TESIS
PELATIHAN SENAM AYO BANGKIT LEBIH MENINGKATKAN KEBUGARAN FISIK DITINJAU DARI DAYA TAHAN UMUM DARIPADA SENAM AYO BERSATU SERI 2 PADA MAHASISWI JURUSAN KEBIDANAN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN DENPASAR
I NYOMAN NUADA
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2013
TESIS
PELATIHAN SENAM AYO BANGKIT LEBIH MENINGKATKAN KEBUGARAN FISIK DITINJAU DARI DAYA TAHAN UMUM DARIPADA SENAM AYO BERSATU SERI 2 PADA MAHASISWI JURUSAN KEBIDANAN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN DENPASAR
I NYOMAN NUADA NIM 1190361002
PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI FISIOLOGI OLAHRAGA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2013
ii1
2
PELATIHAN SENAM AYO BANGKIT LEBIH MENINGKATKAN KEBUGARAN FISIK DITINJAU DARI DAYA TAHAN UMUM DARIPADA SENAM AYO BERSATU SERI 2 PADA MAHASISWI JURUSAN KEBIDANAN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN DENPASAR
Tesis untuk Memperoleh gelar Magister Pada Program Magister, Program Studi Fisiologi Olahraga Program Pascasarjana Universitas Udayana
I NYOMAN NUADA NIM 1190361002
PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI FISIOLOGI OLAHRAGA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2013
iii
3
LEMBARAN PENGESAHAN
TESIS INI TELAH DISETUJUI TANGGAL 6 Nopember 2013
Pembimbing I
Prof. dr. Ketut Tirtayasa, MS,AIF. NIP. 19501231 19803 1 015
Pembimbing II
Prof. Dr.dr. J. Alex Pangkahila, M.Sc,Sp.And,AIFO. NIP. 19440201 196409 1 001
Mengetahui Ketua Program Magister Fisiologi Olahraga Program Pascasarjana Universitas Udayana
Prof. Dr. dr. J. Alex Pangkahila, M.Sc,Sp.And,AIFO NIP. 194402011964091001
iv
Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana,
Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S.(K) NIP. 195902151985102001
4
PENETAPAN PANITIA PENGUJI
Tesis ini Telah Diuji Pada Tanggal 6 Nopember 2013
Panitia Penguji Kelayakkan Tesis, berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana No : 305/UN.14.4/HK/2013, Tanggal 29 Oktober 2013
Ketua : Prof. dr. Ketut Tirtayasa, MS, AIF. Anggota : 1. Prof. Dr. dr. J. Alex Pangkahila, M. Sc.Sp. And,AIFO 2. Dr. dr. I Made Jawi, M.Kes. 3. Dr. Ir. I Ketut Wijaya, M Erg. 4. Dr. dr. Bagus Komang Satriyasa, M. Repro.
v
5
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT
Nama
:
I Nyoman Nuada
NIM
:
1190361002
Program Studi
:
Magister Fisiologi Olahraga
Judul Tesis
:
Pelatihan Senam Ayo Bangkit Lebih Meningkatkan Kebugaran Fisik Ditinjau Dari Daya
Tahan Umum
Daripada Senam Ayo Bersatu Seri 2 Pada Mahasiswi Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Denpasar. Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmih Tesis ini bebas plagiat. Apabila di kemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan Mendiknas RI No. 7 Tahun 2010 dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Denpasar, 20 Nopember 2013
(I Nyoman Nuada)
vi
6
UCAPAN TERIMA KASIH
Dengan menghaturkan puji syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widhi, Tuhan Yang Maha Esa, karena atas asung kertha wara nugraha-Nya penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Tesis ini disusun dalam rangka memenuhi syarat untuk memperoleh gelar magister pada Program Studi Fisiologi Olahraga, Program Pascasarjana Universitas Udayana. Tesis ini berjudul “Pelatihan Senam Ayo Bangkit Lebih Meningkatkan Kebugaran Fisik Daripada Senam Ayo Bersatu Seri 2 Pada Mahasiswi Jurusan Kebidanan Polteknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Denpasar.” Penyusunan tesis ini tidak terlepas dari dorongan, semangat, motivasi, bimbingan dan petunjuk dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada: 1. Bapak Rektor Universitas Udayana, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan
program Pascasarjana di
Universitas Udayanana. 2. Prof. Dr. dr. A. A Raka Sudewi, Sp.S (K), selaku ketua Program Pascasarjana Universitas Udayana atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti serta menyelesaikan pendidikan ini paada Program Studi Magister Fisiologi Olahraga Universirtas Udayana. 3. Prof. Dr. dr. J. Alex Pangkahila, M. Sc, Sp.And, AIFO selaku Ketua Program Studi Magister Fisiologi Olahraga Universitas Udayana dan sebagai Pembimbing II.
vii
7
4. Prof. dr. Ketut Tirtayasa, MS, AIF, selaku pembimbing I untuk membimbing penyusun tesis ini, sampai terwujud. 5. Para dosen Fisiologi Olahraga pada Program Studi Magister Fisiologi Olahraga Pascasarjana Universitas Udayana yang telah memberikan dorongan, semangat dan bimbingan. 6. Direktur Poltekes Kemenkes Denpasar, yang telah memberikan ijin untuk peneliltian kepada penulis terhadap para mahasiswi Jurusan Kebidanan sebagai sampel. 7. Ketua jurusan Kebidanan Poltekes Kemenkes Denpasar, mengijinkan atas tempat penelitian serta mahasiswi Jurusan Kebidanan sebagai sampel. 8. Rekan-rekan mahasiswa fisiologi olahraga dan mantan mahasiswa yang telah memberikan motivasi dan bantuan dalam penyusunan usulan penelitian ini. 9. Istri, anak-anak, keluarga dan sanak saudara tercinta yang telah memberikan motivasi dan semangat selama mengikuti pendidikan khususnya dalam penyusunan tesis ini. Tesis ini sudah tentu banyak kekurangan dan ketidak sempurnaan, untuk itu masih tetap memerlukan masukan dan saran untuk perbaikan. Akhir kata masukan, saran dan koreksi dari semua pihak penulis sangat diharapkan untuk penyempurnaan tesis ini.
Denpasar, Nopember 2013 Penulis
viii
8
ABSTRAK PELATIHAN SENAM AYO BANGKIT LEBIH MENINGKATKAN KEBUGARAN FISIK DITINJAU DARI DAYA TAHAN UMUM DARIPADA SENAM AYO BERSATU SERI 2 PADA MAHASISWI JURUSAN KEBIDANAN POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR Kebugaran fisik sangat penting untuk memperlancar seseorang melakukan aktifitas sehari - hari tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti. Dalam upaya untuk meningkatkan kebugaran fisik perlu dilaksanakan pelatihan yang terukur dan teratur sehingga mampu memperoleh hasil yang maksimal. Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan kebugaran fisik ditinjau dari daya tahan umum melalui pelatihan Senam Ayo Bangkit dan Senam Ayo Bersatu Seri 2. Sedangkan tujuan khususnya adalah untuk mengetahui pelatihan Senam Ayo Bangkit dan Senam Ayo Bersatu Seri 2 dalam meningkatkan kebugaran fisik ditinjau daya tahan umum. Sampel dalam penelitian adalah mahasiswi Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Denpasar dengan umur rata-rata 18 tahun. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan rancangan randomized pretest – posttest control group design dengan jumlah sampel sebanyak 11 orang pada masing-masing kelompok. Sampel dipilih secara acak pada mahasiswi Jurusan Kebidanan Poltekes Kemenkes Denpasar, selanjutmya masing-masing kelempok diberikan pelatihan senam. Perlakuan 1 (P1) diberikan pelatihan Senam Ayo Bangkit dan perlakuan 2 (P2) diberikan pelatihan Senam Ayo Bersatu Seri 2. Pelatihan dilakukan selama 8 minggu dengan frekuensi 3 kali seminggu mulai pukul 17.00 – 18.00 wita secara bersama - sama bertempat di halaman kampus Jurusan Kebidanan Poltekes Kemenkes Denpasar. Hasil analisis dengan bantuan komputer menunjukkan penurunan waktu tempuh lari aerobik 2,4 km secara bermakna (p < 0,05) terhadap kedua kelompok senam pada posttest dari pretest dan juga terjadi peningkatan denyut nadi latihan diakhir perlakuan pada kedua kelompok. Pada kelompok Senam Ayo Bangkit terjadi peningkatan denyut nadi sebesar 11 % dan kelompok Senam Ayo Bersatu Seri 2 sebesar 6 %. Hasil analisis terjadi perbedaan peningkatan denyut nadi pelatihan secara bermakna (p<0,05). Hasil analisis statistik perbedaan waktu tempuh lari aerobik 2,4 km pada P1 dan P2 sebesar 42 % dan perbedaan denyut nadi latihan pada P1 sampai zona latihan sedangkan P2 tidak sampai ke zona latihan. P1 tidak sampai ke zona latihan kemungkinan dipengaruhi oleh faktor latihan termasuk power aerobik atlet, ambang batas laktat, ekonomi gerakan dan jenis serat otot. Bagi masyarakat disarankan untuk meningkatkan kebugaran fisik dengan melakukan Senam Ayo Bangkit secara teratur dan rutin tiga kali seminggu selama 8 minggu. Kata kunci :
Senam Ayo Bangkit, Senam Ayo Bersatu Seri 2, Lari 2,4 km, Kebugaran Fisik.
ix
9
ABSTRACT THE TRAINING OF AYO BANGKIT GYMNASTIC MORE PHYSICAL FITNESS IN TERMS OF GENERAL ENDURANCE THAN AYO BERSATU GYMNASTIC SERIES 2 ON MIDWIFERY STUDENTS OF HEALTH POLYTECHNIC DENPASAR Physical fitness is very important to facilitate a person perform daily activities without causing significant fatigue. In an effort to improve physical fitness, training needs to be implemented and measured regularly to obtain optimal results. The general objective of this study was to determine the improvement of physical fitness in terms of general endurance as result of Ayo Bangkit and Ayo Bersatu Series 2 gymnastics. While the specific goal is to determine the particular training and gymnastics Ayo Bangkit and Ayo Bersatu Serie 2 both can improve physical fitness in terms of general endurance. The sample of this research is Midwifery students in Polytechnic of Ministry of Health Denpasar with an average age of 18 years . This study is an experimental research with randomized pretest - posttest control group design with a total sample of 11 people in each group. The samples were chosen randomly to students of Midwifery Department in Polytechnic of Health Ministry Denpasar, and then each group was given gymnastic training. Treatment 1 ( P1 ) was given Ayo Bangkit gymnastics training and treatment 2 (P2) was given Ayo Bersatu Serie 2 gymnastics training. The training conducted in 8 weeks with a frequency of 3 times a week starting at 17:00 to 18:00 WITA all together at the same place in the front yard campus of Midwifery Department in Polytechnic of Ministry of Health Denpasar. The analysis result with computer-assistance showed a decrease in aerobic 2.4 km run time significantly ( p < 0.05 ) for both groups in post test, there was also an increase in pulse rate of training in terms of percentage at the end of the session in both groups . There was 11 % of pulse increasing in Ayo Bangkit gymnastic, while there was only 6 % of it in Ayo Bersatu Serie 2. There was a significant difference of increasing pulse rate between Ayo Bangkit group and Ayo Bersatu serie 2 group for 5 %. The statistical analysis result shows the difference of 2.4 km aerobic run time in P1 and P2 for 42 % and the difference of exercise pulse in P1 reached the exercise zone, while P2 didn’t reach the exercise zone. P2 didn’t reach the exercise zone maybe due to exercise performance factors, including aerobic power of the athlete, lactate threshold, movement economy and types of muscle fibers. The people were advised to increase physical fitness by doing Ayo Bangkit gymnastics of moderate intensity three times a week for 8 weeks . Keywords : Ayo Bangkit Gymnastic, Ayo Bersatu Gymnastic Series 2, 2,4 km of Running, Physical Fitness .
x
10
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL DALAM ................................................................. PRASYARAT GELAR................................................................................. LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ................................................. PENETAPAN PANITIA PENGUJI.............................................................. SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT .............................................. UCAPAN TERIMA KASIH ......................................................................... ABSTRAK .................................................................................................. ABSTRACT ................................................................................................. DAFTAR ISI ................................................................................................ DAFTAR GAMBAR .................................................................................... DAFTAR TABEL ........................................................................................ DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG................................................. DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................
ii iii iv v vi vii ix x xi xiii xiv xv xvi
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1.1. Latar Belakang .................................................................................. 1.2. Rumusan Masalah ............................................................................. 1.3. Tujuan Penelitian............................................................................... 1.4. Manfaat Penelitian.............................................................................
1 1 5 5 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA ........................................................................ 2.1. Pengertian Faal Olahraga................................................................... 2.2. Kebugaran Fisik ................................................................................ 2.3. Pelatihan Kebugaran Fisik ................................................................. 2.4. Prinsip Pelatihan................................................................................ 2.5. Pelatihan Meningkatkan Komponen Biomotorik................................ 2.6. Pengaruh Pelatihan Aerobik terhadap Fungsi Organ Tubuh ............... 2.7. Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Kebugaran Fisik ....................... 2.8. Senam ...............................................................................................
7 7 8 14 16 18 19 21 22
BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS..................................... 3.1. Kerangka Berpikir ............................................................................ 3.2. Konsep Penelitian ............................................................................. 3.3. Hipotesis Penelitian ...........................................................................
34 34 35 36
BAB IV METODE PENELITIAN................................................................ 4.1. Rancangan Penelitian ........................................................................ 4.2. Populasi dan Sampel.......................................................................... 4.3. Variabel Penelitian ............................................................................ 4.4. Definisi Operasional Variabel............................................................ 4.5. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................ 4.6. Instrumen Penelitian.......................................................................... 4.7. Prosedur Penelitian............................................................................
37 37 38 40 41 42 43 43
xi
11
4.8. 4.9.
Analisis Data ..................................................................................... Kelemahan Penelitian ........................................................................
48 49
BAB V HASIL PENELITIAN...................................................................... 5.1 Kondisi Lingkungan .......................................................................... 5.2 Karakteristik Subjek .......................................................................... 5.3 Hasil Analisis Waktu Tempuh Lari 2,4 Km Sebelum dan Sesudah Perlakuan............................................................................. 5.4 Hasil Analisis Denyut Nadi ...............................................................
50 51 51 54 57
5.4
Hasil Analisis Denyut Nadi Sebelum dan Sesudah Perlakuan pada P1
56
VI PEMBAHASAN ............................................................................ Karakteristik Subjek Penelitian.......................................................... Pelatihan Senam Ayo Bangkit Meningkatkan Kebigaran Fisik........... Pelatihan Senam Ayo Bersatu Seri 2 Meningkatkan Kebugaran Fisik ................................................................................................. Pelatihan Senam Ayo Bangkit Lebih Meningkatkan Kebugaran Fisik Ditinjau dari Daya Tahan Umum. daripada Pelatihan Senam Ayo Bersatu Seri 2....................................................................................
62 62 64
BAB 6.1 6.2 6.3 6.4
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 7.1 Simpulan ........................................................................................... 7.2 Saran ................................................................................................. DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. LAMPIRAN
xi
66
68 73 73 73 75
12
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
Gambar 3.1 Kerangka Konsep ..............................................................
35
Gambar 4.1 Bagan Rancangan Penelitian..............................................
37
Gambar 4.2 Alur Penelitian ..................................................................
48
Gambar 5.1 Rerata Waktu Tempuh Lari 2,4 km pada Kedua Kelompok
55
Gambar 5.2 Denyut Nadi Senam Ayo Bangkit Sebelum dan Sesudah Perlakuan ..........................................................................
58
Gambar 5.3 Denyut Nadi Senam Bersatu Seri 2 Sebelum dan Sesudah Perlakuan ..........................................................................
60
Gambar 5.4 Denyut Nadi Senam Ayo Bangkit dan Senam Ayo Bersatu Seri 2 Sesudah Perlakuan...................................................
61
xiii
13
DAFTAR TABEL Tabel
Halaman
Tabel 2.1 Intesitas latihan.................................................................... Tabel 5.1 Kondisi Lingkungan Tempat Pelatihan (OC) ........................ Tabel 5.2 Data Indeks Massa Tubuh P1 dan P2 Sebelum dan Sesudah Perlakuan .............................................................. Tabel 5.3 Hasil Uji Normalitas pada Indeks Massa Tubuh PI dan P2 Sebelum dan Sesudah Perlakuan ......................................... Tabel 5.4 Hasil Analisis Perbedaan Indeks Massa Tubuh antara Sebelum dan Sesudah Perlakuan ......................................... Tabel 5.5 Analisis Perbedaan Umur pada P1 Dan P2........................... Tabel 5.6 Hasil Uji Normalitas Waktu Tempuh 2,4 Km Sebelum dan Sesudah Perlakuan ......................................... Tabel 5.7 Hasil Analisis Beda Waktu Tempuh Lari 2,4 Km Sebelum dan Sesudah Perlakuan ......................................... Tabel 5.8 Hasil Analisis Perbedaan Waktu Tempuh Lari 2,4 Km pada Kelompok P1 dan Kelompok P2 ................................. Tabel 5.9 Hasil Uji Normalitas Denyut Nadi Istirahat dan Denyut Nadi Latihan Sebelum dan Sesudah Perlakuan pada P1 ....... Tabel 5.10 Hasil Analisis Beda Denyut Nadi Istirahat dan Denyut Nadi Latihan Sebelum dan Sesudah Perlakuan pada P1 ............... Tabel 5.11 Hasil Uji Normalitas Denyut Nadi Istirahat dan Denyut Nadi Latihan Sebelum dan Sesudah Perlakuan Pada P2 ...... Tabel 5.12 Hasil Analisis Beda Denyut Nadi Istirahat dan Denyut Nadi Latihan Sebelum dan Sesudah Perlakuan pada P2 ..............
