EVALUASI HASIL PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KELURAHAN (PPMK) PELATIHAN KETERAMPILAN TATA RIAS PENGANTIN (STUDI KASUS DI KELURAHAN CIBUBUR, JAKARTA TIMUR) SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Disusun Oleh
LILIS OKVIYANI NIM : 1112054000002
JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2017 M / 1439 H
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa : 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika kemudian hari terbukt bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 1 Februari 2017
Lilis Okviyani
ABSTRAK Lilis Okviyani Nim. 1112054000002
Evaluasi Hasil Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (PPMK) Pelatihan Keterampilan Tata Rias Pengantin. (Studi Kasus Di Kelurahan Cibubur, Jakarta Timur Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (PPMK) merupakan suatu program Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan, dengan masyarakat yang berada di tingkat paling bawah, yaitu masyarakat kelurahan sebagai sasarannya. Salah satu kelurahan yang menjadi pelaksana PPMK adalah Kelurahan Cibubur. Program PPMK di Kelurahan Cibubur telah berjalan sejak tahun 2001. Dalam menjalankan kegiatannya sebagai program pemberdayaan masyarakat dimana melakukan pendampingan pada saat pelatihan terhadap masyarakat, agar program berjalan sesuai rencana, terstruktur dan menghasilkan pencapaian yang sesuai dengan rencana. Apakah program itu memberikan hasil serta pengaruh kepada para peserta pelatihan. Oleh karenanya, skripsi ini akan membahas mengenai bagaimana evaluasi hasil PPMK pelatihan tata rias pengantin, tetapi di sini penulis membatasi pada permasalahan evaluasi hasil atau produk dari pelatihan tersebut. Adapun pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Metode tersebut digunakan untuk mengetahui data- data yang berkaitan dengan Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (PPMK) di kelurahan Cibubur Jakarta Timur. Model evaluasi yang penulis gunakan adalah model CIPP (Context, Input, Process, Product) yang dikembangkan oleh Stufflebeam. Hasil yang ditemukan di lapangan dalam penelitian bahwa sasaran PPMK telah berjalan sesuai, tetapi hasilnya belum memberikan hasil maksimal bagi setiap peserta, karena kurang adanya pendampingan khusus setelah pelatihan. Hal ini menyebabkan peserta tidak mandiri dan berdaya karena tidak adanya arahan untuk keberlanjutan pelatihan. Namun, meskipun belum berhasil secara penuh, mayoritas responden atau peserta memberikan tanggapan positif terkait pelatihan ini, seperti memberikan skill dasar, membangun jiwa entreupreuner, dan menjadikan kaum perempuan lebih produktif dan aktif dalam kehidupan bermasyarakat.
i
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim Assalamu’alaikum Wr. Wb Segala puja dan puji senantiasa penulis panjatkan atas segala karunia Allah SWT, yang telah menciptakan makhluk-Nya dengan penuh cinta dan kasih serta mengajarkan manusia untuk mencintai sesama manusia hanya karena Allah semata. Sholawat dan salam semoga tercurahkan kepada junjungan besar kita yakni Nabi Muhammad SAW, pada keluarga yang suci, para sahabatnya yang mulia serta para umatnya yang insya Allah hingga kini terus mencintainya. Skripsi dengan judul “Evaluasi Hasil Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (Ppmk) Melalui Pelatihan Keterampilan Kewanitaan (Tata Rias Pengantin) Terhadap Peningkatan Ekonomi Keluarga Di Kelurahan Cibubur, Jakarta Timur (Penerapan Model Evaluasi Cipp)” merupakan salah satu wujud upaya penulis dalam memberikan sedikit pengetahuan mengenai pelaksanaan program- program pemerintah melalui pemberdayaan masyarakat dan apa saja yang dirasakan masyarakat. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, hal tersebut disebabkan oleh keterbatasan yang penulis miliki. Oleh karena itu segala kritikan dan masukan yang bertujuan membangun sungguh merupakan suatu masukan yang sangat berharga dan membantu penulis dalam membuat skripsi ini. Karenanya, sudah sepantasnya penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :
ii
1. Bapak Dr. Arief Subhan, MA selaku Dekan serta jajaran Dekanat Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Ibu Wati Nilamsari, M.Si selaku Ketua Program Studi Pengembangan Masyarakat Islam Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Ibu Nurul Hidayati, S. Ag.,M.Pd. selaku dosen pembimbing yang telah luar biasa membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini melalui nasihat, motivasi dan do’a yang selalu beliau berikan kepada penulis. 4. Seluruh Dosen Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah ikhlas mengamalkan ilmunya kepada penulis. 5. Bapak Suhadi dan Ibu Muhannah selaku pembimbing di Kelurahan yang telah banyak membantu dalam proses penelitian. 6. Ayah, Ibu dan Kakak saya tercinta yang selalu memberikan do’a dan kasih sayang sepanjang masa serta dukungan selama ini. 7. Faisal Amin, terima kasih atas segalanya cepat menyusul juga ya. Semangat 8. Teman-teman tercinta PMI angkatan 2012 yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang banyak membantu penulis selama ini. Tetap semangat buat kita semua. 9. Teman – teman Komunitas Mahasiswa Lintas Alam ( KMLA ) Garuda yang saya sayangi, yang telah banyak mengajarkan arti kekeluargaan yang sebenarnya. Tetap terbang sejauh dan setinggi yang kalian mampu, tetapi jangan sampai kalian lupa akan pijakan awal kalian berdiri. Hikkhikss
iii
10. Teman-teman Kostan Al-barkah 2 tersayang. Semoga kita selalu dalam lindungan-Nya. Aamiin. 11. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan, yang telah membantu selesainya skripsi ini. Penulis tidak mampu memberikan balasan apa-apa atas segala jasa yang diberikan, dan hanya mampu menyampaikan terima kasih yang setulus-tulusnya dengan iringan do’a semoga segala pengorbanan dan bantuan dari semua pihak dapat dicatat sebagai amal ibadah di sisi Allah SWT. Demikian sebagai pengantar dalam penelitian ini, dengan penuh harapan dapat bermanfaat bagi almamater dan masyarakat. Akhirnya sebagai penutup pengantar ini, penulis haturkan banyak rasa terima kasih.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Jakarta, 1 Februari 2017 Penulis
Lilis Okviyani
iv
DAFTAR ISI ABSTRAK...............................................................................................................i KATA PENGANTAR............................................................................................ii DAFTAR ISI..........................................................................................................iii DAFTAR TABEL..................................................................................................iv BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah.......................................................................1 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah...................................................6 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian.............................................................7 D. Tinjauan Pustaka..................................................................................8 E. Sistematika Penulisan.........................................................................10
BAB II
TINJAUAN TEORI A. Evaluasi.............................................................................................12 1. Pengertian...................................................................................12 2. Pendekatan Dalam Evaluasi........................................................13 3. Model Evaluasi...........................................................................16 4. Indikator Evaluasi.......................................................................18 5. Tujuan dan Manfaat Evaluasi......................................................20 B. Pemberdayaan Masyarakat.................................................................21 1. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat......................................21 2. Strategi Pemberdayaan Masyarakat................................... ........25 3. Tahap-tahap Pemberdayaan Masyarakat....................................26 C. Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan ( PPMK )...................29 1. Pengertian PPMK.......................................................................29
v
2. Hakekat PPMK...........................................................................29 3. Program PPMK..........................................................................29 D. Pelatihan...........................................................................................30 1. Pengertian...................................................................................30 E. Keterampilan....................................................................................31 1. Pengertian Keterampilan............................................................31 2. Keterampilan Tata Rias..............................................................33 3. Pengertian Keterampilan Tata Rias.............................................33 4. Jenis -jenis Keterampilan Tata Rias............................................34 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian.......................................................35 B. Tempat dan Waktu Peneltian………...............................................36 C . Sumber Data.....................................................................................37 D. Teknik Pengumpulan Data...............................................................37 E. Teknik Analisis Data........................................................................39 F. Teknik Keabsahan Data...................................................................40
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA A. Temuan............................................................................................42 1. Gambaran Umum Kelurahan Cibubur........................................46 2. Gambaran Umum Objek Penelitian (PPMK)..............................52 B. Analisis Data.......................................................................................65 1. Aspek Context Pelatihan Keterampilan Tata Rias.....................65
vi
2. Aspek Input Pelatihan Keterampilan Tata Rias.........................69 3. Aspek Process Pelatihan Keterampilan Tata Rias.....................80 4. Aspek Product Pelatihan Keterampilan Tata Rias.....................89 BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan........................................................................................97 B. Saran..................................................................................................99
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................101 LAMPIRAN – LAMPIRAN..............................................................................105
vii
DAFTAR TABEL Tabel 1. Penduduk Menurut Usia dan Jenis Kelamin..............................................43 Tabel 2. Penduduk Menurut Mata Pencaharian......................................................44 Tabel 3. Penduduk Menurut Mata Pencaharian......................................................45 Tabel 4. Status Agama Penduduk Kelurahan Cibubur............................................46 Tabel 5. Tahapan Pelaksanaan Program PPMK......................................................60 Tabel 6. Rincian Dana……………………………………………………….........61 Tabel 7. Monitoring dan Evaluasi...........................................................................63 Tabel 8. Peserta Pelatihan Tata Rias.......................................................................70 Tabel 9. Indikator Input Program PPMK Pelatihan Tata Rias.................................74 Tabel 10. Indikator Output dan Outcome Program Pelatihan Tata Rias Pengantin........................................................................................................92
viii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam mengatur seluruh tatanan hidup dengan sempurna hubungan seseorang kepada Tuhannya, hubungan sesama manusia, kepada alam sekitarnya, muamalah, ibadahnya, sosial budayanya serta khususnya persoalan ekonomi. Semua kebutuhan tersebut tidak dapat diperoleh secara instan tetapi harus dengan usaha dan kerja keras untuk memenuhi segala kebutuhan hidupnya. Menurut Edi Suharto dalam bukunya bahwa kemiskinan merupakan masalah sosial menakutkan yang hadir di tengah-tengah masyarakat, khususnya di negara-negara berkembang.1 Indonesia merupakan Negara ketiga yang sampai detik ini jumlah penduduknya masih hidup di bawah garis kemiskinan. Kemiskinan di Indonesia tak sekedar terjadi karena struktur dan budaya masyarakat. Namun, kemiskinan juga tak hanya disebabkan oleh sulitnya masyarakat mendapatkan akses sumber permodalan. Kemiskinan biasanya terjadi karena individu tidak mampu memberdayakan potensi dirinya secara maksimal untuk mencapai kesejahteraan dalam kehidupannya secara mandiri. Kemiskinan yang diderita oleh masyarakat Indonesia tidak hanya masalah kecerdasan, tetapi masalah keahlian hidup, karena keahlian dapat membuat masyarakat
1
. Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat ( Bandung:PT Refika Aditama, 2005).h.131
1
menjadi survive dalam menjalani hidup dan mencapai apa yang mereka inginkan. Pembangunan merupakan proses yang berkelanjutan yang ditujukan untuk meningkatkan kualitas hidup dan penghidupan masyarakat. Pembangunan juga ditujukan dalam rangka memecahkan permasalahan yang dihadapi dan dirasakan oleh masyarakat melalui aktifitas kreatif dan terorganisir dengan memanfaatkan sumber daya yang dimiliki. Pada tahun 1999 Pemerintah DKI Jakarta dalam Undang -undang Nomor 29 Tahun 2007 mengisyaratkan paradigma baru yaitu pelayanan, pemberdayaan, pembangunan. Salah satu unutk mengimplementasikan amanat tersebut maka Pemprov DKI Jakarta menerbitkan Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta Nomor 5 Tahun 2010 tentang Lembaga Musyawarah Kelurahan (LMK) yang bertujuan untuk membantu Lurah sebagai mitra dalam penyelenggaraan pemerintah dan untuk menampung aspirasi serta meningkatkan partisipasi dan pemberdayaan masyarakat. Menurut Data Badan Pusat Stastisik Provinsi DKI Jakarta jumlah penduduk miskin terakhir pada tahun 2015 bulan Maret mencapai 28,59 juta orang ( 11, 22 persen) 2 Awal mula berdirinya Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (PPMK) di ciptakan pada tahun 2001. Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (PPMK) merupakan suatu model pembangunan kelurahan yang menggunakan pendekatan masyarakat di tingkat Rukun Warga (RW)
2
http://bps.go.id/brs/view/1158/ (diakses pada hari Kamis tanggal 24 November 2016 )
2
dengan tujuan mempercepat upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Program pemberdayaan ini dinaungi oleh Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPM&P&KB) pemerintah DKI yang menfasilitasi, membina dan mendorong agar masyarakat berdaya dan mandiri. Konsep dasar PPMK bukan hanya program yang hanya menyalurkan dana kepada masyarakat, melainkan masyarakat dituntut sebagai pelaksana progam tersebut. Hal ini akan mendorong upaya pemberdayaan atau pengembangan masyarakat itu sendiri. Masyarakat harus berpartisipasi aktif dalam pelaksanaan Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan ( PPMK ) mulai dari identifikasi masalah, kebutuhan, perencanaan aksi pelaksanaan program sampai pada tahap monitoring atau evaluasi. Kelurahan Cibubur adalah salah satu kelurahan yang terletak di Kecamatan Ciracas Jakarta Timur, dan merupakan salah satu Kelurahan yang mendapatkan suatu program pemerintah tersebut. Pada tahun 2015 jumlah penduduk di Kelurahan Cibubur sebanyak 72,071 jiwa dengan angka kemiskinan sekitar 2,476 jiwa. Berbicara mengenai kemiskinan ini sangat erat sekali kaitannya dengan masalah pengembangan ekonomi keluarga. Pendapatan suatu rumah tangga sangat menentukan suatu kesejahteraan sebuah rumah tangga, yang mana jika pendapatan suatu rumah tangga besar, cukup untuk memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal, seperti kebutuhan spiritual
3
, pangan, sandang, papan dan kesehatan keluarga, maka sebuah keluarga sudah dapat dikatakan sebagai keluarga sejahtera. Oleh karena itu, dari setiap masyarakat perlu dibekali suatu keterampilan atau pelatihan agar dapat menunjang persaingan angkatan kerja di masa mendatang. Salah satu bentuk kegiatan pemberdayaan yang dilakukan oleh PPMK Cibubur adalah pelatihan Tata Rias Pengantin dengan dana Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) DKI Jakarta. Dimana dalam program ini melibatkan kaum perempuan sebagai sasaran pemberdayannya sehingga kaum perempuan dapat berdaya dan mempunyai suatu keterampilan di dalam dirinya sebagai bekal keahlian di masa yang akan datang. Dalam tahap pengembangan dan pemberdayaan masyarakat, ada yang disebut pendampingan masyarakat. Pendamping masyarakat adalah fasilitator dari LMK ( Lembaga Masyarakat Kelurahan ) tersebut dimana dalam tingkat kelurahan disebut TPKK ( Tim Pelaksanaan Kegiatan Kelurahan ) dan dalam tingkat Rukun Warga ( RW ) disebut KPPM ( Kelompok Peduli Pemberdayaan Masyarakat ) yang berperan dalam menumbuhkan kesadaran, pembimbing, pengajar, dan pembaharu dalam membimbing segala program pemberdayaan yang di tawarkan oleh LMK. Berhasil atau tidaknya suatu program berpacu pada saat pelaksanaan dan hasil yang didapatkan oleh masyarakat. Tidak jarang ada beberapa masalah yang timbul ketika pelaksanaan hingga pada tahap akhir yaitu hasil. Mulai dari partisipasi masyarakat yang kurang aktif dan tidak adanya pendampingan khusus hingga masyarakat itu mandiri. Tugas dan fungsi
4
fasilitator atau pendamping menjadi peran penting dalam pemberdayaan mulai dari rencana hingga sasaran berhasil menjadi lebih mandiri dan berdaya. Oleh karena itu sebagai tahapan pengembangan masyarakat dengan menjalankan program-program tersebut perlu juga adanya sebuah evaluasi terhadap objek dan subjek program. Evaluasi program ini sangat dibutuhkan karena dalam upaya agar penggerakan dan pemberdayaan masyarakat ini dapat berhasil daya dan berhasil guna sehingga dapat mewujudkan tujuan yang telah direncanakan pada setiap tahapannya. Dari permasalahan di atas, ada pun peneliti memilih PPMK Cibubur sebagai objek dalam penelitian ini karena peneliti melihat eksistensi yang terlihat oleh PPMK dengan bentuk programnya dalam meningkatkan ekonomi keluarga melalui pelatihan keterampilan kewanitaan ( tata rias pengantin) sangat bermanfaat bagi jangka pendek maupun panjang yang didapatkan oleh masyarakat khususnya mempunyai peranan yang positif bagi kaum perempuan. Berdasarkan kerangka berpikir diatas, penulis merasa perlu untuk melakukan penelitian mengenai evaluasi dari Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan dan membuat laporan hasil penelitiannya ke dalam sebuah karangan ilmiah dalam bentuk skripsi dengan judul “Evaluasi Hasil Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (PPMK) Pelatihan Keterampilan Tata Rias Pengantin.
(Studi Kasus di
Kelurahan Cibubur, Jakarta Timur).
5
Dalam pelatihan keterampilan kewanitaan ( tata rias pengantin) oleh PPMK Cibubur disini merupakan sebuah upaya dalam memberdayakan masyarakat terutama kaum perempuan untuk lebih percaya diri dalam menunjukan kemampuannya. Selain alasan di atas, penulis memilih lokasi PPMK Cibubur karena lokasinya masih dalam satu wilayah dengan rumah penulis sehingga dapat mempermudah akses untuk mendapatkan data secara akurat. B. Pembatasan dan Perumusan Masalah Berangkat dari fenomena di atas, peneliti tertarik untuk meneliti program pemberdayaan yang diadakan oleh pemerintah. Masalah dibatasi pada pelaksanaan Bina Sosial yang dilaksanakan oleh PPMK Cibubur, dimana salah satu kegiatan dari Bina Sosial tersebut adalah Pelatihan Keterampilan Tata Rias Pengantin, dan peneliti hanya berfokus mengenai evaluasi hasil atau produk saja. Berdasarkan uraian tersebut, maka permasalahan
peneliti lebih
tegas merumuskan permasalahan yang akan diteliti sebagai berikut: 1. Bagaimana konteks pelaksanaan program pelatihan kewanitaan (tata rias pengantin) dalam meningkatkan ekonomi keluarga di Kelurahan Cibubur? 2. Bagaimana input pelaksanaan program pelatihan kewanitaan ( tata rias pengantin) dalam meningkatkan ekonomi keluarga di Kelurahan Cibubur?
6
3. Bagaimana proses pelaksanaan program pelatihan kewanitaan ( tata rias pengantin) dalam meningkatkan ekonomi keluarga di Kelurahan Cibubur? 4. Bagaimana hasil program pelatihan kewanitaan ( tata rias pengantin) berpengaruh dalam meningkatkan ekonomi keluarga di Kelurahan Cibubur? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi hasil program Pelatihan Keterampilan Tata Rias Pengantin. Adapun secara khusus penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan: 1. Untuk mengetahui evaluasi hasil atau produk dari pelatihan yang sudah terlaksana dalam upaya memberdayakan kaum perempuan di Cibubur. 2. Untuk mengetahui hasil dan kontribusi apa saja yang diberikan kepada penerima manfaat pelatihan tersebut. Setiap penelitian diharapkan memiliki manfaat. Manfaat tersebut bisa bersifat teoritis dan praktis3. a. Manfaat Akademis Penelitian ini diharapkan mampu memberikan wacana informasi atau kontribusi baru tentang salah satu tahap pengembangan masyarakat sehingga dapat menjadi acuan terhadap penelitian yang akan datang. Penelitian ini diharapakan memberikan pengetahuan
3
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung; Alfabeta, 2013), hal. 397.
7
baru bagi akademisi maupun bagi Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam. b. Manfaat Praktis 1) Bagi peneliti, penelitian ini dapat dijadikan acuan data untuk melengkapi dan mendapatkan data-data lainnya yang lebih komprehensip
di
dalam
penelitian
yang
masih
bersinggungan dengan pembahasan. 2) Bagi Lembaga Musyawarah Masyarakat (LMK) diharapkan dapat menjadi masukan dalam mengevaluasi suatu program dalam pemberdayaan masyarakat. C. Tinjauan Pustaka Sebelum peneliti mengkaji tulisan ini, penulis melakukan kajian kepustakaan dengan tujuan untuk memperoleh data dari beberapa sumber tertulis ada beberapa karya ilmiah, buku yang menjadi referensi dari pengkajian ini, ataupun mengutip dari beberapa hasil penelitian pada penelitian sebelumnya yang serupa. Ada tiga Karya Ilmiah (Skripsi) yang penulis jadikan sebagai bahan peninjauan pustaka, yakni sebagai berikut : 1. Judul skripsi, “Evaluasi Program Baitulmaal Wa Tamwil Ar-Ridho Dalam Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Di Kelurahan Pisangan Kecamatan Ciputat Timur” , penulis Fanny Nur Oktaviana, Fakultas
Ilmu
Dakwah
dan
Ilmu
Komunikasi,
Jurusan
Pengembangan Masyarakat Islam 2010. Penelitian ini sama dalam objeknya, namun berbeda dengan subjek yang penulis teliti.
8
2. Judul skripsi, “ Evaluasi Program Kampung Ternak Dompet Dhuafa Dalam Mengembangkan Potensi Ternak Lokal Di Desa Lebak
Sari
Hasanuddin,
Sukabumi
Jawa
Barat”,
Fakultas
Dakwah
dan
penulis
Muhammad
Komunikasi
Jurusan
Pengembangan Masyakrat Islam 2008. Yang membedakan penelitian yang dilakukan oleh penulis dengan penelitian tersebut adalah batasan masalahnya, penulis sebelumnya membatasi masalahnya hanya pada evaluasi input atau awal, sedangkan penulis membatasi masalah hanya kepada konteks, input, proses dan hasil 3. Judul skripsi, “Evaluasi Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan ( PPMK ) Di Kelurahan Sunter Jaya”, penulis Yudi, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam Konsentrasi Kesejahteraan Sosial 2010. Yang membedakan penelitian yang dilakukan penulis dengan penelitian tersebut terletak pada batasan masalahnya, penulis sebelumnya membatasi masalahnya pada evaluasi input dan menggunakan model evaluasi SWOT sedangkan penulis menitik beratkan pada evaluasi hasil atau produk dengan model evaluasi CIPP dari program
pemberdayaan
masyarakat
kelurahan
melalui
keterampilan yang dimiliki masyarakat.
9
D. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan skripsi ini berdasarkan buku panduan Pedoman Penulisan Skrispi, Tesis dan Disertasi UIN Syarif Hidayatulla Jakarta. 4 Untuk memudahkan pembahasan, penulis membuat kerangka penulisan dengan sistematis yang mana terdiri dari 5 Bab dan tiap-tiap bab terdiri dari beberapa sub bab, yakni sebagai berikut : BAB I
Pendahuluan, yang meliputi Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian; Tinjauan Pustaka Penelitian dan Sistematika Penulisan.
BAB II
Landasan Teori terdiri dari : 1. Evaluasi : Pengertian Evaluasi, Bentuk Evaluasi, Pendekatan Evaluasi, Tujuan dan Manfaat Evaluasi 2. Pemberdayaan Masyarakat : Pengertian, Strategi dan Tahapan Pemberdayaan Masyarakat. 3.Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (PPMK) : Pengertian PPMK , Hakekat PPMK, Program PPMK. 4. Pelatihan: Pengertian
Pelatihan,
Pengertian
Keterampilan
, Keterampilan tata rias dan Jenis-jenis tata rias pengantin. 5. Ekonomi Keluarga : Pengertian Ekonomi Keluarga. Kesejahteraan Keluarga.
4
Hamid Nasuhi, dkk.. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah : Skripsi , Tesis dan Disertasi. ( Jakarta : CeQDA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007 ), Cet. Ke-2. H.11
10
BAB III
Metodologi Penelitian yang terdiri dari ; 1. Pendekatan Penelitian. 2. Jenis Penelitian 3. Lokasi 4. Tempat dan Waktu 5. Objek dan Subjek 6. Instrumen Penelitian 7. Teknik Keabsahan Data 8. Teknik Pengumpulan Data 9. Teknik Analisis Data.
BAB IV
Membahas Tentang Hasil Penelitian dan Analisis yang mengenai Gambaran Umum Tentang Kelurahan Cibubur, Gambaran Umum Tentang Program PPMK dan Analisis Hasil Penelitian.
BAB V
Sebagai penutup akan diisi dengan Kesimpulan dan Saran.
11
BAB II TINJAUAN TEORI A. Evaluasi 1. Pengertian Evaluasi Secara
etimologi,
evaluasi
artinya
mengevaluasi artinya memberi atau menilai.
penilaian 5
sehingga
Sedangkan secara
terminologi, menurut Arikunto, evaluasi adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengukur tingkat keberhasilan suatu kegiatan. Dengan demikian, penelitian evaluasi ini dilakukan untuk mengetahui tingkat efektivitas pelaksanaan program dengan cara mengukur hal-hal yang berkatian dengan keterlaksanaan program tersebut. 6 Mengevaluasi berarti “ menguji dan menentukan suatu nilai, kualitas, kadar kepentingan, jumlah, derajat atau keadaan, seorang pengevaluasi berusaha memberi jawaban atas suatu program pembangunan atau suatu aktivitas serta kebutuhan para pengambil keputusan dari program atau aktivitas tersebut.” 7 Sementara itu menurut Raplh Tyler sebagaimana yang dikutip oleh Farida Yusuf Tayibnafis dalam bukunya Evaluasi Program
5
Tim Penyusunan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Kedua, (Jakarta:Balai Pustaka, 1995), cet.4 6 Suharsini Arikunto, Penilaian Program Pendidikan, (Jakarta:PT. Bina Aksara, 1988), cet.1,h.8 7 . Mochtar Buchori, Riset Partisipatris Riset Pembebasan, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1993), hal.68-69
12
mengemukakan bahwa evaluasi adalah proses yang menentukan sampai sejauh mana tujuan dalam setiap program dapat tercapai. 8 Dapat disimpulkan bahwa evaluasi pada dasarnya dibutuhkan dalam setiap program untuk mengetahui keberhasilan dan kemajuannya serta sasaran apakah sudah tercapai atau belum dan hasilnya nanti dapat diperbaiki menjadi lebih baik daripada program sebelumnya. Ketika evaluasi dilakukan maka akan terlihat faktor-faktor apa saja yang perlu dipertahankan, diperbaiki atau di hilangkan sama sekali. 2. Pendekatan Dalam Evaluasi a. Pendekatan Eksperimental Pendekatan ini membuat evaluator sebagai orang ketiga yang obyektif dalam program yang menjalankan prinsip -prinsip desain penelitian dalam situasi yang diberikan untuk memperoleh informasi desain yang tidak diragukan kebenarannya atas dampak program. 9 b. Pendekatan yang Berorientasi pada Tujuan (Goal Oriented Approach) Pendekatan evaluasi yang berorientasi pada tujuan merupakan sebagai kriteria utama untuk menentukan keberhasilan. Evaluator mencoba mengukur sampai di mana pencapaian tujuan telah tercapai. Pendekatan semacam ini merupakan pendekatan yang amat wajar dan praktis untuk desain dan pengembangan program.
