TESIS
PENAMBAHAN SENAM OTAK PADA AKTIVITAS FUNGSIONAL DAN REKREASI (AFR) LEBIH BAIK DARIPADA AKTIVITAS FUNGSIONAL DAN REKREASI (AFR) DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK PRASEKOLAH
NOVA RELIDA SAMOSIR
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015
TESIS
PENAMBAHAN SENAM OTAK PADA AKTIVITAS FUNGSIONAL DAN REKREASI (AFR) LEBIH BAIK DARIPADA AKTIVITAS FUNGSIONAL DAN REKREASI (AFR) DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK PRASEKOLAH
NOVA RELIDA SAMOSIR NIM : 1390361025.
PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI FISIOLOGI OLAHRAGA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015
ii
PENAMBAHAN SENAM OTAK PADA AKTIVITAS FUNGSIONAL DAN REKREASI (AFR) LEBIH BAIK DARIPADA AKTIVITAS FUNGSIONAL DAN REKREASI (AFR) DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK PRASEKOLAH Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister pada Program Magister, Program Studi Fisiologi Olahraga Program Pascasarjana Universitas Udayana
NOVA RELIDA SAMOSIR NIM 1390361025
PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI FISIOLOGI OLAHRAGA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015
iii
Lembar Pengesahan
TESIS INI TELAH DISETUJUI TANGGAL 3 JULI 2015
Pembimbing I,
Pembimbing II,
Dr. dr. I Wayan Weta MS NIP. 195811051987021001
Muh. Ali Imron, M.Fis NIDN. 0526056801
Mengetahui
Ketua Program Studi Fisiologi Olahraga – Fisioterapi
Direktur
Program Pasca Sarjana
Program Pasca Sarjana
Universitas Udayana,
Universitas Udayana,
DR. dr. Susy Purnawati,M.K.K,AIFO NIP. 196809291999032001
Prof.Dr.dr.A.A.Raka Sudewi,Sp.S.(K) NIP. 195902151985102001
iv
Tesis ini Telah Diuji pada: Tanggal : 2 Juli 2015
Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana, No: 1911/UN.14.4/HK/2015 Tanggal 1 Juli 2015
Ketua
: Dr. dr. I Wayan Weta, M. S
Anggota
:
1.
Muh. Ali Imron, M. Fis
2.
Dr. dr. I Made Jawi, M. Kes
3.
Dr. dr. Susy Purnawati, M.K.K, AIFO
4.
Sugijanto, Dipl. PT, M. Fis
v
KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS UDAYANA Kampus Bukit Jimbaran Telepon (0361) 701812, 701954, 703139, Fax, (0361)-701907, 702442 Laman: www.unud.ac.id
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT
Yang bertandatangan di bawah ini: Nama
: Nova Relida Samosir
NIM
: 1390361025
Program Studi
: Magister Fisiologi Olahraga
Judul Tesis
:PENAMBAHAN SENAM OTAK PADA AKTIVITAS FUNGSIONAL DAN REKREASI (AFR) LEBIH BAIK DARIPADA AKTIVITAS FUNGSIONAL DAN REKREASI (AFR) DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK PRASEKOLAH
Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah Tesis* ini bebas plagiat. Apabila dikemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan Mendiknas RI No. 17 tahun 2010 dan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku. Denpasar,
Juni 2015
Pembuat Pernyataan
( Nova Relida Samosir ) NIM : 1390361025
vi
UCAPAN TERIMAKASIH
Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tesis dengan judul Penambahan Senam Otak pada Aktifitas Fungsional dan Rekreasi (AFR) Lebih Baik Daripada Aktifitas Fungsional dan Rekreasi (AFR) dalam Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Prasekolah yang ditujukan guna memenuhi persyaratan menyelesaikan program pendidikan Pascasarjana Program Fisiologi Olahraga Konsentrasi Fisioterapi di Universitas Udayana. Atas segala bimbingan, arahan, dorongan, dan fasilitas selama menyelesaikan Proposal Tesis ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada yang terhormat: 1. Prof.Dr.dr.A.A.Raka Sudewi, Sp.S(K) selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana. 2. DR.dr.Susy Purnawati,M.K.K, AIFO selaku Ketua Program Studi Fisiologi Olahraga – Fisioterapi Universitas Udayana. 3. Dr. dr. I Wayan Weta, MS selaku Pembimbing I yang telah banyak memberikan arahan dan bimbingan selama proses penyelesaian Proposal Tesis ini. 4. Muh. Ali Imron, M.Fis selaku Pembimbing II yang telah banyak memberikan motivasi dan arahan dalam penyelesaian Proposal Tesis ini. 5. Bapak dan Ibu Dosen serta Staff Program Studi Fisiologi Olahraga Universitas Udayana yang telah banyak memberikan ilmu dan pengalaman kepada penulis selama mengikuti perkuliahan. 6. Ayahanda (Alm) L. Samosir dan Ibunda B. Pasaribu yang selalu memberikan doa dalam setiap langkah penulis serta dorongan semangat pada penulis untuk menjadi pribadi yang lebih ikhlas, sabar dan tegar dalam menghadapi segala keadaan untuk menjadi lebih bermanfaat bagi agama, keluarga, nusa dan bangsa. 7. Suami penulis Ediawarman, S.Pd dan Anak-anak penulis yaitu Farid Atallah, Zulfi Zainullah dan Adzkia Fathiyya Saufa yang selalu memercikkan ketulusan
vii
kabahagiaan
kepada penulis melalui doa, semangat dan tingkah polah yang
menyulut semangat untuk terus berjuang bagi penulis. 8. Seluruh keluarga besar penulis, kakak dan adik yang menjadi inspirasi bagi penulis, terimakasih untuk semuanya dalam menjalani kehidupan. 9. PAUD Ibu Teladan Rumbai, Pekanbaru yang telah bersedia bekerjasama dengan penulis untuk memberikan izin menjadikan siswa-siswinya menjadi sampel pada penelitian ini. 10. Ibu dr. Hj. Susiana Tabrani, M.Pdi selaku Rektor Universitas Abdurrab beserta seluruh jajaran akademika dan karyawan/wati Universitas Abdurrab yang telah banyak memberikan motivasi pada penulis. 11. Yohannes Purwanto, SST.FT, S.Psi, S.Ked selaku Ketua IFI Cabang Riau serta Bapak/Ibu pengurus dan anggota IFI Cabang Riau yang telah banyak memberikan dorongan semangat dalam proses penyelesaian penelitian ini. 12. Bapak dan Ibu serta Kakak dan Adik rekan-rekan seperjuangan di Universitas Abdurrab serta seluruh Alumni dan mahasiswa/i Program Studi D-III Fisioterapi Universitas Abdurrab yang telah banyak memberikan insiprasi dan motivasi bagi penulis dalam perjuangan menggali, menumbuhkan dan mengembangkan ilmu bersama-sama. 13. Sahabat-sahabat seperjuangan di Program Studi Fisiologi Olahraga Konsentrasi Fisioterapi untuk kebersamaan dan persahabatan yang indah. Semoga kesuksesan untuk kita semua. Penulis menyadari bahwa proposal tesis ini masih terdapat kelemahan dan kekurangan, untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan. Semoga proposal penelitian ini bermanfaat bagi kita semua.
Denpasar,
Juni 2015
NOVA RELIDA SAMOSIR
viii
ABSTRAK PENAMBAHAN SENAM OTAK PADA AKTIVITAS FUNGSIONAL DAN REKREASI (AFR) LEBIH BAIK DARIPADA AKTIVITAS FUNGSIONAL DAN REKREASI (AFR) DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK PRASEKOLAH Perkembangan motorik halus anak perlu dilatih atau distimulasi agar dapat berkembang dengan baik. Perkembangan motorik merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam perkembangan individu secara keseluruhan. Pada dasarnya, perkembangan ini berkembang sejalan dengan kematangan saraf dan otot anak. Sehingga, setiap gerakan sesederhana apapun merupakan hasil pola interaksi yang kompleks dari berbagai bagian dari sistem dalam tubuh yang dikontrol oleh otak. Sampel dalam penelitian ini adalah Siswa PAUD Ibu Teladan Palas dan PAUD Nurul Ma‟wa Tenayan Raya dengan rentang usia 5-6 tahun. Penelitian ini adalah penelitian experiment dengan desain penelitian pre and post test. Jumlah seluruh responden penelitian ini adalah 60 siswa, yaitu 30 siswa yang mengikuti kegiatan senam otak dan aktifitas fungsional rekreasi (AFR) dan 30 siswa yang hanya mengikuti kegiatan aktifitas fungsional rekreasi (AFR). Kelompok I diberikan senam otak dan aktivitas fungsional rekreasi (AFR), dan kelompok II diberikan aktivitas fungsional rekreasi (AFR) saja, masing-masing 2 x 15 menit. Latihan dilakukan selama 6 minggu dengan frekuensi 3 kali seminggu. Hasil analisis menunjukkan peningkatan motorik halus secara bermakna (p = 0.000) pada kedua kelompok. Pada kelompok I terjadi peningkatan skor rata-rata motorik halus 75.20 menjadi 86.83 (p = 0.000), demikian pula kelompok II terjadi peningkatan skor motorik halus dari 75.03 dan menjadi 80.87 (p = 0.000). Skor motorik halus sebelum perlakuan pada kedua kelompok tidak ada perbedaan (p = 0.549) kemudian setelah diberikannya perlakuan pada kedua kelompok didapatkan perbedaan dan (p = 0.000) yang artinya ada perbedaan secara signifikan. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penambahan senam otak pada anak prasekolah lebih baik dalam meningkatkan motorik halus anak prasekolah secara signifikan. Kata kunci : Senam otak, aktivitas fungsional dan rekreasi, motorik halus
ix
ABSTRACT ADDITION OF BRAIN GYM ON ACTIVITY FUNCTIONAL AND RECREATION (AFR) BETTER THAN THE FUNCTIONAL AND RECREATIONAL ACTIVITIES (AFR) INCREASE IN FINE MOTOR SKILLS PRESCHOOL CHILDREN Fine motor development of children need to be trained or stimulated in order to developed properly. Motor development is one very important factor in the development of the individual as a whole. Basically, these developments evolve in line with the maturity of the nerves and muscles of children. Thus, any simple movement of any kind, is the result of a complex interaction patterns from various parts of the system in the body that is controlled by the brain. Sample in this research is the students of early childhood education and early childhood Palas Exemplary Mother Nurul Ma'wa Tenayan Kingdom with an age range of 5-6 years. This research is experiment with the design of the study pre and post test. Number of all respondents of this study were 60 students, with 30 students who participated in the brain exercise and recreation functional activities (AFR) and 30 students who just follow the functional activities recreational activities (AFR). The first group was given a brain exercise and recreation functional activities (AFR), and group II are given a functional recreational activities (AFR) alone, each with 2 x 15 minutes. Exercises performed during 6 weeks with a frequency of three times a week.
