PUTUSAN NOMOR 330 K/Pid/2003 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH
AGUNG
memeriksa perkara pidana dalam tingkat kasasi telah memutuskan sebagai berikut dalam perkara para Terdakwa : I. N a m a
:
SHAUKAT ALI AKHTAR ;
Tempat lahir
:
Pakistan;
Umur / tanggal lahir
:
1 September 1947 ;
Jenis kelamin
:
Laki-laki ;
Kebangsaan
:
Pakistan;
Tempat tinggal
:
Jalan Lahore-M-57, LCC.HS Lahore, Pakistan ;
Agama
:
Islam;
Pekerjaan
:
Nahkoda Kapal Kota Indah ;
:
KRUSTIONO BASUKI ;
Tempat lahir
:
Purbalingga – Jawa Tengah ;
Umur / tanggal lahir
:
26 Juli 1966 ;
Jenis kelamin
:
Laki-laki ;
Kebangsaan
:
Indonesia;
Tempat tinggal
:
Jalan Kalitinggar Rt. 01 Rw. 05,
II. N a m a
Padamara, Purbalingga ; Agama
:
Islam;
Pekerjaan
:
Mualim II Kapal Kota Indah ;
Terdakwa-Terdakwa ditahan oleh Penyidik sejak tanggal 25 Mei 1999 sampai dengan tanggal 20 Juli 1999 ; yang diajukan dimuka persidangan Pengadilan Negeri Surabaya karena didakwa : PRIMAIR : Bahwa para Terdakwa I SHAUKAT ALI AKHTAR selaku nahkoda kapal dan Terdakwa II KRUSTIONO BASUKI selaku perwira jaga kapal pada tanggal 19 Februari 1999 dari pukul 12.00 sampai dengan 18.00 wib, baik secara bersama-sama atau secara sendiri-sendiri pada hari Jum’at, tanggal 19 Februari 1999 pada pukul 13.12.03 wib sampai dengan pukul 15.48 wib atau setidaktidaknya pada waktu-waktu lain dalam bulan Februari 1999, bertempat di perairan pelabuhan laut Tanjung Perak Surabaya atau pada tempat di mana
Hal. 1 dari 27 hal. Put. No. 330 K/Pid/2003
Pengadilan Negeri Surabaya berwenang memeriksa dan mengadili, dengan sengaja membinasakan, merusakkan atau membuat sampai tidak dapat dipakai lagi sesuatu alat perkakas listrik, mengganggu jalan atau pekerjaan alat perkakas itu, atau merintangi atau menyukarkan tindakan yang diambil untuk menjaga keselamatan atau datangkan bahaya umum bagi barang, perbuatan mana dilakukan oleh para Terdakwa dengan cara sebagai berikut : -
Bahwa pada hari Jum’at, tanggal 19 Februari 1999, Kapal Kota Indah yang dinahkodai Terdakwa I SHAUKAT ALI AKHTAR yang sudah sering memasuki pelabuhan laut Surabaya memasuki perairan pelabuhan Tanjung Perak Surabaya yang pada pukul 11.59 wib kapal berlabuh jangkar pada posisi 07°.09′95”S/112°.40′.80′ ′.T untuk menunggu kapal sandar di dermaga dengan rantai jangkar 5 segel di air dengan posisi kapal berjarak ± 180 meter dengan garis tanda kabel sebelah selatan yang tergambar dalam peta pelayaran British Admiralty Chart (BAC) 921 dan juga dekat dengan larangan daerah berlabuh jangkar, maka dengan posisi labuh jangkar yang demikian Terdakwa I SHAUKAT ALI AKHTAR seharusnya menjaga kapalnya agar tidak memasuki areal kabel laut dan larangan daerah berlabuh jangkar tersebut ;
-
Selanjutnya Terdakwa I SHAUKAT ALI AKHTAR memundurkan kapal arah ke utara (buritan kapal) dan setelah jangkar kapal makan pukul 12.06 wib Terdakwa I SHAUKAT ALI AKHTAR mematikan mesin kapal. Seharusnya mesin kapal tidak dimatikan dan semestinya mesin kapal tetap hidup untuk menjaga kemungkinan kapal berubah posisi karena larat, sehingga dia dapat mengembalikan kapal ke tempat posisi semula atau ke tempat yang aman apabila larat, karena posisi kapal makin dekat areal kabel laut dan larangan daerah berlabuh jangkar, apalagi dengan perintah memundurkan kapal ke arah utara, hal itu membuat lebih dekat lagi ke areal kabel laut dan larangan daerah berlabuh jangkar. Dengan posisi kapal saat jangkar makan demikian dan dengan kecepatan arus air antara ± 1-2 knot ke arah utara setelah pukul 12.00 wib serta dasar laut (sea bed) berupa tanah liat, Terdakwa I SHAUKAT ALI AKHTAR sebagai pelaut yang berkecakapan baik/ professional tentu sudah dapat mengetahui kemungkinan terjadinya kapal akan larat ke utara memasuki larangan daerah berlabuh jangkar dan akan melewati alur kabel laut aliran listrik Jawa-Madura 150 Kv, yang ditandai dengan dua garis pada peta dan dapat dipastikan jangkar kapal akan menggaruk/mengait kabel laut aliran listrik Jawa-madura. Untuk menghindari terjadinya kapal larat seharusnya Terdakwa I SHAUKAT ALI AKHTAR menjaga posisi kapalnya
Hal. 2 dari 27 hal. Put. No. 330 K/Pid/2003
dengan baik dan benar, antara lain dengan tidak mematikan mesin kapal, tetapi Terdakwa I SHAUKAT ALI AKHTAR yang sudah tahu kapalnya dekat dengan alur kabel laut aliran listrik tetap saja memasang range aman kapal 2,5 cabel pada GPS yang melewati alur kabel laut aliran listrik Jawa-Madura dan memasuki larangan daerah berlabuh jangkar ; -
Bahwa setelah pukul 12.00 wib Terdakwa II KRUSTIONO BASUKI sebagai Mualim II bertugas selaku perwira jaga kapal, maka sebagai pelaut berkecakapan yang baik seharusnya mengetahui bahwa dengan posisi kapal dan kecepatan arus demikian seharusnya dia menjaga posisi kapal secara cermat agar kapal tidak larat memasuki areal kabel laut aliran listrik dan larangan daerah berlabuh jangkar sebab bila kapal larat karena arus air akan mengakibatkan jangkar kapal akan menggaruk/mengait kabel ;
-
Bahwa ternyata para Terdakwa tidak menjaga kapal secara cermat, maka apa yang diketahui para Terdakwa sebagai kemungkinan akan terjadi benar terjadi, yaitu Kapal Kota Indah larat (hanyut dalam keadaan lego jangkar) terbawa arus air arah ke utara melewati alur kabel dan memasuki larangan daerah berlabuh jangkar dan Terdakwa II KRUSTIONO BASUKI pada pukul 12.30 wib telah mengetahui kapal larat, tetapi membiarkan saja dan tidak melaporkan posisi kapal kepada nahkoda karena beranggapan kapal masih dalam area range aman 2,5 cabel, karena kapal dibiarkan larat, akhirnya kapal melewati alur kabel laut aliran listrik di daerah bahagian yang tidak tertanam di dasar laut dan jangkar kapal yang beratnya ± 6 ton menggaruk/mengait 3 kabel laut aliran listrik di daerah bahagian yang tidak tertanam di dasar laut yang mengakibatkan ketiga kabel rusak dan aliran listrik ke pulau Madura putus pukul 13.12.03 wib. Baru pada pukul 13.15 wib setelah alarm GPS berbunyi menandakan kapal larat telah melewati range aman, pada saat itulah Terdakwa II KRUSTIONO BASUKI panik karena mengetahui posisi kapal telah melewati alur kabel laut aliran listrik dan dekat daerah dangkal pantai Madura. Pasa saat itu berusaha melaporkan keadaan kapal kepada Terdakwa I SHAUKAT ALI AKHTAR dan pada pukul 13.20 wib setelah Terdakwa I SHAUKAT ALI AKHTAR dapat dihubungi, Terdakwa I SHAUKAT ALI AKHTAR memerintahkan para awak kapal menghidupkan mesin kapal yang seharusnya sejak awal mesin kapal harus hidup untuk menjaga posisi kapal. Pada pukul 13.32 wib setelah mesin kapal hidup Terdakwa I SHAUKAT ALI AKHTAR melakukan olah gerak berusaha mengendalikan kapal untuk menghindari dari keterkaitan jangkar kapal pada kabel laut aliran listrik Jawa-Madura, Terdakwa I SHAUKAT ALI AKHTAR
Hal. 3 dari 27 hal. Put. No. 330 K/Pid/2003
berusaha melepaskan kabel dari kaitan jangkar dengan melakukan olah gerak maju-mundur dan menaik-turunkan jangkar atau dengan cara-cara atau perbuatan lain semacam itu, sehingga mengakibatkan ketiga kabel laut aliran listrik Jawa-Madura putus ; Perbuatan para Terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 191 bis ke-2 jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP ; SUBSIDAIR : Bahwa para Terdakwa I SHAUKAT ALI AKHTAR selaku nahkoda kapal dan Terdakwa II KRUSTIONO BASUKI selaku perwira jaga kapal pada tanggal 19 Februari 1999 dari pukul 12.00 sampai dengan 18.00 wib, baik secara bersama-sama atau secara sendiri-sendiri pada waktu dan tempat seperti diuraikan pada dakwaan Primair di atas, dengan sengaja membinasakan, merusakkan atau membuat sampai tidak dapat dipakai lagi sesuatu alat perkakas listrik, mengganggu jalan atau pekerjaan alat perkakas itu atau merintangi
