/NASA ini melibatkan peneliti dari berbagai bidang, organisasi penerbit dan percetakan, perpustakaan-perpustakaan dan pemerintah Amerika sendiri. Proyek ini cukup berhasil dan menjadi dasar penelitian perpustakaan digital di dunia. 2. Perkembangan Perpustakaan Digital Salah satu strategi untuk pengembangan perpustakaan adalah melalui pengembangkan perpustakaan berbasis teknologi informasi dan komunikasi (ICT base), hal ini sesuai dengan perkembangan dunia perpustakaan bahwa perkembangan mutakhir di bidang perpustakaan adalah perpustakaan digital. Wahono (2006) berpendapat bahwa perkembangan dunia perpustakaan dimulai dari perpustakaan tradisional yang hanya terdiri dari kumpulan koleksi buku tanpa katalog, kemudian perpustakaan semi modern yang menggunakan katalog. Perkembangan mutakhir adalah perpustakaan digital yang memiliki keunggulan dalam kecepatan pengaksesan karena berorientasi ke data digital dan media jaringan komputer (internet). Konsep dan ide perpustakaan digital pun dari tahun ke tahun mulai mengalami perkembangan seiring dengan beragamnya kebutuhan akan informasi oleh masyarakat. Berbagai macam aplikasi perpustakaan digital yang telah ada dan dikembangkan secara terus menerus, guna untuk memenuhi kebutuhan masyarakat terutama para pengguna perpustakaan. Konsep dan ide tersebut berkaitan dengan berbagai faktor, seperti faktor layanan publik yang menjadi prioritas utama dan program unggulan pemerintah di bidang perpustakaan. Berikut aplikasi-alplikasi perpustakaan digital di lihat dari sudut perkembangannya: a. Greenstone Digital Library (GSDL)
152
Jurnal Iqra’ Volume 08 No.02
Oktober 2014
Salah satu aplikasi dari perpustakaan digital adalah Greenstone Digital Library (GSDL). “Greenstone is a suite of software for building and distributing digital library collections. It provides a new way of organizing information and publishing it on the Internet or on CD-ROM. Greenstone is produced by the New Zealand Digital Library Project at the University of Waikato, and developed and distributed in cooperation with UNESCO and the Human Info NGO. It is open-source, multilingual software, issued under the terms of the GNU General Public License. Read the Greenstone Factsheet for more information”. (http://www.greenstone.org/). GSDL tersebut merupakan perangkat lunak yang bersifat “open-source” dan bertujuan untuk membangun, merawat dan mendistribusikan koleksi perpustakaan secara digital baik secara on-line maupun off-line (Tafqihan, 2010:105). Pengembangan GSDL ini melalui Proyek Pengembangan Perpustakaan Perpustakaan Digital New Zealand (New Zealad Digital Library Project) di bawah koordinasi Ian H. Witten dari University of Walikoto New Zealand pada tahun 2004, atas kerja sama dan dukungan dari UNESCO, serta The Human Info NGO, Belgia. Software ini terus diupayakan penyempurnaannya dan penyebarannya ke seluruh dunia secara gratis. Pengoperasian sistem GSDL ini bisa dilakukanpada Sistem Operasi Linux dan Windows dengan source code-nya berupa Perl (Linux), VCC++ dan Perl (Windows), serta Java. Karena sifatnya yang open source inilah, maka sofware ini dapat dimodifikasi untuk kembangkan lebih lanjut. Tahun 2007 muncul versi untuk Windows dan versi untuk Linux. Besar byte Greenstone DLS Windows versi 3.02 kurang lebih 32 MB. Program ini dapat diinstal dan dijalankan pada komputer sistem standalone, sistem jaringan intranet atau internet. Greenstone sangat mudah diinstal, dijalankan dan tampilannya dapat diubah sesuai kebutuhan dengan menggunakan teks HTML dan Javascript. b. Ganesha Digital Library (GDL) Perpustakaan digital juga merambah ke indonesia, dimana pada awal itu yang menerapkan konsep dan ide perpustakaan digital tersebut antara lain seperti beberapa perpustakaan perguruan tinggi. Walaupun masih merupakan hal yang relatif baru, lembaga-lembaga akademik terutama perguruan tinggi merespon lebih cepat mengenai ide dan konsep perpustakaan digital. Dengan tuntutan akan kebutuhan informasi oleh civitas akademika terutama para mahasiswa akhirnya diwujudkanlah proses digitalisasi tersebut yang kemudian melahirkan suatu konsep dan ide perpustakaan digital tersebut. Banyak beberapa perpustakaan perguruan tinggi sekitar tahun 90-an yang telah membuat perpustakaan digital, antara lain seperti ITB, ITS. Pada saat itu perpustakaan ITB menggunakan aplikasi yang bernama Genesha Digital Library (GDL). Ganesha Digital Library (GDL), sama seperti Greenstone yang merupakan perangkat lunak yang ditunjukkan untuk pengelolaan perpustakaan digital. Tafqihan (2010:109) mengemukakan bahwa project GDL merupakan upaya sukarela yang dikembangkan oleh tim Knowledge 153
Jurnal Iqra’ Volume 08 No.02
Oktober 2014
Management Reseach Group (KMRG) Institut Teknologi Bandung (ITB) dengan tujuan untuk memanfaatkan modal intelektual (intelectual capital) dari civitas akademika ITB yang meliputi artikel, jurnal, tugas akhir, thesis, disertasi, hasil penelitian, expertise directory dan lain-lain. Awal munculnya GDL ini sekitar tahun 1998, akan tetapi hanya dioperasikan sebatas lingkungan ITB yang dimana sebagian besar koleksinya terdiri atas laporan penelitian, skripsi, tesis, disertasi, proceeding dan grey literature. Project dari GDL tersebut awalnya adalah bertujuan untuk mengelola (knowledge management) dan saling berbagi ilmu pengetahuan (knowledge sharing), agar ilmu pengetahuan yang dihasilkan oleh civitas ITB seperti mahasiswa, dosen, peneliti, dan staff lainnya dapat dapat dimiliki kembali oleh ITB serta agar dapat dimanfaatkan secara lebih luas. Akhirnya terdapat solusi yaitu dengan mengumpulkan, mengorganisasikan, menyimpan secara elektronik dan menyebarkannya ke lingkungan yang membutuhkan. Sekitar tahun 2000 akhirnya muncul GDL untuk versi umum, dimana dimulai dari GDL versi 3. GDL versi 3 tersebut dapat menampung ilmu pengetahuan dalam format apapun. Berbagai macam jenis file yang dapat ditampun oleh GDL versi 3 tersebut antara lain, teks, suara, gambar, peta, maupun video. Tafqihan (2010, 1090) mengemukakan format file yang ditampilkan pada GDL ini berupa metadata yang merupakan informasi data ilmu pengetahuan yang berasal dari konversi dari media cetak dan analog ke dalam file gambar berupa file JPG dan GIF, dan untuk multimedia berupa file MP3, Real Media, AVI dan ASF. Baru-baru ini terdapat GDL versi 4.2 yang merupakan pengembangan dari GDL versi 3. Beberapa perguruan tinggi telah menerapkan GDL versi 4.2 ini salah satunya adalah Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), dimana pada perpustakaan tersebut GDL ini memang khusus dibuat untuk mengupload file-file digital. Pengguna dapat mendownload file dengan format teks, baik itu untuk dibaca di komputer ataupun dicetak di kertas. Selain itu pengguna juga dapat belajar misalkan bahasa asing, mendengarkan pidato, ceramah dan lain sebagainya dengan mendengarkan multimedia suara yang pernah diadakan sebelumnya. Serta video-video dapat juga dilihat dari komputer yang telah terhubung ke GDL bagian multimedia video. c. Senayan Library Information Management System (SLIMS) Perkembangan-perkembangan perpustakaan digital tentunya juga semakin berkembang dari tahun ke tahun dari yang dulunya aplikasi yang hanya dapat untuk mengelola file digital namun kini aplikasi-aplikasi untuk automasi perpustakaanpun juga dapat mengelola file digital salah satunya seperti Senayan Library Information Management System (SLIMS). SLIMS merupakan suatu Open Source Software (OSS) berbasis web untuk memenuhi 154
Jurnal Iqra’ Volume 08 No.02
Oktober 2014
kebutuhan automasi perpustakaan (library automation) skala kecil hingga skala besar dalam (Manual Senayan Library Information Management System). Keunggulan SENAYAN lainnya adalah multi-platform, yang artinya bisa berjalan secara hampir di semua Sistem Operasi yang bisa menjalankan bahasa pemrograman PHP dan RDBMS MySQL. SENAYAN sendiri dikembangkan di atas platform GNU/ Lin- ux dan berjalan dengan baik di atas platform lainnya seperti Unix *BSD dan Windows. Banyak perpustakaanperpustakaan yang menerapkan aplikasi ini baik itu perpustakaan perguruan tinggi, umum, sekolah maupun perpustakaan khusus. Berikut merupakan perkembanagn dari SLIMS sendiri dari tahun-ketahun: 13 Maret 2008 Portable Senayan 3.0 (based on senayan3 stable1) 21 Maret 2008 Portable Senayan 3.1 (based on senayan3 stable2) 24 Maret 2008 Portable Senayan 3.2 (based on senayan3 stable3) Portable Senayan 3.3 (based on senayan3 stable4) 1 Juni 2008 Portable Senayan 3.4 (based on senayan3 stable5) 18 Agustus 2008 Portable Senayan 3.5 (based on senayan3 stable6) 21 September 2008 Portable Senayan 3.6 (based on senayan3 stable7) 13 Januari 2009 Portable Senayan 3.7 (based on senayan3 stable8) 14 Maret 2009 Portable Senayan 3.8 (based on senayan3 stable9) 7 April 2009 Portable Senayan 3.9 (based on senayan3 stable1022 Juli 2009 Patch1) Portable Senayan 3.10 (based on senayan3 17 Oktober 2009 stable11) 24 November 2009 Portable Senayan 3.11 (based on senayan3 stable12) 24 Maret 2010 24 Maret 2010 Portable Senayan 3.12 (based on senayan3 stable132011 – sekarang patch2) Portable Senayan 3.13 (based on senayan3 stable14/Seulanga) Senayan3-Stable15 /Matoa2012 Meranti 2013 Cendana
