PENGARUH IMPLEMENTASI “THE SEVEN HABITS STEPHEN R COVEY” (TUJUH KEBIASAAN MANUSIA YANG EFEKTIF) DALAM UPAYA MENGEMBANGKAN ORGANISASI PADA REMAJA ISLAM MASJID AGUNG SUNDA KELAPA (RISKA)
Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial (S. Sos)
Oleh : M. Zaki Mubarok NIM. 104053002021
PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1429 H/2008 M PENGARUH IMPLEMENTASI “THE SEVEN HABITS STEPHEN R COVEY” (TUJUH KEBIASAAN MANUSIA YANG EFEKTIF) DALAM UPAYA MENGEMBANGKAN ORGANISASI PADA REMAJA ISLAM MASJID AGUNG SUNDA KELAPA (RISKA)
100
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial (S.Sos)
Oleh M. Zaki Mubarok NIM: 104053002021
Pembimbing,
Noor Bekti Negoro, SE. STP. M,Si. NIP: 150293230
PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1429 H/2008 M PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul PENGARUH IMPLEMENTASI “THE SEVEN HABITS STEPHEN R COVEY” (TUJUH KEBIASAAN MANUSIA YANG EFEKTIF) DALAM UPAYA
101 MENGEMBANGKAN ORGANISASI PADA REMAJA ISLAM MASJID AGUNG SUNDA KELAPA (RISKA) telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 4 Juni 2008. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ilmu Sosial (S.Sos) pada Program Studi Manajemen Dakwah. Jakarta, 25 Juni 2008
Sidang Munaqasyah
Ketua merangkap anggota,
Sekretaris Merangkap Anggota
Drs. Study Rizal LK, MA NIP:150262876
Drs. Cecep Castrawijaya, MA NIP: 150287029
Anggota, Penguji I,
Penguji II,
Drs Sugiharto, MA NIP: 150277690
Drs. Hasanuddin Ibnu Hibban, MA NIP: 150270815
Pembimbing,
Noor Bekti Negoro, SE. STP. M,Si. NIP:150293230
102 ABSTRAK
M. Zaki Mubarok Pengaruh Implementasi “The Seven Habits Stephen R Covey” (Tujuh Kebiasaan Manusia Yang Efektif) dalam Upaya Mengembangkan Organisasi pada Remaja Islam Masjid Agung Sunda Kelapa (Riska)
The seven habits Stephen R Covey (tujuh kebiasaan manusia yang efektif) adalah buku yang membahas mengenai motivasi untuk dapat hidup lebih baik melalui tujuh kebiasaan yang sering kali kita lakukan yaitu proaktif, merujuk pada tujuan akhir, dahulukan yang utama, berpikir menang/menang, berusaha mengerti baru dimengerti, wujudkan sinergi, asahlah gergaji. Dalam hal ini RISKA berusaha untuk mengimplementasikan ketujuh kebiasaan tersebut dalam mengembangkan organisasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat sejauh mana pengaruh implementasi the seven habits yang telah diterapkan oleh remaja RISKA dalam upaya mengembangkan organisasi. Dalam penelitian ini penulis menggunakan cara ketika nilai realita semakin mendekati nilai ideal, maka organisasi tersebut telah menerapkan tujuh kebiasaan yang di utarakan oleh Stephen R. Covey. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 30 responden yang dilakukan terhadap remaja masjid RISKA dengan jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan yang bervariasi. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa organisasi RISKA belum sepenuhnya mengimplementasiakan tujuh kebiasaan yang tercantum dalam buku tersebut, walaupun ada variabel yang sudah diterapkan. Terutama untuk variabel Pro aktif yang memilki nilai terbesar karena menurut hasil penelitian variabel tersebut memiliki nilai realita yang hampir mendekati nilai ideal. Sedangkan variabel merujuk pada tujuan akhir memiliki nilai terendah, karena nilai realita mempunyai selisih nilai yang cukup jauh dengan nilai ideal.
103 KATA PENGANTAR Bismillahirrahmaanirrahiim Segala puji hanya bagi Allah SWT Tuhan Semesta Alam, Rabb yang maha pengasih dan penyayang, sehingga atas karuniaNyalah penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan baik. Sholawat beriring salam semoga selalu tercurah kepada khoirul basyar, sang pemimpin umat dari dunia sampai ahkirat panutan umat dari hidup sampai akhir hayat, dialah Nabi besar Muhammad SAW. Subhanallah wal hamdulillah…Hanya karena bimbinganNya lah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, walaupun sangat disadari banyak terdapat kekurangan dan sangat jauh dari kesempurnaan, akan tetapi besar harapan semoga banyak manfaat yang terdapat pada skripsi ini bagi orang lain khususnya bagi penulis. Karena itu kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat diharapkan agar dapat tercapainya penysunan skripsi yang lebih bermanfaat. Tak lupa pula, penulis mengucapkan ribuan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung terselesaikannya penyusunan skripsi ini, diantaranya kepada : 1. Ibunda Hj. Sumiati dan Ayahanda H. Chaerudin yang telah mencurahkan semua perhatian dan cinta kasihnya selama ini, masukan dan arahannya sungguh bijak sehingga mereka dapat menjadi inspirator utama dalam penyusunan skripsi ini. 2. Dr. Murodi, MA, selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3.
Drs. Hasanuddin Ibnu Hibban MA, sebagai Ketua Jurusan Manajemen Dakwah (MD) sekaligus sebagai bapak yang sangat arif ketika berkonsultasi, terima kasih juga atas
104 masukan dan idenya ketika penulis menjadi pengurus BEM. Dan juga
Drs Cecep
Sastawijaya MA, selaku sekretaris jurusan Manajemen Dakwah (MD). 4. Noor Bekti Negoro M,Si., orang yang paling dekat dengan penulis karena sebagai dosen pembimbing, beliau sudah sangat bijaksana dalam memberikan bimbingan, teima kasih banyak atas semua arahan dan masukannya, semoga amal baik bapak senantiasa mendapat pahala yang berlimpah dari Allah SWT. 5. Tak lupa ucapan terima kasih dihaturkan kepada seluruh Staf
Perpustakaan, baik
Perpustakaan Utama maupun Perpustakaan Fakultas. 6. Andhika, selaku ketua Remaja Islam Masjid Sunda Kelapa (RISKA), dan teman-teman yang ada di RISKA terima kasih telah memberikan kesempatan pada penulis untuk melakukan penelitian dan juga atas kesediaannya untuk diwawancarai oleh penulis ditengah kesibukannya. 7. Teman-temanku dirumah yang telah banyak membantu dalam penyusunan skripsi ini, Abdul Gonjet, kang ucup, mas Aman dll, terima kasih atas semuanya. 8. Teman-teman MD A dan B angakatan 2004, Ojek, Jayus, Dini imut, Icha, dkk yang laiannya, special untuk “Tonx-tonx Group” (Fatur, Ajie, Ayi) mohon maaf lahir batin kalau selama kita bersahabat banyak khilaf dan dosa yang telah dilakukan, semoga kelak kita akan menjadi orang yang lebih baik lagi. 9. Teman-temen MD A&B angkatan dari angkatan 2005-2007, Rian, Thamren, Adhe, Evi, Jay, Merliza dkk terima kasih temen-temen sudah jadi motivator penulis dalam berorganisasi selama ini. 10. Teman-teman seperjuangan di BEM J dan BEM F, Tyas, santi, kiki, deby dkk.
105 11. Sa’idatul Awaliyah , tempat penulis bersandar ketika suka maupun duka, terima kasih atas perhatian dan motivasinya selama ini. 12. Yang paling ku nanti, ucapan terima kasih dan mohon maaf lahir bathin buat teman-teman Forum Silaturahmi Mahasiswa (FOSMA) ESQ 165, Firna, Githa, Isty, Ilung, Wawan,Fadhel, Rosy, Ficky dan teman-teman yang lain kalian adalah sahabat tanpa celah yang aku pernah miliki. Semoga segala usaha, bantuan, pengorbanan, doa dan harapan kita semua, senatiasa mendapatkan pahala setimpal dari Allah SWT, dan semua angan dan cita-cita dapat tercapai sempurna. Amin.
Jakarta, Juni 2008 Penulis
106 DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................... i DAFTAR ISI ..............................................................................................iv DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................vi BAB I
BAB II
BAB III
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ......................................................... B. Pembatasan dan Perumusan Masalah..................................... C. Tujuan dan Manfaat Penelitian............................................... D. Metodologi Penelitian ............................................................ E. Subyek dan Obyek Penelitian................................................. F. Teknik Pengumpulan Data ..................................................... G. Variabel Penelitian ................................................................. H. Definisi Perasional Variabel................................................... I Teknik Analisa Data ............................................................... J. Tinjauan Pustaka .................................................................... K Sistematika Penulisan............................................................. TINJAUAN TEORI A. Teori The Seven Habits .......................................................... 1. Pro Aktif ........................................................................... 2. Merujuk Pada Tujuan Akhir............................................. 3. Dahulukan yang Utama .................................................... 4. Berpikir Menang............................................................... 5. Berusaha Mengerti Baru Dimengerti................................ 6. Wujudkan Sinergi............................................................. 7. Asahlah Gergaji ................................................................ B. Organisasi dan Pengembangannya ......................................... C. Strategi Kemengangan Organisasi ......................................... D. Pengertian Remaja Masjid...................................................... 1. Pengertian Remaja............................................................ 2. Pengertian Masjid............................................................. 3. Pengertian Remaja Masjid................................................ Gambaran Umum Obyek Penelitian A. Sejarah Berdirinya .................................................................. B. Tujuan Didirikannya............................................................... C. Visi dan Misi .......................................................................... D. Program Kegiatan Reguler ..................................................... E. Program Kegiatan Tidak Tetap ..............................................
1 6 6 7 8 9 10 10 18 19 20 22 25 31 33 36 38 41 44 47 51 52 52 56 56
59 61 62 62 65
BAB IV
PENGARUH IMPLEMENTASI THE SEVEN HABITS DALAM UPAYA MENGEMBANGKAN ORGANISASI RISKA....................... 66 A. Deskripsi karakteristik Responden ......................................... 66 B. Deskripsi kuesioner ................................................................ 67 C. Pengaruh Implementasi The Seven Habits pada RISKA ....... 83
BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan.......................................................................... 88
107 B. Saran-saran............................................................................88 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
108 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Profil Responden Pandangan tentang buku The Seven Habits Lampiran 2-8 Perhitungan Respon RISKA terhadap implementasi The Seven Habits (Hal ideal yang harus dilaksanakan) Lampiran 9-15 Perhitungan Respon RISKA terhadap implementasi The Seven Habits (Realita yang terjadi di organisasi) Lampiran 16 Rekapitulasi skor rata-rata variabel respon RISKA terhadap pengimplementasian The Seven Habits dalam mengembangkan organisasi (Hal ideal yang harus dilaksanakan) Lampiran 17 Rekapitulasi skor rata-rata variabel respon RISKA terhadap pengimplementasian The Seven Habits dalam mengembangkan organisasi (Realita yang terjadi)
109 DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Hasil Wawancara..................................................................................... Struktur Organisasi.................................................................................. Brosur ...................................................................................................... Lampiran 2 Daftar Kuesioner ..................................................................................... Data Mentah Jawaban Responden Uji Instrumen ................................... Output SPSS 13.0 Uji Instrumen............................................................. Data Sampel Responden Penelitian......................................................... Data Mentah Jawaban Responden Penelitian.......................................... Data Responden Penelitian...................................................................... Output SPSS 13.0 Regression ................................................................. Olah Data Uji Elastisitas ......................................................................... Lampiran 3 Surat Penelitian........................................................................................ Surat Bimbingan...................................................................................... Surat Keterangan .....................................................................................
110
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah. Masjid adalah lembaga pembinaan masyarakat Islam yang didirikan di atas dasar takwa dan berfungsi mensucikan masyarakat Islam yang dibina di dalamnya. Sedemikian pentingnya lembaga masjid, sehingga Nabi Muhammad SAW menjadikan program pertama yang beliau kerjakan takkala beliau mampir di desa Quba, dalam hijrahnya dari Mekkah ke Madinah, adalah mendirikan Masjid Quba. Setibanya di Madinah beliau bukan membangun rumah untuk diri dan keluarganya, juga bukan sarana untuk kaum muhajirin, melainkan membangun masjid, yaitu Masjid Nabawi. Penomorsatuan mendirikan masjid itu tak lain karena sebagaimana belakangan terbukti lembaga masjid menjadi pusat pemerintahan Islam. Semua masalah, dari ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, hingga persolaan kemiliteran, dipecahkan di dalam lembaga masjid1 Masjid terambil dari bahasa Arab Sajada yang berarti tempat sujud atau tempat menyembah Allah SWT, secara teoritis konseptual, masjid adalah pusat kebudayaan Islam. Dari tempat suci inilah, syiar keislaman yang meliputi aspek duniawi dan ukhrowi, material-spiritual dimulai. Berbagai catatan sejarah telah menorehkan dengan baik mengenai kegemilangan peradaban Islam yang secara langsung disebabkan tempat jasmani, ruhani dan intelektual di pusat peradaban, yaitu Masjid. Sayangnya, banyak masjid yang masih memfungsikan masjid sebagai ritual ansich. Tidak menjadikan masjid sebagaimana mestinya berdasarkan kilasan sejarah tersebut. Untuk itu, para pengelola masjid hendaknya berfikir dan menginventarisasikan bagaimana bisa mencari solusi gejolak terpaan problematika jama’ah masjid. Tentu, hal ini akan
1
Moh E Ayub, Manajemen Masjid, (Jakarta : Gema Insani Pres, 1996) Cet 1, hal 141
111 menjadi mimpi belaka saat mengelola masjid tanpa diiringi dengan manajemen yang professional. Masjid tidak hanya dipandang sebagai suatu bangunan yang megah semata, namun perlu untuk dimakmurkan oleh seluruh komponen pengelola, dan jama’ah agar terlaksana Izzul Islam Walmuslimin Mayoritas penduduk di Indonesia adalah umat Islam, apabila jumlah masjid yang ada di Indonesia benar-benar difungsikan sebagai ta’mir dengan baik maka dalam waktu yang tidak lama salah satunya yaitu akan mengeluarkan bangsa ini dari keterpurukan akibat krisis multidimensional yang sudah diderita beberapa tahun belakangan ini. Kerena fungsi masjid salah satunya adalah memberikan pembinaan dalam berbagai bidang kehidupan termasuk soal ekonomi. Mengingat fungsi masjid yang sebenarnya adalah dapat terciptanya kesatuan umat dalam rangka meningkatkan keimanan, ketakwaan, akhlak mulia, kecerdasan umat dan tercapainya masyarakat adil makmur yang di Ridhoi oleh Allah SWT. Untuk mencapai tujuan itu diperlukan usaha pengembangan pola idarah (manajemen), imarah (pengelolaan) dan ri’ayah (pengelolaan fisik) Secara keseluruhan sampai saat ini diperkirakan telah terbangun tidak kurang dari 500.000 masjid di seluruh tanah air dengan berbagai bentuk gaya dan arsitektur dan ukuran yang sangat beragam. Hal ini mengindikasikan semangat membangun masjid di tanah air cukup tinggi. Hampir diseluruh lingkungan perumahan tidak terkecuali lingkungan perumahan sederhana tidak ada yang tidak tersentuh oleh pembangunan masjid. Tetapi ternyata semangat membangun masjid tidak diiringi dengan semangat memakmurkannya. Hal ini terlihat tidak sedikit masjid yang sunyi dari kegiatan; Masjid dilingkungan kantor misalnya hanya berfungsi seminngu sekali untuk shalat Jum’at atau hanya untuk shalat Zuhur dan Ashar berjama’ah. Ataupun banyak masjid yang ramai hanya pada pelaksanaan shalat Maghrib atau Isya saja, bahkan tidak sedikit kita temukan banyak
112 masjid yang ditinggalkan jamaahnya karena kotor, tempat wudhu dan WC-nya tidak terpelihara. 2 Keberadaan remaja masjid sudah sepatutnya mendapat perhatian pengurus masjid, karena itu dewasa ini banyak sekali remaja yang membentuk organisasi yang mengatasnamakan diri mereka sebagai remaja masjid, sebagai bentuk perhatian mereka terhadap perkembangan dan kemakmuran masjid, baik dilihat dari fisik masjid maupun dari kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh pengurus masjid. Remaja masjid merupakan calon dan kader pemimpin atau ahli waris kepemimpinan masjid. Mereka juga pendamping aktif pengurus masjid dalam melaksanakan tugas dan kegiatan-kegiatannya. Remaja masjid, sebagai bagian dari remaja pada umumnya, dewasa ini berhadapan dengan berbagai problem remaja yang muncul di dalam masyarakat. Ada kenakalan remaja, perkelahian pelajar, penyalahgunaan narkotika dan obat terlarang, pergaulan bebas, dan sebagainya. Keadaan ini membuat resah dan gelisah para orang tua dan masyarakat. Jika keadaan ini berlarut, akan timbul kerusakan dalam masyarakat. Masa depan para remaja itu sendiri rusak, juga masa depan bangsa, negara dan agama. Organisasi remaja masjid banyak digemari para remaja atau pemuda yang jiwa dan hatinya gandrung meningkatkan aktivitas agamanya lewat masjid. Generasi muda Islam, baik remaja putra maupun putri, belakangan ini berbondong-bondong memasuki organisasi. Di dalam wadah itu mereka mendapatkan sejumlah manfaat: bertambahnya wawasan keagamaan, wawasan ilmu keislaman, memperbanyak kawan seiman dan seperjuangan, mempererat rasa ukhwah islamiyah yang tidak akan mereka dapatkan dari organisasi lain Salah satu organisasi remaja masjid yang berada dilingkungan Jakarta adalah Remaja Islam Masjid Agung Sunda Kelapa (RISKA). Organisasi ini bertujuan untuk membina kehidupan beragama di kalangan remaja, kehidupan yang jauh dari glamour kehidupan pemuda pada zaman sekarang yang lebih cenderung terhadap hal-hal yang bersifat Fun atau 2
Nana Rukmana, Masjid dan Dakwah, (Jakarta :Al-Mawardi Prima 1996 ) cet 1, hal 2
113 hiburan semata, organisasi ini mengenalkan kita untuk lebih mendalami ajaran-ajaran agama, disana juga terdapat program studi Islam untuk berbagai golongan, mulai dari SMP, SMU, Universitas sampai professional muda dan karyawan. Program organisasi ini adalah program kegiatan regular yang diadakan oleh beberapa divisi yang ada pada organisasi tersebut.3 Terkait dengan hal di atas, penulis pernah membaca sebuah buku yang sangat bagus mengenai tujuh kebiasaan manusia yang sangat efektif guna mencapai suatu kesuksesan bagi diri pribadi maupun organisasi. Buku tersebut berjudul The Seven Habits of Highly Efevtive People ( tujuh kebiasaan manusia yang sangat efektif ), karangan Stephen R. Covey. Kemudian penulis mencoba untuk menkorelasikan antara tujuh kebiasaan tersebut dengan kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh organisasi Remaja Islam Masjid Agung Sunda Kelapa (RISKA) The Seven Habits mengajarkan organisasi pemuda masjid untuk menemukan panggilan jiwa dan hidup penuh dengan kebanggaan maupun gairah yang luar biasa sebagai pengelola organisi remaja masjid, tidak sebaliknya merasa malu dan close minded. Sebagai pengurus sebuah organisasi, hendaknya setiap pengurus organisasi masjid senantiasa memperbaiki kinerja, sebab kesuksesan seseorang atau lembaga apapun termasuk masjid yaitu menjaga trust (kepercayaan). The Seven Habits juga mampu memberikan inspirasi setiap pengurus organisasi menggapai kepuasan untuk bekerja, membangkitkan entrepreneurship anggota organisasi agar ekonomi umat kian membaik.4 Eksistensi entrepreneurship sangat diperlukan setidaktidaknya untuk meminimalisasikan tingkat kriminalitas di lingkungan organisasi Tujuh kebiasaan yang dimaksud diatas adalah Proaktif (be proaktif), Merujuk pada tujuan akhir (begin with the end in mind), Dahulukan yang utama (Put first things first), 3
Brosur pendaftaran anggota RISKA tahun 2008 4 Muhammad Zein, Jurnal Manajemen Kemasjidan (Jakarta, Dewan Masjid Indonesia Provinsi DKI Jakarta) Hal 26
114 Berfikir menang (think win-win), berusaha mengerti terlebih dahulu baru minta difahami (seek first to understand than to be understood), Wujudkan Sinergi (synergize), dan Mengasah gergaji (Sharpen the saw).5 Sehubungan dengan itu, penulis mempunyai keinginan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh implementasi The Seven Habits yang telah diterapkan oleh remaja RISKA dalam upaya mengembangkan organisasi yang akan dituangkan dalam bentuk karya ilmiah (skripsi). B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah Agar pembahasan skripsi ini lebih terarah, maka penulis membatasi masalah yang akan dibahas hanya tentang Implementasi The Seven Habits pada organisasi RISKA. 2. Perumusan Masalah Dan berdasarkan pembatasan masalah diatas maka masalah pokok yang akan diangkat dalam skripsi ini adalah mengenai: a. Kebiasaan apa saja dari The Seven Habits yang dapat diiplimentasikan oleh RISKA dalam upaya mengembangkan organisasi. b. Apakah implementasi The Seven Habits dapat berpengaruh dalam upaya mengembangkan organisasi RISKA ? A. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian a. Untuk mengetahui pengaruh implementasi The Seven Habits pada organisasi RISKA. b. Untuk mengetahui pengaruh implementasi The Seven Habits
dalam upaya
mengembangkan organisasi RISKA. .
5
Stephen R Covey, The Seven Habits of Highly Effective People (Jakarta, Binarupa Aksara, Bahasa Indonesia, edisi Revisi) Hal xv
115 2. Manfaat Penelitian Manfaat dari penulisan skripsi ini adalah: A. Manfaat Akademis. 1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang besar dalam upaya pengembangan organisasi RISKA dengan mengimplementasikan The Seven Habits 2. Untuk dapat menembah khazanah keilmuan organisasi Remeja Islam yang sudah ada 3. Dapat merubah keadaan menjadi lebih baik bagi objek yang bersangkutan dan juga bagi penulis. B. Manfaat Praktis 1. Sebagai
bahan
masukan
(input)
bagi
pihak
RISKA
dalam
rangka
mengembangkan organisasi. 2. Memberikan sebuah kontribusi dibidang motivasi melalui penerapan The Seven Habits dalam mengembangkan organisasi. 3. Dapat dijadikan acuan dalam agar para pengurus dapat lebih kreatif dan inovatif dalam membangkitkan semangat berorganisasi. D. Metodologi penelitian 1. Pendekatan dan Desain Penelitian Pendekatan yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif, pendekatan kuantitatif bertujuan untuk menjelaskan, meramalkan dan atau mengontrol fenomena sosial melalui pengukuran objektif dan analisis numerik atau analisis terhadap variasi angka-angka.6
6
Lexy J Moleong, Metode Penelitian Kuantitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002), Cet ke-23, h. 31.
116 Sedangkan jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian survei, yaitu penulisan yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengukuran data yang pokok.7 Adapun desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis yaitu metode yang berusaha mencari gambaran menyeluruh tentang data, fakta, peristiwa yang sebenarnya mengenai objek penelitian.8 2. Waktu dan tempat penelitian. 1. Waktu penelitian. Waktu penelitian skripsi ini akan dilaksanakan Mei 2008 sampai Juni 2008 2. Tempat penelitian Tempat penalitian skrisi ini akan dilaksanakan di kantor RISKA yang beramat di JL. Taman Sunda Kelapa NO 16 Menteng Jakarta Pusat, Telepon (021) 31905839. 3. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data. Dalam penulisan skrisi ini penulis menggunakan Teknik pemeriksaan keabsahan data dengan menggunakan ketekunan/keajegan pengamatan, yaitu mencari secara konsisten interpretasi dengan berbagai cara dalam kaitan dengan proses analisis yang konstan atau tentative9 tehadap Organisassi RISKA dalam menguraikan secara rinci tentang Implementasi The Seven Habits dalam berorganisasi. 4. Metode Pengumpulan Data A. Metode yang dilakukan untuk mengumpulkan data penelitian ini adalah meliputi : 1. Implementasi The Seven Habits pada organisasi RISKA. 2. Motivasi untuk mengembangkan organisasi. B. Variabel Penelitian 7
Masri Singarimbun dan Sofian Efendi, Metode Penelitian Survai, (Jakarta: LP3ES, 1995), Cet ke-2, h. 3. J. Vrendenbregt, Metode dan Teknik Penelitian Masyarakat, (Jakarta: PT. Gramedia, 1980), h.34. 9 Lexy J Moleong, Metodelogi Penelitian Kuantitatif h. 329. 8
117 Berdasarkan kerangka teori dalam penelitian ini maka penelitian tentang hubungan antara implementasi The Seven Habits dengan motivasi pengembangan organisasi, maka peneliti menetapkan dua variabel yaitu variabel terpengaruh dalam penelitian adalah motivasi pengembangan organisasi, dan variabel pengaruh dalam penelitian adalah implementasi The Seven Habits dalam organisasi RISKA. C. Definisi Operasional Varibel (merujuk pada buku The Seven Habits of Highly Effective People karangan Stephen R Covey)10 1. Proaktif kata ini lebih dari pada hanya sekedar mengambil inisiatif. Kata ini berarti bahwa sebagai manusia kita bertanggung jawab atas hidup kita sendiri. Perilaku kita adalah fungsi dari keputusan kita, bukan kondisi kita. Kita dapat menomorduakan perasaan sesudah nilai. Kita mempunyai inisiatif dan tanggung jawab untuk membuat segala sesuatunya terjadi. Indikator : a. Mengambil inisiatif. Sifat dasar kita adalah bertindak dan bukan menjadi sasaran tindakan.
Menuntut
seseorang
untuk
bertangung
jawab
tidaklah
merendahkan dirinya; malah menguatkannya. Proaktivitas adalah bagian dari sifat manusia, dan walaupun otot-otot proaktif mungkin tidur, namun otot-otot ini ada. b. Bertindak atau menjadi sasaran tindakan. Perbedaan antara orang yang memilki inisiatif dan yang tidak sama seperti antara perbedaan siang dan malam. Dibutuhkan inisiatif untuk
10
Stephen R Covey, The Seven Habits of Highly Effective People (Jakarta, Binarupa Aksara, Bahasa Indonesia, edisi Revisi) Hal 55
118 mengembangkan teori The Seven Habits ini. Sewaktu anda mempelajari keenam kebiasaan lain, anda akan melihat bahwa masing-masing tergantung pada perkembangan otot-otot proaktivitas anda. Masing-masing menuntut tanggung jawab anda untuk bertindak. c. Mendengarkan Bahasa Kita. Karena sikap dan perilaku kita mengalir dari paradigma kita, jika kita menggunakan kesadaran diri kita untuk memeriksa sikap dan perilaku tersebut, kita sering dapat melihat sifat dari peta yang mendasari kita. Sebagai contoh bahasa kita adalah indikator yang sangat riil mengenai tingkatan kita memandang diri kita sebagai orang yang proaktif. Bahasa orang yang reaktif melepaskan mereka dari tanggung jawab “Itulah saya. Memang begitulah saya.” Saya sudah ditakdirkan begitu. Tidak ada yang saya lakukan dengannya. 2. Merujuk Pada Tujuan Akhir Merujuk pada tujuan akhir berarti memulai dengan pengertian yang jelas tentang tujuan anda. Hal ini berarti mengetahui kemana anda akan pergi sehingga anda mengerti dimana anda berada sekarang dan dengan begitu anda tahu bahwa langkah-langkah yang anda ambil selalu berada pada arah yang benar. Indikator : a. Pernyataan isi pribadi Cara paling efektif untuk mulai merujuk tujuan akhir adalah dengan mengembangkan pernyataan misi pribadi atau filosofi atau syahadat. Pernyataan ini berfokus pada ingin menjadi apakah anda (karakter) dan apakah yang anda ingin lakukan (kontribusi dan
119 pencapaian) serta pada nilai atau prinsip yang menjadi dasar untuk menjadi dan melakukan sesuatu. b. Berpusat pada Kerja Orang yang berpusat pada kerja mungkin menjadi “pecandu kerja” mendorong diri mereka untuk berproduksi dengan mengorbankan kesehatan, hubungan, dan bidang-bidang penting lain dari kehidupan mereka. c. Berpusat pada Prinsip Dengan memusatkan kehidupan kita pada prinsip yang benar, kita menciptakan pondasi yang kokoh untuk pengembangan keempat faktor penunjang kehidupan. Prinsip adalah kebenaran yang dalam dan mendasar, kebenaran klasik, denominator yang generik. Prinsip adalah benang-benang yang ditenun rapat dengan ketepatan, konsistensi, keindahan, dan kekuatan melalui struktur kehidupan. 3. Dahulukan Yang Utama Kebiasaan ketiga adalah ciptaan kedua, ciptaan fisik. Kebiasaan ini adalah pemenuhan, aktualisasi, kemunculan wajar dari kebiasaan 1 dan 2. Ia merupakan latihan kehendak bebas yang berpusat pada prinsip. Ia merupakan pelaksanaan hari demi hari, saat demi saat. Kebiasaan 1 dan 2 penting dan merupakan prasyarat untuk kebiasaan 3. Anda tidak dapat berpusat pada prinsip tanpa terlebih dahulu sadar dan mengembangkan sikap proaktif anda. Indikator : a. Fleksibilitas
120 Alat perencanaan anda harus menjadi pelayan anda, tidak pernah menjadi majikan anda. Karena harus bekerja untuk anda, alat itu harus disesuaikan dengan gaya anda, kebutuhan anda, cara-cara khusus anda. b. Melakukan Hal-hal sepele Kebaikan dan sopan santun yang kecil-kecilan begitu penting. Ketidak sopanan kecil, kekerasan kecil, bentuk ketiadaan respek yang kecil menyebabkan penarikan besar-besaran. Dalam suatu hubungan, hal yang kecil adalah hal yang besar. c. Memenuhi komitmen Memenuhi komitmen atau janji adalah deposito besar, melanggar janji adalah penarikan yang besar. Sebenarnya barangkali tidak ada penarikan yang lebih besar dibandingkan membuat janji yang penting bagi seseorang dan kemudian tidak memenuhinya. Kali berikutnya suatu janji dibuat, orang tidak akan percaya. Orang cenderung membangun harapan mereka disekitar janji, khususnya janji tentang mata pencarian mereka. d. Menjelaskan Harapan Bayangkan kesulitan yang mungkin anda temui jika anda dan bos anda mempunyai asumsi yang berbeda sehubungan dengan peran siapakah yang menyusun uraian pekerjaan anda. 4.
