1
PENGARUH AMERICAN ISRAEL PUBLIC AFFAIRS COMMITTEE (AIPAC) DALAM KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT TERHADAP INVASI AMERIKA SERIKAT KE IRAK PADA TAHUN 2003 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial
oleh Muhammad Zubir NIM: 106083003662
PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011
1
i
i
ii
ii
iii
iii
iv
ABSTRAK
Penelitian ini membahas tentang pengaruh American Israel Public Affairs Committee (AIPAC) dalam kebijakan luar negeri Amerika Serikat terhadap invasi Amerika Serikat ke Irak tahun 2003. Pokok permasalahan yang diangkat adalah peran kelompok penekan (pressure group) AIPAC dalam memengaruhi lembaga eksekutif (presiden) dan legislatif (kongres dan senat) terkait rencana invasi AS ke Irak. Kerangka pemikiran yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori pembuatan keputusan (decision making), teori kebijakan luar negeri dan konsep kelompok penekan (pressure group). Penulis menemukan fakta dalam menganalisis permasalahan yang diangkat, bahwa AIPAC berperan aktif dalam mengarahkan proses kebijakan yang ditujukan terhadap presiden dan anggota kongres. Hal ini dibuktikan dengan dukungan yang diberikan kongres kepada presiden terkait rencana invasi ke Irak dengan disahkan Resolusi H.J Res 114 (Public Law 107-243). Selain itu, AIPAC melalui media yang dikontrolnya seperti Fox News, CNN, dan Near East Report berhasil menciptakan opini publik di dalam masyarakat AS. Opini publik itu berupa kepemilikan WMD (Weapon of Mass Destruction) atau senjata pemusnah massal Irak yang berbahaya bagi perdamaian dunia dan Irak ikut terlibat dalam serangan teroris yang dilakukan terhadap AS pada 11 September 2001. Adapun penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang bersifat deskriptif. Lebih lanjut penulis menggunakan data sekunder berupa studi kepustakaan seperti buku, jurnal, majalah, media massa, penelitian dan temuan lainnya.
Kata kunci: Lobi AIPAC, Kebijakan Luar Negeri, Invasi AS ke Irak tahun 2003.
iv
v
KATA PENGANTAR Bismillahirrahmaanirrahiim Alhamdulillah, penulis mengucapkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas limpahan taufik dan hidayat-Nya, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Shalawat dan salam bagi junjungan kita nabi Muhammmad SAW, sebagai suri tauladan kehidupan kita sehari-hari. Skripsi dengan judul “Pengaruh American Israel Public Affairs Committee (AIPAC) Dalam Kebijakan Luar Negeri Amerika Serikat Terhadap Invasi Amerika Serikat ke Irak Tahun 2003”, disusun untuk memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar sarjana Ilmu Sosial, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyelesaian skripsi ini masih banyak sekali kelemahan, baik dari segi substansi maupun metodelogi penelitian. Rangkaian perjalanan yang tidak singkat telah penulis lalui dalam penyelesaian skripsi ini, berbagai hambatan juga tak luput menemani. Ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada orang tua penulis, Ayahanda Imfarian Hasan dan Ibunda Zubaedah yang selalu memberikan dukungan moril dan materil sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Selain itu pada kesempatan ini, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Bahtiar Effendy, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Dina Afriany, Ph.D. selaku Ketua Jurusan Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta.
v
vi
3. Agus Nilmada Azmi, M.Si. selaku Sekertaris Jurusan Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta. 4. Kiky Rizky M.si. selaku dosen pembimbing. Terima kasih untuk ilmunya, saran dan arahannya sehingga skripsi ini terselesaikan. 5. Nazaruddin Nasution, MM. selaku dosen pembimbing akademik. Terima kasih atas semua saran, dan nasehatnya. 6. Drs. Armein Daulay, M.si. selaku dosen pengajar Ilmu Politik yang banyak memberikan saran dan semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 7. Friane Aurora, M.si. Terima kasih saran dan second opinion nya bu. 8. Adian Firnas, M.si. selaku dosen pengajar Ilmu Politik Barat yang banyak mengilhami penulis mendalami tentang Politik Barat khususnya Amerika Serikat. 9. Rahmi Fitriyani, M.Si. yang bersedia meluangkan waktu untuk bertukar pikiran dan memberikan semangat untuk penyelesaian skripsi ini. 10. Seluruh Bapak/Ibu Dosen Jurusan Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta, yang telah mengajarkan berbagai ilmu dan telah membantu penulis dalam menyelesaikan tugas sebagai mahasiswa. Kenangan belajar bersama Bapak/Ibu Dosen akan selalu terpatri dalam hati penulis selamanya. 11. Untuk inoungloen Nova Febriyani yang selalu memberikan semangat, motivasi, dan doanya dalam penyelesaian skripsi ini, serta untuk Bpk Untung
vi
vii
Baskoro dan Ibu Mulyati yang selalu memberikan semangat dalam penyelesaian skripsi ini. 12. Adikku tercinta, Rita Risnawati, dan Ratna Mutia yang selalu memberikan dukungannya. 13. Alm. Nurdiansyah, semangat dan perjuanganmu akan selalu akan kami kenang mas Nur. 14. Sahabat seven soul yang terdiri dari Rifki (Bojay), Ibnu (Boker), Shinta, Ola, Nadya dan Prila, kalian sahabat-sahabat teraneh dan terlucu sepanjang masa. 15. Untuk para teman-teman bimbingan: Rifki, Benardy, Ibnu, Ola, Ane, Maya, Iyul Yanti, Astrid. Bagi yang sudah lulus semoga kariernya makin sukses sedangkan bagi yang belum terus semangat. 16. Untuk angkatan HI 2006, Viky, Ade Hernando, Wibi, Insan (Mucur), Ikbal (Jawa), Mamduh, Kendari, Cikal, Agus Firmansyah, Umam, Fikri, Kawe, Adnan, Nanda, dll-nya,,semoga ikatan persahabatan kita terus terjalin ya. Untuk angkatan 2007 dan 2008 senang berkenalan dengan kalian semua. 17. Semua pihak yang telah turut membantu dalam penyelesaian skripsi ini namun tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih.
Terima kasih atas segala bantuan yang tidak ternilai harganya. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat penulis harapkan demi perbaikan-perbaikan kedepan.
Jakarta, 2 November 2011
Muhammad Zubir
vii
viii
DAFTAR ISI ABSTRAK .....................................................................................................
iv
KATA PENGANTAR ...................................................................................
v
DAFTAR ISI ..................................................................................................
ix
DAFTAR SINGKATAN ...............................................................................
xii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................
xiii
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ................................................................
1
B. Pertanyaan Penelitian ....................................................................
4
C. Kerangka Pemikiran ......................................................................
4
D. Metoda Penelitian ..........................................................................
14
E. Sistematika Penulisan ...................................................................
14
BAB II
AMERICAN ISRAEL PUBLIC AFFAIRS COMMITTEE (AIPAC) SEBAGAI KELOMPOK PENEKAN A. Sejarah Terbentuknya AIPAC ................................................
18
B.
Prinsip atau Ideologi AIPAC ...............................................
19
C. Tujuan Lobi AIPAC ...............................................................
20
D. Struktur AIPAC ......................................................................
21
E. Sumber Daya AIPAC .............................................................
23
F. Strategi AIPAC .....................................................................
27
G. Aktivitas AIPAC ..................................................................
29
H. Teknik-Teknik Lobi AIPAC .................................................
30
viii
ix
BAB III
I. Isu yang Menjadi Fokus Utama AIPAC ...............................
35
J. Target dan Sasaran AIPAC ...................................................
36
K. Keberhasilan dan Kegagalan Lobi AIPAC ...........................
38
L. Tokoh-Tokoh AIPAC .............................................................
41
INVASI AMERIKA SERIKAT KE IRAK TAHUN 2003 A. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kebijakan Luar Negeri Amerika Serikat tentang Invasi ke Irak Tahun 2003 ............... B. Sumber-Sumber
yang
Memengaruhi
Kebijakan
44
Luar
Negeri Amerika Serikat terhadap Invasi ke Irak Tahun 2003.
55
C. Sikap Pro dan Kontra terhadap Kebijakan Invasi Amerika-
BAB IV
Serikat ke Irak Tahun 2003 ...................................................
61
D. Invasi Amerika Serikat ke Irak Tahun 2003 ..........................
63
PENGARUH
AMERICAN
COMMITTEE
(AIPAC)
ISRAEL
DALAM
PUBLIC KEBIJAKAN
AFFAIRS INVASI
AMERIKA SERIKAT KE IRAK TAHUN 2003 A. Pengaruh AIPAC terhadap Formulasi Kebijakan Invasi Amerika Serikat ke Irak ..........................................................
67
B. Lobi dan Kepentingan AIPAC terhadap Presiden Bush Dalam Rencana Invasi Amerika Serikat ke Irak Tahun 2003 1. Hubungan Presiden Bush dengan AIPAC ........................
69
2. Bentuk Lobi AIPAC terhadap Presiden Bushpada Invasi ke Irak Tahun 2003 ...........................................................
71
3. Reaksi Presiden Bush terhadap Lobi AIPAC ...................
73
ix
x
C. Lobi dan Kepentingan AIPAC terhadap Kongres Amerika Serikat 1. Hubungan Kongres dengan AIPAC ...................................
74
2. Bentuk Lobi AIPAC terhadap Kongres ............................
75
3. Reaksi Kongres terhadap Lobi AIPAC .............................
76
D. Kontrol AIPAC terhadap Media Massa Dalam Negeri dan Luar Negeri Dalam Rencana Invasi Amerika Serikat ke Irak Tahun 2003. 1. Bentuk Kontrol AIPAC terhadap Media ...........................
77
2. Pemberitaan Media Massa Milik Yahudi terhadap Rencana Invasi Amerika Serikat ke Irak Tahun 2003 ......
78
3. Reaksi Masyarakat Amerika Serikat Atas Pemberitaan Media Massa ....................................................................
81
BAB V PENUTUP Kesimpulan ....................................................................................
83
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................
xiv
LAMPIRAN
x
xi Daftar Singkatan
9/11 AIEF AIPAC AS AWACS BBC CAMERA CGES CIA CNN CPMJO CRP DPR FECA FRLA G-7 HAM HAMAS IAEA ITN JCPA JINSA KEMHAN MOSSAD OPEC OSP PACs PM PNAC U.S.A UMNOVIC WINEP WMD WTC ZOA
: Waktu serangan Teroris terhadap Amerika Serikat : American Israel Education Foundation : American Israel Public Affairs Committee : Amerika Serikat : Airbone Warning and Control System : British Broadcasting Corporation : Committee for Accurancy in Middle East Reporting in America : Center Globe Energy Studies : Central Intelligence Agency : Cable News Network : The Conference of President of Major American Jewish Organizations : Center for Responsive Politics : Dewan Perwakilan Rakyat : The Federal Election Campaign Act : The Federal Regulation of Lobbying Act : Negara-negara yang tergabung dalam negara maju : Hak Asasi Manusia : Harakah al-muqawamah al-islamiyah : International Atomic Energy Association : Independent Television Network : The Jewish Council for Public Affairs : Jewish Institute for National Security Affairs : Kementerian Pertahanan : Dinas Intelijen dan operasi khusus Israel : Organization of Petroleum Exporting Countries : Officer for Special Plans : Political Action Committees : Perdana Menteri : Project for the New American Century : United States America : United Nations for Monitoring, Verification, and Inspection Commission : Washington Institute for Near Policy : Weapon of Mass Destruction : World Trade Center : Zionist Organization of America
xi
xii
Daftar Lampiran Lampiran I Lampiran II
: Pidato Kenegaraan George W. Bush : Hasil Voting di Dalam Kongres Terkait Invasi Amerka Serikat ke Irak
xii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah Pada tanggal 11 September 2001 publik Amerika Serikat (AS) dikejutkan
oleh serangan yang dilakukan oleh sekelompok orang terhadap World Trade Center (WTC) dan gedung Kementerian Pertahanan (Pentagon) dengan menggunakan pesawat komersil. Peristiwa serangan itu dikenal dengan sebutan “9/11” yang menandakan tanggal dan bulan penyerangan tersebut.1 Korban dalam serangan terhadap gedung kembar WTC diperkirakan tiga ribu orang.2 Peristiwa ini diklaim oleh Presiden Bush adalah serangan yang dilakukan oleh para teroris yang terorganisasi dan ingin mengganggu perdamaian dunia. Presiden Bush pun mengatakan akan memerangi segala bentuk terorisme (war on terrorism)3 tersebut. Peristiwa 9/11 memicu Amerika Serikat dan negara-negara lain untuk memerangi segala bentuk terorisme internasional. Terorisme internasional menurut Central Intelligence Agency (CIA) sebagai “Terrorism conducted with the support of foreign government or organization and / or directed against foreign nationals, institutions, or government”. (Terorisme yang dilakukan atas
1
Sebutan 9/11 berarti angka 9 adalah Bulan September sedangkan angka 11 adalah tanggal peristiwa itu terjadi. 2 James Petras, The Power of Israel in USA, “Zionis Mencengkeram Amerika dan Dunia (Jakarta: Zahra, 2008), h. 133. 3 War on terorrism merupakan salah satu isi pidato kenegaraan Presiden Bush pada tanggal 29 Januari 2002 yang yang berjudul “Three Great Goal for America”. (Lihat lampiran 1.).
1
2
dukungan suatu pemerintah atau organisasi asing dan atau diarahkan untuk melawan nasional, institusi atau pemerintahan asing).4 Perang yang dilakukan oleh AS untuk memerangi terorisme telah menjatuhkan rezim Taliban di Afghanistan dan Irak di Timur Tengah. Faktor eksternal yang menjadi alasan penyerangan ke Irak, bahwa Saddam Hussein merupakan diktator dan diasumsikan memiliki hubungan dengan Al-Qaeda pimpinan Osama bin Laden.5 Di samping itu Irak dituding Presiden Bush mempunyai Weapons of Mass Destruction (WMD) atau senjata pemusnah massal. Sikap Amerika Serikat terhadap Irak sudah terlihat dari pidato kenegaraan pertama (state of the union address) George Walker Bush pada tanggal 29 Januari 2002 sebagai presiden Amerika Serikat ke-43 (Lampiran 1). Dia mengemukakan beberapa negara dengan predikat Axis of Evil (Poros Setan). Negara-negara itu adalah Irak, Iran, dan Korea Utara. Salah satu faktor internal yang mempengaruhi kebijakan luar negeri AS melakukan invasi ke Irak adalah adanya lobi AIPAC dalam proses pembuatan kebijakan luar negeri AS.6 Berdasarkan fungsinya lobi Yahudi terbagi menjadi
4
Noam Chomsky, Menguak Tabir Terorisme Internasional (terj.), (Bandung: Mizan, 1991), h. 90. 5 Osama bin Laden adalah putra ke 17 dari 52 anak seorang pengusaha kaya asal Arab Saudi yang bernama Mohamed bin Laden. Mohamed bin Laden adalah seorang kontraktor dan pebisnis properti kaya raya. Osama meraih gelar sarjana ekonominya dari Universitas King Abdul Aziz, Jeddah. Osama dipercaya oleh bapaknya untuk menjadi manajer di perusahaan keluarganya. Kekayaan dari hasil bisnis yang melimpah dimanfaatkan Osama untuk membantu Afghanistan melawan Uni Soviet pada tahun 1984 dengan membentuk lembaga dakwah dan kamp militer Farouk untuk merekrut sukarelawan Afghanistan dan mancanegara. Saat itu Amerika Serikat ikut terlibat dengan membantu Osama dalam memerangi pasukan pendudukan Uni Soviet di Afghanistan. Ketika terjadi serangan 11 September 2001 terhadap WTC dan Pentagon, pemerintah AS menuduh Osama bin Laden adalah pelaku utama di balik serangan tersebut. (Lihat Harian Kompas edisi 3 Mei 2011, judul: Biografi Osama dan Tewasnya Osama bin Laden) 6 Mearsheimer dan Walt, Dahsyatnya Lobi Israel (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama) h. 376-384.
3
dua, yaitu formal dan informal.7 Lobi formal adalah lobi yang dilakukan kepada Kongres dan kekuasaan eksekutif AS. Contohnya adalah lobi yang dilakukan American Israel Public Affairs Committee (AIPAC) atau Komite Aksi Politik Amerika Israel. Sedangkan lobi informal adalah lobi yang terdiri dari individu atau kelompok non-Yahudi yang mendukung posisi Yahudi Amerika dan Israel. Contohnya organisasi mahasiswa, buruh, penulis, pengusaha, dan media massa.8 Hasil jajak pendapat nasional yang dilakukan oleh Zogby International atas nama Council for the National Interest pada bulan Oktober 2006, menunjukkan 39% responden mengungkapkan keyakinan mereka, bahwa lobi Yahudi yang dilakukan terhadap kongres dan pemerintahan Bush telah menjadi faktor kunci dalam keputusan penyerangan ke Irak.9 AIPAC merupakan kelompok kepentingan yang aktif secara politik yang disebut kelompok penekan.10 Hasil survei majalah Fortune (1997) mengenai pengaruh kelompok penekan, AIPAC menempati urutan ke dua setelah American Association of Retired Persons (AARP) atau Asosiasi Pensiunan Masyarakat Amerika sebagai kelompok lobi yang paling berpengaruh di AS.11 Tujuan utama AIPAC adalah menjalin kerjasama antara AS dan Israel. AIPAC merupakan pendukung gerakan zionisme dan memiliki hubungan istimewa dengan Partai
7
Artanto Salmoen Wargadinata, “Nilai-Nilai Budaya Amerika dan Lobi Yahudi: Hak Asasi Manusia dan Demokrasi, Kemajemukan Budaya dan Pilihan Nilai-Nilai Budaya Sakral dalam Isu Fungsi Israel bagi Kepentingan Amerika Serikat”. (Tesis S2 Program Pascasarjana Universitas Indonesia, Jakarta, 1995, h. 47). 8 Ibid, h. 47-52. 9 Mearsheimer dan Walt, Dahsyatnya Lobi Israel (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama) h. 14. 10 Leonard Freedman, Power and Politics in America (USA: Harcourt College Publishers, 2000), h. 71 11 Ibid, h. 71.
4
Likud pimpinan Benyamin Netanyahu yang pernah menjadi Perdana Menteri Israel.12 Negara Israel yang merupakan salah satu sekutu AS di Timur-Tengah. Oleh karena itu menjadi kepentingan bagi AS untuk melindungi Israel dari berbagai ancaman. Kepentingan AS ini dibuktikan dengan memberikan bantuan luar negeri kepada Israel baik ekonomi dan militer. Terhitung sampai 2005, bantuan langsung Amerika Serikat kepada Israel hampir 154 miliar dollar yang sebagian besar diantaranya dalam wujud hibah dan bukan pinjaman.13 Selain bantuan ekonomi dan militer, AS juga memberikan bantuan diplomasi kepada Israel antara tahun 1972 sampai 2006 dengan memberikan hak vetonya terhadap 42 resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) terkait dengan Israel.14 B.
Pertanyaan Penelitian Pertanyaan yang menjadi acuan penelitian ini adalah: Bagaimana
pengaruh
lobi
American
Israel
Public Affairs
Committee (AIPAC) dalam kebijakan invasi Amerika Serikat ke Irak pada tahun 2003?
C.
Kerangka Pemikiran Untuk menganalisis penulisan ini, maka penulis akan menggunakan teori
Pembuatan Kebijakan (Decision Making). Selanjutnya penulis juga menggunakan 12
Benyamin Netanyahu pernah terpilih menjadi Perdana Menteri Israel pada tahun 19961999. Netanyahu mencalonkan diri lagi pada tahun 2009 dari Parati Likud dan memenangkan pemilu dari lawan politiknya Tzipi Livni dari Partai Kadima. (Lihat Herry Nurdi, Lobi Zionis dan Rezim Bush, Jakarta: Mizan Republika, 2006, h. 71). 13 Mearsheimer dan Walt, Dahsyatnya Lobi Israel. h. 36. 14 Ibid, h. 62.
5
teori kebijakan luar negeri menurut James N. Rossenau dan K.J Holsti yang akan digunakan dalam menganalisis kebijakan AS melakukan invasi ke Irak tahun 2003. Selain itu konsep kelompok penekan (pressure group) dan konsep pelobi domestik yang terdapat dalam undang-undang AS yang dikenal dengan The Federal Regulation of Lobbying Act of 1946 (FARA 1946). Konsep kelompok penekan dan konsep pelobi domestik digunakan untuk menganalisis pengaruh AIPAC dalam pemerintahan George W. Bush terhadap invasi AS ke Irak tahun 2003. •
Teori Pembuatan Keputusan (Decision Making) Menurut Richard Snyder dkk mengemukakan bahwa berbagai faktor
internal dan eksternal mempengaruhi perilaku politik luar negeri suatu negara.15 Asumsi dasar bahwa tindakan internasional dapat didefinisikan sebagai keputusan-keputusan yang dibuat oleh unit-unit domestik yang diakui, dimana para pemimpin negara (baik individu maupun kelompok) bertindak sebagai aktoraktor utama dalam proses pengambilan keputusan tersebut.16 Selain itu William D. Coplin mengemukakan mengenai teori pembuatan keputusan adalah: “…Apabila kita akan menganalisa kebijakan luar negeri suatu negara, maka kita harus mempertanyakan para pemimpin negara dalam membuat kebijakan luar negeri. Dan salah besar jika menganggap bahwa para pemimpin negara (para pembuat kebijakan luar negeri) bertindak tanpa pertimbangan (konsiderasi). Tetapi sebaliknya, tindakan luar negeri tersebut dipandang sebagai 15
Snyder et.al. dalam Rosenau, James N. 1969. International Politics and Foreign Policy: A Reader in Research and Theory. New York: The Free Press, h. 199-205. 16 Lloyd Jensen. 1982. Explaining Foreign Policy. New Jersey, Prentice Hall, Inc.,Englewood Cliffs, h. 7.
6
akibat dari tiga konsiderasi yang mempengaruhi para pengambil kebijakan luar negeri…”.17 William D. Coplin menjelaskan tentang tiga konsiderasi sebagaimana yang telah disebutkan di atas, yaitu:18
•
Pertama, kondisi politik dalam negeri suatu negara termasuk faktor budaya yang mendasari tingkah laku politik manusianya.
•
Kedua, situasi ekonomi dan militer suatu negara tersebut, termasuk faktor geografis yang selalu menjadi pertimbangan utama dalam hal pertahanan dan keamanan.