Perkembangan perpustakaan digital pun terutama dalam hal sistem aplikasi yang digunakan sebenarnya masih banyak lagi dan bahkan dari tahun ketahun akan terus mengalami perkembangan seiring perkebangan teknologi dan informasi yang semakin berkembang. Perpustakaan digital yang di lihat dari sudut pandang perkembangan aplikasi mempunyai tingkatan yang lebih cepat berkembang daripada perkembangan sumber daya manusia. Perkembangan sistem aplikasi yang mengikuti sumber daya manusia terjadi di negara-negara maju namun di Indonesia yang terjadi adalah sistem yang diikuti oleh sumber daya manusia. Hasil dari tersebut maka sumber daya manusia harus selalu update terhadap sistem baru mengenai perpustakaan digital. 155
Jurnal Iqra’ Volume 08 No.02
Oktober 2014
3. Library 3.O Telah kita ketahui sebelumnya bahwa dalam Undang-undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan (UU No 43 Th 2007) menyebutkan bahwa perpustakaan adalah institusi pengelola koleksi karya tulis, karya cetak, atau karya rekam secara profesional dengan sistem yang baku guna memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi, dan rekreasi para pemustaka. “Library is the growing organism” yang berarti perpustakaan adalah organisasi yang berkembang. Dengan adanya perkembangan teknologi informasi, perpustakaan dituntut untuk lebih aktif, dinamis, cepat, tepat dan akurat dalam segala hal baik dalam pelayanan maupun penelusuran sumber informasi. Hal ini dilakukan agar keeksistensian perpustakaan dapat dipertahankan di tengah maraknya penyedia informasi yang lebih canggih yang menjadi kompetitor bagi perpustakaan Sehingga perpustakaan harus memahami konsep teknologi yang bagaimana agar tetap berkembang dan tidak di tinggalkan oleh penggunanya. Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat dan cepat perpustakaan kini telah menerapkan konsep perpustakaan yang berbasis teknologi seperti library 2.0. Library 2.0 adalah Menurut Nugraha (2012:4), Library 2.0 adalah model perpustakaan yang layanannya beriorientasi kepada user/ patron, kolaborasi antara pustakawanuser, pustakawan-pustakawan dan melibatkan penerapan teknologi web 2.0 pada sistem informasi dan website perpustakaan. Dengan adanya konsep Library 2.0 ini akan mampu memenuhi berbagai kebutuhan dari generasi – generasi yang mengakses perpustakaan. Konsep library 2.0 sudah mulai ditinggalkan di dunia internasional, jika kita mengintip konsep Perpustakaan terbaru yaitu konsep library 3.0, konsep library 3.0 merupakan tranformasi lanjutan setelah konsep library 2.0. Dengan tranformasi web yang akan berciri semantik serta ontologi maka web juga berkembang menjadi Web.3.0. Kondisi inilah yang memungkinkan pengembangan konsep Perpustakaan 3.0. Konsep terakhir ini nampaknya akan sangat mempengaruhi cara kerja pustakawan dalam mendeskripsikan pustaka yang berupa multimedia. Aplikasi web 3.0 dalam perpustakaan yang paling menonjol adalah: Semantic Web: web Semantic akan memberikan kita pilihan untuk berbagi, bersatu, mencari dan mengatur informasi web dengan cara yang mudah. Layanan Opac yang di konsep one stop service. Virtual Reference Service untuk melayani pengguna yang jauh dari perpustakaan. GeoTagging ini membantu pengguna untuk menemukan informasi spesifik yang terletak di lokasi tertentu. Ontologies adalah teknik untuk memberikan hubungan semantik kaya antara istilah dan pikiran pengetahuan. Ubiquitous contents konsep ini mengarah pada berbagai bentuk informasi dapat diakses dimana saja tanpa terbatas waktu dan dapat mengggunakan perangkat apa saja.
156
Jurnal Iqra’ Volume 08 No.02
Oktober 2014
Pada dasarnya ruang lingkup Library 3.0 adalah untuk membangun hubungan semantik antara semua isi web yang tersedia untuk memastikan aksesibilitas, kemampuan pencarian yang cepat dan relevan, ketersediaan dan kegunaan. Pustakawan harus proaktif terhadap penggunaan alat dan teknologi terbaru untuk menciptakan sistem perpustakaan virtual. Tetapi tujuan utama pada dasar tetap sama yakni informasi yang tepat kepada pengguna yang tepat pada waktu yang tepat. Dalam konsep Library 3.0 ini ada interaksi antara user dengan perpustakaan secara online, termasuk dalam berjejaring dan terkoneksi antar perpustakaan sehingga semua informasi dapat diakses tanpa harus menunggu pustakawan,” ungkap pakar di bidang perpustakaan Ida Fajar, seperti dikutip dari sindonews.com, Jumat (6/9/2013). Konsep Library 3.0 bisa dikembangkan seiring perkembangan teknologi informasi (TI). Perpustakaan yang memberikan informasi pada pemustaka dengan mengaksesnya tanpa terbatas waktu dan menggunakan berbagai perangkat ini bisa menjadi alternatif tidak dimiliknya pustakawan di perpustakaan perguruan tinggi (PT) atau sekolah. Menurut mantan Kepala Perpustakaan UGM ini, Library 3.0 memudahkan pemustaka untuk mendapatkan respon secara cepat saat mereka mengakses informasi dari jejaring perpustakaan secara real time. Hal ini tidak mereka dapatkan dalam konsep Library 2.0 yang ada selama ini. Dengan konsep baru ini, pemustaka bisa secara virtual terkoneksi dengan perpustakaan. Sebab perpustakaan multimedia semacam itu memiliki aksesibilitas, kemampuan pencarian yang cepat dan relevan, ketersediaan serta kegunaan yang optimal. Library 3.0 berbeda dari Library 2.0 yang saat ini banyak dikembangkan di Indonesia yang baru mencapai koneksi antar jejaring perpustakaan saja tanpa terkoneksi secara virtual,” jelasnya. Ida menambahkan, meski Library 2.0 baru berkembang di Indonesia, konsep itu sudah banyak ditingkatkan di tingkat internasional. Karenanya perpustakaan di negara ini perlu mengembangkan model Library 3.0 agar tidak semakin jauh tertinggal. Web 3.0 memberikan pengaruh yang cukup besar dalam setiap aspek seperti law 3.0, identity 3.0, advertising 3.0, media 3.0, democracy 3.0, termasuk library 3.0 (perpustakaan 3.0). Perpustakaan 2.0 menggunakan web 2.0 tools untuk memberikan layanan perpustakaan dengan tujuan untuk mendekatkan perpustakaan kepada pemakai. Istilah perpustakaan 3.0 ini merupakan kelanjutan layanan dari perpustakaan 2.0. Perbandingan karakteristik perpustakaan 2.0 dan perpustakaan 3.0 adalah sebagai berikut: Tabel 1 Karakteristik Library 2.0 dan Library 3.0 Library 2.0
Library 3.0 157
Jurnal Iqra’ Volume 08 No.02
Catalog with user tags, comments, reviews
Oktober 2014
Transformation
dari tempat penyimpanan yang bersifat terpisah pisah menjadi satu Team built Library blog with RSS feed Ubiquitous connectivity (like WorldCat.org)
memungkinkan info diakses di berbagai media. Semantic Web.
Intuitive services
Sebuah web dengan kemampuan membaca situs semudah manusia membacanya. Satu informasi yang dibutuhkan oleh manusia dapat dengan mudah tersajikan dengan korelasi informasi yang tepat dan cepat. Go to users (IM, podcasts on Ipod, cell The intelligent web, Semantic phone) Web technologies such as RDF, OWL, SWRL, SPARQL, GRDDL, semantic application platforms, and statement-based datastores; User services are core Distributed databases, database terdistribusi dalam WWD ( World Wide Database ) Intelligent applications. Library 3.0 adalah model perubahan perpustakaan dengan tujuan tertentu secara terus-menerus. Perubahan ini melibatkan partisipasi aktif dari pengguna dalam upaya peningkatan pelayanan perpustakaan bagi current users maupun untuk menjangkau pengguna potensial (potensial users). Menurutnya terdapat tiga komponen utama dalam Library 3.0, yaitu: 1. Model yang mengikuti perubahan secara terus-menerus dengan tujuan tertentu 2. Library 3.0 memberdayakan pengguna perpustakaan melalui partisipatif, layanan user-driven 3. Meningkatkan layanan kepada pengguna perpustakaan saat ini maupun menjangkau pengguna potensial perpustakaan Library 3.0 menggunakan web 3.0 tools untuk memberikan layanan perpustakaan, seperti blogs, wikis, RSS feeds, social bookmarks, tagging, facebook, twitter. Beberapa perpustakaan telah menggunakan alat wiki dalam 158
Jurnal Iqra’ Volume 08 No.02
Oktober 2014
penyediaan layanan. Di Perpustakaan Nasional Singapore (NLS), sebuah platform wiki diciptakan pustakawan untuk bekerja sama dan memberikan jawaban untuk pertanyaan pengguna. Selain menggunakan wiki sebagai alat kolaborasi, beberapa perpustakaan telah menggunakannya untuk membuat penelitian panduan, misalnya, Universitas Ohio menciptakan Wiki Biz untuk membantu peneliti bisnis. Wiki Biz berisi berbagai konten, termasuk informasi tentang referensi buku, website, panduan penelitian (Casey dalam Foo, 2008). Keuntungan dari menggunakan wiki untuk menambah dan mengedit konten dengan mudah dan di mana saja untuk tetap diperbarui. Selain wiki, situs jejaring sosial memberikan peluang besar bagi pustakawan untuk berinteraksi dengan pengguna mereka karena memberikan ruang sosial digital dari pengguna mereka. Situs web dapat digunakan secara efektif untuk menjangkau pengguna potensial dan promosi. Pustakawan bisa mendapatkan informasi dari pengguna melalui berinteraksi dengan mereka. Dengan cara tersebut perpustakaan dengan mudah mengetahui kebutuhan pengguna. Dua perpustakaan yang telah berhasil menggunakan website jaringan sosial adalah Hennepin County Library (HCPL) dan Public Library of Charlotte & Mecklenburg County (PLCMC). HCPL menggunakan MySpace untuk memungkinkan pengguna mengakses koleksi perpustakaan, sementara PLCMC mempunyai blog serta window IM (Foo, 2008).
