PENGARUH PELAYANAN KESEHATAN PADA PROGRAM PUSKESMAS KELILING TERHADAP TINGKAT KESADARAN HIDUP SEHAT PADA MASYARAKAT MISKIN DI DESA SETU KECAMATAN SETU KOTA TANGERANG SELATAN
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)
Oleh
Ika Lestari NIM: 106054002041
JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H/2010
SURAT KETERANGAN No :
Yang bertanda tangan dibawah ini kepala Puskesmas Kecamatan Setu, menerangkan bahwa :
Nama
: Ika Lestari
Tempat, tanggal lahir : Bogor, 30 Desember 1987 Nomor Pokok
: 106054002041
Fakultas
: Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Jurusan
: Pengembangan Masyarakat Islam
Semester
: IX
Program
: Strata 1 (S1)
Perguruan Tinggi
: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Benar bahwa mahasiswi tersebut telah melakukan penelitian di Puskesmas Keliling Kecamatan Setu dalam rangka penulisan skripsi yang berjudul : “Pengaruh Pelayanan Kesehatan Pada Program Puskesmas Keliling Terhadap Tingkat Kesadaran Hidup Sehat Pada Masyarakat Miskin Di Desa Setu Kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan”. Demikian surat keterangan ini dibuat agar yang berkepentingan mengetahui dan dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
Tangerang Selatan, 02 Agustus 2010 Kepala Puskesmas Setu,
dr. Allin Hendalim M NIP : 197610152007012007
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa : 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penelitian ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya saya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta,
Ika Lestari
September 2010
ABSTRAK
Ika Lestari Pengaruh Pelayanan Kesehatan pada Program Puskesmas Keliling terhadap Tingkat Kesadaran Hidup Sehat pada Masyarakat Miskin di Desa Setu Kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan Kesehatan adalah kebutuhan yang vital bagi kita. Dengan sehat kita dapat menjalankan aktivitas sehari-hari. Namun mahalnya biaya pengobatan rumah sakit membuat masyarakat enggan untuk melakukan pengobatan. Biasanya bagi masyarakat kecil lebih memilih puskesmas sebagai tempat berobat. Namun masalahnya, masyarakat yang tinggal didaerah terutama daerah pedalaman belum dapat menjangkau puskesmas karena sarana dan prasarana puskesmas yang terbatas, seperti lokasi jauh, serta ketersediaan obat dan fasilitas puskesmas yang terbatas. Untuk itu, melalui kebijakannya pemerintah mengeluarkan kebijakan dengan mengadakan program puskesmas keliling. Diharapkan dengan adanya puskesmas keliling, masyarakat yang berada didaerah tidak perlu lagi merasa kesulitan untuk menjangkau pelayanan kesehatan. namun masalahnya kemudian, pada saat sarana dan prasarana seperti puskesmas keliling telah diadakan, justru masyarakat tidak mau memanfaatkan program pelayanan tersebut. Hal ini dikarenakan kurangnya kesadaran hidup sehat di masyarakat. Masyarakat masih menganggap pelayanan kesehatan hanya diperlukan bagi “si sakit”, sehingga bagi orang yang sehat, memanfaatkan program pelayanan kesehatan untuk melakukan pemeriksaan kesehatan belum menjadi kebutuhan dan kebiasaan. Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh pelayanan kesehatan program puskesmas keliling terhadap tingkat kesadaran hidup sehat pada masyarakat miskin di desa Setu kecamatan Setu kota Tangerang Selatan. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dan jenis penelitian adalah deskriptif analitis serta menggunakan rumus rataan, standar devisi dan regresi linear sederhana sebagai teknis analisis data. Penelitian ini melakukan uji validitas dan reliabilitas terlebih dahulu sebelum melakukan penelitian dilapangan kepada 30 responden dengan nilai validitas dan reliabilitas 0,829. Adapun jumlah sampel adalah berjumlah 71 orang. Dari hasil penelitian hasil perhitungan diperoleh angka korelasi 0,214, itu artinya hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen kecil. Untuk melihat angka tersebut signifikan atau tidak, maka kita dapat melihat dari angka 0,033. Angka ini signifikan karena ketentuan yang berlaku adalah jika uji signifikan < 0,05 maka terdapat hubungan yang signifikan dari variabel-variabel tersebut. Dengan demikian hasil penelitian ini menemukan bahwa pengaruh pelayanan kesehatan pada program puskesmas keliling memiliki pengaruh yang kecil terhadap tingkat kesadaran hidup sehat pada masyarakat miskin di desa Setu kecamatan Setu kota Tangerang Selatan. Ini ditunjukkan dengan angka korelasi 0,214 dengan angka signifikan 0,033. i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Pengaruh Pelayanan Kesehatan Pada Program Puskesmas Keliling Terhadap Tingkat Kesadaran Hidup Sehat Pada Masyarakat Miskin di Desa Setu Kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan”. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kelancaran penelitian skripsi ini, baik berupa dorongan moril maupun materil. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada : 1. Orangtua tercinta yang senantiasa memberikan kasih sayangnya serta tak hentinya memberikan doa dan dukungan kepada penulis sehingga dapat terselesaikannya penelitian ini. 2. Dra. Rini Laili Prihatini, M.Si selaku dosen pembimbing yang senantiasa meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan masukan dan arahan dalam penyusunan skripsi ini. 3. Dr. Arif Subhan, M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. 4. Wati Nilamsari, M.Si dan M. Hudri selaku Ketua dan Sekretaris Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam. 5. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah mendidik dan
ii
memberikan ilmu yang bermanfaat kepada penulis selama menempuh pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 6. Seluruh staff Perpustakaan Utama, Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi serta Perpustakaan Fakultas Ilmu Kedkteran dan Kesehatan yang telah melayani peminjaman buku-buku literature sebagai referensi dalam penyusunan skripsi ini. 7. DR. Alin dan Pak Nugroho selaku Kepala Puskesmas Setu dan Koordinator Puskesmas Keliling serta seluruh staff Puskesmas Keliling dan Puskesmas Kecamatan Setu. Terimakasih atas bantuan dan kerjasamanya. 8. Kepala Desa Setu, Sekretaris dan seluruh staff kantor desa Setu yang telah memberikan izin kepada penulis untuk mengadakan penelitian di desa Setu. 9. Kakak-kakakku tersayang dan keponakan-keponakanku tercinta yang selalu memberikan doa, dukungan serta memberikan keceriaan saat penulis merasa lelah dan jenuh. 10. Zack Ka yang selalu memberikan dukungan serta menjadi teman setia dalam penyelesaian skripsi ini. 11. Teman-teman PMI 2006, Lia, Rohmah, Nana, Iin, Amin, Akew, Fressha, Syarif, Yoza, Ari, terutama untuk 4 angel (Milastri Muzakkar, Fenny Oktaviany, dan Ida Nur Aeni) yang senantiasa selalu berbagi rasa, baik sedih, suka, dan duka. 12. Teman-teman seperjuangan satu bimbingan Yanis Sarohmah dan Adila Dikha Pertiwi Putri yang tak pernah lelah untuk saling memberikan dukungan serta bantuan yang tak terhingga. 13. Teman-teman BEMJ PMI dan adik-adik PMI atas dukungannya. iii
14. Dan untuk semua pihak yang telah membantu dalam penelitian skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu tanpa mengurangi rasa hormat, penulis ucapkan terimakasih.
Semoga Allah SWT senantiasa memberikan Rahmat dan Karunia-Nya kepada semua pihak yang telah memberikan segala bantuan dan dukungannya kepada penulis. Akhir kata, penulis menyadari penelitian skripsi ini masih jauh dari sempurna, namun harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang membaca
pada
umumnya,
dan
bagi
segenap
keluarga
besar
jurusan
Pengembangan Masyarakat Islam pada khususnya.
Jakarta, September 2010
Ika lestari
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK …….……………………………………………………………… i KATA PENGANTAR ……………………………………………………….. ii DAFTAR ISI ….……………………………………………………………… v DAFTAR TABEL …………………………………………………………… ix DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………… x DAFTAR BAGAN …….………………………………………………… .… xi DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………… … xii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang …………………………………………………… 1 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ……………………………..10 C. Tujuan ……………………………………………………………. 11 D. Manfaat …………………………………………………………... 11 E. Tinjauan Pustaka …..……………………………………………... 12 F. Sitematika Penulisan ……………………………………………... 15 BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Pengembangan Masyarakat ……………………………………….. 17 1. Pengertian Pengembangan Masyarakat ………………………... 17 2. Model-model Pengembangan Masyarakat …………………….. 18 B. Penyuluhan Kesehatan ……………………………………………. 21 C. Pelayanan Kesehatan Masyarakat ………………………………… 23 1. Pengertian Kesehatan Masyarakat …………………………….. 23 2. Ruang Lingkup Kesehatan Masyarakat ……………………….. 26 vi
3. Desentralisasi Sektor Kesehatan ………………………………. 29 D. Kesadaran Hidup Sehat …………………………………………... 30 1. Pengertian Hidup Sehat ……………………………………….. 30 2. Kesadaran Hidup Sehat ……………………………………….. 31 3. Indikator Kesadaran Hidup Sehat …………………………….. 32 BAB III METODOLOGI A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ………………………………….. 34 B. Format Penelitian …………………………………………………. 35 C. Lokasi dan Jadwal Penelitian …………………………………….. 35 D. Populasi dan Sampel …………………………………………….... 36 E. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional …………………...... 39 F. Teknik Pengumpulan Data ………………………………………... 43 G. Sumber Data ………………………………………………………. 44 H. Uji Validitas dan Reliabilitas ……………………………………… 44 I.
Teknik Analisis Data ……………………………………………… 47
J.
Kerangka Berpikir ……………………………………………...…. 50
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS A. Gambaran Umum Puskesmas Keliling Kecamatan Setu, Kabupaten Tangerang Selatan 1. Latar belakang berdirinya puskesmas keliling …………………. 52 2. Visi dan Misi …………………………………………………… 52 3. Tujuan ………………………………………………………….. 53 4. Sasaran …………………………………………………………. 53 5. Kepengurusan ………………………………………………….. 54 B. Deskripsi Data Kuesioner …………………………………………. 55 vii
1. Pelayanan Kesehatan pada Program Puskesmas Keliling ……... 55 2. Tingkat Kesadaran Hidup Sehat pada Masyarakat miskin …….. 68 BAB V PENUTUP 1. Kesimpulan ………………………………………………………… 76 2. Saran ……………………………………………………………….. 76 DAFTAR PUSTAKA RIWAYAT HIDUP LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
Tabel.1 Karakteristik responden berdasarkan usia ……………………………. 56 Tabel 2. Penyuluhan kesehatan ………………………………………………... 57 Tabel 3. Tindakan medis yang diberikan oleh pelayan medis ……………….... 59 Tabel 4. Pelayanan medis yang diberikan oleh pelayan medis ……………….. 61 Tabel 5. Pemberian makanan gratis yang bergizi ……………………………... 63 Tabel 6. Pemberian obat yang diberikan oleh pelayan medis ………………… 65 Tabel 7. Pemeriksaan gratis yang diberikan oleh pelayan medis ……………... 67 Tabel 8. Pengetahuan tentang kesehatan ……………………………………… 69 Tabel 9. Sikap terhadap kesehatan ……………………………………………. 71 Tabel 10. Praktik kesehatan …………………………………………………... 73
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Penelitian ………………………….. 51
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Persetujuan Dosen Pembimbing ………………………….. Lampiran 2 Surat Izin Penelitian/Wawancara dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta kepada Dinas Kesehatan kota Tangerang Selatan ……………… Lampiran 3 Surat Izin Penelitian dari Dinas Kesehatan kota Tangerang Selatan .. Lampiran 4 Surat Izin Penelitian/Wawancara dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta kepada Puskesmas Setu………………………………………… Lampiran 5 Surat Izin Penelitian/Wawancara dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta kepada Camat Setu …………………………………………….. Lampiran 5 Surat Izin Penelitian/Wawancara dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta kepada Desa Setu …………….………………………………… Lampiran 6 Angket Penelitian ………………………………………………. Lampiran 7 Nilai Validitas …………………………………………………..
xii
LAMPIRAN
xiii
DAFTAR BAGAN
Bagan 1. Struktur Organisasi UPT Puskesmas Keliling Kecamatan Setu ….. 55
xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pelayanan kesehatan untuk masyarakat merupakan kebutuhan vital. Dengan sehatlah kita bisa melakukan aktivitas sehari-hari. Rumah sakit sebagai salah satu tempat pelayanan kesehatan, terkadang sulit dijangkau oleh sebagian besar orang. Karena kita tahu, saat ini, biaya pengobatan cukup mahal. Terlebih bagi daerah baru dipinggiran ibu kota, pelayanan tersebut belum diberikan secara maksimum. Biasanya bagi masyarakat kecil, lebih memilih puskesmas sebagai tempat berobat. Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) adalah suatu unit pelaksana fungsional yang berfungsi sebagai pusat pembangunan kesehatan, pusat pembinaan peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan serta pusat pelayanan kesehatan
tingkat
pertama
yang
menyelenggarakan
kegiatannya
secara
menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan pada suatu masyarakat yang bertempat tinggal dalam suatu wilayah tertentu.1 Masalahnya kemudian, masyarakat yang tinggal di daerah, terutama daerah pedalaman, belum dapat menikmati layanan puskesmas karena sarana dan prasarana puskesmas yang terbatas, seperti lokasinya jauh, jumlah tenaga kesehatan terbatas, obat dan fasilitasnya masih terbatas, serta kualitasnya pun masih rendah. Padahal dalam Islam pun kita memang diharuskan ikhtiar, kita 1
Azrul Azwar, Pengantar Administrasi Kesehatan (Jakarta : Binarupa Aksara, 1996 ), h.119
1
2
tidak bisa hanya berdoa saja dan berpangku tangan. Makna doa itu sendiri adalah berusaha, maka salah jika ada orang yang berdoa saja tanpa disertai dengan usaha. Untuk itu hendaknya setiap orang berdoa yang disertai dengan usaha semaksimal mungkin untuk mendapatkan apa yang menjadi harapan dan tujuannya tersebut. Memang segala sesuatu telah diatur oleh Allah, namun Allah juga tidak menyukai orang yang hanya berpangku tangan saja. Dengan badan yang sehat, kita dapat mengerjakan semua kegiatan dengan senang hati dan mencapai tujuan dengan maksimal. Atau dengan kata lain, sehat akan membuat hidup menjadi lebih indah dan bermakna. Kesehatan tidak akan terjaga begitu saja apabila kita sendiri tidak menyadari akan pentingnya menjaga kesehatan bagi tubuh kita tanpa kita berusaha untuk menjaga kesehatan tersebut. Allah berfirman dalam surat QS. Ar-Ra'd (13) ayat 11 :
Artinya : “Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri”
Dalam ayat tersebut, jelas Allah berfirman bahwa sesungguhnya Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum sehingga mereka merubah keadaannya. Jadi kesehatan tidak akan tercipta dengan sendirinya, apabila kita sendiri tidak menjaga kesehatan tersebut.