Berfikir Menang / Menang Menang/menang bukanlah Teknik melainkan filosofi total interaksi manusia. Sebenarnya, ini merupakan salah satu dari enam paradigma interaksi. Paradigma alternatifnya adalah menang/kalah, kalah/menang, kalah/kalah, menang, dan menang/menang atau tidak sama sekali. Satu alternatif lain yang lazim adalah berfikir menang. Orang dengan mentalitas menang tisdak harus menginginkan orang lain kalah. Hal itu tidak
121 relevan. Yang penting adalah mereka mendapatkan apa yang mereka inginkan. Jika tidak ada pengertian kontes atau kompetisi, menang mungkin merupakan pendekatan paling lazim dalam negosiasi sehari-hari. Orang dengan mentalitas menang berfikir dalam pengertian mengamankan tujuannya sendiri dan menyrahkan kepada orang lain untuk mengamankan tujuan mereka. Indikator : a. Mendahulukan Sistem Menang/menang hanya dapat bertahan didalam organisasi jika system
organisasi
tersebut
mendukungnya.
Jika
anda
berbicara
menang/menang tapi memberi ganjaran untuk menang/kalah maka yang ada ditangan anda adalah program yang gagal.
b. Proses Tidak ada cara untuk mencapai tujuan menang/menang dengan sarana menang/kalah atau kalah/menang. Anda tidak dapat mengatakan, “anda akan berfikir menang/menang entah anda ssuka atau tidak.” Maka, pertanyaannya menjadi bagaimana tiba pada solusi menang/menang. 5.
Berusaha Mengerti Terlebih Dahulu Baru Dimengerti Dalam hal ini, ,kita diharapkan untuk dapat memahami kondisi seseoarang terlebih dahulu, jangan terlalu cepat dalam mengambil sebuah pemahaman, atau jangan terlalu cepat mendiagnosa sesuatu sebelum kita memeriksanya terlebih dahulu, setelah pemeriksaan selesasi barulah kita dapat menyimpulkan sesuatunya. Indikator : a. Mendengarkan empatik.
122 Terkadanag kita dipenuhi dengan kebenaran kita sendiri, autobiografi kita sendiri, kita ingin dimengerti. Percakaoan kita menjadi monolog kolektif, dan kita tidak pernah benar-benar mengerti apa yang sedang berlangsung dalam diri orang lain. Hal ini adalah suatu kesalahan besar, karena belum tentu perkataan kita lebih baik dari perkataan orang lain, karena itu kita harus mendengarkan perkataan orang lain dengan empatik.
b. Buatlah Diagnosis sebelum membuat resep. Walaupun mengandung resiko dan sulit, berusaha untuk mengerti, atau mendiagnosa sebelum anda membuat resep, adalah prinsip yang benar yang dimanifestasikan di banyak bidang kehidupan. Ini adalah ciri dari semua professional sejati. Ia penting sekali bagi ahli kacamata, juga penting sekali bagi dokter. Anda tidak akan percaya sedikit pun kepada resep dokter jika anda tidak percaya akan diagnosanya.
6.
Wujudkan Sinergi Sinergi berarti hubungan antar bagian dimana nagian-bagian itu merupakan bagian di dalam dan dari hubungan itu sendiri. Sinergi berfungsi katalisator, menyatukan, dan melepaskan kekuatan terbesar dalam diri manusia. Indikator : a. Komunikasi Sinergistik Ketika anda benar-benar berkomunikasi secara sinergistik, anda benar-benar
membuka
pikiran,
hati
dan
ekspresi
anda
kepada
kemungkinan baru, alternative baru, pilihan baru. Anda memulai keyajkinan bahwa pihak-pihak yang terlibat akan memperoleh lebih
123 banyak wawasan, dikarenakan adanya sinergi antar masing-masing individu.
b. Menghargai Perbedaan Menghargai perbedaan adalah intisari dari sinergi- perbedaan mental, emosional, psikologis antar orang. Dan kunci menghargai perbedaan itu adalah dengan menyadari bahwa semua oreang melihat dunia, tidak sebagaiman adanya, tetapi sebagaimana mereka c. Memancing untuk mendapatkan alternatif ketiga. Budhisme menyebut hal inio sebagai “jalan tengah.” Tengah dalam artian ketika dalam situasi yang sulit untuk mencari jalan keluar suatu masalah, kita dapat mencari alternatif ketiga dikarenakan adanya sinergi yang kita timbulkan antar individu. 7.
Asahlah Gergaji Kebiasaan ini memelihara dan meningkatkan aset terbesar yang anda miliki, yaitu diri anda. Kebiasaan ini adalah pusat sumber dari semua kebiasaan, karena ini adalah mengenai diri kita sendiri untuk dapat mneningkatkan kemampuan, baik dengan diri sendiri ataupun dengan orang lain. Inilah satu investasi penting yang dapat kita buat dalam hidup-investasi bagi diri kita sendiri, bagi satu-satunya instrumen yang kita milki yang dengannya kita menghadapi hidup dan memberikan kontribusi. Indikator : a. Dimensi Fisik
124 Dimensi fisik meliputi pemeliharaan fisik kita secara efektif, memakan jenis makanan yang tepat, mendapatkan istirahat dan relaksasi yang memadai, dan berolahraga secara teratur. Program Olahraga yang baik adalah program yang dapat anda kerjakan di rumah annda sendiri dan program yang akan membangun tubuh anda pada tiga bidang: daya tahan tubuh, kelenturan, dan kekuatan..
b. Dimensi Spiritual Dimensi Spiritual adalah inti anda, pusat anda, komitmen anda pada sisitem nilai anda. Daerah yang amat pribadi dari kehidupan dan sangat penting. Dimensi ini memanfaatkan sumber yang mengilhami dan mengangkat semangat anda dan mengikat anda pada kebenaran tanpa batas waktu mengenai semua humanitas. Dan orang melakukannya dengan cara yang sangat berbeda. c. Dimensi Mental Sebagian besar dari perkembangan mental dan disiplin studi kita berasal dari pendidikan formal. Tapi segera sesudah kita meninggalkan disiplin eksternal sekolah, banyak dari kita membiarkan otak kita terhenti pertumbuhannya. Kita tidak lagi membaca serius dan menulis dengan kritis akan tetapi waktu kita lebih dihabiskan dengan hal-hal yang tidak bermanfaat. Metode pengumpulan data juga dapat meliputi : a. Dokumentasi adalah data-data yang mengenai hal-hal atau fariabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah dan
125 sebagainya,11 pada subyek penelitian yaitu Organisasi Remaja Islam Masjid Agung Sunda Kelapa (RISKA). b. Wawancara, yakni penulis memperoleh keterangan dengan Tanya jawab sambil bertatap muka antara sipenenya dan penjawab, atau responden yang menggunakan alat yang dinamakan interview Guide (panduan wawancara). Dalam penelitian ini, penulis melakukan wawancara dengan pengurus Remaja Islam Masjid Agung Sunda Kelapa (RISKA) c. Observasi yaitu pengamatan langsung, yakni pengumpulan data dimana penyelidik mengadakan pengamatan langsung terhadap gejala dan objek yang diteliti12. Dalam penelitian ini, penulis melakukan pengamatan langsung terhadap objek penelitian yaitu Remaja Islam Masid Agung Sunda Kelapa (RISKA) 8.
Subjek dan Objek Penelitian a. Subjek Penelitian Subjek penelitian adalah orang yang dapat memberikan informasi tentang data-data yang dibutuhkan. Dalam penelitian ini subjek penelitian adalah para pengurus dan pengelola Organisasi Remaja Islam Masjid Agung Sunda Kelapa (RISKA) b. Objek Penelitian
11
. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta : Rineka Cipta, 1993), Edisi Revisi II, Hal 202. 12 . Winarno Surakhmat, Pengantar Penelitian Ilmiah, ( Bandung: Tarsito, 1980). Hal 102
126 Adapun objek peneliian yaitu Organisasi Remaja Islam Masjid Agung Sunda Kelapa (RISKA) yang terletak di jalan Taman Sunda Kelapa NO 16 Menteng Jakarta Pusat, Telepon (021) 31905839. c. Teknik Analisa Data Teknik penulisan skripsi ini adalah dengan metode kuantitatif. Setelah data yang diperlukan terkumpul, langkah selanjutnya ialah data untuk kemudian dianalisa sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian, setelah itu disajikan dalam laporan ilmiah.13 Metode analisa dalam penelitian ini deskriptif, terhadap data berupa informasi, uraian dalam bentuk bahasa, kemuadian dikaitkan dengan data sehingga memperoleh gambaran baru atau menguatkan suatu gambaran yang sudah ada dan sebaiknya bila dibandingkan dengan teori yang ada. Adapun rumus yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
X =
∑ fiX ∑ fi
Keterangan:
X = Rata-Rata Variabel X ∑ fiX = Jumlah Hasil Data Responden Variabel X ∑ f i = Jumlah Responden
Adapun pedaoman yang disajikan sandaran penulis dalam penulisan skripsi ini adalah buku pedoman penulisan skripsi, Tesis, dan disetasi UIN 13
Lexy J Moleong, Metodelogi Penelitian Kuantitatif h. 330
127 Syarif Hidatullah Jakarta, terbitan UIN Jakarta Press,2002. dan buku pegangan Metodologi penelitian kuantitatif yang ditulis oleh Prof. Dr. Lexy J Moelang, MA. E. Tinjauan Pustaka Dalam penyusunan skripsi ini, penulis tidak mengambil referensi dari skripsi-skripsi terdahulu, karena sepengatahuan penulis khususnya yang menulis tentang The Seven Habits itu belum ada, tetapi ada beberapa Skripsi terdahulu yang membahas mengenai proses pengembangan organisasi yang ada di Masjid, diantaranya mengenai manajemen organisasi Remaja Islam Masjid Agung Sunda Kelapa (RISKA). Kemudian penulis ingin mengetahui sejauh mana pengaruh implementasi The Seven Habits pada RISKA, penulis sangat tertarik dalam membaca buku tersebut karena mencakup hal-hal yang bersifat kebiasaan kita dalam sehari-hari, Covey menyajikan hidangan tujuh porsi tentang bagaimana mengendalikan kehidupan seseorang dan menjadi orang yang lengkap dan puas seperti yang diimpikannya, Buku ini adalah buku yang menerapkan langkah demi langkah yang memuaskan dan eneergetic dan dapat diterapkan untuk perkembangan pribadi dan organisasi. Selain dari buku tersebut penulis juga mengambil referensi dari buku-buku mengenai perkembangan remaja, kemudian dikaitkan dengan manajemen organisasi terutama mengenai manajemen masjid. F. Sistimatika Penulisan Untuk mempermudah pembahasan dalam skripsi ini, penulis berusaha ,membuat sistimatika dangan jalan membuat pengelompokan berdasarkan kesamaan dan hubungan masalah yang ada. Skripsi ini terdiri dari lima bab:
128 Bab I
: Merupakan bab pendahuluan, dalam bab ini penulis menguraikan masalah tehnik penulisan yang berisikan pemilihan latar belakang masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan
Bab II
:
Tinjauan
teoritis
The
Seven
Habits
Stephen
R
Covey
dalam implementasinya dalam mengembangkan sebuah organisasai, konsep pengembangan organisasi meliputi, pengertian organisasi, fungsi organisasi, teori-teori mengenai organisasi dan juga Teori mengenai The
Seven Habits Stephen R Covey dalam implementasinya pada Organisasi Remaja Islam Masjid Agung Sunda Kelapa (RISKA) , mulai Dari hal yang pertama yaitu Proaktif, Merujuk pada Tujuan Akhir, Dahulukan yang Utama, Berfikir Menang, Berusaha Mengerti Baru Dimengerti, Wujudkan Sinergi dan Asahlah Gergaji. Bab III
: Membahas tentang gambaran Organisasi Remaja Islam Masjid Agung Sunda Kelapa (RISKA) , sejarah berdiri dan
perkembangannya, visi dan
misi, stuktur organisasi dan program kerja organisasi tersebut. Bab IV
: Membahas tentang implementasi The Seven Habits pada organisasi Organisasi Remaja Islam Masjid Agung Sunda Kelapa (RISKA) ,
Bab V
:Penutup, yang berisi kesimpulan dan saran.
129
BAB II TINJAUAN TEORI A. Teori The Seven Habits 1. Tujuh Kebiasaan Sebuah Tinjauan Umum Karakter kita pada dasarnya adalah gabungan dari kebiasaan-kebiasaan kita. “Taburlah gagasan, tuailah perbuatan; taburlah perbuatan, tuailah kebiasaan; taburlah kebiasaan, tuailah karakter; taburlah karakter, tuailah nasib,” begitu bunyi pepatah. Kebiasaan adalah faktor yang kuat dalam hidup kita, karena konsisten, dan sering merupakan pola yang tak disadari, maka kebiasaan secara terus menerus, setiap hari, mengekspresikan karakter kita dan menghasilkan efektivitas kita…atau ketidakefektivan kita. Seperti yang pernah dikatakan oleh Horace Mann, seorang pendidik besar, “ Kebiasaan itu seperti kabel. Kita menenun seuntai demi seuntai setiap hari dan segera kebiasaan itu tidak dapat diputuskan.” Secara pribadi saya tidak setuju dengan bagian terakhir dari pernyataan beliau. Saya tahu kebiasaan dapat diputuskan. Kebiasaan dapat dipelajari dan dilepaskan. Akan tetapi saya juga tahu hal ini bukanlah suatu perbaikan segera. Diperlukan suatu proses dan komitmen yang luar biasa untuk itu. Kebiasaan juga memiliki tarikan gravitasi yang besar sekali lebih besar dari pada yang dapat disadari atau mau diakui. Untuk memaksakan kebiasaan yang sudah tertanam dalam seperti menunda-nunda, tidak sabar, mencela atau egois yang melanggar efektivitas manusia diperlukan perlu dari kemampuan yang kecil dan beberapa perubahan kecil dalam
130 hidup kita. “peluncuran” membutuhkan tenaga yang besar sekali, tetapi segera kita memutus tarikan gravitasi, kebebasan kita menghadiahkan dimensi yang sepenuhnya baru. Seperti kekuatan alam lain, tarikan gravitasi dapat bekerja bersama atau melawan kita, tarikan gravitasi dari sebagian kebiasaan kita mungkin sekarang sedang menahan kita pergi ke tempat yang kita tuju. Akan tetapi tarikan gravitasi jugalah yang membuat dunia kita tetap berada pada orbit mereka dan alam semesta tetap berjalan baik. Gravitasi merupakan kekuatan yang besar, dan bila kita menggunakannya secara efektif, kita dapat memanfaatkan tarikan gravitasi dari kebiasaan untuk menciptakan keserasian dan keteraturan yang diperlukan untuk menegakkan efektivitas hidup kita. Hukum alam kengatakan “ kebiasaan” membentuk sikap seseorng ‘ Habits become
attitutude.’’’ Sikap adalah kesimpulan dari mata rantai kebiasaan dan pengalamannya, dimasa
lalu.
Itulah
sebabnya
seseoramh
yang
ingin
mengembangkan
potensi
kepemimpinannya akan selalu memepuk berbagai kebiasaan yang positif untuk membangan tanggung jawab, ketabahan, kesabaran, serta cara memandang orang lain dengan cinta.14 Tujuh kebiasaan bukanlah seperangkat formula pemberi semangat yamg terpisah atau sepotong-sepotong. Selaras dengan hukum alam pertumbuhan, ketujuh kebiasaan tersebut memberikan pendekatan yang meningkat, berurutan dan sangat terpadu bagi perkembangan efektivitas pribadi dan antar pribadi. Kebiasaan-kebiasaan ini meningkatkan kita secara progresif pada Kontinum Kematangan dari ketergantungan (Dependence) menuju kemandirian (Independence) hingga Kesalingtergantungan (Interdependence). Tujuh kebiasaan adalah kebiasaan efektivitas. Karena didasarkan atas prinsip, ketujuh kebiasaan ini memberi hasil jangka panjang yang menguntungkan secara maksimum. Ketujuh kebiasaan itu menjadi dasar dari karakter seseorang, menciptakan 14
K.H Toto Asmara, Spritual Centered Leadership, (Jakarta:Gema Insani2006)Cet1, hal 3
131 pusat dari peta yang benar yang memberi kekuatan dari mana seorang individu dapat memecahkan masalah, memaksimumkan peluang, terus menerus belajar dan memadukan prinsip-prinsip lain dalam spiral pertumbuhan meningkat secara efektif. Ketujuh kebiasaan itu akan diuraikan berikut ini: a) Jadilah Pro Aktif Kemampuan anda untuk mengerjakan apa yang baru saja anda lakukan mnerupakan hal yang khas manusiawi. Binatang tidak mempunyai kemampuan ini. Kita menyebutnya “kesadaran diri”. Atau kemampuan untuk berfikir tentang proses berfikir anda sendiri. Ini yang menjadi alasan kenapa manusia memiliki kekuasaan atas semua benda di dunia ini dan mengapa manusia dapat membuat kemajuan penting dari generasi kegenerasi. Inilah sebabnya kita dapat mengevaluasi dan belajar dari pengalaman orang lain dan juga dari pengalaman kita sendiri. Inilah sebabnya kita dapat membentuk dan memutus kebiasaan kita. Kita bukanlah parasaan kita, kita bukanlah suasana hati kita, kita bukanlah fikiran kita. Kenyataan bahwa kita dapat berfikir tentang hal-hal ini memisahkan kita dari ketiga hal tersebut dan dari dunia binatang. Kesadaran diri memungkinkan kita memisahkan diri dan memeriksa cara kita “melihat” diri sendiri-paradigma diri kita sendiri, paradigma paling mendasar dari efektivitas. Hal ini mempengaruhi bukan hanya sikap dan prilaku kita, tapi juga bagaimana kita melihat orang lain. Ini menjadi peta kita untuk sifat dasar manusia. Bahkan, sebelum kita bisa melihat diri kita sendiri (dan bagaiman kita melihat oreang lain), kita tidak akan bisa mengerti bagaiman orang lain melihat dan merasa
132 tentang diri mereka sendiri dan dunia mereka. Tanpa sadar kita akan memproyeksikan maksud kita pada perilaku mereka dan menyebut diri kita obyektif. Hal ini akan sangat membatasi potensi dan kemampuan pribadi kita untuk berhubungan dengan orang lain. Akan tetapi karena kemampuan manusia yuang unik dalam hal kesadaran diri, kita dapat memeriksa paradigma kita untuk memnentukan apakah paradigma tersebut didasari realitas atau prinsip ataukah hanya merupakan fungsi dari kondisi dan pengkondisian. Walaupun kata proaktivitas sekarang sudah lumayan lazim pada literature manajemen, ia tidak akan anda temukan di dalam kamus. Kata ini lebih dari sekedar mengambil inisiatif. Kata ini berarti bahwa sebagai manusia, kita bertanggung jawab atas hidup kita sendiri. Perilaku kita adalah fungsi dari keputusan kita, bukan kondisi kita. Kita dapat menomorduakan perasaan sesudah nilai. Kita mempunyai inisiatif dan tanggung jawab untuk membuat segala sesuatunya terjadi. Goleman merangkum ciri-ciri orang-orang yang kreatif atau disebutnya sebagai
star performer memiliki cirri penting antara lain, a. Kuatnya motivasi untuk berprestasi, sangat bergairah untuk meningkatkan dan memenuhi standar keunggulan. b. Komitmen, setia kepada visi dan sasaran perusahan atau kelompok. c. Inisiatif dan optimisme, kedua kecakapan inilah yang menggerakkan orang untuk menagkap peluang dan membuat mereka menerima kegagalan dan rintangan sebagai awal keberhasilan. Lihatlah kata responsibility (tanggung jawab)_ “response-ability”_ kemampuan untuk memilih respon anda. Orang yang sangat proaktif mengenali tanggung jawab itu.
133 Mereka tidak menyalahkan keadaan, kondisi atau pengkondisian untuk perilaku mereka. Perilaku mereka adalah produk dari pilihan sadar mereka, berdasarkan nilai, dan bukan produk dari kondisi mereka, berdasarkan perasaan. Orang yang proaktif tetap dipengaruhi stimulus luar, entah fisik, sosial atau psikologis. Namun respon mereka terhadap stimulus tersebut, sadar atau tidak sadar, didasarkan pada pilihan atau respons yang berdasarkan nilai tertentu.
1. Mengambil Inisiatif Sifat dasar kita adalah bertindak, dan bukan menjadi sasaran tindakan. Selain memungkinkan kita memilih jawaban terhadap keadaan tertentu, sifat ini memberi kita kekuatan untuk menciptakan keadaan tertentu. Mengambil inisiatif bukan berarti mendesak, menjengkelkan atau agresif. Hal ini tidak mengakui tanggung jawab kita untuk menciptakan segalanya terjadi. Banyak orang menunggu sesuatu terjadi atau seseorang untuk mengurus mereka. Akan tetapi orang yang akhirnya mempunyai pekerjaan yang baik ternyata adalah orang proaktif yang merupakan solusi bagi masalah, bukan masalah itu sendiri, dan yang mempunyai inisiatif untuk mengerjakan apa saja yang
diperlukan,
konsisten
dengan
prinsip-prinsip
yang
benar,
untuk
menyelesaikan pekerjaan mereka. Kewaspadaan serta bertindak pro aktif menanggapi keadaan adalah ciri orang yang berinisiatif, tentu saja di dalam tindakan inisiatif itu ada terkait dengan intuisi, sebuah perasaan halus yang memberikan ilham pada seseorang. Intuisi merupakan hasil perjalanan batin dari pengalaman-pengalamannya masa lalu.
134 Mereka bekerja dengan penuh imajinasi, integritas, dan merasa bangga karena telah diberi amanah, karena telah diberi pekerjaan sebagai amanah bahkan anugrah. Dimaksudkan anugrah karena tidak semua orang mempunyai kesempatan yang sama sebagaimana yang dimilikinya. Karenanya, dia akan menunjukan tanda syukurnya dengan memnunjukan tanggung jawab yang besar dengan melaksanakan amanah pekerjaannya penuh gairah dan inisiatif. Mereka senantiasa bertindak proaktif untuk memberikan pengaruh manfaat yang meradiasi pada orang-orang sekitarnya
15
Menurut seseorang untuk bertanggung jawab tidaklah merendahkan dirinya; malah menguatkannya. Proaktivitas adalah bagian dari sifat manusia, dan walaupun otot-otot proaktif mungkin tidur, namun otot-oto ini ada. Dengan menghargai sifat proaktif orang lain, kita memberi mereka setidaknya satu pantulan yang jelas dan tidak menyimpang dari cermin sosial.16 2. Bertindak Atau Menjadi Sasaran Tindakan Perbedaan orang yang memiliki inisiatif dan tidak sama seperti perbedaan antara siang dan malam. Kita tidak berbicara tentang perbedaan 25 hingga 50 persen efektivitas; saya bicara tentang perbedaan 5000-plus persen, khususnya jika mereka cerdas, sadar dan peka terhadap orang lain. Dibutuhkan inisiatif untuk mengembangkan tujuh kebiasaan tersebut. Sewaktu anda mempelajari keenam kebiasaan lain, anda akan melihat bahwa masing-masing tergantung perkembangan otot-otot proaktivitas anda. Masingmasing menuntut tanggung jawab anda untuk bertindak. Jika anda menunggu 15
16
K.H Toto Asmara, Spritual Centered Leadership, (Jakarta:Gema Insani2006)Cet1, hal 148
135 untuk menjadi sasaran tindakan, anda pun akan memjadi sasaran tindakan. Dan peluang pertumbuhan serta konsekuensi ada pada kedua jalan tersebut. Bisnis,
kelompok
masyarakat,
segala
bentuk
organisasi_termasuk
keluarga_dapat menjadi proaktif. Mereka dapat menggabungkan kreatifitas dan sumber daya dari individu-individu yang proaktif untuk menciptakan budaya yang proaktif dalam organisasi. Organisasi tidak perlu berada di bawah kekuasaan lingkungan; organisasi dapat mengambil inisiatif untuk mencapai nilai-nilai dan tujuan-tujuan bersama dari individu-individu yang terlibat. Orang yang proaktif membuat cinta sebagai kata kerja. Cinta adalah sesuatu yang anda lakukan: pengorbanan yang anda buat, pemberian diri anda, seperti seorang ibu yang melahirkan anaknya ke dunia. Jika anda ingin mempelajari cinta, pelajarilah mereka yang mengorbankan diri untuk orang lain, bahkan untuk orang yang memusuhinya atau tidak membalas cintanya. Jika anda orang tua, lihatlah cinta yang anda punyai untuk anak-anak kepada siapa anda mengorbankan diri. Orang proaktif memfokuskan upaya mereka di dalam lingkaran pengaruhnya. Mereka mengerjakan hal-hal yang terhadapnya mereka dapat berbuat sesuatu. Sifat dari energi mereka adalah positif, memperluas dan memperbesar, yang menyebabkan lingkaran pengaruh mereka meningkat.
3. Membuat Dan Memenuhi Komitmen Bagian paling inti dari lingkaran pengaruh kita adalah kemampuan kita untuk membuat dan memenuhi komitmen dan janji. Komitmen yang kita buat
136 pada diri sendiri danb orang lain, dan integritas kita pada komitmen itu, adalah intin dan manifestasi paling jelas dari proaktivitas kita. Dengan membuat dan memenuhi janji pada diri sendiri dan orang lain, sedikit demi sedikit kehormatan kita menjadi lebih besar dibandingkan suasana hati kita. Kekuatan untuk membuat dan memenuhi komitmen
pada diri sendiri
adalah inti dari pengembangan kebiasaan dasar yang efektif. Pengetahuan, keterampilan, dan keinginan semuanya ada dalam kendali kita b) Merujuk Pada Tujuan Akhir Walaupun kebiasaan 2 berlaku pada banyak keadaan dan tingkat kehidupan yang berbeda, sebagian besar aplikasi dasar dari “merujuk pada tujuan akhir” adalah untuk memulai hari ini dengan bayangan, gambaran atau paradigma akhir kehidupan anda sebagai kerangka acuan atau criteria yang menjadi dasar untuk menguji segala sesuatu. Tiap bagian dari kehidupan anda-perilaku hari ini, perilaku esok, perilaku minggu depan-dapat diuji dalam konteks seluruhan, dari apa yang benar-benar paling penting bagi anda. Dengan mengusahakan titik akhir tersebut tetap jelas dalam fikiran, anda dapat memastikan bahwa apapun yang anda kerjakan pada hari tertentu tidak melanggar criteria yang sudah anda definisikan sebagai yang paling penting, dan bahwa setiap hari dari kehidupan anda menunjang visi yang anda miliki tentang seluruh hidup anda dengan cara yang berarti. Merujuk pada tujuan akhir berarti memulai dengan pengertian yang jelas tentang tujuan anda. Hal ini berarti mengetahui kemana anda akan pergi sehingga anda sebaiknya mengerti dimana anda berada sekarang dan dengan begitu anda tahu bahwa langkah-langkah yang anda ambil selalu barada pada arah yang benar.