Analysis showed an increase in the fine motor significantly (p = 0.000) in both groups. In the first group increased an average score of 75.20 into 86.83 fine motor (p = 0.000), as well as group II there was an increase fine motor score of 75.03 and became 80.87 (p = 0.000). Fine motor scores before treatment in both groups there was no difference (p = 0.549) and then after a given treatment in both groups and the differences found (p = 0.000), which means there are significant differences. Based on these results it can be concluded that the addition of brain gymnastics in preschool children better in improving the fine motor skills of preschool children significantly. Keywords: Brain gym, functional and recreational activities, fine motor
x
RINGKASAN PENAMBAHAN SENAM OTAK PADA AKTIVITAS FUNGSIONAL DAN REKREASI (AFR) LEBIH BAIK DARIPADA AKTIVITAS FUNGSIONAL DAN REKREASI (AFR) DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK PRASEKOLAH
Perkembangan motorik halus anak perlu dilatih atau distimulasi agar dapat berkembang dengan baik. Perkembangan motorik merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam perkembangan individu secara keseluruhan. Pada dasarnya, perkembangan ini berkembang sejalan dengan kematangan saraf dan otot anak. Sehingga, setiap gerakan sesederhana apapun merupakan hasil pola interaksi yang kompleks dari berbagai bagian dari sistem dalam tubuh yang dikontrol oleh otak. Penelitian ini merupakan penelitian experiment. Responden penelitian adalah siswa PAUD Ibu Teladan Palas Rumbai dan PAUD Nurul Ma‟wa Tenayan Raya Pekanbaru. Secara keseluruhan sampel berjumlah 60 orang yang berusia diantara 5-6 tahun. Jumlah seluruh responden penelitian ini adalah 60 siswa, yaitu 30 siswa merupakan kelompok perlakuan I dan 30 siswa menjadi kelompok perlakuan II. Sebelum dilakukan senam otak dan AFR, terlebih dahulu dilakukan tes kemampuan motorik halus yang dalam hal ini dilakukan untuk mengetahui nilai kemampuan motorik halus awal sampel. Ini dilakukan baik pada kelompok perlakuan I maupun kelompok perlakuan II, sehingga diperoleh hasil nilai objektif kemampuan motorik halus. Kemudian kegiatan senam otak dan AFR dilakukan oleh kelompok perlakuan I, dan AFR saja oleh kelompok perlakuan II. Setelah dilakukan kegiatan senam otak dan AFR maka tes kemampuan motorik halus di lakukan kembali guna mengukur kemampuan motorik halus siswa, sehingga diperoleh hasil evaluasi dari intervensi yang diberikan. Senam otak gerakan meningkatkan energi mengaktifkan kembali hubungan sistem saraf antara tubuh dan otak sehingga memudahkan aliran energi elektromagnetik keseluruh tubuh. Gerakan ini menunjang perubahan elektrik dan kimiawi yang berlangsung selama semua kejadian. Lingkaran energi ditiga dimensi tubuh (kiri-kanan, atas-bawah, belakang-depan dan sebaliknya), membangun dan mendukung kemampuan untuk mudah mengetahui arah, sadar akan sisi kiri-kanan, pemusatan dan fokus serta kesadaran tentang keberadaan kita. Gerakan yang ada juga sesuai dengan konsep Dual Task (tugas ganda). Bila tugas dilakukan bersama-sama didapatkan adanya peningkatan aktivasi area otak dibandingkan bila tugas itu dikerjakan sendiri-sendiri. Selain itu gerakan-gerakan dilakukan dengan simetris, yaitu dilakukan oleh anggota tubuh kanan-kiri baik bersamaan ataupun tidak sehingga terdapat aktivasi baik otak kiri maupun kanan. Senam otak dengan dibarengi pemberian aktivitas fungsional dan rekreasi (AFR) akan memperkaya stimulasi yang merupakan suatu pengalaman dimana seseorang aktiv terlibat didalamnya. Keterlibatan dalam aktivitas akan membutuhkan koordinasi antara fisik, sistem emosional serta sistem kognitif seseorang. Apabila seseorang terlibat dalam suatu aktivitas akan mengarah perhatiannya kepada aktivitas itu lebih daripada proses
xi
internal yang dibutuhkan untuk mencapai keberhasilan aktivitas tersebut. Pelaksanaan aktivitas membutuhkan pengalaman dari praktek maupun proses belajar dalam peran, serta tugas yang spesifik dalam masa perkembangan serta penggunaan seluruh komponen pelaksanaannya. Berdasarkan distribusi penyebaran nilai dari motorik halus sebelum dan setelah intervensi didapatkan peningkatan dari kelompok perlakuan I dan perlakuan II. Pada kelompok perlakuan I setelah diberikan penambahan senam otak pada aktivitas fungsional dan rekreasi (AFR) terdapat peningkatan kemampuan motorik halus sebanyak 73.33 % menjadi sangat baik yang awalnya hanya berada pada posisi 100% di kondisi baik. Begitupula pada kelompok perlakuan II, setelah diberikan aktivitas fungsional dan rekreasi (AFR) didapatkan peningkatan motorik halus sebanyak 13.33% menjadi sangat baik yang awal datanya berada 100% dikondisi baik. Pada dasarnya keseluruhan sampel pada penelitian ini terjadi peningkatan skor kemampuan motorik halus. Hasil analisis dengan uji statistik sebelum pada kelompok perlakuan I didapatkan nilai rerata 75.20, kemudian setelah perlakuan didapatkan nilai rerata 86.83. Dari data tersebut dapat disimpulkan terjadi peningkatan motorik halus pada pada siswa karena diperoleh nilai p = 0,000. Dari hasil analisis uji pengaruh pada kelompok perlakuan I dapat disimpulkan bahwa pemberian penambahan senam otak sebelum dan sesudah perlakuan menunjukkan peningkatan kemampuan motorik halus yang signifikan. Kemudian pada kelompok perlakuan II dari uji hasil analisa sebelum perlakuan didapatkan nilai rerata 75.03 setelah perlakuan didapatkan nilai rerata 80.87. Dari data tersebut dapat disimpulkan terjadi peningkatan motorik halus pada siswa karena diperoleh p = 0.000. Berdasarkan hasil uji beda sebelum dan setelah pada kedua kelompok menunjukkan bahwa kedua latihan dapat meningkatkan motorik halus. Terdapat peningkatan yang signifikan pada uji beda rata-rata setelah perlakuan pada dua kelompok dilakukan dengan uji t atau independent sample t menunjukkan nilai signifikansi yang dihasilkan sebesar 0.000 sehingga hipotesis diterima. Artinya ada pengaruh penambahan senam otak pada aktivitas fungsional dan rekreasi (AFR) terhadap motorik halus anak prasekolah.
xii
DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DEPAN………………………………………………………………..........
i
SAMPUL DALAM……………………………………………………………….......... ii PRASYARAT GELAR..………………………………………………………………. iii LEMBAR PENGESAHAN............................................................................................ v LEMBAR PENETAPAN PANITIA PENGUJI……………………………………... vi SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT……………………………………...... vii UCAPAN TERIMAKASIH …………………………………………………………... viii ABSTRAK DAN RINGKASAN…………………………………………………........ x DAFTAR ISI……………………………………………………………………............ xiv DAFTAR TABEL........................................................................................................... xvii DAFTAR SKEMA.......................................................................................................... xviii BAB I: Pendahuluan............................................................................................. 1.1 Latar Belakang.................................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah............................................................................... 4 1.3 Tujuan ................................................................................................ 4 1.4 Manfaat .............................................................................................. 4 BAB II. Kajian Pustaka 2.1 Kemampuan Motorik Halus Anak Prasekolah .................................. 6 2.2 Prosedur Penilaian ............................................................................. 10 2.3 Senam otak ........................................................................................ 10
xiii
2.4 Aktifitas Fungsional dan Rekreasi .................................................... 14 BAB III. Kerangka Berpikir, Konsep, dan Hipotesis Penelitian 3.1 Kerangka Berfikir .............................................................................
18
3.2 Kerangka Konsep..............................................................................
20
3.3 Hipotesis ............................................................................................ 20 BAB IV. Metode Penelitian 4.1 Tempat dan Waktu ...........................................................................
21
4.2 Metode Penelitian .............................................................................
21
4.3 Jenis dan Sumber Data Sampel .........................................................
22
4.4 Variabel penelitian.............................................................................
23
4.5 Defenisi Operasional..........................................................................
24
4.6 Instrumen Penelitian..........................................................................
25
4.7 Alur Penelitian ..................................................................................
26
4.8 Pengolahan dan Analisa Data............................................................
27
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Gambaran Umum sampel….……………........................….…........... 28 5.2 Karakteristik Responden....................….……………..........................
28
5.3 Uji Normalitas………………..……………..………...........................
30
5.4 Uji Homogenitas…………………...…………..................................... 30 5.5 Uji Hipotesis…………………………………………….…….…….... 31 5.6 Pembahasan……………….…………………………..........................
32
5.7 Keterbatasan Penelitian……………….…………………....................
39
xiv
BAB IV SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan….………………….............................................................
40
6.2 Saran……….…………........................................................................
40
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
xv
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1 Responden Menurut Jenis Kelamin….….…………….….…………….….......
29
Tabel 2 Responden Menurut Usia…………….….…………….….…………….….....
29
Tabel 3 Responden Menurut Motorik Halus….….…………….….…………….….....
29
Tabel 4 Uji Normalitas......................................................……………….….…...........
30
Tabel 5 Uji Homogenitas………………..……………..………………………............
30
Tabel 6 Hasil Uji Hipotesis………….. …………......................………………….......
31
xvi
DAFTAR SKEMA Halaman Skema 3.1 Bagan Kerangka Konsep Penelitian…………………………………….…
20
Skema 4.1 Rancangan Metode Penelitian…………………………………….………..
21
Skema 4.2 Alur Penelitian………………………………………….……………….…
26
xvii
1
BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Setiap anak akan melewati tahap tumbuh kembang secara fleksibel dan berkesinambungan. Salah satu tahap tumbuh kembang yang dilalui anak adalah masa prasekolah (4-5 tahun). Pada anak usia 4-5 tahun perkembangan yang paling menonjol adalah keterampilan motorik. Masa perkembangan anak, terdapat masa dimana diperlukan rangsangan atau stimulasi yang berguna bagi potensi perkembangan anak. Oleh karena itu perlu adanya perhatian yang lebih serius, agar anak dapat berkembang lebih optimal sesuai dengan usianya. Perkembangan motorik merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam perkembangan individu secara keseluruhan. Pada dasarnya, perkembangan ini berkembang sejalan dengan kematangan saraf dan otot anak. Sehingga, setiap gerakan sesederhana apapun, adalah merupakan hasil pola interaksi yang kompleks dari berbagai bagian dari sistem dalam tubuh yang dikontrol oleh otak. Motorik halus (fine motor skill) merupakan suatu gerakan yang melibatkan gerakan-gerakan yang lebih halus. Menggenggam mainan, menggunakan sendok, mengancingkan baju, atau segala sesuatu yang menuntut keterampilan jari mendemonstrasikan keterampilan motorik halus (Santrok, 2012). Kecerdasan motorik halus anak berbeda-beda dalam hal kekuatan maupun ketepatannya. Perbedaan ini juga dipengaruhi oleh pembawaan anak
1
2
dan stimulasi yang didapatkannya. Lingkungan mempunyai pengaruh yang lebih besar dalam kecerdasan motorik halus anak. Salah satu cara mengoptimalkan penggunaan semua dimensi otak adalah senam otak (Depdiknas, 2004). Gerakan-gerakan yang ada di dalamnya dibuat untuk merangsang otak. Senam otak adalah serangkaian latihan gerak sederhana untuk memudahkan kegiatan belajar dan penyesuaian dengan aktivitas sehari-hari. Senam otak terkait dengan ilmu gerak tubuh, yaitu gerakan tubuh yang disatukan dan dipadukan, sehingga dapat membantu mengoptimalkan fungsi dari otak. Senam otak akan memfasilitasi agar bagian otak kanan dan otak kiri dapat bekerja secara seimbang. Dimensi lateralis, yang mendapat rangsangan adalah otak kiri dan kanan, sedangkan dalam dimensi pemfokusan, gerakan senam otak pun berupaya meringankan atau merileksasi otak belakang dan bagian otak depan. Dimensi pemusatan, gerakan senam otak juga merangsang sistem yang terkait dengan perasaan atau emosional, yakni otak tengah (sistem limbik) dan otak besar. Aplikasi gerakan senam otak terdiri dari gerakan keseimbangan, koordinasi gerak otot, keterampilan motorik halus (Saichudin, 2009). Kewajiban hidup seorang individu terdiri atas, kewajiban melaksanakan aktifitas kehidupan sehari-hari. Aktifitas kehidupan sehari-hari ialah suatu aktifitas yang meliputi kegiatan perawatan diri, memelihara lingkungan hidupnya dan prilaku yang bermanfaat bagi dirinya sendiri. Kewajiban melaksanakan aktivitas produktif, semua bentuk aktivitas baik yang menghasilkan bentuk jasa ataupun komoditi yang digunakan oleh orang lain
3
sehingga dapat memberikan peningkatan kemampuan, ide, pemenuhan kebutuhan. Kewajiban melaksanakan aktivitas rekreasi, yaitu semua bentuk aktivitas yang dilakukan pada waktu senggang dan membuat pelakunya menjadi lebih gembira dan dapat menikmati aktivitas tersebut. Aktivitas fungsional dan rekreasi adalah aktivitas yang dilakukan pada waktu senggang yang bertujuan untuk membentuk, meningkatkan kembali kesegaran fisik, mental, pikiran dan daya rekreasi (baik secara individual maupun secara kelompok) yang hilang akibat aktivitas rutin sehari-hari dengan jalan mencari kesenangan, hiburan dan kesibukan yang berbeda dan dapat memberikan kepuasan dan kegembiraan yang ditujukan bagi kepuasan lahir dan batin manusia. Aktivitas fungsional dan rekreasi dapat berupa aktivitas permainan. Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan atau tanpa mempergunakan alat yang menghasilkan pengertian atau memberikan informasi, memberi kesenangan maupun mengembangkan imajinasi pada anak (Daradjat, 2000). Berbagai penelitian telah mengatakan pemberian intervensi secara berkala dengan metode aktifitas fungsional dan rekreasi hasilnya baik, ini diberikan pada anak usia prasekolah untuk melatih kemampuan koordinasi motorik halus anak. Menurut Sujiono (2009) menyatakan tujuan melatih motorik halus pada anak usia prasekolah adalah untuk menggerakkan anggota tubuh, terjadinya koordinasi antar mata dengan tangan, dan membuat anak berkreasi serta berekplorasi terhadap jari-jemarinya.
