TESIS
LATIHAN SEPULUH REPETISI EMPAT SET DAN LIMA REPETISI DELAPAN SET SAMA BAIK MENINGKATKAN KETEPATAN DAN KECEPATAN JUMP SERVIS BOLA VOLI SISWA PUTERA KELAS 10 SMA NEGERI 1 KUPANG TENGAH
SALMUN BENU
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2013 1
TESIS
LATIHAN SEPULUH REPETISI EMPAT SET DAN LIMA REPETISI DELAPAN SET SAMA BAIK MENINGKATKAN KETEPATAN DAN KECEPATAN JUMP SERVIS BOLA VOLI SISWA PUTERA KELAS 10 SMA NEGERI 1 KUPANG TENGAH
SALMUN BENU NIP. 1190361024
PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI FISIOLOGI OLAHRAGA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2013
2
LATIHAN SEPULUH REPETISI EMPAT SET DAN LIMA REPETISI DELAPAN SET SAMA BAIK MENINGKATKAN KETEPATAN DAN KECEPATAN JUMP SERVIS BOLA VOLI SISWA PUTERA KELAS 10 SMA NEGERI 1 KUPANG TENGAH
Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister Pada Program Magister, Program Studi Fisiologi Olahraga Program Pascasarjana Universitas Udayana
SALMUN BENU NIM : 1190361024
PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI FISIOLOGI OLAHRAGA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2013 3
LEMBAR PENGESAHAN
Tesis Ini Telah Disetujui Pada Tanggal, 01 Juli 2013
Pembimbing I
Pembimbing II
Prof.Dr.dr. N.Adiputra, M.OH, PFK NIP. 19471211 197602 1 001
Drs. Lukas Maria Boleng, M.Kes NIP. 19590730 198403 1 002
Mengetahui
Ketua Program Fisiologi Olahraga Program Pascasarjana Universitas Udayana,
Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana
Prof. Dr. dr. J. Alek Pangkahila, M.Sc, Sp.And NIP. 19440201 196409 1001
4
Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S(K) NIP. 19590215 198510 2 001
PENETAPAN PANITIA PENGUJI TESIS Tesis Ini Telah Diujui dan Dinilai Oleh Panitia Penguji pada Program Pascasarjana Universitas Udayana Pada Tanggal : 01 Juli 2013.
Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana, No
: 033/UN.14.4./DT/2013
Tanggal
: Senin, 17 Juni 2013
Penitia Penguji Usulan Penelitian Tesis adalah : Ketua
:
Anggota
:
Prof.Dr.dr. N.Adiputra, M.OH, PFK
1. Drs. Lukas Maria Boleng, M.Kes 2. Prof. dr. N. T. Suryadhi, MPH,Ph.D 3. Drs.Oktovianus Fufu, M.Pd 4. Dr. dr. Bagus Satriyasa, M.Repro
5
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT
Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama
: Salmun Benu
NIM
: 1190361024
Program Studi
: Fisiologi Olahraga
Judul Tesis
: Latihan Sepuluh Repetisi Empat Set Dan Lima Repetisi Delapan Set Sama Baik Meningkatkan Ketepatan Dan Kecepatan Jump Servis Bola Voli Siswa Putera Kelas 10 SMA Negeri 1 Kupang Tengah
Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah ini bebas plagiat. Apabila dikemudian hari terbukti plagiat dalam karya ilmiah ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan Mendiknas RI No. 17 Tahun 2010 dan Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku.
Denpasar, 07 Juni 2013 Yang membuat pernyataan Materai
( Salmun Benu )
6
UCAPAN TERIMA KASIH Dengan segala kerendahan hati, kami panjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa sehingga atas berkat dan karuniaNya kami dapat menyelesaikan tugas laporan penelitian guna memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan Program Studi Magister Fisilogi Olahraga Program Pascasarjana Universitas Udayana Denpasar Bali. Pada kesempatan ini perkenankanlah kami menghaturkan rasa terima kasih dan penghormatan yang setinggi-tingginya kepada : 1. Rektor Universitas Udayana atas kesempatan yang diberikan kepada Penulis untuk mengikuti pendidikan Program Studi Magister Fisiologi Olahraga di Universitas Udayana. 2. Samuel Haning, S.H, M.H selaku Rektor Universitas PGRI NTT atas kesempatan yang diberikan untuk mengikuti pendidikan Program Studi Magister Fisiologi Olahraga di Universitas Udayana. 3. Prof. Dr. dr. J. Alex Pangkahila, M.Sc, Sp.And sebagai Ketua Program Studi Magister Fisiologi Olahraga atas bimbingan selama mengikuti perkuliahan pendidikan Program Studi Magister Fisiologi Olahraga di Universitas Udayana. 4. Prof.Dr.dr. N.Adiputra, M.OH, PFK selaku pembimbing dan penguji I dalam ujian tesis ini. 5. Drs. Lukas Maria Boleng, M.Kes selaku pembimbing dan penguji II dalam ujian tesis ini. 6. Prof. dr. N. T. Suryadhi, MPH, Ph.D selaku penguji III dalam ujian tesis.
7
7. Drs. Oktovianus Fufu, M.Pd selaku ketua program studi PJKR Universitas PGRI dan penguji IV dalam ujian proposal penelitian tesis yang selalu mendukung dan memberi dorongan motivasi untuk menyelesaikan proses pendidikan Program Studi Magister Fisiologi Olahraga di Universitas Udayana. 8. Dr. dr. Bagus Komang Satriyasa, M.Repro, selaku penguji V dalam ujian tesis ini. 9. Seluruh keluarga tercinta yang selalu memberikan motivasi dan Doanya dalam menjalani pendidikan Program Studi Magister Fisiologi Olahraga di Universitas Udayana. 10. Teman-teman yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu yang selalu mendukung dan memberikan dorongan motivasi dalam menjalani proses pendidikan Program Studi Magister Fisiologi Olahraga di Universitas Udayana. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa proposal penelitian ini masih sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, kritik, koreksi dan masukan dari semua pihak sangat diharapkan untuk penyempurnaannya. Dan tak ada kata yang lebih indah selain ucapan terima kasih, yang penulis sebutkan di atas kiranya Tuhan Yang Maha Esa sebagai maha penolong dan segala berkat atas semua budi baik yang kita lakukan. Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi kepentingan dan pengembangan ilmu pengetahuan di masa datang.
8
Kupang,
Juli 2013
Penulis
Salmun Benu
9
ABSTRAK LATIHAN SEPULUH REPETISI EMPAT SET DAN LIMA REPETISI DELAPAN SET SAMA BAIK MENINGKATKAN KETEPATAN DAN KECEPATAN JUMP SERVIS BOLA VOLI SISWA PUTERA KELAS 10 SMA NEGERI 1 KUPANG TENGAH Bola voli merupakan permainan beregu dengan durasi yang panjang, intensitas tinggi serta membutuhkan teknik, taktik dan strategi yang tinggi. Dalam permainan bola voli diperlukan penguasaan teknik dasar antara lain meloncat dan servis. Dalam penelitian ini dicoba dengan repetisi dan set yang berbeda. Pertama pelatihan dengan sepuluh repetisi empat set dan pelatihan yang kedua dengan lima repetisi delapan set. Pelatihan dilakukan di lapangan bola voli SMA Negeri 1 Kupang Tengah Kabupaten Kupang Nusa Tenggara Timur mulai pukul 15.00 sampai pukul 17.30 WITA. Lama pelatihan 8 minggu dengan frekuensi tiga kali seminggu. Sampel yang berjumlah 16 orang diambil secara acak sederhana dari siswa SMA Negeri 1 Kupang Tengah Kabupaten Kupang kelas 10 yang memenuhi syarat penelitian. Rancangan penelitian ini bersifat experimental randomized pre and post test control group design. Jumlah sampel masing-masing kelompok 8 orang, kemudian masingmasing kelompok diberikan pelatihan yang berbeda yaitu kelompok -1 diberikan pelatihan jump service sepuluh repetisi empat set dan kelompok -2 diberikan pelatihan jump service lima repetisi delapan set. Data berupa kecepatan dan ketepatan jump service bola voli diambil sebelum dan sesudah perlakuan. Data yang diperoleh diuji dengan menggunakan deskriptif statistik, uji normalitas dengan shafiro wilk, uji homogenitas dengan uji Levenee;s Test. Dan batas kemaknaan yang dipakai adalah 0,05 (p>0,05). Data penelitian dianalisis secara Deskriptif untuk menganalisis varian umur, tinggi badan, berat badan, suhu kering dan kelembaban relatif udara. Uji normalitas dengan Shapiro Wilk Test. Kelompok sepuluh repetisi empat set meingkatkan kecepatan sebesar 0,41 detik dan ketepatan 0,83. Sedangkan kelompok lima repetisi delapan set terjadi peningkatan kecepatan sebesar 0,13 detik dan ketepatan 0,31. Uji Homogenitas antar kelompok dengan Levene’s Test for Equality of Variances. Data prestest pada kelompok sepuluh repetisi empat set adalah kecepatan 1,79 detik dengan nilai p = 0,138 dan perolehan skor 2,66 dengan nilai p = 0,484 sedangkan setelah perlakuan terjadi peningkatan pada kecepatan 1,38 detik dengan nilai p = 0,072 , peningkatan skor 3,49 dengan nilai p = 0,844. Kemudian rata-rata data sebelum perlakuan yang diperoleh dari kelompok latihan servis lima repetisi delapan set adalah kecepatan 1,71 detik dengan nilai p = 0,068 dan skor 2,65 dengan nilai p = 0,601 sedangkan setelah perlakuan terjadi peningkatan pada kecepatan 1,58 detik dengan nilai p = 0,555 dan skor 2,96 dengan nilai p = 0,158. Dapat disimpulkan bahwa pelatihan 10 repetisi 4 set dan 5 repetisi 8 set sama baik dalam meningkatkan kecepatan dan ketepatan jump servis bola voli. Untuk itu di harapkan para pelatih, guru olahraga yang melatih cabang olahraga bola voli untuk menerapkan kedua metode latihan tersebut. Kata Kunci : Latihan memukul bola, sasaran, set, repetisi, kecepatan, ketepatan, servis, lompat.
10
ABSTRACT
EXERCISE FOUR SETS OF TEN REPETITIONS IS BETTER THAN EIGHT SETS OF FIVE REPETITIONS IN IMPROVING THE ACCURACY AND SPEED OF A VOLLEY BALL JUMP SERVICE FIRST CLAS MEN STUDY OF SMA NEGERI CENTRAL KUPANG
Volley ball as a form team game with a long time, the high intensities need technique, tactics and the high strategy. Playing volley ball needs a based technique like jumping and service. This research the different set and tries repetitions. First training use four set ten repetitions and secondly training using eight set five repetitions. To do this training is use the volley ball field of Negeri 1 Kupang Tengah Senior High School in Kupang Regency East of Nusa Tenggara start from three o’clock until a half past six. Long training is eight week with three time frequency in a week. Twelve students were simple random sample from Class 10 the designof the studi Negeri 1 Kupang Tengah Senior High School in Kupang Regency that requisite fulfill. Experiment randomized pre and post test control group number of each sample six students, and then each group giving different training such as group one, four set ten repetitions in jumps service training and group two, eight set five repetitions in jump service training. To get the data can using statistic descriptive, with try normality’s Shapiro Wilk, homogenates levenee’s test. And the meaning limit is using 0,05 (p>0,05). Analyze data research in descriptive using kind year, high body, weight body, dry temperature and relative air humidity. With normality to tries Shapiro wilk test. Group four set ten repetitions raising 0,41 second big speed and 0,83 accuracy. While eight set five repetitions group raising 0,13 second speed and 0.31 accuracy. Try homogenates in group with levene’s test for Equality of variances. Pre test data in group four set ten repetitions is 1,79 second speed with value p=0,138 and get score 2,66 with value p=0,484 and after do training the raising happened in 1,38 second speed with value p=0,072, raising score 3,49 with value p=0,844. And then the average data before do to get from training group service eight set five repetitions is 1,71 second speed with value p=0,068 and 2,68 score with value p=0,601 after do training the raising happened in 1,58 second speed with value p=0,555 and 2,96 score with value p=0,158. The result show that using training method in four set ten repetitions more raising speed and accuracy in volley ball jump service more than using training method in eight set five repetitions (p>0,05). Give it is recommend to rais the speed and accuracy in volley ball jump service and sport man to using four set ten repetitions is training method. Keyword : Batting practice ball, target, set, repetisi, speed, accuracy, service, jump.
11
DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL LUAR......................................................... HALAMAN SAMPUL DALAM.................................................... PERSYARATAN GELAR................................................................ LEMBARAN PENGESAHAN......................................................... PENETAPAN PANITIA PENGUJI................................................. SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT................................. UCAPAN TERIMA KASIH............................................................. ABSTRAK....................................................................................... ABSTRACT...................................................................................... DAFTAR ISI..................................................................................... DAFTAR TABEL............................................................................ DAFTAR GAMBAR......................................................................... DAFTAR LAMPIRAN................................................................. DAFTAR SINGKATAN.................................................................... BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang ................................................................................ 1.2 Rumusan masalah........................................................................... 1.3 Tujuan penelitian ............................................................................ 1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................... BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Bola voli ....................................................................................... 2.2. Teknik BolaVoli.......................................................................... 2.2.1. Servis....................................................................................... 2.2.2 Jump Servis....................................................................... ......... 2.3. Kecepatan Memukul..................................................................... 2.4. Kecepatan Reaksi.......................................................................... 2.5. Keseimbangan................................................................................ 2.6. Koordinasi.................................................................................... 2.7. Ketepatan........................................................................................ 2.8. Daya Ledak................................................................................... 2.9. Kekuatan................................................................................... ... 2.10. Daya Tahan................................................................................ 2.11. Kelentukan.................................................................................. 2.12. Kelincahan.................................................................................. 2.13. Pelatihan...................................................................................... 2.13.1. Prinsip-Prinsip Pelatihan.......................................................... 2.13.2. Pelatihan Fisik.......................................................................... 2.13.3. Prinsip Pelatihan Fisik.............................................................
