PERAN PEMBIMBING ROHANI ISLAM DALAM MENGEMBANGKAN KECAKAPAN HIDUP GENERIK (GENERAL LIFE SKILLS) PADA ANAK YATIM-PIATU DI PANTI ASUHAN ARIA PUTRA CIPUTAT
Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh Aisyah Syaftarini NIM: 109052000007
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1434 H/2013 M
ABSTRAK
Aisyah Syaftarini Peran Pembimbing Rohani Islam dalam Mengembangkan Kecakapan Hidup Generik (General Life Skills) Pada Anak Yatim-Piatu di Panti Asuhan Aria Putra Ciputat Saat ini tingkat kenakalan remaja semakin meningkat, banyaknya kasus di Indonesia sebagian besar disebabkan oleh remaja. Mulai dari masalah tawuran antar sekolah, narkoba, seks bebas, aborsi, pencurian, pemerkosaan, dsb. Minimnya pendidikan yang di dapat, kurangnya kasih sayang dari orang tua serta kurangnya perhatian dari guru menyebabkan anak terjerumus ke jalan yang salah. Anak yang tidak memiliki keluarga lengkap akan mudah ikut terjerumus. Disinilah figur orang tua pengganti, dalam konteks ini pembimbing rohani Islam, berperan untuk mengawasi, mendidik dan melindungi anak-anak agar tidak terjerumus hal-hal negatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana peran pembimbing rohani Islam dalam mengembangkan kecakapan hidup generik (general life skills), selain itu penelitian ini juga ingin mengetahui metode apa yang digunakan, dan apa faktor pendukung dan penghambat dalam mengembangkan kecakapan hidup generik. Dari hasil penelitian melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi. Peneliti menemukan bahwa, adanya perubahan dalam berkomunikasi dengan baik dan bekerjasama yang terjadi pada anak, setelah mengikuti bimbingan rohani Islam. Anak-anak menjadi lebih berani untuk tampil ke depan, percaya diri, semakin taat kepada Allah SWT, memiliki akhlak yang baik, dan mudah berkomunikasi. Metode yang digunakan adalah ceramah, dialog, diskusi dan membentuk kelompok kecil. Adapun faktor pendukungnya adalah pembimbing memiliki pengetahuan yang luas, baik agama maupun akademik, sarana dan prasarana yang menunjang untuk proses berjalannya kegiatan bimbingan rohani, materi yang disampaikan baik untuk kehidupan anak sehari-hari dan kedepannya, serta antusiasme anak-anak ketika mengikuti kegiatan. Faktor penghambatnya adalah perbedaan daya tangkap anakanak ketika mengikuti bimbingan, serta kurangnya antusiasme dari anak laki-laki. Key words: Peran, Pembimbing Rohani Islam, kecakapan hidup generik (general life skills)
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Segala puji bagi Allah SWT Maha Pencipta alam semesta yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada seluruh umat manusia, hanya Dialah tempat mengadu dan memohon perlindungan. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya, serta umatnya yang selalu istiqomah menjalankan ajarannya. Alhamdulillah, penulis telah dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Peran Pembimbing Rohani Islam dalam Mengembangkan Kecakapan Hidup Generik (General Life Skill) di Panti Asuhan Aria Putra Ciputat”. Penulis sadar, bahwa tanpa bantun dan motivasi serta bimbingan dari berbagai pihak, sulit kiranya penulis menyelesaikan skripsi ini guna memenuhi tugas persyaratan akademik untuk mencapai gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) Program Strata Satu (S1) Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan rasa terima kasih sedalam-dalamnya kepada kedua orang tua yang penulis cintai Ayahanda Syaiful Bahri dan Ibunda yang sangat luar biasa Dwi Tarini. yang telah membesarkan penulis dan senantiasa mencurahkan kasih sayang, do’a, kesabaran, keikhlasan, dan perjuangan hidup demi kelangsungan pendidikan putra-putrinya dalam membesarkan dan mendidik penulis dengan penuh tanggung jawab, sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan hingga sekarang. Selain itu, penulis juga mengucapkan rasa terima kasih dan apresiasi yang tinggi atas semua bantuan dan jasa yang diberikan dalam penyelesaian skripsi ini terutama untuk beberapa pihak, di antaranya: 1. Dr. Arief Subhan, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
ii
2. Dra. Rini Laili Prihantini, M.Si, selaku Ketua Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Drs. Sugiharto, MA, selaku Sekretaris Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Prof. Dr. Daud Effendi, AM, selaku Dosen Pembimbing yang telah dengan ikhlas dan penuh perhatian serta pengarahan dalam membantu penyusunan skripsi ini. 5. Artiarini Puspita Arwan, M.Psi, atas semua masukan dan bantuannya dalam penyelesaian skripsi ini. 6. Seluruh Dosen di lingkungan Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam yang telah banyak memberikan ilmu pengetahuan pada penulis sejak awal kuliah hingga penulisan skripsi ini selesai. 7. Kepala panti asuhan Aria Putra, Bapak H. Deddy Munadi, S.Pd,
Bapak
Syamsudin, S.Pd.I, Bapak Ustad Imam Akbar, Tini Rostini, S.Kom, kakak Arief, kakak Abi beserta seluruh anak-anak penghuni panti asuhan Aria Putra. Terima kasih telah menyediakan waktu dan tempat untuk membantu penelitian penulis. 8. Kepada kakak dan adikku tersayang M. Andi Gilang Ramadhan dan Annisa Aulia Fortunella, terima kasih atas bantuannya dalam hal apapun. 9. Teruntuk M. Hasan Syahru Ramadlan, yang telah menemani dan membantu penulis dari awal perkuliahan sampai sekarang. terima kasih untuk do’a dan motivasinya. 10. Sahabatku Nina Riyanti Januarita dan Irhamna Ramadhon, terima kasih selalu ada untuk menyemangati dan menemani penulis saat suka dan duka. 11. Teman-teman team horror Kepod, Via, Ike, Putri, Sundus. Terima kasih untuk kebersamaannya. 12. Keluarga BPI angkatan 2008 Eka, Nila, Ayu, Fido, Fitri, Sirly, lebay, Indah, Jannah, Netta, Tri, Oki, Ocid, Enan, Boi, Wisnu, Dhano. Terima kasih untuk canda, tawa, suka maupun duka yang kita lewati bersama-sama.
iii
13. Keluarga BPI angkatan 2009 Andrian, Hesti, Abir, Anita, Mira, Yofie, Yuli, Zainal, Dede, Dini, Sadam, Hary. Terima kasih untuk canda, tawa, suka maupun duka yang kita lewati bersama-sama. 14. Adik-adik kelas BPI angkatan 2009, 2010, 2011. 15. Teman-teman Darsane, terima kasih telah memotivasi penulis sampai selesainya skripsi ini. 16. Teman-teman SPI angkatan 2008, terima kasih sudah banyak memberikan kenangan di awal perkuliahan.
Akhirnya penulis berharap semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda atas semua jasa dan bantuan serta pengorbanan yang telah diberikan kepada penulis. Ciputat, 27 Mei 2013
Aisyah Syaftarini
iv
DAFTAR ISI
Abstrak............................................................................................................... i Kata Pengantar ................................................................................................... ii Daftar isi............................................................................................................. v BAB I PENDAHULUAN……………………………………………..........
1
A. Latar Belakang Masalah………………...………………………
1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah……………..…………....
12
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian………………………………..
12
a. Tujuan Penelitian……………………………………….
12
b. Manfaat Penelitian……………………………………..
13
D. Metode Penelitian…....………………………………………..
13
1. Metodologi Penelitian……………………………….….
13
2. Lokasi dan Waktu Pelaksanaan Penelitian .……………
13
3. Subjek dan Objek Penelitian……………………………
14
E. Teknik Pengumpulan Data………….………………………….
14
F. Sumber Data……………………………………………………
15
G. Analisa Data…………………………………………...
15
H. Teknik penulisan……………………………………………….
15
I. Tinjauan Pustaka……………………………………………….
16
J. Sistematika Penulisan………………………………………….
17
BAB II LANDASAN TEORI……………………………………………..
19
A. Definisi Peran…………..……………………...………………...
19
B.Bimbingan Rohani Islam ………………………………………... 21 1. Pengertian Bimbingan Rohani Islam…..……………….
v
21
2. Tujuan Bimbingan Rohani Islam…………….…………
27
3. Fungsi Bimbingan Rohani Islam……………………….
29
4. Jenis-jenis Bimbingan Rohani Islam…………………… 30 5. Metode Bimbingan Rohani Islam………………………
30
a. Metode Bimbingan Kelompok…………………
31
b. Metode Bimbingan Individual………………….
31
C Kecakapan Hidup………………………………………………
32
1. Pengertian Kecakapan Hidup (life skill).……………….
32
2. Tujuan dan Manfaat kecakapan Hidup (life skill)..……..
35
BAB III PROFIL YAYASAN PANTI ASUHAN ARIA PUTRA…….… 39 A.
Sejarah dan Perkembangan Panti Asuhan Aria Putra……..…..
39
B.
Bentuk Pembinaan Anak Asuh …..………….…………..…...
40
C.
Prosedur Penerimaan Anak Asuh ……………….……………. 40
D.
Kategori Status Anak ………….………………………..……
41
E.
Visi dan Misi..............................................................................
41
F.
Susunan Pengurus Panti Asuhan Aria Putra ………………….
42
G.
Fasilitas, Sarana dan Prasarana ……………………………….
42
BAB IV TEMUAN LAPANGAN DAN ANALISIS DATA ………..…… 44 A. Identitas Informan……………………………………………..
44
1. Pembimbing…………………………………………...
44
2. Terbimbing……………………………………………
45
B. Analisis
Peran
Pembimbing
Rohani
Islam
Dalam
Mengembangkan Kecakapan Hidup Generik (General Life skills)…………………………. …………………………….. 1. Waktu Pelaksanaan Bimbingan Rohani Islam………..
vi
46 46
2. Materi Bimbingan Rohani Islam……………………....
47
C. Faktor Pendukung dan Penghambat …………………….……. 60 1. Faktor Pendukung……………………………………..
60
2. Faktor Penghambat……………………………………. 61 D. Metode yang Digunakan dalam Mengembangkan Kecakapan Hidup Generik di Panti Asuhan Aria Putra……….………….
63
BAB V PENUTUP ………………………………………………………..
68
A. Kesimpulan……………………………………………………
68
B. Saran ………………….………………………………………
69
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………....... 71 LAMPIRAN
vii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Keluarga merupakan kelompok terkecil di dalam masyarakat, yang terdiri dari suami, istri, dan anak-anak. menurut Singgih D. Gunarsa di dalam buku psikologi praktis: anak, remaja, dan keluarga, “keluarga adalah kelompok sosial yang bersifat abadi, dikukuhkan dalam hubungan pernikah yang memberikan pengaruh keturunan dan lingkungan sebagai dimensi yang penting bagi anak”.1 Keluarga adalah suatu kelompok yang terbentuk dari hubungan laki-laki dan perempuan setelah melalui ikatan pernikahan. Mengutip dari buku Psikologi Sosial, Abu Ahmadi mengatakan bahwa “ada beberapa faktor tujuan individu dalam membentuk keluarga, yaitu: untuk memenuhi kebutuhan biologis, untuk memenuhi kebutuhan sosial, sebagai status di masyarakat, penghargaan, untuk pembagian tugas dan demi hari tua kelak”.2 Dalam keluarga ideal kebutuhan lain yang tidak kalah pentingnya adalah kasih sayang. Hubungan ayah, ibu, dan anak-anak dilandasi rasa kasih sayang yang direalisasikan dalam bentuk pemenuhan kebutuhan yang bersifat rohani maupun jasmani. Yang bersifat rohani, misalnya: perlindungan, belaian,
1
Singgih D. Gunarsa, psikologi praktis: anak, remaja, dan keluarga, (Jakarta:BPK Gunung Mulia, 1991) cet ke-1, h.26. 2 Abu Ahmadi, Psikologi Sosial, edisi revisi (Jakarta, Rineka cipta, 2007) h.238
1
2
pelukan. Sedangkan yang bersifat jasmani, misalnya: pakaian, makanan, alat permainan, alat-alat sekolah, dan alat-alat lain yang diperlukannya. Kasih sayang yang diterima dari orang tua akan menimbulkan rasa aman pada anak, rasa aman ini sangat penting bagi perkembangan anak. anak dapat mengadakan eksplorasi, dapat mengembangkan bakat-bakatnya, dapat memupuk hobinya dengan baik dan leluasa tanpa gangguan rasa takut. Karena, semua kebutuhannya telah terpenuhi oleh orang tuanya. Sejak awal kehidupan anak, adanya kedekatan fisik dan pola asuh orang tua dapat membantu anak untuk berkembang dengan baik. Koestoer Partowisastro menyebutkan di dalam buku Dinamika Psikologi Sosial bahwa “Pola asuh yang baik, komunikasi terbuka, serta menyayangi keberadaan anak dapat membantu anak menjadi anak yang percaya diri, mandiri, dan dapat menghargai orang lain”.3 Keluarga yang utuh adalah keluarga yang anggotanya lengkap ada ayah, ibu, dan anak tetapi tidak hanya sekedar hadir fisik tetapi psikis juga. Keluarga yang utuh memiliki perhatian dan kedekatan antara orang tua dan anak, serta tugas-tugas sebagai orang tua terpenuhi. Sedangkan keluarga yang tidak utuh atau broken home adalah salah satu orang tuanya tidak hadir disebabkan karena meninggal, perceraian atau tidak bertanggung jawab. Anak yang berasal dari Keluarga yang tidak utuh atau broken home akan mengalami
3
Koestoer Partowisastro, Dinamika Psikologi Sosial, Erlangga, Jakarta, 1983, h.90
3
maladjustment, akibat dari hubungan keluarga yang tidak memuaskan. Anak akan frustrasi, murung, tidak bahagia dengan keluarganya. Sebagaimana digambarkan diatas pada umumnya anak yang dibesarkan dalam
keluarga yang tidak sehat dan tidak bahagia, disebabkan salah satu orang tuanya tidak hadir. Syamsul Arifin dalam buku Anak Yatim Kajian Fikih dan Realitas Sosial mengatakan “Yatim adalah anak yang tidak memiliki ayah, sedangkan piatu anak yang tidak memiliki ibu”.4 Yatim menurut Al-Qur’an dan hadits adalah anak yang ayahnya telah tiada sebelum ia mencapai usia baligh. Definisi ini berlandaskan pada ayat al-Qur’an surat An-Nisa/4 ayat 2:
“Dan berikanlah kepada anak-anak yatim (yang sudah dewasa) harta mereka, jangan kamu menukar yang baik dengan yang buruk dan jangan kamu makan harta mereka bersama hartamu. Sesungguhnya tindakan-tindakan (menukar dan memakan) itu, adalah dosa yang besar”.5 Kemudian di dalam surat an-nisa ayat 6 juga di jelaskan:
4
M. Syamsul Arifin Abu, Anak Yatim Kajian Fikih dan Realitas Sosial, (Jawa Timur: Pustaka Sidogiri), h.11. 5 Departemen Agama Republik Indonesia. Al-Qur’an dan terjemahnya, Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur’an Departemen Agama Republik Indonesia, (Bandung: PT Syaamil Cipta Media), h.77.
4
“Dan ujilah anak yatim itu (sebelum baligh) sampai mereka cukup umur untuk menikah. Kemudian jika menurut pendapatmu mereka telah cerdas (pandai memelihara harta), Maka serahkanlah kepada mereka harta-hartanya. dan janganlah kamu makan harta anak yatim lebih dari batas kepatutan dan (janganlah kamu) tergesagesa (menyerahkannya) sebelum mereka dewasa. barang siapa (di antara pemelihara itu) mampu, maka hendaklah ia menahan diri (dari memakan harta anak yatim itu) dan barangsiapa yang miskin, Maka bolehlah ia makan harta itu menurut cara yang patut. Kemudian, apabila kamu menyerahkan harta kepada mereka, Maka hendaklah kamu adakan saksi-saksi (tentang penyerahan itu) bagi mereka. dan cukuplah Allah sebagai pengawas”.6 Kematian orangtua (ayah/ibu) merupakan psikotrauma bagi anak yang sedang berkembang. Kehilangan cinta kasih sayang orang tua akan menimbulkan gangguan pada anak, seperti: depresi dan kecemasan. Menurut Rutter dalam buku Dadang Hawari adanya pengaruh yang berbeda antara anak laki-laki dan perempuan manakala yang meninggal ayah atau ibunya. Rutter menjelaskan: 1. 2.
Kematian ibu pengaruhnya pada anak laki-laki 18% sedangkan pada anak perempuan lebih kurang sama. Kematian ayah pengaruhnya pada anak laki-laki 35% sedangkan pada anak perempuan 13%.7
Menurut Dadang Hawari Bobot pengaruh orangtua (ayah/ibu) yang meninggal terhadap perkembangan anak juga berbeda-beda. Menurutnya: “Pada anak usia balita peran ibu jauh lebih penting dan dominan dari pada ayah, pada anak usia antara 6 hingga 13 tahun (pra-puber) peran ibu dan ayah mulai seimbang, sedangkan pada anak usia puber (14 hingga 18 tahun) peran ayah lebih penting dan dominan. Pada usia puber wibawa ibu biasanya sudah
6
Departemen Agama Republik Indonesia. Al-Qur’an dan terjemahnya, h. 77. Dadang Hawari, Al-Qur’an Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa, (Yogyakarta: PT Dana Bhakti Prima Jasa, 2004), Edisi III (Revisi), h.746. 7
5
menurun, anak kurang patuh dan mendengar kata-kata ibunya, pada masa demikianlah ayah hendaknya tampil ke depan”.8 keluarga yang tidak harmonis dapat mempengaruhi psikologis anak, anak akan mecontoh apa yang dilakukan oleh kedua orang tuanya. Misalkan, adanya kekerasan dalam rumah tangga, anak akan mencotoh apa yang dilakukan ayah atau ibunya seperti memukul, menganiaya bahkan membunuh. Hal ini akan berdampak buruk, sekarang ini banyaknya kasus anak-anak yang terlibat tawuran, pemerkosaan, mabuk-mabukan, narkoba, mencuri, dan lain sebagainya. Dari data akhir tahun 2012 yang di himpun Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) menunjukan angka memprihatinkan. Sebanyak 82 pelajar tewas sepanjang 2012. Komnas PA mencatat 147 kasus tawuran, dari 147 kasus tersebut, sudah memakan korban jiwa sebanyak 82 anak. penyebab paling konkret yang terjadi di lapangan, Antara lain: adanya keinginan meningkatkan pamor sekolah dengan menyerang sekolah lain, pertandingan antar sekolah yang memicu keributan, tradisi senior kepada juniornya, lemahnya antisipasi aparat hukum dan kurangnya perhatian orangtua dan pihak sekolah pada anak9. Fakta ironis yang mengejutkan adalah ternyata bukan hanya anak-anak dari sekolah menengah atas saja yang tawuran tetapi anak SMP dan SD pun ada. Selain kasus tawuran banyak anak-anak sekarang yang berani melakukan seks bebas bahkan sampai hamil dan menggugurkan bayinya. Seperti data yang di dapat dari komnas Perlindungan Anak berdasarkan data yang dihimpun Komnas PA, “tercatat 86 remaja yang melakukan aborsi pada 2011,
8
Dadang Hawari, Al-Qur’an Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa, h.746. http://megapolitan.kompas.com/read/2012/12/21/10534239/82.Pelajar.Tewas.Siasia.karena.T
9
awuran.