4
Menurut Montolalu, (2008) permainan menyusun balok dianggap sebagai alat bermain yang bermanfaat dan yang paling banyak digunakan di Taman Kanak-Kanak (TK) maupun lembaga pendidikan prasekolah. Variasi bentuk, ukuran, warna dan berat balok menunjang penglaman belajar anak usia dini. Balok memberi banyak kesempatan bagi anak-anak untuk berkembang dalam berbagai cara. Berdasarkan hal tersebut diatas yang didukung dengan hasil penelitian sebelumnya maka peneliti mencoba mengambil topik tentang “Penambahan Senam Otak pada Aktivitas Fungsional dan Rekreasi (AFR) Lebih Baik dalam Meningkatkan Motorik Halus Anak Prasekolah”. 1.2
Rumusan Masalah Apakah penambahan senam otak pada aktivitas fungsional dan rekreasi (AFR) lebih baik dalam meningkatkan kemampuan motorik halus anak prasekolah?
1.3
Tujuan Penelitian Untuk membuktikan peningkatan kemampuan motorik halus anak prasekolah dengan penambahan senam otak lebih baik daripada aktivitas fungsional dan rekreasi (AFR).
1.4
Manfaat a. Manfaat Ilmiah Secara ilmiah, penelitian ini dapat memberikan kontribusi akademis bagi pengembangan IPTEK tentang konsep penegembangan diri dan kemandirian dengan meningkatkan Motorik Halus khususnya menggunakan Senam Otak dan Aktivitas Fungsional dan rekreasi (AFR) pada anak
5
Prasekolah. Disamping itu penelitian ini dapat dijadikan bahan kajian untuk pengembangan penelitian selanjutnya. b. Manfaat Praktis Secara praktis, penelitian ini dapat dijadikan referensi atau bahan pertimbangan bagi fisioterapis didalam memberikan pelayanan fisioterapi khususnya pada anak-anak Prasekolah.
6
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kemampuan Motorik Halus 2.1.1 Pengertian Kemampuan Motorik Halus Menurut Susanto (2011) motorik halus adalah gerakan yang melibatkan gerakan-gerakan yang lebih halus dilakukan oleh otot-otot kecil. Gerakan halus ini memerlukan koordinasi yang cermat. Semakin baik gerakan motorik halus sehingga membuat anak dapat berkreasi, seperti menggunting kertas dengan hasil guntingan yang lurus, menggambar gambar sederhana dan mewarnai, menggunakan kilp untuk menyatukan dua lembar kertas, menjahit, menganyam kertas serta menajamkan pensil dengan rautan pensil. Namun, tidak semua anak memiliki kematangan untuk menguasai kemampuan ini pada tahap yang sama. Suyanto (2005) mengatakan bahwa karakteristik pengembangan motorik halus anak lebih ditekankan pada gerakan tubuh yang lebih spesifik seperti menulis, menggambar, menggunting dan melipat. Perkembangan motorik halus anak perlu dilatih atau distimulasi agar dapat berkembang dengan baik. Tindakan pemberian stimulasi dilakukan dengan prinsip bahwa stimulasi merupakan ungkapan rasa kasih sayang, bermain dengan anak, dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan. Menurut Sumantri (2005) tujuan pengembangan motorik halus anak usia dini adalah untuk melatih kemampuan koordinasi motorik anak.
6
7
Pengembangan motorik halus akan berpengaruh terhadap kesiapan anak dalam menulis, kegiatan melatih koordinasi antara tangan dengan mata yang dianjurkan dalam jumlah waktu yang cukup meskipun penggunaan tangan secara utuh belum mungkin tercapai. 2.1.2 Tahapan Perkembangan Motorik Halus Desni (2010), menyatakan bahwa tahapan perkembangan motorik halus berdasarkan usia, antara lain adalah ; a. Usia 1-2 Mengambil benda kecil dengan ibu jari atau telunjuk, membuka 2-3 halaman buku secara bersamaan, menyusun menara dari balok, memindahkan air dari gelas ke gelas lain, belajar memakai kaus kaki sendiri, menyalakan TV dan bermain remote, belajar mengupas pisang. b. Usia 2-3 Mencoret-coret dengan 1 tangan, menggambar garis tak beraturan, memegang pensil, belajar menggunting, mengancingkan baju, memakai baju sendiri. c. Usia 3-4 Menggambar manusia, mencuci tangan sendiri,membentuk benda dari plastisin, membuat garis lurus dan lingkaran cukup rapi. d. Usia 4-5 Menggunting dengan cukup baik, melipat amplop, membawa gelas tanpa menumpahkan isinya, memasukkan benang ke lubang besar.
8
2.1.3 Faktor yang mempengaruhi Perkembangan Motorik Halus Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan motorik halus pada anak adalah : a. Stimulasi Pemberian stimulasi pada tiga tahun pertama kehidupan anak merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan anak karena tiga tahun pertama otak merupakan organ yang sangat pesat pertumbuhan dan perkembangan. Stimulasi juga dapat berfungsi sebagai penguat yang bermanfaat bagi perkembangan anak, termasuk perhatian dan kasih sayang dari orang tua. Peran orang tua mempengaruhi perkembangan motorik anak. Anak diberikan stimulasi dini maka kemampuan motorik akan berkembang dengan baik. Namun kemampuan anak yang luar biasa ini tidak akan muncul, bila kita tidak merangsang sel-sel saraf otaknya sejak dini secara terus menerus. Stimulasi yang terus-menerus memungkinkan sel otak membangun sambungan antar sinap yang berperan pada kemampuan proses belajar dan kecerdasan anak. Semakin banyak sinap, semakin tinggi kecerdasan intelektual anak. Semakin sering pula sinap-sinap ini digunakan secara berulang-ulang, sambungannya akan semakin kuat. Saat anak beranjak dewasa, sambungan yang tidak digunakan akan hancur dengan sendirinya (Bobak, 2005). b. Nutrisi Kecukupan zat gizi pada anak merupakan prasyarat yang sangat penting dalam perkembangan anak termasuk di dalam perkembangan
9
otak. Zat gizi yang dibutuhkan untuk perkembangan otak bukan hanya zat gizi makro tetapi juga zat gizi mikro. Anak yan mengalami kurang nutrisi terutama selama periode kritis pertumbuhan otak akan mempunyai nilai yang lebih rendah pada tes perbendaharaan kata, pemahaman
bacaan,
aritmatika
dan
pengetahuan
umum
serta
mengalami gangguan perkembangan motorik (Arizal, 2002). Selain itu kekurangan nutrisi dapat dialami baik saat prenatal maupun pascanatal. Nutrisi yang inadekuat pada ibu hamil dapat menyebabkan hambatan pertumbuhan otak dalam janin serta akan lahir bayi dengan berat lahir rendah. Cacat fisik, pengulangan kelas dan gangguan belajar lebih sering pada anak dengan berat lahir rendah begitu juga dengan tingkat inteligensi serta nilai matematika dan bahasa (Gregor, 2005). Kekurangan gizi selama periode pascanatal dini menghasilkan perlambatan bermakna dari laju pertumbuhan sistem saraf pusat, dengan berat otak yanglebih rendah, korteks serebri yang lebih tipis, jumlah neuron yang lebih sedikit, kurangnya mielinisasi percabangan dendrit
dan
yang lainnya.
Gangguan
gizi
pada anak dapat
mempengaruhi perkembangan baik fisik maupun mentalnya. Anak yang menderita gangguan gizi berat memperlihatkan tanda-tanda apatis, kurang menunukkan perhatian terhadap sekitar dan lambat bereaksi terhadap satu rangsangan. Umumnya anak yang mengalami gangguan gizi membutuhkan lebih banyak waktu untuk belajar dibandingkan anak
10
normal. Anak ini juga lebih mudah mendapat infeksi sekunder akut atau kronik maupun anemia (Widyawati, 2002). 2.2 Prosedur Penilaian Adapun tehnik pengumpulan data dengan tes yang peneliti gunakan adalah menggunakan Tes kemampuan motorik halus. Tujuannya adalah untuk mengetahui kemampuan motorik halus siswa sebelum dan setelah diberi tindakan (Depdiknas, 2004). Tiap item soal memiliki nilai 1 sampai dengan 5, adapun penjelasannya sebagai berikut : a. Nilai 1 : Belum dapat, hasilnya tidak sesuai kriteria. b. Nilai 2 : Belum dapat, walaupun telah dibantu dan hasilnya tidak sesuai kriteria c. Nilai 3 : Dapat, tetapi hasilnya tidak sesuai kriteria. d. Nilai 4 : Dapat, hasilnya kurang sesuai dengan kriteria. e. Nilai 5 : Dapat hasilnya sesuai dengan kriteria. Pelaksanaan penelitian menggunakan skala nilai sebagai berikut : a. Sangat Baik
: Skor 85 - 100
b. Baik
: Skor 70 - 84
c. Sedang
: Skor 55 - 69
d. Kurang
: Skor 30 – 54
2.3 Senam Otak 2.3.1 Pengertian Senam Otak Senam
otak
adalah
serangkaian
gerak
sederhana
yang
menyenangkan dan digunakan para murid di Educational Kinesiology
11
(Edu-K) untuk meningkatkan kemampuan belajar mereka dengan menggunakan keseluruhan otak (Dennision, 2002). Gerakan-gerakan ini membuat segala macam pelajaran menjadi lebih mudah, dan terutama sangat bermanfaat bagi kemampuan akademik. Kata „education‟ berasal dari kata latin ‟educare‟ yang artinya „menarik keluar‟. Kinesiology berasal dari bahasa Yunani „kinesis‟ yang artinya gerakan. Educational Kinesiology adalah suatu sistem yang dapat mengubah semua pelajar, umur berapa saja, dengan cara menarik keluar atau menampilkan potensi yang terkunci di dalam tubuhnya, melalui gerakan-gerakan sederhana yang memungkinkan orang menguasai bagian otak yang semula terkunci tersebut. Senam otak dilakukan dengan prinsip keterampilan gerak, yaitu sebuah gerakan yang membutuhkan gerak secara volunter yang mempunyai tujuan. Gerakan ini memang tidak lazim dalam aktivitas sehari-hari. Pada setiap gerakan diperlukan perhatian (atensi) dan pemusatan (konsentrasi). Gerakan dilakukan secara lambatdengan penuh perasaan gembira sambil memperhatikan dan menghayati sikap setiap anggota tubuh, mengenali di mana posisi tubuh berada dan menyentuh bagian anggota tubuh dengan lambat (Kusumoputro, 2003). Gerakan yang ada juga sesuai dengan konsep Dual Task (tugas ganda).
