DAMPAK PEMBUDIDAYAAN IKAN LELE SANGKURIANG TERHADAP PEREKONOMIAN ANGGOTA KELOMPOK: STUDI KASUS POKDAKAN BUDI ILMA SEJAHTERA KELURAHAN ROROTAN JAKARTA UTARA
Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh
LILIS YUNENGSIH NIM: 1110054000005
JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1437 H / 2016 M
LEMBAR PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: Lilis Yunengsih
Nim
: 1110054000005
Dengan ini saya menyatakan bahwa, skripsi yang berjudul “DAMPAK PEMBUDIDAYAAN
IKAN
LELE
SANGKURIANG
TERHADAP
PEREKONOMIAN ANGGOTA KELOMPOK: STUDI KASUS POKDAKAN BUDI ILMA SEJAHTERA KELURAHAN ROROTAN JAKARTA UTARA” adalah benar merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar strata 1 (S1) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah tercantum sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Demikian pernyataan ini dibuat untuk dipergunakan seperlunya. Jakarta, 29 Juni 2016
LilisYunengsih
ABSTRAK
LILIS YUNENGSIH
Dampak Pembudidayaan Ikan Lele Sangkuriang Terhadap Perekonomian Anggota Kelompok: Studi Kasus Pokdakan Budi Ilma Sejahtera Kelurahan Rorotan Jakarta Utara Saat ini, kemiskinan sudah menjadi masalah sosial yang sangat serius di Indonesia. Setiap tahunnya angka kemiskinan mengalami perubahan, angka pengangguranpun semakin bertambah di setiap wilayah, tidak menutup kemungkinan Jakarta yang menjadi pusat kota. Untuk mengatasi persoalan kemiskinan dan pengangguran, dalam hal ini Kelompok Budidaya Ikan (Pokdakan) Budi Ilma Sejahtera yang berada di kelurahan Rorotan Jakarta Utara mencoba menciptakan lapangan pekerjaan yang diharapkan dapat membantu Pemerintah dalam mengurangi angka pengangguran, selain itu terciptanya kelompok ini adalah untuk meningkatkan perekonomian dan taraf hidup masyarakat di wilayah tersebut. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana pembudidayaan ikan lele berdampak pada perekonomian anggota kelompoknya. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metodologi kualitatif, yaitu dengan menggunakan pengamatan, wawancara dan penelaahan dokumen. Metode penelitian kualitatif ini juga bertujuan untuk penulis bisa menghimpun data dari hasil pengamatan dan wawancara yang dilakukan dengan anggota Kelompok Budi Ilma Sejahtera dan kemudian mengelola dan menganalisis dari hasil temuan di lapangan agar dapat memperoleh informasi yang akurat dan mendalam tentang program atau kegiatan yang menjadi penelitian. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa, kegiatan pembudidayaan ikan lele yang dilakukan anggota Kelompok Budi Ilma Sejahtera, sedikit banyak bisa membantu perekonomian para anggotanya. Besar harapan dari para anggota bahwa kegiatan semacam ini akan tetap bertahan, karena bisa menjadi cara alternatif bagi masyarakat yang tidak atau belum mempunyai pekerjaan, terlebih untuk masyarakat yang berada di wilayah pusat kota seperti Jakarta ini. Semoga hasil penelitian dalam skripsi ini bisa bermanfaat untuk kawan-kawan mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, masyarakat umum serta pemerintah yang fokus di bidang peningkatan ekonomi sehingga dapat memberikan perhatian lebih pada kelompok budidaya ikan semacam ini.
i
KATA PENGANTAR
Assalamualikum Wr. Wb. Alhamdulillahirabbil ‘alamin... Segala puji dan syukur kepada Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya kepada penulis sehingga hanya karena limpahan nikmatnikmat itu penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Dampak Pembudidayaan Ikan Lele Sangkuriang Terhadap Perekonomian Anggota Kelompok: Studi Kasus Pokdakan Budi Ilma Sejahtera Kelurahan Rorotan Jakarta Utara”. Shalawat dan salam penulis haturkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, yang tiada terhitung jasanya bagi umat manusia, dengan membawa umatnya dari alam kegelapan (kebodohan) kepada alam yang terang benderang yang bertabur ilmu pengetahuan. Skripsi ini bermula dari keresahan penulis sebagai generasi yang besar di pinggir utara Kota Jakarta. Kebanyakan tetangga dan keluarga penulis mengalami masalah ekonomi di dalam rumah tangganya, solusi yang saat ini dilakukan warga di Kelurahan Rorotan, salah satu kelurahan yang ada di Jakarta Utara adalah dengan melakukan kegiatan budidaya ikan. Ini membuat penulis tertarik untuk membahas bagaimana dampak pembudidayaan itu berpengaruh terhadap perekonomian anggota kelompok budidaya ikan tersebut. Selanjutnya, sehubungan dengan telah selesainya penulisan skripsi ini. Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada berbagai pihak yang telah
ii
membantu, penulis banyak berhutang jasa kepada pihak yang begitu tulus membantu, baik berupa motivasi, saran, kritik, gagasan, finansial, dan tenaga kepada penulis pada masa pencarian data dan referensi demi terselesaikannya penulisan skripsi ini. Kepada mereka, penulis mengucapkan rasa terima kasih yang mendalam. Oleh karena itu, tiada kata seindah doa dan ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada: 1. Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A. selaku Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Dr. Arief Subhan, M.A. selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi beserta jajaran pembantu Dekan I, II, III Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Uin Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Wati Nilamsari M.Si, selaku Ketua Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam (PMI). 4. M. Hudri, M.Ag, selaku Sekretaris Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam (PMI). 5. Nurul Hidayati S.Ag, M.Pd. selaku dosen pembimbing yang rela membagi waktu disela-sela kesibukannya dalam rangka memberikan perhatian berupa saran, kritik, bimbingan serta motivasinya untuk penulis guna selasainya skripsi ini. 6. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan PMI Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang selalu memberikan ilmu dan pengetahuannya kepada penulis selama berada dibangku kuliah. 7. Rasa terima kasih yang mendalam untuk kedua orang tua tercinta Abah Hayul dan Mama Umi yang tak henti-hentinya memberikan dukungan baik moril
iii
maupun materil, perhatian, pengertian, kasih sayang dan doa-doanya yang tidak henti-hentinya kepada penulis, dan terima kasih atas nasihatnya untuk segera menyelesaikan skripsi ini. Semoga kebaikan apapun yang telah kalian berikan dihitung sebagai amal ibadah oleh Allah SWT. 8. Perempuan-perempuan tersayangku, yang selalu memberikan suntikan semangat. Terima kasih adikku Nur Fajar Wati (Teteh Nuri) untuk kesediaanya antar jemput penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Farah Fadilah (Kaka Wawa) dan Shafa Farhani (Dede Babon) untuk tingkah dan permainan konyolnya yang selalu sukses memberi kebahagiaan dan keceriaan pada penulis saat mengalami kejenuhan. Terima kasih malaikat kecilku. Semoga kalian tumbuh menjadi perempuan cerdas. 9. Untuk sepupuh sekaligus sahabat penulis Khusnul Khotima (Radha) yang sudah membantu penulis dalam hal apapun, mulai dari masa awal perkuliahan sampai masa akhir perkuliahan. Terima kasih juga untuk kebersamaannya selama ini, semoga kebikannya dihitung sebagai amal ibadah oleh Allah SWT. 10. Kepada seluruh anggota Kelompok Budidaya Ikan (Pokdakan) Budi Ilma Sejahtera. Bang Ahmad Ganin selaku ketua, yang telah mengizinkan serta memberi kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian skripsi di Kelompok Budidaya Ikan (Pokdakan) Budi Ilma Sejahtera. Serta anggota yang lainnya, Amroini (Cang Ama), H.A. Kurtubi (Bang Haji), Muhajir (Mang Ajir), Hayul Qoyum (Abah Hayul), Burhanudin (Abeh Sobur), Rustono (Mas Tono) dan terakhir Sobarih (Bang Barih), atas ketersediaan waktunya dan berkenan menjadi narasumber untuk penulis.
iv
11. Untuk kawan terbaik, Desia Cahya Ningrum dan Ika Septi Trisnowati sudah banyak kita melalui kisah susah, sedih, senang, haru. Terima kasih atas kebersamaannya selama ini yang sama-sama berjuang dalam menyelesaikan perkuliahan ini, serta terima kasih untuk semangat yang diberikan meskipun dalam jarak yang berjauhan. Selanjutnya saya ucapkan terima kasih untuk Nur Handayani dan Anisa Fatonah teman satu pembimbing, yang berjuang bersama selama proses penyelesaian skripsi ini. Semoga apa yang kita perjuangkan selama ini bisa kita dapatkan manfaatnya untuk masa depan kita. Terima kasih atas segala bantuan yang tidak ternilai harganya. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat penulis harapkan demi perbaikan-perbaikan kedepan. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Jakarta, 29 Juni2016
Lilis Yunengsih NIM: 1110054000005
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK………………………………………………………………….....
i
KATA PENGANTAR……………………………………………………......
ii
DAFTAR ISI…………………………………………………………….........
vi
DAFTAR TABEL.............................................................................................
viii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................
ix
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah………………………….............
1
B. Batasan dan Rumusan Masalah………………………......
12
C. Tujuan Penelitian……………………………………........
12
D. Manfaat Penelitian…………………………......................
13
E. Metodologi Penelitian…………………………................
14
F. Tinjauan Pustaka………………………………………....
21
G. Sistematika Penulisan…………………………………….
25
LANDASAN TEORITIS A. Pengertian Dampak……………………............................
27
B. Pemberdayaan ………..………………………................ 1. Pengertian Pemberdayaan
28
2. Tahapan Pemberdayaan
31
C. Pemberdayaan Ekonomi .................................................... 1. Pengertian Ekonomi
34
2. Pemberdayaan Ekonomi
35
D. Pembudidayaan Ikan .......................................................... 1. Pengertian Pembudidayaan Ikan
vi
36
2. Pengertian Ikan Lele BAB III
38
GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN A. Letak Geografis Kelompok Budidaya Ikan (Pokdakan)
45
Budi Ilma Sejahtera…………………................................ B. Sejarah Singkat Kelompok Budidaya Ikan Budi Ilma
49
Sejahtera…………………………………………............. C. Visi dan Misi Kelompok Budidaya Ikan Budi Ilma
53
Sejahtera…………………………………......................... D. Struktur Organisasi Kelompok Budidaya Ikan Budi Ilma
54
Sejahtera……………………............................................. E. Anggota Kelompok Budidaya Ikan Budi Ilma Sejahtera...
BAB IV
55
TEMUAN LAPANGAN DAN ANALISIS A. Pelaksanaan
Pembudidayaan
Ikan
Lele
Kelompok
56
Budidaya Ikan (Pokdakan) Budi Ilma Sejahtera................ B. Dampak
Pembudidayaan
Perekonomian
Anggota
Ikan
Kelompok
Lele
Terhadap
Budidaya
80
Ikan
(Pokdakan) Budi Ilma Sejahtera......................................... BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan……………………………………………….
89
B. Saran………………………………………………….......
91
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………...
92
LAMPIRAN…………………………………………………………………..
96
vii
DAFTAR TABEL
1. Tabel 1 Status Penduduk Wilayah Kelurahan Rorotan.............................................. 46 2. Tabel 2 Status Pendidikan Penduduk di Wilayah Kelurahan Rorotan ...................... 47 3. Tabel 3 Mata Pencaharian Penduduk di Wilayah Kelurahan Rorotan ...................... 48 4. Tabel 4 Fasilitas Kelompok Budidaya Ikan Budi Ilma Sejahtera .............................. 52 5. Tabel 5 Nama dan Alamat Anggota Pokdakan Budi Ilma Sejahtera ......................... 55 6. Tabel 6 Harga Pakan .................................................................................................. 71 7. Tabel 7 Jenis dan Ukuran Lele................................................................................... 75 8. Tabel 8 Hasil Panen I dan II ...................................................................................... 77 9. Tabel 9 Matrik Proses Pembudidayaan Ikan Lele .................................................... 79 10. Tabel 10 Penghasilan Sebelum dan Sesudah Budidaya …………………………….84
viii
DAFTAR GAMBAR
1. Gambar 1 Ikan Lele Sangkuriang ............................................................ 41 2. Gambar 2 Ikan Lele Sangkuriang Hasil Panen Kelompok Budi Ilma Sejahtera ................................................................................. 41 3. Gambar 3 Struktur Organisasi Kelompok………………………………54
ix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan masalah sosial yang bersifat global. Artinya, kemiskinan merupakan masalah yang dihadapi dan menjadi perhatian banyak orang di dunia ini. Meskipun dalam tingkatan yang berbeda, tidak ada satu pun negara di jagat raya ini yang “kebal” dari kemiskinan.1 Bahkan Negara maju seperti Amerika juga tidak luput dari masalah sosial. Badan Pusat Statistik (BPS) mengeluarkan data mengenai tingkat kemiskinan di Indonesia. Pada Maret 2014, jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan) di Indonesia mencapai 28,28 juta orang (11,25%), berkurang sebesar 0,32 juta orang dibandingkan dengan penduduk miskin pada September 2013 yang sebesar 28,60 juta orang (11,46%), dan bertambah sebesar 0,11 juta orang dibandingkan dengan penduduk miskin pada Maret 2013 yang sebesar 28,17 juta orang (11,36%). Selama periode September 2013 sampai Maret 2014, jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan turun sebanyak 0,17 juta orang (dari 10,68 juta orang pada September 2013 menjadi 10,51 juta orang pada Maret 2014), sementara di daerah pedesaan turun sebanyak 0,15 juta orang (dari 17,92 juta orang pada September 2013 menjadi 17,77 juta orang pada Maret 2014). Persentase penduduk miskin di 1
Edi Suharto, Kemiskinan dan Perlindungan Sosial di Indonesia Menggagas Model Jaminan Sosial Universal Bidang Kesehatan (Bandung: ALFABETA, 2009), h. 14
1
2
daerah perkotaan pada September 2013 sebesar 8,55%, turun menjadi 8,34% pada Maret 2014. Sementara persentase penduduk miskin di daerah perdesaan turun dari 14,37% pada September 2013 menjadi 14,17% pada Maret 2014.2 Dari data yang ada menunjukan penurunan dalam persentase jumlah penduduk miskin. Antara bulan Maret 2013 sampai Maret 2014 jumlah penduduk miskin berkurang sebesar 0,11 juta orang. Data penduduk miskin perkotaan juga mengalami penurunan sebanyak 0,17 juta orang. Meskipun data yang ada menunjukan jumlah penduduk miskin berkurang, ini tidak membuat masalah sosial yang ada di Indonesia terselesaikan karena setiap tahunnya jumlah penduduk miskin tidak selalu stabil atau dengan kata lain jumlah ini bisa saja bertambah. Sementara untuk wilayah DKI Jakarta tingkat kemiskinan pada Maret 2015 sebesar 398,92 ribu orang (3,93%). Dibandingkan dengan September 2014 (412,79 ribu orang atau 4,09%), jumlah penduduk miskin turun sebesar 13,87 ribu atau turun 0,16 poin. Sedangkan dibandingkan dengan Maret 2014 dengan jumlah penduduk miskin sebesar 393,98 ribu orang (3,92%), jumlah penduduk miskin meningkat 4,94 ribu atau meningkat 0,01 poin.3 Data yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik setiap tahunnya tidak selalu stabil. Setiap tahunnya data kemiskinan yang dikeluarkan bisa menurun atau
2
Badan Pusat Statistik, “Profil Kemiskinan di Indonesia Maret 2014,” artikel diakses pada 1 Juli 2014 dari http:/bps.go.id/website/brs_ind/brsInd-20141209145524.pdf 3 Badan Pusat Statistik, “Tingkat Kemiskinan di DKI Jakarta Maret 2015,” artikel diakses pada 30 September 2015 dari http://jakarta.bps.go.id/backend/brs_ind/brsInd-20150918101513.pdf
3
bahkan naik. Tidak dapat dipungkiri, meskipun data kemiskinan di Indonesia atau di daerah-daerah menurun, akan tetapi kemiskinan masih menyelimuti masyarakat Indonesia sampai saat ini dan masih banyak masyarakat yang belum mendapatkan kesejahteraan hidupnya. Kemiskinan dapat menunjuk pada kondisi individu, kelompok, maupun situasi kolektif masyarakat. Sebuah bangsa atau negara secara keseluruhan bisa pula dikategorikan miskin.4 Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya kemiskinan, jarang ditemukan kemiskinan yang hanya disebabkan oleh faktor tunggal. Seseorang atau keluarga miskin bisa disebabkan oleh beberapa faktor yang saling terkait satu sama lain, seperti mengalami kecacatan, memiliki pendidikan rendah, tidak memiliki modal atau keterampilan untuk berusaha, tidak tersedianya kesempatan kerja, terkena pemutusan hubungan kerja (PHK), tidak adanya jaminan sosial (pensiun, kesehatan, kematian), atau hidup di lokasi terpencil dengan sumberdaya alam dan infrastruktur yang terbatas.5 Di Indonesia, faktor yang sering dijumpai sebagai penyebab terjadinya kemiskinan adalah karena tidak tersedianya kesempatan kerja sehingga masyarakat Indonesia banyak yang menjadi pangangguran. Menurut Ida Bagoes Mantra, pengangguran adalah bagian dari angkatan kerja yang sekarang ini tidak bekerja dan sedang aktif mencari pekerjaan. Konsep ini sering sekali diartikan sebagai keadaan pengangguran terbuka. Begitu pula 4
Edi Suharto, Kemiskinan dan Perlindungan Sosial di Indonesia Menggagas Model Jaminan Sosial Universal Bidang Kesehatan, h. 16 5 Ibid, h. 17.
4
dengan yang dikatakan Dumairy, dijelaskan bahwa pengangguran adalah orang yang tidak mempunyai pekerjaan lengkap. Lengkapnya orang yang tidak berkerja dan masih atau sedang mencari pekerjaan.6 Saat ini kemiskinan dan pengangguran masih menjadi masalah serius yang dihadapi Indonesia. Memang, antara kemiskinan dan pengangguran adalah dua masalah yang saling berkaitan satu sama lain. Karena kemiskinan itu salah satunya lahir dari adanya pengangguran atau dengan kata lain tidak tersedianya kesempatan kerja bagi masyarakat. Pengangguran di kota meningkat seiring dengan urbanisasi dan meningkatnya pendidikan. Akan tetapi sektor industri tidak berkembang sejalan dengan pertumbuhan tenaga kerja, sehingga memperbesar pengangguran. Disamping itu ada pula pengangguran yang berpendidikan. Mereka gagal mendapatkan pekerjaan karena kerasnya persaiangan dan tiadanya perencanaan tenaga kerja. Dengan tingkat rata-rata tahunan penduduk kota sebesar 4,5%, 20% adalah pengangguran. Akan tetapi pengangguran tersembunyi merupakan ciri utama sebagian besar Negara terbelakang. Pengangguran seperti itu tampil secara terpaksa, setiap orang bersedia kerja tetapi mereka tidak mendapatkan kerja karena tiadanya faktor pendukung.7
6
Ahmad Rifki Fathurrohman, “Peran Abah Nasrudin dalam Pemberdayaan Masyarakat Melalui Budidaya Ikan Lele Sangkuriang di Kecamatan Megamendung Kabupaten Bogor,” (Skripsi S1 Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2014), h. 1 7 M.L. Jhingan, Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), h.22
5
Pada tahun 2015 ini, angka pengangguran di Indonesia bertambah 300 Ribu orang. Penyebab bertambahnya pengangguran pada tahun ini disebabkan oleh perlambatan ekonomi. Melambatnya pertumbuhan ekonomi di Indonesia belakangan ini ternyata mambawa dampak buruk bagi sektor tenaga kerja. Badan Pusat Statistik melaporkan, Februari 2014 sampai Februari 2015 jumlah pengangguran meningkat 300 ribu orang yang totalnya mencapai 7,45 juta orang.8 Untuk mengurangi tingkat pengangguran, peran pemerintah sangatlah dibutuhkan dalam hal ini. Pemerintah harus bisa membuat kebijakan yang dapat menciptakan lapangan pekerjaan. Karena pada dasarnya Negara wajib menyediakan lapangan pekerjaan dan memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk bekerja dan hal tersebut sudah ditetapkan di dalam undang-undang. Sesuai UUD 1945, pasal 27 ayat 2 bahwa setiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Sebenarnya upaya pemerintah dalam memerangi kemiskinan dan mengurangi angka pengangguran sudah banyak dilakukan. Untuk meningkatkan kesejahteraan dan perekonomian masyarakat bukan hanya kewajiban pemerintah semata,
melainkan
juga
kewajiban
seluruh
masyarakat
untuk
dapat
mensejahterakan kehidupannya sendiri. Kebijakan pemerintah atau program yang dibuat untuk masyarakat miskin sering kali kurang tepat sasaran. Program seperti Bantuan Langsung Tunai (BLT), BBM bersubsidi dan Kartu Jakarta Pintar (KJP) 8
Siswanto dan Dian Kusumo Hapsari, “BPS: 2015, Pengangguran Indonesia Bertambah 300 Ribu Orang,” artikel diakses pada 29 September 2015 dari http://www.suara.com/bisnis/2015/05/05/172548/bps-2015-pengangguran-indonesia-bertambah-300ribu-orang
6
nyatanya bukan hanya masyarakat miskin yang menikmati, melainkan masyarakat yang mampu dari segi ekonomi juga ikut menikmatinya sehingga manfaat dari program yang sudah dibuat tidak semua masyarakat miskin menikmati dan program-program seperti itu juga terkesan memanjakan masyarakat sehingga mereka hanya menunggu datangnya bantuan tanpa ada usaha dari diri mereka sendiri. Karena itulah mengapa harus adanya kesadaran dan kemauan dari masyarakat untuk bisa bangkit dari jurang kemiskinan tanpa menunggu dan berharap program atau bantuan dari pemerintah yang sering kurang tepat sasaran. Masyarakat Indonesia jelas sadar akan keadaan ekonomi di tanah air. Untuk bisa keluar dari lingkaran kemiskinan mereka juga harus berusaha mencari pekerjaan yang layak, yang bisa menghidupi dirinya beserta keluarganya demi mengubah keadaan hidupnya agar menjadi lebih baik dari yang sebelumnya. Usaha untuk mencari pekerjaan salah satunya tercermin dalam QS. AtTaubah 9 : 105.
