ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN INSTRUKSI GUBERNUR DKI JAKARTA TERKAIT LARANGAN PENYEMBELIHAN HEWAN KURBAN DI SEMBARANG TEMPAT OLEH REPUBLIKA ONLINE DAN KOMPAS ONLINE SEPTEMBER 2015
SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Disusun Oleh:
SETYA MALIKH KEFIN TURANGGA 1111051000061
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1437 H/2016 M
ABSTRAK Setya Malikh Kefin Turangga ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN INSTRUKSI GUBERNUR DKI JAKARTA TERKAIT LARANGAN PENYEMBELIHAN HEWAN KURBAN DI SEMBARANG TEMPAT OLEH REPUBLIKA ONLINE DAN KOMPAS ONLINE SEPTEMBER 2015 Polemik yang terjadi akibat Instruksi Gubernur tentang larangan pemotongan hewan kurban di sembarang tempat sempat menjadi perbincangan hangat di berbagai media. Hal ini disebabkan karena Instruksi tersebut bertentangan dengan tradisi yang sudah ada dan dijalankan masyarakat muslim di DKI Jakarta. Pada polemik tersebut, media online turut memberitakannya, dua diantaranya adalah Republika Online dan Kompas.com. Setiap media memiliki kecederungan masing-masing dalam pemberitaan mengenai Instruksi Gubernur DKI Jakarta tersebut, termasuk Republika Online dan Kompas.com. berdasarkan hal tersebut, rumusan masalah penelitian yaitu, Bagaimana perbandingan frame/pembingkaian yang dilakukan oleh media Republika online dan Kompas.com mengenai instruksi Gubernur DKI Jakarta tentang pelarangan penyembelihan hewan kurban di sembarang tempat? Dalam penelitian ini, teknik analisis data dengan menggunakan analisis framing model Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki yang membedah teks melalui empat unsur, yakni sintaksis, skrip, tematik, dan retoris. Lalu teori yang digunakan adalah teori konstruksi sosial yang diperkenalkan oleh Peter L. Berger yang mengatakan bahwa teks itu adalah hasil sebuah konstruksi oleh penulisnya. Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah konstruktivisme dengan pendekatan penelitian kualitatif. Paradigma konstruktivisme berbicara komunikasi bukan sebagai penyebaran
pesan dan gagasan, tetapi proses pembentukan individu sebagai anggota dari kebudayaan atau masyarakat. Sementara pendekatan penelitian kualitatif dimana penelitian jenis ini terdiri dari sekumpulan interpretasi praktis yang menggambarkan kondisi aktual dengan jelas. Interpretasi tersebut direpresentasikan dalam catatan lapangan, wawancara, percakapan, foto, rekaman, dan memo. Terlihat kecenderungan perbedaan dalam pemberitaan yang dikeluarkan oleh Republika Online dan Kompas.com. Republika Online lebih menekankan bahwa Instruksi Gubernur tentang larangan berkurban itu bertentangan dengan tradisi masyarakat muslim dan norma Agama Islam. Sedangkan dari Kompas.com lebih cenderung melihat Instruksi Gubernur tersebut murni sebagai sebuah peraturan dan kebijakan yang normal dari sebuah Kepala Daerah. Setelah melakukan penelitian, penulis mengambil kesimpulan dari kedua media online yakni Republika Online dan Kompas.com. Republika Online agak berbeda dalam pemilihan narasumber yang di pilih ialah seorang Aktifis Islam, penyusunan kalimat yang cenderung selalu mengaitkan dengan Islam dan efek negatif yang ditimbulkan dari Instruksi Gubernur tersebut. Sedangkan Kompas.com menggunakan narasumber Ahok langsung tanpa menghadirkan narasumber lain, dan setiap pernyataan yang dibuat oleh Kompas.com bermakna sebuah klarifikasi dan alasan rasional dikeluarkannya Instruksi Gubernur tersebut. Kata kunci: Instruksi Gubernur, Republika Online, Kompas.com, framing, kurban.
KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Alhamdulillahirabbil alamin. Segala puji dan syukur peneliti sampaikan atas kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya, peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Analisis Framing Instruksi Gubernur DKI Jakarta Terkait larangan Penyembelihan Hewan Qurban di Sembarang Tempat oleh “Republika Online” dan “Kompas.com”. Shalawat serta salam semoga tetap terlimpah dan tercurah kepada Baginda tercinta Rasulullah SAW, semoga kita adalah umat yang dapat syafaatnya di hari akhir. Amin ya rabbal alamin. Dalam penulisan skripsi ini, peneliti menyadari bahwa tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak, peneliti tidak dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi yang diselesaikan peneliti pada semester 10 ini bukan suatu yang sempurna dan juga bukan suatu skripsi yang telat selesai, peneliti percaya bahwa kelulusan di semester 10 ini nantinya akan bermanfaat untuk peneliti sendiri dan orang lain. Maka dalam kata pengantar ini ingin menyampaikan terima kasih kepada; 1. Kedua orangtua peneliti, Mamin H.N dan Sri Sulasih yang senantiasa memberikan doa, kasih sayang serta selalu memberikan dukungan moril dan materil kepada peneliti. Special untuk Mama, sosok Inspirator, panutan, serta contoh nyata yang amat sangat peneliti kagumi. Kepada Nenek, Ustadzah Hj. Mai yang selalu memberikan dorongan, semangat dan doa kepada peneliti. Kakak tercinta, Yulita Maryanah yang tanpa henti selalu mengingatkan untuk bangun dan selesaikan skripsi. Serta Adik,
Syah Zulya Ghaffar, yang selalu siap siaga membantu peneliti jikalau membutuhkan pertolongan berupa jasa 2. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, DR. H. Arief Subhan, M.A. Wakil Dekan I Bidang Akademik, DR. Suparto, M. Ed, Ph.D. Wakil Dekan II Bidang Administrasi Umum, DR. Roudhonah, M.Ag, serta Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan, DR. Suhaimi, M. Si. 3. Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Drs. Masran, M.A serta Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fita Fathurokhmah, M.Si. yang telah meluangkan waktunya untuk sekedar berkonsultasi dan meminta bantuan dalam hal perkuliahan. 4. Dosen Pembimbing skripsi, Ibu Siti Nurbaya M.Si.yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing, mengarahkan, memberikan banyak sekali pelajaran kepada peneliti dengan kesabaran untuk dapat menyelesaikan penelitian ini dengan baik dan tentunya memberikan pengalaman perjalanan yang banyak menginspirasi peneliti. 5. Seluruh Dosen pengajar, staf dan seluruh civitas akademika Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah memberikan ilmu-ilmu yang sangat bermanfaat bagi peneliti. 6. Pimpinan karyawan Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi yang telah menyediakan buku serta fasilitas lainnya sehingga peneliti mendapat banyak referensi dalam penelitian ini.
7. Mas Agung Sasongko dari Republika Online dan Mas Heru Johannes Margianto dari Kompas.com selaku narasumber yang telah membantu peneliti dalam pencarian data serta memberikan masukan baik terhadap penulisan Skripsi ini. 8. Teman-teman seperjuangan KPI B 2011, berproses bersama, sahabat yang memberikan suka, duka, tawa yang penuh warna, lingkungan perkuliahan yang begitu memberikan banyak wawasan dan pergaulan yang harmonis dan kekeluargaan.Kalajengking Hitam, sebagai media sosialisasi dan forum diskusi yang banyak memberikan ilmu dan masukan penting dalam hal perkuliahan hingga percintaan semasa perjalanan skripsi. Nana, Almu, Rheza acon, Ismo, Sendi, Reza Fansuri 9. Keluarga besar New Futsal, abang akhsan, dani, heri, jey dan teman seperjuangan Aulia Rahman (Nye-nye), Indra, Fikri, adik Alfajri, Aldy sahabat yang setia menemani, memberikan dukungan dan semangat lebih dan berpengaruh besar dalam kehidupan peneliti. 10. Teman-teman KKN PUCUK 2016 yang begitu meriah, dan memberikan banyak pengalaman baru kepada peneliti dalam hal bersosialisasi dan bermasyarakat. 11. Kepada Pixels Studio, sebagai tempat menyalurkan hobby dan menggali ilmu di bidang photography dan modeling. Banyak memberikan ilmu, motivasi bahkan materi dan membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih belum mencapai kesempurnaan, namun peneliti telah berusaha semaksimal mungkin agar dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan baik. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk pribadi peneliti dan pembaca.
Jakarta, 30 Maret 2016
Setya Malikh Kefin Turangga
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................................
ii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN ........................................................... iii LEMBAR PERNYATAAN ......................................................................................... iv ABSTRAK ....................................................................................................................
v
KATA PENGANTAR ................................................................................................... vi DAFTAR ISI .................................................................................................................
x
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... xi DAFTAR TABEL ....................................................................................................... xiii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................... 1 B. Batasan Penelitian dan Rumusan Masalah .......................................... 4 C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ........................................................ 5 1.
Tujuan .......................................................................................... 5
2.
Kegunaan ...................................................................................... 5
D. Metodologi Penelitian.......................................................................... 6 1.
Paradigma Penelitian ................................................................... 6
2.
Pendekatan Penelitian .................................................................. 7
3.
Subjek dan Objek Penelitian ........................................................ 8
4.
Teknik Pengumpulan Data ........................................................... 8
5.
Teknik Analisis Framing.............................................................. 9
E. Tinjauan Pustaka................................................................................ 20 F. Sistematika Penulisan .......................................................................... 21
BAB II
KERANGKA TEORITIS A. Teori Konstrukai Sosial ....................................................................... 22
B.
C.
Konseptualisasi Berita ......................................................................... 25 1.
Pengertian Berita .......................................................................... 25
2.
Nilai Berita ................................................................................... 26
3.
Kategori dan Jenis Berita ............................................................. 28
Media Online ....................................................................................... 30
D. Tradisi Penyembelihan Hewan Kurban ............................................... 33
BAB III
PROFIL A. Republika Online ................................................................................. 39 B.
BAB IV
Kompas.com ........................................................................................ 43
ANALISIS TEMUAN TEKS DAN INTERPRETASI A. Teks Berita Larangan Penyembelihan Hewan Kurban ......................... 48 1. Teks Berita Republika Online ....................................................... 48 2. Teks Berita Kompas.com .............................................................. 50 B.
Analisis Hasil Temuan Republika Online dan Kompas.com .............. 52 1. Sintaksis ........................................................................................ 52 a.
Headline .................................................................................. 52
b.
Lead ........................................................................................ 53
c.
Latar ........................................................................................ 56
d.
Kutipan Narasumber ............................................................... 58
e.
Pernyataan ............................................................................... 62
f.
Penutup ................................................................................... 68
2. Skrip .............................................................................................. 71 a.
5W+1H ................................................................................... 71
3. Tematik ......................................................................................... 76 a.
Detail ....................................................................................... 76
b.
Koherensi ................................................................................ 81
c.
Bentuk Kalimat ....................................................................... 86
d.
Kata Ganti ............................................................................... 92
4. Retoris ........................................................................................... 94 a.
Leksikon ................................................................................. 94
b.
Grafis ...................................................................................... 87
C.
BAB V
Interpretasi .......................................................................................... 98
PENUTUP A. Kesimpulan ........................................................................................ 117 B.
Saran .................................................................................................. 118
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 119 LAMPIRAN.................................................................................................................. 122
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Perangkat Framing Pan dan Kosicki .................................................... 14 Tabel 2.2 Kategori Berita ...................................................................................... 28 Tabel 2.3 Jenis Berita ............................................................................................ 29 Tabel 3.1 Kanal-kanal berita pada Kompas.com ................................................... 44 Tabel 4.1 Berita-berita terkait Instruksi Gubernur No.168 ................................... 47 Tabel 4.2 Headline dari Republika Online dan Kompas.com ............................... 52 Tabel 4.3 Lead dari Republika Online dan Kompas.com ...................................... 53 Tabel 4.4 Latar dari Republika Online dan Kompas.com ..................................... 56 Tabel 4.5 Kutipan Narasumber dari Republika Online dan Kompas.com ............ 58 Tabel 4.6 Pernyataan dari Republika Online dan Kompas.com ............................. 62 Tabel 4.7 Penutup dari Republika Online dan Kompas.com ................................. 68 Tabel 4.8 5W+1H pada Republika Online dan Kompas.com ............................... 71 Tabel 4.9 Detail pada Republika Online dan Kompas.com ................................... 76 Tabel 4.10 Koherensi pada Republika Online dan Kompas.com ........................... 81 Tabel 4.11 Bentuk Kalimat pada Republika Online dan Kompas.com .................. 86 Tabel 4.12 Kata Ganti pada Republika Online dan Kompas.com .......................... 92 Tabel 4.13 Leksikon pada Republika Online dan Kompas.com ........................... 94 Tabel 4.14 Grafis pada Republika Online dan Kompas.com ................................ 97
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Idul Adha adalah sebuah hari raya Islam. Pada hari ini diperingati peristiwa kurban, yaitu ketika Nabi Ibrahim (Abraham), yang bersedia untuk mengorbankan putranya Ismail untuk Allah, akan mengorbankan putranya Ismail, kemudian digantikan oleh-Nya dengan domba. Pada hari raya ini, umat Islam berkumpul pada pagi hari dan melakukan salat Ied bersama-sama di tanah lapang, seperti ketika merayakan Idul Fitri. Setelah salat, dilakukan penyembelihan hewan kurban, untuk memperingati perintah Allah kepada Nabi Ibrahim yang menyembelih domba sebagai pengganti putranya. Hari Raya Idul Adha jatuh pada tanggal 10 bulan Dzulhijjah, hari ini jatuh persis 70 hari setelah perayaan Idul Fitri. Hari Idul Adha adalah puncaknya ibadah Haji yang dilaksanakan umat Muslim.Terkadang Idul Adha disebut pula sebagai Idul Qurban atau Lebaran Haji. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Tradisi memiliki arti yaitu suatu adat kebiasaan turun-temurun (dari nenek moyang) yang masih dijalankan dalam masyarakat. Tradisi secara sederhana merupakan kebiasaan yang sudah sejak lama telah dilakukan dan menjadi bagian dari hidup sebuah kelompok masyarakat, negara, kebudayaan, waktu, atau agama yang sama.
1
2
Dari media kita dapat memperoleh informasi mengenai realitas yang tengah berlangsung di suatu tempat. Sementara, realitas yang dihadirkan media ke hadapan pembaca bukanlah realitas yang sesungguhnya, melainkan yang sudah dibentuk, dibingkai dan dibentuk sedemikian rupa oleh media tersebut. Peranan media massa dalam proses mengkonstruksi suatu peristiwa menjadi signifikan dalam pembentukkan realitas sosial. Untuk mengetahui bagaimana media mengkonstruksi berita biasanya digunakan analisis framing. Dalam perspektif komunikasi, analisis framing dipakai untuk membedah cara-cara media saat mengkonstruksi fakta. Analisis ini mencermati strategi seleksi, penonjolan dan pertautan fakta ke dalam berita agar lebih bermakna, lebih menarik, dan heboh atau lebih diingat, untuk mengiring interpretasi khalayak sesuai perspektif. Dengan kata lain, framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh wartawan ketika menyeleksi isu dan menulis berita. Cara pandang atau perspektif itu pada akhirnya menentukan fakta apa yang diambil, bagian mana yang ditonjolkan dan dihilangkan serta hendak dibawa kemana berita tersebut.1 Karenanya, berita menjadi manipulatif dan bertujuan mendominasi keberadaan subjek sebagai suatu yang legitimate, objektif, alamiah, wajar, atau tak terelakkan.2 Terkait dengan pemberitaan yang sudah beredar di media online awal bulan September 2015 kemarin tentang larangan menyembelih hewan
1
Agus Sudibyo, Citra Bung Karno, Analisis Berita Pers Orde Baru (Yogyakarta: Bigraf Publishing, 1999), h. 23. 2 Nugroho, Eriyanto, Frans Sudiarsis, Politik Media Mengemas Berita, (Jakarta: Institut Studi Arus Informasi, 1999), h. 21.
3
kurban di sembarang tempat, disini penulis telah mengutip salah satu berita tersebut dari media Republika Online dan Kompas.com. Penyembelihan hewan kurban Sudah menjadi tradisi turun temurun yang di laksanakan oleh umat Islam. Berbagai jenis hewan seperti sapi, kerbau, kambing dan domba merupakan hewan yang digunakan untuk kurban. Di DKI Jakarta khususnya, masyarakat yang mayoritas merupakan umat islam
sudah pasti
disetiap sudut kota melakukan tradisi
penyembelihan hewan kurban. Namun pada saat ini, tradisi penyembelihan hewan
kurban
menjadi
sebuah
polemik
karena
diduga
banyak
mengandunng efek negatif terutama bagi kesehatan tubuh. Terlepas dari Hari Raya Idul Adha 2015, Gubernur DKI Jakarta mengeluarkan instruksi Gubernur no.168 tahun 2015 yang berisi tentang larangan penjualan dan penyembelihan hewan kurban di sembarang tempat. Dengan keluarnya peraturan tersebut, Gubernur DKI Jakarta (Basuki) beranggapaan dengan penertiban ini, maka pemotongan kurban lebih bersih dan terjamin kesehatannya.Basuki juga menghimbau kepada masyarakat
yang melakukan penyembelihan
kurban, untuk tidak
melakukan penyembelihan di sekolah atau ligkungan pemukiman untuk menghindari bakteri dari darah hewan kurban, dan Ahok menyarankan penyembelihan hewan kurban di RPH (Rumah Pemotongan Hewan) yang tersebar di Jakarta. Menyangkut Peraturan Gubernur tentang lokasi penyembelihan hewan kurban, menimbulkan pro dan kontra berbagai pihak dan respon negatif dari umat Islam, terutama pemuka agama Islam di Jakarta.
4
Masyarakat menilai, kontroversi Ahok terkait larangan penyembelihan kurban di sembarang tempat merupakan tindakan yang tidak begitu perlu dilakukan, karena tradisi pemotongan hewan kurban sudah terjadi turuntemurun dan saran yang diberikan Ahok untuk melakukan penyembelihan di RPH pun dinilai tidak cukup efisien, dikarenakan RPH yang terbatas tidak cukup mampu menampung sejumlah hewan kurban yang akan di sembelih dalam waktu 1 hari. Berita tersebut sudah banyak tersebar di seluruh media massa nasional, cetak, elektronik maupun media online dan menjadi headline selama dua minggu terakhir menjelang Hari Raya Idul Adha tentang ―Larangan Berkurban‖ terutama di media Republika Online dan Kompas.com. Penulis mengangkat isu tentang Instruksi Gubernur terkait larangan penyembelihan hewan kurban di sembarang tempat pada media Republika Online dan Kompas.com karena ingin melihat kecenderungan dan pembingkaian berita dari kedua media online tersebut. Apakah ada perbedaan yang signifikan dari penyajian kedua media online tersebut, serta bagaimana berita tersebut di kemas dan di sampaikan dari kedua media online tersebut.
B.
Batasan Penelitian dan Rumusan Masalah 1.
Batasan Penelitian Dalam penelitian ini, penulis membatasi permasalahan hanya pada berita Instruksi Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahya Purnama (Ahok) terkait larangan penyembelihan hewan kurban di sembarang
5
tempat oleh media Republika Online dan Kompas.com. dan pemberitaan yang diteliti adalah berita yang diterbitkan pada bulan September 2015. 2.
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah yang sudah di jelaskan, adapun rumusan masalahnya sebagai berikut: Bagaimana perbandingan frame/pembingkaian yang dilakukan oleh media Republika online dan Kompas.com mengenai instruksi Gubernur DKI Jakarta
tentang pelarangan
penyembelihan
hewan
kurban
di
sembarang tempat?
C.
Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1.
Tujuan Berdasarkan pokok permasalahan yang telah penulis rumuskan di atas, tujuan yang ingin penulis capai dari hasil penelitian ini, yaitu: Untuk
mendeskripsikan
bagaimana
frame/pembingkaian
dan
kecenderungan yang dilakukan oleh media Republika online dan Kompas.com mengenai instruksi Gubernur DKI Jakarta tentang pelarangan penyembelihan hewan kurban di sembarang tempat. 2.
Kegunaan a.
Secara Akademis Penelitian ini bermanfaat bagi akademis yang mengkaji mengenai kencenderungan-kecenderungan yang memperlihatkan media dalam mengkonstruksi sebuah pemberitaan. Hal ini dapat
6
memperkaya kajian-kajian media khususnya mengenai media online yang menjadi pilihan masyarakat saat ini karena kemudahan mengaksesnya. b. Secara Praktis Penulis berharap penelitian ini dapat memberikan gambaran kepada
masyarakat
ataupun
khalayak
tentang
bagaimana
pembingkaian berita yang dilakukan oleh media. Serta masyarakat mampu memberikan penilaian sendiri terhadap pemberitaan dan media tersebut.
D.
Metodologi Peneltian 1.
Paradigma Penelitian Penelitian
ini
menggunakan
paradigma
konstruktivisme.
Menurut paradigma konstruktivisme, realitas sosial yang diamati oleh seseorang tidak dapat digeneralisasikan, hal ini dapat diartikan bahwa realitas sosial tidak dapat disama-ratakan.3 Menurut Patton, para peneliti konstruktivis mempelajari beragam realita yang terkonstruksi oleh individu dan dampak dari konstruksi tersebut bagi kehidupan mereka dengan cara yang nyata dalam memandang realitas tersebut.4 Paradigma ini menilai aspek etika, moral, dan nilai-nilai tertentu tidak mungkin dihilangkan dari pemberitaan media. Etika dan moral yang dalam banyak hal berarti keberpihakan pada satu kelompok atau 3
Eriyanto, Analisis Wacana, Pengantar Analisis Isi Media (Yogyakarta: LKiS, 2004), h.
13. 4
Michael Quinn Patton, Qualitative Research and Evaluation Methods, 3rd ed. (California: Sage Publications, Inc, 2002), h. 96-97.
7
nilai tertentu – umumnya dilandasi oleh keyakinan tertentu - adalah bagian yang integral dan tidak terpisahkan dalam membentuk dan mengkonstruksi realitas.5 2.
Pendekatan Penelitian Peneliti menggunakan pendekatan penelitian Kualitatif yaitu dimana peneliti berperan sebagai pelaku observasi dari kehidupan sekitar. Penelitian jenis ini terdiri dari sekumpulan interpretasi praktis yang menggambarkan kondisi aktual dengan jelas. Interpretasi tersebut direpresentasikan dalam catatan lapangan, wawancara, percakapan, foto, rekaman, dan memo. Pada tahap ini, penelitian kualitatif melibatkan pendekatan naturalistik interpretatif. Dalam pendekatan ini, penelitu mempelajari hal-hal dalam kondisi yang natural, mencoba untuk memahami, atau untuk menafsirkan, fenomena yang mereka temukan.6 Penelitian kualitatif lebih medasarkan diri pada hal-hal yang bersifat diskursif (transkip, memo, catatan lapangan, dokumen, hasil wawancara). Sedangkan materi yang bersifat nondiskursif (foto, musik, arsitektur bangunan, patung, candi) biasanya dikonversikan dalam bentuk narasi yang bersifat deskriptif sebelum dianalisis, diinterpretasi, dan kemudian disimpulkan.7 Penelitian kualitatif juga menekankan pada struktur yang terjadi secara natural dari realitas,
5
Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, (Yogyakarta: PT. LKIS Pelangi Aksara 2002) hal. 32, 37-41 6 Norman K. Denzin and Yvonna S. Lincoln, The Handbook of Qualitative Research, (London: Sage Publications Inc, 2000) hal. 2 7 Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif, (Yogyakarta: PT LKIS Pelangi Aksara, 2007) hal. 37
8
hubungan yang erat antara peneliti dan apa yang diteliti, dan faktorfaktor yang menimbulkan pertanyaan. Kemudian mereka mencari jawaban dari pertanyaan yang menekankan bagaimana pengalaman sosial didapatkan dan tergali makna nya.8 3.
Subjek dan Objek Penelitian Subjek penelitian adalah media online yakni Republika Online dan Kompas.com. Sementara objek penelitiannya adalah berita tentang Larangan Penyembelihan Hewan Kurban di sembarang tempat berdasarkan instruksi Gubernur DKI Jakarta no.168 di Republika Online dan Kompas.com.
4.