8
Farida Yusuf Tayibnafis, Evaluasi Program dan Instrumen Evaluasi untuk Program Pendidikan dan Penelitian ( Jakarta : Rineka Cipta, 2000 ),h.2 9 Farida Yusuf Tayibnafis, Evaluasi Program dan Instrumen Evaluasi untuk Program Pendidikan dan Penelitian ( Jakarta : Rineka Cipta, 2000 )
13
c. Pendekatan yang Berfokus pada Keputusan (The Decision Focused Approach) Pendekatan
evaluasi
yang
berfokus
pada
keputusan,
menekankan pada peranan informasi yang sistematik untuk pengelola program dalam menjalankan tugasnya. Sesuai dengan pandangan ini, informasi akan amat berguna apabila dapat membantu para pengelola program membuat keputusan. Oleh sebab itu, kegiatan evaluasi ini harus direncanakan sesuai dengan kebutuhan untuk keputusan program. Keunggulan dari pendekatan ini ialah perhatiannya terhadap kebutuhan pembuat keputusan yang khusus dan pengaruh yang semakin besar pada keputusan program yang relevan. d. Pendekatan yang Berorientasi kepada Pemakai (The User Oriented Approach ) Kelebihan pendekatan ini ialah perhatiannya terhadap individu yang berurusan dengan program dan perhatiannya terhadap informasi yang berguna untuk individu tersebut. Evaluator ini lebih terlibat dalam kegiatan program dibandingkan dengan evaluator yang menganut pendekatan lain. Mereka lebih betindak sebagai orang dalam daripada sebagai konsultan luar. Evaluator bukan sebagai ahli, tetapi sebagai rekan yang mencoba menolong untuk hal-hal yang diperlukan organisasi.
14
e. Pendekatan yang Responsif ( The Responsive Approach ) Pendekatan ini merupakan pendekatan paling lain dari kelima pendekatan yang lain. Karena, evaluasi responsif percaya bahwa evaluasi yang berarti yaitu yang mencari pengertian suatu isu dari berbagai sudut pandangan dari semua orang yang terlibat, yang berminat dan yang berkepentingan dengan program. Evaluasi responsif ditandai oleh ciri-ciri penelitian yang kualitatif, naturalistik, bukan kuantitatif. Bukan mengumpulkan data dengan instrumen tes atau kuesioner, tapi evaluator mengandalkan observasi yang langsung atau tidak langsung terhadap kejadian dan interpretasi data yang impresionistik. f. Goal Free Evaluation Goal Free Evaluation, memiliki makna evaluasi bebas tujuan dimana dalam evaluasi ini tujuan harus dievaluasi, dikarenakan banyak hasil program penting tidak sesuai dengan tujuan program. Dalam penelitian ini penulis ingin menggunakan pendekatan yang berorientasi pada pemakai karena kelebihan pendeketan ini mempunyai perhatian terhadap individu yang berurusan langsung dengan program serta informasi yang berguna untuk individu tersebut. Dalam hal ini tepatnya adalah program PPMK pada pelatihan tata rias wanita.
15
3. Model Evaluasi Sebelum melakukan evaluasi program terlebih dahulu kita menentukan model evaluasi yang akan kita gunakan. Model evaluasi program menurut Steele ( 1977 ) seperti dalam bukunya Farida Yusuf Tayibnapis mencakup lebih dari 50 jenis yang telah dan sedang digunakan dalam evaluasi di lapangan, dan sebagian lagi berupa konsep, pedoman, dan petunjuk teknik untuk menyelenggarakan evaluasi program. Pemahaman mengenai pengertian evaluasi program dapat berbeda-beda sesuai dengan pengertian evaluasi yang bervariatif oleh para pakar evaluasi. Pengertian evaluasi menurut Stufflebeam seperti dalam buku Farida bahwa evaluasi adalah proses memperoleh dan menyajikan informasi yang berguna untuk mempertimbangkan alternatif-alternatif pengambilan keputusan. Dalam penelitian ini penulis menggunakan model CIPP Evaluation Model ( Contex, Input, Process, Product ) menurut Daniel L. Stuffelebeam seperti dalam buku karagan Farida , adapun penjelasannya sebagai berikut : a. Contect evaluation to serve planning desicion. Konteks
evaluasi
ini
berfungsi
untuk
membantu
merencanakan suatu keputusan, menentukan kebutuhan yang akan dicapai oleh suatu program, serta untuk merumuskan tujuan program. Evaluasi ini juga merupakan suatu upaya untuk menggambarkan dan merinci lingkungan, kebutuhan yang tidak
16
terpenuhi, populasi dan sampel yang dilayani serta tujuan dari suatu proyek. Dalam penelitian ini adalah meng-asesmen masalah kebutuhan serta mengidentifikasi potensi dan peluang untuk memenuhi kebutuhan dari beberapa program yang dipilih. Selain itu juga menggambarkan tujuan yang dibentuk dan sudah tercapai.
Kemudian kesesuaian sasaran program kepada
masyarakat. Dalam penelitian ini adalah program Bina Sosial pada pelatihan kewanitaan tata rias pengantin. b. Input evaluatin, structuring desicion. Evaluasi ini menolong mengatur keputusan, menentukan sumber-sumber yang ada, alternatif apa yang diambil, apa rencana dan strategi yang digunakan untuk mencapai kebutuhan. Dan bagaimana prosedur kerja untuk mencapainya. Dalam penelitian ini maka inputnya adalah sumber daya manusia, pendanaan, sarana dan prasarana untuk menunjang kegiatan pelatihan program PPMK. c. Process evaluation, to serve implemanting desicion. Evaluasi
proses
untuk
membantu
rencana
mengimplementasikan keputusan. Sampai sejauh mana rencana tersebut tela diterapkan, dan apa yang harus direvisi. Begitu pertanyaan tersebut terjawab, maka prosedur dapat dimonitor dikontrol, dan diperbaiki. Dalam penelitian ini akan menfokuskan pada kegiatan proses tahap perencanaan, tahap pelaksanaan dan
17
waktu pelaksanaan, mentoring dan evaluasi serta hambatan yang ditemukan dalam pelatihan berlangsung, sehingga keputusan yang diambil dapat ditetapkan untuk diperbaiki kekurangannya dari terlaksananya program PPMK khususnya dalam pelatihan kewanitaan tata rias pengantin. d. Product evalutaion, to serve recycling desicion. Evaluasi produk ini digunakan untuk menolong keputusan selanjutnya. Apa hasil yang telah dicapai? Apa yang dilakukan setelah suatu program berjalan?, serta mengenai pertanyaan apakah tujuan-tujuan yang telah ditetapkan telah tercapai?
10
Dalam evaluasi hasil ini, peneliti menggunakan tolak ukur dari perubahan perilaku peserta serta dampak positif apa yang didapatkan setelah mengikuti pelatihan tata rias dan bagaimana keberlanjutan program pelatihan sebagai program usaha tersebut di masa mendatang. E. Indikator Evaluasi Dalam hubungan dengan kriteria keberhasilan yang digunakan untuk suatu proses evaluasi, Feurstein seperti yang dikutip oleh Isbandi Rukminto Adi mengajukan beberapa indikator yang perlu untuk dipertimbangkan, diantaranya: a. Indikator Ketersediaan ( Indicators of Availability). Indikator ini melihat apakah unsur yang seharusnya ada dalam suatu proses itu benar-benar ada.
10
Farida Yusuf Tayibnapis, Evaluasi Program, ( Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2000),
h.1322
18
b. Indikator Relevansi ( Indicators of Relevance ). Indikator ini menunjukkan seberapa relevan ataupun tepatnya sesuatu yang teknologi atau layanan yang ditawarkan. c. Indikator Keterjangkauan ( Indicators of Accessibility ). Indikator ini melihat apakah layaanan yang ditawarkan masih berada dalam ‘jangkauan’ pihak-pihak yang membutuhkan. d. Indikator pemanfaatan (Indicator of Utilisation). Indikator ini melihat seberapa banyak suatu layanan yang sudah disediakan oleh pihak pemberi layanan, dipergunakan (dimanfaatkan) oleh kelompok sasaran. e. Indikator Cakupan ( Indicators of Coverage ). Indikator ini menunjukkan proporsi orang-orang yang membutuhkan sesuatu dan menerima layanan tersebut. f. Indikator Kualitas (Indicator of Quality). Indikator ini menunjukkan standar kualitas dari layanan yang disampaikan ke kelompok sasaran. g. Indikator Upaya ( Indicators of Efforts ). Indikator ini menggambarkan berapa banyak upaya yang sudah ‘ditanamkan’ dalam rangka mencapai tujuan yang sudah ditetapkan. h. Indikator Efisiensi ( Indicators of Efficiency ). Indikator ini menunjukkan
apakah
sumber
daya
dan
aktivitas
yang
dilaksanakan guna mencapai tujuan dimanfaatkan secara tepat guna ( efisien ) atau tidak memboroskan sumber daya yang ada dalam upaya mencapai tujuan.
19
i. Indikator Dampak ( Indicatos od Impact ). Indikator ini melihat apakah sesuatu yang kita lakukan benar-benar memberikan suatu perubahan di masyarakat. 11 Dalam penelitian evaluasi ini penulis menggunakan indikator evaluasi yaitu indikator relevansi, indikator dampak, indikator keterjangkauan, indikator ketersediaan indikator kualitas, indikator efisiensi, indikator cakupan, indikator upaya. Hal ini berkaitan dengan program PPMK pelatihan tata rias dalam pelaksanaannya untuk mengevaluasi program yang sudah berjalan dari tahun 2001 ini. 4. Tujuan Dan Manfaat Evaluasi Pada dasarnya evaluasi bertujuan mengembangkan naluri belajar untuk mempersiapkan mobilisasi lebih baik lagi. Evaluasi juga mempersiapkan diri untuk merebut kesempatan dan terjun langsung dalam kegaitan-kegiatan aksi.12 Sedangkan
menurut Isbandi Rukminto, dengan mengutip
pendapat Feurstein (1990:h,2-4) dalam bukunya yang berjudul Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat, bahwasanya sekalipun tidak secara langsung menyebut sebagai tujuan dari pelaksanaan evaluasi, namun dia menyatakan ada 10 (sepuluh) alasan, mengapa suatu evaluasi perlu dilakukan, yaitu :
11
Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas ( Pengantar pada Pemikiran dan Pendekatan Praktis ), (Depok : Fakultas Ekonomi Uinversitas Indonesia, 2001 ),h. 130-132 12 Esron Aritonang dkk, Pendampingan Komunitas Pedesaan, ( Jakarta : Sekretariat Bina Desa, 2001 ),h. 74
20
a.
Untuk melihat apa yang sudah dicapai
b.
Melihat kemajuan, dikaitkan dengan objek (tujuan) program
c.
Agar tercapai manajemen yang baik
d.
Mengidentifikasikan kekurangan dan kelebihan, untuk memperkuat
program e.
Melihat perbedaan yang sudah terjadi setelah diterapkan suatu
program. f.
Melihat apakah biaya yang telah dikeluarkan cukup rasionable
g.
Untuk merencanakan dan mengelola kegiatan program secara lebih
baik Melindungi pihak lain agar tidak terjebak dalam kesalahan yang sama atau mengajak pihak lain untuk melaksanakan metode yang serupa bila metode tersebut telah terbukti berhasil dengan baik h.
Agar dapat memberikan dampak yang lebih luas, dan
i.
Memberi kesempatan untuk mendapatkan masukan dari masyarakat.
B. Pemberdayaan Masyarakat 1. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat Kata pemberdayaan adalah terjemahan dari istilah bahasa inggris yaitu empowerment. Istilah empowerment sendiri dari kata dasar power yang berarti kemampuan berbuat, mencapai, melakukan atau memungkinkan. Awalan em berasal dari bahasa latin dan yunani, yang berarti di dalamnya, karena itu pemberdayaan dapat berarti kekuatan dari diri manusia itu sendiri atau suatu sumber kreatifitas. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata pemberdayaan diterjemahkan
21
sebagai upaya pendaya gunaan, pemanfaatan yang sebaik-baiknya dengan hasil yang memuaskan.13 ‘Pemberdayaan’ adalah mengembangkan dari keadaan tidak atau kurang berdaya menjadi mempunyai daya guna mencapai kehidupan yang lebih baik. Pemberdayaan pada intinya membahas bagaimana individu,
kelompok
ataupun
komunitas
berusaha
mengontrol
kehidupan mereka sendiri dan mengusahakan untuk membentuk masa depan sesuai dengan keinginan mereka. Pemberdayaan bisa diartikan juga suatu proses yang relatif terus berjalan untuk meningkatkan kepada perubahan. Dalam bukunya Edi Suharto yang berjudul Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, menurut Parson bahwasanya pemberdayaan adalah sebuah proses dengan mana orang menjadi cukup kuat untuk berpartisipasi dalam berbagai pengontrolan atas, dan mempengaruhi terhadap kejadian-kejadian serta lembaga-lembaga yang mempengaruhi kehidupnya. Pemberdayaan menekankan bahwa orang memperoleh keterampilan, pengetahuan, dan kekuasaan yang cukup untuk mempengaruhi kehidupannya dan kehidupan orang lain yang menjadi perhatiannya.14 Menurut Syahril dalam bukunya Islam Konsep Implementasi Pemberdayaan, beliau mengemukakan bahwa yang ingin dikerjakan dengan pengembangan masyarakat melalui dakwah Islam adalah
13
Lili Bariadi, dkk. Zakat dan Wirausaha, ( Jakarta : Center of Enterpreneurship Development, 2005).h.53 14 Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, (Bandung:PT Refika Aditama, 2005),h.58
22
menggerakan masyarakat yang tradisional atau transisi yang menjadi masyarakat yang modern, masyarakat yang berorientasi masa lalu menjadi masyarakat yang berorientasi ke masa depan, dari masyarakat yang pasrah kepada takdir menjadi masyarakat yang satgnan menjadi masyarakat yang dinamis dan menjadi masyarakat yang memiliki perencanaan panjang dalam hidupnya. Islam mengarahkan manusia agar merencanakan kehidupan dengan berorientasi ke masa depan. Sebagaimana Firman Allah dalam Surat Al- Insyirah Ayat 7-8 :
ارغَب ْ َ َوإ َل ى َرب َكف, ْصب َ فَإ ذَا فَ َر ْغتَ فَان “Fa-idzaa faraghta fanshab, Wa-ilaa rabbika farghab” Artinya : “Maka apabila kamu telah selesai ( disesuatu urusan ), kerjakanlah dengan sungguh- sungguh ( urusan yang lain ), dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap” (Al-Insyirah : 7-8 ). 15
Oleh karena itu, manusia harus merencanakan peningkatan taraf hidup dan tidak selalu menyerah kepada takdir Tuhan. 16 ‘Masyarakat’ adalah kelompok-kelompok masyarakat yang saling terkait oleh sistem-sistem, adat istiadat, ritus-ritus serta hukumhukum khas, dan hidup bersama, atau masyarakat merupakan terdiri dari individu - individu yang secara berkelompok. Masyarakat bisa di artikan kelompok manusia yang saling berinteraksi yang memiliki
15
Al-Quran Surat Al-Insyirah ayat 7-8 Syahril Harahap, Islam Konsep Implementasi Pemberdayaan,( Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya, 1999), Cet-Ke-1,h.132 16
23
prasarana-prasarana untuk mencapai tujuan bersama. Masyarakat adalah tempat kita bisa melihat dengan jelas proyeksi individu sebagai keluarga, keluarga sebagai prosesnya, dan masyarakat adalah hasil dari proyeksi tersebut. 17 Sedangkan Masyarakat menurut Ralp Linton seperti dalam buku karangan Imam Safari bahwa masyarakat merupakan setiap kelompok manusia yang telah hidup dan bekerja bersama cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan menganggap diri mereka sebagai suatu kesatuan sosial dengan batasan yang dirumuskan dengan jelas. Sedangkan Menuurut Selo Soemardjan dalam buku yang dikutip oleh Imam Safari menyatakan bahwa masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. 18 Jadi secara sederhana pemberdayaan masyarakat adalah suatu upaya individu atau kelompok untuk menjadi mandiri dari sifat-sifat ketergantungan. Masyarakat yang mandiri adalah masyarakat yang mempunyai kepercayaan pada diri sendiri untuk menampilkan kemampuannya dalam menuju kehidupan yang lebih baik dan sejahtera. Hal ini berkaitan erat dengan upaya meningkatkan keterampilan dan kreatifitas pada setiap individu untuk dikembangkan dan diberdayakan agar menghasilkan suatu hal yang bermanfaat untuk hidupnya pada jangka panjang.
17
Murtadha Muktahari, Masyarakat dan Sejarah , ( Bandung: Penerbit Mizan, 1995 ). Cet. Ke-5, h.15 18 S. Imam Safari, Pengantar Sosiologi. Hal. 46-47
24
2. Strategi Pemberdayaan Masyarakat Dalam konteks pekerjaan social, pemberdayaan dapat dilakukan melalui tiga aras atau mantra pemberdayaan ( empowerment setting ): mikeo, mezzo, dan makro. a. Aras Mikro Pemberdayaan dilakukan terhadap klien secara individu melalui bimbingan, konseling, stress management, crisis intervention. Tujuan utamanya adala membimbing atau melatih klien dalam menjalankan tugas-tugas kehidupannya, model ini sering disebut dengan pendekatan yang berpusat pada tugas (task centered approach ). b. Aras Mezzo Pemberdayaan
dilakukan
terhadap
sekelompok
klien.
Pemberdayaan dilakukan dengan menggunakan kelompok sebagai media intervensi. Pendidikan dan pelatihan, dinamika kelompok, biasanya digunakan sebagai strategi dalam meningkatkan kesadaran, pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap klien agar memiliki kemampuan memecahkan permasalahan yang dihadapi. c. Aras Makro Pendekatan ini disebut juga sebagai strategi sistem besar , karena sasaran perubahan diarahkan pada sistem lingkungan yang lebih luas. Perumusan kebijakan, perencanaan sosial, kampanye, aksi sosial, Lobbying, pengorganisasian masyarakat, manajemen konflik adalah beberapa strategi dalam pendekatan ini. Strategi besar memandang
25
klien sebagai orang yang memiliki kompetensi untuk memahami situasi-situasi mereka sendiri dan untuk memilih serta menentukan strategi yang tepat untuk bertindak.19 3. Tahap-tahap Pemberdayaan Masyarakat Upaya dalam rangka merealisasikan Pengembangan Masyarakat Islam harus dilakukan secara gradual atau bertahap. Dengan mengklasifikasikan proyek Pengembangan Masyarakat Islam dalam beberapa tahap, maka target yang harus dipenuhi akan mudah untuk dievaluasi.. Jika dilakukan secara bertahap, maka setiap kendala, problem ataau bahkan kesalahan implementasi dapat dikoreksi, dievaluasi serta diantisipasi sejak dini. Tentu saja hal ini juga diorientasikan untuk mencapai efektifitas serta efisiensi dalam pelaksanaan program pengembangan. Isbandi Rukminto Adi mempunyai rumusan strategi yang menjadikan beberapa tahap dalam melakukan pemberdayaan yakni : 20 a. Tahap persiapan (engagement ),tahap persiapan ini memiliki substansi penekanan pada dua hal elemen penting yakni penyiapan petugas dan penyiapan lapangan. Tahapan ini adalah tahapan prasyarat sukses atau tidaknya sebuah program pemberdayaan berlangsung.
19
Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, ( Bandung: PT. Reefika Aditama, 2005 ) Cet. Ke- 1. H. 66 20 Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas, (Jakarta:FEUI, 2001). Cet. Ke-1.h.250-258
26
b. Tahap pengkajian (assestment ), sebuah tahapan yang telah terlibat aktif dalam pelaksanaan program pemberdayaan karena masyarakat setempat yang sangat mengetahui keadaan dan masalah ditempat mereka berada. Tahapan ini memiliki penekanan pada faktor identifikasi masalah dan sumber daya yang ada dalam sebuah wilayah yang akan menjadi basisi pemberdayaan serta pelaksanaan program. c. Tahap perencanaan alternatif program atau kegiatan (designing), dalam tahap ini program perencanaan dibahas secara maksimal dengan melibatkan peserta aktif dari pihak masyarakat guna memikirkan solusi atau pemecahan atas masalah yang mereka hadapi di wilayahnya. Dalam tahap ini dipikirkan secara mendalam agar program pemberdayaan yang ada nantinya tidak melulu berkisar pada program amal (charity) saja dimana demikian itu tidak memberikan manfaat secara pasti dalam jangka panjang. d. Tahap pemformulasian rencana aksi (designing), pada tahap ini masyarakat dan fasilitator menjadi bagian penting dalam bekerjasama secara optimal. Hal ini disebabkan masyarakat telah menjabarkan secara rinci dalam bentuk tulisan tentang apa-apa yang akan mereka laksanakan baik tujuan jangka pendek maupun jangka panjang. e. Tahap pelaksanaan program atau kegiatan (implementasi), tahap ini merupakan bentuk pelaksanaan serta penerapan program yang telah dirumuskan sebelumnya bersama para masyarakat. Tahapan ini berisi tindakan aktualisasi bersinergi antara masyarakat dengan pelaku pemberdayaan (dalam bahasa Isbandi disebut sebagai petugas).
27
f. Tahap evaluasi, tahapan yang memiliki substansi sebagai proses pengawasan dari warga dan petugas terhadap program pemberdayaan masyarakat yang sedang berjalan dengan melibatkan warga. Tahapan ini juga akan merumuskan berbagai indikator keberhasilan suatu program yang telah diimplementasikan serta dilakukan pula bentukbentuk stabilisasi terhadap perubahan atau kebiasaan baru yang diharapkan terjadi. g. Tahap terminasi (disengagement), sebuah tahapan dimana seluruh program telah berjalan secara optimal dan petugas fasilitator pemberdayaan masyarakat sudah akan mengakhiri kerjanya. Tahapan ini disebut sebagai tahap pemutusan hubungan antara petugas dengan para masyarakat yang menjadi basis program pemberdayan ketikaitu. Petugas pun tidak keluar dari komunitas secara total, melainkan ia akan meninggalkannya secara bertahap. Dari 7 tahapan yang dikemukakan oleh Isbandi Rukminto Adi dalam melakukan pemberdayaan, terlihat memang dalam tahapan pemberdayaan masyarakat harus selalu dilibatkan sejak dalam tahap perencanaan sampai pada tahap implementasi dan evaluasi. Hal ini terkait dengan kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai oleh masyarakat
karena
masyarakat
memang
lebih
tahu
semua
permasalahan-permasalahan yang ada dilingkungan mereka. Fasilitator hanya bertindak untuk memfasilitasi dan mengarahkan aspirasi dari masyarakat.
28
C. Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (PPMK) 1. Pengertian PPMK Program
Pemberdayaan
Masyarakat
Kelurahan
Cibubur
merupakan bantuan stimulant yang memberikan peran kepada masyarakat melalui Lembaga Masyarakat Kelurahan mulai dari tahap perencanaan , pelaksanaan dan pengawasan yang bertujuan dapat meningkatkan partisipasi, kemandirian dan kesejahteraan masyarakat Kelurahan melalui pendekatan dwibina yaitu bina fisik dan bina sosial. 21
2. Hakekat PPMK Hakekat PPMK adalah memberikan peranan jauh lebih besar kepada
masyarakat
mengawasi
serta
untuk
merencanakan,
diharapkan
dapat
melaksanakan,
meningkatkan
dan
partisipasi
masyarakat baik dalam bentuk pemikiran, tenaga maupun finansial. PPMK dirancang untuk mempercepat upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui pemberdayaan masyarakat dan berbasis komunitas seperti Dewan Kelurahan, RW dan Lembaga Kemasyarakatan lainnya. 3. Program PPMK Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan merupakan bantuan stimulant yang memberikan peran kepada masyarakat melalui Lembaga Musyawarah
21
Kelurahan Cibubur
mulai
dari tahap
Laporan Pertanggung Jawaban PPMK Bina Fisik dan Bina Sosial Kelurahan Cibubur
2014
29
perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan yang bertujuan dapat meningkatkan partisipasi, kemandirian dan kesejahteraan masyarakat Kelurahan. Program PPMK Cibubur mempunyai dua pendekatan yaitu dua binaan pembangunan masyarakat ( Dwibina ) , yaitu : bina fisik lingkungan dan bina sosial. 22 D. Pelatihan 1. Pengertian Pelatihan Menurut Rivai, bahwa pelatihan adalah sebagai bagian dari pendidikan yang menyangkut proses belajar untuk memperoleh dan meningkatkan keterampilan diluar sistem yang berlaku dalam waktu yang relatif singkat dengan metode yang lebih mengutamakan praktik dari pada teori.
23
Menurutnya pelatihan secara singkat didefinisikan
sebagai suatu kegiatan untuk meningkatkan kinerja saat ini dan masa yang akan datang. Hal-hal berikut ini penting untuk mengetahui konsep lebih lanjut, yakni: a. Pelatihan adalah proses secara sistematis mengubah tingkah laku peserta untuk mencapai tujuan organisasi. Pelatihan berkaitan dengan keahlian dan kemampuan peserta untuk melaksanakan pekerjaan. b. Program pelatihan formal adalah usaha pemberi kerja untuk memberikan kesempatan kepada peserta pelatihan untuk memperoleh
22
Proposal Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan Kegiatan Bina Fisik Lingkungan dan Bina Sosial Kelurahan Cibubur Tahun Anggaran 2015. h.3 23 Veithzal Rivai, Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Perusahaan dari Teori ke Praktek, (Jakarta: PT.Grafindo Persada, 2004 ),h. 226
30
pekerjaan atau bidang tugas yang sesuai dengan kemampuan, sikap dan pengetahuannya. Berdasarkan definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa pelatihan merupakan proses suatu kegiatan yang telah direncanakan dan kemudian dilaksanakan dengan sistematis oleh suatu lembaga atau organisasi dengan tujuan menambah pengetahuan, meningkatkan keterampilan dan kemampuan untuk mencapai hasil yang diharapkan meningkatkan efektifitas dan produktifitas dalam suatu organisasi. E. Keterampilan 1. Pengertian Keterampilan Keterampilan merupakan kemampuan yang selalu dimiliki setiap individu, ada sebagian individu yang menyadari akan keterampilan yang dimiliki tetapi ada juga sebagian individu yang tidak menyadari secara langsung. Oleh karena itu perlu adanya sebuah pelatihan untuk merangsang dan mengetahui keterampilan apa yang individu tersebut miliki.
Sehingga
keterampilan
tersebut
dapat
di
asah
dan
dimaksimalkan agar menghasilkan suatu kreatifitas yang sangat bermanfaat bagi individu tersebut. Keterampilan dasar merupakan keterampilan tahap permulaan yang harus dimiliki oleh seseorang untuk melakukan suatu pekerjaan. Keterampilan atau life skill adalah berbagai keterampilan yang atau kemampuan
untuk
beradaptasi
dan
berperilaku
positif
yang
memungkinkan seseorang mampu menghadapi berbagai tuntunan dan
31
tantangan dalam kehidupan sehari-hari secara efektif. 24 Sedangkan menurut para ahli memiliki definisi keterampilan sendiri, sebagai berikut :25 a. Gordon ( 1994 ) Keterampilan merupakan
sebuah
kemampuan
dalam
mengoperasikan pekerjaan secara lebih mudah dan tepat. Definis keterampilan menurut Gordon ini cenderung mengarah pada aktivitas prikomotor. b. Dunette ( 1976 ) Keterampilan berarti mengembangkan pengetahuan yang didapatkan
melalui
training
dan
pengalaman
dengan
melaksanakan beberapa tugas. c. Nadler ( 1986 ) Keterampilan harus di lakukan dengan praktek sebagai pengembangan aktivitas. d. Inverson ( 2001 ) Keterampilan tidak hanya membutuhkan training saja, tetapi kemampuan dasar yang dimiliki setiap orang dapat lebih membantu menghasilkan sesuatu yang bernilai dengan lebih cepat.