137 1. Segala Diciptakan Dua Kali “Merujuk pada tujuan akhir” didasarkan pada prinsip bahwa segalanya
diciptakan dua kali. Ada ciptaan mental atau pertama, dan ada ciptaan fisik atau kedua. Sebagai
contoh,
lihatlah
pembangunan
sebuah
rumah.
Anda
menciptakannya secara rinci sebelum anda menanam pasak pertama ditempatnya. Anda mencoba mendapatkan pengertian yang jelas tentang rumah macam apa yang anda kehendaki. Jika anda menginginkan sebuah rumah yang berpusat pada keluarga, maka anda akan merancang untuk menempatkan ruang keluarga sebgai tempat berkumpul. Anda merancang pintu sorong dan pekarangan dibelakang rumah tempat anak-anak bermain. Anda bekerja dengan gagasan. Anda bekerja dengan fikiran anda sehingga anda mendapatkan gambaran yang jelas tentang apa yang anda ingin bangun Pada tingkatan yang bervariasi, orang menggunakan prinsip ini dalam banyak bidang kehidupan. Sebelum anda pergi melalukan suatu perjalanan, anda menentukan tempat tujuan dan merencanakan rute terbaik. Sebelum anda berkebun, anda merencanakannya terlebih dahulu dalam benak anda, mungkin di atas
kertas.
Anda
menyusun
pidato
di
atas
kertas
sebelum
anda
menyampaikannya, anda menggambarkan dalam fikiran susunan tanaman di taman anda sebelum anda menata taman anda, anda merancang pakaian yangb anda buat sebelum anda memasang benang pada jarum. 2. Pernyataan Misi Pribadi
.
138 Cara paling efektif untuk mulai merujuk pada tujuan akhir adalah dengan mengembangkan pernyataan misi pribadi atau filosofi atau syahadat. Pernyataan ini berfokus pada ingin menjadi apakah anda (karakter) dan apakah yang anda ingin lakuakan (kontribusi dan pencapaian) serta pada nialai atau prinsip yang menjadi dasar untuk menjadi dan melakuakn sesuatu Sebuah misi pribadi yang didasari prinsip-prinsip yang benar menjadi sejenis standar yang sama bagi individu. Pernyataan misi ini menjadi konstitusi pribadi, dasar kuntuk mengambil keputusan utama yang mengatuir kehidupan, dasar untuk mengambil keputusan sehari-hari di tengan kondisi dan emosi yang mempengaruhi hidup kita. Pernyataan ini memberdaya individu dengan kekuatan yang sama di tengah perubahan yang terjadi. Dengan pernyataan misi, kita dapat mengalir bersama perubahan. Kita tidak perlu berprasangka dan membuat keputusan terlalu cepat. Kita tidak perlu memikirkan hal-hal lain dalam hidup, untuk memberi stereotip dan menggolongkan segala sesuatu dan semua orang agar sesuai dengan realitas. Segera sesudah anda merasa memiliki misi ini, anda memilki sari dari produktivitas anda. Anda mempunyai visi dan nilai yang mengarahkan hidup anda. Anda memiliki arah dasar yang anda gunakan untuk menetapkan tujuan jangka panjang dan jangka pendek anda. Anda mempunyai kekuatan konstitusi tertulis yang didasarkan pada prinsip-prinsip yang benar, dan darinya semua keputusan sehubungan dengan pemakaian waktu, bakat dan energi anda yang paling efektif dapat diukur secara efektif pula. 3. Berpusat Pada Prinsip
139 Prinsip adalah pusat dari integritas dan standar moral yang tidak dapat ditawar atau dikorbankan. Prinsip adalah cara berfikir yang bersifat final dan yang menjadi kerangka acuan dalam mengambil keputusan. Prinsip adalah ikatan yang sangat kuat. Begitu kuatnya sehingga membelenggu dirinya untuk tidak keluar dari ikatan tersebut. Prinsip merupakan wajah kepribadian seseorang yang paling dalamdan jati diri yang bersifat manusiawi. Prinsip bersifat universal karena berkaitan dengan harga dir, kebanggaan dan kebermaknaan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa prinsip adalah ketaatan seseorang pada hati nuraninya sendiri. Sebuah perjuangan untuk tetap menapaki jalan lurus. Setiap penyimpangan dari jalan ini merupakan pengkhianatan terhadap prinsip dan keyakinannya. Prinsip tidak bereaksi terhadap apa pun. Prinsip tidak menjadi marah dan memperlakukan kita secara berbeda. Prinsip tidak akan menceraikan kita atau melarikan diri bersama sahabat terbaik kita. Prinsip tidak bermaksud menguasai kita. Prinsip tidak dapat melicinkan jalan dengan jalan pintas dan perbaikan kita. Prinsip tidak bergantung pada prilaku orang lain, lingkungan, atau mode mutakhir untuk keabsahannya. Prinsip tidak mati. Prinsip tidak barada disini hari ini dan pergi pada hari berikutnya. Prinsip tidak dapat dihancurkan oleh api, gempa bumi atau pencuri Prinsip adalah kebenaran yang dalam dan mendasar, kebenaran klasik, denominator yang generik. Prinsip adalah benang-benang yang ditenun rapat dengan ketepatan, konsistensi, keindahan dan kekuatan melalui struktur kehidupan. Bahkan di tengah orang banyak atau keadaan yang tampaknya mengabaikan prinsip tersebut, kita dapat merasa aman karena mengetahui bahwa prinsip adalah sesuatu yang lebih besar dari pada orang atau keadaan, dan bahwa sejarah ribuan
140 tahun telah menyaksikan kemenangan prinsip, berulang kali. Bahkan lebih penting lagi, kita dapat merasa aman karena mengetahui bahwa kita dapat mengabsahkan prinsip dalam kehidupan kita sendiri, melalui pengalaman kita sendiri Prinsip selalu memilki konsekuensi wajar yang melekat padanya. Ada konsekuensi positif ketika kita hidup selaras dengan prinsip tersebut. Ada konsekuensi negative jika kita mengabaikannya. Akan tetapi karena prinsip ini berlaku pada semua orang, entah disadari atau tidak, keterbatasan ini bersifat universal. Dan semakin banyak kita tahu tentang prinsip yang benar, semakin besar kebebasan pribadi kita untuk bertindak dengan bijaksana. c) Dahulukan Yang Utama Kebiasaan 3 adalah ciptaan kedua, ciptaan fisik. Kebiasaan ini adalah pemenuhan, aktualisasi, kemunculan wajar dari kebisaan 1 dan 2. Ia merupakan latihan dari kehendak bebas yang berpusat pada prinsip. Ia merupakan pelaksanaan hari demi hari, saat demi saat. Kebiasaan 1 dan 2 mutlak penting dan merupakan prasyarat untuk kebiasaan 3. anda tidak dapat berpusat pada prinsip tanpa lebih dahulu sadar dan mengembangkan sifat proaktif anda. Anda tidak dapat berpusat pada prinsip tanpa lebih dahulu sadar tentang paradigma anda dan mengerti bagaimana mengubah paradigma tersebut dan menyelaraskannya dengan prinsip. Anda tidak dapat menjadi berpusat pada prinsip tanpa visi dan focus pada kontribusi unik yang bisa anda lakukan. Namun dengan kondisi itu, anda dapat berpusat pada prinsip, hari demi hari, saat demi saat, dengan menjalani kebiasaan 3 –dengan mempraktekan manajemen diri yang efektif.
141 Manajemen yang efektif mendahulukan yang utama. Sementara kepemimpinan memutuskan apa saja “hal-hal yang utama” itu,manajemen lah yang mendahulukan halhal tersebut, hari demi hari, saat demi saat. Manajemen adalah disiplin dalam melaksanakannya. 1. Empat Generasi Manajemen Waktu Gelombang atau generasi pertama dapat dicirikan dengan catatan dan daftar pustaka, sebuah upaya untuk dapat memberi semacam pengenalan dan keterlibatan pada banyak tuntutan yang diajukan pada waktu dan energi kita. Generasi kedua dapat dicirikan dengan kalender dan buku janji. Gelombang ini mencerminkan suatu usaha untuk memandang ke depan, untuk menjadwalkan peristiwa dan aktivitas di masa datang. Genarasi ketiga mencerminkan bidang manajemen waktu masa kini. Generasi ini menambahkan pada generasi-generasi sebelumnya gagasan penting penetapan prioritas, penjelasan nilai, dan pembandingan nilai relatif aktivitasaktivitas yang didsarkan pada hubungan mereka dengan nilai-nilai itu Walaupun generasi ketiga telah memberikan kontribusi yang berarti, orang mulai sadar bahwa penjadwalan yang “efisien” dan kendali terhadap waktu justru sering kontraproduktif. Fokus pada efesiensi menciptakan harapan-harapan yang sering kali berbenturan dengan kesempatan untuk mengembangkan hubungan yang kaya, untuk memenuhi kebutuhan manusia, dan untuk menikmati saat-saat spontan sesehari. Akibatnya, banyak orang yang kehilangan minat akan program planners manajemen waktu membuat mereka merasa terlalu terjadwal, terlalu terkekang, dan
142 mereka membuang cara itu, kembali keteknik generasi pertama atau kedua agar dapat memelihara hubungan, spontanitas dan kualitas hidup. Namun mulai muncul generasi keempat yang berbeda jenisnya. Generasi ini mengakuai bahwa “manajemen waktu” sesungguhnya merupakan istilah yang tidak cocok_tantangannya bukanlah untuk mengatur waktu, melainkan diri sendiri. Kepuasan merupakan fungsi dari harapan sekaligus realisasi. 2. Rekening Bank Emosi Kita semua tahu apa itu rekening Bank uang. Kita mendeposito uang ke bank dan menambah cadangan yang darinya kita dapat menarik uang kita jika kita memerlukannya. Rekening Bank Emosi adalah kiasan yag menggambarkan jumlah kepercayaan yang sudah kita tambahkan ke dalam suatu hubungan. Hal inilah perasaan aman yang anda miliki dengan orang lain. Rekening bank emosi berarti menggambarkan besarnya kepercayaan yang diberikan orang lain kepada kita dikarenakan pada awalnya hubungan kita yang memberikan pesan baik kepada orang lain sehingga tertanam dalam diri seseorang bahwasanya kita memilki karakter yang memang layak dijadikan sebagai catatn kebaikan dalam kehidupan kita. Memenuhi komitmen atau janji adalah deposito besar; melanggar janji adalah penarikan yang besar. Sebenarnya, barangkali tidak ada penarikan yang lebih besar dibandingkan membuat janji yang penting bagi seseorang dan kemudian tidak memenuhinya. Kali berikutnya suatu janji dibuat, orang tidak akan percaya. Orang cenderung membangun harapan mereka disekitar janji khususnya janji tentang mata pencarian mereka.
143 3. Mengerti si Individu Benar-benar mengerti orang lain mungkin merupakan salah satu deposito paling penting yang anda dapat buat, dan ini adalah kunci untuk semua deposito lain. Anda sungguh tidak tahu apa yang merupakan deposito bagi orang lain sebelum anda mengerti individu itu. Ilmu perilaku telah banyak mengembangkan cara-cara untuk memahami sifat-sifat manusia. Konsep tentang manusia itu sendiri telah banyak pula dikembangkan oleh para peneliti perilaku organisasi. Dan walaupun konsep-konsep tersebut terdapat perbedaan satu sama lain, namun usaha pengembangan pemahaman mengenai sifat manusia pada umumnya telah banyak dilakukan. Salah satu cara untuk memahami sifat-sifat manusia ini ialah dengan menganalisa kembali prinsip-prinsip dasar yang merupakan salah satu bagian dari padanya.17
4. Melakukan Hal-hal Sepele Kebaikan
dan
sopan
santun
yang
kecil-kecilan
begitu
penting.
Ketidaksopanan kecil, kekasaran kecil, bentuk ketiadaan respek yang kecil menyebabkan penarikan besar-besaran. Dalam suatu hubungan, hal yang kecil adalah hal yang besar. Terkadang hal-hal yang sepele sebenarnya adalah hal yang sangat penting yang terkadang itu mempengaruhi hasil dari seluruh efektifitas kerja kita. d) Berfikir Menang/Menang
17
Miftah Toha, Perilaku Organisasi Konsep Dasar Dan Aplikasinya (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003), hal. 36
144 Menang/menang bukanlah teknik, melainkan filosofi total interaksi manusia. Sebenarnya, ini merupakan salah satu dari enam paradigma interaksi. Paradigma alternatifnya adalah : 1.
Menang/Menang
2.
Menang/Kalah
3.
Kalah/Menang
4.
Kalah/Kalah
5.
Menang
6.
Menang/Menang Atau Tidak Sama Sekali Menang/menang adalah kerangka fikiran dan hati yang terus menerus mencari
keuntungan bersama dalam semua interaksi manusia. Menang-menang berarti bahwa kesepakatan atau solusi memberikan keuntungan dan kepuasan yang timbal balik. Dengan solusi menang/menang, semua pihak merasa senang dengan keputusannya dan merasa senang dengan keputusannya dan merasa terikat dengan rencana tindakannya. Menang/menang melihat kehidupan sebagai arena yang koperatif, bukan kompetitif. Kebanyakan orang berfikir secara dikotomi: kuat atau lemah, keras atau lunak, menang atau kalah. Akan tetapi cara berfikir seperti ini sebenarnya cacat. Cara berfikir seperti ini didasarkan pada kekuasaan dan posisi dan bukan pada prinsip. Menang/menang didasarkan pada paradigma bahwa ada banyak untuk setiap orang, bahwa keberhasilan satu orang tidak dicapai dengan mengorbankan atau menyingkirkan keberhasialn orang lain.
145 Menang/menang adalah kepercayaan akan alternative ketiga. Kita bukan jalan anda atau jalan saya; ia adalah jalan yang lebih baik, jalan yang lebih tinggi. 1. Lima Dimensi Dari Menang/Menang Berfikir menang/menang adalah kebiasaan kepemimpinan antar pribadi. Ia memerlukan latihan pada masing-masing anugrah manusia yang unik_kesadaran diri, imajinasi, suara hati dan kehendak bebas_dalam hubungan kita dengan orang lain. Ia melibatkan usaha belajar bersama, pengaruh timbal balik dan keuntungan bersama. Prinsip menang/menang adalah dasar untuk keberhasilan pada semua interaksi kita, dan ini meliputi lima dimensi kehidupan yang saling tergantung. Prinsip ini dimulai dengan karakter dan bergerak ke arah hubungan, dan darinya mengalir kesepakatan. Kesepakatan ini dipelihara dalam lingkungan dimana stuktur dan system didasarkan pada Menang/menang. Dan ini memerlukan proses; kita tidak dapat mencapai tujuan menang/menang dengan sarana Menang/Kalah atau kalah/menang. 1) Karakter Karakter adalah dasar dari menang/menang, dan semua yang lain dibangun di atas dasar itu. Ada tiga ciri karakter yang esensial untuk paradigma menang/menang. a. Integritas Kita sudah mendefinisikan integritas sebagai nilai yang kita tempatkan pada diri kita sendiri. Kebiasaan 1, 2, dan 3 membantu kita mengembangkan dan memelihara integritas. Ketika kita dengan jelas
146 mengidentifikasi nilai-nilai kita dan secara proaktif mengorganisasi dan melaksanakan diri di sekitar nilai-nilai itu setiap hari, kita mengembangkan kesadaran diri dan kehendak bebas dengan membuat dan memenuhi janji serta komitmen yang bermakna. b. Kematangan Kematangan adalah keseimbangan antara keberanian dan tenggang
rasa. Jika seseorang dapat mengekspresikan perasaan dan keyakinannya dengan keberanian yang diimbangi dengan pertimbangan akan perasaan dan keyakian orang lain, maka ia sudah matang, khususnya jika persoalannya sangat penting bagi kedua belah pihak. c. Mentalitas kelimpahan Ciri karakter ketiga bagi Menang/menang adalah mentalitas kelimpahan (abundance Mentality), paradigma bahwa ada banyak di luar sana untuk semua orang. Mentalitas kelimpahan mengalir dari nilai diri dan rasa aman pribadi yang mendalam. Ia adalah paradigma bahwa ada banyak di luar sana dan cukup dibagi untuk semua orang. Paradigma ini menghasilkan pembagian prestise, pengakuan laba, pengambilan keputusan. Paradigma ini membuka kemungkinan, pilihan, alternatif, dan kreativitas. 2)
Hubungan Dari dasar karakter, kita membangun dan memelihara hubungan
Menang/menang.
Kepercayaan,
rekening
Bank
Emosi,
adalah
intisari
menang/menang. Tanpa kepercayaan, yang terbaik yang dapat kita lakuakn Cuma berkompromi; tanpa kepercayaan, kita tidak mempunyai kredibilitas
147 untuk belajar dan komunikasi yang terbuka dan timbal balik serta kreativitas yang rill.
3)
Kesepakatan Dari hubungan mengalir kesepakatan yang memberi definisi dan arah
bagi Menang/menang. Ia kadang disebut kesepakatan kinerja (performancep
agreement) atau kesepakatan kemitraan (partnership agreement), perubahan paradigma interaksi produktif dari vertikal menjadi horizontal, dari penyeliaan yang mengintai menjadi penyeliaan sendiri, dari pengaturan posisi menjadi mitra dalam keberhasilan. a. Sistem Menang/menang hanya dapat bertahan di dalam organisasi jika system organisasi tersebut mendukungnya. Jika anda berbicaraa menang/menang, tetapi memberi ganjaran untuk menang/kalah, maka yang ada di tangan anda adalah program yang gagal b. Proses Tidak ada cara untuk mencapai tujuan Menang/menang dengan saran menang/kalah atau Kalah/menang. Anda tidak dapat mengatakan, “Anda akan berfikir menang/menang, entah anda suka atau tidak.” Maka, pertanyaannya mennjadi bagaimana tiba pada solusi Menang/menang.
148
e)
Berusaha Mengerti Terlebih Dahulu, Baru Dimengerti Dalam hal ini, berkomunikasi dengan baik juga sangat dibutuhkan dalam usaha
mengerti terlebih dahulu, baru dimengerti. Komunikasi adalah keterampilan paling penting dalam hidup. Kita menghabiskan sebagian besar jam bangun kita untuk berkomunikasi. Tetapi pikirkan ini: Anda sudah menghabiskan waktu bertahun-tahun belajar bagaimana membaca dan menulis, bertahun-tahun belajar bagaimana membaca dan menulis, bertahun-tuhun belajar bagaimana berbicara. Tetapi bagaiman dengan mendengarkan? Pelatihan atau pendidikan apa yang sudah anda dapatkan yang memungkinkan anda mendengarkan sehingga anda benar-benar mengerti orang lain secara mendalam dari kerangka acuan individu itu sendiri? Hanya sedikit orang yang pernah mengikuti pelatihan mendengar. Dan sebagian besar, pelatihan meraka adalah teknik Etika Kepribadian, yang terpotong dari dasar karakter dan dasar hubungan yang mutlak vital bagi pengertian otentik atas orang lain. 1. Mendengarkan Dengan Empatik “ Berusaha mengerti terlebih dahulu” memerlukan peubahan paradigma yang sangat mendalam. Kita biasanya berusaha telebih dahulu untuk dimengerti. Kebanyakan orang tidak mendengar dengan maksud untuk mengerti; mereka mendengar dengan maksud untuk menjawab. Mereka entah berbicara atau bersiap untuk berbicara. Mereka menyaring segalanya melalui paradigma mereka sendiri, membacakan autobiografi mereka ke dalam kehidupan orang lain. Kamus Webster mendefinisikan empati sebagai tindakan untuk memahami, menyadari, dan sensitive pada apa yang dialami orang lain (the action of
149
understanding, being aware of and being sensitive to) atau dapat kita artikan sebagai kemampuan seseorang yang secara aktif dan penuh perhatian mampu memahami dan merasakan suasana hati orang lain. Dia mampu beradaptasi, merasakan rintihan, kegetiran, dan bahkan mampu mendengarkan debaran jantung atau gelora jiwa para pengikutnya.18 Ketika orang lain berbicara, kita biasanaya “mendengarkan” dalam salah satu dari empat tingkat. Kita mungkin mengabaikan orang itu, tidak benar-benar mendengarkannya. Kita mungkin berpura-pura. ”Ya. Hmm. Benar.” Kita mungkin
mendengar secara selektif. Mendengar hanya bagian-bagian tertentu dari percakapan. Kita sering melakukan ini sewaktu mendengar celotehan terus-menerus dari anak prasekolah. Atau mungkin kita mendengar secara atentif, menaruh perhatian dan memfokuskan energi pada kata-kata yang diucapkan. Tetapi sedikit sekali dari kita pernah mempraktekan tingkat kelima, bentuk tertinggi dan mendengarkan, yaitu mendengar dengan empatik. Ketika kita mengatakan mendengar secara empatik, yang dimaksud adalah mendengar dengan maksud untuk mengerti. Maksudnya adalah berusaha terlebih
dahulu untuk mengerti, untuk benar-benar mengerti. Ini adalah paradigma yang sepenuhnya berbeda. Mendengar secara empatik (dari empati) masuk dalam kerangka acuan orang lain. Anda memandang keluar melewati kerangka acuan itu, anda melihat dunia dengan cara mereka melihat dunia, anda mengerti paradigma mereka, anda mengerti bagaimana perasaan mereka.
18
K.H Toto Asmara, Spritual Centered Leadership, (Jakarta:Gema Insani2006)Cet1, hal 88
150 Empati bukanlah simpatik. Simpati merupakan semacam kesepakatan, semacam penilaian. Dan ini kadang merupakan emosi dan respon yang lebih cocok. Tetapi orang sering hidup dari simpati. Hal ini membuat mereka tergantung. Intisari dari mendengarkan empatik bukanlah bahwa anda setuju dengan seseorang, tetapi bahwa anda sepenuhnya, secara mendalam, mengerti orang itu, secara emosional sekaligus intelektual. 2. Buatlah Diagnosis Sebelum Membuat Resep Walaupun mengandung resiko sulit, berusaha untuk mengerti, atau mendiagnosa sebelum anda membuat resep, adalah prinsip yang benar yang dimanifestasikan dibanyak bidang kehidupan. Ini adalah ciri dari profesional sejati. Ia penting sekali bagi ahli kacamata, juga penting sekali bagi dokter. Anda tidak akan percaya sedikit pun kepada resep dokter jika anda tidak percaya akan diagnosanya. Prinsip ini juga berlaku untuk penjualan. Penjual yang efektif berusaha terlebih dahulu untuk mengerti kebutuhan, kekhawatiuran, situasi pelangan. Penjual amatir menjual produk; penjual profesioanal menjual solusi untuk kebutuhan dan masalah. Pendekatan yang sepenuhnya berbeda. Penjual professional belajar bagaimana, bagaimana mengerti. Ia juga belajar bagaimana menghubungkan kebutuhan orang dengan produk dan jasanya. Dan ia harus mempunyai integriras untuk mengatakan, “Produk atau jasa saya tidak akan memenuhi kebutuhan itu” jika memang tidak dapat. Mendiagnosa sebelum anda membuat resep juga merupakan hal mendasar bagi hukum. Pengacara profesional lebih dahulu mengumpulkan fakta-fakta untuk mengerti situasinya, untuk mengerti hukum dan presedennya, sebelum menyiapkan
151 kasus. Pengacara yang baik hampir selalu menulis kasus pengacara lawan sebelum menulis kasusnya sendiri. 3. Pengertian Dan Persepsi Sementara anda belajar mendengarkan orang lain secara mendalam, anda akan menemukan perbedaan besar dalam persepsi. Anda juga akan mulai menyadari dampak yang dapat ditimbulkan oleh perbedaan ini ketika orang berusaha bekerja sama pada situasi salingrtergantungan. Persepsi kita bisa menjadi sangat berbeda. Namun kita sama-sama telah hidup dengan paradigma kita selama bertahun-tahun, berfikir bahwa paradigma tadi adalah “fakta,” dan mempertanyakan kecakapan karakter atau mental dari siapa saja yang tidak dapat “ melihat fakta-fakta tersebut.” Sekarang, dengan semua perbedaan kita, kita berusaha bekerja sama _dalam perkawinan, pekerjaan, proyek pelayanan masyarakat_ untuk mengelola sumber daya dan mencapai hasil. Lalu, bagaimana kita mengerjakannya? Bagaimana kita mengatasi keterbatasan persepsi individual kita supaya kita dapat berkomunikasi secara mendalam, suipaya kita dapat berurusan secara koperatif terhadap isu tertentu dan muncul dengan solusi menang/menang? Jawabannya adalah kebiasaan 5. Ia merupakan langkah pertama dalam proses menang/menang. Walaupun (dan khusunya ketika) orang lain tidak berasal dari paradigma itu, berusahalah mengerti terlebih dahulu. 4. Baru Berusaha Untuk Dimengerti
152 Berusah terlebih dahulu untuk mengerti…baru dimengerti. Mengetahui bagaimana untuk dimengerti adalah separuh lagi dari kebiasaan 5, dan sama pentingnya dalam mencapai Menang/menang. Sebelumnya kita mendefinisikan kematangan sebagai keseimbangan antara keberanian dan tenggang rasa. Berusaha untuk mengerti memerlukan tenggang rasa; berusah untuk dimengerti membutukan keberanian. Menag/menang memerlukan kadar yang tinggi dari keduanya. Jadi, didalam situasi salingtergantungan penting sekali bagi kita untuk dimengerti. Anda tidak terbungkus di dalam “urusan sendiri,” menyampaikan pidato muluk dari atas peti sabun. Anda benar-benar mengerti. Apa yang anda sajikan mungkin bahkan berbeda dengan apa yang semula anda pikirkan karena dalam usaha anda untuk mengerti, anda belajar. Kebiasaan 5 mengangkat anda ke akurasi yang lebih besar, integritas yang lebih besar, dalam presentasi anda. Dan orang-orang tahu itu. Mereka tahu anda menyajikan gagasan yang benar-benar anda yakini, dengan memperhitungkan semua fakta dan persepsi yang diketahui, yang akan menguntungkan setiap orang. f)
Wujudkan Sinergi Jika dimengerti dengan benar, sinergi adalah efektivitas tertinggi dalam semua
kehidupan_ujian dan manifestasi sebenarnya dari semua kebiasaan lain digabungkan menjadi satu. Sinergi adalah intisari dari kepemimpinan yang berpusat pada prinsip. Sinergi adalah intisari dari keorangtuaan yang berpusat pada prinsip. Sinergi berfungsi sebagai
153 katalisator, menyatukan dan melepaskan kekuatan terbesar dalam diri manusia. Semua kebiasan yang sudah kita bahas menyiapkan kita untuk menciptakan mukjizat sinergi. Apakah sinergi? Didefinisikan secara sederhana, sinergi berarti keseluruhannya lebih besar daripada jumlah bagian-bagiannya. Ia berarti hubungan antar bagian dimana bagian-bagian itu merupakan bagian di dalam dan dari hubungan itu sendiri. Sinergi bukan merupakn suatu bagian belaka, melainkan bagian yang paling bersifat katalisator, paling memberdaya, paling menyatukan danb paling menyenangkan. Sinergi ada dimana-mana di alam raya ini, jika anda menanam dua batang tanaman berdekatan satu sama lain, akar kedua tanaman tadi akan berbaur menjadi satu dan meningkatkan mutu tanah sehingga kedua tanaman akan tumbuh lebih baik daripada jika keduanya dipisahkan. Jika anda menyatukan dua batang kayu, kedua batang kayu itu akan menahan bobob jauh lebih besar dibandingkan jumlah keseluruhan beban yang ditanggung oleh masing-masing secara sendiri-sendiri. Keseluruhannya lebih besar daripada jumlah bagin-bagiannya. Satu ditambah satu sama dengan tiga atau lebih. Tantangannya adalah menerapkan prinsip kerja sama kreatif, yang kita pelajari dari alam, dalam interaksi sosial kita. Kehidupan keluarga memberi banyak peluang untuk mengamati sinergi dan mempraktekannya 1. Komunikasi Sinergistik Ketika anda berkomunikasi secara sinergistik, anda benar-benar membuka fikiran, hati, dan ekspresi anda kepada kemungkinan baru, alternatif baru, pilihan baru. Mungkin tampak seolah anda menyingkirkan kebiasaan 2 (merujuk pada tujuan akhir); tetapi sebenarnya anda melakukan hal yang sebaliknya_anda memenuhinya. Anda tidak tahu pasti ketika anda terlibat dalam komuniukasi
154 sinergistik bagaiman segala sesuatunya akan terjadi atau bagaiman akhirnya akan terlihat, tetapi anda mempunyai perasaan bersemangat, rasa aman dan petualanagn, percaya bahwa ini pasti akan lebih baik secara signifikan dibandingkan sebelumnya. Dan itu adalah tujuan akhir yang ada dlam fikiran anda. Anda mulai dengan keyakinan bahwa pihak-pihak yang telibat akan memperoleh lebih banyak wawasan, dan bahwa kesenangan dari belajar dan peningkatan wawasan bersama itu akan menciptakan momentum ke arah wawasan, proses belajar, dan pertumbuhan yang jauh lebih besar lagi. Banyak orang tidak benar-benar mengalami sinergi bahkan dalam kadar yang sedang-sedang saja pada kehidupan keluarga mereka atau ineteraksi lain. Mereka sudah dilatih dan naskah hidup mereka ditulis dalam komunikasi yang defensive dan protektif atau dalam kepercayaan bahwa kehidupan atau orang lain tidaklah dipercaya. Akibatnya, mereka tidak pernah benar-benar terbuka pada kebiasaan 6 dan kepada prinsip-prinsipnya. Hal ini menggambarkan salah satu dari tragedi besar dan pemborosan dalam hidup karena begitu banyak potensi yang tidak tersadap_sepenuhnya tidak berkembang dan tidak digunakan. Orang-orang yang tidak efektif hidup hari demi hari dengan potensi yang tidak digunakan. Mereka mengalami sinergi hanya dengan cara yang kecil, bukan yang pokok dalam hidup mereka. 2. Sinergi Dan Komunikasi Sinergi memang menggairahkan. Kreativitas memang menggairahkan. Memang luar biasa apa yang dapat dihasilkan olek keterbukaan dan komunikasi.