Teknik Pengumpulan Data Berdasarkan objek, tujuan dan masalah yang akan di teliti, penelitian ini mempunyai teknik pengumpulan data sebagai berikut: a.
Dokumentasi Peneliti melakukan dokumentasi dalam mendapatkan data untuk penelitian ini. Teknik dokumentasi digunakan dengan cara mengumpulkan dan mengobservasi data yang terdiri dari teks berita terkait Pemberitaan Instruksi Gubernur DKI Jakarta tentang larangan
berkurban
pada
media
Republika
Online
dan
Kompas.com edisi September 2015. b. Studi Kepustakaan Peneliti melakukan studi kepustakaan dengan membaca buku-buku yang berkaitan dengan jurnalistik, analisis framing, 8
Norman K. Denzin and Yvonna S. Lincoln, The Handbook of Qualitative Research, (London: Sage Publications Inc, 2000) hal. 8
9
komunikasi, dan media massa serta hasil-hasil dari penelitian yang sebelumnya yang juga menggunakan analisis framing. c.
Wawancara Dalam wawancara kualitatif, peneliti dapat melakukan faceto-face
interview
(wawancara
berhadap-hadapan)
dengan
narasumber dari Republika Online dengan bapak Agung Sasongko selaku Tim Redaksi, sedangkan Kompas.com adalah bapak Johannes Heru Margianto selaku News Assistant Managing Editor. Wawancara ini dengan menggunakan pertanyaanpertanyan yang secara umum tidak terstruktur dan bersifat terbuka yang dirancang untuk memunculkan pandangan dan opini dari partisipan. 5.
Teknik Analisis Framing A. Konsep Framing 1) Konsep Framing Model Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki Pada dasarnya, analisis framing merupakan versi terbaru dari
pendekatan
analisis
wacana,
khususnya
untuk
menganalisis teks media. Gagasan mengenai Framing, pertama kali dilontarkan oleh Beterson tahun 1955. Mulanya, framing dimaknai
sebagai
struktur
konseptual
atau
perangkat
kepercayaan yang mengorganisir pandangan politik, kebijakan, dan wacana, serta yang menyediakan kategori-kategori standar untuk
mengapresiasi
realitas.
Konsep
ini
kemudian
10
dikembangkan lebih jauh oleh Goffman pada 1974, yang mengandaikan frame sebagai kepingan-kepingan perilaku (strips of behavior) yang membimbing individu dalam membaca realitas. Analisis framing merupakan dasar struktur kognitif yang memandu persepsi dan representasi realitas. Menurut Panuju, analisis framing adalah analisis untuk membongkar ideology dibalik penulisan informasi.9 Analisis framing berusaha untuk menentukan kuncikunci tema dalam sebuah teks dan menunjukkan bahwa latar belakang budaya membentuk pemahaman terhadap sebuah peristiwa.
Dalam
mempelajari
media,
analisis
framing
menunjukkan bagaimana aspek-aspek struktur dan bahasa beritamemengaruhi aspek lain. Ada dua aspek dalam framing.10 Pertama, memilih fakta/realitas. Proses memilih fakta ini didasarkan pada asumsi, wartawan tidak mungkin melihat peristiwa tanpa perspektif. Disinilah dibuatnya penekanan-penekanan untuk menonjolkan bagian dari fakta yang ditonjolkan atau bagian yang memang tidak diberitakan. Kedua, menuliskan fakta. Proses ini berhubungan dengan bagaimana fakta yang terpilih disajikan kepada khalayak. Gagasan ini diungkapkan dengan kata,
9
Jumroni, Metode-metode Penelitian Komunikasi (Jakarta: UIN Press, 2006)cet ke-1, hal.
10
Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi Ideology dan Politik Media. (Yogyakarta: LKiS),
92. hal. 69.
11
kalimat dan proposisi apa, dengan bantuan aksentuasi foto dan gambar apa, dan sebagainya. Model framing yang dikenalkan oleh Pan dan Kosicki ini lebih dikenal dengan singkatan MPK (Model Pan dan Kosicki), merupakan model framing yang paling banyak di gunakan. Model analisis framing Pan dan Kosicki melihat ada dua konsepsi yang saling berkaitan. Pertama, dalam konsepsi Psikologi.
Dalam konsep ini
lebih menekankan pada
bagaimana seseorang memproses informasi dalam dirinya. Framing berkaitan dengan struktur dan proses kognitif, bagaimana seseorang mengolah sejumlah informasi dan ditunjukkan dalam skema tertentu. framing disini dilihat sebagai penempatan informasi dalam suatu konteks yang unik/khusus dan menempatkan elemen tertentu dari suatu isu dengan penempatan yang lebih menonjol dalam kognisi seseorang. Kedua, konsepsi Sosiologis. Dalam konsep ini lebih melihat pada bagaimana konstruksi sosial atas realitas. Dipahami
sebagai
mengklasifikasikan,
proses
bagaimana
mengorganisasikan,
dan
seseorang menafsirkan
pengalaman sosialnya untuk mengerti dirinya dan realitas di luar dirinya. Frame disini berfungsi membuat suatu realitas menjadi teridentifikasi, dipahami, dan dapat dimengerti karena sudah dilabeli dengan label tertentu.
12
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori analisis framing dari Pan dan Kosicki, yaitu proses seleksi dari berbagai aspek realitas sehingga bagian tertentu dari peristiwa itu lebih menonjol dibandingkan aspek lain. analisis framing secara sederhana dapat digambarkan sebagai analisis untuk mengetahui bagaimana realitas (peristiwa, aktor, kelompok, atau apa saja) dibingkai oleh media. Pembingkaian tersebut tentu saja melalui proses konstruksi. onsepsi psikologis dan sosiologis tersebut di gabung dalam model Pan dan Kosicki dapat dilihat dari bagaimana suatu berita di produksi dan peristiwa di konstruksi oleh wartawan.
Wartawan
bukanlah
agen
tunggal
dalam
menafsirkan peristiwa, sebab paling tidak ada tiga pihak yang saling berhubungan: wartawan, sumber dan khalayak. Setiap pihak
menafsirkan
dan
mengkonstruk
realitas,
dengan
penafsiran sendiri dan berusaha agar penafsirannya yang paling dominan dan menonjol.
Dalam mengkonstruk realitas,
wartawan tidak hanya menggunakan konsepsi yang ada dalam pikirannya
semata.Pertama,
proses
konstruksi
itu
juga
melibatkan nilai sosial yang melekat dalam diri wartawan. Nilai-nilai sosial yang tertanam memengaruhi bagaimana realitas dipahami, dengan melihat nilai-nilai kepercayaan dari lingkingan sosial yang ada di masyarakat. Kedua, ketika menulis
dan
mengkonstruk
berita,
wartawan
bukanlah
13
berhadapan dengan publik yang kosong, melainkan ada khalayak yang dijadikan pertimbangan. Melalui proses inilah nilai-nilai sosial yang dominan yang ada di masyarakat ikut memengaruhi pemaknaan. Ketiga, proses konstruksi itu juga di tentukan oleh proses produksi yang selalu melibatkan standar kerja, profesi jurnalistik, dan standar professional dari wartawan.11 2) Perangkat Framing MPK MPK (1993) melalui tulisan mereka “Framing Analysis: An Approach to News Discourse” mengoperasionalkan empat dimensi structural teks berita sebagai perangkat framing: Sintaksis, Skrip, Tematik, Retoris. Keempat dimensi struktural ini membentuk semacam tema yang mempertautkan elemenelemen semantic narasi berita dalam suatu koherensi global. Model ini berasumsi bahwa setiap berita mempunyai frame yang berfungsi sebagai pusat organisasi ide.12 Peneliti menggunakan empat cara dalam menganalisis berita menurut Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki. Struktur Sintaksis, bagaimana wartawan menyusun peristiwa atau pernyataan, opini, kutipan, pengamatan atas peristiwa ke dalam bentuk susunan umum berita melalui lead yang dipakai, latar, headline, kutipan yang di ambil, dan sebagainya. Struktur
11
Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, (Yogyakarta: LKIS Pelangi Aksara, 2002) hal. 291-293 12 Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki, ―Framing Analysis: An Approach to News Discourse”, Journal Political Communication, vol. 10 no. 1, 1993, hal. 55-57.
14
skrip, bagaimana wartawan mengisahkan atau menceritakan peristiwa ke dalam bentuk berita, artinya melihat strategi cara bercerita dan bertutur yang di pakai wartawan dalam mengemas peristiwa. Struktur Tematik, bagaimana wartawan mengungkapkan pandangannya atas peristiwa ke dalam proposisi,
kalimat
atau
hubungan
antar
kalimat
yang
membentuk teks secara keseluruhan, melihat pemahaman itu diwujudkan kedalam bentuk yang lebih kecil. Struktur Retoris, bagaimana wartawan menekankan arti tertentu ke dalam berita, melihat bagaimana wartawan memakai pilihan kata, idiom, grafik, dan gambar yang dipakai bukan hanya mendukung tulisan, melainkan juga menekkankan arti tertentu kepada pembaca.13 Tabel 1.1 Perangkat FramingPan dan Kosicki Struktur
Perangkat Framing
Unit yang Di amati
1. Skema Berita
Headline, lead, latar informasi, kutipan, sumber, pernyataan, penutup
2. Kelengkapan Berita
5W+1H
3. Detail 4. Koherensi
Paragraf, proposisi, kalimat,
SINTAKSIS Cara wartawan menyusun fakta SKRIP Cara wartawan mengisahkan fakta TEMATIK
13
Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, (Yogyakarta: PT. LKIS Pelangi Aksara, 2002) hal. 294.
15
Cara wartawan menulis fakta RETORIS Cara wartawan menekankan fakta
5. Bentuk Kalimat 6. Kata Ganti
hubungan antarkalimat
7. Leksikon 8. Grafis 9. Metafora
Kata, idiom, gambar/foto
Sintaksis. Adalah susunan kata atau frase dalam kalimat. Dalam wacana berita, sintaksis merujuk pada pengertian susunan dan bagian berita (headline, lead, latar informasi, sumber, dan penutup) dalam satu kesatuan teks berita secara keseluruhan. Elemen sintaksis memberi petunjuk yang berguna tentang bagaimana wartawan memaknai peristiwa dan hendak kemana berita tersebut akan dibawa. Headline merupakan aspek sintaksis dan wacana berita dengan tingkat kemenonjolan yang tinggi yang menunjukkan kecenderungan berita. Headline memengaruhi bagaimana kisah dimengerti untuk kemudian digunakan dalam membuat pengertian isu dan peristiwa sebagaimana mereka beberkan. Headline digunakan untuk menunjukkan bagaimana wartawan mengkonstruksi suatu isu, seringkali dengan menekankan makna
tertentu
lewat
pemakaian
tanda
tanya
untuk
menunjukkan sebuah perubahan dan tanda kutip untuk menunjukkan adanya jarak perbedaan. Selain headline/judul lead adalah perangkat sintaksis lain yang sering digunakan. Lead yang baik umumnya memberikan sudut pandang dari
16
berita, menunjukkan perspektif tertentu dari peristiwa yang diberitakan. Latar merupakan bagian berita yang dapat memengaruhi makna yang ingin ditampilkan wartawan. Seorang wartawan ketika menulis berita biasanya mengemukakan latar belakang atas peristiwa yang ditulis. Latar yang dipilih ke arah mana pandangan khalayak hendak dibawa. Bagian berita lain yang penting adalah pengutipan sumber berita. Dalam penulisan berita dimaksudkan untuk membangun objektivitas-prinsip keseimbangan
dan
tidak
memihak.
Bagian
ini
juga
menekankan bahwa apa yang ditulis oleh wartawan bukan pendapat wartawan semata, melaikan pendapat dari orang yang mempunyai otoritas tertentu. pengutipan sumber ini menjadi perangkat framing atas tiga hal. Pertama, mengklaim validitas atau
kebenaran
dari
pernyataan
yang
dibuat
dengan
mendasarkan diri pada klaim otoritas akademik. Kedua, menghubungkan poin tertentu dari pandangannya kepada pejabat yang berwenang. Ketiga, mengecilkan pendapat atau pandangan tertentu yang dihubungkan dengan kutipan atau pandangan mayoritas sehingga pandangan tersebut tampak sebagai menyimpang. Skrip. Laporan berita sering disusun sebagai suatu cerita. Hal ini karena ada dua hal, Pertama, banyak laporan berita yang berusaha menunjukkan hubungan, peristiwa yang
17
ditulis merupakan kelanjutan dari peristiwa sebelumnya. Kedua, berita umumnya mempunyai orientasi menghubungkan teks yang ditulis dengan lingkungan komunal pembaca. Menulis berita dapat disamakan, dalam taraf tertentu, dengan seorang menuis novel atau kisah fiksi lain. Perbedaannya bukan terletak pad acara bercerita, melainkan fakta yang dihadapi. Bentuk umum dari struktur skrip ini adalah pola 5 W + 1 H – who, what, when, where, why, how. Meskipun pola ini tidak selalu dapat dijumpai dalam setiap berita yang ditampilkan, kategori informasi ini yang diharapkan diambil oleh wartawan untuk dilaporkan. Unsur kelengkapan berita ini dapat menjadi penanda framing yang penting. Misalnya, wartawan
menulis
mengenai
demonstrasi
mahasiswa,
diberitakan mahasiswa melempar apparat keamanan sehingga puluhan aparat luka-luka. Taruhlah dalam berita itu ada unsur who (mahasiswa), what (pelemparan batu), where (tempat kejadian), when (tanggal kejadian), dan how (bagaimana kronologi pelemparan batu), tetapi dalam berita itu tidak ada unsur why (mengapa mahasiswa melempar)- maka makna berita itu akan menjadi lain. Dengan cara bercerita semacam ini khalayak disuguhi informasi bahwa mahasiswa berbuat anarkis, atau pelemparan tersebut menyebabkan bentrokan demonstrasi. Tetapi jika dalam berita tersebut ada unsur why,
18
makna yang ditekankan kepada publik adalah mahasiswa melepar batu karena terdesak oleh apparat, dan mahasiswa menggunakan
batu
hanya
sebagai
sarana
pertahanan
menghadapi kekerasan apparat. Tematik.
Struktur
tematik
berhubungan
dengan
bagaimana fakta itu ditulis. Bagaimana kalimat dipakai, bagaimana menempatkan dan menulis sumber ke dalam teks berita secara keseluruhan. Dalam menulis berita, seorang wartawan mempunyai tema tertentu atas suatu peristiwa. Ada beberapa elemen yang dapat diamati dari perangkat tematik ini. Diantaranya adalah koherensi, merupakan pertalian atau jalinan antarkata, proposisi atau kalimat. Dua buah kalimat proposisi yang menggambarkan fakta yang berbeda dapat dihubungkan dengan menggunakan koherensi, sehingga fakta yang tidak berhubungan sekalipun menjadi berhubungan ketika seseorang menghubungkannya. Ada beberapa macam koherensi. Pertama koherensi sebab-akibat. Ditandai dengan penggunaan kata hubung ―sebab‖ atau ―karena‖. Kedua, koherensi penjelas. Pemakaian kata hubung ―dan‖ atau ―lalu‖. Ketiga, koherensi pembeda. Biasanya menggunakan kata hubung ―dibandingkan‖ atau ―sedangkan‖. Secara keseluruhan unit yang dianalisis pada struktur tematik adalah tema sebuah cerita. Tema (theme),
19
menurut Stanton dan Kenny adalah makna yang dikandung oleh sebuah cerita.14 Retoris. Struktur ini dari wacana berita menggambarkan pilihan gaya atau kata yang dipilih oleh wartawan untuk menekankan arti yang ingin ditonjolkan oleh wartawan. Wartawan menggunakan perangkat retoris untuk membuat citra, meningkatkan kemenonjolan pada sisi tertentu dan meningkatkan gambaran yang diinginkan dari suatu berita. Ada beberapa elemen struktur retoris yang dipakai oleh wartawan. Yang paling penting adalah leksikon, pemilihan, dan pemakaian kata-kata tertentu untuk menandai atau menggambarkan peristiwa. Suatu fakta umumnya terdiri dari beberapa kata yang merujuk pada fakta. Kata ―meningggal‖ misalnya, mempunyai kata lain seperti mati, tewas, gugur, terbunuh, menghembuskan nafas terakhir, dan sebagainya. Dengan demikian pilihan kata yang digunakan tidak sematamata karena kebetulan, tetapi juga menunjukkan bagaimana pemaknaan seseorang terhadap fakta/realitas. Penggunaan kata-kata tersebut sering kali diiringi dengan penggunaan label-label tertentu, misalnya ―terorisme‖ yang dilawankan dengan ―pembela kebenaran‖. Selain lawan kata, penekanan pesan dalam berita itu juga dapat dilakukan dengan menggunakan unsur grafis. Dalam 14
Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2005), hal. 67.
20
berita, unsur grafis ini biasanya muncul lewat bagian tulisan yang dibuat lain dibandingkan tulisan lain. Penggunaan huruf tebal, huruf miring, penggunaan garis bawah, huruf yang dibuat dengan ukuran lebih besar. Bagian-bagian yang ditonjolkan ini menekankan kepada khalayak pentingnya bagian tersebut. Elemen grafis itu juga muncul dalam bentuk foto, gambar, dan table untuk mendukung gagasan atau untuk bagian lain yang tidak ingin ditonjolkan.
E.
Tinjauan Pustaka 1. Analisis Framing Isu Tentang Kondisi Partai Islam pada Surat Kabar Nasional Media Indonesia dan Republika yang ditulis oleh Arfian Fahri Universitas Islam Negeri Jakarta 2013. Dalam penelitian tersebut membahas tentang bagaimana pembingkaian Isu Tentang Kondisi Partai Islam pada Surat Kabar Nasional Media Indonesia dan Republika. Penelitian ini menggunakan metode analisis framing dengan model Pan dan Kosicki untuk melihat bagaimana wartawan menafsirkan pesan, menonjolkan bagian tertentu pada pesan tersebut, dan untuk mengetahui keberpihakan wartawan terhadap isu kondisi partai tersebut. 2. Pembingkaian berita media online (analisis framing berita mundurnya Surya Paloh dari Partai Golkar di mediaindonesia.com dan vivanews.com Tanggal 7 September 2011) yang ditulis oleh Gema Mawardi, mahasiswa Universitas Indonesia 2011. Dalam penelitian
21
tersebut terlihat perbedaan pembingkaian berita yang dilakukan oleh mediaindonesia.com
dan
vivanews.com.
penelitian
ini
juga
menggunakan metode analisis framing dengan model Pan dan Kosicki.
F.
Sistematika Penulisan Agar penulisan skripsi ini lebih sistematis, maka penulisan skripsi ini disusun: BAB I:
Pendahuluan penulis akan memaparkan tentang Latar Belakang
Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian, Metodologi Penelitian dan Sistematika Penulisan. BAB II :
Tinjauan Teoritis,Konstruksi Sosial atas Realitas, Jurnalisme
Online, Konsep Framing Zhongdan Pan dan Gerald M. Kosicki, Teknik Framing. BAB III : Paradigma Penelitian, Pendekatan Penelitian, Sumber Data, Metode Pengumpulan Data, Metode Analisis Data. BAB IV : Temuan Data Dan Pembahasan, Gambaran Umum Sejarah Republika Online dan Kompas Online, Profil Republika Online dan Kompas Online, Penjelasan mengenai pembingkaian media online, uraian dari pengamatan berita-berita Terkait Masalah ―larangan penyembelihan hewan kurban di sembarang tempat‖ oleh Republika Online dan Kompas Online menggunakan teknik Framing Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki, paparan data yang diperoleh melalui studi kepustakaan. BAB V :
Penutup, mencakup Kesimpulan dan Saran.
BAB II KERANGKA TEORITIS A.
Teori Konstruksi Sosial Istilah konstruksi sosial atas realitas menjadi terkenal semenjak diperkenalkan oleh Peter L Berger dan Thomas Luckmann. Ia menggambarkan proses sosial melalui tindakan dan interaksinya, yang mana individu menciptakan secara terus menerus suatu realitas yang dimiliki dan dialami bersama secara subjektif. Burhan Bungin menyebutkan dalam buku Sosiologi Komunikasi bahwa asal usul konstruksi sosial dari filsafat konstruktivisme yang dimulai
dari
gagasan-gagasan
konstruktif
kognitif.
Menurut
von
Glasersfeld, pengertian konstruktif kognitif muncul pada abad ini dalam tulisan Mark Baldwin yang secara luas diperdalam dan disebarkan oleh Jean Piaget. Namun apabila ditelusuri, sebenarnya gagasan-gagasan pokok konstruktivisme sebenarnya telah dimulai oleh Giambatissta Vico, seorang epistemology dari Italia, ia adalah cikal bakal konstruktivisme.1 Sejauh
ini
ada
tiga
macam
konstruktivisme:
pertama,
konstruktivisme radikal yaitu hanya dapat mengakui apa yang dibentuk oleh pikiran kita. Bentuk itu tidak selalu representasi dunia nyata. Kaum konstruktivisme radikal mengesampingkan hubungan antara pengetahuan dan kenyataan sebagai suatu kriteria kebenaran. Pengetahuan bagi mereka tidak merefleksi suatu realitas ontologis obyektif, namun sebuah realitas yang dibentuk oleh pengalaman seseorang. kedua, realisme hipotesis, 1
Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi, (Jakarta: Kencana, 2007), h. 188
22
23
menurut pandangan ini pengetahuan adalah sebuah hipotesis dari struktur realitas yang mendekati realitas dan menuju kepada pengetahuan yang hakiki; ketiga, konstruktivisme biasa, mengambil semua konsekuensi konstruktivisme dan memahami pengetahuan sebagai gambaran dari realitas itu. Kemudian pengetahuan individu dipandang sebagai suatu gambaran yang dibentuk dari realitas objek dalam dirinya sendiri. Dari ketiga konstruktivisme di atas, terdapat kesamaan di mana konstruktivisme dilihat sebagai sebuah kerja kognitif individu untuk menafsirkan dunia realitas yang ada karena terjadi relasi sosial antara individu dengan lingkungan atau orang di sekitarnya.Individu kemudian membangun sendiri pengetahuan atas realitas yang dilihat itu berdasarkan pada struktur pengetahuan yang telah ada sebelumnya, yang oleh Piaget disebut dengan skema/skemata. Dan konstruktivisme macam inilah yang oleh Berger dan Luckmann, disebut dengan konstruksi sosial.2 Dalam penelitian ini, konstruktivisme yang digunakan adalah konstruktivisme biasa dengan memahami teks berita sebagai gambaran dari realitas yang terjadi. Berger dan Luckmann memulai penjelasan realitas sosial dengan memisahkan
pemahaman
―kenyataan‖
dan
―pengetahuan‖
mereka
mengartikan realitas sebagai kualitas yang terdapat dalam realitas, yang diakui memiliki keberadaan yang tidak bergantung kepada kehendak kita
2
Burhan Bungin, Konstriksi Sosial Media Massa, (Jakarta: Kencana, 2011), hal. 14.
24
sendiri. Sementara pengetahuan didefinisikan sebagai kepastian bahwa realitas-realitas itu nyata dan memiliki karakteristik secara spesifik.3 Teori dan pendekatan konstruksi sosial atas realitas secara stimultan melalui 3 proses sosial, yaitu eksternalisasi, objektivasi, dan internalisasi. Proses ini terjadi antara individu satu dengan lainnya di dalam masyarakat. Bangunan realitas yang tercipta karena proses sosial tersebut adalah objektif, subjektif, dan simbolis.4 Proses eksternalisasi adalah bagian penting dalam kehidupan individu dan menjadi bagian dari dunia sosio-kulturalnya. Dengan kata lain, eksternalisasi terjadi pada tahap yang sangat mendasar, dalam satu pola perilaku interaksi antara individu dengan produk-produk sosial masyarakatnya. Dengan demikian, tahap eksternalisasi ini berlangsung ketika produk sosial tercipta di dalam masyarakat, kemudian individu mengeksternalisasikan (penyesuaian diri) ke dalam dunia sosio-kulturalnya sebagai bagian dari produk manusia. Pada proses Obyektivasi sebuah produk sosial berada pada proses institusionalisasi, sedangkan individu oleh Berger dan Luckmann mengatakan, memanifestasikan diri dalam produk-produk kegiatan manusia yang tersedia, baik bagi produsen-produsennya maupun bagi orang lain sebagai unsur dari dunia bersama. Kemudian untuk proses internalisasi adalah pemahaman atau penafsiran yang langsung dari suatu peristiwa obyektif sebagai
3
Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Semiotik dan Framing, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), hal. 91. 4 Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi, (Jakarta: Kencana, 2007), hal. 85-86
25
pengungkapan suatu makna, artinya, sebagai suatu manifestasi dari prosesproses subyektif orang lain yang dengan demikian menjadi bermakna secara subyektif bagi individu sendiri.5
B.