3
Berkaitan dengan kesehatan masyarakat, pemerintah Indonesia melalui Repelita,
telah
menggariskan
kebijakan
yang
berkaitan
dengan
upaya
pembangunan kesehatan di Indonesia. Dalam pendahuluan Rancangan 7 Rencana Pembangunan Jangka Panjang Tahap II Kesehatan disebutkan bahwa tujuan pembangnan kesehatan Indonesia tahap ini adalah untuk mencapai kemampuan hidup sehat bagi seluruh rakyat agar dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Kebijakan ini melanjutkan kebijakan yang telah dilakukan pada jangka panjang sebelumnya, yang lebih menekankan pada pemenuhan pelayanan kesehatan mendasar untuk masyarakat. Salah satu implementasi yang dilakukan pemerintah adalah dengan membangun puskesmas untuk memberikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat di lapisan terbawah. 2 Karena bagaimanapun, setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban sebagaimana dengan hadits Ibn Umar r.a berikut :
ْ ُآُﻠﱡ ُﻜﻢ: ل ُ ْ َﻳ ُﻘﻮ.م.ﷲ ص ِ لا َ ْﺳﻮ ُ ﺖ َر ُ ْﺳ ِﻤﻌ َ :ل َ ﷲ ﻋَﻨْ ُﻬﻤَﺎ ﻗَﺎ ًُ ﻰ ا َﺿ ِ ﻋ َﻤ َﺮ َر ُ ﻦ ِ ْﻦ اﺑ ِﻋ َ َو ع ٍ ﻞ رَا ُﺟ ُ وَاﻟﺮﱠ,ﻋ ﱠﻴ ِﺘ ِﻪ ِ ﻋﻦْ َر َ ٌع َو ﻣَﺴْ ُﺆل ٍ ﻹﻣَﺎ ُم رَا ِ ْ ا,ﻋ ﱠﻴ ِﺘ ِﻪ ِ ﻋﻦْ َر َ ٌع َو ُآﻠﱡ ُﻜ ْﻢ ﻣَﺴْ ُﺆل ٍ رَا ْﻋﻦ َ ﺟﻬَﺎ َو َﻣﺴْ ُﺆَﻟ ٌﺔ ِ ْﺖ َزو ِ ْ َواْﻟ َﻤﺮَْأ ُة رَاﻋِ ﱠﻴﺔٌ ﻓِﻰ َﺑﻴ,ﻋ ﱠﻴ ِﺘ ِﻪ ِ ﻋﻦْ َر َ ل ٌ ﻓِﻲ َاهِْﻠ ِﻪ َو َﻣﺴْ ُﺆ ٌع و ﻣَﺴْ ُﺆل ٍ َو ُآُﻠ ُﻜﻢْ رَا,ﻋ ﱠﻴ ِﺘ ِﻪ ِ واﻟﺨﺎدم راع ﻓﻰ ﻣﺎل ﺳﻴﺪﻩ وﻣﺴﺆل ﻋﻦ َر,رَﻋِ ﱠﻴﺘِﻬِﺎ )ﻣﺘﻔﻖ ﻋﻠﻴﻪ.ﻋ ﱠﻴ ِﺘ ِﻪ ِ ﻋﻦْ َر َ
2
Dati Fatimah,dkk. Nestapa Pembangunan Sosial; Studi Dampak Beban Utang terhadap Pembangunan Pendidikan dan Kesehatan (Yogyakarta: Yayasan Litera Indonesia, 2000),h.157
4
Artinya : “Kamu sekalian pemimpin dan kamu akan ditanya dari hal rakyat yang dipimpinnya. Pemimpin akan ditanya hal rakyat yang dipimpinnya. Suami akan ditanya hal keluarga yang dipimpinnya. Isteri memelihara rumah tangga suaminya dan akan ditanya hal yang dipimpinnya. Pelayan memelihara milik majikannya dan akan ditanya dari hal yang dipimpinnya. Dan kamu sekalian pemimpin dan akan ditanya (diminta pertanggungan-jawab), dari hal rakyat yang dipimpinnya. (Buchary, Muslim)” 3 Didirikannya puskesmas tidak serta merta mampu menyelesaikan persoalan kesehatan masyarakat miskin. Karena di beberapa daerah, khususnya di pedalaman, masih belum mampu menjangkau puskesmas. Oleh karena itu, beberapa waktu lalu pemerintah mengeluarkan kebijakan diadakannya puskesmas keliling. Program ini diharapkan dapat membantu puskesmas dalam wilayah kerjanya sehingga dapat menjangkau masyarakat yang berada di daerah pedalaman. 4 Puskesmas Keliling adalah program pelayanan kesehatan terpadu keluar gedung puskesmas yang menjangkau daerah terpencil, tempat tinggal masyarakat yang sulit mendapatkan akses pelayanan kesehatan terdekat. 5 Idealnya, puskesmas keliling diisi dengan kegiatan ke arah kesehatan preventif (pencegahan yang lebih menekankan pada upaya apa yang bisa digunakan
untuk
menghindari
terjadinya
suatu
penyakit)
dan
pendidikan/penyuluhan kesehatan lingkungan dan sanitasi, tetapi pada akhirnya 3
An-Nawawy dan Imam Abu Zakaria Yahya bin Syarf, Tarjamah Riadhus Shalihin, (Bandung:Alma’arif , 1986), Jilid I,h.528 4 http://puskelinfo.com/pengertian/ dalam artikel Info Seputar Puskesmas, di akses pada tanggal 18 Maret 2010 5 Ibid
5
puskesmas keliling ini lebih sering melakukan pelayanan kuratif (pelayanan lebih ditekankan pada upaya untuk mengobati gangguan penyakit yang muncul). Pelayanan preventif ini seperti program imunisasi yang rutin biasa dijalankan. Memang tidak mudah untuk mengubah sesuatu yang sudah berjalan bertahun – tahun menjadi kebiasaan. 6 Jaringan puskesmas sudah tersebar luas dan merata di seluruh provinsi. Sampai saat ini, jumlah puskesmas di Indonesia tercatat 7.452 unit. Rinciannya, puskesmas pembantu 21.959 unit dan puskesmas keliling 5.818 unit. Jumlah rumah sakit yang berada di Kota Tangerang Selatan ada 9 unit yang seluruhnya milik swasta karena kota belum memiliki Rumah Sakit Umum Daerah (Kabupaten Tangerang Dalam Angka Tahun 2007/2008). Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) berjumlah 10 unit, Puskesmas Dengan Tempat Perawatan (DTP) 1 unit, Puskesmas Pembantu 8 unit dan Puskesmas Keliling 10 unit. Selain itu juga terdapat Balai Pengobatan, Praktek Dokter dan Rumah Bersalin (Dinas kesehatan Kota Tangerang Selatan). Jumlah total pos pelayanan terpadu (Posyandu) berjumlah 771 unit yang terdiri dari Posyandu Pratama, Madya, Purnama dan Mandiri dengan 4.127 orang kader aktif. Selain itu juga terdapat 108 pos pembinaan terpadu (Posbindu) dengan 501 orang kader aktif. 7 Dalam implementasinya, pelayanan puskesmas masih belum memadai. Mutu pelayannya pun masih rendah. Keterbatasan dana, peralatan, dan tenaga medis yang terlatih kendati hal ini merupakan problem di hampir semua level unit pelayanan kesehatan adalah beberapa penyebabnya. Ini diperparah dengan praktik pungutan liar (komersialisasi) pelayanan kesehatan oleh para oknum birokrat di 6
www.tangerangselatankota.go.id. Di akses pada tanggal 11 Januari 2010 http//:www.ireyogya.org dalam artikel Pelayanan Kesehatan, Advokasi Kebijakan, dan Governance Reform oleh Ashari Cahyo Edi. Di akses pada tanggal 11 Januari 2010
7
6
puskesmas maupun rumah sakit pemerintah. 8 Sebagai contoh adalah kebijakan pemerintah melalui Permenkes No.920/Menkes/Per/XII/86 tentang Pelayanan Kesehatan Swasta di Bidang Medik yang memberikan peluang bagi kalangan swasta untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan bagi publik. Dengan kebebasan untuk menyediakan jasa medik dasar maupun medik spesialistik, instansi pelayanan pemerintah dalam hal jangkauan pelayanan. Yang kemudian berbeda adalah dalam hal penentuan tarif, biarpun untuk ini, Menteri Kesehatanlah yang paling berwenang memutuskan dengan berdasarkan pada pertimbangan organisasi profesi setempat. Namun fenomena mahalnya harga pelayanan Rumah Sakit (swasta) tidak bisa dipungkiri lagi. Dalam posisi seperti ini, peluang masyarakat miskin untuk mendapatkan pelayanan kesehatan menjadi terbatas. 9 Masyarakat miskin merupakan masyarakat yang memiliki status sosial ekonomi
rendah
yang
menyebabkan
mereka
masih
terkendala
dalam
meningkatkan kesejahteraan diri termasuk dalam kesehatan. Selain itu lingkungan yang tidak bersih dan perilaku tidak sehat mendorong mereka rentan terhadap penyakit. Hal ini diperparah lagi dengan kurangnya wadah pelayanan kesehatan (misalnya puskesmas). Akan tetapi, bisa saja terjadi sebaliknya, bahwa disaat pelayanan dan fasilitas itu ada, namun masyarakatnya yang belum mempunyai kesadaran untuk memanfaatkan fasilitas tersebut serta belum menyadari arti kesehatan.
8
Ibid Dati Fatimah,dkk. Nestapa Pembangunan Sosial; Studi Dampak Beban Utang terhadap Pembangunan Pendidikan dan Kesehatan (Yogyakarta: Yayasan Litera Indonesia, 2000) ,h.161162
9
7
Sebagian besar masyarakat yang masih memandang bahwa pelayanan kesehatan adalah pelayanan pengobatan bagi “si sakit”, sehingga tidak lazim datang ke dokter bila kita tidak merasakan gangguan kesehatan apapun. Datang ke dokter untuk melakukan general check-up bagi orang yang sehat, belum menjadi kebutuhan dan kebiasaan. Bahkan, tindakan seperti ini seringkali dipandang sebagai tindakan membuang uang yang sia-sia. 10 Untuk itu kiranya perlu dilakukan suatu penyadaran bagi masyarakat khususnya masyarakat miskin agar masyarakat mampu untuk menjaga kesehatannya tersebut. Di Indonesia banyak versi tentang definisi miskin. Dalam penelitian ini penulis menggunakan definisi dan kriteria miskin menurut Badan Pusat Statistik (BPS). Miskin adalah kondisi kehidupan yang serba kekurangan yang dialami seseorang atau rumah tangga sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan minimal/yang layak bagi kehidupannya. 11 Badan Pusat Statistik menggunakan 14 kriteria untuk mengasumsikan kemiskinan. Dikutip Antara, ke-14 kriteria rumah tangga miskin versi BPS itu, antara lain luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari delapan meter persegi per orang, jenis lantai bangunan tempat tinggal terbuat dari tanah/bambu/kayu murahan, jenis dinding tempat tinggal terbuat dari bambu/rumbia/kayu berkualitas rendah/tembok tanpa diplester. 12 Warga juga dianggap miskin jika tidak memiliki fasilitas buang air besar/bersama-sama dengan rumah tangga lain, sumber penerangan rumah tangga 10
Ibid, h.158 Hasbullah Thabrany (editor), Pendanaan Kesehatan dan Alternatif Mobilisasi Dana Kesehatan di Indonesia, (Jakata: Rajawali Pers,2005), h.113-114 12 http://deltapapa.com/2010/05/04/miskin-menurut-bps/(vivanews.com) diakses pada tanggal 6 Mei 2010 11
8
tidak menggunakan listrik, sumber air minum berasal dari sumur/mata air tidak terlindung/sungai/air hujan, bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar/arang/minyak tanah. 13 Kemudian, hanya mengkonsumsi daging/susu/ayam satu kali dalam seminggu, hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun, hanya sanggup makan satu/dua kali dalam sehari, tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas/poliklinik dan pendidikan tertinggi kepala kepala rumah tangga: tidak sekolah/tidak tamat SD/hanya SD. 14 Kriteria lainnya, sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah petani dengan luas lahan 0,5 hektar, atau buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan atau pekerjaan lain dengan pendapatan di bawah Rp 600.000 per bulan dan tidak memiliki tabungan/barang yang mudah dijual dengan nilai Rp 500.000, seperti sepeda motor baik kredit atau non kredit, emas, ternak, kapal motor dan barang modal lain. 15 Jika minimal 9 kriteria di atas terpenuhi, maka masyarakat tersebut dikategorikan sebagai rumah tangga miskin. 16 Menurut BPS jumlah penduduk miskin pada tahun 2002 (tidak termasuk Nangroe Aceh Darussalam dan Maluku) adalah 37,3 juta jiwa atau 18,96 persen (sekretariat PK, 2002). Sedangkan Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada bulan Maret 2009 sebesar 32,53 juta (14,15 persen). Dibandingkan dengan
13
Ibid Ibid 15 Ibid 16 Ibid 14
9
penduduk miskin pada Bulan Maret 2008 yang berjumlah 34,96 juta (15,42 persen), berarti jumlah penduduk miskin turun sebesar 2,43 juta. 17 Permasalahan
kemiskinan
adalah
masalah
sentral
yang
selalu
didampingkan dengan derap kemajuan atas program pembangunan yang digencarkan oleh pemerintah. Bagaimana cara penanggulangan kemiskinan sudah digencarkan oleh pemerintah dan pihak swasta, akan tetapi tentunya semua pihak tidak lepas dari ketidaksempurnaan. Oleh karena itu, penulis tertarik melihat pengaruh pelayanan kesehatan pada program puskesmas keliling tersebut, apakah dengan adanya program puskesmas keliling masyarakat memiliki kesadaran untuk hidup sehat atau tidak. Hal ini penting untuk diteliti, karena dengan adanya penelitian ini diharapkan masyarakat akan mencapai tingkat kesadaran kesehatan yang ditandai oleh masyarakatnya yang hidup dalam lingkungan yang sehat, serta mampu memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada. Berdasarkan deskripsi diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Pelayanan Kesehatan Pada Program Puskesmas Keliling Terhadap Tingkat Kesadaran Hidup Sehat Pada Masyarakat Miskin di Desa Setu Kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan”
17
Hasbullah Thabrany (editor), Pendanaan Kesehatan dan Alternatif Mobilisasi Dana Kesehatan di Indonesia, (Jakata: Rajawali Pers,2005),, h.114
10
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah Agar penulisan tidak meluas, maka penulis membatasi masalah penelitian pada pengertian puskesmas keliling. Yang dimaksud puskesmas keliling adalah unit pelayanan kesehatan keliling yang berfungsi untuk menunjang dan membantu melaksanakan kegiatan-kegiatan puskesmas dalam wilayah kerjanya yang belum menjangkau daerah terpencil serta belum menjangkau tempat tinggal masyarakat yang sulit mendapatkan akses pelayanan kesehatan. Selain itu, penulis juga membatasi masalah pelayanan kesehatan dari program puskesmas keliling, apakah program tersebut lebih kearah kesehatan preventif (pencegahan/ upaya apa yang dapat dilakukan untuk mencegah timbulnya penyakit) atau lebih kearah kesehatan kuratif (pengobatan terhadap suatu gejala yang muncul) dalam memberikan pelayanan yang bersifat kepada pelayanan medis berupa pemeriksaan dan pemberian obat pada masyarakat, khususnya pelayanan kepada masyarakat miskin. Kesadaran hidup sehat adalah ketika seorang individu atau kelompok mengetahui atau tahu bersikap yang seharusnya, yang didukung oleh informasi tentang kesehatan sehingga ia tahu bagaimana seharusnya bersikap akan berkesadaran hidup sehat. Selain itu penulis juga membatasi masalah pada pengertian masyarakat miskin. Masyarakat miskin adalah masyarakat yang memiliki status sosial ekonomi rendah yang menyebabkan mereka masih terkendala dalam meningkatkan kesejahteraan diri termasuk dalam kesehatan. Selain itu lingkungan yang tidak bersih dan perilaku tidak sehat mendorong
11
mereka rentan terhadap penyakit. Dalam penelitian ini, jumlah masyarakat miskin di ambil berdasarkan jumlah kk (kepala keluarga) yang tergolong miskin berdasarkan data kependudukan desa Setu tahun 2010.
2. Perumusan Masalah Bagaimana pengaruh pelayanan kesehatan pada program puskesmas keliling terhadap tingkat kesadaran hidup sehat pada masyarakat miskin di desa Setu kecamatan Setu kota Tangerang Selatan?
C. Tujuan Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh pelayanan kesehatan pada program puskesmas keliling terhadap tingkat kesadaran hidup sehat pada masyarakat miskin di desa Setu kecamatan Setu kota Tangerang Selatan.
D. Manfaat 1. Bagi Pengembangan Keilmuan Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan bagi para pembaca maupun bagi para prakitisi pengembang masyarakat, terutama berkaitan dengan pelayanan kesehatan pada program puskesmas keliling terhadap tingkat kesadaran hidup sehat pada masyarakat miskin, khususnya yang membidangi ilmu Pengembangan Masyarakat dan Manajemen Pengembangan Masyarakat.
12
2. Bagi Jurusan/ Universitas Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan penyuluhan terhadap masyarakat serta dijadikan tambahan referensi kegiatan praktikum pada jurusan Pengembangan Masyarakat Islam. 3. Bagi Masyarakat Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan bagi para pembuat kebijakan yang duduk dalam jajaran pemerintahan dalam menyusun atau membuat program pemberdayaan masyarakat yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat serta penelitian yang terkait tentang kesehatan kepada masyarakat miskin.
E. Tinjauan Pustaka Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menemukan beberapa karya ilmiah yang hampir serupa dengan judul yang penulis teliti, yaitu sebagai berikut : 1. Gambaran Penyelenggaraan Kesehatan Keliling Bagi Peserta Konstruksi di DKI Jakarta Tahun 1994-1995, skripsi yang di tulis oleh Rustini, mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, tahun 1996. Fokus masalah dalam penelitian ini adalah merumuskan masalah sejauhmana para pekerja konstruksi di DKI Jakarta mendapat pelayanan kesehatan selama 1994-1995 serta melihat bagaimana gambaran penyelenggaraan pelayanan kesehatan keliling yang ditujukan bagi pekerja konstruksi di DKI Jakarta tahun 1994-1995. Dari hasil penelitiannya, dapat disimpulkan bahwa pelayanan kesehatan yang diberikan kepada peserta konstruksi di Jakarta yaitu
13
berupa pendaftaran, pemeriksaan, dan memberikan obat-obatan. Selain itu, penyelenggara kesehatan keliling juga menugaskan 4 tenaga ahli yang terdiri dari dokter, paramedis, pekarya dan dan supir untuk melayani rata-rata 33 pekerja yang berobat selama 2 jam perlokasi. Adapun sarana pelayanan kesehatan yang tersedia berupa obat, perlengkapan pemeriksaan klinis serta perlengkapan P3K. 18
2. Analisis Manajemen Pelaksanaan Program Pelayanan Kesehatan Keluarga Miskin di Puskesmas Kota Depok Tahun 2004, skripsi yang di tulis oleh Dyas Purnamasari,
mahasiswa
Fakultas
Kesehatan
Masyarakat
Universitas
Indonesia, tahun 2004. Fokus masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana kebijakan program pelayanan kesehatan keluarga miskin yang dilaksanakan oleh puskesmas Depok serta bagaimana penerapan perencanaan dalam pelaksanaan program pelayanan kesehatan keluarga miskin di puskesmas kota Depok. Dari hasil penelitian tesebut, dijelaskan bahwa kebijakan pelayanan kesehatan keluarga miskin di puskesmas yang berupa pelayanan gratis bagi keluarga miskin yang memenuhi kriteria sasaran dengan tujuan memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan keluarga miskin telah diketahui petugas pelaksana program. Selama ini puskesmas belum mempunyai standar yang jelas untuk melihat tingkat keberhasilan program pelayanan kesehatan keluarga miskin di kota Depok sehingga belum dapat dilihat keberhasilannya. Adapun penyusunan rencana program pelayanan kesehatan keluarga miskin tampak arah top down planning lebih dominan dibandingkan dengan bottom 18
Skripsi Rustini, Gambaran Penyelenggaraan Kesehatan Keliling Bagi Peserta Konstruksi di DKI Jakarta Tahun 1994-1995
14
up. Hal ini terlihat dari perencanaan prosedur, metode strandar, program, penetapan alokasi dana yang terdapat pada pedoman pelaksanaan. 19
3. Tingkat Kepuasaan Pasien Terhadap Pelayanan Kesehatan di Puskesmas Kecamatan Ademangan Jakarta Utara Tahun 2002, skripsi yang di tulis oleh Irma Journalize, mahasiswa
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas
Indonesia, tahun 2002. Fokus masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pandangan pasien terhadap pelayanan kesehatan yang diterimanya di puskesmas kecamatan Ademangan Jakarta Utara. Dari hasil penelitian tersebut, dijelaskan bahwa secara keseluruhan tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan yang diberikan oleh puskesmas Kecamatan Ademangan sebagian besar menyatakan puas terhadap pelayanan yang ada. Hal ini dapat dilihat dari kepuasan pasien berdasarkan pelayanan yang ada. Pasien merasa puas terhadap sikap ramah yang diberikan oleh dokter. Dalam segi kehadiran, pasien juga merasa puas karena dokter selalu datang tepat waktu. Selain itu, dalam melayani pasien, dokter dinilai sangat teliti dalam memeriksa penyakit pasien serta jelas dalam memberikan informasi yang diberikan. 20
Berbeda dengan penelitian di atas, bahwa penelitian yang penulis lakukan berjudul “Pengaruh Pelayanan Kesehatan Pada Program Puskesmas Keliling Terhadap Tingkat Kesadaran Hidup Sehat Pada Masyarakat Miskin di Desa Setu Kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan”.