Perpustakaan juga memanfaatkan video sosial seperti YouTube. Ini digunakan sebagai alat pemasaran. Salah satu perpustakaan yang menggunakan video blogging adalah Arlington Heights Memorial Library. Di samping itu, podcast semakin populer digunakan oleh perpustakaan untuk berbicara buku. Penggunaan lain lazim podcast adalah untuk bercerita. Sebagai contoh, perpustakaan Denver Public menawarkan podcast dari sajak pembibitan saham, dongeng dan cerita anak yang ditulis oleh para pustakawan. Beberapa perpustakaan juga telah menggunakan podcast untuk memberikan instruksi perpustakaan dan program informasi keaksaraan. 4. Librarian 3.O Tantangan lembaga pendidikan di era global sekarang ini mempengaruhi kinerja dari perpustakaan sebagai unsur penunjang dunia pendidikan. Dengan Library 3.0, penciptaan dan penyampaian konten tidak semata-mata dilakukan oleh pustakawan. Web 3.0 memungkinkan pengguna untuk berpartisipasi dalam penciptaan konten bersama-sama dengan pustakawan. Era web 3.0 ini menuntut perpustakaan khususnya pustakawan untuk menjadi “pustakawan 3.0 (librarian 3.0)” yakni memiliki kemampuan komunikasi verbal, memiliki kemampuan komunikasi tulis, open mind dan karakter berbagi, serta memiliki kemampuan teknis. Oleh karena itu sharing 159
knowledge dan pustakawan.
interaksi
Jurnal Iqra’ Volume 08 No.02
Oktober 2014
point
dimiliki
merupakan
yang
harus
para
Menurut Hawamdeh dan Foo (dalam Foo, 2008) mengutarakan bahwa seorang pustakawan/spesialis informasi harus memiliki kompetensi dan kemampuan dalam: 1. Manajemen dan kepemimpinan Merancang strategi untuk mengatasi kebutuhan pengetahuan informasi yang kompleks. b. Mengembangkan, memelihara, mengakses sitem informasi dengan biaya seefektif mungkin c. Memotivasi dan mendorong berbagi pengetahuan d. Mengelola pengetahuan eksternal dan membawa sumber daya berharga ke dalam organisasi dan anggotanya a.
2. Sosial dan komunikasi Kemampuan untuk berinteraksi dan bersosialisasi dengan anggota organisasi sebagai individu, tim, dan masyarakat b. Kemampuan untuk membujuk c. Mampu berkomunikasi dengan jelas, baik secara lisan dan dalam bentuk tertulis. a.
3. Perilaku personal dan atribut, yaitu seorang pustakawan harus mempunyai sikap yang proaktif, responsif, bersahabat, kreatif, percaya diri, sensitif, menyenangkan, sabar, fleksibel, serta kedalaman atau subjek khusus dan latar belakang pengetahuan yang tepat untuk organisasi 4. Strategi berfikir dan kemampuan analisis a. b. c. d. e. f.
Menunjukkan sistem berpikir Memahami proses bisnis Informasi membutuhkan proses bisnis dan tujuan. Kemampuan untuk berpikir logis Buat cara baru untuk memperoleh informasi dan pengetahuan. Buat nilai tambah layanan informasi / sistem / produk.
5. Kemampuan mengakses informasi a. b. c.
Mencocokkan kebutuhan informasi dengan sumber daya informasi Keahlian dalam sumber-sumber dan isi informasi Keahlian dalam mencari informasi
160
Jurnal Iqra’ Volume 08 No.02
Oktober 2014
Kemampuan untuk mengidentifikasi, mengevaluasi dan merekomendasikan sumber informasi e. Memberikan akses informasi f. Kemampuan untuk menerapkan keterampilan organisasi informasi menjadi pengetahuan integrator internet dan pengetahuan intranet d.
6. Alat dan teknologi a. b. c.
Up to date dan familier dengan alat KM & IT dan perkembangannya Penguasaan sistem informasi di rumah Penguasaan alat di rumah untuk pengetahuan menangkap (capture), diseminasi, dan berbagi.
Sebuah situs yang baik dapat dijadikan media belajar interaktif, misalnya pustakawan menulis suatu fenomena tertentu. Kemudian ada siswa/mahasiswa yang mengakses beberapa situs tersebut, serta mengisi comment (komentar) di blog sehingga terjadi komunikasi dalam sebuah blog tanpa di batasi sebuah protokoler antara pustakawan dan pengguna (sivitas akademika pada khususnya). Semakin banyak pustakawan yang aktif nge-blog dengan materi informasi yang sesuai dengan kompetensinya, maka sangat mendukung kegiatan tridharma perguruan tinggi. Oleh karena itu diperlukan subject librarian yakni pustakawan yang ahli/mengkaji suatu bidang tertentu. Pada perpustakaan perguruan tinggi di Indonesia, sangat jarang dijumpai subject librarian. Padahal keberadaan subject librarian sangat dibutuhkan dalam perpustakaan. Perpustakaan yang ideal harus mempunyai sumber daya manusia yang bisa melayani dengan maksimal penggunanya. Pada perpustakaan perguruan tinggi – terdiri dari berbagai fakultas dan jurusan dengan beragam disiplin ilmu – harus bisa memfasilitasi berbagai disiplin ilmu yang ada di dalam universitas yang menaunginya. Dengan demikian diperlukan para subject librarian yang mengkaji berbagai disiplin ilmu yang ada. Pihak perpustakaan perguruan tinggi bisa menyediakan link; misalnya untuk disiplin ilmu manajemen, pengguna bisa berkomunikasi dengan blog subject librarian yang beralamat di search engine manajemen. Sebagai contoh pada perpustakaan fakultas ekonomi, subject librarian mengkaji hal-hal yang berkaitan dengan ilmu ekonomi. Baik itu tentang teori-teori yang ada maupun tentang fenomena-fenomena yang lagi nge-trend di dunia perekonomian. Tentu saja untuk menyajikan itu dengan didukung oleh fasilitas web 3.0. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan komunikasi antara pustakawan dan pengguna sehingga arus komunikasi lebih efektif dan efisien. Selain itu, dalam hal ini blog juga dapat menjadi media untuk mengungkapkan usul, komentar dan uneg-uneg seorang mahasiswa (pengguna) tentang sistem layanan yang diberikan perpustakaan, sehingga perpustakaan dapat meningkatkan kinerja mereka sesuai yang diharapkan para pengguna. 161
Jurnal Iqra’ Volume 08 No.02
Oktober 2014
Di dalam blog subject librarian juga tersedia blogroll yang berfungsi untuk memudahkan pengguna jika masih menginginkan informasi yang sejenis atau alamat website yang menyajikan informasi yang sejenis. Kelebihan dari blog ini adalah selain menyajikan informasi tentang disiplin ilmu tertentu, blog ini juga bisa dijadikan ajang promosi bagi pustakawan, misalnya informasi tentang event tertentu atau kegiatan yang dilakukan oleh perpustakaan. Di sini juga bisa dijadikan sharing knowledge dengan alumni karena daftar alumni juga tersedia dalam blog ini. Untuk memudahkan penelusuran, blog ini juga dilengkapi dengan fasilitas peng-kategorian. Jadi informasi yang ditulis itu termasuk dalam kategori apa (terdapat pengklasifikasian berdasarkan subjek) serta fasilitas arsip, maksudnya informasi yang ditulis itu dikategorikan pada bulan berapa (pengklasifikasian berdasarkan waktu penulisan). Dengan layanan ini, pengguna cukup duduk di depan komputer yang sudah terkoneksi dengan internet kemudian buka alamat blog yang dituju, maka tidak lama kemudian pengguna sudah mendapatkan informasi sesuai bidang keilmuannya. Oleh karena itu, dengan menggunakan fasilitas ini dapat memperbaiki paradigma manajemen perpustakaan menjadi yang modern dan profesional.
5. Penerapan Library 3.O pada sebuah Perpustakaaan Perpustakaaan modern tidaklah terlepas dari yang namanya teknologi informasi. Teknologi Website sendiri memberikan banyak kemudahan dan manfaat-manfaat yang banyak, dapat dicontohkan di sini : a.
Sebagai media promosi Perpustakaaan Promosi haruslah dilakukan agar Perpustakaaan sering dikunjungi. Media promosi terdiri atas media oral, cetak ataupun elektronik. Website sendiri merupakan media elektronik yang mampu dijadikan media promosi Perpustakaaan, dalam arti lain website adalah pintu masuk ke Perpustakaaan dimana semua informasi tentang Perpustakaaan terdapat termuat disana. Sebuah website Perpustakaaan haruslah up to date terhadap perkermbangan informasi dan memberikan kemudahan akses terhadap pengunjung. Yang perlu di promosikan dalam website adalah layanan, koleksi. Dengan website maka mampu memperkenalkan Perpustakaaan dan koleksinya menggunakan media aksesbilitas yang tinggi dan luas serta meningkatkan akses masyarakat terhadap informasi yang ada diperpustakaaan. Contoh dari website perpustakaaan adalah www.lib.uin-suka.ac.id . b.