6
dan di tahun 2012 meningkat menjadi 121 orang”.10 Hal yang sangat mengkagetkan bangsa Indonesia, remaja adalah generasi penerus bangsa. Jika remaja sekarang banyak yang melakukan hal-hal yang seperti ini bagaimana dengan nasib bangsa Indonesia selanjutnya. Adanya pendidikan baik formal maupun informal berguna untuk mendidik anak-anak menjadi lebih baik, membangun negara agar lebih maju dan berkembang. Pendidikan dari orang tua, guru/pembimbing, lingkungan yang baik sangat berpengaruh pada anak. Kurangnya perhatian dari orang tua atau dari guru akan menyebabkan anak tersebut nakal. Usia mereka yang masih muda, mereka sedang mencari jati diri untuk itu tanpa adanya bimbingan dari orang-orang terdekat anak bisa salah mengambil jalan. Seseorang memerlukan suatu keterampilan untuk dapat mempertahankan hidupnya, hal demikian secara sengaja maupun tidak telah ada sejak manusia ada. Karena, masing-masing anak memiliki kemampuan yang berbeda dalam memecahkan masalah. Hal ini dikarenakan setiap anak merupakan pribadi unik, yang tidak dapat disamakan satu dengan yang lain. Perbedaan kemampuan dalam memecahkan masalah menimbulkan pengaruh bagi pertumbuhan dan perkembangan anak, terutama dalam proses interaksinya di lingkungan masyarakat. Semua manusia pasti menghadapi berbagai masalah yang harus di pecahkan.
10
http://megapolitan.kompas.com/read/2013/01/31/16375646/Aborsi.Bagian.Gaya.Hidup.R
emaja
7
Dalam jurnal Rohita Strategi Pembelajaran Kecakapan Hidup (life skills) Pada Anak Usia Taman Kanak-Kanak, WHO menyatakan, “kecakapan hidup adalah berbagai keterampilan yang dimiliki untuk mampu beradaptasi dengan baik dan perilaku positif agar dapat menghadapi tuntutan dan tantangan di kehidupan
sehari-hari
secara
efektif”.11
Selanjutnya,
Broling
juga
mendefinisikan kecakapan hidup di dalam jurnal Rohita Menurutnya, “Kecakapan hidup adalah interaksi berbagai pengetahuan dan kecakapan yang sangat penting dimiliki seseorang sehingga mereka dapat hidup mandiri”. 12 Kecakapan hidup harus dimiliki setiap orang, dengan kecakapan hidup yang dimiliki seseorang dapat memecahkan masalahnya dengan cepat dan tepat. Kecakapan hidup juga berguna untuk membangun kemampuan perkembangan manusia dan membentuk tingkah laku positif, yang memungkinkan mereka menyelesaikan tantangan hidup sehari-hari secara efektif. Memiliki
kecakapan
hidup
akan
membuat
anak
berhasil
di
lingkungannya, karena anak memiliki bekal yang digunakan untuk mengatasi masalah yang di hadapinya. Dengan kecakapan hidup yang dimiliki anak tidak akan susah dalam berinteraksi dan beradaptasi dengan situasi atau kondisi yang baru ditemuinya. Slamet PH menjelaskan ada lima bidang life skill yaitu, “self awareness (kecakapan mengenal diri), thinking skill (kecakapan berpikir), social skills 11
Rohita, Strategi Pembelajaran Kecakapan Hidup (life skills) Pada Anak Usia Taman kanak-kanak, Jurnal Pendidikan Dasar, Vol. 8, No. 2, September 2007, h.72 12 Rohita, Strategi Pembelajaran Kecakapan Hidup, h. 72
8
(kecakapan sosial), academic skill (kecakapan akademik), dan vocational skill (kecakapan vokasional)”.13 Sebagaimana yang telah disebutkan oleh Slamet PH lima bidang life skill, Iin Hindun juga menjelaskan secara lebih rinci dari lima bidang life skill tersebut. Yaitu: 1. Kecakapan mengenal diri (self awareness) Goleman menyebutkan self awareness meliputi tiga hal, yaitu: a) kesadaran emosi yang berarti mengakui emosi seseorang dan akibatnya, b) penilaian secara akurat yang artinya mengetahui kekuatan dan keterbatasan dirinya, c) percaya diri, yaitu suatu kepastian tentang kemampuan dan harga dirinya. Dengan demikian maka dari pengenalan diri didapatkan beberapa keuntungan bagi pembentukan pribadi seseorang, individu yang mampu mengenal dirinya, kelemahan, dan kekuatannya akan mampu mengembangkan dirinya. 2. Kecakapan berpikir (thinking skill) Menurut Beyer kecakapan berpikir adalah “thinking is a mental process by which students make sense out of experience”. Menurut definisi ini, berpikir merupakan proses mental pada saat seseorang mencoba memahami pengalaman belajarnya. Kecakapan berpikir meliputi: 1) kecakapan menggali dan menemukan informasi, 2) kecakapan mengolah informasi dan mengambil keputusan, serta 3) kecakapan memecahkan masalah secara kreatif. 3. Kecakapan sosial (sosial skill) Kecakapan sosial mencangkup kecakapan komunikasi dengan empati dan kecakapan bekerjasama. Kecakapan komunikasi dengan empati maksudnya, empati sikap penuh pengertian dan seni komunikasi dua arah, jadi yang dimaksud berkomunikasi di sini bukan sekedar menyampaikan pesan, tetapi isi dan sampainya pesan disertai dengan kesan baik yang akan menumbuhkan hubungan harmonis. Sedangkan kecakapan bekerjasama sangat diperlukan karena sebagai makhluk sosial, dalam kehidupan sehari-hari manusia akan selalu bekerjasama dengan manusia yang lain. Kerjasama bukan sekedar kerja sama tetapi yang disertai dengan saling pengertian, saling menghargai, dan saling membantu. 4. Kecakapan akademik (academic skill) Kecakapan akademik sering disebut kemampuan berfikir ilmiah. Kecakapan akademik mencangkup kecakapan melakukan identivikasi variabel, menjelaskan hubungannya pada suatu fenomena tertentu, merumuskan hipotesis terhadap suatu rangkaian kejadian, serta merancang dan 13
Slamet PH, Pendidikan kecakapn hidup: konsep dasar, jurnal pendidikan dan kebudayaan, tahun ke-8, No. 037, Juli 2002, h. 551
9
melaksanakan penelitian untuk membuktikan suatu gagasan atau keingintahuan. 5. Kecakapan vokasional (vocational skill) Kecakapan seseorang untuk melakukan pekerjaan atau tugas, baik dalam dunia kerja maupun untuk hidup kesehariannya.14
Selanjutnya Iin Hindun mengelompokkan kecakapan hidup menjadi dua macam, yaitu: “general life skills (kecakapan hidup generik dan specific life skills (kecakapan hidup spesifik). General life skills meliputi kecakapan personal dan sosial, sedangkan specific life skills meliputi kecakapan akademik dan kecakapan vokasional”.15 Kecakapan-kecakapan yang disebutkan di atas merupakan kecakapankecakapan yang penting dimiliki dan dikuasai anak. kecakapan generik yang meliputi kecakapan personal dan sosial hal yang paling penting dimiliki anak, anak yang tidak memiliki kecakapan hidup generik akan sulit untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya. Memiliki kecakapan hidup generik akan membuat anak berhasil di lingkungannya, karena anak memiliki bekal yang digunakan untuk mengatasi masalah yang di hadapinya. Dengan kecakapan hidup generik yang dimiliki anak tidak akan susah dalam berinteraksi dan beradaptasi dengan situasi atau kondisi yang baru ditemui. Kegagalan penyesuaian pribadi individu ditandai dengan keguncangan emosi, kecemasan, ketidakpuasan dan keluhan terhadap nasib yang dialaminya. Sebagai contoh, anak yang kehilangan orang tua akan mengalami
14
Iin Hindun, Model pengembangan Pendidikan Kecakapan Hidup (life skills) pada sekolah umum tingkat menengah di Kota batu, Jurnal Humanity, Volume I Nomor I September 2005, h. 31. 15 Iin Hindun, Model pengembangan Pendidikan Kecakapan Hidup (life skills), h. 31.
10
gangguan seperti: depresi dan kecemasan. Sebagai bentuk pertahanan diri, anak tersebut harus memiliki kecakapan hidup generik yaitu dengan usaha penyesuaian diri. Usaha secara aktif mengatasi tekanan dan mencari jalan keluar dari berbagai masalah, memecahkan masalah secara kreatif, dapat membuat anak berinteraksi dengan lingkungannya dengan baik. Hal ini dapat menumbuhkan rasa aman dan nyaman dalam diri anak sehingga ia mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya. Kecakapan hidup generik meliputi kecakapan mengenal diri, kecakapan berpikir, dan kecakapan sosial. kecakapan tersebut sangatlah penting dimiliki anak untuk dapat beradaptasi dengan baik di lingkungannya. Anak yang tinggal di panti asuhan mengalami perkembangan yang berbeda dengan anak yang tinggal di rumah. Tanpa pengawasan dan pengarahan tertentu mereka cenderung tidak berkembang dengan baik. oleh karena itu, keberadaan pembimbing rohani bisa membantu mengembangkan kecakapan hidup generik pada anak yatim-piatu di panti asuhan melalui bimbingan rutin dan pengawasan yang dilakukan oleh pembimbing dan pihak asrama secara intensif. Panti asuhan adalah suatu lembaga yang menampung/merawat anak-anak yatim-piatu maupun yang tidak mampu. tempat itulah yang selanjutnya dianggap sebagai keluarga oleh anak-anak tersebut. Panti asuhan berperan sebagai pengganti keluarga dalam memenuhi kebutuhan anak dalam proses perkembangannya. Tujuan pengasuhan di keluarga dan di panti asuhan
11
sebenarnya sama, yang membedakan adalah bentuk pengasuhannya. Jika di rumah orang tua melakukan pengasuhan (hanya 1-5 anak) sedangkan di panti asuhan pengasuh bisa mengasuh mencapai jumlah yang besar (mencapai 30 anak bahkan lebih). Salah satu yayasan panti asuhan yang dikelola swasta adalah panti asuhan Aria Putra. Secara khusus panti ini mengasuh anak-anak yang orang tuanya meninggal dunia atau anak yang datang dari keluarga yang tidak mampu, dengan rentang usia 8 tahun sampai 18 tahun, setelah lulus SMA anak asuh akan di kembalikan ke keluarganya. Dari hasil wawancara awal yang dilakukan di panti asuhan Aria Putra rata-rata pembimbing berasal dari alumnus panti tersebut. Jadi, kedekatan antara pembimbing dengan anak panti sangat akrab seperti keluarga. Di panti ini banyak kegiatan yang dilakukan salah satunya yaitu program bimbingan rohani islam, program ini dilakukan oleh pembimbing rohani islam setiap hari Senin sampai Rabu pukul 16:30 sampai dengan 20:30 WIB. Berdasarkan latar belakang tersebut penulis mencoba menganalisa dengan melakukan penelitian di panti asuhan Aria Putra Ciputat. Untuk dijadikan pembahasan skripsi denga judul: “Peran Pembimbing Rohani Dalam Mengembangkan Kecakapan Hidup Generik (General life skills) Pada Anak Yatim-Piatu di Panti Asuhan Aria Putra Ciputat”
12
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah Agar permasalahan yang berkenaan dengan judul di atas tidak melebar, maka masalah-masalah yang hendak diteliti dalam penelitian ini perlu dibatasi agar arah, tujuan, dan sasarannya lebih jelas. Untuk kemudahan dalam melakukan penelitian maka penulis hanya membatasi penelitian kepada halhal sebagai berikut, yaitu: 1.
Bagaimana peran bimbingan rohani Islam dalam mengembangkan kecakapan generik (general life skills) di panti asuhan Aria Putra Ciputat?
2.
Apa faktor pendukung dan penghambat program bimbingan rohani Islam di panti asuhan Aria Putra?
3.
Metode apa saja yang digunakan dalam mengembangkan kecakapan hidup generik di panti asuhan Aria Putra?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian a. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui bagaimana pembimbing mengembangkan kecakapan hidup generik pada anak yatim-piatu di panti asuhan Aria Putra. 2. Untuk mengetahui bagaimana kecakapan hidup generik anak panti asuhan Aria Putra. 3. Untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana pengaruh kecakapan hidup generik pada anak yatim-piatu di panti asuhan Aria Putra dalam kehidupan sehari-harinya.
13
b. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat dan kegunaan sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis: Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pada dunia ilmu pengetahuan khususnya dalam disiplin ilmu Bimbingan dan Penyuluhan Islam. 2. Manfaat Praktis: Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk penyuluh agama, dan orang tua asuh atau siapapun yang berhubungan dengan panti asuhan dalam mengembangkan kecakapan hidup generik pada anak yatim-piatu dimanapun. D. Metode Penelitian 1. Metodologi Penelitian Untuk mengetahui peran pembimbing rohani dalam mengembangkan kecakapan hidup generik anak yatim-piatu, dan mendeskripsikan fenomena yang ada. Maka penelitian menggunakan model pendekatan kualitatif. Dalam penelitian ini penulis berusaha menguraikan atau menggambarkan peran pembimbing rohani islam dalam mengembangkan kecakapan hidup generik pada anak yatim-piatu. 2. Lokasi dan waktu Pelaksanaan Penelitian Penulis akan melakukan penelitian di panti asuhan Aria Putra Ciputat yang beralamat di Jl. Aria Putra No.1 Ciputat, Tanggerang Selatan. Penelitian dilakukan dari bulan 20 Maret 2013 sampai 8 Mei 2013.
14
3. Subjek dan Objek Penelitian Adapun yang menjadi subjek penelitian ini ialah pembimbing rohani islam di panti asuhan Aria Putra. Sedangkan yang menjadi objek penelitian yaitu anak yang tinggal di panti asuhan Aria Putra Ciputat. 4. Teknik Pengumpulan Data Untuk
memperoleh
data
yang
diinginkan,
maka
penelitian
menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut: a) Observasi Dalam penelitian ini, observasi dilakukan dengan cara berkunjung langsung ke panti asuhan Aria Putra untuk memperoleh data melalui pengamatan di lapangan. b) Wawancara Wawancara dilakukan secara langsung dan mendalam terhadap pihak yayasan dan anak panti, untuk mendapatkan data dan informasi yang dibutuhkan. c) Dokumentasi Pengambilan data-data yang berhubungan dengan penelitian peran pembimbing rohani islam dalam mengembangkan kecakapan hidup generik (general life skills) di panti asuhan Aria Putra. Sumber data tersebut, baik dari sumber dokumen panti, foto-foto, film, buku-buku, skripsi, maupun biografi.
15
5. Sumber Data Adapun sumber-sumber data dari penelitian ini adalah: a) Sumber data primer, yakni data yang diperoleh langsung dari informan. b) Sumber data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari buku-buku, majalah, artikel, dan surat kabar yang memiliki relevansi terhadap objek penelitian ini. 6. Analisis Data Dalam menganalisis data dari hasil observasi dan wawancara, penulis menginterprestasikan
catatan
lapangan
yang
ada
kemudian
menyimpulkan. setelah itu menganalisa kategori-kategori yang tampak pada data tersebut. Dimana seluruh data yang penulis peroleh dari hasil pengamatan dan wawancara, lebih dahulu penulis kelompokkan sesuai dengan persoalan yang telah ditetapkan lalu menganalisanya secara sistematis. 7. Teknik Penulisan Dalam teknik penulisan skripsi ini, penulis menggunakan buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertai) yang disusun oleh UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang diterbitkan oleh CeQDA (Center for Quality Development and Assurance), tahun 2007 cetakan ke-2.
16
E. Tinjauan Pustaka Dalam penulisan skripsi ini, ada beberapa judul skripsi mahasiswa atau mahasiswi sebelumnya yang oleh penulis jadikan sebagai tinjauan pustaka. Antara lain : 1. Kurnia Dharma, NIM: 104016100410, 2009, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dengan judul skripsi: “Peningkatan kecakapan hidup Generik
melalui pendekatan contextual teaching and learning
pada konsep pencemaran lingkungan
yang bernuansa nilai sains
(Penelitian tindakan kelas di MAN 11 jakarta)”, menjelaskan meningkatkan kecakapan hidup generik melalui pendekatan contextual teaching and learning. 2. Galuh Yuni Utami, NIM: 105052001744, 2010, Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dengan judul skripsi: “Pelaksanaan Bimbingan Rohani Islam terhadap penderita Skizofrenia di panti Bina laras harapan sentosa 3 Ceger-Jakarta Timur”, menjelaskan bagaimana manfaat dari kegiatan bimbingan rohani islam terhadap penderita Skizofrenia. Berbeda dengan peneliti yang sebelumnya di atas, pada penelitian ini penulis membahas mengenai “Peran Pembimbing Rohani islam dalam mengembangkan kecakapan hidup generik (general life skills) di Panti asuhan Aria Putra Ciputat”.
17
F. Sistematika Penulisan Dalam penulisan skripsi ini penulis membuat sistematika 5 (lima) Bab untuk memudahkan pembahasan dalam skripsi ini. Adapun rinciannya sebagai berikut : BAB I
PENDAHULUAN Meliputi latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, teknik pengumpulan data, sumber data, teknik analisis data, teknik penulisan data, tinjauan pustaka, dan sistematika penulisan.