•
Ketiga, konteks internasional, situasi di negara yang menjadi politik luar negeri serta pengaruh dari negara-negara lain yang relevan dengan permasalahan yang dihadapi. Berikut ini dapat digambarkan dalam skema pengambilan keputusan
politik luar negeri menurut William D. Coplin. Skema Pengambilan Keputusan Politik Luar Negeri Kondisi Politik Dalam Negeri
Pengambilan Keputusan
Tindakan Politik Luar Negeri
Konteks Internasional
Kemampuan Ekonomi dan Militer Sumber: William D. Coplin. Pengantar Politik Internasional: Telaah dan Teoritis, terjemahan: Marsedes Marbun, 2nd ed. (Bandung: Sinar Baru, 1992), h. 30. 17
William D. Coplin, Pengantar Politik Internasional: Suatu telaah Teoritis, edisi ke-2 (Bandung: Sinar Baru, 1992). h. 30. 18 Ibid. h. 30.
7
Berdasarkan skema di atas dapat dijelaskan alasan AS melakukan invasi ke Irak pada tahun 2003. Tindakan tersebut dipengaruhi oleh tiga hal yaitu: kondisi politik dalam negeri, kemampuan ekonomi dan militer, serta konteks internasional sangat berpengaruh terhadap pembuat keputusan dalam menentukan kepentingan luar negerinya. 1. Kondisi Politik Dalam Negeri Kondisi politik dalam negeri pasca terjadinya tragedi 9/11 menjadi hal menakutkan bagi masyarakat AS. Kenangan akan serangan terhadap runtuhnya World Trade Center yang menewaskan kurang lebih tiga ribu orang19 menjadikan AS sebagai negara adikuasa melakukan kampanye perang melawan terorisme global. Hal ini dilakukan oleh AS untuk melakukan pencegahan tragedi yang serupa tidak terjadi lagi di masa yang akan datang. Presiden Bush pun melakukan perombakan terkait keamanan nasional AS dengan membentuk Homeland Security yang berfungsi dalam pencegahan teror terhadap AS. 2. Kemampuan Ekonomi dan Militer AS merupakan negara adikuasa yang memiliki perekonomian yang kuat dan memiliki persenjataan yang canggih di dunia. Kemampuan perekonomian AS yang kuat disebabkan dalam perdagangan internasional menggunakan mata uang dollar. Secara tidak langsung AS mendapat keuntungan dari perdagangan internasional sehingga keuntungan tersebut digunakan untuk pengembangan IPTEK dan perkembangan senjata. Hasil perkembangan IPTEK dan persenjataan dapat dilihat dari buatan-buatan 19
James Petras, The Power of Israel in USA, “Zionis Mencengkeram Amerika dan Dunia (Jakarta: Zahra, 2008), h. 133.
8
AS berupa Pesawat Tempur F-117, F-22, F-23, Helicopter Apache, Pesawat tanpa awak, Tank, Kapal Induk berbahan bakar nuklir, dan rudal jelajah Tomahawk.20 3. Konteks Internasional Dalam konteks internasional posisi AS adalah sebagai negara adikuasa tunggal. Sebagai negara adikuasa tunggal AS merasa memiliki tanggung jawab dalam memerangi terorisme global. Hal ini terlihat dari invasi AS ke Afghanistan pada tahun 2001 untuk menggulingkan rezim Taliban serta demi menangkap Osama bin laden yang diduga dalang di balik Tragedi 9/11. Pada Maret 2003 Presiden Bush melakukan invasi untuk kedua kalinya yang ditujukan ke Irak, alasannya Irak memiliki keterkaitan dengan organisasi Al Qaeda pimpinan Osama bin Laden dan memiliki WMD (Weapon of Muss Destruction) atau senjata pemusnah massal.
•
Kebijakan Luar Negeri Untuk memahami kebijakan luar negeri, langkah pertama yang harus
dilakukan adalah mendefinisikan kebijakan luar negeri. Menurut Rossenau kebijakan luar negeri adalah “All the attitudes and activities through which organized nation societies seeks to cope with and benefit from international environment”,21 yaitu semua sikap dan aktivitas yang melalui itu masyarakat nasional yang terorganisasi berusaha untuk menguasai dan mengambil keuntungan dari lingkungan internasional. 20
Sayidiman Suryohadiprojo, Si Vis Pacem Para Bellum, Membangun Pertahanan Negara yang Modern dan Efektif ,(Gramedia Pustaka, Jakarta, 2005). h. 317. 21 James N. Rossenau, Internasional Politic and Foreign Policy: A Reader in Research and Theory, (New York: Macmillan Publishing CO. Inc., 1997), h. 27.
9
Selanjutnya menurut Rossenau pembuatan keputusan kebijakan luar negeri di pengaruhi oleh lima sumber, yaitu: Individu (Individual), Peran (Role), Pemerintah (Government), Masyarakat (Social), dan Sistemik (Sistemic).22 Sumber Individu adalah semua aspek dari seorang pembuat keputusan (nilai, bakat, dan pengalamannya) yang membedakan pilihan-pilihan kebijakan luar negerinya atau perilakunya dengan pembuat keputusan lain. Peran merupakan semua sumber yang berkaitan dengan perilaku eksternal seorang pejabat yang berasal dari peran yang dimainkan dan yang terlepas dari karakteristik individunya. Sumber Pemerintah menjelaskan mengenai masukan-masukan yang diberikan oleh kongres kepada presiden untuk melakukan suatu tindakan yang dapat menyelamatkan negaranya dan memfokuskan kepada struktur dan proses dari sebuah pemerintahan. Masyarakat merupakan aspek-aspek bukan pemerintah (non-governmental) dari suatu masyarakat yang mempengaruhi perilaku eksternal, seperti orientasi nilai yang utama suatu masyarakat, tingkat kesatuan nasional dan perkembangan industrialisasinya. Sumber sistemik terdiri dari semua aspek-aspek bukan manusia dari lingkungan eksternal suatu masyarakat atau setiap tindakan yang terjadi di luar negaranya yang dapat mempengaruhi pilihan-pilihan yang dibuat pemerintahnya. Setelah pemaparan mengenai sumber-sumber yang mempengaruh pembuatan keputusan kebijakan luar negeri, maka penulis akan menyimpulkan sumber individu dan peran akan digunakan dalam BAB III yang membahas sumber-sumber yang mempengaruhi kebijakan luar negeri AS tentang invasi AS ke Irak tahun 2003.
22
Ibid, H. 167.
10
Selanjutnya menurut K.J Holsti kebijakan luar negeri merupakan seperangkat ide atau tindakan yang dibuat oleh pembuat kebijakan untuk memecahkan masalah atau mendorong beberapa perubahan dalam kebijakan, tingkah laku atau tindakan dari negara lain, aktor-aktor non negara, ekonomi internasional atau lingkungan fisik dunia.23 Selanjutnya menurut K.J Holsti dalam pembuatan kebijakan luar negeri dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor eksternal dan internal. Faktor ekternal meliputi struktur sistem internasional, struktur perekonomian dunia, tujuan dan tindakan aktor-aktor lain, masalah regional dan global serta hukum internasional dan opini dunia.24 Sedangkan faktor internal (domestik) meliputi kondisi sosioekonomi, karakteristik geografi dan topografi, atribut nasional, struktur dan filosofi pemerintah, opini publik, dan birokrasi.25 Setelah pemaparan teori kebijakan luar negeri di atas, maka penulis menyimpulkan sistem internasional, sifat perekonomian dunia, tujuan dan tindakan
aktor-aktor
lain
merupakan
faktor
eksternal
yang
dominan
mempengaruhi kebijakan AS. Sedangkan kebijakan AS untuk menginvasi Irak dalam faktor internal penulis akan menganalisis berdasarkan kondisi sosioekonomi, struktur dan filosofi pemerintah, dan opini publik. Menurut Charles W. Kegley, Jr. dan Eugene R. Wittkopf proses kebijakan luar negeri terdiri dari faktor input dan output.26 Faktor input terdiri dari eksternal sources
23
(sumber
eksternal),
societal
sources
(sumber-sumber
sosial),
K.J Holsti, International Politics: A Framework for Analysis 6th edition (New Jersey: Prentice-Hall International, Inc, 1992), h. 82. 24 Ibid, h. 271-274. 25 Ibid, h. 275-285. 26 Charles W. Kegley, Jr. dan Eugene R. Wittkopf, American Foreign Policy Pattern And Process, Fifth edition, (New York: St. Martin’s Press, 1996), h. 15
11
governmental sources (sumber pemerintahan), role sources (sumber peran), dan invidual sources (sumber invidu). Sedangkan output adalah kebijakan luar negeri yang dihasilkan.27 AIPAC termasuk kategori ke dalam societal sources dalam faktor input sebagai kelompok kepentingan yang mempengaruhi kebijakan luar negeri AS. Terkait mengenai pembahasan pengaruh AIPAC dalam pemerintahan George W. Bush terhadap invasi Amerika Serikat ke Irak pada tahun 2003, maka penulis akan menggunakan teori kebijakan luar negeri yang telah dijelaskan di atas. Teori ini akan digunakan pada Bab III yang membahas faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan luar negeri Amerika Serikat tentang invasi AS ke Irak tahun 2003. •
Kelompok Penekan (Pressure Groups) Kelompok penekan adalah kelompok kepentingan (interest group) yang
aktif di dalam politik.28 Menurut Maurice Duverger, kelompok penekan tidak secara langsung mengambil bagian dalam memperoleh kekuasaan atau dalam melancarkan kekuasaan itu sendiri.29 Mereka bertindak untuk mempengaruhi kekuasaan tanpa terlibat didalamnya, mereka melancarkan tekanan-tekanan atas kekuasaan yang sedang berjalan. Definisi dari kelompok penekan menurut Duverger adalah sekumpulan orang pemikir, mereka terbiasa mengadakan diskusi mengevaluasi keadaan negara, mengkritik jalannya pemerintahan, menuangkan gagasan-gagasan perbaikan keadaan, kemudian hasil pemikirannya yang berupa kritik-kritik tajam, sering disampaikan kepada pemerintah atau lembaga-lembaga 27
Ibid, h. 15. Max J. Skidmore dan Marshall Charter Tripp, American Government: A Brief Introduction (New York: ST.Martin’s Press, 1989), h. 74. 29 Maurice Duverger, Partai Politik dan Kelompok-Kelompok Penekan (Terjemahan Drs. Laila Hasyim, penerbit Bina Aksara, 1981), h. 119. 28
12
negara lainnya. Dari hasil pemikiran ini ternyata mempunyai dampak luas atas perubahan opini masyarakat terhadap pemerintah, sehingga pemerintah mulai memperhitungkan pengaruh kelompok pemikir ini, maka kelompok pemikir demikian ini bisa juga dikatakan sebagai memiliki kekuatan politik kolektif informal. Dalam
mempergunakan
pengaruh
politiknya,
kelompok
penekan
mempergunakan tiga sumber kekuatan yaitu, kekuatan finansial, jumlah anggota dan pengetahuan.30 Sedangkan upaya untuk mencapai tujuan dilakukan dengan cara memobilisasi opini publik, kampanye dan promosi, menyokong kandidatkandidat calon politik, mempublikasi opini-opini, dan mensponsori pertemuan testimonial dengan makan malam.31 Keberadaan kelompok penekan di AS didukung oleh undang-undang mengenai lobi yaitu The Federal Regulation of Lobbying Act of 1946 (FRLA 1946).32 FRLA 1946 merupakan undang-undang yang mengatur kegiatan pelobi domestik. Dari ciri-ciri kelompok penekan di atas maka penulis, mengkategorikan AIPAC sebagai kelompok penekan dan kegiatannya diatur oleh FRLA 1946 di dalam undang-undang AS. AIPAC mengklaim bahwa mereka memiliki kekuatan finansial yang kuat, jumlah anggota yang banyak, dan memiliki pengetahuan yang handal dalam melobi.33 Kapasitas tersebut membuat AIPAC dapat melakukan lobi dalam proses pembuatan kebijakan luar negeri AS.
30
Max J. Skidmore dan Marshall Charter Tripp, American Government: A Brief Introduction, h. 77 31 Ibid, h. 78-79. 32 The Washington Lobby, (Congressional Quarterly Inc, 1987), h. 36. 33 “How we work,” diakses pada tanggal 11 April 2011, pukul 21:00 dari http://www.aipac.org/en/about-aipac/how-we-work.
13
Di dalam proses lobi AIPAC menggunakan teknik-teknik untuk mempengaruhi pemerintah (lembaga legislatif dan eksekutif). Teknik-teknik tersebut adalah sebagai berikut:34 •
Teknik Koalisi (Coalition Organization) adalah teknik yang digunakan AIPAC untuk mencari individu atau kelompok yang memiliki pandangan yang sama dengan AIPAC.
•
Teknik lobi secara langsung (Direct Lobbying) adalah teknik yang dilakukan AIPAC dengan cara pertemuan langsung dengan para anggota kongres, pejabat tinggi pemerintahan, diplomat, dan para politikus untuk membicarakan mengenai hubungan Amerika Serikat dengan Israel. Pertemuan langsung biasanya diadakan setiap tahun yang dikenal dengan Konferensi AIPAC (The Annual Policy Conference).
•
Teknik menghimpun dukungan masyarakat (Grass Roots) adalah teknik yang dilakukan AIPAC dengan melakukan pendekatan terhadap individu, media massa dan masyarakat luas yang dapat mempengaruhi pemilihan anggota kongres atau presiden di berbagai wilayah di negara bagian di AS.
•
Teknik dukungan pada masa kampanye melalui PACs (Political Action Committees) pro Israel, teknik ini memberikan dukungan dana kepada calon kandidat yang ingin mencalonkan diri baik menjadi anggota kongres maupun presiden. Bila berhasil terpilih maka para calon kandidat tersebut harus membalas budinya dengan memberi dukungan kepada Israel. Terkait dengan Pengaruh AIPAC terhadap Presiden George W. Bush
dalam invasi Amerika Serikat ke Irak tahun 2003, penulis menggunakan konsep
34
The Washington Lobby, (Congressional Quarterly Inc, 1987), h. 3-6.
14
kelompok penekan (pressure group). Aplikasi tentang kelompok penekan (pressure group) akan diterapkan dalam Bab IV pada bagian sikap AIPAC terhadap rencana invasi Amerika Serikat ke Irak tahun 2003. Sedangkan teknikteknik yang digunakan AIPAC dalam mempengaruhi pemerintah (lembaga legislatif dan eksekutif) akan dijelaskan pada Bab II. D. Metoda Penelitian Dalam penulisan Skripsi ini, penulis menggunakan pendekatan kualitatif yaitu jenis penelitian yang mengutamakan studi kasus sebagai data yang akan diteliti. Adapaun sifat dari data penelitian kualitatif terwujud pada kasus-kasus atau isu-isu. Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian kualitatif bersifat deskriptif yaitu suatu penelitian yang menggambarkan secara spesifik suatu situasi maupun suatu hubungan. Skripsi ini menggunakan penelitian studi literatur dan kepustakaan (Library Research)35 atau studi dokumen yang merupakan data sekunder dengan melakukan penelitian dengan sumber bacaan yang mempunyai hubungan dengan masalah yang dihadapi dan yang dapat digunakan sebagai dasar penulisan skripsi ini. Contoh sumber bacaan tersebut didapat dari buku-buku, jurnal, artikel, pidato, dan data dari internet. E.
Sistematika Penulisan
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah B. Pertanyaan Penelitian C. Kerangka Pemikiran 35
Masri Singarimbun dan Sofian Effendi (ed), Metode Penelitian Survei (Jakarta: LP3ES, 1998), h. 70.
15
D. Metoda Penelitian E. Sistematika Penulisan BAB II
AMERICAN ISRAEL PUBLIC AFFAIRS COMMITTEE (AIPAC) SEBAGAI KELOMPOK PENEKAN A. Sejarah terbentuk AIPAC B. Prinsip atau Ideologi AIPAC C. Tujuan Lobi AIPAC D. Struktur AIPAC E. Sumber Daya AIPAC F. Strategi AIPAC G. Aktivitas AIPAC H. Teknik-Teknik Lobi AIPAC I. Isu yang Diutamakan AIPAC J. Target dan Sasaran AIPAC K. Keberhasilan dan Kegagalan Lobi AIPAC L. Tokoh-Tokoh AIPAC
BAB III
INVASI AMERIKA SERIKAT KE IRAK TAHUN 2003 A.
Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kebijakan Luar Negeri Amerika Serikat Tentang Invasi ke Irak Tahun 2003
B. Sumber-Sumber yang Memengaruhi Kebijakan Luar Negeri AS Tentang Invasi Amerika Serikat ke Irak Tahun 2003 C. Sikap Pro dan Kontra Terhadap Kebijakan Invasi Amerika Serikat ke Irak Tahun 2003 D. Invasi Amerika Serikat ke Irak Tahun 2003
16
BAB IV
PENGARUH
AMERICAN
ISRAEL
PUBLIC
AFFAIRS
COMMITTEE (AIPAC) DALAM KEBIJAKAN INVASI AMERIKA SERIKAT KE IRAK TAHUN 2003 A. Pengaruh AIPAC Terhadap Kebijakan Invasi Amerika Serikat ke Irak B. Lobi dan Kepentingan AIPAC Terhadap Presiden Bush Dalam Rencana Invasi Amerika Serikat ke Irak Tahun 2003 1. Hubungan Presiden Bush dengan AIPAC 2. Bentuk Lobi AIPAC Terhadap Presiden Bush pada Invasi ke Irak Tahun 2003 3. Reaksi Presiden Bush Terhadap Lobi AIPAC C.
Lobi dan Kepentingan AIPAC Terhadap Kongres Amerika Serikat 1. Hubungan Kongres dengan AIPAC 2. Bentuk Lobi AIPAC Terhadap Kongres 3. Reaksi Kongres Terhadap Lobi AIPAC
D. Kontrol AIPAC Terhadap Media Massa Dalam Negeri dan Luar Negeri Dalam Rencana Invasi Amerika Serikat ke Irak Tahun 2003. 1. Bentuk Kontrol AIPAC Terhadap Media 2. Pemberitaan Media Massa Milik Yahudi Terhadap Rencana Invasi Amerika Serikat ke Irak Tahun 2003 3. Reaksi Masyarakat Amerika Serikat Atas Pemberitaan Media Massa.
17
BAB V
PENUTUP Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
18
BAB II AMERICAN ISRAEL PUBLIC AFFAIRS COMMITTEE (AIPAC) SEBAGAI KELOMPOK PENEKAN
A. Sejarah terbentuknya AIPAC American Israel Public Affairs Committee (AIPAC) adalah sebuah lembaga yang didirikan oleh seorang jurnalis Yahudi yang lahir di Kanada bernama Isaiah L. Kenen pada tahun 1959 ketika pemerintahan Eishenhower berkuasa.36 Sebelumnya organisasi ini bernama The American Zionist Council (AZC) yang didirikan pada tahun 1951. Pada tahun 1954, namanya berubah menjadi The American Zionist Committee for Public Affairs (AZCPA).37 Perubahan nama tersebut disebabkan karena adanya perbedaan pandangan di kalangan Yahudi AS terhadap konsep zionisme yang berlangsung hingga tahun 1950-an. Untuk mencapai konsesus tersebut, pada tahun 1959 Kenen mengubah kembali menjadi AIPAC. Strategi yang dilakukan Kenen berhasil dan dapat diterima oleh semua organisasi Yahudi di AS. AIPAC didukung dan dibiayai oleh kelompok pengusaha Yahudi. Pada masa awal pembentukannya AIPAC bekerja untuk lobi kepentingan minyak. Kemudian terjadi Perang Enam Hari38 pada tahun 1967 antara Israel dengan
36
Michael G. Bard, Will Israel Survive? (New York: Palgrave Macmillan, 2007), h. 207. “American Israel Public Affairs Committee,” diakses pada tanggal 4 Mei 2011, pukul 23:22 dari http://middleeastexplorer.com/Israel/American-Israel-Public-Affairs-Committee. 38 Perang Enam Hari diawali ketika pada bulan Mei tahun 1967, Mesir mengusir United Nation Emergency Force (UNEF) dari Semenanjung Sinai, dimana UNEF telah berpatroli disana sejak tahun 1957 (hal ini disebabkan invasi atas Semenanjung Sinai oleh Israel tahun 1956). Mesir mempersiapkan 1000 tank dan 100.000 pasukan di perbatasan dan memblokade Selat Tiran (pintu masuk menuju Teluk Aqaba) terhadap kapal Israel dan mengajak Syiria dan Yordania untuk bersatu melawan Israel. Pada tanggal 5 Juni 1967, Israel melancarkan serangan terhadap pangkalan angkatan udara Mesir karena takut akan terjadinya invasi oleh Mesir. Pada akhir perang, Israel merebut Yerusalem Timur, Jalur Gaza, Semenanjung Sinai, Tepi Barat dan Daratan 37
18
19
negara-negara Arab (Mesir, Irak, Jordania, dan Suriah) mengubah orientasi AIPAC yang pada awalnya cenderung pada bisnis perminyakan menjadi kelompok lobi yang mendukung eksistensi Israel di Timur-Tengah. Perang tersebut membuat AIPAC merasa wajib membela Israel karena Israel dipandang sebagai satu-satunya embrio negara demokrasi pertama di wilayah itu yang dikelilingi negara-negara yang dikelilingi diktator Arab. Sejak tahun 1967 AIPAC merupakan kekuatan lobi Yahudi di Amerika yang bekerja untuk kepentingan Israel Raya. Bahkan untuk memperlancar lobinya, AIPAC kini berkantor tak jauh dari Gedung Putih dan Capitol Hill.39 Dua lembaga inilah yang menjadi sasaran utama AIPAC untuk mencapai tujuannya. Lebih lanjut AIPAC termasuk ke dalam lobi domestik yang pendanaannya dari para pengusaha kaya Yahudi di AS, sehingga kontribusi-kontribusi pengusaha tesebut bagi AIPAC tidak dikurangi pajak. Bila pendanaannya dari luar semisal dari negara Israel, maka kebijakan itu akan berubah dimana AIPAC harus mendaftar pada Departemen Peradilan Amerika Serikat sebagai sebuah agen asing. B. Prinsip atau Ideologi AIPAC •
Ideologi AIPAC adalah menjalankan gerakan zionisme seperti yang dilakukan oleh negara Israel.40 AIPAC merupakan pendukung setia eksistensi negara Israel di Timur-Tengah. Dalam menjalankan gerakan
Tinggi Golan. Kemenangan Israel karena memiliki 300 ribu tentara terlatih dan berpengalaman sedangkan kekuatan pasukan Mesir, Syria dan Yordania hanya 180 ribu tentara. Hasil dari perang ini mempengaruhi geopolitik kawasan Timur Tengah sampai hari ini. (Lihat Wang Xiang Jun, Rencana Besar Yahudi 2012 & 2030, Yogyakarta: Pustaka Radja, 2008, h. 36-59). 39 Herry Nurdi, Lobi Zionis dan Rezim Bush (Jakarta: Mizan Republika, 2006), h. 87. 40 Gerakan Zionisme adalah gerakan yang dikemukan pertama kali oleh Theodore Herlz untuk pendirian sebuah negara Yahudi di Palestina. Zionisme diambil dari kata Zion yang berarti Bukit Zion yang merupakan simbol/lambang dari tanah yang dijanjikan yang kini berada di wilayah Palestina berdasarkan sejarah Yahudi. Lihat Adian Husaini, Wajah Peradaban Barat “Dari Hegemoni Kristen ke Dominasi Sekular-Liberal” (Jakarta: Gema Insani, 2005), h.58-59.