155 Kemungkinan keuntungan yang sungguh berarti, perbaikan yang begitu nyata sehingga sepadan dengan resiko yang diminta oleh keterbukaan seperti ini. Komiunikasi yang penuh respek memang baik dalam situasi yang bebas atau mandiri,tetapi kemungkinan kreatifnya belum terbuka. Dalam situasi yang saling tergantung, kompromi adalah posisi yang biasa diambil. Kompromi berarti bahwa 1+1=1 ½. Keduanya sama-sama memberi dan menerima. Komunikasi tidak defensive atau protektif atau marah atau manipulatif; komunikasi jujur atau tulus dan penuh respek. Namun hal ini belum kreatif atau sinergistik. Komunikasi ini menghasilkan bentuk yang rendah dari Menang/menang. Sinergi berarti 1+1 dapat sama dengan 8.16, atau bahkan 1600. posisi sinergistik dari kepercayaan yang tinggi menghasilkan solusi lebih baik dibandingkan dengan usulan semula, dan semua pihak mengetahuinya. Lebih jauh, mereka secara tulus menikmati usaha yang kretif. 3. Sinergi Negatif Berapa banyak energi negatif yang biasanaya dikeluarkan ketika orang berusaha memecahkan masalah atau mengambil keputusan dalam realitaas kesalingtergantungan? Berapa banyak waktu dihabiskan dalam membeberkan dosa orang lain, berpolitik, persaingan, konflik antarpribadi, melindungi diri dari belakang, penguasaan pikiran, dan dugaan-dugaan buruk? Masalahnya adalah bahwa ada orang yang sangat tergantung yang berusaha untuk sukses di dalam realitas kesalingtergantungan. Mereka bergantung dengan meminjam kekuatan dari kekuasan posisi dan menggunakan menang/kalah, atau mereka bergantung untuk menjadi popular dengan orang lain dan menggunakan
156 Kalah/Menang, tetapi mereka tidak sungguh-sungguh dalam mendengarkan, mereka memanipulasi. Dan sinergi tidak dapat tumbuh subur dalam lingkungan ini. Orang-orang yang merasa tidak aman berpikir bahwa senua realitas harus sesuai dengan paradigma mereka. Mereka memiliki kebutuhan yang tinggi untuk membuat duplikat orang lain, untuk mencetak orang lain ke dalam cara berpikir mereka. Mereka tidak sadar bahwa kekuatan hubungan itu sendiri adalah dengan memliki juga sudut pandang orang lain. Kesamaan bukanlah kesatuan; keseragaman bukanlah ketunggalan. Kesatuan, atau persatuan, adalah saling melengkapi, bukan kesamaan. Kesamaan tidak kreatif…dan membosankan. Intisari sinergi adalah menghargai perbedaan. 4. Menghargai Perbedaan Menghargai perbedaan adalah intisari dari sineregi_perbedaan mental, emosional, psikologis antar orang. Dan kunci untuk menghargai perbedaanperbedaan in adalah menyadari bahwa semua orang melihat dunia, tidak sebagaimana adanya, tapi sebagaimana mereka. Orang yang benar-benar kreatif mempunyai kerendahan hati dan rasa hormat untuk mengakui keterbatasan persepsinya sendiri dan menghargai sumber daya yang kaya yang tersedia melalui interaksi dengan hati dan pikiran manusia lain. Menghargai perbedaan karena ia justru menambah pengetahuannya, pengertiannya tentang realitas. Ketika kita dibiarkan sendirian dengan pengalaman kita saja, kita terus menerus menderita kekurangan data.
g)
Asahlah Gergaji
157 Kebiasaan 7 adalah meluangkan waktu untuk mengasah gergaji. Kebiasaan ini melingkupi kebiasaan-kebiasaan lain pada paradigma Tujuh Kebiasaan karena ia adalah kebiasan yang menjadikan semua kebiasaan lain mungkin. 1. Empat Dimensi Pembaruan Kebiasaan ini memelihara dan meningkatkan aset terbesar yang anda miliki, yaitu diri anda. Kebiasaan ini memperbarui keempat dimensi alamiah anda_fisik, spiritual, mental dan sosial/emosional. “Asahlah Gergaji” pada dasarnya mengekspresikan keempat motivasi. Hal ini berarti menjalankan keempat dimensi sifat anda, secara teratur dan konsisten dengan cara-cara yang bijaksana dan seimbang. 1. Dimensi Fisik Dimensi fisik meliputi pemeliharaan fisik kita secara efektif_memakan jenis makan yang tepat, mendapatkan istirah dan relaksasi yang memadai, dan berolahraga secara teratur. Kebanyakan dari kita berfikir kita tidak mempunyai cukup watu untuk berolahraga. Paradigma yang sangat keliru! Kita sebenarnya tidak mempunyai waktu untuk tidak berolahraga. Kita berbicara tentang tiga atau enam jam seminggu_atau minimum tiga puluh menit sehari, setiap dua hari sekali. Hal itu kelihatannya bukan jumlah waktu yang banyak mengingat manfaatnya yang besar sesuai dengan dampaknya pada 162-165 jam lainnya dalam seminggu. Dan kita perlu bijaksana dalam mengembangkan program olahraga. Ada kecendrungan, khususnya jika anda belum pernah berolahraga sama sekali, untuk berlatih secara berlebihan. Dan itu dapat menimbulkan rasa nyeri yang
158 tidak perlu, cedera, dan bahkan kerusakan permanent. Paling baik adalah memulai perlahan-lahan. Program latihan apa pun harus selaras dengan temuan penelitian mutakhir, dengan rekomondasi dokter dan dengan kesadaran anda. 2. Dimensi Spiritual Pembaruan
dimensi
spiritual
memberikan
kepemimpinan
pada
kehidupan anda. Ia sangat berhubungan dengan kebiasaan 2. Dimensi spiritual adalah inti anda,pusat anda, komitmen anda pada system nilai anda. Daerah yang amat pribadi dari kehidupan dan sangat penting. Dimensi ini memanfaatkan sumber yang mengilhami dan mengangkat semangat anda dan mengikat anda pada kebenaran tanpa batas waktu mengenai semua humanitas. Dan orang melakukannya dengan cara yang sangat berbeda. Tokoh pembaruan besar Martin Luther mengatakan, “ Ada begitu banyak kerjaan yang saya harus kerjakan hari ini sehingga saya perlu menyisihkan waktu satu jam untuk berdoa.” Baginya, doa bukanlah tugas mekanis, melainkan lebih merupakan sumber kekuatan dalam melepaskan dan melipatgandakan energinya. Gagasannya adalah jika meluangkan waktu untuk memanfaatkan pusat kepemimpinan dari kehidupan kita, yang merupakan hal tertinggi dalam hidup, maka pusat itu menaungi seperti payung di atas segalanya yang lain. Ia memperbarui kita, menyegarkan kita, khususnya jika kita memiliki komitmen ulang padanya. 3.
Dimensi Mental
159 Sebagain besar dari perkembangan mental dan disiplin studi kita bersal dari pendidiakn formal. Tapi segera sesudah kita meninggalkan disiplin eksternal
sekolah, banyak dari kita membiarkan otak kita terhenti
pertumbuhannya, kita tidak lagi membaca secara seriuskita tidak berfikir lagi secara analistis, kita tidak menulis_sedikitnya tidak kritis atau tidak dengan cara tertentu menguji kemampuan kita mengekspresikan diri dalam bahasa yang baik, jelas dan ringkas. Sebaliknya, kita malah menghabiskan waktu kita di depan TV Pendidikan_pendidiakn
yang
berkesinambungan,
pengasahan
dan
perluasan pikiran yang terus menerus_adalah pembaruan mental yang vital. Kadang ia melibatkan disiplin eksternal di luar kelas atau progam studi sistematis; lebih sering tidak. Orang-orang proaktif dapat memikirkan bannyak sekali cara untuk mendidik diri mereka sendiri. Menulis adalah satu caraa lain yang ampuh untuk mengasah gergaji mental. Membuat jurnal dari gagasan, pengalaman, wawasan, dan pelajaran kita akan menyokong kejelasan mental, keterpatan dan konteks. Menulis surat yang baik_berkomunikasi pada tingkat berpikir, perasaan dan gagasan yang lebih dalam ketimbang pada tingkat peristiwa yang lebih dangkal_juga mempengaruhi kita untuk berpikir jernih, untuk bernalar secara akurat, dan untuk dimengerti secara efektif. 4.
Dimensi Sosial/Emosional Dimensi sosisal dan emosional kehidupan kita terikat bersama karena
kehidupan emosional kita terutama, hubungan kita dengan orang lain.
160 Pembaruan dimensi sosisal / emosioanal kita tidak membutuhkan waktu dalam pengertian yang sama dengan yang dibutuhkan untuk pembaruan dimensi-dimensi lain. Kita dapat melakukannya dalam interaksi kita yang normal sehari-hari degan orang lain. Tetapi ini tentu saja memerlukan latihan. Kita nungkin harus memaksakan diri karena banyak dari kita belum mencapai tingkat Kemenangan Pribadi dan keterampilan Kemenangan Publik yang diperlukan untuk kebiasaan 4,5, dan 6 yang datang dengan sendirinya kepada kita pada semua interaksi kita.
2. ORGANISASI DAN PENGEMBANGANNYA a) Pertumbuhan Organisasi Greiner berpendapat bahwa organisasi yang sedang tumbuh bergerak melalui lima periode evolusi yang relative tenang. Dan setiap periode diakhiri dengan periode krisis evolusi. Menurut greiner,” setiap periode evolusi bercirikan gaya manajemen dominan yang diterapkan untuk mencapai pertumbuhan, sedangkan masing-masing periode revolusi bercirikan masalah manajemen yang dominan yang dipecahkan sebelum pertumbuhan dapat berlanjut. Tahap pertama disebut Kreatifitas, tahap ini biasanya didominasi oleh pendiri organisasi, mereka menekankan pada upaya menciptakan produk dan pasar, tetapi pada saat organisasi tumbuh, mulai timbul masalah-masalah yang tidak dapat ditanggulangi melalui komunikasi dan dedikasi informal, sehingga terjadilah krisis kepemimpinan yang membutuhkan seorang pemimpin yang kuat, yang diterima pendiri organisasi dan yang dapat menggerakan oraganisasi bersama-sama dan dapat memberikan arahan
161 Selanjutnya, pertumbuhan melalui arahan. Dalam tahap ini manajer dan staf intinya mengemban hampir semua tanggung jawab untuk melembagakan arahan, ntapi akan mengalami krisis otonomi, karena menajer tingkat bawah akan menuntut otonomi yang juga besar dan ini dapat diselesaikan dengan jalan pendelegasian lebih besar. Apabila organisasi dapat memasuki tahap delegasi, organisasi biasanya mulai mengembangkan struktur yang didesentralisasi, yang mempertinggi motivasi pada level bawah. Namun, akhirnya, krisi selanjutnya mulai muncul pada saaat para manajer teras “merasa bahwa mereka kehilangan kontrol atas bidang operasi yang sangat terspesialisasi…kebebasan melahirkan sikap picik.”, Sehingga akan timbul krisis kontrol yang mengakibatkan kembalinya organisasi ke sentralisasi, yang sekarang tidak lagi sesuai dan menimbulkan kekecewaan dan permusuhan dikalangan mereka yang telah memperoleh kebebasan. Jalan keluar lebih baik adalah dengan tahap selanjutnya yaitu tahap koordinasi. Tahap ini dicirikan olen penerapan system formal untuk mencapai koordinasi lebih besar bagi pimpinan teras sebagai “pengaman”. Namun, pada akhirnya system koordinasi akhirnya tidak efektif dan melahirkan periode revolusi selanjutnya yaitu _krisis birokrasi umumnya karena memeliki program-program formal dan sistem yang kaku. Tahap berikutnya adalah tahap kolaborasi, tahap ini menekankan spontanitas tindakan manajemen yang lebih besar melalui tim dan penyelesaian perebedaanperbedaan antarpribadi secara tepat. b) Pengembangan organisasi Salah satu upaya yang dilakukan dalam menjawab tantangan bagaimana agar organisasi dapat berkembang, bagaiman kita dapat memobilisasi sumber daya manusia
162 dan energi secara optimal untuk mencapai misi organisasi dan pada saat yang sama, mempertahankan pertumbuhan organisasi dan orang-orang yang kebutuhan pribadi mereka akan keberhargaan diri, pertumbuhan, dan kepuasan dapat dipenuhi secara signifikan ditempat kerja? Salah satu solusinya adalah dengan cara pengembangan organisasi (PO) sebagai bidang kajian yang makin tumbuh dan berkembang. 1. Evektivitas organisasi dan PO Efektivitas suatu organisasi tergantung pada tujuan dan sasarannya. Dengan demikian, kita tidak dapat menerima seperangkat tujuan normatif yang sesuai bagi semua organisasi sebagaiman yang dianut oleh kebanyakan teoritisi PO dan para praktisi PO menyediakan “ pedoman dan arahan untuk hal-hal yang perlu dilakukan dalam pengembangan suatu organisasi dan bagaimana cara mengadakan dan mendukung program tersebut. Dengan nilai-nilai humanistik yang diajukan oleh para praktisi dan teoritisi PO, tidak sukar memahami mengapa tujuan organisasi pada umumnya dikemukakan sebagai diarahkan pada terbentuknya suatu organisasi yang terbuka dan menimbulkan kepercayaan, dan karenanya intervensi PO cenderung menerapkan penerapan strategi kolaboratif atau antar pribadi dalam perbuatan. 2. pelajaran loop-ganda kesanggupan mempelajari sesuatu, dan bersamaan dengan itu memperbaiki kesanggupan untuk belajar. Ini berarti menunjukan apa yang telah terjadi untuk menentukan apa yang telah berjalan dengan baik dan perlu di teruskan, disamping apa yang mungkin diperbaiki. Misalnya ayat ke 9 dari peraturan National League
163 Umpires (Wasit Liga Nasional) mengenai tingkah laku, berbunyi, “ tinjaulah kembali pekerjaan anda sesudah setiap pertandingan. Hanya dengan memeriksa diri sendiri anda akan bertambah baik”. Memikirkan prestasi masa lampau merupakan salah satu cara belajar dari pengalaman; penggunaan putar ulang video merupakan penghalusan proses belajar. Pengalaman ini menujukan bahwa “ sukses itu sering kali lahir dari kegagalan dan bahwa untuk belajar dari kegagalan kita, kita harus mengasuh dan menunjang pemeriksaan mereka”. Dengan berbuat demikian, organisasi membuat beberapa perusahaan dalam metodenya dan mengembangkan proses perbaikan untuk membuat perubahan-perubahan yang relevan.19 3. Keseimbangan dinamis Banyak perhatian ditujukan pada kebutuhan organisasi untuk menyesuaikan diri dengan perubahan keadaan. Adalah popular menekankan pentingnya perubahan tanpa mengetahui kebutuhan akan pemeliharaan dan stabilitas system. Setiap organisasi harus dapat mempertahankan cukup stabilitas untuk dapat berfungsi dengan memuaskan, tetapi tidak membiarkan dirinya menjadi statis, sangat kolot , atau melalaikan kebutuhan akan menyesuaikan dengan perubahan keadaan, pandangan yang relistis mengenai perubahan organisasi mengakui bahwa stabilitas dan penyesuaian diri (adaptation) itu esensil untuk kelangsungan hidup (survival) dan pertumbuhan. Sedangkan
dalam
buku
Drs.
H.
Malayu
S.P.
Hasibuan
dalam
mengembangkan suatu organisasi atau perusahaan agar pelaksanaannya efektif dalam mendukung tercapainya tujuan organisasai perusahaan adalah menerapkan metode yang sesuai dan efektif dalam pelaksanaan tugas-tugasnya. Pemeliharaan
19
Fremont E. Kast, Organisasi dan Manajemen, (Jakarta : Bumi Aksara, 2002), hal. 890
164 keamanan, kesehatan, dan sikap loyal karyawan hendaknya dengan metode yang efektif dan efisien supaya tercapai manfaat yang optimal. Komunikasi yang optimal harus digunakan dalam setiap penyampaian informasi dari komunikator kepada komunikan. Komunikasi berfungsi untuk
instructive, informative, influencing, dan evaluative.20
3. STRATEGI KEMENANGAN ORGANISASI DENGAN MENINGKATKAN BAKAT Tak peduli apakah sedang memimpin atau ketinggalan, dalam perlombaan jarak jauh, organisasi tercepatlah yang menang. Seperti dikatakan dengan banyak cara yang berbeda oleh mantan direktur General Electric, jack Welch, hanya keunggulan yang berkelanjutanlah yang dapat menimbulkan inovasi dan perubahan yang lebih cepat dari pesaing terkuat. Dia juga menekankan bahwa bila lingkungan eksternal lebih cepat berubah dari pada anda, maka organisasi akan berakhir. Dalam bisnis, sama seperti perlombaan, siapa yang paling cepat bergerak memiliki kombinasi dari kendaraan tercepat dan pengemudi paling berbakat. Dan kendaraan yang tercepat adalah hasil ciptaan kelompok desainer, teknisi dan produsen paling berbakat. Sebuah campuran kemenangan dari pemimpin berbaklat dan karyawan yang berbakat adalah manajer-pemimpin, yaitu orang yang mempertahankan kombinasi kemenangan antara perkembangan yang berkelanjutan dan keusangan yang tepat waktu. Dalam konteks bisnis, bakat dapat di didefinisikan sebagai “kapabilitas yang dipakai untuk menciptakan nilai yang dihargai dan diakui oleh pemilik kepentingan (stakeholder) utama – pemilik, manajer, dan pelanggan.” Orang berebakat harus mengetahui cara agar pekerjaan mereka sesuai dengan rantai nilai yang ada dan tidak hanya melakukan pekerjaan 20
Drs. H. Malayu S.P. Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2003), hal.181
165 rutin dengan baik namun juga hebat dalam melakukan pekerjaan mereka, khususnya untuk komponen yang sangat penting. Komponen yang sangat penting biasanya memerlukan sejumlah sikap pro aktif, kreatif, inisiatif, dan kreatifitas. Bila orang-orang yang berbakat tidak bekerja secara maksimal dan dikendalikan secara cerdik oleh manajemen, maka sebagian besar kemampuan mereka sia-sia saja. Sesungguhnya, bakat akan uterbuang percuma apabila tidak diakui, tidak dikembangkan, tidak diekspresikan, tidak disempurnakan, dan tidak ditiingkatkan.21 a) Pengertian Remaja Remaja menurut Zakiah Drajat adalah masa peralihan yang ditempuh oleh seseorang dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Secara fisik telah terbentuk dan organ-organnya telah dapat menjalankan fungsinya, segi emosi dan sosial belum matang dan memerlukan waktu dan proses untuk berkembang menjadi dewasa.22 Sedangkan menurut pendapat Drs. Sudarsono, SH masa remaja adalah masa transisi, masa yang berbahaya bagi dirinya, sebab ia mengalami hidup diluar alam, yakni antara alam khayalan dan alam kenyataan dimana banyak ditemukan gejolak jiwa dan fisik, gejolak emosional yang tidak terkendali.23 Masa remaja adalah suatu periode peralihan dari masa kanak-kanakkepada masa dewasa. Ini berarti anak-anak masa kini harus meninggalkan sesuatu yang bersifatkekank-kanakan, dan juga harus mempelajari sikap dan pola perilaku yang baru pengganti perilaku dan sikap yang ditinggalkan. Akibat sikap peralihan ini remaja bersifat ambivalensi: disatu pihak ingin diperlakukan sebagai orang dewasa, jangan 21
Subir Chowdhury, Organisasi Abad 21, (Jakarta : PT Indeks Kelompok Gramedia, 2005), hal. 2 Zakiah Drajat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan BIntang, 1993), hlm. 70. 23 Sudarsono, Etika Islam Tentang Kenakalan Remaja, (Jakarta: Bina Aksara), Cat. Ke-1. hlm. 14. 22
166 selalu diperintah seperti anak kecil, tetapi dilain pihak ssegala kebutuhannya masih minta dipenuhi seperti halnya pada anak-anak.24 Masa remaja terjadi berbagai perubahan fisik, kejiwaan dan social yang menurut penyesuaian diri dari individu yang bersangkutan. Adapun perubahan-perubahan yang dialami remaja tersebut sebagaimana dikemukakan oleh Sarlito Wirawan Sarwono adalah sebagai berikut: 1. Perubahan Fisik Terjadi perkembangan yang hebat akibat kematangan biologis: d. pertumbuhan berat badan dan tinggi yang cepat. e. Pertumbuhan tanda-tanda seksual primer (kelenjar-kelenjar dan alat-alat kelamin) maupun tanda-tanda seksual sekunder (tumbuh payudara, haid, kumis, mimpi basah dan sebagainya). 2. Perkembangan Sosial a. Jangkauan pergaulan social bertambah luas. b. Wawasan sosialnya bertambah luas. c. Hubungan dengan teman sebaya lebih diutamakan. d. Lebih mengikuti norma teman atau kelompok daripada orang tua. e. Peranan sosialnya yang sesuai dengan jenis kelaminnya makin jelas. 3. Perkembangan Emosi 24
Sarlito Wirawan Sarwono, Mengenal dan Memahami Masalah Remaja, Seks dan Disiplin, (Jakarta: Pustaka Antara, 1996), hlm. 102.
167 Perubahan fisik dan social yang cepat menuntut kemampuan penyesuaian diri yang sebaik-baiknya. Hal ini memyebabkan remaja mengalami beban mental yang pada gilirannya menyebabkan emosi remaja mudah bergejolak. Ditinjau dari emosinya, masa remaja disebut masa topan dan badai (sturm and drang) cirri emosi yang mudah bergerak adalah kadar emosi yang sangat tinggi dan sekaligus cepat berganti. 4. Perkembangan Intelektual a. Mulai mampu berfikir abstrak normal b. Kritis c. Ingin tahu d. Cenderung menentang pendapat orang lain Dari
beberpa
perbedaan
definisi
di
atas,
penulis
mencoba
untuk
menyimpulkan dengan ringkas dari definisi remaja tersebut, adalah : 1. Masa remaja merupakan masa transisi atau masa peralihan dari masa kanakkanak menuju dewasa. Dan pada masa ini remaja berada pada posisi kejiwaannya belum stabil. 2. masa remaja adalah sebagai masa mencari identitas, kalau masa-masa sebelumnya penyesuaian diri dengan standar kelompok. Sekarang dimasa remaja yang terpenting adalah mencari dan menemukan identitas dirinya sendiri. 2) Remaja dan Perkembangannya a.
Pengertian Remaja
168 Ada banyak definisi yang dapat diambil untuk memperoleh pengertian tentang remaja, diantaranya: 1) Save M. Dagun, menerangkan bahwa remaja merupakan tahap pertumbuhan anak menuju dewasa, yang terjadi mulai saat puber sampai usia 17-18 tahun.25 2) WHO (Organisasi Kesehatan Dunia) sebagaimana yang dikutip oleh Sarlito Wirawan Sarwono, mendefinisikan bahwa remaja adalah suatu masa di mana: 2) Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksualnya. 3) Individu mengalami perkembangan psikologis dan identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa. 4) Terjadi peralihan dari ketergantungan social ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relative lebih mandiri.26 3) Sarlito Wirawan Sarwono, menerangkan bahwa masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak menjadi dewasa, bukan hanya dalam artian psikologis tetapi juga fisik. Bahkan perubahan fisik yang terjadi itulah yang merupakan gejala primer sebagai akibat dari perubahan-perubahan fisik itu.27 a. Sopyan S. Willis, mengemukakan bahwa masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa dan pada masa remaja ini terdapat guncangan pada individu remaja itu terutama dalam melepaskan nilai-nilai lama dan memperoleh nilai-nilai yang baru untuk mencapai kedewasaan.28
25
Save M. Dagun, Kamus Besar Ilmu Pengetahuan, (Jakarta:LPKN, 1997), hlm. 956. Sarlito Wirawan Sarsono, Psikologis Remaja, (Jakarta: Rajawali Press, 2000), hlm. 6. 27 Ibid. hlm. 51. 28 Sopyan S. Willis, Problema Remaja dan Pemecahannya, (Bandung: Aksara, 1981), Cet. Ke-3, hlm. 19. 26
169 b. M. Alisuf Sabri, menerangkan bahwa masa remaja merupakan masa yang penting dalam rentang kehidupan. Masa ini dikenel sebagai suatu periode peralihan, suatu masa perubahan usia bermasalah saat dimana individu mencari identitas usia yang menakutkan, masa tidak realistis dan masa amabang dewasa.29 Dari beberapa definisi di atas, dapat di garis besarkan bahwa remaja adalah suatu masa transisi, yaitu masa peralihan dari kanak-kanak ke masa dewasa yang di dalamnya mengalami semua perkembangan vsebagai persiapan memasuki masa dewasa. Remaja adalah masa yang penuh dengan perubahan-perubahan yang amat cepat menyangkut segi pertumbuhan dan kejiwaan maupun yang bersifat sosial. Sehingga nampak adanya perubahan-perubahan
itu
yang
menyebabkan
gejolak-gejolak
kejiwaan
yang
terefleksikan dalam perilaku sehari-hari yang kadang terlihat normal dan kadang bernilai menyimpang. b. Batas Usia Remaja dan Ciri-cirinya 1) Batas usia remaja Sehubungan dengan adanya pembagian tahap-tahap kehidupan kedalam masa kanak-kanak remaja dan dewasa, maka otomatis secara langsung pasti ada pembagian batas usia untuk seseorang dapat memasuki criteria tahap-tahapan masa kehidupan tersebut. Kapan seseorang diokatakan memasuki masa remaja?
29
M. Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan anak dan Remaja, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1997), cet. Ke-2, hlm. 160.