BAB II
LANDASAN TEORI Pada bab ini penulis membahas tentang pengertian peran, pengertian pembimbing rohani islam, pengertian kecakapan hidup generik, tujuan dan manfaat kecakapan hidup generik.
BAB III
GAMBARAN UMUM PANTI ASUHAN ARIA PUTRA Meliputi: sejarah berdirinya dan perkembangannya, visi dan misi serta tujuannya, program-programnya, dan organisasinya.
BAB IV
TEMUAN DATA DAN ANALISIS PENELITIAN Pada bab ini membahas hasil penelitian tentang peran pembimbing rohani islam dalam mengembangkan kecakapan
18
hidup generik (general life skills) di panti asuhan Aria Putra Ciputat. BAB V
PENUTUP Meliputi kesimpulan dan saran.
19
BAB II LANDASAN TEORI A. Definisi Peran Setiap individu memiliki peran yang berbeda-beda sesuai dengan kedudukan yang mereka tempati. Kedudukan yang mereka tempati itu menimbulkan harapan-harapan atau keinginan tertentu dari orang-orang sekitarnya, misalkan: dalam peranan yang berhubungan dengan pekerjaan, seseorang diharapkan menjalankan kewajiban-kewajiban yang berhubungan dengan peranan yang dipegangnya. Dalam buku Pokok-Pokok Pikiran Dalam Sosiologi David Berry mengutip pernyataan Gross dkk bahwa “Peranan adalah harapan-harapan yang dikenakan kepada individu yang menempati kedudukan sosial tertentu”.16 Peranan-peranan tersebut ditentukan oleh norma-norma di dalam masyarakat, maksudnya seseorang wajib melakukan hal-hal yang diharapkan oleh masyarakat di dalam pekerjaannya, keluarga dan peranan-peranan lainnya. David Berry menjelaskan bahwa sebuah peranan terdapat 2 macam harapan, yaitu: “harapan dari masyarakat terhadap kewajiban sebagai pemegang peran dan harapan-harapan si pemegang peran terhadap masyarakat
16
David Berry, Pokok-Pokok Pikiran Dalam Sosiologi. Penerjemah team dari lembaga Penelitian & Pengembangan Sosiologi (LPPS) (Jakarta: CV. Rajawali, 1981), h.99.
20
yang berhubungan dengannya dalam menjalankan peran atau kewajibankewajibannya”.17 Sedangkan menurut Soerjono Soekanto “peranan merupakan aspek dinamis kedudukan (status), apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, berarti dia menjalankan suatu peranan”.18 Kemudian dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia “Peran adalah perangkat tingkah yang di harapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan dalam masyarakat”.19 Dalam buku Teori-Teori Psikologi Sosial yang ditulis Sarlito Wirawan, Biddle & Thomas membagi peristilahan dalam teori peran dalam 4 golongan, “yaitu istilah-istilah yang menyangkut: a) Orang-orang yang mengambil bagian dalam interaksi sosial. b) Perilaku yang muncul dalam interaksi tersebut. c) Kedudukan orang-orang dan perilaku. d) Kaitan antara orang dan perilaku”.20 Dari beberapa definisi diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa peran adalah harapan atau keinginan dari orang-orang sekitar dalam menjalankan tugasnya sesuai dengan norma-norma dan kedudukannya (status).
17
David Berry, Pokok-Pokok Pikiran Dalam Sosiologi, h. 101. Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: PT RajaGrafindo persada, 2012), cet. ke-44, h. 213. 19 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), pusat bahasa, edisi ke-3, h.854. 20 Sarlito Wirawan Sarwono, Teori-teori Psikologi Sosial, (Jakarta: CV Rajawali, 1984), cet1984, h. 234. 18
21
B. Bimbingan Rohani Islam 1. Pengertian Bimbingan Rohani Islam Secara etimologi kata bimbingan merupakan terjemah dari bahasa inggris “guidance” yang artinya menunjukkan, membimbing, atau menuntun orang lain ke jalan yang benar.21 Dalam buku Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan (konseling) Islam M. Lutfi menyatakan: Bimbingan adalah usaha membantu orang lain dengan mengungkapkan dan membangkitkan potensi yang dimilikinya, sehingga dengan potensi itu ia akan memiliki kemampuan untuk mengembangkan dirinya secara wajar dan optimal. Yakni dengan cara memahami dirinya, mengenal lingkungannya, mengarahkan dirinya, mampu mengambil keputusan untuk hidupnya dan dengan bimbingan ia akan dapat mewujudkan kehidupan yang baik, berguna dan bermanfaat di masa kini dan di masa yang akan datang.22
Menurut Dewa Ketut Sukardi, “bimbingan adalah proses pemberian bantuan kepada seseorang atau sekelompok orang secara terus-menerus dan sistematis oleh pembimbing agar individu atau sekelompok individu menjadi pribadi yang mandiri”.23 Di dalam buku Bimbingan dan Konseling karya Hallen .A. Definisi bimbingan yang pertama dikemukakan dalam Year’s Book of Education 1955, yang menyatakan: “bimbingan adalah suatu proses membantu individu melalui usahanya sendiri untuk menemukan dan
21
Samsul Munir Amin, Bimbingan dan konseling Islam, (Jakarta: AMZAH, 2010), h. 3. M. Lutfi, Dasar-Dasar Bimbingan dan Penyuluhan (konseling) Islam, (Jakarta: Lembaga penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2008), h. 6. 23 Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan konseling di Sekolah, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2008), cet-2, h. 37. 22
22
mengembangkan kemampuannya agar memperoleh kebahagiaan pribadi dan kemanfaatan sosial”.24 Kemudian dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia “pembimbing adalah orang yang membimbing, pemimpin, dan penuntun”.25 Dari paparan diatas, dapat disimpulkan bahwa bimbingan adalah suatu proses usaha pemberian bantuan atau pertolongan kepada orang lain, siapa saja dalam segala usia yang dilakukan secara terus-menerus agar mereka mengembangkan potensi-potensi yang dimilikinya sendiri dalam upaya mengatasi berbagai permasalahan, sehingga mereka dapat menentukan sendiri jalan hidupnya secara bertanggung jawab tanpa harus bergantung kepada orang lain, dan bantuan itu dilakukan secara terus-menerus. Selanjutnya definisi kata rohani, Azhari Aziz mengemukakan “istilah ruh merupakan kata dasar dari rohani, Sedangkan kata rohani menunjuk kepada bendanya yaitu tubuh roh itu sendiri”.26 Allah SWT meniupkan ruh kepada setiap jasad manusia sehingga menjadi sempurna, yang kelak ruh tersebut akan mempertanggungjawabkan apa saja yang dilakukan jasmani selama hidupnya. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia juga mengatakan bahwa “Roh adalah sesuatu (unsur) yang ada dalam jasad yang diciptakan Tuhan sebagai penyebab adanya hidup (kehidupan)”.27
24
Hallen A, Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002, h. 3. Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h.152. 26 Azhari Aziz Samudra, Eksistensi Rohani Manusia, (Jakarta: Yayasan Majelis Ta’lim HDH, 2004), bagian 2, h. 92-93. 27 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 960. 25
23
Sedangkan menurut Rafy Saputri “roh adalah salah satu wujud sederhana dan zat yang terpancar dari sang pencipta, persis sebagaimana sinar terpancar dari matahari”.28 Kemudin menurut Ibnu Sina, seperti yang dikutip oleh Isep Zainal Arifin: “ruh adalah kesempurnaan awal jism (jasmani) manusia, bersifat tinggi dan memiliki daya”.29 Kemudian Al-Ghazali menegaskan seperti yang dikutip oleh Isep Zainal Arifin bahwa “ruh dapat berpikir, mengingat, mengetahui dan sebagai penggerak bagi keberadaan jasad manusia”.30 Sebagaimana dijelaskan dalam Surah As-Sajdah/32 ayat 09:
“Kemudian Dia menyempurnakannya dan meniupkan roh (ciptaan)-Nya ke dalam (tubuh)nya dan Dia menjadikan pendengaran, penglihatan dan hati bagimu, (tetapi) sedikit sekali kamu bersyukur”.31 Dapat disimpulkan bahwa ruh adalah suatu unsur yang ditiupkan oleh Allah SWT kedalam jasad manusia pada awal penciptaan, sehingga manusia menjadi sempurna. Sedangkan rohani sendiri adalah jasad manusia. Isep Zainal Arifin mengatakan bahwa “ruh masuk kedalam tubuh manusia ketika
28
Rafy Saputri, Psikologi Islam Tuntutan Jiwa Manusia Modern, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h. 316. 29 Isep Zainal Arifin, Bimbingan Penyuluhan Islam pengembangan Dakwah melalui Psikoterapi Islam, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2009), h. 35. 30 Isep Zainal Arifin, Bimbingan Penyuluhan Islam pengembangan Dakwah melalui Psikoterapi Islam, h. 35. 31 Departemen Agama Republik Indonesia. Al-Qur’an dan terjemahnya, Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur’an Departemen Agama Republik Indonesia, (Bandung: PT Syaamil Cipta Media), h. 415.
24
tubuh manusia siap menerimanya, yaitu pada saat manusia mencapai empat bulan dalam kandungan. Pada saat inilah ruh berubah nama dalam eksistensi yang baru menjadi nafs (jiwa), merupakan gabungan antara ruh dan jasad”. Kemudian pengertian islam menurut Syamsul Rijal Hamid “Islam adalah agama yang berasal dari Allah SWT yang diturunkan melalui utusanNya, Muhammad SAW, ajaran-ajaran islam tertuang dalam Al-Qur’an dan sunnah, berupa petunjuk-petunjuk, perintah-perintah, dan larangan-larangan demi kebaikan manusia”.32 Sedangkan pengertian islam secara etimologi, menurut A. Aziz Salim Basyarahil “mempunyai pengertian damai, selamat, dan penyerahan diri secara mutlak kepada Allah SWT untuk memperoleh ridho Nya dengan mematuhi perintah dan larangan Nya”. 33 Syaikh Muhammad al-Ghazali juga menjelaskan “pengertian islam artinya tunduk kepada Allah SWT, menyerahkan jiwa dan segala urusan hanya kepada-Nya. Atau dengan kata lain, islam adalah terjalinnya hubungan antara manusia dengan tuhannya di atas prinsip “kepatuhan dan ketaatan”. 34 Allah SWT telah menciptakan manusia dengan sangat sempurna, kesempurnaan itu membuat manusia menjadi makhluk yang paling mampu dalam ikhtiar menciptakan keseimbangan antara hidup rohani dan jasmani. Dalam buku Psikologi dan Beberapa Aspek Kehidupan Rohaniyah Manusia M. Arifin mengutip dari Van der Leuw yaitu: “binatang tidak mempunyai akal
32
Syamsul Rijal Hamid, Buku Pintar Agama Islam, (Bogor: Cahaya salam, 2008), h.17. A. Aziz Salim Basyarahil, Masalah Agama, (Jakarta: Gema Insani Press, 1993), h. 9. 34 Syaikh Muhammad al-Ghazali, Tanya jawab seputar islam, (Bekasi, Menara, juli, 2006), h. 33
1.
25
fikiran maka ia tidak dapat menghayati ajaran agama, dan inilah yang merupakan kriteria yang membedakan kedua makhluk tersebut”. 35 Manusia diciptakan oleh Allah dengan dibekali potensi yang sangat unik. Keunikan dan kesempurnaan bentuk manusia ini bukan saja dilihat dari bentuknya, akan tetapi juga dari karakter dan sifat yang dimiliki oleh manusia. Sebagai ciptaan, manusia dituntut memiliki kesadaran terhadap posisi dan kedudukan dirinya di hadapan Tuhan. salah satu tujuan manusia diciptakan adalah untuk beribadah kepada Allah SWT. Tujuan manusia diciptakan bukan untuk membuat kerusakan di muka bumi tetapi sebagai khalifah. Mentaati segala perintah dan menjauhi larangan Allah SWT merupakan makna ibadah secara umum. Ibadah secara umum, dapat di impletasikan dengan kehidupan sehari-hari dalam melakukan setiap aktivitas dengan niat untuk menggapai ridho Allah SWT. Seperti yang sudah dicontohkan oleh Rasulullah SAW, misalnya: bersosialisasi dengan baik, bekerja secara professional, mendidik anak, berdakwah dan lain-lain. Jika kepribadian individu mempunyai keyakinan beragama, maka dengan sendirinya keyakinan beragama itu yang menjadi pengawas dari segala tindakannya. Rohani yang sehat secara psikologis adalah menyangkut kegiatan dari fungsi hidup kejiwaan manusia sehari-hari, hidup yang sempurna berarti terciptanya suatu harmonisasi (keseimbangan). Jika jasmani banyak
35
M. Arifin, Psikologi dan beberapa Aspek kehidupan Rohaniyah Manusia, (Jakarta: Bulan bintang, 1976), h. 61.
26
melakukan kezaliman rohani yang menerima dampak dari perbuatannya. Keharmonisasian hidup rohani tercipta dari adanya keseimbangan fungsifungsi jiwa yang berhubungan satu sama lain secara interaktif yaitu saling mempengaruhi satu sama lain. Menurut Zakiah Daradjat “Metode yang diberikan pada bimbingan rohani ini lebih ditekankan pada pembinaan perilaku, seperti: konsultasi jiwa, bimbingan dan penyuluhan, diskusi terbatas atau ceramah-ceramah, sesuai dengan sasaran dan kebutuhan yang diperlukan individu”.36 Allah SWT memerintahkan manusia untuk saling mengingatkan atau menasehati agar tidak terjerus ke dalam hal yang negatif, seperti firman Allah SWT berikut ini di dalam surat Al-Asr/103 ayat 1-3:
“Demi masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran”.37 bimbingan rohani islam diajarkan untuk memberi bantuan yang terarah, kontinyu dan sistematis kepada setiap individu agar ia dapat mengembangkan potensi atau fitrah secara optimal sehingga dapat hidup dan menjalankan tugas sesuai dengan tuntunan Al Qur,an dan Hadist. Menyeru 36
Zakiah daradjat, Pendidikan Agama dalam Pembinaan Mental, (Jakarta: Bulan Bintang, 1974), h.63. 37 Departemen Agama Republik Indonesia. Al-Qur’an dan terjemahnya, h. 601.
27
kepada kebajikan dan mencegah kemunkaran merupakan tugas seorang pembimbing rohani islam, Allah SWT berfirman dalam surat Ali Imran/03 ayat 104:
“Dan
hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar merekalah orang-orang yang beruntung”.38 Berdasarkan uraian di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa pengertian bimbingan rohani islam adalah suatu kegiatan yang memberikan bimbingan atau penyuluhan untuk meningkatkan kondisi rohani seseorang dan sebagai pemeliharaan rohani dari kejahatan/kerugian serta menambah pengalaman ilmu agama islam, dengan adanya bimbingan tersebut dapat mengarahkan dan memotivasi seseorang untuk lebih taat dan taqwa kepada Allah SWT, sehingga individu dapat menjalankan kehidupan sesuai dengan petunjuk Allah SWT dan menghasilkan kebahagian dunia dan akhirat. 2. Tujuan Bimbingan Rohani Islam Usaha dan aktivitas dari bimbingan rohani islam mempunyai arah untuk mencapai suatu nilai tertentu dan cita-cita yang ingin dicapai yang menjadi tujuannya. Secara umum dan luas tujuan dari bimbingan rohani islam menurut Samsul Munir Amin adalah “membantu individu dalam mencapai
38
Departemen Agama Republik Indonesia. Al-Qur’an dan terjemahnya, h. 63.
28
kebahagiaan hidup pribadi, membantu individu dalam mencapai kehidupan yang efektif dan produktif dalam masyarakat, membantu individu dalam mencapai hidup bersama dengan individu-individu yang lain, membantu individu dalam mencapai harmoni antara cita-cita dan kemampuan yang dimilikinya”.39 Menurut M. Hamdan Bakran Adz Dzaky, sebagaimana dikutip dalam buku Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Inetegrasi) karya Tohirin. Tujuan bimbingan rohani dalam Islam yaitu: Untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan, kesehatan, kebersihan jiwa dan mental. Kemudian, untuk perubahan tingkah laku yang dapat memberikan manfaat untuk diri sendiri dan lingkungan, untuk memunculkan kecerdasan emosi, untuk menghasilkan kecerdasan spiritual, dan untuk menghasilkan potensi
Ilahiyah. Sehingga dengan potensi itu individu dapat menanggulangi berbagai persoalan hidup dan dapat memberikan manfaat serta keselamatan bagi lingkungannya pada berbagai aspek kehidupan.40 Setiap individu pasti mempunyai masalahnya masing-masing, adanya masalah dimaksudkan agar setiap individu semakin berkembang menuju kedewasaan. Tetapi kenyataanya tidak semua individu mampu melihat dan menyelesaikan
sendiri
masalah
yang
dihadapi
serta
tidak
mampu
menyesuaikan diri secara efektif terhadap lingkungannya, bahkan adakalanya individu tidak mampu menerima dirinya sendiri. Apabila dikaitkan dengan tujuan bimbingan rohani, dimana tujuan dari bimbingan rohani islam menurut Tohirin adalah “untuk membantu mengembangkan kualitas kepribadian individu, mengembangkan perilaku39
Samsul Munir Amin, Bimbingan dan konseling Islam, h. 38-39. Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Inetegrasi), (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007), h. 37. 40
29
perilaku yang efektif pada diri individu dan lingkungan, serta menanggulangi problema hidup dan kehidupannya secara mandiri”.41 Dapat disimpulkan bahwa tujuan dari bimbingan rohani islam adalah membantu individu atau orang lain dalam mewujudkan kehidupan yang bahagia di dunia maupun di akhirat, yaitu kehidupan yang bermanfaat, harmonis dan dinamis. 3. Fungsi Bimbingan Rohani Islam Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa tujuan dari bimbingan rohani islam adalah membantu individu atau orang lain dalam mewujudkan kehidupan yang bahagia di dunia maupun di akhirat, yaitu kehidupan yang bermanfaat, harmonis dan dinamis. Dikaitkan dengan tujuan bimbingan rohani islam, bimbingan rohani berfungsi sebagai pemberi layanan kepada individu yang membutuhkan agar masing-masing individu dapat berkembang secara optimal, sehingga menjadi pribadi yang utuh dan mandiri. Menurut Samsul Munir Amin fungsi dari bimbingan rohani islam itu sendiri adalah “pemahaman, pencegahan, pengentasan, pemeliharaan, pengembangan, dan fungsi advokasi”. a. Fungsi pemahaman, yaitu bimbingan yang dilakukan dalam rangka
memberikan pemahaman tentang diri individu dengan permasalahan yang sedang dihadapi dan juga lingkungannya. b. fungsi pencegahan yaitu mencegah individu dari berbagai permasalahan yang dapat menggangu, menghambat, ataupun menimbulkan kesulitan, kerugian yang dapat mengganggu perkembangannya. c. Fungsi pengentasan adalah teratasinya berbagai permasalahan yang dialami oleh individu. d. Fungsi pemeliharaan dan pengembangan adalah memelihara dan mengembangkan potensinya secara terarah. 41
Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Inetegrasi), h. 36.
