STRATEGI PUBLIC RELATIONS PT. KOMPAS GRAMEDIA DALAM MEMBANGUN CITRA PERUSAHAAN (STUDI KASUS PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY BENTARA BUDAYA JAKARTA) Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom I)
Oleh: Ardiyat Ningrum Mustikasari NIM : 1110051000095
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 H / 2014 M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Tangerang, 5 Juli 2014
Ardiyat Ningrum Mustikasari
ABSTRAK Ardiyat Ningrum Mustikasari 1110051000095 Strategi Public Relations PT. Kompas Gramedia Dalam Membangun Citra Perusahaan (Studi Kasus Program Corporate Social Responsibility Bentara Budaya Jakarta) Ada berbagai macam seni dan kebudayaan tradisional Indonesia. Setiap orang memiliki kemampuannya masing-masing dalam bidang seni dan budaya. Untuk melestarikan karya dari kemampuan tersebut perlu adanya suatu wadah yang dapat menampungya. Perusahaan Kompas Gramedia mendirikan Bentara Budaya Jakarta sebagai salah satu program corporate social responsibility bidang seni dan kebudayaan tradisional. Dari latar belakang di atas, maka peneliti memunculkan pertanyaan peneliti. Bagaimana strategi public relations PT. Kompas Gramedia dalam membangun citra perusahaan melalui CSR bidang seni dan kebudayaan tradisional, Bentara Budaya Jakarta? Citra apa yang ingin dibangun oleh public relations PT. Kompas Gramedia melalui Bentara Budaya Jakarta? Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus penelitian, peneliti melakukan eksplorasi secara mendalam terhadap program, kejadian, proses, aktivitas terhadap satu orang atau lebih. Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data observasi partisipasi pasif, wawancara dan dokumentasi. Penelitian ini menggunakan teori CSR Archie Carrol dan teori citra perusahaan Frank Jefkins. Dalam teori CSR tersebut terdapat empat aspek penting yaitu ekonomi, legal, etika dan filantropis dengan menjalankan beberapa tahap yaitu perencanaan, implementasi, evaluasi dan pelaporan. Sedangkan, teori citra terdapat the mirror image, the current image, the wish image, the multiple image dan corporate image. Dengan adanya Bentara Budaya Jakarta, maka publik akan memberikan opini yang nantinya akan menjadi penilaian dan citra bagi PT. Kompas Gramedia. Penelitian ini menemukan bahwa: Strategi pada aspek ekonomi dengan memberikan fasilitas kepada seniman, aspek legal mendirikan komunitas Bentara Muda, aspek etika yaitu dewan kurator sebagai tim penyeleksian dan aspek filantropis yaitu tidak mencari keuntungan secara finansial. Sedangkan dalam menjalankannya melalui beberapa tahapan, yaitu tahap perencanaan dengan dasar pemikiran Jakob Oetama, tahap implementasi terbentuknya Bentara Budaya Jakarta dan Bentara Muda, tahap evaluasi dilakuakan setelah kegiatan berlangsung dan tahap pelaporan sebagai pengambilan keputusan. Sehingga citra yang dibangun oleh PT. Kompas Gramedia adalah jenis corporate image (citra perusahaan). Kata Kunci: Public Relations, Citra, CSR, Seni dan Kebudayaan Tradisional
i
KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil alamin, peneliti ucapkan puji syukur kepada sang khalik, Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan segala nikmatNya untuk peneliti. Dia-lah segalanya. Dia tempat mengadu, tempat berlindung dan yang selalu memberikan hal yang terbaik untuk penulis. Dzat yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Skripsi yang berjudul “Strategi Public Relations PT. Kompas Gramedia dalam Membangun Citra Perusahaan (Studi Kasus Program Corporate Social Responsibility Bentara Budaya Jakarta)” diharapkan mampu menyumbang ilmu tentang public relations perusahaan. Dari segenap jiwa, peneliti menyampaikan terima kasih kepada: 1. Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Bapak Dr. H. Arief Subhan, M. A, beserta Bapak Suparto, M. Ed, Ph D selaku pudek I, Bapak Drs. Jumroni, M. Si selaku pudek II, Bapak Dr. H. Sunandar Ibnu Nur, M. Ag selaku pudek III. 2. Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Bapak Rachmat Baihaky, M. A dan Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Ibu Fita Fathurokhmah, M. Si yang banyak membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.
ii
3. Ibu Fita Fathurokhmah, M. Si selaku dosen pembimbing yang telah membimbing, memberikan arahan, nasihat dan ilmu bagi peneliti untuk membuat sebuah skripsi yang baik dan benar. 4. Ibu Hj. Umi Musyarofah M. A selaku dosen pembimbing akademik yang telah membantu saya, mengingatkan dan mengarahkan akan pentingnya penilaian selama empat tahun. 5. Seluruh dosen Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, atas semua ilmu yang diberikan untuk peneliti. 6. Seluruh staf perpustakaan baik staf di perpustakaan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi maupun staf perpustakaan utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 7. Bapak ST. Herwinoto selaku Internal Communications Manager PT. Kompas Gramedia yang sangat membantu peneliti dalam mengumpulkan informasi akurat untuk skripsi ini. Serta Muhammad Safroni, AM Sirrojjudin dan Hanggi Tyo selaku tim Bentara Budaya Jakarta yang telah membantu dan mengajari banyak hal selama peneliti melakukan penelitian di Bentara Budaya Jakarta 8. Untuk orang paling berharga dan tercinta Ayahanda Sudjardi dan Ibunda Suyatmi terima kasih atas semua kasih sayang, semangat, doa dan semua hal yang berbentuk materi ataupun tidak yang telah kalian berikan hingga menghantarkan ananda di bangku kuliah. Semoga kalian selalu bangga
iii
dengan ananda. Teriring doa, cinta dan kasih sayang yang tak pernah putus untuk-mu Bapak dan Ibu. 9. Adikku Aditya Nugraha yang selalu memberikan hiburan ketika peneliti merasa lelah. Doaku semoga kau menjadi anak yang soleh, cerdas, pandai dan selalu berbakti kepada orang tua. 10. Seluruh guru SD MIN 3 Cijantung, SMP dan SMA Islamic Village Tangerang yang telah berbagi ilmu yang sangat berguna hingga mengantarkan peneliti di jenjang yang lebih tinggi. 11. Sahabat-sahabatku tercinta Monica, Aulia, Sylvi, Renny, Tia, Tiara, Diu, Risa, Dega, Mochtar dan Mulki yang selalu mendampingi ketika sedih maupun senang. Kalian yang terus menyemangati dan memberikan masukan untuk peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini. 12. Sahabat seperjuanganku Sinta, Aica, Eva, Anita, Ica, Alfa, Pipit, Indah, Syta. Terima kasih untuk empat tahun ini atas semua yang telah kalian lakukan dan berikan semoga kelak kita akan menjadi orang yang sukses dunia dan akhirat. Amin 13. Teman-teman KPI C 2010 dan KKN BICYCLE 2013 yang sangat memberikan motivasi dan konstribusi untuk cara berfikir dan bekerjasama dengan baik. 14. Seluruh pengurus BEMJ KPI 2010-2012, DEMA FIDKOM 2011-2012, dan SKETSA angkatan 2011-2012 yang telah memberikan ilmu ke-organisasian selama kuliah. iv
15. Serta pihak-pihak yang telah membantu peneliti dalam skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan, namun tidak mengurangi rasa hormat dan ucapan terima kasih kepada mereka semua. Pada kesempatan yang sempit ini, peneliti berterima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu peneliti dalam membuat skripsi ini yang tidak dapat disebutkan. Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan yang telah kalian berikan untuk peneliti. Amin ya Rabbal Alamiin.
Tangerang, 5 Juli 2014
Ardiyat Ningrum Mustikasari
v
DAFTAR ISI ABSTRAK ………………………………………………………………………
i
KATA PENGANTAR …………………………………………………………..
ii
DAFTAR ISI …………………………………………………………………....
vi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah …………………………………………….
1
B. Batasan dan Rumusan Masalah …………………………………......
6
C. Tujuan Penelitian ……………………………………………………
7
D. Manfaat Penelitian …………………………………………………..
7
E. Tinjauan Pustaka …………………………………………………….
9
F. Metodologi Penelitian ……………………………………………….
10
1. Paradigma Penelitian …………………………………………….. 10 2. Pendekatan Penelitian ……………………………………………
11
3. Metode Penelitian ………………………………………………... 12 4. Subjek dan Objek Penelitian ……………………………………..
13
5. Waktu dan Tempat Penelitian ……………………………………
13
6. Teknik Pengumpulan Data …………………………………….....
14
7. Teknik Analisis Data ……………………………………………..
16
8. Pedoman Penelitian ………………………………………………
17
G. Sistematika Penulisan ………………………………………………..
17
BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Teori 1. Corporate Social Responsibility Archie Carroll …………………
19
2. Teori Citra Frank Jefkin….……………………………………….
23
B. Kerangka Konsep …………………………………………………….
27
1. Public Relations ………………………………………………….
27
a. Pengertian Public Relations ………………………………….
27
b. Fungsi dan Tujuan Public Relations …………………………
31
c. Peran Public Relations ………………………………………
34
d. Strategi Public Relations …………………………………….
35
2. Corporate Social Responsibility …………………………………
40
a. Pengertian Corporate Social Responsibility …………………
40
b. Tujuan dan Manfaat Corporate Social Responsibility ………
46
BAB III GAMBARAN UMUM A. Sejarah Bentara Budaya ……………………………………………..
49
B. Visi dan Misi ………………………………………………………...
52
C. Bentara Budaya Jakarta ………………………………………………
53
D. Logo ………………………………………………………………….
56
E. Struktur Bentara Budaya Jakarta …………………………………….
57
BAB IV ANALISIS DAN PENEMUAN A. Strategi Public Relations PT. Kompas Gramedia Dengan Menggunakan Teori Corporate Social Responsibility ……………………………..
65
B. Citra PT. Kompas Gramedia Berdasarkan Teori Melalui Program Corporate Social Responsibility Bentara Budaya Jakarta …………. 85
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan …………………………………………………………
94
B. Saran ………………………………………………………………..
96
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………..
98
LAMPIRAN - LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari proses komunikasi merupakan penunjang adanya proses pertukaran dalam penyampaian informasi agar mendapatkan hubungan timbal balik terhadap apa yang dikomunikasikan. Proses komunikasi pada hakekatnya adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan seseorang di mana isi informasi tersebut dapat menarik dan memikat pendapat umum (Opini Publik). Komunikasi adalah proses penyampaian informasi, emosi, keahlian dan lain-lain. Melalui penggunaan simbol seperti kata-kata, gambargambar, angka-angka dan lain-lain. Dengan adanya komunikasi berarti adanya interaksi antar manusia.1 Sebagai makhluk sosial manusia membutuhkan komunikasi antara satu dengan yang lainnya. Melalui komunikasi seseorang mampu memenuhi kebutuhan hidupnya, mampu menyampaikan apa yang ada dalam benaknya dan melalui komunikasi seseorang tidak akan terasing dari lingkungan sekitarnya. Beberapa disiplin utama komunikasi antara lain adalah public relations, komunikasi internal, komunikasi korporasi (Komunikasi Pengembang), advertising, branding, public affairs dan investor relations. Semuannya ini ditujukan kepada target sasaran yang berbeda dan
1
Raudhonah, Ilmu Komunikasi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2007), h. 12.
1
2
menggunakan
instrument
dan
kegiatan
yang
berbeda
dalam
menyampaikan pesannya. Misalnya, public relations menggunakan sarana press release atau paket media untuk mencapai sasaran medianya, sementara public affairs akan menggunakan briefing untuk anggota parlemen mengenai sebuah rancangan undang-undang agar dapat digunakan untuk berkomunikasi dengan mereka yang berada di pemerintah. Keberadaan public relations dalam suatu organisasi atau lembaga adalah sebuah indikasi bahwa public relations memiliki peran yang penting dalam perputaran sistem yang ada pada manajemen dan lembaga atau organisasi. Keberadaanya mampu menyentuh dan menerobos aspekaspek sosial dan kepentingan publik, selalu menampilkan sesuatu yang positif dalam wujud citra positif demi kepentingan lembaga, membangun citra yang positif dimasyarakat ditentukan oleh apa yang diberikan dan ditampilkan perusahaan. Hal ini merupakan indikasi dari proses terbentuknya citra positif dan negatif. Public relations merupakan metode ilmu komunikasi sebagai salah satu kegiatan yang mempunyai kaitan kepentingan dengan suatu organisasi.2 Oleh sebab itu ada bentuk yang dilihat terkait dengan kegiatan, serta diklasifikasikan kedalam dua bentuk, (karyawan, pemegang saham, manajer, direktur dan sebagainya) dan eksternal publik, yaitu orang-orang yang berada diluar organisasi yang jelas mempunyai kaitan 2
Onong Uchjana Effendi, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1999), h. 131.
3
kepentingan dan yang diharapkan memiliki kaitan kepentingan dalam rangka menjalin hubungan baik. Dewasa ini, public relations berhadapan dengan fakta yang sebenarnya, terlepas dari fakta itu buruk, baik atau tanpa pengaruh yang jelas karena itu, public relations dituntut mampu berkomunikasi dengan baik sehingga orang lain memahami suatu pesan, demi menjaga citra dan reputasi atau citra lembaga yang diwakilinya. Dan tugas utama dari public relations adalah membangun citra positif kepada masyarakat, ketika perusahaan, organisasi atau lembaga mengalami krisis kepercayaan. Penelitian public relation pada masyarakat yang informatif, teknologi yang canggih dan global yang terjadi saat ini merupakan sarana untuk menunjang fungsi dan peranan public relations profesional secara optimal dalam mengidentifikasi dan melayani publik serta lembaga yang diwakilinya, khususnya melaksanakan komunikasi dua arah atau timbal balik (two way process and reciprocal), menciptakan hubungan antara organisasi dan publiknya atau sebaliknya sebagai upaya saling pengertian (mutually understanding) dan citra positif (good image).3 Di tengah masyarakat dunia yang semakin kritis dan peduli terhadap keberlangsungan lingkungan dalam jangka panjang dan menjunjung nilai-nilai etika, corporate social responsibility menjadi keharusan bagi perusahaan. Jika kita perhatikan, masyarakat sekarang hidup dalam kondisi yang dipenuhi beragam informasi dari berbagai 3
Ruslan Rosyadi, Metode Penelitian Public Relation dan Komunikasi, (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2005), h. 5.
4
bidang, serta dibekali kecanggihan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pola seperti ini mendukung terbentuknya cara pikir, gaya hidup, dan tuntutan masyarakat yang lebih tajam. Kegiatan
corporate
social
responsibility
perusahaan
telah
tercantum dalam Undang-Undang No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas pasal 74 mengenai Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan. 4 Terlepas dari kontroversi yang menyertainnya, perusahaan, terutama yang berbasis sumber daya alam, berkewajiban untuk melaksanakan corporate social responsibility, walaupun corporate social responsibility seharusnya bersifat sukarela. Dalam Undang-Undang Perseroan Terbatas tersebut, definisi tanggung jawab sosial dan lingkungan lebih menitikberatkan kepada pengembangan komunitas (community development). Di luar kewajiban untuk mengikuti peraturan, corporate social responsibility memang sepatutnya dilaksanakan oleh perusahaan, dengan kesadaran sendiri dan bersifat sukarela, karena corporate social responsibility saat ini telah menjadi semacam social license to operation bagi perusahaan, yang sebenarnya dapat dijabarkan dari perumusan misi perusahaan. Sudah banyak perusahaan yang mempunyai program-program corporate
social
responsibility
demi
menunjangnya
kebutuhan
masyarakat. PT. Kompas Gramedia merupakan salah satu perusahaan media yang memiliki beberapa program corporate social responsibility yaitu, 4
A. B Susanto, Reputation-Driven Corporate Social Responsibility, (Jakarta: Erlangga, 2009), h. 2.
5
Dana Kemanusiaan Kompas berupa bantuan kesehatan, pendidikan,
bakti
sosial
dan
lainnya.
Contoh
corporate
bantuan social
responsibility bidang pendidikan dengan pemberian beasiswa pada warga dan keluarga loper serta pembangunan perpustakaan untuk masyarakat umum. Program corporate social responsibility selanjutnya dan yang ingin peneliti bahas ialah Bentara Budaya, corporate social responsibility di bidang seni dan kebudayaan tradisional. Menimbang bahwa PT. Kompas Gramedia merupakan perusahaan besar yang menduduki beberapa bidang seperti percetakan, pendidikan, perhotelan, media informasi dan teknologi, maka jelas corporate social responsibility sangat dibutuhkan oleh PT. Kompas Gramedia. Pelestarian seni dan kebudayaan tradisional perlu dilakukan untuk menjaga budaya Indonesia. Bagi kebanyakan kalangan, budaya Indonesia sudah dirasa mulai luntur dan kalah bersaing oleh budaya-budaya dari luar. Sebenarnya tidak sedikit masyarakat kita yang masih peduli dengan seni dan budaya Indonesia, hanya saja banyak diantara mereka tidak mengetahui tempat yang tepat untuk mencari tahu dan mengenali kebudayaan-kebudayaan Indonesia, hal inilah yang menjadi salah satu dinding tinggi majunya kebudayaan Indonesia. Maka, PT. Kompas Gramedia membuat kegiatan corporate social responsibility bidang seni dan kebudayaan tradisional yaitu Bentara Budaya. Dalam menjalankan kegiatan corporate social responsibility, diperlukan public relations. Dengan adanya divisi ini yakni sebagai
6
penghubung
antara
PT.
Kompas
Gramedia
dan
masyarakat,
memaksimalkan pelayanan pada masyarakat, sekaligus menjaga citra terhadap pelayanan yang diberikan. Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik ingin meneliti masalah ini dalam sebuah bentuk skripsi yang berjudul “Strategi Public Relations PT. Kompas Gramedia dalam Membangun Citra Perusahaan (Studi Kasus Program Corporate Social Responsibility Bentara Budaya Jakarta)”
B. Batasan dan Rumusan Masalah Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana strategi public relations PT. Kompas Gramedia dalam
membangun
citra
perusahaan
melalui
program
Corporate Social Responsibility bidang seni dan kebudayaan tradisional, Bentara Budaya Jakarta ? 2. Citra apa yang ingin dibangun oleh public relations PT. Kompas
Gramedia
melalui
program
Corporate
Social
Responsibility bidang seni dan kebudayaan tradisional, Bentara Budaya Jakarta?
Untuk mempermudah penelitian yang dilakukan dan fokus pada tujuan, maka peneliti membatasi ruang lingkup penelitian sebagai batasan
7
masalah agar pembahasannya tidak meluas dan dan lebih terfokus. Untuk itu peneliti menetapkan bahwa penelitian ini membahas mengenai corporate social responsibility dari salah satu program PT. Kompas Gramedia yaitu Bentara Budaya Jakarta dalam upaya membangun citra perusahaan. Dan agar lingkup penelitian kali ini terfokus, Bentara Budaya yang akan peneliti gunakan dalam penelitian adalah Bentara Budaya Jakarta yaitu daerah Palmerah, Jakarta Barat tentang strategi public relationsnya.
C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui strategi public relations PT. Kompas Gramedia dalam
membangun
citra
perusahaan
pada
Corporate
Social
Responsibility bidang seni dan kebudayaan tradisional, Bentara Budaya Jakarta. 2. Untuk mengetahui citra yang dibangun oleh public relations PT. Kompas Gramedia melalui program Corporate Social Responsibility bidang seni dan kebudayaan tradisional, Bentara Budaya Jakarta.