12
i ii iii iv v vi vii ix x xi xiii xiv xv xvi 1 4 5 5 7 7 8 9 11 12 12 13 13 13 14 14 16 17 18 19 20 21
2.13.4. Pelatihan Beban........................................................................ BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS 3.1. Kerangka Berpikir ......................................................................... 3.2. Konsep .......................................................................................... 3.3. Hipotesis........................................................................................ BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu ........................................................................ 4.1.1. Tempat Penelitian....................................................................... 4.1.2. Waktu Penelitian ........................................................................ 4.2. Rancangan Penelitian .................................................................... 4.3. Populasi dan Sampel ..................................................................... 4.4. Variabel Penelitian ........................................................................ 4.5. Defenisi Operasional Varibel ........................................................ 4.6. Kelembaban Relatif ....................................................................... 4.7. Alat Ukuran ................................................................................... 4.8. Teliti Analisis Data ....................................................................... 4.9. Alur Pelitian .................................................................................. BAB V. HASIL PENELITIAN 5.1. Data Karakteristik Subyek Penelitian......................................... 5.2. Data Lingkungan Penelitian........................................................ 5.3. Data Hasil Perlakuan Latihan 10 Repetisi 4 Set dan 5 Repetisi 8 Set Dalam Meningkatkan Ketepatan dan Kecepatan Jump Servis Bola Voli............................................................................. 5.3.1. Uji Deskripsi................................................................................ 5.3.2. Uji Normalitas............................................................................. 5.3.3. Uji Homogenitas.......................................................................... 5.3.4. Uji Beda Rerata Peningkatan Kecepatan dan Ketepatan Jump Servis Bola Voli Kelompok Latihan 10 Repetisi 4 Set dan 5 Repetisi 8 Set............................................................................ 5.3.5. Uji Perbedaan Efek Peningkatan Kecepatan dan Ketepatan Jump Servis Bola Voli Kedua Kelompok................................... BAB VI. PEMBAHASAN 6.1. Karakteristik Subyek Penelitian..................................................... 6.2. Karakteristik Lingkungan Penelitian.............................................. 6.3. Hasil Uji Deskripsi Pada Kedua Kelompok Perlakuan.................. 6.4. Hasil Uji Normalitas Pada Kedua Kelompok Perlakuan............... 6.5. Uji Homogenitas Pada Kedua Kelompok Perlakuan..................... 6.6. Uji Beda Rerata Peningkatan Kecepatan dan Ketepatan Sebelum dan Sesudah Pelatihan...................................................................
13
25 30 31 32 33 33 33 33 34 37 37 41 41 42 43 44 45
45 46 47 47
48 49 52 52 52 53 54 54
6.7. Perbedaan Efek Peningkatan Kecepatan dan Ketepatan Jump Servis Antar Kelompok Sebelum dan Sesudah Perlakuan........... 6.8. Kelemahan Penelitian.................................................................... BAB VII. SIMPULAN DAN SARAN 7.1. Simpulan........................................................................................ 7.2. Saran.............................................................................................. DAFTAR PUSTAKA........................................................................... LAMPIRAN
14
55 56 58 58 59
DAFTAR TABEL Tabel
Keterangan
Hal
5.1
Data Karakteristik Subyek Penelitian Pada Dua Kelompok Pelatihan
44
5.2
Data Karakteristik Lingkungan Penelitian Di SMA Negeri 1 Kupang Tengah Kabupaten Kupang NTT
45
5.3
Data Uji Deskriptif Perlakuan Latihan Servis 10 Repetisi 4 Set dan 5 Repetisi 8 Set Dalam Meningkatkan Ketepatan Dan Kecepatan Jump Servis Bola Voli
46
5.4
Data Uji Normalitas Perlakuan Kelompok Latihan Servis 10 Repetisi 4 Set Dan Latihan Servis 5 Repetisi 8 Set Sebelum dan Sesudah Perlakuan
47
5.5
Data Test Of Homogeneity Of Variance Pada Kelompok Latihan Servis 10 Repetisi 4 Set Dan 5 Repetisi 8 Set
48
5.6
Tabel Uji Beda Rerata Peningkatan Kecepatan Dan Ketepatan Jump Servis Bola Voli Kedua Kelompok
49
5.7
Hasil Uji Perbedaan Efek Peningkatan Kecepatan Dan Ketepatan Jump Servis Bola Voli Kelompok Latihan Servis 10 Repetisi 4 Set Dan 5 Repetisi 8 Set
50
5.8
Peningkatan Kecepatan dan Ketepatan Jump Servis Dengan Menggunakan Latihan 10 Repetisi 4 Set dan 8 Repetisi 5 Set
54
5.9
Independent Samples Test pada Latihan Servis 10 Repetisi 4 Set Dan Latihan Servis 5 Repetisi 8 Set Dalam Meningkatkan Ketepatan Dan Kecepatan Jump Servis Bola Voli
56
15
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Keterangan
Hal
4.1
Bagan Rancangan Penelitian
33
4.2
Lapangan Untuk Tes Servis
39
16
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1
Data subjek penelitian kelompok 10 repetisi 4 set dan 5 repetisi 8 set
2
Data sebelum dan sesudah pelatihan kelompok 10 repetisi 4 set
3
Data sebelum dan sesudah pelatihan kelompok 5 repetisi 8 set
4
Data lingkungan penelitian
5
Data descriptive statistics subjek penelitian kelompok 10 repetisi 4 set dan 5 repetisi 8 set dan lingkungan penelitian.
6
Data descriptive statistics dua kelompok perlakuan dan tes normalitas kedua kelompok
7
Data tes homogenitas dua kelompok perlakuan
8
Data paired samples statistics dan paired samples correlations
9
Data paired samples test dua kelompok dan group statistics
10
Independent samples test
11
Program latihan
12
Foto penelitian
13
Surat persetujuan ikut serta dalam penelitian
14
Surat ijin dan selesai penelitian
15
Surat tera alat
17
DAFTAR SINGKATAN ATP
Adenosin tripospat yaitu bentuk energi kimia yang dapat digunakan segera untuk berkontraksi otot yang ada dalam seluruh sel otot
SAID
Spesific Adaptation Imposed Demand yaitu prinsip dalam pelatihan fisik bahwa hendaknya program pelatihan bersifat khusus sesuai dengan sasaran yang ingin dicapai
P
Populasi penelitian
R
Randomisasi
AR
Alokasi random
S
Sampel
O1
Tes sebelum perlakuan kelompok pertama
O2
Tes setelah perlakuan kelompok pertama
O3
Tes sebelum perlakuan kelompok kedua
O4
Tes setelah perlakuan kelompok kedua
P1
Kelompok perlakuan jump servis 10 repetisi 4 set
P2
Kelompok perlakuan jump servis 5 repetisi 8 set
n
Besar sampel
α
0,05
β
0,1
µ
Rata-rata sebelum perlakuan
µ
Asumsi rata-rata setelah perlakuan
f (α,β)
Nilai yang ada pada tabel = 10,5
18
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Olahraga merupakan peranan penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang tidak bisa diabaikan. Pendidikan olahraga merupakan barometer untuk mendorong pertumbuhan fisik dan perkembangan psikis. Ketrampilan anak, pengetahuan, penalaran, penghayatan nilai – nilai (mental, sikap, emosional, sosial dan spiritual) serta membiasakan pola hidup sehat yang bertujuan untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan kualitas fisik dan psikis yang seimbang. Olahraga menjadi faforit di kalangan masyarakat baik di desa-desa maupun perkotaan yang bisa dilakukan oleh anak-anak maupun orang dewasa, seperti pada olahraga bola voli (Bompa, 1990) Dalam permainan olahraga bola voli terlihat bermacam-macam gerak seperti servis, passing, smash, block dan lain-lain yang sering kita jumpai pada permainan bola voli. Di samping itu, juga ada variasi-variasi gerak dalam permainan bola voli, terlihat juga suatu gerak bola melengkung parabola, gerak bola lurus dan gerak tipuan jika suatu gerak bola yang cepat dengan arah yang sulit untuk diduga. Seluruh gerak bola tersebut merupakan suatu hasil dari aktivitas tubuh yang sudah dibina dan dilatih, sehingga gerakan-gerakan reflex menjadi suatu kebiasaan dalam permainan olahraga khususnya bola voli (Nurhasan, 1992).
19
Bicara tentang pelatihan memukul ke arah sasaran dengan jump servis harus dapat dipecahkan dalam suatu kerja tubuh yang berkoordinasi dengan lengkap. Permainan antara lawan yang berimbang dapat berlangsung antara 1-2 jam. Selama permainan senantiasa diminta oleh para pemain untuk mengeluarkan tenaga lompatan, tenaga pukulan servis, dan kecepatan reaksi. Dari suatu sikap pertahanan, sering harus cepat menjatuhkan diri, bersiap mengambil bola yang menukik untuk mencegah bola menyentuh lantai di dalam lapangan sendiri (Suharno, 1993). Unsur-unsur gerak olahraga juga baik dalam cabang atletik maupun permainan akan meningkatkan kecepatan. Kecepatan adalah kemampuan seseorang dalam mengendalikan gerak bebas terhadap suatu sasaran. Kekuatan dapat diperoleh melalui pelatihan-pelatihan dengan menggunakan repetisi dan pembebanan (Sajoto, 1990). Kecepatan adalah kemampuan untuk melakukan gerakan-gerakan yang sejenis secara berturut-turut dalam waktu yang sesingkat-singkatnya (Harsono, 1996). Kecepatan adalah kemampuan untuk melakukan peningkatkan lari dari tempat ke tempat lain dan dalam waktu yang sesingkat mungkin (Bomba, 1990). Kelincahan otot melukiskan kecepatan maksimal yang dapat dihasilkan oleh otot, kemampuan otot yang dinilai umumnya adalah otot – otot tangan, tangkai otot perut, otot dada dan otot punggung. Kekuatan otot lengan dan tangan penting untuk memegang, mendorong, mengangkat, menarik dan sebagainya. Kekuatan otot tungkai diperlukan untuk menjaga
20
berat tubuh sewaktu melompat, jalan, lari, menyepak dan sebagainya. Otot – otot lain merupakan tumpuan agar tubuh tegak dan lunak, sehingga lengan dan tungkai dapat berfungsi dengan baik, di samping otot – otot itu sendiri dapat berfungsi untuk dapat membantu gerakan. (Kosasih, 1995). Bentuk pelatihan yang memungkinkan untuk meningkatkan kecepatan memukul banyak macam seperti tarik badan, dorong badan dan lain – lain. Ada pendapat yang menyatakan bahwa dalam mengembangkan proses kecepatan memukul, ada yang cenderung mempergunakan repetisi dan set sebagai pedoman dalam penambahan pelatihan. Kecepatan akan meningkatkan bila pelatihan memakai 5 – 10 repetisi untuk empat sampai sepuluh set dengan beban maksimum (Sajoto, 1990). Berdasarkan
pengamatan
dan
pengalaman,
masalah
servis
dipandang sebagai hal yang sederhana, padahal servis merupakan titik awal yang akan menentukan tindakan selanjutnya. Di samping itu, pelatihan yang khusus untuk meningkatkan kemampuan servis masih banyak yang belum tepat guna dan tepat sasaran, pelatihan – pelatihan itu banyak yang masih berdasarkan pengalaman pribadi sehingga bentuk pelatihannya begitu – begitu saja. Servis merupakan bentuk serangan pada permulaan permainan. Dari hasil – hasil pengamatan, sasaran perkenaan bola pada servis masih terdapat perbedaan, sehingga mengarah pada ayunan lengan untuk mendapatkan hasil servis atas yang baik. Servis yang baik, lurus dan tepat sasaran dan mematikan permainan lawan perlu dilakukan dalam permainan bola voli.
21
Dari pengamatan di lapangan dipandang perlu pelatihan – pelatihan agar dapat melakukan servis yang baik dan akan menentukan ketepatan dan kecepatan jatuhnya bola voli ke bidang sasaran dengan pembebanan. Pada gerakan lengan untuk membuat gerakan dengan kecepatan dan ketepatan bola jatuh di bidang sasaran. Sehingga membuat lawan main menjadi goyah, hal itu belum banyak dilakukan pada permainan bola voli. Berdasarkan pengamatan penulis di lapangan, dalam pertandingan olahraga bola voli pada siswa Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Kupang Tengah di bidang olahraga permainan bola voli belum pernah meraih juara. Hal ini disebabkan karena pemain belum memiliki kemampuan menerapkan teknik permainan bola voli secara umum, dan khususnya ketepatan dan kecepatan servis atas. Dari data awal yang diambil menunjukkan tingkat kemampuan servis masih lemah. Dari 16 siswa melakukan 10 kali pukulan servis nilai rata – rata masing – masing siswa mendapat nilai 3, padahal seharus ratarata nilai maksimal masing – masing siswa adalah 5. Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dalam Pelatihan Sepuluh Repetisi Empat Set Dan Lima Repetisi Delapan Set Sama Baik Dalam Meningkatkan Ketepatan Dan Kecepatan Jump Servis Bola Voli Siswa Putra Kelas 10 SMA Negeri 1 Kupang Tengah. 1.2. Rumusan Masalah. Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : Apakah pelatihan
22
10 repetisi 4 set dan 5 repetisi 8 set sama baiknya dalam meningkatkan ketepatan dan kecepatan jump servis bola voli siswa putra kelas 10 SMA Negeri 1 Kupang Tengah. 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah dijelaskan, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah : Untuk mengetahui pelatihan 10 repetisi 4 set dan 5 repetisi 8 set sama baiknya dalam meningkatkan ketepatan dan kecepatan jump servis bola voli siswa putra kelas 10 SMA Negeri 1 Kupang Tengah. 1.4. MANFAAT PENELITIAN 1.4.1. Manfaat Akademik Manfaat akademik dari penelitian ini adalah : Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih pemikiran dan pengembangan ilmu kepelatihan olahraga, serta dapat dipakai untuk memperkuat teoritis yang sudah ada atau sebaliknya memperlemah teori yang sudah ada, sehingga
dapat
diimplementasikan
menemukan
teori
dalam proses
baru
dikembangkan
dan
pelatihan maupun pembelajaran di
sekolah. 1.4.2. Manfaat Praktis Manfaat praktis dalam penelitian ini adalah : 1. Hasil penelitian ini dapat mengungkapkan peningkatan kecepatan dan ketepatan jump servis pelatihan sepuluh repetisi empat set dan lima
23
repetisi delapan set pada siswa putra kelas 10 SMA Negeri 1 Kupang Tengah. 2. Dengan mengetahui hal-hal yang diteliti tersebut dapat diambil langkah-langkah yang lebih efektif dan efisien dalam penerapan metode pelatihan peningkatan kecepatan dan ketepatan jump servis bola voli pada siswa putra kelas 10 SMA Negeri 1 Kupang Tengah sesuai dengan kemampuan yang memiliki. 3. Sebagai bahan masukan mengenai penggunaan metode pelatihan jump servis bola voli yang tepat dan sesuai sehingga terciptanya efisensi dan efektitas dalam meningkatkan kecepatan dan ketepatan servis kebidang sasaran dengan baik. 4. Hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai acuan untuk penelitian lanjutan pada situasi dan kondisi tertentu. 1.4.3. Manfaat Bagi Peneliti Adapun manfaat penelitian ini bagi peneliti antara lain : 1.