20
zionisme AIPAC didukung oleh kelompok zionisme Kristen AS, kelompok Neokonservatif dan Kristen Fundamentalis/Evangelist.41 Kristen Fundamentalis menggunakan ayat-ayat injil dalam mendukung dan membenarkan hak historis Israel atas Palestina.42 •
Menjadikan kepentingan Israel sebagai bagian dari kepentingan nasional AS, sehingga AS merasa wajib membantu Israel dalam bidang ekonomi, militer, dan diplomasi di PBB.43
C. Tujuan Lobi AIPAC Dalam menjalankan aktivitas lobinya, AIPAC mempunyai tujuan-tujuan yang ingin dicapai, tujuan-tujuan tersebut diantaranya44: 1. Mendukung keberadaan Israel di Timur-Tengah. 2. Memastikan lancarnya segala bantuan (diplomasi, ekonomi dan militer) untuk Israel. 3. Menjaga dan memperkuat hubungan yang telah tercipta di antara AS dan Israel. 4. Menekan pemerintahan AS agar segala kebijakan dan bantuan bagi Israel tidak menjadi pembicaraan publik apalagi sampai menjadi bahan diskusi nasional. 41
Kristen Fundamentalis atau Evangelist AS dikenal sebagai Kristen Sayap Kanan (The New Christian Right/NCR), mulai dikenal pada akhir 1970-an. Gerakan Fundamentalis Kristen berakar pada “American Evangelical Protestantism” dan bertujuan untuk mendirikan agama Kristen tradisional sebagai kekuatan dominan dalam seluruh aspek sosial kemasyarakatan, termasuk politik. Lihat, Peter Beyer, Religion and Globalization, (London: SAGE Publications, 1994), h. 114-122. Kaum Neo-konservatif adalah gerakan politik dan ideologi yang berupaya mempengaruhi pandangan dan kebijakan luar negeri AS ke arah unilateralisme yang menggunakan kekuatan militer. Mayoritas anggotanya adalah orang keturunan Yahudi yang mendukung kepentingan Israel. 42 Adian Husaini, Wajah Peradaban Barat “Dari Hegemoni Kristen ke Dominasi SekularLiberal,(Jakarta: Gema Insani, 2005), h. 66-67. 43 “American Israel Public Affairs Committee,” diakses pada tanggal 11 April 2011, pukul 18:00 dari http://middleeastexplorer.com/Israel/American-Israel-Public-Affairs-Committee. 44 Mircea Windham, AIPAC OrganisasiPaling Berbahaya di Dunia, (Yogyakarta: Pustaka Solomon, 2010), h. 11-14.
21
5. Menekan pemerintah Palestina (terutama Hamas) untuk menuruti Israel melalui embargo dan resolusi PBB. 6. Meningkatkan hubungan antara AS dan Israel melalui kerjasama intelejen dan militer luar negeri. 7. Menghukum segala kegiatan Iran yang terus melaksanakan program nuklir dan telah menyangkal peristiwa Holocaust. 8. Mendukung perlawanan terhadap negara-negara dan kelompok yang memusuhi sekaligus tidak menerima keberadaan Israel, meliputi negara Irak, Iran, Libya, Lebanon, Syria, kelompok Hamas, dan kelompok Hizbullah. D. Struktur AIPAC Struktur AIPAC meliputi: 1. Presiden AIPAC, presiden AIPAC adalah jabatan yang tertinggi dalam organisasi ini. Biasanya jabatan ini dipegang oleh penyandang dana terbesar dari kalangan etnis Yahudi Amerika terpandang yang banyak memiliki kekayaan.45 2. Direktur Eksekutif (Executive Director) bertugas mengatur perencanaan dan pelaksanaan Komite Eksekutif (Executive Committee). Direktur Eksekutif dikenal mempunyai banyak pengalaman dalam berhubungan dengan Gedung Putih dan Capitoll Hill.46 3. Dewan Direktur. Tujuan AIPAC ditentukan oleh dewan ini. Para pemimpin ditentukan dari seberapa banyak uang yang disumbangkan. Karena itu, dewan AIPAC memiliki hubungan yang sangat erat dengan 45
Artanto Salmoen Wargadinata, “Nilai-Nilai Budaya Amerika dan Lobi Yahudi,” h. 50. Ibid, h. 49.
46
22
pengacara-pengacara dari badan hukum, para investor (penanam modal), eksekutif bisnis serta ahli waris dari keluarga yang sangat kaya.47 4. Komite Eksekutif (Executive Committee) dibentuk tugasnya sebagai penghubung dengan organisasi-organisasi Yahudi di AS dan konsentrasi kegiatan organisasi ini terletak di Washington DC. Forum yang penting adalah pertemuan tahunan (The Annual Policy Conference) dan biasanya diadakan setiap tahun.48 5. Anggota. AIPAC beranggotakan seratus ribu orang di tingkat akar rumput yang aktif dan terorganisasi.49 Selain ini AIPAC juga memiliki dua ratus orang pelobi handal ditambah para staf AIPAC di Washington yang merupakan kelompok orang-orang profesional yang meliputi para pelobi, peneliti, ahli analisis, organisator, dan para wartawan serta memiliki pendapatan per tahun hampir mendekati lima puluh juta dollar Amerika.50
47
Michael Massing, “Deal Breaker Though most American Jews favor a negotiated settlement in the Mideast, two powerful Jewish organizations have worked successfully to thwart one,” diakses pada tanggal 28 April 2011, pukul 20:00 dari http://thirdworldtraveler.com/Israel/Deal_Breakers.html. 48 Artanto Salmoen Wargadinata, “Nilai-Nilai Budaya Amerika dan Lobi Yahudi,” h. 50. 49 “How We Work,” diakses pada tanggal 11 April 2011, pukul 21:00 dari http://www.aipac.org/about-aipac/how-we-work. 50 Michael G. Bard, Will Israel Survive?, h. 207.
23
Struktur AIPAC Presiden AIPAC
Direktur Eksekutif AIPAC
Dewan Redaktur AIPAC
Komite Eksekutif AIPAC
Anggota AIPAC
Sumber: Dibuat oleh penulis dengan menggunakan berbagai data yang dikumpulkan.
E. Sumber Daya AIPAC 1. Kekuatan Finansial Kekuatan finansial menjadi hal yang paling penting dalam menjalankan aktivitas lobinya. Kekuatan finansial AIPAC didapat dari para pengusaha kaya keturunan Yahudi dan simpatisan pro-Israel. Selain dari para pengusaha, AIPAC juga mengumpulkan dana dari para anggotanya yang umumnya terdiri dari advokat, akademisi, diplomat, dan lain-lainnya.51 51
Michael Massing, “Deal Breaker Though most American Jews favor a negotiated settlement in the Mideast, two powerful Jewish organizations have worked successfully to thwart
24
2. Kekuatan Moral Pendukung Untuk memperluas pengaruhnya di kalangan pemerintah, kongres, media massa, kalangan akademisi dan masyarakat Amerika, AIPAC menggunakan isu-isu khusus sebagai kekuatan moral pendukung lobinya.52 Isu-isu khusus ini antara lain isu antisemitisme, holocaust dan isu-isu religius untuk mempengaruhi kelompok Kristen.53 Isu-isu ini telah terbukti efektif dalam menggalang dukungan masyarakat AS terhadap kepentingan Yahudi. Isu anti semitisme54 merupakan perlakuan diskriminasi terhadap bangsa Yahudi. Pada umumnya masyarakat Amerika takut dengan tuduhan anti semit karena sikap ini bertentangan dengan nilai-nilai budaya Amerika mengenai penghargaan terhadap hak-hak asasi manusia, antirasial dan antidiskriminasi. Tuduhan antisemit menjadi senjata yang digunakan AIPAC untuk menyerang individu atau kelompok yang berseberangan dengan kepentingan Yahudi. Isu Holocaust digunakan AIPAC untuk menarik simpati dan empati masyarakat Amerika atas tragedi yang menimpa kaum Yahudi pada masa Nazi Jerman yang dipimpin oleh Hitler. Selain itu isu religius juga digunakan AIPAC sebagai kekuatan moral untuk mempengaruhi umat Kristen Fundamentalis agar mendukung keberadaan negara Israel di
one,” diakses pada tanggal 11 April 2011, pukul 20:00 dari http://thirdworldtraveler.com/Israel/Deal_Breakers.html. 52 Mearsheimer dan Walt, Dahsyatnya Lobi Israel, h. 235. 53 Ibid, h. 235. 54 Istilah Anti Semit pertama kali digunakan oleh seorang agitator anti Yahudi, Wilhelm Marr dalam usahanya kampanye anti-Yahudi di daratan Eropa. Kemudian istilah ini berkembang dan menjadi penyebutan atas segala bentuk penyerangan pada kelompok Yahudi baik dalam bidang politik, ekonomi, seni, budaya, wacana ilmiah, bahkan dalam humor sekalipun (Lihat Herry Nurdi dalam Membongkar Rencana Israel Raya, h. 285.)
25
Timur-Tengah. Dalam ramalan kitab suci Kristen Fundamentalis terdapat keyakinan bahwa orang Yahudi akan kembali ke tanah yang dijanjikan, yaitu Palestina, sehingga mereka mendukung gerakan ekspansionis Israel ke Palestina.55 3. Jumlah Anggota AIPAC memiliki seratus ribu anggota di tingkat akar rumput yang aktif dan terorganisasi. Anggota tersebut dikendalikan oleh 10 kantor cabang AIPAC dan 9 kantor satelit AIPAC.56 Selain itu AIPAC juga memiliki dua ratus orang pelobi handal ditambah para staf di Washington yang merupakan kelompok orang-orang profesional yang meliputi para pelobi, peneliti, ahli analisis, organisator, dan para wartawan yang didukung dengan pendapatan per tahun sebesar lima puluh juta dollar Amerika.57 Para pelobi AIPAC setiap saat dapat memberikan saran, gagasan, dan informasi terkait isu-isu mengenai Timur-Tengah kepada anggota kongres dan stafnya. Bahkan anggota kongres sering meminta AIPAC untuk membuat draf pidato, rancangan undang-undang, saran seputar taktik, penyelenggaraan penelitian, mencari sponsor, dan mencari dukungan.58 Hal ini seperti yang dikatakan oleh mantan staf AIPAC Douglas
Bloomfield,
bahwa para anggota kongres dan stafnya
mengandalkan AIPAC untuk memberikan informasi yang mereka 55
Herry Nurdi Membongkar Rencana Israel Raya (Jakarta: Cakrawala Publishing, 2009)
h. 278. 56
“How We Work,” diakses pada tanggal 11 April 2011, pukul 21:00 dari http://www.aipac.org/about-aipac/how-we-work. 57 Michael G. Bard, Will Israel Survive?, h. 207. 58 Mearsheimer dan Walt, Dahsyatnya Lobi Israel, h. 254
26
perlukan
sebelum
mereka
menghubungi
Library
of
Congress,
Congressional Research Service, staf komite atau pakar administrasi.59 4. Lembaga Think Tank AIPAC Lembaga think tank merupakan sesuatu yang penting bagi AIPAC untuk memberikan pengaruh kepada elit politik dan masyarakat Amerika. Lembaga think tank milik AIPAC adalah Washington Institute for Near East Policy (WINEP) yang didirikan pada tahun 1985, dipimpin oleh Martin Indyk.60 Lembaga ini fokus terhadap kajian mengenai TimurTengah dan berkomitmen dalam mengedepankan agenda Israel. Para senator di kongres menggunakan hasil kajian dari WINEP dalam merumuskan kebijakan terhadap Timur-Tengah. Lembaga ini memiliki anggota yang berpengalaman dan ahli mengenai masalah Timur-Tengah dan mereka umumnya pro Israel. Contoh para ahli yang berpengalaman ini di antaranya, Edward Lutwak, Martin Peretz, Richard Perle, James Woolsey, dan Mortimer Zuckerman.61 5. Media Massa Sumber daya lain yang dimiliki AIPAC adalah surat kabar mingguan Near East Report yang didirikan oleh Iasiah L. Kenen. Surat kabar ini dibaca oleh enam puluh ribu orang dan dikirimkan kepada semua anggota kongres, pejabat tinggi pemerintahan dan para akademisi. Berita yang ditulis surat kabar ini selalu membela kepentingan Israel dalam setiap
59
Ibid, h. 254 Ibid, h.278. 61 Ibid, h. 278. 60
27
pemberitaannya.62 Selain itu AIPAC juga memiliki kelompok pengawas media, yaitu Committee for Accurancy in Middle East Reporting in America (CAMERA). CAMERA akan menyerang media massa lain yang berusaha mengkritik kebijakan AS ke Israel.63 AIPAC juga melakukan kerjasama dengan media massa milik keturunan Yahudi dalam membentuk opini publik dan melakukan pengontrolan terhadap media massa yang dianggap berbeda pandangan. Pengontrolan media massa akan dijelaskan dalam Bab IV. F. Strategi AIPAC Strategi yang dilakukan AIPAC untuk mencapai keberhasilan dalam melobi pemerintah dan anggota kongres dengan menyediakan informasi (information), mengerahkan kekuatan pemilih (constituency power) dan melakukan penggalangan dana (money).64 •
Informasi (Information) Kebutuhan akan informasi menjadi sesuatu yang penting dalam proses pembuatan kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah dan anggota kongres. Dalam hal ini AIPAC merupakan kelompok penekan yang mempunyai banyak informasi dan pengalaman tentang proses pembuatan kebijakan, sehingga pemerintah dan beberapa anggota kongres mengandalkan informasi dari AIPAC.
62
Grant F. Smith, “Where did AIPAC come from?” diakses pada tanggal 4 Mei 2011, pukul 23:19 dari http://www.antiwar.com/orig/gsmith.php?articleid=11727. 63 Mearsheimer dan Walt, Dahsyatnya Lobi Israel, h. 274. 64 Leonard Freedman, Power and Politics in America, (USA: Harcourt College Publishers, 2000), h. 72.
28
•
Mengerahkan Kekuatan Pemilih (Constituency Power) Dalam proses pemilihan presiden dan anggota kongres, kekuatan pemilih menjadi salah satu faktor kunci untuk kemenangan para calon kandidat. Sebagai kelompok lobi Yahudi, keberpihakan AIPAC terhadap calon kandidat akan mempengaruhi para pemilih Yahudi untuk memberikan suaranya kepada kandidat tersebut. Orang-orang Yahudi memiliki persentase partisipasi pemilih tertinggi dari setiap kelompok etnis lain. Walaupun jumlah orang keturunan Yahudi di AS hanya enam juta orang (2,3 % dari keseluruhan populasi penduduk AS) tetapi 94% nya dari mereka tinggal di 13 negara bagian yang menjadi kunci perolehan suara bagi seorang kandidat presiden.65 Mereka terkonsentrasi di negara-negara bagian utama seperti California, Florida, Illinois, New Jersey, New York, dan Pennsylvania.66
•
Melakukan Penggalangan Dana (Money) Dalam proses politik di AS uang merupakan sesuatu yang penting. Dalam hal ini AIPAC mampu memberikan bantuan berupa dana melalui Komite Aksi Politik atau PACs (Political Actions Committees) terhadap para kandidat yang mau diajak bekerjasama dengan AIPAC. Ketersedian dana yang besar yang dimiliki oleh PACs pro-Israel membuat banyak calon presiden dan calon anggota kongres mendekati AIPAC untuk memperoleh dukungan dana. Dana tersebut dibutuhkan untuk membiayai proses kampanye mereka.
65
Mitchell Bard, “The Israel and Arab Lobbies,” diakses pada tanggal 20 Oktober 2011, pukul 23:40 dari http://www.jewishvirtuallibrary.org/jsource/US-Israel/lobby.html. 66 John J. Mearsheimer dan Stephen M. Walt, Dahsyatnya Lobi Israel, h. 258.
29
G. Aktivitas AIPAC Sebagai kelompok pelobi AIPAC berupaya menanamkan pengaruhnya dengan mengadakan serangkai kegiatan, diantaranya: 1. Mengadakan konferensi tahunan (The Annual Policy Conference) AIPAC yang dihadiri oleh para petinggi AIPAC, anggota kongres dan senat, gubernur negara bagian, walikota, menteri, akademisi, pengusaha, Perdana Menteri Israel, Presiden, dan Wakil Presiden Amerika Serikat.67 Pertemuan tersebut berguna untuk merumuskan kebijakan AIPAC ke depan yang mengutamakan kepentingan Israel. 2. Mengadakan perjalanan bagi anggota kongres maupun para pejabat penting pemerintahan AS ke Israel yang dibiayai oleh American Israel Education Foundation (AIEF) sebuah organisasi amal yang berafiliasi dengan AIPAC. Perjalanan ini bertujuan menimbulkan ikatan batin antara pejabat AS dengan Israel, sehingga dapat mengubah pandangan para anggota kongres dan pejabat pemerintah terkait kebijakan terhadap Israel. Bagi anggota kongres dan pejabat pemerintah perjalanan ini sama artinya mendapatkan sertifikat pro-Israel dan memudahkan dalam mendapatkan dukungan dari PACs pro-Israel.68 Menurut laporan Center for Public Integrity, AIEF menghabiskan hampir satu juta dollar untuk lawatan ini dari Januari 2000 hingga pertengahan 2005.69 3. Pada musim panas 2003, AIPAC mendatangkan 240 mahasiswa ke Washington D.C, untuk melakukan pelatihan advokasi intensif. Para
67
“American Israel Public Affairs Committee,” diakses pada tanggal 18 Mei 2011, pukul 16:00 dari http://middleeastexplorer.com/Israel/American-Israel-Public-Affairs-Committee. 68 John J. Mearsheimer dan Stephen M. Walt, Dahsyatnya Lobi Israel, h. 255. 69 Ibid, h. 255
30
mahasiswa ini dihimbau agar ketika kembali ke kampus untuk membentuk jaringan komunikasi dengan semua organisasi kampus yang memiliki tujuan membela kepentingan Israel di AS.70 4. Pada tahun 2007, 150 ketua dewan mahasiswa dan lebih dari 1.200 mahasiswa dari hampir empat ratus universitas di AS menghadiri Konferensi Kebijakan tahunan AIPAC.71 H. Teknik-Teknik Lobi yang dilakukan AIPAC Dalam menjalankan aktivitas lobinya AIPAC menggunakan teknik-teknik dalam melakukan lobinya.72 Teknik-tekniknya antara lain, Teknik Koalisi (Coalition Organization), Teknik Lobi Secara langsung (Direct Lobbying), Teknik Menghimpun Dukungan Masyarakat (Grass Roots) dan Teknik Dukungan pada Masa Kampanye Melalui PACs (Political Action Committees).73 •
Teknik Koalisi (Coalition Organizing) Teknik Koalisi adalah merupakan salah satu teknik yang dilakukan oleh
AIPAC. Di dalam mendapatkan koalisinya, pelobi-pelobi AIPAC berusaha mencari hubungan di lingkungan anggota kongres, individu dan organisasi yang berpengaruh di AS. Teknik ini dikatakan berhasil apabila mitra koalisinya memberikan dukungan di dalam suatu dengar pendapat (congressional hearing) pada forum kongres. Koalisi merupakan suatu jaringan dari beberapa kelompok yang mempunyai persamaan pandangan atau ideologi untuk dapat bekerjasama. Dalam hal ini AIPAC menggunakan teknik koalisi untuk menyatukan kelompok70
Ibid, h. 283. “Policy Conference Highlights,” diakses pada tanggal 26 Mei 2011 pukul 00:30 dari http://www.aipac.org/2841.htm. 72 The Washington Lobby, (Congressional Quarterly Inc, 1987), h. 3-6. 73 Ibid, h. 3-6. 71
31
kelompok kepentingan lain yang mempunyai pandangan yang sama. AIPAC melakukan koalisinya dengan kelompok Kristen Fundamentalis atau Evangelist yang memiliki pengaruh di kongres seperti Gary Bauer, Jerry Falwell, Ralph Reed, Pat Robertson yang bernaung di bawah bendera The American Alliance of Jews and Christians (AAJC).74 Kelompok ini didirikan pada tahun 2002 yang dipimpin oleh Gary Bauer dan Rabi Daniel Lapin yang memprioritaskan untuk melindungi kepentingan Israel. AIPAC juga bekerjasama dengan kelompok Neokonservatif yang duduk pada kabinet Presiden Bush yang pada umumnya keturunan Yahudi. AIPAC juga berkoalisi dengan berbagai perguruan tinggi di AS termasuk dengan organisasi mahasiswanya, AIPAC mencari dan menyaring para mahasiswa yang cerdas untuk diberikan program beasiswa yang nantinya akan dipekerjakan sebagai pelobi di AIPAC. Selain itu AIPAC berusaha memberikan pandangan kepada mahasiswa bahwa Israel adalah aset strategis bagi AS di kawasan Timur Tengah. Upaya tersebut berhasil menarik minat para mahasiswa untuk memberikan dukungan kepada Israel yang dianggap satu-satunya negara di kawasan Timur Tengah dengan peradaban barat dan menjalankan demokrasi.
•
Lobi Secara Langsung (Direct Lobbying) Lobi secara langsung melibatkan pertemuan antara para pelobi dengan
para pejabat pemerintah dengan melakukan pertemuan di acara-acara penting maupun dalam berbagai pertemuan informal. Lobi secara langsung merupakan suatu usaha yang cukup efektif serta tidak memakan biaya terlalu banyak dan 74
Peter Beyer, religion and Globalization, (London: SAGE Publications, 1994), h. 114-
122.