Artinya: dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, Maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.”9
9
Departemen Agama, Al–Qur’an dan Terjemahannya (Bandung: CV. Penerbit Di Ponogoro, 2005), h.203
7
Ayat tersebut menjelaskan bahwa kita sebagai orang-orang mukmin agar bersungguh-sungguh dalam mencari pekerjaan dan apa yang sudah kita kerjakan itu akan mendapatkan balasan yang setimpal. Islam juga mengajarkan kepada umatnya untuk bekerja atau mencari pekerjaan dengan bersungguh-sungguh dan tidak mudah putus asa. Dalam mencari pekerjaan sebaiknya sesuaikan dengan kemampuan dan minat yang dimiliki, agar apa yang dikerjakan dapat berhasil dan bermanfaat untuk diri sendiri dan orang lain. Akan tetapi kadang kala mencari pekerjaan bukanlah hal yang mudah, terlebih untuk di daerah perkotaan seperti Jakarta yang banyak persaingan dalam hal mendapatkan pekerjaan mulai dari persaingan dalam tingkat pendidikan dan keahlian yang dimiliki. Tingkat pendidikan pengangguran didominasi tamatan SMU ke bawah mengindikasikan sulitnya penyerapan angkatan kerja. Tindakan yang dapat dilakukan pemerintah misalnya perbaikan layanan pendidikan, khususnya pendidikan formal, dan mengurangi angka siswa putus sekolah.10 Sedangkan cara lain untuk bisa mengurangi jumlah pengangguran adalah dengan berwirausaha. Wirausaha relatif bisa bertahan dalam menghadapi permasalahan ekonomi yang sering terjadi. Keberadaannya juga memiliki peluang yang cukup besar dalam meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat Indonesia. 10
Tim Website, “Perkembangan dan Solusi Masalah Pengangguran di Indonesia,” artikel diakses pada 29 September 2015 dari http://keuda.kemendagri.go.id/artikel/detail/19-perkembangandan-solusi-masalah-pengangguran-di-indonesia
8
Selain itu kehadiran dan peranan wirausaha akan memberikan pengaruh terhadap kemajuan perekonomian dan perbaikan pada keadaan ekonomi. Karena wirausaha dapat menciptakan lapangan kerja, meningkatkan kualitas hidup masyarakat,
meningkatkan
pemerataan
pendapatan,
memanfaatkan
dan
memobilisasi sumberdaya untuk meningkatkan produktivitas nasional. Sektor informal merupakan alternatif yang dapat membantu menyerap pengangguran.11 Buchari Alma, memberikan definisi yang luas mengenai wirausaha, dalam definisi ini ditekankan bahwa seorang wirausaha adalah orang yang melihat adanya peluang kemudian menciptakan sebuah organisasi untuk memanfaatkan peluang tersebut. Pengertian wirausaha disini menekankan pada setiap orang yang memulai suatu bisnis yang baru. Sedangkan proses kewirausahaan meliputi semua kegiatan fungsi dan tindakan untuk mengejar dan memanfaatkan peluang dengan menciptakan suatu organisai.12 Ada berbagai macam jenis usaha yang bisa digarap, yaitu usaha ekstraktif, agraris, industri, perdagangan, dan jasa. Salah satu jenis usaha yang sering digarap oleh masyarakat yang notabennya belum pernah berwirausaha adalah usaha di bidang agraris. Usaha agraris mencakup berbagai usaha pengelolaan kebun, perdagangan hasil-hasil pertanian (agrobisnis) yang dapat diusahakan
11 12
Ibid Buchari Alma, Kewirausahaan (Bandung: Alfabeta, 2011). h. 24
9
untuk setiap produk yang dihasilkan oleh pertanian atau perkebunan dan perternakan.13 Berwirausaha di sektor perikanan juga tidak kalah menguntungkannya dengan berwirausaha di sektor pertanian. Selain bisa menguntungkan, berwirausaha di sektor perikanan juga bisa memanfaatkan sumber daya alam yang dimiliki Indoneisa. Perikanan mempunyai peran penting dan strategis dalam pembangunan perekonomian nasional, terutama dalam meningkatkan perluasan kesempatan kerja, pemerataan pendapatan, dan peningkatan taraf hidup bangsa pada umumnya, nelayan kecil, pembudidaya ikan kecil, dan pihak-pihak pelaku usaha di bidang perikanan dengan tetap memelihara lingkungan, kelestarian, dan ketersediaan sumber daya ikan.14 Dari sektor perikanan, biasanya masyarakat menjalankan usaha budidaya lele. Usaha budidaya lele merupakan salah satu usaha yang dapat ditekuni oleh masyarakat yang baru memulai usaha sekalipun. Ikan lele merupakan ikan yang habitatnya di air tawar, ciri-ciri ikan lele adalah memiliki tubuh yang licin dan mempunyai kumis di sekitar mulutnya. Permintaan akan ikan ini pasti selalu ada karena banyak peminatnya, terutama untuk dijadikan lauk pauk.
13
Ibid, h. 137 Undang-Undang Perikanan 2004, UU RI No. 31 Th. 2004 Tentang Perikanan, (Jakarta: Sinar Grafika, 2006). h. 49 14
10
Kebutuhan ikan lele untuk konsumsi semakin hari semakin meningkat. Baik untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, untuk lauk jamuan pernikahan, maupun untuk memenuhi kebutuhan rumah makan dan restoran.15 Dengan meningkatnya kebutuhan konsumsi ikan lele, itu bisa dijadikan salah satu peluang melakukan usaha. Dengan melihat permasalahan kemiskinan dan pengangguran yang tak kunjung teratasi di Indonesia terutama untuk wilayah Jakarta dan dengan melihat adanya peluang usaha yang besar dari meningkatnya kebutuhan ikan lele konsumsi, Kelompok Budidaya
Ikan (Pokdakan)
Budi
Ilma Sejahtera
memanfaatkan peluang ini menjadi sebuah usaha yang terorganisir. Lahirnya Kelompok Budidayaan Ikan (Pokdakan) Budi Ilma Sejahtera adalah diawali dari keinginan untuk menciptakan lapangan pekerjaan yang diharapkan dapat membantu Pemerintah dalam mengurangi angka pengangguran, selain itu terciptanya kelompok ini adalah untuk meningkatkan perekonomian dan taraf hidup masyarakat di wilayah tersebut.16 Kelompok Budi Ilma Sejahtera, memfokuskan budidaya dengan dua kegiatan yaitu, pembibitan dan pembesaran. Kelompok ini sudah berdiri dari tahun 2010, selama rentang waktu tersebut sudah banyak pengalaman yang kelompok ini rasakan. Mulai dari pengalaman kegagalan karena ikan yang mereka
15
Warsino dan Kres Dahana, Meraup Untung dari Beternak Lele Sangkuriang, (Yogyakarta: Lily Publisher, 2009), h. 1 16 Wawancara Pribadi dengan Achmad Ganin Ketua Kelompok Budi Ilma Sejahtera, Jakarta, 26 Mei 2015
11
budidayakan hampir semuanya mati, kekurangan pasokan bibit induk, pakan lele yang mahal dan sampai akhirnya keberhasilanlah yang mereka peroleh dengan mengalirnya pundi-pundi rupiah setiap kali panen.17 Kegiatan budidaya yang kelompok ini lakukan di bawah binaan dua lembaga terkait, yaitu Suku Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Jakarta Utara dan Astra Autopart. Banyak pembelajaran yang kelompok ini dapatkan, mulai dari pelatihan pembudidayaan dan alternatif pemberian pakan lele. Semua kegiatan yang dilakukan mempunyai satu tujuan yang sama yaitu masyarakat ekonomi mandiri.18 Dengan binaan yang diberikan Suku Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Jakarta Utara dan Astra Autopart ini jelas menggambarkan bahwa, baik dari instansi pemerintahan ataupun swasta memberikan perhatian yang lebih terhadap kegiatan usaha yang sedang dijalankan Kelompok Budidaya Ikan (Pokdakan) Budi Ilma Sejahtera dengan memberikan bantuan peralatan ataupun pelatihan untuk pembudidayaan ikan lele. Dengan melihat latar belakang yang diuraikan di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di Kelompok Budidaya Ikan (Pokdakan) Budi Ilma Sejahtera karena di Kelurahan Rorotan banyak melakukan pemberdayaan ekonomi melalui kegiatan budidaya ikan. Kelompok Budi Ilma dipilih karena dari beberapa pokdakan yang ada, kelompok inilah yang masih aktif melakukan
17 18
Ibid Ibid
12
pemberdayaan. Maka peneliti hendak mengadakan penelitian tentang apakah kegiatan budidaya ikan lele berdampak pada meningkatnya perekonomian anggota kelompok. Maka dengan ini penulis mengambil judul “DAMPAK PEMBUDIDAYAAN
IKAN
LELE
SANGKURIANG
TERHADAP
PEREKONOMIAN ANGGOTA KELOMPOK : STUDI KASUS POKDAKAN BUDI ILMA SEJAHTERA KELURAHAN ROROTAN JAKARTA UTARA”
B. Batasan dan Rumusan Masalah Agar penelitian yang dilakukan dan akan dibahas pada penulisan skripsi ini lebih terarah dan tidak meluas. Maka peneliti membatasi penelitian pada pelaksanaan kegiatan budidaya ikan lele yang dilakukan oleh Kelompok Budidaya Ikan (Pokdakan) Budi Ilma Sejahtera, serta dampak ekonomi yang dirasakan anggota kelompok dari kegiatan budidaya ikan lele yang dilakukan. Rumusan masalahnya sebagai berikut: 1. Bagaimana pelaksanaan pembudidayaan ikan lele yang dilakukan Kelompok Budidaya ikan (Pokdakan) Budi Ilma Sejahtera? 2. Bagaimana dampak pembudidayaan ikan lele terhadap perekonomian anggota kelompok? C. Tujuan Penelitian Dengan mengacu pada batasan dan perumusan masalah sebagaimana yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah:
13
1. Mengetahui pelaksanaan pembudidayaan ikan lele yang dilakukan Pokdakan Budi Ilma Sejahtera. 2. Mengetahui dampak dari pelaksanaan pembudidayaan ikan lele terhadap perekonomian anggota kelompok. D. Manfaat Penelitian 1. Hasil
penelitian
ini
diharapkan
dapat
memberikan
kontribusi
dan
pengembangan khazanah dalam bidang ilmu pengetahuan dan sosial khususnya tentang pemberdayaan masyarakat kepada mahasiswa/i, terutama Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam (PMI) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi instansi atau kelompok lainnya yang melakukan pemberdayaan di bidang yang sama seperti pembudidayaan ikan lele yang dilakukan Kelompok Budi Ilma Sejahtera. 3. Mengenalkan lebih jauh eksistensi Kelompok Budi Ilma Sejahtera sebagai salah satu kelompok yang melakukan pemberdayaan di wilayah Kelurahan Rorotan, Jakarta Utara. 4. Dapat dijadikan bahan evaluasi dan acuan untuk meningkatkan kesejateraan anggota dengan melihat peningkatan pendapatan dari anggota kelompok Budi Ilma Sejahtera.
14
E. Metodologi Penelitian Dalam melakukan penelitian skripsi ini, peneliti menggunakan metodologi penelitian yang dijabarkan sebagai berikut : 1.
Pendekatan Penelitian Menurut Bogdan dan Taylor mendefinisikan bahwa pendekatan kualitatif
sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau tulisan dari orang-orang atau prilaku yang diamati secara langsung.19 Penelitian ini sendiri menggunakan metode penelitian kualitatif, yaitu dengan melakukan pengamatan, wawancara, atau penelaahan dokumen.20 Penggunaan metode penelitian kualitatif ini juga bertujuan untuk peneliti bisa menghimpun data dari hasil pengamatan. Wawancara dilakukan dengan pengurus dan anggota Kelompok Budi Ilma Sejahtera, ada sembilan informan dan kemudian mengelola serta menganalisis dari hasil temuan di lapangan agar dapat memperoleh informasi yang akurat dan mendalam tentang kegiatan yang menjadi penelitian. 2. Tempat dan Waktu Penelitian Penulis mengambil lokasi penelitian ini di Kelompok Budi Ilma Sejahtera, yang beralamat di Kampung Malaka II, Jalan Rorotan 6 gang 5. RT.02 RW.05,
19
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001), cet. Ke-15, h. 3 20 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), cet. Ke-23, h. 9
15
Kelurahan Rorotan, Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara. Peneliti memilih kelompok Budi Ilma Sejahtera sebagai tempat penelitian karena salah satu wilayah di Jakarta Utara yang banyak melakukan pemberdayaan ekonomi melalui pembudidayaan ikan lele adalah di wilayah Rorotan dan karena hal tersebut saat ini wilayah Rorotan sering disebut sebagai Kampung lele. Dengan banyaknya Kelompok Budidaya Ikan (Pokdakan) di wilayah ini peneliti ingin melihat apakah Pokdakan ini bisa berdampak bagi perekonomian setiap anggotanya. 3. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian Deskriptif, dimana penelitian deskriptif adalah data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka. Dengan demikian, laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut. Data tersebut mungkin berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, foto, videotape, dokumen pribadi, catatan atau memo, dan dokumen resmi lainnya.21 4. Teknik Pengumpulan Data Untuk memperoleh data secara akurat, peneliti mengadakan penelitian dengan menggunakan beberapa metode pengumpulan data, yaitu:
21
Ibid, h. 11
16
a. Observasi (Pengamatan) Observasi atau pengamatan dapat didefinisikan sebagai “perhatian yang terfokus terhadap kejadian, gejala, atau sesuatu”. Adapun observasi ilmiah menurut Garayibah adalah “perhatian terfokus terhadap gejala, kejadian atau sesuatu dengan maksud menafsirkannya, mengungkapkan faktorfaktor
penyebabnya,
dengan
menggunakan
kaidah-kaidah
yang
mengaturnya.22 Jadi dalam hal ini peneliti melakukan pengamatan secara langsung yang mendalam
dan
fokus
terhadap
kegiatan
pemberdayaan
melalui
pembudidayaan ikan lele yang dilakukan Kelompok Budi Ilma Sejahtera. b. Wawancara Dalam wawancara, peneliti melakukan metode wawancara terbuka, yaitu wawancara yang dilakukan peneliti dengan mengajukan pertanyaanpertanyaan yang tidak dibatasi jawabanya.23 Menurut Patton, pertanyaan terbuka dan teliti hasil tanggapan mendalam tentang pengalaman, persepsi, pendapat, perasaan, dan pengetahuan orang. Data terdiri dari kutipan yang sama persis dengan konteks yang cukup untuk dapat diinterpretasi.24
22
Emizir, Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2012), cet. Ke-3, h. 37 23 Ibid, h. 51 24 Ibid, h. 65.
17
Wawancara yang dilakukan oleh peneliti ditujukan kepada pengurus dan anggota Kelompok Budi Ilma Sejahtera, dan mengajukan pertanyaan kepada anggota dan pengurus yang tergabung dalam Kelompok Budi Ilma Sejahtera. Anggota yang peneliti wawancarai adalah Ahmad Ganin sebagai ketua, H.A Kurtubi sebagai Bendahara, Amroini sebagai Sekretaris, Muhajir sebagai Humas, dan Rustono, Sobari, Burhanudin, Hasan Basri, Hayul Qoyum sebagai anggota. Total dari informan yang diwawancarai adalah sebanyak sembilan orang, serta informasi yang dikaji adalah bagaimana pelaksanaan pembudidayaan ikan lele yang kelompok Budi Ilma Sejahtera lakukan dan bagaimana dampak ekomoni yang dihasilkan dari kegiatan tersebut. c. Metode Dokumentasi Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.25 Pengumpulan data yang peneliti lakukan dengan cara mengumpulkan data-data berupa tulisan, gambar atau informasi yang diperoleh dari pengurus dan anggota Kelompok Budi Ilma Sejahtera.
25
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2010), h. 82
18
5. Teknik Analisa Data Analisa data adalah sebuah kegiatan untuk mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, memberi kode atau tanda, dan mengategorikannya sehingga diperoleh suatu temuan berdasarkan fokus atau masalah yang ingin dijawab.26 Pada prinsipnya analisis data merupakan sejumlah aktivitas yang dilakukan oleh peneliti ketika proses pengumpulan data atau informasi berlangsung, sampai pada penarikan kesimpulan berupa konsep atau hubungan antar konsep.27 6. Teknik Penentuan Subjek Penelitian Dalam menentukan informan pada penelitian ini dipilih dengan teknik snowball, yaitu dari informan satu memperkenalkan keinforman yang lain. Penentuan informan pada penelitian kualitatif yang terpenting bukanlah jumlah informannyanya, tetapi potensi tiap informan untuk memberikan pemahaman mengenai aspek yang diteliti.28 Dalam penelitian ini yang menjadi informan adalah pengurus dan anggota dari Kelompok Budidaya Ikan (Pokdakan) Budi Ilma Sejahtera. Informan yang diwawancarai oleh peneliti sebanyak sembilan anggota dari sepuluh anggota yang 26
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik, (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), h. 209. 27 Hamidi, Metode Penelitian Kualitatif, (Malang: UMM Press, 2010), cet. Ke-2, h. 97 28 Siti Noor Havidah, “Upaya Pemberdayaan Petani yang Dilakukan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Silih Asih di Kec. Cigombong Kab. Bogor,” (Skripsi S1 Fakultas Dakwah dan komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2008), h. 10
19
ada di Pokdakan Budi Ilma Sejahtera. Sembilan anggota itu di antaranya adalah Ahmad Ganin sebagai ketua, H.A Kurtubi sebagai Bendahara, Amroini sebagai Sekretaris, Muhajir sebagai Humas, dan Rustono, Sobari, Burhanudin, Hasan Basri, Hayul Qoyum sebagai anggota. Serta untuk satu anggota yang tidak peneliti wawancarai itu karena keterbatasan pemahaman yang lamban dari informannya. Informasi yang peneliti kaji adalah bagaimana pelaksanaan pembudidayaan ikan lele yang kelompok Budi Ilma Sejahtera lakukan dan bagaimana dampak ekonomi yang dihasilkan dari kegiatan tersebut. Dari paparan tersebut jelas bahwa penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, pengumpulan datanya dilakukan melalui wawancara mendalam, bergulir dari satu subjek (informan yang memenuhi kriteria, selected informan) ke subjek penelitian yang lain dan berhenti ketika sudah mengalami titik jenuh informasi (sampling bola salju).29 7. Teknik Keabsahan Data (Triangulasi) Triangulasi
data
digunakan
sebagai
proses
memantapkan
drajat
kepercayaan (kredibilitas/validitas) dan konsistensi (reliabilitas) data, serta bermanfaat juga sebagai alat bantu analisis data di lapangan. Kegiatan triangulasi dengan sendirinya mencakup proses pengujian hipotesis yang dibangun selama pengumpulan data. Triangulasi menurut Mantja, dapat digunakan untuk memantapkan konsistensi metode silang, seperti pengamatan dan wawancara atau penggunaan metode yang sama, seperti wawancara dengan beberapa informan. 29
Hamidi, Metode Penelitian Kualitatif, h. 87
20
Kredibilitas (validitas) analisis lapangan dapat juga diperbaiki melalui triangulasi. Triangulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data.30 Ada empat macam triangulasi yang dikemukakan Dezin. Empat macam triangulasi, yaitu triangulasi sumber, triangulasi metode, triangulasi peneliti dan triangulasi teoritik.31 Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi metode. Dimana dalam triangulasi sumber peneliti mencoba membandingkan (mengecek ulang) informasi yang diperoleh dari sumber data yang berbeda. Seperti, membandingkan hasil pengamatan dengan hasil wawancara, dokumen tertulis yang dimiliki tempat penelitian, arsip, dan selanjutnya gambar atau foto yang ada. Selanjutnya adalah triangulasi metode, dimana triangulasi metode adalah metode yang dilakukan dengan menggunakan lebih dari satu teknik pengumpulan data untuk mendapatkan data yang sama. Untuk memperoleh kebenaran informasi yang handal dan gambaran yang utuh mengenai informasi yang ingin diteliti, peneliti menggunakan wawancara dan observasi atau pengamatan bahkan menggunakan informan berbeda untuk mengecek kebenarannya. Triangulasi tahap ini dilakukan jika data atau informasi yang diperoleh dari subjek atau informan penelitian diragukan kebenarannya. Dalam tahapan ini peneliti merasa ada keraguan dari beberapa informan dalam menyampaikan informasi yang ada,
30 31
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik, h. 218 Ibid, h. 219
21
maka dari itu peneliti mencoba menggunakan triangulasi metode ini untuk mendapatkan informasi yang akurat. Teknik ini sengaja dipilih peneliti bertujuan untuk bisa meningkatkan pemahaman peneliti terhadap data dan fakta yang dimiliki dari hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi yang dilakukan dengan pengurus dan anggota Kelompok Budi Ilma Sejahtera. 8. Teknik Penulisan Skripsi Pedoman yang peneliti gunakan dalam penulisan skripsi ini adalah buku CeQDA (Center for quality development and assurance) 2007 “Pedoman penulisan karya ilmiah (Skripsi, tesis, dan disertasi)” skripsi atau disertasi mahasiswa/i UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya mahasiswa/i Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. F. Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka digunakan sebagai acuan untuk membantu dan mengetahui dengan jelas penelitian yang akan dilakukan untuk penyusunan dan penulisan skripsi ini. Adapun setelah peneliti mengadakan kajian kepustakaan, akhirnya menemuka beberapa karya tulisan hasil penelitian yang memiliki tema dan judul hampir sama dengan yang akan peneliti teliti dan digunakan sebagai bahan
22
perbandingan dan bahan kajian dalam penyusunan skripsi ini, maka judul-judul tersebut antara lain: 1. Dalam skripsi yang berjudul: Dampak Bank Sampah Terhadap Kesejahteraan Masyarakat dan Lingkungan (Studi Kasus Bank Sampah Cempaka II di Kelurahan Pondok Petir RW 09) Bojongsari Kota Depok. Disusun oleh Jean Anggraini. Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam. Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Lulus Tahun 2013. 32 2. Dalam
skripsi
yang
berjudul:
Dampak
Program
Corporate
Social
Responsibility (CSR) Pertamina Terhadap Kesejahteraan Masyarakat: Studi “Satu Aksi Untuk Ciliwung” Di Lenteng Agung Kecamatan Jagakrsa Jakarta Selatan. Disusun oleh Siti Innayah. Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Lulus Tahun 2012.33 Kedua tulisan Jean Anggraini dan Siti Innayah sama-sama mengambil judul mengenai dampak yang dihasilkan dari suatu kegiatan atau program. Skripsi Jean Anggraini membahas dampak bank sampah terhadap kesejahteraan masyarakat dan lingkungan. Sedangkan skripsi Siti Innayah membahas dampak 32
Jean Anggraini, “Dampak Bank Sampah Terhadap Kesejahteraan Masyarakat dan Lingkungan (Studi Kasus Bank Sampah Cempaka II di Kelurahan Pondok Petir RW 09) Bojongsari Kota Depok,” (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2013) 33 Siti Innayah, “Dampak Program Corporate Social Responsibility (CSR) Pertamina Terhadap Kesejahteraan Masyarakat: Studi “Satu Aksi Untuk Ciliwung” Di Lenteng Agung Kecamatan Jagakrsa Jakarta Selatan,” (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2012)
23
dari program Corporate Social Responsibility (CSR) Pertamina Terhadap Kesejahteraan Masyarakat. Antara skripsi peneliti dengan dua skripsi ini jelas terlihat perbedaan. Skripsi peneliti mencoba melihat dampak ekonomi yang dirasakan anggota kelompok Budi Ilma Sejahtera melalui pelaksanaan kegiatan pembudidayaan ikan lele. Sedangkan dua skripsi Jean Anggraini dan Siti Innayah mencoba melihat kesejahteraan masyarakat melalui kegiatan bank sampah dan program CSR. Dengan kata lain, antara objek dan subjek yang diteliti jelas berbeda. 3. Dalam skripsi yang berjudul: Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Melalui Program Kelompok Usaha Bersama Lembaga Keuangan Mikro Sosial Taruna Sejahtera di Cengkareng Jakarta Barat. Disusun oleh Putri Nurul Lita. Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam. Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Lulus Tahun 2012. 34 4. Dalam skripsi yang berjudul: Pemberdayaan Ekonomi Keluarga (Studi Kasus Kelompok UUPKS Cut Nyak Dien di Kelurahan Pondok Pacung, Kota Tanggerang Selatan. Disusun oleh Erna Milana. Jurusan Pengembangan
34
Putri Nurul Lita, “Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Melalui Program Kelompok Usaha Bersama Lembaga Keuangan Mikro Sosial Taruna Sejahtera di Cengkareng Jakarta Barat,” (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2012)
24
Masyarakat Islam. Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Lulus Tahun 2012. 35 Kedua skripsi dari Putri dan Erna membahas mengenai pemberdayaan ekonomi yang dilakukan melalui suatu program atau kegiatan. Kedua skripsi ini peneliti jadikan reverensi sebagai bahan bacaan dan perbandingan dengan skripsi yang akan peneliti teliti mengenai pemberdayaan ekonomi, dengan begitu antara skripsi penulis dengan kedua skripsi ini tidak akan ada kesamaan, baik kesamaan dalam tempat penelitian, objek, subjek dan pembahasan yang akan diteliti. 5. Dalam skripsi yang berjudul: Peran Abah Nasarudin dalam Pemberdayaan Masyarakat Melalui Budidaya Ikan Lele Sangkuriang di Kecamatan Megamendung Kabupaten Bogor. Disusun oleh Ahmad Rifki Fathurrohman. Jurusan Kesejahteraan Sosial. Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Lulus Tahun 2014. 36 Skripsi
dari
Ahmad
Rifki
Faturrohman
ini
membahas
upaya
pemberdayaan masyarakat melalui budidaya ikan lele sangkuriang yang dilakukan Abah Nasarudin untuk mengangkat harkat dan martabat para pengangguran, korban PHK, dan anak putus sekolah. Skripsi ini peneliti jadikan reverensi dalam pembuatan karya ilmiah yang peneliti teliti. Perbedaan skripsi ini
35
Erna Milana, “Pemberdayaan Ekonomi Keluarga (Studi Kasus Kelompok UUPKS Cut Nyak Dien di Kelurahan Pondok Pacung, Kota Tanggerang Selatan,” (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2012) 36 Ahmad Rifki Fathurrohman, “Peran Abah Nasarudin dalam Pemberdayaan Masyarakat Melalui Budidaya Ikan Lele Sangkuriang di Kecamatan Megamendung Kabupaten Bogor,” (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2014)
25
dengan skripsi yang peneliti teliti terletak di subjek dan objek penelitian, keduanya berbeda karena penelitian yang peneliti lakukan membahas mengenai dampak ekonomi dari suatu kegiatan yang dilakukan kelompok masyarakat. G. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan ditujukan untuk mempermudah pembaca dalam memahami penelitian ini, maka peneliti membagi skripsi ini menjadi lima bagian yang terdiri dari bab per bab yang berkaitan dan merupakan satu kesatuan yang utuh dari skripsi ini. Adapun laporan tugas akhir ini disusun dengan sistematika sebagai berikut: BAB I
PENDAHULUAN Pada bab ini akan dipaparkan mengenai latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka, dan sistematika penulisan.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS Bab ini akan membahas mengenai pengertian dampak, pengertian pemberdayaan,
tahapan
pemberdayaan,
pengertian
ekonomi,
pemberdayaan ekonomi, pengertian pembudidayaan ikan, dan ikan lele.
