7
TESIS
PEMBERIAN EKSTRAK TEH PUTIH (CAMELLIA SINENSIS) ORAL MENCEGAH DISLIPIDEMIA PADA TIKUS (RATTUS NORVEGICUS) JANTAN GALUR WISTAR YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK
F.M DELLY DAHLIA
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2014 TESIS
8
PEMBERIAN EKSTRAK TEH PUTIH (CAMELLIA SINENSIS) ORAL MENCEGAH DISLIPIDEMIA PADA TIKUS (RATTUS NORVEGICUS) JANTAN GALUR WISTAR YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK
F.M DELLY DAHLIA NIM 1290761040
PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2014 TESIS
PEMBERIAN EKSTRAK TEH PUTIH (CAMELLIA SINENSIS) ORAL MENCEGAH DISLIPIDEMIA PADA TIKUS (RATTUS NORVEGICUS) JANTAN GALUR WISTAR YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK
9
Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister pada Program Magister, Program Studi Ilmu Biomedik Program Pascasarjana Universitas Udayana
F.M DELLY DAHLIA NIM 1290761040
PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2014
10
Lembar Pengesahan
TESIS INI TELAH DISETUJUI PADA TANGGAL 26 Nopember 2014
Pembimbing I,
Pembimbing II,
Prof. Dr. dr. Wimpie Pangkahila Sp.And.,FAACS NIP. 194612131971071001
Prof. dr. I Gusti Made Aman, Sp.FK. NIP. 194606191976021001
Mengetahui,
Ketua Program Magister Ilmu Biomedik Program Pascasarjana Universitas Udayana
Prof. Dr. dr. Wimpie I. Pangkahila, SpAnd, FAACS Sp.S(K) NIP. 194612131971071001
Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana,
Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, NIP. 195902151985102001
Tesis Ini Telah Diuji pada Tanggal 26 Nopember 2014
Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana No : 3467/UN14.4/HK/2014, Tanggal 19 September 2014
Ketua
: Prof.Dr.dr.Wimpie Pangkahila,Sp.And., FAACS.
Anggota
:
11
1.
Prof.dr. I Gusti Made Aman, Sp.FK.
2.
Prof.Dr.dr.Alex Pangkahila,M.Sc.,Sp.And.
3.
Prof.dr.N. Tiqeh Suryadhi. MPH.PhD.
4.
Dr.dr.Ida Sri Iswari. Sp Mk, M.Kes.
PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT
Nama
:
dr. F.M. Delly Dahlia
NIM
:
1290761040
Program Studi
:
Magister Ilmu Biomedik (Anti - Aging
:
Pemberian Ekstrak The Putih (Camellia Sinesis)
Medicine) Judul
Oral Mencegah Dislipidemia pada Tikus (Rattus Novergicus) Jantan Galur Wistar Yang Diberi Diet Tinggi Lemak.
Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah Tesis ini bebas plagiat. Apabila di kemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan Mendiknas RI No. 17 tahun 2010 dan Peraturan Perundang - undang yang berlaku.
12
Denpasar,…………………………….. Yang membuat pernyataan, Materai 6 000 (dr. F.M. Delly Dahlia)
UCAPAN TERIMA KASIH Pertama-tama perkenankanlah penulis memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya atas karunia-Nya tesis yang berjudul "Pemberian Ekstrak Teh Putih (Camellia Sinensis ) Oral Mencegah Dislipidemia Pada Tikus ( Rattus Norvegicus) jantan galur Wistar yang Diberi Diet Tinggi Lemak,dapat diselesaikan. Tulisan ini disusun untuk memenuhi persyaratan tugas akhir pendidikan yang dijalani Penulis untuk Memperoleh Gelar Magister pada Program Studi Ilmu Kedokteran Biomedik, Kekhususan Anti-Aging Medicine, Program Pascasarjana Universitas Udayana. Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis menyampaikan rasa hormat, penghargaan, dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.PD-KEMD selaku Rektor Fakultas Kedokteran Universitas Udayana yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menempuh pendidikan di Universitas Udayana.
13
2. Prof Dr. dr. Putu Astawa, M.Kes, Sp.OT, FICS selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menempuh pendidikan di Universitas Udayana. 3. Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S(K) selaku Direktur Program Pascasarjana
Fakultas
Kedokteran
Universitas
Udayana
yang
telah
memberikan kesempatan kepada penulis untuk menempuh pendidikan di Universitas Udayana. 4. Prof. Dr. dr. Wimpie Pangkahila, Sp.And., FAACS., selaku Ketua Program Studi Ilmu Kedokteran Biomedik Universitas Udayana dan selaku Pembimbing I yang dengan penuh perhatian telah memberikan banyak dorongan, semangat, bimbingan, dan masukan kepada penulis selama penyusunan tesis ini. 5. Prof.dr. I Gusti Made Aman, Sp.FK., selaku Pembimbing II yang dengan penuh perhatian telah memberikan dorongan, semangat, bimbingan, dan masukan kepada penulis selama penyusunan tesis ini. 6. Prof. Dr. dr. Alex Pangkahila, M.Sc.,Sp.And., selaku penguji yang telah memberikan banyak bimbingan dan masukan kepada penulis dalam penyusunan tesis ini. 7. Prof.dr.N Tigeh Suryadhi,MPH.Ph.D.,selaku penguji yang telah memberikan banyak bimbingan dan masukan kepada penulis dalam penyusunan tesis ini. 8. Dr. dr.Ida Sri Iswari,M.Kes , selaku penguji yang telah memberikan banyak bimbingan dan masukan kepada penulis dalam penyusunan tesis ini.
14
9. Pak Khamdan Khalimi, SP.MSi, yang banyak membantu dalam pembuatan dan analisis ekstrak teh putih selama penelitian di Fakultas Teknik Pertanian Universitas Udayana. 10. Pak Gede Wiranatha, S.Si yang banyak membantu dan menjaga hewan coba selama penelitian di Animal Laboratory Unit bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. 11. Drs. I Ketut Tunas, M.Si, yang banyak memberikan bimbingan dan masukan untuk pembuatan analisis statistik, kepada penulis dalam penyusunan tesis ini. 12. Seluruh dosen di Universitas Udayana atas ilmu dan bimbingan yang sangat bermanfaat, serta dr. Okanegara, Geg Eni, Geg Wah, Pak Edy, Geg Yethi dan seluruh staf atas bantuan yang diberikan kepada penulis selama studi. 13. Keluarga tercinta yaitu suami saya Hendra Wijaya, anak - anak saya Adrian Pratama Wijaya, B.Bus, Clarissa Dwipuspa Wijaya, MBBS, Clarinna Tripuspa Wijaya,B.com, Aristea Kwartano Wijaya, Bsc, atas doa, bantuan, dukungan,
semangat,
dan
pengertiannya
selama
penulis
menempuh
pendidikan. 14. Rekan-rekan sejawat yaitu HJ. Mariatul Fadillah, Ericson Yudhistira, Meilani Hidayat, Eva Rianah, Susan Tristianty, Agatha Sri Pujiatiningsih, Heny Widyowaty , Larissa Krisanti , Kadek Trisnadewi dan suami juga rekan sejawat lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang selalu memberikan bantuan, dorongan, semangat, dan saran selama penulis mengikuti studi, khususnya dalam penulisan tesis ini.
15
15. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam pelaksanaan dan penyelesaian tesis ini. Tak lupa dalam kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan permohonan maaf jika terdapat kekurangan dalam tulisan tugas akhir ini. Meski jauh dari sempurna, penulis tetap berharap tesis ini dapat memberikan manfaat baik bagi penulis pribadi, bagi program pendidikan Magister Program Studi Ilmu Biomedik, Program Pascasarjana Universitas Udayana, serta bagi pihak-pihak lain yang berkepentingan. Akhir kata semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan berkat dan rahmat-Nya kepada semua pihak yang telah membantu pelaksanaan dan penyelesaian tesis ini, serta kepada penulis sekeluarga. Amin.
Denpasar,
November 2014 Penulis,
16
ABSTRAK EKSTRAK TEH PUTIH ( CAMELLIA SINENSIS ) ORAL MENCEGAH DISLIPIDEMIA PADA TIKUS ( RATTUS NOVERGICUS ) JANTAN GALUR WISTAR YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai terjadinya peningkatan kolesterol total, trigliserida, kolesterol LDL dan penurunan kolesterol HDL. Pada saat ini banyak penelitian untuk mencegah dan mengobati dislipidemia dengan bahan alami. Teh putih merupakan teh tanpa proses fermentasi yang berasal dari daun teh (camellia sinensis) yang sangat muda dan masih menggulung serta dilindungi dari sinar matahari sehingga mencegah degradasi polifenol. Ekstrak teh putih mengandung derivat katekin tertinggi dibanding teh lainnya , ECGC (Epigalocathecin 3-Gallate) dan kafein ini dapat memperbaiki profil lipid darah dan memiliki efek vasoprotektif, juga memiliki kemampuan untuk menginhibisi (Cholesteryl ester transfer protein) CETP, yang bisa meningkatkan kadar kolesterol HDL dan menurunkan kadar kolesterol total ,trigliserida dan kolesterol LDL. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kegunaan Ekstrak Teh Putih (camellia sinensis) sebagai alternatif untuk mencegah dislipidemia dan mengetahui dosis pemberian ekstrak teh putih untuk mencegah dislipidemia pada tikus jantan galur wistar. Penelitian ini adalah penelitian eksperimental murni dengan randomized posttest only control group design. Tikus putih jantan dipilih secara random dan dibagi menjadi 3 kelompok, masing-masing berjumlah 10 ekor tikus, yaitu kelompok kontrol diberikan diet tinggi lemak dan plasebo yang berupa akuades , kelompok perlakuan I diberi diet tinggi lemak dan ekstrak teh putih 14,4 mg, dan kelompok perlakuan II diberi diet tinggi lemak dan ekstrak teh putih 28,8 mg masing-masing 1 kali sehari. Setelah perlakuan selama 28 hari sampel darah diambil dari medial kantus sinus orbitalis, untuk pemeriksaan kadar kolesterol total, trigliserida, kolesterol LDL dan kolesterol HDL. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kelompok perlakuan I dan II terdapat penurunan kolesterol total secara bermakna sebesar 137,31% dan 156,65% (p < 0,05), penurunan trigliserida secara bermakna sebesar 77,29% dan 101,01%(p < 0.05) dan penurunan kolesterol LDL 53,58 % dan 75,12%(p < 0,05), serta peningkatan kolesterol HDL secara bermakna sebesar 44,31% dan 66,39% (p < 0,05). Penelitian ini menyimpulkan ekstrak teh putih mencegah peningkatan kolesterol total, trigliserida, kolesterol LDL dan mencegah penurunan kolesterol HDL, jadi ekstrak teh putih mencegah dislipidemia. Kata kunci : ekstrak teh putih, profil lipid, dislipidemia
17
ABSTRACT WHITE TEA EXTRACT ( CAMELLIA SINENSIS) PREVENTED DYSLIPIDEMIA IN MALE WISTAR RAT FED WITH HIGH FAT-DIET Dyslipidemia is a lipid metabolism disorder followed by high total cholesterol level, high LDL cholesterol level, high tryglyceride level and low HDL cholesterol level. During the past years many researches have been conducted for natural substances to improve lipid profiles and vascular protective effect. White tea is an unfermented tea made from young shoots leaves of camellia sinensis protected from sunlight to avoid polyphenol degradation. White tea has the higher level of catechin derivate, EGCG (Epigalocathecin 3-Gallate), and caffeine. The compounds have the ability to inhibit CETP (Cholesteryl ester transfer protein), which may increase HDL cholesterol concentrations and decrease LDL cholesterol, triglyceride and total cholesterol concentrations. This research was aimed at investigating benefit of white tea extract (Camellia Sinensis) as an alternative to prevent dislipidemia in Male Wistar rats fed with high fat-diet This study was a pure experimental research, with a randomized posttest only group design. The study designed to all samples then randomized equally into 3 treatment groups (group I and II) and a placebo control group . The study continued for 28 days. Samples in the control group were fed with high-fat diet and placebo (distillated water), samples in the treatment group I were fed with a high fat-diet and white tea extract 14,4 mg bid, and treatment group II was fed with high fat-diet and white tea extract 28,8 mg bid.After 28 days the blood was taken from medial canthus sinus orbitalis for lipid profiles The study showed that both groups (I and II), the total cholesterol level decreased significantly 137,31% and 165,65% respectively (p < 0.05), the LDL cholesterol level decreased significantly 53,58% and 75,12% respectively (p < 0.05), the triglicerides level decreased significantly 77,29% and 101,01% respectively (p < 0.05), and the HDL cholesterol level increased significantly 44,31% and 63,39% respectively (p < 0.05). It coud be concluded that white tea extract was proved to improve significantly lipid profiles and dyslipidemia prevention. Key words: white tea extract, lipid profile, dyslipidemia.
18
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DALAM ..........................................................................................
i
PRASYARAT GELAR ...................................................................................
ii
LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................
iii
PENETAPAN PANITIA PENGUJI ................................................................
iv
BEBAS PLAGIAT...........................................................................................
v
UCAPAN TERIMA KASIH............................................................................
vi
ABSTRAK ..........................................................................................................
x
ABSTRACT ........................................................................................................
xi
DAFTAR ISI ....................................................................................................... xii DAFTAR TABEL ............................................................................................... xvii DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xviii DAFTAR SINGKATAN .................................................................................... xx DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xxii BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................
1
1.1. Latar Belakang .................................................................................
1
1.2. Rumusan Masalah ...........................................................................
5
1.3. Tujuan Penelitian .............................................................................
5
1.1.1. Tujuan Umum .........................................................................
5
1.1.2. Tujuan Khusus ........................................................................
5
19
1.4. Manfaat Penelitian ...........................................................................
6
1.4.1 Manfaat Ilmiah .........................................................................
6
1.4.2 Manfaat Aplikasi .....................................................................
6
BAB II KAJIAN PUSTAKA ............................................................................
7
2.1 Proses Penuaan..............................................................................
7
2.2 Diet tinggi lemak..........................................................................
8
2.3 Dislipidemia .................................................................................. 12 2.3.1 Definisi ............................................................................... 12 2.3.2 Klasifikasi Dislipidemia ..................................................... 14 2.3.3 Penyebab Dislipidemia ....................................................... 15 2.3.4 Penatalaksanaan .................................................................. 16 2.3.5 Komplikasi ......................................................................... 20 2.4 Lemak ........................................................................................... 21 2.4.1 Fosfolipid ............................................................................ 22 2.4.2 Trigliserida ......................................................................... 22 2.4.3 Kolesterol ........................................................................... 23 2.4.3.1 Biosintesis Kolesterol ........................................... 24 2.4.4 Asam Lemak ....................................................................... 25 2.4.5 Lipoprotein ......................................................................... 26 2.4.5.1 Kilomikron ............................................................ 27 2.4.5.2 Very Low Density Lipoprotein (VLDL).............. 28 2.4.5.3 Low Density Lipoprotein (LDL)........................... 28 2.4.5.4 High Density Lipoprotein(HDL) .......................... 30
20
2.4.5.5 Apoprotein ............................................................ 31 2.5 Metabolisme Lemak ..................................................................... 32 2.6 Transportasi Lemak ...................................................................... 33 2.6.1 Jalur Eksogen...................................................................... 34 2.6.2 Jalur Endogen ...................................................................... 35 2.7 Aterosklerosis ................................................................................ 36 2.8 Teh (Camellia sinensis) ................................................................. 39 2.8.1 Deskripsi Teh ........................................................................ 39 2.8.2 Klasifikasi Teh .................................................................... 39 2.8.3 Jenis-Jenis Teh ..................................................................... 40 2.8.4 Kandungan Kimia Teh ......................................................... 43 2.9 Teh Putih........................................................................................ 46 2.9.1 Manfaat Teh Putih............................................................... 48 2.9.2 Komposisi Kimia Teh Putih................................................. 50 2.10 Teh Putih Terhadap Dislipidemia ................................................ 51 2.11 Hewan Percobaan ........................................................................ 54 2.11.1 Tikus Putih (Rattus norvegicus) Jantan Galur Wistar sebagai hewan coba............................................................ 54 BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN ...................................................................................... 59 3.1 Kerangka Berpikir ......................................................................... 59 3.2 Konsep Penelitian ......................................................................... 60 3.3 Hipotesis Penelitian ...................................................................... 61
21
BAB IV METODE PENELITIAN ................................................................... 62 4.1 Rancangan Penelitian .................................................................... 62 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................ 63 4.2.1 Tempat Penelitian ................................................................. 63 4.2.2 Waktu Penelitian ................................................................... 63 4.3 Populasi dan Sampel ...................................................................... 64 4.3.1 Kriteria Sampel ..................................................................... 64 4.3.1.1 Kriteria Inklusi .......................................................... 64 4.3.1.2 Kriteria Drop out ....................................................... 64 4.3.2 Besar Sampel ....................................................................... 64 4.3.3 Teknik Pengambilan Sampel .............................................. 65 4.4 Variabel Penelitian......................................................................... 65 4.4.1 Identifikasi Variabel ............................................................ 65 4.4.2 Klasifikasi Variabel ............................................................ 65 4.4.3 Definisi Operasional Variabel ............................................ 66 4.4.4 Hubungan Antar Variabel................................................... 68 4.5 Alat dan Bahan Penelitian .............................................................. 69 4.5.1 Alat Penelitian ...................................................................... 69 4.5.2 Bahan Penelitian .................................................................. 69 4.6 Prosedur Penelitian ........................................................................ 69 4.7 Alur Penelitian .............................................................................. 73 4.8 Analisa Penelitian .......................................................................... 74 BAB V. HASIL PENELITIAN ......................................................................... 75
22
5.1 Analisis Deskriptif ......................................................................... 75 5.2 Uji Normalitas Data ....................................................................... 75 5.3 Uji Homogenitas Data ................................................................... 76 5.4 Kolesterol total .............................................................................. 76 5.5 Trigliserida .................................................................................... 79 5.6 Kolesterol HDL............................................................................. 81 5.7 Kolesterol LDL ............................................................................. 83 5.8 Pakan yang Dimakan .................................................................... 85 BAB VI. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN ............................................ 88 6.1. Subyek Penelitian ......................................................................... 88 6.2 Distribusi dan Varian Data Hasil Penelitian .................................. 88 6.3 Diet Tinggi Lemak Merupakan Salah Satu Penyeba Dislipidemia................................................................................... 89 6.4 Pengaruh Pemberian Ekstrak Teh Putih ........................................ 90 6.5. Pengaruh Ekstrak Teh Putih Terhadap Penurunan Profil Lipid ... 91 6.6. Pengaruh ekstrak teh putih terhadap Asupan Makanan ................ 94 6.7. Manfaat Ekstrak Teh Putih Dalam Perkembangan Anti Aging Medicine ........................................................................................ 96 6.8. Kelemahan Penelitian ................................................................... 97 BAB VII. SIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 98 7.1. Simpulan ....................................................................................... 98 7.2. Saran
........................................................................................ 98
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 99
23
LAMPIRAN ........................................................................................................ 109
DAFTAR TABEL Halaman 2.1
Pedoman Klinis Untuk Menghubungkan Profil Lipid Dengan Resiko Terjadi (PKV) .................................................................. 13
2.2
Penyebab Umum Dislipidemia Sekunder ................................................. 16
2.3
Terapi Perubahan Pola Hidup dan Pola Diet ............................................. 18
2.4
Potensial Protektif Efek Dari Teh Putih .................................................. 49
2.5
Hasil Analisis Polifenol, Katekin dan Kafein ........................................... 51
2.6
Data Biologis Tikus Wistar ....................................................................... 56
5.1
Hasil Uji Normalitas Data Kolesterol Total, Trigliserida, LDL, HDL….. 76
5.2
Homegenitas Data Kolesterol Total, Trigeliserida, LDL, HDL antar Kelompok Perlakuan……………………………………………………... 76
5.3
Perbedaan Rerata Kadar Kolesterol Total antar Kelompok Sesudah Diberikan Diet Tinggi Lemak dan Ekstrak Teh Putih……………………
.......... 77
24
5.4
Analisis Komperasi Kolesterol Total antara Kelompok Kontrol dan Kelompok Sesudah Perlakuan antar Kelompok…………………………. 78
5.5
Perbedaan Rerata Kadar Trigeliserida antar Kelompok Kontrol dan Kelompok Sesudah Diberikan Diet Tinggi Lemak dan Ekstrak Teh Putih……………………………………………………………………… 79
5.6
Analisa Komparasi Trigeliserida Sesudah Perlakuan antar Kelompok… 80
5.7
Perbedaan Rerata Kadar HDL antar Kelompok Sesudah Diberikan Diet Tinggi Lemak dan Ekstrak Teh Putih…………….……………… 81
5.8
Analisis Komparasi HDL Sesudah Perlakuan antar Kelompok…………. 82
5.9
Perbedaan Rerata Kadar LDL antar Kelompok Sesudah Diberikan Diet Tinggi Lemak dan Ekstrak Teh Putih……………………………… 83
5.10 Analisis Komparasi LDL Sesudah Perlakuan antar Kelompok…………. 85 5.11 Perbedaan Rerata Pakan yang Dimakan antar Kelompok Sesudah Diberikan Diet Tinggi Lemak dan Ekstrak Teh Putih ............................ 86 5.12 Analisis Komparasi Pakan yang Dimakan Sesudah Perlakuan antar Kelompok.. ................................................................................................ 87
25
DAFTAR GAMBAR Halaman 2.1
Adiposopathy ........................................................................................... 10
2.2
Mekanisme Diet Tinggi Lemak Menjadi Dislipidemia........................ 11
2.3
Jaringan Adiposa dan Adiposit Pada Keadaan Adiposopathy................ 12
2.4
Biosintesis Kolesterol ............................................................................. 25
2.5
Metabolisme Lemak ................................................................................ 33
2.6
Jalur Metabolisme Lipoprotein Eksogen dan Endogen........................... 36
2.7
Diagram Aterosklerosis ........................................................................... 38
2.8
Daun Tanaman Teh ................................................................................. 40
2.9
Teh Putih, Teh Hijau, Teh Merah/Oolong, Teh Hitam ........................... 41
2.10
Skema Representasi dari Proses Pembuatan Teh .................................... 42
2.11
Teh Putih ................................................................................................. 47
2.12
Seduhan Teh Putih .................................................................................. 47
2.13
Struktur Kimia Katekin ........................................................................... 50
2.14
CETP ....................................................................................................... 52
2.15
EGCG dan Profil Lipid ........................................................................... 53
2.16
Tikus Wistar (Rattus norvegicus)............................................................ 55
4.1
Skema Rancangan Penelitian .................................................................. 62
4.2
Hubungan Antar Variabel ....................................................................... 68
5.1
Perbandingan Kolesterol Total antara Kelompok Kontrol dengan Kelompok Perlakuan Ekstrak Teh Putih……………………….…...….. 77
26
5.2 5.3
Perbandingan Trigliserida antara Kelompok Kontrol dengan Kelompok Perlakuan Ekstrak Teh Putih ……………………………….. ................ 80 Perbandingan HDL, antara Kelompok Kontrol dengan Kelompok Perlakuan Ekstrak Teh Putih……………………..…………………….. 82
5.4
Perbandingan LDL antara Kelompok Kontrol dengan Kelompok Perlakuan Ekstrak Teh Putih………………………………………….... 84
5.5
Perbandingan Pakan yang Dimakan antara Kelompok Kontrol dengan Kelompok Perlakuan ……………………………….. ............................ 86
DAFTAR SINGKATAN AAM
:
Anti-Aging Medicine
AMPK
:
AMP-activated protein kinase
BMI
:
Body Mass Index
CETP
:
Cholesteryl Ester Transfer Protein
CRP
:
C-Reactive Protein
CVD
:
Cerebro - Vascular Disease
DNA
:
Deoxyribonucleic Acid
27
EC
:
Epicatechin
ECG
:
Epicatechin 3-gallate
EGC
:
Epigallocatechin
EGCG
:
Epigallocatechin 3-gallate
FAS
:
Fatty Acid Synthase
FFA
:
Free Fatty Acid
HDL
:
High Density Lipoprotein
HSL
:
Hormone-Sensitive Lipase
HSPs
:
Heat Shock Proteins
ICAM-1
:
Intercellular Adhesion Molecule -1
IL-1
:
Interleukin-1
LCAT
:
Lecithin Cholesterol Acyltransferase
LDL
:
Low Desinty Lipoprotein
LPL
:
Lipoprotein lipase
MCP-1
:
Monocyte-chemoattractant Protein-1
MUFA
:
Monounsaturated Fatty Acids
NO
:
Nitric Oxide
PL
:
Pancreatic Lipase
PUFA
:
Polyunsaturated Fatty Acids
TG
:
Trigliseride
TNF-α
:
Tumor Necrosis Factor-α
VEGF
:
Vascular Endothelial Growth Factor
VLDL
:
Very Low Density Lipoprotein
28
WHO
:
World Health Organization
29
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Keterangan Kelayakan Etik ...................................................
