PENGARUH PEMBERIAN STIMULASI PERKEMBANGAN PADA ASPEK SOSIALISASI DAN KEMANDIRIAN TERHADAP STATUS PERKEMBANGAN ANAK PRASEKOLAH DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PISANGAN Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S. Kep)
Disusun Oleh:
IKRIMA WARDANI NIM 1112104000015
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1437 H/2016 M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa : 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 Keperawatan di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Seluruh sumber yang saya gunakan dalam penelitian ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan jiplakan dari hasil karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kasehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, Juni 2016
Ikrima Wardani
FACULTY OF MEDICINES AND HEALTH SCIENCES PROGRAM STUDY OF NURSING SCIENCE ISLAMIC STATE OF UNIVERSITY SYARIF JAKARTA Paper, June 2016 Ikrima Wardani, NIM: 1112104000015
HIDAYATULLAH
The Effect of Giving Developmental Stimulation on The Socialization and Independence Aspects toward The Preschool Children Development Status at Local Government Clinic’s Area Pisangan xix + 87 pages, 11 table, 3 figures, 22 appendices ABSTRACT The delay in children development on specific aspect is still one of the health problem for Indonesian children which can reduce the human resources quality in the future. Through a family centered-care approach, parents will be able to do early intervention for the delay in children development problem as a prevention against further delay in children development with a directional development stimulation for 2 weeks. Stimulation was an external environment stimulation in which sharpening the ability of children continuously to improve children‟s ability. This research aimed to find out the effect of children development stimulation on the socialization and independence aspects for the children development status in Local Government Clinic‟s Area Pisangan. This research was a quantitative research with Quasi experimental one group pre test – post test design. The samples were 5 years old (60 months) children with development in doubt on socialization and independence aspects which amounted to 17 people by purposive sampling technique. The instrument of this research was using a Prescreening Children Development Questionnaire. This research was conducted for 2,5 months which is dated on February 28th until May 3rd, 2016. The statistical test used wilcoxon test for the children development status before and after the intervention showed a significant value 0,000 (p-value < 0,05) so it can be concluded that there is a significant effect between stimulation with the improvement of children development status. It‟s suggested to the mother that give stimulation espescially on socialization and independence aspects for children to optimalize child‟s development according to the development stages. Key word : Preschool Children, Children‟s Delay Development, Development Stimulation References : 63 (1999-2016).
iii
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Skripsi, Juni 2016 Ikrima Wardani, NIM: 1112104000015 Pengaruh Pemberian Stimulasi Perkembangan pada Aspek Sosialisasi dan Kemandirian terhadap Status Perkembangan Anak Prasekolah di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan xix + 87 halaman, 11 tabel, 3 gambar, 22 lampiran ABSTRAK Keterlambatan perkembangan anak pada aspek tertentu saat ini masih menjadi salah satu masalah kesehatan bagi anak di Indonesia yang dapat mengurangi kualitas sumber daya manusia di masa mendatang. Melalui pendekatan family cantered-care orang tua anak dapat melakukan intervensi dini terhadap masalah keterlambatan perkembangan anak sebagai upaya pencegahan terhadap keterlambatan perkembangan anak lebih lanjut dengan pemberian stimulasi perkembangan terarah selama 2 minggu. Stimulasi adalah perangsangan dari luar lingkungan anak dimana dengan mengasah kemampuan anak secara terusmenerus kemampuan anak akan meningkat. Penelitian ini untuk mengetahui pengaruh stimulasi perkembangan anak pada aspek sosialisasi dan kemandirian terhadap status perkembangan anak di wilayah kerja puskesmas pisangan. Penelitian ini kuantitatif dengan desain Quasi eksperimental one group pre test – post test. Sample adalah anak berusia 5 tahun (60 bulan) dengan status perkembangan meragukan pada aspek sosialisasi dan kemandirian yang berjumlah 17 orang dengan teknik purpossive sampling. Instrumen penelitian ini menggunakan Kuesioner Praskrining Perkembangan Anak (KPSP). Penelitian dilakukan selama 2,5 bulan yaitu tanggal 28 Febuari – 3 Mei 2016. Uji statistik menggunakan uji wilcoxon terhadap status perkembangan anak sebelum dan sesudah intervensi yang didapatkan nilai significancy 0,000 (p-value < 0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang bermakna antara pemberian stimulasi terhadap peningkatan status perkembangan anak. Maka disarankan ibu memberikan stimulasi terutama pada aspek sosialisasi dan kemandirian kepada anak untuk mengoptimalkan perkembangan anak sesuai tahap perkembangannya.