24
Pedomanan Penyelenggaraan Program Kecakapan, (Life Skill ) Pendidikan Luar Sekolah Direktorat Jendral Pendidikan Luar Sekolah dan Pemerintah Departemen Pendidikan Nasional, 2003 , h.5 25 .http://www.duniapelajar.com/2014/07/29/pengertian-keterampilan-menurutparaahli/(diakses10 Agustus 2016 ).
32
e. Robbins ( 2000 ) Keterampilan dibagi menjadi 4 kategori yaitu : 1) Basic Literacy Skill : Keahlian dasar yang sudah pasti harus dimiliki setiap orang seperti membaca, menulis, berhitung serta mendengarkan. 2) Technical Skill : Keahlian secara teknis yang didapat melalui pembelajaran dalam bidang teknik seperti mengoperasikan komputer dan alat digital lainnya. 3) Interpersonal Skill : Keahlian setiap orang dalam melakukan
komunikasi
satu
sama
lain
seperti
mendengarkan seseorang, memberi pendapat dan bekerja secara tim. 4) Problem
Solving
:
Keahlian
seseorang
dalam
memecahkan masalah dengan menggunakan logikanya. Dari definis pada ahli dapat disimpulkan bahwa keterampilan pada dasarnya harus dibekali melalui program training atau bimbingan agar keterampilan yang dimiliki terus di asah sehingga dapat menghasilkan sesuatu yang bermanfaat dan bernilai bagi diri sendiri maupun orang lain. 2. Keterampilan Tata Rias a. Mengenal Keterampilan Tata Rias Program keterampilan tata rias ini dilaksanakan oleh Dewan Kelurahan PPMK. Pelaksanaan pelatihan diadakan selama 15 kali
33
pertemuan dalam 2 bulan . Dimana terdapat beberapa materi dan praktek langsung pada proses pelaksanaanya. Ada beberapa tujuan diadakannya pelatihan ini antara lain : 1) Untuk membekali keterampilan kepada peserta sehingga peserta mempuyai modal dasar untuk membuka usaha yang nantinya seperti usaha salon, penata pengantin, perias pegantin atau event organizer jika sudah mempunyai wawasan yang lebih luas lagi. 2) Mewujudkan
perempuan-perempuan
menjadi
mandiri
dalam
meningkatkan ekonomi keluarga mereka agar lebih sejahtera lagi. 3) Untuk mempersiapkan tenaga kerja yang terampil, ini bertujuan agar peserta siap dengan keterampilannya yang akan digunakan dalam dunia kerja yang akan digelutinya mendatang. b. Jenis-jenis Keterampilan Tata Rias Adapaun jenis-jenis keterampilan tata rias ini antara lain: pelatihan pengantin sunda putri, solo putri, modifikasi muslim barat. Ketiga jenis ini merupakan paling dasar dan mudah untuk diterapkan pada masyarakat awam seperti di Keluarahan kami. 26
26
Wawancara pribadi dengan Ibu Muhanah ( Sekretaris PKK Kelurahan Cibubur dan Panitia Pelaksanaan Pelatihan ), Cibubur , 27 September 2016
34
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Dalam bukunya Burhan Bungin, pendekatan kualitatif ini digunakan karena beberapa pertimbangan, yaitu bersifat luwes, tidak terlalu rinci, tidak lazim mendefinisikan suatu konsep serta memberi kemungkinan bagi perubahanperubahan manakala ditemukan fakta yang lebih mendasar, menarik dan unik bermakna dilapangan.27 Sedangkan menurut Taylor yang dikutip oleh Lexi J. Moleong, adalah “prosedur sebuah penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa katakata atau lisan dari orang dan perilaku yang diamati’. 28 Adapun desain penelitian yang penulis gunakan adalah desain penelitian evaluasi, yaitu penelitian yang dilakukan pada proses menilai suatu program yang masih berjalan. Dalam penelitian ini penulis ingin mengetahui bagaimana evaluasi hasil adanya program PPMK oleh LMK Cibubur dalam melakukan pemberdayaan melalui pelatihan tata rias untuk masyarakat khususnya. Selain itu juga penelitian ini untuk melakukan pengamantan mulai dari proses pembentukan, pelaksanaan program dan unsur-unsur yang terkait dalam pelaksanaan serta keberhasilan yang didapat.
27
Burhan Bungin, Analisa Data Penelitian Kualitatif, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003), Cet. Ke-2, hal. 39. 28 Lexi.J.Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif ( Bandung : PT. Remaja Rosda Karya 2007) Cet. Ke-15 hal.3
35
Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif deskriptif yaitu yang terbatas pada usaha mengungkapkan suatu masalah atau keadaan suatu peristiwa dengan sebagaimana adanya berdasarkan fakta-fakta yang tampak, sehingga bersifat sekedar untuk mengungkapkan fakta (fact finding), hasil penelitian ditekankan pada memberikan gambaran objektif tentang keadaan yang sebenarnya dari objek yang sedang diselidiki, akan tetapi untuk mendapatkan manfaat yang lebih luas, biasanya dalam jenis penelitian ini dilakukan juga pemberian berbagai interpretasi. Adapun ciriciri pokok penelitian deskriptif adalah :29 1. Memusatkan perhatian pada masalah-masalah yang ada pada saat penelitian dilakukan ( saat sekarang ) atau masalah-masalah yag bersifat aktual. 2. Menggambarkan fakta-fakta tentang masalah yang sedang diselidiki dengan sebagaimana adanya diiringi dengan interpretasi rasional.
B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Lokasi penelitian mudah dijangkau penulis, yang berada di Jalan Lapangan Tembak, RT.5/RW.4, Cibubur, Ciracas, Jakarta Timur, Daerah Khusus Ibukota Jakarta (13710) 2. Waktu Penelitian Adapun waktu penelitian untuk penyusunan skripsi ini dimulai sejak tanggal 20 Mei 2016 sampai dengan tanggal 29 Oktober 2016
29
Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, ( Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1991),h.31
36
C. Sumber Data Sumber data yang penulis gunakan pada penelitian ini terbagi menjadi 2 (dua) sumber data yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder yang akan dijelaskan sebagai berikut : 1. Data primer terbagi menjadi dua sumber data yaitu: a. Utama yaitu berupa data yang diperoleh secara langsung dari dari sasaran penelitian, yaitu diperoleh dari pengurus PPMK yang terdiri dari instruktur pelatihan tata rias dan ketua LMK (Lembaga Musyawarah Kelurahan). b. Pendukung yaitu data yang diperoleh dari peserta pelatihan tata tias. 2. Data Sekunder Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari catatan – catatan, dokumentasi, foto maupun benda-benda tertulis lainnya yang berhubungan dengan penelitian seperti buku pedoman PPMK, laporan bulanan dan tahunan Kelurahan Cibubur. D. Teknik Pengumpulan Data Untuk mendapatkan data yang objektif dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa teknik penggumpulan data, yaitu sebagai berikut: 1. Observasi Observasi merupakan pengumpulan data langsung dari lapangan, data yang diobservasi dapat berupa gambaran tentang sikap, kelakuan, perilaku, tindakan, dan keseluruhan interaksi antar manusia. Proses observasi dimulai dengan mengidentifikasi tempat yang hendak diteliti. Setelah tempat penelitian diidentifikasi
37
dilanjutkan dengan membuat pemetaan, sehingga diperoleh gambaran umum tentang sasaran penelitian.30 Dengan proses observasi ini peneliti mendatangi ke masyarakat yang ikut dalam Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (PPMK) di Kelurahan Cibubur dan pengamatan langsung di lapangan dengan memperhatikan secara akurat dan realistis. 2. Wawancara Wawancara adalah pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan secara langsung oleh pewawancara (pengumpul data) kepada responden, dan jawaban-jawabam responden dicatat atau direkam dengan alat perekam.31 Adapun responden terkait yang akan diwawancarai antara lain pengelola Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan ( PPMK) seperti Ketua atau Lurah Cibubur, Pelatih program, dan beberapa peserta pelatihan dari 14 RW di Cibubur. 3. Studi Dokumentasi Dokumentasi hanyalah nama lain dari analisis isi visual dari suatu dokumen. Buku teks, Essay, surat kabar, novel, artikel, majalah, buku resep, pidato politik, iklan, gambar nyata, dan isi dari hampir setiap jenis komunikasi visual dapat dianalisis dengan
30
J.R. Raco, Metode Penelitian Kualitatif Jenis, Karakteristik dan Keunggulannya (Jakarta: PT.Grasindo, 2010), hal 112 31 Irawan Soeharto, Metode Penelitian Sosial Suatu Teknik Penelitian Bidang Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Sosial Lainnya (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2008), hal 67.
38
berbagai cara.32 Dalam penelitian ini , penulis berusaha memperoleh data-data dokumentasi yang berkaitan dengan pengumpulan fotofoto, profril Desa, mempelajari arsip-arsip dari Kelurahan, serta berbagai macam bentuk data tertulis lainnya yang dapat membantu peneliti di lapangan. E. Teknik Analisis Data Analisis data adalah proses penyusunan data agar dapat ditafsirkan, dan memberikan makna pada analisis. Model analisis yang dipakai dalam penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif. Hal ini di dasarkan atas pertimbangan bahwa sasaran penelitian ini adalah kegiatan analisis data meliputi reduksi data. Reduksi data yaitu menganalisa sesuatu secara keseluruhan kepada bagian-bagiannya atau menjelaskan tahap akhir dari proses perkembangan sebelumnya menjadi lebih lebih sederhana.33 Display data yaitu merupakan mengambil kesimpulan dan ferivikasi. Kegiatan ini dilakukan sejak memasuki pelaksanaan penelitian di lapangan hingga akhir secara terus – menerus. Setelah mendapatkan data mengenai Evaluasi ProgramBina Sosial oleh Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (PPMK) Cibubur diperoleh maka data tersebut disusun dan disajikan dalam bentuk narasi, visual, gambat, matrik, bagan dan lain sebagainya. Selanjutnya adalah penyimpulan, merupakan hasil penelitian yang menjawab fokus penelitian
32 Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualittafi Teori dan Praktik ( Jakarta: Bumi Aksara, 2013), hal 176 33 Pius A. Partanto dan M. Dahlan Al-barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya:Arloka, 1994), cet.ke-1.hal.658
39
berdasarkan hasil analisis data. Simpulan disajikan dalam bentuk deskriptif objek penelitian dengan berpedoman pada kajian penelitian.34 F. Teknik Keabsahan Data Teknik keabsahan data dalam penelitian ini memiliki kriteria :35 1. Kredibilitas ( derajat kepercayaan ) dengan teknik triangulasi yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain, hal itu dapat dicapai dengan jalan membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang lain, dalam hal ini penulis membandingkan jawaban yang diberikan oleh pihak pelaksana program PPMK dengan jawaban yang diberikan oleh pihak peserta pelatihan mengenai pelatihan tata rias dalam upaya meningkatkan ekonomi keluarga. Selanjutnya penulis membandingkan hasil wawanncara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan. 2. Ketekunan dan keajengan pengamatan Ketekunan
pengamatan
bermaksud
menemukan
ciri-ciri
dan
unsurunsur dalam situasi yang relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari, kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci. Maksudnya, penulis hanya memusatkan dan mencari jawaban sesuai dengan rumusan masasalah saja. 3. Kepastian dengan Teknik Pemeriksaan Audit Kepastian Auditor dalam hal ini adalah dosen pembimbing. Di sini pemastian bahwa sesuatu itu objektif atau tidak bergantung pada persetujuan beberapa
34
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik ( Jakarta: Bumi Aksara, 2013), hal 212 35 Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif : Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya, ( Jakarta : Prenada Media Group, 2009 ), Cet-ke-3, h. 256
40
orang terhadap pandangan, pendapat dan penemuan seseorang. Maksudnya adalah bahwa pengalaman seseorang itu subjektif, sedangkan jika disepakati oleh beberapa orang barulah dapat dikatakan objektif.
41
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS Pada bab ini akan dijelaskan gambaran ringkas obyek penelitian serta hasil penelitian dan pembahasan berdasarkan fakta yang diperoleh melalui pengamatan langsung di lapangan, wawancara maupun kajian terhadap literature, laporan dan dokumen yang berhubungan dengan obyek penelitian. A. Temuan 1. Gambaran Umum Kelurahan Cibubur a. Keadaan Geografis dan Demografis Secara geografis kelurahan Cibubur ini di wilayah kecamatan Ciracas. Luas wilayah kelurahan Cibubur adalah 450,90 Ha atau 4.509 km2 yang terbagi dalam 14 Rukun Warga dan 153 Rukun Tetangga. Luas wilayah dibagi menurut penggunaanya untuk pemukinan 342,02 Ha, perkantoran atau industri 4,66 Ha, sawah 3,15 Ha, fasilitas umum 93,82 Ha, sarana ibadah 3,20 Ha, pemakaman 1,55 Ha, lain-lain 2,5 Ha. Kelurahan Cibubur yang terletak pada bagian utara berbatasan dengan kelurahan Kelapa Dua Wetan. Untuk timur berbatasan dengan Toll Jagorawai kelurahan Munjul, sebelah selatan berbatasan dengan kelurahan Harja Mukti dan kelurahan Mekar Sari , sedangkan bagian barat berbatasan dengan Kali Cipinang kelurahan Pekayon Pasar Rebo. Kelurahan Cibubur pada tahun 2016 bulan september memiliki penduduk 73437 jiwa yang terdiri dari 22302 KK.
42
Berdasarkan laporan bulanan 2016 bulan september jumlah laki-laki 36918 jiwa, jumlah perempuan 36519 jiwa.
36
Jumlah
penduduk dirinci menurut golongan usia dan jenis kelamin sebagai berikut : Tabel 1. Penduduk Menurut Usia dan Jenis Kelamin. No
Umur WNI WNA Jumlah Laki- Perem Laki- Perem laki laki puan puan 1. 0-4 3228 3720 6948 2. 5-9 3598 3513 7109 3. 10-14 3440 3331 6771 4. 15-19 2752 2753 5505 5. 20-24 2729 2691 5420 6. 25-29 2803 2987 5790 7. 30-34 3243 3520 6 6769 8. 35-39 3338 3359 6697 9. 40-44 3015 2944 5959 10. 45-49 2646 2651 5296 11. 50-54 2034 2216 4250 12. 55-59 1640 210 1850 13. 60-64 1134 1125 2259 14. 65-69 593 765 1358 15. 70-74 466 350 816 16. 75 262 384 646 keatas Total 36918 36519 73443
Sumber data diperoleh dari Laporan Bulanan 2016 b. Kondisi Sosial Ekonomi dan Pendidikan Masyarakat kelurahan Cibubur terdiri dari berbagai stratifikasi sosial ekonomi yang berbeda-beda. Tingginya urbanisasi mengakibatkan perpindahan penduduk dari daerah ke
36
Pemerintah Provinsi Se-DKI, Laporan Bulanan September 2016, (DKI Jakarta),h.4
43
kota, hal ini dapat memicu terjadinya perubahan ekonomi pada perkotaan. Tingginya jumlah angkatan kerja tidak sesuai dengan penyedia pekerja sehingga banyak menimbulkan pengangguran. Wilayah kelurahan Cibubur sebagaimana tergambar dari data laporan bulanan 2016 memiliki mata pencaharian sebagai berikut : karyawan (Negeri, TNI , POLRI, dan Swasta ) sebanyak 6933 orang, pensiunan sebanyak 1052 orang, sektor pertanian sebanyak 3 orang, buruh 1165 orang, pedagang 608 orang, pengangguran sebanyak 14138 orang dan lain lain sebanyak 230 orang. Tabel dibawah ini secara detail menggambarkan bagaimana kondisi mata pencaharian di kelurahan Cibubur. Tabel 2. Penduduk Menurut Mata Pencaharian No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Pekerjaan Pengawai Negeri Sipil TNI POLRI Swasta / Pengusaha Pensiunan Tani Buruh Pedagang Lain-lain Pengangguran Total
Jumlah 1295 908 243 4487 1052 3 1165 608 320 14138 24129
Sumber data diperoleh dari Laporan Bulanan 2016 Tingkat
pendidikan
suatu masyarakat
sangat
mempengaruhi suatu perubahan di dalam hidupnya mendatang. Kondisi sosial pendidikan di kelurahan Cibubur dapat dilihat dari tingkat pendidikan yang diperoleh masyarakat tersebut.
44
Dibawah ini klasifikasi tingkat pendidikan yang diperoleh masyarakat kelurahan Cibubur : Tabel 3. Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan No 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Tingkat Tidak Sekolah Tamat SD Tamat SMP/ SLTP Tamat SLTA Tamat AK/ PT Sarjana S1-S2 Jumlah
Jumlah 145 12236 13416 19659 1083 1436 47975
Sumber data diperoleh dari Laporan Bulanan 2016 Dari data diatas dapat diketahui tingkat pendidikan yang diperoleh masyarakat kelurahan Cibubur dengan jumlah masyarakat yang tidak sekolah sebanyak 145 jiwa, tamat Sekolah Dasar (SD) sebanyak 12236 jiwa, tamat SLTA sebanyak 13416 jiwa, tamat SLTA sebanyak 19659 jiwa sedangkan masyarakat yang menyelesaikan studinya sampai Akademik dan Universitas sebanyak 2519 jiwa. c. Kondisi Sosial Keagamaan Indonesia merupakan negara yang beranekaragam jenis suku dan agama dan sebagian besar penduduk Indonesia beragama muslim. Tetapi dalam hidup bermasyarakat perbedaan itu bukan menjadi halangan. Dibawah ini jumlah penduduk berdasarkan agama yang dianut oleh masyarakat kelurahan Cibubur :
45
Tabel 4. Status Agama Penduduk Kelurahan Cibubur No. 1. 2. 3. 4. 5.
Agama Islam Kristen Protestan ` Kristen Katholik Hindu Budha Jumlah
Jumlah 65070 4655 3640 729 72 74166
Sumber data diperoleh dari Laporan Bulanan 2016 Dari data diatas dapat dilihat bahwa masyarakat kelurahan Cibubur mayoritas beragama Islam. Adapun fasilitas atau sarana peribadatan yang terdapat di kelurahan Cibubur adalah sebagai berikut : Masjid sebanyak 29 buah, Mushola 52 buah, Gereja sebanyak 4. Sedangkan Vihara dan Kuil tidak ada di kelurahan ini. 2. Gambaran Umum Obyek Penelitian ( PPMK ) a. Sejarah Lahirnya PPMK Krisis moneter yang dialami Indonesia pada tahun 1998 dan berkepanjangan sampai beberapa tahun sesudahnya mendorong Pemerintah
Provinsi
DKI
Jakarta
untuk
mengambil
langkahlangkah kongkrit untuk menurunkan tingkat kemiskinan yang diakibatkan oleh krisis. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mulai tahun 1999 telah berupaya semaksimal mungkin merubah cara pandang dan cara kerja birokrasi dengan mengimplementasi Undang-undang
46
Nomor 29 Tahun 2007 tentang Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia yang mengisyaratkan paradigma baru yaitu pelayanan, pemberdayaan dan pembangunan, dan salah satu implementasi dalam mewujudkan amanat tersebut pemerintah DKI menerbitkan Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta Nomor 5 Tahun 2010 tentang Lembaga Musyawarah Kelurahan ( LMK ) yang bertujuan untuk membantu Lurah sebagai mitra dalam penyelenggaraan pemerintah dan untuk menampung aspirasi serta meningkatkan partisipasi dan pemberdayaan masyarakat. Pemerintah DKI Jakarta melalui Badan Pemberdayaan Masyarakat memfasilitasi,
&
Perempuan
&
Keluarga
(BPM&P&KB)
membina dan mendorong agar pemberdayaan
dimasyarakat tersebut dapat tercapai sesuai tujuan yang diharapkan. Keberadaan BPM&P&KB sebagai institusi yang ditugaskan untuk menangani berbagai kegiatan yang berkaitan dengan pemberdayaan masyarakat telah berupaya semaksimal mungkin agar tujuan dari berbagai kegiatan pemberdayaan masyarakat dapat tercapai dengan baik. Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan merupakan bantuan stimulant yang memberikan peran kepada masyarakat melalui Lembaga Musyawarah Kelurahan Cibubur mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan yang bertujuan dapat meningkatkan partisipasi, kemandirian dan kesejahtera
47
masyarakat Kelurahan melalui pendekatan dwibina yaitu bina fisik lingkungan dan bina sosial. Arah dari pendekatan pembangunan pemberdayaan ini,
yang bersifat
adalah kemandirian masyarakat dalam
melaksanakan pembangunan dalam memecahkan permasalahan yang dirasakannya sehingga terwujudnya kesejahteraan. Upaya pencipataan kemandirian pembangunan adalah suatu membangun usaha bersama yang mampu memberikan daya saing bagi warga Kelurahan Cibubur,
dengan demikian
masyarakat Kelurahan Cibubur akan mempunyai banyak peluang kesempatan merencanakan dan merumuskan sendiri apa yang menjadi kebutuhannya serta memecahkan setiap permasalahan yang dihadapinya secara lebih cepat, cermat dan cepat. 37 b. Maksud PPMK Untuk mewujudkan tingkat komunitas warga masyarakat Kelurahan Cibubur yang sejahtera dalam menumbuh kembangkan kesadaran dan partisipatif masyarakat terhadap peranan pemberdayaan masyarakat. c. Tujuan dan Sasaran PPMK 38 Tujuan partisipasi,
37
pelaksanaan kemandirian,
PPMK dan
untuk
kesejahteraan
meningkatkan masyarakat
Laporan Pertanggung Jawaban PPMK Bina Fisik dan Bina Sosial Kelurahan Cibubur
2014 38
Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta , Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Bina Fisik Lingkungan dan Bina Sosial Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan ( PPMK ) , (Nomor 81 Tahun 2011), h. 5-6
48
Kelurahan melalui pendekatan dwibina meliputi bina fisik lingkungan dan bina sosial. 1) Bina Fisik Lingkungan mempunyai tujuan sebagai berikut: •
Terwujudnya sarana dan prasarana lingkungan berskala mikro yang memadai.
•
Terwujudnya
kemandirian
dan
kepedulian
masyarakat untuk memperbaiki dan menata lingkungannya, dan •
Terwujudnya swadaya dan gotong royong masyarakat dalam penataan dan perbaikan lingkungan.
2) Bina Sosial mempunyai tujuan sebagai berikut : •
Meningkatkan kemampuan daya saing anggota masyarakat.
•
Meningkatkan
peran
kemasyarakatan
dalam
serta
lembaga
menghimpun
dan
mengembangkan kemampuan masyarakat, dan •
Meningkatkan
kesetiakawanan
sosial,
kepedulian sosial dan kerja sama antar unsur masyarakat. Sasaran umum pelaksanaan Bina Fisik Lingkungan dan Bina Sosial PPMK kepada masyarakat RW , masyarakat Kelurahan, dan lingkungannya.
49
Secara khusus pelaksanaan Bina Fisik Lingkungan dan Bina Sosial PPMK adalah : 1). Bina Fisik Lingkungan •
Prasarana dan sarana mikro yang tidak layak atau rusak, dan
•
Prasarana dan sarana mikro yang belum ada dan sangat dibutuhkan masyarakat
2). Bina Sosial •
Anggota masyarakat yang kurang terampil
•
Lembaga masyarakat yang kurang berdaya, dan,
•
Anggota
masyarakat
yang
terkena
musibah
bencana. Data tersebut diperkuat juga dari hasil wawancara yang penulis lakukan dengan ketua LMK maupun sekretaris panitia pelakasana, berikut kutipa wawancaranya : “masyarakat yang benar-benar membutuhkan seperti yang tidak mampu membayar jika harus kursus pelatihan di luar, namun pada kenyataannya tidak seperti itu. Dan paling orang yang sudah bisa atau pernah menjadi asisten merias atau suka mengikuti merias tetapi belum dapat memperdalam ilmunya, tetapi ada juga yang mulai dari nol namun yang benar-benar serius mau ikut.”39 “sasaran kami adalah ya masyarakat yang butuh atau orang sudah bisa tetapi bingung ingin menambah ilmunya dimana, nah itu kita pilih sebagai peserta”. 40
39
Wawancara pribadi dengan Bapak Suhadi ( Ketua Lembaga Musyarawah Kelurahan), Cibubur, 11 Oktober 2016 40 Wawancara pribadi dengan Ibu Muhanah ( Sekretaris PKK Kelurahan Cibubur dan Panitia Pelaksanaan Pelatihan ), Cibubur , 27 September 2016
50
Dari beberapa kutipan di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa sasaran program PPMK melalui pelatihan tata rias sudah sesuai dengan konsep pemberdayaan masyarakat karena perekrutan peserta juga melalui seleksi yang cukup selektif. Tetapi kekurangannya ada beberapa peserta yang hanya ikut-ikut dan tidak mempunyai tanggungjawab pada diri sendiri. d. Azas dan Prinsip Pelaksanaan Bina Fisik Lingkungan dan Bina Sosial PPMK berdasarkan :41 1). Keadilan, yang berarti bermanfaat secara proporsional kepada seluruh masyarakat di Kelurahan. 2). Kejujuran, yang berarti kegiatan dilaksanakan dengan hati nurani yang tulus da ikhlas demi kepentingan masyarakat. 3). Kemitraan, yang berarti terciptanya kerja sama antara unsur berdasarkan kesetaraan antar pihak yang terkait dengan kegiatan Bina Fisik Lingkungan dan Bina Sosial PPMK 4). Kesederhanaan, yang berarti seluruh proses kegiatan yang diselenggarakan melalui prosedur yang sederhana, mudah, cepat dan tepat serta tertib administrasi, dan 5).
Kesetaraan,
berpartisipasi
yang
berarti
memberikan
kesempatan yang sama dalam pelaksanaan kegiatan Bina Fisik
41
Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta , Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Bina Fisik Lingkungan dan Bina Sosial Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan ( PPMK ) , (Nomor 81 Tahun 2011), h. 4-5
51
Lingkungan dan Bina Sosial PPMK kepada masyarakat tanpa membedakan ras, agama, suku, jenis kelamin, golongan dan kelompok. Bina Fisik Lingkungan dan Bina Sosial PPMK mempunyai prinsip sebagai berikut : 1) Demokrasi,
yang
berarti
pengambilan
keputusan
pengelolahan kegiatan Bina Fisik Lingkungan dan Bina Sosial PPMK melalui musyawarah untuk mufakat. 2) Partisipasi yang berarti seluruh unsur pengelolah dan masyarakat ikut aktif dalam pelaksanaan kegiatan Bina Fisik Lingkungan dan Bina Sosial PPMK 3) Transparan, yang berarti pemberian dan penyebarluasan informasi kegiatan Bina Fisik Lingkungan dan Bina Sosial PPMK kepada masyarakat dan unsur yang terkait. 4) Prioritas , yang berarti pelaksanaan kegiatan Bina Fisik Lingkungan dan Bina Sosial PPMK didasarkan pada kebutuhan yang sifat nya sangat mendesak dan/atau pada wilayah RW kumuh. 5) Desentralisasi yang berarti memberikan kepercayaan kepada
masyarakat
Kelurahan
dalam
pengelolahan
pembangunan wilayah Kelurahannya melalui lembaga masyarakat. 6) Kesinambungan yang berarti hasil kegiatan Bina Fisik Lingkungan dan Bina Sosial PPMK dapat dilestarikan dan
52
ditumbuhkembangkan oleh masyarakat sendiri melalui lembaga masyarakat. 7) Efisiensi yang berarti pencapaian tujuan sesuai dengan anggaran yang tersedia, dan 8) Efektif yang berarti hasil program sesuai dengan target yang telah ditetapkan e. Program Kerja PPMK Ada beberapa unsur yang terlibat dalam pelaksanaan program PPMK, baik di tingkat kelurahan maupun tingkat warga. Unsurunsur dalam pelaksanaan adalah : 1). Unsur Lurah Lurah ikut bertanggungjawab atas keberhasilan PPMK di wilayahnya. Lurah juga memiliki tugas sebagai berikut : a) Bersama LMK melaksanakan sosialisai program kepada seluruh lapisan masyarakat. b) Memfasilitasi pemilihan Tim Pelaksana Kegiatan Kelurahan, Tim Seleksi, Unit Pelaksana Keuangan Masyarakat
Kelurahan,
TPK-RW
dan
Unit
Pengaduan Masyarakat (UPM) c) Bersama dengan LMK mengusulkan calon anggota UPM d) Menyetujui hasil pemilihan TPKK, Tim Seleksi TPK-RW dan UPM.