32
dapat meminimalkan kesalahpahaman terhadap suatu masalah.75 AIPAC melakukan pertemuan langsung setiap tahun yang dikenal dengan Konferensi AIPAC (The Annual Policy Conference). Pertemuan itu dihadiri oleh para anggota kongres, pejabat tinggi pemerintahan, diplomat, dan para politikus untuk membicarakan mengenai hubungan AS dengan Israel. Setiap ada dengar pendapat di Capitoll Hill yang berhubungan dengan AS dengan Israel, para pelobi AIPAC akan memberikan gagasan yang menguntungkan Israel pada rapat kongres. Untuk mempererat keakraban dengan para anggota kongres, AIPAC mengadakan program perjalanan tahunan bagi puluhan anggota kongres dan stafnya untuk mengunjungi tanah suci Jerusalem, terutama Tembok Ratapan yang menjadi sejarah bagi bangsa Yahudi.76 Cara Ini diharapkan agar setiap pemimpin politik di Amerika Serikat memiliki ikatan batin dengan Israel. Para pelobi AIPAC yang bertugas melobi anggota kongres atau presiden umumnya sudah memiliki keterampilan cara-cara melobi. Selain itu para pelobi tersebut sudah mengenali sasaran yang akan dilobi termasuk sifat dan kebiasaan para individu yang akan dilobi. Lobi secara langsung termasuk paling efektif karena hubungan langsung dengan tatap muka akan lebih mudah mengarahkan seseorang terhadap dukungannya kepada Israel. Bila sudah mendapatkan dukungan tersebut AIPAC akan memberikan penghargaan kepada anggota kongres atau presiden karena dukungannya terhadap Yahudi Amerika dan eksistensi Israel.
75
Susan Welch, John Gruhl dan Michael Steinman, American Government. Third edition (West Publishing Company, 1988), h. 138. 76 Herry Nurdi, Lobi Zionis dan Rezim Bush, h. 217
33
•
Teknik Menghimpun Dukungan Masyarakat (Grass Roots) Teknik ini ditempuh dengan mengadakan pendekatan terhadap individu,
media massa dan masyarakat luas yang dapat mempengaruhi pemilihan anggota kongres atau presiden di berbagai wilayah di negara bagian di AS. Sarana pendukung untuk teknik ini adalah melalui telegram, telepon, surat elektronik, dan pengumpulan pendapat umum.77 Teknik ini mampu memberikan pencitraan yang baik terhadap calon kandidat yang diusung oleh AIPAC, sehingga ketika pemilihan tiba calon kandidat pilihan AIPAC mampu mengalahkan pesaingnya. •
Dukungan pada Masa Kampanye (Campaign Support) Teknik ini merupakan pendekatan langsung yang dilakukan oleh pelobi
kepada kandidat anggota kongres atau presiden dengan mengadakan pertemuan yang membahas sikap para kandidat terhadap Israel. Di dalam politik AS, bantuan dana atau PACs (Political Action Committees) pada masa kampanye merupakan sesuatu yang sah dan legal. Pembentukan PAC’s ini untuk pertama kalinya disebutkan didalam The Federal Election Campaign Act (FECA) pada tahun 1971. Undang-undang ini mengatur mengenai dana dan pembiayaan dalam pemilihan anggota lembaga federal seperti kongres.78 Dalam undang-undang itu disebutkan bahwa PAC’s adalah komite politik non-partai seperti perkumpulan, persatuan ataupun kelompok-kelompok lain yang memberikan dana atau pengeluaran pertahunnya sebesar seribu dollar Amerika atau menyelenggarakan malam dana atau membayar semua pengeluaran selama masa kampanye. Salah satu PACs yang paling terkenal adalah PACs pro Israel. Melalui PACs tersebut, maka warga AS keturunan Yahudi akan mengumpulkan dana dari 77
The Washington Lobby, (Congressional Quarterly Inc, 1987), h. 8-10. Artanto Salmoen Wargadinata, “Nilai-Nilai Budaya Amerika dan Lobi Yahudi”, h. 3.
78
34
kalangan Yahudi AS dan non-Yahudi yang cenderung pro Israel untuk mendukung pencalonan kandidat yang pro terhadap Israel. Dalam pemilihan umum di AS, ketersedian dana yang besar merupakan faktor yang penting dalam memenangkan kampanye. Dalam hal ini AIPAC akan memastikan para kandidat anggota kongres atau presiden akan memperoleh dukungan keuangan melalui PACs pro Israel dengan syarat mereka tidak keluar dari jalur yang telah ditentukan oleh AIPAC. Perkembangan PAC’s sangat pesat, pada tahun 1974 berjumlah lima ratus PAC’s sedangkan pada tahun 1990-an meningkat menjadi lima ribu PAC’s.79 Menurut Center for Responsive Politics (CRP) sebuah kelompok riset yang melacak dana sumbangan untuk kampanye, ada lebih dari tiga puluh komite aksi politik (PACs) pro Israel aktif dalam pemilu 2004.80 Menurut jurnalis Michael Massing yang menggunakan data dari CRP menemukan antara tahun 1997 sampai 2001 ada 46 anggota dewan direksi AIPAC yang memberikan sumbangan lebih dari tiga juta dollar untuk dana kampanye dan mereka termasuk penyumbang tetap bagi PACs pro Israel.81 Keberadaan PACs pro Israel yang mendanai kampanye para kandidat, menjadi kunci para pelobi AIPAC untuk mempengaruhi mereka jika para kandidat tersebut berhasil mendapatkan kursi di kongres maupun di pemerintahan. Dengan usaha tersebut diharapkan proses kebijakan AS yang pro-Israel akan semakin mudah dikendalikan oleh AIPAC melalui para kandidat tersebut. Sumbangan PACs pro Israel ditujukan kepada setiap kandidat yang berasal dari Partai
79
Charles W. Kegley Jr dan Eugene R. Witkopf, American Foreign Policy: Pattern and Process, (New York: St. Martin Press Inc, 1996), h. 315. 80 John J. Mearsheimer dan Stephen M. Walt, Dahsyatnya Lobi Israel, h. 246. 81 Ibid, h. 243.
35
Demokrat dan Partai Republik, dengan syarat mereka bersedia mengikuti kemauan AIPAC. I. Isu yang diutamakan AIPAC •
Isu yang menjadi prioritas utama AIPAC adalah isu-isu mengenai hubungan AS dengan Israel. AIPAC melakukan kampanye-kampanye kepada lembaga pemerintahan dan masyarakat Amerika bahwa Israel merupakan aset strategis bagi AS di Timur-Tengah. Selain itu Israel adalah negara yang menerapkan nilai-nilai yang diinginkan oleh AS, yaitu demokrasi, sehingga keberadaan Israel wajib dibela oleh masyarakat Amerika.82
•
Menekan Iran terkait dengan pengayaan nuklir yang mengancam eksistensi Israel. Iran dianggap sebagai musuh potensial karena pemerintah Iran di bawah kepemimpinan Mahmoud Ahmadinejad dinilai sangat memusuhi penjajahan Israel atas wilayah Palestina. Selain itu Ahmadinejad juga menyangkal kebenaran peristiwa holocaust terhadap warga Yahudi di Eropa. Jika holocaust benar terjadi maka etnis Yahudi sebagai korban holocaust mendapatkan kompensasi tanah berlokasi di wilayah Eropa bukan di Palestina.83 Pendapat Ahmadinejad ini dikecam oleh AIPAC dengan mengatakan presiden Iran ini sebagai pemimpin dunia yang anti semit.
82
“U.S-Israel Relationship,” diakses pada tanggal 19 Mei 2011, pukul 11:00 dari http://www.aipac.org/issues/us-israel-relationship. 83 James Petras, The Power of Israel in USA “Zionis Mencengkram Amerika dan Dunia”, (Jakarta: Zahira Publishing House, 2008), h. 62.
36
J. Target dan Sasaran AIPAC Dalam menjalankan pengaruh lobinya AIPAC menyiapkan target dan sasaran yang ditujukan terhadap pemerintah yang terdiri dari tingkat nasional, negara bagian dan lokal.84 Namun dalam proses lobinya AIPAC paling gencar mencari target dan sasarannya kepada pemangku jabatan yang mempunyai tanggung jawab dalam proses pembuatan kebijakan pemerintah di lembaga eksekutif dan legislatif. Di lembaga eksekutif target dan sasaran AIPAC adalah presiden, sedangkan di lembaga legislatif adalah anggota kongres dan senat. Berikut ini akan dijelaskan mengenai lembaga-lembaga tersebut. •
Lembaga Eksekutif (Presiden) Lembaga eksekutif merupakan lembaga yang dipegang oleh seorang
presiden. Presiden memiliki peranan penting dalam menentukan proses pembuatan suatu kebijakan sehingga AIPAC menjadikan setiap calon kandidat presiden, baik dari Partai Republik maupun Partai Demokrat dalam setiap pemilihan presiden sebagai target lobinya. AIPAC akan menyaring kandidat presiden yang mempunyai pandangan positif terhadap Israel, bila calon presiden itu dianggap tidak berpihak kepada Israel maka kandidat tersebut akan kalah dalam proses seleksi. Hal ini seperti yang dikatakan oleh mantan presiden Jimmy Carter “Any presidential candidate must be approved by AIPAC” (Setiap orang yang menjadi calon Presiden Amerika Serikat harus mendapatkan izin atau direstui AIPAC).85 Bagi kandidat presiden yang mendapat restu dari AIPAC maka akan mendapatkan bantuan dana ketika kampanye yang dikenal dengan Aksi Komite 84
Leonard Freedman, Power and Politic in America, h. 71. Muhammad Subhan, “Dominasi Yahudi Di Amerika,” artikel diakses pada tanggal 19 Mei 2011, pukul 00.48 dari http://id.acehinstitute.org/index.php. 85
37
Politik atau Political Action Committee (PACs) pro Israel.86 Selain itu AIPAC juga merekomendasikan kepada para pemilih Yahudi untuk memilih calon kandidat yang telah direstui AIPAC. Dalam pemilihan umum AS, pemilih Yahudi dikenal sebagai penentu kemenangan seorang kandidat presiden.87 •
Lembaga Legislatif (Anggota Kongres dan Senat) Lembaga ini bertugas membuat dan mengesahkan undang-undang.
Lembaga ini menjadi penting untuk dikuasai oleh AIPAC karena peran lembaga ini sangat penting dalam mewujudkan keinginan AIPAC. Dalam memberikan pengaruhnya terhadap lembaga ini, AIPAC melakukan penyaringan terhadap para kandidat anggota kongres dan senat. AIPAC bersedia membantu pendanaan kampanye melalui Aksi Komite Politik atau Political Action Committee (PACs) pro Israel bila kandidat itu berjanji untuk mendukung Israel. Bagi anggota kongres dan senat yang sudah terpilih mempunyai pandangan yang bertentangan dengan AIPAC. Maka pencalonan berikutnya mereka tidak akan mendapatkan dukungan AIPAC lagi dan AIPAC berusaha menyingkirnya dengan mendukung lawan politiknya.88 Salah satu contonya adalah dalam kasus anggota kongres Paul Findley (Partai Republik Illinois) pada tahun 1982 yang didukung oleh AIPAC. Namun karena Findley dinilai memusuhi Israel, pada pencalonan berikutnya AIPAC berusaha mengalahkan Findley dengan mendukung pengacara Illinois Richard Durbin.89 Durbin mendapatkan sumbangan
86
Leonard Freedman, Power and Politic in America, h.73. Ibid, h. 72. 88 Mearsheimer dan Walt, Dahsyatnya Lobi Israel, h. 245. 89 Ibid, h. 248. 87
38
dana keseluruhan untuk berkampanye berjumlah 104.325 dollar dari 31 PACs pro Israel dan dia berhasil mengalahkan Paul Findley.90 Kasus selanjutnya yang menimpa Senator Charles Percy (Partai Republik Illinois) pada tahun 1984 yang tercatat sebagai tokoh yang pro Israel. Kesalahan yang dibuat Percy adalah menolak menandatangani “Letter of 76” yang disponsori oleh AIPAC berisi protes kepada Presiden Ford yang mengancam akan meninjau kembali kebijakan AS ke Timur-Tengah pada tahun 1975.91 Pada pemilihan umum tahun 1986 AIPAC melalui PACs pro-Israel nya mengeluarkan dana 1,1 juta dollar untuk membuat iklan anti Percy di Illinois dan Percy pun mengalami kekalahan tipis dari lawan politiknya.92 Pada dasarnya lobi AIPAC di kongres memiliki tujuan agar para anggota kongres dan senat mempunyai pandangan positif terhadap Israel, baik berupa dukungan ekonomi dan militer. Konsekuensi bagi mereka yang bertentangan dengan AIPAC adalah kemungkinan tidak dapat terpilih kembali dalam pemilihan berikutnya. K. Keberhasilan dan Kegagalan Lobi AIPAC •
Keberhasilan Lobi AIPAC 1. Menjamin bantuan ke Israel berjalan lancar setiap tahunnya yang berjumlah lebih kurang 3 milyar dollar Amerika Serikat sejak tahun 1967.93
90
Ibid, h. 248. Ibid, h. 250. 92 Ibid, h. 250. 93 “American Israel Public Affairs Committe,” diakses pada tanggal 6 Mei 2011, pukul 15:00 dari http://middleeastexplorer.com/Israel/American-Israel-Public-Affairs-Committee. 91
39
2. AIPAC berhasil menegaskan dukungan kongres terhadap Israel dalam menghadapi aksi-aksi terorisme yang dilakukan oleh Hamas dan Hizbullah.94 3. Pada masa pemerintahan Presiden Ronald Reagan terjadi pembatalan penjualan pesawat tempur atau lebih dikenal dengan Airbone Warning and Control System (AWACS) AS ke Arab Saudi yang bernilai tiga puluh milyar dollar Amerika Serikat pada bulan Juli 1988.95 Pembatalan ini salah satunya disebabkan oleh lobi AIPAC terhadap Kongres
AS
dengan
mengatakan
penjualan
tersebut
akan
membahayakan posisi Israel yang sudah menjadi kepentingan nasional Amerika Serikat. 4. AIPAC berhasil melobi Presiden Ronald Reagan pada tahun 1985 untuk membatalkan penjualan senjata kepada Raja Hussein dari Yordania.96 5. Pada tahun 1996 AIPAC berhasil mensponsori Iran Libya Sanction Act Melakukan lobi kepada kongres terkait sanksi keras kepada Iran karena mengembangkan Nuklir selama 15 tahun terakhir.97 6. Perang Teluk I98 yang dilakukan AS terhadap Irak merupakan hasil lobi yang dilakukan oleh AIPAC terhadap Presiden George H.W. Bush (Bush Senior). Hal ini diakui langsung oleh Direktur Eksekutif AIPAC Thomas Dine dalam wawancaranya dengan Wall Street Journal, Dine 94
Ibid Paul Findley, Diplomasi Munafik Ala Yahudi (Bandung: Mizan, 1995) h. 148. 96 Ibid, h. 148. 97 “American Israel Public Affairs Committee,” diakses pada tanggal 6 Mei 2011, pukul 15:00 dari http://middleeastexplorer.com/Israel/American-Israel-Public-Affairs-Committee. 98 Perang Teluk terjadi dari tahun 1990 hingga 1991 serangan ini dilakukan AS karena Irak menyerang Kuwait yang dianggap sebagai wilayah Irak. 95
40
mengatakan, “Ya, kami harus aktif. Ini merupakan isu yang besar, dan jika kau berdiri di sisi lain, maka kau tak akan bersuara.”99 7. Pada tahun 1998 AIPAC berhasil melobi kongres untuk meloloskan undang-undang Iraq Liberation Act dengan suara dukungan dari anggota DPR 360 dan 38 yang menolak, sedangkan di senat mendukung secara aklamasi dan pada tanggal 31 Oktober 1998 ditandatangani oleh Presiden Clinton.100 8. AIPAC menjadi sponsor sebuah surat dari kongres kepada Presiden Bush terkait Peta Jalan Damai untuk menuntut agar pihak Palestina diwajibkan memenuhi persyaratan-persyaratan keamanan dalam rencana tersebut sebelum Israel memberikan konsesi apapun. Selain itu AIPAC mendesak Presiden Bush untuk tidak menekan Israel terkait perjanjian tersebut. Surat itu ditandatangani oleh 85 orang senator dan 283 anggota DPR.101 •
Kegagalan Lobi AIPAC 1. AIPAC gagal menekan Presiden George H.W. Bush terhadap sikapnya dalam melakukan penundaan jaminan pinjaman sepuluh milyar dollar kepada Israel sampai pemilu Israel berakhir. Akibatnya Perdana Menteri sayap kanan Yitzak Shamir kalah dalam pemilu. Penundaan ini karena Yitzhak Shamir menghalangi proses perdamaian yang digagas oleh Presiden Bush Senior.102
99
Herri Nurdi, Lobi Zionis dan Rezim Bush, h. 97. Mearsheimer dan Walt, Dahsyatnya Lobi Israel, h. 385. 101 Ibid, h. 337. 102 Mircea Windham, AIPAC Organisasi Paling Berbahaya di Dunia, (Yogyakarta: Pustaka Solomon, 2010), h. 58. 100
41
2. Pada musim semi tahun 2002 AIPAC mempromosikan legislasi secara resmi menempatkan Suriah dalam “poros setan” mengusulkan rancangan undang-undang Syiria Accountability Act melalui anggota kongres Engel.103 Rancangan undang-undang itu ditolak oleh Presiden Bush karena dapat merusak upaya menjual perang Irak. Namun desakan
lobi
AIPAC
membuat
Presiden
Bush
terpaksa
menandatangani rancangan undang-undang tersebut. Legislasi itu mengancam pemberian sanksi kepada Suriah karena tidak menarik pasukannya dari Lebanon, menyerahkan senjata pemusnah massal dan menghentikan dukungan terhadap terorisme.104 Tetapi Presiden Bush tidak berkeinginan melakukan serangan terhadap Suriah. Hal ini disebabkan Suriah telah memberikan AS informasi intelijen penting tentang Al-Qaeda dan memberikan akses kepada CIA untuk menginterogasi Mohammed Zammar sebagai salah satu tersangka perekrut kelompok pembajak serangan 11 Septemer 2001.105 L. Tokoh-Tokoh AIPAC Perjalanan lobi AIPAC sebagai kelompok penekan (pressure group) di dalam pemerintahan AS mengalami kesuksesan dan keberhasilan karena memiliki tokoh-tokoh yang memiliki kemampuan dalam melobi. Tokoh-tokoh yang cukup berpengaruh dalam lobi AIPAC, di antaranya: •
Iasiah L. Kenen merupakan tokoh yang mendirikan AIPAC sekaligus memegang jabatan sebagai direktur eksekutif pada periode 1959-1974, Kenen dikenal sebagai seorang jurnalis keturunan Yahudi. Dengan 103
Mearsheimer dan Walt, Dahsyatnya Lobi Israel, h. 432. Ibid, h. 432. 105 Ibid, h. 436. 104
42
kemampuannya melobi pengusaha-pengusaha kaya Yahudi, Kenen berhasil mendapatkan dana untuk pendirian AIPAC. Sebagai jurnalis Kenen juga mendirikan surat kabar mingguan Near East Report yang umumnya di-baca oleh anggota kongres dan para pejabat pemerintah.106 •
Morris Amitay adalah presiden AIPAC periode 1974-1981, Amitay adalah seorang pengusaha perminyak dan pernah menjadi diplomat di Departemen Luar Negeri AS selama tujuh tahun dan menjadi anggota kongres selama enam tahun sebelum akhirnya kembali menjadi direktur eksekutif AIPAC.107
•
Tom A. Dine merupakan salah satu direktur eksekutif AIPAC periode 1980-1993, mempunyai pengalaman cukup banyak di dalam pemerintahan baik sebagai diplomat dan sekretaris Duta Besar AS di negara India. Dine juga seorang peneliti di lembaga di Brooking Institution milik Haim Saban pengusaha kaya Yahudi.108 Pada masa Thomas A. Dine AIPAC berkembang cukup pesat dengan peningkatan jumlah dana dan pertambaahan anggota baru yang signifikan.
•
Larry Weinberg merupakan presiden AIPAC pada periode 1988-1990, dia seorang pengusaha real estate di Los Angeles dan pemilik utama perusahaan Portland Trail Blazers. Melalui kekayaannya Larry Weinberg mendirikan lembaga think tank yang bernama Washington Institute for Near East Policy (WINEP) pada tahun 1985 yang dipimpin oleh Martin 106
Grant F. Smith, “Where did AIPAC come from?.” diakses pada tanggal 4 Mei 2011, pukul 23:19 dari http://www.antiwar.com/orig/gsmith.php?articleid=11727 107 Herry Nurdi, Membongkar Rencana Israel Raya, (Jakarta: Cakrawala Publishing, 2009) h. 299. 108 “Officers of the American Israel Public Affairs Committee (AIPAC) include the following,” diakses pada tanggal 11 April 2011, pukul 18:00 dari http://www.middleeastexplorer.com/Israel/List-of-AIPAC-officers.
43
Indyk.109 Lembaga ini fokus terhadap kajian mengenai Timur-Tengah. Hasil dari kajian WINEP banyak digunakan oleh anggota kongres dalam perumusan kebijakan luar negeri AS terhadap Timur-Tengah.