109
Lampiran 2. Hasil Analisis Teh Gambung .................................................
110
Lampiran 3. Pengelolaan Hewan Coba ......................................................
111
Lampiran 4. Foto-foto Penelitian ...............................................................
112
Lampiran 5. Data Sisa Pakan .....................................................................
116
Lampiran 6. Data Pemeriksaan Profil Lipid ..............................................
117
Lampiran 7. Analisis Data Statistik ............................................................
118
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Setiap manusia akan melalui suatu proses kehidupan, dimulai dari pembuahan, kelahiran, tumbuh kembang anak, pencapaian usia dewasa, dan
30
mengalami proses penuaan. Proses penuaan sampai saat ini masih dianggap sesuatu yang alamiah terjadi. Dengan bertambahnya usia maka seluruh sistem dalam tubuh perlahan-lahan mengalami penurunan fungsi pada berbagai sel, jaringan, dan organ tubuhnya sehingga menyebabkan terjadinya perubahan fisik dan mental. Dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dilakukan berbagai upaya untuk memperpanjang usia dengan mencegah perubahanperubahan tersebut. Upaya inilah yang mendasari berkembangnya Anti-Aging Medicine (AAM). Dengan konsep AAM penyakit dapat dicegah, dihindari, dan diobati sehingga dapat kembali ke keadaan semula, dengan demikian manusia tidak lagi harus membiarkan dirinya begitu saja menjadi tua dengan segala keluhan dan mendapat pengobatan yang belum tentu benar (Pangkahila, 2007). Pada saat ini banyak penyakit yang berhubungan dengan pola makan yang tidak sehat, karena pola makan sekarang cenderung mengandung tinggi kalori dan tinggi lemak, serta pola hidup sedentari dimana aktivitas fisik sehari-hari sangat minimal sehingga menyebabkan kelebihan lemak tubuh. Konsumsi Asam lemak jenuh dan kalori yang tinggi dalam sekarang akan
menu
makanan
masyarakat
1
menimbulkan kelainan metabolisme lemak yang dikenal sebagai dislipidemia (Halim, 2006). Dislipidemia terjadi karena peningkatan asupan lemak berlebihan yang menyebabkan keadaan adiposopathy, dimana terjadi peningkatan TNF-α yang mengakibatkan peningkatan profil lipid darah. Displidemia ditandai dengan
31
meningkatnya kadar kolesterol total, kolesterol LDL, trigliserida atau kombinasi keduanya dan biasanya disertai dengan penurunan kolesterol HDL. Dislipidemia menjadi masalah bagi kesehatan dan mempercepat proses penuaan karena dikemudian hari berdampak pada terjadinya arteriosklerosis dan menyebabkan penyakit jantung koroner (Brown dan Goldstein, 2009). Keadaan ini sering diikuti dengan sindrom metabolik yang tambah memperburuk semua risiko. Dislipidemia juga merupakan penyebab penuaan dini dan penyebab kematian karena itu pencegahan dan penanganan dislipidemia sangatlah penting. Penurunan kolesterol Low Density Lipoprotein (LDL) sebesar 1 mg/dl menurunkan
risiko
kardiovaskuler 1 %, dan peningkatan kadar kolesterol High Density Lipoprotein (HDL) menurunkan risiko kardiovaskuler 2-3% (Adam, 2011). Prinsip utama pada penatalaksanaan dislipidemia dengan melakukan diet ketat rendah kalori, rendah kolesterol, kurangi alkohol, berhenti merokok dan mengkonsumsi makanan tinggi omega 3, olahraga dan mengatur pola hidup. Jika semua intervensi non farmakologis sulit dilakukan dan tidak berhasil, maka diberikan obat anti hiperlipdemia (ACC/AHA, 2013). Pada saat ini banyak sekali penelitian dilakukan untuk mencari bahan alami yang dapat mencegah dan mengobati dislipidemia, karena bahan alami lebih mudah didapat dan harganya relatif terjangkau. Bahan alami diharapkan dapat mencegah dan memperbaiki dislipidemia dengan aman atau setidaknya mempunyai efek samping yang lebih sedikit. Teh adalah tanaman yang sudah sangat dikenal dan disukai masyarakat dunia juga di Indonesia (UMMC, 2010). Teh termasuk tanaman spesies Camellia
32
Sinensis. Teh mengandung berbagai elemen nutrien yang bermanfaat bagi kesehatan, antara lain : katekin, quersertin, kamferol, asam klorofil, theobromin, theanin, theofilin dan mineral. Karena kandungan pitonutrien tersebut maka teh dapat berfungsi sebagai antioksidan (Almajano et al., 2008; Xiao et al., 2008; Yang dan Wang, 2011; Forester dan Lambert, 2011), sebagai anti-inflamasi, antikanker (Butt dan Sultan, 2009), juga sebagai anti-kolesterol, anti-obesitas, dan anti-diabetes (Auvichayapat et al., 2008; Rain et al., 2011). Terdapat bermacam jenis teh yaitu Teh Hitam, Teh Merah (Oolong Teh), Teh Hijau, dan Teh Putih (Seeram et al., 2008). Belum banyak yang mengenal teh putih, teh putih berasal dari pucuk Camellia sinensis yang masih menggulung dan pada saat dipetik dilindungi dari sinar matahari (Alcazar et al., 2007). Sama seperti teh hijau, teh putih telah digunakan untuk mengobati obesitas dan penyakit metabolik. Pada saat ini banyak peneliti tertarik mempelajari komposisi teh putih (Unachukwu et al., 2010 ; Van Der Hooft et al., 2012), sebagai efek antitumorigenik (Wang et al., 2008; Kumar et al., 2012), efek antioksidan (Almajano et al., 2011; Lopez et al., 2011; Perez-Jimenez et al., 2011; 2012; Thring et al., 2009; 2011). Teh putih di Indonesia dikembangkan di Gambung, Jawa Barat dan diproses menjadi Excellent Gamboeng White Tea oleh Pusat Penelitian Teh dan Kina. Teh putih ini mendapat inovatif Idea Award dari International Society of Antioksidant In Nutrition and Health di Paris, 2009. Teh putih banyak sekali mengandung polifenol. Polifenol utama pada teh putih adalah katekin dan derivatnya yaitu : Epigallocatechin 3-gallate (EGCG), Epicatechin 3-gallate (ECG), Epigallocatechin (EGC), dan Catechin (C).
33
(Almajano et al., 2008; Xiao et al., 2008; Yang dan Wang, 2011; Forester dan Lambert, 2011). Mekanisme teh putih mencegah dislipidemia diduga karena interaksi dari derivat katekin yang utama yaitu Epigallocatechin 3-gallate (EGCG) dan kafein meningkatkan termogenesis dan mengurangi penyerapan lemak pada tubuh. Epigallocatechin 3-gallate (EGCG) menurunkan TNF-α sehingga terjadi inhibisi sintesis fatty acid dan meningkatkan regulasi reseptor enzim yang berperan pada beta oksidasi fatty acid di hepar dan meningkatkan sensitivitas insulin. Sensitivitas insulin yang meningkat akan meningkatkan aktivitas enzim lipoprotein lipase dan menurunkan FFA serta menghambat aktifitas CETP ( Kersshaw dan Flier, 2004). Meningkatkan juga ekskresi lemak pada feses (Teixeira, et al., 2012). Penelitian sebelumnya telah dibuktikan efek teh putih menurunkan stres oksidatif dan kadar trigliserida pada tikus obes (Teixeira, et al., 2012). Maka dianggap perlu penelitian teh putih mencegah dislipidemia. Teh putih yang digunakan pada penelitian ini adalah teh putih Gambung (Hasil analisis ekstrak teh putih gambung dilampirkan pada lampiran 2).
1.2. Rumusan Masalah Dari uraian latar belakang di atas dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut : 1. Apakah pemberian ekstrak teh putih oral dapat mencegah kenaikan kadar kolesterol total pada tikus
jantan galur wistar yang diberi diet tinggi
34
lemak? 2. Apakah pemberian ekstrak teh putih oral dapat mencegah kenaikan kolesterol LDL pada tikus jantan galur wistar yang diberi diet tinggi lemak? 3. Apakah pemberian ekstrak teh putih oral dapat mencegah kenaikan trigliserida pada tikus jantan galur wistar yang diberi diet tinggi lemak? 4. Apakah pemberian ekstrak teh putih oral dapat mencegah penurunan kolesterol HDL pada tikus jantan galur wistar yang diberi diet tinggi lemak?
1 .3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan umum Untuk mengetahui efek ekstrak teh putih terhadap profil lipid secara umum pada tikus (Rattus Novergicus) jantan galur wistar yang diberi diet tinggi lemak. 1.3.2. Tujuan khusus 1. Untuk mengetahui pemberian ekstrak teh putih oral dapat mencegah peningkatan kolesterol total pada tikus jantan galur wistar yang diberi diet tinggi lemak. 2. Untuk mengetahui pemberian ekstrak teh putih oral dapat mencegah peningkatan trigliserida pada tikus jantan galur wistar yang diberi diet tinggi lemak. 3. Untuk mengetahui pemberian ekstrak teh putih oral dapat mencegah peningkatan LDL pada tikus jantan galur wistar yang diberi diet tinggi
35
lemak. 4. Untuk mengetahui pemberian ekstrak teh putih oral dapat mencegah penurunan HDL pada tikus jantan galur wistar yang diberi diet tinggi lemak.
1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1
Manfaat ilmiah Menambah wawasan ilmu pengetahuan dan pengembangan ilmiah tentang teh putih dan ekstrak teh putih oral dapat mencegah dislipidemia. Hasil penelitian ini dapat dijadikan dasar dan acuan untuk penelitian selanjutnya.
1.4.2
Manfaat aplikasi Apabila ekstrak teh putih dapat mencegah dislipidemia maka hasil penelitian dapat disosialisasikan kepada masyarakat sebagai alternatif pencegahan dan pengobatan dislipidemia. Mendukung pengembangan penelitian untuk menggunakan bahan-bahan natural dalam pencegahan dan pengobatan dislipidemia dalam usaha untuk memperlambat penuaan dan kematian dini akibat penyakit yang berhubungan dengan dislipidemia.
36
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1
Proses Penuaan Setelah mencapai usia dewasa, secara alami komponen tubuh tidak
berkembang lagi, sebaliknya terjadi penurunan karena proses penuaan. Penuaan merupakan suatu proses fisiologis (Wibowo, 2003). Proses penuaan didefinisikan sebagai penurunan progresif kemampuan tubuh untuk mempertahankan, melindungi, dan memperbaiki diri agar dapat bekerja secara efesien. Penurunan fungsi ini akan menyebabkan menurunnya kualitas hidup (Arora, 2008). Faktor yang menyebabkan proses penuaan dibagi menjadi dua yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor internal meliputi radikal bebas, hormon yang berkurang, proses glikolisasi, metilasi, apoptosis, sistem kekebalan tubuh yang menurun, dan gen. Faktor eksternal yang utama adalah gaya hidup yang tidak sehat, diet tidak sehat, kebiasaan salah, polusi lingkungan, stress, dan kemiskinan (Pangkahila, 2011). Terdapat beberapa teori yang menjelaskan terjadinya proses penuaan meski tak satupun yang dapat menjelaskan secara tuntas mengapa terjadi proses penuaan, namun teori tersebut satu sama lain saling melengkapi (Goldman dan Klatz, 2007). Faktor-faktor penyebab proses penuaan dapat diidentifikasi seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan pada saat ini. Jika faktor-faktor tersebut dapat
7
37
dihindari, maka proses penuaan tentu dapat dicegah, diperlambat, bahkan mungkin dihambat sehingga kualitas hidup dapat dipertahankan. Hal inilah yang mendasari berkembangnya anti-aging medicine, yang bertujuan untuk mencapai atau memperpanjang usia harapan hidup serta meningkatkan kualitas hidup manusia dengan mencari penyebab penuaan tersebut dan memberikan terapi yang tepat (Pangkahila, 2011). Pola hidup yang mendasari anti-aging medicine adalah pola makan (diet) yang baik, olahraga yang cukup, konsumsi antioksidan secukupnya dan terapi hormonal apabila diperlukan (Arora, 2008). 2.2
Diet Tinggi Lemak Pola makan yang baik seharusnya mengandung nutrisi yang sehat dan
seimbang dengan komposisi: 50% karbohidrat dengan indeks glikemik rendah, 30% lemak (60% berupa monounsaturated fatty acids (MUFA) dan 10% polyunsaturated fatty acids (PUFA) ), dan 20% protein. Pada kenyataannya sering kali kita mempunyai pola makan yang tidak seimbang karena terlalu banyak mengandung karbohidrat dengan indeks glikemik yang tinggi seperti roti-rotian, gula, makanan penutup, dan juga tinggi lemak hewani dan terlalu sedikit makanan berserat dan buah (Pangkahila, 2011). Aktivitas fisik manusia semakin berkurang dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan alat-alat untuk mempermudah kehidupan seperti kendaraan bermotor, eskalator, lift dan lain-lain. Energi tinggi yang dikonsumsi lewat masukan lemak jenuh yang tinggi menyebabkan kelebihan kalori dan lemak. Jika terjadi kelebihan lemak maka
38
kelebihan lemak tersebut akan disimpan sebagai cadangan energi pada sel lemak dan jaringan lemak (Adiposit dan jaringan adiposa). Kelebihan lemak biasa berasal dari asupan Lipos (minyak hewani dan minyak nabati). Adiposit dan jaringan adiposa menyimpan sejumlah lemak termasuk trigliserida dan koleterol. Jaringan adiposa dan adiposit berfungi sebagai organ endokrin aktif dan sel immun (immune stand point). Hipertropi adiposit dan akumulasi jaringan adiposa membentuk adiposit patogenik dan efek jaringan adiposa. yang disebut Adiposopathy, menstimulasi peningkatan TNF-α sehingga mengakibatkan peningkatan sirkulasi lipid, patogenesis ini yang sekarang dipercaya sebagai landasan teori relasi kelebihan lemak tubuh dan dislipidemia (Bays et al., 2013)
39
Gambar 2.1 Adiposopathy : hubungan patogenik jaringan adiposa, dislipidemia dan penyakit kardiovaskular (Bays et al., 2013).
40
Gambar 2.2 Mekanisme diet tinggi lemak menjadi dislipidemia (Bays et al., 2013).
41
Gambar 2.3 Jaringan adiposa dan adiposit pada keadaan Adiposopathy (pada diet tinggi lemak) (Bays et al.,2013)
2.3 2.3.1
Dislipidemia Definisi Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan
peningkatan atau penurunan fraksi lipid dalam plasma. Kelainan fraksi lipid yang utama adalah kenaikan kadar kolesterol total, kolesterol LDL, dan trigliserida serta penurunan kadar kolesterol HDL (Gordon, 2003). Dislipidemia bukan penyakit, lebih tepat disebut sebagai kekacauan metabolik akibat sekunder dari beberapa macam penyakit dan ini kemudian akan berdampak pada terjadinya aterosklerosis dan selanjutnya akan menyebabkan penyakit kardiovaskular (Gordon, 2003).
42
Dislipidemia biasanya tidak menimbulkan gejala, kadar LDL tinggi dapat menyebabkan xantelasma kelopak mata, arcus cornea dan penumpukan LDL pada tendon achilles, siku dan tendon lutut serta sendi metakarpofalangealis, dalam jangka panjang dapat menyebabkan terjadinya aterosklerosis. Trigliserida tinggi (>1000mg/dl) dapat menyebabkan pankreatitis akut. (Bays et al., 2013). Dislipidemia bila terdapat kadar level plasma, total kolesterol ≥ 240mg/dl, LDL ≥ 160mg/dl, trigeliserida ≥ 200mg/dl, atau HDL < 40mg/dl. Angka patokan kadar lipid yang memerlukan pengelolaan, penting dikaitkan dengan terjadinya komplikasi kardiovaskular. Dari berbagai penelitian jangka panjang di negaranegara barat, yang dikaitkan dengan besarnya risiko untuk terjadinya penyakit kardiovaskular (PKV), dikenal patokan kadar kolesterol sebagai berikut : Tabel 2.1 Pedoman Klinis untuk Menghubungkan Profil Lipid dengan Risiko Terjadinya Penyakit Kardiovaskular (PKV) (Bahri. 2004) Diinginkan ( mg/dl )
Diwaspadai ( mg/dl )
Berbahaya ( mg/dl )
< 200
200 - 239
> 240
- Tanpa PKV
< 130
130 - 159
> 160
- Dengan PKV
< 100
Kolesterol HDL
> 45
36 - 44
< 35
- Tanpa PKV
< 200
200 - 399
> 400
- Dengan PKV
< 150
250 - 499
> 500
Kolesterol Total Kolesterol LDL
Trigliserida
43
Di Indonesia prevalensi dislipidemia semakin meningkat. Pada penelitian yang dilakukan oleh Sudijanto Kamso pada tahun 2004 terhadap 656 responden di 4 kota besar di Indonesia (Jakarta, Bandung, Yogyakarta, dan Padang) didapatkan keadaan dislipidemia berat (total kolesterol >240 mg/dL) pada orang berusia diatas 55 tahun didapatkan paling banyak di Padang dan Jakarta (>56%), diikuti oleh mereka yang tinggal di Bandung (52,2%) dan Yogyakarta (27,7%). Pada penelitian ini juga didapatkan bahwa prevalensi dislipidemia lebih banyak didapatkan pada wanita (56,2%) dibandingkan pada pria (47%). Dari keseluruhan wanita yang mengidap dislipidemia tersebut ditemukan prevalensi dislipidemia terbesar pada rentang usia 55-59 tahun (62,1%) dibandingkan yang berada pada rentang usia 60-69 tahun (52,3%) dan berusia diatas 70 tahun (52,6%).
2.3.2
Klasifikasi Dislipidemia Klasifikasi dislipidemia berdasarkan patogenesis penyakit (Grundy, 2006):
1. Dislipidemia primer, yaitu kelainan penyakit genetik dan bawaan yang dapat menyebabkan kelainan kadar lipid dalam darah. 2. Dislipidemia sekunder, yaitu dislipidemia yang disebabkan oleh penyakit atau suatu keadaan tertentu seperti hiperkolesterolemia disebabkan oleh hipotiroidisme, sindrom nefrotik, penyakit hati obstruktif, kehamilan, anoreksia nervosa dan profiria akut intermiten. Hipertrigliseridemia disebabkan oleh diabetes mellitus, konsumsi alkohol, gagal ginjal kronik, miokard infark, disglobulinemia, sindrom nefrotik, kelainan autoimun, dan kehamilan.
44
2.3.3
Penyebab Dislipidemia Penyebab dislipidemia dibagi 2, yaitu (AACE, 2012):
A. Dislipidemia Primer Dislipidemia primer berkaitan dengan gen yang mengatur enzim dan apoprotein yang terlibat dalam metabolism lipoprotein maupun reseptornya. Kelainan ini biasanya disebabkan oleh mutasi genetik. Dislipidemia primer meliputi: •
Hiperkolesterolemia poligenik
•
Hiperkolesterolemia turunan
•
Dislipidemia remnan
•
Hiperlipidemia kombinasi turunan
•
Sindroma kilomikron
•
Hipertrigliseridemia turunan
•
Peningkatan kolesterol HDL
•
Peningkatan apolipoprotein B
B. Dislipidemia Sekunder Dislipidemia sekunder disebabkan oleh penyakit atau keadaan yang mendasari. Hal ini dapat bersifat spesifik untuk setiap bentuk dislipidemia seperti diperlihatkan oleh tabel 2.2 dibawah ini.
45
Tabel 2.2 Penyebab Umum Dislipidemia Sekunder (AACE, 2012)
Lipid
Penyebab
↑ Kolesterol total dan kolesterol LDL
↑ Trigliserida dan kolesterol VLDL
2.3.4
- Hipotiroid - Sindrom nefrotik - SLE, multiple myeloma - Progestin, pengobatan anabolik streroid - Penyakit hati obstruktif, sirosis - Protease inhibitor pada pengobatan infeksi HIV - Gagal ginjal kronik - DM tipe 2 - Obesitas - Alkohol - Hipotiroid - Obat anti hipertensi (Tiazid, Beta Bloker) - Terapi koertikosteroid (↑ steroid Endogen akibat stres berat) - Estrogen oral, kontrasepsi oral, kehamilan - Very low fat diet
Penatalaksanaan Dislipidemia Penatalaksanaan dislipidemia dibagi menjadi:
A. Terapi Non Farmakologi Komponen-komponen Therapeutic Lifestyle Change (TLC) meliputi pengurangan asupan kolesterol dan asam lemak jenuh, pemilihan makanan yang berhubungan dengan aturan makan untuk mengurangi LDL seperti stanol dan sterol serta peningkatan masukan serat yang dapat larut, penurunan berat badan, dan peningkatan aktivitas fisik. Terapi non farmakologi ini hendaknya menjadi terapi utama untuk dislipidemia, kecuali untuk pasien dengan hiperkolesterolemia
46
bawaan (genetik mempunyai kelainan metabolisme lipoprotein/kolesterol) atau hiperlipidemia gabungan yang bersifat familial, penanganan terapinya dengan pengaturan makanan dan terapi obat dapat dimulai secara bersamaan (Grundy, 2006). Terapi non farmakologis meliputi: 1. Terapi diet Terapi diet dimulai dengan menilai pola makan pasien, mengidentifikasi makanan yang mengandung banyak lemak jenuh dan kolesterol serta berapa sering keduanya dimakan. Jika diperlukan ketepatan yang lebih tinggi untuk menilai asupan gizi, perlu dilakukan penilaian yang lebih rinci, yang biasanya membutuhkan bantuan ahli gizi. Penilaian pola makan penting untuk menentukan pola dan keberhasilan terapi diet. Terapi diet bisa dimulai saat dini, bisa dimulai pada anak-anak diatas 2 tahun apabila terdapat genentik hiperkolestromia. Pada usia anak terapi diet tidak perlu terlalu ketat dan pada saat memauki usia dewasa mulai diterapkan secara konsekuen mengikuti pola diet tersebut (Krause’s, 2012).