170 Zakiah Drajat berpendapat bahwa: “Pada umumnya permulaan masa remaja itu dapat diketahui dengan mudah dan hampir sama pada setiap anak, yaitu kira-kira pada usia 13 tahun (misalnya mimpi pada anak lakij-laki dan haid bagi anak perempuan) akan tetapi kapan berakhirnya masa remaja itu agak sukar menentukannya, kaerena berbagai factor ikut mempengaruhi, namun pada umumnya para ahli jiwa cenderung untuk mengatakan bahwa pada masyarakat maju, berakhirnya masa remaja adalah pada usia 251 tahun, dimana segala macam pertumbuhan atau perubahan cepat dapat dikatakan berakhir”.30 Sedangkan menurut Aris Toteles sebagaimana yang ditulis dalam buku Sarlito Wirawan Sarwono, yang membagi jiwa manusia dikaitkan dengan tahap perekembangan jiwa terbagi menjadi : 1. Usia 0-7 tahun adalah masa kanak-kanak (infancy). 2. Usia 7-14 tahun adalah masa kanak-kanak (Boy hood). 3. Usia 14-21 tahun adalah masa dewasa muda (Young Man Hood).31 Pandangan Aries Toteles ini sampai sekarang masih berpengaruh pada dunia modern kita, antara lain dengan tetap dipakainya batas usia 21 tahun dalam kitabkitab hokum diberbagai Negara sebagai batas akhir usia remaja. Dari pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak sampai sebelum menginjak dewasa atau ketika aseseorang berumur antara 13-21 tahun.
30 31
Zakiah Drajat, Kesehatan Mental, (Jakarta: Bulan Bintang, 1983), hlm. 122. Sarlito Wirawan Sarwono, Op. Cit. hlm. 6.
171 b. Ciri-ciri Remaja Setiap tahap atau masa pertumbuhan dalam kehidupan manusia masingmasing mempunyai keadaan psikologis tersendiri. Masa remaja dengan batasan usia seperti yang disebutkan di atas, juga mempunyai keadaan fisik tersendiri. Ciri-ciri fisik remaja secara umum adalah, tubuh bertambah kekar, kumis dan jenggot mulai tumbuh (bagi Pria) dan pada remaja wanita mempunyai ciri-ciri, payudara mulai tumbuh, tambah ramping dan pinggul mulai padat dengan jaringan lemak.32 Ciri-ciri fisik ini sama halnya dengan cirri-ciri yang digambarkan oleh Fuad Kauma dalam bukunya yang berjudul Sensasi Remaja Dimasa Puber, yaitu : a. pertumbuhan badan yang sangat pesat. b. kelenjar kelamin berfungsi dan matang. c. Pada laki-laki suaranya membesar dan tumbuh bulu pada bagian tertentu (kelamin) pada tubuhnya. d. Pada anak wanita, pinggulnya nampak membesar serta buah dadanya mengembang dan tumbuh bulu pada kelaminnya. Drs. H. Salimun A. Nasir membagi cirri-ciri remaja menjadi dua, yaitu : a. Remaja awal, dengan cirri-ciri : 1. Kemampuan perasaan dan emosi tidak stabil.
32
A.W. Widjaya Kusuma, Masalah Kenakalan Remaja dan Penyalahgunaan Narkoba, (Bandung: Armico, 1985), hlm. 2.
172 2. Mental dan daya pikir mulai agak sempurna. 3. Hal sikap dan moral, menonjol pada menjelang akhir masa remaja awal. 4. Remaja awala adalah masa kritis. 5. Banyak masalah yang dihadapinya. 6. Timbul dorongan-dorongan seks. b. Remaja akhir dengan ciri-ciri : a. Stabilitas mulai timbul dan meningkat. b. Citra diri dan sikap pandangan lebih realistis. c. Perasaan lebih tenang. d. Matang dalam menghadapi masalah.33 Sebenarnya, masalah-masalah wajar yang dihadapi remaja akhir relative sama dengan masalah yang dihadapi remaja awal, perbedaannya hanya terletak pada cara menghadapi dan memecahkan masalah tersebut saja. Jika dalam masa remaja awal umumnya masalah tersebut dihadapi dengan sikap bingung, maka pada masa remaja akhir, mereka menghadapi masalah tersebut secara lewbih tenang dan matang. Adapun mengenai cirri-ciri psikis yang terdapat dari remaja adalah adanya beberapa kecenderungan-kecenderungan untuk meniru, kecenderungan tertarik
33
Salihun A. Nasi, Peran Pendidikan Agama Terhadap Problema Remaja, (Jakarta: Kalam Mulia, 1996), hlm. 14.
173 pada lawan jenis, kecenderungan mencari idola, kecenderungan mencoba pada hal-hal baru dan emosinya mulai mudah meletup. c. Perkembangan Keberagaman Remaja Quraish Shihab mendefinisikan keberagaman yakni : “Tidak hanya berorientasi pada bentuk-bentuk peribadatan yang bersifat superficial atau menekankan aspek-aspek “Luaran” semata, melainkan lebih pada terjadinya keseimbangan antara aspek-aspek “luaran” dengan sikap bathin atau aspek “dalam” .34 Kata keberagaman berasal dari kata agama, yang mendapat awalan ke- dan akhiran –an. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia agama berasal dari bahasa Sanksekerta yang artinya tidak kacau, diambil dari dua kata, a berarti tidak dan gama berarti kacau.35 Secara lengkapnya agama adalah peraturan yang mengatur manusia agar tidak kacau. Menurut maknanya, kata agama dapat disamakan dengan kata Religion (Inggris), Religie (Belanda) atau berasal dari bahasa latin Religio, yaitu dari akar kata Religare yang berarti mengikat.36 Agama dalam bahasa arab dikenal dengan kata “ad-dien”, yang mengandung berbagai arti, yaitu al-ihsan (kebajikan), al-ibadat (pengabdian), ah-tha’at (taat), dan Ial-islam at-tauhid (penyerahan dan pengesaan tuhan).37
34
Quraish Shihab, Membumikan Al-qur’an, (Bandung: Mizan, 1992), cet. Ke-1, hlm.210. H. Dadang Kahmad, Metodologi Penelitian Agama: Perspektif Ilmu Perbandingan Agama, (Bandung: Pustaka Setia, 1999), cet. ke-1, hlm.47. 36 Ibid., hlm. 22. 37 Ibid., hlm. 47. 35
174 Remaja dan pemuda merupakan kelompok usia yang sangat potensial. Itu sebabnya generasi muda seringkali disebut sebagai generasi harapan; harapan dirinya sendiri, keluarga, masyarakat, agama, bangsa dan Negara. Dalam konteks kemasjidan generasi muda juga menjadi tulang punggung dan harapan besar bagi pemakmuran masjid pada masa kini dan masa mendatang. Karena itu, islam juga memandang generasi muda sebagai harapan. Ini nampak pada perhatian Allah SWT dan Rasul-Nya yang begitu besar terhadap generasi muda. Bahkan Allah dan Rasul-Nya mengisaratkan bahwa, meskipun seseorang berada dalam usia yang muda, dia bias hidup dengan baik sebagaimana ketentuan ajaran Islam, tidak sebagaimana pandangan sebagian masyarakat kita yang menganggap usia mukda adalah usia untuk santai, hura-hura dan bebas melakukan maksiat sehingga bila generasi muda melakukan hal-hal yang tidak benar, maka hal itu sering kali mudah dimaklumi, “yah namanya juga anak muda”, begitu kata mereka. Diantara isyarat Allah akan pentingnya generasi muda adalah diceritakan-Nya kisah sekelompok pemuda yang istiqomah dalam mempertahankan akidah Islamiah meskipun harus berhadapan dengan pengusa yang dzalim dan akhirnya mereka bersembunyi didalam goa. Kisah ini diabadikan Allah didalam surat Al-Kahfi. Sementara, Rasulallah SAW disamping banyak sekali sahabatnya yang lebih muda bahkan jauh lebih muda dari beliau, menyebutkan dalam satu hadits yang artinya : “Ada tujuh golongan orang yang akan dinaungi Allah pada hari yang tidak
ada naungan selain dari naungan-Nya yaitu… pemuda yang perkembangan hidupnya senantiasa ibadah (taat) pada Allah dan seseorang yang hatinya selalu
175
tertpaut pada masjid, sejak ia keluar sampai nantinya ia kembali…(HR. Syaikhani, Ahmad dan Nasa’i)” Agar pemuda betul-betul dapat menjadi harapan keluarga, agama, bangsa dan negara maka mereka harus mendapatkan bimbingan dan arahan yang sebaikbaiknya. Dalam kaitan masjid, perlu dibentuk, dibina, dan dikembangkan apa yang disebut dengan remaja masjid. 4. Pengertian Remaja Masjid Remaja dan pemuda merupakan kelompok usia yang sangat potensial. Itu sebabnya generasi muda seringkali disebut sebagai generasi harapan; harapan dirinya sendiri, keluarga, masyarakat, agama, bangsa dan Negara. Dalam konteks kemasjidan, generasi muda juga menjadi tulang punggung dan harapan besar bagi pemakmuran masjid pada masa kini dan masa mendatang. a. Pengurusan Remaja masjid merupakan wadah utama dalam pengkaderan bidang kemasjidan terhadap generasi muda. Oleh karena itu, kepengurusan remaja masjid harus terwujud dan harus berjalan dengan baik dan solid. Untuk itu, pengurusan remaja masjid dapat disusun sesuai dengan tingakat kebutuhannya, diuraikan tugas dan tanggung jawabnya dan ditempatkan sumber daya manusianya yang cocok. Sekurang-kurangnya struktur yang dibutuhkannya adalah ketua, wakil ketua, sekertaris, wakil sekertaris, bendahara, wakil bendahara, dan seksi-seksi yang terdiri dari seksi pendidikan, da’wah, humas, olah raga, dan seni, social dan keputrian. b. Program Kegiatan
176 Ada banyak program yang bias dicanangkan oleh pengurus remaja masjid dalam mengemangkan aktivitas yang menarik dan bermanfaat bagi remaja dilingkungan masjid. 1. Penerimaan Anggota Penerimaan anggota baru merupakan salah satu program penting bagi remaja masjid agar jelas siapa yang menjadi anggotanya untuk selanjutnya dibina dengan sebaik-baikknya. 2. Majilis Ta’lim Memahami ajaran Islam secara syamil atau menyeluruh dan kamil atau sempurna serta memiliki kepribadian yang islami merupakan suatu keharusan bagi setiap muslim, apalagi bagi remaja masjid yang merupakanm generasi harapan. Karena itu program amjlis ta’lim bagi remaja masjid harus dilaksanakan. 3. Bimbingan Belajar Mempersiapkan dan menghasilkan remaja masjid yang berprestasi dalam studi di sekolah merupakan salah satu beban yang harus dipikul remaja masjid. Karena itu perlu diprogram bimbingan belajar bagi remaja masjid, baik untuk remaja masjid yang masih duduk di SLTP maupun di SLTA. Bahkan sangat memungkinkan bagi adik-adik yang masih duduk di SD. 4. Latihan Kepemimpinan
177 Memiliki kader-kader pemimpin untuk masa mendatang merupakan kebutuhan yang mutlak, minimal untuk skala masjid dan kepengurusan masjid itu sendiri. Oleh karena itu perlu diselenggarakan program latihan kepemimpinan bagi remaja masjid agar dengan demikian tumbuh jiwa kepemimpinan dan membekali remaja untuk menjadi pemimpin yang baik. Ini merupakan salah satu proses kaderisasi dikalangan remaja masjid hingga kaderisasi tidak hanya berlangsung secara ilmiah tapi juga memang betulbetul dipersiapkan dengan proses pendidikan. 5. Pesantren kilat Kegiatan ini sudah menjamur sejak era 1980-an dan menjadi program nasional setelah diselenggarakan pesantren kilat nasional. Namun, masih banyak yang harus dibenahi dan disempurnakan dari penyelenggaraan pesantren kilat ini. Bagi remaja masjid, pesantren kilat merupakan kegiatan yang dimaksudkan untuk menumbuhkan dan memantapkan jiwa keislaman melalui pembekalan ilmu tentang islam dengan metode ceramah, Tanya jawab, study kasus, diskusi, simulasi dan sebagainya. Diselenggarakan pada saat liburan semester atau libur ramadhan. 6. Pelatihan Jurnalistik Melahirkan kader-kader penulis muslim yang handal merupakan suatu kebutuhan bagi umat islam. Hal ini karena, da’wah juga harus dilaksanakan dan dikembangkan melalui media massa, khususnya media cetak. Salah satu upaya yang praktis umtuk melahirkan kader-kader penulis adalah melalui pelatihan jurnalistik. Karenanya remaja masjid melaksanakan program ini.
178 Kegiatan ini bias dilaksanakan satu hari sebagai tahap awal dan sekitar satu pecan untuk memperoleh hasil yang lebih maksimal. 7. Diskusi dan Seminar Menumbuhkan
semangat
dan
kemampuan
mengkaji
berbagai
persoalan keislaman, atau masalah actual yang ditinjau dari sudut ajaran Islam merupakan sesuatu yang penting bagi remaja masjid. Untuk itu, diskusi dan seminar, baik berkala maupun incidental merupakan program yang perlu dilaksanakan. Program ini bias dilaksanakan secara bersamasama dalam arti internal remaja masjid atau mendatangkan pakar dalam masalah yang didiskusikan. 8. Pengajian Anak-anak Anak-anak yang berada dilingkungan masjid merupakan kader utama di masa mendatang. Karena itu, mereka harus disiapkan sejak dini. Salah satunya adalah melalui pngajian anak-anak agar tumbuh jiwa keislamannya dan memahami ajaran Isalam dengan baik. Nama programnya bias TPA (Taman Pendidikan Al-qur’an) atau Madrasah Diniah. 9. Kepanitiaan Kegiatan ini biasanya dimaksudkan untuk membantu pengurus masjid dalam suatu aktifitas atau kegiatan remaja masjid itu sendiri dalam melaksanakan programnya. Kepanitian yang biasa dilaksanakan di masjid antara lain : panitia kegiatan Ramadhan, Zakat, Qurban, Maulid, Isra Mi’raj, Tahun Baru Islam, Santunan Anak Yatim, dan sebagainya. Kegiatan ini tentu saja tidak mesti hanya berbentuk tabligh akbar atau ceramah umum,
179 tapi bias juga dikembangkan kegiatan-kegiatan lainnya yang lebih terasa manfaatnya seperti santunan sosial, khitanan masal, musabaqoh hafalan Qur’an dan sebaginya.
10. Olah Raga dan Seni Kegiatan olah raga biasanya dilaksanakan di masjid manakala fasilitasnya memadai. Olah raga bela diri misalnya bias dilaksanakan di halaman, bahkan kalau tidak mengganggu kegiatan ibadah, kegiatan ini bias juga dilaksanakan didalam masjid, seni untuk ibadah kepada Allah SWT, bahkan seni yang bebas nilainya. 11. Perpustakaan Masjid Semangat membaca dikalangan jamaah masjid amat perlu untuk ditumbuhkan dan dimantapkan. Salah satu caranya adalah dengan menyediakan sarana membaca, yakni perpustakaan masjid. Remaja masjid dapat memprogram dan menglola per[ustakaan masjid mulai dari meminta kepada pengurus masjid akan mengadakan ruangan khusus perpustakaan, menyediakan lemari, buku, dan meja baca, pengadaan buku hingga pelayanan dan pemulangan buku. 12. Bakti Sosial Dalam rangka menumbuhkan dan memantapkan jiwa sosial remaja amat penting bagi remaja masjid untuk mencanangkan program bakti sosial, baik terhadap masyarakat dilingkungan masjidtersebut maupun pada masyarakat jamaah masjid lain yang sangat memerlukan bantuan. Namun
180 kegiatan bakti sosial itu tidak hanya bias kita lakukan dalam bentuk memberikan santunan kepada masyarakat, ada bentuk-bentuk lain yang bias dilakukan, misalnya membersihkan masjid dan mushola, membersihkan lingkungan pemukiman/kampung, gerakan penghijauan, dan sebagainya. 13. Forum Komunikasi Menggalang persatuan dan kesatuan diklangan remaja masjid merupakan salah satu keharusan. Diantara cara-cara yang bias dilakukan adalah dengan membentuk forum komunikasi remaja masjid, paling tidak pada wilayah-wilayah tertentu. Misalnya forum komunikasi remaja masjid Pasar Mingu, forum kerjasama remaja masjid Pulo Gadung, forum koordinasi remaja masjid Ciputat dan sebagainya.
181
BAB III GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN A. Sejarah Berdirinya RISKA, Remaja Islam Sunda Kelapa, sebagai bagian dari Masjid Agung Sunda Kelapa, merupakan wadah kepemudaan yang bertujuan untuk membina kehidupan beragama dikalangan remaja guna menunjang serta mendukung minat dan bakat anggotanya untuk mencapai cita-cita ke arah perbaikan dalam bidang pendidikan dan minat bakat.
182 Diawali pada tahun 1968 dengan kegiatan Pengajian Muda-Mudi Jalan Subang (PMMJS – dari rumah ke rumah), hingga akhirnya pada tahun 1971 berdiri Masjid Agung Sunda Kelapa yang mewadahi kegiatan tersebut hingga saat ini. Lalu pada tahun 1974 lahirlah Remaja Islam Sunda Kelapa (RISKA), yang mempunyai manajemen yang diatur dalam Peraturan Dasar / Peraturan Rumah Tangga (PD / PRT). Sistem keanggotaan RISKA yang mencakup segala kalangan membuat RISKA berkembang pesat dan diterima masyarakat. Berdasarkan hasil statistik keanggotaan terlihat bahwa 72,3% anggota RISKA berasal dari kalangan Perguruan Tinggi, dengan total seluruh anggota RISKA mencapai kisaran 15.000 orang. Terlebih pada saat perayaan momen besar Islam, RISKA selalu mengadakan kegiatan dengan skala yang cukup besar dengan melibatkan massa yang tidak sedikit. Gema Muharram RISKA merupakan salah satu kegiatan besar RISKA, dengan peserta yang banyak dan juga jalinan kerjasama dengan banyak institusi. Hubungan RISKA dengan remaja masjid lainnya di Indonesia juga cukup baik, terlebih RISKA merupakan salah satu barometer remaja masjid di Indonesia. Ini terbukti dari banyaknya remaja masjid dari berbagai propinsi di Indonesia yang melakukan studi banding. Termasuk sebagai bahan Tugas Akhir
beberapa Mahasiswa dari berbagai
Perguruan Tinggi di Jabotabek khususnya. RISKA juga mempunyai jalinan kerjasama yang baik dengan banyak institusi bisnis, di mana tawaran kerjasama dengan RISKA selalu mendapatkan respon yang positif. RISKA sebagai suatu komunitas Remaja Islam yang berkualitas dan gaul dengan berlokasi dibilangan Menteng, Jakarta Pusat—mencoba sedikit berbuat dalam peran Dakwah dikalangan Remaja di Indonesia, Jakarta khususnya. Organisasi Remaja Islam Sunda Kelapa (RISKA) telah mengadakan bermacam ivent mulai dari yang berskala kecil hingga yang besar seperti Obor Persahabatan Dunia bersama MENPORA, Program Ciliwung Bersih bersama Mentri Kehutanan dan
183 Lingkungan Hidup Prof. Dr. Emil Salim, Gong Jakarta, Maharama ’91, ASEAN Youth Moslem International Meeting 1995 (AYMIM) serta kegiatan lainnya dengan jumlah massa yang tidak sedikit. Lokasi pelaksanaan pun beragam, dari ruang ibadah Masjid Agung Sunda Kelapa sampai Taman Ria Senayan, mulai tempat Perkemahan sampai Ballroom hotel berbintang, ataupun ruang siaran stasiun radio dan chatting disebuah internet Service Provider. Terlebih saat moment hari besar islam, Organisasi Remaja Islam Sunda Kelapa (RISKA) selalu mengadakan kegiatan dengan skala yang cukup besar denganmelibatkan massa yang tidak sedikit. Gema Muharram RISKA dan ramadhan bersama RISKA merupakan dua kegiatan besar RISKA dengan jumlah peserta yang banyak, dan juga jalinan kerjasama dengan banyak institusi bisnis. Dengan pengalaman dibidang event organizing selama bertahun-tahun khususnya untuk target remaja, serta nama besar yang disandang RISKA selaku Trand Setter remaja Masjid Indonesia secara umum, tak pelak lagi bahwa RISKA merupakan sebuah nama yang layak untuk dipertimbangkan sebagai mitra kerja untuk institusi komersil atau nonkomersil di Indonesia.
B. Tujuan Didirikannya Tujuan didirikannya Organisasi Islam Sunda KElapa (RISKA) adalah: 1. terbinanya kehidupan yang Islami dikalangan remaja/pemuda 2. tercapainya cita-cita remaja/pemuda kearah pembentukan, pembinaan, dan pendidikan yang akan menghasilkan intelektual muslim yang berahlakul karimah dan turut berpartisipasi dalam menciptakan kesosialan masyarakat.
C. Visi dan Misi 1. Visi
184 “Terbaik dan terdepan dalam pembinaan akhlak, penyaluran daya inovasi dan kreatifitas serta peningkatan intelektual generasi muda Islam untuk menyongsong kebangkitan Islam.” 2. Misi b. Meningkatkan ketaqwaan dan akhlak islami dengan mempersiapkan generasi muda didalam mengemban amanat khilafah di Dunia. c. Meningkatkan daya kreatifitas dan inovasi serta intelektual generasi muda dalam upaya menghadapi persaingan Global. d. Partisipasi proaktif dalam menghadapi situasi dan kondisi lingkungan sosial dan kemasyarakatan.
D. Program Kegiatan Reguler 1. SDIS Lengkapnya Studi Dasar Islam Siswa. Sebagai bagian dari RISKA, Departemen yang bergerak dibidang Pendidikan ini hadir guna memenuhi kebutuhan atas nilai-nilai religi remaja seusia SMP-SMU. Disamping itu, SDIS berusaha menumbuhkan sikap yang tidak jauh dari kaidah Islam dalam masa pertumbuhan mereka dalam suasana yang sesuai dengan dunia mereka tentunya. Setelah selesai SDIS, siswa/peserta dapat melanjutkan Program yang ditawarkan berikutnya guna lebih mendalami Nilai-nilai Islam atau lainnya yang berhubungan dengan Minat dan Bakat masing-masing. SDIS diselenggarakan pada setiap Ahad, pukul 10.00 s.d 12.00 WIB dengan 2 (dua) kali penerimaan anggota baru dalam setahun dan terbuka untuk umum 2. SDTNI SDTNI lebih dikenal dengan Studi Dasar Terpadu Nilai Islam yang merupakan salah satu Departemen RISKA yang berpotensi dalam menunjang SDM RISKA karena
185 disinilah Dasar pembentukan karakter baik dari segi aqidah (pemahaman akan ke-Esaan Sang Pencipta) dan akhlaq (jiwa moralitas). Program Perkuliahan Reguler yang diselenggarakan oleh SDTNI terbuka untuk umum (lulusan SLTA/Sederajat, usia s.d. 27 tahun) setiap hari Sabtu pukul 16.00 s.d Maghrib selama kurang lebih 5 bulan. Sedangkan pendaftaran dibuka 2 kali setahun 3. SLTNI Studi Lanjutan Terpadu Nilai Islam. Studi ini merupakan fase berikutnya setelah Anda menyelesaikan Program Studi sebelumnya, SDTNI. Pada dasarnya Anda bisa langsung mengikuti Program Lanjutan ini selama Anda memenuhi kriteria yang ditentukan seperti dapat membaca Quran
dengan cukup lancar atau sekurang-
kurangnya telah memiliki Dasar Islam. Di SLTNI ini, studinya lebih intensif dalam menggali wawasan dan pandangan Islam mengenai kompleksitas hidup dan kehidupan remaja khususnya dan masyarakat umumnya. Setelah selesai mengikuti Program ini, peserta diharapkan untuk berperan dalam mentoring baik internal RISKA maupun ekstenal Program ini juga berlangung selama setahun dengan 2(dua) kali perekrutan. Adapun perkuliahan reguler dilaksanakan setiap Ahad dari pukul 10.00-12.00 dengan target lulusan SLTA/sederajat dengan rentang usia s.d. 27 tahun. 4. BMAQ Disini Anda dapat mengikuti program yang kami tawarkan, salah satunya yaitu Bimbingan Membaca Al Quran (BMAQ) dengan mengasah kemampuan membaca Quran Anda baik itu tajwid maupun makna yang terkandung melalui perkuliahan yang diselenggarakan setiap hari Ahad setiap pukul 10.00 s.d. 12.00 WIB ini selama kurang lebih 5 (lima) bulan. Dan Anda pun dapat melanjutkan ketahap berikutnya tentunya. Adapun tingkatan perkuliahan di Bimbingan Membaca Al Quran ini terdiri atas tingkat dasar, menengah dan lanjutan. Hal ini tergantung dari tingkat kemampuan
186 masing-masing berdasarkan konsultasi dengan Tutor Anda. Disamping itu, kami juga menerima privat disesuaikan dengan waktu yang Anda miliki 5. Keputrian Dengan ciri dan karakter khusus, Departemen Keputrian hadir untuk mencoba memberikan warna dalam khazanah pendidikan dunia Islam khususnya wanita ditambah dengan bekal yang tentunya berkaitan dengan wanita baik itu dalam karir, pendidikan dan pra rumah tangga. Program reguler ini diselenggarakan selama kurang lebih 5 bulan dengan dua kali dalam setahun setiap hari Ahad pukul 13.00 s.d. 15.00 (Ashar). Tentunya terbuka untuk umum (lulusan SLTA/Sederajat, usia s.d. 27 tahun) 6. Fotografi Disinilah tempat yang tepat dan dapat diperhitungkan sebagai alternatif dalam penyaluran hobi dan bakat Anda dalam dunia Fotografi seperti Dasar Fotografi, Foto Jurnalistik, Foto Petualangan maupun Panggung. Termasuk bagaimana teknik memoto dan mengolah gambar. Dengan dibimbing Fotografer profesional berpengalaman dan ternama dibidangnya, kami juga bekerjasama dengan Institusi yang berkompeten. Disamping itu, kami menyelenggarakan Workshop Fotografi. Anda juga akan merasakan serunya Hunting Foto. Perkuliahan yang terbuka untuk umum ini diselenggarakan setiap hari Ahad sejak pukul 09.00 – 15.00 WIB dengan syarat usia maksimal 27 tahun dan belum menikah dengan dua kali setahun penerimaan anggota baru. 7. Jurnalistik Siapa pun yang berminat atau ingin mengembangkan bakatnya dalam Jurnalistik dapat
memilih
program
yang
kami
tawarkan
disini.
diselenggarakan setiap hari Ahad pukul 10.00 s.d. 12.00 WIB.
Adapun
perkuliahan
187 Sedangkan penerimaan Anggota baru sebanyak 2 (dua) kali setahun dengan rentang usia dari 17 tahun (lulus SLTA) s.d 27 tahun. Setelah selesai dari perkuliahan, Anda dapat magang atau berkarya di Media RISKA sebagai wadah penyaluran ide dan bekal dari perkuliahan sebelumnya. 8. Kesenian Menyelenggarakan kegiatan pendidikan keterampilan dalam bidang kesenian. Program yang dibuka antara lain: gitar, keyboard, vokal, teater, dan puisi. Pendidikan awal selama 5 (lima) bulan . aktivitas setiap hari Sabtu pukul 15.00 WIB sampai dengan Magrib dan hari Ahad pukul 13.00 WIB samapi dengan Ashar. Ekstrakurikulernya antara lain : Tafakur Alam, Silaturahim, Perlombaan, dan lain-lain. 9. Forum Kajian Kajian-kajian yang diadakan meliputi berbagai topik, seperti isu-isu di dunia remaja, situasi politik, dan lainnya. Juga mengadakan kegiatan kajian pengembangan diri seperti kemampuan berkomunikasi, serta pelatihan bahasa arab. Selain itu juga ada kajian lepas kerja yang diperuntukan bagi yang pulang selepas kerja (Eksekutif Muda) yang biasanya rutin pada hari rabu sore, saat ini pindah pada hari selasa sore mulai Magrib sampai pukul 20.00 WIB.
E. Program Kegiatan Tidak Tetap (Insidentil) 1. Kegiatan perayaan hari besar Islam Seperti Gebyar Muharram dan Ramadhan bersama RISKA (diadakan satu bulan selama Ramadhan dengan beragam kegiatan seperti pesantren kilat, talk show, bazaar du’afa, anjangsana social, on air di radio, program social, dan lain-lain). 2. Kegiatan Talk Show, Bedah Buku, dan Seminar. Diadakan secara kasuistik bila ada topic yang ingin diangkat. 3. Kegiatan Training dan Work Shop
188 Program peningkatan SDM RISKA, meliputi Latihan Dasar Kepemimpinan (LDK), Manajemen (Pemasaran, SDM, Konflik), pelatihan kepanitiaan, dan lain-lain. 4. Kegiatan Tafakur Alam Diadakan sebagai pelengkap dari kegiatan depaertemen. 5. Kegiatan Sosial Diadakan bila ada kasus-kasus yang perlu dibanntu (contoh terakhir adalah bantuan untuk korban banjir yang melanda Jakarta dan bencana Tsunami di Aceh).