atau
menyukarkan
tindakan
yang
diambil
untuk
menjaga
keselamatan atau untuk memperbaiki alat perkakas itu yang mengakibatkan timbul rintangan atau terbit kesukaran-kesukaran dalam memberikan tenaga listrik untuk keperluan umum, perbuatan mana dilakukan oleh para Terdakwa dengan cara sebagai berikut : -
Bahwa pada hari Jum’at, tanggal 19 Februari 1999, Kapal Kota Indah yang dinahkodai Terdakwa I SHAUKAT ALI AKHTAR yang sudah sering memasuki pelabuhan laut Surabaya memasuki perairan pelabuhan Tanjung Perak Surabaya yang pada pukul 11.59 wib kapal berlabuh jangkar pada posisi 07°.09′95”S/112°.40′.80′ ′.T untuk menunggu kapal sandar di dermaga dengan rantai jangkar 5 segel di air dengan posisi kapal berjarak ± 180 meter dengan garis tanda kabel sebelah selatan yang tergambar dalam peta pelayaran British Admiralty Chart (BAC) 921 dan juga dekat dengan larangan daerah berlabuh jangkar, maka dengan posisi labuh jangkar yang demikian Terdakwa I SHAUKAT ALI AKHTAR seharusnya menjaga kapalnya agar tidak memasuki areal kabel laut dan larangan daerah berlabuh jangkar tersebut ;
-
Selanjutnya Terdakwa I SHAUKAT ALI AKHTAR memundurkan kapal arah ke utara (buritan kapal) dan setelah jangkar kapal makan pukul 12.06 wib Terdakwa I SHAUKAT ALI AKHTAR mematikan mesin kapal. Seharusnya mesin kapal tidak dimatikan dan semestinya mesin kapal tetap hidup untuk menjaga kemungkinan kapal berubah posisi karena larat, sehingga dia dapat mengembalikan kapal ke tempat posisi semula atau ke tempat yang aman
Hal. 4 dari 27 hal. Put. No. 330 K/Pid/2003
apabila larat, karena posisi kapal makin dekat areal kabel laut dan larangan daerah berlabuh jangkar, apalagi dengan perintah memundurkan kapal ke arah utara, hal itu membuat lebih dekat lagi ke areal kabel laut dan larangan daerah berlabuh jangkar. Dengan posisi kapal saat jangkar makan demikian dan dengan kecepatan arus air antara ± 1-2 knot ke arah utara setelah pukul 12.00 wib serta dasar laut (sea bed) berupa tanah liat, Terdakwa I SHAUKAT ALI AKHTAR sebagai pelaut yang berkecakapan baik/ professional tentu sudah dapat mengetahui kemungkinan terjadinya kapal akan larat ke utara memasuki larangan daerah berlabuh jangkar dan akan melewati alur kabel laut aliran listrik Jawa-Madura 150 Kv, yang ditandai dengan dua garis pada peta dan dapat dipastikan jangkar kapal akan menggaruk/mengait kabel laut aliran listrik Jawa-madura. Untuk menghindari terjadinya kapal larat seharusnya Terdakwa I SHAUKAT ALI AKHTAR menjaga posisi kapalnya dengan baik dan benar, antara lain dengan tidak mematikan mesin kapal, tetapi Terdakwa I SHAUKAT ALI AKHTAR yang sudah tahu kapalnya dekat dengan alur kabel laut aliran listrik tetap saja memasang range aman kapal 2,5 cabel pada GPS yang melewati alur kabel laut aliran listrik Jawa-Madura dan memasuki larangan daerah berlabuh jangkar ; -
Bahwa setelah pukul 12.00 wib Terdakwa II KRUSTIONO BASUKI sebagai Mualim II bertugas selaku perwira jaga kapal, maka sebagai pelaut berkecakapan yang baik seharusnya mengetahui bahwa dengan posisi kapal dan kecepatan arus demikian seharusnya dia menjaga posisi kapal secara cermat agar kapal tidak larat memasuki areal kabel laut aliran listrik dan larangan daerah berlabuh jangkar sebab bila kapal larat karena arus air akan mengakibatkan jangkar kapal akan menggaruk/mengait kabel ;
-
Bahwa ternyata para Terdakwa tidak menjaga kapal secara cermat, maka apa yang diketahui para Terdakwa sebagai kemungkinan akan terjadi benar terjadi, yaitu Kapal Kota Indah larat (hanyut dalam keadaan lego jangkar) terbawa arus air arah ke utara melewati alur kabel dan memasuki larangan daerah berlabuh jangkar dan Terdakwa II KRUSTIONO BASUKI pada pukul 12.30 wib telah mengetahui kapal larat, tetapi membiarkan saja dan tidak melaporkan posisi kapal kepada nahkoda karena beranggapan kapal masih dalam area range aman 2,5 cabel, karena kapal dibiarkan larat, akhirnya kapal melewati alur kabel laut aliran listrik di daerah bahagian yang tidak tertanam di dasar laut dan jangkar kapal yang beratnya ± 6 ton menggaruk/mengait 3 kabel laut aliran listrik di daerah bahagian yang tidak tertanam di dasar laut yang mengakibatkan ketiga kabel rusak dan aliran
Hal. 5 dari 27 hal. Put. No. 330 K/Pid/2003
listrik ke pulau Madura putus pukul 13.12.03 wib. Baru pada pukul 13.15 wib setelah alarm GPS berbunyi menandakan kapal larat telah melewati range aman, pada saat itulah Terdakwa II KRUSTIONO BASUKI panik karena mengetahui posisi kapal telah melewati alur kabel laut aliran listrik dan dekat daerah dangkal pantai Madura. Pasa saat itu berusaha melaporkan keadaan kapal kepada Terdakwa I SHAUKAT ALI AKHTAR dan pada pukul 13.20 wib setelah Terdakwa I SHAUKAT ALI AKHTAR dapat dihubungi, Terdakwa I SHAUKAT ALI AKHTAR memerintahkan para awak kapal menghidupkan mesin kapal yang seharusnya sejak awal mesin kapal harus hidup untuk menjaga posisi kapal. Pada pukul 13.32 wib setelah mesin kapal hidup Terdakwa I SHAUKAT ALI AKHTAR melakukan olah gerak berusaha mengendalikan kapal untuk menghindari dari keterkaitan jangkar kapal pada kabel laut aliran listrik Jawa-Madura, Terdakwa I SHAUKAT ALI AKHTAR berusaha melepaskan kabel dari kaitan jangkar dengan melakukan olah gerak maju-mundur dan menaik-turunkan jangkar atau dengan cara-cara atau perbuatan lain semacam itu, sehingga mengakibatkan ketiga kabel laut aliran listrik Jawa-Madura putus, sehingga masyarakat se-pulau Madura sejak tanggal 19 Februari 1999 pukul 13.12.03 wib tidak dapat menikmati aliran listrik hingga tanggal 30 April 1999 setelah 1 (satu) kabel di antara 3 (tiga) kabel selesai diperbaiki ; Perbuatan para Terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 191 bis ke-1 jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP ; Mahkamah Agung tersebut ; Membaca tuntutan pidana Jaksa/Penuntut Umum pada Kejaksaan Negeri Tanjung Perak Nomor Reg. Perk. PDM-21/Tg.Prk/0999, tanggal 27 Agustus 2001 sebagai berikut : 1. Menyatakan Terdakwa I SHAUKAT ALI AKHTAR dan Terdakwa II KRUSTIONO BASUKI bersalah secara bersama-sama melakukan tindakan pidana sengaja merusak kabel listrik sebagaimana diatur dalam Pasal 191 bis ke-2 jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP ; 2. Menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa I SHAUKAT ALI AKHTAR dan Terdakwa II KRUSTIONO BASUKI dengan pidana penjara masing-masing selama 3 (tiga) tahun, dengan perintah supaya para Terdakwa ditahan ; 3. Menyatakan barang bukti berupa : a. -
1 (satu) unit M.V. Kota Indah ;
-
1 (satu) buah deck log book ;
-
1 (satu) buah brige movement book ;
Hal. 6 dari 27 hal. Put. No. 330 K/Pid/2003
-
1 (satu) buah engine movement book ;
-
1 (satu) buah VHF communication log ;
-
1 (satu) buah anchor position book ;
-
1 (satu) engine log book ;
-
1 (satu) gergaji besi lengkap dengan tangkainya ;
-
1 (satu) gunting pemotong kawat (steel hand cutter) ;
-
1 (satu) kunci (stang steel/pipe wrenah) ;
-
1 (satu) lembar peta BA Nomor 921 pelabuhan Surabaya edisi terbaru ;
-
2 (dua) tabung gas ;
-
Kabel las sepanjang 40 m/kabel slang dan nozzle gas ;