47
Tabel 2.3 Terapi perubahan pola hidup dengan pola diet (Krause’s, 2012) Nutrient
Recomended Intake
Total fat Saturated fat trans-fatty acids Polyunsaturated fat Monounsaturated fat Carbohydrate
25%-35% of total calories Less than 7% of total calories Zero or as low as possible Up to 10% of total calories Up to 20% of total calories 50% to 60% of total calories, especially from whole grains, fruits and vegetables
Fiber
25-30 g/day (soluble forms such as psyllium at 10-25 g)
Plant strerols Protein Cholesterol Total calories (energy)
2 g/day Approximately 15% of total calories Less than 200 mg/day Balance energy intake and expenditure to maintain desirable body weight/prevent weight gain.
Pada penelitian ada beberapa low fat diets menyebabkan peningkatan profil lipid dan lebih bersifat aterogenik dibanding yang original. Genotip merupakan faktor yang penting pada intervensi diet. Diet harus disesuaikan dengan genotif yang menurunkan lipid. Identifikasi gene coding pada wanita yang mempunyai dua copy G Allele, meningkatkan diet PUFA menyebabkan penurunan level HDL, tetapi pada wanita dengan satu copy A Allele, peningkatan PUFA menyebabkan peningkatan level HDL. Manipulasi pada diet PUFA memberikan efek level HDL yang berbeda, tergantung varian mana copy gene individual dan berapa jumlah copy gene tersebut (Krause's, 2012).
48
2. Latihan jasmani Dari beberapa penelitian diketahui bahwa latihan fisik dapat meningkatkan kadar HDL dan Apo AI, menurunkan resistensi insulin, meningkatkan sensitivitas dan meningkatkan keseragaman fisik, menurunkan trigliserida dan LDL, dan menurunkan berat badan. Setiap melakukan latihan jasmani perlu diikuti 3 tahap : 1) Pemanasan dengan peregangan selama 5-10 menit 2) Aerobik sampai denyut jantung sasaran yaitu 70-85 % dari denyut jantung maksimal ( 220 - umur ) selama 20-30 menit . 3) Pendinginan dengan menurunkan intensitas secara perlahan - lahan, selama 5-10 menit. Frekwensi latihan sebaiknya 4-5 x/minggu dengan lama latihan seperti diutarakan diatas. Dapat juga dilakukan 2-3x/ minggu dengan lama latihan 45-60 menit dalam tahap aerobik. B. Terapi Farmakologi Obat anti-dislipidemia adalah obat yang ditujukan untuk memperbaiki kadar lemak di dalam darah. Pemberian obat anti-dislipidemik dapat diberikan dalam menangani kasus dislipidemia apabila dengan terapi diet dan olah raga kondisi pasien tidak merespon (Illingworth, 2007). Bila terapi non-farmakologi tidak berhasil maka kita dapat memberikan bermacam-macam obat anti-dislipidemik tergantung dari jenis dislipidemia yang kita dapat. Beberapa hal yang perlu kita pertimbangkan adalah kemampuan dari pada obat obat tersebut dalam mempengaruhi kolesterol HDL, trigliserida,
49
fibrinogen, kolesterol LDL, dan juga diperhatikan pengaruh atau efek samping dari pada obat-obat tersebut . Saat ini didapat beberapa golongan obat (ACC/AHA, 2013): 1) Golongan statin (HMG-CoA Reductase Inhibitor : lovastatin, pravastatin, fluvastatin, simvastatin, atrovastatin, rosuvastatin, pitavastatin) 2) Derivat asam fibrat (gemfibrozil, fenofibrat) 3) Asam nikotinat (niacin) 4) Golongan resin (sequestran) 5) Kolestrol absorbsi inhibitor (ezetimibe) Kadang kala kadar kolesterol dan trigliserida meningkat secara progresif pada kehamilan tetapi merupakan kontra indikasi pengobatan dengan niacin dan ezetimbe (ACC/ AHA, 2013).
2.3.5
Komplikasi Dislipidemia Apabila dislipidemia tidak segera diatasi, maka dapat terjadi berbagai
macam komplikasi, antara lain: 1. Aterosklerosis 2. Penyakit jantung koroner 3. Penyakit serebrovaskular seperti stroke 4. Kelainan pembuluh darah tubuh lainnya 5. Pankreatitis akut (bila kadar trigliserida > 1000 mg/dl
50
2.4 Lemak Lemak, disebut juga lipid, adalah suatu zat yang kaya akan energi, berfungsi sebagai sumber energi yang utama untuk proses metabolisme tubuh. Lemak yang beredar di dalam tubuh diperoleh dari dua sumber yaitu dari asupan makanan dan lemak yang dibentuk oleh tubuh (hasil produksi organ hati), yang bisa disimpan di dalam sel-sel lemak (adiposit) dan jaringan adiposa sebagai cadangan energi (Nugroho, 2009). Fungsi lemak adalah (Lichtenstein et al., 2006) : 1. Sebagai penyusun struktur membran sel. Dalam hal ini lipid berperan sebagai barier untuk sel dan mengatur aliran material-material. 2. Sebagai bantalan lemak. Lipid disimpan sebagai jaringan adiposa. 3. Sebagai kelenjar endokrin yang menghasilkan adiponektin, leptin, Tumor Necrosis Factor α. Hormon mengatur komunikasi antar sel, sedangkan vitamin membantu regulasi proses-proses biologis. Secara umum fungsi lemak adalah sebagai sumber energi, pelindung organ tubuh, pembentukan sel, sumber asam lemak esensial, alat angkut vitamin larut dalam lemak, menghemat protein, memberi rasa kenyang dan kelezatan, sebagai pelumas, dan memelihara suhu tubuh (Nugroho, 2009).
51
Secara klinis, lemak yang penting adalah (Lichtenstein et al, 2006) : 1. Fosfolipid 2. Trigliserida (lemak netral) 3. Kolesterol 4. Asam Lemak
2.4.1
Fosfolipid
Fosfolipid merupakan derivat dari asam folat. Fosfolipid ialah senyawa lemak yang mengandung gugusan fosfat. Yang termasuk golongan ini ialah lecithin, cephalin, sphingosin, dan sphingomyelin. Kira-kira separuh dari fosfolipid plasma ialah lecithin. Kadar fosfolipid plasma biasanya meninggi bersamaan dengan meningginya kadar kolesterol plasma. Lechitin biasa didistribusikan bersamaan dengan asupan makanan dan banyak terdapat pada es krim, snak kraker dan stabilisator makanan (Krause's, 2012).
2.4.2
Trigliserida
Trigliserida terbentuk dari 3 asam lemak dan gliserol, trigliserida merupakan ester gliserol. Apabila terdapat satu asam lemak dalam ikatan dengan gliserol maka dinamakan monogliserida. Trigliserida merupakan lemak pada daging, produk susu, dan minyak goreng, serta merupakan sumber energi utama bagi tubuh. Trigliserida juga ditemukan dalam simpanan lemak tubuh dan berasal dari pecahan lemak di hati. Seperti halnya kolesterol, trigliserida juga merupakan lemak yang bersirkulasi dalam darah.
52
Sebagian besar lemak dan minyak di alam terdiri atas 97 persen trigliserida sisanya berbentuk kolesterol dan fosfolipid. Lemak disimpan di dalam tubuh dalam bentuk trigliserida. Apabila sel membutuhkan energi, enzim lipase dalam sel lemak akan memecah trigliserida menjadi gliserol dan asam lemak bebas serta melepaskannya ke dalam pembuluh darah (Krause’s, 2012).
2.4.3
Kolesterol
Kolesterol adalah salah satu lemak tubuh yang berada dalam bentuk bebas dan ester dengan asam lemak, serta merupakan komponen utama selaput sel otak dan saraf (Murray et al., 2003). Kolesterol sangat diperlukan dalam berbagai proses metabolisme tubuh, misalnya (Murray et al., 2003) : 1. Sebagai bahan pembentuk dinding sel. 2. Membuat asam empedu untuk mengemulsikan lemak. 3. Untuk membuat vitamin D. 4. Berperan sebagai bahan pembuat hormon-hormon seks dan kortikosteroid atau hormon yang dapat mempengaruhi volume dan tekanan darah, kadar gula darah, otot, serta kekebalan tubuh. Delapan puluh persen kolesterol dihasilkan dari dalam tubuh (pembentukan oleh hati) dan 20 persen sisanya dari luar tubuh (makanan yang dikonsumsi). Kolesterol adalah produk khas hasil metabolisme hewan dan produk olahannya seperti kuning telur, daging, hati, otak, susu, keju, mentega, dan lain-lain. Kolesterol yang berasal dari makanan jarang dalam bentuk kolesterol bebas, biasanya berbentuk kolesterol dengan asam lemak atau sering disebut ester
53
kolesterol. Kolesterol hanya terdapat pada sel-sel hewan dan manusia, tidak terdapat pada sel tumbuh-tumbuhan (Murray et al., 2003). Sel-sel jaringan tubuh memerlukan kolesterol untuk tumbuh dan berkembang secara semestinya. Sel-sel ini menerima kolesterol dari LDL (Low Density Lipprotein). Meskipun demikian jumlah kolesterol yang dapat diterima atau diserap oleh sel ada batasnya. Bila kita makan banyak lemak jenuh atau bahan makanan yang kaya akan kolesterol, maka kadar LDL dalam darah kita tinggi. 2.4.3.1 Biosintesis Kolesterol Prekusor yang digunakan oleh hati untuk mensintesis kolesterol adalah asetil Koenzim- A (asetil KoA) yang merupakan hasil metabolisme karbohidrat, protein atau lemak. Biosintesis kolesterol terbagi menjadi empat tahap. Tahap pertama melibatkan perubahan asetil koA menjadi 3-hidroksi-3-metilglutarilKoA (HMG-KoA) yang dikatalisis oleh enzim HMG-KoA sintase, kemudian dilanjutkan sintesis HMG-KoA menjadi Mevalonat akan diubah menjadi molekul dasar isoporen yaitu isopentenyl pyrophospat (IPP), bersamaan dengan hilangnya CO 2. Tahapan ketiga adalah terjadinya proses polimerisasi enam molekul isoprenoid untuk membentuk molekul skualen. Tahap paling akhir adalah proses terbentuknya inti steril dari skualen, yang kemudian akan diubah menjadi kolesterol (Koolman, 2005). Laju sintesis kolesterol oleh tubuh ditentukan oleh laju pembentukan mevalonat oleh HMG-KoA reduktase. Kerja enzim ini dapat dihambat oleh beberapa obat penurun kolesterol golongan statin (Koolman, 2005).
54
Biosintesis kolesterol dalam tubuh dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 2.4 Biosintesis Kolesterol (Koolman, 2005)
2.4.4
Asam lemak
Asam lemak merupakan asam monokarboksilat rantai panjang. Adapun rumus umum dari asam lemak adalah: CH3(CH2)nCOOH atau CnH2n+1-COOH
55
Rentang ukuran dari asam lemak adalah C12 sampai dengan C24 (Rader dan Hobbs, 2005). Ada dua macam asam lemak yaitu (Rader dan Hobbs, 2005) : 1. Asam lemak jenuh (saturated fatty acid). Asam lemak ini tidak memiliki ikatan rangkap. 2. Asam lemak tak jenuh (unsaturated fatty acid). Asam lemak ini memiliki satu atau lebih ikatan rangkap.
2.4.5
Lipoprotein
Pada umumnya lemak tidak larut dalam air, yang berarti juga tidak larut dalam plasma darah. Agar lemak dapat diangkut ke dalam peredaran darah, maka di dalam plasma darah, lemak akan berikatan dengan protein spesifik membentuk suatu kompleks makro molekul yang larut dalam air. Ikatan antara lemak (kolesterol, trigliserida, dan fosfolipid) dengan protein ini disebut Lipoprotein (Mahley, 2003). Tubuh mengatur kadar lipoprotein melalui beberapa cara (Rader dan Hobbs, 2005) : 1.
Mengurangi pembentukan lipoprotein dan mengurangi jumlah lipoprotein yang masuk ke dalam darah.
2.
Meningkatkan atau menurunkan kecepatan pembuangan lipoprotein dari dalam darah. Berdasarkan komposisi, densitas, dan mobilitasnya, lipoprotein dibedakan
menjadi kilomikron, Very Low Density Lipoprotein (VLDL), Intermediate Density Lipoprotein (IDL), Low Density Lipoprotein (LDL), dan High Density
56
Lipoprotein (HDL). Setiap jenis lipoprotein memiliki fungsi yang berbeda dan dipecah serta dibuang dengan cara yang sedikit berbeda (Rader dan Hobbs, 2005). 2.4.5.1 Kilomikron Kilomikron merupakan lipoprotein yang mengangkut lemak menuju ke hati. Kilomikron dibentuk di usus halus dengan komposisi asam lemak dari trigliserida. Lipoprotein dengan berat molekul terbesar ini lebih dari 80 persen nya terdiri dari trigliserida yang berasal dari makanan, terutama makanan yang mengandung trigliserida dan kurang dari 5 persen terdiri dari kolesterol ester. Pada waktu mencapai darah, kilomikron berinteraksi dengan LPL (Lipoprotein Lipase) yang terdapat pada permukaan endotel kapiler, jaringan lemak dan otot. Akibat interaksi ini trigliserida dapat dilepaskan dari kilomikron, dan diangkut oleh HDL ke hepar untuk di metabolisme. Kilomikron membawa trigliserida dari makanan ke jaringan lemak dan otot rangka, dan membawa kolesterol makanan ke hati (Rader dan Hobbs, 2005). Lapisan permukaan kilomikron terdiri dari fosfolipid, kolesterol bebas, Apo B48, Apo AI, Apo AII, dan Apo AIV, sedangkan bagian inti kilomikron terdiri dari trigliserida dan kolesterol. Di dalam plasma, Apo C dan Apo E ditransfer ke kilomikron dari HDL sehingga membentuk kilomikron. Apo CII memediasi hidrolisis trigliserida melalui pengaktifan LPL, sehingga terbentuk kilomikron remnan yang kaya kolesterol miskin trigliserida dan asam lemak bebas (Mahley et al., 2003 ; Rader dan Hobbs, 2005). Kilomikron remnan akan diambil oleh hepatosit dengan bantuan Apo E, sehingga kolesterol digunakan oleh hepatosit untuk membentuk asam empedu
57
disatukan ke dalam membran, diekskresikan sebagai kolesterol ke dalam empedu atau membentuk lipoprotein (Lichtenstein dan Jones, 2001 ; Rader dan Hobbs, 2005). Sedangkan Asam lemak bebas kemudian diambil oleh berbagai jaringan untuk disimpan sebagai trigliserida, dioksidasi sebagai sumber energy atau digunakan kembali di hepar untuk membentuk lipoprotein trigliserida (Mahley et al., 2003). 2.4.5.2 Very Low Density Lipoprotein (VLDL) Lipoprotein densitas sangat rendah (VLDL) merupakan trigliserida endogen. Lipoprotein ini terdiri dari 60 persen trigliserida endogen dan 10-15 persen kolesterol. Lipoprotein ini dibentuk dari asam lemak bebas di hati, yang berfungsi sebagai alat transportasi lemak dari hepar ke jaringan. Trigliserida merupakan bagian terbesar dari VLDL dan ukuran VLDL ditentukan oleh jumlah trigliserida yang ada (Rader dan Hobbs, 2005). Apolipoprotein utama VLDL adalah Apo B100. Trigliserida VLDL dihidrolisis oleh lipoprotein lipase (LPL) dan diubah menjadi VLDL remnant (Mahley et al., 2003). VLDL remnan dapat ditangkap kembali oleh hepar melalui reseptor atau tetap dalam sirkulasi dan setelah diambil komponen trigliseridanya dihirolisis oleh hepatik lipase (HL) menjadi partikel IDL dan LDL (Rader dan Hobbs, 2005). 2.4.5.3 Low Density Lipoprotein (LDL) Lipoprotein densitas rendah (LDL) adalah lipoprotein yang merupakan alat transportasi kolesterol yang utama, mengangkut sekitar 70-80 persen dari
58
kolesterol total, yang merupakan metabolit VLDL. Apolipoprotein utama LDL adalah Apo B100. Fungsi LDL yaitu membawa kolesterol dari hepar ke jaringan perifer termasuk ke sel otot jantung, otak, dan lain-lain agar dapat berfungsi sebagaimana mestinya (untuk sintesis membran plasma dan hormon steroid). Rangkaian proses penyediaan kolesterol pada jaringan ekstrahepatik disebut LDL receptor pathway, sedangkan rangkaian proses pengembalian kolesterol ke hepar dari jaringan perifer disebut reverse cholesterol transport. Kedua jalur tersebut dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan (Mayes dan Botham, 2003). Partikel LDL mengandung trigliserida sebanyak 10 persen dan kolesterol 60 persen. Kadar LDL plasma tergantung dari banyak faktor termasuk kolesterol dalam makanan, asupan lemak jenuh, kecepatan produksi dan eliminasi LDL dan VLDL. Bila kita makan banyak lemak jenuh atau bahan makanan yang kaya akan kolesterol, maka kadar LDL dalam darah kita tinggi. Kelebihan LDL akan mudah melekat pada dinding sebelah dalam (intima) pembuluh darah dengan risiko penumpukan atau pengendapan kolesterol LDL pada dinding pembuluh darah arteri, yang diikuti dengan terjadinya aterosklerosis. Makin kecil ukuran LDL atau makin tinggi kepadatannya, makin mudah pula LDL tersebut menyusup ke dalam intima. LDL demikian disebut LDL kecil padat (small dense LDL). Oleh karena sifat di atas, maka LDL disebut kolesterol jahat. Ambilan LDL terjadi karena adanya reseptor LDL. LDL mengalami katabolisme melalui jalur reseptor dan jalur non reseptor. Jalur katabolisme reseptor dapat ditekan oleh produksi kolesterol endogen. Bila katabolisme LDL oleh hati dan jaringan perifer
59
berkurang maka kadar kolesterol plasmanya meningkat. Peningkatan kadar kolesterol sebagian disalurkan ke dalam makrofag yang akan membentuk sel busa (foam cells) yang berperan dalam terjadinya aterosklerosis (Rader dan Hobbs, 2005). 2.4.5.4 High Density Lipoprotein (HDL) Lipoprotein densitas tinggi (HDL) berfungsi membawa kolesterol dari jaringan perifer ke hati sehingga dapat dimetabolisme lalu dibuang ke dalam kandung empedu sebagai asam (cairan) empedu, sehingga penimbunan kolesterol di perifer berkurang. Komponen HDL ialah 13 persen kolesterol, kurang dari 5 persen trigliserida dan 50 persen protein. Kadar HDL kira-kira sama pada laki-laki dan perempuan sampai pubertas, kemudian menurun pada laki-laki sampai 20 persen lebih rendah daripada kadar pada perempuan. Pada individu dengan nilai lipid yang normal, kadar HDL relatif menetap sesudah dewasa (kira-kira 45 mg/dl pada pria dan 54 mg/dl pada perempuan). HDL penting untuk membersihan trigliserida dan kolesterol, dan untuk transportasi serta metabolisme ester kolesterol dalam plasma. Kadar tinggi HDL dihubungkan dengan penurunan insiden penyakit dan kematian karena aterosklerosis. Oleh karena itu, HDL disebut kolesterol baik. Mekanisme proteksi HDL terhadap penyakit jantung koroner belum diketahui dengan jelas. Kadar HDL menurun pada kegemukan, perokok, penderita diabetes yang tidak terkontrol dan pada pemakaian kombinasi estrogen-progestin. HDL mengandung Apo AI, AII, AIV, C, dan E. Apo AI dan AIV merupakan aktivator enzim LCAT. HDL memberikan Apo E dan Apo C, dan
60
menerina Apo AI dan Apo AIV dari kilomikron di dalam sirkulasi darah (Rader dan Hobbs, 2005). Fungsi HDL antara lain adalah : 1. Mengangkut kelebihan kolesterol dari jaringan ekstrahepatik dan sel pembersih (scavenger cells), dan setelah berinteraksi dengan enzim LCAT (Lecithin Cholesterol Acyl Transferase) melepaskan kolesterol ke VLDLremnan dan hepar yang kemudian akan dikeluarkan ke dalam empedu. 2. Sebagai sumber apoprotein untuk metabolisme VLDL remnan dan kilomikron remnan. 3. Diduga sebagai sumber bahan pembentukan prostasiklin yang besifat anti trombosis. 4. Meningkatkan sintesis reseptor LDL. Inti HDL adalah kolesterol ester yang dibentuk dalam sirkulasi melalui pengambilan kolesterol di jaringan perifer dengan pertolongan enzim LCAT (Rader dan Hobbs, 2005) 2.4.5.5 Apoprotein Transportasi antar organ dari lipid eksogen dan endogen di dalam lipoprotein diatur oleh apoprotein. Peran apoprotein (Lichtenstein dan Jones, 2001) : 1. Meningkatkan kelarutan lipoprotein di dalam air. 2. Mengatur transportasi dan aktivitas lipoprotein dengan memodulasi aktivitas enzim dan membantu klirens (removal) lipoprotein dari sirkulasi ke organ-organ melalui reseptor khusus.
61
2.5 Metabolisme Lemak Hasil akhir dari pemecahan lipid dari makanan adalah asam lemak dan gliserol. Jika sumber energi dari karbohidrat telah mencukupi, maka asam lemak mengalami esterifikasi yaitu membentuk ester dengan gliserol menjadi trigliserida sebagai cadangan energi jangka panjang. Jika sewaktu-waktu tak tersedia sumber energi dari karbohidrat barulah asam lemak dioksidasi, baik asam lemak dari diet maupun jika harus memecah cadangan trigliserida jaringan. Proses pemecahan trigliserida ini dinamakan lipolisis. Proses oksidasi asam lemak dinamakan oksidasi beta dan menghasilkan asetil KoA. Selanjutnya sebagaimana asetil KoA dari hasil metabolisme karbohidrat dan protein, asetil KoA dari jalur inipun akan masuk ke dalam siklus asam sitrat sehingga dihasilkan energi. Di sisi lain, jika kebutuhan energi sudah mencukupi, asetil KoA dapat mengalami lipogenesis menjadi asam lemak dan selanjutnya dapat disimpan sebagai trigliserida (Ahuja, 2003). Beberapa lipid non gliserida disintesis dari asetil KoA. Asetil KoA mengalami kolesterogenesis menjadi kolesterol. Selanjutnya kolesterol mengalami steroidogenesis membentuk steroid. Asetil KoA sebagai hasil oksidasi asam lemak juga berpotensi menghasilkan badan-badan keton (aseto asetat, hidroksi butirat dan aseton). Proses ini dinamakan ketogenesis. Badan-badan keton dapat menyebabkan gangguan keseimbangan asam-basa yang dinamakan asidosis metabolik. Keadaan ini dapat menyebabkan kematian (Alberti, 2005).
62
Gambar 2.5 Metabolisme Lemak (Dikutip dari : Lichtenstein dan Jones, 2006) 2.6 Transportasi Lemak Lemak dalam darah diangkut dengan dua cara, yaitu melalui jalur eksogen dan jalur endogen. Jalur eksogen yang berperan adalah kilomikron dan jalur endogen yang berperan adalah VLDL, IDL dan HDL (Mayes et al, 2003).