F. Adik Asuh RISKA (AAR) Departemen Adik Asuh RISKA adalah salah satu departemen Remaja Islam Sunda Kelapa yang bergerak di Bidang Sosial Kemasyarakatan dan bertujuan untuk memberikan bantuan demi kelangsungan pendidikan kepada anak-anak kaum dhuafa. Saat ini Departemen AAR telah memiliki sekitar 30 anak yang terdiri dari tingkat pendidikan SD sampai SMU/SMK yang diambil dari 5 wilayah Jakarta. Bantuan yang diberikan kepada mereka adalah bantuan dana sekolah, buku pelajaran serta kegiatan belajar materi pelajaran sekolah dan materi rohani Islam yang diadakan setiap 2 pekan sekali. Selain itu studi wisata, ekskul komputer dan kesenian juga meruakan kegiatan tambahan untuk melengkapi keterampilan mereka. 1. Paket Bantuan Demi kelangsungan pendidikan mereka, kami mengajak Saudara untuk berpartisipasi dengan menawarkan paket bantuan dana yang terdiri dari :
a. Paket Bebas Bantuan dana bulanan yang esarnya tidak ditentukan b. Paket Kakak Asuh Paket A (SD)
: Rp
15.000/bulan
189 Paket B (SMP)
: Rp
30.000/bulan
Paket C (SLTA)
: Rp
40.000/bulan
Komitmen selama 6 bulan dan dapat diperpanjang c. Paket Orang Tua Asuh Paket A
: Rp
250.000/smt (6 bulan)
Paket B
: Rp
360.000/smt (6 bulan)
Paket C
: Rp
450.000/smt (6 bulan)
Keterangan : a.
Paket ini meliputi biaya SPP, Transpor, Uang buku dan Biaya ketrampilan
b.
Orang Tua Asuhdapat memilih adik asuh yang ingin dibiayai dan berhak mendapatkan report prestasi adik asuh
c.
Bantuan dana dapat diangsur setiap bulan
d.
Komitmen selama setahun dan dapat diperpanjang
Sumbangan dana dapat disalurkan melalui : Bank Muamalat Indonesia (BMI) Pusat No Rek
: 3010036100 a.n Baitul Maal RISKA
BMT Masjid Agung Sunda Kelapa No Rek
: 01.0000.8343 a.n Departemen Adik Asuh RISKA
BCA Cab Kemang No rek
: 286 1154710 a.n Siti Zahrah Nurjanah
Informasi selengkapnya hubungi : Pengurus Departemen Adik Asuh RISKA Jl Taman Sunda Kelapa No 16 Menteng, Jakarta Pusat 10310 Telp : 310580, 31905839 Fax : 3154179
190 Contact Person : Lely 0812 8372230 Yunis
0812 1011137
Daru 0812 8791372
SUSUNAN KEPENGURUSAN REMAJA ISLAM SUNDA KELAPA ( R I S K A ) PERIODE 2007 – 2008
Ketua Umum
: Fidiarta Andika
Ketua Harian
: Ardiansyah
Sekretaris Jenderal
: Muhammad Firmansyah
Kesekretariatan
: Mardyah
Pusat Data RISKA
: Kiki Zakiyah
Bendahara Umum
: Hainah Sakinah
Wakil Bendahara Umum
: Lizty Agisnia
Biro Dana Usaha
: Nia Farhana
Ketua Divisi Sumber Daya Manusia
: Fajar Budiman
Biro Rekruitmen
: Sandra Olivia
Biro Kaderisasi
: Lis Kurniah
Biro Koordinasi Mentor
: Fahrurozi Lina Herlina
Ketua Divisi Humas dan Marketing
: Fernando Sitorus
Biro Sistem Informasi
: Noval Ponconoto
Biro Hubungan Organisasi Komersil
: Ira Isprafika Purnamasari
Biro Hubungan Org. Non Komersil
: Hafsah Syarifah Arifianti
191 Ketua Bidang Pendidikan Islam
: Itta Erlina
Ketua Departemen SDIS
: Gugus Aryo S
Ketua Departemen SDTNI
: Desmi Hendri
Ketua Departemen SLTNI
: Jhanan Abdullah
Ketua Departemen BMAQ
: Widiyanto
Ketua Departemen Keputrian
: Ade Farida
Ketua Bidang Aktulisasi, Minat & Bakat
: Eko Yuniarto
Ketua Departemen Fotografi
: Nurrochman
Ketua Departemen Kajian RISKA
: Eko Cahyadi
Ketua Departemen Jurnalistik
: Anugerah Nurannisa
Ketua Departemen Kesenian
: Ilham Manurung
Ketua Departemen OPA
L
Ketua Bidang Sosial Kemasyarakatan
: Harri Septriadi : Margowidilaksono
Ketua Departemen Adik Asuh RISKA
: Haris Al-Qodri Maarif
Ketua Departemen RIScue
: Muhammad Ali
192
BAB IV IMPLEMENTASI THE SEVEN HABITS PADA ORGANISASI REMAJA MASJID (RISKA) DALAM UPAYA MENGEMBANGKAN ORGANISASI A. Implementasi The Seven Habits Pada Organisasi Remaja Masjid Dalam bab ini
penerapan the seven habits secara umum pada dasarnya sudah
diterapkan dalam upaya mengembangkan organisasi walaupun masih terdapat berbagai macam kekurangan yang terdapat dalam penerapan the seven habits tersebut. Hal ini terlihat dari hasil survey yang penulis lakukan terhadap organisasi RISKA beberapa waktu lalu. Bentuk penerapan The Seven Habits tersebut dilakukan dalam menjalankan roda organisasi, mulai dari kegiatan harian maupun dalam melaksanakan progam-program yang mereka telah rencankan dalam rapat kerja (Raker). Seperti penerapan sikap-sikap yang tercantum dalam buku The Seven Habits Pertama, Pro aktif , hal ini diterpkan oleh pengurus RISKA dalam menjalankan organisasi, mereka dituntut untuk dapat menjadi orang yang akif ketika berorganisasi, dapat membuat inovasi-inovasi yang signifikan sehingga dapat mengembangkan organisasi, selain itu mereka juga harus dapat berfikir kreatif dalam melaksanakan setiap program kerja agar program tersebut tidak berjalan secara monoton akan tetapi dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi yang ada. Bertindak pro aktif berarti selalu dapat mencari hal-hal yang belum pernah terfikir oleh organisasi yang lain, yang dapat membedakan mereka dari yang lainnya, terutama mengenai program kerja yang mereka telah rencanakan. Kedua, Merujuk pada tujuan akhir, semua pengurus RISKA harus dapat mengembalikan seluruh kegiatan yang mereka lakuakan kepada visi dan misi organisasi, terlebih lagi harus diniatkan apa yang dilakukan hanya untuk Allah semata. Hal ini begitu penting mengingat dalam organisasi ini tidak berorietasi pada profit oriented, sehingga harus timbul kesadaran sendiri dalam upaya mengembangkan organisasi sesuai dengan visi dan misi yang telah dicanagkan oleh para pengurus RISKA. Orang-orang yang sukses adalah mereka yang menetapkan tujuan yang akan diraihnya. Bagi mereka hidup adalah pilihan untuk menentukan arah kiblat yang benar yang memberikan
193 arah ke mana dia harus bergerak. Tujuannya adalah untuk membentuk sikap dan prilaku seseorang. Mengetahui arah kiblat, menyebabkan seluruh umat islam menjadi tertib dalam urusan shalatnya. Begitu juga menetapkan tujuan, akan menumbuhkan disiplin dan gairah kehidupan karena tindakan dan perbuatan kita dikerahkan menuju arah tersebut. Sikap dan prilaku seseorang ditentukan oleh tujuannya. Ketiga, Dahulukan yang utama, dalam hal ini seluruh pengurus harus dapat memprioritaskan hal-hal yang paling penting yang dapat mengembangkan organisasi, kepentingan pribadi tidak boleh didahulukan, mengingat RISKA adalah organisisi, walau bagaimanapun juga kepentingan oganisasi adalah diatas segalanya. Ketika membuat sebuah program harus dikaji terlebih dahulu mana yang menjadi hal-hal prioritas yang harus didahulukan, kalau perlu kita membuat analisis SWOT (Streenght, weakness, opportunity,
treatment) atau kelebihan, kekurangan, peluang dan ancaman dari suatu program. Keempat, Berpikir menang/menang, keoptimisan dalam menjalankan organisasi sangat dibutuhkan, selalu berfikir menang dengan cara yang baik dan bijaksana, ketika menjalankan suatu program haruslah yakin bahwasannya program tersebut akan berjalan lancar sesuai yang telah direncanakan. Akan tetapi selain dengan keyakinan, haruslah diimplementasikan dengan perbuatan, bukan hanya keyakinan dan niat semata. Napoleon Hill berpendapat bahwa yang disebut berpikir menang atau berpikir positif adalah dengan sikap mental positif yang mencakup segala hal yang plus yang dinyatakan lewat kata-kata,
seperti
keyakinan,
integritas,
harapan,
optiomisme,
keberanian,
inisiatif,
kedermawanan, toleransi, kebaikan dan berpikir sehat. Kelima, Berusah mengerti baru dimengerti, ketika melihat suatu permasalahan dalam organisasi, sebelumnya kita harus mengerti terlebih dahulu apa sebenarnya yang terjadi, mempelajari kronologi awal mulanya terjadinya masalah, sehingga tidak langsung menyimpulkan pada suatu masalah tertentu. Memahami suatu masalah terlebih dahulu adalah suatu kewajiban yang harus dilaksanaklan oleh semua pengurus, agar tidak terjadi kesalahpahaman, hal ini sangat dibutuhkan mengingat dalam berorganisasi banyak sekali masalah yang dihadapi. Dalam memahami sesuatu kita harus dapat menjadi pendengar yang baik, mendengar dengan penuh empati yaitu mendengar untuk memahami apa yang disampaikan orang lain,
194 mendenger dengan memasuki kerangka acuan orang lain (frame of references), mengerti dan memahami perasaan orang lain, serta melihat dunia pengalaman orang lain (field experience), Keenam, wujudkan sinergi, bersinergi dengan orang lain adalah salah satu kunci sukses dalam suatu organisasi, hal ini sangat penting karena organisasi adalah kumpulan orang yang mempunyai tujuan yang sama yang diatur dalam undang-undang organisasi, sehingga sangat diwajarkan ketika dalam berorganisasi terjadi kesalahpahaman mengingat ini adalah kumpulan orang banyak yang mempunyai karakter berbeda-beda. Inilah pentingnya sinergi dengan orang lain, dimana perasaan ego kita kita harus dikesampingkan terlebih dahulu guna mencapai tujuan organisasi, karena kita tidak dapat bekerja sendiri tanpa bersinergi dengan yang lain. Para pelaku organisasi harus memilki lebih dari sekedar kemampuan teknis, akan tetapi lebih dari itu, mereka harus dapat berinteraksi dengan orang-orang yang juga bekerja di organisasi itu. Terutama bagi pemimpin organisasi harus lebih dapat bersinergi dengan bawahannya dan juga harus lebuh bijak dalam memberikan keputusan agar dapat diterima oleh semua pihak. Ketujuh, Asahlah gergaji, inilah hal terpenting yang harus dimilki oleh setiap pengurus dalam organisasi, ini bermakna , kita harus tetap menjaga nilai-nilai spiritual, emosional dan intelektual yang telah diberikan Allah kepada kita. Sesungguhnya Allah telah memberikan kita berbagai macam kelebihan yang harus kita syukuri, salah satunya adalah dengan cara mengasah terus segala kemampuan yang kita miliki, baik dengan cara selalu mendekatkan diri dengan Allah agar spiritual kita tetap tertanam, dengan menjaga perasaan kita untuk terus berfikir positif agar emosional kita tetap terjaga, ataupun dengan memperbanyak membaca buku-buku ilmiah guna menigkatkan nilai-nilai intelektual yang kita miliki. Untuk lebih jelas memahami implementasi The Seven Habits dalam organisasi RISKA, beberapa waktu lalu penulis membuat quesioner yang kemudian disebarkan kepada pengurus RISKA untuk diisi sesuai dengan kondisi yang ada. Adapun quesioner ini berjumlah 30 yang akan diberikan kepada 30 responden dengan kriteria 18 orang laki-laki dan 12 orang perempuan, usia mereka sebagian besar berkisar antara 20-30 tahun dan latar belakang pendidikan mereka sebagian besar SI walaupun ada beberapa orang yang S2.
195 Mengenai hal-hal yang berkaitan dengan quesioner ini, penulis menulisnya di lampiran skripsi ini, sedangkan dalam bab ini penulis mencantumkan perbandingan respon RISKA antara ideal dan realita yang terjadi di lapangan dalam mengimplementasikan The Seven Habits dalam upaya mengembangkan organisasi, kemudian penulis akan mengambil poin yang terbesar dan yang terkecil kemudian menjelaskannya. Selain itu penulis juga akan mencantumkan
mengenai rekapitulasi skor rata-rata variable respon riska terhadap
implementasi The Seven Habits dalam mengembangkan organisasi dan juga akan mengambil poin terbesar dan terkecil yang kemudian menjelaskannya. B. Karakteristik responden terhadap pengimplementasian The seven Habits dalam organisasi RISKA Tabel 1. Karakteristik Responden Penelitian Jenis Kelamin
Frekuensi
Frekuensi Relatif (%)
Laki-Laki
18
60%
Perempuan
12
40%
Total
30
100%
Mayoritas responden adalah perempuan yaitu sebanyak 12 orang atau 40% dan sisanya responden laki-laki sebanyak 18 orang atau 60% Usia <17 >17 >25 >30 Total
Frequency 3 17 10 0 30
Frekuensi Relatif (%) 10% 56.7% 33.3% 0% 100%
Usia responden <17 tahun sebesar 10%, usia >17 tahun sebesar 56.7%, usia >25 sebesar 33.3%, dan usia di >30tahun sebesar 0% TABEL 2. Respon remeja RISKA terhadap implementasi variabel Pro aktif dalam mengembangkan organisasi. PRO AKTIF No Pertanyaan
Ideal (Skor)
Realita (Skor) Deviasi
Rangking
196
1.
Mempuyai inisiatif
150
137
13
IV
2.
Cepat tindakan
147
139
8
II
3.
Membuat komitmen
149
134
15
V
4.
Memenuhi komitmen
149
140
9
III
5.
Cepat tanggap
148
142
6
I
Rata-rata Skor
148,6
138,4
mengambil
Dalam variabel pro aktif ini kita dapat melihat bahwasannya indikator terbesar yang telah diterapkan oleh RISKA adalah cepat tanggap, sedangkan indicator yang terkecil
adalah membuat komitmen, sehingga indicator cepat
tanggap adalah sikiap yang selalu diterapkan dalam kepegurusan RISKA dalam menjalankan organisasi, karena lebih mendekati dari nilai ideal. Begitu juga sebaliknya, sikap membuat komitmen kurang diterapkan dalalm kepengurusan RISKA karena jauh dari niali ideal, untuk lebih jelasnya terurai di bawah ini. Penjelasan : A. Cepat tanggap dalam mengambil kebijakan organisasi. (rangking tertinggi) Cepat tanggap dalam melihat berbagai masalah yang terdapat dalam organisasi adalah suatu kelayakan yang harus dimiliki oleh RISKA, hal ini terbukti dengan terbentuknya divisi-divisi baru yang berorientasi pada kebutuhan anggota dan juga ketika melihat kondisi masyarakat yang membutuhkan mereka sering kali langsung terjun ke lapangan. Dalam berbagai persoalan RISKA sering sekali cepat dalam mengambil keputusan, akan tetapi tidak sembarang dalam mengambil keputusan, mereka juga melakukan banyak pertimbangan dan penuh dengan kehati-hatian dalam
197 mengambil suatu keputusan. Kebijakan organisasi selalu dikeluarkan secara musyawarah, tidak mengambil otoritas penuh seorang pemimpin, sehingga keputusan tersebut dapat diterima semua pihak. B. Membuat komitmen dalam usaha mengembangkan organisasi. (rangking
terendah) Hal yang tidak kalah penting dalam suatu organiosasi adalah membuat komitmen dalam berorganisasi, akan tetapi dalam remaja RISKA membuat komitmen tidak terlalu terlihat dalam berorganisasi, walaupun pada dasarnya mereka sudah membuat komitman awal mengenai kesiapan mereka dalam berorganisasi. Ketidaksiapan mereka dalam membuat komitmen kalau boleh penulis menyimpulkan lebih didsarkan atas kewaspadaan mereka ketika mereka tidak dapat menjalankan komitmen tersebut, mereka lebih nyaman ketika harus berjalan dengan kesadaran dari setiap individu dalam mengembangkan organisasi. Dalam hal ini motivasi dalam berorganisasi sangat dibutuhkan dalam mengembangkan kesadaran seseorang sehingga akan timbul suatu vitalitas, seperti yang tercantum dalam buku
Spiritual Centered Leadership yang dikarang oleh K.H Toto Tasmara, yaitu inner power yang mampu mengeluarkan energi luar biasa di luar dugaan dirinya sendiri dan bahkan orang lain. TABEL 2. Respon remeja RISKA terhadap implementasi variabel Merujuk pada tujuan akhir dalam mengembangkan organisasi. MERUJUK PADA TUJUAN AKHIR
No
1.
Ideal
Realita
(Skor)
(Skor)
146
94
Deviasi Rangking
Pertanyaan
Selalu merujuk pada tujuan akhir
52
IV
198
2.
Memiliki visi dan misi
3.
berpusat pada pekerjaan
4.
Selalu mengembalikan pada prinsip Rata-rata Skor
144
138
6
I
134
12
II
148
134
14
III
146,5
125
148
Dalam variabel merujuk pada tujuan akhir, kita dapat lihat bahwasannya sikap memilki visi dan misi adalah indicator yang memiliki rangking yang paling tinggi, sedangkan indicator selalu merujuk pada tujuan akhir menempati urutan paling rendah dalam hal rangking, sehingga merujuk pada tujuan akhir benar-benar belum sepenuhnya diterapkan oleh pengurus RISKA, untuk dapat lebih jelasnya dapat melihat penjelasan dibawah ini.
PENJELASAN A. Memiliki Visi dan Misi pribadi maupun organisasi dalam menjalankan organisasi. (rangking tertinggi) RISKA adalah organisasi remaja masjid yang sudah cukup lama aktif di kawasan Jakarta, sehingga mereka sudah memilki visi dan misi yang jelas sejak didirikannya organisasi ini. Visi dan misi adalah hal terpokok yang paling terpenting bagi semua organisasi, tidak hanya RISKA. Tanpa visi dan misi organisasi akan tidak mempunyai arah dalam menjalankan roda organisasi, ia adalah tujuan akhir dalam setiap organisasi, sebelum tujuan akhir yang sesungguhnya yaitu mendapatkan Ridho dari Allah SWT. Visi dan Misi yang dimiliki oleh RISKA sangatlah jelas, mereka ingin menjadi anak mua yang tidak hanyan cerdas dalam intelektual akan tetapi juga cerdas dalam hal emosional dan spiritual, dalam misi mereka terdapat poin yang berkaitan dengan kepedulian mereka terhadap masyarakat, kemudian mereka juga ingin menjadi jiwa-jiwa muda yang kreatif yang sesuai dengan nilai-nilai yang islami. Kemudian dalam visi mereka selalu mengedepankan
199 akhlak yang baik sebagai semua landasan program agar dapat bermanfaat bagi orang banyak. Sehingga apapun yang mereka kerjakan selalu berorietasi pada nilai-nilai yang islami. B. Selalu Merujuk Pada Tujuan Akhir dalam setiap menghadapi masalah dalam organisasi. (rangking terendah) Merujuk pada tujuan akhir sangat diperlukan juga dalam suatu organisasi, kirta harus melihat tujuan akhir kita dalam berorganisasi, yaitu berkiblat pada visi dan misi suatu organisasi, akan tetapi dalam penerapannya, RISKA terkadang tidak dapat merujuk pada tujuan akhir organisasi, karena harus disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan yang ada. Akan tetapi meskipun tidak merujuk pada tujuan akhir RISKA selalu berpedoman pada kemashlahatan orang banyak terutama anggota organisasi tersebut. Sesuai dengan apa yang dilakuakan penulis melalui penyebaran angket questioner, penulis memahami bahwasannya para pengurus RISKA menganggap bahwasannya merujuk pada tujuan akhir adalah harus sesuai dengan visi dan misi yang mereka buat pada awal pembentukan organisasi, sedangkan kebutuhan yang harus dilakukan oleh organisasi haruslan relevan dengan kondisi yang ada sekitar, sehingga mererka memahami merujuk pada tujuan akhir harus disesuaikan dengan kondisi yang ada. TABEL 3. Respon remeja RISKA terhadap implementasi variabel Dahulukan yang utama dalam mengembangkan organisasi. DAHULUKAN YANG UTAMA
No
Ideal
Realita
(Skor)
(Skor)
146
138
145
135
Deviasi Rangking
Pertanyaan
1.
Selalu memproritaskan hal penting
2.
Selalu aktivitas
berusaha
memproritaskan
8
I
10
II
200
3.
Selalu memenuhi komitmen dan janji
149
135
Rata-rata Skor
146,67
136
14
III
Dalam variabel ini, kita dapat melihat bahwasannya selalu memprioritaskan hal yang
paling penting merupakan sikap yang paling sering diterapkan oleh RISKA dan memiliki rangking tertinggi dalam upaya mengembangkan organisasi, sedangkan indicator selalu
memenuhi komitmen dan janji merupakan hal yang jarang terjadi di RISKA,dan memiliki rangking yang terendah. Hal ini dapat dilihat dari hasil survey bahwasannya hasil realita berjarak jauh dengan nilai ideal yang seharusnya diterpakan oleh RISKA. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari penjelasan di bawah ini. PENJELASAN A. Selalu memprioritaskan hal yang penting pada hal-hal yang terpenting ketika terjadi masalah dalam organisasi. (rangking terringgi) Dalam implementasinya, para pengurus RISKA selalu berusaha untuk mendahulukan hal-hal yang terpenting terlebih dahulu, baik dalam melaksanakan program organisasi maupun dalam kehidupan mereka sehari-hari, ketika suatu program sudah matang direncanakan, maka apapun halangannya, ketika itu tidak bertentangan dengan AD ART dalam organisasi maka mereka harus tetap melaksanakn program tersebut. Contoh kecil ketika ada program kegiatan Hari Besar Islam (HBI) yang sudah direncanakan pada awal tahun, maka ketika ada kegiatan yang belum direncanakan sebelumnya dan waktunya berbenturan, maka yang harus diprioritaskan adalan program yang sudah direncanakan sebelumnya. Memprioritaskan hal yang penting lebih dari pada mendahulukan kepentingan pribadi, berhubung kita bernaung dalam satu organiasasi yang memiliki tujuan yang sama, maka kita harus mendahulukan kepentingan organisasi ketimbang kepentingan pribadi kita.
201 B. Selalu memenuhi komitmen dan janji yang telah direncanakan (rangking terendah) Ketika suatu komitmen telah dibuat, maka hal selanjutnya yang harus diperhatikan adalah memenuhi komitmen tersebut, hal inilah yang menjadi kekurangan bagi organisasi RISKA, mereka kerap kali tidak komitmen dengan janji yang mereka telah buat, hal terkecil adalah ketika membuat kesepakatan untuk rapat, komitman awal adalah setiap orang harus dating on time akan tetapi dalam kenyataannya, istilah rubber time atau jam karet masih sangat kental dalam organisasi tersebut, ini disebabkan karena banyak dari mereka yang masih saling mengandalkan satu sama lain dalam menjalankan suatu program organisasi. Akibatnya, banyak sekali program-progam yang belum berjalan sempurna karena komitmen mereka yang belum dijalankan. Memenuhi komitmen adalah suatu keharusan bagi setiap orang, bukan hanya orang yang aktif diorganisasi, karena itu kita harus menghargai atas senua komtmen yang sudah kita buat, seperti yang dikutip oleh Daniel Goleman, “ orang berkomitmen adalah para warga perusahaan teladan. Mereka bersedia menempuh perjalanan lebih panjang. Dan seperti kerikil yang dilontarkan ke tengan kolam, karyawan yang berkomtimen tersebut menyebarkan riakriak perasaan kebahagiaannya ke seluruh lingkungan perusahaan. Komimen yang sangat tinggi memungkinkan dirinya berjuang keras menghadapi tantangan dan tantangan dan tekanan yang bagi orang yang tidak mempunyai komitman dirasakannya sebagai beban berat dan menimbulakan stress. TABEL 4.
Respon remeja RISKA terhadap implementasi variabel Berpikir
menang/menang dalam mengembangkan organisasi. BERFIKIR MENANG/MENANG
No
Ideal
Realita
(Skor)
(Skor)
Pertanyaan
Deviasi Rangking
202
1.
Selalu berfikir optimis
149
128
21
III
2.
Selalu memilih yang terbaik
150
135
15
I
3.
Membuat kesepakatan
148
127
21
III
4.
mengedepankan system
149
131
18
II
Rata-rata Skor
149
130,25
Pada
table ini, kita dapat melihat bahwasannya dalam variabel Berpikir
menang/menang terdapat indicator selalu memilih yang terbaik merupakan rangking tertinggi dalam implementasinya pada remeja RISKA, sedangkan yang uniknya adalah ketika kita melihat rangking terendah terdapat dua indicator yang memiliki rangking yang sama, yaitu indicator selalu berpikir optimis dan membuat kesepakatan dalam berorganisasi, hak ini .lebih disebabkan karena kedua indicator tersebut memang belum sepenuhnya diterapkan dalam remaja RISKA. Untuk lebih jelasnya dapat melihat penjelasan dibawah ini. PENJELASAN A. Memilih yang terbaik diantara pilihan baik (rangking tertinggi) Memilih yang terbaik dalam setiap kegiatan yang dilakuakn RISKA adalah suatu keharusan yang harus dilakuakn oleh setiap pengurus, dalam hal berpikir menang, memilih yang terbaik adalah salah satu cara agar keyakinan kita untuk meraih kemenangan semakin mudah, keyakinan saja tidaklah cukup untuk meraih suatu kemenangan, disitu perlu strategi khusus bagaimana caranya kita dapat meraih kemenangan tersebut. Semua program kerja yang dilaksanakan RISKA adalah program kerja yang baik, dan kinerja mereka pun dapat dikatakan baik merkipun masih ada kekurangan di berbagai hal, sekarang yang selalu dikedepankan oleh pengurus adalah bagaimana caranya agar dapat
203 memilih program yang paling baik yang dapat memberikan pengaruh besar dalam perkembangan organisasi. B. Selalu berfikir optimis dalam menghadapi semua masalah (rangking terendah) Befikir optimis adalah hal yang paling mendasar ketika kita ingin menjalankan suatu program yang akan kita laksanakan, Helen Keller pernah berkata “ Optimism is the faith that
leads to achievements. Nothing can be done without hope and confidence (optimis adalah sebuah keyakinan yang akan membawa pada pencapaian hasil. Tidak ada yang bias diperbuat tanpa harapan dan percata diri).’’ Meskipun hal ini sangat urgent bagi suatu organisasi, tetapi terkadang pada RISKA sikap ini tidak terlihat, para penguruis terkesan berjalan apa adanya, tanpa adanaya percaya diri yang lebih, keoptimisan mereka terkadang sedikit menurun ketika mereka melihat p[engurus yang lain terkadang mereka tidak komitmen dengan janji yang mereka sudah lakuakn. Meskipun begitu, ketika semua pihak mendukung untuk pengembangan organisasi ini, rasa optimis mereka selalu memuncak sampai akhirnya mereka mencapai kemajuan dalam berorganisasi. C. Membuat kesepakatan kerja untuk dapat menang (rangkingi terendah) Seperti dibahas sebelumnya, membuat komitmen dalam berorganisasi di RISKA memang sedikit tidak diutamakan, dikarenakan mereka takut tidak dapat menjalankan komitman tersebut, akan tetapi mereka akan lebih comfort untuk dapat bekerja langsung tidak hanya NATO alias No action talk only, begitu juga membuat kesepakatan dalam bekerja mereka, mereka terkadang lebih tertarik untuk dapat langsung action ke lapangan, sehingga dapat langsung terjun untuk bekerja tanpa banyak teori yang kurang berarti terlebih dahulu.
204
TABEL 5. Respon remeja RISKA terhadap implementasi variabel Berusaha mengerti baru dimengerti dalam mengembangkan organisasi. BERUSAHA MENGERTI BARU DI MENGERTI
No
Ideal
Realita
(Skor)
(Skor)
Deviasi Rangking
Pertanyaan
1.