30
e. Fungsi advokasi adalah membantu individu memperoleh pembelaan
atas hak yang kurang mendapatkan perhatian.42 4. Jenis-Jenis Bimbingan Rohani Islam Ada beberapa jenis bimbingan rohani islam yang diberikan, sesuai dengan kebutuhan individu yang akan dibantu. Jenis bimbingan rohani islam ini adalah pelayanan yang diberikan untuk membantu individu. M. Lutfi mengemukakan dalam buku Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan (konseling) Islam menurutnya, “ada beberapa jenis bimbingan yaitu: bimbingan Agama, bimbingan kepribadian, bimbingan keluarga, bimbingan pendidikan, bimbingan kerja, bimbingan sosial dan bimbingan orang sakit”. 43 5. Metode Bimbingan Rohani Islam Dalam memberikan bimbingan rohani islam diperlukan metode yang sesuai agar dapat membantu individu untuk menyelesaikan masalah dan memotivasi sehingga masalah dalam kehidupan dapat teratasi. Menurut Tohirin pengertian “metode itu sendiri adalah cara-cara tertentu yang digunakan dalam proses bimbingan untuk mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan”.44 Secara etimologi metode berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari penggalan kata “meta” yang berarti melalui dan “hodos” berarti jalan. Bila digabungkan maka metode bisa diartikan jalan yang harus dilalui.45
42
Samsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling Islam, h. 45. M. Lutfi, Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan (konseling) Islam, (Jakarta: Lembaga penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2008), h. 138-150. 44 Tohirin, Bimbingan dan Konseling, h. 289. 45 M. Lutfi, Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan (konseling) Islam, h. 120. 43
31
Penerapan dari cara-cara tertentu biasanya terkait dengan pendekatanpendekatan yang digunakan oleh pengguna metode. Menurut Tohirin di dalam bimbingan ada dua metode dalam pelayanan bimbingan dan konseling, yaitu: metode bimbingan kelompok dan metode bimbingan individual. a. Metode Bimbingan Kelompok Cara ini dilakukan untuk membantu individu memecahkan masalah melalui kegiatan kelompok. Penyelenggaraan bimbingan kelompok antara lain dimaksudkan untuk membantu mengatasi masalah bersama atau membantu seorang individu yang menghadapi masalah dengan menetapkannya dalam suatu kehidupan kelompok. Beberapa jenis metode bimbingan kelompok adalah: Program home room karyawisata Diskusi kelompok Kegiatan kelompok Organisasi siswa Sosiodrama Psikodrama Pengajaran remedial b. Metode Bimbingan Individual Melalui metode ini upaya pemberian bantuan diberikan secara individual dan bertatap muka langsung antara pembimbing dengan klien.masalah-masalah yang dipecahkan melalui teknik konseling, adalah masalah yang sifatnya pribadi. Konseling direktif Konseling nondirektif Konseling eklektif46
46
301.
Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Inetegrasi), h. 289-
32
C. KECAKAPAN HIDUP 1. Pengertian Kecakapan Hidup Menurut Depdiknas “kecakapan hidup adalah kemampuan seseorang dalam menghadapi problem hidup dan menjalani kehidupan secara wajar tanpa rasa tertekan, kemudian mencari dan menemukan solusi untuk mengatasi masalah yang dihadapinya”. 47 Dalam jurnal Rohita Strategi Pembelajaran Kecakapan Hidup (life skills) Pada Anak Usia Taman KanakKanak WHO menyatakan, “kecakapan hidup adalah berbagai keterampilan yang dimiliki untuk mampu beradaptasi dengan baik dan perilaku positif agar dapat menghadapi tuntutan dan tantangan di kehidupan sehari-hari secara efektif”.48 Dapat disimpulkan bahwa kecakapan hidup adalah kemampuan seseorang dalam mengatasi setiap problema hidup dan menjalankan kehidupan secara wajar tanpa ada rasa tertekan kemudian secara aktif mencari solusi sehingga akhirnya mampu mengatasi permasalahannya. Departemen Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa “kecakapan hidup mencakup lima jenis, yaitu: (1) kecakapan mengenal diri, (2) kecakapan berpikir, (3) kecakapan sosial, (4) kecakapan akademik, dan (5) kecakapan vokasional”.49
47
Syarifatul Marwiyah, Konsep Pendidikan Berbasis Kecakapan Hidup, Jurnal Falasifa. Vol.3 , No. 1 Maret 2012, h. 85. 48 Rohita, Strategi Pembelajaran Kecakapan Hidup (life skills) Pada Anak Usia Taman kanak-kanak, Jurnal Pendidikan Dasar, Vol. 8, No. 2, September 2007, h. 72. 49 Departemen Pendidikan Nasional, konsep pengembangan model integrasi kurikulum pendidikan kecakapan hidup, badan penelitian dan pengembangan pusat kurikulum, 2007, h. 5.
33
Kemudian Iin Hindun menjelaskan secara lebih rinci jenis-jenis kecakapan hidup: Pertama, kecakapan mengenal diri meliputi kesadaran sebagai makhluk Tuhan, kesadaran akan eksistensi diri, dan kesadaran potensi diri. Kedua, kecakapan berfikir meliputi kecakapan menggali informasi, mengolah informasi, mengambil keputusan dan kecakapan memecahkan masalah. Ketiga, kecakapan sosial meliputi kecakapan komunikasi lisan, komunikasi tertulis, kecakapan bekerjasama. Keempat, kecakapan akademik meliputi kecakapan mengidentifikasi variabel, menghubungkan variabel, merumuskan hipotesis dan kecakapan melaksanakan penelitian. Kelima, kecakapan vokasional, sering juga disebut kecakapan kejuruan, kecakapan ini terkait dengan bidang pekerjaan tertentu.50 Selanjutnya Iin Hindun mengelompokkan kecakapan hidup menjadi dua macam, yaitu: “general life skills (kecakapan hidup generik dan specific life skills (kecakapan hidup spesifik). General life skills meliputi kecakapan personal dan sosial, sedangkan specific life skills meliputi kecakapan akademik dan kecakapan vokasional”.51 Kecakapan personal dan kecakapan sosial biasanya disebut sebagai kecakapan hidup yang bersifat umum atau Kecakapan hidup generik (general life skill) kecakapan hidup tersebut diperlukan oleh siapapun. Kecakapan hidup yang bersifat spesifik (spesifik life skill) diperlukan seseorang untuk menghadapi problema bidang khusus tertentu yang terkait dengan mata pelajaran dan keahlian di bidang akademik. Kecakapan hidup generik itu sendiri terdiri dari kecakapan personal dan sosial. Sebagai contoh bahwa kecakapan hidup penting misalnya: 50
Iin Hindun, Model pengembangan Pendidikan Kecakapan Hidup (life skills) pada sekolah umum tingkat menengah di Kota batu, Jurnal Humanity, Volume I Nomor I September 2005, h. 31. 51 Iin Hindun, Model pengembangan Pendidikan Kecakapan Hidup (life skills) pada sekolah umum tingkat menengah di Kota batu, Jurnal Humanity, h. 31.
34
kecakapan personal yang dimiliki individu akan membuat seorang individu menyadari bahwa dirinya membutuhkan teman untuk melakukan kegiatan bersama, sebagai penyemangat, berbagi cerita atau membantu jika ada kesulitan yang tidak bisa ditangani sendiri. Hal ini akan membuat individu untuk bergabung dengan teman-teman yang lain. Dengan kecakapan sosial, individu akan mudah untuk berkomunikasi, kemampuan berkomunikasi dengan baik, kata-kata yang santun dan penuh empati akan mudah membuat seseorang disukai, sehingga individu akan mudah diterima di lingkungannya dan dapat beradaptasi dengan baik. Senowarsito menjelaskan pengembangan life skills (kecakapan hidup) adalah “bagaimana seseorang dapat menggunakan semua kemampuan yang dimiliki secara maksimal untuk di terapkan dalam mempertahankan hidup”.52 Tahun 2001 Departemen Pendidikan Nasional “mengembangkan konsep pendidikan kecakapan hidup (Life Skills Education), yaitu suatu pendidikan yang
dapat
membekali
individu
dengan
kecakapan
hidup,
seperti
menanamkan keberanian menghadapi problem hidup dan menjalani kehidupan secara wajar tanpa merasa tertekan kemudian secara kreatif menemukan solusi serta mampu mengatasinya”. 53 Sesuai dengan prinsip kecakapan hidup generik yaitu berorientasi pada kehidupan keseharian, untuk itu kegiatan yang diberikan kepada individu
52
Senowarsito dkk, Pengembangan Model Pembelajaran Berperspektif Life Skills, h. 4. Prapti Karomah dkk, Kesiapan Masyarakat CodeUntuk Meningkatkan Kecakapan Hidup Dengan Memanfaatkan Limbah Industri sebagai Cindermata Khas Yogyakarta, Jurnal Penelitian Bappeda kota Yogyakarta, No. 2 Desember 2007, h. 19. 53
35
harus merupakan kegiatan yang dapat dijumpai dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat. Menurut Rohita “selain pendekatan kontekstual, model pelajaran terpadu, juga merupakan model pelajaran yang mengarahkan pada pengembangan kecakapan hidup”.54 Di dalam jurnal Pengembangan Model Pembelajaran Berperspektif Life Skills Senowarsito dkk mengatakan: Beberapa hasil penelitian menunjukkan hasil program yang di tunjukkan untuk membangun general life skills telah menghasilkan pengaruh yang besar terhadap: pengurangan perilaku kejahatan, meningkatkan perilaku sosial yang baik, perilaku self-distructive, dan memilih solusi yang efektif terhadap suatu masalah, memperbaiki self-image, kesadaran diri, kemampuan menyesuaikan diri dalam lingkungannya dan mengontrol emosi, mampu mengendalikan diri dan mengatasi masalah interpersonal, dan mampu mencari pemecahan masalah.55 2. Tujuan dan Manfaat Kecakapan Hidup (life Skills) Septiawan Santana Kurnia mengutip dari Washington State University
yang membuat delapan indikator dari life skills yaitu: 1) Decision making (kemampuan membuat keputusan) Membuat pilihan diantara berbagai alternatif, kemampuan membuat daftar pilihan sebelum mengambil keputusan, mampu memikirkan akibat dari keputusan yang diambil, dan mampu mengevaluasi pilihan yang telah dibuat. 2) Wise use of resources (kemampuan memanfaatkan sumber daya) a. Mendayagunakan sumber daya yang ada di sekitar dirinya. b. Memanfaatkan sumber daya finansial sendiri secara terencana. c. Memanfaatkan pengaturan waktu dengan baik. d. Berhati-hati dengan personalitas diri. 3) Communication (komunikasi) Kemampuan menyampaikan pendapat, informasi ataupun pesan dengan berbagai orang melalui pembicaraan, penulisan, gerak tubuh, dan ekspresi yang efektif. 54 55
Rohita, Strategi Pembelajaran Kecakapan Hidup (life skills), h. 74. Senowarsito dkk, Pengembangan Model Pembelajaran Berperspektif Life Skills, h. 6.
36
4)
5)
6)
7)
8)
56
a. Membuat presentasi. b. Mendengarkan dengan seksama apa yang dikatakan orang. c. Jelas dalam menyampaikan pendapat, perasaan, atau ide kepada yang lain. d. Tidak emosional dalam menjelaskan ketidaksepakatan. Accepting differences (menerima perbedaan) Kemampuan mengatur dan menerima kesenjangan atau perbedaan dengan berbagai pihak. a. Menghargai orang yang berbeda. b. Bekerja sama dengan orang yang berbeda. c. Menjalin hubungan dengan orang yang berbeda. Leadership (kepemimpinan) Mampu mempengaruhi dan menjelaskan sesuatu kepada berbagai pihak di dalam kelompok. a. Mengatur kelompok kepada tujuan yang telah ditetapkan. b. Menggunakan gaya kepemimpinan yang variatif. c. Saling berbagi dengan yang lain dalam kepemimpinan. Useful/marketable skills (kemampuan yang marketable) Kemampuan menjadi pekerja dan dibutuhkan oleh lapangan kerja. a. Memahami permasalahan. b. Mengikuti instruksi. c. Memberi kontribusi pada kerja tim. d. Siap bertanggung jawab pada setiap tugas yang diberikan. e. Menghindari kesalahan dan mencatat prestasi. f. Siap melamar pekerjaan Healthy lifestyle choices (kemampuan memilih gaya hidup sehat) Kemampuan memilih gaya hidup sehat bagi tubuh dan pikiran, menghindari penyakit dan luka-luka. a. Memilih makanan sehat. b. Memilih aktifitas yang sehat bagi tubuh dan mental. c. Mengatur stress secara positif di dalam kehidupan pribadi. d. Menghindari perilaku beresiko. Self-responsibility (bertanggung jawab pada diri sendiri) Mampu menjaga diri, menghargai perilaku diri dan dampaknya, mampu memilih posisi diantara salah dan benar. a. Mengerjakan sesuatu yang benar bagi diri sendiri ketika dalam kelompok. b. Selalu mengingatkan diri akan kesalahan yang bisa dibuat. c. Mencoba memahami betul sebelum membuat komitmen. d. Mengontrol tindakan diri berdasarkan tujuan/masa depan.56
Septiawan santana kurnia, Quantum Learning bagi pendidikan jurnalistik (studi pembelajaran jurnalistik yang berorientasi pada life skill), jurnal pendidikan dan kebudayaan, No. 034, tahun ke-8, Januari 2002, h. 103-104.
37
Rohita menjelaskan manfaat kecakapan hidup generik yaitu: Untuk menambah keimanan sebagai makhluk Allah SWT, manfaat kecakapan hidup dalam pengembangan karakter antara lain: cinta, kebenaran, tanggungjawab, disiplin, saling menghargai, membantu, dan belajar memelihara lingkungan. Sedangkan kesadaran akan potensi diri dapat dirinci menjadi: belajar menolong diri sendiri, belajar menumbuhkan kepercayaan diri dan tidak cengeng. Melalui berbagai kegiatan dan belajar merawat diri, mengenal fungsi anggota tubuh dan cara mengoptimalkannya, misalkan memfungsikan kedua tangan untuk bekerja.57 Syarifatul Marwiyah mengutip dari pernyataan Naval Air Station Atlanta
bahwa tujuan pendidikan kecakapan hidup adalah: To promote family strength and growth through education; to teach concepts and principles relevant to family living, to explore personal attitudes and values, and help members understand and accept the attitudes and values of others; to develop interpersonal skills which contribute to family well-being; to reduce marriage and family conflict and thereby enhance service member productivity; and to encourage on-base delivery of family education program and referral as appropriate to community programs”.58 Hal tersebut berarti: a) memajukan keluarga dengan pendidikan, b) untuk mengajarkan konsep dan prinsip-prinsip yang relevan dengan kehidupan, c) mengembangkan keterampilan individu dan menanamkan nilainilai untuk menolong keluarga dan mau menerima perilaku serta nilai lainnya, d) mengembangkan keterampilan individu dalam berkontribusi terhadap kesejahteraan keluarga, e) mengurangi konflik keluarga dan meningkatkan produktivitas, f) dan untuk mendorong pengiriman program pendidikan keluarga
57 58
dan rujukan yang sesuai dengan program-program masyarakat.
Rohita, Strategi Pembelajaran Kecakapan Hidup (life skills), h. 73. Syarifatul Marwiyah, Konsep Pendidikan Berbasis Kecakapan Hidup, h. 88.
38
Semua yang disebutkan bertujuan untuk mengembangkan kecakapan hidup pada anak. Syarifatul Marwiyah menjelaskan secara umum manfaat dari kecakapan
hidup generik adalah: Memberikan bekal agar dapat menghadapi problem hidup dan dapat memecahkan masalah dalam kehidupan. Manfaat kecakapan hidup adalah
pertama, individu dapat memiliki aset kualitas bathiniyah, sikap dan perbuatan yang siap untuk menghadapi masa depan. Kedua, individu dapat memiliki wawasan luas tentang pengembangan karir dalam dunia kerja yaitu, mampu memilih, bersaing, dan maju dalam karir. Ketiga, individu dapat menjalanin hidup dengan cara yang benar. Keempat, individu memiliki tingkat kemandirian, keterbukaan, kerjasama, dan akuntabilitas yang diperlukan untuk menjaga kelangsungan hidup dan perkembangannya. Kelima, individu memiliki kemampuan dan kesanggupan untuk mengatasi berbagai permasalahan hidup yang dihadapi.59 Dapat disimpulkan manfaat dari kecakapan hidup generik adalah dapat meningkatkan kualitas berpikir, kualitas kalbu, dan kualitas fisik. Peningkatan kualitas tersebut akan berdampak baik untuk kehidupan sehari-hari, contohnya: dalam karir, pengaruh, kesehatan jasmani, dan rohani, peluang, pengembangan diri, kemampuan beradaptasi dengan baik, dan kesejahteraan pribadi.
59
Syarifatul Marwiyah, Konsep Pendidikan Berbasis Kecakapan Hidup, h. 89-90.