-
1 (satu) tangga monyet dan tali dan kayu ;
-
1 (satu) sabuk pengaman ;
-
1 (satu) buah palu ;
-
1 (satu) buah betel ;
-
1 (satu) buah Grinding Stone Korea merk Kor Princ ukuran 100 X 8 X 16 type A 24 R (sudah terpakai) ;
-
1 (satu) buah Grinding Stone Jepang merk Shinko ukuran 100 X 6 X 16 type 27 (belum terpakai) ;
-
1 (satu) buah Grinding Stone merk Sankai 4053, diameter 10 cm, tebal 2 mm ;
-
1 (satu) buah Hard Grinder Singapore merk Block and Decker Nomor Seri 803218 type 1 ;
-
1 (satu) buah betel panjang 19,5 cm, diameter 3 cm dari besi ;
-
1 (satu) pisau kerja (sangkur stainless) dengan sarungnya, kulit warna coklat muda ;
-
1 (satu) gergaji besi Sherfiel England Cat Nomor AM 46 B Flexible Silicon Steel ;
dikembalikan kepada pemilik Kapal Kota Indah ; b. -
1 (satu) tustel merk Cannon ;
-
1 (satu) alat pemotong super Zenith ;
-
3 (tiga) lempengan aluminium putih dan kuning pembungkus kabel masing-masing panjang 5 cm ;
-
1 (satu) kawat baja pembungkus kabel dengan garis tengah 0,5 mm, panjang 3 m, yang diambil dari kabel laut yang putus dari dasar laut Jawa-Madura oleh Team Penyelam ;
-
1 (satu) batang conductor ;
Hal. 7 dari 27 hal. Put. No. 330 K/Pid/2003
-
Kertas isolasi (warna coklat) ;
-
Plastik PFC ;
-
Bidding (kassa sarung warna hitam) ;
-
Kabel laut jenis BICC sub marine cable 3 X 300 mm CU 150.000 Volt dalam keadaan rusak, panjang 15 m dari Jawa-Madura cirkit 2 dari Tajungan ke arah Gresik. Barang bukti dipotong menjadi tiga bagian masing-masing 2,8 m, 4,9 m dan 7,3 m ;
-
Kabel laut jenis BICC sub marine cable 3 X 300 mm CU 150 Volt dalam keadaan rusak, panjang 16,49 m dari Jawa-Madura cirkit 2 dari Gresik ke arah Tajungan, dipotong tiga bagian masing-masing 7 m, 5,1 m (terdapat lekukan dari sisi kanan ke kiri panjang 2 m) dan 4,39 m serta gulungan spiral aluminium ;
-
Kabel laut jenis BICC sub marine cable 3 X 300 mm CU 150.000 Volt dalam keadaan rusak, panjang 5,52 m dari Jawa-Madura cirkit 1 dari Gresik ke Tajungan ;
-
Kabel laut jenis BICC sub marine cable 3 X 300 mm CU 150.000 Volt dalam keadaan rusak, panjang 4,38 m, panjang dari potongan kabel sampai pelindung minyak 3,98 m, panjang dari potongan pelindung minyak yang bocor 1,7 m dari Jawa-Madura cirkit 1 dari tanjungan ke arah Gresik ;
dikembalikan kepada PT. PLN (Persero) ; c. 1 (satu) tustel merk Nikkon Fm.2 dikembalikan kepada saksi Musafik ; d. -
6 (enam) negatif film ;
-
6 (enam) foto berwarna ;
-
1 (satu) cuci cetak film dari Golden Star Foto Studio, tanggal 19 Februari 1999 ;
-
1 (satu) bon pembelian negatif film, tanggal 19 Februari 1999 ;
-
14 (empat belas) negatif film ;
-
14 (empat belas) foto berwarna ;
-
1 (satu) bon cuci cetak, tanggal 19 Februari 1999 ;
tetap dilampirkan dalam berkas perkara ; 4. Menetapkan agar Terdakwa jika ternyata dipersalahkan dan dijatuhi pidana supaya dibebani biaya perkara masing-masing sebesar Rp. 5.000,- (lima ribu rupiah) ; Membaca putusan Pengadilan Negeri Surabaya Nomor 816/Pid.B/2000/ PN.Sby., tanggal 27 September 2001 yang amar lengkapnya sebagai berikut :
Hal. 8 dari 27 hal. Put. No. 330 K/Pid/2003
-
Menyatakan Terdakwa I SHAUKAT ALI AKHTAR dan Terdakwa II KRUSTIONO BASUKI tidak terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah atas perbuatan yang dimuat dalam dakwaan Primair dan Subsidair ;
-
Membebaskan Terdakwa I dan Terdakwa II tersebut dari dakwaan Primair dan Subsidair ;
-
Menyatakan para Terdakwa I SHAUKAT ALI AKHTAR dan Terdakwa II KRUSTIONO BASUKI terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah atas perbuatan karena kelalaiannya menjadikan bangunan listrik rusak yang mengakibatkan rintangan dalam memberikan tenaga listrik bagi umum ;
-
Menghukum para Terdakwa I dan Terdakwa II tersebut di atas dengan pidana penjara masing-masing selama 2 (dua) bulan ;
-
Menetapkan masa tahanan yang pernah mereka jalani akan diperhitungkan pada pidana yang dijatuhkan ;
-
Menetapkan barang bukti berupa : 1. -
1 (satu) unit M.V. Kota Indah ;
-
1 (satu) buah deck log book ;
-
1 (satu) buah brige movement book ;
-
1 (satu) buah engine movement book ;
-
1 (satu) buah VHF communication log ;
-
1 (satu) buah anchor position book ;
-
1 (satu) engine log book ;
-
1 (satu) gergaji besi lengkap dengan tangkainya ;
-
1 (satu) gunting pemotong kawat (steel hand cutter) ;
-
1 (satu) kunci (stang steel/pipe wrenah) ;
-
1 (satu) lembar peta BA Nomor 921 pelabuhan Surabaya edisi terbaru ;
-
2 (dua) tabung gas ;
-
Kabel las sepanjang 40 m/kabel slang dan nozzle gas ;
-
1 (satu) tangga monyet dan tali dan kayu ;
-
1 (satu) sabuk pengaman ;
-
1 (satu) buah palu ;
-
1 (satu) buah betel ;
-
1 (satu) buah Grinding Stone Korea merk Kor Princ ukuran 100 X 8 X 16 type A 24 R (sudah terpakai) ;
-
1 (satu) buah Grinding Stone Jepang merk Shinko ukuran 100 X 6 X 16 type 27 (belum terpakai) ;
Hal. 9 dari 27 hal. Put. No. 330 K/Pid/2003
-
1 (satu) buah Grinding Stone merk Sankai 4053, diameter 10 cm, tebal 2 mm ;
-
1 (satu) buah Hard Grinder Singapore merk Block and Decker Nomor Seri 803218 type 1 ;
-
1 (satu) buah betel panjang 19,5 cm, diameter 3 cm dari besi ;
-
1 (satu) pisau kerja (sangkur stainless) dengan sarungnya, kulit warna coklat muda ;
-
1 (satu) gergaji besi Sherfiel England Cat Nomor AM 46 B Flexible Silicon Steel ;
dikembalikan kepada Pasific International Line, Pte.Ltd. ; 2. -
1 (satu) tustel merk Nikkon Fm.2 ;
-
1 (satu) tustel merk Cannon ;
-
1 (satu) alat pemotong super Zenith ;
dikembalikan kepada Musafik, PLN Jatim, Didik Yantoro ; 3. -
3 (tiga) lempengan aluminium putih dan kuning pembungkus kabel masing-masing panjang 5 cm ;
-
1 (satu) kawat baja pembungkus kabel dengan garis tengah 0,5 mm, panjang 3 m, yang diambil dari kabel laut yang putus dari dasar laut Jawa-Madura oleh Team Penyelam ;
-
1 (satu) batang conductor ;
-
Kertas isolasi (warna coklat) ;
-
Plastik PFC ;
-
Bidding (kassa sarung warna hitam) ;
-
Kabel laut jenis BICC sub marine cable 3 X 300 mm CU 150.000 Volt dalam keadaan rusak, panjang 15 m dari Jawa-Madura cirkit 2 dari Tajungan ke arah Gresik. Barang bukti dipotong menjadi tiga bagian masing-masing 2,8 m, 4,9 m dan 7,3 m ;
-
Kabel laut jenis BICC sub marine cable 3 X 300 mm CU 150 Volt dalam keadaan rusak, panjang 16,49 m dari Jawa-Madura cirkit 2 dari Gresik ke arah Tajungan, dipotong tiga bagian masing-masing 7 m, 5,1 m (terdapat lekukan dari sisi kanan ke kiri panjang 2 m) dan 4,39 m serta gulungan spiral aluminium ;
-
Kabel laut jenis BICC sub marine cable 3 X 300 mm CU 150.000 Volt dalam keadaan rusak, panjang 5,52 m dari Jawa-Madura cirkit 1 dari Gresik ke Tajungan ;
-
Kabel laut jenis BICC sub marine cable 3 X 300 mm CU 150.000 Volt dalam keadaan rusak, panjang 4,38 m, panjang dari potongan kabel
Hal. 10 dari 27 hal. Put. No. 330 K/Pid/2003
sampai pelindung minyak 3,98 m, panjang dari potongan pelindung minyak yang bocor 1,7 m dari Jawa-Madura cirkit 1 dari tanjungan ke arah Gresik ; dikembalikan kepada PT. PLN (Persero) ; 4. -
6 (enam) negatif film ;
-
6 (enam) foto berwarna ;
-
1 (satu) cuci cetak film dari Golden Star Foto Studio, tanggal 19 Februari 1999 ;
-
1 (satu) bon pembelian negatif film, tanggal 19 Februari 1999 ;
-
14 (empat belas) negatif film ;
-
14 (empat belas) foto berwarna ;
-
1 (satu) bon cuci cetak, tanggal 19 Februari 1999 ;
tetap dilampirkan dalam berkas perkara ; -