53
e) Memiliki kewenangan untuk membatalkan hasil pemilihan apabila dinilai tidak sesuai dengan ketentuan. f) Mengkoordinasi pelaksanaan program di tingkat kelurahan. g) Menindak lanjuti pengaduan masyarakat. h) Bersama
LMK memfasilitasi musyawarah
pertanggungjawaban pelaksanaan program oleh TPKK dan TPK-RW i) Bersama LMK Kelurahan membuka rekening PPMK 2). LMK (Lembaga Musyawarah Kelurahan) LMK bertanggungjawab secara operasional serta mengkoordinasi dan mengawasi PPMK. Secara rinci, tugas pokok LMK sebagai berikut : a) Bersama Lurah melaksanakan sosialisasi dan program PPMK langsung kepada masyarakat. b) Memilih anggota TPKK, Tim Seleksi, TPK-RW dan UPM. c) Bersama
Lurah
membuka
rekening
dan
menandatangani cek anggaran PPMK. d) Menindak lanjuti pengaduan masyarakat.
54
e) Bersama
Lurah
menfasilitasi
musyarawah
pertanggungjawaban pelaksanaan PPMK oleh TPKK dan TPK-RW. 3). Tim Pelaksana Kegiatan Kelurahan (TPKK) TPKK dipilih dan ditetapkan LMK dan Lurah berdasarkan usulan masyarakat. TPKK beranggotakan 5 orang terdiri dari ketua merangkap anggota, sekretaris merangkap anggota, bendahara merangkap anggota dan 2 orang anggota yang membidangi tugas bina fisik lingkungan dan bina sosial. TPKK memiliki tugas pokok sebagai berikut :
a) Menerima proposal TPK-RW dan menyerahkan ke Tim seleksi untuk dinilai b) Menerima hasil seleksi dari tim seleksi c) Melaksanakan administrasi keuangan PPMK khusus Bina Sosial dan Bina Fisik Lingkungan d) Menyampaikan laporan pelaksanaan kegiatan, termasuk surat pertanggungjawaban kepada LMK yang selanjutnya diteruskan LMK kepada pemerintah (KPMK Kota Administrasi). e) Melaporkan pelaksanaan
dan tugas
mempertanggungjawabkan kepada
rapat
pleno
masyarakat.
55
5). Tim Seleksi Proposal Tim seleksi proposal dipilih dan ditetapkan LMK bersama Lurah berdasarkan usulan masyarakat. Tim berjumlah 7 orang yaitu ketua merangkap anggota, sekretaris merangkap anggota dan 5 orang anggota tim memliki tugas sebagai berikut : a) Melakukan penelitian terhadap proposal yang diajukan masyarakat dan diterima TPKK dan UPKMK b) Melaksanakan tinjauan langsung dan verifikasi lapangan. c) Mengelompokkan
proposal
sesuai
hasil
penelitian, dengan ketentuan, memenuhi syarat dan disetujui, memenuhi syarat tetapi perlu perbaikan, tidak memenuhi syarat dan ditolak. d) Menyerahkan proposal yang telah dinilai ke TPKK e) Melaporkan pelaksanaan
dan tugas
mempertanggungjawaban pada
saat
pleno
pertanggungjawaban.
56
6). Unit Pelaksana Keuangan Masyarakat Kelurahan Adapun
tugas
dan
fungsi
Unit
Pengelola
Keuangan Masyarakat Kelurahan (UPKMK) sebagai berikut : a) Mengelola dana bergulir PPMK b) Mengadministrasikan dana PPMK c) Melakukan penagihan dana guliran PPMK dari masyarakat. - Memberikan pertanggungjawaban PPMK kepada Dewan Kelurahan Cibubur di bawah koordinasi kepala Kelurahan Cibubur. d) Membuat laporan dana bergulir PPMK setiap akhir bulan dengan sistem komputerisasi. 7). Tim Pelaksana Kegiatan – RW Tim ini dipilih dan ditetapkan LMK dengan persetujuan Lurah atas usulan masyarakat. Tim anggota 6 orang terdiri dari ketua merangkap anggota, sekrektaris merangkap anggota, bendahara merangkap anggota dan 2 orang anggota yang membidangi tugas bina fisik lingkungan dan bina sosial dengan tugas poko sebagai berikut : a) Menerima usulan kegiatan masyarakat b) Menyusun dan mengajukan proposal kegiatan c) Memperbaiki proposal yang dikembalikan oleh TPKK 57
d) Mengajukan
pencairan
anggaran
keuangan
anggaran pelaksanaan PPMK e) Menyampaikan
surat
pertanggungjawabkan
pelaksanaan tugas. 8). Unit Pengaduan Masyarakat Unit ini dipilih dan ditetapkan LMK dengan persetujuan Lurah atau usualn masyarakat. Tim ini berjumlah 3 orang yaitu ketua merangkap anggota, sekretaris merangkap anggota dan 1 orang anggota, memiliki tugas pokok sebagai berikut : a) Menerima
laporan
atau
pengaduan
dari
masyarakat mengenai pelaksanaan PPMK b) Melakukan pengawasan langsung terhadap pelaksanaan program di masyarakat. c) Menindaklanjuti laporan masyarakat dengan melakukan
pengecekan
dan
peninjauan
lapangan. d) Melakukan
koordinasi
dan
fasilitasi
penyelesaian masalah dengan LMK, Lurah dan BPMPKB
Provinsi
atau
KPMP
Kota
Administrasi. e) Melaporkan permasalahan yang tidak biasa diselesaikan ke KPMP Kota Administrasi.
58
f) Menyampaikan laporan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas kepada BPMPKB Provinsi atau KPMP Kota Administrasi Jakarta Timur. g) Melaporkan permasalahan yang tidak dapat diselesaikan di tingkat BPMPKB atau KPMP Kota Administrasi ke pihak berwajib sesuai dengan peraturan perundang-undangan. 42 f. Mekanisme Ada beberapa tahap dalam pelaksanaan pelatihan PPMK yaitu: 1). Tahap pertama adalah lembaga pelaksana program mengajukan sebuah proposal kegiatan awal kepada Premprov DKI Jakarta, proposal kedua, sosialisasi dan seleksi peserta. 2). Tahap kedua adalah lembaga dan panitia pelaksana menyelenggarakan pelatihan kepada para peserta yang telah dinyatakan diterima untuk mengikuti program pelatihan. 3). Hasil Akhir yang diharapkan adalah menumbuhkan dan berkembangnya wirausaha-wirausaha baru yang profesional khususnya para kaum wanita. g. Pelaksanaan Salah satu adanya program pelatihan tata rias ini harus diikuti oleh masyarakat khususnya kaum wanita yang utamanya oleh kalangan ekonomi lemah dan masyarakat yang benar-benar
42
Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta , Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Bina Fisik Lingkungan dan Bina Sosial Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan ( PPMK ) , (Nomor 81 Tahun 2011), h.8-13
59
ingin belajar serta minat. Harapan dari pelatihan ini agar kaum wanita dapat mempunyai jiwa entreupreuner yang sangat diperlukan dan dimiliki. Maka tahapan yang dilakukan oleh PPMK yaitu : Tabel 5. Tahapan Pelaksanaan Program PPMK No 1.
Tahap / Kegiatan Perencanaan a. Indentifikasi Kebutuhan tingkat RT dan RW
Jangka Waktu Selama 10 bulan
b. Penyusunan Proposal c. Pengajuan, Seleksi Proposal dan Pencairan Dana PPMK d. Sosialisasi program kepada masyarakat. e. Seleksi peserta program 2.
Pelaksanaan Program Hasil Wawancara Ketua LMK
2Bulan
h. Alokasi Dana43 Dana program pelatihan tata rias ini merupakan hibah dari pemerintah yang akan dipergunakan untuk merealisasikan program PPMK Bina Sosial melalui pelatihan-pelatihan. Alokasi dana PPMK pada tahun 2014, dimana dana tersebut sebesar Rp. 166.500.000 untuk Bina Sosial dan Rp. 295.000.000 untuk Bina Fisik Lingkungan. Dana tersebut sesuai Surat Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 1369 Tahun 2014
43
Laporan Pertanggung Jawaban PPMK Bina Fisik dan Bina Sosial Kelurahan Cibubur
2014
60
tentang Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial tahap ketiga dalam bentuk uang kepada individu , keluarga, masyarakat, kelompok masyarakat.
Organisasi
Kemasyarakatan
pada
Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2014 dan Keputusan Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan dan Keluarga (BPMPKB) Provinsi DKI Jakarta No. 445 Tahun 2014 tentang Rincian Alokasi Dana Bina Fisik Lingkungan, Bina Sosial dan Biaya Kegiatan Lapangan (BKL) serta Biaya Audit Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (PPMK) Tahun Anggaran 2014. Pembiayaan dari pemerintah tersebut digunakan untuk keperluaan antara lain : (1) biaya sosialisasi (2) biaya rapat (3) biaya transport (4) biaya dokumentasi (5) biaya ATK dan fotocopy (6) biaya konsumsi (7) biaya pelaporan (8) biaya publikasi (9) biaya administrasi (10) biaya honorium pelaksana dan (11) biaya pembuatan prasasti. Tabel 6. Rincian Dana Rp. 500.000.000 yang terdiri dari : No
Jenis Kegiatan 1. 2. 3. 4.
Bina Fisik Lingkungan Bina Sosial Biaya Kegiatan Lapangan Biaya Audit TOTAL
Anggaran Rp. 295.000.000
Jumlah Kegiatan 18 Kegiatan
Rp. 166.500.000 Rp. 35.000.000
06 Kegiatan 25 Kegiatan
Rp. 3.500.000 Rp. 500.000.000
01 Kegiatan 50 Kegiatan
Sumber data diperoleh dari Laporan Pertanggung Jawaban PPMK Bina Fisik dan Bina Sosial Kelurahan Cibubur 2014
61
i.
Sumber Daya Manusia
Dalam program ini terdapat 5 (lima) pihak yang terlibat secara aktif dengan peran sebagai berikut : 1). Pengarah dari Tingkat Provinsi (Gubernur) 2). Pembina dari BPMPKB 3). Pelaksana terdiri dari LMK, TPKK, KPPM bertugas sebagai berikut : a) Sosialisasi langsung kepada masyarakat. b) Melakukan seleksi proposal usulan dari warga. c) Mengawal dan mengendalikan pelaksanaan pelatihan. d) Melakukan
monitoring
dan
evaluasi
pemanfaatan dana. e) Sebagai pendamping program PPMK. 4). UPM sebagai Unit Pengaduan Masyarakat yang mengatasi permasalahan yang ada pada Bina Sosial dan Bina Fisik Lingkungan. 5). Masyarakat sebagai peserta pelatihan wajib : a). Mengikuti Seleksi b). Mengikuti Pelatihan. j.
Indikator Keberhasilan Pelaksanaan PPMK Indikator keberhasilan pelaksanaan PPMK adalah dengan kriteria : 1). Tingkat partisipasi atau keterlibatan warga dan organisasi warga dalam proses penyusunan usulan.
62
2). Jumlah usulan warga. 3). Jumlah usulan yang disetujui. 4). Jumlah penerima manfaat langsung dan tidak langsung 5). Prosentase realisasi Dana Hibah. k. Monitoring dan Evaluasi
Dalam Peraturan Kepala BPMPKB Provinsi DKI Jakarta No. 20, tanggal 16 Oktober 2008, Bab V dapat diketahui bahwa untuk mengetahui kesesuaian antara kebijakan PPMK dengan pelaksanaannya termasuk mengetahui kendala-kendala dan keberhasilan yang dicapai, maka diperlukan monitoring dan evaluasi. Tabel 7. Monitoring dan Evaluasi No.
Aspek
1.
Kebijakan
2.
Program
3.
Pelaksanaan Program
Masa a. Monitoring berkala b. Evaluasi paling kurang setahun sekali a. Monitoring sesuai kebutuhan b. Evaluasi secara berkala a. Monitoring dan evaluasi setelah pekerjaan dilaksanakan.
Tanggung Jawab BPMPKB
BPMPKB, Kecamatan dan Kelurahan BPMPKB, Perangkat Pemda, dan Pihak Ketiga
Sumber data diperoleh dari Laporan Pertanggung Jawaban PPMK Bina Fisik dan Bina Sosial Kelurahan Cibubur 2014
63
Adapun sasaran dari monitoring dan evaluasi adalah semua pihak yang terlibat dalam pengelolaan dana dan kegiatan PPMK, terutama ditingkat lapangan ( pelaksana kegiatan ) baik KPPM maupun TPKK. Sedangkan untuk tugas dari Tim Monitoring dan Evaluasi adalah sebagai berikut : 1).
Mendokumentasikan
dan
membuat
klasifikasi
pengaduan termasuk meneruskan pengaduan kepada pihak yang lebih dekat. Menangani masalah melalui penyelidikan awal. 2). Menangani masalah melalui penyelidikan awal. 3). Menangani masalah lanjutan melalui penyelidikan lapangan. 4). Menindaklanjuti permasalahan atau memberikan rekomendasi, tindakan korektif sesuai permasalahan. 5). Memberikan
penjelasan
terbuka
kepada
masyarakat. 6). Pelaporan berkala mengenai butir-butir tugas diatas.
64
B. Analisis Data Sesuai dengan temuan yang didapatkan oleh peneliti di lapangan baik berupa wawancara, observasi dan studi kepustakaan bahwa program pelatihan kewanitaan tata rias yang di kelolah dari Program Pemberdayaan
Masyarakat
Kelurahan
(PPMK)
dan
dibawah
pengawasan Lembaga Musyawarah Kelurahan (LMK) merupakan program pemberdayaan masyarakat di DKI Jakarta dalam tingkat Kelurahan. Metode analisis evaluasi program yang peneliti gunakan adalah model evaluasi CIPP dari Stuffelebeam dkk, di dalam evaluasi ini terdapat empat unsur yang akan dievaluasi yaitu evaluasi konteks (context), evaluasi masukan (input), evaluasi proses (process), evaluasi hasil (product) dalam melakukan evaluasi terhadap Program Pelatihan Keterampilan Tata Rias. Meskipun peneliti membahas keempat konsep evaluasi tetapi peneliti ingin memfokuskan pada evaluasi produk atau hasil dari pelatihan tersebut, adapun berikut ini uraiannya : 1. Aspek Context ( Konteks) Program PPMK (Pelatihan Keterampilan Tata Rias) Aspek context mencakup merencanakan suatu keputusan, menentukan kebutuhan yang akan dicapai oleh suatu program, serta untuk merumuskan tujuan program.
65
Indikator penilaian yang peneliti gunakan dalam evaluasi konteks adalah indikator relevansi, dimana indikator ini menunjukan seberapa relevan atau tepatnya suatu program atau layanan yang ditawarkan.44 Berikut ini merupakan penjelasan tentang unsur-unsur evaluasi konteks dengan menggunakan indikator relevansi. a. Tujuan Program Adapun tujuan dan dasar pelaksanaan serta manfaat program pelatihan sebagai salah satu solusi untuk mengurangi
angka
kemiskinan.
Selain
itu
untuk
menggerakan partisipasi khususnya kaum perempuan dalam andil membangun sektor ekonomi yang ada di masyarakat. Dalam konteks ini ditemukan bahwa kegiatan pelatihan oleh program PPMK sangat menyesuaikan dengan kebutuhan yang diperlukan di masyarakat, seperti pelatihan tata rias ini merupakan usulan dari masyarakat yang pada dasarnya sudah mempunyai skill merias tetapi belum berkembang karena terhalang oleh biaya kursus di lembaga pelatihan yang harganya mahal. Sejalan dengan itu, pengelolah program PPMK menyatakan bahwa tujuan diadakan program pelatihan untuk :
44 Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas ( Pengantar pada Pemikiran dan Pendekatan Praktis ), (Depok : Fakultas Ekonomi Uinversitas Indonesia, 2001 ),h. 130-132
66
“tujuan program PPMK ini untuk meningkatkan kemampuan daya saing masyarakat, meningkatkan lembaga kemasyarakatan, meningkatkan kesetiakawanan sosial, kerja sama antar unsur masyarakat agar lebih berdaya dan mandiri melalui pelatihan-pelatihan yang kami adakan, salah satunya seperti pelatihan tata rias ini yang menggerakan kaum wanita untuk aktif dan mempunyai suatu keterampilan agar dapat mempunyai kemampuan daya saing di masa yang akan datang”.45 “Kalau sesuai kebutuhan sih sudah, tetapi pada waktu pelaksanaanya masih banyak kekurangannya. Karena kita dari PPMK mengadakan pelatihan juga sesuai dengan usulan warga. Karena sebelumnya memang sudah ada pelatihan hantaran pengantin di tingkat RW, teteapi itu dananya dari LMK bukan dari Premprov DKI”.46 Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa secara umum
program
PPMK
dengan
bentuk
pelatihan
keterampilan tata rias untuk membantu meningkatkan daya saing masyarakat agar berdaya dan dapat mandiri serta produktif.
Sedangkan secara khusus bertujuan untuk
membangun mental berwirausaha dan percaya untuk mengembangkan keterampilan yang dimiliki. Petunjuk pelaksanaan
yang menjadi pedoman
program PPMK, bahwa sasaran secara umum pelaksanaan program PPMK kepada masyarakat RW, masyarakat Kelurahan dan lingkungan sedangkan secara khusus ditunjukan kepada anggota masyarakat yang kurang
45
Wawancara pribadi dengan Bapak Suhadi (Ketua LMK atau Panitia Pelaksana Pelatihan), Cibubur , 11 Oktober 2016 46 Wawancara pribadi dengan Bapak Suhadi (Ketua LMK atau Panitia Pelaksana Pelatihan), Cibubur , 11 Oktober 2016
67
terampil, lembaga masyarakat yang kurang berdaya dan anggota masyarakat yang terkena musibah bencana. Sesuai informasi dari Panitia Pelaksana Pelatihan menyatakan: “ masyarakat yang benar-benar membutuhkan seperti yang tidak mampu membayar jika harus kursus pelatihan di luar, namun pada kenyataannya tidak seperti itu. Dan paling orang yang sudah bisa atau pernah menjadi asisten merias atau suka mengikuti merias tetapi belum dapat memperdalam ilmunya, tetapi ada juga yang mulai dari nol namun yang benar-benar serius mau ikut.”47 Jika dilihat dari hasil wawancara tersebut bahwa sasaran utama sudah tepat yaitu untuk menfasilitasi dan meningkatkan keterampilan masyarakat yang kurang terampil atau masyarakat yang mempunyai keinginan kuat untuk mengembangkan keterampilannya. Jika dinilai dari indikator relevansi yang sudah dijelaskan pada bab dua halaman 17, tujuan program diatas sudah
relevan dengan sasaran programnya, dimana
pelatihan yang dibentuk dalam program PPMK sudah tepat untuk kliennya atau peserta yaitu masyarakat yang kurang terampil kemudian diberikan skill seperti salah satunya pelatihan tata rias. Salah satu contohnya adalah peserta yang bernama Ibu Kastiri dengan kesukaannya terhadap merias dan mengikuti pelatihan dari tahun 2014 hingga saat
47
Wawancara pribadi dengan Bapak Suhadi (Ketua LMK atau Panitia Pelaksana Pelatihan), Cibubur , 11 Oktober 2016
68
ini beliau sudah bisa sebagai asisten rias pada acara-acara tertentu. Dalam hal tersebut, tujuan program pelatihan tata rias ini telah memenuhi indikator relevansi. 2. Aspek Input (Masukan) Program PPMK (Pelatihan Keterampilan Tata Rias) Sesuai dengan teori yang telah dibahas pada bab dua bahwa dalam evaluasi input menolong mengatur keputusan, menentukan sumbersumber yang ada, alternatif apa yang diambil, apa rencana dan strategi yang digunakan untuk mencapai kebutuhan. Untuk memudahkan pembahasan, penulis membaginya dalam penelitian ini maka inputnya adalah sumber daya manusia, pendanaan, sarana dan prasarana, materi sasaran dan tujuan untuk menunjang kegiatan pelatihan program PPMK. a. Peserta Pelatihan Peserta pelatihan keterampilan tata rias terdiri dari 30 peserta setiap angkatan atau tahun. Namun dengan keterbatasan penulis, akhirnya penulis membatasi peserta dan berkunjung ke peserta pelatihan yang mudah di jangkau. Program PPMK pelatihan tata rias ini di prioritaskan untuk kaum perempuan yang berlatar belakang masyarakat biasa maupun anggota kader dari Kelurahan Cibubur. Adapun nama-nama peserta yang penulis wawancarai hanya 10 orang sebagai berikut :
69
Tabel 8. Peserta Pelatihan Tata Rias yang di Wawancarai No.
Nama
Alamat
Latar Belakang
Tahun
Ket
1.
Imas Kartini
Rt 002/004
Kader
1999
Juara 2
2.
Kastiri
Rt 015/010
Kader
2014
Juara Harapan 3
3.
Siti Sriyati
Rt 002/003
Masyarakat Biasa
2014
Juara 3
4.
Siti Asih
Rt 004/012
Kader
2007
-
5.
Is Wahyuni
Rt 013/012
Masyarakat Biasa
2015
Juara 1
6.
Chairiani
Rt 013/012
Masyarakat Biasa
2015
-
7.
Karyati
Rt 001/010
Kader
2014
-
8.
Riyana
Rt 002/010
Kader
2014
-
9.
Nami
Rt 007/010
Kader
2015
-
Rt 001/010
Masyarakat Biasa
2015
-
10. Nurlenih
Hasil Penelitian di Lapangan Dari beberapa peserta pelatihan diatas, 1 diantara 9 peserta yang sudah berhasil dan sesuai dengan tujuan program pelatihan, yaitu sudah dapat menerima merias, sanggul, potong rambut dirumahnya dan sudah mempunyai peralatan merias yang lengkap sehingga tidak perlu untuk menyewa ke salon. Orang tersebut adalah Ibu Imas. Sedangkan yang lainnya tetap menjalani
70
sesuai dengan keterampilannya sebagai perias tetapi hanya sebagai asisten perias saja dan masih sebagai sampingan usaha. Kenapa tingkat keberhasilan peserta tidak semuanya berhasil? Menurut penulis, jika dilihat dari hasil wawancara ada beberapa masalah bahwa tidak semua peserta mempunyai kesadaran mental usaha yang kuat dan kurang mengimplementasi keterampilan yang telah diperoleh pada saat pelatihan. Selain itu juga masih bergantung pada dana dari APBD Jakarta untuk modal pengembangan usaha sehingga menyebabkan peserta kurang mandiri. Pada saat pelatihan berlangsung, ada beberapa tindakan yang menjadi penilaian seperti kehadiran, keaktifan peserta serta keberhasilan peserta dalam merias. Namun, pada kenyataannya dalam kehadiran tidak semua peserta dapat mengerjakanya dengan serius. Seperti tingkat kehadiran yang kurang terpenuhi secara maksimal. Oleh karena itu menjadi penyebab kurang berhasilnya pelatihan tersebut. Hal ini diperkuat dengan wawancara peneliti dengan instruktur pelatihan : “kendalanya ada di pesertanya itu mbak, cara merubah pola pikir masyarakat yang menjadi kendala. Masyarakatnya kurang mempunyai tanggung jawab karena pelatihan ini gratis. Kurang adanya kesadaran dari peserta bahwa pelatihan ini sebenarnya penting dan harus di aplikasikan terus secara serius. Bukan hanya sekedar pelatihan saja. Seolah-olah pelatihan itu yang butuh masyarakat, padahal kan masyarakat tersebut yang butuh pelatihan. Itu mbak yang susah, cara
71
memotivasi peserta supaya ada feel sama pelatihan, jadi tidak Cuma sekedar ikut-ikut saja, tapi memang harus ada niatan di dalam dirinya.” Dilihat dari hasil wawancara diatas, menurut peneliti interaksi peserta masih kurang adanya rasa tanggungjawab terhadap kehadiran peserta pelatihan, meskipun dari peserta aktif dalam hal tanya jawab. Karena dengan tingkat kehadiran peserta yang rutin akan menjadikan peserta banyak tahu dan mendorong peserta semakin percaya diri akan kemampuannya. Berbagai upaya dari pengelolah sudah menerapkannya seperti tanpa dipungut biaya pelatihan apapun, mendapatkan 1 (satu) buah alat rias dan mendapatkan hadiah untuk peserta yang berjuara. b. Narasumber atau Pelatih Para narasumber pelatih tata rias yang dimiliki oleh program PPMK adalah orang-orang profesional meskipun bukan dari pendidikan sarjana strata 1, namun para narasumber atau pelatih ini mempunyai pengalaman keterampilan dari tempattempat kursus dan sudah mempunyai sertifikasi sebagai instruktur oleh lembaga kursus terkait. Hal ini diperkuat dari hasil wawancara penulis dengan kedua instruktur pelatihan tata rias, berikut kutipannya : “saya mendapatkan ilmu merias ini dulu belajar dari guru mbak, saya ikut kursus rias pengantin dulu. Meskipun pendidikan saya SMEA dan dulu tidak punya biaya, tapi saya sangat niat. Akhirnya saya berusaha nabung untuk
72
biaya kursus rias sampai akhirnya saya bisa mengajar rias.” 48
“kalau saya memang keinginan sendiri makanya ikut-ikut kursus dulu, awalnya kursus potong rambut, lamakelamaan meningkat menjadi merias pengantin”.49
c. Staff atau Panitia Pelaksana Dalam hal ini penulis menjelaskan Staff atau Sumber Daya Manusia yang membantu berjalannya program PPMK pelatihan tata rias. Hal di atas diperkuat dari hasil kutipan wawancara penulis dengan seorang staff PKK sekaligus panitia pelaksanaan pelatihan tata rias, berikut hasil kutipannya : “ohh iya neng, soalnya staf disini juga berasal dari latar belakang sosial dan sudah berpengalaman”.
Dan ketua LMK berpendapat seperti hasil kutipan penulis, sebagai berikut : “oh iya karena petugasnya juga sudah biasa di dalam kegiatan lapangan, dan mengkoordinasi semua kegiatan.”