Larry
Wainberg termasuk salah satu anggota “Gang of Four”, yaitu kelompok donor kaya yang mengarahkan pembuatan kebijakan AIPAC.110 •
Mayer Bubba Mitchell merupakan presiden AIPAC periode 1986-1986, dia terkenal sebagai pengusaha bahan-bahan material di Mobile, Alabama dan salah satu anggota “Gang of Four” AIPAC .111
•
Amy Rothschild Friedkin merupakan presiden wanita pertama AIPAC pada periode 2002-2004, Amy Rothchild adalah keturunan keluarga Rothschild yang superkaya, kemampuan uang yang melimpah dari keturunannya mengantarkan Amy menjadi Presiden AIPAC. Amy juga dikenal sebagai aktivis akar rumput yang paling aktif untuk memberikan pengaruh AIPAC kepada masyarakat Amerika.112
109
Mearsheimer dan Walt, Dahsyatnya Lobi Israel, h. 278. Gang of Four merupakan kelompok donor kaya keturunan Yahudi yang terdiri empat pengusaha kaya, di antaranya: Robert Asher, seorang pensiunan negosiator di Chicago; Edward Levy, seorang investor pembangunan perumahan di Detroit; Mayer “Bubba” Mitchell, seorang pengusaha bahan-bahan material di Mobile, Alabama dan Larry Weinberg, seorang pengusaha Real Estate di Los Angeles dan pemilik utama perusahaan Portland Trail Blazers. (Lihat Michael Massing, “Deal Breaker Though most American Jews favor a negotiated settlement in the Mideast, two powerful Jewish organizations have worked successfully to thwart one,” diakses pada tanggal 11 April 2011, pukul 20:00 dari http://thirdworldtraveler.com/Israel/Deal_Breakers.html.) 111 “Officers of the American Israel Public Affairs Committee (AIPAC) include the following,” diakses pada tanggal 11 April 2011, pukul 19:00 dari http://www.middleeastexplorer.com/Israel/List-of-AIPAC-officers. 112 Ibid. 110
44
BAB III INVASI AMERIKA SERIKAT KE IRAK TAHUN 2003 Bab ini akan membahas mengenai invasi Amerika Serikat (AS) ke Irak tahun 2003. Pembahasan tersebut dibutuhkan untuk memberi gambaran kepada pembaca mengenai kebijakan luar negeri AS untuk menginvasi Irak. Untuk menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan luar negeri AS tersebut, penulis menggunakan teori kebijakan luar negeri menurut K.J Holsti. Selanjutnya bab ini juga berisi tentang (2) Aktor-Aktor Pengambil Kebijakan terhadap Invasi Amerika Serikat ke Irak tahun 2003, (3) Pro dan Kontra terhadap kebijakan Invasi Amerika Serikat ke Irak tahun 2003 dan (4) Invasi Amerika Serikat ke Irak tahun 2003. A. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Luar Negeri Amerika Serikat tentang Invasi Amerika Serikat ke Irak 1. Faktor Internal •
Kondisi Sosio Ekonomi Amerika
Serikat
merupakan
sebuah
negara
yang
kehidupan
masyarakatnya mengalami kemajuan yang pesat baik itu dibidang ekonomi, teknologi dan militer. Sebagai negara maju AS membutuhkan minyak sebagai komoditas utama untuk menggerakkan perindustriannya. Cadangan minyak yang melimpah akan menjamin stabilitas di dalam negeri AS, baik dari sisi ekonomi maupun politik. Menurut data terakhir Organization of Petroleum Exporting Countries (OPEC) kebutuhan minyak dunia saat ini diperkirakan berkisar antara 20 juta sampai 23 juta barrel perhari. Dari data tersebut AS merupakan negara
44
45
yang menggunakan hampir 26% dari kapasitas produksi minyak dunia.113 Sementara cadangan minyak AS sangat kecil sekitar 0,3% dari cadangan minyak dunia dan Arab Saudi yang mempunyai cadangan minyak terbesar di dunia mulai tidak akomodatif terhadap kepentingan-kepentingan AS.114 Pada tahun Oktober 1976 terjadi perang antara Israel dan negara-negara Arab dan AS membela dan mendukung Israel.115 Akibatnya negara-negara Arab penghasil minyak (OPEC) yang dipelopori oleh Arab Saudi mengembargo AS. Dampak dari embargo ini membuat perekonomian AS hancur. Dalam upaya untuk mengamankan kepentingan nasionalnya Presiden Bush merencanakan untuk menginvasi Irak yang merupakan negara penghasil minyak nomor dua di dunia setelah Arab Saudi.116 Menurut Centre Globe Energy Studies (CGES) London Irak diperkirakan memiliki 112 milyar barrel cadangan minyak dunia dan pemilik 11% cadangan minyak dunia yang belum sepenuhnya dikelola.117 Sumber daya minyak Irak ini diperkirakan dapat memenuhi kebutuhan impor minyak AS selama hampir satu abad. •
Struktur dan Filosofi Pemerintah Struktur pemerintahan di AS terdiri dari lembaga legislatif, eksekutif dan
yudikatif.118 Lembaga legislatif merupakan lembaga yang mempunyai otoritas dalam menentukan kebijakan luar negeri AS khususnya menyangkut pelaksanaan perang. Di dalam Konstitusi AS pasal I ayat 2 disebutkan bahwa yang paling 113
Herry Nurdi, Lobi Zionis dan Rezim Bush, h. 195-196. Siti Muti’ah, Irak di Bawah Kekuasaan Amerika, h. 76-77. 115 Herry Nurdi, Membongkar Rencana Israel Raya, h. 275. 116 Riza Sihbudi, Menyandera Timur-Tengah (Bandung: Mizan, 2007), h. 154. 117 Ibid, h. 154. 118 Amerika Serikat adalah negara yang menggunakan azas Trias Politica di dalam pemerintahannya yang terdiri dari badan eksekutif, legislatif dan yudikatif. Trias Politica pertama kali dicetuskan oleh John Locke (1632-1704) dan Montesqui (1689-1775). Lihat Miriam Budiarjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2006), h.151. 114
46
berhak menyatakan perang adalah kongres.119 Di dalam perpolitikan Amerika Serikat lembaga legislatif lebih dikenal dengan nama kongres (gabungan dari House of Representative/DPR dan Senat). Secara konstitusional kongres memiliki otoritas dalam bidang politik luar negeri dan keamanan nasional. Sementara dukungan kongres terhadap invasi Amerika Serikat ke Irak yang dilakukan oleh Presiden Bush demi menjaga keamanan nasional AS dan mencapai kesejahteraan rakyat. Dukungan ini diberikan kongres karena dugaan Irak memiliki WMD (Weapons of Mass Destruction) atau senjata pemusnah massal dan dikuasai oleh seorang yang diktator, yaitu Sadam Hussein yang menjadi musuh Amerika Serikat sejak Perang Teluk I. Saddam Hussein
dan kepemilikan WMD dianggap
membahayakan eksistensi sekutu AS, yaitu Israel. Bentuk dukungan kongres terlihat dari disahnya Resolusi H.J Res 114 (Public Law 107-243) mengenai rencana invasi AS ke Irak pada tanggal 10 Oktober 2002.120 Selanjutnya lembaga ke dua adalah eksekutif yang dipegang oleh seorang presiden. Dalam hal ini presiden memiliki kekuasaan mencakup diplomatik, administratif, militer, dalam bidang yudikatif (memberi grasi dan amnesti) dan legislatif (merencanakan rancangan undang-undang dan membimbingnya dalam badan perwakilan rakyat sampai menjadi undang-undang).121 Di dalam Konstitusi AS pasal II ayat 2 menjelaskan, bahwa presiden adalah panglima tertinggi Angkatan Darat dan Angkatan Laut.122
Terkait dengan pernyataan di atas
Presiden Bush sebagai pemegang kekuasaan dan panglima tertinggi militer 119
Tentang Amerika, Konstitusi Amerika Serikat dengan Catatan Penjelasan. (Departemen Luar Negeri Amerika Serikat, Biro Program Informasi Internasional, 2004), h. 28. 120 Mengenai disahnya Resolusi H.J Res 114 (Public Law 107-243) mengenai invasi AS ke Irak pada tanggal 10 Oktober 2002 dapat dilihat di Lampiran 3. 121 Miriam Budiarjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2006), h. 209-210. 122 Tentang Amerika, Konstitusi Amerika Serikat dengan Catatan Penjelasan. (Departemen Luar Negeri Amerika Serikat, Biro Program Informasi Internasional, 2004), h. 32.
47
berencana melakukan perang terhadap Irak yang dianggap berbahaya bagi keamanan AS karena diasumsikan memiliki senjata pemusnah massal. Selain itu AS berusaha menegakkan demokrasi di Irak yang selama ini dikuasai oleh rezim yang represif dan otoriter Saddam Hussein. Lembaga ke tiga adalah yudikatif, peranan yudikatif di sini untuk menolak kebijakan kongres dan presiden yang bertentangan dengan konstitusi yang disebut Judical Review.123 Sementara yudikatif mendukung keputusan kongres dan presiden, sehingga jalan mulus Presiden Bush untuk melakukan invasi ke Irak didukung sepenuhnya oleh lembaga legislatif (kongres) dan yudikatif. •
Opini Publik Serangan 9/11 membawa luka yang mendalam bagi seluruh rakyat AS dan
pemerintahan Bush yang diperkirakan menewaskan tiga ribu orang.124 Terlebih lagi para teroris menyerang pusat perekonomian AS yaitu Worlds Trade Center (WTC) dan Pentagon sebagai lambang pertahanan AS. Serangan tersebut membangkitkan semangat patriotisme rakyat Amerika yang menilai negerinya di bawah ancaman. Hal ini dapat dilihat dari survei yang dilakukan oleh surat kabar New York Times dan jaringan televisi CBS. Survei tersebut menunjukkan 42% publik Amerika percaya bahwa Saddam Hussein ikut secara langsung terlibat dalam serangan teroris atas WTC dan Pentagon.125 Kesuksesan pemerintah Bush menjaring opini publik dari rakyat Amerika tidak terlepas dari peran-peran media
123
Ibid, h. 226-227 James Petras, The Power of Israel in USA, h. 133. 125 The Guardian edisi 2 April 2003, Roy, A, Mesopotamia, Babylon, the Tigris and Eupharates. 124
48
yang dikuasai Yahudi, seperti CNN dan FOX News milik Rupert Murdoch.126 Media ini melakukan propaganda dengan menyiarkan berita mengenai keburukan Irak di waktu lampau, semisal perang Irak terhadap Kuwait, perang Irak dengan Iran, dan Irak dituduh menggunakan senjata kimia untuk memenangkan perang. Selain itu rakyat Amerika diingatkan kembali mengenai pembantaian pada tahun 1988 terhadap lima ribu suku Kurdi oleh Saddam Husein yang menggunakan gas beracun di Halabja, Irak Utara.127 2. Faktor Eksternal • Struktur Sistem Internasional Negara AS merupakan negara superpower pasca runtuhnya Uni Soviet dan menjadi satu-satunya negara adidaya di dunia. Kedigdayaan ini dapat dilihat dari penguasaan teknologi, kekuatan militer, ekonomi, dan pengaruh AS terhadap negara-negara lain.128 Ketika Presiden Bush mengutarakan niatnya untuk memerangi terorisme pasca serangan 11 September 2001, maka hampir seluruh negara di dunia ikut andil dalam kampanye Presiden Bush tersebut. Bila berlawanan dan tidak mendukung kepentingan AS, maka jelas akan mendapatkan sanksi berupa embargo sepihak oleh AS maupun lewat resolusi dari DK PBB seperti yang dilakukan terhadap Iran, Irak, dan Korea Utara. Ketiga negara ini juga mengembangkan senjata pemusnah massal yang dapat mengancam AS jika persenjataan senjata pemusnah massal tersebut jatuh ke tangan teroris. Upaya untuk mencegah terjadi serangan kembali seperti serangan 11 Sepetember 2001 maka AS akan menerapkan pre-emptive strike seperti yang dilakukan terhadap Irak pada tahun 2003. 126
Siti Muti’ah Setiawati, dkk., Irak di Bawah Kekuasaan Amerika, h. 107. Ibid, h. 179. 128 Siti Muti’ah Setiawati, dkk., Irak di Bawah Kekuasaan Amerika, h. 53.
127
49
•
Struktur Perekonomian Dunia Di dalam perekonomian dunia AS masih memegang peranan besar karena
AS adalah satu-satunya negara yang mengoperasikan perekonomian nasionalnya dengan defisit neraca perdagangan yang permanen karena peran internasional yang dimilikinya yaitu dollar.129 Diperkirakan sirkulasi dollar Amerika pada tataran ekonomi dunia dapat mencapai rangkap tiga trilyun dollar AS dan sekitar dua pertiga cadangan devisa negara-negara di dunia disimpan dalam mata uang ini.130 Dolarisasi pasar minyak merupakan salah satu kekuatan kunci peran dominan dollar dalam ekonomi dunia.131 Sebagaian besar negara yang memerlukan minyak juga memerlukan dollar untuk membayar ongkos impornya. Di saat bersamaan negara-negara produsen minyak menerima dan menyimpan dollar
sebagai
cadangan
devisanya.
Pada
gilirannya
petrodollars
ini
diinvestasikan kembali ke dalam perekonomian AS dengan derajat resiko kegagalan mencapai nol. Akibat yang ditimbulkan pemerintah AS dapat memproduksi uang kertas (the greenback) untuk memenuhi segala kebutuhannya seperti memproduksi peralatan tempur tanpa menghawatirkan kemungkinan terjadi inflasi yang dapat mengancam perekonomian nasional.132 Apabila terjadi (inflasi) maka AS dengan mudah akan memaksa negara-negara di dunia untuk membiayainya dengan cara mendevaluasikan dolar.133 Namun saingan AS datang dari sekutunya sendiri, yaitu negara Komunitas Eropa (European Union) yang menggabungkan mata uang mereka menjadi euro 129
Siti Muti’ah Setiawati, dkk., Irak di Bawah Kekuasaan Amerika, h. 109. Ibid, h. 109. 131 Ibid, h.110. 132 Ibid, h. 110. 133 Ibid, h. 110. 130
50
pada tahun 2002. Menurut para pengamat, mata uang euro memiliki kekuatan untuk tampil sebagai co-hegemon bagi dollar dalam perekonomian dunia.134 Berhubungan dengan Irak sebagai negara penghasil minyak kedua di dunia berusaha mengubah penjualan minyaknya yang semula menggunakan dollar menjadi euro karena selama ini Irak selalu diembargo oleh AS baik dibidang ekonomi maupun militer.135 Hal ini menimbulkan ketakutan bagi AS terutama bagi Presiden Bush yang sejak awal menjabat sebagai presiden mempunyai misi untuk meningkat perekonomian AS. Apabila Irak mengubah penjualan minyaknya menggunakan euro maka AS memiliki kepercayaan bahwa negara-negara Arab Teluk lainnya juga akan mengikuti Irak sehingga akan merugikan AS sebab dollar akan ditinggalkan. Dalam menghadapi niat Irak, Presiden Bush akhirnya mengambil jalan militer untuk menumbangkan rezim Saddam Hussein dengan dalih menuduh Irak mempunyai senjata pemusnah massal dan diasumsikan negara pendukung terorisme. •
Tujuan dan Tindakan Pemerintah Irak Pemerintahan
Irak
di
bawah
kepemimpinan
Saddam
Hussein136
mempunyai kebijakan untuk membangun senjata pemusnah massal yang meliputi senjata nuklir, kimia, dan biologi. Hal ini terlihat dari perjanjian antara Irak 134
Ibid, h. 110. Ibid, h. 110. 136 Kepemimpinan Saddam Hussein sebagai presiden dimulai pada 16 Juli 1979 ketika Presiden Irak Hassan al-Bakr mengundurkan diri karena alasan kesehatan. Namun banyak buku yang meyebutkan bahwa pergantian rezim dari al-Bakr ke Saddam adalah kudeta tak berdarah. Hal ini karena Saddam pernah melakukan kudeta terhadap Jenderal Qasim Hussein tetapi gagal dan Saddam melarikan diri ke Suriah dan Mesir untuk belajar di Fakultas Hukum Universitas Kairo. Pada tahun 1968, Saddam kembali terlibat kudeta menggulingkan Presiden Abdur Rahman Arif yang dibantu oleh informasi intelijen dari Abdul Razek Nayef dan Saddam berhasil mengembalikan kekuasaan Partai Baath sekaligus diangkat menjadi Sekretaris jenderal Partai Baath tingkat nasional sekaligus Wakil Dewan Pimpinan Revolusi. Partai Baath adalah partai yang didirikan oleh seorang Kristen Suriah yang bernama Michael Aflaq pada tahun 1944 yang kemudian diadopsi oleh Irak. Partai Baath memiliki ideologi Pan-Arabisme, kemerdekaan (Arab/Irak) dan sosialisme yang membuat negara-negara tetangga seperti Arab Saudi, Iran Suriah, Israel merasa terancam dan khawatir. Partai Baath inilah yang menjadi kendaraan politik Saddam mempertahankan kekuasaannya selama 24 tahun dari tahun 1979 sebelum akhirnya Saddam ditumbangkan oleh AS dan sekutunya pada tahun 2003. Lihat Siti Muti’ah Setiawati, dkk., Irak di Bawah Kekuasaan Amerika,h. 167-168. 135
51
dengan Uni Soviet pada tahun 1960 untuk membangun pusat riset reaktor di AlTuwitha yang selesai pada tahun 1968.137 Pada tahun 1975 juga diadakan Konferensi Baghdad yang dihadiri oleh ilmuwan Eropa dan Arab.138 Dalam Konferensi Baghdad Saddam Hussein sebagai Wakil Presiden menandatangani perjanjian dengan Perancis untuk membangun reaktor nuklir di Osirak yang dikenal dengan Osirak Project dan pengapalan uraniumnya pada tahun 1980.139 Bukti lain Irak juga menandatangani perjanjian dengan Italia untuk membangun proyek di Tammuz yang dapat memproduksi sepuluh kg Plutonium setiap tahun, padahal untuk membangun senjata nuklir hanya membutuhkan enam kg Plutonium.140 Irak juga mengembangkan senjata kimia seperti gas mostar sedikitnya 500 ton yang dapat menyebabkan kulit melepuh, tabun, dan surin yang dapat menyerang syaraf, senjata biologi seperti botulinum yang dapat meracuni dan mencekik orang, serta 25.000 liter bacillus anthraxis yang dapat menyebabkan penyakit Antrax, serta lusinan rudal Scud yang mempunyai jangkauan sembilan ratus kilometer untuk meluncurkan senjata-senjata tersebut.141 Pada tahun 1988 Saddam Hussein diduga pernah menggunakan senjata biologi dan kimia untuk menumpas suku Kurdi di Irak Utara yang menyebabkan kematian lima ribu orang Kurdi.142 Kepemimpinan Saddam yang diktator dan otoriter terlihat dari penyingkiran
yang
dilakukan
terhadap
musuh-musuhnya
dengan
cara
pembunuhan yang dianggap membahayakan kekuasaannya, berkhianat, dan melanggar kebijakannya waupun masih ada ikatan saudara dengannya. Hal tersebut di antaranya; 137
Siti Muti’ah Setiawati, dkk., Irak di Bawah Kekuasaan Amerika,h. 180. Ibid, h. 180. 139 Ibid, h. 180. 140 Ibid, h. 180. 141 Ibid, h. 16. 142 Ibid, h. 179.. 138
52
2.
Menyingkirkan Abdul Razek Nayef yang pernah membantunya dalam kudeta pada tahun 1968 dengan cara diasingkan ke London (Inggris) dan dibunuh secara misterius.143
3.
Menyingkirkan sepupunya Jenderal Adnan Khairullah Tulfah pada tahun 1968 dengan cara dibunuh karena dianggap berkhianat meskipun ayah Adnan yaitu Khairullah Tulfah adalah paman Saddam dan orang yang turut membesarkannya.144
4. Melakukan pembunuhan terhadap dua menantu yang masih sepupu yaitu Jenderal Hussein kamel al-Madjid dan Saddam Kamil pasca Perang Teluk II dalam perjalanan pulang dari Yordania karena dianggap berkhianat.145 Selain itu Saddam juga memberikan mandat kepada lembaga keamanan atau polisi unntuk menggunakan kekerasan dan pemaksaan dalam menjaga Revolusi Irak serta mempertahankan ketertiban umum.146 Hal ini menimbulkan tekanan terhadap rakyat yang dilakukan oleh polisi sehingga kebebasan untuk mengeluarkan pendapat hampir tidak ada di Irak. Alasan-alasan yang telah dikemukakan di atas menjadi pertimbangan bagi Presiden Bush untuk melakukan invasi ke Irak. Tujuan invasi adalah untuk menegakkan demokrasi dan membebaskan rakyat Irak dari pemimpin yang dianggap diktator dan otoriter. Hal ini terlihat dari nama operasi militer AS yang disebut dengan Operation Iraqi Freedom.
143
Ibid, h. 170. Ibid, h. 170. 145 Ibid, h. 171. 146 Ibid, h. 169. 144
53
•
Tujuan dan Tindakan Pemerintah Israel Israel merupakan sebuah negara yang memiliki paham zionisme yang
wilayahnya mengambil tanah Palestina secara sepihak. Aneksasi Israel terhadap tanah Palestina merupakan perwujudan dari paham zionis yang dicetuskan oleh Theodore Herlz melalui bukunya Der Judenstaat yang dianggap sebagai bapak zionisme modern bagi bangsa Israel.147 Keberadaan Israel di Timur-Tengah dengan menjalankan sistem demokrasi versi Amerika menjadikan Israel sebagai sekutu dekat AS. Dalam upaya mengamankan sekutunya, AS berupaya dengan berbagai cara untuk mengamankan Israel dari negara-negara Arab yang memusuhinya. Bantuan militer dan dana terus mengalir ke Israel setiap tahunnya karena keberhasilan lobi AIPAC dalam melobi pejabat-pejabat AS di Washington D.C. Dibawah kepemimpinan PM Ariel Sharon yang dikenal kejam dan tidak memiliki peri kemanusian terhadap penduduk Palestina. Israel berusaha menguasai wilayah Palestina menjadi wilayahnya dengan cara mendirikan pemukiman Yahudi di Tepi Barat dan Jerussalem Timur yang menjadi wilayah Palestina. Ekspansi Israel terhadap wilayah Palestina mengundang kecaman dari negara-negara Arab. Salah satunya ditunjukkan oleh Saddam Hussein dengan mendukung perlawanan rakyat Palestina. Bentuk dukungan Saddam Hussein dengan mengarahkan rudal-rudal Scud Missile Irak ke arah Israel.148 Selanjutnya, pernyataan Saddam Hussein terbukti dengan diluncurkannya beberapa Scud Missile ke Israel ketika Perang Teluk II berlangsung.
147 148
Herry Nurdi, Membongkar Rencana Israel Raya, h. 20-31. Siti Muti’ah Setiawati, dkk., Irak di Bawah Kekuasaan Amerika, h. 71.
54
Serangan Irak terhadap Israel menjadi ancaman yang berbahaya bagi eksistensi Israel di Timur-Tengah. Selain itu, Irak di bawah kepemimpinan Saddam Hussein memiliki ambisi untuk memiliki senjata pemusnah massal yang membuat Israel semakin ketakutan seandaiannya senjata tersebut dikuasai dan digunakan untuk memerangi Isael. Kekhawatiran terhadap Irak semakin memuncak pada era 1970-an, ketika Perancis setuju menyediakan sebuah reaktor nuklir untuk Saddam.149 Namun karena merasa terancam pada tahun 1981 Israel Israel membom reaktor Osirak yang belum sempat dioperasikan.