xiv
13 51 52 52 53 54 54 55 56 57 57 59 59
14
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG SD
: Sekolah Dasar
SLTP
: Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama
DKI
: Daerah Khusus Ibukota
FOMI
: Federasi Olahraga Masyarakat Indonesia
V O2 Max
: Volume OksigenMaksimal
ATP
: Adenosin Tri Pospat
K Kal
: Kilo Kalori
KTP
: Kartu Tanda Penduduk
IMT
: Indeks Massa Tubuh
P1
: Perlakuan 1
P2
: Perlakuan 2
DNI
: Denyut Nadi Istirahat
DNL
: Denyut Nadi Latihan
SB
: Simpang Baku
P
: Populasi
R
: Random
S
: Sampel
RA
: Random Acak
HIEE
: High Intensity Exercise Endurance
PFK
: Fosfofruktokinase
Depkes RI
: Departemen Kesehatan Republik Indonesia
Poltekkes
: Politeknik Kesehatan
Kemenkes
: Kementerian Kesehatan
xv
15
DAFTAR LAMPIRAN 1. Foto Dan Proses Pelatihan -
-
-
Pengukuran Tekanan Darah Pengukuran Tinggi Badan Pengukuran Berat Badan Alat Pengukur Suhu Kelembaban Udara, Pada Saat Tes Lari 2,4 km di Lapangan Stadion Ngurah Rai Denpasar dan Pelatihan Senam di Lapangan Jurusan Kebidanan Poltekes Kemenkes Denpasar Alat Pengukur Suhu Udara, Pada Saat Tes Lari 2,4 km di Lapangan Stadion Ngurah Rai Denpasar dan Pelatihan Senam di Lapangan Jurusan Kebidanan Poltekes Denpasar Alat Pengeras Suara (Werles) Pada Saat Pelatihan Senam di Lapangan Jurusan Kebidanan Poltekes Denpasar Pelatihan Senam Ayo Bangkit, Gerakan Pemanasan Senam Ayo Bangkit, Gerakan Inti Pelatihan Senam Ayo Bangkit, Gerakan Pendingnan Pelatihan Senam Ayo Bangkit Kelompok 1 (P1) di Lapangan Jurusan Kebidanan Poltekes Kemenkes Denpasar Gerakan Pelatihan Senam Ayo Bersatu Seri 2, Gerakan Pemanasan Gerakan Pelatihan Senam Ayo Bersatu Seri 2, Gerakan Inti Gerakan Pelatihan Senam Ayo Berastu Seri 2, Gerakan Pendinginan Pelatihan Senam Ayo Bersatu Seri 2 Kelompok 2 (P2), dI Lapangan Jurusan Kebidanan Poltekes Kemenkes Denpasar Pelatihan Senam Ayo Bersatu Seri 2 Kelompok 2 (P2), di Lapangan Jurusan Kebidanan Poltekes Kemenkes Denpasar
2. Data Hasil Penelitian 3. Surat-surat Kelengkapan Penelitian
xvi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Kebugaran fisik adalah kemampuan seseorang untuk melakukan aktivitas atau tugas pekerjaan sehari-hari tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti. Kebugaran fisik ditentukan oleh beberapa komponen, namun yang penting dan sangat erat kaitannya dengan pekerjaan dan kesehatan yakni komponen daya tahan (endurance), disamping beberapa komponen lain seperti kelentukan (fleksibility), komposisi tubuh (body composition) dan kekuatan (strength). Sampai saat ini masyarakat masih kurang mendapatkan informasi yang akurat tentang kebugaran fisik, disamping informasi tentang cara olahraga yang benar. Dampak dari hal tersebut adalah kebugaran fisik masyarakat tidak terjaga dengan baik karena tidak mampu melaksanakan olahraga sesuai dengan kondisi masing-masing individu. Menurunnya kebugaran fisik dapat terjadi pada berbagai kelompok usia dan jenis kelamin. Informasi pengukuran tingkat kebugaran fisk terhadap anak SD laki-laki usia 6-12 tahun dengan katagori kurang sekali sebesar 47,3 % dan wanita sebesar 50,1 %,
pada anak SLTP laki-laki usia 13-15 tahun dengan
katagori kurang sekali sebesar 31,1 % dan wanita sebesar 28,9 %, pada anak SLTA laki-laki usia 16-18 tahun dengan katagori kurang sekali sebesar 51,9 % dan wanita sebesar 53,2 % (Departemen Kesehatan Republik Indonesia,1995b). Hasil dari pengukuran kebugaran jasmani yang dilakukan (Depkes RI, 2004), dengan jumlah sampel 250 karyawan laki-laki dan perempuan, pada
1
2
golongan umur 30 tahun sampai dengan 50 tahun dengan cara simple random sampling di 4 provinsi, Sumatera Selatan, Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta, Jawa Barat dan Bali. Pengukuran meliputi indeks massa tubuh, lingkar pinggang pinggul, kelentukan, kekuatan otot dan daya tahan jantung paru dengan tes lari 2,4 km. Pengukuran hasil kebugaran daya tahan jantung didapatkan dengan katagori kurang sekali sebesar 73 %. Pelatihan merupakan suatu gerakan fisik dan atau aktivitas mental yang dilakukan secara sistematis dan berulang (Nala, 2011b). Pelatihan sebaiknya dilakukan dalam waktu lama dengan pembebanan yang meningkat secara progresif dan individual. Dengan demikian pelatihan dapat memperbaiki sistem serta fungsi fisiologis dan psikologis serta dapat mencapai penampilan dan kebugaran fisik yang optimal. Para peneliti membuktikan bahwa kebugaran fisik sangat perlu bagi setiap kelompok orang untuk mendukung aktifitas kerja sehari-hari. Kebugaran fisik sangat perlu dijaga dan diberikan pelatihan secara kontinyu agar tetap optimal. Kebugaran fisik sangat perlu ditingkatkan karena dapat mencegah berbagai masalah kesehatan seperti penyakit jantung, mudah lelah serta menurunkan efisiensi dan produktivitas kerja (Irianto, 2004). Olahraga yang efektif untuk meningkatkan kebugaran fisik adalah olahraga aerobik (Triangto, 2005). Pelatihan aerobik secara teratur akan mempengaruhi fungsi jantung, dimana jantung akan mampu memompa lebih baik dengan demikian dapat memompa lebih banyak darah dan lebih banyak oksigen sehingga dapat menurunkan frekuensi denyut jantung baik pada kondisi istirahat maupun
3
saat latihan (Perry, 2008). Pelatihan aerobik juga meningkatkan kekuatan otot pernapasan, meningkatkan jumlah dan besar alveoli dan merangsang pertumbuhan pembuluh darah disekitarnya yang akan mempercepat suplai oksigen ke sel (Balley, 1994). Pelatihan yang sering dilakukan di masyarakat adalah pelatihan aerobik yang merupakan bentuk pelatihan fisik yang paling sesuai untuk meningkatkan kebugaran jantung dan paru (Tanasescue, 2002). Pelatihan
aerobik
yang
sesuai
dengan
takarannya
akan
mampu
meningkatkan kebugaran fisik atau kesegaran jasmani (Powers, 1996 dalam Nala, 2011) dan adapun yang dimaksud dengan takaran pelatihan adalah: intensitas 70-80% dari VO2 maksimumnya, volume durasi selama 15-60 menit, frekuensi 35 kali perminggu.
Senam merupakan salah satu bentuk pelatihan yang
memberikan manfaat bagi peningkatan kesehatan dan kebugaran (Wahyu, dkk, 2008). Dalam penelitian ini ingin diketahui adanya perbedaan kebugaran fisik dari Senam Ayo Bangkit dan Senam Ayo Bersatu Seri 2 (Wahyo, dkk, 2008). Senam Ayo Bangkit (Wahyo, dkk, 2004) dan Senam Ayo Bersatu Seri 2 tahun 2008 yang saat ini mulai populer di masyarakat merupakan senam aerobik yang gerakannya melibatkan seluruh otot-otot besar, secara terus menerus, berirama dan berkelanjutan serta dalam keadaan aerobik. Senam Ayo Bersatu Seri 2 merupakan senam aerobik yang digemari karena gerakan lebih dinamis, intensitas lebih tinggi dari senam aerobik lainnya. Senam ini memakai ketukan 135 kali per menit, iringan musiknya lebih menimbulkan rasa gembira dan bersemangat. Senam Ayo Bangkit hampir sama dengan senam aerobik Ayo
4
Bersatu seri 2 dengan ketukan 125 kali per menit. Pelatihan senam aerobik Ajeg Bali dan senam aerobik Ayo Bersatu seri 2 dengan intensitas denyut nadi 120 kali per menit durasi 40 menit 3 kali seminggu selama 8 minggu dapat meningkatkan kebugaran fisik (Sukardiasih, 2005). Pelatihan senam aerobik Ayo Bangkit dengan intensitas denyut nadi 120 kali per menit durasi 40 menit 3 kali seminggu selama 8 minggu dapat meningkatkan kebugaran fisik (Dewantari, 2007). Pelatihan senam aerobik dengan intensitas denyut nadi 140-164 kali per menit durasi 3-10 menit dengan repetisi sesuai dengan kapasitas fisiologi setiap individu frekuensi 3-5 seminggu dapat meningkatkan kebugaran fisik (Nala, 2011a). Gambaran diatas betapa pentingnya pelatihan aerobik, dimana salah satu diantaranya adalah senam aerobik. Senam aerobik ini
lebih meningkatkan
efektifitas dan efisiensi fungsi fisiologi jantung pembuluh darah dan paru. Hal ini akan lebih
meningkatkan daya tahan umum yang nantinya akan tercapai
kebugaran fisik yang lebih prima. Mahasiswi jurusan
Kebidanan Politeknik Kesehatan Kementerian
Kesehatan Denpasar dipilih sebagai sampel karena
merupakan kelompok
masyarakat yang sebagian besar waktunya
kuliah. Waktu untuk
dibangku
belajar di kelas selama 8 jam dengan posisi duduk terutama bagi mahasiswa semester II kareana struktur programnya masih lebih banyak teori. Hal ini mengakibatkan mahasiswi kurang melakukan aktivitas
fisik termasuk tidak
melakukan senam aerobik jenis apapun dengan alasan sudah lelah menghadapi perkulahan. Disamping itu mahasiswi ini dipilih untuk diberikan pelatihan senam oleh karena semua mahasiswi bertempat tinggal di asrama kampus jurusan
5
Kebidanan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Denpasar sehingga memudahkan mengumpulkan untuk diberikan pelatihan. Sedangkan mahasiswi semester III sampai VI aktivitas perkuliahannya lebih banyak melaksanakan praktek di lapangn. Sampai saat ini belum pernah melakukan pelatihan senam aerobik secara teratur pada Mahasiswi Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Denpasar.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka rumusan masalah penelitian adalah sebagai berikut : 1. Apakah pelatihan Senam Ayo Bangkit meningkatkan kebugaran fisik ditinjau dari daya tahan umum? 2. Apakah pelatihan Senam Ayo Bersatu Seri 2 meningkatkan kebugaran fisik ditinjau dari daya tahan umum? 3. Apakah pelatihan Senam Ayo Bangkit lebih meningkatkan kebugaran fisik ditinjau dari daya tahan umum daripada Senam Ayo Bersatu Seri 2 ? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan kebugaran fisik dari pelatihan Senam Ayo Bangkit dan Senam Ayo Bersatu Seri 2. 1.3.2 Tujuan khusus Tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:
6
1.
Pelatihan Senam Ayo Bangkit meningkatkan kebugaran fisik ditinjau dari daya tahan umum.
2.
Pelatihan Senam Ayo Bersatu seri 2 meningkatkan kebugaran fisik ditinjau dari daya tahan umum.
3.
Pelatihan Senam Ayo Bangkit lebih meningkatkan kebugaran fisik ditinjau dari daya umum daripada Senam Ayo Bersatu Seri 2.
1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat teoritis 1. Menerapkan analisis psikologi pada penyusunan program olahraga kesehatan, berdasarkan pada model ilmiah perubahan perilaku, dengan manfaat akhir berupa peningkatan kebugaran aerobik untuk aktivitas sehari-hari. 2. Memperkaya keilmuan fisiologi olahraga terutama aspek bidang promosi kesehatan melalui pengembangan program aktivitas fisik yang terintegrasi ke dalam kehidupan sehari-hari. 3. Sebagai landasan penelitian selanjutnya tentang pengembangan program latihan
fisik
pada
populasi
dan
lingkungan
yang
berbeda
dengan
mempertimbangkan kebutuhan dan tujuan akhir yang ingin dicapai.
1.4.2 Manfaat praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan acuan memilih jenis senam aerobik dalam memilih program pelatihan untuk meningkatkan kebugaran fisik.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Faal Olahraga Fisiologi olahraga sebagai salah satu disiplin ilmu kedokteran yang berusaha untuk mempelajari efek latihan terhadap tubuh, mempelajari bagaimana efisiensi tubuh manusia dapat diperbaiki dengan latihan, mempelajari metoda yang paling sesuai untuk menilai 13 perbedaan parameter fisik dan fisiologis dan mempelajari bermacam-macam tes yang cocok untuk mengukur keadaan kesegaran jasmani (Giam, 1993 dalam Wiarto, 2013). Berdasarkan tipe dan intensitas performance latihan, olahraga dapat dibagi menjadi 2 bagian besar, adalah : 1. Olahraga dinamik, yaitu olahraga yang menyebabkan perubahan pada panjang otot dan pergerakan sendi dengan kontraksi ritmis, tetapi hanya terjadi sedikit perubahan pada kekuatan intramuskular. 2. Olahraga statik, yaitu olahraga yang menyebabkan perubahan kekuatan intramuskular, tetap tidak terjadi atau hanya terjadi sedikit perubahan otot dan pergerakan sendi. Olahraga dinamik dengan melibatkan banyak otot-otot menyebabkan peningkatan kebutuhan oksigen. Sedangkan olahraga statik hanya menyebabkan sedikit peningkatan dalam kebutuhan oksigen. Senam termasuk olahraga dengan gerakan dinamik, oleh karena dalam pelatihan melibatkan semua otot-otot rangka dan semua persendian tubuh (Wiarto, 2013).
7
8
2.2 Kebugaran Fisik 2.2.1 Pengertian kebugaran fisik Kebugaran fisik disebut juga kebugaran jasmani atau kesegaran jasmani dapat diartikan kemampuan tubuh untuk melakukan suatu tugas rutin dalam jangka waktu yang cukup lama tanpa mengalami kelelahan yang berarti dan masih memiliki cadangan untuk melakukan aktivitas yang bersifat mendadak (Nala, 2011a). Kebugaran fisik adalah kecocokan keadaan fisik berupa kesesuaian struktur dan komponen jasmani
yang harus dilaksanankan dan kesesuaian
jasmani secara fungsional terhadap tugas fisik yang harus dilaksanakan (Giriwijoyo, 2007). Kebugaran fisik ini melibatkan beberapa komponen biomotorik termasuk komponen sistem peredaran berupa sistem jantung dan pembuluh darah serta sistem pernapasan berupa paru paru. Kemampuan jantung dan pembuluh darah serta paru dalam menyediakan oksigen bagi kelangsungan kerja otot disebut daya tahan umum. Daya tahan umum inilah kerap kali pengertiannya disamakan dengan daya tahan aerobik, kesegaran jasmani atau kebugaran fisik (Nala, 2011a). Daya tahan dapat digolongkan dalam beberapa cara. Misalnya, daya tahan aerobik, kadang-kadang disebut latihan daya tahan intensitas rendah, memungkinkan seseorang untuk melakkukan aktivitas terusmenerus untuk jangka waktu yang lama, sedangkan daya tahan anaerobik, atau latihan daya tahan intensitas tinggi, menyediakan kemampuan untuk berulangulang melakukan serarangan latihan intensitas tinggi (Bompa, 2009). Faktorfaktor yang mempengaruhi daya tahan aerobik sangat penting dalam menentukan kapasitas daya tahan atlet. Faktor-faktor ini termasuk power aerobik
altet,
ambang batas laktat, eknomi gerakan dan jenis serat otot. Setiap faktor dapat
9
ditingkatkan secara signifikan dengan metode latihan yang sesuai. Kekuatan atau aerobik power maksimal telah lama dianggap sebagai faktor utama dalam menentukan keberhasilan dalam olahraga-olahraga adalah daya tahan. Kekuatan atau power aerobik bukan satu-satunya penentu latihan olahraga, power aerobik diukur sebagai tingkat teringgi di mana oksigen dapat diambil dan digunakan oleh tubuh selama latihan maksimal dan juga dapat didefinisikan sebagai penyerapan oksigen maksimal (VO2 max), nilai VO2 max antara 70-85 ml.kg. Kapasitas penyerapan asam laktat bisa berpengaruh terhadap kemampuan daya tahan untuk mengembangkan daya tahan intesitas tinggi, High Intensity Exercise Endurance (HIEE), adalah kemampuan untuk menyerap asam laktat atau H ’ion ke laktat. Kenaikan konsentrasi H + mengakibatkan efek penghambatan pada fosfofruktokinase (FFK). H ’ion tidak diserap serta penurunan PFK
akan
mengurangi hasil Adenosin Tri Pospat (ATP) dari glikolisis, sehingga mengurangi output daya untuk mempertahankan selama aktivitas. Ekonomi gerakan atau latihan, telah didefinisikan sebagai penyerapan oksigen yang diperlukan untuk melakukan latihan pada intensitas tertentu atau rasio kerja mekanik dilakukan untuk energi yang dikeluarkan. Latihan sangat dipengaruhi perbedaan individu tampak akan dipengaruhi status latihan karena ekonomi gerakan secara signifikan terkait dengan status latihan. Individu teralatih nampak menunjukan ekonomi latihan yang lebih besar dibandingkan dengan yang tidak terlatih. Tipe serabut otot atau komposisi otot berperan dalam menentukan kemampuan kinerja daya tahan atau kemampuan kinerja yang cepat. Latihan intensitas tinngi secara signifikan meningkatkan ekonomi gerakan dan VO2 max. Komposisi serat otot, diantara tipe serabut otot yang menentukan untuk meningkatkan daya tahan adalah prosentase yang paling tinggi serabut otot tipe IIb atau rantai berat myosin
10
IIx isoform adalah menguntungkan untuk kegiatan yang memerlukan output daya kekuatan atau ekspresi tinggi. Melakukan aktivitas akan ada keterkaitan antara daya, kekuatan dan tipe serabut otot untuk meningkatkan jenis latihan. Kebugaran fisik atau aerobik
altet juga dipengaruhi oleh
beberapa faktor lain seperti
keturunan, jenis latihan, jenis kelamin, usia, lemak tubuh dan aktivitas. 2.2.2 Komponen kebugaran fisik Kebugaran fisik terdiri dari 10 komponen. Komponen tersebut sebagian besar merupakan komponen biomotorik ditambah dengan komponen komposisi tubuh terkait dengan kesehatan yang merupakan unsur amat dibutuhkan oleh setiap manusia agar mampu melakukan aktivitas secara efisien dan produktif baik sewaktu bekerja
maupun berolahraga. Menurut (Depkes, 1994 dalam Nala,
2011a) kebugaran fisik terdiri dari 10 komponen adalah 1). Daya tahan kardiovaskuler; 2). Daya tahan otot;
3). Kekuatan otot;
4). Kelentukan;
5). Komposisi tubuh; 6). Kecepatan gerak; 7). Kelincahan; 8). Keseimbangan; 9). Kecepatan reaksi;
10). Koordinasi.
Sedangkan menurut Sumosardjuno
(1986), kesegaran jasmani mempunyai empat komponen antara lain : ketahanan jantung dan peredaran, kekuatan, ketahanan otot, kelentukan. Menurut Cooper, (1982) ada 5 komponen kebugaran fisik yang erat hubungannya dengan kesehatan dan diperlukan dalam menunjang kehidupan sehari-hari antara lain : 1.
Daya tahan cardiorespiratory muscle endurance : merupakan kemampuan paru, jantung dan pembuluh darah dalam menyediakan oksigen bagi kelangsungan kerja otot.
11
2.
Daya tahan otot : kemampuan otot skeletal untuk melakukan kontraksi atau gerakan berulang-ulang dalam jangka waktu yang lama dan beban tertentu.
3.
Kekuatan otot : kemampuan otot skeletal tubuh untuk melakukan kontraksi atau tegangan maksimal dalam menerima beban sewaktu melakukan aktivitas.
4.
Komposisi tubuh : digambarkan dengan lean body mass dan berat lemak. Lean body mass terdiri dari massa otot, tulang dan organ- organ tubuh. Berat lemak dinyatakan dalam persentase lemak terhadap berat badan total.
5.
Kelentukan tubuh : kesanggupan tubuh atau anggota gerak tubuh untuk melakukan gerakan pada sebuah atau beberapa sendi.
2.2.3 Cara mengukur tingkat kebugaran fisik Cara mengukur tingkat kebugaran fisik adalah dengan cara International atau Asian Committee for The Standardization of The Physical Fitness Test (ICSPFT atau ACSPFT). Tes ini di Indonesia telah dimodifikasi menjadi Tes Kesegaran Jasmani Indonesia (Nala, 2011a). Dalam beberapa test pada umumnya yang dinilai adalah kemampuan lari (daya tahan aerobik), kelentukan, daya tahan otot, kekuatan otot dan kelincahan (Depdiknas, 1999 dalam Nala, 2011), dengan kata lain indikator yang dinilai adalah daya tahan kardiovaskuler, daya tahan otot, kekuatan otot, kelentukan dan komposisi tubuh. Berbagai bentuk pengukuran pada tiap tiap komponen dipilih salah satu cara yang dapat dilaksanakan sesuai kondisi yang dimiliki. Dari lima komponen kebugaran fisik tersebut dipilih minimal empat komponen. Hasil akhir dari pengukuran kebugaran fisik adalah indeks kesegaran, yang merupakan penjumlahan skoring dibagi dengan jumlah yang diukur (Wiadnyana, 1994).