Menghukum para Terdakwa tersebut untuk membayar biaya perkara masing-masing Rp. 5.000,- (lima ribu rupiah) ; Membaca putusan Pengadilan Tinggi Surabaya Nomor 304/PID/2002/
PT.SBY., tanggal 11 November 2002 yang amar lengkapnya sebagai berikut : -
Menerima permintaan banding dari Jaksa/Penuntut Umum dan kuasa para Terdakwa tersebut ;
-
Menguatkan putusan Pengadilan Negeri Surabaya Nomor 816/Pid.B/2000/ PN.Sby., tanggal 27 September 2001 yang dimohonkan banding dengan memperbaiki sekedar mengenai pidana yang dijatuhkan sehingga berbunyi sebagai berikut :
-
Menghukum masing-masing Terdakwa I SHAUKAT ALI AKHTAR
dan
Terdakwa II KRUSTIONO BASUKI dengan pidana penjara selama 2 (dua) bulan, dengan ketentuan bahwa pidana penjara tersebut tidak usah dijalani, kecuali di kemudian hari Terpidana I dan Terpidana II berdasarkan putusan Hakim yang tetap terbukti melakukan suatu tindak pidana sebelum habis masa percobaan selama 6 (enam) bulan ; -
Menguatkan putusan Pengadilan Negeri selain dan selebihnya ;
-
Membebankan biaya perkara kepada Terdakwa I dan Terdakwa II dalam kedua tingkat pengadilan, yang pada tingkat pertama sebesar Rp. 5.000,(lima ribu rupiah) dan tingkat banding sebesar Rp. 2.000,- (dua ribu rupiah) ; Mengingat akan akta tentang permohonan kasasi Nomor 816/Pid.B/
2000/PN.SBY. yang dibuat oleh Panitera pada Pengadilan Negeri Surabaya yang menerangkan, bahwa pada tanggal 17 Desember 2002 Terdakwa I dan Terdakwa II telah mengajukan permohonan kasasi dan pada tanggal 24 Desember 2002
Hal. 11 dari 27 hal. Put. No. 330 K/Pid/2003
Jaksa/Penuntut Umum pada Kejaksaan Negeri Tanjung Perak juga telah mengajukan permohonan kasasi terhadap putusan Pengadilan Tinggi tersebut ; Memperhatikan memori kasasi bertanggal 30 Desember 2002 dari Terdakwa I dan Terdakwa II serta memori kasasi bertanggal 6 Januari 2003 dari Jaksa/Penuntut Umum sebagai para Pemohon Kasasi yang diterima di kepaniteraan Pengadilan Negeri Surabaya pada tanggal itu juga ; Membaca surat-surat yang bersangkutan ; Menimbang,
bahwa
putusan
Pengadilan
Tinggi
tersebut
telah
diberitahukan kepada para Terdakwa dan Jaksa/Penuntut Umum masingmasing pada tanggal 4 Desember 2002 serta tanggal 12 Desember 2002 dan para Terdakwa maupun Jaksa/Penuntut Umum mengajukan permohonan kasasi masing-masing pada tanggal 17 Desember 2002 dan
24 Desember
2002 serta memori kasasinya telah diterima di Kepaniteraan Pengadilan Negeri Surabaya masing-masing pada tanggal 30 Desember 2002 dan 6 Januari 2003, dengan demikian permohonan kasasi beserta dengan alasan-alasannya telah diajukan dalam tenggang waktu dan dengan cara menurut undang-undang, oleh karena itu permohonan kasasi tersebut formal dapat diterima ; Menimbang, bahwa alasan-alasan yang diajukan oleh para Pemohon Kasasi/Terdakwa I dan Terdakwa II maupun Jaksa/Penuntut Umum pada pokoknya adalah sebagai berikut : Alasan-alasan Kasasi Terdakwa I dan Terdakwa II : 1. Bahwa keberatan pertama para Pemohon Kasasi adalah bahwa putusan a quo telah salah menerapkan atau melanggar hukum yang berlaku, khususnya asas dalam hukum pidana, bahwa tidak ada pemidanaan tanpa kesalahan (geen straf zonder schuld) : -
Hazewinkel – Suringa’s mengemukakan adanya 2 (dua) macam kealpaan (culpa), yakni :
-
-
kealpaan yang disadari (bewuste schuld) ; dan
-
kealpaan yang tidak disadari (onbewuste schuld) ;
Bahwa pada kealpaan yang disadari, pelaku dapat membayangkan (Belanda : voorzag ; Inggris foresee) akibatnya, tetapi pelaku berkeyakinan dapat menghindari terjadinya akibat tersebut ;
-
Bahwa pada kealpaan yang tidak disadari, pelakunya sama sekali tidak dapat membayangkan akibat atau keadaan-keadaan yang bersangkutan, tetapi
ia
seharusnya
dapat
membayangkannya,
sehingga
dapat
menghindari timbulnya akibat tersebut ;
Hal. 12 dari 27 hal. Put. No. 330 K/Pid/2003
-
Bahwa dengan ungkapan agak berbeda mengenai kealpaan yang disadari, J.E. Jonkers mengatakan pelaku mengetahui bahaya perbuatan yang dilakukan atau tidak dilakukannya, tetapi berspekulasi pada harapan atau kemampuannya yang bagus, bahwa ia dapat mengatasinya tanpa menimbulkan kecelakaan. Kesalahan pelaku karenanya adalah menilai secara berlebihan akan kemampuannya sendiri atau percaya berlebihan akan keberuntungannya ;
-
Bahwa mengenai kealpaan yang tidak disadari, pelaku bahkan tidak dapat membayangkan akibat yang sial. Kesalahannya bahwa ia seharusnya dapat menyadarinya ;
-
Bahwa bila seandainya benar para Pemohon Kasasi ada kesalahan –quad non --, kesalahan yang mana yang ada pada para Pemohon Kasasi, yakni adakah kesalahan yang disadari ataukah kesalahan yang tidak disadari ? ;
-
Bahwa putusan a quo, demikian pula putusan Pengadilan Tingkat Pertama yang dikuatkan putusan a quo, tidak mempertimbangkan, setidak-tidaknya tidak mempertimbangkan secara jelas dan tepat tentang kesalahan para Pemohon Kasasi dan apakah bila kesalahan itu benar ada, apakah hal itu dapat dipertanggungjawabkan kepada para Pemohon Kasasi ;
-
Bahwa untuk dapat membayangkan (Belanda : voorzag atau voorstellen ; Inggris : foresee), maka para Pemohon Kasasi pada tanggal 19 Februari 1999 sudah harus mengetahui tiga hal, yakni : a. harus mengetahui bahwa di samping adanya 2 (dua) buah kabel bawah laut seperti yang terpetakan dan tergambar sebagai 2 (dua) garis merah yang terbentang antara Gresik dan Tanjung Tajungan di Madura di peta BAC 921, masih ada 3 (tiga) kabel bawah laut lain (selain dua kabel bawah laut yang terpetakan/tergambar pada peta BAC 921) milik PLN yang tidak atau belum terpetakan atau tidak atau belum tergambar pada peta BAC 921 tersebut ; b. harus sudah mengetahui koordinat-koordinat sirkit 1, sirkit 2 dan sirkit 3 milik PLN yang berada di bawah laut ; c. para Pemohon Kasasi juga sudah harus tahu adanya daerah larangan labuh jangkar ;
-
Bahwa putusan a quo sama sekali tidak mempertimbangkan apakah pada tanggal 19 Februari 1999 pada waktu listrik padam di Pulau Madura yang diduga karena terkait jangkar MV. Kota Indah, para Pemohon Kasasi sudah tahu tentang adanya 3 (tiga) buah kabel bawah laut lain,
Hal. 13 dari 27 hal. Put. No. 330 K/Pid/2003
yakni sirkit 1, sirkit 2 dan sirkit 3 milik PLN selain dua kabel bawah laut yang sudah terpetakan (tergambar) pada peta BAC 921 ; -
Bahwa para Pemohon Kasasi baru tahu tentang adanya sirkit 1, sirkit 2 dan sirkit 3 serta koordinat-koordinat sirkit 1, sirkit 2 dan sirkit 3 serta pada bulan Juni 1999, jadi setelah kejadian tanggal 19 Februari 1999 setelah
Pemohon
Kasasi
menerima
panggilan
dari
Pengadilan
sehubungan dengan gugatan ganti rugi PLN (vide putusan Nomor 279/Pdt.G/1999/PN.SBY., tanggal 14 Juni 2000 – bukti T-1 merah) ; -
Bahwa setelah diplot di peta BAC 921 ternyata sirkit 1, sirkit 2 dan sirkit 3 terletak di antara kabel laut sebelah selatan dan kabel laut sebelah utara yang dalam peta BAC 921 berwarna merah yang terbentang antara Gresik dan Tanjung Tajungan di Pulau Madura dan ketiga buah sirkit tersebut lebih dekat pada kabel bawah laut yang sebelah utara daripada kabel bawah laut yang di sebelah selatan (vide alinea ke-3 halaman 67 putusan Pengadilan Tingkat Pertama) ;
-
Bahwa dengan demikian sebagai fakta hukum di persidangan terungkap bahwa dua kabel bawah laut berwarna merah yang terbentang antara Gresik dan Tanjung Tajungan Madura seperti yang tertera pada peta BAC 921, bukan dan tidak menggambarkan letak yang sebenarnya dari sirkit 1, sirkit 2 dan sirkit 3 milik PLN ;
-
