KEBERPIHAKAN MEDIA ONLINE TERHADAP CONTENTCONTENT BERMUATAN ISLAM (ANALISIS FRAMING KONSTRUKSI REALITAS PEMBERITAAN POLWAN BERJILBAB DI REPUBLIKA ONLINE)
Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I)
Disusun Oleh: Putri Buana Tungga Dewi NIM: 109051100074
KONSENTRASI JURNALISTIK JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1434 H/2013 M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini sayamenyatakanbahwa: 1. Skripsi ini merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratanmemperoleh gelar sarjana 1 (SD Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini, saya telah cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN
Syarif
Hidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini merupakan hasil plagiat atau hasil jiplakan karya orang lain, maka saya bersediamenerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat,3 Oktober2013
Putri BuanaTunggaDewi
LEMBAR PERSETUJUANPEMBIMBING
KEBERPIHAKAN MEDIA ONLINE TERHADAP CONTEN T.CONTENT BERMUATAN ISLAM (ANALISIS Tn1 MING KONSTRUKSI REALITAS PEMBERITAAN POLWAN BERJILBAB DI REPABLIKA ONLINE)
SKRIPSI DiajukankepadaFakultasIlmu DakwahdanIlmu Komunikasiuntuk Memenuhi Persyaratan MemperolehGelarSarjanaKomunikasiIslam(S.Kom.I)
Oleh: Putri BuanaTungsaDewi NrM 109051100074
Di bawah Bimbinsan
1 1 01 9 9 3 0 3
KONSENTRASI JURI{ALISTIK JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISILAM NEGERI SYARIF HID.A,YATULLAH JAKAITTA r434H12013M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi yang berjudul "Keberpihakan
Media Online terhadap Content-content
Bermuatan Islam (Analisis Framing Konstruksi Realitas Pemberitaan Polwan Berjilbab di Repablika Online)" telah diujikan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif
Hidayatullah Jakartapada tanggal 21 Oktober 2013. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) pada JurusanKonsentrasiJurnalistik.
Jakarta.2 1 Oktober2013 Sidang Munaqasyah Ketua Sidang
SekretarisSidang
/}fril{
/ /l-+l
tl
Ade Rina Farida.M.Si NIP: 19770513 2007012 018
NIP: 197308221998032 001
Anggota
PengujiII
/JW
Ade Rina Farida.M.Si NIP: 19770513 2007012 018
NIP: 19830610 2009122 001
Pembimbing
l0 199303
ABSTRAK Putri Buana Tungga Dewi Keberpihakan Media Online terhadap Content-content Bermuatan Islam (Analisis Framing Konstruksi Realitas Pemberitaan Polwan Berjilbab di Republika Online) Adanya aspirasi polisi wanita (Polwan) Muslimah yang ingin menggunakan jilbab ditolak oleh pihak Korps Tri Bata Polri. Penolakan ini didasari adanya Peraturan Kapolri No Pol: Skep/702/IX/2005 tentang seragam anggotanya. Banyak pihak yang menyayangkan peraturan ini dan meminta pihak Polri untuk merevisi. Republika Online (ROL) sebagai media online berbasis Islam ikut memberi dukungan dan keberpihakannya kepada Polwan yang ingin berjilbab. Keberpihakan ini melalui pemberitaan-pemberitaan yang terus menerus disebarkan, dan puncaknya pada bulan Juni 2013. Dari paparan di atas, muncul beberapa pertanyaan yaitu: Bagaimana frame konstruksi ROL tentang pemberitaan Polwan berjilbab? Bagaimana bentuk keberpihakan ROL terhadap pemberitaan Polwan berjilbab? Dalam teks berita tentang isu ini, pada ROL terdapat informasi-informasi yang tidak dibahas utuh. Realitas yang ditampilkan oleh ROL sangat nampak mendukung Polwan yang ingin berjilbab. Hal ini ditunjukkan dengan pemilihan bahasa dan narasumber. Sehingga informasi didominasi dengan pihak yang sependapat. Hal ini tentu saja membentuk pikiran pembaca kepada maksud dan tujuan yang sesuai ROL harapkan. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan teori Konstruksi Realitas Sosial yang diperkenalkan oleh Peter L. Berger dan Thomas Luckmann. Pada teori Konstruksi Realitas Sosial, Berger dan Luckmann menjelaskan bahwa media melakukan konstruksi terhadap fenomena sosial di masyarakat dengan proses pembingkaian. Kemudian dikaitkan dengan teori framing Robert N. Entman dengan konsep: Define Problems, Diagnose Causes, Make Moral Judgement, dan Treatment Recommendation. Penelitian skripsi ini menggunakan: Paradigma Konstruksionis, pendekatan kualitatif, dan jenis penelitian deskriptif dengan menguraikan isi serta melakukan interpretasi atas teks. Teknik pengumpulan data yang digunakan berupa non-partisipasi dan data primer dengan teks dan wawancara. Data sekunder diperoleh dari studi kepustakaan dan data perusahaan, sedangkan analisis data menggunakan Teori framing Robert N. Entman. Hasil penelitian teks menunjukkan banyak pihak yang mendukung adanya revisi atas Peraturan Kapolri sebelumnya. ROL pun menunjukkan keberpihakan pada kaum Muslimah dengan cara menampilkan narasumber yang sejalan dengan ideologi dari ROL tanpa mengimbangi pandangan dari sisi Hak Asasi Manusia (HAM) Polwan Keseluruhan. Dengan demikian, ROL turut mendukung aspirasi Polwan yang ingin berjilbab dengan cara mengkonstruksi realitas atas isu ini dan diberitakan terus menerus. Selama keputusan Polri belum dicabut, ROL akan tetap membuat berita terkait isu ini agar petinggi Polri mengeluarkan kebijakan yang sesuai dengan agama anggotanya. Keywords: Republika, Online, Polwan, Jilbab dan Polri. i
KATA PENGANTAR Pertama–tama peneliti ucapkan syukur Alhamdulillaahirabbil ‘aalamiin, segala puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah S.W.T, Yang Maha Pengasih dan Maha Penyanyang. Berkat limpahan rahmat dan hidayah-Nya peneliti berhasil menyelesaikan skripsi dengan judul “Keberpihakan Media Online terhadap Content-content Bermuatan Islam (Analisis Framing Konstruksi Realitas Pemberitaan Polwan Berjilbab di Republika Online).” Shalawat serta salam juga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga beserta para sahabat-sahabatnya. Skripsi ini merupakan tugas akhir peneliti yang disusun guna melengkapi salah satu syarat yang telah ditentukan dalam menempuh program studi Strata Satu (S1) Konsentrasi Jurnalistik Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penyelesaian skripsi ini tentunya telah dibantu oleh banyak pihak. Oleh karena itu peneliti perlu mengucapkan terima kasih untuk orang tua, dosen, keluarga dan teman–teman. 1. Dr. H. Arief Subhan, M.A. selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi dan dosen pembimbing yang telah sabar dan banyak memberi arahan, waktu dan motivasi kepada peneliti dalam penyusunan karya ilmiah ini. 2. Dr. Suparto, M.Ed. selaku Wakil Dekan I Bidang Akademik, Drs. Jumroni, M.Si. Wakil Dekan II Bidang Kepegawaian, dan Drs. Wahidin Saputra, MA. Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan. 3. Ibu Rubiyanah, M.A. selaku Ketua Konsentrasi Jurnalistik dan Ibu Ade Rina Farida M.Si. selaku Sekretaris Konsentrasi Jurnalistik dan selaku Penguji 2 yang selalu membantu dan selalu saya repotkan. 4. Ibu Fita Fathurokhmah, SS, M.Si. selaku Penguji 1 yang bersedia membimbing dan memberi semangat untuk terus maju. 5. Kepada seluruh Dosen, serta staf–staf Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Khususnya Dosen dan staf Fakultas Ilmu
ii
Dakwah dan Komunikasi yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat bagi peneliti. 6. Kepala Republika Online M. Irwan Ariefyanto (Kang One), Pak Yanto, beserta karyawan-karyawan Republika Online yang telah bersedia meluangkan waktu, membantu dan ramah kepada peneliti selama proses penelitian berlangsung. 7. Terima kasih yang sangat besar kepada ayahanda Drs. Buchori Hasibuan dan ibunda Dra. Sri Irian Tuti (Almh.) yang banyak memberikan cinta dan kasih sayang, do’a, pendidikan, pengarahan, materil, dan pengalaman hidup yang sangat berharga, luar biasa dan selalu dikenang. Skripsi ini merupakan bentuk dedikasi peneliti kepada orang tua tercinta. I love u. Forever.... 8. Untuk keluarga yang hebat ibu Nurani, Eka Heriyani, Armi, Ekasakti Octoharyanto,
Widya
Rahmi,
Mangaraja
Agung
Kurniawan
Libiantoro, Dwi Febryaningsih, Indra Rivai, Althafazrais Widyanatha Ekasakti, Diandra dan seluruh keluarga H. Abdullah Syukur yang memberi semangat juang. 9. Untuk Iqbal Jaya Wardana dan keluarga yang selalu ada, menemani dan menghibur saat peneliti mengalami kesulitan dan dilanda jenuh. 10. Untuk teman–teman Jurnalistik angkatan 2009 yang saya sayangi. 11. Untuk semua keluarga barak tercinta Terakhir peneliti mengucapkan terima kasih kepada semua rekan– rekan lainnya yang tidak dapat peneliti sebut satu persatu. Kemudian peneliti juga menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari karya ilmiah ini, maka dari itu kritik dan saran pembaca sangat diharapkan yang bertujuan untuk melengkapi dan menyempurnakan skripsi ini.
Ciputat, 3 Oktober 2013 Peneliti
Putri Buana Tungga Dewi iii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................................ i KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii DAFTAR ISI ........................................................................................................ iv DAFTAR TABEL ............................................................................................... vi BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ........................................................................ 1 B. Batasan dan Rumusan Masalah ............................................................. 5 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .............................................................. 6 D. Metodologi Penelitian ............................................................................ 7 E. Tinjauan Pustaka .................................................................................. 16 F. Sistematika Penulisan .......................................................................... 17
BAB II. LANDASAN TEORITIS DAN KERANGKA KONSEPTUAL A. Landasan Teoritis 1. Konstruksi Realitas Sosial Media Massa Berger dan Luckmann .... 19 2. Analisis Framing Robert N. Entman .............................................. 25 B. Kerangka Konseptual 1. Media Massa ................................................................................... 32 a. Media online .............................................................................. 35 2. Berita .............................................................................................. 37 3. Jilbab ............................................................................................... 44
BAB III. COMPANY PROFILE REPUBLIKA ONLINE A. Sejarah Singkat Republika Online ....................................................... 53 B. Visi dan Misi Republika Online .......................................................... 55 C. Struktur Redaksi Republika Online ..................................................... 56 D. Content (isi) Berita Republika Online ................................................. 57
iv
BAB IV. HASIL TEMUAN DAN ANALISIS DATA Hasil Temuan dan Analisis Konstruksi Realitas Sosial, Framing Entman Pemberitaan Polwan Berjilbab ............................................... 61
BAB V. PENUTUP A. Kesimpulan .......................................................................................... 83 B. Saran .................................................................................................... 85
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 87 LAMPIRAN
v
DAFTAR TABEL
Tabel I.
1. Dua Dimensi Framing konsep Robert N. Entman .................. 14 2. Analisis Framing Robert N. Entman ....................................... 15
Tabel II.
1. Pengertian Framing .................................................................. 27 2. Dimensi Besar Entman ............................................................ 29 3. Konsepsi Framing Entman ...................................................... 30 4. Perbedaan teknis Media Cetak dengan Media Online ............. 36 5. Kategori Berita ........................................................................ 40 6. Nilai Berita ............................................................................... 41
Tabel III.
1. Perkembangan Republika Online ............................................. 57 2. Content (isi) Berita Republika Online ..................................... 58
Tabel IV.
1. Objek Penelitian pada Republika Online ................................. 62 2. Konsep Framing Entman ......................................................... 64
vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pada hari Kamis, 13 Juni 2013, Republika Online (ROL) menurunkan berita berjudul “Kapolri: Peraturan Jilbab Bisa Diubah”. Pemberitaan ini menggelitik dan mendapat perhatian sejumlah masyarakat, khususnya kaum Muslim di Indonesia, karena berkaitan dengan munculnya aspirasi agar Polwan diperbolehkan berjilbab. Berita itu muncul dilatarbelakangi adanya Peraturan Kapolri No. Pol: Skep/702/IX/2005 tentang seragam dan aspirasi atau tuntutan perubahan Peraturan Kapolri tersebut dari berbagai kalangan, mulai dari polisi wanita (Polwan) yang ingin berjilbab, para calon Polwan yang ditolak karena sudah berjilbab sampai berbagai tokoh masyarakat, serta adanya sikap mengulurulur dan tidak adanya ketegasan dari pihak Polri. Kapolri Jendral Timur Pradopo dalam salah satu pernyataannya menjelaskan: Sebagai institusi, Polri juga merupakan lembaga terbuka bagi semua aspirasi anggotanya. “Begitu juga dengan aspirasi sejumlah polwan yang ingin berhijab,” ujar Kapolri. Ia menegaskan, sejatinya kepolisian tak melarang polwan berhijab. Meski demikian, memang belum ada aturan jelas soal penggunaan jilbab. 1
Tetapi dari awal pernyataan Kapolri di atas di sela-sela acara serah terima jabatan (sertijab) sejumlah pejabat Kapolda di Mabes Polri, Rabu (13/6), sampai saat ini belum ada perubahan tentang diperbolehkan atau tidak Polwan berjilbab. Dan dijelaskan oleh Kepala Humas Bagian Penerangan 1
Zaky Al Hamzah, Kapolri: Peraturan Jilbab Bisa Diubah, artikel diakses pada 15 Juni 2013 dari http://www.republika.co.id/berita/koran/news-update/13/06/13/moaxgt-kapolriperaturan-jilbab-bisa-diubah
1
2
Umum Mabes Polri Kombes Agus Rianto bahwa pengenaan jilbab bukan termasuk seragam bagi Polwan di luar Aceh. Ia menegaskan, “sebelum ada peraturan baru, para Polwan mesti menunda keinginan berjilbab. Kira-kira demikian yang ingin pimpinan Polri disampaikan. Mohon menjadi pesan juga (untuk Polwan) selama belum ada perubahan. Laksanakan dulu yang ada,” kata Agus.”2 Pernyataan Polri kali ini menjawab keinginan masyarakat Muslim dan keinginan sejumlah Polwan yang menuntut pelonggaran pembatasan jilbab untuk Polwan. Sebelumnya, beberapa kali Polri mengatakan, penggunaan jilbab tidak sesuai aturan sehingga belum diperkenankan, bahkan bagi yang nekat berjilbab akan dikategorikan sebagai pelanggar, seperti penyataan Wakil Kepala Polri Komjen Nanan Sukarna, “yang meminta Polwan yang ingin berjilbab agar segera mengundurkan diri alias pensiun atau keluar.”3 Saat kontroversi ini diberitakan oleh berbagai media, salah satunya ROL, isu ini menjadi hangat diperbincangkan dan menjadi wacana di ruang publik. Terlebih lagi, adanya pihak yang mengecam keras dan sangat menyayangkan pernyataan Komjen Nanan Sukarna yang memberikan pilihan bagi Polwan jika ingin berjilbab agar meninggalkan statusnya sebagai polisi. Karena sejatinya kepolisian adalah salah satu instansi pemerintah yang sangat berperan penting di dalam hukum dan keamanan Republik 2
ibid Wahyu Syahputra, Pimpinan Polri Diminta Arif Hadapi Permintaan Polwan Berjibab, artikel diakses pada 15 Juni 2013 dari http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/13/06/15/mofdl0-pimpinan-polri-diminta-arifhadapi-permintaan-polwan-berjilbab 3
3
Indonesia. Instansi ini juga berkewajiban untuk melindungi hak asasi dari warga negaranya, tidak terkecuali kaum perempuan yang berprofesi sebagai polisi wanita (Polwan). Salah satu pihak yang ikut mengecam pernyataan dari salah satu petinggi Polri tersebut adalah Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof. Din Syamsuddin. Beliau mengatakan, Pemakaian jilbab merupakan ibadah karena itu merupakan salah satu pelaksanaan dalam syariat Islam bagi perempuan. Jika seorang Muslimah ingin mengenakan jilbab, menurutnya, tidak boleh ada yang melarang4. Sebelumnya
telah
dijelaskan
bahwa
Islam
tidak
pernah
memaksakan keyakinan seseorang, baik laki-laki ataupun perempuan. Islam bahkan memberi kesempatan untuk meyakini apa yang seseorang mau yakini. Tetapi, Islam memberi batasan dan pedoman tentang akidah yang benar dan balasan bagi yang berpegang teguh, ancaman bagi yang mengingkarinya. Seorang Muslimah dengan profesi apapun tetap dituntut untuk menunaikan hak dan kewajibannya yang terkadang mengharuskan dia mengemukakan pendapat. Muslimah pun boleh menuntut haknya jika dirampas, termasuk saat menjalankan ibadah5. Salah satu kewajiban ibadah bagi Muslimah adalah menutup auratnya dari ujung kepala hingga kaki, kecuali muka dan telapak tangan yang biasa kita sebut berjilbab/berkerudung.
4
Zaky Al Hamzah, Kapolri: Peraturan Jilbab Bisa Diubah,artikel diakses pada 15 juni 2013, 15. 56 WIB dari http://www.republika.co.id/berita/koran/news-update/13/06/13/moaxgtkapolri-peraturan-jilbab-bisa-diubah 5 Ali bin Sa’id Al-Ghamidi, Fikih Wanita, (Solo: AQWAM, 2013) , h. 168-169.
4
Setiap individu-diharapkan-berperan aktif dalam mendukung pemakaian jilbab, karena ada beberapa
hikmah yang bisa diperoleh
Muslimah dalam kehidupan sehari-hari, antara lain sebagai identitas seorang Muslimah, meninggikan derajat wanita Muslimah, mencegah dari gangguan laki-laki yang tidak bertanggung jawab, kontrol sosial, dan lain-lain. Menurut Sunarto pada karangannya, wanita oleh media massa baik melalui iklan atau berita, senantiasa digambarkan tempatnya ada di rumah, berperan sebagai ibu rumah tangga dan pengasuh, tergantung pada pria, tidak mampu membuat keputusan penting, menjalani profesi yang terbatas, dan lain–lain. Melalui penggambaran semacam itu, menurut Marilyn Frye pada buku karangan Sunarto: kaum wanita telah mengalami kekerasan dan penindasan yang dilakukan oleh suatu jaringan kekuasaan dalam berbagai bentuk, misalnya berupa diskriminasi kerja, diskriminasi upah, pelecehan seksual, ketergantungan pada suami, pembatasan peran sosial sebagai wanita, istri, dan ibu rumah tangga, dan sebagainya.6 Melalui fungsi mediasinya, media massa menunjukkan pada khalayaknya bagaimana semua kekerasan itu diketahui sebagaimana adanya. Oleh karena itu, banyak media yang memberitakan suatu peristiwa yang sama tetapi disajikan berbeda, tidak terkecuali dengan ROL. ROL merupakan salah satu media massa online di Indonesia yang menginformasikan peristiwa yang ada dengan karakteristik yang khas di dalam
setiap
pemberitaannya.
Sebagaimana
diketahui,
sejak
awal
perkembangannya media online telah menjadi bagian dari media yang 6
Sunarto, Televisi, Kekerasan dan Perempuan , (Jakarta:PT.Kompas Media Nusantara 2009) , h.4.
5
mempermudah masyarakat untuk mendapatkan informasi secara cepat. Secara khusus, media online pun memiliki persepsi dan ideologi yang berbeda dengan media lainnya. Media online juga tidak berdiri sendiri, dibalik itu ia dikelilingi dengan berbagai kepentingan. Maka dengan adanya pro kontra atas pemberitaan tersebut, ROL sebagai media Muslim nasional memuat content-content bermuatan Islam dan memiliki pandangan tersendiri sesuai dengan ideologinya terhadap kasus Polwan berjilbab dengan konstruksi dan frame yang berbeda dengan media lainnya. Untuk mengetahui frame ROL dalam pengkonstruksian pemberitaan tersebut, maka peneliti mengangkat penelitian skripsi dengan judul “Keberpihakan Media Online terhadap Content-content Bermuatan Islam (Analisis Framing Konstruksi Realitas Pemberitaan Polwan Berjilbab di Republika Online)”
B. Batasan dan Rumusan Masalah 1. Batasan masalah Agar penelitian ini lebih terarah dan tidak melebar, maka yang diteliti dalam penelitian ini terbatas pada bagaimana ROL membingkai pemberitaan seputar isu Polwan berjilbab dengan mengacu pada model framing Robert N. Entman, sebaliknya peneliti tidak fokus pada bagaimana cara wartawan memproduksi, penerima ataupun dampak yang terjadi. Peneliti mengambil empat berita yang terkait dengan peristiwa yang diteliti, antara lain berita pada ROL pada tanggal 12, 13 dan 18 Juni 2013.
6
2. Rumusan masalah Dari batasan masalah di atas, disusunlah rumusan masalah sebagai berikut: a.
Bagaimana frame konstruksi Republika Online (ROL) tentang pemberitaan Polwan berjilbab?
b.
Bagaimana
bentuk
keberpihakan
Republika
Online
terhadap
pemberitaan Polwan berjilbab?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji bagaimana ROL membingkai realitas atas isu pemberitaan Polwan berjilbab pada bulan Juni 2013 dan untuk mengetahui bentuk keberpihakan ROL terhadap pemberitaan ini. 2. Manfaat Penelitian a. Manfaat Akademis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada pengembangan keilmuan komunikasi dakwah, khususnya bagi penelitian dibidang jurnalistik yang berkaitan dengan sudut pandang media dalam menyajikan berita pada media online. Dengan begitu dapat menjadi rujukan untuk pengembangan dan penelitian yang akan datang dengan kajian framing dan konstruksi pada media massa.
7
b. Manfaat Praktis Adapun manfaat praktis penelitian ini adalah diharapkan penelitian ini dapat memberikan kontribusi positif bagi proses komunikasi dakwah secara langsung atau organisasi bermedia melalui strategi dakwah dalam media massa dan diharapkan dapat menjadi masukan bagi redaksi Republika Online (ROL) dalam membingkai suatu realitas sebelum menjadi berita dan dikonsumsi oleh khalayak.
D. Metodologi Penelitian 1. Paradigma Penelitian Dalam penelitian tentang pemberitaan ini, peneliti menggunakan paradigma konstruksionis. Menurut Umar, paradigma adalah suatu cara pandang terhadap suatu yang menjadi dasar, arah dan makna bagi banyak peneliti untuk melakukan penelitiaannya. Dari pendapat tersebut, peneliti memahami bahwa paradigma dapat dijadikan sebagai cara pandang peneliti terhadap suatu dasar, arah, dan makna untuk melakukan penelitian. Paradigma konstruksionis digunakan karena memiliki pandangan bahwa berita bukanlah realitas yang natural, melainkan konstruksi7. Pada paradigma konstruktivis memiliki posisi dan pandangan tersendiri terhadap media massa dan teks berita yang dihasilkan. Eriyanto juga memberikan pandangan mengenai paradigma konstruksionis, yaitu: “Paradigma ini memandang realitas kehidupan sosial bukanlah realitas 7
Umar Husein, Desain Penelitian MSDM dan Perilaku Karyawan: Paradigma Positivistik dan Berbasis Pemecahan Masalah, ( Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2008) , h.19.
8
yang natural, melainkan hasil dari konstruksi. Karenanya, konsentrasi analisis pada paradigma konstruksionis adalah menemukan bagaimana peristiwa atau realitas tersebut dikonstruksi.”8 Rancangan konstruktivis melihat realitas pemberitaan media sebagai aktivitas konstruksi sosial9. Menurut pandangan ini, bahasa tidak hanya dilihat dari segi gramatikal, tetapi juga melihat apa isi atau makna yang terdapat dalam bahasa itu, sehingga analisis yang disampaikan menurut pandangan ini adalah suatu analisis yang membongkar maksudmaksud dan makna-makna tertentu yang disampaikan oleh sang subjek yang mengemukakan suatu pernyataan10. Dari pengertian di atas peneliti menyimpulkan bahwa pandangan konstruksionis menganggap setiap realitas adalah hasil konstruksi dari sebuah peristiwa atau kejadian. Maka dari itu, realitas sesungguhnya subjektif, karena realitas telah dibentuk sebelumnya. Suatu realitas tidak hanya dikonstruksi dan diproduksi oleh suatu kelompok, tetapi juga selalu berubah–ubah sesuai dengan perubahan kultur dan faktor psikologis individu yang mengkonstruksi hal tersebut. 2. Pendekatan Penelitian Penelitian
ini
menggunakan
pendekatan
kualitatif.
