PENINGKATAN KERJASAMA ENERGI JEPANG-RUSIA DI TENGAH SENGKETA KEPULAUAN KURIL (2011-2013)
Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S. Sos)
Oleh Detty Oktavina Kusumaningrum 1110083000018
PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014
PERNYATAAN EEBAS PLAGIARISME
Skripsi yang berjudul:
PENINGKATAN KERJASAMA ENERGI JEPANG-RUSIA DI TENGAH SENGKETA KEPULAUAN KURIL PERIODE 2OII-20I3
1.
Merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata
I
di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Iakafia. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri
1UI$ Syarif Uidayah.rllah
Jakarta.
J. Jika kemudian hari terbukti bahwa karya saya
ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku d Universitas Islam Negeri
(JIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Iakrta. 22 Desember
201 4
PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI SKRIPSI PENINGKATAN KERIASAMA ENERGI JEPANG.RUSIA DI TENGAH SENGKETA KEPULAUAN KURIL PERIODE 2011-2013 Oleh
Detty Oktavina Kusumaningrum 1110083000018
Telah dipertahankan dalam sidang ujian skripsi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 22 Desember 2014. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Soaial (S.Sos) pada Program Studi Hubungan Intemasional.
Ketua,
,*TDebbie Alliantv. M.Si
NIP: Penguji
I
Penguji
II
69j* Indriana Kartini. MA NIP: 1 980042120002122005 Diterima dan dinyatakan memenuhi syarat kelulusan pada tanggal 22 Desember 2014.
Ketua Program Studi Hubungan Internasional UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
)4s-
Debbie AfIianE. M.Si
NIP:
PERSETUruAN PEMBIMBING SKRIPSI
Dengan ini, Pembimbing Skripsi menyatakan bahwa mahasiswa:
Nama
: Detty Oktavina Kusumaningrum
NIM
:1110083000018
Program Studi : Hubungan Intemasional Telah menyelesaikan penulisan skipsi dengan Judul:
PENINGKATAN KERJASAMA ENERGI JEPANG-RUSIA DI TENGAH SENGKETA KEPULAUAN KIIRIL PERIODE 2011-2013 dan telah memenuhi persyaratan untuk diuji.
Ciputat, 10 Desember 2014
Menyetujui, Pembimbing Skripsi
&*i).
t-
Fehri Dirsantora Hasibuan. M .M NIP:
Mengetahui,
Ketua Program Studi
,0r* Debbv Afftantv. M.Si
NIP:
Abstrak Skripsi ini menganalisis tentang penyebab terjadinya peningkatan kerjasama energi Jepang- Rusia di tengah isu sengketa Kepulauan Kuril pada tahun 2011-2013. Penelitian skripsi ini fokus terhadap peningkatan jumlah impor sumber daya energi Jepang dalam proyek kerjasama energi dengan Rusia. Penelitian skripsi ini menggunakan metode kualitatif. Metode pencarian data dalam penulisan skripsi ini berdasarkan data primer, yakni berupa wawancara, dan data sekunder berupa kajian pustaka. Penelitian skripsi ini dianalisis berdasarkan beberapa konsep terkait, seperti keamanan energi, kepentingan nasional dan kebijakan luar negeri. Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut di atas menunjukkan bahwa peningkatan kerjasama energi Jepang-Rusia didasari oleh faktor internal dan eksternal. Faktor eksternal dapat dilihat berdasarkan letak geografis sedangkan faktor internal dilihat berdasarkan kelangkaan dan kebutuhan sumber daya energi domestik. Dalam menentukan kebijakan terkait dengan peningkatan kerjasama energi tersebut, Jepang kembali dihadapkan dengan pertimbangan isu teritori dan kebutuhan sumber daya energi. Dalam menentukan kebijakan Luar negerinya tersebut Jepang harus menentukan kepentingan nasionalnya yang bersifat prioritas dan menyeluruh. Oleh sebab itu, skripsi ini akan membahas prioritas kepentingan nasional Jepang terkait sumber daya energi dan hubungan bilateralnya dengan Rusia. Dengan demikian, diharapkan kebijakan luar negeri tersebut selain mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat Jepang, pada akhirnya juga diharapkan dapat meningkatkan hubungan bilateralnya dengan Rusia secara komperhensif. Kata kunci: Jepang, Rusia, energi, sengketa.
i
KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah SWT atas segala nikmat dan karunia- Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dalam rangka memenuhi syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Sosial Program Studi Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulisan skripsi ini tidak dapat selesai dengan baik tanpa adanya bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada seluruh pihak yang telah mendukung penulis baik secara moril maupun materi. Penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada kedua orang tua, (Soepa’at dan Eko Sulistya Ningsih), dan adik semata wayang Kharisma Sofie Nadhifah yang sabar mendoakan, mendukung, dan senantiasa mengingatkan penulis. Terima kasih karena telah menjadi semangat bagi penulis untuk menuntaskan pendidikan ini. Terima kasih kepada Om dan Tante (Gatot Suhariawan, Anggraini Retno Susilo dan Titik Purwinarti) karena telah menjadi orang tua kedua bagi penulis selama
mengenyam
pendidikan
di
Universitas
Islam
Negeri
Syarifhidayatullah Jakarta. Terima kasih penulis haturkan Kepada Bapak. Febri Dirhgantara, M.M selaku pembimbing skripsi, Terima kasih atas bimbingan, motivasi dan ilmu serta kesabarannya dalam membimbing penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
Kepada Bapak Adian Firnas selaku
pembimbing akademik, Terima kasih atas bimbingannya selama empat
ii
tahun menjadi pembimbing akademik prodi Hubungan Internasional 2010/A. Selanjutnya, Penulis haturkan terima kasih Kepada Bapak Drs. Armein Daulay,M.Si atas bimbingan dan konsultasi serta Ilmu yang diberikan selama proses penulisan skripsi ini. Terima kasih kepada Ibu Debbie Affianti, M.Si, Kak Mutiara Pertiwi, Bu Friane Aurora, Kak Wendy Prajuli, Pak Teguh Santosa dan Pak Kiky Rizky atas bantuan dan konsultasinya selama penulisan ini berlangsung. Terima kasih Kepada Prof. Dr. Fortuna Anwar, M.A atas ilmu dan kesediaan waktunya untuk menjadi narasumber dalam penulisan skripsi ini Juga kepada Bpk. M. Aji Surya, Prof. Dr. Sergey Svastyanov, Ms. Guzél Senér Terima kasih atas Arahan dan bimbingannya untuk belajar banyak mengenai Rusia. Tidak Lupa penulis ucapkan terima kasih kepada Elhumairoh, Istiqamah, dan Zakiah “the best roomate ever” yang selalu mendukung, dan mendengarkan penulis. Terimakasih kepada sahabat-sahabat penulis yang senantiasa menemani dan memberi semangat penulis selama berada di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Diani, Peni, Ma’unah, Yuri, Tisa, Rosa, Aulia R., Alva, Rian, Wahyu, Mulyana, Yoga, Clara, Leny, Mila, dan untuk seluruh teman- teman seperjuangan HI A 2010 yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas kekompakannya. Terima kasih kepada seluruh anggota Himpunan Mahasiswa Jurusan Hubungan Internasional (HMJ-HI) Periode 2012-2013, dan
iii
kepada keluarga besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Komisariat FISIP. Terima kasih kepada HI 2008/2009 yang membantu penulis selama proses penelitian skripsi ini dan sharing ilmu, Indra Ramadhan, Dimas Juniarto, Hudaf Mandaga, Esti afdinda, Andi Dian, Ardhy Dinata, Andhini Citra, Azahrotul Azizah, fitria Rahmawati. Kepada anggota seperjuangan, KKN 66 Semut (Putri ,Chika , Ayu, Nur, Tia, Rani, Lusy, Algi, Adil, Fatin, Rofi, Ridwan, Eko, Khaydar, Muzi). Kepada anggota White Pearls, Fita, Bu Astri, Lale Abla, Kak Yurni, dan seluruh pihak yang mendukung penulis selama penelitian skripsi ini berlangsung, penulis ucapkan terima kasih.
iv
DAFTAR ISI JUDUL............................................................................................................................... HALAMAN PERNYATAAN.......................................................................................... LEMBAR PERSETUJUAN............................................................................................ ABSTRAK........................................................................................................................ KATA PENGANTAR................................................................................................... DAFTAR ISI.................................................................................................................... DAFTAR GAMBAR........................................................................................................ DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................................... BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang................................................................................................. B. Pertanyaan Penelitian....................................................................................... C. Tujuan dan Manfaat Penelitian........................................................................ D. Tinjauan Pustaka............................................................................................... E. Kerangka Pemikiran 1. Kepentingan Nasional (National Interest).................................................... 2. Keamanan Energi ( Energy Security)............................................................ 3. Ekonomi Politik Internasional (International Political Economy)................ 4. Kebijakan Luar Negeri (Foreign Policy)....................................................... F. Metode Penelitian............................................................................................ G. Sistematika Penulisan....................................................................................... BAB II. SUMBER DAYA ENERGI JEPANG DAN RUSIA A. Pengertian Sumber Daya Energi....................................................................... B. Sumber Daya Energi Jepang 1. Kebutuhan Sumber Daya Energi Jepang.................................................... 2. Kelangkaan Sumber Daya Energi Jepang.................................................. C. Sumber Daya Energi Rusia................................................................................ 1. Potensi Sumber Daya Energi Rusia............................................................ a. Sumber Daya Energi Pulau Sakhalin.................................................. 2. Perluasan Destinasi Energi Rusia..............................................................
I ii iii iv v vii viii ix
1 6 6 7 13 17 21 22 23 25
28 31 34 41 42 44 47
BAB III. DINAMIKA HUBUNGAN JEPANG- RUSIA A. B.
C.
Sengketa Kepemilikan Kepulauan Kuril antara Jepang- Rusia........................ Kerjasama Ekonomi dan Energi Jepang- Rusia hingga tahun 2009 1. Kerjasama Ekonomi Jepang- Rusia............................................................ 2. Kerjasama Energi Jepang- Rusia................................................................ Kerjasama Energi Jepang- Rusia Pada Tahun 2009- 2013...............................
v
50 57 60 67
1. 2.
Kerjasama East Siberia-Pacific Ocean Oil Pipeline.................................. Kerjasama Liquified Natural Gas (LNG) Shakalin-II................................
67 68
BAB IV. ANALISIS PENINGKATAN KERJASAMA ENERGI JEPANG DI TENGAH SENGKETA KEPULAUAN KURIL A.
B.
C.
Kepentingan Jepang- Rusia dalam Sengketa Kepulauan Kuril 1. Klaim Jepang Terhadap Kepulauan Kuril.................................................. 2. Klaim Rusia Terhadap Kepulauan Kuril.................................................... Faktor Pendorong adanya Peningatan Kerjasama Energi Jepang- Rusia 1. Keamanan Energi Jepang a. Faktor Internal..................................................................................... b. Faktor Eksternal................................................................................... 2. Sikap Rusia dalam Peningkatan Kerjasama Energi................................... Kebijakan Luar Negeri Jepang dalam Peningkatan Kerjasama Energi dengan Rusia......................................................................................................
72 75
77 82 90 94
BAB V. KESIMPULAN................................................................................................... 100 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 : Dimensi dan Kategori Energi...........................................................................
29
Tabel 3.2 : Kerjasama Energi Uni Soviet- Jepang pada tahun 1970-an ............................
63
vii
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.2 : Grafik Produksi dan Konsumsi Energi Jepang (2000-2015)....... 33 Gambar 2.3 : Peta Zona Gempa dan Tsunami Jepang (2011)...........................
37
Gambar 2.4 : Peta Pulau Sakhalin.....................................................................
45
Gambar 3.1 : Peta Kepulauan Kuril..................................................................
56
Gambar 4.2 : Rute Perdagangan di Perairan Asia Tenggara.............................
83
Gambar 4.3 : Perairan Laut Cina Selatan..........................................................
86
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Transkrip wawancara
Lampiran 2
Laporan diskusi Proyek Sakhalin II antara Gazprom (Rusia) dan
Mitsubishi (Jepang). Lampiran 3
Strategi dan Investor Proyek Sakhalin II.
ix
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lingkungan internasional merupakan bentuk hubungan antar negara yang bersifat dinamis. Hal ini dapat dilihat berdasarkan hubungan luar negeri dan perilaku negara. Dalam menentukan perilakunya, sebuah negara melihat tujuan dan kepentingan nasionalnya. Seluruh perilaku yang ditimbulkan dari interaksi antar negara tersebut merupakan hasil dari pemenuhan kepentingan nasional sebuah negara, begitu pula dengan hubungan bilateral Jepang dan Rusia. Hubungan bilateral Jepang-Rusia sering kali dikaitkan dengan sejarah panjang sengketa kepulauan. Memburuknya hubungan Jepang-Rusia, pada awal mulanya di dasari oleh perang yang terjadi pada masa kekaisaran. Hal ini diperparah dengan pecahnya Perang Dunia I dan II, kemudian dilanjutkan dengan Perang Dingin. Perang tersebut tidak hanya menghasilkan sejarah bagi kedua negara, namun meninggalkan berbagai sengketa perebutan wilayah antar negara.1 Salah satu dampak dari perang tersebut adalah sengketa Kepulauan Kuril yang terjadi antar Jepang dan Rusia. Kepulauan tersebut terletak diantara Kamchatka (bagian selatan) dan Hokkaido (bagian utara). Usaha kedua negara untuk menyelesaikan sengketa tersebut menempuh jalan yang cukup panjang. Konflik sengketa tersebut dinyatakan berakhir setelah
1
Thomas J. Schoenbaum. Peace in Northeast Asia Resolving Japans territorial and Maritime Disputes With China, Korea and the Russian Federation, 2008, 177.
1
di putuskannya perjanjian San-Fransisko pada tahun 1951.2 Perjanjian diakhir Perang Dunia II (PD II) tersebut menyatakan pulau Iturup dan Kunashiri (bagian dari Kepulauan Kuril) menjadi milik pemerintah Rusia. Konflik kedua negara berakhir setelah berakhirnya PD II, namun tensi tetap berlangsung dan kedua negara tetap mempertahankan klaim wilayah masing- masing. Kepulauan Kuril terdiri dari gugusan pulau Kunashiri, Sikotan, Habomai, dan Iturup. Sejarah panjang kedua negara tersebut memberi dampak buruk terhadap hubungan kerjasama kedua negara. Hal ini tidak lepas dari kepentingan kedua negara terhadap keutuhan Kepulauan Kuril. Baru- baru ini hubungan kedua negara tersebut kembali hangat, pada bulan November 2010, Presiden Rusia Dmitri Medvedev mengadakan kunjungan ke salah satu pulau yang menjadi ajang sengketa
yakni
pulau
Kunashiri.3
Kunjungan
presiden
Rusia
tersebut
mendapatkan protes dari Jepang.4 Di tengah sengketa yang terus berlangsung, sejak tahun 1970-an JepangRusia telah menjalankan berbagai bentuk kerjasama. Kedua negara tersebut sering kali dihadapkan dengan beberapa kerjasama, seperti proyek kerjasama energi dan bantuan luar negeri. Namun demikian kerjasama tersebut tidak mampu bertahan
2
Akhiro Iwashita, The Northern Territories and Russo- Japan Relations- Backdrop of the Territorial Dispute. Sapporo, (Russian Analytical Digest- RAD, no. 132, 2013 ), 3 . Lihat juga, Kuril Islands Dispute between Russia and Japan. BBC News Asia- Pacific tersedia di http://www.bbc.com/news/world-asia-pacific-11664434 diakses pada 27 Juli 2014 3 Jepang dan Rusia Selisih Kepulauan Kuril dan Menvedev ke Pulau Kuril, Jepang Protes. Laporan perkembangan Kawasan Amerika dan Eropa periode Oktber- desember 2010. (Direktorat Jendral Amerika- Eropa (AMEROP) Kementerian Luar Negeri, Desember2010), 84 4 Pendekatan Jepang-Rusia Deutsche Welle 29 April 2013 tersedia di http://www.dw.de/pendekatan-rusia-jepang/a-16778195 diakses pada 28 Februari 2013
2
dan berkelanjutan.5 Meskipun demikian, kedua negara merespon adanya kerjasama dengan baik. Hal ini ditunjukkan dengan ditandatanganinya beberapa proyek kerjasama antar keduanya. Pada tahun 2009 perusahaan energi milik pemerintah Jepang dan Rusia telah menandatangani kerjasama beberapa proyek energi. Pada tahun tersebut setidaknya terdapat dua kerjasama yang telah ditandatangani oleh Jepang dan Rusia. Proyek tersebut adalah Pipa Minyak di Siberia Timur (Eastern SiberiaPacific Oil Pipeline) dan Proyek Gas Alam Cair di Pulau Sakhalin (Liquified Natural Gas Sakhalin- II). Dua proyek di atas merupakan proyek gabungan yang terletak di wilayah Rusia dengan beberapa negara investor, seperti Amerika Serikat (AS), Jepang, Korea Selatan, Cina, dan India. Pada tahun 2013 misalnya perusahaan energi Jepang Inpex dan perusahaan milik pemerintah Rusia Rostneft telah melakukan kerjasama eksplorasi dan pengembangan potensi di ladang minyak dan gas lepas pantai Rusia yang terletak di Magadan.6 Keterkaitan hubungan antara kedua negara Jepang-Rusia dapat dilihat berdasarkan jumlah kebutuhan Jepang terhadap energi yang cukup tinggi. Sebagai salah satu negara industri dengan tteknologi tinggi,7 Jepang tidak mampu memenuhi konsumsi sumber daya energi domestiknya. Hal tersebut karena Jepang
5
SvetlanaVassiliouk. “Japanese- Russian Energy Cooperation : Problem and Perpectives” (Tokyo, The Institute Energy, Economics of Japan- IEEJ 2008), 2. Tersedia di http://eneken.ieej.or.jp/en/data/pdf/461.pdf diakses pada 28 Februari 2013 6 Changes of Director and other senior Management. Public Relation Group, Corporate Communications Unit, Ashaka. 19 May 2014 tersedia di http://www.inpex.co.jp/english/news/pdf/2014/e20140519.pdf diakses pada 25 Oktober 2013 7 Executive Summary, A New Option for Russia’s Gas Supply to Japan. Energy Research Institue of the Russian Academy of Sciences and the Institute of Energy Economics Japan. World Petroleum Congress, Moscow, 2014), 2. Tersedia di https://eneken.ieej.or.jp/data/5517.pdf
3
tidak memiliki sumber daya energi dalam negeri. Oleh sebab itu Jepang menjadi salah satu negara yang berkebutuhan energi tinggi.8 Sebaliknya, Rusia merupakan negara penghasil energi dengan jumlah besar di dunia. Selain itu, negara tersebut juga merupakan pemasok energi terbesar di kawasan Eropa pada tahun 2013.9 Keadaan tersebut di atas akan saling menguntungkan bagi kedua negara, apabila keduanya menjalin hubungan baik. Hal ini dapat dilihat oleh perusahaan domestik khususnya perusahaan yang bergerak di bidang energi sebagai peluang baru. Kerjasama energi antar negara, sudah tentu tidak lepas dari dukungan pemerintah masing- masing. Dalam sebuah pertemuan dipertengahan bulan Juni 2013, Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe dan Presiden Rusia Vladimir Putin membicarakan hal terkait kerjasama, diantaranya seperti kerjasama energi dan upaya penyelesaian sengketa wilayah.10 Kegigihan Jepang dan Rusia untuk mempertahankan gugusan pulau Kuril tersebut disebabkan karena sumber daya yang tersimpan dalam bumi kepulauan tersebut cukup menjanjikan. Potensi sumber daya yang tersimpan di Kepulauan Kuril tersebut mengundang berbagai kepentingan, seperti kepentingan ekonomi dan kepentingan strategis. Wilayah maritim dan perikanan yang luas, serta cadangan minyak dan gas bumi yang melimpah menjadi daya tarik kepulauan
8
Russia- U.S. Energy Information Administration (EIA), 2013, 3-4. Tersedia di http://www.eia.gov/countries/analysisbriefs/Russia/russia.pdf diakses pada 20 februari 2014 9 Ibid, 4 10 Japan Russia Hold Talks on isles Energy Cooperation. Global post, Kyodo Internasional. tersedia di http://www.globalpost.com/dispatch/news/kyodo-newsinternational/130617/japan-russia-hold-talks-isles-energy-cooperation diakses pada 17 Juni 2013
4
ini.11 Hal ini sejalan dengan kepentingan Jepang terkait dengan kebutuhan energi. Kerjasama mungkin akan terjadi, namun persaingan dalam mempertahankan keutuhan wilayah juga tetap menjadi pilihan penting bagi kedua negara. Pasca gempa bumi di Fukushima pada tahun 2011, kebutuhan Jepang terhadap pasokan energi amat tinggi. Musibah gempa dan tsunami yang terjadi pada tanggal 14 Maret 2011 lalu mendesak Jepang untuk memulihkan hubungan dengan negara tetangga. Pada tahun yang sama Rusia bersedia membantu untuk mengatasi krisis energi Jepang. Bantuan diluncurkan Rusia mengingat rusaknya beberapa reaktor nuklir milik Jepang yang berdampak buruk bagi kelangsungan infrastruktur negara tersebut. Menurut wakil Perdana Menteri Rusia Igor Sechin, Jepang telah meminta tambahan pasokan gas yang dikendalikan oleh perusahaan energi Gazprom milik Rusia.12 Hubungan luar negeri Jepang-Rusia kembali pulih pasca insiden tersebut. Berdasarkan uraian di atas, hal tersebut menunjukkan Jepang-Rusia tidak hanya terlibat dalam masalah sengketa, melainkan keduanya terlibat dalam beberapa proyek kerjasama. Berbagai kemungkinan dapat terjadi bagi hubungan kedua negara ini. Dalam penulisan skripsi ini, penulis tertarik melihat adanya kepentingan dua arah (Jepang-Rusia). Namun penulis akan lebih fokus menggali kepentingan Jepang terhadap proyek-proyek kerjasama energi dengan Rusia. Kemudian,
penulis
akan
mencoba
menganalisis
penyebab
Jepang
11
Brad William, resolving the Russo- Japanese Territorial Dispute, Hokkaido- Sakhalin Relations, Routlage, 55. 12 Vladimir Soldatkin, Japan Pleads for More Energy Supply from Russia. Reuters News, 12 Maret 2011.tersedia di http://www.reuters.com/article/2011/03/12/us-japan-quake-russiaidUSTRE72B32M20110312 diakses pada 23 April 2014.
5
mengesampingkan isu teritori dan menjalankan proyek kerjasama bersama Rusia. Penelitian ini dibatasi pada kurun waktu dua tahun (2011-2013) dimana perhatian terpusat pada peningkatan kerjasama energi Jepang dan Rusia. Oleh sebab itu penulis mengangkat Judul “Peningkatan Kerjasama Energi Jepang-Rusia dalam Sengketa Kepulauan Kuril (2011-2013)” B. Pertanyaan Penelitian Dalam skripsi ini, penulis mengajukan pertanyaan penelitian sebagai berikut. “Mengapa Jepang-Rusia meningkatkan kerjasama energi, sementara masih terdapat sengketa diantara keduanya? ” C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan dan manfaat penelitian ini sebagai berikut: 1. Untuk menganalisis penyebab adanya kerjasama antara JepangRusia di atas sengketa yang masih berlangsung. 2. Untuk mengetahui begaimana perkembangan terakhir (20092013) hubungan bilateral Jepang-Rusia. 3. Untuk mengetahui kepentingan Jepang-Rusia dalam menjalin kerjasama energi pada tahun 2009- 2013. Sedangkan manfaat penelitian ini sebagai berikut:
6
1.
Secara teoritis dapat menambah ke dalaman dan keleluasaan ilmu hubungan internasional yang berkaitan dengan kerjasama energi sebagai alternatif untuk perdamaian di Pasifik Utara.
2.
Memperkaya pemahaman mengenai konsep- konsep terkait seperti kepentingan nasional, kebijakan Luar negeri, dan keamanan energi.
3.
Dapat dikonstruksikan sebagai rujukan untuk mengembangkan analisis mengenai keamanan energi dan sebagai pertimbangan dalam pembuatan kebijakan oleh pihak terkait untuk menciptakan keamanan khususnya di kawasan Pasifik Utara.
D. Tinjauan Pustaka. Penelitian yang membahas hubungan bilateral Jepang-Rusia terkait sengketa Kepulauan Kuril telah ditulis oleh Poppy Dwi Suri pada tahun 2004 dengan judul skripsi “Faktor Sengketa Kepulauan dalam Hubungan Ekonomi Jepang-Rusia, Tahun 1993-2001”, di FISIP Universitas Indonesia, 2004. Poppy mengajukan pertanyaan penelitian, “Bagaimana faktor sengketa wilayah dapat mempengaruhi hubungan ekonomi antara Jepang dan Rusia?”.13 Dalam skripsi tersebut, Poppy berusaha menjelaskan kerjasama ekonomi Jepang-Rusia pasca Perang Dingin pada tahun 1993-2001. Ia berpendapat bahwa dalam kurun waktu tersebut, perekonomian Rusia tidak stabil akibat Perang
13
Poppy Suri Dwi.Faktor Sengkata Kepulauan dalam Hubugan Ekonomi Jepang- Rusia 1993- 2001. Hubungan Internasinal, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, UI. 2004
7
Dingin . Kerjasama ekonomi kedua negara pasca Perang Dingin tersebut dititikberatkan pada bantuan yang diturunkan Jepang terhadap Rusia. Selain Jepang, perekonomian Rusia dibantu oleh negara-negara anggota G8. Namun demikian, bantuan yang diluncurkan oleh Jepang tersebut bukan tanpa syarat. Pada tahun 1990 Jepang mengalokasikan hampir 700 dolar AS untuk proyek pipa gas. Hal ini merupakan bentuk investasi Jepang di Rusia, mengingat kebutuhan pasokan energi minyak sebagai sumber bahan bakar industri di Jepang cukup besar. Selanjutnya, pada tahun 1996 diadakan kontrak kerjasama untuk membangun sumber minyak dan gas alam di lepas pantai pulau Shakalin. Selain bantuan dan kerjasama pada bidang ekonomi dan pendidikan, Jepang juga menanamkan investasi di berbagai sektor di Rusia, salah satunya pada bidang otomotif. Selanjutkan Poppy menyatakan bahwa tidak hanya syarat dan bantuan Jepang yang diulas, akan tetapi kepentingan Jepang terkait dengan kebutuhan energi dan sengketa pemilikan kepulauan juga menjadi fokus pembahasan sebagai ajang sengketa, yang di nilai menjadi penghambat hubungan luar negeri bagi kedua negara tersebut. Penelitian kedua, berupa skripsi yang ditulis Fitria Rahmawati tahun 2013, dengan judul skripsi “Kerjasama Antara Rusia dan Jepang dalam Menangani Sengketa Kepulauan Kuril Selatan Periode 2003-2011”, Program Studi Hubungan Internasional FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pertanyaan yang diajukan Fitria dalam skripsi tersebut yaitu “Bagaimana upaya yang dilakukan oleh pemerintah Jepang dan pemerintah Rusia dalam menangani sengketa kepemilikan
8
kepulauan Kuril Selatan tahun 2003- 2011?”.14 Dalam skripsi ini dijelaskan hubungan tarik- menarik kepentingan di antara dua negara, dengan menganalisa kerjasama yang dilakukan Rusia dan Jepang dalam menangani status sengketa kepemilikan Kepulauan Kuril Selatan. Fitria menekankan terhadap upaya-upaya diplomasi kedua negara sebagai solusi dalam menyelesaikan sengketa, tanpa mengurangi porsi kepentingan nasional masing-masing negara. Ia secara komprehensif menjelaskan masalah dan sengketa dalam hubungan bilateral Jepang-Rusia. Terdapat persamaan dari hasil skripsi tersebut di atas dengan penelitian yang dilakukan penulis, yakni masingmasing melihat penyebab retaknya hubungan bilateral antara Jepang dan Rusia. Letak perbedaan antara dua skripsi di atas dengan penulisan skripsi ini antara lain; pertama, berupa periode waktu yang menjelaskan keadaan ekonomi Rusia pasca Perang Dingin yang tidak stabil padahal Rusia yang saat ini mulai menjadi raksasa di kawasan Asia Pasifik. Kemudian, dengan perbedaan periode waktu tersebut penelitian ini akan menjelaskan kebijakan seperti apa yang di keluarkan oleh Jepang terhadap Rusia terkait kerjasama tersebut. Perbedaan periode waktu memberikan perubahaan dalam kebijakan suatu negara, dalam hal ini Jepang sebagai negara pemberi bantuan pada tahun 1990-an terhadap Rusia, akan mengalami pergeseran kebijakan pada tahun 2013.