Otomasi terintegrasi dengan website Teknologi informasi Perpustakaaan berperan untuk melakukan pekerjaan secara otomatis (supriyanto,2008:21). Perwujudan dari teknologi 162
Jurnal Iqra’ Volume 08 No.02
Oktober 2014
Perpustakaaan adalah system otomasi, banyak sekali software baik komersil atau pun open sources yang berbasis web. Salah satu diantaranya adalah SLiMS, SLiMS merupakan software open sources yang dapat diunggah di hosting, Penulis sendiri telah mencoba menggunggahnya di free hosting dengan alamat www.aanlib.phpnet.us. Dengan otomasi yang sudah terintegrasi ke website diharapkan fitur-fitur yang ada sudah dapat diakses dimana saja dan kapan saja. Dengan portal web tersubut maka kegiatan operasional dapat dilakukan dihalaman web di internet. c.
OPAC ( online public access catalog) Dalam portal Perpustakaaan berbasis web kita mengenal apa yang disebut OPAC , yaitu fitur yang menfasilitasi pengunjung web untuk mencari data koleksi. OPAC yang sudah terkoneksi ke website maka akan dengan mudah diakses dimana saja, kapan saja, dan oleh siapa saja. Untuk mencari koleksi yang ada melalui Opac pengunjung tinggal mengetikan judul buku yang dicari atau dengan kata kunci yang lainya. d.
Perpustakaaan Digital Konsep Perpustakaaan digital telah sedikit demi sedikit menggeser kosep Perpustakaaan konvensional. Perpustakaaan digital dapat diartikan kumpulan informasi yang disimpan dalam format digital dan dapat diakses lewat jaringan. Perpustakaaan digital sangat identik dengan internet, computer, dan website. Perpustakaaan digital tidak sama dengan otomasi dikarenakan Perpustakaaan digital lebih berorientasi ke produk sedangkan otomasi berorientasi untuk membantu kegiatan Perpustakaaan. Salah satu software Perpustakaaan digital yaitu GDL ( Ganesha Digital Library), Perpustakaaan yang sudah menggunakan software ini adalah Perpustakaaan UIN Sunan Kalijaga dengan alamat www.dgilib.uin-suka.ac.id penulis juga telah menggunggahnya di free hosting dengan alamat www.cobalib.phpnet.us. Penutup Library 3.O mempunyai peranan penting bagi dunia Perpustakaaan modern, dengan website aksesbilitas menjadi lebih mudah dan pelayanan Perpustakaaan dapat dioptimalkan. Library 3.O dapat dijadikan sebagai media promosi yang efektif karena dunia maya telah menjadi dunia keseharian bagi para pencari informasi. Kemudahan dalam pengembangan Perpustakaaan Digital dengan menggunakan konsep Library 3.O yang telah membantu dalam otomasi Perpustakaaan dan Perpustakaaan digital yang berprinsip anyaccess anywhere and anytime. Untuk kedepannya mungkin Perpustakaaan tanpa website seperti yang diterapkan pada Library 3.O akan ditinggalkan sehingga mulai sekarang perpustaakaan harus mulai berintregasikan dengan perpustakaan berbasis digital dan Library 3.O adalah salah satu solusinya.
163
Jurnal Iqra’ Volume 08 No.02
Oktober 2014
Daftar Pustaka Arianto, M. Solikhin & Subhan, Ahmad. 2012. Isu-isu Pengembangan Perpustakaan Digital di Indonesia. Jurnal FKP2T, 4(1): 57-67. Darmono. 2007. Perpustakaan Sekolah : Pendekatan Manajemen dan Tata Kerja. Jakarta: Grasindo. Hamim, M. 2012. Migrasi Data Base dari CDS/ISIS ke SLIMS. Jurnal Kajian Informasi dan Perpustakaan, 4(1): 73-93. Lasa, HS. 2005. Manajemen Perpustakaan. Yogyakarta: Gramedia. Rodhin, Roni. 2012. Internet Dalam Konteks Perpustakaan. Jurnal Kajian Informasi dan Perpustakaan, 4(1): 1-19. Sri Restanti, Anisa. 2012. Solusi dan Strategi Perpustakaan Menghadapi Para Digital Native. Jurnal FKP2T, 4(1): 52-56. Subrata, Gatot. 2009. Perpustakaan Digital. Artikel Pustakawan Universitas Negeri Malang. Tafqihan, Zuhdy. 2010. Membandingkan Greenstone Digital Library (GSDL) dan Ganesha Digital Library (GDL). Jurnal Kajian Informasi dan Perpustakaan, 2(1): 105-114. Wicaksono, Hendro. 2012. Manual Senayan Library Information Management System. Fanari. 2009. Semantic HTML: Definisi dan Pengaruhnya Terhadap SEO. 19 November 2014 Magdalena, M. Situs genius semantic web. Info Komputer. Akses 19 November 2014 Setiawan, W.2009. E-Learning Content Berbasis Semantic Web. 19 November 2014 Setiawan, W.2009. Pengertian Semantic Web. Suteja, B. R.; Ashari, A. 2009. e-learning content berbasis semantic web. 19 November 2014 Akses 9 Mei 2010. Web semantic : dari Wikipedia bahasa Indonesia.
164
Jurnal Iqra’ Volume 08 No.02
Oktober 2014
http://fanari-id.com/seo/semantic-html-definisi-dan-pengaruhnya-terhadapseo/ Akses 19 November 2014 http://id.wikipedia.org/wiki/Web_semantik Akses 19 November 2014 http://en.wikipedia.org/wiki/Semantic_Web#Semantic_Web_solutions http://wahyudisetiawan.wordpress.com/2009/12/13/pengertian-semanticweb/Akses19 November 2014 http://id.wikipedia.org/wiki/Semantik
165
Jurnal Pustakawan Indonesia Volume 10 No. 1
TINJAUAN BUKU PERPUSTAKAAN DIGITAL : KESINAMBUNGAN DAN DINAMIKA mengembangkan dan mengelola perpustakaan digital.
Judul
: Perpustakaan Digital: Kesinambungan dan Dinamika Penulis : Putu Laxman Pendit Dimensi : 18,5 X 26,5 Cm Tebal : 203 halaman Penerbit : Jakarta: Cita Karyakarsa Mandiri Cetakan : I tahun 2009 ISBN : 978-979-16952-2-0 Peresensi : Abdul Rahman Saleh Tidak banyak buku yang ditulis oleh pustakawan di negeri ini, apalagi buku yang membahas teknologi informasi. Satu diantara yang sedikit tersebut adalah buku yang berjudul Perpustakaan
Digital: Kesinambungan dan Dinamika.
Penulis buku ini patut diacungi dua jempol, karena yang menulis buku ini adalah dari keluarga “Pustakawan” yaitu Ilmuwan Bidang Perpustakaan. Mengapa demikian? Pertama, belum pernah ditemukan buku teks yang membahas perpustakaan digital dalam bahasa Indonesia yang ditulis oleh “orang perpustakaan”. Kedua, buku ini membahas perpustakaan digital dari perspektif perpustakaan. Buku ini akan “sedikit” menghilangkan keraguan kolega profesi pustakawan yaitu “computer scientist” akan kualitas pustakawan. Mengapa dikatakan sedikit? Karena upaya Putu Laxman Pendit ini harus diikuti oleh upaya para pustakawan lainnya untuk meningkatkan kualitas dan “skill”nya dalam
Banyak kasus yang menunjukkan bahwa perpustakaan digital seolah-olah bukan urusan pustakawan, tetapi urusan ahli komputer. Padahal jika dilihat dari istilah “Perpustakaan Digital” maka pengertian istilah tersebut adalah “Perpustakaan”. Perpustakaan ini merupakan jawaban dari sebuah pertanyaan “apakah sebetulnya perpustakaan digital tersebut?”. Kata digital yang mengikuti kata perpustakaan merupakan kata yang menerangkan bahwa bentuk Perpustakaan tersebut adalah Digital. Bukan perpustakaan yang lain. Berbicara soal perpustakaan digital, maka kita tidak bisa terlepas dari pembicaraan masalah sistem informasi. Pada model sistem informasi ada lima komponen yang terlibat yaitu perangkat keras (hardware), perangkat lunak (software), jaringan komputer (netware), sumberdaya manusia (brainware) dan data (dataware). Buku Putu Laxman Pendit ini membahas kelima komponen ini. Tentu saja dengan kadar kedalaman yang berbeda. Putu lebih banyak menekankan pembahasan pada dataware (termasuk metadata), dan brainware atau menurut istilah Putu adalah “Perangkat Benak”. Memang hal ini yang harus dibahas oleh penulis yang berasal dari kalangan Pustakawan. Putu juga mengingatkan bahwa dengan berkembangnya perpustakaan digital ini akan terjadi perubahan peran pustakawan. Pustakawan dalam suatu perpustakaan mestinya melakukan transformasi menjadi information navigator atau cybernavigator (hal. 23), bukan hanya memikirkan bagaimana melakukan transaksi sirkulasi. Proses sirkulasi atau peminjaman dan pengembalian pada perpustakaan digital juga akan mengalami perubahan konsep dari yang 59
Jurnal Pustakawan Indonesia Volume 10 No. 1 tadinya dengan kata pinjam akan terjadi perpindahan fisik koleksi dari perpustakaan kepada pemustaka menjadi perpindahan berkas buku (e-book) dari perpustakaan ke pemustaka (hal. 23). Namun demikian konsep ini menyisakan pertanyaan, apakah perpindahan berkas seperti ini tidak melanggar “copyright”? Terutama jika buku elektronik tersebut diproduksi sebagai komoditas bisnis. Jika tidak, dikhawatirkan akan terjadi penyebaran yang tidak terkendali (abuse) terhadap berkas buku elektronik tersebut yang tentunya sangat merugikan baik penulis maupun penerbit. Mungkinkah dikembangkan teknologi dimana buku yang “dipinjam” tersebut akan secara otomatis “rusak” sesudah masa pinjamannya habis (expired)? Pada halaman 26 Putu menjelaskan proses interaksi antara pengguna perpustakaan dengan perpustakaan yang seolah-olah hanya melibatkan dua pihak saja, padahal sebenarnya masih ada “tiga pemeran utama” yang tidak terlihat. Penjelasan ini sangat berguna bagi para pustakawan yang sebagian besar tidak atau belum mengenal TI, sebab para pustakawan tersebut beranggapan bahwa perpustakaan digital itu bisa berjalan dengan sendirinya setelah sistem tersebut dibeli. Pada bagian lain Putu membahas perpustakaan digital dari sisi metodologi pengembangan sistem. Beberapa model dijelaskan seperti model waterfall, SDLC, SSADM dan lain-lain (hal 171 – 184). Pembahasan mengenai Adaptive Software Development perlu digarisbawahi, karena sangat sesuai dengan kondisi kita. Pada bagian ini Pak Putu menjelaskan bahwa para pengembang software menolak membangun software monumental dan memilih prinsip pembuatan software dengan teknis “tepat guna” (hal. 176). Ini sangat cocok dengan kondisi Indonesia mengingat sebagian besar pustakawan memang belum menguasai TI sehingga partisipasi pustakawan dalam pengembangan software memang sangat minimal. Banyak contoh kasus 60