19
Skripsi Dyas Purnamasari, Analisis Manajemen Pelaksanaan Program Pelayanan Kesehatan Keluarga Miskin di Puskesmas Kota Depok Tahun 2004 20 Skripsi Irma Journalize, Tingkat Kepuasaan Pasien Terhadap Pelayanan Kesehatan di Puskesmas Kecamatan Ademangan Jakarta Utara Tahun 2002
15
Dalam penelitian ini, fokus masalah yang penulis ambil adalah melihat pengaruh pelayanan kesehatan pada program puskesmas keliling, apakah dengan adanya program puskesmas keliling masyarakat memiliki kesadaran hidup sehat atau tidak. Hal tersebut diteliti untuk mengetahui apakah program puskesmas keliling tersebut sudah menyentuh masyarakat yang membutuhkan, serta untuk mengetahui pengaruh pelayanan kesehatan dari pelaksanaan program puskesmas keliling terhadap kesadaran hidup sehat pada masyarakat miskin di desa Setu kecamatan Setu kota Tangerang Selatan.
F. Sitematika Penulisan Adapun sistematika dalam penulisan skripsi ini, penulis membagi dalam 5 (lima) bab, yaitu : BAB I
PENDAHULUAN,
meliputi
latar
belakang,
pembatasan
dan
perumusan masalah, tujuan dan manfaat, tinjauan pustaka, serta sistematika penulisan. BAB II
LANDASAN
TEORITIS,
meliputi
pengertian
pengembangan
masyarakat, model-model pengembangan masyarakat, pengertian penyuluhan kesehatan, pengertian kesehatan masyarakat, ruang lingkup kesehatan masyarakat,
desentralisasi sektor kesehatan, pengertian
hidup sehat, dan kesadaran hidup sehat. BAB III METODOLOGI PENELITIAN, meliputi pendekatan dan jenis penelitian yang digunakan, format penelitian yang digunakan, lokasi dan jadwal penelitian, populasi dan sampel, hubungan antar variabel, definisi operasional variabel penelitian, teknik pengumpulan data,
16
sumber data, uji validitas dan reliabilitas, dan teknik analisis data, dan kerangka berpikir. BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS, meliputi gambaran umum puskesmas keliling kecamatan Setu kota Tangerang Selatan, deskripsi karakteristik responden, deskripsi kuesioner penelitian pelayanan kesehatan pada program puskesmas keliling, serta deskripsi kuesioner penelitian tingkat kesadaran hidup sehat pada masyarakat miskin di desa Setu kecamatan Setu kota Tangerang Selatan. BAB V PENUTUP, berisi kesimpulan dan saran.
BAB II LANDASAN TEORITIS
Setelah memilih topik penelitian, kita harus mencari teori yang berkaitan dengan topik yang ada dalam khazanah ilmu pengetahuan. Teori seperti yang didefinisikan oleh Kerlinger (1973) adalah ”seperangkat konstruksi (konsep), definisi, dan proposisi yang menyajikan gejala (fenomena) secara sistematis, merinci hubungan antara variabel-varibel, dengan tujuan meramalkan dan menerangkan gejala tersebut”. 1 Kerangka teori sebagai panduan bagi arah penelitian yang mempunyai peranan yang signifikan. Pada bagian ini, teori mengenai pengembangan masyarakat, penyuluhan kesehatan, kesadaran hidup sehat serta pelayanan kesehatan masyarakat dipaparkan secara definitif dan disesuaikan dengan konteks kegunaan bagi penelitian yang akan penulis hendak lakukan.
A. Pengembangan Masyarakat 1. Pengertian Pengembangan Masyarakat Menurut asal katanya, pengembangan masyarakat terdiri dari dua konsep, yaitu pengembangan dan masyarakat. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengembangan adalah proses, cara, perbuatan mengembangkan. 2 Sedangkan pengertian masyarakat adalah sekelompok manusia yang telah hidup dan bekerjasama cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri mereka 1
Kerlinger (1973), dalam buku Consuelo G. Sevilla,dkk, Pengantar Metode Penelitian, (Jakarta: Universitas Indonesia, 1993),h.30 2 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2003), h.538
17
18
dan menganggap diri mereka sebagai suatu kesatuan sosial dengan batas-batas yang telah ditetapkan dengan jelas. 3 Pengembangan masyarakat adalah usaha membantu manusia mengubah sikapnya
terhadap
masyarakat,
membantu
menumbuhkan
kemampuan
terorganisasi, berkomunikasi dan menguasai lingkungan fisiknya. Manusia didorong untuk mampu membuat keputusan, mengambil inisitiatif dan mampu berdiri sendiri. 4 Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan pengembangan masyarakat adalah usaha atau cara untuk mengembangkan sekumpulan orang-orang yang hidup dalam suatu tempat tertentu dengan cara mambantu mendorong untuk mampu membuat keputusan, mengambil inisiatif dan mampu berdiri sendiri.
2. Model-model Pengembangan Masyarakat Ada tiga model pengembangan masyarakat : a. Pengembangan Masyarakt Lokal Pengembangan masyarakat lokal adalah proses yang ditujukan untuk menciptakan kemajuan sosial dan ekonomi bagi masyarakat melalui partisipasi aktif serta inisiatif anggota masyarakat itu sendiri. Anggota masyarakat dipandang bukan sebagai sistem klien yang bermasalah melainkan sebagai masyarakat yang unik dan memiliki potensi, hanya potensi tersebut belum sepenuhnya dikembangkan. 5
3
Nasrul Effendi, Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat, Edisi Kedua (Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC), h.16 4 Ibid, h.282 5 Edi Suharto, Membangun Masyarakat memberdayakan Rakyat, (Bandung: Refika Aditama, 2006), h.42-45
19
Pengembangan masyarakat lokal pada dasarnya merupakan proses interaksi antara anggota masyarakat setempat yang difasilitasi oleh pekerja sosial. Pekerja sosial membantu meningkatkan kesadaran dan mengembangkan kemampuan mereka dalam mencapai tujuan-tujuan yang diharapkan. Pengembangan masyarakat lokal lebih berorientasi pada ”tujuan proses” (process goal) daripada tujuan tugas atau tujuan hasil (task or product goal). Setiap anggota masyarakat bertanggung jawab untuk menentkan tujuan dan memilih strategi yang tepat untuk mencapai tujuan tersebut. Pengembangan kepemimpinan lokal, meningkatkan
strategi
kemandirian,
peningkatan
informasi,
komunikasi, relasi dan keterlibatan anggota masyarakat merupakan inti dari proses pengembangan masyarakat lokal yang bernuansa bottom-up ini. 6 b. Perencanaan Sosial Perencanaan sosial disini menunjuk pada proses pragmatis untuk menentukan keputusan dan menetapkan tindakan dalam memecahkan masalah sosial tertentu seperti kemiskinan, pengangguran, kenakalan remaja, kebodohan (buta huruf), kesehatan masyarakat yang buruk (rendahnya usia harapan hidup, tingginya tingkat kematian bayi, kekurangan gizi), dll. Berbeda dengan pengembangan masyarakat lokal, perencanaan sosial lebih berorientasi pada ”tujuan tugas” (task goal). Sistem klien perencanaan sosial umumnya adalah kelompokkelompok yang kurang beruntung (disavantaged groups) atau
6
Ibid
20
kelompok rawan sosial ekonomi, seperti para lanjut usia, orang cacat, janda, yatim piatu, wanita tuna sosial. Pekerja sosial berperan sebagai perencana sosial yang memandang mereka sebagai ”konsumen” atau ”penerima pelayanan” (beneficiaries). Keterlibatan para penerima pelayanan dalam proses pembuatan kebijakan, penentuan tujuan, dan pemecahan masalah bukan merupakan prioritas, karena pengambilan keputusan dilakukan oleh para pekerja sosial di lembaga-lembaga formal, semisal lembaga lembaga kesejahteraan sosial pemerintah (Depsos) atau swasta (LSM). Para perencana sosial dipandang sebagai ahli (expert) dalam melakukan penelitian, menganalisis masalah dan kebutuhan masyarakat serta dalam mengidentifikasi, melaksanakan dan mengevaluasi program-program pelayanan kemanusiaan. 7 c. Aksi Sosial Tujuan dan sasaran utama aksi sosial adalah perubahan-perubahan fundamental dalam kelembagaan dan struktur masyarakat melalui proses pendistribusian kekuasaan (distribution of power), sumber (distribution of resources) dan pengambilan keputusan (distribution of decision making). Pendekatan aksi sosial didasari suatu pandangan bahwa masyarakat adalah sistem klien yang seringkali menjadi ”korban” ketidakadilan struktur. Mereka miskin karena kemiskinan, mereka lemah karena sistem dilemahkan, dan tidak berdaya karena tidak diberdayakan, oleh kelompok elit masyarakat yang menguasai sumber-sumber ekonomi, politik, dan kemasyarakatan. Aksi sosial
7
Ibid
21
berorientasi baik pada tujuan proses dan tujuan hasil. Masyarakay diorganisir melalui proses penyadaran, pemberdayaan dan tindakantindakan aktual untuk mengubah struktur kekuasaan agar lebih memenuhi prinsip demokrai, kemerataan (equality) dan keadilan (equity). 8
B. Penyuluhan Kesehatan Penyuluhan merupakan terjemahan dari counseling, yaitu bagian dari bimbingan, baik sebagai layanan maupun sebagai teknik. Layanan penyuluhan merupakan jantung hati dari usaha layanan bimbingan secara keseluruhan (counseling is the heart pf guidance program). 9 Sedangkan bimbingan adalah suatu proses pemberi bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan supaya individu tersebut dapat memahami dirinya sendiri, sehingga dia sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara wajar, sesuai dengan tuntutan keadaan lingkungan sekolah, keluarga, masyarakat dan kehidupan pada umumnya. Dengan demikian, dia akan dapat menikmati kebahagiaan hidupnya dan memberikan sumbangan yang berarti kepada kehidupan masyarakat pada umumnya. Bimbingan membantu individu mencapai perkembangan diri secara optimal sebagai mahluk sosial.10
8
Ibid Dewa Ketut Sukardi, Proses Bimbingan dan Penyuluhan, (Jakarta: Rineka Cipta,1995), h.5 10 Rochman Natawijaja, 1987:32, dalam buku Dewa Ketut Sukardi, Proses Bimbingan dan Penyuluhan (Jakarta:Rineka Cipta,1995),h.2 9
22
Selanjutnya, Rochman Natawijaja mendefinisikan penyuluhan sebagai berikut:
Penyuluhan merupakan saat jenis layanan yang merupakan bagian terpadu dari bimbingan. Penyuluhan dapat diartikan sebagai hubungan timbal balik antara dua orang individu, di mana yang seorang (yaitu penyuluh) berusaha membantu yang lain (yaitu klien) untuk mencapai pengertian tentang dirinya sendiri dalam hubungan dengan masalah-masalah yang dihadapinya pada waktu yang akan datang. 11
Pakar yang lain mengungkapkan bahwa : Penyuluhan itu merupakan upaya bantuan yang diberikan kepada konseli supaya dia memperoleh konsep diri dan kepercayaan diri sendiri, untuk dimanfaatkan olehnya dalam memperbaiki tingkah lakunya pada masa yang akan datang. Dalam pembentukan konsep diri ini berarti bahwa dia memperoleh konsep yang sewajarnya mengenai : (a) dirinya sendiri, (b) orang lain, (c) pendapat orang lain tentang dirinya, (d) tujuan-tujuan yang hendak dicapainya, (e) kepercayaannya. 12
Lebih lanjut, Prayitno mengemukakan ”Penyuluhan adalah pertemuan empat mata antara klien dan penyuluh yang berisi usaha yang laras, unik, dan manusiawi, yang dilakukan dalam suasana keahlian dan yang didasarkan atas norma-norma yang berlaku”. 13 Dari beberapa pengertian di atas, penulis menarik suatu kesimpulan bahwa penyuluhan adalah bantuan yang diberikan kepada klien oleh seorang penyuluh dalam memecahkan masalah-masalah kehidupan secara empat mata yang berisi usaha yang laras, unik dan manusiawi yang didasarkan pada norma-norma yang berlaku supaya dia memperoleh konsep diri dan kepercayaan diri sendiri, untuk
11
Ibid,h.5 Moh. Surya, 1988:38, dalam buku Dewa Ketut Sukardi, Proses Bimbingan dan Penyuluhan (Jakarta:Rineka Cipta,1995),h.5 13 Prayitno, 1983:38, dalam buku Dewa Ketut Sukardi, Proses Bimbingan dan Penyuluhan (Jakarta:Rineka Cipta,1995),h.5 12
23
dimanfaatkan olehnya dalam memperbaiki tingkah lakunya pada masa yang akan datang. Adapun yang dimaksud penyuluhan kesehatan dalam penelitian ini adalah kegiatan untuk melakukan perubahan yang dilakukan dengan cara menyampaikan pesan serta mendorong masyarakat menanamkan konsep diri dan kepercayaan diri sendiri, sehingga masyarakat tahu, mau serta mampu melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan.
C. Pelayanan Kesehatan Masyarakat Pelayanan kesehatan merupakan program utama dalam program puskesmas keliling. Tujuan utama dalam pelayanan kesehatan ini adalah untuk meningkatkan kesehatan dan mencegah penyakit dengan sasaran utamanya adalah masyarakat. 1. Pengertian Kesehatan Masyarakat Menurut asal katanya, kesehatan masyarakat terdiri dari dua konsep, yaitu kesehatan dan masyarakat. Menurut Paplau H, kesehatan adalah proses yang berlangsung mengarah kepada kreativitas, konstruktif dan produktif. 14 Sedangkan menurut King M.E kesehatan adalah keadaan yang dinamis dalam siklus hidup dan memperoleh adaptasi terus menerus terhadap stress. 15 Pengertian lain disebutkan kesehatan adalah upaya-upaya untuk mengatasi masalah-masalah sanitasi yang mengganggu kesehatan. 16
14
Nasrul Effendi, Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat, Edisi Kedua (Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC), h.15 15 Ibid, h.15-16 16 Soekidjo Notoatmodjo, Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), h.14
24
Masyarakat menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Praktis, adalah sekumpulan orang-orang yang hidup dalam suatu tempat. 17 Pengertian lain menyebutkan bahwa, masyarakat adalah sekelompok manusia yang telah hidup dan bekerjasama cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan menganggap diri mereka sebagai suatu kesatuan sosial dengan batas-batas yang telah ditetapkan dengan jelas. 18 Menurut Ikatan Dokter Indonesia-Amerika (1948), kesehatan masyarakat adalah ilmu dan seni memelihara, melindungi dan meningkatkan kesehatan masyarakat melalui usaha-usaha pengorganisasian masyarakat. 19 Jadi kesehatan masyarakat adalah sama dengan sanitasi. Upaya memperbaiki dan meningkatkan sanitasi lingkungan merupakan kesehatan masyarakat. 20 Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa, kesehatan masyarakat adalah suatu usaha untuk menciptakan keadaan sehat baik fisik maupun psikis oleh setiap individu-individu anggota masyarakat, agar tercipta keadaan yang produktif, seimbang dan harmonis dalam suatu masyarakat (lingkungan). Dalam hal ini, penulis ingin menarik lebih jauh tentang pengertian kesehatan masyarakat miskin. Masyarakat miskin disini diartikan sebagai masyarakat yang memiliki status sosial ekonomi rendah yang menyebabkan mereka masih terkendala dalam meningkatkan kesejahteraan diri termasuk dalam kesehatan. Selain itu lingkungan yang tidak bersih dan perilaku tidak sehat 17
Puthot Tunggal Handayani dan Pujo Adhi Suryani, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Praktis (Surabaya: Giri Utama), h.315 18 Nasrul Effendi, Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat, Edisi Kedua (Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC), h.16 19 Soekidjo Notoatmodjo, Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), h.16 20 Ibid, h.14
25
mendorong mereka rentan terhadap penyakit. Hal ini diperparah lagi dengan kurangnya wadah pelayanan kesehatan (misalnya puskesmas). Di Indonesia banyak versi tentang definisi kemiskinan. Dalam penelitian ini penulis menggunakan definisi dan kriteria miskin menurut Badan Pusat Statistik (BPS). Miskin adalah kondisi kehidupan yang serba kekurangan yang dialami seseorang atau rumah tangga sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan minimal/yang layak bagi kehidupannya. 21 Badan Pusat Statistik menggunakan 14 kriteria untuk mengasumsikan kemiskinan. Dikutip Antara, ke-14 kriteria rumah tangga miskin versi BPS itu, antara lain luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari delapan meter persegi per orang, jenis lantai bangunan tempat tinggal terbuat dari tanah/bambu/kayu murahan, jenis dinding tempat tinggal terbuat dari bambu/rumbia/kayu berkualitas rendah/tembok tanpa diplester. 22 Warga juga dianggap miskin jika tidak memiliki fasilitas buang air besar/bersama-sama dengan rumah tangga lain, sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik, sumber air minum berasal dari sumur/mata air tidak terlindung/sungai/air hujan, bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar/arang/minyak tanah. 23 Kemudian, hanya mengkonsumsi daging/susu/ayam satu kali dalam seminggu, hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun, hanya sanggup makan satu/dua kali dalam sehari, tidak sanggup membayar biaya pengobatan di 21
Hasbullah Thabrany (editor), Pendanaan Kesehatan dan Alternatif Mobilisasi Dana Kesehatan di Indonesia (Jakata: Rajawali Pers,2005), h.113-114 22 http://deltapapa.com/2010/05/04/miskin-menurut-bps/(vivanews.com) diakses pada tanggal 6 Mei 2010 23 Ibid
26
puskesmas/poliklinik dan pendidikan tertinggi kepala kepala rumah tangga: tidak sekolah/tidak tamat SD/hanya SD. 24 Kriteria lainnya, sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah petani dengan luas lahan 0,5 hektar, atau buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan atau pekerjaan lain dengan pendapatan di bawah Rp 600.000 per bulan dan tidak memiliki tabungan/barang yang mudah dijual dengan nilai Rp 500.000, seperti sepeda motor baik kredit atau non kredit, emas, ternak, kapal motor dan barang modal lain. 25 Jika minimal 9 kriteria di atas terpenuhi, maka masyarakat tersebut dikategorikan sebagai rumah tangga miskin. 26 Menurut BPS jumlah penduduk miskin pada tahun 2002 (tidak termasuk Nangroe Aceh Darussalam dan Maluku) adalah 37,3 juta jiwa atau 18,96 persen (secretariat PK, 2002). Sedangkan Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada bulan Maret 2009 sebesar 32,53 juta (14,15 persen). Dibandingkan dengan penduduk miskin pada Bulan Maret 2008 yang berjumlah 34,96 juta (15,42 persen), berarti jumlah penduduk miskin turun sebesar 2,43 juta. 27
2. Ruang Lingkup Kesehatan Masyarakat Sesuai dengan definisi yang disampaikan oleh Ikatan Dokter IndonesiaAmerika, bahwa kesehatan masyarakat adalah ilmu dan seni, maka ruang lingkup kesehatan masyarakat dapat dilihat dari dua hal tersebut.