Bahwa dengan lain kata, di persidangan terungkap bahwa sebenarnya persis di koordinat-koordinat kabel bawah laut sebelah utara dan kabel bawah laut sebelah selatan seperti yang tertera dalam peta BAC 921, menurut kenyataannya, sesungguhnya di situ tidak ada dan tidak pernah ada kabel bawah laut apapun juga ;
-
Bahwa demikian pula tentang adanya daerah larangan labuh jangkar baru diketahui para Pemohon asasi setelah kecelakaan tanggal 19 Februari 1999 karena pengumuman yang mengikat bagi kapal-kapal pelayaran samudera (internasional) adalah pengumuman dalam Notice to Mariners (NTM) dan itu baru dimuat dalam NTM edisi Nomor 22 di halaman 2.20 yang terbit tanggal 3 Juni 1999. Jadi setelah kecelakaan pada tanggal 19 Februari 1999 (vide bukti T-8 merah) ;
-
Bahwa bahkan pengumuman tentang daerah labuh jangkar dalam Berita Pelaut Indonesia (BPI) yang notabene hanya mengikat bagi pelayaran nasional baru dimuat dalam BPI edisi Nomor 16, tanggal 19 April 1999. Jadi juga setelah kejadian kecelakaan tanggal 19 Februari 1999 (vide bukti T-9 merah) ;
Hal. 14 dari 27 hal. Put. No. 330 K/Pid/2003
-
Bahwa bahkan Surat Edaran Kantor Adpel Tanjung Perak tanggal 5 Januari 1998 tentang Larangan Daerah Berlabuh Jangkar baru diterima PELNI selaku agen Pacific International Lines (pemilik MV. Kota Indah) pada tanggal 5 April 1999. Jadi juga setelah kejadian tanggal 19 Februari 1999 (vide bukti T-10 merah dan keterangan saksi Abdul Aziz, S.H. pada halaman 49-51 dan keterangan saksi Moh. Wiji pada halaman 61-62 putusan Pengadilan Tingkat Pertama ;
-
Bahawa dengan demikian di sini tidak ada kesalahan yang disadari (bewuste schuld) pada diri para Pemohon Kasasi ;
-
Bahwa dalam pada itu adakah kesalahan yang tidak disadari (onbewuste schuld) pada diri Pemohon Kasasi, meskipun Pemohon Kasasi tidak bias membayangkan terjadinya akibat yang tidak diinginkan, namun demikian menurut J.E. Jonkers, pelaku harusnya menyadarinya ? (butir Nomor 9 dan 9.5 di atas) ;
-
Bahwa “seharusnya menyadarinya” hanya bias diterapkan terhadap kabel bawah laut yang sebelah utara dan kabel laut yang sebelah selatan saja (yang lain dari dan bukan sirkit 1, sirkit 2 dan sirkit 3) ;
-
Bahwa “seharusnnya menyadarinya” tidak bias diterapkan terhadap sirkit 1, sirkit 2, sirkit 3 dan daerah larangan labuh jangkar yang keberadaannya tidak diketahui para Pemohon Kasasi. Karena itu sampai dengan tanggal 19 Februari 1999 sirkit 1, sirkit 2, sirkit 3 dan daerah larangan labuh jangkar yang bersangkutan i.c. harus dianggap tidak ada sejauh hal itu hendak dikaitkan dengan tanggungjawab para Pemohon Kasasi ;
-
Bahwa selanjutnya – seperti yang dikemukakan Hazewinkel Suringa – mengenai pelaku seharusnya dapat membayangkan sehingga “dapat menghindari” timbulnya akibat, dapat dikemukakan di sini bahwa “dapat dihindari timbulnya akibat” juga hanyalah dapat diterapkan terhadap kabel bawah laut sebelah utara dan yang sebelah selatan seperti yang terpetakan/tergambar sebagai garis merah dalam peta BAC 921 antara Gresik dan Tanjung Tajungan (Madura), tetapi tidak dapat diterapkan terhadap sirkit 1, sirkit 2, sirkit 3 dan daerah larangan labuh jangkar yang sampai dengan tanggal 19 Februari 1999 keberadaannya dan koordinatkoordinatnya tidak diketahui oleh para Pemohon Kasasi ;
-
Bahwa dalam kaitan “dapat dihindari timbulnya akibat” Pemohon Kasasi I sesuai kemampuannya dan keahliannya sebagai nahkoda, demikian pula Pemohon Kasasi II sesuai kemampuan dan keahliannya sebagai Mualim
Hal. 15 dari 27 hal. Put. No. 330 K/Pid/2003
II telah melakukan tindakan-tindakan dan upaya-upaya maksimal untuk mencegah laratnya kapal ; -
Bahwa hal itu dengan tegas dan eksplisit dikemukakan dalam putusan a quo yang pada halaman 16-17 ;
-
Bahwa dengan lain kata, para Pemohon Kasasi telah berusaha dengan keras agar kapal tidak larat ;
-
Bahwa setelah kapal laratpun para Pemohon Kasasi telah melakukan tindakan-tindakan dan upaya-upaya maksimal untuk dapat menghindari timbulnya akibat, tetapi tindakan-tindakan dan upaya-upaya itu dengan mengacu pada kabel bawah laut yang sebelah utara dan sebelah selatan saja yang keberadaannya dan koordinat-koordinatnya diketahui para Pemohon Kasasi karena memang terpetakan/tergambar dalam peta BAC 921, tetapi tindakan-tindakan dan upaya-upaya itu tidak mengacu kepada sirkit 1, sirkit 2, sirkit 3 dan daerah larangan labuh jangkar yang keberadaannya dan koordinat-koordinatnya pada tanggal 19 Februari 1999 tidak diketahui para Pemohon Kasasi ;
-
Bahwa dengan demikian karena keberadaan dan koordinat-koordinat sirkit 1, sirkit 2 dan sirkit 3, demikian pula keberadaan daerah larangan labuh jangkar berikut koordinat-koordinatnya sampai dengan tanggal 19 Februari 1999 tidak diketahui para Pemohon Kasasi, dan para Pemohon Kasasi sudah melakukan tindakan-tindakan dan upaya-upaya mencegah timbulnya akibat dengan mengacu kepada keberadaan kabel bawah laut sebelah utara dan sebelah selatan yang terpetakan/tergambar dalam peta BAC 921, maka rusaknya sirkit 1, sirkit 2 dan sirkit 3 andaikatapun benar – quad non – jangkar MV. Kota Indah penyebab kerusakankerusakan
tadi,
kerusakan-kerusakan
tersebut
tidak
dapat
dipertanggungjawabkan kepada para Pemohon Kasasi ; -
Bahwa hal itu disebabkan karena i.c. pada diri para Pemohon Kasasi tidak terdapat kesalahan yang disadari maupun kesalahan yang tidak disadari ;
-
Bahwa dengan demikian putusan a quo telah salah menerapkan atau melanggar
hukum
sewaktu
menyatakan
para
Pemohon
Kasasi
dinyatakan terbukti bersalah atas dakwaan Lebih Subsidair ; 2. -
Bahwa keberatan kedua para Pemohon Kasasi adalah karena putusan a quo telah salah menerapkan atau melanggar hukum, i.c. telah salah menerapkan atau telah melanggar International Convention on Standards of Training, Certification and Watchkeeping for Seafarers (STCW
Hal. 16 dari 27 hal. Put. No. 330 K/Pid/2003
Convention) dan Seafarers Training, Certification and Watchkeeping Code (STCW Code) yang merupakan annex pada SCTW Convention yang berlaku dan mengikat bagi pelayaran internasional dan yang Indonesia dan Singapura ikut serta di dalamnya (terlampir copy dari halaman-halaman yang bersangkutan dari SCTW Convention dan SCTW Code) ; -
Bahwa Mv. Kota Indah adalah kapal berbendera Singapura dan karenanya ketentuan-ketentuan dalam SCTW Convention maupun SCTW Code berlaku bagi nahkoda dan seluruh awak kapal tersebut ke manapun kapal berlayar dan di manapun kapal tersebut berada ;
-
Bahwa SCTW Code merupakan peraturan yang mengikat tentang ketentuan-ketentuan pendidikan (training), sertifikasi kecakapan dan tugas jaga kapal bagi para pelaut ;
-
Bahwa tentang SCTW Code ini juga telah dikemukakan sewaktu pemeriksaan di tingkat pertama (bukti T-14 merah) ;
-
Bahwa dimohonkan perhatian, bahwa menurut section A-VIII/2 Part 3-1 tentang Watchkeeping at Sea (jaga kapal laut) Nomor 12 telah dinyatakan, yang dalam terjemahan bebasnya kira-kira berbunyi sebagai berikut : “Perwira yang bertugas jaga navigasi adalah wakil nahkoda dan yang terutama bertanggungjawab setiap waktu untuk keselamatan navigasi kapal dan untuk mematuhi semua Peraturan Internasional bagi Pencegahan Tabrakan di Laut 1972” ;
-
Bahwa selanjutnya section A-VIII/2 Nomor 23 tentang Performing the Navigational Watch (Pelaksanaan Jaga Navigasi) antara lain mengatakan, yang terjemahan bebasnya kira-kira berbunyi sebagai berikut : “Perwira yang bertugas jaga navigasi harus : 3. Tetap bertanggungjawab atas keselamatan navigasi kapal, sekalipun nahkoda ada di anjungan, sampai diberitahukan kepadanya secara khusus bahwa nahkoda mengambilalih tanggungjawab dan hal ini sudah saling dimengerti” ;