Walaupun
reaktor Osirak hancur, tapi Saddam tetap menjalankan program nuklirnya di lokasi-lokasi yang tersebar dan rahasia. Israel menjadi salah satu faktor eksternal yang menjadi penyebab invasi AS ke Irak tahun 2003. Hal ini dapat dilihat dari para pejabat Israel yang sering mengunjungi Washington D.C untuk melakukan pembicaraan terkait invasi AS ke Irak. Salah satunya mantan Perdana Menteri Benyamin Netanyahu datang ke Washington pada pertengahan April 2002 bertemu dengan senator-senator AS dan para penyunting Washington Post dengan mengatakan bahwa Saddam sedang mengembangkan senjata nuklir yang dapat dikirimkan ke tanah Amerika dalam kopor-kopor atau tas punggung.150 Pada bulan Mei 2002, Shimon Peres mantan perdana menteri yang
menjabat Menteri Luar Negeri Israel pada saat itu
mengatakan kepada CNN bahwa Saddam Hussein sama berbahayanya dengan bin Laden, dan Amerika tidak bisa duduk dan menunggu menyaksikan orang ini membangun persenjataan nuklir.151 Selain itu PM Ariel Sharon mendesak pemerintahan Bush untuk tidak menunda operasi serangan ke Irak, apabila 149
John J. Mearsheimer dan Stephen M. Walt, Dahsyatnya Lobi Israel, h. 367. Ibid, h. 369. 151 Ibid, h. 369. 150
55
ditunda maka tidak akan menciptakan lingkungan yang lebih nyaman untuk masa depan.152 Perang terhadap Irak yang dilakukan oleh AS merupakan sesuatu yang diinginkan oleh Israel demi menjaga keamanan dan eksistensi negara zionis tersebut. Hal ini seperti yang dikatakan oleh mantan senator AS Ernest Holding, bahwa Irak bukan merupakan ancaman langsung bagi AS, tetapi perang terhadap Irak dilakukan karena kita ingin mengamankan teman kita Israel.153 Pernyataan Holding menimbulkan kecaman dari berbagai kalangan lobi Yahudi dengan menyebutnya ant-semit. Holding menolak tuduhan itu, dengan mengatakan bahwa dia adalah pendukung setia Israel, terkait dengan pernyataannya itu merupakan sesuatu yang nyata bukan rekayasa. B. Sumber-Sumber yang Memengaruhi Kebijakan Luar Negeri Amerika Serikat Tentang Invasi ke Irak Tahun 2003 •
Sumber Individu Sumber Individu merupakan semua aspek dari seorang pembuat keputusan
berupa nilai, bakat, dan pengalamannya yang membedakan pilihan-pilihan kebijakan luar negerinya atau perilakunya dengan pembuat keputusan lain. Presiden George W. Bush yang diusung oleh Partai Republik cenderung memiliki arah kebijakan luar negeri yang intervensionis. Hal ini seperti yang ditulis oleh Dana Milbank dalam artikelnya di Washington Post edisi Jumat, 6 September 2002, yang diberi judul “At Crisis Time, A Motherlode of Bush Traits” dan di Harian Internasional Herald Tribune artikel juga ada artikel sama yang diberi judul “Like Mother, Like President”. Dalam artikel tersebut dijelaskan tentang 152
Ibid, h. 370. Ibid, h. 365.
153
56
sifat Presiden George W. Bush yang ternyata lebih mirip ibunya, Barbara Bush yang dikenal sebagai orang yang suka berbicara langsung, berlidah tajam, keras kepala, percaya kepada insting dan tidak memiliki kesabaran. Ketika masih muda Presiden Bush juga dikenal sering mengosumsi alkohol dan menjadi pecandu mariyuana dan kokain.154 Sikap Presiden Bush terlihat dari pidatonya di kongres Amerika untuk memerangi terorisme (war on terror). Bahkan, Presiden Bush memberikan label kepada tiga negara sebagai poros setan (axis of evil) yaitu Irak, Iran, dan Korea Utara yang dianggap negara pembangkang dan dapat mengancam perdamaian dunia karena diasumsikan memiliki senjata pemusnah massal. Selain itu Presiden Bush berusaha menerapkan doktrinnya (Bush Doctrine) yang dia sampaikan di hadapan kongres sembilan hari sebelum serangan 9/11, Presiden Bush mengatakan155: The advance of human freedom-the great achievement of our time, and great hope of our time-now depends on us. Our nation this generation-will lift a dark threat of violence from our people and our future. We will rally the world to this cause by efforts, by our courage. •
Sumber Peran Sumber Peran merupakan yang berkaitan dengan perilaku eksternal
seseorang pejabat yang berasal peran yang dimainkan dan terlepas dari karakteristik individunya. Di dalam menjalankan dan merumuskan kebijakan luar 154
Dean, John W. Worse than Watergate “The Secret Presidency of George W. Bush”. New York: Little, Brown and Company, 2004. H. 25. 155
http://www.whitehouse.gov/news/releases/2001/09/20010920-8.html, diakses pada tanggal 14 April 2011, pukul 13:00.
57
negeri, Presiden Bush meminta pendapat dari pejabat-pejabat yang menempati kabinetnya. Ketika menjabat menjadi presiden tanggal 20 Januari 2001, Presiden Bush banyak memasukkan orang-orang keturunan Yahudi ke dalam kabinetnya, mereka
juga
dikenal
dengan
kelompok
Neokonservatif.156
Kelompok
Neokonservatif itu diantaranya: 1. Dick Cheney Dick Cheney adalah Wakil Presiden AS yang mendampingi Presiden Bush, Cheney termasuk kelompok Neokonservatif, yang menyukai perang (hawkish).157 Sosok Cheney di kalangan lobi AIPAC cukup terkenal karena persamaan pandangan dengan para pelobi AIPAC. Cheney merupakan salah satu pendiri lembaga think tank PNAC (Project for the New American Century) pada tahun 1997.158 Lembaga ini di kalangan elit politik AS cukup berpengaruh dalam memberikan masukan terhadap kebijakan luar negeri AS terhadap Timur-Tengah. Misi dari lembaga ini adalah menjadikan AS sebagai satu-satunya negara adidaya di dunia. Basis kedigdayaan tersebut adalah kemampuan AS menggabungkan strategi kekuatan militer yang bersifat pre-emptive srike (menyerang lebih dahulu sebelum diserang), dominasi teknologi pada tingkat global, dan keberadaannya sebagai entetitas ekonomi terbesar dunia.159
156
James Petras, Zionisme dan Keruntuhan Amerika. h. 16. Siti Muti’ah Setiawati, dkk., Irak di Bawah Kekuasaan Amerika, h. 105 158 Ibid, h. 105 159 Ibid, h. 104. 157
58
2. Donald Rumsfeld Donald Rumsfeld menjabat sebagai menteri pertahanan, dia merupakan salah satu arsitek perencana invasi AS ke Irak. Rumsfeld merupakan salah satu yang menandatangani surat yang dibuat oleh PNAC terkait penggulingan Saddam Hussein pada tanggal 26 Januari 1998 yang ditujukan kepada Presiden Bill Clinton.160 3. Paul Wolfowitz Wolfowitz dikenal orang yang paling ambisius dalam perencanaan invasi ke Irak di dalam pemerintahan Bush dia memegang jabatan sebagai Deputi Pertahanan. Hal ini terlihat dari sarannya kepada Presiden Bush untuk segera menginvasi Irak.161 Wolfowitz juga memiliki peranan sebagai penasehat pada lembaga kerjasama pertahanan keamanan AS dengan Israel, yaitu Jewish Institute for National Security Affairs (JINSA). Pada tahun 2002 JINSA memberikan penghargaan berupa Hendry M. Jackson Distinguished Service Award atas perannya dalam memajukan kemitraan yang kuat antara Israel dan AS.162 4. Colin Powell Colin Powell memegang posisi menteri luar negeri dalam kabinet Presiden Bush. Powell bukan keturunan Yahudi melainkan simpatisan pendukung Yahudi. Perannya cukup kuat dalam mencari dukungan dari negara-negara sekutu untuk mendukung serangan ke Irak. Powell juga melakukan
160
John J. Mearsheimer dan Stephen M. Walt, Dahsyatnya Lobi Israel, h. 384. Ibid, h. 338. 162 Ibid, h. 377. 161
59
kebohongan di depan forum Dewan Keamanan PBB mengenai keberadaan Senjata Pemusnah Massal Irak.163 5. Lewis Libby Libby merupakan tokoh pro-Israel dan merupakan arsitek strategi militer dalam perencanaan invasi ke Irak.164 Libby juga memegang jabatan penting dalam kabinet Presiden Bush, yaitu sebagai staf ahli Wakil Presiden Dick Cheney. Sebelumnya Libby juga lama berkarier di Departemen Pertahanan sejak mantan Presiden Bush Senior sehingga memiliki pengaruh cukup besar di Pentagon. 6. Richard Perle Perle merupakan penasehat terkemuka Presiden Bush untuk urusan luar negeri.165 Selain menjadi penasehat Presiden Bush, Perle juga sebagai penasehat di Departemen Kebijakan Pertahanan AS. Perle mempunyai catatan buruk di dalam sejarah politik AS, karena pada tahun 1970 tertangkap menyuplai data-data kedutaan ke Israel.166 7. Douglas J. Feith Tokoh ini adalah Penasehat Utama JINSA. Feith juga merupakan seorang pejabat penting dalam dewan kebijakan Departemen Pertahanan. Ia bekerja di bawah Departemen Pertahanan dan Penasihat Kebijakan di Pentagon. Dalam sejarahnya, Feith selalu mengeluarkan kebijakan antiArab. Feith juga adalah seorang ekstremis pro-Israel. Ia juga tergabung sebagai anggota dari Organisasi Zionis Amerika (ZOA). Selain itu dia juga
163
Tim Weiner, Membongkar Kegagalan CIA (Jakarta: Gramedia Pustaka, 2008), h. 620. James Petras, The Power of Israel in USA, h. 105. 165 Ibid, h.87 166 Ibid, h.87
164
60
mendirikan Kantor Perencana Khusus (Officer for Special Plans/OSP) untuk merekaya kebohongan-kebohongan mengenai WMD Irak sehingga menjadi pembenaran untuk melakukan invasi ke Irak.167 8. Elliott Abrams Elliott Abrams anggota Dewan Penasehat Keamanan Nasional Amerika Serikat. Ia juga termasuk pada jajaran kalangan
hawkish semasa
pemerintahan Bush Senior. Abrams merupakan salah satu yang mendukung penerapan doktrin pre-emptive strike.168 9. David Frum David Frum adalah penulis pidato-pidato kenegaraan George W. Bush. Setiap kalimat dalam pidato Presiden Bush banyak berasal dari ide dan gagasannya.169 10. Elliot Cohen Cohen menjabat sebagai Penasihat Departemen Dalam Negeri dan Direktur Pertahanan Negara (Homeland Security).170 11. Philip Zelikow Philip Zelikow merupakan perancang utama strategi keamanan nasional 2002 yang secara garis besar berisi tentang doktrin Bush tentang preemptive war.171 Selain itu Zelikow juga menjabat sebagai Direktur Eksekutif dalam Komisi Penyelidikan Peristiwa 11 September 2001.172
167
James Petras, The Power of Israel in USA, h. 106. John J. Mearsheimer dan Stephen M. Walt, Dahsyatnya Lobi Israel, h. 264. 169 James Petras, Zionisme dan Keruntuhan Amerika. h. 16. 170 Ibid, h. 16. 171 Ibid, h.16. 172 Ibid, h. 147-148. 168
61
Para pejabat yang umumnya keturunan Yahudi di dalam kabinet Presiden Bush yang telah disebutkan di atas memiliki hubungan dekat dengan lobi AIPAC, mereka termasuk tamu kehormatan dalam sidang tahunan AIPAC yang membahas hubungan AS dengan Israel. Peranan mereka dalam pemerintahan George W. Bush sangat membantu terhadap pencapaian tujuan-tujuan AIPAC, yaitu mempertahankan eksistensi negara zionis Israel dan menghancurkan negaranegara yang memusuhi Israel, seperti Irak. Berdasarkan analisa diatas, maka dapat disimpulkan bahwa variabelvariabel tersebut memiliki keterkaitan satu sama lain, dimana terdapat pengaruh dari orang-orang atau kelompok tertentu yang menginginkan invasi ke Irak segera terwujud. Kebanyakan dari mereka adalah orang-orang kelompok Neo konservatif dan para pendukung Israel yang terlembaga dan terpusat pada satu lobi Yahudi terbesar di AS yakni AIPAC. C. Sikap Pro dan Kontra terhadap Kebijakan Invasi Amerika Serikat ke Irak tahun 2003 Kebijakan mengenai invasi AS ke Irak menimbulkan sikap pro dan kontra di AS. Kalangan yang pro yang terdiri dari kelompok Neokonservatif di dalam kabinet Presiden Bush, lobi Yahudi AIPAC dan kelompok Kristen Fundamentalis. Mereka mengganggap, bahwa Irak merupakan negara yang berbahaya bagi perdamaian dunia. Hal ini karena Irak di bawah kepemimpinan Saddam Hussein berusaha menciptakan persenjataan kimia dan biologi serta upaya untuk memperoleh persenjataan nuklir yang berbahaya bagi sekutu AS di Timur-Tengah yaitu Israel.173 Selain itu Saddam juga diasumsikan bekerjasama dengan para 173
Alasan Presiden Bush menginvasi Irak karena kepemilikan senjata pemusnah massal hingga saat ini masih menimbulkan perdebatan di kalangan para pengamat dalam dan luar negeri
62
teroris terkait dengan serangan 11 September 2001, padahal dugaan keterkaitan ini tidak mempunyai bukti yang akurat dan kuat. Latar belakang inilah yang mendorong AS melakukan kebijakan untuk menginvasi Irak pada tahun 2003 yang didukung oleh 48 negara di dunia. Negara-negara tersebut di antaranya Afghanistan, Albania, Angola, Australia, Azerbaijan, Bulgaria, Kolombia, Republik Ceko, Denmark, Republik Dominika, El Savador, Eritrea, Estonia, Ethiopia, Georgia, Honduras, Hungaria, Islandia, Italia, Jepang, Kuwait, Latvia, Lithuania, Masedonia, Kepulauan Marshall, Micronesia, Mongolia, Belanda, Nikaragua, Palau, Panama, Filipina, Polandia, Portugal, Rumania, Rwanda, Singapura, Slowakia, Kepulauan Solomon, Korea Selatan, Spanyol, Tonga, Turki, Uganda, Ukraina, Inggris, Uzbekistan, dan Amerika Serikat.174 Kalangan yang kontra terhadap kebijakan invasi ke Irak umumnya datang dari aktivis hak asasi manusia (HAM), negara-negara yang mayoritas muslim, dan negara anggota tetap DK PBB yaitu Perancis, Rusia, dan Cina.175 Demonstrasi menentang perang juga berlangsung di seluruh dunia terutama di kota-kota besar seperti Paris, Berlin, Washington, New York, Sydney, dan Canberra.176 Presiden Perancis ketika itu Jacques Chirac menilai AS terlalu buru-buru dalam memutuskan sesuatu. Presiden Chirac lebih menekankan upaya diplomatis melalui penyelidikan yang dilakukan IAEA (International Atomic Energy
AS yang masih mengundang kontraversi. Ini karena program senjata pemusnah massal yang dituduhkan oleh Amerika ke Irak belum dapat dibuktikan. Kritik ini ditulis oleh Patrick Martin, “US Government Lied about Iraki Weapon to Justify War” diakses pada tanggal 20 Mei 2011 pukul 10:45 dari http://www.wsws.org/articles/2003. 174 “Coalition Members”, diakses pada tanggal 20 Januari 2011, pukul 17:00 dari http://www.whitehouse.gov/news/releases/2003. 175 Siti Muti’ah Setiawati, dkk., Irak di Bawah Kekuasaan Amerika, h. 42. 176 Ibid, h. 94.
63
Association) terhadap isu senjata pemusnah massal Irak.177 Selain itu Dewan Keamanan PBB pada bulan November 2002 mengeluarkan resolusi 1441 mengenai pemeriksaan senjata pemusnah massal Irak yang diterima oleh Saddam Hussein.178 Hal ditandai dengan masuknya tim inspeksi persenjataan yang disebut United Nations for Monitoring, Verification, and Inspection Comission (UMNOVIC) yang dipimpin oleh Hans Blix, hasilnya Irak tidak mempunyai senjata pemusnah massal seperti yang dituduhkan oleh AS.179 E. Invasi Amerika Serikat ke Irak tahun 2003 Berdasarkan faktor eksternal dan internal invasi AS ke Irak merupakan upaya AS untuk menjatuhkan rezim Sadam Hussein yang dianggap memiliki WMD atau Senjata Pemusnah Massal dan kepemimpinan Saddam Hussein yang diktator, otoriter, dan represif terhadap rakyatnya. Selain itu, sikap Saddam Hussein tidak kooperatif terhadap kepentingan AS di Timur-Tengah yang dapat dilihat dari keinginan Irak untuk mengubah penjualan minyaknya dari dollar menjadi euro. Hal ini menimbulkan ketakutan tersendiri bagi Presiden Bush terhadap perekonomian AS. Invasi AS ke Irak dimulai pada tanggal 20 Maret 2003 dikenal dengan nama Operation Iraqi Freedom yang menandai tujuan dari invasi itu untuk membebaskan rakyat Irak dari rezim otoriter dan diktator Saddam Hussein.180 Invasi tersebut dilakukan bersama-sama dengan pasukan koalisi yang terdiri dari
177
“Chirac: hukum mati Saddam adalah tindakan barbar,” diakses pada tanggal 7 April 2011, pukul 19:00 dari http://www.suaramedia.com/berita-dunia/eropa/12386-chirac-hukum-matisaddam-adalah-tindakan-barbar.html. 178 Siti Muti’ah Setiawati, dkk., Irak di Bawah Kekuasaan Amerika, h. 42. 179 Ibid, h. 16 180 Ibid, h. 81.
64
Inggris, Spanyol, Australia, Jepang, dan Italia.181 Dalam menginvasi Irak, AS mengirim enam ratus ribu pasukan yang tergabung dalam angkatan darat, laut, dan udara.182 Selain
itu AS juga menggunakan mesin-mesin perang dengan
teknologi mutakhir seperti kapal induk Kitty Hawk yang mampu membawa seratus lebih pesawat terbang, helikopter Apache dan Blackhawk, pesawat tempur Siluman dan pesawat pengebom B-52, rudal Tomahawk yang mampu menembus bunker bawah tanah, mobil jeep Humvee yang antipeluru.183 Bila dibandingkan dengan kekuatan militer yang dimiliki oleh Irak jelas menunjukkan perbedaan yang mencolok. Irak pasca terjadinya Perang Teluk I dan II diembargo oleh AS, baik dari segi ekonomi maupun militer. Selain itu sanksi yang diprakarsai oleh AS berupa resolusi DK PBB terhadap Irak berupa tim inspeksi persenjataan juga telah banyak memusnahkan ratusan persenjataan Irak seperti rudal Scud. Kelemahan ini tidak membuat Saddam Hussein menyerah begitu saja. Dia tetap mempersiapkan kekuatan militernya dengan mengerahkan Tentara Reguler tiga ratus ribu orang, Tentara Rakyat seratus ribu orang, Garda Republik delapan puluh ribu orang, Fedayeen Saddam empat puluh ribu orang, Garda Republik Khusus dua puluh lima ribu orang, dan Dinas Keamanan Khusus dua puluh lima ribu orang.184 Alhasil serangan AS ke Irak tidak mengalami perlawanan yang berarti karena AS melalui pengaruhnya di DK PBB telah melemahkan kemampuan persenjataan Irak. AS beserta pasukan koalisi berhasil menghancurkan pangkalan militer Irak, pelabuhan, pusat pemerintahan (istana presiden) dan bandar udara. 181
http://www.whitehouse.gov/news/releases/2003. Coalition members, diakses pada tanggal 20 Januari 2011, pukul 17:00. 182 Siti Muti’ah Setiawati, dkk., Irak di Bawah Kekuasaan Amerika, h. 173 183 Ibid, h. 53. 184 Ibid, h. 173.
65
Hal ini ditandai dengan jatuhnya Baghdad di bawah kekuasaan pasukan koalisi pada tanggal 8 April 2003 dengan ditandai didudukinya Istana Kepresidenan Saddam Hussein dan merobohkan patungnya di tengah pusat kota.185 Terhitung dari tanggal serangan yang dilakukan AS dan sekutunya, penguasaan terhadap Irak hanya membutuhkan sembilan belas hari untuk menjatuhkan rezim Saddam Hussein.
185
Ibid, h. 14.
66
BAB IV PENGARUH AIPAC DALAM KEBIJAKAN INVASI AMERIKA SERIKAT KE IRAK TAHUN 2003
Pada Bab II sebelumnya menunjukkan tentang American Israel Public Affairs Committtees (AIPAC) sebagai kelompok penekan yang memiliki pengaruh cukup kuat di dalam mengarahkan proses pembuatan kebijakan luar negeri Amerika Serikat (AS) terkait isu Timur-Tengah. Upaya memengaruhi itu dilakukan terhadap individu-individu yang menduduki jabatan penting di dalam pemerintahan (baik di lembaga legislatif yang terdiri dari kongres dan senat maupun lembaga eksekutif yang dipegang presiden). Salah satunya adalah AIPAC berhasil memengaruhi anggota kongres dan presiden untuk menginvasi Irak pada tahun 2003. Oleh karena itu, dalam Bab IV ini penulis akan memfokuskan pada pengaruh AIPAC dalam perencanaan invasi AS ke Irak tahun 2003. Sebagai catatan, analisis pengaruh AIPAC di sini akan dikaitkan dengan lobi AIPAC terhadap Presiden Bush, Kongres AS, dan kontrol AIPAC terhadap media massa. Pembahasan dalam Bab IV ini terlebih dahulu membahas sikap AIPAC terhadap rencana invasi AS ke Irak kemudian langkah-langkah yang dilakukan AIPAC dalam memengaruhi dan mengarahkan proses kebijakan terhadap invasi tersebut. Tujuannya adalah mempermudah menganalisis pengaruh AIPAC terhadap formulasi kebijakan luar negeri AS terhadap Irak.
66
67
A.