12
Sedangkan daya tahan umum yang diukur hanyalah kemampuan respirasikardiovaskulernya atau
kemampuan konsumsi oksigennya (VO2 max) saja,
dengan mempergunakan tes lari aerobik 2,4 km, lari 12 menit, naik turun bangku Harvard, jantera berjalan (treadmill), sepeda ergometer, dan sebagainya. Daya tahan umum hanyalah merupakan salah satu komponen biomotorik saja. Di lapangan sering digunakan test ketahanan untuk mengetahui kebugaran fisik seseorang, agar mudah dan murah pelaksanaannya. Dari segi hasil pengukuran tidak menyimpang dari keadaan sebenarnya. Teknik pengukuran yang dilakukan dengan cara tes lari aerobik 2,4 km atau tes naik turun bangku Harvard. Tes ini dianggap sudah mewakili unsur lainnya (Nala, 2002). Mengetahui kebugaran fisik dan pada penelitian ini untuk mengetahui daya tahan umum mahasiswi jurusan Kebidanan Poltekes Kemenkes Denpasar, dipilih tes lari 2,4 km karena mudah dan murah dalam pelaksanaannya untuk kegiatan praktis di lapangan, dimana hasilnya tidak jauh menyimpang dari keadaan sebenarnya (Nala, 2011a). Berdasarkan penggunaan oksigen, pelatihan dapat dikelompokkan menjadi pelatihan aerobik dan nonaerobik. Pelatihan aerobik adalah palatihan yang mempergunakan jenis olahraga dan gerakan-gerakan yang memerlukan oksigen.
Pelatihan
aerobik
berkaitan
erat
dengan
kemampuan
sistem
kardiorespirasi dalam memasok dan mengedarkan oksigen. Sedangkan pelatihan anaerobik mempergunakan gerakan yang sifatnya anaerob, tidak memerlukan oksigen. Umumnya berkaitan dengan kekuatan otot, daya ledak, dan latihan
13
kecepatan. Kedua jenis latihan ini mempergunakan sumber energi yang berbeda untuk kontraksi otot. Secara umum olahraga dan pelatihannya dilakukan dengan tujuan mencapai kebugaran fisik dengan seluruh komponen-komponennya (Astrand & Rodahl, 1986, dalam Nala, 2011b). Salah satu prinsip pelatihan fisik adalah pembebanan. Pembebanan ini dapat dicapai dengan mengatur intensitas, frekuensi dan durasi latihan. Intensitas adalah hal yang paling penting walaupun tidak bisa mengabaikan durasi dan frekuensi. Intensitas adalah faktor terpenting dalam meningkatkan intake oksigen, mencerminkan energi yang diperlukan untuk berolahraga, kecepatan konsumsi oksigen dan kalori permenitnya (Sukardiasih, 2005). Tabel 2.1 Intesitas latihan Item
Intensitas Latihan Ringan
Sedang
Berat
Contoh Latihan Metabolisme
Berjalan Aerobik
Lari lambat Aerobik
Sumber Energi Denyut Jantung Pernafasan Tipe Otot
Lemak >KH < 120 Ringan SO
KH >Lemak 120-150 Mudah bercakap FOG
Lari Aerobik dan Anaerobik >> KH > 150 Sulit berbicara FG
Sumber : Sharkey, 2003
Tabel 2.1 menunjukkan hubungan anatara intensitas latihan dengan berbagai komponen.
14
2.3 Pelatihan Kebugaran Fisik Pelatihan adalah merupakan suatu gerakan fisik dan atau aktivitas mental yang dilakukan secara sistematis dan berulang-ulang (repetitif) dalam jangku waktu (durasi) lama, dengan pembebanan yang meningkat secara progresif dan indivudual, yang bertujuan untuk memperbaiki sistem serta fungsi fisiologis dan psikologis tubuh agar pada waktu melakukan aktivitas olahraga dapat mencapai penampilan yang optimal (Bompa, 2009). Pelatihan kebugaran fisik mempunyai beberapa ciri atau kreteria antara lain: jenis atau tipe pelatihan, takaran pelatihan dan frekuensi pelatihan. Hal ini mempengaruhi hasil atau keberhasilan dari pelatihan yang dilakukan. 2.3.1 Jenis atau tipe pelatihan Sebelum melaksanakan pelatihan yang akan dipilih serta ditetapkan, maka tindakan selanjutnya menentukan takaran pelatihan dan sebelum takaran ditentukan harus dilakukan tes awal sebelum dilaksanakn perlakuan untuk mengetahui secara tepat kemampuan awal dari atlet (Nala, 2011b). Jenis pelatihan adalah jenis olahraga yang akan dilatih dan selanjutnya tipe pelatihan. Adapun jenis-jenis pelatihan adalah lari, renamg, senam, sepak bola, bola basket dan lain sebainya. Pada usulan penelitian ini dipilih jenis pelatihan senam yaitu Senam Ayo Bangkit dan Senam Ayo Bersatu Seri 2. Kedua jenis senam ini dipilih karena gerakannya mudah diikuti seluruh peserta, murah karena peralatannya sangat sedikit, meriah karena membangkitkan kegembiraan serta aman untuk dilaksanakan oleh setiap peserta dengan tingkat umur yang berbedabeda, termasuk olahraga bersifat dinamis (Wahyo, dkk, 2008).
15
2.3.2 Takaran pelatihan Dalam takaran pelatihan menyangkut tentang intensitas, volume dan frekuensi pelatihan. 1.
Intensitas pelatihan : adalah menunjukan komponen kualitatif bukan kuantitatif seperti volume dan kualitas suatu intensitas yang menyangkut kecepatan atau kekuatan dari suatu aktivitas ditentukan oleh besar kecilnya persentase (%) dari kemampuan maksimalnya. Tingkat intensitas ini mulai terendah sampai tertinggi Nala 2011b, (rendah : 30-50%, intermedium : 5070%, medium : 70-80%, submaksimal : 80-90%, maksimal : 80-100%, supermaksimal : 100-105% dari kemampuan maksimal). Sedangkan (Bompa, 1983 dalam Nala, 2011b) membagi intensitas ringan 120-150 denyut permenit, sedang 150-170 denyut per-menit, tinggi 170-185 denyut per-menit dan maksimal lebih dari 185 denuyut per-menit yang dipergunakan sebagai patokan ukuran adalah frekuensi denyut jantung atau denyut nadi. Pada pelatihan Senam Ayo Bangkit dan Senam Ayo Bersatu Seri 2 akan dipergunakan intesitas sedang (medium) 70-80% dengan denyut nadi intensitas rendah 120-150 denyut per-menit. Volume pelatihan senam adalah intensitas sedang, karena senam termasuk pelatihan low impact (Sukardiasih 2005).
2.
Durasi : adalah bagian dari volume (durasi : lama waktu, jarak tempuh dan repetisi atau set. Pelatihan selama 10 menit lebih secara teratur akan meningkatkan kebugaran fisik. Pada pelatihan Senam Ayo Bangkit dan Senam Ayo Bersatu Seri 2 durasinya masing-masing 2 set dengan istirahat 2
16
menit dengan berbagai gerakan leher, bahu dan lengan terdiri dari 4 set 8 repetisi, gerakan otot pinggang dan perut terdiri dari 4 set 8 repetisi, gerakan otot tungkai terdiri dari 4 set 12 repetisi, dan tidak ada istirahat antar setnya. 3.
Frekuensi : adalah kekerapan atau kerapnya pelatihan per-minggu. Menetapkan frekuensi pelatihan tergantung pada tipe olahraganya dan .jenis komponen biomotorik yang akan dikembangkan rata-rata 3-5 kali seminggu, Senam Ayo Bangkit dan Senam Ayo Bersatu Seri 2 dilakukan 3 kali seminggu bisa meningkatkan kebugaran fisik dan untuk penelitian sebelumnya berupa pelatihan Senam Ayo Bersatu salah satu senam aerobik untuk meningkatkan kebugaran fisik, (Sukardiasih, 2005).
2.4 Prinsip Pelatihan Prinsip pelatihan adalah suatu petunjuk dan peraturan yang sistematis dengan pemberian beban yang ditingkatkan secara progresif, yang harus ditaati dan dilaksanakan agar tercapai tujuan pelatihan. Dasar pelatihan mengandung 7 buah prinsip yaitu : prinsip aktif dan bersungguh sungguh, prinsip pengembangan multilateral, prinsip spesialisasi, prinsip individualisasi, prinsip keseragaman, prinsip model proses pelatihan, prinsip peningkatan beban progresif (Bompa, 2009). Umumnya prinsip-prinsip pelatihan yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut: 2.4.1 Prinsip kekhususan Kekhususan pelatihan adalah kekhususan terhadap sistem energi utama, kelompok otot yang dilatih, sudut sendi dan jenis kontraksi (Fox, 1988). Dalam
17
ini kekhususan olahraga adalah olahraga aerobik yang menggunakan sistem energi aerobik karena intensitasnya sedang dan memerlukan waktu yang cukup lama dan sumber energi utama adalah lemak walaupun karbohidrat tetap dipakai saat permulaan (Soekarman, 1999).
2.4.2 Prinsip beban berlebihan Upaya untuk mendapatkan efek pelatihan yang baik, organ tubuh harus diberi beban yang lebih. Beban diberikan mendekati sub maksimal sampai pada beban yang maksimal (Fox, 1988). Untuk meningkatkan kebugaran fisik dilakukan pelatihan teratur 20 sampai 30 menit, dengan intensitas denyut jantung 70% dari denyut nadai maksimal dengan frekuensi 4 sampai 6 hari seminggu (Sumosardjuno, 1986). Intensitas 50% sampai 70% dari denyut nadi maksimal bagi yang tidak terlatih atau pemula dan intensitas 70% sampai 85% dari denyut nadi maksimal bagi orang yang terlatih (Dinata, 2004). Menurut Jensen dan Fiser dalam Nala (1986), intensitas pelatihan yang memberikan efek yang paling efektif adalah 60-80% dari kapasitas maksimal aerobik, atau 72-87% dari denyut nadi maksimal.
2.4.3 Prinsip individual Setiap orang mempunyai kemampuan, potensi, karakter belajar dan spesifikasi dalam olahraga, yang berbeda satu sama lainnya. Tidak semua jenis pelatihan dapat disamaratakan atau diseragamkan. Prinsip individual ini merupakan salah satu persyaratan untuk menerapkan suatu pelatihan, karena yang dihadapi adalah orang coba bukan atlet atau mahasiswa dimana memiliki
18
kemampuan individu berbeda-beda baik secara fisik maupun psikologis. Untuk itu sasaran pelatihan disesuaikan dengan tingkat kebugaran fisik seseorang dan tujuan yang ingin dicapai serta lamanya pelatihan (Fox, 1988). Volume pelatihan senam adalah intensitas sedang, karena senam termasuk jenis pelatihan low impact.
2.5 Pelatihan Meningkatkan Komponen Biomotorik Komponen biomotorik atau unsur biomorik merupakan kemampuan dasar gerak fisik atau aktivitas fisik dari tubuh manusia, Nala (2011b). Sebelum dilakukan pelatihan, perlu diketahui jenis-jenis komponen biomotorik untuk menentukan tipe pelatihan yang akan diberikan. Komponen biomotorik yang dikenal dalam olahrga ada 10 jenis adalah : 1). Kekuatan (strength) otot; 2). Daya tahan; 3); Kecepatan ( speed); 4). Kelincahan (agility); 5).Daya ledak (explosive power); 6). Kelentukan (flexibility); 7). Kecepatan/waktu reaksi (reation time); 8).
Ketepatan
(accuracy);
9).
Keseimbangan
(balance);
10).Koordinasi
(cordinatioan). Komponen biomotorik yang akan diukur sebagai komponen kebugaran fisik pada pelatihan senam yang akan diberikan kepada mahasiswi semester II Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Denpasar hanya daya tahan umum (daya tahan respiratio-kardiovaskuler) : adalah kemampuan tubuh untuk melakukan akitvitas terus-menerus dalam jangka waktu yang lama (lebih dari 10 menit) dan dalam keadaan aerobik (metabolisme sel ototnya memerlukan pasokan oksigen dari udara luar untuk mendapatkan tenaga bergerak atau berkontraksi). Daya tahan umum, dipengaruhi oleh kemampuan jantung, paru dan pembuluh darah dalam penyedian oksigen bagi kelangsungan kerja otot. Daya tahan umum diukur
dari kemampuan respirasio-kardiovaskularnya atau
19
kemampuan konsumsi oksigenya (VO2 max) saja, dengan mempergunakan tes lari 2,4 km, lari 12 menit, naik turun bangku Harvard, jantera berjalan (treadmill), norma penilaian berdasarkan petunjuk
teknis pengukuran kebugaran jasmani
(Suharto, 2005).
2.6 Pengaruh Pelatihan Aerobik Terhadap Fungsi Organ Tubuh Kebugaran fisik yang baik dengan sendirinya akan diikuti oleh organ-organ tubuh dengan kebugaran fisik yang baik juga. Organ tubuh yang ada kaitanya langsung dengan aktivitas fisik adalah seperti system peredaran berupa jantung, pembuluh darah, system pernapasan berupa paru-paru dan sistem otot (Hairy,1989).
2.6.1 Pengaruh pelatihan aerobik terhadap jantung dan pembuluh darah Kemampuan jantung secara fisiologi akan memompakan darah dari ke dua bilik ke seluruh tubuh dan paru-paru. Selanjutnya jantung akan menerima darah balik dari seluruh tubuh maupun dari paru-paru ke sarambi kanan dan kiri. Jumlah darah yang dipompa ke seluruh tubuh dan paru-paru tergantung pada jumlah isi sekuncup dan juga jantung dalam satu menit. Sekali denyut jantung akan memompa darah sekitar 70-80 meliliter dari ke dua bilik jantung (Ganong, 2003) dan ferkuensi denyut jantung rata-rata 70 kali permenit. Dengan demikian darah yang dipompakan oleh jantung baik dari bilik kanan dan kiri sebesar lebih kurang 5 liter (Pearce, 1993). Penyebaran curah jantung saat istirahat, dimana paru-paru menerima semua darah yang dipompa keluar dari sisi kanan jantung, organ-organ sistemik masing-masing menerima sebagian darah yang dipompa oleh sisi kiri
20
jantung dengan perbandingan saluran pencernaan 21%, hati 6%, ginjal 20%, ginjal 20%, kulit 9%, Otak 13%, otot jantung 13%, otot rangka 15% dan organ-organ lainya 5% (Sherwood, 2001). Aktivitas kerja termasuk pelatihan aerobik dapat menyebabkan penyebaran curah jantung ke sistem organ. Terjadi penambahan aliran darah ke jantung 4 kali lebih besar dan penambahan aliran darah ke otot-otot yang sedang aktif mencapai 32 kali lebih besar, sebaliknya aliran darah ke organ-organ sepert ginjal, hati, sistem pencernaan turun sebesar 5 kali (Effendi, 1983).
2.6.2 Pengaruh pelatihan aerobik terhadap paru-paru Paru-paru merupakan organ tubuh yang berfungsi sebagai sistem pernapasan baik pernapasan luar yaitu penyerapan oksigen dan pengeluaran karbondioksida dari tubuh secara keseluruhan maupun pernapasan dalam adalah penggunaan oksigen dan pembentukan karbodioksida oleh sel-sel serta pertukaran gas antara sel-sel serta penukaran gas antara sel-sel tubuh dengan media cair sekitar (Ganong, 2003).
2.6.3 Pengaruh pelatihan aerobik terhadap sistem otot Otot memiliki mekanisme kontraksi yang digerakan oleh potensial Protein kontraksi berupa aktin dan miosin selanjutnya menghasilkan kontraksi dengan jumlah yang yang sangat banyak di otot. Protein aktin dan protein miosin ditemukan diberbagai jenis sel dan protein myosin pengikat protein aktin adalah salah satu penggerak molekuler yang mengubah energi hasil hidrolisis ATP menjadi gerakan suatu komponen seluler. Tersedianya ATP sangat tergantung
21
pada pemecahan sumber-sumber energi seperti glikogen, lemak baik secara an aerob maupun aerob dimana tersedia cukup oksigen untuk melakukan oksidasi. Pengaruh pelatihan aerobik terhadap otot berkaitan dengan kemampuan otot berkontraksi dengan pemanfaatan oksigen. Metabolisme dengan pemanfaatan oksigen untuk penguraian karbohidrat dan lemak oleh enzim dan enzim ini merupakan enzim rantai pernanapasan yang ada di mitokondria (Sharkey, 2003).
2.7 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebugaran Fisik Fator-faktor yang berpengaruh terhadap atlet untuk meningkatkan kebugaran fisik pada pelatihan sebagai berikut: 2.7.1 Umur Kebugaran fisik anak-anak meningkat sampai mencapai maksimal pada usia 25-30 tahun, kemudian akan terjadi penurunan kapasitas fungsional dari seluruh tubuh kira-kira sebesar 0,8-1% pertahun, tetapi bila rajin berolahraga penurunan ini dapat dikurangi sampai separuhnya.
2.7.2 Jenis kelamin Sampai pubertas biasanya kebugaran fisik anak laki-laki hampir sama dengan anak perempuan, tetapi setelah pubertas anak laki-laki biasanya mempunyai nilai yang jauh lebih besar.
2.7.3 Genetik Genetik berpengaruh terhadap kapasitas jantung dan paru-paru, postur tubuh, kegemukan, haemoglobin dan serat otot.
22
2.7.4 Makanan Daya tahan yang tinggi, bila mengkonsumsi makanan tinggi karbohidrat (60-70%), diet tinggi protein terutama untuk memperbesar otot dan untuk olahraga yang memerlukan kekuatan otot yang besar.
2.7.5 Rokok Kadar karbondioksida yang dihisap akan mengurangi nilai VO2 max, yang berpengaruh terhadap daya tahan.
2.8 Senam Senam adalah sebagai bentuk latihan fisik yang disusun secara sistematis dengan melibatkan gerakan-gerakan yang terpilih dan terencana untuk mencapai tujuan tertentu. Olahraga senam mempunayai sistematika tersendiri, serta mempunyai tujuan yang hendak dicapai seperti daya tahan, kekuatan, kelentukan dan koordinasi, atau bisa juga diperluas untuk membentuk prestasi tubuh yang ideal (Iskandar Z. Adisapoetra, 1999).
2.8.1 Senam aerobik Senam aerobik merupakan salah satu bentuk olahraga aerobik. Senam aerobik adalah gerakan yang menggunakan seluruh otot terutama otot otot besar, secara terus menerus, berirama, maju dan berkelanjutan. Berdasarkan benturannya pada lantai dikenal senam aerobik non impact dimana kedua kaki selalu bertumpu pada lantai dan senam aerobik low impact dimana salah satu kaki selalu bertumpu pada lantai serta senam aerobik high impact dimana kedua kaki ada kalanya tidak bertumpu pada lantai (Soekarno dkk, 1996).