39
BAB III PROFIL YAYASAN PANTI ASUHAN ARIA PUTRA CIPUTAT A. Sejarah dan Perkembangan Yayasan Panti Asuhan Aria Putra Pada awal dimulainya Orde Baru keadaan masyarakat di kawasan Ciputat dan sekitarnya benar-benar masih sangat memperihatinkan, atau boleh dikatakan berada dibawah garis kemiskinan. Keadaan saat itu banyak sekali anak-anak yang tidak sekolah bahkan jika ada anak yang bisa menyelesaikan pendidikan sampai SD, sudah termasuk hebat. Penyebab utama yaitu, faktor ekonomi orang tua yang tidak mungkin menghantarkan anak-anak mereka ke jenjang tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Terlebih lagi bagi anak-anak yang sudah tidak mempunyai orang tua lengkap. Terdorong oleh keadaan itulah, serta berpegang pada ayat suci alQur’an surat Al-Ma’un maka para pengurus yayasan mulai mencoba menghimpun anak-anak yang kurang beruntung. Namun mengingat kemampuan ORSOS (Yayasan) pada saat itu masih sangat terbatas, maka tingkat penyantunan kepada anak-anak baru mampu memberi makan, dengan pembuatan dapur umum. Dengan sistem pelayanan datang dan pergi, mereka datang setelah itu kembali kerumah masing-masing, kondisi seperti ini berjalan kurang lebih dua tahun. Panti asuhan Aria Putra berdiri sejak 20 Februari 1964, berdasarkan surat pendirian oleh akte notaris R.M. Soerojo No.86 di Jakarta. Pada awal
40
berdirinya Yayasan ini bernama “Yayasan Asuhan Yatim Piatu”, namun setelah melalui perjalanan panjang, dengan berbagai pertimbangan maka terhitung mulai tanggal 24 Agustus 1984 berganti nama menjadi Yayasan Aria Putra. Dengan surat perubahan nama oleh akte notaris Ny. Soenardi Adisasmito No.29 di Jakarta. Saat itu Yayasan baru bisa menampung anakanak dengan jumlah yang terbatas yaitu 25 anak, dengan menempati rumah pengajian kaum ibu muslimat yang dipimpin oleh ibu Fatimah sebagai pengurus. B. Bentuk Pembinaan Anak Asuh 1. Mengikuti pandidikan formal, sesuai dengan minat dan kemampuan anak. 2. Bimbingan pendidikan agama (kerohanian), yang dilaksanakan didalam panti. 3. Pembinaan mental dan fisik, berupa kegiatan seni bela diri dan olah raga. 4. Bimbingan keterampilan, dengan mengikuti kursus-kursus diluar jam pendidikan formal. C. Prosedur Penerimaan Anak Asuh Prosedur maupun persyaratan calon anak asuh sebagai persiapan atau bahan pembinaan lanjutan anak. Adapun sebagai persyaratan anak masuk ke panti asuhan antara lain : 1. Status anak jelas. 2. Mengisi biodata. 3. Surat Keterangan Pemerintah setempat, dimana keluarga anak tinggal. 4. Surat keterangan kesehatan.
41
5. Foto copy kartu keluarga. 6. Foto copy kartu tanda penduduk orang tua/ wali. 7. Pas foto 3 x 4. D. Katagori Status Anak Status anak yang memungkinkan untuk disantuni antara lain adalah: 1. Status yatim
: (Ayah Meninggal)
2. Piatu
: (Ibu meninggal)
3. Yatim piatu
: (Ayah Ibu Maninggal)
4. Keluarga tidak mampu 5. Keluarga broken home
E. Visi dan Misi a. Visi Mengantarkan anak-anak untuk menjadi insan yang mandiri dan berakhlak mulia. b. Misi Di kembangkan dengan cara pendidikan keagamaan dan akademik yang mengarah kepada kegiatan yang bersifat pembinaan.60
60
Wawancara Pribadi dengan Deddy Munadi, Ciputat, 10 April 2013.
42
F. Susunan Pengurus Panti Asuhan Aria Putra Ketua
: H. Deddy Munadi, S.Pd
Sekretaris
: Syamsudin, S.Pd.I
Bendahara
: Hj. Tunjung Purbasari
Ibu Asrama
: Ny. Soewidjanto
Kerohanian
: - Arief - Misbah
Pendidikan Umum
: Didin Zahrudin, S. Th.I
Humas
: Rahmat Kartolo, M.Pd
Pengasuhan
: Tini Rostini, S.Kom
G. Fasilitas, Sarana dan Prasarana Ruang Tamu
1 Ruang
Ruang Aula
1 Ruang
Ruang Tidur Putra
8 Ruang
Ruang Tidur Putri
8 Ruang
Ruang Pengasuhan
1 Ruang
Ruang Gudang
2 Ruang
Ruang Cuci Putri
1 Unit
Ruang Cuci Putra
1 Unit
Ruang Pengurus
1 Unit
43
Mushalah
1 Unit
Kamar + WC Putra
4 Ruang
Kamar + WC Putri
4 Ruang
Ruang belajar + Perpustakaan
1 Ruang
Sarana belajar (Meja dan kursi) Halaman bermain dan Olahraga
1 Unit
Ruang masak
1 Unit
Tempat penyimpanan barang
1 Unit
Tempat cuci alat-alat masak
1 Unit
Peralatan masak
1Unit
Ruang makan beserta peralatan makan
1 Ruang
Lemari makan
3 Unit
44
BAB IV TEMUAN LAPANGAN DAN ANALISIS DATA A. Identitas Informan 1. Pembimbing Dari hasil penelitian diketahui identitas pembimbing yang ada di panti asuhan Aria Putra Ciputat, berikut identitas yang menjadi subjek penelitian ini adalah 2 orang pembimbing rohani islam: a. Ustad Imam Akbar Dermawan Pak ustad Imam adalah pembimbing rohani di panti asuhan Aria Putra Ciputat, beliau ustad yang di datangkan dari luar panti khusus untuk membimbing kegiatan bimbingan rohani islam. Ustad Imam tinggal di Cipayung Ciputat, beliau lahir pada tanggal 10 Desember 1981. Pak ustad Imam sudah mulai menjadi penceramah sejak tahun 2003, pertamakali beliau ceramah tanggal 27 Ramadhan di masjid Taufiqul Huda Cipayung. Dari situ pak ustad Imam mulai berceramah dari mushollah ke mushollah, kampung ke kampung, sampai mengisi pengajian di majelis ta’lim dan sampai sekarang. Saat ini pak ustad imam sudah berdakwah ke daerah-daerah di Indonesia seperti: Tangerang, Jakarta, Jawa, Kalimantan, dan Aceh. b. Arief Suci Kakak Arief Suci adalah salah satu pembimbing di panti asuhan Aria Putra, ia tinggal di panti asuhan sejak tahun 2009. Kakak Arief berasal dari Tanggerang yang beralamat di Jl. Taman Raya Rajeb blok A15 No. 26. Kakak
45
Arief masih terdaftar sebagai mahasiswa di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta jurusan Psikologi pendidikan. 2. Terbimbing Dalam kesempatan ini, penulis akan mencoba memaparkan identitas terbimbing yang menjadi objek penelitian. Yang menjadi objek penelitian ini berjumlah 4 orang anak yang tinggal di panti asuhan Aria Putra, 2 orang anak yang sudah lama tinggal di panti asuhan Aria Putra dan 2 orang anak yang baru tinggal di panti asuhan Aria Putra. Adapun anak yang tinggal di panti asuhan Aria Putra Ciputat adalah: a.
Satria Andoni Doni adalah salah satu anak yang tinggal di panti asuhan Aria Putra, ia baru tinggal di panti selama 1 bulan. Doni masuk ke panti asuhan Aria putra pada bulan Maret tahun 2013, Doni berasal dari Lampung Timur ia lahir pada tanggal 10 September 1999. Ayahnya meninggal sejak ia masih bayi, Doni anak ke 6 dari 6 bersaudara. Sebelum masuk ke panti Doni sudah bersekolah kelas 2 SMP di Lampung, kemudian pindah ke Pesantren Al-Hanif di Ciputat. Karena lingkungan pesantren kurang baik untuk Doni, akhirnya kakak Doni memasukkan Doni ke panti asuhan Aria Putra. Saat ini ia belum melanjutkan sekolah karena harus menunggu tahun ajaran baru.
b.
Ita Elisawati Ita adalah salah satu anak panti asuhan Aria Putra yang sudah tinggal selama 9 bulan, ia masuk ke panti pada tanggal 14 Juli 2012. Ita
46
bersekolah di Mts Muhammadiyah, ia lahir pada tanggal 10 Desember 1998. Sebelum masuk ke panti Ita tinggal di Brebes bersama neneknya, ia anak ke 2 dari 6 bersaudara. c.
M. Aulia Rahman Rahman, begitu nama panggilan akrabnya. ia berasal dari Pamulang, lahir pada tanggal 04 Agustus 1996. Rahman salah satu anak laki-laki yang paling lama tinggal di panti asuhan Aria Putra. Ia sudah 7 tahun tinggal di panti, Ayahnya meninggal dunia sejak ia kelas 2 SD. Ia 8 bersaudara, di tambah dengan 1 adik tiri. Rahman tinggal di panti bersama adiknya, saat Rahman duduk di kelas 6 SD ibunya menikah lagi. Rahman dan adik-adiknya mengizinkan ibunya menikah lagi karena tidak ada yang membantu ibunya mencari nafkah, ibu Rahman seorang guru ngaji.
B. Analisis Peran Pembimbing Rohani Islam dalam Mengembangkan Kecakapan Hidup Generik (General life skills) 1. Waktu Pelaksanaan Bimbingan Rohani Islam Bimbingan rohani islam dilakukan dari hari Senin sampai Minggu, hari Senin sampai Rabu dari pukul 16:30 WIB s/d 20:30 WIB. Kemudian hari Kamis s/d Minggu bimbingan rohani islam dilaksanakan setelah shalat maghrib sampai tiba waktu shalat isya, kemudian di tutup dengan shalat isya berjamaah. Bimbingan rohani islam juga dilaksanakan di pagi hari, yaitu setelah shalat subuh berjamaah sampai dengan pukul 05:30 WIB. Di akhir bulan, setiap hari Minggu diadakan Muhadhoroh dari setelah shalat maghrib sampai isya.
47
2. Materi Bimbingan Rohani Islam Kegiatan bimbingan rohani islam yang dilaksanakan dari hari Senin sampai Rabu di mulai dari pukul 16:30 WIB s/d 17:30 WIB, yang dilaksanakan di Mushollah panti asuhan Aria Putra. Materi bimbingan rohani islam meliputi: fiqih, ratib, dan akhlak. Materi ini di bimbing oleh Ustad dari luar panti, yaitu pak Ustad Imam Akbar Dermawan. Kegiatan tersebut di awali dengan membaca do’a, kemudian pak Ustad Imam mendiktekan kitab savinah yang membahas tentang ilmu fiqih dalam bahasa arab dan Jawa. Setelah itu di terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, dengan menggunakan metode ceramah. Sebelum menutup kegiatan bimbingan rohani islam, anak-anak diberi kesempatan untuk bertanya kepada pembimbing. Kemudian kegiatan bimbingan rohani islam di akhiri dengan do’a bersama-sama. Selanjutnya, anak-anak panti mandi dan bersiap-siap melaksanakan shalat maghrib berjamaah di Mushollah panti asuhan Aria Putra. Setelah selesai shalat maghrib, anak-anak kembali mengikuti bimbingan rohani islam seperti yang dilakukan pada sore hari. Tetapi bimbingan rohani islam setelah shalat magrib membahas kitab ta’lim muta’alim, yang menjelaskan tentang akhlak. Kegiatan ini sampai pukul 20:00 WIB, kemudian di tutup dengan shalat isya berjamaah. Kegiatan bimbingan rohani islam yang dilakukan sore hari, dari hari Senin sampai Rabu membahas kitab Safinah tentang ilmu fiqih. Sedangkan bimbingan rohani islam setelah shalat maghrib, pada hari Selasa dan Rabu
48
membahas kitab ta’lim muta’alim yang berisi tentang akhlak. Senin malam setelah shalat maghrib bimbingan rohani islam diisi dengan dzikir bersama atau ratib. Sedangkan materi tajwid, fiqih, hadits, akhlak, hafalan do’a-do’a harian, hafalan shalat dan hafalan juz amma disampaikan oleh pembimbing panti asuhan Aria Putra yaitu kakak Arief dan kakak Abi. Kegiatan tersebut dilakukan setiap hari, dari sehabis shalat subuh sampai pukul 05:30 WIB dan setiap hari Jum’at setelah shalat maghrib. Bimbingan rohani islam diselingi dengan ceramah dan dialog antara pembimbing dengan anak panti asuhan Aria Putra. Hari Kamis, setelah shalat maghrib diisi dengan membaca surat yasin dan kultum yang di sampaikan oleh anak-anak panti asuhan Aria Putra. Pada malam Minggu atau hari sab’tu setelah shalat maghrib diadakan evaluasi belajar, pelajaran yang sudah di pelajari selama satu Minggu dibahas kembali. Kegiatan ini dilakukan dengan cara pembagian kelompok kecil kemudian diadakan tanya jawab antar anak panti atau pertanyaan dari pembimbing langsung, pertanyaannya bisa mengenai akademik maupun agama.61 Hari Minggu setelah shalat maghrib diisi dengan shalawatan, rawi, membaca asmaul husna. Dan di akhir bulan, setiap hari Minggu diadakan Muhadhoroh yang dilakukan setelah shalat maghrib sampai isya. Dari hasil lapangan yang ditemukan, penulis mendapatkan data bahwa peran pembimbing rohani islam ini bertugas membimbing dan memotivasi anak-anak untuk lebih taat dan taqwa kepada Allah SWT. Selain itu, tugas 61
Wawancara Pribadi dengan Arief Suci, Ciputat, 30 April 2013.
49
pembimbing rohani islam disini juga untuk mengarahkan dan mengingatkan anak-anak agar tidak terjerumus ke dalam hal-hal yang negatif. Dengan adanya kegiatan tersebut anak dapat menjalankan kehidupan sesuai dengan petunjuk Allah SWT dan menghasilkan kebahagiaan dunia dan akhirat. Kecakapan hidup generik merupakan suatu proses untuk memperoleh tingkah laku, kepercayaan, dan nilai-nilai yang telah di tetapkan, agar dapat diterima sebagai anggota masyarakat. Untuk mengetahui nilai-nilai dan tingkah laku yang sesuai dengan harapan masyarakat, hanya dapat dilakukan dengan mengadakan interaksi dengan orang lain. Dari hasil pengamatan peneliti, “anak-anak yang melakukan kegiatan bersama, seperti: diskusi, mengerjakan tugas sekolah bersama, kegiatan bersih-bersih yang melibatkan seluruh anak panti, melaksanakan kegiatan bimbingan rohani islam dan melakukan evaluasi belajar dengan membentuk kelompok kecil, dapat mengembangkan kecakapan hidup generik mereka”.62 Banyak yang terjadi, anak yang hanya dibekali dengan pendidikan akademik saja tanpa pendidikan agama untuk menjaga kepribadian dan sosial yang baik, mereka akan sulit untuk mengaktualisasikan dirinya dalam masyarakat secara maksimal. Kondisi demikian karena kurangnya kesiapan mereka dalam menghadapi kenyataan hidup, karena sejak
awal
mereka
hanya dibekali dengan ilmu akademik, tetapi kurang disiapkan untuk
62
Hasil pengamatan peneliti saat mengunjungi lokasi di panti asuhan Aria Putra Ciputat pada tanggal 10 April 2013.
50
memperoleh kecakapan hidup generik secara lengkap sebagai modal untuk berjuang dalam hidup. Hal demikian jika sebaliknya juga akan berdampak buruk pada anak, karena kurangnya pendidikan akademik akan menyebabkan banyaknya kerugian terhadap diri anak, keluarga, dan juga masyarakat. Contohnya: mudah di tipu, di remehkan, dan semakin meningkatkan minimnya pendidikan negara. Perlunya memiliki kecakapan hidup generik bermanfaat untuk mengarahkan seseorang agar mampu membangun hubungan interpersonal dengan orang lain, mampu berkomunikasi secara efektif, mampu memastikan bahwa pesan yang disampaikan tepat dan tidak terjadi miskomunikasi dan
misintepretasi, semakin taat beribadah kepada Allah SWT, dapat
mengembangkan
diri,
dapat
menyesuaikan
diri
dalam
lingkungan,
memperoleh banyak pengetahuan dari hasil bertukar pikiran dengan teman, perbaikan perilaku, dan dapat memilih solusi yang efektif terhadap suatu masalah. Berikut kutipan wawancara pribadi peneliti dengan Satria Andoni, manfaat yang di rasakan setelah mengikuti bimbingan rohani islam terhadap kecakapan hidup generik menurutnya: “berbicara lebih sopan, lebih tahu agama”.63 Pendapat yang sama juga di ungkapkan oleh Nuraida, menurutnya manfaat yang di rasakan dari kegiatan bimbingan rohani islam terhadap kecakapan generik yaitu, “Jadi ingin menolong yang lain, misalkan saya kan 63
Wawancara Pribadi dengan Satria Andoni, Ciputat, 23 April 2013.
51
disini di kasih sama orang lain saya ingin nantinya jadi donator yang membantu juga, terus jadi lebih luas aja pergaulannya, disini kan dari jauhjauh asalnya jadi saling kenal, klo ada butuh-butuh jadi saling membantu”64 Peran pembimbing rohani islam sangat penting untuk mengingatkan, dan menunjukkan jalan yang benar. Seperti yang di perintahkan oleh Allah SWT di dalam surat Ali imran/03 ayat 104: “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar merekalah orang-orang yang beruntung”.65 Ayat diatas menjelaskan agar semua umat manusia menyeru pada kebaikan dan menjauhi apa yang telah dilarang oleh Allah SWT, karena itu semua demi kebaikan manusia. Selanjutnya di dalam surat An-Nahl/16 ayat 125 Allah SWT berfirman:
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, dialah yang lebih mengetahui 64
Wawancara Pribadi dengan Nuraida, Ciputat, 29 April 2013. Departemen Agama Republik Indonesia. Al-Qur’an dan terjemahnya, Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur’an Departemen Agama Republik Indonesia, (Bandung: PT Syaamil Cipta Media), h. 63. 65
52
tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”.66 Dari kedua ayat di atas dapat dikaitkan dengan peran pembimbing rohani islam yaitu mengajak anak untuk mengerjakan kebaikan dan mengikuti petunjuk, menyuruh mereka berbuat baik dan melarang mereka dari perbuatan yang jahat agar mereka mendapat kebahagiaan di dunia dan akhirat. sebagai seorang pembimbing harus sabar dalam menghadapi tingkah laku anak-anak. adanya pengaruh dari lingkungan luar panti yang tidak baik, dapat mempengaruhi tingkah laku anak-anak. Seperti yang dikemukakan oleh kakak Arief selaku pembimbing rohani menurutnya, “karena mereka pengaruhnya dari luar lebih banyak, walaupun disini kita sudah berusaha semaksimal mungkin pembinaan dan lain-lain nya tapi tetap mereka sekolahnya di luar. Jadi pengaruh dari teman di luar lebih kuat, disini kita sudah meluruskan dengan cara memberikan bimbingan rohani, dialog, nasehat, motivasi. kadang mereka sadar tetapi ketika di luar terpengaruh lagi, khususnya anak laki-laki”.67 Pembimbing panti berkewajiban untuk selalu mengingatkan anak-anak panti, salah satunya dengan bimbingan rohani islam yang dilakukan rutin setiap hari dapat mengembangkan kecekapan hidup generik. Melalui kgiatan tersebut bertujuan, agar anak-anak panti memiliki akhlak yang terpuji, mandiri, dan mudah beradaptasi, baik di lingkungan panti maupun dikehidupan bermasyarakat. Pengetahuan agama, berfungsi sebagai pembatas 66 67
Departemen Agama Republik Indonesia. Al-Qur’an dan terjemahnya, h. 281. Wawancara Pribadi dengan Arief Suci, Ciputat, 30 April 2013.