24
Ibid Ibid 26 Ibid 27 Hasbullah Thabrany (editor), Pendanaan Kesehatan dan Alternatif Mobilisasi Dana Kesehatan di Indonesia (Jakata: Rajawali Pers,2005), h.114 25
27
Sebagai ilmu kesehatan masyarakat pada mulanya hanya mencakup 2 disiplin keilmuan, yaitu ilmu bio-medis (medical biologi) dan ilmu-ilmu sosial (social sciences). Akan tetapi sesuai dengan perkembangan ilmu, maka disiplin ilmu yang mendasari ilmu kesehatan masyarakat pun berkembang. Sampai saat ini disiplin ilmu yang mendasari kesehatan masyarakat antara lain mencakup ilmu biologi, ilmu kedokteran, ilmu kimia, fisika, ilmu lingkungan, sosiologi, antropologi, psikologi, ilmu pendidikan, dan sebagainya. 28 Secara garis besar disiplin ilmu yang menopang ilmu kesehatan masyarakat antara lain : a. Epidemiologi b. Biostatistik/ statistik kesehatan c. Kesehatan lingkungan d. Pendidikan kesehatan dan ilmu perilaku e. Administrasi kesehatan masyarakat f. Gizi kesehatan g. Kesehatan kerja
Kesehatan masyarakat sebagai seni yaitu semua kegiatan baik yang langsung maupun tidak langsung untuk mencegah penyakit (preventif), meningkatkan kesehatan (promotif), terapi (terapi fisik, mental dan sosial) atau kuratif, maupun pemulihan (rehabilitatif) kesehatan (fisik, mental dan sosial) adalah upaya kesehatan masyarakat. 29
28 29
Ibid, h.16 Ibid, h.17
28
Secara garis besar upaya-upaya yang dapat dikategorikan sebagai seni atau penerapan ilmu kesehatan masyarakat antara lain : a. Pemberantasan penyakit, baik menular maupun tidak menular, b. Perbaikan sanitasi lingkungan, c. Perbaikan lingkungan pemukiman, d. Pemberantasan vektor, e. Pendidikan (penyuluhan) kesehatan masyarakat, f. Pelayanan kesehatan ibu dan anak, g. Pembinaan gizi masyarakat, h. Pengawasan sanitasi tempat-tempat umum, i. Pengawasan obat dan minuman, j. Pembinaan peran serta masyarakat. 30
Karena ruang lingkup pelayanan kesehatan masyarakat menyangkut kepentingan masyarakat banyak, maka peranan pemerintah dalam pelayanan kesehatan masyarakat umumnya adalah besar. Hanya saja karena masalah kesehatan masyarakat pada dasarnya adalah masalah masyarakat sendiri, maka dalam penyediaan serta menyelenggarakan pelayanan kesehatan masyarakat, potensi masyarakat sering diikut sertakan. 31 Yang dimaksud pelayanan masyarakat dalam penelitian ini adalah pelayanan kesehatan yang tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan kesehatan dan mencegah penyakit dengan sasaran utamanya adalah masyarakat.
30 31
Ibid Azrul Azwar, Pengantar Administrasi Kesehatan (Jakarta: Binarupa Aksara,1996 ), h.116
29
3. Desentralisasi Sektor Kesehatan Menurut Mills, Desentralisasi dalam arti umum adalah pemindahan kewenangan atau pemindahan kekuasaan dalam perencanaan pemerintahan, manajemen, dan pengambilan keputusan dari tingkat nasional ketingkat daerah. 32 Ada tiga jenis atau model desentralisasi yang dijumpai dalam praktik, yaitu : 1. Dekosentrasi, adalah pemindahan beberapa kekuasaan administratif ke kantor-kantor daerah dari Departemen pemerintah pusat. 2. Devolusi, adalah kebijaksanaan untuk membentuk atau memperkuat pemerintahan tingkat sub nasional (pemda atau badan otoritas daerah) yang benar-benar independen dari tingkat nasional dalam beberapa fungsi secara jelas. 3. Delegasi, adalah pemindahan tanggungjawab manajerial untuk tugastugas tertentu ke organ-organ yang berada diluar struktur. 33
Dibidang kesehatan, Trisnantoro mengemukakan bahwa desentralisasi bertujuan untuk memberikan jawaban yang lebih baik terhadap kebutuhan daerah akan kesehatan, yang memungkinkan pemerintah daerah dan wakil rakyat menyesuaikan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan situasi setempat, kebutuhan setempat, dan sumberdaya yang tersedia. 34
32
Soekidjo Notoatmodjo, Kesehatan Masyarakat: Ilmu dan Seni (Jakarta:Rineka Cipta,2005), h.405-407 33 Ibid 34 Ibid
30
Desentralisasi memungkinkan masyarakat untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan pelayanan kesehatan didaerahnya dengan lebih langsung dan segera. 35
D. Kesadaran Hidup Sehat 1. Pengertian Hidup Sehat Sehat merupakan sebuah keadaan yang tidak hanya terbebas dari penyakit akan tetapi juga meliputi seluruh aspek kehidupan manusia yang meliputi aspek fisik, emosi, sosial dan spiritual. 36 Menurut UU RI No. 25 Tahun 1992 tentang kesehatan, dikatakan bahwa kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. 37 Sementara sehat menurut batasan UU No. 9
tentang pokok-pokok
kesehatan dalam Bab I, Pasal 2, yang disesuaikan dengan batasan WHO, dikatakan bahwa : sehat adalah suatu keadaan jasmani, rohani dan sosial yang sempurna dan bukan hanya bebas dari penyakit, cacat dan kelemahan. 38 Jadi orang dikatakan sehat apabila jiwa, jasmani dan sosialnya sehat. Orang yang jasmaninya sehat, tentulah jiwanya sehat. Orang yang jiwanya terganggu, niscaya jasmaninya juga terganggu. Orang yang hubungan sosialnya tidak bagus tentu akan mengganggu jiwanya. Sebagai contoh apabila seseorang memiliki hubungan dengan tetangganya tidak baik, bahkan sering terjadi
35
Ibid http://www.scribd.com/doc/8343666/Konsep-Sehat di akses pada tanggal 22 juni 2010 37 Ircham Machfoedz, Menjaga Kesehatan Rumah dari Berbagai Penyakit (Yogyakarta: Fitramaya, 2004), h.1 38 Ibid 36
31
pertengkaran, tentunya hatinya tidak tentram. Jiwanya terganggu. Jiwa terganggu akan berakibat kesehatan jasmaninya juga terganggu. 39 Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan hidup sehat adalah suatu keadaan yang tidak hanya terbebas dari penyakit akan tetapi juga meliputi seluruh aspek kehidupan manusia yang meliputi aspek fisik, emosi, sosial dan spiritual. Atau dengan kata lain hidup sehat adalah suatu keadaan yang dinamis dimana individu menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan lingkungan internal (psikologis, intelektual, spiritual dan penyakit) dan eksternal (lingkungan fisik, sosial, dan ekonomi) dalam mempertahankan kesehatannya.
2. Kesadaran Hidup Sehat Kesadaran (awareness) mengandung pengertian mengetahui sesuatu atau tahu bersikap yang seharusnya, yang didukung oleh persepsi atau promosi. Kesadaran individu timbul karena ia memiliki persepsi atau informasi yang mendukungnya, sehingga ia tahu bagaimana seharusnya bersikap. 40 Dalam kaitan dengan hidup sehat, seseorang individu akan berkesadaran hidup sehat apabila ia memiliki persepsi atau informasi tentang berbagai aspek hidup sehat yang mendukungnya, dan kesadaran itu meningkat sejalan dengan makin banyaknya informasi yang diserap dan terus membinanya. Oleh karena itu perlu dibina secara luas dan berkesinambungan dalam lingkup nasional secara bertahap agar dapat dibentuk budaya hidup sehat. Dalam penelitian ini, yang dimaksud kesadaran hidup sehat adalah ketika seorang individu atau kelompok mengetahui atau tahu bersikap yang seharusnya, 39
Ibid, h.1-2 Editor : Kusdwiratri Setiono, Johan S, Masjhur, Anna Alisyahbana, Manusia, Kesehatan dan Lingkungan (Bandung: Alumni, 2007), h.97 40
32
yang didukung oleh informasi tentang kesehatan sehingga ia tahu bagaimana seharusnya bersikap akan berkesadaran hidup sehat.
3. Indikator Kesadaran Hidup Sehat Untuk melihat indikator kesadaran hidup sehat, penulis menggunakan 3 dimensi, yaitu pengetahuan tentang kesehatan, sikap terhadap kesehatan, dan praktik kesehatan. a.
Pengetahuan tentang kesehatan Pengetahuan tentang kesehatan adalah mencakup apa yang diketahui oleh seseorang terhadap cara-cara memelihara kesehatan. 41 Dalam penelitian ini, yang dimaksud pengetahuan tentang kesehatan mencakup pengetahuan mengenai penyakit menular dan tidak menular meliputi : jenis penyakit menular, penyebabnya, dan pencegahannya.
b.
Sikap terhadap kesehatan Sikap terhadap kesehatan adalah pendapat atau penilaian orang terhadap halhal yang berkaitan dengan pemeliharaan kesehatan. 42 Dalam penelitian ini, yang dimaksud sikap terhadap kesehatan mencakup sikap terhadap penderita penyakit menular dan tidak menular serta pengetahuan masyarakat terhadap penyakit menular dan tidak menular.
c.
Praktik kesehatan Praktik kesehatan atau tindakan untuk hidup sehat adalah semua kegiatan atau aktivitas orang dalam rangka memelihara kesehatan. 43
41
Soekidjo Notoatmodjo, Promosi Kesehatan; Teori dan Aplikasi (Jakarta: Rineka Cipta, 2005),h.56-59 42 Ibid 43 Ibid
33
Dalam penelitian ini, yang dimaksud tindakan kesehatan mencakup tersedianya tempat mandi, cuci dan kakus (MCK), tersedianya tempat pembuangan akhir (TPA), masyarakat membuang sampah pada tempat sampah serta masyarakat melakukan mandi, cuci, dan kakus yang seharusnya (MCK).
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi penelitian merupakan suatu metoda yang digunakan sebagai penerapan pendekatan ilmiah pada pengkajian suatu masalah. Tujuan dari penggunaan metodologi ini adalah untuk mengumpulkan data yang akurat dan menganalisis data tersebut agar dapat terungkap atau menemukan jawaban atas permasalahan yang sedang diteliti. 1
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian yang digunakan Model penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif.
Penelitian Kuantitatif adalah pendekatan yang berpangkal dari
peristiwa-peristiwa yang dapat diukur secara kuantitatif, atau dinyatakan dengan angka (skala, indeks, rumus dan sebagainya). 2 Pendekatan penelitan ini dimulai dari suatu kerangka teori, gagasan para ahli, ataupun pemahaman peneliti berdasarkan pengalamannya, yang kemudian dikembangkan
menjadi
permasalahan-permasalahan
beserta
pemecahan-
pemecahannya yang diajukan untuk memperoleh pembenaran (verifikasi) dalam bentuk dukungan data empiris di lapangan. Penelitian
kuantitatif
dengan
demikian
adalah
penelitian
yang
menggambarkan atau menjelaskan suatu masalah yang hasilnya dapat digeneralisirkan. Dan dalam penelitian kuantitatif ini tidak mementingkan 1
Sanapiah Faisal, Format-format Penelitian Sosial (Jakarta: Rajawali Pers, 1992), h.11 Aban Subandi, Riset dan Praktek Administrasi (Bandung : Buana Nusantara, 2003), h. 15
2
34
35
kedalaman data, akan tetapi lebih kepada aspek keluasan data sehingga data atau populasi hasil penelitian dianggap merupakan representasi dari seluruh populasi. Pendekatan ini juga digunakan untuk melakukan uji teori-teori yang sudah ada, dan terkait pula dengan varibel-variabelnya. Sesuai dengan judul penelitian ini, yaitu “Pengaruh Pelayanan Kesehatan Pada Program Puskesmas Keliling Terhadap Tingkat Kesadaran Hidup Sehat Pada Masyarakat Miskin di Desa Setu Kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan”, maka penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh pelayanan kesehatan program pada puskesmas keliling terhadap tingkat kesadaran hidup sehat pada masyarakat miskin di Desa Setu Kecamatan Setu kota Tangerang Selatan.
B. Format Penelitian yang digunakan Format penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif, yaitu metode yang bertujuan melukiskan secara sistematis fakta atau karakteristik populasi tertentu atau bidang tertentu secara faktual dan cermat. 3 Dalam penelitian ini, penulis melihat pengaruh pelayanan kesehatan terhadap tingkat kesadaran hidup sehat pada masyarakat miskin yang ada di desa Setu kecamatan Setu kota Tangerang Selatan.
C. Lokasi dan Jadwal Penelitian Penelitian ini dilakukan pada masyarakat miskin di desa Setu kecamatan Setu kota Tangerang Selatan.
3
Jalaluddin Rakhmat, Metode Penelitian Kumunikasi, (Bandung:PT. Remaja Rosdakarya,2007), h.22
36
Adapun alasan pemilihan lokasi ini di dasari oleh pertimbangan sebagai berikut : 1. Lokasi penelitian mudah dijangkau oleh penulis memiliki kemampuan, waktu, tenaga dan dana secukupnya untuk meneliti masalah tersebut, 2. Penulis merasa tersedianya data-data dan izin dari pihak terkait yang berwenang.
Adapun waktu penelitian selama 5 (lima) bulan, yaitu terhitung mulai bulan April sampai dengan bulan Agustus tahun 2010, dengan perincian alokasi waktu sebagai berikut : 1) Persiapan penelitian meliputi : pengajuan judul, studi kepustakaan, dan penyusunan rencana penelitian selama satu bulan. 2) Kegiatan penelitian meliputi : penentuan sampel, pengumpulan data, pembuatan kuesioner, penyebaran kuesioner selama dua bulan. 3) Pengolahan data penelitian meliputi : tabulasi, skoring, analisis data spss selama satu bulan. 4) Penyusunan skripsi selama satu bulan.
D. Populasi dan Sampel Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh penulis untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. 4 Berdasarkan data kependudukan Desa Setu tahun 2010, masyarakat miskin yang berada di desa Setu yaitu 270 kk. 5 4
Sugiyono, Statistika untuk Penelitian (Bandung: Ikatan Pnerbit Indonesia, 2002), h.55
jumlah
37
Jadi populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat miskin yang ada di desa Setu kota Tangerang Selatan yang berjumlah 270 orang. 6 Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karateristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. 7 Dalam penetapan sampel, peneliti menggunakan simpel random sampling. Menurut Bambang Prasetyo dalam tulisannya yang berjudul Penyususnan Laporan Penelitian disebutkan bahwa Sample Random Sampling (Acak Sederhana) adalah salah satu tekniik penarikan sampel probabilita lainnya. Dengan demikian penggunaannya bisa dielaborasikan dengan teknik-teknik sampel probabilita lainnya. 8 Dikatakan simple (sederhana) karena pengambilan sampel anggota populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. 9 Cara demikian dilakukan bila anggota populasi dianggap homogeny. 10 Tahapan yang harus dilakukan dalam menarik sampel adalah : 1. Membentuk kerangka sampel. 2. Memberi nomor setiap unsur dalam kerangka sampel secara acak. 3. Pemilihan unsur untuk menjadi anggota sampel dapat dilakukan dengan cara undian atau tabel angka random. 11
Dalam penelitian ini, penetapan sample dilakukan dengan cara mengundi unit-unit populasi. Karena semua memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi
5
Diolah berdasarkan data kependudukan desa Setu tahun 2010 Ibid 7 Ibid 8 Bambang Prasetyo, Penyusunan Laporan Penelitian dalam buku Metode Penelitian Sosial (Jakarta: FISIP UI, 2001), h.109 9 Sugiyono, Statistik untuk Penelitian (Bandung: Ikatan Penerbit Indonesia, 2002), h.57-58 10 Ibid,h.58 11 Ibid 6
38
sample, maka untuk menjadi sample unit-unit populasi harus di random. Tata cara pengundian dapat dilakukan dengan: 12 1)
Buatlah daftar unit populasi pada lembaran khusus lengkap dengan kodekode khusus sebagai lambang setiap unit populasi.
2)
Tulislah kode-kode khusus tersebut dalam lembaran-lembaran kecil dan dilipat atau digulung satu per satu.
3)
Masukan lembaran-lembaran kecil itu dalam satu tempat kemudian dikocok.
4)
Akhirnya, ambillah lembaran-lembaran tersebut sesuai dengan yang dibutuhkan. 13
Adapun rumus yang digunakan dalam penetapan sampel adalah sebagai berikut : n
=
N 1 + Ne²
Dimana : N
= jumlah populasi
n
= jumlah sampel
e
=
nilai kritis (batas ketelitian) yang diinginkan (persen kelonggaran
ketidaktelitian karena kesalahan penariakan sample). Dalam hal ini standar batas kritis 10%. 14 Adapun jumlah sampel dalam penelitian ini adalah berjumlah 71 kk (kepala keluarga) yang di ambil berdasarkan kriteria sebagai berikut yaitu 12
Burhan Bungin, Metodelogi Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Kencana, 2005), cetakan ke-4, h. 106. 13 Ibid 14 Bambang Prasetyo dan Lina Miftahul Jannah. Metode Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Rajawali Pers, 2005), h.137-138
39
masyarakat yang tergolong miskin yang berada di desa Setu kecamatan Setu kota Tangerang Selatan.
E. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel independen (Pelayanan Kesehatan pada Program Puskesmas Keliling) 1. Penyuluhan kesehatan Definisi Operasional : kegiatan melakukan perubahan yang dilakukan dengan cara mendorong masyarakat untuk tahu, mau dan mampu melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan. Indikator : - Penyuluh jelas dalam memberikan informasi kesehatan - Penyuluh dapat mencontohkan anjuran yang disampaikan - Evaluasi yang diadakan di akhir program puskesmas keliling oleh petugas puskesmas keliling 2. Tindakan medis yang diberikan oleh pelayan medis Definisi Operasional : tindakan pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu dan anak oleh pelayan medis. Indikator : - Dokter ramah dalam melayani pasien - Dokter jelas dalam memberikan informasi penyakit yang diderita - Dokter teliti dalam memeriksa pasien
40
3. Pelayanan medis yang diberikan oleh pelayan medis Definisi Operasional : pelayanan berupa administrasi dan pemberian obat yang diberikan oleh pelayan medis pada pasien. Indikator : - Pelayan medis ramah dalam melayani pasien - Pelayan medis jelas dalam memberikan informasi penyakit yang diderita - Pelayan medis teliti memberikan resep obat pada pasien - Pelayan medis memberikan obat sesuai dengan resep serta tertera petunjuk pemakaian obat 4. Pemberian makanan gratis yang bergizi Definisi Operasional : Upaya pelayanan untuk perbaikan gizi yang diberikan kepada masyarakat kurang mampu dengan cara memberikan makanan gratis yang bergizi. Indikator : - Memberikan makanan bergizi
berupa bubur dan biskuit kepada
masyarakat baik masyarakat umum, lansia dan balita setiap satu bulan sekali yang dibarengi dengan kegiatan posyandu. 5. Pemberian obat yang diberikan oleh pelayan medis Definisi Operasional : kegiatan untuk memberikan obat kepada pasien atau masyarakat yang diberikan oleh pelayan medis. Indikator : - Tersedianya jumlah dan jenis obat yang siresepkan oleh dokter - Dokter dan pelayan medis ramah dalam melayani pasien
41
- Masyarakat mendapat penjelasan tentang manfaat obat 6. Pemeriksaan gratis yang diberikan oleh pelayan medis Definisi Operasional : kegiatan pemeriksaan kesehatan yang dilakukan tanpa dipungut biaya yang diberikan oleh pelayan medis. Indikator : - Dokter ramah dalam melayani pasien - Dokter jelas dalam memberikan informasi penyakit yang diderita - Dokter teliti dalam memeriksa pasien - Dokter terbuka untuk konsultasi
2. Variabel
dependen
(Tingkat
Kesadaran
Hidup
Sehat
pada
Masyarakat Miskin) 1. Pengetahuan tentang Kesehatan Definisi Operasional : apa yang diketahui oleh individu terhadap caracara memelihara kesehatan. Indikator : - Pengetahuan tentang penyakit menular dan tidak menular, meliputi jenis penyakit menular, penyebabnya, dan pencegahannya. 2. Sikap terhadap Kesehatan Definisi Operasional : pendapat atau penilaian individu terdapat halhal yang berkaitan dengan pemeliharan kesehatan. Indikator : - Sikap terhadap penderita penyakit menular dan tidak menular.
42
- Pengetahuan masyarakat terhadap penyakit menular dan tidak menular. 3. Praktik Kesehatan Definisi Operasional : tindakan untuk hidup sehat atau semua kegiatan individu dalam rangka memelihara kesehatan. Indikator : - Tersedianya tempat mandi, cuci dan kakus (MCK) - Tersedianya tempat pembuangan akhir (TPA) - Masyarakat membuang sampah pada tempat sampah - Masyarakat melakukan mandi, cuci, dan kakus yang seharusnya (MCK).
43
F. Teknik Pengumpulan Data 1. Observasi Observasi atau pengamatan yaitu kegiatan keseharian manusia dengan menggunakan pancaindra mata sebagai alat bantu utamanya selain pancaindra lainnya seperti telinga, pencuiman, mulut, dan kulit. 15 Adapun hal yang akan di observasi dalam penelitian ini adalah melihat pelayanan kesehatan program puskesmas keliling terhadap tingkat kesadaran hidup sehat pada masyarakat miskin pada saat melakukan pelayanan kesehatan program puskesmas keliling di desa Setu kecamatan Setu kota Tangerang Selatan.
2. Metoda Angket Yaitu serangkaian atau daftar pertanyaan yang disusun secara sistematis, kemudian dikirim untuk diisi oleh responden. Setelah diisi, angket dikirim kembali atau dikembalikan ke petugas atau penulis. 16 Adapun penyebaran angket dilakukan oleh penulis sendiri dengan memberikan angket untuk diisi oleh responden, setelah diisi angket tersebut dikembalikan kepada penulis.
3. Dokumentasi Studi dokumentasi adalah data-data yang mengandung keterangan dan penjelasan serta pemikiran tentang fenomena yang masih aktual. 17
15
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif (Jakarta: Kencana, 2005), h.133 Ibid, h.123 17 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Rosda, 2005), h.13 16
44
Dalam
dokumentasi
penulis
mengumpulkan,
membaca
dan
mempelajari berbagai bentuk data tertulis yang ada di lapangan, internet, serta data-data lain di perpustakaan yang dapat dijadikan sebagai bahan analisa untuk hasil dalam penelitian ini.
G. Sumber Data 1. Data Primer Data primer adalah yang langsung diperoleh dari sumber data pertama di lokasi penelitian atau objek penelitian (responden). 18
2. Data Sekunder Data dan sumber sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua atau sumber sekunder dari data yang kita butuhkan (buku, artikel atau pun internet). 19
H. Uji Validitas dan Reliabilitas 1. Uji Validitas Validitas berkaitan dengan kesesuaian antara suatu konsep dengan indikator yang digunakan untuk mengukurnya. Untuk menilai validitas kita dapat melakukan dengan dua cara, yaitu secara subyektif dengan menilai apakah ada sebuah definisi operasional telah sesuai dengan apa yang hendak diukur atau
18
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif (Jakarta: Kencana, 2009), h.122 Ibid
19
45
dengan cara membandingkan hasil definisi operasional itu dengan hasil ukuran lain yang mungkin berkaitan atau mungkin juga tidak. 20 Cara pengujian validitas ini adalah dengan menghitung koefisien korelasi setiap item pertanyaan dengan total skor dari keseluruhan item pertanyaan untuk masing-masing variabel. Uji statistik yang digunakan untuk koefisien koreksi tersebut adalah dengan menggunakan rumus teknik korelasi product moment sebagai berikut.
r
=
N (∑X Y) – (∑ X ∑Y) √ [ N ∑ X² - ( ∑ X)² ] [ N ∑Y² - (∑Y)²]
Keterangan : r
= Korelasi product moment
N
= Banyaknya responden
X
= Skor tiap item pertanyaan
Y
= Skor total responden
XY
= Skor tiap item pertanyaan dikalikan skor total responden
∑ XY = Jumlah hasil perkalian antara skor tiap item pertanyaan dengan skor total responden ∑X
= Jumlah seluruh skor tiap item pertanyaan
∑Y
= Jumlah seluruh skor total responden 21 Uji validitas dilakukan di Desa Setu Kecamatan Setu kota Tangerang
Selatan.
20
Bambang Prasetyo dan Lina Miftahul Jannah. Metode Penelitian Kuantitatif (Jakarta: Rajawali Pers, 2005), h.99 21 Masri Singarimbun dan Sofian Efendi, Metode Penelitian Survai (Jakarta: LP3ES, 1995), cet. Ke-2, h.137
46
2. Uji Reliabilitas Reliabilitas adalah kesesuaian alat ukur dengan yang diukur, sehingga alat ukur itu dapat dipercaya atau dapat diandalkan.22 Ada teknik yang dapat digunakan untuk menghitung indeks reliabilitas. Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik pengukuran ulang belah dua. Untuk mengetahui reliabilitas suatu alat pengukur dengan pengukuran teknik belah dua, maka alat pengukur yang kita susun haruslah memiliki cukup banyak item (pernyataan/pertanyaan) yang mengukur aspek yang sama. 23 Langkah kerja yang harus dilakukan adalah sebagai berikut : a. Menyajikan alat pengukur kepada sejumlah responden, kemudian dihitung validitas itemnya. Item-item yang valid dikumpulkan jadi satu. b. Membagi item-item yang valid tersebut menjadi dua belah. Untuk membelah alat pengukur menjadi dua, dilakukan dengan cara : 1) membagi item dengan cara acak (random), separuh masuk belahan pertama, yang separuh lagi masuk belahan kedua; 2) membagi item berdasarkan nomor genap ganjil. Item yang bernomor ganjil dimasukkan dalam belahan pertama, sedangkan yang bernomor genap dikelompokkan dalam belahan kedua. c. Skor untuk masing-masing item pada tiap belahan dijumlahkan. Langkah ini akan menghasilkan dua skor total untuk masing-masing responden, yakni skor total untuk belahan pertama dan skor total belahan kedua. d. Mengkorelasikan skor total belahan pertama dengan skor total belahan kedua dengan menggunakan teknik korelasi product moment.
22 23
Ibid, h.96 Ibid, h.143
47
e. Karena angka korelasi yang diperoleh adalah angka korelasi dari alat pengukur yang dibelah, maka angka korelasi yang dihasilkan lebih rendah daripada angka korelasi yang diperoleh jika alat pengukur tersebut tidak dibelah. 24
Adapun cara untuk reliabilitas untuk keseluruhan item ialah dengan mengoreksi angka korelasi yang diperoleh dengan memasukkannya kedalam rumus 25 :
r. tot =
2 (r.tt) 1 + r.tt
Keterangan : r.tot = angka reliabilitas keseluruhan item r.tt = angka korelasi belahan pertama dan belahan kedua
Uji reliabilitas dilakukan di Desa Setu Kecamatan Setu kota Tangerang Selatan dengan hasil reliabilitas adalah 0,829.
I.
Teknik Analisis Data Analisis data yang digunakan adalah melalui perhitungan rataan (mean),
standar deviasi, dan regresi linear sederhana.
24 25
Ibid, h.143-144 Ibid, h.144
48
1. Rataan (mean) Rataan (mean) merupakan hasil bagi dari sejumlah skor dengan banyaknya responden. Perhitungan mean merupakan perhitungan yang sederhana, karena hanya membutuhkan jumlah skor dan jumlah responden (n). 26 Rumus rataan 27 : x=
x1 + x 2 + .................... + x n n
2. Standar Deviasi Dalam menghitung standar deviasi atau biasa disebut simpangan baku dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
s² = ∑ (xi - x)² n-1 untuk mencari standar deviasi s, dari s² diambil harga akarnya yang positif. 28
3. Regresi Linear Sederhana Untuk mengganalisis data, penulis juga menggunakan regresi linear sederhana. Regresi linear sederhana adalah suatu pola atau model regresi yang melibatkan dua variabel kuantitatif. Model ini digunakan untuk memperkirakan variabel yang satu berdasarkan variabel yang lain, karena itu sering dikatakan bahwa regresi adalah suatu prosedur estimasi atau perkiraan.29 Adapun dua
26
Agus Irianto, Statistik : Konsep Dasar dan Aplikasinya (Jakarta : Kencana, 2004), h. 29 Sudjana, Metoda Statistika (Bandung : Tarsito, 2005), h.67 28 Ibid, h.93 29 Soekidjo Notoatmodjo, Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), h.65 27
49
variabel dalam penelitian ini adalah tingkat efektifitas program puskesmas keliling dan upaya pelayanan kesehatan pada masyarakat miskin. Regresi linear sederhana dikelompokkan menjadi dua, yaitu : a. Data tidak berkelompok b = n ∑XY – (∑ Xі) (∑ Yі) n ∑ X² - (∑ Xі)²
a = Y bX = ∑ Y - b ∑ X n
n
di mana n = jumlah pasangan observasi X dan Y
b. Data berkelompok dengan kelas interval sama b = n ∑fX’ – (∑FX’) (∑f2Y’) n ∑fX’² – (∑FX’)² a = Y – Bx - Y = Yо + і ∑f2Y’ ∑f2 X = Xо + і ∑f2Y’ ∑f2 Di mana : n
= jumlah frekuensi pasangan observasi x dan y
f
= nilai-nilai frekuensi pasangan variable x dan y dari kelas yang bersangkutan
f1 = jumlah frekuensi kelas dari variable x f2 = jumlah frekuensi kelas dari variebel y
50
X²
= nilai tengah dari tiap-tiap kelas variable x dengan origin salah satu nilai tengah kelasnya
Y
= nilai tengah dari tiap-tiap kelas variable y dengan origin salah satu nilai tengah kelasnya
Y’
= nilai tengah dari kelas yang dipakai sebagai origin dari variable Y
Xо
= nilai tengah kelas yang dipakai sebagai origin dari variable X
ị
= interval dari kelas yang nilai tengahnya dipakai sebagai origin. 30
J.
Kerangka Berpikir Pelayanan kesehatan merupakan program utama dalam program
puskesmas keliling. Tujuan utama dalam pelayanan kesehatan ini adalah untuk meningkatkan kesehatan dan mencegah penyakit dengan sasaran utamanya adalah masyarakat.
30
Ibid,h.68
51
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Penelitian Variabel Independen
Variabel Dependen
K. Kesehatan pada Pelayanan Program Puskesmas Keliling L. 1. Penyuluhan kesehatan M. 2. Tindakan medis yang diberikan N. oleh pelayan medis
Kesadaran Hidup Sehat pada Masyarakat Miskin
O. 3. Pelayanan medis yang diberikan
3. Praktik kesehatan
1. Pengetahuan tentang kesehatan 2. Sikap terhadap kesehatan
oleh pelayan medis 4. Pemberian makanan gratis yang bergizi 5. Pemberian obat yang diberikan oleh pelayan medis 6. Pemeriksaan yang dilakukan oleh pelayan medis
Dengan adanya program yang diprogramkan oleh puskesmas keliling kecamatan Setu yaitu dalam bentuk pelayanan kesehatan seperti penyuluhan kesehatan, tindakan medis yang diberikan oleh pelayan medis, pelayanan medis yang diberikan oleh pelayan medis, pemberian makanan gratis yang bergizi, pemberian obat yang diberikan oleh pelayan medis, serta pemeriksaan yang diberikan oleh pelayan medis merupakan upaya yang dilakukan puskesmas keliling kecamatan Setu untuk menumbuhkan kesadaran hidup sehat pada masyarakat miskin.
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA
A. Gambaran Umum Puskesmas Keliling Kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan 1) Latar belakang berdirinya puskesmas keliling Puskesmas setu yang mulai beroperasi sejak tanggal 25 Juli 2008 merupakan unit pelaksana teknis Dinas kesehatan yang secara langsung melaksanakan program pembangunan kesehatan kepada masyarakat. Secara organisasi puskesmas dipimpin seorang kepala puskesmas sebagai jabatan struktural. Jabatan yang ada di puskesmas Setu ada jabatan struktural dan rumpun jabatan fungsional dengan sumber daya 29 staf. Kehadiran Puskesmas Setu tidak serta merta dapat menjangkau masyarakat yang berada dipedalaman atau daerah yang masih terpencil. Untuk itu, melalui instruksi walikota Tangerang Selatan, akhirnya dibentuk puskesmas keliling sebagai pelayanan kesehatan yang diberikan secara gratis kepada masyarakat.
2) Visi dan Misi Dinas Kesehatan kabupaten Tangerang sebagai induk organisasi pelaksana pembangunan
kesehatan
di
kota
Tangerang
Selatan
mempunyai
visi
“Terwujudnya pembangunan berwawasan kesehatan menuju Tangerang Selatan sehat 2010 ”. 1
1
Diolah berdasarkan data puskesmas Setu tahun 2010
52
53
Puskesmas Setu dan puskesmas keliling Setu sebagai unit pelaksana tekhnis memiliki visi yang merupakan penjabaran pelaksana visi Dinas Kesehatan Tangerang Selatan, yaitu “Terwujudnya puskesmas yang responsif, tangguh, handal dan visioner 2010”. 2 Untuk mewujudkan visi tersebut, puskesmas Setu dan puskesmas keliling Setu menetapkan misi sebagai berikut ; 1) Tanggap dan responsif terhadap masalah terutama masalah kesehatan. 2) Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, terjangkau dan merata. 3) Memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat beserta lingkungannya. 4) Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat. 3
3) Tujuan Tujuan didirikannya puskesmas keliling yaitu untuk menjangkau pelayanan kesehatan secara keseluruhan baik individu, kelompok dan masyarakat yang ada di wilayah puskesmas Setu dan wilayah tertentu yang terletak jauh dari jangkauan puskesmas. 4
4) Sasaran Adapun sasaran dari puskesmas keliling yaitu pelayanan diberikan kepada anak-anak, lanjut usia, dan masyarakat pada umumnya. 5
2
Ibid Ibid 4 Ibid 5 Ibid 3
54
5) Kepengurusan
Bagan 1 STRUKTUR ORGANISASI UPT PUSKESMAS KELILING KECAMATAN SETU 6) KA. PUSKESMAS dr. ALLIN H.M PROMKES NUGROHO DS. SIAGA Bd. FITRI POSYANDU Bd. MAY PUSLING
KKR & SDH NUGROHO KOOR. BIDAN DESA &KADER POSYANDU Bd. SALLY PENYEBAR INFORMASI dr. DEBY
SISTEM INFORMASI
SIP Bd. TITI
LBI & LB3 WIEKE
55
B. Deskripsi Data Kuesioner Berikut ini merupakan karakteristik responden berdasarkan usia. Tabel 1. Karakteristik responden berdasarkan usia No
Usia
Frekuensi
Persentase
1
21 – 30
9
6,39
2
31 – 40
23
16,33
3
41 – 50
19
13,49
4
51 – 60
14
9,94
5
60 – 70
6
4,26
Sumber : Diolah berdasarkan data kependudukan Desa Setu tahun 2010
Dari tebel 1 diketahui bahwa 23 orang adalah masyarakat berusia antara 31 – 40 tahun, 19 orang adalah masyarakat berusia 41 - 50 tahun, 51 – 60 tahun berjumlah 14 orang, 21 – 30 tahun berjumlah 9 orang dan 6 orang berusia 61 – 70 tahun. Berdasarkan tabel 1 tersebut dapat dilihat bahwa kebanyakan dari masyarakat adalah berusia produktif, yaitu usia antara 31 – 40 sebanyak 23 orang. Usia produktif adalah usia yang mempunyai potensi yang harus mendapat perhatian agar bisa menjadi pengembangan kesehatan desa.