63
2.6.1
Jalur Eksogen
Trigliserida dan kolesterol yang berasal dari makanan dalam usus dikemas dalam bentuk partikel besar lipoprotein, yang disebut kilomikron. Kilomikron ini akan diangkut dalam saluran limfe lalu ke dalam darah melalui duktus thorasikus. Di dalam jaringan lemak dan otot, trigliserida dalam kilomikron mengalami hidrolisis oleh lipoprotein lipase yang terdapat pada permukaan sel endotel. Akibat hidrolisis ini maka akan tebentuk asam lemak bebas dan kilomikron remnan. Asam lemak bebas akan menembus sel endotel dan masuk ke dalam jaringan lemak atau sel otot untuk diubah menjadi trigliserida kembali sebagai cadangan atau dioksidasi menjadi energi. Kilomikron remnan adalah kilomikron yang telah dihilangkan sebagian trigliseridanya sehingga ukurannya mengecil tetapi jumlah ester kolesterolnya tetap. Kilomikron remnan ini akan dibersihkan oleh hati dari sirkulasi dengan mekanisme endositosis oleh lisosom. Hasil metabolisme ini berupa kolesterol bebas yang akan digunakan untuk sintesis berbagai stuktur (membran plasma, mielin, hormon steroid dan sebagainya), disimpan dalam hati sebagai kolesterol ester lagi disekresi ke empedu (sebagai kolesterol atau asam empedu) yang akan dikeluarkan ke dalam usus, berfungsi seperti detergen dan membantu proses penyerapan lemak dari makanan. Sebagian lagi dari kolesterol dikeluarkan melalui saluran empedu tanpa dimetabolisme menjadi asam empedu. Kemudian organ hati akan mendistribusikan kolesterol ke jaringan tubuh lainnya melalui jalur endogen. Pada akhirnya, kilomikron yang tersisa (yang lemaknya telah diambil), dibuang dari aliran darah oleh hati.
64
2.6.2
Jalur Endogen
Trigliserida dan kolesterol yang disintesis oleh hati diangkut secara endogen dalam bentuk VLDL kaya trigliserida. VLDL akan mengalami hidrolisis dalam sirkulasi oleh lipoprotein lipase yang juga menghidrolisis kilomikron menjadi VLDL remnan. VLDL remnan diambil oleh hati atau diubah menjadi IDL (Intermediate Density Lipoprotein). Partikel IDL kemudian diambil oleh hati atau mengalami pemecahan lebih lanjut menjadi produk akhir yaitu LDL. LDL akan diambil oleh reseptor LDL di hati dan mengalami katabolisme. HDL tugasnya mengambil kolesterol bebas di jaringan perifer. Kolesterol bebas di dalam HDL diesterifikasi oleh enzim lecithin cholesterol acyltransferase (LCAT) menjadi kolesterol ester. Kolesterol ester ini akan mengalami perpindahan dari HDL ke VLDL atau IDL, begitu juga trigliserida yang terdapat pada partikel VLDL dan IDL dipindahkan ke partikel HDL melalui enzim Cholesterol Ester Transfer Protein (CETP) sehingga dengan demikian terjadi kebalikan arah transpor kolesterol (reverse cholesterol transport) dari perifer menuju hati untuk dikatabolisasi lalu dibuang ke dalam kandung empedu sebagai asam (cairan) empedu, sehingga penimbunan kolesterol di perifer berkurang. Aktivitas ini mungkin berperan sebagai sifat antiaterogenik.
65
Gambar 2.6 Jalur Metabolisme Lipoprotein Eksogen dan Endogen (Dikutip dari : Harrison's Principles of Internal Medicine, 18th Edition. 2011).
2.7 Aterosklerosis Aterosklerosis adalah kondisi di mana terjadi penyempitan pembuluh darah akibat timbunan lemak yang meningkat dalam dinding pembuluh darah yang akan menghambat aliran darah. Kolesterol yang berlebihan dalam darah akan mudah melekat pada dinding sebelah dalam pembuluh darah. Selanjutnya,
66
LDL akan menembus dinding pembuluh darah melalui lapisan sel endotel, masuk ke lapisan dinding pembuluh darah yang lebih dalam yaitu intima. LDL disebut lemak jahat karena memiliki kecenderungan melekat di dinding pembuluh darah sehingga dapat menyempitkan pembuluh darah. LDL ini bisa melekat karena mengalami oksidasi atau dirusak oleh radikal bebas. LDL yang telah menyusup ke dalam intima akan mengalami oksidasi tahap pertama sehingga terbentuk LDL yang teroksidasi. LDL-teroksidasi akan memacu terbentuknya zat yang dapat melekatkan dan menarik monosit (salah satu jenis sel darah putih) menembus lapisan endotel dan masuk ke dalam intima. Disamping itu LDL-teroksidasi juga menghasilkan zat yang dapat mengubah monosit yang telah masuk ke dalam intima menjadi makrofag. Sementara itu LDL-teroksidasi akan mengalami oksidasi tahap kedua menjadi LDL yang teroksidasi sempurna yang dapat mengubah makrofag menjadi sel busa (foam cell) (Rader dan Hobbs, 2005). Sel busa (foam cell) yang terbentuk akan saling berikatan membentuk gumpalan yang makin lama makin besar sehingga membentuk benjolan yang mengakibatkan penyempitan lumen pembuluh darah. Keadaan ini akan semakin pada lapisan pembuluh darah yang lebih dalam (media) untuk masuk ke lapisan intima dan kemudian akan membelah-belah diri sehingga jumlahnya semakin banyak. Timbunan lemak di dalam lapisan pembuluh darah (plak kolesterol) membuat saluran pembuluh darah menjadi sempit sehingga aliran darah kurang lancar. Plak kolesterol pada dinding pembuluh darah bersifat rapuh dan mudah pecah, meninggalkan “luka” pada dinding pembuluh darah yang dapat mengaktifkan pembentukan bekuan darah. Karena pembuluh darah sudah
67
mengalami penyempitan dan pengerasan oleh plak kolesterol, maka bekuan darah ini mudah menyumbat pembuluh darah secara total. Kondisi ini disebut dengan aterosklerosis (Rader dan Hobbs, 2005).
Gambar 2.7 Diagram Aterosklerosis (Dikutip dari : http://www.nhlbi.nih.gov/health/dci/Diseases/Hbc /HBC_WhatIs.html.2008)
68
2.8 Teh (Camellia Sinensis) 2.8.1
Deskripsi Teh
Tanaman teh (Camellia sinensis) termasuk tanaman perdu yang tumbuh didaerah tropis dan sub tropis. Tanaman ini dapat mencapai tinggi 914 cm, namun umumnya dipangkas menjadi 60-150 cm untuk pembudidayaan. Daun teh muda berwarna hijau muda dan mempunyai rambut-rambut putih dibagian bawah daun, sedangkan daun teh tua berwarna hijau tua. Daun teh berbentuk oval dengan bagian tepinya bergerigi tajam berukuran panjang 4-15 cm, lebar 2-5 cm. bunga teh berwarna putih kekuningan, wanginya harum, berdiameter 2,5-4 cm umumnya berkelompok 7-8 bunga atau berbunga tunggal (Handoko, 2007).
2.8.2
Klasifikasi Teh (Anonim (a), 2014)
Kerajaan
: Plantae
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Ordo
: Ericales
Famili
: Theaseae
Genus
: Camellia
Spesies
: Camellia sinensis
69
Gambar 2.8. Daun tanaman teh (Handoko, 2007)
2.8.3
Jenis-jenis Teh
Berdasarkan proses pembuatannya teh dibedakan menjadi 4 jenis yaitu: 1. Teh Hitam (black tea) Teh hitam didapat dari hasil penggilingan yang menyebabkan daun teh terluka dan mengeluarkan getah. Getah itu bersentuhan dengan udara sehingga menghasilkan senyawa teaflavin dan teaburgin. Daun teh ini mengalami terfermentasi sempurna. Warna hijau berubah menjadi kecoklatan dan selama pengeringan berubah menjadi hitam. Teh hitam paling dikenal luas dan banyak dikonsumsi (Sujayanto, 2008). 2. Teh Merah (oolong tea) Teh oolong adalah teh hasil semifermentasi (semioksidasi enzimmatis), tidak bersentuhan lama dengan udara pada saat pengolahan. Fermentasi yang terjadi hanya sebagian (30-70%). Hasilnya warna teh menjadi coklat kemerahan.
70
3. Teh Hijau (green tea) Teh hijau diolah tanpa mengalami oksidasi dan fermentasi. Setelah daun teh layu langsung digulung, dikeringkan, dan dikemas. Biasanya pucuk teh diproses langsung dengan uap panas (steam) atau frying untuk menghentikan aktivitas enzim. Warna hijau tetap bertahan dan kandungan taninnya relatif tinggi. 4. Teh Putih (white tea) Teh putih merupakan teh yang sangat istimewa. Teh putih berasal dari pucuk daun teh yang sangat muda dan masih menggulung, pada saat dipetik dilindungi dari sinar matahari. Daun teh yang sangat muda ini hanya diuapkan dan dikeringkan segera setelah dipetik untuk mencegah oksidasi, daun teh muda ini tidak melalui proses fermentasi sehingga teh putih mengandung katekin dan kafein tertinggi (Dias et al., 2013)
Gambar 2.9 Teh Putih, Teh Hijau, Teh Merah /Oolong, Teh hitam
71
Camellia sinensis
Buds of young leaves
Young Leaves
Withered Steamed
Steamed / fired
(Polyphenol oxidase (Polyphenol oxidase Inactivation)
Withered
ruised by shaking
Rolled
Inactivation)
Rolled/shaped
Partially oxidized
Fully oxidized
(10-80%)
Dried
Dried
White Tea
Green Tea
Fired/Dried
Oolong
Fired/Dried
Black Tea
Theaflavins & Theaburgins
Catechin
Gambar 2.10 Skema representasi dari proses pembuatan teh (Dias et al., 2013)
72
2.8.4
Kandungan Kimia Teh
Bahan-bahan kimia dalam daun teh dapat digolongkan menjadi 4 kelompok besar yaitu substansi fenol, substansi bukan fenol, substansi penyebab aroma dan enzim (Alamsyah, 2006). 1. Substansi Fenol a. Flavanol Flavanol adalah polifenol utama pada teh berupa katekin. Derivat dari katekin adalah katekin (C), Epikatekin (EC), galokatekin (GC), epigalokatekin (EGC), epikatekin galat (ECG), galokatekin 3-galat (GCG) dan epigalokatekin 3-galat (EGCG) (Alamsyah, 2006). b. Flavonol Flavonol merupakan senyawa golongan flavonoid yang memiliki oksidasi terendah. Komposisi kimia flavonol pada teh mirip katekin. Flavonol pada teh meliputi quersertin, kaemferol, dan mirisetin. Flavonol merupakan antioksidan alami yang mempunyai kemampuan mengikat logam. 2. Substansi Bukan Fenol a. Karbohidrat Daun teh juga mengandung karbohidrat, berbentuk gula sederhana hingga komplek, karbohidrat yang penting diantaranya sukrosa, glukosa, dan fruktosa. Keseluruhan kerbohidrat pada teh 0,75% dari berat kering (Alamsyah, 2006).
73
b. Substansi Pektin Pektin dapat terurai menjadi asam pektat dan metil alkohol dengan bantuan enzim pektin metal esterase. Metil alkohol akan menguap dan sebagian diubah menjadi asam organik yang akan menghasilkan aroma khas (Rohdiana, 2009). c. Alkaloid Alkaloid pada teh memiliki sifat penyegar. Alkaloid yang utama dalam teh adalah kafein. Kafein akan bereaksi dengan ketekin dan menimbulkan rasa segar pada seduhan teh (Alamsyah, 2006). d. Klorofil dan Zat warna lain Warna hijau pada daun teh disebabkan adanya klorofil. Dalam proses inaktivasi enzim terjadi pemanasan senyawa klorofil yang menyebabkan perubahan warna hijau segar menjadi hijau tua/zaitun karena klorofil diubah menjadi feofitin. Jika terjadi suasana sangat asam feofitin akan diubah menjadi feoforbid yang berwarna hijau kecoklatan (Alamsyah, 2006). e. Protein dan Asam amino Asam amino, karbohidrat dan katekin akan membentuk senyawa aromatis. Asam amino yang berpengaruh adalah alanin, fenil alanin, valin, leusin, dan isoleusin. Seluruh kandungan protein dan asam amino bebas adalah 1,4-5% dari berat daun kering. Reaksi asam amino dengan katekin pada temperature tinggi menghasilkan aldehida yang membuat aroma pada teh (Alamsyah, 2006).
74
f. Substansi resin Kandungan resin sekitar 3% dari berat daun kering. Peranan resin adalah menaikkan daya tahan tanaman teh terhadap kondisi beku (Alamsyah, 2006). g. Vitamin Daun teh mengandung beberapa vitamin, yaitu vitamin C,K,A,B1, dan B2. Kandungan vitamin C pada teh sebesar 100-250 mg. kandungan sebesar itu hanya terdapat pada teh hijau dan teh putih. Vitamin K dalam teh hijau dan teh putih sebanyak 300-500 IU/g (Alamsyah, 2006) h. Substansi mineral Kandungan mineral dalam daun teh cukup banyak. Mineral berfungsi dalam pembentukan enzim didalam tubuh, sumber mineral yang penting dalam proses metabolisme. Kandungan mineral dalam daun teh : - Magnesium Berfungsi membantu proses metabolisme protein, reaksi seluler, mengatur elektrolit tubuh, hormone reseptor, metabolisme vitamin D (Rohdiana, 2009). - Flourida Berfungsi menguatkan gigi agar terhindar dari karies, pembentukan plak gigi dan membunuh bakteri penyebab pembengkakan gusi (Alamsyah, 2006). - Natrium Berfungsi mengatur keseimbangan elektrolit untuk mencegah menurunnya cairan seluler akibat tekanan osmotik.
75
- Kalsium Berfungsi membantu pembentukan tulang dan gigi, transmisi impuls syaraf, kontraksi otot dan meningkatkan efektifitas kerja enzim. - Seng Berperan dalam metabolisme tubuh, sintesis vitamin A, peningkatan sistem kekebalan tubuh dan membentuk enzim pemusnah radikal bebas. 3. Substansi Penyebab Aroma Aroma teh berasal dari likosida yang terurai menjadi gula sederhana dan senyawa yang beraroma atau dari oksidasi karotenoid yang menghasilkan senyawa yang mudah menguap (aldehida dan keton tak jenuh). Substansi penyebab aroma meliputi klorofil, karotenoid, dan senyawa volatil. 4. Enzim Berfungsi sebagai biokatalisator pada reaksi kimia pada daun teh. Enzim yang terkandung dalam daun teh invertase, amylase, glukosidase, oximetilase, protease, peroksidae dan polifenol oksidase (Alamsyah, 2006). 2.9 Teh Putih
Teh putih berasal dari pucuk daun Camelia sinensis yang sangat muda dan masih menggulung, mempunyai rambut-rambut sangat halus berwarna putih keperakan, dan pada saat dipetik dihindari dari sinar matahari. Pada saat pembudidayaan daun teh muda tersebut dilindungi dari sinar matahari untuk mencegah terbentuknya formasi klorofil. Sehingga memberikan penampakan berwarna putih pada daun teh muda tersebut (Dias et al., 2013). Teh putih di Indonesia dikembangkan di Gambung, Jawa Barat, teh ini
76
diproduksi menjadi teh unggulan yang diberi nama Exellent Gamboeng White tea, Premium Tea of Indonesia, oleh Pusat Penelitian Teh dan Kina Bandung.
Gambar 2.11 Teh Putih
Gambar 2.12 Seduhan Teh Putih Proses produksi teh putih dimana daun teh yang masih sangat muda hanya diuapkan dan dikeringkan segera dipetik untuk menghindari terjadinya oksidasi dan proses ini menghasilkan seduhan teh terasa ringan dan sangat spesial. Teh putih sangat disukai masyarakat Eropa (Almajano et al., 2008).
77
Teh putih mempunyai kandungan polifenol yang lebih tinggi dibanding teh lainnya karena tidak melalui proses fermentasi dan oksidasi. Polifenol utama pada teh putih terutama derivat dari katekin merupakan antioksidan poten yang mempunyai manfaat positif bagi kesehatan. Sifat antioksidan dari teh putih dapat mencegah radikal bebas dan menginhibisi stres oksidatif dan inflamasi. Pada saat ini stres oksidatif dan inflamasi berkaitan dengan bermacam penyakit antara lain penyakit obesitas, dislipidemia, diabetes, kardiovaskular, neurodegeneratif dan kanker (Dias et al., 2013). 2.9.1
Manfaat Teh Putih
Sejak jaman dahulu teh telah dikenal sebagai minuman yang menyegarkan dan mempunyai banyak manfaat bagi kesehatan. Seperti halnya jenis teh yang lain teh putih juga bermanfaat bagi kesehatan. teh putih telah digunakan untuk mengobati obesitas dan penyakit penyerta. Banyak studi yang dilakukan untuk mengidentifikasi komposisi dari teh putih (Unachukwu, 2010; Van der hooft , 2012). Manfaat teh putih dapat sebagai proteksi terhadap penyakit kardiovaskular, kanker, diabetes melitus, obesitas, sistem saraf pusat, dan penyakit infeksi. Proteksi terhadap penyakit kardiovaskular didapat dari sifat teh putih sebagai antitrombogenik, aktivitas hipotensif, anti inflamansi, aktivitas hipokolesterolemia, aktivitas lipolitik, dan anti angiogenik (Dias et al., 2013). Manfaat teh putih dapat dilihat pada tabel 2.4.
78
Tabel 2.4 Potensial protektif efek dari teh putih Dias et al., 2013) Protective Effects of White Tea Cardiovask uler Cancer diseases AntiAnti-mutagenic thrombogen activity ic activity (Battacharya as et U et al., 2011) al.,2013)
Anti-diabetic activity (Albofathi AA. et al., 2012)
Hypotensiv e activity[ ( Green DJ et al., 2011)
Hypoglycemi c activity (MackenzieT. et al., 2007)
Anticarcinogenic activity ( Carvalho M et al., 2010) AntiAntiinflammato inflammatory ry activity activity (Stang V et (Deka A, et al., al., 2006) 2011) Antioxidant DNA damage activity reduction ( (Cheng To Sharangi A., et al., 2000) 2009) Antioxidant activity ( Han MK.,2003) Anti – Angiogenic Activity (Sharangi A., 2009)
Diabetes mellitus
Obesity Stimulasion of hepatic lipid metabolisme (Murase T et al., 2002) Inhibition of lipase (Chantre P et al., 2002)
Insulin Thermogenic resistance activity reduction (Dulloo A et (Islam M., al., 2000) 2011) Antioxidant Modulasion activity of appetite (Song EK et (Liao S., al., 2003) 2001) Hypocholesterolemic activity ( Maron DJ et al., 2003)
Lipolytic and antiadipogenic activity (Sohle J et al., 2009)
Hypolypidemic Activity (Huang et al., 2012)
Central nervous system Anti-stress acticity (Kimura K et al., 2007)
Microorgani sme induced diseases Antimicrobial activity (Wang X et al., 2010)
Stimulant activity (Liu K et al., 2011)
Anti-fungal activity (Hirasawa et al., 2004)
Antidepresant activity (Zhu WL et al., 2011) Antioxidant activity (Lopez V et al., 2011)
Anti-viral activity (Weber JM et al., 2003)
79
2.9.2
Komposisi Kimia Teh Putih
Banyak penelitian mempelajari komposisi kimia dari daun teh putih (camellia sinensis). Komposisi utama meliputi protein, polisakarida, polifenol, mineral, trace element, asam amino organik, lignan dan metilxantin yaitu kafein, teofilin dan teobromin (Seeram et al., 2006 ; Moderno et al., 2009). Polifenol pada teh yang merupakan derivat utama dari katekin adalah epicatechin
(EC),
epigallocatechin
(EGC),
epicatechin-3-gallate
epigallocatechin-3-gallate (EGCG).
Gambar 2.13 Struktur kimia Katekin (Hillal, 2007)
(ECG),
dan
80
Hasil analisa kadar polifenol, katekin serta kafein pada teh putih dibandingkan dengan teh hijau (Hillal, 2007) dapat dilihat pada tabel 2.5. Tabel 2.5 Hasil Analisis Polifenol, Katekin dan Kafein (sumber : Hillal, 2007) Teh Putih
Rata – Rata
Teh Hijau
Rata – Rata
Total Polifenol
16.23 – 25.95
21.54
13.7 - 24.7
19.18
Total katekin
7.94 – 16.56
13.22
9.89 – 17
12.95
Kafein
3.35 – 5.74
4.85
1.67 – 3.90
2.90
Epigalokatekin gallat
5.23 – 9.49
8.00
4.40 – 9.6
6.75
Epigalokatekin
0.24 – 2.64
1.11
1.94 – 4.07
2.84
Flavonol glikosida
0.06 – 1.44
0.61 (1.25)
0.64 – 2.02
1.1 (2.27)
2.10 Teh Putih Terhadap Dislipidemia Diet tinggi lemak menyebabkan kelebihan trigliserida yang akan diakumulasi oleh adiposit dan jaringan adiposa. Hipertropi adiposit dan akumulasi jaringan adiposa membuat adiposit dan jaringan adiposa dalam keadaan patogenik atau Adiposopathy (Bays et al.,, 2013). Keadaan Adiposopathy menstimulasi pelepasan sitokin, yaitu Tumor Necrosis Factor-alpha (TNF-α). Kadar TNF-α yang meningkat menyebabkan terjadinya resistensi insulin. Resistensi insulin pada adiposit dapat menurunkan aktifitas enzim lipoprotein lipase, sehingga clearance VLDL menurun, akibatnya kadar VLDL dalam darah meningkat. Selain itu resistensi insulin dapat meningkatkan hidrolisis trigliserida, sehingga terjadi peningkatan FFA. FFA akan masuk ke dalam sirkulasi darah lalu ke hati. Peningkatan FFA di hati merangsang sekresi dari VLDL, sehingga terjadi
81
hipertrigliseridemia. Pemberian ekstrak teh putih yang mengandung EGCG dan kafein dapat menurunkan TNF-α sehingga oksidasi asam lemak pada hepar meningkat, menghambat sintesis kolesterol oleh sel hepar serta meningkatkan sensitivitas insulin. Sensitivitas insulin yang meningkat akan meningkatkan aktivitas enzim lipoprotein lipase dan menurunkan FFA serta menghambat aktivitas CETP (Kersshaw dan Flier, 2004).
Gambar 2.14 CETP (Eckardstein, 2010)
CETP adalah protein plasma yang memediasi pertukaran cholesteryl ester dari HDL ditukar dengan molekul trigliserida dari LDL, VLDL maupun kilomikron, sehingga yang terjadi VLDL kaya akan kolesterol, sedangkan HDL menjadi kaya akan trigliserida atau dikenal sebagai lipoprotein kaya trigliserida (TGrL). Apo A-1 dapat memisahkan diri dari HDL kaya trigliserida. ApoA-1 bebas ini segera dibersihkan dari
82
plasma, melalui ginjal, sehingga mengurangi kemampuan HDL untuk reverse cholesterol transport. Akibatnya kadar HDL dalam darah menurun. LDL kaya trigliserida dapat mengalami lipolisis menjadi small dense LDL (Shulman, 2000). Dalam hal ini EGCG dan kafein secara sinergis bekerja menghambat CETP sehingga terjadi peningkatan kadar HDL kolesterol dan penurunan kadar LDL (Liu Di et al., 2009). Epigallocatechin 3-gallate (EGCG)
TNF α
Oksidasi Asam Lemak
FFA Trigliserida
Sensivitas Insulin
Sintesis Kolesterol Kolesterol
Lipoprotein Lipase
FFA
Sintesis VLDL hati
Clearing VLDL
Trigliserida
CETP
HDL
Gambar 2.15 EGCG dan Profil Lipid
83
2.11 Hewan Percobaan 2.11.1 Tikus Putih (Rattus norvegicus) Jantan galur wistar sebagai hewan coba Percobaan ini menggunakan tikus putih jantan sebagai binatang percobaan karena tikus putih jantan dapat memberikan hasil penelitian yang lebih stabil karena tidak dipengaruhi oleh adanya siklus menstruasi dan kehamilan seperti pada tikus putih betina. Tikus putih jantan juga mempunyai kecepatan metabolisme obat yang lebih cepat dan kondisi biologis tubuh yang lebih stabil dibanding tikus betina (Ngatijan, 2006). Tikus putih sebagai hewan percobaan relatif resisten terhadap infeksi dan sangat cerdas. Tikus putih tidak begitu bersifat foto fobik seperti halnya mencit dan kecenderungan untuk berkumpul dengan sesamanya tidak begitu besar. Aktivitasnya tidak terganggu oleh adanya manusia di sekitarnya. Ada dua sifat yang membedakan tikus putih dari hewan percobaan yang lain, yaitu bahwa tikus putih tidak dapat muntah karena struktur anatomi yang tidak lazim di tempat esofagus bermuara ke dalam lubang dan tikus putih tidak mempunyai kandung empedu (Smith dan Mangkoewidjojo, 1988). Tikus laboratorium jantan jarang berkelahi seperti mencit jantan. Tikus putih dapat tinggal sendirian dalam kandang dan hewan ini lebih besar dibandingkan dengan mencit, sehingga untuk percobaan laboratorium, tikus putih lebih menguntungkan daripada mencit. Usia tikus 2,5 bulan memiliki persamaan dengan manusia usia dewasa muda dan belum mengalami proses penuaan intrinsik (Smith dan Mangkoewidjojo, 1988).