14
Fitria Rahmawati. Kerjasama antara Rusia dan Jepang dalam menangani sengketa kepulauan Kuril Sealatan Periode 2003-2011, Hubungan Internasional, Fakulas Ilmu sosial dan Ilmu Politik, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2013
9
Kedua, skripsi yang ditulis oleh Poppy dan Fitria ini menganalisis hubungan bilateral Jepang-Rusia secara menyeluruh, baik dari aspek ekonomi, sosial, pendidikan, energi, dan pemerintahan, dengan fokus terhadap penyelesaian sengketa. Sedangkan penelitian ini lebih fokus kepada kepentingan Jepang terhadap kerjasama khususnya di bidang energi gas alam dan minyak bumi serta penyebab meningkatnya impor sumber daya energi Jepang. Sementara itu, kerangka teori yang digunakan oleh Poppy, yakni beberapa konsep dalam hubungan internasional seperti; kepentingan nasional, diplomasi, dan kerjasama yang di kemukakan oleh Donald Nuechterlain, Hans Morghentau, Jeffrey Legro dan Suprapto. Sedangkan Fitria, hanya menggunakan dua kosep untuk membuat kerangka teori, yakni kebijakan luar negeri dan kepentingan nasional. Penulis menggunakan kerangka pemikiran dengan mengambil beberapa konsep yang sama dengan dua skripsi sebelumnya, seperti foreign policy (kebijakan luar negeri), dan national interest (kepentingan nasional). Selain itu, penulis menambahkan konsep energy security (keamanan energi) sebagai upaya untuk melihat bagaimana kepentingan Jepang dalam memeperoleh kebutuhan sumber daya energinya. Tulisan lain, berupa jurnal yang diterbitkan oleh Australian Defence College pada tahun 2010 no.190 yang ditulis oleh Linda Mc Cann, dengan judul penelitian “Japan’s Energy Security Challenges: The World is Watching”. Dalam jurnal tersebut dibahas mengenai kebijakan pemerintah Jepang terkait energi
10
pasca gempa bumi pada tanggal 11 Maret 2011. Hal ini berdampak terhadap rusaknya tiga reaktor pembangkit listrik tenaga nuklir di Fukushima. Keadaan tersebut menunjukkan bahwa Jepang merupakan negara yang rentan terhadap gempa bumi, apalagi dilihat dari segi keamanan energi bila dibandingkan keberadaannya diantara negara-negara OECD (Organization for Economic Cooperation and Development).15 Selanjutnya, Linda Mc Cann menjelaskan bagaimana ketergantungan Jepang terhadap negara-negara pengekspor energi, seperti misalnya berasal dari Timur-Tengah. Jurnal ini menarik, karena selain
membahas mengenai krisis
energi yang dialami Jepang, juga mengaitkan hubungan bilateralnya dengan Rusia tersebut dengan membina potensi kerjasama energi antara kedua negara. Sementara itu, hubungan bilateral Jepang-Rusia tidak lepas dari perkembangan sengketa wilayah Kepulauan Kuril dan juga hubungan yang berkaitan dengan kepentingan energi masing- masing negara. Keterkaitan tulisan dalam jurnal di atas dengan penelitian ini terletak pada upaya kerjasama yang akan dilakukan Jepang-Rusia dalam bidang energi, seperti realisasi Proyek Liquified natural Gas (LNG) di Vladivostok dan partisipasi perusahaan Jepang dalam tiga Proyek di Shakalin. Selain itu, dalam jurnal tersebut dijelaskan pula kebutuhan Jepang terkait konsumsi energi dengan menggunakan kerangka kamanan energi. Dalam analisisnya, Linda menjelaskan
15
Linda Mc Cann. Japan’s Energy Security Challenges: The World is Watching, Department of Defence, ADF Journal, no 190. 2013.
11
bagaimana kebutuhan energi Jepang amat tinggi. Selanjutnya, Linda menjelaskan prosentase kerjasama, hingga tahun 2010. Jurnal kedua adalah Jurnal yang ditulis oleh Svetlana Vassiliouk dengan Judul Japanese-Russian Energy Cooperation: Problem and Perspectives yang di terbitkan oleh The Institute of Energy Economics, Jepang.16 Dalam jurnal tersebut Vassiliouk menjelaskan mengenai hubungan tarik-menarik antara Jepang-Rusia. Dalam Jurnal tersebut menjelaskan kerjasama energi Jepang pasca perang dunia II yang terhambat dengan sengketa pulau yang sedang mereka hadapi. Terdapat banyak kepentingan yang terjadi dalam hubungan bilateral Jepang dan Rusia pasca perang dunia II. Tidak hanya kepentingan atas pulau sengketa, namun juga kepentingan negara lain terhadap Jepang-Rusia, seperti AS. Hal ini diperparah dengan pecahnya perang dingin, dimana kedua negara (Jepang-Rusia) berada dalam kubu yang berseberangan ideologi. Hal ini yang menyebabkan hubungan Jepang-Rusia kembali memburuk. Kerjasama yang telah diselenggarakan oleh kedua negara tersebut, selain sebagai bentuk pemenuhan kebutuhan energi, juga digunakan sebagai bentuk kepercayaan kedua negara dalam menjalin hubungan atau mitra kerjasama. Oleh sebab itu pacahnya Perang dingin menyababkan hubungan kedua negara kembali merenggang. Perbedaan jurnal yang ditulis oleh Vassilliouk dengan penulisan skripsi ini adalah Vassiliouk melihat berbagai hambatan yang menyebabkan renggangnya 16
Svetlana Vassiliouk. Japanese- Russian Energy Cooperation : Problem and Perpectives, The Institute Energy, Economics of Japan(IEEJ), 2008 Jepang. Tersedia di http://eneken.ieej.or.jp/en/data/pdf/461.pdf diakses pada 23 Juni 2013
12
hubungan bilateral Jepang-Rusia. Juga dijelaskan dalam Jurnal tersebut, bahwa hubungan Jepang-Rusia akan terus-menerus terhambat dengan isu sengketa Kepulauan Kuril yang hingga saat ini belum menemukan titik temu. Sedangkan dalam skripsi ini, penulis membahas peningkatan kerjasama energi Jepang-Rusia dan melihat adanya potensi baik dari hubungan kerjasama tersebut di masa depan. kepentingan dua arah menyebabkan peningkatan kerjasama energi dua negara tersebut ada, sehingga sangat mungkin terjadi kerjasama dan semakin meningkat. E. Kerangka Pemikiran Untuk menjelaskan pembahasan skripsi, penulis menggunakan beberapa konsep terkait untuk mengembangkan analisis penelitian ini. Konsep yang tergabung dalam kerangka pemikiran berikut ini ialah kepentingan nasional (national interest), keamanan energi (energy security), Ekonomi Politik Internasional (International Political Economy) dan kebijakan luar negeri (foreign policy). 1. Kepentingan Nasional (National Interest) Konsep pertama yang digunakan dalam penelitian ini adalah kepentingan nasional. Kepentingan nasional merupakan tujuan mendasar dan faktor penentu yang membantu para pembuat keputusan dalam merumuskan kebijakan luar negeri. Kepentingan nasional merupakan konsep yang sangat umum, namun juga merupakan unsur vital bagi sebuah negara.17 Unsur tersebut menyangkut kelangsungan hidup bangsa, negara, kemerdekaan, keutuhan wilayah, keamanan
17
Rear Admiral Simon Williams, The Role of the national Interest in the National Security Debate, 2012, 26
13
dan kesejahteraan ekonomi.18 Menurut Joseph Fankel, Kepentingan nasional adalah deskripsi paling komprehensif dari nilai- nilai kompleks kebijakan luar negeri, yang dapat mengatur tujuan kebijakan luar negeri dan perilaku internasional pada umumnya19. Lebih lanjut Frankel mengklasifikasikan kepentingan nasional ke dalam tiga kategori yaitu; Aspirational, Operational, dan explanatori/ polemical. Pada tingkat aspirasi (Aspirational), kepentingan nasional mengacu pada visi kehidupan yang baik, dengan tujuan yang ideal yang akan dicapai oleh sebuah negara apabila mungkin untuk dicapai. Kepentingan aspirasional adalah kepentingan jangka panjang yang tertanam dalam sejarah dan ideologi. Pada tingkat operasional (operational), kepentingan nasional mengacu pada jumlah total kepentingan dan tujuan yang sebenarnya dikejar.20 Berbanding terbalik dengan aspirasional, kepentingan operasional adalah kepentingan jangka pendek yang merupakan perhatian utama dari pemerintah dan/ atau pihak yang berkuasa.21
Sedangkan
pada
tingkat
eksplanatori
dan
polemik
(explanatory/pholemical) kepentingan nasional digunakan untuk menjelaskan, mengevaluasi, merasionalisasikan dan mengkeritik kebijakan.22 Secara keseluruhan Frankel menjelaskan, kepentingan nasional adalah konsep kunci dari kebijakan luar negeri suatu negara dan kepentingan nasional 18
Anak Agung Banyu Perwita dan Yanyang Mohammad Yani. Pengantar Huungan Internasional, Bandung, 2006, 35 19 Joseph Frankel, The National Interest, Pall Mall, London, 1970, 26-27. 20 Frankel 1970: 31-32 21 Rear Admiral Simon Williams, The Role of the national Interest in the National Security Debate, 2012, 28. 22 Joseph frankel, The National Interest, 1970. 31-38.
14
yang diartikan sebagai aspirasi dari sebuah negara yang dapat digunakan secara operasionaal pada suatu kebijakan operasional tertentu. Secara konseptual kepentingan nasional adalah nilai- nilai dasar yang terpelihara dan di perthankan oleh suatu negara untuk mencapai tujuannya.23 Selain itu, kepentingan nasional juga dapat dijelaskan sebagai tujuan fundamental dan faktor penentu akhir yang mengarahkan pada pembuatan keputuasan dari suatu negara dalam merumuskan kebijakan luar negerinya.24 Sementara itu, menurut Paul Seabury dalam buku yang ditulis oleh K.J Holsti, kepentingan nasional berkaitan dengan beberapa kumpulan cita- cita suatu bangsa yang berusaha dicapai melalui hubungan dengan negara lain. Dengan kata lain gejala tersebut merupakan unsur normatif dalam kepentingan nasional. Pengertian yang sama pentingnya yakni secara deskriptif hanya dianggap sebagai sesuatu yang harus di capai negara secara tetap melalui kepemimpinan pemerintah.25 Sama halnya dengan pendapat Frankel terkait kategori diatas, K.J holsti membagi unsur kepentingan nasional ke dalam tiga kategori. Pertama, adalah kepentingan inti yang melibatkan setiap eksistensi pemerintah dan bangsa yang harus dilindungi dan diperluas. Kedua, tujuan jangka menengah yang biasanya memaksakan tuntutan pada negara lain. Ketiga, yakni tujuan jangka panjang yang bersifat universal dan jarang memiliki batasan waktu yang pasti.
23
Rear Admiral Simon Williams, The Role of the national Interest in the National Security Debate, 2012, 28 24 Jack C Plano dan Roy Olton. Kamus Hubungan Internasional, 11. 25 K. J. Holsti, Politik Internasional- Kerangka untuk Analisi, Tujuan Kebijakan Luar negeri (Jakarta, Elangga, 1983. ed. M Tahir Azhary), 138.
15
Kepentingan nasional yang bersifat luas dan bercabang tersebut menyebabkan kepentingan nasional sebuah negara terlihat dinamis. untuk menentukan kebijakannya, sebuah negara harus mampu menentukan kepentingan nasionalnya. Kepentingan nasional yang bersifat piroritas ataupun vital. Dalam hal ini keutuhan sebuah wilayah bagi sebagian negara adalah harga mati, negara tidak akan dengan mudah melepaskan klaim atas wilayah tersebut, begitu pula Jepang dan Rusia. Namun demikian dalam menentukan kepentingan nasional yang bersifat luas dan komprehensif, selain melihat unsur dalam negeri, kepentingan nasional juga harus melihat usur yang datang dari lingkungan internasional. Tulisan terakhir adalah jurnal yang di tulis oleh Svetlana Vassiliouk dengan Judul Japanese-Russian Energy Cooperation: Problem and Perspectives yang di terbitkan oleh The Institute of Energy Economics, Jepang pada tahun 2008. Dalam jurnal tersebut Vassiliouk menjelaskan mengenai hubungan tarikmenarik antara Jepang-Rusia. Dalam Jurnal tersebut menjelaskan kerjasama energi Jepang pasca Perang Dunia II yang terhambat dengan sengketa kepulauan yang sedang mereka hadapi. Terdapat banyak kepentingan yang terjadi dalam hubungan bilateral Jepang dan Rusia pasca Perang Dunia II. Tidak hanya kepentingan atas pulau sengketa, namun juga kepentingan negara lain terhadap Jepang-Rusia, seperti AS. Hal ini diperparah dengan pecahnya Perang Dingin , dimana keduanya (Jepang-Rusia) berada dalam kubu yang berseberangan ideologi.
Kerjasama yang diselenggarakan oleh kedua negara tersebut selain
16
sebagai bentuk pemenuhan kebutuhan energi, juga digunakan sebagai bentuk kepercayaan kedua negara dalam menjalin hubungan atau mitra kerjasama. Perbedaan penulisan ini dengan skripsi yang sedang penulis teliti adalah dalam jurnal tersebut Vassilliouk melihat hingga tahun 2007 hubungan JepangRusia yang tidak menentu, kerjasama energi yang dijalankan tidak membuahkan hasil signifikan terhadap hubungan bilateral kedua negara terkait sengketa kepulauan. Dalam Jurnal tersebut Vassilliouk tidak hanya melihat kebutuhan energi, namun juga melihat faktor kepentingan lain yang berasal dari luar, hal ini yang digunakan sebagai penghambat bagi hubungan bilateral kedua negara. Sedangka skripsi yang saya teliti fokus terhadap kepentingan energi Jepang, dengan melihat penyebab peningkatan kerjasama energi pada tahun 2011-2013. Skripsi ini melihat peningkatan kerjasama dari dua arah (Jepang-Rusia). 2. Keamanan Energi (Energy Security) Terdapat beberapa definisi dalam menjelaskan keamanan energi. Definisi keamanan energi menurut Internasional Energy Agencies (IEA) ialah “The uninterrupted availability of energy sources at an affordable price”
26
(ketersediaan yang terus menerus dari sumber energi
dengan harga yang terjangkau). (terjemahan oleh penulis) Pengertian tersebut menjelaskan bahwa keamanan energi melindungi berbagai masalah seperti, kemanan prasarana, harga barang, ketersediaan keaneka ragaman, resiko dari terorisme dan perang, keamanan pendapatan, keamanan ketersediaan, akses untuk mendapatkan cadangan baru, dan energi sebagai 26
Whats is energy Security?. International Agency (IEA) tersedia di; http://www.iea.org/topics/energysecurity/subtopics/whatisenergysecurity/ diakses pada 20 juli 2014, 6
17
senjata.27 Definisi keamanan energi menurut IEA tidak jauh berbeda dengan konsep keamanan energi menurut United Nation Development Program (UNDP) yakni, “The availability of energy at all times in various forms, in sufficient quantity and at affordable prices”.28 (Yang dipahami sebagai ketersediaaan pasokan energi dalam kuantitas yang cukup dengan harga yang dapat dijangkau). (terjemahan oleh penulis) Definisi keamanan energi menurut Institute of Energy Economics Japan (IEEJ) lebih komprehensif, secara spesifik menjelaskan keamanan suplai tidak hanya demi memenuhi kebutuhan manusia, juga penting bagi ekonomi dan industri, sebaga berikut; “To secure adequate energy at reasonable price necessary for the people’s lives, and economic and industrial activities of the country”.29 (Jaminan untuk mencukupi energi, dengan harga yang sesuai dengan kebutuhan hidup manusia, ekonomi dan aktivitas industri dari sebuah negara) (terjemahan oleh penulis). Sedangkan menurut Jonathan Elkind dalam kebijakan dan Energi Internasional di US Department of Energy,30 menyebutkan bahwa keamanan energi mengandung empat elemen, antara lain: 1. Ketersediaan (Availability) 27
Whats is Energy Security?. International Agency (IEA), 8. Definisi tersebut dijelaskan oleh UNDP tentang keamanan energi “the availability of energy at all times in various forms, in sufficient quantity and at affordable prices “. Lebih lanjut lihat dalam United Nations Development Prgram, World energy Assesment, New york 2000. Dikutipdalam Makmur Keliat, “Kebijakan Keamanan Energi” (Global vol 8, 2006), 60. 29 Japanese- Russian Energy Cooperation: Problem and Perspectives. (Istitute of Energy, Economic Japan (IEEJ), tokyo, november 2008). Tersedia di; http://eneken.ieej.or.jp/en/data/pdf/461.pdf diakses pada 20 Februari 2014 30 Carlos Pascual dan Jonathan Elkind. Energy Security-Economics, Politics, Trategies, and Implication- Energy Security, Call for aBroader Agenda. (Woshington,D.C. Brooking Institution Press, 2010), 121-129. 28
18
Elemen ini mengacu pada kemampuan produsen dan pengguna untuk mengamankan energi yang diperlukan dan komponen penduduknya seperti solusi teknis pada produksi, transportasi, konversi, penyimpanan dan distribusi. 2. Keandalan (Reliability) Elemen ini mengacu pada pelayanan energi yang bebas dari gangguan, dengan kriteria yang saling terkait, termasuk: a. Keanekaragaman sumber suplai (keanekaragaman bahan bakar dan tteknologinya). b. Keanekaragaman rantai suplai. c. Kemampuan mengatasi kendala dan kegagalan. d. Menurunkan kebutuhan energi agar mengurangi beban dari infrastruktur. e. Penanganan pada kasus terjadinya kegagalan. f. Menyebarkan informasi ke pasar setiap waktu. 3. Keterjangkauan (Affordability) Hal ini tidak hanya terkait dengan harga yang murah, tetapi juga harga yang stabil dan tidak mudah berubah. 4. Keberlanjutan (Sustainability) Elemen terakhir mengacu pada meminimalkan kerusakan di bidang sosial, ekonomi, dan lingkungan lewat tersedianya infrastruktur energi yang ramah dan tahan lama. Beberapa komponen lain yang perlu diperhitugkan seperti emisi gas rumah kaca harus rendah dan mampu memproteksi sistem energi.31 Berdasarkan bagian Kebijakan dan Energi Internasional pada US Department
of
Energy,
Elkind
menyebutkan
bahwa
keamanan
energi
31
Carlos Pascual dan Jonathan Elkind, Energy Security-Economics, Politics, Trategies, and Implication- Energy Security,124-125.
19
mengandung empat elemen, yaitu: ketersediaan (availability), keandalan (reliability), keterjangkauan (affordability), dan keberlanjutan (sustainability).32 a.
Ketersediaan mengacu pada kemampuan konsumer dan pengguna untuk mengamankan energi yang diperlukannya. Komponen pendukungnya adalah solusi teknis pada produksi, transportasi, konversi, penyimpanan, dan distribusi.
b.
Keandalan, mengacu pada pelayanan energi yang bebas dari gangguan, dengan kriteria yang saling terkait, termasuk:
Keanekaragaman sumber suplai (keanekaragaman bahan bakar dan teknologinya).
Keanekaragaman rantai suplai.
Kekenyalan atau kemampuan mengatasi kejutan dan kegagalan.
Menurunkan kebutuhan energi agar mengurangi beban dari infrastruktur.
c.
Redundansi pada kasus terjadinya kegagalan.
Menyebarkan informasi ke pasar setiap waktu.
Keterjangkauan, melibatkan tidak hanya harga yang murah – relatif terhadap penghasilan – tetapi juga harga yang stabil dan tidak mudah berubah.
d.
Keberlanjutan, mengacu pada meminimalkan kerusakan di bidang sosial, ekonomi, dan lingkungan lewat tersedianya infrastruktur energi yang awet dan berumur panjang.
32
Elkind Jonathan, “Energy Security: Call for Broader Agenda”. In Carlos Pascual and Jonathan Elkind (eds), Energy Security: Economics, Politics, Strategies, and Implications 2010(Washington DC, Brookings Institution Press),119-148.
20
Kerentanan Jepang untuk memenuhi kebutuhan energi domestiknya telah dimulai sejak tahun 1970-an. Sebagai upaya untuk mencapai kepentingannya, Jepang dihadapkan dengan beberapa tantangan besar dalam beberapa dekade terakhir, yang terus meningkat dan harus berhadapan dengan krisis minyak dunia pada awal tahun 1970.33
Kemudian adanya politik perubahan iklim dunia yang mulai disuarakan pada tahun 1990-an, mengharuskan Jepang turut andil. Dilanjutkan dengan terjadi Gempa yang diikuti oleh tsunami pada tahun 2011. Ini penting, dalam berbagai situasi Jepang harus memperhatikan pasokan dan keamanan energi. oleh karena itu keamanan energi akan mempengaruhi kebijakan luar negeri Jepang, khususnya pasca gempa bumi dan tsunami pada tahun 2011 lalu.
3. Ekonomi Politik Internasional (International Political Economy) Pendapat atau maksud dalam studi ekonomi politik internasional adalah bahwa hubungan antara ekonomi dan politik pada masa modern saat ini adalah suatu hubungan timbal balik.34 Sebagian besar politik menentukan kerangka kerja atas aktivitas ekonomi dan secara lebih lanjut mengarah pada kepentingankepentingan kelompok.35 Perhatian pada kekuasaan dalam berbagai bentuk merupakan faktor penentu dari sifat dasar sistem ekonomi. Disisi lain, sistem ekonomi itu sendiri, cenderung membagi-bagi lagi antara kekuasaan dan kekayaan. Hal ini dapat merubah hubugan kekuasaan antar grup atau kelompok, 33
Nurul Isnaeni. Jepang dan Isu Keaman Energi.(Global vol 8 no.2. 2006), 72. Karen A. Mingst, Jack L. Snyder. Essential Readings in World Politics-The Meaning of Political Economy. W.W Norton and Company. New York, 2004, 404 35 Ibid, 404 34
21
yang pada gilirannya akan memimpin perubahan dari sistem politik.36 Dengan demikian akan memberi peningkatan terhadap struktur baru dalam hubungan ekonomi. Hal tersebut merupakan bagian dari dinamika hubunga internasional di dunia modern, yang sebagian besar merupakan fungsi dari interaksi hubungan timbal-balik antara ekonomi dan politik.37 Hubungan timbal-balik antara ekonomi dan politik dewasa ini semakin kompleks, sebagian besar negara menjadikan kepentingan ekonomi menjadi kepanjangan tangan dari kepentingan politik, begitu pula sebaliknya. Dalam hal ini hubungan bilateral Jepang-Rusia merupakan salah satu bentuk interaksi atau hubungan timbal balik antara politik dan ekonomi. Meskipun tidak secara mendalam, namun konsep IPE (International Political Economy) akan melihat bagaimana kebutuhan ekonomi dalam hubungan internasional yang semakin interdependen akan berpengaruh terhadap keputusan politik suatu negara. 4.
Kebijakan Luar Negeri (Foreign Policy) Konsep kedua adalah kebijakan luar negeri (foreign policy). Kebijakan
luar negeri merupakan strategi atau rencana tindakan yang dibuat oleh para pembuat keputusan negara dalam menghadapi negara lain atau unit politik internasional lainnya. Hal ini dikendalikan untuk mencapai tujuan nasional secara spesifik yang dituangkan dalam terminologi kepentingan nasional.38 Sedangkan
36
Ibid, 404. Carent Mingst. World Politics. 38 Plano dan Olton, Kamus Hubungan Internasional. Bandung, Putra Bardin, 1999), 11. 37
22
menurut Rosenau,39 pengertian kebijakan luar negeri yakni upaya suatu negara melalui keseluruhan sikap dan aktivitas untuk mengatasi dan memperoleh keuntungan dari lingkungan eksternalnya hal tersebut untuk memelihara dan mempertahankan kelangsungan hidup suatu Negara. Kedua pengertian yang di ungkapkan Rosenau tersebut memberikan pemahaman bahwa adanya keterkaitan antara kepentingan nasional dengan kebijakan luar negeri. Konsep ini akan menjelaskan bagaimana kebijakan luar negeri terkait sumber daya energi Jepang pasca gempa bumi dan tsunami terhadap Rusia dalam upaya memenuhi kepentingan nasionalnya. Dalam pembuatan kebijakan luar negeri Jepang, penulis mengutip pendapat Rosenau terhadap adanya faktor internal dan eksternal. Faktor internal di pengaruhi oleh perkembangan ekonomi (economic development). sedangkan faktor eksternal atau internasional dipengaruhi oleh size dan geography.40 F. Metode Penelitian: Metode merupakan prosedur yang digunakan dalam mendeskripsikan dan menjelaskan fenomena.41 Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode kualitatif, yakni suatu proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada fenomena sosial dan masalah manusia.42 Secara umum, penelitian kualitatif berawal dari asumsi individu yang memiliki peran aktif mengkonstruksikan
39
James N. Rosenau. World Politics: An Introduction- the Study of Foreign Policy.(free Press, 1976),15. 40 James N, Rosenau 1976: 18-20. Lihat juga Steve Smith, Rosenau’s Contriibution. Review of International Studies. Vol. 9 no. 2 April 1983. 41 Mochtar Mas’oed. Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan Metodologi. (Jakarta, LP3ES. 1994),3. 42 John W Creswell, Research Design Qualitative, Quantitative and mixed methods design. (California, 1998), 208.
23
realitas sosial dan kemudian metode penelitian mampu menganalisa proses konstruksi sosial tersebut.43 Dalam penelitian ini, penulis berupaya menjawab pertanyaan penelitian yang menggambarkan dan menganalisa secara sistematis berdasarkan fakta yang di peroleh selama melakukan penelitian. Penulis bermaksud untuk menganalisis penyebab dari peningkatan kerjasama energi Jepang-Rusia. Penelitian ini berkaitan dengan kebutuhan Jepang terhadap sumber daya energi ditengah adanya sengketa Kepulauan Kuril yang terjadi diantara kedua negara (Jepang-Rusia). Metode yang digunakan untuk menganalisa adalah deskriptif analitis, yaitu kegiatan penelitian dalam hubungan internasional dengan melihat permasalahan yang ada melalui pengumpulan data kemudian melakukan analisis dengan mengaitkan data dengan teori dalam hubungan internasional.44 Penulis juga menggunakan data sekunder yakni berupa wawancara dan pengumpulan data melalui literatur berupa buku- buku, jurnal ilmiah, media masa (surat kabar, majalah ilmiah), dan situs- situs Internet. Dengan data yang telah di peroleh melalui sumber tersebut, penulis dapat melengkapi pembahasan ini dengan lebih baik. Kemudian data tersebut akan diklasifikasikan sesuai dengan bagian- bagiannya, yakni dengan menempatkan data pada kategori masing-masing yang berhubungan dengan kebutuhan energi Jepang dan peningkatan kerjasama energi Jepang-Rusia. Hal ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar
43
Claire Howell Major dan Savin Baden M. An Introduction to Qualitative Research Synthesis; Managing the Information explosion in social Science Research. (New York, 2010), 11 44 Mochtar Mas’oed Mochtar Mas’oed. Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan Metodologi, 223
24
kepentingan Jepang dalam Proyek kerjasama energi bersama Rusia. Pada bagian terakhir penulis akan menganalisa berdasarkan kerangka konseptual sehingga data yang diperoleh dapat dipertanggung jawabkan dan dapat digunakan untuk penelitian dalam merumuskan jawaban dari pertanyaan penelitian. G. Sistematika Penulisan Sistem penulisan dalam penelitian ini adalah BAB I. PENDAHULUAN A. Pernyataan Masalah B.
Pertanyaan Penelitian
C.
Tujuan dan Manfaat Penelitian
D.
Tinjauan Pustaka
E.
Kerangka Pemikiran
F.
Metode Penelitian
G.
Sistematika Penulisan
BAB II. SUMBER DAYA ENERGI JEPANG DAN RUSIA A. Pengertian Sumber Daya Energi B. Sumber Daya Energi Jepang 1.
Kebutuhan Sumber Daya Energi Jepang
2.
Kelangkaan Sumber Daya Energi Jepang
C. Sumber Daya Energi Rusia 1.
Potensi Sumber Daya Energi Rusia
2.
Sumber Daya Energi Pulau Sakhalin a.
Perluasan Destinasi Energi Rusia
25
BAB III. DINAMIKA HUBUNGAN JEPANG-RUSIA A. Sengketa Kepemilikan Kepulauan Kuril antara JepangRusia B. Kerjasama Ekonomi dan Energi Jepang-Rusia hingga tahun 2009 1.
Kerjasama Ekonomi Jepang-Rusia
2.
Kerjasama Energi Jepang-Rusia
C. Kerjasama Energi Jepang-Rusia Pada Tahun 2009- 2013 1.
Kerjasama East Siberia-Pacific Ocean Oil Pipeline
2.
Kerjasama Liquified Natural Gas (LNG) Shakalin-II
BAB IV. ANALISIS PENINGKATAN KERJASAMA ENERGI JEPANG DALAM SENGKETA KEPULAUAN KURIL A. Kepentingan Jepang-Rusia dalam Sengketa Kepulauan Kuril. 1.
Klaim Jepang Terhadap Kepulauan Kuril
2.
Klaim Rusia Terhadap Kepulauan Kuril.
B. Faktor Pendorong adanya Peningatan Kerjasama Energi Jepang-Rusia. 1.
2.
Keamanan Energi Jepang a.
Faktor Internal
b.