Peneliti
mengganggap bahwa analisis isi kualitatif merupakan metode penelitian
8
Eriyanto, Analisis Framing Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media. Yogyakarta: LkiS. 2011 h.43. 9 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2004), cet. Ke-3, h.204. 10 Jumroni dan Suhaemi, Metode-metode penelitian Komunikasi, (Jakarta: UIN JakartaPress, 2006), h. 83.
9
yang lebih menekankan makna dari pada generalisasi dan hasil analisis data bersifat induktif. Dengan pendekatan ini diharapkan temuan-temuan empiris dapat dideskripsikan secara lebih rinci, lebih jelas, dan akurat, terutama berbagai hal yang berkaitan dengan isu Polwan berjilbab. Dalam penerapannya, pendekatan kualitatif menggunakan metode pengumpulan data dan metode analisis yang bersifat nonkuantitatif, seperti penggunaan instrumen wawancara mendalam dan pengamatan11. Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah analisis deskriptif yang berfokus pada penelitian nonhipotesis sehingga dalam langkah penelitiannya tidak perlu merumuskan hipotesis12. 3. Metode Penelitian Dalam penelitian analisis framing konstruksi realitas pemberitaan Polwan berjilbab di ROL ini, peneliti menggunakan metode analisis framing. Peneliti menggunakan analisis framing karena analisis framing merupakan analisis yang digunakan media untuk membingkai suatu peristiwa. Eriyanto lanjut menyatakan, “Analisis framing adalah analisis yang dipakai untuk melihat bagaimana media mengkonstruksi realitas, analisis framing juga dipakai untuk melihat bagaimana peristiwa dipahami dan
11
Antonius Birowo, Metode Penelitian Komunikasi, (Yogyakarta: Gintanyali,2004), h. 2. Suharismi Arikonto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT. Bina Aksara, 1989), h. 194. 12
10
dibingkai oleh media13. Dan ada beberapa model framing yang dikemukakan para ahli, misalnya Robert N. Entman. Dalam konsep framing Entman, digunakan untuk menggambarkan proses seleksi dan menonjolkan aspek tertentu dari realitas oleh sebuah media. Kata penonjolan itu sendiri dapat didefinisikan; membuat informasi lebih terlihat jelas, lebih bermakna atau lebih mudah diingat oleh khalayak. Dari uraian di atas, peneliti menyimpulkan framing merupakan salah satu teknik analisis dalam riset media massa untuk mengetahui bagaimana suatu media mengkonstruksi realitas dan melihat bagaimana media membingkai suatu realitas. Jika dikaitkan dengan permasalahan penelitian analisis framing konstruksi realitas pemberitaan Polwan berjilbab di ROL, maka peneliti menggunakan metode analisis framing model Robert N. Entman untuk mengetahui bagaimana ROL membingkai suatu realitas tersebut sehingga dapat mengetahui sesuatu hal yang berhubungan dengan isu Polwan berjilbab yang sempat hangat dibicarakan semua kalangan muslim di Indonesia yang dilakukan oleh ROL agar berita tersebut menjadi bermakna, menarik, mencolok, dan diperhatikan publik. Peneliti
menggunakan
model
Robert
N.
Entman
karena
pemahaman peneliti, framing pada dasar dan kenyataan di lapangan bukan hanya berkaitan dengan bagaimana seorang wartawan memproduksi berita sesuai dengan kelengkapan berita (5W+1H) pada suatu peristiwa yang 13
Eriyanto, Analisis Framing, Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media. (Yogyakarta:LkiS Yogyakarta,2012), h.11.
11
dilakukan oleh organisasi media begitu saja, tetapi juga memperhatikan aspek penonjolan, seperti: membuat sebuah informasi lebih diperhatikan, bermakna, dan berkesan dengan menggunakan strategi wacana – penempatan yang mencolok (headline, halaman depan, dan lain-lain), pengulangan,
pemakain
grafis,
pemakaian
label
tertentu
untuk
menggambarkan orang atau peristiwa yang diberitakan.
4. Subjek dan Objek Penelitian Subjek penelitian yang terfokus dalam penelitian ini adalah ROL sedangkan objek penelitian adalah berita tentang Polwan berjilbab yang ditulis oleh reporter ROL.
5. Waktu dan Tempat Penelitian Waktu penelitian ini dimulai pada tanggal 29 Agustus 2013 – 21 Oktober 2013. Penelitian ini dilakukan di kantor Republika Online jam 16.30 WIB yang bertempat di Graha Pejaten 5E-F, Jakarta.
6. Tahapan Penelitian a. Teknik Pengumpulan Data Teknik dan pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu:
12
1. Observasi Dalam teknik pengumpulan data, peneliti menggunakan observasi non-partisipan. Observasi non-partisipan, yaitu peneliti melakukan penelitian dengan tidak melibatkan diri langsung dalam interaksi pada objek saat mencari berita. Peneliti hanya mengumpulkan artikel ROL mengenai isu Polwan berjilbab edisi bulan Juni 2013. Dari artikel–artikel yang terkumpul peneliti mencoba menelaah dan memilih berita yang terfokus pada pemberitaan
seputar Polwan
berjilbab
lalu
menganalisis menggunakan model framing Robert N. Entman. Pada teknik pengumpulan data ini, peneliti menggunakan analisis dokumen. Analisis dokumen hanya mengamati dokumen sebagai sumber informasi dan menginterpretasikannya ke dalam hasil penelitian. Dokumen yang digunakan berupa teks pada pemberitaan Polwan berjilbab bulan Juni di ROL. Peneliti mendapatkan dokumen berupa file PDF dari hasil observasi dari ROL yang dilakukan pada Jum’at, 30 Agustus 2013. 2. Wawancara Peneliti melakukan wawancara langsung dengan Redaktur ROL, Bapak M. Irwan Ariefyanto tentang seputar pemberitaan Polwan berjilbab Edisi Juni 2013, pada tanggal 29 Agustus 2013, jam 16.30 WIB di kantor ROL yang bertempat di Graha Pejaten 5E-F, Jakarta.
13
b. Teknik Analisis Data Peneliti membaca berita sesuai dengan kategori permasalahan yaitu Polwan berjilbab dan menganalisis berita tersebut dengan model framing Robert N. Entman, setelah itu peneliti kaitkan dengan teori Konstruksi atas realitas Berger dan Luckmann serta menambahkan dengan hasil analisis dengan hasil wawancara yang membahas seputar ideologi dan cara pengkostruksian media online tersebut sehingga dapat diketahui frame yang dikonstruksikan oleh ROL tentang pemberitaan Polwan berjilbab. Dalam
konsep
framing
Entman,
digunakan
untuk
menggambarkan proses seleksi dan menonjolkan aspek tertentu dari realitas oleh sebuah media. Kata penonjolan itu sendiri dapat didefinisikan; membuat informasi lebih terlihat jelas, lebih bermakna atau lebih mudah diingat oleh khalayak. Entman melihat framing dalam dua dimensi besar, seleksi isu dan penekanan atau penonjolan aspek-aspek tertentu dari realitas. Penonjolan adalah proses membuat informasi menjadi lebih bermakna, lebih menarik, berarti, atau lebih diingat oleh khalayak.
14
Tabel I. 1. Dua dimensi framing konsep Robert N. Entman Seleksi Isu
Aspek ini beerhubungan dengan pemilihan fakta. Dari realitas yang kompleks dan beragam itu, aspek mana yang seleksi untuk ditampilkan?
Dari proses ini selalu terkandung di dalamnya ada bagian berita yang dimasukkan (included), tetapi ada juga berita yang dikeluarkan (excluded). Tidak semua aspek atau bagian dari isu ditampilkan, wartawan memilih aspek tertentu dari dari suatu isu. Penonjolan Aspek ini berhubungan dengan penulisan fakta. Ketika aspek aspek tertentu dari suatu peristiwa / isu tersebut telah tertentu dipilih, bagaimana aspek tersebut ditulis? dari isu Hal ini sangat berkaitan dengan pemakaian kata, kalimat, gambar, dan citra tertentu untuk ditampilkan kepada khalayak.
Menurut Entman, framing pada dasarnya mengacu pada pemberian definisi, penjelasan, evaluasi, dan rekomendasi dalam suatu wacana untuk membuat kerangka berfikir terhadap suatu peristiwa yang diwacanakan. Wartawan memutuskan apa yang akan ia beritakan, apa yang diliput dan apa yang harus dibuang, apa yang ditonjolkan dan apa yang harus disembunyikan kepada khalayak. Tabel I. 2. Analisis Framing Robert N. Entman14 Define Problem
Bagaimana suatu peristiwa dilihat?
(Pendefinisian Masalah)
Sebagai apa atau sebagai masalah apa?
Diagnoses Causes
Peristiwa itu dilihat dan disebabkan oleh apa?
(Memperkirakan masalah
Apa yang dianggap sebagai penyebab dari suatu
14
Eriyanto, Analisis Framing: Kontruksi, Ideologi dan Politik Media. h. 223.
15
atau sumber masalah)
masalah? Siapa (aktor) yang dianggap sebagai penyebab masalah?
Make Moral Judgement
Nilai moral apa yang disajikan untuk menjelaskan
(Membuat keputusan moral)
masalah? Nilai moral apa yang dipakai untuk melegitimasi atau mendelegitimasi suatu tindakan?
Treatmen Recommendation
Penyelesaian apa yang ditawarkan untuk mengatasi
(menekankan penyelesaian)
masalah atau isu? Jalan apa yang ditawarkan dan harus ditempuh untuk mengatasi masalah?
1. Pedoman Penulisan Penulisan dalam penelitian ini mengacu kepada buku pedoman penulisan karya ilmiah (skripsi, tesis dan disertasi) karya Hamid Nasuhi dkk yang diterbitkan oleh CeQDA (Center for Quality Develoment and Assurance) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta 2007.
16
E. Tinjauan Pustaka Skripsi yang menjadi acuan peneliti untuk memfokuskan penelitian ini adalah skripsi yang membahas analisis yang merujuk pada penelitianpenelitian terdahulu dan buku-buku yang membahas tentang analisis framing pada sebuah media. Adapun contoh skripsi-skripsi tersebut dan literatur lainnya antara lain: Pertama, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media. Buku ini ditulis oleh Eriyanto dan diterbitkan LkiS Yogyakarta pada tahun 2002. Buku ini merupakan buku teks berbahasa Indonesia pertama yang membahas secara lengkap tentang: konsep dasar dan teori framing, pandangan kaum konstruksionis dalam melihat teks berita, hubungan antara ideologi media dan framing, serta membahas juga model–model framing dari para pakar, seperti model framing Murray Edelment, Robert N Entman, William A. Gamson, Zhondang Pan dan Gerald M. Kosicki. Kedua, sebuah skripsi dengan judul, “Framing Media Massa (Republika online dan Detik.com) terhadap Berita Pembubaran FPI.” Karya Rommy Rahmandi Lesmana, mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah pada tahun 2012. Di dalam karya ilmiah ini, Rommy hanya menjelaskan sedikit dan menganalisis permasalahan tentang pembubaran FPI pada dua media online. Sedangkan peneliti mencoba mengali dan menganalisis lebih mendalam tentang konstruksi suatu pemberitaan pada satu media online.
17
Selanjutnya, sebuah skripsi dengan judul, “Frame Berita Pengajuan Kemerdekaan Palestina ke PBB (Studi di Suratkabar Republika).” Karya Fitri Apriyani, mahasiswi Fakultas Ilmu Komunikasi Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (IISIP) Jakarta pada tahun 2012. Pada skripsi ini Fitri menganalisis menggunakan konsep framing Zhondang Pan dan Gerald M. Kosicki dan menggunakan media cetak pada objek penelitiannya dan objek penelitiannya terpusat pada media cetak. Sedangkan peneliti menggunakan konsep Robert N. Entman dan menganalisis media cyber. Dari beberapa penelitian sebelumnya peneliti mengambil kesimpulan bahwa belum terdapat mahasiwa/i yang meneliti tentang isu Polwan berjilbab pada tahun 2013. Literatur dan contoh skripsi di atas hanya dijadikan bahan rujukan dan pembelajaran.
F. Sistematika Penulisan BAB I. Pendahuluan. Pada bab ini memaparkan latar belakang masalah, batasan masalah dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka, dan sistematika penulisan. BAB II. Kajian Teori. Bab ini akan menguraikan landasan teoritis melalui teori konstruksi sosial atas realitas Berger dan Lukmann, Teori analisis wacana framing model Robert N. Entman dan konseptual media massa, media online, berita, serta jilbab.
18
BAB III. Company Profile Republika Online. Bab ini memaparkan mengenai sejarah singkat, perkembangan, visi dan misi, struktur redaksi, dan content (isi) berita yang ada di ROL. BAB IV. Hasil Temuan dan Analisis Data. Bab ini berisi hasil temuan dan analisis perangkat framing Robert N. Entman dan konstruksi realitas media pada ROL atas isu pemberitaan Polwan berjilbab. BAB V. Penutup. Dalam bab ini berisikan kesimpulan dan saran peneliti.
BAB II LANDASAN TEORITIS DAN KERANGKA KONSEPTUAL A. Landasan Teoritis 1. Teori Konstruksi Sosial Media Massa Berger dan Luckmann Penggunaan kata konstruksi mulai terkenal sejak dipergunakan oleh Peter L. Berger dan Thomas Luckmann. Mereka melihat bahwa proses sosial dimulai melalui interaksi dan tindakan1. Berawal dari istilah konstruktivisme, jika dipelajari gagasan konstruktivisme sudah ada sejak jaman Giambatissta Vico. Dialah awal mula konstruktivis. Konstruktivis melihat bahwa realitas merupakan hasil dari proses kognitif antara individu dengan individu lainnya maupun dengan lingkungan sekitarnya. Manusia yang satu dengan yang lain ataupun dengan yang lainnya saling membutuhkan serta memengaruhi dan terus berlangsung sehingga menjadi realitas yang terbentuk. Dari sinilah muncul berbagai pendapat bahwa realitas merupakan hasil pembentukan individu, dengan pengetahuan dan pengalaman yang dimilikinya. Teori konstruksi sosial beranggapan bahwa manusia dan lingkungan saling memengaruhi. Tetapi, ada saatnya lingkungan lah yang mempengaruhi manusia. Sehingga bisa dikatakan bahwa keduanya saling membutuhkan. Dari gambaran itu, teori konstruksi sosial memersatukan teori fakta dan teori definisi sosial.
1
Burhan Bungin, Konstruksi Sosial Media Masa: Kekuatan Pengaruh Media Massa, Iklan Televisi dan Keputusan Konsumen serta Kritik Terhadap Peter L. Berger dan Thomas Luckmann, (Jakarta:Kencana, 2008) h. 13.
19
20
Teori fakta sosial adalah pendapat yang mengatakan bahwa manusia merupakan produk dari lingkungan. Sedangkan teori definisi sosial berpendapat manusialah yang berkuasa, manusia yang menciptakan realitas, bukan realitas yang menciptakan manusia2. Teori tentang proses konstruksi realitas sosial yang diperkenalkan dan digunakan oleh Peter L. Berger dan Thomas Luckmann melalui bukunya yang berjudul “The Social Construction of Reality: A Treatise in The Sociological of Knowledge” tahun 1966 makin tersebar luas. Menurut mereka, realitas sosial dikonstruksi melalui proses eksternalisasi, objektivasi dan internalisasi. Konstruksi sosial tidak berlangsung dalam ruangan hampa, namun syarat dengan kepentingan-kepentingan3. Pertama, eksternalisasi, yaitu usaha pencurahan atau ekspresi diri manusia ke dalam dunia, baik dalam kegiatan mental maupun fisik. Ini adalah sifat dasar manusia. Kedua, objektivasi, yaitu hasil yang telah dicapai, baik mental maupun fisik dari kegiatan eksternalisasi manusia tersebut. Hasil itu menghasilkan realitas objektif yang bisa jadi akan menghadapi si penghasil itu sendiri sebagai suatu fakta yang berada di luar dan berlainan dari manusia yang menghasilkannya. Ketiga, internalisasi. Proses internalisasi lebih merupakan penyerapan kembali dunia objektif ke dalam kesadaran sedemikian rupa sehingga
2
Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi Ideologis, dan Politik Media, (Yogyakarta: LkiS, 2008), h. 13. 3 Burhan Bungin, Konstruksi Sosial Media Massa, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), h. 193
21
subjektif individu dipengaruhi oleh struktur dunia sosial4. Internalisasi itu di antaranya
berwujud
dalam
sosialisasi,
bagaimana
satu
generasi
menyampaikan nilai-nilai budaya yang ada pada generasi berikut. Generasi baru
dibentuk
oleh
makna-makna
yang
sudah
diobjektivasikan,
mengidentifikasikan diri dengannya. Tetapi tidak memilikinya dengan sekedar mengenalnya, ia juga ikut mengungkapkannya. Oleh karena itu, bagi kaum konstruktivis, realitas berita hadir dalam keadaan subjektif. Di sini manusia sebagai pembentuk dari lingkungannya. Contoh aturan perundang-undangan suatu pemerintah atau hukum merupakan hasil dari pemikiran manusia yang dijalankan dalam kehidupan sosial. Lalu undang-undang dan hukum itulah yang mengatur bagaimana, batasan-batasan yang boleh dilakukan atau tidak. Jalan kehidupan dan konsekuensi akan menyesuaikan dengan hukum tersebut. Jadi, manusialah yang pada awalnya memengaruhi lingkungannya, tetapi seiring berjalannya waktu dan banyak faktor yang terjadi, manusia juga bisa ikut dipengaruhi oleh lingkungannya. Proses ini terus berlangsung sampai saat ini. Dengan kenyataan yang ada, Berger menyatakan bahwa manusia dan lingkungan saling mempengaruhi. Alasan ini yang menjadi dasar dari teori konstruksi sosial atas realitas Peter L. Berger dan Thomas Luckmann. Sebagai pembaca koran, pendengar radio, pemirsa televisi atau pengakses internet, kita sering sekali dibuat bingung kenapa peristiwa yang
4
Ibid, h. 16-17.
22
satu diberitakan sementara peristiwa lain tidak diberitakan. Kenapa sisi yang ini yang diberitakan, sementara aspek yang itu dihilangkan? Kenapa aspek yang ini yang ditonjolkan oleh media, sementara aspek yang itu luput dari pemberitaan? Semua pertanyaan tersebut mengarah didalam konsep yang disebut sebagai framing atau bingkai media. Media seperti apa yang kita lihat, justru mengkonstruksi sedemikian rupa realitas. Media adalah sarana bagaimana suatu pesan dapat disebarluaskan dari komunikator kepada khalayak. Dalam pandangan konstruktivis, media bukanlah
sekedar
saluran
yang
bebas,
tetapi media
juga
pelaku
pengkontruksian realitas, lengkap dengan pandangan dan pemihakannya. Di sini media dipandang sebagai agen konstruksi sosial yang menjelaskan realitas. Media bukan hanya memilih peristiwa untuk diberitakan dan narasumber yang terkait, melainkan juga berperan dalam penggambaran aktor dan peristiwa lewat bahasa yang disampaikan. Oleh karena itu, realitas yang diberitakan tercipta lewat konstruksi, sudut pandang dan ideologi wartawan. Konstruktivis memiliki pandangannya tersendiri mengenai media massa, seperti dalam buku Burhan Bungin tentang konstruksi atas realitas, dia menggambarkan proses terjadinya konstruksi di media massa. Ada lima tahapan yang terjadi dalam proses komunikasi di media. Penyampaian pesan, pesan, alat penyampaian pesan, penerima, dan efek. Media massa dipengaruhi eksternalisasi, objektivasi, dan internalisasi dari orang yang memberikan informasi. Di sini orang tersebut adalah
23
wartawan sebagai orang pertama yang bersentuhan dengan peristiwa yang terjadi. Karena pengalaman dan perspektif dari wartawan ikut mempengaruhi cara memaknai peristiwa yang diliputnya. Kemudian proses selanjutnya adalah memberikan hasil liputan itu kepada media. Seperti diketahui, wartawan tidak bekerja sendiri, melainkan bekerja secara kelompok dan institusi yang menaunginya. Institusi ini juga berperan dalam mengkonstruksi realitas. Keberpihakan dan kepentingan yang terdapat di institusi sangat berpengaruh pada hasil akhir dari sebuah berita. Setelah melewati konstruksi yang dilakukan institusi tersebut, dalam hal ini adalah lembaga pers. Pesan yang telah dikonstruksi oleh media, lalu disebarluaskan. Di sinilah sifat dari media massa yang bisa menyebarkan pesan secara cepat dan serentak, mempermudah hasil konstruksi itu menyebar di masyarakat. Proses bersentuhannya realitas hasil konstruksi dan masyarakat secara individu yang menentukan konstruksi itu berhasil atau tidak. Karena setiap individu memiliki penerimaan yang berbeda, sesuai dengan latar belakang, kebudayaan, pendidikan, ekonomi maupun politik. Jadi masyarakat bisa lebih selektif. Adapun yang ditulis Eriyanto dalam bukunya Analisis Framing, Konstruksi, Ideologi dan Politik Media. Dalam bukunya di uraikan mengenai pandangan konstruktivis mengenai media massa5. Pertama, Fakta/ peristiwa adalah hasil konstruksi. Realitas merupakan hasil konstruksi media yang
5
Eriyanto, op.cit, h. 14-15.
24
bersifat subjektif, karena tercipta melalui konstruksi dan skema tertentu yang dipakai oleh wartawan maupun media. Fakta merupakan konstruksi atas realitas. Dan kebenaran suatu fakta bersifat
relatif,
karena
kebenaran
merupakan
suatu
konteks
yang
diberlakukan. Jika peneliti kaitkan dengan masalah pokok penelitian, maka Republika Online harus menyajikan berita yang aktual dan bernilai penting mengenai suatu peristiwa untuk diketahui khalayak secara benar. Lalu, Media Massa merupakan agen konstruksi. Media bukanlah berupa saluran yang menyampaikan pesan begitu saja. Media merupakan alat pengkonstruksian pesan, karena pesan yang disampaikan adalah hasil seleksi dan bukan apa yang terjadi di masyarakat. Hal ini berkaitan dengan keterbatasan ruang dan tempat yang dimiliki media terhadap suatu peristiwa. Maka dilakukan penyeleksian dan penyesuaian terhadap peristiwa yang akanb diberitakan itu. Selanjutnya, Berita bukanlah refleksi atas realitas, ia hanya konstruksi atas realitas. Kaum konstruktivis melihat berita merupakan hasil konstruksi media yang melibatkan pandangan, ideologi, nilai-nilai dari media. Fakta merupakan hasil dari pemahaman media terhadap realitas. Jadi tidak mungkin berita sebagai hasil cerminan dan refleksi langsung atas realitas. Berikutnya,
Berita bersifat subjektif, berita merupakan hasil
pemaknaan seseorang terhadap realitas. Dan setiap orang memiliki pemaknaan yang berbeda. Maka dapat dikatakan bahwa berita bersifat subjektif. Karena pada saat meliput berita, opini wartawan tidak dapat
25
dihilangkan. Perspektif yang digunakan oleh wartawan memengaruhi isi berita. Terakhir, Wartawan bukan pelapor, ia merupakan agen konstruksi. Keberpihakan wartawan tidak dapat dihindari. Karena wartawan bukan hanya sekedar melaporkan peristiwa, melainkan dia ikut menerjemahkan peristiwa. Jadi, jika masyarakat secara umum banyak yang menerima hasil konstruksi tersebut. Maka konstruksi realitas yang dilakukan oleh media massa bisa dianggap berhasil dan masyarakat secara tidak sadar akan terkonstruksi oleh realitas semu yang ditampilkan oleh media. 2. Analisis Framing Robert N. Entman a. Konsep Framing Framing atau pembingkaian menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) memiliki arti papan atau bilah yang dipasang sekeliling suatu benda. Namun, pengertian itu berbeda dengan pengertian framing dalam konteks ilmu komunikasi. Framing yang dimaksud adalah penelitian terhadap cara penulisan berita yang dilakukan oleh media massa. Di mana media massa merupakan alat penyampai informasi kepada khalayak. Pada awalnya framing merupakan pengembangan dari analisis wacana. Gagasan ini pertama kali dicetuskan oleh Beterson pada tahun 1955. Lalu dikembangkan oleh Goffman, frame sebagai strip-strip yang tersusun sedemikian rupa untuk menerjemah realitas6. Berdasarkan latar belakang itu, framing lebih sering digunakan dalam ranah komunikasi. Namun framing bukan berdiri sendiri, tetapi sama seperti konsep ilmu komunikasi 6 Alex Sobur, Analisis Teks Media Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Semiotika, dan Framing”, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009) cet. Ke-5, h. 161.