Bila
tugas
dilakukan
bersama-sama
didapatkan
adanya
peningkatan aktivasi area otak dibandingkan bila tugas itu dikerjakan sendiri-sendiri. Selain itu gerakan-gerakan dilakukan dengan simetris, yaitu dilakukan oleh anggota tubuh kanan-kiri baik bersamaan ataupun
12
tidak sehingga terdapat aktivasi baik otak kiri maupun kanan (Dennision, 2002). Senam otak bertujuan untuk membuka channel-channel kerja fisiologi otak sehingga akan memberi kemudahan otak pada saat melakukan kegiatan belajar atau bekerja dengan asumsi otak digunakan secara menyeluruh atau whole brain (Ayinosa, 2009). Menurut riset yang dilakukan oleh Ayinosa dan Fanny, (2009) olahraga dan latihan senam otak pada para murid di Educational Kinesiology Foundation, California, USA bahwa senam otak dapat memberikan pengaruh positif pada peningkatan konsentrasi, atensi, kewaspadaan dan kemampuan fungsi otak untuk melakukan perencaaan, respon dan membuat keputusan. 2.3.2 Mekanisme Kerja Senam Otak pada Kemampuan Motorik Halus Menurut Dennison, (2002) Senam otak gerakan meningkatkan energi mengaktifkan kembali hubungan sistem saraf antara tubuh dan otak sehingga memudahkan aliran energi elektromagnetik keseluruh tubuh. Gerakan ini menunjang perubahan elektrik dan kimiawi yang berlangsung selama semua kejadian. Lingkaran energi ditiga dimensi tubuh (kiri-kanan, atas-bawah, belakang-depan dan sebaliknya), membangun dan mendukung kemampuan untuk mudah mengetahui arah, sadar akan sisi kiri-kanan, pemusatan dan fokus serta kesadaran tentang keberadaan kita. Gerakan meningkatkan energi memperkuat informasi dari perabaan dan kinestetik mengenai sistem dalam tubuh yang biasanya berkembang selama masa bayi. Ketika kemampuan penglihatan dibentuk pada dasar propioceptive, terjadi kecocokan antara apa yang dilihat dan apa yang
13
dirasakan. Tanpa kecocokan ini kesalahan antara sistem saluran sensorik akan menyebabkan kesulitan belajar. Weiss (2001), mengatakan bahwa proses belajar tidak semuanya merupakan proses di kepala. Fikiran dan tubuh bekerjasama membantu dalam mempertahanan atensi, memecahkan masalah dan dalam proses mengingat solusi. Keadaan fisiologis tubuh juga mendukung usaha mental. Ketika orang berdiri untuk meregangkan kakinya setelah melakukan pekerjaan yang lama, tubuh telah diminta untuk membantu menyegarkan fikiran. Pada saat stres meningkat, tingkat adrenalin naik, terjadi penurunan tegangan listrik di membran sel saraf. Dalam keadaan ini tubuh bereaksi untuk bertahan, memusatkan energi elektrik menjauhi neocortex dan kesistim saraf simpatik. Gerakan meningkatkan energi dan menunjang sikap positif mengaktifkan neocortex dan demikian memfokuskan kembali energi elektrik kepusat berfikir. Hal ini mengaktifkan fungsi parasimpatik dan mengurangi pelepasan adrenalin. Dengan meningkatkan tegangan elektrik membran saraf, fikiran dan tindakan dikoordinasikan kembali. Labyrinthus vestibularis pada telinga bagian dalam distimulasi oleh aktivitas elektrik yang terjadi selama gerakan. Labyrinthus vestibularis ini kemudian mengaktifkan formatio retikularis di brain stem yang memilih informasi agar yang relevan saja diangkat dan menciptakan kesiagaan yang menunjang konsentrasi dan perhatian di pusat otak. Bila labyrinthus vestibularis rusak atau jika tidak distimulasi dengan gerakan, seseorang bisa sulit berkonsentrasi. Gerakan-gerakan dalam senam otak menstimulasi
14
secara
seimbang
labyrinthus
vestibularis
dan
mengaktikan
serta
memfokuskan pusat otak, seperti keterampilan motorik halus (Dennision, 2002). 2.3.3 Dosis Latihan pada Senam Otak a.
Frekuensi : 2 Kali sehari
b.
Intensitas
: 3 Kali seminggu
c.
Time
: 15 Menit
d.
Repetisi
: 5 – 10 Hitungan
2.4 Aktifitas Fungsional dan Rekreasi Aktivitas Fungsional dan Rekreasi (AFR) adalah suatu pengalaman dimana seseorang aktiv terlibat didalamnya. Keterlibatan dalam aktivitas akan membutuhkan koordinasi antara fisik, sistem emosional serta sistem kognitif seseorang. Apabila seseorang terlibat dalam suatu aktivitas akan mengarah perhatiannya kepada aktivitas itu lebih daripada proses internal yang dibutuhkan untuk mencapai keberhasilan aktivitas tersebut. Aktivitas dipengaruhi oleh peran seseorang dalam kehidupannya serta mempunyai arti yang unik untuk setiap orang. Pelaksanaan aktivitas membutuhkan pengalaman dari praktek maupun proses belajar dalam peran, serta tugas yang spesifik dalam masa perkembangan serta penggunaan seluruh komponen pelaksanaannya. Kekurangan dalam pengalaman belajar, komponen pelaksana dalam pengalaman belajar dan atau dalam kehidupan mungkin akan mengakibatkan keterbatasan dalam melaksanakan aktivitas lingkup kehidupan. Pembahasan konsep dasar aktivitas ini, akan terbatas pada kepentingan aktivitas yang bertujuan yang sangat mendasari AFR. Kepentingan AFR terletak pada
15
performance skill dan performance component yang memungkinkan terjadinya aktivitas tersebut. Aktivitas yang termasuk di dalam modalitas AFR adalah aktivitas yang mengandung tujuan terapi, antara lain : a. Perkembangan dan pemeliharaan kekuatan, ketahanan, toleransi kerja, ROM dan koordinasi. b. Mempraktekkan pengguna gerakan volunter maupun refleks dalam tugas atau kegiatan terarah. c. Mengandung gerakan-gerakan untuk melatih bagian tubuh yang sakit. d. Untuk mengeksplorasi potensi yang bersifat vocational atau melatih skill yang dibutuhkan dalam penyesuaian kerja. e. Meningkatkan fungsi sensasi, persepsi dan cognisi. f. Meningkatkan keterampilan sensasi sosialisasi serta pengembangan emosi. Keunikan disini terletak dalam penekanan pada kegunaan yang sangat luas dari aktivitas bermanfaat yaitu termasuk karya dan seni, olahraga dan rekreasi, pemeliharaan diri, pengelolaan rumah tangga, kegiatan kerja dan bermain. 2.4.1 Mekanisme Kerja Aktivitas Fungsional dan Rekreasi (AFR) pada Kemampuan Motorik Halus Kemampuan motorik halus juga dapat dipengaruhi oleh intensitas belajar dan berlatih dari masing-masing anak, misalnya, kemampuan memindahkan benda dari tangan, mewarnai, menyusun puzzle, melipat, menulis dan sebagainya, kemampuan tersebut sangat penting agar anak dapat berkembang secara optimal. Keterampilan motorik halus dapat dilihat dari hasil tes kemampuan seseorang menyelesaikan tugas yang melibatkan jari-jari tangan dengan mengikuti tingkat akurasi tertentu.
16
Semakin tinggi keterampilan motorik seseorang maka semakin mudah ia menyelesaikan tugas dengan akurasi tinggi. Permainan atau bermain adalah kata kunci pembelajaran pada pendidikan anak usia prasekolah, bermain sebagai media sekaligus substansi pendidikan itu sendiri. Dunia anak adalah dunia bermain, dan belajar dilakukan melalui bermain yang melibatkan seluruh indera anak. Bruner & Donalson (2002) menemukan bahwa sebagian pembelajaran terpenting dalam kehidupan diperoleh dari masa kanak-kanak yang paling awal, dan pembelajaran itu sebagian besar diperoleh dari bermain. Aisyah (2008), mengemukakan bahwa gerakan motorik adalah perkembangan pengendalian gerakan tubuh melalui kegiatan yang terkoordinasi antara susunan saraf, otot, otak dan spinal cord. Sedangkan motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otot-otot halus. Seperti memindahkan benda dari tangan, mencoret-coret dan menyusun balok. Menurut Montolalu, (2008) bahwa permainan menyusun balok dianggap sebagai alat bermain yang paling bermanfaat dan yang paling banyak digunakan di TK maupun lembaga pendidikan prasekolah. Variasi bentuk, ukuran, warna dan berat balok menunjang penglaman belajar anak usia dini. Balok memberi banyak kesempatan bagi anak-anak untuk berkembang dalam berbagai cara. Kemampuan otak adalah asimetri, artinya hemisper kiri dan kanan mempunyai kemampuan yang tidak sama, keadaan ini di sebut spesialisasi. Agar kedua hemisper berkembang dengan baik di butuhkan stimulasi yang seimbang. Adanya konsep periode kritis dan plastisitas memperjelas
17
mengapa usia dini merupakan masa yang sangat penting. Pencegahan penyimpangan perkembangan, maupun mengoptimalkan perkembangan anak dapat di lakukan dengan memanfaatkan periode kritis ini. Pada periode kritis tersebut, otak anak juga mempunyai plastisitas yang tinggi, dimana sering menjadi dasar dari konsep deteksi dini dan stimulasi dini. Di sebut masa kritis karena pada masa ini tumbuh kembang anak sangat spesifik, mempunyai waktu yang terbatas, terjadi pada awal kehidupan suatu organisme, selama masa itu organisme sangat peka terhadap lingkungan yang dapat mempengaruhi setiap tahap dalam tumbuh kembangnya. Bila mana otak tidak menerima stimulasi tepat pada waktunya (sebelum periode kritis lewat) maka hubungan yang diperlukan tidak pernah terbentuk dan bagian otak yang mengontrol bagian-bagian tubuh tidak sepenuhnya berkembang. Sejalan dengan perkembangan fisik dan usia anak, saraf-saraf yang berfungsi mengontrol gerakan motorik mengalami proses neurological maturation. Pada anak usia 5 tahun sarafsaraf yang berfungsi mengontrol gerakan motorik sudah mencapai kematangannya dan menstimulasi berbagai kegiatan motorik yang di lakukan secara halus. 2.4.2 Dosis Latihan pada Aktivitas fungsional dan rekreasi (AFR) a.
Frekuensi : 2 Kali sehari
b.
Intensitas
: 3 Kali seminggu
c.
