DAMPAK PENYULUHAN AGAMA ISLAM DENGAN PENDEKATAN BERBASIS KELOMPOK TERHADAP RESIDEN DALAM PEMULIHAN KETERGANTUNGAN NARKOBA DI BALAI BESAR REHABILITASI BNN LIDO BOGOR JAWA BARAT
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Mencapai Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh : Mela Silviana M. NIM 1110052000016
JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014 M/1435 H
ABSTRAK
MELA SILVIANA M. Dampak Penyuluhan Agama Islam Dengan Pendekatan Berbasis Kelompok Terhadap Residen Dalam Pemulihan Ketergantungan Narkoba di Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido Bogor Jawa Barat. Penyuluhan agama Islam merupakan bentuk kegiatan atau penyampaian pesan bagi masyarakat mengenai prinsip-prinsip dan etika nilai keberagamaan yang baik. Hasil dari penyuluhan agama pada hakikatnya ialah terwujudnya kehidupan masyarakat yang memiliki pemahaman mengenai agamanya secara memadai yang ditunjukan melalui pengalamannya yang penuh komitmen dan konsistensi seraya disertai wawasan multikultur untuk mewujudkan tatanan kehidupan yang harmonis dan saling menghargai satu sama lain. Metode Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif dengan analisa SWOT, yaitu informasi yang dikumpulkan dideskripsikan berdasarkan ungkapan, cara berpikir, pandangan, dan interprestasi para informan. Penelitian dilaksanakan di Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido Bogor Jawa barat. Salah satu bentuk penyuluhan agama Islam adalah bimbingan agama Islam dengan pendekatan kelompok, yaitu adanya unit religi. Hasil penelitian ini adalah terbukti adanya dampak bimbingan. Dampak bimbingan agama Islam terhadap residen dengan pendekatan berbasis kelompok adalah sekitar 80 % residen sudah merasa sehat secara fisik, mental spiritual, psikis dan sosial. Beberapa masih kembali ke proses rehabilitasi karena masih menggunakan narkoba. Penulis berkesimpulan bahwa adanya faktor dukungan sosial ketika kembali ke masyarakat penting diperhatikan pasca rehabilitasi, karena itu peneliti menyarankan bimbingan penyuluhan agama Islam dengan pendekatan berbasis kelompok lebih ditekankan pada aspek bagaimana residen mampu beradaptasi pada tantangan hidup dan lingkungan sosial yang ada di masyarakat. Program Family Outing menjadi alternatif penanganan residen dalam penguatan ketahanan sosial dalam kehidupan sosial residen.
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmanirrahim Segala puji kehadirat Allah SWT tuhan semesta alam atas segala limpahan taufik dan hidayahnya. Shalawat serta salam bagi baginda Nabi Muhammad SAW, sebagai suri tauladan umat manusia. Dalam penyusunan skripsi ini penulis mengambil penelitian pada residen di Balai Besar Rehabilitasi BNN dengan judul “DAMPAK PENYULUHAN AGAMA ISLAM DENGAN PENDEKATAN BERBASIS KELOMPOK TERHADAP RESIDEN DALAM PEMULIHAN KETERGANTUNGAN NARKOBA DI BALAI BESAR REHABILITASI BNN LIDO BOGOR JAWA BARAT”. Banyak hambatan selama melakukan penyusunan skripsi ini, namun dengan dorongan dan motivasi akhirnya bisa terselasikan. Dalam penyusunan skripsi ini penulis pantas mengucapkan terimaksih sebanyak-banyaknya kepada : 1. Allah SWT 2. Kedua orang tua penulis, yang terus memberi semangat dalam penyusunan skripsi serta selalu memberi doa dengan tulus demi kelancaran penelitian dan penulisan. 3. Kakakku Lucky Indra Gunawan, Adik-adikku Nenden Sri Arnida dan Anita Indah Ritaningrum yang telah mendukung serta memberi motivasi kepada penulis.
i
4. Bapak DR. Arief Subhan, MA selaku dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 5. Ibu Dra. Rini L. Prihatini, M.Si. Selaku ketua jurusan prodi Bimbingan dan Penyuluhan Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 6. Sekertaris jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam Bpk. Drs. Sugiharto, MA. Yang membantu secara administratif sehingga memperlancar proses penyusunan skripsi. 7. Kholis Ridho, M.Si Selaku dosen pembimbing skripsi, yang telah banyak membantu, meluangkan waktu dan memberikan arahan dalam penyusunan skripsi. 8. Bapak Solihun, Mbak Tuti, Ustadz Jajang dan Ustadzah Musciner dan semua pihak Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido Bogor Jawa Barat yang telah memberikan izin dan banyak membantu penulis dalam penelitian sehingga berjalan dengan baik dan lancar. 9. Teman-teman seperjuangan yang telah memberikan dorongan dan motivasi, Haula Sofiana, Sabatini Ayu Sentani, Ismail Siregar, Juariyah, Eka Fitri Yana, Deuis Nur Aprianti, Sri Mulyanti, Ida Handayani, Nurul Fatimah, dan teman-teman yang lainnya yang tidak dapat saya sebutkan satu-persatu. Terakhir kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah ikut berpartisipasi dalam penulisan skripsi ini. Dengan tidak mengurangi rasa hormat kepada kalian semua, penulis mengucapkan banyak terimakasih. Semoga Allah SWT memberikan yang terbaik untuk kita semua.
ii
Akhir kata, penulis menyadari penelitian skripsi ini jauh dari kata sempurna, namun harapan penulis skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang membaca pada umumnya dan khususnya bagi segenap keluarga besar jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam.
Jakarta, 21 April 2014
Mela Silviana M. NIM. 1110052000016
iii
DAFTAR ISI
ABSTRAK…………………………………………………………………....... i KATA PENGANTAR……………………………………………………….... ii DAFTAR ISI………………………………………………………...……..….. v BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah……...………………………........... 1 B. Batasan dan Rumusan Masalah……………………………... 10 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian…......…………………...…..11 D. Metodologi Penelitian…..…………………………………... 12 a. Pendekatan Penelitian…………………………………... 12 b. Ruang Lingkup Penelitian……………………………… 13 c. Teknik Pengumpulan Data………………………………14 d. Sumber Data……………………………………………..16 e. Teknik Analisa Data……………………………………..16 f. Teknik Penulisan………………………………………....17 E. Tinjauan Pustaka...………………………………………….. 17 F. Sistematika Penulisan……………………………………….. 18
BAB II
LANDASAN TEORI.................................................................. 20 A. Pengertian Dampak………………………………………….. 20
iv
B. Penyuluhan Agama Islam Pendekatan Berbasis Kelompok…..20 1. Pengertian Penyuluhan…………………….………….... 20 2. Fungsi dan Tujuan Penyuluhan.....…………..…………..23 3. Penyuluhan Agama Islam Dengan Pendekatan Kelompok ………………………………………………………..….24 C. Ketergantungan Narkoba......………………………………. 29 1. Pengertian Narkoba…………………………………….. 29 2. Dampak Penggunaan Narkoba…………………………..33 3. Ketergantungan Narkoba………………..……………....34 Rehabilitasi………………..………………………………....35 1. Pengertian Rehabilitasi...………………………………...35 2. Model-Model Pelayanan Rehabilitasi............................... 36 3. Tahap-Tahap Rehabilitasi................................................. 39 4. Sehat dan Bebas Kecanduan............................................. 41 BAB III
GAMBARAN UMUM BALAI BESAR REHABILITASI BNN LIDO BOGOR JAWA BARAT. A. Sejarah BNN Lido Bogor Jawa Barat……….........…...........49 B. Kegiatan Penyuluhan Agama Islam Berbasis Kelompok di Balai Besar Rehabilitasi BNN. ……………........................................................................... 55 C. Deskripsi Penyuluh Agama Islam di Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido Bogor Jawa Barat.........………………………… 58 D. Deskripsi Residen…...............................................................59
v
E. Visi dan Misi Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido Bogor Jawa Barat ……………………………...........................................59 F. Dasar Hukum, Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi …………….………………………....................................... 60 G. Sumber Daya…..…………………….................................... 60 BAB IV
TEMUAN LAPANGAN DAN ANALISA DATA A. Deskripsi Informan...........................................................…..63 B. Kegiatan Penyuluhan Agama Islam Dengan Pendekatan Berbasis Kelompok di BNN………………………………....71 C. Hasil Penelitian……………………………............................74 1. Kegiatan Penyuluhan Agama Islam Dengan Pendekatan Berbasis Kelompok (religious session)……………..…....74 2. Dampak Penyuluhan Agama Islam Terhadap Residen Dengan Pendekatan Berbasis Kelompok Pada Pemulihan Ketergantungan Narkoba……………………………......80 3. Analisa SWOT pada lembaga yakni Strengths (kekuatan),Weakness (kelemahan), Opportunities (peluang) dan Threats (ancaman)…………………………………...94 a. Analisa Sumber Daya………………………………..94 b. Analisa SWOT……………………………………….97 c. Pemilihan Strategi…………………………………..103
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan…………………………………………………105 B. Saran………………………………………………………..106
vi
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………... 107 LAMPIRAN
vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Sejak zaman prasejarah umat manusia telah menggunakan berbagai zat dengan harapan akan mengurangi rasa sakit fisik atau mengubah kondisi kesadaran. Hampir seluruh manusia telah menemukan semacam zat beracun yang memengaruhi sistem syaraf pusat, menghilangkan penderitaan fisik dan mental atau menghasilkan euphoria. Terlepas dari konsekuensi mengkonsumsi zat-zat semacam itu yang sering kali sangat merusak, namun biasa efek awal itu menyenangkan, suatu faktor yang mungkin menjadi akar penyalahgunaan zat. 1 Zat bertujuan baik untuk pengobatan jika digunakan secara benar dan sesuai dengan kebutuhan. Penyalahgunaan obat-obatan akan menjadi hal yang sangat serius jika digunakan untuk keperluan ilegal, misal untuk penenang secara berulang-ulang dan menyebabkan ketergantungan. Ketergantungan inilah menimbulkan banyak kerugian baik bagi diri sendiri maupun orang lain. Bagi diri sendiri orang yang mengalami ketergantungan merusak aktivitas dan gagal dalam memenuhi tanggung jawabnya, untuk orang lain biasanya timbul kriminalitas. 2 Ketergantungan narkoba atau ketergantungan zat (substance defence) merupakan tipe gangguan penggunaan obat yang lebih parah 1
Gerald C. Davidson,dkk. Psikologi Abnormal. (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. 2006). h 498 2 Ibid., h 499
1
2
dimana penyalahgunaan diasosiasikan dengan tanda-tanda fisiologis ketergantungan (toleransi atau gejala putus zat) atau penggunaan komflusif dari suatu zat.3 Penggunaan secara komflusif disini ialah penggunaan yang dilakukan secara berulang-ulang atau tidak dapat dikendalikan meskipun pemakain
sadar
akan
resiko-resiko
yang
akan
diperoleh
jika
mengkonsumsi obat-obatan dalam jumlah yang besar. 4 Meskipun jalan ketergantungan obat bervariasi setiap orangnya, namun ada beberapa pola yang umum dapat digambarkan melalui tahapan eksperimentasi dan penggunaan rutin. Eksperimentasi atau penggunaan berkala, secara sementara membuat penggunanya merasa nyaman, bahkan euforik. Pengguna merasa terkendali dan yakin mereka dapat berhenti kapanpun. Penggunaan rutin, orang mulai mengatur hidup mereka seputar mendapatkan dan menggunakan obat. Nilai-nilai berubah, apa yang sebelumnya penting menjadi tidak penting, seperti keluarga dan pekerjaan, menjadi kurang penting dibandingkan narkoba. 5 Narkoba adalah singkatan dari narkotika dan obat / bahan berbahaya. Selain "narkoba", istilah lain yang diperkenalkan khususnya oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia adalah Napza yang merupakan singkatan dari Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif. Narkoba
3
dikelompokkan
menjadi
beberapa
kelompok,
yakni:6
Jeffrey s. Nevid,dkk. Abnormal Psychology in Changing World (Psikologi Abnormal). (Jakarta : Penerbit Erlangga. 2005). h 5. 4 Ibid,.h 6 5 Ibid.,h 8. 6 http://www.babesrehab-bnn.info/index.php/rehabilitasi/item/27-narkoba diakses 11-302013 pukul 21 45 wib
3
Halusinogen, yaitu efek dari narkoba bisa mengakibatkan seseorang menjadi ber-halusinasi dengan melihat suatu hal / benda yang sebenarnya tidak ada / tidak nyata bila dikonsumsi dalam sekian dosis tertentu contohnya kokain & LSD. Stimulan, yaitu efek dari narkoba yang bisa mengakibatkan kerja organ tubuh seperti jantung dan otak lebih cepat dari biasanya sehingga mengakibatkan penggunanya lebih bertenaga serta cenderung membuatnya lebih senang dan gembira untuk sementara waktu.7 Depresan, yaitu efek dari narkoba yang bisa menekan sistem syaraf pusat dan mengurangi aktivitas fungsional tubuh, sehingga pemakai merasa tenang bahkan tertidur dan tidak sadarkan diri contohnya heroin / putaw. Adiktif, yaitu efek dari narkoba yang menimbulkan kecanduan. Seseorang yang sudah mengonsumsi narkoba biasanya akan ingin dan ingin lagi karena zat tertentu dalam narkoba mengakibatkan seseorang cenderung bersifat pasif, karena secara tidak langsung narkoba memutuskan syaraf-syaraf dalam otak. Contohnya: ganja, heroin, dan putaw.8 Narkoba adalah zat yang berasal dari tumbuhan dan bukan tumbuhan, sementara Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa
7
Jeffrey s. Nevid,dkk. Abnormal Psychology in Changing World (Psikologi Abnormal).
8
Ibid.,
h.5.
4
nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan 9(Undang-Undang No. 35 tahun 2009). Beberapa jenis dari narkoba seperti ganja, kokain, opium dll, merupakan tanaman yang yang tumbuh di beberapa negara termasuk di Indonesia. Ganja di Aceh misalnya digunakan untuk berbagai keperluan sehari-hari seperti untuk makanan,rokok, campuran kopi dan selebihnya di jual ke luar Aceh. Selain ganja ada pula Opium, Opium biasa disebut dengan poppy. Opium merupakan tanaman sejenis bunga yang memilki getah yang berwarna putih, dimana getah ini yang dikumpulkan dan diproses menjadi candu/bahan narkotika seperti heroin, sabu-sabu. Narkotika dari jenis opium ini memeliki efek seperti hilangnya rasa sakit, cemas, memberikan rasa nyaman yang esktrim, halusinasi dan lain-lain. Tanaman Erythoxyion merupakan tanaman nartkotika jenis kokain, heroin dan sebagainya.
10
Kokain diperoleh dari daun tanaman coca yang banyak tumbuh di amerika selatan, kemudian diproses menjadi kokain dalam bentuk serbuk putih, kristal dll.
Kokain memilki efek euforia yang sangat tinggi, rasa
senang yang berlebihan, ganguan saraf, mental, kesehatan dan banyak lagi apabila dikomsumsi secara ilegal dan berlebihan. Adapun dari tanaman lain seperti Khat, Magic mashroom, ma huang dan tembakau.11
9
Tulisan diatas diperoleh dari undang-undang online, lengkap lihat website: http://www.hukumonline.com/pusatdata/detail/lt4af3b7f6cf607/nprt/1060/uu-no-35-tahun-2009narkotika diakses pada tanggal 1 Mei 2014 pukul 18.20 WIB. 10 “Ladang Opium” SINAR ,edisi Desember 2013 . Mengulas bahwa ada beberapa negara menjadikan opium sebagai pendapatan bagi penduduknya, contohnya di Afganisthan, dan wilayah pegunungan di Asia Tengah , serta negara-negara di Asia Tengah. 11 “Ladang Opium” SINAR ,edisi Desember 2013 . Kokain banyak di budidayakan di daerah amerika. Kokain dan opium merupakan narkotika alami yang awalnya digunakan sebagai
5
Selain sebagai kebutuhan, terdapat pula alasan orang-orang mengkonsumsi narkoba sebagai bagian dari gaya hidupnya, mulai dari terpengaruh pergaulan, life style hingga peredam rasa stress.12 Sayangnya narkoba mampu menimbulkan rasa kecanduan. Mungkin Narkoba mampu meredam stress untuk sementara waktu, tapi melatih seseorang untuk mencegah situasi ketagihan lagi. Narkoba membuat orang ketergantungan bukan membebaskan.13 Kasus penyalahgunaan obat-obatan ini menyerang semua lapisan masyarakat, bahkan sudah menjadi gaya hidup bagi sebagian orang. Anak muda dianggap sebagai kaum yang paling rentan terjerumus dalam penyalahgunaan narkoba, dimana masa ini keingintahuan akan sesuatu hal cukup besar. Anak muda cenderung ingin mengubah
mood negative
menjadi mood positive, meskipun pada akhirnya menimbulkan efek samping penurunan kognisi dan penurunan daya tahan tubuh (imunitas). 14 Penyalahgunaan narkoba tidak terlepas dari oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab, sehingga kita perlu waspada akan bahaya narkoba disekitar kita. Untuk itu penanaman agama dan perlindungan dari keluarga sangat dibutuhkan untuk mencegah narkoba di masyarakat.
15
pengobatan untuk menghilangkan rasa sakit maka disebut “candu”, ketika zaman modern mengalami perubahan fungsi sebagai bagian dari gaya hidup (life style). 12 Hasil observasi lapangan di Balai Besar Rehabilitsi BNN 12 Febuari 2014. 13 Soraya Susan Behbehani. Fit from Within( sehat dan Smart Tanpa Obat). (Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta. 1999). Hal 55. 14 Ibid., 15 Ibid., h 56
6
Penyalahgunaan narkotika mendorong adanya peredaran gelap yang makin meluas dan berdimensi internasional.16 Oleh karena itu diperlukan upaya pencegahan dan penanggulangan narkotika dan upaya pemberantasan
peredaran
perkembangankomunikasi,
gelap
informasi
dan
mengingat transportasi
kemajuan dalam
era
globalisasi saat ini. 17 Hal utama dalam menghentikan ketergantungan obat adalah dengan cara detoksifikasi atau menghentikan pengkonsumsian obat yang menimbulkan kecanduan. Biasanya proses ini disebut dengan proses rehabilitasi. Dalam perjalanan rehabiltasi seringkali mengalami kegagalan meski telah ditempuh dengan berbagai metode, termasuk terapi biologis dan psikologis. Terapi biologis terkait dengan pemberian obat-obatan seperti metadon, sedangkan terapi psikologis yakni pasien menerima penanganan kognitif belajar cara menghindari berbagai situasi yang berisiko. 18 Rehabilitasi berarti pemulihan kapasitas fisik dan mental kepada kondisi / keadaan sebelumnya. Bagi seorang penyalahguna atau pecandu narkoba, rehabilitasi merupakan sebuah proses yang harus dijalani dalam
16
“Ladang Opium”,SINAR. Desember 2013 Lydia Harlina Marton. Membantu Pecandu Narkoba dan Keluarga.( Jakarta: Balai Pustaka,2006) hal 1. 18 Gerald C. Davidson,dkk. Psikologi Abnormal. (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. 2006.) Hal. 558 17
7
rangka full recovery (pemulihan sepenuhnya), untuk hidup normatif, mandiri dan produktif di masyarakat.19 Dalam proses rehabilitasi ini terdapat pemulihan jiwa yang dilakukan sebagai kegiatan penyuluhan agama. Ia adalah salahsatu bentuk diskusi tentang problema yang bersifat emosional, dilakukan oleh orangorang yang terlatih melakukan tugas membuat hubungan teknis dengan tersuluh. Ia berusaha menghilangkan , mengubah dan menunda gejolak tertentu, untuk mengubah pola tingkah laku lahir. Oleh karena itu semua macam kegiatan yang mengarah kepada pencapaian tujuan tersebut mungkin diantaranya: Reduksi ( pendidikan ulang ), bantuan, bimbingan dan penyuluhan. 20 Pada kegiatan rehabilitasi telah dilakukan beberapa rangkaian kegiatan pemulihan oleh Balai Besar Rehabilitasi BNN berupa kegiatan pemulihan secara keseluruhan atau disebut dengan full recovery, dengan proses awal yakni pemeriksaan medis kemudian rehabilitasi sosial dan tahapan bina lanjut.21 Menurut penulis problem ketergantungan obat ini menimbulkan berbagai banyak masalah, sehingga pecandu atau pengguna harus direhabilitasi untuk disembuhkan kembali kesedia kala demi mengubah kehidupan yang lebih baik lagi. Namun nyatanya proses perubahan
19
Tulisan diatas diperoleh dari website resmi Balai Besar Rehabilitasi BNN, lengkap website lihat di http://www.babesrehab-bnn.info/index.php/rehabilitasi diakses 11/30/2013 pukul 22.23 wib 20 Prof. DR. Musthafa Fahmi. Kesehatan Jiwa dalam keluarga, Sekolah dan Masyarakat. (Jakarta: Penerbit Bulan Bintang.1977).hal 65 21 Hasil obeservasi lapangan di Balai Besar Rehabilitasi BNN, 12 Febuari 2014.
8
perilaku ini tidak semudah apa yang direncanakan, kadang praktiknya tidak semulus itu. Untuk itu diperlukan intervensi-intervensi pada pasien rehabilitasi narkoba salah satunya intervensi penyuluhan agama. Dari rangkaian kegiatan penyuluhan agama, ada kegiatan yang disebut dengan Pengobatan dengan bantuan (Supportive Theraphy). Kegiatan tambahan yang memberikan keseimbangan pada residen (yang sedang mengalami kecanduan obat). Dimaksudkan sebagai media pengobatan untuk mengurangi gejala-gejalanya melalui pembinaan kembali kepribadiannya salah satunya dengan penyuluhan agama Islam pendekatan berbasis kelompok, kegiatan bimbingan agama merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh Balai Besar Rehabilitasi BNN.22 Kegiatan
pengobatan
bantuan
atau
Supportive
Theraphy
diantaranya menggunakan metoda pendekatan berbasis kelompok yang termasuk dalam rangkaian kegiatan penyuluhan agama Islam. Salah satu pendekatan tersebut mempunyai peranan penting dalam mengatasi persoalan
orang,
terutama
dalam
mengubah
kepribadian
orang.
Diharapkan melalui penyuluhan agama Islam menggunakan pendekatan berbasisi kelompok ini mampu menguatkan satu sama lain, mampu bekerja sama antar residen dan juga diharapkan residen melatih jiwa sosial serta interaksi antar individu. Menurut hemat penulis pendekatan melalui penyuluhan agama Islam dalam pemulihan ketergantungan narkoba ini merujuk pada kegiatan 22
Solihun.
Wawancara kepala bimbingan dan Penyuluhan Balai Besar Rehabilitasi BNN, bapak
9
yang bersifat spiritual, karena hubungan spiritual pada diri seseorang sangat esensial. Seseorang disadarkan akan sisi spritualnya, merasakan kehadiran Tuhan,
bahwa Tuhan itu ada dan hadir dalam diri setiap
seseorang. Seseorang mengalami kehadiran Tuhan sebagaimana orang menemukan akses penyembuhan dari dalam batin. Penyuluhan agama Islam menyentuh sisi keimanan, ketaatan, kepasrahan sebagai umat yang beragama (memiliki Tuhan). Pemulihan inilah yang membangkitkan kasih sayang pada diri sendiri maupun orang lain. 23 Tugas seorang pembimbing agama yakni memberikan pesan bagi masyarakat mengenai prinsip-prinsip dan etika nilai keberagamaan yang baik dengan tujuan terciptanya perubahan perilaku. Proses rehabilitasi seperti yang telah dipaparkan di atas adalah bentuk intervensi yang telah dijalankan oleh Balai Besar Rehabilitasi BNN, tidak terlepas dari salahsatu intervensi agama yang dikemas dalam bentuk BIMTAL (Bimbingan Mental) yang dilakukan oleh para pembimbing untuk melakukan proses penyuluhan agama. Untuk itu penulis tertarik untuk meneliti rangkaian penyuluhan agama Islam dengan pendekatan berbasis kelompok yang dilakukan dalam proses pemulihan ketergantungan obat untuk tercapainya kepribadian residen yang sehat, karena tidak dapat dipungkiri agama sangat penting dalam pembentukan diri karena agama mengajarkan kebaikan.
23
24
Isep Zainal Arifin. Bimbingan Penyuluhan Islam: Pengembangan Dakwah Melalui Psikoterapi Islam. (Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada, 2009)h. 59. 24 Ibid., h.2
10
Dari uraian tersebut penulis tertarik untuk melaksanakan penelitian dalam bentuk skripsi dengan judul “DAMPAK PENYULUHAN AGAMA
ISLAM
DENGAN
PENDEKATAN
KELOMPOK TERHADAP RESIDEN DALAM KETERGANTUNGAN
NARKOBA
DI
BERBASIS PEMULIHAN
BALAI
BESAR
REHABILITASI BNN LIDO BOGOR JAWA BARAT ”. Pada proses pemulihan ketergantungan Narkoba ini, penulis ingin mengetahui bagaimana dampak
kegiatan penyuluhan
agama Islam
dengan
pendekatan berbasis kelompok pada residen yang ada di Balai Besar Rehabilitasi BNN. B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, penulis membatasi masalah hanya pada Dampak Kegiatan penyuluhan agama Islam Dengan Pendekatan Berbasis Kelompok Terhadap Residen Dalam Pemulihan Ketergantungan Narkoba di Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido Bogor Jawa Barat. Penelitian ini hanya membatasi pada dampak dari kegiatan penyuluhan agama Islam dengan pendekatan berbasis kelompok, kegiatan tersebut fokus pada masalah kegiatan penyuluhan agama dalam pemulihan ketergantungan narkoba bagi residen di Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido Bogor Jawa Barat.
11
2. Rumusan Masalah Rumusan masalah yang akan dibahas dalam skripsi ini adalah : a. Bagaimana kegiatan rehabilitasi di Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido Jawa Barat? b. Apa dampak penyuluhan agama Islam dengan berbasis pendekatan kelompok yang diberikan setelah rehabilitasi untuk perbaikan residen? c. Bagaimana pengembangan layanan penyuluhan agama Islam dengan pendekatan berbasis kelompok untuk perbaikan residen?
C. Tujuan dan manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian a. Untuk mengetahuai apa saja kegiatan penyuluhan agama Islam dengan pendekatan berbasis kelompok dalam rehabilitasi yang dijalankan oleh Balai Besar Rehabilitasi BNN. b. Untuk menggambarkan dan menganalisa apa dampak penyuluhan agama Islam dengan berbasis pendekatan kelompok yang diberikan setelah rehabilitasi untuk perbaikan residen. c. Untuk mengetahui bagaimana pengembangan layanan penyuluhan agama Islam dengan pendekatan berbasis kelompok untuk perbaikan residen. 2. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian secara akademis atau teoritis diharapkan memberikan pengetahuan dalam proses penyuluhan agama terutama
12
dalam pengembangan ilmu pengetahuan untuk memperbaiki kearah yang lebih baik, diharapkan penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi dalam menambah khazanah ilmu pengetahuan untuk dijadikan referensi.
Manfaat secara empiris dalam penelitian ini
diharapkan menjadi media informasi mengenai proses rehabilitasi dan memberi wawasan pada berbagai lapisan masyarakat mengenai narkoba. Serta penulisan skripsi ini untuk mendapatkan gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) Pada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. D. Metodologi Penelitian Metodologi penelitian adalah satu cara kerja untuk memahami objek penelitian dalam rangka menemukan, menguji terhadap suatu kebenaran atau pengetahuan. Dalam hal ini penulis menggunakan metode penelitian kualitatif. Menurut Tailor sebagaimana dikutip oleh Lexi J. Moleong adalah prosedur sebuah penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa dengan kata-kata tertulis lisan dari orang dan perilaku yang diamati. 25 1. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yaitu memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian (contohnya: Perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain sebagainya) dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata yang tertulis dan bahasa, pada suatu 25
Lexy J. Moleong. Metode penelitian Kualitatif. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001) cet ke 15,h. 3
13
konteks khususnya yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode
ilmiah.26
Fakta-fakta
yang
ada
di
lapangan
dan
mendeskripsikan secara sistematis, secara faktual dan akurat tentang Dampak Penyuluhan Agama Islam Dengan Pendekatan Berbasis Kelompok Terhadap Residen Dalam Pemulihan Ketergantungan Narkoba di Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido Bogor Jawa Barat .
2. Ruang Lingkup Penelitian a. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di Jl. raya Bogor Sukabumi, Desa Cijeruk/ Desa Wates, Lido Sukabumi Jawa Barat. Peran
peneliti
sebagai partisipan artinya peneliti adalah “orang luar” yang netral yang telah diizinkan untuk berpartisipasi dengan tujuan untuk melakukan pengamatan dan merekam. Alasan penulis memilih lokasi penelitian yakni lokasi tersebut merupakan Balai Besar Rehabilitasi sebagai pusat rehabilitasi bagi pemulihan ketergantungan narkoba. BNN telah diketahui banyak oleh masyarakat bahkan sebagi pusat
rehabilitasi terbesar dengan
menangani banyak residen dari beberapa daerah di seluruh Indonesia. b. Waktu Penelitian Observasi awal dilakukan pada hari jum’at tanggal 25 November pukul 11.00 WIB dengan mendatangi lokasi penelitian. Penelitian
26
Lexy J. Moleong. Metode penelitian Kualitatif. h.4.