Menambah
pengetahuan
dan
wawasan
peneliti
tentang
penerapan pelatihan sepuluh repetisi empat set dan lima repetisi delapan set dalam meningkatkan ketepatan dan kecepatan jump servis bola voli. 2. Mendapat tambahan kajian manfaat dan pengalaman dalam melakukan penelitian, dan hasil penelitian dapat menjadi dasar untuk penelitian berikutnya.
24
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Bola Voli. Bola voli adalah suatu permainan yang dilakukan oleh dua tim, masing – masing tim berusaha mematikan lawan dengan cara servis, smesh, pasing, mengumpan dan membendung bola untuk mendapatkan nilai lebih tinggi dalam satu set. Siapa yang lebih awal mendapat nilai tertinggi dalam satu set maka mereka sebagai pemenang. Untuk mencapai itu, setiap pemain harus memiliki kemampuan fisik yang lebih baik dan perlunya melakukan pelatihan yang sudah disusun dan terprogram dengan baik. Pelatihan adalah suatu rangsangan yang dilaksanakan pada jarak waktu tertentu dengan tujuan untuk meningkatkan prestasi khusus yang erat hubungannya dengan penggunaan alat gerak tubuh. Pelatihan itu dimaksud untuk mencapai perubahan penyesuaian dan kemampuan organ tubuh. Salah satu permainan yang dapat meningkatkan kemampuan alat gerak tubuh berupa gerakan tangan adalah dengan pelatihan jump servis bola voli ke bidang sasaran setinggi 2,43 meter sepuluh repetisi empat set apakah lebih baik dari lima repetisi delapan set (Nala, 2002). 2.2. Teknik Bola Voli. Teknik bola voli dari tahun ke tahun mengalami perkembangan yang di tandai dengan berfariasinya dan meningkatnya kualitas teknik dalam permainan bola voli. Olahraga bola voli sebagai salah satu cabang olahraga
25
yang popular dan digemari oleh banyak masyarakat baik tua, muda dan anak-anak yang masih duduk di bangku sekolah. Teknik permainan bola voli dibagi dua yaitu : 1. Teknik pelatihan tanpa bola yang terdiri dari teknik melompat, teknik servis, teknik blok dan teknik passing. 2. Teknik dengan bola yang terdiri dari servis dengan ayunan tangan dari bawah, servis dengan ayunan tangan dari samping, servis dengan ayunan tangan dari atas, passing bola, blok dan smesh. Maksud dari pengertian terknik di atas diantaranya adalah, servis merupakan bentuk serangan pada permulaan permainan, pasing adalah mengoperkan bola kepada teman, blok adalah suatu siasat untuk meng halangi lawan sehingga bola tidak masuk ke daerahnya, smes adalah pukulan yang menukik atau keras yang sulit diambil oleh lawan. Servis ayunan tangan dari bawah adalah bola dilambungkan dengan tangan mana saja, sedangkan tangan lain siap mengayunkan pukulan dari bawah ke atas. Sesuai dengan pelatihan ini maka akan dibahas adalah teknik pelatihan jump servis bola voli sepuluh repetisi empat set apakah lebih baik dari lima repetisi delapan set. 2.2.1. Servis. Servis adalah suatu upaya memasukkan bola ke daerah lawan oleh pemain kanan belakang yang berada di daerah servis untuk memukul bola dengan satu tangan atau lengan. Servis adalah pukulan bola yang dilakukan
26
dari belakang garis akhir lapangan permainan melampaui net ke daerah lawan (Nuril Ahmadi, 2008). Berdasarkan pendapat 2 penulis di atas maka servis adalah suatu upaya yang dilakukan untuk memasukkan bola ke daerah lawan yang dilakukan oleh pemain kanan belakang dengan menggunakan satu tangan atau lengan. 2.2.2. Jump servis. Jump Serve adalah salah satu istilah tehnik memulai permainan bola voli dengan melakukan lompatan. Ada bermacam-macam gaya atau cara yang bisa digunakan untuk melakukan jenis servis yang satu ini. Nilai seni dari tehnik seperti ini adalah bagaimana menggabungkan tekanan, kekuatan dan feeling pemain terhadap bola yang digunakan dalam permainan. Teknik dalam melakukan jump servis adalah sebagai berikut : a) Awalan ± 4 langkah, hal ini untuk mendapatkan power yang cukup. b) Lompat pada garis belakang. c) Lemparan tidak dari belakang tetapi dari samping badan agar dapat terlihat dan mudah mengontrol putaran bola. d) Ayunan tangan sama seperti melakukan spike bola tinggi (open spike). e) Step ketiga baru bola dilempar ke atas, setelah melakukan step sekali lagi, server meloncat dan memukul bola. f) Gerakan harus harmonis dan berkesinambungan dan konsisten seperti gerakan spike, tidak terpatah-patah. Cara untuk melakukan jump servis adalah sebagai berikut : a. Berdiri di belakang garis belakang mengarah ke net
27
b. Kedua lengan memegang bola, kemudian bola dilambungkan tinggi (± 3 meter)agak di depan badan. c. Setelah itu tekuk kedua lutut untuk awalan melakukan lompatan yang setinggi mungkin d. Pukulan bola ketika berada di ketinggian seperti melakukan gerakan smash, lecutkan pergelangan tangan secepat-cepatnya, sehingga menghasilkan pukulan topspin yang tinggi agar bola secepat mungkin turun ke daerah lapangan lawan. Servis ini dilakukan dengan gerakan melompat seperti gerakan smash, langkahnya adalah sebagai berikut : 1. Sikap permulaan Berdiri di daerah servis dekat garis belakang menghadap ke net, kedua tangan memegang bola. 2. Gerak pelaksanaan Lambungkan bola setinggi kurang lebih 3 meter agak di depan badan, kemudian badan merendah dengan menekuk lutut untuk melakukan awalan melompat setinggi mungkin kemudian bola dipukul setinggi mungkin seperti gerakan smash. Lecutkan pergelang tangan secepatcepatnya sehingga menghasilkan pukulan topspin yang tinggi agar bola secepat mungkin turun ke daerah lapangan lawan (Beutelsthl Dieter, 2011). 3. Gerak lanjutan.
28
Setelah melakukan pukulan dengan meraih bola setingi-tingginya pada saat melayang pada saat melayang di udara, langsung mendarat di dalam lapangan dan segera mengambil posisi siap untuk menerima pengembalian atau serangan dari pihak lawan. (Beutelsthl Dieter, 2011) Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka langkah-langkah melakukan jump serve adalah: a) Berdiri di belakang garis belakang mengarah ke net b) Kedua lengan memegang bola, kemudian bola dilambungkan tinggi (± 3 meter) agak di depan badan. c) Setelah itu tekuk kedua lutut untuk awalan melakukan lompatan yang setinggi mungkin d) Pukulan bola ketika berada di ketinggian seperti melakukan gerakan smash, lecutkan pergelangan tangan secepat-cepatnya, sehingga menghasilkan pukulan topsin yang tinggi agar bola secepat mungkin turun ke daerah lapangan lawan. Setelah melakukam pukulan, langsung mendarat di dalam lapangan dan segera mengambil posisi siap untuk menerima pengembalian atau serangan dari pihak lawan. 2.3. Kecepatan Memukul. Kecepatan adalah kemampuan untuk melakukan antara gerak dalam periode waktu yang singkat. (Mulyono Biyakto, 2009). Kecepatan adalah kemampuan untuk melakukan gerakan – gerakan yang sejenis secara berturut – turut dalam waktu yang sesingkat – singkatnya. Kecepatan adalah
29
kemampuan untuk melakukan dari satu tempat ke tempat yang lain dalam waktu sesingkat mungkin (Bompa, 1990). 2.4.
Kecepatan Reaksi. Kecepatan reaksi adalah kecepatan menerima perintah dari suatu gerakan yang dilakukan. Kecepatan reaksi tubuh untuk memberikan jawaban secepatnya secara kinetis terhadap suatu rangsangan. Kecepatan reaksi ini erat sekali kaitannya dengan reflex, kecepatan jawaban dan gerakan/respon reflex ini terjadi tanpa didahului oleh gerakan berpikir. Berapa faktor yang mempengaruhi terhadap kecepatan reaksi ini adalah umur, jenis kelamin, rangsangan, kesiapan dan lain – lain (Wahjoedi, 2001).
2.5. Keseimbangan. Keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan sistim dalam kondisi statis atau mengontrol sistem neuromuskuler dalam posisi yang efisien sewaktu melakukan gerak (Harsono, 1997). Keseimbangan adalah kemampuan setiap dan posisi tubuh secara tepat pada saat berdiri (static balance) atau pada saat melakukan gerakan/dynamic balance (Wahjoedi, 2000). Keseimbangan dipengaruhi oleh beberapa factor antara lain : visual, vestibular dan proprioseptif. Keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan kesetimbangan tubuh ketika ditempatkan di berbagai posisi.
30
2.6. Kordinasi. Koordinasi adalah kemampuan untuk menyatukan berbagai sistim syaraf gerak, yang terpisah kedalam suatu pola gerak yang efisien (Sajoto, 1990). Pendapat lain menyatakan bahwa kordinasi suatu kemampuan biometric yang sangat komplek dan juga merupakan faktor yang menjadi dasar pada penampilan dan khususnya untuk gerakan – gerakan yang rumit (Harsono, 1997). 2.7. Ketepatan. Ketepatan adalah kemampuan seseorang dalam mengendalikan gerak – gerak bebas terhadap suatu sasaran. Jadi dengan memiliki kondisi fisik atau hubungan fisik yang baik maka akan dapat meningkatkan ketepatan memukul bola ke sasaran. Sasaran yang digunakan dalam hal ini adalah net setinggi 2,43 m. Dalam memukul bola prinsipnya ketepatan lebih penting dari kerasnya pukulan. 2.8. Daya Ledak Daya ledak adalah kemampuan seseorang untuk mempergunakan kekuatan maksimum yang dikerahkan dalam waktu yang sesingkat – singkatnya. Dalam hal ini terdapat kenyataan bahwa daya ledak adalah = kekuatan x kecepatan (Sajoto, 1990). Jadi dapat disimpulkan dengan memiliki daya ledak yang baik maka akan dapat meningkatkan ketepatan dan kecepatan memukul ke bidang sasaran.
31
2.9. Kekuatan Kekuatan adalah komponen kondisi fisik seseorang tentang kemampuannya dalam mempergunakan otot untuk menerima beban sewaktu bekerja. Kekuatan otot adalah kemampuan otot membangkitkan tenaga terhadap suatu tahanan (Harsono, 1998). Kekuatan otot – otot melukiskan kontraksi maksimal yang dihasilkan oleh otot atau sekelompok otot dan kemampun otot – otot yang dimulai dari gerakan otot – otot tangan, lengan, bahu, dada, tungkai, perut, kaki dan punggung. Kekuatan otot tangan dan lengan penting untuk memegang, mengangkat, menarik, mendorong, melempar, dan menolak (Jalven, 1992). 2.10. Daya Tahan Daya tahan adalah kondisi tubuh yang mampu berlatih untuk waktu yang lama tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan setelah menyelesaikan pelatihan tersebut (Harsono, 1997). Sedangkan Nala (2002) mengatakan bagaimana tingginya keterampilan yang dimiliki oleh seseorang olah ragawan atau atlet tanpa didukung oleh daya tahan yang baik semuanya tidak ada artinya Daya tahan adalah kemampuan tubuh dalam melakukan aktivitas terus-menerus yang berlangsung cukup lama. Untuk mengetahui daya tahan seseorang pengukurannya mempergunakan cara lari aerobik yang pengukurannya menitik beratkan pada oksigen yang dikonsumsi selama mengikuti aktivitas (Manuaba, 1998). Daya tahan adalah suatu aktivitas yang menekankan pada kesanggupan tubuh dalam melakukan kerja yang agak lama serta dalam keadaan aerobik (Sajoto, 1990). Daya tahan juga dijelaskan 32
kemampuan organisme atlet atau seorang olahragawan dalam melawan kelelahan yang timbul saat melakukan aktivitas dalam waktu yang lama (Suharno, 1993). Setiap atlet atau olahragawan harus memiliki daya tahan yang baik. Daya tahan merupakan faktor yang sangat menentukan seseorang dalam melakukan aktivitas, tanpa adanya daya tahan yang tinggi mustahil akan dapat menyelesaikan suatu aktivitas yang baik. Faktor-faktor penentu daya tahan meliputi: jenis fibril otot kualitas pernapasan dan peredaran darah, proses metabolisme dalam otot dan kerja hormon, pengaturan sistem saraf baik pusat maupun tepi kekuatan maksimal daya ledak dan power endurance koordinasi gerakan otot-otot irama gerakan dan pernapasan susunan lainnya dalam otot dan umur, jenis kelamin (Suharno, 1993). Daya tahan terdiri atas dua bagian yaitu: a.