Faktor Eksternal
Persepsi Rusia dalam Peningketan Kerjasama Energi
26
C. Kebijakan Luar Negeri Jepang dalam Peningkatan Kerjasama Energi dengan Rusia. BAB V. KESIMPULAN
27
BAB II. SUMBER DAYA ENERGI JEPANG DAN RUSIA Pada bab ini penulis menguraikan keadaan sumber daya energi Jepang dan Rusia yang terbagi ke dalam dua sub-bab. Pertama, menerangkan tentang pengertian sumber daya energi, menjelaskan mengenai tingginya kebutuhan energi Jepang yang diakibatkan kelangkaan sumber daya energi domestik. Kedua, menguraikan tentang sumber daya energi Rusia, dan kebijakan ekspor energi Rusia terhadap negara-negara destinasi, khususnya ke Jepang. A. Pengertian Sumber Daya Energi Energi berasal dari bahasa Yunani energia yang berarti daya, kerja atau tenaga. Energi dalam disiplin ilmu alam dapat didefinisikan sebagai tenaga mekanik yang terakumulasi. Sebagian dari tenaga tersebut dapat digunakan untuk menghasilkan suatu akibat baik itu dalam pengertian gerak atau kerja.45 Oleh karena itu, secara umum energi dapat didefinisikan sebagai kapasitas untuk melakukan pekerjaan atau menghasilkan akibat atau dampak.46 Tabel di bawah ini menguraikan bahwa energi pada dasarnya mengandung empat dimensi. Empat dimensi tersebut antara lain: 1. Berdasarkan siklus penggunaannya energi dapat di bagi menjadi dua, yakni energi yang tidak dapat di perbaharui (non-renewable energy) dan
45
Makmur Keliat, Kebijakan Keamanan Energi. (Global-Jurnal Politik Internasional, 2006 Vol. 8 No. 2), 34. 46 Definisi yang di jelaskan oleh Salisburry yang menyatakan “Energy is the caacity for producing an effect”. Lihat J Kenneth Salisburry (ed) Mechanical Engineers’ Handbook (Tokyo: Tappan Cmpany LTD, 1980 hlm 3-50) dikutip dari Makmur Keliat, Kebijakan Keamanan Energi. (Global-Jurnal Poliik Internasional Vol. 8 No. 2, 2006), 34.
28
energi yang dapat di perbaharui (renewable energy).47 Energi yang tidak dapat di perbaharui seperti bahan bakar minyak, gas dan batu bara. Bahan bakar tersebut sering juga disebut sebagai fossil fuels. Sedangkan contoh energi yang dapat diperbaharui misalnya, energi yang berasal dari sinar matahari (solar energy) dan nuklir (nuclear energy), dan panas bumi (Geothermal).48 Tabel 2.1. Dimensi dan Kategori Energi.
Dimensi Siklus Penggunaan
Kategori
Implikasi
Adanya kebutuhan untuk melakukan efisiensi , konservasi energi dan energy mix Tingkat Penggunaan Adanya kebutuhan Tteknologi untuk melakukan transisi energi dari energi tradisional ke energi modern untuk tujuan peningkatan kulitas pembangunan. Mata Rantai Energi Primer Adanya kebutuhan dana yang sangat besar untuk Energi Sekunder melakukan investasi Eergi akhir energy Dampak Lingkungan Kurang ramah dengan Adanya pergeseran pola lingkungan konsumsi energi dan Relatif lebih ramah adanya kebutuhan untuk menyesuaikan diri lingkungan dengan regulasi-regulasi lingkungan hidup Sumber: Makmur Keliat, Kebijakan Keamanan Energi. Global-Jurnal Poliik Internasional Vol. 8 No. 2 h. 35. 2006
47
Energi yang dapat diperbaharui Energi yang tidak dapat diperbaharui Energi Tradisional Energi modern
Purnomo Yusgiantoro. Ekonomi Energi Teori dan Praktik. (Pustaka LP3ES Indonesia,
2000),5. 48
Makmur Keliat. Kebijakan Keamanan Energi, (Global-Jurnal Poliik Internasional Vol. 8 No. 2, 2006), 34.
29
Perbedaan ini menjadi penting karena terdapat dua pertimbangan. Pertama,
mengandung
pengertian
bahwa
terdapat
batas,
antara
ketersediaan dan waktu. Berdasarkan energi yang tidak dapat diperbaharui tersebut, maka melahirkan kebutuhan efisiensi dalam penggunaan energi dan sekaligus konserfasinya. Kedua, terkait dengan kebutuhan untuk melakukan diversifikasi penggunaan energy.49 Dikenal dengan istilah enegry mix, yakni suatu negara sebaiknya tidak hanya mengandalkan satu sumber energi yang tersedia, namun harus menganekararagamkan sumbersumber energi yang dibutuhkan. 2. Terkait
dengan
dimensi
penggunaan
teknologi
pengolahannya.
Berdasarkan sudut pandang ini, energi dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu energi tradisional (traditional energy) dan energi modern (modern energy, contoh untuk energi modern adalah listrik, fossil fuels (bahan bakar) dan seluruh energi yang dapat di perbaharui. Sedangkan contoh energi tradisional adalah penggunaan kayu bakar dan biomass. 3. Bila dilihat dari sudut pandang dimensi mata rantai, energi dapat dikategorikan sebagai energi primer (primary energy), energi sekunder (secondary energy), dan energi akhir (final energy).50 Keterkaitan antara energi primer, sekunder dan akhir dikenal dengan istilah mata rantai energi (energy chain). Rantai ini berawal aktivitas eksplorasi hingga ekstraksi yang disebut sebagai energi primer. Kemudian aktivitas pemrosesan 49
Makmur Keliat. Kebijakan Keamanan Energi, 35. Ronald A. Morse Energy and Japan’s National Security Strategy, dalam Ronald A. Morse (ed), The Politics of Japan’s Energy Security. Berkeley: Institute of East Asian StudiesUniversity of California, 1981, 38. Dikutip dari Makmur Keliat, Kebijakan Keamanan Energi, 36. 50
30
hingga transportasi
disebut
dengan energi
sekunder, selanjutnya
konservasi hingga distribusi disebut sebagai energi akhir. 4. Dampak lingkungan yang diakibatkan oleh energi. Berdasarkan sudut pandang ini dapat dilihat dari dua kategori, yaitu energi bersih (clean energy) dan energi kotor (dirty energy) atau energi yang tidak ramah lingkungan. Dalam kategori tersebut dapat dibagi lagi menjadi beberapa sektor; sektor rumah tangga, sektor industrial, sektor komersial, dan sektor transportasi.51 Pembagian sektor ini menentukan penggunaan energi. Misalnya, gas alam yang dipandang lebih bersih dibandingkan dengan batu bara dan bahan bakar minyak karena beresiko menghasilkan carbon dioxide (CO2). Resiko ini lebih kecil jika dibandingkan dengan penggunaan batu bara. B. Sumber Daya Energi Jepang 1.
Kebutuhan Sumber Daya Energi Jepang.
Sejarah agresi Jepang ke negara-negara Asia Tenggara selama Perang Dunia II tidak lepas dari motivasi Jepang dalam mencari sumber mineral strategis yang ada di sepanjang kawasan ini, mulai dari minyak bumi, timah, batu bara, alumunium hingga besi. Keseluruhan sumber mineral tersebut merupakan bahan baku utama pembangkit energi bagi proses industrialisasi di negeri mata hari terbit tersebut.52 Pasca mengalami kekalahan dalam Perang Dunia II pada tahun 51
Makmur Keliat. Kebijakan Keamanan Energi, 37. Daniel Yergin, The Prize: The Epic Quest for Oil, Money and Power, NewYork: Simon &Schuster Publishing, 1992. Dikutip dari Nurul Isnaeni Jepang dan Isu Keamanan Energi : Dari Krisis Minyak Dunia Hinga Politik Perubahan Iklim, Jurnal Politik Internasional; Krisis Energi. Departmen Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Indonesia V. 8, n. 2, 2006. 56. 52
31
1950-1970-an, Jepang bangkit dari kehancuran dan memacu pertumbuhan perekonomiannya.
Sementara
itu, proses
pertumbuhan ekonomi
Jepang
berkorelasi positif dengan tingkat konsumsi energi yang tinggi. Pemakaian bahan bakar fosil (fossil- fuels), khususnya minyak bumi telah mendominasi konsumsi energi komersial Jepang selama masa pertumbuhan ekonominya. Pada saat itu minyak bumi memang merupakan sumber energi yang paling murah dan efisien, sehigga menjadi basis dari industrialisasi dan modernisasi di banyak negara, termasuk Jepang. 53 Sejalan dengan industrialisasinya, intensitas konsumsi Jepang terhadap minyak bumi pun terus berlangsung hingga mencapai 77,4 % pada tahun 1973. ekonomi Jepang mencapai pertumbuhan yang signifikan pada tahun 1973-1974 (krisis minyak dunia), yakni mencapai 10,9 % per tahun.54 Prestasi ini menyaingi kemajuan
negara-negara
Organization
for
Economic
Cooperation
and
Development (OECD) lainnya, pada saat yang sama Jepang menduduki peringkat kedua sebagai negara konsumen minyak bumi terbesar di dunia. Seiring dengan semakin meningkatnya perekonomian Jepang, jumlah permintaan energi domestik Jepang pun terus meningkat. Peningkatan jumlah konsumsi Jepang digambarkan sebagaimana diagram di bawah ini.
53
Nurul Isnaeni. Jepang dan Isu Keamanan Energi : Dari Krisis Minyak Dunia Hinga Politik Perubahan Iklim, 57. 54 Damian Grammaticas, Japan Earthquake: Explosion at Fukushima Nuclear Plan Tokyo, BBC News Asia- Pasific, Maret 201. Tersedia di http://www.bbc.co.uk/news/world-asiapacific-12720219 diakses pada 28 April 2013.
32
Gambar 2.2. Grafik Produksi dan Konsumsi Jepang pada tahun 2000-2015
Sumber: U. S Energi Information Administration (EIA)
Grafik di atas menunjukkan bahwa konsumsi Jepang mengalami peningkatan di tiap tahunnya. Hal ini berseberangan dengan tingkat produksi Jepang yang statis dan tidak mampu memenuhi kebutuhan energi domestik. Jumlah konsumsi semakin meningkat pada tahun 2009. Sedangkan, pada tahun 2014 Data Energy Information Administration (EIA) menunjukkan bahwa Jepang hanya memiliki 10% dari total kebutuhan energi primer sebagai sumber daya domestik.55 Data tersebut menunjukkan kecilnya jumlah sumber daya energi yang dimiliki Jepang. Jumlah populasi yang relatif kecil yakni sekitar 126.757.591 pada tahun 2014, tidak menurunkan tingkat kebutuhan energi Jepang.56
55
Report; Japan is The World’s Largest liquefied Natural Gas Importer, Second Largest Coal Importer,and Third Largest Net Oil Importer, United State Energy Information Administration (EIA), 2013. http://www.eia.gov/countries/analysisbriefs/Japan/japan.pdf dan http://www.eia.gov/countries/analysisbriefs/Japan/japan.pdf diakses pada 15 April 2013. 56 World Population Review. Tersedia di http://worldpopulationreview.com/countries/japan-population/ dan Japan’s 2010 Census: Moving To Tokyo. Tersedia di http://www.newgeography.com/content/002227-japan%E2%80%99s-2010census-moving-tokyo diakses pada 01 Juni 2014.
33
Sebaliknya, kebutuhan energi negara tersebut setiap tahunnya semakin bertambah, seiring dengan semakin meningkatnya industrialisasi di Jepang. 2.
Kelangkaan Sumber Daya Energi Jepang
Ketimpangan antara jumlah produksi dan konsumsi energi Jepang membuat negara tersebut mengalami kelangkaan energi. Perhatian khusus pemerintah Jepang terhadap pasokan energi menjadi penting. Tingginya tingkat konsumsi energi domestik mengharuskan Jepang bersaing dengan negara-negara tetangga untuk memenuhi pasokan energinya. Di kawasan regional Asia, Jepang harus bersaing dengan negara-negara kawasan dalam melakukan suplai energi. Terlebih Jepang merupakan negara OECD dengan kemampuan sumber daya Energi paling rendah jika dibandingkan dengan kapasitas negara anggota OECD lainnya.57 Uraian tersebut di atas membuat Jepang membutuhkan lebih banyak energi jika dibandingkan dengan negara anggota lainnya. Munculnya kompetitor baru di kawasan Asia Timur seperti Cina dan Korea Selatan yang juga merupakan negara industri menyebabkan Jepang semakin meningkatkan kualitas daya saingnya untuk mendapatkan energi.58 Jepang harus memastikan keamanan suplai energi yang berasal dari negara-negara penghasil minyak dan energi. Pasca terjadinya bencana gempa bumi pada tahun 2011, Jepang kembali dihadapkan
57
Michael May, Energy and Security in East Asia. Americas’s Alliances with Japan and Korea in a Changing Notheast Asia AsiaPacific Research Center 1998, 11. tersedia http://iisdb.stanford.edu/pubs/10043/Mayfront.PM.pdf 58 Michael May, Energy and Security in East Asia. Americas’s Alliances with Japan and Korea in a Changing Notheast Asia Asia/ Pacific Research Center 1998, 11. tersedia http://iisdb.stanford.edu/pubs/10043/Mayfront.PM.pdf
34
dengan isu keamanan suplai energi. Dalam hal ini diperlukan peran serta pemerintah untuk menentukan kebijakan terkait suplai energi Jepang. Isu energi bukan menjadi masalah baru bagi Jepang, sejak tahun 1980 sektor energi Jepang telah mengalami regulasi. Pemerintah secara langsung mengambil alih masalah ini. Penetapan kebijakan diambil alih oleh pemerintah pusat dengan cara melakukan bimbingan administrasi dan menjalankan konsultasi dengan industri pengembagan energi dalam melakukan negosiasi ketika memasok energi asing. Kementerian Perdagangan Internasional dan Industri (METI) telah mengawasi kebijakan energi nasional dan mengawasi upaya pemerintah secara luas untuk melakukan efisiensi energi domestik.59 Hal ini dilakukan untuk mencapai keseimbangan pasokan energi dan mengurangi ketergantungan Jepang terhadap minyak. Oleh sebab itu pada awal tahun 2000 pemerintah Jepang menginvestasikan dana sebesar 4 milyar dolar AS sebagai upaya peningkatan tteknologi dan keterampilan dengan cara pemberian subsidi untuk program konservasi dan produksi energi.60 Rancangan stategi energi Jepang sejak tahun 2002 terpusat pada tiga strategi utama yakni, keamanan energi, perlindungan lingkungan dan efisiensi pasokan energi.61 Tiga strategi tersebut menjadi dasar keputusan pemerintah terkait energi.
59
Michael May, Energy and Security in East Asia. Americas’s Alliances with Japan and Korea in a Changing Notheast Asia Asia. (Pacific Research Center 1998),11 tersedia http://iisdb.stanford.edu/pubs/10043/Mayfront.PM.pdf diakses pada 06 oktober 2013. 60 ibid, 11. 61 Japan’s Energy Policy. Agency for Natural Resources and Energy (ANRE). (Menistry economic, trade and Industry of Japan, 2010), 7. Tersedia di https://www.jetro.go.jp/mexico/topics/20100708514-topics/01_ANRE_METI.pdf diakses pada 13 Oktober 2013.
35
Dewasa ini peran serta pemerintah dalam pengambialan kebijakan energi semakin besar. Kompleksitas kebutuhan Jepang terhadap energi semakin meningkat pasca terjadinya bencana alam gempa dan tsunami yang menyebabkan kerusakan pabrik listrik bertenaga nuklir Daichi di Fukushima. Untuk menangani kelangkaan tersebut, perusahaan dalam negeri Jepang aktif berpartisipasi dalam berbagai proyek energi, baik dalam maupun luar negeri. Partisipasi perusahaan energi yaitu dengan memberikan modal rekayasa mesin, kostruksi, bantuan keuangan dan jasa menejemen proyek untuk proyek-proyek energi di seluruh dunia.62 Selain melakukan kebijakan untuk keamanan pasokan minyak dari luar, Jepang juga membangun kerjasama dengan negara-negara penhasil minyak, Jepang juga menerapkan kebijakan pengamanan energi dari dalam. Pada tahun 2005, METI mengeluarkan kebijakan “New National Energy Strategy” yang intinya adalah berisi tentang meningkatnya intervensi pemerintah di pasar energi dalam hal kontrol pemakaian energi untuk memastikan tidak terjadi kelangkaan energi. Strategi Jepang ini sekaligus menunjukkan bahwa Jepang memadukan strategi energi dan penekanan akan kemandirian melalui kebijakan efisiensi ekonomi untuk menciptakan keamanan dalam memasok energi.63 Kalangkaan energi Jepang semakin meningkat disebabkan oleh gempa berkekuatan 8,9 skala richter yang terjadi di lepas pantai Coustof Sendai-bagian
62
Japan, Overview. United State Energy Information Administration (EIA), 31 Juli 2014, 1. Tersedia di http://www.eia.gov/countries/analysisbriefs/Japan/japan.pdf diakses pada 7 Oktober 2014. 63 Ibid, 2.
36
utara Jepang.64 Gempa disertai tsunami tersebut mengakibatkan lelehnya tiga reaktor inti pada tiga hari pertama. Unit- unit operasi yang secara otomatis tutup adalah Tokyo Electric power Company (Tepco) milik Fukushima Daiichi menutup 3 reaktornya, dan Fukushima Daini menutup empat reaktor aktifnya. Pabrik Tohoku di Onigawa menutup tiga reaktornya, dan satu reaktor milik Japko di Tokai juga ditutup. Jumlah daya yang diamankan sebesar 9377 Mwe.65 Jepang merupakan salah satu negara yang bergantung pada energi nuklir, oleh sebab itu bencana berupa gempa tersebut menambah deretan panjang masalah keamanan energi Jepang. Sebelum terjadinya insiden Fukushima pada tahun 2011 lalu, Jepang menduduki peringkat ketiga terbesar sebagai negara pembangkit listrik tenaga nuklir setelah AS dan Perancis.66 Berikut adalah gambar zona gempa dan Tsunami yang melanda Jepang pada tahun 2011. Gambar 2.3. Peta Zona Gempa dan Tsunami Jepang pada Tahun 2011
Sumber: British Broadcasting Corporation News Asia- Pasific 64
Jonathan Amos, Quake was Big Event in Japan, BBC News, Maret 2011. Tersedia di http://www.bbc.co.uk/news/science-environment-12710999 diakses pada 21 Februari 2014 65 Fukushima Accident, World Nuclear Asssociation tersedia di http://www.worldnuclear.org/info/safety-and-security/safety-of-plants/fukushima-accident/ diakses pada 16 Agustus 2014. 66 Japan- U.S. Energy Information Administration (EIA), 2013, 3-4.
37
Pada tahun 2011, Jepang memiliki 50 reaktor nuklir yang 17 diantaranya merupakan pembangkit listrik, dengan total kapasitas yang terpasang sebesar 46 gigawatts. Pasca insiden tersebut, Jepang telah kehilangan seluruh kapasitas pembangkit tenaga nuklir. Lebih dari 10 gigawatts kapasitas nuklir di Fukushima, Onagawa, dan Tokai menghentikan operasinya setelah gempa bumi dan tsunami melanda Jepang.67 Hingga tahun 2012, Jepang kehilangan seluruh kapasitas nuklirnya, namun dapat kembali beroperasi pada bulan Juli di tahun yang sama.68 Pada tahun 2011 Jepang telah dihadapkan dengan krisis energi, akibatnya kebutuhan struktur tenaga listrik milik Jepang meningkat dari 60 % menjadi sekitar 90 %.69 Selain itu pada tahun 2010, volume impor LNG sebesar 70 juta ton, kemudian volume impor LNG mengalami peningkatan mencapai 90 juta ton pada tahun-tahun selanjutnya. Hal ini menunjukkan bahwa volume impor Jepang semakin meningkat pasca gempa bumi. Permintaan volume LNG ini akan semakin meningkat hingga mencapai 10 juta ton per tahunnya.70 Gempa bumi yang menghancurkan reaktor nuklir di Fukushima pada tahun 2011 lalu, menyebabkan Jepang menggeser penggunaan bahan bakar energi dan beralih menggunakan gas alam, minyak bumi, dan energi terbarukan sebagai 67
Japan- U.S. Energy Information Administration (EIA), 2013, 4. Japan, Overview. (United State Energy Information Administration -EIA, 2014), 4. Tersedia di http://www.eia.gov/countries/analysisbriefs/Japan/japan.pdf diakses pada 7 oktober 2014. 69 Yasuhiro Matsuyama, Challenge in Japan and Japan- Russia Energy Cooperation. (ERINA Report. No.110, 2013), 40. 70 Hirohide Hirai. LNG Supply and Demand after the Great East Japan Earthquake and Japan- Russia Cooperation. (ERINA Report no. 104. 2012), 17 68
38
sumber daya energinya. Bahan bakar tersebut mampu memberikan keuntungan dan menggantikan beberapa reaktor nuklir Jepang yang rusak. Minyak dan gas bumi kembali menjadi sumber terbesar bagi energi utama Jepang. Meskipun demikian total konsumsi Jepang menurun dari sekitar 80% pada tahun 1970 menjadi 43% pada tahun 2011.71 Penurunan jumlah konsumsi tersebut diakibatkan oleh turunnya angka populasi Jepang. Jepang merupakan negara pengimpor minyak ketiga terbesar setelah AS dan Cina pada tahun 2012. Negara tersebut sangat bergantung pada pasokan minyak mentah dari kawasan Timur Tengah. Setelah insiden Fukushima, Jepang telah meningkatkan impor minyak mentah. Pada tahun 1980 jumlah impornya mencapai 70% dan terus meningkat. Hingga tahun 2012 Jepang berhasil mengimpor minyak mentah sebesar 83% dari Timur Tengah. Selain itu juga pasokan minyak Jepang diimpor dari Saudi Arabia dan Iran.72 Impor minyak Jepang yang berasal dari Iran pada enam bulan pertama pada tahun 2012 mencapai 113,535 barel per hari (bbl/d). Namun pada enam bulan berikutnya mengalami penurunan menjadi 78,121 bbl/d atau 30 %. Hal ini dipengaruhi oleh sanksi AS dan Eropa terhadap Iran pada tahun 2012, sehingga Jepang mengganti pasokan minyak Iran dengan pasokan minyak dari Timur Tengah dan negara lainnya. Berdasarkan ketersediaan sumber daya gas alam yang terbatas, menyebabkan Jepang harus bergantung terhadap impor untuk memenuhi kebutuhannya. Selain sebagai negara pengimpor minyak dengan jumlah besar, 71 72
Japan, Overview ( U.S. Energy Information Administration- EIA, 2013), 5. Japan- U.S. Energy Information Administration (EIA), 2013, 3-4.
39
Jepang juga merupakan negara pengimpor gas alam cair/ liquefied natural gas (LNG) terbesar. Tercatat negara tersebut telah menyumbang hampir 37% dari permintaan pangsa pasar global pada tahun 2012. Oleh karena itulah masalah lingkungan menjadi faktor utama pemerintah Jepang mendorong konsumsi LNG dalam negeri. LNG menjadi bahan bakar pengganti yang digunakan untuk pembangkit tenaga listrik sebagai pengganti reaktor nuklir. Pada tahun 2012, Jepang mengkonsumsi LNG hampir 4,4 triliun kaki kubik (Tcf). Sektor Listrik merupakan konsumen terbesar dari impor LNG di Jepang. Dari keseluruhan pasokan LNG di Jepang, sebanyak 64% di konsumsi oleh sektor listrik. Pada tingkat kedua konsumsi LNG di sektor industri sebesar 21 %, kemudian 9 % di area rumah tangga, 4 % di sektor komersial, dan 2 % di sektor lainnya.73 Salah satu tantangan terbesar Jepang dalam mengamankan pasokan energinya, yakni dengan mengimpor energi dari luar negeri. Sebagaimana diketahui sebelumnya, sebagian besar pasokan energi Jepang berasal dari timur tengah. Total impor minyak Jepang pada tahun 2012 mencapai 83 %. Dua negara pengekspor terbesar dari Timur Tengah adalah Arab Saudi dan Qatar. Pada tahun yang sama, Arab Saudi mengespor minyak sebesar 33 %. Qatar mengekspor minyak sebesar 11 % dan gas alam cair sebesar 18 %.74 Pasokan energi Jepang bergantung terhadap ekspor energi Timur Tengah. Jepang memasok energi melalui jalur laut, yakni Laut Cina Selatan dan selat 73
Electricity Review Japan. The federation of Electric Power Companies of Japan 2012 tersedia di http://www.fepc.or.jp/english/library/electricity_eview_japan/__icsFiles/afieldfile/2012/10/03/201 2ERJ_2r.pdf diakses pada 23 April 2014 74 Japan Oil Import- U. S Energy Information Administration (EIA), 6.
40
Malaka. Kedua jalur tersebut digunakan sebagai jalur pengiriman minyak dan gas alam cair ke Jepang. Hal ini juga menjadi resiko besar bagi ketahanan energi Jepang karena ketidakstabilan Timur Tengah dalam beberapa tahun terakhir.
75
Namun demikian, Jepang mencoba untuk mengurangi ketergantungan terhadap minyak dengan terus mencari energi alternatif lain seperti batu bara, gas alam, tenaga nuklir dan sumber energi terbarukan termasuk solar, tteknologi gelombang biomas dan angin. 76 C. Sumber Daya Energi Rusia Rusia merupakan negara produsen dan pengekspor minyak serta gas alam dengan jumlah besar di dunia. Ekonomi Russia sangat bergantung pada ekspor energi tersebut. Pada tahun 2011 misalnya, pendapatan gas dan minyak nasional terhitung hampir 52% dari total pendapatan anggaran belanja pusat, dan meningkat hingga 70% pada tahun 2012.77 Pada tahun yang sama (2012) Rusia menjadi produsen minyak kedua setelah AS. Selain sebagai produsen minyak dan gas, Rusia merupakan produsen bahan bakar cair terbesar ke tiga setelah Saudi Arabia dan AS. Sementara itu pada awal tahun 2013, Rusia menduduki peringkat ke tiga sebagai produsen minyak dunia. Kedudukan tersebut di bawah hasil produksi Saudi Arabia dan AS. Rata- rata produksi Rusia hingga September 2013 mencapai 10, 5 juta barel per hari (bbl/d).78 75
Ned Pagliarulo, Energy Shortfall Reshapes Japan’s Foreign Policy . (Global Risk insights. 2014). Tersedia di http://globalriskinsights.com/2014/07/04/energy-shortfall-reshapesjapans-foreign-policy/ diakses pada 04 juli 2014. 76 Ned Pagliarulo, Energy Shortfall Reshapes Japan’s Foreign Policy . 77 Russian Federation, International Atomic Energy Agency edisi 2013. Tersedia di http://wwwpub.iaea.org/MTCD/publications/PDF/CNPP2013_CD/countryprofiles/Russia/Russia.htm diakses pada 05 Juni 2014 78 Russian Federation, International Atomic Energy Agency edisi 2013.
41
1.
Potensi Sumber Daya Energi Rusia.
Rusia merupakan negara dengan sumber daya melimpah. Selain memiliki wilayah yang luas, yakni 17.098,2 ribu kilometer persegi,79 negara tersebut juga menyimpan cadangan sumber daya energi terbarukan yang cukup besar.80 Beberapa wilayah yang menyimpan cadangan sumber daya energi antara lain: 1.
Siberia Siberia merupakan wilayah di bagian Timur Rusia, dengan luas wilayah mencapai 38 kilometer persegi.81 Sebagian besar produksi minyak Rusia yang berkelanjutan dimulai di Siberia Barat. Siberia barat yang merupakan daerah penghasil minyak utama di Rusia, khususnya dari Priobskoye dan ladang Samotlor. Wilayah tersebut memproduksi bahan bakar cair sebesar 6,4 juta barelper hari, hampir dari dua pertiga dari total produksi Rusia.82
2.
Urals-Volga Volga, merupakan satu dari wilayah Rusia yang memiliki hasil pertanian. Selain hasil pertanian yang besar wilayah ini merupakan salah satu wilayah dengan produksi energi tinggi. Sejak tahun 1970 an, produksi minyak dan gas di wilayah ini lebih besar jika dibandingkan dengan produksi yang dihasilkan oleh Siberia Barat. Pada tahun 2013 produksi minyak dan gas wilayah ini mencapai
79
Federal State Statistics Service (Rosstat) Russia, Moskow 2014, 2. tersedia di http://www.gks.ru/free_doc/doc_2014/rus14_eng.pdf diakses pada 05 Juni 2014 80 Brad William, Resolving the russo- Japanese territorial Dispute, Hokkaido- Sakhalin Relation, Routlage,2007, 51. 81 Federal State Statistics Service (Rosstat) Russia, 3. 82 Russia- U.S. Energy Information Administration (EIA), 2013, 3-4. Tersedia di http://www.eia.gov/countries/analysisbriefs/Russia/russia.pdf diakses pada 20 februari 2014
42
22% dari total produksi Rusia.83 Sedangkan wilayah Volga, merupakan salah satu ladang dengan wilayah yang relatif kecil dibandingkan dengan ladang- ladang di wilayah lain, bahan bakar cair yang dihasilkan mencapai 140 juta barel per tahun.84 3.