D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
8
1. Manfaat akademis Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan peneliti dan civitas
akademik
bidang
komunikasi
dan
corporate
social
responsibility. Corporate social responsibility merupakan komitmen perusahaan dengan memperhatikan tanggung jawab sosial perusahaan dengan menitikberatkan pada keseimbangan antara perhatian terhadap aspek ekonomis, sosial dan lingkungan. Kegiatan penelitian ini juga merupakan stimulus dan kesempatan bagi peneliti untuk mengeksplorasi lebih jauh materi-materi yang didapatkan dibangku perkuliahan yang kemudian diaktualisasikan dalam sebuah tulisan ilmiah. 2. Manfaat praktis Penelitian ini diharapkan bisa menjadi masukan dan pertimbangan yang berguna bagi PT. Kompas Gramedia dalam menjalankan sebuah program dan menyusun rencana kebijakan di masa mendatang. Sebagai rasa tanggung jawab perusahaan terhadap masyarakat sehingga terjalin hubungan harmonis diantara kedua belah pihak, tentunya dengan menggunakan perencanaan yang matang. Sehingga kebijakan atau program tersebut dapat bermanfaat bukan hanya untuk masyarakat, melainkan untuk perusahaan itu sendiri dan juga dapat memotivasi perusahaan-perusahaan lainnya agar terinspirasi untuk melakukan program corporate social responsibility.
9
E. Tinjauan Pustaka Dalam penelitian ini, peneliti melakukan penelusuran literatur dari penelitian-penelitian
sebelumnya
guna
pemetaan
persamaan
dan
perbedaan terhadap penelitian ini. Dalam penelitian atau pembuatan skripsi, terkadang ada tema yang berkaitan dengan penelitian yang peneliti teliti sekalipun arah dan tujuan yang diteliti berbeda. Dari penelitian ini, peneliti menemukan beberapa sumber. Pertama, penelitian yang berjudul “Strategi Public Relations PT. Garuda Indonesia (Persero) dalam Upaya Menjaga Citra Positif Perusahaan Melalui Program Corporate Social Responsibility Kemitraan”. Disusun oleh Wella Saputri Fakultas Ekonomi dan Komunikasi Universitas Bina Nusantara tahun 2011. Dalam penelitiannya bahwa aktivitas yang dilakukan divisi public relation PT. Garuda Indonesia (Persero) dalam menjaga citra positif perusahaan melalui program corporate social responsibility kemitraan dilakukan sesuai prosedur yang berlaku yakni; perencanaan dan persiapan (penerimaan proposal permohonan, survey kelayakan dan analisis hasil survey), penyaluran pinjaman, pendampingan dan pembinaan, hingga evaluasi. Kedua, penelitian yang berjudul “Strategi Komunikasi Public Relations PT. Takaful Keluarga dalam Membangun Citra Perusahaan”. Disusun oleh Ruhiyanah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2013. Dalam
10
penelitiannya bentuk-bentuk komunikasi yang dilakukan public relations PT. Tafakul Keluarga dalam membangun citra perusahaan adalah dengan meningkatkan
pelayanan,
membangun
good
relationship
dengan
perusahaan lain, strategi promosi dan kegiatan sosialisasi. Sedangkan penelitian yang peneliti lakukan adalah “Strategi Public Relations PT. Kompas Gramedia dalam Membangun Citra Perusahaan (Studi Kasus Program Corporate Social Responsibility Bentara Budaya Jakarta)” Yang menitikberatkan pada strategi public relations dalam membangun citra perusahaan melalui salah satu bentuk corporate social responsibility dalam bidang seni dan kebudayaan tradisional yaitu Bentara Budaya Jakarta.
F. Metodologi Penelitian : 1. Paradigma Penelitian Paradigma
adalah
suatu
cara
pandang
untuk
memahami
kompleksitas dunia nyata. Paradigma tertanam kuat dalam sosialisasi para penganut dan praktisinya. Paradigma menunjukkan pada mereka apa yang penting, absah, dan masuk akal. Paradigma juga bersifat normatif, menunjukkan kepada praktisinya apa yang harus dilakukan tanpa perlu melakukan pertimbangan eksistensial atau epitemologis yang panjang.5 Paradigma yang digunakan oleh peneliti adalah paradigma konstruktivis. Paradigma konstruktivis, yaitu paradigma yang hampir 5
Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2003), h. 9.
11
merupakan antitesis dari paham yang meletakkan pengamatan dan objektivitas dalam menemukan suatu realitas atau ilmu pengetahuan. Paradigma ini memandang ilmu sosial sebagai analisis sistematis terhadap socially meaningful action melalui pengamatan langsung dan terperinci terhadap pelaku sosial yang bersangkutan menciptakan dan memelihara atau mengelola dunia sosial mereka.6 Peneliti menggunakan paradigma konstruktivis untuk mengetahui strategi public relations dalam membangun citra perusahaan melalui program corporate social responsibility pada bidang seni dan kebudayaan tradisional. 2. Pendekatan Penelitian Dalam skripsi ini peneliti memilih menggunakan pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif analisis yaitu bertujuan membuat deskripsi secara sistematis, faktual dan akurat tentang fakta-fakta dan sifatsifat populasi atau objek tertentu.7 Pendekatan kualitatif menekan pada makna, penalaran, definisi suatu situasi tertentu (dalam konteks tertentu), lebih banyak meneliti hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan seharihari. Oleh karena itu urutan-urutan kegiatan dapat berubah sewaktu-waktu tergantung pada kondisi dan banyaknya gejala-gejala yang ditemukan. Bogdan dan Taylor berpendapat bahwa pendekatan kualitatif ialah suatu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata6
Dedy N. Hidayat, Paradigma dan Metodologi Penelitian Sosial Empirik Klasik, (Jakarta: Departemen Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Indonesia, 2003), h. 3. 7 Rachmat Kriyantono, Metodologi Riset Komunikasi: Disertasi contoh Praktis Riset media, public Relations, advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasaran, (Jakarta: Kencana Prenada Merdia Group. 2006), h. 69.
12
kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.8 Dari pendapat tersebut peneliti merasa bahwa metode ini cocok untuk diaplikasikan pada penelitian kali ini, karena peneliti menginginkan jawaban dari subyek penelitian berupa penjelasan detail tentang apa yang mereka rasakan. Dari sebuah penyelidikan akan dihimpun data-data utama dan sekaligus data tambahannya. Sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan. Sedangkan data tertulis, foto, dan statistik adalah data tambahan.9 3. Metode Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode studi kasus. Studi kasus adalah peneliti melakukan eksplorasi secara mendalam terhadap program, kejadian, proses, aktivitas, terhadap satu atau lebih orang. Suatu kasus terikat oleh waktu dan aktivitas dan peneliti melakukan pengumpulan data secara mendetail dengan menggunakan berbagai prosedur pengumpulan data dan dalam waktu yang berkesinambungan. 10 Menurut Arief Furchan, dalam penelitian studi kasus yang ditekankan adalah pemahaman tentang mengapa subjek tersebut melakukan demikian dan bagaimana perilaku berubah ketika subjek
8
Lexy J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Rosda Karya. 2013.), h. 4. Lexy J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, h. 157. 10 Prof. Dr Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi, (Bandung: Alfabeta, 2011), h. 14. 9
13
tersebut memberikan tanggapan terhadap lingkungan dengan menemukan variabel penting dalam sejarah perkembangan subjek tersebut.11 Studi kasus adalah penelitian tentang status subjek penelitian yang berkenaan dengan suatu fase spesifik atau khas dari keseluruhan personalitas. Subjek penelitian bisa dari individu, kelompok, lembaga maupun masyarakat. Peneliti ingin mempelajari secara intensif latar belakang serta interaksi lingkungan dari unit-unit sosial yang menjadi subjek. Tujuan studi kasus adalah untuk memberikan gambaran secara mendetail tentang latar belakang, sifat-sifat serta karakter-karakter yang khas dari kasus, ataupun status dari individu, yang kemudian dari sifatsifat khas tersebut akan dijadikan suatu hal yang bersifat umum. 4. Subjek dan Objek Penelitian Subjek dari penelitian ini adalah Public Relations Corporate Communication PT. Kompas Gramedia sedangkan objek penelitian ini adalah Corporate Social Responsibility bidang seni dan kebudayaan tradisional yaitu, Bentara Budaya Jakarta. 5.
Waktu dan Tempat Penelitian Peneliti meneliti langsung ke Bentara Budaya Jakarta yang terletak
di Jalan Palmerah Selatan 17, Jakarta dan waktu penelitian pada 12 April – 24 Juni 2014.
11
Arief Furchan, Pengantar Penelitian dalam Pendidikan (Surabaya: Usaha Nasional, 1992), h. 416.
14
6. Teknik Pengumpulan Data Peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpulan data untuk memperoleh pemahaman tentang penerapan strategi public relations melalui program corporate social responsibility pada bidang seni dan kebudayaan
tradisional,
Bentara
Budaya
Jakarta,
maka
peneliti
menggunakan teknik pengumpulan data dengan cara sebagai berikut: a. Observasi Observasi adalah pengamatan dan pencatatan sesuatu obyek dengan sistematika fenomena yang diselidiki. Observasi dapat dilakukan sesaat atau pun mungkin dapat diulang.12 Adapun beberapa bentuk observasi yaitu, observasi partisipasi, observasi tidak terstruktur dan observasi kelompok tidak terstruktur. Dalam hal ini peneliti menggunakan teknik observasi partisipasi dengan jenis observasi partisipasi pasif. Observasi partisapasi adalah pengumpulan data melalui observasi terhadap objek pengamatan dengan langsung hidup bersama, merasakan serta dalam aktivitas kehidupan objek pengamat. 13 Observasi partisipasi pasif adalah peneliti dalam kegiatan pengamatannya tidak terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh para pelaku yang diamatinya, peneliti juga tidak melakukan sesuatu bentuk interaksi sosial dengan pelaku atau para pelaku yang diamati.
12 Sukandarrumidi, Metodelogi Penilitian: Petunjuk Praktis Untuk Peneliti Pemula, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2002), h. 69. 13 Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Politik, dan Ilmu Sosial Lainnya, (Jakarta: Kencana, 2009), h. 116.
15
Keterlibatannya dengan para pelaku terwujud dalam bentuk keberadaanya dalam area kegiatan yang diwujudkan oleh tindakan-tindakan pelakunya.14 Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode observasi partisipasi pasif dengan mengadakan pengamatan terhadap strategi public relations melaui program corporate social responsibility Bentara Budaya Jakarta dalam membangun citra perusahaan. Tempat penelitian adalah Bentara Budaya Jakarta. Sedangkan pelakunya adalah public relations PT. Kompas Gramedia. b. Wawancara Wawancara adalah suatu percakapan yang diarahkan pada suatu masalah tertentu dan merupakan proses tanya jawab lisan dimana dua orang atau lebih berhadapan secara fisik. Wawancara dilakukan untuk memperoleh data atau informasi sebanyak mungkin dan sejelas mungkin kepada subjek penelitian. 15 Dalam hal ini peneliti menggunakan teknik wawancara mendalam dengan Bapak Herwinoto selaku internal communications manager PT. Kompas Gramedia. Wawancara mendalam adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara,
14
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik, (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), h. 155. 15 Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik, h. 160.
16
dimana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama.16 c. Dokumentasi, Dokumentasi yaitu mengumpulkan data-data atau informasi yang telah diperoleh dari dokumentasi yang ada dan berkaitan dengan penelitian. Peneliti mengumpulkan data-data berdasarkan data dilapangan yang didapat dari PT. Kompas Gramedia dan laporan lainnya yang bersangkutan dengan penelitian. 7. Teknik Analisis Data Data yang telah masuk kemudian dianalisa oleh peneliti. Peneliti mengikuti Cresswell dalam menganalisis data. Cresswell advocates four forms of data analysis and interpretation in case study research: Categorical aggregation, direct interpretation, establishes patterns and naturalistic generalizations.17 Peneliti membuat penafsiran langsung terhadap data-data dengan membuat pola-pola dan mencari hubungan antara dua kategori atau lebih. Penafsiran langsung diberikan untuk memberikan pemaknaan-pemaknaan dari masing-masing data temuan yang di paparkan pada Bab IV. Dalam mengembangkan generalisasi naturalistik terhadap strategi public
relations
dan
menghadapkannya
dengan
teori-teori
yang
dipergunakan penelitian ini sebagaimana dimuat dalam Bab II. Langkah
16 Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Politik, dan Ilmu Sosial Lainnya, (Jakarta: Kencana, 2009), h. 108. 17 John W. Creswell, Qualitative Inquiry And Reasearch Design, (London: SAGE Publications, 1998), h. 154.
17
generalisasi ini lebih tepat sebagai langkah pemotretan secara umum dalam bentuk analisis terhadap temuan-temuan penelitian pada Bab IV. Sebagai sebuah studi kasus, maka generalisasi dibuat untuk memperjelas konteks khusus strategi public relations PT. Kompas Gramedia dalam mempertahankan citra perusahaan. 8. Pedoman Penelitian Dalam teknik penulisan skripsi ini mengacu pada buku “Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan Disertasi)” UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
yang
diterbitkan
oleh
Center
for
Quality
Development And Assurance (CeQDA) tahun 2007.
G. Sistematika Penulisan Bagian ini menjelaskan pembagian bab secara keseluruhan, disertai uraian singkat tentang isi masing-masing bab tersebut. Agar dapat dipahami lebih mudah, sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut : Bab 1 : PENDAHULUAN Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, rumusan dan batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II : LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN Bab ini terdiri dari teori corporate social responsibility Prof. Archie Carroll, teori citra Frank Jefkin, Public Relations mencangkup
18
pengertian, fungsi, tujuan, peran dan strategi public relations. Corporate Social Responsibility mencangkup pengertian, tujuan dan manfaat. Bab III : GAMBARAN UMUM Bab ini terdiri dari sejarah Bentara Budaya, visi dan misi, Bentara Budaya Jakarta, logo dan struktur Bentara Budaya Jakarta. Bab IV : ANALISIS HASIL PENELITIAN Bab ini bertujuan untuk memahami segala yang berkaitan dengan objek penelitian yang meliputi; Deskripsi Objek Penelitian yaitu Strategi Public Relations PT. Kompas Gramedia dalam membangun citra perusahaan melalui program Corporate Social Responsibility bidang seni dan kebudayaan tradisional Bentara Budaya Kompas Jakarta. Bab V : PENUTUP Bab ini merupakan rangkaian akhir dari penulisan skripsi, yang berisi kesimpulan dan saran-saran. Pada bagian akhir ini penulisan skripsi, penulis menyajikan daftar pustaka yang menjadi referensi dalam penulisan skripsi ini dan lampiran-lampiran yang terkait.
BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN
A. Teori 1. Corporate Social Responsibility Archie Carroll
Tabel 1 : Model Corporate Social Responsibility (Carroll’s: 1991)1
1.
Economic Responsibility merupakan pondasi utama corporate social
responsibility. Sebagai instrument utama dalam ruang lingkup ekonomi masyarakat maka tugas utama bisnis adalah menyediakan barang dan jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat melalui mekanisme pasar. Sistem pasar memiliki ciri saling bergantung antara penjual dan pembeli, antara penawaran
1
Judith Hennigfeld & Manfred Pohl ,dkk, The ICCA Handbook On Corporate Social Responcibility, (England: John Wiley & Sons Ltd, 2006), h. 6.
19
20
dan permintaan. Bagi pembeli, pemenuhan kebutuhan dan keinginan mereka merupakan hal yang utama dalam kelanjutan sistem pasar. Bagi penjual, keuntungan yang diperoleh merupakan hal yang utama yang kehadiran mereka dalam sistem pasar. Oleh karena itu, pencapaian laba tidak dihitung secara maksimum namun optimum sehingga perlu pertimbangan berkelanjutan bisnis dalam jangka panjang. Demikian tanggung jawab pertama perusahaan adalah menjadi unit ekonomi benar berfungsi dan untuk bertahan dalam bisnis. Kepuasan dari tanggung jawab ekonomi sehingga diperlukan dari semua perusahaan. 2.
Legal Responsibility adalah tanggung jawab hukum, korporasi
menuntut bahwa bisnis mematuhi hukum dan 'bermain dengan aturan main'. Hukum dipahami sebagai kodifikasi dari pandangan moral masyarakat. Kepatuhan korporasi terhadap norma-norma dan aturan main baik tentang bisnis dan hubungan bisnis serta hubungan dengan sistem sosial yang lebih luas merupakan kewajiban yang melekat dalam setiap badan hukum. Regulasi pada dasarnya merupakan hasil dari proses kebijakan publik yang diterapkan dalam masyarakat yang mencerminkan kepentingan yang hidup dalam masyarakat. Jika regulasi menghendaki produksi barang yang memenuhi standar keselamatan dan keamanan, ramah lingkungan, serta adanya pelaporan keuangan seperti yang telah diatur, maka menjadi
21
kewajiban bisnis untuk memenuhinya. Perusahan merupakan badan hukum. Sebagai badan hukum yang berada dalam perikatan sosial maka sebenarnya korporasi tidak memiliki pilihan lain selain kepatuhan kepada norma hukum dan regulasi yang berlaku. Seperti dengan economic responsibility, kepuasan tanggung jawab hukum yang diperlukan dari semua perusahaan berusaha untuk bertanggung jawab secara sosial. 3.
Ethical responsibility adalah tanggung jawab yang mewajibkan
perusahaan untuk melakukan apa yang benar dan adil bahkan ketika mereka tidak dipaksa untuk melakukannya oleh kerangka hukum. Tanggung jawab ini harus mempertimbangkan etika dalam mengambil keputusan organisasional. Tanggung jawab etis penting dalam pandangan utilitarian, hak asasi dan keadilan karena setiap perusahaan memiliki hak dan tanggung jawab sosialnya masing-masing. Setiap perusahaan harus mempertimbangkan dampak dari kegiatan dan keputusan perusahaan bagi masyarakat, baik yang dampak langsung maupun tidak langsung, baik dampak jangka pendek maupun jangka panjang. Tanggung jawab etis karena itu terdiri dari apa yang umumnya diharapkan oleh masyarakat, dan di atas ekspektasi ekonomi dan hukum. 2
2 Judith Hennigfeld & Manfred Pohl ,dkk, The ICCA Handbook On Corporate Social Responcibility, h. 7.
22
4.
Philanthropic responsibility adalah bagian akhir pada piramida, tingkat
keempat dari corporate social responsibility melihat tanggung jawab filantropis perusahaan. Tanggung jawab filantropis berkenaan dengan apakah keputusan dan tindakan perusahaan telah benar-benar merupakan pemenuhan dari ekspektasi masyarakat. Semakin besar kemaslahatan yang diberikan maka semakin besar biaya bagi perusahaan, sementara kemanfaatan ekonomis langsungnya tidak ada bagi perusahaan. Kegiatan filantropis seperti pemberian beasiswa, donasi sosial, pendanaan kegiatan amal, sponsorship bagi kegiatan kesenian dan kebudayaan merupakan aktivitas yang memperbesar biaya namun tidak menghasilkan pendapatan bagi perusahaan. Ini tentu mengurangi laba jangka pendek perusahaan. Meski dari segi ekonomi tanggung jawab filantropis ini bersifat kontroversional namun tanggung jawab ini akan membentuk citra sebagai good corporate citizen. 3 Citra baik yang diperoleh perusahaan akan meningkatkan dukungan masyarakat terhadap keberadaan perusahaan tersebut di lingkungan sosialnya. Hal ini tidak saja menguntungkan bagi perusahaan tetapi juga bagi orangorang dalam perusahaan. Citra baik perusahaan akan menyebabkan
3 Nila Firdausi Nuzula, Corporate Social Responsibility: Sebuah Keniscayaan Strategi Bisnis Di Indonesia, (Malang: Universitas Brawijaya). 2009. h. 12.
23
keuntungan tersendiri yang bersifat tidak langsung bagi pencapaian laba namun bersifat langsung bagi eksistensi sosial perusahaan. Dalam piramida tersebut, tanggung jawab ekonomi menempati posisi paling dasar, diikuti tanggung jawab legal, etika dan tanggung jawab menyeluruh sebagai puncaknya. Berdasarkan pemikiran ini, keempat komponen tanggung jawab sosial adalah agregatif. Sebagai contoh, bila perusahaan yang ingin menjadi tanggung jawab etika berarti mereka telah memenuhi tanggung jawab sosial secara ekonomi dan hukum. Keuntungan dari model empat bagian dari corporate social responsibility adalah bahwa struktur dari tanggung jawab sosial ke dalam dimensi yang berbeda, namun tidak berusaha untuk menjelaskan tanggung jawab sosial tanpa mengakui tuntutan sangat nyata ditempatkan pada perusahaan untuk menjadi menguntungkan dan hukum.