26
kebanyakan, yang meminjam dari cabang ilmu lain. Konsep framing dipinjam dari ilmu kognitif (psikologi). Meskipun demikian, dalam prakteknya analisis framing dapat dihubungkan dengan konsep-konsep keilmuan lainnya. Karena ranah yang disentuh oleh framing bersinggungan dengan sosial, politik dan kebudayaan. Sehingga tidak menutup
kemungkinan bidang keilmuan kain ikut
mempengaruhi penelitian framing. Analisis framing secara sederhana sebagai analisis untuk mengetahui bagaimana realitas dibingkai oleh media. Analisis framing itu sendiri merupakan metode yang sesuai dengan persepektif komuikasi, analisis ini digunakan untuk membedah ideologi media saat mengkonstruksi fakta atau suatu peristiwa. Framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana cara pandang yang digunakan oleh wartawan ketika menyeleksi isu dan menuliskan berita7. Framing juga bisa didefinisikan sebagai alat pengaturan isi berita agar sesuai dengan konteks yang diinginkan. 8 Dasar dari framing dikembangkan dari persepektif konstruktivis, yang beranggapan bahwa semua yang ada merupakan hasil konstruksi. Maka penelitian analisis framing meneliti bagaimana media massa ataupun perangkat media massa seperti reporter, redaksi, dan lain-lain yang ada pada media massa ikut mengkonstruksi realitas menjadi apa yang disajikan kepada khalayak.
7
Ibid, h. 162. Werner J- James W. Tankard Severin, Ir. Teori Komunikasi, Sejarah, Metode, dan Terapan di dalam Media Massa, (Jakarta: Kencana, 2009), cet. Ke-5, h. 332. 8
27
Ada juga beberapa pengertian framing yang dikemukakan oleh ahli ilmu sosial lainnya seperti dijelaskan pada tabel berikut ini:
Tabel II. 1. Pengertian Framing9. Robert N. Entman
William A. Gamson
Todd Gitlin
David E. Snow and Robert Sanford
Amy Binder
Zhondang Pan and
Proses seleksi dari berbagai aspek realitas sehingga bagian tertentu dari peristiwa itu lebih menonjol ketimbang aspek yang lain. Ia juga menyertakan penempatan informasi-informasi dalam konteks yang khas sehingga sisi tertentu mendapat alokasi lebih besar daripada sisi yang lain. Cara bercerita atau gugusan ide-ide yang terorganisir sedemikian rupa dan menghadirkan konstruksi makna peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan objek suatu wacana. Cara bercerita itu terbentuk dalam sebuah kemasan (package). Kemasan itu semacam skema atau struktur pemahaman yang digunakan individu untuk mengkontruksi makna pesan-pesan yang ia sampaikan, serta untuk menafsirkan makna pesan-pesan yang ia terima. Strategi bagaimana realitas atau dunia dibentuk dan disederhanakan sedemikian rupa untuk ditampilkan kepada khalayak pembaca. Peristiwa-peristiwa ditampilkan dalam pemberitaan agar tampak menonjol dan menarik perhatian khalayak pembaca. Itu dilakukan dengan seleksi, pengulangan, penekanan, dan presentasi aspek tertentu dari realitas. Pemberian makna untuk menafsirkan peristiwa dan kondisi yang relevan. Frame mengorganisasikan sistem kepercayaan dan diwujudkan dalam kata kunci tertentu, anak kalimat, citra tertentu, sumber informasi, dan kalimat tertentu. Skema interpretasi yang digunakan oleh individu untuk menempatkan, manafsirkan, mengindentifikasikan, dan melabeli peristiwa secara langsung atau tidak langsung. Frame mengorganisir peristiwa yang kompleks kedalam bentuk dan pola yang mudah dipahami dan membantu individu untuk memahami makna peristiwa. Strategi konstruksi dan memproses berita. Perangkat
9 Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi Ideologis, dan Politik Media, (Yogyakarta: LkiS, 2012), h. 77-79 .
28
Gerald M. Kosicki
kognisi yang digunakan dalam mengkode informasi, menafsirkan peristiwa, dan dihubungkan dengan rutinitas dan konvensi pembentukan berita. Ada dua aspek dalam framing. Pertama, memilih fakta atau realitas.
Proses memilih fakta ini didasarkan pada asumsi, wartawan tidak mungkin melihat peristiwa tanpa perspektif. Akibatnya, pemahaman dan konstruksi atas suatu peristiwa bisa jadi berbeda-beda. Kedua, menuliskan fakta. Proses ini berhubungan dengan bagaimana fakta dipilih itu disajikan kepada khalayak. Akibatnya, aspek tertentu yang ditonjolkan menjadi menonjol, lebih mendapat alokasi dan perhatian yang besar dibandingkan aspek yang lain. semua aspek itu dipakai untuk membuat dimensi tertentu dari konstruksi berita menjadi bermakna dan diingat oleh khalayak10. b. Konsep Framing Robert N. Entman Dalam penelitian ini peneliti menggunakan konsep framing Robert N. Entman. Robert N. Entman adalah salah seorang ahli yang meletakkan dasardasar bagi analisis framing untuk studi isi media. Menurut Entman, meskipun analisis framing dipakai dalam berbagai bidang studi yang beragam, satu faktor yang menghubungkannya adalah bagaimana teks komunikasi yang disajikan, bagaimana representasi
yang ditampilkan secara menonjol
mempengaruhi khalayak. Menurut Entman, framing bisa menjadi paradigma penelitian komunikasi. Framing misalnya dapat dipakai untuk meneliti beberapa konsep berikut. Pertama, otonomi khalayak. Bagaimana khalayak menafsirkan dan mengkode simbol dan pesan yang diterima. Kedua, praktik jurnalistik. Ranah 10
Ibid, h. 79-80.
29
penelitian ini misalnya melihat bagaimana frame mempengaruhi kerja wartawan. Ketiga, analisis isi. Dalam analisis isi tradisional, yang diukur oleh peneliti adalah bagaimana kecenderungan pemberitaan suatu media. Keempat, pendapat umum. Dalam ranah ini sangat banyak, misalnya saat jajak pendapat11. Entman melihat framing dalam dua dimensi besar: seleksi isu dan penekanan atau penonjolan aspek-aspek tertentu dari realitas. Penonjolan adalah proses membuat informasi menjadi lebih bermakna, lebih menarik, berarti, atau lebih diingat khalayak. Tabel II. 2. Dimensi Besar Entman12. Seleksi isu
Aspek ini berhubungan dengan pemilihan fakta. Dari realitas yang kompleks dan beragam itu, aspek mana yang diseleksi untuk ditampilkan? Dari proses ini selalu terkandung di dalamnya ada bagian berita yang dimasukan, tetapi ada juga berita yang dikeluarkan. Tidak semua aspek atau bagian dari isu ditampilkan, wartawan memilih aspek tertentu dari suatu isu.
Penonjolan aspek
Aspek ini berhubungan dengan penulisan fakta. Ketika aspek tertentu dari isu tertentu suatu peristiwa tersebut telah dipilih, bagaimana aspek tersebut ditulis? Hal ini sangat berkaitan dengan pemakaian kata, kalimat, gambar, dan citra tertentu untuk ditampilkan kepada khalayak.
Kedua faktor tersebut dapat lebih mempertajam framing berita melalui proses seleksi isu yang layak ditampilkan dan penekanan isi beritanya. Robert N. Entman juga meletakkan dasar-dasar bagi analisis framing untuk isi media,
11 12
Ibid, h. 219. Ibid, h. 222.
30
yaitu menekankan pada level makrostruktural dan mikrostruktural. Pertama, level makrostruktural yang dapat kita lihat sebagai pembingkaian dalam tingkat wacana. Kedua, level mikrostruktural yang memusatkan perhatian pada bagian atau sisi mana dari peristiwa tersebut yang ditonjolkan dan bagian mana yang dilupakan, pembahasannya berkaitan dengan pilihan fakta, sudut pandang, dan narasumber. Dalam konsepsi Entman, framing pada dasarnya merujuk pada pemberian definisi, penjelasan, evaluasi, dan rekomendasi dalam suatu wacana untuk menekankan kerangka berfikir tertentu terhadap peristiwa yang dibicarakan.
Tabel II. 3. Konsepsi Framing Entman13. Define Problems
Bagaimana suatu peristiwa/isu dilihat? Sebagai
(pendefinisian masalah) apa? Atau sebagai masalah apa? Diagnose couses
Peristiwa itu dilihat disebabkan oleh apa? Apa yang
(memperkirakan
dianggap sebagai penyebab dari suatu masalah?
masalah atau sumber
Siapa (aktor) yang dianggap sebagai penyebab
masalah)
masalah?
Make moral judgement
Nilai moral apa yang disajikan untuk menjelaskan
(membuat keputusan
masalah? Nilai moral apa yang dipakai untuk
moral)
melegitimasi atau mendelegetimasi suatu tindakan?
Treatment
Penyelesaian apa yang ditawarkan untuk mengatasi
recommendation
masalah/isu? Jalan apa yang ditawarkan dan harus
(menekankan penyelesaian) 13
Ibid, h. 223-224.
ditempuh untuk mengatasi masalah.
31
Secara luas, pendentifikasian masalah ini menyertakan di dalamnya, konsepsi pandangan wartawan. Define Problems (pendefinisian masalah) adalah elemen yang pertama kali dapat kita lihat mengenai framing. Element ini merupakan bingkai yang paling utama. Di sini menekankan bagaimana peristiwa dipahami oleh wartawan. Dan bingkai yang berbeda akan menyebabkan realitas yang berbeda pula. Selanjutnya, Diagnose couses (memperkirakan masalah atau sumber masalah), merupakan elemen framing untuk membingkai siapa yang dianggap sebagai aktor dari suatu peristiwa. Penyebab di sini bisa berarti apa, tetapi bisa juga berarti siapa. Bagaimana peristiwa dipahami, tentu saja menentukan apa dan siapa yang dianggap sebagai sumber masalah. Dengan kata lain, hal ini menyertakan secara lebih luas siapa yang dianggap sebagai pelaku dan siapa tang dipandang sebagai korban. Lalu, Make moral judgement (membuat keputusan moral) adalah elemen framing yang dipakai untuk membenarkan argumentasi pada pendefinisian
masalah
yang
dibuat.
Biasanya
media
menggunakan
narasumber yang familiar dan dikenal oleh khalayak yang argumentasinya memperkuat pendefinisian awal. Kemudian, Treatment recommendation (menekankan penyelesaian). Elemen ini dipakai untuk menilai apa yang dikehendaki oleh wartawan. Jalan apa yang dipilih untuk menyelesaikan masalah.
32
B. Kerangka Konsep 1. Media Massa Sebelum kita membahas mengenai media massa, maka kita perlu memahami komunikasi massa. Definisi komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa. Media massa berasal dari bahasa Inggris, singkatan dari Mass Media of Communication atau Media of Mass Communication, yang artinya komunikasi media massa atau komunikasi massa. Komunikasi massa adalah komunikasi dengan menggunakan sarana atau peralatan yang dapat menjangkau massa sebanyak-banyaknya dan dengan area yang seluasluasnya14. Definisi komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh Bittner yakni, komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang15. McLuhan menyebut bahwa media adalah peluasan alat indra manusia. Dengan kata lain, kehadiran media dalam berkomunikasi tidak lain dari upaya untuk melakukan perpanjang dari telinga dan mata, misalnya telepon adalah perpanjang telinga dan televisi adalah perpanjang mata. Pandangan McLuhan tersebut dikenal sebagai teori perpanjang alat indra. Bahkan McLuhan menyebut bahwa media adalah pesan (the medium is the message). Artinya, media saja sudah menjadi pesan. Menurut McLuhan bahwa memengaruhi khalayak bukan saja apa yang disampaikan oleh media,
14
Y. S. Gunadi, Himpunan Istilah Komunikasi, (Jakarta: Grasindo, 1998), cet. Ke-1, h.75. Siti Karlinah, dkk., Komunikasi Massa, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2000), cet. Ke-2,
15
h.13.
33
tetapi jenis media komunikasi yang dipergunakan, yaitu antarpesonal, media cetak atau media elektronik16. Penjelasan berikut ini lebih merupakan pemahaman arti kata dalam masyarakat dari sisi etimologis, karena pengertian media dari waktu ke waktu terus berkembang sesuai dengan perkembangan teknologi, sosial, politik, dan persepsi masyarakat terhadap media17. Kata media berasal dari bahasa Latin, “medius-medium” (tunggal) “media” (jamak) yang secara harfiah berarti: (1) pertengahan, (2) perantara, (3) penghubung, (4) pengantar, (5) alat jalur, (6) pusat. Denagan demikian, menyebut media berarti sudah jamak, tidak perlu media-media. Menurut Suf Kasman, pengertian lain dari media, yaitu: Media adalah agen konstruksi. Artinya, artikel jurnalis amat cocok untuk media massa, mengingat pesan media massa sebagai subjek yang mengontruksi realitas sosial, lengkap dengan pandangan, bias, dan pemihakannya. Hal ini, kiranya berbeda dengan pandangan kaum positivisme yang menekankan media massa hanya sebagai sarana atau saluran (informasi) semata-mata. Sementara media massa adalah institusi yang berperan sebagai agent of change, yaitu sebagai institusi pelopor perubahan. Ini adalah paradigma utama media massa18. Dalam menjalankan paradigmanya media massa berperan: (a) sebagai institusi pencerahan masyarakat, yaitu perannya sebagai media edukasi. Media massa menjadi media yang setiap saat mendidik masyarakat supaya cerdas, terbuka, dan menjadi masyarakat yang maju. Selain itu, (b) media
16
Suf Kasman, Disertasi dengan judul “PERS dan Pencitraan Umat Islam di Indonesia (Analisis Isi Pemberitaan Harian Kompas dan Republika)”, (Jakarta: Balai Litbang dan Diklat Kementrian Agama RI, 2010), h. 48. 17 Denis McQuail, Mass Communication Theory. 4 edition, (London:Sage Publication Ltd., 2002) , h.10. 18 Ibid, h.50
34
massa juga menjadi media informasi, yaitu media yang setiap saat menyampaikan informasi kepada masyarakat. (c) Terakhir media massa sebagai media hiburan. Sebagai agent of change, media massa juga menjadi corong kebudayaan, kalisator perkembangan budaya 19. Media massa melahirkan pers. Pers dan jurnalistik merupakan dua hal yang dapat dibedakan namun dapat dipisahkan. Karena berita itu dicetak (umumnya dengan mesin cetak umumnya di atas kertas), maka istilah pers juga digunakan untuk menyebut kegiatan jurnalistik20. Fungsi dan peranan pers berdasarkan ketentuan pasal 33 UU No. 40 tahun 1999 tentang pers, fungsi pers ialah sebagai media informasi, pendidikan, hiburan dan kontrol sosial. Sementara Pasal 6 UU Pers menegaskan bahwa pers nasional melaksanakan peranan sebagai berikut: memenuhi hak masyarakat untuk mengetahui menegakkan dan hak asasi manusia, serta menghormati ke bhinekaan, mengembangkan pendapat umum berdasarkan informasi yang tepat, akurat, dan benar. Melakukan pengawasan, kritik, koreksi, dan saran terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kepentingan umum. Memperjuangkan keadilan dan kebenaran. Berdasarkan fungsi dan peranan pers yang demikian, lembaga pers sering disebut sebagai pilar keempat demokrasi setelah legislatif, eksekutif,
19
Ibid, h. 51. Ahmad Y. Samantho, Jurnalistik Islami; Panduan Praktis bagi Para Aktivis Muslim, (Bandung: Mizan, 2002), h. 44. 20
35
dan yudikatif, serta pembentuk opini publik yang paling potensial dan efektif21. a. Media online Peneliti membatasi karya ilmiah ini dan memilih media cyber sebagai objek yang diteliti. Yang peneliti ambil adalah media online, disebabkan karena perkembangan komunikasi semakin cangih, sehingga khalayak lebih mencari informasi sepraktis mungkin dan informasi dapat berpindah sangat cepat karena munculnya media komunikasi baru, yaitu media online. Dan banyak media cetak dan majalah beralih menggunakan online dengan banyak alasan, contohnya menghemat waktu dan biaya pendistribusian keluar daerah. Media online mempunyai ciri kekhususan yang terletak pada keharusan memiliki jaringan teknologi informasi dengan menggunakan perangkat komputer, disamping pengetahuan tentang program komputer untuk mengakses informasi atau berita22. Adapun keunggulan dari media online dapat dibagi menjadi tiga bagian: 1. Berita-berita yang disampaikan jauh lebih cepat, bahkan setiap beberapa menit dapat di update. 2. Untuk mengakses berita-berita yang disajikan tidak hanya dapat dilakukan lewat komputer atau laptop yang dipasang internet, tetapi lewat ponsel sehingga sangat mudah dan praktis.
21
New Life Options, Sejarah Pers, Pengertian Pers, Fungsi dan Peranan Pers di Indonesia, artikel diakses pada 24 Agustus 2013 dari http://duniabaca.com/sejarah-perspengertian-pers-fungsi-dan-peranan-pers-di-indonesia.html. 22 Syarifudin Yunus, Jurnalistik Terapan, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2010), h. 28.
36
3. Pembaca media online
dapat memberikan tanggapan atau
komnetar secara langsung terhadap berita-berita yang disukai atau tidak disukai pada kolom komentar yang telah disediakan23.
Dengan demikian, media cetak bisa menyampaikan sebuah informasi secara detail dan terperinci. Sementara untuk media elektronik lebih mengutamakan kecepatan informasi, sehingga tidak jarang informasi yang disampaikan bersifat berulang-ulang dan mudah hilang. Tabel II. 4. Perbedaan Teknis Media Cetak dengan Media Online Unsur
Media Cetak
Media Online
Pembatasan panjang naskah
Biasanya panjang naskah telah dibatasi, misalnya 5-7 halaman kuarto diketik dua spasi.
Tidak ada pembatasan panjang naskah, karena halaman web bisa menampung naskah yang sepanjang apapun. Namun, demi alasan kecepatan akses, keindahan desain, dan alasanalasan teknis lainnya, perlu dihindarkan penulisan naskah terlalu panjang.
Prosedur naskah
Naskah harus di-ACC oleh redaksi sebelum dimuat.
Sama saja. Namun ada sejumlah media yang memperbolehkan wartawan dilapangan yang telah dipercaya untuk meng-upload secara langsung,
Editing
Jika sudah dimuat tidak bisa diedit lagi.
Walaupun sudah online, bisa diedit dengan leluasa. Tetapi biasanya, editing hanya mencangkup masalah teknis, seperti merevisi salah ketik, dan seterusnya.
Tugas desainer
Tiap edisi, desainer
Desainer dan programmer
23 Zaenuddin HM, The Journalist, bacaan Wajib Wartawan, Redaktur, Editor, dan Para Mahasiswa Jurnalistik, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2011), h. 7-8.
37
atau layouter
atau layouter harus tetap bekerja untuk menyelesaikan desain pada edisi tersebut.
cukup bekerja sekali saja, yakni di awal pembuatan situs web. Kecuali, ketika perusahaan memutuskan untuk mengubah desain web tersebut.
Jadwal terbit
Berkala (harian, mingguan, bulanan, dan seterusnya).
Kapan saja bisa, tidak ada jadwal khusus, kecuali untuk jenis-jenis tulisan atau rubrik tertentu.
Walaupun sudah selesai dicetak, media tersebut belum bisa langsung dibaca oleh khalayak ramai sebelum melalui proses distribusi.
Begitu di-upload, setiap berita dapat langsung dibaca oleh semua orang yang diseluruh dunia yang memiliki akses internet.
Distribusi
Sumber: Nanang Saikhu pada Mata Kuliah Jurnalistik
Dari tabel di atas, dapat dilihat perbedaan media cetak dengan media online, hanya pada masalah-masalah teknis. Tetapi media online dituntut untuk menyajikan berita paling up to date secepat mungkin. Berita atau informasi yang didapat bisa dilaporkan secara langsung, tidak perlu menunggu hingga seluruh data terkumpul. Jika ada perkembangan baru mengenai peristiwa tersebut, maka berita bisa di share kembali. Karena itu, peraturan dalam penulisan di media online cenderung lebis bebas, tidak terlalu terpaku pada kaidah-kaidah bahasa dan jurnalistik yang berlaku umum. 2. Berita Setiap hari, jam bahkan setiap menit kita dapat mendengar dan melihat cuplikan berita melalui media massa baik yang bersifat cetak maupun
38
elektronik. Berita bahkan telah menjadi kebutuhan untuk memperoleh berbagai informasi. Menurut Mondry, berita adalah “informasi atau laporan yang menarik perhatian masyarakat konsumen, berdasarkan fakta, berupa kejadian dan atau ide (pendapat), disusun sedemikian rupa dan disebarkan media massa.” 24 Sedangkan menurut Iskandar dan Atmakusumah, berita adalah “kenyataan yang bermakna signifikan pada suatu waktu, yang sifatnya akurat, diceritakan tanpa memihak atau tidak berprasangka, dan bersifat penting atau menarik bagi pembaca”25. Semua definisi yang menurut para pakar komunikasi tersebut mengenai berita. Berdasarkan definisi berita di atas, peneliti memahami bahwa berita merupakan suatu informasi atau laporan peristiwa berdasarkan fakta yang menarik perhatian pembaca faktual, aktual, bersifat penting dan disebarkan oleh media massa. Pada kenyataannya berita sangat terkait dengan suatu peristiwa yang menarik khalayak dan bersifat informatif. Unsur-unsur berita26, yakni yang pertama, Cepat, yakni aktual atau ketepatan waktu. Unsur ini mengandung makna berita, sesuatu yang baru. Kedua, Nyata, yakni informasi tentang sebuah fakta, bukan fiksi atau karangan. Fakta dalam dunia jurnalistik terdiri dari kejadian nyata, pendapat, dan pernyataan sumber berita. Unsur ini mengandung pula pengertian, sebuah
24
Mondry, Pemahaman Teori dan Praktik Jurnalistik, (Bogor: Ghalia Indonesia), h.133 Iskandar, Maskun dan Atmakusumah, Panduan Jurnalistik Praktis Mendalami Penulisan Berita dan Feature, Memahami Etika dan Hukum Pers, (Jakarta: Lembaga Pers Dr. Soetomo, 2009), h. 40. 26 Asep Syamsul M. Romli, Jurnalistik Praktis Untuk Pemula, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), Edisi Revisi, cet. Ke-7, h.5-6. 25
39
berita harus merupakan informasi tentang sesuatu yang sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Berikutnya, Penting, artinya menyangkut kepentingan orang banyak. Misalnya peristiwa yang akan berpengaruh pada kehidupan masyarakat secara luas, atau dinilai perlu diketahui dan diinformasikan kepada khalayak. Lalu, Menarik, artinya mengundang orang untuk membaca berita yang akan kita tulis. Berita yang biasaanya menarik pembaca, disamping yang aktual dan faktual serta menyangkut kepentingan orang banyak, juga berita yang bersifat menghibur, mengandung keanehan, atau human interest. Struktur berita, khususnya berita langsung (straight news), pada umumnya mengacu pada struktur piramida terbalik, yakni memulai penulisan berita dengan mengemukakan fakta yang dianggap penting, kemudian diikuti bagian-bagian yang dianggap agak penting, kurang penting, dan seterusnya. Ada alasan khusus mengapa pola berita berbentuk terbalik. Pertama, hal itu relevan dengan naluri manusia dalam menyampaikan pesan berita, yaitu agar berita dengan cepat dapat ditangkap. Kedua, memuaskan rasa penasaran pembaca dengan segera. Ketiga, memudahkan redaktur membuat judul berita. Keempat, memungkinkan bagian tata letak memotong uraian berita dan menyesuaikan dengan kolom yang ada27. Dalam piramida terbalik harus memiliki kelengkapan informasi yang mencangkup unsur-unsur pemberitaan 5W+1H (what, who, when, where, why, dan how). Apa yang terjadi, siapa yang terlibat, kapan peristiwa itu 27 Krisna Harahap, Rambu-rambu di sekitar Profesi Wartawan, (Jakarta: Grafitri Budi Utama, 1996), h. 19.