Semenanjung Yamal/ Lingkaran Artik Wilayah ini berlokasi di Yamal- wilayah Nenets Autonomous, dan tidak bergabung dengan Siberia Barat. Sebagian besar wilayah ini terkenal dengan produksi gas. Pengembangan dan eksplorasi minyak mentah relatif baru di wilayah tersebut. Pembangunan jalur pipa di ladang ini sedang dalam proses konstruksi. Jalur pipa tersebut akan beroperasi melalui tiga tahap, dan tahap pertama akan selesai pada akhir 2014.85
4.
Kaukasus Utara Kaukasus Utara merupakan salah satu wilayah dengan ladang minyak yang relatif kecil. Walaupun demikian terdapat potensi sumber daya gas dan minyak bumi melimpah di beberapa wilayah tersebut seperti ladang Hvalyn, Rakushechni, Sarmatian, Zapadno dan ladang Rakushechnoye.86
5.
Timan- Pencora Wilayah Timan- Pechora dan pantai Barent terletak dibagian utara Rusia. Wilayah ini berpotensi menghasilkan minyak dan gas yang
83
Russia- U.S. Energy Information Administration (EIA), 2013, 4. Ibid. 4. 85 Ibid. 5. 86 Ibid, 5. 84
43
relatif kecil. Disini terdapat beberapa lading minyak seperti, ladang Prirazlamnoye dan Stokhman. Meskipun potensi minyak dan gas bumi di wilayah ini kecil, namun Gazprom akan menjalankan Proyek ekplorasi di wilayah ini.87 a.
Sumber Daya Pulau Sakhalin
Pulau Sakhalin terletak di bagian Timur Rusia, Sumber daya energi Rusia sebagian besar di eksplorasi di pulau tersebut. Luas pulau Sakhalin mencapai 76,4 kilometer persegi.88 Pulau Sakhalin adalah salah satu pulau terpisah di wilayah federasi Rusia. Pulau tersebut terletak di antara laut Okhotsk. luas wilayah pulau Sakhalin yang membentang dari Utara ke selatan mencapai 948 kilometer. Sebagian besar daratan pulau Sakhalin di dipenuhi dengan pegunungan.89 Wilayah Pulau Sakhalin memiliki panjang sebesar 948 km (589mil), dan lebar sebesar 25170 km (16-106 mil). Pulau Sakhalin memiliki beberapa wilayah yang berpotensi menghasilkan cadangan minyak dan gas bumi seperti, ladang Odoptu, Arkuntun-Dagi, ladang Chaivo, Piltun-Astokhskoye, Lunskoye, Kirinskoye dan Veninskoye.90 LadangLadang tersebut diperkirakan akan menjadi wilayah penghasil minyak dengan kapasitas besar di masa depan. Pulau Sakhalin berkontribusi sebanyak 3% dari total produksi sumber daya energi di Rusia.91 Pulau Sakhalin dipisahkan oleh selat Maiya dan selat Tartar di bagian 87
Russia- U.S. Energy Information Administration (EIA), 2013, 5 Federal State Statistics Service (Rosstat) Russia, 3 89 About Sakhalin Region, Official Website The Governor and Goverment of The Sakhalin Region. Tersedia di http://en.admsakhalin.ru/index.php?id=525 diakses pada 04 September 2014. 90 Alexey Mastepanov, Gas Development trend in Eastern Siberia and Sakhalin, (Economic Research institute for Northeast Asia- ERINA Report vol.92, 2010), 43. 91 Russia- U.S. Energy Information Administration (EIA), 2013. h. 5 88
44
barat. Sedangkan dari Hokkaido-Jepang berbatasan langsung dengan selat Soya. Saat ini Pulau Sakhalin merupakan bagian dari wilayah Federasi Rusia. Wilayah federasi tersebut termasuk didalamnya adalah Kepulauan Kuril. Wilayah yang memiliki total luas mencapai 87.100 kilometer persegi.92 Perekonomiannya bertumpu pada ekspor minyak, gas, batu bara, mineral, hasil hutan dan hasil perikanan. Selain itu pulau ini pula memiliki sumber daya hayati melimpah dengan sumber air panas yang dapat menarik witasawan.93 Gambar 2. 4 Peta Pulau Sakhalin
Sumber: U. S Energy Information Administration (EIA)
Sejumlah 90% produksi dari sektor industri yang dimiliki berupa minyak dan gas.94 Sumber daya dan bahan bakar energi merupakan ekspor utama dari wilayah ini. Pada tahun 2013 ekspor energi pulau Sakhalin mencapai 92,6 % dari total ekspor. Tercatat sebanyak lima juta ton minyak mentah diekspor dengan biaya sebesar 4,8 milyar dolar AS. Ekspor energi pulau Sakhalin terhadap negera-
92
Tapping into the Energy Resources- South East Asia- Sakhalin. Report 2009- World Investment www.winne.com/dncountryrepory.php?id=182 diakses pada 04 September 2014. 93 Sakhalin’s Size. Official Website of The Governor and Goverment of The Sakhalin Region. Tersedia di http://en.admsakhalin.ru/ diakses pada 04 September 2014. 94 Sakhalin’s Economic, Official Website of The Governor and Goverment of The Sakhalin Region. Tersedia di http://en.admsakhalin.ru/index.php?id=542 diakses pada 04 September 2014
45
negara Asia cukup besar. Total minyak mentah yang dikirim ke Jepang pada tahun 2013 mencapai 30,9 % dari total ekspor minyak pulau Sakhalin. Sedangkan total pengiriman LNG ke Jepang mencapai 76,8 %. Jumlah ini mengungguli total impor LNG Korea (20,6 %) dan Cina(1,3%). Kemudian pada sektor batu bara total ekspor Sakhalin pada tahun yang sama mencapai 33,7 %, begitu juga dengan hasil laut impor Jepang mencapai 16,6 %.95 Hingga tahun 2012 sebanyak 600 proyek di konstruksikan oleh lebih dari 100 investor di pulau tersebut. Pada tahun 2012 sebanyak 699 milyar rubel digelontorkan pada tahun 2012.96 Sektor utama bagi penanam modal asing di Pulau Sakhalin adalah bahan bakar dan energi, sebesar 99,6% dari total jumlah investasi asing pada tahun 2013. Pada tahun yang sama terdapat negara-negara penanam modal kunci, yang menanamkan modalnya secara permanen. Beberapa negara tersebut seperti Jepang yang menanam modal sebesar 28,7%, Belanda sebesar 27,2%, Bahama 26,3% dan India sebesar 17,5%. Negara-negara tersebut merupakan negara-negara kunci dalam penanaman modal asing di Pulau Sakhalin.97 Pada tahun 2009 cadangan minyak pulau Sakhalin mencapai 73 %, 90 % dari total cadangan minyak ditemukan dan terkonsetrasi pada distrik Okha dan Nogliki. Kenaikan investasi terlihat pada tahun 2012
yang mencapai
197.600.000.000 rubel. Hal ini mengalami peningkatan sebesar 101,2 % dari
95
Foreign Trade, Official Website of The Governor and Goverment of The Sakhalin Region. Tersedia di http://en.admsakhalin.ru/index.php?id=543 pada 04 September 2014 96 Shakalin’s Economci, Official Website of The Governor and Goverment of The Sakhalin Region. Tersedia di http://en.admsakhalin.ru/index.php?id=542 pada 04 September 2014 97 Foeign Investment, Official Website of The Governor and Goverment of The Sakhalin Region. Tersedia di http://en.admsakhalin.ru/index.php?id=543 pada 04 September 2014
46
tahun 2011. Sektor penting di wilayah ini adalah minyak dan gas. Proyek tersebut dapat meningkatkan jumlah investasi asing di pulau Sakhalin ini. Peningkatan investasi dua proyek tersebut mencapai 60 % pada tahun 2013.98 2.
Perluasan Destinasi Energi Rusia
Sejak berakhirnya Perang Dingin dan runtuhnya Uni Soviet, Rusia telah mengalami transformasi melalui konflik dengan negara-negara tetangga. Perubahan tersebut menuju arah yang positif. Transformasi tersebut diiringi dengan kesediaan Rusia untuk membuka diri dalam beberapa kerjasama dengan negara-negara Asia.99 Hal ini disertai dengan pembangunan infrastruktur oleh pemerintah Rusia yang semakin memadai di beberapa wilayah di negara tersebut.100 Saat ini, Presiden Vladimir Putin dan Perdana Menteri Dmitry Medvedev berusaha menstabilkan politik nasional dan memodernisasi perekonomiannya. Perhatian mereka terpusat pada pengembangan di wilayah timur Rusia, yang berpotensi dan mampu berperan sebagai “jembatan Asia”. Siberia atau wilayah Timur merupakan wilayah dengan sumber daya energi melimpah. Dengan adanya beberapa ladang di Siberia yang berpotensi menghasilkan minyak dan gas, diharapkan akan menarik investasi asing, khususnya Asia untuk menanamkan modal dan melakukan eksplorasi di wilayah tersebut. Selanjutnya diharapkan akan memberikan manfaat bagi keuntungan perekonomian dan politik Rusia.101
98
Official Website of The Governor and Goverment of The Sakhalin Region. Tersedia di http://en.admsakhalin.ru/ diakses pada 04 September 2014. 99 Tsuneo Akaha & Anna Vassilieva, Russia and East Asia- Informal and Gradual Integration - Introduction: Russia and East Asia, (New York, Routledge 2014),17. 100 Ibid, 18. 101 Ibid, 18.
47
Pada masa Uni Soviet, Moskow dianggap gagal dalam mengembangkan infrastruktur dan modernisasi industri di wilayah tersebut. Apabila Rusia diintegrasikan dengan negara-negara Asia Timur secara bilateral maupun multilateral, maka wilayah Timur Jauh dan Siberia akan menjadi koneksi penting di kawasan tersebut. Hal ini kemungkinan yang akan ditawarkan oleh wilayah Timur Jauh dan Siberia sebagai wilayah yang secara geografis berdekatan dengan negara-negara Asia Timur, dan akan mendukung adanya perdagangan antar negara. Selain itu wilayah timur tersebut akan berfungsi sebagai pintu masuk bagi modal dan penanam modal, teknologi, jasa dan tenaga kerja dari negara-negara Asia Timur.102 Pada tahun 2012, sekitar 79% dari produksi minyak mentah Rusia di ekspor ke negara-negara eropa, termasuk didalamnya negara-negara di Eropa Timur, terutama, Jerman, Belanda, dan Polandia. Sekitar 18 % dari ekspor minyak mentah Rusia di ekspor untuk negara-negara Asia. Ekspor Rusia juga meluas ke beberapa negara di wilayah lain, seperi AS, Kanada, Brazil dan Kolumbia. Tercatat beberapa negara destinasi ekspor minyak mentah Rusia antara lain; Hungaria, Bulgaria, Inggris, Spanyol, Prancis, Itali, Lithuania, Swedia, Finlandia, Belarusia, Belanda, dan Jerman. Ekspor minyak mentah sebagian besar ditujukan ke negara-negara di wilayah Eropa, sedangkan di wilayah Asia terdapat Cina, Jepang dan Korea selatan sebagai destinasi ekspor minyak mentah Rusia.103 Menurut data Energy Information Administration, Rusia juga merupakan negara
102
Tsuneo Akaha & Anna Vassilieva. Russia and East Asia- Informal and Gradual Integration, 26. 103 Overview- Russia (U. S. Energy Information Administration-EIA), 8. Tersedia di http://www.eia.gov/countries/analysisbriefs/Russia/russia.pdf diakses pada 12 februari 2014.
48
pengekspor gas tebesar di dunia pada tahun 2013 mengungguli Iran, Qatar dan AS. Pada tahun tersebut ekspor gas alam Rusia mencapai 1.688 triliun kaki kubik (Tcf).104 Keterlibatan Rusia di Asia pertama kali terlihat dalam KTT Asia TimurEast Asia Summit (EAS) bersama negara-negara Amerika di Indonesia pada bulan November tahun 2011.105 EAS membahas mengenai isu strategis, politik dan ekonomi, salah satunya adalah menjalin hubungan saling menguntungkan dan menjaga perdamaian kawasan.106 Rusia telah menginvestasikan puluhan miliar dolar dalam pembangunan infrastruktur berskala besar di Timur Jauh dalam rangka mempersiapkan diri sebagai tuan rumah dalam konferensi tingkat tinggi (KTT) Asia- Pacific Economic Cooperations (APEC) di Vladivostok pada bulan September tahun 2012.107 Uraian di atas menjelaskan partisipasi Rusia dalam berbagai bentuk kerjasama di kawasan regional. Ini menunjukkan keseriusan Rusia dalam membangun mitra di kawasan tersebut. Di sisi lain, Rusia menunjukkan konsistensinya dalam memperluas ekspansi energinya yang tidak hanya di wilayah Eropa, namun juga Asia-Pasifik. Perluasan ekspansi ini akan memperdalam integrasi Rusia di kawasan Asia-Pasifik, khususnya dalam membangun mitra dagang di bidang energi negara tetangga seperti Jepang.
104
Overview- Russia (U. S. Energy Information Administration-EIA), 10. Tsuneo Akaha & Anna Vassilieva. Russia and East Asia- Informal and Gradual Integration, 18. 106 Konfenersi Tingkat Tinggi Asia Timur (East Asia Summit). Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia- ASEAN, 2012. Tersedia di http://kemlu.go.id/Pages/Asean.aspx?IDP=3&l=id diakses pada 19 Agustus 2014. 107 Tsuneo Akaha & Anna Vassilieva. Russia and East Asia- Informal and Gradual Integration, 19. 105
49
BAB III. DINAMIKA HUBUNGAN JEPANG-RUSIA Bab ini terdiri dalam dua bagian. Pada bagian pertama dijelaskan tentang sejarah sengketa kepulauan Kuril dan sumber daya yang terkandung di kepulauan tersebut, untuk menunjukkan potensi yang dimiliki pulau sengketa. Selanjutnya bagian kedua memaparkan pasang surut hubungan bilateral Jepang-Rusia pasca Perang Dunia II. Hubungan bilateral tersebut meliputi tensi kedua negara dan kerjasama ekonomi dan energi baik dalam bentuk bantuan maupun penanaman modal. A.
Sengketa Kepemilikan Pulau Jepang-Rusia Hubungan bilateral Jepang-Rusia memiliki sejarah panjang. Hubungan
kedua negara (Jepang-Rusia) selalu diwarnai dengan perang perebutan wilayah, konflik dan ketegangan. Ketegangan kedua negara tersebut terjadi sejak masa kekaisaran.108 Konflik kedua negara berlanjut ketika Perang Dunia I hingga Perang Dunia II berakhir. Hal ini disebabkan karena kedua negara, Jepang dan Rusia merupakan negara besar yang gemar melakukan ekspansi ke wilayah lain dengan tujuan memperluas wilayah dan untuk mengeksploitasi kekayaan alam dari negara jajahan.109 Aksi saling klaim dua negara (Jepang-Rusia) terhadap beberapa pulau di wilayah Pasifik ini membuat hubungan kedua negara semakin renggang. Disela- sela konflik tersebut, kedua negara terlibat dalam beberapa
108
Jonah Asher. Sakhalin Island: Shaping Modern Japanese- Russian Relations, (Missouri Proquest LLC 2009), 9-10. Dikutip dari Fitria Rahmawati. 109 Fitria Rahmawati, Kerjasama antara Rusia dan Jepang dalam Menangani Sengketa Kepulauan Kurill Selatan Periode 2003-2011. (Hubungan Internasional- FISIP Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013), 44.
50
perjanjian damai. Sebagaimana pada tahun 1853, Rusia pertama kalinya menancapkan bendera di Pulau Sakhalin bagian utara dan menyatakan kepemilikan pulau tersebut.110 Aksi Kekaisaran Rusia tersebut mengundang protes dari pihak Jepang.111 Kemudian untuk pertama kalinya diadakannya perjanjian Simodha (Simoda Treaty) pada tahun 1855. Perjanjian tersebut menghasilkan beberapa perjanjian, yakni perjanjian perdagangan, navigasi dan delegitimasi antara Jepang dan Rusia.112 Selain itu perjanjian Simoda menentukan batas pulaupulau sengketa, seperti batas Pulau Etorofu dan Uruppu sebagai bagian dari Rusia. Dengan kata lain seluruh Kepulauan Kuril bagian utara menjadi milik Kekaisaran Rusia, sementara bagian selatan adalah milik Kekaisaran Jepang.113 Namun perjanjian tersebut tidak serta merta mampu menurunkan tensi sengketa dua kakaisaran, hingga masa kekaisaran Rusia berakhir.114 Pasca Perjanjian Simoda, terjadi perang antara Jepang, Cina dan kekaisaran Rusia pada tahun 1856. Dalam perang tersebut, Jepang mampu mengalahkan Cina. Kekalahan tersebut memaksa Cina menandatangani Traktat Aigun 1858 yang didalamnya berisi bahwa kekaisaran Cina harus mnyerahkan teritorialnya di wilayah Utara dari Heilongjiang (Amur) dan Timur Ussuri,
110
Marilyn Macgruder Barnewell. When The Swan’s Neck Breaks, Philadelphia, Xulon press, 2008 dikutip dari Fitria Rahmawati. h.26 111 Time Table of Sakhalin Island,2009 112 Kimie Hara, Japanese-Soviet/Russian Relation Since 1945. Nisan Institute, Routladge. Japan, 12. 113 Ibid, 12 114 Pradyumna Pasat Karan, Dick Gilbreath. Japan in the 21st Centtury; Environtment, economy, and Society. Kentucky, Universitu of kentucky 2005,h 300di kutip dari Fitria Rahmawati.
51
termasuk pulau Sakhalin.115 Mengetahui hal tersebut kekaisaran Jepang mambuat tugu prasasti di Sakhalin Utara dan menyatakan bahwa seluruh pulau sakhalin menjadi milik kekaisaran Jepang. Kekaisaran Jepang dan Rusia kembali melakukan negosiasi melalu traktat St. Petersburg (St.Petersburg Treaty) pada tahun 1875. Dalam traktat tersebut kedua kekaisaran sepakat untuk malakukan pertukaran wilayah. Kekaisaran Jepang bersedia menyerahkan wilayah Sakhalin kepada kekaisaran Rusia, agar Jepang dapat kembali menguasai wilayah Kuril yang terletak antara Kamchatka dan Hokkaido tersebut.116 Kemudian keseluruhan kepulauan Kuril berada pada teritori kekaisaran Jepang, sementara sebagai gantinya kekaisaran Rusia berhak atas Pulau Sakhalin. Aksi saling klaim Kepulauan Kuril berlanjut pada peperangan yang terjadi pada bulan Februari tahun 1904. Konflik berdarah yang terjadi antara JepangRusia berlangsung selama satu tahun. Perang terjadi ketika Kekaisaran Rusia mencari pelabuhan air hangat (warm water port) di pelabuhan Arthur-Manchuria untuk digunakan sebagai armada angkatan laut dan sebagai pusat perdagangan maritim.117 Dalam perang tersebut imperialis Rusia mengalami kekalahan, dan perang berakhir ketika ditandatanganinya perjanjian Portsmouth (Portsmouth
115
Michel Share B. Where Empires collided; Russian and Soviet Relations with Hong Kong, Taiwan, Macao. Hongkong, Chenese University Press 2007 h,263 dikutip dari Fitria Rahmawati.h, 25 116 Thomas J Schoenboum. Peace in Northeast Asia, Resolving Japan’s territorial and Maritime Dispute with China, Korea and the Russia Federation. Edwar Elgar, 2008, 52 117 Ibid, 52
52
Treaty) pada tahun 1905118. Pada tahun 1905 tersebut Jepang mengalahkan Rusia, sehingga Jepang mengakuisisi Pulau Sakhalin Selatan sebagai bagian dari Jepang. Kemudian hubungan bilateral kedua negara Jepang-Rusia semakin buruk, hingga terjadi konflik terbuka dan bentrok militer. Jepang melakukan penyerangan di beberapa wilayah, seperti Siberia.119 Hal tersebut terus berlangsung hingga Perang Dunia II berakhir. Pada tanggal 15 Agustus 1945, Kaisar Hirohito menyatakan Jepang menyerah tanpa syarat pada sekutu.120 Pasca penyerahan Jepang terhadap sekutu, Kepulauan Kuril disita oleh pasukan Uni Soviet. Penyitaan kepualauan Kuril tersebut kurang dari satu tahun, dimulai pada akhir bulan Agustus tahun 1950 hingga pada awal bulan Agustus tahun 1951. Keputusan tersebut diambil setelah penandatangaan perjanjian San Fransisko oleh Uni soviet pada tahun 1951.121 Sejak ditetapkannya perjanjian tesebut Uni Soviet dan Jepang kembali bernegosiasi, namun negosiasi tersebut terhenti karena terdapat perbedaan pendapat terkait klaim Kepulauan Kuril. Negosiasi yang dilaksanakan pada tahun 1995 hingga 1956 tersebut membicarakan mengenai pembagian pulau yang disengketakan.122 Hasil negosiasi tersebut menyatakan bahwa Pulau Shikotan dan Habomai diberikan kepada otoritas Jepang.
118
The Treaty of Portsmouth and The Russo- Japanese War 1904-1905, U.S. Department of State Office of the Historian. Tersedia di https://history.state.gov/milestones/18991913/portsmouth-treaty diakses pada 03 September 2014 119 Kimie Hara. Japanese- Soviet/ Russian relations Since 1945- Dificult Peace. Routlage, 2005, 13 120 Ibid, 13 121 The Treaty of Portsmouth and The Russo- Japanese War 1904-1905. 122 Ibid.
53
Pada awalnya Jepang menyetujui dan menerima putusan tersebut, namun Jepang mendapat kritik dan tekanan dari pihak luar yakni oleh pemerintah AS. Pemerintah AS memaksa Jepang untuk merubah kesepakatan dengan menyatakan bahwa keempat pulau sengketa (Iturup, Kunashir, Habomai, Sikhotan) harus menjadi milik Jepang. Dengan demikian Jepang hanya bersedia menandatangani perjanjian tersebut apabila Uni Soviet menyerahkan Kepulauan Kuril secara utuh. Pemerintah Jepang juga menekankan, apabila Pulau Etorofu dan Kunashiri tidak disertakan dalam perjanjan tersebut maka masalah teriotrial dan perjanjian damai kedua negara tersebut tidak akan selesai. Selanjutnya, Jepang mulai mengklaim pulau Etorofu dan Kunashiri. Wilayah yang disebut Jepang sebagai wilayah selatan ini inheren atau bagian dari pemerintah Jepang. Pada tahun 1960 di Jepang gencar dipromosikan sebuah gerakan nasional untuk mengembalikan wilayah utara tersebut. Gerakan tersebut mencapai puncaknya pada tahun 1980. Pada saat itu Presiden AS Ronald Regan menjadi musuh Uni Soviet. Tensi AS dan Rusia tersebut diharapkan dapat mendukung pemerintah Jepang yang anti dengan kebijakan Uni Soviet. Gerakan nasional yang dilakukan oleh Jepang tersebut di atas, memperoleh respon Uni Soviet yang diwakili oleh Menteri Luar Negeri Negeri, Nikita Krushchev yang menyatakan bahwa Rusia hanya akan menyerahkan dua pulau dari Kepulauan Kuril, sesuai dengan perjanjian di tahun 1956.123 Namun demikian, pemerintah Jepang tetap konsisten terhadap pilihannya, bahwa Jepang hanya bersedia menyetujui perjanjian damai dengan Rusia apabila negara tersebut
123
Akhiro Iwashita, The Northern Territories and Russo- Japan Relation. p. 3
54
bersedia mengembalikan empat pulau sengketa.124 Sengketa kepulauan yang melibatkan Jepang-Rusia tentu memberi dampak terhadap hubungan bilateral kedua negara tersebut. Hingga dewasa ini, sengketa wilayah tersebut tetap menjadi pekerjaan rumah bagi kedua negara. Sejak tahun 2001, Rusia telah mendapatkan kembali kekuasaan dan statusnya di lingkungan internasional, sedangkan Jepang fokus terhadap wilayah utara dalam hubungan bilateralnya dengan Rusia. Namun pada tahun 2010, Jepang menerapkan kebijakan baru, yakni memperluas hubungannya dengan Rusia di berbagai sektor. Sementara di sisi lain Presiden Rusia Vladimir Putin telah mengisyaratkan kesediaannya untuk melakukan negosiasi terkait dua pulau yang telah disengketakan tersebut.
Presiden Vladimir Putin sedikitnya telah
melakukan lima kali pertemuan dengan Perdana Menteri Jepang Sinzo selama dua tahun terakhir (Desember 2012 hingga Februari 2014).125 Dalam pertemuan tersebut Sinzo Abe menyampaikan adanya keinginan untuk mempertahankan hubungan positif dan mampu menyelesaikan sengketa dengan Rusia. 126 Meskipun kedua negara sadar kedekatan Jepang dengan AS juga akan mempengaruhi hubungan bilateral Jepang-Rusia. Namun kedua negara yakin akan mampu membina hubungan baik dan positif. Selama ratusan tahun hubungan bilateral Jepang-Rusia selalu diwarnai oleh perang,
perebutan wilayah , konflik dan ketegangan. Ketegangan antar
124
Brad Williams, Hokkaido and the Northern Territories, 26 Yoko Hirose, Japan’s Global Diplomacy: Japan-Russia Relation. Executive Summary. 2014, 2. 126 Ibid, 2 125
55
kedua wilayah tersebut terjadi sejak masa kekaisaran,127 dilanjutkan ketika Perang Dunia I berlangsung, hingga akhir Perang Dunia II berakhir kedua negara selalu berkonflik. Hal ini disebabkan karena Rusia dan Jepang merupakan dua negara imperialis yang gemar melakukan ekspansi ke wilayah lain demi memperluas wilayahnya dan juga untuk mengeksploitasi kekayaan alam dari negara yang dijajahnya tersebut.128 Kepulauan Kuril memiliki arti strategis bagi hubungan bilateral Jepang-Rusia. Keduanya memiiki klaim atas pulau ini. Penyebab utama renggangnya hubungan luar negeri Jepang-Rusia ini terletak pada sengketa yang terjadi pada wilayah selatan Rusia. Gambar 3.1 Peta Kepulauan Kuril dan Sakhalin
Sumber: Geography-The Kuril and Sakhalin Island Controversy129
Kepulauan ini terdiri dari gugusan pulau yang terletak diantara semenanjung Kamchatka pada bagian Selatan dan pulau Hokkaido dibagian Utara. Pulau-pulau yang disengketakan ini adalah empat pulau terbesar dalam kepulauan tersebut. Pertama, adalah Pulau Etorofu yang memiliki luas 3.200 127
Jonah Asher . Sakhalin Island: Shaping Modern Japanese- Russian Relations, (Missouri Proquest LLC 2009), 9-10. 128 Fitria Rahmawati, Kerjasama antara Rusia dan Jepang dalam Menangani Sengketa Kepulauan Kurill Selatan Periode 2003-2011, 44. 129 Geography- The Kuril and Sakhalin Island Controversy, tersedia di http://geography.about.com/library/weekly/aa021400a.htm diakses pada 18 Agustus 2014.
56
kilometer persegi. Kedua, yakni Pulau Kunashiri yang memiliki luas kurang lebih 1.500 kilometer persegi. Pulau ketiga adalah pulau Habomai yang memiliki luas 100 kilometer persegi. Kemudian pulau terakhir adalah Pulau Shikotan dengan luas wilayah sebesar 250 kilometer persegi.130 Kepulauan Kuril penting bagi pertumbuhan ekonomi Jepang, mengingat Jepang tidak memiliki sumber daya sendiri. Sementara itu pulau Etorofu dan Kunashiri memiliki hutan lebat dan mengandung cadangan timah, seng, tembaga, nikel, sulfur, dan logam sulfida. Selain itu pulau Sikhotan dan Habomai menjadi penghasil ikan dan hasil laut terbesar di wilayah tersebut. Meskipun secara geografi pulau- pulau tersebut tidak memiliki alat transportasi dan infrastuktur baik, namun secara garis besar gugusan pulau yang menjadi ajang sengketa Jepang-Rusia tersebut dapat memenuhi sumber daya mineral, kayu, dan hasi laut131. Empat pulau tersebut memiliki lahan perikanan yang kaya akan hasil laut dan memiliki cadangan lepas pantai seperti minyak dan gas. Sektor pariwisata menjadi sumber pendapatan bagi pulau ini. Sedangkan pulau Iturup juga memiliki cadangan langka renium di gununga berapi Kudriavhy.132 B. Kerjasama Ekonomi dan Energi Jepang-Rusia hingga tahun 2009 1.
Kerjasama Ekonomi Jepang-Rusia
Letak kedekatan geografis Jepang-Rusia memberi peluang kerjasama dan konflik bagi keduanya. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya sengketa wilayah
130
Akhiro Iwashita, The Northern Territories and Russo- Japan Relations, 2. Brad Williams. Resolving the Russo- Japanese Territorial Dispute, Hokkaido(Sakhalin Relation. New York, Routlage, 2006), 21. 132 Kuril Islands Dispute between Russia and Japan. BBC News Asia- Pacific tersedia di http://www.bbc.com/news/world-asia-pacific-11664434 diakses pada 14 februari 2013. 131
57
kepulauan yang terjadi antara kedua negara semenjak Perang Dunia II berlangsung. Sengketa masalah kepulauan tersebut menjadi batu sandungan bagi kedua negara untuk menjalin kerjasama secara konsisten. Hubungan bilateral yang buruk tersebut menjadi penghalang bagi hubungan bilateral kedua negara, baik dari segi politik, kerjasama dan perdagangan. Hubungan bilateral Rusia – Jepang pasca Perang Dunia II hingga Perang Dingin
berlangsung tanpa adanya akivitas diplomatik diantara keduanya.