Konseptualisasi Berita 1.
Pengertian Berita Secara etimologis dalam Bahasa Inggris, berita (news) berasal dari kata new (baru). Jadi berita adalah peristiwa-peristiwa atau hal yang baru. Sedangkan dikalangan wartawan ada yang mengartikan news sebagai singkatan dari: nort (utara), east (timur), dan south (selatan). Mereka mengartikan berita sebagai laporan dari keempat penjuru angin tersebut, laporan dari mana-mana, dari berbagai tempat di dunia.6 Menurut kamus besar Bahasa Indonesia arti berita adalah laporan mengenai kejadian atau peristiwa yang hangat. 7 Berita berasal dari bahasa Inggris yakni ―news‖. Menurut Mitchel V. Charnley dan James M. Neal berita atau news adalah laporan tentang suatu peristiwa, opini, kecenderungan, situasi, kondisi, interpretasi yang penting, menarik, masih baru dan harus secepatnya disampaikan.8 Menurut Romli (2004) mendefinisikan berita merupakan laporan peristiwa yang memiliki nilai berita (news value) – actual,
5
Burhan Bungin, Konstriksi Sosial Media Massa, (Jakarta: Kencana, 2011) hal. 16-19. Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2003), h. 130. 7 Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), hal. 40. 8 AS. Haris Sumandria, Jurnalistik Indonesia, Menulis Berita dan Feature Panduan Praktis Jurnalis Profesional (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2005), cet. Ke-1, hal. 64. 6
26
factual, penting, dan menarik. Berdasarkan definisi itu, meskipun berbeda, terdapat persamaan yang mengikat pada berita, meliputi; menarik, perhatian, luar biasa, dan termasa (baru). Karena itu, bisa disimpulkan bahwa berita adalah informasi atau laporan yang menarik perhatian masyarakat konsumen, berdasarkan fakta, berupa kejadian atau ide (pendapat), disusun sedemikian rupa dan disebarkan melalui media dalam waktu secepatnya.9 Pada dasarnya berita sulit untuk didefinisikan, karena setiap negara dan setiap media-media memiliki persepsi masing-masing terhadap definisi berita, perbedaan ini terjadi karena terkait dengan ideologi yang dianut oleh negara tersebut. Seperti pengertian berita pada negara yang menganut sistem ideologi komunis akan berbeda dengan pengertian berita yang dipahami oleh negara yang menganut sistem ideologi Liberal. Di sisi lain, ini juga sangat berkaitan dengan budaya masyarakat dimana pers tersebut berada. Misalnya, konsep berita pada Masa Orde Baru akan berbeda dengan konsep berita pada Masa
Reformasi
saat
ini.
Mengutip
dari
buku
((Hikmat
Kusumaningrat dan Purnama Kusumaningrat, Jurnalistik, Teori dan Praktek, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), Hal. 39. ))10 2.
Nilai Berita Dalam berita ada beberapa karakteristik intrinsik yang dikenal sebagai nilai berita (news value). Nilai berita ini menjadi ukuran yang
9
Mondry, Pemahaman Teori dan Praktik Jurnalistik, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), hal. 132-133. 10 Hikmat Kusumaningrat dan Purnama Kusumaningrat, Jurnalistik, Teori dan Praktek, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), Hal. 39.
27
berguna atau yang biasa diterapkan untuk menentukan khalayak berita (news worthy)11. Adapun nilai berita tersebut antara lain:12
b.
Immediacy, atau kerap diistilahkan dengan timelines, artinya terkait dengan kesegaran peristiwa yang dilaporkan. Sebuah berita sering dinyatakan sebagai laporan dari apa yang baru saja terjadi.
c.
Proximity, ialah keterdekatan peristiwa dengan pembaca atau pemirsa dalam keseharian hidup mereka. Orang-orang akan tertarik dengan berita yang menyangkut kehidupan mereka.
d.
Consequence, berita yang mengubah kehidupan pembaca adalah berita yang mengandung nilai konsekuensi.
e.
Conflict, peristiwa perang demonstrasi atau krimnal merupakan contoh elemen konflik di dalam pemberitaan.
f.
Oddity, peristiwa yang tidak biasa terjadi ialah sesuatu yang akan diperhatikan segera oleh masyarakat.
g.
Sex, seks kerap menjadi elemen utama dari sebah pemberitaan, tapi sering pula seks menjadi elemen tambahan bagi pemberitaan tertentu, seperti pada berita sports, selebritis dan kriminal.
h.
Emotion, elemen emotion ini kadang dinamakan elemen huuman interest. Elemen ini menyangkut kisah-kisah yang mengandung
kesedihan, kemarahan, simpati, ambisi, cinta,
kebencian, kebahagian, atau humor. 11
Luwi Iswara, Catatan-catatan Jurnalisme Dasar, (Jakarta: Kompas, 2007), Cet-3 h.53. Septian Santana K, Jurnalisme Kontemporer (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005), hal. 18-20. 12
28
i.
Frominence, elemen ini adalah unsur yang menjadi dasar istilah “names make news”, nama membuat berita. Unsur keterkenalan selalu menjadi incaran pembuat berita.
j.
Suspense, elemen ini menunjukkan sesuatu yang ditunggutunggu, terhadap sebuah peristiwa oleh masyarakat. Kisah berita yang menyampaikan fakta tetap merupakan hal yang penting. Kejelasan fakta dituntut masarakat.
k.
Progress, elemen ini merupakan elemen ―perkembangan‖ peristiwa yang ditunggu masyarakat.
3.
Kategori dan Jenis Berita Selain nilai berita, prinsip lain dalam proses produksi berita
adalah apa yang disebut kategori berita. Ada lima yang mejadi kategori berita, yaitu:13 Tabel 2.1 Kategori Berita
13
Hard news
adalah berita yang terjadi saat itu. Kategori berita ini sangat dibatasi oleh waktu dan aktualisasi. Semakin cepat diberitakan semakin baik. Bahkan ukuran keberhasilan dari kategori berita ini adalah kecepatanya dalam pemberitaanya.
Soft news
yang termasuk kedalam kategori ini adalah halhal yang berhubungan dengan kisah manusiawi (human interst). Berita jenis ini tidak dibatasi oleh waktu. Ia bisa diberitakan kapan saja.
Eriyanto, Analisis, Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media (Jogjakarta: LKiS, 2011), hal. 127-130
29
Spot news
Develoving news
Continuing news
adalah subklasifikasi dari berita yang berkategori hard news. Dalam spot news peristiwa yang diliput tidak direncanakan. Peristiwa kebakaran, pembunuhan, gempa buni adalah jenis-jenis peristiwa yang tidak bisa diprediksikan. adalah subklasifikasi dari hard news yang umumnya berhubungan dengan peristiwa yang tidak terduga atau tidak direncanakan seperti spot news. Tetapi dalam develoving news dimasukkan elemen lain, peristiwa yang diberitakan adalah bagian dari rangkaian berita yang akan diteruskan keesokan atau dalam berita selanjutnya adalah subklasifikasi lain dari hard news. Dalam continuing news peristiwa atau kejadian dapat diprediksi dan direncanakan.
Terdapat lima jenis berita, yaitu straight news, deep news, investigation news, interpretative news, dan opinion news. Dari kelima jenis berita tersebut dijelaskan dalam table di bawah ini:14 Tabel 2.2 Jenis-jenis Berita Straight news
Berita yang langsung pada sasaran secara singkat
dan
lugas,
diberitakan
tanpa
mencampurkan opini penulis, disiarkan secara cepat dan biasanya menjadi berita utama. Deep news
Berita mendalam, dikembangkan dengan halhal yang ada dibawah suatu permukaan.
14
Asep Syamsul Ramli, Jurnalistik Untuk Pemula, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), h.23.
30
Investigation news
Berita
yang
dihasilkan
melalui
proses
penyelidikan atau investigasi dan biasanya diangkat dari kasus penting yang diketahui oleh
masyarakat
luas,
serta
berdarkan
penelitian dari berbagai sumber. Interpretative news Opinion news
Berita yang dikembangkan dari pendapat wartawan berdasarkan fakta yang ditemukan. Berita mengenai pendapat
seseorang,
biasanya
cendikiawan
pendapat
pakar
mengenai suatu hal.
C.
Media Online Istilah media online merupakan sebuah informasi yang dapat diakses dimana pun dan kapan pun selama masih ada jaringan internet. Unsur online inilah yang membedakannya dengan media konvensional. Karena itu, media online tidak dikategorikan ke dalam media massa cetak atau elektronik, melaikan disebut sebagai media massa baru (new media) atau media modern.15 Secara teknis, media online adalah media berbasis telekomunikasi dan multimedia seperti computer dan internet. Media yang termasuk dalam kategori ini adalah portal, website (situs web, termasuk blog), radio online, tv online, dan email. Isi media online ini terdiri dari: tekas, visual/gambar, audio, dan audio visual (video).16
15
Indah Suryawati, Jurnalistik suatu pengantar: Teori dan Praktik, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011), cet-1, hal. 113-114. 16 ASM Romli, Modul Teknik Menulis di Media Online: KISS, Keep It Simple and Short!, 2011, Dosen Jurnalistik & Penyiaran Islam UIN Sunan Gunung Djati Bandung, hal. 1
31
Setiap jenis media massa memiliki kelebihan dan kekurangan, termasuk pada media online. Media online memiliki kelebihan tersendiri, informasinya lebih ―personal‖, yang dapat diakses oleh siapa saja, kapan saja dan dimana saja. Tentu dengan syarat; menggunakan sarananya, berupa perangkat komputer, laptop atau smartphone yang tersambung dengan jaringan internet. Kelebihan lainnya, informasi yang disebarkan dapat di-update setiap saat, bila perlu setiap detik. Lebih dari itu, media online juga dilengkapi fasilitas pencarian berita dan pengarsipan berita yang dapat di akses atau di unduh dengan mudah.17 Di samping banyaknya kelebihan dari media online, bukan berarti tanpa kekurangan atau kelemahan. Kelemahan media online terletak pada peralatan
dan
kemampuan
penggunaannya.
Media
online
harus
menggunakan perangkat komputer atau smartphone dan jaringan internet yang hingga saat ini terbentur pada biaya peralatan tersebut yang cukup mahal. Saat ini, belum seluruhnya wilayah di Indonesia memiliki jaringan internet, di samping perlu keahlian tertentu guna memanfaatkannya, dan mungkin juga belum banyak orang yang paham ataupun mampu menggunakannya.18 Media online juga memiliki karakteristik sebagai berikut:19 a.
Sifat komunikasinya dua arah (interaktif)
b.
Komunikatornya bisa lembaga dan personal
17
Mondry, Pemahaman Teori dan Praktik Jurnalistik, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2008),
18
Mondry, Pemahaman Teori dan Praktik Jurnalistik, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2008),
hal.22 hal.25. 19
Diah Wardhani, Media Relation: Sarana Membangun Reputasi Organisasi, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2008), hal.22-23.
32
c.
Isi pesannya lebih personal/individual
d.
Informasi diterima publiknya tidak serentak namun sesuai kebutuhan komunikannya
e.
Publiknya bisa homogen. Sedangkan karakteristik media online menurut Romli:
1.
Memiliki kapasitas yang luas sehingga halaman web dapat menampung naskah yang amat panjang sekalipun.
2.
Memuat dan menyunting naskah dapat dilakukan kapan saja dan di mana saja.
3.
Memiliki jadwal terbit kapan saja atau setiap saat.
4.
Memiliki kemampuan yang cepat sehingga memungkinkan setelah diunggah dapat langsung diakses semua orang.
5.
Menjangkau seluruh dunia yang memiliki akses internet.
6.
Menginformasikan berita terbaru dikarenakan kemudahan dan kecepatan dalam hal penyajian (aktual).
7.
Memperbaharui informasi secara berlanjut dan dapat dilakukan kapan saja (update).
8.
Menjadikan komunikasi interaktif, dua arah, dengan adanya fasilitas kolom komentar, chatroom, polling, dan sebagainya.
9.
Mendokumentasikan informasi karena tersimpan di ―bank data‖ (arsip) dan dapat ditemukan melalui ―link‖, ―artikel terkait‖, dan fasilitas ―cari‖ (search).
10. Memiliki hubungan dengan sumber lain (hyperlink) yang berkaitan dengan informasi tersaji.
33
Sementara itu, Zaenuddin memaparkan keunggulan media online dibandingkan media cetak, masing-masing:20 a.
Media online menyampaikan berita yang jauh lebih cepat, bahkan setiap beberapa menit dapat diperbaharui.
b.
Pembaca dapat mengakses berita yang disajikan tidak hanya dapat dilakukan lewat komputer yang terhubung dengan internet, tetapi dapat melalui ponsel sehingga lebih mudah dan praktis.
c.
Pembaca dapat memberikan tanggapan atau komentar secara langsung terhadap berita yang disukai atau tidak disukainya dengan mengetik pada kolom komentar yang telah disediakan.
D.
Tradisi Penyembelihan Hewan Kurban dalam Islam Tradisi merupakan aspek dari kebudayaan. Istilah “kebudayaan” umumnya mencakup cara berfikir dan cara berlaku yang telah merupakan ciri khas suatu bangsa atau masyarakat tertentu. sehubungan dengan itu maka kebudayaan terdiri dari hal-hal seperti bahasa, ilmu pengetahuan, hukum-hukum, kepercayaan, agama, kegemaran makanan tertentu, musik, kebiasaan pekerjaan, larangan-larangan dan sebagainya.21 Tradisi (bahasa Latin: traditio, artinya diteruskan) menurut artian bahasa adalah sesuatu kebiasaan yang berkembang di masyarakat baik, yang menjadi adat kebiasaan, atau yang diasimilasikan dengan ritual adat atau agama. Atau dalam pengertian yang lain, sesuatu yang telah dilakukan
20
Zaenuddin HM, The Journalist: Bacaan Wajib Wartawan, Redaktur, Editor & Mahasiswa Jurnalistik (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2011), hal.7-8. 21 T.O. Ihromi, Pokok-pokok Antropologi Budaya, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2006), hal.7
34
untuk sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat, biasanya dari suatu negara, kebudayaan, waktu, atau agama yang sama. Biasanya tradisi ini berlaku secara turun temurun baik melalui informasi lisan berupa cerita, atau informasi tulisan berupa kitab-kitab kuno atau juga yang terdapat pada catatan prasasti-prasasti. Tradisi merupakan sebuah persoalan dan yang lebih penting lagi adalah bagaimana tradisi tersebut terbentuk. Menurut Funk dan Wagnalls seperti yang dikutip oleh muhaimin tentang istilah tradisi di maknai sebagai pengatahuan, doktrin, kebiasaan, praktek dan lain-lain yang dipahami sebagai pengatahuan yang telah diwariskan secara turun-temurun termasuk cara penyampai doktrin dan praktek tersebut.22 Dalam hukum Islam tradisi dikenal dengan kata Urf yaitu secara etimologi berarti ―sesuatu yang dipandang baik dan diterima oleh akal sehat‖.Al- urf (adat istiadat) yaitu sesuatu yang sudah diyakini mayoritas orang, baik berupa ucapan atau perbuatan yang sudah berulang-ulang sehingga tertanam dalam jiwa dan diterima oleh akal mereka.35 Secara terminology menurut Abdul-Karim Zaidan, Istilah „urf berarti : ―Sesuatu yang tidak asing lagi bagi satu masyarakat karena telah menjadi kebiasaan dan menyatu dengan kehidupan mereka baik berupa perbuatan atau perkataan‖.23 Menurut Ulama‟ „Usuliyyin Urf adalah ―Apa yang bisa dimengerti oleh manusia (sekelompok manusia) dan mereka jalankan, baik berupa
22
Muhaimin AG, Islam Dalam Bingkai Budaya Lokal: Potret Dari Cerebon, Terj. Suganda (Ciputat: PT. Logos wacana ilmu, 2001), hal. 11. 23 Satria Efendi, et al. Ushul Fiqh (Jakarta: Grafindo Persada, 2005), 153.
35
perbuatan, perkataan, atau meninggalkan‖.24 Al-Urf adalah apa yang dikenal oleh manusia dan menjadi tradisinya; baik ucapan, perbuatan atau pantangan-pantangan, dan disebut juga adat, menurut istilah ahli syara‟,tidak ada perbedaan antara al-urf dan adat istiadat.25 Idul Adha merupakan Hari Raya umat Islam selain Idul Fitri. Pada hari tersebut diperingati peristiwa penyembelihan hewan kurban. Sejarah penyembelihan hewan kurban ini pertama kali dilakukan oleh Nabi Ibrahim a.s yang bersedia untuk mengorbankan puteranya yaitu Ismail a.s untuk Allah SWT. Hal ini dapat terjadi karena pada zaman itu, Nabi Ibrahim a.s beserta isterinya Hajar dan anaknya Ismail a.s diberikan kesuksesan dan kemakmuran berupa kekayaan dengan 12.000 hewan ternak, yang menjadikan Nabi Ibrahim a.s termasuk golongan orang kaya pada zaman itu. Ada seseorang yang bertanya kepada Ibrahim, ―milik siapa hewan ternak sebanyak ini?‖ lalu Ibrahim menjawab ―kepunyaan Allah SWT, tapi saat ini masih milikku. Sewaktu-waktu bila Allah SWT menghendaki, aku serahkan semuanya. Jangankan Cuma ternak, bila Allah SWT meminta anakku Ismail, niscaya akan aku serahkan juga‖. Ibnu Katsir dalam kitab al-Qur‘anul ‗adzim mengemukakan bahwa, pernyataan Nabi Ibrahim a.s yang akan mengorbankan anaknya Ismail a.s. jika di kehendaki oleh Allah SWT itulah yang kemudian dijadikan ujian untuknya, yaitu Allah SWT menguji Iman dan Taqwa Nabi Ibrahim a.s. melalui mimpinya untuk menyembelih puteranya dengan tangannya sendiri. hal tersebut dilakukan juga oleh nabi Ibrahim a.s dengan penuh 24
Masykur Anhari, Ushul Fiqh (Surabaya: CV Smart, 2008), 110. Abdul Wahhab Khallaf, Kaidah Hukum Islam ”Ilmu ushulul figh” (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1993), 133. 25
36
tekat dan untuk membuktikan ketaqwaannya, lalu Allah SWT mengganti Ismail a.s dengan domba ternak sesaat sebelum di sembelih.26 Adapun ayat-ayat Al Quran yang menjadi dalil diperintahkannya ibadah kurban adalah: Surat Al Kautsar 1-2
Artinya: ―1) Sesungguhnya kami Telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. 2) Maka Dirikanlah shalat Karena Tuhanmu; dan berkorbanlah.‖ Surat Al Hajj 36-37
26
http://www.asmaul-husna.com/2015/08/sejarah-dan-makna-idul-adha-sejarah.html diakses pada 02-12-2015 pukul 22.00 WIB
37
Artinya: ―36) Dan Telah kami jadikan untuk kamu unta-unta itu sebahagian dari syi'ar Allah, kamu memperoleh kebaikan yang banyak padanya,
Maka
sebutlah
olehmu
nama
Allah
ketika
kamu
menyembelihnya dalam keadaan berdiri (dan Telah terikat). Kemudian apabila Telah roboh (mati), Maka makanlah sebahagiannya dan beri makanlah orang yang rela dengan apa yang ada padanya (yang tidak meminta-minta) dan orang yang meminta. Demikianlah kami Telah menundukkan untua-unta itu kepada kamu, Mudah-mudahan kamu bersyukur. 37) Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah Telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu. dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik.‖ Surat Al An'am 162-163
38
Artinya: ―162) Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. 163) Tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian Itulah yang diperintahkan kepadaku dan Aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah).‖
BAB III PROFIL A.
Republika sebagai media online Surat kabar Republika terbit pada tahun 1993 yang merupakan surat kabar nasional komunitas Muslim terbesar di Indonesia dengan konsep ―one-stop reading‖ yang memberikan informasi tentang Islam yang lebih dalam dari beberapa sudut pandang. Republika merupakan Koran Islam yang berasosiasi dengan ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) melalui yayasan Abdi Bangsa yang pada saat itu dipimpin oleh mantan Menristek, BJ Habibie. Republik merupakan nama awal surat kabar ini, namun saat beberapa pengurus ICMI pusat menghadap Presiden Soeharto untuk menyampaikan rencana peluncuran Republik, Presiden Soeharto mendapatkan ide untuk mengganti nama Republik menjadi yang sekarang kita kenal dengan Republika.41 Dengan berkembangnya teknologi baik dalam ilmu pengetahuan maupun komunikasi, Republika pun turut memainkan perannya dalam konglomerasi media guna dapat bersaing lebih matang dengan mediamedia lainnya. Integrase jaringan dan konten akan jadi tulang punggung konglomerasi media oleh Republika. Tuntutan itu kian kencang manakala perkembangan teknologi informasi mengarah kepada konvergensi.42 Republika Online (ROL) hadir sejak 17 Agustus 1995, dua tahun setelah Harian Republika terbit. Republika Online merupakan portal berita 41
Arifatul Choiri Fauzi, Kabar-Kabar Kekerasan dari Bali, (Yogyakarta: LKiS, 2007),
hal.200. 42
Arif Punto Utomo. Republika 17 Tahun Melintas Zaman. Hal.78.
39
40
yang menyajikan informasi dalam bentuk teks, audio, dan video, yang terbentuk berdasarkan teknologi hypermedia dan hiperteks. Sejak pertengahan 2008, ROL mengalami perubahan besar dari sekedar situs berita sederhana menjadi web portal multimedia. Perubahan besar tersebut terjadi sebagai jawaban atas munculnya tantangan industri media yang mulai memasuki era konvergensi media. Dalam hal ini, Republika sebagai institusi indutri media dituntut untuk memiliki dan mendistribusikan konten medianya dalam format cetak, online dan mobile. Dengan kemajuan informasi dan perkembangan sosial media, ROL kini hadir dengan berbagai fitur baru yang merupakan percampuran komunikasi media digital. Informasi yang disampaikan diperbarui secara berkelanjutan yang terangkum dalam sejumlah kanal, menjadikannya sebuah portal berita yang bisa dipercaya. Selain menyajikan informasi, ROL juga menjadi rumah bagi komunitas. ROL kini juga hadir dalam versi English.43 Selain menyajikan informasi, Republika Online juga menjadi rumah bagi komunitas. Banyak komunitas yang menjadi bagian dari Republika Online. Setidaknya terdapat 23 komunitas, seperti: Alam Semesta, Ninja Owner Club, Love Our Heritage, Picnicholic, Women Script & Co, dan lain sebagainya. Untuk menarik minat pembaca Republika Online memiliki beberapa kanal. Kanal-kanal tersebut memiliki subkanal yang
43
www.republika.co.id/page/about di akses pada 4 Desember 2015 pukul 17.05 WIB
41
berbeda-beda. Hal tersebut dilakukan agar pembaca memiliki pilihan bacaan yang sesuai dengan kebutuhan.44 Republika Online memiliki Kanal Publika, kanal ini terletak di sudut kiri, dan menjadi kanal yang terletak paling atas diantara kanal yang lain. Dalam kanal publika terdapat tiga subkanal, yakni: Kabar, Wacana, dan Puisi & Sastra. Redaksi dan Manajemen Republika Online45 Pemimpin Redaksi
: Nasihin Masha
Wakil Pemimpin Redaksi
: Irfan Junaidi
Redaktur Pelaksana ROL
: Maman Sudiaman
Wakil Redaktur Pelaksana ROL
: Joko Sadewo
Asisten Redaktur Pelaksana ROL : Didi Purwadi, Djibril Muhammad, Muhammad Subarkah Tim Redaksi
:
Agung
Sasongko,
Bayu
Hermawan, Bilal Ramadhan, Citra Listya Rini, Damanhuri Zuhri, Erik Purnama Putra, Esthi Maharani,Hazliansyah, Ichsan Emrald Alamsyah, Ilham Tirta, Indah Wulandari, Indira Rezkisari, Israr Itah, Julkifli Marbun, M.Akbar, Taufik Rahman, Winda Destiana Putri, Yudha Manggala Putra, M.Amin Madani, Sadly Rachman, Ririn Liechtiana, Fian Novera, Fian Firatmaja, Casilda Amilah, Ani Nursalikah, Angga Indrawan, Dwi Murdaningsih. Siwi Tri Pudji, Nidia Zuraya, Nur Aini, Teguh Firmansyah, Andi Nur Aminah.