Time
: 30 Menit
d.
Repetisi
: 1 kali
18
BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 Kerangka Berfikir Perkembangan motorik merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam perkembangan individu secara keseluruhan. Keterampilan fisik yang dibutuhkan anak untuk kegiatan serta aktifitas olahraga bisa dipelajari dan dilatih dimasa awal perkembangan. Tujuan pendidikan fisik untuk anak-anak yang masih kecil adalah untuk mengembangkan keterampilan dan ketertarikan fisik jangka panjang. Perkembangan motorik halus berperan penting di dalamnya. Pendidikan anak usia Prasekolah merupakan upaya untuk menstimulasi, membimbing, mengasuh dan memberikan kegiatan pembelajaran yang mampu meningkatkan kemampuan dan keterampilan anak. Proses pendidikan dan pembelajaran pada anak usia prasekolah hendaknya dilakukan dengan tujuan memberikan konsep yang bermakna bagi anak melalui pengalaman nyata. Usia ini adalah saat yang paling tepat untuk melatih dasar-dasar pengembangan kemampuan fisik motorik halus, sehingga anak dapat tumbuh dengan jasmani yang kuat dan sehat. Karena pada masa ini merupakan masa yang tepat bagi anak. Anak mulai merasakan dalam menerima berbagi upaya perkembangan seluruh potensi dirinya. Senam otak dengan memanfaatkan gerakan - gerakan ringan, melalui olah tangan dan kaki dapat memberikan rangsangan atau stimulus pada otak. Gerakan ini menunjang perubahan elektrik dan kimiawi yang berlangsung selama semua kejadian. Lingkaran energi ditiga dimensi tubuh (kiri-kanan, atas-bawah,
18
19
belakang-depan dan sebaliknya), membangun dan mendukung kemampuan untuk mudah mengetahui arah, sadar akan sisi kiri-kanan, pemusatan dan fokus serta kesadaran tentang keberadaan kita. Senam otak dengan gerakan-gerakan lateralisasi (gerakan silang, cross crawl, angka 8 tidur, coretan ganda dan gerakan gajah) merupakan stimulus yang dapat meningkatkan kemampuan kognitif, kewaspadaan, memusatkan perhatian, keseimbangan dan koordinasi. Senam otak dengan gerakan-gerakan pemfokusan (gerakan burung hantu, gerakan mengaktifkan tangan, gerakan pompa betis, dan gerakan luncuran gravitasi) merupakan stimulus yang dapat meningkatkan konsentrasi, koordinasi mata dan mengaktikan gerakan motorik kasar dan halus. Senam otak dengan gerakan-gerakan pemusatan (gerakan sakelar otak dan pasang telinga) merupakan stimulus yang dapat meningkatkan konsentrasi, kecepatan, persepsi, belajar, memori, pemecahan masalah dan kreativitas. Pada intinya senam otak memiliki fungsi untuk menyelaraskan kemampuan beraktivitas dan berfikir pada saat yang bersamaan, meningkatkan keseimbangan atau harmonisasi antara kontrol emosi dan logika, mengoptimalkan fungsi kinerja panca indera, menjaga kelenturan dan keseimbangan tubuh, meningkatkan daya ingat, meningkatkan ketajaman pendengaran dan penglihatan, mengurangi kesalahan membaca, sehingga mampu meningkatkan respon terhadap rangsangan visual dan koordinasi yang akan memperbaiki dan meningkatkan kemampuan motorik halus pada anak.
20
3.2 Kerangka Konsep Berdasarkan analisis dan sintesis dari teori diatas yang menjadi landasan berpikir peneliti, maka dapat digambarkan konsep penelitian sebagai berikut : Anak Usia Prasekolah
Senam Otak (Brain gym) dan Aktivitas Fungsional dan Rekreasi (AFR) (Intervensi 1)
Kemampuan Motorik Halus anak
Aktivitas Fungsional dan Rekreasi (AFR) (Intervensi 2)
Peningkatan Kemampuan Motorik Halus anak Usia Prasekolah Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian 3.3 Hipotesis Penambahan senam otak lebih baik daripada aktivitas fungsional dan rekreasi (AFR) dalam meningkatkan kemampuan motorik halus anak prasekolah
21
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di PAUD Ibu Teladan Rumbai dan PAUD Nurul Ma‟wa Tenayan Raya, Pekanbaru 5 Maret s/d 16 April 2015. 4.2 Metode Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian experiment dengan desain penelitian pre and post test. Rancangan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut : P1 O3
O1
P
R S
P2 O2
O4
Skema 4.1. Rancangan penelitian pre test dan post test design Keterangan: P R S P1
= Populasi. = Randomisasi. = Sampel. = Kelompok Perlakuan I, metode senam otak dan Aktivitas Fungsional dan Rekreasi (AFR). P2 = Kelompok Perlakuan II, metode Aktivitas Fungsional dan Rekreasi (AFR). O1 = Skor awal sebelum intervensi metode senam otak dan Aktivitas Fungsional dan Rekreasi (AFR). O2 = Skor awal sebelum intervensi metode Aktivitas Fungsional dan Rekreasi (AFR). O3 = Skor sesudah intervensi metode senam otak dan Aktivitas Fungsional dan Rekreasi (AFR). O4= Skor sesudah intervensi metode Aktivitas Fungsional dan Rekreasi (AFR).
21
22
4.3 Jenis dan Sumber Data 4.3.1 Populasi Populasi penelitian ini adalah Anak Prasekolah yang ada di PAUD Ibu Teladan Rumbai dan PAUD Nurul Ma‟wa Tenayan Raya, Pekanbaru. 4.3.2 Sampel Dalam penelitian ini teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik cluster sampling yaitu pemilihan sampel mengacu pada kelompok dengan karakteristik tertentu yang telah ditetapkan. a. Kriteria inklusi 1.
Siswa prasekolah usia 5-6 tahun yang terdaftar di PAUD Ibu Teladan dan Nurul Ma‟wa Pekanbaru
2.
Absensi ketidak hadiran tidak lebih dari 15%
3.
Bersedia menjadi subjek penelitian dari awal hingga akhir penelitian dengan persetujuan orang tua dalam informed consent.
b. Kriteria eksklusi 1.
Siswa yang menolak berpartisipasi dalam penelitian ini
2.
Siswa yang sudah mengikuti aktivitas senam otak yang lain
3.
Mempunyai riwayat trauma kepala
4.
Mengalami gangguan jantung
5.
Sampel tidak bersedia menjadi subjek penelitian.
c. Kriteria Drop Out 1.
Peserta yang tidak kooperatif
23
2.
Peserta yang tidak mengikuti kegiatan secara penuh sehingga tidak dapat mencukupi frekwensi latihan selama waktu penelitian yang telah ditentukan
3.
Saat penelitian, siswa mengalami penyakit yang menghambat proses intervensi
4.3.3
Teknik Pengambilan Sampel
a. Melakukan random sejumlah sampel dari seluruh populasi siswa PAUD Ibu Teladan Rumbai dan PAUD Nurul Ma‟wa Tenayan Raya berdasarkan kriteria inklusi. b. Jumlah sampel yang terpilih, diseleksi lagi berdasarkan kriteria ekslusi. c. Orang tua sampel yang terpilih menjadi subjek penelitian diberikan penjelasan mengenai tujuan penelitian, manfaat penelitian serta diberikan penjelasan mengenai program penelitian yang akan dilakukan. d. Sampel yang bersedia mengikuti program penelitian diminta mengisi informed consent. Informed consent diisi oleh orang tua. 4.4 Variabel Penelitian 4.4.1 Variabel Independen (variabel bebas) Variabel bebas yaitu terapi senam otak dan Aktivitas Fungsional dan Rekreasi (AFR). 4.4.2 Variabel dependen (variabel tergantung) Variabel tergantung yaitu kemampuan motorik halus.
24
4.5 Defenisi Operasional 4.5.1 Anak Prasekolah Anak prasekolah adalah mereka yang berusia antara tiga sampai enam tahun. Anak prasekolah adalah pribadi yang mempunyai berbagai macam potensi. Potensi ini di rangsang dan dikembangkan agar pribadi anak tersebut berkembang secara optimal. 4.5.2 Senam otak Senam otak adalah serangkaian gerakan sederhana yang digunakan pada murid untuk meningkatkan kemampuan belajar dengan menggunakan keseluruhan otak. Porsi latihan senam dilakukan 3 kali seminggu sebanyak 2 kali sehari dengan waktu selama 15 menit. dalam melakukan gerakan senam otak pengulangan 3 sampai 10 kali hitungan. 4.5.3 Aktivitas fungsional dan rekreasi (AFR) Aktivitas fungsional dan rekreasi adalah suatu pengalaman dimana seseorang aktif terlibat didalamnya. Aktivitas fungsional dan rekreasi dapat berupa bermain. Aktivitas ini berupa aktivitas menyusun balok, balok disusun menyerupai bentuk perahu, rumah dan menara. Waktu yang diberikan 30 menit, 3 kali dalam seminggu, pengulangan 1 kali. 4.5.4 Kemampuan Motorik Halus Kemampuan motorik halus adalah gerakan yang melibatkan gerakangerakan yang halus dilakukan oleh otot-otot kecil. Kemampuan motorik halus ini ditekankan pada koordinasi gerakan, dalam hal ini berkaitan dengan kegiatan meletakkan atau memegang suatu objek dengan menggunakan jari tangan dan akan diukur dengan menggunakan form
25
observasi. Dalam penelitian ini, dibantu oleh asisten lapangan sebanyak 5 orang, yang bertugas mengontrol dan mengambil data sampel. Orang tua dapat mendampingi anak, akan tetapi tidak sepenuhnya ikut dalam mempengaruhi aktivitas penelitian. 4.6 Instrumen Penelitian a. Alat senam (musik, VCD, modul, infokus), gambar, air putih, alat tulis, permainan. b. Formulir pengukuran kemampuan motorik halus (Terlampir)
26
4.7 Alur Penelitian Populasi
Random
Sampel
Kelompok I
Pre Test
Brain Bym dengan Aktifitas fungsional & Rekreasi
Kelompok I
Kelompok II
Aktifitas fungsional & Rekreasi
Post Test
Analisa Data
Hasil
Skema 4.2 Alur penelitian
Kelompok II
27
4.8 Analisa Data Analisa data untuk pengujian statistik yang digunakan pada penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap dua kelompok sampel yang berskala interval: 4.8.1 Uji Normalitas Pengujian normalitas data dengan kolmogorov-smirnove, bertujuan untuk mengetahui distribusi data kemampuan motorik halus sebelum dan sesudah perlakuan pada kedua kelompok. Jika hasilnya p > 0.05 maka dikatakan bahwa data berdistribusi normal. 4.8.2 Uji Homogenitas Uji homogenitas data dengan levene test, bertujuan untuk mengetahui varian nilai peningkatan kemampuan motorik halus sebelum dan setelah perlakuan pada kedua kelompok sampel, kemudian mengetahui adanya varian umur, jenis kelamin, kemampuan motorik halus. Dengan pengujian bila p > 0.05 maka data homogen. 4.8.3 Uji Hipotesis Jika data normal, maka dilakukan uji t-test menggunakan paired sampel test. Uji beda rerata menggunakan uji komparasi independent t-test.