2. Teori Citra Frank Jefkin Citra adalah hal yang ingin diciptakan oleh perusahaan atau organisasi. Citra yang baik akan mengembangkan sebuah perusahaan atau organisasi, proses pembentukan citra akan menghasilkan sikap, pendapat, tanggapan atau perilaku tertentu. Citra merupakan reputasi dan prestasi yang hendak dicapai bagi dunia public relations. Citra dikatakan sebagai penilaian masyarakat akan perusahaan atau organisasi. Penialaian atau tanggapan publik dapat
24
berkaitan dengan rasa hormat, kesan-kesan yang baik serta menguntungkan bagi perusahaan atau organisasi. Konsep citra dalam dunia bisnis sekarang ini menjadi perhatian para perusahaan atau organisasi. Citra yang baik akan menghasilkan keuntungan dan memiliki dampak yang baik juga, sebaliknya citra yang buruk akan memiliki dampak yang buruk juga bagi perusahaan atau organisasi yang menjalankan. Suatu perusahaan atau organisasi tidaklah mudah untuk memiliki citra yang baik dimata publiknya. Perusahaan atau organisasi harus melalui proses yang cukup panjang serta usaha-usaha untuk membangun citra bagi perusahaan dan organisasinya. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian citra adalah: (1) Kata benda: gambar, rupa, gambaran; (2) gambaran yang dimiliki orang banyak mengenai pribadi, perusahaan, organisasi atau produk; (3) kesan mental atau bayangan visual yang ditimbulkan oleh sebuah kata, frase atau kalimat, dan merupakan unsur dasar yang khas dalam karya prosa atau puisi. Menurut Frank Jefkins dalam buku Essential of Public Relations menyebutkan bahwa citra adalah kesan yang diperoleh berdasarkan pengetahuan dan pengertian seseorang tentang fakta-fakta atau kenyataan. Jalaluddin Rakhmat dalam bukunya, Psikologi Komunikasi menyebutkan
25
bahwa citra adalah penggambaran tentang realitas dan tidak harus sesuai dengan realitas, citra adalah dunia menurut persepsi. 4 Dari definisi diatas, bisa dikatakan citra merupakan hal yang didapat oleh sebuah perusahaan dari hasil keunggulan-keunggulan yang terdapat pada perusahaan tersebut. Citra merupakan hasil dari kesan atau gambaran yang diperoleh dari publik hasil upaya-upaya yang dilakukan oleh sebuah perusahaan atau organisasi. Pengalaman, pengetahuan, pengalaman dan informasi yang diterima oleh orang dapat membentuk sebuah citra. Perusahaan yang ingin membangun atau menciptakan citra yang baik maka informasi dan pengetahuan yang diberikan kepada publik haruslah informasi yang baik sehingga timbul rasa percaya pada perusahaan tersebut yang kemudian membentuk sebuah citra. Menurut Frank Jefkins, dalam bukunya Public Relations dan buku lainnya Essential of Public Relations mengemukakan jenis-jenis citra, antara lain: a. The mirror image (cerminan citra), yaitu bagaimana dugaan (citra) manajemen
terhadap
publik
eksternal
dalam
melihat
perusahaannya. b. The current image (citra masih hangat), yaitu citra yang terdapat pada publik eksternal, yang berdasarkan pengalaman atau
4 Soleh Soemirat dan Elvinaro Ardianto, Dasar-dasar Public Relation, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010), h. 114.
26
menyangkut
miskinnya
informasi
dan
pemahaman
publik
eksternal. Citra ini bisa saja bertentangan dengan mirror image. c. The wish image (citra yang diinginkan), yaitu manajemen menginginkan pencapaian prestasi tertentu. Citra ini diaplikasikan untuk sesuatu yang baru sebelum publik eksternal memperoleh informasi secara lengkap. d. The multiple image (citra yang berlapis), yaitu sejumlah individu, kantor cabang atau perwakilan perusahaan lainnya dapat membentuk citra tertentu yang belum tentu sesuai dengan keseragaman citra seluruh organisasi atau perusahaan. e. Corporate Image (Citra perusahaan), yaitu citra yang tertuju pada sosok
perusahaan
sebagai
tujuan
utamanya,
bagaimana
menciptakan citra perusahaan yang positif, lebih dikenal serta diterima oleh publiknya, dapat melalui sejarahnya, kualitas pelayanan prima, keberhasilan dalam bidang marketing, dan hingga berkaitan dengan tanggung jawab sosial (social care).5 Dari berbagai jenis citra yang ada, PT. Kompas Gramedia terus berusaha untuk mendapatkan citra yang baik bagi perusahaannya. Citra perusahaan umumnya menggambarkan secara garis besar apa yang ada di dalam perusahaan tersebut. PT. Kompas Gramedia membangun citra yang
5
Soleh Soemirat dan Elvinaro Ardianto, Dasar-dasar Public Relation, h. 117.
27
mana perusahaan media massa yang menjalankan prinsip menciptakan masyarakat terdidik, tercerahkan, menghargai kebhinekaan dan adil sejahtera.
B. Kerangka Konsep 1. Public Relations a. Pengertian Public Relations Public relations merupakan salah satu peran yang menjalankan fungsi komunikasi yang menerapkan unsur-unsur komunikasi dalam setiap program dan kegiatan public relations. Penerapan unsur komunikasi digunakan public relations dalam berkomunikasi dengan para stakeholders perusahaan baik internal maupun eksternal, dengan tujuan untuk menciptakan image positif perusahaan di mata publik yang berdampak pada kemudahan perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan. Definisi public relations dari IPRA (International Public Relations Association) adalah sebagai berikut: public relations merupakan fungsi manajemen yang khas yang mendukung pembinaan dan pemeliharaan jalur bersama antara organisasi dengan publiknya
mengenai komunikasi,
pengertian, penerimaan dan kerja sama, melibatkan manajemen dalam permasalahan dan persoalan; membantu manajemen memberikan penerangan dan tanggapan dalam hubungan dengan opini publik; menetapkan dan
28
menekankan tanggung jawab manajemen untuk melayani kepentingan umum; menopang manajemen dalam mengikuti dan memanfaatkan perubahan secara efektif, bertindak sebagai sistem peringatan yang dini dalam membantu mendahului kecenderungan; dan menggunakan penelitian serta teknik komunikasi yang sehat dan etis sebagai sarana utama. 6 Definisi public relations yang telah dijelaskan oleh Cutlip, Center Broom merujuk pada peran dan fungsi public relations dalam manjalankan dan mengatur komunikasi yang bertujuan untuk menciptakan dan menjaga hubungan baik yang saling menguntungkan dengan para publik organisasi. Terciptanya hubungan baik antara organisasi dengan publik, dapat memudahkan suatu organisasi dalam mendapatkan image atau penilaian positif dari masyarakat, sehingga dengan demikian organisasi dapat dengan mudah mencapai tujuan bisnis mereka karena telah mendapatkan dukungan dari publik organisasi. 7 Terdapat berbagai definisi mengenai peran dan fungsi public relations, seperti salah satunya menurut Cutlip, Center dan Broom dalam bukunya yang berjudul ”Effective Public Relations” mendefinisikan public relations sebagai sebuah fungsi manajemen yang membangun dan mempertahankan hubungan
6
Sr. Maria Assumpta Rumanti OSF, Dasar-Dasar Public Relations: Teori dan Praktek, (Jakarta: PT. Grasindo, 2004), h. 12. 7 Rosady Ruslan, S.H, Manajemen Humas & Manajemen Komunikasi, (Jakarta: PT. RajaGrafindo, 2001), h. 18.
29
yang baik dan bermanfaat antara organisasi dengan publiknya yang mempengaruhi kesuksesan atau kegagalan organisasi tersebut. 8 Berdasarkan definisi di atas yang disampaikan oleh para ahli, dapat disimpulkan bahwa public relations merupakan profesi yang terdapat dalam suatu korporasi atau organisasi, di mana public relations memiliki peran untuk menjalankan aktivitas korporat dalam membangun komunikasi dan hubungan baik anatara perusahaan dengan publiknya, sehingga pesan yang akan disampaikan dapat diterima dengan baik, serta tercapainya tujuan suatu perusahaan. Hubungan yang baik antara public relations dengan publiknya bisa diciptakan melalui adanya sikap saling pengertian dan kepercayaan antara kedua belah pihak. Public relations secara sengaja merencakan tindakan untuk menarik perhatian publiknya. Melakukan survei terhadap publik agar mengetahui apa yang diinginkan oleh publik sehingga apa yang direncanakan dapat tercapai. Tidak hanya itu, public relations juga harus menjaga hubungan baik dengan publiknya seperti dengan mengadakan pertemuan atau acara yang bisa mendekatkan perusahaan dengan publiknya. Selain menciptakan hubungan baik antara public relations dengan publiknya yang menimbulkan kepercayaan dan pengertian antara keduanya. Public relations merupakan bagian dari manajemen yang bertugas untuk
8 Soleh Soemirat & Elvinaro Ardianto, Dasar-dasar Public Relation, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010), h.14.
30
melakukan tindakan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, promosi (komunikasi) dan pemasaran. Fungsi manajemen yang dilakukan public relations akan efektif bila di dukung oleh seluruh bagian dari manajemen dan sebagai pemecah masalah serta konseling ditingkat manajemen. Selain menciptakan hubungan baik dengan publik, public relations juga merencanakan kegiatan, melakukan observasi dan mengadakan evaluasi sejauh mana strategi yang digunakan cukup efektif atau tidak. Public relations juga merupakan divisi juga sangat penting dalam perusahan atau organisasi agar mencapai tujuan yang sesuai dengan visi, misi perusahaan atau organisasi dan mendapat citra yang baik di mata publiknya. Di dalam dunia komersial,
atau sektor
swasta dari setiap
perekonomian, bidang public relations memiliki kaitan yang erat dengan bidang pemasaran. Pemasaran merupakan selalu satu fungsi utama dari kegiatan bisnis, sedangkan public relations memiliki hubungan kuat dengan fungsi-fungsi finansial dan produksi. Di samping itu, fungsi-fungsi public relations juga bisa diterapkan dalam rangka menunjang suatu bauran pemasaran (marketing mix). Pemasaran membutuhkan atau menuntut rasa tanggung jawab dan kesadaran dari perusahaan-perusahaan yang terlibat akan perlunya kegiatan-kegiatan public relations dalam menunjang operasinya. Bertolak dari hal itu, manajemen perusahaan akan memahami bahwa dalam mengejar laba, mereka juga harus memperhatikan kepentingan konsumen,
31
bukannya justru memanipulasi atau mengorbankannya. Sebagai komunikator yang handal, para praktisi public relations dan petugas pemasaran memiliki sebuah kesamaan. Arti penting dari public relations itu sendiri terletak pada kemampuannya dalam mendidik pasar (market education), yakni menjadikan khlayak mengetahui keberadaan serta kegunaan produk-produk dari perusahaan yang bersangkutan, dan hal ini ternyata sangat ditentukan keberhasilan upaya-upaya periklanan yang dijalankan oleh perusahaan. 9
b. Fungsi dan Tujuan Public Relations Untuk mengkaji tujuan public relations, berikut akan dikutip beberapa pendapat para ahli . Menurut Charles S. Steinberg tujuan public relations adalah menciptakan opini publik yang favorable tentang kegiatankegiatan yang dilakukan oleh badan yang bersangkutan. Menurut Frank Jefkin tujuan public relatios adalah meningkatkan favorable image atau citra yang baik dan mengurangi atau mengikis habis sama sekali unfavorable image atau citra yang buruk terhadap organisasi tersebut. Sedangkan Dimock Marshall Cs memandang tujuan public relation menjadi dua bagian, yaitu secara positif dan defensif. Secara positif yaitu berusaha untuk mendapatkan dan menambah penilaian dan goodwill suatu organisasi atau badan. Secara defensif yaitu berusaha untuk membela diri 9
Frank Jefkins, Public Relations, (Jakarta: Erlangga, 2004), h. 15
32
terhadap pendapat masyarakat yang bernada negatif, bila diserang dan serangan itu kurang wajar, dengan demikian tindakan ini adalah salah satu aspek penjagaan atau pertahanan. 10 Dari berbagai pendapat diatas, maka dapat dirumuskan tentang tujuan public relations secara umum atau universal yang pada prinsipnya tujuan public relations adalah untuk menciptakan, memelihara, dan meningkatkan citra yang baik dari organisasi kepada publik yang disesuaikan dengan kondisi-kondisi daripada publik yang bersangkutan, dan memperbaikinya jika citra itu memburuk atau rusak. Dengan demikian ada empat hal yang prinsip dari tujuan Public Relations yakni: 1. Menciptakan citra yang baik. 2. Memelihara citra yang baik. 3. Meningkatkan citra yang baik. 4. Memperbaiki citra jika citra organisasi menurun atau rusak. Frank Jeffkins menyebutkan manfaat khusus public relations yang meliputi kegunaan public relations dalam pengelolaan atau pelaksanaan, antara lain : 1. Manajemen krisis
10 Neny Yulianita, Dasar-Dasar Public Relations, (Bandung: Pusat Penerbit Universitas, 2005), h. 42.
33
Tidak ada satu pun perusahaan yang bebas krisis. Minimal mempunyai resiko mengalami krisis. Maka tim public relations yang
ada
di
dalam
struktur
perusahaan
bertugas
untuk
menyelesaikan krisis yang terjadi dengan serangkaian persiapan dan kesiapan tersendiri. 2. Penerbitan Desk-top Public relations bertanggung jawab atas jurnal internal komputer perusahaan. Oleh karena itu, biasanya perusahaan memiliki bagian internal relations untuk mengurusi hal tersebut. 3. Identitas perusahaan Identitas perusahaan merupakan sebuah wahana komunikasi bagi segenap karyawan perusahaan, para pemilik saham, para agen atau dealer, konsumen, lembaga-lembaga keuangan dan berbagai pihak lainnya yang punya kepentingan dan kaitan dengan organisasi. Tim public relations adalah bagian yang bertanggung jawab untuk menciptakan dan memelihara identitas sebuah perusahaan. 4. Hubungan parlementer Public relations wajib menjalin hubungan parlementer yang baik. Hubungan parlementer dalam konteks ini adalah hubunganhubungan antara berbagai organisasi dengan pihak pemerintah, para anggota parlemen, serta para birokrat dari berbagai departemen dan
34
instansi pemerintah. Legistator atau regulator adalah publik yang sangat penting dalam keberlangsungan usaha suatu perusahaan. 5. Public relations financial Sebagai sebuah perusahaan yang telah go public, maka perusahaan memerlukan tim public relations yang melakukan kegiatan-kegiatan public relations di seputar peristiwa keuangan atau bisnis dalam rangka mendukung rencana perusahaan kliennya untuk memasuki bursa saham atau dalam rangka mendukung peluncuran laporan keuangan tahunan. 11
c. Peran Public Relations Peran merupakan hal dimana seseorang melaksanakan tugasnya sesuai dengan apa yang menjadi tugasnya. Peran yang dijalankan public relations merupakan salah satu kunci untuk memahami fungsi public relations. Peran dari sebuah public relations yaitu: 1. Sebagai komunikator, public relations membantu manajemen dalam hal untuk mendengar apa yang diinginkan publik, sekaligus menjelaskan keinginan, kebijakan dan harapan organisasi atau perusahaan kepada publiknya.
11
Frank Jefkins, Public Relations, (Jakarta: Erlangga, 2004), h. 333.
35
2. Membina relationship, yaitu berupaya membina hubungan yang positif dan saling menguntungkan dengan pihak publiknya. Hubungan yang positif bisa dilakukan dengan melakukan pertemuan, melakukan penghargaan pada publik yang setia dan percaya pada perusahaan guna untuk meningkatkan citra perusahaan. 3. Peranan backup management, yaitu sebagai pendukung dalam fungsi
manajemen
organisasi
atau
perusahaan
seperti
memperkenalkan produk atau jasa, menjual produk atau jasa dan melihat bagaimana kinerja karyawan agar bisa mengevaluasi kinerja karyawan. 4. Membentuk corporate image yang merupakan tujuan (goals) akhir dari suatu aktivitas program kerja kampanye public relations, baik untuk keperluan publikasi ataupun promosi. 12
d. Strategi Public Relations Sebagaimana diketahui sebelumnya bahwa tujuan public relations yakni membangun dan mengembangkan citra yang positif bagi perusahaan atau organisasi terhadap publik internal (karyawan) ataupun publik eksternal (konsumen atau masyarakat). Maka strategi public relations adalah bagian
12 Wahidin Saputra dan Rulli Nasrullah, Public Relations 2.0 Teori dan Praktik Public Relations di Era Cyber, (Bekasi: Gramata, 2011), h. 50-52.
36
dari suatu rencana public relations yang diarahkan untuk membentuk persepsi yang menguntungkan sehingga menghasilkan citra yang positif. Menurut Ahmad S. Adnanputra yang dikutip oleh Rosady Ruslan dalam bukunya Manajemen Public Relations dan Komunikasi mengatakan bahwa arti strategi public relations adalah alternatif optimal yang dipilih untuk ditempuh guna mencapai tujuan public relations dalam kerangka atau rencana public relations (public relations plan).13 Strategi public relations diarahkan kepada upaya-upaya menggarap persepsi para stakeholders untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh organisasi atau perusahaan. Konsekuensinya, jika strategi public relations tersebut berhasil maka akan diperoleh sikap, tindak dan persepsi yang menguntungkan dari stakeholders sebagai khalayak sasaran dan pada akhirnya akan tercipta opini atau citra yang menguntungkan bagi organisasi atau perusahaan. Menurut Cutlip & Center (dalam Kasali dan Abdurachman), terdapat proses public relations yang mengacu kepada pendekatan manajerial. Proses ini terdiri dari: Fact finding adalah mencari dan mengumpulkan fakta atau data sebelum melakukan tindakan. Public relations perlu mengetahui apa yang diperlukan oleh publik sebelum melakukan tindakan untuk memajukan
13 Rosady Ruslan, S.H, Manajemen Humas & Manajemen Komunikasi, (Jakarta: PT. RajaGrafindo, 2001), h. 115.
37
perusahaanya. Public relations bisa melakukan analisis langsung ke lapangan dengan mengadakan survei terkait produk yang diinginkan oleh publik. Misalnya, public relations menanyakan apa saja yang dibutuhkan oleh publik, siapa saja yang termasuk ke dalam publik, dan bagaimana publik dipandang dari berbagai faktor dengan maksud strategi yang digunakan ke depannya tidak meleset dan bisa mengembangkan perusahan yang diwakilinya. Planning adalah berdasarkan fakta membuat rencana tentang apa yang harus dilakukan dalam menghadapi berbagai masalah dalam perusahaan. Setelah melakukan fact finding ke lapangan barulah public relations bisa melakukan rencana apa yang ingin dilaksanakan guna memenuhi kebutuhan publik. Dalam tahap ini, public relations haruslah dituntut mempunyai ide yang kreatif agar publik tertarik dengan yang ditawarkan oleh perusahaan yang mereka wakili. Communicating adalah rencana yang disusun dengan baik sebagai hasil pemikiran yang matang berdasarkan fakta atau data, yang kemudian dikomunikasikan atau dilakukan kegiatan operasional. Public relations berusaha mengkomunikasikan rencana-rencana yang mereka lakukan ke depannya dengan memperkenalkan kepada publik. Melakukan komunikasi dua arah dengan diadakannya acara-acara agar pihak publik dengan perusahaan bisa bertemu langsung dalam penawaran produk yang telah
38
direncakan. Selain itu bisa juga dilakukan dengan mempublikasikan produk melalui iklan (surat kabar, televisi dan radio). Evaluation adalah mengadakan evaluasi tentang suatu kegiatan, apakah tujuan sudah tercapai atau belum. Ini adalah tahap terakhir dari proses public relations. Evaluasi dilakukan secara kontinyu. Hasil evaluasi menjadi unsur dasar untuk kegiatan public relations selanjutnya. 14 Untuk dapat bertindak secara strategis, kegiatan public relations harus menyatu dengan visi dan misi perusahaannya. Untuk memberikan konstribusi kepada rencana kerja jangka panjang perusahaan, maka para praktisi public relations bisa melakukan hal-hal sebagai berikut: a.