40
terjadi, di mana fakta itu berlangsung, mengapa peristiwa itu bisa terjadi, dan bagaimana proses teerjadinya. Unsur-unsur tersebut membuat berita menjadi jelas, terang dan lansung dipahami masyarakat28.
Tabel II 5. Kategori berita 29 Hard News
Soft News
Spot News
Developing News
Continuing News
28
Berita yang terjadi pada saat itu. Kategori ini sangat dibatasi oleh waktu dan aktualitas. Semakin cepat diberitakan semakin baik, bahkan ukuran keberhasilan dari kategori ini bisa peristiwa yang direncanakan dan peristiwa yang tidak direncanakan. Yang termasuk ke dalam kategori ini adalah hal-hal yang berhubungan dengan kisah manusiawi (human interest). Pada jenis berita ini tidak dibatasi oleh waktu. Ia bisa dibantahkan kapan saja. Unsur yang ditekankan di sini yakni yang menyentuh emosi dan perasaan khalayak. Adalah subkalsifikasi dari berita yang berkategori hard news. Dalam spots news, peristiwa yang diliput tidak bisa direncanakan. Contoh, peristiwa kebakaran, kecelakaan, dan lain-lain. meskipun wartawan sering memberitakan kebakaran, ia tidak bisa memperkirakan secara spesifik dimana dan kapan kebakaran akan terjadi. Jika kebakaran terjadi dalam tempo dan jarak yang pendek dengan keadaan wartawan. Peristiwa itu bisa diberitakan segera. Adalah subklasifikasi lain dari hard news. Baik spots news maupun developing news umumnya berhubungan dengan peristiwa yang tidak terduga. Tetapi dalam developing news, dimasukkan elemen lain, peristiwa yang diberitakan oleh bagian dirangkaikan berita yang akan diteruskan keesokan harinya atau dalam berita selanjutnya. Dalam kategori ini peristiwa-peristiwa bisa diprediksi dan direncanakan. Perdebatan memang jarang terjadi antara satu pendapat dengan pendapat lainnya, tetapi
Septiawan Santana K., Jurnalisme Kontemporer, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005), h. 23. 29 Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia Menulis Berita dan Feature, h. 80-92.
41
tetap masuk dalam tema dan bidang yang sama. Proses dan peristiwa tiap hari berlangsung secara kompleks, tetapi tetap berada dalam wilayah pembahasan yang sama pula.
Tabel II. 6. Nilai berita Nilai Berita Keluarbiasaan
Penjelasan News is unusualiness. Berita adalah sesuatu yang luar biasa. Semakin besar suatu peristiwa, semakin besar pula nilai berita yang ditimbulkannya. Nilai berita peristiwa luar biasa, dapat dilihat dari lima aspek, yaitu lokasi peristiwa, waktu peristiwa, jumlah korban, daya kejut peristiwa dan dampak yang timbul dari peristiwa tersebut.
Kebaruan
News is new. Berita adalah semua yang terbaru.
Akibat
News has impact. Berita adalah segala sesuatu yang berdampak. Semakin besar dampak sosial budaya ekonomi atau politik yang ditimbulkannya, maka semakin besar nilai berita yang dikandungnya.
Aktual
News is timeless. Secara sederhana aktual berarti menunjuk pada peristiwa yang baru atau sedang terjadi.
Kedekatan
News is nearby. Berita adalah kedekatan. Kedekatan mengandung dua arti, yaitu kedekatan geografis dan kedekatan psikologis. Kedekatan geografis menunjuk pada suatu peristiwa atau berita yang terjadi di sekitar tempat tinggal kita. Kedekatan psikologis lebih banyak ditentukan oleh tingkat keterkaitan pikiran, perasaan atau kejiwaan seseorang dengan suatu objek berita.
Informasi
News is information. Menurut Wilbur Schramm, informasi adalah segala yang bisa menghilangkan ketidakpastian. Hanya informasi tertentu yang memiliki berita atau memberi banyak manfaat kepada publik yang patut mendapat perhatian media.
Konflik
News is conflict. Berita adalah konflik atau segala sesuatu yang mengandung unsur atau sarat dengan dimensi pertentangan.
Orang penting
News is about people. Berita adalah tentang orangorang ternama, pesohor, dan lain-lain. orang-orang penting dan orang teerkemuka di mana pun selalu
42
membuat berita. Nama menciptakan berita (names makes news). Kejutan
News is surprising. Berita adalah sesuatu yang datangnya tiba-tiba, di luar dugaan, tidak direncanakan, di luar perhitungan, tidak diketahui sebelumnya.
Ketertarikan Manusiawi
News is interesting. Apa saja yang dinilai mengundang minat insani, menimbulkan ketertarikan manusiawi, mengembangkan hasrat dan naluri ingin tahu, dapat digolongkan ke dalam cerita human interest.
Seks
News is sex. Berita adalah seks. Seks adalah berita. Sepanjang sejarah peradaban manusia, segala hal yang berkaitan dengan perempuan, psti menarik dan menjadi sumber berita. Proses kerja dan produksi berita adalah sebuah konstruksi. Sebagai
sebuah konstruksi, ia menentukan mana yang dianggap berita dan mana yang tidak, mana yang penting mana yang tidak. Terdapat standarisasi nilai berita, prinsip lain dalam proses produksi berita adalah apa yang disebut sebagai kategori berita. Namun ada yang luput dari perhatian kita, bahwa berangkat dari sebuah peristiwa yang sama, media tertentu mengemas pemberitaan tersebut dengan cara yang berbeda. Satu media bisa mempublikasikannya terus menerus, menonjolkan sisi tertentu, sementara media lainnya melihatnya sebagai suatu berita yang biasa-biasa saja, terkesan diminimalisir ataupun menutup sisi tertentu. Berbagai kemungkinan bisa terjadi pada sebagian kondisi di atas. Tetapi yang perlu dipahami, bahwa media apa pun tidak akan terlepas dari kepentingan-kepentingan saat memberitakan sesuatu peristiwa. Entah yang berkaitan dengan ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, bahkan agama.
43
Jadi, tidak salah bila terdapat pernyataan bahwa berita adalah apa yang membuat produk sebuah media dibeli orang untuk menaikkan penilaian khalayak terhadap siaran berita30. Kondisi
ini
tidak
bisa
terelakkan
oleh
media
betapapun
disembunyikan, karena hal itu dapat terlihat dan terbaca oleh kita, baik pada penggunaan gambar atau bahasa yang terkadang bombastis dan hiperbola yang sesungguhnya bisa mengarahkan khalayak dengan seruan tertentu 31. Dalam sebuah berita, bahasa merupakan salah satu perangkat dasar dalam pengkonstruksian realitas sosial. Bahasa dapat sebagai sarana untuk pemuat pesan dan memiliki arti penting terhadap proses pemaknaan suatu peristiwa. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan, “bahasa sebagai sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk kerjasama, berinteraksi, dan mengindentifikasikan diri.”32 Struktur sosial dalam masyarakat tidak akan terbentuk apabila tidak adanya interaksi antara individu-individu yang terlibat di dalamnya melalui proses penggunaan bahasa. Menurut Hamad, yang dikutip oleh Alex Sobur, “bahasa bukan Cuma mampu mencerminkan realitas, tetapi sekaligus menciptakan realitas.”33 Di
30
Junanto Iman Praskoso, Sikap Netralitas Terhadap Pemerintahan Habibie, Tesis Sarjana Ilmu Komunikasi, (Jakarta: Perpustakaan Universitas Indonesia, 1999), h.6. 31 Agus Sudibyo, Politik Media dan Pertarungan Wacana, (Yogyakarta:Lkis, 2001), h.45. 32 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), h. 293. 33 Alex Sobur, Analisis Teks Media Suatu Pengantar untuk Anaslisis Wacana, Analisis Simiotik, Analisis Framing, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), cet-4, h. 90.
44
dalam media massa, bahasa tidak lagi sebagai alat untuk menggambarkan sebuah realitas, melainkan dapat menentukan pencitraan yang akan mempengaruhi pemikiran masyarakat terhadap permasalahan-permasalahan tertentu. Melalui penggunaan bahasa sebagai sistem simbol yang utama, para wartawan mampu menciptakan, memelihara, mengembangkan, dan bahkan meruntuhkan suatu realitas34. Dalam dunia komunikasi, penggunaan bahasa dalam pemberitaan merupakan alat utama untuk melakukan penggambaran tentang sebuah realitas. Dengan demikian, pentingnya bahasa sebagai penyampai informasi terhadap khalayak, maka di dalam penulisan berita, bahasa digunakan untuk semua kepentingan dan berita adalah hasil akhir dari proses kompleks dengan menyortir (memilah-milah) dan menentukan peristiwa dan tema dalam suatu kategori tertentu. 3. Jilbab Sandang atau pakaian merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia. Pakaian adalah produk budaya, sekaligus tuntutan agama dan moral. Dari sini lahir apa yang dinamakan pakaian tradisional, pakaian nasional, pakaian formal, pakaian non-formal, dan pakaian tertentu, serta pakaian untuk ibadah. Namun, sebagian dari tuntunan agama pun lahir dari budaya masyarakat, karena agama sangat mempertimbangkan kondisi masyarakat sehingga menjadikan adat istiadat–yang tidak bertentangan dengan nilai-
34
Eriyanto, op. Cit, h. Xi.
45
nilainya–sebagai salah satu pertimbangan hukum dan terdapat unsur keindahan. Unsur keindahan dapat berubah-berubah. Demikian tolak ukur keindahan pun mengalami perubahan dan perkembangan. Di dunia Barat unsur keindahan dinomorsatukan, dan unsur moral tidak jarang telah mengalami perubahan yang sangat jauh dari tuntunan agama. Pengaruh Barat ke dunia Timur tidak sedikit sehingga ada pula masyarakat Timur yang mengikuti pakaian Barat walau bertentangan dengan nilai-nilai agama dan budaya masyarakatnya. Sementara itu ada pula kelompok masyarakat Timur –lebih-lebih yang beragama Islam– yang menempuh arah yang sepenuhnya berlawanan dengan dunia Barat itu. Mereka mengedepankan unsur moral dan nilai-nilai agama, dan menomorduakan unsur keindahan. Di sisi lain yang berkaitan dengan rasa keindahan yang dapat berubahubah dan sebuah identitas dari pemakai pakaian tersebut. Dikalangan masyarakat Indonesia misalnya, ada orang yang sengaja memakai-katakanlah surban-agar memberi kesan kesolehan atau ketekunan beragama. Sementara dikalangan aparat negara, institusi negara menetapkan pakaian-pakaian tertentu dengan model dan warna tertentu bagi angkatan perangnya, untuk membedakannya dengan angkatan perang negara lain, karena pakaian dapat menjadi pembedakan antara aparat negara dengan masyarakat yang lain. Bahkan ada lambang-lambang dan tanda-tanda khusus dalam angkatan bersenjata, untuk membedakan status dan pangkat seseorang. Begitulah
46
fungsi pakaian sebagai pembeda atau pengenal. Dan pakaian dapat memberi dampak psikologis pada pemakainya. Setelah Islam datang, Al-qur’an dan Sunnah berbicara tentang pakaian dan memberi tuntunan menyangkut cara-cara memakainya. Peneliti berpendapat berpakaian rapi, menutup aurat itu, juga mengisyaratkan bahwa berpakaian rapi (sebagaimana yang dikehendaki agama) dapat memberi rasa tenang dalam jiwa pemakainya. Karena menjauhkan diri dari tindak kejahatan. Ketenangan batin itu merupakan salah satu dampak yang dikehendaki oleh agama. Beberapa ayat Al-qur’an yang membahas tentang pensyariatan jilbab adalah ayat ke-31 surah An-Nur dan 59 surah Al-Ahzab. Allah swt dalam ayat tersebut berfirman:
Artinya: “Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka Menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah Menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudarasaudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak- budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. dan janganlah mereka memukulkan kakinyua agar diketahui perhiasan yang mereka
47
sembunyikan. dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, Hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung. (QS. An-Nur : 31). Ayat ke dua yang membahas tentang kewajiban menutup tubuh adalah ayat 59 surah Al-Ahzab:
Artinya: “Wahai Nabi, Katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Dan dalam QS. An-Nahl : 81 pun menyatakan fungsi jilbab, yaitu:
Artinya: “Dan Allah menjadikan bagimu tempat bernaung dari apa yang telah Dia ciptakan, dan Dia jadikan bagimu tempat-tempat tinggal di gunung-gunung, dan Dia jadikan bagimu pakaian yang memeliharamu dari panas dan pakaian (baju besi) yang memelihara kamu dalam peperangan. Demikianlah Allah menyempurnakan nikmat-Nya atasmu agar kamu berserah diri (kepada-Nya).” Ayat ini berbicara tentang fungsi pakaian sebagai pembeda atara seseorang dengan selainnya dalam sifat atau profesinya. Yang sering jadi masalah bagi sementara orang adalah memadukan antara fungsi pakaian sebagai hiasan dengan fungsinya menutup aurat. Di sini tidak jarang orang tergelincir sehingga mengabaikan ketertutupan aurat demi sesuatu yang dinilainya keindahan dan hiasan.
48
Agama Islam menghendaki para pemeluknya agar berpakaian sesuai dengan fungsi-fungsi tersebut atau paling sedikit fungsinya yang terpenting yaitu menutup aurat. Ini, karena penampakan aurat dapat menimbulkan dampak negatif bagi yang menampakkan serta bagi yang melihatnya 35. Al-qur’an tidak menetapkan mode atau warna pakaian tertentu, baik ketika beribadah maupun di luar ibadah. Walaupun al-qur’an dan Sunnah Nabi Muhammad saw. Tidak menetapkan mode dan warna tertentu, tetapi hanya menetapkan kewajiban menutup aurat dan walaupun ada ungkapan yang dinisbahkan kepada Nabi Muhammad saw. menyatakan: “makanlah apa yang Anda senangi, dan pakailah apa yang Anda sukai, selama itu halal. Yan keliru adalah bila Anda makan dan berpakaiana berlebih-lebihan atau bertujuan membanggakan diri.” Memang di era globalisasi ini, segalanya telah bercampur dan sulit dipisahkan. Pengaruh Barat dengan peradabannya sudah sangat kental dalam kehidupan umat Islam, sampai-sampai sementara wanita yang berjilbab pun ada yang melakukan berbagai kegiatan yang sama sekal tidak dibenarkan oleh agama. Agaknya berjilbab tidak cukup-kalau enggan berkata tidak secara otomatis-menggambarkan secara penuh identitas dan kepribadian wanita muslimah. Bagian-bagian badan yang tidak boleh terlihat, biasa dinamai aurat. kata ini terambil dari bahasa arab, aurah yang oleh sementara ulama dinyatakan terambil dari kata awara yang berarti hilang perasaan. Dalam 35 M. Quraish Shihab. Jilbab Pakaian Wanita Muslimah, pandangan ulama masa lalu & cendikiawan kontemporer. (Tangerang: Lentera Hati, 2010), h.52-53.
49
pandangan pakar hukum Islam, aurat adalah bagian dari tubuh manusia yang pada prinsipnya tidak boleh kelihatan, kecuali dalam keadaan darurat atau kebutuhan mendesak36. Untuk wanita di wajibkan menggunakan hijab atau jilbab. Banyak analisis tentang faktor-faktor yang mendukung teersebarnya fenomena berjilbab di kalangan kaum muslimah. Kita tidak dapat menyangkal bahwa mengentalnya kesadaran beragama merupakan salah satu faktor utamanya. Namun, agaknya kita pun tidak dapat menyatakan bahwa itulah satu-satunya faktor. Karena diakui atau tidak, ada wanita-wanita yang memakai jilbab tetapi yang dipakainya itu atau gerak-gerik yang diperagakannya, tidak sejalan dengan tuntunan agama dan budaya masyarakat Islam 37. Salah satu faktor yang juga diduga sebagai pendorong maraknya pemakaian jilbab adalah faktor ekonomi. Mahalnya salon-salon kecantikan serta tuntutan gerak cepat dan praktis, menjadikan sementara perempuan memilih jalan pintas dengan mengenakan jilbab. Bisa jadi juga maraknya berjilbab itu adalah sebagai sikap penentangan terhadap dunia Barat yang sering kali menggunakan standar ganda sambil melecehkan umat Islam dan agamanya. Ada juga yang menduga bahwa pemakaian jilbab adalah simbol pandangan politik yang pada mulanya diwajibkan oleh kelompok-kelompok Islam Politik guna membedakan sementara wanita yang berada di bawah 36 37
Ibid, h. 55-58. Ibid, h.x.
50
panji-panji kelompok-kelompok itu dengan wanita-wanita muslimah lain atau yang non-muslimah. Lalu kelompok-kelompok itu berpegang teguh dengannya sebagai simbol mereka dan memberinya corak keagamaan, sebagaimana dilakukan oleh sementara pria yang memakai pakaian longggar dan panjang (ala Mesir atau Saudi Arabia) dan menduga bahwa itu adalah pakaian Islami38. Nashirudin al-Albani salah seorang yang diakui banyak pihak sebagai ulama dan pakar hadits kontemporer telah dikecam dan dimaki oleh sementara “ulama” ketika bukunya tentang jilbab diterbitkan. Beliau dimaki, kendati dia mengatakan bahwa memang menutup wajah dan tangan dianjurkan tetapi bukanlah sesuatu yang diwajibkan Allah atau Rosul-Nya. Al-Albani dimaki karena dia berkata bahwa yang wajib adalah menutup seluruh tubuh wanita, kecuali wajah an telapak tangan, kendati ulama ini menekankan antara lain bahwa pakaian tidak boleh ketat dan transparan, tidak boleh serupa dengan pakaian lawan jenis-sehinga perempuan tidak boleh memakai celana panjang atau jaket, jas- walaupun pakaian tersebut lebih menutupi badan mereka. Agama ini mengedepankan kemudahan. Kitab suci Al-quran menegaskan bahwa:
38
Ibid, h. xii-xiii.
51
Artinya: “Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). karena itu, Barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, Maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan Barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), Maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.QS. Al-Baqarah:185. Hal lain yang ingin peneliti garis bawahi adalah keragaman penafsiran al-quran dan Sunnah, penafsiran dan pemahaman ulama pun terhadap ajaran Islam, tidak jarang dipengaruhi oleh kecenderungan pribadinya yang bercirikan kehati-hatian dan hasil pemikiran ulama/cendikiawan dewasa ini dapat saja berbeda dengan pemikiran ulama/cendikiawan masa lampau. Penentuan tentang aurat, sama sekali bukanlah untuk menurunkan derajat kaum wanita, bahkan justru sebaliknya. Upaya yang dilakukan oleh sementara pihak dewasa ini yang memamerkan wanita-dalam berbagai gaya dan bentuk-pada hakikatnya merupakan penghinaan yang terbesar terhadap kaum wanita. Sebab ketika itu, mereka menjadikan wanita sebagai sarana pembangkit dan pemuasan nafsu pria yang tidak sehat. Penetapan batas-batas aurat bukan juga dimaksud untuk menghalangi wanita ikut berpartisipasi dalam aneka kegiatan kemasyarakatan, karena apa yang diperintahkan oleh Islam untuk ditutupi, sama sekali tidak menghalangi
52
aktivitas mereka. Itu sebabnya, sekian banyak ulama masa lampau yang menjadi pertimbangan masyaqqah (kesulitan) yang dihadapi, sebagai alasan untuk membenarkan terbukanya bagian-bagian tertentu dari badan wanita. Para ulama yang berpandangan bahwa seluruh badan wanita auratwalau wajah dan tanggannya-memahami kata hijab dalam arti tabir. Namun, meraka berkesimpulan bahwa tujuannya adalah tertutupnya seluruh badan mereka. Ini karena, tabir menutupi serta menghalangi terlihatnya sesuatu yang berada dibelakangnya39. Semua manusia beragama atau tidak beragama, menyadari bahwa ada hal-hal yang dapat menimbulkan rangsangsan bagi pria dan wanita, baik melalui bagian-bagian tertentu dari tubuh, maupun dalam bentuk gerak dan ucapan40. Hal-hal tersebut sangat rawan, bagi timbulnya hubungan seks, sehingga perlu peraturan khusus. Sesuatu yang rawan itu juga dapat dinamai aurat.
39 40
Ibid, h. 62-75. Majalah Cita Cinta, No. 4/1-6-19 Mei 2000, h. 7.
BAB III PROFIL REPUBLIKA ONLINE A. Sejarah berdirinya dan Perkembangan Republika Online Republika merupakan koran nasional yang dilahirkan oleh kalangan Komunitas Muslim bagi publik di Indonesia. Republika terbit pertama kali pada 4 Januari 1993. Terbitnya Republika dikalangan masyarakat diperoleh atas upaya Ikatan Cendikiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) yang berhasil menembus peraturan ketat Pemerintah untuk izin penerbitan pada saat itu. Keberhasilan Republika sampai saat ini, merupakan upaya keras manajemen dan seluruh staff dan karyawan PT Abdi Bangsa Tbk sejak tahun 1993. Dengan semua keberhasilan tersebut, republika tidak berhenti sampai pada surat kabar saja, melainkan, Republika mulai menyajikan layanan berita di situs web internet, dengan alamat www.republika.co.id. Republika adalah Koran pertama di Indonesia yang tampil di dunia internet, situs itu kemudian kita namakan Republika Online. Republika Online (ROL) hadir sejak 17 Agustus 1995, dua tahun setelah Harian Republika terbit. ROL merupakan portal berita yang menyajikan informasi secara teks, audio, dan video, yang terbentuk berdasakan teknologi hipermedia dan hiperteks. Dengan kemajuan informasi dan perkembangan sosial media, ROL kini hadir dengan berbagai fitur baru yang merupakan percampuran komunikasi media digital. Informasi yang disampaikan diperbarui secara berkelanjutan yang terangkum dalam sejumlah kanal, menjadikannya sebuah portal berita yang bisa
53
54
dipercaya. Selain menyajikan informasi, ROL juga menjadi rumah bagi komunitas. ROL kini juga hadir dalam versi English. 1 Sejak pertengahan 2008, ROL mengalami perubahan besar, dari situs berita sederhana menjadi web portal multimedia. Hal tersebut terjadi seiring munculnya tantangan industri media yang mulai memasuki era konvergensi media. Dalam hal ini, Republika sebagai institusi industri media dituntut untuk memiliki dan mendistribusikan content medianya dalam format cetak, online, dan mobile. Tujuan utama penerbitan Republika Online adalah memberi pelayanan kepada pembaca yang tidak terjangkau dengan distribusi koran cetak, dan bagi pembaca yang berada di luar negeri. Informasi yang disampaikan terus diperbaharui secara berkelanjutan yang terkumpul dalam sejumlah rubrik. Sesuai dengan falsafah dasar Republika, muatan Republika Online tetap mengutamakan Komunitas Muslim sebagai basis pengunjungnya. Oleh karena itu, Republika Online lebih mengangkat content-content bermuatan Islam. Dengan ideologi tersebut, Republika Online menjadi media online yang berbasis khas keislaman. Segala kreativitas Republika Online selalu dekat dan melayani keinginan masyarakat.
1
http://www.republika.co.id/page/about. , diakses pada Sabtu, 24 Syawwal 1434 / 31 Agustus 2013.
55
B. Visi dan Misi Republika Online 1. Visi Menjadi Harian Umum Republika sebagai koran umat yang terpercaya dan mengutamakan nilai-nilai universal, toleran, damai, cerdas, dan profesional, namun mempunyai prinsip dalam keterlibatannya menjaga persatuan Bangsa dan kepentingan umat Islam yang berdasarkan pemahaman Rahmatan Lil Alamin. 2. Misi Menciptakan dan menghidupkan sistem manajemen yang efisien dan efektif, serta mampu dipertanggungjawabkan secara profesional. Diantaranya Republika Online (ROL) juga memiliki dibeberapa bidang, yaitu: Bidang politik, bidang ekonomi, bidang budaya, bidang agama, bidang hukum2.