Pandangan ini terlihat hingga berakhirnya Perang Dingin pada tahun 1990-an yang ditandai dengan kekalahan Uni Soviet dalam perang tersebut. Pada tahun yang sama, Uni soviet mengalami masa transisi di berbagai bidang termasuk dalam bidang ekonomi.133 Dalam hal ini negara tersebut mengalami ketidak stabilan ekonomi untuk kesekian kalinya. Pada masa- masa sulit tersebut, Amerika Serika yang tergabung dalam Group of Eight (G8),134 memberikan bantuan kepada Rusia. Pinjaman tersebut berupa finansial dan investasi secara langsung melalui organisasi Internasional yang sama, untuk mendesak Jepang membantu perekonomian Rusia. Pada tahun 1990-1994 perekonomian Jepang mengalami masa kejayaan ditandai dengan tingkat perekonomian Jepang meningkat. Perindustrian Jepang
133
Thomas J. Schoenbaum. Peace in Northeast Asia. 2008, 117. Jepang, AS dan Uni Soviet tergabug sebagai anggota G8. Kelompok delapan/ Group of Eight (G8) terdiri dari delapan negara anggota yang memiliki kemapanan ekonomi. Kelompok ini didirikan pada tahun 1975. Fungsi dibentuknya G8 adalah untuk membantu perekonomian negara-negara berkembang utamanya dalam menghadapi krisis minyak. Adapun negara-negara yang tergabung dalam G8 antara lain; AS, Perancis, Jerman, Jepang, Kanada, Italia, Inggris, dan Rusia. 134
58
meningkat di berbagai bidang utamanya di bidang teknik dan otomotif.135 Pada tahun 1991, Jepang menyepakati usulan G8 untuk memberikan bantuan ekonomi berupa investasi. Bantuan Jepang terhadap Rusia tersebut bersyarat. Syarat yang diajukan Jepang terkait dengan isu teritorial yang menjadi sengketa antara kedua negara tersebut. Jepang tetap tidak menyetujui keputusan dalam perjanjian San Fransisko pada tahun 1951.136 Hal ini berarti bahwa masalah sengketa akan tetap berlanjut. Dalam bantuan tersebut, Jepang memberikan investasi ke beberapa daerah di Rusia. Selain investasi Jepang membantu industri Rusia dengan memasok alat-alat indutri ke pabrik-pabrik di beberapa tempat di Rusia.137 Dalam kurun waktu 1990-1994 Jepang mengalokasikan sebanyak 700 juta dolar AS untuk proyek untuk pembangunan pipa gas di wilayah Timur jauh Rusia. Selain itu, Sejumlah 200 ribu dolar AS juga dialokasikan untuk memoderenisasi stasiun radio di Khabarovsk- Moskow.138 Tidak hanya berhenti di sini, kebutuhan energi Jepang maupun Rusia untuk memperkuat ekonominya terlihat pada kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah Rusia terhadap Jepang pada tahun 2000. Pada tahun 2000 kedua negara memperluas hubungan kerjasama energi mereka satu sama lain. Kemudian secara bertahap kedua negara menjalankan hubungan ekonomi dan perdagangan pada tahun-tahun berikutnya, kedua negara
135
Poppy Dwi Suri, Faktor Sengketa Kepulauan dalam hubungan Ekonomi Jepang-Rusia (1993-2001), Hubungan Internasional- Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004.h.15 136 Akhiro Iwashita, The Northern Territories and Russo- Japan Relations, 3. 137 Poppy Dwi Suri, Faktor Sengketa Kepulauan dalam hubungan Ekonomi JepangRusia,16 138 Poppy Dewi Suri,16.
59
percaya bahwa dengan kerjasama ini pertumbuhan ekonomi mereka akan semakin kuat.139 2.
Kerjasama Energi Jepang-Rusia
Terlepas dari masalah politik, strategis dan ekonomi pada masa Perang Dingin . Jepang dan Uni Soviet mulai mendiskusikan kemungkinan melakukan pembangunan sumber daya energi bersama. Kedua negara merencanakan pembangunan proyek energi di Uni Soviet, khususnya di wilayah Timur Jauh Soviet dan Siberia Barat. Selain pengembangan minyak mentah dan gas, inisiatif bilateral yang difokuskan pada pembangunan proyek transportasi, infrastruktur dan industri pertambangan, khususnya batu bara. Proposal dari proyek pengembangan energi antara Uni Soviet- Jepang pertama kali terwujud pada tahun 1970.140 Proyek tersebut difokuskan terutama pada pengembangan sumber daya energi di Siberia Barat seperti proyek Gas Alam Yakutia dan pembangunan proyek minyak Tyumen dan pengembangan di Timur Jauh Uni Soviet seperti, proyek eksplorasi minyak dan gas di Sakhalin. Namun demikian selain proyek Sakhalin, realisasi proyek-proyek tersebut gagal karena sejumlah faktor. Secara khusus, terdapat ketegangan politik dan pertimbangan strategis dalam menjalankan proyek-proyek tersebut. Hal ini disebabkan oleh persaingan selama Perang Dingin berlangsung antara Uni Soviet 139
Svetlana Vassiliouk, Contemporary Japanese- Russian Energy Cooperation: Problem, Curren Development, and Perspectives, History of Bilateral Cooperation; Lesson and Problem from the Past. School of Global Japanese Studies. (Meiji University, Tokyo.2012), 3. Tersedia di http://paperroom.ipsa.org/app/webroot/papers/paper_11465.pdf diakses pada 5 Mei 2014 140 Svetlana Vassiliouk, 4
60
dan AS. Kedua negara, baik AS dan Jepang memiliki peran penting dalam menjalankan inisiatif dalam pengembangan proyek energi dan proyek bilateral di kawasan Uni Soviet. Mekipun Jepang menjalankan kerjasama bersama Uni Soviet, namun seperti sekutu militer AS yang lain, Jepang juga harus mempertimbangkan kerjasama tersebut. Pertimbangan ini, diperparah dengan belum terselesaikannya sengketa Kepulauan Kuril. Hal tersebut mengakibatkan adanya pergeseran kebijakan Jepang terhadap politisasi perdagangan dan energi kerjasama dengan Uni Soviet. Pada awal 1980-an Jepang membuat kebijakan mengenai hubungannya dengan Uni Soviet tersebut.141 Kebijakan luar negeri Jepang terhadap Rusia tersebut berkembang menjadi apa yang disebut dengan kebijakan Seikei-fukabun yakni ketidak-terpisahan politik dan ekonomi.142 Kebijakan ini membatasi ruang kerjasama antara Rusia dan Jepang dalam beberapa dekade terakir. Di bawah ini terdapat Tabel yang menunjukkan kerjasama Proyek pengembangan sumber daya energi antara Jepang-Rusia Pada tahun 1970-an. Dalam sebuah jurnal yang diterbitkan oleh Universitas Meiji Jepang menguraikan analisis kerjasama Jepang-Rusia ini berdasarkan beberapa tahap.143 Terdapat tiga tahap utama dalam pengembangan hubungan bilateral Jepang-Rusia selama lima puluh tahun terakhir sejak tahun 1960-an. Pada tahap pertama, dimulai pada akhir tahun 1960-an. Seperti yang tercantum dalam tabel/ bagan di
141
Kimie Hara, Japanese- Soviet Russian relations Since 1945- Difficult Peace, 2005, 73. Svetlana Vassiliouk. Contemporary Japanese- Russian Energy Cooperation: Problem, Curren Development, and Perspectives, 4. 143 Svetlana Vassiliouk, 4. 142
61
bawah, yang mana Jepang menjadi pemain aktif dalam proyek eksplorasi dan pengembangan wilayah di timur jauh Rusia dan pembangunan infrastruktur di Siberia. Kemudian dianjutkan dengan penandatanganan beberapa proyek bersama oleh pemerintah Jepang dan Uni Soviet. Proyek tersebut yakni proyek kerjasama di bidang kehutanan, proyek ini ditandatangani pada tahun 1968. Proyek kehutanan tersebut diawali dengan pengembangan industri kertas yang dijalankan pada tahun 1971. Kemudian pengembangan dilanjutkan dalam proyek batu bara dan gas alam di wilayah Yakutia Selatan yang dilaksanakan pada tahun 1974. Dilanjutkan dengan pengembangan ladang minyak dan gas di wilayah Sakhalin pada tahun 1975. Dalam kurun periode 1960-1970 Uni Soviet dan Jepang menjadi mitra dagang di kawasan tersebut.144 Pada tahap kedua hubungan Russia- Jepang dimulai pada tahun 1986-1988 ketika Mikhail Gorbachev mengemukakan beberapa ide-ide baru mengenai kerjasama Uni Soviet dengan negara-negara di kawasan Asia Pasifik. Pada tahun 1987 undang-undang Joint Venture (JV) mulai berlaku. Undang-undang tersebut merupakan Undang-undang yang mengatur hubungan dagang dan kerjasama antara Rusia dan Jepang. Uundang- undang JV ketiga yang terdaftar di Uni Soviet diciptakan dengan modal dari perusahaan Jepang. Pada tahun 1988 merupakan tahun-tahun awal kedua negara melakukan perdagangan luar negeri. Hal ini dianggap sebagai stimulus bagi hubungan bilateral Jepang-Rusia pada masa itu. Kemudian pada akhir tahun 1980-an perdagangan ini didorong oleh dua sistem 144
Andrey Belov Regional Dimention of Economic Cooperation between Japan and Russia- Background of the japan- Russia trade, Journal of East- West Business, 2004, 122.
62
mekanisme yakin, plane orientated dan market orientated yakni perjanjian antar negara terkait undang- undang JV dan perdagangan lintas batas (ekspor- impor). Pada tahun 1989, hasil dari perdagangan tersebut mencapai enam miliar dolar AS. Tabel 3.2. Kerjasama Energi Uni Soviet- Jepang pada tahun 1970-an
Sumber: Svetlana Vassiliouk Contemporary Japanese-Russian Energy Cooperation: Problems, Current Developments, and PerspectivesInternational Political Science Association. 2008.
63
Pada tahun 1990 perdagangan Jepang-Rusia telah mencapai tahap ketiga. Pada tahun tersebut intensitas perdagangan menurun. Hubungan bilateral kedua negara kembali renggang. Kemudian ekspor dan impor menjadi sangat tidak stabil, meskipun hubungan perdagangan telah memperoleh hasil yang baik dan signifikan.145 Oleh sebab itu hal ini akan manjadi perhatian khusus bagi kedua negara baik dari pemerintah Rusia maupun pemerintah Jepang. Kerjasama kedua negara berakhir ketika Perang Dingin
berangsung.
Hingga pada awal tahun 1990 tidak ada aktivitas dalam hubungan bilateral Jepang-Rusia. Pada tahun 1992 Rusia mengalami krisis pasca Perang Dingin , namun demikian justru krisis tersebut kembali menjadi awal mula kerjasama Jepang-Rusia. Pada saat itu Jepang menggelontorkan dana sebagai bantuan Ekonomi kepada Rusia melalui G8. Seperti yang telah dijelaskan di atas, bantuan ekonomi Jepang ke Rusia pada tahun-tahun transisi tersebut sebagian besar mengarah pada investasi di bidang sumber daya energi di wilayah tersebut. Investasi Jepang pada kurun waktu 1990-1994 sebagian besar mengarah pada investasi minyak mentah dan gas. Hal ini disebabkan oleh kebutuhan Jepang akan sumber daya energi utamanya, yakni gas yang amat tinggi. Dalam kebijakan investasi tersebut, Jepang kembali melibatkan perusahaan dalam negerinya. Negara tersebut melibatkan salah satu perusahaan minyak terbesarnya yakni perusahaan minyak Mitsui dan Mitsubishi. Kedua perusahaan besar Jepang
145
Andrey Belov, 123
64
tersebut menanam investasi dalam Proyek Sakhalin-II sebesar 45 %. Kemudian sisanya dipegang oleh perusahan besar dunia Royal Dutch Shell milik AS.146 Bantuan-bantuan
tersebut
kembali
berlanjut
pada
proyek-proyek
kerjasama energi. Pada tahun 2008, pemerintah Jepang melalui Lembaga Kementerian Ekonomi, Perdagangan dan Industri (METI) dan Departemen Sumber Daya Alam dan Energi - ANRE)147 menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) dengan perusahaan minyak terbesar Rusia Rosneft. Hal ini merupakan pondasi bagi kerjasama energi di sejumlah sektor. Perjanjian serupa juga dilakukan pada bulan Mei 2009 dan bulan Juli 2010 antara ANRE, perusahaan Itochu Jepang dan perusahaan petroleum Japan (JAPEX) dan Salah satu perusahaan energi terbesar milik Rusia, yakni perusahaan energi Gazprom148. Setelah penandatanganan Nota Kerjasama di bidang efisiensi energi dan energi terbarukan pada bulan Mei 2009, kedua negara telah mengintensifkan kerjasama mereka di daerah-daerah dengan menyimpulkan sejumlah kesepakatan penting di antara instansi terkait, dan melakukan seminar bilateral tahunan untuk memfasilitasi pertukaran informasi dan kolaborasi dalam efisiensi energi dan konservasi proyek yang sedang di jalankan tersebut.149 Pada bulan Juli 2010, pasokan minyak mentah Rusia ke Jepang mencapai 93 %, yakni mencapai sekitar
146
Poppy Sari Dewi, 16. Lihat juga www.cdi.org/russia/johnson/7068-16.cfm dan www.mofa.go.jp/region/russia/assistance/tech/html diakses pada 28 juni 2014 147 Svetlana Vasiliouk. Japanese- Russian Enerrgy cooperation: Problem and Perspecties- History of Bilateral cooperation: Lessons from the Past, 3. 148 Gazprom and Japanese Agency for Natural Resources and Energy Consider Cooperation in Eastern Russia”, Gazprom dapat diakses di http://www.gazprom.com/press/news/2011/january/article107602/ dikutip dari Svetlana Vasiliouk, 4. 149 Svetlana Vasiliouk, 4.
65
1,61 juta kiloliter (sekitar 10.130.000 barel). Jumlah ini merupakan 9% dari total impor minyak mentah Jepang.150 Sebagian besar proyek-proyek bilateral antara Jepang-Rusia hingga akhir tahun 2010 ini secara geografis terbatas pada Pulau Sakhalin dan Siberia. Pengembangan proyek ini fokus terhadap pengembangan minyak dan gas. Permasalahan politik yang tersisa, dan kurangnya kepercayaan, serta faktor penghambat lain dalam hubungan Jepang-Rusia, menjadi kesulitan bagi kedua negara untuk menjalankan kerjasama dengan komprehensif. Namun demikian investasi dan proyek-proyek bersama terutama di Rusia masih dilakukan oleh perusahaan-perusahaan energi Jepang. Merkipun kerjasama bilateral kedua negara hingga tahun 2010 tergolong tidak memuaskan dan masih terdapat kepentingan yang tumpang tindih dari pihak luar, namun konsistensi kedua negara baik Jepang-Rusia masih terlihat. Hal ini terlihat kembali pada tahun awal tahun 2011. Terjadi pertemuan yang dilakukan Perdana Menteri Jepang Sinzo Abe dan Presiden Rusia, Vladimir Putin. Dalam pertemuan tersebut, kedua negara kembali menunjukkan perbaikan dalam hubungan bilateralnya, terutama di bidang kerjasama perdagangan dan energi.151 Hal Ini menunjukkan bahwa pembicaraan damai tetap dilakukan oleh kedua negara (Jepang-Rusia) untuk meredam tensi atas isu tertitori yang sedang mereka hadapi. Selanjutnya Pada sub-bab berikut penulis akan memaparkan bagaimana perkembangan kerjasama energi serta hubungan bilateral antara
150
Risa Maeda. Japan almost doubles Russia crude imports in Aug. Fox Business, 30 September 2010. Dikutip dari Svetlana Vasiliouk , 4. 151 Akhiro Iwashita, The Northern Territories and Russo- Japan Relations, 3
66
Jepang-Rusia pada tahun 2011 hingga 2013. Hal ini menarik karena pada pertengahan tahun 2011 konsumsi energi Jepang semakin meningkat akibat desakan kebutuhan pasca gempa dan Tsunami yang melanda Jepang. C. Kerjasama Energi Jepang-Rusia dalam Poyek Energi Jepang-Rusia memiliki sejarah hubungan bilateral yang panjang. Sengketa kepemilikan pulau yang berlangsung sejak masa kekaisaran, tetap menjadi masalah inti dari hubungan Jepang-Rusia. Dari sisi Jepang, kebutuhan sumber daya energi mendesak Jepang untuk tetap mempertahankan keutuhan pulau yang menjadi ajang sengketa tersebut. Kebutuhan tersebut meletakkan sumber daya energi menjadi dasar dari kebijakan luar negeri Jepang. Sehingga kepentingan nasional Jepang terhadap pasokan energi domestik yang amat tinggi tersebut mampu melemahkan negosiasi dalam mempertahankan klaim wilayah. Sub bab ini menjelaskan Kebijakan luar negeri Jepang-Rusia pasca bencana nuklir Fukushima, yang tertuang dalam bentuk kerjasama. 1.
Eastern Siberia-Pacific Ocean Oil Pipeline (Kerjasama Pipa Gas Siberia)
Siberia merupakan salah satu wilayah terluas di Rusia, yang membentang dari Pegunungan Ural ke Samudra Pasifik. Siberia Timur merupakan wilayah dengan hasil eksplorasi energi dengan jumlah besar di Rusia. Siberia Timur dan Timur Jauh mencakup hampir 60% dari pemasukan Federasi Rusia. Sumber daya
67
gas Rusia di wilayah tersebut mencapai 52,4 trilyun meter kubik di darat dan 14,9 triliun meter kubik lepas pantai.152 Trasneft merupakan perusahaan BUMN milik pemerintah Rusia yang telah mengkonstruksi Pipa East Siberia- Pacific Ocean (ESPO- 2). ESPO telah mengirim minyak ke beberapa negara seperti, Jepang, Cina AS, Korea Selatan, Filiphina, dan Taiwan. Proyek ini dimulai pada tahun 2009. Pada tahun 2012 Jepang menerima impor minyak sebesar 35 %. Dalam pengiriman tersebut jumlah impor Jepang amat tinggi, jika dibandingkan dengan impor minyak Rusia ke AS, Cina, dan Korea Selatan.153 Ekspor minyak Rusia meningkat sejak tahun 2011 hingga 2013. Ekspor Rusia mendapat momentum sejak pipa timur Siberia ke Asia dimulai. Proyek yang mengubungkan Siberia Timur dengan Kawasan timur Jauh Rusia (Siberia, samudra Pasifik) secara penuh mulai beroperasi pada tahun 2012. Permintaan Jepang terhadap minyak mentah Rusia terbilang pesat, pada tahun 2013 mencapai 12,3 juta ton miyak. Saat ini Jepang berusaha keras untuk mengurangi ketergantungan terhadap minyak Timur Tengah.154 2.
Kerjasama Liquified Natural Gas (LNG) Shakalin- 2
Setelah menjadi salah satu anjang sengketa bagi Jepang-Rusia, saat ini pulau Sakhalin berada di bawah administrasi pemerintah Rusia. Proyek Sakhalin-
152
Eastern Gas Program- Potential of Far East and Eastern Siberia. Gazprom, http://www.gazprom.com/about/production/projects/east-program/ 153 Mikhail Fomichev . Asia to get more Russian ESPO Crude as Second Pipeline Opened RIA Novosti, RT Question More, 2012. http://rt.com/business/transneft-espo-oil-asia-807/ diakses pada 12 September 2014 154 Natsuki Kaneko, Russian Crude expoling Asian Market. Nikkei Asian Review. 2014. Tersedia di http://asia.nikkei.com/print/article/17621 diakses pada 30 Agustus 2014.
68
II adalah salah satu integrasi terbesar di bidang proyek minyak dan gas dunia yang berorientasi ekspor, serta proyek gas lepas pantai pertama Rusia. Pabrik LNG diresmikan pada tanggal 18 Februari tahun 2009. Shakalin Energy Investment Company Ltd, adalah operator proyek yang didalamnya tergabung oleh beberapa perusahaan minyak dari Rusia, Jepang, dan AS. Perusahaan yang tergabung dalam proyek tersebut antara lain, Gazprom, Shell, Mitsui dan Mitsubishi. Infrastruktur proyek Sakhalin-II meliputi tiga platform lepas pantai. Pertama, fasilitas pengolahan di darat, Kedua infrastruktur proyek dari pipa lepas pantai sepanjang 300 kilometer dan 1.600 kilometer dari pipa lepas pantai. Ketiga, fasilitas ekspor minyak dan gas alam cair (LNG). Kargo LNG pertama mulai mengirim LNG ke Jepang pada bulan Maret 2009. Secara keseluruhan pengerjaan konstruksi untuk proyek selesai pada tahun 2009. Sakhalin-II merupakan dasar bagi Rusia untuk menjadi eksportir energi terkemuka untuk pasar energi yang sangat kompetitif di kamasan Asia- Pasifik.155 Pemegang saham perusahaan ini dalam proyek Sakhalin- II adalah Gazprom sebesar 50%, Shell sebesar 27,5%, Mitsui & Co memegang sebesar 12,5% dan Mitsubishi Corporation memegang sebesar 10%. Sebagai bagian dari proyek.156 Secara total pemerintah Jepang memegang 30, 5 % saham dalam proyek ini.
155
Sakhalin-2-an overview. Shell Global tersedia di http://www.shell.com/global/aboutshell/major-projects-2/sakhalin/overview.html diakses pada 13 Agustus 2014 156 Gazprom and Shell agree on moving over to design stage of project for third train of LNG plant in Shakalin – Background, Gazprom Desember 2013. Tersedia di http://www.gazprom.com/press/news/2013/december/article181362/ dan http://www.gazpromexport.ru/en/presscenter/news/1256/ diakses pada 13 Agustus 2014
69
Proyek ekspor LNG dan minyak Pulau Sakhalin ke pasar energi berkembang pesat di kawasan Asia-Pasifik. Negara-negara yang menjadi mitra dalam Proyek LNG sakhalin II antara lain Jepang, Korea Selatan, Taiwan, Cina, Kuwait, AS dan Thailand. Pada tahun 2010 produksi mencapai kapasitas 9,6 jutatonper tahun untuk LNG. Produksi LNG pada tahun berikutnya juga meningkat. Pada tahun 2011 produksi LNG dari Proyek Sakhalin-II sebesar 10. 670.000 Ton LNG.157 Kemudian insiden Fukushima terjadi, permintaan Jepang terhadap LNG semakin besar. Diantara sejumlah negara Asia pemasok energi dari Rusia, Jepang pemasok LNG terbesar, mencapai 69,5 % dari total produksi LNG Sakhalin-II.158 Pada tahun 2012 Produksi minyak dan LNG melebihi desain pendapatan tahunan dengan memproduksi 10,9 juta ton LNG.159 Pada tahun yang sama, Sakhalin-II berhasil menambah kapasitas menjadi 4,5% di dunia.160 Mayoritas LNG telah di kontrak untuk pembeli Jepang dan Korea Selatan di bawah perjanjian pasokan jangka panjang. Pada 2012, ekspor LNG Sakhalin yang telah dikirim ke Jepang 76% , Korea Selatan 20% , Cina 3,5% , dan Taiwan
157
Hydrocarbon Production and Export-Sakhalin energy Investment Company LTd 2011 Sustainable Development Report . Shakalin Energy,21. Tersedia di http://www.sakhalinenergy.ru/media/ff568648-fcf2-463f-bf89-cfd6dd0802db.pdf diakses pada 13 Agustus 2014. 158 Hydrocarbon Production and Export-Sakhalin energy Investment Company LTd 2011 Sustainable Development Report . Shakalin Energy, 21. 159 Gazprom and Shell agree on moving over to design stage of project for third train of LNG plant in Shakalin – Background, Gazprom Desember 2013. Tersedia di http://www.gazprom.com/press/news/2013/december/article181362/ diakses pada 10 Agustus 2014 160 Sakhalin-II: one of the world’s Largest integrated oil and gas projects. Sakhalin energy http://www.shell.com/global/aboutshell/major-projects-2/sakhalin/largest-integrated-oilgas-project.html dan Sakhalin LNG sales market structure in 2012, 19 http://www.sakhalinenergy.ru/media/76bb418c-7db4-4875-b821-ee8d31d0d797.pdf diakses pada 10 Agustus 2014.
70
0,6%.161 Pada tahun 2013 Rusia telah memasok LNG 10 % dari LNG ke Jepang dan mengimpor minyak mencapai 7 % ke Jepang,162 meningkat pesat pada tahun 2014 mencapai 50 juta ton.163 Dewasa ini gas alam dan gas alam cair menjadi sumber daya energi baru bagi sebagian besar negara.164 Pembangunan dan pertumbuhan ekonomi dapat mempengaruhi konsumsi energi suatu negara. Oleh sebab itu gas alam sebagai bahan bakar paling bersih dan ramah lingkungan menjadi sumber energi terbaik dalam konteks saat ini, yakni mampu mengurangi emisi karbon dioksida pada atmosfer. Oleh sebab itu, gas alam mulai banyak di minati oleh sebagian besar negara-negara Asia- Pasifik khususnya Jepang.165
161
Liquefied natural gas. Country Analysis Brief . U.S Energy Information Administration- Russia. 2013 162 Japan Unlikely to limit its Energy Imports with Russia despite new sanctions. Coutry Risk IHS Jane’s 360. Article. Defence & Security Intelegence & Analysis Review, 2014. Tersedia di: http://www.janes.com/article/41660/japan-unlikely-to-limit-its-energy-imports-with-russiadespite-new-sanctions diakses pada 10 Agustus 2014. 163 Sakhalin-II, Sakhalin-II is One of The World’s Largest Integrated greenfield oil and gas Projects Developed in the Harsh Subarctic Condition of the Russian Far East. Gazprom Export. Tersedia di http://www.gazpromexport.ru/en/projects/2/ diakses pada 10 Agustus 2014. 164 Alexander Medvedev. Russian Natural Gas will become Key Commodity in AsianPacific Energy Market. Gazprom, September 2011. Tersedia di http://www.gazprom.com/press/news/2011/September/article119818/ di akses pada 10 November 2014 165 Alexander Medvedev. Russian Natural Gas will become Key Commodity in AsianPacific Energy Market.
71
BAB IV. ANALISIS PENINGKATAN KERJASAMA ENERGI JEPANG DALAM SENGKETA KEPULAUAN KURIL Dalam Bab ini penulis mencoba menganalisis sebab meningkatnya kerjasama energi Jepang dalam sengketa Kepulauan Kuril menggunakan beberapa konsep Hubungan Internasional. Bab ini terbagi dalam dua sub-bab yakni, sub-bab pertama akan menjelaskan faktor kepentingan Jepang-Rusia dalam sengketa Kepulauan Kuril yang memaparkan tujuan klaim Jepang terhadap Kepulauan Kuril dan persepsi Rusia dalam sengketa tersebut. Pada sub-bab kedua, penulis akan menganalisis keterkaitan konsep teori dengan faktor pendorong adanya peningkatan kerjasama energi Jepang-Rusia. A.
Kepentingan Jepang-Rusia dalam Sengketa Kepulauan Kuril. 2.
Klaim Jepang Terhadap Kepulauan Kuril.
Pada akhir tahun 2013 terhitung hasil produksi dalam negeri Jepang hanya mencapai 10%. Seperti halnya dijelaskan dalam bab sebelulmnya, jumlah tersebut mengalami penurunan sebanyak 5% dari tahun-tahun sebelumnya.166 Berkurangnya jumlah produksi energi Jepang menunjukkan bahwa sumber daya energi Jepang semakin berkurang, sebaliknya tingkat konsumsi energi domestik semakin hari semakin meningkat. Kebutuhan sumber daya energi Jepang yang didasarkan pada energi ini menutut Jepang untuk mampu bersaing dengan negaranegara tetangga seperti Korea Selatan dan Cina.