26
BAB III
GAMBARAN UMUM KELOMPOK BUDIDAYA IKAN (POKDAKAN) BUDI ILMA SEJAHTERA Pada bab ini membahas mengenai sejarah singkat Kelompok Budi Ilma Sejahtera, visi dan misi, struktur organisasi Kelompok Budi Ilma Sejahtera, anggota Kelompok Budi Ilma Sejahtera, dan peta geografis Kelompok Budi Ilma Sejahtera.
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISIS Bab ini membahas mengenai hasil dan temuan data yang telah ditemukan, yaitu bagaimana pelaksanaan pembudidayaan ikan lele yang dikalukan Pokdakan Budi Ilma Sejahtera. Serta bagaimana dampak pembudidayaan ikan lele terhadap perekonomian anggota kelompok.
BAB V
PENUTUP Bab ini membahas mengenai kesimpulan dan saran yang didapatkan dari hasil dan temuan data yang telah dianalisis.
BAB II TINJAUAN TEORI A. Dampak Pengertian dampak dalam kamus besar bahasa Indonesia ialah benturan, pengaruh kuat yang mendatangkan akibat (baik negatif maupun positif), benturan yang cukup hebat antara dua benda sehingga menyebabkan perubahan yang berarti dalam momentum (pusa) sistem yang mengalami benturan itu.1 Menurut Oto Soemarnoto, dampak adalah pengaruh suatu kegiatan. Sedangkan pengertian dampak menurut Hari Sabari adalah sesuatu yang muncul setelah adanya suatu kejadian. Pengertian dampak secara sederhana bisa diartikan sebagai pengaruh atau akibat, dalam setiap keputusan yang diambil biasanya mempunyai dampak tersendiri, baik itu dampak positif maupun dampak negatif. Dampak juga bisa merupakan proses lanjutan dari sebuah pelaksanaan pengawasan internal.2 Menurut penulis pengertian dampak adalah perubahan yang terjadi baik positif atau negatif terhadap suatu aktifitas yang dilakukan, yang dapat berpengaruh dalam kehidupan masyarakat yang melakukan aktifitas tersebut, baik pengaruh yang dihasilkan itu berdampak besar atau pun kecil.
1
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), h.234 2 Carcpedia, “Pengertian dan Definisi Dampak,” artikel diakses pada 1 April 2015 dari http://carapedia.com/pengertian_definisi_dampak_info2123.html
27
28
Dari beberapa pengertian tersebut, terdapat dua kata kunci yang muncul yaitu akibat dan perubahan yang terjadi dari suatu dampak. Akibat sendiri dalam buku Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti suatu yang merupakan akhir atau hasil suatu peristiwa (perubahan, keputusan); persyaratan atau keadaan yang mendahuluinya. Sedangkan perubahan sendiri berasal dari kata ubah, yang berarti menjadi lain (berbeda) dari semula. Jadi perubahan adalah hal (keadaan) berubah; peralihan; pertukaran.3 Jadi, dampak yang akan timbul dari kegiatan pembudidayaan ikan lele sangat berpengaruh terhadap perubahan ekonomi setiap anggotanya, baik perubahan itu besar atau pun kecil. B. Pemberdayaan 1. Pengertian Pemberdayaan Pemberdayaan merupakan terjemahan dari bahasa Inggris yaitu empowerment yang secara harfiah berarti pemberkuasaan. Pemberkuasaan itu sendiri dapat dipahami sebagai upaya memberikan atau meningkatkan kekuasaan (power) kepada pihak yang lemah atau kurang beruntung (disadvantaged). Pemberdayaan merupakan upaya untuk membangun eksistensi sesorang dalam
3
Azhar Firdaus, “Dampak Sosial Ekonomi Terhadap Masyarakat Sekitar Situ Akibat Musibah Situ Gintung,” (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2011), h. 17
29
kehidupannya dengan memberi dorongan agar memiliki kemampuan atau keberdayaan.4 Secara teknis, istilah pemberdayaan dapat disamakan atau setidaknya diserupakan dengan istilah pengembangan. Dalam pengertian lain, pemberdayaan atau pengembangan atau tepatnya pengembangan sumber daya manusia adalah upaya memperluas horizon pilihan bagi masyarakat. Ini berarti masyarakat diberdayakan untuk melihat dan memilih sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya. Dengan memakai logika ini, dapat dikatakan bahwa masyarakat yang berdaya adalah yang dapat memilih dan mempunyai kesempatan untuk mengadakan pilihan-pilihan.5 Menurut Kartasasmita, pemberdayaan sebagai strategi pembangunan adalah upaya untuk membangun daya dengan mendorong, memotivasi dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimilikinya serta berupaya untuk mengembangkannya.
Memberdayakan
masyarakat
adalah
upaya
untuk
meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat yang dalam kondisi sekarang tidak mampu untuk melepaskan diri dari perangkat kemiskinan dan keterbelakangan.6 Merangkum dari beberapa pengertian pemberdayaan yang sudah disebutkan. Menurut penulis, pemberdayaan itu ialah suatu upaya yang dilakukan 4
Syamsir Salam dan Amir Fadhilah, Sosiologi Pedesaan, (Jakarta: Lembaga penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2008), h.232 5 Nanih Machendrawaty dan Agus Ahmad Safei, Pengembangan Masyarakat Islam, Dari Idiologi, Strategi Sampai Tradisi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), h.41-42 6 Syamsir dan Amir, Sosiologi Pedesaan, h.238
30
baik pemerintah ataupun masyarakat sendiri dengan cara mendorong, memotivasi, dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimiliki dari masing-masing individu masyarakat atau potensi yang ada dilingkungan (alam) serta berupaya untuk mengembangkannya. Dalam prosesnya pemberdayaan juga memerlukan waktu yang cukup panjang dan dilakukan secara terus menerus, agar dampak yang dihasilkan dari pemberdayaan itu maksimal dan dapat mengubah masyarakat yang tidak berdaya menjadi masyarakat yang berdaya. Menurut Ife, ketidakberdayaan mengacu kepada konsep ketidak beruntungan (disadvantage), yang di kelompokan ke dalam tiga kategori, yaitu: 1) Kelompok lemah secara struktur (kelas, gender dan etnis yang meliputi orang miskin, pengangguran, wanita, masyarakat lokal dan kelompok minoritas) 2) Kelompok lemah khusus (lanjut usia, anak dan remaja, penyandang cacat, gay, lesbian, masyarakat terasing) 3) Kelompok lemah secara personal (mereka yang mengalami masalah pribadi dan keluarga)7 Secara teoritis ketidakberdayaan merupakan sebuah kondisi yang kompleks, berasal dari individu dan masyarakat sebagai faktor internal dan lingkungan sebagai faktor eksternal. Individu dan kelompok bukan berarti tidak memiliki potensi, pengetahuan atau sumber material, akan tetapi mereka belum
7
Ismet Firdaus, dkk, Pengamalam AL-QUR’AN Tentang Pemberdayaan Dhu’afa, (Jakarta: Dakwah Press, 2008), h. 163
31
atau tidak memiliki kemampuan, pengetahuan untuk mengelola potensi. Pada sisi lain ketidakberdayaan justru berasal dari luar dirinya seperti lingkungan yang menilai lemah tidak berdaya yang akan menjadi beban. Mereka terpaksa pasrah kepada kondisi yang ada. Mereka tidak berdaya karena tidak mendapatkan kesempatan, atau mereka tidak mengetahui sumber-sumber potensi yang ada disekitar mereka atau tidak mengetahui potensi-potensi yang ada dari diri mereka sendiri.8 2. Tahapan Pemberdayaan Pemberdayaan masyarakat dilakukan melalui beberapa tahapan. Adapun tahapan-tahapan pemberdayaan yang umum digunakan, antara lain sebagai berikut:9 a.
Tahap Persiapan. Tahap persiapan ini di dalamnya adalah tahap (a) Penyiapan petugas.
Penyiapan petugas ini terutama diperlukan untuk menyamakan persepsi antara anggota tim agen perubah (change agent) mengenai pendekatan apa yang akan dipilih dalam melakukan pengembangan masyarakat. (b) Penyiapan lapangan. Sedangkan tahapan penyiapan lapangan, petugas (community worker) pada awalnya melakukan studi kelayakan terhadap daerah yang akan dijadikan sasaran, baik dilakukan secara informal maupun formal.
8
Ibid, h. 163 Isbandi Rukminto Adi, Intervensi Komunitas & Pengembangan Masyarakat, ( Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013), cet ke 2, h. 188 9
32
b.
Tahap Assesmenet. Proses assessment yang dilakukan di sini adalah dengan mengidentifikasi
masalah (kebutuhan yang dirasakan) dan juga sumber daya yang dimiliki klien. Dalam proses assesment ini masyarakat sudah dilibatkan secara aktif agar mereka dapat merasakan bahwa permasalahan yang sedang dibicarakan benar-benar permasalahan yang keluar dari pandangan mereka sendiri. c.
Tahapan Perencanaan Alternative Program atau Kegiatan. Pada tahap ini petugas (community worker) secara partisipatif mencoba
melibatkan warga untuk berfikir tentang masalah yang mereka hadapi dan bagaimana cara mengatasinya. Dalam upaya mengatasi permasalahan yang ada masyarakat diharapkan dapat memikirkan beberapa alternatif program dan kegiatan yang dapat mereka lakukan. d.
Tahap Formulasi Rencana Aksi. Pada tahap ini agen perubahan (community worker) membantu masing-
masing kelompok masyarakat untuk memformulasikan gagasan mereka dalam bentuk tertulis, terutama bila ada kaitannya dengan pembuatan proposal kepada pihak penyandang dana. e.
Tahapan Pelaksanaan (Implementasi) Program atau Kegiatan. Tahap pelaksanaan ini merupakan salah satu tahap yang paling krusial
(penting) dalam proses pengembangan masyarakat, karena sesuatu yang sudah
33
direncanakan dengan baik akan dapat melenceng dalam pelaksanaan di lapangan bila tidak ada kerja sama antar petugas, maupun kerja sama antar warga. f.
Tahap Evaluasi. Evaluasi sebagai proses pengawasan dari warga dan petugas terhadap
program yang sedang berjalan pada pengembangan masyarakat sebaiknya dilakukan dengan melibatkan warga. Dengan keterlibatan warga pada tahap ini diharapkan akan terbentuk suatu sistem dalam komunitas untuk melakukan pengawasan secara internal. Sehingga dalam jangka panjang diharapkan akan dapat membentuk suatu sistem dalam masyarakat yang lebih „mandiri‟ dengan memanfaatkan sumber daya yang ada. Akan tetapi kadang kala dari hasil pemantauan dan evaluasi ternyata hasil yang dicapai tidak sesuai dengan yang diharapkan. Bila hal ini terjadi maka evaluasi proses di harapkan akan dapat memberikan umpan balik yang berguna bagi perbaikan suatu program ataupun kegiatan. g.
Tahapan Terminasi. Tahap ini merupakan tahap „pemutusan‟ hubungan secara formal dengan
komunitas sasaran. Terminasi dilakukan seringkali bukan karena masyarakat sudah dapat dianggap „mandiri‟, tetapi tidak jarang terjadi karena proyek sudah harus dihentikan karena sudah melebihi jangka waktu yang ditetapkan
34
sebelumnya, atau karena anggrakan sudah selesai dan tidak ada penyandang dana yang dapat dam au meneruskan. C. Pemberdayaan Ekonomi 1. Pengertian Ekonomi Ekonomi merupakan kata serapan dari bahasa Inggris, yaitu economy. Sementara kata economy itu sendiri berasal dari bahasa Yunani, yaitu oikonomike yang berarti pengelolaan rumah tangga. Adapun yang dimaksud dengan ekonomi sebagai pengelolaan rumah tangga adalah suatu usaha dalam pembuatan keputusan dan pelaksanaannya yang berhubungan dengan pengalokasian sumberdaya rumah tangga yang terbatas di antara berbagai anggotanya, dengan mempertimbangkan kemampuan usaha, dan keinginan masing-masing.10 Pengertian secara terminologi dikatakan bahwa ekonomi adalah pengaruh tentang peristiwa dan pesoalan yang berkaitan dengan upaya manusia secara peseorangan dan kelompok dalam memenuhi kebutuhan yang tidak terbatas yang dihadapkan pada sumber yang terbatas.11 Pengertian lain dikemukakan oleh Anshori, dimana ia mengartikan ekonomi
10
adalah
kegiatan
manusia
dan
kegiatan
masyarakat
untuk
Damsar dan Indrayani, Pengantar Sosiologi Ekonomi, (Jakarta: Kencana, 2009), h. 9 Anfal, “Pemberdayaan Ekonomi Keluarga Melalui Kelompok Pembuat Assesoris di Kelurahan Sudimara Jaya Ciledug Kota Tangerang,” (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2015), h. 19 11
35
mempergunakan unsur-unsur produksi seperti kekayaan alam, modal, tenaga kerja dan skill dengan sebaik-baiknya guna memenuhi berbagai macam kebutuhan.12 Ekonomi juga merupakan suatu tata cara aturan yang ada dalam masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka terhadap alat pemuas kebutuhannya yang bersifat langka. Cara yang dimaksud di sini berkait dengan aktifitas orang dan masyarakat yang berhubungan dengan produksi, distribusi, pertukaran dan konsumsi jasa-jasa dan barang-barang langka.13 Dengan demikian, ekonomi merupakan suatu usaha dalam pembuatan keputusan dan pelasanaannya yang berhubungan dengan pengalokasian sumberdaya masyarakat (rumah tangga dan pebisnis/perusahaan) yang terbatas diantara berbagai anggotanya, dengan mempertimbangkan kemampuan, usaha, dan keinginan masing-masing. Atau dengan kata lain bagaimana masyarakat (termasuk rumah tangga dan pebisnis/perusahaan) mengelola sumber daya yang langka melalui suatu pembuatan kebijakan dan pelaksanaannya.14 2. Pemberdayaan Ekonomi Pengembangan ekomoni masyarakat adalah gabungan dari tiga unsur kata pembentuk istilah tersebut yakni, pertama, pengembangan yang mempunyai arti proses, cara, perbuatan mengembang. Kedua, ekonomi ialah tata cara atau aturan dalam masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup. Ketiga, masyarakat definisi
12
Ibid Ismet Firdaus, dkk, Pengamalan AL-QUR’AN Tentang Pemberdayaan Dhu’afa, h. 221 14 Damsar dan Indrayani, Pengantar Sosiologi Ekonomi, h. 9 13
36
yang ada tentang masyarakat merujuk pada area, kumpulan dan sosial ekonomi interaksi. Berdasarkan telaahan terhadap kata-kata pembentuknya tersebut, maka istilah pengembangan ekonomi masyarakat dapat didefinisikan sebagai suatu program kegiatan yang dilakukan LSM atau pemerintah dalam meningkatkan ketrampilan hidup, permodalan sekelompok orang agar dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, membuat kondisi hidupnya lebih baik atau mengembangkan usaha yang dimilikinya.15 D. Pembudidayaan Ikan 1. Pengertian Pembudidayaan Ikan Merriam, mendefinisikan perikanan sebagai kegiatan, industri atau musim pemanenan ikan atau hewan laut lainnya. Definisi yang lebih luas diberikan oleh Lackey, yang mengartikan perikanan sebagai suatu sistem yang terdiri dari tiga komponen yakni biota perairan, habitat biota, dan manusia sebagai pengguna sumber daya tersebut.16 Perikanan budi daya (Akuakultur) adalah kegiatan memproduksi ikan dalam suatu wadah terkontrol dan berorientasi kepada keuntungan. Berbeda dengan perikanan tangkap yang hanya memanen (Capturing) ikan dari perairan. Pada akuakultur, pemanen (harvesting) dilakukan setelah kegiatan pemeliharaan
15 16
Ismet Firdaus, dkk, Pengamalan Al-Qur’an Tentang Pemberdayaan Dhu’afa. H. 226 Akhmad Fauzi, Ekonomi Perikanan, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2010), h. 16
37
ikan yang mencakup persiapan wadah pemeliharaan, penebaran benih, pembelian pakan, pengolaan kualitas air, serta penanganan hama dan penyakit.17 Budidaya ikan adalah istilah bioteknis sebagai terjemahan dari istilah kultur ikan yang artinya penggalian, pembangunan dan pembinaan untuk sesuatu tujuan. Dalam bahasa Indonesia kegiatan budidaya sering dipakai bahasa “pengelolaan”
yang
menyangkut
juga
segi-segi
ketatalaksanaannya
(management). Mengingat hal tersebut, maka yang termasuk dalam usaha budidaya ikan adalah kegiatan dalam pengadaan benih dan membesarkan sampai ukuran konsumsi.18 Dalam Undang-undang Nomor 45 tahun 2009 tentang perubahan atas undang-undang nomor 31 tahun 2004 tentang perikanan pasal satu point keenam, menjelaskan bahwa pembudidayaan ikan adalah kegiatan untuk memelihara, membebaskan, dan atau membiakan ikan serta memanen hasilnya dalam lingkungan yang terkontrol, termasuk kegiatan yang menggunakan kapal untuk memuat, mengangkut, menyimpan, mendinginkan, menangani, mengolah, dan atau mengawetkan.19
17
Irzal Effendi dan Wawan Oktariza, Menajemen Agribisnis Perikanan, (Jakarta: Penebar Swadaya, 2006), h. 10 18 Tasripin Djiwakusumah, Budidaya Perikanan Air Tawar, (Jakarta: T.pn., 1980), h. 1 19 Hukumonline.com, “Perubahan Atas Undang-undang Nomor 31 Tahun 2014 Tentang Perikanan,” artikel diakses pada 1 Juli 2015 dari http://www.hukumonline.com/pusatdata/detail/lt4b22031a01f26/node/uu-no-45-tahun-2009perubahan-atas-undang-undang-nomor-31-tahun-2004-tentang-perikanan
38
Sedangkan menurut penulis pembudidayaan ikan adalah kegiatan memelihara dan memproduksi ikan dari mulai penebaran benih sampai musim pemanenan ikan dalam satu wadah yang terkontrol. 2. Pengertian Ikan Lele Ikan adalah segala jenis organisme yang seluruh atau sebagian dari siklus hidupnya berada di dalam lingkungan perairan.20 Ikan lele merupakan jenis ikan yang habitatnya di air tawar. Lele dikenal sebagai ikan yang memiliki tubuh yang licin, sedikit pipih memanjang dan mempunyai kumis panjang yang terdapat di sekitar area mulutnya. Di Negara kita ini Ikan lele memiliki beragam nama, tergantung daerahnya hidup. Ikan lele biasa disebut dengan ikan kalang di Padang, ikan maut di Gayo Aceh, ikan cepi di Bugis, ikan lele atau lindi di Jawa Tengah. Ikan lele hidup di air tawar dan tidak pernah ditemukan pada air asin atau laut.21 Ikan lele merupakan jenis ikan konsumsi yang sangat diminati oleh masyarakat luas. Oleh karena itu banyak orang membudidayakan lele yang bertujuan untuk menjaga kelestarianya serta memenuhi minat dari masyarakat. Jenis ikan lele yang paling banyak dibudidaya ialah lele lokal, lele dumbo, dan lele sangkuriang.22
20
Ibid, h. 2 Satwa Flora dan Fauna Indonesia, “Jenis, Manfaat dan Budidaya Ikan Lele,” artikel diakses pada 9Aguatus 2015 dari http://www.satwa.net/572/ikan-lele-jenis-manfaat-dan-budidaya-ikanlele.html/ 22 Ibid 21
39
Dalam menjalankan usaha budidaya, kelompok pembudidayaan ikan (pokdakan) Budi Ilma Sejahtera menggunakan jenis ikan lele sangkuriang sebagai ikan yang akan di budidayakan. Lele sangkuriang sebenarnya merupakan salah satu jenis lele dumbo yang diperkenalkan oleh Taiwan pada tahun 1985. Lele dumbo ini memiliki kemampuan tumbuh lebih cepat dibanding lele lokal. Hal itulah yang kemudian menyebabkan lele ini mampu menyita perhatian masyarakat Indonesia. Meski pada awalnya sebagian masyarakat menganggap lele dumbo tidak seenak lele lokal, namun pada akhirnya masyarakat pun mau menerima kehadirannya.23 Ciri-ciri lele sangkuriang adalah kepala lele sangkuriang berbentuk pipih ke bawah. Panjangnya hampir mencapai sepertiga dari panjang tubuhnya. Kepala lele sangkuriang sedikit lebih panjang dibandingkan dengan lele dumbo biasa yang hanya seperempat panjang tubuhnya. Bagian kepala ini dilapisi oleh tulang pelat yang cukup keras. Didalamnya terdapat rongga yang terletak di atas insang yang befungsi sebagai alat pernapasan. Selain insang, lele memiliki alat pernapasan tambahan yaitu labirin yang berfungsi menghirup oksigen dari udara. Lele sangkuriang memiliki delapan buah sungut (4 pasang) yang terletak disekitar mulut. Selain itu juga, lele sangkuriang memiliki sepasang lubang hidung yang letaknya di bagian anterior. Di bagian
23
Warisno dan Kres Dahana, Meraup Untung Dari Berternak Lele Sangkuriang, (Yogyakarta: Lily Publisher, 2009) h.1.
40
mulut terdapat gigi, tetapi hanya berupa tulang kasar yang terletak di dalam mulut bagian depan.24 Pada bagian tengah badan berbentuk membulat dan bagian belakang cenderung pipih ke samping, tidak memiliki sisik tetapi kulitnya dilapisi lendir sehingga sangat licin. Warna tubuhnya hitam kehijauan di bagian punggung dan putih kekuningan di bagian perut. Bintik-bintik yang menghiasi kulitnya tak sebanyak pada lele dumbo biasa.25 Lele sangkuriang memiliki tiga buah sirip tunggal yaitu sirip punggung, sirip ekor dan sirip dubur. Selain itu,juga meiliki 2 sirip berpasangan yaitu sirip perut dan sirip dada. Sirip dada lele sangkuriang sangat keras dan berbentuk meruncing yang biasa disebut patil. Namun, pati lele sangkuriang tidak megandung racun tak seperti yang dimiliki oleh lele lokal. Sementara dibagian ujung belakang lele sangkuriang terdapat sirip ekor yang berbentuk bulat mirip kipas yang berfungsi untuk bergerak maju.26
24
Muhamad Rosdiana. “Ciri Fisik Lele Sangkuriang.” Artikel diakses pada 21 Agustus 2016 dari http://sangkuriangleleku.blogspot.co.id/2013/07/ciri-fisik-lele-sangkuriang.html 25 ibid 26 ibid
41
Berikut adalah contoh gambar ikan lele sangkuriang yang peneliti peroleh dari beberapa sumber: Gambar 1 Ikan Lele Sangkuriang
Sumber: www.wasiwa.com
Gambar 2 Ikan Lele Sangkuriang hasil panen Kelompok Budi Ilma Sejahtera
Sumber: Dokumentasi Kelompok Budi Ilma Sejahtera
42
Pada tahun 2000, Balai Besar Pengembangan Budi Daya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi, menemukan bahwa perkawinan silang balik antara induk jantan generasi keenam (F6) dengan induk betina generasi kedua (F2) menghasilkan jenis lele dumbo biasa. Umur panen konsumsi (7-10 lele /kg) juga lebih pendek. Jika umur panen lele dumbo sekitar 100 hari (3 bulan), lele dumbo temuan BBPBAT Sukabumi itu dapat dipanen pada umur 60-70 hari (2 bulan). Lele hasil persilangan inilah yang kemudian disebut sebagai Lele Sangkuriang.27 Lele sangkuriang memiliki banyak keunggulan dibanding lele lokal maupun lele dumbo biasa. Keunggulan itu antara lain: a. Pertumbuhannya lebih cepat Pertumbuhan lele sangkuriang lebih cepat dibanding lele dumbo biasa. Pada tahap pendederan I, pertumbuhan lele sangkuriang mencapai 29,26%, sementara lele dumbo biasa hanya 20,38%. Pada tahap pendederan II, pertumbuhan lele sangkuriang mencapai 13,96%, lele dumbo biasa hanya 12,18%. Pada tahap pembesaran lele konsumsi, pertumbuhan lele sangkuriang mencapai 3,53%, sedangkan lele dumbo biasa hanya 2,73%. Pada tahap pembesaran calon induk, pertumbuhan lele sangkuriang mencapai 0,85%, sementara lele dumbo biasanya hanya 0,62%.
