REPRESENTASI PESAN DAKWAH ISLAM DAN NILAI-NILAI JURNALISME PROFETIK TENTANG OBAT-OBATAN HARAM PADA PROGRAM BERITA LIPUTAN UTAMA DI HIDAYATULLAH TELEVISI (Studi Kasus Berita Obat-obatan Haram Pada Berita Liputan Utama di Hidayatullah Televisi)
Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh : Kaka Silmy Kaafah NIM :1110051100087
KONSENTRASI JURNALISTIK FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 H/2014 M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan meperoleh gelar strata 1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 03 Oktober 2014
Kaka Silmy Kaafah
ABSTRAK Kaka Silmy Kaafah Representasi Pesan Dakwah Islam dan Nilai-nilai Jurnalisme Profetik Tentang Obat-obatan Haram Pada Program Berita Liputan Utama di Hidayatullah Televisi (Studi Kasus Berita Obat-obatan Haram Pada Berita Liputan Utama di Hidayatullah Televisi) Lembaga Pengkajian Pangan Obat-obatan dan Kosmetika (LPPOM) pada awal tahun 2014 mengungkapkan fakta bahwa dari 30.000 produk obat yang yang beredar di Indonesia hanya 22 produk obat saja yang telah disertifikasi halal. Dengan sedikitnya obat-obatan yang beredar di Indonesia maka Menteri Kesehatan Nafsiyah Mboi membolehkan penggunaan obat-obatan haram dalam keadaan darurat. Untuk memberikan rasa aman kepada konsumen obat dan memberikan pengetahuan yang mendalam tentang pentingnya sertifikasi halal obat, maka Hidayatullah TV sebagai media Islam yang mempunyai tujuan untuk kebaikan umat menayangkan berita tentang obat-obatan haram Berdasar latar belakang masalah di atas, maka muncul pertanyaan pada penelitian, yaitu: Bagaimana pesan dakwah Islam direpresentasikan dalam berita obat-obatan halal haram di Liputan Utama Hidayatullah TV? Lalu mengapa nilainilai jurnalisme profetik digunakan dalam berita tersebut? Penelitian ini adalah penelitian analisis isi (content analysis) adalah teknik penelitian untuk membuat inferensi-inferensi yang dapat ditiru (replicable), dan sahih data dengan memerhatikan konteksnya. Analisis isi berhubungan dengan komunikasi atau isi komunikasi. Logika dasar dalam komunikasi, bahwa setiap komunikasi selalu berisi pesan dalam sinyal komunikasinya itu, baik berupa verbal maupun non verbal. Sejauh itu, makna komunikasi menjadi amat dominan dalam setiap peristiwa komunikasi. Kemudian membacanya melalui teks berita, lalu mendeskripsikan kasus-kasus dari konteksnya sesuai dengan jurnalisme profetik. Secara keseluruhan representasi yang diwacanakan oleh Menteri Kesehatan Nafsiyah Mboi tidak sesuai dengan nilai-nilai syariat Islam, karena Menkes yang menilai obat haram boleh dikonsumsi karena keadaan darurat, dibantahkan oleh pernyataan Ketua MUI, Ma’ruf Amin yang menyatakan bahwa pernyataan Menkes menyesatkan. Ketua LPPOM MUI, Lukmanul Hakim menilai sertifikasi obat halal terhambat karena bersifat sukarela. Pernyataan Menkes tersebut tidak sesuai dengan nilai-nilai jurnalisme profetik yaitu shidiq, amanah, tabligh dan fathanah. Namun, pernyataan dari Ketua MUI, Ma’ruf Amin sesuai dengan nilai-nilai jurnalisme profetik karena MUI menilai pernyataan Menkes melalui dalil yang sesuai dengan ajaran Islam. Pernyataan dari Ketua PB IDI, Zaenal abidin, Ketua LPPOM MUI, Lukmanul Hakim, Prof. Jurnalis Udin serta pedagang dan konsumen dinilai sesuai dengan nilai-nilai jurnalisme profetik yaitu shidiq, amanah dan fathanah.
i
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Swt., Tuhan semesta alam yang tak pernah henti melimpahkan karunia, ridho, dan nikmatNya kepada para makhluk yang hidup dan mati atas kehendakNya. Tak lupa shalawat teriring salam semoga tercurah kepada baginda Rasulullah Muhammad Saw., beserta keluarga dan para sahabatnya yang telah menjadi suri tauladan yang baik bagi umat Muslim di seluruh dunia. Setelah berhasil menyelesaikan penelitian ini selama beberapa bulan, peneliti bermaksud untuk mengucapkan terima kasih kepada orang-orang yang selama ini memberi bantuan, dukungan dan motivasi untuk penyelesaian skripsi ini. Mereka adalah: 1. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi, Dr. H. Arief Subhan, M.Ag. serta Wakil Dekan I Bidang Akademik, Bapak Dr. Suparto, M.Ed, Ph.D. pembantu Dekan II Bidang Administrasi Umum, Bapak Drs. Jumroni, M.Si. Pembantu Dekan III Bidang Kemahasiswaan, Bapak Dr. H. Sunandar Ibnu Nur, M.Ag. 2. Ketua Konsentrasi Jurnalistik, Bapak Kholis Ridho, M.Si. beserta Sekretaris Konsentrasi Jurnalistik, Ibu Dra. Hj. Musfirah Nurlaily, M.A. 3. Dosen Pembimbing Ibu Fita Faturrokhmah SS, M.Si., yang selalu memberikan kesempatan, ilmu dan waktu yang berharga disela-sela
ii
kesibukan agar skripsi ini menjadi skripsi yang bermanfaat bagi orang banyak. 4. Orangtua tercinta Ibunda Linda Ulana, Ayahanda Mustafa Kamal dan Uwa Deden , yang selalu mendukung, memberikan ceramah-ceramah setiap hari agar skripsi segera rampung, dan selalu memberikan kekuatan dan bimbingan agar anakmu suskses dunia dan akhirat. Semoga Allah senantiasa memberikan kesehatan dan umur panjang. 5. Kepada Umi yang selalu menemani disaat suka dan duka yang selalu memberikan dukungan dan masukan agar lulus kuliah secepatnya. Semoga Allah senantiasa memberikan kesehatan dan umur panjang. 6. Untuk adikku tersayang, Siti Hawa (alm) dan Sajili (alm), semoga kalian selalu bahagia di Surga. 7. Terima kasih kepada Redaksi Hidayatullah TV, Surya Fachrizal Ginting. Terima kasih karena telah memudahkan dalam penelitian skripsi ini. 8. Teman-teman seperjuangan Konsentrasi Jurnalistik 2010, yang selalu menemani selama empat tahun setengah kita bersama, terutama untuk JCO, Mega, Devi, Ocha, Sita, Ririn, Fitri, Kenwal, Muta, Andi, Medan, Aji, Rani, Tata, Meylisa, Erna, Voni, Isye, Oji, Damar, Widia, Ufi, Nandri, Ciput, Fakhri dan Ali. 9. Teman-teman seperjuanganku naik kereta setiap hari Iwan, Balqis, Fini, DINDA, Nurul, Rina, dan Sita. Kereta selalu mengajarkan kita arti sebuah kesabaran dalam menunggu.
iii
10. Teman-teman KKN Super di Rajeg, Fanny, Karina, Diana, Ilut, Agis, Ufi, Heru, Denny, Ali, Arfian, Okty, Legra, Egis, Redho, Ari, dan Azom. 11. Keluarga besarku dan ponakanku tersayang, Uwa Rina, Anis, Engguy, A’doni, Fuad, Ibu, Abah, Dafi, Nofal, Lutfan, Gio, Resma, Icha, Abi, Iza, Rina, Ilma dll. 12. Sahabat yang selalu mendukung saat suka maupun duka Eva dan Nina. 13. Teman-teman SMAN 7 TANGSEL, Mala, Randy, Febry, Elis, Haryadi, Daus, Tuti, Gilang, dll. 14. Teman-teman seperjuangan ANTARA, Dwiyan, Umay, Andy, Khalil, Gina, Dea, dan Della.
Jakarta, 03 Oktober 2014
Peneliti
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK........................................................................................................i KATA PENGANTAR .....................................................................................ii DAFTAR ISI ...................................................................................................v DAFTAR TABEL ...........................................................................................vii DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................ix BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ..............................................................1 B. Batasan dan Rumusan Masalah ..................................................7 C. Tujuan dan Manfaat ....................................................................7 D. Metodologi Penelitian 1. Paradigma Penelitian ............................................................8 2. Pendekatan Penelitian...........................................................9 3. Jenis Peneitian ......................................................................9 4. Metode Penelitian.................................................................10 5. Tempat dan Waktu Penelitian ...............................................11 6. Subjek dan Objek Penelitian .................................................11 7. Teknik Pengumpulan Data ...................................................11 8. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ...................................12
v
9. Instrumen dan Alat Bantu .....................................................13 10. Teknik Analisis Data ............................................................13 E. Tinjauan Pustaka .........................................................................14 F. Sistematika Penulisan..................................................................15 BAB II
LANDASAN TEORI DAN KERANGKA KONSEP A. Teori Representasi Stuart Hall .....................................................17 B. Pesan Dakwah .............................................................................22 C. Dakwah.......................................................................................26 D. Jurnalisme Profetik .....................................................................28 E. Jurnalistik Televisi ......................................................................33 F. Berita ..........................................................................................35 G. Televisi Streaming ......................................................................37 H. Konsep Obat Halal dan Haram Dalam Islam ...............................38
BAB III PROFIL HIDAYATULLAH TV A. Sejarah Singkat Hidayatullah TV ................................................44 B. Visi dan Misi Hidayatullah TV....................................................46 C. Struktur Redaksi Hidayatullah TV...............................................46 BAB IV ANALISIS DATA DAN PENEMUAN A. Representasi Pesan-Pesan Dakwah Islam ....................................49 1. Representasi Stuart Hall .....................................................49 2. Pesan-Pesan Dakwah Islam ................................................67
vi
B. Nilai-nilai Jurnalisme Profetik Pada Berita Obat-obatan Haram .. ...................................................................................................71 BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan .................................................................................81 B. Saran ...........................................................................................83
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................85 LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
1. Tabel 1 Representasi Stuart Hall ..........................................................
50
2. Tabel 2 Representasi Pesan Obat Halal dan Haram ..............................
53
3. Tabel 3 Sub Kategori Pesan Dakwah........................................................ 67 4. Tabel 5 Nilai-nilai Jurnalisme Profetik Pada Pesan Obat-obatan Halal dan Haram ..................................................................................................
viii
72
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Surat Permohonan Bimbingan Skripsi
Lampiran 2
Surat Keterangan Penelitian Dari Hidayatullah TV
Lampiran 3
Transkip Wawancara Peneliti Dengan Redaksi Hidayatullah TV
Lampiran 4
Dokumentasi Wawancara
Lampiran 5
Naskah Berita Obat-obatan Haram di Hidayatullah TV
ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Obat-obatan
yang
beredar
di
Indonesia,
belum
sepenuhnya
mendapatkan sertifikasi halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI). Jumlah produk yang tersertifikasi halal di Indonesia masih di bawah angka 1%. Dari tiga puluh ribu obat, hanya 22 produk obat yang telah lulus uji halal, menurut Lukmanul Hakim, Direktur Lembaga Pengkajian Pangan Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI), rendahnya angka tersebut karena sertifikasi halal belum diwajibkan oleh pemerintah.1 Masyarakat perlu mengetahui obat-obatan seperti apa yang halal untuk dikonsumsi. Hidayatullah TV mengangkat berita tentang obat-obatan haram ke dalam program berita, yang bernama Liputan Utama. Berita tersebut berjudul, Terkepung Obat-obatan Haram, edisi 17 maret 2014. Sertifikasi obat halal haram masih menjadi perbincangan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Menteri Kesehatan Nafsiyah Mboi, karena belum adanya peraturan pemerintah yang tegas mengenai aturan peredaran obat-obatan haram. Konsumsi pangan dan obat-obatan yang bersertifikasi halal perlu dilakukan karena berdasarkan hasil survei yang dilakukan pada tahun 2005 oleh Jurnal LPPOM MUI menunjukkan bahwa 77% responden sangat peduli terhadap kehalalan makanan yang akan dikonsumsi bahkan untuk produk 1
Surya Fachrizal Ginting, “Terkepung Obat-obatan Haram,” artikel diakses pada 22 April 2014 dari m.hidayatullah.com/video/terkepung-obat-obatan-haram-2.html
1
2
impor kepeduliannya mencapai 90%. Kasus sertifikasi halal terjadi pada akhir tahun 2000 pada kasus Ajinomoto. Setelah memperoleh sertifikat halal pada tanggal 30 September 1998, pihak manajemen Ajinomoto secara sepihak kemudian mengubah proses produksi dengan menggunakan bacto soytone sebagai kasalisator dalam menumbuhkan bakteri yang “dicurigai” berasal dari pankreas babi. Akibatnya, MUI membatalkan sertifikat halal yang telah dikeluarkan sebelumnya dan menyatakan haram terhadap produk Ajinomoto tersebut. Keadaan ini bertambah heboh dengan adanya campur tangan Presiden Gus Dur yang memberikan fatwa halal terhadap produk tersebut, setelah bertemu dengan menteri kehakiman Jepang di Istana Negara. Hal ini terjadi karena ada perbedaan makna sertifikasi halal antara pemerintah dan MUI yang mengacu pada sertifikasi halal yang bersifat sukarela. 2 Dalam berita tersebut peneliti melihat adanya pesan-pesan dakwah dan nilai-nilai jurnalisme profetik yang mengemban misi „amar makruf nahi munkar yaitu mengajak kepada kebaikan, memerintahkan kepada yang makruf, dan mencegah dari yang munkar. Jurnalisme profetik merupakan bentuk jurnalisme yang tidak hanya melaporkan berita dan masalah secara lengkap, jelas, jujur, serta aktual tetapi juga memberikan prediksi serta petunjuk ke arah perubahan, transformasi, berdasarkan cita-cita etik dan profetik islam. Ia menjadi jurnalisme yang secara sadar dan bertanggungjawab memuat kandungan nilai-nilai dan cita islam.3 Hidayatullah TV adalah televisi streaming Islam yang dapat di akses 2
Sopa, Sertifikasi Halal Majelis Ulama Indonesia (Jakarta: GP Press, 2013), h. 5-6. Asep Syamsul M. Romli, Jurnalistik Dakwah: Visi dan Misi Dakwah Bil Qalam (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003), h. 35. 3
3
melalui situs www.hidayatullah.com. Dengan semakin maraknya penggunaan teknologi internet. Televisi streaming menjadi suatu teknologi televisi berbasis video yang memudahkan pengakses internet untuk mendapatkan informasi yang akurat. Teknologi multimedia melalui internet semakin berkembang secara online. Perkembangan encoding dan decoding untuk gambar maupun suara juga semakin meningkat seiring dengan bertambahnya kecepatan komputer. Media streaming yaitu sebuah teknologi yang memungkinkan distribusi data audio, video dan multimedia secara real-time melalui internet. Media streaming merupakan media digital (berupa video, suara dan data) agar bisa diterima terus menerus (stream).4 Teknologi streaming dimanfaatkan oleh stasiun televisi untuk mengalirkan siaran televisi dari master control roomonline melalui internet.5 Televisi streaming bernafaskan Islam semakin berkembang di Indonesia, ada 13 televisi streaming Islam yang berjalan di jalur dakwah dan aktif di media internet yaitu Ahsan Tv, Rodja TV, A-Channel, Pencerahan TV, Laatahzan TV, Lantabur TV, Yufid TV, Salwa TV, TV Insan, Sunnah TV, TV Wesal, MQTV, dan Hidayatullah TV (H-TV). Televisi tersebut merupakan televisi yang dapat diakses secara online, yang berisi tentang kajian dakwah, berita, talkshow dan ceramah serta tadabbur Al-Quran. Peneliti meneliti salah satu media televisi streaming Islam yaitu Hidayatullah TV karena terdapat program berita “Liputan Utama” yaitu suatu program 4
Andi Fachruddin, Dasar-dasar Produksi Televisi (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), h. 199. 5 Andi Fachruddin, Dasar-dasar Produksi Televisi, h. 199.
4
berita yang dikemas secara menarik dan Islami yang memberitakan seputar permasalahan aktual dan dikemas berdasarkan nilai-nilai Islam. Televisi memiliki pengaruh yang besar untuk mempengaruhi pemikiran publik. Televisi streaming memungkinkan pengguna untuk memilih konten atau acara televisi yang mereka ingin lihat dari sebuah arsip dari konten atau dari direktori saluran. Dua bentuk dari menonton televisi internet streaming konten langsung ke media player atau hanya mendownload media ke komputer pengguna. Layanan menyaksikan program televisi berbasis web bertujuan memanfaatkan teknologi video streaming untuk menyaksikan siaran televisi dimana pun tanpa harus menggunakan pesawat televisi. Siaran khusus televisi streaming ini tidak ada siaran terrestrial dan satelit komunikasinya hanya di internet saja dan gratis. Siarannya pun terbatas pada format program informasi, citizen journalism, dan informasi data tertulis yang menampilkan berita-berita penting dan data-data lainnya.6 Dalam tayangan televisi streaming Islam, salah satunya Hidayatullah TV, peneliti meneliti tentang nilai-nilai jurnalisme profetik yang terkandung dalam proses penayangan suatu berita di televisi. Televisi memiliki pengaruh yang besar bagi pemikiran khalayak. Sehingga jurnalisme profetik penting untuk diteliti karena jurnalisme profetik merupakan suatu bentuk jurnalisme yang tidak hanya melaporkan berita dan masalah secara lengkap, jelas, jujur, serta aktual tetapi juga memberikan prediksi serta petunjuk ke arah perubahan, transformasi, berdasarkan cita-cita etik dan profetik islam. Ia menjadi jurnalisme yang secara sadar dan bertanggung jawab memuat kandungan nilai-
6
Andi Fachruddin, Dasar-dasar Produksi Televisi (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), h. 206.
5
nilai dan cita-cita Islam.7 Tanggung jawab profetik Islam yaitu mengupayakan agar ajaran Islam tetap dan selalu fungsional serta aktual dalam kehidupan. Jurnalis muslim tidak boleh tinggal diam jika melihat ada kemungkaran dalam dunia yang digelutinya, misalnya menyaksikan pencitraan negatif tentang islam atau ada rekayasa yang memojokkan Islam dan umatnya di media massa. Sebagai juru dakwah yang menebarkan kebenaran ilahi, jurnalis muslim laksana “penyambung lidah” para nabi dan ulama. Karena itu, ia pun dituntut memiliki sifat-sifat kenabian seperti Shiddiq, Amanah, Tabligh dan Fathonah. Misi komunikasi profetik adalah membebaskan manusia sejauh mungkin dari praktik komunikasi yang menimbulkan prasangka, kebohongan publik, penyebaran fitnah, kebohongan yang dusta. Komunikasi profetik tidak menoleransi segala perilaku yang dinilai mempraktikan kebohongan.8 Jurnalisme profetik menekankan pada jurnalisme kenabian yang diajarkan oleh Rasulullah yang sesuai dengan nilai-nilai kenabian dan ajaran Islam. Televisi streaming Islam dapat dengan mudah ditemukan pada penelusuran (searching) terlebih dahulu di web. Televisi streaming memudahkan masyarakat untuk mengetahui berita secara cepat dan praktis. Peneliti mengangkat televisi streaming Islam yaitu Hidayatullah TV. Hidayatullah TV atau H-TV adalah salah satu media publikasi yang dimiliki oleh Kelompok Media Hidayatullah (KMH). H-TV memproduksi konten-konten berita dan non berita dalam bentuk audio visual atau dikenal 7
Asep Syamsul M.Romli, Jurnalistik Dakwah: Visi, Misi Dakwah Bil Qalam (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003), h. 35. 8 Iswandi Syahputra, Komunikasi Profektif: Konsep dan Pendekatan (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2007), h. 153.