Indikator input program PPMK pada pelatihan tata rias yang diselenggarakan oleh LMK adalah sebagai berikut :
48
Wawancara pribadi dengan Ibu Tri Rahayu (Instruktur Pelatihan Tata Rias), Pasar Rebo, 17 Oktober 2016 49 Wawancara pribadi dengan Ibu Lilie Triyani (Asisten Instruktur Pelatihan Tata Rias), Cibubur, 11 Oktober 2016
73
Tabel 9. Indikator Input Program PPMK Pelatihan Tata Rias No
Dimensi
Lengkap
Tidak Lengkap
✓
1. Input a. Jumlah Anggaran (Kesesuaian)
✓
b.Instrumental
✓
1). Panitia Pelaksana
✓
2). Juklak
✓
3). Jumlah SDM Pelaksana
✓ ✓
4). Fasilitator Kelurahan 5). Peserta Pelatihan
✓
6). Sarana
✓
7). Prasarana
✓
Hasil Penelitian Lapangan d. Anggaran Dana Kali ini penulis akan menjelaskan anggaran dana yang didapat oleh program PPMK, untuk semua kegiatan yang berkaitan baik sarana dan prasaran sampai pengadaan yang lainnya, dana program PPMK merupakan hibah dari pemerintah dimana pada tahun 2014 dana tersebut sebesar Rp. 166.500.000 untuk Bina Sosial dan Rp. 295.000.000 untuk Bina Fisik Lingkungan. Dana tersebut sesuai Surat Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 1369 Tahun 2014 tentang Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial tahap ketiga dalam bentuk uang kepada individu , keluarga, masyarakat, kelompok masyarakat. 74
Pembiayaan dari pemerintah tersebut digunakan untuk keperluaan antara lain : (1) biaya sosialisasi (2) biaya rapat (3) biaya transport (4) biaya dokumentasi (5) biaya ATK dan fotocopy
(6) biaya konsumsi (7) biaya pelaporan (8) biaya
publikasi (9) biaya administrasi (10) biaya honorium pelaksana dan (11) biaya pembuatan prasasti. e. Sarana dan Prasarana Dalam rangka menjalankan kegiatan pelatihan yang ada di program PPMK ini penunjang kegiatan atau biasa disebut sebagai sarana dan prasarana yang ada di program PPMK akan penulis jelaskan sebagai berikut. Dari segi sarana dan prasarana sangat lengkap mulai ruangan, fasilitas seperti kamar mandi, tempat beribadah umat Islam (Mushola). Data tersebut sesuai dengan hasil wawancara penulis dengan salah satu peserta pelatihan berikut ini : “sarana dan prasarana sudah lengkap mbak, peralatan merias juga udah di siapain dari PPMK”.50 Berdasarkan pengamatan penulis pada tanggal 11 Oktober hari Selasa dapat mendeskripsikan ruangan atau lebih tepatnya sarana dan prasarana yang ada di sana. Yang penulis lihat didalam ruangan pelatihan tata rias adalah :
50
Wawancara Pribadi dengan Ibu Imas Kartini ( Peserta Pelatihan Tata Rias), Cibubur, 11 Oktober 2016
75
1). Ruang Aula Ruangan
ini
biasanya
untuk
melaksanakan
kegiatan kelompok atau kegiatan di Kelurahan. Peralatan di ruangan ini ada meja, kursi, kipas angin, proyektor, papan informasi. 2). Peralatan Merias Pada saat pelatihan merias, para panitia sudah menyiapkan 1 (satu) set alat make-up untuk 2 (dua) orang peserta, dimana alat make-up tersebut untuk digunakan pada saat praktek pelatihan merias. 3). Kamar Mandi Didalam kamar mandi terdapat tempat cuci tangan, sabun cair dan Wc duduk, kamar mandi ada 2 untuk perempuan dan satu lagi untuk laki-laki. f. Materi Materi yang diberikan dari kegiatan pelatihan tata rias dari Program PPMK disesuaikan dengan jenis tata riasnya, karena disetiap tahun mengadakan pelatihan materi yang diberikan berbeda-beda disesuaikan dengan berbagai adat dan perkembangan zaman. Secara umum materi yang diberikan antara lain : 1). Motivasi Entreupreuner 2). Wawasan tentang jenis tata rias sesuai adat
76
3). Demo membuat sanggul dan tata rias wajah 4). Praktek membuat alis dan merias wajah 5). Pemilihan busana 6). Penambahan aksesoris.
Hal ini diperkuat dari hasil wawancara penulis dengan beberapa dari peserta pelatihan, berikut kutipannya : “pertamanya sih motivasi berwirausaha, terus materi tata rias dasar, cara ber make-up, cara make-upin bentuk wajah yang tirus gimana, yang bulat gimana, mengerok alis.” 5152 “awalnya motivasi usaha, kemudian cara merias pengantin dari dasarnya ,materi pertama kali itu bersihin muka, kasih pelembab , alas bedak, make-up terus nyanggul.”53 “ materi usaha terus cara makeup, cara pakai jilbab, dari awal rias mbak mulai dari penataan rambut sampai ke busana”. 54
g. Sasaran Secara khusus sasaran dari Bina Sosial program PPMK adalah untuk mengembangkan anggota masyarakat yang kurang terampil, mengkuatkan lembaga masyarakat yang
51
Wawancara Pribadi dengan Ibu Imas Kartini ( Peserta Pelatihan Tata Rias), Cibubur, Oktober 2016 53 Wawancara Pribadi dengan Ibu Kastir ( Peserta Pelatihan Tata Rias), Cibubur, 14 Oktober 2016 54 Wawancara Pribadi dengan Ibu Siti Asih ( Peserta Pelatihan Tata Rias), Cibubur, 24 Oktober 2016 52
77
kurang berdaya dan memberdayakan anggota masyarakat yang terkena musibah bencana. h. Maksud dan Tujuan Maksud dilaksanakannya program PPMK ini untuk mewujudkan komunitas warga masyarakat Kelurahan Cibubur yang sejahterah dalam menumbuh kembangkan kesadaraan dan partisipatif masyarakat terhadap peranan pemberdayaan masyarakat. Sedangkan tujuan dari pelatihan tata rias ini adalah untuk meningkatkan kemampuan daya saing anggota masyarakat, meningkatkan peran serta lembaga kemasyarakatan dalam menghimpun dan mengembangkan kemampuan masyarakat dan meningkatkan kesetiakawanan sosial, kepedulian sosial dan kerja sama antar unsur masyarakat. Ada beberapa kelebihan dan kekurangannya yang peneliti telaah dalam program PPMK pelatihan tata rias ini. Kelebihannya jika dilihat dari indikator dampak (indicator of impact) dari pelatihan tata rias ini telah memberikan dampak positif bagi kaum perempuan untuk mengaktifkan partisipasi kaum
perempuan
dalam
memberdayakan
dalam
hal
mengurangi kemiskinan. Selain itu juga peneliti melihat adanya relevansi antara program PPMK pelatihan tata rias ini dengan sasaran program yaitu masyarakat
yang kurang terampil
tetapi tidak
78
mempunyai biaya untuk pelatihan di luar, kemudian untuk direkrut dan diberdayakan dalam pelatihan tata rias ini. Dan apabila dilihat dari indikator keterjangkauan (indicator of accessibility), pelatihan tata rias yang ada di LMK Cibubur masih dalam jangkauan masyarakat yang membutuhkan, dimana dalam hal ini yaitu masyarakat yang kurang mampu dan kurang terampil yang ada di sekitar Kelurahan Cibubur. Selain itu, pelatihan tata rias ini memberikan manfaat kepada setiap peserta dari sisi psikologis yaitu untuk membangun mental wirausaha dan mengasah keterampilan bagi kaum perempuan serta meningkatkan kepercayaan diri dalam aktif bermasyarakat. Sedangkan kebutuhan yang belum terpenuhi dalam program PPMK ini adalah dari aspek pendamping (fasilitator) kelurahan.
Dalam
pemberdayaan
masyarakat
hadirnya
fasilitator sangat penting untuk mendampingi peserta atau masyarakat, karena fasilitator ini yang akan mendampingi dari awal hingga akhir yaitu mandiri. Jika dilihat dari indikator ketersediaan lainnya seperti fasilitas, sarana dan prasarana serta fasilitas pendukung lainnya sudah terpenuhi, hanya saja dari tenaga fasilitator yang belum terpenuhi. Peserta yang mengikuti pelatihan tata rias berjumlah 30 orang setiap angkatan atau tahun sedangkan instruktur atau pelatih pelatihan berjumlah 2 orang. Hal ini sangat berpengaruh pada
79
indikator kualitas (indicator of quality) layanan atau program yang diberikan itu sendiri. Seperti halnya pada wawancara peneliti dengan instruktur sebagai berikut : “selama 2 bulan ada 8 kali pertemuan , sebenarnya kurang efektif waktu yang singkat seperti itu untuk pemberdayaan. Cuma karena alokasi dana yang terbatas.” Pengajar merasa kesulitan dan terbatas oleh waktu pelatihan yang disediakan karena dalam penyampaian materi maupun praktek tata rias seharusnya dibutuhkan waktu yang cukup lama yaitu sekitar 3 bulan, sedangkan waktu atau masa yang diadakan di LMK pada progam PPPMK hanya sekitar 2 bulan terdiri dari 15 kali pertemuan, dan itu sangat kurang maksimal. Jika dikaitkan dengan indikator efisiensi (indicator of efficiency) , anggaran dan serta pengelolahannya sudah dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhan pelatihan dan tidak memboroskan biaya yang ada. 3. Aspek Process ( Proses ) Program PPMK (Pelatihan Keterampilan Tata Rias) Merujuk pada pembahasan tentang evaluasi proses dalam model evaluasi CIPP seperti telah dijelaskan dalam bab dua halaman 17, peneliti akan menfokuskan pada kegiatan proses tahap perencanaan, 80
tahap pelaksanaan dan waktu pelaksanaan, mentoring dan evaluasi serta hambatan yang ditemukan dalam pelatihan berlangsung. a. Tahap Perencanaan Tahap perencanaan Program PPMK Pelatihan Tata Rias ini berlangsung selama 10 ( sepuluh ) bulan. Pertama, identifikasi kebutuhan sangat penting dilakukan pada tahap awal seperti ini. Karena berhasil atau tidaknya program dilihat dari awal identifikasi permasalahan dan kebutuhan. Identifikasi kebutuhan dilakukan oleh KPPM untuk mengajukan sebuah kegiatan pemberdayaan masyarakat berupa usulan proposal kegiatan. Kedua, Penyusunan proposal kegiatan ini dilakukan oleh KPPM yang diajukan kepada TPPK untuk di seleksi dan di ajukan ke Pemprov DKI. Dalam satu proposal terdiri dari beberapa jenis kegiatan yang ingin diajukan. Setelah proposal disetujui oleh Premprov maka selanjutnya adalah menunggu pencairan dana PPMK. Ketiga, selanjutnya adalah sosialisasi dan perekrutan kepada masyarakat terkait program kegiatan yang telah disetujui. Dalam tahap ini proses sosialisasi dilakukan oleh KPPM tingkat RW dan RT yang mensosialisasikan dan merekrut peserta sebanyak 2 ( dua ) orang setiap tingkat RW.
Perekrutan masyarakat yang selektif dan
sesuai
dengan sasaran program yaitu masyarakat yang kurang 81
terampil dan masyarakat yang mempunyai minat dan bakat yang kuat terhadap pelatihan tata rias. Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa program PPMK pelatihan tata rias ini hanya diikuti oleh masyarakat yang benar-benar minat dan membutuhkan pelatihan atau peserta lanjutan yang sebelumnya telah mengikuti namun belum berkembang. Apalagi terutama kaum wanita yang sangat membutuhkan sebuah skill dan di era sekarang sangat penting dan harus dimiliki oleh setiap kaum wanita untuk menunjang perekonomian keluarga. Proses seleksi dilakukan oleh KPPM RW yang masingmasing calon peserta sebanyak 2 orang. Maka secara lebih khusus yang terkait dengan kelengkapan pada proses pendafatran yaitu administrasi, bagi setiap calon peserta yang berminat untuk mengikuti pelatihan
tata
rias
ini
maka
hendaknya
mereka
menyerahkan foto kopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) sesuai dengan Kelurahannya, Formulir Pendafatran dari Tim Pelaksana serta Pas Foto Ukuran 3 x 4 sebanyak 3 lembar. Tahap selanjutnya adalah peserta wajib mengikuti pelatihan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan. Karena jumlah kehadiran peserta sangat berpengaruh dalam proses evaluasi dan monitoring pada saat akhir pelatihan
82
untuk menentukan berapa besar hasil yang didapatkan selama pelatihan. Kegiatan Program PPMK Pelatihan Tata Rias oleh LMK biasanya jatuh pada bulan Desember – Januari, yang seharusnya pada bulan November – Desember karena keterlambatan
pencarian
dana.
Waktu
pelaksanaan
pelatihan berlangsung paling lama 2 bulan terdiri 15 kali pertemuan dan paling sebentar 1 bulan yang terdiri dari 8 kali pertemuan. Pada tahun 2014 pelaksanaan selama 1 bulan terdiri 8 kali pertemuan dimulai pada tanggal 8, 9, 15, 16, 22, 23, 29, 30 Januari 2015 pada pukul 13.30-16.30 WIB.
Kenapa pada siang hari setelah shalat dzuhur?
Karena biasanya ibu-ibu atau kaum perempuan pada saat di pagi hari mempunyai kesibukan mengurus rumah atau mengantarkan anak sekolah, oleh karena itu waktu pelatihan dilakukan pada siang hari hingga sore hari, dimana pada waktu tersebut tidak mengganggu aktivitas pada rumah tangganya. Kesiapan
pelaksanaan
Program
Pemberdayaan
Masyarakat Kelurahan (PPMK) Cibubur dapat dilihat dari telah terbentuknya unsur-unsur pelaksana program yang terdiri dari Dewan Kelurahan sebagai penanggung jawab pelaksanaan PPMK Cibubur, Komite Seleksi yang bertugas menampung usulan-usulan masyarakat, Unit Pengelola
83
Keuangan
Masyarakat
Kelurahan
(PPMK)
yang
bertanggung jawab masalah administrasi keuangan PPMK, dan Tim Pelaksana Kegiatan (TPK) yang bertugas menyusun usulanusulan kegiatan masayarakat. Hal ini diperkuat dari hasil wawancara penulis dengan pantia pelaksana pelatihan tata rias, berikut kutipannya : “Tim pelaksana kegiatan kelurahan ( TPKK) yang betugas menerima proposal, menyeleksi , dan sama panitia pelaksana yang terdiri dari TPKK , PKK dan LMK yang bertugas mensosialisasikan kegiatan, melakukan pemilihan TPKK, melakukan monitoring dan evaluasi”. Tahap ini bertujuan memberikan bekal keterampilan kepada masyarakat peserta pelatihan tentang tata rias. Selain itu, pada awal pelatihan juga terdapat sedikit motivasi tentang kewirausahaan. Pada saat pelatihan tata rias berlangsung, setiap peserta diwajibkan berpasang-pasangan dan bergantian praktek karena untuk mengaplikasikan materi yang sudah diterima. Berdasarkan hasil temuan dan analisis data diatas maka penulis menyimpulkan bahwa dalam tahap proses perekrutan secara indikator cakupan (indicator of coverage) sudah
menujukkan
proporsi
orang-orang
yang
membutuhkan sesuatu dan menerima pelatihan tersebut, yaitu masyarakat dilihat dari minat dan bakat peserta dan
84
benar- benar ingin belajar yang nantinya kaum perempuan dapat menciptakan lapangan pekerjaan atau berwirausaha dengan keterampilan yang dimiliki.
Jika dilihat dari indikator efisiensi (indicator of effiency) jangka waktu pelaksanaan pelatihan maksimal selama 2 bulan masih kurang efisien, jika pelatihan seharusnya
disesuaikan
dengan
materi
yang
akan
dibawakan karena setiap jenis rias pengantin berbeda tingkat kesulitannya pada jenis adat masing-masing daerah, dan hal itu seharusnya disesuaikan.
Dalam
proses
pemberdayaan
juga
harus
membutuhkan yang cukup panjang dan bertahap serta berkesinambungan hingga peserta benar-benar berdaya dan mandiri. Menurut peneliti waktu yang diperlukan untuk sebuah pelatihan hingga berhasil yaitu minimal 6- 1 tahun dan selalu ada monitoring serta evaluasi oleh fasilalator agar dapat mengetahui apa yang harus di perbaiki dan bagaimana solusinya.
b. Monitoring dan Evaluasi Tim monitoring melakukan kegiatannya sekurangkurangnya 1 (satu) kali dalam setahun. Dimana ada 3 (tiga) jenis yang dievaluasi dan dimonitoring yaitu kebijakan ,
85
program, dan pelaksanaan program, yang masing-masing dibawah tanggung jawab BPMPKB. Adapun hasil wawancara penulis terkait evaluasi dan monitoring dengan ketua LMK selaku pengelola LMK, sebagai berikut : “pelaksanaan monitoring hanya pada waktu pelaksanaan saja. Setelah itu tidak ada monitoring, di lepas begitu saja, oleh karena itu harus ada pendampingan khusus setelah pelatihan hingga peserta mandiri. Sebenarnya ada monitoring dan evaluasi dalam setahun sekali, tetapi hanya sebatas melihat para peserta sudah berkembang sejauh mana kemudian di data , tidak ada tindak lanjut problem solving. ”55 Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan monitoring dan evaluasi hanya dilaksanakan pada akhir setiap pelaksanaan program atau pelatihan tata rias dilakukan. Padahal dalam tahap pemberdayaan seharusnya di laksanakan secara berkala. Tahapan ini juga akan merumuskan berbagai indikator keberhasilan suatu program
yang
telah
diimplementasikan
dan
akan
menumbuhkan perubahan atau kebiasaan baru yang diharapkan terjadi. Hal ini dilakukan karena untuk mengukur dan menilai perkembangan program yang telah dilakukan dengan melihat fakta yang ada di lapangan maupun intern.
55
Wawancara pribadi dengan Bapak Suhadi (Ketua LMK atau Panitia Pelaksana Pelatihan), Cibubur , 11 Oktober 2016
86
c. Hambatan
/
Dukungan
yang
dijumpai
selama
pelaksanaan program pelatihan Hambatan atau dukungan yang sering muncul dalam pelaksanaan program pelatihan seperti tata rias ini maupun dari lembaga LMK akan penulis jelaskan sebagai berikut : Dalam pelaksanaan pelatihan hambatan yang selalu datang adalah kurangnya kesadaran masyarakat atau peserta terhadap pelatihan tata rias, seharusnya masyarakat dapat memanfaatkan secara maksimal dengan adanya program PPMK pelatihan tata rias. Hal ini diperkuat dari hasil wawancara penulis dengan petugas program PPMK, berikut kutipannya : “selama ini berjalan seperti biasa. Tetapi terkadang peserta tidak full datang selama mengikuti pelatihan. Jadi kadang hanya berapa kali pertemuan saja, banyak sekali alasan-alasannya.”56 “kelemahannya belum ada indikator keberhasilan jangka panjang pada semua program. Jadi berhasil atau tidaknya peserta yang ikut pelatihan ya tergantung dari peserta sendiri, dari inisiatif peserta itu sendiri. Jadi program ini hanya sekedar melatih orang tetapi tidak ada tindak lanjut. Balik lagi karena belum ada alokasi dana untuk pendampingan.”57 “nah itu tadi, perlu ada pembenahan, bagaimana? Harus ada tindak lanjut yaitu tim pendampingan yang nantinya akan mendampingi peserta pelatihan hingga peserta bisa mandiri. Sudah ada pendampingan dari Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga Berencana ( 56
Wawancara pribadi dengan Bapak Suhadi (Ketua LMK atau Panitia Pelaksana Pelatihan), Cibubur , 11 Oktober 2016 57 Wawancara pribadi dengan Bapak Suhadi (Ketua LMK atau Panitia Pelaksana Pelatihan), Cibubur , 11 Oktober 2016
87
BPM&KB) tetapi dalam prakteknya belum sesuai dengan harapan kita, karena hanya sebatas memonitoring , meminta laporan, itupun tidak secara langsung namun melalui alat komunikasi. Dan tim pendamping seharusnya paham dan mengerti cara memberdayakan masayarakat hingga benar-benar mandiri. Dari LMK juga tidak bisa berbuat apa-apa karena dana untuk tim pendamping juga tidak ada. Indikator mandiri yang kami harapkan ya sudah punya penghasilan sendiri dari pelatihan itu.”58 “kalau hambatan paling peserta terkadang tidak mengikuti selama pertemuan yang sudah kami siapkan, kadang Cuma berapa kali pertemuan. Isitilahnya bolos neng, itu saja sih kayanya hambatannya”.59 “kami mempunyai masalah pada pembinaan dan pendampingan secara khusus, karena kami melaksanakan hanya sebatas pelatihan saja. Alasannya memang dari Premprov DKI belum tersedia, pendampingan ada sih dari BPMPKB tetapi mereka hanya sekedar monitoring saja, tidak melakukan pendampingan seperti yang kami harapkan”.60
Dari semua data di atas dapat penulis simpulkan bahwa, semua pelaksanaan program PPMK sudah berjalan dengan baik, hanya saja belum maksimal. Pertama, dilihat dari indikator input di atas bahwa tidak adanya fasililator kelurahan (FASKEL) sangat mempengaruhi berhasil atau tidaknya program, karena seorang fasililator ini yang akan berperan penting dalam pendampingan kepada masyarakat mulai dari tidak tahu hingga menjadi mandiri.
58
Wawancara pribadi dengan Bapak Suhadi (Ketua LMK atau Panitia Pelaksana Pelatihan), Cibubur , 11 Oktober 2016 59 Wawancara pribadi dengan Ibu Muhanah ( Sekretaris PKK Kelurahan Cibubur dan Panitia Pelaksanaan Pelatihan ), Cibubur , 27 September 2016 60 Wawancara pribadi dengan Ibu Muhanah ( Sekretaris PKK Kelurahan Cibubur dan Panitia Pelaksanaan Pelatihan ), Cibubur , 27 September 2016
88
Kedua, kesadaran peserta terhadap mental usaha juga masih kurang seharunsya setelah pelatihan peserta sering mengaplikasikan ilmu yang telah didapatkan. Ketiga, pelaksanaan monitoring dan evaluasi harus dilakukan secara berkala, minimal 1 ( satu ) kali dalam setahun, tetapi harus ada tindak lanjutnya dan seharusnya pemerintah menganggarkan dana seusai dengan kebutuhan masyarakat. Jika dianalisis menggunakan indikator upaya (indicator of effort) yang menggambarkan berapa banyak upaya yang sudah ‘ditanamkan’ dalam rangka mencapai tujuan yang sudah ditetapkan. Upaya yang sudah dijalankan masih kurang maksimal karena tidak adanya pendampingan khusus serta terbatasnya dana dari APBD. Seharusnya lembaga kelurahan LMK bekerja sama dengan LSM lain untuk memperluas jaringan dan sistem kerjasama agar dapat saling mendukung dalam memberdayakan masyarakat. 4. Aspek Product (Hasil) Program PPMK Pelatihan Keterampilan Tata Rias Evaluasi hasil yang telah dijelaskan pada bab dua adalah suatu cara untuk mengukur dan melihat hasil yang telah dicapai serta apa keputusan selanjutnya. Pada tahap ini peneliti akan memberikan rekomendasi apakah program PPMK pelatihan tata rias dapat dilanjutkan, dikembangkan atau dimodifikasi atau dihentikan. Dalam evaluasi hasil ini, peneliti menggunakan tolak ukur dari perubahan
89
perilaku peserta serta dampak positif apa yang didapatkan setelah mengikuti pelatihan tata rias dan bagaimana keberlanjutan program pelatihan sebagai program usaha tersebut di masa mendatang. a. Perubahan Perilaku Peserta Program PPMK pelatihan tata rias bertujuan untuk memberikan keterampilan kepada masyarakat yang kurang terampil dan juga sebagai wadah bagi para masyarakat untuk mengasah keterampilan sesuai dengan minat dan bakat. Selain untuk mengembangkan keterampilan , di sisi lain yaitu untuk menumbuhkan mental entreupreneurship bagi masyarakat yang sangat berdampak bagi perekonomian di Jakarta serta mengurangi pengangguran.
Adapun dampak dari perubahan peserta itu sendiri terlihat setelah mereka mengikuti pelatihan dari LMK. Mereka sudah mempunyai usaha sampingan dari kreativitasnya yaitu merias. Dengan adanya pelatihan tata rias, otomatis kaum perempuan lebih percaya diri berkreatifitas untuk memberikan sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya maupun orang lain. Peserta yang mengikuti pelatihan jadi semakin aktif dalam kegiatan yang diadakan di kelurahan karena dengan mengikuti pelatihan peserta semakin mempunyai banyak teman dan jaringan.
Selain itu dari aspek ekonomi meskipun pelatihan ini belum maksimal, namun minimal peserta sudah mempunyai
90
pengalaman atau pengalamannya semakin bertambah dalam merias, dimana pengalaman itu dapat dijadikan sebagai penghasilan tambahan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya seperti dari pendidikan anak sekolah, kesehatan keluarga, dan lain sebagainya.
Semakin sering peserta mengaplikasikan pengalaman dan keterampilannya untuk orang lain atau untuk acara-acara tertentu dalam hal merias pengantin, wisuda, event kartini , ibu-ibu pengajian, atau untuk ke pesta pernikahan akan semakin menambah penghasilan dan akan menjadi mandiri .
Program pelatihan telah banyak membantu dan sangat dirasakan oleh warga atau peserta program dalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilan merias. Hal ini diungkapkan dalam wawancara kepada salah satu peserta sebagai berikut : “ya ada perubahan mbak, soalnya setelah pelatihan saya aktif ikut seminar-seminar juga, terus sering mengaplikasiin apa yang sudah saya dapat waktu pelatihan. Untuk sekarang ya sangat berubah drastis mbak, apalagi menjalankan hobby yang dibayar itu rasanya luar biasa puas.”61 Pada waktu itu penulis mengunjungi tempat tinggal para peserta pelatihan salah satunya Ibu Imas, berdasarkan hasil observasi bahwa keluarga Ibu Imas memang sangat membutuhkan dan dari keinginan yang kuat Ibu Imas sendiri ingin mengikuti dan
61
Wawancara Pribadi dengan Ibu Imas Kartini ( Peserta Pelatihan Tata Rias), Cibubur, 11 Oktober 2016
91
memperdalam lagi ilmu merias yang sebelumnya sudah didapatkan dengan belajar sendiri pada waktu itu. Pada saat sekarang Ibu Imas sudah mempunyai jam terbang untuk merias yang luas, dan sudah mampu sebagai perias mandiri bukan sebagai asisten lagi, tetapi membutuhkan seorang asisten, karena dari perlengkapan beliau sudah memiliki dengan lengkap seperti alat makeup, busana, dekor, hingga prasmanan dimana biasanya sudah satu paket dalam pernikahan. Berikut ini data perubahan peserta pelatihan dari 10 peserta yang diwawancari. Tabel 10. Indikator Output dan Outcome Program Pelatihan Tata Rias Pengantin No. Dimensi
Peserta
Input
Outcome
Ket
1.