44
Wawancara pribadi dengan Agung Sasongko, Tim Redaksi Rubrik Republika Online, Jakarta 28 Januari 2016. 45 Data company profile Republika Online yang diakses pada 28 Januari 2016 pukul 21.30 WIB.
42
Tim Sosmed
: Fanny Damayanti, Asti Yulia
Sundari, Dian Alfiah, M. Fauzul Abraar Sales Coordinator
: Heru Supriyatin
Tim Sales dan Promosi
: W.K.Hadi Laga, Rani Kurniasari,
Sri Hartini, Rizka Vardya, Ade Afriyani, Achmad Yani, Annisha Ravka Batra, Budhi Irianto Tim IT dan Desain
: Mohamad Afif, Mufti Nurhadi,
Abdul Gadir, Nandra Maulana Irawan, Mardiah, Kurnia Fakhrini Kepala Support dan GA
: Slamet Riyanto
Tim Support
:
Essika
Gardana
Firmansyah Sekred
: Erna Indriyanti
Rolshop
: Riky Romadon
PT Republika Media Mandiri CEO Republika
: Mira R Djarot
Direktur Operasional
: Arys Hilman Nugraha
GM Keuangan dan SDM
: Didik Irianto
GM Marketing dan Sales
: Yulianingsih Yamin
Purissima,
43
B.
Kompas sebagai media online Kompas Online merupakan nama awal dari Kompas.com yang dimulai pada tahun 1995. Saat itu Kompas Online berfungsi sebagai edisi internet dari harian Kompas, maka berita yang disajikan seragam dengan yang ditampilkan oleh harian Kompas cetak. Kemudian pada tahun 1998, Kompas Online bertransformasi menjadi Kompas.com yang lebih memfokuskan pada pengembangan isi, desain, dan strategi pemasaran yang baru. Ditahun ini pula, Kompas.com memulai langkah awalnya untuk menjadi portal berita terpercaya di Indonesia.46 Pada tahun 2008, Kompas.com tampil dengan wajah baru. Perubahan yang signifikan dilakukan, dengan mengusung tema reborn, Kompas.com menampilkan logo, tata letak, hingga konsep baru. Bertujuan untuk menjadikan Kompas.com lebih kaya informasi, lebih segar, lebih elegan, dan tetap mengedepankan unsur user-friendly dan adversiter-friendly. Perpaduan ini menjadikan Kompas.com sebagai sumber informasi lengkap, bukan saja menghadirkan berita dalam bentuk teks namun juga didukung oleh gambar serta video, bahkan hingga live streaming. Perubahan ini juga mendorong bertambahnya pengunjung aktif di Kompas.com yang mencapai 20 juta pembaca aktif per bulan. Dengan total 40 juta page views per bulan. Saat ini, data menunjukkan bahwa Kompas.com telah mencapai 120 juta page views per bulan.47 Pada tahun tersebut juga mulai ditampilkan channel-channel atau kanal-kanal di halaman depan Kompas.com. Kanal-kanal ini didesain 46 47
WIB.
Data resmi berupa Company Profil dari Kompas.com. http://inside.kompas.com/about-us yang diakses pada 4 Desember 2015 pukul 17.31
44
sesuai dengan tema berita dan membuat setiap pengelompokan berita memiliki karakter. Kanal-kanal tersebut antara lain adalah: Tabel 3.1 Kanal-kanal Kompas.com
KOMPAS Female
KOMPAS Bola
KOMPAS Health
KOMPAS Tekno
KOMPAS Entertainment
KOMPAS Otomotif
KOMPAS Properti
KOMPAS Images
KOMPAS Karier
Memuat informasi seputar dunia wanita: tips-tips seputar karier, kehamilan, trik keuangan serta informasi belanja. Tempat akurat untuk mengetahui update skor, berita seputar tim dan pertandingan sepak bola. Berisi tips-tips dan artikel tentang kesehatan, informasi medis terbaru, beserta fitur informasi kesehatan interaktif. Mengulas gadget-gadget terbaru di pasaran, menampilkan review produk dan beragam berita teknologi Menyajikan berita-berita selebriti, ulasan film, musik dan hiburan dalam dan luar negeri. Menampilkan berita-berita seputar kendaraan, trend mobil dan motor terbaru serta tips-tips merawat kendaraan Memuat direktori lengkap properti dan artikel tentang rumah, apartemen serta tempat tinggal. Menyajikan foto-foto berita berkualitas dalam resolusi tinggi hasil pilihan editor foto KOMPAS.com. Kanal yang tak hanya berfungsi sebagai direktori lowongan kerja, namun juga sebagai one-stop career solution bagi para pencari kerja maupun karyawan.
45
KOMPAS.com juga telah menciptakan komunitas menulis dengan konsep citizen journalism dalam Kompasiana. Setiap anggota Kompasiana dapat mewartakan peristiwa, menyampaikan pendapat dan gagasan serta menyalurkan aspirasi dalam bentuk tulisan, gambar ataupun rekaman audio dan video. Kompasiana juga melibatkan kalangan jurnalis Kompas Gramedia dan para tokoh masyarakat, pengamat serta pakar dari berbagai bidang, keahlian dan disiplin ilmu untuk ikut berbagi informasi, pendapat dan gagasan. Kompasiana, yang setiap hari melahirkan 300 hingga 400 tulisan telah berhasil membangun komunitas jurnalisme warga yang mencapai 50.000 anggota. Sebagai portal berita yang mengikuti perkembangan teknologi terkini, kini selain bisa diakses melalui handphone atau dapat diunduh sebagai aplikasi gratis di smartphone BlackBerry, KOMPAS.com juga tampil dalam format iPad dan akan terus tumbuh mengikuti teknologi yang ada. Pada tahun 2013, Kompas.com kembali melakukan perubahan yaitu, tampilan halaman yang lebih rapi dan bersih serta fitur baru yang lebih personal. Setiap orang memiliki preferensi dan kebutuhan berita yang berbeda. Kompas.com mencoba memahami kebutuhan pembaca yang beragam dengan menghadirkan fitur Personalisasi. Jadi, pembaca dapat dengan mudah memilih sendiri berita apa yang ingin mereka baca.
46
Group of Digital Management Team48 Director
: Edi Taslim
Vice Director
: Andy Budiman
Editorial
:
Ahmad Subechi
- GM Content Kompas.com
Tri Wahono
- News Managing Editor
Agustinus Wisnubrata
- News Assistant Managing Editor
J. Heru Margianto
- News Assistant Managing Editor
Jerry Eddie Nurcahyo Hadiprojo
- Video Manager
Wicaksono Surya Hidayat
- Nextren.com Assistant Managing
Editor Aris Fertonny Harvenda
- Otomania.com Assistant Managing
Editor Moh. Latip
- Assistant Managing Editor
Weshley Hutagalung
- Juara.net Editor in Chief
Firzie A. Idris
- Juara.net Managing Editor
Jalu Wisnu Wirajati
- Juara.net Assistant Managing
Editor
48
http://inside.kompas.com/about-us diakses pada 4 Desember 2015 pukul 17.31 WIB.
BAB IV ANALISIS TEMUAN TEKS DAN INTERPRETASI Tabel 4.1 Berita-berita terkait Insruksi Gubernur No.168 Republika Online
Kompas.com
1. Surat Terbuka AM Fatwa untuk Ahok Soal Hewan Kurban 2. MUI: Pemotongan Hewan Kurban di RPH, Hilangkah Kegembiraan Masyarakat 3. 'Jangan Paksakan Pemotongan Hewan Kurban di RPH' 4. Topic : aturan hewan kurban 5. Ingub Ahok Soal Kurban Hambat Pendidikan Islam 6. NU: Yang Terpenting Gubernur tidak Melarang Kurban 7. 'Tak Ada Penyakit Akibat Berkurban 8. Aturan Penyembelihan Hewan Kurban DKI Dinilai Tutup Syiar 9. Ketua PP Muhammadiyah Sepakat Soal Lokasi Penjualan Kurban 10. Ahok Atur Pemotongan Hewan Kurban, MUI: Itu Langgar UUD 1945 11. Prof Tuty Tolak Larangan Ahok Soal Penyembelihan Kurban 12. Atur Penyembelihan Hewan Kurban, Ahok Dianggap Kebablasan 13. Instruksi Pemotongan Hewan Kurban di RPH tidak Perlu 14. Ahok Bolehkan Pemotongan Kurban tidak di RPH
1. Alasan Ahok Larang Potong Hewan Kurban di Sembarang Tempat 2. Ini Ingub Pengendalian Penyembelihan Hewan Kurban yang Ditandatangani Ahok 3. Petugas Temukan Cacing Hati pada Hewan Kurban Kompas.com 4. Ahok Mengaku Akan Usir Pedagang Hewan Kurban di Trotoar 5. Penyembelih Hewan Kurban Wajib Ikut Pelatihan dan Punya Sertifikat 6. PDI-P DKI: Pemotongan Hewan Kurban Tidak Harus di Rumah Potong 7. Ahok: Intinya, Saya Tidak Mau Warga Konsumsi Sapi Berpenyakit 8. Ini Alasan Ahok Longgarkan Aturan Pelarangan Pemotongan Hewan Kurban 9. Larangan Pemotongan Hewan Kurban di Sekolah Dicabut 10. Ahok Kembali Larang Penjualan Hewan Kurban di Trotoar
47
48
A.
Teks Berita terkait Larangan Penyembelihan Hewan Kurban 1)
Republika Online Berita 1
Larangan Ahok Soal Pemotongan Kurban Menuai Protes Red: Joko Sadewo Instruksi Gubernur yang ditandatangani Ahok. REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kebijakan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau biasa disapa Ahok, yang melarang pelaksanaan kurban dipertanyakan. Instruksi Gubernur DKI No 67 tahun 2014 tidak menjelaskan apa yang menjadi dasar pelarangan tersebut. Aktifis Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Adil Sejahtera Harry Kurniawan menyayangkan pelarangan tersebut. "Apabila Instruksi ini tetap dilaksanakan akan menjauhkan anak didik dari nilai-nilai religius, khususnya di Sekolah Dasar," kata Harry dalam siaran pers yang diterima Republika Online (ROL), Kamis (25/9). Kalau tahun ini yang dilarang adalah kurban di Sekolah Dasar, Haryy khawatir tahun berikutnya Sekolah Menengah Pertama dilarang. "Tahun depannya lagi Sekolah Menegah Atas dilarang," ungkapnya. Ia menyayangkan pelarangan yang dilakukan oleh Ahok tidak memberikan penjelasan dasar dari pada pelarangan tersebut. Harry menilai Instruksi Gubernur ini bertentangan dengan Pasal 29 UUD 1945. Menurutnya, seharusnya negara dalam hal ini pemerintah menjamin kebebasan beribadah bukan melakukan pelarangan. "Pemotongan hewan kurban adalah rangkaian pelaksanaan ibadah bagi umat islam dalam rangka hari raya Idul Adha," jelasnya. Pemahaman pemotongan hewan kurban, kata dia, harus dipahami seutuhnya bukan mendasarkan hanya pada saat hewan kurban dipotong. Akan sangat bijak apabila Ahok mendengarkan pendapat ulama-ulama di Jakarta sebelum mengeluarkan Instruksi tersebut. "Sehingga toleransi umat beragama tidak tergerus oleh kebijakan yang sesat ini," tegas Harry. Dalam Insturksi Gubernur DKI dalam angka 4 point a nomor 1 menyatakan "melarang kegiatan pemotongan hewan kurban di lokasi sekolah dasar". Instruksi ini tidak memberikan penjelasan secara gamblang apa maksud dan tujuan atas pelarangan kegiatan kurban di sekolah dasar. Padahal praktik pelaksanaan kurban di sekolah-sekolah sudah ada jauh sebelum Jokowi maupun Ahok memimpin Jakarta. Alasan pelaksanaan Kurban disekolah dasar adalah untuk memberikan pendidikan dan pengajaran sejak dini terhadap anak didik akan makna kurban itu sendiri.
49
Berita 2 Ahok Bolehkan Pemotongan Kurban tidak di RPH Jumat, 18 September 2015, 14:00 WIB JAKARTA -- Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama terkesan melunak soal larangan pemotongan hewan kurban menjelang perayaan Idul Adha. Sikap keras gubernur yang akrab disapa Ahok ini melarang pemotongan hewan kurban di sembarang tempat pun berubah. Dia menjelaskan, kebijakan tersebut harus berhadapan dengan tradisi turun-temurun di tengah masyarakat Jakarta. "Ya udah kita sudah ada kebijakan, namanya juga ini kan sudah jadi kebiasaan yang salah. Ya sudah kalau masih mau potong di tempat," katanya di Balai Kota DKI, Jakarta Pusat, Rabu (16/9). Menurutnya, hewan kurban boleh tidak dipotong di rumah pemotongan hewan (RPH) asalkan harus didampingi dengan petugas kesehatan. Ia mengaku pihaknya sudah menyiapkan 540 petugas kesehatan yang akan mengawasi kegiatan pemotongan hewan. Pengawasan ini dianggapnya agar tetap menjaga pemotongan tetap sesuai prosedur. Terutama, dari segi kesehatan yang meliputi pembuangan darah bekas pemotongan. Ia mengimbau darah kurban dibuang langsung di tanah dan dikubur. Dengan demikian, bakteri yang terkandung tidak tersebar dan tidak membahayakan kesehatan. Dalam Ingub Nomor 168/2015 tentang Pengendalian, Penampungan, dan Pemotongan Hewan itu disebutkan bahwa untuk melakukan pemotongan hewan harus dilakukan di rumah potong hewan (RPH) pemerintah di RPH Ruminansia, Cakung, dan Pulogadung, Jakarta Timur. Sebelumnya, kebijakan larangan pemotongan hewan kurban yang bukan di RPH menuai banyak kontra dari berbagai elemen masyarakat. Ahok dinilai tidak paham tradisi agama Islam. Ketua Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Hasanuddin mengatakan, penyembelihan hewan kurban merupakan ibadah yang sudah menjadi tradisi dan harus dilindungi negara. Hasanuddin menjelaskan, penyembelihan hewan kurban adalah bagian dari ibadah dan syiar agama. Sehingga, kegiatannya harus dilindungi negara karena dijamin UndangUndang Dasar 1945. "Bukan malah diatur yang berkesan dilarang-larang. Maka MUI sangat sesalkan Ahok," katanya. Mengklarifikasi tudingan tersebut, Ahok mengaku tidak anti terhadap Islam. Dia mengaku khawatir dampak buruk yang diakibatkan. Ia menilai berdebat dengan dasar agama memang sensitif dan menyulitkan. "Ya sudah kita biarin saja mau ngotot dari sisi agama ya sudah," ucapnya. n c6 ed: a syalaby ichsan
50
2)
Kompas.com Berita 1
Ini Alasan Ahok Longgarkan Aturan Pelarangan Pemotongan Hewan Kurban Kamis, 10 September 2015 | 22:20 WIB Kompas.com/Kurnia Sari Aziza Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama di Balai Kota, Kamis (10/9/2015). JAKARTA, KOMPAS.com — Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama mengatakan, sebenarnya, di dalam Instruksi Gubernur (Ingub) Nomor 168 Tahun 2015 tentang Pengendalian, Penampungan, dan Pemotongan Hewan, sebelumnya sudah diatur pelarangan pemotongan hewan kurban di sekolah. Namun, lanjut dia, banyak pihak yang menolak hal tersebut. "Kami akan turunkan pengawas dan kami sudah kerja sama dengan IPB (Institut Pertanian Bogor) kayak tahun lalu. Sebenarnya, saya bilang enggak boleh (sembelih hewan kurban di sekolah), tetapi mereka ngotot, ya sudah saya longgarin Ingub nya," kata Ahok, sapaan Basuki, di Balai Kota, Kamis (10/9/2015). Selain itu, ia juga menginstruksikan Dinas Kesehatan mencatat serta turut mengawasi lokasi mana saja yang dijadikan tempat pemotongan hewan kurban. Basuki menginginkan pemotongan hewan kurban dipusatkan di rumah potong hewan (RPH) Cakung dan Pulogadung. Sebab, lahan di sana luas dan mencukupi. Jika penyembelihan hewan kurban dilakukan di RPH, Basuki mengaku berani menjamin kebersihan dan kesehatan dari hewan kurban. "Jadi, masyarakat kita itu selalu kalau sudah ada korban atau yang kena sakit, baru ribut. Saya ini sekolah Islam juga, saya dari kecil nyumbang sapi kok. Jadi, jangan seolah-olah saya diarahkan telah melawan ajaran Islam. Saya cuma bilang, enggak ada yang ngajarin potong (hewan kurban) di sekolah, bahaya, bos," kata Basuki. Dinas Kelautan, Pertanian, dan Ketahanan Pangan Provinsi DKI Jakarta menjamin ternak yang diperjualbelikan untuk memenuhi kebutuhan Idul Adha adalah hewan yang sehat dan memenuhi syarat. Sebab, sebelumnya telah dilakukan koordinasi dengan daerah pemasok ternak agar ternak yang didatangkan atau dipasok disertai surat keterangan kesehatan hewan (SKKH) dari dokter hewan berwenang dari daerah asal. Hingga 9 September 2015, jumlah tempat penampungan hewan kurban tahun 2015/1436 H terdata sebanyak 49 lokasi dengan jumlah hewan yang telah diperiksa kesehatannya berjumlah sebanyak 1.944 ekor sapi, 407 ekor kambing, 177 ekor domba, dan 13 ekor kerbau. Panitia kurban yang akan membeli hewan kurban dianjurkan membeli hewan kurban di tempat penampungan hewan di kawasan RPH, seperti Pasar Ternak Cakung dan RPH Pulogadung Jakarta Timur, serta lokasi-lokasi tempat penampungan atau penjualan yang telah ditetapkan oleh lurah setempat. Tempat–tempat penjualan hewan kurban akan diperiksa kelengkapan dokumennya, didata, dan dilakukan pemeriksaan kesehatan hewan oleh petugas. Tempat penjualan hewan kurban yang telah diperiksa akan diberi tanda stiker yang berarti hewan-hewan tersebut telah memenuhi syarat sebagai hewan kurban, yakni sehat, tidak kurus, tidak cacat, cukup umur, dan berjenis kelamin jantan.
51
Berita 2 PDI-P DKI: Pemotongan Hewan Kurban Tidak Harus di Rumah Potong Selasa, 15 September 2015 | 12:33 WIB
Kompas.com/Alsadad Rudi Penyampaian Pandangan Umum Fraksi-Fraksi Atas Pidato Gubernur Tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD (P2APBD) Provinsi DKI Jakarta Tahun Anggaran 2014, di Gedung DPRD DKI Jakarta, Selasa (15/9/2015) JAKARTA, KOMPAS.com — Fraksi PDI Perjuangan menilai proses pemotongan hewan kurban yang ada selama ini telah berjalan dengan baik. Atas dasar itu, mereka menilai proses pemotongan hewan kurban tidak harus dilakukan di rumah potong hewan. Hal tersebut disampaikan saat pembukaan penyampaian pandangan Fraksi PDI-P terhadap pidato pertanggungjawaban Gubernur DKI untuk pelaksanaan APBD 2014 di Gedung DPRD, Selasa (15/9/2015). Pandangan Fraksi PDI-P dibacakan oleh Manuara Siahaan. "Mengingat selama ini proses pemotongan kurban telah ditangani dengan baik oleh panitia lokal, pemotongannya tidak harus di rumah potong hewan. Biarlah panitia lokal yang mengatur sendiri. Yang terpenting semuanya harus mematuhi aspek-aspek kebersihan yang sudah ditentukan," kata Manuara. Atas dasar itulah, Manuara menyebut ketimbang mengatur tempat pemotongan, fraksinya menyarankan agar Pemerintah Provinsi DKI lebih fokus mengatur mengenai distribusi daging kurban. "Sistem pembagiannya harus lebih baik agar tidak ada korban pada saat antre penerimaan daging," ujar dia. (Baca: Ini Alasan Ahok Longgarkan Aturan Pelarangan Pemotongan Hewan Kurban) Sebelumnya, Gubernur DKI Jakarta Basuki "Ahok" Tjahaja Purnama telah menerbitkan Instruksi Gubernur (Ingub) Nomor 168 Tahun 2015 tentang Pengendalian, Penampungan, dan Pemotongan Hewan. Pengendalian kebijakan ini dilakukan dalam rangka menyambut Idul Adha tahun 2015/1436 Hijriah. Di dalam aturan itu, terdapat larangan penjualan serta pemotongan hewan kurban di pinggir jalan. Selain itu, DKI juga melarang pemotongan hewan kurban di sekolahsekolah. Selain mengatur mengenai lokasi pemotongan, peraturan tersebut juga mengatur mengenai tempat penjualan hewan kurban. Untuk poin ini, Fraksi PDI-P mendukung penuh langkah yang telah dilakukan. "Tempat penjualan hewan kurban memang kurang tepat jika dilakukan di trotoar dan taman," tutur Manuara.
52
B.
Analisis Hasil Temuan Perbedaan Republika Online dan Kompas.com Dalam penelitian ini, peneliti akan membandingkan pembingkaian dari dua Media Online yang digunakan yaitu Republika Online dan Kompas.com untuk melihat aspek sintaksis, skrip, tematik, dan retoris. Judul berita pertama dari Republika Online yang digunakan menjadi dasar untuk dianalisis yaitu ―Larangan Ahok Soal Pemotongan Kurban Menuai Protes‖, yang diterbitkan pada tanggal 25 September 2015, dan judul berita kedua yaitu ―Ahok Bolehkan Pemotongan Kurban tidak di RPH‖ yang diterbitkan pada tanggal 18 September 2015. Sedangkan judul berita pertama dari Kompas.com yaitu ―Ini Alasan Ahok Longgarkan Aturan Pemotongan Hewan Kurban‖, yang diterbitkan pada tanggal 10 September 2015, dan judul berita kedua yaitu ―PDI-P DKI: Pemotongan Hewan Kurban Tidak Harus di Rumah Potong‖ yang diterbitkan pada tanggal 15 September 2015. Berikut penjelasannya: 1.
Sintaksis a.
Headline Tabel 4.2 Headline dari Republika Online dan Kompas.com Unsur yang diamati
Republika Online
I
Headline
Larangan Ahok Soal Pemotongan Kurban Menuai Protes
II
Headline
Ahok Bolehkan Pemotongan Kurban tidak di RPH
Berita
Kompas.com Ini Alasan Ahok Longgarkan Aturan Pemotongan Hewan Kurban PDI-P DKI: Pemotongan Hewan Kurban Tidak Harus di Rumah Potong
53
Republika Online menggunakan berita dengan judul besar ―Larangan Ahok Soal Pemotongan Kurban Menuai Protes‖ pada headline. Headline yang dibuat Republika Online ini lebih cenderung menginformasikan bahwa ada beberapa pihak yang tidak setuju dengan Instruksi Gubernur yang di keluarkan Ahok terkait dengan larangan berkurban. Dan pada judul ke-2 terlihat jika peraturan tersebut di longgarkan. Berbeda dengan Republika Online, Kompas.com menggunakan berita dengan judul besar ―Ini Alasan Ahok Longgarkan Aturan Pemotongan Hewan Kurban‖ pada headline yang dicetak tebal. Kompas.com terlihat lebih berhati-hati dengan maksud menjelaskan alasan Gubernur DKI Jakarta melarang pemotongan hewan kurban, dan judul ke-2 menjelaskan pandangan Instruksi Gubernur mengenai lokasi pemotongan hewan yang bukan sebuah masalah serius. b.