6
dengan sebutan video. Selama masa perintisan, H-TV akan tayang melalui saluran internet di situs www.hidayatullah.com/. Di antara program-program yang telah disiapkan oleh H-TV adalah Liputan Utama, Mutiara Hikmah, Serial Dai, Features dan liputan keumatan lain. Liputan Utama adalah sebuah paket berita mendalam atau in-depth news yang mengangkat tema-tema penting namun memiliki nilai berita yang tidak cepat basi. Tayangan Liputan Utama akan diperbarui setiap Senin pekan pertama dan ketiga.9 H-TV merupakan suatu televisi
streaming yang bernafaskan
jurnalisme Islam yang dalam penulisan skripsi ini berkaitan pula dengan jurnalisme profetik. Perkembangan teknologi komunikasi dengan munculnya televisi streaming Islam memudahkan masyarakat untuk mengakses berita yang akurat dan praktis. Dengan mengusung program berita „Liputan Utama‟ Hidayatullah TV mengangkat suatu berita secara mendalam. Penelitian ini menarik karena meneliti bagaimana kandungan nilai-nilai jurnalisme profetik yang terdapat dalam proses kerja media di Hidayatullah TV dan meneliti pesan-pesan dakwah islam secara akidah, syariah dan akhlak yang direpresentasikan secara bahasa oleh Hidayatullah TV. Oleh karena itu, peneliti mengangkat judul skripsi, “Representasi Pesan-pesan Dakwah Islam dan Nilai-nilai Jurnalisme Profetik Tentang Obatobatan Haram Pada Program Berita Liputan Utama di Hidayatullah Televisi (Studi Kasus Berita Obat-obatan Haram Pada Program Berita Liputan Utama di Hidayatullah Televisi).” 9
Surya Fachrizal Ginting, “Ahlan Wa Sahlan Hidayatullah TV”, artikel diakses pada 22 April 2014 dari m.hidayatullah.com/video/ahlan-wa-sahlan-hidayatullah-tv.html
7
B. Batasan Dan Rumusan Masalah 1. Batasan Masalah Agar penelitian ini lebih fokus, maka peneliti membatasi tayangan berita Liputan Utama di Hidayatullah TV yaitu pada edisi Senin, 17 Maret 2014. Dengan tayangan yang berjudul, “Terkepung Obat-obatan Haram” Peneliti
mengambil
edisi
tersebut
karena judul
beritanya
membahas tentang sertifikasi obat-obatan halal haram yang masih menjadi perbincangan dan belum adanya ketentuan hukum yang tegas mengenai hal tersebut, Hidayatullah TV menginformasikan kepada khalayak bahwa pentingnya sertifikasi obat halal haram. Peneliti akan menelaah lebih dalam tentang nilai-nilai pesan dakwah dan nilai-nilai jurnalisme profetik yang terdapat dalam berita, „Terkepung Obat-obatan Haram‟. 2. Rumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah yang telah diuraikan, agar penelitian ini menjadi terarah, maka rumusan masalahnya adalah: a. Bagaimana pesan-pesan dakwah Islam direpresentasikan dalam berita obat-obatan halal dan haram di Liputan Utama Hidayatullah TV? b. Mengapa nilai-nilai jurnalisme profetik digunakan dalam berita tersebut?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian a. Untuk mendeskripsikan pesan-pesan dakwah Islam secara akidah,
8
syariah dan akhlak yang direpresentasikan secara bahasa. b. Untuk mendeskripsikan nilai-nilai jurnalisme profetik apa saja yang digunakan pada berita obat-obatan haram. 2. Manfaat Penelitian a. Manfaat Akademis Secara akademis, peneliti mengharapkan penelitian tentang Jurnalisme profektif pada televisi streaming Islam ini akan memberikan kontribusi terhadap disiplin ilmu jurnalistik, memberikan kontribusi dalam bidang dakwah sehingga dapat menambah referensi pustaka tentang jurnalisme profetik. b. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi para praktisi komunikasi jurnalistik, terlebih mahasiswa yang belajar ilmu jurnalistik di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan kontribusi yang positif bagi Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi dan Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
D. Metodologi Penelitian 1. Paradigma Penelitian Paradigma yang digunakan oleh peneliti adalah paradigma kontruktivis.
Paradigma
kontruktivis
menekankan
bahwa
realitas
9
merupakan konstruksi sosial. Kebenaran suatu realitas bersifat relatif, berlaku sesuai konteks spesifik yang dinilai oleh pelaku sosial. Pemahaman suatu realitas, atau temuan suatu penelitian merupakan produk interaksi peneliti dengan yang diteliti. Nilai etika dan pilihan moral merupakan bagian tak terpisahkan dari penelitian. Tujuan penelitian adalah untuk rekontruksi realitas sosial secara dialektis antara peneliti dan objek penelitian.10 Penelitian menggunakan paradigma kontruktivis karena ingin melihat realitas yang sesungguhnya dalam berita obat-obatan haram yang dikontruksi oleh Hidayatullah TV. 2. Pendekatan penelitian Pendekatan
penelitian
dalam
penelitian
ini
menggunakan
pendekatan deskriptif kualitatif, yang bertujuan membuat deskripsi secara sistematis, faktual, dan akurat tentang fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau objek tertentu. Peneliti sudah mempunyai konsep (biasanya satu konsep) dan kerangka konseptual. Riset ini untuk menggambarkan realitas yang sedang terjadi tanpa menjelaskan hubungan antarvariabel.11 3. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah analisis isi kualitatif. Analisis isi muncul dari ketertarikan peneliti atas data yang ditampilkan di media massa. Secara umum, analisis isi berupaya mengungkap berbagai informasi di balik data yang disajikan media atau
10
Iswandi Syahputra, Komunikasi Profetik: Konsep dan Pendekatan (Bandung: Simbiosa Rekatama Media,2007), h. 126. 11 Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi (Jakarta: Prenada Media Group, 2012), h. 69.
10
teks. Analisis isi dapat didefinisikan sebagai teknik mengumpulkan dan menganalisis isi dari suatu teks. “isi” dalam hal ini dapat berupa kata, arti (makna), gambar, simbol, ide, tema atau beberapa pesan yang dapat dikomunikasikannya.12 Analisis isi (Content Analysis) adalah teknik penelitian
untuk
membuat
inferensi-inferensi
yang
dapat
ditiru
(replicable), dan sahih data dengan memerhatikan konteksnya. Analisis isi berhubungan dengan komunikasi atau isi komunikasi. Logika dasar dalam komunikasi, bahwa setiap komunikasi selalu berisi pesan dalam sinyal komunikasinya itu, naik berupa verbal maupun non verbal. Sejauh itu, makna komunikasi menjadi amat dominan dalam setiap peristiwa komunikasi.13 4. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode observasi (pengamatan berperan serta). Metode penelitian ini menekankan pada suatu
proses
yang
bertujuan
menyarankan
konsep-konsep
atau
membangun teori berdasarkan realitas nyata manusia. Pengamatan berperan serta terutama cocok untuk penelitian deskriptif. Menurut Bruyn, metode pengamatan berperan serta adalah prosedur riset yang dapat memberikan basis yang memadai untuk menangkap makna, yakni makna mengenai eksistensi manusia dilihat dari sudut pandang orang dalam.14
12
Nanang Martono, Metode Penelitian Kuantitatif, ( Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2011), h. 86. 13 Herlinda S, “Analisis dan Pengumpulan Data Kualitatif,” eprints.unsri.ac.id, 2010, h. 77. 14 Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), h. 167-171.
11
5. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian ini akan dilaksanakan di Hidayatullah TV dan jangka waktu penelitiannya dari bulan Mei 2014 sampai September. 6.
Subjek dan Objek Penelitian Subjek dalam skripsi ini adalah berita tentang kasus obat-obatan haram dalam berita Liputan Utama di Hidayatullah TV dan objek penelitian yang diteliti yaitu berita yang berjudul, “Terkepung Obat-obatan Haram”, yang mewawancarai tujuh narasumber yaitu, Menteri Kesehatan, Nafsiyah Mboi, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI), Ma‟ruf Amin, Konsumen, Lie, Pedagang, Evaldi, Prof.Jurnalis Udin, Ketua Lembaga Produk Pangan Obat-obatan dan Kosmetika (LPPOM) MUI, Lukmanul Hakim dan Ketua Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Zaenal Abidin.
7. Teknik Pengumpulan Data Dalam mengumpulkan data dalam studi kasus, peneliti terdapat tiga sumber bukti yang dapat dijadikan fokus penelitian yaitu wawancara mendalam, observasi dan dokumentasi. Wawancara ditunjukkan kepada pemimpin redaksi, editor, serta penulis berita di Hidayatullah TV untuk mendapatkan data yang akurat. a. Wawancara Mendalam Peneliti menggunakan teknik Indepth Interview. Yaitu peneliti mengajukan beberapa pertanyaan secara mendalam, kemudian dijawab oleh informan dengan terbuka. Wawancara ini ditujukan kepada
12
redaksi Hidayatullah TV, Surya Fachrizal Ginting. Pertanyaan yang dibuat juga dapat berubah sesuai kebutuhan dan kondisi yang bertujuan untuk mengetahui secara mendalam mengenai rubrik yang diteliti. Wawancara mendalam sering juga disebut dengan wawancara tidak terstruktur.15 b. Observasi Observasi merupakan suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengadakan penelitian secara teliti, serta pencatatan secara sistematis. Observasi ialah studi yang disengaja dan sistematis tentang fenomena sosial dan gejala-gejala psikis dengan jalan pengamatan dan pencatatan.16 Media yang di observasi oleh peneliti adalah Hidayatullah TV. c. Dokumentasi Peneliti mengumpulkan dan mempelajari data melalui literature dan sumber bacaan, seperti buku-buku yang relevan dengan masalah yang dibahas dan mendukung penelitian. 8. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data Teknik menggunakan
pemeriksaan
triangulasi.
keabsahan
Triangulasi
data
adalah
dalam teknik
skripsi
ini
pemeriksaan
keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Triangulasi berarti cara terbaik untuk menghilangkan perbedaan-perbedaan 15
Dedi Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), h.180-181. 16 Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), h.143.
13
konstruksi kenyataan yang ada dalam konteks suatu studi sewaktu mengumpulkan data tentang berbagai kejadian dan hubungan dari berbagai pandangan.
Peneliti
dapat
me-rechek
temuannya
dengan
jalan
membandingkannya dengan berbagai sumber, metode, atau teori. Untuk itu, maka peneliti dapat melakukannya dengan jalan, pertama, mengajukan berbagai macam variasi pertanyaan. Kedua, mengeceknya dengan berbagai sumber data. Ketiga, memanfaatkan berbagai metode agar pengecekan kepercayaan data dapat dilakukan.17 9. Instrumen dan Alat Bantu Instrumen penelitian dalam riset kualitatif adalah peneliti itu sendiri. Artinya periset terjun langsung melaksanakan riset, periset mengkreasi sendiri instrumen, baik interview maupun observasi, sehingga kehadiran peneliti adalah syarat mutlak.18 Alat bantu yang digunakan untuk menunjang peneliti adalah rekaman wawancara dan transkip wawancara. Peneliti merekam aspekaspek yang berkenaan dengan penelitian ini, seperti gambaran-gambaran yang dapat dijadikan informasi atau data untuk penelitian ini. Rekaman yang digunakan oleh peneliti yaitu video liputan utama di Hidayatullah TV tentang obat-obatan haram. 10. Teknik Analisis Data Teknik analisis data dalam konteks analisis isi yaitu dengan
17
Lexy J.Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif ( Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013), h. 332. 18 Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi ( Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), h. 134.
14
menemukan
pesan-pesan
yang
digunakan
dalam
berita.
Lalu
mengklarifikasi pesan-pesan yang akan digunakan dalam komunikasi representasi pesan dakwah dalam berita obat-obatan haram lalu menggunakan kriteria-kriteria tertentu serta membuat prediksi dari representasi pesan dakwah Islam yang disampaikan.19
E. Tinjauan Pustaka Dalam menentukan judul skripsi ini peneliti telah mengadakan tinjauan pustaka untuk pemetaan literature dan pemetaan penelitian. Penelitian yang telah dilakukan misalnya pertama, skripsi yang berjudul,“Dakwah Melalui Media Televisi (Analisis Program Cahaya di TPI), yang disusun oleh Iwan, mahasiswa jurusan Komunikasi Penyiaran Islam (KPI), FIDIKOM, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.20 Persamaan skripsi peneliti dengan skripsi tersebut, terletak pada tema bahasannya yaitu berdakwah melalui televisi namun perbedaan dalam skripsi tersebut Iwan menggunakan analisis program sedangkan penulis menggunakan jenis penelitian studi kasus. Lalu kedua, skripsi yang berjudul, “Program Dakwah Islam Di Televisi Komunitas Palmerah”, yang disusun oleh Ahmad Tamamy, mahasiswa jurusan KPI, FIDIKOM, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.21 Persamaan skripsinya dengan peneliti yaitu sama-sama berdakwah dengan televisi namun
19
Herlinda S, “Analisis dan Pengumpulan Data Kualitatif,” eprints.unsri.ac.id, 2010,
h.80. 20
Iwan, “Dakwah Melalui Televisi: Analisis Program Cahaya di TPI.” (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2005). 21 Ahmad Tamamy, “Program Dakwah Islam di Televisi Komunitas Palmerah”, (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011).
15
perbedaannya skripsi peneliti menggunakan jenis penelitian studi kasus kualitatif. Ketiga, penelitian skripsi yang berjudul, “ Hak Atas Kehalalan Produk Makanan, Minuman, Obat-obatan, dan Kosmetik Bagi Umat Islam di Indonesia”, yang disusun oleh Nur Fahmi, mahasiswa jurusan studi Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Indonesia22 yang digunakan sebagai rujukan dari tinjauan pustaka yang diteliti oleh peneliti. Persamaan skripsi ini dengan skripsi peneliti terletak pada pembahasannya yaitu tentang hak halal. Perbedaan penelitian peneliti dengan Nur Fahni, peneliti meneliti fokus kepada obat-obatan saja sedangkan Nur Fahmi membahas secara menyeluruh dari produk makanan, minuman dan obat-obatan.
F. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab yang masingmasing bab mempunyai sub-sub bab dengan penyusunan sebagai berikut : Bab I Pendahuluan Dalam bab ini peneliti membahas tentang latar belakang masalah, batasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian serta sistematika penulisan. Bab II Landasan Teori dan Kerangka Konseptual Dalam bab ini peneliti membahas teori representasi media Stuart Hall, pesan dakwah, ilmu dakwah, jurnalisme profetik, jurnalistik televisi, berita, dan televise streaming. 22
Nur Fahmi, “Hak Atas Kehalalan Produk Makanan, Minuman, Obat-obatan dan Kosmetik Bagi Umat Islam di Indonesia”, (Skripsi S1 Fakultas Hukum, Universitas Indonesia, 2011).
16
Bab III Profil Hidayatullah TV Dalam bab ini diuraikan sejarah singkat Hidayatullah TV, visi dan misi Hidayatullah TV dan struktur redaksi Hidayatullah. Bab IV Analisa Data dan Penemuan Bab ini berisi temuan data penelitian yaitu nilai pesan dakwah Islam dan nilai jurnalisme profetik. Bab V Penutup Bab ini meliputi kesimpulan, saran, daftar pustaka dan lampiranlampiran.
BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA KONSEPTUAL
A. Teori Representasi Media Stuart Hall Istilah representasi menunjuk pada bagaimana seseorang, satu kelompok, gagasan atau pendapat tertentu ditampilkan dalam pemberitaan. Representasi itu penting dalam dua hal. Pertama, apakah seseorang, kelompok, atau gagasan tersebut ditampilkan sebagaimana mestinya. Kedua, bagaimana representasi tersebut ditampilkan. Dengan kata, kalimat, aksentuasi, dan bantuan foto macam apa seseorang, kelompok, atau gagasan tersebut ditampilkan dalam pemberitaan kepada khalayak.1 Representasi dilakukan oleh sebuah media tertentu guna memunculkan dan membuat gambaran pada media tersebut. Representasi tidak akan ada jika representasi tersebut tidak dibuat sesuai dengan misi media itu sendiri dan memenuhi media itu sendiri. Jadi, reprsentasi melalui proses bagaimana gagasan ditampilkan oleh suatu media. Menurut Stuart Hall, media melakukan representasi kelompok lain melalui proses yang kompleks, melalui proses pendefinisian dan penandaan, sehingga ketika ada kelompok yang buruk dalam pemberitaan, itu direpresentasikan sebagai sesuatu yang wajar, terlihat alamiah, memang demikian kenyataannya. Hall berpendapat, media memainkan peranan penting. Media tidaklah secara sederhana dipandang refleksi dari konsensus, 1
Eriyanto, ANALISIS WACANA: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: PT. LKiS Printing Cemerlang, 2011), h. 113.
17
18
tetapi media mereproduksi dan memapankan definisi dari situasi yang mendukung dan melegitimasi suatu struktur, mendukung suatu tindakan dan mendelegitimasi tindakan lain.2 Menurut Hall, pandangan realitas yang didominasi oleh kelompok sosial di masyarakat memberikan pengaruh pada pembentukkan ideologi melalui mana representasi dari realitas dunia tersebut tampak sebagai natural atau alami. Dalam proses pembentukkan realitas tersebut, ada dua titik perhatian Stuart Hall. Pertama,bahasa. Bahasa, sebagaimana dipahami oleh kalangan strukturalis, merupakan sistem penandaan. Realitas dapat ditandakan secara berbeda pada peristiwa yang sama. Makna yang berbeda dapat dilekatkan pada peristiwa yang sama. Makna timbul dari proses pertarungan sosial, di mana masing-masing pihak atau kelompok saling mengajukan klaim kebenarannya sendiri. Wacana di sini dipahami sebagai arena pertarungan sosial, dan semuanya diartikulasikan lewat bahasa. Bahasa dan wacana disini dianggap sebagai arena pertarungan sosial, dan bentuk pendefinisian realitas. Jadi, kenapa A harus ditafsirkan seperti ini dan bukan seperti itu, dikarenakan lewat pertarungan sosial dalam memperebutkan dan memperjuangkan makna, pada akhirnya penafsiran atau pemaknaan tertentu yang menang dan lebih diterima.3 Bahasa yang ditampilkan oleh media melalui proses pertarungan sosial dan dalam skripsi ini proses pertarungan sosial tersebut ditandai dengan
2
Eriyanto, ANALISIS WACANA: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: PT. LKiS Printing Cemerlang, 2011), h. 27-28. 3 Eriyanto, ANALISIS WACANA: PengantarAnalisisTeks Media, (Yogyakarta:PT. LKiS Printing Cemerlang, 2011), h.29-30.
19
wacana dan pernyataan yang dikemukakan oleh Narasumber terkait dengan permasalalah obat-obatan haram, melalui beberapa narasumber yang membantah pernyataan Menteri Kesehatan, Nafsiyah Mboi mengenai bolehnya obat-obatan haram dikonsumsi karena darurat. Objek dari berbagai praktik ini adalah makna dan pesan dalam bentuk komunikasi atau bahasa mana pun melalui pengoperasian kode dalam rantai sintagmatik diskursus. Maka berbagai aparatus, relasi, dan praktik produksi itu muncul, pada momen tertentu dalam bentuk wahana simbolik yang tercipta dalam aturan bahasa.4 Hall dalam studi tentang kajian media menggunakan isi media sebagai pemicu, untuk memulai sebuah kerangka kerja yang mengungkap lebih banyak lagi apa yang secara umum didefinisikan sebagai peran „ideologis‟ media. Pendekatan yang terakhir ini mendefinisikan media sebagai kekuatan cultural dan ideologis yang besar, yang berada dan dengan cara bagaimana pembentukkan dan transformasi ideologi populer dalam diri para audiens ditangani.5 Kedua, politik penandaan, yakni bagaimana praktik sosial dalam membentuk makna, mengontrol, dan menentukkan makna. Titik perhatian Hall di sini adalah peran media dalam menandatangani peristiwa atau realitas dalam pandangan tertentu, dan menunjukkan bagaimana kekuasaan ideologi di sini berperan. Ideologi menjadi bidang di mana pertarungan dari kelompok
4
Stuart Hall, Dorothy Hobson, Andrew Lowe dan Paul Willis, Budaya, Media, Bahasa (Yogyakarta :Jalasutra, 2011), h. 214. 5 Stuart Hall, Dorothy Hobson, Andrew Lowe dan Paul Willis, Budaya, Media, Bahasa, h. 214.
20
yang ada dalam masyarakat. Akan tetapi, posisi demikian juga menunjukkan bahwa ideologi melekat pada produksi sosial, produksi media dan sistem budaya. Setiap budaya memberikan bentuk episode pemikiran tertentu dan menyediakan anggota dari komunitas tersebut sebuah pemikiran atau gagasan tertentu sehingga mereka tinggal menerima (taken for granted) dalam pengetahuan mereka. Efek dari ideologi dalam media itu adalah menampilkan pesan dan realitas hasil kontruksi tersebut tampak seperti nyata, natural, dan benar. Pengertian tentang realitas itu tergantung pada bagaimana sesuatu tersebut ditandakan dan dimaknai.6 Menurut Althusser ideologi adalah citraan, representasi, kategori yang melaluinya manusia menjalani dengan cara imajiner
relasi
nyatanya
dengan
kondisi
eksistensinya.