Bu Imas
Belum ada pengalama n
Sudah mandiri merias, menerima salon dirumahnya
Aktif ikut seminar dan sering praktek
Bu Pengalaman Bisa merias Sering Kastiri di hantaran di event membuat misal hantaran kartinian atau asisten rias. Bu Siti Pengalama Asisten Aktif di Sriyati n merias merias salon Peserta waktu saudaranya yang bekerja di dan tidak terlibat kosmetik ada modal sebelum untuk buka dan sesudah salon mengikut sendiri. i pelatihan Belum ada Asisten Sering pengalam merias diajak merias teman
92
Bu Is Aktif di Asisten aktif di Wahyu hantaran merias dan hantaran ni membuat RW hantaran Bu Chairia ny
Belum ada pengalama n
Bu Karyati
Belum ada pengalama
Bu Riyana
Belum berkembang
Tidak mengaplika sikan
Asisten Memprakte dan kan ke merias event teman dan kartinian atau saudara ibu-ibu pengajian Belum ada Asisten rias Ikut dengan pengalama teman n
Bu Nami
Sudah Asisten rias Ikut dengan pernah ada saudara pengalaman merias Bu Sudah Asisten rias Belajar Nurleni h pernah ada dengan teman pengalama yang n di profesional potong rambut
Hasil Penelitian Lapangan Jika merujuk pada keselurahan indikator keberhasilan sebagaimana dicantumkan di atas, maka terlihat bahwa tingkat pencapainnya masih rendah. Namun demikian, kami tidak menyarankan agar program pelatihan tata rias ini dihentikan mengingat tujuan dan fungsinya sangat strategis dalam mendorong kaum perempuan untuk aktif dan partisipatif dalam pemberdayaan
masyarakat
yang
sangat
penting
untuk
mengurangi angka kemiskina di Indonesia. Jika dianalisis menggunakan indikator dampak (indicator of impact) yang melihat apakah sesuatu yang dilakukan benarbenar memberikan suatu perubahan di masyarakat. Pada hal ini 93
sangat memberikan perubahan dalam diri peserta seperti perubahan perilaku dan penghasilan untuk keluarganya. Meskipun pada kenyataannya belum maksimal seperti penulis wawancara kepada 10 peserta yang terdiri berbagai kalangan yaitu masyarakat biasa dan kader Kelurahan bahwa dari 10
peserta
hanya
9
peserta
yang
sudah
benar-benar
mengaplikasikan keterampilan merias meskipun bukan untuk aspek usaha tetapi hanya untuk mengasah keterampilan untuk diri sendiri. Perubahan dari 9 peserta yang tadinya belum aktif merias, saat ini sudah aktif meskipun hanya sebagai asisten rias, belum mampu sebagai perias utama karena pengalaman rias yang mereka miliki masih minim, dan untuk mempunyai peralatan rias sendiri membutuhkan modal yang cukup besar.
Tetapi jika
peserta yang mengikuti pelatihan bukan dari keinginan sendiri dan belum mempunyai pengalaman merias sebelumnya akan kesulitan dan membutuhkan pendampingan khusus untuk membangun mental keberanian, seperti 1 peserta dari 10 peserta yang sampai saat ini tidak mengaplikasikan sama sekali ilmu yang didapat selama pelatihan karena belum mempunyai keberanian merias dan memang tidak menyukai bidang tata rias. Selain itu , tidak semua peserta mempunyai kesadaran mental usaha yang kuat dan kurang mengimplementasi keterampilan yang telah diperoleh pada saat pelatihan. Selain itu
94
juga masih bergantung pada dana dari APBD Jakarta untuk modal pengembangan usaha sehingga menyebabkan peserta kurang mandiri. Hal ini bisa menjadikan masukan pada saat perekrutan dan penyeleksian peserta lebih selektif lagi agar pelatihan ini nantinya tidak berjalan sia-sia dan sesuai dengan sasaran utamanya yaitu memberdayakan anggota masyarakat yang kurang terampil dan memiliki ketertarikan dalam bidang tersebut. b. Keberlanjutan Usaha Saat mengadakan penelitian penulis mendapatkan sedikit kesulitan dalam mengumpulkan data dari peserta karena beberapa diantara nomor telepon seluler peserta tidak lagi aktif, atau peserta sudah tidak tinggal di daerah tersebut. Peserta yang tidak bisa di hubungi ini mengindikasikan kurangnya interaksi antara panitia dengan alumni. Fakta tersebut cukup mengkhawatirkan dan merupakan salah satu ciri dari program yang kurang efektif. Dari situ dapat disimpulkan bahwa tingkat keberhasilan pelatihan dari peserta masih belum maksimal. Program PPMK ini sudah memiliki evaluasi yang dilakukan secara berkala yaitu dalam setahun sekali setelah pelatihan selesai. Evaluasi ini didasarkan pada hasil laporan perkembangan usaha peserta pelatihan. Hal ini diperkuat wawancara peneliti dengan Ketua LMK : “pelaksanaan monitoring hanya pada waktu pelaksanaan saja. Setelah itu tidak ada monitoring, di lepas begitu 95
saja, oleh karena itu harus ada pendampingan khusus setelah pelatihan hingga peserta mandiri. Sebenarnya ada monitoring dan evaluasi dalam setahun sekali, tetapi hanya sebatas melihat para peserta sudah berkembang sejauh mana kemudian di data , tidak ada tindak lanjut problem solving.”
Dilihat dari uraian wawancara diatas masih kurag relevan jika menurut indikator relevansi bahwa proses dan monitoring seharusnya dilakukan secara merinci mulai dari monitoring saat pelatihan maupun pada saat setelah pelatihan selesai. Dan pendamping dari Pusat atau dari BPMPKB melakukan riset dan mendatangi langsung ke peserta untuk mempunyai data real yang nantinya dapat dievaluasi secara mendalam serta diberikan tindak lanjut bagi peserta yang bermasalah .
96
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari berbagai uraian yang telah penulis kemukakan pada Bab-bab sebelumnya tentang evaluasi hasil Program Pemberdayaan Masyarakat (PPMK) melalui Pelatihan Keterampilan Kewanitaan (Tata Rias Pengantin) terhadap Peningkatan Ekonomi Keluarga Di Kelurahan Cibubur Jakarta Timur (Penerapan Model Evaluasi CIPP) dapat dilihat kesimpulan sebagai berikut: 1.
Pada evaluasi konteks yang meliputi aspek tujuan program
sudah dikatakan sesuai atau relevan antara satu sama lain. Dimana tujuan program PPMK pelatihan tata rias pengantin ini adalah memberdayakan masyarakat yang kurang terampil, hal tersebut sudah relevan dengan konteks program pelatihan yaitu tata rias pengantin, dimana pelatihan tersebut adalah atas usulan atau ide dari masyarakat yang mempunyai ketertarikan merias tetapi belum mempunyai wadah untuk mengembangkan keterampilannya. 2.
Pada evaluasi input yang meliputi peserta, narasumber, staff
pelaksana, sarana dan prasarana serta anggaran dana dan fasilitas pendukung lainnya. Hal tersebut sudah tersedia cukup baik dan sesuai, namun masih ada beberapa kekurangan atau kendala yang dihadapi. Seperti pada staff pelaksana, seharusnya ada pendampingan khusus dalam pemberdayaan melalui pelatihan tata rias pengantin ini. Dan dari aspek kemitraan dengan lembaga 97
LSM terkait belum tersedia sehingga belum memiliki donatur tetap untuk setiap kegiatan karena jika hanya mengandalkan anggaran dari APBD tidak akan cukup melihat kebutuhan untuk pelatihan apapun hingga peserta benar-benar mandiri itu bukan hanya 1 – 2 bulan saja tetapi minimial 6 bulan - 1 tahun. Sedangkan untuk sarana dan prasarana serta fasilitas pendukung lainnya sudah tercukupi untuk pelatihan tata rias. 3.
Pada evaluasi proses meliputi tahap perencaan, pelaksanaan,
monitoring dan evaluasi, pada proses perekrutan dan seleksi seharusnya lebih selektif lagi agar pelatihan ini tepat sasaran, dan untuk pelatihan yang akan datang sebaiknya perekrutan pesertanya adalah untuk peserta lanjutan saja, bukan merekrut peserta baru karena untuk peserta lanjutan semakin paham dan mandiri. Dan pada tahap pelaksanaan seperti sudah dijelaskan pada point pertama bahwa waktu pelaksanaan pelatihan seharusnya lebih dari 2 bulan, agar efektif dan peserta benarbenar bisa dan terampil atau ahli dalam merias. Sedangkan untuk monitoring dan evaluasi diadakan minimal 6 bulan sekali untuk melihat perkembangan secara langsung dari peserta setelah mengikuti pelatihan. 4.
Pada evaluasi hasil terdapat aspek perubahan perilaku
peserta dan keberlanjutan usaha atau program. Meskipun ada perubahan perilaku dari peserta secara sosial dan ekonomi, yaitu dapat meningkatkan kepercayaan diri dengan keterampilan yang dimilikinya asalkan peserta sering menpraktekan apa yang sudah 98
didapat
selama
pelatihan,
dan
secara
ekonomi
dalam
meningatkan penghasilan keluarga cukup penghasilan tambahan saja belum menjadikan sebagai penghasilan utama karena terbatasnya dana untuk membuka usaha serta masih minimnya ilmu merias yang didapatkan. Oleh karena itu, jika LMK mempunyai sistem kerjasama dengan LSM atau lembaga sosial lainnya dapat mengembangkan lebih jauh lagi para peserta yang telah mengikuti pelatihan tanpa menunggu bantuan dari Anggaran Pemerintah. B. Saran 1. Untuk PPMK Berdasarkan hasil evaluasi dari penelitian yang telah peneliti lakukan, peneliti menyarankan kepada LMK bahwa program PPMK untuk tetap melanjutkan pelatihan tata rias pengantin, karena menurut peneliti pelatihan ini sangat bermanfaat untuk para kaum perempuan khususnya, dan jika peserta nanti berhasil dan dapat mandiri peserta dapat membuka usaha salon atau membuka tempat lembaga kursus merias yang akan sangat berpegaruh lagi kepada masyarakat lainnya dari segi menguranngi pengangguran dan kemiskinan. Selain itu juga peneliti menyarankan agar melengkapi tenaga pendamping khusus bagi para peserta pelatihan agar peserta terarah dan berkembang lebih jauh lagi seperti merekrut relawanrelawan dari kampus ataupun sekolah tinggi ataupun fasilitator dari LSM. Peneliti menyarankan juga untuk mencari donatur tetap dalam menunjang anggaran dana selain dari APBD yang terbatas. 99
2. Untuk Peserta Peneliti berharap kepada peserta yang mengikuti pelatihan hendaknya lebih bertanggungjawab pada saat mengikuti pelatihan, karena pelatihan keterampilan yang diadakan ini sangat penting dan menjadi sebuah wadah untuk menuntut ilmu serta mengembangkan keterampilan yang sudah dimiliki maupun yang belum dimiliki.
100
DAFTAR PUSTAKA A. Buku Al-Qur’an Adi, Isbandi Rukminto, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas ( Pengantar pada Pemikiran dan Pendekatan Praktis ), Depok : Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2001 Al-Assal, Ahmad Muhammad dan Karim, Fathi Ahmad Abdul, Sistem Prinsip dan Tujuan Ekonomi Islam, Bandung : CV Pustaka Setia, 1999, cet.ke-1 Anshari, Endang Syaifuddin, Wawasan Islam, Pokok-pokok Pikiran Tentang Islam dan Umatnya, Bandung : CV Perpustakaan Salman ITB, 1983 Arikunto, Suharsini , Penilaian Program Pendidikan, Jakarta : PT. Bina Aksara, 1988, cet.1 Aritonang, Esron dkk, Pendampingan Komunitas Pedesaan, Jakarta : Sekretariat Bina Desa, 2001 Bariadi, Lili dkk, Zakat dan Wirausaha, Jakarta : Center of Entrepreuneurship Development, 2005 Buchori, Mochtar, Riset Partisipatris Riset Pembebasan, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1993 Bungin, Burhan, Analisa Data Penelitian Kualitatif, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003, Cet. Ke-2 Bungin, Burhan, Penelitian Kualitatif : Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya, Jakarta : Prenada Media Group, 2009 , Cet-ke-3 Gunawan, Imam, Metode Penelitian Kualittafi Teori dan Praktik, Jakarta: Bumi Aksara, 2013. Hadi, Sutrisno, Metodologi Research, Yogyakarta: Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi UGM, 1987. Harahap,Syahril ,Islam Konsep Implementasi Pemberdayaan, Yogyakarta :PT. Tiara Wacana Yogya, 1999, Cet-Ke-1. Kristi ,Poerwandari, E , Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian Perilaku Manusia, Jakarta: LPSP3 UI, 2005 , Cet. Ke-3.
101
Laporan Pertanggung Jawaban PPMK Bina Fisik dan Bina Sosial Kelurahan Cibubur 2014 Moleong, Lexi.J. Metodologi Penelitian Kualitatif , Bandung : PT. Remaja Rosda Karya 2007, Cet. Ke-15. Muktahari, Murtadha, Masyarakat dan Sejarah , Bandung: Penerbit Mizan, 1995 , Cet. Ke-5. Nasuhi, Hamid dkk. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah : Skripsi , Tesis dan Disertasi. Jakarta : CeQDA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007 , Cet. Ke-2. Nawawi, Hadari, Metode Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1991. Partanto, Pius A. dan Al-barry, M. Dahlan, Kamus Ilmiah Populer, Surabaya:Arloka, 1994, cet.ke-1.hal.658 Pedomanan Penyelenggaraan Program Kecakapan, (Life Skill ) Pendidikan Luar Sekolah Direktorat Jendral Pendidikan Luar Sekolah dan Pemerintah Departemen Pendidikan Nasional, 2003. Pemerintah Provinsi Se-DKI, Laporan Bulanan September 2016, (DKI Jakarta Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta , Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Bina Fisik Lingkungan dan Bina Sosial Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan ( PPMK ),.Nomor 81 Tahun 2011. Proposal Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan Kegiatan Bina Fisik Lingkungan dan Bina Sosial Kelurahan Cibubur Tahun Anggaran 2015 Raco, J.R. , Metode Penelitian Kualitatif Jenis, Karakteristik dan Keunggulannya Jakarta: PT.Grasindo, 2010. Rivai, Veithzal, Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Perusahaan dari Teori ke Praktek, Jakarta: PT.Grafindo Persada, 2004. Safari, S. Imam, Pengantar Sosiologi. Salam , Syamsir dan Aripin, Jaenal Metodologi Penelitian Sosial, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006. Sarkaniputra, Murasa Pengantar Ekonomi Islam : Bahan Pengajaran Ekonomi dan Perbankan Syariah di IAIN Syahid Jakarta, 1999.
102
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Bandung; Alfabeta, 2013. Suharto, Edi, Membangun Masyarakat Memberdayakan Bandung:PT Refika Aditama, 2005.
Rakyat
Soeharto, Irawan, Metode Penelitian Sosial Suatu Teknik Penelitian Bidang Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Sosial Lainnya , Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2008, Tayibnafis, Farida Yusuf , Evaluasi Program dan Instrumen Evaluasi untuk Program Pendidikan dan Penelitian Jakarta : Rineka Cipta, 2000. Tim Penyusunan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Kedua, Jakarta:Balai Pustaka, 1995, cet.4 B. Wawancara Wawancara pribadi dengan Ibu Muhanah, Cibubur , 27 September 2016 Wawancara pribadi dengan Bapak Suhadi, Cibubur, 11 Oktober 2016 Wawancara pribadi dengan Ibu Tri Rahayu, Pasar Rebo, 17 Oktober 2016 Wawancara pribadi dengan Ibu Lilie, Cibubur, 11 Oktober 2016 Wawancara Pribadi dengan Ibu Imas Kartini, Cibubur, 11 Oktober 2016 Wawancara Pribadi dengan Ibu Kastiri, Cibubur, 14 Oktober 2016 Wawancara Pribadi dengan Ibu Siti Sriyati , Cibubur, 14 Oktober 2016 Wawancara Pribadi dengan Ibu Siti Asih , Cibubur, 24 Oktober 2016 Wawancara Pribadi dengan Ibu Is Wahyuni , Cibubur, 24 Oktober 2016 Wawancara Pribadi dengan Ibu Chairiyani , Cibubur, 24 Oktober 2016 Wawancara Pribadi dengan Ibu Karyati , Cibubur, 26 Oktober 2016 Wawancara Pribadi dengan Ibu Riyana, Cibubur, 26 Oktober 2016 Wawancara Pribadi dengan Ibu Nami, Cibubur, 26 Oktober 2016 Wawancara Pribadi dengan Ibu Nurleni, Cibubur, 26 Oktober 2016
103
C. Internet http://bps.go.id/brs/view/1158/ (diakses pada hari Kamis tanggal 24 November 2016 http://www.duniapelajar.com/2014/07/29/pengertian-keterampilan.
104
LAMPIRAN - LAMPIRAN
105
PEDOMAN WAWANCARA Evaluasi Hasil Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (PPMK) Pelatihan Keterampilan Tata Rias Pengantin”. (Studi Kasus Di Kelurahan Cibubur, Jakarta Timur)
Pedoman wawancara untuk Penanggungjawab Program Nama
: Bapak Suhadi
Tanggal
: 11 Oktober 2016
Waktu
: 11.20 – 12.00 WIB
Jabatan
: Ketua LMK ( Lembaga Musyawarah Kelurahan )
Tempat
: Kantor LMK Kelurahan Cibubur
No 1.
2.
3.
1.
Pertanyaan
Jawaban
Evaluasi Konteks Kebutuhan apa saja yang “kami dari lembaga LMK dan PKK belum terpenuhi oleh dengan program kami yaitu PPMK program? menetapkan kebutuhan sesuai dengan bidang masyarakat yang dimiliki. Untuk saat ini hampir sudah tercapai kebutuhan tersebut.” Apa saja tujuan-tujuan dari “tujuan program PPMK ini untuk program PPMK? meningkatkan kemampuan daya saing masyarakat, meningkatkan lembaga kemasyarakatan, meningkatkan kesetiakawanan sosial, kerja sama antar unsur masyarakat agar lebih berdaya dan mandiri melalui pelatihanpelatihan yang kami adakan, salah satunya seperti pelatihan tata rias ini yang menggerakan kaum wanita untuk aktif dan mempunyai suatu keterampilan agar dapat mempunyai kemampuan daya saing di masa yang akan datang.” Bagaimana keadaan “Sebagian besar perumahan. Ada wilayah program yang beberapa perkantoran atau industri dijalankan ini? juga”. Evaluasi Input Apakah pelatihan tata rias “Kita belum ada evaluasi lagi yang yang dilaksanakan ini dapat terbaru, cuma disetiap pelatihan berdampak jelas bagi memang kita adakan monitoring 1
2.
3.
4.
1.
peningkatakan ekonomi keluarga peserta? Berapa banyak peserta yang menerima atas pelaksanaan pelatihan tata rias? Bagaimana reaksi atau tanggapan diadakannya pelatihan tata rias ? Apakah program yang dijalankan sudah tepat sesuai kebutuhan masyarakat?
Bagaimana proses pelatihan ?
setelah pelaksanaan”. “Peserta yang mengikuti pelatihan ada 30 orang setiap angkatan” “Sangat antusias sekali”
“Kalau sesuai kebutuhan sih sudah, tetapi pada waktu pelaksanaanya masih banyak kekurangannya. Karena kita dari PPMK mengadakan pelatihan juga sesuai dengan usulan warga. Karena sebelumnya memang sudah ada pelatihan hantaran pengantin di tingkat RW, teteapi itu dananya dari LMK bukan dari Premprov DKI”. Evaluasi Proses tahap-tahap “Untuk tahap-tahapnya ada dua tingkat pelaksanaan sosialisasi, pertama sosialisasi tingkat kelurahan oleh Dewan Kelurahan mensosialisasikan program pelatihan PPMK kepada lembaga dan masyarakat yang dihadiri oleh para ketua RT dan beberapa tokoh masyarakat, kemudian sosialisasi tingkat Rukun Warga (RW) yang dilakukan oleh LMK dan Tim Pelaksana Kegiatan (TPK) di RW masing-masing, sedangkan sosialisasi ditingkat Rukun Warga ( RW ) dilaksanakan sesuai jadwal yang telah ditetapkan. Untuk mendapatkan dana dari APBD Bina Fisik Lingkungan maupun Bina Sosial Pemrpov DKI dari tim pelaksana mengajukan proposal awal setahun sebelum anggaran turun misalnya kita mengajukan pada awal tahun, nah proposal akhir bisa turun di akhir tahun. Jadi pelaksanaan kegiatan terkadang tidak sama pada tahun anggaran dana turun. Awal usulan proposal kegiatan itu dari KPPM RW, mereka membuat rencana kegiatan, kemudian diajukan ke TPKK dan LMK untuk diseleksi. Setelah terseleksi baru dari tim pelaksaa mengajukan ke 2
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Apakah pelaksanaan program sesuai dengan jadwal ? Apakah staf yang terlibat dalam pelaksanaan pelatihan dapat menangani selama proses pelaksanaan?
Provinsi. Kemudian untuk pencairan dana tim pelaksana membuat proposal akhir dimana waktu sampai cairya dana , kami manfaatkan untuk sosialisasi ke masyarakat dan seleksi pesertanya. Kriteria calon peserta disni adalah usulan dari masyarakat, misalnya yang pernah mengikuti pelatihan sebelumnya bisa diikutsertakan lagi dan calon peserta yang benar-benar minat ingin mengikuti pelatihan. Jadi kami dari pelaksana hanya menindaklanjuti calon peserta yang akan diikutsertakan untuk pelatihan.” “Sesuai , karna kan sudah kita jadwal kan dan peserta juga mengikuti dengan baik.” “oh iya karena petugasnya juga sudah biasa di dalam kegiatan lapangan, dan mengkoordinasi semua kegiatan.”
“iya dimanfaatkan, karena kita menyiapkannya sesuai dengan kebutuhan pelatihan , seperti infokus, meja, kursi, alat rias”. “selama ini berjalan seperti biasa. Hambatan-hambatan apa Tetapi terkadang peserta tidak full saja yang dijumpai datang selama mengikuti pelatihan. selama pelatihan Jadi kadang hanya berapa kali belangsung? pertemuan saja, banyak sekali alasanalasannya.” Seberapa banyak pihak “Tim pelaksana kegiatan kelurahan ( yang terlibat, siapa saja, TPKK) yang betugas menerima dan apa perannya? proposal, menyeleksi , dan sama panitia pelaksana yang terdiri dari TPKK , PKK dan LMK yang bertugas mensosialisasikan kegiatan, melakukan pemilihan TPKK, melakukan monitoring dan evaluasi”. Siapa saja sasaran peserta “masyarakat yang benar-benar dalam pelatihan? membutuhkan seperti yang tidak mampu membayar jika harus kursus pelatihan di luar, namun pada kenyataannya tidak seperti itu. Dan paling orang yang sudah bisa atau pernah menjadi asisten merias atau Apakah sarana dan prasarana yang disediakan dimanfaatkan secara maksimal?
3
8.
1.
2.
3.
4.
5.
suka mengikuti merias tetapi belum dapat memperdalam ilmunya, tetapi ada juga yang mulai dari nol namun yang benar-benar serius mau ikut. Siapa saja dan apa “Warga Negara Indonesia, sesuai persyaratan untuk menjadi dengan kelurahannya. Orang yang peserta pelatihan? benar-benar ingin usaha, ingin bisa. Oleh karena itu harus selektif dalam memilih peserta” Evaluasi Produk Apakah tujuan-tujuan yang “kalau tujuannya sudah tercapai hanya ditetapkan sudah tercapai? saja belum maksimal, semuanya masih banyak yang harus di perbaiki dan ditingkatkan. Seperti penyaluran peserta yang sudah profesional atau bekerja sama dengan lembaga atau perusahaan.” Apakah dampak yang “Yang jelas peserta memperoleh skill diperoleh peserta dalam dasar merias yang nantinya dapat waktu yang relatif panjang mereka terapkan untuk meningkatkan dengan adanya pelatihan ekonomi keluarga mereka.” tata rias ini? Apa kekuatan dan “kelemahannya belum ada indikator kelemahan dari program keberhasilan jangka panjang pada pelatihan tata rias.? semua program. Jadi berhasil atau tidaknya peserta yang ikut pelatihan ya tergantung dari peserta sendiri, dari inisiatif peserta itu sendiri. Jadi program ini hanya sekedar melatih orang tetapi tidak ada tindak lanjut. Balik lagi karena belum ada alokasi dana untuk pendampingan. ” Apakah ada penyaluran “ untuk saat ini belum ada program peserta untuk tenaga kerja seperti itu, Cuma ada monitoring saja ke instansi atau dari koordinator.” perusahaan-perusahan Seberapa efektifkah “nah itu tadi, perlu ada pembenahan, menurut anda bagaimana? Harus ada tindak lanjut pemberdayaan dalam yaitu tim pendampingan yang nantinya menganggulangi akan mendampingi peserta pelatihan kemiskinan dalam bentuk hingga peserta bisa mandiri. Sudah ada pelatihan keterampilan di pendampingan dari Badan PPMK ? Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga Berencana ( BPM&KB) tetapi dalam prakteknya belum sesuai dengan harapan kita, karena hanya sebatas memonitoring , meminta laporan, itupun tidak secara langsung
4
namun melalui alat komunikasi. Dan tim pendamping seharusnya paham dan mengerti cara memberdayakan masayarakat hingga benar-benar mandiri. Dari LMK juga tidak bisa berbuat apa-apa karena dana untuk tim pendamping juga tidak ada. Indikator mandiri yang kami harapkan ya sudah punya penghasilan sendiri dari pelatihan itu.” 6. Kapan pelaksanaan “pelaksanaan monitoring hanya pada monitoring program PPMK waktu pelaksanaan saja. Setelah itu tidak ada monitoring, di lepas begitu saja, oleh karena itu harus ada pendampingan khusus setelah pelatihan hingga peserta mandiri. Sebenarnya ada monitoring dan evaluasi dalam setahun sekali, tetapi hanya sebatas melihat para peserta sudah berkembang sejauh mana kemudian di data , tidak ada tindak lanjut problem solving. Pedoman wawancara untuk (Staff) / Panitia Pelaksana Nama
: Ibu Muhannah
Tanggal
: 27 September 2016
Waktu
: 11.20 – 12.00 WIB
Jabatan
: Sekretaris PKK / Panitia Pelaksana Pelatihan
Tempat
: Kantor LMK Kelurahan Cibubur
No
Pertanyaan
Jawaban Evaluasi Konteks 1. Kebutuhan apa saja yang “untuk sekarang kebutuhan masyarakat belum terpenuhi oleh sudah cukup terpenuhi ya, karena program? pelatihan yang kami laksanakan juga sesuai dengan kebutuhan masyarakat, sesuai dengan keinginan masyarakat”. 2. Apa saja tujuan-tujuan “tujuannya di petunjuk pelaksanaan dari program PPMK? kegiatan sudah ada, hampir sama dengan PPMK di Kelurahan lainnya, intinya sih untuk memberdayakan masyarakat yang belum mempunyai keterampilan ataupun yang sudah mempunyai dan ingin memperluas lagi”.
5
3. Bagaimana keadaan “mayoritas keadaan wilayah disini wilayah program yang adalah pemukiman, ada beberapa dijalankan ini? industri dan perkantoran juga”.
1.
2.
3.
4.
1.