14
dilaksakan pada bulan Januari 2014 sampai dengan April 2014. Penelitian ini dilakukan tiga kali dalam seminggu. c. Subjek dan Objek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah residen selaku penerima penyuluhan agama Islam dari pembimbing agama. Penulis berupaya melakukan penelitian ini dengan menggunakan sudut pandang orangorang yang menjadi sumber data primer penelitian ini, dengan melakukan interaksi dengan subjek penelitian yang terjadi secara alamiah dan tidak memaksa, sehingga tindakan dan cara pandang subjek berubah. Objek dalam penelitian ini adalah dampak penyuluhan agama Islam dengan pendekatan berbasis kelompok yang dilakukan terhadap residen selama proses rehabilitasi. 3. Teknik Pengumpulan Data a. Wawancara Wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan pewawancara (interviewer) untuk memperoleh terwawancara (interviewee)27, penulis mengadakan wawancara dengan penyuluh agama yang merangkap sebagai pembimbing residen dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah disiapkan sebelumnya oleh peneliti. Adapun pengertian lain mengenai wawancara yakni percakapan dengan maksud tertentu dengan cara kontak langsung atau tatap muka untuk 27
Siharsimi Arikunto. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1996), h.126.
15
usaha mengumpulkan informasi, percakapan ini dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara dan terwawancara, dengan maksud antara lain, mengkontruksi mengenai orang, kejadianm organisasi, perasaan, dan motivasi, adapun wawancara dibedakan menjadi dua, yaitu wawancara terstruktur dan wawancara tidak terstruktur. 28 b. Observasi Observasi
berasal
dari
kata
latin,
yaitu
“melihat
dan
memperhatikan”. Istilah observasi ini diarahkan pada kegiatan memperhatikan secara akurat, mencatat fenomena yang muncul , dan mempertimbangkan hubungan antara aspek dan fenomena tersebut. Observasi berarti pengamatan bertujuan untuk mendapatkan data tentang suatu masalah, sehingga diperoleh suatu pemahaman atau sebagai alat chek atau pembuktian trhadap informasi/keterangan yang diperoleh sebelumnya.29 Adapun objek yang penulis observasi dalam penelitian ini adalah pengamatan langsung menganai Dampak Penyuluhan Agama Islam Dengan Pendekatan Berbasis kelompok Terhadap residen Dalam Pemulihan Ketergantungan Narkoba di Balai Besar Rehabilitasi BNN. c. Dokumentasi Dokumentasi adalah cara mengumpulkan data yang melalui peninggalan tertulis, teritama berupa arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku yang berkaitan dengan masalah penyelidikan atau 28
Rahayu Tri Iin, S.Psi dan Ardani Ardi Tristiandi, Observasi dan Wawancara, (Malang: PT: Bayu Media, 2004. ) h.10 29 Rahayu Tri Iin, S.Psi dan Ardani Ardi Tristiandi, Observasi dan Wawancara. h.10.
16
penelitian. Oleh sebab itu dalam setiap penelitian tidak dapat dilepaskan
dari
literatur-literatur
ilmiah,
sehingga
kegiatan
kepustakaan ini menjadi sangat penting. Dokumentasi adalah pengumpulan data berupa data-data tertulis, brosur, artikel serta website dari internet sebagai data pendukung. Termasuk semua data yang dihimpun selama melakukan penelitian untuk mengetahui Dampak Penyuluhan Agama Dengan Pendekatan Berbasis
kelompok
Terhadap
Residen
Dalam
Pemulihan
Ketergantungan Narkoba di Balai Besar Rehabilitasi BNN. 4. Sumber Data a. Data Primer Data Primer adalah data yang berasal dari sumbernya, diperoleh melalui wawancara mendalam, observasi, tanya jawab secara langsung atau tatap muka dengan informan. b. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang didapat secara tidak langsung seperti dokumen-dokumen dan catatan yang diambil peneliti sebagai literatur, buku-buku maupun internet yang berhubungan dengan masalah penelitian. 5. Teknik Analisa Data Menurut Patton (1980), yang dimaksud dengan analisa data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar. Selain itu peneliti juga
17
melakukan suatu interpretasi dan penafsiran terhadap proses analisis, menjelaskan pola atau kategori, mencari hubungan di antara unsur satu dengan lainnya dan kemudian merumuskan kontruksi teoritisnya.30 Pengelolaan data yang dilakukan dengan pendekatan deskriftif kualitatif, yaitu menggunakan data secara verbal dan kualifikasi bersifat
teoritis.
Tujuannya
untuk
menggambarkan
dampak
penyuluhan agama Islam dengan pendekatan berbasis kelompok terhadap residen dalam pemulihan ketergantungan narkoba di Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido Bogor Jawa Barat. Penelitian kualitatif ini menghasilkan transkif wawancara, catatan lapangan, gambar, dan yang lainnya. 6. Teknik Penulisan Penulisan ini berpedoman dan mengacu kepada buku “Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan Disertasi) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta” yang diterbitkan Oleh CeQDA, April 2007. Cetekana ke-2 ditambah dari buku-buku yang berhubungan dengan metode penelitian dan Kamus Besar Bahasa Indonesia. E. Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka merupakan suatu bagian dari penilitian yang memuat tinjauan atas kepustakaan dalam (literature) yang berkaitan dengan topik pembahasan, atau bahkan yang memberi inspirasi dan mendasari
30
Kaelan, M.S. Metode Penelitian Agama Kualitatif Interdisipliner. (Yogyakarta: Penerbit Paradigma, 2010) h. 162.
18
dilakukannya penelitian.
31
Setelah penulis melakukan studi pustaka maka
diperoleh tinjauan pustakannya yaitu: 1. Metode
Tobat
Untuk
Penanganan
Korban
Nafza
SeDalam
Pembentukan Kesalehan Individu di Yayasan Pesantren Nurul Jannah Kebon
Kopi
Cikarang
Utama.
Oleh
Nazwa
Balqies.
107052002008.tahun 1432 H/ 2011 M. Penelitian ini membahas tentang proses pembentukan kesalehan individu pada korban NAPZA lewat metode tobat yang dilakukan di daerah Kebon Kopi Cikarang Utama. Pembentukan kesalehan lewat metode tobat merupakan rangkaian pemulihan ketergantungan Narkoba, yakni pendekatan Islami yang menanamkan psikoreligius sebagai bentuk intervensi yang dilakukan di Yayasan Pesantren Nurl Jannah. 2. Pelaksanaan Terapi Seni Dalam Pengembangan Kreativitas Pasien NAZA (Narkotika, Alkohol dan Zat Adiktif) di Rumah Sakit Ketergantungan Obat (RSKO) Cibubur Jakarta Timur. Oleh Siti Muthmainnah. 104052001996, tahun 1430 H/2009 M. Penelitian ini menggambarkan bermacam-macam pelaksanaan terapi seni dalam mengembangkan kreativitas pasien NAZA.
F. Sistematika Penulisan Dalam penulisan skripsi ini peneliti menyusun sistematikanya kepada lima Bab dengan rincian sebagai berikut:
31
Hamid Nasuhi. Al, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan Disertasi) UIN Syaruf Hidayatullah Jakarta, (Jakarta: CeQDA,2007), cet ke-2,hal.20.
19
BAB I terdiri dari Latar Belakang, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat, metodologi penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika penulisan. BAB II Landasan Teori meliputi pengertian penyuluhan, fungsi dan tujuan penyuluhan agama Islam dengan pendekatan berbasis kelompok, pengertian narkoba, dampak penggunaan narkoba, pengertian rehabilitasi, tahap-tahap dan model rehabilitasi. BAB III Gambaran Umum Balai Besar Rehabilitasi BNN meliputi Sejarah berdirinya Balai Besar Rehabilitasi BNN, Visi dan Misi BNN, Struktur organisasi, pelayanan, program-program, sarana dan prasarana dan proses pemulihan. BAB IV Dampak Penyuluhan Agama Islam Dengan Pendekatan Berbasis
Kelompok
Terhadap
Residen
Dalam
Pemulihan
Ketergantungan Narkoba di Balai Besar Rehabilitasi BNN LIDO BOGOR JAWA BARAT. Terdiri dari deskripsi informan, program penyuluhan agama Islam dengan pendekatan berbasis kelompok di Balai Besar Rehabilitasi BNN dan kegiatan rehabilitasi yang dilakukan oleh BNN. BAB V yang terdiri dari kesimpulan dan saran
20
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Dampak Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dampak adalah pengaruh kuat yang mendatangkan akibat (baik negatif maupun positif). Penyuluhan agama Islam dengan pendekatan berbasis kelompok adalah salah satu bentuk intervensi yang dilakukan Balai Besar Rehabilitasi BNN. Penyuluhan ini diharapkan memberikan dampak positif terhadap residen yang sedang dalam pemulihan
ketergantungan
Narkoba,
terutama
meningkatnya
jiwa
keberagamaannya. Dengan jiwa keberagamaan yang kuat residen diharapkan mampu kembali ke masyarakat. B. Penyuluhan Agama Islam Pendekatan Berbasis Kelompok 1. Pengertian Penyuluhan Penyuluhan berasal dari kata “suluh” yang berarti “obor” atau “pelita” atau“yang memberi terang”. Dengan penyuluhan diharapkan terjadi peningkatan pengetahuan, keterampilan dan sikap. Pengetahuan dikatakan meningkat bila terjadi perubahan dari tidak tahu menjadi tahu dan yang sudah tahu menjadi lebih tahu. 1 Secara etimologi (harfiah), arti penyuluhan berasal dari bahasa Inggris “counseling” yang mengandung arti “menerangi, menasehati”,
1
Arifin. Teori Bimbingan dan Penyuluhan. (Jakarta: ) h. 1
20
21
atau memberikan kejelasan kepada orang lain agar ia memahami dan mengerti hal-hal yang sedang dialaminya.2 Pengertian penyuluhan dalam arti umum adalah ilmu sosial yang mempelajari sistem dan proses perubahan pada individu serta masyarakat agar dapat terwujud perubahan yang lebih baik sesuai dengan yang diharapkan. Penyuluhan dapat dipandang sebagai suatu bentuk pendidikan untuk orang dewasa.3 Pengertian penyuluhan secara terminologi (istilah) menurut H. Koestur Partowisastro mengungkapkan bahwa Penyuluhan ada dalam dua pengertian, yaitu pengertian dalam arti luas dan pengertian dalam arti sempit. Dalam arti luas; adalah segala ikhtiar pengaruh psikologi terhadap sesama manusia, dan dalam arti sempit merupakan suatu hubungan yang sengaja diadakan dengan manusia 19 lain, dengan maksud agar dengan semua cara psikologis, kita dapat mempengaruhi beberapa fase kepribadiannya sedemikian rupa sehingga dapat diperoleh sesuatu efek tertentu.4 Penyuluhan dalam arti umum adalah ilmu yang mempelajari sistem dan proses perubahan pada individu serta masyarakat agar dapat terwujud perubahan yang lebih baik sesuai dengan yang diharapkan. Penyuluhan dapat diartikan sebuah pendidikan nonformal diluar sistem sekolah yang biasa, Menurut Carter V (1995), adalah merupakan proses perkembangan
2
Drs. M. Lutfi, MA., Dasar-Dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam. (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008) h. 8 3 Ir. Lucie Setiana, M.P. Teknik Penyuluhan dan Pemberdayaan Masyarakat. (Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia, 2005) h. 1. 4 M. Lutfi, MA.. Dasar-Dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam. (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008) h.10.
22
pribadi, proses sosial, proses sosial, proses pengembangan keterampilan sesuai profesi serta kegiatan bersama dalam memahami ilmu pengetahuan yang tersusun dan dikembangkan dari masa ke masa oleh setiap generasi bangsa.5 Penulis lebih sependapat dengan Carter V. Penyuluhan dikatakan berhasil ketika ada perkembangan. Hal serupa dikatan oleh Rusmin Tumanggor bahwa penyuluhan dikatakan berhasil ketika menghasilkan kesehatan fisik, kesehatan jiwa, kesehatan spiritual dan kesehatan sosial. Definisi lain dari penyuluhan merupakan bantuan yang diberikan kepada orang lain dalam memecahkan problema-problema kehidupan yang dihadapinya, sesuai dengan situasi dan keadaan klien. Supaya ia memiliki pengertian dan kemampuan dalam menghadapi dan memecahkan masalahnya, berdasarkan penentuan dirinya sendiri.6 Dari paparan di atas penulis menyimpulkan bahwa kegiatan penyuluhan merupakan bentuk komunikasi yang dilakukan oleh seseorang untuk melayani, memberikan pemecahan masalah pada tersuluh. Tujuan penyuluhan adalah memberi penerangan untuk perubahan perilaku agar kehidupannya lebih baik. Penyuluhan juga bisa disebut sebagai bantuan atas problema-problema yang perlu dibantu akibat dari ketidakberdayaan dan tingkat pengetahuan tersuluh.
5 6
Ibid , h. 1. M. Lutfi, MA.. Dasar-Dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam
23
2. Fungsi dan Tujuan Penyuluhan Fungsi penyuluhan adalah memberikan pelayanan pada individu maupun kelompok, merasakan kegunaan dari setiap program yang kita buat untuk mereka. Penyuluhan dikatan berfungsi dengan baik jika penyuluhan yang kita lakukan dirasakan bermanfaat bagi orang lain, sebaliknya jika penyuluhan yang kita lakukan tidak bermanfaat bisa dikatakan proses penyuluhan tidak mendatangkan kegunaan atau manfaat.7 Penyuluhan diterapkan melalui pengembangan fungsi-fungsi AlQur’an dan hadits yang dijadikan sumber utama terutama untuk penyuluhan
Islam.
Al-Qur’an
membahas
berbagai
pemecahan
problematika kehidupan sehari-hari untuk mencapai kebahagiaan hidup. 8 Tujuan Penyuluhan dalam konteks penyuluhan agama tentu berbeda dengan tujuan penyuluhan pertanian, untuk itu dalam tujuan penyuluhan dilihat dari sisi penyuluhan agama memiliki tujuan 9: a. Membantu memecahkan masalah atau problematika ummat yang timbul dari interaksi personal dan kelompok (keluarga) dengan pendekatan Islam. b. Membantu dan mengatasi memecahkan masalah psikologi keluarga dan komunitas muslim, karena adanya masalah internal yang terjadi dalam keluarga.
7
Ibid., h. 103. M. Lutfi, MA. Dasar-Dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam. h 98-99 9 Ibid., 8
24
c. Membantu mengatasi dan memecahkan masalah mental/spiritual yang dialami oleh penyandang masalah-masalah sosial (pathologis) dan cacat fisik pada lembaga-lembaga rehabilitasi sosial, seperti tuna netra, ketergantungan obat zat adiktif (narkoba), Wanita Tuna Susila(WTS) dan sebagainya. d. Membantu mengatasi dan memecahkan masalah mental/spiritual yang dialami para tahanan (narapidana) di rumah tahanan (rutan) dan lembaga permasayarakatan (lapas). Serta pembinaan mental bagi anak jalanan (anjal), panti jompo dan masalah sosial lainnya. e. Memberikan penyuluhan dan bimbingan pada karyawan, tenaga kerja dan prajurit guna meningkatkan kinerja dan produktivitas kerja dengan pendekatan Islam. 3.
Penyuluhan Agama Islam Dengan Pendekatan Kelompok Penyuluh agama Islam pelaksanaan tugasnya dalam pengembangan masyarakat Islam di bidang keagamaan, sosial dan ekonomi. Indikasinya tampak pada aktivitas pengembangan masyarakat, yang meliputi jadwal, materi, metode dan banyaknya jumlah kehadiran para jama’ah sebagai kelompok sasaran penyuluh. Pola pengembangan masyarakat Islam dilakukan dengan tahapan.10 Penyuluhan itu alat dari pada bimbingan. Dengan kata lain, bimbingan itu diberikan melalui penyuluhan. Dengan demikian, keberhasilan bimbingan banyak ditentukan bagaimana penyuluhan itu 10
Drs. Kgs. H. M. Daud, M.Hi (Widyaswara Madya BDK Palembang), Jurnal : Pelaksanaan Penyuluh Agama Dalam Pengembangan Masyarakat Islam di Kota Palembang. (Palembang, 2011) h. 1.
25
dilakukan. Untuk dapat melakukan penyuluhan secara lebih terarah, penyuluh dituntut untuk benar-benar menguasai pengetahuan dan ketrampilan melaksanakan penyuluhan.11 Keputusan Presiden No. 87 Tahun 1999, yaitu yang menempatkan penyuluh Dalam Keppres itu disebutkan bahwa Rumpun Keagamaan adalah rumpun jabatan fungsional Pegawai Negeri Sipil yang tugasnya berkaitan dengan penelitian, peningkatan atau pengembangan konsep, teori, dan metode operasional serta pelaksanaan kegiatan teknis yang berhubungan dengan pembinaan rohani dan moral masyarakat sesuai dengan agama yang dianutnya.12 Sasaran dalam penyuluhan agama Islam adalah umat Islam dan masyarakat yang belum menganut salah satu agama di Indonesia yang beraneka ragam dan latar belakang pendidikanya. Dilihat dari segi tipe masyarakat yang ada di Indonesia dalam garis besarnya dalam tipe golongan yaitu masyarakat pedesaan dan perkotaan dan masyarakat cendikiawan. Namun dilihat dari segi kelompok masyarakat tersebut bermacam-macam kelompok baik yang ada di desa maupun di kota, bahkan ada beberapa kelompok selain terdapat di desa terdapat pula di kota. 13 Penyuluhan agama Islam dengan menggunakan metode pendekatan kelompok dalam hal ini, penyuluh berhubungan dengan sekelompok orang 11
Amti Erman. Penyuluhan. (Jakarta: Halia Indonesia, 1983) h.7. DEPARTEMEN AGAMA RI, Materi Bimbingan dan Penyuluhan ( Jakarta: Derektorat Jendral Kelembagaan Agama Islam, 2003) h. 9. 13 Ibid., 12
26
untuk menyampaikan pesannya.14 Dalam pendekatan kelompok ini banyak manfaat yang diambil, disamping transfer informasi juga terjadinya tukar pendapat dan pengalaman antar sasaran penyuluhan dalam kelompok bersangkutan.15 Dalam penyuluhan berbasis kelompok atau metode kelompok memiliki beragam teknis diantaranya: a. Metode Ceramah Menurut Winarno Surahmad, M.Ed, ceramah adalah penerangan dan penuturan secara lisan oleh guru terhadap kelasnya, sedangkan peranan murid mendengarkan dengan teliti, serta mencatat yang pokok dari yang dikemukakan oleh guru.16 Penyuluh didorong untuk berusaha memperkenalkan pokokpokok terpenting dari isi pesan yang akan disampaikan pada tersuluh. Dengan demikian diharapkan pesan yang disampaikan berhasil ditunjang pula oleh keterampilan penyuluh dalam menyampaikan isi materi penyuluhan. Adapun langkah-langkah dalam metode ceramah: 1) Tahap
persiapan,
menyusun
kerangka
yang
hendak
diceramahkan dan dapat mudah dimengerti oleh peserta. Selain itu membuat pokok-pokok persoalan yang akan dibicarakan. 2) Tahap penyajian, menyampaikan bahan-bahan atau pokokpokok pelajaran yang telah disiapkan.
14
Suprapto Tommy dkk, Komunikasi Penyuluhan, (Yogyakarta: Arti Bumi Intaran, 2004)
h. 83-84.
15
Ibid., h. 50. B Suryo Subroto. Proses Belajar Mengajar di Sekolah (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1997) ha.165. 16
27
3) Tahap asosiasi, memeberi kesempatan pada peserta untuk menghubungkan dan membandingkan bahan ceramah yang telah diterima bilamana ada suatu pokok yang tidak dimengerti. 4) Tahap generalisasi atau kesimpulan, menyimpulkan isi ceramah,
umumnya
mencatat
isi
ceramah
yang
telah
disampaikan. 5) Tahap aplikasi, diadakan penilaian terhadap pemahaman mengenai
bahan
yang
telah
diberikan.
Evaluasi
bisa
dilaksanakan berupa tulisan, tugas, lisan dan lain-lain.17
b. Kursus atau pelatihan Dalam penjelasan pasal 26 ayat 5 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, dijelaskan bahwa kursus dan pelatihan adalah bentuk pendidikan berkelanjutan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik dengan penekanan pada penguasaan keterampilan, standar kompetensi, pengembangan sikap kewisausahaan serta pengembangan kepribadian yang professional. c. Metode Diskusi Diskusi adalah suatu percakapan ilmiah oleh beberapa yang tergabung dalam satu kelompok untuk saling bertukar pikiran dan pendapat mengenai sesuatu masalah atau bersama-sama mencari pemecahan untuk mendapatkan jawaban dan kebenaran suatu
17
Ramayulis. Metode Pendidikan Agama Islam,( Jakarta: Kalam Mulia,2005). h.237.
28
masalah.
Dalam diskusi dibedakan melalui jumlah pesertanya,
yakni: 18 1) Whole group, suatu diskusi dimana anggota kelompok tidak lebih dari 15 orang. 2) Buzz group, suatu kelompok besar dibagi menjadi 2 sampai 8 kelompok. 3) Panel, dimana suatu kelompok kecil antara 3 sampai 6 orang. 4) Symposium, teknik menyerupai panel, hanya sifatnya lebih formal. 5) Caologium, yaitu berdiskusi yang dilakukan oleh satu atau beberapa orang sumber yang berpendapat dan menjawab pertanyaan-pertanyaan tapi tidak lewat pidato. d. Parsipatorik/partisipatif (praktik ibadah, wisata ziarah dan bakti sosial) Partisipasif adalah proses yang aktif, yang mengandung arti bahwa orang atau kelompok terkait mengambil inisiatif dan menggunakan kebebasannya untuk melakukan hal itu. Kegiatan partisipatif dalam kegiatan penyuluhan agama ialah praktik ibadah, wisata ziarah dan bakti sosial. Penulis dapat menyimpulkan bahwa penyuluhan agama Islam dengan metode pendekatan kelompok ialah suatu metode pendekatan berdasarkan jumlah orang yang mengikuti, klasifikasi
18
Ramayulis.Metode Pendidikan Agama Islam. h. 179-180.
29
kelompok bisa terdiri dari golongan, ataupun jumlah orang yang mengikuti kegiatan penyuluhan. Metode dengan pendekatan kelompok memungkinkannya ada umpan balik, bertukar pengalaman maupun memberikan pengaruh berupa nilai-nilai dan norma. C. Ketergantungan Narkoba 1. Pengertian Narkoba a. Narkotika Narkotika berasal dari bahasa Inggris yakni “Narcotics” yang memiliki arti obat menidurkan atau obat bius.
19
Narkotika adalah zat/
bahan aktif yang bekerja pada system saraf pusat (otak) yang dapat menyebabkan penurunan sampai hilangnya kesadaran dari rasa sakit (nyeri) serta dapat menimbulkan ketergantungan (ketagihan). Menurut farmakologi adadalah zat yang dapat menghilangkan rasa nyeri dan membius (opiate).20 Menurut Undang-Undang RI no.2 Tahun 1997 adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan makanan baik sintesis maupun semi sintesis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran,
hilangnya
rasa,
mengurangi
sampai
menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan. Adapun peraturan perundang-undangan yang digunakan sebagai
19
M. John Echols. Kamus Bahasa Inggris- Indonesia. (Jakarta: Penerbit PT. Gramedia Pustaka, 1987) h. 390. 20 Tim ahli BNN. Petunjuk Teknis Advokasi Bidang Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba Bagi Lembaga/Instansi Pemerintah. (Jakarta: BNN, 2008) h. 16.
30
landasan hokum penanggulangan narkotika dan obat-obatan terlarang antara lain sebagai berikut:21 1) Undang-undang nomor 8 Tahun 1976 tentang Pengesahan Konvensi Psikotropika 1971. 2) Undang-undang No.7 tahun 1997 tentang Pengesahan Konvensi tentang
Pemberantasan
Peredaran
Gelap
Narkotika
dan
Psikotropika. 3) Undang-undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika. Di dalam Undang-Undang Narkotika secara jelas lebih diatur tentang produksi, peredaran, pengangkutan, impor, ekspor, penyaluran, penyerahan dan lain-lain berikut sanksi ketentuan pidananya. Selanjutnya penggolongan Narkotika berdasarkan Pasal 2 ayat 2 Undang-Undang No 22 Narkotika dikelompokkan kedalam tiga golongan, yaitu22: 1) Golongan I yaitu narkotika yang tidak digunakan untuk terapi dan berpotensi tinggi untuk ketergantungan, misalnya heroin. 2) Golongan II yaitu Narkotika yang dapat digunakan untuk terapi tetapi berpotensi tinggi untuk ketergantungan, misalnya morfin. 3) Golongan III, yaitu narkotika yang digunakan untuk terapi dan berpotensi rendah untuk ketergantungan, misalnya kodein. Berdasakan pembuatannya Narkotika dibedakan kedalam tiga bagian, yakni23: 21
Ibid., h. 19. Tim ahli BNN. Petunjuk Teknis Advokasi Bidang Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba Bagi Lembaga/Instansi Pemerintah h. 16-17. 22
31
1) Narkotika Alami Narkotika yang berasal dari alam, atau yang tumbuh di alam. Contohnya Ganja, Hasis, Opium dan Coca. 2) Narkotika Semi Sintetik Narkotika yang berasal dari olahan diambil zat adiktifnya (intisarinya) agar memiliki khasiat lebih kuat sehingga dapat dimanfaatkan untuk kepentingan kedokteran. Contohnya Morfin . 3) Narkotika sintetik Narkotika palsu yang dibuat dari bahan kimia, digunakan untuk pembiusan
dan
pengobatan
bagi
orang
yang
menderita
ketergantungan narkoba sebagai narkoba pengganti. Contohnya Methadon. b. Obat-Obatan Terlarang (Psikotropika dan Zat Adiktif) Psikotropika menurut Undang- Undang RI No. 5 Tahun 1997 adalah zat atau obat baik alamiah maupun sintesis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalu pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Sedangkan Zat adiktif adalah zat atau bahan aktif bukan narkotika atau psikotropika, bekerja pada system saraf pusat dan dapat menimbulkan ketergantungan (ketagihan). Zat Adiktif ini merupan zat
23
Tim ahli BNN. Petunjuk Teknis Advokasi Bidang Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba Bagi Lembaga/Instansi Pemerintah h. 16-17
32
selain narkotika yang menimbulkan ketergantungan, misalnya rokok dan zat-zat lainnya yang menimbulkan ketergantungan.24 Berdasarkan Undang-undang No. 5 Tahun 1997 Paikotropika dibagi menjadi kedalam empat golongangan yaitu 25: 1) Golongan I yaitu psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan untuk terapi, tetapi berpotensi tinggi untuk ketergantungan paling berbahaya, daya adiktifnya sangat tinggi26 (MDMA, misalnya ekstasi, ampetamin, misalnya sabu-sabu). 2) Golongan II yaitu psikotropika yang dapat digunakan untuk terapi tetapi
berpotensi
tinggi
untuk
ketergantungan
(misalnya
fensiklidin/PCP, metilferudat) 3) Golongan II yaitu psikotropika yang digunakan untuk terapi dan berpotensi sedang untuk ketergantungan (misalnya amobarbital dan flunitrazepam) 4) Golongan IV yaitu psikotropika yang digunakan untuk terapi dan berpotensi
ringan
untuk
ketergantungan
(diazepam,
nitrazepam/DUM, megadon, BK.
24
Tim ahli BNN. Petunjuk Teknis Advokasi Bidang Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba Bagi Lembaga/Instansi Pemerintah. h. 22. 25 Ibid., hal 23. 26 Tulisan diatas diperoleh dari website mengenai narkoba, lengkapnya dapat dilihat websitenya di: http://emge89.mywapblog.com/narkoba-dan-macam-macam-jenis-narkoba.xhtml diakses pada tanggal 25 april 2014 pukul 01.13 WIB.
33
2. Dampak Penggunaan Narkoba Agoes Dariyo dalam bukunya Psikologi Perkembangan Remaja menjelaskan ada beberapa dampak penggunaan Narkoba, secara umum dampak penggunaan Narkoba ada 2, yakni kepribadian adiksi (addiction personality) dan gangguan kesehatan tubuh.27 Individu yang mengalami kepribadian adiksi ditandai dengan suka menyembunyikan tindakan/motif perilaku, berpura-pura, berbohong, menipu, ingkar janji. Secara intelektual individu akan mudah lupa, tidak dapat berkonsentrasi, sehingga menimbulkan penurunan kapasitas berpikir dan penurunan kemampuan mengambil keputusan.28 Sedangkan dari gangguan kesehatan bagi pengguna Narkoba yakni: adiksi (ketergantungan), infeksi paru, infeksi jantung, penularan penyakit hepatitis C,B dan AIDS/HIV, impotensi, kecatatan pada bayi, kematian karena overdosis dan infeksi. Hal yang perlu diwaspadai oleh pengguna Narkoba ialah sakaw. Sakaw ialah gejala putus zatyang ditandai dengan bola mata mengecil, hidng dan mata berair, bersin-bersin, menguap, banyak berkeringat, mualmual, muntah-muntah dan diare. 29 Menurut penulis Dampak –dampak tersebut merpakan dampak yang amat merugikan bagi pengguna maupun orang disekitar pengguna, sudah dipastikan orang yang telah menggunakan narkoba tidak akan
27
Agoes Dariyo, Psi. Psikologi Perkembangan Remaja. (Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia, 2004) h.35. 28 Ibid., 29 Agoes Dariyo, Psi. Psikologi Perkembangan Remaja h. 36.