Althusser
mendefinisikan ideologi sebagai sebuah reprsentasi tentang relasi imajiner individu-individu dengan kondisi real keberadaan mereka. Karakter, imajiner, relasi ini mengacu pada karakter ideologi yang menyebabkan suatu kondisi tidak terpersepsi tanpa terdistorsi. Efek ideologis ini tidak dianggap berasal dari kesadaran palsu atau kehendak untuk menipu oleh kelas dominan, melainkan penyamaran yang tak terelakkan atas pelbagai realitas sosial. 7 Dalam representasi Stuart Hall terdapat pembahasan tentang budaya, kajian tentang budaya didasarkan secara teoritis pada pengetahuan yang akurat tentang subjek yang bersangkutan.8 Teks-teks merupakan jenis respons berbeda terhadap interpretasi pertanda histori yang menentukkan. Teks-teks
6
.Eriyanto, ANALISIS WACANA: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta :PT. LKiS Printing Cemerlang, 2011), h. 31. 7 Stuart Hall, dkk., Budaya Media Bahasa (Yogyakarta: Jalasutra, 2011), h.33. 8 Stuart Hall, dkk., Budaya Media Bahasa, h. 4.
21
tersebut memuat pemikiran yang memiliki disiplin agar bisa relevan dengan atau mungkin mempengaruhi zaman atas teks-teks sendiri. Teks-teks itu jauh dari netral atau ilmiah: teks-teks itu sendiri merupakan intervensi budaya.9 Levi Straus dan Barthes menggunakan model linguistik struktural sebagai paradigma untuk studi budaya ilmiah. Bahasa yang merupakan media untuk menghasilkan makna adalah sistem yang teratur atau yang terstruktur dan sekaligus sarana ekspresi. Bahasa bisa secara ketat dan sistematis dikaji namun bukan dalam kerangka sejumlah determinasi sederhana. Sebaliknya, bahasa harus di analisis sebagai struktur kemungkinan yang beragam, susunan unsur dalam rangkaian pertandaan, bukan sebagai praktik mengekspresikan dunia, (yakni mereflesikannya dalam kata-kata). Budaya tidak lagi sematamata merefleksikan praktik lain dalam ide. Budaya pada dirinya sendiri adalah praktik-praktik, melakukan pertandaan, dan memiliki produk sendiri yang jelas kata-katanya yaitu makna.10 Representasi terdapat elemen-elemen yang ditandai secara teknis, yaitu dalam bahasa tulis seperti kata, proposisi, kalimat, foto, caption, grafik dan sebagainya. Sedangkan dalam telelvisi seperti kamera, tata cahaya, editing, musik dan sebagaiknya. Elemen-elemen tersebut ditransmisikan ke dalam kode representasional yang memasukkan di antaranya bagaimana objek di gambarkan: karakter, narasi, setting, dialog dan sebagainya. Representasi sekaligus
misrepresentasi
tersebut
adalah
peristiwa
kebahasaan.
Misrepresentasi adalah ketidakbenaran penggambaran, kesalahan sebagaimana 9
Stuart Hall, Budaya Media Bahasa, h.6. Stuart Hall, dkk., Budaya Media Bahasa (Yogyakarta: Jalasutra, 2011), h. 28.
10
22
mestinya atau adanya tetapi digambarkan secara buruk. Oleh karena itu, yang perlu dikritisi disini adalah pemakaian bahasa yang ditampilkan oleh media. Proses ini berhubungan dengan pemakaian bahasa dalam menuliskan realitas yang dibaca oleh khalayak. Terdapat dua proses yang dilakukan media dalam memaknai realitas. Pertama, memilih fakta. Proses ini tidak mungkin melihat peristiwa tanpa persepektif. Kedua, menuliskan fakta. Proses ini berhubungan dengan bagaimana fakta yang dipilih itu disajikan kepada khalayak. Gagasan itu diungkapkan dengan kata, kalimat, dan proposisi apa, dengan bantuan aksentuasi foto dan gambar apa dan sebagainya.11
B. Pesan Dakwah Pesan ialah apa yang dikomunikasikan oleh sumber kepada penerima. Dan pesan merupakan seperangkat simbol verbal dan non verbal yang mewakili perasaan, nilai, gagasan dan maksud sumber tadi. Pesan itu sendiri memiliki tiga komponen yaitu makna simbol yang digunakan untuk menyampaikan makna dan bentuk atau organisasi pesan. Pesan yang dimaksud adalah komunikasi dakwah yang disampaikan oleh mad‟u.12 Pesan dalam komunikasi dakwah memiliki tujuan untuk menyampaikan materi dakwah yang disampaikan oleh mad‟u menggunakan lambang yang beragam yang digunakan pula dalam komunikasi dakwah yaitu melalui bahasa, gambar, visual dan sebagainya. Pesan 11
komunikasi
yang
disampaikan
kepada
mad‟u
dengan
Eriyanto, ANALISIS WACANA: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta :PT. LKiS Printing Cemerlang, 2011), h. 115-116. 12 Wahyu Ilaihi, Komunikasi Dakwah, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), h. 97.
23
menggabungkan kolaborasi lambang, seperti pesan komunikasi melalui retorika, surat kabar, film dan televisi.13 Syarat pertama yang perlu diperhatikan dalam merencanakan dan menyusun pesan, yaitu menentukkan tema dan materi (maddah), dakwah yang sesuai dengan kondisi dan situasi khalayak. Pesan dakwah yang dapat menimbulkan perhatian adalah pesan dakwah yang “mudah diperoleh” (availability) dan karena itu harus “menyolok perbedaannya” (contrast) dengan pesan-pesan yang lain.14 Isi pesan dakwah yang bersumber dari Al-Quran dan hadis. Pesan dakwah diklasifikasikan menjadi tiga unit sub kategori masalah pokok yaitu pesan akidah, pesan syariah dan pesan akhlak. 1. Pesan Akidah Akidah adalah bentuk masdar dari kata “aqada, ya‟qidu „aqdam‟aqidatan” yang berarti simpulan, ikatan, sangkutan, perjanjian dan kokoh. Sedang secara teknis akidah berarti iman, kepercayaan dan keyakinan. Dan tumbuhnya kepercayaan tentunya di dalam hati, sehingga yang dimaksud akidah adalah kepercayaan yang menghujam atau simpul dari dalam hati.15 Akidah ialah suatu yang dianut oleh manusia dan diyakininya, apakah berwujud agama atau lainnya.16 Pesan akidah identik dengan iman. Secara etimologi, iman berarti pembenaran (tashdiq). Orang yang beriman adalah orang yang benar
13
Wahyu Ilaihi, Komunikasi Dakwah, h. 98. Anwar Arifin, Dakwah Kontemporer, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011), h. 249. 15 Muhaimin, dkk., Kawasan dan Wawasan Studi Islam, (Jakarta: Kencana, 2005), h. 14
259. 16
Zainal Arifin Djamaris, Islam Aqidah dan Syariah, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1996), h. 19.
24
dalam memegang dan melaksanakan amanat, sehingga hatinya merasa aman. Iman adalah pengamalan („amal) dalam anggota tubuh. Amal merupakan buah atau bukti keimanan seseorang. Pengamalan ajaran iman harus utuh (tauhid) dan memasuki semua dimensi kehidupan.17 Rukun iman dalam Islam ada enam yaitu iman kepada Allah Swt., iman kepada Malaikat-nya, iman kepada Kitab-kitabnya, iman kepada Rasul-rasulnya, iman kepada hari Akhir, iman kepada Qadha-Qadhar. 2. Pesan Syariah Secara etimologi, Syariah berarti jalan yang lurus (thariqah mustaqimah) yang diisyaratkan dalam QS. Al-Jatsiyah ayat 18. Atau jalan yang dilalui air untuk diminum, atau juga tangga atau tempat naik yang bertingkat-tingkat.18 Syariah ialah apa-apa yang disyariatkan atau dimestikan oleh agama atau lainnya itu bagi seseorang untuk dilaksanakan, berupa peraturan-peraturan dan hukum-hukum sebagai manifestasi atau konsekuensi dari akidah tesebut. 19 Pesan syariah ada dua yaitu ibadah dan muamalah. Ibadah merupakan bagian integral dari syariah, apapun ibadah yang dilakukan oleh manusia harus bersumber dari Syariah Allah. Dalam ibadah, terdapat dua klasifikasi yaitu, ibadah khusus (khas) dan umum („amm). Ibadah dalam arti khusus adalah ibadah yang berkaitan dengan arkan al-Islam, seperti syahadat, shalat, zakat, puasa dan haji. Sedangkan ibadah dalam arti umum adalah 17
Muhaimin, dkk., Kawasan dan Wawasan Studi Islam, Jakarta: Kencana, 2005), h.
261. 18
Muhaimin, dkk., Kawasan dan Wawasan Studi Islam, h. 277. Zainal Arifin Djamaris, Islam Aqidah dan Syariah, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1996), h. 19. 19
25
segala aktivitas yang titik tolaknya ikhlas yang ditunjukkan untuk mencapai ridho Allah berupa amal shaleh. 20 Muamalah adalah peraturan yang mengatur hubungan antara sesama manusia dalam konteks ini adalah hukum Islam. Hukum Islam berarti keseluruhan titah dan kitab Allah yang mengatur kehidupan setiap muslim dalam segala aspeknya. Syariah islam berprinsip “musyawarah” yang berimplikasi pada adanya prinsip penentuan suatu hukum berdasarkan pada seluruh totalitas masyarakat tanpa terkecuali tanpa adanya diskriminasi aliran atau mazhab tertentu, namun jika musyawarah itu belum mencapai kemufakatan maka jalan keluarnya adalah kembali pada Hukum Allah dan Rasulnya (QS. an-Nisa‟: 59). Syariah Islam berprinsip pada pegangan hukum (tahkim) yang termuat dalam Al-Quran dan alHadits, sehingga semua kasus dalam masyarakat baik berkaitan dengan tindak pidana maupun perdata semua diselesaikan menurut ketentuan hukum.21 3. Pesan Akhlak Secara etimologis akhlak berasal dari kata khuluq dan jamaknya akhlak yang berarti budi pekerti, etika, moral. Secara etimologis, akhlak berarti character, disposition, dan moral constitutuion. Akhlak merupakan usaha untuk mengevaluasi kepribadian, atau evaluasi sifat-sifat umum yang terdapat pada perilaku pribadi dari sudut baik buruk, kuat lemah dan
20
Muhaimin, dkk., Kawasan dan Wawasan Studi Islam (Jakarta: Kencana, 2005),
h.279. 21
Muhaimin, dkk., Kawasan dan Wawasan Studi Islam, h. 286.
26
mulia rendah.22 Akhlak dibedakan menjadi tiga kategori yaitu akhlak kepada Allah, akhlak kepada manusia yaitu berupa toleransi antar agama, saling tolong menolong, menghormati dalam perbedaan, dan akhlak kepada terhadap hewan dan tumbuhan dengan cara melestarikannya, menjaga, serta memanfaatkannya untuk kepentingan ibadah. 23
C. Dakwah Dakwah adalah berserah diri kepada perintah Allah dan menaati-Nya. Dakwah adalah pengamalan ajaran al-Qur‟an dan as-Sunnah. Dakwah adalah tatanan sempurna bagi kehidupan manusia. Makna dakwah menurut bahasa yaitu Nida (panggilan), yaitu seseorang memanggil ketika ia menyerunya, aku memanggil seseorang ketika aku bersuara dan meminta datang, kedua mendorong kepada sesuatu dan mendukungnya, ketiga mengajak kepada sesuatu yang ingin diadakan atau dihindarkan, benar atau salah. Keempat, upaya melalui perkataan atau perbuatan untuk memengaruhi orang lain agar mengikuti satu madzhab atau agama. Kelima, memohon dan meminta.24 Menurut istilah, dakwah adalah seputar upaya lewat ucapan dan perbuatan untuk Islam, menerapkan manhajnya, meyakini aqidahnya dan melaksanakan syariatny.25
Dakwah yaitu menyerukan kepada tauhid
22
Muhaimin, dkk., Kawasan dan Wawasan Studi Islam (Jakarta: Kencana, 2005), h.
23
Wahyu Ilaihi, Komunikasi Dakwah, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), h.
24
Dr. Taufik al-Wa‟iy, Dakwah ke Jalan Allah (Jakarta :RobbaniPers, 2010), h. 10-11. Dr. Taufik al-Wa‟iy, Dakwah ke Jalan Allah (Jakarta: Robbani Pers, 2010,) h.12.
262. 102. 25
27
(mengakui keesaan Allah) dan menyatakan dua kalimat syahadat, menerapkan manhaj Allah di muka bumi dalam bentuk ucapan dan perbuatan, sebagaimana yang ada dalam Al-Qur‟an dan as-Sunnah agar semua manusia beragama dan tunduk kepada Allah. Ini juga berarti mengajak non muslim kepada Islam, mengajak kaum muslimin mengamalkan Islam, beramal untuk menegakkan syariat dan manhajnya di mukabumi.Itulah amar ma‟ruf nahi munkar, agar umat manusia merasakan kebahagiaan hari ini dan akhirat nanti.26 Dakwah terbagi menjadi tiga macam, yaitu dakwah kepada seluruh umat manusia, dakwah kepada sesame kaum muslimin dan dakwah diantara kaum muslimin. Dakwah yang digunakan dalam penelitian ini adalah dakwah melalui perkataan yang melalui media televise streaming Islam. Perkataan berperan penting dalam berdakwah kepada Allah SubhanahuwaTa‟ala, baik perkataan itu diucapkan, ditulis maupun dibacakan. Tabligh dengan perkataan adalah alat dakwah yang informatif. Perkataan merupakan sarana pencerahan, pendidikan, arahan, dan evaluasi yang menyeluruh menembus batas teritorial, batas emosional sampai batas ukhuwah secara umum. Tabligh dengan perkataan memuat beberapa hal antara lain nilai-nilai universal dan humanis, idealis dan realisti serta komprehensif. 27 Metode dakwah adalah cara-cara tertentu yang dilakukan oleh seorang da‟i (komunikator) kepada mad‟u untuk mencapai suatu tujuan atas dasar hikmah dan kasih sayang. Hal ini mengandung arti bahwa pendekatan dakwah harus bertumpu pada suatu pandangan human oriented menempatkan 26 27
Dr. Taufik al-Wa‟iy, Dakwah ke Jalan Allah, h.17. Dr. Taufik al-Wa‟iy, Dakwah ke Jalan Allah, h. 348.
28
penghargaan yang mulia atas diri manusia.28Metode dakwah meliputi tiga cakupan yaitu Metode bi al-Hikmah, metode Al-Mau‟idza Al-Hasanag dan metode Al-mujadalah. Pertama, metode bi al-Hikmah sebagai metode dakwah, al-Hikmah diartikan bijaksana, akal budi yang mulia, dada yang lapang, hati yang bersih dan menarik perhatian. Menurut Imam Abdullah bin Ahmad Mahmud AnNasafi, arti hikmah, yaitu : Dakwah bil hikmah adalah dakwah dengan menggunakan perkataan yang benar dan pasti, yaitu dalil yang menjelaskan kebenaran dan menghilangkan keraguan.
29
Kedua, metode dakwah Al-
ma‟uidza Al-hasanah yang diartikan sebagai ungkapan yang mengandung unsur-unsur, bimbingan, pendidikan, pengajaran, kisah-kisah, berita gembira, peringatan, pesan-pesan positif (wasiyat) yang bisa dijadikan pedoman dalam kehidupan agar mendapatkan keselamatan dunia dan akhirat.30 Ketiga, metode Al-mujadalah yang merupakan tukar pendapat yang dilakukan oleh dua pihak secara sinergis, yang tidak melahirkan permusuhan dengan tujuan agar lawan menerima pendapat yang diajukan dengan memberikan argumentasi dan bukti yang kuat.31
D. Jurnalisme Profetik Jurnalisme profetik yaitu suatu bentuk jurnalisme yang tidak hanya melaporkan berita dan masalah secara lengkap, jelas, jujur, serta aktual tetapi 28
Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2011),
h. 243. 29
Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, h.246. Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, h..252. 31 Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, h. 255. 30
29
juga memberikan prediksi serta petunjuk ke arah perubahan, transformasi, berdasarkan cita-cita etik dan profetik islam. Ia menjadi jurnalisme yang secara sadar dan bertanggungjawab memuat kandungan nilai-nilai dan cita islam.32 Jurnalisme profetik mencerminkan sifat-sifat kenabian yaitu shidiq, amanah, tabligh dan fathanah. Dalam menerapkan nilai-nilai jurnalisme profetik, suatu media harus mengaplikasikan nilai-nilai jurnalisme profetik ke dalam setiap berita yang ditulisnya agar setiap berita yang ditulis membawa kebaikan
bagi
umat
dan
setiap
kata
dan
tulisannya
dapat
di
pertanggungjawabkan di hadapan Allah swt. sebagaimana tujuan dari jurnalisme profetik yaitu amar ma‟ruf nahi munkar. Tanggung jawab profetik Islam mengupayakan agar ajaran islam tetap dan selalu fungsional serta aktual dalam kehidupan. Jurnalis muslim tidak boleh tinggal diam jika melihat ada kemunkaran dalam dunia yang digelutinya, misalnya menyaksikan pencitraan negatif tentang Islam atau ada rekayasa yang memojokkan Islam dan umatnya di media massa. Sebagai juru dakwah yang menebarkan kebenaran ilahi, jurnalis muslim laksana “penyambung lidah” para nabi dan ulama. Karena itu, ia pun dituntut memiliki sifat-sifat kenabian seperti Shiddiq, Amanah, Tabligh dan Fathonah. Shidiq artinya benar, yakni menginformasikan yang benar saja dan membela serta menegakkan kebenaran itu. Standar kebenarannya tentu saja kesesuaian dengan ajaran islam (Al-Quran dan As-Sunnah). Amanah artinya
32
Asep Syamsul M. Romli, Jurnalistik Dakwah: Visi dan Misi Dakwah Bil Qalam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003), h. 35.
30
terpercaya, dapat dipercaya, karenanya tidak boleh berdusta, memanipulasi atau mendistorsi fakta dan sebagainya. Tablighartinya menyampaikan, yakni menginformasikan kebenaran, bukan malah memutarbalikkan kebenaran. Fathonah artinya cerdas dan berwawasan luas. Jurnalis muslim dituntut mampu menganalisis dan membaca situasi termasuk membaca apa yang diperlukkan umat.33 Istilah profetik mengacu pada peristiwa Isra‟ mi‟raj Muhammad saw. Peran kenabian Muhammad saw yang tidak tergoda oleh manisnya perjumpaan dengan Allah swt saat Isra‟ Mi‟raj, dibuktikan dengan kembalinya Rasulullah saw tengah-tengah komunitas manusia untuk menyerukan kebenaran dan transformasi transenden. Dengan kata lain, pengalaman religius itu menjadi dasar keterlibatannya dalam sejarah kemanusiaan. Sunah nabi berbeda keterlibatannya dalam sejarah kemanusiaan. Sunah nabi berbeda dengan jalan seorang mistikus yang puas dengan pencapaiannya sendiri. Sunag nabi yang demikian itulah yang disebut sebagai etika profetik menurut Kuntowijoyo. 34 Profetik merupakan kesadaran sosiologis para nabi dalam sejarah untuk
mengangkat
derajat
kemanusiaan
(memanusiakan
manusia),
membebaskan manusia dan membawa manusia beriman kepada Tuhan. Singkatnya, ilmu profetik adalah ilmu yang meniru tanggung jawab sosial para nabi. Dengan menyebut ilmu-ilmu profetik (seperti halnya komunikasi
33
Asep Syamsul M. Romli, Jurnalistik Dakwah: Visi dan Misi Dakwah Bil Qalam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003), h. 38. 34 Iswandi Syahputra, Komunikasi Profektif: Konsep dan Pendekatan, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2007), h. 129.