Menyampaikan fakta dan opini, baik yang beredar di dalam maupun diluar perusahaan. Informasi yang diterima oleh publik bisa dari media apa saja. Namun public relations harus menyampaikan informasi yang sesuai dengan fakta. Public relations berusaha menaikkan citra perusahaan dengan menyebarkan informasi yang baik tentang perusahaan.
b.
Menelusuri dokumen resmi perusahaan dan mempelajari perubahan yang terjadi secara historis. Perusahaan akan mengalami perubahan dari masa ke masa melalui perkembangannya. Perubahan tersebut biasanya disertai dengan perubahan sikap perusahaan terhadap
14 Soleh Soemirat & Elvinaro Ardianto, Dasar-dasar Public Relation, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010), h. 90.
39
publiknya atau sebaliknya. Public relations harus mempelajarinya dengan teliti dan memahami perubahan perusahaan agar bisa melakukan peningkatan perusahaan baik kinerjanya, dari segi produk atau jasa yang dihasilkan, sehingga publik akan terus tertarik dan semakin percaya akan perusahaan yang mereka wakili. c.
Melakukan analisis SWOT (Strenghts/ kekuatan, Weaknesses/ kelemahan, Opportunities/ peluang, dan Threats/ ancaman). Public relations perlu melakukan analisis yang berbobot mengenai persepsi dari luar dan dalam perusahaan atas SWOT yang dimilikinya. 15 Oleh karena itu public relations harus mempunyai strategi khusus
dalam menghadapi hal-hal yang bisa menurunkan perkembangan perusahaan. Perusahaan atau organisasi harus mampu menghadapi tekanan yang muncul dari dalam maupun luar perusahaan. Public relations juga harus bisa berkonstruksi dalam manajemen dalam melakukan perkembangan perusahaan dan menaikkan citra perusahaan. Peran public relations dalam membangun citra tidaklah lengkap tanpa adanya perencanaan dari strategi public relations. Strategi public relations yang hanya berfokus pada teori dan tidak ditindaklanjuti ke lapangan pun tidak akan memberikan hasil. Public relations disini, dalam merumuskan dan menjalankan tugasnya untuk membangun citra, memerlukan kemampuan
15
Soleh Soemirat dan Elvinaro Ardianto, Dasar-dasar Public Relation, h. 91.
40
kreasi yang mampu membuat program-program unggulan yang dapat membangun citra perusahaan dan dapat mempertahankan citra tersebut.
2. Corporate Social Responsibility a. Pengertian Corporate Social Responsibility Setiap perusahaan harus memiliki komitmen yang kuat terkait dengan corporate social responsibility. Sedikit saja perusahaan membuat kesalahan, publik akan bertindak dan mengambil sikap tegas atas kesalahan tersebut. Adanya hubungan yang baik dengan publik membuat perusahaan lebih aman dalam melakukan aktifitas perusahaanya. Hubungan dengan publik dapat terjalin baik jika perusahaan mampu menunjukkan perilakunya yang bertanggungjawab. Corporate social responsibility adalah komitmen perusahaan atau dunia bisnis untuk berkontribusi dalam pengembangan ekonomi yang berkelanjutan dengan memperhatikan tanggung jawab sosial perusahaan dan menitikberatkan pada keseimbangan antara perhatian terhadap aspek ekonomis, sosial dan lingkungan. 16 Maignan & farrell mendefinisikan corporate social responsibility sebagai “A business acts in socially responsible manner when its decision and actions account for and balance diverse stakeholder interests”. Definisi ini menekankan perlunya perhatian secara seimbang terhadap kepentingan 16
Hendrik Budi Untung, Corporate Social Responsibility, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), h. 1.
41
berbagai stakeholders yang beragam dalam setiap keputusan dan tindakan yang diambil oleh para pelaku bisnis melalui perilaku yang secara sosial bertanggung jawab.17 Corporate social responsibility encompasses the economic, legal, ethical and philanthropic expectations placed on organizations by society at a given point in time”. Dalam definisi ini Carroll mempunyai konsep multilayer, yang dibedakan menjadi empat aspek yang saling terkait, yaitu ekonomi, hukum, etika dan tanggung jawab filantropis. Konsep ini dibuat dalam lapisan berturut-turut dengan bentuk piramida, sehingga corporate social responsibility akan bertemu dengan keempat tingkatan secara berurutan.18 Salah satu yang berkepentingan dengan perusahaan yaitu public eksternal perusahaan yang terdiri atas konsumen atau pelanggannya. Oleh karena itu, perusahaan harus menjalin hubungan yang saling menguntungkan dengan khalayaknya atau publik eksternalnya dalam hal ini adalah pelanggan atau konsumennya. Di antara bentuk dalam menjalin hubungan dengan pelanggan atau konsumennya yang membuat komitmen dalam bentuk corporate social responsibility. Di Indonesia memiliki hukum tentang
17
A. B Susanto, Reputations-Driven Corporate Social responsibility, (Jakarta: Erlangga, 2009), h. 10-11. 18 Judith Hennigfeld & Manfred Pohl ,dkk, The ICCA Handbook On Corporate Social Responcibility, (England: John Wiley & Sons Ltd, 2006), h. 5.
42
Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan dalam Undang-Undang Republik Indonesia nomor 40 tahun 2007 pasal 74 yaitu:19 (1) Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya dibidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan. (2) Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan sebagaimana pada ayat (1) merupakan kewajiban Perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya Perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepautan dan kewajaran. (3) Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan diatur dengan Peraturan Pemerintah. Public relations dalam perusahaan tidak hanya sebagai media komunikasi masyarakat yang bersifat satu arah, tetapi public relations diharapkan mampu menjembatani organisasi dalam mewujudkan corporate social responsibility pada publiknya. Bentuk corporate social responsibility
19
89
Hendrik Budi Untung, Corporate Social Responcibility, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), h.
43
tersebut dikatakan tanpa batas dan merupakan bentuk relasi jangka panjang antara perusahaan dengan publiknya.20 Organisasi yang bertanggungjawab akan mewujudkan corporate social responsibility, meskipun tidak ada hubungan dengan aktivitas perusahaan. Bentuk tanggung jawab sosial bisa bermacam-macam sesuai dengan temuan praktisi public relations setelah melakukan environmental scaning. Menurut Black (1994), corporate social responsibility perusahaan biasanya meliputi bidang-bidang sebagai berikut: a.
Usaha, yaitu membantu pengusaha lokal dan mendukung
perusahaan. b.
Pendidikan, Mendukung inisiatif-inisiatif baru bagi anak muda
c.
Seni dan budaya, Membantu kegiatan seni secara luas.
d.
Lingkungan, Mendukung semua usaha lokal untuk menjaga kualitas hidup.
Corporate social responsibility mampu menjadi alat komunikasi antara perusahaan dengan masyarakatnya melalui kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan. Adapun tahap-tahap penerapan corporate social responsibility yang dilakukan oleh perusahaan adalah sebagai berikut:
20 Muh. Arief Effendi, “Peranan Bisnis dan Moralitas Agama dalam Implementasi,” artikel diakses pada 15 Juli 2008 dari http://www.muhariefeffendi.wordpress.com.
44
1. Tahap perencanaan Terdiri dari awareness building yaitu merupakan langkah awal untuk membangun kesadaran mengenai arti penting corporate social responsibility
dan
komitmen
manajemen;
corporate
social
responsibility assessement yaitu merupakan upaya untuk memetakan kondisi perusahaan dan mengidentifikasi aspek-aspek yang perlu mendapatkan prioritas perhatian dan langkah-langkah yang tepat untuk membangun struktur perusahaan yang kondusif bagi penerapan corporate social responsibility secara efektif; dan langkah selanjutnya ialah manual building yaitu merupakan dasar atau pedoman implementasi corporate social responsibility dengan menggali dari referensi atau meminta bantuan tenaga ahli independen dari luar perusahaan,
karena
penyusunan
manual
diharapkan
mampu
memberikan kejelasan dan keseragaman pola pikir dan pola tindak seluruh elemen perusahaan guna tercapainya pelaksanaan program yang terpadu, efektif dan efisien. 2. Tahap implementasi Dalam memulai implementasi pada dasaranya ada tiga elemen pertanyaan yaitu siapa yang menjalankan, apa yang harus dilakukan, serta bagaimana cara melakukannya sekaligus alat apa yang diperlukan. Tahap implementasi ini terdiri atas tiga langkah utama
45
yakni sosialisasi, pelaksanaan, dan internalisasi. Sosialisasi diperlukan untuk memperkenalkan kepada komponen perusahaan mengenai berbagai aspek yang terkait dengan implementasi corporate social responsibility khususnya mengenai pedoman penerapan corporate social responsibility. Pelaksanaan kegiatan yang dilakukan pada dasarnya
harus
sejalan
dengan
pedoman
corporate
social
responsibility yang ada, berdasar roadmap yang telah disusun. Sedang internalisasi adalah tahap jangka panjang. Internalisasi mencakup upaya-upaya untuk memperkenalkan corporate social responsibility di dalam seluruh proses bisnis perusahaan misalnya melalui sistem manajemen kinerja, prosedur pengadaan, proses produksi, pemasaran dan proses bisnis lainnya. 3. Tahap Evaluasi Adalah tahap yang perlu dilakukan secara konsisten dari waktu ke waktu untuk mengukur sejauh mana efektivitas penerapan corporate social responsibility. Kegagalan maupun keberhasilan suatu program dapat diketahui setelah program tersebut dievaluasi. Evaluasi bukan tindakan untuk mencari-cari kesalahan, justru dilakukan untuk mengambil suatu keputusan. Keputusan untuk menghentikan atau justru mengembangkan aspek-aspek tertentu dari program yang telah diimplementasikan.
46
4. Tahap Pelaporan Pelaporan dilakukan dalam rangka membangun sistem informasi baik untuk keperluan proses pengambilan keputusan maupun keperluan keterbukaan informasi material dan relevan mengenai perusahaan.
b. Tujuan dan Manfaat Corporate Social Responsibility Berdasarkan program yang diselenggarakan oleh perusahaan dalam mewujudkan tanggung jawab sosialnya, maka terdapat tiga kategori bentuk corporate social responsibility perusahaan yaitu: a. Public relations; usaha untuk menanamkan persepsi positif kepada komunitas tentang kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan. Usaha ini lebih mengarah pada menjalin hubungan baik antara perusahaan dengan komunitas, khususnya menanamkan sebuah persepsi yang baik tentang perusahaan (brand image) kepada komunitas. Kegiatan yang dilakukan biasanya berbentuk kampanye yang tidak terkait sama sekali dengan produk yang dihasilkan oleh perusahaan yang bersangkutan. b. Strategi defensif; usaha yang dilakukan perusahaan guna menangkis anggapan negatif komunitas luas yang sudah tertanam terhadap kegiatan perusahaan terhadap karyawannya, dan biasanya untuk melawan `serangan` negatif dari anggapan komunitas atau komunitas yang sudah telanjur berkembang. Kegiatan ini biasanya dilakukan
47
dengan sasaran yang
berbeda dengan anggapan yang telah
berkembang atau bertolak belakang dengan persepsi-persepsi yang ada di komunitas pada umumnya. c. Keinginan tulus untuk melakukan kegiatan yang baik yang benarbenar berasal dari visi perusahaan itu; melakukan program untuk kebutuhan komunitas atau komunitas sekitar perusahaan atau kegiatan perusahaan yang berbeda dari hasil dari perusahaan itu sendiri. Kegiatan perusahaan dalam konteks ini adalah sama sekali tidak mengambil suatu keuntungan secara materil tetapi berusaha untuk menanamkan kesan baik terhadap komunitas berkaitan dengan kegiatan perusahaan.21 Dari sisi perusahaan terdapat berbagai manfaat
yang dapat
diperoleh dari aktivitas corporate social responsibility, yaitu: Pertama, mengurangi resiko dan tuduhan terhadap perlakuan tidak pantas yang diterima perusahaan. Perusahaan yang menjalankan tanggung jawab sosialnya secara konsisten akan mendapatkan dukungan luas dari komunitas yang telah merasakan manfaat dari berbagai aktivitas yang dijalankannya. Kedua, corporate social responsibility dapat berfungsi sebagai pelindung dan membantu perusahaan meminimalkan dampak buruk yang
21 Bambang Rudito, Etika Bisnis & Tanggung Jawab Sosial Perusahaan di Indonesia, (Bandung: Rekayasa Sains, 2007), h. 56.
48
diakibatkan suatu krisis. Ketiga, keterlibatan dan kebanggaan karyawan. Karyawan akan merasa bangga bekerja pada perusahaan yang memiliki reputasi yang baik,
yang secara konsisten melakukan upaya-upaya untuk membantu
meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat dan lingkungan sekitarnya. Keempat, corporate social responsibility yang dilaksanakan secara konsisten akan mampu memperbaiki dan mempererat hubungan antara perusahaan dengan stakeholdernya. Kelima, meningkatkan penjualan seperti yang terungkap dalam riset Roper Search Worldwide, yaitu bahwa konsumen akan lebih menyukai produk-produk yang dihasilkan oleh perusahaan yang konsisten menjalankan tanggung jawab sosialnya sehingga memiliki reputasi yang baik. Keenam, insentif-insentif lainnya seperti insentif pajak dan berbagai perlakuan khusus lainnya. Hal ini perlu difikirkan guna mendorong perusahaan agar lebih giat lagi menjalankan tanggung jawab sosialnya. 22
22 A. B Susanto, Reputations-Driven Corporate Social responsibility, (Jakarta: Erlangga, 2009), h. 14.
BAB III GAMBARAN UMUM
A. Sejarah Bentara Budaya Bermula dari kepedulian pimpinan harian Kompas, yaitu bapak Petrus Kanisius Ojong dan bapak Jakob Oetama, terhadap kebudayaaan terutama bidang seni rupa, yaitu sekitar tahun 1970-an. Kompas banyak mengkoleksi lukisan, keramik, dan benda-benda antik lainnya yang kemudian benda-benda koleksi Kompas ini dikelola oleh Gerardus Mayela Sudarta, karikaturis Kompas. Kemudian, untuk mewadahi benda-benda koleksi ini didirikan Gramedia Art Galleri tahun 1974 di Pintu Air, Jakarta. Galleri inilah yang sebenarnya menjadi cikal bakal Bentara Budaya kemudian hari. Tahun 1982, toko buku Gramedia di Jl. Jendral Sudirman 56 Yogyakarta pindah tempat ke sebelahnya (No. 54). Bekas toko Gramedia ini kosong, dan direncanakan akan dijadikan toko roti. Namun, setelah pimpinan Kompas melihat ada ruang kosong di Yogyakarta maka cita-cita lama untuk membuat sebuah lembaga kebudayaan akhirnya mendapatkan tempatnya. Akhirnya, bekas toko tersebut dijadikan Bentara Budaya, sebuah lembaga kebudayaan milik kelompok Kompas Gramedia.
49
50
Pada tanggal 26 September 1982 mulailah sejarah bentara budaya bergulir. Acara pertamanya adalah pameran lukisan tradisional karya Citra Waluyo dari Solo dan Sastra Gambar dari Muntilan. Bentara Budaya ditujukan untuk menampung dan mewakili wahana budaya bangsa dari berbagai kalangan, latar belakang dan cakrawala yang berbeda. Setelah Yogyakarta, menyusul berdiri Bentara Budaya Jakarta yang berlokasi di Jalan Palmerah Selatan 17, Jakarta. Bentara Budaya Jakarta diresmikan tahun 1986 oleh dua menteri, yaitu Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Fuad Hassan dan Menteri Penerangan Harmoko.1 Bentara Budaya Yogyakarta dan Jakarta kini telah menjadi lembaga seni budaya nasional dan secara reguler mengadakan berbagai macam acara kesenian, seperti pameran dan pagelaran, putar film dan diskusi bulanan. Selain kegiatan seni, di Bentara Budaya Jakarta pun telah didirikan taman bacaan dengan berbagai koleksi buku penerbit Gramedia, buku seni, buku teks dari luar negeri serta buku sastra yang dihibahkan sastrawan Myra Sidharta. Tidak hanya mempresentasikan budaya tanah air, Bentara Budaya Jakarta pun sering mengadakan kerja sama dengan lembaga seni lainnya dan menjadi tempat terselenggaranya acara seni budaya lintas negara. Ide dasar pendirian Bentara Budaya, pada tahun 1980-an. Yogyakarta sebagai Kota Budaya yang mempunyai ratusan seniman seni rupa, ternyata hanya memiliki ruang pamer yang minim, yaitu taman Budaya Yogyakarta 1
Wawancara Pribadi dengan Efix Mulyadi, Jakarta, 13 Mei 2014.
51
dan Karta Pustaka. Meskipun ada Seni Sono tetapi sudah mulai ditinggalkan karena sudah dipakai Gedung Negara. Maka sudah sepantasnyalah Yogyakarta memiliki satu gedung pameran baru untuk menampung karyakarya senimannya. Untuk itu, berdirilah Bentara Budaya yang merupakan lembaga nonprofit. Perkembangan Kota Yogyakarta, sampai saat ini setelah 32 tahun mengabdi pada kota Yogyakarta dalam bidang seni budaya, masih banyak yang ingin bekerja sama dengan Bentara Budaya. Hal ini membuktikan bahwa ruang pamer di kota Yogyakarta masih sangat minim dibandingkan dengan jumlah seniman yang ada di Yogyakarta. Sepuluh tahun terakhir ini banyak bermunculan galeri-galeri baru, tetapi tampaknya juga sudah mulai menghilang lagi. Memang tidak mudah mengelola sebuah galeri kalau tidak didukung dana yang kuat dan manajemen yang tertib. Memang sudah seharusnya Yogyakarta memiliki sebuah galeri seni rupa yang besar setara dengan Galeri Nasional, Jakarta. Di Galeri Nasional, Jakarta terpajang karya-karya masterpiece seni rupa Indonesia. Sehingga kota ini dapat berbangga diri menunjukkan karya-karya senimannya kepada turis, baik domestik maupun internasional. Adapun beberapa acara-acara Bentara Budaya Yogyakarta seperti, pameran lukisan, foto, grafis, patung keramik, seni tradisional: Setrika Lawasan, Radio Lawasan, Keramik Kuno, Lampu Kuno, Jam Kuno, Penggeli
52
Hati, Pawukon, Tjap Petruk, Pameran Wuwungan, Ning Tembok, Celengan Malo; putar film bulanan, diskusi buku, pentas kesenian tradisional. Bentara Budaya Yogyakarta dan Jakarta masing-masing memiliki seorang koordinator pelaksana dan dipimpin oleh seorang direktur eksekutif yang berkedudukan di Jakarta. Selain itu ada pula dewan kurator. Dewan kurator menentukan acara-acara yang berlangsung di Bentara Budaya. Untuk itu, semua proposal yang masuk dibahas dalam rapat dewan kurator. Bentara Budaya akan memfasilitasi tempat, peralatan dan promosi.2
B. Visi dan Misi Sebagai utusan budaya, Bentara Budaya menampung dan mewakili wahana budaya bangsa, dari berbagai kalangan, latar belakang, dan cakrawalan yang mungkin berbeda. Balai ini berupaya menampilkan bentuk dan karya cipta budaya yang mungkin pernah mentradisi ataupun bentukbentuk kesenian massa yang pernah populer dan merakyat. Juga karya-karya baru yang seolah tidak mendapat tempat dan tidak layak tampil di sebuah gedung terhormat. Sebagai titik temu antara aspirasi yang pernah ada dengan aspirasi yang sedang tumbuh, Bentara Budaya siap bekerja sama dengan siapa saja.3
2
Wawancara pribadi dengan ST. Herwinoto, Jakarta, 16 Juni 2014. Bentara Budaya, artikel diakses pada 24 April 2014 dari http://www.bentarabudaya.com/visimisi. 3
53
C. Bentara Budaya Jakarta Bentara Budaya Jakarta adalah lembaga kebudayaan Harian Kompas. Bentara Budaya Jakarta dengan hasil karya arsitek terkenal Romo Mangunwijaya terletak di Jl. Palmerah Selatan 17, Jakarta 10270. Lembaga ini dapat menjadi contoh kemitraan antara media massa dengan masyarakat. Letak gedung Bentara Budaya Jakarta terpisah dari gedung Kompas Gramedia. Terlihat keunikan dan keindahan bangunan yang mencerminkan cita rasa berkesenian yang tinggi, anggun dan tradisional. Memiliki koleksi lukisan 573 buah dari lukisan karya pelukis- pelukis terkenal, seperti: S. Sudjojono, Hendra Gunawan, Affandi, Basoeki Abdullah, Affandi, Aming Prayitno, Fadjar Sidik, Basoeki Resobowo, Bagong Kussudiardjo, Ahmad Sadali, Zaini, Dede Eri Supria, Batara Lubis, Otto Jaya, Sudjono Abdullah, Kartika Affandi, Wahdi dan berbagai lukisan Bali karya I Gusti Nyoman Lempad, Wayan Djujul, Nyoman Daging, I ketut Nama, Made Djata, I Ketut Regig, I Gusti Made Togog, I Gusti Ketut Kobot, Anak Agung Gde Sobrat, juga perupa muda seperti Eddie Hara, Nasirun, Made Palguna Wara Anindyah dll. Sebanyak 625 buah keramik dari berbagai dinasti pun dikoleksi oleh lembaga kebudayaan Harian Kompas ini. Mulai dari dinasti Yuan, Tang, Sung, Ming dan Ching, tidak lupa keramik lokal dari Singkawang, Cirebon, Bali, Plered. Koleksi patung dari Papua dan Bali mencapai 400-an, mebel
54
yang tergolong antik seperti meja, kursi, dan lemari. Wayang golek karya dalang kondang Asep Sunarya dari Jawa Barat berjumlah 120-an wayang, juga memperkaya koleksi. Terdiri dari berbagai macam karakter, mulai dari tokoh punakawan sampai tokoh-tokoh utama baik pandawa maupun kurawa. Beberapa patung Buddha dengan berbagai posisi mudra pun menambah maraknya koleksi Bentara Budaya. Semuanya tersimpan dalam penataan yang rapi dan terawat baik di Jakarta.4 Bagi
Bentara
Budaya
Jakarta,
mengoleksi
karya
dan
merepresentasikan karya seni merupakan sebuah momentum pelestarian budaya, sekaligus menjadi tugas untuk mewartakan penggalan sejarah yang telah memberi aneka warna dalam perjalanan sejarah seni budaya kita. Koleksi yang paling membanggakan dan menakjubkan yaitu Rumah tradisional Kudus yang dibawa langsung dari Kudus, Jawa Tengah. Rumah kudus merupakan rumah adat berukiran indah yang semula terletak di lingkungan kauman, tidak jauh dari Menara Kudus. Tepatnya di Jalan Menara, sekitar 50 meter dari Mesjid Kudus Gambar 1 : Rumah Kudus
.