dimana pengembangan software yang memakan biaya sangat besar akhirnya tidak digunakan oleh pustakawan karena antara kebutuhan perpustakaan “mungkin” tidak selalu sesuai dengan apa yang dibuat oleh pengembang, atau pustakawan yang harus menjalankan sistem tersebut tidak mampu mengikuti perkembangan teknologi yang terjadi. Oleh karena itu Putu melengkapi pembahasan bukunya dari sisi SDM yang mengembangkan dan menangani perpustakaan digital ini. Pada bagian ini dijelaskan bahwa pertama, sering terjadi pada pengembangan sistem, pustakawan sering “dilupakan” dan tidak diajak dalam merencanakan. Menurut buku ini pustakawan dianggap tidak langsung berhubungan dengan strategi organisasi. Kedua, sebuah penerapan teknologi yang bersifat strategis itu sendiri sering diartikan dan dipusatkan pada transformasi organisasi lewat pembelajaran organisasi yang tidak melibatkan pustakawan, karena pustakawan dianggap berada di luar bidangnya. Ketiga (dan ini yang harus menjadi tantangan bagi para pustakawan), manajer senior dalam sebuah organisasi cenderung menganggap bahwa pustakawan hanya dapat dikaitkan dengan perpustakaan dalam pengertian “tradisional”. Keempat (ini juga harus menjadi perhatian para pustakawan), Pustakawan sendiri tidak merasa perlu mengubah persepsi itu. Kelima, ada pola pikir yang sudah baku (mindset) di kalangan pustakawan yang sudah tidak cocok lagi dengan perkembangan lingkungan kerja organisasi. Salah satunya adalah pustakawan adalah penyedia jasa, sementara lingkungan kerja membutuhkan mitra kerja, bukan penyedia jasa. (hal. 185). Apa yang diungkapkan dalam buku ini mengenai pustakawan menjadikan tantangan bagi para pustakawan dan para pendidik pustakawan untuk mengubah persepsi seperti yang selama ini terjadi.
Jurnal Pustakawan Indonesia Volume 10 No. 1 Dari segi fisik dan penampilan buku, harus diakui bahwa banyak buku lain (terutama buku-buku bidang komputer) yang mempunyai penampilan lebih menarik. Ukuran buku ini “agak” terlalu tinggi, bahkan jika dibandingkan dengan buku teks terbitan asing. Penulisan dengan dua kolom yang sama dengan penulisan jurnal ilmiah memberi kesan bahwa buku ini lebih mirip jurnal ilmiah, padahal setelah dibaca, maka buku ini adalah buku teks. Tidak diketahui apakah memang ada maksud tertentu dari penulis ataupun penerbit menampilkan buku ini mirip dengan jurnal ilmiah. Dari aspek readability sudah bagus, kecuali beberapa gambar yang tampil kurang jelas (dan ini diakui oleh penerbitnya dengan memberikan lembar ralat yang terpisah). Kalaupun harus dikritik, maka penggunaan font yang terlalu kecil membuat pembaca yang sudah berumur agak “kesulitan” membaca buku ini.
Akhirnya, dapat dikatakan buku ini sangat tepat untuk dijadikan buku teks atau buku pegangan wajib bagi mahasiswa jurusan perpustakaan, baik mahasiswa S1 lebih-lebih mahasiswa S2. Mungkin agak sulit dicerna oleh mahasiswa tingkat program diploma. Walaupun demikian, para pustakawan praktisi ada baiknya membaca buku ini karena buku ini pasti menggugah kesadaran para pustakawan mengenai perannya dalam memainkan perpustakaan digital. Sekali lagi perlu diberikan apresiasi yang sangat tinggi kepada penulis dengan terbitnya buku ini yang pasti memperkaya khasanah bacaan bidang perpustakaan berbahasa Indonesia yang memang masih sangat miskin ini. Semoga dengan terbitnya buku ini akan menggugah penulis lain untuk menulis buku perpustakaan khususnya mengenai TI di perpustakaan. (Abdul Rahman Saleh, email: [email protected]).
61
PERSEPSI PEMUSTAKA TERHADAP KOLEKSI DIGITAL TALKING BOOK DI PERPUSTAKAAN DIGITAL PERTUNI DPD JATENG Oleh: Putri Aziza Desy Asriana
Pembimbing :Dra. Sri Ati, M.Si Program Studi Ilmu Perpustakaan, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro Semarang
Email: [email protected] Abstrak Skripsi ini berjudul “Persepsi Pemustaka terhadap Koleksi Digital Talking Book di Perpustakaan Digital Pertuni DPD Jateng”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi pemustaka terhadap koleksi Digital Talking Book di Perpustakaan Digital Pertuni DPD Jateng sekaligus untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan pemustaka tidak memanfaatkan koleksi Digital Talking Book secara maksimal. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif.Subyek penelitian ini adalah pemustaka Perpustakaan Digital Pertuni DPD Jateng.Sedangkan obyek penelitian adalah koleksi Digital Talking Book di Perpustakaan Digital Pertuni. Dengan pemilihan secara purposive sampling, diperoleh 5 orang informan pemustaka tunanetra dan 1 informan pendukung yaitu pustakawan Perpustakaan Digital Pertuni, metode pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi, dan studi literatur. Hasil dari penelitian ini yaitu persepsi pemustaka terhadap koleksi Digital Talking Book cenderung negatif sehingga mempengaruhi sikap pemustaka terhadap pemanfaatan koleksi tersebut.Menurut persepsi pemustaka, penelusuran informasi menggunakan Digital Talking Book tidak membuat mereka nyaman karena beberapa kendala dalam teknis penggunaan. Mereka lebih senang menggunakan alat bantu berupa software JAWS Screen Reader, karena itu mereka lebih memilih menelusur informasi melalui internet. Kurang lengkapnya jumlah koleksi dari segi subyek ditambah belum adanya katalog juga membuat pemustaka kesulitan memperoleh koleksi yang mereka butuhkan. Saran penulis untuk Perpustakaan Digital Pertuni DPD Jateng adalah sebaiknya pihak Perpustakaan memperbanyak judul untuk setiap jenis subyek koleksi supaya kebutuhan pemustaka dapat terpenuhi secara maksimal.Juga diadakannya katalog untuk mempermudah pemustaka mengetahui koleksi Digital Talking Book yang tersedia di perpustakaan.
Kata kunci: persepsi pemustaka, perpustakaan digital, Digital Talking Book
1
ABSTRACT This thesis entitled “Perception of Library Member about Digital Talking Book Collection in Digital Library of Pertuni DPD Jateng”. This research aims to find out about perception by library member about Digital Talking Book collection in Digital Library of Pertuniand also to find out the factors causing the member not to using Digital Talking Book collection maximally. Using qualitative method by the kind of research is descriptive. The subject of this research is library member of Digital Library of Pertuni. And the object is Digital Talking Book Collection. The selection of informants is done using purposive sampling. They are 5 library members and 1 librarian as endorser informant. Collecting data is done by interviews, observation, and literature studies. The results of this research is the perception of library member about Digital Talking Book collection almost every informant giving negative perception so that influence library member‟s attitude about using those collection. They thought that doing information retrieval is not making them comfortable because of some technical problems, so that they prefer to doing retrieval by using internet. Writer‟s advice to the Digital Library of Pertuni is to add more rubrics to fulfill the readers‟ needs. Also to set up catalogue to facilitate the readers finding Digital Talking Book collection in the library.
Keywords : reader‟s perception, digital library, Digital Talking Book
2
tunanetra
1. Pendahuluan Kehidupan masyarakat di era global saat
ini
sangat
tergantung
perkembangan
dengan
membangun
perpustakaan digital.
pada
informasi.Pendidikan,
adalah
Pertuni DPD Jateng merupakan salah satu Pertuni Daerah
yang mempunyai
perusahaan, politik, semuanya mengikuti
perpustakaan digital sebagai salah satu
perkembangan informasi dengan tujuan
upaya
peningkatan
melalui pemenuhan kebutuhan pengetahuan
kualitas
baik.Teknologi
menjadi
informasi
pun
lebih
peningkatan
kualitas
tunanetra
menjadi
dengan
menyediakan
sesuatu yang melekat dalam kehidupan
koleksi
berbentuk
masyarakat sehari-hari.