31
profetik), kita hanya mendapatkan substansinya bukan bentuk. Ilmu profetik menemukan bentuknya dalam wujud ilmu integralistik yang menyatukan wahyu Tuhan dan akal pikiran manusia. Ilmu sosial profetik hadir untuk menempatkan nalar, akal, rasio dan pengalaman (empiris) sebagai alat untuk menafsirkan wahyu Tuhan atas realitas. Ilmu sosial profetik akan menghadapkan Al-Quran pada realitas sosial atau sebaliknya, wahyu akan ditempatkan sebagai sumber bagi terbentuknya konstruksi sosial. Pilar ilmu sosial profetik ada tiga, yaitu humanisasi (amar ma’ruf), liberasi (nahi munkar), dan transendensi (tu’minu billah).35 Pengalaman komunikasi Rasulullah s.a.w. ditempatkan pada konteks masa lalu untuk diserap nilainya pada konteks saat ini. Harapan agar komunikasi profetik mampu muncul sebagai konsep alternatif yang memberikan
pencerahan
dan
kemerdekaan
yang
selama
ini
justru
memperbudak manusia. Manusia menjadi jajahan baru teknologi komunikasi modern. Di antara konsepsi pemahaman komunikasi profetik masa lalu dan harapan masa depan dari konteks gempuran komunikasi saat ini, ada sikap, motivasi, dan suasana hati. Inilah yang kemudian membangun kesadaran bersama menjadi persepsi kolektif kita, sehingga kita satu persepsi dalam memahami pengertian komunikasi profetik.36 Solusi kenabian (prophetic religious policies) dapat diterapkan dalam berbagai permasalahan multikultural dan multireligi yang rumit dan kompleks
35
Iswandi Syahputra, Komunikasi Profektif: Konsep dan Pendekatan (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2007), h. 130. 36 Iswandi Syahputra, Komunikasi Profektif: Konsep dan Pendekatan, h. 137.
32
dengan memodifikasi dan mengimprovisasinya disesuaikan dengan situasi, kondisi dan konteks zamannya. Pengaruh media cetak dan elektronik, sebagai contoh, telah mengubah kehidupan kita lebih pelik dari masa kenabian dulu. Konsep mengenai komunikasi persuasif atau profetik tercantum juga dalam Al-Quran,37yaitu sebagai berikut:
"Dan hendaklah ada di antara kamu sekelompok umat yang menyeru kepada kebaikan, menyeru kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar. Merekalah orang-orang yang Berjaya." (QS. Ali Imran: 104)
"Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar dan beriman kepada Allah".(QS. Ali Imran: 110) Misi komunikasi profetik adalah membebaskan manusia sejauh mungkin dari praktik komunikasi yang menimbulkan syak wasangka, kebohongan publik, penyebaran fitnah, kebohongan yang dusta. Komunikasi profetik tidak menoleransi segala perilaku yang dinilai mempraktikan kebohongan. Dalam cita-cita masyarakat profetik, segala kabar bohong yang tersaji di media harus diberi apresiasi kognisi yang interaktif. Khalayak atau
37
Iswandi Syahputra, Komunikasi Profektif: Konsep dan Pendekatan, h.14.
33
komunikan dalam masyarakat profetik tidak diposisikan sebagai objek yang hanya menerima saja seluruh sajian televisi, atau penerima (receiver) seperti istilah yang dinyatakan Shannon dan Weaver, tetapi diposisikan sebagai subjek dalam kegiatan komunikasi.38
E. Jurnalistik Televisi Siaran televisi di Indonesia dimulai pada tahun 1962. Saat itu masyarakat Indonesia disuguhi tontonan realita yang begitu memukau. Meskipun hanya siaran televisi hitam putih, tapi siaran pertama televisi di Indonesia itu menjadi momentum yang sangat bersejarah. Booming televisi dimulai pada tahun 1992 ketika RCTI mulai mengudara dengan bantuan decorder.39 Televisi didasarkan pada teknologi elektronik. Dalam teknologi yang masih analog, kamera peka cahaya memindai sebuah adegan dengan pergeseran amat cepat melintasi beberapa ratus garis horizontal. Hasilnya adalah lintasan cahaya yang ditransmisikan ke penerima, dan penerima ini mengubahnya kembali menjadi gambar aslinya dengan memanfaatkan elektron yang dikirimkan garis horizontal di layar kaca. Sekarang terjadi pergeseran dari teknologi ke digital.40 Jurnalisme
televisi
bersandar
pada
informasi
visual
dalam
mengilustrasikan lapisannya. Termasuk wawancara kamera dengan orang38
Iswandi Syahputra, Komunikasi Profektif: Konsep dan Pendekatan, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2007), h. 135. 39 Askurifai Baksin, Jurnalistik Televisi: Teori dan Praktik, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media: Bandung, 2006), h.15. 40 John Vivian, Teori Komunikasi Massa, (Jakarta: Prenada Media Group, 2008), h. 228.
34
orang sengaja dilibatkan dan berkaitan dengan objek yang diwawancarai. Grafis juga bisa digunakan dengan mendukungnya.41 Televisi lebih mengutamakan kecepatan dan berita yang disampaikan kepada pemirsa dengan berlomba-lomba menampilkan berita secara langsung. Televisi bekerja lebih untuk menampilkan gambar yang menarik dan fakta yang akurat kepada khalayak. Fokus utama berita televisi biasanya kurang mengutamakan isi. Mereka lebih menekankan kualitas televisi sebuah berita, seperti (tayangan) videonya, tata suara, pemilihan waktu tayang dan bagaimana semua hal tersebut cocok untuk disiarkan.42 Televisi mempengaruhi pemikiran khalayak yang melihatnya baik dalam jangka waktu yang pendek maupun panjang. Televisi memberikan pengaruh bagi pikiran khalayak. Para jurnalis televisi hanya mengambil berita yang memiliki pengaruh yang paling kuat dan disaat itulan mereka membuatnya menjadi berita terbaik yang dapat mereka kerjakan.43 Jurnalis televisi menginformasikan fakta, peristiwa dan fenomena. Kualitas pribadi jurnalis televisi ditentukan pada setiap bentuk penyiaran. Bagaimana ia mempengaruhi pemirsa dengan tayangan yang memiliki keistimewaan personalitas. Salah satu aspek jurnalisme televisi ialah menampilkan persoalan, kejadian dan fenomena melalui kemasan tayangan suara dan gambar.
41
Sudirman Tebba, Jurnalistik Baru, (Jakarta: Kalam Indonesia, 2005), h. 82. Septiawan Santara K., Jurnalisme Kontemporer, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005), h. 120. 43 Septiawan Santana K, Jurnalisme Kontemporer, h.124. 42
35
F. Berita Berita
merupakan
sebuah
laporan
tentang
suatu
peristiwa,
kecenderungan,opini, situasi, kondisi yang sangat cepat disampaikan melalui media yang mengandung hal yang menarik dan penting bagi masyarakat. 44 Berita adalah laporan tentang fakta peristiwa atau pendapat yang aktual, menarik, berguna dan dipublikasikan melalui media massa periodik yaitu surat kabar, majalah, radio dan televisi. Berita televisi bukan hanya sekadar melaporkan fakta tulisan atau narasi, tetapi juga gambar (visual), baik gambar diam, seperti foto, gambar peta, grafis, maupun film berita yakni rekaman peristiwa yang menjadi topik berita dan mampu memikat pemirsa. Bagi berita televisi, gambar adalah primadona atau paling utama daripada narasi. Kalau gambar berita yang disiarkan mampu bercerita banyak, maka narasi hanya sebagai penunjang saja. Berita televisi tanpa gambar tidak ubahnya dengan berita radio. Jadi, dapat disimpulkan, berita televisi adalah laporan tentang fakta peristiwa atau pendapat manusia atau kedua-duanya yang disertai gambar (visual), aktual, menarik, berguna dan disiarkan melalui media massa televisi secara periodik.45 Dalam menulis berita, struktur penulisan berita mengikuti pola yang disebut piramida terbalik. Dalam menulis berita setiap jurnalis harus memikirkan bagaimana sebuah informasi yang termuat dalam who, what, where, why, whendanhow atau biasa disebut dalam rumus 5W+1H dapat
44
Suhaemi M.si dan Rulli Nasrullah M.si., Bahasa Jurnalistik, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), h. 28. 45 Drs. Arifin S. Harahap, M.si, Teknik Memburu dan Menulis Berita TV (Jakarta: PT Indeks, 2007), h. 4.
36
dimuat di paragraf-paragraf terdepan. Sedangkan paragraf selanjutnya sampai akhir berita tulisan yang dimuat adalah penjelasan singkat dari salah satu atau beberapa poin dalam rumus 5W+ 1H.46 Berita televisi dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu : 1. Berita fakta peristiwa, berita fakta peristiwa adalah laporan tentang segala sesuatu peristiwa sebagaimana adanya, misalnya, kebakaran, bencana alam dan kecelakaan. 2. Berita fakta pendapat, adalah laporan tentang pernyataan atau pendapat manusia mengenai segala sesuatu yang tengah aktual, misalnya pendapat pakar mengenai implikasi kenaikan BBM. 3.
Berita fakta peristiwa dan fakta pendapat, adalah laporan tentang segala sesuatu peristiwa yang terjadi dan pendapat manusia yang berkompeten mengenai fakta berita tersebut. Misalnya ratusan ribu TKI dari negeri jiran kembali ke tanah air.47 Kriteria berita televisi harus aktual, menarik dan berguna bagi sebagian
besar khalayak. Nilai berita juga sangat ditentukan faktor kedekatan (proximity), kepopuleran seseorang (prominent), konflik (conflict) dan nilai kemanusiaan (human interest).48 Berita televisi harus menarik berisi gambar, naskah berita serta sumber yang diwawancarai. Berita televisi harus menarik dari segi gambar, audio dan bahasa.
46
Suhaemi M.si dan Rulli Nasrullah M.si., Bahasa Jurnalistik (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), h. 28. 47 Drs. Arifin S. Harahap, M.si, Teknik Memburu dan Menulis Berita TV, (Jakarta: PT Indeks, 2007), h. 5. 48 Drs. Arifin S. Harahap, M.si, Teknik Memburu dan Menulis Berita TV, h.10.
37
G. Televisi Streaming Streaming adalah proses pengiriman data kontinu alias terus menerus yang dilakukan secara broadcast melalui internet untuk ditampilkan oleh aplikasi streaming pada personal komputer (klien). Paket-paket data yang dikirimkan telah di kompresi untuk memudahkan pengirimannya melalui internet. Stream berasal dari bahasa Inggris yang artinya sungai. Proses streaming bisa diibaratkan seperti aliran air di sungai yang tak pernah terputus kecuali jika sumber mata airnya mengering. Seperti aliran di sungai, aliran data streaming dilakukan tanpa ada interupsi dan dilakukan secara kontinyu hingga datanya habis, artinya telah selesai dikirim dan ditampilkan dalam personal komputer si pengguna. Streaming secara langsung akan menjalankan file video atau audio yang terletak pada server dapat langsung dijalankan pada komputer klien sesaat setelah ada permintaan dari user. 49 Media streaming yaitu sebuah teknologi yang memungkinkan distribusi data audio, video dan multimedia secara real time melalui internet. Media streaming merupakan pengiriman media digital (berupa video, suara dan data) agar bisa diterima secara terus menerus (stream). Data tersebut dikirim dari sebuah server aplikasi dan diterima serta ditampilkan secara real time oleh aplikasi pada komputer klien. 50 Sekarang teknologi streaming dimanfaatkan oleh stasiun televisi yang untuk mengalirkan siaran televisi dari master control room online melalui internet. Saat ini telah tersedia web yang mendukung video streaming, maka 49
Andi Fachruddin, Dasar-dasar Produksi Televisi, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), h. 198. 50 Andi Fachruddin, Dasar-dasar Produksi Televisi, h. 199.
38
penonton atau pemirsa televisi bisa menonton televisi di web. Komputer pengguna yang telah dilengkapi software Adobe Flash Player akan bisa melihat siaran televisi (stasiun televisi yang mengunggah siarannya pada server streaming) secara langsung pada media browser yang dibuka melalui web, tanpa harus melakukan proses unduh data (ke situs yang dituju) karena memakan waktu lama.51 Website online TV (khusus televisi internet) yaitu siaran khusus televisi internet ini tidak ada siaran terrestrial dan satelit komunikasinya hanya di internet saja dan gratis. Siarannya pun terbatas pada format program informasi, citizen journalism, dan informasi data tertulis yang menampilkan berita-berita penting dan data-data lainnya.52
H. Konsep Obat Halal dan Haram Dalam Islam Obat yang beredar harus terhindar dari bahan-bahan yag diharamkan dalam Islam, seperti babi, alkohol, bangkai, darah, rambut manusia, dan ari-ari. Pentingnya mengetahui obat yang halal dan haram agar masyarakat dapat membedakan obat mana saja yang aman dan halal dikonsumsi dan obat yang haram untuk dikonsumsi. Berikut penjelasan obat halal dan obat haram bagi umat muslim, yaitu : 1. Obat Haram Obat adalah produk farmasi yang terdiri dari bahan aktif obat dan bahan farmaeutik (bahan pembantu eksipien). Sumber bahan aktif obat 51
Andi Fachruddin, Dasar-dasar Produksi Televisi, h.202. Andi Fachruddin, Dasar-dasar Produksi Televisi, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), h. 206. 52
39
dan bahan farmaeutik bermacam-macam, bisa berasal dari tumbuhan, hewan mikroba, bahan sintetik kimia bahkan dari virus yang dilemahkan atau bahan yang berasal dari manusia. Titik kritis bahan aktif obat berasal dari hewan, ada
yang berasal dari hewan yang halal dan melalui
penyembelihan yang halal, namun sering menggunakan bahan media yang berasal dari hewan babi. Belum lagi penggunaan bahan pasca fermentasi seperti karbon aktif yang bisa berasal dari tulang hewan. 53 Bahan obat yang berasal dari babi diharamkan karena daging babi itu salah satu sebab timbulnya cacing pita yang sangat berbahaya. 54 Salah satu prinsip yang telah diakui oleh Islam ialah apabila Islam telah mengharamkan sesuatu, maka wasilah dan cara apapun yang dapat membawa kepada perbuatan haram, hukumnya adalah haram.55 Bahan aktif obat lain yang digunakan dalam obat adalah bahan aktif yang berasal dari manusia, seperti keratin rambut manusia untuk pembentukan sistein, maupun placenta manusia untuk obat-obatan seperti obat luka bakar dan yang lainnya. Beberapa metode kedokteran bahkan menggunakan ari-ari atau placenta ini untu obat leukimia kanker, kelainan darah, stroke, liver hingga diabetes dan jantung.
56
Bahan aktif atau bahan
farmaseutik obat yang berasal dari bagian tubuh manusia seperti sistein
53
Jurnal Halal, “Bahan Haram Dalam Obat”, artikel diakses pada 17 September 2014 dari http://www.halalmui.org/newMUI/index.php/detil_page/11/375/30/ 54 Syekh Muhammad Yusuf Qardhawi, Halal dan Haram Dalam Islam,(Jakarta:PT.Binailmu, 1993), h.58. 55 Syekh Muhammad Yusuf Qardhawi, Halal dan Haram Dalam Islam,(Jakarta:PT.binailmu, 1993), h.35. 56 Jurnal Halal, “Bahan Haram Dalam Obat”, artikel diakses pada 17 September 2014 dari http://www.halalmui.org/newMUI/index.php/detil_page/11/375/30/
40
yang berasal dari rambut manusia dan albumin yang berasap dari darah manusia jelas hukumnya haram. Bahan aktif yang berasal dari bahan kimia sintetik bisa menjadi haram hukumnya manakala bercampur dengan bahan yang haram. 57 Bahan yang memiliki titik kritis dalam obat yakni bahan pengemulsi, bahan pewarna, bahan perisa, bahan pengisi tablet, bahan pengkilap, bahan pemanis, bahan pelarut dan bahan enkapsulasi. Bahan tersebut memiliki titik kritis kehalalannya sebab bisa saja berasal dari bahan haram dan najis, seperti babi, alkohol, organ manusia maupun bahan hewani lain yang tidak jelas asal usulnya.58 Arak (alkohol) dalam pandangan Islam adalah penyakit bukan obat. Rasulullah s.a.w. pernah menjawab kepada orang yang bertanya tentang hukum arak, lantas Nabi menjawab : Dilarang!, maka jawab Nabi selanjutnya : “Arak itu bukan obat, tapi penyakit” (Riwayat Muslim, Ahmad, Abu Daud dan Termizi) Dan sabdanya pula : “Sesungguhnya Allah telah menurunkan penyakit dan obat, dan menjadikan untuk kamu bahwa tiap penyakit ada obatnya, oleh karena itu berobatlah, tetapi jangan berobat dengan yang haram. (Riwayat Abu Daud).59
57
Dr. Sopa, M.Ag., Sertifikat Halal Majelis Ulama Indonesia, (Jakarta: GP Press, 2013), h. 111. 58 Jurnal Halal, “Bahan Haram Dalam Obat.” 59 Syekh Muhammad Yusuf Qardhawi, Halal dan Haram Dalam Islam (Jakarta:
41
2.
Obat Halal Obat adalah semua zat baik zat kimia sintetik maupun bahan alami yang dalam dosis layak mampu mempengaruhi organ-organ tubuh agar berfungsi normal. Pengaruh terhadap organ-organ tersebut terjadi dalam tahap diagnosa, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, kesehatan maupun kontrasepsi. Komponen bahan yang dipergunakan untuk pembuatan obat terdiri atas bahan aktif obat atau zat berkhasiat dan bahan farmaseutik. Yang dimaksud bahan aktif obat adalah zat utama yang mempunyai efek mengobati atau mencegah suatu penyakit seperti antipretik atau obat turun panas, anti infeksi, anti histamin dan lain sebagainya, sedangkan bahan farmaseutik adalah bahan tambahan yang bukan obat yang bersama obat dibuat menjadi produk farmasi.60 Obat halal adalah obat yang sesuai dengan syariatIslam yang terhindar dari bahan-bahan aktif obat yang haram seperti babi, alkohol, tulang babi, rambut manusia dan plasenta manusia. Namun, hingga kini sekitar 90 persen lebih bahan baku obat yang beredar di Indonesia merupakan produk impor dari negara-negara yang sebagian besar belum mempertimbangkan aspek halal. Hingga saat ini dari sekitar 27 ribu item obat, jamu dan suplemen yang diproduksi oleh sekitar 206 perusahaaan di Indonesia yang telah bersertifikat halal jumlahnya masih sangat sedikit. Perusahaan dengan obat-obatan yang telah tersertifikasi halal ada
PT.Binailmu, 1993), h.98. 60 Dr. Sopa, M.Ag., Sertifikat Halal Majelis Ulama Indonesia, (Jakarta: GP Press, 2013), h. 110.
42
5 (lima) perusahaan dengan item produk sebanyak 22 produk. 61 Salah satu kebaikan Islam dan kemudahannya yang dibawakan untuk kepentingan umat manusia, ialah “Islam tidak mengharamkan sesuatu kecuali di situ memberikan suatu ganti (way out), yang lebih baik guna mengatasi kebutuhannya itu.62 Kehalalan obat ditentukkan oleh asal hewan tersebut. Apabila berasaldari hewan yang haram maka hukumnya menjadi haram. Sebaliknya, apabila berasal dari hewan yang halal maka tatacara penyembelihan yang menentukkan kehalalannya. Untuk obat dalam bentuk kapsul kehalalannya ditentukkan oleh cangkang kapsul yang digunakan. Sebab, cangkang tersebut dapat terbuat dari gelatin dan griserol. Gelatin dapat berasal dari tulang atau kulit babi , sapi, ikan sedangkan griserol merupakan hasil hidroilisis lemak atau minyak. Pada kenyataannya banyak impor dilakukan terhadap kapsul dari negaranegara Barat dalam bentuk kapsul lunak. Kapsul jenis ini banyak dibuat dari gelatin babi karena hasilnya lebih bagus dan lebih murah. 63 Untuk obat dalam dengan bentuk sediaan obat berupa dragee dan kaplet sering ditambahkan bahan lain seperti pemanis dan pewarna. Pemanis yang biasa digunakan adalah gula, sorbitol, dan pemanis sintetik seperti sacharin, dan siklamat. Pewarna digunakan dalam pembuatan obat
61
Farid Mahmud SH., “BPJS Beroperasi, Qua Vadis Obat”, artikel diakses pada 17 September 2014 dari www.halalmui.org/newMUI/index.php/main/detil_page/11/1863 62 Syekh Muhammad Yusuf Qardhawi, Halal dan Haram Dalam Islam, (Jakarta:PT.Binailmu, 1993), h. 33. 63 Dr. Sopa, M.Ag., Sertifikat Halal Majelis Ulama Indonesia (Jakarta: GP Press, 2013), h. 112.
43
dengan tujuan di samping agar berpenampilan lebih menarik juga agar dapat dibedakan dengan obat yang lain sehingga tidak menimbulkan kesalahan dalam mengonsumsi obat. Maka, kehalalannya ditentukkan oleh bahan tambahan tersebut. 64
64
Dr. Sopa, M.Ag., Sertifikat Halal Majelis Ulama Indonesia, h.112.