28
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Gambaran Umum Sampel Penelitian ini merupakan penelitian experiment. Responden penelitian adalah siswa PAUD Ibu Teladan Palas Rumbai dan PAUD Nurul Ma‟wa Tenayan Raya Pekanbaru. Secara keseluruhan sampel berjumlah 60 orang yang berusia diantara 5-6 tahun. Jumlah seluruh responden penelitian ini adalah 60 siswa, yaitu 30 siswa merupakan kelompok perlakuan I dan 30 siswa menjadi kelompok perlakuan II. Sebelum dilakukan senam otak dan AFR, terlebih dahulu dilakukan tes kemampuan motorik halus yang dalam hal ini dilakukan untuk mengetahui nilai kemampuan motorik halus awal sampel. Ini dilakukan baik pada kelompok perlakuan I maupun kelompok perlakuan II, sehingga diperoleh hasil nilai objektif kemampuan motorik halus. Kemudian kegiatan senam otak dan AFR dilakukan oleh kelompok perlakuan I, dan AFR saja oleh kelompok perlakuan II. Setelah dilakukan kegiatan senam otak dan AFR maka tes kemampuan motorik halus di lakukan kembali guna mengukur kemampuan motorik halus siswa, sehingga diperoleh hasil evaluasi dari intervensi yang diberikan. 5.2 Karakteristik Responden Karakteristik responden dapat dilihat berdasarkan kelompok responden yaitu yang mengikuti penambahan senam otak dan yang mengikuti AFR saja, usia, jenis kelamin, dan nilai motorik halus pada masing-masing kelompok, berikut adalah tabel karakteristik responden;
28
29
a.
Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Tabel 1 Responden Menurut Jenis Kelamin
NO
JENIS KELAMIN
1
Perempuan
2
Laki-laki
Kelompok Perlakuan I F % 12 40
Jumlah
Kelompok Perlakuan II F % 15 50
18
60
15
50
30
100
30
100
Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa masing-masing kelompok terdiri dari 30 orang dengan sebaran sampel berjenis kelamin laki-laki lebih mendominasi. Terlihat dari kelompok perlakuan sebanyak 18 orang berjenis kelamin laki-laki dan pada kelompok kontrol berjumlah 15 orang. b.
Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Tabel 2 Responden Menurut Usia NO
Usia
1
5 Tahun
2
6 Tahun
Kelompok Perlakuan I F % 9 30
Jumlah
Kelompok Perlakuan II F % 8 26,67
21
70
22
73,33
30
100
30
100
Berdasarkan tabel 2 menunjukkan bahwa masing-masing kelompok terdiri dari 30 orang dengan rentang usia 5 – 6 tahun. Pada kedua kelompok sampel memiliki subjek sampel terbanyak berusia 6 tahun. c.
Karakteristik Responden Berdasarkan Kemampuan Motorik Halus Tabel 3 Responden Menurut Kemampuan Motorik Halus Kelompok Perlakuan I No
Motorik Halus
1 2
Sangat Baik (Skor 85-100) Baik (Skor 70-84) Jumlah
Pre
Kelompok Perlakuan II
Post
Pre
Post
F
%
F
%
F
%
F
%
0 30
0 100
22 8
73,33 26,67
0 30
0 100
4 26
13,33 86,67
30
100
30
100
30
100
30
100
30
Berdasarkan tabel 3 menunjukkan bahwa masing-masing kelompok terdiri dari 30 orang sampel pada pre intervensi kedua kelompok memiliki kemampuan motorik halus dengan skor Baik. Kemuadian setelah diberikannya intervensi pada kedua kelompok terdapat peningkatan menjadi Sangat Baik. 5.3 Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan untuk meyakinkan apakah populasi yang dibandingkan rata-ratanya mengikuti sebaran normal atau tidak. Hasil pengujian normalitas data pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol dengan menggunakan Kolmogorov-Smirnov. Hasil pengujian ditampilkan pada tabel 4. Tabel 4 Uji Normalitas Motorik Halus Kelompok Kelompok Perlakuan I Kelompok Perlakuan II
No
Variabel
1
Motorik Halus Sebelum Intervensi
0.052
0.157
2
Motorik Halus Setelah Intervensi
0.200
0.200
Berdasarkan uji normalitas di atas maka dapat disimpulkan bahwa nilai p-value > 0.05, sehingga data berdistribusi normal. 5.4 Uji Homogenitas Tabel 5 Uji Homogenitas
Kelompok Karakteristik
Kelompok Perlakuan I
Kelompok Perlakuan II
Rerata ± SB
Rerata ± SB
Usia (tahun)
5.70 ± 0.466
5.73 ± 0.450
0.575
Motorik halus
75.20 ± 3.156
75.03 ± 3.577
0.505
p
Tabel 5 Varian karakteristik sampel diuji Homogenitas dengan Levene test dan nilai p value uji homogenitas masing-masing varian karakteristik sampel bernilai p > 0.05 yang berarti seluruh data varian karakteristik sampel homogen.
31
5.5 Uji analisis penambahan senam otak pada intervensi aktivitas fungsional dan rekreasi (AFR) dalam peningkatan motorik halus Pengujian hipotesis menggunakan paired sampel test karena data berdistribusi normal. Hasil pengujian adalah sebagai berikut; Tabel 6 Uji analisis penambahan senam otak pada intervensi aktivitas fungsional dan rekreasi (AFR) dalam peningkatan motorik halus Sebelum
Setelah
P*
Rerata ± SB
Rerata ± SB
Kelompok Perlakuan I
75.20± 3.156
86.83± 3.761
0.000
Kelompok Perlakuan II
75.03± 3.577
80.87± 3.340
0.000
0.549
0.000
Sampel
P**
Ket: P* : Paired sampel t test P** : Independent sampel t test Tabel 6 Menunjukkan nilai rerata dan simpangan baku pada masingmasing kelompok pada saat sebelum dan setelah. Pada kelompok perlakuan I dengan menggunakan paired sample t test nilai p = 0.000 yang artinya ada perbedaan yang signifikan antara sebelum dan sesudah diberikan penambahan senam otak. Kemudian begitu juga pada kelompok perlakuan II setelah di uji dengan menggunakan paired sample t test didapatkan nilai p = 0.000 yang artinya ada perbedaan yang signifikan nilai motorik halus antara sebelum dan sesudah diberikan AFR. Hasil uji beda motorik halus sebelum perlakuan pada ke dua kelompok menunjukkan nilai p = 0.549, hal tersebut menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan nilai motorik halus yang bermakna sebelum perlakuan pada kedua kelompok. Hasil uji beda pengaruh setelah perlakuan antara kelompok perlakuan I dan perlakuan II didapatkan hasil dengan nilai p = 0.000 menunjukkan bahwa
32
terdapat perbedaan nilai motorik halus yang bermakna antara kelompok perlakuan I dan kelompok perlakuan II. 5.6 Pembahasan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan nilai motorik halus pada anak prasekolah. Sampel penelitian 60 orang yang memenuhi kriteria inklusi yang terdiri dari 30 kelompok perlakuan I dan 30 orang kelompok perlakuan II. 5.6.1 Analisis Pengaruh Penambahan Senam Otak pada Aktivitas Fungsional dan Rekreasi dalam Meningkatkan Motorik Halus Anak Hasil analisis sebelum pada kelompok perlakuan I didapatkan nilai rerata 75.20 setelah perlakuan didapatkan nilai rerata 86.83. Dari data tersebut dapat disimpulkan terjadi peningkatan motorik halus pada pada siswa karena diperoleh nilai p = 0,000. Dari hasil analisis uji pengaruh pada kelompok dapat disimpulkan bahwa pemberian penambahan senam otak
sebelum
dan
sesudah
perlakuan
menunjukkan
peningkatan
kemampuan motorik halus yang signifikan. Gerakan Senam otak dibuat untuk menstimulasi (dimensi lateralitas), meringankan
(dimensi
pemfokusan),
atau
merelaksasi
(dimensi
pemusatan) siswa yang terlibat dalam situasi belajar tertentu. Otak manusia seperti hologram, terdiri dari tiga dimensi dengan bagian-bagian yang saling berhubungan sebagai satu kesatuan. Pelajaran lebih mudah diterima apabila mengaktifkan sejumlah panca indera daripada hanya diberikan secara abstrak saja. Akan tetapi otak manusia juga spesifik tugasnya, untuk aplikasi gerakan Senam otak dipakai istilah dimensi
33
lateralitas untuk belahan otak kiri dan kanan, dimensi pemfokusan untuk bagian belakang otak (batang otak atau brainstem) dan bagian depan otak (frontal lobes), serta dimensi pemusatan untuk sistem limbis (midbrain) dan otak besar (cerebral cortex). Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan nilai rata-rata sebelum dan setelah diberikan perlakuan, serupa pada penelitian yang dilakukan sebelumnya, bahwa senam otak bertujuan untuk membuka channel-channel kerja fisiologi otak sehingga akan memberi kemudahan otak pada saat melakukan kegiatan belajar atau bekerja dengan asumsi otak digunakan secara menyeluruh atau whole brain (Ayinosa, 2009). Menurut riset yang dilakukan oleh Ayinosa dan Fanny, (2009) olahraga dan latihan senam otak pada para murid di Educational Kinesiology Foundation, California, USA bahwa senam otak dapat memberikan pengaruh positif pada peningkatan konsentrasi, atensi, kewaspadaan dan kemampuan fungsi otak untuk melakukan perencaaan, respon dan membuat keputusan. 5.6.2 Analisis Pengaruh Aktivitas Fungsional dan Rekreasi dalam Meningkatkan Motorik Halus Anak Hasil analisa sebelum perlakuan didapatkan nilai rerata 75.03 setelah perlakuan didapatkan nilai rerata 80.87. Dari data tersebut dapat disimpulkan terjadi peningkatan motorik halus pada siswa karena diperoleh p = 0.000. Dari hasil analisis uji statistik pada kelompok kontrol dapat disimpulkan bahwa pemberian AFR sebelum dan sesudah perlakuan
34
menunjukkan peningkatan motorik halus yang signifikan. Berbagai penelitian telah mengatakan pemberian intervensi secara berkala dengan metode aktifitas fungsional dan rekreasi hasilnya baik diberikan pada anak usia prasekolah untuk melatih kemampuan koordinasi motorik halus anak. Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan atau tanpa mempergunakan alat yang menghasilkan pengertian atau memberikan informasi, memberi kesenangan maupun mengembangkan imajinasi pada anak (Dradjat, 2000). Hasil penelitian ini serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Indraswari (2012), kemampuan motorik halus anak dalam proses kegiatan dapat meningkat dengan menggunakan kegiatan mozaik di Taman kanakkanak Negeri Pembina Lubuk Basung, dalam kegiatan mozaik kemampuan yang dicapai yaitu anak mampu menempel kepingan mozaik, anak mampu menyusun kepingan mozaik dan anak mampu menempel dengan
teknik
mozaik,
kegiatan
mozaik
mampu
meningkatkan
perkembangan motorik halus anak. Media kegiatan mozaik cocok digunakan untuk usia taman kanak-kanak, karena sesuai dengan prinsip bermain di taman kanak-kanak, melalui kegiatan mozaik dapat memberikan pengaruh yang cukup memuaskan untuk meningkatkan hasil belajar anak, dengan adanya peningkatan setiap siklus, perlunya merangsang perkembangan motorik halus anak pada usia dini, motorik halus sangat penting bagi perkembangan anak.