Dengan atap agak mengerucut, dinding hamper ditembusi aneka rona ukiran, lantai rumah berundak-undak, bangunan ini memiliki kekhasan 4
Bentara Budaya,artikel diakses pada 24 April 2014 darihttp://www.bentarabudaya.com/tk_jakarta.php.
55
pemukiman adat kota Kudus dan tampak menonjol diantara bangunan lainnya yang sejenis. Masyarakat setempat menyebutnya Rumah Adat, sedangkan masyarakat luas mengenalnya sebagai Rumah Kudus. Rumah ini diperkirakan dibangun pada permulaan abad ke-20 oleh pemiliknya, Haji Ridwan Noor, dan didiami selama tiga generasi oleh segenap ahli waris keluarga. Konon dalam membangun rumah ini para pengukirnya memerlukan waktu lima tahun untuk menyelesaikan seluruh ukiran yang memenuhi dinding serta tiang rumah. Sehingga tidak mengherankan apabila masyarakat setempat menganggap rumah ini sebagai contoh terbaik di antara rumah adat yang ada di Kudus Kulon, di samping rumah adat milik Saleh Syakur, seorang tokoh masyarakat setempat. Kesulitan dalam pemeliharaan serta kekhawatiran akan kelestarian benda pusaka yang semakin dimakan usia, mendorong 46 keluarga pewaris yang diketuai oleh Furqon Noor, menghibahkan Rumah Kudus kepada Kompas untuk memugarnya. Memang selama ini nampaknya Rumah Kuduslah yang menjadi ikatan keluarga karena merupakan tempat terselenggaranya berbagai upacara adat, seperti pernikahan, khitanan, dan sebagainya. Oleh beberapa ahli, arsitektur bangunan hunian ini dinilai sebagai gabungan antara arsitektur Cina, colonial dan Cina bergaya Eropa. Bentara Budaya Jakarta kini semakin marak dengan berbagai macam acara bulanan yaitu: Pameran dan pagelaran, Putar Film dan Diskusi bulanan.
56
Bentara Budaya Jakarta pun kini mendirikan taman bacaan dengan berbagai koleksi buku Gramedia, buku seni rupa, buku-buku luar dan buku sastra hibahan dari sastrawan Myra Sidharta. Bentara Budaya Jakarta juga sering mengadakan
kerjasama
dengan
lembaga
kebudayaan
asing
untuk
mempresentasikan kegiatan budaya lintas negara.
D. Logo
Gambar 2 : Logo Bentara Budaya Lambang Bentara Budaya dibuat menggunakan tanda dan sistem lambang dari aksara jawa “ba” yang dipasang bersusun atau berpasangan atas dan bawah. Huruf “ba” yang di atas dipasang secara normal, dan huruf “ba” yang di bawah dipasang secara terbalik. Kita mengharap itu dibaca sebagai “ba-ba”, kepanjangannya bentara budaya. Keduanya diambil dari khasanah Jawa. Bentara = utusan. Budaya= budaya seperti di dalam bahasa Indonesia.
57
Lalu, tentang arti huruf di atas sebagai kekinian dan yang di bawah sebagai tradisi. Itu boleh saja karena pada kenyataannya lembaga kebudayaan ini menggarap baik yang tradisi maupun yang kekinian. 5
E. Struktur Bentara Budaya Jakarta Peneliti juga ingin menceritakan susunan jabatan dari sebuah struktur corporate social responsibility dari PT.Kompas Gramedia, yaitu Bentara Budaya, karena Bentara Budaya yang diteliti oleh penulis adalah yang berada di Jakarta, maka struktur yang akan dibahaspun struktur dari Bentara Budaya Jakarta, penulis juga tidak hanya akan membahas struktur organisasi, namun juga struktur sosial di dalam lingkungan kerja Bentara Budaya Jakarta.
5
Wawancara Pribadi dengan Efix Mulyadi, Jakarta, 13 Mei 2014.
58
Tabel 2 : Struktur Organisasi PT.Kompas Gramedia6
NAME Agung Adiprasetyo Jakob Oetama Lilik Oetama St. Sularto Rikard Bagun Lukas Widjaja 6
TITLE CEO President Commisioner Vice CEO Deputy Publisher II Kompas Editor in Chief Kompas Director of Jasatama/ Director of Kontan
Kompas Gramedia “About Kompas Gramedia”,” artikel diakses pada 24 April 2014 dari http://www.kompasgramedia.com/aboutkg/ourmanagement/businessunit.
59
Business Director Kompas/ Corporate Advertising Director Herman Darmo Regional Newspaper Group Director Hotel & Resort Group Director/ Vice Lilik Oetama CEO Paiyan Situmorang Director of Sport & Health Media Book Publishing Group Director/ Y. Priyo Utomo Retail Business Goup Director Hari Wardjono Printing Group Director Taufik H. Mihardja Director of Kompas.com Elwin Siregar Magazine Group Director Harris Sitorus Director of Graha Kerindo Utama Yohanes Yudistira Director of Sonora Director of Warta Kota/ Corporate Dedy Pristiwanto Circulation Director Bimo Setiawan Director of Kompas Gramedia TV Stella D. Ayu Widianingsih Director of Transito Adimanjati Ninok Leksono Rector UMN Johanes Prajitno Executive Rector of UMN Adrian Herlambang Corporate IT & IS Director G. Maryamto Sunu Corporate Secretary Asih Winanti Corporate Comptroller Director Cherly Piktiyani Corporate Finance Director Cecilia Dian Corporate Human Resources Director Corporate Facility Management Hari Susanto Director Widi Krastawan Corporate Communications Director Tabel 3 : Nama Jajaran Direksi PT. Kompas Gramedia7 Ign Hardanto Subagyo
7
Kompas Gramedia “About Kompas Gramedia”,” artikel diakses pada 24 April 2014 dari http://www.kompasgramedia.com/aboutkg/ourmanagement/boardofdirector
60
Corporate Communications Director Widi Krastawan
Direktur Eksekutif Bentara Budaya Hariadi Saptono BB Yogya Hermanu
BB Jakarta Paulina Dinartisti
BB Solo Harry Budiono
BB Bali Warih
Sekretaris Cicilia Natalinda Administrasi Rini Yulia Hastuti Event Officer Muhammad Safroni Koleksi Ika W. Burhan Art & Design Ipong Purnamasidhi Kurator Samani Aristianto Agus Purnomo
Tabel 4 : Struktur Organisasi Bentara Budaya Jakarta
Dalam struktur ini, dijelaskan bahwa seorang direktur corporate communications
PT.Kompas
Gramedia
membawahi
seorang
direktur
eksekutif dari Bentara Budaya, seorang direktur eksekutif disini bertanggung jawab kepada direktur korporat akan kelangsungan dari semua Bentara
61
Budaya yang tersebar di empat wilayah yaitu di Jakarta, Bali, Yogyakarta, dan Solo. Direktorat ini dibentuk dengan misi membangun, memelihara dan mengembangkan citra positif perusahaan berbasis pengetahuan terkemuka di Asia tenggara, baik internal maupun eksternal melalui kegiatan komunikasi, tanggung jawab sosial perusahaan dan pengembangan komunitas masyarakat di lingkungan perusahaan, serta kegiatan seni dan budaya. Berbagai aktivitas seni budaya di bawah pengelolaan Bentara Budaya (Jakarta, Yogyakarta, Solo dan Bali), dan ditampilkan secara rutin dalam bentuk pengelolaan dan pameran koleksi benda-benda seni, serta kegiatan-kegiatan yang bertujuan memperkaya apresiasi masyarakat terhadap seni budaya bangsa. Seorang super intendent di Bentara Budaya Jakarta membawahi beberapa staf yang bertugas membantu dalam berbagai bidang, antara lain sekretariat, administrasi, timevent officer, tim koleksi, tim art & design dan tim kurator. Dari informasi yang peneliti peroleh, tidak banyak perbedaan struktur organisasi Bentara Budaya Jakarta dengan Bentara Budaya lainnya, untuk struktur organisasi yang telah dijelaskan diatas, peneliti merasa bahwa tanggung jawab dari tiap-tiap posisi sudah terdeskripsi secara cukup jelas. Disini peneliti akan menjelaskan struktur sosial dari segi posisi jabatan, dari sinilah alur komando dari Bentara Budaya Jakarta berjalan, dimulai dari posisi puncak oleh direktur korporat PT.Kompas Gramedia yang
62
menginginkan program corporate social responsibility yang baik, sehingga menunjuk seorang direktur eksekutif untuk membawahi Bentara Budaya, selanjutnya ditunjuklah super intendent untuk bertanggung jawab terhadap Bentara Budaya Jakarta, seorang super intendent dibantu dalam menjalankan tugasnya dengan beberapa tim dan terakhir terdapat staf rumah tangga yang bertugas membantu para pegawai lainnya demi keberlangsungan kegiatan dalam Bentara Budaya Jakarta Super intendent sebagai penanggung jawab dari Bentara Budaya Jakarta bertugas untuk menentukan strategi-strategi promosi yang akan digunakan oleh Bentara Budaya Jakarta, mengawasi jalannya kinerja dari Bentara Budaya Jakarta agar sejalan dengan yang telah direncanakan, Super Intendent pun dapat menentukan kelayakan dari suatu pameran atau pementasan, apakah cukup layak untuk ditampilkan di Bentara Budaya Jakarta atau tidak Super
Intendent
mebawahi
tim-tim
yang
membantu
dalam
menjalankan tugasnya, yang pertama ialah timSekretaris, tim inibertugas untuk membantu dalam urusan kesekretariatan, seperti mengurus surat permohonan kepada suatu pihak, mengurus bukti-bukti pembayaran dan pengiriman, dan lainnya. Sekretaris juga bertanggung jawabakan pembuat jadwal kegiatan, mencari relasi, menjaga citra dan mengkondisikan kegiatan. Sekretaris memiliki tanggung jawab besar terhadap citra perusahaan dan pandai mencari relasi demi lancarnya kegiatan
63
Yang kedua ialah tim Administrasi, tim ini membantu dalam segala hal yang berkaitan dengan administratif Bentara Budaya Jakarta,seperti salah satu contohnya ialah, mencatat stok barang-barang seperti jumlah spanduk, umbul-umbul, standing banner, dan lainnya Yang ketiga ialah tim event, tim ini bertugas untuk mendukung kelancaran jalannya acara, contohnya saat acara presentasi karya oleh seniman, biasanya tim event yang menjalankan slideshow-nya, atau saat pentas musik, tim ini ikut pula mengurus soal alat-alat dan kelistrikan jika diperlukan Yang keempat ialah tim koleksi, tim ini yang menentukan apa yang akan ditampilkan saat acara berlangsung ataupun saat tidak ada acara, seperti menentukan barang koleksi apa yang akan ditampilkan oleh Bentara Budaya Jakarta, mengingat koleksi Bentara Budaya Jakarta yang tidak bisa dibilang sedikit, bahkan saat acara berlangsung, merekalah yang menentukan penempatan banner, spanduk, umbul-umbul, standing banner, dan lainnya. Yang kelima tim art dan design, tim ini bertanggung jawab atas tata letak artistik di Bentara Budaya Jakarta, baik saat pameran ataupun saat tidak ada pameran, walaupun penataan saat pameran terkadang di tata oleh sang seniman, contohnya penataan pencahayaan. Dan yang terakhir ialah tim kurator, tim ini membantu dalam hal seleksi karya yang akan tampil atau akan dipamerkan di Bentara Budaya Jakarta, tidak hanya seleksi karya, namun tim ini memberikan masukan untuk
64
mengundang seniman untuk menampilkan karyanya di Bentara Budaya Jakarta, tim ini bertanggung jawab kepada Super Intendent akan kelayakan karya yang tampil.
BAB IV ANALISIS DAN PENEMUAN
A. Strategi public relations PT. Kompas Gramedia dengan menggunakan teori coorporate social responsibility Pada bab ini peneliti akan menganalisis strategi public relations dalam membangun citra perusahaan pada PT. Kompas Gramedia. Public relations merupakan fungsi manajemen suatu perusahaan atau organisasi yang memberi masukan dan nasihat terhadap berbagai kebijakan yang berhubungan dengan opini atau isu publik yang tengah berkembang. Public relations mendukung pembinaan ataupun pemeliharaan antara organisasi dengan publiknya, yang mana menyangkut aktivitas komunikasi keduanya, dapat menerima dan kerja sama antara kedua belah pihak, public relations menggunakan komunikasi untuk memberitahu, mempengaruhi dan mengubah pengetahuan, sikap dan perilaku publik sasarannya. PT. Kompas Gramedia menggunakan public relations agar lebih fokus dalam melakukan promosi Bentara Budaya Jakarta yang bertujuan pada membentuk citra positif perusahaan di mata masyarakat, menyangkut unsur-unsur citra baik, itikad baik, saling pengertian, saling mempercayai,
saling
menghargai
dan
toleransi
pemeliharaan antara organisasi dengan pihak eksternal.
65
dengan
melakukan
66
Public relations bertujuan untuk menegakkan dan mengembangkan suatu citra yang positif baik itu bagi organisasi maupun perusahaan, atau produk barang dan jasa terhadap masyarakat terkait yaitu publik eksternal. Untuk mencapai tujuan tersebut maka strategi kegiatan public relations semestinya diarahkan pada upaya menggarap persepsi publik eksternal, akan diperoleh sikap tindak dan persepsi yang menguntungkan dari publik sebagai khalayak sasaran dan pada akhirnya akan tercipta suatu opini dan citra yang menguntungkan. Strategi dalam public relations selalu terkait dengan beberapa unsur di dalamnya, baik itu unsur perencanaan maupun pengorganisasian dari strategi itu, serta dimaksudkan agar tujuan bersama dapat tercapai dengan baik dan tidak terjadi penyimpangan dari apa yang direncanakan. Bentara Budaya Jakarta saat ini sedang mempersiapkan strategi untuk membangun citra perusahaan Kompas Gramedia dalam bidang seni dan kebudayaan tradisional. “Saat ini Bentara Budaya Jakarta akan lebih fokus kepada kesenian dan kebudayaan betawi. Karena betawi merupakan ciri khas Jakarta. Maka kami akan mengembangkannya agar membedakan kebudayaan asli yang ada di Jakarta.”1 Setiap Bentara Budaya yang ada di Yogyakarta, Solo dan Bali mempunyai kekhasannya sendiri menurut kesenian dan kebudayaan di daerahnya.
1
Wawancara pribadi dengan ST. Herwinoto. Jakarta, 16 Juni 2014.
67
Bentara Budaya Jakarta merupakan salah satu bentuk corporate social responsibility dari sebuah perusahaan dalam bidang seni dan kebudayaan tradisional. Perusahaan bisa tetap survive jika dilihat dari kepuasan masyarakat sekitar dan konsumennya. Mengingat posisi masyarakat sebagai penyedia input dan penampung output perusahaan. Untuk itu, perusahaan dipandang perlu mengembangkan strategi manajemen. Peran public relations dalam membangun citra dapat terlaksana dengan baik dan matang serta dapat terealisasi jika adanya strategi yang matang. Strategi merupakan bagian terpadu dari sebuah rencana, sedangkan rencana merupakan produk dari suatu perencanaan, yang pada akhirnya perencanaan adalah salah satu fungsi dasar dari proses manajemen. Manajemen, dalam konteks strategi, mempunyai peran untuk membantu perusahaan
menyesuaikan
diri
dengan
perubahan-perubahan
dalam
lingkungan usaha. Perubahan lingkungan tentu mempengaruhi prestasi perusahaan dalam meraih keuntungan atau memberi konstribusi terhadap pihak-pihak yang terkait.2 Terdapat empat aspek corporate social responsibility, yaitu ekonomi, hukum, etika dan filantropis. PT. Kompas Gramedia juga telah memenuhi empat aspek tersebut yang menjadi dasar bahwa Bentara Budaya Jakarta merupakan sebuah tanggung jawab sosial dari perusahaan kepada masyarakat. 2
Soleh Soemirat & Elvinaro Ardianto, Dasar-dasar Public Relation, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010), h. 89.
68
1. Economic Responsibility Ekonomi merupakan pondasi utama corporate social responsibility. Sebagai instrument utama dalam ruang lingkup ekonomi masyarakat, maka tugas utama perusahaan adalah menyediakan barang dan jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat. Dalam hal ini Bentara Budaya Jakarta telah menyediakan fasilitas kepada para seniman, memberikan hiburan kepada masyarakat sekitardan menunjukkan kepedulian perusahaan dengan kesenian dan kebudayaan tradisional kepada Negara dan Bangsa Indonesia. “PT. Kompas Gramedia melaksanakan program Bentara Budaya Jakarta ini merupakan salah satu bentuk kepedulian perusahaan kami kepada kesenian dan kebudayaan tradisional Indonesia. Melalui program ini kami bisa memberikan yang terbaik kepada Negara dan Bangsa.”3 Dalam hal ini Bentara Budaya Jakarta menyediakan fasilitas kepada seniman-seniman termarginal yang ingin mengadakan pameran, workshop dan pentas seni. Para seniman tersebut dapat mengapresiasikan dan mempromosikan karyanya kepada publik. Di kota kecil seperti Yogyakarta merupakan wilayahnya yang kehidupannya didominasi oleh kesenian dan kebudayaan tradisional. Banyak seniman yang terlahir dari kota kesenian tersebut, diawali yang dulunya hanya seniman-seniman terpinggirkan kini menjadi seniman-seniman yang dikenal oleh publik. Melihat antusias komunitas-komunitas kesenian di Yogyakarta maka didirikanlah Bentara Budaya di Jakarta pada tahun 1986. 3
Wawancara pribadi dengan ST. Herwinoto. Jakarta, 16 Juni 2014.