Book.Koleksi-koleksi Digital Talking Book
Pentingnya
berbagai
macam
Digital
Talking
mengimbangi
inilah yang nantinya dilayankan kepada para
perkembangan teknologi informasi di era
tunanetra yang menjadi anggota dengan
globalisasi
oleh
harapan pengetahuan yang dimiliki dapat
yang
bertambah.Namun pada kenyataannya tidak
seperti
banyak pemustaka Perpustakaan Digital
masyarakat tunanetra juga menyadari bahwa
Pertuni yang memanfaatkan koleksi dan
mereka membutuhkan berbagai informasi
layanan yang disediakan untuk mereka.
masyarakat memiliki
tak
hanya
dirasakan
umum,
masyarakat
keterbatasan
khusus,
untuk menambah pengetahuan. Kesadaran akan
urgensi
menjadikan
globalisasi
inilah
sekelompok
yang
tunanetra
Ada berbagai kemungkinan yang menjadi
faktor
dimanfaatkan
penyebab secara
DTB
tidak
maksimal
oleh
membentuk Pertuni (Persatuan Tunanetra
pemustaka perpustakaan digital Pertuni.Oleh
Indonesia). Salah satu upaya Pertuni untuk
karena itu perlu adanya penelitian untuk
menyeimbangkan
mengetahui persepsi pemustaka terhadap
kebutuhan
informasi
3
koleksi
Digital
Talking
Book
di
kekurangan perpustakaan digital. Kelebihan perpustakaan digital antara lain: 1. Long distance service, yaitu
Dari uraian di atas, Penulis tertarik
kemudahan dalam mengakses
perpustakaan digital Pertuni.
informasi.
untuk mengambil judul penelitian “Persepsi
2. Easy access, yaitu pemustaka
Pemustaka pada Koleksi Digital Talking
tidak perlu dipusingkan dengan
Book di Perpustakaan Digital Pertuni
pancarian melalui katalog. 3. Cheap, mendigitalkan koleksi
DPD Jawa Tengah”.
lebih murah daripada membeli
2. Landasan Teori 2.2 Perpustakaan Digital A digital library is defined as a focused collection of digital objets, including text, video, and audio, along with methods for access and retrieval, and for selection, organization, and maintenance of the collection. (Ian H. Witten, et all; 2010:7). Menurut Wahyu Supriyanto (2008:31), “Perpustakaan digital adalah sebuah sistem yang memiliki berbagai layanan dan obyek informasi yang mendukung akses obyek nformasi tersebut melalui perangkat digital.” Perpustakaan digital merupakan salah satu jenis perpustakaan khusus. Sebagai salah satu jenis perpustakaan khusus yang terbilang baru di masyarakat, perpustakaan digital memiliki beberapa kelebihan dan juga kekurangan. Gatot Subrata dalam artikel pustakawan yang dimuat website perpustakaan Universitas Negeri Malang (http://library.um.ac.id/images/stories/pustak awan/kargto/Perpustakaan%20Digital.pdf) mengemukakan beberapa kelebihan dan
buku. 4. Securefrom
duplication
and
plagiarism, bila penyimpanan koleksi PDF,
menggunakan pengguna
format
hanya
bisa
membaca tanpa mengeditnya. 5. Globally
publication,
dengan
adanya
perpustakaan
digital,
sebuah
karya
dapat
dipublikasikan melalui internet. Sedangkan
kelemahan-kelemahan
dibalik didirikannya perpustakaan digital antara lain: 1. Tidak
semua
mengizinkan didigitalkan,
pengarang karyanya
selain
berfikir
tentang royalty, pengarang tidak ingin karyanya
mengambil diperbanyak
resiko tanpa
pengawasan. 2. Masih banyak masyarakat yang buta teknologi 4
Suwarno (2009:57) menyatakan ada
3. Masih banyak pustakawan yang belum
mengerti
proses
digitalisasi koleksi.
beberapa hal yang dapat mempengaruhi persepsi seseorang, antara lain:
2.2 Persepsi
1. Stereotip,
Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan – hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi ialah memberikan makna pada stimuli inderawi (sensory stimuly). Hubungan sensasi dengan persepsi sudah jelas.Sensasi adalah bagian dari persepsi.Walaupun begitu, menafsirkan makna informasi inderawi tidak hanya melibatkan sensasi, tetapi juga atensi ekspektasi, motivasi, dan memori (Desiderato dalam Jalalludin Rakhmat, 2009: 51).
yaitu
pandangan
tentang ciri-ciri tingkah laku dari sekelompok masyarakat tertentu. 2. Persepsi diri, yaitu pandangan terhadap diri sendiri yang dapat mempengaruhi
pembentukkan
kesan pertama. 3. Situasi
dan
kondisi,
yaitu
pandangan terhadap seseorang yang dipengaruhi oleh situasi
Suwarno
(2009:53)
atau kondisi tertentu.
mengelompokkan persepsi secara garis besar menjadi dua, persepsi
sosial.
4. Ciri yang ada pada diri orang
yaitu persepsi benda dan Persepsi
lain,
benda, objek
yaitu
daya
seseorang
yang
tarik
fisik dapat
stimulusnya merupakan suatu hal atau benda
menimbulkan penilaian khusus
yang nyata dan dapat diraba, dirasakan, dan
pada saat pertama kali bertemu.
dapat diindera secara langsung. Sedangkan
3. Metodologi Penelitian
persepsi sosial biasa terjadi karena kontak
Penelitian ini menggunakan metode
secara tidak langsung seperti melalui cerita
kualitatif yaitu metode penelitian yang
atau apapun yang didengar melalui orang lain.
digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, dimana peneliti adalah 5
sebagai
instrument
pengumpulan trianggulasi
data
kunci,
teknik
dilakukan
secara
(gabungan),
analisis
3. Frekuensi
4. Alasan
pada generalisasi (Sugiyono,2005:1). digunakan
tentang
persepsi
dalam
5. Harapan pemustaka terhadap koleksi dalam
Digital Talking Book di Perpustakaan
penelitian ini agar mendapatkan hasil yang mendalam
pemustaka
menggunakan Digital Talking Book
kualitatif lebih menekankan makna dari
kualitatif
dalam
menggunakan Digital Talking Book
data
bersifat induktif dan hasil dari penelitian
Metode
pemustaka
Digital Pertuni.
pemustaka
tunanetra terhadap koleksi Digital Talking
Dalam penelitian ini, informan yang diambil
Book sehingga mengantarkan peneliti untuk
adalah sebanyak 5 orang dari total seluruh
mengetahui faktor yang menyebabkan tidak dimanfaatkannya koleksi Digital Talking
pemustaka Perpustakaan Digital Pertuni
Bookdi Perpustakaan Digital Pertuni.Subyek
yang berjumlah 17 orang. 5 orang tersebut
dari
terdiri atas 2 orang pemustaka aktif, 2 orang
penelitian
ini
adalah
pemustaka
Perpustakaan Digital Pertuni DPD Jateng. Sedangkan yang menjadi obyek dalam
pemustaka pasif, serta 1 orang pemustaka
penelitian ini adalah koleksi Digital Talking
yang
Book di Perpustakaan Digital Pertuni DPD
penelitian ini
peneliti
permasalahan
mengenai
Jateng.Variabel dalam penelitian ini adalah persepsi
dan
pemanfaatan
pemustaka
baru
bergabung.
Karena
dalam
juga membahas pemanfaatan
terhadap koleksi Digital Talking Book di
Digital Talking Book yang tidak maksimal,
Perpustakaan Digital Pertuni. Sedangkan
maka
yang menjadi indikator penelitian antara lain: 1. Persepsi pemustaka terhadap koleksi Digital Talking Book 2. Kepuasan
pemustaka
dalam
menggunakan Digital Talking Book
dalam
diambil
juga
perpustakaan
pembahasan salah
pemanfaatan
seorang
sebagai
pengurus
informan.
pengurus
perpustakaan
sebagai
informan
di
Peran
sini
adalah
pendukung
untuk
memenuhi data dan informasi mengenai
6
sejarah
Perpustakaan
keanggotaan
Digital
perpustakaan,
dan
Pertuni, karena
analisis data, yaitu datareduction, data display,
dan
conclusion
beliau merupakan pengurus yang mengerti
drawing/verification.
benar kondisi perpustakaan terlebih lagi
analisis data kualitatif yang dilakukan
terhadap pemanfaatan koleksi oleh para
peneliti , yaitu:
pemustaka.
1.
Dalam penelitian ini, analisis data
Berikut
ini
tahap
Reduksi Data (Data Reduction)
Pada tahap
ini, peneliti
melakukan
dilakukan dari awal pengumpulan data
pemilihan data-data secara sederhana
berlangsung
hingga selesai pengumpulan
untuk kemudian diklasifikasi.Data-data
data dan pengolahannya. Analisis dilakukan
sederhana tersebut seperti data koleksi,
sejak peneliti mewawancarai informan, bila
data
jawaban yang disampaikan dirasa belum
perpustakan dan koleksi Digital Talking
memuaskan,
Book.
pertanyaan
peneliti lagi
melanjutkan
sampai
tahap
tertentu
2.
anggota,
informasi
mengenai
Penyajian Data (Data Display)
diperoleh data yang kredibel.
Pada tahap ini, peneliti mendeskripsikan
Miles dan Huberman
informasi dari data-data yang telah
dalam Moleong
(2011:246) mengemukakan bahwa aktivitas
diklasifikasi
dalam
secara
persepsi pemustaka terhadap koleksi
interaktif dan terus menerus sampai tuntas
Digital Talking Book dan latar belakang
hingga datanya sudah jenuh.Jenuh dalam arti
pemustaka dalam memanfaatkan koleksi
informasi yang didapat sudah memenuhi
Digital Talking Book.Setelah itu yang
kebutuhan penelitian dan tidak ada yang
dilakukan adalah penarikan kesimpulan
perlu ditanyakan lagi. Aktivitas dalam
yang disajikan dalam bentuk naratif.
analisis
data
dilakukan
7
sebelumnya
mengenai
3.