35
5.6.3 Analisis Uji Beda Pengaruh Penambahan Senam Otak pada Aktivitas Fungsional dan Rekreasi dalam Meningkatkan Motorik Halus Anak Berdasarkan distribusi penyebaran nilai dari motorik halus sebelum dan setelah intervensi didapatkan peningkatan dari kelompok perlakuan I dan perlakuan II. Pada kelompok perlakuan I setelah diberikan penambahan senam otak pada aktivitas fungsional dan rekreasi (AFR) terdapat peningkatan kemampuan motorik halus sebanyak 73.33 % menjadi sangat baik yang awalnya hanya berada pada posisi 100% di kondisi baik. Begitupula pada kelompok perlakuan II, setelah diberikan aktivitas fungsional dan rekreasi (AFR) didapatkan peningkatan motorik halus sebanyak 13.33% menjadi sangat baik yang awal datanya berada 100% dikondisi baik. Pada dasarnya keseluruhan sampel pada penelitian ini terjadi peningkatan skor kemampuan motorik halus. Berdasarkan hasil uji beda sebelum dan setelah pada kedua kelompok menunjukkan bahwa kedua latihan dapat meningkatkan motorik halus. Terdapat peningkatan yang signifikan pada uji beda rata-rata setelah perlakuan pada dua kelompok dilakukan dengan uji t atau independent sample t menunjukkan nilai signifikansi yang dihasilkan sebesar 0.000 sehingga hipotesis diterima. Artinya ada pengaruh penambahan senam otak pada aktivitas fungsional dan rekreasi (AFR) terhadap motorik halus anak prasekolah. Dalam penelian ini didapatkan perbedaan hasil rerata karakteristik motorik halus anak setelah dilakukan intervensi kepada masing-masing kelompok. Hal ini dapat terjadi bila status ekonomi, pola asuh dan asupan
36
gizi yang berbeda-beda dari setiap subjek penelitian. Penelitian ini tidak membahas hubungan antara peningkatan motorik halus dengan status ekonomi, pola asuh dan asupan gizi. Namun demikian ada beberapa teori yang mengatakan bahwa ada pengaruh peningkatan motorik halus dengan status ekonomi, pola asuh dan asupan gizi. Status ekonomi yang rendah dapat berpengaruh pada perkembangan otak melalui jalur nutrisi yang adekuat, dimana semakin rendah status ekonominya, semakin besar kemungkinannya untk tidak dapat mencukupi kebutuhan nutrisinya. Serupa yang telah disampaikan di kajian teoritis, hal yang dapat mempengaruhi perkembangan motorik halus juga dapat dipengaruhi oleh asupan nutrisi. Selain nutrisi, anak dengan status ekonomi rendah mengalami lebih banyak masalah kesehatan (Brooks, 2000). Sejumlah penelitian menemukan bahwa pendapatan keluarga mempengaruhi lingkungan tempat tinggal anak, kesempatan untuk belajar, interaksi yang hangat antara ibu dan anak, serta kondisi fisik rumah sehingga pada akhirnya akan mempengaruhi perkembangan kognitif anak. Beberapa penelitian menemukan perbedaan lingkungan rumah anak status ekonomi rendah dan tinggi yang diukur dengan skala HOME menyumbang secara substansial pada perkembangan anak prasekolah. Interaksi harian berperan penting dalam perkembangan emosional dan mental. Saat otak sedang terbentuk dan belajar untuk berkembang, interaksi positif yang konsisten akan menjamin perkembangan otak yang baik. Penelitian menunjukkan bahwa asuhan yang berkualitas tinggi dapat
37
meningkatkan perkembangan intelektual anak dari status ekonomi rendah (Aber, 2000). Anak dari keluarga status ekonomi rendah lebih sering mengalami masalah tingkah laku dan emosional termasuk agresi, kecemasan dan depresi. Orang tua terutama ibu yang mengalami depresi juga kurang mampu menyediakan stimulasi yang positif, kurang mampu berinteraksi dan gagal merespon kebutuhan emosional anaknya (Putranto, 2009). Ibu yang berpengetahuan baik maka akan cenderung untuk memperhatikan dan menstimulasi perkembangan anak terutama perkembangan motorik anak. Perkembangan motorik halus anak perlu dilatih atau distimulasi agar dapat berkembang dengan baik. Tindakan pemberian stimulasi dilakukan dengan prinsip bahwa stimulasi merupakan ungkapan rasa kasih sayang, bermain dengan anak, dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan (Susanto, 2011). Usia prasekolah merupakan periode atau masa keemasan (golden age) dalam proses perkembangan, dimana pada usia tersebut aspek kognitif, fisik, motorik, dan psikososial seorang anak berkembang dengan optimal. Setiap anak akan melewati tahap tumbuh kembang secara fleksibel dan berkesinambungan. Salah satu tahap tumbuh kembang yang dilalui anak adalah masa prasekolah (4-5 tahun). Pada anak usia 4-5 tahun perkembangan yang paling menonjol adalah keterampilan motorik. Masa perkembangan anak, terdapat masa dimana diperlukan rangsangan atau stimulasi yang berguna bagi potensi perkembangan anak. Oleh karena itu
38
perlu adanya perhatian yang lebih serius, agar anak dapat berkembang lebih optimal sesuai dengan usianya. Senam otak dengan memanfaatkan gerakan-gerakan sederhana seperti menyilang garis tengah tubuh yang di dalamnya ada gerakan menyilang kepala, mata dan anggota gerak merupakan kunci keberhasilan untuk mengintegrasi fungsi hemisfer otak kanan dan kiri (Kusumoputro, 2003). Gerakan menyilang akan mengaktifkan hemisfer kanan dan kiri sekaligus. Selain itu semakin sering kedua hemisfer tersebut teraktivasi akan semakin banyak koneksi dan mielinisasi terjadi melalui korpus kolosum. Semakin banyak koneksi, proses yang tejadi di antara kedua hemisfer semakin cepat, sehingga semakin banyak fungsi intelegensi yang dapat dipakai. Gerakan merayap dan merangkak sudah sejak lama dibuktikan bahwa gerakan alternansi seperti marayap dan merangkak ini dapat meningkatkan kemampuan otak tengah dan korteks serebri. Pada senam otak terdapat juga gerakan ini. Gerakan merayap dan merangkak dapat menstimulasi otak tengah yang merupakan pusat untuk kemampuan perhatian, kewaspadaan, kebersamaan dan berkelompok (Kusumoputro, 2003). Senam otak dengan rangkaian gerakannya juga mempunyai bentuk gerakan seperti pengamatan dan mengikuti jejak penglihatan. Di dalam senam otak, ada gerakan yang dilakukan dengan mengamati dan mengikuti jejak penglihatan atau bola mata yang bergerak dari satu arah ke arah lain. Gerakan bola mata yang diakukan merupakan pengamatan lingkungan secara keseluruhan. Stimulasi penglihatan dari otak belahan kiri menuju ke
39
kanan dan balik lagi merupakan integrasi antara kedua belahan tersebut. Selain itu ada juga gerakan mata yang mengikuti gerakan tangan. Dalam hal ini, Imamizu (2000) menemukan bahwa aktivasi area di serebelum lebih luas bila dibandingkan gerakan tangan atau mata sendiri-sendiri. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat perbedaan nilai rata-rata sebelum dan setelah senam otak, serupa pada penelitian yang dilakukan oleh Winkelmann (2001) bahwa setelah melakukan senam otak terdapat peningkatan keterampilan termasuk kemampuan membaca, menulis, matematika dan olahraga. Senam otak gerakannya merangsang pada dimensi otak, hal ini serupa dengan penelitian Dewi (2010), senam otak berpengaruh terhadap kemampuan motorik halus anak prasekolah pada usia 4-6 tahun dengan nilai p = 0,001, dengan jumlah sampel 28 anak dimana dimensi gerakan senam otak akan mengaktifkan fungsi cerebellum berupa aplikasi gerak keseimbngan, koordinasi gerak otot dan keterampilan motorik halus. 5.7 Keterbatasan Penelitian a. Keadaan sosial ekonomi keluarga dari sampel juga dapat mempengaruhi pola asuhan terahadap anak. Hal ini merupakan faktor yang sulit untuk dipantau, sehingga dapat mempengaruhi karakter anak. b. Status gizi sampel juga mempengaruhi subjek penelitian yang sulit dipantau melalui pola makan, porsi makanan dan nutrisi yang dikonsumsi sehingga dapat mempengaruhi status gizi subjek.
40
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Penambahan senam otak pada aktivitas fungsional dan rekreasi (AFR) lebih baik dalam meningkatkan kemampuan motorik halus anak daripada aktivitas fungsional dan rekreasi (AFR) saja. 7.2 Saran a. Penambahan senam otak pada aktivitas fungsional dan rekreasi (AFR) lebih baik dalam meningkatkan kemampuan motorik halus anak daripada aktivitas fungsional dan rekreasi (AFR) saja, sehingga penelitian ini dapat dijadikan referensi atau bahan pertimbangan bagi fisioterapis didalam memberikan pelayanan fisioterapi khususnya pada anak-anak prasekolah. b. Perlunya pengembangan IPTEK tentang konsep penegembangan diri dan kemandirian dengan meningkatkan motorik halus khususnya menggunakan senam otak dan aktivitas fungsional dan rekreasi (AFR) pada anak prasekolah. c. Perlunya membahas keadaan sosial ekonomi keluarga sampel karena hal ini mempengaruhi pola asuh terahadap anak dan dapat mempengaruhi karakter anak. d. Status gizi sampel mempengaruhi subjek penelitian, untuk peneliti selanjutnya penting untuk membahas faktor ini.
40
41
DAFTAR PUSTAKA Aber L, Palmer j. 2000. Poverty and Brain Development in Early Chilhood. New York: National Center for Children in Poverty. Aisyah. 2008. Perkembangan dan Konsep Dasar Pengembangan Anak Usia Dini. Jakarta: Universitas Terbuka. Arizal, Daris A, Hidayat A. 2002. Gizi dan perannya. In : Hardhywinoto, Setiabudhi T, editor. Anak unggul berotak prima. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Asmawati, Luluk, dkk. 2008. Pengolahan Kegiatan Pengembangan Anak Usia Dini. Jakarta: Universitas terbuka Ayinosa.
2009.
Brain
Gym
(Senam
Otak).
Diperoleh
dari
http://book.store.co.id/2009. Azwar, Saifudin.2003. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Ball, J.W., & Bindler, R.C. 2003. Pediatric nursing: Caring for children. (3 rd edition). New Jersey: Pearson Education Inc. Brooks-Gunn J, Duncan GJ. 2000. The Effect Poverty on Children. The Future of Children. Bobak, I.M., Lowdermik, D.L., Jensen, M.D. 2005. Keperawatan maternitas (Edisi 4). Jakarta: EGC Boundless.2014. “Introducing the Neuron.”Boundless Psychology. ( serial online Update
03
Dec.
2014
from
https://www.boundless.com/psychology/textbooks/boundless-psychologytextbook/the-brain-and-behavior-4/neurons-33/introducing-the-neuron-14112676/
41
42
Daradjat, Zakiah. 2000. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara Dennison, P., 2002. Brain Gym (senam otak). Edisi bahasa Indonesia (cetakan X). Alih bahasa: Ruslan dan Rahayu, M. Jakarta: Grasindo. Dewi . F.N. 2010. Pengaruh Senam Otak (Brain Gym) Terhadap Kemampuan Motorik Halus Anak Prasekolah di TK. Kartika IV-8 Kecamatan Sumber Sari Kabupaten Jember. Tesis. Universitas Jember Dewi, Narulita dan Judarwanto, Widodo. 2012. Perkembangan normal motorik kasar dan motorik halus pada anak. Jakarta.http://dokterindonesiaonline.com/2012/01/27/gerakan-motorik/ Desni. 2010. Metode Pengembangan Motorik Halus Anak Usia Dini. Pontianak. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tanjung Pura Gregor SMG, Fernal LC, Sethuraman K. 2005. Effect of health and nutrition on cognitive and behavioural development in children in the first three years of life, part 1: low birtweight, breastfeeding, and protein-energy malnutrition. Available from: URL:http://www:unu.edu/Unupress/food/V201e/ch07.htm Hurlock, Elizabeth B. 2000. Perkembangan Anak Jilid 1 Edisi 6. Jakarta : Erlangga. Hockenberry , J. M., & Wilson, D. 2007. Wong’s nursing care of infant andchildren. (8 th edition). Canada: Mosby Company. Imamizu H, Miall RC. 2000. Activation of cerebellum in coordinated eye and hand tracking movements: an fMRI study. Exp Brain Res. Kurikulum .2004. Standar Kompetensi Untuk TK dan RA Kelompok B. Depdiknas Kusumoputro S, Sidiarto LD, Samino H, Munir R, Nugroho W. 2003. Kiat Panjang Umur dengan Gerak dan Latih Otak. Jakarta: UI-Press
43
Marlina,
Linda.