23
Senam aerobik low impact dan high impact mempunyai perbedaan dalam hal berat badan yang menjadi beban dan intensitas. Berat badan yang ditanggung oleh otot pada senam aerobik low impact hanya berat badannya saja dengan intensitas sedang, sedangkan pada senam aerobik high impact, otot tidak saja menahan berat badan tetapi juga menahan gaya gravitasi dan tinggi loncatan dengan intensitas tinggi. Pembebanan pada senam aerobik high impact yang terus menerus bisa menimbulkan cedera bagi kelompok pelaku tertentu terutama pada orang tua yang berumur diatas 40 tahun atau bagi mereka yang kelebihan berat badan (Dinata, 2004). Senam aerobik low impact sangat efektif untuk meningkatkan kebugaran fisik. Sumosardjuno (1996) mengatakan bila melakukan senam aerobik benturan rendah akan memberikan keuntungan bagi tubuh terutama jantung dan paru. Otot jantung bertambah kuat, sehingga jantung dapat memompa darah lebih banyak. Curah jantung meningkat sehingga dapat berdenyut lebih lambat. Disamping itu peningkatan suplai darah ke jantung semakin sempurna dengan berkembangnya pembuluh
darah yang baru sehingga jantung mendapatkan lebih banyak zat
makanan dan oksigen serta tidak mudah lelah (Balley, 1994). Dengan demikian dapat menurunkan frekuensi denyut jantung baik pada kondisi istirahat maupun latihan (Perry, 2008). Pelatihan ini juga menyebabkan pemulihan kondisi jantung ke kondisi sebelum pelatihan lebih cepat (Guyton, 1997). Dengan pelatihan ini mengakibatkan peningkatan denyut nadi lebih rendah dan denyut nadi pemulihan lebih cepat (Fox 1984). Paru akan bertambah kapasitasnya oleh karena kekuatan otot pernapasan meningkat sehingga rongga dada meningkat. Berkenaan dengan
24
hal tersebut, maka dalam penelitian ini dipilih senam aerobik low impact (benturan rendah) yaitu Senam Ayo bangkit dan Senam Ayo Bersatu Seri 2. Senam aerobik dapat memberikan hasil yang diinginkan apabila dilakukan dengan takaran yang cukup. Pelatihan yang dilakukan dengan tekun akan tampak hasilnya setelah 6 sampai 8 minggu pelatihan. Hasil penelitian Sukardiasih (2005) pada pegawai Puskesmas Kecamatan Kediri Tabanan yang diberikan pelatihan senam aerobik Ajeg Bali dan Ayo Bersatu intensitas sedang selama delapan minggu dengan frekuensi pelatihan tiga kali seminggu sudah dapat meningkatkan kebugaran fisik secara bermakna. Senam aerobik dapat memberikan hasil yang diinginkan apabila dilakukan degan takaran yang cukup. Intesitas pelatihan adalah 60-80% dari denyut nadi maksimal, lama pelatihan 15-25 menit dan frekuensi 3-4 kali perminggu (Dinata, 2004). Menurut Wilmore & Costill, 1994. Pelatihan aerobik sebaiknya dilakukan dengan frekuensi 3-5 kali perminggu, dengan lama pelatihan 20-30 menit setiap kali pelatihan. Melakukan pelatihan senam aerobik adalah cara yang klasik untuk membakar lemak sambil memperbaiki kekencangan otot dan dengan pelatihan intensitas sedang, tetapi pelatihan berlangsung lama selama 30 menit (Sumasardjuno, 1996), mengikuti pelatihan senam aerobik akan membantu menghindari tubuh menjadi gemuk. Bila senam aerobik dilakukan selama 30-50 menit akan membakar energi sebesar 100-130 Kkal. Hasil penelitian Sudibjo (2001) pada mahasiswi yang diberikan pelatihan senam aerobik intensitas sedang selama delapan minggu dengan frekuensi pelatihan tiga kali perminggu selama 30 menit sudah dapat menurunkan persentase lemak tubuh secara bermakna.
25
2.8.2 Senam ayo bangkit Senam Ayo Bangkit merupakan senam kebugaran fisik yang dirumuskan oleh Federasi Olahraga Masyarakat Indonesia (FOMI). Dinamika gerak dan musik yang dikemas dalam senam ini, merupakan bentuk nyata dari upaya mengangkat kekayaan budaya nusantara dari berbagai wilayah tanah air, yang mencerminkan indahnya budaya daerah dalam kesatuan gerak olahraga kebugaran fisik yang unik, menyenangkan dan menyehatkan. Senam Ayo Bangkit termasuk senam aerobik benturan rendah, dimana setiap gerakan salah satu kaki selalu bertumpu pada lantai. Struktur senam ini terdiri dari pemanasan, gerakan inti pendinginan. Jenis dan tujuan gerakan dapat diuraikan sebagai berikut. 1. Pemanasan Pemanasan menggunakan ketukan musik 125 ketukan per-menit dengan durasi 5 menit 21 detik, yang terdiri dari 11 pelatihan,yaitu: a.
Pelatihan I: jalan di tempat 2 x 8 hitungan. Gerakan ini bertujuan : 1) Meningkatkan denyut jantung agar meningkatkan secara perlahan untuk persiapan olahraga senam. 2) Menghilangkan kekakuan pada otot dan persendian.
b. Pelatihan II: gerakan kepala dan leher, 4 x 8 hitungan. Tujuanya untuk melatih menguatkan dan merilekskan otot sendi leher. c. Pelatihan III: gerakan bahu 4 x 8 hitungan. Tujuannya untuk melatih dan merilekskan otot persendian bahu. d. Pelatihan IV: gerakan bahu dan dada 4 x 8 hitungan. Tujuannya:
26
1) Melatih dan merilekskan otot-otot bahu, dada, lengan atas dan bawah serta persendian kaki. 2) Melatih dan menguatkan otot tungkai atas dan bawah. 3) Melatih korrdinasi gerakan tangan dan kaki. e. Pelatihan V: gerakan bahu dan dada IL, 4 x 8 hitungan. Tujuannya: 1) Melatih dan merilekskan otot-otot bahu, dada, lengan atas dan bawah serta persendian kaki. 2) Melatih dan merilekskan persendian dan otot punggung. 3) Melatih dan menguatkan otot tungkai atas dan bawah. 4) Melatih koordiansi gerakan tangan dan kaki f. Pelatihan VI: gerakan dada dan pinggang 4 x 8 hitungan. Tujuannya: 1) Melatih dan merilkeskan otot-otot dada, lengan atas dan bawah serta persendian. 2) Melatih dan merilekskan otot pinggang dan punggung. 3) Melatih dan menguatkan otot tungkai atas dan bawah. 4) Melatih koordinasi gerakan tangan dan kaki. g. Pelatihan VII: gerakan pinggang dan punggung, 4 x 8 hitungan. Tujuannya 1) Melatih dan merilekskan otot-otot dada, pinggang, punggung, lengan atas dan bawah serta persendian jari-jari tangan. 2) Melatih dan menguatkan otot tungkai atas dan bawah. 3) Melatih koordinasi gerakan tangan atas dan kaki.
27
h. Pelatihan VIII: gerakan kombinasi. 4 x 8 hitungan Tujuannya : 1) Melatih dan merilekskan otot-otot dada, pinggang, punggung, lengan atas dan bawah serta persendian jari-jari tangan. 2) Melatih dan menguatkan otot tungkai atas dan bawah. 3) Melatih koordinasi gerakan tangan dan kaki i. Pelatihan IX: perenggangan dinamis dan statis, 4 x 8 hitungan. Tujuannya adalah untuk mencapai otot-otot lengan, pergelangan tangan, sisi badan, tungkai atas dan bawah. j. Pelatihan X: peregangan dinamis dan statis, 4 x 8 hitungan. Tujuannya adalah untuk meregangkan otot-otot leher, lengan, pinggang, sisi badan, tungkai atas dan bawah. k. Pelatihan XI: peregangan dinamis dan statis, 4 x 8 hitungan. Tujuannya adalah untuk meregangkan otot-otot tangan dan kaki. 2. Pelatihan inti. Latihan II B: ayun jari-jari tangan keatas dan dorong kedua telapak tangan ke depan dan ke atas dengan durasi gerakan 6 x 8 hitungan. Tujuan dari gerakan ini adalah: menguatkan otot bahu, dada, lengan dan kaki serta koordinasi gerakan tangan dan kaki. a.
Pelatihan I-A: ayun kepalan tangan bergantian ke bahu, 6 x 8 hitung. Tujuannya: 1. Menguatkan otot-otot lengan dan kak 2. Koordinasi gerak tangan dan kaki
28
b. Pelatihan I-B: ayun kepalan tangan bergantian ke bahu, 6 x 8 hitungan Tujuannya: 1. Menguatkan otot-otot lengan, dada dan kaki. 2. Koordinitas gerakan tangan dan kaki. c.
Pelatihan II- A: ayun lengan ke samping bersamaan dan bergantian serta keatas bergantian, 6x 8 hitungan. Tujuannya: 1. Menguatkan otot-otot lengan dan kaki 2. Koordinasi gerakan tangan dan kiki.
d. Pelatihan II-B: ayun jari-jari tangan ke atas dan dorong kedua telapak tangan
ke dapan dan ke atas , 6 x 8 hitungan. Tujuannya:
1. Menguatkan otot-otot bahu, dada, lengan dan kaki. 2. Koordinasi gerakan tangan dan kaki. e. Pelatihan III-A: ayun kepalan tangan ke bawah–atas dan ayun lurus lengan atas-bawah, 6 x 8 hitungan. Tujuannya: 1. Menguatkan otot-otot lengan atas dan bawah, perut dan kaki. 2. Koordinasi gerakan tangan dan kaki. f. Pelatihan III-B: ayun kedua lengan ditekuk dengan kepalan ke arah dagu bergantian, tepuk dan bersamaan kesamping badan serta ayunan lengan bergantian
didepan
dada-samping tepuk tangan. Dilakukan 6 x 8
hitungan. Tujuannya. 1. Menggunakan otot-otot dada, lengan dan kaki. 2. Koordinasi gerakan tangan dan kaki. 3. Meningkatkan stamina atau daya tahan.
29
g.
Pelatihan IV-A: ayun kedua lengan ditekuk di depan badan setinggi bahu sambil jentik jari tangan dan di depan-belakang badan rentangkantepuk paha dilakukan 6 x 8 hitungan.Tujuannya: 1. Menguatkan otot-otot lengan atas-bawah, punggung, dada, bahu, kaki. 2. Koordinasi gerakan tangan dan kaki.
h.
Pelatihan IV-B: silang kedua lengan ke bahu dorong ke atas- tepuk paha dan tepuk double bahu, pinggang-paha. Dilakukan 6 x 8 hitungan. Tujuannya adalah menguatkan otot-otot lengan dan kaki. Diantara setiap pelatihan tersebut di atas, terdapat gerakan peralihan berupa jalan di tempat dan single step zig-zag, yang dilakukan 2 x 8 hitungan. Tujuannya adalah untuk memacu denyut nadi dan penyesuaian ke irama yang lebih cepat, persiapan melakukan pengaturan napas.
3. Pendinginan Pendinginan menggunakan ketukan gerakan inti dan musik 120 per menit dengan durasi 3 menit 5 detik, yang terdiri dari empat pelatihan, yaitu: a.
Pelatihan I: peregangan dinamis dan stasis, 6 x 8 hitungan ke arah kanan. Tujuannya: adalah
melenturkan otot-otot lengan, pergelangan tangan,
sisi badan dan kaki. b.
Pelatihan II: peregangan dinamis dan stasis, 6 x 8 hitungan ke arah kiri Tujuannya: adalah melenturkan otot-otot lengan, pergelangan tangan, sisi badan dan kaki.
c.
Pelatihan III : peregangan dinamis dan statis 6 x 8 hitungan ke arah kanan.
30
Tujuannya adalah meregangkan otot-otot lengan, kaki dan kepala. d.
Pelatihan IV: gerakan napas, 6 x 8 hitungan. Tujuannya adalah untuk mengembalikan kondisi fisik kepada keadaan semula dengan menghirup oksigen sebanyak-banyaknya (Wahyo, dkk, 2004). Pelatihan Senam Ayo Bangkit ini akan dilakukan dengan takaran pelatihan sebagai berikut: 1. Frekuensi pelatihan tiga kali perminggu selama delapan minggu 2. Intensitas pelatihan 72-82% denyut nadi maksimal, rata-rata 76% dari denyut nadi. 3. Durasi pelatihan selama 33 menit, dibagi 2 set dianatara diselingi istirahat 2 menit.
2.8.3 Senam ayo bersatu seri 2 Senam Ayo Bersatu Seri 2 merupakan senam kebugaran fisik yang dirumuskan oleh Federasi Olahraga Masyarakat Indonesia (FOMI, 2003). Dinamika gerak dan musik yang dikemas dalam senam ini, merupakan bentuk nyata dari upaya mengangkat kekayaan budaya nusantara dari berbagai wilayah tanah air, yang mencerminkan indahnya budaya daerah dalam kesatuan gerak olahraga kebugaran fisk yang unik, menyenangkan dan menyehatkan. Senam Ayo Bersatu Seri 2 termasuk senam aerobik benturan rendah, dimana pada setiap gerakan salah satu kaki selalu kontak dengan lantai untuk menghindari hentakan yang terlalu keras pada kaki. Struktur senam ini terdiri dari pemanasan, gerakan inti, dan pendinginan. Jenis gerakan dapat diuraikan sebagai berikut.
31
1. Pemanasan Ketukan musik yang digunakan adalah 125-128 kali per menit dengan durasi 5 menit 31 detik. Dalam tahap pemanasan ini terdiri dari 10 jenis pelatihan seperti diuraikan di bawah ini. Pelatihan I: nafas, kepala dan salam 4 x 8 hitungan. Pelatihan II : gerakan kepala, 2 x 8 hitungan. Pelatihan III: pinggang, 2 x 8 hitungan. Pelatihan IV jalan di tempat dan bahu 4 x 8 hitungan. Pelatihan V: gerakan dada I, 4 x 8. Pelatihan VI: gerakan dada II, 4x8 hitungan. Pelatihan VII: gerakan kombinasi I, 4x8 hitungan. Pelatihan VIII: gerakan kombinasi II, 4x8 hitungan. Pelatihan IX: gerakan peregangan dinamis dan statis (kanan), 6 x 8 hitungan. Pelatiah X: gerakan peregangan dinamis dan statis (kiri), 6 x 8 hitungan. 2. Pelatihan inti Ketukan musik, 130- 137 ketukan per menit dengan durasi 6 menit 57 detik, yang terdiri dari lima gerakan peralihan. Jenis gerakannya seperti berikut ini : a.
Gerakan Peralihan I: jalan ditempat dan melangkah maju dan mundur serong, 2 x 8 hitungan. Tujuan gerakan ini adalah untuk memacu denyut nadi dan penyesuaian keirama yang lebih cepat, serta persiapan melakukan gerakan inti dan pengaturan nafas. Latihan I: jalan maju mundur dan melangkah ke samping durasi 4 x 8 hitungan. Tujuan dari gerakan ini adalah menguatkan otot dada, lengan dan kaki.
32
b.
Gerakan Peralihan II: jalan di tempat dan melangkah maju mundur serong 2 x 8 hitungan. Tujuan gerakan ini adalah untuk memacu denyut nadi dan penyesuaian keirama yang lebih cepat, persiapan melakukan gerakan inti dan pengaturan nafas. Latihan II: jalan maju mundur, melangkah ke samping, angkat tekuk lutut dan mendorong kaki ke belakang, durasi 4 x 8 hitungan. Tujuan dari pelatihan gerakan ini adalah menguatkan otot dada, bahu, lengan dan kaki.
c.
Gerakan peralihan III : jalan ditempat dengan melangkah maju mundur, serong, 2 x 8 hitungan. Tujuan gerakan ini adalah untuk memacu denyut nadi dan penyesuaian ke irama yang lebih cepat, persiapan melakukan gerakan inti dan pengaturan nafas.
d.
Latihan III: jalan melangkah maju mundur kanan kiri, melangkah silang dan angkat lutut, durasi 4 x 8 hitungan. Tujuan dari gerakan ini adalah menguatkan otot dada, bahu, lengan, punggung dan kaki serta koordinasi gerakan tangan dan kaki. Latihan II B: ayun jari-jari tangan keatas dan dorong kedua telapak tangan ke depan dan ke atas dengan durasi gerakan 6 x 8 hitungan. Tujuan dari gerakan ini adalah: menguatkan otot bahu, dada, lengan dan kaki serta koordinasi gerakan tangan dan kaki.
3.
Pendinginan Ketukan musik, 118 ketukan per menit dengan durasi 5 menit 40 detik, yaitu: Pelatihan I: Gerakan peregangan dinamis dan statis I, dengan 4 x 8 hitungan.
33
Pelatihan II: Gerakan peregangan dinamis dan statis II, dengan 4 x 8 hitungan. Pelatiahn III-VI: Gerakan peregangan statis, masing-masing dengan 4 x 8 hitungan. Pelatihan VII: Gerakan nafas, dengan 4 x 8 hitungan. Pelatihan Senam Ayo Bersatu Seri 2 ini akan dilakukan dengan takaran, pelatihan sebagai berikut: 1. Frekuensi pelatihan tiga kali perminggu selama delapan minggu. 2. Intensias pelatihan 72-82 % dari denyut nadi maksimal, rata-rata 76 %
denyut nadi. Berdasarkan gerakan-gerakan yang dilakukan pada pelatihan Senam Ayo Bersatu Seri 2, dapat dianalisis gerakan-gerakan yang menyebabkan terjadinya pembakaran lemak adalah : 1.
Gerakan bahu dan lengan, terdiri dari 6 set 6 repetisi
2.
Gerakan otot pinggang dan perut, terdiri dari 6 set 6 repetisi
3.
Gerakan otot tungkai terdiri dari 9 set 9 repetisi Gerakan tersebut dilakukan secara teratur dan berkelanjutan tanpa istirahat antar setnya.
4.
Durasi : 30 menit 46 detik, dibagi 2 set diantara set diselingi istirahat 2 menit.
BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS
3.1 Kerangka Berpikir Kebugaran fisik sangat penting dalam menunjang aktivitas kehidupan dan kesehatan sehari-hari. Ada beberapa cara untuk meningkatkan kebugaran fisik, antara lain dengan melakukan diet, aktivitas olahraga, obat-obatan, pembedahan atau operasi, akupuntur dan sebagainya. Kebugaran fisik yang kurang akan berakibat menurunnya konsentrasi belajar atau produktivitas keja sehingga hasil yang diharapkan menjadi tidak maksimal. Salah satu cara yang baik untuk meningkatkan kebugaran fisik adalah dengan berolahraga antara lain pelatihan senam. Senam adalah merupakan latihan dalam bentuk aerobik yang berarti “adanya oksigen” dan energi yang timbul dari pembakaran lemak dan karbohidrat. Latihan aerobik dapat didefinisikan sebagai latihan dibawah titik di mana kadar asam laktat darah naik dengan cepat, dibawah ambang laktat. Pada penelitian ini akan dilakukan aktivitas olahraga aerobik yaitu senam aerobik berupa Senam Ayo Bangkit dan Senam Ayo Bersatu Seri 2. Pelatihan Senam Ayo Bangkit dan pelatihan Senam Ayo Berasatu Seri 2 dilaksanakan dengan durasi masing-masing 2 set, intensitas sedang/medium, frekuensi tiga kali seminggu selama delapan minggu
memungkinkan
terjadinya
peningkatan
kebugaran
fisik
berupa
peningkatan daya tahan umum, kekuatan otot dan fleksibilitas. Keberhasilan pelatihan ini akan dipengaruhi oleh faktor internal yaitu umur, tinggi badan, Indeks Tubuh Massa (IMT), kebugaran fisik, serta faktor eksternal yaitu suhu lingkungan, kelembaban udara dari setiap sampel.