Lead Table 4.3 Unsur Lead dari Republika Online dan Kompas.com
Berita
I
Unsur yang diamati
Lead
Republika Online
Kompas.com
Kebijakan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau biasa disapa Ahok, yang melarang pelaksanaan kurban dipertanyakan. Instruksi Gubernur DKI No. 67 tahun
Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama mengatakan, sebenarnya, di dalam Instruksi Gubernur (Ingub) Nomor 168 tahun 2015 tentang Pengendalian,
54
2014 tidak menjelaskan apa yang menjadi dasar pelarangan tersebut.
II
Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama terkesan melunak soal larangan pemotongan hewan kurban menjelang perayaan Idul Adha. Sikap keras gubernur yang akrab disapa Ahok ini melarang pemotongan hewan kurban di sembarang tempat pun berubah.
Lead
Penampungan, dan Pemotongan Hewan, sebelumnya sudah diatur pelarangan pemotongan hewan kurban di sekolah. Fraksi PDI Perjuangan menilai proses pemotongan hewan kurban yang ada selama ini telah berjalan dengan baik. Atas dasar itu, mereka menilai proses pemotongan hewan kurban tidak harus dilakukan di rumah potong hewan.
Pada tabel 4.3 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang di tampilkan. Pada lead berita pertama yang di tampilkan oleh Republika Online terlihat pernyataan yang membahas tentang keraguan terhadap Instruksi Gubernur namun tidak jelas sumbernya dari mana pernyataan itu dihasilkan. Sedangkan dari Kompas.com terlihat pernyataan dari Gubernur DKI Jakarta terkait penjelasannya tentang Instruksi yang di keluarkan. Pada berita kedua terlihat jika Republika Online mengangkat sikap ahok yang melunak atau menyesuaikan terhadap efek yang ditimbulkan
oleh
Instruksi
tersebut
dan
melonggarkan
peraturannya, sedangkan Kompas.com mengangkat pandangan narasumber dan cenderung objektif.
55
Lead yang di gunakan oleh Republika Online ialah membahas tentang keraguan terhadap Instruksi pelarangan berkurban yang dikeluarkan oleh Ahok. ada dua jenis lead yang di gunakan Republika Online ialah ―what lead” dan “why lead.‖ Melihat lead apa yang ingin di tampilkan oleh Republika Online ialah apa yang terjadi dan kenapa itu terjadi. Berikut kutipannya, ―Kebijakan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau biasa
disapa
Ahok,
yang
melarang
pelaksanaan
kurban
dipertanyakan. Instruksi Gubernur DKI No. 67 tahun 2014 tidak menjelaskan apa yang menjadi dasar pelarangan tersebut.‖ Pada berita kedua menggunakan what lead yaitu sikap keras Ahok yang akhirnya melunak dan berubah sehingga melonggarkan aturan tersebut. Sama hal nya dengan Republika Online, Kompas.com menggunakan dua jenis lead, yaitu who lead dan what lead. Pada who lead terlihat bahwa Gubernur DKI Jakarta memaparkan penjelasannya terkait Instruksi Gubernur yang dikeluarkan. Berikut kutipannya, ―Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama mengatakan, sebenarnya….‖. pada berita kedua, lead yang digunakan ialah what lead yang menjelaskan bahwa tidak lokasi pemotongan kurban bukan suatu masalah, sebab tiap tahun pelaksanaan pun sudah cukup baik. Peneliti menangkap maksud dari kedua lead yang digunakan oleh Kompas.com berisi penjelasan Gubernur DKI
56
Jakarta tentang Instruksi Gubernur yang di keluarkannya dengan maksud positif agar tidak terjadi salah paham dan juga agar masyarakat dapat mengerti maksud dari Instruksi Gubernur tersebut dan soal lokasi pemotongan hewan bukan masalah yang cukup penting. c.
Latar Tabel 4.4 Latar dari Republika Online dan Kompas.com
Berita
Unsur yang diamati
I
Latar
II
Latar
Republika Online Pertentangan terhadap Instruksi Gubernur DKI Jakarta (Ahok) terkait larangan pemotongan hewan kurban Gubernur DKI Jakarta (Ahok) melonggarkan Instruksi Gubernur tentang Larangan pemotongan hewan kurban
Kompas.com Alasan Gubernur DKI Jakarta (Ahok) yang melonggarkan aturan pelarangan pemotongan hewan kurban
Lokasi pemotongan hewan kurban bukan perkara yang penting
Latar belakang yang digunakan oleh Republika Online adalah pernyataan protes yang dikemukakan oleh aktifis Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Adil Sejahtera Harry Kurniawan terhadap Instruksi Gubernur yang berisi Larangan pemotongan hewan kurban di sekolah. Pada bagian latar ini, Republika Online berusaha untuk menentang maksud dari larangan pemotongan
57
hewan di sekolah, karena akan menjauhkan siswa sekolah pertama dari nilah religius. Pada berita kedua, terlihat bahwa Republika Online memanfaatkan berubahnya sikap Ahok yang mulai melunak dan melonggarkan peraturannya. Sedangkan
latar
belakang
yang
digunakan
oleh
Kompas.com berisi alasan-alasan yang dikemukakan oleh Gubernur DKI Jakarta (Ahok) terkait Instruksi Gubernur yang dikeluarkan tentang larangan pemotongan hewan kurban. Kompas.com berusaha menjelaskan secara detail maksud dari Instruksi Gubernur terkait larangan pemotongan hewan kurban untuk menghindari kesalahpahaman yang ditimbulkan dari Instruksi Gubernur di mata masyarakat Islam. Pada berita kedua, sangat jelas bahwa pernyataan dari Manuara yang banyak hal yang lebih penting untuk di fokuskan oleh pemerintah ketimbang mengurusi lokasi pemotongan hewan kurban. Dalam latar berita yang dikeluarkan oleh Kompas.com terlihat perbedaan yang cukup jelas dengan latar berita yang dikeluarkan oleh Republika Online, jika Republika Online lebih banyak mengangkat pertentangan yang ditimbulkan dari Instruksi Gubernur terkait larangan pemotongan hewan kurban dan melihat kelemahan Ahok dengan sikapnya yang berubah, sedangkan Kompas.com cenderung meluruskan atau menjelaskan maksud dari Instruksi Gubernur tentang larangan pemotongan hewan kurban dan Instruksi Gubernur tersebut bukan sebuah masalah.
58
d. Kutipan Narasumber Tabel 4.5 Kutipan Narasumber pada Republika Online dan Kompas.com Berita
I
Unsur yang diamati
Kutipan
Republika Online
―Apabila Instruksi ini tetap dilaksanakan akan menjauhkan anak didik dari nilai-nilai religious, khususnya di Sekolah Dasar‖
―Tahun depannya lagi Sekolah Menengah Atas dilarang‖
―Pemotongan hewan kurban adalah rangkaian pelaksanaan ibadah bagi umat Islam dalam rangka Hari Raya Idul Adha‖
Kompas.com ―Kami akan turunkan pengawas dan kami sudah kerja sama dengan IPB (Institut Pertanian Bogor) kayak tahun lalu. Sebenarnya, saya bilang enggak boleh (sembelih hewan kurban di sekolah), tetapi mereka ngotot, ya sudah saya longgarin Ingub nya‖ ―Jadi, Masyarakat kita itu selalu kalau sudah ada korban atau yang kena sakit, baru ribut. Saya ini sekolah Islam juga, saya dari kecil nyumbang sapi kok. Jadi, jangan seolah-olah saya diarahkan telah melawan ajaran Islam. Saya Cuma bilang, engga ada yang ngajarin potong (hewan kurban) di sekolah, bahaya, bos‖
59
―Sehingga toleransi umat beragama tidak tergerus oleh kebijakan yang sesat ini‖ ―Melarang kegiatan pemotongan hewan kurban di lokasi Sekolah Dasar‖
II
Kutipan
―Ya udah kita sudah ada kebijakan, namanya juga ini kan sudah jadi kebiasaan yang salah. Ya sudah kalau masih mau potong di tempat,"
"Bukan malah diatur yang berkesan dilarang-larang. Maka MUI sangat sesalkan Ahok,"
"Ya sudah kita biarin saja mau ngotot dari sisi agama ya sudah,"
"Mengingat selama ini proses pemotongan kurban telah ditangani dengan baik oleh panitia lokal, pemotongannya tidak harus di rumah potong hewan. Biarlah panitia lokal yang mengatur sendiri. Yang terpenting semuanya harus mematuhi aspekaspek kebersihan yang sudah ditentukan," "Sistem pembagiannya harus lebih baik agar tidak ada korban pada saat antre penerimaan daging," "Tempat penjualan hewan kurban memang kurang tepat jika dilakukan di trotoar dan taman,"
Pada media Republika Online secara umum berisi kutipan wawancara mengenai efek atau dampak yang ditimbulkan dari dikeluarkannya Instruksi Gubernur tentang larangan pemotongan
60
hewan kurban. Republika Online memasukkan narasumber dari Aktifis Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Adil Sejahtera, Harry Kurniawan. Harry
menilai
Instruksi
Gubernur
tentang
larangan
pemotongan hewan kurban tidak memberikan penjelasan apa maksud dan tujuan pelarangan kegiatan kurban di Sekolah Dasar, padahal kegiatan kurban di Sekolah Dasar bertujuan untuk memberikan pendidikan dan pengajaran sejak dini terhadap anak didik akan makna kurbanitu sendiri. Harry Kurniawan juga menyinggung pemerintah yang menjamin kebebasan beribadah bukan
malah
melakukan
pelarangan.
Dan
harry merasa
pemerintah tidak paham tentang arti pemotongan hewan kurban. Berikut kutipannya, ―Pemotongan hewan kurban adalah rangkaian pelaksanaan ibadah bagi umat Islam dalam rangka Hari Raya Idul Adha‖. Pada berita kedua menjelaskan Ahok yang melonggarkan Instruksinya dengan ekspresi yang cenderung keberatan akibat banyak tekanan yang datang, ini terlihat pada pernyataan dari Ketua
Komisi
Fatwa
Majelis
Ulama
Indonesia
(MUI),
Hasanuddin yang menentang Instruksi tersebut. Sedangkan pada Kompas.com secara umum berisi kutipan hasil wawancara penjelasan mengenai kenapa Instruksi Gubernur terkait larangan pemotongan hewan kurban itu dikeluarkan. Kompas.com memasukkan narasumber sekaligus orang yang mengeluarkan Instruksi Gubernur tentang larangan pemotongan
61
hewan kurban yaitu, Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). secara keseluruhan kutipan diatas menegaskan jika Ahok tidak ingin masyarakat melakukan penyembelihan hewan kurban namun ada yang menjadi korban atau terjangkit penyakit akibat bakteri yang ditimbulkan dari pemotongan hewan yang sembarangan. Ahok juga menjelaskan bahwa Instruksi Gubernur yang dikeluarkan masih taraf wajar dan tidak melanggar ajaran Islam. Dia juga pernah belajar di sekolah Islam, bahkan dari kecil juga ikut menyumbang hewan kurban. Intinya Ahok menghimbau jika pemotongan hewan di sekolah itu tidak ada dasar aturan dan dinilai bahaya. Nilai kutipan Pada berita kedua menegaskan jika manuara menginginkan Ahok lebih memperhatikan hal sistematis proses pembagian dan penerimaan kurban, sebab banyak sekali korban yang berjatuhan akibat antre yang dilakukan masyarakat. Hal ini lah yang dianggap menjadi persoalan penting daripada mengurusi lokasi pemotongan hewan kurban.
62
e.
Pernyataan Tabel 4.6 Pernyataan Pada Republika Online dan Kompas.com
Berita
I
Unsur yang diamati
Pernyataan
Republika Online
Kompas.com
Aktifis Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Adil Sejahtera Harry Kurniawan menyayangkan larangan tersebut.
Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama mengatakan, sebenarnya, di dalam Instruksi Gubernur (Ingub) Nomor 168 Tahun 2015 tentang Pengendalian, Penampungan, dan Pemotongan Hewan, sebelumnya sudah diatur pelarangan pemotongan hewan kurban di sekolah. Namun banyak pihak yang menolak hal tersebut.
Kalau tahun ini yang dilarang adalah kurban di Sekolah dasar, Harry khawatir tahun berikutnya Sekolah Menengah Pertama dilarang. Ia menyayangkan
ia juga menginstruksikan Dinas Kesehatan mencatat serta turut mengawasi lokasi mana saja yang dijadikan tempat pemotongan hewan kurban.
63
pelarangan yang dilakukan oleh Ahok tidak memberikan penjelasan dasar dari pada pelarangan tersebut. Harry menilai Instruksi Gubernur ini bertentangan dengan pasal 29 UUD 1945. Menurutnya, seharusnya negara dalam hal ini pemerintah menjamin kebebasan beribadah bukan melakukan pelarangan. Pemahaman pemotongan hewan kurban, kata dia, harus dipahami seutuhnya bukan mendasarkan hanya pada saat hewan kurban dipotong. Akan sangat bijak apabila Ahok mendengarkan pendapat ulama-ulama di Jakarta sebelum mengeluarkan Instruksi tersebut
Basuki menginginkan pemotongan hewan kurban dipusatkan di Rumah Potong Hewan (RPH) Cakung dan Pulogadung. Sebab, lahan disana luas dan mencukupi.
64
Jika penyembelihan hewan kurban dilakukan di RPH, Basuki mengaku berani menjamin kebersihan dan kesehatan dari hewan kurban.
II
Pernyataan
Dia menjelaskan, kebijakan tersebut harus berhadapan dengan tradisi turun-temurun di tengah masyarakat Jakarta.
Fraksi PDI Perjuangan menilai proses pemotongan hewan kurban yang ada selama ini telah berjalan dengan baik.
Menurutnya, hewan kurban boleh tidak dipotong di rumah pemotongan hewan (RPH) asalkan harus didampingi dengan petugas kesehatan.
Manuara menyebut ketimbang mengatur tempat pemotongan, fraksinya menyarankan agar Pemerintah Provinsi DKI lebih fokus mengatur mengenai distribusi daging kurban.
Ia mengimbau darah kurban dibuang langsung di tanah dan dikubur.
65
Ketua Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Hasanuddin mengatakan, penyembelihan hewan kurban merupakan ibadah yang sudah menjadi tradisi dan harus dilindungi negara. Hasanuddin menjelaskan, penyembelihan hewan kurban adalah bagian dari ibadah dan syiar agama. Ahok mengaku tidak anti terhadap Islam. Dia mengaku khawatir dampak buruk yang diakibatkan. Ia menilai berdebat dengan dasar agama memang sensitif dan menyulitkan.
Dalam kolom pernyataan di atas, Republika Online menulis tentang reaksi negatif yang dihasilkan dari Instruksi Gubernur tentang larangan pemotongan hewan kurban, Melalui pernyataan dari narasumber yaitu, Harry Kurniawan selaku aktifis
66
Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Adil Sejahtera. Republika Online menyebutkan bahwa Harry Kurniawan menyayangkan pelarangan tersebut, dengan sedikit terlihat sindiran halus dari kata yang digunakan menyayangkan. Harry juga khawatir jika pelarangan pemotongan hewan kurban di Sekolah Dasar berlanjut pada tahun berikutnya di Sekolah Menengah Pertama hingga Sekolah Menengah Atas. Dan Harry Kurniawan menilai Ahok mengeluarkan pelarangan pemotongan hewan kurban tanpa memberikan penjelasan dasar daripada pelarangan tersebut. Pernyataan Harry Kurniawan selanjutnya menilai bahwa Instruksi Gubernur Nomor 168 tahun 2015 tentang larangan pemotongan hewan kurban ini bertentangan dengan pasal 29 UUD 1945, Negara dalam hal ini pemerintah menjamin kebebasan beribadah bukan malah melakukan pelarangan. Terlihat jelas bahwa pernyataan tersebut menyebutkan jika Instruksi Gubernur yang baru dikeluarkan sangat bertolak belakang dengan pasal 29 UUD 1945 yang sudah ada sebelumnya. Pada berita kedua, terlihat peernyataan dari Ahok yang mulai mengerti dan mencoba menghormati tradisi berkurban, Republika Online menggambarkan sikap Ahok yang bijaksana dan lebih toleran dari sebelum-sebelumnya, hal ini terjadi mungkin berdasarkan
pernyataan
dari
para
tokoh
Agama
seperti
Hasanuddin yang banyak mengkritik Instruksi tentang larangan pemotongan hewan kurban.
67
Berbeda
halnya
dengan
Kompas.com,
pada
kolom
pernyataannya mencoba meluruskan dan memberikan penjelasan dengan alasan yang logis terkait Instruksi Gubernur yang dikeluarkan
oleh
Ahok.
Kompas.com
selalu
memberikan
pernyataan melalui narasumbernya, yaitu Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). Ahok selalu mengatakan alasan yang logis dengan menyangkal semua pernyataan miring dari pihak-pihak yang bertentangan dengan Instruksi Gubernur. Ahok menyebutkan jika Instruksi Gubernur Nomor 168 tentang pengendalian, penampungan dan pemotongan hewan, sebelumnya sudah diatur pelarangan hewan kurban di sekolah. Instruksi Gubernur yang dikeluarkan oleh Ahok ini memang banyak pihak yang menolak keras dengan berbagai alasan terutama menyangkut nilai Agama, namun Ahok mencoba melonggarkan aturan tersebut agar tidak terjadi gesekan yang lebih jauh. Disebutkan pula, Ahok tidak tinggal diam dan memberikan pengawasan terhadap lokasi-lokasi yang dijadikan tempat
pemotongan
dengan
memberikat
instruksi
Dinas
Kesehatan untuk mengawasi. Kompas.com meyebutkan bahwa Ahok memberikan solusi untuk melakukan pemotongan hewan kurban di Rumah Potong Hewan (RPH) yang berada di Cakung dan Pulogadung dengan alasan lahan disana yang luas dan mencukupi untuk menampung hewan yang akan dipotong dan Ahok juga berani menjamin kebersihan dan kesehatan hewan
68
ternak jika pemotongan dilakukan di Rumah Potong Hewan (RPH). Pada berita kedua, pernyataan yang keluar dari Manuara berindikasi jika Ahok tidak perlu mengurusi lokasi pemotongan hewan kurban, sebab pelaksanaan yang sudah berjalan dari tahun ke tahun dinilai sudah cukup baik. Kompas.com mempertahankan konsistensinya dengan tetap objektif. f.
Penutup Tabel 4.7 Penutup pada Republika Online dan Kompas.com
Berita
I
Unsur yang diamati
Penutup
Republika Online
Kompas.com
Alasan pelaksanaan kurban di Sekolah Dasar adalah untuk memberikan pendidikan dan pengajaran sejak dini terhadap anak didik akan makna kurban itu sendiri.
Tempat penjualan hewan kurban yang telah diperiksa akan diberi tanda stiker yang berarti hewanhewan tersebut telah memenuhi syarat sebagai hewan kurban, yakni sehat, tidak kurus, tidak cacat, cukup umur, dan berjenis kelamin jantan.
69
II
Penutup
Mengklarifikasi tudingan tersebut, Ahok mengaku tidak anti terhadap Islam. Dia mengaku khawatir dampak buruk yang diakibatkan. Ia menilai berdebat dengan dasar agama memang sensitif dan menyulitkan. "Ya sudah kita biarin saja mau ngotot dari sisi agama ya sudah," ucapnya.
Selain mengatur mengenai lokasi pemotongan, peraturan tersebut juga mengatur mengenai tempat penjualan hewan kurban. Untuk poin ini, Fraksi PDI-P mendukung penuh langkah yang telah dilakukan. "Tempat penjualan hewan kurban memang kurang tepat jika dilakukan di trotoar dan taman," tutur Manuara.
Pada bagian penutup, Republika Online mengambil uraian dari wartawan atau redaksi Republika Online itu sendiri. penyataan penutup Republika Online menjelaskan bahwa Sekolah Dasar adalah tempat yang cocok untuk memberikan pendidikan dan pengajaran sejak dini dan dapat memahami makna kurban itu sendiri. Bagian penutup Republika Online berusaha menjelaskan bahwa pelaksanaan kurban di Sekolah Dasar itu dinilai sangat penting sebagai media untuk murid-murid SD mendapatkan pengajaran dan pendidikan sejak dini dan memahami makna kurban, hal ini bertentangan dengan Instruksi Gubernur Nomor 168 tahun 2015 yang berisi larangan pemotongan hewan kurban di tempat umum, termasuk lingkungan Sekolah. Pada berita kedua,
ungkapan
klarifikasi
dari
Ahok
yang
akhirnya
70
melonggarkan Instruksinya dan menyebutkan bahwa Dia tetap menghormati agama Islam dan hanya khawatir akan kesehatan yang
ditimbulkan
dari
lokasi
pemotongan
hewan
yang
sembarangan. Berbeda halnya dengan Kompas.com, pada bagian penutup nya sama sama penjelasan dari wartawan atau redaksi yaitu, Kompas.com itu sendiri, namun pada konteks penutup nya berisi penjelasan tentang tempat penjualan hewan kurban yang telah di periksa dan hewan-hewan yang telah memenuhi syarat sebagai hewan kurban. Dalam hal ini, Kompas.com berusaha memberikan informasi yang baik kepada khalayak tentang tempat penjualan hewan kurban maupun kelayakan hewan kurban untuk di kurbankan. Pada berita kedua, tergambar jika Manuara juga setuju mengenai Instruksi Gubernur untuk merapikan lokasi pemotongan dan penjualan hewan kurban.
71
SKRIP
2.
a.
5W+1H Tabel 4.8 5W+1H pada Republika Online dan Kompas.com
Berita
I
Unsur yang diamati
Republika Online
Kompas.com
5W+1H
What (apa yang terjadi): Kebijakan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau biasa disapa Ahok, yang melarang pelaksanaan Kurban dipertanyakan. Who (Siapakah orang yang menjadi narasumber dalam pemberitaan tentang larangan pemotongan hewan kurban di sembarang tempat): Aktifis Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Adil Sejahtera, Harry Kurniawan. Why (mengapa Instruksi Larangan kurban yang dikeluarkan oleh Ahok menuai protes): Harry menilai pelarangan kurban yang dikeluarkan Ahok
What (apa yang terjadi): Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama mengatakan, sebenarnya di dalam Instruksi Gubernur (Ingub) Nomor 168 Tahun 2015 tentang Pengendalian, Penampungan, dan Pemotongan Hewan, sebelumnya sudah diatur Pemotongan hewan kurban di sekolah, namun banyak pihak yang menolak hal tersebut. Who (siapakah yang menjadi narasumber dalam pemberitaan tentang larangan pemotongan hewan kurban di sembarang tempat): Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok. Why (mengapa Ahok melarang masyarakat
72
tidak memberikan penjelasan dasar pelarangan tersebut dan bertentangan dengan pasal 29 UUD 1945 tentang kebebasan beribadah. Where (dimanakah lokasi yang dilarang oleh pemerintah untuk melakukan pemotongan hewan kurban): di Sekolah Dasar How (bagaimana reaksi aktifis Lembaga Bantuan Hukum (LBH) terkait Instruksi larangan pemotongan hewan kurban): aktifis LBH yakni, Harry Kurniawan khawatir tahun selanjutnya, larangan pemotongan hewan kurban tidak hanya di SD, namun SMP dan SMA juga dilarang dan Harry menyinggung Istruksi larangan pemotongan hewan berkenaan dengan toleransi umat beragama. When -
melakukan pemotongan hewan kurban di sembarang tempat): Ahok khawatir akan kebersihan dan kesehatan masyarakat jika melakukan pemotongan hewan kurban di sembarang tempat. Where (dimanakah tempat yang menjadi rekomendasi Ahok untuk masyarakat melakukan pemotongan hewan kurban): Ahok ingin masyarakat melakukan pemotongan hewan kurban di Rumah Potong Hewan (RPH) Cakung dan Pulogadung. How (bagaimanakah reaksi yang dilakukan Ahok mengenai banyak pihak yang kontra dengan Instruksi larangan pemotongan hewan kurban): Ahok menginstruksikan Dinas Kesehatan untuk mengawasi lokasi pemotongan hewan kurban serta Dinas Kelautan, Pertanian, dan
73
II
5W+1H
What (apa yang terjadi): Ahok melunak soal Instruksinya tentang pelarangan pemotongan hewan kurban. Who (Siapakah orang yang menjadi narasumber): Basuki Tjahaja Purnama dan Ketua Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Hasanuddin. Why (mengapa Ahok melunak dan melonggarkan aturan tentang penyembelihan kurban): Ahok melonggarkan aturan tersebut dengan catatan harus ada pengawasan dari dinas dan berusaha menghormati tradisi turun-temurun. How (bagaimana sikap Ahok bisa sampai melunak dan melonggarkan Instruksinya tersebut): hal ini dapat terjadi karena
Ketahanan Pangan DKI Jakarta untuk menjamin ternak yang diperjualbelikan merupakan hewan ternak yang sehat dan memenuhi syarat. When What (apa yang terjadi): tradisi kurban selama ini sudah berjalan dengan baik dan tidak terlalu penting untuk dipermasalahkan. Who (Siapakah orang yang menjadi narasumber): Fraksi PDI-P, Manuara Siahaan. Why (mengapa Manuara menganggap pelarangan pemotongan kurban itu tidak begitu penting): Manuara menganggap selama ini pelaksanaan kurban sudah berjalan dengan baik. How (bagaimana tanggapan dari Manuara terhadap Instruksi tentang pelarangan tersebut): Manuara menyarankan agar Ahok mengutamakan dan lebih fokus mengatur mengenai distribusi daging kurban.