2011.
Manfaat
Origami
http://lagu2anak.blogspot.com/2011/05/manfaat-origami-linda-marlinassi.html Mulyani, Rini 2006. Permainan Edukatif dalam Perkembangan Logic-smart Anak. Tugas Akhir, Universitas Negeri Semarang, Semarang Montolalu. 2008. Media Pembelajaran. Jakarta: Edukasi Mitra Grafika. Ngastiyah 2005. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC Nursalam 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Putranto, Puji L. (2009). Pengaruh Senam Otak Terhadap Fungsi Memori Jangka Pendek Anak Dari Keluarga Status Ekonomi Rendah. Universitas Diponegoro, Semarang Rani, Yulianty I. 2011. Permainan yang Meningkatkan Kecerdasan Anak (Modern dan Tradisional). Jakarta: Niaga Swadaya. Rea, Paul.2015.Essential Clinical Anatomy of the Nervous System,Elsiver.British. Rhoades.R, Bell.R.D. 2009.Medical Physiology: Principles for Clinical Medicine, fourth edition,China Saichudin 2009. Respon Fisiologi Senam Otak Teradap Kecepatan Motorik bagi Calon Atlet Muda Berbakathttp://etd.eprints.ums.ac.id/14619/3/3. Santrock, W John. 2012. Life Span Development, Jakarta: PT Erlangga. Siegel,A.2006.Essential Neuroscience,Lippicont, USA. Sudono, Anggani. 2000. Sumber Belajar dan Alat Permainan. Jakarta: PT Grasindo Sujiono. 2009. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta. Indek
44
Sumantri. 2005. Model Pengembangan Keterampilan Motorik Anak Usia Dini. Jakarta: Depdiknas Supartini, Y., Ester 2004. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC. Susanto, Ahmad. 2011. Perkembangan anak usia dini. Jakarta: Kencana Prenada Media Suyanto, Slamet. 2005. Konsep Dasar Pendidikan AUD. Jakarta: Depdiknas. Weiss R.P. 2001. The mind-body connection in learning. Avaiable from: URL: http//www.trans4mind.com/counterpoint/index-health-fitness/weiss.shtml Widyawati I. 2002. Penatalaksanaan gangguan belajar pada anak. Prosiding pertemuan tahunan I perdosri. jakarta Winkelmann. 2001. Using Brain Gym withhearing impaired children in Flores, East Indonesia. Brain Gym Jurnal Wisnu, Andri. 2012 Mengenal sistem kerja otak.http://www.picipici.com/2012/09/mengenal-sistem-kerja-otak-dansaraf.html Wong, Donna L. 2004. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGC Wong, Donna.L. 2004. Pedoman klinis keperawatan pediatrik. (Edisi 4). (Monica Ester. Penerjemah). Jakarta: EGC. Yusuf, S. 2005. Psikologi perkembangan anak dan remaja. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.
Lampiran 1
Informed Consent PROGRAM STUDI FISIOLOGI OLAHRAGA KONSENTRASI FISIOTERAPI PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR PERSETUJUAN TINDAKAN (INFORMED CONSENT) MENGIKUTI PROGRAM PENELITIAN Saya yang bertandatangan di bawah ini: Nama : …………………………………………………. Umur : …………………………………………………. Jenis Kelamin : ( L / P ) Alamat : ……………………………………………………………………………… Telah mendapat penjelasan dari peneliti tentang maksud atau tujuan penelitain, cara melakukan dan konsekuensinya, demi manfaat yang sebesar-besarnya bagi pemeliharaan kesehatan saya dan bagi kemajuan upaya pelayanan, dengan ini saya menyatakan: 1. Memahami sepenuhnya maksud dan tujuan penelitian, prosedur penelitian dan segala konsekuensinya. 2. Bersedia menyampaikan informasi dengan sejujur-jujurnya tentang segala hal yang berkaitan dengan data diri saya. 3. Bersedia mengikuti dan melaksanakan petunjuk serta program penelitian yang diberikan secara sungguh-sungguh dan bertanggung jawab secara rutin. 4. Bersedia menghubungi peneliti bila ada hal-hal yang tidak dipahami maupun melaporkan hal-hal yang berkembang saat penelitian. 5. Bersedia sewaktu-waktu dihubungi atau dikunjungi oleh peneliti guna peenyempurnaan penelitian ini. 6. Tidak membebani peneliti berkaitan dengan biaya pengobatan, tindakan atas permasalahan yang saya derita dalam penyelenggaraan penelitian ini akibat kelalaian saya. 7. Bersedia mengikuti penelitian ini secara tidak terpaksa dan hingga penelitian ini selesai. Peneliti,
(NOVA RELIDA SAMOSIR)
Pekanabaru,…………..2015
(
Wali Siswa
)
Lampiran 2 Tes Kemampuan Motorik Halus No.
Kemampuan Motorik Halus
Indikator
Keterangan
Sebelum 1
Melipat jari
a. Siswa dapat melipat jari tangan satu persatu b. Siswa dapat menyentuh ujung ibu jari ke ujung telunjuk c. Siswa dapat menyentuh ujung ibu jari ke ujung jari tengah d. Siswa dapat menyentuh ujung ibu jari ke ujung jari manis e. Siswa dapat menyentuh ujung ibu jari ke ujung kelingking f. Siswa dapat menekuk 3 ruas jari tangan hingga ujungnya menyentuh pangkal jari
2
Menggenggam
a. Siswa dapat menggenggamkan jari-jari tangan b. Siswa dapat membuka satu persatu jari tangan yang sedang menggenggam
3
Mengurus diri sendiri
a. Siswa dapat melakukan aktivitas makan b. Siswa dapat melakukan aktivitas memasang kancing baju c. Siswa dapat melakukan aktivitas mencuci dan melap tangan d. Siswa dapat mengikat tali sepatu
4
Kelincahan
a. Siswa dapat membuat berbagai bentuk dengan menggunakan plastisin b. Siswa dapat meniru membuat garis tegak c. Siswa dapat meniru membuat garis datar d. Siswa dapat meniru membuat garis miring e. Siswa dapat meniru membuat garis lengkung f. Siswa dapat meniru membuat garis lingkaran g. Siswa dapat meniru melipat kertas sederhana (7 lipatan) h. Siswa dapat mencocok bentuk Menyusun menara kubus minimal 12 kubus
Sesudah
Pelaksanaan penelitian menggunakan skala nilai dengan kriteria sebagai berikut : e. Sangat Baik
: Skor 85 - 100
f. Baik
: Skor 70 - 84
g. Sedang
: Skor 55 - 69
h. Kurang
: Skor 30 – 54
Lampiran 2 Tiap item soal memiliki nilai 1 sampai dengan 5, adapun penjelasannya sebagai berikut : f. Nilai 1 : Belum dapat, hasilnya tidak sesuai kriteria. g. Nilai 2 : Belum dapat, walaupun telah dibantu dan hasilnya tidak sesuai kriteria h. Nilai 3 : Dapat, tetapi hasilnya tidak sesuai kriteria. i. Nilai 4 : Dapat, hasilnya kurang sesuai dengan kriteria. j. Nilai 5 : Dapat hasilnya sesuai dengan kriteria.
Lampiran 3
UJI NORMALITAS PRE-POST MOTORIK HALUS KELOMPOK PERLAKUAN DAN KELOMPOK KONTROL
Tests of Normality a
Kolmogorov-Smirnov Statistic
df
Shapiro-Wilk Sig.
Statistic
df
Sig.
Pre Kelompok 1
.159
30
.052
.958
30
.275
Post Kelompok 1
.121
30
.200
*
.972
30
.609
Pre Kelompok 2
.137
30
.157
.951
30
.185
Post Kelompok 2
.112
30
.200
*
.957
30
.266
a. Lilliefors Significance Correction *. This is a lower bound of the true significance.
Test Homogenitas Usia Kelompok Perlakuan dan Kontrol Test of Homogeneity of Variance Levene Statistic Usia kelompok Based on Mean 1 dan 2
df1
df2
Sig.
.318
1
58
.575
Based on Median
.079
1
58
.779
Based on Median and with
.079
1
57.927
.779
.318
1
58
.575
adjusted df Based on trimmed mean
Test Homogenitas Motorik Halus sebelum pada Kelompok Perlakuan dan Kontrol Test of Homogeneity of Variance Levene Statistic
df1
df2
Sig.
motorik halus 1
Based on Mean
.364
1
58
.549
dan 2
Based on Median
.452
1
58
.504
Based on Median and with
.452
1
57.498
.504
.450
1
58
.505
adjusted df Based on trimmed mean
Pre dan Post Motorik Halus Kelompok Perlakuan Paired Samples Statistics Mean Pair 1
N
Std. Deviation
Std. Error Mean
Pre Kelompok 1
75.20
30
3.156
.576
Post Kelompok 1
86.83
30
3.761
.687
Paired Samples Correlations N Pair 1
Pre Kelompok 1 & Post
Correlation 30
Sig.
.692
.000
Kelompok 1
Paired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Interval of the Difference
Std. Error Mean Pair 1
Pre Kelompok 1 - Post Kelompok 1
-11.633
Std. Deviation 2.773
Mean .506
Lower -12.669
Upper -10.598
t -22.980
df
Sig. (2-tailed) 29
.000
Pre dan Post Motorik Halus Kelompok Kontrol Paired Samples Statistics Mean Pair 1
N
Std. Deviation
Std. Error Mean
Pre Kelompok 2
75.03
30
3.577
.653
Post Kelompok 2
80.87
30
3.340
.610
Paired Samples Correlations N Pair 1
Pre Kelompok 2 & Post
Correlation 30
Sig.
.970
.000
Kelompok 2
Paired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Interval of the
Mean Pair 1
Pre Kelompok 2 - Post Kelompok 2
-5.833
Std.
Std. Error
Deviation
Mean
.874
.160
Difference Lower -6.160
Upper -5.507
t -36.545
df
Sig. (2-tailed) 29
.000
Independent Pre Test Motorik Halus Kelompok Perlakuan dan Kontrol Group Statistics Kelompok Pre Kelompok 1 & 2
N
Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
Kelompok 1
30
75.20
3.156
.576
Kelompok 2
30
75.03
3.577
.653
Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances
t-test for Equality of Means 95% Confidence Interval of the Difference
F Pre Kelompok 1 & 2
Equal variances assumed Equal variances not assumed
.364
Sig. .549
t
df
Sig. (2-
Mean
Std. Error
tailed)
Difference
Difference
Lower
Upper
.191
58
.849
.167
.871
-1.576
1.910
.191
57.114
.849
.167
.871
-1.577
1.910
Independent Post Test Motorik Halus Kelompok Perlakuan dan Kontrol Group Statistics Kelompok Post Kelompok 1 & 2
N
Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
Kelompok 1
30
86.83
3.761
.687
Kelompok 2
30
80.87
3.340
.610
Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances
t-test for Equality of Means 95% Confidence Interval of the Difference
F Post Kelompok 1 & 2
Equal variances assumed Equal variances not assumed
.342
Sig. .561
t
df
Sig. (2-
Mean
Std. Error
tailed)
Difference
Difference
Lower
Upper
6.498
58
.000
5.967
.918
4.129
7.805
6.498
57.201
.000
5.967
.918
4.128
7.805