Selalu mengadakan komunikasi
150
138
12
I
2.
Mendengarkan dengan empati
148
130
18
II
3.
Melakukan penelitian
147
135
12
I
4.
selalu memahami persepsi
148
126
22
III
148,25
132,25
Rata-rata Skor
Dalam variabel ini, kita dapat melihat bahwasannya terdapat dua indicator yang memiliki rangking tertinggi yang sama, yaitu indicator selalu mengadakan komunikasi dan
melakukan penilitian masalah sebelum menyimpulkan masalah tersebut, kedua skor dari indicator tersebut memiliki niali yang sama-sama tinggi karena memilki selisih yang lebih sedikit untuk mencapai niali ideal. Sedangkan rangking terendah dalam variabel ini adalah
selalu memahami persepsi dengan bijak, penjelasan lebih lanjut tertulis di bawah ini. PENJELASAN A. Selalu mengadakan komunikasi yang empati dengan yang lain (rangking tertinggi) Stephen R Covey mengatakan Komunikasi adalah keterampilan paling penting dalam hidup. Kita menghabiskan sebagian besar jam bangun kita untuk berkomunikasi, sehingga
205 tidadk mengherankan pula kalau maju tidaknya suatu organisasi sangat tergantung pada tingtkat komunikasi yang efektif antara pengurus satu dengan yang lainnya. Dalam organisasi RISKA organisasi memang menjadi senjata utama dalam mengembangkan organisasi, meskipun sabagian besar pengurus sibuk dengan kuliah dan juga ‘pekerjaan mereka, akan tetapi komunikasi diantara mereka tetap terjaga dengan baik, terlebih lagi sekarang sudah zaman dengna teknologi yang canggih, ketika mereka tidak dapat bertemu tatap muka mereka masih dapat berkomunikasi melalui telepon, atau mungkin hanya melalui
Short Message Sentre (SMS) atau dengan cara yang lebih canggih lagi dengan melalui e-mail atau yang lainnya. Intinaya, meskipun kesibukan mereka tidak hanya dalam organisasi RISKA tetapi komunikasi mereka selalu tetap terjaga dengan baik. B. Mengadakan penelitian terlebih dahulu baru menyimpulkan (rangkingi tertinggi) Ketika menghadapi suatu permasalahan, kebiasaan baik yang ditimbulkan dalam RISKA adalah memahami terlebih dahulu apa masalah yang terjadi sebenarnya, mereka terlebih dahulu melakukan penelitian terhadap masalah sebelum mereka menyimpulkan masalah tersebut kemudian mencari solusi yang terbaik. Mengadakan penelitian terhadap semua masalah yang ada merupakan hal yang harus dilakukan dalam berorganisasi sebelum menentukan apa yang sebenarnya terjadi, kalau perlu mereka sering kali melakukan analisis dengan melihat kelebihan, kekurangan, peluang dan ancaman dari suatu masalah yang mereka hadapi. C. Selalu memahami persepsi orang lain denagn bijak (rangking terendah) Dengan banyaknya pengurus RISKA yang ada, terkadang beda pendapat ataupun selisih paham adalah hal yang biasa yang kita jumpai ketika kita aktif di RISKA, terkadang hanya dengan permasalahan sepele saja antar pengurus dapat bersitegang, walaupun mungkin tidak
206 lama, hal ini sangatlah difahami, mengingat RISKA adalah orgasnisasi remaja masjid yang bisa dikatakan salah satu organisasi besar yang ada di lingkungan Jakarta, lebih dari itu yang harus kita fahami adalah bahwa setiap orang punya pendapat sendiri, sehingga tugas utama kita adalah bagaimana dapat menghargai pendapat tesebut meskipun orang lain berbeda pendapat dengan kita. TABEL 6. Respon remeja RISKA terhadap implementasi variabel Wujudkan sinergi dalam mengembangkan organisasi. WUJUDKAN SINERGI
No
Ideal
Realita
(Skor)
(Skor)
Deviasi Rangking
Pertanyaan
1.
Mengadakan kerjasama yang kreatif
149
127
22
III
2.
Selalu mendapatkan alternative
150
129
21
II
3.
Dapat menghargai perbedaan
150
129
21
II
4.
Bersinergi dengan yang lain
148
133
15
I
Rata-rata Skor
149,25
129,5
Pada indicator ini, terdapat rangking tertinggi yang telah diterapkan oleh remaja RISKA yaitu pada indicator bersinergi dengan yang lain dalam usaha mengembangkan organisasi, hal ini memang sudah diterapkan dalam organisasi RISKA meskipun memang belum sepenuhnya, akan tetapi skor realita yang ada hampir mendekati skor nilai yang ideal. Sedangkan indicator terendah dalam variabel ini terdapat pada indicator mengadakan kerjasama yang kreatif. Untuk lebih jelasnya tertulis dibawah ini. PENJELASAN
207 A. Bersinergi dengan yang lain dalam memecahkan masalah dalam organisasi (rangking
tertinggi) Untuk dapat mengembangkan suatu organisasi, sangat diperlukan sinergi dengan orang lain, mengingat organisasi adalah kumpulan orang yang mempunyai tujuan yang sama yang harus mengikuti peraturan-peraturan yang terdapat dalam organisasi tersebut. Bersinergi dengan orang lain berarti dapat bekerja sama dengna yang lain. RISKA sudah menerapkan itu semenjak didirikannya organisasi tersebut, antar pengurus selalu mengadakan komunikasi yang baik, ketika ada suatu permasalahan
mereka selalu bahu membahu dalam memecahkan
masalah tersebut. RISKA senantiasa melakukan sinergi dengan yang lain, bahkan tidak hanya antar pengurus tapi juga dengan orang lain, terutama dengan pengurus Masjid Sunda Kelapa, sering kali mereka mengadakan acara bersama dengan melibatkan semua jama’ah Masjid Sunda Kelapa dan juga masyarakat sekitar. B. Mengadakan kerjasama yang kreatif dalam yang lain (rangking terendah) Sesunggunhya, RISKA telah menerapkan ini dalam kegiatan berorganisasi mereka, kerjasama sering dilakuakan antara divisi yang satu dengan yang lainnya, akan tetapi mungkin kerjasama yang kreatif belum sepenuhnya terlihat dalam kerjasama mereka, terkadang mereka hanya sekedar kerjasama dalam menjalankan satu prograqm yang tidak terlalu besar yang sebenarnya itu dapat dikerjakan dengna beberapa individu saja. Sifat kreatif sangat diperlukan dalam organisasi terutama dalam hal kerjasama agar dapat menghasilkan hasil yang memuaskan yang dapat memajukan organisasi. TABEL 7. Respon remeja RISKA terhadap implementasi variabel Asahlah gergaji dalam mengembangkan organisasi. ASAHLAH GERGAJI
208
No
Ideal
Realita
(Skor)
(Skor)
Deviasi Rangking
Pertanyaan
1.
Mengasah kemampuan diri
148
133
15
IV
2.
Selalu memihara kesehatan
149
131
18
V
3.
Menjaga nilai-nilai spiritual
150
144
6
I
4.
Menjaga nilai-nilai emosional
150
136
14
III
5.
Menjaga nilai-nilai intelektual
149
136
13
II
Rata-rata Skor
149,2
136
Dalam variabel yang terakhir ini, kita dapat memahami bahwasannya indicator menjaga
nilai-nilai spiritual memiliki rangking tertinggi dibanding dengan indicator yang lain, kemudian selalu memelihara kesehatan dengan baik merupakan indicator yang paling rendah, karena menurut hasil survey nilai realita mempunyai selisih yang cukup jauh dibandingkan dengan nilai ideal yang seharunya diterapkan dalam berorganisasi. PENJELASAN A. Mejaga nilai-nilai Spiritual (rangking tertinggi) Nilai-nilai spiritual yang terdapat pada remaja RISKA memang harus diakui sangatlah bagus, mereka benar-benar menjaga nilai-nilai ketuhanan, karena mereka benar-benar menyadari bahwasnnya segala upaya yang dilakukan dalam mengembangkan organisasi adalah tujuan utamanya akan kembali pada Allah SWT, karean itu nilai-nilai spiritual tidak pernah mereka langgar, bahkan belakangan ini mereka mengadakan training ESQ (Emotional Spiritual
Quotient) yang bertujuan untuk meningkatkan nilai-nilai Spiritual, emosioanal dan intelektual mereka agar terus meningkat.
209 Hal ini sesuai dengan pernyataan K.H Toto Asmara dalam bukunya Spiritual Centered
Leadership yang menyatakan bahwa segala sesuatu pasti ada intinya. Dan inti dari perbuatan kita adalah keyakinan yang dibalut rasa cinta yang sangat mendalam kepada Allah. Bisikan hati dan seluruh tindakan kita berada dalam sorotan kamera ilahiah yang sangat teliti dan tidak pernah salah merekam dan mencatat perbuatan kita. B. Selalu memelihara kesehatan fisik agar dapat berorganisasi dengan baik (rangking
terendah) Sebagian besar pengurus RISKA adalah orang-orang terpelajar dan mempunyai latar belakang agama yang cukup baik, akan tetapi menurut hasil survey yang dilakukan mereka kurang care dengan kesehatan mereka, hal ini menurut analisa penulis lebih disebabkan karena kegiatan mereka yang cukup padat, mereka tidak hanya aktif di organisasi tapi juga aktif di masyarakat, disamping mereka juga kuliah dan kerja di berbagai tempat. Kesehatan fisik adalah sesuatu yang harus dijaga oleh setiap orang, tanpanya sesibuk apapun kita atau sebanyak apapun kegiatan kita kalau kesehatan fisik kita tidak mendukung kita tidak akan mampu melaksanakan pekerjaan tersebut. B. REKAPITULASI SKOR RATA-RATA VARIABLE RESPON RISKA TERHADAP IMPLEMENTASI SEVEN HABITS DALAM MENGEMBANGKAN ORGANISASI TABEL VIII Skor Rata-rata No
Variable Ideal
Deviasi
Rangking
10,2
I
Realita
1.
Pro Aktif
148,6
138,4
2.
Merujuk pada tujuan akhir
146,5
125
21,5
VII
3.
Dahulukan yang utama
146,67
136
10,67
II
210
4.
Berfikir menang
5.
Berusaha mengerti baru di
149
130,25
148,25
132,25
18,75
V
16
IV
mengerti 6.
Wujudkan sinergi
149,25
129,5
19,75
VI
7.
Asahlah gergaji
149,2
136
13,2
III
PEJELASAN 1. Pro aktif (rangking variable tertinggi ) Ternyata, variable pro aktif adalah variable yang telah diterapkan oleh RISKA, meskipun belum sepenuhnya. Pro aktif adalah sikap yang selalu bertindak, ia senantiasa mempunyai inisiatif untuk dapat melangkah maju. Rasa ingin mendorong dirinya untuk berprestasi (achievement) sehingga tumbuh semangat bersaing (competitiveness) untuk menampilkan karya-karya prestatif sebagai rasa syukurnya kepada sang kholiq.Mereka menganggap berhenti berpikir secara kreatif,berarti memadamkan cahaya ilahi dan karenanya hudupnya sama sekali tidak punya arti. Dengan demikian,kreativitas adalah segala kecenderungan diri kita untuk melahirkan sesuatu yang benar-benar baru (innovation}atau kombinasi-kombinasi baru dengan memanfaatkan ciptaan Ilahi yang ada di sekitarnya.. Mereka sangat eksploratif dalam pengertian selalu ingin tahu, ingin mencoba,dan mempertahankan sesuatu bukan sebagaimana biasanya. Mereka disebut kreatif karena memang sering kali keluar dari kebiasaan-kebiasaan umum. Cara berpikir mereka tidak konvergen, tetapi divergen. Mereka mampu merangkaikan atau mengkombinasikan sesuatu menjadi yang baru.
211 Begitu juga dengan RISKA, mereka begitu proaktif dalam menjalankan organisasi, mereka sangat kreatif dalam mermbuat program-program kereja, sehingga setiap kegiatan yang dilaksanakan okeh RISKA tidak terkesan monotan karena penuh dengan inovasi-inovasi yang baru. 2. Merujuk pada tujan akhir (rangking variable terendah ) Dalam hal ini, dalam melaksanakan kegiatan organisasi para pengurus RISKA sebenarnya telah menerapkan tujuan mereka sesuai visi dan misi organisasi, akan tetapi ada beberapa kekurangan dalam menjalankan visi dan misi tersebut, sehingga terkesan ketika melaksanakan suatau program mereka kurang terkoordinir dengna baik, mungkin disebabkan para pengurus tersebut kurang dapat memahami visi dan misi organisasi, terlebih lagi tujuan akhir dari kehidupan kita dalam berorganisasi adalah mencari ridho Allah SWT. Akan tetapi menurut hemat penulis mereka telah menjalankan kepengurusan dengan baik, hanya perlu beberapa masukan dari pihak luar agar kepengurusan ini dapat lebih berkembang.
BAB IV IMPLEMENTASI THE SEVEN HABITS PADA ORGANISASI REMAJA MASJID (RISKA) DALAM UPAYA MENGEMBANGKAN ORGANISASI C. Implementasi The Seven Habits Pada Organisasi Remaja Masjid Dalam bab ini penerapan the seven habits secara umum pada dasarnya sudah diterapkan dalam upaya mengembangkan organisasi walaupun masih terdapat berbagai macam kekurangan yang terdapat dalam penerapan the seven habits tersebut. Hal ini terlihat dari hasil survey yang penulis lakukan terhadap organisasi RISKA beberapa waktu lalu. Bentuk penerapan The Seven Habits tersebut dilakukan dalam menjalankan roda organisasi, mulai dari kegiatan harian maupun dalam melaksanakan progam-program yang mereka telah rencankan dalam rapat kerja (Raker). Seperti penerapan sikap-sikap yang tercantum dalam buku The Seven Habits Pertama, Pro aktif , hal ini diterpkan oleh pengurus RISKA dalam menjalankan organisasi, mereka dituntut untuk dapat menjadi orang yang akif ketika berorganisasi, dapat membuat inovasi-inovasi yang signifikan sehingga dapat mengembangkan organisasi, selain itu mereka juga harus dapat berfikir kreatif dalam melaksanakan setiap program kerja agar program tersebut tidak berjalan secara monoton akan tetapi dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi yang ada. Bertindak pro aktif berarti selalu dapat mencari hal-hal yang belum pernah terfikir oleh organisasi yang lain, yang dapat membedakan mereka dari yang lainnya, terutama mengenai program kerja yang mereka telah rencanakan.
98
99
Kedua, Merujuk pada tujuan akhir, semua pengurus RISKA harus dapat mengembalikan seluruh kegiatan yang mereka lakuakan kepada visi dan misi organisasi, terlebih lagi harus diniatkan apa yang dilakukan hanya untuk Allah semata. Hal ini begitu penting mengingat dalam organisasi ini tidak berorietasi pada profit oriented, sehingga harus timbul kesadaran sendiri dalam upaya mengembangkan organisasi sesuai dengan visi dan misi yang telah dicanagkan oleh para pengurus RISKA. Orang-orang yang sukses adalah mereka yang menetapkan tujuan yang akan diraihnya. Bagi mereka hidup adalah pilihan untuk menentukan arah kiblat yang benar yang memberikan arah ke mana dia harus bergerak. Tujuannya adalah untuk membentuk sikap dan prilaku seseorang. Mengetahui arah kiblat, menyebabkan seluruh umat islam menjadi tertib dalam urusan shalatnya. Begitu juga menetapkan tujuan, akan menumbuhkan disiplin dan gairah kehidupan karena tindakan dan perbuatan kita dikerahkan menuju arah tersebut. Sikap dan prilaku seseorang ditentukan oleh tujuannya. Ketiga, Dahulukan yang utama, dalam hal ini seluruh pengurus harus dapat memprioritaskan hal-hal yang paling penting yang dapat mengembangkan organisasi, kepentingan pribadi tidak boleh didahulukan, mengingat RISKA adalah organisisi, walau bagaimanapun juga kepentingan oganisasi adalah diatas segalanya. Ketika membuat sebuah program harus dikaji terlebih dahulu mana yang menjadi hal-hal prioritas yang harus didahulukan, kalau perlu kita membuat analisis SWOT (Streenght, weakness, opportunity, treatment) atau kelebihan, kekurangan, peluang dan ancaman dari suatu program. Keempat, Berpikir menang/menang, keoptimisan dalam menjalankan organisasi sangat dibutuhkan, selalu berfikir menang dengan cara yang baik dan bijaksana, ketika menjalankan suatu program haruslah yakin bahwasannya program tersebut akan berjalan lancar sesuai yang telah direncanakan. Akan tetapi selain dengan keyakinan, haruslah diimplementasikan dengan perbuatan, bukan hanya keyakinan dan niat semata.
100
Napoleon Hill berpendapat bahwa yang disebut berpikir menang atau berpikir positif adalah dengan sikap mental positif yang mencakup segala hal yang plus yang dinyatakan lewat kata-kata, seperti keyakinan, integritas, harapan, optiomisme, keberanian, inisiatif, kedermawanan, toleransi, kebaikan dan berpikir sehat. Kelima, Berusah mengerti baru dimengerti, ketika melihat suatu permasalahan dalam organisasi, sebelumnya kita harus mengerti terlebih dahulu apa sebenarnya yang terjadi, mempelajari kronologi awal mulanya terjadinya masalah, sehingga tidak langsung menyimpulkan pada suatu masalah tertentu. Memahami suatu masalah terlebih dahulu adalah suatu kewajiban yang harus dilaksanaklan oleh semua pengurus, agar tidak terjadi kesalahpahaman, hal ini sangat dibutuhkan mengingat dalam berorganisasi banyak sekali masalah yang dihadapi. Dalam memahami sesuatu kita harus dapat menjadi pendengar yang baik, mendengar dengan penuh empati yaitu mendengar untuk memahami apa yang disampaikan orang lain, mendenger dengan memasuki kerangka acuan orang lain (frame of references), mengerti dan memahami perasaan orang lain, serta melihat dunia pengalaman orang lain (field experience), Keenam, wujudkan sinergi, bersinergi dengan orang lain adalah salah satu kunci sukses dalam suatu organisasi, hal ini sangat penting karena organisasi adalah kumpulan orang yang mempunyai tujuan yang sama yang diatur dalam undang-undang organisasi, sehingga sangat diwajarkan
ketika
dalam berorganisasi terjadi kesalahpahaman mengingat ini adalah kumpulan orang banyak yang mempunyai karakter berbeda-beda. Inilah pentingnya sinergi dengan orang lain, dimana perasaan ego kita kita harus dikesampingkan terlebih dahulu guna mencapai tujuan organisasi, karena kita tidak dapat bekerja sendiri tanpa bersinergi dengan yang lain. Para pelaku organisasi harus memilki lebih dari sekedar kemampuan teknis, akan tetapi lebih dari itu, mereka harus dapat berinteraksi dengan orangorang yang juga bekerja di organisasi itu. Terutama bagi pemimpin organisasi
101
harus lebih dapat bersinergi dengan bawahannya dan juga harus lebuh bijak dalam memberikan keputusan agar dapat diterima oleh semua pihak. Ketujuh, Asahlah gergaji, inilah hal terpenting yang harus dimilki oleh setiap pengurus dalam organisasi, ini bermakna , kita harus tetap menjaga nilainilai spiritual, emosional dan intelektual yang telah diberikan Allah kepada kita. Sesungguhnya Allah telah memberikan kita berbagai macam kelebihan yang harus kita syukuri, salah satunya adalah dengan cara mengasah terus segala kemampuan yang kita miliki, baik dengan cara selalu mendekatkan diri dengan Allah agar spiritual kita tetap tertanam, dengan menjaga perasaan kita untuk terus berfikir positif agar emosional kita tetap terjaga, ataupun dengan memperbanyak membaca buku-buku ilmiah guna menigkatkan nilai-nilai intelektual yang kita miliki. Untuk lebih jelas memahami implementasi The Seven Habits dalam organisasi RISKA, beberapa waktu lalu penulis membuat quesioner yang kemudian disebarkan kepada pengurus RISKA untuk diisi sesuai dengan kondisi yang ada. Adapun quesioner ini berjumlah 30 yang akan diberikan kepada 30 responden dengan kriteria 18 orang laki-laki dan 12 orang perempuan, usia mereka sebagian besar berkisar antara 20-30 tahun dan latar belakang pendidikan mereka sebagian besar SI walaupun ada beberapa orang yang S2. Mengenai hal-hal yang berkaitan dengan quesioner ini, penulis menulisnya di lampiran skripsi ini, sedangkan dalam bab ini penulis mencantumkan perbandingan respon RISKA antara ideal dan realita yang terjadi di lapangan dalam mengimplementasikan The Seven Habits dalam upaya mengembangkan organisasi, kemudian penulis akan mengambil poin yang terbesar dan yang terkecil kemudian menjelaskannya. Selain itu penulis juga akan mencantumkan mengenai rekapitulasi skor rata-rata variable respon riska terhadap implementasi The Seven Habits dalam mengembangkan organisasi dan juga akan mengambil poin terbesar dan terkecil yang kemudian menjelaskannya.
102
D. Karakteristik responden terhadap pengimplementasian The seven Habits dalam organisasi RISKA Tabel 1. Karakteristik Responden Penelitian Jenis Kelamin
Frekuensi
Frekuensi Relatif (%)
Laki-Laki
18
60%
Perempuan
12
40%
Total
30
100%
Mayoritas responden adalah perempuan yaitu sebanyak 12 orang atau 40% dan sisanya responden laki-laki sebanyak 18 orang atau 60% Usia <17 >17 >25 >30 Total
Frequency 3 17 10 0 30
Frekuensi Relatif (%) 10% 56.7% 33.3% 0% 100%
Usia responden <17 tahun sebesar 10%, usia >17 tahun sebesar 56.7%, usia >25 sebesar 33.3%, dan usia di >30tahun sebesar 0% TABEL 2. Respon remeja RISKA terhadap implementasi variabel Pro aktif dalam mengembangkan organisasi. PRO AKTIF No Pertanyaan
Ideal (Skor)
Realita (Skor) Deviasi
Rangking
1.
Mempuyai inisiatif
150
137
13
IV
2.
Cepat tindakan
147
139
8
II
3.
Membuat komitmen
149
134
15
V
4.
Memenuhi komitmen
149
140
9
III
mengambil
103
5.
Cepat tanggap
148
142
Rata-rata Skor
148,6
138,4
6
I
Dalam variabel pro aktif ini kita dapat melihat bahwasannya indikator terbesar yang telah diterapkan oleh RISKA adalah cepat tanggap, sedangkan indicator yang terkecil adalah
membuat komitmen, sehingga indicator cepat tanggap adalah sikiap yang selalu diterapkan dalam kepegurusan RISKA dalam menjalankan organisasi, karena lebih mendekati dari nilai ideal. Begitu juga sebaliknya, sikap membuat komitmen kurang diterapkan dalalm kepengurusan RISKA karena jauh dari niali ideal, untuk lebih jelasnya terurai di bawah ini. Penjelasan : C. Cepat tanggap dalam mengambil kebijakan organisasi. (rangking tertinggi) Cepat tanggap dalam melihat berbagai masalah yang terdapat dalam organisasi adalah suatu kelayakan yang harus dimiliki oleh RISKA, hal ini terbukti dengan terbentuknya divisidivisi baru yang berorientasi pada kebutuhan anggota dan juga ketika melihat kondisi masyarakat yang membutuhkan mereka sering kali langsung terjun ke lapangan. Dalam berbagai persoalan RISKA sering sekali cepat dalam mengambil keputusan, akan tetapi tidak sembarang dalam
104
mengambil
keputusan,
mereka
juga
melakukan
banyak
pertimbangan dan penuh dengan kehati-hatian dalam mengambil suatu keputusan. Kebijakan organisasi selalu dikeluarkan secara musyawarah, tidak mengambil otoritas penuh seorang pemimpin, sehingga keputusan tersebut dapat diterima semua pihak. D. Membuat
komitmen
dalam
usaha
mengembangkan
organisasi. (rangking terendah) Hal yang tidak kalah penting dalam suatu organiosasi adalah membuat komitmen dalam berorganisasi, akan tetapi dalam remaja RISKA membuat komitmen tidak terlalu terlihat dalam berorganisasi, walaupun pada dasarnya mereka sudah membuat komitman awal mengenai kesiapan mereka dalam berorganisasi. Ketidaksiapan mereka dalam membuat komitmen kalau boleh penulis menyimpulkan lebih didsarkan atas kewaspadaan mereka ketika mereka tidak dapat menjalankan komitmen tersebut, mereka lebih nyaman ketika harus berjalan dengan kesadaran dari setiap individu dalam mengembangkan organisasi. Dalam hal ini motivasi dalam berorganisasi sangat dibutuhkan dalam mengembangkan kesadaran seseorang sehingga akan timbul suatu vitalitas, seperti yang tercantum dalam buku Spiritual Centered Leadership yang dikarang oleh K.H Toto Tasmara, yaitu inner power yang mampu mengeluarkan energi luar biasa di luar dugaan dirinya sendiri dan bahkan orang lain.
105
TABEL 2. Respon remeja RISKA terhadap implementasi variabel Merujuk pada tujuan akhir dalam mengembangkan organisasi. MERUJUK PADA TUJUAN AKHIR
No
Ideal
Realita
(Skor)
(Skor)
Deviasi Rangking
Pertanyaan
1.
Selalu merujuk pada tujuan akhir
146
94
52
IV
2.
Memiliki visi dan misi
144
138
6
I
3.
berpusat pada pekerjaan
134
12
II
4.
Selalu mengembalikan pada prinsip
148
134
14
III
Rata-rata Skor
146,5
125
148
Dalam variabel merujuk pada tujuan akhir, kita dapat lihat bahwasannya sikap memilki visi dan misi adalah indicator yang memiliki rangking yang paling tinggi, sedangkan indicator selalu
merujuk pada tujuan akhir menempati urutan paling rendah dalam hal rangking, sehingga merujuk pada tujuan akhir benar-benar belum sepenuhnya diterapkan oleh pengurus RISKA, untuk dapat lebih jelasnya dapat melihat penjelasan dibawah ini.
PENJELASAN A. Memiliki Visi dan Misi pribadi maupun organisasi dalam menjalankan organisasi. (rangking tertinggi) RISKA adalah organisasi remaja masjid yang sudah cukup lama aktif di kawasan Jakarta, sehingga mereka sudah memilki visi dan misi yang jelas sejak didirikannya organisasi ini. Visi dan misi adalah hal terpokok yang paling
106
terpenting bagi semua organisasi, tidak hanya RISKA. Tanpa visi dan misi organisasi akan tidak mempunyai arah dalam menjalankan roda organisasi, ia adalah tujuan akhir dalam setiap organisasi, sebelum tujuan akhir yang sesungguhnya yaitu mendapatkan Ridho dari Allah SWT. Visi dan Misi yang dimiliki oleh RISKA sangatlah jelas, mereka ingin menjadi anak mua yang tidak hanyan cerdas dalam intelektual akan tetapi juga cerdas dalam hal emosional dan spiritual, dalam misi mereka terdapat poin yang berkaitan dengan kepedulian mereka terhadap masyarakat, kemudian mereka juga ingin menjadi jiwa-jiwa muda yang kreatif yang sesuai dengan nilai-nilai yang islami. Kemudian dalam visi mereka selalu mengedepankan akhlak yang baik sebagai semua landasan program agar dapat bermanfaat bagi orang banyak. Sehingga apapun yang mereka kerjakan selalu berorietasi pada nilai-nilai yang islami. B. Selalu Merujuk Pada Tujuan Akhir dalam setiap menghadapi masalah dalam organisasi. (rangking terendah) Merujuk pada tujuan akhir sangat diperlukan juga dalam suatu organisasi, kirta harus melihat tujuan akhir kita dalam berorganisasi, yaitu berkiblat pada visi dan misi suatu organisasi, akan tetapi dalam penerapannya, RISKA terkadang tidak dapat merujuk pada tujuan akhir organisasi, karena harus disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan yang ada. Akan tetapi meskipun tidak merujuk pada tujuan akhir RISKA selalu berpedoman pada kemashlahatan orang banyak terutama anggota organisasi tersebut.