27
Warisno dan Kres Dahana, Meraup Untung Dari Berternak Lele Sangkuriang, h.2
43
b. Umur panen lebih pendek Dengan pertumbuhan yang lebih cepat, lele sangkuriang dapat lebih cepat dipanen dibanding lele dumbo biasa. Lele ukuran konsumsi biasanya dipanen saat bobotnya 100-150 gram (7-10 lele/kg). Untuk mencapai ukuran ini, lele sangkuriang hanya membutuhkan waktu 60-70 hari, sedangkan lele dumbo biasa butuh waktu 100-110 hari (asumsi pemeliharaan intensif) c. Toleransi terhadap penyakit lebih tinggi Lele sangkuriang memiliki ketahanan yang lebih baik terhadap beberapa jenis
bakteri
penyebab
penyakit,
antara
lain
Trichodinasp
dan
Ichthiophthirius sp. Hasil penelitian BBPBAT Sukabumi menunjukan bahwa jumlah bakteri jenis ini lebih sedikit pada kolam pemeliharaan lele sangkuriang dibanding pada kolam pemeliharaan lele dumbo biasa. d. Kualitas daging lebih baik Dari segi konsumen, daging lele sangkuriang memiliki kualitas yang lebih baik karena umur panen yang lebih muda. Banyak konsumen berpendapat bahwa semakin tua umur lele, semakin menurun kualitas dagingnya. Dengan umur panen yang lebih muda, totok (tempurung kepala) lele sangkuriang cukup renyah dan dapat dikonsumsi. Hal ini penting karena panjang kepala lele dumbo dan sangkuriang mencapai seperempat panjang total tubunya.
44
e. Teknik budidaya mudah Budidaya lele sangkuriang sebenarnya tidak berbeda dengan budidaya lele dumbo biasa, bahkan relatif lebih mudah. Hal ini karena budidaya sangkuriang lebih cepat panen. Selain itu, lele sangkuriang juga memiliki daya tahan yang cukup tinggi terhadap berbagai bakteri penyebab penyakit.28
28
Ibid, h. 9-12.
BAB III GAMBARAN UMUM KELOMPOK BUDIDAYA IKAN (POKDAKAN) BUDI ILMA SEJAHTERA
A. Letak Geografis Kelompok Budidaya Ikan (Pokdakan) Budi Ilma Sejahtera Kelurahan Rorotan Kecamatan Cilincing adalah kelurahan yang letaknya paling ujung Timur Wilayah Kota madya Jakarta Utara yang berbatasan dengan Wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Bekasi Propinsi Jawa Barat berasal dari pemecahan Propinsi Jawa Barat, Sebelah Timur dengan Desa Pusaka Rakyat Bekasi Kabupaten Bekasi Jawa Barat, Sebelah Selatan dengan Wilayah Kelurahan Cakung Timur, Sebelah Utara dengan Kali Gendong Gubuk Genteng, Sebelah Barat Jalan Raya Cakung Cilincing. Kondisi masyarakat secara umum masih bersifat tradisional yang perlu pembinaan, agar terciptanya suatu tatanan masyarakat yang dinamis mau berkarya dan bekerja serta berkemampuan agar terciptanya warga yang bermutu berdayaguna demi kehidupan berkeluarga serta mencukupi sehari-hari serta dapat menghasilkan produksi lebih baik sempurnanya keluarga bahagia dimasa yang akan datang. Luas Wilayah Kelurahan Rorotan Kecamatan Cilincing ± 1063, 70 Ha, terdiri dari tanah darat sebagian tanah sawah ditanami padi termasuk palawija
45
46
dibagi habis menjadi 13 RW terdiri dari 144 RT hasil pemekaran pengurus peremajaan RT/RW pada ahun 2012 dan kepadatan penduduk mencapai ± 83jiwa. Berdasarkan data yang diterima dari laporan kelurahan Rorotan terkait status penduduk, pada laporan bulan September 2015 hasilnya sebagai berikut: Tabel 1 Status Penduduk di Wilayah Kelurahan Rorotan NO
STATUS PENDUDUK
JUMLAH
1
Jumlah Kepala Keluarga
11.177 KK
2
Kepala Keluarga Laki-Laki
9.678 KK
3
Kepala Keluarga Perempuan
1.499 KK
4
Jumlah Penduduk
40.007 Jiwa
5
Penduduk Laki-Laki
20.459 Jiwa
6
Penduduk Perempuan
19.548 Jiwa
Sumber: Laporan Bulanan Kelurahan Rorotan, September 2015
47
Sedangkan untuk Status Pendidikan masyarakat di Wilayah Kelurahan Rorotan adalah sebagai berikut: Tabel 2 Status Pendidikan Pendudukdi Wilayah Kelurahan Rorotan NO
PENDIDIKAN
JUMLAH
1
Tidak sekolah
9.124 Orang
2
Tidak tamat SD
7.523 Orang
3
Tamat SD
6.683 Orang
4
Tamat SLTP
6. 752 Orang
5
Tamat SLTA
5. 948 Orang
6
Tamat Akademi/ perguruanTinggi
4.118 Orang
Sumber: Laporan Bulanan Kelurahan Rorotan, September 2015
Sebagian besar masyarakat di Kelurahan Rorotan sudah bermata pencaharian sebagai karyawan swasta atau pemerintahan dan TNI sebesar 10.063 Orang. Akan tetapi untuk masyarakat yang tidak memiliki pekerjaan atau pengangguran juga cukup banyak, sebesar 3.985 Orang. Berikut dapat dilihat pada Tabel no.3 yang menunjukan mata pencaharian masyarakat di Kelurahan Rorotan.
48
Tabel 3 Mata Pencaharian Penduduk di Wilayah Kelurahan Rorotan NO
MATA PENCAHARIAN
JUMLAH
1
Petani
1.232 Orang
2
Karyawan Swasta/ Pemerintahandan TNI
10.063 Orang
3
Dagang
4.790 Orang
4
Nelayan
65 Orang
5
Buruh Tani
980 Orang
6
Pensiunan
1.709 Orang
7
Pertukangan
2.145 Orang
Sumber: Laporan Bulanan Kelurahan Rorotan, September 2015
Lokasi tepatnya Kelompok Budidaya Ikan (pokdakan) Budi Ilma Sejahtera beralamat di Kampung Malaka II Jl. Rorotan 6 gang 5, RT 02 RW 05, Kelurahan Rorotan, Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara. Lokasi Pokdakan ini memang berada di pinggiran kota, akan tetapi untuk akses transportasi ke wilayah ini tidak begitu sulit karena banyak model transportasi yang dapat digunakan untuk menjangkau wilayah ini diantaranya angkot dan ojek motor. Meskipun wilayah ini termasuk dalam wilayah kota Administrasi Jakarta, ada beberapa titik di wilayah Kelurahan Rorotan terhampar luas persawahan yang masih ditanami padi. Selain itu juga masih banyak lahan kosong yang belum dikelola, maka dari itu lahan-lahan yang kosong tersebut salah satunya dibuatlah kegiatan budidaya seperti Kelompok Budidaya Ikan (pokdakan) Budi Ilma Sejahtera ini. Untuk
49
wilayah Kelurahan Rorotan saja kurang lebih ada 5 pokdakan yang sudah berdiri, yaitu di wilayah RW 06,08,07,05 dan RW 02. Adapun hasil wawancara dengan ketua kelompok Budi Ilma Sejahtera: “untuk di wilayah Rorotan, Pokdakan semacam ini cukup banyak. terdiri dari masing-masing RW, ada RW 06, 08, 07 05 dan RW 02. Ada pokdakan ikan mujair, ikan lele dan ikan gurame.”1 B. Sejarah Singkat Kelompok Budidaya Ikan (pokdakan) Budi Ilma Sejahtera Lahirnya Kelompok Budidaya Ikan (Pokdakan) Budi Ilma Sejahtera adalah diawali dari keinginan untuk menciptakan lapangan pekerjaan yang diharapkan dapat membantu Pemerintah dalam mengurangi angka pengangguran, selain itu terciptanya kelompok ini adalah untuk meningkatkan perekonomian dan taraf hidup masyarakat di wilayah tersebut. Diawali dari perkumpulan beberapa orang di wilayah tersebut untuk membahas kegiatan seperti apa yang akan mereka lakukan agar bisa menekan angka pengangguran dan meningkatkan perekonomian masyarakat. Saat itu, munculah gagasan untuk mendirikan Kelompok Budidaya Ikan (Pokdakan). Gagasan ini muncul, karena mereka melihat potensi yang ada di lingkungan mereka dan mencoba memanfaatkannya, terdapat lahan yang sudah bertahun-tahun tidak digunakan (lahan tidur). Lahan ini yang nantinya akan digunakan sebagai lokasi pembesaran ikan.
1
Wawancara pribadi dengan Achmad Ganin Ketua Kelompok Budi Ilma Sejahtera, Jakarta, 26 Mei 2015
50
Ikan yang mereka pilih sebagai objek pembudidayaan adalah lele sangkuriang. Ikan ini dipilih karena melihat faktor lahan dan air yang digunakan. Lele termasuk ikan yang dapat hidup dalam lingkungan atau air dalam kondisi apapun. Selain itu lele sangkuriang juga memiliki beberapa keunggulan dibanding lele lokal atau lele dumbo biasa. Diantaranya pertumbuhannya lebih cepat, bobot lebih bagus dibanding lele lokal. Akan tetapi jika bibit lele sangkuriang habis tidak jarang mereka juga masih menggunakan lele lokal dan lele sukoi. Lele sukoi adalah hasil perkawinan silang dari lele sangkuriang dengan lele Thailand. Setelah pembicaraan awal mengenai kegiatan yang akan mereka lakukan maka langkah selanjutnya adalah mengumpulkan warga yang ingin bergabung dalam kelompok ini. Ada sekitar 15 warga yang bergabung dengan kelompok ini. Dengan bergabungnya 15 warga dari berbagai macam latar belakang profesi, maka pada tanggal 25 Oktober 2010 terbentuklah Kelompok Budidaya Ikan (Pokdakan) Budi Ilma Sejahtera. Adapun “BUDI ILMA SEJAHTERA” mengandung arti dan tujuan sebagai berikut: 1. Kata “BUDI ILMA” mengandung arti: Ikan yang merupakan Subjek atau Ikon di dalam bidang menjalankan dan melaksanakan usaha Budidaya Ikan. Budi Daya Ikan Lele BUDI ILMA merupakan tempat menjalankan usaha dari Kelompok Tani Perikanan tersebut.
51
2. Kata
“SEJAHTERA”
mensejahterakan
usaha
merupakan: semua
Tujuan
anggota
kelompok
POKDAKAN
agar
dapat
BUDI
ILMA
SEJAHTERA. Dengan terbentuknya kelompok dan beberapa anggota yang sudah tergabung maka Kelompok Budidaya Ikan (Pokdakan) Budi Ilma Sejahtera memfokuskan budidaya dengan dua kegiatan yaitu, pembibitan dan pembesaran. Kelompok Budidaya Ikan (Pokdakan) Budi Ilma Sejahtera adalah binaan dari Suku Dinas Perikanan Jakarta Utara. Kelompok ini dibina dalam melaksanakan pembudidayaan ikan lele. Suku Dinas Perikanan sedikit banyak menopang kebutuhan dari Kelompok Budi Ilma Sejahtera seperti bahan material, sosialisasi, trik dan teori. Selain bahan materi yang diberikan Suku dinas Perikanan, untuk jangka waktu tiga bulan Suku dinas Perikanan melakukan kontrol kekelompok ketika terdapat masalah atau kendala yang dihadapi dalam melaksakan budidaya Suku Dinas Perikanan memberikan solusi dengan melakukan studi banding ke kelompok budidaya ikan (Pokdakan) yang sudah berhasil dalam hal pembudidayaan untuk mendapatkan ilmu dan pelatihan untuk pembelajaran dari masalah yang mereka hadapi selama menjalakan kegiatan budidaya.2 Selain itu Kelompok Budidaya Ikan (pokdakan) Budi Ilma Sejahtera juga mendapat bantuan dalam hal mendapatkan bibit induk dan bahan pakan untuk lele 2
Wawancara pribadi dengan Achmad Ganin Ketua Kelompok Budi Ilma Sejahtera, Jakarta, 26 Mei 2015
52
dari CSR Astra Otopart. Untuk membekali kemampuan anggota kelompok Budi Ilma Sejahtera, maka Astra Otoparts juga mengadakan pelatihan pembibitan lele, pembuatan pakan lele, dan pembuatan tempat pembibitan lele di Karawang. Diharapkan dengan digulirkannya program sentra IGA ini dapat memberdayakan masyarakat sekitar Rorotan agar dapat menjadi masyarakat yang produktif dan memiliki sumber pendapatan yang mandiri dari hasil karya mereka.3 Tabel 4 Fasilitas Kelompok Budidaya Ikan Budi Ilma Sejahtera NO
3
PERALATAN
JUMLAH PERALATAN
1
Pompa air
1 Buah
2
Kamera digital
1 Buah
3
Waring
100 m /anggota
4
Bambu
30 Batang/anggota
5
Serokan
1 /anggota
6
Bak pelastik
10 Buah
7
Kerang jangikan
10Buah
8
Drum pelastik
10 Buah
9
Timbangan
1 Buah
10
Terpal
2,5 m x 5 m /anggota
Astra Otopart, “Program IGA dari CSR Grup Astra Otopart Regional Jakarta,” artikel diakses pada 9 September 2015dari http://www.component.astra.co.id/detailnews.asp?id=1001575
53
11
Mesin pencacah Pakan
1 Buah
12
Ruang diskusi
1 Lokal
13
Gudang Peralatan
1 Lokal
14
Jaring
3 Buah
Sumber: Profil Kelompok Budi Ilma Sejahtera
Hampir semua fasilitas yang dimiliki Kelompok Budidaya Ikan (Pokdakan) Budi Ilma Sejahtera diberikan oleh Sudin Perikanan. Sedangkan 1 buah mesin pencacah pakan diberikan CSR Astra Otopart untuk meringankan pengeluaran Pokdakan dalam pembelian pakan lele. C.
Visi dan Misi Kelompok Budidaya Ikan Budi Ilma Sejahtera Visi dan Misi dari Kelompok Budidaya Ikan (pokdakan) Budi Ilma Sejahtera adalah meningkatkan perekonomian anggota Kelompok Budidaya Ikan (Pokdakan) serta dapat mensejahterakan dan memandirikan masyakarat pada umumnya.
54
D.
Struktur Organisasi Kelompok Budidaya Ikan Budi Ilma Sejahtera Susunan pengurus Kelompok Budidaya Ikan (Pokdakan) Budi Ilma Sejahtera
Gambar 3 Struktur Organisasi Kelompok Budi Ilma Sejahtera KETUA Achmad Ganin
BENDAHARA
SEKRETARIS
H. A. Kurtubi
Amroini
ANGGOTA
Muhajir
Burhanudin
Sobari
Hayul Qoyum
Hasan Basri
Ganin Bin Amit
Rustono
Sumber: Profil Kelompok Budi Ilma Sejahtera
55
E.
Anggota Kelompok Budidaya Ikan Budi Ilma Sejahtera Berikut dapat dilihat pada tabel no.5, nama dan alamat dari anggota Kelompok Budidaya Ikan (Pokdakan) Budi Ilma Sejahtera. Tabel 5 Nama dan Alamat Anggota Pokdakan Budi Ilma Sejahtera NAMA
NO
PEKERJAAN
ALAMAT
ANGGOTA 1
Achmad Ganin
Karyawan
Kp. Malaka 2, RT 02 RW 05
2
H.A. Kurtubi
Wirausaha
Kp. Malaka 2, RT 01 RW 05
3
Amroini
Guru Mengaji
Kp. Malaka 2, RT 01 RW 05
4
Muhajir
Serabutan
Kp. Malaka 2, RT 05 RW 05
5
Burhanudin
Buruh Bangunan
Kp. Malaka 2, RT 06 RW 05
6
Hasan Basri
Serabutan
Kp. Malaka 2, RT 01 RW 05
7
Rustono
Karyawan
Kp. Malaka 2, RT 12 RW 05
8
Hayul Qoyum
Karyawan
Kp. Malaka 2, RT 06 RW 05
9
Sobari
Serabutan
Kp. Malaka 2, RT 06 RW 05
10
Ganin Bin Amit
Tidak Bekerja
Kp. Malaka 2, RT 02 RW 05
Sumber: Profil Kelompok Budi Ilma Sejahtera
BAB IV ANALISIS A. Pelaksanaan Pembudidaya Ikan Lele Kelompok Budidaya Ikan (Pokdakan) Budi Ilma Sejahtera. Pelaksanaan budidaya yang dilakukan Kelompok Budidaya Ikan (pokdakan) Budi Ilma Sejahtera, terdapat beberapa tahapan yang kelompok ini lalui sebelum akhirnya kegiatan yang mereka rencanakan bisa berjalan dengan baik. Dari awal proses pelaksanaan budidaya, warga di RW 05 Kelurahan Rorotan sangat dilibatkan. Mulai dari tahapan persiapan, tahapan assesment (identifikasi masalah), tahapan perencanaan alternatif program atau kegiatan, tahapan pelaksanaan (implementasi) program atau kegiatan, dan tahapan evaluasi. Dalam hal ini penulis akan menjelaskan tahapan-tahapan yang dilalui dalam pelaksanaan budidaya ikan lele yang dilakukan Kelompok Budidaya Ikan (pokdakan) Budi Ilma Sejahtera, antara lain: 1. Tahapan Persiapan Tahapan ini adalah awal proses dari pelaksanaan budidaya ikan lele di Wilayah Rorotan RW 05. Dalam tahapan ini ada dua hal yang harus dipersiapkan, pertama adalah mempersiapkan petugas sebagai tim agen perubahan (change agent) dan kedua adalah penyiapan lapangan. Adapun tahap persiapan yang dilakukan Kelompok Budi Ilma Sejahtera pada kegiatan budidaya ikan lele yaitu:
56
57
Kegiatan pertama yang dilakukan adalah pertemuan awal membahas persiapan pelaksanaan kegiatan, yang menjadi partisipan dalam pertemuan ini adalah ketua RW 05, pihak kelurahan dan warga sekitar. Metode yang dilakukan dalam pertemuan ini adalah dengan berdiskusi antara partisipan yang hadir, yaitu antara ketua RW 05, pihak Kelurahan dan warga sekitar. Pertemuan ini dilakukan sekitar tahun 2009, pertemuan berlangsung di wilayah RT 02 RW 05 Kelurahan Rorotan. Tujuan pertemuan ini adalah pembahasan awal mengenai kegiatan yang akan dilaksanakan sebagai upaya untuk mengurangi angka pengangguran dan meningkatkan taraf hidup warga di wilayah RW 05. Petugas yang menjadi tim agen perubahan adalah warga sekitar RW 05 itu sendiri, dimana yang menjadi tim agen perubahan adalah mereka yang sudah sadar akan permasalahan yang ada di wilayahnya dan mempunyai keinginan untuk melakukan perubahan terhadap warga serta lingkungannya. Selain pembahasan mengenai kegiatan apa yang akan dilakukan, hal lain yang dibahas dalam pertemuan ini adalah penyiapan lapangan, yaitu mempersiapkan daerah sasaran baik dilakukan secara informal maupun formal.1 Daerah yang akan dijadikan lokasi budidaya adalah di wilayah RT 02 RW 05 Kelurahan Rorotan, wilayah ini dijadikan target lokasi budidaya karena di RT 02 masih terdapat lahan kosong atau lahan tidur yang sudah lama tidak dimanfaatkan. Dalam hal ini warga sekitar beserta petugas atau tim agen
1
Isbandi Rukminto Adi, Intervensi Komunitas & Pengembangan Masyarakat ( Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013), cet ke 2, h. 188
58
perubahan, mencoba memanfaatkan lahan yang ada untuk dijadikan lokasi budidaya ikan lele. Jadi, dalam pertemuan ini output atau hasil dari diskusi adalah persiapan petugas sebagai tim agen perubahan, yaitu yang menjadi tim agen peubahan adalah dari warga RW 05 itu sendiri, dimana yang menjadi change agent adalah mereka yang sudah sadar akan permasalahan yang ada di wilayahnya dan mempunyai keinginan untuk melakukan perubahan terhadap warga sekitar serta lingkungannya. Selanjutnya adalah pembahasan penyiapan lapangan. Output atau hasil yang didapat dari diskusi, yaitu lokasi yang dijadikan target atau sasaran pemberdayaan adalah di wilayah RT 02 RW 05 Kelurahan Rorotan. Adapun wawancara dengan Rustono anggota Kelompok Budidaya Ikan (Pokdakan) Budi Ilma Sejahtera: “Ada lahan kosong di wilayah ini yang sudah lama dibiarkan, lahan itu dahulunya bekas pemancingan. Sudah lama tidak dipakai jadi kita ambil alih lahan itu jadi tempat budidaya”2 Dan jawaban ini dipertegas oleh ketua Kelompok Budidaya Ikan (Pokdakan) Budi Ilma Sejahtera: “Jadi, terdapat lahan tidur sudah puluhan tahun, kita ambil alih untuk kegiatan di wilayah RW 05. Tujuannya adalah untuk mendongkrak kehidupan masyarakat ekonomi menengah.”3
2
2015
Wawancara pribadi dengan Rustono anggota Kelompok Budi Ilma Sejahtera, 07 Desember
59
Jadi dalam tahapan persiapan ini setelah melakukan pertemuan dan diskusi antara partisipan yang hadir, maka output yang dihasilkan dari pertemuan ini adalah persiapan petugas sebagai agen tim perubahan, yaitu yang menjadi tim agen perubahan adalah warga dari RW 05 itu sendiri. Dimana yang menjadi change agent adalah mereka yang sudah sadar akan permasalahan yang ada di wilayahnya dan mempunyai keinginan untuk melakukan perubahan terhadap warga sekitar serta lingkungannya, dan yang menjadi change agent adalah H.A Kurtubi, Amroini, Achmad Ganin dan Muhajir, dimana mereka adalah pendiri dari Kelompok Budi Ilma Sejahtera. 2. Tahap Assesment (Identifikasi Masalah) Proses assessment yang dilakukan adalah mengidentifikasi masalah yang ada (kebutuhan yang dirasakan) serta sumber daya yang dimiliki. Dalam
tahapan
assessment,
kegiatan
yang
dilakukan
adalah
mengidentifikasi maslah yang ada di wilayah RW 05. Dalam proses ini untuk memperoleh informasi mengenai masalah atau kebutuhan yang mereka rasakan adalah dengan menggunakan metode diskusi. Partisipan dalam diskusi ini adalah RW 05, pihak Kelurahan dan warga sekitar yang menjadi undangan dalam diskusi sebelumnya. Setelah diskusi mengenai kebutuhan yang dirasakan, maka output yang didapat dari hasil pertemuan antara ketua RW 05, warga sekitar dan pihak 3
2015
Wawancara pribadi dengan Achmad Ganin Ketua Kelompok Budi Ilma Sejahtera, 26 Mei
60
Kelurahan adalah dalam hal ini masalah yang dihadapi warga di RW 05 kelurahan Rorotan adalah pengangguran, ada sekitar 3.985 Orang yang terdata dalam laporan bulan September 2015 di wilayah Kelurahan Rorotan yang warganya menjadi pengangguran. Selain masalah pengangguran, masalah lain yang dihadapi wilayah ini adalah warganya yang berpenghasilan rendah. Tidak adanya keahlian atau status pendidikan yang rendah menjadi pemicu warga di Kelurahan Rorotan menjadi pengangguran dan berpenghasilan rendah. Kebutuhan yang dirasa penting untuk bisa mengurangi angka pengangguran di wilayah Kelurahan Rorotan dan bisa membantu menambah penghasilan warga di wilayah tersebut adalah dengan mengadakan program atau kegiatan yang bisa menambah pengetahuan dan keahlian dari warga itu sendiri. 3. Tahap Perencanaan Alternatif Program/ Kegiatan Setelah proses identifikasi masalah dilakukan, tahap selanjutnya adalah tahap
perencanaan
alternatif
program/kegiatan.