Pengaruh AIPAC Terhadap Formulasi Kebijakan Invasi AS ke Irak Di dalam perpolitikan AS keberadaan kelompok kepentingan didukung
oleh konstitusi yang terdapat di dalam Amandemen I. AIPAC merupakan kelompok kepentingan yang aktif di dalam politik di AS yang dikenal dengan kelompok penekan.186 Dalam hal ini AIPAC melakukan pendekatan terhadap lembaga-lembaga penting di dalam pemerintahan AS, yaitu lembaga legislatif dan eksekutifnya. Sikap fanatik makin terlihat dari tujuan AIPAC, yaitu mendukung eksistensi negara zionis Israel di Timur-Tengah. Berbagai upaya pun dilakukan untuk mengarahkan kebijakan agar mendukung negara zionis Israel. Salah satunya dengan menghancurkan musuh Israel di Timur-Tengah, yaitu Irak. Melalui lobinya AIPAC berhasil memengaruhi elit politik AS untuk menginvasi Irak dengan berbagai faktor seperti yang telah dijelaskan dalam Bab III. Irak merupakan hambatan bagi Israel untuk menguasai Timur-Tengah. Sebagaimana diketahui, Saddam Hussein sangat konsisten menentang eksistensi Israel di Palestina, ini terbukti dari pernyataan Saddam Hussein beberapa saat menjelang Perang Teluk II di tahun 1990 bahwa Irak memiliki senjata-senjata yang diarahkan ke Israel karena Irak mendukung perjuangan bangsa Palestina.187 Salah satu harian terkemuka Israel Ha’aretz tanggal 6 Februari 1982 mengeluarkan artikel yang ditulis oleh Ze’ev Schiff tentang rencana Israel untuk memecahkan Irak menjadi tiga bagian, yaitu bagian Sunni, bagian Syiah, dan pemisahan Kurdistan.188
186
Leonard Freedman, Power and Politics in America, h. 71. Siti Muti’ah Setiawati, dkk., Irak di Bawah Kekuasaan Amerika, h. 71. 188 Herry Nurdi, Membongkar Rencana Israel Raya, (Jakarta: Cakrawala Publising, 2009), 187
h.7
68
Lobi AIPAC semakin mudah dilakukan karena para pemegang kekuasaan di AS umumnya memiliki hutang budi kepada AIPAC. AIPAC menjadi penyokong dana untuk berkampanye para pejabat-pejabat pemerintah. Ketika para kandidat terpilih secara tidak langsung mereka juga harus membela Israel. Peristiwa 9/11 menjadi momen yang digunakan oleh para pelobi AIPAC untuk mewujudkan gagasan mereka dalam perencanaan terhadap invasi AS ke Irak.189 Berbagai survei dilakukan oleh lembaga Yahudi terkait keterlibatan Saddam Hussein dengan Tragedi 9/11. Demikian juga dengan peran lembaga kelompok pemikir Yahudi juga mengeluarkan artikel yang memojokkan Saddam Hussein terkait kepemilikan senjata pemusnah massal Irak. Konsekuensinya rakyat Amerika menganggap bahwa Saddam Hussein perlu diperangi karena berbahaya untuk perdamaian dunia karena memiliki senjata pemusnah massal. Lembaga tersebut di antaranya WINEP (Washington Institute for Near Policy), American Enterprise Institute, Center for Security Policy, Foreign Policy Research Institute, Heritage Foundation, Hudson Institute, Institute for Foreign Policy Analysis, dan Jewish Institute for National Security Affairs.190
189
John J. Mearsheimer dan Stephen M. Walt, Dahsyatnya Lobi Yahudi, h. 382. Ibid, h. 278.
190
69
B.
Lobi dan Kepentingan AIPAC Terhadap Presiden Bush Dalam Rencana Invasi AS ke Irak Tahun 2003.
1. Hubungan Presiden Bush dengan AIPAC Sebelum menjadi presiden, sosok George Walker Bush adalah lulusan dari Yale University pada tahun 1968 dan memperoleh gelar Master of Business Administration dari Harvard Business School pada tahun 1975.191 Bush juga meniti karir sebagai seorang pilot di maskapai penerbangan Texas Air National Guard, kemudian mencalonkan diri untuk menjadi gubernur negara bagian Texas dan terpilih menjadi gubernur ke-46 pada tanggal 8 November 1994.192 Bush mencatat sejarah sebagai gubernur Texas yang pertama kali terpilih dua periode untuk masa jabatan empat tahun berturut-turut dengan terpilih kembali pada tanggal 3 November 1998.193 Keberhasilan Bush menjadi gubernur Texas menjadi modal bagi Bush untuk mencalonkan diri menjadi salah satu kandidat presiden dari Partai Republik. Bush menyadari betul, untuk memenangkan kampanye dalam tingkat partai yang didominasi orang-orang berpengaruh seperti Howard Dean194, maka Bush harus mempunyai strategi untuk memenangkannya. Strategi yang dilakukan dengan mendekati AIPAC dan organisasi-organisasi Yahudi di AS karena restu mereka akan memudahkan dalam penggalangan dana untuk kampanye. Para pemilih Yahudi yang jumlahnya kurang dari tiga persen dari keseluruhan penduduk Amerika juga memegang pengaruh dalam menentukan siapa yang akan menjadi
191
“About Presiden George Walker Bush,” diakses pada tanggal 08 Juni 2011, pukul 23:30 dari http://www.whitehouse.gov/about/presidents/georgewbush/. 192 Ibid. 193 Ibid. 194 Howard Dean merupakan kandidat dari Partai Republik yang menjadi lawan politik Geoerge W. Bush dalam satu partai.
70
presiden.195 Mereka umumnya terkonsentrasi di negara-negara bagian seperti California, Florida, Illinois, New Jersey, New York, dan Pennsylvania.196 Ketika mendekati AIPAC, Presiden Bush diminta untuk menjelaskan pendapatnya mengenai konflik Arab-Israel. Solusi yang diberikan Bush adalah menggunakan balance of power yang berdasarkan pada kekuatan besar yang dimiliki oleh AS. Pendapat Bush tersebut menarik para pelobi AIPAC, sehingga Bush direkomendasikan sebagai presiden AS. Dukungan dana dari PACs proIsrael pun mengalir kepada Bush yang digunakan untuk kampanye. Mendapatkan dan memelihara dukungan sama artinya dengan mendukung Israel selama masa jabatan yang bersangkutan. Menurut laporan Washington Post pada tahun 2004, sejak tahun 2000 anggota AIPAC telah menyumbangkan rata-rata 72.000 dollar kepada masingmasing kandidat presiden.197 Kemenangan Bush pada pemilihan presiden tahun 2001 dengan perolehan suara 271 untuk Bush dan 266 untuk Al Gore merupakan pertanda bagi Bush untuk senantiasa menjalankan keinginan AIPAC.198 Setelah terpilih menjadi presiden, Bush memasukkan orang-orang keturunan Yahudi dalam kabinetnya. Hal ini merupakan sebagai balas budi dari upaya AIPAC dalam membantunya untuk memenangkan pemilihan umum seperti yang telah dijelaskan pada Bab III. Kebijakan Presiden Bush terhadap Timur-Tengah terutama mengenai Palestina berbeda dengan pendahulunya Bill Clinton, Presiden Bush tak pernah
195
John J. Mearsheimer dan Stephen M. Walt, Dahsyatnya Lobi Israel, h. 257. Ibid, h. 258. 197 Ibid, h. 243. 198 Nur Rachmat Yuliantoro, “Pemilihan presiden Amerika Serikat tahun 2000 dan hikmahnya bagi Indonesia,” diakses pada tanggal 20 Oktober 2011, pukul 01:31 dari http://rachmat.staff.ugm.ac.id/artikel/florida2000.pdf. 196
71
mau bertemu dengan Presiden Palestina Yasser Arafat. Ia bahkan terus berupaya menyingkirkan Arafat. Pemerintahan Bush dinilai oleh para pelobi Yahudi adalah pemerintahan yang memedulikan orang-orang Yahudi. Bahkan Presiden Bush, seperti ditulis Ciro Scotti di Businessweek Online (30 Agustus 2004), dijuluki sebagai the First Jewish President alias presiden bagi kaum Yahudi. Sejarah pun mencatat hubungan AS dengan Israel mengalami peningkatan luar biasa di era Presiden George Walker Bush. 2. Bentuk Lobi AIPAC Terhadap Presiden Bush Terkait Rencana Invasi ke Irak Dalam melakukan lobinya untuk memengaruhi kebijakan terhadap rencana invasi ke Irak. AIPAC berusaha mencari individu-individu yang menduduki jabatan penting di dalam lembaga eksekutif terutama bagi mereka yang memiliki pandangan dan tujuan sama. Seperti diketahui di dalam kabinet Presiden Bush umumnya terdapat banyak orang-orang keturunan Yahudi yang memegang jabatan strategis terkait kebijakan luar negeri AS terhadap Timur-Tengah. Para pejabat tersebut umumnya merupakan kelompok Neokonservatif yang memiliki satu misi dengan AIPAC, yaitu mendukung eksistensi Israel. Orang-orang Neokonservatif menjalin hubungan yang sangat akrab dengan AIPAC. Hal ini menjadi kesempatan bagi AIPAC untuk mewujudkan rencananya di lembaga eksekutif dalam melindungi Israel dengan menghancurkan musuh regionalnya Irak yang dipimpin oleh Saddam Hussein. Kelompok-kelompok Neokonservatif meliputi pejabat-pejabat teras di pemerintahan Bush seperti Paul Wolfowitz, Ari Fleischer, David Frum, Richard Perle, Douglas Feith, Elliot Abram (Direktur National Security Council/NSC
72
yang bertanggung jawab atas kebijakan di Timur-Tengah), Scooter Libby, David Wurmser, Elliot Cohen (Penasihat Departemen Dalam Negeri untuk Menlu Condoleeza Rice), Randy Schumann (perencana aksi pembebasan Irak 1998) dan Philip Zelikow (perancang utama strategi keamanan nasional tahun 2002 yang secara garis besar berisi doktrin Bush tentang pre-emptive strike).199 Dalam sebuah pertemuan dengan Presiden Bush di Camp David pada tanggal 15 September 2001, Paul Wolfowitz menganjurkan untuk menyerang Irak sebelum Afghanistan.200 Namun anjuran itu ditolak oleh Presiden Bush, sebagai gantinya dia menyerang Afghanistan.
Pada tanggal 3 April 2003 kelompok
Neokonservatif melakukan desakan kepada Presiden Bush melalui surat terbuka yang berisikan keteguhan Bush dalam mendukung pemerintah Israel yang sedang gencar melakukan upaya-upaya memerangi terorisme.201 Terorisme yang dimaksud adalah negara-negara musuh Israel, yaitu Irak. Oleh sebab itu para penulis mendesak Presiden Bush agar mempercepat rencana penggulingan Saddam Hussein dengan cara peperangan. Surat yang ditujukan kepada Presiden Bush ditandatangani oleh Kenneth Adelman, William Bennett, Linda Chavez, Elliot Cohen, Midge Decter, Frank Grafney, Reul Marc Gerech, Donald Kagan, Robert Kagan, William Kristol, Joshua Muravchik, Martin Peretz, Richard Perle, Daniel Pipes, Norman Podhoretz, dan James Woolsey.202 Rencana yang dilakukan oleh kaum Neokonservatif juga didukung oleh organisasi-organisai Yahudi di AS, seperti The Jewish Council for Public Affairs (JCPA) dan The Conference of President of Major American Jewish
199
James Petras, Zionisme dan Keruntuhan Amerika, h. 16. John J. Mearsheimer dan Stephen M. Walt, Dahsyatnya Lobbi Israel. h. 388. 201 Ibid, h. 391. 202 Ibid, h. 392. 200
73
Organizations (CPMAJO).203 Presiden Bush yang ketika mencalonkan diri menjadi presiden didukung oleh organisasi-organisasi Yahudi yang memberikan sumbangan kepadanya melalui PACs pro-Israel. Untuk mendapatkan dukungan itu tetap kuat ketika pemilihan presiden tahun 2004 mendatang, maka Presiden Bush harus mendengarkan pendapat mereka. Alhasil serangan ke Irak pun dilakukan pada 20 Maret 2003. 3. Reaksi Presiden Bush Terhadap Lobi AIPAC Presiden Bush menjadikan pengalaman ayahnya (George H.W. Bush) saat menjabat presiden sebagai acuan dalam kepemimpinannya. Pada saat itu George H.W. Bush melakukan kesalahan yang bertentangan dengan AIPAC terkait penundaan pemberian dana pinjaman sepuluh milyar dollar ke Israel.204 Akibatnya dalam pemilihan umum selanjutnya George H.W. Bush dari Partai Republik mengalami kekalahan dari lawan politiknya Bill Clinton dari Partai Demokrat. Kekalahan ini karena AIPAC tidak mendukung lagi George H.W. Bush dan mendukung Bill Clinton dengan pemberian dana kampanye melalui PACs proIsrael. Selain itu para pemilih Yahudi pada saat kemenangan George H.W Bush sebelumnya juga pindah memilih Bill Clinton. Ambisi Presiden Bush untuk kembali mencalonkan diri sebagai kandidat presiden berikutnya menjadi salah satu pertimbangannya untuk memenuhi keinginan AIPAC. Bila Presiden Bush tidak mengikutinya, maka akan menerima nasib yang sama dengan ayahnya, dia akan ditinggalkan oleh pemilih Yahudi dan tidak mendapatkan sumbangan dana dalam kampanye. Alhasil berbagai asumsi
203
Ibid, h. 380. Mircea Windham, AIPAC Organisasi Paling Berbahaya di Dunia, h. 58.
204
74
pun diterapkan kepada Irak agar AS mempunyai dasar dalam melakukan invasi ke Irak. Terwujudnya invasi AS ke Irak pada 20 Maret 2003 tanpa persetujuan DK PBB menandakan keberhasilan AIPAC dalam memberikan pengaruhnya kepada Presiden Bush. Kecaman yang datang dari berbagai negara di dunia tidak menghentikan niat Bush untuk menghancurkan Irak dan menangkap Saddam Hussein, baik hidup atau mati. C.
Lobi AIPAC Terhadap Kongres AS
1. Hubungan AIPAC dengan Kongres Kongres merupakan sasaran yang paling penting untuk dilobi karena di kongres semua kebijakan dihasilkan. Hubungan anggota kongres dengan AIPAC sudah lama terjalin. Setiap anggota kongres mengetahui betul AIPAC merupakan kelompok lobi yang handal dalam mempengaruhi kebijakan, terutama menyangkut kebijakan terhadap Israel. Kedekatan anggota kongres dengan AIPAC terjalin ketika para anggota kongres ingin mencalonkan diri sebagai kandidat untuk menduduki kursi kongres, baik itu dari Partai Republik maupun Partai Demokrat. Hal ini seperti yang dikatakan oleh Ketua AIPAC Howard Friedman kepada anggota-anggotanya pada bulan Agustus 2006 untuk mengadakan pertemuan dengan setiap kandidat yang ingin mencalonkan diri menjadi anggota kongres.205 Pertemuan tersebut berguna untuk mengetahui pandangan para calon kandidat anggota kongres terhadap sikap mereka kepada Israel.
205
Mearsheimer dan Walt, Dahsyatnya Lobi Yahudi, h. 243.
75
Dari hasil pertemuan tersebut, maka AIPAC dapat mengetahui calon-calon yang akan didukung untuk memenangkan kampanyenya. Dukungan AIPAC dengan mengarahkan para calon kandidat kepada para individu dan kelompok Yahudi di AS yang lebih dikenal dengan PACs pro-Israel seperti yang telah dijelaskan pada Bab II. Dana dari PACs pro-Israel dapat digunakan oleh para kandidat untuk berkampanye di seluruh televisi nasional di AS. Selain PACs proIsrael yang mendukung mereka, media massa milik Yahudi yang di bawah kontrol AIPAC juga memberikan kesempatan untuk para kandidat dalam berkampanye politik. Inilah yang menjadi kekuatan lobi AIPAC, sehingga menjadi lobi yang paling berpengaruh di dalam Kongres AS. 2. Bentuk Lobi AIPAC Terhadap Kongres Bentuk lobi AIPAC ke kongres terlihat dari setiap individu-individu anggota kongres yang gigih membela kepentingan Israel. Pembelaan ini berdasarkan latar belakang para anggota kongres yang melakukan balas budi kepada AIPAC karena dukungan dana melalui PACs pro Israel yang diberikan ketika kampanye. Selain itu AIPAC akan memberikan penghargaan bagi mereka yang selalu memperjuangkan kepentingan Israel di kongres.206 Penghargaan berupa perjalanan mengunjungi Israel dan kesiapan AIPAC membantu kandidat dalam pemilihan selanjutnya. Bila di kongres membicarakan mengenai Israel hampir rata-rata sikap para anggota kongres diam dan tidak ada kritik tajam terkait dengan kebijakan AS terhadap Israel. Hal ini disebabkan para anggota kongres menyadari, bahwa kritik tersebut akan berbahaya dan menyusahkan bagi jabatan mereka. Bila ada anggota
206
Ibid, h. 244 .
76
kongres memberikan kritik terhadap kebijakan AS ke Israel, maka mereka akan ditentang oleh simpatisan Yahudi melalui surat elekronik
dan dituduh
antisemit.207 Para anggota kongres lebih suka mendukung setiap kebijakan terhadap Israel daripada menolaknya. Salah satunya pendukung setia Israel adalah mantan ketua DPR Dick Armey, yang berkata pada bulan September 2002, bahwa prioritas utamanya dalam kebijakan luar negeri adalah melindungi Israel.208 Selain Armey ada juga Senator Joseph Lieberman di kongres yang terkenal memperjuangkan pendapat agar AS menyerang Irak, Suriah, dan Iran.209 3. Reaksi Kongres Terhadap Lobi AIPAC Keberhasilan AIPAC untuk memengaruhi kongres terkait Perang Irak terlihat dari dukungan penuh para anggota kongres dan senat agar AS menggunakan jalan militer untuk menghadapi Saddam Hussein.210 Hal ini seperti dikatakan oleh Direktur Eksekutif AIPAC Howard Kohr kepada wartawan New York Sun di bulan Januari 2003, bahwa upaya melobi kongres secara diam-diam untuk mendukung penggunaaan kekerasan terhadap Irak merupakan keberhasilan bagi AIPAC.211 Reaksi Kongres terkait lobi AIPAC terlihat dari disahnya Resolusi H.J Res 114 (Public Law 107-243) mengenai invasi AS ke Irak pada tanggal 10 Oktober 2002 dengan hasil pemungutan suara di House, yaitu 296 mendukung dan 133 menentang sedangkan hasil pemungutan suara di senat pada tanggal 11 September 2002, yaitu 77 suara mendukung dan 23 suara menentang. Dari 296 suara 207
Ibid, h. 256. Ibid, h. 240. 209 James Petras, Zionisme dan Keruntuhan Amerika, h. 140. 210 Mearsheimer dan Walt, Dahsyatnya Lobi Yahudi, h. 382. 211 Ibid, h. 382.
208
77
mendukung di House, 215 suara berasal dari anggota House dari Partai Republik dan 81 suara anggota dari Partai Demokrat. Dari 133 suara menentang resolusi, 126 suara berasal dari Partai Demokrat, 6 suara anggota Partai Republik dan 1 suara independen. Dari jumlah seluruhnya, ada tiga suara tidak memilih (Lampiran 2). D. Kontrol AIPAC terhadap Media Massa dalam Negeri dan Luar Negeri dalam Rencana Invasi Amerika Serikat ke Irak tahun 2003 1. Bentuk Kontrol AIPAC terhadap Media Massa Kekuatan AIPAC dalam mengontrol media dilakukan melalui tekanan terhadap media tersebut. Tekanan dilakukan kepada media milik warga Amerika keturunan Yahudi maupun non-Yahudi dengan memberikan gelar anti-semit pada media yang dianggap berlawanan tersebut.212 Hasilnya banyak media di AS jarang menyampaikan kritik terhadap AIPAC, kebijakan AS ke Israel, dan tentang peristiwa-peristiwa yang terkait dengan Israel. Bila ada yang mengkritik, maka sanksinya akan dikecam oleh individu maupun kelompok Yahudi dengan mengorganisasikan kampanye-kampanye penulisan surat, unjuk rasa, dan boikot terhadap media-media dengan isi pemberitaannya menurut mereka anti-Israel.213 Bahkan tekanan paling berat sampai kepada pengadilan, sehingga media tersebut harus membayar denda dengan alasan pencemaran nama baik. Hal senada juga dirasakan oleh jurnalis Michael Massing yang mendapat laporan dari seorang koresponden, bahwa surat kabar takut terhadap AIPAC dan kelompok-kelompok pro-Israel yang terus memberikan tekanan.214 Salah satu kasusnya adalah seorang eksekutif CNN pernah menerima enam ribu surat 212
John J. Mearsheimer dan Stephen M. Walt, Dahsyatnya Lobi Yahudi, h. 273. Ibid, h. 272. 214 Ibid, h. 273.
213
78
elektronik (e-mail) dalam satu hari yang mengeluhkan, bahwa sebuah artikel bernada anti-Israel dan surat-surat kabar seperti Chicago Sun, Los Angeles Times, Miami Herald, New York Times, Philadelphia Inquirer, dan Washington Post pernah menghadapi boikot oleh pelanggannya akibat pemberitaan yang memojokkan Israel di Timur-Tengah.215 Selain itu AIPAC mempunyai lembaga yang mengontrol pemberitaan media massa di AS yang disebut Committee for Accurancy in Middle East Reporting in America (CAMERA).216 Lembaga ini akan mengirim teguran berupa surat elektronik kepada pimpinan media massa yang memojokkan Yahudi dan mengkritik kebijakan AS terhadap Israel. Hal ini terjadi terhadap National Public Radio dan stasiun radio umum WBUR di Boston yang kehilangan sumbangan lebih dari satu juta dollar akibat kampanye yang dilakukan CAMERA dalam meyakinkan para penyumbang untuk menghentikan dukungannya karena pemberitaannya tidak bersimpati kepada Israel.217 Bentuk kontrol yang kuat dari AIPAC terhadap pemberitaan media massa membuat publik AS umumnya tidak mengetahui berita yang sebenarnya. Akibatnya, kritik terhadap pemerintah terkait mengenai lobi AIPAC dan hubungan AS dengan Israel jarang menjadi perbincangan debat dalam masyarakat AS. 2. Pemberitaan Media Massa Milik Yahudi terhadap Rencana Invasi Amerika Serikat ke Irak tahun 2003. Dalam pemberitaan media massa terkait invasi AS ke Irak, media-media di AS melakukan pemberitaan yang memojokkan Irak. Upaya ini dilakukan untuk memengaruhi publik AS agar tercipta opini publik, bahwa Saddam Hussein 215
Ibid, h. 273. Ibid, h. 276. 217 Ibid, h. 274.
216
79
adalah pemimpin yang berbahaya bagi rakyatnya, negara tetangganya, dan bagi kepentingan kawasan AS di Timur-Tengah. Menurut survei tahun 2000 sebanyak 75% warga AS menyatakan mereka menonton berita dari televisi secara teratur, sementara 63% membaca surat kabar.218 Konsumsi berita televisi AS dapat dilihat di bawah ini: Pola Konsumsi Berita Televisi tahun 2000 Media Televisi Lokal Nightly network news CNN Fox News Cable CNBC MNSBC C-Span
Presentase 56% 30% 21% 17% 13% 11% 4%
Sumber: Pew Research Centrer for People and the Press, “Internet Sapping Broadcast News Audience,”http://www.peoplepress.org/media00sec1.htm;http://www.peoplepress.org/media00sec 2.htm (13 Juni 2000).