Penarikan
Simpulan
(Conclusion
4.2 Tingkat Penggunaan Digital Talking Book
Drawing and Verification)
Tidak
Pada tahap ini, peneliti mengkaji ulang
dimiliki
penulis
penelitian.Setelah
catatan pada
itu
yang
software JAWS Screen Reader yang
yang
mulanya diadakan untuk mempermudah
saat
mereka dalam menggunakan komputer,
dilakukan
justru menjadi alasan pemustaka untuk
penarikan kesimpulan.
tidak menggunakan Digital Talking Book. Pemilihan penggunaan screen reader
4. Hasil dan Pembahasan
Digital
daripada
4.1 Latar Belakang Penggunaan DTB Pada mulanya, seperti yang umumnya
dikarenakan
digunakan
dalam
tunanetra,
informan
koleksi Digial Talking Book.Adanya
kemudian dilakukan pengecekkan dengan dengan
dari
diwawancarai merasa tertarik dengan
data yang telah disimpulkan sebelumnya,
mencocokkan
banyak
Perpustakaan
Talking
kenyamanan menikmati Digital
Book
pemustaka „bacaannya‟.
Talking
Book
menggunakan
buku
Penggunaan
braille sebagai koleksi.Koleksi
yang
memang cukup mudah yaitu hanya
dimiliki lumayan beragam, namun masih
memutarnya dengan media player.Namun
ada
baca
ada kalanya „pembaca‟ menginginkan
pemustakanya.Selain itu, pengelola juga
kembali ke halaman sebelumnya, dan itu
mengalami kendala dalam pengadaan dan
yang dirasakan pemustaka tidak bisa
perawatan koleksi buku braille.Karena
dilakukan dengan media player.Meskipun
itu, kemudian mereka memilih untuk
begitu, bukan berarti semua pemustaka
beralih ke koleksi Digital Talking Book.
Pertuni
Digital
Pertuni
kendala
dalam
minat
tidak
menggunakan
Digital
Talking Bookkarena lebih tertarik dengan 8
kenyamanan
menggunakan
5. Penutup
screen
reader.Beberapa informan tetap memilih Digital Talking Book sebagai „bacaan‟
Penggunaan koleksi Digital Talking Book di Perpustakaan
Digital
Pertuni
kurang
maksimal karena pemustaka lebih memilih
mereka.
menelusur ke internet dengan menggunakan 4.3 Persepsi Pemustaka terhadap Koleksi Digital Talking Book
JAWS Screen Reader. Informan lebih
Persepsi pemustaka terhadap koleksi
lebih mudah, juga karena kenyamanan yang
Digital Talking Book, berdasarkan yang
dirasakan dibanding dengan menggunakan
disampaikan terkait kenyamanan dalam
memilih menggunakan internet selain karena
Digital
Talking
Book.Rendahnya
pemanfaatan koleksi Digital Talking Book
memanfaatkan, diketahui bahwa persepsi
juga dikarenakan kurang lengkapnya koleksi
mereka terhadap Digital Talking Book
Digital Talking Book yang tersedia.Dari segi
cenderung negatif. Hal ini diperkuat oleh pernyataan
segi teknis, hanya saja mereka mengalami
Talking Book tidak menjadi sasaran
kesulitan ketika ingin mengganti halaman
mereka
bahwa
Book tidak terlalu merepotkan informan dari
Digital
utama
mereka
penggunaan, penggunaan Digital Talking
dalam
penelusuran
sesuai
keinginan.Kelemahan
dalam
penggunaan Digital Talking Book yaitu
informasi. Selain karena koleksi yang
kesulitan yang dialami pemustaka ketika
tersedia tidak bisa mencukupi kebutuhan
ingin mengulang bacaan atau ada bab-bab
informasi
mereka,
juga
karena
sebelumnya yang ingin diulang.Harapan pemustaka maupun pustakawan terhadap
penggunaannya yang tidak bisa membuat
koleksi
mereka
Perpustakaan
nyaman.
Sehingga
menurut
mereka, menelusur informasi melalui
Digital
Talking
Digital
Book
pertuni
di dapat
dimanfaatkan secara maksimal tidak hanya oleh anggota Pertuni DPD Jateng, tetapi
internet akan lebih efektif dan efisien
juga seluruh tunanetra yang ada di Jawa
daripada menggunakan Digital Talking
Tengah.
Book. 9
Subrata,Gatot. (--). “Perpustakaan Digital”..http://library.um.ac.i
Daftar Pustaka
d/images/stories/pustakawan/ kargto/ Perpustakaan%20Digital.pdf [13 April 2012].
Mitra Netra .(2010). “Digital Talking Book Media Alternatif
Sugiyono.2005.Memaham Penelitian Kualitatif.Bandung
Masa Depan bagi Tunanetra”.
Supriyanto, Wahyu. 2008. Teknologi Informasi Perpustakaan. Yogyakarta: Kanisius
http://www.mitranetra.or.id/defa ult.asp?page=resource&id=4[27
Suwarno, Wiji. 2009. Psikologi Perpustakaan. Jakarta: Sagung Seto : Alfabeta
Maret 2012] Moleong, Lexi J.1993.Metodologi
Witten, Ian H, et all. 2010. How to Build a Digital Library. Burlington: Morgan Kaufman Publisher.
Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Rakhmat, Jalaludin. 2009. Psikologi Komunikasi. Bandung: Rosda
10
ARTIKEL TANTANGAN DALAM PROYEK PERPUSTAKAAN DIGITAL Sebuah Tinjauan Kasus Goggle dan Perbandinganyadi Indonesia Oleh: Noerrachman Saleh
Senior Konsultan / Manajer Proyek PT Astragraphia tbk. - Kramat Raya 43 - Jakarta
Abstrak
Secara umum sebuah perpustakaan terdiri atas beberapa komponen, yakni: content, sistem pengelolaan (dari knowledge acquisition, repository, management, hingga retrieval) dan tentunya yang menjadi faktor terpenting adalah user dari perpustakaan itu sendiri. Selanjutnya dibahas bahwa untuk membangun suatu proyek perpustakaan digital perlu diperhatikan beberapa aspek yang terkait, diantaranya adalah: a) Aspek Infrastruktur (Perangkat Keras), b) Aspek Aplikasi Perangkat Lunak dan Proses Bisnis Perpustakaan, c) Aspek Content (Informasi): Akusisi, konversi, repository, d) Aspek Sumberdaya Manusia (Sumber, Pengelola/Agent dan User): Knowledge, Skill, Attitude (Culture). Pengembangan local content dan memperbesar akses terhadap content ini sebaiknya menjadikan perhatian yang utama, pemilihan teknologi yang tepat guna juga diperlukan untuk mengatasi kendala infrastruktur dan kendala sosial yang ada.. Keywords : perpustakaan digital, local content, infrastruktur perangkat keras, perangkat lunak.
Latar belakang
Kemajuan peradaban manusia membawa sebagian kelompok individu memenangkan persaingan terhadap kelompok lainnya, di era pengetahuan ini kunci kekuatan (power) adalah pada bagaimana kelompok-kelompok individu tersebut dapat menguasai informasi dan pengetahuan dengan seoptimum mungkin. Perpustakaan adalah sebuah lembaga yang dari tahun-tahun pertama sejak penciptaannya berfungsi dalam pengelolaan informasi dan pengetahuan, namun perubahan besar-besaran telah terjadi beberapa tahun belakangan dengan sejalannya kemajuan teknologi informasi yang ada. Jika diawal-awal permulaan perpustakaan informasi (dan pengetahuan eksplisit) berbentuk tulisan dan
gambar tersimpan dalam media kertas (buku), maka saat ini dominasi media digital telah mengambil alih sebagian besar alat penyimpanan informasi (pengetahuan eksplisit) tersebut. Istilah Digital Library mungkin dapat dikatakan pertamakali dikenal luas oleh masyarakat dengan adanya sebuah program riset yang didanai oleh pemerintah federal Amerika di tahun 1991 yakni dalam proyek yang disebut sebagai DARPA's Computer Science Technical Report project . Saat ini perkembangan dan perubahan menuju Digital Library (Perpustakaan Digital) sudah tak dapat terhindarkan lagi, berbagai bentuk pesimisme terhadap era tanpa kertas sudah semakin terpinggirkan, perpustakaan yang secara mentah-mentah menolak perubahan ke arah digitalisai ini sedikit demi sedikit akan tergusur
1
dan semakin ditinggalkan penggunanya (user/customer).