34
35
3.2 Konsep Penelitian Pada penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kebugaran fisik mahasiswi adalah dengan cara melakukan Senam Ayo Bersatu seri 2 dan Senam Ayo Bangkit. Senam Ayo Bersatu Seri 2 dan Senam Ayo Bangkit dilaksanakan dengan intensits sedang, durasi 2 set frekuensi tiga kali seminggu selama delapan minggu. Komponen kebugaran fisik yang akan di nilai adalah daya tahan umum, kekuatan otot, kelentukan. Kebugaran fisik dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal masing masing individu. Dalam hal ini sampel akan dipilih sesuai dengan kreteria inklusi dan eksklusi yang ditetapkan oleh peneliti sesuai dengan tujuan penelitian. Berdasarkan uraian di atas, maka kerangka konsep dibuat dalam bentuk bagan sebagai berikut : PELATIHAN AEROBIK SENAM AYO BANGKIT SENAM AYO BERSATU SERI 2
FAKTOR INTERNAL Umur IMT Kebugaran Fisik
FAKTOR EKSTERNAL Suhu lingkungan Kelembaban udara
KEBUGARAN FISIK
Gambar 3.1 Kerangka Konsep
36
3.3 Hipotesis Penelitian Berdasarkan kerangka konsep tersebut di atas, sehingga dapat dirumuskan hipotesis sebagai jawaban sementara dari penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Pelatihan Senam Ayo Bangkit meningkatkan kebugaran fisik ditinjau dari daya tahan umum mahasiswi Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Denpasar. b. Pelatihan Senam Ayo Bersatu Seri 2 meningkatkan kebugaran fisik ditinjau dari daya tahan umum mahasiswi Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Denpasar. c. Pelatihan Senam Ayo Bangkit lebih meningkatkan kebugaran fisik ditinjau dari daya tahan umum daripada Senam Ayo Bersatu Seri 2 mahasiswi Jurusan Denpasar
Kebidanan
Politeknik
Kesehatan
Kementerian
Kesehatan
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian ini bersifat eksperimental dengan rancangan randomized pretest and posttest group design, dimana pengambilan sampel dari populasi dilakukan secara acak atau random begitu pula pembagian sampel menjadi dua kelompok (Gunung, 2006). Kelompok 1 diberikan pelatihan Senam Ayo Bangkit, kelompok 2 diberikan pelatihan Senam Ayo Bersatu Seri 2. Sebelum pelatihan kedua kelompok dilakukan pretest. Setelah pelatihan kedua kelompok dilakukan posttest. Kemudian dihitung perbedaan rerata antara pretest dan posttest dari masing masing kelompok dan perbedaan tersebut di bandingkan secara statistik. Bagan rancangan penelitian sebagai berikut :
O1 P
R
S
P1
O2
RA
O3
P2
Gambar 4.1 Bagan Rancangan Penelitian
37
O4
38
Keterangan : P
= populasi
S
= sampel
R
= random alokasi
RA
= random alokasi
O1
= observasi kelompok 1 sebelum pelatihan.
O2
= observasi kelompok 1 setelah pelatihan Senam Ayo Bangkit selama 8 minggu.
O3
= observasi kelompok 2 sebelum perlatiahan.
O4
= observasi kelompok 2 setelah pelatihan Senam Ayo Bersatu Seri 2 selama 8 minggu.
P1
= pelatihan Senam Ayo Bangkit.
P2
= pelatihan Senam Ayo Bersatu Seri 2.
4.2 Populasi dan Sampel 4.2.1 Populasi Populasi untuk penelitian ini adalah Mahasiswi semester II Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Denpasar.
4.2.2 Sampel 4.2.2.1 Kriteria inklusi Kriteria inklusi pada penelitian ini yang dipakai untuk menentukan anggota sampel adalah :
39
a. Mahasisiwi semester II Jurusan Kebidanan Poltekkes Kementerian Kesehatan Denpasar. b. Umur 18-19 tahun. c. Sehat berdasarkan pemeriksaan dokter. d. Indeks massa tubuh 18,7 - 23,8. e. Tidak sedang mengikuti program pelatihan fisik yang teratur. f. Bersedia mengikuti pelatihan hingga akhir pelatihan.
4.2.2.2 Kriteria eksklusi Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah subjek mempunyai atau ditemukan riwayat cedera pada tulang.
4.2.2.3 Kriteria gugur Kriteria gugur dalam penelitian ini adalah : a. Menderita sakit atau cedera pada saat pelatihan b. Sebanyak tiga kali berturut turut tidak mengikuti pelatihan 4.2.2.4 Besar sampel Dengan menggunakan rumus Pocock (2008) maka besar sampel dapat di hitung sebagai berikut : n
2 2
2 1 2
xf ,
Dimana n
= besar sampel
= standar deviasi
40
f , = konstanta berdasarkan tabel 1
= rerata waktu tempuh sebelum perlakuan
2
= rerata penurunan waktu tempuh yang diestimasi
Berdasarkan penelitian yang telah ada sebelumnya didapatkan rerata waktu tempuhnya 15 menit 76 detik dan standar deviasinya 2,50. Pada penelitian ini diharapkan ada penurunan waktu tempuh 20% menjadi 12 menit 61 detik setelah melakukan pelatihan selama delapan minggu. Berdasarkan perhitungan dengan rumus diatas maka diperlukan n = 9, 93 = 10. Untuk mencegah kekurangan sampel akibat gugur, maka ditambah cadangan 10% sehingga menjadi 11 orang. Penelitian ini menggunakan dua kelompok observasi maka diperlukan sampel 22 orang.
4.2.2.5 Teknik pengambilan sampel Mahasisiwi yang memenuhi kriteria inklusi berjumlah 40 orang. Selanjutnya dilakukan pemilihan sejumlah 22 secara acak sederhana dengan memakai undian. Mahasiswi yang terpilih sebagai sampel dialokasikan menjadi dua kelompok secara acak sederhana. Kelompok 1 mendapat pelatihan Senam Ayo Bangkit, Kelompok 2 mendapat pelatihan Senam Ayo Bersatu Seri 2.
4.3 Variabel Penelitian 1. Variabel bebas
:
Senam Ayo Bangkit dan Senam Ayo Bersatu Seri 2.
2. Variabel tergantung :
Kebugaran fisik.
3. Variabel terkendali :
Umur,
indeks massa tubuh, suhu lingkungan dan
kelembaban udara.
41
4.4 Definisi Operasional Variabel 1.
Pelatihan Senam Ayo Bangkit adalah senam kesatuan gerak olahraga dengan manfaat menyenangkan, menyehatkan dan meningkatkan kebugaran jasmani yang direkomendasi oleh Federasi Olahraga Masyarakat Indonesia (FOMI, 2004) dengan takaran : a. Intensitas : sedang (denyut nadi 120 kali per menit). b. Durasi : pemanasan 5 menit 21 detik, pelatihan inti 8 menit 4 detik, pendinginan 3 menit 5 detik. c. Frekwensi : tiga kali seminggu selama delapan minggu.
2.
Pelatihan Senam Ayo Bersatu seri 2 adalah senam yang direkomendasikan oleh Federasi Olahraga Masyarakat Indonesia (FOMI, 2008) dan disusun berdasarkan prinsip dasar olahraga untuk pembinaan, manfaat sehat dan kebugaran fisik dengan takaran : a.
Intensitas: sedang (denyut nadi 150-170 kali per - menit).
b.
Durasi : pemanasan 5 menit 31 detik, pelatihan inti 6 menit 57 detik, pendinginan 2 menit 35 detik.
c. 3.
Frekwensi : tiga kali seminggu selama delapan minggu.
Tingkat kebugaran fisik adalah status kebugaran fisik setelah melakukan pelatihan selama delapan minggu pada masing masing kelompok yang diukur dengan tes lari 2,4 km di gelanggang olahraga Gusti Ngurah Rai Denpasar. Semakin pendek waktu tempuh semakin meningkat kebugaran fisiknya sesuai tabel penelitian tes lari 2,4 km menurut Cooper, 1982.
42
4.
Umur adalah usia yang ditentukan atas dasar tanggal, bulan, tahun kelahiran pada akte kelahiran sampel penelitian.
5.
Berat badan adalah bobot tubuh yang diukur dengan timbangan berat badan merk junkalori buatan Jerman dengan ketelitian 0,1 kg. Sampel memakai pakaian seminimal mungkin.
6.
Tinggi badan adalah panjang tubuh yang diukur dari telapak kaki sampai dengan titik tertinggi kepala (ubun-ubun/vertex) pada posisi tegak, pandangan lurus ke depan, dengan menggunakan mikrotoa dengan ketelitian 0,1 cm.
7.
Jenis kelamin adalah jenis kelamin berdasarkan akte kelahiran
8. Suhu lingkungan adalah temperatur di sekitar tempat pelatihan yaitu suhu kering dan suhu basah dalam derajat celcius yang diukur dengan Thermometer Assman Psychrometer. 9.
Kelembaban
udara
adalah
persentasi
kelembaban
yang
ditentukan
berdasarkan nilai suhu basah dan suhu kering dengan menggunakan Psychometrik Chart dinyatakan dalam satuan persen.
4.5 Tempat dan Waktu Penelitian 4.5.1 Tempat penelitian Tempat pemberian perlakuan dilakukan di lapangan asrama Jurusan Kebidanan Poltekes Kemenkes Denpasar. Pengambilan data sebelum dan sesudah perlakuan dilaksanakan di Lapangan Gusti Ngurah Rai di Jalan Melati Denpasar.
43
4.5.2 Waktu penelitian Pelatihan telah dilaksanakan selama delapan minggu, tiga kali seminggu mulai pukul 17.00 sampai pukul 18.00 wita.
4.6 Instrumen Penelitian 1.
Timbangan berat badan merk junkalori dengan ketelitian 0,1 kg untuk mengukur berat badan.
2.
Mikrotoa dengan ketelitian 0,1 cm untuk mengukur tinggi badan.
3.
Kaset Senam Ayo Bangkit dan Senam Ayo Bersatu Seri 2
4.
Tape Recorder
5.
Pulze monitor buatan Jepang untuk mengukur denyut nadi.
6.
Metronome merk Nikko buatan Jepang untuk menentukan irama langkah jalan aerobik.
7.
Stopwatch merk seiko buatan China dengan satuan detik.
8.
Assman Psychrometer model MR-58 buatan Jepang untuk mengukur suhu basah dan kering.
9.
Camera digital merk olympus untuk dokumentasi kegiatan.
10. Alat tulis.
4.7 Prosedur Penelitian 4.7.1 Prosedur administrasi a. Menyelesaikan administrasi yang berhubungan dengan pelaksanan penelitian antara lembaga asal dan lembaga tujuan penelitian. b. Mempersiapkan alat yang dibutuhkan dalam penelitian.
44
c. Penjelasan tentang jadwal pelaksanaan perlakuan berupa pelatihan Senam Ayo Bangkit dan Senam Ayo Bersatu Seri 2 dan tempat latihan sehingga ada kesepahaman antara peneliti dan subjek tentang maksud, tujuan dan manfaat penelitian.
4.7.2 Prosedur pemilihan sampel Seleksi Mahasisiwi Jurusan Kebidanan yang memenuhi kriteria sampel : a. Umur 18- 19 tahun sesuai dengan akte kelahiran atau KTP. b. Pengukuran
tinggi
badan
dan
berat
badan
dilanjutkan
dengan
penghitungan Indeks Massa Tubuh dimana Indeks Massa Tubuh adalah 18,7-23,8 sesuai kategori normal untuk wanita (Supariasa dkk, 2002). c. Pemeriksaan kesehatan oleh dokter, yang dinyatakan sehat untuk mengikuti pelatihan dan tes kebugaran fisik dengan tes lari 2,4 km dan hasil test ini disesuaikan dengan tabel tes kebugaran fisik sesuai tabel penilaian tes lari 2,4 km menurut Cooper,1982 d. Randomisasi Mahasiswi Jurusan Kebidanan Poltekes Kemenkes Denpasar sejumlah 22 orang, yang terpilih sebagai sampel dialokasikan secara random menjadi dua kelompok secara acak sederhana memakai undian, yaitu kelompok
yang mendapat pelatihan Senam Ayo Bangkit (P1),
kelompok 2 yang mendapatkan pelatihan Senam Ayo Bersatu Seri 2 (P2).
45
4.7.3 Prosedur pengukuran 4.7.3.1 Pengukuran daya tahan umum Dilakukan sebelum pelatihan dan sesudah pelatihan pada masing masing kelompok oleh peneliti dan dibantu oleh beberapa enumerator (pembantu peneliti) dengan cara melakukan tes lari 2,4 km dengan waktu tempuh yang dibutuhkan dicatat. a.
Persiapan Persiapan berupa mempersiapkan alat alat, lintasan lari yang akan digunakan serta subjek yang di tes sebelumnya diperiksa dulu secara physic diagnostic, dan diberikan penjelasan serta motivasi supaya tes dapat berlangsung sesuai rencana (dalam waktu yang ditentukan).
b.
Pelaksanaan tes 1.
Responden (orang coba) yang dites berpakaian olahraga.
2.
Setelah ada aba-aba dimulainya tes, orang coba langsung berlari sejauh 2,4 km.
3.
Stopwatch atau pencatat waktu dihidupkan bersamaan dengan mulainya orang coba melakukan start lari 2,4 km.
4.
Bersamaan dengan sampainya orang coba di
garis finish, stopwatch
dimatikan, waktu yang diperoleh dicatat.
4.7.3.2 Pengukuran tinggi badan dan berat badan Pengukuran ini dilakukan oleh seseorang peneliti dan seorang pembantu peneliti. Pengukuran tinggi badan menggunakan alat antropometer berupa mikrotoa. Tempelkan mikrotoa dengan paku pada dinding yang lurus datar setinggi dua meter. Subjek berdiri tegak, sudut mata sejajar telinga tanpa alas
46
kaki. Tumit, pantat, punggung dan kepala bagian belakang menempel pada dinding. Turunkan mikrotoa sampai rapat pada ubun-ubun, siku-siku harus lurus menempel pada dinding. Angka pada skala yang nampak pada lubang dalam gulungan mikrotoa menunjukan tinggi badan yang diukur. Pengukuran berat badan dilaksanakan dengan cara subjek berdiri tegak di atas timbangan dengan pakaian seminimal mungkin. Pengukuran dilaksanakan dengan timbangan berat badan merk junkalori buatan Jerman dengan ketelitian 0,1 kg.
4.7.4 Prosedur pelatihan Langkah-langkah yang dilaksanankan dalam prosedur pelatihan ini adalah: a. Mempersiapkan alat-alat antara lain : kaset Senam Ayo Bangkit dan Senam Ayo Bersatu Seri 2, tape recorder, metronome. b. Memberikan penjelasan kepada seluruh sampel mengenai teknik pelatihan. Melakukan pengukuran kebugaran fisik ditinjau dari daya tahan umum dengan cara melaksanakan tes lari 2,4 km sebelum perlakuan. c. Pelaksanan pelatihan Senam Ayo Bangkit dan Senam Ayo Bersatu Seri 2 sesuai dengan takaran pelatihan seperti yang telah di uraikan di atas. d. Pelaksanaan pengukuran kebugaran fisik setelah pelatihan ditinjau dari daya tahan umum dengan cara melaksanakan tes lari 2,4 km.
4.7.5 Alur penelitian Populasi pada penelitian ini berjumlah 57 orang, selanjutnya dilakukan pemilihan sampel sesuai kreteria inklusi yang telah ditetapkan oleh peneliti.
47
Berdasarkan pemilihan tersebut diperoleh 22 orang yang memenuhi kriteria inklusi. Sesudah sampel diperoleh kemudian dilakukan tes awal atau pretest untuk mendapatkan data kebugaran fisik awal. Selanjutnya membagi sampel menjadi dua kelompok dengan cara acak sederhana, kemudian tiap kelompok diberikan pelatihan selama delapan minggu. Kelompok 1 diberikan pelatihan Senam Ayo Bangkit yang selanjutnya disebut dengan perlakuan 1 (P1) dan kelompok 2 dilakukan pelatihan Senam Ayo Bersatu Seri 2 yang senjutnya disebut dengan perlakuan 2 (P2). Pelatihan dilakukan di lapangan Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Denpasar secara bersama-sama dengan tempat yang terpisah supaya tidak saling mengganggu. Masing-masing kelompok diawasi oleh instruktur dan peneliti. Setelah pelatihan dilakukan pengukuran kebugaran fisik sesudah perlakuan atau posttest. Pengukuran kebugaran fisik sebelum dan sesudah pelatihan dilakukan di Lapangan Gusti Ngurah Rai Denpasar. Selama proses pelatihan dan pengukuran dilakukan pengukuran kondisi lingkungan. Kondisi lingkungan yang diamati meliputi suhu basah, suhu kering dan kelembaban udara. Alur pelaksanaan penelitian seperti pada gambar di bawah ini.
48
Senan Ayo Bangkit (P1) Pretest dan Posttest
Senan Ayo Bersatu Seri 2 (P2) Pretest dan Posttest
Berikan penjelasan kepada orang coba dan melakukan pengukuran kebugaran fisik sebelum perlakuan (pretest)
Berikan penjelasan kepada orang coba dan melakukan pengukuran kebugaran fisik sebelum perlakuan (pretest)
Pelatihan Senam Ayo Bangkit durasi 2 set dengan diselingi isrirahat 3 menit sebanyak 3 x seminggu selama 8 minggu
Pelatihan Senam Ayo Bersatu 2 Seri durasi 2 set dengan diselingi istirahat 3 menit sebanyak 3 x seminggu selama 8 minggu
Lakukan pengukuran kebugaran fisik setelah perlakuan (posttest)
Lakukan pengukuran kebugaran fisik setelah perlakuan (posttest)
TES AKHIR
Analisis Data
Penyusunan Tesis Gambar 4.2 Alur Penelitian
4.8 Analisis Data Data yang diperoleh sejak persiapan dan pelaksanaan (tes awal dan akhir) diproses dengan program komputer. 1. Analisis deskriptif Mendiskripsikan rerata atau median dan standar deviasi terhadap variabel umur, indeks massa tubuh, dan kebugaran fisik.
49
2. Uji Normalitas data pada data karakteristik subjek berupa umur, indeks massa tubuh, kebugaran fisik sebelum dan sesudah perlakuan pada masing-masing kelompok, jika p<0,05
maka uji parametrik dan jika p>0,05
uji non
parametrik. 3. Uji Paired t test
untuk mengetahui kebugaran fisik pada masing-masing
kelompok sebelum dan sesudah perlakuan karena data terdistribusi normal.
4.9 Kelemahan Penelitian Kelemahan pada penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Peneliti tidak dapat mengetahui faktor psikologis subjek tentang kesungguhan subjek untuk mengikuti pelatihan ini. b. Peneliti berasumsi bahwa asupan kalori yang dikonsumsi oleh subjek penelitian adalah sama karena subjek tinggal di asrama yang menyiapkan makanan yang sama pada seluruh penghuni asrama setiap hari. Hal ini yang menjadi pertimbangan peneliti untuk tidak mengatur diet dari responden.
BAB V HASIL PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan rancangan eksperimental yang melibatkan 22 orang sebagai sampel, yang dibagi menjadi dua kelompok dan masing-masing kelompok terdiri dari 11 orang. Kelompok 1 diberikan pelatihan Senam Ayo Bangkit (P1) dan kelompok 2 diberikan pelatihan Senam Ayo Bersatu Seri 2 (P2). Masing-masing kelompok diberikan pelatihan senam dalam waktu yang bersamaan dengan frekuensi tiga kali seminggu, pada hari Selasa, Kamis dan Sabtu selama 8 minggu. Pelaksanaan perlakuan mulai dari tanggal 16 April sampai dengan 8 Juni 2013 di halaman depan gedung Jurusan Kebidanan Poltekes Kementerian Kesehatan Denpasar. Pengambilan data karakteristik subjek berupa umur, pengukuran berat badan, tinggi badan dan pemeriksaan kesehatan secara umum yang meliputi tekanan darah, jantung serta paru dilakukan pada hari Sabtu tanggal 13 April 2013. Sedangkan pelaksanaan pengukuran kebugaran sebelum perlakuan dilaksanakan pada hari Minggu tanggal 14 April 2013 dan pelaksanaan pengukuran sesudah perlakuan pada tanggal 9 Juni 2013
bertempat di
Gelanggang Olahraga Stadion Ngurah Rai Denpasar.