-
Bahwa dengan demikian berdasarkan SCTW Code, perwira jaga, i.c. Pemohon Kasasi II yang waktu itu bertanggungjawab sebagai perwira jaga navigasi : a. adalah wakil nahkoda yang terutama setiap waktu bertanggungjawab atas keselamatan navigasi kapal, dan b. tetap bertanggungjawab atas keselamatan navigasi kapal, sekalipun nahkoda berada di anjungan, sampai nahkoda secara tegas mengambilalih tanggungjawab dan hal itu sudah saling mengerti ;
Hal. 17 dari 27 hal. Put. No. 330 K/Pid/2003
-
Bahwa sesuai tersebut dalam surat dakwaan dan sebagai fakta hukum juga telah terungkap di persidangan, nahkoda, i.c. Pemohon Kasasi I tidak berada di anjungan kapal sewaktu listrik di Pulau Madura padam pada tanggal 19 Februari 1999, jam 13.12.03 ;
-
Bahwa yang tugas jaga di anjungan kapal waktu itu adalah Mualim II, i.c. Pemohon Kasasi II ;
-
Bahwa oleh karena itu putusan a quo yang menguatkan putusan Pengadilan Tingkat Pertama dengan menyatakan Pemohon Kasasi I (nahkoda) terbukti alpa sebagaimana didakwakan dalam dakwaan Lebih Subsidair jelas-jelas merupakan kesalahan penerapan atau telah melanggar hukum, i.c. telah salah menerapkan atau telah melanggar SCTW Code yang telah menegaskan bahwa perwira jagalah yang bertanggungjawab selama bertugas jaga navigasi, bukan nahkoda ;
-
Bahwa dalam pada itu sebagaimana telah diuraikan panjang lebar di atas sewaktu membahas tentang kesalahan yang disadari (bewuste schuld) dan kesalahan yang tidak disadari (onbewuste schuld), baik Pemohon Kasasi I maupun Pemohon Kasasi II tidak alpa ;
3. -
Bahwa sebagai keberatan ketiga para Pemohon Kasasi mengemukakan bahwa seperti telah dipertimbangkan pada halaman 16-17 putusan a quo dan yang bunyinya secara lengkap juga telah dikutip dalam butir Nomor 28 di atas, para Pemohon Kasasi telah : a. berusaha maksimal untuk mencegah laratnya KM. Kota Indah di atas kabel laut yang merentang di antara Pulau Madura dan Pelabuhan Gresik ; b. segala tindakan dan usaha dari para Pemohon Kasasi telah sesuai dengan pengalaman, keahlian dan kemampuan para Pemohon Kasasi sebagai kapten kapal dan Mualim II, dan c. laratnya kapal sehingga mendekati dan berada di atas rentangan kabel laut disebabkan oleh peristiwa alam, yaitu arus laut yang mengakibatkan berubahnya posisi kapal dari posisi semula setelah labuh jangkar berdasarkan petunjuk dari pandu laut ;
-
Bahwa dengan demikian disimpulkan dari pertimbangan-pertimbangan putusan a quo tersebut di atas, bahwa apa yang sebenarnya terjadi, i.c. adalah adanya force majeure ;
-
Bahwa dengan demikian para Pemohon Kasasi seharusnya diputus bebas dari segala tuntutan hukum (ontslag van alle rechtsvervolging), bukan
Hal. 18 dari 27 hal. Put. No. 330 K/Pid/2003
dihukum karena dinyatakan terbukti telah alpa sebagaimana didakwakan dalam dakwaan Lebih Subsidair, melanggar Pasal 191 bis ke-1 KUHP ; -
Bahwa karenanya putusan a quo telah salah menerapkan atau melanggar Pasal 48 KUHP ;
4. -
Bahwa keberatan keempat para Pemohon Kasasi adalah terhadap pidana yang telah dijatuhkan oleh putusan a quo ;
-
Bahwa
para
Pemohon
Kasasi
sepenuhnya
sependapat
dengan
membenarkan dan mendukung pertimbangan-pertimbangan putusan a quo yang telah mempertimbangkan hal-hal yang meringankan bagi para Pemohon Kasasi mengenai pidana yang (akan) dijatuhkan ; -
Bahwa dalam pada itu dimohonkan perhatian bahwa para Pemohon Kasasi di tingkat pertama telah dijatuhi pidana penjara masing-masing selama 2 (dua) bulan dikurangi masa tahanan yang pernah dijalani ;
-
Bahwa hal itu berarti pidana yang telah dijatuhkan Pengadilan Tingkat Pertama impas dengan masa tahanan yang telah dijalani para Pemohon Kasasi, sehingga andaikata putusan a quo menguatkan putusan Pengadilan
Tingkat
Pertama
tanpa
“memperingan”
pidana
yang
dijatuhkan, hal itu berarti para Pemohon Kasasi tidak perlu menjalani pidana dan mendekam lagi dalam penjara ; -
Bahwa akan tetapi putusan a quo menguatkan putusan Pengadilan Tingkat Pertama dan dengan pertimbangan-pertimbangan seperti telah dikutip dalam butir Nomor 28 di atas telah menjatuhkan pidana yang maksudnya lebih ringan daripada yang dijatuhkan Pengadilan Tingkat Pertama, yaitu para Pemohon Kasasi dipidana 2 bulan penjara dalam masa percobaan 6 bulan. Secara teoritis bila dalam tempo 6 bulan para Pemohon Kasasi dijatuhi pidana dalam perkara lain, pidana penjara 2 bulan dalam putusan a quo harus dijalani para Pemohon Kasasi, sebab dalam putusan a quo tidak disebutkan – setidak-tidaknya tidak dengan tegas disebutkan – bahwa pidana percobaan itu dikurangi dengan masa tahanan yang telah dijalani ;
-
Bahwa dengan demikian pidana percobaan yang i.c. telah dijatuhkan oleh putusan a quo membingungkan, setidak-tidaknya menjadi controversial karena menimbulkan permasalahan apakah benar – sesuai maksud putusan a quo – pidana percobaan yang telah dijatuhkan lebih ringan daripada pidana yang telah dijatuhkan Pengadilan Tingkat Pertama mengingat putusan a quo tidak mengurangkan pidana yang telah dijatuhkan dengan masa tahanan yang telah dijalani para Pemohon Kasasi ;
Hal. 19 dari 27 hal. Put. No. 330 K/Pid/2003
Alasan-alasan Kasasi Jaksa/Penuntut Umum : Bahwa Pengadilan Tinggi Surabaya yang telah menjatuhkan putusan yang amarnya berbunyi seperti tersebut di atas dalam memeriksa dan mengadili perkara tersebut telah melakukan kekeliruan dengan alasan sebagai berikut : -
Tidak menerapkan atau menerapkan hukum pembuktian tidak sebagaimana mestinya, yakni dalam hal pertimbangannya putusan Pengadilan Tinggi Jawa Timur Nomor 304/PID/2002/PT.SBY., tanggal 11 November 2002, halaman 16 alinea terakhir dan halaman 17 ;
-
Bahwa pertimbangan-pertimbangan tersebut adalah tanpa berdasar hukum pembuktian yang sah karena hanya berdasarkan keterangan para Terdakwa selain tidak lengkap dipertimbangkan juga hanya mempertimbangkan sebahagian
tidak
menyeluruh
dan
lebih
keliru
lagi
karena
hanya
mempertimbangkan keterangan para Terdakwa tanpa mempertimbangkan keterangan saksi sebagai alat bukti utama (vide Pasal 184 KUHAP) ; -
Bahwa para Terdakwa mengakui di depan sidang bahwa keadaan pelabuhan Tanjung Perak Surabaya dan keadaan airnya telah diketahui oleh para Terdakwa sebelumnya, para Terdakwa sudah sering berlabuh (sudah 18 kali memasuki pelabuhan Surabaya), dasar laut terdiri dari tanah sedang, arus air waktu kapal labuh jangkar pukul 11.59 wib tidak ada arus, dan pukul 12.00 sampai dengan 13.00 wib arus air berobah ke utara dengan kecepatan 2,5 knot, sesuai dengan buku panduan arus pelabuhan Tanjung Perak tahun 1999 ;
-
Bahwa keadaan arus dan dasar laut sudah diketahui para Terdakwa sebelum kapal Kota Indah labuh jangkar. Kesalahan Terdakwa adalah tidak mengawasi posisi kapalnya dengan baik dan malah meninggalkan anjungan yang seharusnya tidak boleh ditinggalkan, padahal para Terdakwa mengetahui arus ke utara berkecepatan 2,5 knot dan dasar laut tanah sedang, yang seharusnya diketahui para Terdakwa bahwa kapal bias larat, karena jangkar di atas tanah sedang di dasar laut ;
-
Bahwa sesuai keterangan saksi bahwa kapal larat telah melewati bentangan kabel dan kapal goyang, hal ini membuktikan jangkar tersangkut kabel (sebab dasar laut tanah, adalah tidak mungkin kapal goyang jika jangkarnya tidak tersangkut bentangan kabel) ;