1. Pelayanan Kesehatan pada Program Puskesmas Keliling Pelayanan kesehatan merupakan program utama dalam program puskesmas keliling. Tujuan utama dalam pelayanan kesehatan ini adalah untuk meningkatkan kesehatan dan mencegah penyakit dengan sasaran utamanya adalah masyarakat.
56
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diolah, maka diperoleh data responden sebagai berikut : a) Penyuluhan kesehatan Penyuluhan kesehatan adalah salah satu upaya promosi kesehatan individu yang dilakukan bersamaan dengan pelayanan kesehatan. Penyuluhan ini berupaya melakukan perubahan yang dilakukan dengan cara mendorong masyarakat untuk tahu, mau dan mampu melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan. Dalam tabel 2 ini dapat dilihat seberapa besar pengaruh penyuluhan kesehatan tersebut.
No 1 2
3
4
Tabel 2 Penyuluhan kesehatan Pernyataan SS S Puskesmas keliling melakukan 60 184 kegiatan penyuluhan Masyarakat mendapatkan informasi 188 kesehatan selain di puskesmas 25 keliling Dalam kegiatan penyuluhan, 164 penyuluh mencontohkan anjuran 25 yang disampaikan Setiap akhir kegiatan puskesmas 172 keliling selalu diadakan pemantauan 10 oleh penyuluh kesehatan
TS 24
STS 1
SKOR 269
30
4
247
48
0
237
52
0
234
Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa skor tertinggi yaitu 269 adalah pada pernyataan mengenai puskesmas keliling melakukan kegiatan penyuluhan. Penyuluhan dalam pernyataan tersebut adalah menganai penyuluhan penyakit demam berdarah, baik cara penularannya, gejala serta pencegahannya. Adapun hasil tersebut diduga karena dalam kegiatan puskesmas keliling, penyuluh melakukan kegiatan penyuluhan.
57
Sedangkan skor terendah adalah 234 yaitu mengenai disetiap akhir kegiatan puskesmas keliling selalu diadakan pemantauan oleh penyuluh kesehatan. Hal ini diduga karena disetiap akhir kegiatan, penyuluh tidak melakukan kegiatan pemantauan, atau
pada saat penyuluh melakukan
pemantauan di akhir kegiatan puskesmas keliling, masyarakat tidak mengetahui karena sebagian dari mereka datang ke puskesmas keliling hanya untuk melakukan pemeriksaan, dan setelah pemeriksaan selesai, masyarakat langsung pergi meninggalkan puskesmas keliling. Dari hasil skoring tabel 2. tersebut, puskesmas keliling melakukan kegiatan penyuluhan memiliki skor tertinggi 269. Artinya masyarakat mengetahui bahwa di dalam kegiatan program puskesmas keliling diadakan penyuluhan. Namun, masyarakat justru tidak mengetahui bahwa di setiap akhir kegiatan puskesmas keliling dilakukan pemantauan oleh penyuluh kesehatan. Ini dapat dilihat dari hasil skoring mengenai pernyataan tentang setiap akhir kegiatan puskesmas keliling selalu diadakan pemantauan oleh penyuluh kesehatan memilikin skor rendah yaitu 234. Hal ini menggambarkan bahwa penyuluh tidak menginformasikan akan diadakan pemantauan diakhir kegiatan puskesmas keliling. Karena kegiatan pemantauan penyuluhan tidak akan berhasil apabila tidak terjadi hubungan timbal balik antara penyuluh dan masyrakat seperti yang dikemukakan oleh Rochman Natawijaja bahwa Penyuluhan merupakan saat jenis layanan yang merupakan bagian terpadu dari bimbingan. Penyuluhan dapat diartikan sebagai hubungan timbal balik antara dua orang individu, di mana seorang penyuluh berusaha membantu yang lain (yaitu klien) untuk mencapai
58
pengertian tentang dirinya sendiri dalam hubungan dengan masalah-masalah yang dihadapinya pada waktu yang akan datang. 6 Jadi penyuluhan tidak akan berhasil bila tidak ada hubungan timbal balik antara dua orang individu atau lebih, di mana seorang penyuluh berusaha membantu yang lain (masyarakat) untuk menghadapi masalah kesehatan yang dihadapinya pada waktu yang akan datang.
b) Tindakan medis yang diberikan oleh pelayan medis Tindakan pelayanan ini bersifat pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu dan anak oleh pelayan medis yang dilaksanakan melalui pelayanan kunjungan puskesmas keliling dan pelayanan posyandu di desa yang dilaksanakan oleh bidan desa dan dibantu kader. Hal ini juga dapat mempengaruhi tertarik atau tidaknya masyarakat untuk melakukan pemeriksaan di puskesmas keliling. Berikut tabel 3 yang menerangkan tindakan apa yang diberikan oleh petugas kesehatan.
No 1
2
3
4
6
Tabel 3 Tindakan medis yang diberikan oleh pelayan medis Pernyataan SS S TS STS SKOR Petugas kesehatan di puskesmas keliing bersikap ramah dalam melayanai pasien Petugas kesehatan selalu memberikan senyuman pada saat memberikan pelayanan Petugas kesehatan memberikan informasi yang jelas mengenai penyakit yang di derita Petugas kesehatan memberikan kesempatan untuk bertanya mengenai penyakit yang di derita
120
176
6
0
302
15
256
8
0
279
90
200
6
0
296
20
252
8
0
280
Rochman Natawijaja, 1987:32, dalam buku Dewa Ketut Sukardi, Proses Bimbingan dan Penyuluhan (Jakarta:Rineka Cipta,1995),h..5
59
5 6 7
Petugas kesehatan teliti dalam memeriksa pasien Petugas kesehatan bersikap cepat tanggap mendengar keluhan pasien Petugas kesehatan melayani pasien dengan tergesa-gesa saat memberikan obat pada pasien
80
212
4
0
296
50
212
14
0
277
80
168
22
2
272
Berdasarkan tabel 3, dapat diketahui skor tertinggi 302 adalah pernyataan mengenai petugas kesehatan di puskesmas keliling perlu bersikap ramah dalam melayani pasien. Hal ini diduga karena dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, diperlukan sikap ramah dari petugas kesehatan. Sedangkan skor terendah 272 adalah pernyataan mengenai petugas kesehatan melayani pasien dengan tergesa-gesa saat memberikan obat kepada pasien. Berdasarkan skor tersebut diduga bahwa petugas kesehatan melayani masyarakat dengan teliti dan ramah, sehingga petugas kesehatan melayani pasien tidak dengan tergesa-gesa. Berdasarkan hasil skoring data pada tabel 3, bahwa skor tertinggi adalah 302 pada pernyataan mengenai petugas kesehatan perlu bersikap ramah dalam melayani pasien. Dan skor terendah adalah pernyataan mengenai petugas kesehatan melayani pasien dengan tergesa-gesa saat memberikan obat kepada pasien dengan skor 272. Hal ini menggambarkan bahwa masyarakat menginginkan pelayanan yang manusiawi yang didasarkan atas norma-norma yang berlaku. Hal tersebut seperti dijelaskan dalam buku Proses bimbingan dan penyuluhan, bahwa Penyuluhan adalah pertemuan empat mata antara klien dan
60
penyuluh yang berisi usaha yang laras, unik, dan manusiawi, yang dilakukan dalam suasana keahlian dan yang didasarkan atas norma-norma yang berlaku. 7 Dari teori tersebut dapat dilihat bahwa antara petugas kesehatan dan pasien (masyarakat) diperlukan sikap yang manusiawi, selaras. Artinya dalam memberikan pelayanan kesehatan petugas kesehatan perlu memberikan sikap yang ramah dan tidak tergesa-gesa saat memberikan obat kepada pasien (masyarakat).
c) Pelayanan medis yang diberikan oleh pelayan medis Pelayanan medis yang diberikan berupa administrasi dan pemberian obat yang diberikan oleh pelayan medis pada pasien. Berikut tabel 4 yang menerangkan pelayanan apa yang diberikan oleh pelayan medis.
No 1 2 3
4
5
6 7
7
Tabel 4 Pelayanan medis yang diberikan oleh pelayan medis Pernyataan SS S TS STS SKOR Petugas kesehatan perlu bersikap ramah dalam melayani pasien Petugas kesehatan memberikan senyuman pada saat melayani pasien Petugas kesehatan memberikan informasi yang jelas mengenai penyakit yang di derita Petugas kesehatan teliti dalam memberikan resep obat yang diresepkan pada pasien Petugas kesehatan melayani dengan tergesa-gesa saat memberikan obat pada pasien Petugas kesehatan memberikan obat sesuai dengan resep dokter Petugas kesehatan memberikan petunjuk/cara pemakaian obat
55
240
0
0
295
45
232
8
0
285
35
228
14
0
277
95
204
2
0
301
80
168
22
2
272
70
228
0
0
298
125
184
0
0
309
Prayitno, 1983:38, dalam buku Dewa Ketut Sukardi, Proses Bimbingan dan Penyuluhan (Jakarta:Rineka Cipta,1995),h.5
61
8 9
Petugas kesehatan menjelaskan petunjuk/cara pemakaian obat Obat yang diberikan adalah obat yang manjur
150
166
0
0
316
50
188
28
0
266
Pada tabel 4 diatas. pada pernyataan mengenai petugas kesehatan menjelaskan petunjuk/ cara pemakaian obat kepada pasien memiliki skor tertinggi yaitu 316. Hal ini diduga karena dalam memberikan obat kepada pasien (masyarakat), petugas kesehatan juga menjelaskan manfaat obat tersebut kepada pasien, agar pasien tahu manfaat obat dan tidak keliru. Sedangkan skor terendah 266 adalah pernyataan mengenai obat yang diberikan adalah obat yang manjur. Berdasarkan skor tersebut diduga masyarakt tidak cocok dengan obat yang diberikan oleh petugas puskesmas keliling, atau karena jumlah ketersediaan obat kurang memadai, jadi obat yang diberikan akhirnya bukanlah obat utama yang seharusnya diberikan kepada pasien. Berdasarkan hasil skoring tersebut, hal ini menggambarkan bahwa untuk menciptakan keadaan yang sehat, diperlukan beberapa usaha kesehatan masyarakat, yaitu dengan menjelaskan petunjuk/ cara pemakaian obat, serta memberikan obat yang manjur sesuai dengan kebutuhan pasien agar tercipta kesehatan di masyarakat. Berkaitan dengan hal tersebut, Ikatan Dokter Indonesia-Amerika mendefinisikan kesehatan masyarakat sebagai ilmu dan seni memelihara, melindungi dan meningkatkan kesehatan masyarakat melalui usaha-usaha pengorganisasian masyarakat. 8 Usaha pengorganisasian masyarakat diartikan
8
Soekidjo Notoatmodjo, Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), h.16
62
sebagai suatu usaha untuk menciptakan keadaan sehat baik fisik maupun psikis oleh individu-individu di lingkungan masyarakat.
d) Pemberian makanan gratis yang bergizi Dalam program puskesmas keliling, pemberian makanan gratis merupakan salah satu upaya pelayanan dalam rangka perbaikan gizi yang difokuskan kepada anak balita rawan gizi dan ibu hamil. Program ini diberikan setiap satu bulan sekali yang dilakukan berbarengan dengan kegiatan posyandu. Program ini sangat bermanfaat karena balita dan ibu hamil yang bermasalah gizi secara umum adalah masyarakat yang kurang mampu. Berikut tabel 5 yang menerangkan pengaruh pemberian makanan gratis yang bergizi.
No 1
2 3
Tabel 5 Pemberian makanan gratis yang bergizi Pernyataan SS S TS STS Dalam kegiatan puskesmas keliling pasien mendapatkan bubur dan 90 204 4 0 biskuit setelah melakukan pemeriksaan Bubur dan biskuit tersebut selalu 95 192 8 0 rutin diberikan setiap bulan Bubur dan biskuit tersebut perlu 212 12 0 diberikan dalam kegiatan puskesmas 60 keliling
SKOR 298
295 284
Skor tertinggi dari tabel 5 adalah 298 yaitu pernyataan mengenai dalam kegiatan puskesmas keliling pasien mendapatkan bubur dan biskuit setelah melakukan pemeriksaan. Hal ini diduga karena kegiatan puskesmas keliling yang dibarengi dengan kegiatan posyandu selalu memberikan makanan gratis bergizi berupa bubur dan biskuit kepada masyarakat, khususnya kepada balita (bayi lima tahun).
63
Sedangkan skor terendah 284 adalah pernyataan mengenai bubur dan biskuit tersebut perlu diberikan dalam kegiatan puskesmas keliling. Berdasarkan skor tersebut diduga bahwa pemberian makanan gratis bergizi berupa bubur dan biskuit tersebut tidak terlalu diperlukan dalam kegiatan puskesmas keliling. Dalam kegiatan puskesmas keliling pasien mendapatkan bubur dan biskuit setelah melakukan pemeriksaan memiliki skor tertinggi yaitu 298, sedangkan skor terendah 284 yaitu pernyataan tentang bubur dan biskuit tersebut perlu diberikan dalam kegiatan puskesmas keliling. Hal ini menggambarkan bahwa petugas kesehatan dapat menyesuaikan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan setempat, situasi setempat dan sumber daya yang tersedia. Trisnantoro mengungkapkan bahwa desentralisasi kesehatan bertujuan untuk memberikan jawaban yang lebih baik terhadap kebutuhan daerah akan kesehatan. 9 Sesuai dengan tujuan desentralisasi kesehatan, desentralisasi kesehatan bertujuan untuk memberikan jawaban yang lebih baik terhadap kebutuhan daerah akan kesehatan, termasuk didalamnya pemberian makanan gratis bergizi berupa bubur dan biskuit. Berdasarkan teori tersebut, hal ini dapat menggambarkan bahwa seharusnya petugas kesehatan dapat menyesuaikan kebutuhan masyarakat setempat dalam memberikan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat. Menurut Edi Suharto dalam bukunya yang berjudul Membangun Masyarakat,
Memberdayakan
Rakyat
dijelaskan
bahwa
pengembangan
masyarakat adalah usaha untuk membantu manusia mengubah sikapnya terhadap masyarakat, membantu menumbuhkan kemampuan terorganisasi, berkomunikasi dan menguasai lingkungan fisiknya. Manusia didorong untuk mampu membuat
9
Ibid,h.406
64
keputusan, mengambil inisiatif dan mampu berdiri sendiri. 10 Artinya, dalam melakukan pengembangan masyarakat, masyarakat didorong untuk dapat berdiri sendiri sehingga tidak ketergantungan terhadap pelayanan yang diberikan dalam program puskesmas keliling yang berupa makanan bergizi gratis seperti bubur dan biskuit yang pada dasarnya hanya bersifat sementara.
e) Pemberian obat yang diberikan oleh pelayan medis Pemberian obat yang diberikan oleh pelayan medis yaitu kegiatan untuk memberikan obat kepada pasien atau masyarakat yang diberikan oleh petugas kesehatan sesuai dengan resep yang telah diresepkan oleh dokter. Berikut tabel 6 tentang pemberian obat yang diberikan oleh pelayan medis.
No 1 2 3 4 5
6
Tabel 6 Pemberian obat yang diberikan oleh pelayan medis Pernyataan SS S TS STS Jumlah obat yang disediakan di 25 212 24 1 puskesmas keliing sudah memadai Jenis obat yang disediakan di 30 220 20 0 puskesmas keliling sudah memadai Petugas kesehatan perlu bersikap 70 216 6 0 ramah dalam melayani pasien Petugas kesehatan memberikan 50 232 6 0 senyuman dalam melayani pasien Petugas kesehatan memberikan 228 6 0 penjelasan mengenai manfaat obat 60 yang diresepkan pada pasien Obat yang diberikan dalam kegiatan 0 0 puskesmas keliling perlu digratiskan 155 160 untuk masyarakat
SKOR 262 270 292 294 294
315
Berdasarkan tabel 6 dapat dilihat bahwa skor tertinggi dengan jumlah 315 adalah pernyataan tentang obat yang diberikan dalam kegiatan puskesmas keliling
10
Edi Suharto, Membangun Masyarakat, Memberdayakan Rakyat (Bandung: Refika Aditama,2006),h.42-45
65
perlu digratiskan untuk masyarakat. Hal ini diduga karena mahalnya biaya pengobatan membuat masyarakat merasa keberatan untuk melakukan pengobatan. Dengan adanya program puskesmas keliling ini masyarakat tidak perlu merasa keberatan lagi, karena dalam pelayanannya puskesmas keliling memberikan layanan dan obat gratis bagi masyarakat. Sedangkan skor terendah 262 adalah pernyataan mengenai jumlah obat yang disediakan di puskemas keliling sudah memadai. Berdasarkan skor tersebut diduga karena obat tersebut digratiskan, akhirnya masyarakat banyak yang melakukan pengobatan di puskesmas keliling. Obat yang diberikan dalam kegiatan puskesmas keliling perlu digratiskan untuk masyarakat merupakan skor tertinggi yaitu 315. Sedangkan skor terendah adalah 262 pada pernyataan jumlah obat yang disediakan di puskesmas keliling sudah memadai. Hal ini menggambarkan bahwa pemerintah daerah dan wakil rakyat harus menyesuaikan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan situasi setempat, kebutuhan setempat dan sumber daya yang tersedia. Seperti apa yang telah dikemukakan Trisnantoro bahwa desentralisasi kesehatan bertujuan untuk memberikan jawaban yang lebih baik terhadap kebutuhan daerah akan kesehatan, termasuk didalamnya penyediaan obat gratis. 11 Dari teori tersebut dapat disinkronkan dengan pernyataan diatas, bahwa pemberian obat gratis sangat diperlukan untuk masyarakat, terutama untuk masyarakat miskin yang sangat membutuhkan pelayanan kesehatan gratis. Untuk itu, pemerintah daerah atau petugas kesehatan harus dapat menyesuaikan
11
Soekidjo Notoatmodjo, Kesehatan Masyarakat: Ilmu dan Seni (Jakarta:Rineka Cipta,2007),h.406
66
pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat termasuk didalamnya yaitu penyediaan obat gratis.
f) Pemeriksaan gratis yang diberikan oleh pelayan medis Kegiatan pemeriksaan kesehatan yang diberikan oleh petugas kesehatan dilakukan tanpa dipungut biaya kepada masyarakat. Hal ini dapat mempengaruhi seberapa besar pengaruh pelayanan tersebut dapat berhasil atau tidak. Berikut adalah tabel 7 yang menerangkan tentang pemeriksaan gratis yang diberikan oleh pelayan medis.