Pada
hasil
pembahasan
sebelumnya dimana antara partisipan, yaitu ketua RW 05, warga sekitar dan pihak kelurahan sudah dapat mengidentifikasikan masalah dan melihat sumber daya yang dimiliki warga sekitar. Selanjutnya, merumuskan program/kegiatan yang akan mereka lakukan sebagai upaya dalam mengurangi angka pengangguran dan membantu warga dalam menambah penghasilannya. Dalam tahapan perencanaan alternatif program atau kegiatan, proses yang dilakukan sama dengan tahapan-tahapan sebelumnya, dimana partisipan yang
61
hadir adalah mereka yang sebelumnya sudah hadir dalam proses identifikasi masalah. Metode yang dilakukan dalam tahapan ini juga masih menggunakan metode diskusi. Dalam tahapan ini, output yang didapat adalah warga RW 05 yang menjadi partisipan dalam diskusi mengenai perencanaan alternatif program, sudah dapat merumuskan program/kegiatan yang akan mereka lakukan. Terbukti dari hasil pertemuan gagasan yang muncul adalah dari warga sendiri, itu artinya mereka sadar akan permasalahan yang lingkungan mereka hadapi dan sudah dapat merumuskan program/kegiatan yang akan mereka lakukan. Kegiatan yang akan mereka lakukan adalah budidaya ikan lele. Kegiatan ini dipilih karena budidaya ikan lele dianggap lebih mudah cara pengelolaannya dan pemasarannya. Seperti yang disampaikan langsung dari salah satu anggota Kelompok Budi Ilma Sejahtera: “lele dipilih karena lebih mudah, dalam pengelolaannya, dan pemasarannya. Karena kita anggap lele itu untuk dikonsumsi semua orang, jadi lebih mudah pemasaran, perawatannya pun lebih mudah dibanding kita ternak yang lain.”4 4. Tahap Pelaksanaan (Implementasi) Program/ Kegiatan Dalam Kelompok Budidaya Ikan (pokdakan) Budi Ilma Sejahtera ada dua macam kegiatan yang dilakukan, yaitu pembibitan dan pembesaran. Sebelum 4
2015
Wawancara pribadi dengan Hayul Qoyum anggota Budi Ilma Sejahtera, Jakarta, 9 Januari
62
melakukan proses pembesaran terlebih dahulu Kelompok Budi Ilma Sejahtera melakukan proses pembibitan, dan langkah selanjutnya adalah pembesaran ikan lele. Dalam tahapan ini, partisipan yang ikut dalam proses pembibitan dan pembesaran adalah semua anggota dari Kelompok Budi Ilma Sejahtera. Adapun tahapan pembibitan ikan lele yang dilakukan Kelompok Budi Ilma Sejahtera, sebagai berikut: a. Pembibitan Ikan Lele Tahapan awal yang dilakukan sebelum mulai proses pembesaran ikan lele adalah proses pembibitan, untuk mendapatkan bibit langkah pertama yang dilakukan adalah menyatukan antara indukan lele betina dengan indukan lele jantan yang berkualitas untuk dikawinkan lalu disatukan di dalam kolam atau bak dan untuk usia indukan adalah di atas satu tahun dan indukan harus sehat dari segala macam penyakit, selanjutnya untuk proses perkawinan waktunya kurang lebih satu hari satu malam. Setelah dilihat induk sudah bertelur kemudian segera kolam atau bak yang digunakan untuk tempat perkawinan ikan kolam atau bak diberi ijuk, tujuannya agar telur berkumpul di ijuk tersebut dan lebih mudah untuk melihat dan mengontrolnya. Setelah telur terkumpul semua di ijuk kemudian pisahkan antara indukan dan telurnya. Untuk proses pembibitan tidak berhenti disitu, setelah dipisahkan antara indukan dengan telur, telur harus tetap dikontrol. Selanjutnya, telur dikontrol
63
apakah ada telur yang berwarna putih dan yang berwarna hitam, pisahkan antara dua telur tersebut. Untuk telur yang berwarna putih adalah telur yang gagal dan untuk telur yang berwarna hitam kembali dipelihara di kolam atau bak kembali dan air diganti dengan yang baru. Proses selanjutnya adalah tunggu selama 1 x 24 jam dan telur akan menetas dengan sendirinya. Setelah telur menetas dibiarkan terlebih dahulu di dalam kolam atau bak, selama masa pembesaran bibit pakan yang diberikan adalah cacing sutra, kemudian setelah umur satu bulan diadakan penyortiran dan dipilih bibit yang berukuran 3 cm sampai 4 cm. Setelah proses pembibitan selesai dan telah mendapatkan bibit yang berkualitas, langkah selanjutnya yang dilakukan Kelompok Budidaya Ikan (pokdakan) Budi Ilma Sejahtera adalah proses pembesaran. Dimana proses pembesaran ini memerlukan waktu kurang lebih tiga bulan. b. Pembesaran Ikan Lele Untuk pembesaran ada beberapa tahapan yang harus dilakukan sampai akhirnya memanen ikan lele, hasil dari pembesaran selama kurang lebih tiga bulan masa pembesaran. Ada beberapa proses yang dilakukan dalam pembesaran ikan lele di Kelompok Budidaya Ikan (Pokdakan) Budi Ilma Sejahtera, langkah pertama yang harus diperhatikan dalam budidaya ikan lele adalah penyiapan kolam tempat ikan lele.
64
Dalam budidaya ikan lele ada berbagai macam tipe kolam yang digunakan untuk tempat budidaya ikan lele. Salah satu macam tipe kolam yang biasa digunakan salah satunya adalah kolam terpal, kolam semen dan kolam tanah, setiap tipe kolam memiliki keunggulan masing-masing. Untuk memutuskan tipe kolam mana yang baik untuk digunakan sebagai tempat budidaya ikan lele tergantung dari kondisi lingkungan di wilayah masing-masing kelompok budidaya ikan. Untuk Kelompok Budidaya Ikan (Pokdakan) Budi Ilma Sejahtera menggunakan tipe kolam tanah atau empang dalam proses pembesaran ikan lele. Kolam tanah dipilih karena melihat dari kondisi lingkungan yang ada di lokasi budidaya. Proses yang harus dilakukan dalam menyiapkan kolam tanah adalah sebagai berikut : 1) Penyiapan Kolam Tanah Langkah pertama sebelum melakukan proses pembesaran dan penebaran bibit ikan lele, kolam tanah atau empang harus dikeringkan terlebih dahulu. Caranya adalah dengan menyedot air sampai habis mengunakan mesin pompa air, lama pengeringan berkisar tiga sampai empat hari atau yang lebih bagus lagi tiga sampai tujuh hari. Ketika tanah sudah mulai retak-retak itu sudah bisa dianggap cukup kering. Pengeringan kolam tanah bertujuan untuk membasmi hama yang ada di dalam tanah. Selain itu juga untuk menyuburkan plangton-plangton yang
65
ada di tanah, yang nantinya bisa sebagai bahan pakan alami ikan lele, seperti ulat dan cacing kecil. Setelah pengeringan adalah proses pembajakan, proses ini cukup mudah caranya adalah dengan mencangkul tanah yang sudah dikeringkan dan angkat juga lapisan lumpur yang ada di dasar kolam. Langkah kedua, pemberian obat, pengapuran dan pemupukan adalah langkah selanjutnya dalam penyiapan kolam tanah tempat budidaya ikan lele. Obat yang diberikan adalah booster semacam bubuk, caranya adalah obat tersebut ditebar secara merata di permukaan dasar kolam. Sama halnya dengan pemberian obat booster, cara pengapuran juga dengan ditebar secara merata di permukaan tanah. Garam juga biasa diberikan saat proses pengapuran dan pemupukan. Selanjutnya adalah pemupukan, pupuk yang biasa digunakan Kelompok Budidaya Ikan (Pokdakan) Budi Ilma Sejahtera adalah pupuk kandang. Banyaknya pupuk kandang yang digunakan adalah sekitar 5 kilo sampai 10 kilo, ini tergantung dari luasnya kolam yang digunakan sebagai tempat budidaya ikan. Rata-rata luas kolam yang digunakan Kelompok Budidaya Ikan (Pokdakan) Budi Ilma Sejahtera adalah 4 x 8 meter. Semua proses ini, dari pemberian obat, pemberian garam, pengapuran dan pemupukan tujuannya adalah untuk membasmi hama dan kuman yang ada di bawah tanah dan untuk menyuburkan plangton-plangton serta
66
menyediakan nutrisi bagi biota air seperti cacing kecil dan ulat. Biota air dan palngton tersebut akan berguna sebagai pakan alami ikan lele. Langkah ketiga, Setelah kurang lebih satu minggu proses pengeringan kolam tanah, selanjutnya adalah pemberian air baru untuk kolam tanah. Ketinggian air yang ideal untuk budidaya ikan lele adalah sekitar 80 cm sampai 120 cm, jika batas air kurang dari ketinggian air yang ideal seperti kedalaman 30 sampai 40 cm itu bisa mengakibatkan lele yang dibudidaya akan strees karena dengan kedalaman seperti itu sinar matahari masih bisa tembus hingga dasar kolam. Tunggu beberapa hari sampai air dalam kolam berubah menjadi bening dan keadaan kolam menjadi steril. Akan tetapi bibit ikan lele jangan langsung ditebar, tunggu samapi suhu air berubah lebih sejuk. Biasanya Kelompok Budidaya Ikan (Pokdakan) Budi Ilma Sejahtera mulai menebar bibit ikan lele pada saat sore hari, sekitar pukul 18:00 sampai 19:00 WIB. Proses ini juga bertujuan agar bibit ikan lele yang ditebar tidak menjadi strees karena terlalu terkena panas matahari. Langkah keempat, ketika hari sudah mulai sore dan keadaan kolam sudah steril serta suhu air sudah mulai sejuk, barulah bibit ikan lele ditebar ke kolam tanah. Bibit yang di dapat dari hasil pembibitan ikan lele sendiri yang dilakukan anggota Kelompok Budidaya Ikan (Pokdakan) Budi Ilma Sejahtera.
67
Jenis bibit ikan lele yang digunakan adalah lele sangkuriang. Lele sangkuriang sebenarnya merupakan salah satu jenis lele dumbo yang diperkenalkan oleh Taiwan pada tahun 1985. Lele dumbo ini memiliki kemampuan tumbuh lebih cepat dibanding lele lokal. Hal itulah yang kemudian menyebabkan lele ini mampu menyita perhatian masyarakat Indonesia. Meski pada awalnya sebagian masyarakat menganggap lele dumbo tidak seenak lele lokal, namun pada akhirnya masyarakat pun mau menerima kehadirannya.5 Untuk ukuran bibit ikan lele yang akan dibudidaya adalah dari ukuran 3 sampai 4 cm atau ukuran 4 cm samapi 6 cm. Jika menginginkan hasil panen dengan ukuran ikan lele yang baik, maka bibit yang akan ditebar sebaiknya ukurannya diseragamkan. Jika menggabungkan antara kedua ukuran bibit lele tersebut maka hasil panen tidak akan maksimal, pada saat panen ukuran ikan lele akan berbeda-beda. Ukuran bibit ikan lele yang biasa di tebar kelompok budidaya ikan (pokdakan) budi ilma sejahtera adalah ukuran 4 cm sampai 6 cm. Tujuannya untuk mendapatkan ikan lele dengan ukuran yang ideal yaitu 9 cm samapi 15 cm atau ukuran lele konsumsi pada saat panen nantinya. Bibit ikan lele yang ditebar kelompok ini sebanyak 5.000 ekor sampai 6.000 ekor dengan luas kolam rata-rata 4 x 8 meter. akan tetapi dari bibit
5
Warisno dan Kres Dahana, Meraup Untung Dari Berternak Lele Sangkuriang, (Yogyakarta: Lily Publisher, 2009) h.1.
68
sebanyak 5.000 ekor yang ditebar, tidak semua bibit dapat hidup sampai saat tiga bulan masa panen. Bibit lele yang bisa hidup sampai jangka waktu masa panen hanya sekitar 3.000 ekor atau 4.000 ekor lele yang hidup. Ini disebabkan banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam merawat ikan lele, salah satunya adalah masalah penyakit dan maha dan hal ini akan dijelakan dalam proses pengendalian hama dan penyakit. 2) Pemberian Pakan Hal yang paling menentukan keberhasilan suatu budidaya salah satunya adalah dari pakan yang diberikan, pakan juga merupakan komponen biaya terbesar dari budidaya ikan lele. Ada banyak jenis pakan ikan, semakin bertambah ukuran ikan semakin beda pula pakan yang diberikan. Hal ini lah yang sering menjadi kendala para anggota dalam budidaya ikan lele, terbukti dari hasil wawancara dengan Bapak Hasan salah satu anggota Pokdakan: “kendalanya banyak, seperti lahan dan pelet lele juga jadi kendala. Itu di karenakan harga pelet lebih mahal dari penjualan lelenya”6 Kelompok Budidaya Ikan (Pokdakan) Budi Ilma Sejahtera menerapkan pemberian pakan utama dan pakan tambahan. Ini adalah salah satu cara mereka dalam meminalisir pengeluaran untuk pemberian pakan ikan lele, berikut adalah cara mereka dalam pemberian pakan kepada ikan lele:
6
Wawancara Pribadi dengan Hasan Basri Anggota Budi Ilma Sejahtera, 5 Desember 2015
69
Pemberian pakan utama, Pakan utama yang Kelompok Budidaya Ikan (Pokdakan) Budi Ilma Sejahtera berikan adalah pelet. Ada berbagai macam jenis pelet, jenis pelet yang diberikan tergantung ukuran dari ikan lele itu sendiri. Pelet baru diberikan pada 1 samapi 2 hari setelah ikan lele berada di kolam tanah atau empang, pelet yang diberikan adalah pelet yang paling halus yaitu pelet 781 -1 atau pf 1000. Setelah ukuran lele bertambah, pelet yang diberikan juga berganti yaitu pelet 781 -2 untuk ukuran lele 15 cm samapi umur satu sampai dua bulan. Pakan harus diberikan sesuai kebutuhan, pakan yang diberikan juga harus sesuai dengan ukuran ikan dan merata. Pemberian pakan yang diberikan Kelompok Budidaya Ikan (Pokdakan) Budi Ilma Sejahtera biasanya pada dua hari sekali yaitu pagi dan sore hari pada pukul 06.00 WIB dan pukul 18.00 WIB dan sebagai contoh untuk ukurannya sekitar satu gelas air mineral penuh. “Kita beri peletnya seukuran lele saja, yang terpenting itu rata kesemua lele. Mungkin seukuran satu gelas air minum, untuk 5000 ekor. Dalam dua kali sehari diberikannya. pada waktu pagi hari dan sore hari”7 Pemberian pakan tambahan, Pakan tambahan mulai diberikan ketika usia ikan sudah mencapai satu sampai dua bulan. Pakan utama juga tidak langsung
dihilangkan,
secara
bertahap
pakan
utama
dikurangi
pemberiannya dan diganti dengan pakan tambahan tersebut.
7
2015
Wawancara pribadi dengan Hayul Qoyum anggota Budi Ilma Sejahtera, Jakarta, 9 Januari
70
Pakan tambahan yang diberikan diantaranya, limbah makanan yang sudah didaur ulang seperti limbah kepala ikan. Sebelum diberikan limbah kepala ikan terlebih dahulu digiling dan setelah itu dicampur dengan dedek. Selain itu, ikan juga diberikan limbah bagian dalam tubuh ayam yang tidak bisa dikonsumsi oleh manusia dan pakan tambahan yang terakhir adalah keong atau siput sawah. Untuk mengolah limbah menjadi pakan tambahan untuk lele caranya dengan mencacah atau menggiling limbah tersebut terlebih dahulu, tujuannya agar pakan tersebut sedikit halus. Sedangkan untuk pengolahan keong atau siput sawah caranya dengan merebus terlebih dahulu keong yang sudah dipisahkan dari cangkangnya, tunggu sampai beberapa jam setelah itu barulah dicacah atau digiling dan selanjutnya diberikan pada ikan lele sebagai pakan tambahan.
71
Berikut dapat dilihat pada tabel no. 6 yang menjelaskan harga pakan yang dikeluarkan dari Bapak Hayul, salah satu anggota Pokdakan. Tabel 6 Harga Pakan
Masa Tanam
Ukuran Lele
Pakan
Ukuran Pakan
Jadwal Pemberian Pakan
Harga Pakan
3 - 4 kg
Pagi & sore
Rp. 52.000
3 hari - 2 minggu 2 - 4 minggu
4 - 8 cm
Pelet pf 1000
8 - 12 cm
Pelet 781-1
10 kg
Pagi & sore
Rp. 110.000
Bulan 1
15 - 20 cm Pelet 781-2
30 kg
Pagi & sore
Rp. 300.000
Bulan 2 (Pemberian Pakan Tambahan)
> 20 cm
Pelet dan limbah (kepala ikan, keong, usus ayam)
10 kg
1 kali pelet (pagi) dan 1 kali limbah (sore)
Bulan 3 (Persiapan Masa Penyortiran)
Ukuran 1 kilo (1015 ekor)
pelet 781
20 kg
1 kali (1 kg)
s
Rp. 220.000
Rp. 682.000
Sumber: Wawancara pribadi Bapak Hayul Qoyum
3) Pengelolaan Air Tanah Selain pemberian pakan, hal penting lainnya dalam budidaya adalah pengelolaan air. Air harus tetap dijaga kualitas dan kedalamannya, jangan sampai air berbau busuk dan kedalaman airnya berkurang. Apabila sudah muncul bau busuk, buang sepertiga air bagian bawah. Kemudian isi lagi dengan air baru. Frekuensi pembuangan air sangat
72
tergantung pada kebiasaan pemberian pakan. Apabila pakan banyak menimbulkan sisa, pergantian air akan sering dilakukan.8 Kedalaman air bisa dikatakan stabil antara 60 cm sampai 80 cm. Jika di bawah 50 cm panas matahari akan tembus ke permukaan air dan tidak ada tempat untuk ikan berteduh. Hal ini akan menyebabkan suhu air mencapai 30° hingga 40° dan ikan akan mudah stres dan bahkan ikan bisa mati karena terlalu panas. Lele dapat hidup di dalam air bersuhu antara 20-35°C, dengan suhu optimal untuk pertumbuhan antara 25-29°C. Tingkat keasaman air (pH) dimana lele dapat hidup adalah antara 6 - 9. pH air paling optimal untuk pertumbuhannya adalah 6,5-7,2.9 4) Pengendalian Hama Dan Penyakit Hama menjadi salah satu kendala yang dihadapi semua anggota Budi Ilma Sejahtera. Hama yang sering dijumpai adalah dari jenis predator seperti ular, musang, kodok, mujair dan burung. Tetapi hama yang paling dianggap bahaya oleh anggota adalah dari lele itu sendiri, karena jika ada lele yang ukurannya lebih besar dari lele yang lain itu bisa menjadi hama, karena lele yang ukurannya lebih kecil bisa dimangsa oleh lele yang
8
Alamtani Buletin Agribisnis, “Panduan Lengkap Budidaya Ikan Lele,”artikel diakses pada 30 September 2015 dari http://alamtani.com/budidaya-ikan-lele.html 9 Warisno dan Kres Dahana, Meraup Untung Dari Berternak Lele Sangkuriang, (Yogyakarta: Lili Publisher, 2009), h. 8
73
ukurannya lebih besar. Dan jika ada lele yang ukurannya lebih besar untuk pencegahan sebaiknya dipisahkan dari lele yang lainnya. Adapun wawancara peneliti dengan salah satu anggota mengenai hama yang ada dalam budidaya ikan lele. “Justru hama yang lebih bahaya dari hama-hama tersebut ialah lele itu sendiri, jika ada yang lebih besar dari ukuran lele yang kita tanam dan dari proses pembesaran lele itu subur sendiri, lele itu kita tangkap dan kita pisahkan ke tempat yang lain jangan ada di satu wadah karena lele bisa saja akan makan kawanannya sendiri karena lele itu besar sendiri dan butuh asupan makanan lebih banyak dan kawan-kawanya yang lain makannya standar.”10 Untuk mencegah hama yang lain yaitu dengan memasang waring dan pagar bambu di sekitar pinggiran kolam tanah, selain itu juga kontrol kolam secara teratur biasanya pengontrolan dilakukan anggota pada malam hari. Penyakit yang paling sering dialami anggota dalam budidaya ikan lele adalah luka, sariawan, cacar dan penyakit kuning. Luka dan sariawan yang dialami lele disebabkan karena hujan. Dari hasil wawancara peneliti dengan anggota Budi Ilma Sejahtera, diketahui bahwa hujan menjadi penyebab lele menjadi sariawan dan luka. Adapun wawancara dengan anggota Budi Ilma Sejahtera yaitu: “sariawan itu semacam mulutnya sudah luka, karena luka ikan sudah tidak mau makan. Ikan menjadi seperti itu karena setelah hujan,
10
Wawancara Pribadi dengan Hayul Qoyum Anggota Budi Ilma Sejahtera, 9 Januari 2015
74
karena setelah hujan jika kolam tidak ditabur garam bisa terkena penyakit itu”11 Menurut salah satu anggota, penyakit kuning menjadi penyakit yang paling sulit untuk ditangani. Penyakit kuning bisa diakibatkan dari kolam dan air yang kurang steril. Ciri-ciri penyakit kuning biasanya lele mengambang di atas permukaan air dan penyakit kuning ini bisa menular ke lele yang lain dan lele yang terkena penyakit harus segera dipisahkan dari lele yang lainnya. Untuk mencegah penyakit yang timbul cara pencegahannya adalah dengan mejaga kualitas air, kebersihan kolam, dan suhu pada kolam serta pemberian vitamin untuk ikan lele. Hal ini harus sering dilakukan agar lele bisa berkembang dengan baik, terlebih jika air kolam sudah berbau busuk dan air berwarna kehitaman, kolam harus segera dibersihkan dengan cara buang setengah air yang ada didalam kolam lalu ganti dengan air yang baru. 5) Panen Ikan Lele Panen dilakukan saat ikan lele mencapai ukuran konsumsi dengan ukuran lele biasanya mencapai 6-9 ekor per kg, lele dianggap memiliki rasa yang enak pada ukuran ini. Dalam rentang waktu tiga bulan kelompok budidaya ikan (pokdakan) budi ilma sejahtera bisa melakukan dua kali panen. Panen yang pertama adalah tahap penyortiran, tahapan ini dilakukan pada waktu
11
Wawancara Pribadi dengan Sobari Anggota Budi Ilma Sejahtera, 10 Januari 2015
75
kurang dua bulan setelah bibit ikan lele ditebar. Tujuannya adalah untuk melihat ukuran lele, jika lele sudah mencapai ukuran konsumsi bisa dipanen sedangkan untuk lele yang belum mencapai ukuran konsumsi harus dibesarkan lagi. Selain untuk melihat ukuran lele, penyortiran pertama dilakukan agar tidak ada kanibalisme dalam proses pembesaran ikan lele. Selanjutnya adalah panen yang kedua, pada tahapan ini, ikan lele yang tersisa pada proses penyortiran telah siap untuk dipanen dengan ukurannya sudah mencapai 6-9 ekor per kg. Berikut dapat dilihat pada tabel no. 7 yang menunjukan jenis dan ukuran lele yang ada di Kelompok Budidaya Ikan (pokdakan) Budi Ilma Sejahtera. Tabel 7 Jenis dan Ukuran Lele
Jenis
Ukuran
Satuan
Lele Sangkalan
10 – 15 ekor
Per kilo
Lele Konsumsi
6 – 9 ekor
Per kilo
Lele BS
1 – 5 ekor
Per kilo
Sumber: Wawancara anggota Budi Ilma Sejahtera
76
Lele sangkalan adalah lele yang ukurannya 10-15 ekor per kilo. lele ukuran ini masih tergolong lele yang kecil. Maka dari itu lele ukuran ini harus dibesarkan kembali selama jangka waktu kurang lebih satu bulan agar saat panen kembali beratnya bisa mencapai ukuran 6-9 ekor per kilo. Lele konsumsi adalah lele yang ukurannya 6-9 ekor per kilo, dimana ukuran ini adalah ukuran yang ideal daru ukuran lele. Lele ukuran ini banyak dicari oleh rumah makan, restoran dan pasar. Selanjutnya adalah lele bs, lele ini ukurannya mencapai 1-5 ekor per kilo. Lele ukuran ini jarang digunakan untuk tambahan lauk makan karena ukurannya yang terlalu besar. Biasanya lele dengan ukuran ini dipelihara untuk dijadikan indukan lele atau lele ukuran ini digunakan untuk bahan dasar pembuatan abon lele. Satu hari sebelum panen, jangan memberikan pakan pada ikan lele agar tidak banyak kotoran saat diangkat. Metode yang dipakai saat panen adalah dengan menguras kolam, yang mana kolam tanah tempat pemeliharaan dikuras airnya sampai habis menggunakan mesim pompa air. Ikan lele kemudian diambil dengan cara manual menggunakan serokan ikan, dengan cara ini ikan lele akan dapat diangkat semuanya. Akan tetapi, memanen dengan metode ini butuh kewaspadaan dalam proses pengangkatan ikan lele, karena ikan lele memiliki patil yang sangat tajam dan bisa melukai jika terkena patilnya.