84
Klasifikasi Tikus putih dalam sistematika hewan percobaan adalah sebagai berikut: Filum
: Chordata
Subfilum
: Vertebrata
Classis
: Mammalia
Subclassis
: Placentalia
Ordo
: Rodentia
Familia
: Muridae
Genus
: Rattus
Species
: Rattus norvegicus
Gambar 2.16 TikusWistar (Rattus norvegicus)
Terdapat beberapa galur tikus yang memiliki kekhususan tertentu antara lain galur Wistar Albino dengan kepala besar, telinga panjang dan ekor pendek, galur Sprague Dawley yang albino putih berkepala kecil dan ekor panjang, dan galur Long Evans yang memiliki badan berwarna putih, sedangkan kepala dan ekstremitas
85
berwarna hitam. Galur Sprague Dawley dan Long Evans berasal dari pengembangan galur Wistar (Hubrecht dan Kirkwood, 2010). Panjang badan tikus diukur dari ujung hidung sampai pertengahan anus, sedangkan panjang ekor diukur dari pertengahan anus sampai ujung ekor. Tikus Wistar memiliki panjang ekor yang selalu lebih pendek daripada panjang badan, sedangkan tikus Sprague Dawley memiliki panjang ekor yang sama atau lebih dari panjang badan (Krinke, 2000). Tabel 2.6 Data Biologis Tikus Wistar Berat badan lahir
4,5 – 6 gram
Berat badan dewasa
Jantan 250 – 300 gram
Betina
180 – 220 gram
Usia maksimum
2 – 4 tahun
Usia reproduksi
8 – 10 minggu
Konsumsi makanan
15 – 30 g/ hari
Konsumsi air minum
20 – 45 g/hari
Defekasi
9 – 13 g/ hari
Produksi urin
10 – 15 ml/ hari (Sumber: Krinke, 2000; Hubrecht dan Kirkwood, 2010)
Tikus laboratorium jantan jarang berkelahi seperti mencit jantan. Tikus dapat tinggal sendirian dalam kandang, asal dapat melihat dan mendengar tikus lain. Jika dipegang dengan cara yang benar, tikus-tikus ini tenang dan mudah ditangani di
86
laboratorium. Ada dua sifat yang membedakan tikus dari hewan percobaan lain. Tikus tidak dapat muntah, karena struktur anatomi yang tidak lazim di tempat esofagus bermuara ke dalam lambung dan tikus tidak mempunyai kandung empedu (Krinke, 2000). Untuk tikus pada laboratorium, makanan dan air minum sebaiknya diberikan secara ad libitum, dan pencahayaan ruangan diatur sebagai 12 jam terang dan 12 jam gelap. Tikus, terutama tikus albino, sangat sensitif terhadap cahaya, maka intensitas cahaya laboratorium sebaiknya tidak melebihi 50 lux (Hubrecht dan Kirkwood, 2010) Kondisi optimal tikus di laboratorium (Krinke, 2000; Hubrecht dan Kirkwood, 2010) antara lain : a.
Kandang tikus harus cukup kuat tidak mudah rusak, mudah dibersihkan (satu kali seminggu), mudah dipasang lagi, hewan tidak mudah lepas, harus tahan gigitan dan hewan tampak jelas dari luar. Alas tempat tidur harus mudah menyerap air pada umumnya dipakai serbuk gergaji atau sekam padi.
b.
Menciptakan suasana lingkungan yang stabil dan sesuai dengan keperluan fisiologis tikus (suhu, kelembaban dan kecepatan pertukaran udara yang ekstrim harus dihindari).Suhu ruangan yang baik sekitar 20–22⁰C, sedangkan kelembaban udara sekitar 50%,.
c.
Untuk tikus dengan berat badan 200-300 gram luas lantai tiap ekor tikus adalah 600 cm2, tinggi 20 cm. Jumlah maksimal tikus per kandang adalah 3 ekor.
87
d.
Transportasi jarak jauh sebaiknya dihindari karena dapat menimbulkan stres pada tikus. Jika kondisi diatas tidak terpenuhi, maka tikus menjadi sakit. Beberapa indikator
yang dapat digunakan untuk menilai apakah tikus sehat atau sakit adalah (Hubrecht dan Kirkwood, 2010): •
Penampilan umum. Pada tikus yang sakit dapat terlihat piloereksi, bulu rontok, kulit kendur, berat badan menurun, kelopak mata tertutup.
•
Feses. Feses yang lembek dan diare menunjukkan terjadinya gangguan pada saluran pencernaan.
•
Tingkah laku. Tikus yang sakit akan menjadi lebih agresif awalnya, namun lambat laun akan menjadi pasif.
•
Postur. Umumnya tikus yang sakit akan sering tiduran di lantai kandang, dengan posisi kepala menyentuh abdomen.
•
Pergerakan. Pergerakan pada tikus yang sakit sangat berkurang.
•
Suara. Tikus yang sakit akan lebih banyak mencicit ketika dipegang.
88
•
Fisiologi. Dapat terjadi bersin, hipotermia, serta penampilan yang pucat.
89
BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 Kerangka Berpikir Dislipidemia adalah keadaan dimana terjadi peningkatan kadar kolestrol dalam darah, yang disebabkan oleh peningkatan TNF-α akibat asupan lemak jenuh berlebihan. Keadaan ini merupakan kekacauan metabolik akibat sekunder dari berbagai macam penyakit, tapi dapat juga berperan serta pada terjadinya berbagai penyakit, terutama penyakit kardiovaskular. Kadar kolesterol tinggi dalam darah disebabkan oleh faktor eksogen dan faktor endogen. Intervensi dilakukan pada faktor eksogen yang meliputi pola makan, aktifitas fisik, gaya hidup, suplementasi, dan obat-obatan, karena intervensi pada faktor endogen yang meliputi fisiologi, hormonal, genetik, stres, umur, dan lain-lain sulit dilakukan. Pada beberapa penelitian dan literatur tentang teh putih menunjukkan bahwa Epigallocatechin 3-Gallate (EGCG) komponen utama yang aktif pada teh, dapat memperbaiki profil lipid dengan cara menurunkan TNF-α sehingga terjadi penurunan sintesis kolesterol dan terjadi peningkatan oksidasi yang menyebabkan kolesterol total, kolesterol LDL, trigliserida dan peningkatan kolesterol HDL. Pada penelitian lain didapatkan bahwa katekin dapat meningakatkan termogenesis pada lemak dan meningkatkan pengeluaran kalori. Penelitian ini ditujukan untuk mempelajari efek pemberian ekstrak teh putih yang diketahui memiliki polifenol yang tinggi berdasar hasil analisis, maka diharapkan
90
ekstrak teh putih dapat mencegah dislipidemia pada tikus yang diberikan diet tinggi lemak.
3.2 Konsep Penelitian Berdasarkan rumusan masalah dan tinjauan pustaka, maka disusun konsep penelitian sebagai berikut : Ekstrak Teh Putih (Camellia sinensis)
Faktor Eksogen:
Faktor Endogen:
-
Pola makan
-
Fisiologi
-
Aktivitas fisik
-
Hormonal
-
Obat-obatan
-
Genetik
-
Penyakit
-
Status gizi
-
Umur
Tikus diet tinggi lemak - Kolesterol Total - LDL - Trigliserida - HDL
Keterangan: Diteliti Tidak diteliti
91
3.3 Hipotesis Penelitian Hipotesis dalam desain penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Ekstrak teh putih mencegah peningkatan kadar kolesterol total serum tikus jantan galur wistar yang diberi diet tinggi lemak. 2. Ekstrak teh putih mencegah peningkatan kadar LDL tikus jantan galur wistar yang diberi diet tinggi lemak. 3. Ekstrak teh putih mencegah peningkatan kadar trigliserida tikus jantan galur wistar yang diberi diet tinggi lemak. 4. Ekstrak teh putih mencegah penurunan kadar HDL serum tikus jantan galur wistar yang diberi tinggi lemak.
92
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan menggunakan Posttest Only Control Group Design (Marczyk et al., 2005). Rancangan penelitian adalah tikus dibagi menjadi 3 (tiga) kelompok. Perlakuan pada ketiga kelompok kecuali terhadap pemberian ekstrak yang diteliti untuk menghindari variasi biologis. Skema rancangan penelitian adalah sebagai berikut: P0 O1
P1 P
S
R
O2
P2 O3 Gambar 4.1 Skema Rancangan Penelitian Keterangan : P
= Populasi
S
= Sampel
R
= Randomisasi
93
P0
= Perlakuan pada Kelompok Kontrol yang diberikan diet tinggi lemak serta plasebo (akuades 1cc).
P1
= Perlakuan pada Kelompok Perlakuan 1 yang diberikan diet tinggi lemak serta ekstrak teh putih 14,4 mg/200gr tikus dalam volume1cc.
P2
= Perlakuan pada Kelompok Perlakuan 2 yang diberikan diet tinggi lemak serta ekstrak teh putih 28,8 mg/ 200gr tikus dalam volume 1cc.
O1
= Kolesterol total, kolesterol LDL, trigliserida dan kolesterol HDL pada kelompok kontrol.
O2
= Kolesterol total, kolesterol LDL, trigliserida dan kolesterol HDL pada kelompok perlakuan 1
O3
= Kolesterol total, kolesterol LDL, trigliserida dan kolesterol HDL pada kelompok perlakuan 2
4.2 Tempat dan Waktu Penelitian 4.2.1
Tempat Penelitian Pembuatan dan analisis ekstrak teh putih dilakukan di Laboratorium Teknik
Pascapanen Fakultas Teknik Pertanian Universitas Udayana. Penelitian ini dilakukan di Laboratory Animal Unit Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Pemeriksaan darah dilakukan di Laboratorium Pangan dan Gizi Universitas Gajah Mada.
94
4.2.2
Waktu Penelitian Penelitian dilakukan selama 36 hari:
1. Tujuh hari untuk aklimatisasi. 2. Dua puluh delapan hari untuk perlakuan. 3.
Satu hari untuk pemeriksaan kolesterol total, kolesterol LDL, trigliserida, dan kolesterol HDL.
4.3 Populasi dan Sampel 4.3.1
Kriteria Sampel
4.3.1.1 Kriteria inklusi 1. Tikus (Rattus norvegicus) Jantan Galur Wistar. 2
Sehat .
3
Umur 3-4 bulan.
4. Berat tikus 180-200 gram. 4.3.1.2 Kriteria dropout Tikus mati atau tikus sakit ketika sedang penelitian. Bila tikus sakit dikonsulkan ke dokter hewan untuk diberikan pengobatan sesuai dengan penyakitnya.
4.3.2
Besar Sampel Besar sampel yang diperlukan dalam penelitian ini didasarkan pada rumus
Federer (2008) (n-1) x (t-1) ≥ 15
95
Keterangan :
n = jumlah replikasi t = jumlah perlakuan
Pada penelitian ini jumlah perlakuan ada 3, maka (n-1) (3-1) ≥ 15 n=9 Untuk
penelitian digunakan sampel 9 (sembilan) ekor per kelompok, dan
untuk
cadangan bila terjadi kematian atau sakit pada saat dilakukan penelitian, maka jumlah sampel ditambah minimal 10 persen, menjadi 9,9 dibulatkan menjadi 10 Maka total tikus yang digunakan adalah 30 (tiga puluh) ekor.
4.3.3
Teknik Pengambilan Sampel Diambil 30 (tiga puluh) ekor tikus jantan galur wistar berumur 3 - 4 bulan
dengan berat 180 - 200 gram dan sehat, kemudian dikelompokkan menjadi 3 kelompok secara random.
4.4 Variabel Penelitian 4.4.1
Identifikasi Variabel
- Variabel bebas. - Variabel tergantung. - Variabel kendali.
4.4.2 -
Klasifikasi Variabel Variabel bebas : Ekstrak Teh putih
- Variabel tergantung : 1. Kolesterol total
96
2. Kolestrol LDL 3. Trigliserida 4. Kolestrol HDL - Variabel kendali : Jenis kelamin, usia, berat badan, diet tinggi tinggi lemak. 4.4.3
Definisi Operasional Variabel
1. Ekstrak teh putih adalah ekstrak teh putih yang berasal dari daun teh putih gambung yang mengandung polifenol (EGCG). 2. Tikus (Rattus norvegicus) jantan galur wistar adalah hewan percobaan. berusia34 bulan dengan berat 180-200 gram, sehat. 3. Berat badan, diukur dengan timbangan tikus merk Tanita. 4. Diet tinggi lemak adalah bahan makanan yang distandardisasi untuk memenuhi syarat tinggi lemak tinggi kolesterol dengan komposisi: kolesterol 1%, kuning telur 5%, lemak hewan 10%, minyak goreng 1%, makanan standar sampai 100%. Dipersiapkan juga air minum yang matang. 5. Plasebo yang digunakan pada kelompok kontrol adalah akuades 1ml 1 kali sehari melalui sonde. 6. Profil lipid adalah kadar kolestrol total, kolestrol LDL, dan kolestrol HDL darah tikus yang diukur dengan metode CHOD-PAP (enzymatic photometric test) sedangkan pada trigliserida darah tikus dengan metode GPO-PAP (post test) (Dachriyanus et al., 2007) 7. Dislipidemia adalah kelainan dari metabolisme lipoprotein, yaitu overproduksi ataupun defisiensi dari lipoprotein tertentu. Dislipidemia dapat bermanifestasi
97
dengan peningkatan konsentrasi total kolesterol, low density lipoprotein (LDL) dan trigliserida, serta penurunan high density lipoprotein (HDL) dalam darah. 8. Kolesterol adalah alkohol monohidrik, berwarna putih merupakan sterol yang terdistribusi luas dalam jaringan tubuh, merupakan bahan dari membran sel, dan terdapat dalam kuning telur, minyak, lemak, serabut myelin dalam otak, akson dan medula spinalis, hati, ginjal, dan kelenjar adrenal. Kolesterol disintesa dalam hati, merupakan penyebab terjadinya batu empedu, plak aterosklerotik dalam pembuluh darah. Kolesterol memegang peranan penting dalam metabolisme, merupakan perkursor dari berbagai hormon steroid. 9. Kadar Kolesterol total, nilainya dapat ditentukan dengan pemeriksaan serum di laboratorium merupakan penjumlahan dari low dan high density lipoproteins juga trigliserida . Kadar normal pada tikus : 110,85 mg/dl (Lilis, 2010) 10. Kolesterol LDL adalah Low Density Lipoprotein, merupakan lipid plasma yang membawa sebagian besar kolesterol dalam plasma. Terikat pada albumin. LDL terbukti merupakan penyebab aterosklerosis. Kadar LDL dapat dihitung secara manual dengan rumus persamaan Friedewald, yaitu: LDL (mmol/l) = kolesterol total - ([trigliserida + HDL). Kadar normal pada tikus: 20,39 mg/dL (Lilis, 2010) 11. Trigliserida yang juga dikenal sebagai triacylglycerol merupakan kombinasi gliserol dengan tiga dari lima macam asam-asam lemak yang tersedia. Dalam darah, trigliserida dikombinasi dengan protein untuk menghasilkan lipoprotein. Kadar normal pada tikus: 69,63 mg/dL (Lilis, 2010)
98
11. HDL adalah High Density Lipoprotein, merupakan lipid plasma yang terikat pada albumin, yang mengandung lipoprotein. HDL mengandung lebih banyak protein dibandingkan dengan VLDL ataupun LDL, bersifat kardioprotektif. Kadar normal pada tikus: 82,47 mg/dL (Lilis, 2010).
4.4.4
Hubungan Antar Variabel
Variabel bebas
Variabel tergantung -Kolesterol total - Kolesterol LDL
Ekstrak Teh Putih
- Trigliserida - Kolestrol HDL
Variabel kendali
1. Jenis kelamin 2. Usia 3. Berat badan 4. Diet tinggi lemak
Gambar 4.2 Bagan Hubungan Antar Variabel
99
4.5
Alat dan Bahan Penelitian
4.5.1
Alat Penelitian Alat penelitian yang digunakan adalah:
1. Timbangan tikus merk Tanita 2. Timbangan merk Sartorius
4.5.2
Bahan Penelitian Bahan penelitian yang digunakan adalah :
1. Ekstrak teh putih. 2. Akuades. 3. Diet tinggi lemak adalah bahan makanan yang distandarisasi untuk memenuhi syarat tinggi lemak dengan komposisi: kolesterol 1%, kuning telur 5%, lemak hewan 10%, minyak goreng 1%, dan makanan standar sampai 100%, yang didapat dari Laboratorium Farmakologi Universitas Udayana, Denpasar, Bali. 4. Sonde.
4.6
Prosedur Penelitian 1. Prosedur pembuatan ekstrak teh putih: a. Teh putih yang digunakan dicuci bersih. b. Ekstraksi dilakukan dengan memasukkan teh putih ke dalam alat blender.
100
c. Hasil blender direndam dalam etanol 96% dengan perbandingan 1:1 pada suhu 60⁰C selama 30 menit, kemudian didinginkan selama 4 jam (RomeroPerez et al., 2001). d. Kemudian dilakukan 2x penyaringan, yakni pertama dengan kain kasa, dan kemudian dengan kertas saring Whatman no2.Penyaringan dibantu dengan mesin vakum. e. Dilakukan evaporasi dengan Rotary Evaporator. f. Hasilnya berupa ekstrak kasar (crude extract). g. Dari 100 gram teh putih didapatkan 2 gram ekstrak teh putih . h. Ekstrak teh putih ditimbang, dan didapatkan 1 ml ekstrak teh putih = 1 gram ekstrak teh putih. i. Ekstrak teh putih 14,4 mg didapatkan dengan melarutkan 14,4 mg ekstrak teh putih dengan akuades 1cc. j. Ekstrak teh putih 28,8 mg didapatkan dengan melarutkan 28,8 mg ekstrak teh putih dengan akuades 1 cc. 2. Perlakuan Pada Tikus a. Dipilih 30 ekor tikus Wistar jantan, usia 3-4 bulan dengan berat 180-200 gram dan sehat. b. Tikus dipelihara dalam kandang individual yang berukuran 30 x 20 x 20 cm dan diaklimatisasi selama 1 minggu di Laboratory Animal Unit Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.
101
c. Tikus dibagi menjadi tiga kelompok secara random. Setelah itu diberikan perlakuan: P0
= Kelompok I sebagai kelompok kontrol yang diberikan diet tinggi lemak dan plasebo berupa akuades 1cc selama 28 hari
P1
= Kelompok II sebagai kelompok perlakuan yang diberikan diet tinggi lemak dan diberikan bahan uji yaitu ekstrak ethanol teh putih sebanyak 14,4 mg/200gr tikus dalam volume 1cc selama 28 hari
P2
= Kelompok III sebagai kelompok perlakuan yang diberikan diet tinggi lemak dan diberikan bahan uji yaitu ekstrak ethanol teh putih sebanyak 28,8 mg/200gr tikus dalam volome 1cc selama 28 hari
d. Selama masa adaptasi 7 hari, tikus diberi makan dan minum sesuai dengan standar makanan tikus, yaitu dengan standar kadar protein 20 – 25%, lemak 5%, Karbohidrat 45-40%, serat kasar kira-kira 5%, abu 4-5%. Makanan juga harus mengandung vitamin dan mineral. Makanan ini dikonsumsi setiap hari sebanyak 12-20 gr. Dan tikus juga diberi minum secara ad libitum ( John , 1998) e. Pemberian diet tinggi lemak secara ad libitum, yaitu tiap tikus diberikan makanan 30 gram, 1x/hari selama 28 hari. Sisa makanan ditimbang keesokan harinya. Air minum diberikan secara ad libitum. f. Jika tikus sakit selama penelitian, maka dikeluarkan dari penelitian (drop out). Tikus yang sakit kemudian dikonsulkan ke dokter hewan untuk
102
diberikan pengobatan sesuai dengan penyakitnya , pada penelitian ini tidak ada tikus yang sakit ataupun mati . g. Pada hari ke-29, ketiga kelompok tikus, kemudian dipuasakan selama 18 jam selanjutnya diambil sampel darah. Sebelum diambil sampel darah daerah orbitalis tikus dioleskan anastesi lidokain 2% supaya tikus tidak terlalu terasa nyeri. Sampel darah yang terkumpul segera disentrifuge dengan kecepatan 3500 rpm selama 15 menit. Setelah mendapat serum selanjutnya sampel darah tersebut disimpan pada suhu minus 21oC. Bila pemeriksaan darah semua telah selesai maka tikus dipulangkan kembali ke Laboratory Animal Unit Bagian Farmakologi. Setelah semua sampel darah diperiksa profil lipid lengkap data kemudian dianalisis dan dibuat laporan. Untuk lebih mempermudah pelaksanaan penelitian maka dibuat alur penelitian.
103
4.7
Alur Penelitian Tikus (30 Ekor) Adaptasi (7 hari)
Kelompok 1
Kelompok 2
Kelompok 3
10 ekor
10 ekor
10 ekor
Plasebo 1ml (Akuades) + Diet tinggi lemak
Sisa Makanan
Ekstrak Teh Putih 14,4 mg / 200 gr tikus , 1 cc + Diet tinggi lemak
Ekstrak Teh Putih 28,8 mg / 200 gr tikus , 1 cc + Diet tinggi lemak
Sisa Makanan
Sisa Makanan
Perlakuan (28 hari)
Setiap hari (28 hari)
Puasa 18 jam
Kolesterol Total, Trigliserida, Kolesterol LDL, Kolestrol HDL
Analisis Data
Laporan
Posttest (Hari ke-29)
104
4.8
Analisis Data Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah sebagai berikut : 1. Analisis Deskriptif Analisis deskriptif dilakukan sebagai dasar untuk statistik analitis (uji hipotesis). Untuk mengetahui karakteristik data mean kadar kolesterol total, kolesterol LDL, trigliserida dan kolesterol HDL. 2. Uji Normalitas Uji normalitas data diuji dengan Shapiro-Wilk Test karena jumlah sampel per kelompok kurang dari 30. Data pada penelitian ini berdistribusi normal dengan p>0,05 3. Uji Homogenitas Uji homogenitas data diuji dengan Levene’s Test. Varian data dinyatakan homogen dengan p>0,05 4. Uji Komparasi Karena data penelitian ini berdistribusi normal dan homogen maka digunakan uji One Way Anova. Kemudian dilakukan uji Least Significant Difference (LSD).