No 1 2 3
4 5 6
7 8
Tabel 7 Pemeriksaan gratis yang diberikan oleh pelayan medis Pernyataan SS S TS STS SKOR Dokter bersikap ramah dalam 115 160 0 0 275 melayani pasien Dokter memberikan senyuman dalam 30 248 6 0 284 melayani pasien Dokter memberikan informasi yang 244 4 0 288 jelas mengenai penyakit yang di 40 derita Dokter teliti ketika memeriksa 25 248 8 0 281 penyakit pasien Dokter bertindak tergesa-gesa saat 80 168 22 2 272 memeriksa penyakit pasien Dokter bersikap terbuka untuk 4 0 302 melakukan konsultasi tentang 110 188 kesehatan Dokter memberikan kesempatan 20 252 8 0 280 untuk bertanya tentang kesehatan Masyarakat mendapatkan informasi 148 50 1 239 kesehatan selain di puskesmas 40 keliling
Berdasarkan tabel 7 dapat diketahui skor tertinggi 302 adalah pernyataan mengenai dokter bersikap terbuka untuk melakukan konsultasi tentang kesehatan. Hal ini diduga karena bila seorang dokter memiliki sikap terbuka untuk
67
melakukan konsultasi tentang kesehatan, maka hal tersebut akan membuat masyarakat sebagai pasien merasa nyaman dengan pelayanan yang diberikan dan masyarakat menjadi lebih terbuka mengenai penyakit yang dirasakannya. Skor terendah 239 adalah pernyataan mengenai anda mendapatkan informasi kesehatan selain di puskesmas keliling. Berdasarkan skor tersebut diduga bahwa pada umumnya masyarakat hanya mengetahui informasi tentang kesehatan di puskesmas keliling saja, seperti dalam kegiatan penyuluhan keehatan yang diadakan di puskesmas keliling. Selain di puskesmas keliling sebagian besar masyarakat tidak mendapat informasi tentang kesehatan. Dari hasil scoring pada tabel 7, hal ini menggambarkan bahwa sesungguhnya petugas kesehatan di puskesmas keliling berusaha melakukan upaya pengembangan untuk masyarakat. Hal ini terlihat dari skor yang diperoleh yaitu dokter bersikap terbuka untuk melakukan konsultasi memiliki skor tertinggi yaitu 302. Nasrul Effendi dengan judul bukunya Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat
mengemukakan bahwa pengembangan masyarakat adalah usaha
membantu manusia mengubah sikapnya terhadap masyarakat, membantu menumbuhkan
kemampuan
terorganisasi,
berkomunikasi
dan
menguasai
lingkungan fisiknya. Manusia didorong untuk mampu membuat keputusan, mengambil inisitiatif dan mampu berdiri sendiri. 12 Berdasarkan teori tersebut, hasil skoring tersebut menggambarkan bahwa dokter berusaha melakukan pengembangan masyarakat dengan memberikan kesempatan masyarakat untuk berkonsultasi tentang penyakit yang dideritanya. Selain itu, usaha pengembangan masyarakat terlihat pada usaha yang dilakukan 12
Nasrul Effendi, Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat, Edisi Kedua (Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC), h.282
68
puskesmas keliling untuk memberikan informasi tentang kesehatan seperti dalam kegiatan penyuluhan kesehatan untuk membantu masyarakat agar tahu bagaimana harus bersikap terhadap kesehatan. karena bagaimanapun kesehatan adalah kebutuhan yang sangat penting untuk kita dapat melakukan aktifitas sehari-hari.
2. Tingkat Kesadaran Hidup Sehat pada Masyarakat Miskin Kesadaran hidup sehat adalah ketika seorang individu atau kelompok mengetahui atau tahu bersikap yang seharusnya, yang didukung oleh informasi tentang kesehatan sehingga ia tahu bagaimana seharusnya bersikap akan berkesadaran hidup sehat. Sikap terhadap kesehatan dapat mempengaruhi tindakan masyarakat terhadap kesadaran hidup sehat. Dengan hidup sehat, masyarakat dapat melakukan aktivitasnya sehari-hari. Berdasarkan hasil penelitian yang telah diolah maka diperoleh data responden sebagai berikut : a)
Pengetahuan tentang kesehatan Pengetahuan kesehatan adalah berkaitan tentang apa yang diketahui oleh
individu terhadap cara-cara memelihara kesehatan, baik pengetahuan terhadap penyakit menular dan tidak menular. Berikut tabel 8 yang menerangkan tentang pengetahuan tentang kesehatan.
No 1 2
3
Tabel 8 Pengetahuan tentang kesehatan Pernyataan ST T TT Masyarakat tahu penyakit demam berdarah bukanlah penyakit menular Masyarakat tahu bahwa penyakit demam berdarah dapat ditularkan oleh gigitan nyamuk Masyarakat tahu bintik kecil berwarna merah merupakan tanda-
STT
SKOR
45
72
82
3
202
90
204
4
0
298
85
212
2
0
299
69
tanda terkena berdarah 4
5
penyakit
demam
Dengan melakukan 3 M (Menguras bak mandi, Menutup tempat penampungan air, Mengubur barangbarang bekas) dapat menghindari penyakit demam berdarah Bilamana ada tetangga yang terkena penyakit demam berdarah, masyarakat akan menjauhinya
SS
TS
TS
STS
SKOR
120
176
6
0
302
65
184
20
2
271
Dari tabel 8 mengani pengetahuan tentang kesehatan, dapat dilihat skor tertinggi 302 adalah pernyataan mengenai dengan melakukan 3 M (Menguras bak mandi, Menutup tempat penampungan air, Mengubur barang-barang bekas) dapat menghindari penyakit demam berdarah. Hal ini diduga karena dengan melakukan 3 M (Menguras bak mandi, Menutup tempat penampungan air, Mengubur barangbarang bekas) tersebut, masyarakat dapat terhindar dari penyakit demam berdarah. Sedangkan skor terendah 202 adalah pernyataan mengenai masyarakat tahu penyakit demam berdarah bukanlah penyakit menular. Berdasarkan skor tersebut diduga bahwa sebagian besar masyarakat desa Setu masih menganggap bahwa penyakit demam berdarah merupakan penyakit menular. Dengan melakukan 3 M (Menguras bak mandi, Menutup tempat penampungan air, Mengubur barang-barang bekas) dapat menghindari penyakit demam berdarah menjadi skor tertinggi untuk indikator pengetahuan tentang kesehatan yaitu sebesar 303. Hal ini menggambarkan bahwa masyarakat memiliki kesadaran tentang kesehatan sehingga mereka tahu bagaimana mereka harus bersikap. Seperti apa yang dikatakan pada buku Kesehatan dan Lingkungn bahwa kesadaran (awareness) mengandung pengertian mengetahui sesuatu atau tahu bersikap yang seharusnya, yang didukung oleh persepsi atau promosi. Kesadaran
70
individu timbul karena ia memiliki persepsi atau informasi yang mendukungnya, sehingga ia tahu bagaimana seharusnya bersikap. 13 Namun kesadaran tersebut tidak dibarengi dengan informasi yang dimiliki, bahwa pada umumnya masyarakat kurang informasi terhadap info kesehatan. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan apabila ada tetangga yang terkena penyakit demam berdarah, anda akan menjauhinya , memiliki skor terendah dengan jumlah skor 230. Hal ini menggambarkan ketidaktahuan masyarakat bahwa penyakit demam berdarah bukanlah penyakit menular.
b) Sikap terhadap kesehatan Sikap terhadap kesehatan dapat mempengaruhi tindakan masyarakat terhadap kesadaran hidup sehat. Sikap terhadap kesehatan berupa pendapat atau penilaian individu terdapat hal-hal yang berkaitan dengan pemeliharan kesehatan yaitu meliputi sikap terhadap penderita penyakit menular dan tidak menular. Pengetahuan masyarakat terhadap penyakit menular dan tidak menular. Berikut tabel 9 yang menerangkan tentang sikap terhadap kesehatan.
No 1
Tabel 9 Sikap terhadap kesehatan Pernyataan SS S TS Bilamana ada tetangga yang terkena penyakit
demam
berdarah,
65
184
20
STS
SKOR
2
271
masyarakat akan menjauhinya
Berdasarkan skor dari indikator mengenai sikap terhadap kesehatan, skor yang dihasilkan dari pernyataan bilamana ada tetangga yang terkena penyakit
13
Editor : Kusdwiratri Setiono, Johan S, Masjhur, Anna Alisyahbana, Manusia, Kesehatan dan Lingkungan (Bandung, Alumni : 2007), h.97
71
demam berdarah, masyarakat akan menjauhinya adalah 271. Hal ini diduga karena masyarakat masih menganggap bahwa penyakit demam berdarah adalah penyakit menular. Hal ini menggambarkan bahwa masyarakat kurang mendapatkan informasi tantang kesehatan. Ketika ada tetangga yang terkena penyakit demam berdarah, masyarakat tidak tahu bagaimana mereka harus bersikap. Seperti apa yang dikatakan oleh Kusdwiratatri Setiono pada buku yang berjudul Kesehatan dan Lingkungan bahwa kesadaran (awareness) mengandung pengertian mengetahui sesuatu atau tahu bersikap yang seharusnya, yang didukung oleh persepsi atau promosi. Kesadaran individu timbul karena ia memiliki persepsi atau informasi yang mendukungnya, sehingga ia tahu bagaimana seharusnya bersikap. 14 Jadi ketika ada tetangga yang terkena penyakit demam berdarah, masyarakat tidak tahu bagaimana harus bersikap. Untuk itu diperlukan usaha pengembangan masyarakat untuk membantu masyarakat agar dapat mengubah sikapnya terhadap masyarakat yang terkena penyakit demam bedarah seperti yang dikemukakan Nasrun Effendi bahwa pengembangan masyarakat adalah usaha membantu manusia mengubah sikapnya terhadap masyarakat, membantu menumbuhkan
kemampuan
terorganisasi,
berkomunikasi
dan
menguasai
lingkungan fisiknya. Manusia didorong untuk mampu membuat keputusan, mengambil inisitiatif dan mampu berdiri sendiri. 15
14
Editor : Kusdwiratri Setiono, Johan S, Masjhur, Anna Alisyahbana, Manusia, Kesehatan dan Lingkungan (Bandung, Alumni : 2007), h.97 15 Nasrul Effendi, Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat, Edisi Kedua (Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC), h.282
72
c) Praktik kesehatan Praktik kesehatan adalah tindakan untuk hidup sehat atau semua kegiatan individu dalam rangka memelihara kesehatan. Berikut tabel 10 skor praktik kesehatan.
No 1 2 3 4 5
6
7
Tabel 10 Praktik kesehatan Pernyataan SS S Disetiap rumah perlu mempunyai 100 204 MCK Membersihkan kamar mandi 160 144 dilakukan setiap satu minggu sekali Air yang digunakan untuk mandi 40 132 harus air yang mengalir dari sungai Air yang digunakan untuk minum 115 188 sebaiknya di masak terlebih dahulu Bilamana jarak kamar mandi terlalu dekat dengan pembuangan air, dapat 80 204 mencemari air yang digunakan untuk minum Seharusnya di lingkungan desa 220 disediakan tempat pembuangan akhir 80 sampah Tempat pembuangan akhir sampah 65 232 harus berjarak jauh dari rumah
TS 0
STS 0
SKOR 304
6
0
310
56
2
230
2
0
305
6
1
291
0
0
300
0
0
297
Pada tabel 10 diatas dapat diketahui bahwa skor tertinggi terdapat pada pernyataan membersihkan kamar mandi dilakukan setiap satu minggu sekali dengan skor 310. Berdasarkan skor tersebut diduga bahwa masyarakat mempunyai kesadaran yang tinggi untuk membersihkan kamar mandi setiap satu minggu sekali. Diduga hal ini dilakukan karena dengan membersihkan kamar mandi, hal tersebut dapat mengurangi resiko terkena penyakit demam berdarah. Sedangkan skor terendah terdapat pada pernyataan air yang digunakan untuk mandi harus air yang mengalir dari sungai dengan skor 230. Hal ini diduga
73
karena di desa Setu tidak ada air yang mengalir (sungai). Jadi mereka biasanya mandi dengan menggunakan air dari sumur. Membersihkan kamar mandi setiap satu minggu sekali memiliki skor tertinggi sebesar 310. Hal ini menggambarkan bahwa masyarakat memiliki kesadaran tentang kesehatan sehingga mereka tahu bagaimana mereka harus bersikap. Seperti apa yang dikatakan oleh Kusdwiratri Setiono pada buku yang berjudul Kesehatan dan Lingkungan bahwa kesadaran (awareness) mengandung pengertian mengetahui sesuatu atau tahu bersikap yang seharusnya, yang didukung oleh persepsi atau promosi. Kesadaran individu timbul karena ia memiliki persepsi atau informasi yang mendukungnya, sehingga ia tahu bagaimana seharusnya bersikap. 16 Dengan demikian bisa dikatakan bahwa masyarakat desa Setu telah memiliki kesadaran hidup sehat yang tinngi karena mereka mampu menjaga kesehatan tubuh dan lingkungannya. Berikut tabel 11 menjelaskan mengenai pengaruh pelayanan kesehatan pada program puskesmas keliling terhadap tingkat kesadaran hidup sehat pada masyarakat miskin.
16
Editor : Kusdwiratri Setiono, Johan S, Masjhur, Anna Alisyahbana, Manusia, Kesehatan dan Lingkungan (Bandung, Alumni : 2007), h.97
74
Tabel 11 Pengaruh Pelayanan Kesehatan pada Program Puskesmas Keliling terhadap Tingkat Kesadaran Hidup Sehat pada Masyarakat Miskin
Descriptive Statistics VariabelX VariabelY
Mean 147.2535 51.6620
Std. Deviation 9.17250 4.32582
N 71 71
Regression Variables Entered/Removedb Model 1
Variables Entered VariabelXa
Variables Removed .
Method Enter
a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: VariabelY
Model Summaryb Model 1
R R Square .214a .046
Adjusted R Square .032
Std. Error of the Estimate 4.25622
DurbinWatson 2.122
a. Predictors: (Constant), VariabelX b. Dependent Variable: VariabelY
Coefficientsa
Model 1
(Constant) VariabelX
Unstandardized Coefficients B Std. Error 36.808 8.182 .101 .055
a. Dependent Variable: VariabelY
Standardized Coefficients Beta .214
t 4.498 1.819
Sig. .000 .033
75
Berdasarkan tabel 11, terlihat hasil perhitungan diperoleh angka korelasi 0,214, itu artinya hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen kecil. Walaupun korelasi dari keduanya kecil, namun hal ini merupakan korelasi positif yang menunjukkan bahwa terjadinya hubungan yang searah antara variabel dependen dan independen yang menunjukkan bahwa pelayanan kesehatan pada program puskesmas keliling berpengaruh terhadap tingkat kesadaran hidup sehat pada masyarakat miskin, terutama pada petugas kesehatan menjelaskan petunjuk/cara pemakaian obat dan cara pencegahan penyakit. Sedangkan variabel independen menunjukkan bahwa membersihkan kamar mandi dilakukan setiap satu minggu sekali dan disetiap rumah perlu mempunyai MCK yang baik. Untuk melihat angka tersebut signifikan atau tidak, maka kita dapat melihat dari angka 0,033. Angka ini signifikan karena ketentuan yang berlaku adalah jika uji signifikan < 0,05 maka terdapat hubungan yang signifikan dari variabel-variabel tersebut.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Pengaruh pelayanan kesehatan pada program puskesmas keliling terhadap tingkat kesadaran hidup sehat pada masyarakat miskin memiliki pengaruh kecil terhadap kesadaran hidup sehat di masyarakat. Ini ditunjukkan dengan angka korelasi 0,214 dengan angka signifikan 0,033.
B. Saran 1. Melihat kecilnya pengaruh pelayanan kesehatan program puskesmas keliling terhadap tingkat kesadaran hidup sehat pada masyarakat miskin, penulis memberikan saran bahwa program tersebut sebaiknya di evaluasi secara berkala. Hal tersebut untuk memperbaiki dalam penyelenggaraan program puskesmas keliling kedepan. 2. Masyarakat desa Setu memiliki tingkat kesadaran hidup sehat yang tinggi, namun tingkat kesadaran masyarakat tersebut masih belum di barengi dengan informasi kesehatan. Untuk itu maka kegiatan program puskesmas keliling khususnya pada kegiatan penyuluhan kesehatan pendamping
perlu
di
sosial
maksimalkan untuk
mensosialisasikan
pelaksanaan puskesmas keliling.