77
Setelah ikan lele terangkat semua, selanjutnya lakukan penyortiran untuk memisahkan ikan lele berdasarkan ukurannya menggunakan keranjang penyortir ikan. Ikan yang sudah disortir ditempatkan di drum pelastik berdasarkan ukuran ikan, sebelum diletakan di drum terlebih dahulu ikan ditimbang. Setelah semua proses selesai barulah ikan lele bisa dibawa oleh tengkulak. Berikut dapat dilihat pada tabel no. 8 adalah hasil panen I dan II yang didapat salah satu anggota Pokdakan Budi Ilma Sejahtera Tabel 8 Hasil Panen I dan II Panen
Hasil
Harga Pasaran
Jumlah
Panen I
1 kwintal (100 kg) Rp. 18.000
Rp. 1.800.000
Panen II
3 kwintal (300 kg) Rp. 18.000
Rp. 5.400.000 Rp. 7.200.000
Sumber: wawancara pribadi Bapak Hayul Qoyum
5.
Tahap Evaluasi Pengertian evaluasi adalah mengkritisi suatu program dengan melihat kekurang, kelebihan, pada kontek, input, proses, dan produk pada sebuah program.12
12
Nurul Hidayati, Metodologi Penelitian Dakwah dengan Pendekatan Kualitatif, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), H. 121
78
Dalam tahapan evaluasi ini ada beberapa persiapan-persiapan yang harus dilakukan sebelum akhirnya evaluasi itu dilaksanakan. Pertama adalah menentukan tujuan mengevaluasi, tujuan evaluasi disini adalah ingin memperbaiki program, maka evaluasi yang digunakan ialah evaluasi proses. Metode yang dilakukan dalam tahapan ini adalah dengan metode diskusi. Dimana para partisipan dalam diskusi ini adalah ketua RW 05, pihak kelurahan, anggota kelompok Budi Ilma Sejahtera, dan dalam diskusi mengenai evaluasi kegiatan budidaya ini diikut sertakan juga Suku Dinas Peternakan, perikanan dan kelautan Jakarta Utara serta CSR Astra Otopart. Hasil atau output dari proses evaluasi ini memperlihatkan kendala dalam proses kegiatan dalam berbudidaya, dimana kendala yang dihadapi anggota kelompok adalah cuaca dan pakan. Pada akhir tahun 2013, anggota banyak mengalami kerugian karena terjadi banjir dan bibit yang baru mereka tebar hilang begitu saja. Selain itu, pakan dan hama juga menjadi kendala dalam proses kegiatan budidaya ini. Maka dilakukan perubahan atau perbaikan dalam proses budidaya, dimana ketika sudah masuk musim penghujan, anggota sudah tidak lagi menebar bibit lele agar bibit yang akan dibesarkan tidak hilang terbawa air. Untuk pakan, anggota mendapat bantuan dari CSR Astra Otopart sebuah mesin pencacah untuk pembuatan pakan tambahan. Evaluasi merupakan proses pengawasan dari ketua RW 05 sebagai pembina, pengurus, dan melibatkan anggota lainnya terhadap kegiatan budidaya
79
ikan yang sedang berjalan. Dengan keterlibatan warga pada tahap ini diharapkan akan terbentuk suatu sistem dalam komunitas untuk melakukan pengawasan secara internal. Berikut dapat dilihat pada tabel no. 9 matrik dari proses pembudidayaan ikan lele yang dilakukan kelompok Budi Ilma Sejahtera. Tabel 9 Matrik Proses Pembudidayaan Ikan Lele
No 1
Tahapan
Metode
Partisipan
Output
warga RW 05 (H.A Kurtubi, Achmad Ganin, Amroini dan Muhajir wilayah RT 02 RW 05 Kelurahan Rorotan
Masih sulit mengajak warga untuk datang
pengangguran dan warganya yang berpenghasilan rendah membantu menambah penghasilan, menambah pengetahuan dan keahlian
warga masih belum terbuka dengan masalah pribadinya
tahapan persiapan
kegiatan 1 (Persiapan Change 1.1 Agent)
Diskusi
ketua RW 05, Pihak Kelurahan dan Warga Sekitar
kegiatan 2 (Persiapan 1.2 Lapangan)
Diskusi
ketua RW 05, Pihak Kelurahan dan Warga Sekitar
Diskusi
ketua RW 05, Pihak Kelurahan dan Warga Sekitar
Diskusi
ketua RW 05, Pihak Kelurahan dan Warga Sekitar
2
lahan yang digunakan bukan lahan pribadi, jadi sulit untuk melakukan perizinan
tahapan Assesment (Identifikasi Masalah)
kegiatan 1 (Mencari 2.1 Permasalahan di Wilayah) kegiatan 2 (Mencari Kebutuhan atau Solusi) 2.2
Kendala
Menyamakan persepsi antar partisipan yang hadir
80
tahapan Perencanaan Alternatif Kegiatan kegiatan 1 (Perumusan 3.1 Kegiatan) 3
4
tahapan pelaksanaan proses budidaya
4.1 5
5.1
tahapan evaluasi kegiatan 1 (evaluasi kegiatan)
Diskusi
ketua RW 05, Pihak Kelurahan dan Warga Sekitar
Kegiatan yang akan dilakukan adalah budidaya ikan lele
Melakukan Anggota Kelompok Proses Budidaya langsung Diskusi
ketua RW 05, Pihak Kelurahan dan Warga Sekitar. Serta Suku Dinas dan Astar Otopart
sulit menentukan kegiatan yang dipilih karena faktor keahlian yang berbeda-beda pakan lele yang mahal, penyakit dan hama yang sering menyerang lele
dilakukan perubahan atau perbaikan dalam proses budidaya
Sulit menyesuaikan waktu pertemuan antara partisipan yang ada.
Sumber: Wawancara Anggota Kelompok Budi Ilma Sejahtera
B. Dampak Pembudidayaan Ikan Lele Terhadap Perekonomian Anggota Kelompok Budidaya Ikan (Pokdakan) Budi Ilma Sejahtera Berdasarkan hasil dari penelitian yang dilakukan dengan adanya kegiatan budidaya ikan lele di wilayah RW 05 Kelurahan Rorotan dampak dari kegiatan budidaya sebelum dan sesudah kegiatan beberapa anggota merasakan adanya perubahan dari segi ekonominya. Perubahan ekonomi yang dirasakan anggota juga berbeda-beda antara satu sama lain, ada yang merasakan perubahan ekonomi yang dirasakannya itu besar ataupun kecil. Seperti yang sudah dijelaskan mengenai pengertian dampak ialah perubahan yang terjadi baik positif atau negatif terhadap suatau aktifitas yang dilakukan, yang dapat berpengaruh dalam kehidupan masyarakat yang melakukan
81
aktifitas tersebut, baik pengaruh yang dihasilkan itu berdampak besar ataupun kecil. Sama halnya dengan yang dirasakan anggota Budi Ilma Sejahtera, mereka merasakan perubahan terhadap ekonominya setelah mengikuti kegiatan budidaya ikan lele ini. Dari segi ekonomi, sebelum mereka bergabung dengan Kelompok Budidaya Ikan (Pokdakan) Budi Ilma Sejahtera, penghasilan yang didapat setiap bulannya tidak menentu setelah ikut bergabung penghasilan yang anggota dapat dari hasil budidaya dirasa cukup untuk menambah kebutuhan dasar keluarga mereka. Adapun wawancara dengan Sobari salah satu anggota Budi Ilma Sejahtera yang berprofesi serabutan: “Saya kerja serabutan, yang namanya serabutankan tidak tetap pendapatannya, sehati bisa dapat Rp. 30.000 paling besar juga Rp. 50.000, dam itu juga jarang-jarang dapatnya. Penghasilan dari budidaya kalo harganya lumayan bisa dapat 2-3 juta sekali panen”13 Hasil wawancara dengan Burhanudin salah satu anggota Budi Ilma Sejahtera yang berprofesi sebagai buruh bangunan: “saya kerja buruh bangunan, memang kita rasakan jauh bedanya dari pada kita bergabung dengan pokdakan. Kalo bangunan dapat satu minggu Rp. 400.000 bisa Rp. 500.000, sedangkan di pokdakan bisa dapat 4-5 juta sekali panen”14
13 14
Wawancara pribadi dengan Sobari anggota Budi Ilma Sejahtera, 10 Januari 2015 Wawancara pribadi dengan Burhanudin anggota Budi Ilma Sejahtera, 2 Januari 2015
82
Hasil wawancara dengan Amroini, sekretaris Budi Ilma Sejahtera yang berprofesi sebagai guru mengaji: “Penghasilan tetap 1,5 juta perbulan dari mengajar mengaji anak-anak. Sekali kita budidaya bisa tiga kali panen. Disitu saja sekali panen bisa angkat 2-3 kintal kan sudah ketahuan dapat uangnya”15 Selanjutnya, hasil wawancara dengan Hayul Qoyum, anggota dari Pokdakan Budi ilma Sejahtera yang berprofesi sebagai karyawan swasta: “Setelah kita ikut di pokdakan, setiap bulannya mungkin rata-rata antara 1-2 juta dari hasil budidaya ikan itu ada. Kita ada tambahan, setelah kita potong ongkos produksi seperti pakan, dan untuk modal awal lagi, setelah modal awal kita sudah kembali kita ada untung disitu. Jadi kita bisa menghidupi keluarga kita, contohnya anak kita bisa kuliah dari hasil budidaya itu dan belanja rumah tangga kita yang tadinya sulit untuk menutupi kebutuhan rumah tangga ya setalah kita ikut pokdakan alhamdulilah kita terbantu dari hasil kita ikut pokdakan, kita bisa biayai anak sekolah disamping gaji yang tidak seberapa dengan kerja diperusahaan swasta”16 Anggota yang tergabung dalam Kelompok Budidaya Ikan (Pokdakan) Budi Ilma Sejahtera memang bukan semuanya berprofesi serabutan atau buruh saja, tapi juga ada yang berprofesi sebagai guru mengaji, wirausaha, dan karyawan. Penghasilan yang mereka dapat juga berbeda-beda, baik penghasilan dari pekerjaan mereka masing-masing atau penghasilan mereka dari hasil budidaya ikan lele. Dan untuk tujuan mereka ikut bergabung dengan Budi Ilma Sejahtera sebagian dari mereka mengatakan ikut bergabung karena ingin mendapatkan penghasilan tambahan dari berbudidaya ikan. Akan tetapi ada anggota yang bergabung dengan kelompok Budi Ilma Sejahtera bukan menjadi
15 16
Wawancara Pribadi dengan Amroini Sekretaris Budi Ilma Sejahtera, 6 Desember 2015 Wawancara Pribadi dengan Hayul Qoyum Anggota Budi Ilma Sejahtera, 9 Januari 2015
83
proiritas utama mereka dalam meningkatkan prekonomian mereka tetapi memang karena ingin menyemangati warga yang lainnya dalam kegiatan ini. Berikut hasil wawancara peneliti dengan Bendahara kelompok Budi Ilma Sejahtera H.A Kurtubi: “Kalo saya kan tadinya hanya ingin meningkatkan semangat anggota yang lain. Ya mungkin saya hanya pemacu dan penggerak saja supaya mereka berjalan.”17 Meskipun demikian, hasil yang didapat dari budidaya dirasakan dampak ekonominya juga oleh mereka yang mempunyai pekerjaan dan penghasilan tetap. Seperti wawancara berikut dengan H.A Kurtubi yang berprofesi sebagai wiarausah: “Dampak ekonomi sih memang ada, ya artinya walaupun sedikit banyak dari hasil panen ada kelebihannya. Seperti kita modal nih 2 juta, dari memelihara sampai selesai panen, itu kan ketika kita panen dari modal 2 juta bisa sampai 4 juta sekali angkat, kita sudah punya kelebihan 2 juta. Kalo kita memeliharanya lebih banyak seperti 4 juta, kita lepas modalnya 4 juta artinya bibitnya lebih banyak, modal pakannya juga lebih besar, otomatis hasilnyakan jadi lebih besar.”18 Hasil wawancara dengan Rustono yang berprofesi sebagai karyawan: “untuk tambahan si ada, ya selisihnya ambil besarnya 1,5 juta selama 3 bulan dari budidaya itu. Kalau harga lagi pas bagus-bagusnya bisa 2,5 juta sekali angkat dalam 2 bulan.”19 Dan ini membuktikan bahwa meskipun kegiatan budidaya ini bukan menjadi prioritas mereka untuk mendapatkan penghasilan akan tetapi sedikit 17
Wawancara Pribadi dengan H.A Kurtubi Bendahara Budi Ilma Sejahter, 07 Desember
18
Wawancara Pribadi dengan H.A Kurtubi Bendahara Budi Ilma Sejahter, 07 Desember
19
Wawancara Pribadi dengan Rustono Anggota Budi Ilma Sejahtera, 07 Desember 2015
2015 2015
84
banyak mereka juga mendapat dampak ekonomi dari kegiatan budidaya ini. Berikut tabel no. 10 yang menjelaskan penghasilan dari sebelum berbudidaya dan penghasilan sesudah berbudidaya: Tabel 10 Penghasilan Sebelum dan Sesudah Budidaya
No
Nama
Kolam
Hasil Sebelum
Hasil Sesudah
Budidaya
Budidaya
Pekerjaan
1
Achmad Ganin
2
Karyawan
Rp. 2.000.000
Rp. 5.000.000
2
Amroini
2
Guru mengaji
Rp. 1.5000.000
Rp. 5.000.000
3
H.A Kurtubi
1
Wirausaha
Rp. 3.000.000
Rp. 2.000.000
4
Hayul Qoyum
2
karyawan
Rp. 3.000.000
Rp. 5.000.000
5
Muhajir
2
Serabutan
Rp. 100.000
Rp. 4.000.000
6
Burhanudin
1
Buruh bangunan
Rp. 500.000
Rp. 5.000.000
7
Hasan Basri
1
Serabutan
Rp. 100.000
Rp. 2.000.000
8
Sobari
1
Serabutan
Rp. 50.000
Rp. 3.000.000
9
Rustono
1
karyawan
Rp. 3.000.000
Rp. 2.500.000
Sumber: Wawancara dengan anggota Kelompok Budi Ilma Sejahtera
85
Dampak atau perubahan yang dirasakan setiap anggota terhadap ekonominya memang tidak semua sama. Hasil yang mereka dapat dari budidaya juga berfariasi, ini tergantung dari berapa banyak kolam dan bibit yang mereka tebar, selain itu proses pembesaran dan pemberian pakan juga menjadi salah satu faktor penentu keberhasilan budidaya, akan tetapi ketekunan dalam berbudidaya juga dirasa sangat penting dalam menjalankan usaha budidaya ini. Seperti yang dirasakan oleh salah satu anggota Budi Ilma Sejahtera yang merasakan belum adanya perubahan dalam ekonominya setelah mengikuti pokdakan ini, berikut wawancara dengan Bapak Hasan anggota Budi Ilma Sejahtera: “Tidak ada perubahan, karena kita punya lahan itu cuma sedikit, jadi perputarannya tidak banyak”20 Dalam pembagian kolam sebenarnya satu orang anggota diberikan satu kolam atau empang. Awalnya kelompok ini memiliki anggota sekitar sepuluh orang lebih, akan tetapi seiring berjalannya waktu ada beberapa anggota yang sudah tidak aktif dalam kelompok ini sehingga kolam yang mereka miliki tidak terurus. Maka dari itu beberapa anggota yang masih aktif dan mampu dari segi waktu serta ekonomi mengambil alih kolam dan membudidayakan ikan dengan dua kolam atau lebih. Kegiatan budidaya seperti ini akan membawa pengaruh bagi setiap anggota beserta keluarganya sendiri. Menurut peneliti dengan adanya kegiatan budidaya ikan ini terdapat pengaruh atau dampak yang bersifat positif bagi setiap anggotanya. Pengaruh atau dampak positifnya adalah: 20
Wawancara Pribadi dengan Hasan Basri Anggota Budi Ilma Sejahtera, 5 Desember 2015
86
1. Dengan adanya kegiatan budidaya ini menambah ekonomi bagi anggota 2. Dengan pelatihan budidaya yang diberikan menambah keterampilan dan pengetahuan anggota terhadap proses budidaya ikan 3. Dari hasil budidaya anggota bisa membantu memenuhi kebutuhan dasar keluarganya Sedangkan untuk pengaruh negatif yang muncul dengan adanya kegiatan budidaya ini, anggota tidak merasa ada pengaruh negatif dari kegiatan budidaya ataupun keberadaan Kelompok Budidaya Ikan (pokdakan) Budi Ilma Sejahtera di wilayah mereka ini. Adapun hasil wawancara dengan Hasan Basri salah satu anggota Budi Ilma Sejahtera, sebagai berikut: “Kalo dampak negatif tidak ada, namanya ini kegiatan untuk mengajak warga untuk jadi mandiri ya pasti positif saja.”21 Hasil wawancara dengan ketua kelompok Budi Ilma Sejahtera, Achmad Ganin: “Dari kegiatan ini, dampak negatif tigak ada. karena dari awal terbentuknya kelompok ini saja sudah ada niatan yang baik untuk membantu pemerintah mengurangi pengangguran.”22
21
Wawancara Pribadi dengan Hasan Basri Anggota Budi Ilma Sejahtera, 5 Desember 2015 Wawancara Pribadi dengan Achmad Ganin Ketua Kelompok Budi Ilma Sejahtera, Jakarta, 26 Mei 2015 22
87
Seperti yang sudah dijelaskan oleh Oto Soemarnoto dan Hari Sabari mengenai dampak. Menurut Oto Soemarnoto, dampak adalah pengaruh suatu kegiatan. Sedangkan pengertian dampak menurut Hari Sabari adalah sesuatu yang muncul setelah adanya suatu kejadian. Kegiatan budidaya ini juga berdampak atau berpengaruh terhadap semua anggotanya, dampak yang dirasakan juga bisa bersifat positif ataupun negatif. Akan tetapi dalam kegiatan budidaya ini tidak ada anggota yang merasakan dampak negatif dari kegiatan ini. Karena menurut pendapat mereka kegiatan budidaya ini adalah sebuah upaya atau usaha yang mereka lakukan untuk meningkatkan ekonomi mereka, walaupun dampak yang dihasilkan itu tidak begitu besar. Sama seperti apa yang telah dijelaskan sebelumnya, dimana ekonomi merupakan suatu usaha mempelajari kegiatan manusia, memenuhi kebutuhannya yang tidak terbatas dengan menggunakan sumber daya yang terbatas. Dari penjelasan di atas dapat dilihat adanya keterkaitan yang erat dari perjuangan manusia dengan cara atau usaha mereka dalam memenuhi kebutuhannya dan keluarganya dalam mencari nafkah. Untuk melihat apakah dengan kegiatan budidaya ikan ini, membuat anggota itu bisa dikatakan sudah berdaya atau tidak. Di dalam pemberdayaan masyarakat untuk mengetahui sesorang itu berdaya atau tidak maka perlu diketahui beberapa indikator untuk melihatnya yaitu, yang meningkatnya pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, serta meningkatnya pendapatan atau ekonominya.
88
Sama halnya dengan yang dikutip dari buku Edi Suharto yang berjudul Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, yang menilai keberhasilan pemberdayaan masyarakat dapat dilihat dari keberdayaan mereka yang menyangkut
kemampuan
ekonomi,
kemampuan
mengakses
manfaat
kesejahteraan, dan kemampuan kultural dan politis. Pemberdayaan masyarakat dengan sendirinya berpusat pada bidang ekonomi, karena sasaran utamanya adalah memandirikan masyarakat, di mana peran ekonomi teramat penting.23 Dengan demikian, dampak yang dirasakan oleh anggota Budi Ilma Sejahtera adalah dari segi ekonomi. Bertambahnya penghasilan dari kegiatan budidaya ini memang tidak semua bisa dirasakan anggota lainnya karena banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan tersebut, salah satunya dimana anggota yang awalnya memang sudah memiliki penghasilan lain dari budidaya ini. Sehingga mereka yang punya penghasilan lain tidak begitu merasakan dampak dari budidaya ikan ini. Sebagian besar anggota yang peneliti wawancarai mengenai apakah dengan penghasilan yang diperoleh dari kegiatan budidaya ini bisa memenuhi kebutuhan dasar keluarga mereka, jawaban dari semua anggota mengatakan penghasilan dari kegiatan ini belum memenuhi tetapi cukup untuk membantu kebutuhan dasar keluarganya.
23
Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2005), h. 63
BAB V PENUTUP Berdasarkan pada temuan peneliti yang dijelaskan dalam uraian pada bab temuan lapangan dan analisis sebelumnya, maka dapat peneliti simpulkan bahwa hasil penelitian yang dilakukan di RW 05 Kelurahan Rorotan, Jakarta Utara berkaitan dengan dampak yang dihasilkan dari kegiatan budidaya ikan lele yang dilakukan kelompok budidaya ikan (pokdakan) budi ilma sejahtera terhadap perekonomian anggotanya. Adapun kesimpulannya sebagai berikut: A. Kesimpulan Kegiatan yang dilakukan warga RW 05 Kelurahan Rorotan, Jakarta Utara sejatinya sangat bermanfaat untuk warga sekitar dalam memecahkan permasalahan yang selama ini mereka alami. Dengan terbentuknya kelompok Budidaya Ikan (pokdakan) Budi Ilma Sejahtera dapat membantu warga yang tidak mempunyai pekerjaan tetap untuk bisa mendapatkan pekerjaan dengan cara membudidayakan ikan lele dan juga bisa mendapat keuntungan dari budidaya tersebut, keuntungannya bukan hanya dari segi ekonomi tapi juga dari segi pengetahuan mengenai cara budidaya yang baik. Dalam teknis pelaksanaanya, sebelum terbentuk kelompok budidaya ikan (pokdakan) budi ilma sejahtera ada beberapa tahapan yang mereka lalui yaitu, tahap persiapan, tahap assesment, tahap perencanaan alternatif program atau kegiatan, tahap pelaksanaan dan terakhir tahap evaluasi. Dimana penjelasan mengenai tahapan yang kelompok budi ilma lakukan sudah dijelaskan di bab sebelumnya. 89
90
Kegiatan ini tidak akan berhasil dengan sempurna jika tidak adanya bantuan dan dukungan dari pihak lain yaitu Suku Dinas Perikanan Jakarta Utara dan CSR Astra Otopart yang telah membantu memberikan bantuan berupa peralatan, materi, dan pelatihan-pelatihan yang kelompok Budi Ilma Sejahtera butuhkan. Dengan bantuan yang diberikan dan proses budidaya yang kelompok ini lakukan menjadikan anggotanya saat ini bisa mendapatkan hasil yang memuaskan jika panen tiba dan bisa membantu mencukupi kebutuhan dasar keluarga mereka. Serta yang terkena dampak dari hasil budidaya ini bukan hanya anggota saja, melainkan keluarga mereka juga terkena dampak dari hasil budidaya ini. Untuk ukuran seseorang dikatakan dapat memenuhi kebutuhan keluarganya memang belum ada ukuran yang pasti, ini tergantung seberapa besar kebutuhan yang mereka perlukan. Begitu juga dengan tingkat kesejahteraan, ukuran sejahtera atau tidak tergantung dari orang yang menjalaninya. Akan tetapi pada dasarnya dampak dari kegiatan budidaya ikan ini bisa dikatakan sudah cukup membantu untuk bisa menambah perekonomian anggotanya. Terbukti dari berbagai tanggapan positif yang mereka sampaikan dengan adanya kegiatan ini bisa membantu kehidupan mereka, mulai dari anggota yang bisa merenovasi rumahnya dan juga anggota yang bisa membayar sekolah anaknya setiap bulannya dengan menggunakan uang dari hasil budidaya.
91
B. Saran Berdasarkan analisa data dan kesimpulan di atas, ada beberapa saran yang ingin disampaikan peneliti, antara lain: 1. Setiap permasalahan yang ada di suatu tempat atau wilayah memang sebaiknya dicari solusinya bersama-sama dengan pemangku kepentingan antara lain pemerintah setempat, pihak kelurahan atau kecamatan beserta warga yang mengalami permasalahan di wilayahnya. Seperti yang dilakukan warga RW 05 Kelurahan Rorotan, Jakarta Utara, mereka bersama-sama mencari solusi yang baik ketika di wilayahnya banyak warga yang menganggur dan berpenghasilan rendah. 2. Warga juga harus lebih aktif dalam menyampaikan pendapat atau aspirasinya kepada pihak pemangku kepentingan di wilayahnya. Dan sadar dengan permasalahan yang mereka dan lingkungannya hadapi. 3. Keberadaan kelompok budidaya ikan (pokdakan) di setiap wilayah harus lebih diperbanyak sebagai alternatif solusi jika sulit mencari pekerjaan untuk warga yang berpendidikan rendah. 4. Kedekatan dan solidaritas antar anggota dan pengurus harus ditingkatkan agar kelompok ini bisa berjalan dengan baik tanpa ada masalah yang timbul.