2
2013.
Company Profile Republika Online, diakses pada Sabtu, 24 Syawwal 1434 / 31 Agustus
56
C. Struktur Redaksi Republika Online Adapun struktur Organisasi atau susunan redaktur pada Republika Online per tanggal 29 Agustus 2013 dapat di gambarkan sebagai berikut:
REDAKTUR PELAKSANA M. Irwan Ariefyanto KEPALA DIGITAL DEV
KEPALA REDAKSI Heri Ruslan
REDAKTUR
REDAKTUR VIDEO
KABAG OPERASIONAL & UMUM Slamet Riyanto Erna Indriyanti
Johar Arief
REDAKTUR FORUM DAN SOSIAL MEDIA KABAG MARKETING Adriyanto
KASIE IKLAN Danu Fitrio kanigoro
ACCOUNT EXECUTIVE
KABAG KEUANGAN Wibowo
KASIE PROMOSI Wahyu Kurniawan HL
57
D. Content (isi) Berita pada Republika Online (ROL) Content informasi keislaman Republika Online ialah 50% dan informasi umum 50%. Sejak berdirinya Republika Online hingga saat ini, selalu mengikuti perkembangan teknologi media digital agar tidak jenuh dalam mengaksesnya. Tabel III 1. Perkembangan Republika Online No.
Tahun
1
1995-1998
Isi Berita
Inovasi
Hanya memindahkan berita versi Belum ada cetak kedalam versi online.
2
Akhir 1998
Selain
memindahkan
inovasi apapun.
berita
dari Mulai ada inovasi
Harian Umum Republika, ada tiga berupa canal baru, canal baru, headline pada versi yaitu breaking online pun mulai bervariasi. Ada news dan lainempat berita yang menjadi headline. 3
2008sekarang
lain.
Mulai menjadi media konvergen. Sudah mulai Selain itu, Republika Online terus menggabungkan memperbagus
tampilan
dengan teks, audio, video
menggunakan layouter ahli dari luar dan streaming negeri.
even Republika.
Tabel di atas membuktikan bahwa dari awal munculnya Republika Online pada tahun 1995, media ini masih sangat tergantung dengan versi cetaknya dari Harian Umum Republika, dan masih satu redaksi dengan Harian Umum Republika. Sedangkan pada tahun 1998, Republika Online sudah tidak tergantung lagi dengan versi cetaknnya, karena sudah memproduksi berita sendiri. Republika Online mendapat canal baru, yaitu breaking news (hanya dimiliki media online), jadwal sholat, konsul fiqih dan
58
keluarga dan ada empat berita yang menjadi headline, yaitu nasional, Islam, olahraga dan ekonomi atau syariah. Tabel III 2. Content (isi) berita Republika Online No. 1
Canal Berita Nasional
Isi Berita 1. Politik 2. Hukum 3. Umum
2
Internasional
1. Global 2. Palestina-Israel
3
Dunia Islam
1. Islam Mancanegara 2. Islam Nusantara 3. Umroh-Haji 4. Halal 5. Mualaf 6. Hikmah 7. Khasanah 8. Islam Digest
4
Ekonomi
1. Makro 2. Keuangan 3. Bisnis
5
Ekonomi Syariah
1. Keuangan 2. Bisnis
6
Sepak Bola
1. Nasional 2. Liga Inggris 3. Liga Spanyol 4. Liga Dunia 5. Arena 6. Internasional
7
Gaya Hidup
1. Trend
59
2. Informasi Sehat 3. Parenting 4. Pustaka Populer 8
Otomotif
1. Mobil 2. Motor 3. Otobiz
9
Pendidikan
1. ADV 2. Guru Kreatif 3. Berita Pendidikan 4. Kompetisi
10
Regional
1. Jabodetabek 2. Nusantara
11
Trandatek
1. Internet 2. Elektronik 3. Gadget 4. Sains
12
Senggang
1. Film 2. Musik 3. Sosok 4. Unik
13
Konsultasi
1. Ustad menjawab 2. Klinik Syariah 3. Konsultasi Pendidikan
14
Olahraga
1. Raket 2. Otomotif 3. Basket 4. Umum
15
Video
1. Republika TV 2. Feature 3. Serba-serbi
60
4. Umat 5. Berita 16
Forum
1. Dunia Islam 2. Politik dan Peristiwa 3. Bisnis dan Peluang Usaha 4. Trantek 5. Gaya Hidup
17
Republika Koran
Berisi content berita yang ada pada Republika cetak atau koran.
18
Jurnal Haji
1. Salam Haji 2. Tips Haji 3. Konsultasi Haji 4. Pengalaman Haji 5. Tempat Ibadah 6. Tempat Belanja 7. Tempat Bersejarah 8. Umroh
BAB IV HASIL TEMUAN DAN ANALISIS DATA
Analisis yang peneliti lakukan pada Bab IV ini mengacu pada latar belakang dan tujuan penelitian serta metode penelitian seperti yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya. Penelitian ini dilakukan secara deskriptif dengan menggunakan metode analisis framing Robert N. Entman. Pendekatan deskriptif bertujuan untuk memaparkan dan mengungkap peristiwa berdasarkan tujuan penelitian, yakni untuk mengetahui Republika Online (ROL) dalam mengkonstruksi realitas atas pemberitaan Polwan berjilbab Edisi Juni 2013. Sejak mencuatnya isu tentang Polwan berjilbab berdasarkan Peraturan Kapolri No Pol: Skep/702/IX/2005 menimbulkan banyak kontroversi dikalangan masyarakat dan kaum Muslim tanah air. ROL adalah media massa elektronik pertama yang memberitakan kasus isu Polwan berjilbab1. Kasus ini menjadi kasus besar dan perhatian serius ROL karena telah menyangkut hak seorang Muslim/muslimah untuk menjalankan ibadah sesuai dengan apa yang dianutnya. ROL pun mengarahkan keberpihakannya melalui apa yang diberitakan dan pemilihan narasumber. Tentunya setiap media dalam melihat sebuah peristiwa memiliki kecenderungan yang berbeda-beda,
1
Zaky Al Hamzah, Kapolri: Peraturan Jilbab Bisa Diubah, paragraf ke enam , artikel diakses pada 15 Juni 2013 dari http://www.republika.co.id/berita/koran/newsupdate/13/06/13/moaxgt-kapolri-peraturan-jilbab-bisa-diubah
61
62
termasuk ROL. Karena pekerjaan jurnalis tidak terlepas dari faktor-faktor baik internal maupun eksternal, yang mempengaruhi media tersebut. Data yang diperoleh reporter dilapangan pun tidak mentah-mentah dituangkan dalam pemberitaan yang akan disebarkan oleh khalayak. Data tersebut harus melalui tahap penyeleksian, karena itulah peneliti ingin melihat kecenderungan sudut pandang dan keberpihakan ROL terhadap kasus Polwan berjilbab. Peneliti menganalisis proses konstruksi realitas sosial pada ROL menggunakan Analisis Framing Robert N. Entman dengan konsep pengidentifikasian masalah, memperkirakan masalah atau sumber masalah, membuat keputusan moral, dan menekankan penyelesaian. Dari rentang waktu satu bulan terdapat banyak pemberitaan tentang seputar Polwan berjilbab di ROL. Pemberitaan itu mulai dari pernyataan keputusan Kapolri hingga berita tentang tanggapan berbagai lapisan masyarakat. Untuk lebih jelas dan terperinci, dalam penelitian ini ada 4 berita yang menjadi objek penelitian, keempat berita tersebut yaitu:
1.
TABEL IV Objek Penelitian Republika Online TANGGAL
No.
JUDUL BERITA
Rubrik PEMBERITAAN
1
Ungkapan Polwan dan Wanita TNI Soal Larangan Jilbab
12 Juni 2013
Nasional > umum
2
Kapolri: Peraturan Jilbab Bisa Diubah
13 Juni 2013
Koran > News Update
3
Polri Akhirnya Restui Polwan Berjilbab
18 Juni 2013
Nasional
63
> umum 4
Anggota Komisi III Kompak Minta Kapolri Sahkan Jilbab Polwan
18 Juni 2013
Nasional > umum
Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa ROL menilai serius kasus Polwan berjilbab dan harus diketahui dan mendapat perhatian oleh khalayak. Secara terus-menerus ROL memberitakan isu ini sehingga pemberitaan ini pun mendapat perhatian khusus dari pengakses berita dan menjadi tranding topic pada pantauan ROL.
1.
Judul
: Ungkapan Polwan dan Wanita TNI Soal Larangan Jilbab
Penempatan : Nasional – Umum Berita pada ROL tanggal 12 Juni 2013 A. Analisis Framing Entman Kontroversi soal aturan Kapolri yang melarang Polwan berjilbab menuai kecaman keras, termasuk dari pihak Wadah Silaturahim Muslimah Wanita TNI-Polwan. Seorang perwakilannya, Flora Eka Sari mengungkapkan protesnya terhadap larangan tersebut. Menurutnya pekerjaan luas yang membutuhkan rasa aman, penjagaan fitrah disertai sikap profesional dalam bertugas tentu tidak terhalangi oleh jilbab. Peneliti menganalisis proses konstruksi realitas sosial di ROL menggunakan Analisis Framing Robert N. Entman dengan konsep pendefinisian masalah, memperkiraan masalah atau sumber masalah,
64
membuat keputusan moral dan menekankan penyelesaian.
Tabel IV 2. Konsepsi Framing Entman. Define Problems (pendefinisian masalah) Diagnose couses (memperkirakan masalah atau sumber masalah) Make moral judgement (membuat keputusan moral)
Treatment recommendation (menekankan penyelesaian)
Kontroversi masalah aturan Kapolri dan ungkapan protes Polwan dan wanita TNI soal larangan tersebut. Aturan Kapolri berjilbab.
yang
melarang
Polwan
Wadah Silaturahim Muslimah Wanita TNIPolwan, Flora Eka Sari sebagai perwakilannya, mengungkapkan lingkup pekerjaan luas membutuhkan rasa aman dan penjagaan fitrah disertai sikap profesionalisme dalam bertugas tentu tidak terhalangi oleh jilbab dan ia menekankan bahwa nilai religiusitas yang tinggi sangat penting. Menurut Flora Eka Sari, Al-quran, Pancasila dan UUD 1945 serta nilai yang terkandung dalam Sapta Marga dan Tribrata harus dihormati.
Define Problems (pendefinisian masalah). Dalam berita ini, ROL memaparkan ungkapan-ungkapan Polwan dan melihat masalah terkait kontroversi masalah aturan Kapolri terkait dengan isu ini. ROL pun mencoba menghadirkan berbagai pernyataan, tanggapan atau apapun yang keluar dari para Polwan tersebut. ROL juga menjadikan
65
Wadah Silaturahim Muslimah Wanita TNI-Polwan dengan seorang perwakilannya Flora Eka Sari sebagai narasumber pada berita ini.2 “dalam suratnya kepada Harian Republika, edisi Rabu, 12 Juni 2013, seorang perwakilannya yang bernama Flora Eka Sari mengungkapkan protesnya terhadap larangan tersebut.” Ungkapan-ungkapan seperti ini dinilai penting bagi ROL untuk dihadirkan dan diberitakan kepada khalayak. Ini mempertegas harapan dan aspirasi dari kalangan Polwan dan TNI wanita atas beredarnya kontroversi Polwan berjilbab ditengah-tengah masyarakat. Diagnose couses (memperkirakan masalah atau sumber masalah). Dalam berita ini ROL mengungkapkan adanya kontroversi yang terkait dengan adanya aturan Kapolri yang melarang polisi wanita (Polwan) berjilbab. Peraturan ini mendapat reaksi dari berbagai pihak, termasuk dari Wadah Silaturahmi Muslimah Wanita TNI-Polwan. Dalam surat yang dilayangkan perwakilannya, Flora Eka Sari, mereka mengungkapkan bentuk protesnya. Menurutnya lingkup pekerjaan apapun butuh adanya rasa aman dan jilbab pun tidak menghalangi seseorang dalam menjalankan tugasnya dan tetap profesional. “Lingkup pekerjaan luas yang membutuhkan rasa aman, penjagaan fitrah disertai sikap profesional dalam bertugas tentu tidak menghalangi oleh jilbab.....”3
2
A.Syalaby Ichsan, http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/13/06/12/moa8km-ungkapan-polwandan-wanita-tni-soal-larangan-jilbab diakses pada 12 June 2013, 20:38 WIB. 3 Ungkapan Polwan dan Wanita TNI Soal Larangan Jilbab paragraf 4”
66
Make moral judgement (membuat keputusan moral). ROL menilai bahwa ungkapan-ungkapan dari Polwan dan TNI wanita perlu dihadirkan dan didengarkan terkait permasalah ini. Kapolri sebagai penegak hukum yang beragama harus memikirkan dan mendengarkan aspirasi anggota-anggotanya. “menurut Flora: jati diri dan profesionalitas adalah harga diri suatu bangsa. Dan, hal itu lebih mulia jika diisi dengan nilai ketaqwaan. Al-quran, pancasila, dan UUD 1945 serta nilai yang terkandung dalam Sapta Marga dan Tribrata harus dihormati kedua institusi besar itu.” Treatment recommendation (menekankan penyelesaian). Besar harapan berbagai pihak termasuk para Polwan itu sendiri untuk Kapolri merevisi aturan yang melarang Polwan untuk berjilbab. Banyak pihak yang mendukung harapan para Polwan ini dan ikut memprotes peraturan Kapolri tersebut. “percayalah, justru sejarah telah membuktikan dengan nilai religiusitas yang tinggi, TNI dan Polri dapat menjaga pertahanan dan keamanan negara.” B. Analisis Konstruksi Realitas Sosial Objective Reality, Symbolic Reality, dan Subjective Reality Objective Reality adalah suatu realitas atau tindakan atau tingkah laku yang memang sudah mapan terpola, yang dihayati oleh individu secara umum sebagai fakta. Tindakan melalui ungkapanungkapan yang dilakukan oleh para Polwan dan TNI wanita sebagai bentuk protes akan Peraturan Kapolri tahun 2005 tentang seragam ini merupakan fakta yang diterima oleh masyarakat. Kemudian fakta ini akhirnya berkembang kepada pengkonstruksian oleh ROL melalui
67
pemberitaan-pemberitaan simbolik berupa teks-teks dan gambar. Pada berita yang berjudul “Ungkapan Polwan dan Wanita TNI Soal Larangan Jilbab” ini, ROL mengkonstruksi isi pemberitaan dengan teks yang menghadirkan pernyataan protes dari salah satu anggota Polwan. ROL yang terbit setiap adanya berita terbaru mengangkat kasus ungkapan para Polwan dan TNI wanita terkait masalah pelarangan penggunaan jilbab dikalangan kepolisian untuk dijadikan berita pada tanggal 12 Juni 2013. Pemberitaan ini mampu mengkontruksi khalayak untuk mencari tahu penyebab awal atau apa yang sedang terjadi dan menjadi isu yang hangat untuk diperbincangkan dan menjadi awal simbol protes dari pihak yang merasa dirugikan. Tahap penyebarannya memakai model satu arah, di mana ROL
berperan aktif terhadap
penyebaran informasi kasus larangan Polwan berjilbab melalui teks yang di unggah, sehingga dengan apa yang dikonstruksikan ROL terhadap kasus larangan Polwan berjilbab melalui teks diterima dengan apa adanya oleh khalayak sebagaimana berita tersebut disajikan walau terkesan sepotong-sepotong. ROL melakukan tindakan tepat waktu untuk menulis berita ini dan di unggah diinternet. Namun, dalam proses menulis berita, menentukan narasumber, dan mengetahui kedalaman isi dari sebuah kasuh diperlukan investigasi yang mumpuni baik kepada sejumlah narasumber yang paling berkaitan, maupun penelusuran lokasi secara lebih detail. Pada proses menuliskan berita yang berjudul “Ungkapan
68
Polwan dan Wanita TNI Soal Larangan Jilbab” ini, bisa kita perhatikan ROL tidak menuliskan secara lengkap identitas narasumber. Tidak ada yang menambahkan atau membantah pernyataan Flora Eka Sari selaku perwakilan Wadah Silaturahmi Muslimah TNI-Polwan itu. Tahap konstruksi berita tidak lepas dari tahap pemilihan materi konstruksi yang akhirnya bersifat subjektif. Media massa sebagai agen penjual berita harus pandai memilih realitas yang ingin dikonstruksi. Realitas yang dikonstruksi ini harus berdasarkan isu yang sedang dibicarakan oleh banyak orang. Kemudian realitas itu juga harus berkenaan dengan perhatian orang banyak atau kesensitifan terhadap suatu golongan. Pemilihan materi dan pengkonstruksian citra yang menggambarkan masyarakat golongan menengah ke bawah sebagai orang yang diperlakukan tidak adil.
2. Judul Penempatan
: Kapolri: Peraturan Jilbab Bisa Diubah : Koran – News Update
Berita pada ROL tanggal 13 Juni 2013 A. Analisis Framing Entman Di dalam berita ini Kapolri Jenderal Timur Pradopo menyatakan adanya kemungkinan aturan yang ditetapkan oleh pimpinan di kepolisian diubah. Pernyataan tersebut terkesan lebih lunak dari pada pernyataan Wakil Kapolri Nanan Sukarna yang memberikan pilihan dengan tegas kepada para Polwan ikuti aturan atau mengundurkan diri dari instansi
69
kepolisian. Berbagai pihak turut mengecam aturan kepolisian tahun 2005 dan pernyataan dari Wakil Kapolri itu. Salah satu pihak yang ikut mengecam
yaitu
Ketua
Umum
PP
Muhammadiyah
Prof
Din
Syamsuddin. Pernyatan Kapolri di atas menjawab tekanan masyarakat Muslim dan keinginan sejumlah Polwan yang menuntut pelonggaran pembatasan jilbab untuk Polwan.
Tabel IV 3. Konsep Framing Entman Define Problems
Pelanggaran
(pendefinisian
menjalankan
masalah)
HAM
bagi
ibadahnya
Polwan sesuai
untuk dengan
keyakinannya, dan tidak adanya ketegasan dari petinggi Polri sendiri.
Diagnose couses
Instansi Kepolisian atas Aturan Kapolri tahun
(memperkirakan
2005
masalah atau sumber masalah) Make moral judgement (membuat
Melarang Polwan berjilbab adalah kebijakan yang tidak bijak.
keputusan moral) Treatment recommendation
Polri memberikan dispensasi atau pelonggaran kepada setiap Polwan yang ingin berjilbab.
(menekankan penyelesaian) Define Problems (pendefinisian masalah). ROL mendefinisikan masalah larangan Polwan berjilbab ini adalah sebagai pelanggaran HAM
70
yang tidak sesuai dengan Undang-undang Dasar (UUD) 1945 Pasal 29 tentang beragama. Pemberitaan dan pendefinisian ini dibingkai ROL dengan menyertakan sebagian pernyataan dari petinggi-petinggi yang ada di kepolisian dan dinilai kurang tegas dan menyertakan pula narasumber yang
ikut
mengecam
pernyataan
sebelumnya
dan
terlihatlah
keberpihakan ROL terhadap kasus ini. “ia menegaskan, sejatinya kepolisian tak melarang polwan berjilbab. Meski demikian, memang belum ada aturan jelas soal penggunaan jilbab.” Untuk memperkuat kerangka tersebut, ROL menambahkan kutipan perkataan narasumber Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof Din Syamsuddin. “Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof Din Syamsuddin mengecam aturan yang membatasi polwan berjilbab. “Itu adalah kebijakan yang tidak bijak,”ujarnya. Din menanggapi aturan Polri soal seragam yang menutup celah penggunaan jilbab oleh polwan.”4 Diagnose couses (memperkirakan masalah atau sumber masalah). ROL memaparkan awal mula isu larangan tersebut. ROL menuliskan dalam berita ini bahwa adanya penampungan aspirasi terbuka oleh instansi kepolisian terhadap keinginan Polwan berjilbab tetapi tetap belum ada kepastian yang jelas diperbolehkan atau tidaknya penggunaan jilbab tersebut dan adanya pernyataan Kepala Bagian Penerangan Umum Mabes Polri Agus Rianto yang menjelaskan duduk permasalahannya. “Kepala Bagian Peneranagan Umum Mabes Polri Kombes 4
Zaky Al Hamzah, Kapolri: Peraturan Jilbab Bisa Diubah, artikel diakses pada 15 Juni 2013 dari http://www.republika.co.id/berita/koran/news-update/13/06/13/moaxgtkapolri-peraturan-jilbab-bisa-diubah
71
Agus Rianto menjelaskan, peraturan seragam saat ini juga merupakan revisi. Peraturan Kapolri No Pol: Skep/702/IX/2005 yang kini berlaku, menurutnya, menyusul kewajibab berjilbab bagi polwan muslim di Aceh yang terbit pada 2004. Melalui peraturan itu, Polri menegaskan bahwa pengenaan jilbab bukan termasuk seragam bagi polwan di luar Aceh. Intinya, kata Agus, surat itu justru membuktikan Polri tak menutup pintu perubahan aturan. “Angka 702 dalam skep itu, kan adalah lambang adanya revisi dalam aturan tersebut, jadi ya kami terbuka,”kata Agus. ” “namun, ketika ditanya apakah polwan berhak mengirimkan langsung surat kepada Kapolri agar memintanya terkait jilbab dapat dikabulkan, Agus berujar biar semuanya diserahkan kepada pimpinan Polri. Dia mengatakan, tentu semua yang dirasa anggotanya akan ditampung oleh polri selama perasaan itu nampak nyata terjadi, sebelum ada peraturan baru, para polwan mesti menunda keinginan berjilbab.” Make moral judgement (membuat keputusan moral). Pada berita ini narasumber berasal dari pihak pro dan kontra terhadap isu Polwan berjilbab. Jadi pembaca bisa melihat duduk permasalahannya dan tanggapan dari berbagai narasumber. Treatment
recommendation
(menekankan
penyelesaian).
Frame ROL menuliskan apa yang disampaikan oleh Prof. Din, bahwasanya pihak kepolisian harus ada dispensasi untuk Polwan yang ingin berjilbab. Pernyataan Din di sini dipakai oleh ROL untuk menekankan penyelesaian yang ingin disampaikan ROL yang diwakilkan oleh narasumber. “aparatur negara, seperti kepolisian, harus bisa memberikan dispensasi melalui ketentuan umum. “Jika itu bisa dilaksanakan, berarti kepolisian bisa menjalankan amar dari kontitusi,” ujarnya. Petugas polwan yang ingin memakai jilbab, kata Din, harus dihormati, dihargai, dan tidak dianggap sebagai pelanggar.”
72
B. Analisis Konstruksi Realitas Sosial Objective Reality, Symbolic Reality, and Subjective Reality Khalayak mengetahui dan menyadari bagaimana suatu tindakan dapat dikatakan diskriminatif atau tidak. Kebijakan yang berisikan larangan seorang Muslimah menjalankan ketentuan agamanya adalah kebijakan yang bertentangan dengan agama dan UUD 1945 Pasal 29 negara yang menjamin hak-hak warga negaranya dalam menjalankan ibadah sesuai agama yang dipeluknya. ROL
menggunakan
perempuan
(Polwan)
sebagai
simbol
pemberitaan. ROL memasukkan adanya unsur pelanggaran HAM yang dilakukan oleh instansi kepolisian. Teks dinilai efektif mengkonstruksi pola pikir pembaca untuk menerima alur pemberitaan yang ingin ROL sampaikan. Mulai dari awal mula aturan yang dikeluarkan oleh pihak kepolisian berikut penjelasan tentang isu yang berkembang sampai adanya tanggapan-tanggapan dari pihak-pihak yang dinilai tidak setuju atas aturan yang ditetapkan oleh instasi kepolisian tersebut. ROL mengiring pembaca untuk merasa simpatik dan ikut mendukung pihak-pihak yang dirugikan dengan aturan kepolisian tahun 2005 itu dengan menampilkan opini-opini narasumber yang kontra dan mengharapkan adanya dispensasi kebijakan setelah berita ini dihadirkan. ROL memilih materi ini menjadi salah satu ulasan khusus. Berita ini menjadi salah satu dari sekian berita yang ada pada edisi yang mengulas khusus tentang seputar isu Polwan berjilbab. Pengkonstruksian berita
73
tentang Kapolri yang seakan memberi angin segar terhadap permasalah ini menjadi salah satu masukan dan juga sebagai kritikan ROL kepada instansi yang terkait.