76
dengan
melibatkan
peran
program
dalam
DAFTAR PUSTAKA
Adi, Isbandi Rukminto. Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas. Jakarta:FE UI,2003
Azwar, Azwar. Pengantar Administrasi Kesehatan. Jakarta: Binarupa Aksara, 1996
Bungin, Burhan. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana, 2005 Data Kependudukan Kecamatan Setu Tahun 2009 Data puskesmas kecamatan Setu tahun 2009 Effendi, Nasrul. Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Edisi Kedua. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Faisal, Sanapiah. Format-format Penelitian Sosial. Jakarta: Rajawali Pers, 1992 Fatimah, Dati. dkk. Nestapa Pembangunan Sosial; Studi Dampak Beban Utang terhadap Pembangunan Pendidikan dan Kesehatan. Yogyakarta: Yayasan Litera Indonesia, 2000
Handayani, Puthot Tunggal dan Suryani, Pujo Adhi. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Praktis. Surabaya: Giri Utama
Irianto, Agus. Statistik : Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta : Kencana, 2004 Kanisius. Ensiklopedia Umum. Jakarta: Kanisius,1973 Machfoedz, Ircham. Menjaga Kesehatan Rumah dari Berbagai Penyakit. Yogyakarta: Fitramaya, 2004
Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda, 2005 Nawawy, An dan Imam Abu Zakaria Yahya bin Syarf. Tarjamah Riadhus Shalihin. Bandung: Alma’arif, 1986 Notoatmodjo, Soekidjo. Promosi Kesehatan; Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta, 2005
Notoatmodjo, Soekidjo. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta, 2007
Prasetyo, Bambang. Penyusunan Laporan Penelitian dalam buku Metode Penelitian Sosial. Jakarta: FISIP UI, 2001
Prasetyo, Bambang dan Jannah, Lina Miftahul. Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Rajawali Pers, 2005
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2003
Quail, Dennis MC. Teori Komunikasi Suatu Pengantar. Jakarta: Erlangga Pratama,1992
Rakhmat, Jalaluddin. Metode Penelitian Kumunikasi. Bandung:PT. Remaja Rosdakarya,2007 Santoso, Singgih. SPSS : Mengolah Data Statistik Secara Profesional, Jakarta, PPM : 2002 Setiono, Kusdwiratri. dkk. Manusia, Kesehatan dan Lingkungan. Bandung, Alumni : 2007
Sevilla, Consuelo G. dkk. Pengantar Metode Penelitian. Jakarta: Universitas Indonesia, 1993
Singarimbun, Masri dan Effendi, Sofian. Metode Penelitian Survai. Jakarta: LP3ES, 1995
Skripsi Dyas Purnamasari, Analisis Manajemen Pelaksanaan Program Pelayanan Kesehatan Keluarga Miskin di Puskesmas Kota Depok Tahun 2004
Skripsi Irma Journalize, Tingkat Kepuasaan Pasien Terhadap Pelayanan Kesehatan di Puskesmas Kecamatan Ademangan Jakarta Utara Tahun 2002
Skripsi Rustini, Gambaran Penyelenggaraan Kesehatan Keliling Bagi Peserta Konstruksi di DKI Jakarta Tahun 1994-1995
Subandi, Aban. Riset dan Praktek Administrasi. Bandung : Buana Nusantara, 2003
Sudarmayanti. Restrukturisasi dan Pemberdayaan Organisasi. Jakarta:1999 Sudjana,.Metoda Statistika. Bandung : Tarsito, 2005 Sugiyono. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Ikatan Pnerbit Indonesia, 2002 Suharto. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Surabaya: PT.Indah,1995 Suharto, Edi. Membangun Masyarakat Refika Aditama, 2006
memberdayakan Rakyat. Bandung:
Sukardi, Dewa Ketut. Proses Bimbingan dan Penyuluhan. Jakarta: Rineka Cipta,1995
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (P3B), Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1995
Thabrany, Hasbullah. (editor). Pendanaan Kesehatan dan Alternatif Mobilisasi Dana Kesehatan di Indonesia. Jakata: Rajawali Pers, 2005
http//:www.ireyogya.org dalam artikel Pelayanan Kesehatan, Advokasi Kebijakan, dan Governance Reform oleh Ashari Cahyo Edi. Di akses pada tanggal 11 Januari 2010
http://puskelinfo.com/pengertian/ dalam artikel Info Seputar Puskesmas, di akses pada tanggal 18 Maret 2010 www.tangerangselatankota.go.id. Di akses pada tanggal 11 Januari 2010 http://deltapapa.com/2010/05/04/miskin-menurut-bps/(vivanews.com) pada tanggal 6 Mei 2010
diakses
RIWAYAT HIDUP
Nama
: Ika Lestari
Tempat Lahir
: Bogor, 30 Desember 1987
NIM
: 106054002041
Fakultas
: Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Jurusan
: Pengembangan Masyarakat Islam
Tahun akademik
: 2006/2007
Alamat
: Kp. Ciheulang RT 04/04 Ds. Dago Kec. Parungpanjang Kab. Bogor 16360
Telepon
: 085692487729
Riwayat Pendidikan : 1) Sekolah Dasar Negeri Dago V Bogor, lulus tahun 2001 2) Sekolah Menengah Pertama Al-Madzhab Bogor, lulus tahun 2004 3) Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Rumpin Bogor, lulus tahun 2006 4) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta jurusan Pengembangan Masyarakat Islam tahun 2006
Pengalaman Organisasi : 1) Ketua OSIS Sekolah Menengah Pertama Al-Madzhab Bogor, tahun 2003 2) Ketua OSIS Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Rumpin Bogor, tahun 2005 3) Anggota PRAMUKA Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Rumpin Bogor 4) Anggota BEMF Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi tahun 2006/2007 5) Sekretaris Umum BEMJ Pengembangan Masyarakat Islam tahun 2007/2008 6)
Wakil Presiden BEMJ Pengembangan Masyarakat Islam tahun 2008/2009
Angket Pengaruh Pelayanan Kesehatan Pada Program Puskesmas Keliling Terhadap Tingkat Kesadaran Hidup Sehat Pada Masyarakat Miskin Di Desa Setu Kec. Setu kota Tangerang Selatan Assalamu’alaikum wr.wb Salam sejahtera untuk kita semua. Saya Ika Lestari adalah mahasiswi Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam , Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Saya sedang melakukan penelitian mengenai Pengaruh Pelayanan Kesehatan Program Puskesmas Keliling Terhadap Tingkat Kesadaran Hidup Sehat Pada Masyarakat Miskin Di Desa Setu Kec. Setu Tangerang Selatan, untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I). Saya sangat mengharapkan kerjasama bapak/ibu, saudara/I untuk berperan serta dengan mengisi angket yang telah tersedia guna memberikan informasi yang diperlukan. Atas kerjasamanya saya ucapkan terima kasih. Wassalamu’alaikum wr.wb Nama Responden
:
Usia Responden
:
Hari/ tanggal
:
Berilah tanda (√) pada kotak yang anda anggap sesuai. Keterangan
:
SS
: Sangat Setuju
S
: Setuju
TS
: Tidak Setuju
STS
: Sangat Tidak Setuju
1. Apakah anda mengetahui ada puskesmas keliling di desa Anda? a. Ya
b. Tidak
2. Menurut Anda, apakah kehadiran puskesmas keliling diperlukan bagi masyarakat di desa Anda? a. SS
b. S
c. TS
d. STS
3. Bilamana diperlukan, apakah anda selalu memanfaatkan puskesmas keliling untuk berobat? a. SS
b. S
c. TS
d. STS
4. Menurut Anda, apakah puskesmas keliling perlu digratiskan untuk masyarakat? a. SS
b. S
c. TS
No
d. STS
Pertanyaan
Bobot
Variabel Dependent
SS
Pengaruh Pelayanan Kesehatan Program Puskesmas Keliling a. Penyuluhan Kesehatan 1
Apakah puskesmas keliling melakukan kegiatan penyuluhan di desa Anda?
2
Apakah Anda mendapatkan informasi kesehatan selain di puskesmas keliling?
3
Apakah dalam kegiatan penyuluhan, penyuluh mencontohkan anjuran yang disampaikan?
4
Apakah setiap akhir kegiatan puskesmas keliling selalu diadakan pemantauan oleh penyuluh kesehatan di desa Anda? b. Tindakan medis yang diberikan oleh pelayan medis
5
Menurut Anda, apakah petugas kesehatan di puskesmas keliing perlu bersikap ramah dalam melayani Anda?
6
Menurut Anda, apakah petugas kesehatan selalu memberikan senyuman pada saat melayani Anda?
7
Menurut Anda, apakah petugas kesehatan memberikan informasi yang jelas mengenai penyakit yang Anda derita?
8
Menurut
Anda,
apakah
petugas
kesehatan
memberikan
kesempatan untuk bertanya mengenai penyakit yang Anda derita? 9
Menurut Anda, apakah petugas kesehatan teliti dalam memeriksa Anda?
10
Menurut Anda, apakah petugas kesehatan bersikap cepat tanggap mendengar keluhan Anda?
11
Menurut Anda, apakah petugas kesehatan melayani pasien dengan tergesa-gesa saat memberikan obat pada Anda? c. Pelayanan medis yang diberikan oleh pelayan medis
S
TS
STS
12
Menurut Anda, apakah petugas kesehatan perlu bersikap ramah dalam melayani Anda?
13
Menurut Anda, apakah petugas kesehatan memberikan senyuman pada saat melayani Anda?
14
Menurut Anda, apakah petugas kesehatan memberikan informasi yang jelas mengenai penyakit yang Anda derita?
15
Menurut Anda, apakah petugas kesehatan teliti dalam memberikan resep obat yang diresepkan pada Anda?
16
Menurut Anda, apakah petugas kesehatan dalam melayani pasien dengan tergesa-gesa saat memberikan obat pada anda?
17
Menurut Anda, apakah petugas kesehatan memberikan obat sesuai dengan resep dokter?
18
Menurut
Anda,
apakah
petugas
kesehatan
memberikan
petunjuk/cara pemakaian obat kepada Anda? 19
Menurut
Anda,
apakah
petugas
kesehatan
menjelaskan
petunjuk/cara pemakaian obat kepada Anda? 20
Menurut Anda, apakah obat yang diberikan adalah obat yang manjur? d. Pemberian makanan bergizi kepada pasien berupa bubur dan biskuit yang diberikan berbarengan dengan kegiatan posyandu setiap satu bulan sekali
21
Apakah dalam kegiatan puskesmas keliling Anda mendapatkan bubur dan biskuit setelah melakukan pemeriksaan?
22
Apakah bubur dan biskuit tersebut selalu rutin diberikan setiap bulan?
23
Menurut Anda, apakah bubur dan biskuit tersebut perlu diberikan dalam kegiatan puskesmas keliling? e. Pemberian obat yang diberikan oleh pelayan medis
24
Menurut Anda, apakah jumlah obat yang disediakan di puskesmas keliing sudah memadai?
25
Menurut Anda, apakah jenis obat yang disediakan di puskesmas keliling sudah memadai?
26
Menurut Anda, apakah petugas kesehatan perlu bersikap ramah dalam melayani Anda?
27
Menurut Anda, apakah petugas kesehatan memberikan senyuman dalam melayani Anda?
28
Menurut Anda, apakah petugas kesehatan memberikan penjelasan mengenai manfaat obat yang diresepkan pada Anda?
29
Menurut Anda, apakah obat yang diberikan dalam kegiatan puskesmas keliling perlu digratiskan untuk masyarakat di desa Anda? f. Pemeriksaan gratis
30
Menurut Anda, apakah dokter bersikap ramah dalam melayani Anda?
31
Menurut Anda, apakah dokter memberikan senyuman dalam melayani Anda?
32
Menurut Anda, apakah dokter memberikan informasi yang jelas mengenai penyakit yang Anda derita?
33
Menurut Anda, apakah dokter teliti ketika memeriksa penyakit Anda?
34
Menurut Anda, apakah dokter bertindak tergesa-gesa saat memeriksa penyakit Anda?
35
Menurut Anda, apakah dokter bersikap terbuka untuk melakukan konsultasi tentang kesehatan?
36
Menurut Anda, apakah dokter memberikan kesempatan untuk bertanya tentang kesehatan?
37
Apakah Anda mendapatkan informasi kesehatan selain di puskesmas keliling?
1. Apakah anda tahu apa yang dimaksud penyakit menular dann tidak menular? a. Ya
b. tidak
Variable Independent Tingkat Kesadaran Hidup Sehat Pada Masyarakat Miskin (Masyarakat miskin dalam
penelitian ini adalah jumlah kepala keluarga yang tergolong miskin berdasarkan data desa Setu tahun 2010) No Pertanyaan
ST
T
TT
STT
SS
TS
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
Pengetahuan tentang Kesehatan 38
Menurut Anda, apakah Anda tahu penyakit demam berdarah bukanlah penyakit menular?
39
Menurut Anda, apakah anda tahu bahwa penyakit demam berdarah dapat ditularkan oleh gigitan nyamuk?
40
Bila tahu, menurut Anda apakah bintik kecil berwarna merah merupakan tanda-tanda terkena penyakit demam berdarah?
41
Bagaimana dengan pencegahannya, menurut anda apakah dengan melakukan 3 M (Menguras bak mandi, Menutup tempat penampungan
air,
Mengubur
barang-barang
bekas)
dapat
menghindari penyakit demam berdarah? 42
Bilamana ada tetangga Anda yang terkena penyakit demam berdarah, apakah anda akan menjauhinya? Sikap terhadap Kesehatan
43
Bilamana ada tetangga Anda yang terkena penyakit demam berdarah, apakah anda akan menjauhinya? Praktik Kesehatan
44
Menurut Anda, apakah disetiap rumah perlu mempunyai MCK
45
Bila perlu, menurut anda apakah membersihkan kamar mandi dilakukan setiap satu minggu sekali?
46
Bagaimana dengan airnya, menurut anda apakah yang digunakan untuk mandi harus air yang mengalir dari sungai?
47
Lalu, menurut anda apakah air yang digunakan untuk minum sebaiknya di masak terlebih dahulu?
48
Bilamana jarak kamar mandi terlalu dekat dengan pembuangan air, apakah itu dapat mencemari air yang anda gunakan untuk minum?
49
Menurut anda, apakah seharusnya di desa anda disediakan tempat pembuangan akhir sampah?
50
Menurut anda apakah tempat pembuangan akhir sampah tersebut
harus berjarak jauh dari rumah anda?
Nilai Validitas No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. 44. 45. 46. 47. 48. 49. 50.
(R hitung) 0.532 0.425 0.448 0.233 0.371 0.454 0.408 0.236 0.512 0.454 0.256 0.706 0.706 0.359 0.623 0.256 0.474 0.298 0.225 0.284 0.269 0.386 0.487 0.237 0.346 0.248 0.000 -0.047 0.449 0.623 0.474 0.372 0.623 0.256 0.000 0.372 0.512 0.164 0.367 0.305 -0.069 -0.069 0.095 -0.104 0.271 0.035 0.372 0.266 0.372 0.482
R tabel 0.2353 0.2353 0.2353 0.2353 0.2353 0.2353 0.2353 0.2353 0.2353 0.2353 0.2353 0.2353 0.2353 0.2353 0.2353 0.2353 0.2353 0.2353 0.2353 0.2353 0.2353 0.2353 0.2353 0.2353 0.2353 0.2353 0.2353 0.2353 0.2353 0.2353 0.2353 0.2353 0.2353 0.2353 0.2353 0.2353 0.2353 0.2353 0.2353 0.2353 0.2353 0.2353 0.2353 0.2353 0.2353 0.2353 0.2353 0.2353 0.2353 0.2353
Validitas Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Tidak Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Tidak Valid Tidak Valid Tidak Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Reliability
Case Processing Summary N 30
Cases
% 100.0
Valid Exclude 0 .0 d(a) Total 30 100.0 a Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics Cronbach's Alpha .829
N of Items 50
Item Statistics
P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15 P16 P17 P18 P19 P20 P21 P22 P23
Mean 4.0000 3.4667 3.2000 3.4000 4.3000 4.1333 4.0333 3.9333 4.1667 4.1333 3.9000 4.1000 4.1000 4.2667 4.1667 3.9000 4.0333 4.2000 4.2667 3.9667 4.0000 4.0000 4.0000
Std. Deviation .78784 1.00801 .99655 .93218 .46609 .34575 .49013 .36515 .37905 .34575 .95953 .30513 .30513 .44978 .37905 .95953 .18257 .40684 .44978 .61495 .45486 .45486 .45486
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
P24 P25 P26 P27 P28 P29 P30 P31 P32 P33 P34 P35 P36 P37 P38 P39 P40 P41 P42 P43 P44 P45 P46 P47 P48 P49 P50
3.7333 3.6667 4.1000 4.0000 3.9333 4.3333 4.1667 4.0333 4.0333 4.1667 3.9000 4.0000 4.0333 3.3000 2.8000 4.1333 4.0000 4.1667 4.1667 3.0000 4.1333 4.2667 3.6667 4.1333 3.9667 4.0333 4.0667
.69149 .75810 .30513 .00000 .36515 .47946 .37905 .18257 .18257 .37905 .95953 .00000 .18257 1.02217 1.09545 .34575 .45486 .37905 .37905 1.01710 .34575 .63968 .88409 .34575 .41384 .18257 .25371
30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Item-Total Statistics
P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15 P16 P17 P18 P19 P20 P21 P22 P23 P24 P25 P26 P27 P28 P29 P30 P31 P32 P33 P34 P35 P36 P37 P38 P39 P40 P41 P42
Scale Mean if Item Deleted 193.6000 194.1333 194.4000 194.2000 193.3000 193.4667 193.5667 193.6667 193.4333 193.4667 193.7000 193.5000 193.5000 193.3333 193.4333 193.7000 193.5667 193.4000 193.3333 193.6333 193.6000 193.6000 193.6000 193.8667 193.9333 193.5000 193.6000 193.6667 193.2667 193.4333 193.5667 193.5667 193.4333 193.7000 193.6000 193.5667 194.3000 194.8000 193.4667 193.6000 193.4333 193.4333
Scale Variance if Corrected Item Item-Total Deleted Correlation 80.524 .532 79.982 .425 79.697 .448 83.821 .233 85.252 .371 85.637 .454 84.737 .408 87.057 .236 84.944 .512 85.637 .454 83.252 .256 84.603 .706 84.603 .706 85.471 .359 84.185 .623 83.252 .256 87.013 .474 86.248 .298 86.575 .225 85.068 .284 86.179 .269 85.214 .386 84.386 .487 85.361 .237 83.306 .346 87.155 .248 88.662 .000 88.851 -.047 84.478 .449 84.185 .623 87.013 .474 87.357 .372 84.185 .623 83.252 .256 88.662 .000 87.357 .372 78.355 .512 84.166 .164 86.189 .367 87.559 .305 89.013 -.069 89.013 -.069
Cronbach's Alpha if Item Deleted .818 .821 .820 .829 .824 .824 .823 .827 .822 .824 .828 .821 .821 .824 .821 .828 .826 .826 .827 .826 .826 .824 .822 .827 .824 .827 .829 .831 .822 .821 .826 .827 .821 .828 .829 .827 .817 .833 .825 .829 .831 .831
P43 P44 P45 P46 P47 P48 P49 P50
194.6000 193.4667 193.3333 193.9333 193.4667 193.6333 193.5667 193.5333
85.834 89.223 85.057 87.306 87.430 86.447 87.357 86.326
.095 -.104 .271 .035 .372 .266 .372 .482
.835 .832 .826 .835 .828 .826 .827 .825
Scale Statistics
Mean 197.600 0
Variance
Std. Deviation
N of Items
88.662
9.41605
50