34
produktif. Produktif
disini terjadi gangguan aktivitas karena narkoba,
akibat dari dampak pada adiksi dan kesehatan. 3. Ketergantungan Narkoba Ketergantungan Narkoba bisa dikatakan dengan istilah addict, yang berarti tergantung pada sesuatu. Addiction mengandung pengertian ketergantungan terhadap sesuatu. Menurut Gordon dan Gordon dalam buku Agoes Dariyo, menganggap ketergantungan narkoba atau obat merupakan suatu gangguan atau penyakit individu yang bersifat fisik, mental, dan emosional, sehingga individu merasa tidak mampu menghentikan kecenderungan untuk menggunakan Narkoba.30 Ketergantungan adalah pengguna narkoba atau NAPZA yang cukup berat, telah terjadi ketergantungan fisik dan psikologis yang ditandai oleh adanya toleransi dan sindroma putus zat.31 Ketergantungan narkoba atau kecanduan narkoba merupakan penyakit yang sangat kompleks yang belum dialami dan belum dimengerti oleh orang awam, bahkan pihak dokter maupun psikiater pun belum pernah merasakan kecanduan narkoba secara psikis maupun fisik.32 Ketergantungan narkoba juga merupakan reaksi yang ditimbulkan oleh zat-zat psikotropika dan narkotika setelah digunakan secara berkala saat putus zat, jika tidak terpenuhi maka akan mengakibatkan sakit seperti demam, menggigil, sendi-sendi tulang seluruh badan sakit, tidak bisa tidur/gelisah. 30
Ibid., h. 33. Sumiati, SKp. Msi dan Dinarti, SKp, MAP , dkk, Asuhan Keperawatan Pada Klien Penyalahgunaan dan Ketergantungan NAPZA. (Jakarta: Penerbit CV. Trans Info Media, 2009) h. 31
30.
32
Drs. Edy Karsono. Mengenal Kecanduan Narkoba dan Minuman Keras. (Bandung : cv. Yrama Widya, 2004) h.59.
35
Ciri khas pengguna markoba atau NAPZA untuk ketergantungan : a. Frekuensi pengguna, setiap hari atau terus menerus b. Sumber zat, menghalalkan segala cara untuk mendapatkan zat, serta mau mengambil resiko sekalipun resiko tersebut tindakan kriminal seperti merampok dan mencopet. c. Alasan menggunakan zat, alasannya bisa bermacam-macam, mulai dari menghilangkan stress/depresi, melarikan diri dari kenyataan bahkan menggunakannya diluar kontrol. d. Efek yang dirasakan, pada saat tidak menggunakan zat klien akan merasakan sakit atau tidak nyaman. Zat membantu mereka merasa normal. e. Ciri-ciri pengguna: Perubahan fisik, seperti penurunan berat badan, masalah kesehatan Penampilan buruk Kemungkinan mengalami hilang ingatan, flash back, paranoid, perubahan mood, dan gangguan mental lainnya. Kemungkinan drop out dari sekolah dan dikeluarkan dari pekerjaan Sering keluar rumah Kemungkinan over dosis Tertangkap, terutama pada saat menggunakan zat.
D. Rehabilitasi 1. Pengertian Rehabilitasi
36
Rehabilitasi berarti pemulihan kapasitas fisik dan mental kepada kondisi/keadaan sebelumnya. Bagi seorang penyalahguna atau pecandu narkoba, rehabilitasi merupakan sebuah proses yang harus dijalani dalam rangka full recovery (pemulihan sepenuhnya), untuk hidup normatif, mandiri dan produktif di masyarakat.33 Adapun pengertian tentang rehabilitasi narkoba ialah pembinaan fisik, mental, sosial, pelatihan keterampilam dan resosialisasi serta pembinaan lanjut bagi para mantan pengguna Narkoba agar mampu berperan aktif dalam kehidupan masyarakat. 34 Dalam buku petunjuk teknis advokasi bidang pencegahan penyalahgunaan Narkoba bagi lembaga memaparkan bahwa rehabilitasi merupakan upaya pemulihan kesehatan jiwa dan raga yang ditunjukkan kepada pemakai narkoba yang sudah menjalani program kuratif. 35 2. Model- Model Pelayanan Rehabilitasi Dalam proses rehabilitasi menurut Sumiati rehabilitasi memiliki model-model untuk terpenuhinya keberhasilan dalam penyembuhan ketergantungan narkoba, model-modelnya yaitu:36 a. Model pelayanan dan rehabilitasi medis. 1) Metadon
33
Tulisan diatas diperoleh dari website resmi Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido Bogor Jawa Barat, lengkapnya lihat website berikut: http://www.babesrehabbnn.info/index.php/rehabilitasi diakses hari rabu tanggal 29 Januari pukul 14.26 WIB 34 Sumiati, Skp dan Dinari Skp dkk, Asuhan Keperawatan Pada Klien Penyalahgunaan dan Ketergantungan Napza. h. 162. 35 Tim Ahli BNN. Petunjuk Teknis Advokasi Bidang Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba Bagi Lembaga/Instansi Pemerintah. h.43. 36 Ibid., h.163- 164.
37
Metadon adalah zat opioid sintetik berbentuk cair yang diberikan lewat mulut. Metadon merupakan obat yang paling sering digunakan untuk terapi subsitusi bagi ketergantungan opioid. 2) Buprenofin Buprenofin adalah obat yang diberikan oleh dokter melalui resep. Aktivitas agonis opioid Buprenofin lebih rendah dari metadon. b. Model pelayanan dan rehabilitasi dengan pendelatan bimbingan individu dan kelompok. Terapi
ini
merupakan
terapi
konvensional
untuk
klien
ketergantungan Narkoba yang tidak melakukan rawat inap dan dapat dilakukan secara individual maupun kelompok. Program ini di desain dengan kegiatan yang bervariasi seperti edukasi keterampilan, meningkatkan sosialisasi, pertemuan yang bersifat vokasional, edukasi moral dan spiritual, serta terapi 12 langkah. c. Model pelayanan dan rehabilitasu dengan pendekatan Therapeutic Community. Tujuan utamanya adalah menolong pecandu agar mampu kembali ke tengah masyarakat dan dapat kembali menjalani kehidupan yang produktif. Program TC, merupakan program yang disebut drug free self help program. Program ini mempunyai sembilan elemen yaitu partisipasi aktif, feedback dari keanggotaan, role modeling, format kolektif untuk perubahan pribadi, sharing norma dan nilai-nilai,
38
struktur & sistem, komunikasi terbuka, hubungan kelompok dan penggunaan terminologi unik.37 d. Model dan Pelayanan rehabilitasi dengan pendekatan agama. Ada berbagai pusat rehabilitasi dengan pendekatan agama, misalnya pendekatan di pondok pesantren Suryalaya dan pondok pesantren Inaba di Jawa Barat dengan pendekatan nilai-nilai agama Islam. e. Model pelayanan dan rehabilitasi dengan pendekatan Narcotic Anonymus. Suatu program recovery yang dilakukan seorang pecandu Narkoba berdasarkah prinsip 12 langkah, langkah-langkah ini harus dijalankan lebih dari satu kali. Metode 12 steps di Amerika Serikat, jika seseorang kedapatan mabuk atau menyalahgunakan narkoba, pengadilan akan memberikan hukuman untuk mengikuti program 12 langkah. Pecandu yang mengikuti program ini dimotivasi untuk mengimplementasikan ke 12 langkah ini dalam kehidupan sehari-hari.38 f. Model dan rehabilitasi dengan pendekatan terpadu. Pendekatan terpadu ialah suatu layanan dengan memadukan konsep dari berbagai pendekatan dan bidang ilmu yang mendukung sehingga dapat memfasilitasi korban Narkoba dalam mengatasi masalahnya baik dari aspek bio, psiko , sosial, dan spiritual.
37
Tulisan diatas diperoleh dari Dedi Humas BNN, lengkapnya bisa dilihat di website berikut:http://dedihumas.bnn.go.id/read/section/artikel/2012/08/24/514/tahap-tahap-pemulihanpecandu-narkoba diakses pada tanggal 25 April 2014 pukul 01.32 WIB. 38 Tulisan diatas diperoleh dari Dedi Humas BNN, lengkapnya bisa dilihat di website berikut:http://dedihumas.bnn.go.id/read/section/artikel/2012/08/24/514/tahap-tahap-pemulihanpecandu-narkoba diakses pada tanggal 25 April 2014 pukul 01.32 WIB.
39
3. Tahap-Tahap Rehabilitasi Secara umum ada beberapa langkah atau tahap dalam rehabilitasi (pengobatan) yang perlu dilalui oleh seseorang yang mengalami ketergantungan Narkoba, masing-masing tahapan ini memerlukan waktu yang tidak singkat tergantung dengan tingkat ketergantungannya terhadap Narkoba. Setiap tahapan tersebut diatur dan disusun untuk mengantar pasien secara bertahap melepaskan diri dari ketergantungan Narkoba. Beberapa tahapan rehabilitasi ini adalah bentuk tahapan yang maksimal, yakni: 39 1) Tahap Transisi Penekanan dalam tahap ini lebih kepada informasi awal tentang korban seperti:Latar belakang korban, lama ketergantungan dan jenis obat yang dipakai. Tahapan ini juga bisa dijadikan rujukan model rehabilitasi apa yang akan digunakan untuk pengobatan. Dalam tahap ini tim rehabilitasi akan membantu korban agar menyadari dirinya sedang menghadapai masalah ketergantungan Narkoba. 40 2) Rehabilitasi Intensif Setelah melewati masa transisi (pengumpulan informasi tentang keadaan korban dan latar belakangnya) baru masuk pada fase selanjutnya yakni proses penyembuhan secara psikis. Motivasi dan potensi dirinya dibangun dalam tahap ini. Korban diajak untuk
39
Visi media. Rehabilitasi Bagi Korban Narkoba. (Tangerang: Agromedia Pustaka, 2006)h.28-35. 40 Visi media. Rehabilitasi Bagi Korban Narkoba. h.28-35.
40
menemukan dirinya dan segala potensi sambil juga menyadari berbagai keterbatasannya. 41 Menurut
Romo
Lambertus
Somar
MSC
dalam
bukunya
Rehabilitasi Pecandu Narkoba(2001), dalam tahap ini ada tiga tahap yang harus dilewati dikenal dengan tahap stabilisasi pribadi yaitu: a) Secara sadar dan tekun melepaskan diri dari berbagai penyakit dan akibat-akibat lainnya. b) Menemukan jati diri, menguasai kiat-kiat keterampilan untuk menyehatkan serta mengisi hidup secara lebih bermakna. c) Dengan inisiatif pribadi, orang secara sadar mulai berpikir dan bertindak untuk mencapai prestasi. 3) Tahap rekonsiliasi Para korban ketergantungan Narkoba tidak langsung berinteraksi dengan masyarakat , akan tetapi terlebih dahulu ditampung disebuah lingkungan khusus selama beberapa waktu sampai pasien benar-benar siap secara mental dan rohani kembali ke lingkungannya semula. Paling utama dalam fase ini adalah pembinaan mental spiritual, keimanan dan ketakwaan, serta kepekaan sosial kemasyarakatan. Proses ini bisa meliputi program jasmani dan rohani. 42 4) Pemeliharaan lanjut Pada tahap ini walaupun secara fisik yang bersangkutan sudah dinyatakan sehat dan secara psikis pun sudah pulih, namun masih ada 41 42
Ibid., Tim Penyusun Visi media. Rehabilitasi Bagi Korban Narkoba. h.36
41
kemungkinan mereka tergelincir kembali, lebih-lebih saat mereka sedang mengahadapi masalah. Pada saat itu bisa jadi mereka bernostalgia dengan kenikmatan Narkoba. Untuk itu perlu kesiapan untuk menjauhkan dari kemungkinan-kemungkinan korban ketergantungan Narkoba terjerumus kembali. Masing-masing dari rehabilitasi itu memiliki jangka waktu yang panjang,
tergantung
dari
tingkat
ketergantungan
pada
korban
penyalahgunaan Narkoba. Ada yang seminggu, sebulan dan bahkan berbulan-bulan. Menurut penulis, faktor keberhasilan dalam rehailitasi bukan dari proses tahapan rehabilitasinya saja, akan tetapi perlu adanya dukungan dari keluarga, orang-orang terdekat dalam seluruh proses tersebut. Setiap tahap dirancang agar korban ketergantungan Narkoba bisa lepas dari jeratan benda haram tersebut. 4. Sehat dan Bebas Kecanduan a. Pengertian Sehat Pengertian
kesehetan
dalam
Bahasa
Inggris
“Health”
diterjemahkan dalam Indonesia sebagai “kesehatan”.43 Menurut haber sehat dipandang dengan persfektif yang lebih luas. Luasnya aspek itu meliputi rasa memiliki kekuasaan, hubungan kasih sayang, semangat hidup, atau tingkat kemandirian tertentu.44
43
John Echols dan Hasan Shadiliy. Kamus Bahasa Inggris-Indonesia. (Jakarta: PT.Gramedia Pustaka,1981) 44 Lidya Maryani dan Rizki Muliani. Epidemiologi Kesehatan.(Yogyakarta:Graha Ilmu, 2010) h. 21.
42
WHO mendefinisikan sehat mempunyai karakteristik, seperti memperhatikan individu sebagai sebuah system yang menyeluruh. Memandang sehat dengan mengidentifikasi lingkungan internal dan eksternal, serta penghargaan terhadap pentingnya peran individu dalam hidup. Menurut UU No. 36/2009, kesehatan itu mencakup 5 aspek, yakni: fisik, mental, spiritual, sosial dan ekonomi. Wujud atau indikator dari 5 dimensi sehat , antara lain45: 1) Kesehatan Fisik Kesehatan Fisik mengandung arti seseorang tidak merasa sakit dan memang secara klinis tidak ada penyakit atau dengan kata lain semua organ tubuh normal dan tidak ada gangguan fungsi tubuh. 2) Kesehatan Mental Kesehatan mental (mental health) adalah suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual dan emosional yang optimal dari seseorang dan perkembangan itu berjalan selaras dengan keadaan orang lain (pasal 1 UU No.3 Tahun 1966 tentang kesehatan jiwa). 3) Kesehatan Spritual Kesehatan
spiritual
mengandung
arti
seseorang
mampu
mengekspresikan rasa syukur, pujian atau penyembahan terhadap sang pencipta.
45
Ibid., h.22.
43
4) Kesehatan sosial Kesehatan sosial adalah perikehidupan dalam masyarakat sedemikian rupa sehingga setiap warga negara mempunyai cukup kemampuan untuk memelihara atau memajukan kehidupannya sendiri serta kehidupan keluarganya dalam masyarakat yang memungkinkannya bekerja dan menikmati hiburan pada waktunya (Penjelasan Pasal 33 UU No. 9 Tahun 1960 tentang pokok-pokok kesehatan) Kesehatan sosial juga bisa diartikan seseorang mampu berinteraksi dengan orang lain atau kelompok tanpa membedakan ras, suku, agama atau kepercayaan, status sosial, ekonomi, politik, dan sebagainya. 5) Kesehatan Ekonomi Kesehatan ekonomi terlihat dari produktivitas seseorang yang sudah dewasam mempunyai pekerjaan atau menghasilkan secara ekonomi, bagi yang belum memasuki usia kerja, anak dan remaja atau bagi yang sudah pension atau usia lanjut, sehat ekonomi terlihat dari perilaku produktif secara sosial, yakni mempunyai kegiatan. b. Indikator Bebas Kecanduan Setelah dilakukannya tahap-tahap rehabilitasi yang sudah dilakukan seperti tahap transisi, rehabilitasi intensif, tahap rekonsiliasi dan yang terakhir pemeliharaan lanjut maka setelah itu kita bisa melihat apakah seseorang yang sudah melakukan rehabilitasi dikatakan sehat atau belum. Untuk mengetahui seseorang dikatakan sehat dari kecanduan
44
Narkoba, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dengan melihat indikator-indikator: 1) Sehat secara Mental Spritual Sehat secara mental spiritual merupakan “Bagian Jiwa” telah menetapkan ciri-ciri mental health seseorang. Sekaligus bimbingan dan penyuluhan agama harus memperhatikannya dan membawa bimbingan dan penyuluhan agama untuk memantapkan itu pada diri pribadi seseorang yang akan dibimbing. Adapun ciri Mental Spritual yang sehat yakni:46 a) Adjustment (Penyesuaian Diri), yaitu seseorang harus mampu menyesuaikan diri terhadap dirinya sendiri, sosial budaya, dan agama yang dianutnya. b) Integrated Personality (Kepribadian Utuh/Kokoh), yaitu semua aspek jiwanya (perasaan, pikiran, pemahaman, pengenalan, dasar/isi agama, penampilan, sikap (dalam), semuanya selalu bekerjasama setiap akan melahirkan tingkah laku (diluar). c) Growth and Development in Casuality Laws (Bertumbuh dan Berkembang Dalam Hukum Sebab-Akibat), yaitu selalu bertumbuh dan berkembang hidupnya baik fisik maupun mental, jika dilandasi oleh pengalaman atau kejadian yang berwujud sebab akibat.
46
.Rusmin Tumanggor., Ilmu Jiwa Agama (The Psychology Of Religion). (Depok: Ulinnuha Press,2002) h.76.
45
d) Free of The Senses of Frustration, Conflict, Anxienty, and Depression (Bebas dari rasa gagal, pertentangan batin, kecemasan dan tekanan), yaitu bebas dari ketidakmampuan mengatasi rasa gagal, melahirkan pikiran yang baik dalam sitausi pertentangan batin, sumber yang mencemaskan dan tekanan batin, jika yang bersangkutan didatangi oleh sumbersumber tersebut dalam kehidupannya sehari-hari. e) Normatif (Norma/Nilai) Maksudnya adalah semua sikap dan tingkah laku yang dilahirkannya tidak ada yang lolos dari jaringan Nilai/Adat/Agama/Peraturan/Undang-Undang dll. f) Responsibility (Bertanggung Jawab), selalu menunjukkan tanggung jawab atas segala pilihan yang dia lakukan. Baik pilihan itu berakibat menguntungkan ataupun merugikan. g) Maturity (Kematangan), yaitu terdapatnya kematangan dalam melakukan sesuatu sikap dan tingkah laku itu dijalankan penuh pertimbangan. h) Otonomi (Berdiri Sendiri), adalah selalu bersifat mandiri atas segala tugas-tugas atau kewajiban yang menjadi bebannya, tanpa suka memikulkan beban-bebannya kepada orang lain dalam kondisi yang tidak terpaksa, dan dalam hal ini yang tidak diketahui atau terpikir dapat ditanyakan atau dimintakan bantuan orang lain.
46
i) Well Decision Making (Pengambil Keputusan yang Baik), Selalu baik dalam mengambil keputusan. Dalam hal ini meliputi paling
sedikit
menggambarkan
tiga
ciri:
democratic
(musyawarah), Human Basic Needs (sesuai menurut kebutuhan) dan Psycal Quality of Life Index (memenuhi kebutuhan yang mendesak). 2) Indikator Sehat Secara Fisik Yang di maksud dengan kesehatan fisik, ialah keadaan baik, artinya bebas dari sakit seluruh badan dan bagian-bagiannya.47 Sehat
adalah
suatu
keadaan
yang
lengkap,
meliputi
kesejahteraan fisik, mental, dan sosial, bukan semata-mata bebas dari penyakit dan cacat atau kelemahan.48. Seseorang yang fisiknya sehat dan kuat lebih beruntung dibanding dengan orang yang sakit-sakitan, kurus dan lemah. Ia dapat melakukan aktivitas dalam lingkungan masyarakat dan lainnya. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan akan memberikan pengalaman-pengalaman baru baginya yang merupakan modal perkembangan selanjutnya. Ciri-ciri sehat secara fisik/ jasmani diantaranya: a) Kondisi tubuh sehat dan fit b) Daya tahan tubuh bagus dan kuat ( imunitas kuat) c) Tidak mudah merasa lelah 47
Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Jakarta: Depdikbud- Balai Pustaka, 1996) Wahid Iqbal Mubarak dan Nurul Chayatin. Ilmu Kesehatan Masyarakat: Teori dan Aplikasi.(Jakarta:Penerbit Salemba Raya, 2009) h. 101. 48
47
d) Berat dan tinggi ideal e) Pertumbuhan bulu, kuku dan rambut normal f) Organ tubuh berfungsi dengan baik g) Produktivitas bekerja normal h) Tidak ada gangguan di dalam tubuh i) Menjalani kativitas sehari-hari dengan normal 3) Indikator Sehat Secara Psikis Menurut siswanto, sebagian besar teori dalam psikologi menyebutkan persamaan ciri individu yang sehat secara psikis atau mental, yaitu individu tersebut hidup disaat ini, bukan masa lalu hidupnya digerakkan oleh tujuan, memiliki persepsi yang objektif, memiliki tanggung jawab terhadap orang lain serta melihat kesempatan dalam hidup sebagai tantangan, bukan ancaman. 49 a) Hidup di saat ini Orang yang sehat memfokuskan energi maupun perhatiannya pada kehidupan saat/sekarang ini. Individu yang sehat psikisnya adalah individu yang tidak dipusingkan oleh masa lalunya. Dia mampu membebaskan diri dari pengalaman masa lampaunya, terutama
pengalaman-pengalaman
traumatis
dan
tidak
menyenangkan. b) Hidupnya digerakkan oleh tujuan
49
Siswanto. Kesehatan Mental: Konsep, Cakupan dan Perkembangannya. (Yogyakarta: Penerbit ANDI, 2007) h. 155.
48
Individu yang sehat ternyata memiliki nilai-nilai hidup yang dipandang penting dan nilai-nilai tersebut diupayakan dan diperjuangkan terus menerus. Antara individu satu dengan yang lainnya mungkin nilai yang dianggap penting bisa berbeda-beda. Yang penting bukanlah isi nilai itu sendiri, tapi bagaimana nilai tersebut memberikan makna, arah, serta tujuan bagi kehidupan si individu. c) Persepsi yang objektif Persepsi dipahami sebagai bagaimana individu memaknai kejadian yang terjadi di sekelilingnya. Oleh karena itu persepsi seseorang dipengaruhi oleh dua hal, yaitu situasi atau kejadian yang menjadi bahan persepsi dan pengalaman hidup di masa lalu yang menjadikan situasi atau kejadian tersebut bermakna. d) Memiliki tanggung jawab kepada orang lain Individu yang sehat mampu menjalin relasi yang baik dengan lingkungan
sosialnya,
mampu
memberikan
diri
pada
lingkungannya, memberikan sumbangan yang dibutuhkan sesuai dengan kemampuan. Sebaliknya, individu yang tidak sehat tidak mampu memahami kebutuhan orang lain dan bahkan menarik diri dari kehidupan sosial. e) Kesempatan hidup sebagai tantangan, bukan ancaman Cara pandang individu sangat mempengaruhi derajat kesehatan mental. Individu yang mampu melihat kehidupan serta
49
kesempatannya yang diberikan oleh kehidupan sebagai suatu tantangan daripada suatu ancaman, akan mampu melihat kehidupan ini secara positif, dinamis, penuh warna dan gembira. 4) Indikator Sehat Secara Sosial Kesehatan sosial ialah perikehidupan di dalam masyarakat sedemikian rupa sehingga setiap warga Negara mempunyai cukup kemampuan untuk memelihara dan memajukan kehidupan sendiri serta
kehidupan
keluarganya
dalam
masyarakat
yang
memungkinkan bekerja, beristirahat dan menikmati hiburan pada waktunya. Apalah artinya badan sehat dan segala kebutuhan terpenuhi, tetapi tidak mempunyai teman untuk diajak bicara. Bukankah berbicara itu merupakan kebutuhan batin seseorang dalam mengungkapkan perasaan, Dalam hidup bermasyarakat kita tidak mungkin menghindar begitu saja. Sebab, pada hakekatnya kita di samping makhluk individu juga sekaligus makhluk sosial. Jadi, agar dianggap sehat secara sosial kita harus pandai-pandai beradaptasi dengan lingkungan di mana kita berada. Setiap tempat atau negara sulit diukur dan sangat tergantung pada kultur, kebudayaan dan tingkat kemakmuran masyarakat setempat. Dalam arti yang lebih hakiki, sehat secara sosial adalah suasana kehidupan berupa perasaan aman damai sejahtera, cukup
50
pangan, sandang dan papan. Dalam kehidupan yang sejahtera, masyarakat hidup tertib dan selalu menghargai orang lain serta masyarakat umum.
BAB III GAMBARAN UMUM BALAI BESAR REHABILITASI BNN LIDO BOGOR JAWA BARAT
A. Sejarah Berdirinya Balai Besar Rehabilitasi BNN Sejarah penanggulangan bahaya Narkotika dan kelembagaannya di Indonesia dimulai tahun 1971 pada saat dikeluarkannya Instruksi Presiden Republik Indonesia (Inpres) Nomor 6 Tahun 1971 kepada Kepala Badan Koordinasi Intelijen Nasional (BAKIN) untuk menanggulangi 6 (enam) permasalahan nasional yang menonjol, yaitu pemberantasan uang palsu, penanggulangan
penyalahgunaan
narkoba,
penanggulangan
penyelundupan, penanggulangan kenakalan remaja, penanggulangan subversi, pengawasan orang asing. Berdasarkan Inpres tersebut Kepala BAKIN membentuk Bakolak Inpres Tahun 1971 yang salah satu tugas dan fungsinya adalah menanggulangi bahaya narkoba. Bakolak Inpres adalah sebuah badan koordinasi kecil yang beranggotakan wakil-wakil dari Departemen Kesehatan, Departemen Sosial, Departemen Luar Negeri, Kejaksaan Agung, dan lain-lain, yang berada di bawah komando dan bertanggung jawab kepada Kepala BAKIN. Badan ini tidak mempunyai wewenang operasional dan tidak mendapat alokasi anggaran sendiri dari ABPN melainkan disediakan berdasarkan kebijakan internal BAKIN.
51
52
Pada masa itu, permasalahan narkoba di Indonesia masih merupakan permasalahan kecil dan Pemerintah Orde Baru terus memandang dan berkeyakinan bahwa permasalahan narkoba di Indonesia tidak akan berkembang karena bangsa Indonesia adalah bangsa yang berPancasila dan agamis. Pandangan ini ternyata membuat pemerintah dan seluruh bangsa Indonesia lengah terhadap ancaman bahaya narkoba, sehingga pada saat permasalahan narkoba meledak dengan dibarengi krisis mata uang regional pada pertengahan tahun 1997, pemerintah dan bangsa Indonesia seakan tidak siap untuk menghadapinya, berbeda dengan Singapura, Malaysia dan Thailand yang sejak tahun 1970 secara konsisten dan terus menerus memerangi bahaya narkoba. Menghadapi permasalahan narkoba yang berkecenderungan terus meningkat, Pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR-RI) mengesahkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika dan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika. Berdasarkan kedua Undang-undang tersebut, Pemerintah (Presiden Abdurahman Wahid) membentuk Badan Koordinasi Narkotika Nasional (BKNN), dengan Keputusan Presiden Nomor 116 Tahun 1999. BKNN adalah suatu Badan Koordinasi penanggulangan narkoba yang beranggotakan 25 Instansi Pemerintah terkait. BKNN diketuai oleh Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Kapolri) secara ex-officio. Sampai tahun 2002 BKNN tidak mempunyai personel dan alokasi anggaran sendiri. Anggaran BKNN diperoleh dan dialokasikan dari Markas Besar Kepolisian Negara Republik Indonesia
53
(Mabes Polri), sehingga tidak dapat melaksanakan tugas dan fungsinya secara maksimal. BKNN sebagai badan koordinasi dirasakan tidak memadai lagi untuk menghadapi ancaman bahaya narkoba yang makin serius. Oleh karenanya berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 17 Tahun 2002 tentang Badan Narkotika Nasional, BKNN diganti dengan Badan Narkotika Nasional (BNN). BNN, sebagai sebuah lembaga forum dengan tugas mengoordinasikan 25 instansi pemerintah terkait dan ditambah dengan kewenangan
operasional,
mempunyai
tugas
dan
fungsi:
1.
mengoordinasikan instansi pemerintah terkait dalam perumusan dan pelaksanaan kebijakan nasional penanggulangan narkoba; dan 2. mengoordinasikan pelaksanaan
kebijakan
nasional
penanggulangan
narkoba. Mulai tahun 2003 BNN baru mendapatkan alokasi anggaran dari APBN. Dengan alokasi anggaran APBN tersebut, BNN terus berupaya meningkatkan kinerjanya bersama-sama dengan BNP dan BNK. Namun karena tanpa struktur kelembagaan yang memilki jalur komando yang tegas dan hanya bersifat koordinatif (kesamaan fungsional semata), maka BNN dinilai tidak dapat bekerja optimal dan tidak akan mampu menghadapi permasalahan narkoba yang terus meningkat dan makin serius. Oleh karena itu pemegang otoritas dalam hal ini segera menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2007 tentang Badan Narkotika Nasional, Badan Narkotika Provinsi (BNP) dan Badan
54
Narkotika
Kabupaten/Kota
(BNK),
yang
memiliki
kewenangan
operasional melalui kewenangan Anggota BNN terkait dalam satuan tugas, yang mana BNN-BNP-BNKab/Kota merupakan mitra kerja pada tingkat nasional, provinsi dan kabupaten/kota yang masing-masing bertanggung jawab kepada Presiden, Gubernur dan Bupati/Walikota, dan yang masing-masing (BNP dan BN Kab/Kota) tidak mempunyai hubungan struktural-vertikal dengan BNN. Merespon perkembangan permasalahan narkoba yang terus meningkat dan makin serius, maka Ketetapan MPR-RI Nomor VI/MPR/2002 melalui Sidang Umum Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPR-RI) Tahun 2002 telah merekomendasikan kepada DPR-RI dan Presiden RI untuk melakukan perubahan atas Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika. Oleh karena itu, Pemerintah dan DPR-RI mengesahkan dan mengundangkan UndangUndang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, sebagai perubahan atas UU Nomor 22 Tahun 1997. Berdasarkan UU Nomor 35 Tahun 2009 tersebut, BNN diberikan kewenangan penyelidikan dan penyidikan tindak pidana narkotika dan prekursor narkotika. Yang diperjuangkan BNN saat ini adalah cara untuk MEMISKINKAN para bandar atau pengedar narkoba, karena disinyalir dan terbukti pada beberapa kasus penjualan narkoba sudah digunakan untuk pendanaan teroris (Narco Terrorism) dan juga untuk menghindari kegiatan penjualan narkoba untuk biaya politik (Narco for Politic).