Kata Kunci: Anak Prasekolah, Keterlambatan Perkembangan Anak, Stimulasi Perkembangan Daftar Bacaan: 63 (1999-2016).
iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN Skripsi dengan Judul PENGARUH PEMBERIAN STIMULASI PERKEMBANGAN PADA ASPEK SOSIALISASI DAN KEMANDIRIAN TERHADAP STATUS PERKEMBANGAN ANAK PRASEKOLAH DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PISANGAN
Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing skripsi Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
DISUSUN OLEH IKRIMA WARDANI 1112104000015
Pembimbing I
Pembimbing II
Ns. Kustati Budi Lestari, M.Kep, Sp. An NIP. 19780409 201101 2 014
Ns. Waras Budi Utomo, S.Kep, M.KM NIP. 19790520 200901 1 012
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1437 H/2016 M
v
LEMBAR PENGESAHAN Skripsi dengan Judul PENGARUH PEMBERIAN STIMULASI PERKEMBANGAN PADA ASPEK SOSIALISASI DAN KEMANDIRIAN TERHADAP STATUS PERKEMBANGAN ANAK PASEKOLAH DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PISANGAN
Telah disetujui dan dipertahankan dihadapan penguji oleh: IKRIMA WARDANI 1112104000015 Pembimbing I
Pembimbing II
Ns. Kustati Budi Lestari, M.Kep, Sp. An NIP. 19780409 201101 2 014
Ns. Waras Budi Utomo, S.Kep, M.KM NIP. 19790520 200901 1 012
Penguji I
Penguji II
Maulina Handayani, S.Kp, M.Sc NIP: 19790210 200501 2 002
Ns. Uswatun Khasanah, S.Kep, MNS NIP. 19770401 200912 2 003
Penguji III
Penguji IV
Ns. Waras Budi Utomo, S.Kep, M.KM NIP. 19790520 200901 1 012
Ns. Kustati Budi Lestari, M.Kep, Sp. An NIP. 19780409 201101 2 014
vi
LEMBAR PENGESAHAN Skripsi dengan Judul
PENGARUH PEMBERIAN STIMULASI PERKEMBANGAN PADA ASPEK SOSIALISASI DAN KEMANDIRIAN TERHADAP STATUS PERKEMBANGAN ANAK PRASEKOLAH DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PISANGAN Disusun Oleh: IKRIMA WARDANI 1112104000015
Mengetahui, Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Maulina Handayani, S.Kp, M.Sc NIP: 19790210 200501 2 002
Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Prof. Dr. H. Arif Sumantri, S.KM, M.Kes NIP: 19650808 1988 03 1002
vii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: Ikrima Wardani
Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 28 Agustus 1994 Alamat
: Jl. H. Iming No. 72 RT/RW 05/16 Kel. Beji, Kec. Beji, Kota Depok - 16421
Email/ Telp
:
[email protected] / +6287773422794
Riwayat Pendidikan 2000 – 2006
SD Negeri Beji 3 Kota Depok
2006 – 2009
MTs Muhammadiyah 1 Kukusan Kota Depok
2009 – 2012
MA Negeri 7 Jakarta
2012 – sekarang
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Riwayat Organisasi 2010 – 2011
: Wakil Ketua MPK MAN 7 Jakarta
2010 – 2011
: Wakil Ketua PMR MAN 7 Jakarta
2013 - 2015
: Pengurus Harian Wilayah III Ikatan Lembaga Mahasiswa Ilmu Keperawatan Indonesia (ILMIKI) Direktorat Jenderal Sosial Kemasyarakatan
2014 – 2015
: Ketua Himpunan Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Jakarta
viii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi Rabbil‟alamin, segala puji syukur kehadirat Allah SWT, shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita nabi Muhammad SAW. Atas berkat rahmat, karunia, dan ridha Allah SWT penulis dapat menyelesaikan skiripsi yang berjudul “PENGARUH PEMBERIAN STIMULASI