69
Bentara Budaya Jakarta telah memenuhi kebutuhan masyarakat dengan memberikan hiburan kepada mereka. Masyarakat juga bisa menikmati atau mengapresiasi kemampuan mereka dalam bidangnya dengan mengikuti sanggar tari, sastra dan lukis serta dapat mengikuti kegiatan-kegiatan yang ada di Bentara Budaya Jakarta. Mahasiswa juga diikut sertakan dalam kegiatankegiatan yang diadakan oleh Bentara Budaya Jakarta, komunitas tersebut dinamakan Bentara Muda. Melalui mereka, kegiatan dan promosi Bentara Budaya Jakarta dapat berjalan dan bergulir dengan memanfaatkan word of mouth melalui bentara muda.
70
Gambar 3 : Kegiatan Bentara Muda Keuntungan yang didapatkan oleh PT. Kompas Gramedia dengan adanya Bentara Budaya Jakarta berupa citra positif dari publik, bahwa PT. Kompas Gramedia peduli akan kesenian dan kebudayaan tradisional Indonesia. Karena saat ini tidak banyak publik yang bisa mendapatkan tempat untuk mengapresiasikan kemampuan mereka dalam bidang kesenian dan
71
kebudayaan. Maka Bentara Budaya Jakarta sangat berperan dalam pelestarian kesenian dan kebudayaan tradisional Indonesia dengan menyediakan tempat dan fasilitas yang bisa digunakan oleh publik dan para seniman.
2. Legal Responsibility Setiap perusahaan pada dasarnya adalah badan hukum yang disahkan oleh pemerintah. Kepatuhan perusahaan terhadap norma-norma dan aturan, baik tentang bisnis dan hubungan bisnis serta hubungan dengan sistem sosial yang lebih luas merupakan kewajiban yang melekat dalam setiap badan hukum. Dalam hal ini kepuasan tanggung jawab hukum yang diperlukan dari semua perusahaan berusaha untuk bertanggung jawab secara sosial, misalnya PT. Kompas Gramedia juga memiliki corporate social responsibility dari bidang kesehatan dan pendidikan yang bekerja sama dengan Indonesia Mengajar dan Komunitas Seribu Satu Buku. Kegiatan corporate social responsibility perusahaan telah tercantum dalam Undang-Undang No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas pasal 74 mengenai Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan.Dalam UndangUndang Perseroan Terbatas tersebut, definisi tanggung jawab sosial dan lingkungan
lebih
menitikberatkan
kepada
pengembangan
komunitas
72
(community
development).4Dalam
hal
ini
Bentara
Budaya
Jakarta
mengembangkan komunitas yaitu Bentara Muda. Dari corporate social responsibility, perusahaan memang tidak akan mendapatkan profit atau keuntungan, yang diharapkan dari kegiatan ini adalah keuntungan berupa citra perusahaan. Masih banyak perusahaan lain yang melakukan corporate social responsibility dengan beragam bentuk dan sasarannya, hal ini merupakan fenomena positif dilingkungan bisnis, hal ini telah menunjukan meningkatnya kesadaran bahwa jika perusahaan ingin tumbuh secara berkelanjutan maka perusahaan tidak semata-mata mengejar keuntungan tetapi juga harus menjaga aspek sosial dan lingkungan. Jika demikian, adanya kewajiban melakukan corporate social responsibility seperti dinyatakan dalam undang-undang bukan sesuatu yang penting lagi. 5
“Sama halnya dengan Bentara Budaya Jakarta yang sudah berdiri sejak tahun 1986 berusaha untuk terus mengembangkan bentara muda sebagai salah satu program corporate social responsibility dari PT. Kompas Gramedia dalam bidang seni dan kebudayaan tradisional. Bentara Budaya Jakarta berfikir bahwa program corporate social responsibility tersebut sudah sesuai hukum karena selama tigapuluhdua tahun programnya berjalan dengan baik.”6
4
A. B Susanto, Reputation-Driven Corporate Social Responsibility, (Jakarta: Erlangga, 2009), h. 2. 5 Hendrik Budi Untung, Corporate Social Responsibility, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), h. 33. 6 Wawancara pribadi dengan ST. Herwinoto. Jakarta, 16 Juni 2014.
73
3. Ethical responsibility Corporate social responsibility harus mempertimbangkan etika dalam mengambil keputusan organisasional. Tanggung jawab etis ini penting dalam hak asasi dan keadilan karena setiap perusahaan memiliki hak dan tanggung jawab sosialnya masing-masing. Setiap perusahaan harus mempertimbangkan dampak dari kegiatan dan keputusan perusahaan bagi masyarakat, baik yang berupa dampak langsung maupun tidak langsung atau baik dampak jangka pendek dan jangka panjang. “Bentara Budaya Jakarta hanya membantu kepada seniman-seniman yang ingin mengapresiasikan karya mereka dan mengajukan proposal mereka. Kemudian proposal tersebut akan di seleksi oleh dewan kurator dari Bentara Budaya Jakarta layak atau tidaknya karya yang akan mereka tampilkan. Jadi kami bukan menjual tiket pertunjukkan, tapi kami hanya membantu seniman-seniman yang ingin mengapresiasikan karya mereka.”7
Dalam hal ini Bentara Budaya Jakarta melakukan penyeleksian untuk mempertimbangkan hasil karya para seniman sebelum dipentaskan. Ada dewan kurator yang akan menyeleksi karya tersebut, apakah sudah sesuai dengan norma hukum, etika dan kesopanan yang berlaku di masyarakat. Begitupun dengan seniman, terkadang banyak seniman yang kurang memikirkan penampilannya sehingga kurang baik di mata publik namun itu
7
Wawancara pribadi dengan ST. Herwinoto. Jakarta, 16 Juni 2014.
74
adalah hak bagi mereka, selama para seniman memiliki tanggung jawab sosialnya masing-masing.
4. Philanthropic responsibility Tanggung jawab filantropis berkenaan dengan apakah keputusan dan tindakan perusahaan telah benar-benar merupakan pemenuhan dari ekspektasi masyarakat. Kegiatan filantropis memberikan keuntungan langsung kepada masyarakat namun secara langsung pula mengeluarkan biaya bagi perusahaan. Semakin besar keuntungan yang diberikan maka semakin besar biaya bagi perusahaan, sementara keuntungan secara ekonomi tidak langsung di dapatkan oleh perusahaan. Kegiatan filantropis seperti pemberian beasiswa, donasi sosial, pendanaan kegiatan amal, sponsorship bagi kegiatan kesenian dan kebudayaan merupakan aktifitas yang memperbesar biaya namun tidak menghasilkan pendapatan untuk perusahaan namun tanggung jawab ini akan membentuk citra sebagai good corporate citizen.8 Tanggung jawab filantropis yang dilakukan oleh Bentara Budaya Jakarta adalah dengan tidak mengharapkan feedback dari seniman-seniman dan keuntungan secara financial dari setiap kegiatan yang dilakukan. Karena Bentara Budaya Jakarta tidak berasal dari sebuah event organizer melainkan sebuah program corporate social responsibility dari PT. Kompas Gramedia.
8
Nila Firdausi Nuzula, Corporate Social Responsibility: Sebuah Keniscayaan Strategi Bisnis Di Indonesia, (Malang: Universitas Brawijaya, 2009), h. 12.
75
Bentara Budaya Jakarta lebih kepada pemberian fasilitas kepada seniman yang ingin mengapresiasikan karyanya dan yang mereka harapkan bukanlah keuntungan secara materi melainkan dapat membangun citra perusahaan. Biasanya para seniman memberikan salah satu hasil karyanya kepada PT. Kompas Gramedia sebagai tanda terimakasih mereka atas tempat dan fasilitas yang diberikan oleh Bentara Budaya Jakarta kepada mereka.
Gambar 4 : Musisi Mengapresiasikan Bakatnya Empat aspek corporate social responsibility menurut Archie B. Carroll bahwa ekonomi, legal, etika dan filantropis sangat berpengaruh terhadap tanggung jawab sosial bagi perusahaan. Dari hasil wawancara peneliti mendapatkan bahwa Bentara Budaya Jakarta telah menjalankan programnya dengan baik yang sesuai dengan empat aspek dasar dari
76
corporate social responsibility. PT. Kompas Gramedia tidak ingin mendapatkan keuntungan secara financial saja namun perusahaan ini juga memperdulikan aspek sosial dan lingkungan. Melalui Bentara Budaya Jakarta, PT. Kompas Gramedia ingin menunjukkan kepedulian mereka terhadap kesenian dan kebudayaan tradisional Indonesia. Dalam strategi corporate social responsibility Bentara Budaya Jakarta menjalankan semua programnya sudah sesuai dengan peraturan di masyarakat atau secara umum. Masyarakat merasakan kehadiran Bentara Budaya Jakarta, misalnya masyarakat di daerah Palmerah bisa mendapatkan hiburan dan menambah pengetahuan mereka tentang seni dan kebudayaan tradisional di Indonesia. Masyarakat juga bisa mengapresiasikan seni mereka, yang perlu mereka lakukan cukup memberikan proposal akan bakat dan kemampuan yang mereka miliki kepada Bentara Budaya Jakarta. Kemudian ada dewan kurator yang akan menyeleksi kelayakan bakat kesenian masyarakat untuk di apresiasikan di Bentara Budaya Jakarta. Public relations menjadi rangkaian kegiatan terencana dan usaha yang terus menerus untuk dapat memanfaatkan dan mengembangkan goodwill dan pengertian timbal balik, antara organisasi dan masyarakat. Peran public relations kian penting bagi organisasi atau lembaga dalam menghadapi persaingan pasar yang semakin kompetitif, karena goodwill menjadi suatu bagian yang profesionalisme.
77
Peran public relations di PT. Kompas Gramedia adalah membangun citra perusahaan. Mereka mendukung semua kegiatan yang diadakan oleh Bentara Budaya Jakarta yaitu dengan media relationsnya. Public relations corporate communications berperan sebagai mediator perusahaan dan masyarakat. Bentara Budaya Jakarta akan terus memberikan fasilitas kepada seniman-seniman
untuk
karyanya
dan
kepada
masyarakat
untuk
mengapresiasikan bakatnya dalam bidang seni dan kebudayaan. Dalam penerapan corporate social responsibility terdapat beberapa tahap yang dilakukan oleh perusahan. Tahap-tahapan tersebut biasanya sangat berguna demi berlansungnya program corporate social responsibility dengan baik. Tahapan yang pertama yaitu perencanaan. Tahapan perencanaa merupakan langkah awal dalam menjalankan program corporate social responsibility. Tahap perencanaan terbagi menjadi tiga bagian yaitu, awareness building, corporate social responsibility assessement, dan manual building. Awareness building merupakan langkah awal untuk membangun kesadaran mengenai arti penting corporate social responsibility. Dalam penerapannya pada Bentara Budaya Jakarta, public relations PT. Kompas Gramedia menjalankan sesuai dengan apa yang telah diterapkan oleh pendiri Bentara Budaya Jakarta yaitu Jakob Oetama. “Pada awalnya program Bentara Budaya Jakarta terbentuk atas pemikiran bapak Jakob Oetama selaku pimpinan harian kompas. Beliau berusaha menghidupkan komunitas-komunitas kesenian yang
78
marginal. Dengan kepedulian beliau kepada seniman-seniman yang terpinggirkan maka dibuatlah Bentara Budaya yang pertama di Yogyakarta. Jika dikaitkan dengan tanggung jawab sosial perusahaan, PT. Kompas Gramedia melaksanakan program Bentara Budaya Jakarta ini merupakan salah satu bentuk kepedulian perusahaan kami kepada kesenian dan kebudayaan tradisional Indonesia. Melalui program ini kami bisa memberikan yang terbaik kepada Negara dan Bangsa”9
Dalam tahap ini tidak hanya untuk membangun kesadaran tapi juga penerapan corporate social responsibility yang sesuai dengan komitmen manajemen. Setelah langkah awal dengan membangun kesadaran akan pentingnya corporate social responsibility, maka yang dilakukan adalah corporate social responsibility assessement. Corporate social responsibility assessments yaitu upaya untuk memetakan kondisi perusahaan dan mengidentifikasi aspek-aspek yang perlu mendapat prioritas perhatian dan langkah-langkah yang tepat untuk membangun struktur perusahaan yang kondusif bagi penerapan corporate social responsibility secara efektif. “Di beberapa tempat, seperti Yogyakarta merupakan kota kecil namun banyak seniman yang terlahir disana. Kehidupan dan kegiatan disana dirasakan lebih hidup dengan adanya seniman-seniman tersebut. Sehingga Bentara Budaya berusaha membantu mereka dengan memberikan tempat dan fasilitas dan mereka bisa gunakan itu untuk pameran atau workshop dan lainnya.”10 Dalam tahap ini memang perlu adanya identifikasi, agar program corporate social responsibility tepat sasaran dan memang dibutuhkan. Selanjutnya adalah manual building. Manual buiding yaitu dasar atau 9
Wawancara pribadi dengan ST. Herwinoto. Jakarta, 16 Juni 2014. Wawancara pribadi dengan ST. Herwinoto. Jakarta, 16 Juni 2014.
10
79
pedoman implementasi corporate social responsibility dengan menggali dari referensi atau meminta bantuan tenaga ahli independen dari luar perusahaan, karena penyusunan manual diharapkan mampu memberikan kejelasan dan keseragaman pola pikir dan pola tindak seluruh elemen perusahaan guna tercapainya pelaksanaan program yang terpadu, efektif dan efisien. Yang menjadi dasar terbentuknya Bentara Budaya Jakarta berasal dari pemikiran Jakob Oetama. Beliau awalnya hanya ingin menghidupkan komunitas-komunitas kesenian yang termarginal, karena banyak senimanseniman yang terpinggirkan memiliki karya yang baik tetapi tidak bisa mengapresiasikan karya mereka. Melihat keadaan tersebut maka Jakob Oetama selaku pemimpin PT. Kompas Gramedia mendirikan Bentara Budaya sebagai salah satu tanggung jawab sosial perusahaannya dalam bidang seni dan kebudayaan tradisional. Melihat pesatnya antusias publik dan seniman-seniman dengan adanya Bentara Budaya ini maka PT. Kompas Gramedia juga memdirikan Bentara Budaya di beberapa wilayah di Indonesia yaitu Jakarta, Yogyakarta, Bali dan Solo. Ketiga tahapan tersebut yang menjadi dasar perencanaan akan terbentuknya Bentara Budaya Jakarta. Ketiganya mempunyai perencanaan yang matang agar program corporate social responsibility dapat berjalan efektif dan efisien. Seni dan kebudayaan tradisional Indonesia memang harus dilestarikan karena inilah yang akan menjadi aset Negara Indonesia.
80
Selanjutnya adalah tahap implementasi, ada tiga elemen yang mendasar dalam memulai implementasi yaitu siapa yang menjalankan, apa yang harus dilakukan dan bagaimana cara melakukannya sekaligus alat apa yang diperlukan. Dalam tahapan ini adalah hal yang terpenting bagi setiap perusahaan dalam menjalankan corporate social responsibility. Karena dalam hal ini adalah publik yang akan menilai dan merasakan. Sedangkan perusahaan akan terus berusaha melakukan sesuai dengan yang diinginkan publik. Tahap implementasi terdiri atas tiga langkah utama yakni sosialisasi, pelaksanaan
dan
internalisasi.
Sosialisasi
sangat
diperlukan
dalam
menjalankan program corporate social responsibility. Karena dalam tahapan ini merupakan perkenalan komponen perusahaan mengenai berbagai aspek yang terkait dengan implementasi corporate social responsibility khususnya mengenai pedoman penerapan corporate social responsibility. “Untuk penyampaian kepada publik kami masih menggunakan yang konvensional melalui social media, email dan website.”11 Dalam tahap sosialisasi ini public relations PT. Kompas Gramedia lebih menggunakan social media untuk memberi informasi kepada publiknya. Tetapi tidak semua orang selalu menggunakan social media. Maka harus ada beberapa strategi public relations PT. Kompas Gramedia lainnya dalam
11
Wawancara pribadi dengan ST. Herwinoto. Jakarta, 16 Juni 2014.
81
mensosialisasikan program corporate social responsibility Bentara Budaya Jakarta. Selanjutnya adalah pelaksanaan, pada dasarnya pelaksanaan harus sejalan dengan pedoman corporate social responsibility.Seperti sesuai dengan hukum dan undang-undang yang berlaku di Negara Indonesia atau sesuai dengan visi dan misi perusahaan itu sendiri. “Jika ditanya apakah Bentara Budaya Jakarta sudah sesuai dengan hukum corporate social responsibility yang berlaku di Negara Indonesia, ya jawabannya sudah karena dalam perundang-undangan bahwa tanggung jawab sosial oleh perusahaan lebih menitikberatkan kepada pengembangan komunitas atau community development. Ya itu tadi Bentara Budaya Jakarta memiliki komunitas yaitu Bentara Muda.”12
Dalam tahap pelaksanaan ini Bentara Budaya Jakarta telah mengikuti undang-undang yang mengatur tentang tanggung jawab sosial oleh perusahaan yaitu dengan adanya Bentara Muda. Karena undang-undang corporate
social
responsibility
lebih
mengutamakan
pengembangan
komunitas. Bentara Budaya Jakarta sudah berjalan selama tigapuluhdua tahun, sehingga dapat dikatakan program corporate social responsibility bidang seni dan kebudayaan tradisional ini berjalan dengan baik. Setiap kegiatan yang akan diadakan oleh Bentara Budaya Jakarta akan melalui beberapa proses seperti seleksi. Dewan kurator merupakan bagian dari Bentara Budaya Jakarta yang akan menyeleksi layak atau tidaknya karya para seniman untuk dijadikan
12
Wawancara pribadi dengan ST. Herwinoto. Jakarta, 16 Juni 2014.
82
sebuah pameran.
Adapula
Bentara Muda,
sebuah komunitas
yang
menjalankan beberapa kegiatan yaitu sanggar tari, sastra, karawitan dan lain sebagainya. Bentara Muda didominasi oleh kaum muda. Namun sesungguhnya pelajar dan mahasiswa bisa menggunakan kegiatan Bentara Budaya Jakartayang manapun sebagai sarana belajar. Oleh karena itu Bentara Budaya Jakarta diharapkan untuk merangkul kaum muda karena merekalah masa depan Bentara Budaya. Sehingga perhatian Bentara Budaya Jakarta harus penuh untuk membuat kaum muda terlibat di dalam pengembangan kebudayaan. Setelah adanya pelaksanaan maka akanada internalisasi. Internalisasi adalah upaya untuk memperkenalkan corporate social responsibility di dalam seluruh proses bisnis perusahaan dengan promosi Bentara Budaya Jakarta. Pada awalnya PT. Kompas Gramedia adalah perusahan yang bergerak di bidang media informasi. Tetapi sekarang sudah merambah ke bidang perhotelan, pendidikan, percetakan dan lainnya. Maka pantaslah jika dikatakan PT. Kompas Gramedia merupakan sebuah perusahaan besar dengan semua bisnisnya. Dalam tahap internalisasi ini pastilah PT. Kompas Gramedia memiliki
usaha
untuk
memperkenalkan
program
corporate
social
responsibility bidang seni dan kebudayaan tradisional yaitu Bentara Budaya Jakarta kepada publik atau rekan bisnis perusahaan tersebut.