105
BAB V HASIL PENELITIAN
5.1 Analisis Deskriptif Penelitian eksperimental dengan Post Test Only Group Design, menggunakan 30 ekor tikus (Rattus Norvegicus) jantan galur Wistar yang sehat dengan berat badan 180- 200 gram, umur 3-4 bulan sebagai sampel, yang terbagi menjadi 3 (tiga) kelompok, yaitu kelompok kontrol yang diberikan diet tinggi lemak serta plasebo (akuades 1cc), kelompok perlakuan 1 yang diberikan diet tinggi lemak serta ekstrak teh putih 14,4mg/200gr BB tikus dalam volume 1cc, dan kelompok perlakuan 2 yang diberikan diet tinggi lemak serta ekstrak teh putih 28,8mg/ 200grBB tikus dalam volume 1cc, selama 28 hari. Dalam bab ini diuraikan uji normalitas data, uji homogenitas data, uji komparabilitas, dan uji efek perlakuan.
5.2 Uji Normalitas Data Data kolesterol total, trigliserida, ,kolesterol LDL dan kolesterol HDL, diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk. Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (p>0,05), disajikan pada Tabel 5.1.
106
Tabel 5.1 Hasil Uji Normalitas Data Kolesterol Total, Trigliserida, LDL dan HDL Kelompok Subjek Kolesterol total control Kolesterol total perlakuan 1 Kolesterol total perlakuan 2 Trigliserida kontrol Trigliserida perlakuan 1 Trigliserida perlakuan 2 LDL kontrol LDL perlakuan 1 LDL perlakuan 2 HDL kontrol HDL perlakuan 1 HDL perlakuan 2
n 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
P 0,888 0,951 0,657 0,955 0,883 0,982 0,818 0,942 0,900 0,888 0,883 0,828
Ket. Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal
5.3 Uji Homogenitas Data Data kolesterol total, trigliserida, kolesterol LDL dan kolesterol HDL ,diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levene's test. Hasilnya menunjukkan data homogen (p>0,05), disajikan pada Tabel 5.2 berikut.
Tabel 5.2 Homogenitas Data Kolesterol total, trigliserida, LDL dan HDL antar Kelompok Perlakuan Variabel Kolesterol total Trigliserida HDL LDL
F 2,425 2,744 2,335 1,190
p 0,107 0,082 0,116 0,320
Keterangan Homogen Homogen Homogen Homogen
107
5.4 Kolesterol total Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata kolesterol total antar kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa diet tinggi lemak dan ekstrak teh putih. Hasil analisis kemaknaan dengan uji One Way Anova disajikan pada Tabel 5.3 berikut. Tabel 5.3 Perbedaan Rerata Kadar Kolesterol total Antar Kelompok Sesudah Diberikan Diet Tinggi Lemak dan Ekstrak Teh Putih
Kelompok Subjek
n
Rerata Kolesterol Total SB (mg/dl) 236,36 6,04
Kontrol
10
Perlakuan 1
10
156,65
3,27
Perlakuan 2
10
137,31
3,55
F
P
1383,00
0,001
Tabel 5.3 di atas, menunjukkan bahwa rerata kolesterol total kelompok kontrol adalah 236,366,04 dan rerata kelompok perlakuan 1 adalah 156,653,27, dan rerata kelopok perlakuan 2 adalah 137,313,55. Analisis kemaknaan dengan uji One Way Anova menunjukkan bahwa nilai F = 1383,00 dan nilai p = 0,001. Hal ini berarti bahwa rerata kolesterol total pada ketiga kelompok sesudah diberikan perlakuan berbeda secara bermakna (p<0,05).
108
Gambar 5.1 Perbandingan Kolesterol Total antara Kelompok Kontrol dengan Kelompok Perlakuan Ekstrak Teh Putih Untuk mengetahui kelompok yang berbeda dengan kelompok kontrol perlu dilakuan uji lanjut dengan Least Significant Difference - test (LSD). Hasil uji disajikan di bawah ini.
Tabel 5.4 Analisis Komparasi Kolesterol Total Sesudah Perlakuan antar Kelompok Kelompok
Beda Rerata
p
Interpretasi
Kontrol dan Perlakuan 1
79,70
0,001
Berbeda
Kontrol dan Perlakuan 2
99,05
0,001
Berbeda
Perlakuan 1 dan Perlakuan 2
19,35
0,001
Berbeda
109
Hasil uji lanjutan di atas menunjukan bahwa: 5. Rerata kolesterol total kelompok kontrol berbeda bermakna dengan kelompok perlakuan 1 (rerata kelompok perlakuan 1 lebih rendah daripada rerata kelompok kontrol). 6. Rerata kolesterol total kelompok kontrol berbeda secara
bermakna dengan
kelompok perlakuan 2 (rerata kelompok perlakuan 2 lebih rendah daripada rerata kelompok kontrol). 7. Rerata kolesterol total kelompok perlakuan 1 berbeda secara bermakna dengan kelompok perlakuan 2 (rerata kelompok perlakuan 2 lebih rendah daripada rerata kelompok perlakuan 1).
5.5 Trigliserida Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata trigliserida antar kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa diet tinggi lemak dan ekstrak teh putih. Hasil analisis kemaknaan dengan uji One Way Anova disajikan pada Tabel 5.5 berikut. Tabel 5.5 Perbedaan Rerata Kadar Trigliserida Antar Kelompok Sesudah Diberikan Diet Tinggi Lemak dan Ekstrak Teh Putih
n
Rerata Trigliserida (mg/dl)
SB
Kontrol
10
134,05
4,63
Perlakuan 1
10
100,01
3,46
Perlakuan 2
10
77,29
2,32
Kelompok Subjek
F
p
631,72
0,001
110
Tabel 5.5 di atas, menunjukkan bahwa rerata trigliserida kelompok kontrol adalah 134,054,63 dan rerata kelompok perlakuan 1 adalah 100,013,46, dan rerata kelopok perlakuan 2 adalah 77,292,32. Analisis kemaknaan dengan uji One Way Anova menunjukkan bahwa nilai F = 631,72 dan nilai p =0,001. Hal ini berarti bahwa rerata trigliserida pada ketiga kelompok sesudah diberikan perlakuan berbeda secara bermakna (p<0,05).
Gambar 5.2 Perbandingan Trigliserida antara Kelompok Kontrol dengan Kelompok Perlakuan Ekstrak Teh Putih Untuk mengetahui kelompok yang berbeda dengan kelompok kontrol perlu dilakuan uji lanjut dengan Least Significant Difference - test (LSD). Hasil uji disajikan di bawah ini.
111
Tabel 5.6 Analisis Komparasi Trigliserida Sesudah Perlakuan antar Kelompok Kelompok
Beda Rerata
p
Interpretasi
Kontrol dan Perlakuan 1
34,03
0,001
Berbeda
Kontrol dan Perlakuan 2
56,76
0,001
Berbeda
Perlakuan 1 dan Perlakuan 2
22,73
0,001
Berbeda
Hasil uji lanjutan di atas menunjukan bahwa: 16. Rerata trigliserida kelompok kontrol berbeda bermakna dengan kelompok perlakuan 1 (rerata kelompok perlakuan 1 lebih rendah daripada rerata kelompok kontrol). 17. Rerata trigliserida kelompok kontrol berbeda secara
bermakna dengan
kelompok perlakuan 2 (rerata kelompok perlakuan 2 lebih rendah daripada rerata kelompok kontrol). 18. Rerata trigliserida kelompok perlakuan 1 berbeda secara bermakna dengan kelompok perlakuan 2 (rerata kelompok perlakuan 2 lebih rendah daripada rerata kelompok perlakuan 1).
5.6
Koleterol HDL Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata kolesterol HDL antar kelompok
sesudah diberikan perlakuan berupa diet tinggi lemak dan ekstrak teh putih. Hasil analisis kemaknaan dengan uji One Way Anova disajikan pada Tabel 5.7 berikut.
112
Tabel 5.7 Perbedaan Rerata Kadar kolesterol HDL Antar Kelompok Sesudah Diberikan Diet Tinggi Lemak dan Ekstrak Teh Putih n
Rerata HDL (mg/dl)
SB
Kontrol
10
18,11
2,11
Perlakuan 1
10
44,31
2,36
Perlakuan 2
10
63,39
3,83
Kelompok Subjek
F
p
628,87
0,001
Tabel 5.7 di atas, menunjukkan bahwa rerata kolesterol HDL kelompok kontrol adalah 18,112,11 dan rerata kelompok perlakuan 1 adalah 44,312,36, dan rerata kelopok perlakuan 2 adalah 63,393,83. Analisis kemaknaan dengan uji One Way Anova menunjukkan bahwa nilai F = 628,87 dan nilai p = 0,001. Hal ini berarti bahwa rerata kolesterol HDL pada ketiga kelompok sesudah diberikan perlakuan berbeda secara bermkna (p<0,05).
113
Gambar 5.3 Perbandingan kolesterol HDL antara Kelompok Kontrol dengan Kelompok Perlakuan Ekstrak Teh Putih Untuk mengetahui kelompok yang berbeda dengan kelompok kontrol perlu dilakuan uji lanjut dengan Least Significant Difference - test (LSD). Hasil uji disajikan di bawah ini. Tabel 5.8 Analisis Komparasi kolesterol HDL Sesudah Perlakuan antar Kelompok Kelompok
Beda Rerata
p
Interpretasi
Kontrol dan Perlakuan 1
26,21
0,001
Berbeda
Kontrol dan Perlakuan 2
45,29
0,001
Berbeda
Perlakuan 1 dan
19,08
0,001
Berbeda
Perlakuan 2 Hasil uji lanjutan di atas menunjukan bahwa: 2. Rerata kolesterol HDL kelompok kontrol berbeda bermakna dengan kelompok perlakuan 1 (rerata kelompok perlakuan 1 lebih tinggi daripada rerata kelompok kontrol). 3. Rerata kolesterol HDL kelompok kontrol berbeda secara bermakna dengan kelompok perlakuan 2 (rerata kelompok perlakuan 2 lebih tinggi daripada rerata kelompok kontrol). 4. Rerata kolesterol HDL kelompok perlakuan 1 berbeda secara bermakna dengan kelompok perlakuan 2 (rerata kelompok perlakuan 2 lebih tinggi daripada rerata kelompok perlakuan 1).
114
5.7 Kolesterol LDL Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata kolesterol LDL antar kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa diet tinggi lemak dan ekstrak teh putih. Hasil analisis kemaknaan dengan uji One Way Anova disajikan pada Tabel 5.9 berikut. Tabel 5.9 Perbedaan Rerata Kadar Kolesterol LDL Antar Kelompok Sesudah Diberikan Diet Tinggi Lemak dan Ekstrak Teh Putih n
Rerata LDL (mg/dl)
SB
Kontrol
10
95,29
2,48
Perlakuan 1
10
75,12
2,56
Perlakuan 2
10
53,58
3,49
Kelompok Subjek
F
p
524,06
0,001
Tabel 5.9 di atas, menunjukkan bahwa rerata kolesterol LDL kelompok kontrol adalah 95,292,48 dan rerata kelompok perlakuan 1 adalah 75,122,56, dan rerata kelopok perlakuan 2 adalah 53,583,49. Analisis kemaknaan dengan uji One Way Anova menunjukkan bahwa nilai F = 524,06 dan nilai p = 0,001. Hal ini berarti bahwa rerata kolesterol LDL pada ketiga kelompok sesudah diberikan perlakuan berbeda secara bermkna (p<0,05).
115
Gambar 5.4 Perbandingan Kolesterol LDL antara Kelompok Kontrol dengan Kelompok Perlakuan Ekstrak Teh Putih
Untuk mengetahui kelompok yang berbeda dengan kelompok kontrol perlu dilakuan uji lanjut dengan Least Significant Difference - test (LSD). Hasil uji disajikan di bawah ini.
Tabel 5.10 Analisis Komparasi Kolesterol LDL Sesudah Perlakuan antar Kelompok Kelompok
Beda Rerata
p
Interpretasi
Kontrol dan Perlakuan 1
20,18
0,001
Berbeda
Kontrol dan Perlakuan 2
41,72
0,001
Berbeda
Perlakuan 1 dan Perlakuan 2
21,54
0,001
Berbeda
116
Hasil uji lanjutan di atas menunjukan bahwa: 2. Rerata kolesterol LDL kelompok kontrol berbeda bermakna dengan kelompok perlakuan 1 (rerata kelompok perlakuan 1 lebih rendah daripada rerata kelompok kontrol). 3. Rerata kolesterol LDL kelompok kontrol berbeda secara
bermakna dengan
kelompok perlakuan 2 (rerata kelompok perlakuan 2 lebih rendah daripada rerata kelompok kontrol). 4. Rerata kolesterol LDL kelompok perlakuan 1 berbeda secara bermakna dengan kelompok perlakuan 2 (rerata kelompok perlakuan 2 lebih rendahdaripada rerata kelompok perlakuan 1).
5.8 Pakan yang Dimakan Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata pakan yang dimakan antar kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa diet tinggi lemak dan ekstrak teh putih dengan kelompok kontrol yang diberi diet tinggi lemak dan akuades. Hasil analisis kemaknaan dengan uji One Way Anova disajikan pada Tabel 5.11 berikut.
117
Tabel 5.11 Perbedaan Rerata Pakan yang Dimakan antar Kelompok Sesudah Diberikan Diet Tinggi Lemak dan Ekstrak Teh Putih
Kontrol
10
Rerata Pakan yang dimakan (gr) 11,24
Perlakuan 1
10
9,95
0,22
Perlakuan 2
10
8,69
0,13
Kelompok Subjek
n
SB 0,32
F
p
285,40
0,001
Tabel 5.12 di atas, menunjukkan bahwa rerata pakan yang dimakan kelompok kontrol adalah 11,240,32 dan rerata kelompok perlakuan 1 adalah 9,950,22, dan rerata kelopok perlakuan 2 adalah 8,690,13 Analisis kemaknaan dengan uji One Way Anova menunjukkan bahwa nilai F = 285,40 dan nilai p = 0,001. Hal ini berarti bahwa rerata pakan yang dimakan pada ketiga kelompok sesudah diberikan perlakuan berbeda secara bermkna (p<0,05).
Gambar 5.5
Perbandingan Pakan yang Dimakan antara Kelompok Kontrol dengan Kelompok Perlakuan
118
Untuk mengetahui kelompok yang berbeda dengan kelompok kontrol perlu dilakuan uji lanjut dengan Least Significant Difference - test (LSD). Hasil uji disajikan di bawah ini. Tabel 5.12 Analisis Komparasi Pakan yang Dimakan Sesudah Perlakuan antar Kelompok Kelompok
Beda Rerata
p
Interpretasi
Kontrol dan Perlakuan 1
1,29
0,001
Berbeda
Kontrol dan Perlakuan 2
2,55
0,001
Berbeda
Perlakuan 1 dan Perlakuan 2
1,26
0,001
Berbeda
Hasil uji lanjutan di atas menunjukan bahwa: 1. Rerata pakan yang dimakan kelompok kontrol berbeda bermakna dengan kelompok perlakuan 1 (rerata kelompok perlakuan 1 lebih rendah daripada rerata kelompok kontrol). 2. Rerata pakan yang dimakan kelompok kontrol berbeda secara bermakna dengan kelompok perlakuan 2 (rerata kelompok perlakuan 2 lebih rendah daripada rerata kelompok kontrol). 3. Rerata pakan yang dimakan kelompok perlakuan 1 berbeda secara bermakna dengan kelompok perlakuan 2 (rerata kelompok perlakuan 2 lebih rendah daripada rerata kelompok perlakuan 1).
119
BAB VI PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
6.1
Subyek Penelitian Untuk menguji pemberian ekstrak teh putih oral mencegah peningkatan
kolesterol total, trigliserida, kolesterol LDL, dan penurunan kolesterol HDL, maka dilakukan penelitian eksperimental dengan Post Test Only Control Group Design, menggunakan 30 ekor tikus (Rattus Norvegicus) jantan galur Wistar yang sehat dengan berat badan 180- 200 gram, umur 3-4 bulan sebagai sampel, yang terbagi menjadi 3 (tiga) kelompok, yaitu kelompok kontrol yang diberikan diet tinggi lemak serta plasebo (akuades 1cc), kelompok perlakuan 1 yang diberikan diet tinggi lemak serta ekstrak teh putih 14,4mg/200grBB tikus 1cc, dan kelompok perlakuan 2 yang diberikan diet tinggi lemak dan ekstrak teh putih 28.8 mg /200 grBB tikus dalam volume 1 cc . Penelitian ini dilakukan selama 28 hari.
6.2
Distribusi dan Varian Data Hasil Penelitian Data hasil penelitian berupa kolesterol total, trigliserida, kolesterol LDL, dan
kolesterol HDL, sebelum dianalisis lebih lanjut, terlebih dahulu diuji distribusi dan variannya. Untuk uji distribusi digunakan uji Shapiro Wilk, yaitu untuk mengetahui normalitas data dan uji homogenitas dengan uji Levene test. Berdasarkan hasil analisis didapatkan bahwa masing-masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p > 0,05).
120
6.3
Diet Tinggi Lemak Merupakan Salah Satu Penyebab Dislipidemia Diet
tinggi
lemak
merupakan salah satu faktor penyebab yang 88
dapat
mengakibatkan
dislipidemia. Pada penelitian ini didapatkan
pada pemberian diet tinggi lemak selama 28 hari kepada 30 ekor tikus jantan galur wistar didapatkan kenaikan kolesterol total dari 110,85 mg/dl menjadi 236,36 mg/dl atau sebesar 113.32 persen, kenaikan trigliserida dari 69,63 mg/dl menjadi 134,05 sebesar 92.51 persen, kenaikan kolesterol LDL dari 20,39 mg/dl menjadi 95,29 mg/dl atau sekitar 367,33 persen dan penurunan kolesterol HDL dari 82,47 mg/dl menjadi 11,18 mg/dl atau sekitar 86,44 persen. Data dari
hasil penelitian ini sesuai dengan Diet-Heart hypotesis yang
menyatakan diet tinggi lemak, kolesterol dan rendah lemak tidak jenuh akan meningkatkan kadar kolesterol total ( Willett, 2002 ). Lemak jenuh akan merangsang hati untuk memproduksi banyak kolesterol dan menyebabkan pengurangan pembuangan kolesterol LDL dalam darah. Diet tinggi lemak dan kelebihan triasilgliserol menyebabkan jaringan adiposa patogenik (Adiposopathy) yang menstimulasi peningkatan TNF-α. Adanya peningkatan TNF-α menyebabkan meningkatnya oksidasi asam lemak pada hepar sehingga terjadi hipertrigliseridemia,
peningkatan
sintesis
kolesterol
sehingga
terjadi
hiperkolesterolimia, terjadinya resistensi insulin (Kersshaw dan Filier,2004 ; Barzilia dan Rudin, 2005). Resistensi insulin pada adiposit dapat menurunkan aktivitas enzim lipoprotein
121
lipase dan clearance VLDL menurun, akibatnya kadar VLDL dalam darah meningkat, meningkatkan hidrolisis trigliserida, sehingga lipolisis meningkat dan terjadi hipertrigliseridemia. Hipertrigliseridemia akan meningkatkan aktivitas dari CETP (Cholesterol ester transfer protein). Akibatnya kadar HDL dalam darah menurun. LDL kaya trigliserida dapat mengalami lipolisis menjadi small dense LDL (Shulman, 2000).
6.4
Pengaruh Pemberian Ekstrak Teh Putih Rerata kolesterol total setelah uji perbandingan antara ketiga kelompok sesudah
pemberian ekstrak teh putih oral pada kelompok perlakuan dan akuades pada kelompok kontrol dengan menggunakan uji One Way Anova, didapatkan rerata kolesterol total kelompok kontrol adalah 236,36 mg/dl ± 6,04 dan rerata kelompok perlakuan 1 yang biberi ekstrak teh putih 14,4 mg adalah 156,65 mg/dl ± 3,27, dan rerata kelompok perlakuan 2 yang diberi ekstrak teh putih 28,8 mg adalah 137,31 mg/dl ± 3,55. Analisis kemaknaan dengan uji One Way Anova menunjukkan bahwa nilai F = 1383,00 dan nilai p = 0,001. Hal ini berarti bahwa rerata kolesterol total pada ketiga kelompok sesudah diberikan perlakuan berbeda secara bermakna (p<0,05). Rerata trigliserida kelompok kontrol adalah 134,05 mg/dl ± 4,63 dan rerata kelompok perlakuan 1 adalah 100,01 mg/dl ± 3,46, dan rerata kelompok perlakuan 2 adalah 77,29 mg/dl ± 2,32.
Analisis kemaknaan dengan uji One Way Anova
menunjukkan bahwa nilai F = 631,72 dan nilai p = 0,001. Hal ini berarti bahwa rerata trigliserida pada ketiga kelompok sesudah diberikan perlakuan berbeda secara bermakna (p<0,05).
122
Rerata kolesterol HDL kelompok kontrol adalah 18,11 mg/dl ± 2,11 dan rerata kelompok perlakuan 1 adalah 44,31 mg/dl ± 2,36, dan rerata kelompok perlakuan 2 adalah 63,39 mg/dl ± 3,83. Analisis kemaknaan dengan uji One Way Anova menunjukkan bahwa nilai F = 628,87 dan nilai p = 0,001. Hal ini berarti bahwa rerata kolesterol HDL pada ketiga kelompok sesudah diberikan perlakuan berbeda secara bermakna (p < 0,05). Rerata kolesterol LDL kelompok kontrol adalah 95,29mg/dl ± 2,48 dan rerata kelompok perlakuan 1 adalah 75,12 mg/dl ± 2,56, dan rerata kelompok perlakuan 2 adalah 53,58 mg/dl ± 3,49. Analisis kemaknaan dengan uji One Way Anova menunjukkan bahwa nilai F = 524,06 dan nilai p = 0,001. Hal ini berarti bahwa rerata kolesterol LDL pada ketiga kelompok sesudah diberikan perlakuan berbeda secara bermakna (p < 0,05).