Evaluasi Input Apakah pelatihan tata rias “seharusnya sih sangat berdampak yang dilaksanakan ini bagus ya, kalau dilihat untuk saat ini dapat berdampak jelas peserta yang sudah terlihat mandiri dan bagi peningkatakan sudah mempunyai jam terbang tinggi ekonomi keluarga ya ada di Rt 002 Rw 004”. peserta? Berapa banyak peserta “jumlah peserta setiap tahun atau setiap yang menerima atas angakatan berkisar 30 peserta yang pelaksanaan pelatihan tata terdiri dari kalangan masyarakat biasa rias? maupun kader dari Kelurahan”. Bagaimana reaksi atau “dilihat dari pelaksanaannya sih sangat tanggapan diadakannya bagus responnya, antusias dan pelatihan tata rias ? semangat sekali”. Apakah program yang “alhamdulillah sudah tepat dengan dijalankan sudah tepat kebutuhan masayarakat, dan juga kaum sesuai kebutuhan wanita disini sebelumnya juga sangat masyarakat? suka dengan aneka keterampilan wanita seperi menyulam, merajut, membuat bros.” Evaluasi Proses Bagaimana tahap-tahap “awalnya sosialisasi tingkat kelurahan proses pelaksanaan oleh Dewan Kelurahan pelatihan ? mensosialisasikan program pelatihan PPMK kepada lembaga dan masyarakat, kemudian sosialisasi tingkat Rukun Warga (RW) yang dilakukan oleh Dewan Kelurahan Cibubur dan Tim Pelaksana Kegiatan (TPK) di RW masing-masing, sosialisasi di tingkat kelurahan dihadiri oleh para ketua RT dan beberapa tokoh masyarakat, sedangkan sosialisasi ditingkat Rukun Warga ( RW ) dilaksanakan sesuai jadwal yang telah ditetapkan. Kemudian mengajukan proposal awal, proposal awal itu usulan dari KPPM RW, kemudian di seleksi oleh TPKK dimana proposal yang sesuai dengan persyaratan maupun yang tidak. Setelah itu kami ajukan ke Provinsi. Kurang lebih 6 bulan kemudian kami mengajukan proposal 6
akhir untuk pencairan dana. Selama menunggu pencairan dana turun, di sekitar waktu itu kami membuat schedule dan sosialisasi ke calon pesertanya yang sudah di pilih dari ketua RW maupun RT masing-masing 2 orang calon. Setelah calon peserta sudah ditentukan, baru kami data dan diberikan formulir pendafatran serta menyerahkan foto copy KTP dan pas Photo ukuran 3x4 (3 Lembar). Kemudian peserta wajib mengikuti pelatihan sesuai dengan schedule yang telah tim pelaksana tetapkan”. 2. Apakah pelaksanaan “sesuai, dari pelaksanana sudah program sesuai dengan menyiapkan rundown acara”. jadwal ? 3. Apakah staf yang terlibat “ohh iya neng, soalnya staf disini juga dalam pelaksanaan berasal dari latar belakang sosial dan pelatihan dapat sudah berpengalaman”. menangani selama proses pelaksanaan? 4. Apakah sarana dan prasarana yang disediakan dimanfaatkan secara maksimal? 5. Hambatan-hambatan apa saja yang dijumpai selama pelatihan belangsung?
6. Seberapa banyak pihak yang terlibat, siapa saja, dan apa perannya?
7. Siapa saja sasaran peserta dalam pelatihan?
“kami menyediakan sebaik mungkin sarana dan prasaran sesuai dengan kebutuhan program, dan sangat dimanfaatkan oleh peserta maupun pelatih dan panitia pelaksana”. “kalau hambatan paling peserta terkadang tidak mengikuti selama pertemuan yang sudah kami siapkan, kadang Cuma berapa kali pertemuan. Isitilahnya bolos neng, itu saja sih kayanya hambatannya”. “yang terlibat dalam pelatihan program PPMK ini adalah Tim Pelaksanan Kegiatan Kelurahan (TPKK) sebagai penyeleksi peserta dan menerima proposal, serta panitia pelaksana yaitu PKK dan LMK sebagai pengawas monitoring dan evaluasi, mensosialisasikan”. “sasaran kami adalah ya masyarakat yang butuh atau orang sudah bisa tetapi bingung ingin menambah ilmunya dimana, nah itu kita pilih sebagai peserta”.
7
8. Siapa saja dan apa “persyaratan sih yang penting persyaratan untuk menjadi mempunyai ktp dki dan dari kelurahan peserta pelatihan? Cibubur. Selebihnya tidak ada”.
1.
2.
3.
4.
5.
Evaluasi Produk Apakah tujuan-tujuan “kalau tujuannya sudah tercapai hanya yang ditetapkan sudah saja belum maksimal, semuanya masih tercapai? banyak yang harus di perbaiki dan ditingkatkan. Seperti penyaluran peserta yang sudah profesional atau bekerja sama dengan lembaga atau perusahaan.” Apakah dampak yang “Yang jelas peserta memperoleh skill diperoleh peserta dalam dasar merias yang nantinya dapat waktu yang relatif mereka terapkan untuk meningkatkan panjang dengan adanya ekonomi keluarga mereka.” pelatihan tata rias ini? Apa kekuatan dan “kelemahannya belum ada indikator kelemahan dari program keberhasilan jangka panjang pada pelatihan tata rias.? semua program. Jadi berhasil atau tidaknya peserta yang ikut pelatihan ya tergantung dari peserta sendiri, dari inisiatif peserta itu sendiri. Jadi program ini hanya sekedar melatih orang tetapi tidak ada tindak lanjut. Balik lagi karena belum ada alokasi dana untuk pendampingan. ” Apakah ada penyaluran “ untuk saat ini belum ada program peserta untuk tenaga kerja seperti itu, Cuma ada monitoring saja ke instansi atau dari koordinator.” perusahaan-perusahan Seberapa efektifkah “nah itu tadi, perlu ada pembenahan, menurut anda bagaimana? Harus ada tindak lanjut pemberdayaan dalam yaitu tim pendampingan yang nantinya menganggulangi akan mendampingi peserta pelatihan kemiskinan dalam bentuk hingga peserta bisa mandiri. Sudah ada pelatihan keterampilan di pendampingan dari Badan PPMK ? Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga Berencana ( BPM&KB) tetapi dalam prakteknya belum sesuai dengan harapan kita, karena hanya sebatas memonitoring , meminta laporan, itupun tidak secara langsung namun melalui alat komunikasi. Dan tim pendamping seharusnya paham dan
8
6.
Kapan monitoring PPMK
mengerti cara memberdayakan masayarakat hingga benar-benar mandiri. Dari LMK juga tidak bisa berbuat apa-apa karena dana untuk tim pendamping juga tidak ada. Indikator mandiri yang kami harapkan ya sudah punya penghasilan sendiri dari pelatihan itu.” pelaksanaan “pelaksanaan monitoring hanya pada program waktu pelaksanaan saja. Setelah itu tidak ada monitoring, di lepas begitu saja, oleh karena itu harus ada pendampingan khusus setelah pelatihan hingga peserta mandiri. Sebenarnya ada monitoring dan evaluasi dalam setahun sekali, tetapi hanya sebatas melihat para peserta sudah berkembang sejauh mana kemudian di data , tidak ada tindak lanjut problem solving.
Pedoman wawancara untuk Instruktur Pelatihan Tata Rias Nama
: Tri Rahayu
Usia
:
Tanggal
: 17 Oktober 2016
Waktu
: 15. 15 – 17. 00
Tempat
: Kediaman Ibu Tri
No 1.
2.
1. 2.
Pertanyaan
Jawaban
Evaluasi Konteks Mengapa ibu tertarik “dapat amanat dari Kelurahan ya menjadi pelatih dengan alhamdulillah Cibubur, dulu pernah program ini? juga di Kelurahan Rambutan, di Kelurahan Susukan. Hingga sekarang masih dikasih amanat di Kelurahan Cibubur.” Apa pendidikan terakhir “pendidikan saya terakhir SMEA, terus ibu? saya ikut kursus pelatihan ngerias waktu itu.” Evaluasi Input Sudah berapa lama ibu “dari tahun 1998 terjun menjadi pelatih berkontribusi di PPMK? di PPMK.” Apakah sarana dan “sudah cukup memadai sih yaa , dari prasarana dari LMK alat-alat untuk merias dan peralatan
9
3.
1.
2.
3.
4.
sudah memadai dalam merias lainnya juga sudah memadai.” proses pelatihan? Darimana keahlian tata “saya mendapatkan ilmu merias ini rias ini ibu peroleh ? dulu belajar dari guru mbak, saya ikut kursus rias pengantin dulu. Meskipun pendidikan saya SMEA dan dulu tidak punya biaya, tapi saya sangat niat. Akhirnya saya berusaha nabung untuk biaya kursus rias sampai akhirnya saya bisa mengajar rias.” Evaluasi Proses Kapan pelaksanaan “selama 2 bulan ada 15 kali pertemuan berlangsung dan berapa , sebenarnya kurang efektif waktu yang lama ? singkat seperti itu untuk pemberdayaan. Cuma karena alokasi dana yang terbatas.” Bagaimana metode yang “oh kalau untuk metodenya kita ibu terapkan dalam kebanyakan praktek, kalo di lembaga mengajar? metodenya kan uji kompetensi. Nah kalo di kelurahan kan sasarannya ibuibu yang tujuan untuk membantu meningkatkan penghasilan di keluarga. Untuk itu kita banyak prakteknya. Terus saya juga menerapkan dua arahan seperti uji kompetensi dan juga praktek agar perias terjun langsung dan itu juga di sesuaikan dengan dana oleh karena itu kan singkat hanya berapa kali pertemuan, kan harusnya minimal tiga bulan untuk satu jenis rias.” Apa saja materi yang “yang awal kita tunjukin perlengkapan diberikan dalam pelatihan merias wajah untuk jenis-jenis serta kenapa harus pengantin. Terus kita praktekin mengambil materi langsung. Pakai kain, nyanggul. Ya tersebut? memang itu materi yang harus di pelajari dalam merias pengantin dan itu wajib.” Apa saja kendala ibu “: kendalanya ada di pesertanya itu alami dalam program ini? mbak, cara merubah pola pikir masyarakat yang menjadi kendala. Masyarakatnya kurang mempunyai tanggung jawab karena pelatihan ini gratis. Kurang adanya kesadaran dari peserta bahwa pelatihan ini sebenarnya penting dan harus di aplikasikan terus secara serius. Bukan hanya sekedar pelatihan saja. Seolah-olah pelatihan itu yang butuh masyarakat, padahal kan
10
masyarakat tersebut yang butuh pelatihan. Itu mbak yang susah, cara memotivasi peserta supaya ada feel sama pelatihan, jadi tidak Cuma sekedar ikut-ikut saja, tapi memang harus ada niatan di dalam dirinya.”
1.
2.
3.
Evaluasi Produk Seberapa efektifkah “ efektif mbak. Tetapi kalau menurut ibu pelatihannya memang sampai benarpemberdayaan dalam benar pesertanya berhasil, bisa bentuk pelatihan tata rias mandiri.” ini? Bagaimana perubahan “yang saya harapkan sih ada perubahan dari peserta tahun ke yang berkembang ya, Cuma kan tidak tahun setiap ada semua peserta begitu, ada yang berhasil pelatihan? ada yang kurang.” Apa harapan ibu terhadap “: harapannya ya tetep ada pelatihan PPMK ini? lanjutan. Ya kalau ada anggaran memadari waktu pelatihan sebaiknya ditambah agar materi maupun prakteknya dapat maksimal.”
Pedoman wawancara untuk Asisten Instruktur Pelatihan Tata Rias Nama
: Ibu Lilie Triyani ( Bu Nurdi )
Usia
: 55 Tahun
Tanggal
: 11 Oktober 2016
Waktu
: 14. 10 - 15. 00 WIB
Tempat
: Kediaman Ibu Lilie
No 1.
2.
1.
Pertanyaan
Jawaban
Evaluasi Konteks Mengapa ibu tertarik “ya dapat amanat dari LMK , kan menjadi pelatih dengan awalnya saya sebagai peserta. Tetapi program ini? saya emang aktif ikut pelatihanpelatihan jadi saya di angkat jadi asisten. Terus emang hoby saya juga bidang keterampilan.” Apa pendidikan terakhir “saya SMA” ibu? Evaluasi Input Sudah berapa lama ibu “mulai dari tahun 2001 jadi asisten
11
2.
3.
1.
2.
3.
4.
1.
2.
3.
berkontribusi di PPMK? Apakah sarana dan prasarana dari LMK sudah memadai dalam proses pelatihan? Darimana keahlian tata rias ini ibu peroleh ?
pelatih” “ya sesuai dananya aja sih mbak, seperti alat rias dan semuanya emang sudah disediakan oleh LMK.” “kalau saya memang keinginan sendiri makanya ikut-ikut kursus dulu, awalnya kursus potong rambut, lama – kelamaan meningkat menjadi merias pengantin.”
Evaluasi Proses Kapan pelaksanaan “ dua bulan full setiap tahunnya. berlangsung dan berapa Dalam dua bulan ada 15 pertemuan. lama ? Sebenarnya kurang efektif karena alokasi dana yang kurang memadai jadi di persingkat hanya satu bulan saja.” Bagaimana metode yang “awalnya materi dulu baru praktek. ibu terapkan dalam Tapi kalau di PPMK sendiri materinya mengajar? hanya sedikit baru praktek, beda dengan pelatihan di luar ya yang kebanyakan materi dulu baru praktek.” Apa saja materi yang “pertamanya sih bersihin muka, rias diberikan dalam pelatihan muka, sanggul. Lukis alis, aksesoris. serta kenapa harus karena emang itu tahap-tahap nya mengambil materi seperti itu dan sesuai budayanya” tersebut? Apa saja kendala ibu “ada sih kendalanya. Jika peserta di alami dalam program ini? kasih gratis mau mengikuti, tapi kalau ada pelatihan lanjutan yang swadaya hanya beberapa peserta yang ikut. Padahal kan pelatihan ini buat mereka semua, biar bisa , biar sukses, tapi kalau mengeluarkan uang tidak mau.” Evaluasi Produk Seberapa efektifkah “yaa bagus lah, kan untuk menambah menurut ibu ekonomi keluarga. Walaupun ga untuk pemberdayaan dalam menambah ekonomi keluarga namun bentuk pelatihan tata rias minimal bisa membantu ekonomi ini? keluarganya.” Bagaimana perubahan “: perubahan pasti ada, kan sudah dari peserta tahun ke banyak yang bisa ngerias, minimal tahun setiap ada merias wisuda.” pelatihan? Apa harapan ibu terhadap “harapan saya sih bagi peserta yang PPMK ini? sudah mengikuti pelatihan harusnya semakin bisa berkembang, terus peserta yang sudah paham dapat sharing atau 12
mengajarkan ke peserta yang lainnya, atau peserta yang benar-benar mau belajar.”
Pedoman wawancara untuk Peserta Pelatihan Tata Rias Nama
: Ibu Imas Kartini ( Bu Imas )
Usia
: 56 tahun
Tanggal
: 11 Oktober 2016
Waktu
: 12.49 – 13. 30
Tempat
: Kediaman Ibu Imas
No
Pertanyaan 1.
2.
3.
1.
Jawaban Evaluasi Konteks Sudah berapa lama “saya ikut dari pertama kalinya diadain mengikuti pelatihan tata pelatihan di kelurahan Cibubur itu rias ini? tahun 2001.” Apa Profesi sebelum “ya saya ibu rumah tangga biasa, kader mengikuti pelatihan ? di PKK juga mbak , jumantik dan posyandu. Cuma sekarang udah ga ikut kader PKK soalnya udah faktor usia jadi dikurangin kegiatannya, tetapi masih ikut yang posyandu dan jumantik” Apa kegiatan / pekerjaan “ini mbak saya ngewarung sembako anda saat ini? sambil usaha nunggu panggilan ngerias pengantin sama kadang massih aktif di posyandu dan jumantik. Terus kalo ada wisuda saya sering di panggil ngerias mahasiswi mbak , itu hampir setiap hari pasti ada mbak. Ga kaya ngerias pengantin yang musim-musiman.” Evaluasi Input Kenapa anda mengikuti “kan lumayan untuk penambahan pelatihan ini ekonomi keluarga, kebetulan saya memang hoby nyoret-nyoret muka orang ( ngerias ) jadii yaa alhamdulillah bisa ikut pelatihan.
13
2.
Bagaimana perasaanya “perasaannya ga bisa di ungkapin ketika diadakan sebuah dengan kata-kata mbak karena saking pelatihan keterampilan ini? senengnya ada pelatihan.
3.
Bagaimana pengalaman ibu “pengalaman sebelum mengikuti sebelum dan sesudah memag saya belum tau, hanya sekedar mengikuti pelatihan ? tau cara makeup biasa untuk sendiri, tetapi setelah mengikuti dan hobby saya juga jadi meningkat sekali karena saya berani untuk mengaplikasikan ilmu yang saya dapat hingga saat ini saya sudah mandiri sebagai seorang perias.” Evaluasi Proses Bagaimana instruktur “sangat jelas, sangat sabar, sangat ketika mengikuti pelatihan? merangkul ke murid-muridnya. Jadi peserta ga sungkan untuk nanya.” Bagaimana infrastruktur “sudah lengkap mbak, peralatan juga ketika di PPMK / LMK?? udah di siapain dari PPMK “. Bagaimana peluang karir “Alhamdulillah selalu ada orderan atau usaha setelah mbak, entah itu yang wisuda, ngerias mengikuti pelatihan ? pengantin, atau orang-orang minta ajarin kan lumayan ya meskipun saya ga pasang tarif.” Apa kendala setelah “kendala setelah pelatihan tidak ada mengikuti pelatihan di tindak lanjutnya, jadi setelah pelatihan PPMK? ya sudah kelar, tergantung dari pesertanya mau gimana, nah untungnya saya emang niat banget ingin maju , jadi saya selalu aktif ikut-ikut ngerias dan berani. Kalau selama pelatihan sih ga ada kendalanya sama sekali” Materi apa saja yang sudah “pertamanya sih motivasi di ajari selama pelatihan? berwirausaha, terus materi tata rias dasar, cara ber make-up, cara makeupin bentuk wajah yang tirus gimana, yang bulat gimana, mengerok alis.” Apakah ada pendampingan “oiya mbak tidak ada kalau khusus pada peserta ? pendampingan, hanya pelatihan saja setelah itu ya sudah selesai, paling untuk menambah ilmu lagi ya ikut tahun depan jika ada pelatihan dan diikutsertakan lagi .” Evaluasi Produk Bagaimana perubahan yang “Alhamdulillah selalu ada orderan anda rasakan setelah mbak, entah itu yang wisuda, ngerias menjadi peserta pelatihan, pengantin, atau orang-orang minta dan apakah anda mengikuti ajarin kan lumayan ya meskipun saya
1.
2. 3.
4.
5.
6.
1.
14
2. 3.
pelatihan – pelatihan diluar? Apa saja yang didaptkan selama pelatihan ? Apa kesan pesan anda selama mengikuti pelatihan ?
ga pasang tarif.” “banyak mbak, pertama ilmu ngeriass, temen baru juga, dan pengalaman” “wahhh kesannya saya ngerasa sangat beruntung ikut pelatihan karna selagi ada kesempatan kenapa ga diambil. Terus peralatan pas pelatihan juga udah disediain , jadi kita tinggal datang bawa diri saja.” “ya pengennya tetep berlanjut ketingkat yang lebih baik lagi. Kalo bisa pesertanya tetep yang lanjutan dulu sampai benar-benar bisa ngerias sukses baru di lepas. Bukan peserta baru terus setiap tahunnya. Jika diberi modal mah mau banget mbak, tapi saya pengennya berupa barang kebutuhan bukan berupa uang.” “ohh iyaa jelas mbak. Anak saya gak saya ajarin juga dia udah bisa sendiri mbak. Kadang tetangga saya minta ajarin dikumpulin berapa orang biar sekalian saya mengajarinya.” “ya alhamdulillah semakin meningkat apalagi untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga sudah lebih dari cukup, udah gitu kelebihan hasilnya juga saya belikan peralatan kembali seperti tirai, kursi, baju-baju pelaminan agar tidak menyewa alat lagi ke orang lain. Dan untuk model juga kita menyesuaikan dengan zaman sekarang karena kalau tidak begitu kita tidak laku mbak, harus gonta- ganti model juga.”
4.
Apa harapan anda kedepan terhadap PPMK, jika diberi modal usaha mau tidak mengembangkannya?
5.
Apakah anda menularkan keterampilan tata rias anda kepada keluarga atau orang lain?
6.
Bagaimana kondisi ekonomi anda saat ini setelah mengikuti pelatihan?
Nama
: Ibu Kastiri ( Bu Tiri )
Usia
: 43 tahun
Tanggal
: 14 Oktober 2016
Waktu
: 13. 50 – 14. 30
Tempat
: Warung Ice Cream Bu Kastiri
No
Pertanyaan
Jawaban Evaluasi Konteks 15
1.
2. 3.
1.
2.
3.
1.
2. 3.
4.
5.
6.
Sudah berapa lama mengikuti pelatihan tata rias ini? Apa Profesi sebelum mengikuti pelatihan ? Apa kegiatan / pekerjaan anda saat ini?
“Kira-kira 2 tahun , waktu pelatihan yang tahun 2014” “saya ibu rumah tangga biasa aja” “sekarang ini buka warung ice cream udah 1 tahun setelah ikut pelatihan, sama kadang di panggil ngerias tapi dayang-dayang nya saja.”
Evaluasi Input mengikuti “pengen menambah ilmu aja menambah wawasan biar pinter mbak. Emang saya suka keterampilan juga sih”. Bagaimana perasaanya “ohh seneng bangett mbak. Pengen ketika diadakan sebuah memperdalam ilmunya lagi malah” pelatihan keterampilan ini? Kenapa anda pelatihan ini ?
Bagaimana pengalaman ibu “sebelum mengikuti saya belum sebelum dan sesudah mengerti mbak, Cuma setelah ikut mengikuti pelatihan ? pelatihan saya suka di ajak untuk merias dayang-dayang nya saja dan membuat parcel hantaran juga.” Evaluasi Proses Bagaimana instruktur “asik, ngangenin orangnya. Jelas ketika mengikuti pelatihan? dalam menyampaikan materi, kalo ga jelas saya gabisa mbak. Hehhee” Bagaimana infrastruktur “sudah cukup lengkap sih kalo selama ketika di PPMK / LMK?? pelatihan”. Bagaimana peluang karir “ya kadang-kadang ada panggilan atau usaha setelah ngerias tetapi hanya dayang-dayang mengikuti pelatihan ? saja atau dari pihak keluarga saja bukan pengantin utamanyaa dan bikinin hantaran pengantin.” Apa kendala setelah “kesulitannya saya masih minim mengikuti pelatihan di pengetahuan merias mbak, karena kan PPMK? baru ikut satu jenis, maunya ikut lagi nanti.” Materi apa saja yang sudah “awalnya motivasi usaha, kemudian di ajari selama pelatihan? cara merias pengantin dari dasarnya ,materi pertama kali itu bersihin muka, kasih pelembab , alas bedak, make-up terus nyanggul.” Apakah ada pendampingan “oh kalau pendampingan tidak ada
16
khusus pada peserta ? 1.
2. 3.
4.
5.
6.
Nama Usia Tanggal Waktu Tempat No 1.
2.
mbak hanya sekedar pelatihan saja.” Evaluasi Produk Bagaimana perubahan yang “ya positif , saya jadi lebih bisa anda rasakan setelah mengerti dari hoby saya, tapi setelah menjadi peserta pelatihan, pelatihan saya juga kreasi senndiri dan apakah anda mengikuti kaya hantaran pengantinnya, saya pelatihan – pelatihan belajar otodidak. Terus saya ga ikutan diluar? pelatihan lagi karena kan kalo ikutan di luar kan bayar dan itu ga sedikit biayanya” Apa saja yang didapatkan “dapet alat makeup , dapat ilmu selama pelatihan ? ngerias juga.” Apa kesan pesan anda “sangat senang, alhamdulillah bisa selama mengikuti pelatihan ikut.” ? Apa harapan anda kedepan “:harapannya pelatihannya di adain terhadap PPMK, jika diberi lagi, pesertannya di ikutsertakan lagi modal usaha mau tidak sampai berhasil semua adat bisa. Kalo mengembangkannya? dikasih modal mah mau banget, orang saya suka apalagi bikin hantaran saya suka banget. ” Apakah anda menularkan “iya ke sodara, ke temen-temen yang keterampilan tata rias anda mau belajar aja kadang saya ajarin. ” kepada keluarga atau orang lain? Bagaimana kondisi “ya kalo itu kan rutin Cuma selingan ekonomi anda saat ini aja jadi kalo ada panggilan ngerias ya setelah mengikuti ada tambahan ekonomi kalo engga ya pelatihan? Cuma dari dagang sama gaji suami, lagi pula saya juga ga nge budgetin untuk rias”. : Ibu Siti Sriyati ( Titi ) : 34 Tahun : 14 Oktober 2016 : 14. 50 – 15.30 : Kediaman Ibu Titi Pertanyaan
Jawaban Evaluasi Konteks Sudah berapa lama “dari tahun 2014 yang pelatihan rias mengikuti pelatihan tata muslim modifikasi” rias ini? Apa Profesi sebelum “saya ibu rumah tangga biasa, dulu mengikuti pelatihan ? pernah kerja di kosmetik, kaya marta tilaar, latulip Cuma udah lama resign
17
3.
1.
2.
3.
1.
2. 3.
4.
karna udah berkeluarga. Hehe” Apa kegiatan / pekerjaan “ibu rumah tangga, paling kadang anda saat ini? saya bantuin kakak saya di salon , kaya punya bisnis keluarga saya aja. Cuma kadang-kadang doang sih..” Evaluasi Input Kenapa anda mengikuti “awalnya emang ada yang ngajak, pelatihan ini ? terus saya emang hoby ngerias juga jadi ya kenapa ga di ambil” Bagaimana perasaanya “wahh kebetulan bangett ada peluang ketika diadakan sebuah untuk menambah ilmu , nambah temen. pelatihan keterampilan ini? Kebetulan emang saya suka makeupin orang”. Bagaimana pengalaman ibu “sebelum mengikuti pelatihan ini sebelum dan sesudah memang saya dasarnya sudah mengikuti pelatihan ? mengetahui makeup ya karena kerja dikosmetik juga sering ada trainning makeup, setelah ikut pelatihan ya jadi tambah tau, makeupin pengantin sama makeup acara biasa kan pasti tidak sama, jadi lebih tau perbedaannya.” Evaluasi Proses Bagaimana instruktur “cara penyampaiannya sih jelas, enak, ketika mengikuti pelatihan? ada sesi tanya jawab juga, Cuma saya ngerasa materi yang diajarkan terlalu syar’i (pakem) sedangkan kan kita hidup di zaman yang semakin hari semakin berkembang ya, ya saya maunya nanti materinya dapat disesuaikan dengan kemajuan model zaman. Jadi biar ga monoton saja seperti itu terus di ajarkan. Terus dengan teknik yang baru atau modern.” Bagaimana infrastruktur “sudah cukup sih, apalagi pelatihan ini ketika di PPMK / LMK?? kan gratis, dapet alat make up juga.” Bagaimana peluang karir “ya pada tau kalo saya bisa ngerias atau usaha setelah kadang ada panggilan disuruh ngerias. mengikuti pelatihan ? Tetapi saya hanya sekedar membantu saja seperti makeupin dari pihak keluarga. Ya lumayan lah mbak biar ga terlalu nganggur.” Apa kendala setelah “saya mau buka usaha tapi ga ada mengikuti pelatihan di modalnya mbak, saya mau kalo buka PPMK? salon gitu karena saya kan pengalaman kerja di kosmetik juga”
18
5.