BAB III PROFIL HIDAYATULLAH TV
A. Sejarah Singkat Hidayatullah TV Televisi streaming adalah sebuah teknologi yang memungkinkan distribusi data audio, video dan multimedia secara real time melalui internet, agar bias diterima secara terus menerus. Streaming adalah proses pengiriman data kontinu alias terus menerus yang dilakukan secara broadcast melalui internet untuk ditampilkan oleh aplikasi streaming pada personal komputer (klien).1 Televisi streaming Islam kian berkembang di Indonesia, ditandai dengan munculnya 13 macam televise streaming yang bernafaskan Islami, namun sebagian besar berisi tentang konten dakwah sedangkan Hidayatullah TV mengangkat program berita yang berjudul, Liputan Utama. Hidayatullah TV atau H-TV adalah salah satu media publikasi yang dimiliki oleh Kelompok Media Hidayatullah (KMH). H-TV memproduksi konten-konten berita dan non-berita dalam bentuk audio-visual, atau dikenal dengan sebutan video. Kelompok Media Hidayatullah (KMH), Jum’at, 14 Maret 2014 secara resmi meluncurkan kanal informasi Hidayatullah TV atau disingkat H-TV.2
1
Andi Fachruddin, Dasar-dasar Produksi Televisi, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), h. 199. 2 Surya Fachrizal Ginting, “Ahlan Wa Sahlan Hidayatullah TV”, artikel diakses pada 22 April 2014 dari m.hidayatullah.com/video/ahlan-wa-sahlan-hidayatullahtv.html
44
45
Selama masa perintisan ini, H-TV akan tayang melalui saluran internet di www.hidayatullah.com. Sajian berita di H-TV belum melakukan siaran secara penuh seperti layaknya stasiun televise terrestrial dan televise satelit. Sajian H-TV baru bias dinikmati dengan mengklik video-video yang tersaji pada laman tv.hidayatullah.com atau http://www.hidayatullah.tv. Pola sajian ini dikenal dengan istilah video on demand atau memutar tayangan sesuai permintaan pemirsa.3 Ada beberapa program yang terdapat di Hidayatullah TV, yaitu Liputan Utama, Mutiara Hikmah, Serial Dai, Features dan liputan keumatan yang lain. Liputan Utama adalah sebuah paket berita mendalam atau in-depth news yang mengangkat tema-tema penting namun memiliki nilai berita yang tidak cepat basi. Tayangan Liputan Utama diperbarui setiap Senin Pekan Pertama dan Ketiga. Mutiara Hikmah adalah video ceramah singkat dan padat yang berdurasi tidak lebih dari 5 menit. Tema-tema yang diangkat seputar adab, motivasi, dan peringatan akan negeri akhirat. Program ini akan diperbarui setiap hari Selasa pecan kedua dan keempat. Sajian H-TV juga akan dilengkapi dengan sejumlah fitur interaktif yang berkaitan dengan tema seperti tema seperti infografis serta berita dan artikel terkait. 4 H-TV lahir karena masih banyaknya televisi streaming Islam namun kontennya berupa dakwah, belum adanya televisi streaming Islam yang memuat dakwah dan program berita sebagai liputan utama, sehingga
Surya Fachrizal Ginting, “Ahlan Wa Sahlan Hidayatullah TV”, artikel diakses pada 22 April 2014 dari m.hidayatullah.com/video/ahlan-wa-sahlan-hidayatullah-tv.html 4 Ginting, “Ahlan Wa Sahlan Hidayatullah TV”. 3
46
muncullah Hidayatullah TV. Saat ini, H-TV masih bernaung di situs Hidayatullah.com, karena masih dirintis untuk berdiri sendiri sehingga masih ditempakan di kolom video di situs Hidayatullah.com.5
B. Visi dan Misi Hidayatullah TV Hidayatullah adalah organisasi massa berbasis kader yang dibangun atas manhaj sistematika Nuzulnya Wahyu, yaitu pemurnian akidah tauhid alAlaq ayat 1-5), khiththah hidup bersama al-Qur’an (al-Qalam ayat 1-7), tarbiyahruhiyyah (al-Muzzammil ayat 1-7), gerakan dakwah (al-Muddatstsir ayat 1-7) dan membangun lingkungan Islami (al-Fatihah ayat 1-7). Visi Hidayatullah adalah membangun peradaban Islam. Sedangkan misi Hidayatullah ada empat, yaitu : 1.
Meningkatkan kualitas dan kuantitas sumber daya insani.
2.
Mengintensifkan pelayanan umat melalui aktivitas sosial, pendidikan, dan dakwah.
3.
Mewujudkan kemandirian ekonomi.
4. Mendorong
penegakkan
Islam
pada
tingkat
individu,
keluarga,
masyarakat.
C. Struktur Redaksi Hidayatullah Hidayatullah
TV
masih
tergabung
dalam
Kelompok
Media
Hidayatullah (KMH), Hidayatullah.com sehingga struktur redaksinya sama dengan Hidayatullah.com. Struktur redaksi Hidayatullah Online : 5
Wawancara Pribadi dengan Surya Fachrizal Ginting, Jakarta, 29 April 2014.
47
Pemimpin Utama
Hamim Thohari
Pimpinan Redaksi
Mahladi Murni
Redaktur Pelaksana
Ahmad Cholis
Hidayatullah TV Versi Online Redaksi
Surya Fachriza
Reporter
Fachriza Ginting Niesky
Kameramen
Reza Ginting Lintang Satria Niesky
Videografi
Boma
Video Edit
Bondan Suharto
Administrasi
Mamik
Marketing
Hidayat Nugraha
Promosi
Adhi
Program berita Utama di Hidayatullah TV tayang setiap Senin pecan pertama dan ketiga, system penayangannya menggunakan video on demand, yaitu siaran yang bias dilakukan secara berulang-ulang sesuai dengan keinginan pemirsa sehingga pemirsa bias melihat tayangannya tanpa diatur oleh jangka waktu tertentu.
BAB IV ANALISA DATA DAN PENEMUAN
Kasus yang diangkat oleh penulis adalah kasus tentang Terkepung Obatobatan Haram yang disiarkan melalui televisi streaming di Hidayatullah TV (HTV). H-TV menampilkan berita tersebut di program Liputan Utama. Berita Terkepung obat-obatan haram menekankan bahwa banyaknya obat-obatan yang beredar di Indonesia masih kurang yang sudah disertifikasi kehalalannya. Obatobatan yang beredar di Indonesia, belum sepenuhnya mendapatkan sertifikasi halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI). Jumlah produk yang tersertifikasi halal di Indonesia masih di bawah angka 1%. Dari 30.000 produk obat, hanya 22 produk obat yang telah lulus uji halal, menurut Lukmanul Hakim, Direktur Lembaga Pengkajian Pangan Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI), rendahnya angka tersebut karena sertifikasi halal belum diwajibkan oleh pemerintah.1 H-TV memberitakannya melalui televisi streaming yang tayang melalui saluran internet di www.hidayatullah.com dengan teknik video on demand atau memutar tayangan sesuai permintaan pemirsa.2 H-TV merupakan televisi streaming Islam yang mengangkat tema berita seputar dunia keIslaman salah satunya berita tentang “Terkepung Obat-obatan Haram” yang tayang pada Senin, 17 Maret 2014.
1
Surya FachrizalGinting, “TerkepungObat-obatan Haram,” artikeldiaksespada 22 April 2014 darim.hidayatullah.com/video/terkepung-obat-obatan-haram-2.html 2 Ginting, “AhlanWaSahlanHidayatullah TV”.
48
49
Oleh sebab itu, peneliti memilih program Liputan Utama dengan berita „Terkepung Obat-obatan Haram‟ sebagai bahan yang akan dianalisis melalui pesan-pesan dakwah yang direpresentasi melalui bahasa dan nilai-nilai jurnalime profetik dan menggunakan metode penelitian studi kasus kualitatif. Objek yang dapat diangkat sebagai kasus dalam penelitian studi kasus adalah kejadian atau peristiwa (event), situasi, proses, program, dan kegiatan, dalam hal ini peneliti akan menginterpretasi data dan generalisasi kasus tentang obat-obatan haram dan halal yang belum di sertifikasi kehalalannya yang terkandung dalam berita “Terkepung Obat-obatan Haram” di H-TV dan meneliti nilai-nilai jurnalisme profetik di dalam berita tersebut, seperti yang akan dijelaskan berikut ini: A. Representasi Pesan-pesan Dakwah Islam Dalam bab ini peneliti akan mengolah data lalu mendeskripsikan data dan mengklasifikasinya ke dalam kategori-kategori yang berbeda untuk memperoleh validitas dan reliabilitas tentang pesan dakwah dan representasi dalam berita tentang obat-obatan haram di program berita Liputan Utama di H-TV. Peneliti akan mendeskripsikan pesan-pesan dakwah yang terdapat dalam berita tersebut. 1.
Representasi Stuart Hall Dalam berita “Terkepung Obat-obatan Haram” di Liputan Utama H-
TV, mencerminkan bahwa H-TV adalah media Islam yang ingin memberikan gambaran dan nilai-nilai keislaman dibalik berita-berita yang disajikan. H-TV mengawali berita dengan wawancara dengan Menteri Kesehatan Nafsiyah Mboi yang mengemukakan bahwa penggunaan obat-obatan haram boleh
50
dikonsumsi jika keadaaan darurat. Wacana dari Menkes, menuai beragam permasalahan karena obat-obatan yang mengandung bahan-bahan haram mencakup babi, rambut manusia, alkohol, dan tulang babi yang pada dasarnya diharamkan oleh Islam. H-TV merepresentasikan berita tersebut melalui tayangan gambar babi dan obat yang ditampilkan di segmen 2 program Liputan Utama di H-TV. Latar belakang H-TV mengangkat tema “Terkepung Obat-obata Haram” karena maraknya obat-obatan yang beredar banyak yang mengandung bahan-bahan haram. Menurut Hall, pandangan realitas yang didominasi oleh kelompok sosial di masyarakat memberikan pengaruh pada pembentukkan ideologi melalui mana representasi dari realitas dunia tersebut tampak sebagai natural atau alami. Ada tiga pokok bahasan dari Stuart Hall yaitu: Tabel 1 Representasi Stuart Hall No. 1. Ideologi
Kategori
Deskripsi Ideologi dimaksudkan untuk mengatur masalah tindakan dan praktik individu atau anggota suatu kelompok.
2. Budaya
Secara formal budaya didefinisikan sebagai
tatanan
pengetahuan,
pengalaman, kepercayaan, nilai, sikap, makna dan diwariskan dari generasi ke generasi melalui usaha individu dan kelompok.
51
3. Bahasa
Bahasa, sebagaimana dipahami oleh kalangan sistem
strukturalis, penandaan.
ditandakan
secara
merupakan
Realitas
dapat
berbeda
pada
peristiwa yang sama. Makna timbul dari proses pertarungan sosial, dimana masing-masing pihak atau kelompok saling
mengajukan
klaim
kebenarannya sendiri.
a. Ideologi Ideologi membuat anggota dari suatu kelompok akan bertindak dalam situasi yang sama, dapat menghubungkan masalah mereka dan memberikan kontribusi dalam membentuk solidaritas dan kohesi di dalam kelompok.3 Ideologi yang disampaikan oleh H-TV adalah ideologi Islam. Ideologi Islam adalah sistem politik yang berdasar akidah Islam. Diungkapkan oleh Surya Fachrizal Ginting, redaksi Hidayatullah TV yaitu: “Sebagai seorang muslim dan sebagai media Islam, prinsip utama adalah kita yakin bahwa apa yang kita sampaikan ini semua kalau untuk tulisan setiap huruf, setiap titik yang kita tulis kelak akan dipertanggungjawaban di hadapan Allah Swt. entah itu akan di pertanggungjawabkan di ahli kubur arau di akhirat.” Pernyataan tersebut sesuai dengan nilai-nilai ideologi Islam. Islam dilahirkan dari proses berfikir yang menghasilkan keyakinan yang tegh
3
Eriyanto, ANALISIS WACANA: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta:PT. LKiS Printing Cemerlang, 2011), h. 13.
52
terhadap keberadaan (wujud) Allah sebagai Sang Pencipta dan Pengatur Kehidupan, alam semesta dan seluruh isinya. Syariat Islam tersebut bersumber pada Al-Quran dan Al Hadist. Penganut ideologi Islam percaya jika sebelum kehidupan adalah berasal dari Allah Swt., saat kehidupan bertujuan untuk mendapatkan ridha-Nya, dan setelah meninggal kembali kepada-Nya dengan pertanggungjawaban.4
b.
Budaya Budaya adalah suatu konsep membangkitkan minat. Budaya dalam
representasi Stuart Hall didasarkan secara teoritis pada pengetauan yang akurat tentang subjek bersangkutan. Dalam penelitian skripsi ini subjeknya adalah Hidayatullah TV yang memberitakan setiap berita yang sesuai dengan nilai-nilai Islam dan objeknya adalah kasus obat-obatan haram. Hidayatullah TV sebagai media Islam menyampaikan berita yang berdasarkan nilai-nilai ajaran Islam. Masyarakat muslim wajib mengonsumsi pangan dan obatobatan yang berbahan dasar halal karena itu sudah menjadi kewajiban dan budaya
bagi
masyarakat
muslim.
Pernyataan
Menkes
tentang
membolehkannya penggunaan obat-obatan haram jika dalam keadaan darurat, meresahkan umat muslim karena bertentangan dengan nilai-nilai ajaran Islam. H-TV merepresentasikan budaya muslim dalam pernyataan Ketua MUI, Ma‟ruf Amin yang mengatakan bahwa mengonsumsi obat-obatan halal adalah kewajiban dalam Islam sehingga Pemerintah wajib menyediakannya.
4
Risna Febriani, “Ideologi Islam,” artikel diakses pada 4 Oktober 2014 dari blog.ub.ac.id/risnafebriyani/2012/06/07/ideologi-Islam
53
c.
Bahasa Sebagai Arena Pertarungan Sosial Wacana di sini dipahami sebagai arena pertarungan sosial, dan semuanya diartikulasikan lewat bahasa. Bahasa dan wacana disini dianggap sebagai arena pertarungan sosial, dan bentuk pendefinisian realitas.5 Dalam penelitian tentang bahasa terdapat daftar wawancara Hidayatullah TV dengan beberapa narasumber terkait dengan kasus sertifikasi halal pada obat-obatan. Tabel 2 Representasi Pesan Obat Halal dan Haram No.
Wawancara Narasumber
1.
Menteri Kesehatan, Nafsiyah
Pernyataan
Mboi
Obat banyak mengandung Zat-zat yang tidak halal dalam obat zat-zat yang tidak halal
dimaknai
dengan
penggunaan
bahan-bahan obat yang haram yaitu babi dan alkohol.
Sertifikasi
halal
untuk Pernyataan
Ntersebut
memicu
produk farmasi tidak perlu kontroversi, karena sebagai umat dilakukan
muslim wajib mengkonsumsi obatobatan
yang
halal
dan
wajib
hukumnya namun Menkes menilai, obat-obatan tidak perlu di sertifikasi, bertentangan dengan ajaran Islam yang mengharuskan setiap muslim harus
mengkonsumsi
makanan,
minuman dan obat-obatan
yang
halal.
5
Eriyanto,ANALISIS WACANA: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta:PT. LKiS Printing Cemerlang, 2011), h.29-30.
54
Untuk
sementara
kami Vaksin
digunakan
untuk
tubuh
mengusulkan supaya obat sehingga cairan vaksin masuk ke dan vaksin di ini dulu deh dalam tubuh, sama halnya dengan di
dulu, produk
pisahkan
dibedakan
dulu
pangan
dalam
proses
dari penggunaannya di dalam tubuh.
makanan dan minuman.
Menurut Ketua MUI Dr. KH. Ma‟ruf Amin,
dalam
mengonsumsi
Islam, obat
hukum
dan
vaksin
sebenarnya sama dengan hukum mengonsumsi produk pangan, yakni harus yang halal. Hal tersebut antara lain didasarkan pada hadits Nabi Saw., yang diriwayatkan oleh Abu Daud dari Abu Darda yang berbunyi : “Allah telah menurunkan penyakit dan obat serta menjadikan obat bagi setiap penyakit. Maka berobatlah dan janganlah berobat dengan benda yang haram.”6 Mayoritas
bahan
baku Pendaftaran sertifikasi halal obat
obat berasal dari Luar tidaklah sulit, karena perusahaan negeri sehingga kehalalan asing akan sulit.
yang
kehalalan berdasarkan
akan
produk fakta
mensertifikasi obatnya,
jika
bahwa
obat-
obatan tersebut bahannya halal dapat didaftarkan ke LPPOM MUI.
Karena
kondisi
obat-obatan 6
darurat Kondisi darurat halal obat-obatan berbahan tidak bisa dinyatakan darurat saja
FM, “BPJS Beroperasi, Quo Vadis Obat Halal,” artikel di akses pada 4 Oktober 2014
dari http://www.halalmui.org/newMUI/index.php/main/detil page/8/1859
55
haram
boleh
saja tanpa landasan dasar yang kuat. Obat
digunakan.
yang dapat dikatakan darurat jika bila obat tersebut tidak dikonsumsi akan menimbulkan kematian, cacat fisik dan cacat mental. Tidak bisa semua obat dikatakan haram, karena obat-obatan
haram
disertifikasi tercantum
halal
wajib
seperti
dalam
yang
Undang-undang
Jaminan Produk Halal (UU JPH).
Obat kalo disertifikasinya Namun sertifikasi halal juga perlu halal
gimana
dan dilakukan untuk melindungi hak
sedangkan pangan
sebagainya,
konsumen
yang
perlu
membutuhkan mengonsumsi pangan yang halal.
pasien
Dalam UU NO.88 TAHUN 1999
gimana.
tentang pasal
perlindungan 4
(a)
konsumen,
disebutkan
bahwa
mengkonsumsi termasuk konsumen muslim berhak untuk mendapatkan barang yang nyaman di konsumsi olehnya, nyaman bagi konsumen muslim
adalah
bahwa
barang
tersebut tidak bertentangan dengan kaidah agama/ halal.7 2.
Ketua
Majelis
Ulama
Indonesia (MUI), Ma‟ruf Amin Menkes
7
telah
membuat Pernyataan
Menkes
yang
Wiku Adi Sasmito, “Analisis Kebijakan Nasional MUI dan BPOM Dalam Labeling Obat dan Makanan,” Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 4 Oktober 2014, h. 7.
56
pernyataan
yang menyesatkan tentang kasus darurat
menyesatkan.
obat haram boleh dikonsumsi tidak berdasar atas dalil yang kuat. Obatobatan
dapat
disertifikasi
halal
dengan mendaftarkannya di LPPOM MUI.
Umat
mengonsumsi
muslim
wajib
obat-obatan
yang
halal. Mengkonsumsi obat-obatan Pemerintah halal dalam
kewajiban obat-obatan
adalah Islam
pemerintah
sehingga mengatakan
juga
menyediakannya.
wajib halal
menyediakan bukan
bahwa
semua
wajib haram
boleh
dikatakan
Umat
Islam
wajib
mengkonsumsi
justru obat
darurat.
hukumnya
obat-obatan
yang
halal. 3.
Konsumen, Lie Percaya ga percaya banget Konsumen tidak mengetahui tentang jadi kita harus lebih teliti maraknya obat-obatan haram yang beredar di Indonesia bahwa dari
ya.
30.000 obat hanya 22 produk obat saja yang sudah disertifikasi halal. Saya lihat brosurnya dulu, Ini merupakan cara konsumen untuk dibuka dulu dalamnya
mengetahui status halal haram obat, kandungan obat dan efek samping obat yang akan dikonsumsi.
4.
Pedagang obat, Evaldi Kami
gak
pernah Pedagang tidak mengetahui status
mengetahui yang seperti itu. kehalalan obat yang akan dijual kepada
konsumen.sehingga
perlu
diberikan penyuluhan tentang kasus halal dan haram obat.
57
5.
Guru
Besar,
Fakultas
Kedokteran,
Universitas
Indonesia, Prof. Jurnalis Udin 99% dokter di Indonesia Prof. Jurnalis Udin mengungkapkan tidak tahu akan banyaknya bahwa hanya sedikit dokter yang bahan-bahan haram yang mengetahui
tentang
obat-obatan
halal dan haram. Sebagian besar
ada pada obat-obatan.
dokter tidak mengetahui kejelasan status halal dan haram obat. 6.
Ketua Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Zaenal Abidin, Dokter
membutuhkan Sertifikasi kehalalan obat belum
kejelasan status halal haram sepenuhnya obat agar bisa memberikan pemerintah
ditanggapi sehingga
oleh
banyaknya
obat-obatan yang beredar membuat
pilihan kepada pasien.
dokter yang mempunyai tingkatan yang lebih tinggi dari pasien perlu mengetahui tentang obat-obatan apa saja yang telah tersertifikasi halal. 7.