5.1 Kondisi Lingkungan Kondisi lingkungan yang diukur dalam penelitian meliputi suhu basah, suhu kering dan kelembaban relatif yang diukur dalam satuan oC. Pengukuran dilaksanakan setiap kali perlakuan dilaksanakan. Hasil pengukuran suhu lingkungan saat penelitian seperti Tabel berikut ini.
50
51
Tabel 5.1 Kondisi Lingkungan Tempat Pelatihan (OC) No Variabel 1 Suhu kering 2 Suhu basah 3 Kelembaban relatif SB = Simpang Baku
Rerata 23,46 26,04 79,08
SB 0,509 0,859 1,060
Rentang 23-24 24-27 77-81
Tabel 5.1 di atas menggambarkan kondisi lingkungan saat pelaksanaan penelitian berlangsung. Suhu kering berkisar antara 230C – 240C dengan rerata 23,46 ± 0,510C, suhu basah 240C – 270C dengan rerata 26,04 ± 0,860C serta kelembaban relatif 770C – 810C dengan rerata 79,08 ± 1,060C. Kondisi lingkungan saat perlakuan dan pengukuran relatif stabil sehingga responden tidak merasakan adanya gangguan atau hambutan selama proses pelatihan dan pengukuran akibat kondisi lingkungan.
5.2 Karakteristik Subjek Karakteristik subjek meliputi Indeks Massa Tubuh (IMT) dan umur responden. IMT diukur sebelum dan sesudah perlakuan dan umur ditanyakan sebelum pelaksanaan perlakuan. Di bawah ini disajikan hasil penelitian tentang karakteristik responden.
52
5.2.1 Data indeks massa tubuh pada subjek penelitian Tabel 5.2 Data IMT P1 dan P2 Sebelum dan Sesudah Perlakuan P1 pre P1 post P2 pre P2 post 18,280 18,070 21,750 21,460 20,230 19,820 20,280 19,900 22,480 22,060 22,480 22,060 22,480 21,560 20,820 20,170 23,520 22,000 20,230 19,900 18,320 18,010 23,320 22,060 23,210 22,310 20,230 19,200 23,300 23,010 20,660 20,340 20,700 20,200 23,700 23,130 20,600 19,980 19,560 19,300 20,170 19,800 2,230 19,980 IMT = Indeks Massa Tubuh, P1 = Pelatihan Senam Ayo Bangkit, P2 = Pelatihan Senam Ayo Bersatu Seri 2 5.2.1.1 Uji normalitas pada indeks massa tubuh Hasil uji normalitas pada Indeks Massa Tubuh P1 dan P2 sebelum dan sesudah perlakuan. Tabel 5.3 Hasil Uji Normalitas pada Indeks Massa Tubuh P1 dan P2 Sebelum dan Sesudah Perlakuan Variabel P1 pre P1 post P2 pre P2 post
n 11 11 11 11
Rerata 21,208 20,620 21,205 20,682
SB 1,912 1,692 1,396 1,288
p 0,762 0,925 0,523 0,545
Pada Tabel 5.3 uji normalitas didapatkan bahwa Indeks Massa Tubuh P1 dan
P2 sebelum dan sesudah perlakuan semua data berdistribusi normal
dengan p>0,05; maka selanjutnya dapat diuji dengan uji parametrik.
53
5.2.1.2 Hasil analisis indeks massa tubuh Hasil analisis Indeks Massa Tubuh
P1 dan P2 sebelum dan sesudah
perlakuan adalah : Tabel 5.4 Hasil Analisis Perbedaan Indeks Massa Tubuh P1 dan P2 Sebelum dan Sesudah Perlakuan Variabel
n
IMT P1 IMT P2
11 11
Pre Post Selisih Rerata SB Rerata SB 21,208 1,912 20,620 1,692 -0,588 21,205 1,396 20,682 1,288 -0,524
t 0,848 0,749
p 0,001 0,000
Pada Tabel 5.4 terlihat perubahan yang terjadi pada Indeks Massa Tubuh P1 sebelum dan sesudah perlakuan sebesar -0,588 dengan p<0,05; ini berarti kedua data berbeda dan bermakna. Indeks Massa Tubuh P2 sebelum dan sesudah dilakukan perlakuan berbeda bermakna dengan nilai -0,524 dan p<0,05. Hasil analisis ini menunjukkan perbedaan yang terjadi sesudah perlakuan pada subjek penelitian dan berubah akibat perlakuan baik pada P1 sesudah perlakuan dan P2 sesudah perlakuan.
5.2.2 Data umur pada subjek penelitian Berdasarkan umur seluruh responden berkisar 18 sampai dengan 19 tahun. Data karakeristik umur dicari pada saat sebelum perlakuan saja karena lama penelitian hanya delapan minggu sedangkan data umur ditanyakan dalam satuan tahun.
54
5.2.2.1 Hasil analisis umur Tabel 5.5 Analisis Perbedaan Umur pada P1 dan P2 Variabel
P1
n
Umur (Tahun)
11
P2
p
Rerata
SB
Rerata
SB
18,27
0,79
18,09
0,94
0.508
Pada Tabel 5.5 di atas terbaca rerata umur pada P1 18,27 dan P2 18,09, sedangkan Simpang Baku pada P1 0,79 dan P2 0,94. Dilakukan analisis uji beda diperoleh hasil p>0,508 sehingga disimpulkan tidak ada perbedaan dari segi umur pada P1 dan P2. 5.3 Hasil Analisis Waktu Tempuh Lari 2,4 Km Sebelum dan Sesudah Perlakuan Waktu tempuh lari 2,4 km dianalisis untuk menyimpulkan daya tahan umum sebelum dan sesudah perlakuan. Hasil yang didapatkan untuk mengetahui besar perbedaan daya tahan umum sebelum dan sesudah perlakuan.
5.3.1 Hasil analisis uji normalitas waktu tempuh lari 2,4 km sebelum dan sesudah perlakuan Tabel 5.6 Hasil Uji Normalitas Waktu Tempuh 2,4 Km Sebelum dan Sesudah Perlakuan Variabel P1 pre P1 post P2 pre P2 post
n 11 11 11 11
Rerata 20,070 15,875 20,253 17,827
SB 1,213 0,971 1,492 1,498
p 0,828 0,984 0,945 0,755
55
Hasil uji normalitas pada Tabel 5.6 menunjukkan semua data berdistribusi normal dengan p>0,05 dan selanjutnya di uji dengan dengan uji parametrik.
25 20,253
20,07 20
17,827 15,875
15 pre post 10
5
0 Senam Ayo Bangkit
Senam Ayo Bersatu seri 2
Gambar 5.1 Rerata Waktu Tempuh Lari 2,4 km pada Kedua Kelompok
5.3.2 Hasil analisis beda waktu tempuh lari 2,4 km sebelum dan sesudah perlakuan Hasil analisis beda waktu tempuh lari 2,4 km sebelum dan sesudah perlakuan P2 adalah untuk mendapatkan selisih perbedaan yang terjadi pada daya tahan umum sebelum dan sesudah perlakuan. Tabel 5.7 Hasil Analisis Beda Waktu Tempuh Lari 2,4 Km Sebelum dan Sesudah Perlakuan Variabel
n
P1 (menit) P2 (menit)
11 11
Pre Post Rerata SB Rerata SB 20,070 1,213 15,875 0,971 20,253 1,492 17,827 1,498
Selisih
t
p
-4,195 -2,426
12,169 15,657
0,000 0,000
56
Hasil analisis waktu tempuh lari 2.4 km P1 sebelum dan sesudah perlakuan berbeda bermakna dengan nilai sebesar -4,195 (menit) dan p<0,05. Hasil analisis daya tahan umum P2 sebelum dan sesudah perlakuan berbeda bermakna dengan nilai sebesar -2,426 menit dan p<0,05. Perbedaan pada waktu tempuh lari 2,4 km P1 sebelum dan sesudah perlakuan sebesar 20%. Perbedaan pada daya tahan umum P2 sebelum dan sesudah perlakuan sebesar 12%.
5.3.3 Hasil analisis perbedaan waktu tempuh lari 2,4 km pada P1 dan P2 Hasil analisis perbedaan waktu tempuh lari 2,4 km pada kelompok P1 dan P2 adalah selisih antara waktu tempuh lari 2,4 km pada kelompok P1 yang dibandingkan dengan kelompok P2. Tabel 5.8 Hasil Analisis Perbedaan Waktu Tempuh Lari 2,4 Km pada Kelompok P1 dan Kelompok P2 Variabel
n
P1 Rerata SB
P2 Rerata SB
Waktu tempuh (menit)
11
-4,195 1,143 -2,426
0,514
Selisih -1,769
t
p
-4,263 0,002
Hasil analisis perbedaan waktu tempuh lari 2,4 km pada kelompok P1 dan P2 berbeda bemakna dengan nilai sebesar -1,769 menit dan p<0,05. Hasil analisis ini menunjukkan waktu tempuh lari 2,4 km pada kelompok P1 lebih baik dari pada waktu tempuh lari 2,4 km pada kelompok P2 sebesar 42 %.
57
5.4 Hasil Analisis Denyut Nadi 5.4.1 Denyut nadi pada P1 5.4.1.1 Hasil analisis uji normalitas denyut nadi istirahat sebelum dan sesudah perlakuan pada P1 Hasil uji normalitas pada denyut nadi istirahat dan denyut nadi latihan sebelum dan sesudah perlakuan P1. Hasil uji normalitas pada tabel 5.9 dibawah menunjukkan semua data berdistribusi normal dengan p>0,05 dan selanjutnya dianalisis dengan uji parametrik. Tabel 5.9 Hasil Uji Normalitas Denyut Nadi Istirahat dan Denyut Nadi Latihan Sebelum dan Sesudah Perlakuan pada P1 Variabel DNI P1 pre DNI P1 post DNL P1 pre DNL P1 post
n 11 11 11 11
Rerata 79,818 79,727 119,909 132,636
SB 4,045 1,849 14,508 1,009
p 0,694 1,047 0,861 0,700
5.4.1.2 Hasil analisis beda denyut nadi istirahat dan denyut nadi latihan sebelum dan sesudah perlakuan pada P1 Hasil analisis beda denyut nadi istirahat denyut dan nadi latihan sebelum dan sesudah perlakuan P1 adalah untuk mendapatkan selisih yang terjadi pada denyut nadi istirahat dan denyut nadi latihan sebelum dan sesudah perlakuan Tabel 5.10 Hasil Analisis Beda Denyut Nadi Istirahat dan Denyut Nadi Latihan Sebelum dan Sesudah Perlakuan pada P1 Variabel DNI P1 DNL P1
Post Nadi Kerja Rerata SB Rerata SB 11 79,818 4,045 79,727 1,849 -0,091 11 119,909 14,508 132,636 14,009 13,455 n
Pre
t
p
0,129 0,900 -5,476 0,000
58
Hasil analisis denyut nadi istirahat denyut dan nadi latihan sebelum dan sesudah perlakuan pada P1 berbeda dan bermakna dengan p<0,05. Hasil analisis menunjukkan perubahan pada hasil penelitian setelah dilakukan perlakuan sebesar 11 %.
200 180 nadi
160 140 120 100 80 20
25
30
35
40
45
50
55
60
65
umur Gambar 5.2 Denyut Nadi Senam Ayo Bangkit Sebelum dan Sesudah Perlakuan
5.4.1.3 Hasil analisis uji normalitas denyut nadi sebelum dan sesudah perlakuan pada P2 Hasil uji normalitas pada denyut nadi istirahat dan denyut nadi latihan sebelum dan sesudah perlakuan.
59
Tabel 5.11 Hasil Uji Normalitas Denyut Nadi Istirahat dan Denyut Nadi Latihan Sebelum dan Sesudah Perlakuan Pada P2 Variabel DNI P2 pre DNI P2 post DNL P2 pre DNL P2 post
n 11 11 11 11
Rerata 78,909 78,909 117,909 125,273
SB 2,212 2,587 7,829 8,088
p 0,997 0,927 0,723 0,314
Hasil uji normalitas pada tabel 5.11 menunjukkan semua data berdistribusi normal dengan p>0,05 dan selanjutnya di uji dengan dengan uji parametrik.
5.4.1.4 Hasil analisis beda denyut nadi istirahat dan denyut nadi latihan sebelum dan sesudah perlakuan pada P2 Hasil analisis beda denyut nadi istirahat denyut dan nadi latihan sebelum dan sesudah perlakuan P2 adalah untuk mendapatkan selisih perbedaan yang terjadi pada denyut nadi istirahat denyut nadi latihan sebelum dan sesudah perlakuan. Tabel 5.12 Hasil Analisis Beda Denyut Nadi Istirahat dan Nadi Latihan Sebelum dan Sesudah Perlakuan pada P2 Variabel
n
DNI P2 DNL P2
11 11
Pre Post Rerata SB Rerata SB 78,909 2,212 78,909 2,587 117,909 7,829 125,273 8,088
Nadi Kerja 0,000 7,364
t
p
0,000 1,000 -4,611 0,001
Hasil analisis denyut nadi istirahat denyut dan nadi latihan sebelum dan sesudah perlakuan pada P2 berbeda dan bermakna dengan p<0,05. Hasil analisis menunjukkan perubahan pada hasil penelitian setelah dilakukan perlakuan.
60
Dengan perubahan hasil analisis pada denyut nadi istirahat dan denyut nadi latihan sebelum dan sesudah perlakuan pada P2, ini berarti denyut nadi istirahat, denyut nadi latihan sebelum dan sesudah perlakuan P2 mempengaruhi hasil penelitian. Perubahan akibat diberikan perlakuan adalah sebesar 6%. Perubahan denyut nadi yang terjadi pada P1 sebesar 11 % lebih baik dari pada perubahan yang terjadi denyut nadi P2.
200 180 nadi
160 140 120 100 80 20
25
30
35
40
45
50
55
60
65
umur Gambar 5.3 Denyut Nadi Senam Ayo Bersatu Seri 2 Sebelum dan Sesudah Perlakuan
61
Perbandingan denyut nadi sesudah perlakuan antara Senam Ayo Bangkit dan Senam Ayo Bersatu Seri 2 disajikan pada gambar 5.4 berikut dibawah.
200 180 nadi
160 140 120 100 80 18 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 umur Gambar 5.4 Denyut Nadi Senam Ayo Bangkit dan Senam Ayo Bersatu Seri 2 Sesudah Perlakuan
BAB VI PEMBAHASAN
6.1 Karakteristik Subyek Penelitian Penelitian ini menguji pengaruh pelatihan Senam Ayo Bangkit dan Senam Ayo Bersatu Seri 2 terhadap peningkatan kebugaran fisik ditinjau dari daya tahan umum dilibatkan 22 orang sebagai sampel, yang terbagi menjadi 2 kelompok masing-masing berjumlah 11 orang, yaitu kelompok perlakuan 1 (P1, pelatihan Senam Ayo Bangkit) dan kelompok perlakuan 2 (P2, pelatihan Senam Ayo Bersatu Seri 2). Berdasarkan hasil analisis didapatkan bahwa rerata umur (tahun) responden pada kelompok P1 adalah 18,27 ± 0,79 dan pada kelompok P2 adalah 18,09 ± 0,94. Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan uji Mann-Whitney didapatkan bahwa nilai p > 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan umur subjek pada kedua kelompok perlakuan. Terkait dengan umur, bahwa kebugaran fisik anak-anak meningkat sampai mencapai maksimal pada usia 25-30 tahun, kemudian akan terjadi penurunan kapasitas fungsional dari seluruh tubuh kira-kira sebesar 0,8-1% pertahun, tetapi bila rajin berolahraga penurunan ini dapat dikurangi sampai separuhnya (Karim, 2002). Dilihat dari umur subjek penelitian, pada rentang umur tersebut mengindikasikan bahwa peserta pelatihan masih mampu mengoptimalkan kebugaran fisik melalui pelatihan yang dilakukan. Dipilihnya peserta pelatihan dibawah umur 25 tahun, mengingat bahwa pembebanan pada pelatihan fisik
62
63
terutama senam aerobik high impact yang terus menerus bisa menimbulkan cedera bagi kelompok pelaku tertentu terutama pada orang tua yang berumur di atas 40 tahun (Dinata, 2004). Rerata Indeks Massa Tubuh (IMT) kelompok P1 pada pretest adalah 21,21 ± 1,91 dan kelompok P2 adalah 21,21 ± 1,39. Sedangkan pada posttest rerata IMT kelompok P1 adalah 20,62 ± 1,69 dan kelompok P2 adalah 20,68 ± 1,28. Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan uji t-independent didapatkan bahwa nilai p>0,05. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan IMT pada kedua kelompok perlakuan. Indeks Massa Tubuh antar kelompok tidak ada perbedaan perlakuan, juga diketahui bahwa kedua kelompok memiliki IMT dengan kategori normal. Hal ini mengindikasikan
bahwa
pelatihan
yang
diberikan
diharapkan
mampu
menghasilkan kebugaran frisik yang optimal. Rerata waktu tempuh lari 2,4 km pada P1 dan P2 dianlisis untuk menyimpulkan daya tahan umum sebelum dan sesudah perlakuan. Hasil yang didapat untuk mengetahui besar perbedaan daya tahan umum sebelum dan sesudah perlakuan pada P1 dan P2. Pada penelitian ini untuk mengetahui kebugaran fisik melalui daya tahan umum juga didukung dari hasil analisis denyut latihan. Hasil uji normalitas waktu tempuh lari 2,4 km dan denyut nadi latihan menunjukkan semua data berdistribusi normal dengan p>0,05. Penelitian menunjukkan rerata waktu tempuh lari 2,4 km P1 sebelum perlakuan sebesar 20,070 menit dan sesudah perlakuan sebesar 15,875 menit,
64
pada kelompok P2 sebelum perlakuan sebesar 20.875 menit, sesudah perlakuan sebesar 17,827 menit Pelatihan fisik terutama senam aerobik high impact yang terus menerus bisa menimbulkan cedera bagi kelompok pelaku tertentu terutama pada orang yang kelebihan berat badan (Dinata, 2004). Hal ini disebabkan karena senam aerobik low impact dan high impact mempunyai perbedaan dalam hal berat badan yang menjadi beban dan intensitas. Berat badan yang ditanggung oleh otot pada senam aerobik low impact hanya berat badannya saja dengan intensitas sedang, sedangkan pada senam aerobik high impact, otot tidak saja menahan berat badan tetapi juga menahan gaya gravitasi dan tinggi loncatan dengan intensitas tinggi. Pelatihan olahraga termasuk juga pelatihan senam aerobik yang teratur dengan intesitas sedang diharapkan denyut nadi latihan akan meningkat sampai zona latihan. Menurut Bompa, 2009 latihan daya tahan pada latihan aerobik dipengaruhi oleh beberapa faktor adalah faktor power aerobik atlet, ekonomi gerakan, ambang batas laktat, dan jenis serat otot. Kebugaran fisik dan kesehatan sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor dari keturunan, jenis latihan, jenis kelamin, usia, lemak tubuh dan aktivitas (Nala, 2011a). Kebugaran fisik akan meningkat apabila denyut nadi latihan sudah mencapai zona latihan dengan jumlah denyut minimal 130 kali per – menit (Mc Carthy, 1990).