DAFTAR PUSTAKA
Adi, Isbandi Rukminto. Intervensi Komunitas & Pengembangan Masyarakat. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013 Alamtani Buletin Agribisnis. “Panduan Lengkap Budidaya Ikan Lele.” Artikel diakses pada 30 September 2015 dari http://alamtani.com/budidaya-ikanlele.html Alma, Buchari. Kewirausahan, Bandung: Alfabeta, 2011 Anfal. “Pemberdayaan Ekonomi Keluarga Melalui Kelompok Pembuat Assesoris di Kelurahan Sudimara Jaya Ciledug Kota Tangerang,” Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2015 Anggraini, Jean. “Dampak Bank Sampah Terhadap Kesejahteraan Masyarakat dan Lingkungan (Studi Kasus Bank Sampah Cempaka II di Kelurahan Pondok Petir RW 09) Bojongsari Kota Depok.” Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2013 Astra Otopart. “Program IGA dari CSR Grup Astra Otopart Regional Jakarta.” Artikel diakses pada 9 September 2015 dari http://www.component.astra.co.id/detailnews.asp?id=1001575 Badan Pusat Statistik. “Profil Kemiskinan di Indonesia Maret 2014.” Artikel diakses pada 1 Juli 2014 dari http:/bps.go.id/website/brs_ind/brsInd20141209145524.pdf Badan Pusat Statistik. “Tingkat Kemiskinan di DKI Jakarta Maret 2015.” Artikel diakses pada 30 September 2015 dari http://jakarta.bps.go.id/backend/brs_ind/brsInd-20150918101513.pdf Carcpedia. “Pengertian dan Definisi Dampak.” Artikel diakses pada 1 April 2015 dari http://carapedia.com/pengertian_definisi_dampak_info2123.html Damsar dan Indrayani.Pengantar Sosiologi Ekonomi. Jakarta: Kencana, 2009 Departemen Agama. Al–Qur’an dan Terjemahannya, Bandung: CV. Penerbit Di Ponogoro, 2005 Djiwakusumah, Tasripin. Budidaya Perikanan Air Tawar. Jakarta: T.pn., 198
92
Effendi, Irzal dan Oktariza, Wawan. Menajemen Agribisnis Perikanan. Jakarta: Penebar Swadaya, 2006 Emizir. Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2012 Fathurrohman, Ahmad Rifki. “Peran Abah Nasrudin Dalam Pemberdayaan Masyarakat Melalui Budidaya Ikan Lele Sangkuriang di Kecamatan Megamendung Kabupaten Bogor,” Skripsi S1 Fakultas Dakwah Dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2014 Fauzi, Akhmad. Ekonomi Perikanan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2010 Firdaus, Azhar. “Dampak Sosial Ekonomi Terhadap Masyarakat Sekitar Situ Akibat Musibah Situ Gintung.” Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2011 Firdaus, Ismet. dkk. Pengamalan Al-Qur’an Tentang Pemberdayaan Dhu’afa. Jakarta: Dakwah Press Universitas Syarif Hidayatullah, 2008 Gunawan, Imam. Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik. Jakarta: Bumi Aksara, 2013 Hamidi. Metode Penelitian Kualitatif. Malang: UMM Press, 2010 Havidah, Siti Noor. “Upaya Pemberdayaan Petani yang Dilakukan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Silih Asih di Kec. Cigombong Kab. Bogor,” Skripsi S1 Fakultas Dakwah dan komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2008 Hidayati, Nurul. Metodologi Penelitian Dakwah dengan Pendekatan Kualitatif,. Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006 Hukum online.com. “Perubahan Atas Undang-undang Nomor 31 Tahun 2014 Tentang Perikanan.” Artikel diakses pada 1 Juli 2015 dari http://www.hukumonline.com/pusatdata/detail/lt4b22031a01f26/node/uuno-45-tahun-2009-perubahan-atas-undang-undang-nomor-31-tahun-2004tentang-perikanan Innayah, Siti. “Dampak Program Corporate Social Responsibility (CSR) Pertamina Terhadap Kesejahteraan Masyarakat: Studi “Satu Aksi Untuk Ciliwung” Di Lenteng Agung Kecamatan Jagakrsa Jakarta Selatan.” Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2012 Jhingan, M.L. Ekonomi Pembangunan Dan Perencanaan. Jakarta: Rajawali Pers, 2012
93
Lita, Putri Nurul. “Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Melalui Program Kelompok Usaha Bersama Lembaga Keuangan Mikro Sosial Taruna Sejahtera Di Cengkareng Jakarta Barat.” Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2012 Machendrawaty, Nanih dan Ahmad Safei, Agus. Pengembangan Masyarakat Islam, Dari Idiologi, Strategi Sampai Tradisi. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001 Milana, Erna. “Pemberdayaan Ekonomi Keluarga (Studi Kasus Kelompok UUPKS Cut Nyak Dien di Kelurahan Pondok Pacung, Kota Tanggerang Selatan.” Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2012 Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001 Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007 Rosdiana, Muhamad. “Ciri Fisik Lele Sangkuriang.” Artikel diakses pada 21 Agustus 2016 dari http://sangkuriangleleku.blogspot.co.id/2013/07/cirifisik-lele-sangkuriang.html Salam, Syamsir dan Fadhilah, Amir. Sosiologi Pedesaan. Jakarta: Lembaga penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2008 Satwa Flora dan Fauna Indonesia. “Jenis, Manfaat dan Budidaya Ikan Lele.” Artikel diakses pada 9 Aguatus 2015 dari http://www.satwa.net/572/ikanlele-jenis-manfaat-dan-budidaya-ikan-lele.html/ Siswanto dan Hapsari, Dian Kusumo. “BPS: 2015,Pengangguran Indonesia Bertambah 300 Ribu Orang.” artikel diakses pada 29 September 2015 http://www.suara.com/bisnis/2015/05/05/172548/bps-2015dari pengangguran-indonesia-bertambah-300-ribu-orang Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta, 2010 Suharto, Edi Suharto. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat. Bandung: PT. Refika Aditama, 2005 Suharto, Edi. Kemiskinan & Perlindungan Sosial di Indonesia Menggagas Model Jaminan Sosial Universal Bidang Kesehatan, Bandung: ALFABETA, 2009 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka, 2005
94
Tim website. “Perkembangan dan Solusi Masalah Pengangguran di Indonesia.” Artikel diakses pada 29 September 2015 dari http://keuda.kemendagri.go.id/artikel/detail/19-perkembangan-dan-solusimasalah-pengangguran-di-indonesia Undang-Undang Perikanan 2004. UU RI No. 31 Th. 2004 Tentang Perikanan. Jakarta: Sinar Grafika, 2006 Warsino dan Dahana, Kres. Meraup Untung Dari Beternak Lele Sangkuriang. Yogyakarta: Lily Publisher, 2009 Wawancara Pribadi dengan Achmad Ganin. Jakarta. 26 Mei 2015 Wawancara Pribadi dengan Amroini. Jakarta 6 Desember 2015 Wawancara Pribadi dengan Burhanudin. Jakarta 2 Januari 2015 Wawancara Pribadi dengan Hasan Basri. Jakarta 5 Desember 2015 Wawancara Pribadi dengan Hayul Qoyum. Jakarta. 9 Januari 2015 Wawancara Pribadi dengan Kurtubi, H,A. Jakarta 7 Desember 2015 Wawancara Pribadi dengan Muhajirin. Jakarta 6 Desember 2015 Wawancara Pribadi dengan Rustono. Jakarta. 07 Desember 2015 Wawancara Pribadi dengan Sobari. Jakarta. 10 Januari 2015
95
LAMPIRAN FOTO KEGIATAN KELOMPOK BUDIDAYA IKAN (POKDAKAN) BUDI ILMA SEJAHTERA KELURAHAN ROROTAN, JAKARTA UTARA
Anggota Budi Ilma Sejahtera (kanan: Burhanudin dan Sobari) sedang melakukan persiapan pasca panen, dan proses penangkapan ikan lele sebelum di sortir (kiri: Muhajir)
(kanan: Sobari) Ikan lele dikumpulkan di wadah penyortiran lele, dan selanjutnya ikan di sortir untuk memisahkan lele konsumsi (ukuran 6 – 8) ekor per kilo (kiri: Hayul Qoyum)
Proses penimbangan ikan lele yang dilakukan Sobari, Muhajir, Hayul Qoyum dan didampingi tengkulak. Dalam 1 keranjang berisi 50 kilo ikan lele
Peresmian program pemberdayaan masyarakat pembuatan pakan lele dan pembibitan lele Rotari (Rorortan tampil berseri) Pokdakan Budi Ilma Sejahtera dari Astra Otoparts Group Regional Jakarta.
Pemberian bantuan berupa mesin pencacah pakan yang di terima oleh ketua Ahmad Ganin dan Bendahara H.A Kurtubi (kanan). Dan percobaan pembuatan pakan dengan menggunakan mesin pencacah yang dilakukan anggota pokdakan Burhanudin (kiri)
Lele hasil budidaya anggota Pokdakan Budi Ilma Sejahtera (kanan). Foto dengan Sobarih salah satu anggota Budi Ilma Sejahtera (kiri)
TABEL JAWABAN RESPONDEN
No
1
2
3
4
Pertanyaan Apakah Bapak termasuk kedalam Anggota Budi Ilma Sejahtera? Sejak kapan bapak bergabung kedalam anggota Budi Ilma Sejahtera? Bagaimana cara Bapak bisa bergabung kedalam Pokdakan Budi Ilma Sejahtera? Kenapa bapak bergabung dengan Pokdakan Budi Ilma Sejahtera?
Resp1 (Hasan)
Resp3 (Kurtubi)
Resp4 (Sobari)
Resp5 (Amroini)
iya, anggota sekaligus merangkap bendahara Ya, sejak awal berdiri
Iya anggota di Pokdakan
dari mulai terbentukn ya
Iya diajak Ikut ikut gabung gabung
Di bentuk kelompok dan ikut gabung
Ada ajakan Dibentuk dari kelompok ketuanya dulu
menamba h penghasil an
cuma pengen meningkatk an semangat anggota yang lain
Biar bisa bantu ekonomi keluarga
iya
Resp2 (Muhajir) Iya, saya bagian Humas
Sejak Dari mulai awal berdiri Pokdakan
Buat menambah penghasila n
Resp6 (Tono)
Resp 7 (Hayul)
Iya, bendahara juga
Di pokdakan bagian anggota
Iya termasuk anggota
Dari awal, saya termasuk penggagas
saya 2012 bergabung di pokdakan
Masuk ke pokdakan sejak awal, sejak tahun 2010 Kita dapat ajakan dari RW yang sebagai motifator kita Buat menambah penghasila n
Saya ikutan
Menambah Mau penghasila ngerawat n juga lahan dan lele juga
Resp8 (Burhanudin ) iya
Dari awal
Diajak ketua Amad
Buat bisa nambah penghasilan
5
6
7
Apakah bapak mengetahui tujuan dari dibentuknya Pokdakan Budi Ilma Sejahtera?
mengemb angkan budidaya dan Penghasil an
Memajuka n anggotaanggota di pokdakan dalam segi ekonomi
tujuannya kita untuk meningkatk an perekonomi an
Apa perbedaan yang Bapak rasakan dari sebelum dan sesudah bergabung kedalam kegiatan budidaya?
menamba h wawasan
Ada kalo saya pemasukan barang kali tambahan sama aja dulu sama sekarang
Bagaimana keadaan ekonomi Bapak sebelum dan sesudah ikut bergabung kedalam kegiatan budidaya ini?
Ya begini Gak tentu aja. Tapi cukuplah untuk menunjan g perekono mian
Ya kaga gini-gini aja
Untuk meningkat kan perekonom ian masyarakat disekitar sini sebelum kita ikut ya kita belum bisa apaapa Setelah bergabung pengetahua n ada
Buat ningkatin perekonom ian
Yang jelas sih, pertama mensejahte rakan warga
menambah penghasila n kita disamping penghasila n kita selama ini
Ya untuk bantu warga sini
Ya beda banget, dari wawasann ya juga nambah
Waktu awal belum tau cara budidaya, setelah ikut jadi tau
Bisa tau cara piara lele jadinya
Keadaanny a ya gak ada penghasila n, setelah ikut ya lumayan
Perbedaan nya dari peningkata n ekonomi Penghasila n tetap 1,5 juta perbulan dari ngajar ngaji nah dari pokdakan
Gak berubah si kalau saya
Ya sebelumny a yang tadinya kita gak tau jadi kita tau secara pembudida yaan lele Sebelunya Ya biasabiasa aja sih Dan setelah bergabung kita jadi ada tambahan
Kerja serabutan gak tentu, pas ikut pokdakan ada penghasilan tetap
Dampak apa saja yang Bapak rasakan setelah bergabung kedalam kegiatan budidaya?
Dampak Ya ekonomin dampak ya ekonomi
Dampak ekonomi sih ada
Dampakny a ke ekonomi ya meningkat
Kapan dampak itu mulai dirasakan?
Semenjak pas disini bergabung
Setelah ikut pokdakan ini
Apakah dari hasil budidaya itu Bapak sudah dapat memenuhi kebutuhan dasar keluarga Bapak?
belum
Kayanya belum yah
Pas bergabung di Pokdakan Ya bisa memenuhi
bisa 3 juta perbulan Dampak ekonomi udah jelas
8
9
10
Ya kita pas-pasin aja
Pas bergabung dan panen
Kalo saya yang jelas, nambah pergaulan nambah, nambah keluarga jadi kenal tengkulak, peternak lain di Rorotan dan lingkungan Setelah ikut gabung
Yah kalau Ya buat manusia tambahan sih gak ada mah bisa cukupnya, tapi lumayan lah bisa buat nabung
Dampak nya ya satu. Kita jadi tau, kita bisa cara berternak lele. Dua, ekonomi keluarga kita juga bertambah
Ya itu penghasilann ya dapat
Ya setelah ikut di Pokdakan
pas ikut
Kalau untuk mencukupi belum
Ya lumayan dah
PEDOMAN WAWANCARA Nama
:
Pekerjaan
:
Hari/Tanggal
:
Tempat
:
Waktu
:
Jabatan
:
Pelaksanaan Pembudidayaan Ikan Lele 1. Apakah Bapak mengetahui dengan adanya kegiatan Kelompok Budidaya Ikan (Pokdakan) Budi Ilma Sejahtera di wilayah ini? 2. Apakah Bapak termasuk ke dalam Anggota Budi Ilma Sejahtera? 3. Bagaimana cara Bapak bisa bergabung ke dalam Pokdakan Budi Ilma Sejahtera? 4. Sejak kapan bapak bergabung ke dalam anggota Budi Ilma Sejahtera? 5. Kenapa Bapak bergabung dengan Pokdakan Budi Ilma Sejahtera? 6. Apakah Bapak mengetahui tujuan dari dibentuknya Pokdakan Budi Ilma Sejahtera? 7. Kapan tepatnya Pokdakan Budi Ilma Sejatera dibentuk? 8. Siapa pendiri pokdakan Budi Ilma Sejahtera? 9. Dimana kegiatan budidaya itu berlangsung? 10. Apakah Bapak di ikut sertakan dalam setiap kegiatan di Pokdakan Budi Ilma Sejahtera? 11. Bagaimana proses budidaya itu dilakukan? 12. Hambatan atau kendala apa saja yang dirasakan dalam proses kegiatan budidaya? 13. Apa saja kegiatan-kegiatan yang ada di Pokdakan Budi Ilma Sejahtera?
14. Siapa saja pihak yang berperan dalam keberlangsungan budidaya di Pokdakan Budi Ilma Sejahtera? 15. Apa saja pelatihan yang diikuti Pokdakan Budi Ilma Sejahtera? 16. Siapa yang memberikan pelatihan tersebut? 17. Kapan pelatihan itu diberikan? 18. Dimana pelatihan itu berlangsung? 19. Bagaimana proses pelatihan tersebut? 20. Apa yang Bapak dapat dari pelatihan tersebut? 21. Bagaimana tanggapan dan harapan Bapak mengenai keberadaan pokdakan Budi Ilma Sejahtera? Dampak Pembudidayaan Ikan Lele 22. Apa perbedaan yang Bapak rasakan dari sebelum dan sesudah bergabung ke dalam kegiatan budidaya? 23. Bagaimana keadaan ekonomi Bapak sebelum ikut bergabung ke dalam kegiatan budidaya ini? 24. Bagaimana keadaan ekonomi Bapak setelah ikut bergabung ke dalam kegiatan budidaya? 25. Dampak apa saja yang Bapak rasakan setelah bergabung ke dalam kegiatan budidaya? 26. Kapan dampak itu mulai dirasakan? 27. Apakah dari hasil budidaya itu Bapak sudah dapat memenuhi kebutuhan dasar keluarga Bapak? 28. Berapa penghasilan yang Bapak dapat sebelum bergabung ke dalam kegiatan budidaya? 29. Berapa penghasilan yang Bapak dapat setelah bergabung dalam kegiatan budidaya? 30. Apakah penghasilan dari budidaya setara dengan penghasilan dari Bapak bekerja yang lain? 31. Siapa saja yang merasakan dampak dari budidaya ini?
Nama
: Bapak H.A Kurtubi
Pekerjaan
: Wirausaha
Hari/Tanggal
: 07 Desember 2015
Tempat
: Rumah Bapak Kurtubi (Malaka 2, RT 01)
Waktu
: 09.13 WIB
Jabatan
: Bendahara Kelompok Budi Ilma Sejahtera
Pelaksanaan Pembudidayaan Ikan Lele A:
Apakah Bapak mengetahui dengan adanya kegiatan Kelompok Budidaya Ikan (Pokdakan) Budi Ilma Sejahtera di wilayah ini?
B:
Iya, saya tau
A:
Apakah Bapak termasuk kedalam Anggota Budi Ilma Sejahtera?
B:
iya, anggota sekaligus merangkap bendahara
A:
Bagaimana cara Bapak bisa bergabung kedalam Pokdakan Budi Ilma Sejahtera?
B:
Awalnya kita ada pembinaan dari Sudin Perikanan, setelah dibina dipanggil beberapa orang kemudian setelah dipanggil kita rapat terus ada peninjauan ke lokasi yang sudah maju, kemudian kita dibentuk kelompok. Awalnya dari Sudin sih penggeraknya terus kita dianjurkan bikin kelompok kan ada dua kelompok disini di RW 05 ada dua kelompok, satu Budi Ilma, satu lagi bikin kelompok yang ada di Kapling Pratama.
A:
Sejak kapan bapak bergabung kedalam anggota Budi Ilma Sejahtera?
B:
Ya, sejak awal berdiri
A:
Kenapa bapak bergabung dengan Pokdakan Budi Ilma Sejahtera?
B:
Kalo saya kan tadinya cuma pengen meningkatkan semangat anggota yang lain. Ya mungkin seperti saya cuma
pemacu aja, penggerak aja supaya
mereka jalan. A:
Apakah bapak mengetahui tujuan dari dibentuknya Pokdakan Budi Ilma Sejahtera?
B:
Tadinyakan gini, tujuannya kita untuk meningkatkan perekonomian, ya artinya disamping kita punya usaha lain kita coba gitu. Kita masing-masing punya usaha, ada yang dagang, ada yang tukang, ada yang kerja.
A:
Kapan tepatnya Pokdakan Budi Ilma Sejatera dibentuk?
B:
Itu yang tau ketuanya
A:
Siapa pendiri pokdakan budi ilma sejahtera?
B:
Masalah ini juga ketua yang tau, tapi ini bentukan dari Suku Dinas Perikanan
A:
Dimana kegiatan budidaya itu berlangsung?
B:
Di Malaka 2
A:
Apakah bapak di ikut sertakan dalam setiap kegiatan di Pokdakan Budi Ilma Sejahtera?
B:
iya
A:
Bagaimana proses budidaya itu dilakukan?
B:
Awalnya bibit beli, dan di pokdakan hanya proses pembesaran saja karena ilmu sudah didapat yang dari Karawang, kemudian mulai dengan proses pembibitan. Memilih induknya lalu jantannya. Lalu dikawinkan dan kemudian bertelur dan menetas. Kemudian bibitnya dipelihara sendiri. Proses pembibitan atau perkawinan jangka waktunya satu hari satu malam. Betina
dan jantan digabungkan, kemudian setelah bertelur dilakukan proses pembibitannya atau perkawinannya satu hari satu malam, kalau induknya sudah bertelur, setelah satu hari satu malam, kemudian kita prosesnya pake ijuk, kemudian setelah kita lihat diijuk telurnya sudah keluar langsung induknya diangkat, setelah induknya diangkat telur ikan menetas sendiri, setelah diangkat induknya tunggu 1X24 jam telurnya akan menetas. Setrelah menetas itu, dibarkan dulu di kolam, kemudian setelah umur
1 bulan
diadakan penyortiran diambil ukuran 3 cm samapi 4 cm. Nah umur 1 bulan itu, 20 hari lah sampe 1 bulan maksimal 30 hari kita sortir dalam ukuran yang sama, sebab dalam waktu 0 menetas sampe umur 20-30 hari itu kan besarnya berbeda-beda, ada yang lebih besar kemudian ada yang lebih kecil nah itu dipisah-pisah (sortir). Setelah dilepas diempang itu minimal 2 bulan setengah panen maksimal 3 bulan. Kalo 2 bulan setengah sampa 3 bulan fariasi ukurannya. Kalo yang pertumbuhannya lebih bagus, mungkin 1 kilo 5 ekor tapi kebanyakan rata-rata 7 sampe 8 ekor kebanyakan, karena yang dipake dipasaran ukuran 7-8, tapi kalo yang lebih besar pasaran gak pake udah paling larinya ke pemancingan. Jadi tuh antara 2 bulan setengan sampe 3 bulan panen. Biasanya selesai panen dikirim ke tengkulak, jadi ada tengkulaknya yang khusus yang ngambil, nanti tengkulak kirim ke pasar-pasar, terus ke rumah2 makan, jadi kita Cuma satu lobang tengkulak aja. A:
Hambatan atau kendala apa saja yang dirasakan dalam proses kegiatan budidaya?
B:
Kendala yang pertama banjir,
kendala paling terburuk tahun 2013-2014.
Kedua itu masalah penanggulangan penyakit dari lelenya. Sampe anak-anak kan sempet kursus ke Kerawang, terus ngambil ilmu dari sana dan diterapkan disini, cuma satu penyakit yang gak bisa kita tanganin yaitu penyakit kuning. Pakan menjadi hambatan juga. Lele itukan kuatnya dipakan, kalo pakannya cukup panennya lebih cepat, kalo pakannya kurang panennya juga lambat. Lele itu tergantung gimana pakannya.
A:
Apa saja kegiatan-kegiatan yang ada di Pokdakan Budi Ilma Sejahtera?
B:
Yang pertama kan pertemuan rutin anggota, pembahasannya masalah teknis bagaimana kelangsungannya, hanya itu aja pertemuannya sih. Selama seminggu sekali kita pertemuan rutin, kemudian disamping pertemuan rutin kan kita ada pertemuan-pertemuan lain di Dinas, dikelompok-kelompok yang ada di Rorotan.
A:
Siapa saja pihak yang berperan dalam keberlangsungan budidaya di Pokdakan Budi Ilma Sejahtera?
B:
Ada, yang pertama yang berperan besar Sudin Perikanan yang kedua yang berperan besar itu Astra Group, yang tergabung beberapa perusahaan di Astra punya dana sosial yang disalurkan buat yatim, buat mesjid, dan buat kelompok-kelompok perikanan.
A:
Apa saja pelatihan yang diikuti Pokdakan Budi Ilma Sejahtera?
B:
Dari Sudin tidak ada pelatian tapi pembinaan saja, ada khusus dari Sudin yang bina kita. Kalo sudin itu yang diberikan ke pokdakan, satu perlengkapan, mesin, peralatan2, kaya waring,
terus bibit. Awalnya Sudin memberikan
suntikan seperti itu, buat mesin kemudian bibit, sama seluruh keperluan dah yang berkaitan dengan empang, termasuk juga perbaikan-perbaikan empangnya. Cuma ada pelatihan dan studi bandingnya dari Astra Group yang di kerawang itu. A:
Siapa yang memberikan pelatihan tersebut?
B:
Dari Astra Group
A:
Kapan pelatihan itu diberikan?
B:
Lupa saya
A:
Dimana pelatihan itu berlangsung?
B:
Pelatihan di Karawang
A:
Bagaimana proses pelatihan tersebut?