Materi apa saja yang sudah “ motivasi usaha sih awalnya sedikit, di ajari selama pelatihan? terus ya dari dasar ngerias, sanggul”.
6.
Apakah ada pendampingan “tidak ada pendampingan, kalau ada khusus pada peserta ? mungkin saya bisa punya salon mbak, hehe .” Evaluasi Produk Bagaimana perubahan yang “ya namanya ngerias kan musiman ya, anda rasakan setelah jadi penghasilannya juga musiman, menjadi peserta pelatihan, Cuma ya lumayan ada pemasukan kalo dan apakah anda mengikuti ada orderan. Saya ga ikutan pelatihan pelatihan – pelatihan di luar mbak karena ga punya biaya diluar? dan terkadang ada pelatihan tapi jauh” Apa saja yang didapatkan “alhamdulillah sih saya dapet juara selama pelatihan ? tiga waktu pelatihan kemarin. Dapat ilmunya, temen baru, channel baru jugaa” Apa kesan pesan anda “sangat membantu keluarga banget selama mengikuti pelatihan sih buat ibu-ibu rumah tangga. ? Seneng banget bisa ikut.” Apa harapan anda kedepan “kalau bisa setiap tahun diadakan terhadap PPMK, jika diberi terus pelatihan, karena kan itu bisa modal usaha mau tidak memberdayakan perempuan juga, mengembangkannya? sering-sering diadakan pertemuan untuk sharing. Terus kalo bisa pesertanya jangan dari kader semua ya. Ya kalo bisa sih emang ada modal pengembangan usaha, karena kita kan kehalang dengan modal” Apakah anda menularkan “ya kalau ada orang yang mau belajar keterampilan tata rias anda saya siap kok buat ngajarin, saya juga kepada keluarga atau orang ga pasang budget ya kalau untuk teman lain? atau saudara.” Bagaimana kondisi “ya itu tadi namanya musiman ekonomi anda saat ini ngerias jadi kalo ada orderan ya setelah mengikuti ada peningkatan ekonomi.” pelatihan?
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Nama Usia Tanggal Waktu Tempat No
: Bu Siti Asih ( Asih ) : 48 Tahun : 24 Oktober 2016 : 15.41 – 16. 15 WIB : Kediaman Bu Asih Pertanyaan
Jawaban Evaluasi Konteks
19
1.
2. 3.
1.
2.
3.
1. 2. 3.
4.
5.
6.
1.
Sudah berapa lama mengikuti pelatihan tata rias ini? Apa Profesi sebelum mengikuti pelatihan ? Apa kegiatan / pekerjaan anda saat ini?
“saya dari tahun 2007 yang pelatihan sunda putri”
“ibu rumah tangga biasa aja mbak, saya juga kader posyandu dari PKK” “ya kadang kalo ada riasan saya bantuin, kader juga di PKK sama di posyandu” Evaluasi Input Kenapa anda mengikuti “ya emang saya ingin ikut karena saya pelatihan ini ? merasa perlu untuk menambah ilmu wawasan juga”. Bagaimana perasaanya “senang sekali, apalagi kan gratis. ketika diadakan sebuah Hehe” pelatihan keterampilan ini? Bagaimana pengalaman ibu “belum tau sama sekali mbak sebelum dan sesudah awalnya. Cuma setelah pelatihan saya mengikuti pelatihan ? sering diajak untuk menemani dan bantuin merias.” Evaluasi Proses Bagaimana instruktur “baik, jelas juga penyampaiannya” ketika mengikuti pelatihan? Bagaimana infrastruktur “sudah memadai kalo untuk pelatihan” ketika di PPMK / LMK?? Bagaimana peluang karir “ya pasti ada panggilan ngerias sih atau usaha setelah mbak, entah itu wisuda, entah ngerias mengikuti pelatihan ? dayang-dayangnya, atau ke pesta pernikahan.” Apa kendala setelah “masih belum berani buka sendiri mengikuti pelatihan di mbak, jadi masih ikut-ikut gabung PPMK? sama orang atau teman yang sudah profesional.” Materi apa saja yang sudah “ materi usaha terus cara makeup, cara di ajari selama pelatihan? pakai jilbab, dari awal rias mbak mulai dari penataan rambut sampai ke busana”. Apakah ada pendampingan “tidak ada pendampingan. Setelah khusus pada peserta ? pelatihan peserta berjuang sendiri mbak.” Evaluasi Produk Bagaimana perubahan yang “jadi mengerti, punya keterampilan anda rasakan setelah tersendiri. Kalau pelatihan di luar menjadi peserta pelatihan, saya tidak pernah ikutan, tapi saya dan apakah anda mengikuti sering praktek aja sama saudara saya.” pelatihan – pelatihan diluar? 20
2. 3.
4.
5.
6.
Nama Usia Tanggal Waktu Tempat No 1.
2.
3.
1. 2.
“dapet ilmu, dapet teman, dapet alat rias juga, hehee.” “alhamdulillah menyenangkan karena bisa ikut pelatihan, pesertanya juga baik-baik.” “ya pengennya ikut pelatihan lagi tapi dengan jenis yang berbeda, atau tidak di adakan pelatihan selain kecantikan seperti merangkai bunga, daur ulang sampah gitu atau kain percak. Terus kalo dikasih modal mau bangett untuk usaha, syukur-syukur bisa buka salon.” Apakah anda menularkan “oh iya mbak, ke saudara saya, kalo ke keterampilan tata rias anda orang lain masih belum berani”. kepada keluarga atau orang lain? Bagaimana kondisi “ya alhamdulillah bertambah, sedikitekonomi anda saat ini sedikit pasti ada pemasukan sendiri, setelah mengikuti jadi tidak mengandalkan anak karena pelatihan? suami saya sudah meninggal”. Apa saja yang didapatkan selama pelatihan ? Apa kesan pesan anda selama mengikuti pelatihan ? Apa harapan anda kedepan terhadap PPMK, jika diberi modal usaha mau tidak mengembangkannya?
: Bu Is Wahyuni (Bu Is ) : 52 Tahun : 24 Oktober 2016 : 16. 30 – 17. 00 : Kediaman Bu Is Pertanyaan
Jawaban
Evaluasi Konteks Sudah berapa lama “saya ikut pelatihan dari tahun 2015” mengikuti pelatihan tata rias ini? Apa Profesi sebelum “ibu rumah tangga biasa, aktif di mengikuti pelatihan ? hantaran pengantin tingkat RW dana dari LMK juga.” Apa kegiatan / pekerjaan “aktif hantaran pengantin tingkat RW anda saat ini? sama kalo ada panggilan ngerias aja.” Evaluasi Input Kenapa anda mengikuti “ya karena hoby kalo ada kesempatan pelatihan ini ? pelatihan kenapa engga diambil.” Bagaimana perasaanya “wah senang sekali mbak, kalo ada ketika diadakan sebuah pelatihan lagi saya mau ikut lagi.”” pelatihan keterampilan ini?
21
3.
1. 2. 3.
4.
5.
6.
1.
2. 3.
4.
5.
Bagaimana pengalaman ibu “ semakin bertambah sih ilmu hoby sebelum dan sesudah saya, sebelumnya saya ikut pelatihan mengikuti pelatihan ? di hantaran, nah waktu pelatihan merias saya juara 1. Kan setelah pelatihan selesai, hari terakhirnya ada penjurian untuk mengetahui bagaimana kemampuan peserta mbak. Tetapi sekarang saya aktif di hantaran pengantin saja.” Evaluasi Proses Bagaimana instruktur “baik banget mbak, ramah jelas ketika mengikuti pelatihan? pemberian materinya.” Bagaimana infrastruktur “sudah lengkap sih.” ketika di PPMK / LMK?? Bagaimana peluang karir “kadang di panggil untuk bikin atau usaha setelah hantaran pengantin, ngerias juga mengikuti pelatihan ? mbak.” Apa kendala setelah “banyak sainganya mbak, depan rumah mengikuti pelatihan di saya juga lulusan tata rias juga di UNJ PPMK? sudah profesional merias artis juga. Kalau selama pelatihan kemarin jadwalnya bentrok sama pengajian, itu aja sih kendalanya. Materinya juga tidak susah” Materi apa saja yang sudah “materi berwirausaha dan materi dasar di ajari selama pelatihan? yaitu wajah, kostum sama aksesoris.” Apakah ada pendampingan “oh tidak ada mbak, hanya pelatihan khusus pada peserta ? saja .” Evaluasi Produk Bagaimana perubahan yang “jadi lebih tau tentang ngerias. Saya anda rasakan setelah Cuma aktif ikut di hantaran saja sih, menjadi peserta pelatihan, kalo merias Cuma di kelurahan aja.” dan apakah anda mengikuti pelatihan – pelatihan diluar? Apa saja yang didapatkan “terutama ilmu mbak, teman, selama pelatihan ? wawasannya bertambah juga.” Apa kesan pesan anda “senang sekali.” selama mengikuti pelatihan ? Apa harapan anda kedepan “pengen di adakan lagi pelatihannya , terhadap PPMK, jika diberi meskipun kita sudah tua tapi semangat modal usaha mau tidak kita masih muda. Ya kalau bisa diberi mengembangkannya? dana untuk usaha sesuai dengan keterampilannya.” Apakah anda menularkan “iya ke saudara saja sih paling.”
22
6.
Nama Usia Tanggal Waktu Tempat No 1.
2. 3.
1. 2.
3.
keterampilan tata rias anda kepada keluarga atau orang lain? Bagaimana kondisi “ ya alhamdulillah ada kemajuan ekonomi anda saat ini meskipun jarang-jarang.” setelah mengikuti pelatihan?
: Ibu Chairiany Bu Heni) : 37 Tahun : 24 Oktober 2016 : 17.00 – 17.30 : Kediaman Bu Heni Pertanyaan
Jawaban
Evaluasi Konteks Sudah berapa lama “saya dari tahun 2015 yang pelatihan mengikuti pelatihan tata merias sunda putri.” rias ini? Apa Profesi sebelum “ibu rumah tangga sama jaga fotokopi.” mengikuti pelatihan ? Apa kegiatan / pekerjaan “jaga fotokopi aja sehari-hari.” anda saat ini? Evaluasi Input Kenapa anda mengikuti “ingin nyoba aja.” pelatihan ini ? Bagaimana perasaanya “senang karena dapat kesempatan ketika diadakan sebuah menambah ilmu.” pelatihan keterampilan ini? Bagaimana pengalaman ibu “sebelumnya tidak tahu sama sekali sebelum dan sesudah tentang merias, setelah ikut ya jadi mengikuti pelatihan ? lebih tau jenis-jenis merias apa saja, tetapi setelah pelatihan saya belum berani mengaplikasikan ke siapapun karena masih dasar banget ilmunya. Paling di praktekin ke sendiri saja , itu
23
juga saya jarang-jarang pake makeup.”
1.
2.
3.
4.
5.
6.
1.
2. 3.
4.
5.
6.
Evaluasi Proses Bagaimana instruktur “pelatihnya jelas banget, Cuma karena ketika mengikuti pelatihan? pesertanya saja yang memang belajar dari dasar.” Bagaimana infrastruktur “sudah mencukupi, kan dapet alat ketika di PPMK / LMK?? makeup juga. Masih utuh juga alat makeupnya karena jarang dipakai.” Bagaimana peluang karir “masih belum ada perkembangan, atau usaha setelah karena setelah pelatihan saya belum mengikuti pelatihan ? mencoba merias lagi, karena waktu itu langsung kerja di Bimba.” Apa kendala setelah “karena kemarin ikutnya masih dasar mengikuti pelatihan di sekali, jadi belum berani untuk PPMK? makeup in ke orang lain.” Materi apa saja yang sudah “ awalnya motivas usaha kemudian di ajari selama pelatihan? materi dasar merias, mulai sasak rambut, rias wajah.” Apakah ada pendampingan “enggak ada pendampingan mbak.” khusus pada peserta ? Evaluasi Produk Bagaimana perubahan yang “belum ada perkembangan sih, anda rasakan setelah karena langsung kerja waktu itu. Oh menjadi peserta pelatihan, tidak pernah ikut dimana – mana. dan apakah anda mengikuti Mungkin emang saya masih belum pelatihan – pelatihan bisa sih ya, jadi belum berani.” diluar? Apa saja yang didapatkan “dapet materi, pengalaman juga, jadi selama pelatihan ? tahu bagaimana merias itu.” Apa kesan pesan anda “menyenangkan, nambah teman juga.” selama mengikuti pelatihan ? Apa harapan anda kedepan “lebih berkembang lagi, di adakan terhadap PPMK, jika diberi pelatihan lagi tapi berbeda jenis modal usaha mau tidak riasnya. Mau banget kalau dikasih mengembangkannya? modal usaha.” Apakah anda menularkan “belum mbak, paling buat sendiri aja . keterampilan tata rias anda heheee.” kepada keluarga atau orang lain? Bagaimana kondisi “ya masih sama saja kalo setelah ekonomi anda saat ini pelatihan karena saya belum setelah mengikuti mengaplikasiin juga.” pelatihan?
24
Nama Usia Tanggal Waktu Tempat No 1.
2. 3.
1.
2.
3.
1. 2.
3.
4.
5.
: Ibu Karyati :: 26 Oktober 2016 : 14.30 – 15.00 : Kediaman Bu Karyati Pertanyaan
Jawaban
Evaluasi Konteks Sudah berapa lama “saya ikut pelatihan dari tahun 2015.” mengikuti pelatihan tata rias ini? Apa Profesi sebelum “saya kader PKK.” mengikuti pelatihan ? Apa kegiatan / pekerjaan “masih sama kegiatan saya kader anda saat ini? PKK.”
Evaluasi Input mengikuti “karena kesempatan dengan adanya pelatihan ini menambah wawasan juga karena wadah saya menambah ilmu ya dari kegiatan-kegiatan yang ada di kelurahan mbak, kalau untuk cari-cari diluar seusia saya sudah jarang.” Bagaimana perasaanya “senang sekali. Beruntung bisa ikut. ketika diadakan sebuah Apalagi itu gratis” pelatihan keterampilan ini? Kenapa anda pelatihan ini ?
Bagaimana pengalaman ibu “pengalamannya sih belum di sebelum dan sesudah praktekan ke orang lain, hanya untuk mengikuti pelatihan ? sendiri aja.” Evaluasi Proses Bagaimana instruktur “jelass. Baik juga.” ketika mengikuti pelatihan? Bagaimana infrastruktur “sudah cukup mbak apalagi kan sudah ketika di PPMK / LMK?? disediakan semua, jadi peserta tinggal datang saja” Bagaimana peluang karir “kadang-kadang aja sih mbak merias, atau usaha setelah masih belum sering ada penggilan. mengikuti pelatihan ? Seperti ibu-ibu kosidahan sama pentaspentas gitu” Apa kendala setelah “setelah pelatihan tidak ada tindak mengikuti pelatihan di lanjut lagi. Jadi peserta bingung harus PPMK? ngapain.” Materi apa saja yang sudah “sedikit motivasi usaha sama makeup di ajari selama pelatihan? sampai busana dan kemarin saya ikut rias sunda putri.”
25
6.
1.
2. 3.
4.
5.
6.
Nama Usia Tanggal Waktu Tempat No 1.
2. 3.
1.
Apakah ada pendampingan “enggak ada mbak.” khusus pada peserta ? Evaluasi Produk Bagaimana perubahan yang “ya ada kemajuan terutama ilmu kita anda rasakan setelah semakin bertambah. Meskipun belum menjadi peserta pelatihan, kita gunakan ke orang setidaknya dan apakah anda mengikuti untuk diri sendiri. Tapi selain di pelatihan – pelatihan kelurahan saya tidak ikutan pelatihan diluar? lagi sih kalo diluar. ” Apa saja yang didapatkan . “ilmu tatarias , teman, pengalaman, selama pelatihan ? wawasan.” Apa kesan pesan anda “sangat senang mbak.” selama mengikuti pelatihan ? Apa harapan anda kedepan “Diadakan lagi, tetapi kegiatan lain lagi terhadap PPMK, jika diberi seperti jenis riasnya, jadi tidak hanya modal usaha mau tidak sunda putri saja.” mengembangkannya? Apakah anda menularkan “kadang berbagi saja.” keterampilan tata rias anda kepada keluarga atau orang lain? Bagaimana kondisi “masih sama aja, soalnya kan baru ekonomi anda saat ini dipakai untuk sendiri aja belum ke setelah mengikuti orang lain.” pelatihan? : Ibu Riyana : 40 Tahun : 26 Oktober 2016 : 15. 05 – 15.30 : Kediaman Bu Karyati Pertanyaan
Jawaban Evaluasi Konteks Sudah berapa lama “saya ikut tahun 2014 yang muslim mengikuti pelatihan tata modifikasi.” rias ini? Apa Profesi sebelum “ibu rumah tangga aja mbak. Sama mengikuti pelatihan ? ikut jumatik saja dari kelurahan. ” Apa kegiatan / pekerjaan “sama mbak ibu rumah tangga sama anda saat ini? jumantik. ” Evaluasi Input Kenapa anda mengikuti “senang dandan aja sih, hehe hoby pelatihan ini ? juga.”
26
2.
Bagaimana perasaanya “senang sekali.” ketika diadakan sebuah pelatihan keterampilan ini?
3.
Bagaimana pengalaman ibu “sebelum pelatihan tidak tau sama sebelum dan sesudah sekali, setelah pelatihan saya sering di mengikuti pelatihan ? ajak untuk membantu merias. Dan saya ikut kursus privat sama Bu Tri ( Pelatih) untuk merias pager ayu.” Evaluasi Proses Bagaimana instruktur “jelas sekali. Mungkin kalau ingin ketika mengikuti pelatihan? privat di luar pelatihan akan dijelasin lebih detail lagi.” Bagaimana infrastruktur “cukup mbak ya, kita juga dapet alat ketika di PPMK / LMK?? riasnya.” Bagaimana peluang karir “setelah ikut sering dapet ajakan dari atau usaha setelah teman untuk merias, atau panggilan mengikuti pelatihan ? untuk rias wisuda.”
1.
2. 3.
4.
5.
6.
1.
2. 3.
4.
5.
Apa kendala setelah “kendalanya masih kurang mengikuti pelatihan di pengetahuan aja, saya ingin privat PPMK? lagi di luar pelatihan Cuma belum kesampaian karena dana juga.” Materi apa saja yang sudah “pertamanya sih motivasi untuk di ajari selama pelatihan? usaha, terus ya merias mulai dari muka, sampai baju”. Apakah ada pendampingan “tidak ada mbak, kalau mau ilmunya khusus pada peserta ? bertambah ya kita kursus sendiri lagi diluar.” Evaluasi Produk Bagaimana perubahan yang “ya setelah pelatihan sering diajakanda rasakan setelah ajak untuk merias untuk membantumenjadi peserta pelatihan, bantu saja. Oh iya saya setelah ikut dan apakah anda mengikuti pelatihan yang dikelurahan, saya ikut pelatihan – pelatihan les lagi di ibu tri”. diluar? Apa saja yang didapatkan “ilmu merias, teman dan wawasan.” selama pelatihan ? Apa kesan pesan anda “menarik sekali pelatihannya mbak. selama mengikuti pelatihan Apalagi sesuai hoby saya .” ? Apa harapan anda kedepan “ingin di adakan lagi pelatihannya terhadap PPMK, jika diberi dengan jenis yang berbeda. Kalau modal usaha mau tidak saya mau banget mbak kalau dikasih mengembangkannya? modal usaha, karena kan meris juga ga murah biaya alat-alatnya.” Apakah anda menularkan “oh kalau itu belum mbak, masih untuk keterampilan tata rias anda sendiri aja.”
27
6.
Nama Usia Tanggal Waktu Tempat No 1.
2. 3.
1.
2.
3.
1. 2. 3.
4.
kepada keluarga atau orang lain? Bagaimana kondisi “ alhamdulillah kalo ada panggilan ya ekonomi anda saat ini bertambah pemasukannya” setelah mengikuti pelatihan? : Ibu Nami : 50 Tahun : 26 Oktober 2016 : 15 . 40 – 16. 15 : Kediaman Bu Karyati Pertanyaan
Jawaban Evaluasi Konteks Sudah berapa lama “saya ikut pelatihan 2015.” mengikuti pelatihan tata rias ini? Apa Profesi sebelum “saya ibu rumah tangga, jumantik juga” mengikuti pelatihan ? Apa kegiatan / pekerjaan “masih ibu rumah tangga, masih aktif anda saat ini? jumantik” Evaluasi Input Kenapa anda mengikuti “sebelum ikut pelatihan saya sudah pelatihan ini ? sering ikut saudara untuk merias, makanya waktu ada pelatihan di kelurahan saya ikut.” Bagaimana perasaanya “senang sekali.” ketika diadakan sebuah pelatihan keterampilan ini? Bagaimana pengalaman ibu “sebelum ikut memang saya suka sebelum dan sesudah diajak merias sama teman atau saudara, mengikuti pelatihan ? setelah ikut pelatihan ya masih sama suka di ajak saja, belum berani bergerak sendiri, masih takut.” Evaluasi Proses Bagaimana instruktur “enak, pelatihnya juga udah kenal.” ketika mengikuti pelatihan? Bagaimana infrastruktur “cukup lengkap mbak.” ketika di PPMK / LMK?? Bagaimana peluang karir “ya ada panggilan aja mbak, di ajak atau usaha setelah saudara saja untuk merias.” mengikuti pelatihan ? Apa kendala setelah “belum berani kalau buka usaha mengikuti pelatihan di sendiri. Karena modalnya besar.” PPMK?
28
5.
6.
1.
2. 3.
4.
5.
6.
Materi apa saja yang sudah “ materi usaha awalnya tapi sedikit, di ajari selama pelatihan? kemudian materi dasar merias mbak, wajah , baju , rambut .” Apakah ada pendampingan “ tidak ada pendampingan.” khusus pada peserta ? Evaluasi Produk Bagaimana perubahan yang “ya sering ikut saudara merias aja. anda rasakan setelah Saya Cuma ikut pelatihan di menjadi peserta pelatihan, kelurahan saja.” dan apakah anda mengikuti pelatihan – pelatihan diluar? Apa saja yang didapatkan “tambahan ilmu , meskipun saya sudah selama pelatihan ? sering ikut jadi menambah ilmunya.” Apa kesan pesan anda “suka banget mbak, senang.” selama mengikuti pelatihan ? Apa harapan anda kedepan “Diadakan lagi pelatihannya, apalagi terhadap PPMK, jika diberi untuk para wanita muda. Ya mau modal usaha mau tidak mbak kalau dikasih modal usaha, kan mengembangkannya? untuk kemajuan usaha kita juga. ” Apakah anda menularkan “ya kalau ada yang ingin belajar saya keterampilan tata rias anda beri tahu.” kepada keluarga atau orang lain? Bagaimana kondisi “alhamdulilah ada pemasukan sendiri.” ekonomi anda saat ini setelah mengikuti pelatihan?
Nama : Ibu Nurleni Usia : 47 Tahun Tanggal : 26 Oktober 2016 Waktu : 16 . 30 – 17. 00WIB Tempat : Kediaman Bu Karyati
No 1.
2. 3.
Pertanyaan
Jawaban
Evaluasi Konteks Sudah berapa lama “saya ikut yang tahun 2015.” mengikuti pelatihan tata rias ini? Apa Profesi sebelum “saya ibu rumah tangga biasa .” mengikuti pelatihan ? Apa kegiatan / pekerjaan “masih sama saja ibu rumah tangga.” anda saat ini?
29
1. 2.
3.
1. 2. 3.
4.
5.
6.
1.
2. 3.
Evaluasi Input Kenapa anda mengikuti “karena saya suka, suka banget.” pelatihan ini ? Bagaimana perasaanya “suka banget, senang banget. Nambah ketika diadakan sebuah pengalaman” pelatihan keterampilan ini? Bagaimana pengalaman ibu “Tadinya saya suka ikut di salon sebelum dan sesudah sama teman saya. Saya di bagian mengikuti pelatihan ? rambut sebelum ikut pelatihan, nah setelah ikut ya jadi lebih pengalaman lagi tentang merias pengantin , tapi ya masih ikut-ikut orang saja sih atau teman. Belum bisa mandiri karena kan kita butuh modal banyak untuk alatalatnya.” Evaluasi Proses Bagaimana instruktur “jelas memberi materinya.” ketika mengikuti pelatihan? Bagaimana infrastruktur “lengkap ya, karena alat-alatnya sudah ketika di PPMK / LMK?? tersedia semua.” Bagaimana peluang karir “saya masih ikut ajakan teman saya atau usaha setelah untuk merias.” mengikuti pelatihan ? Apa kendala setelah mengikuti pelatihan di PPMK? Materi apa saja yang sudah di ajari selama pelatihan?
“kalau saya punya modal saya ingin buka salon.” “materi berwirausaha dan materi merias mbak,”
Apakah ada pendampingan “belum ada pendampingan, hanya khusus pada peserta ? pelatih saja waktu pelatihan. Dan kalau mau ya kita kursus sendiri di luar. Cuma kan modalnya banyak.” Evaluasi Produk Bagaimana perubahan yang “saya sering nerima panggilan aja sama anda rasakan setelah di ajak teman yang sudah profesional, menjadi peserta pelatihan, kan saya juga jadi belajar merias di dan apakah anda mengikuti teman saya ini. Saya ga ikut pelatihan pelatihan – pelatihan di luar sih, saya berharapnya ada diluar? pelatihan di luar dana APBD tapi dana dari swadaya masyarakat untuk pelatihan.” Apa saja yang didapatkan “dapet ilmu, teman juga, dapet hadiah selama pelatihan ? kalo menang. Hehe.” Apa kesan pesan anda “wahh sangat enjoy saya mbakk.” selama mengikuti pelatihan
30
4.
5.
6.
? Apa harapan anda kedepan terhadap PPMK, jika diberi modal usaha mau tidak mengembangkannya?
“Diadakan lagi pelatihannya , tetapi dengan jenis rias pengantin yang berbeda biar wawasan peserta juga bertambah. Kalau diadakan lagi dan harus bayar saya juga mau karena saya benar-benar niat mau bisa semua jenis. Kalau dikasih modal mau banget, saya pengen buka salon sendiri mbak.” Apakah anda menularkan “iya ke teman-teman saja yang mau keterampilan tata rias anda belajar .” kepada keluarga atau orang lain? Bagaimana kondisi “alhamdulillah saya punya penghasilan ekonomi anda saat ini sendiri dari ikut pelatihan.” setelah mengikuti pelatihan?
31
DOKUMENTASI KEGIATAN
(Gambar 1. Suasana Pelatihan Merias)
(Gambar 2. Peserta dan Pelatih)
(Gambar 3. Pelatih sedang menyampaikan materi)
(Gambar 4. Peserta pada hari terakhir untuk dinilai dan dievaluasi)
(Gambar 6. Kunjungan Penulis ketempat peserta atau asisten)
(Gambar 7. Peserta Palatihan)
(Gambar 8. Kunjungan ketempat Pelatih)
(Gambar 9. Penulis bersama Pelatih)
(Gambar 10. Peserta Pelatihan )
(Gambar 11. Hasil Rias Dari Pesesrta BU Imas )