74
sebelumnya banyak pertentangan yang datang dari pemuka Agama Islam. When – Where -
When – Where -
Dari analisis skrip dengan elemen 5W+1H yang telah dijelaskan pada tabel di atas, terlihat bahwa unsur yang terkandung dari Republika Online dan Kompas.com hampir lengkap, dan keduanya sama-sama tidak terdapat unsur when. Elemen skrip merupakan salah satu strategi wartawan dalam mengkonstruksi berita: bagaimana peristiwa dipahami melalui cara tertentu dengan menyusun bagian-bagian dengan urutan tertentu.49 Elemen skrip yang terdapat pada Republika Online adalah what, who, where, why, dan how yang memberikan gambaran bahwa Instruksi Gubernur DKI Jakarta tentang larangan pemotongan hewan kurban menuai protes dari aktifis Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Adil Sejahtera yaitu, Harry Kurniawan. Terlihat jelas jika Republika Online banyak menempatkan teks mengenai tanggapan Harry Kurniawan yang cenderung terlihat bersebrangan dengan Instruksi Gubernur mengenai larangan pemotongan hewan kurban yang dikeluarkan oleh Ahok. peneliti menilai jika Republika Online ingin menonjolkan sebuah respon
49
hal. 300.
Eriyanto, Analisis, Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media (Jogjakarta: LKiS, 2011),
75
negatif dengan argumentasi dari narasumber yang merupakan seorang aktifis Lembaga Bantuan Hukum (LBH). Pada berita kedua, elemen skrip menandakan bahwa Republika Online mengangkat berubahnya sikap Ahok yang mulai melonggarkan Instruksinya tentang pemotongan hewan kurban, dan cenderung melihat sisi lemah dari Ahok yang dinilai bersikap keras dan konsisten. Elemen skrip yang terdapat pada Kompas.com sama halnya dengan Republika Online, yakni unsur what, who, where, why, dan how namun gambaran yang dihasilkan adalah penjelasan secara
objektif
dari
narasumber
sekaligus
tokoh
yang
mengeluarkan Instruksi Gubernur mengenai larangan pemotongan hewan kurban, yakni Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok. Ahok memberikan segala macam penjelasan, sanggahan, serta sindiran kepada masyarakat ataupun oknum-oknum yang tidak setuju dengan Instruksi larangan pemotongan hewan kurban yang dikeluarkan olehnya. Terlihat jelas jika Kompas.com seolah-olah bersikap netral dengan selalu menempatkan teks argumentasi dari Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok yang cenderung terlihat bijaksana
dengan
memberikan
Lembaga
Negara,
seperti
pengawasan
Dinas
Kesehatan
dari dan
berbagai dengan
menonjolkan efek negatif yang akan ditimbulkan jika masyarakat menghiraukan Instruksi larangan pemotongan hewan kurban yang dikeluarkannya. Pada berita kedua, elemen skrip yang tergambar
76
bahwa
Kompas.com
tidak
mengangkat
mengenai
lokasi
pemotongan hewan kurban berdasarkan Instruksi Gubernur, melainkan
memfokuskan
pada
hal
sistematis
mengenai
pengambilan daging kurban yang dinilai merupakan masalah yang lebih penting. 3.
Tematik a.
Detail Tabel 4.9 Unsur Detail pada Republika Online dan Kompas.com
Berita
I
Unsur yang diamati
Detail
Republika Online Aktifis Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Adil Sejahtera yakni, Harry Kurniawan menyayangkan pelarangan yang dilakukan oleh Ahok tidak memberikan penjelasan dasar daripada pelarangan tersebut. Akan sangat bijak apabila Ahok mendengarkan pendapat ulama-ulama di Jakarta sebelum mengeluarkan Instruksi tersebut. ―sehingga toleransi umat beragama tidak tergerus oleh kebijakan yang sesat ini,‖
Kompas.com
―…. Sebenarnya, saya bilang enggak boleh (sembelih hewan kurban di sekolah), tetapi mereka ngotot, ya sudah saya longgarin Ingub nya‖
Jika penyembelihan hewan kurban dilakukan di RPH, Basuki Tjahaja Purnama mengaku berani menjamin kebersihan dan kesehatan dari hewan kurban.
77
―Jadi, Masyarakat kita itu selalu kalau sudah ada korban atau yang kena sakit, baru ribut. Saya ini sekolah Islam juga, saya dari kecil nyumbang sapi kok. Jadi, jangan seolah-olah saya diarahkan telah melawan ajaran Islam. Saya Cuma bilang, engga ada yang ngajarin potong (hewan kurban) di sekolah, bahaya, bos‖
II
Detail
Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama terkesan melunak soal larangan pemotongan hewan kurban menjelang perayaan Idul Adha. Sikap keras gubernur yang akrab disapa Ahok ini melarang pemotongan hewan kurban di sembarang tempat pun berubah. "Ya udah kita sudah ada kebijakan, namanya juga ini kan sudah jadi kebiasaan yang salah. Ya sudah kalau masih mau potong di tempat," ujar Ahok. Ahok dinilai tidak paham tradisi agama Islam
"Sistem pembagiannya harus lebih baik agar tidak ada korban pada saat antre penerimaan daging," ujar Manuara.
"Tempat penjualan hewan kurban memang kurang tepat jika dilakukan di trotoar dan taman," tutur Manuara.
78
Ahok mengaku tidak anti terhadap Islam. Dia mengaku khawatir dampak buruk yang diakibatkan. Ia menilai berdebat dengan dasar agama memang sensitif dan menyulitkan. "Ya sudah kita biarin saja mau ngotot dari sisi agama ya sudah," ucapnya.
Berdasarkan struktur tematik yang termasuk ke dalam elemen detail, terdapat dua tema yang dipilih Republika Online pada teks berita diatas. Pada detail pertama, membahas penyataan yang dikeluarkan oleh aktifis Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Adil Sejahtera yakni, Harry Kurniawan. Tertulis bahwa Harry menyayangkan pelarangan yang dilakukan oleh Ahok tidak memberikan penjelasan dasar daripada pelarangan tersebut. Republika
Online
menggunakan
detail
ini
dan
kata
―menyayangkan‖ memperjelas bahwa adanya sebuah reaksi kekecewaan terhadap Instruksi yang dikeluarkan oleh Ahok terkait larangan pemotongan hewan kurban ini. Dan kata ―tidak memberikan penjelasan‖ menegaskan jika Harry butuh kejelasan dan landasan yang kuat terhadap Instruksi larangan Pemotongan hewan kurban tersebut. Detail kedua yang digunakan oleh Republika Online masih berupa pendapat dari Harry Kurniawan, yang menyebutkan bahwa akan sangat bijak apabila Ahok mendengarkan pendapat ulama-ulama di Jakarta sebelum
79
mengeluarkan Instruksi tersebut. ―sehingga toleransi umat beragama tidak tergerus oleh kebijakan yang sesat ini.‖ Republika Online menggunakan detai kedua ini dan dengan penggunaan kosa kata ―akan sangat bijak‖ memperjelas bahwa Harry menyinggung Ahok selaku Gubernur DKI Jakarta untuk bersikap bijaksana dan tidak seenaknya mengeluarkan Instruksi yang berkenaan dengan nilai Agama. Dan penggunaan kalimat ―tidak tergerus oleh kebijakan yang sesat ini‖ memberikan sebuah arti bahwa Harry menilai kebijakan yang dikeluarkan oleh Ahok ini berindikasi melenceng dari hukum dan norma Agama yang berlaku di negeri ini. Pada berita kedua, Republika Online mengungkapkan jika Ahok mulai melunak sikapnya, hal ini menjelaskan bahwa Republika Online seolah-olah Ahok sudah bisa paham dengan tradisi berkurban dan menghormati umat Islam. Walaupun Ahok menyebutkan jika lokasi pemotongan hewan kurban merupakan kebiasaan yang salah tetapi Ahok tetap harus menghormati tradisi yang sudah ada dan berjalan sejak dahulu. Berbeda dengan Republika Online, Kompas.com memiliki tiga tema detail pada teks beritanya. Tema detail pertama merupakan pernyataan dari Ahok yang melarang melakukan penyembelihan hewan kurban di sekolah, tetapi banyak pihak yang menentang keras Instruksi larangan tersebut terlihat pada kalimat ―tetapi mereka ngotot, ya sudah saya longgarin Ingub
80
nya‖. Pada kata ―longgarin‖ tersebut juga terlihat jelas jika Ahok berusaha mengerti dan lebih bersikap bijaksana menghadapi masalah yang timbul. Tema detail kedua terlihat jika Kompas.com lebih menonjolkan sisi keberanian dan keseriusan Ahok jika yang dilakukannya itu adalah hal yang baik dan benar mengenai rekomendasi tempat pemotongan hewan kurban di Rumah Potong Hewan (RPH) terkait Instruksi larangan pemotongan hewan kurban yang dikeluarkan oleh nya dengan penggunaan kata ―berani menjamin‖. Dan
tema
detail
yang
terakhir
digunakan
oleh
Kompas.com mengandung arti sindiran yang dilakukan oleh Ahok kepada masyarakat ataupun oknum-oknum yang kontra dengan Instruksi
yang dikeluarkan oleh nya mengenai larangan
pemotongan hewan kurban dengan penggunaan kalimat ―Jadi, Masyarakat kita itu selalu kalau sudah ada korban atau yang kena sakit, baru ribut.‖ Ahok juga membantah semua pernyataan miring yang menyinggung tidak ada hubungan mengenai perbedaan agama yang dianut Ahok dengan masyarakat Islam di DKI Jakarta khususnya dengan Instruksi yang dikeluarkan oleh nya dengan ungkapan ―Saya ini sekolah Islam juga, saya dari kecil nyumbang sapi kok. Jadi, jangan seolah-olah saya diarahkan telah melawan ajaran Islam. Saya Cuma bilang,
81
engga ada yang ngajarin potong (hewan kurban) di sekolah, bahaya, bos‖. Pada
berita
kedua,
tergambar
jika
Kompas.com
memfokuskan pada pernyataan dari Manuara yang membahas mengenai sistematis pembagian daging, dengan alasan banyak korban jiwa akibat antre, hal ini tidak menutup kemungkinan jika kompas menyebutkan bahwa Manurung juga setuju dengan Instruksi Gubernur tentang lokasi pemotongan hewan kurban b. Koherensi Tabel 4.10 Unsur Koherensi pada Republika Online dan Kompas.com Berita
I
Unsur yang diamati
Koherensi
Republika Online
―Apabila Instruksi ini tetap dilaksanakan akan menjauhkan anak didik dari nilai-nilai religius, khususnya di Sekolah Dasar‖ (koherensi sebabakibat) Seharusnya negara dalam hal ini pemerintah menjamin kebebasan beribadah, bukan melakukan pelarangan.
Kompas.com sebelumnya sudah diatur pelarangan pemotongan hewan kurban di sekolah, namun banyak pihak yang menolak hal tersebut. (koherensi pembedakebalikan) ―Sebenarnya, saya bilang enggak boleh (sembelih hewan kurban di sekolah), tetapi mereka ngotot, (koherensi
82
(koherensi pembedakebalikan) Akan sangat bijak apabila Ahok mendengarkan pendapat ulamaulama di Jakarta sebelum mengeluarkan Instruksi tersebut. ―sehingga toleransi umat beragama tidak tergerus oleh kebijakan yang sesat ini,‖ (koherensi sebabakibat) Padahal praktik pelaksanaan kurban di sekolah-sekolah sudah ada jauh sebelum Jokowi maupun Ahok memimpin Jakarta (koherensi penjelas)
II
Koherensi
hewan kurban boleh tidak dipotong di rumah pemotongan hewan (RPH) asalkan harus didampingi dengan petugas kesehatan. (koherensi penjelas)
Hasanuddin menjelaskan, penyembelihan
pembedakebalikan)
Basuki menginginkan pemotongan hewan kurban dipusatkan di Rumah Potong Hewan (RPH) Cakung dan Pulogadung. Sebab, lahan di sana luas dan mencukupi. (koherensi sebabakibat) ―Jadi, Masyarakat kita itu selalu kalau sudah ada korban atau yang kena sakit, baru ribut.‖ (koherensi sebabakibat) Manuara menyebut ketimbang mengatur tempat pemotongan, fraksinya menyarankan agar Pemerintah Provinsi DKI lebih fokus mengatur mengenai distribusi daging kurban. (koherensi pembedakebalikan)
83
hewan kurban adalah bagian dari ibadah dan syiar agama. Sehingga, kegiatannya harus dilindungi negara karena dijamin Undang-Undang Dasar 1945. "Bukan malah diatur yang berkesan dilaranglarang. Maka MUI sangat sesalkan Ahok," katanya. (koherensi pembedakebalikan)
Pada berita pertama berdasarkan tabel di atas, terlihat Republika Online dan Kompas.com memiliki jumlah koherensi yang sama, yaitu empat koherensi. Koherensi disini merupakan pertalian atau jalinan antarkata, proposisi atau kalimat. Dua buah kalimat atau proposisi yang menggambarkan fakta yang berbeda dapat dihubungkan dengan menggunakan koherensi, sehingga fakta
yang
tidak
berhubungan
sekalipun
dapat
menjadi
berhubungan ketika seseorang menghubungkannya. Jadi yang koherensi itu dimaknai sebagai kata hubung antara suatu fakta dengan fakta lain.50 Pada Republika Online, keempat koherensi telah dijelaskan pada tabel diatas, pada koherensi pertama menggunakan koherensi sebab-akibat, yang mengacu pada efek dari Instruksi
50
hal. 302.
Eriyanto, Analisis, Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media (Jogjakarta: LKiS, 2011),
84
larangan pemotongan hewan kurban di sekolah, koherensi kedua menggunakan koherensi pembeda-kebalikan, terlihat bahwa kebijakan atau Instruksi Gubernur dinilai berlawanan dengan pasal 29 UUD 1945 bahwa negara dalam hal ini pemerintah menjamin kebebasan beribadah. Koherensi ketiga menggunakan koherensi sebab-akibat, terlihat jika pada poin ketiga ini mengandung unsur sindiran terhadap sikap Ahok. dan koherensi keempat menggunakan koherensi penjelas, dengan mencoba menjelaskan bahwa pemotongan hewan kurban memang sudah ada sejak lama sebelum Ahok menjadi Gubernur DKI Jakarta. Pada berita kedua, Republika Online terdapat dua koherensi, yang pertama koherensi penjelas yang menjelaskan bahwa Ahok melonggarkan
Instruksinya
dengan
catatan
pelaksanaan
pemotongan harus didampingi petugas kesehatan, koherensi kedua adalah koherensi pembeda-kebalikan yang terdapat pada penjelasan narasumber kedua yaitu Hasanuddin, berisikan kritik serius yang menentang Instruksi Gubernur. Pada Kompas.com, keempat koherensi nya juga telah dijelaskan pada tabel
di
atas, pada koherensi
pertama
menggunakan koherensi pembeda-kebalikan, memberikan arti jika ahok tinggal melanjutkan peraturan yang sudah ada dan Ahok menilai banyak pihak yang menolak atau bertentangan dengan Instruksi Gubernur padahal larangan pemotongan hewan kurban di
sekolah
sebelumnya
sudah
diatur.
Koherensi
kedua
85
menggunakan koherensi pembeda-kebalikan, mengandung isyarat kekecewaan Ahok mengenai banyak pihak yang tidak menggubris Instruksi yang dikeluarkannya. Koherensi ketiga menggunakan koherensi sebab-akibat, terlihat jikalau Ahok menginginkan masyarakat untuk menyembelih hewan kurban di RPH demi kesehatan dan kebersihan masyarakat. Koherensi keempat menggunakan
koherensi
sebab-akibat,
yang
menyinggung
masyarakat untuk lebih baik mencegah dampak negative yang ditimbulkan jika melakukan pemotongan di sembarang tempat. Pada berita kedua, terdapat satu koherensi yaitu koherensi kebalikan, yang merupakan pernyataan dari narasumber, Manuara yang memberikan saran kepada pemerintah DKI Jakarta khususnya Ahok untuk memfokuskan pada distribusi daging kurban ketimbang mengurusi lokasi pemotongan hewan kurban.
86
c.
Bentuk Kalimat Tabel 4.11
Bentuk Kalimat pada Republika Online dan Kompas.com Berita
I
Unsur yang diamati
Bentuk Kalimat
Republika Online
―Apabila Instruksi ini tetap dilaksanakan akan menjauhkan anak didik dari nilai-nilai religius, khususnya di Sekolah Dasar,‖
Ia menyayangkan pelarangan yang dilakukan oleh Ahok tidak memberikan penjelasan dasar daripada pelarangan tersebut.
Kompas.com Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama mengatakan, sebenarnya, di dalam Instruksi Gubernur (Ingub) Nomor 168 Tahun 2015 tentang Pengendalian, Penampungan, dan Pemotongan Hewan, sebelumnya sudah diatur pelarangan pemotongan hewan kurban di sekolah. Namun banyak pihak yang menolak hal tersebut. ―Kami akan turunkan pengawas dan kami sudah kerja sama dengan IPB (Institut Pertanian Bogor) kayak tahun lalu. Sebenarnya, saya bilang enggak boleh (sembelih hewan kurban di sekolah), tetapi mereka ngotot, ya sudah saya longgarin Ingub nya‖
87
―Pemotongan hewan kurban adalah rangkaian pelaksanaan ibadah bagi umat Islam dalam rangka Hari Raya Idul Adha,‖
II
Bentuk Kalimat
Akan sangat bijak apabila Ahok mendengarkan pendapat ulama-ulama di Jakarta sebelum mengeluarkan Instruksi tersebut. ―Sehingga toleransi umat beragama tidak tergerus oleh kebijakan yang sesat ini,‖ Dia menjelaskan, kebijakan tersebut harus berhadapan dengan tradisi turuntemurun di tengah masyarakat Jakarta. "Ya udah kita sudah ada kebijakan, namanya juga ini kan sudah jadi kebiasaan yang salah. Ya sudah kalau masih mau potong di tempat,"
―Jadi, Masyarakat kita itu selalu kalau sudah ada korban atau yang kena sakit, baru ribut. Saya ini sekolah Islam juga, saya dari kecil nyumbang sapi kok. Jadi, jangan seolaholah saya diarahkan telah melawan ajaran Islam. Saya Cuma bilang, engga ada yang ngajarin potong (hewan kurban) di sekolah, bahaya, bos‖
Fraksi PDI Perjuangan menilai proses pemotongan hewan kurban yang ada selama ini telah berjalan dengan baik.
88
Menurutnya, hewan kurban boleh tidak dipotong di rumah pemotongan hewan (RPH) asalkan harus didampingi dengan petugas kesehatan. Ia mengaku pihaknya sudah menyiapkan 540 petugas kesehatan yang akan mengawasi kegiatan pemotongan hewan.
Pengawasan ini dianggapnya agar tetap menjaga pemotongan tetap sesuai prosedur. Terutama, dari segi kesehatan yang meliputi pembuangan darah bekas pemotongan. Ia mengimbau darah kurban dibuang langsung di tanah dan dikubur. Dengan demikian, bakteri yang terkandung tidak tersebar dan tidak membahayakan kesehatan. Ahok dinilai tidak paham tradisi agama Islam. Ketua Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Hasanuddin mengatakan, penyembelihan hewan kurban merupakan ibadah yang sudah menjadi tradisi dan
"Mengingat selama ini proses pemotongan kurban telah ditangani dengan baik oleh panitia lokal, pemotongannya tidak harus di rumah potong hewan. Biarlah panitia lokal yang mengatur sendiri. Yang terpenting semuanya harus mematuhi aspek-aspek kebersihan yang sudah ditentukan," kata Manuara. Manuara menyebut ketimbang mengatur tempat pemotongan, fraksinya menyarankan agar Pemerintah Provinsi DKI lebih fokus mengatur mengenai distribusi daging kurban. "Sistem pembagiannya harus lebih baik agar tidak ada korban pada saat antre penerimaan daging," ujar dia.
"Tempat penjualan hewan kurban memang kurang tepat jika dilakukan di trotoar dan taman," tutur Manuara.
89
harus negara.
dilindungi
Hasanuddin menjelaskan, penyembelihan hewan kurban adalah bagian dari ibadah dan syiar agama. Sehingga, kegiatannya harus dilindungi negara karena dijamin Undang-Undang Dasar 1945. "Bukan malah diatur yang berkesan dilaranglarang. Maka MUI sangat sesalkan Ahok," katanya. Mengklarifikasi tudingan tersebut, Ahok mengaku tidak anti terhadap Islam. Dia mengaku khawatir dampak buruk yang diakibatkan. Ia menilai berdebat dengan dasar agama memang sensitif dan menyulitkan. "Ya sudah kita biarin saja mau ngotot dari sisi agama ya sudah," ucapnya.
Dari struktur tematik Republika Online yang masuk dalam elemen bentuk kalimat pada tema pertama ialah bersifat aktif, berisi argumen dari Harry Kurniawan sebagai subyek dari pernyataan
yang
dibuatnya.
Republika
Online
berusaha
menggambarkan sebuah keadaan buruk yang akan dialami oleh siswa Sekolah Dasar terutama terkait larangan pemotongan hewan
90
kurban di Sekolah Dasar, dengan menyinggung akan menjauhkan anak didik dari nilai-nilai religius. Tema kedua bersifat kalimat pasif, berisi penjelasan dari wartawan berdasarkan ucapan Harry Kurniawan. Pada tema kedua ini Republika Online berusaha menjelaskan jika Harry kurniawan merasa kecewa terhadap Instruksi yang dikeluarkan oleh Ahok itu tanpa memberikan penjelasan atas dasar apa Instruksi tersebut dikeluarkan. Pada tema ketiga bersifat kalimat aktif, berisi penjelasan dari Harry kurniawan mengenai apa itu pemotongan hewan kurban bagi umat Islam. Penggunaan kalimat aktif ini berusaha untuk menjelaskan jika pemotongan hewan kurban merupakan sebuah ibadah yang sudah dilakukan turun-temurun, dan Harry menganggap Instruksi larangan tersebut bertentangan dengan pasal 29 UUD 1945 mengenai jaminan kebebasan beribadah. Pada tema Keempat bersifat aktif, berisi tanggapan tegas dari Harry
Kurniawan
yang
menyebutkan
Instruksi
larangan
pemotongan hewan kurban bertentangan dengan nilai toleransi umat beragama. Pada berita kedua, bentuk kalimat yang digunakan Republika berdasarkan pernyataan Ahok menegaskan jika Ahok melonggarkan Instruksinya untuk menghormati nilai toleransi beragama dan tradisi yang dijalankan, selain itu Ahok juga menyarankan petugas kesehatan untuk mendampingi pelaksanaan penyembelihan hewan kurban. Selain pernyataan dari Ahok,
91
Republika Online menggunakan narasumber kedua
yakni
Hasanuddin selaku Ketua Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI). Dalam kalimatnya selalu menyebutkan kritik serius dan seolah-olah menentang Instruksi Gubernur yang dikeluarkan oleh Ahok. Kompas.com memiliki tiga bentuk kalimat pada struktur tematiknya. Pada bentuk kalimat pertama bersifat kalimat pasif. Kompas.com berusaha menjelaskan jika subyek pada pernyataan tersebut yakni Ahok telah membuat sebuah kebijakan yang dinilai jelas dan maksudnya baik, hanya saja masih banyak pihak yang tidak setuju dan menolaknya. Bentuk kalimat kedua bersifat aktif dan
merupakan
lanjutan
dari
bentuk
kalimat
pertama.