pengunjung/
Namun kenyataanya perubahan paradigma perpustakan konvensional menjadi sebuah perpustakaan digital tidaklah semudah membalikkan telapak tangan, banyak kendala dan hambatan yang harus dilalui dalam mewujudkan hal ini, tidak hanya dari segi teknis semata namun juga dari sisi non teknis (sosial). Sepanjang pengalaman penulis dalam pengembangan perpustakaan digital ternyata masih banyak pandangan pelaku perpustakaan (dan stakeholder) yang terjebak hanya terfokus pada masalah-masalah teknis semata. Hal ini dapat menjadikan proses perubahan sebuah perpustakaan menjadi perubahan sebuah perpustakaan menjadi (dalam sebuah proyek) perpustakaan digital akan menuju kegagalan. Dari sudut pandang proyek, dalam hal konsep manajemen ilmu pengelolaan proyek atau yang biasa dikenal sebagai manajemen proyek (project management) beberapa dekade belakangan ini mengalami perkebangan yang sangat pesat, adalah sebuah kegagalan besar bangsa Amerika ditahun tujuh puluhan dalam sebuah mega proyek Apollo 13 (yang mengalami kegagalan) telah membuka mata bahwa fokus pada aspek teknis (teknologi) semata ternyata masih memiliki banyak kekurangan aspek soft-skill dalam mengelola proyek (yakni dalam mengelola manusia yang terlibat dalam proyek) adalah salah satu faktor dominan kesuksesan sebuah proyek. Dalam konsep manajemen proyek modern domain pengetahuan pengelolaan proyek dapat dibagi menjadi sembilan area yakni, manajemen lingkup pekerjaan (scope), manajemen waktu, manajemen biaya, manajemen kualitas, manajemen, sumber daya manusia, manajemen komunikasi, manajemen procurement, dan manajemen resiko, serta manajemen integrasi (yang menggabungkan dan menjadi kerangka kerja dari kedelapan domain pengetahuan sebelumnya). Sebuah survey yang diselenggarakan sebuah lembaga konsultan ternama KPMG terhadap
2
beberapa proyek TI disejumlah Negara di tahun 1996 menyajikan sebuah kenyataan yang cukup mencengangkan, angka dibawah memperlihatkan beberapa faktor terbesar penyebab kegagalan dalam sebuah implementasi proyek TI. o 32% disebabkan karena tidak adanya manajemen proyek yang baik o 20% karena masalah-masalah komunikasi o 17% karena sasaran dan tujuan proyek tidak/kurang dirumuskan dengan baik o 17% karena user tidak/kurang memahami lingkup dan kompleksitas dari proyek o 14% factor lain-lain (termasuk factor teknologi/teknis) Kenyataan yang tertuang dalam data diatas dapat menyimpulkan betapa pentingnya peranan Manajemen Proyek dalam melaksanakan sebuah proyek TI. Penulis dalam membahas materi yang berhubungan dengan kendala dalam proyek perpustakaan digital ini akan menggunakan sudut pandang konsep manajemen proyek modern ini.
Apa itu Perpustakaan Digital?
Ketika memulai pembahasan mengenai perpustakaan digital tentunya kita perlu menyamakan presepsi terhadap makna dari Perpustakaan Digital itu sendiri. Menurut pandangan penulis untuk memudahkan pemahaman perlu digambarkan evolusi perpustakaan digital dari perpustakaan konvensional: 1. Perpustakaan Konvensional menyimpan dan mengelola content dalam bentuk buku, pengindeksan dalam bentuk manual. 2. Perpustakaan Semi Automatis menyimpan dan mengelola content dalam bentuk buku, pengindeksan dalam bentuk manual. Namun memiliki sistem simpan/pinjam menggunakan sarana IT.
3. Perpustakana Automatis / Terkomputerisasi menyimpan dan mengelola content dalam bentuk buku, pengindeksan (meta data) menggunakan basisdata dengan teknologi computer. 4. Perpustakaan Digital - menyimpan content dalam bentuk digital.
Domain Perpustakaan (Digital)
Secara umum sebuah perpustakaan akan melibatkan beberapa komponen, yakni: content, sistem pengelolaan (dari mulai knowledge acquisition, repository, management, dan juga retrieval, dimana dalam kondisi tertentu sistem ini juga akan membutuhkan manusia sebagai knowledge agent-nya) dan tentunya yang menjadi faktor terpenting adalah user dari perpustakaan itu sendiri. Dalam fungsinya sebagai perpustakaan content yang tersimpan sebagian besar bukan diciptakan oleh perpustakaan namun didapat dari content provider.
Volume
Digital Content
Access
LOCAL CONTENT
Kondisi-kondisi yang melingkupi perpustakaan (digital) dari sisi content adalah pada faktor volume dari content dan juga faktor akses terhadap content tersebut. Kedua persyaratan ini menjadi faktor mutlak berfungsinya sebuah perpustakaan. Atau dengan kata lain sebagai sebuah perpustakaan tidak akan memiliki peran penting jika volume
content yang dimilikinya terbatas, disisi lain (selaras dengan konsep knowledge management) juga akan mubazir (tidak efektif) jika memiliki volume content yang besar namun akses terhadap content ini sangat terbatas (ini juga salah satu kelemahan informasi yang tersimpan dalam media kertas).
Aspek-Aspek yang Terkait (Komponen) dalam Proyek Perpustakaan Digital
Berikut beberapa aspek yang terkait dengan sebuah proyek perpustakaan digital, diantaranya adalah: o Aspek Infrastruktur (Perangkat Keras) o Aspek Aplikasi Perangkat Lunak dan Proses Bisnis Perpustakaan o Aspek Content konversi, repostiory
(Informasi):
Akusisi,
o Aspek Sumberdaya Manusia (Sumber, Pengelola/Agent dan User): Knowledge, Skill, Attitude (Culture). Selain aspek-aspek diatas dalam merencanakan sebuah Proyek Perpustakaan Digital maka perlu pula diperhatikan dimensi-dimensi: Scope, Time, Cost, Qualty, Risk dari proyek bersangkutan, kelima dimensi ini akan mempengaruhi satu dan lainnya. Hal pertama yang perlu kita perhatikan dalam perencanaan proyek adalah mendefinisikan seberapa jauh lingkup kerja (scope) proyek Perpustakaan Digital tsb. Hal ini tentunya dapat dilakukan setelah me-review ulang tujuan dan sasaran (objective & goal) proyek. Lingkup yang akan didefiniskan dapat meliputi sebagian atau seluruh dari aspekaspek perpustakaan digital seperti yang telah digambarkan pada bagian sebelumnya diatas. Kelemahan dalam mengidentifikasi lingkup dari proyek adalah salah satu faktor terbesar dalam kegagalan proyek. Berikut beberapa hal yang dapat menjadi contoh lingkup dari proyek:
3
o Dari mulai perpustakaan,
otomasi
bisnis
proses
o indexing s/d full content repository Pendefinisian dan penentuan lingkup dari proyek tersebut selanjutnya akan membawa konsekwensi atas biaya dan waktu yang diperlukan guna menyelesaikan proyek bersangkutan, jika biaya dan waktu yang dimiliki sangat terbatas maka lingkup dari proyek perlu dikurangi (atau dibuat bertahap sesuai keadaan).
Kasus Proyek Perpustakaan Digital di Indonesia
Dalam pengalaman penulis beberapa tahun belakangan dalam pengembangan perpustakaan digital di Indonesia, kasus yang dialami Google menjadi juga sebagai hambatan yang ada, namun disisi lain terdapat hal-hal lain yang lebih fundamental yang secara spesifik dialami. Terkait dengan hal-hal yang menyebabkan hambatan yang ada:
Faktor Time, Cost dan Quality dari proyek akan sangat berhubungan dengan:
1. Aspek ketersediaan dan akses terhadap content:
o Ketersediaan sumberdaya internal
o Availability of knowledge/information
o Pemilihan teknologi (terkait dengan resiko dan kualitas)
o Availibility of information in writen form
Kasus Proyek Digitalisasi Google
Proyek Digitalisasi Google memliki tujuan utama untuk melipat gandakan content (informasi) yang akan tersedia melalui akses internet. Proyek digitalisasi oleh Google ini dimulai pada Desember 2004 dimana Google merencanakan untuk meluncurkan proyek yang sangat besar dan ambisius untuk mendigitasi koleksi-koleksi yang tersimpan pada beberapaperpustakaan public/universitas terbesar dunia, dan menyediakan akses dari content ini melalui internet. Dalam proyek ini Google akan akan mengkonversi (full-text) seluruh koleksi-koleksi yang tersimpan di perpustakaan tersebut dimana hak copyrightnya sudah kadaluwarsa, serta akan membuat abstraksi (short excerpts) dari karya-karya yang masih memiliki copyright. Dalam hal proyek Google ini hambatan terbesar terkait dengan hal-hal antara lain: - Aspek copyright atas content hak ekonomis, dimana beberapa perusahaan publishing mengemukakan keberatannya atas proyek digitaliasi Goggle ini. - Aspek politis (case publik Perancis, dominasi kultur anglo-saxon dan bahasa inggris/ amerika).
4
o Availibility of information in digital form o Accuracy/Credibility of information Actionable (KM) 2. Aspek manusia – knowledge & skill (competence), attitude (culture) seperti antara lain: Writing Habit, Misconception of information sharing, Awareness the use of information 3. Aspek ketersediaan infrastruktur dan pemilihan teknologi, seperti antara lain: o Server, Workstation o Computer Network Local Area Network, Wide Area Network, The Internet o Software Application, alibility, metadata, retreival
Interoperation-
Dari ketiga aspek diatas dua aspek pertamalah yang menurut penulis saling berhubungan dan menjadi faktor kendala dan hambatan terbesar dalam sukses tidaknya sebuah proyek perpustakaan digital di Indonesia. Aspek ketersediaan dan akses terhadap content misalnya masih sedikit menjadi perhatian sebagian besar pelaku proyek. Dilema mana yang lebih penting didahulukan antara memperbesar volume content dan memperluas akses menjadi diskusi yang
berkepanjangan tanpa ada solusi yang diberikan, bahkan kadang-kadang hal ini menjadi terlewatkan begitu saja saat perencanaan faktor teknis yang mendominasi.
o Proyek Perpustakaan Online Google Diprotes Penerbit, http://www.kompas.com/kirim_berita/print. cfm?nnum=71864
Pengembangan local content dan memperbesar akses terhadap content ini sebaiknya menjadikan perhatian yang utama, pemilihan teknologi yang tepat guna juga diperlukan untuk mengatasi kendala infrastruktur dan kendala sosial yang ada.
o Search Engine Technology and Digital Libraries - Libraries Need to Discover the Academic Internet, http://www.dlib.org/dlib/june04/lossau/06l ossau.html
Referensi:
o Where Do We Go From Here? The Next Decade for Digital Libraries, http://www.dlib.org/dlib/july05/lynch/07lyn ch.html
o A Viewpoint Analysis of the Digital Library, http://www.digilib.org/dlib/july05/arms/07a rms.html o Diskusi Local Content di mailing list ICS, http://www.yahoogroups.com/group/the_IC S/
5