55
B. Kegiatan Penyuluhan Agama Islam Berbasis Kelompok di Balai Besar Rehabilitasi BNN. Metode pertama yang dipakai adalah metode religi inaba surayalaya dan yang kedua TC. Pada saat itu BNN membutuhkan tenaga pembimbing keagamaan, oleh Karena itu BNN akhirnya menarik orang dari pesantren suryalaya untuk ikut bergabung, akan tetapi semenjak tahun 2009 unit religi kegiatannya disatukan ke dalam program TC, jadi dalam program TC itu sudah terdapat sesi religius. 1. Terapi wudhu Terapi wudhu diterapkan pada residen setiap hari selama dilaksanakannya shalat lima waktu. Terapi wudhu ini terdiri dari wudhu sunnah dan wudhu wajib, wudhu sunnah ialah wudhu yang dilakukan pada saat shalat waktu dan wudhu wajib ialah wudhu yang dilaksanakan pada saat mandi wajib. Semua residen diteliti cara wudhunya, apakah wudhunya sempurna atau tidak. Sebelumnya di detox satu persatu residen ditanya apakah dia seorang muslim taat atau bukan, lalu residen ditanya perihal bacaan wudhu beserta wudhu niat, bacaan dan semuanya. Setelah hadits tentang wudhu, bagaimana caranya wudhu sempurna untuk menarik minat mereka, karena sebelumnya mereka tidak pernah shalat apalagi wudhu jadi diniatkan lagi supaya mereka cinta dengan shalat dan wudhu dikarenakan tidak pernah dekat lagi dengan agama.
56
2.
Kultum dan Tausiah Sebelum masuk ikut bergabung dengan kegiatan rehabilitasi di
Balai Besar Rehabilitasi BNN, di detox residen ditanya banyak hal terutama tentang tingkat pengetahuan agamanya. Hal ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana potensi keagamaan yang mereka miliki sebagai aset yang perlu dikembangkan. Jika sudah tahu residen mana yang memiliki potensi besar dalam mendalami agama, maka residen yang memiliki kemampuan diharuskan untuk memberikan kultum di setiap malam selasa setelah magrib. Adapun tausiah yang disampaikan oleh penyuluh di waktu yang sama hanya saja setelah residen memberikan kultum. Kegiatan ini bertujuan untuk membangkitkan kembali rasa keagamaannya yang telah hilang, karena setelah mengkonsumsi narkoba residen kurang dekat dengan Allah SWT. 3.
Tadarus Al-Qur’an Membaca Al-qur’an bersama-sama di waktu setelah magrib sampai
isya dilakukan secara bersama-sama. Membaca dipimpin oleh salah satu residen kemudian diikuti oleh residen lainnya. 4.
Kaligrafi Adanya seni kaligrafi untuk para residen bertujuan untuk mengasah
kemampuan residen dalam seni sekaligus mengenal agamanya sendiri. Kegitan ini berlangsung setiap minggu di malam kamis setelah magrib hingga isya.
57
5.
Membaca surat Yasin Tentang keutamaan membaca yasin ini telah diriwayatkan oleh
Abu Ya’la dari Abu Hurairoh bahwa Rasulullah saw bersabda,”Siapa yang membaca surat yasin pada suatu malam maka pada pagi harinya ia dalam keadaan diampuni. Siapa yang membaca hamiim yang didalamnya disebutkan ad dukhan maka pada pagi harinya ia dalam keadaan diampuni.” Ibnul Jauzi pun menyatakan bahwa seluruh jalan hadits ini adalah batil yang tidak memiliki dasar. Didalam hadits-hadits yang menyatakan pembacaan yasiin pada suatu malam—meskipun sebagiannya lemah atau bahkan maudhu’— disebutkan secara mutlak atau tidak ada pengkhususan pembacaannya pada malam-malam tertentu, seperti malam jum’at atau malam lainnya. Hal itu sejalan dengan hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Abu Hurairoh dari Nabi saw bersabda, ”Janganlah kamu mengkhususkan malam jum’at dengan suatu qiyam (shalat malam) diantara malam-malam lainnya. Janganlah kamu mengkhususkan hari jum’at dengan puasa tertentu diantara hari-hari lainnya kecuali apabila hari itu bertepatan dengan puasa salah seorang diantaramu.” 6. Nonton Bareng Nonton bareng merupakan program yang dilakukan secara rutin pada malam sabtu di waktu setelah magrib hingga Isya. Isi tontonan meliputi “khazanah” yang membahas berbagai macam-macam persoalan berdasarkan Al-Qur’an dan hadits. Setelah itu diadakannya sesi tanya
58
jawab. Para residen tampak sangat menikmati kegiatan tanya jawab yang dilangsungkan selama satu jam ini. Nonton Bareng adalah salah satu strategi, resien diajak tanpa harus mendapat paksaan. Menggunakan metode ini cukup jitu untuk memberikan pengetahuan, pemahaman dan menarik minat residen untuk lebih mencintai dan memperdalam agama Islam. C. Deskripsi Penyuluh Agama Islam di Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido Bogor Jawa Barat. Dalam penyuluhan agama Islam dengan pendekatan berbasis kelompok ini pembimbing agama bertugas untuk menyampaikan pesanpesan keagamaan berupa materi-materi agama. Pembimbing agama diposisikan sebagai perawat spiritual karena pendekatan yang digunakan aspek spiritual, melalui disiplin psikoterapi religius. Tenaga pembimbing di Balai Besar Rehabilitasi BNN secara keseluruhan ada 5 orang, 4 ustadz dan 1 ustadzah. Dari jumlah tenaga pembimbing yang ada keseluruhan bukan lulusan penyuluh, rata-rata merupakan alumni dari perguruan tinggi Universitas Suryalaya di Tasikmalaya Jawa Barat dan satu orang lulusan dari fakultas Syariah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Mereka di beri kesempatan oleh pihak BNN untuk bekerjasama dalam perawatan religius pada residen korban penyalahgunaan Narkoba. Metode inaba di beberapa tempat rehabilitasi narkoba banyak diterapkan sebagai bentuk atau salah satu cara pemulihan ketergantungan
59
Narkoba, maka dari itu BNN memakai metode yang sama kemudian menjalin kerjasama dengan pesantren Suryalaya Tasikmalaya Jawa Barat. Dalam
metode
inaba
ini
masih
menggunakan
metode
konvensional, seperti praktik ibadah, fiqih, sejarah islam, tausiah, terapi wudhu dan lain-lain sebagai bentuk penyuluhan agama Islam dengan pendekatan berbasis kelompok yang diberikan melalui program religius session. D. Deksripsi Residen Sampel dalam penelitian ini peneliti mengambil 4 residen, keseluruhan merupakan residen yang sudah menjalani rehabilitasi dalam tahap re-entry. Tahap ry-entry merupakan tahap dimana residen sedang dalam masa penyesuaian akhir dan telah memasuki tahap rekonsiliasi sebelum memasuki ke tahap bina lanjutan dan back to family. Residen umumnya telah menjalani rehabilitasi dari bulan Septeber 2013 dengan masa pemulihan yang berbeda-beda tergantung dari tingkat kecanduan dan keinginan untuk pulih dari ketergantungan Narkoba. E. Visi dan Misi Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido Bogor Jawa Barat VISI : Menjadi Pusat Rujukan Nasional Pelaksanaan Rehabilitasi Bagi Penyalahguna dan/atau Pecandu Narkoba Secara Profesional. MISI : 1. melaksanakan pelayanan secara terpadu rehabilitasi medis dan sosial bagi penyalahguna dan/atau pecandu narkoba;
60
2. memfasilitasi pengkajian dan pengembangan rehabilitasi; 3. melaksanakan pelayanan program wajib lapor pecandu; 4. memberikan
dukungan
informasi
dalam
rangka
pelaksanaan
pencegahan, pemberantasan, penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba. F. Dasar Hukum, Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi 1. Dasar hukum Balai Besar Rehabilitasi BNN sudah tertera dalam dasar hukum, yakni : a. Undang-Undang Narkotika Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. b. Peraturan Presiden RI Nomor 23 Tahun 2010 tentang Badan Narkotika Nasional. c. Peraturan
Kepala
Badan
Narkotika
Nasional
Nomor
:
PER/03/V/2010/BNN tentang Organisasi dan Tata Kerja (OTK) Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia. d. Peraturan
Katua
Badan
Narkotika
Nasional
Nomor
:
PER/02/XI/2007/BNN tanggal 15 November 2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Terapi dan Rehabilitasi BNN. e. Instruksi Presiden No. 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. G. Sumber Daya a. Kelengkapan Sumber Daya Pelayanan Kesehatan
61
1. Dokter umum yang sudah dilatih menangani korban NAPZA 2. Perawat 3. Psikiater (sebagai konsultan) 4. Psikolog 5. Peksos 6. Pembimbing Keagamaan 7. Sopir 8. Satpam b. Kelengkapan Sumber Daya Pelayanan Rehabilitasi Sosial 1. Tenaga Pelayanan Resos a) Peksos, 1:5 dengan klien (Rasio) b) Psikolog c) Pembimbing agama d) Infrastruktur keterampilan e) Pendidik/Guru 2. Tenaga Administrasi a) Tenaga TU b) Tenaga perpustakaan c) Bendahara d) Pembina asrama e) Juru masak f) Tukang kebun g) Satpam
62
h) Pesuruh i) Sopir 3. Sarana dan Prasarana a) Gedung Perkantoran b) Guest House c) Asrama Residen d) Asrama Staff e) Ruang Kelas f) Sarana Ibadah (Masjid, Gereja, Vihara) g) Sarana Olahraga (Futsal, Basket, Bulutangkis, Bilyard, Fitness Center) h) Sarana Kesehatan (ICU, Laboratorium Klinik, Radiologi, Dental Unit, Apotik, VCT, CD 4 unit, USG, EEG, Ambulance) i) Sarana broadcasting (Radio, audio, dan video) j) Sarana Percetakan dan Sablon k) Laboratorium Komputer l) Perpustakaan 4. Dana a) Dana dari Orang Tua Klien b) Subsidi Pemerintah c) Donatur/masyarakat
BAB IV DAMPAK PENYULUHAN AGAMA ISLAM DENGAN PENDEKATAN BERBASIS KELOMPOK TERHADAP RESIDEN DALAM PEMULIHAN KETERGANTUNGAN NARKOBA DI BALAI BESAR REHABILITASI BNN LIDO BOGOR JAWA BARAT
A. Deskripsi Informan 1. pembimbing a. Jajang Gunawan Ustadz Jajang Gunawan adalah seorang pembimbing agama yang lahir di Bogor 25 Febuari 1978. Beliau merupakan lulusan sebuah universitas Islam di Tasikmalaya yakni di Suryalaya dengan mengambil studi dakwah di Fakultas Dakwah. Ustadz Jajang telah bergabung di Balai Besar Rehabilitasi hampir 5 tahun dari tahun 2009. “Saya sudah 5 tahun disini, jadi sejak awal berdiri eeee…tahun 2007 ada dua metode yang dipakai disini untuk merehabilitasi para korban narkoba. Yang kesatu metode yang dipakai adalah metode religi innaba surayalaya, yang kedua TC. Karena BNN minta pihak suryalaya untuk ikut bergabung maka saya ditasik kesini untuk menjadi unit religi, tapi semenjak tahun 2009 unit religi kegiatannya disatukan di TC jadi hanya ada satu program tapi masih berbasis religi, karena TC itu ada 4 struktur 5 pilar disitu ada religius setion di waktu-waktu shalat fardhu saja dan kegiatan di magrib sampai isya”1 Beliau sehari-hari memberi kegiatan bimbingan agama rutin pada religious session setiap hari di waktu shalat dan kegiatan rutin keagamaan setelah Magrib sampai Isya. Beliau berharap dalam setiap kegiatannya 1
Wawancara dengan Jajang (ketua), Bogor, 12 Maret 2014.
63
64
membawa
kebaikan
dan
berdampak
positif
terhadap
kondisi
keberagamaan residen. b. Ustadzah Musciner Ustadzah Musciner lahir di Serang 15 april 1979, berasal dari Tasikmalaya Jawa Barat. Beliau telah menjadi pembimbing agama di Balai Besar Rehabilitasi BNN selama satu tahun berkat sang suami yakni Ustadz Jajang yang telah lebih dahulu menjadi pembimbing di Balai Besar Rehabilitasi BNN. “Baru satu tahun. Sebelumnya suami dulu disini yang udah kerja 5 tahun. Waktu itu disini belum ada ustadzah femalenya disini. sebelumnya dulu saya di pesantren Suryalaya Tasikmalaya. Habis itu langsung kontrak dan melamar gak usah ikut residensial karena gak ada pembimbing agama disini. Kalo pembimbing nasrani mah ada, nah kalo yang muslim gak ada makanya saya gabung ke BNN sekalian ikut suami”2 Status sebagai PHL tidak menyurut langkahnya untuk mengemban amanah dan dakwah pada residen. Meskipun dalam praktik dilapangan Ustadzah Musciner sering mengalami banyak kendala tapi itu tidak menjadi masalah, dengan niat yang tulus untuk membantu residen kembali ke fitrahnya. Ustadzah Musciner merupakan pembimbing agama satu-satunya yang ada di unit female (residen khusus wanita) yang bekerja sendiri kegiatan keagamaan yang ada di tempat tersebut. Dalam proses penyuluhan ini ustadzah merasa bertanggung jawab dalam merubah
2
Wawancara dengan Musciner (pembimbing), Bogor, 12 Maret 2014.
65
perilaku mereka, terutama yang masih belum bisa shalat, mengaji , wudhu bahkan hingga berdoa. 2. Residen Tabel 1
No
Nama
Usia
1
RN
33 tahun
Gambaran Informan Pekerjaan Pendidikan terakhir Karyawati DI
Masa rehabilitasi Re-Entry
sekretaris 2
NS
15 tahun
Pelajar
SMKN
Re-Entry
3
SS
33 tahun
Tidak Bekerja
SMA
Re-Entry
4
YI
28 tahun
Wiraswasta
SMP
Re-Entry
a. Informan 1 RN, usia 33 Tahun asal bekasi, dia seorang lulusan D1 sekretaris yang telah menjalani masa rehabilitasi di Balai Besar Rehabilitasi BNN pada bulan September 2013. Dari hasil wawancara dapat diketahui bahwa RN telah mengkonsumsi Narkoba selama 13 tahun dari tahun 2000. Dilahirkan dari keluarga yang sederhana, tinggal bersama kakak-kakaknya di daerah bekasi. RN telah mengkonsumsi narkoba jenis shabu-shanu, inex dan ganja sebagai bentuk proyeksi untuk mengatasi rasa streessnya3, disamping itu akibat pergaulan yang salah akhirnya RN menjadi ketergantungan narkoba.
3
Wawancara dengan RN (residen), Bogor, 14 Maret 2014.
66
“Saya masuk sini bulan September. Awalnya eeee waktu itu kakak saya dijebak sama temennya dia dikirimin paket yang ternyata isinya ternyata ekstasi , nah orang BNN dateng ke rumah sama tukang pos nah pas dateng ke rumah dipanggil saksi RT sama RW untuk membuka paket itu. ya otomatis yang tinggal di rumah kakak saya ya waktu itu kan diperiksain satu persatu .nah waktu itu kebagian kamar saya diperiksa terus ada plastik shabu kosong, eee tapi karena saya ada hubungannya sama narkoba akhirnya ya udah kakak bawa dibawa ke BNN ,saya juga dibawa karena kan waktu itu polisi semua kira-kira yang ada keterkaitan sama narkoba di bawa ke BNN jadi saksi statusnya. Eeehhh, nah terus pas seminggu di BNN udah saya di BAP dan memang saya gak ada keterkaitan dengan paket itu kan. Saya positif narkoba , ya terus udah saya kurabg bukti kuat ya udah saya akhirnya di lepas, di BNN udah ok. Tapi karena kakak-kakak saya yang lain eehhh kecewa lah yaaa sama saya akhirnya ya udah saya diputuskan untuk masuk sini.”4 RN masuk ke Balai Besar Rehabilitasi dikarenakan adanya kiriman paket dari teman kakaknya lewat sebuah jasa pengiriman, diketahui bahwa polisi telah mempelajari kasus pengiriman paket yang telah sampai di rumah RN. Setelah diperiksa oleh bantuan RW dan RT isi dalam paket tu positif berisi narkoba. Saat penggeladahan oleh polisi dilakukan RN kebetulan menyimpan plastik shabu (isinya sudah terpakai) setelah itu dia diperiksa dan masuk BAP. Kakak-kakaknya merasa kecewa dan atas keputusan bersama RN dimasukkan ke Balai Besar
Rehabilitasi
untuk
menjalani
masa
pemulihan
dari
ketergantungan narkoba. Menurut kakak RN, dia memang harus direhab.
4
Wawancara dengan RN (residen).
67
RN merasa setelah menjalani rehabilitasi, kesehatannya mulai membaik baik jasmani dan rohani. Ia merasa kehidupannya kembali berjalan normal dan sebagaimana mestinya, kini ia mulai menata kembali hidup dan mulai mengenal kembali agama. Menurut penulis RN sudah memiliki kepercayaan dirinya kembali setelah di rehab enam bulan lamanya di Balai Besar Rehabilitasi BNN. b. Informan 2 NS, berusia 15 tahun berasal dari Sanggau Kalimantan Selatan. NS merupakan pelajar yang terjun juga di dunia entertainment sebagai DJ hampir setiap malam. NS lahir dari keluarga yang berantakan (broken home). NS telah menggunakan narkoba jenis kokain, key, ganja, inex , shabu, dan apetamin selama 4 tahun . Menurut keterangan NS saat diwawancara sebelum masuk dan bergabung di Balai Besar Rehabilitasi BNN dia sebelumnya masuk rehabilitasi di Wisma sirih Pontianak Kalimantan Selatan. ”Pertamanya aku itu gak disini, aku di wisma sirih Pontianak eeee terus sabtu mingguan di wisma sirih, gabungan di RSC cuman waktu itu aku make udah tiga hari gak pulang akhirnya papaku manggil intel akhirnya suruh nangkep aku dimasukan ke wisma sirih. Di wisma sirih itu aku ketemu sama staf disini, namanya sister Niza mantan residen juga. Terus aku mau masuk sini, tapi ada imbalan disini, kayak kado gitu”5 Sebelum masuk ke wisma sirih, Ayah NS melakukan pencarian dengan bantuan intel dan dipaksa pulang karena NS memakai barang haram tersebut selama 3 hari berturut-turut tidak pulang ke rumah juga
5
Wawancara dengan NS (residen), Bogor, 14 Maret 2014.
68
tidak memberikan kabar pada keluarganya6. Di Wisma Sirih itu dia bertemu dengan staf bagian female yang pernah menjadi mantan residen kemudian di rujuk ke Balai Besar Rehabilitasi BNN dan mulai masuk pada bulan September 2013. NS merasa dia sangat beruntung bisa masuk Balai Besar rehabilitasi BNN, karena ditempat tersebut dia bisa melakukan sosialisasi dengan yang lain, mengenal banyak orang, hidup lebih sehat dan memiliki tujuan hidup yang lebih terarah dibandingkan dengan kehidupannya dulu sebelum di rehabilitasi. NS mulai kembali mengenal Agama Islam, diungkapkan bahwa dirinya dulu sama sekali tidak pernah melakukan shalat dan membaca Al-qur’an, saat menjalani rehabilitasi sedikit demi sedikit NS mulai mencintai agamanya, bahwa belajar agama Islam itu Indah dan asik.7 Menurut penulis, NS masih memiliki cita-cita dan harapan yang panjang, terlebih usianya yang masih belia. Hal ini ditandai saat wawancara yang bersangkutan menyebutkan rencana-rencana yang akan dilakukan setelah dia keluar dari tempat rehabilitasi. c. Informan 3 SS, lahir di Jakarta 26 Febuari 1981. Berasal dari Jakarta dan pernah kuliah di beberapa Unversitas dan terakhir duduk di bangku kuliah semester 4 YAI di Salemba Jakarta. SS lahir dari keluarga yang harmonis dan berkecukupan, dikarenakan masalah atau problem akibat
6 7
Wawancara dengan NS (residen) Ibid.,
69
di putuskan oleh sang pacar maka ia mulai mencoba memakai narkoba hingga ketergantungan selama 17 tahun lamanya. “sepetember, aaa,,,ee, ya terus terang aja aku masuk sini ya karena ketangkep polisi. Gitu kan ya, diwilayah peredaran narkoba gitu yah dan ternyata setelah di tes urine dan ternyata positip. Eee dan memang aku sudah dinyatakan sebagai pemakai, dan kalo pemakai biasanya dimasukin rehab dibandingkan dengan menjalani proses hukum kemudian proses hukum berjalan dan akhirnya masuk ke rehabilitasi BNN ini. Gitu”8 SS mengaku pernah beberapa kali berhenti memakai narkoba akan tetapi tidak mengkuti proses rehabilitasi.9 Suatu ketika SS berada di wilayah peredaran narkoba di salah satu tempat di Jakarta, polisi datang dan digerebek. SS positif telah menggunakan narkoba lewat proses tes urine kemudian masuk BAP. Lewat proses itu SS akhirnya diputuskan menjalani rehabilitasi pada bulan September. Setelah menjalani rehabilitasi SS merasa bangga dan mensyukuri semuanya, bahwa dengan direhabilitasi di Balai Besar Rehabilitasi BNN ia telah bersih dan pulih dari ketergantungan narkoba. Menurut penulis SS begitu memiliki keinginan besar untuk berhenti total untuk mengkonsumsi narkoba. Pengalamannya sebagai pecandu selama 17 tahun telah merubah banyak hidupnya, dengan alasan itulah setelah keluar dari Balai Rehabialitasi BNN dia akan mengikuti OJT(On Job Training) untuk melatih keterampilannya setelah berbaur bersama masyarakat nanti.
8 9
Wawancara dengan SS (residen),Bogor, 14 Maret 2014. Ibid.,
70
d. Informan 4 YF, lahir di Medan 6 Mei 1985 seorang single parent memiliki tiga orang anak. Masuk rehabilitasi pada bvulan Agustus 2013 atas kemauan sendiri (Volunteer). YF mengaku kenal narkoba dari temantemannya dan alasannya karena masalah pribadi mengakibatkan salah pergaulan. Mengkonsumsi Shabu-shabu dan Inex YF mengaku tak pernah merasakan sakaw, hanya efek-efek kecil seperti badan kurus dan selera makan yang berlebihan ketika putus zat (saat tidak memakai). “alasan aku masuk sini jujur ya aku udah capek yah sama hidup yang gak beraturan hidup yang hitam hidup yang eee dihantui dengan rasa bersalah semuanya bercampu. Dan aku masuk sini karena aku volunteer yaa mau sendiri. Gak ada paksaan dari orang lain”10 YF merasa senang dan mendapatkan keberuntungan bisa masuk ke Balai Besar Rehabilitasi BNN karena bisa bertemu dengan temanteman dan orang-orang yang membentuk kepribadiannya. Ia juga mengaku tidak mau lagi terjerumus ke dunia hitam karena selalu diliputi rasa berdosa yang sangat besar terutama merasa dosa pada kedua orang tuanya dan Allah swt. YF setelah keluar berencana akan mengikuti OTJ (On Job Training). 11 Menurut penulis, YF merupakan orang yang memiliki keinginan besar untuk berhenti dari ketergantungan narkoba. Hal ini ditandai dengan masuknya YF secara sukarela tanpa paksaan. Alasannya 10 11
Wawancara dengan YF(residen), Bogor, 15 Maret 2014. Ibid.,
71
karena YF sudah memiliki momongan, dia merasa malu, malu pada orang tua maupun pada anak-anaknya. B. Kegiatan Penyuluhan Agama Islam Dengan Pendekatan Berbasis Kelompok di BNN Ketika BNN di dirikan pada tahun 2007 maka bimbingan agama itupun lahir. Kegiatan religi bersanding dengan kegiatan TC yang keduanya merupakan program penting yang dijadikan sebagai salah satu metode untuk pemulihan ketergantungan residen terhadap narkoba.12 Metode pertama yang dipakai adalah metode religi innaba surayalaya dan yang kedua TC. Pada saat itu BNN membutuhkan tenaga pembimbing keagamaan, oleh Karena itu BNN akhirnya menarik orang dari pesantren suryalaya untuk ikut bergabung, akan tetapi semenjak tahun 2009 unit religi kegiatannya disatukan ke dalam program TC, jadi dalam program TC itu sudah terdapat sesi religius. 1. Terapi wudhu Terapi wudhu diterapkan pada residen setiap hari selama dilaksanakannya shalat lima waktu. Terapi wudhu ini terdiri dari wudhu sunnah dan wudhu wajib, wudhu sunnah ialah wudhu yang dilakukan pada saat shalat waktu dan wudhu wajib ialah wudhu yang dilaksanakan pada saat mandi wajib. Semua residen diteliti cara wudhunya, apakah wudhunya sempurna atau tidak. Sebelumnya di detox satu persatu residen
12
Wawancara dengan jajang (ketua), Bogor, 12 Maret 2014.
72
ditanya apakah dia seorang muslim taat atau bukan, lalu residen ditanya perihal bacaan wudhu beserta wudhu niat, bacaan dan semuanya. Setelah hadits tentang wudhu, bagaimana caranya wudhu sempurna untuk menarik minat mereka, karena sebelumnya mereka tidak pernah shalat apalagi wudhu jadi diniatkan lagi supaya mereka cinta dengan shalat dan wudhu dikarenakan tidak pernah dekat lagi dengan agama. 13 2. Kultum dan Tausiah Sebelum masuk ikut bergabung dengan kegiatan rehabilitasi di Balai Besar Rehabilitasi BNN, di detox residen ditanya banyak hal terutama tentang tingkat pengetahuan agamanya. Hal ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana potensi keagamaan yang mereka miliki sebagai aset yang perlu dikembangkan. Jika sudah tahu residen mana yang memiliki potensi besar dalam mendalami agama, maka residen yang memiliki kemampuan diharuskan untuk memberikan kultum di setiap malam selasa setelah magrib. Adapun tausiah yang disampaikan oleh penyuluh di waktu yang sama hanya saja setelah residen
memberikan
kultum.
Kegiatan
ini
bertujuan
untuk
membangkitkan kembali rasa keagamaannya yang telah hilang, karena setelah menkonsumsi narkoba residen kurang dekat dengan Allah SWT. 3. Tadarus Al-Qur’an
1313
Wawancara dengan Musciner (pembimbing).