3. Judul
: Polri Akhinya Restui Polwan Berjilbab
Penempatan : Nasional – Umum Berita pada ROL tanggal 18 Juni 2013 A. Analisis Framing Entman Pada berita berjudul “Polri Akhinya Restui Polwan Berjilbab” ini seakan memberi udara segar bagi Polwan yang ingin berjilbab dan para pendukungnya. Kepolisian akhirnya memastikan diri akan melegalkan penggunaan jilbab bagi anggotanya di seluruh Indonesia, akan tetapi ucapan Kapolri tersebut belum terbukti dan seakan-akan hanya angin lalu. Apa yang dijanjikan Kapolri Jenderal Timur Pradopo sampai saat ini belum terealisasikan dan seakan-akan ditunda-tunda.
Tabel IV 4. Konsepsi Framing Entman Define Problems (pendefinisian masalah)
Janji Kapolri untuk waktu dekat tuntutan mengenai jilbab akan segera masuk ke dalam agenda diskusi internal Polri.
Diagnose couses (memperkirakan masalah atau sumber masalah) Make moral judgement (membuat keputusan moral) Treatment
Tidak terealisasikan janji Kapolri hingga kini.
Kapolri berterima kasih kepada publik.
Menunggu penglegalan jilbab di kalangan
74
recommendation (menekankan penyelesaian)
kepolisian.
Define Problems (pendefinisian masalah). Kapolri berjanji untuk waktu dekat tuntutan mengenai jilbab akan segera masuk ke dalam agenda diskusi internal Polri. Bahkan beliau sangat senang dengan permintaan sejumlah keinginan Polwan berjilbab yang kini terangkat ke media dan diketahui masyarakat. “kepolisian akhirnya memastikan diri akan melegalkan penggunaan jilbab bagi anggotanya di seluruh Indonesia. Pernyataan tersebut langsung dituturkan oleh orang nomor satu di tubuh Korps Tri Bata Kapolri Jenderal Timur Pradopo.”5 Diagnose couses (memperkirakan masalah atau sumber masalah). Dalam pemberitaan ini nampak jelas di awal paragraf sang Kapolri menjanjikan permasalahan ini akan segera diselesaikan dengan membawa kasus ini ke dalam diskusi internal Polri. Namun, nampaknya hal ini pun belum benar-benar terealisasikan dengan baik. “Timur mengatakan, dalam waktu dekat segala tuntutan mengenai jilbab akan segera masuk kedalam agenda diskusi internal Polri. Dia berujar, aturan mengenai jilbab ini amat perlu dikonsepkan dengan tepat. Sehingga nantinya aturan ini tidak menimbulkan polemik baru di kemudian hari.” “ketika ditanya kapan peraturan baru terkait seragam ini akan ditelurkan, Kapolri berujar sesegera mungkin hal itu akan terwujud. Hanya saja, kata dia, satu komponen utama yang masih harus dilengkapi sebagai bahan pertimbangan dia dalam menentukan aturan baru”
5
Gilang Akbar Prambadi , Republika Online, diakses pada Selasa, 18 Juni 2013, 15:07 WIB http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/13/06/18/mokx8j-polriakhirnya-restui-polwan-berjilbab
75
Make moral judgement (membuat keputusan moral). Dalam penyampaiannya Kapolri Jenderal Timur Pradopo sangat berterima kasih dan ingin tetap membahas tentang yang berkaitan dengan kasus ini kepada sejumlah tokoh masyarakat. “saya justru berterima kasih kepada publik. Karena Polri diperhatikan bahkan sampai ke penggunaan pakaian,” ujar Timur di Gedung DPR Jakarta Selatan, Selasa (18/7)” “kami masih perlu bicara lebih dalam dengan sejumlah tokoh masyarakat. Tentu kami memerlukan saran yang membangun demi aturan yang tepat. Intinya saya sangat merespons baik permintaan ini,” ujar Jenderal bintang empat ini.” Treatment recommendation (menekankan penyelesaian). Setelah melewati tarik ulur keputusan yang akan dibuat oleh kepolisian, para Polwan yang ingin berjilbab dan para pendukungnyapun tetap harus bersabar dan menunggu kebijakan ini benar-benar terealisasikan. B. Analisis Konstruksi Realitas Sosial. Objective Reality, Symbolic Reality, and Subjective Reality Fakta yang kita dapat dari media massa pada dasarnya bukanlah realitas objektif. Realitas ini mulanya bersifat subjektif. Dikarenakan banyak realitas subjektif yang sama, maka suatu realitas dapat dikatakan objektif. Kepolisian yang kita tahu adalah instansi milik pemerintah dibidang keamanan dan hukum masyarakat. Sehingga, kepolisian seharusnya ikut mengayomi dan menjaga hak seorang warga negara, termasuk para anggota kepolisian tersebut. Peraturan yang mereka buat bukan semata-mata adalah aturan
76
mutlak yang tidak dapat diperbaiki atau diperbaharui. Apalagi aturan ini mengakibatkan banyak polemik ditengah-tengah masyarakat. ROL dalam beritanya ikut membantu kaum Muslim yang ingin menjalankan perintah agamanya dengan apapun profesi mereka. Misalnya saja pernyataan dari Redaktur Pelaksanaan ROL M. Irwan A. dalam wawancara tanggal 29 Agustus 2013, ia yang menyatakan: “Sikap kami Republika adalah ikut melarang atau meminta pihak Kapolri mencabut keputusan tersebut. Karena ini menyangkut hak seorang muslimah, warga negara untuk menjalankan ibadahnya apapun profesinya, dan tetap mendukung seorang wanita yang ingin menjadi polwan tetapi tetap tidak membuka hijabnya.”
Karena media cetak atau media online penyampaiannya satu arah, maka apa yang ditulis setelah kita membacanya, kita tidak bisa memberi efek timbal balik terhadap informasi yang kita terima. Tidak seperti media komunikasi langsung antar individu, ataupun media televisi yang memungkinkan komunikasi timbal balik dengan adanya telepon interaktif saat tayangan berlangsung. Pada media ini kritik dan opini pembaca tidak dapat langsung diterima media. Biasanya ada kolom opini, tetapi tetap saja tidak dibarengi antara berita dan tanggapan pada saat berita baru keluar. Menurut peneliti, keadaan ini sangat ampuh membentuk pola pikir pembaca sesuai dengan alur isi berita yang ingin disampaikan ROL.
77
4. Judul
: Anggota Komisi III Kompak Minta Kapolri Sahkan Jilbab Polwan
Penempatan : Nasional – Umum Berita pada ROL tanggal 18 Juni 2013 A. Analisis Framing Entman Pada berita berjudul “Anggota Komisi III Kompak Minta Kapolri Sahkan Jilbab Polwan” ROL mencoba memberitakan dengan menghadirkan berita apa saja atau narasumber siapa saja yang mendukung dibolehkannya Polwan berjilbab oleh instansi kepolisian sesuai dengan tujuan ROL. Dalam berita ini, Komisi III memprakarsai pertemuan DPR RI menggelar Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Kapolri beserta jajarannya. Dalam rapat tersebut, hampir seluruh fraksi ikut menyampaikan gagasan dan kritikannya kepada Korps Tri Bata atas isu vital yang terkait pembahasan seputar seragam Polri terutama denggan penggunaan jilbab bagi Polwan. Sejumlah partai nasinalis pun ikut mendesak Kapolri untuk segera membuat aturan baru terkait dengan seragam dinas anggotanya. Tabel IV 5. Konsepsi Framing Entman Define Problems
DPR RI mengelar rapat dengan Polri.
(pendefinisian masalah) Diagnose couses
Adanya isu seputar seragam Polri, terutama
(memperkirakan
berkenaan dengan penggunaan jilbab bagi
masalah atau sumber
Polwan.
78
masalah) Make moral judgement (membuat keputusan moral) Treatment
Berkaitan
dengan
ideologi
Islam
yang
dipegang oleh Polwan. Ideologi tersebut diaplikasikan dengan penggunaan jilbab. Agar
adanya
isu
ini
dipahami
sebagai
recommendation
keanekaragaman ideologi bangsa Indonesia
(menekankan
dan penyelesaiannya agar dibentuk peraturan
penyelesaian)
berjilbab.
Define Problems (pendefinisian masalah). Tak ketinggalan ROL pun menjadikan anggota DPR RI untuk menjadi narasumber dan diberitakan terkait isu seputar seragam Polri terutama tentang masukkan diperbolehkannya Polwan berjilbab. Dalam berita ini, DPR RI mengadakan Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan mengundang Kapolri Jenderal Timur Pradopo beserta jajarannya. Hal ini jelas membuktikan bahwa isu tentang aspirasi Polwan yang ingin berjilbab namun terhalang oleh adanya Peraturan Kapolri tahun 2005 sudah menjadi isu vital. ROL lebih memilih narasumber yang mendukung dan pihak siapa saja yang menyoroti isu ini serta ingin mendukung serta
mendesak Kapolri sesegera mungkin
merevisi aturan tersebut. Peneliti mengutip dari teks berita yang terdapat di ROL6: DPR RI mengelar Rapat Dengar Pendapat (RDP) Dengan Polri Selasa (18/6). Pertemuan yang diprakarsai oleh Komisi III ini mengundang Kapolri Jenderal Timur 6
Gilang, http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/13/06/18/mokut0anggota-komisi-iii-kompak-minta-kapolri-sahkan-jilbab-polwan diakses pada Selasa, 18 Juni 2013.
79
Pradopo beserta seluruh jajarannya. Dalam RDP tersebut, anggota Komisi III DPR RI dari seluruh fraksi menyampaikan seluruh gagasan dan kritiknya kepada Korps Tri Bata. Sejumlah isu vital terkait keamanan menjadi sentral pembahasan dalam diskusi yang dimulai sejak pukul 10.00 WIB ini. Tak ketinggalan, isu seputar seragam Polri terutama berkenaan dengan penggunaann jilbab bagi Polisi Wanita (Polwan) Muslim pun turut diutarakan sejumlah fraksi. Selain itu peneliti juga mengutip hasil wawancara dengan redaktur ROL terkait pemilihan narasumber sebagai berikut: Yang pasti yang mendukung. Media tidak ada yang independen. Media memiliki aturan dan ideologi masing-masing. Dan tidak mungkin Republika ujuk-ujuk memilih atau memuat narasumber yang kontra, kecuali kita meminta penjelasan. Contohnya, kenapa kepolisian melarang polwan berhijab. Diagnose couses (memperkirakan masalah atau sumber masalah). Adanya isu aspirasi seputar seragam Polri, terutama berkenaan dengan penggunaan jilbab bagi Polwan adalah salah satu sentral pembahasan dalam diskusi ini. Make moral judgement (membuat keputusan moral). Tentunya rapat yang diselengarakan ini terkait dengan ideologi Islam yang dipegang oleh Polwan. Ideologi tersebut berkaitan dengan penggunaan jilbab. Tetapi tetap saja dari pihak Tri Bata Kepolisian belum bisa menentukan sikap diperbolehkan atau tidak Polwan menggunakan jilbab dan seakan-akan mengulur-ulur waktu untuk mengeluarkan kebijakan terkait permasalahan ini. “UU mengamanatkan warganya agar diberikan jalan untuk beribadah. Saya yakin para petinggi Polri memiliki tingkat religiulitas yang tinggi tentu sangat adil bila
80
peraturaanya diubah.” “sejumlah partai nasionalis bahkan ikut mendesak Kapolri untuk segera membuat aturan baru terkait seragam dinas anggotanya. Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan dan Golkar, dan Hanura paling lantang meminta Kapolri merevisi aturan Polri terkait dengan seragam.” Treatment recommendation (menekankan penyelesaian). Dalam berita ini ROL menentukan judul “Anggota Komisi III Kompak Minta Kapolri Sahkan Jilbab Polwan”. Judul ini merupakan konstruksi yang di buat oleh ROL untuk menunjukkan banyak pihak yang mendukung. Dukungan ini terus digembor-gemborkan oleh ROL agar
adanya
keanekaragaman
isu
Polwan
ideologi
berjilbab beragama
ini
dipahami
bangsa
sebagai
Indonesia
dan
penyelesaian yang ditawarkan yaitu agar dibentuk atau direvisinya peraturan sebelumnya terkait seragam, khususnya untuk para Polwan yang ingin berjilbab. “dari pantauan Republika, dalam pertemuan yang digelar du ruang rapat Gedung DPR RI ini, nyaris seluruh fraksi meminta Kapolri untuk memperhatikan aspirasi anggotanya mengenai jilbab. Tidak hanya fraksi yang berideologi Islam, seluruh anggota partai di Komisi III pun ikut menuntut hal yang sama.” Hasil wawancara dengan Redaktur ROL sebagai berikut: “Media kan hanya memberi dukungan, kritikan, himbauan dan masukan solusi. Ini bukan menjadi sesuatu yang mutlak untuk ditulis oleh pihak kami. Hal ini atau pemberitaan ini akan terus ada selama keputusan itu belum dicabut. Maka dari itu, kami menampilkan narasumber yang seirama dengan apa yang ingin kami sampaikan, sebelum keputusan itu dicabut kami akan berjuang dan terus menulis berita ini. Seperti yang kita tahu, di Aceh pun, Polwan dibolehkan berhijab.
81
Diwajibkan malah.” “cepat-cepat dicabut deh peraturan itu, toh tidak menghambat kinerja polwan untuk melaksanakan tugastugasnya, malah justru lebih rapi dan aman.” B. Analisis Konstruksi Realitas Sosial Objective Reality, Symbolic Reality, dan Subjective Reality Realitas yang dipahami sebagai fakta di sini adalah setiap warga negara memiliki hak yang sama untuk bebas menjalankan ibadah sesuai agama yang ia anut. Meski realitas ini dipahami dan dilaksanakan di kalangan masyarakat, tetapi ada saja pihak-pihak yang merampas hak tersebut dengan berbagai alasan. Fakta yang kita dapat dari media massa pada dasarnya bukanlah realitas yang objektif. Teks memang menjadi alat yang ampuh media massa cetak atau online untuk melakukan konstruksi. Tetapi khalayak pada masa ini sudah dapat mempertimbangkan dan menyeleksi berita yang ingin dan dapat ia percayai kebenarannya. Tahap konstruksi tidak lepas dari tahap pemilihan materi konstruksi. Media massa sebagai agen penjual berita harus pandai memilih realitas yang ingin dikonstruksi. Realitas yang dikonstruksi ini harus berdasarkan isu yang sedang dibicarakan oleh orang banyak. Kemudian realitas itu juga harus berkenaan dengan tujuan atau pasar kan akan dituju. Pemilihan materi dan pengkonstruksian citra yang menggambarkan pihak-pihak yang dirugikan dengan aturan ini sebagai pihak-pihak yang diperlakukan kurang adil.
82
Pada berita ini, sebelumnya pembaca ROL yang mayoritas Muslim ini sudah mengetahui bahwa perempuan Muslimah diwajibkan untuk menggunakan jilbab demi keamanan, ketentraman dan menjalankan perintah agama. Hal ini juga tertuang pada UUD 1945 Pasal 29 yang membebaskan setiap warga negara nya menjalankan peribadatannya sesuai agama yang dianutnya. Hal ini tentunya luas, untuk setiap waga negara tanpa dibeda-bedakan, apapun profesinya.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan analisis dari penelitian skripsi yang telah diuraikan oleh peneliti mengenai kasus isu Polwan berjilbab, Konstruksi Realitas Sosial terhadap saran dan aspirasi para polisi wanita Muslimah untuk menggunakan jilbab yang diberitakan oleh Republika Online (ROL) pada edisi 12-18 Juni 2013, peneliti dapat menarik kesimpulan sebagai berikut: ROL dalam menulis berita mengenai isu Polwan berjilbab ini lebih condong kepada ideologi mereka sebagai media massa Islam. ROL menyajikan setiap beritanya dengan menggunakan bahasa-bahasa yang sesuai dengan bahasa jurnalistik baku dan ditambah dengan muatan-muatan bernuansa Islami. Setiap berita yang ROL turunkan, ROL pun mencoba menghadirkan bentuk keberpihakannya dan solusi atas isu yang sedang berkembang, mulai dari bahasa yang digunakan hingga pemilihan narasumber yang sejalan dengan pemikiran ROL. Tetapi ROL dalam isu ini, hanya mengulas atau membahas tentang kulit luar dari Islam, belum mengupas dari sisi substansi isi ajaran Islam itu sendiri. ROL melakukan realitas sosial isu Polwan berjilbab dibingkai dengan Objective Reality, Symbolic Reality, dan Subjective Reality yang menyatakan bahwa realitas objektif aspirasi para Polwan untuk bisa menggunakan jilbab mendapat respon berbagai pihak yang mendukung. ROL menilai Aturan
83
84
Kapolri tahun 2005 itu tidak sesuai dengan UUD pasal 29 tentang kebebasan setiap rakyat untuk menjalankan ibadah sesuai dengan agama yang dianutnya dan keputusan yang tidak bijak. ROL
merekomendasikan
agar
Peraturan
Kapolri
No.
Pol:
Skep/702/IX/2005 perlu direvisi guna mendapatkan kesepakatan dari semua pihak sebagai aturan baru yang dapat ditaati dan tidak ada unsur diskriminasi dan paksaan. Dari pemilihan narasumber, penentuan angel, dan penulisan berita sudah ditentukan oleh redaksi. Wartawan dituntut untuk sejalan dengan visi misi ROL. Dalam pembentukan berita ini, redaksilah yang berperan dan memiliki wacana yang ingin dibangun dari kasus pemberitaan isu Polwan berjilbab. Sehingga tujuannya untuk memberikan penjelasan
kepada
masyarakat, agar masyarakat tahu apa yang melatarbelakangi permasalahan ini dan kebijakan apa yang timbul akibat pemberitaan yang terus menerus di beritakan ROL. Dalam Islam, penggunaan jilbab bagi kaum perempuan adalah salah satu kewajiban. Adanya kesamaan pandangan antara masyarakat dan ROL melihat kasus ini, bukan hanya disebabkan oleh kesamaan ideologi semata. Tetapi, kesamaan itu merupakan hasil dari agenda setting yang dilakukan ROL sesuai dengan visi, misi, dan perizinan Republika.
85
B. Saran Bagi pembaca, kita sebagai penerima pesan, khususnya kaum Muslim harus lebih selektif untuk memilih pemberitaan dan ikut berperan serta lebih peka terhadap pemberitaan atau kasus-kasus yang yang terjadi disekitar kita. Kita sebagai pembaca, hendaknya diharapkan dapat memahami makna yang terkandung pada berita yang disampaikan oleh media massa, dengan mencermati maksud, istilah, simbol dan aktif mencari informasi dari media yang lainnya. Hal ini dimaksudkan agar pembaca mengetahui kebenaran pemberitaan tersebut. Bagi Republika Online, sebagai media massa Muslim terbesar di Indonesia
dengan
pemberitaan-pemberitaan
yang
dominan
terhadap
pemberitaan Islam, terus berupaya meningkatkan kualitas nilai-nilai keislamannya dalam menyampaikan informasi, mulai dari pemilihan berita, isi pemberitaan, proses awal hingga pesan atau berita sampai pada pembaca. Agar pembaca yang khususnya Negara Indonesia dengan masyarakat mayoritas Muslim, bisa lebih peka dalam masalah-masalah seputar Islam dan mendapat berita yang sesuai dengan pemahaman ideologi para pembaca. Bagi awak media, seperti reporter, redaksi dan semua yang terlibat pada proses pemberitaan pada Republika Online, penting untuk menunjukkan diri sebagai identitas media online Muslim dan tentu saja harus tetap berjalan pada koridor dan menyajikan informasi-informasi dengan content Islam dan terus berkomitmen mengungkap setiap kasus dengan jelas, terbuka, jujur dan tuntas serta tetap memerhatikan penulisannya.
86
Akan tetapi, dalam penyampaian suatu berita perlu juga diuraikan secara jelas dan terperinci, apa yang menjadi sebab dan akibat serta pernyataan dan alasan pihak-pihak yang ikut mendukung ataupun tidak mendukung terhadap permasalahan yang sedang diberitakan. ROL sebagai salah satu saluran komunikasi yang dapat memberikan pengaruh kepada masyarakat luas, diharapkan dapat menjalankan fungsi yang dapat memberikan wawasan dan pengetahuan kepada masyarakat sebagai sarana pendidikan secara positif.
DAFTAR PUSTAKA Buku: Arikonto, Suharismi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Bina Aksara, 1989. Birowo, Antonius. Metode Penelitian Komunikasi. Yogyakarta: Gintanyali, 2004. Bungin, Burhan. Metodologi Penelitian Kualitatif. Cet ke-3. Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2004. Bungin, Burhan. Konstruksi Sosial Media Masa: Kekuatan Pengaruh Media Massa, Iklan Televisi dan Keputusan Konsumen serta Kritik Terhadap Peter L. Berger dan Thomas Luckmann. Jakarta:Kencana, 2008. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1988. Eriyanto. Analisis Framing: Konstruksi Ideologis, dan Politik Media. Yogyakarta: LkiS, 2008. _______. Analisis Framing, Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media. Yogyakarta: LkiS. 2011. _______. Analisis Framing, Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media. Yogyakarta: LkiS. 2012. Hadi, Sutrisno. Metodologi Research. Yogyakarta: Andi Offset, 1989. Harahap, Krisna. Rambu-rambu di sekitar Profesi Wartawan. Jakarta: Grafitri Budi Utama, 1996. Husein, Umar. Desain Penelitian MSDM dan Perilaku Karyawan: Paradigma Positivistik dan Berbasis Pemecahan Masalah. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008. HM, Zaenuddin. The Journalist, bacaan Wajib Wartawan, Redaktur, Editor, dan Para Mahasiswa Jurnalistik. Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2011. Maskun dan Atmakusumah, Iskandar. Panduan Jurnalistik Praktis Mendalami Penulisan Berita dan Feature, Memahami Etika dan Hukum Pers. Jakarta: Lembaga Pers Dr. Soetomo, 2009. McQuail, Denis. Mass Communication Theory. 4 edition. London: Sage Publication Ltd., 2002. Mondry. Pemahaman Teori dan Praktik Jurnalistik. Bogor: Ghalia Indonesia, 2011.
87
88
Quraish Shihab, M. Jilbab Pakaian Wanita Muslimah, pandangan ulama masa lalu & cendikiawan kontemporer. Tangerang: Lentera Hati, 2010. S. Gunadi, Y. Himpunan Istilah Komunikasi. Cet. Ke-1. Jakarta: Grasindo, 1998. Sa’id Al-Ghamidi, Ali bin. Fikih Wanita. Solo: AQWAM, 2013. Santana K., Septiawan. Jurnalisme Kontemporer. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005. Siti Karlinah, dkk. Komunikasi Massa. Jakarta: Universitas Terbuka, 2000. Sobur, Alex. Analisis Teks Media Suatu Pengantar untuk Anaslisis Wacana, Analisis Simiotik, Analisis Framing. cet. Ke-4. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006. Sudibyo, Agus. Politik Media dan Pertarungan Wacana. Yogyakarta: Lkis, 2001. Suhaemi, Jumroni. Metode-metode penelitian Komunikasi. Jakarta: UIN JakartaPress, 2006. Sumadiria, Haris. Jurnalistik Indonesia Menulis Berita dan Feature, 2001. Sunarto. Televisi, Kekerasan dan Perempuan. Nusantara, 2009.
Jakarta: PT.Kompas Media
Syamsul M. Romli, Asep. Jurnalistik Praktis Untuk Pemula. Edisi Revisi, cet. Ke-7. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006. Vivian, John. Teori Komunikasi Massa. Jakarta: Kencana, 2008. W. Littlejohn, Stephen. Teori Komunikasi , Theories of Human Communication. Jakarta: Salemba Humanika, 2009. Werner J- James W. Tankard Severin, Ir. Teori Komunikasi, Sejarah, Metode, dan Terapan di dalam Media Massa. Jakarta: Kencana, 2009. Y. Samantho, Ahmad. Jurnalistik Islami; Panduan Praktis bagi Para Aktivis Muslim. Bandung: Mizan, 2002. Yunus, Syarifudin. Jurnalistik Terapan. Jakarta: Ghalia Indonesia, 2010. Skripsi/ Tesis/Disertasi/Penelitian Skripsi “Frame Berita Pengajuan Kemerdekaan Palestina ke PBB (Studi di Suratkabar Republika).” Karya Fitri Apriyani. Jakarta: Fakultas Ilmu Komunikasi Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (IISIP), 2012.