Kompas.com cenderung mengisahkan sifat kebijaksanaan dari subyek, yaitu Ahok terhadap banyak oknum masyarakat yang tidak setuju dengan Instruksi yang dikeluarkannya. Bentuk kalimat ketiga bersifat aktif, yang berisi sanggahan dari Ahok terhadap prasangka buruk masyarakat terhadapnya. Disini Kompas.com berusaha untuk mengklarifikasi segala macam hal negatif terkait Instruksi larangan berkurban oleh Ahok. Pada berita kedua, bentuk kalimat berdasarkan narasumber yakni Manuara selaku Fraksi PDI Perjuangan selalu menjelaskan jika Instruksi Gubernur tentang mengatur lokasi pemotongan hewan kurban dinilai kurang begitu penting, dan Ia menyarankan agar lebih memfokuskan pada distribuse daging dan sistem
92
pembagian daging untuk masyarakat, namun pada kalimat terakhir berindikasi jika Manuara setuju dengan Instruksi Gubernur tersebut. d. Kata Ganti Tabel 4.12 Kata Ganti pada Republika Online dan Kompas.com
Berita
I
Unsur yang diamati
Republika Online
Kompas.com
Kata Ganti
Aktifis Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Adil Sejahtera Harry Kurniawan menyayangkan larangan tersebut.
“Kami akan turunkan pengawas dan kami sudah kerja sama dengan IPB (Institut Pertanian Bogor)….‖
―….. tetapi mereka ngotot, II
Kata Ganti
Ya udah kita sudah ada kebijakan, namanya juga ini kan sudah jadi kebiasaan yang salah.
-
Elemen kata ganti dalam unsur tematik yang terdapat di Republika Online adalah ―tersebut‖. Republika Online mengambil kata ganti ―tersebut‖ pada pernyataan dari Aktifis LBH Adil Sejahtera yakni Harry Kurniawan. Kata ―tersebut‖ merupakan kata ganti untuk menunjukkan suatu
93
hal, dalam pernyataan di atas menunjukkan Instruksi Gubernur DKI Jakarta mengenai larangan pemotongan hewan kurban. Pada berita kedua, penggunaan kata ―kita” berindikasi bahwa Ahok dan seluruh jajaran pemerintahan yang mempunyai wewenang untuk mengatur daerah dan memiliki hak untuk mengeluarkan kebijakan kepada masyarakatnya. Kompas.com menggunakan kata ganti ―kami‖ yang merupakan kata ganti orang pertama jamak dan ―mereka‖ yang merupakan kata ganti orang ketiga jamak. Penggunaan kata ganti ―kami‖ terdapat pada pernyataan Ahok yang mengandung arti Ahok bersama jajarannya dalam ruang lingkup Gubernur DKI Jakarta, atau bisa diartikan pemerintah. Sedangkan penggunaan kata ganti ―mereka‖ pada peryataan yang dikeluarkan Ahok pula mengandung arti masyarakat atau oknum yang menentang kebijakan Ahok.
94
4.
Retoris a.
Leksikon Tabel 4.13
Unsur Leksikon pada Republika Online dan Kompas.com
Berita
I
Unsur yang diamati
Leksikon
Republika Online
.... Harry Kurniawan menyayangkan pelarangan tersebut.
―…. Akan menjauhkan anak didik dari nilai-nilai religius,….‖
II
Leksikon
Harry Khawatir tahun berikutnya Sekolah Menengah Pertama dilarang. ―sehingga toleransi beragama tidak tergerus oleh kebijakan yang sesat ini,‖ Ahok dinilai tidak paham tradisi agama Islam. "Bukan malah diatur yang berkesan dilaranglarang. Maka MUI sangat sesalkan Ahok," katanya. Mengklarifikasi tudingan tersebut, Ahok mengaku tidak anti terhadap Islam. Dia mengaku khawatir dampak buruk yang diakibatkan. Ia menilai berdebat dengan dasar agama memang sensitif dan menyulitkan. "Ya
Kompas.com ―….. , tetapi mereka ngotot, ya sudah saya longgarin Ingub nya‖ ―…. Saya ini sekolah Islam juga, saya dari kecil nyumbang sapi kok‖
-
95
sudah kita biarin saja mau ngotot dari sisi agama ya sudah," ucapnya.
Penggunaan leksikon yang pertama pada Republika Online adalah menyayangkan. Kata lain dari menyayangkan iyalah menyesalkan. Penggunaan menyayangkan digunakan oleh Republika Online sebagai ungkapan kekecewaan yang diutarakan oleh Harry Kurniawan. Leksikon yang kedua yaitu penggunaan kata menjauhkan, yang memiliki arti menghindari. Penggunaan kata menjauhkan digunakan Republika Online sebagai ungkapan efek negatif yang terjadi akibat Instruksi Gubernur tentang larangan berkurban. Leksikon ketiga yaitu penggunaan kata khawatir, yang memiliki arti cemas atau resah. Penggunaan kata khawatir dalam pernyataan berita tersebut mengandung arti ketakutan Harry Kurniawan terhadap larangan pemotongan di Sekolah Dasar. Dan leksikon yang keempat yaitu tergerus, yang memiliki arti terkikis atau perlahan akan hilang. Penggunaan kata tergerus cenderung menguatkan jika Harry secara tegas tidak setuju dengan larangan pemotongan kurban dalam Instruksi Gubernur. Pada berita kedua, leksikon yang muncul terdapat pada pernyataan Hasanuddin yang menganggap Ahok tidak paham akan
tradisi
yang
dijalankan
pada
sebuah
agama
dan
mengeluarkan Instruksi Gubernur tanpa melihat berbagai aspek
96
masyarakat dan efek yang ditimbulkan. Selain itu, leksikon pada pernyataan Ahok menjelaskan jika Ahok tidak anti Islam, hanya saja khawatir akan kesehatan masyarakat. Penggunaan leksikon diatas menjelaskan bahwa Republika Online cukup memberikan sebuah penyajian yang cenderung subjektif. Kompas.com menggunakan tiga leksikon, pertama adalah ngotot, yang memiliki arti keras kepala. Penggunaan kata ngotot terdapat dalam pernyataan Ahok sebagai ungkapan kekesalan terhadap masyarakat atau oknum yang menentang Instruksi Gubernur tentang larangan pemotongan hewan kurban. Kata kedua yaitu longgarin, yang memiliki arti renggang atau tidak ketat. Penggunaan kata longgarin pada pernyataan Ahok mengandung arti bahwa Ahok memberikan keringanan atau tidak memaksa masyarakat untuk patuh terhadap Instruksinya. Kata ketiga yaitu nyumbang, yang memiliki arti memberi secara cuma-cuma. Penggunaan kata nyumbang mengisyaratkan bahwa Ahok walaupun non-muslim, tetapi ikut berpartisipasi dan memiliki jiwa sosial yang tinggi dengan memberikan hewan kurban sejak kecil.
97
b. Grafis Tabel 4.14 Grafis dan Metafora pada Republika Online dan Kompas.com Berita
Unsur yang diamati
Grafis
Sebuah surat yang berisi Instruksi Gubernur yang telah ditandatangani oleh Ahok
Metafora
-
Grafis
-
Metafora
-
I
II
Republika Online
Kompas.com sebuah foto Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama, Ahok dengan mengenakan pakaian khas Betawi dan dengan wajah yang sedang tersenyum. Suasana ruangan gerung DPRD DKI Jakarta -
Dari grafis yang digunakan Republika Online terlihat berusaha untuk menunjukkan Instruksi Gubernur yang telah ditandatangani oleh Gubernur DKI Jakarta pada tanggal 17 Juli 2014. Republika mencoba menunjukkan Instruksi Gubernur DKI No 67 tahun 2014 tidak menjelaskan apa yang menjadi dasar pelarangan tersebut. Sedangkan grafis yang digunakan oleh Kompas.com berupa foto wajah Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok dengan memperlihatkan senyum yang seolah-olah bersikap tenang dan tidak terjadi sesuatu terkait Instruksi Gubernur No 168 tahun 2015 mengenai larangan pemotongan hewan kurban di
98
Sekolah. Pada berita kedua terlihat suasana ruangan gedung DPRD DKI Jakarta dengan maksud untuk singgahsana kekuasaan yang dimiliki pemerintah dan menggambarkan otoritas tertinggi dalam suatu daerah.
C.
Interpretasi Dalam beberapa pemberitaan yang dikeluarkan oleh Republika Online mengenai larangan pemotongan hewan kurban di sembarang tempat tersebutlah judul berita ―Surat Terbuka AM Fatwa untuk Ahok Soal Hewan Kurban‖, ―MUI: Pemotongan Hewan Kurban di RPH, Hilangkah Kegembiraan Masyarakat‖, ―Jangan Paksakan Pemotongan Hewan Kurban di RPH‖, ―Topic : aturan hewan kurban‖, ―Ingub Ahok Soal Kurban Hambat Pendidikan Islam‖, ―NU: Yang Terpenting Gubernur tidak Melarang Kurban‖, ―'Tak Ada Penyakit Akibat Berkurban‖, ―Aturan Penyembelihan Hewan Kurban DKI Dinilai Tutup Syiar‖, ―Ketua PP Muhammadiyah Sepakat Soal Lokasi Penjualan Kurban‖, ―Ahok Atur Pemotongan Hewan Kurban, MUI: Itu Langgar UUD 1945‖, ―Prof Tuty Tolak
Larangan
Ahok
Soal
Penyembelihan
Kurban‖,
―Atur
Penyembelihan Hewan Kurban, Ahok Dianggap Kebablasan‖, ―Instruksi Pemotongan Hewan Kurban di RPH tidak Perlu‖. Pada judul-judul berita tersebut, semuanya menggunakan narasumber aktifis-aktifis ataupun lembaga
Islam dan
memperlihatkan bahwa kecenderungan
yang
dikonstruksi Republika Online menentang Instruksi Gubernur yang
99
dikeluarkan oleh Ahok. namun ada satu judul yaitu ―Ahok Bolehkan Pemotongan Kurban tidak di RPH‖, dalam judul ini terlihat bahwa apa yang disuarakan Republika Online sebelumnya mendapat kesuksesan yang membuat Gubernur DKI Jakarta melunak. Sedangkan Kompas.com memberitakan dengan judul-judul yaitu ―Alasan Ahok Larang Potong Hewan Kurban di Sembarang Tempat‖, ―Ini Ingub Pengendalian Penyembelihan Hewan Kurban yang Ditandatangani Ahok‖, ―Petugas Temukan Cacing Hati pada Hewan Kurban‖, ―Ahok Mengaku Akan Usir Pedagang Hewan Kurban di Trotoar‖, ―Penyembelih Hewan Kurban Wajib Ikut Pelatihan dan Punya Sertifikat‖, ―PDI-P DKI: Pemotongan Hewan Kurban Tidak Harus di Rumah Potong‖, ―Ahok: Intinya, Saya Tidak Mau Warga Konsumsi Sapi Berpenyakit‖, ―Ini Alasan Ahok Longgarkan Aturan Pelarangan Pemotongan Hewan Kurban‖, ―Larangan Pemotongan Hewan Kurban di Sekolah Dicabut‖, ―Ahok Kembali Larang Penjualan Hewan Kurban di Trotoar‖, dari judul-judul tersebut terlihat bahwa Kompas.com ingin memperlihatkan banyaknya dampak rasional yang ditimbulkan oleh Instruksi Gubernur tersebut, serta tetap menjadikan suara Ahok menjadi narasumber utama dalam beritaberita tersebut. Dari hasil temuan yang telah diteliti, penulis melihat terdapat perbedaan sudut pandang yang digunakan oleh Republika Online dan Kompas.com dalam memberitakan Instruksi Gubernur DKI Jakarta tentang larangan pemotongan hewan kurban pada Idul Adha September 2015 lalu. Republika Online melihat peristiwa tersebut menuai banyak kritik dan
100
respon yang negatif dari berbagai pihak, masyarakat Islam, para pengamat serta pemuka Agama yang ada di Jakarta. Sedangkan Kompas.com melihat dari segi murni sebuah peraturan yang dibuat dan menjadi sebuah kebijakan untuk tata kota. Dalam mengemas sebuah pesan, media massa dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal media massa berupa kebijakan redaksional tertentu mengenai suatu kekuatan politik, kepentingan politik para pengelola media, dan relasi media dengan sebuah kekuatan politik tertentu. sedangkan faktor eksternal media massa berupa tekanan pasar pembaca atau pemirsa, sistem politik yang berlaku, dan kekuatan-kekuatan luar lainnya.51 Dalam hal ini Republika Online memiliki faktor internal yang berasal dari prinsip-prinsip media mereka, yaitu berbasis Islam, dan faktor eksternalnya adalah respon negatif khalayak yang terutama umat Islam. Hal tersebut mengakibatkan berita yang dikeluarkan oleh Republika Online lebih cenderung kontra dengan Instruksi Gubernur tersebut. Berbeda hal nya dengan Kompas.com, yang memiliki faktor internal dari prinsip-prinsip media yang mereka anut, yakni berbasis Nasionalis Kebangsaan dan netral. Terlihat jelas berita yang dikeluarkan oleh Kompas.com murni sebuah kebijakan dari pemerintah dan tidak mengaitkan kepada masalah Agama tertentu.
51
h.2-3
Ibnu Hamad, Konstruksi Realitas Politik dalam Media Massa (Jakarta: Granit, 2004),
101
Perbedaan kebijakan redaksional antara Republika Online dan Kompas.com memengaruhi pengemasan pesan pemberitaan kedua media online tersebut. Hal ini terlihat dari hasil wawancara dengan kedua media tersebut tentang penentuan kelayakan berita dan penentuan sebuah headline, berikut kutipannya: 1.
Republika Online52 ―Kita selalu memegang prinsip-prinsip jurnalistik yah, dengan kita juga ingin menampung aspirasi masyarakat juga, kemudian juga bagaimana dengan kebijakan pemerintah yang menyangkut masyarakat banyak, tentu sumber dan narasumbernya harus jelas, prinsip jurnalistik dan etika harus kita jaga, jadi ketika proses berita itu tidak sembarangan, ketika poin-poin itu sudah terpenuhi baru kita beritakan. Sedangkan tugas menentukan headline itu ada di efektor, redaktur hanya untuk memberikan masukan saja seperti adanya sebuah pertentangan atau pro kontra, nah itu menarik untuk dibuat headline.‖
Data wawancara diatas menggambarkan bahwa Republika Online menunjung tinggi prinsip jurnalistik dalam kelayakan berita yang di terbitkan, selain itu aspirasi masyarakat dan kebijakan pemeritah juga diutamakan. Untuk penentuan headline, tim redaksi tidak banyak campur tangan dari redaktur, karena hak sepenuhnya ada pada efektor. Beralih ke headline yang dikeluarkan oleh Republika Online ―Larangan Ahok Soal Pemotongan Kurban Menuai Protes‖ menjelaskan bahwa headline tersebut cenderung sindiran dengan menggunakan respon atau protes dari masyarakat.
52
Wawancara pribadi dengan Agung Sasongko, Tim Redaksi Rubrik Republika Online, Jakarta 28 Januari 2016.
102
2.
Kompas.com53 ―Sebuah berita dikatakan layak untuk diberitakan kalau punya nilai berita, dari sisi ketokohnya, human interest (yang menarik perhatian orang), lalu impact atau dampak sebuah berita atau peristiwa kepada public, proximity (kedekatan). Untuk masalah menentukan headline, apakah itu kita anggap penting atau engga, layak atau tidak untuk disampaikan kepada publik penilaian subyektif redaksi menggunakan tools google analytic, kita dapat tau berita mana yang paling diminati (laku oleh publik) dan itu realtime.‖
Berbeda dengan Republika Online, Kompas.com melalui Johanes
Heru
Margianto,
News
Assistant
Managing
Editor
mengatakan bahwa berita itu layak jika punya nilai berita, dari sisi ketokohannya, human interest, lalu dampak yang diberikan oleh peristiwa tersebut. Sedangkan penentuan headline berita, Kompas.com menerangkan jika isu tersebut penting atau tidak, lalu melihat peminat berita tersebut dengan menggunakan alat google analytic. Terlihat jika Kompas.com menggunakan headline ―Ini Alasan Ahok Longgarkan Aturan Pelarangan Pemotongan Hewan Kurban‖, ini mencirikan jika Kompas.com sangat berhati-hati dengan mempertahankan konsistensi nya memberitakan tanpa menyinggung atau mengaitkan kepada masalah Agama tertentu. Elemen lain selain headline yang dapat memperkuat isi berita adalah grafis. Elemen grafis muncul dalam bentuk foto, gambar, atau tabel untuk mendukung gagasan atau bagian lain yang tidak ingin ditonjolkan. Selain dalam bentuk foto, gambar atau tabel, bentuk 53
Wawancara pribadi dengan Johanes Heru Margianto, News Assistant Managing Editor Kompas.com, Jakarta 2 Februari 2016.
103
ekspresi lain yaitu dengan penampilan huruf miring, dicetak tebal, pemberian warna, pemberian tanda kutip, dan lain-lain. Selain penentuan foto, gambar atau grafik, pemilihan narasumber juga menjadi sangat penting dalam sebuah peristiwa, sebab narasumber merupakan orang yang mengetahui, paham bahkan terlibat dalam sebuah peristiwa. Berikut adalah kutipan wawancara dari Republika Online dan Kompas.com: 1.
Republika Online54 ―Kita punya redaktur foto yang mengurusi masalah itu, untuk penggunaan foto dan grafik kita juga tetap menjaga prinsip jurnalistik dan etika, misalkan dalam berita kekerasan, pelaku kita samarkan untuk menjaga nama baik dan tidak semena-mena lah, sama halnya dengan penggunaan grafik, murni apa adanya. Sedangkan penentuan narasumber itu harus mewakili yang terkait dengan berita tersebut, lalu pihak mana saja yang terlibat kita pasti wawancarai, kita juga bersikap adil dan tidak memihak untuk narasumber.‖
Pernyataan yang dikemukakan Agung Sasongko, selaku Redaksi Republika Online bahwa penggunaan foto, gambar atau grafik masih berlandaskan etika dan prinsip jurnalistik. Tetap menjaga nama baik pihak tertentu dan tidak ada propaganda. Terlihat dengan penempatan gambar pada peneliti angkat adalah sebuah surat Instruksi Gubernur yang telah ditandatangani oleh Gubernur DKI Jakarta, yakni Ahok. ini menjelaskan bahwa peraturan tentang pemotongan hewan kurban sudah sah dilaksanakan dan Republika Online memfokuskan untuk
54
Wawancara pribadi dengan Agung Sasongko, Tim Redaksi Rubrik Republika Online, Jakarta 28 Januari 2016.
104
memberitahu kepada masyarakat muslim terutama tentang peraturan tersebut. Untuk penentuan narasumber, Republika Online menerangkan bahwa narasumber yang dipilih harus memiliki kriteria khusus seperti, harus mewakili terkait dengan berita atau masalah tersebut, dan pihakpihak terlibat
pasti diwawacarai
dengan melihat kredibilitas
narasumber yang tidak memihak. Terlihat sedikit berbeda dengan kenyataan di lapangan, narasumber yang diwawancarai terkait berita larangan pemotongan hewan kurban yang menjadi bahan penelitian penulis, yakni Aktifis Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Adil Sejahtera Harry Kurniawan. Seorang aktifis Lembaga Bantuan Hukum, yang terlihat netral dan tidak ada masalah, namun pernyataan dan tanggapan-tanggapan yang dikeluarkan dalam berita tersebut cenderung menyudutkan Instruksi yang dikeluarkan oleh Gubernur DKI Jakarta terkait larangan pemotongan hewan kurban. Dan pada berita kedua menggunakan Ahok dengan menggambarkan sikap ahok yang melunak terkait Instruksi Gubernur yang dikeluarkan olehnya, diselingi dengan Hasanudin selaku Ketua Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang menyebutkan pro dan kontra yang ditimbulkan oleh Instruksi Gubenur dan cenderung bertentangan dengan norma agama Islam.
105
2.
Kompas.com55 ―Di internet itu orang lebih visual, maksudnya berita yang tanpa gambar itu kurang menarik minat, kadang kita juga tidak memakai gambar yang realtime. kredibilitas, orang yang terlibat peristiwa tersebut/ saksi mata, otoritas yang berwenang. Dan kita juga melihat latar belakang narasumber dulu, kira kira cocok ga sih buat bahas masalah ini dan netral.‖
Kompas.com menyatakan bahwa penentuan gambar, foto atau grafik pada berita cukup penting, sebab tanpa gambar, berita dinilai kurang menarik minat. Namun penempatan gambar kadang tidak sesuai dengan waktu kejadian (realtime), seperti gambar yang digunakan dalam berita yang penulis angkat pada skripsi ini, gambar yang digunakan berupa foto Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok dengan menggunakan baju koko putih berkalung sarung yang merupakan ciri khas masyarakat Jakarta dan identik dengan Islam, namun foto tersebut merupakan foto lama, dan jauh sebelum peristiwa Instruksi Gubernur tersebut dikeluarkan. hal ini menjelaskan
jika
Kompas.com
berusaha
menerangkan
bahwa
Gubernur DKI Jakarta atau Ahok yang seorang non-muslim tidak memiliki sifat sentimen terhadap Agama lain dan malah sebaliknya, menghormati Agama lain sebab pakaian yang dikenakan pun merupakan pakaian masyarakat khas Jakarta dan islami. Untuk penentuan narasumber, Kompas.com menerangkan jika poin latar belakang dan kredibilitas menjadi sangat penting, lalu pihak 55
Wawancara pribadi dengan Johanes Heru Margianto, News Assistant Managing Editor Kompas.com, Jakarta 2 Februari 2016.
106
yang terlibat, serta otoritas yang berwenang. Dalam berita pertama, Kompas.com memilih Gubernur DKI Jakarta yaitu Ahok langsung menjadi narasumber. Ahok dinilai orang yang memang paling penting sekaligus menjadi aktor utama, sebab Ahok lah yang mengeluarkan Instruksi larangan berkurban tersebut. Terlihat jelas bahwa tanggapan atau komentar Ahok pada berita tersebut berisi semua penjelasan mengenai Instruksi yang beliau keluarkan sendiri. Kompas.com membingkai semua pendapat narasumber dan menjadi sebuah klarifikasi masalah Instruksi larangan pemotongan kurban tersebut. Pada berita kedua, Kompas.com menggunakan Manuara Siahaan selaku Fraksi PDI-P yang cenderung tidak mengangkat masalah Instruksi Gubernur tentang penyembelihan hewan kurban, tetapi Ia memfokuskan pada sistematis distribusi pembagian daging kurban kepada masyarakat. Selain itu, kebijakan redaksional menjadi hal yang penting dalam memproduksi berita, setiap media mempunyai kebijakan redaksional tersendiri, entah berita yang membahas masalah ekonomi, politik, sosial, maupun Agama. Dalam hal ini, masalah agama lah yang menjadi fokus masalah, bagaimanakah kebijakan redaksional Republika Online dan Kompas.com terkait pemberitaan yang menyinggung masalah Agama, berikut kutipannya:
107
1.
Republika Online56 ―Kebetulan pembaca kita mayoritas komunitas islam, yang kita juga pastinya menampung aspirasi umat islam tanpa mengurangi nilai toleransi dengan agama lain ya, kita bersikap dewasa, bijaksana tidak menyerang, menjelaskan sesuai fakta fakta yang ada di lapangan, kita juga memperjuangkan yang terbaiklah untuk masyarakat, pemerintah dan negara.‖
Data wawancara di atas menjelaskan bahwa Republika Online mengutamakan para pembacanya yang mayoritas komunitas Islam, tanpa mengurangi nilai toleransi dengan agama lain dan menjelaskan apa adanya sesuai fakta yang ada di lapangan. Disini terlihat bahwa ada dorongan yang kuat ketika terdapat suatu isu atau berita yang menyinggung Islam, walaupun selalu berdalih seolah-olah netral, namun cukup terlihat jelas jika kebijakan redaksi yang dijalankan oleh Republika Online cenderung berat kepada kelompok tertentu, yakni Islam. 2.