107
Sesuai dengan apa yang dilakuakan penulis melalui penyebaran angket questioner, penulis memahami bahwasannya para pengurus RISKA menganggap bahwasannya merujuk pada tujuan akhir adalah harus sesuai dengan visi dan misi yang mereka buat pada awal pembentukan organisasi, sedangkan kebutuhan yang harus dilakukan oleh organisasi haruslan relevan dengan kondisi yang ada sekitar, sehingga mererka memahami merujuk pada tujuan akhir harus disesuaikan dengan kondisi yang ada. TABEL 3. Respon remeja RISKA terhadap implementasi variabel Dahulukan yang utama dalam mengembangkan organisasi. DAHULUKAN YANG UTAMA
No
Ideal
Realita
(Skor)
(Skor)
146
138
145
135
Selalu memenuhi komitmen dan janji
149
135
Rata-rata Skor
146,67
136
Pertanyaan
1.
Selalu memproritaskan hal penting
2.
Selalu
berusaha
memproritaskan
aktivitas 3.
Deviasi Rangking
Dalam
variabel
ini,
kita
dapat
melihat
bahwasannya
8
I
10
II
14
III
selalu
memprioritaskan hal yang paling penting merupakan sikap yang paling sering diterapkan oleh RISKA dan memiliki rangking tertinggi dalam upaya mengembangkan organisasi, sedangkan indicator selalu memenuhi komitmen
dan janji merupakan hal yang jarang terjadi di RISKA,dan memiliki rangking yang terendah. Hal ini dapat dilihat dari hasil survey bahwasannya hasil realita
108
berjarak jauh dengan nilai ideal yang seharusnya diterpakan oleh RISKA. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari penjelasan di bawah ini. PENJELASAN B. Selalu memprioritaskan hal yang penting pada hal-hal yang terpenting ketika terjadi masalah dalam organisasi. (rangking terringgi) Dalam implementasinya, para pengurus RISKA selalu berusaha untuk mendahulukan
hal-hal
yang
terpenting
terlebih
dahulu,
baik
dalam
melaksanakan program organisasi maupun dalam kehidupan mereka sehari-hari, ketika suatu program sudah matang direncanakan, maka apapun halangannya, ketika itu tidak bertentangan dengan AD ART dalam organisasi maka mereka harus tetap melaksanakn program tersebut. Contoh kecil ketika ada program kegiatan Hari Besar Islam (HBI) yang sudah direncanakan pada awal tahun, maka ketika ada kegiatan yang belum direncanakan sebelumnya dan waktunya berbenturan, maka yang harus diprioritaskan adalan program yang sudah direncanakan sebelumnya. Memprioritaskan hal yang penting lebih dari pada mendahulukan kepentingan pribadi, berhubung kita bernaung dalam satu organiasasi yang memiliki tujuan yang sama, maka kita harus mendahulukan kepentingan organisasi ketimbang kepentingan pribadi kita. B. Selalu memenuhi komitmen dan janji yang telah direncanakan (rangking terendah) Ketika suatu komitmen telah dibuat, maka hal selanjutnya yang harus diperhatikan adalah memenuhi komitmen tersebut, hal inilah yang menjadi
109
kekurangan bagi organisasi RISKA, mereka kerap kali tidak komitmen dengan janji yang mereka telah buat, hal terkecil adalah ketika membuat kesepakatan untuk rapat, komitman awal adalah setiap orang harus dating on time akan tetapi dalam kenyataannya, istilah rubber time atau jam karet masih sangat kental dalam organisasi tersebut, ini disebabkan karena banyak dari mereka yang masih saling mengandalkan satu sama lain dalam menjalankan suatu program organisasi. Akibatnya, banyak sekali program-progam yang belum berjalan sempurna karena komitmen mereka yang belum dijalankan. Memenuhi komitmen adalah suatu keharusan bagi setiap orang, bukan hanya orang yang aktif diorganisasi, karena itu kita harus menghargai atas senua komtmen yang sudah kita buat, seperti yang dikutip oleh Daniel Goleman, “ orang berkomitmen adalah para warga perusahaan teladan. Mereka bersedia menempuh perjalanan lebih panjang. Dan seperti kerikil yang dilontarkan ke tengan kolam, karyawan yang berkomtimen tersebut menyebarkan riak-riak perasaan kebahagiaannya ke seluruh lingkungan perusahaan. Komimen yang sangat tinggi memungkinkan dirinya berjuang keras menghadapi tantangan dan tantangan dan tekanan yang bagi orang yang tidak mempunyai komitman dirasakannya sebagai beban berat dan menimbulakan stress. TABEL 4. Respon remeja RISKA terhadap implementasi variabel Berpikir menang/menang dalam mengembangkan organisasi. BERFIKIR MENANG/MENANG
No
Ideal
Realita
(Skor)
(Skor)
Pertanyaan
Deviasi Rangking
110
1.
Selalu berfikir optimis
149
128
21
III
2.
Selalu memilih yang terbaik
150
135
15
I
3.
Membuat kesepakatan
148
127
21
III
4.
mengedepankan system
149
131
18
II
Rata-rata Skor
149
130,25
Pada table ini, kita dapat melihat bahwasannya dalam variabel Berpikir menang/menang terdapat indicator selalu memilih yang terbaik merupakan rangking tertinggi dalam implementasinya pada remeja RISKA, sedangkan yang uniknya adalah ketika kita melihat rangking terendah terdapat dua indicator yang memiliki rangking yang sama, yaitu indicator selalu berpikir optimis dan
membuat kesepakatan dalam berorganisasi, hak ini .lebih disebabkan karena kedua indicator tersebut memang belum sepenuhnya diterapkan dalam remaja RISKA. Untuk lebih jelasnya dapat melihat penjelasan dibawah ini. PENJELASAN A. Memilih yang terbaik diantara pilihan baik (rangking tertinggi) Memilih yang terbaik dalam setiap kegiatan yang dilakuakn RISKA adalah suatu keharusan yang harus dilakuakn oleh setiap pengurus, dalam hal berpikir menang, memilih yang terbaik adalah salah satu cara agar keyakinan kita untuk meraih kemenangan semakin mudah, keyakinan saja tidaklah cukup untuk meraih suatu kemenangan, disitu perlu strategi khusus bagaimana caranya kita dapat meraih kemenangan tersebut.
111
Semua program kerja yang dilaksanakan RISKA adalah program kerja yang baik, dan kinerja mereka pun dapat dikatakan baik merkipun masih ada kekurangan di berbagai hal, sekarang yang selalu dikedepankan oleh pengurus adalah bagaimana caranya agar dapat memilih program yang paling baik yang dapat memberikan pengaruh besar dalam perkembangan organisasi. B. Selalu berfikir optimis dalam menghadapi semua masalah (rangking
terendah) Befikir optimis adalah hal yang paling mendasar ketika kita ingin menjalankan suatu program yang akan kita laksanakan, Helen Keller pernah berkata “ Optimism is the faith that leads to achievements. Nothing can be done
without hope and confidence (optimis adalah sebuah keyakinan yang akan membawa pada pencapaian hasil. Tidak ada yang bias diperbuat tanpa harapan dan percata diri).’’ Meskipun hal ini sangat urgent bagi suatu organisasi, tetapi terkadang pada RISKA sikap ini tidak terlihat, para penguruis terkesan berjalan apa adanya, tanpa adanaya percaya diri yang lebih, keoptimisan mereka terkadang sedikit menurun ketika mereka melihat p[engurus yang lain terkadang mereka tidak komitmen dengan janji yang mereka sudah lakuakn. Meskipun begitu, ketika semua pihak mendukung untuk pengembangan organisasi ini, rasa optimis mereka selalu memuncak sampai akhirnya mereka mencapai kemajuan dalam berorganisasi. C. Membuat kesepakatan kerja untuk dapat menang (rangkingi terendah)
112
Seperti dibahas sebelumnya, membuat komitmen dalam berorganisasi di RISKA memang sedikit tidak diutamakan, dikarenakan mereka takut tidak dapat menjalankan komitman tersebut, akan tetapi mereka akan lebih comfort untuk dapat bekerja langsung tidak hanya NATO alias No action talk only, begitu juga membuat kesepakatan dalam bekerja mereka, mereka terkadang lebih tertarik untuk dapat langsung action ke lapangan, sehingga dapat langsung terjun untuk bekerja tanpa banyak teori yang kurang berarti terlebih dahulu.
TABEL 5. Respon remeja RISKA terhadap implementasi variabel Berusaha mengerti baru dimengerti dalam mengembangkan organisasi. BERUSAHA MENGERTI BARU DI MENGERTI
No
Ideal
Realita
(Skor)
(Skor)
Deviasi Rangking
Pertanyaan
1.
Selalu mengadakan komunikasi
150
138
12
I
2.
Mendengarkan dengan empati
148
130
18
II
3.
Melakukan penelitian
147
135
12
I
4.
selalu memahami persepsi
148
126
22
III
148,25
132,25
Rata-rata Skor
113
Dalam variabel ini, kita dapat melihat bahwasannya terdapat dua indicator yang memiliki rangking tertinggi yang sama, yaitu indicator selalu
mengadakan
komunikasi
dan
melakukan
penilitian
masalah
sebelum
menyimpulkan masalah tersebut, kedua skor dari indicator tersebut memiliki niali yang sama-sama tinggi karena memilki selisih yang lebih sedikit untuk mencapai niali ideal. Sedangkan rangking terendah dalam variabel ini adalah
selalu memahami persepsi dengan bijak, penjelasan lebih lanjut tertulis di bawah ini. PENJELASAN A. Selalu mengadakan komunikasi yang empati dengan yang lain (rangking
tertinggi) Stephen R Covey mengatakan Komunikasi adalah keterampilan paling penting dalam hidup. Kita menghabiskan sebagian besar jam bangun kita untuk berkomunikasi, sehingga tidadk mengherankan pula kalau maju tidaknya suatu organisasi sangat tergantung pada tingtkat komunikasi yang efektif antara pengurus satu dengan yang lainnya. Dalam organisasi RISKA organisasi memang menjadi senjata utama dalam mengembangkan organisasi, meskipun sabagian besar pengurus sibuk dengan kuliah dan juga ‘pekerjaan mereka, akan tetapi komunikasi diantara mereka tetap terjaga dengan baik, terlebih lagi sekarang sudah zaman dengna teknologi yang canggih, ketika mereka tidak dapat bertemu tatap muka mereka masih dapat berkomunikasi melalui telepon, atau mungkin hanya melalui Short
Message Sentre (SMS) atau dengan cara yang lebih canggih lagi dengan melalui
114
e-mail atau yang lainnya. Intinaya, meskipun kesibukan mereka tidak hanya dalam organisasi RISKA tetapi komunikasi mereka selalu tetap terjaga dengan baik. B. Mengadakan penelitian terlebih dahulu baru menyimpulkan (rangkingi
tertinggi) Ketika
menghadapi
suatu
permasalahan,
kebiasaan
baik
yang
ditimbulkan dalam RISKA adalah memahami terlebih dahulu apa masalah yang terjadi sebenarnya, mereka terlebih dahulu melakukan penelitian terhadap masalah sebelum mereka menyimpulkan masalah tersebut kemudian mencari solusi yang terbaik. Mengadakan penelitian terhadap semua masalah yang ada merupakan hal yang harus dilakukan dalam berorganisasi sebelum menentukan apa yang sebenarnya terjadi, kalau perlu mereka sering kali melakukan analisis dengan melihat kelebihan, kekurangan, peluang dan ancaman dari suatu masalah yang mereka hadapi. C. Selalu memahami persepsi orang lain denagn bijak (rangking terendah) Dengan banyaknya pengurus RISKA yang ada, terkadang beda pendapat ataupun selisih paham adalah hal yang biasa yang kita jumpai ketika kita aktif di RISKA, terkadang hanya dengan permasalahan sepele saja antar pengurus dapat bersitegang, walaupun mungkin tidak lama, hal ini sangatlah difahami, mengingat RISKA adalah orgasnisasi remaja masjid yang bisa dikatakan salah satu organisasi besar yang ada di lingkungan Jakarta, lebih dari itu yang harus
115
kita fahami adalah bahwa setiap orang punya pendapat sendiri, sehingga tugas utama kita adalah bagaimana dapat menghargai pendapat tesebut meskipun orang lain berbeda pendapat dengan kita. TABEL 6. Respon remeja RISKA terhadap implementasi variabel Wujudkan sinergi dalam mengembangkan organisasi. WUJUDKAN SINERGI
No
Ideal
Realita
(Skor)
(Skor)
Deviasi Rangking
Pertanyaan
1.
Mengadakan kerjasama yang kreatif
149
127
22
III
2.
Selalu mendapatkan alternative
150
129
21
II
3.
Dapat menghargai perbedaan
150
129
21
II
4.
Bersinergi dengan yang lain
148
133
15
I
Rata-rata Skor
149,25
129,5
Pada indicator ini, terdapat rangking tertinggi yang telah diterapkan oleh remaja RISKA yaitu pada indicator bersinergi dengan yang lain dalam usaha mengembangkan organisasi, hal ini memang sudah diterapkan dalam organisasi RISKA meskipun memang belum sepenuhnya, akan tetapi skor realita yang ada hampir mendekati skor nilai yang ideal. Sedangkan indicator terendah dalam variabel ini terdapat pada indicator mengadakan kerjasama yang kreatif. Untuk lebih jelasnya tertulis dibawah ini. PENJELASAN
116
C. Bersinergi dengan yang lain dalam memecahkan masalah dalam organisasi (rangking tertinggi) Untuk dapat mengembangkan suatu organisasi, sangat diperlukan sinergi dengan orang lain, mengingat organisasi adalah kumpulan orang yang mempunyai tujuan yang sama yang harus mengikuti peraturan-peraturan yang terdapat dalam organisasi tersebut. Bersinergi dengan orang lain berarti dapat bekerja sama dengna yang lain. RISKA sudah menerapkan itu semenjak didirikannya organisasi tersebut, antar pengurus selalu mengadakan komunikasi yang baik, ketika ada suatu permasalahan mereka selalu bahu membahu dalam memecahkan masalah tersebut. RISKA senantiasa melakukan sinergi dengan yang lain, bahkan tidak hanya antar pengurus tapi juga dengan orang lain, terutama dengan pengurus Masjid Sunda Kelapa, sering kali mereka mengadakan acara bersama dengan melibatkan semua jama’ah Masjid Sunda Kelapa dan juga masyarakat sekitar. B. Mengadakan kerjasama yang kreatif dalam yang lain (rangking terendah) Sesunggunhya,
RISKA
telah
menerapkan
ini
dalam
kegiatan
berorganisasi mereka, kerjasama sering dilakuakan antara divisi yang satu dengan yang lainnya, akan tetapi mungkin kerjasama yang kreatif belum sepenuhnya terlihat dalam kerjasama mereka, terkadang mereka hanya sekedar kerjasama dalam menjalankan satu prograqm yang tidak terlalu besar yang sebenarnya itu dapat dikerjakan dengna beberapa individu saja. Sifat kreatif sangat diperlukan dalam organisasi terutama dalam hal kerjasama agar dapat menghasilkan hasil yang memuaskan yang dapat memajukan organisasi.
117
TABEL 7. Respon remeja RISKA terhadap implementasi variabel Asahlah gergaji dalam mengembangkan organisasi. ASAHLAH GERGAJI
No
Ideal
Realita
(Skor)
(Skor)
Deviasi Rangking
Pertanyaan
1.
Mengasah kemampuan diri
148
133
15
IV
2.
Selalu memihara kesehatan
149
131
18
V
3.
Menjaga nilai-nilai spiritual
150
144
6
I
4.
Menjaga nilai-nilai emosional
150
136
14
III
5.
Menjaga nilai-nilai intelektual
149
136
13
II
Rata-rata Skor
149,2
136
Dalam variabel yang terakhir ini, kita dapat memahami bahwasannya indicator menjaga nilai-nilai spiritual memiliki rangking tertinggi dibanding dengan indicator yang lain, kemudian selalu memelihara kesehatan dengan baik merupakan indicator yang paling rendah, karena menurut hasil survey nilai realita mempunyai selisih yang cukup jauh dibandingkan dengan nilai ideal yang seharunya diterapkan dalam berorganisasi. PENJELASAN A. Mejaga nilai-nilai Spiritual (rangking tertinggi) Nilai-nilai spiritual yang terdapat pada remaja RISKA memang harus diakui sangatlah bagus, mereka benar-benar menjaga nilai-nilai ketuhanan, karena mereka benar-benar menyadari bahwasnnya segala upaya yang dilakukan
118
dalam mengembangkan organisasi adalah tujuan utamanya akan kembali pada Allah SWT, karean itu nilai-nilai spiritual tidak pernah mereka langgar, bahkan belakangan ini mereka mengadakan training ESQ (Emotional Spiritual Quotient) yang bertujuan untuk meningkatkan nilai-nilai Spiritual, emosioanal dan intelektual mereka agar terus meningkat. Hal ini sesuai dengan pernyataan K.H Toto Asmara dalam bukunya
Spiritual Centered Leadership yang menyatakan bahwa segala sesuatu pasti ada intinya. Dan inti dari perbuatan kita adalah keyakinan yang dibalut rasa cinta yang sangat mendalam kepada Allah. Bisikan hati dan seluruh tindakan kita berada dalam sorotan kamera ilahiah yang sangat teliti dan tidak pernah salah merekam dan mencatat perbuatan kita. B. Selalu memelihara kesehatan fisik agar dapat berorganisasi dengan baik
(rangking terendah) Sebagian besar pengurus RISKA adalah orang-orang terpelajar dan mempunyai latar belakang agama yang cukup baik, akan tetapi menurut hasil survey yang dilakukan mereka kurang care dengan kesehatan mereka, hal ini menurut analisa penulis lebih disebabkan karena kegiatan mereka yang cukup padat, mereka tidak hanya aktif di organisasi tapi juga aktif di masyarakat, disamping mereka juga kuliah dan kerja di berbagai tempat. Kesehatan fisik adalah sesuatu yang harus dijaga oleh setiap orang, tanpanya sesibuk apapun kita atau sebanyak apapun kegiatan kita kalau kesehatan fisik kita tidak mendukung kita tidak akan mampu melaksanakan pekerjaan tersebut.
119
D. TABEL
8.
REKAPITULASI
SKOR
RATA-RATA
VARIABLE
RESPON RISKA TERHADAP IMPLEMENTASI THE SEVEN HABITS DALAM MENGEMBANGKAN ORGANISASI
Skor Rata-rata No
Variable Ideal 148,6
1.
Pro Aktif
2.
Merujuk pada tujuan akhir
3.
Dahulukan
yang
Deviasi
Rangking
10,2
I
21,5
VII
10,67
II
18,75
V
16
IV
Realita 138,4
146,5
125
146,67
136
149
130,25
148,25
132,25
utama 4.
Berfikir menang
5.
Berusaha
mengerti
baru di mengerti 6.
Wujudkan sinergi
149,25
129,5
19,75
VI
7.
Asahlah gergaji
149,2
136
13,2
III
PEJELASAN 1. Pro aktif (rangking variable tertinggi ) Ternyata, variable pro aktif adalah variable yang telah diterapkan oleh RISKA, meskipun belum sepenuhnya. Pro aktif adalah sikap yang selalu bertindak, ia senantiasa mempunyai inisiatif untuk dapat melangkah maju. Rasa ingin mendorong dirinya untuk berprestasi (achievement) sehingga tumbuh
120
semangat bersaing (competitiveness) untuk menampilkan karya-karya prestatif sebagai rasa syukurnya kepada sang kholiq.Mereka menganggap berhenti berpikir secara kreatif,berarti memadamkan cahaya ilahi dan karenanya hudupnya sama sekali tidak punya arti. Dengan demikian,kreativitas adalah segala kecenderungan diri kita untuk melahirkan sesuatu yang benar-benar baru (innovation}atau kombinasikombinasi baru dengan memanfaatkan ciptaan Ilahi yang ada di sekitarnya.. Mereka sangat eksploratif dalam pengertian selalu ingin tahu, ingin mencoba,dan mempertahankan sesuatu bukan sebagaimana biasanya. Mereka disebut kreatif karena memang sering kali keluar dari kebiasaan-kebiasaan umum. Cara berpikir mereka tidak konvergen, tetapi divergen. Mereka mampu merangkaikan atau mengkombinasikan sesuatu menjadi yang baru. Begitu juga dengan RISKA, mereka begitu proaktif dalam menjalankan organisasi, mereka sangat kreatif dalam mermbuat program-program kereja, sehingga setiap kegiatan yang dilaksanakan okeh RISKA tidak terkesan monotan karena penuh dengan inovasi-inovasi yang baru. 2. Merujuk pada tujan akhir (rangking variable terendah ) Dalam hal ini, dalam melaksanakan kegiatan organisasi para pengurus RISKA sebenarnya telah menerapkan tujuan mereka sesuai visi dan misi organisasi, akan tetapi ada beberapa kekurangan dalam menjalankan visi dan misi tersebut, sehingga terkesan ketika melaksanakan suatau program mereka kurang terkoordinir dengna baik, mungkin disebabkan para pengurus tersebut
121
kurang dapat memahami visi dan misi organisasi, terlebih lagi tujuan akhir dari kehidupan kita dalam berorganisasi adalah mencari ridho Allah SWT. Akan tetapi menurut hemat penulis mereka telah menjalankan kepengurusan dengan baik, hanya perlu beberapa masukan dari pihak luar agar kepengurusan ini dapat lebih berkembang.
122
BAB V A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian seperti yang telah diuraikan bab sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan, sebagai berikut: 1. Proaktif a.
Cepat tanggap dalam mengambil kebijakan organisasi. (nilai
tebesar) b.
Membuat komitmen dalam usaha mengembangkan organisasi.
(nilai terendah) 2. Merujuk pada tujuam akhir a. Memiliki Visi dan Misi pribadi maupun organisasi dalam menjalankan organisasi. (nilai tertinggi) b. Selalu Merujuk Pada Tujuan Akhir dalam setiap menghadapi masalah dalam organisasi. (nilai terendah) 3. Dahulukan yang utama a. Selalu memprioritaskan hal yang penting pada hal-hal yang terpenting ketika terjadi masalah dalam organisasi. (nilai terringgi) c. Selalu memenuhi komitmen dan janji yang telah direncanakan (nilai terendah)
123
4. Berpikir menang/menang a. Memilih yang terbaik diantara pilihan baik (nilai tertinggi) b. Selalu berfikir optimis dalam menghadapi semua masalah (nilai
terendah) c. Membuat kesepakatan kerja untuk dapat menang (nilai terendah) 5. Berusaha mengerti baru dimengerti a. Selalu mengadakan komunikasi yang empati dengan yang lain
(nilai tertinggi) b. Mengadakan penelitian terlebih dahulu baru menyimpulkan (nilai
tertinggi) c. Selalu memahami persepsi orang lain dengan bijak (nilai terendah) 6. Wujudkan sinergi a. Bersinergi dengan yang lain dalam memecahkan masalah dalam organisasi (nilai tertinggi) b. Mengadakan kerjasama yang kreatif dalam yang lain (nilai terendah) 7. Asahlah gergaji a. Mejaga nilai-nilai Spiritual (nilai tertinggi) b. Selalu memelihara kesehatan fisik agar dapat berorganisasi dengan baik (nilai terendah)
124
Sedangkan variable dengan rangking terbesar dalam teori The Seven Habits yang telah diterapkan dalam organisasi RISKA adalah variable pro
aktf. Sedangkan variable dengan rangking terendah dalam teori The Seven Habits yang telah diterapkan dalam organisasi RISKA adalah variable merujuk pada tujuan akhir. B. Faktor pendukung dan penghambat RISKA dalam mengembangkan organisasi. 1. Faktor pendukung a. Riska mempunyai visi dan misi yang cukup bagus dalam menghadapi era globalisasi b. Riska bernaung dibawah lindungan DKM Masjid Agung Sunda Kelapa, yang notabenenya adalah salah satu masjid terbesar yang ada di Jakarta, sehingga memiliki jaringan yang kuat ketika berurusan dengan masalahmasalah eksternal. c. Remaja RISKA memiliki karakter yang kuat dalam membangun kecerdasan intelektual, emosional dan spiritual bagi pribadi maupun organisasi d. remaja RISKA dapat berkomunikasi dengan baik dikarnakan perubahan zaman dan kemajuan teknologi sekarang ini e. Terdapatnya sarana dan prasarana yang dapat mendukung kegiatan organisasi RISKA untuk dapat berjalan dengan baik.
125
f. F.remaja RISKA memiliki tingkat spiritual yang tinggi sehingga apapun yang dikerjakan selalu diiringi dengan niat kepada Allah SWT. 2. Faktor Penghambat a. Kesibukan remaja yang cukup padat di luar sehingga perhatian terhadap RISKA terpecah b. Kurang kordinasi antara pengurus RISKA dengan DKM Masjid Sunda Kelapa. c. Kurangnya konsolidasi antar pengurus. d. Remaja RISKA identik dengan image organisasi masjid orangorang kaya sehingga sulit beradaptasi dengan kalangan bawah. B. Saran-saran Seiring denga penelitian sebelumnya, maka penulis mengajukan beberapa saran yang ditujukan kepada Remaja Islam Masjid Agung Sunda Kelapa (RISKA). Semoga saran-saran ini bermanfaat dalam upaya mengembangkan organisasi RISKA ke arah yang lebih baik. 1. Dapat membuat komitmen dalam menjalankan organisasi agar RISKA dapat berjalan sesuai dengan harapan, sehingga komitman tersebut dapat dijadikan acuan dalam keseriusan RISKA dalam mengembangkan organisasi.
126
2. Dapat merujuk pada tujuan akhir agar seluruh kegiatan yang ada pada RISKA senantiasa bernilai ibadah karena tujuan akhir dari organisasi selain visi dan misi adalah yang paling mendapatkan ridho Allah SWT. 3. Menghilangkan kebiasaan rubber time atau jam karet dalam setiap mengadakan kegiatan dalam organisai, atau selalu memenuhi janji yang telah direncanakan. 4. Berhubung RISKA adalah organisasi yang memilki pengurus dan anggota yang cukup banyak, maka ketika terjadi selisih pendapat atau berbeda pandangan dalam masalah organisasi maka harus dapat lebih bijak dalam memahami persepsi. 5. Selalu dapat mengadakan kerjasama yang kreatif antar individu maupun antar divisi yang ada di RISKA, agar dapat membuat suatu program kerja yang lebih menarik dan menghasilkan hasil yang memuaskan. 6. Meskipun pengurus RISKA memiliki kesibukan yang padat, hendaknya
tetap
menjaga
kesehatan
fisik,
karena
walau
bagaimanapun juga seperti orang bijak berkata “ health is not
everything, but everything without health is nothing”
127
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta, Rineka Cipta, 1993), Edisi Revisi II. Ayub, E Moh, Manajemen Masjid (Jakarta: Gema Insani Press, 1996) Brosur pendaftaran anggota RISKA 2008 Chowdhury, Subir, Organisasi Abad 21, (Jakarta : PT Indeks Gramedia, 2005) Covey, R Stephen, The Seven Habits of Highly Effective People (Jakarta, Binarupa Aksara, Bahasa Indonesia, edisi Revisi) _ _ _ _ _ _ _ _ . Living The Seven Habits. Jakarta: Binarupa Aksara, 2002. Dubrin J. Andrew, The Complete Ideal’s Guides Leadership (Jakarta: Prenada, 2006) Dharma, Agus, Manajemen Perilaku Organisasi, (Jakarta : Erlangga, Edisi Ke-4) Hasibuan, Malayu, Manajemen Sumber Daya Manusia, ( Jakarta : PT Bumi Aksara, Edisi Revisi) Kast, Fremont E, dan James E. Rosenzweig, Organisasi dan Manajemen, (Jakarta: Bumi Aksara, 2002) Lexy J Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif, (Bandung; PT. Remaja Rosdakarya, 2002), Cet 22, Edisi Revisi, Nasir, Muhammad, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1998) Rukmana, Nana, Masjid Dan Dakwah (Jakarta: Al-Mawardi Prima, 2002) Supriyono, Iman, Financial Spiritual Quotient. (Surabaya: Lutfansyah, 2006). Sofyandi, Herman dan Iwa Garniwa, Perilaku Organisasi (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007) Surakhmat, Winarno, Pengantar Penelitian Ilmiah, (Bandung : Tarsito, 1980). Tasmara, Toto, Spiritual Centered Leadership, (Jakarta : Gema Insani, 2006) Toha, Miftah, Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya, (Jakarta : PT Raja
128
Grafindo Persada, 2003) Winardi, J. Entrepreneur dan Entrepreneurship. (Jakarta: Kencana 2004). Yani, Achmad dan Achmad Satori Ismail, Menuju Masjid Ideal, (Jakarta : LP2SI Haramain, 2001) Zein, Muhammad, Jurnal Kemasjidan (Jakarta: Dewan Masjid Indonesia Prov DKI Jakarta 2006)
129