73
Membaca Al-qur’an bersama-sama di waktu setelah magrib sampai isya dilakukan secara bersama-sama. Membaca dipimpin oleh salah satu residen kemudian diikuti oleh residen lainnya. 4. Kaligrafi Adanya seni kaligrafi untuk para residen bertujuan untuk mengasah kemampuan residen dalam seni sekaligus mengenal agamanya sendiri. Kegitan ini berlangsung setiap minggu di malam kamis setelah magrib hingga isya. 5. Membaca surat Yasin Tentang keutamaan membaca yasin ini telah diriwayatkan oleh Abu Ya’la dari Abu Hurairoh bahwa Rasulullah saw bersabda,”Siapa yang membaca surat yasin pada suatu malam maka pada pagi harinya ia dalam keadaan diampuni. Siapa yang membaca hamiim yang didalamnya disebutkan ad dukhan maka pada pagi harinya ia dalam keadaan diampuni.” Ibnul Jauzi pun menyatakan bahwa seluruh jalan hadits ini adalah batil yang tidak memiliki dasar. 14 Didalam hadits-hadits yang menyatakan pembacaan yasiin pada suatu malam—meskipun sebagiannya lemah atau bahkan maudhu’— disebutkan secara mutlak atau tidak ada pengkhususan pembacaannya pada malam-malam tertentu, seperti malam jum’at atau malam lainnya.
14
Tulisan diatas diambil dari website eramuslim, lebih lengkap bisa dilihat di website:http://www.eramuslim.com/ustadz-menjawab/keutamaan-membaca-suratyaasin.htm#.UzVRzPmSxK0 diakses pada tanggal 28 maret 2014 pukul 17.44 wib
74
Hal itu sejalan dengan hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Abu Hurairoh dari Nabi saw bersabda,”Janganlah kamu mengkhususkan malam jum’at dengan suatu qiyam (shalat malam) diantara malam-malam lainnya. Janganlah kamu mengkhususkan hari jum’at dengan puasa tertentu diantara hari-hari lainnya kecuali apabila hari itu bertepatan dengan puasa salah seorang diantaramu.” 6. Nonton Bareng Nonton bareng merupakan program yang dilakukan secara rutin pada malam sabtu di waktu setelah magrib hingga Isya. Isi tontonan meliputi “khazanah” yang membahas berbagai macammacam persoalan berdasarkan Al-Qur’an dan hadits. Setelah itu diadakannya sesi tanya jawab. Para residen tampak sangat menikmati kegiatan tanya jawab yang dilangsungkan selama satu jam ini. 15 Nonton Bareng adalah salah satu strategi, resien diajak tanpa harus mendapat paksaan. Menggunakan metode ini cukup jitu untuk memberikan pengetahuan, pemahaman dan menarik minat residen untuk lebih mencintai dan memperdalam agama Islam. C. Hasil penelitian a. Kegiatan Penyuluhan Agama Islam Dengan Pendekatan Berbasis Kelompok (Religious Session) Setelah dilakukannya pengambilan data melalui wawancara dan observasi langsung ke tempat penelitian, maka diperoleh hasil
15
Observasi lapangan di Balai Besar Rehabilitasi BNN, Bogor, 23 November 2013.
75
analisis dampak penyuluhan Agama Islam dengan pendekatan berbasis kelompok dalam pemulihan ketergantungan Narkoba. Pembinaan akhlak residen dibentuk kegiatan religious session atau kegiatan penyuluhan agama Islam yang dibentuk untuk perbaikan akhlak dan mengenal kembali agama Islam. Kegiatan ini dilaksanakan setiap hari senin- minggu pada pukul 05.00-19.45 WIB (untuk agama islam dilaksanakan pada jam-jam shalat 5 waktu dan untuk agama non Islam menyanyikan lagu atau puji-pujian). Kegiatan ini dilaksanakan oleh residen dan staf yang ada di Unitra. Pada awalnya BNN menerapkan 2 metode yang dipakai dalam proses pemulihan ketergantungan narkoba yakni TC & religious Session, masing-masing metode merupakan kegiatan yang berdiri sendiri. Namun pada tahun 2009 kegiatan religious session dianggap tidak efektif dan jam waktu yang selalu bentrok dengan TC. Maka dari itu tahun 2009 religious session disatukan dengan metode TC. Sedangkan menurut keterangan Ustad Jajang : “ tahun 2007 ada dua metode yang dipakai disiniuntuk merehabilitasi para korban narkoba. Yang kesatu metode yang dipakai adalah metode religi innaba surayalaya, yang kedua TC. Karena BNN minta pihak suryalaya untuk ikut bergabung maka saya di tasik kesini untuk menjadi unit religi, tapi semenjak tahun 2009 unit religi kegiatannya disatukan di TC jadi hanya ada satu program tapi masih berbasis religi, karena TC itu ada 4 struktur 5 pilar disitu ada religious session di waktu-waktu shalat fardhu saja dan kegiatan di magrib sampai isya.”16
16
Wawancara dengan Jajang (ketua).
76
Dari semua kegiatan yang disebutkan, semua kegiatan dilaksakan dengan tepat waktu sesuai dengan pengawasan dari pihak-pihak BNN, hal ini ditujukan untuk melatih kedisiplinan dan tanggung jawab pada dirinya sendiri maupun pada kepercayaannya. Diharapkan dalam setiap program residen mampu sehat secara rohani maupun sehat secara spiritual. Menurut ibu ustadzah Musciner: “ kalo itu saya kasih terapi wudhu, kan kalo di Islam kan ada terapi wudhu, ada wudhu sunnah wudhu wajib. Kalo wudhu sunnah ada mandi wajib kan kalo wanita ada tuh mandi besar selepas datang bulan,yang kedua wudhu wajib yaitu wudhu saat mau melaksanakan shalat. Semua residen diteliti cara wudhunya apakah wudhunya sempurna atau tidak kayak anak sekolahan aja gitu gak pernah ngerjainkan satu-satu diperhatiin. Di detox saya tanya apakah residen itu muslim bener atau enggak, saya tanya tau bacaan wudhu atau enggak satu-satu dites bacaan wudhu niat, bacaan dan semuanya. Habis itu dikasih hadits tentang wudhu, bagaimana caranya wudhu sempurna jadi buat menarik mereka juga kan mereka gak pernah shalat apalagi wudhu jadi diniatkan lagi supaya mereka cinta dengan shalat dan wudhu soalnya kan gak pernah dekat lagi dengan agama. Selain itu saya ajarkan juga doa-doa pendek, doa bacaan niat shalat, masuk nushala dan lainnya biar mereka tahu. Hanya saja setiap waktu shalat itu singkat karena disini kan yang ditekankan kan program TC. Ada juga kegiatan dari magrib ke isya. Malam Selasa ada kultum dari residen dan ada juga tausiah dari saya abis itu kadang kana da anak yang pengen sharing sama saya yaudah itu dipakai juga buat sharing. Malam Rabu tadarus dari Al-qur’an yang ayat pendek dan ayat panjang. Malam kamis kaligrafi, maksudnya kan biar gak bosen kan kalo dikasih tausiah mah suka bosen. Malam Jum’at yasinan sama membaca Alfatihah, mendoakan yang sakit, mendoakan yang meninggal dll. Malam sabutu itu ada nonton saya ambil dari tayangan khazanah biar gak bosen kan kalo tayangan atau nonton bareng lebih efektif” 17 Menurut penulis, dari keterangan Ustadzah Musciner bisa kita peroleh keterangan bahwa dalam kegiatan religious session adanya
17
Wawancara dengan Musciner (pembimbing).
77
ikhtiar sosialisasi aqidah, ukhuwah Islamiah, ta’awwun dan sholat. Suatu cara dalam meningkatkan jiwa keberagamaan pada tiap-tiap residen. Semua kegiatan dilakukan secara teratur dan dilaksanakan dengan tepat waktu, setiap hari senin sampai jum’at dibawah pengawasan para ustadz dan ustadzah, dan saat weekend dilakukan secara mandiri diawasi oleh staf. Berikut petikan wawancara ustadzah musciner: “misalnya bareng-bareng baca asmaul husna, bacaan tasbi, shalat, kaligrafi, tuasiah, kultum dan nonton. Itu sudah terjadwal dari senin samapi minggu”18 Semua residen memiliki banyak potensi yang sangat potensial untuk dikembang dikemudian hari, hanya perlu pembinaan yang intensif dan ditanamkan rasa kepercayaan diri. “mmm…aaa…macam-macam sih ya, kayak ada musik, marawis, terus lukis, komputer, broadcasting, ada juga di bidang agama juga kayak misalkan ada yang pernah ikut MTQ kabupaten ada juga memang dia dirumahnya punya majlis taklim jadi bisa tausiah, kayak kita aja sih Cuma bedanya mereka ketergantungan obat aja”19
Menurut penulis dari keterangan Pak Ustad Jajang , para residen memang memiliki banyak bakat yang potensial. Hal ini diperkuat dengan keterangan dari ustadzah Musciner: “jadi sebelumnya saya ngajarin doa belajar, tadinya gak bisa hafal terus hafal. Batu sebegitu kerasnya bisa berubah, apalagi akal kalo diasah terus mah bisa. Residen yang udah hafal 18 19
Wawancara dengan Musciner (pembimbing). Wawancara dengan Jajang (ketua)
78
doanya maka saya suruh bimbing teman-temannya , jadi bakatnya itu. Kalo keterampilan itu di TC, kalo keterampilan keagamaan disini”20 Metode pengembangan bimbingan dan keterampilan bagi residen yang digunakan dalam kegiatan-kegiatan di Balai Besar Rehabilitasi BNN cukup beragam, meskipun keberadaan religious session sudah tidak berdiri sendiri dan menginduk pada program TC. Berikut petikan wawancara ustadzah Musciner: “kalo biasanya selain kaligrafi pas ada mau lombalomba, lomba puisi, lomba baca Al-qur’an itu baru latihan satusatu. Metodenya latihan, dilatih satu-satu baru dilombakan sama anak male”21 Menurut penulis kegiatan-kegiatan yang dikembangkan memang banyak, seperti Terapi wudhu, membaca asmaul husna, dll perlu pengulangan agar bisa masuk dalam hati sanubari residen. Dengan metode latihan berkali-kali diyakini mampu memberikan asupan rohani yang cukup besar. Karena latihan mampu meningkatkan kecakapan dalam praktik ibadah. Selain memberikan program religious session lewat kegiatankegiatan yang sudah dirancang oleh bagian keagamaan, ada pula bentukbentuk penyuluhan agama yang lain misalnya membuat jargon, menulis hadits-hadits, dll yang bentuknya tulisan untuk mempermudah pemahaman residen.22
20
Wawancara dengan Jajang (ketua) Ibid., 22 Wawancara dengan ustadzah Musciner (pembimbing) 21
79
Program ini tidak akan berjalan dengan baik jika tidak adanya kesadaran residen dalam mengikuti berbagai program yang sudah di bentuk oleh Balai Besar Rehabilitasi BNN. Setelah penulis observasi dan wawancara dengan residen, kegiatan ini memiliki pengaruh yang amat besar pada kesehatan rohani , jasmani. Berikut petikan wawancara : “yah eee bersyukur gua masih punya Tuhan dalam agama gue. Sempet nyokap sama bokap pisah aku ngikut ke orang Kristen prostenstan jadi aku ikut agama itu sampe sebelum disinilah. Sebelum kesini namanya shalat tuh gue gak pernah jadi kayak gak punya agama. Tapi sekarang aku disini, gue malah ngerasain apa yahhh…eeee enak gitu belajar agama Islam itu. Aku banyak tanya sama ustadzah, ustadzah nya juga baik siap dengerin apa yang aku tanya dan siap menjawab dan aku banyak banget dapet pembelajaran tentang nabi” Menurut penulis, penilain residen terhadap kegiatan penyuluhan agama Islam dengan beragam kegiatan ini cukup memberikan dorongan positif. Muncul kemauan yang besar untuk berubah, serta sembuh dari kecanduan narkoba. Biasanya residen tidak hanya memilki masalah dengan kecanduannya saja, akan tetapi ada juga masalah lain seperti masalah keluarga hingga asmara. Lewat kegiatan-kegiatan penyuluhan agama ini setidaknya memberikan pikiran yang positif terhadap hidupnya, merubah cara pandang, dan mampu berserah diri akan semua masalah. 23 Selain itu banyak diantara residen tidak mampu berdoa dengan baik dan benar, atau bahkan sama sekali tidak mau berdoa. Kondisi inilah yang mengharuskan kerja keras agar mampu menarik minat untuk lebih dekat lagi kepada tuhan24. Berkat kerjasama residen, kini hampir semua
23 24
Wawancara dengan ustadzah Musciner (pembimbing) Wawancara dengan Jajang. (ketua)
80
residen mampu melakukan kegiatan berdoa tanpa harus disuruh. Kegiatan itu sebetulnya mendorong residen untuk terus dekat dengan Allah SWT sebagai bentuk pemulihan ketergantungan narkoba
b. Dampak Penyuluhan Agama Islam Terhadap Residen Dengan Pendekatan Berbasis Kelompok Pada Pemulihan Ketergantungan Narkoba Setelah
direhabilitasi
di
Balai
Besar
Rehabilitasi
kondisi
kesehatannya berangsur-angsur membaik, baik kesehatan fisik, kesehatan mental spritual, psikis maupun kesehatan sosial. Program TC maupun program Penyuluhan agama Islam saling mengisi
untuk
pemulihan ketergantungan narkoba pada residen.
Tujuannya agar mantan pecandu narkoba bisa hidup lebih produktif, layak, serta mandiri di masyarakat nanti. Untuk mencapai tujuan tersebut harus melewati masa rehabilitasi yang lumayan panjang demi menyandang predikat “sehat”. Seorang residen dikatakan sehat harus melewati beberapa tahap rehabilitasi. Pertama residen harus masuk ke detoxifikasi (penanganan putus zat dengan terapi simptomatik selama 2 minggu. Setelah itu Entry (fase stabilitasi pasca putus zat 2 minggu) kemudian masuk ke masa rehabilitasi yakni Primary dengan mengikuti rehabilitasi TC (Therapeutic Community) dan religious session. Dan fase terakhir rehabilitasi adalah Re-Entry (Terapi lanjutan TC dan vokasional).
81
1. Dampak pada kesehatan fisik dan Mental spiritual Sesuai dengan visi misi penyuluh agama, yakni untuk membangun kehidupan yang layak, manusiawi, normatif, produktif, mandiri, serta membangun kecerdasan mental spiritual dengan membangun jiwa-jiwa melalui nilai-nilai keimanan, maka penyuluhan agama Islam adalah sebagai bentuk rehabilitasi untuk menyadarkan residen mengenai hakikat hidup di dunia dengan beribadah kepada Allah SWT. Jika sudah menyadari arti penting agama dalam dirinya, otomatis akan sehat juga pada fisiknya. Akan lebih menghargai pada dirinya sendiri, menghargai orang lain, menghargai kesehatan badan sendiri karena sudah faham bahwa raganya adalah titipan dari maha pencipta. Dampak penyuluhan agama Islam telah dirasakan oleh residen di Balai Besar Rehabilitasi BNN setelah di rehab selam 6 bulan dan masuk ke masa Re-Entry (masa rekonsiliasi) RN mengaku dia sehat secara fisik, berikut petikan wawancara dengan salah satu residen : “eee…kalo secara fisik sih sehat kalo Cuma disini tuh enggak ada istilah sembuh ya buat pengguna narkoba ada juga pulih. Kalo pulih itu seumur hidup, dibilang sakit kita pas pemakaian baru itu dimain sakit. ada. Kalo dari jasmani yaaaa, normal yah. Sebelum pemakaian ya saya kayak sekarang ini terus dari rohani yaaaa emang sih satu karena dikondisikan, kedua karena ada rasa penyesalan waktu-waktu kemaren itu ibaratnya ya udahlah kapan lagi, mumpung dikondisikan . akhirnya otomatis rasa dosa itu datang sendiri dari jiwa sendiri, ya udah apalagi disini jauh dari keluarga, jauh dari orang yang kita sayangin, terus tekanantekanan disini otomatis mendekatkan diri kita sama Tuhan. Ya udah ngadunya sama Tuhan bukan sama yang laen, jadi gak ibaratnya nasib yang aku rasain sekarang ”25
25
Wawancara dengan RN (residen)
82
Menurut penulis setekah diamati, RN juga menyadari apa yang telah dia lakukan, kesalah besar apa yang telah merenggut masa depannya. Jauh dari keluarga dan adanya tekanan-tekanan yang dialaminya selama rehabilitasi membuatnya dekat dengan Tuhan, mampu shalat lima waktu dengan baik dan tepat waktu. Serta selalu berdoa mendekatkan diri kepada Allah SWT. Sama halnya dengan RN, SS juga merasa kesehatannya berangsurangsur membaik. Setelah menjalani masa rehabilitasi 6 bulan, SS mampu meyakini bahwa dirinya telah sehat secara fisik dan mental spiritual. “.eee, signifikan sih enggak. Tapi kemajuan memang ada, sekarang saya lebih mensyukuri semua-mua yang saya punya sekarang. Gitu. Sekarang saya sadar banget apapun disyukuri sama Tuhan, apapun yang saya punya bisa diambil sekejap mata sama Tuhan, apapun tentang kesehatan saya sekarang semuanya rencana Tuhan, Saya dulu ada niatan ingin berenti dari narkoba, terus saya ketangkap dan masuk sini juga itu kehendak Tuhan. Jadi ada hikmahnya, saya bukan ini banget sama agama gitu ya, eee tapi saya kahirnya percaya apalagi saya percaya tempat ini rumah doa juga gitu, saya sehat disini percaya atau enggak ya, di minggu-minggu pertama saat putus zat ( di detox) pada sakit-sakit sakaw apalah, saya gak ngerasa sakit sampe kayak gitu tapi tetep ada memang, ada pengaruh gitu. Saya kan make bukan setahun dua tahun saya flashback dulu ya, dulu-dulu kalo saya berenti itu badan saya sakit sampe gimana banget, ngilu-ngilu, perut sakit semuanya deh pokoknya. Untuk lepas dari kecanduan itu badan ngerasa sakit kayak disiksa, sekarang Alhamdulillah gampang banget lancarrrr bangett. Tapi di bulan pertama rehabilitasi saya susah tidur, tapi saya membandingkan dulu-dulu padahal dibantu obat dari ahli , tapi terkadang saya gak terbatu. Ketika rehab disini saya merasa ee jalannya dibikin lancer, dibikin mudah. Jadi saya makin merasa bersyukur lagi gitu”26
26
Wawancara dengan SS (residen)
83
Berdasarkan petikan wawancara diatas, bisa disimpulkan bahwa SS percaya akan adanya Tuhan. Proses masuknya SS ke tempat rehabilitasi karena dia faham akan konsep keajaiban, ketuhanan dan kepercayaan terhadap agamanya. Dengan begitu SS mampu berhenti dari rasa sugesti untuk mengkonsumsi kembali narkoba. Sekarang SS lebih bersyukur akan hidupnya, merasa bangga dengan apa yang diperoleh sekarang tanpa menyesali masa lalunya yang penuh dengan dosa setelah 17 tahun lamanya berkecimpung di dunia hitam. 27 Hal serupa juga diungkapkan oleh NS, seorang remaja yang telah mencandu narkoba selama 4 tahun. Menurutnya, setelah direhabilitasi di BNN dengan metode religius dia merasa sehat. “kalo rohani nya yah eee bersyukur gua masih punya Tuhan dalam agama gue. Sempet nyokap sama bokap pisah aku ngikut ke orang Kristen prostenstan jadi aku ikut agama itu sampe sebelum disinilah. Sebelum kesini namanya shalat tuh gue gak pernah jadi kayak gak punya agama. Tapi sekarang aku disini, gue malah ngerasain apa yahhh…eeee enak gitu belajar agama Islam itu. Aku banyak tanya sama ustadzah, ustadzah nya juga baik siap dengerin apa yang aku tanya dan siap menjawab dan aku banyak banget dapet pembelajaran tentang nabi. Kalo jasmani(fisik), aku pertama-tamanya aku ngerasa sakit disini, tapi aku pikir-pikir lagi ini juga buat kebaikan aku. Yang aku rasain eeee kesell, sama orang tua juga gituh. Terus banyak yang aku rasain lama kelamaan aku jadi kangen sama orang tua merasa bersalah banget tapi disisi yang lain nyokap gua punya salah sama gua. Mau memperbaiki itu. Kalo fisik ituuuu penyakit pada numbuh semua, yaa muncul kayak lambung aku sakit baru tahu juga aku ada asam urat yang tinggi banget 3,3. Terus kayak apaaa…eeee masih kayak ngerasain sugesti pengen make lagi”28
27 28
Wawancara dengan SS (residen) Wawancara dengan NS (residen)
84
Menurut penulis, NS dalam masa putus zat beberapa kali mengalami sakaw, serta sakit yang timbul akibat putus zat. Akan tetapi dia mampu melalui fase itu dengan kuat, karena dia sadar bahwa rasa sakit akibat putus zat adalah kebaikan bagi dia untuk mencapai kesembuhan sesuai harapannya maupun harapan orang-orang di sekelilingnya. Kemudian NS lebih dekat dengan Allah SWT, NS juga merasa tertolong dengan adanya ustadzah yang mampu membantu memecahkan problematika sehari-harinya. Berbeda dengan RN, SS dan NS. YF hanya menjawab singkat. YF sudah merasa sehat. Sebelumnya YF belum pernah merasakan sakaw, sedangkan informan lain sudah merasakau sakaw. Selain itu YF merasa dirinya begitu sehat, berikut petikan wawancaranya: “banget, aku lebih menghargai agamaku sendiri, aku lebih percaya akan adanya kekuatan doa dan aku percaya Tuhan itu pasti hidup dan tau yang terbaik buat aku kalo kita yakin insyaallah doa kita bakalan terkabul. Kalo jasmani aku ngerasa banyak perubahan dari sisi jasmani aku. Ketika masuk sini pertama kali aku kurus –kurus banget tapi sekarang timbangan aku 79 kilo. Sehat banget-banget-banget. Karena kalo aku gak pake shabu aku bawaan makan terus jadi ya itu. Sekarang aku mau nikmatin hidup aja sih, aku dikasih semuanya dikasih anugerah orang tua masih lengkap , ada anak biarpun suami gak ada tapi aku bisa memotivasi diri aku. Aku gak boleh pesimis, harus optimis. Sekarang aku mikirin jodoh, aku dua kali gagal berumah tangga dan aku sekarang buat orang tua dulu deh dan diri sendiri”29 Dari petikan wawancara diatas, YF merasakan lebih dekat dengan Allah SWT. YF makin sering berdoa dan mulai memakai hijab sebagai
29
Wawancara dengan YF (residen)
85
komitmen awal menjadi insan yang lebih baik.
30
YF sekarang telah ada
di tahap Re-Entry dan dia lebih optimis pada hidupnya. 2. Dampak pada kesehatan psikis Persamaan ciri individu yang sehat secara psikis atau mental, yaitu individu tersebut hidup di saat ini, bukan masa lalu; hidupnya digerakkan oleh tujuan, memiliki persepsi yang objektif, memiliki tanggung jawab terhadap orang lain serta melihat kesempatan dalam hidup sebagai tantangan, bukan ancaman. Seseorang yang sehat psikisnya sudah sehat mampu memulihkan kembali kehidupannya, dalam artian dia terbebas dari masa lalunya. Selain
memberikan praktik ibadah agama Islam pada residen,
Penyuluhan agama Islam juga memberikan pemahaman akan tanggung jawab, persepsi yang objektif agar residen mampu menjadi insan yang lebih baik lagi. Berikut petikan wawancara informan 1: “ya waktu awal-awal aku merasa gagal,bimbang, kecewa, tapi pas udah masuk bulan ke dua udah mulai nerima. Ngerasa enjoy kok”31 RN adalah infroman 1 yang diwawancarai, menurut penulis dari hasil wawancara bisa diketahui jika RN sudah merasakan pulih dalam psikisnya. RN juga dalam bertindak selalu dalam pertimbangan. 32 Informan selanjutnya NS, selama direhabilitasi di BNN merasa lebih baik. Hal itu ditunjukkan dengan bertingkah laku baik, 30
Obeservasi lapangan di Balai Besar Rehabilitasi BNN, Bogor tanggal 14 maret 2014. Wawancara dengan RN (residen) 32 Ibid., 31
86
mematuhi semua peraturan yang ada dan ada rasa optimis serta percaya pada diri sendiri. Berikut petikan wawancara dengan informan 2: “eeee….pertamanya disini, ada tahap-tahap di sini nih. Banyak aturan dan pembelajaran dihukum. Habis dari dikasih pembelajaran itu aku udah kapok banget dan kesananya mulus-mulus aja. kalo kecewa ya masih, kecewa…kecewa itu apa yah kecewa sama siapa gitu. Tapi aku berpikir lagi oh aku yang salah aku harus diperbaiki terus aku sedih gitu kangen sama orang tua kangen banget aku tuh di visit sama orang tua dalam 6 bulan ini Cuma sekali. Ya soalnya aku sempet pernah di younger pernah kabur, mau coba kabur disitu aku ditangkep dan dibawa kesini. Terus aku mau keluar dan mulai program lagi, disitu staf ngasih aku kompensasi tapi harus ada komitmen, disitu aku tulis komitmen nya , kalo begitu lagi aku ngelakuin hal yang sama aku siap dikasih hukuman,di hair cut , dikasih pembelajaran. Dari situ aku berpikir dual kali untuk bertindak karena komitmennya sangat luar biasa, aku kangen sama orang tua tapi jarang di visit dan Cuma bisa nelpon doang 2 minggu sekal ”33 Menurut pengamatan penulis, NS sudah sehat secara psikis. Dia
mampu
berkomitmen
pada
dirinya
sendiri
dengan
mempertimbangkan semua tindakan negatifnya. Responden selanjutnya informan 3, SS. SS ini merupakan pecandu yang cukup lama berkecimpung di dunia narkoba. Sebelumnya SS seorang pecandu yang pernah berusaha untuk berhenti dari ketergantungan narkoba, namun dengan kesadaran sendiri tanpa dibantu oleh ahli medis. SS mengaku pada penulis bahwa dirinya sudah mampu sehat secara psikis, berikut petikan wawancara dengan SS: 33
Wawancara dengan NS (residen).