Salah satu media itu adalah Fox News milik Rupert Murdoch keturunan Yahudi yang beraliran sayap kanan (konservatif). Rupert Murdoch adalah seorang taipan media yang memiliki kerajaan media hampir di seluruh dunia yang dikenal sebagai News Corporation. Awalnya Murdoch mendirikan media massa di Australia, kemudian merambah ke AS, Inggris, Italia, Jerman, Kanada, India, Selandia Baru, Papua Nugini, dan Hongkong.219 Di AS Murdoch memiliki Fox News Channel, National Geographic Channel, The Wall Steet Journal, 20th Century Fox, Fox Searching Pictures, Fox Broadcasting Company, Harper Collins publishers, New York Post, dan Fx.220 Selain itu Murdoch juga memiliki 29 anak cabang perusahaan yang terdiri dari Big Ten Network, Fox Business 218
Retnachrista RS, “Peran News Corporotions dalam kebijakan luar negeri Amerika Serikat menginvasi Irak (Maret 2003),” diakses pada tanggal 06 Juni 2011, pukul 16:00 dari http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/1207138150.pdf. 219 Deri Dahuri, “Skandal News of the World (Now) dan Masa Depan Murdoch,” Media Indonesia, 26 Juli 2011, h. 22-23. 220 Ibid.
80
Network, Fox College Sport, Fox Sports Interprises, Fox Deportes, Fox Sports Net, Fox Soccer Channel, Fuel Tv, Nat Geo Wild, Speed, Star, Statcs Inc., Harper Collins Children’s Book, IGN Entertainment, 20th Century Fox Espanol, 20th Century Fox Home Entertainment, 20th Century fox Internasional, 20th Century Fox Internasional, 20th Century Television, Fox Television Studios, Blue Sky Studio, Fox Sports, Fox Television Stations, Mynetwork TV, The Wall Street Journal Digital Network, Dow Jones, Harper Collins AS, News American Marketing, Zondervan, dan Smart Source.221 Dalam pemberitaannya, Fox News gencar melakukan pemberitaan mengenai Irak terutama mengenai kepemilikan senjata pemusnah massal Irak dan senjata tersebut pernah digunakan Saddam Hussein dalam memerangi pemberontakan yang dilakukan oleh Suku Kurdi dengan menggunakan senjata biologi dan kimia.222 Bentuk pemberitaan yang dilakukan oleh Fox News merupakan pandangan konservatif yang dikumandangkan oleh Rupert Murdoch untuk mendukung Partai Republik yang mengusung George W. Bush menjadi presiden.223 Selain memberitakan mengenai kepemilikan Senjata Pemusnah Massal Irak, media massa seperti Channel 4, BBC, dan Independent Television Network (ITN) mengatakan, bahwa AS perlu mendemokratisasi Irak dengan cara menjatuhkan rezim Saddam Hussein.224 Majalah The Weekly Standart melalui penyuntingnya William Kristol yang keturunan Yahudi menyerahkan surat petisi 221
Ibid. Retnachrista RS, “Peran News Corporotions dalam kebijakan luar negeri Amerika Serikat menginvasi Irak (Maret 2003),” diakses pada tanggal 06 Juni 2011, pukul 16:00 dari http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/1207138150.pdf. 223 Pascal S. bin Saju, “Dari Skandal ke Skandal,” Kompas, 25 Juli 2011, h. 9. 224 “The Corporate War Press,” diakses pada tanggal 06 Juni 2011, pukul 16:30 dari http://ccmep.org. 222
81
berisi empat puluh buah tanda tangan penulis opini di majalahnya yang mengatakan, bahwa keterlibatan militer untuk masalah Irak memang perlu digunakan.225 Peran media massa yang umumnya dikuasai oleh keturunan Yahudi yang salah satunya milik Rupert Murdoch menjadi alat atau sarana yang digunakan oleh AIPAC dalam merumuskan agendanya untuk membentuk opini publik di AS. Para kolumnis yang umumnya keturunan Yahudi juga memiliki andil dalam membentuk pandangan terhadap pemberitaan-pemberitaan yang mereka tulis di media massa yang membela kepentingan Israel. Di antaranya Jim Hoagland, Robert Kagan, Charles Krauthammer, dan George Will dari Washington Post.226 3. Reaksi Masyarakat Terhadap Pemberitaan Media Massa Pada tahun 2003 Universitas Maryland menganalisis pemahaman warga Amerika mengenai invasi AS ke Irak dengan mengajukan tiga pertanyaan, sebagai berikut: •
Apakah Saddam Hussein terlibat Al-Qaeda?
•
Apakah Irak memiliki senjata pemusnah massal (WMD)?
•
Dan apakah dunia internasional mendukung serbuan Amerika ke Irak?. Hasilnya survei itu adalah sebanyak 80% penonton Fox News percaya
terhadap bahwa Saddam Hussein terlibat Al-Qaeda, Irak memiliki senjata pemusnah massal, dan dunia internasional mendukung invasi ke Irak.227
225
Retnachrista RS, “Peran News Corporotions dalam kebijakan luar negeri Amerika Serikat menginvasi Irak (Maret 2003),” diakses pada tanggal 06 Juni 2011, pukul 16:00 dari http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/1207138150.pdf.. 226 John J. Mearsheimer dan Stephen M. Walt, Dahsyatnya Lobi Yahudi, h. 270. 227 Basfin Siregar, “Membangun opini lewat sesat informasi,”diakses pada tanggal 06 Juni 2011, pukul 16:41 dari http://www.gatra.com/2011-03-19/versi_cetak.php?id=146391.
82
Selain itu survei juga dilakukan oleh New York Times dan jaringan televisi CBS yang menunjukkan 42% publik AS percaya bahwa Saddam Hussein ikut secara langsung terlibat dalam serangan terorisme 11 September 2001.228 Bahkan survei jaringan televisi ABC menunjukkan 55% rakyat AS berkeyakinan bahwa Saddam Hussein memberikan dukungan langsung terhadap operasi yang dilakukan oleh Al-Qaeda.229 Dari penjelasan di atas penulis menilai, bahwa media sangat berperan aktif di dalam membentuk opini publik terkait invasi AS ke Irak. Pemberitaan media yang tidak berimbang menghasilkan pemberitaan yang jauh dari fakta, baik mengenai kedekatan Saddam Hussein dengan al-Qaeda ataupun kepemilikan senjata pemusnah massal Irak yang masih diragukan kebenarannya. Alhasil, rakyat AS mempunyai persepsi, bahwa menyerang Irak adalah sesuatu yang perlu dilakukan AS dalam rangka menjaga perdamaian dunia. Upaya ini juga dilakukan agar serangan teroris seperti 11 September 2001 tidak terulang lagi terhadap AS.
228
Roy .A, “Mesopotamia, Babylon, the Tigris and Eupharate,” The Guardian edisi 2 April 2003. 229 Siti Muti’ah, Irak di Bawah Kekuasaan Amerika, h. 106-107.
83
BAB V KESIMPULAN
Keberadaan kelompok penekan (pressure group) di dalam perpolitikan Amerika Serikat (AS) didukung oleh Konstitusi AS dalam Amandemen I. Salah satu kelompok penekan yang berpengaruh di AS adalah American Israel Public Affairs Committee (AIPAC). AIPAC juga dikenal sebagai kelompok lobi Yahudi di AS yang bertujuan meningkatkan hubungan AS dengan Israel. AIPAC memiliki pengaruh di lembaga legislatif dan eksekutif karena memiliki kekuatan dana, memiliki jumlah pemilih (orang-orang Yahudi), dan mempunyai informasi yang akurat yang dibutuhkan oleh kedua lembaga ini. Invasi AS ke Irak merupakan hasil dari pengaruh AIPAC dengan memanfaatkan momentum pasca serangan 11 September 2001. Invasi ini bagi AIPAC memiliki keuntungan tersendiri yaitu menghancurkan musuh Israel di Timur-Tengah. Kepemimpinan Saddam Hussein bagi AS dan Israel adalah sebuah masalah yang belum selesai sejak Perang Teluk I dan II. Saddam Hussein juga dikenal sebagai pemimpin yang otoriter dan berusaha menciptakan senjata pemusnah massal atau WMD sehingga menimbulkan ketakutan bagi Israel dan AS. Saddam Hussein juga pernah menggunakan senjata kimia dan biologi dalam menghentikan pemberontakan kaum Syiah dan Suku Kurdi. Dengan latar belakang ini menjadi alasan bagi AS dan sekutunya untuk melakukan invasi ke Irak pada tahun 2003. Pada pemilihan presiden AS ke 43, George W. Bush mencalonkan diri menjadi presiden dari Partai Republik. Ketika kampanye Bush mendapat dukungan dana dari orang-orang Yahudi kaya yang berpayung di bawah AIPAC.
83
84
Kemenangan Bush dari Algore menunjukkan bahwa dukungan AIPAC beserta kelompok Yahudi konsisten terhadap Bush. Ketika Bush menjadi presiden AS, dia berusaha membalas jasa AIPAC dengan memasuk kan orang-orang keturunan Yahudi di dalam kabinetnya yang dikenal dengan kelompok Neokonservatif. Kelompok ini berafiliasi dengan AIPAC terkait kepentingan Israel di Timur-Tengah. Salah satu yang menjadi kesuksesan kerjasama AIPAC dengan kelompok Neokonservatif adalah terwujudnya invasi AS ke Irak dengan dalih Irak mendukung terorisme dan memiliki Senjata Pemusnah Massal, baik biologi maupun kimia. Kelompok Neokonservatif hampir umumnya keturunan Yahudi terkenal dengan pandangan hawkish (menyukai penyelesaian masalah dengan peperangan). Pengaruh AIPAC di dalam mempengaruhi media juga menjadi salah satu faktor dalam membentuk opini publik di dalam masyarakat AS terkait dengan rencana AS menginvasi Irak. Media-media yang dikontrol AIPAC umumnya berisikan berita yang memojokkan Saddam Hussein baik itu keterlibatan dengan peristiwa 11 September 2001 dan kepemilikan Senjata Pemusnah Massal. Selain berhasil mengontrol media mengenai pemberitaan mengenai Irak, AIPAC juga berhasil menguasai Kongres AS. Keberhasilan menguasai kongres juga karena para anggota kongres merasa hutang budi kepada AIPAC terkait bantuan kampanye mereka sewaktu mencalonkan diri menjadi anggota kongres. Bila ada anggota
kongres
yang
mencoba
bertentangan
dengan
AIPAC
maka
konsekuensinya anggota kongres tersebut tidak akan terpilih ketika mencalonkan diri pada pemilihan berikutnya sebab AIPAC akan menghentikan dana kampanyenya. Keberhasilan invasi AS ke Irak adalah hasil dari upaya AIPAC
85
melobi lembaga legislatif dan eksekutif. Disamping itu kemampuan AIPAC menguasai media juga menjadi salah satu keberhasilan dalam membentuk opini publik terhadap rakyat AS. Runtuhnya rezim Saddam Hussein menjadikan Israel sebagai kekuatan yang dominan di Timur-Tengah. Israel akan terus menganeksasi wilayah Palestina dengan mendirikan pemukiman-pemukiman Yahudi di Tepi Barat dan Jerussalem Timur. Bahkan AS sebagai negara sekutunya tidak mampu berbuat banyak terkait tindakan Israel. Hal ini karena pengaruh dari lobi AIPAC di dalam pemerintahan AS baik di lembaga legislatif maupun eksekutif.
xiv DAFTAR PUSTAKA A. Buku ______“The Washington Lobby”. Fourth Edition (Congressional Quarterly Inc, 1982). Bard, Michael G. Will Israel Survive?. New York: Palgrave Macmillan, 2007. Beyer, Peter. Religion and Globalization. London: SAGE Publications, 1994. Budiarjo, Miriam, Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2006. Chomsky, Noam. ”Menguak Tabir Terorisme Internasional” (terj.). Bandung: Mizan, 1991. Coplin, William D., Pengantar Politik Internasional: Suatu telaah Teoritis, edisi ke-2 (Bandung: Sinar Baru, 1992). Dean, John W. Worse than Watergate “The Secret Presidency of George W. Bush”. New York: Little, Brown and Company, 2004. Duverger, Maurice. Partai Politik dan Kelompok-Kelompok Penekan. Terjemahan Drs. Laila Hasyim, penerbit Bina Aksara, 1981. Findley, Paul, Diplomasi Munafik Ala Yahudi. Bandung: Mizan, 1995. Freedman, Leonard. 2000.”Power and Politics in America”. USA: Harcourt College Publishers, 2000. Holsti, KJ. “Internasional Politics: A Framework for Analysis, 6th edition”. New Jersey: Prentice-Hall International, Inc, 1992. Husaini, Adian. Wajah Peradaban Barat, Dari Hegemoni Kristen ke Dominasi Sekular Liberal. Jakarta: Gema Insani, 2005. Jensen, Lloyd. 1982. Explaining Foreign Policy. New Jersey, Prentice Hall, Inc.,Englewood Cliffs Jun, Wang Xiang. Rencana Besar Yahudi 2012 dan 2030. Jakarta: Buku Kita, 2008. Kegley, Jr Charles W & Wittkopf, Eugene R. “American Foreign Policy”. New York: ST Martin Press Inc, 1996. Kuncahyono, Trias. Jerussalem, Kesucian, Konflik dan Pengadilan Akhir. Jakrta: Penerbit Buku Kompas. 2008. Maheswara, A. Rahasia Kecerdasan Yahudi. Yogyakarta: Penerbit Pinus, 2008. Nurdi, Herry. Lobi Zionis dan Rezim Bush. Jakarta: Mizan Republika, 2006. xiv
xv Nurdi, Herry. Membongkar Rencana Israel Raya. Jakarta: Cakrawala Publising, 2009. Petras, James. The Power of Israel in USA, “Zionis Mencengkeram Amerika dan Dunia”. Jakarta: Zahra, 2008. Petras, James. Zionisme dan Keruntuhan Amerika. Jakarta: Zahira Publishing House, 2009. Rosenau, James N. 1969. International Politics and Foreign Policy: A Reader in Research and Theory. New York: The Free Press. Setiawati, Siti Muti’ah. Irak Di Bawah kekuasaan Amerika. Yogyakarta: PPMTT HI FISIPOL UGM. Yogyakarta, 2004. Sihbudi, Riza. Menyandera Timur-Tengah. Bandung: Mizan, 2007. Singarimbun, Masri dan Effendi, Sofian (ed). Metode Penelitian Survey. Jakarta: LP3ES, 1998. Skidmore, Max J dan Charter Tripp, Marshall, American Government: A Brief Introduction. New York: ST.Martin’s Press, 1989. Suryohadiprojo, Sayidiman. “Si Vis Pacem Para Bellum”. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2005. Susilo, Taufik Adi. Dinasti Yahudi “Menguak Konspirasi & Kekejaman Miliarder Rothschild”.Yogyakarta: Garasi, 2009. Walt, Stephen M. dan Mearsheimer, John. Dahsyatnya Lobi Israel. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2010. Weiner, Tim. Membongkar Kegagalan CIA. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008. Welch, Susan, Gruhl, John dan Steinman, Michael. American Government. Third edition (West Publishing Company), 1988. Windham Mircea. AIPAC Organisasi Berbahaya di Dunia. Yogyakarta: Solomon Group, 2010.
B. Tesis Wargadinata, Artanto Salmoen. 1995. Nilai-nilai Budaya Amerika dan Lobi Yahudi: Hak Asasi Manusia dan Demokrasi, Kemajemukan Budaya Dan Pilihan Nilai-Nilai Budaya Sakral Dalam Isu Fungsi Israel Bagi Kepentingan AS. Program Pasca Sarjana Studi Kawasan Amerika Universitas Indonesia. C. Surat Kabar/ Majalah xv
xvi Kompas edisi 3 Mei 2011. Penulis , judul: Biografi Osama dan Tewasnya Osama bin Laden. Kompas edisi 25 Juli 2011. Penulis Pascal S. bin Saju, judul: Dari Skandal ke Skandal. Media Indonesia edisi 26 Juli 2011. Penulis Deri Dahuri, judul: Skandal News of the World (Now) dan Masa Depan Murdoch. Guardian edisi 2 April 2003, Penulis Roy A, judul: Mesopotamia, Babylon, the Tigris and Euphrates.
D. Internet Basfin Siregar, “Membangun opini lewat sesat informasi,”diakses pada tanggal 06 Juni 2011, pukul 16:41 dari http://www.gatra.com/2011-0319/versi_cetak.php?id=146391. Gusti Nur Cahya Aryani, “Terjawab Sudah Pro-Kontra Hukuman Mati Saddam Hussein,” diakses pada tanggal 7 April 2011, pukul 19:00 dari http://www.antaranews.com/print/1167474501. Grant F. Smith, “Where did AIPAC come from?” diakses pada tanggal 4 Mei 2011, pukul 23:19 dari http://www.antiwar.com/orig/gsmith.php?articleid=11727. Michael Massing, “Deal Breaker Though most American Jews favor a negotiated settlement in the Mideast, two powerful Jewish organizations have worked successfully to thwart one,” diakses pada tanggal 11 April 2011, pukul 20:00 dari http://thirdworldtraveler.com/Israel/Deal_Breakers.html.) Mitchell Bard, “The Israel and Arab Lobbies,” diakses pada tanggal 20 Oktober 2011, pukul 23:40 dari http://www.jewishvirtuallibrary.org/jsource/USIsrael/lobby.html. Muhammad Subhan, “Dominasi Yahudi Di Amerika,” artikel diakses pada tanggal 19 Mei 2011, pukul 00.48 dari http://id.acehinstitute.org/index.php. Nur Rachmat Yuliantoro, “Pemilihan presiden Amerika Serikat tahun 2000 dan hikmahnya bagi Indonesia,” diakses pada tanggal 20 Oktober 2011, pukul 01:31 dari http://rachmat.staff.ugm.ac.id/artikel/florida2000.pdf. Patrick Martin, “US Government Lied about Iraki Weapon to Justify War” diakses pada tanggal 20 Mei 2011 pukul 10:45 dari http://www.wsws.org/articles/2003. xvi
xvii Retnachrista RS, “Peran News Corporotions dalam kebijakan luar negeri Amerika Serikat menginvasi Irak (Maret 2003),” diakses pada tanggal 06 Juni 2011, pukul 16:00 dari http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/1207138150.pdf. “Officers of the American Israel Public Affairs Committee (AIPAC) include the following,” diakses pada tanggal 11 April 2011, pukul 18:00 dari http://www.middleeastexplorer.com/Israel/List-of-AIPAC-officers. “American Israel Public Affairs Committee,” diakses pada tanggal 4 Mei 2011, pukul 23:22 dari http://middleeastexplorer.com/Israel/American-Israel-Public-AffairsCommittee. “Policy Conference Highlights,” diakses pada tanggal 26 Mei 2011 pukul 00:30 dari http://www.aipac.org/2841.htm. “U.S-Israel Relationship,” diakses pada tanggal 19 Mei 2011, pukul 11:00 dari http://www.aipac.org/issues/us-israel-relationship. “President Declares Freedom at War with Fear,” diakses pada tanggal 14 April 2011, pukul 13:00 dari http://www.whitehouse.gov/news/releases/2001/09/200109208.html. “Coalition Members”, diakses pada tanggal 20 Januari 2011, pukul 17:00 dari http://www.whitehouse.gov/news/releases/2003. “About Presiden George Walker Bush,” diakses pada tanggal 08 Juni 2011, pukul 23:30 dari http://www.whitehouse.gov/about/presidents/georgewbush/. “The Corporate War Press,” diakses pada tanggal 06 Juni 2011, pukul 16:30 dari http://ccmep.org. “How we work,” diakses pada tanggal 11 April 2011, pukul 21:00 dari http://www.aipac.org/en/about-aipac/how-we-work.
xvii
18
LAMPIRAN 1 Three Great Goals for America State of The Union Address – Jan. 29, 2002 President George W. Bush
Three Great Goals for America State of the Union Address - Jan. 29, 2002 - President George W. Bush
Dateline: 1/29/02 Focusing on his administration's "three great goals for America," President George W. Bush presented his State of the Union Address to a joint session of Congress. "As we gather tonight, our nation is at war, our economy is in recession, and the civilized world faces unprecedented dangers. Yet the state of our union has never been stronger," said the president. Goal: Win the War on Terrorism • The war on terrorism is just starting. "Thousands of dangerous killers, schooled in the methods of murder, often supported by outlaw regimes, are now spread throughout the world like ticking time bombs -- set to go off without warning," said the president. • To countries who fail to act against terrorists within their borders, President Bush warned: "If they do not act, America will." • Bush outlined two objectives in the war were shutting down remaining terrorist camps and preventing "terrorists and regimes who seek chemical, biological or nuclear weapons from threatening the United States and the world." The president cited Iraq, Iran and North Korea as countries known to be developing such weapons. "States like these, and their terrorist allies, constitute an axis of evil, arming to threaten the peace of the world," said Bush. • The president said he would seek the "largest increase in defense spending in two decades," used mainly to pay for more precision weapons, replacing aging aircraft and increasing the mobility of military forces. Bush also called for additional raises for military personnel. Goal: Strengthen homeland defense • The president stated that his 2003 budget would propose the doubling of funding for homeland security to deal with four main areas of concern: response to bioterrorism, improved emergency response, enhanced airport and border security, and improved intelligence gathering. This proposal would bring the total 2003 spending for homeland defense to almost $38 billion.
18
19 Goal: Revitalize the economy and create jobs "We have clear priorities and we must act at home with the same purpose and resolve we have shown overseas: We will prevail in the war, and we will defeat this recession," stated President Bush. • Bush warned that costs of the war on terrorism and homeland security would result in deficit spending, but that the deficit could be kept small and temporary if Congress acted acted "in a fiscally responsible way." • Noting that employment was the key to success in revitalizing the economy, the president stated, "When America works, America prospers, so my economic security plan can be summed up in one word: jobs," he said. • The president urged Congress to pass his economic stimulus program and to finalize action on his national energy policy designed to provide "reliable and affordable energy." He also asked Congress to pass legislation allowing for increased world trade. • Bush called on Congress to make permanent tax cuts approved late in 2001 and to enact legislation to protect workers' 401K and retirement funds. • The president urged Congress to take steps to protect Social Security and to enact a prescription drug assistance program for seniors. • Noting that a good education was essential to increasing employment, the president called for expansion of programs like Head Start and early learning. He also proposed expanding support for teacher improvement programs. Finally, the president urged all Americans to help "overcome evil with greater good," by performing 4,000 hours or two years of voluntary service over their lifetimes to help their neighbors. Bush suggested those wishing to volunteer should join the USA Freedom Corps, a program focusing on crisis response, community rehabilitation and aid to other countries. "Our enemies send other people's children on missions of suicide and murder. They embrace tyranny and death as a cause and a creed. We stand for a different choice," said President Bush. "We choose freedom and the dignity of every life." • Read the Complete Transcript The complete transcript of President Bush's State of the Union Address from the White House Web site. "The President shall from time to time give to Congress information of the State of the Union and recommend to their Consideration such measures as he shall judge necessary and expedient." Article II, Sec. 3, U.S. Constitution
SUMBER: http://usgovinfo.about.com/library/weekly/aa013002a.htm 19