6.5
Pengaruh Ekstrak Teh Putih Terhadap Penurunan Profil Lipid Pada penelitian ini, didapatkan bahwa pada kelompok tikus yang diberikan diet
tinggi lemak dan ekstrak teh putih pada kelompok perlakuan terjadi penurunan profil lipid dimana terjadi penurunan pada kolesterol total , trigliserida, kolesterol LDL dan peningkatan kolesterol HDL secara bermakna dibandingkan pada kelompok tikus kontrol yang diberi diet tinggi lemak dan akuades 1cc (p < 0,05). Diketahui bahwa diet tinggi lemak menyebabkan keadaan adiposopathy yang menstimulasi pelepasan sitokin berupa TNF-α . (Bays et al., 2013). Pemberian ektrak teh putih mencegah dislipidemia melalui mekanisme anti-
123
inflamasi dari interaksi derivat katekin yang utama yaitu Epigallocatechin 3-gallate (EGCG) dan kafein yang bekerja secara sinergis menghambat enzim COMT. Penghambatan pada COMT, menyebabkan reduksi degradasi norepinefrin , sehingga menghasilkan penambahan kerja norepinefrin pada sistem saraf simpatis. Aktivasi pada sistem saraf simpatis akan menstimulasi pengeluaran energi dengan
menyebabkan peningkatan termogenesis dan oksidasi lemak (Diepvens et
al.,2007 ; Belza et al .,2009). Epigallocatechin 3-gallate (EGCG) dengan sifat antiinflamasinya menurunkan TNF-α sehingga terjadi inhibisi sintesis fatty acid dan meningkatkan regulasi reseptor enzim yang berperan pada beta oksidasi fatty acid di hepar dan meningkatkan sensitivitas insulin. Sensitivitas insulin yang meningkat akan meningkatkan aktivitas enzim lipoprotein lipase dan menurunkan FFA serta menghambat aktifitas CETP (Kersshaw dan Flier, 2004; Brazilia dan Rudin, 2005), sehingga menyebabkan penurunan kadar kolesterol Total, trigliserida, koleterol LDL dan peningkatan kolesterol HDL ( Liu Di et al., 2009 ). Pada penelitian sebelumnya telah dibuktikan efek teh putih menurunkan stress oksidatif dan kadar trigliserida pada percobaan terhadap 40 ekor mencit C57BL/6 yang diinduksi 30 hari menjadi obes kemudian pada kelompok perlakuan diberi ekstrak teh putih 0,5 % dan akuades pada kelompok kontrol. Setelah perlakuan selama 8 minggu didapatkan penurunan stress oksidatif dan kadar trigliserida secara bermakna pada kelompok perlakuan yang diberikan ekstrak teh putih (Teixeira et al., 2012). Penelitian lainnya adalah penelitian pada tikus wistar yang diberi diet aterogenik selama 30 hari, kemudian diberikan ECGC 100 mg/kgBB pada kelompok perlakuan dan larutan saline
124
pada kelompok kontrol. Setelah perlakuan selama 7 hari dan 15 hari didapatkan perurunan profil lipid yaitu terjadi penurunan kolesterol total, trigliserida, kolesterol LDL,VLDL dan peningkatan kolesterol HDL pada kelompok perlakuan yang diberikan EGCG (Ramesh et al., 2008). Hasil yang didapatkan pada penelitian tersebut sejalan dengan hasil pada penelitian ini karena setelah perlakuan selama 28 hari pada tikus wistar jantan yang diberi diet tinggi lemak dan ekstrak teh putih 14,4 mg dan 28,8 mg sudah didapatkan perbedaan bermakna dari profil lipid, dimana terjadi penurunan kolesterol total, trigliserida, kolesterol LDL dan peningkatan kolesterol LDL (p<0,05 ). Jadi hasil pada penelitian ini membuktikan polifenol derivat katekin yaitu EGCG dan kafein dari teh putih mempunyai sifat antihiperkolesteremik. Penelitian ini menunjukkan ekstrak teh putih 14,4 mg dan 28,8 mg yang diberikan satu kali sehari dapat mencegah peningkatan profil lipid pada tikus jantan galur wistar yang diberi diet tinggi lemak. Pada penelitian ini didapatkan dosis ekstrak teh putih 28,8 mg memiliki sifat anti-hiperkolesteremik yang lebih efektif dibanding dosis ekstrak teh putih 14,4 mg . Hasil
yang
didapatkan
pada
penelitian
ini
membuktikan
sifat
anti
hiperkolestremia dari ekstrak teh putih. Dimana polipenol derivat katekin yaitu EGCG dan kafein dari ekstrak teh putih bekerja secara sinergis sebagai agen
anti
hiperkolesteremia dengan mempengaruhi asupan makanan dan mekanisme sebagai anti inflamasi yang menekan pelepasan sitokin. Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa teh
125
putih mempunyai kandungan polifenol yang lebih tinggi dibanding teh lainnya karena teh putih tidak melalui proses fermentasi dan oksidasi. Polifenol utama pada teh putih terutama derivat dari katekin merupakan antioksidan poten yang mempunyai manfaat positif bagi kesehatan. Komposisi utama teh putih meliputi protein, polisakarida, polifenol, mineral, trace element, asam amino organik, lignan dan metilxantin yaitu kafein, teofilin dan teobromin (Seeram et al., 2006; Moderno et al., 2009).Sifat antioksidan dari teh putih dapat mencegah radikal bebas, menginhibisi stres oksidatif dan inflamasi. Pada saat ini stres oksidatif dan inflamasi berkaitan dengan terjadinya bermacam penyakit antara lain penyakit obesitas, dislipidemia, diabetes, kardiovaskuler, neurodegeneratif dan kanker (Dias et al., 2013). Sejak jaman dahulu teh telah dikenal sebagai minuman yang menyegarkan dan mempunyai banyak manfaat bagi kesehatan. Seperti halnya jenis teh yang lain teh putih juga bermanfaat bagi kesehatan. Teh putih telah digunakan untuk mengobati obesitas dan penyakit penyerta. Beberapa studi telah dilakukan untuk mengidentifikasi komposisi dari teh putih (Unachukwu et al., 2010; Van der hooft et al., 2012).
6.6
Pengaruh ekstrak teh putih terhadap Asupan Makanan Diet pada penelitian ini adalah diet tinggi lemak yang terdiri dari makanan
standar (84%), kuning telur (5%), lemak babi (10%), dan minyak goreng Bimoli (1%). Makanan standar yang digunakan adalah pakan ayam Hyprovite 594, yang memiliki komposisi protein (17,5 – 19,5%), lemak (3%), serat (8%), kalsium (0,9%), dan fosfor
126
(0,6%). Kandungan pakan ayam Hyprovite 594 adalah jagung dedak, tepung ikan, bungkil kedelai, bungkil kelapa, pecahan gandum, dan bungkil kacang tanah. Pada penelitian ini didapatkan penurunan asupan makanan pada kelompok tikus yang diberikan ekstrak teh putih, dibanding kelompok kontrol yang hanya diberi akuades, perbandingan antara ketiga kelompok dengan One Way Anova menunjukan bahwa terdapat perbedaan bermakna rerata asupan makanan sesudah perlakuan antara Kelompok Kontrol dengan Kelompok Perlakuan 1, antara Kelompok Kontrol dengan Kelompok Perlakuan 2 (p<0,05). Hal ini menunjukan bahwa asupan makanan Kelompok Perlakuan 2 lebih sedikit daripada Kelompok Perlakuan 1, dan asupan makanan Kelompok Perlakuan 1 lebih sedikit daripada Kelompok Kontrol. Maka hasil penelitian ini menunjukan bahwa pemberian ekstrak teh putih dapat menurunkan asupan makanan. Dimana penurunan Asupan makanan disebabkan oleh kandungan derivat katekin EGCG dan kafein pada ekstrak teh putih. Ada penelitian sebelumnya telah membuktikan pemberian EGCG dan kafein pada tikus dapat menurunkan asupan makanan. Mekanisme yang mendasarinya karena ECGC menyebabkan peningkatan lipolisis, serta terhambatnya absorpsi makanan, sehingga tikus terasa kenyang (Belza et al., 2009).Derivat katekin ECGC dan kafein menstimulasi sistim saraf pusat, karena aktivasi sistim saraf pusat simpatis akan menekan rasa lapar, memperlambat rasa kenyang dan menstimulasi pembakaran (Diepvens et al., 2007) sehingga terjadi penekanan pada asupan makanan. ECGC dan kafein ini bekerja secara sinergis pada pengurangan asupan makanan dan sebagai agen anti imflamasi menekan sitokin yaitu
127
tnf-α yang menurunkan profil lipid, sehingga penurunan profil lipid menjadi sangat signifikan. Hormon insulin berperan dalam meregulasi kadar gula darah serta menghambat nafsu makan pada tingkat sistem saraf pusat (Pliquett et al., 2006 ; Belza et al., 2009), dimana pada pemberian ekstrak teh putih dapat meningkatkan sensitivitas hormon insulin sehingga menghambat nafsu makan pada kelompok tikus yang diberi ektrak teh putih karena kandungan EGCGnya yang tinggi. Hasil pada penelitian ini menunjukan adanya dose-effect relationship, yaitu asupan
makanan akan semakin sedikit dan
penurunan profil lipid semakin banyak apabila dosis ekstrak teh putih ditingkatkan.
6.7
Manfaat Ekstrak Teh Putih Dalam Perkembangan Anti-Aging Medicine Dislipidemia merupakan salah satu faktor yang menyebabkan meningkatnya
komplikasi metabolik seperti penyakit kardiovaskular, diabetes melitus tipe-2, hipertensi (Klein et al., 2007; Cawthorn dan Sethi, 2008). Kondisi ini berhubungan dengan masalah kesehatan dan mempercepat proses penuaan. Pemberian ekstrak teh putih secara oral mencegah peningkatan kolesterol total, trigliserida, kolesterol LDL, dan penurunan kolesterol HDL antara Kelompok Kontrol dan Kelompok Perlakuan pada tikus jantan Galur Wistar yang diberi diet tinggi lemak. Pemakaian ekstrak teh putih sebagai suplemen dapat menjadi salah satu pilihan dalam mencegah peningkatan profil lipid sehingga mencegah terjadinya dislipidemia dan menghindari komplikasi metabolik yang mungkin terjadi. Dengan demikian konsumsi ekstrak teh putih merupakan suatu langkah Anti-Aging Medicine dalam
128
mencegah, menghambat bahkan memperlambat proses penuaan. Penggunaan ekstrak teh putih untuk mencegah peningkatan kolesterol total, trigeliserida,
kolesterol
LDL
dan
penurunan
kolesterol
HDL
tetap
harus
mempertimbangkan faktor lainnya karena penyebab dislipidemia adalah multifaktorial. Faktor-faktor yang berpengaruh antara lain faktor genetik, diet tinggi kalori, kurangnya aktivitas fisik, keadaan hormonal, dan obat-obatan. Pendekatan terapi untuk pasien tetap harus mengacu pada faktor-faktor individual pasien (Wilborn et al.,2005; Caterson, 2009).
6.8
Kelemahan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan dosis ekstrak teh putih 14,4 mg
dan 28.8 mg, dimana dosis
ekstrak teh putih 28,8 mg memberikan efek anti-
dislipidemia yang lebih baik daripada dosis ekstrak teh putih 14,4 mg. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan variasi dosis ekstrak teh putih untuk mengetahui dosis optimal yang dapat diberikan tanpa menyebabkan efek samping yang membahayakan. Penelitian ini dilakukan dalam jangka waktu 28 hari dan belum didapatkan efek samping dari pemberian ekstrak teh putih. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dalam jangka waktu yang lebih lama untuk mengetahui efeksamping yang dapat terjadi pada konsumsi jangka panjang sebagai suplemen untuk mencegah dislipidemia.
129
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN
1.1.1. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian pemberian ekstrak teh putih didapatkan simpulan sebagai berikut: 5. Ekstrak teh putih mencegah peningkatan kadar kolesterol total tikus jantan galur wistar yang diberi diet tinggi lemak. 6. Ekstrak teh putih mencegah peningkatan kadar trigliserida tikus jantan galur wistar yang diberi diet tinggi lemak. 7. Ekstrak teh putih mencegah peningkatan kadar kolesterol LDL tikus jantan galur wistar yang diberi diet tinggi lemak. 8. Ekstrak teh putih mencegah penurunan kadar kolesterol HDL tikus jantan galur wistar yang diberi tinggi lemak.
7.2
Saran Sebagai saran dalam penelitian ini adalah: 2. Perlu melakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui dosis optimal pemberian ekstrak teh putih terhadap penurunan kolesterol total, trigliserida, kolesterol LDL, dan peningkatan kolesterol HDL. 3. Perlu dilakukan uji klinik terhadap khasiat ekstrak teh putih pada manusia dalam mencegah dan mengobati dislipidemia.
130
DAFTAR PUSTAKA
Abolfathi A. A, Mohajeri D, Rezaie A, Nazeri M. 2012. Protective Effects of Green Tea Extraxt Against Hepatic Injury in Streptozotocin-Induced Diabetic Rats. Evidences-Based Complementary and Alternative Medicine. ACC/AHA, 2013. Guideline on Treatment of Blood Cholesterol to Reduce Atherosclerotic Cardiovascular Risk in Adults. Available at http://content.onlinejacc.org/on11/13/2013. Adam I, 2011. Peran Kolesterol HDL Dalam Mencegah Penyakit Arteri Koroner pada Penderita Diabetes. Artikel Penyakit Dalam. Universitas Hasanudin, Makasar, 1 Februari. Alberti, K. G., Zimmet,P., and Shaw, J. 2005. IDF Epidemiology Task Force Consensus Group. The Metabolic Syndrom-A New Wordwide Definition. Lancet 366 (9491):1059-1062. Alcazar. 2007. Differentiation of green, white, black, Oolong, and Pu-erh teas according to their free amino acids content. Journal of Agricultural and Food Chemistry, v.55, n. 15, p. 5960-5. Available from http://dx.doi.org /10.1021/jf070601a. Almajano M. P., Carbo R., Jimenez JAL, Gordon MH. 2008. Antioxidant and Antimicrobial activities of tea infusions. Food Chemical., 108 (1): 55 - 63. Almanjano, M. P., Villa, I., Gines, S. 2011. Neuroprotective effects of white tea against oxidative stress-induced toxicty in striatal cells. Neurotoxicity Research, v. 20, p. 372-8. Available from http://dx.doi.org/10.1038/ sj.bjp. 0706255. Anderson R. A., Polansky M.M. 2002. Tea enchances insulin activity. journal of Agriculture and Food Chemistry 50(24) : 7182 -7186. Andi Nur Alamsyah. 2006. Taklukan Penyakit dengan Teh Hijau. Jakarta : Agro Medika Pustaka. Hal. 34-36, 46-58, 59-60. Anynomous (a). 2014. Camellia sinensis. Available from http://en.wikipedia.org/ wiki/Camellia_sinensis. Accessed. 10 februari 2014. Anynomous (b). 2014. White Tea. Available at http://en.wikipedia.org/wiki /White_tea. Accessed : 10 februari 2014. Appleton and Lange. Biochemistry. Ed 26. 2003.. P. 160-191, 268-297. Arora, B. P. 2008. Anti - Ageing Medicine . Indian Journal of Plastic Surgery; 41(Suppl): S130–S133.
131
Auvichayapat P, Prapochanung M, Tunkamnerdthai O, Sripanidkulchai B, Auvichayapat N,Thinkhamrop B, Kunhasur S, Wongpratoom S, Sinawat S, hongprapas. 2008.Effectiveness of green tea on weight reduction in obese Thais: A randomized, controlled trial. Physiology Behaviour, 93(3): 486-491. Bahri, A. Disiplidemia Sebagai Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner, e-USU Repositor. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. 2004. Available from : http://www.library.usu.ac.id/download/fk/gizi-bahri3.pdf. Accesed 16-10-2014. Barzilia, N., Rudin E., 2005. Inflamatory Peptides Derived From Adipose Tissue. Imunity and Ageing, 21. Available from : http://www.immunityageing.com/content/2/1/1. Accessed 19-4-2014. Battacharya U, Mukhopadhyay S, Giri AK. 2011. Comparative antimugenic and Anticancer activity of three fractions of black tea polyphenols thearubigins. Nutrition and Cancer 63(7) : 1122-1132. Belza A,. Toubro, S., Astrup, A. 2009. The effect of caffeine, green tea and tyrosine on thermogenesis and energy intake. European Journal of Clinical Nutrition 63, 57-64. Macmillan Publishers Limited. Available from : http://proquest.umi.com/pqdweb?index=2&did=1622618041&SrchMode=1&sid=3&F mt=6&VInst=PROD&VType=PQR&RQT=309&VName=PQD&TS=1296616266&clI entId=74186. Accessed ; February 1st 2011. Butt M. S, Sultan M.T, .2009. Green tea: Nature’s defense against malignancies. Crit. Rev. Food Science Nutritional., 49(5): 463-473. Camargo A. EI, Daguer DAE, Barbosa DS, 2006. Green tea exerts antioksidant action in vitro and its consumption increases total serum antioksidant potential in normal and dyslipidemic subject. Nutr. Res., 26(12):626-631. Carvalho M. Jeronimo C, Valentao P, Andrade PB, Silva BM. 2010. Green Tea : A Promising anticancer agent for renal cell carcinoma. Food Chemistry 122(1) : 49-54. Cheng T. O. 2000. Tea is good for the heart. Archives of Internal Medicine 160(15): 2397. Dachriyanus, Katrin, D.O., Oktarina, R., Ernas, O., Suhatri, dan Mukhtar, M.H. 2007. Uji Efek A-Mongostin terhadap Kadar Kolesterol Total, Trigliserida, Kolesterol HDL, dan Kolesterol LDL. Darah Mencit Putih Jantan serta Penentuan Lethal Dose 50 (LD50). J Sains Tek Far. 12 (2) : 64-72. Dahlan, Sopiyudin. 2011. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. Salemba Medika : Jakarta. Deka A, Vita J.A. 2011. Tea and Cardivascular Diseases - Review. Pharmacological Research 64, 136-145.
132
Dias, T. R., Tomas, G., Teixeira, N. F., Alves, M. G., Oliveira, P. F., & Silva, B. M. 2013. White Tea (Camellia Sinensis (L.)): Antioxidant Properties and Beneficial Health Effects. Diepvens, K., Westerterp, K. R., Westerterp-Platenga, M. S. 2007. Obesity and thermogenesis related to the consumption of caffeine, ephedrine, capsaicin, and green tea. AJP-Regu Physiol January 2007 vil. 292 no. 1 R77-R85. Available from : http://ajpregu.physiology.org/content/ 292/1/R77.full. Accesed January 20th 2014. Dominiczak, M. H. 2005. Lipids and lipoproteins. Medical Biochemistry. Second Edition. Philadelphia : Elseiver Murby. h. 225-243. Dwisusilo. 2008. Manfaat Isoflavon. [cited 2014 February, 10]. Available from : http://www.dwisusilo.web.id/2014/05/manfaat-isoflavon-yang-terkandung -dalam.html Eckardstein, A.V. Nover, J.R. Assmann , G. 2010. High Density Lipoprotein and Arteriosclerosis. Arterioscler Thromb Vasc Biol 21 : 13-27. Federer, W. 2008. Statistics and society: data collection and interpretation. Edisi ke-2. New York: Marcel Dekker. Forester SC, Lambert JD .2011. The role of antioksidant versus prooxidant effect of green tea polyphenols in cancer prevention. Mol.Nutr. Food Res., 55(6): 844-854. Galleano M, Oteiza PI, Fraga CG,. 2009. Cocoa, Chocolate and cardiovascular disease. Journal of Cardiovascular Pharmacology 54(6) : 483. Gekinger J. M, Li R, Spiegelman D, Anderson KE, Albanes D. 2012. Coffee, tea, and sugarsweetened carbonated soft drink intake and pancreatic cancer risk : a pooled analysis of 14 cohort studies. Cancer Epidemiology Biomarkers & Prevention 21(2):305-318. Goldenberg, A. C., Dislipidemia. Available from : http: www. merck.com/mmpe/ sec12/ch159/cj159b.html. Accessed : 10 februari 2014. Goldenberg, A. C., Dislipidemia. Available from http://www.merck.com/mmpe/ sec12/ch159/ch159b.html Accessed : 30 Januari 2014 Goldman, R. and Klatz, R. 2007. The New Anti-Aging Revolution. Malaysia: Printmate Sdn. Bhd. p. 19-25. Grundy, 2004. Goldstein, B.J., Bittner-Kowalczyk, A., White, M.F., and Harbeck, M. 2000. J. Biol. Chem. 275, 4283-4289.
133
Goldstein, Joseph L., Michael S. Brown. 2009. Artericlerosis, Thrombosis and Vascular Biology. 29 : 431 - 438 doi: 10.1161/ATVBAHA.108.179564. Gordon, P.M. 2003. Hyperlipidemia and Dyslipidemia. In Ehrman JK. Clinical Exercise Physiology. Champaign: Human Kinetics. p. 169-184. Green DJ, Jones H, Thijssen D, Cables NT, Atkinson G. 2011. Flow-medicated dilation and cardiovascular event prediction : does nitric oxide matter ? Hypertension 2011 March 57(3) : 363 - 9. Grundy, S. M. 2006. Nutrition in the Management of Disorder of serum Lipids and Lipoprotein. Modern Nutrition in Heath and Disease. 10th Ed. Lippincott Williams and Wilkins: Baltimore. P. 1076-1094. Guyton, A. C., Hall, J.E. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Penerjemah: Setiawan I, Tengadi LMAKA, Santoso A, Jakarta: EGC. Hal: 86. 52 Halim, H. Majalah Kedokteran Damianus. V.01, No.3 September 2006. Halliwell, B., Gutteridge, J.M.C. 2007. Free Radicals in Biology and Medicine. 4th Ed, Oxford University Press: New York. Han MK. 2003. Epigallocatechin gallate, a consistuent of green tea, suppresses cytokineinduced pancreatic beta-cell damage. Experimental and Molecular Medicine 35(2):136139. Handoko D. 2007. Pengaruh Tekanan dan Suhu Pada Kondisi Evaporasi Ekstrak Daun Teh Hijau. Institut Pertanian Bogor. Skripsi. Harold E. Bays. MD, FNLA, Chair, Peter P. Toth, MD, PhD, FNLA, Co-Chair, Penny M., KrisEtherton, PhD, RD, FNLA, Co-Chair, Nicola Abate, MD, Louise J. Aronne, MD, W. Virgil Brown, MD, FNLA, J. Michael Gonzales-Campoy, MD, PhD, Steven R. Jones, MD, FNLA, Rekha Kumar, MD, Ralph La Forge, MSc, FNLA, Varman T. Samuel, MD, PhD. 2013. Obesity, adiposity, and dyslipidemia : A consensus statement from National Lipid Association. Hilal, Y; Engelhardt, U. 2007. Characterisation of white tea – Comparison to green and black tea. J. Verbr. Lebensm. 2 (2007): 414 – 421. Hirawasa M, Takada K. 2004 Multiple effects of green tea catechin on a the antifungal activity of antimycotics against Candida albicans. Journal of Antimicrobal Chemotheraphy 53(2) : 225-9.
134
Hubrecht, R. and Kirkwood, J. 2010. The UFAW Handbook of The Care and Management of Laboratory and Other Research Animals. Edisi ke-8. Universities Federation for Animal Welfare. p. 311-324. Illingworth, D. R. 2007. Lipid Lowering Drugs : An Overview of Indications and Optimum Theraupetic Use. Drugs 33: 259-79. Indahwati, Limarta. 2012. Pemberian Ekstrak Ubi Jalar Ungu (Ipomoea Batatas L) Memperbaiki Profil Lipid Tikus Wistar dengan Displidemia. Islam M. 2011. Effects of the aqueous extract of white tea (Camellia Sinesis) in a streptozotocin-induced diabetes models of rats. Phytomedicine 19(1) : 25-31. Jellinger, Paul S., MD, MACE; Donald A. Smith, MD, FACE; Adi E. Mehta, MD.FRCP (C), FACE; Om Ganda, MD, FACE, Yehuda Handelsman, MD, FACP, FACE; Helena W. Rodbard, MD, FCAP, MACE; Mark D. Shepherd, MD, FACE; John A. Seibel, MD, MACE. 2012. The AACE Task Force for Management of Dyslipidemia and Prevention of Atherosclerosis. John B. Smith B. V. Sc. Soesanto Mangkoewidjojo. 1988. Pemeliharaan Pembiakan dan Penggunaan Hewan Percobaan di Daerah Tropis. Universitas Indonesia – UI Press. Kersshaw, E.E., and Flier, J.S. 2004. Adipose Tissue as an Endocrine Organ. The Journal of Clinical Endocrinology & Metabolism 89 p. 2548-2556. Kimura K, Ozeki M, Juneja LR, Ohira H. 2007. L-Theanin reduces psychological and physiological stress responses. Biological Physcology 74(1) : 39-45. Krinke, G. J. 2000. The Laboratory Rat. The Handbook of Experimental Animals. Academic Press. p. 3-56. Kumar, M. 2012. Protective effects of green and white tea against benzo (a) pyrene induced oxidative stress and DNA damage in murine model. Nutrition and Cancer, v. 64, n.2, p. 300-6, available from http://dx.doi.org/ 10.1080/01635581. Lichtenstein, A. H. and Jones, P.J.H. 2006. Lipids Absorption and Tranport. In Present Knowledge in Nutrition. 8th Ed. p 93-103. ILSI Press,Washington DC. Lilis. 2010. Pemberian Astaxanthin Oral Memperbaiki Profil Lipid darah Tikus Putih jantan (Albino Rat) Dislipidemia. Liu Di, Xu Jia-Ying, Jiao Yang. 2012. Effects of Puer Tea Aqueous Extracts and Green Tea Polyphenols on the Expression of Longevity Related Gene CETP. Chinese Journal of Gerontology 2012-02.