87
“ya kalo menurut saya, kalo saya membandingkan perilaku saya sebelumnya, saya berusaha mengikuti peraturan yang ada. Waktu awal-awal, waktu di detox saya masih belum ikut kegiatan rehabilitasi masih masa detoxifikasi (putus zat) disitu memang masih ada,apa yah reaksi-reaski negative, transisi,ya namanya juga pengaruh pikiran saya segala macem,stress dan saya itu tunjukan. Saya sempet marah-marah, dari yang tadinya kehidupannya bebas lalu terkungkung. Minggu pertama sempet seperti itu yak an, eeee dan lagi pada saat itu saya merasa perlakuan yang dilakukan ke saya gak dapet penjelasan apa-apa gitu, jadi sayapun ada rasa gak menerima, ada rasa saya benar pada saat itu. Terus terang memang waktu itu ada pemicunya, terus terang waktu itu saya abis denger lagu yang sedih banget…saya pengen pulang cari perhatian sama yang lain dengan cara marah-marah, nangis, ngamuk, dikunciin, waktu itu saya denger lagu Ayah dan kebetulan lagi sendirian. Tadinya kan saya bertiga, yang dua udah lanjut ke program jadi tiba-tiba di detox itu saya sendirian. Mungkin saya bertindak sebagai seorang “saya” yang pecandu yaa yang kalo pengen sesuatu cari perhatiannya dengan cara yang negative seperti itu yang kayak nangis,marah-marah, tapi kalo inget-inget lagi saya malu juga ya apalagi umur aku udah gak muda lagi.”34 Menurut penulis, SS sudah sehat secara psikis. Dirinya menyadari kesalahannya ketika awal masuk ke Balai Besar Rehabilitasi BNN. SS tidak mampu mengendalikan emosi dan berakhir dengan marah-marah. Suatu ketika SS sempat masuk ruang isolasi saat masuk ke tahap pertama yakni di detoxifikasi, saat itu pemicunya adalah dia sedang rindu dengan suasana rumah. 35 Selain itu SS begitu percaya diri ketika penulis menanyakan apakah dia masih sering gagal, kecewa dan bimbang. SS menjawab dengan lugas dan percaya diri. Berikut petikan wawancara:
34 35
Wawancara dengan SS (residen). Ibid.,
88
“Alhamdulillahnya enggak, banyak hal yang aku dapet disini. Banyak orang lain yang nasibnya seberuntung saya gitu-gitu sih. Tapi apa yah, ya udah deh yang dulu-dulu gak usah diinget. Aku bukan tipe orang yang menyesali masa lalu, kebetulan aku orangnya kayak gitu.”36 Informan 4, YF mengungkapkan pada penulis bahwa dirinya pun merasa sehat secara psikis dengan bertingkah laku baik selama rehabilitasi dan berlaku optimis dengan memperbaiki semua attitudenya. Berikut petikan wawancara dengan YF: “disini tempat orang buat salah, gak ada orang yang mau masuk sini. Tapi aku disini aku mengembangkan attitude aku, jadi ibaratnya kesalahan yang aku buat diliyar aku bayar disini dan belajar itu gak gampang. Jadi.eee belum seberapalah hukuman yang biasa aku terima disini, masih ringan itu. Itu hukuman bertahun-tahun yang aku lakukan ke mama papa dan 6 bulan disini. itubelum clear bagi aku dan apapun aku harus terima kondisinya nanti. pastilah ada, kalo semakin kita larut dalam perasaan itu kita gak akan growth gak akan bangkit, udah tutup masa lalu dan sekarang aku bangga dengan diri aku siapa sih yang mau masuk rehab ? dan aku bisa menjalani pemulihan disini dan banyak banget manfaat yang aku dapet. Bisa deket lagi dengan keluarga aku aku deket sama kakak aku, dan Alhamdulillah abang aku masuk sini di rehab juga. Dia make udah lama, Cuma aku gak pernah mau ngomong sama orang tua aku, aku sistemnya mereka biar tahu dari mulut orang jangan dari mulut aku. Akhirnya masuk sendiri. Dengan memperoleh pembelajaran disini ya aku gak mikir dampak nya apa impact nya apa diluar gitu sih. Aku maunya sekarang aku gak mikir nanti apa yang akan terjadi yang penting aku enak. Aku peroleh yang aku mau hari ini, nanti nya ya bodok amat”37 Menurut
penulis,
YF
sekarang
sudah
mampu
mempertimbangkan semua hal yang akan dilakukan, terlebih hal-hal yang negatif. Dia mampu memproteksi dirinya dengan sugesti-
36 37
Ibid., Wawancara dengan YF (residen)
89
sugesti yang positif, salah satunya ingat akan orang tua. YF memilki keinginan membahagiakan orang disekitarnya, hal ini sejalan dengan pendapat Rusmin Tumanggor. Rusmin tumanggor mengatakan dalam teorinya, orang yang disebut sehat secara psikis yakni bebas dari rasa gagal dan sudah mencapai kematangan dalam berbagai hal. Bebas dari rasa gagal, pertentangan batin, kecemasan dan tekanan yaitu bebas dari ketidakmampuan mengatasi rasa gagal, melahirkan pikiran yang baik dalam situasi pertentangan batin, sumber
yang mencemaskan dan tekanan
bersangkutan kehidupannya
didatangi
oleh
sehari-hari.
batin, jika
sumber-sumber Kematangan
tersebut
yaitu
yang dalam
terdapatnya
kematangan dalam melakukan sesuatu sikap dan tingkah laku itu dijalankan penuh pertimbangan. Hemat penulis, penyuluhan agama Islam dengan pendekatan berbasis kelompok mampu mengubah perilaku dan mencapai kesehatan secara psikis. 3. Dampak pada kesehatan Sosial Selain dampak pada kesehalatan pada fisik, mental spiritual dan psikis pada penyuluhan agama Islam dengan pendekatan berbasis Kelompok Pada Pemulihan Ketergantungan Narkoba, terdapat pula dampak pada kesehatan sosial yang mencakup adjustment (Penyesuaian Diri) dan otonomi. Sejauh mana residen mampu untuk tidak bergantung pada orang lain atau bertanggung jawab atas dirinya sendiri dan mampu
90
mandiri secara mental. Pecandu narkoba sebelum melalui masa rehabilitasi tidak mampu untuk mandiri bahkan tingkat produktivitasnya rendah. Hubungan sosial dengan orang lain pun tidak seimbang. Adjusment yaitu seseorang harus mampu menyesuaikan diri terhadap dirinya sendiri, sosial budaya, dan agama yang dianutnya. Otonomi (Berdiri Sendiri), adalah selalu bersifat mandiri atas segala tugas-tugas atau kewajiban yang menjadi bebannya, tanpa suka memikulkan beban-bebannya kepada orang lain dalam kondisi yang tidak terpaksa, dan dalam hal ini yang tidak diketahui/ atau terpikil dapat ditanyakan atau dimintakan bantuan orang lain. Penulis menanyakan kedua hal tersebut saat wawancara berlangsung. Berikut petikan wawancara dengan informan 1 RN : “iya, alesannya ya itu awalnya saya gini yah. Disini kan ada namanya single ya buat meng create kita buat kasih stimulus. ya pokoknya bener-bener nih kita lagi belajar diuji kesabaran. Soalnya kalo kepancing sama single pasti kita bakalan balik ngamuk, single nya dari residen juga. Ada yang jadi single ada yang jadi head, kalo single kerjaanya ngomel-ngomel, kalo ga sabar kita kepancing yaaa… sempet waktu itu aku nangis, tapi aku jadi sadar bahwa disini itu aku harus belajar dan tanggung jawab sama diri sendiri dengan permasalahan disini, jalan keluarnya gimana. Karena disini gak bisa minta tolong sama siapa kita gak bisa, jadi kita diajarin untuk berdiri di kaki diri sendiri. kayak sekarang ini nih aku jadi re –entry pas primary aku dikondisikan diarahin gitu kan, apa-apa ditegor, dikasih tekanan lah. Nah di reentry ini kita eeee lagi di gini-in lagi, lagi kita penyesuaian lagi karena kita kan ma pulang jadi di bikin gak kaku .kalo re-entry itu pendewasaan , belajar untuk dewasa, kalo di primary disuruhsuruh, di tegor dulu lah kalo di re-entry tanpa harus diarahin udah jalan sendiri. Ngatur waktu ngatur diri sendiri. Tapi kadang baru naik re-entry ada namanya orientasi, jadi ibarat kalo sekolah mah kita lagi ditatar jadi semuanya saya yang ngerjain. Ibarat kata ,
91
pokoknya apa yang kita lakukan diluar itu dibales disini dan belajar menghargai orang.”38 Menurut hemat penulis RN sudah berusaha untuk belajar mandiri tanpa bantuan orang lain. Saat wawancara RN juga mengemukakan ketika dalam keadaan kecanduan dia tidak dapat mengendalikan diri dan selalu menyusahkan orang lain dalam berbagai hal terutama saudarasaudaranya.
39
Dia juga belajar untuk menghargai hasil kerja keras orang
lain. Untuk penyesuaian diri (adjustment) RN mengemukakan dalam petikan wawancara sebagai berikut: “ya Alhamdulillah sejauh ini bisa yah. Gotong royong berbagi , boarpun ada satu atau dua orang yang bikin kita kesel tapi ya kita berusaha empati ajalah”40 Menurut penulis, RN telah melakukan adjusment dengan baik . Dia berusaha mengeluarkan rasa empatinya terhadap sesama residen, staf dan personel Balai Besar Rehabilitasi lainnya. Informan 2 yakni NS mengemukakan bahwa dia juga sudah bisa menyesuaikan diri dan telah melaksanakan otonomi dengan baik, berikut petikan wawancara dengan NS: “udah banyak deketin diri yaaa, karena mereka lah yang nolong gue merekalah yang ngebantu pemulihan. banyak komunikasi aja sih, awalnya mah canggung masihmasa bodoh dulu. mandiri masih dikit sih ter follow up nya itu, tapi aku kan sekarang udah bisa dikasih uang itu kan ya kalo udah ke minimarket akau takut dimarahin jadi apa yang aku butuhin ya aku beli. Eee, kadang sama-sama ya kadang barengan tergantung aku butuhnya aja”41
38
Wawancara dengan RN (residen) Ibid., 40 Ibid, 41 Wawancara dengan NS (residen) 39
92
NS berusaha untuk berkomunikasi dengan staf dan residen demi terciptanya hubungan yang baik diantara individu. NS mengaku sudah bisa mandiri hanya saja belum sepenuhnya bisa meyakini pada dirinya sendiri bahwa dia mampu untuk hidup secara otonomi. Menurut penulis pendapat NS dipengaruhi oleh usia NS yang masih belia, yakni 15 tahun. NS memiliki kecenderungan emosi yang berubah-rubah dan tidak stabil, maka dia belum bisa mengendalikan emosinya secara seimbang. SS informan ke 3 mengemukakan hal yang sama dengan dua informan sebelumnya. SS juga sudah mampu melakukan penyesuaian diri dengan staf maupun residen. Penyesuaian yang paling terpenting dengan pola di tempat rehabilitasi yang perlu adaptasi. “eee…semaksimal mungkin iya. Tetep ada bantuan dari orang lain, tak bisa dipungkiri support itu memang penting , motivasi dari pihak keluarga.kebetulan disini kan konsepnya kekeluargaan nih. kadang kalo feeling lagi sedih atau apa gitu saya ngerasa banget gitu, biarpun saya tipe orang yang mandiri tapi tetep saya ngerasa gitu dengan ketika saya pengen ngomong dan orang ngedenger aja saya seneng udah terhibur. Support ada gitu. kalo untuk masalah peraturan-peraturan itu menyesuaikan diri dengan pola disini misalnya jadwal rutinnya, itungan cepet ya . minggu pertama saya udah bisa adaptasi ya, tapi ya itu dia masalah kebiasaan aku yang masih perilaku ya yang negatif mulai cara ngomong, sinis, ya jadi kepribadian, habit misalnya, kebiasaan buruk masalah bercanda gitu-gitu deh dan habit-habit lain lah . kalo menurut saya dulu itu masalah sepele banget, itu memang masih terus berproses sampai detik ini. Tapi kalo adaptasi dengan pola dan lain-lain itu udah itungan cepet.”42 Menurut penulis SS berusaha semaksimal mungkin menekan emosi-emosi negatif yang ada pada dirinya, misalnya cara berbicara,
42
Wawancara dengan SS(residen)
93
kebiasaan dll yang telah dibawa ketika menjadi seorang pecandu. Itu diungkapkan dalam kalimat “ masih terus berproses samapai detik ini” . Informan ke 4 YF memiliki persepsi berbeda dengan ketiga responden diatas. Ketiga responden mengungkapkan sudah mampu mandiri atas dirinya sendiri tanpa bantuan orang lain, YF memiliki pendapat berbeda tentang kemandirian. Berikut petikan wawancaranya: “eeehh, sudah lah, dengan di detox aja aku dua minggu, malam takbiran aku di detox sendiri lebaran aku sendiri itu sulit banget pastinya yah makanya aku akhirnya bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan aku sendiri. Ibaratnya aku udah menyerahkan diri , ini loh aku mau berubah dengan segala resikonya aku akan jalani. Ya udah. kalo belajar mandiri aku belum yah, apa yah masih berpangku sama orang tua aku juga gak punya penghasilan. Tapi paling dapet dari usaha keluarga, pengen sih madiri tapi kalo aku misalnya aku mau gimana-gimana bisa nyarih jodoh tetus aku punya usaha . tapi sekarang nyari laki-laki yang bertanggung jawab susah apalagi aku dengan kondisi 3 orang anak. Tapi aku mikirnya orang tuaku masih mampu ngasih aku makan, orang tuaku masih mampu nyekolahin aku. Tuhan yang baik pasti ngasih aku jodoh yang baik, karena wanita yang baik pasti dikasih jodoh yang baik juga. Kalo aku baik dengan orangtuaku kalo aku baik dengan anak-anakku nanti Tuhan akan kasih yang terbaik buat aku. Mandiri tanpa bantuan orang lain juga aku bisa katakana sih belum, karena aku ngerasa aku masih butuh pertolongan, masih aku masih belum bisa mandiri. Bertahun-tahun aku make lalu disini aku jelas belum bisa mandiri dengan diri aku sendir ikayaknya.”43 Menurut hemat penulis YF mengungkapkan belum bisa mandiri dari segi finansial atau ekonomi. Dalam pengamatan penulis YF mampu mandiri dalam melakukan tugas-tugas di tempat rehabilitasi, dalam tahap re-entry YF sudah mampu berbaur melaksanakan tugas-tugasnya sebelum kembali
43
ke
keluarga.
Wawancara dengan YF (residen)
Sedangkan
untuk
penyesuaian
diri
YF
94
mengemukakan dengan lugas, dia sudah mampu menyesuaikan diri dengan baik terlebih YF mengikuti rehabilitasi dengan sukarela (volunteer) ke Balai Besar Rehabilitasi BNN.
c. Analisa SWOT pada lembaga yakni Strengths (kekuatan),Weakness (kelemahan), Opportunities (peluang) dan Threats (ancaman) SWOT adalah singkatan dari Strengths (kekuatan), Weaknesses (kelemahan), Opportunities (peluang) dan Threats (ancaman). “SWOT is an acronym for the internal Strengths and Weaknesses of a business and enviromental Opportunities and Threats facing that business.” 44 Adapun pengertian lain “Swot is an acronym for a company’s Strength, Weakness, Oppor, and Threats.”45 Jadi, SWOT adalah sebuah strategi yang mengevaluasi Strengths (kekuatan), Weaknesses (kelemahan), Opportunities (peluang) dan Threats (ancaman) di dalam bisnis. 1. Analisis sumber daya Salah satu kunci keberhasilan sebuah lembaga rehabilitasi dalam menjalankan proses rehabilitasinya, umumnya ditunjang oleh kualitas sumberdaya yang dimiliki. Oleh karena itu, penting bagi setiap lembaga untuk menjaga loyalitas tenaga bimbingan dan staf yang ada
44
John A, Pearce II dan Richard B. Robinson Jr.. Strategic Management,3rd ed.(USA : Richard D. Irwin, Illions, 1988)h. 292 45 Arthura A. Thompson dan A.J Strickland. Strategic management: concept and cases 7th ed. (New York: Richard d. Irwin, inc.1993)h.87.
95
sebab secara tidak langsung berperan serta dalam menentukan kemajuan proses rehabilitasi. Tabel 2 No
Faktor intern lembaga
Uraian Kondisi hasil analisis
1
Pelaksanaan Penyuluhan Agama Islam
2
Tenaga pembimbing dan staf
Minat dan sikap terhadap penyuluhan cukup baik . Kinerja personel pembimbing terhadap penanganan residen telah dilakukan secara baik. Perubahan sikap residen dari proses detox hingga re-entry mengalami perubahan yang cukup signifikan setelah di bantu penyuluhan agama Islam. Residen memiliki bakat-bakat yang potensial untuk dikembangkan, termasuk dalam bidang agama. Residen telah memiliki kepercayaan tinggi terhadap pembimbing dan dirinya sendiri. Minat dalam memanfaatkan fasilitas yang disediakan cukup baik. Pemanfaatan sarana dan prasarana serta perpustakaan baik. Pemanfaatan mushala dan masjid sebagai media pembelajaran sudah dilakukan tapi kurang intensif. Kuantitas tenaga pembimbing bagi residen male sudah memadai yakni 5 orang, sedangkan untuk female belum, yakni hanya 1 orang saja. Kulaifikasi staf dan pembimbing agama strata pendidikan D3 hingga S2 Pendidikan tenaga pembimbing agama sudah memenuhi syarat, lulusan universitas islam sebuah pesantren. Rata-rata kehadiran pembimbing agama dan staf 98 % dan berdisiplin tinggi.
5
Residen
Residen male lebih banyak dibandingkan residen female. Jumlah residen male sekitar 60 orang dan female 12 . Residen berasal dari berbagai daerah di Indonesia Residen memilki potensi cukjup besar untuk
96
No
Faktor intern lembaga
7
Peraturan dan tata tertib
10
Sarana rekreasi dan pengembangan bakat residen
Uraian Kondisi hasil analisis mengembangkan keterampilannya. pembimbing memiliki peraturan yang ketat bagi residen. Residen memilki pembagian hak yang jelas kedalam 3 fase yakni orientasi, intensif , resosialisasi dan fase pemantapan. Residen diberi kesempatan dalam kegiatan family outing dan static outing. Pengembangan bakat sesuai dengan potensi yang dimiliki masing-masing residen.
Sumber daya yang dijabarkan dalam bentuk tabel diatas merupakan sumber daya intern lembaga yakni faktor-faktor yang ada di lembaga tersebut. Sumber daya tersebut merupakan elemen penting dalam lembaga sebagai pusat dalam kegiatan rehabilitasi setiap harinya. Setelah menjabarkan factor intern, berikut ini faktor-faktor ekstern lembaga:
Tabel 3 No
Faktor ekstern lembaga
1
Teknologi
3
Sosial
4
Budaya
5
Pasar
Uraian Kondisi hasil analisis Memilki teknologi dan informasi yang lengkap, salah satunya memilki website : http://www.babesrehab-bnn.info Memilki kendaraan sendiri, berupa bis dan ambulance. Memiliki teknologi bimbingan yang cukup. Dukungan masyarakat terhadap keberadaan lembaga sudah baik. Masyarakat masih belum memilki kepercayaan yang besar terhadap lembaga. Budaya masyarakat masih tabu dengan narkoba dan pengetahuan yang kurang. Terbatasnya pengetahuan masyarakat terhadap religious session di BNN Intensitas promosi dan publikasi lewat berbagai
97
No
Faktor ekstern lembaga
Uraian Kondisi hasil analisis media, misal majalah yang dikeluarkan setiap bulan, iklan, penyuluhan, website dll. Meraih kepercayaan minat masyarakat terhadap lembaga.
Sumber daya ekstern adalah faktor-faktor yang berasal dari luar lembaga, faktor ekstern ini juga mempengaruhi dalam kegiatan rehabilitasi di Balai Besar Rehabilitasi BNN. Keberhasilan sebuah lembaga tidak bisa dibantu dengan sumber daya yang ada di dalam lembaga saja, akan tetapi dari luarpun amat mempengaruhi. 2. Analisis SWOT Setelah diketahui sumber daya yang adalah di lembaga, baik faktor intern maupun ekstern, maka bisa kita analisis SWOT yaitu Strengths (kekuatan), Weaknesses (kelemahan), Opportunities (peluang) dan Threats (ancaman). Masing-masing dijabarkan dalam bentuk tabel sebagai berikut: Tabel 4 Kekuatan ( Strength)
Kelemahan (Weakness)
1. Kualitas metode-metode bimbingan
1. Kuantitas pembimbing
2. Kenyamanan residen dalam bimbingan
2. Kesulitan-kesulitan teknis dalam
3. Kualitas bimbingan 4. Kualitas metode bimbingan
bimbingan 3. Kinerja pembimbing belum optimal 4. Pengembangan metode bimbingan
Peluang (Opportunities)
Ancaman ( Treaths)
1. Teknologi bimbingan
1. Stabilitas dana untuk bimbingan
2. Kepercayaan masyarakat
2. Kepercayaan masyarakat pada
3. Fasilitas
lembaga.
98
4. Kerjasama dengan lembaga lain
3. Kendala penanganan residen 4. Penurunan minat residen dalam bimbingan
Analisis seluruh faktor internal dan eksternal yang ada. Dari matriks tiga dapat dihasilkan empat macam strategi organisasi dengan karakteristiknya masing-masing, yakni sebagai berikut: 1. Strategi SO adalah strategi yang harus dapat menggunakan kekuatan sekaligus memanfaatkan peluang yang ada. 2. Strategi WO adalah strategi yang harus ditunjukkan untuk mengurangi kelemahan yang dihadapi dan pada saat yang bersamaan memanfaatkan peluang yang ada. 3. Strategi ST adalah strategi yang harus mampu menonjolkan kekuatan guna mengatasi ancaman yang mungkin timbul. 4. Strategi WT adalah strategi yang bertujuan mengatasi hambatan serta meminimalkan dampak dari ancaman yang ada. Berdasarkan permintaan berdasarkan pemetaan SWOT, berikut adalah hasil asumsi-asumsi startegi dalam pengembangan penyuluhan agama pada Balai Besar Rehabilitasi BNN: Tabel 5 INTERNAL
EKSTERNAL
Kekuatan (s ) S.1 kualitas metode-metode bimbingan S.2 Kenyamanan residen dalam bimbingan S.3 Kualitas bimbingan S.4 Kualitas metode bimbingan
Kelemahan (w) W.1 Kuantitas pembimbing W.2 Kesulitan-kesulitan teknis dalam bimbingan W.3 Kinerja pembimbing belum optimal W.4 Pengembangan metode bimbingan
99
Peluang ( O ) Asumsi strategi SO: O.1 Teknologi bimbingan O.2 Kepercayaan 1. Terciptanya kualitas-kualitas masyarakat metode bimbingan dengan O.3 Fasilitas ditunjang teknologi bimbingan. O.4 Kerjasama dengan 2. Kenyamanan residen dalam lembaga lain bimbingan menciptakan kepercayaan masyarakat pada lembaga. 3. Terwujudnya kualitas bimbingan ditunjang dengan fasilitas yang lengkap. 4. Kualitas metode bimbingan dapat ditingkatkan dengan bekerjasama dengan lembaga lain. Ancaman ( t ) T.1 Stabilitas dana untuk bimbingan T.2 Kepercayaan masyarakat pada lembaga. T.3 Kendala penanganan residen T.4 Penurunan minat residen dalam
Asumsi strategi ST 1. Kualitas metode bimbingan yang aik dapat menurunkan dampak kendala penanganan residen. 2. Kenyamanan residen dalam bimbingan dapat mempengaruhi dampak penurunan minta residen dalam bimbingan. 3. Kualitas bimbingan dapat meningkatkan stabilitas dana bimbingan . 4. Kualitas metode bimbingan dapat menekan penurunan kepercayaan masyarakat pada lembaga.
Asumsi strategi WO: 1. Kuantitas pembimbing ditanggulangi oleh kepercayaan masyarakat. 2. Kesulitan-kesulitas teknis dalam bimbingan ditanggulangi oleh fasilitas. 3. Kinerja pembimbing belum optimal ditanggulangi oleh teknologi bimbingan. 4. Lemahnya pengembangan metode bimbingan ditanggulangi dengan kerjasama bersama lembaga lain. Asumsi strategi WT 1. Memperkecil lemahnya kuantitas pembimbing dapat menghindar kendala penanganan residen 2. Memperkecil kesulitankesulitan teknis dalam bimbingan dapat mengurangi penurunan minat residen dalam bimbingan 3. memperkecil kurangnya kinerja pembimbing yang belum optimal dapat menghindari penurunan kepercayaan masyarakat pada lembaga. 4. Memperkecil lemahnya pengembangan metode bimbingan dapat meningkatkan stabilitas dana untuk bimbingan.
Berdasarkan analisis lingkungan internal dan eksternal lembaga maka dapat diformulasikan alternatif strategi yang dapat dilaksanakan. Formulasi strategi ini dilakukan dengan alat analisis SWOT. Berdasarkan
100
hasil analisis matriks SWOT, maka alternatif yang dapat diperoleh adalah sebagai berikut: 1. Strategi S.O a. Bekerjasama dengan lembaga lain Mengadakan workshop, temu lapangan, dan diklat untuk pembimbing dapat meningkatkan kulaitas pembimbing dalam kegiatan penyuluhan agama Islam dengan pendekatan berbasis kelompok agar kualitas rehabilitasi tercapai. Antar pembimbing dan staf terjalin kerjasama yang baik membentuk team work yang kuat dan mampu memecahkan berbagai permasalahan rehabilitasi secara bersama-sama. b. Meningkatkan kepercayaan masyarakat Lembaga hendaknya lebih memperhatikan respon masyarakat terhadap lembaga, apakah lembaga sudah memberikan kepercayaan yang baik atau belum dalam merehabilitasi korban ketergantungan narkoba. Hal ini perlu diketahui untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan Balai Besar Rehabilitasi BNN dalam menangani residen sebagai bahan evaluasi untuk perbaikan kualaitas lembaga. Diharapkan masyarakat mampu percaya dan yakin serta tidak merasa was-was dalam merehabilitasi kerabat terdekatnya ke Balai Besar Rehabilitasi BNN. 2
Strategi WO
a. Kuantitas pembimbing
101
Saran saya agar jumlah pembimbing agama ditambah, idealnya 1:3. Dilapangan jumlah pembimbing untuk female hanya satu orang yang menangani 12-16 org residen. Tentunya dengan jumlah satu orang itu tidak akan efektif dalam menjalankan kegiatan, dan tidak optimal. Sedangkan di Male pembimbing berjumlah 4 orang menangani 60 orang. Penambahan pembimbing agama ini untuk mencapai kenyamanan dan keberhasilan dalam proses bimbingan, selain itu untuk peningkatan kualitas bimbingan dan penyuluhan agama Islam dengan pendekatan berbasis kelompok. b. Kesulitan-kesulitas teknis Kesulitan teknis dalam proses penyuluhan agama yakni pembimbing tidak semua pembimbing agama yang ada di BNN menguasai teknologi dan informasi. Sedangkan residen sangat berminat bahkan antusias terhadap bimbingan yang menggunakan audio visual misalnya film pendek mengenai agama Islam. Pelaksanaan bimbingan untuk itu saran saya agar pengutan dalam penguasaan teknologi dilakukan misalnya dilakukan BIMTEK (Bimbingan Teknologi) khusus pembimbing agama sebagai bentuk pelatihan teknologi. 3. Stategi ST a. Kualitas metode bimbingan
102
Kualitas metode bimbingan dalam penyuluhan agama Islam perlu adanya memperbaharui metode-metode konvensional yang sudah lama. Diharapkan pembimbing lebih kreatif dan inovatif dalam pengembangan metode-metode tersebut. Tujuannya agar residen tidak bosan dan lebih tertarik dengan cara-cara yang baru. b. Kenyamanan residen Agar kenyamanan itu muncul dari dalam diri residen. Penyuluh memperhatikan kebutuhan residen selama mengikuti proses rehabilitasi. Residen diharapkan mau mendengarkan setiap materi yang diberikan pembimbing, rilex tapi tidak mengantuk dan residen antusias. 4. Strategi WT a. Kinerja pembimbing Kinerja pembimbing perlu ditingkatkan dari segi input dan output. Metode yang digunakan selama ini masih menggunakan metode konvensional, SDM inputnya terbatas dan output terbatas. Dalam program sudah terprogram dengan baik dan seluruh kegiatan dilaksakan setiap harinya, akan tetapi dalam pelaksanaannya tidak tepat waktu sesuai dengan jadwal yang sudah dibuat dan waktu pelaksanaannya relatif singkat.
b. Minat residen
103
Minat residen terhadap kegiatan penyuluhan agama Islam dengan pendekatan berbasis kelompok belum maksimal, selama ini dalam setiap kegiatan residen hanya mengikuti kegiatan yang ada dalam jadwal
harian.
Diharapkan
pembimbing
agama
mampu
meningkatkan minat residen dalam kegiatan penyuluhan agama ini. 3
Pemilihan Strategi Pemilihan strategi ini bertujuan untuk menentukan strategi yang
bisa dijalankan oleh lembaga dan menentukan strategi mana yang menjadi prioritas untuk dilaksanakan dalam dengan tujuan pengembangan metodemetode dalam rehabilitasi bagi para residen. Berikut ini adalah urutan prioritasnya. strategi yang bisa dijalankan oleh Balai Besar Rehabilitasi BNN secara berurutan: 1. Kuantitas Pembimbing 2. Kualitas Metode Bimbingan 3. Kinerja Pembimbing 4. Minat Residen 5. Kepercayaan Residen 6. Kenyamanan Residen 7. Bekerjasama dengan lembaga lain 8. Meningkatkan kepercayaan masyarakat Kuantitas pembimbing ditempatkan diurutan pertama karena dalam penyuluhan agama Islam dengan pendekatan berbasis kelompok
104
kuantitaslah yang amat penting bagi Balai Besar Rehabilitasi BNN. Jumlah pembimbing agama sangat minim, begitu pula dengan metodemetodenya dan kinerja. Ketiga unsur tersebut akan mempengaruhi minat, kepercayaan dan kenyamanan residen dalam proses penyuluhan agama, serta akan mempengaruhi pula kepercayaan masyarakat terhadap lembaga.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Setelah penulis menganalisa dan meneliti permasalahan dalam skripsi “Dampak Penyuluhan Agama Islam Dengan Pendekatan Berbasis Kelompok Terhadap Residen Dalam Pemulihan Ketergantungan Narkoba di Balai Besar Rehabilitasi BNN”, akhirnya penulis sampai tahap pada kesimpulan. 1. Dalam praktiknya, BNN telah melakukan kegiatan penyuluhan sesuai dengan
pendapat
Carter
V
yakni
kegiatan
bersama,
proses
pengembangan keterampilan sesuai dengan profesi, perkembangan pribadi, proses sosial. Hasil penelitian di lapangan, ke empat proses penyuluhan ini dilakukan secara keseluruhan. Kegiatan bersama, religious session dengan pendekatan berbasis kelompok meliputi kegiatan terapi wudhu, kultum dan tausiah, tadarus Al-Qur’an, Kaligrafi, membaca surat Yaasin dan nonton bareng. Kegiatan lain yaitu pengembangan keterampilan lewat program TC, berupa kegiatan vokasional. Dalam kegiatan penyuluhan untuk mencapai keberhasilan rehabilitasi dikemas berbeda dengan penyuluhan yang disarankan oleh pendapat Carter V. Pengemasan penyuluhan ini dengan metode Religi dan TC.