166
Report; Japan is The World’s Largest liquefied Natural Gas Importer, Second Largest Coal Importer,and Third Largest Net Oil Importer, United State Energy Information Administration (EIA), 2013. http://www.eia.gov/countries/analysisbriefs/Japan/japan.pdf dan http://www.eia.gov/countries/analysisbriefs/Japan/japan.pdf diakses pada 15 April 2013
72
Kemampuan Jepang untuk bersaing dengan negara-negara besar di kawasan didukung dengan perekonomiannya yang maju, tidak sejalan dengan kemampuan sumber daya energinya. Hal ini yang menyebabkan hubungan Jepang dengan negara-negara tetangga tidak hanya sebatas hubungan kerjasama, beberapa negara di kawasan juga memiliki sengketa wilayah dengan Jepang. Seperti sengketa Pulau Senkaku atau sering disebut sebagai pulau Diaoyutai167 (JepangCina), sengketa Pulau Takeshima168 (Jepang- Korea Selatan), dan sengketa Kepulauan Kuril (Jepang-Rusia). Kebutuhan energi Jepang yang tidak didukung dengan keadaan sumber daya energi yang mumpuni, menyebabkan Jepang sulit melepaskan pulau-pulau yang disengketakan. Seperti yang dinyatakan oleh Dewi Fortuna169 bahwa isu teritori merupakan isu yang non-negotiable oleh sebagian besar negara. Termasuk Jepang, negara tersebut tidak akan dengan mudah menyerahkan klaim wilayahnya ke negara lain. Hal ini berkaitan langsung dengan sumber daya energi yang dimiliki oleh wilayah sengketa. Kebutuhan energi Jepang yang besar mengharuskan Jepang menimbang keuntungan dan kerugian negara dalam mengambil keputusan utamanya terkait dengan isu teritori. Kepulauan Kuril sebagai ajang sengketa bagi Jepang-Rusia menyimpan sumber daya energi dan perikanan yang amat besar dan menjanjikan. Hal ini tentu menjadi pertimbangan utama bagi Jepang untuk mempertahankan klaim wilayah 167
Joseph Ferguson. Japanese- Russian Relation 1907-2007- The International Context, The Rise of RRT. 2008: 129 168 Kimie Hara. Japanese- Soviet/ Russian Relation Since 1945, Dificult Peace. 2005 :236 169 Prof. Dr. Dewi Fortuna Anwar. Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Deputi Sekretaris Wapres bidang Politik RI, menyatakan dalam wawancara yang di lakukan penulis terkait dengan kepentingan nasional dan kepentingan Jepang dalam sengketa Kepulauan Kuril. 22 Oktober 2014.
73
tersebut. Namun demikian kedekatan geografis Kepulauan Kuril dengan Jepang juga menjadi faktor pendorong yang kuat atas klaim Jepang di wilayah ini. Sebelum Perang Dunia II berlangsung, wilayah utara Jepang (Kuril Selatan) yang sedang disengketakan tersebut berada dibawah pengawasan Hokkaido yang pada saat itu menjadi pusat admisnistrasi bagi wilayah tersebut. Pulau Hokkaido merupakan sentral pemerintahan di wilayah utara Jepang. Sistem ekonomi, politik dan sosial pulau Shikotan dan Habomai bergantung pada Hokkaido.170 Pulau Shikotan dan Habomai merupakan bagian dari distrik Hanasaki di wilayah Nemuro, sedangkan pulau Kunashiri dan Etorofu adalah wilayah distrik. Hingga tahun 2000 keempat pulau ini di bawah pengawasan kota Nemuro-Hokaido yang di pimpin oleh Maruyama Kazuyuki.171 Oleh sebab itu, kedekatan sejarah dan geografis Gugusan Pulau Kuril dengan Hokkaido menjadi salah satu alasan atas klaim Jepang terhadap pulau ini. Dua hal penting yang menjadi pendorong klaim Jepang atas kepulauan Kuril yakni, pertama adalah kedekatan sejarah dan geografis Jepang terhadap pulau- pulau sengketa. Seperti Pulau Shikotan, Habomai, Kunashiri dan Etorofu pernah berada di bawah administrasi Jepang. Di samping itu faktor pendorong kedua adalah daya tarik Kepulauan Kuril dengan kekayaan sumber daya alamnya. Luas wilayah Jepang sebesar 377.835 kilometer persegi dengan jumlah penduduk sebesar 126.757.591 jiwa172 memberi pengaruh dalam pengambilan keputusan
170
Mitsuharu Vincent Okada. The Plight of Ainu Indigeneous People of Japan. Manoa, University of Hawai, vol 1,issue 1, 6 171 Brad Williams, Hokkaido and the Northern Territories, 26. 172 World Population Review http://worldpopulationreview.com/countries/japanpopulation/ dan Japan’s 2010 Census: Moving To Tokyo
74
pemerintah. Menurut Rosenau Size atau ukuran dapat mempengaruhi kebijakan luar negeri suatu negara.173 Tingkat kepadatan penduduk yang tinggi, serta kebutuhan Jepang akan energi yang semakin mendesak dengan keterbatasan sumber daya energi tentu menjadi perioritas utama bagi Jepang untuk mempertahankan klaim atas Kepulauan tersebut. 3.
Klaim Rusia Terhadap Kepulauan Kuril
Rusia merupakan negara dengan penghasil energi terutama gas terbesar dunia. Total ekspor minyak Rusia mencapai 70 % tiap tahunnya.174 Sumber daya energi merupakan sektor penting bagi perekonomian Rusia. Sebesar 52% pendapatan negara dihasilkan dari sumber daya energi minyak bumi. Seperti yang dilansir oleh United Stated Energy International Agency, pada tahun 2013, Rusia merupakan produsen ketiga terbesar minyak setelah Saudi Arabia dan AS. Ratarata hasil produksi gas alam cair Rusia mencapai 10,5 juta barel per hari.175 Pendapatan Rusia bergantung pada produksi energi dalam negeri, oleh sebab itu penting bagi Rusia untuk mempertahankan klaim tersebut. Pulau Sakhalin merupakan salah satu pulau yang pernah menjadi ajang sengketa oleh dua negara (Jepang-Rusia), sebelum akhirnya pada pertengahan abad ke 19 sebagian kepulauan tersebut berada di bawah administrasi Rusia. Sebagaimana Jepang, penyebab Rusia memperkuat klaim atas Kepulauan Kuril tidak lepas dari
http://www.newgeography.com/content/002227-japan%E2%80%99s-2010-census-moving-tokyo diakses pad 01 Juni 2014. 173 James N Rosenau ,dalam Buku Scott Burchill dan Andrew Linklater. “Teori- Teori Hubungan Internasional”(Bandung, 2009), 40. Lihat juga, Steve Smith. Rosenau’s Contriibution. Review of International Studies. Vol. 9 no. 2 April 1983, 40. 174 Russia- Overview. United State Energy Informatio Administration, 6. http://www.eia.gov/countries/analysisbriefs/Russia/russia.pdf diakses pada 28 Desember 2013 175 Russia- Overview. United State Energy Informatio Administration, 6.
75
sumber daya pulau tersebut. Dalam hal ini Jepang membutuhkan sumber daya energi untuk memenuhi kebutuhan konsumsiya, sebaliknya Rusia membutuhkan sumber daya energi untuk mata pencaharian sebagai sendi perekonomian negerinya. Sebagaimana dikemukakan oleh Dewi Fortuna bahwa isu teritorial adalah isu yang non-negotiable, untuk mempertahankan klaim teritori sebagian besar negara menggunakan pendekatan konflik dalam mencapai kepentingannya. Tidak menutup kemungkinan untuk mencapai kepentingan yang lebih luas, negara akan mengenyampingkan konflik yang memicu terjadinya perang, dan menggunakan alternatif kerjasama176. Sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Joseph Frankel bahwa pada dasarnya tidak ada aliansi dan musuh abadi, yang ada hanyalah kepentingan abadi177. Hal ini berarti setiap tindakan dan perilaku negara merupakan cermin dari kepentingan nasional sebuah negara tersebut. Kepentingan Jepang terhadap Kepulaun Kuril berkaitan dengan sumber daya energi dan geografi amat tinggi. Dalam mencapai tujuan tersebut tentu Jepang mempertimbangkan untung-rugi yang akan dihasilkan.
Terdapat tiga
kemungkinan ketika negara terlibat sengketa wilayah, pertama negara akan memutuskan berkonflik yang memicu adanya perang terbuka. Kedua, dua negara (Jepang-Rusia) menetapkan status-quo pada wilayah sengketa. Dan pilihan terakhir adalah menggunakan kerjasama sebagai perpanjangan tangan dari tujuan
176
Prof. Dr. Dewi Fortuna Anwar. Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Deputi Sekretaris Wapres bidang Politik RI, menyatakan dalam wawancara yang di lakukan penulis terkait dengan kepentingan nasional dan kepentingan Jepang dalam sengketa Kepulauan Kuril. 22 Oktober 2014. 177 Thompson W. Kenneth. The Review Politics- National Interest by Joseph Frankel. Cambrigde University Press, Vol 33. No. 3. 1971, 436
76
negara tersebut. Dalam hubungannya dengan Rusia, Jepang memutuskan untuk menjalin hubungan kerjasama. Karena isu teritorial merupakan isu yang tidak dapat dinegosiasi, maka kerjasama Jepang-Rusia digunakan sebagai peredam konflik demi meningkatkan hubungan baik bilateral kedua negara.
B.
Faktor Pendorong adanya Peningatan Kerjasama Energi Jepang-
Rusia. 1.
Keamanan Energi Jepang a. Faktor Internal
Energi merupakan indikator penting bagi majunya perekonomian sebuah negara. Indikator ini diukur dengan besarnya jumlah sumber daya alam dan energi sebuah negara. Selain berdasarkan besarnya jumlah energi yang dimiliki sebuah negara, indikator tersebut dapat dilihat dari kemampuan negara dalam mengelola sumber daya energi serta menjamin pasokan dalam negerinya. Setiap negara membutuhkan sumber daya berupa energi. Hal ini yang menyebabkan sumber daya energi menjadi penting bagi kelangsungan hidup sebuah negara. Pentingnya sumber daya energi bagi masyarakat dunia menyebabkan energi menjadi salah satu isu global.178 Isu energi tidak hanya menjadi masalah bagi negara pengekspor energi karena permintaan masyarakat dunia yang semakin meningkat. Namun isu energi juga merupakan masalah bagi negara pengimpor energi karena keterbatasan sumber daya energi di dalam negerinya. Oleh sebab itu, Jepang merupakan negara yang sering kali dikaitkan dengan isu energi. 178
Introduction- World Energy Resources. World Energy Council – for Sustainable energy. 2013,5. tersedia di www.worldenergy.org diakses pada 28 Juli 2014.
77
Pada tahun 1970-an Jepang dihadapkan pada lonjakan harga minyak dunia yang melambung tinggi karena terjadi krisis. Kemudian pada tahun 2000 Jepang dihadapkan pada isu lingkungan karena penggunaan nuklirnya. Jepang bergabung dengan negara-negara anggota Perserikatan Bangsa- Bangsa untuk bersama-sama menandatangani Kyoto Protocol.179 Namun dalam perjalanannya Jepang kemudian mengkaji ulang kebijakan atas penandatanganan ratifikasi Protokol Kyoto karena ketidak-ikutsertaan AS dan Cina dalam meraftifikasi perjanjian tersebut.180 Di samping itu Jepang harus bersaing dengan negara-negara tetangga, utamanya dengan negara-negara OECD. Negara-negara OECD seperti Cina, India memiliki kebutuhan energi yang sama dengan Jepang. Negara-negara tersebut tidak mampu memenuhi konsumsi domestik hanya dengan mengandalkan produksi domestik. Oleh sebab itu Jepang harus mengamankan suplai energi asing terlebih dahulu. Selain dengan negara anggota OECD Jepang harus menjalin hubungan baik dengan negara-negara produsen minyak dan energi. Pada tiga tahun terakhir ini, Jepang dihadapkan pada krisis energi yang diakibatkan oleh bencana gempa dan tsunami yang melanda Fukushima. Bencana tersebut adalah bencana alam sekaligus krisis energi terbesar yang pernah dialami
179
Rangkaian kerja PBB yang berkaitan dengan isu lingkungan dan perubahan iklim. Sebuah perjanjian internasional mengenai pemanasan global. Negara-negara yang meratifikasi perjanjian tersebut berkomitmen untuk mengirangi emisi atau pengeluaran karbon dioksida dan gas rumah kaca secara berlebihan. Namun Jepang mengkji ulang kebijakannya karena ketidakikutsertaan negara maju seperti AS dan Jepang dalam meratifikasi perjanjian tersebut. Japan Position Regarding the Kyoto Protocol. Kementerian Luar Negeri Jepang (MOFA). Tokyo 2011,2. Tersedia di http://www.mofa.go.jp/policy/environment/warm/cop/kp_pos_1012.html diakses pada 12 Oktober 2014. 180 Japan Position Regarding the Kyoto Protocol. Ministry of Foreign Affairs of Japan, 2.
78
Jepang.181 Bencana gempa bumi yang berkekuatan 9,0 skala richter tersebut menyebabkan terjadinya tsunami. Dalam musibah tersebut, Jepang mengalami kerugian
besar di sektor infrastruktur, seperti hancurnya bangunan kota dan
rusaknya beberapa reaktor nuklir. Selain kerugian berupa materi, bencana tsunami tersebut menyebabkan 20.000 orang meninggal. Rusaknya beberapa infrastruktur seperti bangunan pemerintah, pemukiman penduduk, dan rusaknya beberapa reaktor nuklir inti menjadi permasalahan besar bagi Jepang sehingga bencana tersebut menjadi masalah baru bagi Jepang yang berkaitan dengan keamanan energinya. Tiga buah reaktor utama milik pabrik bertenaga nuklir Daiichi Fukushima ditutup dan tidak dapat beroperasi karena dikhawatirkan akan menanbah kerugian dan mengalami kerusakan pada reaktor lain maka pihak pabrik memutuskan untuk menutup reaktor yang tersisa. Selain pihak pabrik, masyarakat juga meminta agar pabrik bertenaga nuklir tersebut ditutup. Oleh sebab itu pemerintah Jepang mengeluarkan perintah untuk menutup seluruh reaktor bertenaga nuklir.182 Selama enam bulan berikutnya seluruh reaktor nuklir Jepang tidak dapat beroperasi. Keputusan pemerintah tersebut bertujuan untuk menghindar rusaknya reaktor lain dan dikhawatirkan bencana susulan akan terjadi. Secara geografis, pada dasarnya Jepang rentan terhadap pembangkit listrik bertenaga nuklir (PLTN). Selama ini Jepang sangat bergantung terhadap sumber daya nuklirnya.183
181
Damian Grammaticas, Japan Earthquake: Explosion at Fukushima Nuclear Plan Tokyo, BBC News Asia- Pasific tersedia di http://www.bbc.co.uk/news/world-asia-pacific12720219 182 Damian Grammaticas, Japan Earthquake: Explosion at Fukushima Nuclear Plan. 183 Linda McCann, Japan’s Energy Security Challenges: The World is Watching. (Department of Defence, ADF Journal, no 190, 2013), 11.
79
Namun, ketergantungan Jepang terhadap nuklir sebagai pembangkit Listrik memiliki dua hambatan. Hambatan pertama mengacu pada syarat pembuatan atau disain mesin pembangkit nuklir yang disebabkan oleh kesalahan pekerja atau kesalahan teknis mesin. Hambatan kedua berkaitan dengan keadaan geografis Jepang yang sering mengalami gempa.184 Kendala geografis ini menjadi ancaman yang paling mungkin dialami Jepang. Penyebab seringnya terjadi gempa di Jepang karena letaknya yang berada di kawasan Ring of Fire (lingkaran Api). Lingkaran api ialah sebuah wilayah perairan Pasifik yang rawan terhadap gempa bumi dan letusan gunung berapi. Lingkaran api mengelilingi cekungan Samudra Pasifik. Wilayah ini membentang dari Amerika Utara, Pasifik, Eurasia hingga Filipina. Sekitar 90% gempa bumi telah terjadi di wilayah ini.185 Sementara itu Jepang terletak diantara lempeng Amerika utara dan Eurasia. Oleh sebab itu kejadian alam seperti gempa bumi dan tsunami sulit di prediksi, sehingga amat rentan terhadap PLTN Jepang. Sebelum bencana alam melanda Fukushima, Jepang mengandalkan sumber daya energi bertenaga nuklir sebagai sendi dari strategi keamanan energinya. Dapat dilihat dari data yang ditunjukkan sebelum terjadi bencana tsunami yang melanda Jepang, lebih dari 30% dari konsumsi listrik Jepang bertumpu pada PLTN.186 Bencana Tsunami pada tahun 2011 tersebut menyebabkan konsumsi
184
Rod Adams, Nuclear Power after Fukushima: It is still, the energy of the FutureAtomic Insights Agustus 2011, tersedia di; http://atomicinsights.com/nuclear-power-afterfukushima-it-is-still-the-energy-of-the-future/ pertama kali terbit di jurnal National Review vol LXIII/no. 11, 20 juni 2011. 185 Mount Ontake Volcano Eruption Death Toll Reaches 55: Reports, oktober 2014 http://en.ria.ru/world/20141008/193798036/Mount-Ontake-Volcano-Eruption-Death-TollReaches-55-Reports.html 186 Linda Mcc Can, Japan’s Energy Security Challenges: The World is Watching, 3.
80
Energi Jepang semakin meningkat. Akibatnya pemerintah Jepang melakukan diversifikasi terhadap konsumsi energi. Dalam hal ini Jepang kembali menggunakan minyak bumi dan mulai menggunakan gas alam sebagai sumber daya energi alternatif dalam negeri. Setelah berangsur-angsur mengalami penurunan konsumsi sejak tahun 2000 hingga pada tahun 2009, konsumsi minyak Jepang kembali meningkat pada tahun 2011 hingga tahun 2014. Pada tahun tersebut konsumsi minyak Jepang mencapai 200 barel perhari. Data konsumsi pada bab sebelumnya (gambar 2.2) tersebut berbanding terbalik dengan data produksi minyak yang dihasilkan. Grafik tersebut menunjunkkan hasil produksi energi dalam negeri tidak mencapai 1% dari keseluruhan total konsumsi Jepang. Konsumsi energi Jepang secara tidak langsung mempengaruhi kebijakan luar negeri Jepang. Dalam penjelasan keamanan energi menurut Elkind, terdapat empat elemen dalam keamanan energi, salah satunya adalah keberlanjutan. Dalam pengertiannya, keberlanjutan mengacu pada meminimalkan kerusakan di bidang sosial, ekonomi, dan lingkungan melalui ketersediaan infrastruktur energi yang ramah dan tahan lama. Dalam hal ini, ketersediaan energi dan keamanan suplai energi penting, oleh sebab itu keberlanjutan energi juga menjadi faktor penting untuk mendukung kedua hal tersebut. Sumber daya energi yang langka menyebabkan Jepang tidak dapat mengandalkan PLTN sebagai satu-satunya cadangan energi. Penggunaan PLTN dalam negeri Jepang memberi resiko baru tidak hanya bagi pemerintah, namun juga bagi kesejahteraan masyarakat. Resiko tersebut adalah timbulnya radiasi akibat PLTN yang diakibatkan oleh gempa
81
bumi. Resiko yang diakibatkan oleh bencana nuklir tidak hanya menjadi masalah kelangkaan bagi energi Jepang, namun juga membahayakan keselamatan penduduk Jepang. Hal ini tentu berkaitan langsung dengan letak geografis Jepang. Oleh sebab itu elemen keberlanjutan dalam keamanan energi Jepang tidak dapat hanya mengandalkan PLTN saja. Diversifikasi penggunaan energi lain juga menjadi penting untuk mendukung elemen tersebut. b. Faktor Eksternal Kedekatan geografis Jepang-Rusia berada dalam suatu kawasan regional Eurasia. Kedekatan geografis tersebut memberi banyak peluang kerjasama antara keduanya. Selain itu, faktor semakin dinamisnya hubungan internasional menyebabkan Jepang mengkaji ulang hubungannya terhadap Rusia187. Beberapa dekade terakhir Jepang memiliki banyak sengketa dengan negara tetangga di kawasan Asia, khususnya beberapa negara di kawasan Asia timur. Pada saat yang sama, Rusia semakin mendapat tempat di kawasan Asia-Pasifik. Hubungan kerjasama Rusia dengan negara Asia semakin meningkat. Di sisi lain, sebagian besar konsumsi minyak Jepang berasal dari Timur tengah. Sekitar 80% hingga 90% energi negara-negara Asia Timur seperti Jepang, Cina, dan Korea Selatan di impor dari Timur Tengah.188 Dalam hal ini, terdapat beberapa pertimbangan dan kendala untuk impor energi asing Jepang dari negara-negara Timur-Tengah. Dalam melakukan impor energi sebagian besar negara-negara Asia menggunakan jalur laut. Selain Timur Tengah, Afrika juga menjadi negara pengimpor minyak dalam jumlah besar di 187
Linda Mcc Can, Japan’s Energy Security Challenges: The World is Watching, 3. Ryan Henry, Promoting International Energy Security- Natural Event. (RAND, Vol 32, 2012), 6. 188
82
kawasan Asia. 189 Kapal- kapal pengangkut minyak tersebut biasa melalui perairan Asia Tenggara. Dimulai dengan melewati selat Hormus ke arah Samudra Hindia, kemudian melintasi Selat Malaka, Singapura dan menuju ke Laut Cina Selatan. Sejumlah negara Asia seperti Jepang, Cina, dan Korea Selatan mengimpor minyak yang berasal dari Timur Tengah dan Afrika dengan menggunakan jalur Asia Tenggara190. Gambar 4.2 Rute Perdagangan Perairan Asia Tenggara
Sumber :Promoting International Energy Security, RAND Project Air Force191 Peningkatan konsumsi Jepang tersebut juga disertai dengan kelangkaan energi pasca bencana Fukushima. Dengan kembali memasok minyak mentah dan LNG dari negara-negara produsen minyak, maka Jepang telah melakukan diversifikasi dalam bidang energi. Oleh sebab itu, sejauh ini Jepang memenuhi pasokan energi dengan mengimpor minyak mentah dari Timur Tengah. Namun demikian masalah 189
Japan- Overview United State Energy Information Administration,2014, 4. Tersedia di http://www.eia.gov/countries/analysisbriefs/Japan/japan.pdf diakses pada 20 juli 2014. 190 Ryan Henry, Promoting International Energy Security-Strategic Significance of the Asian Energy Sea- Lanes, 6. 191 Ibid, 6
83
baru yang dihadapi Jepang muncul ketika menggantungkan pasokan energinya terhadap ekspor minyak Timur Tengah. Resiko yang dihadapi Jepang berkaitan langsung dengan proses pengiriman minyak dari Timur Tengah, juga berkaitan dengan ketidakstabilan politik di kawasan tersebut. Ancaman yang akan di hadapi Jepang meliputi ancaman non-negara dan ancaman antar negara. Ancaman non-negara (Non-state treats) yaitu, ancaman terorisme (terorrism) dan ancaman bajak laut (Piracy).192 Pembajakan dan terorisme menjadi salah satu masalah utama dalam proses ekspor impor energi khususnya minyak. Asia Tenggara merupakan jalur utama yang rawan terhadap ancaman tersebut. Tempat yang menjadi masalah utama Asia Tenggara adalah di sekitar perairan Indonesia (kepulauan Indonesia) dan Laut Cina Selatan.193 Sebagian besar aksi perampokan dan pembajakan di wilayah perairan Asia Tenggara tersebut berupa kekerasan, pencurian atau penggeledahan kapal. Hal ini memiliki implikasi signifikan bagi keselamatan maritim di jalur laut yang padat. Pada bulan April lalu, terjadi penyerangan oleh perompak di Selat Malaka, 3 awak kapal di sandera oleh perompak. Tanker tersebut di identifikasi milik Jepang. Dalam kejadian tersebut Jepang mengalami kerugian sebesar 2,5 juta liter solar.194 Sama halnya dengan pembajakan, teroris biasanya bersifat mengancam, mengintimidasi dan memaksa.195 Hingga saat ini, sebagian besar impor Jepang 192
Ryan Henry, Promoting International Energy Security-Strategic Significance of the Asian Energy Sea- Lanes, 11. 193 Ibid, 5. 194 Pirates raid oil Tanker in Malacca Straits BBC News. April 2014 Tersedia di http://www.bbc.com/news/world-asia-27114548 diakses pada 5 September 2014. 195 Defining Terrorism: Urgent Task for the Shipping Industry. Oslo Havn, Norway. Tersedia dihttps://www.duo.uio.no/bitstream/handle/10852/22826/masterthesis_IgnacioVelez.pdf?sequence =1 diakses pada 21 Oktober 2014.
84
berasal dari Timur Tengah, seperti Teluk Persia. Untuk mendapatkan pasokan minyak mentah tersebut Jepang harus mengimpor minyak dengan melewati Selat Hormuz. Dijelaskan dalam administrasi informasi energi AS (EIA) bahwa selat Hormuz digunakan sebagai kunci "Checkpoint" dalam pengiriman sumber energi global. Terorisme diakui oleh pemerintah Jepang sebagai salah satu ancaman paling signifikan terhadap keamanan energi negara tersebut. Selain itu Energy security group Jepang pada bulan juni tahun 2006, mengidentifikasi jalur laut khususnya Selat Malaka sebagai daerah yang paling rentan terhadap serangan teroris. Ancaman tersebut akan mengganggu pasokan energi Jepang dari Timur Tengah.196 Selanjutnya adalah ancaman antar negara (state-on state). Ancaman ini akan dihadapi pemasok energi yang menggunakan area Laut Cina Selatan sebagai rute impor pasokan energi. Masalah ini dialami oleh negara-negara Asia, seperti Jepang, Cina dan Korea selatan. Selain itu, masalah lain yang dapat menghambat pasokan impor Jepang, salah satunya sengketa di perairan Laut Cina Selatan. Wilayah tersebut menjadi ajang sengketa bagi negara-negara sekitarnya seperti, Korea Selatan, Cina, Taiwan, Filipina, Malaysia. Keadaan tersebut akan mengancam jika konflik antar negara pecah, dan terjadi peperangan di perairan tersebut. Ketidakpastian tersebut dapat mengancam interaksi ekspor-impor energi melalui jalur laut di wilayah Asia.197
196
Eric Watkins, Japan’s Energy Supplies at Risk. The Jamestown Foundation – Global (Research and Analysis Publication: Terrorism monitor. November 2006. Vol; 4 issue;22), 16. Tersedia di http://www.jamestown.org/single/?tx_ttnews[tt_news]=972&no_cache=1#.VA5jLGdg9dh diakses pada 09 September 2014 197 Eric Watkins, Japan’s Energy Supplies at Risk. The Jamestown Foundation, 17
85
Gambar 4.3 Perairan Laut Cina Selatan
Merah : Cina Kuning :Philippines Ungu
:Vietnam
Hijau
:Malaysia
Coklat :Taiwan
Sumber :Promoting International Energy Security, RAND Project Air Force. Dalam review kebijakan energi Jepang pada bulan Desember 2013 yang dilansir Institut Ekonomi Energi Jepang, menyatakan kendala yang dihadapi Jepang hingga akhir tahun 2012 adalah lonjakan harga minyak. Pada tahun 2013 harga minyak mencapai 109 dolar AS per barel, harga tersebut mengalami kenaikan sembilan dolar, setelah sebelumnya pada tahun 2011 harga minyak hanya 100 dolar AS per barel. Lonjakan harga minyak tersebut dipengaruhi oleh ketidakstabilan politik negara-negara Arab akibat Arab Spring. Hal tersebut menyebabkan tidak amannya pasokan energi bagi Jepang.198 Ancaman di atas dapat dikategorikan dalam ancaman negara, yang mana negara menjadi aktor dari ancaman yang ditimbulkan. Ketidakstabilan politik yang dialami Libya, Mesir dan Suriah tidak hanya mengancam ketersedian atau pasokan energi Jepang berdasarkan lonjakan harga, namun juga akan mengancam proses pengiriman minyak ke Jepang. Uraian ini adalah bentuk ancaman yang 198
Ken Koyama, Review of the 2013 Japanese and overseas Energy Situation, Institute of Energy Economic Japan (IEEJ), Januari 2014 tersedia di http://eneken.ieej.or.jp/data/5334.pdf diakses pada 5 oktober 2014.
86
akan dihadapi sebagian besar negara Asia dalam menjalankan ekspor-impor energi. Sebagai negara yang bergantung terhadap sumber daya energi negara lain, Jepang menjadi salah satu negara yang memiliki potensi besar untuk mengalami ancaman tersebut. Oleh sebab itu penting untuk melakukan efisiensi di berbagai sektor untuk mengamankan pasokan energi dalam negeri. Jika
dalam
sub-bab
sebelumnya
menjelaskan
mengenai
elemen
keberlanjutan dalam keamanan energi Jepang, maka berdasarkan uraian di atas penulis akan mengaitkan tiga elemen lain selain elemen keberlanjutan menurut Elkind, yakni Ketersediaan, Keandalan dan Keterjangkauan. Pada dasarnya empat elemen seperti yang dijelaskan oleh Elkind, yang tercantum pada bab 1 merujuk pada kepastian suplai dan ketersediaan pasokan. Jika dikaitkan dalam masalah Jepang, tiga elemen yang terdiri dari ketersediaan, keandalan dan keterjangkauan ini mengacu pada impor energi Jepang. Kepastian suplai atau impor energi Jepang ditentukan oleh negara produsen. Bagaimana ketersediaan sumber daya energi di negara produsen terjamin. Selain sumber daya energi negara produsen yang harus terjamin, proses transportasi juga dipertimbangkan
agar tidak menambah resiko bagi negara
pengimpor energi. Kemampuan negara untuk mengurangi resiko dan mengatasi kendala dalam memasok sumber daya energi merupakan unsur penting dalam keamanan energi. Oleh sebab itu negara diharapkan mampu melakukan efisiensi di berbagai aspek, baik biaya, transport, meminimalisir resiko, penyimpanan pasokan hingga kepastian suplai sumber daya energi.