-
Bahwa kapal larat baru diketahui Terdakwa II pukul 13.10 wib, Terdakwa II tidak mengambil tindakan (ini berarti kapal tetap larat ke utara), pukul 13.20 wib Terdakwa terima laporan kapal larat dari Terdakwa II, keadaan cuaca bagus,
pada
pukul
13.30
wib
Terdakwa
I
baru
memerintahkan
Hal. 20 dari 27 hal. Put. No. 330 K/Pid/2003
menghidupkan mesin dan kapal mulai maju, saat itu menurut keterangan saksi-saksi posisi kapal sudah melewati bentangan kabel jauh sebelah utara. Dan menurut keterangan Terdakwa kapal dalam keadaan bahaya karena berjarak 20 meter dengan daerah dangkal Pulau Madura. Pada daerah tersebut bentangan kabel sepanjang 350 meter tidak ditanam sesuai surat ijin pemasangan kabel dari Dirjen. Perhubungan Laut, Peraturan Pemerintah Nomor 72/I/7/1986, tanggal 19 Maret 1986 ; -
Bahwa sesuai fakta hukum kapal larat dari pukul 12.00 sampai dengan 13.30 wib. Cukup lama kapal dibiarkan larat oleh para Terdakwa. Jadi adalah tidak benar sesuai fakta hukum para Terdakwa telah berusaha maksimal untuk mencegah laratnya KM. Kota Indah di atas kabel laut. Tindakan baru diambil para Terdakwa setelah kapal melewati bentangan kabel dan jangkarnya menyangkut/menarik bentangan kabel laut, aliran listrik putus untuk sepulau Madura pukul 13.12 wib. Hal ini terbukti pada jam 13.44 wib setelah kapal dimajukan sejauh 16,6 cabel (1 cabel = 183 meter) posisinya diplot erdakwa I di peta di depan sidang, kapal berada di titik posisi kapal pukul 13.30, ini membuktikan kapal jauh larat ke utara melewati bentangan kabel laut dalam keadaan jangkar di dalam air (putusan Pengadilan Negeri Surabaya halaman 77), jadi jaraknya kapal ke utara adalah 16,6 cabel diukur dari titik posisi 13.30 catatan pada buku posisi kapal, kapal jauh melewati bentangan kabel laut (vide keterangan Terdakwa I sesuai catatan movement book kapal yang diplot Terdakwa I di depan sidang) ;
-
Bahwa tindakan para Terdakwa tidak mengawasi kapal yang sedang berlabuh agar tidak larat dengan posisinya tetap tapi ternyata kapal larat jauh dan lama, adalah kesalahan, dan seharusnya para Terdakwa sudah dapat menyangka bahwa dengan dasar laut tanah sedang arus ke arah utara (ke arah bentangan kabel) dengan kecepatan 2,5 knot, kapal akan larat dan jika larat jangkar akan menggaruk kabel. Oleh karena itu tidak ada alasan hukum yang membuktikan bahwa para Terdakwa sudah berusaha mencegah kapal larat. Dan tindakan para Terdakwa adalah setelah kabel digaruk oleh jangkar kapal Kota Indah, dan bukan sebelum jangkar menggaruk kapal. Hal ini adalah tidak sesuai ketentuan, seharusnya kapal dijaga tidak sampai terjadi larat terbawa arus. Dan lagi setelah maju kapal dibiarkan lagi larat dengan jangkar 7 segel di air ;
-
Bahwa setelah pada pukul 13.30 kapal dimajukan, kemudian dimundurkan lagi, kemudian dimajukan lagi (bermanuver di daerah bentangan kabel laut
Hal. 21 dari 27 hal. Put. No. 330 K/Pid/2003
dengan jangkar dalam air), seharusnya sebagai pelaut yang baik begitu jangkar tersangkut dan tidak bias dilepaskan dari sangkutan/keterkaitan rantai jangkar harus diputus bukan dengan melakukan manuver untuk melepaskan jangkar dari keterkaitan ; -
Bahwa jika kapal dijaga dengan baik, maka bila kapal larat oleh arus air, maka segera dikembalikan ke tempat posisi semula, oleh karena kapal tidak dijaga dan arus air sudah diketahui sebelumnya, maka laratnya kapal tidak dapat secara hukum disebut peristiwa alam, karena penyebab laratnya kapal adalah semata-mata karena kesalahan para Terdakwa, sebab kapal tidak dijaga dengan baik, anjungan kapal sempat 2 kali ditinggalkan para Terdakwa (keterangan Terdakwa II). Seharusnya kapal sewaktu labuh jangkar harus dijaga dengan baik, anjungan tidak boleh ditinggalkan, lain halnya sewaktu kapal telah tambat di dermaga ; Menimbang, bahwa terhadap alasan-alasan tersebut Mahkamah Agung
berpendapat : mengenai alasan-alasan Jaksa/Penuntut Umum : Bahwa alasan-alasan tersebut dapat dibenarkan, oleh karena judex facti telah salah menerapkan hukum formil maupun materiil atau menerapkan hukum tidak sebagaimana mestinya, terutama dalam mempertimbangkan unsur kesengajaan dengan pertimbangan sebagai berikut : -
Bahwa sebagai akibat peristiwa tersebut nyata-nyata terdapat atau telah menimbulkan kerugian ;
-
Bahwa meskipun ada tindakan penyelamatan dari para Terdakwa, akan tetapi diakui oleh para Terdakwa bahwa tindakan penyelamatan tersebut tidak secara serta merta, sebab pada waktu Terdakwa II melihat kapal hanyut (larat), masih dibiarkan dengan alasan masih jauh ;
-
Bahwa oleh karena tindakan penyelamatan tidak dilakukan dengan segera dan secara serta merta ketika kapal mulai hanyut (larat), sementara keadaan pelabuhan Tanjung Perak Surabaya baik keadaan airnya maupun arusnya telah diketahui oleh para Terdakwa sebelumnya, sebab para Terdakwa sudah sering berlabuh (sudah 18 kali memasuki pelabuhan Surabaya), sehingga keadaan arus dan dasar laut sudah diketahui para Terdakwa sebelum kapal Kota Indah labuh jangkar, demikian pula arah laratnya kapal menuju bentangan kabel juga sudah diketahui oleh para Terdakwa, maka timbulnya akibat yang berupa jangkar kapal menyangkut/menarik bentangan kabel laut, sehingga aliran listrik putus untuk sepulau Madura pada pukul
Hal. 22 dari 27 hal. Put. No. 330 K/Pid/2003
13.12 wib. harus dipandang sebagai akibat perbuatan para Terdakwa yang dapat dikualifikasir sebagai perbuatan kesengajaan dari para Terdakwa ; Menimbang, bahwa berdasarkan alasan-alasan tersebut di atas, maka menurut Mahkamah Agung judex facti telah salah menerapkan hukum, dengan demikian putusan Pengadilan Tinggi yang telah memperbaiki putusan Pengadilan Negeri harus dibatalkan, selanjutnya Mahkamah Agung akan mengadili sendiri perkara ini dengan pertimbangan sebagai berikut : Menimbang, bahwa oleh karena dalam perkara ini para Terdakwa telah didakwa dengan dakwaan alternatif, maka Majelis Hakim terlebih dahulu akan dipertimbangkan dakwaan Primair Jaksa/Penuntut Umum tersebut ; Menimbang, bahwa dakwaan Primair Jaksa/Penuntut Umum, Pasal 191 bis ke-2 jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, mengandung unsur-unsur sebagai berikut : 1. Dengan sengaja ; 2. Membinasakan, merusakkan atau membuat sampai tidak dapat dipakai lagi sesuatu alat perkakas listrik, mengganggu jalan atau pekerjaan alat perkakas itu, atau merintangi atau menyukarkan tindakan yang diambil untuk menjaga keselamatan atau untuk memperbaiki alat perkakas itu ; 3. Yang dapat mendatangkan bahaya umum bagi barang ; Menimbang, selanjutnya Majelis akan mempertimbangkan unsur-unsur tersebut di atas sebagai berikut : -
Mengenai unsur kesatu sebagaimana telah dipertimbangkan di atas, maka Majelis berpendapat unsur kesatu “dengan sengaja” telah terpenuhi dalam perbuatan para Terdakwa tersebut ;
-
Mengenai unsur kedua dan ketiga sebagaimana dipertimbangkan di atas bahwa akibat jangkar kapal menyangkut bentangan kabel laut sehingga menimbulkan kerusakan dan berakibat aliran listrik sepulau Madura putus, maka unsur-unsur inipun telah terpenuhi ; Menimbang, bahwa berdasarkan alasan tersebut di atas, Mahkamah