Daya Tahan Umum (Respiration-Cardiovasculer Endurance). Daya tahan umum adalah kemampuan tubuh untuk melakukan aktivitas terus menerus dalam jangka waktu yang lama (lebih dari sepuluh menit) dan dalam keadaan aerobik. Daya tahan umum ini sering disebut sebagai daya tahan respiration-cardiovasculer karena sistem pernapasan jantung dan pembuluh darah inilah yang ditingkatkan kemampuannya atau efisiensi kerjanya agar mampu memasok oksigen ke otot untuk menghasilkan tenaga dan kemudian mengeluarkan hasil sisa metabolisme keluar tubuh (Nala, 2001).
33
b. Daya Tahan Otot. Daya tahan otot adalah kemampuan otot skeletal untuk melakukan kontraksi atau gerakan berulang-ulang dalam jangka waktu lama dengan beban tertentu (Nala, 2002). Daya tahan otot adalah daya tahan dalam gerakan sekelompok otot berulang-ulang selama tiga menit atau lebih, tetapi biasanya lebih dari lima menit (Berger, 1982; Fox, 1983). Daya tahan otot banyak terjadi kombinasi antara anaerobik dan aerobik (Suharno, 1988). Faktor-faktor yang mempengaruhi daya tahan otot adalah: (1) kehilangan glikogen otot (bahan bakar utama otot); (2) kehilangan cadangan lemak (bahan bakar sekunder untuk otot); (3) rendahnya kadar gula darah yang biasa disebut hipoglikemia gula darah adalah sumber bahan bakar sekunder bahan bakar otot; (4) tidak adanya oksigen yang disebut hipoksia; (5) penimbunan asam laktat, produk pemecahan pada waktu berlatih tanpa oksigen; (6) bertambahnya panas di dalam otot yang disebut hipertemia (Markin dan Haffrnan, 1984). 2.11. Kelentukan Kelentukan adalah kemampuan untuk bergerak dalam ruang gerak sendi (Harsono, 1997). Selain di atas juga ada yang mengatakan kelentukan adalah sebagai kemampuan seseorang untuk menggerakkan lebih dalam suatu gerak yang seluas mungkin tanpa mengalami cedera pada organ persendian dan otot di sekitar persendian (Nurhasan, 1992). Setiap individu kelentukan diutamakan untuk lebih memudahkan melakukan
34
aktivitas yang terkait dengan kualitas yang memungkinkan otot atau sekelompok otot dalam posisi pendek maksimal dan panjang maksimal untuk memanfaatkan sendi-sendi secara maksimal. Daya lentur adalah efektivitas seseorang dalam menyesuaikan diri untuk segala aktivitas dengan penguluran tubuh yang luas. Pelatihanpelatihan kelentukan sangat penting dan perlu dilaksanakan karena dapat memperbaiki keluwesan, mengembangkan aliran darah yang lebih efisien dalam jaringan kapiler untuk mengurangi cidera. Dengan demikian gerakan kelentukan yang dilakukan otot tubuh dan bagianbagian tubuh pada daerah persendian sehingga dapat menggerakkan anggota tubuh dengan seluas-luasnya.. Pelatihan-pelatihan senam adalah pelatihan yang cocok untuk meningkatkan kelentukan bergerak (Sana, 1993). 2.12. Kelincahan. Kelincahan adalah kemampuan untuk mengubah arah dan posisi tubuh dengan cepat dan tepat pada waktu sedang bergerak, tanpa kehilangan keseimbangan dan kesadaran akan posisi tubuh (Harsono, 1997). Pendapat lain juga mengatakan bahwa kemampuan seseorang untuk merubah posisi dan arah sesuai dengan posisi dalam menghadapi situasi dan kondisi yang dihadapi (Suharno, 1995). Dengan demikian kelincahan bukan hanya menuntut kecepatan, akan tetapi juga fleksibelitas yang baik dari sendir-sendi anggota tubuh tanpa memiliki fleksibilitas orang tidak akan bisa bergerak lincah. Kelincahan juga diartikan kemampuan bergerak ke segala arah dengan mudah dan tepat (Nurhasan, 1992). 35
Kelincahan merupakan kemampuan untuk bereaksi secara cepat tanpa gangguan pada keseimbangan dalam olahraga yang sifatnya perorangan atletik, permainan, dan lain-lainnya kelicahan ini sangat diperlukan (Nala, 1998). Kelicahan merupakan kemampuan seseorang mengubah posisi di area tertentu atau seseorang yang mampu mengubah satu posisi yang berbeda dalam kecepatan tinggi dengan koordinasi yang baik. Untuk mengukur kelincahan seseorang dilakukan dengan berlari zig-zag atau belakbelok maupun bolak-balik melewati beberapa rintangan. 2.13. Pelatihan. Pelatihan merupakan suatu upaya meningkatkan fungsi sistem organ tubuh agar mampu memenuhi kebutuhan tubuh secara optimal saat berolahraga (Nala, 1998). Pendapat lain mengatakan pelatihan adalah suatu proses penyempurnaan atau pendewasaan atlet secara sadar, untuk mencapai suatu prestasi maksimal dengan diberikan beban fisik dan mental yang teratur, terarah, meningkat, dari hal-hal yang sederhana ke yang komplek dan dilakukan secara berulang-ulang (Suharno, 1988). Pendapat lain mengatakan bahwa pelatihan adalah sejumlah rangsangan yang dilaksanakan pada jarak waktu tertentu dengan tujuan untuk meningkatkan prestasi. Yang dimaksud pelatihan dalam penelitian ini adalah pelatihan jump servis bola voli sepuluh repetisi empat set dan lima repetisi delapan set, di dalam pengertian tersebut penekanannya pada pemberian stres pada tubuh, oleh karena itu pelatih maupun atlet didalam mengerjakan pelatihan selalu berpegang pada prinsip pelatihan. 36
Pelatihan juga didefinisikan sebagai suatu proses sistematis dari pengalaman suatu kinerja progresif yang juga menyangkut proses belajar serta memiliki tujuan untuk memperbaiki sistem dan fungsi dari organ tubuh agar penampilan atlet menjadi optimal. Dari beberapa pendapat di atas dapat ditarik suatu kesimpulan, pelatihan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan kinerja seseorang (Nala, 1998). 2.13.1.
Prinsip-Prinsip Pelatihan Prinsip-prinsip dasar pelatihan diuraikan oleh Nala (2002) terdiri dari
empat prinsip yaitu:
1. Prinsip Aktif Dan Bersungguh-Sungguh. Prinsip ini bertujuan untuk mencapai hasil yang maksimal dalam suatu pelatihan sehingga atlet dituntut untuk selalu bertindak aktif dan mengikuti pelatihan dengan bersungguh-sungguh tanpa ada paksaan.
2. Prinsip Pengembangan Multilateral. Sebelum pelatihan mengarah kepada spesifikasi hendaknya dibekali terlebih dahulu pelatihan dasar-dasar kebugaran badan dan komponen biomotorik. Selain itu, dikembangkan pula seluruh organ dan sistem yang ada dalam tubuh, baik yang menyangkut proses fisik maupun psikologisnya.
3. Prinsip Spesialisasi Dalam Pelatihan. Setelah pelatihan pengembangan multilateral dilatih, dilanjutkan dengan pengembangan khusus atau spesialisasi sesuai dengan cabang olah raga yang dilatih. Pelatihan spesialisasi baru dimulai setelah 37
disesuaikan dengan umur yang cocok untuk cabang olah raga yang dipilih oleh anak atau atlet bersangkutan, untuk melatih cabang olah raga atletik, spesialis umur yang dilatih antara 15 - 17 tahun.
4. Prinsip Variasi Atau Keseragaman. Pelatihan yang bersifat monoton dan dilakukan secara terus menerus akan cukup membosankan. Untuk menghindari hal tersebut maka dalam pelaksanaan pelatihan perlu dibuatkan variasi pelatihan, tentunya mempunyai tujuan yang sama yaitu tetap mengacu pada tujuan pelatihan dan tidak keluar dari program pelatihan yang ditetapkan, sehingga atlet tetap bergairah dan semangat dalam berlatih. 2.13.2.
Pelatihan Fisik Pelatihan fisik adalah suatu aktivitas fisik yang dilakukan secara
sistemati, dalam jangka waktu yang lama secara individual semakin lama bebannya semakin bertambah. Tujuan pelatihan fisik untuk meningkatkan fungsi potensial yang dimiliki atlet dan pengembangan kemampuan komponen biomotoriknya sehingga mencapai suatu standar tertentu (Nala, 2002). Perkembangan kondisi fisik yang baik tidak akan dapat mengikuti pelatihan dengan optimal. Dalam olah raga, pelatihan fisik diarahkan untuk meningkatkan komponen kebugaran fisik dengan demikian bertujuan untuk meningkatkan fungsi faal tubuh dan keterampilan kerja. Pelatihan fisik merupakan proses pembebanan pada tubuh secara sistematis dimana terjadi rangsangan yang menyebabkan timbulnya adaptasi kerja fisiologi tubuh. Pada beban di bawah maksimal tidak akan terjadi
38
adaptasi namun apabila bebannya cukup untuk merangsang kemampuan adaptasi fisiologis maka akan menghasilkan rangsangan yang optimal. Adapun fungsi kerja tubuh ini akan mampu menghasilkan rangsangan gerak. Rangsangan gerak ini akan menyebabkan energi yang ada pada tubuh diubah menjadi energi mekanik. Selain itu, adaptasi kerja fisik akan menyebabkan tubuh berada dalam keadaan yang tidak seimbang dalam sistem organismenya Sinar infra merah atau pijat tenyata efeknya terhadap sistem organ tubuh amat terbatas, tidak setinggi apabila dilakukan pemanasan secara aktif (kontraksi otot) (Fox and Bower, 1984). 2.13.3.
Prinsip Pelatihan Fisik Pelatihan fisik merupakan unsur yang utama dan terpenting
diperlukan dalam pelatihan olahraga untuk mencapai prestasi yang tertinggi. Dengan melakukan pelatihan fisik maka fungsi dari sistem organ tubuh akan lebih meningkat dibandingkan sebelum berlatih, fungsi ini sangat diperlukan untuk memenuhi penampilan dalam beraktivitas (Nala, 2002). Kondisi fisik yang dimaksud adalah tingkat kemampuan fisik dengan sepuluh komponen biomotorik yaitu: kekuatan, daya tahan, kecepatan, daya ledak, kelenturan, keseimbangan, waktu reaksi, kelincahan, ketepatan, dan koordinasi. Sajoto (2002) mengatakan bahwa ada dua konsep agar fisiologis dalam pelatihan fisik yaitu: pertama bahwa semua program pelatihan harus berdasarkan SAID (Spesific Adaptation to Imposed Demands) prinsip tersebut menyatakan bahwa hendaknya program pelatihan bersifat khusus 39
sesuai dengan sasaran yang ingin dicapai. Kedua bahwa pelatihan haruslah diberikan tambah beban. Prinsip tambah beban menjamin pemberian beban yang makin meningkat dan diberikan secara bertahap dalam jangka waktu tertentu. Beberapa komponen fisik yang harus diperhatikan dilatih dan dikembangkan diantaranya, daya tahan kardiovaskuler, daya tahan otot kekuatan otot, kelenturan kecepatan, kelincahan, daya ledak (Harsono, 1998). Pelatihan fisik ditujukan untuk mengembangkan fisik secara menyeluruh, mengacu pada gerakan yang tidak secara langsung berkaitan dengan teknik sedangkan pelatihan fisik khusus adalah pelatihan fisik untuk tujuan pengembangan kemampuan biomotorik yang pada akhirnya bertujuan untuk menunjang dan mempertinggi keterampilan teknik (Bompa, 1990). (Suharno, 1988) mengatakan bahwa untuk mempercepat tercapainya tujuan pelatihan seorang pelatih maupun atlet, wajib taat dan berpegang teguh pada prinsip-prinsip pelatihan seperti: (1) pelatihan dilaksanakan sepanjang tahun tanpa berselang (prinsip kontinuitas); (2) adanya kenaikan beban pelatihan yang beratur adalah suatu pelatihan beban semakin lama semakin berat merupakan keharusan untuk menguatkan otot sehingga nantinya dapat tercapai prestasi yang maksimal, kenaikan beban itu setingkat demi setingkat, dengan teratur dan ajeg, peningkatan beban pelatihan hams berpedoman pada ciri-ciri loding seperti: intensitas volume, recovery, dan frekuensi, kenaikan beban yang terlalu cepat akan menyebabkan rusaknya otot, evertrading bagi orang yang melakukan pelatihan; (3) prinsip individual adalah dalam melaksanakan pelatihan yang efektif maka hams mengetahui tingkat
40
kondisi masing-masing individu agar dapat dilatih secara sistematis dan metodis untuk tujuan pencapaian prestasi; (4) prinsip interval adalah sangat penting dalam rencana suatu pelatihan yang bersifat harian mingguan, bulanan, dan tahunan, yang berguna untuk ketahanan jasmani dan rohani. Seorang dalam menjalankan pelatihan dan juga merupakan irama jalannya suatu pelatihan yang pelaksanaannya dalam penelitian program mingguan; (5) prinsip penekanan (stres) beban harus dapat menimbulkan kelelahan lokal maupun kelelahan total dari jasmani seseorang; (6) prinsip spesifikasi (Suharno, 1988). Adapun prinsip spesifikasi adalah: 1. Pemanasan. Pemanasan merupakan syarat yang umum dan harus menjadi bagian dari pelatihan fisik dan mental atlet perlu dipersiapkan untuk mengikuti
pelatihan
berikutnya.