53
diri individu untuk melakukan hal-hal yang negatif. Karena di dalam agama islam khususnya, Allah SWT telah memberikan contoh melalui Rasulullah SAW dan telah di jelaskan juga di dalam Al-Qur’an. Mulai dari masalah individu, keluarga, sosial, akhlak, fiqih, jual-beli, adab, dan lain-lain. Dari hasil wawancara pribadi peneliti dengan anak panti yang sudah lama tinggal dan yang baru tinggal di panti asuhan Aria Putra. Dapat dilihat adanya perbedaan, pertama perbedaan tersebut dapat di lihat dari pengetahuan agama mereka. Anak yang sudah lama tinggal memiliki pengetahuan agama yang lebih dibandingkan yang baru tinggal, karena mereka mendapatkan pendidikan agama setiap harinya dan lebih teratur. Sedangkan anak yang baru tinggal di panti kurangnya memiliki pengetahuan agama disebabkan minimnya pendidikan agama yang mereka dapat selama di luar panti. Seperti yang dikutip dari wawancara peneliti dengan M. Aulia Rahman. menurut Rahman manfaat yang sudah di dapat dari kegiatan bimbingan rohai islam adalah, “bisa mengenal islam lebih jauh, mengerti segala sesuatunya dengan baik dan benar ,terus bisa mengatur diri ke jalan yang benar, atau baik dan buruk, akrab dengan teman-teman”.68 Kemudian berikut kutipan wawancara peneliti dengan Satria Andoni, menurut Doni manfaat dari kegiatan bimbingan rohani Islam yang sudah di ikuti selama di panti adalah, “saya waktu di kampung cuma shalat magrib
68
Wawancara Pribadi dengan M. Aulia Rahman, Ciputat, 23 April 2013.
54
doank, sekarang jadi shalat 5 waktu shalat dhuha juga. Sekarang lebih mandiri”.69 Padahal pentingnya memiliki pengetahuan agama sedini mungkin agar mereka memiliki pegangan yang kokoh, dan arah yang benar dalam menjalani kehidupan, serta tidak mudah terombang ambing oleh keadaan yang merusak yang tidak diinginkan. dalam menghadapi tantangan yang semakin luas dan kompleks yang ditandai dengan derasnya perubahan sosial dan nilai budaya yang terjadi di sekitar kita, maka pembinaan agama, mental, dan moral generasi muda dan calon pemimpin bangsa haruslah mendapat perhatian yang serius. Seperti yang dijelaskan dalam surat Ali Imran/03 ayat 101:
“Bagaimanakah kamu (sampai) menjadi kafir, padahal ayat-ayat Allah dibacakan kepada kamu, dan rasul-Nya (Muhammad) pun berada di tengah-tengah kamu? barangsiapa yang berpegang teguh kepada (agama) Allah, Maka Sesungguhnya ia Telah diberi petunjuk kepada jalan yang lurus”.70 Allah SWT sudah memerintahkan agar kita memiliki agama sebagai pegangan hidup, tujuan manusia diciptakan di muka bumi ini juga untuk beribadah seperti yang di jelaskan dalam surat Adz-Dzariat/51 ayat 56:
69 70
Wawancara Pribadi dengan Satria Andoni, Ciputat, 23 April 2013. Departemen Agama Republik Indonesia. Al-Qur’an dan terjemahnya, h. 63.
55
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”.71 Selanjutnya yang kedua perbedaan tersebut dapat dilihat dari cara anak-anak tersebut beradaptasi di lingkungannya, anak yang baru masuk panti baru bisa beradaptasi dengan teman sekamar saja. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan Satria Andoni, “Akrab, paling akrab sama k’rahman (teman sekamar).72 Sama seperti Satria Andoni M. Aulia Rahman juga mengungkapkan hal yang sama ketika pertama kali tinggal di panti asuhan Aria Putra. Berikut kutipannya: “Pertama kali saya ga betah banget disini saya nangis terus ingin pulang, waktu itu kan saya disini paling kecil sama ade saya. Pernah pulang juga saya terus di nasehatin sama orang tua saya cuma karna masih kecil belum ngerti, ya saya cobalah mengerti keadaan keluarga”. Selanjutnya M. Aulia Rahman mengungkapkan, “Pertama kali disini akrabnya sama orang Pamulang juga itu sama kak Nuraida, sekarang deket sama semuanya”.73
Ketika pertama kali masuk panti, bukan hal yang mudah untuk seorang anak beradaptasi di lingkungan yang baru di temuinya, di tambah dengan usia mereka yang masih di bawah umur harus berpisah dari keluarga.
71
Departemen Agama Republik Indonesia. Al-Qur’an dan terjemahnya, h. 523. Wawancara Pribadi dengan Satria Andoni, Ciputat, 23 April 2013. 73 Wawancara Pribadi dengan M. Aulia Rahman, Ciputat, 23 April 2013. 72
56
Dengan berbagai latarbelakang masalah keluarga yang menyebabkan mereka masuk ke panti menyebabkan anak sulit untuk beradaptasi. Adanya kegiatan yang dilakukan bersama akan memudahkan anak untuk saling mengenal dan berbaur dengan teman-temannya. Panti asuhan sebagai lembaga yang mendidik dan merawat anak-anak harus berperan aktif untuk mengembangkan potensi anak, mengasuh, dan bertanggung jawab penuh agar anak tersebut dapat tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang berguna bagi dirinya sendiri, keluarga, masyarakat, bangsa dan agamanya. Pola asuh merupakan suatu cara terbaik yang dapat ditempuh pembimbing dalam mendidik anak sebagai perwujudan dan rasa tanggung jawab pembimbing sebagai pendidik anak. Secara psikologis anak-anak membutuhkan kasih sayang dalam pergaulan dan persahabatan. Dengan kasih sayang dan perhatian pembimbing harus memperhatikan apakah kasih sayang sudah terpenuhi dengan baik pada mereka. Karena kasih sayang merupakan pilar dan pondasi dalam pendidikan, ketika kasih sayang terpenuhi dengan baik maka akan terwujud ketenangan jiwa, perasaan aman, percaya diri, dan timbulnya kepercayaan kepada pembimbing. Bahkan sejatinya kasih sayang yang didapatkan seorang anak secara proporsional akan berpengaruh pada keselamatan jasmani anak tersebut. Oleh karena itu, tanggung jawab terpenting pembimbing terhadap anaknya adalah berinteraksi dengan lemah lembut, dan penuh kasah sayang serta menampakkan kasih sayang tersebut kepada anak-anaknya secara nyata.
57
Selain cara ini, tidak akan tercipta hubungan baik yang mampu mendorong pada perkembangan dan penyempurnaan mental dan spiritual anak. Hubungan yang dingin, hampa dan tanpa cinta akan mengakibatkan kekeringan ruh dan jiwa dan akhirnya akan mengiring anak-anak bertindak amoral dan berbuat seenaknya di tengah masyarakat. Dengan kata lain, boleh jadi anak-anak yang berbuat nakal dan membuat kerusakan di luar rumah adalah anak-anak yang kurang atau bahkan tidak mendapatkan kasih sayang orang tua dan orang-orang dekatnya. Adanya kegiatan-kegiatan bersama yang dilakukan selama di panti dapat memudahkan anak untuk cepat beradaptasi dengan lingkungannya. Kecakapan hidup generik dapat di kembangkan melalui kegiatan-kegiatan tersebut, seperti yang di ungkapkan oleh Rohita di dalam jurnal Strategi Pembelajaran Kecakapan Hidup (life skills) Pada Anak Usia Taman kanak-kanak,
menurutnya: “selain pendekatan kontekstual, model pelajaran terpadu, juga merupakan model pelajaran yang mengarahkan pada pengembangan kecakapan hidup”.74 Tujuan dari kegiatan bimbingan rohani islam itu sendiri dapat memberikan manfaat untuk diri anak-anak panti asuhan Aria Putra dan lingkungannya. Seperti yang di ungkapkan M. Hamdan Bakran Adz Dzaky, sebagaimana dikutip dalam buku Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan
74
Rohita, Strategi Pembelajaran Kecakapan Hidup (life skills) Pada Anak Usia Taman kanak-kanak, Jurnal Pendidikan Dasar, Vol. 8, No. 2, September 2007, h. 74.
58
Madrasah (Berbasis Inetegrasi) karya Tohirin. Tujuan bimbingan rohani dalam Islam yaitu: a. Untuk perbaikan, kesehatan, dan kebersihan jiwa. b. Untuk perubahan tingkah laku yang dapat memberikan manfaat
untuk diri sendiri dan lingkungan. c. Untuk memunculkan kecerdasan emosi, untuk menghasilkan kecerdasan spiritual, dan untuk menghasilkan potensi Ilahiyah. Sehingga, dengan potensi itu individu dapat menanggulangi berbagai persoalan hidup dan dapat memberikan manfaat serta keselamatan bagi lingkungannya pada berbagai aspek kehidupan.75
Selain mendapatkan pengetahuan ilmu agama, anak-anak panti asuhan Aria Putra juga mendapatkan pendidikan kecakapan hidup generik yang meliputi kecakapan mengenal diri, berpikir dan kecakapan sosial. Contohnya: dari kegiatan kultum dan Muhadhoroh melatih anak untuk berkomunikasi dengan baik, percaya diri, berani, mampu menyampaikan pendapat, dan bepikir kreatif. Baik menyampaikan informasi ataupun pesan dengan cara berbicara, penulisan, gerak tubuh dan ekspresi yang efektif dapat mereka lakukan dengan baik sehingga tidak terjadinya miskomunikasi. Kegiatan diskusi, mengerjakan tugas sekolah bersama, kegiatan bersih-bersih yang melibatkan seluruh anak panti, dan melakukan evaluasi belajar dengan membentuk kelompok kecil, dapat mengembangkan kecakapan bekerjasama mereka, dan menyelesaikan masalah secara kreatif dari hasil bertukar pikiran. Semua kegiatan yang ada di panti asuhan Aria Putra bertujuan untuk membangun hubungan antar personal, sehingga terciptanya ikatan seperti keluarga. 75
Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Inetegrasi), h. 38.
59
Anak-anak panti asuhan Aria Putra masuk ke panti dengan latar belakang yang berbeda-beda, ketika mereka pertama kali masuk panti akan terasa asing dan belum mampu untuk beradaptasi, karena rata-rata usia mereka ketika masuk panti masih di bawah umur. Tugas anak-anak panti yang sudah lebih dulu tinggal di panti untuk membimbing dan membantu adik-adiknya yang baru masuk untuk beradaptasi. Jika itu semua tidak diajarkan melalui kegiatan-kegiatan yang ada di panti, akan sulit untuk anak beradaptasi dan ikatan seperti keluarga tidak ada yang ada hanya sikap individualistis. Padahal didalam surat Al-Hujarat/49 ayat 10 Allah berfirman: “Orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat”.76 Ayat tersebut menjelaskan bahwa semua muslim itu bersaudara, jadi sesama saudara tidak boleh saling membuka aib saudaranya, menjelekjelekkan, saling mendengki, membenci, memutuskan hubungan, dan lain-lain. Saling tolong menolonglah dalam kebaikan agar tercipta hubungan yang harmonis, baik kehidupan dunia maupun akhirat.
76
Departemen Agama Republik Indonesia. Al-Qur’an dan terjemahnya, h. 516.
60
C. Faktor Pendukung dan Penghambat 1. Faktor Pendukung Setiap program kegiatan pasti akan menghadapi faktor penghambat dan faktor pendukungnya. Begitu juga dengan kegiatan bimbingan rohani islam di panti asuhan Aria Putra Ciputat, faktor pendukung dari kegiatan ini diantaranya: a. Antusias Anak-anak Anak-anak yang hadir dalam bimbingan ini menyimak dengan baik dan keingin tahuan mereka cukup besar bisa dilihat dari banyaknya pertanyaan yang mereka ajukan khususnya perempuan.77 b. Pembimbing Pembimbing yang ada di panti asuhan Aria Putra memiliki pengetahuan yang luas, baik tentang agama maupun akademik. Materi yang diberikan kepada anak-anak, pembimbing sudah menguasainya dengan baik. Pembimbing yang membimbing di panti asuhan Aria Putra adalah alumni dari panti tersebut. c. Sarana dan prasarana Sarana dan prasarana yang ada di panti ini cukup mendukung kegiatan bimbingan rohani, seperti: ruangan, alat tulis, papan tulis, lekar, kursi, bukubuku, dan kipas angin.
77
Hasil pengamatan peneliti saat mengunjungi lokasi di panti asuhan Aria Putra Ciputat pada tanggal 16 April 2013.
61
d. Materi Pembelajaran Materi yang diberikan oleh pembimbing rohani islam sangat bermanfaat untuk anak-anak, pengetahuan yang luas baik agama maupun akademik yang diberikan berguna untuk di kehidupan sehari-hari dan setelah mereka lulus. e.
Efektif Kegiatan Bimbingan Rohani Kegiatan bimbingan rohani islam yang dilaksanakan berjalan efektif, dapat dilihat dari anak-anak yang hadir mengikuti kegiatan bimbingan rohani islam. 2. Faktor Penghambat Selanjutnya faktor penghambat bimbingan rohani diantaranya: a. Antusias Anak-Anak Sebagian anak ketika mengikuti bimbingan rohani ada yang fokus ada yang tidak, ada yang diam memerhatikan tetapi ketika di tanya oleh pembimbing tidak paham khususnya laki-laki, ada juga yang pahamnya cepat ada yang lama harus di ulangi beberapa kali. Anak perempuan lebih aktif di bandingkan dengan anak laki-laki, jika tidak di ajak dialog anak laki-laki akan pasif.78 b. Pembagian Kelompok Anak-anak ketika mengikuti bimbingan rohani sebaiknya dibagi menjadi dua kelompok. Anak yang masih duduk di bangku sekolah dasar (SD) mempelajari cara membaca al-Qur’an, tajwid, hafalan juz amma, dan imla. Sedangkan anak yang sudah duduk di bangku sekolah menengah pertama 78
Wawancara Pribadi dengan Arief Suci, Ciputat, 30 April 2013.
62
(SMP) dan sekolah menengah atas (SMA) tidak apa-apa bila di gabungkan. Tujuannya agar ketika pembimbing membahas ilmu fiqih yang terkait dengan masalah haid, hubungan suami-istri dan lainnya, anak yang masih sekolah dasar belum cukup umur untuk mendengarkan hal-hal tersebut. Perbedaan daya tangkap anak SD, SMP dan SMA juga berbeda, anak yang masih duduk di bangku sekolah dasar lebih lambat menerima pelajaran dibandingkan dengan anak SMP dan SMA. Menurut pengamatan peneliti selama berada di panti asuhan Aria Putra, kegiatan yang ada di panti asuhan Aria Putra sudah dilaksanakan dengan baik. Tetapi peraturan yang ada di panti asuhan Aria Putra masih belum maksimal di jalankan dan kegiatan di panti yang sudah tidak berjalan seharusnya di adakan kembali. Seperti kegiatan marawis, menanam pohon bersama, kesenian dan olahraga. Karena dengan adanya kegiatan tersebut anak-anak panti akan semakin aktif, menambah pengetahuan, lebih terarah, dan untuk bekal mereka setelah lulus dari panti, serta dapat mengembangkan bakat anak-anak panti. Menurut Nuraida salah satu penghuni panti yang sudah lama tinggal di panti asuhan Aria Putra Ciputat, kegiatan yang ada di panti banyak tetapi lebih bagus kegiatan yang dulu karena lebih terarah. berikut kutipan wawancara peneliti dengan Nuraida “belajar, ngaji bareng-bareng, ngerjain kegiatan bareng,
63
mengikuti kegiatan yang sifatnya menyeluruh. Dulu kegiatannya banyak lebih terarah, contohnya: marawis, menanam pohon, makan lesehan bareng”.79
D. Metode
yang
Digunakan
Pembimbing
dalam
Mengembangkan
Kecakapan Hidup Generik di Panti Asuhan Aria Putra Ciputat Hal lain yang menjadi perhatian adalah metode pengajaran yang digunakan. Metode yang biasa digunakan dalam kegiatan belajar mengajar di panti asuhan Aria Putra, seperti: ceramah, dialog, diskusi, pembagian kelompok kecil.80 Melalui metode tersebut anak dapat secara aktif melakukan kegiatan dan menemukan berbagai pengetahuan yang dapat digunakan untuk memecahkan berbagai masalah yang dihadapi. Keterlibatan anak dalam kegiatan belajar mengajar akan mengembangkan dan menggunakan kemampuan mental dan fisiknya dengan baik. Konsep belajar yang melibatkan ke aktifan anak akan membantu anak menjadi percaya diri, pembentukan pribadi dan ketergantungan pada diri sendiri. Salah satu kegiatan yang ada di panti asuhan Aria Putra adalah evaluasi yang dilakukan dengan cara pembagian kelompok secara acak, kemudian saling memberikan pertanyaan antar teman atau pembimbing yang memberikan pertanyaan kepada anak-anak, pertanyaannya bersifat umum bisa pelajaran
79 80
sekolah
maupun
agama.