Direktur
LPPOM
MUI,
Lukmanul Hakim, Tidak sampai satu persen Sertifikasi halal dalam no.69/1999 ternyata
obat
yang pasal 11 ayat 1 yang menyebutkan
diregistrasi di badan POM, bahwa
sertifikasi
halal
„bersifat
akibat apa?, akibat dari sifat sukarela. Sehingga produsen obat sertifikasi sukarela.
kita
yang hanya sedikit yang mendaftarkan produk
kehalalan
LPPOM MUI.
obatnya
di
58
Obat-obatan yang ditayangkan Hidayatullah TV berbentuk tablet dan kapsul. Untuk obat dalam bentuk sediaan obat berupa dragee dan kaplet sering ditambahkan bahan lain seperti pemanis dan pewarna. Pemanis yang biasa digunakan adalah gula, sorbitol dan pemanis sintetik seperti sacharin, dan siklamat. Pewarna digunakan dalam pembuatan obat dengan tujuan di samping agar berpenampilan lebih menarik juga agar dapat dibedakan dengan obat yang lain sehingga menimbulkan kesalahan dalam mengonsumsi obat. Maka kehalalannya ditentukkan oleh bahan tambahan tersebut. Untuk obat dalam bentuk kapsul kehalalannya ditentukkan oleh cangkang kapsul yang digunakan. Sebab, cangkang tersebut dapat terbuat dari gelatin dan gliserol. Gelatin dapat berasal dari tulang atau kulit babi, sapi, dan ikan sedangkan gliserol merupakan hasil hidroilis lemak atu minyak. Kapsul jenis ini banyak dibuat dari gelatin babi karena hasilnya lebih bagus dan murah.8 Obat yang haram mengandung alkohol yaitu yang beredar luas di pasaran serta kerap kali digunakan oleh masyarakat seperti Woodsy, Viks Formula 44, OBH Combi, Benadryl, Alphadryl, Expectorant, Alerin, Caladryl, Eksedryl, Indaryl dan Bisolvon.9 Dalam hal ini, permasalahan dalam tayangan H-TV di program Liputan Utama tentang obat-obatan haram yaitu berawal dari pernyataan yang dikeluarkan Menteri Kesehatan Nafsiyah Mboi dalam rekaman video H-TV edisi 17 Maret 2014 di segmen satu, “Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Nafsiyah Mboi, mengakui obat-obatan yang beredar di Indonesia banyak yang mengandung zat-zat
8 9
Sopa, Sertifikasi Halal Majelis Ulama Indonesia ( Jakarta: GP Press 2013), h. 112. Sopa, Sertifikasi Halal Majelis Ulama Indonesia, h. 113.
59
yang tidak halal. Karena itu, Menkes menilai sertifikasi halal untuk produk-produk farmasi termasuk obat tidak perlu dilakukan. (Wawancara Menkes, Nafsiyah Mboi) untuk sementara waktu kami mengusulkan supaya obat dan vaksin di ini dulu deh dipisahkan dulu, dibedakan dulu dari makanan dan minuman, itu saja yang kita usulkan sekarang. Menkes menambahkan mayoritas bahan baku obat berasal dari luar negeri sehingga audit kehalalan akan sulit dilaksanakan karena kondisi darurat Menkes menilai obat-obatan berbahan haram tersebut boleh saja digunakan.” Dalam naskah berita tersebut menjelaskan bahwa Menkes menilai bahwa obat-obatan haram yang beredar di indonesia boleh di konsumsi jika dalam keadaan darurat. Darurat dalam obat terdapat klasifikasinya tersendiri, yaitu obat yang dapat dikatakan darurat jika tanpa mengonsumsi obat tersebut dapat menyebabkan kematian, cacat mental atau membahayakan tubuh. Menteri Kesehatan Nafsiyah Mboi, memaparkan bahwa obat-obatan dapat dikatakan darurat karena dalam proses sertifikasi halal dari MUI terlalu rumit dan memakan waktu yang lama. Namun, menurut Lukmanul Hakin, Direktur LPPOM MUI menuturkan, biaya sertifikasi ditentukkan berdasarkan beberapa kriteria, antara lain golongan perusahaan (besar, menengah kecil), jumlah produk, jumlah bahan, tingkat kekritisan bahan terhadap kehalalan produk dan kemampuan sistem jaminan halal perusahaan dalam menjaga keberlangsungan kehalalan produk sertifikasi halal berlaku. Pembiayaan sertifikasi halal menganut pembiayaan per jenis produk, sehingga beban biaya sertifikasi halal setiap
60
kemasan produk bisa jadi dibawah 1%. Besarannya dari Rp 500 ribu sampai Rp 2 juta per jenis produk.10 H-TV merepresentasikannya melalui pernyataan. “Menkes menambahkan mayoritas bahan baku obat berasal dari luar negeri sehingga audit kehalalan akan sulit dilaksanakan karena kondisi darurat, Menkes menilai obat-obatan berbahan haram tersebut boleh saja digunakan.” Hal ini kemudian menjadi permasalahan yang dikupas secara mendalam oleh H-TV yang berawal dari pernyataan Nafsiyah Mboi lalu dibahas di Liputan Hidayatullah TV. MUI bertujuan untuk menggerakkan kepemimpinan dan kelembagaan Islam yang dinamis dan efektif sehingga mampu mengarahkan dan mendorong umat Islam untuk melaksanakan akidah islamiyah, ibadah, dan muamalah duniawi yang sesuai dengan tuntunan Islam akhlak karimah untuk mewujudkan masyarakat yang aman, damai, adl dan makmur rohaniah dan jasmaniah yang diridai Allah Swt. bahasa dalam representasi Stuart Hall dipahami sebagai arena pertarungan sosial, pernyataan Menkes dengan MUI yang berbeda menyebabkan perang mana dan perbedaan pendapat yang berimbas kepada pandangan masyrakat yang meragukan pernyataan dari Menteri Kesehatan Nafsiyah Mboi. Dalam Undang Undang no.8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen pasal 4 (a) disebutkan bahwa setiap konsumen termasuk konsumen muslim berhak untuknya mendapatkan barang yang nyaman di konsumsi olehnya, nyaman bagi konsumen muslim adalah bahwa barang tersebut tidak bertentangan dengan 10
Nurbawa, “Sertifikasi Halal Mahal? Ternyata Murah,” artikel diakses pada 6 Oktober 2014 dari http://www.halalmui.org/newMUI/indexphp/main/detil page/8/1982
61
kaidah agama yang halal. Setiap muslim wajib mengetahui kaidah halal dan haram dalam obat sehingga perlu untuk memilih sertifikasi obat yang halal untuk dikonsumsi.11 Representasi dimaknai dengan fakta yang di ungkapkan oleh Guru Besar Universitas Yarsi, Profesor Jurnalis Udin mengungkapkan bahwa 99% dokter di Indonesia tidak tahu akan banyaknya bahan-bahan haram yang ada pada obat. Titik kritis bahan-bahan haram obat terletak pada zat-zat kimia sintetik, serta komponen bahan yang digunakan dalam pembuatan obat teridri atas bahan aktif obat dan bahan famaseutik.12 Produk obat-obatan halal yang dikeluarkan MUI per
November-Desember
2013
yaitu
Lumbricum,
Verum,
Menveo
meningococcal group A, C, W135, Y Conjugate Vaccine, Fresh Care, Fresh Care Green Tea, Fresh Care Lavender, Fresh Care Fruity, Fresh Care Strong, Fresh Care Sandalwood, Fresh Care Minyak angin Aromatherapy Sport Fresh Care minyak angin, Aromatherapy Aquamarine, Fresh Care Rose, Fresh Care Teen Buble Gum, Fresh Care Teen Happy Cherry, Fresh Care Teen Passion Fruit, MENVAC ACYW135 VACC, NE.13 Proses sertifikasi halal obat melalui LPPOM MUI, yaitu dengan menganalisa komponen-komponen obat, menganalisa kandungan-kandungan bahan dalam obat sehingga dapat dikategorikan obat yang mengandung bahan haram. Proses yang rumit dan membutuhkan waktu yang lama sehingga Menteri 11
Wiku Adi Sasmito, “Analisis Kebijakan Nasiona MUI dan BPOM Dalam Labeling Obat dan Makanan,” Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 4 Oktober 2014. 12 Sopa, Sertifikasi Halal Majelis Ulama Indonesia ( Jakarta: GP Press 2013), h. 110. 13 Majelis Ulama Indonesia, “Daftar Belanja Produk Halal,” artikel diakses pada 6 Oktober 2014 dari www.halalmui.org/images/stories/pdf/LSH/produkhalal.pdf
62
Kesehatan, Nafisyah Mboi mengeluarkan pernyataan tersebut agar tidak menyulitkan pasien dalam memilih-milih obat yang haram dan halal. Namun, MUI menolak pernyataan dari Menteri Kesehatan, karena menurut Ketua MUI, Ma’ruf Amin obat-obatan halal wajib dikonsumsi oleh masyarakat muslim. Keadaan darurat yang dimaksud dalam obat-obatan haram dalam Islam yaitu ketika tidak ada alternatif obat yang lain dan tidak ada jalan keluar lain selain mengonsumsi obat-obatan. Dalam kasus obat-obatan haram di Hidayatullah TV yang direpresentasikan oleh Menteri Kesehatan Nafsiyah Mboi, secara jelas mengungkapkan bahwa semua obat-obatan haram boleh dikonsumsi karena darurat. Namun, sebenernya ada cara untuk mensertifikasi halal yaitu dengan melaporkan obat yang belum disertifikasi halal ke LPPOM MUI. Menurut data, dari rekaman video H-TV, obat yang telah disertifikasi halal masih kurang dari 1 persen dari 99 persen. Dari 30.000 produk obat yang beredar di Indonesia hanya 22 produk saja yang telah tersertifikasi halal. Penggunaan obat-obatan yang telah disertifikasi halal diperlukan oleh umat muslim, dalam hal ini H-TV dalam rekaman video “Terkepung Obat-obatan Haram”, merepresentasikan obat-obatan yang beredar dengan gambar babi di tayangan tersebut. Berikut petikan naskah berita tersebut: “Status halal haram produk obat di indonesia memang sulit diketahui/jangankan masyarakat awam, dokter pun sangat sedikit yang mengetahui tentang hal ini. Pada tahun 2008, Guru besar Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi Prof. Jurnalis Udin mengungkapkan 99 persen dokter di Indonesia tidak tahu akan banyaknya bahan-bahan haram yang ada pada obat-obatan/karena dokter cuman tahu tentang
63
bahan aktif obat, khasiat obat, indikasi dan kontra indikasi obat, efek samping, dosis dan kemasan obat saja. Ikatan Dokter Indonesia atau IDI juga mengetahui hal tersebut, Ketua Pengurs Besar IDI, Zainal Abidin mengatakan dokter membutuhkan kejelasan status halal haram obat agar bisa memberikan pilihan kepada pasien.” H-TV merepresentasikan berita tersebut melalui pernyataan yang dikemukakan oleh Ketua IDI, Zaenal Abidin mengungkapkan bahwa sebagian besar dokter belum mengetahui spesifikasi obat halal dan haram dan mengenai pentingnya kejelasan status halal dan haram obat agar masyarakat menjadi aman dalam mengonsumsi obat-obatan. Obat-obatan yang halal dapat di sertifikasi kehalalannya, namun peran pemerintah dalam membangun kesadaran masyarakat agar masyarakat menjadi sadar akan obat-obatan haram dan halal belum sepenuhnya dilakukan, sehingga respon masyarakat menjadi mendaruratkan obat haram yang hendak dikonsumsi akibat pernyataan dari Menteri Kesehatan. Ketua IDI, Zaenal Abidin menilai, pemerintah perlu melakukan sertifikasi halal obat terhadap produsen-produsen obat karena semua elemen masyarakat, terutama pasien dan dokter wajib mengetahui obat yang halal dan haram agar dapat memberikan alternatif pilihan obat kepada pasien. Surya Fachrizal Ginting selaku redaksi dari H-TV mengungkapkan bahwa H-TV berpihak kepada umat sehingga H-TV merepresentasikan bahasa sebagai bahan arena pertarungan sosial agar masyarakat menjadi semakin paham pentingnya memilih dan membedakan obat-obatan yang beredar di pasaran Indonesia, baik yang halal maupun yang haram. Berikut wawancara peneliti dengan Surya Fachrizal Ginting :
64
“kalau dalam hal ini kita disini, berpihak jelas berpihak, yang kita pihak disini adalah umat islam dan karena pada saat ini, pada saat berita itu diturunkan yang bersuara merepresentasikan kepentingan umat islam disitu ya LPPOM MUI yang mengatakan bahwa ada hak-hak kita yang diabaikan dan ada hak-hak kita yang dilanggar bahwa setiap muslim itu berhak mendapatkan produk halal atau barang konsumsi yang halal , yang belum dipenuhi dan itu harus dipenuhi oleh pemerintah tadi, dan kita baru berpihaknya, mungkin kalo disini kalo dibilang berpihak ya dalam hal ini keberpihakan kepentingan umat, kita berpihak pada kepentingan umat islam yang direpresentasikan disini oleh MUI yang melontarkan bahwa fakta ini ada dan orang belum banyak yang melakukan apa-apa untuk itu.” Pemerintah dalam menangani sertifikasi halal tidak memiliki aturan yang jelas mengenai wajibnya produsen obat-obatan mendaftarkan status kejelasan obat halal dan haramnya di LPPOM MUI. Dalam Peraturan Pemerintah no.69/1999 pasal 11 ayat 1 dinyatakan bahwa pencatuman tulisan halal pada dasarnya “bersifat sukarela”. Ketentuan ini sejalan dengan ketentuan sebelumnya yaitu penjelasan pasal 10 ayat 1 yang menyatakan bahwa pencantuman keterangn halal atau tulisan “halal” pada label pangan merupakan “kewajiban” apabila pihak yang memproduksi dan atau memasukkan pangan ke dalam wilayah indonesa menyatakan (mengklaim) bahwa produknya halal bagi umat Islam.14 Namun pada tanggal 25 September 2014, rapat paripurna Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) mengesahkan UU Jaminan Produk Halal (UU JPH). Pemerintah memiliki waktu lima tahun untuk menerbitkan delapan peraturan pemerintah, dua peraturan menteri dan peraturan pendukung lainnya. Ditargetkan pada 2019, UU JPH bisa diterapkan dan sertifikat halal bersifat
14
Dr. Sopa, M.Ag., Sertifikat Halal Majelis Ulama Indonesia, (Jakarta: GP Press, 2013), h. 27.
65
wajib. Sanksi akan diberikan bagi perusahaan yang sudah memenuhi kriteria namun mengulur-ngulur sertifikasi halal. Begitu pula dengan produsen yang memalsukan kehalalan produknya dan perusahaan yang tidak konsisten menjaga kehalalan produknya setelah disertifikasi.15 Selain melalui ideologi, budaya dan bahasa, representasi Stuart Hall juga menggunakan kajian isi media dalam menganalisis beritanya. Menurut Stuart Hall,media memainkan peranan penting. Media tidaklah secara sederhana dipandang
refleksi
dari
konsensus,
tetapi
media
mereproduksi
dan
memapankan definisi dari situasi yang mendukung dan melegitimasi suatu struktur, mendukung suatu tindakan dan mendelegitimasi tindakan lain. 16 Dalam berita “Terkepung Obat-obatan Haram” di Liputan Utama H-TV, mencerminkan bahwa H-TV adalah media Islam yang ingin memberikan makna-makna dan nilai-nilai keislaman dibalik berita-berita yang disajikan. HTV mengawali berita dengan wawancara dengan Menteri Kesehatan Nafsiyah Mboi yang mengemukakan bahwa penggunaan obat-obatan haram boleh dikonsumsi jika keadaaan darurat. Wacana dari Menkes, menuai beragam permasalahan karena obat-obatan yang mengandung bahan-bahan haram mencakup babi, raambut manusia, alkohol, dan tulang babi yang pada dasarnya diharamkan oleh Islam. H-TV merepresentasikan berita tersebut melalui tayangan gambar babi dan obat yang ditampilkan di segmen 2 program Liputan 15
Fitria Rahmadianti, “Inilah Rangkuman Hasil Pengesahan UU Jaminan Produk Halal,” artikel diakses pada 6 Oktober 2014 dari http://food.detik.com/read/2014/09/26/185037/270271/16/901/inilah-rangkuman-hasilpengesahan-UU-jaminan-produk-halal 16
Eriyanto, ANALISIS WACANA: PengantarAnalisisTeks (Yogyakarta:PT. LKiS Printing Cemerlang, 2011), h. 27-28.
Media,
66
Utama di H-TV. Latar belakang H-TV mengangkat tema “Terkepung Obatobata Haram” karena maraknya obat-obatan yang beredar banyak yang mengandung bahan-bahan haram. H-TV adalah media Islam yang menyuarakan suara-suara kaum muslimin. Dalam membuat berita terutama di program berita Liputan Utama, isi media H-TV memberitakan berita seputar dunia keIslaman dan berita yang mendukung kebaikan umat muslim. H-TV merepresentaskan berita yang mendukung kebaikan umat muslim, berikut wawancara peneliti dengan Surya Facrizal Ginting, redaksi dari H-TV, yaitu sebagai berikut: “Secara garis besar, liputan-liputan utama dari hidayatullah tv menyampaikan berita-berita yang sifatnya, curentaffair, berita-berita yang currentaffair , yang ga berbatas cuman masalah fiqih tapi luas dan semua itu bisa dibahas disitu dan kita liputan utama itu ,ya harapannya karena kita membuat suatu berita bukan membuat berita yang model yang stok ya, bukan berita yang sport news atau berita yang hard news yang tiap hari diliput harus muncul hari itu juga atau saat itu diliput ditampilkan besok uda basi,ngga gitu, jadi kita bikin sifatnya produk jurnalistik yang berita , berita-berita berkedalaman yang manfaatnya untuk jangka waktu yang lama , jadi bisa dibilang membuat berita-berita dokumenter ya semacam berita-berita dokumenter.” Representasi yang dikemukakan oleh Menteri Kesehatan menuai berbagai kecaman dari berbagai pihak. Karena, jika obat-obatan halal dan haram bisa diteliti kandungan dan komponen obat-obatnya halal atau haram berarti masih ada alternatif dan solusi untuk sertifikasi halal dan haram. Sertifikasi halal obat dilakukan oleh MUI, diteliti oleh LPPOM MUI yang nantinya hasilnya dikeluarkan melaui fatwa MUI.
67
2. Pesan-pesan Dakwah Islam Pesan dakwah merupakan cara berkomunikasi da‟i kepada mad‟u. Isi pesan dakwah yang akan diteliti oleh peneliti yaitu pesan dakwah dalam berita televisi streaming, “Terkepung Obat-obatan Haram”. Peneliti akan menguraikan dan mengolah data dalam berita tentang obat-obatan haram sesuai dengan kategori yang telah ditentukan yaitu akidah, syariah dan akhlak. Pesan-pesan dakwah dibedakan menjadi tiga kategori permasalahan pokok yaitu: Tabel 3 Sub Kategori Pesan Dakwah No. 1.
Kategori Aqidah
Sub Kategori a.
Iman Kepada Allah
b.
Iman Kepada Malaikat
c.
Iman Kepada Kitab-kitab
d.
Iman Kepada Rasul
e.
Iman Kepada Hari Kiamat
f.
Iman Kepada Qadha dan Qadar
2.
3.
Syariah
Akhlak
a.
Ibadah
b.
Muamalah
a.
Akhlak Kepada Allah
b.
Akhlak Kepada Manusia
c.
Akhlak Kepada Lingkungan
68
1.
Pesan Akidah Dalam berita obat-obatan halal haram, akidah diartikan sebagai suatu
kepercayaan, keyakinan dan akidah dapat disebut juga sebagai iman. H-TV adalah media Islam yang menyampaikan berita secara jujur dan sesuai dengan fakta. Dalam wawancara peneliti dengan narasumber Surya Fachrizal Ginting terdapat pesan-pesan akidah yang terdapat dalam wawancara berikut: “sebagai seorang muslim dan sebagai media Islam, prinsip utama adalah kita yakin bahwa apa yang kita sampaikan ini semua kalau untuk tulisan setiap huruf, setiap titik yang kita tulis kelak akan dipertanggung jawabkan di hadapan Allah Swt. Entah itu akan dipertanggung jawabkan di ahli kubur atau di akhirat dan kita harus, harus kita pahami bahwa kita menulis berita bukan sekedar cuman untuk mendapatkan gelar atau untuk mendapatkan jenjang karir atau untuk mendapatkan hadiah-hadiah penghargaan, kewartawanan dan sebagainya. Kita hanya yakin bahwa tugas ini yang kita buat oleh seorang wartawan yakinlah, kelak akan di mintai pertanggung jawaban, supaya kita gak macem-macem, membuat berita yang naudzubillah, membuat suatu berita bohong, yang penuh dengan karangan.” Pesan dakwah akidah terbagi menjadi beberapa sub kategori yaitu berdasarkan enam rukun iman yaitu Iman kepada Allah, Iman kepada Rasul, Iman kepada Malaikat, Iman kepada Kitabnya, Iman kepada Hari kiamat dan Iman kepada Qadha dan Qadhar. Pesan dakwah iman kepada Allah Swt. terkandung dalam kutipan wawacara Surya Fachrizal Ginting, “Setiap titik yang kita tulis kelak akan dipertanggung jawabkan di hadapan Allah Swt.”