87
Berdasarkan beberapa definisi dapat disimpulkan bahwa inti keamanan energi
adalah
melindungi
ketersediaan
sumber
daya
energi
dengan
keanekaragaman untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia, melindungi perekonomian dan politik sebuah negara.199 Untuk menjaga ketahanan energi sebuah negara diharapakan dengan dua pertimbangan sebagai strateginya, seperti peningkatan ketersediaan sumber daya energi sebagai langkah efisiensi, atau menjamin pasokan impor energi sebagai cara untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Strategi peningkatan ketersediaan sumber daya energi tidak sesuai jika diterapkan di Jepang. Hal ini karena tidak adanya sumber daya energi yang mampu dieksplorasi untuk meningkatkan ketersediaan sumber daya energi. Maka sebagai jalan keluarnya adalah dengan cara memperkuat suplai energi dari negara lain penghasil energi seperti Rusia dan Timur Tengah. Oleh sebab itu penting bagi Jepang untuk mempertimbangkan untung dan rugi dalam mengimpor energi dengan kembali mengkaji ancaman dan resiko yang akan didapatkan ketika melakukan impor dari negara-negara yang sedang mengalami ketidak stabilan politik dan negara yang dikhawatirkan berpotensi konflik. Sementara, adanya peningkatan hubungan Rusia dengan negara-negara Asia menimbulkan kekhawatiran baru bagi hubungan Jepang di kawasan, mengingat Jepang memiliki isu teritorial dengan beberapa negara Asia Timur. Hal ini merupakan salah satu pemicu hubungan baik Jepang-Rusia kembali terjalin. Menurut Rosenau dalam bukunya Foreign Policy Analysis menyebutkan terdapat beberapa faktor pengambilan kebijakan luar negeri salah satunya adalah faktor 199
Baca definisi menurut; International Energy Agency (IEA), World Economic Forum, United Nation development Programm (dikutip dari Makmur Keliat), dan Institute of Energy, Economic Jepan (IEEJ).
88
geografi,200 dimana kedekatan geografis suatu negara akan mempengaruhi pengambilan keputusannya. Seperti halnya kepentingan nasional yang dijelaskan oleh Paul Seabury, untuk menentukan tujuan suatu negara pemerintah memiliki tujuan jangka panjang dan tujuan jangka menengah.201 Dalam pengambilan keputusan tersebut negara akan dihadapkan dengan keputusan yang mendesak. Seperti halnya Jepang karena kebutuhan energinya yang cukup besar dan pemulihan hubungan baik di negara-negara Asia, menyebabkan Jepang menimbang kebijakan energinya. Dalam sebuah pidato kebijakan luar negeri oleh menteri luar negeri Fumio Kishida yang dirangkum dalam laporan Kementerian Luar negeri Jepang pada bulan Februari tahun 2013 menyebutkan bahwa: With regard to the Japan-Russia relationship, we will make efforts, from a strategic point, for the development of cooperation in all areas, including security and economic relations, with a view to building appropriate relations as partners in the Asia-Pacific region. Although there still remains a wide gap between the positions of Japan and Russia concerning the issue of the Northern Territories, the main pending issue between the two countries, we will work persistently toward the conclusion of a peace treaty with Russia by resolving the issue of the attribution of the four islands. In this light, we expect that the Prime Minister’s visit to Russia scheduled to take place this year will lend new momentum to the development of Japan-Russia relations.202 “Berkenaan dengan hubungan Jepang-Rusia, kami akan melakukan upaya, dari sudut pandang strategis, untuk pengembangan kerjasama di segala bidang, termasuk keamanan dan hubungan ekonomi, dengan maksud untuk membangun hubungan yang tepat sebagai mitra di kawasan AsiaPasifik. Meskipun masih terdapat kesenjangan yang besar antara posisi Jepang dan Rusia mengenai isu di wilayah Utara tertunda, kita 200
Rosenau 1976 dalam Buku Scott Burchill dan Andrew Linklater. “Teori- Teori Hubungan Internasional”. Bandung, 2009: 40. Lihat juga, Steve Smith, Rosenau’s Contriibution. Review of International Studies. Vol. 9 no. 2 April 1983. 201 Paul Seabury, Power Fredom and Diplomacy: The Foreign Policy of te united States of America (New York: Random House, 1963, hal 86. Dikutip dalam buku K. J.Holsti, Politik Internasional- Kerangka Untuk Analisis 1983 h.136- 137 202 Fumio Kishida, Foreign Policy Speech by Menister for Foregn Affairs Fumio Kishida to the 183rd session of the Diet. Menistry of Foreign Affairs of Japan (MOFA), Tokyo, 28 Februari 2013.
89
akan bekerja terus-menerus ke arah kesimpulan dari perjanjian damai dengan Rusia dengan memecahkan isu distribusi empat pulau tersebut”. (terjemahan oleh penulis). Dalam pernyataan tersebut menunjukkan bahwa Jepang menyambut baik terkait hubungan kerjasama energi dengan Rusia. Selain membicarakan isu teritorial
dalam pidato tersebut, Menteri Luar Negeri Fumio Kishina
menyebutkan bahwa Jepang akan meningkatkan hubungan baik dengan Rusia dan memperluas kerjasamanya tidak hanya di bidang energi, namun juga dalam berbagai sektor, seperti kesehatan. 2.
Sikap Rusia dalam Peningkatan Kerjasama Energi
Dewasa ini Rusia semakin memperluas hubungan luar negerinya di wilayah Asia. Rusia mulai membuka peluang investasi bagi investor asing di wilayah timur Siberia, dan mengundang negara negara investor untuk bersama sama menjalankan kerjasama energi di wilayah tersebut.203 Dalam sebuah penelitian di jelaskan bahwa Rusia kini melihat kawasan Asia sebagai pasar baru204. Perekonomian Rusia bergantung terhadap hasil produksi sumber daya energinya. Ketergantungan Rusia terhadap produksi minyak dan energi dalam negerinya tersebut membawa Rusia pada keuntungan baru dari ladang investasi di wilayah timur. Beberapa keuntungan yang akan dicapai oleh Rusia berkaitan
203
President of Russia, Vladimir Putin made annual Presidential address to the Federal Assembly of the Russian federation which outlines Priority Targets for National Political and Economic Development. Address to the Federal Assembly. Tersedia di http://eng.kremlin.ru/news/4739 diakses pada tanggal 3 Oktober 2014. 204 Marlene Laruelle, Russia’s National Identity and Foreign Policy toward the AsiaPacific. Central Asia Program, GeorgeWoshington University. September- October 2014 Vol. 2 no. 5 .The ASAN forum http://www.theasanforum.org/russias-national-identity-and-foreignpolicy-toward-the-asia-pacific/
90
dengan dibukanya ladang kerjasama baru, sebagai awal kerjasama energi dengan negara-negara Asia khususnya Jepang, pertama adalah adanya keanekaragaman dalam melakukan suplai energi, yakni dengan tujuan ekspor yang lebih luas tidak hanya melakukan ekspor di kawasan Eropa dan Asia Tengah. Dua, Rusia tidak hanya melakukan kerjasama ekspor-impor minyak, lebih lanjut Rusia telah mengembangkan produksi energinya kepada LNG. Dengan produksi LNG tersebut Rusia dapat menghindari persaingan di pasar Internasional. Hal tersebut karena dalam memproduksi LNG membutuhkan biaya besar dan teknologi tinggi. Saat ini perekonomian Rusia tidak dalam keadaan baik, maka ekspor LNG mampu meningkatkan pendapatan negara. Ketiga, dalam hal ini pendapatan atau keuntungan yang didapatkan Rusia akan lebih tinggi.205 Sebagaimana yang telah diketahui, hubungan Rusia dengan kawasan Asia Timur seringkali dikaitkan dengan hubungan baik Rusia-Cina. Namun pada kenyataannya, baik Rusia maupun Cina keduanya juga bersaing di wilayah Asia Tengah.206 Rusia tidak ingin kehilangan pasar di Asia Tengah, sedangkan Cina semakin menambah investasinya untuk pengembangan sumber daya energi di wilayah tersebut.207 Sebaliknya, hubungan Jepang-Rusia yang selalu dikaitkan dengan sejarah sengketa, justru meningkatakan intensitas kerjasamanya beberapa 205
Executive Summary .A New Option for Russia’s Gas Supply to Japan. Energy Research Institute of the Russian Academy of Sciences and The Institute of Energy Economics, Japan . World Petroleum Congress, Moskow. Tersedia di https://eneken.ieej.or.jp/data/5517.pdf diakses pda tnggal 5 Oktober 2013. 206 Yoko Hirose, Executive Summary, Japan’s Global Diplomasi:Japan-Russia Relations, Keio University,2014. Tersedia di http://www.stimson.org/images/uploads/hirose_workshop_summary.pdf . Diakses pada 01 Januari 2015. 207 Virdinia Marantidou, Ralph A. Cossa. China and Russia’s Great Game in Central Asia. The National Interest. Tersedia di http://nationalinterest.org/blog/the-buzz/china-russiasgreat-game-central-asia-11385 di akses pada 01 Januari 2015
91
tahun belakangan208. Hal tersebut menunjukkan bahwa perilaku yang diterapkan sebagai interaksi antar negara selalu berdasarkan pada kepentingan nasional negara tersebut. Terdapat beberapa perkembangan penting serta munculnya tantangan baru terkait dengan situasi energi domestik dan luar negeri Jepang. Dalam tinjauan tersebut salah satu perhatian Jepang pada akhir 2013 berkaitan dengan hubungannya dengan negara tetangga (Rusia). Meskipun kedua negara masih terlibat beberapa masalah di kawasan regional di luar sengketa kepulauan, namun usaha untuk meningkatkan hubungan kerjasama antar keduanya masih berjalan.209 Hal tersebut di atas, disebabkan adanya pergeseran kepentingan Rusia di arah Timur. Saat ini perekonomian Rusia melambat, sementara itu Rusia harus tetap memperkuat struktur ekonominya dari sektor minyak dan gas di kawasan Eropa. Namun demikian pasar minyak dan Gas Rusia di Eropa sebagai penghasilan utamanya kini telah mengalami kemunduran, karena terdapat beberapa negara produsen penyuplai minyak dan gas lain. Saat ini Rusia telah meningkatkan strategi pasar Asia dengan meningkatkan negosiasi pipa gas dan melakukan pengembangan LNG di kawasan Asia, seperti yang dilakukan dengan Cina dan Jepang. Dalam bab-bab telah dsebutkan bahwa LNG bukan hanya digunakan sebagai alternatif baru sumber
208
Alex Calvo. Can Russia Assist Japan in Fueling Its Energy Future?. Journal of Security. International Association of Genocide Scholar (IAGS). 2012. Tersedia di http://www.ensec.org/index.php?option=com_content&view=article&id=376:can-russia-assistjapan-in-fueling-its-energy-future&catid=128:issue-content&Itemid=402 209 Ken Koyama, A Japanese Perspective on the International Energy Landscape- A Review of the 2013 Japanese and Overseas Energy Situation, The Institute of Energy Economics Japan, 27 Desember 2013. Tersedia di http://eneken.ieej.or.jp/data/5334.pdf, diakses pada tanggal 5 oktober 2014.
92
daya energi, namun LNG merupakan energi alternatif baru yang ramah lingkungan. Selain itu kualitas sumber daya energi yang dihasilkan oleh Rusia lebih baik jika dibandingkan dengan kualitas sumber daya energi negara lain, seperti Timur Tengah. Lebih Lanjut, peningkatan ekspor minyak mentah dan LNG bukan hanya sebagai pemenuhan kebutuhan sumber daya energi
bagi
Jepang dan negara-negara pemasok energi lain. Namun sebaliknya, bagi Rusia melakukan ekspor dan membuka ladang investasi bagi negara-negara Asia seperti Jepang merupakan bentuk diversifikasi suplai.210 Dalam sebuah pidato terkait kebijakan tahunan pada bulan Desember yang disampaikan oleh Presiden Rusia Vladimir Putin menekankan peningkatan pertumbuhan ekonominya melalui reformasi struktural dan memberikan prioritas kepada perbaikan kecenderungan investasi (penanaman modal).211 Saat ini Rusia melakukan peroses pengembangan di wilayah Siberia Timur dan mulai membuka investasi bagi penanam modal asing. Hal ini yang menarik perhatian, bahwa Rusia akan menjadi pasar tidak hanya bagi Eropa, namun Rusia telah membuat kemajuan dalam memperluas strateginya di Pasar Asia khususnya Jepang.
210
Russia: The Second Putin Administration’s Stance toward China and Focus on Asia, 263 tersedia di http://www.nids.go.jp/english/publication/east-asian/pdf/2013/eastasian_e2013_07.pdf diakses pada tanggal 3 Oktober 2014 211 President of Russia, Vladimir Putin made annual Presidential address to the Federal Assembly of the Russian federation which outlines Priority Targets for National Political and Economic Development. Address to the Federal Assembly. Tersedia di http://eng.kremlin.ru/news/4739 lihat juga, Russia: The Second Putin Administration’s Stance toward China and Focus on Asia. tersedia di http://www.nids.go.jp/english/publication/eastasian/pdf/2013/east-asian_e2013_07.pdf diakses pada tanggal 3 Oktober 2014
93
C.
Kebijakan Luar Negeri Jepang dalam Peningkatan Kerjasama Energi
dengan Rusia. Ken Keyoma menyebutkan pada akhir 2011,212 pasca gempa bumi di Fukushima, Jepang kembali mengkaji kebijakan terkait dengan energi. Pemerintah mengindikasikan adanya rencana revisi kebijakan energi yang memposisikan energi nuklir sebagai sumber energi penting bagi negara tersebut. Namun pemerintah dihadapkan dengan tanggung jawab atas kebijakan energi yang nantinya akan diambil. Hal ini berkaitan dengan pemberian prioritas utama bagi keselamatan seluruh masyarakat, oleh sebab itu pemerintah diminta untuk mengembangkan kebijakan dengan menerapkan kebijakan energi yang spesifik. Progres dari peningkatan kerjasama energi Jepang-Rusia juga dapat dilihat pada pertemuan yang diselengarakan oleh petinggi Jepang dengan perusahaan gas dan minyak Rusia, Gazprom. Pada bulan April tahun 2012 Chikahito Harada, duta besar Jepang untuk Rusia, mengunjungi markas perusahaan minyak dan gas Gazprom untuk berdiskusi dengan para eksekutif Gazprom terkait pentingnya pasokan LNG dari proyek Sakhalin II untuk memenuhi permintaan Jepang untuk gas. Selain itu, Duta Besar Harada juga mengkonfirmasi kemajuan yang dibuat dalam proyek bersama Jepang-Rusia untuk membangun kilang LNG di Vladivostok. Selanjutnya pada bulan Juni 2012, Seiji Maehara, Ketua Dewan Riset Partai Demokrat Jepang juga melakukan kunjungan ke Gazprom dan menerima konfirmasi bahwa LNG dari proyek Sakhalin II akan dikirim ke
212
Kan Kayoma, A Japanese Perspective on the International Energy Landscape, Resource- Rich Russia Attempting to Enhance Energy Conservation. (IEEJ, Januari 2011), 2.
94
Jepang.213 Adanya kemajuan dalam proyek tersebut dapat dilihat dari hasil impor Jepang yang terus meningkat dari proyek LNG Vladivostok. Tidak dapat dipungkiri hal ini merupakan bentuk pemenuhan kebutuhan konsumsi Jepang, dan salah satu bentuk upaya Jepang dalam mengamankan energinya. Definisi keamanan energi menurut International energy Agency (IEA). Pertama adalah keamanan energi jangka panjang yang berkaitan dengan investasi tepat waktu untuk memasok energi sesuai dengan perkembangan ekonomi dan kebutuhan lingkungan yang berelanjutan. Kedua adalah keamanan energi jangka pendek yang berfokus pada kemampuan sistem energi untuk bereaksi secara cepat terhadap perubahan mendadak dalam keseimbangan permintaan.214 Dalam definisi tersebut di atas menekankan pada perkembangan ekonomi dan lingkungan yang berkelanjutan. Hal ini berkaitan langsung dengan tingkat kebutuhan Jepang terhadap pasokan energi, dalam hal ini Jepang mengalami benturan dalam kebijakan energinya dengan menetapkan pembangkit tenaga nuklir sebagai sendi dari strategi pertahanan energinya. Dalam kebijakan tersebut terdapat beberapa resiko rusaknya pabrik yang diakibatkan oleh alam maupun secara teknis, hal ini dapat mempertaruhkan keselamatan masyarakat pada umumnya. Juga di tingkat ekonomi, Jepang dihadapkan dengan harga minyak yang melonjak dan biaya transportasi yang tinggi. Jika dilihat berdasarkan uraian tersebut di atas maka peningkatan kerjasama energi Jepang-Rusia akan memberikan dampak positif dalam keamanan 213
Russia: The Second Putin Administration’s Stance toward China and Focus on Asia,
268 214
What is Energy?. International Energy Agency (IEA) tersedia di http://www.iea.org/topics/energysecurity/subtopics/whatsenergysecurity/ diakses pada 20 Juli 2014.
95
energi Jepang. Resiko terjadinya bencana nuklir dapat diminimalisir, yang akan berdampak langsung terhadap kesejahteraan masyarakat. Juga dapat mengurangi biaya transportasi impor minyak dari timur tengah. Biaya transportasi termasuk didalamnya adalah transportasi baik dari segi harga maupun ancaman lain seperti teroris dan pembajakan. Kemudian Jepang akan mendapatkan perubahan secara signifikan, seperti pengiriman minyak dan LNG yang cepat, memperluas investasi di kawasar Siberia sebagai bentuk kerjasama, serta mampu mendapatkan kualitas energi yang lebih baik. Sementara itu, Jepang selama tiga tahun terakhir mengalami kelangkaan energi terbesar akibat terjadinya bencana gempa dan tsunami. Dalam tiga tahun terakhir (2011-2013) Jepang harus menentukan kebijakan energinya. Hal ini yang seharusnya menjadi pertimbangan Jepang, sesuai dengan tujuan jangka menengah, Jepang harus menentukan kepentingan nasional negaranya dengan cepat dan tepat. Selain untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, juga untuk menjamin suplai energi dalam negeri. Terbukanya lapangan investasi Rusia di wilayah Jepang merupakan langkah awal Jepang untuk meningkatkan kerjasama energinya. Peningkatan kerjasama energi yang terjalin akan menguntungkan tidak hanya dari sisi Jepang, namun juga dari sudut pandang Rusia. Rusia dengan pertumbuhan ekonomi yang saat ini sedang lambat dapat memperluas ekspansi energinya di wilayah Asia. Secara garis besar, keuntungan Jepang adalah pasokan energi Jepang akan terjamin ketika Jepang melakukan impor dari Rusia. Peningkatan impor sumber daya energi Jepang melalui proyek yang telah disebutkan pada bab 3, pada dasarnya tidak secara signifikan mampu memenuhi
96
kebutuhan energi Jepang, namun demikian mengingat hubungan kedua negara tersebut mengalami pasang- surut akibat isu teritorial, peningkatan jumlah impor energi dalam proyek Sakhalin II, dan pipa gas tersebut memberi harapan baru bagi perkembangan hubungan kedua negara tersebut. Hal tersebut menujukkan bahwa kepentingan nasional sebuah negara dapat bergeser, namun pergeseran tersebut tidak lain digunakan untuk mencapai kepentingan nasional yang lebih luas dan menyeluruh. Selain untuk mencapai kepentingan yang lebih luas, diharapkan pada gilirannya dimasa depan Rusia tidak hanya sebagai tetangga negara bagi Jepang, namun juga mampu menjadi mitra kerjasama yang komprehensif bagi Jepang. Sementara itu, diantara hubungan dua negara (Jepang-Rusia) terdapat sengketa kepulauan yang masih terjadi. Kepentingan Jepang atas klaim Kepulauan Kuril cukup besar. Seperti yang telah diuraikan dalam bab sebelumya, sejarah geografi Jepang dengan pulau-pulau yang menjadi ajang sengketa sangat dekat. Selain itu potensi sumber daya alam yang melimpah di dalam kepulauan tersebut juga menjadi daya tarik bagi Jepang. Oleh sebab itu kepentingan energi Jepang dan sengketa saling tarik menarik. Meskipun sengketa merupakan isu yang tidak dapat dinegosiasikan namun pada praktiknya, negara mampu mengesampingkan masalah teritori untuk mendapatkan tujuan negara yang lebih komprehensif dan rasional. Maka dalam hal ini, kebutuhan energi Jepang, dan diversifikasi suplai Rusia menjadi pilihan kebijakan bagi kedua negara tersebut, dengan kata lain untuk saat ini, isu teritorial tidak mampu mengurangi impor energi Jepang dari Rusia.
97
Seperti halnya uraian diatas, menurut Paul Seabury yang dikutip dalam buku K. J Holsti, kepentingan nasional dapat disebut juga sebagai tujuan, terdapat pengertian secara normatif dan deskriptif.215 Hal ini berkaitan dengan beberapa kumpulan cita- cita suatu bangsa yang berusaha dicapai melalui hubungan dengan negara lain. Dengan kata lain gejala tersebut merupakan konsep kepentingan secara normatif. Arti kedua yang sama pentingnya yakni secara deskriptif yaitu hanya dianggap sebagai sesuatu yang harus di capai negara secara tetap melalui kepemimpinan pemerintah. Apabila melihat kepentingan nasional sebagai sebuah tujuan, maka masing- masing negara tentu memiliki tujuan masing- masing. Menurut Seabury dalam pengambilan keputusan untuk menentukan kepentingan nasionalnya, sebuah negara dihadapkan dengan berbagai pilihan. Namun dalam menetapkan tujuannya, sebuah negara akan mengambil keputusan yang paling rasional dan umum. Kedaulatan atau keutuhan sebuah negara penting menurut Seabury namun, terdapat pertimbangan-pertimbangan lain untuk menentukan tujuan sebuah negara.216 Hubungan Jepang-Rusia juga tidak lepas dari hubungan tarik menarik antara ekonomi dan politiknya. Hal ini berkaitan dengan konsep IPE, yang melihat adanya hubungan timbal-balik antara politik dan ekonomi.217 Kebutuhan sumber daya energi Jepang yang mendesak dan diversifikasi suplai energi Rusia di wilayah Asia, menyebabkan adanya peningkatan interaksi ekonomi diantara kedua negara tersebut. Meskipun tidak secara langsung hubungan politik kedua 215
Paul Seabury. Power Freedom dan diplomacy, 5. Dikutip dalam buku K.J holsti. Politik Internasional, Kerangka untuk Anlisis-Tujuan Kebijakan Luar Negeri, 138 216 Paul Seabury dalam buku K. J Holsti, 139 217 Karen A. Mingst, Jack L. Snyder. Essential Readings in World Politics-The Meaning of Political Economy. W.W Norton and Company. New York, 2004,404
98
negara terkait isu teritorial berhasil terselesaikan, namun berdasarkan kerjasama yang telah dijalankan tersebut pada akhirnya kedua negara mampu memenejemen masalah teritorial dan memulai kembali negosiasi terkait dengan sengketa tersebut. Oleh karena itu tujuan sebuah negara tidak serta merta hanya berorientasi pada perluasan wilayah atau kedaulatan namun, kesejahteraan masyarakat dan perkembangan ekonomi juga perlu dipertimbangkan. Bagi Jepang opini publik dan kesejahteraan masyarakat menjadi faktor penting dalam pengambilan kebijakan negara tersebut.218
218
Damian Grammaticas, Japan Earthquake: Explosion at Fukushima Nuclear Plan.
99
BAB V Kesimpulan Terkait dengan peningkatan Kerjasama Energi Jepang-Rusia beberapa tahun terakhir dapat disimpulkan bahwa adanya peningkatan kerjasama dua negara didasari oleh beberapa hal. Seperti, bagaimana Jepang menentukan tujuan dan kepentingan nasionalnya. Jepang merupakan negara dengan sumber daya energi yang langka, sedangkan kebutuhan energi di berbagai sektor terutama sektor industri menjadi kebutuhan utama bagi negara tersebut. Kepastian suplai energi menjadi faktor penting dalam pengambilan kebijakan negara tersebut. Oleh sebab itu, energi menjadi isu penting bagi Jepang. Di sisi lain kerajasama JepangRusia masih diwarnai dengan sengketa kepulauan yang belum terselesaikan. Hal ini terbukti dengan sikap Jepang yang tidak ingin melepaskan klaim atas empat pulau yang tergabung dalam Kepulauan Kuril tersebut kepada Rusia. Kepentingan nasional Jepang tidak dapat dilihat dari satu sudut pandang. Kepentingan Jepang terhadap Pulau Kuril tidak akan diubah, namun dalam hal ini kepentingan nasional Jepang disesuaikan dengan kebutuhan mendesak yang dialami Jepang. Jepang harus menentukan prioritas utama dalam kebijakan luar negerinya. Kelangkaan dan kebutuhan sumber daya energi menjadi masalah utama dalam negerinya. Untuk memenuhi kebutuhan energinya, Jepang harus bersinggungan dengan kepastian suplai, efisiensi, dan diversifikasi energi. Jepang tidak mampu memenuhi suplai energi domestik dengan hanya mengandalkan sumber daya energinya. EIA menyebutkan dari total konsumsi
100
domestiknya hanya 10% energi yang mampu dihasilkan oleh Jepang setiap tahun. Dengan demikian Jepang tidak mampu memenuhi kebutuhan energinya hanya dengan mengandalkan sumber daya domestik. Sebagai jalan keluarnya adalah Jepang harus memperkuat suplai energi dari negara-negara penghasil energi seperti Rusia dan Timur Tengah. Sebagian besar impor minyak Jepang berasal dari Timur Tengah namun beberapa tahun terakhir, suplai minyak Jepang terhambat diakibatkan oleh harga minyak melonjak dan ketidak-stabilan politik di Timur Tengah pasca Arab Spring. Oleh sebab itu, kepastian suplai Jepang dari Timur Tengah terganggu. Sementara itu, Jepang masih menggunakan PLTN, akan tetapi Jepang tidak mampu kembali menggantungkan energi nuklir sebagai sendi sumber daya energi Jepang. Hal ini disebabkan karena letak geografis Jepang yang menyebabkan Jepang rawan terhadap bencana alam. Turunnya tingkat ketergantungan Jepang terhadap energi nuklir Jepang, menyebabkan Jepang
harus melakukan
diversifikasi energi yakni dengan cara kembali melakukan suplai minyak dan mulai membuka suplai energi berupa LNG. Hal ini merupakan beberapa masalah mendasar bagi keamanan suplai energi Jepang. Untuk menentukan kebijakannya Jepang melihat beberapa faktor seperti faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal berkaitan dengan kebutuhan dan kelangkaan sumber daya energi Jepang, seperti yang telah diuraikan di atas, sedangkan faktor eksternal berkaitan dengan letak geografisnya. Kedekatan geografi Jepang-Rusia dapat memberikan keuntungan bagi Jepang, khususnya untuk mendapat kepastian Suplai energi. Selain itu kedekatan letak geografi 101
Jepang dengan negara-negara di kawasan Regional Asia Timur juga menjadi pertimbangan bagi pengambilan keputusan Jepang terkait suplai energinya. Jepang tidak hanya memiliki masalah sengketa dengan Rusia, namun juga dengan beberapa negara tetangga seperti Korea Selatan dan Cina. Hal ini akan menjadi pertimbangan bagi eksistensi Jepang di kawasan. Selain itu persaingan dalam meperoleh suplai energi dengan negara-negara besar seperti Cina, Korea Selatan dan India menyebabkan Jepang mengkaji ulang hubungannya dengan Rusia. Sengketa kepemilikan Kepulauan Kuril antara Jepang-Rusia merupakan isu non- negotiable, namun dalam menghadapi isu tersebut kedua negara JepangRusia lebih memilih menjalankan kerjasama. Seperti yang telah dijelaskan dalam bab IV, pertimbangan kerjasama bukan hanya digunakan sebagai bentuk penyelesaian sengketa, namun dalam hal ini pertimbangan kerjasama digunakan oleh Jepang untuk memperluas tujuannya dan memenejemen isu sengketa menjadi lebih baik. Pertimbangan
Jepang
untuk
menjalankan
kerjasama
dan
mengesampingkan isu teritorial ini tidak lain disebabkan oleh keamanan energi dan semakin interdependennya negara-negara di kawasan. Oleh sebab itu, seperti yang telah disebutkan sebelumnya, kebutuhan Jepang akan energi membawa Jepang untuk mengambil keputusan rasional dengan mengesampingkan isu teritorialnya dan menjalankan kerjasama yang lebih komprehensif bersama Rusia.