105
106
2. Indikator keberhasilan rehabilitasi adalah pulihnya residen dari ketergantungan narkoba dan mencapai sehat secara fisik, mental spiritual, psikis, dan sosial. Hasil penelitian, residen yang sudah mengikuti penyuluhan agama Islam dengan pendekatan berbasis kelompok selama kurang lebih 6 bulan dalam masa rehabilitasi, telah mencapai kesehatan fisik, mental spritual dan sosial. Meskipun dalam beberapa hal, residen masih sering merasa gagal, kecewa dan bimbang serta rasa sugesti pada narkoba masih ada. Artinya, masih ada kemungkinan residen kembali menggunakan narkoba atau kecanduan narkoba. Disarankan adanya kerjasama pasca rehab terutama dengan keluarga residen. 3. Berdasarkan
pemetaan
faktor
eksternal
dan
internal
pada
pembahasannya sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa kekuatan penyuluhan agama Islam di Balai Besar Rehabilitasi BNN ditentukan oleh kuantitas pembimbing, kualitas metode bimbingan, kinerja pembimbing, minat residen, kepercayaan residen, kenyamanan residen, kerjasama dengan lembaga lain, dan peningkatkan kepercayaan masyarakat. B. Saran Berdasarkan hasil kesimpulan diatas dari berbagai strategi yang telah dijelaskan, adapun saran-saran sebagai berikut: 1. Penerimaan pembimbing agama rasio 1:3, adanya recruitment untuk pembimbing agama di Balai Besar Rehabilitasi BNN.
107
2. Peningkatan kualitas pembimbing terutama penguasaan IT . 3. Pengembangan metode-metode konvensional 4. Peningkatan SDM Pembimbing baik input maupun output. 5. Bekerjasama dengan lembaga lain untuk peningkatan kualitas metode bimbingan.
107
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Siharsimi. Prosedur Penelitian: Suatua Pendektan Praktek, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1996. Arifin. M. Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama. Jakarta: PT.Golden Terayon Press ,1994. Arthura A. Thompson dan A.J Strickland. Strategic management: concept and cases 7th ed. New York: Richard d. Irwin, inc.1993. Behbehani, Soraya Susan. Fit and Within (Sehat dan Smart Tanpa Obat). Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta. 1999. Dariyo, Agoes. Psikologi Perkembangan Remaja. Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia, 2004. Davidson, Gerald C,dkk. Psikologi Abnormal. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. 2006 Departemen Agama RI, Materi Bimbingan dan Penyuluhan Jakarta: Derektorat Jendral Kelembagaan Agama Islam, 2003.
Daud, M. (Widyaswara Madya BDK Palembang), Jurnal : Pelaksanaan Penyuluh Agama Dalam Pengembangan Masyarakat Islam di Kota Palembang. (Palembang, 2011) Echols,John .M. Kamus Bahasa Inggris- Indonesia. Jakarta: Penerbit PT. Gramedia Pustaka, 1987 Erman, Amti . Penyuluhan. Jakarta: Halia Indonesia, 1983. Fahmi, Musthafa. Kesehatan Jiwa Dalam Keluarga, Sekolah dan Masyarakat. Jakarta: Penerbit Bulan Bintang. 1977. Iqbal Mubarrak, Wahid dan Nurul Chayatin. Ilmu Kesehatan Masyarakat: Teori dan Aplikasi .Jakarta:Penerbit Salemba Raya, 2009. John A, Pearce II dan Richard B. Robinson Jr. Strategic Management,3rd ed. USA : Richard D. Irwin, Illions, 1988. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Depdikbud- Balai Pustaka, 1996. Karsono, Edy . Mengenal Kecanduan Narkoba dan Minuman Keras. Bandung : CV. YRAMA WIDYA, 2004 Lutfi, M. Dasar-Dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam, Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2008.
108
Nevid, Jeffrey s.,dkk. Abnormal Psychology in Changing World (Psikologi Abnormal). Jakarta : Penerbit Erlangga. 2005 Marton, Lydia Harlina. 2006. Membantu Pecandu Narkoba dan Keluarga. Jakarta: Balai Pustaka Moleong, Lexy J. Metode penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001. cet ke 15. Musnamar, Tohari.. (eds). Dasar-Dasar Konseptual Bimbingan Bimbingan dan Konseling Islami. (Yogyakarta: Yogyakarta: UII Press.1992) Nasuhi, Hamid. Al, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan Disertasi) UIN Syaruf Hidayatullah Jakarta. Jakarta: CeQDA,2007. cet ke-2 Ramayulis. Metode Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Kalam Mulia,2005. Setiana, Lucie. Teknik Penyuluhan dan Pemberdayaan Masyarakat, Bogor: Penerbit Ghalia, 2005. Siswanto. Kesehatan Mental: Konsep, Cakupan dan Perkembangannya. Yogyakarta: Penerbit ANDI, 2007. Suprapto, Tommy, Komunikasi Penyuluhan, Yogyakarta: Arti Bumi Intaran, 2004. Subroto, Suryo.B. Proses Belajar Mengajar di Sekolah , Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1997. Sumiati dan Dinarti, dkk, Asuhan Keperawatan Pada Klien Penyalahgunaan dan Ketergantungan NAPZA. Jakarta: Penerbit CV. Trans Info Media, 2009. Maryani, Lidya dan Muliani, Rizky . Epidemiologi Kesehatan, Yogyakarta:Graha Ilmu, 2010. Tumanggor,Rusmin. Ilmu Jiwa Agama (The Psychology Of Religion). Depok: Ulinnuha Press,2002. Tim Ahli BNN. petunjuk teknis advokasi bidang pencegahan penyalahgunaan narkoba bagi lembaga/instansi pemerintah. Jakarta: 2007. Tommy, Suprapto. dkk, Komunikasi Penyuluhan, Yogyakarta: Arti Bumi Intaran, 2004. Tri Iin, Rahayu dan Ardani Ardi Tristiandi, Observasi dan Wawancara, Jakarta: PT. Bayu Media,2004. Tim Penyusun Visi media. Rehabilitasi Bagi Korban Narkoba, Tangerang: Agromedia Pustaka, 2006.
109
Iqbal,Wahid Mubarak dan Nurul Chayatin. Ilmu Kesehatan Masyarakat: Teori dan Aplikasi.(Jakarta:Penerbit Salemba Raya, 2009
Website: http://www.babesrehab-bnn.info/index.php/rehabilitasi/item/27-narkoba 11/30/2013 pukul 21 45 wib
diakses
http://www.babesrehab-bnn.info/index.php/rehabilitasi diakses 11/30/2013 pukul 22.23 http://www.babesrehab-bnn.info/index.php/rehabilitasi diakses hari rabu tanggal 29 Januari pukul 14.26 WIB http://dedihumas.bnn.go.id/read/section/artikel/2012/08/24/514/tahap-tahappemulihan-pecandu-narkoba diakses pada tanggal 25 April 2014 pukul 01.32 WIB. http://dedihumas.bnn.go.id/read/section/artikel/2012/08/24/514/tahap-tahappemulihan-pecandu-narkoba diakses pada tanggal 25 April 2014 pukul 01.32 WIB. http://sangpenyuluh.blogspot.com/p/majelis-taklim.html diakses pada tanggal 25 April 2014 pukul 00.45 WIB http://emge89.mywapblog.com/narkoba-dan-macam-macam-jenis-narkoba.xhtml diakses pada tanggal 25 april 2014 pukul 01.13 WIB.
http://dedihumas.bnn.go.id/read/section/artikel/2012/08/24/514/tahap-tahappemulihan-pecandu-narkoba ndiakses pada tanggal 25 April 2014 pukul 01.32 WIB.
Nama: Ustadz Jajang Jabatan: Pembimbing dan penyuluh PHL (Pekerja harian lepas) Tanggal Wawancara: 12 Maret 2014.
1. Sudah
berapa
lama
Anda
bekerja
disini?
jawab: Saya sudah 5 tahun disini, jadi sejak awal berdiri eeee…tahun 2007 ada dua metode yang dipakai disini untuk merehabilitasi para korban narkoba. Yang kesatu metode yang dipakai adalah metode religi innaba surayalaya, yang kedua TC. Karena BNN minta pihak suryalaya untuk ikut bergabung maka saya ditasik kesini untuk menjadi unit religi, tapi semenjak tahun 2009 unit religi kegiatannya disatukan di TC jadi hanya ada satu program tapi masih berbasis religi, karena TC itu ada 4 struktur 5 pilar disitu ada religius setion di waktu-waktu shalat fardhu saja dan kegiatan di magrib sampai isya. 2. Apakah Anda ikut menyesuaikan diri dengan residen? Jawab: ya saya menyesuaikan sama pribadi residen. eee..jadi kalo misalkan eee…kalo dulu yang di religi itu karena programnya sudah baku dan modelnya hanya shalat, dzikir, mandi kita tidak bisa merubah-rubah tidak bisa apa itu namanya, eeee…memodifikasi, jadi kita bangun jam 2 buat mandi samapi subuh jadi kita ada di masjid, tapi kalo yang TC sekarang kita gak ada di masjid jadi ada namanya mushala kemudian ada juga kalo ada kegiatankegiatan diluar jam shalat kan ada yang namanya sekarang kegiatan gabungan jadi shalatnya agak molor makanya kita menyusaikan aja. 3. Apakah Anda dan residen ikut meleburkan diri dengan masyarakat?
Jawab: kalo menleburkan diri sama masyarakat kita enggak, karena kita gak boleh keluar. Jadi disini aja. 4. Materi apa saja yang diberikan proses perkembangan pribadi residen? Jawab: kalo program itu eee, ada yang namanya shalat kemudian nanti ada taharah. Kemudian doa-doa harian, membaca al-qur’an sama pelajaran-pelajaran agama Islam itu dari senen sampai jum’at. Kalo sabtu-minggu mereka sendiri tapi kita sebelumnya udah ada screening buat tau mana yang bisa mimpin shalat. 5. Apa saja bentuk perubahan perilaku emosi selama berinteraksi dengan residen? Jawab: kalo saya, eee (diam sebentar dan berpikir) bukan emosi saya ya, saya perlu sabar kali ya. Saya kan diajarkan selalu shalat tepat waktu nah kalo di TC ya shubuh aja yg tepat waktu. Tapi itu juga banyak yang gak bisa tepat waktu, mungkin itu yang musti sabar terus yaaa, belum lagi kalo ada anak-anak yang baru gabung biasanya mereka suka feeling bad kan dari rumah yang punya keluarga tiba-tiba masuk sini sendirian kahirnya mereka Cuma bengong aja, ngelamun. 6. Menurut Anda apakah residen masih bersikap individual setelah masuk ke tempat ini? Jawab: Kalo selama di tempat rehab, eeee mungkin kerena ada aturan yah jadi mereka taat aturan . Tapi kalo udah misalkan dari emat bulan itu nanti ada primary terus ry-entry nah mereka itu udah bisa jadi diri mereka sendiri, kalo mereka yang di primary masih dipaksa. 7. Apakah ada rasa memiliki antar residen? Jawab: ya, nah itu kan TC nantyi ada 4 struktur 5 pilar, jargon, dan ajaran-ajaran itu ada family . nah kalo misalkan ada keluarga yang bawa makanan untuk si A tapi itu tidak bisa
makan sendiri karena aturannya harus dibagi-bagi. Dari sepuluh bungkus paling dia cuma makan dua sisanya buat temen-temennya,karena ada aturan family itu. 8. Bagaimana hubungan timbal balik antara individu dengan kelompok? Jawab: dalam konsep TC juga, ketika mereka masuk kan mereka masih orang luar. Jadi mereka di pilihkan body (pendamping) untuk mengarahkan. Karena mask sana atura-aturan itu ada termasuk kekeluargaannya itu. 9. Menurut
anda
bakat
apa
saja
yang
dimiliki
residen?
jawab: mmm…aaa…macam-macam sih ya, kayak ada music, marawis,
terus lukis,
komputer, broadcasting, ada juga di bidang agama juga kayak misalkan ada yang pernah ikut MTQ kabupaten ada juga memang dia dirumahnya punya majlis taklim jadi bisa tausiah, kayak kita aja sih Cuma bedanya mereka ketergantungan obat aja. 10. Seperti apa metode pengembangan bimbingan dan keterampilan bagi residen? Jawab: namanya vokasional yaa..kalo dikita ada musik, terus broadcasting, pertanian, percetakan, masak, handmade , Cuma itu aja sih yang sekarang berjalan. 11. Kapan kegiatan bimbingan keterampilan itu dilakukan? Jawab: setiap hari, kalo yang latihan music seminggu dua kali dan itu ganti-ganti lagi dengan kegiatan lainnya. 12. Kegiatan apa saja yang diberikan pada residen? Jawab: yang tadi itu aja sih, nanti kalo ada yang ma ikut kegiatan vokasioanal sama religi kita kelompokkan langsung dibina. Tapi biasanya semua harus ikut kecuali musik karena itu keterampilan. 13. Apakah dalam kegiatan bersama residen telah melakukan kegiatan interaksi sosial dengan baik?
Jawab: kalo itu diluar yaa, soalnya kita cuma mengawasi di waktu-waktu shalat itu. Heee, di religius setion itu. 14. Menurut anda, apakah ada perubahan pada residen setelah mengikui kegiatankegiatan disini? Jawab: Perubahan anak-anak, ya ada. Yang tadinya gak bisa ngaji jadi bisa ngaji akhirnya kita bantu. Teruskan pas datang kita tes bacaan shalatnya, surat-surat pendek, jadi mereka mau berdoa. Biasanya mereka sama sekali gak mau berdoa karena jah dari anak istri, bisa nangis ya itu karena jauh.
Nama: Ustadzah Musciner Jabatan: Pembimbing dan penyuluh PHL (Pekerja harian lepas) Tanggal Wawancara: 12 Maret 2014.
1. Sudah berapa lama Anda bekerja disini? jawab: Baru satu tahun. Sebelumnya suami dulu disini yang udah kerja 5 tahun disini. Waktu itu disini belum ada ustazah femalenya disini sebelumnya dulu saya di pesantren Suryalaya Tasikmalaya. Habis itu langsung kontrak dan melamar gak usah ikut residensial karena gak ada pembimbing agama disini. Kalo pembimbing nasrani mah ada, nah kalo yang muslim gak ada makanya saya gabung ke BNN sekalian ikut sami. 2. Apakah Anda ikut menyesuaikan diri dengan residen? Jawab: iya, saya ikut menyesuaikan diri. Intinya mah menjadi contoh teladan, pertama masuk sini dari atasan ditekankan itu akhlak . jadi kalo ketemu ucapin Assalamualaikum. 3. Apakah Anda dan residen ikut meleburkan diri dengan masyarakat? Jawab: Kalo berbaur sama masyarakat kalo udah Re-entry, kalo primary ada peraturannya. Kalo Re-entry boleh tapi gak tiap bulan, kadang satu tahun itu 2 kali karena program disini gak sampe satu tahun programnya Cuma 6 bulan. 4. Materi apa saja yang diberikan proses perkembangan pribadi residen? Jawab: kalo itu saya kasih terapi wudhu, kan kalo di Islam kan ada terapi wudhu, ada wudhu sunnah wudhu wajib. Kalo wudhu sunnah ada mandi wajib kan kalo wanita ada tuh mandi besar selepas datang bulan,yang kedua wudhu wajib yaitu wudhu saat mau melaksanakan shalat. Semua residen diteliti cara wudhunya apakah wudhunya sempurna
atau tidak kayak anak sekolahan aja gitu gak pernah ngerjainkan satu-satu diperhatiin. Di detox saya tanya apakah residen itu muslim bener atau enggak, saya tanya tau bacaan wudhu atau enggak satu-satu dites bacaan wudhu niat, bacaan dan semuanya. Habis itu dikasih hadits tentang wudhu, bagaimana caranya wudhu sempurna jadi buat menarik mereka juga kan mereka gak pernah shalat apalagi wudhu jadi diniatkan lagi supaya mereka cinta dengan shalat dan wudhu soalnya kan gak pernah dekat lagi dengan agama. Selain itu saya ajarkan juga doa-doa pendek, doa bacaan niat shalat, masuk nushala dan lainnya biar mereka tahu. Hanya saja setiap waktu shalat itu singkat karena disini kan yang ditekankan kan program TC. Ada juga kegiatan dari magrib ke isya. Malam Selasa ada kultum dari residen dan ada juga tausiah dari saya abis itu kadang kana da anak yang pengen sharing sama saya yaudah itu dipakai juga buat sharing. Malam Rabu tadarus dari Al-qur’an yang ayat pendek dan ayat panjang. Malam kamis kaligrafi, maksudnya kan biar gak bosen kan kalo dikasih tausiah mah suka bosen. Malam Jum’at yasinan sama membaca Alfatihah, mendoakan yang sakit, mendoakan yang meninggal dll. Malam sabutu itu ada nonton saya ambil dari tayangan khazanah biar gak bosen kan kalo tayangan atau nonton bareng lebih efektif. 5. Apa saja bentuk perubahan perilaku emosi selama berinteraksi dengan residen? Jawab: kadang harus sabar, kan Allah mengajarkan kesabaram. Cuma kan kalo saya ngomong ada yang terima ada yang enggak, saya sering tanya kamu masuk sini kenapa? Kan kalo kesini pasti ada sebabnya. Saya harap mereka menjadi anak yang hebat bagi oran tua, istri yang baik buat suami dan jadi ibu baik untuk anak-anaknya. Biar mereka betah dan bermanfaat disini. Pengguna narkoba mah menutupi akal, jadi saya suka memperingatin buat ngasih motivasi, memperbaiki niat mereka biar jadi orang sukses.
Tapi kadang masih ada aja yang gak bisa dikasih tau, eeee namanya juga penyakit psikologis. 6. Menurut Anda apakah residen masih bersikap individual setelah masuk ke tempat ini? Jawab: Kalo disini gak boleh sendiri-sendiri harus saling komunikasi, kadang masa pahit masalalu temennya tuh harus tahu gak boleh ditutup-tutupi. 7. Apakah ada rasa memiliki antar residen? Jawab: harus ada dan sikapnya memang harus ditanamkan. Barang pribadipun kalo mau dibagi harus kasih tahu sama mayer nya gak boleh minta apalagi gak bilang. Kalo sakit gak boleh minta obat sama orang , makanya harus cepet-cepet sakit ke medis. 8. Bagaimana hubungan timbal balik antara individu dengan kelompok? Jawab: kalo itu hubungan timbal balik ada, malah berjalan. Kayak saling tolong menolong gotoroyong, pokoknya sama-sama. 9. Menurut
anda
bakat
apa
saja
yang
dimiliki
residen?
jawab: jadi sebelumnya saya ngajarin doa belajar, tadinya gak bisa hafal terus hafal. Batu sebegitu kerasnya bisa berubah, apalagi akal kalo diasah terus mah bisa. Residen yang udah hafal doanya maka saya suruh bimbing teman-temannya , jadi bakatnya itu. Kalo keterampilan itu di TC, kalo keterampilan keagamaan disini. 10. Seperti apa metode pengembangan bimbingan dan keterampilan bagi residen? Jawab: kalo biasanya selain kaligrafi pas ada mau lomba-lomba, lomab puisi, lomba baca Al-qur’an itu baru latihan satu-satu. Metodenya latihan, dilatih satu-satu baru dilombakan sama anak male. 11. Kapan kegiatan bimbingan keterampilan itu dilakukan?
Jawab: kalo religi seminggu sekali ya itu kaligrafi , lomba-lomba itu dilaksanakan pas ada kegiatan keagamaan aja. 12. Kegiatan apa saja yang diberikan pada residen? Jawab: misalnya bareng-bareng baca asmaul husna, bacaan tasbi,
shalat, kaligrafi,
tuasiah, kultum dan nonton. Itu sudah terjadwal dari senin samapi minggu. 13. Apakah dalam kegiatan bersama residen telah melakukan kegiatan interaksi sosial dengan baik? Jawab: ia harus, jadi gak boleh menyendiri atau mengisolasi sendiri. Kumpul satu harus kumpul semua, aturan masuk mushala masuk semua, masuk library masuk semua, gak boleh itu kegiatan sendiri-sendiri. Kecuali ada kegiatan recreation hour. 14. Menurut anda, apakah ada perubahan pada residen setelah mengikui kegiatankegiatan disini? Jawab: kalo perubahan ada, sedikit demi sedikit . tapi ya gak tau yah kalo udah keluar dari sini bisa masuk lagi ada di rehab. Abis re-entry di tes lagi statusnya sebagai tamu baut di tes urine lagi apa masih pake atau udah berhenti (positif atau negatif)
Nama responden : RN Usia : 33 Tempat Tanggal Lahir : Bekasi Pekerjaan : karyawati Status : belum menikah Pendidikan terakhir : D1, sekretaris Tanggal wawancara : 14 Maret 2014
1. Kapan Anda masuk rehabilitasi ? Jawab: Saya masuk sini bulan September. Awalnya eeee waktu itu kakak saya dijebak sama temannya dia dikirimin paket yang ternyata isinya ternyata ekstasi, nah orang BNN dateng ke rumah sama tukang pos nah pas dateng ke rumah dipanggil saksi RT sama RW untk membuka paket itu .ya otomatis yang tinggal di rumah kakak saya ya waktu itu kan diperiksain satu persatu nah waktu itu kebagian kamar saya diperiksa terus ada plastik shabu kosong, eee tapi karena saya ada hubungannya sama narkoba akhirnya ya udah kakak saya dibawa ke BNN saya juga dibawa karena kan waktu itu polisi semua kira-kira yang ada keterkaitan sama narkoba di bawa ke BNN jadi saksi statusnya. Eeehhh, nah terus pas seminggu di BNN udah saya di BAP dan memang saya gak ada keterkaitan dengan paket itu kan. Saya positif narkoba , ya terus udah saya kurabg bukti kuat ya udah saya akhirnya di lepas, di BNN udah ok. Tapi karena kakak-kakak saya yang lain eehhh kecewa lah yaaa sama saya akhirnya ya udah saya diputuskan untuk masuk sini. 2. Sudah berapa lama Anda mengkonsumsi Narkoba? Jawab: 13 tahun semenjak tahun 2000. Waktu itu sih udah lulus SMA. 3. Dari mana Anda mengenal Narkoba?
Jawab: karena pergaulan. 4. Jenis Narkoba apa saja yang Anda konsumsi ? Jawab: inex, shabu-shabu, ganja. Udah itu ajah. 5. Bagaimana kesehatan Anda sekarang setelah menjalani rehabilitasi, apakah merasa sehat dan fit? Jawab: eee…kalo secara fisik sih sehat kalo Cuma disini tuh enggak ada istilah sembuh ya buat pengguna narkoba ada juga pulih. Kalo pulih itu seumur hidup, dibilang sakit kita pas pemakaian baru itu dimain sakit. 6. Bagaimanakah kegiatan sehari-hari Anda ketika sebelum dan sesudah rehabilitasi? Jawab: Kegiatan sehari-hari ya jadi ngaco , awalnya biasa normal terus awalnya makenya pas weekend doang kan. Kalo pas libur kerja, libur kerja kan sabtu minggu, jum’at malem udah start eee tapi eee timbul dalam diri pengen tau efek apa nih yang bakal timbul kalo gue pake tiap hari? Pengen tau kapasitas diri seberapa gitu kan ya, untuk menampung apa dari efek narkoba itu., tapi lama kelamaan namanya manusia punya keterbatasan ya, ya udah yaudah malam jadi siang , siang jadi malem. Terus kerjaan jadi terbengkalai. 7. Bagaimanakah perasaan anda setelah di rehabilitasi disini, apakah mengalami kemajuan pada rohani maupun jasmani? Jawab: ada. Kalo dari jasmani yaaaa, normal yah. Sebelum pemakaian ya saya kayak sekarang ini. terus dari rohani yaaaa emang sih satu karena dikondisikan, kedua karena ada rasa penyesalan waktu-waktu kemaren itu ibaratnya ya udahlah kapan lagi, mumpung dikondisikan . akhirnya otomatis rasa dosa itu datang sendiri dari jiwa sendiri, ya udah apalagi disini jauh dari keluarga, jauh dari orang yang kita sayangin, terus tekanan-
tekanan disini otomatis mendekatkan diri kita sama Tuhan. Ya udah ngadunya sama Tuhan bukan sama yang laen, jadi gak ibaratnya nasib yang aku rasain sekarang. 8. Menurut Anda, apakah selama dalam rehabilitasi ini bertingkah laku baik? Jawab: alhamduillah sih berkelakuan baik, tapi waktu itu pernah sih ya dapet hukuman sekali. Kurang lebih sebulan yang lalu akibat ketiduran, akibat kebiasaan dari luar. Sering dalam sesi apapun “pelor” ya seneng tidur pokoknya tidur melulu. Nah cuma secara manusiawi itu pembenaran dari saya, Cuma kalo disini itu tidak dibenarkan kalo sesi itu dianggapnya sakral jadi ya udah saya dihukum dikasih pembelajaran. 9. Apakah Anda sering merasa gagal, bimbang, kecewa dan selalu dalam tekanan? Jawab: ya waktu awal-awal, tapi pas udah masuk bulan ke dua udah mulai nerima. Ngerasa enjoy kok. 10. Apakah Anda selalu mempertimbangkan setiap apa yang akan Anda lakukan? Jawab: ya pake pertimbangan, semuanya kan ada aturannya. 11. Apakah anda selalu mematuhi peraturan yang diberikan di tempat rehabilitasi ini? Jawab: ya saya mematuhi peraturan disini. Karena saya tidak ingin berlama-lama disini, pengen cepet pulang. 12. Apakah Anda mampu bertanggung jawab pada diri Anda mupun orang lain dalam hal apapun? Jawab: iya, alesannya ya itu awalnya saya gini yah. Disini kana da namanya single ya buat meng create kita kasih stimulus . ya pokoknya bener-bener nih kita lagi belajar diuji kesabaran. Soalnya kalo kepancing sama single pasti kita bakalan balik ngamuk, single nya dari residen juga. Ada yang jadi single ada yang jadi head, kalo singke kerjaanya ngomel-ngomel, kalo ka sabar kita kepancing yaaa… sempet waktu itu aku nangis, tapi
aku jadi sadar bahwa disini itu aku harus belajar dan tanggung jawab sama diri sendiri dengan permasalahan disini, jalan keluarnya gimana. Karena disini gak bisa minta tolong sama siapa kita gak bisa, jadi kita diajarin untuk berdisdiri di kaki diri sendiri. 13. Mampuhkan Anda menyesuaikan diri dan berbaur dengan residen lainnya ? Jawab: ya Alhamdulillah sejauh ini bisa yah. Gotong royong berbagi , boarpun ada satu atau dua orang yang bikin kita kesel tapi ya kita berusaha empati ajalah. 14. Apakah Anda mampu belajar mandiri tanpa campur tangan orang lain dalam memenuhi kebutuhan Anda? Jawab: iya mampu, kayak sekarang ini nih aku jadi re –entry pas primary aku dikondisikan diarahin gitu kan, apa-apa ditegor, dikasih tekanan lah. Nah di re-entry ini kita eeee lagi di iniin lagi, lagi kita penyesuaian lagi karena kita kan ma pulang jadi di bikin gak kaku .kalo re-entry itu pendewasaan , belajar untuk dewasa, kalo di primary disuruh-suruh, di tegor dulu lah kalo di re-entry tanpa harus diarahin udah jalan sendiri. Ngatur waktu ngatur diri sendiri. Tapi kadang baru naik ry-entry ada namanya orientasi, jadi ibarat kalo sekolah mah kita lagi ditatar jadi semuanya saya yang ngerjain. Ibarat kata , pokoknya apa yang kita lakukan diluar itu dibales disini dan belajar menghargai orang. 15. Apa rencana Anda jika sdah selesai rehabilitasi? Jawab: Aku sih insya Allah mau membina rumah tangga (menikah) terus ya kalo Tuhan mengizinkan mau kerja lagi. 16. Apakah ada keinginan untuk mengkonsumsi lagi Narkoba? jawab: kalo itu sih yaaa…eeee, 50:50. Dalam artian , bohonglah kalo gak mau make lagi kan itu kita masih ada sugesti. Terus disini kan jenuh suntuk,tapi kalo inget lagi gak
enaknya amit-amit jabang bayi, capek masuk rehab lagi, apalagi banyak waktu yang terbuang yang harusnya 5 bulan terakhir ini aku bisa membuat sesuatu yang berguna.
Nama responden : SL Usia : 15 tahun Tempat Tanggal Lahir : Sanggau, Kalsel Pekerjaan : Pelajar Status : belum menikah Pendidikan terakhir : SMKN Tanggal wawancara : 14 Maret 2014
1. Kapan Anda masuk rehabilitasi ? Jawab: September 2013. Pertamanya aku itu gak disini, aku di wisma sirih Pontianak eeee terus sabtu mingguan di wisma sirih, gabungan di RSC cuman waktu itu aku make udah tiga hari gak pulang akhirnya papaku manggil intel akhirnya suruh nangkep aku dimasukan ke wisma sirih. Di wisma sirih itu aku ketemu sama staf disini, namanya sister Niza mantan residen juga. Terus aku mau masuk sini, tapi ada imbalan disini, kayak kado gitu. 2. Sudah berapa lama Anda mengkonsumsi Narkoba? Jawab: 4 tahun, dari SMP kelas 1. 3. Dari mana Anda mengenal Narkoba? Jawab: aku taunya dari temen, jadi kumpulan aku. Ya aku pengen coba- coba, soalnya kau tuh penasarannya luar biasa. Kalo belum nyoba masih penasaran. 4. Jenis Narkoba apa saja yang Anda konsumsi ?