6.2 Pelatihan Senam Ayo Bangkit Lebih Meningkatkan Kebugaran Fisik Dalam penelitian ini diukur kebugaran fisik melalui salah satu parameter dengan daya tahan umum sesuai tujuan penelitian. Pengukuran daya tahan umum dilakukan dengan menghitung waktu tempuh lari 2,4 kilometer. Perubahan yang
65
terjadi waktu tempuh lari 2,4 km pada penelitian ini sesuai hasil analisis menunjukkan penurunan waktu tempuh yang bermakna yaitu terjadi penurunan waktu tempuh dari sebelum perlaluan dan sesudah perlakuan. Penurunan waktu tempuh pada perlakuan P1 dan P2 menunjukkan terjadi peningkatan daya tahan umum dan selanjutnya mampu meningkatkan kebugaran fisik pada kedua kelompok perlakuan. Terjadi penurunan waktu tempuh P1 dan P2 sesudah perlakuan akan berdampak juga perubahan denyut nadi latihan. Pelatihan secara teratur untuk meningkatkan daya tahan umum akan terjadi peningkatan denyut nadi latihan sampai zona latihan (Mc Carthy, 1990). Berdasarkan hasil analisis didapatkan bahwa rerata waktu tempuh pada kelompok yang mendapatkan pelatihan Senam Ayo Bangkit sebelum perlakuan (pretest) adalah 20,07 ± 1,21 menit dan sesudah perlakuan (posttest) adalah 15,87 ± 0,97 menit. Analisis kemaknaan dengan uji t-paired menunjukkan bahwa nilai p = 0,000. Hal ini berarti bahwa rerata waktu tempuh 2,4 km pada kelompok Senam Ayo Bangkit antara sebelum dengan sesudah perlakuan berbeda bermakna (p<0,05). Berdasarkan hasil penelitian ini didapatkan bahwa terjadi peningkatan waktu tempuh sebesar 20%. Peningkatan waktu tempuh juga didukung terjadi peningkatan denyut nadi latihan setelah perlakuan (posttest) pada senam Ayo Bangkit. Denyut nadi pada sebelum perlakuan (pretst) sebesar 119 kali per menit dan terjadi peningkatan denyut nadi setelah perlakuan sebesar 132 kali per menit, terjadi peningkatan denyut nadi latihan sebesar 11% dengan durasi pelatihan 33 menit. Pelatihan Senam Ayo Bangkit
merupakan senam kebugaran fisik
dengan dinamika gerak dan musik yang menyenangkan dan menyehatkan, dimana
66
Senam Ayo Bangkit termasuk senam aerobik benturan rendah, yaitu setiap gerakan, salah satu kaki selalu bertumpu pada lantai dengan struktur senam terdiri dari pemanasan, gerakan inti, dan pendinginan. Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian Dewantari (2007) yang menyatakan bahwa pelatihan Senam Ayo Bangkit dengan intensitas denyut nadi 120 kali per menit durasi 40 menit 3 kali seminggu selama 8 minggu dapat meningkatkan kebugaran fisik. Hasil penelitian ini sesuai (Tanasescue, 2002) yang menyatakan bahwa pelatihan yang sering dilakukan di masyarakat adalah pelatihan aerobik yang merupakan bentuk pelatihan fisik yang paling sesuai untuk meningkatkan kebugaran jantung dan paru. Dampak dari peningkatan kebugaran jantung dan paru akan berimplikasi pada peningkatan daya tahan umum.
6.3 Pelatihan Senam Ayo Bersatu Seri 2 Meningkatkan Kebugaran Fisik Berdasarkan hasil analisis didapatkan bahwa rerata waktu tempuh lari 2,4 km pada kelompok yang mendapatkan pelatihan Senam Ayo Bersatu Seri 2 sebelum perlakuan (pretest) adalah 20,25 ± 1,49 menit dan sesudah perlakuan (posttest) adalah 17,82 ± 1,49 menit. Analisis kemaknaan dengan uji t-paired menunjukkan bahwa nilai p = 0,000. Hal ini berarti bahwa rerata waktu tempuh 2,4 km pada kelompok Senam Ayo Bersatu Seri 2 antara sebelum dengan sesudah perlakuan berbeda bermakna (p<0,05). Berdasarkan hasil penelitian ini didapatkan bahwa terjadi peningkatan waktu tempuh sebsar 12% dan juga didukung adanya peningkatan denyut nadi pelatihan setelah perlakuan. Pada Senam aerobik Ayo Bersatu seri 2 denyut nadi awal perlakuan sebesar 117 kali per menit dan terjadi peningkatan denyut nadi latihan
sebesar 125
kali per menit (6%) sesudah
67
perlakuan dengan durasi pelatihan 30 menit 46 detik. Kebugaran fisik pada kelompok Senam Ayo Bersatu Seri 2 setelah perlakuan diukur dari daya tahan umum dengan tes lari 2,4 km dan didukung terjadi peningkatan ndenyut nadi latihan lebih meningkat. Denyut nadi latihan pada P2 terjadi peningkatan dari sebelum dan sesudah perlakuan, tetapi denyut nadi latihan belum mampu ke zona latihan. Hal ini mungkin disebabkan oleh beberapa faktor antara lain power aerobik atlet, ambang batas laktat, ekonomi gerakan, jenis serat otot dan asupan kalori (Bompa, 1990). Faktor-faktor tersebut tidak dikendalikan saat melakukan pemilihan sampel. Pelatihan Senam Ayo Bersatu Seri 2 merupakan senam kebugaran fisik dengan dinamika gerak dan musik yang menyenangkan dan menyehatkan. Senam Ayo Bersatu Seri 2 termasuk senam aerobik benturan rendah, dimana pada setiap gerakan salah satu kaki selalu kontak dengan lantai untuk menghindari hentakan yang terlalu keras pada kaki. Struktur senam ini terdiri dari pemanasan, gerakan inti, dan pendinginan. Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitiannya Sukardiasih (2005), yang mendapatkan bahwa pelatihan Senam Ayo Bersatu Seri dengan intensitas denyut nadi 120 kali per menit durasi 40 menit 3 kali seminggu selama 8 minggu dapat meningkatkan kebugaran fisik. Beberapa hasil survei membuktikan bahwa kebugaran fisik sangat perlu bagi setiap kelompok orang untuk mendukung aktifitas kerja sehari-hari. Kebugaran fisik sangat perlu dijaga dan diberikan pelatihan secara kontinyu agar tetap optimal. Kebugaran fisik sangat perlu ditingkatkan karena dapat mencegah
68
berbagai masalah kesehatan seperti penyakit jantung, mudah lelah serta menurunkan efisiensi dan produktivitas kerja (Irianto, 2004). Olahraga yang efektif untuk meningkatkan kebugaran fisik adalah olahraga aerobik (Triangto, 2005). Pelatihan aerobik secara teratur akan mempengaruhi fungsi jantung dimana jantung akan mampu memompa lebih baik dengan demikian dapat memompa lebih banyak darah dan lebih banyak oksigen sehingga dapat menurunkan frekuensi denyut jantung baik pada kondisi istirahat maupun saat latihan (Perry, 2008). Pelatihan aerobik juga meningkatkan kekuatan otot pernapasan, meningkatkan jumlah dan besar alveoli dan merangsang pertumbuhan pembuluh darah disekitarnya yang akan mempercepat suplai oksigen ke sel (Balley, 1994). Pelatihan aerobik yang sesuai dengan takarannya akan mampu meningkatkan kebugaran fisik atau kesegaran jasmani (Powers, 1996 dalam Nala, 2011) dan adapun yang dimaksud dengan takaran pelatihan adalah: intensitas 70-80% dari VO2 maksimumnya, volume durasi selama 15-60 menit, frekuensi 3-5 kali perminggu.
Senam merupakan salah satu bentuk pelatihan yang
memberikan manfaat bagi peningkatan kesehatan dan kebugaran (Wahyu; dkk, 2008).
6.4 Pelatihan Senam Ayo Bangkit Lebih Meningkatkan Kebugaran Fisik Ditinjau dari Daya Tahan Umum daripada Senam Ayo Bersatu Seri 2 Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa rerata penurunan waktu tempuh lari 2,4 km kelompok senam Ayo Bangkit adalah -4,19 1,14 kali per menit dan rerata kelompok Senam Ayo Bersatu Seri 2 adalah -2,42 0,51 kali per menit. Analisis kemaknaan menunjukkan bahwa nilai p = 0,001. Hal ini
69
berarti bahwa rerata penurunan waktu tempuh lari 2,4 km pada kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan berbeda secara bermakna (p<0,05). Di samping itu diketahui pula bahwa penurunan waktu tempuh lari 2,4 km pada kelompok senam Ayo Bangkit lebih tinggi dibandingkan kelompok Senam Ayo Bersatu Seri 2. Penurunan waktu tempuh kelompok Senam Ayo Bangkit, 42 % lebih tinggi dibandingkan penurunan waktu tempuh kelompok Senam Ayo Bersatu Seri 2. Hasil dari analisis perbedaan P1 dan P2 ini mengindikasikan bahwa daya tahan umum responden yang ditinjau dari indikator lari 2.4 km pada P1 lebih baik bila dibandingkan dengan P2. Pelatihan senam aerobik dengan intensitas denyut nadi 140-164 kali per menit durasi 3-10 menit dengan repetisi sesuai dengan kapasitas fisiologi setiap individu frekuensi 3-5 seminggu dapat meningkatkan kebugaran fisik (Nala, 2011). Pelatihan olahraga termasuk olahraga senam aerobik yang teratur sampai zone pelatihan untuk memperoleh kebugaran fisik adalah target denyut nadi pelatihan yang dicapai minimal diatas 130 kali per – menit (85 %) dari denyut nadi maksimal), sedangkan denyut nadi maksimal secara fisiologis 170 – 200 kali per menit (Mc Carthy, 1990). Pada peneliltian ini diperoleh peningkatan denyut nadi pelatihan dari sebelum perlakuan pelatihan senam aerobik Ayo Bangkit 119 kali per menit menjadi 132 kali per menit (11 %) setelah perlakuan dan pada pelatihan Senam Ayo Bersatu Seri 2 denyut nadi awal perlakuan sebesar 117 kali per menit meningkat menjadi 122 kali per menit (6%) nadi sesudah perlakuan. Sesuai tujuan penlitian bahwa pelatihan Senam Ayo Bangkit lebih meningkatkan kebugaran fisik daripada pelatihan senam Ayo Bersatu Seri 2 dengan penurunan
70
rerata waktu tempuh (menit) tempuh lari 2,4 km sebesar -4,195 menit (20%) sesudah perlakuan dan terjadi peningkatan denyut nadi latihan sampai mencapai zona pelatihan dengan jumlah denyut nadi 132 kali per menit (11%), sedangkan Senam Ayo Bersatu Seri 2, walaupun menunjukkan ada peningkatan kebugaran fisik berdasarkan indikator penurunan waktu tempuh sesudah perlakuan sebesar -2,426 menit (12%) lari 2,4 km dan terjadi peningkat denyut nadi 125 kali per menit (6%) sesudah perlakuan
tetapi belum mampu mencapai zona latihan,
menurut Mc Carthy (1990) zona latihan apabila denyut nadi latihan minimal mencapai 130 kali per menit. Melalui pelatihan Senam aerobik Ayo Bangkit lebih meningkatkan kebugaran fisik daripada pelatihan senam Ayo Berasatu Seri 2 dengan perbedaan waktu tempuh sebesar 20 % dan dengan denyut nadi sebesar 11%. Senam Ayo Bersatu Seri 2 sesudah perlakuan kebugaran fisiknya dari sangat kurang menjadi kurang dan belum sampai ke katagori sedang akibat dari durasi latihan inti hanya 6 menit 57 menit sedangkan senam Ayo Bangkit dengan durasi 8 menit 04 detik (Wahyo, dkk, 2008). Pelatihan daya tahan aerobik dipengaruhi oleh beberapa faktor (Bompa, 2009). Faktor-faktor ini termasuk power aerobik atlet, ambang batas laktat, ekonomi gerakan dan jenis serat otot. Untuk meningkatkan denyut nadi latihan sampai ke zona latihan pada pelatihan Senam Ayo Beratu Seri 2 masih perlu diteliti power aerobik atlet, ambang batas lakat, eknomi gerakan, jenis serat otot dan asupan kalori, karena pada penelitian ini tidak dilakukan penelitian. Diharapkan pada penelitian berikutnya para peneliti untuk mningkatkan kebugaran fisik melalui pelatihan Senam Ayo Bersatu Seri 2
71
untuk
mempertimbangkan
komponen
lama
(durasi),
asupan
gizi
dan
kekuatan otot. Sumosardjuno (1996) mengatakan bila melakukan senam aerobik benturan rendah akan memberikan keuntungan bagi tubuh terutama jantung dan paru. Otot jantung bertambah kuat, sehingga jantung dapat memompa darah lebih banyak. Curah jantung meningkat sehingga dapat berdenyut lebih lambat. Di samping itu peningkatan suplai darah ke jantung semakin sempurna dengan berkembangnya pembuluh darah yang baru sehingga jantung mendapatkan lebih banyak zat makanan dan oksigen serta tidak mudah lelah (Balley, 1994). Dengan demikian dapat menurunkan frekuensi denyut jantung baik pada kondisi istirahat maupun latihan (Perry, 2008). Pelatihan ini juga menyebabkan pemulihan kondisi jantung ke kondisi sebelum pelatihan lebih cepat (Guyton, 1997). Pelatihan ini mengakibatkan peningkatan denyut nadi lebih rendah dan denyut nadi pemulihan lebih cepat (Fox 1984). Paru akan bertambah kapasitasnya oleh karena kekuatan otot pernapasan meningkat sehingga rongga dada meningkat. Senam aerobik dapat memberikan hasil yang diinginkan apabila dilakukan dengan takaran yang cukup. Pelatihan yang dilakukan dengan tekun akan tampak hasilnya setelah 6 sampai 8 minggu pelatihan. Hasil penelitian Sukardiasih (2005) pada pegawai Puskesmas Kecamatan Kediri Tabanan yang diberikan pelatihan senam aerobik Ajeg Bali dan Ayo Bersatu intensitas sedang selama delapan minggu dengan frekuensi pelatihan tiga kali seminggu sudah dapat meningkatkan kebugaran fisik secara bermakna. Senam aerobik dapat memberikan hasil yang diinginkan apabila dilakukan degan takaran yang cukup.
72
Intesitas pelatihan adalah 60-80% dari denyut nadi maksimal, lama pelatihan 15-25 menit dan frekuensi 3-4 kali perminggu (Dinata, 2004). Menurut Wilmore & Costill (1994). Pelatihan aerobik sebaiknya dilakukan dengan frekuensi 3-5 kali perminggu, dengan lama pelatihan 20-30 menit setiap kali pelatihan. Melakukan pelatihan senam aerobik adalah cara yang klasik untuk membakar lemak sambil memperbaiki kekencangan otot dengan pelatihan intensitas sedang, tetapi pelatihan berlangsung lama selama 30 menit (Sumasardjuno, 1996), mengikuti pelatihan senam aerobik akan membantu menghindari tubuh menjadi gemuk. Bila senam aerobik dilakukan selama 30-50 menit akan membakar energi sebesar 100-130 Kkal. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian ini, yaitu terjadi penurunan IMT pada kedua kelompok masing-masing sebesar 2,78% dan 2,50% untuk Senam Ayo Bangkit dan Senam Ayo Bersatu Seri 2. Hasil penelitian ini juga didukung oleh hasil penelitiannya (Sudibjo, dkk, 2001) pada mahasiswi yang diberikan pelatihan senam aerobik intensitas sedang selama delapan minggu dengan frekuensi pelatihan tiga kali perminggu selama 30 menit sudah dapat menurunkan persentase lemak tubuh secara bermakna.
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN
7.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan: 1. Pelatihan Senam Ayo Bangkit meningkatkan kebugaran fisik ditinjau dari daya tahan umum sebesar 20 persen dan terjadi peningkatan denyut nadi latihan sebesar 11 persen. 2. Pelatihan Senam Ayo Bersatu Seri 2 meningkatkan kebugaran fisik ditinjau daya tahan umum sebesar 12 persen dan terjadi peningkatan denyut nadi latihan sebesar 6 persen. 3. Pelatihan Senam Ayo Bangkit lebih meningkatan kebugaran fisik ditinjau dari daya tahan umum sebesar 42 persen daripada Senam Ayo Bersatu Seri 2 dan denyut nadi latihan sampai ke zona latihan.
7.2 Saran 1. Kepada para mahasiswa Jurusan Kebidanan Poltekes Kemenkes Denpasar dapat melanjutkan pelaksanaan Senam Ayo Bangkit guna meningkatkan kebugaran fisik. 2. Senam Ayo Bersatu Seri 2 belum mampu meningkatkan kebugarann fisik ke katagori sedang, diperlukan penelitian atau intervensi lebih lanjut tentang power aerobik altet, ambang batas laktat, eknomi gerakan, jenis serat otot dan asupan kalori.
73
74
3. Peningkatan kebugaran fisik melalui Senam Ayo Bangkit untuk sampai ke katagori baik perlu penelitian atau intervensi lebih lanjut, karena untuk melakukan aktivitas diperlukan kebugaran fisik yang optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Adisapoetra, Z. 1999a. Olahraga Indonessia. Jakarta :Yayasan Kebangkitan Olahraga Indonesia. hal: 8-9. Adisapoetra, Z. 1999b. Panduan Teknis Tes Dan Latihan Kesegaran Jasmani, Seminar. Jakarta : Pusat Pengkajian dan Pengenalan IPTEK Olahraga Kantor Menpora. hal: 9. Anonim. 1994. Pedoman Pengukuran Kesegaran Jasmani. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia. hal: 1-5. Anonim. 1995a. Petunjuk Pelaksanaan Usaha Kesehatan Olahraga Di Puskesmas. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indoesia. hal: 1-7. Anonim. 1995b Informasi Kesegaran Jasmani. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia. hal: 1-18. Anonim. 1999. Tes Kesegaran Jasmani. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional. Anonim. 2004. Hasil Survei Kebugaran Jasmani Di Provinsi Sumatera Selatan, DKI Jakarta, Jawa Barat Dan Bali. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat Kesehatan Komunitas. hal: 1-6,46-47. Anonim. 2005. Petunjuk Teknis Pengukuran Kebugaran Jasmani. Jakarta : Departemen Kesehtan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat Kesehatan Komunitas. hal: 13,21. Anonim. 2008. Senam Indonesia Jaya. Jakarta : Asdep Pemassalan dan Pembudayaan Olahraga Deputi Pemberdayaan Olahraga Kementrian Pemuda dan Olahraga. Anonim. 2010. Buku Pedoman Penulisan Usulan Penelitian, Tesis Dan Disertasi. Denpasar : Program Pascasarjana Universitas Udayana. hal: 13,23-24. Anonim. 2012. Gizi Dan Keshatan Masyarakat, Edisi Revisi. Jakarta : Departemen Gizi Dan Kesehatan Masyarakat Fakultas Masyarakat Universitas Indonesia. hal: 149. Balley, A. 1994. Pedoman Atlet, Teknik Peningkatan Ketangkasan dan Stamina ; Prosedur Pengembangan Ketahanan Tubuh. Jakarta : Dahara Price.