102
Daftar Pustaka Buku Akaha, Tsuneo dan Anna Vassilieva, 2014. Introduction: Russia and East Asia, dalam Buku Russia and East Asia- Informal and Gradual Integration, New York, Routledge. Boejie dan Hodkinson. 2009. “Introduction to Qualitative Research.” P. 6 in Introduction to Qualitative Research. New York. Burchill, Scott, Andrew Linklater, Richard Devetak, dkk. 2005. Theories of International Relations. New York.Palgrave Macmillan, Burchill, Scott, Andrew Linklater. 2009. Teori- Teori Hubungan Internasional. Bandung.Nusamedia. Burchill, Scott. 2005. The National Interest in International Relations Theory. Palgrave Macmillan, New York. Mingst, A Karen, Jack L. Snyder. 2004. Essential Readings in World Politics-The Meanging of Political Economy. W.W Norton and Company. New York Creswell, John W. 1998. Research Design Qualitative, Quantitative and mixed methods design. California, Safe Publications, Inc, Dougherty, James E. Robert L. Pfaltzgraf, Jr. 1990.Contending Theories of International Relations: A Comprehensive Survey. Third Edition. New York: Harper Collins Publisher. Ferguson, Joseph. 2008. Japanese- Russian Relation 1907- 2007. New York, Routlage Contemporary Japan Series, Hara, Kimie. 2005. Japanese- Soviet/ Russian Relation Since 1945- Difficult Peace.New York, Routlage Japanese Study Series. Holsti K. J. 1963. Politik Internasional- Kerangka untuk Analisis, Tujuan Kebijakan Luar negeri, ed. M Tahir Azhary. Jakarta, Penerbit Erlangga. Kurht, Natasha. 2007. Russian Policy Towards China and Japan- The El’tsin and Putin Period. New York, Routlage. Mas’oed, Mochtar, 1994. Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan Metodologi. Jakarta, LP3ES. Mintz, Alex dan Karl DeRouen. 2010. Understanding Foreign Policy Decision Making. New York, Cambridge, Universit Press. Pascual, Carlos dan Jonathan Elkind. 2010. Energy Security-Economics, Politics, Trategies, and Implication. Washington, The Brooking Institution. Perwita, Anak Agung Banyu dan Yanyan Mohammad Yani. 2006. Pengantar Hubungan internasional. Bandung, Remaja Rosdakarya. Plano, C Jack dan Roy Olton. 1999. Kamus Hubungan Internasional. Bandung, Putra Bardin. Rosenau, N James,Kenneth W. Thompson dan Gavin Boyd. 1976. World Politics: An Introduction. New York, Free Press. Schoenbaum, J Thomas. 2008. Peace in Northeast Asia- Resolving japan’s Territorial and Maritime Disputes with China, Korea and The Russia federation. USA, Edward Elgar Publising. Williams , Brad. 2007. Resolving the Russo- Japanese Territorial Dispute, HokkaidoSakhalin Relation. New York, Routlage. Yusgiantoro, Purnomo. 2000. “Ekonomi energi teori dan praktik” Bandung, Pustaka LP3ES. Wawancara: Prof. Dr. Dewi Fortuna Anwar. 2014. Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, dan Deputi Sekretaris Wapres bidang Politik, menyatakan dalam wawancara yang di
lakukan penulis terkait dengan kepentingan nasional dan kepentingan Jepang dalam sengketa Kepulauan Kuril. Gedung Wakil Presiden RI. Jurnal Adams, Rod. 2011. Nuclear Power after Fukushima: It is still, the energy of the Future. Atomic Insights Agustus, tersedia di http://atomicinsights.com/nuclear-power-afterfukushima-it-is-still-the-energy-of-the-future/ AMEROP. 2010. Jepang dan Rusia Selisih Kepulauan Kuril danMenvedev ke Pulau Kuril, Jepang Protes. Laporan Perkembangan Kawasan Amerika dan Eropa periode Oktberdesember 2010, Direktorat Jendral Amerika- Eropa (AMEROP) Kementerian Luar Negeri. Belov, Andrey. 2004. Regional Dimention of Economic Cooperation between Japan and Russia- Background of the japan- Russia trade, Journal of East- West Business. Cann, Mc Linda. 2013.Japan’s Energy Security Challenges: The World is Watching, Department of Defence, ADF Journal, no 190. Ebel, E, Robert. 2009. The Geopolitics of Russian energy-Looking Back, Looking Forward. A Report of the CSIS Energy and National security Pogram. Washington. Godzimirski, M Jakub. 2011. The Northern Dimension of The Russian Gas Strategy. Oslo. Russia Analytical Digest 58/09. Henry , Ryan, Cristine Osowski, dkk. 2012. Promoting International Energy SecurityStrategic Significance of the Asian Energy Sea- Lanes. RAND Air Force- Sea- Lanes to Asia, Vol. 3. Hirai, Hirohide. 2012. LNG Supply and Demand after the Great East Japan Earthquake and Japan- Russia Cooperation. ERINA Report no. 104. Hirohide, Hirai. 2012. LNG Supply and Demand after the Great East Japan Earthquake and Japan- Russia Cooperation. Economic Research Institute Northeast Asia (ERINA) Report. Japan, No.104 Isnaeni, Nurul. Jepang dan Isu Keaman energi. Global vol 8 no.2- November 2006 Itoh, Shoichi. 2011. Russia Looks East, Energy Markets and Geopolitics in Northeast Asia. A Report of the CSIS Russia and Eurasia Program, Washington. Iwashita, Akhiro. 2013. The Northern Territories and Russo- Japan Relations- Backdrop of the Territorial Dispute. Sapporo, Russian Analytical Digest (RAD) no. 132 Iwashita, Akhiro. 2013. The Northern Territories and Russo- Japan Relations- Backdrop of the Territorial Dispute. Sapporo, Russian Analytical Digest (RAD) no. 132 Japan Unlikely to limit its Energy Imports with Russia despite new sanctions. Coutry Risk IHS Jane’s 360. Article. Defence & Security Intelegence & Analysis Review, 2014. Tersedia di: http://www.janes.com/article/41660/japan-unlikely-to-limit-its-energyimports-with-russia-despite-new-sanctions Jeronim, Perovic. 2008.Russian Energy Power Abroad- ussia’s New Energy Frontiers. Russian Analitical Digest. Zurich. no. 33. Keliat, Makmur. 2006. Kebijakan Keamanan Energi. Jakarta, Global Jurnal Politik Internasional,vol 8. Nuechterlein, Donald E. 1976. National Interest and Foreign Policy: A Conceptual Framework for Analysis and Decision- Making. British Journal of International Studies, Vol 2, no 3. Britania Raya, Cambridge University Press. Koyama, Ken. 2011.A Japanese Perspective on the International Energy Landscape, Resource- Rich Russia Attempting to Enhance Energy Conservation. Tokyo , Institute Economic, Enegy Japan- IEEJ. Laruelle, Marlene. 2014 . Russia’s National Identity and Foreign Policy toward the AsiaPacific. Central Asia Program, GeorgeWashington University. Vol. 2 no. 5. tersedia
di http://www.theasanforum.org/russias-national-identity-and-foreign-policy-towardthe-asia-pacific/ Luktanest, Artem. 2013.The Demographip Development of The Russian Far East- Economic, Research Institute for Northeast Asia. Niigata- Japan. Vol 1, no 1. Mastepabov, Alexey. 2012. The Future Prospect for Japan- Russia Cooperation in Gas Sector. Moscow, Economic Research Institute Northeast Asia (ERINA) Report, No.104. Mastepanov, Alexey. 2010. Gas Development trend in Eastern Siberia and Sakhalin, Economic Research Institute Northeast Asia (ERINA) Report. Moscow. no. 92. Matsuyama, yusuhiro. 2013 . Challenges in Japan and Japan- Russia Energy Cooperation. ERINA Report, Japan. no. 110. Okada, Mitsuharu Vincent, 2012. The Plight of Ainu, Indigeneus People of Japan. Manoa. Journal of Indigenous Social Development, Vol. 1, issue 1. Tersedia di http://scholarspace.manoa.hawaii.edu/bitstream/handle/10125/21976/v1i1_02okada.p df Pajon, Céline.2013. Japan- russia: Toward a Strategic Partnership?. Paris. Russia/ NIS Center, in cooperation with the Center for Asian Studies, IFRI. Pirani, Simon. 2011. Liberalisation Herald Change in The Gas Market- Russian Energy Policy. Oxford, Russian Analitical Digest. No 100. Robert, Orttung. 2011.Conflict Over Arctict Energy, State Corporation Polities - Russian Energy Policy. Washington. Russian Analitical Digest. No 100. Rutland, Peter. 2012. Russian Nuclear Energy in The Wake of Fukushima - Russian Energy Policy. Middletown. Russian Analitical Digest. no. 113. 15 Smith, Steve dan Rosenau’s Contriibution. 1983. The Definition of Energy Security,World Economic Forum- The New Energy Security Paradigm. Review of International Studies. Vol. 9 no. 2 April. Sugimoto, Tadashi. 2013. The Foundation of Japan- Russia Energy Cooperation: The Hystory of the Ups and Downs of the Sakhalin Project. The Northeast Asian Economic Review.Niigata, Japan. Vol. 1. No 2 The federation of Electric Power Companies of Japan. 2012. Electricity Review Japan tersedia di http://www.fepc.or.jp/english/library/electricity_eview_japan/__icsFiles/afieldfile/201 2/10/03/2012ERJ_2r.pdf Thompson, W Kenneth. 1971. National Interest by Joseph Frankel. The Review Politics, Cambridge University Press. Vol. 33. No. 3 Vassiliouk, Svetlana. 2008 “Japanese- Russian Energy Cooperation : Problem and Perpectives”, The Institute Energy, Economics of Japan(IEEJ), Jepang. Tersedia di http://eneken.ieej.or.jp/en/data/pdf/461.pdf Watkins, Eric. 2006. Japan’s Energy Supplies at Risk. The Jamestown Foundation – Global Research and Analysis Publication: Terrorism monitor Volume: 4 issue :22, 16. Tersedia di http://www.jamestown.org/single/?tx_ttnews[tt_news]=972&no_cache=1#.VA5jLGd g9dh Yasenev, Sergey. 2013. Gazprom’s Activities and Cooperation with Japan. Economic Research Institute Northeast Asia (ERINA) Report, Japan. no. 110. Alex Calvo. Can Russia Assist Japan in Fueling Its Energy Future?. Journal of Security. International Association of Genocide Scholar (IAGS). 2012. Tersedia di http://www.ensec.org/index.php?option=com_content&view=article&id=376:canrussia-assist-japan-in-fueling-its-energy-future&catid=128:issue-content&Itemid=402
Report ANRE. 2007. Japan’s Energy Policy. Agency for Natural Resources and Energy Menistry economic, trade and Industry of Japan. Tersedia di https://www.jetro.go.jp/mexico/topics/20100708514-topics/01_ANRE_METI.pdf Changes of Director and other senior Management. 2014Public Relation Group, Corporate Communications Unit, Ashaka. tersedia di http://www.inpex.co.jp/english/news/pdf/2014/e20140519.pdf EIA. 2014. A New Option for Russia’s Gas Supply to Japan. Executive Summary, Energy Research Institue of the Russian Academy of Sciences and the Institute of Energy Economics Japan. World Petroleum Congress, Moscow. Tersedia di https://eneken.ieej.or.jp/data/5517.pdf EIA. 2014. Japan, United State Energy Information Administration, tersedia di http://www.eia.gov/countries/analysisbriefs/Japan/japan.pdf ______ Russia- U.S. Energy Information Administration (EIA), 2013. h. 3-4 Tersedia di http://www.eia.gov/countries/analysisbriefs/Russia/russia.pdf ______Whats is energy Security? International Agency (IEA) tersedia di http://www.iea.org/topics/energysecurity/subtopics/whatisenergysecurity/ Kishida, Fumio. 2013. Foreign Policy Speech by Menister for Foregn Affairs Fumio Kishida to the 183rd session of the Diet. Tokyo. Menistry of Foreign Affairs of Japan (MOFA), Matsuyama,Yasuhiro. 2014. Challenge in Japan and Japan- Russia Energy Cooperation. Erina Report. No.110, 2013 h.40 Federal State Statistics Service (Rosstat) Russia, Moskow, tersedia di http://www.gks.ru/free_doc/doc_2014/rus14_eng.pdf Executive Summary .A New Option for Russia’s Gas Supply to Japan. Energy Research Institute of the Russian Academy of Sciences and The Institute of Energy Economics, Japan . World Petroleum Congress, Moskow. Tersedia di https://eneken.ieej.or.jp/data/5517.pdf Yoko Hirose, Executive Summary, Japan’s Global Diplomasi:Japan-Russia Relations, Keio University,2014. Tersedia di http://www.stimson.org/images/uploads/hirose_workshop_summary.pdf Skripsi Maryam,Siti.2010. Pengaruh Energi dalamHubungan Bilateral Rusia- Ukraina pada Tahun 2006-2009. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Rahmawati, 2013Fitria. Kerjasama antara Rusia dan Jepang dalam menangani sengketa kepulauan Kuril Sealatan Periode 2003-2011, Hubungan Internasional, Fakulas Ilmu sosial dan Ilmu Politik, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Suri, Poppy Dwi. 2004. Faktor Sengkata Kepulauan dalam Hubugan Ekonomi Jepang- Rusia 1993- 2001. Hubungan Internasinal, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Indonesia. Williams, Rear Admiral Simon, 2012. The Role of the National Interest in the National Security Debate. Royal Collage of Defence Studies, Defence Academy of The United Kingdom Website Geography- The Kuril and Sakhalin Island Controversy, http://geography.about.com/library/weekly/aa021400a.htm.
2013,
tersedia
di
ASEAN, 2012 Konfenersi Tingkat Tinggi Asia Timur (East Asia Summit). Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia. Tersedia di http://kemlu.go.id/Pages/Asean.aspx?IDP=3&l=id Executive Summary . 2014. A New Option for Russia’s Gas Supply to Japan. Energy Research Institute of the Russian Academy of Sciences and The Institute of Energy Economics, Japan . World Petroleum Congress, tersedia di https://eneken.ieej.or.jp/data/5517.pdf Gazprom. 2013. Eastern Gas Program- Potential of Far East and Eastern Siberia. Tersedia di http://www.gazprom.com/about/production/projects/east-program/ Gazprom. 2013. Gazprom and Shell agree on moving over to design stage of project for third train of LNG plant in Shakalin – Background. Tersedia di http://www.gazprom.com/press/news/2013/december/article181362/ Gazprom. 2014. 50 Million Tonnes of LNG Produced on Sakhalin-2 Project. Gas Market News, tersedia di http://www.gazpromexport.ru/en/presscenter/news/1256/ Helena, Maria. 2005. Defining Terrorism: Urgent Task for the Shipping Industry. ISPS Terminal Sikringssone Security Zone. Tersedia di https://www.duo.uio.no/bitstream/handle/10852/22826/masterthesis_IgnacioVelez.pdf ?sequence=1 International Atomic Energy Agency, 2013. Russian Federation, tersedia di http://wwwpub.iaea.org/MTCD/publications/PDF/CNPP2013_CD/countryprofiles/Russia/Russia. htm Kaneko, Natsuki. 2014. Russian Crude expoling Asian Market. Nikkei Asian Review. Tersedia di http://asia.nikkei.com/print/article/17621 Koyama Ken, 2013. A Japanese Perspective on the International Energy Landscape- A Review of the 2013 Japanese and Overseas Energy Situation. Tokyo, The Institute of Energy Economics Japan. Tersedia di http://eneken.ieej.or.jp/data/5334.pdf May,Michael. 1998. Energy and Security in East Asia. Americas’s Alliances with Japan and Korea in a Changing Notheast Asia Asia. Pacific Research Center tersedia http://iisdb.stanford.edu/pubs/10043/Mayfront.PM.pdf Medvedev, Alexander. 2011. Russian Natural Gas will become Key Commodity in AsianPacific Energy Market. Gazprom, tersedia di http://www.gazprom.com/press/news/2011/september/article119818/ New geography. 2011. Japan’s 2010 Census: Moving To Tokyo, tersedia di http://www.newgeography.com/content/002227-japan%E2%80%99s-2010-censusmoving-tokyo President of Russia ,2012. Vladimir Putin made annual Presidential address to the Federal Assembly of the Russian federation which outlines Priority Targets for National Political and Economic Development. Moscow, Address to the Federal Assembly. tersedia di http://eng.kremlin.ru/news/4739 Virdinia Marantidou, Ralph A. Cossa. China and Russia’s Great Game in Central Asia. The National Interest. Tersedia di http://nationalinterest.org/blog/the-buzz/china-russiasgreat-game-central-asia-11385 Sakhalin- 2. 2014. Sakhalin- 2 is One of The World’s Largest Integrated greenfield oil and gas Projects Developed in the Harsh Subarctic Condition of the Russian Far East. Gazprom Export. Tersedia di http://www.gazpromexport.ru/en/projects/2/ Sakhalin Energi Investment Company . 2011. Hydrocarbon Production and Export-Sakhalin. Sustainable Development Report. Tersedia di http://www.sakhalinenergy.ru/media/ff568648-fcf2-463f-bf89-cfd6dd0802db.pdf
Sakhalin Energi Investment Company. 2012. Suistainable development Report - Sakhalin LNG sales market structure in 2012, tersedia di http://www.sakhalinenergy.ru/media/76bb418c-7db4-4875-b821-ee8d31d0d797.pdf Sakhalin office. 2014. Cахалин и Kурилы (Sakhalin dan Kuriles) http://www.sakhalin.ru/Engl/Region/geography.htm Sakhalin Official Website . 2014. Official Website of The Governor and Goverment of The Sakhalin Region-Economi. Tersedia di http://en.admsakhalin.ru/index.php?id=542 Sakhalin Official Website, 2014. The Governor and Goverment of The Sakhalin Region About Sakhalin Region. Tersedia di http://en.admsakhalin.ru/index.php?id=525 Sakhalin Official Website. 2013. The Governor and Goverment of The Sakhalin Region. Tersedia di http://en.admsakhalin.ru/ Sakhalin Official Website. 2014. The Governor and Goverment of The Sakhalin -Foreign Trade, Region. Tersedia di http://en.admsakhalin.ru/index.php?id=543 Sakhalin Official Website.2014. Official Website of The Governor and Goverment of The Sakhalin Region- Foeign Investment. Tersedia di http://en.admsakhalin.ru/index.php?id=543 Shell Global. 2012. Sakhalin-2-an overview. tersedia di http://www.shell.com/global/aboutshell/major-projects-2/sakhalin/overview.html Shell Global. 2012. Sakhalin- 2: one of the world’s Largest integrated oil and gas projects tersedia di http://www.shell.com/global/aboutshell/major-projects-2/sakhalin/largestintegrated-oil-gas-project.html The National Institute of Defence Studies. 2013. Russia: The Second Putin Administration’s Stance toward China and Focus on Asia. Tersedia di http://www.nids.go.jp/english/publication/east-asian/pdf/2013/eastasian_e2013_07.pdf U.S. Department of State Office of the Historian .The Treaty of Portsmouth and The RussoJapanese War 1904-1905,. Tersedia di https://history.state.gov/milestones/18991913/portsmouth-treaty Wold Investment .2009. Tapping into the Energy Resources- South East Asia. Sakhalin Report, tersedia di www.winne.com/dncountryrepory.php?id=182 World Energy Resources. 2013. World Energy Council – For Sustainable Energy. tersedia di www.worldenergy.org World Nuclear Asssociation. 2014.Fukushima Accident, tersedia di http://www.worldnuclear.org/info/safety-and-security/safety-of-plants/fukushima-accident/ World Population Review. 2014. Japan Population 2014. Tersedia di http://worldpopulationreview.com/countries/japan-population/ Surat Kabar Online: BBC News. 2013. Asia-Pasific“Kuril Island dispute between Rusia and Japan” .tersedia di http://www.bbc.co.uk/news/world-asia-pacific-11664434 BBC News. 2014 . Pirates raid oil Tanker in Malacca Straits. Tersedia di http://www.bbc.com/news/world-asia-27114548 BBC News.2013. Kuril Islands Dispute between Russia and Japan. BBC News Asia- Pacific tersedia di http://www.bbc.com/news/world-asia-pacific-11664434 Deutsche Welle. 2013. Pendekatan Rusia- Jepang.tersedia di http://www.dw.de/pendekatanrusia-jepang/a-16778195 Fomichev, Mikhail. 2012. Asia to get more Russian ESPO Crude as Second Pipeline Opened RIA Novosti, RT Question More. Tersedia di http://rt.com/business/transneft-espooil-asia-807/
Global post. 2013. Japan Russia Hold Talks on isles Energy Cooperation, Kyodo Internasional. Tersedia di http://www.globalpost.com/dispatch/news/kyodo-newsinternational/130617/japan-russia-hold-talks-isles-energy-cooperation Grammaticas, Damian, 2011.‘Japan Earthquake: Explosion at Fukushima Nuclear Plan’ Tokyo, BBC News Asia- Pasific tersedia di http://www.bbc.co.uk/news/world-asiapacific-12720219 Pagliarulo, Ned. 2014. Energy Shortfall Reshapes Japan’s Foreign Policy . Global Risk insights. Tersedia di http://globalriskinsights.com/2014/07/04/energy-shortfallreshapes-japans-foreign-policy/ Soldatkin, Vladimir .2011. Japan Pleads for More Energy Supply from Russia. Reuters News. tersedia di http://www.reuters.com/article/2011/03/12/us-japan-quake-russiaidUSTRE72B32M20110312 Sputnik International. Oktober 2014. Mount Ontake Volcano Eruption Death Toll Reaches 55: Reports. RIA Novosti. Tersedia di http://en.ria.ru/world/20141008/193798036/Mount-Ontake-Volcano-Eruption-DeathToll-Reaches-55-Reports.html World Population Review, 2010, Jepang. Tersedia di http://worldpopulationreview.com/countries/japan-population/ Japan’s Census: Moving To Tokyo. 2014. Tokyo. Tersedia di http://www.newgeography.com/content/002227-japan%E2%80%99s-2010-censusmoving-tokyo
Wawancara Narasumber : Prof. Dr. Dewi Fortuna Anwar Karir : - Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Sosial dan Kemanusiaan (IPSK) - Direktur Kegiatan dan Penelitian Habibie Center, Professor Riset - Dewan Penasehat Center for Information and Development Studies (CIDES) - Asisten Wakil Presiden Bidang Hubungan Internasional (1998) - Asisten Menteri Sekretaris Negara Bidang Hubungan Luar Negeri (1998-1999) - Deputi Sekretaris Wakil Presiden Bidang Politik (2000- saat ini) Fokus Kajian : Politik, Hubungan Internasional, Kajian Keamanan (Security Studies), Asia- Pasifik. Tempat :Kantor Sekretariat Wakil Presiden, Jl. Kebon Sirih No. 14 Jakarta Pusat 1.Bagaimana ibu melihat Hubungan Bilateral Jepang-Rusia terkait dengan kepentingan nasional Jepang terhadap sengketa kepulauan dan kerjasama energi? Kepentingan nasional bersifat dinamis, akan tetapi kepentinga nasional yang sifatnya tentang sovereignity atau teritorial intergrity itu sifatnya nonnegotiable bagi sebagian besar negara. Untuk sebuah negara, Pemerintah dapat menggunakan beberapa kemungkinan. Ada yang memilih untuk menggunakan pendekatan konflik, atau malah sebaliknya untuk mencapai kepentingan yang lebih luas dan kompleks, sebuah negara akan mengenyampingan atau membekukan konflik. Bahkan dengan adanya konflik tersebut justru akan mendorong adanya kerjasama, dengan harapan konflik teritorial atau masalah yang sulit diselesaikan yang sifatnya terbuka dan memicu perang tersebut justru harus dicari cara dimana kerjasama dimunkingkan agar masalah tidak menjadi
1
sensitif. Sehingga kemudian kerjasama menjadi alternatif pilihan bagi sebagian besar negara untuk menentukan arah kebijakannya terhadap negara tetangga. Setiap negara melakukan hubungan dengan negara lain itu karena kepentingan nasional, akan tetapi kepentingan nasional itu bersifat dinamis. kepentingan nasional tidak hanya melihat kedalam (domestik), namun juga melihat keluar (lingkungan regional), yakni bagaimana menciptakan lingkungan regional yang damai. Dengan lingkungan regional yang damai kita tidak harus menghabiskan anggaran yang APBN negara yang terbatas dengan jumlah besar. Tidak juga harus menghabiskan anggaran untuk menggaji angkatan bersenjata atau membeli peralatan alutsista hanya untuk berkonflik dengan negara negara kawasan. Anggaran APBN yang dialokasikan untuk dana militer dapat dialokasikan ke yang lain misalnya, pendidikan, teknologi, kesehatan, dan sebagainya. Pada intiya adalah untuk mecegah diri agar tidak terlibat konflik adalah bagian dari kepentingan nasional. 2. Menurut ibu mengapa Jepang-Rusia meningkatkan kerjasama energi, sedangkan masih terdapat sengketa diantara keduanya? Kembali lagi, bahwa hubungan internasional tidak dapat dilihat hanya berdasarkan satu sudut pandang atau perspektif. Joseph Frankel secara jelas membagi kategori kepentingan nasional berdasarkan tingkat ke urgent-annya, yakni Absolute yang bersinggungan langsung dengan sovereignity, teritorial dan sebagainya. Yang kedua adalah dinamis, yakni kepentingan yang terus bergerak. Dalam hubungan Jepang-Rusia meskipun ada konflik belum tentu kerjasama tidak akan terjadi diantara keduanya. Apabila muncul pertanyaan mengapa terjadi
2
peningkatan kerjasama sedangkan masih terdapat sengketa? Maka kita harus melihat beberapa faktor. Seperti, apakah Jepang-Rusia menyadari bahwa hubungan Tokyo-Moskow itu penting sehingga mereka melihat hubungan kerjasama di bidang energi itu pada akhirnya mampu meningkatkan kesepahaman dan menyebabkan adanya hubungan saling ketergantungan antara kedua negara tersebut. Sehingga apabila sengketa masih ada, Kepulauan Kuril masih bermasalah
dan belum terselesaikan maka kerjasama akan tetap terjadi.
Kemudian mereka akan dapat memastikan bahwa hubungan yang semakin dekat antara Tokyo dan Moskow ini akan mencegah timbulnya konflik terbuka. Dapat dikatakan bahwa kerjasama di bidang energi tersebut dapat memanage konflik terbuka diantara kedua negara. 3. Apakah kebutuhan energi yang menjadi kepentingan nasional Jepang sehingga Jepang mengenyampingkan isu teritorialnya dengan Rusia? Kepentingan nasional sebuah negara tidak ada yang permanen, selalu di interpretasikan dari waktu ke waktu, selalu di kembangkan dan disesuaikan. Pada dasarnya kita dapat melihat kepentingan nasional tidak hanya dari sudut pandang Jepang. Namun dari sisi sebaliknya dapat di lihat juga bagaimana kepentingan nasional Rusia dalam kerjasama energi tersebut. Sesuai dengan pertanyaan, Apakah kebutuhan energi yang mendorong adanya peningkatan kerjasama TokyoMoskow? Selain kebutuhan energi Jepang yang tinggi karena kelangkaan sumber daya energinya, maka kita dapat melihat faktor lain dari tujuan Jepang bergabung dalam kerjasama tersebut. Misalnya, untuk saat ini Jepang melihat bahwa impor minyak dari Timur Tengah mahal. Kemudian ada instabilitas di Timur Tengah sehingga akan mengganggu jalur pengiriman barang atau energi ke Jepang. 3
selanjutnya adalah jarak yang jauh tersebut menyebabkan harga transportasi jauh lebih mahal jika dibandingkan dengan mengimpor energi dari Rusia. Selain itu Faktor pendukung kerjasama energi dengan Rusia yaitu pertama, letak geografis yang berdekatan antara Jepang-Rusia sehingga jalur yang ditempuh lebih singkat misalnya melalui Siberia. Hal ini tentu merupakan keuntungan ekonomis bagi Jepang. Kemudian yang terakhir adalah tentu kepastian suplai energi Jepang. Selain itu juga kita harus melihat faktor lain. Dikawasan regional Asia Timur, Jepang dan RRT memiliki konflik, sedangkan disisi lain Rusia dan RRT hubungannya semakin hari semakin meningkat, hal ini terlihat dalam sanghai forum tahun lalu. Kemudian kita juga harus melihat bahwa perkembangan ekonomi Rusia sangat tergantung dari minyak dan energi lainnya, jadi Moskow sangat sensitif dengan naik-turunnya harga minyak dunia. Penyebab harga minyak yang turun salah satunya adalah karena Arab Saudi tidak ingin menurunkan produksi minyaknya. Hubungan Arab Saudi sangat baik dengan Amerika Serikat (AS), sebaliknya hubungan bilateral Moskow dengan Washington tidak selalu baik. Salah satu cara agar Washington dapat menekan Moskow yakni dengan cara menurunkan harga minyak dunia. Hal ini berarti bahwa dengan melakukan kerjasama energi bersama Jepang salah satunya, maka Rusia akan mendapatkan pasar. Hal ini berarti juga bahwa tidak hanya Rusia yang kemudian mendapatkan kepastian pasar, namun juga Jepang akan mendapatkan kepastian suplai energi.
4
tentu kita juga kembali harus melihat Hubungan atau dinamika kawasan, karena hal ini berpengaruh terhadap hubungan bilateral Jepang-Rusia. Seperti hubuangan Jepang dengan RRT, RRT dengan Rusia, begitu juga hubungan AS dengan Rusia.
5