83
Tahap yang ketiga adalah evaluasi. Evaluasi merupakan hal yang penting ketika melakukan sesuatu karena dengan evaluasi kita dapat mengukur sejauh mana keefektifan yang dilakukan. Seperti misalnya pada Bentara Budaya Jakarta, mereka rutin mengadakan rapat guna membicarakan kegiatan-kegiatan yang sudah ataupun belum terlaksana.Tentu ada praktek evaluasi yang bersifat menyeluruh dan sesungguhnya berlangsung terus menerus sehingga tidak sekedar reaktif. Tahap evaluasi adalah tahap yang perlu dilakukan secara konsisten dari waktu ke waktu, kegagalan maupun keberhasilan suatu program dapat diketahui setelah program-program yang dijalankan dievaluasi. Kemudian yang terakhir adalah tahap pelaporan, tahap ini merupakan pengambilan keputusan dari tahap sebelumnya yaitu tahap evaluasi. Pelaporan dilakukan dalam rangka membangun sistem informasi baik untuk keperluan proses pengambilan keputusan maupun keperluan keterbukaan informasi material dan relevan mengenai perusahaan. Dalam tahap ini biasanya direktur eksekutif meminta bantuan kepada tim kurator dan public relations, karena merekalah kunci dari pameran dan semua kegiatan yang diadakan di Bentara Budaya Jakarta. Tim kurator akan melaporkan hal apa yang terjadi dan bagaimana tanggapan seniman dan publik yang menikmati kegitan yang diadakan. “Bentara Budaya Jakarta bukan merupakan event organizer yang bisa menjual karya mereka melalui media yang ada. Tapi Bentara Budaya Jakarta hanya membantu kepada seniman-seniman yang ingin
84
mengapresiasikan karya mereka dan mengajukan proposal mereka. Kemudian proposal tersebut akan di seleksi oleh dewan kurator dari Bentara Budaya Jakarta layak atau tidaknya karya yang akan mereka tampilkan. Jadi kami bukan menjual tiket pertunjukkan, tapi kami hanya membantu seniman-seniman yang ingin mengapresiasikan karya mereka.”13
Bentara Budaya Jakarta bukanlah suatu program yang bergerak dari sebuah event organizer, maka yang mereka cari bukanlah suatu keuntungan semata tetapi bagaimana caranya Bentara Budaya Jakarta tetap terus ada dan selalu bisa memberikan hal yang positif bagi masyarakat, perusahaan dan Negara. Bentara Budaya Jakarta memilih untuk ikut mengembangkan potensi seni rupa yang sekiranya tidak menjadi perhatian dari berbagai galeri secara umum, bukan primadona di pasar seni rupa yang karut marut, dan sebisa mungkin mengandung kebaruan. Dasar pemikirannya Bentara Budaya Jakarta ingin menumbuhkan arus seni rupa tersendiri, tidak perlu menjadi bagian dari mainstream apalagi dari kegiatan pasar seni rupa. Itu sebabnya cukup sering Bentara Budaya Jakarta menampilkan karya-karya pinggiran, yang bersifat kerakyatan seperti pameran seni lukis kaca (yang tentu dianggap tidak akan menguntungkan bagi galeri seni rupa komersial), seni lukis damar kurung (lampion Gresik), celengan, dan lain-lain. Bentara Budaya Jakarta memilih untuk membuat festival dan kompetisi seni cetak grafis yang semula tidak populer dan terpinggirkan di dalam arus besar seni rupa. Pemikiran inilah yang membuat 13
Wawancara pribadi dengan ST. Herwinoto. Jakarta, 16 Juni 2014.
85
Bentara Budaya Jakarta harus berhati-hati dalam mengambil keputusan pada tahap pelaporan ini, karena memang dari awal Bentara Budaya Jakarta berdiri dengan apa adanya dan bersifat kerakyatan bukan sebuah event organizer yang bersifat komersial dengan hanya mencari keuntungan semata. Tahap demi tahap harus dilakukan public relations dalam menjalankan program
corporate
social
responsibility,
dari
tahap
perencanaan,
implementasi, evaluasi dan pelaporan. Dengan menjalankan tahapan-tahapan tersebut akan membuat program Bentara Budaya Jakarta berjalan lebih baik dan efektif lagi sehingga publik akan lebih maksimal dalam merespon program corporate social responsibility pada bidang seni dan kebudayaan tradisional ini.
Bukan keuntungan materi yang diharapkan PT. Kompas
Gramedia dengan adanya program Bentara Budaya Jakarta ini, melainkan sebuah citra yang baik dari publik serta kepuasan bagi perusahaan karena telah peduli kepada seni dan kebudayaan tradisional Negara Indonesia.
B.
Citra PT. Kompas Gramedia berdasarkan teori corporate social
responsibility melalui program Bentara Budaya Jakarta Citra suatu perusahaan tidak muncul dengan sendirinya. Akan tetapi citra harus diupayakan dengan berbagai cara agar selalu terpelihara. Citra perusahaan akan menumbuhkan kepercayaan publik terhadap perusahaan tersebut. Karena citra atau image yang baik dibuat oleh masyarakat luas,
86
termasuk seniman-seniman yang terlahir dari Bentara Budaya Jakarta.Opini publik juga mempengaruhi akan terciptanya citra positif bagi perusahaan. Pada dasarnya ada beberapa jenis-jenis citra, yaitu the mirror image, the current image, the wish image, the multiple image dan corporate image. The mirror image merupakan dugaan (citra) manajemen terhadap publik eksternal dalam melihat perusahaannya.The current image, yaitu citra yang terdapat pada publik eksternal, yang berdasarkan pengalaman atau menyangkut miskinnya informasi dan pemahaman publik eksternal. The wish image adalah manajemen menginginkan pencapaian prestasi tertentu. Citra ini diaplikasikan untuk sesuatu yang baru sebelum publik eksternal memperoleh informasi secara lengkap. Selanjutnya the multiple image, yaitu sejumlah individu, kantor cabang atau perwakilan perusahaan lainnya dapat membentuk citra tertentu yang belum tentu sesuai dengan keseragaman citra seluruh organisasi atau perusahaan. Terakhir adalah corporate image merupakan citra yang tertuju pada sosok perusahaan sebagai tujuan utamanya, bagaimana menciptakan citra perusahaan yang positif, lebih dikenal serta diterima oleh publiknya, dapat melalui sejarahnya, kualitas pelayanan prima, keberhasilan dalam bidang marketing, dan hingga berkaitan dengan tanggung jawab sosial (social care).14 Dari berbagai jenis citra yang ada, PT. Kompas Gramedia terus berusaha untuk mendapatkan citra yang baik bagi perusahaannya. Citra 14
Soleh Soemirat dan Elvinaro Ardianto, Dasar-dasar Public Relation, h. 117.
87
perusahaan umumnya menggambarkan secara garis besar apa yang ada di dalam perusahaan tersebut. PT. Kompas Gramedia membangun citra yang mana perusahaan media massa yang menjalankan prinsip menciptakan masyarakat terdidik, tercerahkan, menghargai kebhinekaan dan adil sejahtera. “Lebih kepada citra yang di dapatkan oleh PT. Kompas Gramedia dengan adanya Bentara Budaya Jakarta ini. Sehingga publik menilai bahwa PT. Kompas Gramedia peduli dengan seni dan kebudayaan tradisional, peduli dengan seniman-seniman yang terpinggirkan. Di beberapa tempat, seperti Yogyakarta merupakan kota kecil namun banyak seniman yang terlahir disana. Kehidupan dan kegiatan disana dirasakan lebih hidup dengan adanya seniman-seniman tersebut. Sehingga Bentara Budaya berusaha membantu mereka dengan memberikan tempat dan fasilitas dan mereka bisa gunakan itu untuk pameran atau workshop dan lainnya.”15
Pembahasan masalah opini publik adalah hal yang sangat mendasar bagi pekerjaan seorang praktisi public relations. Bahkan hubungan yang dilakukan oleh perusahaan atau organisasi manapun di dunia ini tidak lepas dari munculnya opini di dalam masyarakat. Mengapa objek ini menjadi sangat penting, tentu karena sifat komunikasi yang dilakukan menyangkut manusia di dalam kedudukannya, baik sebagai individu, maupun sebagai bagian dari masyarakat secara luas. 16 PT. Kompas Gramedia memiliki citra yang baik di masyarakat sekitar, seperti contohnya PT. Kompas Gramedia mendapatkan penghargaan dalam bidang corporate social responsibility dari Walikota Jakarta Pusat yaitu 15
Wawancara pribadi dengan ST. Herwinoto. Jakarta, 16 Juni 2014. Soleh Soemirat & Elvinaro Ardianto, Dasar-dasar Public Relation, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010), h. 108. 16
88
Bapak Saefullah. Penghargaan tersebut diberikan oleh Walikota Jakarta Pusat kepada PT. Kompas Gramedia karena perusahaan ini dinilai peduli dengan lingkungan sosial. Sebab Jakarta Pusat memiliki persoalan sosial yang cukup kompleks, maka Walikota Jakarta Pusat berharap agar program-program corporate social responsibility yang ada untuk dilanjutkan dan lebih ditingkatkan lagi intensitas dan dananya. 17 PT. Kompas Gramedia juga banyak mendapatkan penghargaan dari berbagai kategori. Banyak juga penghargaan yang diperoleh PT. Kompas Gramedia berdasarkan kepedulian perusahaan ini terhadap lingkungan, media, pendidikan dan seni budaya tradisional Indonesia. Pada tahun 2012, Federasi Teater Indonesia memberikan penghargaan kepada Jakob Oetama, selaku pendiri Bentara Budaya dan pemiliki PT. Kompas Gramedia. Penghargaan tersebut diberikan kepada Jakob Oetama karena beliau memiliki kepedulian terhadap pengembangan dan pelestarian seni. Mulai dari keberpihakan dalam bentuk pemberitaan di medianya, hingga turun langsung dengan membangun pusat kebudayaan, Bentara Budaya di Yogyakarta, Jakarta, Solo dan Bali. Tidak hanya penghargaan yang menjadi bukti bahwa PT. Kompas Gramedia memiliki kepedulian terhadap kesenian dan kebudayaan Indonesia. PT. Kompas Gramedia saat ini sedang mendirikan gedung pameran konvensi terbesar di Asia Tenggara bernama Indonesia Convention Exhibition di
17
Poskota News, artikel diakses pada 20 Juni 2014 dari http://m.poskotanews.com/2012/12/20/sembilan-perusahaan-dapat-penghargaan
89
kawasan BSD City, Tangerang. Corporate Communication PT. Kompas Gramedia juga meresmikan Rumah Kreasi Kompas Gramedia di Jalan Gelora, kelurahan Gelora, Jakarta Pusat pada tahun 2013. Rumah Kreasi Kompas Gramedia dimaksudkan sebagai wadah untuk menyalurkan segala potensi dan kreasi yang di miliki oleh masyarakat. PT. Kompas Gramedia berupaya melakukan corporate social responsibility dalam menjalankan fungsi sosialnya di lingkungan masyarakat sekitar. Sebagai salah satu perusahaan besar maka PT. Kompas Gramedia menjadikan Bentara Budaya Jakarta sebagai salah satu bentuk nyata tanggung jawab perusahaan dalam bidang seni dan kebudayaan tradisional. Dengan adanya Bentara Budaya Jakarta tersebut publik akan melakukan persepsi mengenai adanya hal tersebut. Lambat laun mereka mengetahui adanya Bentara Budaya Jakarta yang menjadi wadah bagi orang-orang yang ingin menyalurkan kesenian, kemudian publik akan menikmatinya dengan menjadikannya sebuah hiburan tersendiri terutama bagi masyarakat sekitar. Pada akhirnya publik memiliki respon positif kepada PT. Kompas Gramedia dengan menjadikan Bentara Budaya Jakarta sebagai tempat melestarikan seni dan kebudayaan tradisional Indonesia.
untuk
90
Gambar 5 : Hasil Karya Seniman Citra merupakan hal yang didapat dari sebuah perusahaan dari hasil keunggulan-keunggulan yang terdapat pada perusahaan tersebut. Dengan beberapa pengharagaan yang di dapatkan PT. Kompas Gramedia merupakan bukti keunggulan mereka dalam berbagai bidang. Citra merupakan hasil dari kesan atau gambaran yang diperoleh dari publik hasil upaya-upaya yang dilakukan oleh sebuah perusahaan atau organisasi. Pengalaman, pengetahuan, pengalaman dan informasi yang diterima oleh orang dapat membentuk sebuah citra.
91
Setiap perusahaan yang ingin membangun atau menciptakan citra yang baik maka informasi dan pengetahuan yang diberikan kepada publik haruslah informasi yang baik sehingga timbul rasa percaya pada perusahaan tersebut yang kemudian membentuk sebuah citra. Hal inilah yang ingin diberikan PT. Kompas Gramedia kepada publiknya, dengan selalu memberikan informasi dan pengetahuan mengenai kesenian dan kebudayaan melalui Bentara Budaya Jakarta. Sehingga PT. Kompas Gramedia akan mendapatkan citra yang positif bagi perusahaannya. Citra perusahaan begitu penting ketika terjadi krisis terhadap perusahaan. Tidak ada satu pun perusahaan yang bebas krisis. Minimal mempunyai resiko mengalami krisis. Maka setiap perusahaan harus selalu mengantisipasi terjadinya krisis. Karena dengan mengantisipasinya suatu perusahaan akan siap menghadapi krisis itu. Aktivitas-aktivitas yang wajib dilakukan dalam menangani krisis dapat dilakukan sebagai upaya pencegahan sebelum terjadinya krisis. Yang harus dicegah adalah terjadinya desas-desus atau isu yang tampaknya sepele akan tetapi dapat menjatuhkan suatu perusahaan. Krisis adalah masa yang sangat genting, dimana situasi ini merupakan titik baik atau buruk. Masa krisis adalah momen-momen tertentu yang akan terjadi. Apabila krisis ditangani dengan baik dan tepat waktu, momen mengarah pada situasi membaik dan sebaliknya jika moment tersebut tidak
92
ditangani dengan baik dan tepat maka krisis akan mengarah kepada situasi memburuk, bahkan dapat berakibat fatal. Dalam hal inilah peran public relations sangat penting untuk menyelesaikan krisis yang dihadapi perusahaan dan membangun citra perusahaan. Sebelum nantinya krisis menyebar luas di masyarakat dan membentuk opini publik yang tidak baik bagi suatu perusahaan, sehingga dapat dikatakan public relation merupakan fungsi manajemen yang strategis. Jika public relations dapat menjalankan perannya dengan melewati masa krisisnya dengan baik, maka dampak baik pula kepada perusahaan tersebut. Citra positif yang biasanya di dapatkan oleh suatu perusahaan jika dapat melewati masa krisisnya. Pada konsepnya citra yang baik akan menghasilkan keuntungan yang baik pula. Begitu sebaliknya citra yang buruk akan mempengaruhi perkembangan perusahaan tersebut. Citra yang digunakan dalam penelitian ini adalah citra perusahaan, yang merupakan gambaran keseluruhan dari PT. Kompas Gramedia Dalam upaya membangun citra perusahaan harus dilakukan beberapa langkah dan strategi yang tepat guna melancarkan keinginan dan target dari strategi tersebut. Konsep strategi yang dilakukan oleh manajemen public relations tidak jauh berbeda dengan strategi yang dilakukan oleh PT. Kompas
93
Gramedia untuk membangun citra perusahaan melalui program corporate social responsibility Bentara Budaya Jakarta. Setelah melakukan berbagai kegiatan yang digunakan untuk membangun citra perusahaan di mata masyarakat. PT. Kompas Gramedia berharapkan dengan adanya Bentara Budaya Jakarta ini publik akan lebih peduli dengan kesenian dan kebudayaan tradisional Indonesia. PT. Kompas Gramedia akan terus melahirkan seniman-seniman termarginal yang nantinya akan dikenal publik dan publik akan menjadikan Bentara Budaya Jakarta sebagai wadah untuk mengapresiasikan bakat-bakat kesenian yang dimiliki setiap orang. Sehingga PT. Kompas Gramedia akan mendapatkan citra positif, lebih dikenal serta diterima oleh publiknya. Jadi citra yang diharapkan oleh PT. Kompas Gramedia dengan adanya program corporate social responsibility bidang seni dan kebudayaan tradisional ini adalah citra perusahaan atau corporate image. Kerena PT. Kompas Gramedia berusaha menjalankan Bentara Budaya Jakarta dengan sebaik-baiknya sehingga dapat diterima oleh publik. Sebagai perusahaan besar PT. Kompas Gramedia juga wajib menjalankan tanggung jawab sosial perusahaan sesuai dengan undang-undang yang ada. Maka dengan adanya Bentara Budaya Jakarta ini PT. Kompas Gramedia tidak mencari keuntungan materi, tetapi berusaha untuk menciptakan citra perusahaan yang positif, lebih dikenal serta diterima oleh publiknya dengan menjalankan corporate social responsibility.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan perumusan masalah yang ada dalam penelitian ini, maka kesimpulan yang dapat ditarik oleh peneliti pada strategi public relations PT. Kompas Gramedia dalam membangun citra perusahaan melalui program corporate sosial responsibility Bentara Budaya Jakarta adalah akan lebih fokus pada seni dan kebudayaan adat betawi, serta menggunakan empat aspek corporate social responcibility yaitu ekonomi, legal, etika dan filantropis. Pada aspek ekonomi, Bentara Budaya Jakarta telah menyediakan fasilitas kepada para seniman, memberikan hiburan kepada masyarakat sekitar dan menunjukkan kepedulian perusahaan dengan kesenian dan kebudayaan tradisional
kepada
Negara
dan
Bangsa
Indonesia.
Legal,
Bentara
mengembangkan komunitas yaitu Bentara Muda. Etika, adanya dewan kurator sebagai tim penyeleksi karya-karya para seniman yang akan ditampilkan di Bentara Budaya Jakarta agar sesuai dengan norma dan etika yang berlaku di masyarakat.
Filantropis, dalam aspek ini Bentara Budaya Jakarta tidak
mengharapkan feedback dari seniman-seniman dan keuntungan secara financial dari setiap kegiatan yang dilakukan. Bentara Budaya Jakarta hanya
94
95
ingin
membantu
seniman-seniman
termarginal
sehingga
dapat
mengapresiasikan karyanya tanpa mengharapkan feedback dari para seniman. Dalam menjalankan strategi tersebut perlu dilakukan beberapa tahap yaitu perencanaan, implementasi, evaluasi dan pelaporan. Pada tahap perencanaan Bentara Budaya Jakarta berusaha membangun kesadaran akan pentingnya tanggung jawab sosial perusahaan pada bidang seni dan kebudayaan tradisional, kemudian mengidentifikasi aspek-aspek yang memungkinkan untuk menjalankan tanggung jawab tersebut dan mencari refernsi agar menjadi pedoma dalam mengimplementasikan program corporate social responsibility. Pedoman yang mereka gunakan berasal dari sejarah berdirinya Bentara Budaya yaitu dasar pemikiran Jakob Oetama sebagai pendiri Bentara Budaya. Tahap implementasi terdiri atas tiga langkah utama yakni sosialisasi, pelaksanaan dan internalisasi. Dalam mensosialisasikan Bentara Budaya Jakarta, public relations menggunakan media social. Pelaksanaan Bentara Budaya Jakarta juga sesuai dengan undang-undang tanggung jawab sosial perusahaan dengan mengembangkan komunitas yaitu bentara muda. Internalisasi
yang
dilakukan
oleh
Bentara
Budaya
Jakarta
adalah
mempromosikan Bentara Budaya Jakarta kepada masyarakat dan perusahaan lain. Tahap evaluasi dengan mengadakan rapat sebelum dan sesudah mengimplementasikan program Bentara Budaya Jakarta, serta dewan kurator
96
sebagai tim penyeleksi karya-karya para seniman. Kemudian tahap terakhir yaitu, pelaporan. Dari tahap perencanaan, implementasi dan evaluasi maka akan menghasilkan sebuah hasil yang akan dilaporkan kepada direktur eksekutif sehingga akan ada pengambilan keputusan dalam tahap ini. Dari semua strategi public relations dan tahapannya hanya satu tujuan mereka yaitu membangun citra perusahaan dimata publik. Dengan adanya program corporate social responsibility Bentara Budaya Jakarta ini, PT.Kompas
Gramedia
sudah
mendapatkan
corporate
image
karena
kepedulian dan tanggung jawab sosial perusahaan terhadap seni dan kebudayaan tradisional Indonesia.
B. Saran Berdasarkan pemaparan yang telah peneliti bahas dan teliti, ada beberapa saran yang ingin peneliti kemukakan, diantaranya : 1. Hendaknya dalam pelaksanaan strategi, media yang digunakan tidak hanya media yang dimiliki PT. Kompas Gramedia tetapi juga bisa bekerjasama dengan media lain. Dan lebih banyak menggunakan mediator seperti baliho, spanduk dan brosur. Karena lebih efektif dan efisien dilihat oleh publik, melihat letak Bentara Budaya Jakarat berada diwilayah yang menjadi jalan utama Jakarta.