89
“Framing Media Massa (Republika online dan Detik.com) terhadap Berita Pembubaran FPI.” Karya Rommy Rahmandi Lesmana. Jakarta: Komunikasi dan Penyiaran Islam Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2012. Tesis “Sikap Netralitas Terhadap Pemerintahan Habibie, Tesis Sarjana Ilmu Komunikasi” yang disusun oleh Junanto Iman Praskoso. Jakarta: Perpustakaan Universitas Indonesia, 1999. Disertasi “PERS dan Pencitraan Umat Islam di Indonesia (Analisis Isi Pemberitaan Harian Kompas dan Republika” yang disusun oleh Suf Kasman. Jakarta: Balai Litbang dan Diklat Kementrian Agama RI, 2010.
Majalah Majalah Cita Cinta, No. 4/1-6-19 Mei 2000. Internet Company Profile, http://www.republika.co.id/page/about. , diakses pada Sabtu, 24 Syawwal 1434 / 31 Agustus 2013. Gilang Akbar Prambadi , Republika Online http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/13/06/18/mokx8j-polriakhirnya-restui-polwan-berjilbab diakses pada Selasa, 18 Juni 2013, 15:07 WIB. ___________________, Republika Online http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/13/06/18/mokut0anggota-komisi-iii-kompak-minta-kapolri-sahkan-jilbab-polwan diakses pada Selasa, 18 Juni 2013. New Life Options. Sejarah Pers, Pengertian Pers, Fungsi dan Peranan Pers di Indonesia, artikel diakses pada 24 Agustus 2013 dari http://duniabaca.com/sejarah-pers-pengertian-pers-fungsi-dan-perananpers-di-indonesia.html. Wahyu Syahputra. Pimpinan Polri Diminta Arif Hadapi Permintaan Polwan artikel diakses pada 15 Juni 2013 dari Berjibab. http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/13/06/15/mofdl0pimpinan-polri-diminta-arif-hadapi-permintaan-polwan-berjilbab Zaky Al Hamzah, Kapolri: Peraturan Jilbab Bisa Diubah, artikel diakses pada 15 http://www.republika.co.id/berita/koran/newsJuni 2013 dari update/13/06/13/moaxgt-kapolri-peraturan-jilbab-bisa-diubah http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/13/06/12/moa8km-ungkapanpolwan-dan-wanita-tni-soal-larangan-jilbab
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Ungkapan Polwan dan Wanita TNI Soal Larangan Jilbab Wednesday, 12 June 2013, 20:38 WIB Republika/Prayogi
Sejumlah anak berjilbab mengenakan seragam Polwan mengikuti kegiatan Lomba Polisi Cilik dalam rangka Hari Bhayangkara ke-67 di Blok M Square, Jakarta Selatan, Sabtu (8/6).
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kontroversi soal aturan Kapolri yang melarang polisi wanita (polwan) berjilbab mendapat reaksi dari Wadah Silaturahim Muslimah Wanita TNI-Polwan. Dalam suratnya kepada Harian Republika, edisi Rabu, 12 Juni 2013, seorang perwakilannya yang bernama Flora Eka Sari mengungkapkan protesnya terhadap larangan tersebut. "Apa yang menjadi diskusi diantara masyarakat dan anggota wanita TNI dan polwan adalah sesuatu yang sulit untuk dibicarakan, yaitu kebolehan menggunakan jilbab bagi wanita TNI dan polwan. Lingkup pekerjaan luas yang membutuhkan rasa aman, penjagaan fitrah disertai sikap profesional dalam bertugas tentu tidak terhalangi oleh jilbab. Pendidikan taruni wanita TNI, penanganan narkoba, penjaga ketertiban berlalu lintas, sampai penugasan ke luar negeri merupakan bagian tugas insan pada kedua institusi tersebut. Jati diri dan profesionalitas adalah harga diri suatu bangsa. Dan, hal itu lebih mulia jika diisi dengan nilai ketakwaan. Alquran, pancasila, dan UUD 1945 serta nilai yang terkandung dalam Sapta Marga dan Tribrata harus dihormati kedua institusi besar itu. Percayalah, justru sejarah telah membuktikan dengan nilai religiusitas yang tinggi, TNI dan Polri dapat menjaga pertahanan dan keamanan negara."
Redaktur : A.Syalaby Ichsan Sumber : Harian Republika, Rabu (12/6) http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/13/06/12/moa8km-ungkapan-polwan-danwanita-tni-soal-larangan-jilbab
Kapolri: Peraturan Jilbab Bisa Diubah Thursday, 13 June 2013, 08:15 WIB Di unduh: 13 juni 2013, 15. 56 WIB Antara/Dhoni Setiawan
Police chief General Timur Pradopo (file photo)
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Kapolri Jenderal Timur Pradopo menyatakan, tidak tertutup kemungkinan aturan yang ditetapkan oleh pimpinan di kepolisian diubah. Pernyataan tersebut menyusul desakan untuk melonggarkan aturan yang membatasi penggunaan jilbab di kalangan polisi wanita (polwan). Menurut Kapolri, semua aturan yang berlaku di Polri dapat berubah sesuai dengan dinamika sosial. Termasuk, mengenai aturan pengunaan seragam yang ditentukan bagi setiap anggotanya. Hal ini ia sampaikan di sela-sela acara serah terima jabatan (sertijab) sejumlah pejabat kapolda di Mabes Polri, Rabu (13/6). Timur menegaskan, semua aturan yang ditetapkan oleh Kapolri diupayakan merangkul semua kepentingan dari setiap anggotanya. Sebagai institusi, Polri juga merupakan lembaga terbuka bagi semua aspirasi anggotanya. “Begitu juga dengan aspirasi sejumlah polwan yang ingin berjilbab,” ujar Kapolri. Ia menegaskan, sejatinya kepolisian tak melarang polwan berjilbab. Meski demikian, memang belum ada aturan jelas soal penggunaan jilbab. Kepala Bagian Penerangan Umum Mabes Polri Kombes Agus Rianto menjelaskan, peraturan seragam saat ini juga merupakan revisi. Peraturan Kapolri No Pol: Skep/702/IX/2005 yang kini berlaku, menurutnya, menyusul kewajiban berjilbab bagi polwan Muslim di Aceh yang terbit pada 2004. Melalui peraturan itu, Polri menegaskan bahwa pengenaan jilbab bukan termasuk seragam bagi polwan di luar Aceh. Intinya, kata Agus, surat itu justru membuktikan Polri tak menutup
pintu perubahan aturan. “Angka 702 dalam skep itu, kan adalah lambang adanya revisi dalam aturan tersebut, jadi ya kami terbuka,” kata Agus. Namun, ketika ditanya apakah polwan berhak mengirimkan langsung surat kepada Kapolri agar permintaanya terkait jilbab dapat dikabulkan, Agus berujar biar semuanya diserahkan kepada pimpinan Polri. Dia mengatakan, tentu semua yang dirasakan anggotanya akan ditampung oleh Polri selama perasaan itu tampak nyata terjadi. Ia menegaskan, sebelum ada peraturan baru, para polwan mesti menunda keinginan berjilbab. “Kira-kira demikian yang ingin pimpinan Polri sampaikan. Mohon menjadi pesan juga (untuk polwan) selama belum ada perubahan. laksanakan dulu yang ada,” kata Agus. Pernyataan Polri kali ini menjawab tekanan masyarakat Muslim dan keinginan sejumlah polwan yang menuntut pelonggaran pembatasan jilbab untuk polwan. Sebelumnya, beberapa kali Polri mengatakan, penggunaan jilbab tidak sesuai aturan sehingga belum diperkenankan, bahkan bagi yang nekat berhijab akan dikategorikan sebagai pelanggar. Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof Din Syamsuddin mengecam aturan yang membatasi polwan untuk berjilbab. “Itu adalah kebijakan yang tidak bijak,” ujarnya. Din menanggapi aturan Polri soal seragam yang menutup celah penggunaan jilbab oleh polwan. Menurut Din, kebijakan yang melarang polwan berjilbab melanggar konstitusi. Ia menegaskan, pada UUD 1945 Pasal 29 negara menjamin hak-hak warga negaranya dalam menjalankan ibadah sesuai agama yang dipeluknya. Pemakaian jilbab, kata Din, merupakan ibadah karena itu merupakan salah satu pelaksanaan dalam syariat Islam bagi perempuan. Jika seorang Muslimah ingin mengenakan jilbab, menurutnya, tidak boleh ada yang melarang. Aparatur negara, seperti kepolisian, harus bisa memberikan dispensasi melalui ketentuan umum. “Jika itu bisa dilaksanakan, berarti kepolisian bisa menjalankan amar dari konstitusi,” ujarnya. Petugas polwan yang ingin memakai jilbab, kata Din, harus dihormati, dihargai, dan tidak dianggap sebagai pelanggaran. n gilang akbar prambadi/rosita budi suryaningsih ed: fitriyan zamzami Redaktur : Zaky Al Hamzah
http://www.republika.co.id/berita/koran/news-update/13/06/13/moaxgt-kapolri-peraturan-jilbabbisa-diubah
Polri Akhirnya Restui Polwan Berjilbab Selasa, 18 Juni 2013, 15:07 WIB
Kapolri Jenderal Polisi Timur Pradopo
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepolisian akhirnya memastikan diri akan melegalkan penggunaan jilbab bagi anggotanya di seluruh Indonesia. Pernyataan tersebut langsung dituturkan oleh orang nomor satu di tubuh Korps Tri Bata Kapolri Jenderal Timur Pradopo. Timur bahkan berujar sebetulnya dia sangat senang dengan permintaan sejumlah keinginan polwan berjilbab yang kini mengemuka. Dia berkata, permintaan tersebut sudah dengan senang hati Polri terima dan pertimbangkan. "Saya justru berterima kasih kepada publik. Karena Polri diperhatikan bahkan sampai ke penggunaan pakaian," ujar Timur di Gedung DPR Jakarta Selatan Selasa (18/7). Timur mengatakan, dalam waktu dekat segala tuntutan mengenai jilbab akan segera masuk ke dalam agenda diskusi internal Polri. Dia berujar, aturan mengenai jilbab ini amat perlu dikonsepkan dengan tepat. Sehingga nantinya aturan ini tidak menimbukan polemik baru di kemudian hari. "Aturan pakaian polisi kan bukan jilbab saja. Pakaian dinasnya seperti apa harus kami sesuaikan dulu," ujarnya. Ketika ditanya kapan peraturan baru terkait seragam ini akan ditelurkan, Kapolri berujar sesegara mungkin hal itu akan terwujud. Hanya saja, kata dia, satu komponen utama yang masih harus dilengkapi sebagai bahan pertimbangan dia dalam menentukan aturan baru. "Kami masih perlu bicara lebih dalam dengan sejumlah tokoh masyarakat. Tentu kami memerlukan saran yang membangun demi aturan yang tepat. Intinya saya sangat merespons baik permintaan ini (polwan berjilbab)," ujar jenderal bintang empat ini. Reporter : Gilang Akbar Prambadi Redaktur : Fernan Rahadi http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/13/06/18/mokx8j-polri-akhirnya-restui-polwan-berjilbab
Anggota Komisi III Kompak Minta Kapolri Sahkan Jilbab Polwan Selasa, 18 Juni 2013, 14:15 WIB
Aditya Pradana Putra/Republika
Polwan (Ilustrasi) A+ | Reset | AREPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- DPR RI menggelar Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Polri Selasa (18/6). Pertemuan yang diprakarsai oleh Komisi III ini mengundang Kapolri Jenderal Timur Pradopo beserta seluruh jajarannya. Dalam RDP tersebut, anggota komisi III DPR RI dari seluruh fraksi menyampaikan seluruh gagasan dan kritiknya kepada Korps Tri Bata. Sejumlah isu vital terkait keamanan menjadi sentral pembahasan dalam diskui yang dimulai sejak pukul 10.00 WIB ini. Tak ketinggalan, isu seputar seragam Polri terutama berkenaan dengan penggunaan jilbab bagi Polisi Wanita (Polwan) muslim pun turut diutarakan sejumlah fraksi. Dari pantauan Republika, dalam pertemuan yang digelar di ruang rapat Gedung DPR RI ini, nyaris seluruh fraksi meminta Kapolri untuk memperhatikan aspirasi anggotanya mengenai jilbab. Tidak hanya fraksi yang berdideologi islam, seluruh anggota partai di Komisi III pun ikut menuntut hal yang sama. Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai Amanat Nasional (PAN) kompak meminta Timur untuk segera mengubah peraturan terkait seragam Polri. "Kebebasan baragama menjadi hak warga negara termasuk Polwan. Jangan dibatasi, harus diubah, buat aturan untuk berjilbab," kata Taslim dari fraksi PAN menyampaikan pendapatnya.
Anggota Komisi III lainnya, Achmad Yani mengatakan, Polri sebagai lembaga besar milik bersama mesti mamapu mewujudkan keinginan anggotanya dalam beragama. Tentunya, kata dia, aturan seragam Polri yang kini belum memberikan ruang bagi polwan untuk berjilbab dapat diubah sesuai konstitusi. "UU mengamanatkan warganya agar diberikan jalan untuk beribadah. Saya yakin para petinggi Polri memiliki tingkat religiulitas yang tinggi, tentu akan sangat adil bila aturannya diubah," ujar Yani kader dari PPP ini. Sejumlah partai nasionalis bahkan ikut mendesak Kapolri untuk segera membuat aturan baru terkait seragam dinas anggotanya. Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan dan Golkar, dan Hanura paling lantang meminta Kapolri merivisi aturan Polri terkait seragam. Reporter : Gilang Akbar Prambadi Redaktur : Citra Listya Rini http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/13/06/18/mokut0-anggota-komisi-iiikompak-minta-kapolri-sahkan-jilbab-polwan
Instrumen Wawancara 1. Bagaimana Republika Online (ROL) memilih bahasa yang digunakan dalam menulis berita? 2. Apakah ada ideologi yang menjadi acuan wartawan ketika menyusun suatu fakta menjadi sebuah realitas pemberitaan di Republika Online? 3. Bagaimana Republika Online memilih kriteria wartawan yang bertugas turun meliput dan kemudian menulis berita? 4. Apa yang melatarbelakangi Republika Online mengangkat kasus seputar isu larangan Polwan berjilbab pada Edisi bulan Juni? Bagaimana peristiwa ini dipahami oleh wartawan? 5. Menurut Anda, apa pemicu awal dan siapa yang menjadi pelaku dan siapa yang menjadi korban dalam kasus ini? 6. Jadi, bagaimana pandangan dan sikap Republika Online itu sendiri terhadap kasus ini dan apa tujuan Republika Online memberitakan kasus ini terus menerus pada beberapa bulan terakhir? 7. Berbicara tentang larangan polwan berjilbab, berarti bicara tentang perempuan yang dibatasi haknya untuk beribadah. Apakah Republika Online melihat ada pihak-pihak yang membeda-bedakan jender atau hak perempuan dilanggar pada kasus ini atau memang Republika hanya ingin mengedepankan masalah keislamannya? 8. Banyak pihak yang mendukung polwan berjilbab. Apakah Republika Online melihat adanya pergerakan pembelaan dari kaum feminis dalam memperjuangkan hak polwan dan wanita TNI untuk berhijab? Dan bagaimana kaum feminis memandang isu ini? 9. Bagaimana proses pembingkaian pembuatan berita tersebut sehingga menjadi berita yang bermakna, menarik dan lebih menonjol dari pemberitaan yang lainnya?
10. Apa ada penekanan tertentu sehingga Republika Online mengarahkan pembaca terhadap suatu kesimpulan, entah untuk ikut mendukung atau menolak? 11. Adakah ketentuan khusus ketika menentukan narasumber? 12. Bagaimana keberpihakan Republika Online terhadap kasus ini? 13. Apa yang diharapkan oleh ROL dengan memberitakan kasus ini? 14. Nilai atau pesan moral apa yang ingin disajikan atau dipakai Republika untuk permasalahan ini? 15. Menurut Anda sendiri, solusi apa yang tepat untuk memecahkan permasalahan ini?
Transkip wawancara dengan redaktur pelaksana Republika Online (ROL) Nama narasumber
: M. Irwan Ariefyanto
Jabatan
: Kepala Republika Online
Tempat
: Kantor Republika Online
Hari/Tanggal
: Kamis, 29 Agustus 2013
Jawaban Wawancara 1. Bagaimana Republika Online (ROL) memilih bahasa yang digunakan dalam menulis berita? Bahasa yang digunakan yang pasti bahasa jurnalistik ya.. itu pakem, dasar dalam sebuah media. Cuma mungkin ada pengecualian saat kita bicara tentang media online. Media online itu apa sih sebenarnya? Apa yang membedakan media online dengan media cetak? Media Online terutama adalah kenapa dipetakan? Karena pembaca media online itu faktornya berbeda dengan pembaca media cetak, kalau pada media online itu melihat hanya sepintas-sepintas, tidak mendalami. Itu yang pertama. Nah, yang kedua, pembaca media online itu mencari sesuatu yang kalau kita bilang kepo.. kepo ya bahasa sekarang? Hahaha.. ya hebohlah heboh. Nah tapi karena kami adalah Republika, tentu kami berbeda dengan media lainnya. Anda juga pahamlah itu. Kami mencoba menyajikan setiap berita dengan menggunakan bahasa-bahasa yang tetap sesuai dengan perizinan, ala Republika. Jadi, bahasa-bahasa yang kami gunakan tetap bahasa-bahasa baku jurnalistik tapi kami modifikasikan. Karena kenapa? Content yang kami gunakan lebih banyak contentcontent yang sifatnya lebih ke Islam. Itu yang membedakan media kami dengan media online yang lainnya. 2. Apakah ada ideologi yang menjadi acuan wartawan ketika menyusun suatu fakta menjadi sebuah realitas pemberitaan di Republika Online? Pasti ada, media kami memiliki ideologi sendiri. Tapi, karena disini reporternya gabungan dengan koran. Maka, rata-rata ketika mereka masuk ke Republika, mereka sudah memiliki paham yang sama soal bahasa, soal gaya penulisan, sudut pandang, semuanyalah mereka hampir sepaham. Sehingga, reporter tentunya harus tahu aturanaturan dasar seperti itu. Ketika mereka melaporkan, mereka sudah sesuai dengan SOP yang sudah kita tetapkan.
3. Bagaimana Republika Online memilih kriteria wartawan yang bertugas turun meliput dan kemudian menulis berita? Inilah uniknya Republika dibandingkan dengan media lainnya. Kami Republika Online reporternya satu. Jadi, satu reporter untuk melayani online maupun cetak. Nah.. apa yang membedakan berita koran dengan online disini? Berita pada media online itu cepat, singkat, padat, kalau koran itu perlu pendalaman. Reporter disini hanya bertugas melaporkan. Tentunya melaporkan seperti yang sudah sesuai dengan SOP tadi ya, dari gaya penulisan dan gaya bahasa. Karena reporter online atau koran yang ada di Republika itu memilih berita tidak selalu interpol, beda dengan media online lainnya. Mereka (reporter) menulis, laporan yang mereka tulis tersebut dilaporkan dan dikirimkan kepada redaktur. 4. Apa yang melatarbelakangi Republika Online mengangkat kasus seputar isu larangan Polwan berjilbab pada Edisi bulan Juni? Bagaimana peristiwa ini dipahami oleh wartawan? Ya memang Republika yang pertama memberitakan tentang isu itu dan sempat jadi isu yang berkembang dimasyarakat. Tapi karena berita ini sudah cukup lama. Jadi, perlu dicari lagi data-datanya agar tidak salah. Ini kan berita mulai diberitakan intens bulan Maret, yang pasti tahu ya para redaktur. Sebentar ya. Oh, awalnya karena ada aturan dari Kapolri untuk melarang polisi wanita menggunakan seragam diluar ketentuan. Artinya, mereka harus memakai seragam yang sesuai aturan yang ada di kepolisian. Nah aturan yang melarang itu adalah salah satunya penggunaan hijab. Itu aturan pokok Kapolri. Di sini tercantum berdasarkan Peraturan Kapolri No. Pol: Skep/702/IX/2005. Hal ini berarti aturan ini sudah dari tahun 2005, sudah lama. Jadi kalau tidak salah, 2005 itu Kapolrinya masih Bapak Sutanto. Memang kalau saya baca dari surat keputusan itu lebih kepada para polisi wanita harus lebih patuh soal berseragam, dan lain-lain. seragam itu diantaranya tidak diperbolehkam penggunaan hijab. Ini aturan dari Kapolri. Tapi sebenarnya untuk kesininya, kepolisian sudah mulai sedikit terbuka. Mereka sudah tidak ada masalah. Ini kan aturan-aturan lama sejak 2005, cuma baru ramairamai sekarang, sejak kemudian media mulai menyoroti aturan tersebut. Ehmm.. mungkin berawal dari.. biasanya kalau seperti ini berawal dari orang-orang atau pihak-pihak yang kecewa, banyak alasan lah, contohnya mereka yang ditolak saat ingin masuk jadi
polisi wanita karena menggunakan hijab, sehingga mereka protes. Dan Republika mulai serius memberitakan hal ini mulai bulan Maret. 5. Menurut Anda, apa pemicu awal dan siapa yang menjadi pelaku dan siapa yang menjadi korban dalam kasus ini? Ini kan data-datanya sudah dari beberapa bulan yang lalu, jadi perlu kami cari lagi. Tapi kalau saya pelajari, tidak ada asap kalau tidak ada api. Mungkin awalnya bisa dari laporan masyarakat, bisa dari hal ini muncul karena polisi membuka kembali aturan seperti ini, saat membuka pendaftaran penerimaan polwan. Ya dalam berita ini dari masyarakat yang hak-haknya dilanggar ketika mereka ingin menjadi polisi wanita tapi terbentur dengan aturan larangan berjilbab ini. Kalau dari pencarian fakta dan data, narasumber bisa dari banyak pihak lah, dan hal inilah yang berkembang dimasyarakat. Sebenarnya pasti adalah pelaku dan korban dalam sebuah kasus. Tapi, kamu coba googling lagi ya. Soalnya kan berita ini udah berumpuk dengan berita lainnya. Jadi, harus dicari satu-satu dulu. Ehmm.. sebenarnya yang namanya Wakapolri atau anggota-anggota kepolisian yang lain itu hanya pelaksana dari aturan-aturan yang sudah ditetapkan oleh atasannya. Dan korban pasti ada tapi perlu dilacak, karena di sini terlihat Republika Online secara serius memberitakan larangan polwan berjilbab ini. Tetapi perlu didalami lagi, karena berita online kan cepat, singkat, dan terus-menerus. 6. Jadi, bagaimana pandangan dan sikap Republika Online itu sendiri terhadap kasus ini dan apa tujuan Republika Online memberitakan kasus ini terus menerus pada beberapa bulan terakhir? Berita ini sudah lama, tapi seperti yang saya bilang, memang Republikalah yang pertama yang memberitakan kasus ini. Karena Republika Online memberitakan terus-menerus, meramaikan..ya jadi ramai. Ketika kami membuat berita sama saja sebagai pandangan kami melihat isu dari sebuah kebijakan dari sisi Islamnya. Tapi toh pada intinya, apabila tidak ada asap. Sikap kami, Republika, adalah ikut melarang atau meminta pihak Kapolri mencabut keputusan tersebut. Karena ini menyangkut hak seorang muslimah, warga negara untuk menjalankan ibadahnya apapun profesinya, dan tetap mendukung seorang wanita yang ingin menjadi polwan tetapi tidak membuka hijabnya. Filosofi kami, selama dia seorang muslim yang mengucap syahadat, solat, puasa, zakat itulah Islam. Apabila haknya diabaikan kami siap membantu.