Kompas.com57 “Kompas.com tidak akan memproduksi berita-berita yang sensitive menyinggung hal-hal yang berbau sara, karena berita semacam itu malah menimbulkan konflik. Kita ingin berita kita itu bermanfaat dan mencerahkan kepada publik, kita ketahui pula berita kita tidak condong kepada agama atau parpol tertentu, netral lah intinya, kalaupun terkait ada pemberitaan terkait SARA kita berusaha sangat berhati-hati menjaga persoalannya agar tidak melenceng kesanakemari. Dan yang punya Kompas tidak pernah ikut campur tangan, kita betul-betul independen 100%.‖
56
Wawancara pribadi dengan Agung Sasongko, Tim Redaksi Rubrik Republika Online, Jakarta 28 Januari 2016. 57 Wawancara pribadi dengan Johanes Heru Margianto, News Assistant Managing Editor Kompas.com, Jakarta 2 Februari 2016.
108
Terlihat perbedaan kebijakan redaksi yang dijalankan oleh Kompas.com yang bersih keras tetap konsisten dengan apa yang menjadi prinsip media tersebut. Kompas.com menjelaskan bahwa tidak akan memproduksi berita yang sensitif menyinggung hal-hal yang berbau SARA, dan tidak memihak kepada kelompok tertentu, kalau pun ada sebuah berita yang menyangkut konflik Agama, Kompas.com sangat berhati-hati dalam produksi agar tidak menyebar dan menjadi konflik. Bahkan tidak ada campur tangan dari pemilih perusahaan. Dalam kasus ini, pemberitaan yang diangkat oleh Republika Online dan Kompas.com membahas sebuah berita dengan inti permasalahan yang sama, yaitu tentang Instruksi Gubernur terkait larangan pemotongan hewan kurban. Walaupun terdapat kesamaan dalam inti permasalahan, tetapi media ini punya sudut pandang yang berbeda atau konstruksi berita dengan cara yang berbeda. Berita dalam pandangan konstruksi sosial bukan merupakan peristiwa yang benar terjadi. Ini menjelaskan bahwa realitas sosial tidak berdiri sendiri tanpa kehadiran seseorang, baik di dalam maupun di luar realitas tersebut. Realitas memiliki makna realitas sosial tersebut di konstruksi dan dimaknakan secara subyektif oleh orang lain, sehingga memantapkan realitas tersebut secara obyektif.58
58
Suf Kasman, Pers dan Pencitraan Umat Islam di Indonesia (Badan Litbang dan Diklat Kementrian Agama RI, 2010), h. 118.
109
Instruksi Gubernur terkait larangan pemotongan hewan kurban pada Idul Adha 2015 dimaknai berbeda oleh kedua media tersebut. Republika Online melihat berita tersebut merupakan sebuah pertentangan terhadap sebuah tradisi Islam yang sudah dijalankan sejak dahulu. Sedangkan Kompas.com memandang berita tersebut merupakan murni sebuah kebijakan atau peraturan dari seorang Gubernur dengan maksud merapikan tata ruang kota. Berikut adalah kutipan wawancara kedua media tersebut: 1.
Republika Online59 ―Instruksi itu memang sangat mengejutkan yah, artinya melarang suatu tradisi yang memang sudah ada sejak lama, kalau memang ingin diberlakukan, diperlukan studi yang cukup lama. Persiapan sarana dan prasarana yang matang seperti rumah potong hewan yang layak, kalau memang mau dipusatkan, harus ada realisasinya, dan jangan sudah mendekati hari H tapi apa yang terjadi, dan terkait dengan kesehatan harus ada studi soal kesehatan itu, artinya kalau masyarakat tau bahwa ini benar-benar berbahaya bagi kesehatan, toh pasti akan diikuti asal ada data dan fakta, ada laporan dari dinas kesehatan, bahwa ada loh korban akibat darah hewan kurban. ―gue dari kecil gapernah tuh denger ada korban‖. Memang sejauh ini ga ada korban sih, kalau ada toh coba di paparkan dengan jelas. Niatannya bagus, cuman butuh sosialisasi mungkin, kita sih ikut dan pasti dukung, asal aturan mainnya jelas, isntruksinya jelas, masyarakatnya paham dengan sosialisasi.‖
Republika Online menilai Instruksi larangan pemotongan kurban bertentangan dan mencoreng sebuah tradisi umat Islam yang sudah dilaksanakan secara turun temurun. Agung Sasongko menjelaskan jika banyak respon negatif dari masyarakat islam, terutama pedagang hewan kurban. Ia menjelaskan jika masyarakat pasti mengikuti 59
Wawancara pribadi dengan Agung Sasongko, Tim Redaksi Rubrik Republika Online, Jakarta 28 Januari 2016.
110
peraturan pemerintah jikalau aturannya jelas dan telah dilakukan sosialisasi yang cukup, lalu mengenai kesehatan dan kebersihan sehingga ada korban jiwa beliau menilai tidak pernah ada korban jiwa selama ini akibat pemotongan hewan kurban di lingkungan, dan untuk solusi yang diberlakukan untuk memusatkan pemotongan hewan kurban di RPH, ini bukan sebuah solusi, sebab RPH cakung dan Pulogadung tidak akan mungkin menampung hewan kurban yang akan di sembelih di seluruh pelosok daerah DKI Jakarta, Instruksi Gubernur DKI Jakarta dinilai kurang persiapan dan sekedar kontroversi. 2.
Kompas.com60 ‖kita melihat dampak dari Instruksi tersebut, dan orang yang mengeluarkan Instruksi tersebut mempunyai kredibilitas. Ahok seorang Gubernur yang mempunyai wewenang, dan kalau itu diberlakukan dampaknya kan akan banyak bagi masyarakat. Bagi pengusaha hewan kurban juga kesehatan dan kebersihan bagi masyarakat. Ahok itu ketika mengeluarkan suatu kebijakan ya sematamata adalah sebuah peraturan, murni memang Undang-Undang, saya tidak melihat Ahok menjadi orang yang sangan rasialis atau memiliki sentiment terhadap Agama tertentu, Ahok orang Cina ataupun Kristen juga disikat kalau dia engga bener. Jadi menurut kami, Ahok itu memang orang yang sangat disiplin untuk sebuah peraturan yang memang diperlukan untuk Jakarta lebih baik.‖
Kompas.com menjelaskan bahwa Instruksi yang dikeluarkan oleh Ahok terkait larangan pemotongan hewan kurban merupakan sebuah peraturan dari seorang yang memiliki wewenang di DKI Jakarta. Kompas.com menilai Ahok selaku Gubernur DKI Jakarta 60
Wawancara pribadi dengan Johanes Heru Margianto, News Assistant Managing Editor Kompas.com, Jakarta 2 Februari 2016.
111
memiliki wewenang untuk mengatur kota Jakarta agar lebih bersih dan rapi. Dan juga, Ahok memang orang yang terkenal disiplin dalam mengeluarkan kebijakan maupun menjalankan kebijakan tersebut. Kompas.com tidak mengaitkan Instruksi tersebut dengan masalah Agama, hanya saja menilai apa yang dilakukan Ahok itu semata-mata murni sebuah peraturan demi kota Jakarta. Dalam teori kostruksi atas realitas secara stimultan melalui 3 proses sosial, yaitu eksternalisasi, objektivasi, dan internalisasi. Proses ini terjadi antara individu satu dengan lainnya di dalam masyarakat. Bangunan realitas yang tercipta karena proses sosial tersebut adalah objektif, subjektif, dan simbolis.61 Disini penulis melihat Republika Online dan Kompas.com menggunakan simbol dan bahasa untuk mengkonstruksikan berita tersebut. Bahasa digunakan bukan sebagai alat untuk menggambarkan sebuah realitas saja, melainkan untuk menentukan gambaran (makna citra) mengenai suatu realitas-realitas media yang akan muncul dibenak masyarakat. Media massa memiliki banuak cara memengaruhi bahasa dan makna tersebut melalui mengembangkan
kata-kata
baru
beserta
maksa
asosiatifnya,
memperluas makna dari istilah-istilah yang ada dan mengganti makna lama sebuah istilah dengan makna baru.62 Hal ini dijelaskan oleh Republika Online dan Kompas.com dalam penggunaan bahasa yang menguatkan bingkai berita masing61
Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi, (Jakarta: Kencana, 2007), hal. 85-86 Arfian Fahri,”Analisis Framing Isu Tentang Kondisi Partai Islam pada Surat Kabar Nasional Media Indonesia dan Republika”, (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2013), h. 96 62
112
masing media tersebut. Republika Online membingkai berita Instruksi Gubernur terkait larangan pemotongan hewan kurban pada Idul Adha 2015 dengan mengacu pada pendapat atau tanggapan narasumber dalam kasus tersebut dan menjelaskan bahwa Instruksi Gubernur tentang larangan pemotongan hewan kurban itu seolah-olah menyudutkan Islam dan adanya sentimen agama. Disamping itu pemilihan narasumber Ahok pada berita kedua tidak menggambarkan nilai objektif, sebab pernyataan Ahok yang melunak sikapnya diselingi dengan pendapat dari Hasanuddin selaku Ketua Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Disisi lain, Kompas.com membingkai berita Instruksi Gubernur terkait larangan pemotongan hewan kurban pada Idul Adha 2015 dengan mengacu kepada klarifikasi dari narasumber sekaligus tokoh yang terlibat, yaitu Gubernur DKI Jakarta atau Ahok dengan menggabungkan berbagai dinas pemerintahan terkait masalah kesehatan dan kebersihan. Penggabungan dan tanggapan Ahok merupakan upaya klarifikasi terhadap respon negatif dari berbagai pihak maupun kelompok yang ditimbulkan. Melalui bahasa, Republika Online dan Kompas.com menonjolkan realitas yang berbeda bahkan bertentangan. Selain penggunaan bahasa dan simbol, proses konstruksi realitas media massa juga sangat terkait oleh prinsip-prinsip yang dimiliki dan dianut oleh masing-masing media tersebut. Kita ketahui bahwa Republika Online dan Kompas.com sama-sama berpandangan
113
nasionalis. Namun opini publik yang berkembang dimasyarakat menganggap bahwa Republika Online masih satu kesatuan dengan Republika cetak yang beraliran islami. Ini disebabkan oleh latar belakang berdirinya media tersebut. Republika merupakan Koran Islam yang berasosiasi dengan ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) melalui yayasan Abdi Bangsa yang pada saat itu dipimpin oleh mantan Menristek, BJ Habibie. Republik merupakan nama awal surat kabar ini, namun saat beberapa pengurus ICMI pusat menghadap Presiden Soeharto untuk menyampaikan rencana peluncuran Republik, Presiden Soeharto mendapatkan ide untuk mengganti nama Republik menjadi yang sekarang kita kenal dengan Republika. saat ini Perbedaan pandangan terlihat jelas dimana Republika Online merupakan media yang cenderung berbasis Islam, sedangkan Kompas.com merupakan media yang masih konsisten dengan pandangannya yakni berbasis nasionalis. Pada teori level pengaruh, salah satu yang memengaruhi media adalah level organisasi. Seberapa kuat pemberitaan media dan pengaruhya pada level organisasi ini dalam sebuah pemberitaan. Level organisasi ini berkaitan dengan struktur manajemen organisasi dalam media. Kebijakan sebuah media dan tujuan sebuah media. Jadi, pemberitaan media bukanlah hasil kerja yang bersifat perseorangan, malinkan kerjasama tim yang menunjukkan aspek kolektivitas. Tujuannya untuk memproduksi konten yang berkualitas, melayani
114
public dan mendapatkan pengakuan professional dibangun mengikuti tujuan mencari keuntungan untuk media.63 Pada pelaksanaan pemotongan hewan kurban itu sendiri sudah diatur oleh Al-Qur‘an sebagai pedoman utama umat Islam. Penyembelihan hewan kurban merupakan sebuah kewajiban bagi umat Islam. Namun memang teknis pelaksanaannya tidak pernah digambarkan dalam Al-Qur‘an sehingga umat muslim di berbagai tempat melakukan dengan cara yang berbeda-beda dan tetap berpegang kepada syariat Islam. Mengenai tradisi penyembelihan hewan kurban di Jakarta yang dilakukan di berbagai tempat memang sudah menjadi tradisi turun-temurun yang dilakukan masyarakat muslim di DKI Jakarta. Maka dari itu pelaksanaan penyembelihan hewan kurban sebenarnya bukan persoalan jika dilakukan di tempat umum atau di Rumah Potong Hewan (RPH) asalkan tetap berlandaskan syariat tata cara penyembelihannya. Surat Al An'am 162-163
63
Arfian Fahri,‖Analisis Framing Isu Tentang Kondisi Partai Islam pada Surat Kabar Nasional Media Indonesia dan Republika”, (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2013), h. 98
115
Artinya: ―162) Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. 163) Tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian Itulah yang diperintahkan kepadaku dan Aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)‖. Ini diperjelas dengan pernayataan yang dikemukakan oleh Agung Sasongko selaku Redaksi Republika Online, sebagai berikut: ―Instruksi itu memang sangat mengejutkan yah, artinya melarang suatu tradisi yang memang sudah ada sejak lama, kalau memang ingin diberlakukan, diperlukan studi yang cukup lama. Persiapan sarana dan prasarana yang matang seperti rumah potong hewan yang layak, kalau memang mau dipusatkan, harus ada realisasinya, dan jangan sudah mendekati hari H tapi apa yang terjadi, dan terkait dengan kesehatan harus ada studi soal kesehatan itu, artinya kalau masyarakat tau bahwa ini benar-benar berbahaya bagi kesehatan, toh pasti akan diikuti asal ada data dan fakta.‖64 Berbeda dengan pernyataan dari Republika Online, narasumber dari Kompas.com yakni Heru J. Margianto mengemukakan: ―kita melihat dampak dari Instruksi tersebut, dan orang yang mengeluarkan Instruksi tersebut mempunyai kredibilitas. Ahok seorang Gubernur yang mempunyai wewenang, dan kalau itu diberlakukan dampaknya kan akan banyak bagi masyarakat. Bagi pengusaha hewan kurban juga kesehatan dan kebersihan bagi masyarakat.‖65 Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa media dalam mengkonstruksi berita menggunakan berbagai cara agar sudut pandang masyarakat dalam melihat berita tersebut dibangun seiring sudut pandang media. Republika Online saat ini sudah kokoh dengan pandangan Islam-nya, jadi segala hal yang berbau Islam atau 64
Wawancara pribadi dengan Agung Sasongko, Tim Redaksi Rubrik Republika Online, Jakarta 28 Januari 2016. 65 Wawancara pribadi dengan Johanes Heru Margianto, News Assistant Managing Editor Kompas.com, Jakarta 2 Februari 2016.
116
mengusik
Islam
sedikit
berbeda
pemberitaannya.
Sedangkan
Kompas.com tetap konsisten dengan pandangan nasionalis yang cenderung bersifat netral, hal ini terlihat pada setiap pemberitaan yang dikeluarkan Kompas.com tidak terpengaruh oleh ramainya kritik miring dan berusaha untuk tetap berhati-hati jikalau menyinggung masalah Agama. Kedua media tersebut tetap berjalan dengan cara pandang yang berbeda jikalau terdapat isu masalah pertentangan Agama, dan keduanya memiliki kebijakan redaksi yang solid.
BAB V PENUTUP A.
Kesimpulan Dalam pemberitaan tentang larangan pemotongan hewan kurban berdasarkan Intruksi Gubernur yang dikeluarkan oleh Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok pada bulan September 2015 lalu, Republika Online dan Kompas.com memiliki sudut pandang yang berbeda dalam mengkonstruk berita. Hal ini terlihat dari dari strategi penyampaian pesan yang digunakan oleh kedua media Online tersebut. Republika Online melihat Instruksi Gubernur yang melarang pemotongan hewan kurban itu merupakan sebuah peraturan yang kurang jelas dan bernilai kontroversi. Republika Online dalam menuliskan berita tersebut cenderung mengangkat efek negatif dan tanggapan miring bahkan menyinggung masalah suatu Agama yakni Islam yang berakibat dari Instruksi Gubernur tentang larangan pemotongan hewan kurban. Dan pada berita kedua berisi tentang gambaran melunaknya sikap Ahok terhadap Instruksinya tersebut. Berbeda dengan Republika Online, Kompas.com melihat Instruksi Gubernur tersebut dasi sisi murni sebuah peraturan yang dikeluarkan oleh Kepala Daerah untuk tata ruang kota agar tidak ada masalah kebersihan dan kesehatan akibat dari kotornya darah hewan kurban. Dalam pemberitaan pada Kompas.com berisikan tentang alasan-alasan positif atas dikeluarkannya Instruksi Gubernur tentang larangan pemotongan hewan kurban. Dan pada berita kedua berisikan tentang tanggapan Fraksi PDI-P yang tidak begitu mengengangkat masalah Instruksi Gubernur tentang
117
118
pemilihan lokasi pemotongan hewan kurban. Hal ini jelas berbanding terbalik dengan Republika Online yang menekankan efek negatif akibat Instruksi Gubernur tersebut. Selain itu, struktur organisasi dan pandangan dari kedua media online tersebut yakni Republika Online dan Kompas.com juga cenderung memengaruhi konten berita yang diterbitkan. Republika Online yang merupakan media nasional dengan berbasis islami sangat terlihat menentang Instruksi Gubernur tentang larangan pemotongan hewan kurban dan menggunakan narasumber yang islami dan kontra pula dengan Instruksi Gubernur tersebut. Sedangkan Kompas.com yang merupakan media besar nasional dan cenderung terlihat nertal digambarkan pada pemberitaan yang dikeluarkan oleh Kompas.com yang berisikan alasanalasan
dikeluarkannya
Instruksi
Gubernur
tersebut
dan
dengan
menggunakan narasumber Basuki Tjahaja Purnama selaku orang yang mengeluarkan Instruksi Gubernur tersebut dan Fraksi PDI-P, Manuara Siahaan yang tidak begitu focus membahas Instruksi Gubernur no.168 tahun 2015.
B.
Saran Dalam penelitian ini, penulis ingin memberikan saran kepada: 1.
Khusus Media Republika Online untuk lebih hati-hati dan tetap bersifat obyektif dalam memberitakan sebuah isu atau berita yang menyangkut Agama ataupun menyinggung SARA. Sedangkan untuk Kompas.com diharapkan untuk tetap konsisten dalam pemberitaan
119
menyangkut SARA dan menjaga nama besar media nasional yang cenderung bersifat netral. Dan media secara umum untuk selalu memberikan informasi atau berita yang berkualitas dan tidak ada unsur provokasi di dalam pemberitaan. 2.
Kepada akademisi diharapkan dapat lebih kritis dan jeli dalam melihat berbagai polemik atau masalah yang menjadi perbincangan publik akibat dari konstruksi yang dilakukan oleh media.
3.
Kepada masyarakat secara umum, penulis berharap agar lebih bijaksana dan berfikir kritis terhadap setiap pemberitaan yang dikeluarkan oleh media cetak ataupun online, sangat berbahaya jika masyarakat mudah terprovokasi oleh pemberitaan yang dikeluarkan oleh media dengan berbagai kepentingan tertentu.
4.
Kepada pemerintah, Gubernur DKI Jakarta yang mengeluarkan Instruksi Gubernur tentang larangan pemotongan hewan kurban di sembarang tempat, penulis berharap agar lebih berhati-hati dalam mengeluarkan sebuah kebijakan apalagi yang menyinggung tradisi suatu Agama tertentu, sebab masyarakat DKI Jakarta mayoritas muslim dan sebaiknya dapat memberikan solusi terbaik yang dapat dimengerti jika mengeluarkan sebuah peraturan.
5.
Untuk umat Islam khususnya, agar lebih tidak mudah terprovokasi oleh berita-berita yang menyangkut isu atau menyinggung norma Agama Islam. Alangkah lebih baiknya pada isu-isu tersebut, kita sebagai umat muslim harus melakukan tabayyun (mencari kejelasan yang sebenarnya) untuk melihat kebenaran yang ada.
120
DAFTAR PUSTAKA
Buku Bungin, Burhan. Konstriksi Sosial Media Massa. Jakarta: Kencana, 2011. _____________. Sosiologi Komunikasi. Jakarta: Kencana, 2007. Denzin, Norman K. dan Lincoln, Yvonna S. The Handbook of Qualitative Research. London: Sage Publications Inc, 2000. Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 2002. Effendy, Onong Uchjana. Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi. Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2003. Eriyanto. Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media. Yogyakarta: PT. LKIS Pelangi Aksara. 2002. Fahri, Arfian. “Analisis Framing Isu Tentang Kondisi Partai Islam pada Surat Kabar Nasional Media Indonesia dan Republika,” Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2013. Fauzi, Arifatul Choiri. Kabar-Kabar Kekerasan dari Bali, Yogyakarta: LKiS, 2007.Gunawan, Imam. Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik. Jakarta: Bumi Aksara, 2013. Hamad, Ibnu. Konstruksi Realitas Politik dalam Media Massa. Jakarta: Granit, 2004. Ihromi, T.O. Pokok-pokok Antropologi Budaya. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2006. Iswara, Luwi. Catatan-catatan Jurnalisme Dasar. Jakarta: Kompas, 2007. Jumroni. Metode-metode Penelitian Komunikasi. Jakarta: UIN Press, 2006. K., Septian Santana. Jurnalisme Kontemporer. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005. Kasman, Suf. Pers dan Pencitraan Umat Islam di Indonesia. Badan Litbang dan Diklat Kementrian Agama RI, 2010. Kusumaningrat, Hikmat. Dan Kusmuaningrat, Purnama. Jurnalistik, Teori dan Praktek. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005.
119
M., Zaenuddin H. The Journalist: Bacaan Wajib Wartawan, Redaktur, Editor & Mahasiswa Jurnalistik. Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2011. Mondry. Pemahaman Teori dan Praktik Jurnalistik. Bogor: Ghalia Indonesia, 2010. Nugroho. dkk. Politik Media Mengemas Berita. Jakarta: Institut Studi Arus Informasi, 1999. Nurgiyantoro, Burhan. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2005. Pan, Zhongdang. dan Kosicki, Gerald M. “Framing Analysis: An Approach to News Discourse.”, Journal Political Communication, vol. 10 no. 1 (1993): h. 55-57. Patton, Michael Quinn. Qualitative Research and Evaluation Methods, 3rd ed. California: Sage Publications, Inc, 2002. Pawito. Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta: PT LKIS Pelangi Aksara, 2007. Ramli, Asep Syamsul. Jurnalistik Untuk Pemula. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009. Romli, A. S. M. Modul Teknik Menulis di Media Online: KISS, Keep It Simple and Short, Bandung: Jurnalistik & Penyiaran Islam UIN Sunan Gunung Djati Bandung, 2011. Sobur, Alex. Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Semiotik dan Framing. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006. Sudibyo, Agus. Citra Bung Karno: Analisis Berita Pers Orde Baru. Yogyakarta: Bigraf Publishing, 1999. Sumandria, A. S. Haris. Jurnalistik Indonesia: Menulis Berita dan Feature Panduan Praktis Jurnais Profesional. Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2005. Suryawati, Indah. Jurnalistik suatu pengantar: Teori dan Praktik. Bogor: Ghalia Indonesia, 2011. Tim Penelitian dan Pengembangan Gagasan Wahana Komputer. Desain Web Interaktif dan Dinamis dengan Microsoft Frontpage XP. Jakarta: Salemba Infotek, 2004. Utomo, Arif Punto. Republika 17 Tahun Melintas Zaman. Wardhani, Diah. Media Relation: Sarana Membangun Reputasi Organisasi. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2008.
120
Artikel dan Internet “Sejarah dan Makna Idul Adha.” Artikel diakses pada 2 Desember 2015 dari http://www.asmaul-husna.com/2015/08/sejarah-dan-makna-idul-adhasejarah.html “Company Profile Republika Online.“ diakses pada 4 Desember 2015 dari www.republika.co.id/page/about “Company Profil dari Kompas.com.” diakses pada 4 Desember 2015 dari http://inside.kompas.com/about-us
Wawancara Wawancara Pribadi dengan Johanes Heru Margianto. Jakarta, 2 Februari 2016. Wawancara Pribadi dengan Agung Sasongko. Jakarta, 28 Januari 2016.
121
Heru Johannes Margianto (Kompas.com)
Agung Sasongko (ROL)