Dari
kegiatan
Wawancara Pribadi dengan Nuraida, Ciputat, 29 April 2013. Wawancara Pribadi dengan Arief Suci, Ciputat, 30 April 2013.
tersebut
dapat
64
mengembangkan kecakapan sosial anak, seperti: anak akan aktif, menambah wawasan anak, saling bantu dalam memecahkan pertanyaan, mengasah daya ingat anak, dan anak akan percaya diri untuk tampil ke depan. Dari kegiatan tersebut, pembimbing berharap adanya perubahan positif dari anak-anak panti setelah mengikuti kegiatan bimbingan rohani untuk mengembangkan kecakapan sosial, berikut kutipan wawancara pribadi peneliti dengan kakak Arief “Minimal mereka berani dalam hal-hal yang baik tentunya, dan ga malu maksudnya ga malu berbuat baik misalkan di suruh tampil ke depan berani di suruh yang baik mau”.81 Selain metode-metode yang di jelaskan diatas, pembimbing sebaiknya juga mencontohkan kepada anak-anak bagaimana cara berbicara yang sopan dan cara bergaul yang baik, agar anak-anak dapat mengikuti.82 Karena, anakanak tidak mendapatkan contoh tersebut dari orang tua kandung mereka. Kurangnya perhatian dari orang tua dapat menyebabkan anak mencari perhatian di luar rumah, hal tersebut dapat berdampak buruk pada perkembangan mental anak. Kehilangan kasih sayang orang tua akan menimbulkan gangguan pada anak
seperti:
depresi,
murung,
cemas,
kecewa
terhadap
keluarga,
ketidakpuasan, keluhan terhadap nasib yang dialaminya, keguncangan emosi, dsb. Figure orang tua tidak mereka dapatkan di rumah, maka dari itu pembimbing harus mengambil alih hal tersebut sebagai orang tua pengganti.
81 82
Wawancara Pribadi dengan Arief Suci. Wawancara Pribadi dengan Ustd Imam Akbar Dermawan, Ciputat, 06 Mei 2013.
65
Kegiatan-kegiatan di panti untuk mengembangkan kecakapan sosial berguna memudahkan anak untuk beradaptasi dengan lingkungannya, apalagi anak-anak panti tersebut berlatarbelakangi dari masalah-masalah keluarga yang menyebabkan mereka kurang perhatian dari orang tua. Jika anak-anak tersebut tidak di berikan pendidikan akademik maupun agama akan berdampak buruk bagi anak, mereka membutuhkan perhatian khusus untuk perkembangannya. Adanya perubahan yang mereka rasakan akan berdampak untuk kehidupannya hingga dewasa kelak dan harapan dari pembimbing pun akan terwujud. Kegiatan: Bimbingan Rohani Metode: Ceramah Tema: Muhadhoroh KEMAMPUAN YANG TAMPAK Anak berani tampil ke depan. Anak mampu berpikir kreatif KECAKAPAN SOSIAL
untuk menyampaikan isi pesan. Anak
dapat
dengan baik. Percaya diri.
Kegiatan: Bersih-bersih lingkungan
berkomunikasi
66
Metode: Pembagian tugas dan gotong royong KEMAMPUAN YANG TAMPAK Anak mengerjakan tugas sesuai dengan tugasnya masing-masing. KECAKAPAN SOSIAL
Anak dengan sabar menunggu peralatan secara bergantian. Berjiwa kakaknya
pemimpin, mengajarkan
kakakadik-
adiknya.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan di panti asuhan Aria Putra akan berpengaruh terhadap afektif, sosial dan cara berpikir mereka, seperti: a. Afektif dan Sosial Sosial: Kemauan bekerja, komunikasi yang baik, koperatif, berjiwa pemimpin, kerja keras, menerima orientasi, kemampuan bekerjasama, percaya diri, kemauan belajar dan bekerja secara mandiri, dan bisa memotivasi diri. Sedangkan Afektifnya: berpendirian teguh, mudah memaafkan, sikap yang baik, dinamis, mampu mengarahkan tim, energik, bersahabat, mampu menghadapi tantangan, dan dewasa.
b. Berpikir
67
Mempunyai konsep yang kuat dalam menganalisis, strategis, berpikir kreatif, berinisiatif memecahkan masalah, cakap dalam kemampuan berstrategi, mampu menganalisis, dan inovatif.
68
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari hasil temuan dan analisis di panti asuhan Aria Putra Ciputat, penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut: 1.
Peran pembimbing rohani Islam dalam mengembangkan kecakapan hidup generik di panti asuhan Aria Putra, sebagai bentuk pemberian bimbingan untuk mengembangkan kecakapan hidup pada anak dalam bersosialisasi dan beradaptasi di lingkungan. Manfaat dari kegiatan bimbingan rohani Islam dalam mengembangkan kecakapan sosial akan berpengaruh terhadap afeksi, sosial dan cara berpikir mereka. kegiatan tersebut berguna untuk bekal anakanak ketika lulus dari panti.
2.
Adapun faktor pendukung dari kegiatan bimbingan rohani Islam adalah pembimbing memiliki pengetahuan yang luas baik agama maupun akademik, sarana dan prasarana yang menunjang untuk proses berjalannya kegiatan bimbingan rohani Islam, materi yang diberikan bermanfaat untuk anak-anak baik agama maupun akademik untuk kehidupan sehari-hari dan setelah mereka lulus, serta antusias anak-anak ketika mengikuti kegiatan. Dan faktor penghambatnya adalah faktor penghambat lainnya adalah perbedaan daya tangkap anak-anak ketika mengikuti bimbingan, serta kurangnya antusias dari anak laki-laki.
69
3.
Metode yang dilakukan dengan cara: ceramah, dialog, diskusi, dan pembagian kelompok kecil bertujuan untuk evaluasi. Metode tersebut berfungsi untuk membuat anak aktif, berani, dan percaya diri.
B. Saran Saran yang dapat diberikan berkenaan dengan peran pembimbing rohani Islam dalam mengembangkan kecakapan hidup generik di panti asuhan Aria Putra adalah: 1.
Mengadakan kembali kegiatan-kegiatan yang sudah tidak di jalankan lagi di panti asuhan Aria Putra. Contohnya: marawis, menanam pohon bersama, kesenian, dan olahraga.
2.
Membuat kegiatan yang bisa bermanfaat untuk menghasilkan dana panti sendiri, seperti: membuat peternakan, perikanan, membuat kue atau masakan dan menjualnya ke masyarakat, dan lain sebagainya. Selain menambah dana pemasukan panti kegiatan tersebut juga bermanfaat untuk anak-anak setelah lulus dari panti.
3.
Peraturan yang ada di panti asuhan Aria Putra dilaksanakan atau lebih di ketatkan agar anak-anak lebih tertib mengikuti kegiatan bimbingan rohani Islam dan shalat berjamaah.
4.
Untuk anak-anak panti di harapkan agar mengikuti kegiatan bimbingan rohani dengan serius dan tidak malu bertanya khususnya untuk laki-laki. Manfaatkan kegiatan bimbingan rohani untuk memperdalam ilmu agama sebagai bekal kehidupan.
70
5.
Pembagian kelas untuk anak-anak SD, SMP dan SMA. Agar anak-anak SD dapat mempelajari pendidikan agama sesuai dengan usianya.
71
DAFTAR PUSTAKA BUKU: A, Hallen. Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002).
Ahmadi, Abu. Psikologi Sosial, (Jakarta: Rineka Cipta. Edisi Revisi, 2007). Al-Ghazali, Syaikh Muhammad, Tanya jawab seputar islam, (Bekasi, Menara, juli, 2006).
Amin, Samsul Munir. Bimbingan dan Konseling Islam, (Jakarta: AMZAH, 2010). Arifin, Isep Zainal. Bimbingan Penyuluhan Islam Pengembangan Dakwah melalui Psikoterapi Islam, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2009).
Arifin, M Syamsul. Anak Yatim Kajian Fikih dan Realitas Sosial, (Jawa Timur: Pustaka Sidogiri). Azhari, Samudra Aziz. Eksistensi Rohani Manusia, (Jakarta: Yayasan Majelis Ta’lim HDH, 2004), bagian 2. Berry, David. Pokok-Pokok Pikiran Dalam Sosiologi, Penerjemah team dari lembaga Penelitian & Pengembangan Sosiologi (LPPS) (Jakarta: CV. Rajawali, 1981). Basyarahil, A. Aziz Salim, Masalah Agama, (Jakarta: Gema Insani Press, 1993). Daradjat, Zakiah. Pendidikan Agama dalam Pembinaan Mental, (Jakarta: Bulan Bintang, 1974). Departemen Agama Republik Indonesia. Al-Qur’an dan terjemahnya, Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur’an Departemen Agama Republik Indonesia, (Bandung: PT Syaamil Cipta Media). Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), pusat bahasa, edisi ke-3. Gunarsa, Singgih D. Psikologi Praktis: Anak, Remaja, dan Keluarga, (Jakarta:BPK Gunung Mulia, 1991) cet ke-1. Hamid, Syamsul Rijal, Buku Pintar Agama Islam, (Bogor: Cahaya salam, 2008). Hawari, Dadang. Al-Qur’an Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa, (Yogyakarta: PT Dana Bhakti Prima Jasa, 2004), Edisi III (Revisi). Lutfi, M. Dasar-Dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam, (Jakarta:Lembaga penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2008).
72
Partowisastro, Koestoer. Dinamika Psikologi Sosial, (Jakarta: Erlangga,1983). Saputri, Rafy. Psikologi Islam tuntutan Jiwa Manusia Modern, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009). Sarwono, Sarlito Wirawan. Teori-teori Psikologi Sosial, (Jakarta: CV Rajawali, 1984). Soekanto, Soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: PT RajaGrafindo persada, 2012), cet. ke-44. Sukardi, Dewa Ketut. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan konseling di Sekolah, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2008), cet-2. Tohirin. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Inetegrasi), (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007).
JURNAL: Departemen Pendidikan Nasional. Konsep Pengembangan Model Integrasi Kurikulum Pendidikan Kecakapan Hidup, badan penelitian dan pengembangan pusat kurikulum, 2007. Hindun, Iin. Model Pengembangan Pendidikan Kecakapan Hidup (life skills) Pada Sekolah Umum Tingkat Menengah di Kota Batu, Jurnal Humanity, Volume I Nomor I September 2005. Karomah, Prapti dkk. Kesiapan Masyarakat Code Untuk Meningkatkan Kecakapan Hidup Dengan Memanfaatkan Limbah Industri sebagai Cindermata Khas Yogyakarta, Jurnal Penelitian Bappeda kota Yogyakarta, No. 2 Desember 2007. Kurnia, Septiawan Santana. Quantum Learning bagi pendidikan jurnalistik (studi pembelajaran jurnalistik yang berorientasi pada life skill), jurnal pendidikan dan kebudayaan, No. 034, tahun ke-8, Januari 2002. Marwiyah, Syarifatul. Konsep Pendidikan Berbasis Kecakapan Hidup, Jurnal Falasifa. Vol.3 , No. 1 Maret 2012. PH, Slamet. Pendidikan Kecakapan Hidup: Konsep Dasar, jurnal pendidikan dan kebudayaan, tahun ke-8, No. 037, Juli 2002. Rohita. Strategi Pembelajaran Kecakapan Hidup (life skills) Pada Anak Usia Taman kanak-kanak, Jurnal Pendidikan Dasar, Vol. 8, No. 2, September 2007. Senowarsito dkk. Pengembangan Model Pembelajaran Berperspektif Life Skills, Jurnal Pendidikan.
73
WEBSITE: http://megapolitan.kompas.com/read/2013/01/31/16375646/Aborsi.Bagian.Gaya.Hidup.R emaja http://megapolitan.kompas.com/read/2012/12/21/10534239/82.Pelajar.Tewas.Siasia.karen a.Tawuran.
DAFTAR PUSTAKA BUKU: A, Hallen. Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002).
Ahmadi, Abu. Psikologi Sosial, (Jakarta: Rineka Cipta. Edisi Revisi, 2007). Al-Ghazali, Syaikh Muhammad, Tanya jawab seputar islam, (Bekasi, Menara, juli, 2006).
Amin, Samsul Munir. Bimbingan dan Konseling Islam, (Jakarta: AMZAH, 2010). Arifin, Isep Zainal. Bimbingan Penyuluhan Islam Pengembangan Dakwah melalui Psikoterapi Islam, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2009).
Arifin, M Syamsul. Anak Yatim Kajian Fikih dan Realitas Sosial, (Jawa Timur: Pustaka Sidogiri). Azhari, Samudra Aziz. Eksistensi Rohani Manusia, (Jakarta: Yayasan Majelis Ta’lim HDH, 2004), bagian 2. Berry, David. Pokok-Pokok Pikiran Dalam Sosiologi, Penerjemah team dari lembaga Penelitian & Pengembangan Sosiologi (LPPS) (Jakarta: CV. Rajawali, 1981). Basyarahil, A. Aziz Salim, Masalah Agama, (Jakarta: Gema Insani Press, 1993). Daradjat, Zakiah. Pendidikan Agama dalam Pembinaan Mental, (Jakarta: Bulan Bintang, 1974). Departemen Agama Republik Indonesia. Al-Qur’an dan terjemahnya, Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur’an Departemen Agama Republik Indonesia, (Bandung: PT Syaamil Cipta Media). Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), pusat bahasa, edisi ke-3. Gunarsa, Singgih D. Psikologi Praktis: Anak, Remaja, dan Keluarga, (Jakarta:BPK Gunung Mulia, 1991) cet ke-1. Hamid, Syamsul Rijal, Buku Pintar Agama Islam, (Bogor: Cahaya salam, 2008). Hawari, Dadang. Al-Qur’an Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa, (Yogyakarta: PT Dana Bhakti Prima Jasa, 2004), Edisi III (Revisi). Lutfi, M. Dasar-Dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam, (Jakarta:Lembaga penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2008).
71
72
Partowisastro, Koestoer. Dinamika Psikologi Sosial, (Jakarta: Erlangga,1983). Saputri, Rafy. Psikologi Islam tuntutan Jiwa Manusia Modern, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009). Sarwono, Sarlito Wirawan. Teori-teori Psikologi Sosial, (Jakarta: CV Rajawali, 1984). Soekanto, Soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: PT RajaGrafindo persada, 2012), cet. ke-44. Sukardi, Dewa Ketut. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan konseling di Sekolah, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2008), cet-2. Tohirin. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Inetegrasi), (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007).
JURNAL: Departemen Pendidikan Nasional. Konsep Pengembangan Model Integrasi Kurikulum Pendidikan Kecakapan Hidup, badan penelitian dan pengembangan pusat kurikulum, 2007. Hindun, Iin. Model Pengembangan Pendidikan Kecakapan Hidup (life skills) Pada Sekolah Umum Tingkat Menengah di Kota Batu, Jurnal Humanity, Volume I Nomor I September 2005. Karomah, Prapti dkk. Kesiapan Masyarakat Code Untuk Meningkatkan Kecakapan Hidup Dengan Memanfaatkan Limbah Industri sebagai Cindermata Khas Yogyakarta, Jurnal Penelitian Bappeda kota Yogyakarta, No. 2 Desember 2007. Kurnia, Septiawan Santana. Quantum Learning bagi pendidikan jurnalistik (studi pembelajaran jurnalistik yang berorientasi pada life skill), jurnal pendidikan dan kebudayaan, No. 034, tahun ke-8, Januari 2002. Marwiyah, Syarifatul. Konsep Pendidikan Berbasis Kecakapan Hidup, Jurnal Falasifa. Vol.3 , No. 1 Maret 2012. PH, Slamet. Pendidikan Kecakapan Hidup: Konsep Dasar, jurnal pendidikan dan kebudayaan, tahun ke-8, No. 037, Juli 2002. Rohita. Strategi Pembelajaran Kecakapan Hidup (life skills) Pada Anak Usia Taman kanak-kanak, Jurnal Pendidikan Dasar, Vol. 8, No. 2, September 2007. Senowarsito dkk. Pengembangan Model Pembelajaran Berperspektif Life Skills, Jurnal Pendidikan.
73
WEBSITE: http://megapolitan.kompas.com/read/2013/01/31/16375646/Aborsi.Bagian.Gaya.Hidup.R emaja http://megapolitan.kompas.com/read/2012/12/21/10534239/82.Pelajar.Tewas.Siasia.karen a.Tawuran.
ANAK PANTI YANG BARU MASUK 2 Nama
: Satria Andoni
Asal
: Lampung
Tanggal Lahir
:10-September-1999
Pendidikan
: belum sekolah
Status
: Anak Panti
Tanggal wawancara
: Selasa, 23-04-2013
1. Sudah berapa lama kamu tinggal disini? 1 bulan 2. Tanggal berapa kamu masuk ke panti? Bulan Maret 2013 3. Apa sebabnya kamu masuk ke panti? Saya masuk kesini di bawa Abang saya, aslinya saya 6 bersaudara 3 udah meninggal tinggal 3 lagi. Ayah saya sudah meninggal ibu saya menikah lagi. Abang saya tau disini dari ponakan yg tinggal di pamulang masih kenal sama k’acu (pengurus panti). Aslinya saya kelas 2 SMP tapi ga ada surat pindah dari pesantrennya jadi saya sekarang tidak sekolah nunggu tahun ajaran baru masuk kelas 1 SMP lagi. 4. Kegiatan apa saja yang kamu ikuti selama di panti ini? Baru dikit.. ngaji, baca rawi, ratib. 5. Apakah kamu akrab dengan teman-teman disini? Akrab, paling akrab sama k’rahman (teman sekamar). Soalnya dia kan pinter sering di suruh gantiin pak ustd. 6. Bagaimana kamu pertama kali beradabtasi dengan teman-teman? Yaaaa…pertama kenal-kenalan terus sering di ajak main bola lama” kenal semua. 7. Sebelum masuk ke panti sini bagaimana pergaulan kamu? Biasa-biasa aja, lumayan nakal dulu waktu masih di kampung sering berantem, pernah ngerokok, sering diajak minum juga sama temen tapi saya ga mau. Saya termasuk anak yang
pendiem tapi semenjak masuk SMP udah ga terlalu. Di kampung teman-temannya nakal jadi saya ke ikutan. 8. Materi apa saja yang sudah kamu dapat dari bimbingan rohani islam? Ratib, fiqih, akhlak. 9. Apakah ada manfaat yang kamu dapat setelah kamu mengikuti bimbingan rohani islam terhadap kecakapan generik? berbicara lebih sopan, lebih tau agama. 10. Apa manfaat yang sudah kamu dapatkan dari kegiatan bimbingan rohani islam? saya waktu di kampung cuma shalat magrib doank, sekarang jadi shalat 5 waktu shalat dhuha juga. Sekarang lebih mandiri.