Jawab: kokain, key, terus ganja, inex , shabu, afetamin eeee terus apa lagi yah, gitu ajah. Cuman putau aja yang enggak. 5. Bagaimana kesehatan Anda sekarang setelah menjalani rehabilitasi, apakah merasa sehat dan fit? Jawab: yang saya rasain itu tuh ya kesehatan , pikiran udah jernih, pikiran udah bisa berpikir jadi open minded gitu, awalnya dulu aku tuh suka bilang “siapa sih Lo?”gue gak pernah perduliin orang. aku tuh gituin orang mulu terus kau make itu aku gak mau dengerin kata orang tua, gak mau diatur gak mau ngikutin segala macem peraturan. 6. Bagaimanakah kegiatan sehari-hari Anda ketika sebelum dan sesudah rehabilitasi? Jawab: kalo lagi make gitu sehari-harinya aku tuh kalo malem, malem itu setiap malem itu aku pasti suka maen club karena aku di entertain di DJ. Pekerjaan aku itu sebagai hobby sama nyari duit juga, jadi setiap malem aku ke club cari lagu terus sampe jam 3 subuh terus gue nyantai dulu sampe subuh. Paginya aku tidur sampe sore, tuh sore jalan lagi sampe malem . pokoknya kau banyak ngabisin waktu sama temen. 7. Bagaimanakah perasaan anda setelah di rehabilitasi disini, apakah mengalami kemajuan pada rohani maupun jasmani? Jawab: eee…kalo rohani nya yah eee bersyukuru gua masih punya Tuhan dalam agama gue. Sempet nyokap sama bokap pisah aku ngikut ke orang Kristen prostenstan jadi aku ikut agama itu sampe sebelum disinilah. Sebelum kesini namanya shalat tuh gue gak pernah jadi kayak gak punya agama. Tapi sekarang aku disini, gue malah ngerasain apa yahhh…eeee enak gitu belajar agama Islam itu. Aku banyak tanya sama ustadzah,
ustadzah nya juga baik siap dengerin apa yang aku tanya dan siap menjawab dan aku banyak banget dapet pembelajaran tentang nabi. Kalo jasmani, aku pertama-tamany aku ngerasa sakit disini, tapi aku pikir-pikir lagi ini juga buat kebaikan aku. Yang aku rasain eeee kesell, sama orang tua juga gituh. Terus banyak yang aku rasain lama kelamaan aku jadi kangen sama orang tua merasa bersalah banget tapi disisi yang lain nyokap gua punya salah sama gua. Mau memperbaiki itu. Kalo fisik ituuuu penyakit pada numbuh semua, yaa muncul kayak lambung aku sakit baru tahu juga aku ada asam urat yang tinggi banget 3,3. Terus kayak apaaa…eeee masih kayak ngerasain sugesti pengen make lagi. 8. Menurut Anda, apakah selama dalam rehabilitasi ini bertingkah laku baik? Jawab: eeee….pertamanya disini, ada tahap-tahap di sini nih. Banyak aturan dan pembelajaran dihukum. Habis dari dikasih pembelajaran itu aku udah kapok banget dan kesananya mulus-mulus aja. 9. Apakah Anda sering merasa gagal, bimbang, kecewa dan selalu dalam tekanan? Jawab: masih, kecewa…kecewa itu apa yah kecewa sama siapa gitu. Tapi aku berpikir lagi oh aku yang salah aku harus diperbaiki terus aku sedih gitu kangen sama orang tua kangen banget aku tuh di visit sama orang tua dalam 6 bulan ini Cuma sekali. 10. Apakah Anda selalu mempertimbangkan setiap apa yang akan Anda lakukan? Jawab: Ya soalnya aku sempet pernah di younger pernah kabur, mau coba kabur disitu aku ditangep dan dibawa kesini. Terus aku mau keluar dan mulai program lagi, disitu staf ngasih aku kompensasi tapi harus ada komitmen, disitu aku tulis komitmen nya , kalo
begitu lagi aku ngelakuin hal yang sama aku siap dikasih hukuman,di hair cut , dikasih pembelajaran. Dari situ aku berpikir dual kali untuk bertindak karena komitmennya sangat luar biasa, aku kangen sama orang tua tapi jarang di visit dan Cuma bisa nelpon doang 2 minggu sekali. 11. Apakah anda selalu mematuhi peraturan yang diberikan di tempat rehabilitasi ini? Jawab: eeee….sekali sih pernah …eeeee…eee..tiga kali gak taat aturan. 12. Apakah Anda mampu bertanggung jawab pada diri Anda mupun orang lain dalam hal apapun? Jawab: eeee….ya, diwaktu itu aku simpan kesalahan sendiri terus aku suruh buka aku simapn kesalah orang dan aku simpan kesalahan aku sendiri. Sebelum akau buka, aku janji sama diri sendiri siap tanggung jawab sama itu, itu pembelajaran terakhir aku di older. Aku pokoknya tanggung jawab banget . 13. Mampuhkan Anda menyesuaikan diri dan berbaur dengan residen lainnya ? Jawab: udahh, udah banyak deketin diri yaaa, karena mereka lah yang nolong gue merekalah yang ngebantu pemulihan . banyak komunikasi aja sih, awalnya mah canggung masihmasa bodoh dulu. 14. Apakah Anda mampu belajar mandiri tanpa campur tangan orang lain dalam memenuhi kebutuhan Anda? Jawab: Mandiri, mandiri masih dikit sih ter follow up nya itu, tapi aku kan sekarang udah bisa dikasih uang itu kan ya kalo udah ke minimarket akau takut dimarahin jadi apa yang
aku butuhin ya aku beli. Eee, kadang sama-sama ya kadang barengan tergantung aku butuhnya aja. 15. Apa rencana Anda jika sudah selesai rehabilitasi? Jawab: apa yahh, eeee gak tau juga nih masih harus belajar. Yang pertama on job training di rehab, yang kedua aku mau ngelanjutin sekolah lagi, yang ketiga aku mau lanjut les Bahasa Inggris , terus akumau bejar photo.. terus akau mau nge DJ sama ke entertain. Tapi nyokap gak setuju gue ke DJ buat dunia malam. 16. Apakah ada keinginan untuk mengkonsumsi lagi Narkoba? jawab: kalo ngejauhin barang-barang git aku mau bikin komitmen sama diri aku ditulis gitu, pokoknya kalo aku pake lagi atau jatuh di dunia malam lagi eeeee….terus eeee apa yah tidak nurutin orang tua kaku siap masuk rehab lagi.
Nama responden : YF Usia : 28 Tahun Tempat Tanggal Lahir : Medan 6 Mei 1985 Pekerjaan : wiraswasta Status : Single parent Pendidikan terakhir : SMP Tanggal wawancara : 15 Maret 2014
1. Kapan Anda masuk rehabilitasi ? Jawab:bulan Agustus, alasan aku masuk sini jujur ya aku udah capek yah sama hidup yang gak beraturan hidup yang hitam hidup yang eee dihantui dengan rasa bersalah semuanya bercampu. Dan aku masuk sini karena aku volunteer, yaa mau sendiri. Gak ada paksaan dari orang lain. 2. Sudah berapa lama Anda mengkonsumsi Narkoba? Jawab: 6 tahun. 3. Dari mana Anda mengenal Narkoba? Jawab: dari temen 4. Jenis Narkoba apa saja yang Anda konsumsi ? Jawab: Kau pakenya shabu sama inex 5. Bagaimana kesehatan Anda sekarang setelah menjalani rehabilitasi, apakah merasa sehat dan fit? Jawab: banget, 6. Bagaimanakah kegiatan sehari-hari Anda ketika sebelum dan sesudah rehabilitasi?
Jawab: sebelumnya aku gak pernah ngerasain sakaw yah, biasa aja tapi yang aku rasakan itu Cuma rasa bersalah aja kepergok sama anak sama orang tua. Gitu aja sih, katanya sakaw kalo make aku gak pernah merasakan itu. Efek dari shabu paling males terus makan terus, itu sih kalo aku. 7. Bagaimanakah perasaan anda setelah di rehabilitasi disini, apakah mengalami kemajuan pada rohani maupun jasmani? Jawab: banget, aku lebih menghargai agamaku sendiri, aku lebih percaya akan adanya kekuatan doa dan aku percaya Tuhan itu pasti hidup dan tau yang terbaik buat aku kalo kita yakin insyaallah doa kita bakalan terkabul. Kalo jasmani aku ngerasa banyak perubahan dari sisi jasmani aku. Ketika masuk sini pertama kali aku kurus –kurus banget tapi sekarang timbangan aku 79 kilo. Sehat banget-banget-banget. Karena kalo aku gak pake shabu akua bawaan makan terus jadi ya itu. Sekarang aku mau nikmatin hidup aja sih, aku dikasih semuanya dikasih anugerah orang tua masih lengkap , ada anak biarpun suami gak ada tapi aku bisa memotivasi diri aku. Aku gak boleh pesimis, harus optimis. Sekarang aku mikirin jodoh, aku dua kali gagal berumah tangga dan aku sekarang buat orang tua dulu deh dan diri sendiri. 8. Menurut Anda, apakah selama dalam rehabilitasi ini bertingkah laku baik? Jawab: disini tempat orang buat salah, gak ada orang yang mau masuk sini. Tapi aku disini aku mengembangkan attitude aku, jadi ibaratnya kesalahan yang aku buat diliyar aku bayar disini dan belajar itu gak gampang. Jadi.eee belum seberapalah hukuman yang biasa aku terima disini, masih ringan itu. Itu hukuman bertahun-tahun yang aku lakukan ke mama papa dan 6 bulan disini itubelum clear bagi aku dan apapun aku harus terima kondisinya nanti.
9. Apakah Anda sering merasa gagal, bimbang, kecewa dan selalu dalam tekanan? Jawab: pastilah ada, kalo semakin kita larut dalam perasaan itu kita gak akan growth gak akan bangkit, udah tutup masa lalu dan sekarang aku bangga dengan diri aku siapa sih yang mau masuk rehab? dan aku bisa menjalani pemulihan disini dan banyak banget manfaat yang aku dapet. Bisa deket lagi dengan keluarga aku aku deket sama kakak aku, dan Alhamdulillah abang aku masuk sini di rehab juga. Dia make udah lama, Cuma aku gak pernah mau ngomong sama orang tua aku, aku sistemnya mereka biar tahu dari mulut orang jangan dari mulut aku. Akhirnya masuk sendiri. 10. Apakah Anda selalu mempertimbangkan setiap apa yang akan Anda lakukan? Jawab: kalo seorang pecandu aku namanya pertimbangan yah , kalo seorang pecandu itu basic nya penasaran gak mikir ibaratnya gak think twice gak berpikir dua kali gitu sebelum bertinak sama kayak aku. Dengan memperoleh pembelajaran disini ya aku gak mikir dampak nya apa impact nya apa diluar gitu sih. Aku maunya sekarang aku gak mikir nanti apa yang akan terjadi yang penting aku enak. Aku peroleh yang aku mau hari ini, nanti nya ya bodok amat. 11. Apakah anda selalu mematuhi peraturan yang diberikan di tempat rehabilitasi ini? Jawab:pastilah, tapi yang namanya kesalahan dibayar ya udah, kita buat kesalah ya udah gitu. Disini juga peraturan cukup kenceng tapi yang seperti tadi aku bilang disini tempat orang buat salah jadi kita masuk rehab kita gak dapet apa ilmu, percuma. Nothing !kita ngikutin arus biasa tapi gak dapet pembelajaran tidak dapat mengubah attitude kita ya sama aja. 12. Apakah Anda mampu bertanggung jawab pada diri Anda mupun orang lain dalam hal apapun?
Jawab: bertanggung jawab…eee..ya kau disini ngerasa udah bertanggung jawab dengan apa yang aku perbuat dulu dan dipertanggung jawabkan disini. Yaaa.,walaupun aku bisa bilang belum sebandinglah dengan apa yang aku lakukan bertahun-tahun aku lempar sasaran ke orang tua dengan dibandingkan aku 6 bulan disini dikondisikan disini jelas masih jauh. Tapi dengan bertanggung jawab dengan adanya aku disini aku udah applause bangga aja gitu. Gak ada yang sanggup sih di rehab, dan agk ada yang amu kali di rehab. 13. Mampuhkan Anda menyesuaikan diri dan berbaur dengan residen lainnya ? Jawab: eeehh, sudah lah, dengan di detox aja aku dua minggu, malam takbiran aku di detox sendiri lebaran aku sendiri itu sulit banget pastinya yah makanya aku akhirnya bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan aku sendiri. Ibaratnya aku udah menyerahkan diri , ini loh aku mau berubah dengan segala resikonya aku akan jalani. Ya udah 14. Apakah Anda mampu belajar mandiri tanpa campur tangan orang lain dalam memenuhi kebutuhan Anda? Jawab:kalo belajar mandiri aku belum yah, apa yah masih berpangku sama orang tua aku juga gak punya penghasilan. Tapi paling dapet dari usaha keluarga, pengen sih madiri tapi kalo aku misalnya aku mau gimana-gimana bisa nyarih jodoh tetus aku punya usaha . tapi sekarang nyari laki-laki yang bertanggung jawab susah apalagi aku dengan kondisi 3 orang anak. Tapi aku mikirnya orang tuaku masih mampu ngasih aku makan, orang tuaku masih mampu nyekolahin aku. Tuhan yang baik pasti ngasih aku jodoh yang baik, karena wanita yang baik pasti dikasih jodoh yang baik juga. Kalo aku baik dengan orangtuaku kalo aku baik dengan anak-anakku nanti Tuhan akan kasih yang terbaik buat aku. Mandiri tanpa bantuan orang lain juga aku bisa katakana sih belum, karena aku ngerasa
aku masih butuh pertolongan, masih aku masih belum bisa mandiri. Bertahun-tahun aku make lalu disini aku jelas belum bisa mandiri dengan diri aku sendir ikayaknya. 15. Apa rencana Anda jika sudah selesai rehabilitasi? Jawab:Kalo nanti keluar, ya karena masih ada usaha orang tua aku ya mungkin aku yang nangani. Balik lagi ke papah mama jalani aja. 16. Apakah ada keinginan untuk mengkonsumsi lagi Narkoba? jawab: kayaknya enggak deh ya, aku juga akan menjauhi temen-temen aku yang pemakai. Kalo mereka kalo mau temenan sama ya kenapa enggak tapi dengan batasan. Kalo ngajak make lagi enggak, aku udah capek. Mikir lagi paitnya disini, paitnya orang tua aku pokoknya aku mikir lagi deh inget sama umur juga gak muda lagi anakku juga udah gede-gede, jadi ya udahlah udah cukup kalo mereka say hello oke aku jabanin tapi kalo untuk ngejak ke arah itu enggak. Kalo akupun suggest ya nanti paling minta tolong sama mama papah. Dulu aku gak pernah aware sama orang tua aku, aku gak pernah minta kebutuhan selayaknya seorang anak, selayaknya seorang ibu, pokoknya masa bodoh.
Nama responden : SS Usia : 33 Tahun Tempat Tanggal Lahir : Jakarta 26 Febuari 1981 Pekerjaan : jobless Status : belum menikah Pendidikan terakhir : Semester 4 YAI Tanggal wawancara : 14 Maret 2014
1. Kapan Anda masuk rehabilitasi ? Jawab: sepetember, aaa,,,ee, ya terus terang aja aku masuk sini ya karena ketangkep polisi. Gitu kan ya, diwilayah peredaran narkoba gitu yah dan ternyata setelah di tes urine dan ternyata positip. Eee dan memang aku sudah dinyatakan sebagai pemakai, dan kalo pemakai biasanya di masukin rehab dibandingkan dengan menjalani proses hukum kemudian proses hukum berjalan dan akhirnya masuk ke rehabilitasi BNN ini. Gitu…. 2. Sudah berapa lama Anda mengkonsumsi Narkoba? Jawab: oww, itu aku udah pake narkoba dari tahun 1996 yahh. Lebih kurang 16 atau 17 tahun kali yaa, SMA kelas 1. 3. Dari mana Anda mengenal Narkoba? Jawab: eee lingkungan yaaa sebenernya, karena lingkungan aku udah pemakai narkoba. 4. Jenis Narkoba apa saja yang Anda konsumsi ? Jawab: putaw,eee ganja pernah tapi hanya pernah aja, shabu-shabu juga pernah pake. 5. Bagaimana kesehatan Anda sekarang setelah menjalani rehabilitasi, apakah merasa sehat dan fit?
Jawab: baik banget (tampak sumringah). aku flashback dulu ya, aku tuh dulu-dulu pernah berenti dari narkoba padahal biasanya tuh dulu-dulu gak tau yah eee kalo pemakai narkoba itu kadang-kadang kalo lagi putus dari zat malah penyakit timbul-timbul. Tapi gak tau yah aku Alhamdulillah mungkin dapet berkah dari Tuhan juga yak jadi disini aku sehat banget bukan hanya lepas dari narkoba doang pola hidup juga dibikin teratur. Dulu pernah berenti dari narkoba minum obat penghilang sakaw tapi pola hidup tetep aja sama Cuma hanya lepas aja gitu dari narkoba. Jam tidur, jam makan atau segala macem belum teratur yaaa aku sih menganalisa sendiri kayaknya itu faktornya aku ngerasain banget berhenti dari narkoba dengan cara rehabilitasi. Bener-bener nih, sekian tahun aku gak pernah masuk rehabilitasi, dari sebelum satu bulan saya butuh tempat ini. 6. Bagaimanakah kegiatan sehari-hari Anda ketika sebelum dan sesudah rehabilitasi? Jawab: eee ya aku sama aja kayak remaja normal sebelumnya, yang gak ada kendala dengan sekolah, prestasi, yaaa semuanya normalah meskipun banyak teman yang sudah memakai narkoba saya gak terpengaruh sebelumnya. Kalo boleh cerita sedikit karena perkara hati, saya sayang banget sama pacar saya dari SMP karena dia pake narkoba semua-muanya karakternya berubah 180 derajat baru disitu timbul ada rasa saya apa sih, apa emang zat ini bisa merubah sifat seorang sampai sebegitunya? Orang yang saya kenal bisa berubah secara signifikan semua-muanya. Jadi tanpa saya sadarin saya terus-terus udah mulai menyalahgunakan narkoba, dan kemudian saya sendiri gak sadar kalo diri saya berubah akibat obat itu. Penilaian saya pun berubah, pelan-pelan otak saya terbuka ya setelah disini dan menjalani rehabilitasi. 7. Bagaimanakah perasaan anda setelah di rehabilitasi disini, apakah mengalami kemajuan pada rohani maupun jasmani?
Jawab: eee, signifikan sih enggak. Tapi kemajuan memang ada, sekarang saya lebih mensyukuri semua-mua yang saya punya sekarang. Gitu. Sekarang saya sadar banget apapun disyukuri sama Tuhan, apapun yang saya punya bisa diambil sekejap mata sama Tuhan, apapun tentang kesehatan saya sekarang semuanya rencana Tuhan, Saya dulu ada niatan ingin berenti dari narkoba, terus saya ketangkap dan masuk sini juga itu kehendak Tuha. Jadi ada hikmahnya, saya bukan ini banget sama agama gitu ya, eee tapi saya kahirnya percaya apalagi saya percaya tempat ini rumah doa juga gitu, saya sehat disini percaya atau enggak ya, di minggu-minggu pertama saat putus zat (di detox) pada sakitsakit sakaw apalah, saya gak ngerasa sakit sampe kayak gitu tapi tetep ada memang, ada pengaruh gitu. Saya kan make bukan setahun dua tahun saya flashback dulu ya, dulu-dulu kalo saya berenti itu badan saya sakit sampe gimana banget, ngilu-ngilu, perut sakit semuanya deh pokoknya. Untuk lepas dari kecanduan itu badan ngerasa sakit kayak disiksa, sekarang Alhamdulillah gampang banget lancarrrr bangett. Tapi di bulan pertama rehabilitasi saya susah tidur, tapi saya membandingkan dulu-dulu padahal dibantu obat dari ahli , tapi terkadang saya gak terbatu. Ketika rehab disini saya merasa ee jalannya dibikin lancer, dibikin mudah. Jadi saya makin merasa bersyukur lagi gitu. 8. Menurut Anda, apakah selama dalam rehabilitasi ini bertingkah laku baik? Jawab: ya kalo menurut saya, kalo saya membandingkan perilaku saya sebelumnya, saya berusaha mengikuti peraturan yang ada. Waktu awal-awal, waktu di detox saya masih belum ikut kegiatan rehabilitasi masih masa detoxifikasi (putus zat) disitu memang masih ada,apa yah reaksi-reaski negative, transisi,ya namanya juga pengaruh pikiran saya segala macem,stress dan saya itu tunjukan. Saya sempet marah-marah, dari yang tadinya kehidupannya bebas lalu terkungkung. Minggu pertama sempet seperti itu yak an, eeee
dan lagi pada saat itu saya merasa perlakuan yang dilakukan ke saya gak dapet penjelasan apa-apa gitu, jadi sayapun ada rasa gak menerima, ada rasa saya benar pada saat itu. Terus terang memang waktu itu ada pemicunya, terus terang waktu itu saya abis denger lagu yang sedih banget…saya pengen pulang cari perhatian sama yang lain dengan cara marah-mara, nangis, ngamuk, di kunciin, waktu itu saya denger lagu Ayah dan kebetulan lagi sendirian. Tadinya kan saya bertiga, yang dua udah lanjut ke program jadi tiba-tiba di detox itu saya sendirian. Mungkin saya bertindak sebagai seorang “saya” yang pecandu yaa yang kalo pengen sesuatu cari perhatiannya dengan cara yang negatif seperti itu yang kayak nangis,marah-marah, tapi kalo inget-inget lagi saya malu juga ya apalagi umur aku udah gak muda lagi. 9. Apakah Anda sering merasa gagal, bimbang, kecewa dan selalu dalam tekanan? Jawab: Alhamdulillahnya enggak, banyak hal yang aku dapet disini. Banyak orang lain yang nasibnya seberuntung saya gitu-gitu sih. Tapi apa yah, ya udah deh yang dulu-dulu gak usah diinget. Aku bukan tipe orang yang menyesali masa lalu, kebetulan aku orangnya kayak gitu. 10. Apakah Anda selalu mempertimbangkan setiap apa yang akan Anda lakukan? Jawab: Kadang-kadang enggak kadang aku masih apa yah masih tetep sifat aslinya aku itu karakter-karakter asli aku itu masih melekat. Apa yah kayak implusif gitu ya, tapi pembelaan aku pembenaran aku eee. Bukan hal yang melanggar aturan hanya aja memang disini awarenessnya lebih banyak bercanda dan lain-lain. 11. Apakah anda selalu mematuhi peraturan yang diberikan di tempat rehabilitasi ini? Jawab:iyaaa, tapi kek masalah kebiasaan-kebiasaan diluar yang kayak bercanda aku tepok-tepok badan body contact yang aku bilang aku itu masih ada tindakan-tindakan aku
yang pertimbangannya imflusif bener-bener akhirnya melanggar peraturan. Banyak banget perilaku tertangkap sih, bercanda, dorong-dorongan kan udah biasa ya , tapi disni gak boleh. Kayak gtu 12. Apakah Anda mampu bertanggung jawab pada diri Anda mupun orang lain dalam hal apapun? Jawab: eee…semaksimal mungkin iya. Tetep ada bantuan dari orang lain, tak bisa dipungkiri support itu memang penting, motivasi dari pihak keluarga.kebetulan disini kan konsepnya kekeluargaan nih . kadang kalo feeling lagi sedih atau apa gitu saya ngerasa banget gitu, biarpun saya tipe orang yang mandiri tapi tetep saya ngerasa gitu dengan ketika saya pengen ngomong dan orang ngedenger aja saya seneng udah terhibur. Support ada gitu. 13. Mampuhkan Anda menyesuaikan diri dan berbaur dengan residen lainnya ? Jawab:ohh iya, kalo untuk masalah peraturan-peraturan itu menyesuaikan diri dengan pola disini misalnya kativitasnya, jadwal rutinnya, itungan cepet ya. minggu pertama saya udah bisa adaptasi ya, tapi ya itu dia masalah kebiasaan aku yang masih perilaku ya yang negatif mulai cara ngomong, sinis, ya jadi kepribadian, habit misalnya, kebiasaan buruk masalah bercanda gitu-gitu deh dan habit-ghabit lain lah. kalo menurut saya dulu itu masalah sepele banget, itu memang masih terus berproses sampai detik ini. Tapi kalo adaptasi dengan pola dan lain-lain itu udah itungan cepet . 14. Apakah Anda mampu belajar mandiri tanpa campur tangan orang lain dalam memenuhi kebutuhan Anda? Jawab: kalo saya bilang sih ya, bisa dan gak bisa tergantung hal-hal apa. Tapi apa yahhh, eee kalo untuk kebutuhan pribadi ya memang, memang harus belajar mandiri karena
disini juga apa ya nanti kalo gak mandiri nyuruh-nyuruh orang bakal jd kebiasaan. Tapi kalo job function kita diajarkan untuk teamwork dan kerjasama, jadi menurut saya ya tergantung mandiri nya itu dalam situasi apa dulu gitu ya.. 15. Apa rencana Anda jika sudah selesai rehabilitasi? Jawab: eee kalo aku sih abis keluar dari sini ada rencana mau OJT disini (On job Training). 16. Apakah ada keinginan untuk mengkonsumsi lagi Narkoba? jawab: jujur kalo untuk sekarang dan mengatakan pada diri sendiri lebih baik saya enggak berhubungan dulu sama sekali, even hanya lewat telepon say hi , email cuma nanya kabar lebih baik enggak, karena banyak belajar disini juga gitu yah. Karena akhirnya saya disini sadar sama perilaku pecandu, gitu. Ada hal-hal, orang-orang, tempattempat yang bisa membuat penyakit kecanduan itu kembali dan rasa suggest itu rasa keinginan itu ada. Jadi saya gak mau ngambil resiko itu dulu. Saya mencari posisi aman dulu, kalo gak tahan godaan lebih baik gak usah gitu.
Balai Besar Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional TATA TERTIB DETOKSIFIKASI RESIDEN 1. No drugs( tidak menggunakan narkoba dan zat adiktif lainnya), No sex (tidak melakukan hubungan sex), No violence ( tidak melakukan kekerasan dan atau menyakiti orang lain), No Vandalism (tidak mengrusak atau melakukan pengrusakan, mencoret-coret terhadap barang yang ada di facility), No stealing (tidak melakukan pencurian di dalam facility) 2. Obat diminum sendiri di depan perawat, tidak boleh disimpan, dibuang atau bahkan diberikan kepada family yang lain 3. Tidak diperkenankan menggunakan suatu barang secara bersama-sama(joint) rokok, snack, alat-alat mandi, dll 4. Tidak diperkenankan menyimpan barang-barang seperti rokok, korek, uang dan barangbarang yang membahayakan 5. Wajib menjaga kebersihan dormitory 6. Wajib menjaga ketertiban di dalam dorm 7. Saling menghargai dan menghorati satu sama lain, P.E. perawat maupun security 8. Tidak diperkenankan menitipkan barang (tas, sepatu, dll) dalam bentuk apapun kepada perawat ataupun security 9. Perlengkapan pribadi: a. Kaos orange : 2 buah b. Celana ¾ : 3 buah c. Pakaian dalam : 4 buah
d. Sandal jepit : 1 pasang e. Perlengakapan ibadah : 1 set f. Handuk : 1 buah g. Snack kecil tambahan bukan bentuk kaleng dan kaca h. Untuk sisir, minyak kayu putih, obat gosok disimpan diruang perawat
Mengetahuai Kasi Yan Rehab Medis
Dr. Andrew Kristanto
Balai Besar Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional
DAILY SCHEDULLE DETOKSIFIKASI FEMALE Waktu 05.00 07.00 07.00-07.15 07.15-07.45 07.45-08.15 08.14-08.30 08.30-09.00 09.00-10.00 10.00-12.00 12.00-12.15 12.15-13.00 13.00-15.00 15.00-15.15 15.15-15.30 15.30-17.30 17.30-18.00 18.00-19.15 18.15-18.45 18.45-19.00 19.00-19.15 19.15-20.00 20.00-20.30 2.30
Kegiatan Prayer time Wake up call Olah raga pagi Mandi pagi Makan pagi Smoking break Morning breafing function Recreation hour+snack time Prayer time Makan siang siesta Prayer tie function Recreation hour+snack time Wash up Prayer time Makan malam Smoking break Prayer time Recreation hour+snack time Wrap up Closing
Ket
By P.E/prwt
By PE/Prwt
NB: 1. Menonton TV hanya boleh dilakukan pada recreation hour 2. Jadwal visite dokter umum, psikolog dan psikiater jam 10.00 3. Jadwal minum obat sebelum atau sesudah makan diruang perawat dan diawasi oleh perawat 4. Perubahan jam kegiatan dapat disesuaikan dengan kondisi tertentu dan harus diketahui oleh perawat jaga.
LAMPIRAN
1. Gedung Utama Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido Bogor Jawa Barat dan ruangan female.
2. Ruangan Residen Female , Mess dan Helipad.
3. Kegiatan residen saat morning meeting
4. Wawancara dengan pembimbing dan hasil seni kaligrafi residen
5. Jargon-Jargon dan kegiatan ibadah shalat jum’at residen