Lamanya
pemanasan
untuk
menggerahkan seluruh otot tubuh berkisar antara 20 - 30 menit atau 10 - 20 menit (Bompa, 1990). Adapula dengan memakai patokan frekuensi denyut nadi, yaitu bila frekuensi denyut nadi telah meningkat 20 - 40 denyut di atas denyut nadi istirahat (Power dan Howley, 1990). Tipe pemanasan ada tiga antara lain (1) peregangan yang merupakan aktivitas otot pertama kali dilakukan dalam pemanasan; (2) kalistenik dengan cara menggerakkan sekelompok otot yang secara aktif berulang-ulang dengan tujuan untuk meningkatkan suhu dan aliran darah pada otot yang bersangkutan;
(3) aktivitas
spesifik yaitu aktivitas yang
disesuaikan dengan jenis olahraga yang dilatih (Nala, 2002).
41
2. Pelatihan Inti. Metode pelatihan inti yang dipergunakan dalam pelatihan adalah memukul bola sambil melompat ke sasaran sepuluh repetisi empat set dan lima repetisi delapan set dengan istirahat 2 menit antar set pelatihan ini berlangsung selama 8 minggu dengan frekuensi tiga kali seminggu (Senin, Rabu, Sabtu) pelatihan yang berlangsung selama 8 minggu akan memberikan efek yang cukup berarti bagi atlet yang akan mengalami peningkatan 10% - 20%. Selanjutnya Fox (1983), menyatakan pelatihan dengan frekuensi tiga kali seminggu adalah sesuai untuk pemula dan akan menghasilkan peningkatan yang berarti. 3. Pendinginan. Pendinginan dilakukan untuk mengembalikan kondisi tubuh ke keadaan semula. Tujuan utama dari pendinginan adalah menarik kembali secepatnya darah yang terkumpul di otot skeletal yang telah aktif sebelumnya ke peredaran sentral. selain itu berfungsi pula untuk membersihkan darah dari sisa hasii metabolism berupa tumpukan asam laktat yang berada di dalam otot dan darah (Nala, 2002). Bentuk pelatihan pendinginan yang bisa dianjurkan adalah dengan istirahat aktif, karena asam laktat cepat di metabolisme secara parobik sehingga menghasilkan CO2 + HaO yang menyebabkan asam laktat cepat berkurang. Begitu selesai melakukan aktivitas atau pelatihan tidak langsung duduk tetapi melakukan gerakan-gerakan ringan seperti jalanjalan atau menggerak-gerakkan anggota tubuh mulai dari anggota
42
gerak atas dan dilanjutkan anggota gerak bawah secara ringan (Nala, 2002). Lamanya pendinginan berkisar antara 10-15 menit (Power dan Howley, 1990). Pelatihan pendinginan yang dalam penelitian ini dilakukan selama 15 menit yang diawali dengan gerakan-gerakan lambat dimulai dari kepala, leher, bahu, lengan, pinggang, dan anggota gerak bawah dengan hitungan delapan kali pada masing-masing. selanjutnya dilakukan peregangan mulai dari leher, lengan, bahu, pinggang, dan anggota gerak bawah sebanyak delapan kali hitungan pada masingmasing
serta
menarik
nafas
panjang
secara
perlahan
dan
menghembuskan nafas juga secara perlahan (Power dan Howley, 1990). 2.13.4.
Pelatihan Beban 1. Pengertian dan Tujuan Pelatihan Beban Salah satu bentuk pelatihan yang dapat meningkatkan kondisi fisik seseorang adalah dengan pelatihan beban. Metode pelatihan beban dengan prinsip beban berlebih (overload) akan meningkatkan penampilan secara umum (Shaver, 1981). Pelatihan beban bukan hanya dapat meningkatkan kekuatan, tetapi juga secara bersamaan dapat meningkatkan daya tahan otot. Selain itu, dengan pelatihan beban dapat meningkatkan konsentrasi adenosine triphospat sebesar 18%, phosphoereatin 22% dan glikogen naik 66%. Untuk mencapai suatu kondisi fisik serta keterampilan yang baik pada suatu cabang olahraga hendaknya melakukan pelatihan yang
43
lebih banyak dari kebutuhan. Sehingga dapat membantu meningkatkan kemampuan fisik seseorang dalam mencapai prestasi yang optimal. 2. Metode Pelatihan Beban Metode pelatihan beban merupakan bentuk pelatihan yang menggunakan beban, mempunyai dua dasar fisiologis yang dapat mengembangkan komponen biomotorik dalam cabang olahraga secara maksimal, yaitu: (1) bentuk pelatihannya bersifat khusus sesuai dengan sasaran yang hendak dicapai, (2) bentuk pelatihannya harus diberikan dengan prinsip penambahan beban berlebih. Pelatihan jump servis bola voli dikembangkan adalah bagaimana dapat melakukan jump servis dengan kecepatan maksimal dan sesuai dengan ketepatan jatuhnya bola di lapangan, sedangkan untuk pengembangan komponen ketepatan servis dalam cabang olahraga Bola Voli digunakan metode beban yang sesuai yakni dengan menggunakan metode pelatihan memukul bola ke sasaran setinggi 2,43 meter(tinggi net) dengan repetisi dan set. 3. Manfaat Pelatihan Beban Berbagai peneliti telah membuktikan bahwa dengan pelatihan beban akan meningkatkan penampilan secara umum dan untuk meningkatkan salah satu komponen fisik yang dominan pada cabang olahraga tergantung dari tekanan yang akan diberikan dalam pelatihan beban. Untuk meningkatkan komponen ketepatan selain mengikuti
44
takarannya juga secara garis besarnya adalah dengan jumlah berat beban yang rendah dengan pengulangan yang banyak (Nala, 2001). 4. Efek Pelatihan Secara umum tubuh akan memberikan reaksi serta perubahan bila melakukan kegiatan fisik yang cukup berat misalnya peningkatan denyut nadi, frekuensi pernapasan per menit, konsentrasi oksigen, suhu tubuh, dan produksi keringat. Perubahan ini bersifat sementara dan akan menghilang setelah kegiatan fisik berakhir. Selain terjadi perubahan sesaat, tubuh juga mengalami perubahan-perubahan yang terjadi pada otot, sistem kardiovaskuler, sistem pernapasan, dan kebugaran fisik. 5. Efek Pelatihan Pada Otot Bila otot diberikan pelatihan yang sesuai dengan prinsipprinsip pelatihan otot akan mengalami perubahan. Perubahan tersebut terutama terjadi pada unit motorik (saraf dan otot) kontraktif otot antagonis, sinkronisasi dan sebagainya. Adaptasi neural dan saraf akan meningkatkan kekuatan dan memperbaiki koordinasi. Bila tipe dan tekanan pelatihannya tepat akan berdampak sangat menguntungkan bagi atlet. Gerakan yang dilakukan oleh atlet terlatih akan nampak lebih mantap dan anggun seolah-olah tanpa beban (Nala, 1998). 6. Metode Pelatihan Interval Interval adalah pemberian beban pada tubuh dalam waktu singkat tetapi teratur yang berulang-ulang diselingi pemulihan yang
45
memadai (lari cepat diselang selingi jalan) tergantung spesialisasinya (Nala, 2002). Interval training adalah suatu sistem pelatihan yang diselingi oleh interval (jeda) yang merupakan masa-masa istirahat (Harsono,
1996).
Jadi
pelatihan-istirahat-pelatihan-istirahat
dan
seterusnya dan pelatihan ini sangat penting dimasukkan dalam program pelatihan keseluruhan untuk mendapatkan hasil sebaik-baiknya (Basoeki, 1997). Metode pelatihan interval adalah pelatihan yang menerapkan istirahat yang menguntungkan (Paulus, 2001) dalam pelatihan istirahat yang menguntungkan disederhanakan dengan menghitung denyut nadi istirahat. Pelatihan interval adalah suatu bentuk pelatihan yang diselingi oleh interval berupa masa istirahat (Suherman, 2008). Beberapa persyaratan agar pelatihan interval bisa berhasil diantaranya lama kerja interval lebih dari 60 detik, intensitas pelatihan 85-100% dari kemampuan maksimum, repetisi dan set interval disesuaikan dengan kemampuan dan frekuensi pelatihan tiga kali seminggu (Nala, 2002). Pelatihan interval dapat juga membantu menghilangkan atlet dari tekanan pada tungkai dan paru yang pasti dirasakan ketika intensitas meningkat (Mamas, 2005). Selain itu, dengan pelatihan interval jumlah pukulan lebih banyak dapat dilakukan dengan kecepatan lebih tinggi tetapi terasa lebih ringan dibandingkan dengan pelatihan yang terus menerus tanpa istirahat. Hal ini disebabkan karena pada pelatihan
46
interval setelah melakukan suatu aktivitas dengan intensitas maksimal atau submaksimal akan selalu diikuti oleh suatu periode pulih asal yaitu jalan atau lari perlahan (Brown, 1997). Jadi pelatihan adalah aktivitas tubuh yang dilakukan secara sistematis, berulang-ulang dalam waktu tertentu dengan tujuan meningkatkan kemampuan fisik, salah saru kegiatan yang harus dilakukan adalah memberikan beban pada otot dan gerakan berulangulang untuk meningkatkan kekuatan (Nosek, 1982). Dengan pelatihan interval pada bola voli akan dapat menambah motivasi seorang pemain untuk melakukan gerakan-gerakan berikutnya setelah melakukan pelatihan karena tenaga seorang pemain akan kembali setelah mendapat istirahat.
47
BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS
3.1. Kerangka Berpikir Berdasarkan pada rumusan masalah dan tinjauan pustaka, seperti yang telah diuraikan dalam bab sebelumnya maka dapat dibuat suatu kerangka berpikir yang terkait dengan masalah penelitian adalah : faktor yang mempengaruhi kecepatan memukul pada cabang olahraga bola voli adalah, faktor yang berasal dari tubuh orang (Internal) yang menyangkut faktor umur, jenis kelamin, tinggi badan, berat badan. Faktor yang berasal dari luar orang (eksternal) yaitu, suhu, lingkungan, kelembapan melalui udara. Di samping itu juga sebagai variabel bebas yang sangat berperan dalam meningkatkan ketepatan dan kecepatan adalah pelatihan, ada dua jenis pelatihan yang dicobakan dalam penelitian ini yaitu: pelatihan jump servis bola voli sepuluh repetisi empat set dapat meningkatkan ketepatan dan kecepatan servis bola voli dan pelatihan jump servis bola voli lima repetisi delapan set dapat meningkatkan ketepatan dan kecepatan servis bola voli. Variabel terikat adalah peningkatan kecepatan memukul bola ke sasaran yang berupa lapangan yang telah dibuat garis – garis kotak skor. Variabel kendali adalah unsur jenis kelamin, tinggi badan, berat badan. Variabel rambang adalah suhu dan kelembaban.
48
3.2. Konsep Berdasarkan permasalahan dan tujuan putaka yang telah diuraikan di atas, kerangka konsep dalam penelitian ini adalah cara meningkatkan kecepatan memukul bola pada permainan bola voli maka kerangka konsep dapat dibuat sebagai berikut :
FAKTOR PELATIHAN FAKTOR INTERNAL Umur, Jenis kelamin, Tinggi badan, berat badan,
Servis bola voli, pelatihan empat set dan delapan set dalam memukul bola ke sasaran terhadap ketepatan dam kecepatan jump servis bola voli.
Ketepatan dan Kecepatan Memukul Bola Voli Ke Sasaran
49
FAKTOR EKSTERNAL Suhu lingkungan, Kelembaban udara.
3.3. Hipotesis Penelitian Berdasarkan kerangka konsep di atas dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut : Pelatihan 10 repetisi 4 set dan 5 repetisi 8 set sama baiknya dalam meningkatkan ketepatan dan kecepatan jump servis bola voli siswa putra kelas 10 SMA Negeri 1 Kupang Tengah.
50
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu 4.1.1 Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di lapangan SMA N 1 Kupang Tengah. 4.1.2 Waktu Penelitian Penelitian ini berlangsung selama 8 minggu. .2. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian ini bersifat experimental randomized pre and post test control group design (Pocock, 2008).
Gambar 4.1 Bagan Rancangan Penelitian Keterangan: P
= Populasi penelitian
R
= Randomisasi
AR = Alokasi random
51
S
= Sampel
01
= Tes sebelum perlakuan kelompok 10 repetisi 4 set
02
= Tes setelah perlakuan kelompok 10 repetisi 4 set
03
= Tes sebelum perlakuan kelompok 5 repetisi 8 set
04
= Tes setelah perlakuan kelompok 5 repetisi 8 set
P1
= Kelompok perlakuan jump servis bola voli 10 repetisi 4 set
P2
= Kelompok perlakuan jump servis bola voli 5 repetisi 8 set.