ANAK PANTI YANG BARU MASUK Nama
: Ita Elisawati
Asal
:Brebes
Tanggal Lahir
:10 Desember 1998
Pendidikan
:1 Mts Muhammadiyah
Status
: Anak Panti
Tanggal wawancara
: Senin, 22-04-2013
1. Sudah berapa lama kamu tinggal disini? Udaahh….berapa ya…mmmm…(berpikir) udah 9 bulan 2. Tanggal berapa kamu masuk ke panti? tanggal 14 July 2012 hari sab’tu 3. Apa sebabnya kamu masuk ke panti? Awalnya kan waktu SD Ita tinggal di Brebes sama nenek. Nah lulus kelas 6 Ita mau masuk pesantren, sama mama di suruh sekolah di Jakarta aja. Terus mama nanya sama pak Deden (pak Ustad di dekat rumah) yang masih kenal sama k’acu (pengurus panti). ya udah Ita jadi masuk sini, sebabnya Ita masuk kesini bisa di bilang karna faktor biaya si ka. 4. Kegiatan apa saja yang kamu ikuti selama di panti ini? Ngaji, tugas-tugas yang ada disini aja. 5. Apakah kamu akrab dengan teman-teman disini? Akrab.. Ita kan orangnya kan agak tertutup klo sama anak cewe. Lebih terbuka sama anak cowo. 6. Bagaimana kamu pertama kali beradabtasi dengan teman-teman? Awalnya sama teman kamar terus baru kenal sama yang lain 7. Sebelum masuk ke panti sini bagaimana pergaulan kamu? Pergaulan hmm ( senyum) biasa aja si ka.. tapi lebih akrab ke cowo klo sama cewe ga terlalu akrab. 8. Materi apa saja yang sudah kamu dapat dari bimbingan rohani islam? Sakal jawa, ratib.
9. Apakah ada manfaat yang kamu dapat setelah kamu mengikuti bimbingan rohani islam terhadap kecakapan generik? Mungkin sekarang lebih akrab sama cewe dari pada sama cowo tapi klo curhat-curhat masih lebih enak sama cowo, Sekarang klo berbicara lebih blak-blakan. 10. Apa manfaat yang sudah kamu dapatkan dari kegiatan bimbingan rohani islam? Banyak, dulu tu jarang banget shalat sekarang jadi rajin shalat, banyak perubahannya aja ngerti tata cara shalat.
ANAK PANTI YANG SUDAH LAMA TINGGAL Nama
: Nuraida
Asal
:Pamulang
Tanggal Lahir
: 04-05-1995
Pendidikan
: 3 SMA
Kedudukan
: Anak Panti
tanggal wawancara
: 29-04-2013
1. Sudah berapa lama kamu tinggal disini? udah 7 tahun 2. Tanggal berapa kamu masuk ke panti? Tanggalnya lupa saya bareng sama rahman bulan April cuma beda berapa minggu doank apa hari gitu tahunnya 2006. 3. Apa sebabnya kamu masuk ke panti? Faktor biaya karena ekonominya, ayah udah ga ada dari saya umur 3 tahun. 4. Kegiatan apa saja yang kamu ikuti selama di panti ini? Banyak.. ya kaya belajar, ngaji bareng-bareng, ngerjain kegiatan bareng kaya ngerjain yang sifatnya menyeluruh. Dulu kegiatannya banyak lebih terarah kaya marawis, menanam pohon, makan lesehan bareng. 5. Apakah kamu akrab dengan teman-teman disini? Akrab si, kita kadang berbaur aja tapi terkadang mah yang namax koslet-koslet (masalah) mah ada aja. 6. Bagaimana kamu pertama kali beradabtasi dengan teman-teman? Pertama kali mah masih canggung gimana ya, kadang kakak-kakak nya yang becandain, kadang ngajakin maen, banyak si yang ngajakin ngobrol gitu. 7. Sebelum masuk ke panti sini bagaimana pergaulan kamu?
Karena dulu masih kecil, jadi lebih banyak maen sama cowo. Soalnya di kampung saya kebanyakan cowo. Klo disini mah lebih deket ma cewe. Klo bandel saya bandelnya sewajarnya anak kecil. Sekarang juga klo di rumah jarang keluar paling keluarnya sama kakak soalnya ga di bolehin keluar jauh-jauh. 8. Materi apa saja yang sudah kamu dapat dari bimbingan rohani islam? Alhamdulillah si saya disini bisa ngaji, dulu di rumah ga ngaji paling ngaji sama kk itu pun pas saya kelas berapa gitu. Ngerti lah agama dikit”, pengetahuan saya bertambah selama saya tinggal disini dari pada di rumah.
9. Apakah ada manfaat yang kamu dapat setelah kamu mengikuti bimbingan rohani islam terhadap kecakapan generik? Jadi ingin menolong yang lain, misalkan saya kan disini di kasih sama orang lain saya pengen nantinya jadi donator yang membantu juga. Terus jadi lebih luas aja pergaulannya, di sini kan dari jauh-jauh asalnya jadi saling kenal, klo ada butuh-butuh juga jadi saling ngebantu. 10. Apa manfaat yang sudah kamu dapatkan dari kegiatan bimbingan rohani islam? Banyak sii, yaa.. gimana ya.. ya misalnya ngerasa lebih tau semua tentang yang kita lakuin dengan tata cara islam seharusnya gimana.
ANAK PANTI YANG SUDAH LAMA TINGGAL Nama
: M. Aulia Rahman
Asal
: Pamulang
Tanggal Lahir
: 4 Agustus 1996
Pendidikan
: 2 SMK
Kedudukan
: Anak Panti
tanggal wawancara
: Selasa, 23-04-2013
1. Sudah berapa lama kamu tinggal disini? Udah 7 tahun 2. Tanggal berapa kamu masuk ke panti? Pertengahan dah kayax.. April tahun 2006 3. Apa sebabnya kamu masuk ke panti? Sebabnya itu, ibu sayakan punya anak 7 ya, nah waktu itu keadaannya ayah saya udah meninggal di Padang saya masih kelas 2 SD. Sekarang ibu saya tinggal di Pamulang, anaknya juga yang disini bukan saya aja. Saya disini berdua sama ade saya, Habib. Trs pas saya kelas 6 SD ibu saya nikah lagi biar ada yang bantu biayain. Ya faktornya karna kurang biaya. 4. Kegiatan apa saja yang kamu ikuti selama di panti ini? Banyak si ka, tergantung anaknya kan ada jadwalya juga kan. Bangun, shalat subuh abis shalat hafalan, beresin kamar terus tugas masing-masing, klo saya tugasnya ngepel dapur. 5. Apakah kamu akrab dengan teman-teman disini? Pertama kali disini akrabnya sama orang Pamulang juga itu sama kak Nuraida, sekarang deket sama semuanya. 6. Bagaimana kamu pertama kali beradabtasi dengan teman-teman? Pertama kali saya ga betah banget disini saya nangis terus pengen pulang, waktu itu kan saya disini paling kecil sama ade saya. Pernah pulang juga saya terus di nasehatin sama orang tua saya cuma karna masih kecil belum ngerti, ya saya cobalah ngerti keadaan keluarga. Lama-lama biasa malah kadang-kadang males pulang sekarang, soalnya betah disini..he..he
7. Sebelum masuk ke panti sini bagaimana pergaulan kamu? Biasa aja ka, masih standar si ka di bilangin sama orang tua masih nurut di bilang bantel banget juga ga. Saya dulu suka bantuin ibu jualan gorengan, gemblong keliling kampung, dulu awalnya saya minder banget tapi ya gimana lagi keadaan ekonominya begitu ya udah pede aja. Harusnya anak seusia saya maen tapi saya malah jualan. 8. Materi apa saja yang sudah kamu dapat dari bimbingan rohani islam? Banyak ka, ratib, sakal jawa. 9. Apakah ada manfaat yang kamu dapat setelah kamu mengikuti bimbingan rohani islam terhadap kecakapan generik? Ada, Temen-temen saya jadi suka nanya-nanya tentang agama sama saya. 10. Apa manfaat yang sudah kamu dapatkan dari kegiatan bimbingan rohani islam? Bisa mengenal islam lebih jauh, mengerti segala sesuatunya dengan baik dan benar ,terus bisa mengatur diri ke jalan yang benar, tau baik dan buruk, akrab dengan teman-teman.
WAWANCARA k’Arif (Bimroh) Nama
: Arief Suci
Jabatan
: Pembimbing Rohani
Tempat
: Ruang Tamu Panti Asuhan Aria Putra
Hari/tanggal
: Selasa, 30-04-2013
1. Sejak kapan bapak menjadi pembimbing rohani islam? Dari 2009 2. Menurut bapak apa definisi bimbingan rohani islam? Ya semacam pembinaan, pembinaan khususnya dalam hal keagamaan yang di tekan kan fiqhnya, baca al-qur’annya, dan hadits. 3. Kapan pelaksanaan bimbingan rohani islam dilaksanakan? Klo disini itu sebenarnya si kita fokus ke 24 jam maksudnya pembinaannya kita usaha kan 24 jam tapi maksimalnya itu abis magrib sampai subuh lah. Jadi setelah shalat magrib kita ngaji kemudian shalat isya ngaji masing-masing 10-15 menit, makan terus belajar pelajaran sekolah. Klo setelah shalat subuh khusus yang hafalan surat-surat pendek, do’a-do’a harian, bacaanbacaan shalat jadi fokusnya hafalan aja maksimal sampai jam setengah 6 lah sampai selesai. 4. Metode-metode apa yang digunakan dalam pelaksanaan bimbingan rohani islam? Ceramah, dialog, diskusi, sama pembagian kelompok. 5. Materi-materi apa saja yang diberikan dalam kegiatan bimbingan rohani islam? Fiqh, tajwid, hadits, do’a-do’a harian. 6. Adakah evaluasi yang dilakukan pembimbing setelah melakukan kegiatan bimbingan rohani islam? Ada, bentuknya pembagian kelompok setiap malam minggu. pertanyaannya si yang sudah di pelajari selama satu minggu, Jadi dibagi kelompok acak gantian aja di kasih pertanyaan, klo ga mereka yang bertanya, klo ga pertanyaan dari mereka buat mereka saling tanya-menanya aja. Pertanyaannya umum, bisa pelajaran sekolah apapun bisa, bisa IPA, IPS, dan matematika ya apa sajalah. 7. Selama menjadi pembimbing rohani islam apa kendala yang dihadapi selama mengajar anakanak? dan apa faktor pendukungnya?
Kendalanya banyak, kendalanya itu yang paling sering sebagian anak ada yang fokus ketika belajar ada yang tidak, ada yang pahamanya cepet ada yang lama, ada yang diem merhatiin pas di Tanya ga paham. Klo untuk anak-anaknya khususnya anak laki-laki mereka kebanyakan pasif, mereka klo ga di ajak dialog diem. Faktor pendukungnya, sarana dan prasarana ada seperti buku-buku ada, alat tulis juga ada. 8. Menurut kakak, bagaimana peran pembimbing rohani islam terhadap pergaulan anak-anak di panti ini? Agak kurang menurut saya, karena mereka tetep pengaruh dari luar itu lebih banyak walaupun disini kita udah semaksimal mungkin dengan pembinaan dan lainnya tapi tetap mereka ujungujungnya sekolahnya di luar. Jadi pengaruh dari temannya lebih kuat, disini kita sudah meluruskan dengan bimbingan, ceramah, dialog, kadang mereka sadar tapi ketika di luar terpengaruh lagi khususnya laki-laki. 9. Apakah dari adanya kegiatan bimbingan rohani islam ada perubahan dari anak-anak? Ya ada, ada yang berubah, ada yang tetap, bahkan ada yang lebih buruk lagi. Alhamdulillh sedikit berkembang jadi setidaknya apa yang tidak di ajarkan di sekolah itu mereka dapat. Seperti pelajaran agama, klo di sekolah gitu-gitu doank masih umum banget apalagi durasi cuma 1 jam seminggu sekali. 10. Apa harapan kakak sebagai pembimbing dari kegiatan bimbingan rohani islam untuk mengembangkan kecakapan generik pada anak-anak? Minimal mereka berani dalam hal-hal yang baik tentunya, dan ga malu. Maksudnya ga malu berbuat baik misalkan di suruh tampil ke depan berani, di suruh yang baik mau. 11. Apakah efektif bimbingan rohani islam di panti ini untuk mengembangkan kecakapan generik pada anak? Yaa…tentu menurut saya lagi –lagi perlu evaluasi. Lembaga ini kan bukan pesantren yang anakanaknya 24 jam bisa fokus diatur klo disini kan lagi-lagi mereka keluar.
WAWANCARA PAK USTAD Nama
:Ust. Imam Akbar Dermawan
Lahir
: 10 Desember 1981
Jabatan
:Pembimbing Rohani/Ustad
Tempat
: Ruang tamu panti asuhan Aria Putra
Hari/ tanggal
:Senin, 06-05-2013
1. Sejak kapan bapak menjadi pembimbing rohani Islam di panti ini? Dari bulan ramadhan tahun kemaren bulan Agustus 2012 2. Menurut bapak apa definisi dari bimbingan rohani Islam? Menurut imam Ghazali aspek jasmani itu, kadar tubuh kita butuh asupan, baik makanan dan minuman yang fungsinya untuk menguatkan jasmani. klo aspek rohani ketika terjadi ke kosongan hati dalam tanda kutip hati itu lapar berarti hati itu butuh makan, makanan yang berupa aspek rohani yang di atur ajarannya oleh Allah SWT berupa kitab suci Al-Qur’an dan di jalankan syariatnya memakai syariat Nabi Muhammad SAW. Rohani adalah sebuah jalan yang namanya seorang muslim untuk mencapai titik temu dalam pencapaian aspek spiritual untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhrat. 3. Kapan bimbingan rohani Islam dilaksanakan? Senin s/d Rabu pukul 16:30-17:30 4. Metode-metode apa saja yang digunakan dalam pelaksanaan bimbingan rohani Islam? Pertama menggunakan metode ceramah, kedua dengan akhlak yang kita punya untuk mencontohkan kepada anak-anakbagaimana cara berbicara kita yang baik dan bagaimana cara bergaul kita dengan baik. 5. Materi-materi apa saja yang diberikan dalam kegiatan bimbingan rohani Islam? Fiqh dan akhlak. 6. Adakah evaluasi yang dilakukan pembimbing setelah melakukan kegiatan bimbingan rohani Islam? Ada, biasanya sebulan sekali atau dua bulan sekali. 7. Selama menjadi pembimbing rohani Islam apa kendala yang dihadapi selama mengajar anak”? dan apa faktor pendukungnya?
kendalanya mereka ngobrol, melamun, kadang nulis. Kemudian Anak-anak harusnya di bagi 2 kelompok klo disini kan di campur dari SD, SMP, SMA, minimal saya ingin anak SDnya ngaji Al- Qur’an dulu, imlanya, nulis Al-Qur’an yag rapi, hafalan tajwid dsb. Klo anak SMP dan SMA tidak apa-apa di campur, mereka kan remaja menjelang dewasa sudah akil baligh kita harus terangkan masalah begitu . Karena ketika saya membahas fiqh terkait masalah haid, hubungan suami-istri itu kan tabu untuk di dengar anak SD saya juga canggung. Pendukungnya: Sarana dan prasarana udah lumayan bagus walaupun sederhana, ada papan tulis, lekar. 8. Menurut bapak bagaimana peran pembimbing rohani Islam terhadap pergaulan anak-anak di panti ini? tanggung jawab seorang pembimbing sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan anakanak, seumpama anak-anak ini dinasehatin tidak kena, minimal kita kash hukuman dong tujuannya anak-anak biar ada efek jera, seumpama anak-anak ga ada efek jera kita kasih lagi hukuman ga jera juga kita harus kasih hukuman supaya di keluarkan dari sini. Dengan catatan kita membimbing anak-anak harus 24 jam, dan mengontrol setiap kegiatannya.
9. Apakah dari adanya kegiatan bimbingan rohani Islam ada perubahan dari anak-anak? Klo diantara santri, sekarang adanya batasan antara laki-laki dan perempuan, memakai pakaian yang sopan dan menutup aurat dan bisa menjaga sikap.
10. Apa harapan bapak sebagai pembimbing dari kegiatan bimbingan rohani Islam untuk mengembangkan kecakapan hidup generik? Agar anak-anak menjadi anak yang shaleh dan shaleha. 11. Apakah efektif bimbingan rohani Islam di panti ini untuk mengembangkan kecakapan hidup generik pada anak? Efektif, Aspek bimbingan rohani semata-mata untuk perubahan menjadi lebih baik.
FOTO-FOTO KEGIATAN
Kegiatan bimbingan rohani yang dilakukan setelah shalat maghrib pada hari Selasa. Bimbingan rohani setelah shalat maghrib membahas kitab ta’lim muta’alim, yang berisi tentang akhlak. Bertujuan agar anak-anak memiliki pengetahuan dan akhlak yang terpuji, baik di lingkungan panti maupun dikehidupan bermasyarakat.
Kegiatan bimbingan rohani sedang belajar khutbah, yang dilaksanakan pada pukul 16:30 s/d 17:30 WIB. Kegiatan bimbingan rohani yang dilakukan sore hari, membahas kitab savinah yang berisi tentan fiqih. Bertujuan untuk menambah pengetahuan agama, mengembangkan kecakapan sosial yang meliputi kecakapan berkomunikasi dengan baik dan kecakapan bekerjasama.
Shalat maghrib berjamaah di Mushollah panti asuhan Aria Putra Ciputat. Bertujuan agar anak-anak lebih disiplin dalam beribadah, mendapatkan pahala dari shalat berjamaah dan menyambung ikatan kekeluargaan.
Anak Perempuan panti asuhan Aria Putra sedang membaca ayat suci al-Qur’an. Bertujuan untuk menambah ilmu agama dan mengasah kemampuan anak membaca Al-Qur’an.
Anak laki-laki panti asuhan Aria Putra sedang membaca ayat suci Al-Qur’an.
Kegiatan Marawis Bertujuan untuk manambah wawasan anak dalam bermusik, menjadikan anak berani tampil di depan umum, dan percaya diri.