135
Liu K, Liang X, Kuang W. 2011. Tea consumption maybe an effective active treatment for adult attention deficit hyperactivity disorder (ADHD). Longo D, Fauci A., Kasper D., Hauser S., Jameson J., Joseph Loscalzo J. 2011. Harrison's Principles of Internal Medicine, 18th Edition. Lopez, V.; Calvo, M.I. 2011. White tea (Camellia Sinensis Kuntze) exerts neuroprotection against hydrogen peroxide-induced toxicity in PC12 cells. Plant Food for Human Nutrition, v. 66, n. 1,p. 22-6. Available from http://dx.doi.org/10.1007/s11130-0100203-3. Mackenzie T, Leary L, Brooks WB. 2007. The effect of an extract of green tea on glucose control in adult with type 2 diabetes mellitus : double-blind randomized study. Metbolism 56(10) : 1340-1344. Mahan, L. K, Stump, S. M., Janice L. Raymond. 2012. Krause's Food and the Nutrition Care Process Edition 13. Mahley, R. W., Weisgraber, K.H., and Farese, R.V. 2003. Disorder of Lipid Metabolism. In William Textbook of Endocrinology. 10th Ed. Saunders : Philadelphia P. 1642 - 1680. Marczyk. G., Matteo, D., and Festinger, D. 2005. Essentials of Research Design and Methodology. New Jersey: John Wiley & Sons. p.105. Maron D. J, Lu G. P, Cai N. S, Wu Z. G, Li Y. H. 2003. Cholesterol-lowering effect of a theaflavin-enriched green tea extract : a randomized controlled trial. Archives of internal medicine 163(12) : 1448. Mayes P. A, Botham KM. 2003. Lipid Transport and Storage. Harper's illustrated Biochemistry. 26 th ed. USA. Mc Graw Hill. 205-18. Medical Books/Mc Graw-Hill. 2003. p 205-218.Methinson dan Ball. Miller, P. L., Reinagel, M., Life Extension Foundation. 2005. The New Science of Growing Older without Aging.A Lynn Sonberg Book, Bantam Books Montgomery, 2001. Moderno P, Carvalho M, Silva B. 2009. Recent patents on Camellia sinesis : source of health promoting compounds. Recent Patents on Food, Nutrition and Agriculture 1(13) : 182. Murray R. , Bender D., Botham K. M, Kennelly P.J. , Rodwell V., Weil P.A., 2012. Harper’s illustrated biochemistry. 29th Ed. New York : Lange
136
Murray, K., R., Granner, K. D., Mayes, A. P., Rodwell, W. V. 2003. Harper’s Biochemistry. 26 th Ed. Appleton & Lange Medical Books.p.160-191. Ngatidjan. 2006. Metode Laboratorium dalam Toksikologi. Metode Uji Toksisitas. Nugroho. 2009. Respirasi Seluler.[cited 2011 March 2]. Available from http://biodas. files.wordpress.com/2007/09/04-respirasi-sel.ppt. Ong E. K, Hur H., Han M. K. 2003. Epigallocatechin gallate prevents autoimmune diabetes induced by multiple low doses of streptozotocin in mice. Archives of Pharmacal Research 26 (7). Ong E. K, Hur H., Han M. K. 2003. Epigallocatechin gallate prevents autoimmune diabetes induced by multiple low doses of streptozotocin in mice. Archives of Pharmacal Research 26(7). Pangkahila, W. 2007. Anti Aging Medicine : Memperlambat Penuaan, Meningkatkan Kualitas Hidup. Cetakan ke-1. Jakarta : Penerbit Buku Kompas. Hal : 8-17. Pangkahila, W. 2011. Anti Aging Medicine : Tetap Muda dan Sehat. Cetakan ke-1. Jakarta : Penerbit Buku Kompas. Hal: 1-3, 9-10, 36-40. Perez-Jimenez, A. . 2012. The effect of hypoxia on intermediary metabolism and oxidative status in gilthead sea bream (Sparus aurata) fed on diets supplemented with methionine and white tea. Comparative Biochemistry and Physiology Part C : Toxicology & Pharmacology, v. 155, n. 3, p. 506-16. Available from http://dx.doi.org/10.1016/j.cbpc.2011.12.005. Perez-Jimenez, A.. 2011. The effect of dietary methionine and white tea on oxidative status of gilthead sea bream (Sparus aurata). British Journal of Nutrition, p. 1-8. Available from http://dx.doi.org/10.1017/s00071145 11006556. Pliqueet, R. U., Fuhrer, D., Falk, S., Zysset, S., Von Cramon, D.Y., Stumvoll, M.2006. The effects of Insulin on the Centrl Nervous system – Focus on Appetite Regulation. Hormone and Metabolic research; 38: 442-446. Rader, D. J. And Hobbs, H.H. 2005. In Harrison’s Principles of Internal Medicine. 16th Ed. p 2286-2298. McGraw-Hill. New York. Rain T. M., Agarwal S., Maki KC.2011. Antiobesity effect of green tea catechins: a mechanistic review. J. Nurt. Biochem., 22(1): 1-7.
137
Rohdiana D., 2009. Teh ini Menyehatkan Telaah Ilmiah Populer. Bandung. Penerbit Alfabeta. hal. 70-74, 9-17, 41-49. Seeram N. P., Henning S.M., Yantao N., Lee R., Scheuller H.S., Heber D.2006. Catechin and Caffeine content of green tea dietary supplements and correlation with antioxidant capacity. J. Agric. Food Chem., 54(5): 1599-1603. Shulman, G. I. 2000. Cellular Mechanisms of Insulin Resistence. J. Clin. Invest.106,171. Smith, J. B., dan Mangkoewidjojo, S. 1988. Pemeliharaan, Pembiakan dan Penggunaan Hewan Percobaan di Daerah Tropis. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UI Press), hal: 30 – 32 , 43-44, 54,57. Sohle J, Knott A, Holtzmann U, Siegner R, Groniger E. 2009. White tea extract induces lipolitic activity and inhibits adipogenesis in human subcutaneous (pre)-adipocytes. Nutr Metab (Lond) 6 : 20. Stangl V, Lorenzo M, Stangl K. 2006. The Role of tea and tea flavonoids in cardiovascular health. Molecular Nutrition & Food Research 50(2) : 218 – 228. Sujayanto. G., 2008. Khasiat Teh untuk Kesehatan dan Kecantikan. Flona Serial Oktober (I) : hal 34-38. Suryohudoyo. P., 2000. Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler, Jakarta : Sagung Seto, hlm. 31-47. Teixeira, Gonçalves L., Lages P. C., Jascolka T. L., Aguilar E.C., Soares F. L. P. , Pereira S. S., Beltrao N. R. M., Matoso R., Nascimento A., Castilho R.O , Leite J. I. A., 2012. White tea (Camellia sinensis) extract reduces oxidative stress and triacylglycerols in obese mice. Ciência e Tecnologia de Alimentos vol.32 no.4 Campinas Dec. 2012 Thring, T. S.; Hili, P.; Naughton, D. P. 2009. Anti-Collagenase, anti-elastase and anti-oxidant activities of extract from 21 plants. BMC Complementary and Alternative Medicine, v. 9, n. 27. Thring, T. S.; Hili. P., Naughton, D. P. 2011. Antioxidant and potential anti-inflammatory activity of extracts and formulations of white tea, rose and witch hazel on primary human dermal fibroblast cells. Journal Inflammation, v.8, n. 1, p. 27, available from http://dx.doi.org/10.1186/1476-9255-8-27. Unachukwu, U. J. 2010. White and green teas (Camellia sinensis var.sinensis): variation in phenolic, methylxanthine, and antioxidant profiles. Journal of Food Science, v. 75, n. 6, p. C541-8. Available from http://dx.doi.org/ 10.1111/j.1750-3841.2010.01705.x.
138
University of Maryland Medical Center (UMMC). 2010. Green Tea. Available from : http://www.umm.edu/altmed/articles/green-tea-00255.htm. Accesed April 29th, 2014. Van Der Hooft, J. J. 2012. Structural Annotation and Elucidation of Conjugated Phenolic Compounds in Black, Green, and White Tea Extracts. Journal of Agricultural and Food Chemistry. Available from http://dx.doi.org/10.1021 /jf300297y. Verlag G. T. 2005. Color Atlas of Biochemistry. USA : Thieme Von S. M., Pilosof A. M. R., Jagus RJ. 2011. Antioxidant and antimicrobial performance of different Argentinean green tea varieties as affected by whey proteins. Food Chemistry 125(1) : 186 - 192. Wang, R. 2008. Protective versus promotional effects of white tea and caffeine on PhIP-induced tumorigenesis and beta-catenin expression in the rat. Carcinogenesis., v.29, n. 4, p. 8349 available from http://dx.doi.org/ 10.1093/carcin/bgn051. Weber J. M, Ruzidana-Umunyana A, Imbeault L, Sircars S. 2003. Inhibition of adenovirus infection and adenain by green tea cathechins. Antiviral Research 58(2) : 167-173. Wibowo. 2003. The Concepts of Anti Aging and How to Make Without Disorder. Jakarta : FKUI. hal.11-17. Widowati, W. Peran Antioksidan Sebagai Agen Hipokolesterolemia, Pencegah Oksidasi Lipid dan Aterosklerosis. Majalah Kedokteran Damianus. Vol. 6, No. 3 Septermber 2007. Willet, W. C. Optimal Diets for Prevention of Coronary Heart Disease. JAMA 2002;288:25692578.
Xiao. J., Chen. X, Zhang. L, Talbot. S.G, Li G.C, Xu M. 2008. Investigation of the Mechanism of Enhanced Effect of EGCG on Huperzine A’s inhibition of Acetylcholinesterase Activity in Rats by a Multispectroscopic method. J. Agric. Food Chem., 56(3): 910-915. Yang C. S, Wang. 2011. Mechanistic issues concerning cancer prevention by tea catechins. Mol. Nurt. Food Res., 55(6): 819-831. Zhu W. L, Shi H. S, Wei Y. M, Wang S. J, Sun C. Y. 2011. Green tea polyphenols produces antidepressant-like effects in adult mice. Pharmacological Research. Available from http://www.nhlbi.nih.gov/health/ dci/Diseases/Hbc /HBC_WhatIs.html
139
Lampiran 1 Keterangan Kelaikan Etik
140
Lampiran 2. Hasil Analisis Teh Gambung
Lampiran 3.
141
Lampiran 3.. Pengelolaan Hewan Coba pada penelitian dengan judul : EKSTRAK TEH PUTIH (CAMELLIA SINENSIS) ORAL MENCEGAH DISLIPIDEMIA PADA TIKUS (RATTUS NORVEGICUS) JANTAN GALUR WISTAR YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK. Sesuai dengan saran dari Komisi Etik Penelitian FK Unud maka hewan coba yang dipilih sebagai sampel diperlakukan dengan baik agar kenyamanan hewan yang telah berkorban untuk kepentingan kemanusian tetap terjamin. Perlakuan sebelum penelitian : Tikus yang akan dipilih sebagai sampel harus homogen. Tikus yang dipakai adalah hasil peternakkan sendiri dari kandang yang dibuat nyaman. Luas kandang adalah 30 kali 20 kali 20 sentimeter. Selama masa adaptasi 7 hari tikus dipelihara dengan sangat memperhatikan suasana kandang yang nyaman yang meliputi kebersihan, sirkulasi udara, dan penyedian makan dan minum. Untuk keperluan ini peneliti menugaskan seorang petugas kandang untuk mengamati keadaan hewan coba didalam kandang – kandang. Penerangan didalam kandang diatur 12 jam gelap 12 jam terang. Kesehatan tikus di monitor dengan memakai konsultan dokter hewan. Perlakuan selama penelitian : Selama penelitian tikus-tikus ditaruh sangat teratur dengan nomor urut sesuai kelompok . Tikus ditaruh secara individu . Makanan dimonitor. Jumlah makanan ditakar agar sesuai kebutuhan dan dijaga agar selalu bersih . Minuman ditaruh ditempat minum tikus diatas kandang. Suhu dan ventilasi serta kelembaban kandang dijaga ketat. Bila ada tikus yang sakit dikonsulkan ke dokter hewan untuk diberikan pengobatan yang sesuai. Untuk mengetahui berat tikus dilakukan penimbangan dengan timbangan Tanita .
142
Setelah 28 hari ,tikus dipuasakan 18 jam ,lalu diambil darah dari medial kantus sinus orbitalis ,tikus dianestesi secara intra muscular terlebih dahulu sebelum diambil darahnya..Kemudian dielus-elus supaya rasa sakitnya minimal dan merasa nyaman. Darah yang diambil 1cc . Setelah pengambilan darah tikus akan dikembalikan kekandangnya dan diperlakukan secara baik dan dibuat nyaman . Perlakuan setelah penelitian : Tikus dikembalikan ke Laboratory Animal Unit bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
143
Lampiran 4 Foto-foto Penelitian Pemeliharaan Hewan Coba
Pemberian ekstrak per sonde
144
Obat Anastesi
Tabung EDTA
145
Pengambilan Darah
Penampungan Darah
146
Kode Tabung
147
Lampiran 5 Data Sisa Pakan
148
Lampiran 6 Data Penelitian Profil Lipid
Kelompok
Total kolesterol Mg/dl
Trigliserida mg/dl
HDL mg/dl
HDL mg/dl
K.1 K.2 K.3 K.4 K.5 K.6 K.7 K.8 K.9 K.10
231,27 240,73 237,82 232,73 224,73 233,45 230,55 232,73 242,18 245,09
131,14 136,26 133,33 140,66 130,40 131,87 129,67 126,01 137,73 139,19
19,08 17,67 16,96 14,13 16,25 18,37 19,79 18,37 20,49 21,20
94,98 96,99 100,33 93,65 96,32 94,31 92,98 91,64 94,31 96,99
A.1 A.2 A.3 A.4 A.5 A.6 A.7 A.8 A.9 A.10
154,18 152,73 156,36 152,00 157,09 154,91 157,82 160,00 162,18 159,27
97,44 95,24 98,90 93,77 101,10 98,17 102,56 104,03 10623 96,70
44,52 45,94 42,40 47,35 40,99 43,11 41,70 45,23 48,06 43,82
74,25 72,91 76,25 70,90 78,26 74,92 79,60 73,58 76,25 74,25
B.1 B.2 B.3 B.4 B.5 B.6 B.7 B.8 B.9 B.10
138,18 133,82 135,27 133,09 138,91 141,09 132,36 137,45 140,36 142,55
75,46 79,12 73,26 77,66 76,92 79,12 76,19 75,46 78,39 81,32
61,48 67,14 65,02 68,55 62,90 60,78 67,84 63,60 56,54 60,07
55,52 50,84 52,17 49,50 56,86 58,86 48,16 54,18 52,84 56,86
149
Lampiran 7 Analisis Data Statistik Uji Normalitas Data Kolesterol Total, Trigliserida, HDL, dan LDL Tests of Normality Kelompok
Kolmogorov-Smirnova Statistic df Sig.
Kolesterol_total Kontrol .190 10 Perlakuan 1 .103 10 Perlak uan 2 .137 10 Trigliserida Kontrol .112 10 Perlakuan 1 .128 10 Perlakuan 2 .115 10 HDL Kontrol .150 10 Perlakuan 1 .101 10 Perlakuan 2 .136 10 LDL Kontrol .154 10 Perlakuan 1 .132 10 Perlakuan 2 .126 10 a. Lilliefors Significance Correction *. This is a lower bound of the true significance.
.200* .200* .200* .200* .200* .200* .200* .200* .200* .200* .200* .200*
Shapiro-Wilk Statistic df
Sig.
.970 .978 .949 .978 .969 .984 .970 .969 .964 .963 .976 .971
.888 .951 .657 .955 .883 .982 .888 .883 .828 .818 .942 .900
10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Kelompok Statistic df Sig. *
Sisa_pakan Kontrol .133 10 .200 Perlakuan .189 10 .200* 1 Perlakuan .258 10 .058 3 a. Lilliefors Significance Correction *. This is a lower bound of the true significance.
Shapiro-Wilk Statistic df
Sig.
.972
10
.912
.931
10
.453
.903
10
.234
150
Test of Homogeneity of Variances Kolesterol_total Trigliserida HDL LDL
Levene Statistic
df1
df2
Sig.
2.425 2.744 2.335 1.190
2 2 2 2
27 27 27 27
.107 .082 .116 .320
151
Uji One Way Anova Data Kolesterol Total, Trigliserida, HDL, dan LDL antar Kelompok Perlakuan Descriptives
N Kolesterol_ Kontrol total Perlakuan 1 Perlakuan 2 Total Trigliserida Kontrol Perlakuan 1 Perlakuan 2 Total HDL Kontrol Perlakuan 1 Perlakuan 2 Total LDL Kontrol Perlakuan 1 Perlakuan 2 Total
Mean
95% Confidence Interval for Mean Std. Lower Upper Deviation Std. Error Bound Bound Minimum Maximum
10 236.3570 6.04326
1.91105
232.0339 240.6801 224.73
245.09
10 156.6540 3.27332
1.03511
154.3124 158.9956 152.00
162.18
10 137.3070 3.54552
1.12119
134.7707 139.8433 132.35
142.55
30 176.7727 43.81158 7.99886 10 134.0480 4.62690 1.46315
160.4132 193.1322 132.35 130.7381 137.3579 126.01
245.09 140.66
10 100.0140 3.45653
1.09305
97.5413 102.4867 95.24
106.23
10 77.2900
.73463
75.6282 78.9518 73.26
81.32
30 103.7840 23.97507 4.37723 10 18.1070 2.11037 .66736
94.8316 112.7364 73.26 16.5973 19.6167 14.13
140.66 21.20
10 44.3120
2.35736
.74546
42.6256 45.9984 40.99
48.06
10 63.3920
3.82734
1.21031
60.6541 66.1299 56.54
68.55
30 41.9370 10 95.2940
19.08258 3.48399 2.48391 .78548
34.8114 49.0626 14.13 93.5171 97.0709 91.64
68.55 100.33
10 75.1170
2.56259
.81036
73.2838 76.9502 70.90
79.60
10 53.5790
3.48943
1.10345
51.0828 56.0752 48.16
58.86
30 74.6633
17.54601 3.20345
68.1115 81.2151 48.16
100.33
2.32310
152
ANOVA
Kolesterol_total Between Groups Within Groups Total Trigliserida Between Groups Within Groups Total HDL Between Groups Within Groups Total LDL Between Groups Within Groups Total
Sum of Squares
df
Mean Square F
55125.924 538.257 55664.181 16320.546 348.773 16669.320 10338.266 221.934 10560.199 8703.793 224.215 8928.008
2 27 29 2 27 29 2 27 29 2 27 29
27562.962 19.935
1.383E3 .000
8160.273 12.918
631.721 .000
5169.133 8.220
628.865 .000
4351.897 8.304
524.057 .000
Sig.
153
Post Hoc Tests Multiple Comparisons LSD
Dependent Variable
(I) (J) Kelompok Kelompok
Kolesterol_to Kontrol tal Perlakuan 1 Perlakuan 2 Trigliserida
Kontrol Perlakuan 1 Perlakuan 2
HDL
Kontrol Perlakuan 1 Perlakuan 2
LDL
Kontrol Perlakuan 1 Perlakuan 2
*. The mean difference level.
Mean Difference (I-J)
Std. Error
Perlakuan 1 79.70300* 1.99677 Perlakuan 2 99.05000* 1.99677 Kontrol -79.70300* 1.99677 Perlakuan 2 19.34700* 1.99677 Kontrol -99.05000* 1.99677 Perlakuan 1 -19.34700* 1.99677 Perlakuan 1 34.03400* 1.60733 Perlakuan 2 56.75800* 1.60733 Kontrol -34.03400* 1.60733 Perlakuan 2 22.72400* 1.60733 Kontrol -56.75800* 1.60733 Perlakuan 1 -22.72400* 1.60733 Perlakuan 1 -26.20500* 1.28217 Perlakuan 2 -45.28500* 1.28217 Kontrol 26.20500* 1.28217 Perlakuan 2 -19.08000* 1.28217 Kontrol 45.28500* 1.28217 Perlakuan 1 19.08000* 1.28217 Perlakuan 1 20.17700* 1.28874 Perlakuan 2 41.71500* 1.28874 Kontrol -20.17700* 1.28874 Perlakuan 2 21.53800* 1.28874 Kontrol -41.71500* 1.28874 Perlakuan 1 -21.53800* 1.28874 is significant at the 0.05
Sig.
95% Interval Lower Bound
.000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
75.6060 94.9530 -83.8000 15.2500 -103.1470 -23.4440 30.7360 53.4600 -37.3320 19.4260 -60.0560 -26.0220 -28.8358 -47.9158 23.5742 -21.7108 42.6542 16.4492 17.5327 39.0707 -22.8213 18.8937 -44.3593 -24.1823
Confidence Upper Bound 83.8000 103.1470 -75.6060 23.4440 -94.9530 -15.2500 37.3320 60.0560 -30.7360 26.0220 -53.4600 -19.4260 -23.5742 -42.6542 28.8358 -16.4492 47.9158 21.7108 22.8213 44.3593 -17.5327 24.1823 -39.0707 -18.8937
154
Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Kelompok
Statistic
pakan_yang_dimaka Kontrol n Perlakuan 1 Perlakuan 2
df
Shapiro-Wilk
Sig.
.133 .189 .258
Statistic
df
Sig.
10
.200*
.972
10
.912
10 10
*
.931 .903
10 10
.453 .234
.200 .058
a. Lilliefors Significance Correction *. This is a lower bound of the true significance.
Descriptives pakan_yang_dimakan 95% Confidence Interval for Mean N Kontrol Perlakuan 1 Perlakuan 2 Total
10 10 10 30
Std. Deviation
Mean 11.2400 9.9500 8.6900 9.9600
Std. Error
.32387 .22236 .12867 1.08361
Lower Bound
.10242 .07032 .04069 .19784
Upper Bound
11.0083 9.7909 8.5980 9.5554
Minimu Maximu m m
11.4717 10.1091 8.7820 10.3646
10.60 9.60 8.50 8.50
11.80 10.30 8.90 11.80
Test of Homogeneity of Variances pakan_yang_dimakan Levene Statistic
df1
df2
2.211
Sig.
2
27
.129
ANOVA pakan_yang_dimakan Sum of Squares Between Groups Within Groups Total
df
Mean Square
32.514
2
16.257
1.538
27
.057
34.052
29
F 285.396
Sig. .000
155
Post Hoc Tests Multiple Comparisons pakan_yang_dimakan LSD (I) Kelompok Kontrol
(J) Kelompok Perlakuan 1 Perlakuan 2
Perlakuan 1
Kontrol Perlakuan 2
Perlakuan 2
Kontrol Perlakuan 1
Mean Difference (IJ) Std. Error
95% Confidence Interval Sig.
Lower Bound Upper Bound
*
.10674
.000
1.0710
1.5090
*
.10674
.000
2.3310
2.7690
*
.10674
.000
-1.5090
-1.0710
*
.10674
.000
1.0410
1.4790
*
.10674
.000
-2.7690
-2.3310
*
.10674
.000
-1.4790
-1.0410
1.29000 2.55000 -1.29000
1.26000 -2.55000
-1.26000
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.