4.3. Populasi dan Sampel 4.3.1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas 10 pada SMA Negeri 1 Kupang Tengah yang berjumlah 190 orang, dengan rentang usianya antara 16 – 17 tahun. 4.3.2. Sampel Sampel penelitian ini di dapat dari populasi yang memenuhi kriteria sebagai berikut: 4.3.2.1. Kriteria Inklusi Yang dimaksud sebagai sampel penelitian dalam penelitian ini harus memenuhi kriteria inklusi sebaga berikut: 1. Bersedia sebagai sampel yang diteliti dan manandatangani informed consent. 2. Jenis kelamin laki-laki 3. Usia 16 – 17 tahun 4. Tinggi badan 150 – 165 cm
52
5. Berat badan 40 – 45 kg 6. Bersedia mengikuti pelatihan dengan mengisi surat pernyataan. 4.3.2.2. KriteriaEklusi. 1. Tempat tinggal jauh dari tempat penelitian. 2. Istrahat yang tidak cukup setelah kembali ke tempat tinggal. 3. Tidak bersedia mengikuti pemeriksaan dan penelitian sampai selesai. 4. Tidak bersedia menanda tangani informed consent. 4.3.2.3. Besar Sampel Besarnya sampel yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan tes penelitian pendahuluan terhadap sepuluh orang pemain Bola Voli SMA N 1 Kupang Tengah dengan memukul bola ke bidang sasaran sebanyak sepuluh kali setiap pemain. Berdasarkan hasil tes pendahuluan dari sepuluh orang pemain SMA N 1 Kupang Tengah tersebut didapat standar deviasi (ơ) 10,87 dan rata-rata skor dan waktu (μ1) = 99,30 peningkatan setelah perlakuan diperkirakan 20% (Nossek, 1982) adalah (μ2) = 119,16
dan f (α.β) = 10,5.
Berdasarkan rumus (Pocok, 2008) didapat sebagai berikut : Rumus Pocok (2008) :
n=
2.ơ ² (𝜇2− 𝜇1 )²
f (α.β)
Keterangan : n = Jumlah sampel.
53
ơ = Perkiraan standar deviasi. μ1 = Rata-rata hasil perlakuan. μ2 = Harapan peningkatan setelah perlakuan. f (α.β) = nilai dalam tabel Pocok (10,5) Berdasarkan hasil perhitungan dengan rumus di atas maka diperoleh hasil sebagai berikut :
n= = = =
2 . (10,87) ² (119,16 – 99,30 )²
236,2 19,86²
x 10,5
x 10,5
236,2 394,4196
x 10,5
2480 ,1 394,4196
= 6,29 dan dibulatkan menjadi 7 orang. Untuk mengantisipasi subjek drop out dari penelitian ini, maka jumlah sampel untuk setiap kelompok ditambah 10% dari jumlah n. Berarti jumlah sampel menjadi 7 + 1 = 8 orang untuk setiap kelompok. Jadi secara keseluruhan sampelnya berjumlah 8 orang x 2 kelompok = 16 orang siswa. 4.3.3. Teknik Penentuan Sampel 4.3.3.1 Dari populasi siswa SMA N 1 Kupang Tengah diadakan pemilihan sejumlah sampel berdasarkan kriteria inklusi.
54
4.3.3.2. Dari banyaknya sampel yang ada (memenuhi syarat) dipilih secara acak sederhana untuk mendapatkan banyaknya sampel sesuai dengan hasil perhitungan dengan rumus pocok. 4.3.3.3. Dari banyaknya sampel sesuai perhitungan dengan rumus Pocok berjumlah 8 orang perkelompok. Kemudian dialokasikan menjadi 2 kelompok dengan cara acak sederhana. Sehingga jumlah keseluruhan sampel adalah 16 orang. 4.4. Variabel Penelitian Variabel adalah suatu lambang yang dapat digantikan oleh nilainilai dari sekumpulan nilai yang mungkin. 1. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pelatihan jump servis 10 repetisi 4 set dan 5 repetisi 8 set. 2. Variabel terikat adalah: ketepatan dan kecepatan jump servis bola voli. 3. Variabel kendali adalah unsur jenis kelamin, tinggi badan, berat badan. 4. Variabel rambang adalah suhu dan kelembaban. 4.5. Definisi Operasional Variabel Pelatihan jump servis bola voli ini dilakukan oleh sampel dalam sepuluh repetisi empat set (10R, 4S) dan lima repetisi delapan set (5R, 8S) melakukan gerakan memukul bola Dalam prosedur penelitian ini perlakukan dilaksanakan sebagai berikut :
Lama perlakukan
: 8 minggu (Pate,1984)
Frekuensi
: 3x/minggu (Pate,1984)
55
Set
: 4 dan 8 (Lamb, 1984)
Pengulangan repetisi
: 10 dan 5 repetisi.
Istirahat antara set
: 3x waktu kerja
Istirahat antar repetisi
: Lama waktu kerja
Pelaksanaannya ialah bola sejumlah sepuluh dikumpulkan yang jaraknya dua meter, satu persatu bola diambil dan dipegang dengan posisi siap melompat, kemudian bola dilempar ke atas kemudian diikuti dengan lompat pemain tersebut dan bola langsung dipukul tertuju ke bidang sasaran. Sasaran yang dimaksud adalah bidang yang akan dituju atau dicapai (Yasyim, 1995). Bidang adalah permukaan yang datar dan tentu batasnya (Anwar, 2002). Pada saat memukul bola kedua kaki melompat sambil mengayunkan lengan lurus ke atas dengan perkenaan bola tepat di tengah telapak tangan. 1. Pelatihan jump servis bola voli ke sasaran setinggi 2,43 m berjarak sembilan meter. Pelatihan ini dilakukan dengan sampel dalam sepuluh repetisi 4 set dan lima repetisi delapan set melakukan gerakan memukul bola tanpa ada istrahat (aktif, istrahat antar set ini) adalah dua menit. Pelaksanaannya yaitu sebanyak sepuluh bola dikumpulkan yang jaraknya Sembilan meter dari bidang sasaran. Pemain berdiri di samping bola dengan jarak dua meter satu bola diambil dan dipegang dengan posisi siap melompat, kemudian bola dilempar ke atas kemudian diikuti dengan lompat dengan ayunan lengan ke atas langsung tangan memukul bola tertuju ke bidang sasaran. Sasaran yang dimaksud adalah bidang yang
56
akan dituju atau dicapai (Yasyim, 1995). Sasaran dalam penelitian ini adalah net yang tingginya 2,43 m. Bidang adalah permukaan yang datar dan tertentu batasnya (Anwar, 2002). Pada saat memukul bola kedua kaki lompat ke atas sambil mengayunkan tangan lurus ke atas dengan perkenaan bola tepat di tengah telapak tangan. Ketepatan dan kecepatan kemampuan untuk melakukan suatu gerak dari periode waktu yang singkat (Mulyono, 2009). 2. Kecepatan servis bola adalah suatu kemampuan dalam mengendalikan gerak-gerak bebas terhadap suatu sasaran (Sajoto, 1990). Sasarannya adalah lapangan Bola Voli yang digaris petak-petak dan diberi angka, besaran angka yang ada di dalam kotak menunjukan faktor kesulitan dalam penempatan bola; yang paling sulit dicapai nilainya paling besar. Cara penilaiannya adalah jika bola jatuh ke petak 5 maka nilainya 5.
Gambar 4.2 Lapangan Untuk Tes Servis (Nurhasan, 2001) Keterangan :
- a1, a2, a3 - b1 dan b3 - b2 - c2 - c1 dan c3
= = = = =
Nilai 2 Nilai 3 Nilai 1 Nilai 4 Nilai 5 57
3. Kecepatan adalah: - sasaran yang dituju pada saat melakukan servis bola voli berada di lapangan sebelah yang sudah diberi skor. - Setiap sampel memukul lima kali. - Pengukuran kecepatan dilakukan dengan cara menghitung waktu tempuh dan pengukuran ketepatan dilakukan dengan cara melihat poposisi jatuhnya bola dilapangan. - Pada saat perkenaan bola dengan telapak tangan stop wacth dihidupkan setelah bola jatuh di lapangan sasaran sebelah, stop wacth dimatikan. Waktu yang didapat tersebut adalah waktu tempuh, sebagai pengganti pengukuran kecepatan satuan adalah detik. 4. Umur Umur orang yang dicoba dalam penelitian ini adalah 16 – 17 tahun, diambil dari akta kelahiran. 5. Jenis kelamin Jenis kelamin pada penelitian ini adalah laki-laki dilihat dari akta kelahiran dan penampilan fisik. 6. Berat Badan Berat badan adalah berat yang diperoleh dari hasil penimbangan berat badan, menggunakan timbangan merek Kurnia buatan Cina. 7. Tinggi Badan Tinggi badan diukur dari dasar telapak kaki sampai vertek (ubun-ubun) diukur dengan sikap berdiri tegak dan sikap bersiap pandangan lurus atau
58
vertikal menggunakan antropometer super buatan Jepang dengan tingkat ketelitian 0,1 cm. 8. Suhu Lingkungan Suhu yang dimaksud adalah suhu lingkungan tempat penelitian yaitu suhu basah dan suhu kering
dalam derajat celcius yang di ukur dengan,
thermometer digital merk “Exteks” dengan ketelitian 0,1%. 9. Kelembaban Relatif Kelembaban relatif adalah persentase uap air yang terkandung dalam udara tempat penelitian yang dinyatakan dalam persen (%). Kelembaban relatif diukur dengan Higrometer digital merk "Exteks" buatan Jerman dengan ketelitian 1 %. 4.6. Kelembaban Relatif Langkah-langkah yang diambil dalam prosedur penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mempersiapkan surat ijin penelitian menggunakan siswa SMA N 1 Kupang Tengah 2. Pengambilan biodata pemain 3. Untuk mengetahui metode yang paling evektif dalam ketepatan dan kecepatan servis bola voli, melalui pelatihan sepuluh repetisi empat set dibandingkan dengan lime repetisi delapan set dengan frekuensi tiga kali seminggu (Senin, Rabu, Sabtu). 4.7. Alat Ukur Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
59
1. Timbangan berat badan merek Kurnia buatan Cina untuk mengukur berat badan dalam satuan Kg dengan ketelitian 0,1 kg. 2. Antropometer super buatan Jepang, alat untuk mengukur tinggi badan dalam satuan cm dengan ketelitian 0,1 cm. 3. Stop watch digital merek Seiko untuk tes sebelum dan setelah perlakuan 4. Pluit. 5. Formulir pencatat hasil tes dan alat-alat menulis. 6. Termometer digital merek Extek buatan Jerman ketelitian 0, 1 °C. 7. Higrometer digital merek Extek buatan Jerman ketelitian 1%. 4.8. Teknik Analisis Data Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut (Tangking & Darmadi, 1997, Ridwan 2003): 1. Statistik deskriptif untuk menganalisis karakteristik analisis data yang Menyangkut suhu lingkungan dan kelembaban relatif serta varian umur, tinggi badan, berat badan, yang datanya diambil sebelum pelatihan, dan data ketepatan dan kecepatan memukul bola sebelum dan sesudah pelatihan pada kedua kelompok. 2. Uji Normalitas data dengan shafiro wilk bertujuan untuk mengetahui distribusi kedua kelompok perlakuan yaitu jump servis bola voli sepuluh repetisi empat set dan lima repetisi delapan set. 3. Uji Homogenitas dengan Uji Levenee's Test untuk mengetahui homogenitas data kecepatan memukul bola sebelum dan sesudah
60
pelatihan pada masing-masing kelompok perlakuan, yaitu pelatihan jump servis sepuluh repetisi empat set dan lima repetisi delapan set ke sasaran terhadap ketepatan dan kecepatan jump servis bola voli. 4. Uji t-Independent Untuk mengetahui perbedaan hasil perlakuan dari tes awal dengan tes akhir masing-masing kelompok dengan batas kemaknaan 0,05, data berdistribusi normal. 4.9. Alur Penelitian. Alur penelitian dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
Gambar 4.3 : Alur Penelitian
61
BAB V HASIL PENELITIAN
Dari penelitian yang dilakukan terhadap siswa SMA Negeri 1 Kupang Tengah Kabupaten Kupang di dapat data sebagai berikut : umur, tinggi badan, berat badan, jenis kelamin dan data hasil perlakuan latihan servis 10 repetisi 4 set dan latihan servis 5 repetisi 8 set dalam meningkatkan ketepatan dan kecepatan jump servis bola voli siswa putra kelas 10 SMA Negeri 1 Kupang Tengah. 5.1. Data Karakteristik Subjek Penelitian. Data karakteristik subjek penelitian meliputi : umur yang dinyatakan dalam tahun yang telah dibulatkan, tinggi badan (meter), berat badan (kg) dan jenis kelamin. Data tersebut adalah sebagai berikut : Tabel 5.1 Data Karakteristik Subjek Penelitian Pada Dua Kelompok Pelatihan Karakteristik n Kelompok 10 r 4s Kelompok 5 r 8 s Rerata SB Rerata SB Tinggi Badan (cm) 8 163,88 5,83 162,25 5,03 Berat Badan (kg)
8
48,37
2,06
47,87
6,40
Umur (th)
8
16,62
0,51
16,37
0,91
Tabel 5.1 menunjukkan karakteristik subjek penelitian pada kelompok 10 repetisi 4 set yang berjumlah 8 orang jenis kelamin laki-laki, tinggi badan rata-rata 163,88±5,83 cm, berat badan rata-rata 48,37±2,06 kg, umur ratarata 16,62±0,51 tahun. Sedangkan pada kelompok 5 repetisi 8 set yang berjumlah
62
8 orang jenis kelamin laki-laki, tinggi badan rata-rata 162,25±5,03 cm, berat badan rata-rata 47,87±6,40 kg, umur rata-rata 16,37±0,91 tahun. 5.2. Data Lingkungan Penelitian Tempat penelitian dilakukan di lapangan bola voli SMA Negeri 1 Kupang Tengah Kabupaten Kupang Nusa Tenggara Timur pada hari Senin, Rabu dan Sabtu pada pukul 15.00 - 17.30 wita. Data lingkungan penelitian yang dicatat pada waktu penelitian di antaranya adalah suhu lingkungan dan kelembaban relatif udara. Hasilnya tampak seperti tabel 5.2 di bawah ini. Tabel 5.2 Data Karakteristik Lingkungan Penelitian Di SMA Negeri 1 Kupang Tengah Kabupaten Kupang NTT Keadaan Lingkungan
Rerata
SB
Maximum
Minimum
Suhu (oC)
37,41
0,92
39,00
36,00
Kelembaban (%)
69,00
4,01
76,00
62,00
Tabel 5.2 menunjukkan karakteristik lingkungan penelitian di SMA Negeri 1 Kupang Tengah Kabupaten Kupang didapatkan suhu kering 36 oC – 39 o
C dan rata-rata 37,42±0,92
o
C.