7. Berbicara tentang larangan polwan berjilbab, berarti bicara tentang perempuan yang dibatasi haknya untuk beribadah. Apakah Republika Online melihat ada pihak-pihak yang membeda-bedakan jender atau hak perempuan dilanggar pada kasus ini atau memang Republika hanya ingin mengedepankan masalah keislamannya? Pertama, karena kami content-nya, content Islam jadi, faktor yang kami angkat adalah faktor yang berhubungan dengan Islam ya. Kebetulan ini adalah hak seorang muslimah menggunakan hijab dan ada ketentuan Kapolri yang melarang hal tersebut. Maka, itulah yang kami soroti. Ya, saya paham yang Anda pertanyakan. Jadi, apakah Republika melihat dari sisi Islamnya atau hak dari setiap warga negara untuk menjalankan agamanya yang dilanggar. Ya, bisa duaduanya, tapi karena kami adalah Republika dan mengacu pada komunitas umat Islam. Dari dua itu yang paling menonjol adalah soal aturan agama menggunakan hijab bagi kaum muslimah. 8. Banyak pihak yang mendukung polwan berjilbab. Apakah Republika Online melihat adanya pergerakan pembelaan dari kaum feminis dalam memperjuangkan hak polwan dan wanita TNI untuk berhijab? Dan bagaimana kaum feminis memandang isu ini? Kami ada pandangan dari narasumber wanita (feminis) tapi sebenarnya mereka tidak ada masalah. Feminisme kan lebih mengedepankan hak seorang wanita, tetapi untuk persoalan ini tidak terlalu terdengarlah. Belum ada komentar resmi, tetapi mereka tetap mendukung. Dan Republika lebih mengedepankan Islam, Al-qur’an dan Hadist. 9. Bagaimana proses pembingkaian pembuatan berita tersebut sehingga menjadi berita yang bermakna, menarik dan lebih menonjol dari pemberitaan yang lainnya? Kita tetap menggunakan Teori Agenda Setting. Kami menugaskan para reporter untuk mencari pandangan-pandangan soal aturan seperti ini, tentunya dari berbagai narasumber. Ya yang intinya sesuai dengan ideologi kami.
10. Apa ada penekanan tertentu sehingga Republika Online mengarahkan pembaca terhadap suatu kesimpulan, entah untuk ikut mendukung atau menolak? Pasti ada, dengan cara menghadirkan narasumber yang mendukung pandangan kami. 11. Adakah ketentuan khusus ketika menentukan narasumber? Yang pasti yang mendukung. Media tidak ada yang independen. Media memiliki aturan dan ideologi masing-masing. Dan tidak mungkin Republika ujuk-ujuk memilih atau memuat narasumber yang kontra, kecuali kita meminta penjelasan. Contohnya, kenapa kepolisian melarang polwan berhijab. 12. Bagaimana keberpihakan Republika Online terhadap kasus ini? Kami lebih condong berpihak kepada setiap muslim yang ingin menjalankan ibadahnya tanpa adanya tekanan apapun, dan kami memang sedang mengejar aturan itu. Tapi keputusan itu, sampai detik ini belum dicabut. Selama keputusan itu belum dicabut, persoalan ini akan muncul lagi, sampai keputusan itu dicabut. Tapi memang yang saya baca di sini, beberapa petinggi dikepolisian menyatakan aturan ini bisa fleksibel. Contoh, Humas Mabes Polri menyatakan aturan tersebut tidak mengikat, dan polwan dapat menggunakan seragam yang tidak mengganggu aktivitasnya untuk menjalankan tugasnya. Tapi, sampai saat ini kan belum juga dicabut. Ya kita tunggu saja. Hanya Allah yang tahu. Semua bisa terjadi. 13. Apa yang diharapkan oleh ROL dengan memberitakan kasus ini? Yang kami harapkan adalah kami dapat memperjuangkan Islam. Polri melakukan sebuah aturan yang (menurut saya) diskriminasi. Tentang pernyataan peraturan ini dapat diubah (berita pada tanggal 13 Juni) masih wacana. Karena berarti apa? Polri belum serius menangani permintaan masyarakat, khususnya kaum muslim. Saya berharap permasalahan ini segera diselesaikan. Prokontra ini dapat selesai apabila Kapolri mengeluarkan keputusan baru atau mencabut larangan polwan berjilbab. Jadi, aturan-aturan dari Kapolri itu kan lebih telak dari pada undang-undang kepolisian. Berartikan aturan ini dibuat sendiri, kecuali, ketika saat ini keputusan tersebut dibuat, maka ada aturan yang memang lewat uji materi dan bisa di ubah kembali.
14. Nilai atau pesan moral apa yang ingin disajikan atau dipakai Republika untuk permasalahanini? Media kan hanya memberi dukungan, kritikan, himbauan dan masukan solusi. Ini bukan menjadi sesuatuyang mutlak untuk ditulis oleh pihak kami. Hal ini atau pemberitaan ini akan terus ada selama keputusan itu belum dicabut. Maka dari itu, kami menampilkan narasumber yang seirama dengan pesan apa yang ingin kami sampaikan, bisa dari pihak MUI, DPR-MPR, Ormas, dan lain-lain. sebelum keputusan itu dicabut kami akan berjuang dan terus menulis berita ini. Seperti yang kita tahu, di Aceh pun polwan dibolehkan berhijab. Diwajibkan malah. 15.Menurut Anda sendiri, solusi apa yang tepat untuk memecahkan permasalahanini? cepet-cepet dicabut deh peraturan itu, toh tidak menghambat kinerja polwan untuk melaksanakan tugas-tugasnya malah justru lebih rapi dan aman.
Jakarta,29 Agustus2013
-ffifu M. Irwari.Alriefvanto KepalaRepu\\ikaOnline
BIOGRAFI NARASUMBER Nama
: M. Irwan Ariefyanto (Kang One)
Tempat/Tanggal Lahir
: Bandung, 3 Oktober 1972
Jabatan
: Kepala Republika Online
Alamat
: Pamulang Estate EI/15, Pamulang, Tangerang Selatan.
No. Telp
: 0818-738009
Email/Twitter
:
[email protected] / @irwan2000
Pendidikan Formal
: S-1 FE UNPAD S-2 Magister Management
Pengalaman Kerja
: - Reporter Harian Umum Republika - Redaktur Harian Umum Republika - Wakil Redaktur Pelaksana Harian Umum Republika - Redaktur pelaksana Harian Republika - Kepala Newsroom Harian Republika - Kepala Republika Online
SURATKETERANGAN ROL.138
Yangbertandatangandi bawahini menerangkan bahwa;
Nama NIM Status-
: PutriBuanaTunggaDewi : 109051 rc0074 -: llltahasiswaffitasrtffiffiwah
danllrnu
Komunikasi,Jurusan Komunikasidan Penyiaran lslam (KPl)/ Jurnalistik,Universitaslslam Negeri (UlN)Syarif HidayatullahJakarta. Yang bersangkutan adalah benar telah melakukan kegiatan penelitian/wawancara untuk penyusunanskripsi yang berjudul "Analisis Framing Konstruksi Realitas Pemberitaan Polwan Berjilbab di Republika Online)" Demikiansurat keteranganini diberikanuntuk digunakansebagaimana mestinya.
Jakarta,30 Agustus2013
Rffiffi&ris $
=:5
IL.=r' :G*--
ROL *s{rt|,KAaiil,FE
re==
GrahaPejalenNo.sE-F Jl. PejatenRaya- P6ar l,linggu JakartaSelaian125'10 P 162217991901 F +6221 7997903
SEJARAH REPUBLIKA ONLINE ww.republika.co.id
epublika adalah koran nasional yang dilahirkan oleh kalangan komunitas Muslim bagi publik di Indonesia. Penerbitan tersebut merupakan puncak dari upaya panjang kalangan umat, khususnya para wartawan profesional muda yang telah menempuh berbagai langkah. Kehadiran Ikatan Cendekiawan Muslim se - Indonesia (ICMI) yang dapat menembus pembatasan ketat pemerintah untuk izin penerbitan saat itu memungkinkan upaya-upaya tersebut berbuah. Republika terbit perdana pada 4 Januari 1993. Penerbitan Republika menjadi berkah bagi umat. Sebelum masa itu, aspirasi umat tidak mendapat tempat dalam wacana nasional. Kehadiran media ini bukan hanya memberi saluran bagi aspirasi tersebut, namun juga menumbuhkan pluralisme informasi di masyarakat. Karena itu kalangan umat antusias memberi dukungan, antara lain dengan membeli saham sebanyak satu lembar saham per orang. PT Abdi Bangsa Tbk sebagai penerbit Republika pun menjadi perusahaan media pertama yang menjadi perusahaan publik.
Terbit, Bertahan, dan Maju Dengan Kreatifitas Mengelola usaha penerbitan koran bukan perkara sederhana. Selain sarat dengan modal dan sarat SDM, bisnis inipun sarat teknologi. Keberhasilan Republika menapaki usia 10 tahun merupakan buah upaya keras manajemen dan seluruh awak pekerja di PT Abdi Bangsa Tbk yang dilakukan oleh perusahaan yang menerbitkan koran ini sejak 1993 untuk mengelola segala kerumitan itu. Selain dituntut piawai berhitung, pengelola koran juga harus jeli, cerdik, dan kreatif bersiasat untuk tetap bertahan dan memenangkan persaingan. Sejak awal, Republika memang dekat dengan "sesuatu yang baru". Tatkala lahir, Republika menggebrak dengan tampilan "Desain Blok" yang tak lazim. Republika pun mampu menyabet gelar juara pertama Lomba Perwajahan Media Cetak 1993.
Republika Tampil di Internet Tahun 1995, Republika memyajikan layanan berita di situs web internet, dengan alamat www.republika.co.id. Ini adalah Koran pertama di Indonesia yang tampil di dunia internet, situs itu kemudian kita namakan Republika Online. Republika Online yang biasa disebut ROL muncul pertama kali di internet pada awal 1995 atau sekitar dua tahun setelah surat kabar Republika terbit. Sebagai situs berita, pada saat itu, muatan ROL hanya menduplikasi materi berita-berita koran Republika secara lengkap. Tujuan utama penerbitan Republika versi internet adalah untuk melayani pembaca yang tidak terjangkau distribusi koran cetak dan untuk pembaca yang berada diluar negeri. Pada fase berikutnya ROL secara bertahap mulai berkembang sesuai dengan kemajuan teknologi, khususnya teknologi informasi. Desain dan berbagai layanan web dan materi beritanya pun lebih diperkaya. Sejak pertengahan 2008 Republika Online mengalami perubahan besar, dari sekadar situs berita sederhana menjadi web portal multimedia. Perubahan tersebut terjadi sebagai jawaban atas munculnya tantangan industri media yang mulai memasuki era konvergensi media. Dalam hal ini, Republika sebagai institusi industri media dituntut untuk memiliki dan mendistribusikan content medianya dalam format cetak, online, dan mobile. Sesuai dengan falsafah dasar Republika, muatan ROL tetap mengedepankan komunitas Muslim sebagai basis pengunjungnya. Tampilan ROL terbaru inilah yang diluncurkan kembali (relaunching) pada 6 Februari 2008. Tema launchingnya kami namakan RELOAD. Segala kreativitas dicurahkan untuk sedapat mungkin membuat Republika online selalu dekat dan meladeni keinginan publik. Memang, upaya itu jelas tak mudah. Namun, kami menikmatinya selama ini.
PRODUK ROL: 1. Portal internet multimedia yang menampilkan content dalam format teks, voice, visual, dan mendistribusikan content secara online, mobile, print. 2. Media interaktif komunitas Muslim untuk membangun partisipasi dan kesadaran umat terhadap pluralisme informasi berkualitas. 3. Fokus pada pengembangan content berbasis keislaman 4. Memberi ruang informasi sangat luas dan cepat. “Tersaji begitu terjadi” 5. Melayani segmen audiens level SES Class AB dengan rentang usia 18-50 tahun
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Prinsip dasar ROL Mengutamakan berita dan informasi interaktif dalam format netizen (citizen journalism) Memberi ruang luas bagi content how to, tips, people, dan services Santun, ramah, dan akrab dengan keluarga Dekat dengan semua komunitas Mengutamakan berita dan informasi keislaman Menyeimbangkan good news dengan bad news Menyajikan berita secara ringkas dan cepat Mudah diakses Visi dan Misi REPUBLIKA Visi : Menjadikan HU REPUBLIKA sebagai koran umat yang terpercaya dan mengedepankan nilai-nilai universal yang sejuk, toleran, damai, cerdas, dan profesional, namun mempunyai prinsip dalam keterlibatannya menjaga persatuan Bangsa dan kepentingan umat Islam yang berdasarkan pemahaman Rahmatan Lil Alamin. Misi : Menciptakan dan menghidupkan sistem manajemen yang efisien dan efektif, serta mampu dipertanggungjawabkan secara professional
-
En
Gffifu. R.I.tilF
PetaIklan ptda Repuhlika Online (ROL)
F
-an!v
4\'a'ry
-Y V
k"W
tlFLNA
ffi0r
ESlllA
tut'4&
hffi* &n
ffiffi
ru
t
,
.l
dE.--.!b.kd
.l t,
w-r^! lFsrtt,rsdt
t
k
R
fdo
t-
iL*U*IFT lelbl!t
r**e
tu-.!ffi
{ rr
eiie$eji$tu**a#€
h'i,.q
tu'#.F*rNrll.d$(
qris{
bu"hp
iv/.f
qr
rrslid
tqi
? ft*.
r&r,
r \!
Fpl{rnl
f{t*fiil{i
e$
.i
3ffi ffiT&
-I rD
r*r&*
-
laq* *r*t!is$Ftt !tu$tl*
a
(W Sq4 Ua.F**&S+:q!i,\it6e{ 4t* rw$s@ ri*WS rq sii dFs4 *rf* l@ fu$ *ndd#egr*,e dt&.s H4@t al* rra qs +i!r i#:#r *rrqd5. bist edP4.ffi*n,$ *{{.4 er*,l end{ ic}!4&* l!,41*
*u.*#
!ff*@
hq. is,*1{!wr,Rar#g* &rF i. ! r$rd p*. etar rx&*tr
Sisi!ffii]&i*i4i;ssr t&etr!MriMw$c !
, '{*i4*kMni4vs ;*!l
r h]ss.F*1e'
llFilta'r&P
tR*{ iw,
&
it&.
xd* E|dIEE u*athhf
@
|lffr$ksmr*. w* &Fw*ry.e irtettbi*t +F.9d
Hrn
hhb|4ryr
,C-{'
*k&
trb Pr&-dt3F lta$qfi'&&qire $6 h*, kff*. b},**r,e:&*. i!* q**r M! hrikr! rS# !+b rq,@#! :m ,ije{ cat F i*4u4 {drF @Ftn 4t rd's'Jl@4F1|J4@'!ry4*j4 iF" gb" ts$. *ryry! ffi*1,FI.rF ffi {ew* ta4*@d
3ra!ffil
-JItr*Ma PE ?'!Erys|.F
tX
:*
tb*
{.. ..su *** lb;s1x c..#*a l@dSAA*:*e84+ 'ffi*.!-4rr
. qiar
r.Fri*r ftffisf
qF$ rbe$ lg$lr. :r'&: *r:4{ *k*i fu& rt',*.rry--*i@**td :,.
. cFllB&ensStrqtF;Fa6'
r trN# tik{tsk!iFE}:d. Rt#Pl*!:.lw tB.r!!{t ?16!9b*h*.h#.
fr -
*#!
hftFfifffml
refI f
t lair'44ie
. 3*d*.a$i (snb
's'
REEOT{AAEI !
-$,!.
1i/8e!
t{tkriR@$,Ard8r
I ca-*r6
[email protected],!*+,,{fs. ri;1s1 {1*u} tr,!f;
+ *eS ks
fst
jl$s**ld!N*rb:#
krhldiFtqr*r$ *irivrps**woro tMF*w!@
l;a1ds
^_:
&l
ru![rM{rl
. t,-*:
*'
ry
r.d
*'&&*k,
-.._-- _.,,
.-
gi*qlsd
bis*!f,,vB! !b\*e i'i t*r
: , I '
. {a N\t+!S trFi* *!.{*r
&64* &gE
t
o&rr:
I
furl*{rr Iryiriki$ IEII -ry*H*
fuqqt ryxqnt fg4MTF
-
ii4lfftr,iM@ b{rry*.&&M &ry*#e-ii*S&
lesi
ro |t'iH*l -'rs'* gffi;tr. try Ps1Mtr*.w ds&*,6:,i#{S1* ry*' tu+q.,r*d'Qd
*.*SS*4tr
MN
+ |rtsR;wltt:qrr4lR 3$S
r q{*|.&
;;1rr4
blrrrP
6#*{q*d
R}K{td&\}*.tjF*na ii tldr*
* ?*n . !k &*
{rdqb 4 &h
!*rys tuai
ti4ri
llrdrd*.!d"4u
rt'@et*baef4id:
I * {#rbrF&1*ld$iis Sdi:hrb r*&)
ln
S#rlii*rF
*rhr-
tu{1{ind!
I
d*.r$iF|*{ #t*ddhw &qi**erwa
t!8r4rM.
Hilw{**!
nJi ffii
*g,,ry.-tt,
-%s_f Profil PEnb.ea RcL
fdueatlanlevel Gander I F0 fonnal f&(aio,r I R',dtrY ! ltlah t Feml€
il. Lcdrdary . UnieEiq or ottlq Ieliary. furd*rllrad€te s Ur{Ytlsjry 0r 0(t1af le|tilry- StEndutr
tm!{ l.oali Las . l!.l7 r 18.20 * 11-14 r 2i-S * 31"54 r3H * 4l.4ra s 4!-!o :. 51-1,a stt60 .: >64
PurchaEe DeclrionGroceryand €onrumablc
i M*i{ deaigbnmelret tjok{ &€irtof,nulet *tmffiEt
P.!eg*at/ d.vlerysls dEunrtm fiidraid {t!Hclf*sftp lffiel ll14
Lampiran
REDAKSI & MANAJEMEN Pemimpin Redaksi
: Nasihin Masha
Wakil Pemimpin Redaksi
: Arys Hilman Nugraha
Redaktur Pelaksana Republika Online
: M Irwan Ariefyanto
Asisten Redaktur Pelaksana Republika Online
: Heri Ruslan
Tim Redaksi
: Yeyen Rostiani, Didi Purwadi,
Ajeng Ritzki Pitakasari, Djibril Muhammad, Taufiqqurachman Bachdari, Dewi Mardiani, Endah Hapsari, Miftahul Falah, Hafidz Muftisany, Hazliansyah, Karta Raharja Ucu, Yudha Manggala P Putra, Fernan Rahadi, A.Syalaby Ichsan, Mansyur Faqih, Citra Listya Rini, Damanhuri Zuhri, Nidia Zuraya, M.Amin Madani, Hannan Putra, Niken Paramitha, Asti Yulia Sundari, Muthia Ramadani, Sadly Rachman, Agung Sasongko, Yunita Sari, Fanny Damayanti. Kepala Sales dan Promosi
: Andriyanto
Tim Sales dan Promosi
: Danu Fitrio Kanigoro,
Ramadani Eka Putra, Siti Rohanah, Achmad Muchlis, WK Hadi Laga, Sri Hartini, Tejo Andriastono, M Fauzul Abraar, Rani Kurniasari, Putri Tiryaqil Ivadasari, Friesta Astriardini, Aghnia Aghsa. Tim IT dan Desain Dwi Sartika, Abdul Gadir, Navian Tony.
: Mohamad Afif, Mufti Nurhadi,
Powered by
PT StrategiInisiatif Media
(Mahaka Media Subsidiary) Kepala Support dan GA
SlametRiyanto
Tim Support dan GA
Erna Indriyanti, Essika Gardana
Rolshop
Riky Romadon
Kepala Keuangan & Admin
Wibowo
PT Republika Media Mandiri
Direktur Utama
: DanielJPWewengkang
Direktur Pemberitaan
: IkhwanulKiram Mashuri
Direktur Operasional
: Mira R Djarot
Direktur BussinesDevelopment
: TommyTamtomo
GM Keuangan
: Didik Irianto
GM Marketing dan Sales
: Yulianingsih
KONTAKKAMI
W
Redaksi Phone:021 7997901- 7997902 Fax:0217997903 Email:
[email protected]
Iklan Phone:021 7997901 Fax:0217997903 Email:
[email protected]
ROL Shop Riky Romadon Phone:021 7997901ext Fax: 02| 7gg7g03 Email :
[email protected] i ka.co.id ROL ( Republika Online ) GrahaPejatenNo 5E-F JalanRayaPejatenRaya,PasarMing gu, JakartaSelatan
PT. RepublikaMediaMandiri Jl. WarungBuncitRayaNo.37JakartaSelatan12510 Phone:0217803747 (Hunting),Fax:02178A0649
KEMENTERIAN AGAMA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FAKULTASILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
Telepon/Fax: (021)7 432728I 74703580
95 Ciputat15412Indonesia Jl.Ir. H. JuandaNo.
Nomor Lampiran Hal
r(t(/Tzotz 1/F5rw.oo.s : Un.o
Website:wry.fdkuinjakarta.ac.id,E-mail: dakwah{r}&kginiakarte.asik!
Jakarta, lJ
2013 Aeusnts
, trtn Penelitian(SkriPsi) Kepada Yth, Pimpinan Republika Online di Tempat A ssal amu'alsikum Wr.Wb. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menerangkan bahwa: Nama Nomor Pokok Tempat/TanggalLahir Semester JurusarVKonsentrasi Alamat Telp.
Putri Buana Tungga Dewi 100074 109051 Jakarta,17 Februari1991 IX (Sembilan) Komunikasi dan PenyiaranIslam (KPI) i Jurnalistik Jl. Raya Cilangkap No. 2b RT 004/05 Kec' Cipayung Kel. Cilangkap JakartaTimur 0 8 5 6 1 9 5 7I 11
adalah benar mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN dalam Syarif Hidayatullah Jakarta yang akan melaksanakanpenelitian/mencaridata rangka penulisan skripsi Ue4uaU Analisis Framing Konstrulrsi Realitas PemberitaanPolwan Berjilbab di Republika Online' Sehubungan dengan itu, dimohon kiranya Bapak/Ibr-r/Sdr' dapat menerima/mengizinkan mahasiswa kami tersebut dalam pelaksanaan kegiatan dimaksud. Demikian, ataskerjasamadan bantuannyakami mengucapkanterima kasih' Wssal amu'alaikum Wr.Wb.
f Subhan,MA 1 1 01 9 9 3 0 3 Tembusan : 1. Wakil Dekan Bidang Akademik 2. Ka/Sekprodi Jumalistik
Nomor Lampiran Perihal
: Istimewa : 1 Berkas : Pengajuan JudulSkripsi
Jakarta.2 Juli2013
KepadaYang Terhormat: KetuaDewanPertimbangan Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Di Tempat Assalamualaikum Warahmatullahi Wabar akntuh Salam sejahtera saya sampaikan, semoga Bapak/Ibu dalam lindungan Allah SWT, serta selalu dilimpahkan rahmat dan kasih sayang-Nya. Selanjutnya, saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama Putri Buana Tungga Dewi NIM 109051100074 Semester VIII (Delapan) Fakultas/Jurusan Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi/Konsentrasi Jurnalistik
Bermaksud mengajukan judul skripsi dengan judul, "Analisis Framing Konstruksi Realitas Pemberitaan Polwan Berjilbab di Republika Online,'. proposal skripsi ini selanjutnyadiharapkan dapat dilanjutkan sebagaisyarat untuk mendapatkan gelars.Kom.I dalamjenjangShataI di UIN SyarifHidayatullahJakarta. Denganini sayalampirkan: 1. Outline 2. ProposalSkripsi 3. DaftarPustakaSementara Demikian permohonanini saya sampaikan,atas segalaperhatianBapak/Ibu saya ucapkanterimakasih. Wassslamualaikum Warahmatullahi Wabarr akatuh
Mengetahui, PenasehatAkademik
NIP. 197308221998032001
Pemohon
NIM. 109051100074
t-
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
Puki BuanaTunggaDewi
Tempat/Tanggal Lahir
Jakarta, 17Februari1991
Jenis Kelamin
Perempuan
Warga Negara
lndonesia
Agama
Islam
StatusPerkawinan
BelumMenikah
Alamat
: Jl. RayaCilangkapNo. 2 Rt 004 Rw. 005,Kel. CilangkapKec. Cipayung,JakartaTimur. 13870
Aladit Email
Purplephqbe@ymai l.com
Ciputat,03 Oktober2013
M
Putri BuanaTunggaDewi