B:
Palatihan prosesnya seperti, kita diajarkan bagaimana kolam yang baik itu, harusnya kolamnya dikeringin dulu, dalam keadaan kering dikasih garam terus kemudian dijemur dulu baru di airin lagi. Satu teknis kolam yg dari tanah. Terus kemudian kalo kalam yang dari batu tidak seperti itu teknisnya cukup dikuras hingga bersih, terus bisa diisi air kembali. Terus kolam yang dari terpal, sama prosesnya seperti kolam yang dari batu, yang diajarkan ke kita. Sampai teknis pembibitan, terus sampe teknis pembesaran, terus teknis pemberian makan (pakan) kalo mereka (Karawang) pakannya bikin sendiri, pakan dasar bikin sendiri sampai panen, kalo kita disini engga. Jadi pakan awalnya itu umur 1 bulan sampe 2 bulan atau 1 bulan sampe 1 bulan setengah pakan pelet kita pakan jadi beli di toko. Setelah umur 1 bulan, dari pembibitan kan 1 bulan tuh, lepas ke kolam 1 bulan berarti umur 2 bulan tuh, nah umur 2 bulan kita udh pake pakan limbah, limbah ikan (pala ikan, perut ikan yg udah dibuang) kita gunain pake itu. Alasannya 1 lebih hemat, murah, pertumbuhannya lebih cepat.
A:
Apa yang Bapak dapat dari pelatihan tersebut?
B:
Ya artinya yg kita dapet dari pelatihan itu banyak sih sebetulnya, dari teknis kolam, teknis pembibitan, sampe pembesaran sampe teknis pakannya dan sampe teknis panennya. Panen juga bukan sembarangan panen, kan ada teknisnya gitu, gak asal kaya orang nyari dirawa gitu. Kalo gak ikutin teknis kan bisa rugi, teknisnya juga kan ada.
A:
Bagaimana tanggapan dan harapan bapak mengenai keberadaan pokdakan budi ilma sejahtera?
B:
Ya sebetulnya harapan saya kan, karena memang itu sedikit banyak menunjang perekonomian masyarakat. Karena sudah 2 kali ini tersapu banjir,
harapan kita nyambung lagi ke Dinas dan nyambung lagi ke Astra, dan bisa bergerak lagi, bisa berjalan lagi seperti biasa. Dampak Pembudidayaan Ikan Lele A:
Apa perbedaan yang Bapak rasakan dari sebelum dan sesudah bergabung kedalam kegiatan budidaya?
B:
Sebenernya mungkin kalo saya barang kali sama aja, kalo saya kan tadinya cuma pengen meningkatkan semangat anggota yang lain, kalo sebenernya ada atau tidak adanya pokdakan gak ada pengaruhnya itu, ya kaya gini-gini aja. Cuma tadinya saya bergabung itu pengen yang lian itu perekonomiannya pengen lebih baik gitu. Makannya sedikit banyak itu saya suplay saya bantu gitu, kalo saya kan di pokdakan itu cuma melengkapi aja, memotori yang lain, menggeraki yang lain. Supaya yang lain itu ada semangatnya terpacu, mereka bangkit, mau meningkatkan perekonomiannya, yang rata-rata perekonomian yang ada dibawah supaya naik. Ya mungkin seperti saya cuma pemacu aja, penggerak aja supaya mereka jalan.
A:
Bagaimana keadaan ekonomi Bapak sebelum ikut bergabung kedalam kegiatan budidaya ini?
B:
Ya kaga gini-gini aja
A:
Bagaimana keadaan ekonomi Bapak setelah ikut bergabung kedalam kegiatan budidaya?
B:
Ya kaya yang tadi sudah saya bilang, gini-gini aja. Tapi dari pokdakan ini, sedikit banyak dapat membantu perekonomian, ya artinya paling tidak ketika panen kita punya kelebihan dari hasil panen, jarang sih yang rugi, ya ruginya cuma banjir itu yang kerugian total banjir. Tapi kalo selain banjir gak ada cerita artinya rugi.
A:
Dampak apa saja yang Bapak rasakan setelah bergabung kedalam kegiatan budidaya?
B:
Dampak ekonomi sih ada, ya artinya walaupun sedikit banyak dari hasil panen ada kelebihannya gitu. Seperti kita modal nih 2 juta, dari ngelepas sampai selesai panen, nah itu kan ketika kita panen dari modal 2 juta bisa sampe 4 juta sekali angkat bisa 4 juta, kita punya kelebihan 2 juta. Kalo kita ngelepasnya lebih banyak seperti 4 juta nih kita lepas modalnya 4 juta artinya bibitnya lebih banyak, modal pakannya juga lebih gede, otomatis hasilnyakan lebih gede.
A:
Kapan dampak itu mulai dirasakan?
B:
Setelah ikut pokdakan ini
A:
Apakah dari hasil budidaya itu Bapak sudah dapat memenuhi kebutuhan dasar keluarga Bapak?
B:
Kayanya belum yah, kan saya ada usaha lain juga buat mencukupinya
A:
Berapa penghasilan yang Bapak dapat sebelum bergabung kedalam kegiatan budidaya?
B:
Ya cukuplah buat makan
A:
Berapa penghasilan yang Bapak dapat setelah bergabung dalam kegiatan budidaya?
B:
Bisa 4 juta sekali angkat
A:
Apakah penghasilan dari budidaya setara dengan penghasilan dari Bapak bekerja yang lain?
B:
Engga setara lah, ya artinya kan di Pokdakan itukan saya bilang cuma sebagai penggerak aja, kadang-kadang ada kelebihan panen juga saya gak ambil, buat yang laen aja, buat yang nangkep. Kalo saya modalnya aja saya ambil
kemudian kelebihannya itu kebanyakan saya gak ambil gitu. Saya kasihin anggota aja udah, ya karena dari pokdakan itu tidak jadi pokok utama. A:
Siapa saja yang merasakan dampak dari budidaya ini?
B:
Anggota yang pasti, selain itu orang-orang sekitar yang ikut bantu-bantu di Pokdakan
Nama
: Amroini
Pekerjaan
: Guru Mengaji
Hari/Tanggal
: 06 Desember 2015
Tempat
: Perkarangan Rumah Ketua RT 06
Waktu
: 08:41 WIB
Jabatan
: Sekretaris
Pelaksanaan Pembudidayaan Ikan Lele A:
Apakah Bapak mengetahui dengan adanya kegiatan Kelompok Budidaya Ikan (Pokdakan) Budi Ilma Sejahtera di wilayah ini?
B:
Iya tau
A:
Apakah Bapak termasuk kedalam Anggota Budi Ilma Sejahtera?
B:
Iya, sekretaris juga
A:
Bagaimana cara Bapak bisa bergabung kedalam Pokdakan Budi Ilma Sejahtera?
B:
Saya kan termasuk penggagas
A:
Sejak kapan bapak bergabung kedalam anggota Budi Ilma Sejahtera?
B:
Dari awal, dari 2008 mulai
A:
Kenapa bapak bergabung dengan Pokdakan Budi Ilma Sejahtera?
B:
Menambah penghasilan juga
A:
Apakah bapak mengetahui tujuan dari dibentuknya Pokdakan Budi Ilma Sejahtera?
B:
Yang pertama banget si ya ningkatin perekonomian, yang kedua ya kerukunan biar bisa kerja bareng, dari sepuluhan anggota pasti turun semua, siapapun yang panen pasti ikut panen, kalau ekonomi sih jelas banget meningkat dampaknya.
A:
Kapan tepatnya Pokdakan Budi Ilma Sejatera dibentuk?
B:
Lahirya si tahun 2010.Sebenenya si dari pak RW Pak Haji Hapipi. Terus bilang ke kelurahan, terus disampein ke kelurahan, kelurahan menyetujui langsung dibentuk, bentukannya si dari 2008,tapi resminya ya 2010
A:
Siapa pendiri pokdakan budi ilma sejahtera?
B:
RW sama anggota termasuk saya pendiri
A:
Dimana kegiatan budidaya itu berlangsung?
B:
Malaka
A:
Apakah bapak di ikut sertakan dalam setiap kegiatan di Pokdakan Budi Ilma Sejahtera?
B:
Pasti dilibatin.
A:
Bagaimana proses budidaya itu dilakukan?
B:
Dia itu ada dua model.bibit dan besarin.Kalau bibitin indukan mah enak, cuma indukan kita tetesin sampe umursatu bulan udah bisa dijual, itu ukurannya 7 sampe 8 centimeter, untuk budidaya hasil itu 7 sampai 8 centi sampai kira-kira ukuran 1 Kg/8 ekor dan butuh waktu yang lama, juga nanti butuh di sortir, jadi yang gede yang kita ambil kita panen, yang kecil masukin lagi.
Ketika ditaro diempang satu bulan kan makannya pelet, daripertama kan ada makannya gak teratur, ada yang makannya cepet dan ada yang lambat. Jadi bentuk pertumbuhannya jauh, nah yang gede yang diangkat duluan, kurang lebih dari 3 bulan kita sortir yang gede kita jual, yang kecil-kecil masih banyak bisa sampe setengah, entarkita kasih makan lagi jeroan, kaya jeroan perut ikan, limbah ayam. Kurang lebih satu bulan pembesaran, nah yang bener-bener panen itu dari yang terahir, keuntungan dari yang terakhir, panen pertama buat balikin modal, nah yang terakhir untuk keuntungan. A:
Hambatan atau kendala apa saja yang dirasakan dalam proses kegiatan budidaya?
B:
Yang pertama si musim hujan, ikan pasti kembung dan juga banjir, perutnya pasti gede dan juga banjir. Nah kalau musim panas penyakitnya di penyakit kuning yang susah diobatin, kan pernah dibuka satu sampe dalemannya kuning semua, nah itu harus dipisah, kalau gak dipisah bakalan menular, harus dikontrol lah setiap hari baik pembibitan dan pembesaran.
A:
Apa saja kegiatan-kegiatan yang ada di Pokdakan Budi Ilma Sejahtera?
B:
Ya budidaya sama kegiatan kumpul-kumpul lainnya
A:
Siapa saja pihak yang berperan dalam keberlangsungan budidaya di Pokdakan Budi Ilma Sejahtera?
B:
Ada, yaitu donator, yaitu PT Akebono yaitu CSR dari Astra dan gabungan 11 PT, penanggung jawab masalah pembiaayaan ya PT. Akebono yang kedua, yang pertama daridinas perikanan dan kelautan.
A:
Apa saja pelatihan yang diikuti Pokdakan Budi Ilma Sejahtera?
B:
Waktu itu sekitar 3 bulan sekali ada pelatihan, yang jelas teorinya bagaimana membesarkan ikan, selama 1 tahun. Kalau dari Akebono, study banding ke karawang, karena di karawang karena dia sudah ahli ke seluruh Indonesia dan
pengelolaannya bagus, pokoknya caranya bagaimana ikan itu jangan banyak yang mati. Karena yang kita kelola, kadang ada yang gede ada, yang kecil ada. A:
Siapa yang memberikan pelatihan tersebut?
B:
Sudin dan Akebono
A:
Kapan pelatihan itu diberikan?
B:
Dulu sih sekitar 3 bulan sekali
A:
Dimana pelatihan itu berlangsung?
B:
Ada yang di Karawang, Kita sih ada dari dinas, kadang dikelurahan, dikecamatan, pernah juga 3 kali di walikota, emang khusus perikanan dan kelautan, pernah kita belajar lagi dari TPI ( TEMPAT PELELANGAN IKAN) Cilincing, jadi disitu ada pembudidaya bandeng, ada pembudidaya kakap, udang belajar segala macem, itu dari dinas, nah kalau dari karawang juga sama, jauh-jauh pernah kita ke Kebumen, belajar dari ahlinya, nah kalau dari Kebumen itu program CSR dan kalau dari kecamatan dari dinas.
A:
Bagaimana proses pelatihan tersebut?
B:
Di jelasin teorinya besari ikan sama prakteknya juga
A:
Apa yang Bapak dapat dari pelatihan tersebut?
B:
Cara budidaya yang bener itu kaya gimana, itu sih
A:
Bagaimana tanggapan dan harapan bapak mengenai keberadaan pokdakan budi ilma sejahtera?
B:
Posistif banget, seandainya kalau panen, bisa kerahin anak muda yang menggagur dengan kita upah, 60 persen positif lah.
Dampak Pembudidayaan Ikan Lele A:
Apa perbedaan yang Bapak rasakan dari sebelum dan sesudah bergabung kedalam kegiatan budidaya?
B:
Ilmu udah pasti ningkat sama perbedaannya dari peningkatan ekonomi
A:
Bagaimana keadaan ekonomi Bapak sebelum ikut bergabung kedalam kegiatan budidaya ini?
B:
Ya begitu dah namanya guru ngaji
A:
Bagaimana keadaan ekonomi Bapak setelah ikut bergabung kedalam kegiatan budidaya?
B:
Lumayan bisa dapet taambah-tambahan
A:
Dampak apa saja yang Bapak rasakan setelah bergabung kedalam kegiatan budidaya?
B:
Dampak ekonomi udah pasti,
A:
Kapan dampak itu mulai dirasakan?
B:
Ya pas bergabung dan dapet hasil panen
A:
Apakah dari hasil budidaya itu Bapak sudah dapat memenuhi kebutuhan dasar keluarga Bapak?
B:
Yah kalau manusia sih gak ada cukupnya, tapi lumayan lah bisa buat nabung, ngurus anak, cukuplah segitu, kan hitungannya sekali panen 3 bulan, 5 juta, perkiraanya satu bulan satu juta setengah, dari pertama satu juta satu juta setengah perbulan, skarang 3 juta perbulan dari 2 usaha.
A:
Berapa penghasilan yang Bapak dapat sebelum bergabung kedalam kegiatan budidaya?
B:
Penghasilan tetap 1,5 juta perbulan dari ngajar ngaji
A:
Berapa penghasilan yang Bapak dapat setelah bergabung dalam kegiatan budidaya?
B:
Nah dari pokdakan bisa 3 juta perbulan
A:
Apakah penghasilan dari budidaya setara dengan penghasilan dari Bapak bekerja yang lain?
B:
Ya bisa dibedain lah
A:
Siapa saja yang merasakan dampak dari budidaya ini?
B:
Dari 10 anggota ngerasain dampaknya, walaupun pertama kali masuk pokdakan ancur-ancuran, karena belum ada teori dan air jelek karena gak tau obat, pertama gagal lah, tapi setelah tau segala macamnnya, kegagalan 20% lah.Tadinya kan kita mau manfaatin lahan, terus bentuk-bentuk empang bentuk lahan 3x4, 3x6, daripada lahan kosong, mending dipake lele, untungnya lahan gak pernah ditarik oleh PT Garden, karena ini milik PT Garden, kita minta izin untuk pemanfaatan lahan.
Nama
: Hayul Qoyum
Pekerjaan
: Karyawan Swasta
Hari/Tanggal
: 09 Januari 2016
Tempat
: Rumah Bapak Hayul (Malaka 2, RT 06)
Waktu
: 13.35 WIB
Jabatan
: Anggota
Pelaksanaan Pembudidayaan Ikan Lele A:
Apakah Bapak mengetahui dengan adanya kegiatan Kelompok Budidaya Ikan (Pokdakan) Budi Ilma Sejahtera di wilayah ini?
B:
Iya
A:
Apakah Bapak termasuk kedalam Anggota Budi Ilma Sejahtera?
B:
Iya termasuk anggota
A:
Bagaimana cara Bapak bisa bergabung kedalam Pokdakan Budi Ilma Sejahtera?
B:
Kita dapat ajakan dari RW yang sebagai motifator kita
A:
Sejak kapan bapak bergabung kedalam anggota Budi Ilma Sejahtera?
B:
Masuk ke pokdakan sejak awal, sejak tahun 2010
A:
Kenapa bapak bergabung dengan Pokdakan Budi Ilma Sejahtera?
B:
Awalnya karena adanya keterhimpitan ekonomi, dan buat menambah penghasilan
A:
Apakah bapak mengetahui tujuan dari dibentuknya Pokdakan Budi Ilma Sejahtera?
B:
Buat ya menambah wawasan kita tentang berbudidaya lele dan menambah penghasilan kita disamping penghasilan kita selama ini
A:
Kapan tepatnya Pokdakan Budi Ilma Sejatera dibentuk?
B:
2010
A:
Siapa pendiri pokdakan budi ilma sejahtera?
B:
Semua anggota itu pendiri
A:
Dimana kegiatan budidaya itu berlangsung?
B:
Di malaka 2
A:
Apakah bapak di ikut sertakan dalam setiap kegiatan di Pokdakan Budi Ilma Sejahtera?
B:
Iya, kaya pelatihan tentang perawatan lahan, cara berbudidaya yang baik, cara pemberian pakan, cara pembuatan pakan tambahan, pembibitan itu aja dulu
A:
Bagaimana proses budidaya itu dilakukan?
B:
Awalnya kolam/empang di keringkan terlebih dahulu, setelah steril kita keringkan dulu baru kita taburin obat semacam bubuk kalo gak ada obat biasanya kita pake pupuk kandang. Setelah dikeringkan 2-3 hari baru kita kasih air. Sebetulnya untuk lele gak perlu ada sirkulasi air, tapi harus di ukur pH airnya saja,/ keasaman air, ada alat pengukur keasaman airnya. Isi empang sekitar kedalaman 80 centi, kedalam ini udah gak tembus matahari ke dalam airnya. Pada saat bening nanti kita tebar. Jangan dulu dimasukin ikan, tunggu sampe steril, tunggu sore hari, karena air sudah adem. Biar lelenya juga gak stress. Biasanya kalo gak magrib ya sekitar jam 6-7 kita taro benih. Dari ukuran 3-4 centi sampe 4-6 centi ada dua jenik ukran lele. Kalo kita pengen
hasil yang bagus ya.. harus 4-6 centi untuk mendapatkan hasil yang naksinal nantinya. Jadi kalo lepasin 3,4,5,6 nantinnya hasilnya juga gak maksimal, bisa yg mana yang gede duluan nanti jadi kanibal. Kalo pakannya gak tercukupi. A:
Hambatan atau kendala apa saja yang dirasakan dalam proses kegiatan budidaya?
B:
Cuaca banjir, terus penyakit lele sendiri, terus hama semacam kaya hama ulur segala macem, hambatannya ya itu aja
A:
Apa saja kegiatan-kegiatan yang ada di Pokdakan Budi Ilma Sejahtera?
B:
Shering antar anggota kita, shering tentang bagaimana cara kita supaya berhasil lebih baik, kita mau cari bibit dimana yang baik, terus lagi perawatanperawatan apa aja yang kurang nih dari anggota kita kita, itu bisa seminggu 2 kali kita ngumpul. Kegiatan yang lain ya paling kita bikin umpan
A:
Siapa saja pihak yang berperan dalam keberlangsungan budidaya di Pokdakan Budi Ilma Sejahtera?
B:
Ya satu, seluruh anggota. Kedua ya itu dari pemuka masyarakat setempat kaya RW, Lurah sebagai penanggung jawab kita, terus dari suku dinas peternakan sebagai penyuluh kita, ke csr akebono kita minta bantuan pengembangan lahan kita
A:
Apa saja pelatihan yang diikuti Pokdakan Budi Ilma Sejahtera?
B:
Pelatihan dan penyuluhan kita dibantu suku dinas yang penyuluhan tentang pembudidayaan di lokasi kita sendiri. Pembibitan kita diberikan penyuluhan di karawang plus bantuan dari csr didanai sama csr kan pembibitan juga ada biayanya
A:
Siapa yang memberikan pelatihan tersebut?
B:
Sudin sama csr akebono
A:
Kapan pelatihan itu diberikan?
B:
Kapan ya, awal-awal kita mulai
A:
Dimana pelatihan itu berlangsung?
B:
Penyuluhan tentang pembudidayaan di lokasi kita sendiri, Pembibitan kita diberikan penyuluhan di karawang
A:
Bagaimana proses pelatihan tersebut?
B:
Prosesnya dari mulai pelepasan benih sampe pemberian pakan, dari persiapanpersiapannya, lahannya sebesar apa terus muatnya kapasitas ikannya berapa ribu ekor terus pemberian pakannya sehari berapa kali, jenis pakanya apa, pakan tambahannya apa, supaya mengurangi kos biaya anggaran pakan karena harga pakan yang sekarang melambung tinggi pakan pabrik alternatif kita diberikan penyuluhan bagaimana cara penanggulangan pakan yang murah tapi tidak mengurangi kualitas.
A:
Apa yang Bapak dapat dari pelatihan tersebut?
B:
Ya pengetahuan, karena awalnya kita bangkrut dan hasilnya gak maksimal karena ketidak tahuan kita bagaimana budidaya lele sama sekarang kita udah bisa memproduksi benih sendiri, dari induk yang diberikan dari csr sama pelatihan itu sekarang kita udah bisa pembibitan sendiri dan bibit-bibit itu udah bisa kita bagikan ke kelompok
A:
Bagaimana tanggapan dan harapan bapak mengenai keberadaan pokdakan budi ilma sejahtera?
B:
Sangat baik, disamping kita bisa menambah pengetahuan kita tentang berbudidaya nah kita bisa hidup berkelompok terus lagi bisa membantu
menopang kebutuhan keluarga. Harapannya supaya kita lanjut terus biar bisa membantu pokdakan-pokdakn yang lain juga Dampak Pembudidayaan Ikan Lele A:
Apa perbedaan yang Bapak rasakan dari sebelum dan sesudah bergabung kedalam kegiatan budidaya?
B:
Ya sebelumnya yang tadinya kita gak tau jadi kita tau secara pembudidayaan lele, karena kita dikasi training atau penyuluhan dari sudin, awalnya kita bangkrut dan hasilnya gak maksimal karena ketidak tahuan kita bagaimana budidaya lele, setelah tidak berhasil baru kelompok kita mengajukan ke sudin untuk penyuluhan bagaimana ternak lele yang baik. Seharusnya yang dari 5000 ekor kita tanem benih ya hasilnya gak maksimal, dari segitu harusnya 34 kintal yang kita panen per 3 bulan, itu gak mencapai bahkan kita punya 1 kital. Kita jual lele konsumsi ke pengepul itu antara 15 – 17 ribu per kilo. Kalo pengepul ke pasaran itu bisa hampir 20 lebih, ya karna kita kan dijemput. Setelah kita ikut pokdakan, ya ditiap bulannya mungkin rata-rata antara 1-2 juta dari ikan itu ada. Kita ada tambahan, setelah kita potong ongkos produksi kita kaya pakan, dan untuk modal awal lagi, modal awal kita udah kembali kita ada untung disitu. Jadi kita bisa menghidupi keluarga kita, ya contohnya anak kita bisa kuliah dari situ tambahan kita dan belanja rumah tangga kita yg tadinya sulit buat menutupi kebutuhan rumah tangga ya setalah kita ikut pokdakan alhamdulilah kita terbantu dari hasil kita ikut pokdakan, kita bisa biayai anak sekolah disamping gaji yang gak seberapa kerja diperusahaan swasta
A:
Bagaimana keadaan ekonomi Bapak sebelum ikut bergabung kedalam kegiatan budidaya ini?
B:
Ya biasa-biasa aja sih
A:
Bagaimana keadaan ekonomi Bapak setelah ikut bergabung kedalam kegiatan budidaya?
B:
Kita ada tambahan
A:
Dampak apa saja yang Bapak rasakan setelah bergabung kedalam kegiatan budidaya?
B:
Dampak nya ya satu. Kita jadi tau, kita bisa cara berternak lele. Dua, ekonomi keluarga kita juga bertambah. Yang tadinya mungkin penghasilan kita dibawah rata-rata setelah kita ikut pokdakan nah itu kita bertambah penghasilan kita. Selama kita udah diberikan materi sama sudin otomatis ilmu kita bertambah. Kita jadi punya penghasilan tetap tiap bulannya, kalo kita punya 3 empang kan tiap bulan kita panen, sistem rotasi terus juga dampak dari budidaya ini dari anak kita gak bisa melanjutkan jenjang ke sekolah menengah atas sekarang jadi bisa karena setiap bulannya kita udah merasakan adanya hasil dari ternak tersebut
A:
Kapan dampak itu mulai dirasakan?
B:
Ya setelah ikut di Pokdakan
A:
Apakah dari hasil budidaya itu Bapak sudah dapat memenuhi kebutuhan dasar keluarga Bapak?
B:
Kalau untuk mencukupi belum, karena kita masih dibantu sama kita bekerja yang lain
A:
Berapa penghasilan yang Bapak dapat sebelum bergabung kedalam kegiatan budidaya?
B:
Antara 1,5 samapai 2 juta sebulan
A:
Berapa penghasilan yang Bapak dapat setelah bergabung dalam kegiatan budidaya?
B:
Setelah kita ikut pokdakan alhamdulilah kita bisa ketopang antara 1 sampai 1,5 sebulan. Karena tiga bulan kita panen itu bisa 3 juta. Kita ambil rata-rata perbulanyaitu 1,5 kita dapet
A:
Apakah penghasilan dari budidaya setara dengan penghasilan dari Bapak bekerja yang lain?
B:
Setara sih
A:
Siapa saja yang merasakan dampak dari budidaya ini?
B:
Ya keluarga kita, istri yang tadinya morat marit menutupi kebutuhan bisa kebantu sama hasil budidaya, anak bisa sekolah