Hal ini menunjukkan bahwa setiap berita yang akan ditulis oleh wartawan muslim agar lebih berhati-hati dan berlandaskan pada fakta yang konkrit, tidak bohong dan tidak merugikan berbagai pihak atau salah satu
69
pihak karena setiap tulisan dan huruf yang ditulis oleh wartawan, jika kita beriman kepada Allah Swt., maka akan di pertanggung jawabkan lagi di hadapan Allah setiap kata yang ditulis. Pesan dakwah yaitu iman kepada hari kiamat ditunjukkan melalui kutipan wawancara, “Entah itu akan dipertanggung jawabkan di ahli kubur atau di akhirat dan kita harus, harus kita pahami bahwa kita menulis berita itu bukan cuman sekedar untuk mendapatkan jenjang karir atau untuk mendapatkan hadiah-hadiah penghargaan, kewartawanan dan sebagainya. Kita hanya yakin bahwa tugas ini yang kita buat oleh seorang wartawan yakinlah, kelak akan dimintai pertanggung jawaban.” Pertanggung jawaban yang dimaksud dalam kutipan tersebut adalah pertanggung jawaban berita yang disampaikan oleh wartawan pada hari kiamat, di ahli kubur maupun di akhirat. 2.
Pesan Syariah Pesan dakwah kategori pesan syariah adalah suatu peraturan atau
hukum yang berdasarkan syariat Islam yang perlu dipatuhi segala ketentuaannya. Sub kategori syariah adalah ibadah dan muamalah. Pesan ibadah dalam syariah terdapat pada wawancara narasumber dengan Surya Fachrizal Ginting, “kalo dibilang berpihak ya dalam hal ini keberpihakan kepentingan umat, kita berpihak kepada kepentingan umat Islam yang direpresentasikan disini oleh MUI yang melontarkan bahwa fakta ini ada dan orang belum banyak melakukan apa-apa untuk itu.” Pesan ibadah dalam hal ini, adalah ibadah sosial yaitu kegiatan interaktif antara seseorang individu dengan pihak lain yang dibarengi dengan kesadaran diri sebagai hamba Allah Swt. Ibadah dalam konteks wawancara
70
tersebut adalah ibadah yang bertujuan untuk kemaslahatan umat yang ditunjukkan untuk mencapai ridho Allah berupa amal saleh. Hukum Islam sejalan dengan kemaslahatan umat (muthabiq li mashalih al-ummah) mengingatkan adanya hukum tidak hanya untuk kepentingan hukum sendiri melainkan untuk mengatur kehidupan manusia agar tercipta kemaslahatan yang universal, bahkan kadang kemaslahatan umat dapat dijadikan tolak ukur suatu hukum.17 Muamalah yaitu peraturan yang mengatur hubungan antara sesama manusia,dalam konteks ini yang akan dibahas mengenai hukum Islam. Islam mengharamkan obat-obatan yang belum disertifikasi kehalalannya karena cenderung menggunakan zat-zat haram yang dilarang oleh hukum Islam yaitu zat-zat haram yang mengandung babi dan campuran alkohol, namun Menteri Kesehatan Nafsiyah Mboi mengungkapkan pernyataan dalam video “Terkepung
Obat-obatan
Haram”,
bahwa
obat-obatan
yang
belum
disertifikasi halal sulit dalam prosedur sertifikasi halal sehingga obat-obatan yang belum tersertifikasi halal, boleh hukumnya digunakan dalam keadaaan darurat. Hukum Islam menganut hukum kausalitas (sababiyah) yakni adanya sesuatu disebabkan sesuatu pula. Maraknya obat-obatan haram yang beredar di Indonesia dikarenakan sulitnya sertifikasi kehalalan obat dan Peraturan Pemerintah No.69/1999 pasal 11 ayat 1 dinyatakan bahwa pencantuman pada
17
Muhaimin, dkk., Kawasan dan Wawasan Studi Islam, (Jakarta: Kencana, 2005), h. 291.
71
tulisan halal, “bersifat sukarela”.18 Sehingga produsen obat hanya kurang dari 1% yang mendaftarkan sertifikasi halal. 3.
Pesan Akhlak Akhlak berarti budi pekerti, etika dan moral. Akhlak terbagi menjadi tiga kategori yaitu akhlak kepada Allah, akhlak kepada manusia dan akhlak kepada hewan dan tumbuhan. Akhlak kepada Allah ditunjukkan dengan mempertanggung jawabkan segala perbuatan di hadapan Allah, seperti yang dikemukakan oleh Surya Fachrizal Ginting. Akhlak kepada manusia tergambar pada narasi berita obat-obatan haram, yaitu: “Ketua MUI, Ma‟ruf Amin mengatakan mengkonsumsi obatobatan halal adalah kewajiban dalam Islam sehingga pemerintah wajib menyediakannya.” Akhlak kepada manusia dengan cara bertoleransi, adil, saling tolong menolong, dan saling menghargai.
B. Nilai-nilai Jurnalisme Profetik Pada Berita Obat-obatan Haram H-TV dalam menayangkan beritanya dan menjalankan kinerja jurnalistik berpedoman kepada nilai-nilai jurnalisme profetik. Jurnalisme profetik yaitu suatu bentuk jurnalisme yang tidak hanya melaporkan berita dan masalah secara lengkap, jelas, jujur, serta aktual tetapi juga memberikan prediksi serta petunjuk ke arah perubahan, transformasi, berdasarkan cita-cita etik dan profetik islam. Ia menjadi jurnalisme yang secara sadar dan
18
Dr. Sopa, M.Ag., Sertifikat Halal Majelis Ulama Indonesia, (Jakarta: GP Press, 2013), h. 27.
72
bertanggungjawab memuat kandungan nilai-nilai dan cita islam.19 Berikut akan dipaparkan nilai-nilai jurnalisme profetik yang terkandung dalam wawancara narasumber, yaitu : Tabel 5 Nilai-nilai Jurnalisme Profetik Pada Pesan Obat-obatan Halal dan Haram No. Narasumber
Shidiq
Amanah
Tabligh
Fathanah
1.
Menteri
Tidak
Tidak
Informasi
Tidak
Kesehatan,
berdasar
berdasar
diragukan
memberikan
Nafsiyah
pada fakta
pada dalil
solusi
yang kuat
dalam
Mboi,
obat
haram
boleh
situasi yang
digunakan
sedang
dalam keadaan
terjadi
darurat 2.
Ketua
MUI, Berdasar
Ma‟ruf Amin,
pada fakta
Berdasar
Fakta yang Pernyataan
fakta yang disampaikan sesuai
MUI
dapat
berdasarkan
dengan
menyesatkan
dipercaya
kewajiban
solusi yang
dalam Islam
dibutuhkan umat muslim
19
Asep Syamsul M. Romli, Jurnalistik Dakwah: Visi dan Misi Dakwah Bil Qalam, (Bandung: PT Remaja Rosdaakarya, 2003), h. 35.
73
3.
Konsumen,
Informasi
Sumber
-
Konsumen
Lie
sesuai fakta
yang jelas
tidak
yaitu obat-
mengetahui
obatan
obat
yang
haram
dan
halal
yang
dijual
di
pasaran 4.
Pedagang,
Informasi
Informasi
-
Pedagang
Evaldi
yang
sesuai
butuh status
kurang
dengan
kejelasan
jelas
brosur obat
obat
mengenai
saja
dan haram
halal
status obat halal
dan
haram 5.
Guru
Besar Informasi
Universitas Yarsi,
berdasar
Informasi
Sesuai
Dikaitkan
berdasar
dengan
dengan
kebenaran
konteks
Prof. keadaan di data
Jurnalis Udin
lapangan
pentingnya obat-obatan halal haram
dan
74
6.
Ketua PB IDI, Informasi
Informasi
Dokter
Pernyataan
Zaenal Abidin
sesuai
butuh
sesuai
dengan
kejelasan
dengan apa
pernyataan
status
obat yang
Prof.
halal
dan dibutuhkan
Jurnalis
haram
dokter
sesuai fakta
Udin 7.
Ketua LPPOM Pernyataan
Pernyataan Berdasar
Pernyataan
MUI,
sesuai
dibantu
sesuai
Lukmanul
dengan
dengan PP di lapangan
dengan
Hakim
fakta
no.69/1999
yang
pasal
dibutuhkan
ayat 1
kebenaran
11
oleh
umat
muslim, yaitu sertifikasi halal obat
Menteri Kesehatan Nafsiyah Mboi, menyampaikan informasi yang diragukan karena tidak berdasar pada dalil yang kuat. Setiap obat-obatan perlu di sertifikasi halal karena hak konsumen untuk mendapatkan produk-produk obat yang halal namun Menkes cenderung menghalalkan obat yang haram karena alasan darurat. Darurat ketika tidak alternatif obat yang lain namun jika
75
masih ada solusi atas obat yang haram berarti belum dikatakan darurat. Pernyataan Menkes belum sesuai dengan nilai jurnalisme profetik shidiq, amanah, tabligh dan fathanah. Ketua MUI, Ma‟ruf Amin tidak menyetujui pernyataan dari Menkes karena dinilai menyesatkan. Menurut, MUI warga muslim wajib mengonsumsi obat yang halal karena sesuai dengan kewajiban Islam. Sertifikasi halal perlu dilakukan agar umat muslim dapat mengonsumsi obat yang halal dan haram bukan mengkategorikan obat yang haram ke halal karena alasan darurat. Pedagang dan konsumen membutuhkan fakta dan status yang jelas mengenai obat yang halal dan haram agar konsumen memiliki pilihan status yang jelas. Prof. Jurnalis Udin mengungkapkan 99% dokter tidak mengetahui kejelasan status obat yang halal dan haram sehingga perlu dilakukan sertifikasi halal. H-TV adalah media Islam sehingga implementasi kerja jurnalistiknya berdasarkan sifat-sifat nabi, yaitu Shiddiq, Amanah, Tabligh dan Fathonah. Berikut petikan wawancara peneliti dengan Surya Fachrizal Ginting, redaksi dari H-TV: “yang jelas kita berusaha sebagai wartawan dari media Islam dan kita sebagai wartawan muslim, pertama dalam membuat berita ya jujur, kejujuran dan kita menyampaikan kepada pembaca atau audiens dari pembaca kita ya , kita menyajikan berita-berita yang faktual, tidak bohong dan kita berusaha memberikan yan pertama, faktual dan selain faktual kita juga memberikan kepada mereka informasi yang membuat mereka menjadi paham dan bukan cuman sekedar tahu tapi juga paham tentang suatu realitas dan harapannya ya dengan pengetahuan mereka bisa menjadi ilmu yang bermanfaat bagi hidup di dunia dan di akhirat. “
76
a.
Shiddiq Shidiq artinya benar, yakni menginformasikan yang benar saja dan
membela serta menegakkan kebenaran itu. Standar kebenarannya tentu saja kesesuaian dengan ajaran islam (Al-Quran dan As-Sunnah).Seperti pada kutipan wawancara peneliti dengan Surya Fachrizal Ginting selaku redaksi dari H-TV : “kita pertama memberitahukan kepada masyarakat bahwa halal haram itu bukan cuman sekedar masalah makanan tapi juga masalah obat-obatan gitu dan ternyata obat-obatan yang realitanya banyak obat-obatan yang beredar sekarang ini belum tersertifikasi halal. Mayoritasdariobatobatanmemangberpotensiberpeluangbesarmengandungzat haram danitu yang ingin saya sampaikan kepada umat bahwa banyak obat-obatan yang kita pakai sekarang, yang dipakai atau yang beredar di warung itu banyak mengandung bahan-bahan yang berpeluang besar mengandung unsur haram.” H-TV dalam memberikan pernyataan tersebut juga berdasarkan fakta yang benar dan terpercaya yaitu dengan menampilkan petikan wawancara dengan Direktur Lembaga Pengkajian Pangan Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia Lukmanul Hakim dalam segmen dua video H-TV. “Direktur Lembaga Pengkajian Pangan, obat-obatan dan kosmetika Majelis Ulama Indonesia atau LPPOM MUI Lukmanul Hakim, mengatakan jumlah obat yang tersertifikasi halal masih dibawah satu persen katanya tiga puluh ribu produk obat yang diproduksi hanya dua puluh dua produk obat saja yang telag lulus uji halal, kata Lukman, rendahnya angka tersebut karena sertifikasi halal belum diwajibkan oleh pemerintah.” Hal ini menunjukkan H-TV dalam penayangannya mengandung nilai-nilai jurnalisme profetik yaitu shiddiq karena beritanya sesuai benar dan berdasarkan
77
fakta, seperti yang dikemukakan oleh Lukmanul Hakim dan berdasar pada fakta yang ada di lapangan. b.
Amanah Amanah artinya terpercaya, dapat dipercaya, karenanya tidak boleh berdusta, memanipulasi atau mendistorsi fakta dan sebagainya. Dalam memberitakan tentang obat-obatan haam H-TV mewawancarai lima narasumber yaitu Direktur Lembaga Pengkajian Pangan Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM-MUI), Lukmanul Hakim, Anggota Dewan Syariah Nasional, Muhaimin Iqbal, Ketua Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Zaenal Abidin, Menteri Kesehatan, Nafsiyah Mboi dan Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Ma‟ruf Amin. Sehingga beritanya mempunyai nilai yang jurnalisme profertik yang dapat dipercaya.
c.
Tabligh Tabligh artinya menyampaikan, yakni menginformasikan kebenaran, bukan malah memutarbalikkan kebenaran. Pernyataan Menteri Kesehatan Nafsiyah Mboi tentang bolehnya penggunaan obat-obatan haram karena darurat di patahkan oleh pernyataan ketua MUI Ma‟ruf
Amin yang mewajibkan
masyaakat muslim mengkonsumsi obat-obatan halal. Menkes yang mengemukakan pernyataan seperti itu, meresahkan masyarakat muslim, karena dengan sedikitnya obat-obatan haram yang beredar di Indonesia, Menkes seharusnya memperbanyak obat yang disertifikasi halal. Ketua MUI, Ma‟ruf Amin memberikan pernyataan sebagai berikut:
78
“(Wawancara dengan Ketua MUI Ma‟ruf Amin) jadi jangan sampai tidak perlu ada sertifikat halal/kalau ada pernyataan seperti itu dari menkes itu menyesatkan namanya.” MUI menilai pernyataan Menkes yang menyesatkan akan berdampak terhadap kurangnya sertifikasi halal obat sehingga pemerintah wajib memberikan fasilitas yang memadai agar sertifikasi halal tidak dipersulit dan menjadi kewajiban. H-TV menjelaskan persoalan tentang obat-obatan haram berdasarkan fakta dan tidak memutarbalikkan fakta namun memperkuat fakta yang lain dengan pernyataan dari berbagai narasumber yang diwawancarai oleh H-TV. Selain ketua MUI, Direktur LPPOM MUI , Lukmanul Hakim juga memberikan pernyataan di segmen dua berita “Terkepung Obat-obatan Haram”, sebagai berikut: “Kalau dilihat dari yang beredar, memang tidak sampai satu persen yang mengejutkan ternyata obat yang diregistrasi di badan POM, akibat apa? Akibat dari sifat sertifikasi kita yang sukarela, kemudian dan juga akibat pemahaman –pemahaman terhadap yang tidak tepat penggunaan obat-obatan yang dikategorikan sebagai darurat yang sebenarnya tidak tepat seperti itu kan. Hampir semua ada di tiga jenis olahan ya, pangan obat dan kosmetika. Titik kritisnya hampir sama gitu kan kalau di produk bahan baku alami maksudnya tentu disitu, kalau di hewani, hewannya apa? Penyembelihannya seperti apa? Kalau bahan bakunya sekarang mikro biologi prodak selain kemudian apa namanya? bahan bakunya alami, medianya seperti apa? Bagaimana mendapatkan media itu? apakah media pertumbuhan bakterinya itu adalah media yang dari babi atau produk yang bersentuhan dengan babi? Nah seperti itu semua ada di tiga jenis itu pangan, obat dan kosmetika?”
79
Pernyataan dari Lukmanul Hakim, Direktur LPPOM MUI menjelaskan karena sertifikasi halal yang bersifat sukarela sehingga sertifikasi halal kurang diperhatikan oleh produsen obat. Hal ini juga tertulis pada Peraturan Pemerintah No.69/1999 pasal 11 ayat 1 yang menyatakan bahwa pencantuman tulisan halal pada dasarnya “bersifat sukarela” ketentuan ini sejalan dengan ketentuan sebelumnya yaitu penjelasan pasal 10 ayat 1 yang menyatakan bahwa pencantuman keterangan halal atau tulisan “halal” pada label pangan merupakan “kewajiban” apabila pihak yang memproduksi dan atau memasukkan pangan ke dalam wilayah Indonesia menyatakan (mengklaim) bahwa produknya halal bagi umat Islam.20 Namun, pada tanggal 25 September 2014, rapat paripurna DPR memutuskan untuk membuat Undang Undang Jaminan Produk Halal (UU JPH) yang mewajibkan sertifikasi halal obat bagi semua produsen. d. Fathonah Fathonah artinya cerdas dan berwawasan luas. H-TV dalam memberitakan suatu masalah mengambil kasus yang sedang hangat dan bermanfaat untuk kebaikan umat seperti kasus tentang obat-obatan haram yang semakin marak di pasaran. Berikut wawancara peneliti dengan Surya Fachrizal Ginting, redaksi dari H-TV : “kita ambil pokok bahasan itu karena dia bisa banyak kepentingannya untuk umat Islam dan info soal halal haram khususnya obat, termasuk obat, kosmetika itu kan bisa dipakai kapan aja, jadi kita paket itu. Isunya gak cepet basi dan waktu itu memang ada, kalau 20
Dr. Sopa, M. Ag., Sertifikasi Halal dan Majelis Ulama Indonesia, (GP Press: Jakarta, 2013), h. 5.
80
dalam pemberitaan itu ada yang namanya istilahnya „peg‟ atau bisa dibilang cantolan ataupun latar belakang. Alasan kita ngambil tema itu karena itu bertepatan awal tahun LPPOM MUI membuat suatu gebrakan kepada masyarakat bahwa banyak obat-obatan yang belum tersertifikasi halal.”