Agung berpendapat bahwa perbuatan para Terdakwa telah memenuhi semua unsur-unsur dari dakwaan Primair Jaksa/Penuntut Umum ; Menimbang, bahwa oleh karena semua unsur dakwaan Primair Jaksa/Penuntut Umum telah terpenuhi dalam perbuatan para Terdakwa, maka para Terdakwa harus dinyatakan telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana sebagaimana didakwakan dalam dakwaan Primair Jaksa/Penuntut Umum tersebut, dan atas kesalahan yang telah dilakukannya haruslah dijatuhkan pidana yang setimpal ;
Hal. 23 dari 27 hal. Put. No. 330 K/Pid/2003
Menimbang,
bahwa
dengan
telah
terbuktinya
dakwaan
Primair
Jaksa/Penuntut Umum, maka dakwaan Jaksa/Penuntut Umum selebihnya tidak perlu dipertimbangkan lagi ; Menimbang, bahwa sebelum menjatuhkan hukuman, Majelis Hakim akan mempertimbangkan hal-hal yang memberatkan dan meringankan bagi para Terdakwa ; Hal-hal yang memberatkan : 1. Bahwa para Terdakwa telah memberikan keterangan yang berbelit-belit di persidangan ; 2. Bahwa akibat perbuatan para Terdakwa telah menimbulkan kerugian masyarakat sepulau Madura yaitu tidak dapat menikmati aliran listrik secara normal selama ± 3 (tiga) bulan ; Hal-hal yang meringankan : 1. Bahwa para Terdakwa belum pernah dihukum ; 2. Bahwa para Terdakwa mempunyai tanggungan keluarga ; Menimbang, bahwa berdasarkan alasan-alasan yang diuraikan di atas, dengan tanpa harus mempertimbangkan alasan-alasan memori kasasi para Terdakwa, Mahkamah Agung berpendapat bahwa putusan Pengadilan Tinggi Surabaya Nomor 304/PID/2002/ PT.SBY., tanggal 11 November 2002 yang memperbaiki putusan Pengadilan Negeri Surabaya Nomor 816/Pid.B/2000/ PN.Sby., tanggal 27 September 2001 tidak dapat dipertahankan lagi, oleh karena itu harus dibatalkan dan Mahkamah Agung akan mengadili sendiri perkara tersebut yang amarnya seperti tertera di bawah ini ; Menimbang, bahwa oleh karena permohonan kasasi Jaksa/Penuntut Umum dikabulkan dan para Terdakwa dinyatakan bersalah serta dijatuhi pidana, maka biaya perkara pada semua tingkat peradilan dibebankan kepada Terdakwa ; Memperhatikan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 dan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 sebagaimana telah diubah dan ditambah dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004 dan peraturan perundang-undangan lain yang bersangkutan ; MENGADILI : Menolak permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi : Terdakwa I SHAUKAT ALI AKHTAR dan Terdakwa II KRUSTIONO BASUKI tersebut ; Mengabulkan permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi : JAKSA/ PENUNTUT UMUM PADA KEJAKSAAN NEGERI TANJUNG PERAK tersebut ;
Hal. 24 dari 27 hal. Put. No. 330 K/Pid/2003
Membatalkan putusan Pengadilan Tinggi Surabaya Nomor 304/PID/ 2002/PT.SBY., tanggal 11 November 2002 yang telah memperbaiki putusan Pengadilan Negeri Surabaya Nomor 816/Pid.B/2000/PN.Sby., tanggal 27 September 2001 ; MENGADILI SENDIRI : 1. Menyatakan Terdakwa I : SHAUKAT ALI AKHTAR dan Terdakwa II : KRUSTIONO BASUKI terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana : “Secara Bersama-sama Sengaja Merusak Kabel Listrik” ; 2. Menghukum Terdakwa I dan Terdakwa II oleh karena itu dengan pidana penjara masing-masing selama : 2 (dua) tahun ; 3. Menetapkan masa penahanan yang telah dijalani oleh Terdakwa I dan Terdakwa II dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan ; 4. Memerintahkan barang bukti berupa : a. -
1 (satu) unit MV Kota Indah ;
-
1 (satu) buah deck log book ;
-
1 (satu) buah bridge movement book ;
-
1 (satu) buah engine movement book ;
-
1 (satu) buah VHF communication log ;
-
1 (satu) buah anchor position book ;
-
1 (satu) buah engine log book ;
-
1 (satu) gergaji besi lengkap dengan tangkainya ;
-
1 (satu) gunting pemoyong kawat (steel hand cutter) ;
-
1 (satu) kunci (stang steel/pipe wrenah) ;
-
1 (satu) lembar peta BA Nomor 921 Pelabuhan Surabaya edisi terbaru ;
-
2 (dua) tabung gas ;
-
Kabel las sepanjang 40 m/kabel slang dan nozzle gas ;
-
1 (satu) tangga monyet dan tali dan kayu ;
-
1 (satu) sabuk pengaman ;
-
1 (satu) buah palu ;
-
1 (satu) betel ;
-
1 (satu) buah Grinding Stone Korea, merk Kor Princ, ukuran 100 X 8 X 16, type A 24 R (sudah terpakai) ;
-
1 (satu) buah Grinding Stone Jepang, merk Shinko, ukuran 100 X 6 X 16, type 27 (belum terpakai) ;
Hal. 25 dari 27 hal. Put. No. 330 K/Pid/2003
-
1 (satu) buah Grinding Stone, merk Sankai 4053, diameter 10 cm, tebal 2 mm ;
-
1 (satu) buah Hard Grinder Singapore, merk Block and Decker, Nomor seri 803218, type 1 ;
-
1 (satu) buah betel, panjang 19,5 cm, diameter 3cm dari besi ;
-
1 (satu) pisau kerja (sangkur stainless) dengan sarungnya, kulit warna coklat muda ;
-
1 (satu) gergaji besi Sherfield England Cat, Nomor AM 46 B flexible silicon steel ;
Kesemuanya dikembalikan kepada Pemilik Kapal Kota Indah ; b. -
1 (satu) tustel merk Cannon ;
-
1 (satu) alat teropong super Zenith ;
-
3 (tiga) lempengan aluminium putih dan kuning pembungkus kabel masing-masing panjang 5 cm ;
-
1 (satu) kawat baja pembungkus kabel dengan garis tengah 0,5 mm, panjang 3 m yang diambil dari kabel laut yang putus dari dasar laut antara Jawa-madura oleh Tim Penyelam ;
-
1 (satu) batang conductor ;
-
Kertas isolasi (warna coklat) ;
-
Plastik PFC ;
-
Bidding (kassa sarung warna hitam) ;
-
Kabel laut jenis BICC sub marine cable 3 X 300 mm CU 150.000 Volt dalam keadaan rusak, panjang 15 m dari Jawa-Madura circuit 2 dari Tajungan ke arah Gresik. Barang bukti dipotong menjadi tiga bagian masing-masing 2,8 m, 4,9 m dan 7,3 m ;
-
Kabel laut jenis BICC sub marine cable 3 X 300 mm CU 150.000 Volt dalam keadaan rusak, panjang 5,52 m dari Jawa-Madura circuit 1 dari Gresik ke Tajungan ;
-
Kabel laut jenis BICC sub marine cable 3 X 300 mm CU 150.000 Volt dalam keadaan rusak, panjang 4,38 m panjang dari potongan kabel sampai pelindung minyak 3,98 m, panjang dari potongan kabel pelindung minyak yang bocor 1,7 m dari Jawa-Madura circuit 1 dari Tajungan ke arah Gresik ;
Kesemuanya dikembalikan kepada PT. PLN (Persero) ; c. 1 (satu) tustel merk Nikkon Fm2 dikembalikan kepada saksi Musyafik ; d. -
6 (enam) negatif film ; 6 (enam) foto berwarna ;
Hal. 26 dari 27 hal. Put. No. 330 K/Pid/2003
-
1 (satu) cuci cetak film dari Golden Star Foto Studio, tanggal 19 Februari 1999 ;
-
1 (satu) bon pembelian negatif film, tanggal 19 Februari 1999 ;
-
14 (empat belas) negatif film ;
-
14 (empat belas) foto berwarna ;
-
1 (satu) bon cuci cetak, tanggal 19 Februari 1999 ;
Kesemuanya tetap terlampir dalam berkas perkara ; Membebankan kepada Terdakwa I dan Terdakwa II untuk membayar biaya perkara dalam tingkat kasasi ini ditetapkan sebesar Rp. 2.500,- (dua ribu lima ratus rupiah) ; Demikianlah diputuskan dalam rapat permusyawaratan Mahkamah Agung pada hari : SELASA, tanggal 27 FEBRUARI 2007 oleh BAGIR MANAN, Hakim Agung yang ditetapkan oleh Ketua Mahkamah Agung sebagai Ketua Majelis, H. ABDUL KADIR MAPPONG, S.H. dan H. DIRWOTO, S.H., HakimHakim Agung sebagai Anggota, dan diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum pada hari itu juga oleh Ketua Majelis dengan dihadiri oleh Hakim-Hakim anggota tersebut, dan dibantu oleh WAHYU PRASETYO WIBOWO, S.H., M.H., Panitera Pengganti dan tidak dihadiri oleh Pemohon Kasasi : Jaksa/Penuntut Umum dan para Terdakwa.Hakim-Hakim Anggota,
Ketua Majelis,
ttd./
ttd./
H. ABDUL KADIR MAPPONG, S.H.
BAGIR MANAN
ttd./ H. DIRWOTO, S.H. Panitera Pengganti, ttd./ WAHYU PRASETYO WIBOWO, S.H., M.H. Untuk Salinan MAHKAMAH AGUNG R.I. a.n. Panitera Plt. Panitera Muda Perkara Pidana
ZAROF RICAR, S.H.,S.Sos.,M.Hum NIP. 220001202
Hal. 27 dari 27 hal. Put. No. 330 K/Pid/2003