75
76
Berger, R, A. 1982. Applied Exercise Physiology. Philadelpia : Lea and Febiger Bompa, T.O. 1983. Teory And Metodology Of Training. Iowa : Kendall/Hutt Publising Company. Bompa, T.O. 2009. Teory And Metodology Of Traininng. Champaign : Publisher Human Kinetics. Fifth edition, p.241-247. Cooper, K. H. 1982. The New Aerobic Way. New York : M Evan and Company Inc. Creagh, U,T., Reilly and Alers. 1998. Kinematics on”of road” terrain. Ergonomics 41 (7) : 1029-1031 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1987. Erobika : Kegiatan sehari-hari dalam hidup sehat. Jakarta : Balai Pustaka Dewantari, M. 2007. Senam Ayo Bangkit dan Jalan masing masing disertai Diet Energi Rendah Menurunkan Berat Badan dan Lemak Tubuh (tesis). Denpasar : Universitas Udayana. hal : 41,48. Dinata, M. 2004. Padat Berisi dengan Aerobik. Jakarta : Cerdas Jaya. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2005. Petunjuk Teknis Pengukuran Kebugaran Jasmani. Effendi, H. 1983. Fisiologi Kerja dan Olahraga serta Peranan Test Kerja (Exercise Test) untuk Diagnostik. Bandung : Alumni. Fox, E. L. 1984. Sport Physiology. USA : CBS College Publishing. Fox, E. L., Bowers,R. W., Fossa,M. L. 1988. The Physiological Basis of Physical Education and Athlethics. New York : Saunders College Publishing. Ganong. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : Buku Kedokteran, ECG.Edisi 22. hal: 566-584. Guyton. 1990. Fisiologi Manusia Dan Mekanisme Penyakit, Edisi Revisi. Jakarta : Buku Kedokteran, ECG. hal: 613-623. Giriwijoyo, S. 2004. Ilmu Faal Olahraga. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia. Giriwijoyo, S. 2007. Ilmu Kesehatan Olahraga. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia. hal: 16,42.
77
Giriwijoyo, S. 2010. Fungsi Tubuh Manusia Pada Olahraga Untuk Kesehatan Dan Untuk Prestasi. Bandung : Fakultas Pendidikan Olahraga Dan Kesehatan Universitas Pendidikan Indonesia.Edisi S. hal: 16-36,120-135. Gunung, K. 2006. Variabel Dan Rancangan Penelitian. Denpasar : Lab IKK-IKP Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Hairy. 1989. Fisiologi Olahraga. Jakarta : Depdikbud Dirjen Dikti Irianto, J. P. 2004. Pedoman Praktis Berolahraga untuk Kebugaran dan Kesehatan. Yogyakarta : Penerbit Andi. Karim, F. 2002. Panduan Kesehatan Olahraga Bagi Petugas Kesehatan. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Langitan, W, F. 1999. Pelatihan lari aerobik 2,4 km dengan dosis yang sama di dalam dan di luar stadion meningkatkan kesegaran jasmani siswa putra SLTP Ray Yamuna Denpasar Bali (Tesis). Denpasar : Universitas Udayana. Manuaba, I. B. 1998. Bunga Rampai Ergonomi Kumpulan Artikel. Denpasar : Program Studi Ergonomi Fisiologi Kerja, Program Pascasarjana Universitas Udayana. Marks., Smith. 1990 Biokimia Kedokteran Dasar. Jakarta : Buku Kedokteran, ECG. hal: 267,381,478. Mc Adle,. Katch. 2010. Exercise Physiology, Nutrition, Energy And Human Performance. China : Paula C. Willian.Seventh edition. p: 1-39,447-470. Mc Carthy, 1990. Physiological Test For Elrle Athlets, 2nd Edtion : Australian Institut Sport (AIS). Murray, K, R. 2009. Biokomia Harper. Jakarta : Buku Kedokteran, ECG.Edisi 27. hal: 95-101. Nala, N. 1986. Kesegaran Jasmani. Denpasar : Yayasan Ilmu Faal Widhya Laksana. Nala, N. 1991. Kumpulan Tulisan Olahraga. Denpasar : Yayasan Ilmu Faal Widhya Laksana. Nala, N. 2002. Prinsip Pelatihan Fisik Olahraga. Denpasar : Komite Olahraga Nasional Indonesia Daerah Bali.
78
Nala,
N. 2008. Pemberdayaan Dokter/Pelatih/Guru Olahraga dalam Meningkatkan Kesehatan dan Kebugaran Fisik (seminar). Denpasar : Program Pasca Sarjana Universitas Udayana.
Nala, N. 2011a. Kebugaran dan Kesehatan. Jakarta : PT Rajagrafindo Persada. Cetakan ke-2. hal: 3-123. Nala, N. 2011b. Prinsip Pelatihan Fisik Olahraga. Jakarta : Udayana University Press. Cetakan-1. hal: 1-84,174-174. Nurhasan. 2000. Pengembangan System Pembelajaran Model Mata Kuliah Tes Dan Pengukuran Pendidikan Olahraga. Bandung : FPOK UPI. hal: 23. Pearce. 1993. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. Pocock, S. J. 2008. Clinical Trials, A Practical Approach. New York : Wiley Medical Publication. Powers., Howley. 1996. Exercise physiology, Theoryb And Application To Fitness And Performance. Regina Ernst : New Era Matte Plus. Seventh edition.1,261. Purnomo. 1990. Petunjuk Teknis Kesehatan Olahraga. Jakarta : Departeman Kesehatan Olahraga Republik Indonesia. Purnomo,D., Tilarso,H. 1991. Buku Petunjuk Latihan Fisik, Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Bagian Kedua.
Santosa. G. 2004. Statistik. Yogyakarta : Penerbit Adi. Sharkey, J, B. 2003. Kebugaran dan Kesehatan. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. Sharkey, J, B. 2011. Kebugaran Dan Kesehatan. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. Sherwood, L. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta : EGC Soekarman. 1991. Energi dan Sistem Energi Predominan pada Olahraga. Jakarta: Pusat Ilmu Olahraga. Soekarman. 1999. Pemeriksaan Faal dalam Latihan. Surabaya : Universitas Airlangga.
79
Soekarno, W., Kushartanti,B. M. W. dan Nurhadi,M. 1996. Dasar Dasar Latihan Senam Aerobik. Yogyakarta : Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan IKIP. Sudibjo, P., Prakosa,D. 2001. Pengaruh Senam Aerobik Intesitas Sedang Dan Intesitas Tinggi Terhadap Presentase Lemak Badan Dan Lean Body Weight, Sian Keehatan , Vol. 14, Nomor 3. Suharta, A. 2006a. Jurnal Iptek Olahraga, Volume 8, Januari Nomor 1. Jakarta : Asisten Deputi Iptek Olahraga Deputi Bidang Peningkatan Prestasi Dan Iptek Olahraga Kementerian Negara Dan Olahraga. Suharta, A. 2006b. Jurnal Iptek Olahraga, Volume 8, Mei Nomor 2. Jakarta : Asisten Deputi Iptek Olahraga Deputi Bidang Peningkatan Prestasi dan Iptek Olahraga Kementerian Negara Pemuda Dan Olahraga. Suharto, Tilarso, Moeloek. 2005. Petunjuk Tehnis Pengukuran Kebugaran Jasmani. Jakarta : Dirjen Binkesmas Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Sukardiasih, L. G. 2005. Pelatihan Senam Ajeg Bali lebih Meningkatkan Kebugaran Fisik dan Menurunkan Lemak Tubuh daripada Pelatihan Senam Ayo Bersatu pada Wanita Pegawai Puskesmas di Kecamatan Kediri Kabupaten Tabanan (tesis). Denpasar : Universitas Udayana. Hal:1,6-10, 58-62. Sumosardjuno, S. 1986. Pengetahuan Praktis Kesehatan dalam Olahraga. Jakarta: PT Gramedia. hal: 46,232. Supariasa., Bakri., Fajar. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta : EGC. Supadi, Pramono. 2000. Pengantar Statistika Kesehatan. Yoyakarta : Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran UGM. Tanasescue, M., Michael F, Leitzmenn, Eric B. Rimm. 2002. Exercise Type and Intensity in Relation to Coronary Heart Disease in Men. JAMA Vol 288. Triangto, M. 2005. Jalan Sehat dengan Sport Therapy, Seri Intisari Kesehatan. Jakarta : PT Intisari Mediatama. Wahyo,E., Wahyu,A. 2004. Senam Ayo Bangkit. Jakarta : Federasi Olahraga Masyarakat Indonesia (FOMI). hal: 1-84 Wahyo,E., Wahyu,A. 2008. Senam Ayo Bersatu Seri 2. Jakarta : Federasi Olaharaga Masyarakat Indonesia (FOMI). hal: 1-77.
80
Wiadnyana, P. 1994. Pedoman Pengukuran Kesegaran Jasmani. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia. hal: 29. Wiadnyana, P., Wirapranata, P. 1995. Informasi Kesegarn Jsmni. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia. hal: 4-5. Wiarto,G. 2013. Fisiologi Dan Olahraga, Edisi Pertama. Yogyakarta : Graha Ilmu.Cetakan peratama. hal: 1,153-156. Wilmore, J.H., Costill, D.L. 1994. Physiology Of Sport And Exercise. Champai Human Kinetic pulissher Inc. Wirapranata, P., Zainar, S. 1995. Informasi Kesegaran Jasmani. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Lampiran 1. Foto dan Proses Pelatihan
Pengukuran Tekanan Darah
81
82
Pengukuran Tinggi Badan
83
Pengukuran Berat Badan
84
Alat Pengukur Suhu Kelembaban Udara, Pada Saat Tes Lari 2,4 km di LapAngan Stadion Ngurah Rai Denpasar dan Pelatihan Senam di Lapangan Jurusan Kebidanan Poltekes Kemenkes Denpasar
85
Alat Pengukur Suhu Udara, Pada Saat Tes Lari 2,4 km di Lapangan Stadion Ngurah Rai Denpasar dan Pelatihan Senam di Lapangan Jurusan Kebidanan PoltekesDenpasar
86
Alat Pengeras Suara (Werles) Pada Saat Pelatihan Senam di Lapangan Jurusan Kebidanan Poltekes Denpasar
87
Pelatihan Senam Ayo Bangkit, Gerakan Pemanasan
88
Senam Ayo Bangkit, Gerakan Inti
89
Pelatihan Senam Ayo Bangkit, Gerakan Pendingnan
90
Pelatihan Senam Ayo Bangkit Kelompok 1 (P1) di Lapangan Jurusan Kebidanan Poltekes Kemenkes Denpasr
91
Gerakan Pelatihan Senam Ayo Bersatu seri 2, Gerakan Pemanasan
92
Gerakan Pelatihan Senam Ayo Bersatu seri 2, Gerakan Inti
93
Gerakan Pelatihan Senam Ayo Berastu seri 2, Gerakan Pendinginan
94
Pelatihan Senam Ayo Bersatu seri 2 Kelompok 2 (P2), dI Lapangan Jurusan Kebidanan Poltekes Kemenkes Denpasar
95
Pelatihan Senam Ayo Bersatu seri 2 Kelompok 2 (P2), di Lapangan Jurusan Kebidanan Poltekes Kemenkes Denpasar
Lampiran 2. Data Hasil Penelitian 1. Indeks Masa Tubuh Tabel 1.1 Data Indeks Massa Tubuh Subjek IMT P1 pre IMT P1 post IMT P2 pre 18,280 18,070 21,750 20,230 19,820 20,280 22,480 22,060 22,480 22,480 21,560 20,820 22,520 22,000 20,230 18,320 18,010 23,320 23,210 22,310 20,230 23,300 23.010 20,660 20,700 20,200 23,700 20,600 19,980 19,560 20,170 19,800 20,230 IMT = Indeks Massa Tubuh P1 = PelatihanSenam Ayo Bangkit P2 = PelatihanSenam Ayo Bersatu Seri 2
IMT P2 post 21,460 19,900 22,060 20,170 19,900 22,060 19,200 20,340 23,130 19,300 19,980
Tabel 1.2 Hasil Analisis Uji Normalitas Indeks Massa Tubuh
n Normal Parameters (a,b) Most Extreme Differences
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a b
P1 pre P1 post 11 11 Mean 21,208 20,620 Std. Deviation 1,912 1,692 Absolute 0,202 0,165 Positive 0,150 0,143 Negative -0,202 -0,165 0,669 0,548 0,762 0,925 Test distribution is Normal. Calculated from data.
P2 pre 11 21,205 1,396 0,245 0,245 -0,151 0,813 0,523
P2 post 11 20,682 1,288 0,241 0,241 -0,130 0,799 0,545
Tabel 1.3 Hasil Analisis Rerata Indeks Massa Tubuh
Pair 1
IMT P1 pre
Mean
N
Std. Deviation
21,208
11
1,912
62
Std. Error Mean 0,576
63
Pair 2
IMT P1 post IMT P2 pre IMT P2 post
20,620 21,205 20,682
11 11 11
0,510
1,692 1,396 1,288
0,421 0,388
Tabel 1.4 Hasil Analisis Perbedaan Indeks Massa Tubuh Subjek Paired Differences
Pair 1
IMT P1 pre – IMT P1 post
Pair 2
IMT P2 pre – IMT P2 post
95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper
t
df
Sig. (2-
Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
0,588
0,387
0,117
0,328
0,848
5,035
10
0,001
0,524
0,336
0,101
0,298
0,749
5,175
10
0,000
tailed)
64
2. Waktu Tempuh Tabel 2.1 Waktu Tempuh Lari 2,4 km P1dan P2 Sebelum dan Sesudah Perlakuan P1Pre 20,230 20,450 19,030 20,430 21,380 18,540 20,540 18,240 19,220 22,270 20,440
P1Post 17,120 15,670 16,450 15,870 16,340 15,420 14,120 15,120 14,780 17,230 16,500
P2Pre 18,510 19,560 19,500 18,500 21,280 20,200 20,200 22,400 22,050 18,530 22,050
P2Post 16,234 17,230 16,340 16,230 18,050 18,340 18,160 19,450 20,400 16,230 19,430
Tabel 2.2 Hasil Uji Normalitas Waktu Tempuh Lari 2,4 km Sebelum dan Sesudah Perlakuan
n Normal Parameters (a,b) Most Extreme Differences
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a b
P1 pre P1 post 11 11 Mean 20,070 15,875 Std. Deviation 1,213 0,971 Absolute 0,189 0,139 Positive 0,167 0,081 Negative -0,189 -0,139 0,626 0,460 0,828 0,984 Test distribution is Normal. Calculated from data.
P2 pre 11 20,253 1,492 0,159 0,150 -0,159 0,526 0,945
P2 post 11 17,827 1,498 0,203 0,203 -0,143 0,674 0,755
65
Tabel 2.3 Hasil Analisis Rerata Waktu Tempuh Lari 2,4 km
Pair 1 Pair 2 Pair 3 Pair 4 Pair 5
P1Pre P1Post P2Pre P2Post P1Pre P2Pre P1Post P2Post SelisihP1 SelisihP2
Mean
n
Std. Deviation
20,070 15,875 20,253 17,827 20,070 20,253 15,875 17,827 -4,195 -2,426
11 11 11 11 11 11 11 11 11 11
1,213 0,971 1,492 1,498 1,213 1,492 0,971 1,498 1,143 0,514
Std. Error Mean 0,366 0,293 0,450 0,452 0,366 0,450 0,293 0,452 0,345 0,155
Tabel 2.4 Hasil Analisis Beda Waktu Tempuh Lari 2,4 km
Mean Pair 1 Pair 2 Pair 3 Pair 4 Pair 5
P1 pre – P1 post P2 pre – P2 post P1 pre – P2 pre P1 post – P2 post Selisih P1 – Selisih P2
Paired Differences 95% Confidence Std. Std. Interval of the Error Deviation Difference Mean Lower Upper
t
df
Sig. (2-tailed)
4,195
1,143
0,345
3,427
4,964
12,169
10
0,000
2,426
0,514
0,155
2,081
2,771
15,657
10
0,000
-0,183
2,283
0,688
-1,716
1,351
-0,265
10
0,796
-1,952
2,217
0,668
-3,441
-0,463
-2,921
10
0,015
-1,769
1,377
0,415
-2,694
-0,845
-4,263
10
0,002
66
3. Denyut Nadi Istirahat dan Latihan Tabel 3.1 Data Denyut Nadi P1 DNI P1 pre DNL P1 pre DNI P1 post DNL P1 post 77 110 78 112 83 161 82 167 76 108 79 124 80 115 80 143 78 110 79 126 81 119 80 139 76 116 78 127 80 118 80 129 77 117 78 130 90 120 84 135 80 125 79 127 DNI=DenyutNadiIstirahat, DNI=DenyutNadiLatihan Tabel 3.2 Hasil Analisis Uji Normalitas Denyut Nadi P1 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
11
Denyut Nadi Latihan P1 pre 11
Denyut Nadi Istirahat P1 post 11
Mean
79,818
119,909
79,727
132,636
Std. Deviation
4,045
14,508
1,849
14,009
Absolute
0,209
0,316
0,260
0,211
Positive 0,209 Negative -0,173 Kolmogorov-Smirnov Z 0,694 Asymp. Sig. (2-tailed) 0,721 a Test distribution is Normal. b Calculated from data.
0,316 -0,206 1,047 0,223
0,260 -0,175 0,861 0,449
0,211 -0,178 0,700 0,712
Denyut Nadi Istirahat P1 pre N Normal Parameters (a,b) Most Extreme Differences
Denyut Nadi Latihan P1 post 11
67
Tabel 3.3 Hasil Analisis Rerata Denyut Nadi P1
79,818
11
4,045
Std. Error Mean 1,220
79,727 119,909 132,636
11 11 11
1,849 14,508 14,009
0,557 4,374 4,224
Mean Pair 1
Pair 2
Denyut Nadi Istirahat P1 pre Denyut Nadi Istirahat P1 post Denyut Nadi Latihan P1 pre Denyut Nadi Latihan P1 post
Std. Deviation
n
Tabel 3.4 Hasil Analisis Beda Denyut Nadi P1
Mean Pair 1
Pair 2
Denyut Nadi Istirahat P1 Pre - Denyut Nadi Istirahat P1 Post Denyut Nadi Latihan P1 Pre - Denyut Nadi Latihan P1 Post
Paired Differences 95% Confidence Std. Interval of the Std. Error Deviation Difference Mean Lower Upper
t
df
Sig. (2tailed)
0,091
2,343
0,707
-1,483
1,665
0,129
10
0,900
-12,727
7,708
2,324
-17,906
-7,549
-5,476
10
0,000
68
Tabel 3.5 Data Denyut Nadi P2 DNI P2 pre 82 79 78 81 77 79 75 78 82 80 77
DNL P2 pre 110 119 131 108 120 121 120 108 115 130 115
DNI P2 post 81 78 80 80 80 74 79 78 83 80 75
DNL P2 post 122 118 140 124 128 121 124 119 123 141 118
Tabel 3.6 Hasil Uji Normalitas Data Denyut Nadi P2 Denyut Denyut Nadi Nadi Istirahat Latihan P2 pre P2 pre n 11 11 Normal Parameters (a,b) Mean 78,909 117,909 Std. Deviation 2,212 7,829 Most Extreme Differences Absolute 0,120 0,165 Positive 0,120 0,165 Negative -0,103 -0,121 Kolmogorov-Smirnov Z 0,398 0,546 Asymp. Sig. (2-tailed) 0,997 0,927 a Test distribution is Normal. b Calculated from data.
Denyut Nadi Istirahat P2 post 11 78,909 2,587 0,209 0,155 -0,209 0,693 0,723
Denyut Nadi Latihan P2 post 11 125,273 8,088 0,290 0,290 -0,184 0,961 0,314
69
Tabel 3.7 Hasil Analisis Rerata Denyut Nadi P2
Pair 1 DNI P2 pre DNI P2 post Pair 2 DNL P2 pre DNL P2 post
Mean
n
Std. Deviation
78,909 78.909 117,909 125,273
11 11 11 11
2,212 2,587 7,829 8,088
Std. Error Mean 0,667 0,780 2,360 2,439
Tabel 3.8 Hasil Analisis Beda Denyut Nadi P2
Mean Pair 1
Pair 2
Denyut Nadi Istirahat P2 Pre - Denyut Nadi Istirahat P2 Post Denyut Nadi Latihan P2 Pre - Denyut Nadi Latihan P2 Post
Paired Differences 95% Confidence Std. Interval of the Std. Error Difference Deviation Mean Lower Upper
t
df
Sig. (2tailed)
0,000
2,490
0,751
-1,673
1,673
0,000
10
1,000
7,364
5,297
1,597
-10,922
3,805
4,611
10
0,001