Sedangkan kelembaban relatif udara
menunjukkan 62% ‒ 76% dan rata-rata 69±4,01 %. 5.3. Data Hasil Perlakuan Latihan 10 Repetisi 4 Set Dan 5 Repetisi 8 Set Dalam Meningkatkan Ketepatan Dan Kecepatan Jump Servis Bola Voli. Data hasil penelitian dari kedua kelompok perlakuan latihan servis 10 repetisi 4 set dan 5 repetisi 8 set dalam meningkatkan ketepatan dan kecepatan jump servis bola voli dianalisis dengan ; Uji deskripsi dengan descriptive
63
statistics, Uji Normalitas dengan Shapiro Wilk Test, Uji Homogenitas dengan Levene’s Test, Uji peningkatan perlakuan dengan Uji Paired – Sample T Tes dan Uji T-indpendent untuk mengetahui uji perbedaan perlakuan antara kelompok perlakuan. 5.3.1. Uji Deskripsi. Uji deskripsi digunakan untuk menganalisis varian data sebelum dan sesudah pelatihan kecepatan dalam detik dan ketepatan dalam skor, baik kelompok perlakuan latihan servis 10 repetisi 4 set maupun 5 repetisi 8 set. Hasilnya tampak seperti Tabel 5.3. berikut ini. Tabel 5.3 Data Uji Deskriptif Perlakuan Latihan Servis 10 Repetisi 4 Set dan 5 Repetisi 8 Set Dalam Meningkatkan Ketepatan Dan Kecepatan Jump Servis Bola Voli Kelompok
10 Repetisi 4 Set
5 Repetisi 8 Set
Sebelum Perlakuan
Sesudah Pelakuan
Rerata
SB
Rerata
SB
Waktu (detik)
1,77
0,134
1,39
0,135
Ketepatan(Skor)
2,64
0,203
3,49
0,140
Waktu (detik)
1,67
0,135
1,55
0,131
Ketepatan(Skor)
2,63
0,196
2,89
0,201
Tabel 5.3
menunjukkan karakteristik data yang bervariasi dari
kedua kelompok perlakuan. Hasil pengukuran kecepatan dan ketepatan kelompok perlakuan latihan servis 10 repetisi 4 set sebelum perlakuan rerata waktu kecepatan 1,77±0,134 detik dan skor ketepatan 2,64±0,203 sesudah perlakuan waktu kecepatan 1,39±0,135 detik dan skor ketepatan 3,49±0,140. Sedangkan kelompok latihan servis 5 repetisi 8 set sebelum perlakuan rerata waktu kecepatan
64
1,67±0,135 detik dan skor ketepatan 2,63±0,196 sesudah perlakuan waktu kecepatan 1,55±0,131 detik dan skor kecepatan 2,89±0,201.
5.3.2. Uji Normalitas Uji normalitas sebelum dan sesudah perlakuan pada kedua kelompok dengan menggunakan Shapiro Wilk Test, dari hasil uji normalitas dengan Shapiro Wilk Test didapat data sebagai berikut : Tabel 5.4 Data Uji Normalitas Perlakuan Kelompok Latihan Servis 10 Repetisi 4 Set Dan Latihan Servis 5 Repetisi 8 Set Sebelum dan Sesudah Perlakuan Kelompok
Sebelum Perlakuan Rerata SB p 1,77 0,134 0,060
Sesudah Perlakuan Rerata SB p 1,39 0,135 0,127
10 Repetisi 4 Set
Waktu (detik) Ketepatan(Skor)
2,64
0,203
0,236
3,49
0,140
0,757
5 Repetisi 8 Set
Waktu (detik)
1,67
0,135
0,131
1,55
0,131
0,319
Ketepatan(Skor)
2,63
0,196
0,301
2,89
0,201
0,161
Tabel 5.4 variabel yang diuji adalah kecepatan dan ketepatan jump servis bola voli dengan latihan servis 10 repetisi 4 set dan 5 repetisi 8 set adalah pengambilan data sebelum perlakukan dan sesudah perlakuan. Dari tabel Tests of Normality pada data Shapiro-Wilk nilai p > 0,05 sehingga bisa dikatakan bahwa variabel tersebut berdistribusi normal. 5.3.3. Uji Homogenitas. Uji Homogenitas dengan menggunakan Levene’s Tes, ini dilakukan untuk mengetahui varians data kelompok latihan servis 10 repetisi 4 set dan 5
65
repetisi 8 set maka perlu dilakukan uji homogenitas dengan Levene-Test. Hasilnya tampak pada Tabel 5.5 berikut ini : Tabel 5.5 Data Test Of Homogeneity Of Variance Pada Kelompok Latihan Servis 10 Repetisi 4 Set Dan 5 Repetisi 8 Set Observasi Awal dan Akhir kedua F P kelompok Sebelum Perlakuan
Sesudah Perlakuan
Waktu (detik)
0,049
0,827
Ketepatan(Skor)
0,014
0,907
Waktu (detik)
0,052
0,823
Ketepatan(Skor)
3,723
0,074
Berdasarkan hasil Uji Homogenitas dengan Levene’s-Tes data kelompok latihan servis 10 repetisi 4 set dan 5 repetisi 8 set, data kecepatan sebelum perlakuan memiliki nilai F = 0,049 dan p = 0,827 dan skor ketepatan F = 0,014 dan p = 0,907. Sedangkan setelah perlakuan kecepatan memiliki nilai F = 0,052 dan p = 0,823 dan skor ketepatan F= 3,723 dan p = 0,074. Dari hasil pengujian kedua kelompok sebelum dan sesudah perlakuan memiliki nilai p ˃ 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa hasil uji statistik antar dua kelompok latihan memiliki varian yang sama atau homogen, sehingga hasil dapat dilanjutkan untuk uji parametrik. 5.3.4. Uji Beda Rerata Peningkatan Kecepatan Dan Ketepatan Jump Servis Bola Voli Kelompok Latihan Servis 10 Repetisi 4 Set Dan 5 Repetisi 8 Set Uji t Paired dilakukan untuk menguji mengetahui peningkatan kecepatan dan ketepatan jump servis bola voli pada siswa kelas 10 SMA Negeri 1
66
Kupang Tengah dengan metode 10 repetisi 4 set dan 5 repetisi 8 set. Pengukuran pertama dilakukan sebelum diberi perlakuan dan pengukuran kedua dilakukan setelah diberikan perlakuan. Tabel 5.6 Tabel Uji Beda Rerata Peningkatan Kecepatan Dan Ketepatan Jump Servis Bola Voli Kedua Kelompok Perlakuan
Sebelum
Sesudah
Beda
t
p
Rerata
SB
Rerata
SB
10 Repetisi Waktu (detik)
1,77
0,134
1,39
0,135
0,38
14,967 0,001
4 Set
Ketepatan(Skor)
2,64
0,203
3,49
0,140
0,85
14,767 0,001
5 Repetisi
Waktu (detik)
1,67
0,135
1,55
0,131
0,12
9,362
0,001
8 Set
Ketepatan(Skor)
2,63
0,196
2,89
0,201
0,26
4,641
0,001
Berdasarkan hasil distribusi data pada tabel 5.6, menunjukkan bahwa beda rerata peningkatan sebelum dan sesudah perlakuan pada kelompok latihan servis 10 repetisi 4 set waktu kecepatan beda = 0,38 detik, nilai t = 14,967 dan skor ketepatan beda = 0,85, nilai t = 14,767 dan nilai p < 0,05. Sedangkan pada kelompok 5 repetisi 8 set kecepatan beda = 0,12 detik, nilai t = 9,362 dan skor ketepatan beda = 0,26, nilai t = 4,641 dan nilai p < 0,05.
Hal ini
menunjukkan bahwa rerata data kecepatan dan ketepatan jump servis sesudah pelatihan pada kedua kelompok signifikan. 5.3.5. Uji Perbedaan Efek Peningkatan Kecepatan Dan Ketepatan Jump Servis Bola Voli Kedua Kelompok. Untuk mengetahui perbedaan rerata peningkatan kecepatan dan ketepatan jump servis bola voli yang diukur sebelum dan sesudah perlakuan antar kedua kelompok latihan servis 10 repetisi 4 set dan 5 repetisi 8 set, digunakan uji 67
t-Independent pada batas kemaknaan α = 0,05 yang hasilnya dapat dilihat pada Tabel 5.7 berikut : Tabel 5.7. Hasil Uji Perbedaan Efek Peningkatan Kecepatan Dan Ketepatan Jump Servis Bola Voli Kelompok Latihan Servis 10 Repetisi 4 Set Dan 5 Repetisi 8 Set Kelompok 10 Rep 4 Set Rerata SB
Kelompok 5 Rep 8 Set Rerata SB
Rerata
t
F
p
Sebelum Waktu (detik) Perlakuan Ketepatan(Skor)
1,77
0,134
1,67
0,135
0,10
1,370 0,049 0,192
2,64
0,203
2,63
0,196
0,01
0,100 0,014 0,922
Sesudah Waktu (detik) Perlakuan Ketepatan(Skor)
1,39
0,135
1,55
0,131
0,16 -2,454 0,052 0,028
3,49
0,140
2,89
0,201
0,60
6,964 3,723 0,001
Berdasarkan hasil distribusi data pada tabel di atas menunjukkan bahwa, rerata kecepatan dan ketepatan antar kedua kelompok perlakuan sebelum nilai p>0,05 dan sesudah perlakuan memiliki nilai p<0,05. Hal ini menunjukkan rerata peningkatan kecepatan dan ketepatan jump servis sebelum dan sesudah pelatihan pada kedua kelompok adalah berbeda bermakna. Dengan demikian kecepatan dan ketepatan jump servis antar kedua kelompok sebelum pepelatihan sebanding. Sedangkan perbedaan peningkatan kecepatan dan ketepatan jump servis sesudah perlakuan berbeda bermakna. Berarti perbedaan hasil akhir disebabkan oleh perbedaan pelatihan 10 repetisi 4 set dan 5 repetisi 8 set. Perlakuan praktek kelompok pelatihan 10 repetisi 4 set dan 5 repetisi 8 set dengan frekuensi pelatihan 3 kali setiap minggu dalam meningkatkan kecepatan dan ketepatan jump servis bola voli, terjadi peningkatan dari segi kecepatan dan ketepatan. Sehingga dapat dikatakan bahwa perlakuan pada
68
pelatihan 10 repetisi 4 set dan 5 repetisi 8 set sama-sama memberi efek peningkatan kecepatan dan ketepatan jump servis bola voli.
69
BAB VI PEMBAHASAN 8.1. Karakteristik Subjek Penelitian. Karakteristik subjek penelitian sebelum pelatihan yang meliputi umur, tinggi badan, berat badan pada kelompok 1, dan kelompok 2, tidak menunjukkan adanya perbedaan seperti yang disajikan pada Tabel 5.1. Pada kelompok latihan servis 10 repetisi 4 set jumlah sampel semua laki-laki sebanyak 8 orang, tinggi badan rata-rata 163,88±5,83 cm, berat badan rata-rata 48,37±2,06 kg, umur rata-rata 16,62±0,51 tahun. Sedangkan pada kelompok 5 repetisi 8 set yang berjumlah 8 orang jenis kelamin laki-laki, tinggi badan rata-rata 162,25±5,03 cm, berat badan rata-rata 47,87±6,40 kg, umur rata-rata 16,37±0,91 tahun. Dengan data diatas menunjukkan bahwa kondisi awal subjek tiaptiap kelompok sebelum perlakuan dalam keadaan seimbang, sehingga jika ada perbedaan pada akhir perlakuan merupakan akibat dari pelatihan yang diberikan pada masing-masing kelompok. 8.2. Karakteristik Lingkungan Penelitian. Lingkungan tempat pengambilan data di lapangan bola voli SMA Negeri 1 Kupang Tengah dilakukan pada pukul 15.00 – 17.30 wita secara terus menerus selama 8 minggu dengan cuaca yang normal. karakteristik lingkungan penelitian di SMA Negeri 1 Kupang Tengah Kabupaten Kupang didapatkan suhu kering 36 oC – 39 oC dan rata-rata 37,42±0,92 oC. Sedangkan kelembaban relatif udara menunjukkan 62% ‒ 76% dan rata-rata 69±4,01 %.