97
2. Pengembangan strategi public relations PT. Kompas Gramedia melalui Bentara Budaya Jakarta tersebut hendaknya melibatkan anak-anak agar menambah antusias dan kepedualian mereka terhadap seni dan kebudayaan tradisional dari usia dini. 3. Sebaiknya kegiatan Bentara Budaya Jakarta tidak hanya dilakukan di lokasi mereka namun menggunakan fasilitas lain yang lebih besar dan strategis
dalam
menjalankan
kegiatannya
seperti
pameran
dan
pertunjukan. 4. Promosi tidak hanya dilakukan diluar perusahaan, namun dilakukan pula kepada karyawan PT. Kompas Gramedia agar mereka lebih membangun kepedulian terhadap seni dan kebudayaan tradisional Indonesia. Demikian kesimpulan dan saran yang dapat peneliti sammpaikan dalam penelitian ini. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi kalangan akademis maupun kalangan masyarakat umum.
DAFTAR PUSTAKA
Bentara
Budaya.
Artikel
diakses
pada
24
April
2014
dari
24
April
2014
dari
http://www.bentarabudaya.com/tk_jakarta.php. Bentara
Budaya.
Artikel
diakses
pada
http://www.bentarabudaya.com/visimisi Bungin, Burhan. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Politik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana. 2009. Creswell, John W. Qualitative Inquiry And Reasearch Design. London: SAGE Publications. 1998. Effendi, Muh. Arief. “Peranan Bisnis dan Moralitas Agama dalam Implementasi.” artikel
diakses
pada
15
Juli
2008
dari
http://www.muhariefeffendi.wordpress.com. Furchan, Arief. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional. 1992. Gunawan, Imam. Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik. Jakarta: Bumi Aksara. 2013. Hennigfeld, Judith & Manfred Pohl ,dkk. The ICCA Handbook On Corporate Social Responcibility. England: John Wiley & Sons Ltd. 2006.
98
99
Hidayat, Dedy N. Paradigma dan Metodologi Penelitian Sosial Empirik Klasik. Jakarta: Departemen Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Indonesia. 2003. Iqbal, Muhamad. “Strategi Public relations POLRI Dalam Membangun Citra Pelayanan Pada Masyarakat (Studi Pada Kepolisian Resort Metro Jakarta Barat).” Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011. Jefkins, Frank. Public Relations. Jakarta: Erlangga. 2004. Kriyantono, Rachmat. Metodologi Riset Komunikasi: Disertasi contoh Praktis Riset media, public Relations, advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasaran. Jakarta: Kencana Prenada Merdia Group. 2006. Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda Karya. 2013. Cet. 31. Mulyana, Deddy. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2003. Nuzula, Nila Firdausi. Corporate Social Responsibility: Sebuah Keniscayaan Strategi Bisnis Di Indonesia. Malang: Universitas Brawijaya. 2009. Oliver, Sandra. Strategi Public Relations. Jakarta: Erlangga. 2006. Raudhonah. Ilmu Komunikasi. Jakarta: UIN Jakarta Press. 2007.
100
Rosyadi, Ruslan. Metode Penelitian Public Relation dan Komunikasi. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada. 2005. __________. Manajemen Humas & Manajemen Komunikasi. Jakarta: PT. RajaGrafindo. 2001. Rudito, Bambang. Etika Bisnis & Tanggung Jawab Sosial Perusahaan di Indonesia. Bandung: Rekayasa Sains. 2007. Ruhiyanah. “Strategi Komunikasi Public Relation PT. Takaful Keluarga dalam Membangun Citra Perusahaan”. Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013. Rumanti, Maria Assumpta. Dasar-Dasar Public Relations: Teori dan Praktek. Jakarta: PT. Grasindo. 2004. Saputra, Wahidin dan Rulli Nasrullah. Public Relations 2.0 Teori dan Praktik Public Relations di Era Cyber. Bekasi: Gramata. 2011. Saputri, Wella. “Strategi Public Relations PT. Garuda Indonesia (Persero) dalam Upaya Menjaga Citra Positif Perusahaan Melalui Program Corporate Social Responsibility Kemitraan.” Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan Komunikasi, Universitas Bina Nusantara, 2011. Soemirat, Soleh dan Elvinaro Ardianto. Dasar-dasar Public Relation. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2010. Cet. 7.
101
Sugiyono. Metode Penelitian Kombinasi. Bandung: Alfabeta. 2011. Sukandarrumidi. Metodelogi Penilitian: Petunjuk Praktis Untuk Peneliti Pemula. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. 2002. Susantu, A. B. Reputation-Driven Corporate Social Responsibility. Jakarta: Erlangga. 2009. Uchjana Effendi, Onong. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 1999. Untung, Hendrik Budi. Corporate Social Responsibility. Jakarta: Sinar Grafika. 2009. Wawancara Pribadi dengan Efix Mulyadi. Jakarta, 13 Mei 2014. Wawancara pribadi dengan ST. Herwinoto. Jakarta, 16 Juni 2014. Yulianita, Neny. Dasar-Dasar Public Relations. Bandung: Pusat Penerbit Universitas. 2005.
Strategi Public Relations PT. Kompas Gramedia dalam Membangun Citra Perusahaan (Studi Kasus Program Corporate Social Responsibility Bentara Budaya Jakarta) Waktu wawancara
: 16.00 WIB
Tanggal wawancara
: Senin, 16 Juni 2014
Tempat wawancara
: Kantor corporate communications PT. Kompas Gramedia
Narasumber
: ST. Herwinoto
Jabatan
: Internal Communications Manager
Pewawancara
: Ardiyat Ningrum Mustikasari
1. Apakah yang mendasari PT. Kompas Gramedia melaksanakan program Bentara
Budaya
Jakarta
sebagai
salah
satu
corporate
social
responsibility? Pada awalnya program Bentara Budaya Jakarta terbentuk atas pemikiran bapak Jakob Oetama selaku pimpinan harian kompas. Beliau berusaha menghidupkan komunitas-komunitas kesenian yang marginal. Dengan kepedulian beliau kepada seniman-seniman yang terpinggirkan maka dibuatlah Bentara Budaya yang pertama di Yogyakarta. Melihat antusias para komunitas kesenian tersebut maka dibentuk pula Bentara Budaya di Jakarta, lalu menyusul Solo dan Bali. Jika dikaitkan dengan tanggung jawab sosial perusahaan, PT. Kompas Gramedia melaksanakan program Bentara Budaya Jakarta ini merupakan salah satu bentuk kepedulian perusahaan kami kepada
kesenian dan kebudayaan tradisional Indonesia. Melalui program ini kami bisa memberikan yang terbaik kepada Negara dan Bangsa. 2. Strategi apa yang diterapkan public relations PT. Kompas Gramedia dalam membangun citra perusahaan melalui program corporate social responsibility Bentara Budaya Jakarta? Secara umum kita sudah menjalankan yang namanya community based. Jadi kita undang mahasiswa terutama yang bergerak di bidang seni dan budaya, dikumpulkan di Bentara Budaya Jakarta melalui komunitas yang kami buat yaitu bentara muda. Bentara muda ada tiap Bentara Budaya yang kami miliki. Kegiatan bentara muda ini bisa berupa sanggar tari, lukis dan komunitas sastra. Melalui bentara muda ini, komunitas dan promosi Bentara Budaya Jakarta dapat berjalan dan bergulir. Kami memanfaatkan word of mouth melalui bentara muda. Saat ini Bentara Budaya Jakarta akan lebih fokus kepada kesenian dan kebudayaan betawi. Karena betawi merupakan ciri khas Jakarta. Maka kami akan mengembangkannya agar membedakan kebudayaan asli yang ada di Jakarta. 3. Bagaimana seorang public relations melaksanakan perannya dalam membangun citra perusahaan melalui program corporate social responsibility Bentara Budaya Jakarta? Biasanya public relations mendukung kegiatan Bentara Budaya Jakarta dalam arti seperti media relationsnya dengan membuat press conference dan segala macemnya. Jadi tidak hanya sekedar komunitas tapi Bentara Budaya Jakarta
kami jadikan aset dari PT. Kompas Gramedia melalui twitter, facebook, website. Jadi kalau bicara posisi, Bentara Budaya sebagai entitas melakukan promosi dan branding sendiri. Jika dilihat dari corporate social responsibility, Bentara Budaya Jakarta sebagai salah satu yang bisa memberikan sesuatu kepada bangsa dan Negara melalui bidang seni dan kebudayaan tradisional. 4. Media atau sarana apa saja yang digunakan oleh PT. Kompas Gramedia dalam melakukan strategi public relations? Ya media yang kami punya, seperti media cetak, media elektronik dan multimedia. Kita undang mereka untuk datang ke Bentara Budaya Jakarta. Karena biasanya kami tidak memiliki wewenang untuk mempengaruhi penulisan. Jadi kalau menurut mereka menarik, mereka akan menulis kegiatan atau acara yang diadakan oleh Bentara Budaya Jakarta ini. Tulisan mereka bisa bermacam-macam seperti profil seniman, pertunjukannya atau acara ini diadakan karena hal apa. Untuk penyampaian kepada publik kami masih menggunakan yang konvensional melalui social media, email dan website. Kami tidak ingin menjual ini menjadi sebuah event organizer yang dapat dinikmati publik, sehingga publik datang ke Bentara Budaya Jakarta. Bukan seperti itu tujuannya. Tapi kami lebih kepada pemberian tempat dan kami umumkan melalui media
yang ada. Kemudian publik yang ingin
mengapresiasikan karyanya bisa datang ke Bentara Budaya Jakarta. 5. Bagaimana citra PT. Kompas Gramedia dari bidang seni dan kebudayaan tradisional saat ini dimata masyarakat?
Kalau untuk warga sekitar sini minimal mereka punya hiburan gratis. Tapi kalaupun kemudian mereka ada yang tertarik misalnya mencoba untuk menikmati atau mengapresi kemampuan mereka dalam bidangnya ya diperbolehkan. Banyak juga mahasiswa yang ikut sanggar tari, lukis dan sastra dan kegiatan-kegiatan yang ada. Jadi ya itu kita lebih memberikan tempat untuk mereka mengapresiasikan seni. Sehingga di mata masyarakat sekitar PT. Kompas Gramedia peduli dengan seni dan kebudayaan tradisional. 6. Citra apa yang sebenarnya diinginkan oleh PT. Kompas Gramedia melalui corporate social responsibility Bentara Budaya Jakarta? Bentara Budaya Jakarta merupakan corporate social responsibility dan community development dari Kompas Gramedia. Bentara Budaya Jakarta menampung seniman-seniman yang termarginal seperti pelukis-pelukis yang tidak memiliki tempat berkarya, pemusik yang tidak punya tempat untuk pentas. Sebenarnya dengan adanya Bentara Budaya Jakarta ini kami tidak bermaksud untuk berjualan seni dan kebudayaan yang dimiliki oleh senimanseniman di Indonesia. Kami mencoba untuk menfasilitasi mereka untuk mengapresiasikan karya-karya mereka untuk publik dan memebantu mereka untuk mempromosikan karya-karya mereka. Kami berusaha mengembangkan komunitas-komunitas untuk tetap menghasilkan karya yang terbaik dalam segi seni dan kebudayaan tradisional.
7. Keuntungan apa saja yang telah dirasakan PT. Kompas Gramedia dengan adanya program corporate social responsibility Bentara Budaya Jakarta? Kalau keuntungan ya paling tangible, kami melihatnya adalah keuntungan yang tidak bisa dihitung secara materi. Jadi lebih kepada citra yang di dapatkan oleh PT. Kompas Gramedia dengan adanya Bentara Budaya Jakarta ini. Sehingga publik menilai bahwa PT. Kompas Gramedia peduli dengan seni dan kebudayaan tradisional, peduli dengan seniman-seniman yang terpinggirkan. Di beberapa tempat, seperti Yogyakarta merupakan kota kecil namun banyak seniman yang terlahir disana. Kehidupan dan kegiatan disana dirasakan lebih hidup dengan adanya seniman-seniman tersebut. Sehingga Bentara Budaya berusaha membantu mereka dengan memberikan tempat dan fasilitas dan mereka bisa gunakan itu untuk pameran atau workshop dan lainnya. Seperti contohnya adalah kegiatan rutin yang dilakukan oleh seniman Yogyakarta yaitu mas Agus Heriyanto. Beliau setiap hari senin mengadakan yang namanya Jazz Band Senin. Jadi dengan adanya kegiatan rutin tersebut semakin banyak publik dan komunitas-komunitas dari kota lain yang datang dan akan mengetahui adanya Bentara Budaya. Sehingga PT. Kompas Gramedia sendiri mendapatkan keuntungan berupa image dan citra yang posotif dari publik.
8. Seberapa efektif program corporate social responsibility Bentara Budaya Jakarta yang telah dilaksanakan? Kalo penilaian secara efektif atau tidaknya kami belum melakukan survei di Bentara Budaya yang dimiliki PT. Kompas Gramedia. Tapi untuk kalangan terbatas seperti seniman, mereka merasakan kehadiran Bentara Budaya Jakarta. Bentara Budaya sebagai tempat untuk kumpulnya orang-orang berkesenian. Secara parsial komunitas tertentu memandang sekali adanya Bentara Budaya Jakarta ini. 9. Kendala apa yang sering ditemui dalam menjalankan program corporate social responsibility Bentara Budaya Jakarta, secara teknis atau non teknis? Kendala yang sering kami temui lebih kepada image. Jadi, terkadang seniman yang terkenal justru melihatnya kekuatan media yang kami miliki. Sedangkan Bentara Budaya Jakarta bukan merupakan event organizer yang bisa menjual karya mereka melalui media yang ada. Tapi Bentara Budaya Jakarta hanya membantu kepada seniman-seniman yang ingin mengapresiasikan karya mereka dan mengajukan proposal mereka. Kemudian proposal tersebut akan di seleksi oleh dewan kurator dari Bentara Budaya Jakarta layak atau tidaknya karya yang akan mereka tampilkan. Jadi kami bukan menjual tiket pertunjukkan, tapi kami hanya membantu seniman-seniman yang ingin mengapresiasikan karya mereka.
10. Apa harapan PT. Kompas Gramedia dengan adanya program corporate social responsibility Bentara Budaya Jakarta? Sebenarnya tidak muluk-muluk harapan dari PT. Kompas Gramedia dengan adanya Bentara Budaya Jakarta ini. Mungkin yang biasanya terjadi adalah seniman-seniman yang awalnya bukan siapa-siapa dan sekarang mereka memiliki nama dalam bidangnya dan dikenal oleh publik. Itu terjadi biasanya setelah kita memberikan fasilitas dan tempat kepada seniman-seniman tersebut lalu PT. Kompas Gramedia mempublikasikan karyanya dan sekarang menjadi seniman-seniman terkenal. Namun kami tidak meminta bayaran atau feedback dari seniman-seniman tersebut. Paling hanya setelah pameran biasanya seniman meninggalkan satu karya mereka untuk diberikan kepada PT. Kompas Gramedia dan kami menyimpannya sebagai apresiasi dari mereka. 11. Apakah program corporate social responsibility Bentara Budaya Jakarta telah memenuhi keinginan masyarakat dalam bidang seni dan kebudayaan tradisional? Secara umum Bentara Budaya Jakarta telah memenuhi kebutuhan masyarakat. Namun kadang kala apa yang dipentaskan atau ditampilkan oleh Bentara Budaya Jakarta tidak sesuai dengan apa yang disukai masyarakat. Terkadang berbenturan dengan apa yang mereka harapkan. Karena kami jarang sekali mengundang artis-artis untuk mereka mengapresiasikan karya mereka di
Bentara Budaya Jakarta. Namun terkadang hiburan seperti itu yang diharapkan oleh masyarakat sekitar. Karena kami tetap pada jalur melestarikan seni dan kebudayaan tradisional. 12. Apakah program corporate social responsibility Bentara Budaya Jakarta sudah sesuai dengan hukum corporate social responsibility yang berlaku di Negara Indonesia? Sebenarnya corporate social responsibility yang dimiliki PT. Kompas Gramedia tidak hanya dari bidang seni dan kebudayaan. PT. Kompas Gramedia juga memiliki corporate social responsibility dari bidang kesehatan, pendidikan dan yang sifatnya amal. Kita punya banyak seperti misalnya dalam segi pendidikan kita berkerjasama dengan Indonesia Mengajar, Komunitas Seribu Satu Buku. Bentara Budaya Jakarta ini hanya salah satu corporate social responsibility yang dimiliki oleh perusahaan dalam bidang seni dan kebudayaan tradisional. Jika ditanya apakah Bentara Budaya Jakarta sudah sesuai dengan hukum corporate social responsibility yang berlaku di Negara Indonesia, ya jawabannya sudah karena dalam perundang-undangan bahwa tanggung jawab sosial oleh perusahaan lebih menitikberatkan
kepada
pengembangan
komunitas
atau
community
development. Ya itu tadi Bentara Budaya Jakarta memiliki komunitas yaitu Bentara Muda. Jika membicarakan undang-undang corporate social responsibility kami juga kurang mengetahui siapa pengawas dan bagaimana
sistemnya, menurut kami itu belum terlalu jelas. Jadi kami hanya memikirkan bahwa corporate social responsibility PT. Kompas Gramedia dari bidang seni dan kebudayaan tradisional ini sudah sesuai dengan hukum. Karena Bentara Budaya Jakarta juga sudah berjalan sejak tahun 80-an. Jadi menurut kami jika dikatakan ada hukum yang pasti atau belum, kami saat ini tetap menjalankan Bentara Budaya Jakarta karena memang sudah berjalan lama dan Bentara Budaya Jakarta juga baik-baik saja. 13. Apakah program corporate social responsibility Bentara Budaya Jakarta menerapkan nilai etika yang benar kepada masyarakat, hukum dan perusahaan? Minimal untuk masalah apresiasi seni kami tidak bisa membatasi seni seseorang. Seperti misalnya, publik biasanya melihat musisi rock itu gondrong, narkoba, bertato dan imagenya bisa berbeda-beda dari setiap orang. Jadi kami tidak membatasi karakteristik seniman, yang kami perhatikan yaitu karya-karyanya dan apa yang dipentaskan adalah kesenian yang sesuai dengan budaya kita. Pasti ada norma hukum, adat istiadat, etika dan kesopanan yang berlaku di masyarakat. Jadi kami sangat mempertimbangkan karya-karya para seniman dengan menyeleksinya sebelum di pentaskan melalui dewan kurator yang dimiliki Bentara Budaya Jakarta.
Jakarta, 16 Juni 2014
Internal Communication Manager
ST. Herwinoto
Sembilan Perusahaan Dapat Penghargaan Kamis, 20 Desember 2012 Jakarta • Megapolitan
TANAH ABANG (Pos Kota)- Dinilai peduli dengan lingkungan sosial,sembilan perusahaan mendapatkan penghargaan dari Walikota Jakpus Saefullah. Penghargaan diserahkan dalam rangkaian malam CSR yang dihadiri puluhan perusahaan yang selama ini beroperasi diwilayah Jakpus. Perusahaan tersebut ; PT indomarco Kresnatama, PT Sumber Alfaria Trijaya, PT Sahid, PT Duta Paramindo, PT Pertiwi, PT Jamsostek, Senayan City, PT Gunung Agung, PT Kompas Gramedia. Walikota Jakpus Saefullah menjelaskan program CSR (aksi kepedulian social) yang dilakukan perusahaan tersebut telah memberikan manfaat besar bagi masyarakat Jakpus. Walikota berharap agar program-program CSR yang sudah ada dilanjutkan bahkan kalau perlu ditingkatkan lagi intensitas dan dananya. Sebab Jakarta Pusat memiliki persoalan social yang cukup kompleks seperti adanya wilayah RW kumuh yang membutuhkan banyak sentuhan program pembangunan. Handoko, CEO Senayan City berjanji akan melanjutkan program CSR yangsudah ada. Menurutnya program CSR adalah bagian dari tanggungjawab perusahaan kepada masyarakat sekitar. “Jadi kalau kami untung, masyarakat juga harus bisa mendapatkan manfaatnya,” pungkas Handoko. (inung) Teks : Walikota Jakpus Saefullah memberikan penghargaan kepada perusahaan yang dinilai peduli kepada masyarakat melalui program CSR. (inung) Sumber: http://m.poskotanews.com/2012/12/20/sembilan-perusahaan-dapatpenghargaan/?wpmp_switcher=mobile