H-TV mengambil kasus tentang obat-obatan haram karena bertepatan dengan pernyataan LPPOM MUI tentang maraknya obat-obatan halal yang beredar di Indonesia. Sehingga sesuai dengan sifat kenabian yaitu fathonah yaitu cerdas dan berwawasan luas karena H-TV mengambil berita yang bermanfaat bagi umat Islam. Berdasarkan tabel 2 yang menjelaskan tentang representasi pesan obat halal dan haram, wacana yang di ungkap oleh Menteri Kesehatan, Nafsiyah Mboi adalah zat-zat yang tidak halal banyak, karena banyaknya obat yang beredar di Indonesia menyebabkan tidak perlu dilakukannya sertifikasi halal melalui LPPOM MUI. Menteri Kesehatan membedakan vaksin dan makanan padahal vaksin merupakan produk pangan yang dimasukkan ke dalam tubuh. Lalu wacana obat banyak berasal dari luar negeri, Menkes menilai obat yang berasal dari sulit untuk dilakukan sertifikasi halal padahal diantara banyaknya obat bisa di random secara sistematik obat mana yang mau di uji. Wacana Menkes yang membolehkan obat-obatan haram boleh di konsumsi dalam keadaan darurat. Namun, wacana obat yang darurat sampai kapan akan terus berlanjut karena konsumen obat membutuhkan status kejelasan halal dan haram obat. Direktur LPPOM MUI menyatakan bahwa obat yang disertifikasi bersifat sukarela sesuai dengan PP no.69/1999 pasal 11 ayat 1. Namun, pada
81
tanggal 25 September 2014, rapat paripurna DPR menghasilkan Undang Undang Jaminan Produk Halal (UU JPH) yang mewajibkan sertifikasi halal bagi semua obat yang beredar di Indonesia. Pada tabel 5 yang membahas tentang nilai-nilai jurnalisme profetik pada pesan obat-obatan halal dan haram, Menteri Kesehatan Nafsiyah Mboi tidak mencerminkan nilai-nilai jurnalisme profetik dalam pernyataannya, yaitu shidiq, amanah, tabligh dan fathanah. Ketua MUI, Ma‟ruf Amin memaparkan bahwa pernyataan MUI tentang keadaan darurat obat haram itu menyesatkan. Pernyataan MUI berdasarkan pada fakta dalil Al-quran, sesuai dengan nilainilai syariat Islam dan sesuai dengan nilai-nilai jurnalisme profetik yaitu shidiq, amanah, tabligh dan fathanah. Prof. Jurnalis Udin mengungkapkan fakta yang dapat dipercaya bahwa 99 % dokter tidak mengetahui tentang status kejelasan halal dan haram obat, hal ini di ungkapkan pula oleh fakta dari Ketua PB IDI, Zaenal Abidin yang mengungkapkan bahwa dokter membutuhkan status kejelasan halal dan haram obat agar bisa memberikan pilihan kepada pasien. Ketua LPPOM MUI, memaparkan fakta bahwa sertifikasi halal itu bersifat sukarela sesuai dengan PP no.69/1999 pasal 11 ayat 1.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan pada analisis data tabel yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya tentang representasi pesan obat halal dan haram, menjelaskan bahwa Menteri Kesehatan Nafsiyah Mboi memberikan pernyataan tentang bolehnya obat haram dikonsumsi karena keadaan darurat tidak berdasar pada dalil yang jelas. Darurat obat jika tidak ada alternatif pilihan obat yang lain dan jika tidak dikonsumsi akan mengakibatkan kematian dan cacat fisik maupun mental. Namun obat yang beredar di Indonesia ada 30.000 produk obat dan hanya 22 produk saja yang sudah disertifikasi halal. Menkes menilai sulitnya sertifikasi halal menyebabkan keterlambatan penanganan pasien jika obat disertifikasi terlebih dahulu namun konsumen wajib untuk mengonsumsi obat-obatan yang halal dan merupakan kewajiban bagi umat Islam untuk mengonsumsi obat-obatan yang halal. Ketua MUI, Ma’ruf Amin menilai pernyataan Menkes itu salah yang direpresentasikan melalui wacana bahwa Menkes menyesatkan. Pedagang dan konsumen memerlukan sertifikasi halal obat agar konsumen dan pedagang dapat memilih obat apa saja yang dapat di konsumsi dan dijamin kehalalannya. Namun, yang mencengangkan adalah 99% dokter tidak mengetahui obat-obatan yang tersertifikasi halal sehingga dokter membutuhkan status halal dan haram obat. Ketua LPPOM MUI, menjelaskan bahwa sertifikasi halal yang bersifat sukarela membuat obat yang haram masih banyak yang beredar di pasaran. Namun pada tanggal 25
82
83
September 2014, rapat paripurna DPR membuat rancangan Undang Undang Jaminan Produk Halal (UU JPH) yang mewajibkan sertifikasi halal bagi semua produk obat. Nilai-nilai jurnalisme profetik tidak terkandung dalam pernyataan Menteri Kesehatan Nafsiyah Mboi, Menkes tidak mencerminkan nilai shidiq, amanah, fathanah dan tabligh dalam pernyataan bahwa obat haram boleh di konsumsi karena keadaan darurat. Ketua MUI Ma’ruf Amin menilai, Menkes tidak memberikan pernyataan sesuai dengan alasan dan dalil yang tepat sehingga
diragukan
kebenarannya.
Ma’ruf
memberikan
pernyataan
berdasarkan fakta dan data serta bersumber dari Al-quran sehingga sesuai dengan nilai jurnalisme profetik yaitu shidiq, amanah dan fathanah. Secara keseluruhan narasumber kecuali Menteri Kesehatan, Nafsiyah Mboi merepresentasikan nilai-nilai jurnalisme profetik yaitu shidiq, amanah, tabligh dan fathanah. B. Saran 1. Hidayatullah TV sebagai media islam yang menayangkan berita melalui televisi streaming, diharapkan dapat menyajikan berita yang lebih berimbang, memberikan ruang yang cukup untuk berbagai pihak dan mengutamakan fakta dan keakuratan dalam membuat suatu berita yang bermanfaat bagi kebaikan seluruh umat. 2. Hidayatullah sebagai televisi streaming Islam agar tayangan Liputan Utama di tambahkan jumlah hari penayangannya dari 2 kali seminggu menjadi tayang setiap hari.
84
3. Masyarakat harus kritis dalam memilih obat yang akan dikonsumsi apakah mengandung bahan yang halal dan haram agar sertifikasi halal lebih diperhatikan oleh pemerintah bila ada laporan dari masyarakat.
85
DAFTAR PUSTAKA
Adi Sasmito, Wiku. “Analisis Kebijakan Nasional MUI dan BPOM Dalam Labeling Obat dan Makanan.” Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 4 Oktober 2014, h.7. Al-Wa’iy, Dr. Taufik. Dakwah ke Jalan Allah. Jakarta: Robbani Pers, 2010. Arifin, Anwar. Dakwah Kontemporer. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011. Baksin, Askurifai. Jurnalistik Televisi: Teori dan Praktik. Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2006 Djamaris, Zainal Arifin. Islam Aqidah dan Syariah. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1996. Eriyanto, ANALISIS WACANA: Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta, PT. LKiS Printing Cemerlang, 2011. Fachruddin, Andi. Dasar-dasar Produksi Televisi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012. Fahmi, Nur. “Hak Atas Kehalalan Produk Makanan, Minuman, Obat-obatan dan Kosmetik Bagi Umat Islam di Indonesia”. Skripsi S1 Fakultas Hukum, Universitas Indonesia, 2011. Febriani, Risna. “Ideologi Islam”. Artikel diakses pada 4 Oktober 2014 dari blog.ub.ac.id/risnafebryani/2012/06/07/ideologi-Islam FM, “BPJS Beroperasi, Quo Vadis Obat Halal.” Artikel diakses pada 4 Oktober 2014 dari http://www.halalmui.org/newMUI/index.php/main/detil page/8/1859 Ginting, Surya Fachrizal. “Terkepung Obat-obatan Haram.” Artikel diakses pada 22 April 2014 dari m.hidayatullah.com/video/terkepung-obat-obatanharam-2.html Ginting, Surya Fachrizal. “Ahlan Wa Sahlan Hidayatullah TV.” Artikel diakses pada 22 April 2014 dari m.hidayatullah.com/video/ahlan-wa-sahlanhidayatullah-tv.html Gunawan, Imam, Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Bumi Aksara, 2013. Halal, Jurnal. “Bahan Haram Dalam Obat.” Artikel diakses pada 17 September 2014 dari http:/www.halalmui.org/newMUI/index.php./detil_page/11/375/30
86
Hall, Stuart. Dkk. Budaya, Media, Bahasa. Yogyakarta : Jalasutra, 2011. Harahap M.si, Arifin. Teknik Memburu dan Menulis Berita TV. Jakarta: PT Indeks, 2007. Ilaihi, Wahyu. Komunikasi Dakwah. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010. Iwan. “Dakwah Melalui Media Televisi: Analisis Program Cahaya di TPI”. Skripsi SI Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2005. Kriyantono, Rachmat. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Prenada Media Group: Jakarta, 2012. Mahmud, Farid,. “BPJS Beroperasi, Qua Vadis Obat Halal.” Artikel di akses pada 17 September 2014, www.halalmui.org/newMUI/index.php/main/detil_page/11/1863 Majelis Ulama Indonesia, “Daftar Belanja Produk Halal.” Artikel diakses pada 6 Oktober 2014 dari www.halalmui.org/images/stories/pdf/LSH/produkhalal.pdf Martono, Nanang. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2011. Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013. Muhaimin. Dkk. Kawasan dan Wawasan Studi Islam. Jakarta: Kencana, 2005. Mulyana, Deddy.. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006. M.Romli, Asep Syamsul. Jurnalistik Dakwah: Visi, Misi Dakwah Bil Qalam. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003. Nurbowo. “Sertifikasi Halal Mahal? Ternyata Murah.” Artikel diakses pada 6 Oktober 2014 dari http://www.halalmui.org/newMUI/index.php/main/detil page/ 8/1982 Qhardawi, Yusuf Muhammad Syekh. Halal dan Haram Dalam Islam. Jakarta: PT. Binailmu, 1993. Rahmadianti, Fitria. “Inilah Rangkuman Hasil Pengesahan UU Jaminan Produk Halal.” Artikel diakses pada 6 Oktober 2014 dari http://food.detik.com/read/2014/09/26/185037/270271/16/901/inilahrangkuman-hasil-pengesahan-UU-jaminan-produk-halal
87
S Herlinda. “Analisis Data dan Pengumpulan Data Kualitatif.” eprints.unsri.ac.id, 2010. h. 77-80. Santana K, Septiawan, Jurnalisme Kontemporer. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005. Sihabudin, Ahmad. Komunikasi Antarbudaya. Jakarta: Bumi Aksara, 2011. Syahputra, Iswandi. Komunikasi Profetik: Konsep dan Pendekatan. Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2007. Sopa, Sertifikat Halal Majelis Ulama Indonesia. Jakarta: GP Press, 2013. Suhaemi M.si dan Nasrullah, Rulli M.si. Bahasa Jurnalistik. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009. Sumadiria, Haris. Jurnalistik Indonesia. Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2008. Tamamy, Ahmad. “Program Dakwah Islam di Televisi Komunitas Palmerah”. Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011. Tebba, Sudirman. Jurnalistik Baru. Jakarta: Kalam Indonesia, 2005. Vivian, Jhon. Teori Komunikasi Massa. Jakarta: Prenada Media Group, 2008.
DOKUMENTASI WAWANCARA
Dokumentasi Wawancara dengan Redaksi Hidayatullah TV, Surya Fachrizal Ginting.
NASKAH BERITA
Program Berita
: LIPUTAN UTAMA
Judul Berita
: “Terkepung Obat-obatan Haram”
Media
: Hidayatullah TV
SEGMEN 1 MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA/NAFISYAH MBOI/MENGAKUI OBAT-OBATAN YANG BEREDAR DI INDONESIA BANYAK MENGANDUNG ZAT-ZAT YANG TIDAK HALAL/KARENA ITU/MENKES MENILAI SERTIFIKASI HALAL UNTUK PRODUK-PRODUK FARMASI TERMASUK OBAT TIDAK PERLU DILAKUKAN// (WAWANCARA DENGAN MENTERI KESEHATAN/NAFSIYAH MBOI) UNTUK SEMENTARA KAMI MENGUSULKAN SUPAYA OBAT DAN VAKSIN DI INI DULU DEH DIPISAHKAN DULU/DIBEDAKAN DULU DARI MAKANAN DAN MINUMAN/ITU SAJA YANG KITA USULKAN DULU SEKARANG// MENKES MENAMBAHKAN MAYORITAS BAHAN BAKU OBAT BERASAL DARI LUAR NEGERI SEHINGGA KEHALALAN AKAN SULIT DILAKSANAKAN/KARENA KONDISI DARURAT MENKES MENILAI OBAT-OBATAN BERBAHAN HARAM TERSEBUT BOLEH SAJA DIGUNAKAN// (WAWANCARA DENGAN MENTERI KESEHATAN/NAFSIYAH MBOI) OBAT-OBATAN DAN YAH/SEBAB KALAU SEKARANG MISALNYA ITU MELALUI PEMERIKSAAN GIMANA/SERTIFIKASINYA GIMANA DAN SEBAGAINYA/SEDANGKAN PASIEN MEMBUTUHKAN GIMANA// MAJELIS ULAMA INDONESIA ATAU MUI MENILAI MENKES TELAH MEMBUAT PERTANYAAN YANG MENYESATKAN// (WAWANCARA DENGAN KETUA MUI MA’RUF AMIN) JADI JANGAN SAMPAI TIDAK PERLU ADA SERTIFIKAT HALAL/KALAU ADA
PERNYATAAN SEPERTI ITU DARI MENKES ITU MENYESATKAN NAMANYA// KETUA MUI, MA’RUF AMIN MENGATAKAN MENGKONSUMSI OBATOBATAN HALAL ADALAH KEWAJIBAN DALAM ISLAM SEHINGGA PEMERINTAH JUGA WAJIB MENYEDIAKANNYA//BERAPA BANYAK OBAT YANG TERCEMAR ZAT HARAM?//JENIS OBAT SAJA YANG POTENSIAL MENGANDUNG ZAT-ZAT HARAM?//APA SAJA SYARAT YANG MENJADIKAN OBAT BERBAHAN HARAM BOLEH DIKONSUMSI KARENA DARURAT?//LALU SIAPA PIHAK YANG BERHAK MENYATAKAN OBAT BERBAHAN HARAM BOLEH DIKONSUMSI KARENA DARURAT?//LALU SIAPA PIHAK YANG BERHAK MENYATAKAN OBAT BERBAHAN HARAM BOLEH DIPAKAI KARENA DARURAT?//SIMAK TERUS LIPUTAN UTAMA HIDAYATULLAH TV KALI INI//
SEGMEN 2 (PERTANYAAN DI LAYAR TELEVISI/APAKAH ANDA YAKIN OBAT YANG BEREDAR DI INDONESIA DIJAMIN HALAL?//) (WAWANCARA PENGUNJUNG TOKO OBAT PASAR PRAMUKA/LIE)PERCAYA GA PERCAYA BANGET/JADI KITA HARUS LEBIH TELITI YA/JADI YA YANG SAYA BILANG TADI HARUS TELITI/KAN KITA GA TAU MANA YANG HALAL/MANA YANG HARAM/MAKANYA SAYA LIAT BROSURNYA DULU/DIBUKA DULU DALAMNYA// (PERTANYAAN DI LAYAR TELEVISI/ANDA TAHU STATUS HALAL HARAM OBAT-OBATAN YANG BEREDAR DI INDONESIA?//) (WAWANCARA EVALDI/SEKERTARIS HIMPUNAN PEDAGANG FARMASI PASAR PRAMUKA) BAGI KAMI GA PERNAH MENGETAHU YANG SEPERTI ITU/ ITU URUSANNYA DENGAN DEPKES DAN MEREKALAH YANG MEMBERIKAN IZINNYA BAGAIMANA MEREKA SERTIFIKASINYA ITU URUSAN MEREKA DAN KAMI HANYA PEDAGANG/MENJUAL/DAN MEMBELI// (WAWANCARA PEDAGANG OBAT HERBAL/FITRI)KURANG TAU SIH KALO KAYA GITU/IYA SOALNYA KAN RATA-RATA KALAU DI OBAT ITU TULISANNYA LATIN JADI KITA KURANG BEGITU NGERTI//
STATUS HALAL HARAM PRODUK OBAT DI INDONESIA MEMANG SULIT DIKETAHUI/JANGANKAN MASYARAKAT AWAM/PARA DOKTER PUN SANGAT SEDIKIT YANG MENGETAHUI TENTANG HAL INI/PADA TAHUN 2008/GURU BESAR FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI PROF.JURNALIS UDIN MENGUNGKAPKAN SEMBILAN PULUH SEMBILAN PERSEN DOKTER DI INDONESIA TIDAK TAHU AKAN BANYAKNYA BAHAN-BAHAN HARAM YANG ADA PADA OBAT-OBATAN/KARENA DOKTER CUMAN TAHU TENTANG BAHAN AKTIF OBAT/KHASIAT OBAT/INDIKASI DAN KONTRA INDIKASI OBAT/EFEK SAMPING/DOSIS DAN KEMASAN OBAT SAJA//IKATAN DOKTER INDONESIA ATAU IDI JUGA MENGETAHUI HAL TERSEBUT/KETUA PENGURUS BESAR IDI/ZAINAL ABIDIN MENGATAKAN DOKTER MEMBUTUHKAN KEJELASAN STATUS HALAL HARAN OBAT AGAR BISA MEMBERIKAN PILIHAN KEPADA PASIEN// (WAWANCARA KETUA UMUM PB IDI/ZAENAL ABIDIN) MEMANG TIDAK MENGETAHUI JADI KITA PERLU INFORMASI TENTANG PRODUSEN OBAT ITU/KAMI HANYA MENGGUNAKAN SEPERTI JUGA MUNGKIN TINGKATANNYA LEBIH SEDIKIT SAJA DIBANDINGKAN MASYARAKAT PASIEN/KALO DOKTER SAJA TIDAK MENGETAHUI GIMANA MEMBERITAHUKAN KEPADA PASIENNYA ITU MENURUT SAYA APA YANG DISAMPAIKAN PAK DR/JURNALIS ITU BETUL DAN KAMI DOKTER JUGA MEMBUTUHKAN TAPI MEMBERIKAN PENJELASAN/MEMBERIKAN ALTERNATIF BAGI PASIEN// DIREKTUR LEMBAGA PENGKAJIAN PANGAN/OBAT-OBATAN DAN KOSMETIKA MAJELIS ULAMA INDONESIA ATAU LPPOM MUI LUKMANUL HAKIM MENGATAKAN JUMLAH OBAT YANG TERSERTIFIKASI HALAL MASIH DIBAWAH SATU PERSEN KATANYA TIGA PULUH RIBU PRODUK OBAT YANG DIPRODUKSI HANYA DUA PULUH DUA PRODUK OBAT SAJA YANG TELAG LULUS UJI HALAL/KATA LUKMAN/RENDAHNYA ANGKA TERSEBUT KARENA SERTIFIKASI HALAL BELUM DIWAJIBKAN OLEH PEMERINTAH// (WAWANCARA DIREKTUR LPPOM MUI/LUKMANUL HAKIM)KALAU DILIHAT DARI YANG BEREDAR/MEMANG TIDAK SAMPAI SATU PERSEN YANG MENGEJUTKAN TERNYATA OBAT YANG DIREGISTRASI DI BADAN POM//AKIBAT APA?// AKIBAT DARI SIFAT SERTIFIKASI KITA YANG SUKARELA/KEMUDIA DAN JUGA AKIBAT PEMAHAMAN –PEMAHAMAN TERHADAP YANG TIDAK TEPAT
PENGGUNAAN OBAT-BATAN YANG DIKATEGORIKAN SEBAGAI DARURAT YANG SEBENARNYA TIDAK TEPAT SEPERTI ITU KAN/HAMPIR SEMUA ADA DI TIGA JENIS OLAHAN YA/PANGAN /OBAT DAN KOSMETIKA/TITIK KRITISNYA HAMPIR SAMA GITU KAN KALAU DI PRODUK BAHAN BAKU ALAMI MAKSUDNYA TENTU DISITU/KALAU DI HEWANI/HEWANNYA APA/PENYEMBELIHANNYA SEPERTI APA/KALAU BAHAN BAKUNYA SEKARANG MIKRO BIOLOGI PRODAK SELAIN KEMUDIAN APA NAMANYA/BAHAN BAKUNYA ALAMI/MEDIANYA SEPERTI APA?// BAGAIMANA MENDAPATKAN MEDIA ITU?// APAKAH MEDIA PERTUMBUHAN BAKTERINYA ITU ADALAH MEDIA YANG DARI BBI ATAU PRODUK YANG BERSENTUHAN DENGAN BABI/NAH SEPERTI ITU SEMUA ADA DI TIGA JENIS ITU/PANGAN/OBAT DAN KOSMETIKA// SEMUA JENIS OBAT BERPELUANG BESAR TERCAMPUR ZAT HARAMNYA/BAIK ITU KAPSUL/PIL TABLET/VAKSIN/SERUM/BAHKAN VITAMIN/DARI YANG DIJUAL DI APOTIK/HINGGA KE WARUNG PINGGIR JALAN// (WAWANCARA DIREKTUR LPPOM MUI, LUKMANUL HAKIM)SAMA/OBAT YANG GENERIK ATAUPUN OBAT PATEN ITU MEMILIKI PELUANG YANG SAMA/KARENA APA/KARENA BAHAN BAKU ITU DIIMPOR SEMBILAN PULUH PERSEN DARI LUAR NEGERI DAN METODE CARA MENDAPATKAN BAHAN BAKU ADALAH DENGAN SINTETIKA KIMIA/BISA JADI APA AMANYA/SINTESIS DARI ALAMI/MISALNYA MIKRO BIOLOGI/SEPERTI ITU// MESKI BAHAN BAKU OBAT BEGITU KOMPLEKS DA BERASAL DARI DI LUAR NEGERI/LPPOM MUI MENGAKU SIAP MENGAUDIT SETIAP JENIS OBAT YANG BEREDAR// (WAWANCARA DIREKTUR LPPOM MUI, LUKMANUL HAKIM) IYA/KITA SIAP PENGETAHUAN APA NAMANYA SAINS DAN TEKNOLOGI UNTUK DUA TIGA KELOMPOK ITU JUGA SUDAH SIAP//