70
Data kelembaban relatif selama pelatihan adalah kelembaban yang normal. Menurut Manuaba (1998) bahwa daerah nyaman orang Indonesia untuk kelembaban relatif berkisar 60% - 80%. Sehingga dari data kelembaban yang ada masih dalam batas normal dan anak sudah terbiasa beradaptasi dengan keadaan lingkungan tersebut. 6.3 Hasil Uji Deskripsi Pada Kedua Kelompok Perlakuan. Uji deskripsi digunakan untuk menganalisis varian data sebelum dan sesudah pelatihan kecepatan dalam detik dan ketepatan dalam skor, baik kelompok perlakuan latihan servis 10 repetisi 4 set maupun 5 repetisi 8 set. Karakteristik data bervariasi dari kedua kelompok perlakuan. Hasil pengukuran kecepatan dan ketepatan kelompok perlakuan latihan servis 10 repetisi 4 set sebelum perlakuan rerata waktu kecepatan 1,77±0,134 detik dan skor ketepatan 2,64±0,203
sesudah perlakuan waktu kecepatan 1,39±0,135 detik dan skor
ketepatan 3,49±0,140. Sedangkan kelompok latihan servis 5 repetisi 8 set sebelum perlakuan rerata waktu kecepatan 1,67±0,135 detik dan skor ketepatan 2,63±0,196 sesudah perlakuan waktu kecepatan 1,55±0,131 detik dan skor kecepatan 2,89±0,201. 8.4. Hasil Uji Normalitas Pada Kedua Kelompok Perlakuan. Distribusi subjek penelitian dari kedua kelompok sebelum dan sesudah perlakuan diuji dengan Shapiro Wilk Test. Hasil uji statistik menunjukkan rerata kecepatan dan ketepatan sebelum dan sesudah pelatihan pada kelompok 10 repetisi 4 set dan 5 repetisi 8 set adalah p > 0,05. Dengan demikian data kecepatan dan ketepatan sebelum dan sesudah perlakuan pada kedua kelompok
71
menunjukkan tidak ada perbedaan secara bermakna, seperti tercantum pada Tabel 5.4. Oleh karena itu distribusi data kecepatan dan ketepatan sebelum dan sesudah perlakuan pada kedua kelompok berdistribusi normal dan homogen. Sehingga data yang memiliki sebaran normal merupakan data parametrik sehingga uji selanjutnya digunakan uji parametrik. 8.5. Uji Homogenitas Pada Kedua Kelompok Perlakuan. Berdasarkan Uji Homogenitas dengan Levene’s-Tes data kelompok latihan servis 10 repetisi 4 set dan 5 repetisi 8 set, data kecepatan sebelum perlakuan memiliki nilai F = 0,049 dan p = 0,827 dan skor ketepatan F = 0,014 dan p = 0,907. Sedangkan setelah perlakuan kecepatan memiliki nilai F = 0,052 dan p = 0,823 dan skor ketepatan F= 3,723 dan p = 0,074. Dari hasil pengujian kedua kelompok sebelum dan sesudah perlakuan memiliki nilai p ˃ 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa hasil uji statistik antar dua kelompok latihan memiliki varian yang sama atau homogen, sehingga hasil dapat dilanjutkan untuk uji parametrik. 6.6 Uji Beda Rerata Peningkatan Kecepatan Dan Ketepatan Sebelum Dan Sesudah Pelatihan. Rerata perbedaan peningkatan kecepatan dan ketepatan jump servis diukur sebelum dan sesudah perlakuan pada kelompok 10 repetisi 4 set dan 5 repetisi 8 set dilakukan dengan uji t-Paired berpasangan. menunjukkan bahwa beda rerata peningkatan sebelum dan sesudah perlakuan pada kelompok latihan servis 10 repetisi 4 set waktu kecepatan beda = 0,38 detik, nilai t = 14,967 dan skor ketepatan beda = 0,85, nilai t = 14,767 dan nilai p < 0,05. Sedangkan pada kelompok 5 repetisi 8 set kecepatan beda = 0,12 detik, nilai t = 9,362 dan skor
72
ketepatan beda = 0,26, nilai t = 4,641 dan nilai p < 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa rerata data kecepatan dan ketepatan jump servis sesudah pelatihan pada kedua kelompok signifikan. 6.7. Perbedaan Efek Peningkatan Kecepatan Dan Ketepatan Jump Servis Antar Kelompok Sebelum dan Sesudah Perlakuan. Untuk mengetahui perbedaan rerata peningkatan kecepatan dan ketepatan jump servis bola voli yang diukur sebelum dan sesudah perlakuan antar kedua kelompok latihan servis 10 repetisi 4 set dan 5 repetisi 8 set, digunakan uji t-Independent pada batas kemaknaan α = 0,05. Berdasarkan hasil distribusi menunjukkan bahwa, rerata kecepatan dan ketepatan antar kedua kelompok perlakuan sebelum nilai p>0,05 dan sesudah perlakuan memiliki nilai p<0,05. Hal ini menunjukkan rerata peningkatan kecepatan dan ketepatan jump servis sebelum dan sesudah pelatihan pada kedua kelompok adalah berbeda bermakna. Dengan demikian kecepatan dan ketepatan jump servis antar kedua kelompok sebelum pepelatihan sebanding. Sedangkan perbedaan peningkatan kecepatan dan ketepatan jump servis sesudah perlakuan berbeda bermakna. Berarti perbedaan hasil akhir disebabkan oleh perbedaan pelatihan 10 repetisi 4 set dan 5 repetisi 8 set. Perlakuan praktek kelompok pelatihan 10 repetisi 4 set dan 5 repetisi 8 set dengan frekuensi pelatihan 3 kali setiap minggu dalam meningkatkan kecepatan dan ketepatan jump servis bola voli, terjadi peningkatan dari segi kecepatan dan ketepatan. Sehingga dapat dikatakan bahwa perlakuan pada pelatihan 10 repetisi 4 set dan 5 repetisi 8 set sama-sama memberi efek
73
peningkatan kecepatan dan ketepatan jump servis bola voli, namun efek peningkatan pada kelompok 10 repetisi 4 set meningkatkan kecepatan dan ketepatan jump servis bola voli lebih baik dari kelompok 5 repetisi 8 set. Ini terjadi karena latihan 10 repetisi (maksimum) meningkatkan tenaga, sedangkan lebih dari 10 repetisi meningkatkan daya tahan. Beberapa persyaratan agar pelatihan bisa berhasil di antaranya lama kerja lebih dari 60 detik, intensitas latihan 85-100% dari kemampuan maksimum, repetisi dan set interval disesuaikan dengan kemampuan dan frekuensi latihan tiga kali seminggu (Nala, 2002). Pelatihan repetisi yang semakin banyak dapat juga membantu menghilangkan atlet dari tekanan pada tungkai dan paru yang pasti dirasakan ketika intensitas meningkat (Mamas, 2005). Selain itu, dengan pelatihan repetisi yang semakin meningkat maka jumlah pukulan lebih banyak dapat dilakukan dengan kecepatan lebih tinggi, tetapi terasa lebih ringan dibandingkan dengan pelatihan yang terus menerus tanpa istirahat. Hal ini disebabkan karena pada pelatihan repetisi dan set setelah melakukan suatu aktivitas dengan intensitas maksimal atau submaksimal akan selalu diikuti oleh suatu periode pulih asal yaitu jalan atau lari perlahan (Nala, 2001). 6.8. Kelemahan Penelitian. Kelemahan penelitian dalam latihan servis 10 repetisi 4 set dan 5 repetisi 8 set dalam meningkatkan jump servis bola voli adalah sebagai berikut : 1. Populasi penelitian terbatas pada pemain pemula pada SMA Negeri 1 Kupang Tengah yang berjumlah 190 orang.
74
2. Faktor konsentrasi yang sepenuhnya tidak fokus pada perlakuan karena konsentrasi terpecah pada kegiatan di luar perlakuan. 3. Faktor fisik, yakni kurangnya istirahat pada malam hari dan kurangnya asupan makan atau perut dalam keadaan kosong ketika perlakuan. Ini terjadi karena peneliti tidak bisa mengawasi sepenuhnya sampel selama 24 jam 4. Pengukuran kecepatan dan ketepatan pada pukulan servis bola voli kesasaran yang telah ditentukan pada penelitian ini dilakukan secara pengamatan langsung oleh pengamat sehingga tendensi penurunan ketelitian.
75
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN 12.1.
Simpulan. Dari hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa : Pelatihan 10 repetisi
4 set dan 5 repetisi 8 set sama baiknya dalam meningkatkan ketepatan dan kecepatan jump servis bola voli siswa putra kelas 10 SMA Negeri 1 Kupang Tengah 12.2.
Saran
12.2.1. Untuk meningkatkan kecepatan dan ketepatan jump servis bola voli diharapkan para pelatih, guru olahraga dan olahragawan menggunakan metode latihan servis 10 repetisi 4 set. 12.2.2. Untuk memperoleh peningkatan kecepatan dan ketepatan jump servis bola voli, lakukanlah latihan paling sedikit 2 bulan dengan frekuensi latihan tiga kali dalam seminggu. 12.2.3. Diharapkan penggunaan latihan servis 10 repetisi 4 set lebih diintensifkan saat beraktifitas latihan olahraga bola voli untuk meningkatkan kecepatan dan ketepatan jump servis. 12.2.4. Bagi peneliti lain hasil penelitian ini dapat dijadikan pedoman atau acuan dalam melakukan penelitian yang sejenis.
76
DAFTAR PUSTAKA Alonso, M.
and E. J. Finn. 1992. Dasar-dasar Fisika. Universitas. Jakarta
Erlangga. Hal. 6 Anwar, Desi. 2002. Berhitung Matematika. Penerbit Apollo. Surabaya. Basoeki. 1997. Program Pembinaan Pemain / Atlet Ideal. Jakarta: PT Gramedia. Hal.10 Beutelsthl D. 2011, Belajar Bermain Bola Volley. CV. Pionir jaya, Bandung. Hal.20 Berger, R. A. 1982. Applied Ecercise Physiology. Philadelphia: saunders College. Halaman 11 Bompa. T. O. 1990. Theory and Methodologi of Training. The key to athletics performance. Toronto: Kendal/. Hunt Publising Co. Brown, E. 1997. Getting Faster with Interval Training. Available from http//:www.cool.runing.co.nz. accessed Juni 1st, 2012. Fox, E. L. 1983. Sport Physiology. United States of America: CBS College Publishing. Fox, E. L. and Bower, R. W. 1984 Sport Physiology. Phyladelphia: Saunders College. Harsono, 1996. Prinsip-prinsip Pelatihan. Bahan Untuk Penataran Pelatihan Olahraga. Jakarta. Harsono. 1997. Coaching dan Aspek-aspek dalam Coaching. Jakarta. CV Tambak Kesuma. Harsono. 1998. Coaching dan Aspek-aspek Psikologi. Jakarta P2LPTK.
77
Jalven, J. 1992. Kedokteran Olahraga. Toronto Canada. Kosasih, E. 1995. Otot dan Pergerakan, Jantung, dan Peredaran darah PIO. Jakarta. Lamb K, 1984. Fisiologi Dasar Olahraga. FPOK - IKIP Bandung Mamas. 2005. Interval Training. (cited 2009 June). Available from: http//:www.mamashealth.com/exercise/run. Accessed March 28, 2010. Manuaba, I. B. A. 1998. Faal Tubuh. Yayasan Faal Widya Laksana Denpasar. Markin, G. and Haffman, M. 1984. Kesehatan Olahraga. Jakarta: PT Grafidia jaya. Mulyono B, 2009. Teknik Bermain Bola Volley. Jakarta ; Grafindo. Nala, I. G. N. 1998. Prinsip Pelatihan Fisik Olahraga. Monografi yang diperbanyak oleh Program Pasca Sarjana Fisiologi Olahraga Universitas Udayana. Nala, I. G. N. 2001. Prinsip pelatihan Fisik Olahraga. Denpasar: Program Studi Fisiologi Olahraga. Program Pasca Sarjana Universitas Udayana. Nala, I. G. N. 2002. Kumpulan Tulisan Olehraga. Monograf yang diperbanyak oleh KONI Bali. Denpasar. Nosek, J. 1982 General Theory of Training. Lagos: Pan Efrican Press Ltd. Nurhasan, 2001. Tes dan Pengukuran dalam Pendidikan Fisik. Prinsip-prinsip dan Penerapan. Jakarta: Direktorat Jendral Olahraga. Nurhasan. 1992. Tes dan Pengukuran Olahraga. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Universitas Terbuka. Nuril A, 2008. Servis Bola Volli. Jakarta: PT Grafidia jaya
78
Pate, 1984. Latihan Kebugaran Fisik. Jakarta: Direktorat Jendral Olahraga Paulus M, 2001. Pembelajaran Penjas Di Sekolah. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Universitas Terbuka. Pocock, S. J. 2008. Clinical Trails, A Practical Approach. New York: John Wiley and Sons. Power, S. K. dan Howley, E. T. 1990. Exercise Physiology. Dubuque: WMC Brown Published. Ridwan J, 2003. Kesehatan dan Olahraga. Jakarta : Fakultas Kedokteran Sajoto, M. 1990. Peningkatan dan Pembinaan Kekuatan Kondisi Fisik dalam Olahraga. Dahara Prize. Semarang. Sajoto; M. 2002. Peningkatan dan Pembinaan Kekuatan Kondisi Fisik. Semarang: Effhar dan Dahara Prize. Sana. 1993. Faal Tubuh dan Gerakan Organ Tubuh. Yayasan Faal Widhya Laksana Denpasar. Shaver. 1981. Essensial of Exercise Physiologi, Minneapolis Burger Publishing Company. Straus, R. H. 1979. Sport Medicine and Physiology. Sounder Company. Suharno. 1988. Ilmu Kepelatihan Olahraga. FPOK IKIP. Yogyakarta. Suharno. 1993. Ilmu Kepelatihan Olahraga. Bandung: PT Karya Ilmu. Suharno. 1995. Ilmu Pelatihan Olahraga. Monograf yang diperbanyak oleh FPOK. IKIP Yogyakarta.
79
Suherman, M. 2008. Pengaruh Interval Training dengan Istrahat Aktif dengan Istrahat Pasif dalam Lari 100 meter, (Cited 2009 Agust 8). Available from: http//:www.1pmpjabar. go.id. (Cited 2010 Desember 28). Tanking, K. and Darmadi, M. 1997. Biostatistik. Denpasar: Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Wahjoedi. 2000. Tes Pengukuran untuk Bidang Olahraga, Kedokteran dan Fisiologi. Usaha Nasional. Wahjoedi. 2001. Landasan Evaluasi Pendidikan Jasmani. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Yasyim. Sulchan. 1995. Kamus Pintar Bahasa Indonesia. Penerbit Amanah Surabaya.
80