PERKEMBANGAN
KEMANDIRIAN
TERHADAP
PADA STATUS
ASPEK
SOSIALISASI
PERKEMBANGAN
DAN ANAK
PRASEKOLAH DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PISANGAN”. Penulis menyadari bahwa masih terdapatnya kekurangan dan kelemahan dalam skripsi ini. Namun dengan kerja keras disertai dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, skripsi ini dapat terselesaikan. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada: 1. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA selaku Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Prof. Dr. H. Arif Sumantri S.KM, M.Kes, selaku dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Ibu Maulina Handayani, S.Kp, M.Sc, selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK) FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Ibu Ernawati, S.Kp, M.Kep, Sp. KMB selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK) FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 5. Ibu Ns. Puspita Palupi, M.Kep, Sp.Mat selaku Dosen Pembimbing Akademik
ix
6. Ibu Ns. Kustati Budi Lestari, M.Kep, Sp.An dan Bapak Ns. Waras Budi Utomo, S.Kep, MKM selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan fikiran selama membimbing penulis 7. Ibu Maulina Handayani, S.Kp, M.Sc dan Ibu Ns. Uswatun Khasanah, S.Kep, MNS selaku dosen penguji skripsi atas masukan dan sarannya 8. Staff dan karyawan FKIK UIN Jakarta, beserta dosen dan staff pengajar PSIK FKIK UIN Jakarta yang telah memberi ilmu pengetahuan dan banyak membantu selama perkuliahan 9. Kepala Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan, Kepala Puskesmas Pisangan, Kepala Sekolah Taman Kanak-Kanak di wilayah Pisangan dan Cirendeu, yang telah memberikan izin penelitian 10. Para responden, adik-adik beserta ayah dan bundanya yang sangat kooperatif membantu penulis menyelesaikan penelitian 11. Terkhusus orang tua penulis, Ayah H. Sulaiman Dani dan Mamah Herawati atas segenap cinta dan kasih sayangnya, juga doa serta dukungan baik moril maupun materil yang telah diberikan 12. Kedua adik penulis, Faiz Fadhli Rahman dan Fadhlan Faturrahman yang turut mewarnai kehidupan penulis 13. Teman-teman PSIK 2012, pengurus HMPSIK 2015, sahabat Ercondscie, sahabat Rangers (Ica, Aly, Hanifah, Ulfah, Ani, Devi), sahabat skripsi (Iis Dahlia, Yuli, Esti, Puji Pertiwi), dan Ilzam NH yang turut membantu dalam perolehan data, terimakasih atas canda tawa, semangat dan bantuanya.
x
14. Dan seluruh pihak yang hadir dalam hidup penulis yang sesungguhnya tidak dapat disebutkan satu persatu, terimakasih karena setiap detiknya terlewati dengan penuh syukur. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, karna pada hakikatnya kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT. Semoga dapat bermanfaat bagi yang membutuhkan. Akhir kata... Wassalamu’alaikum, wr. wb. Ciputat, Juni 2016
Ikrima Wardani
xi
LEMBAR PERSEMBAHAN
“Sabar merupakan ujian bagi setiap yang menghamba. Sedangkan berkah adalah buah manis akan hal itu” Terimakasih duhai Allah SWT atas setiap kesempatan yang sepenuhnya telah engkau berikan bagi hamba untuk beraktualisasi diri. Terimakasih telah mengirimkan sepasang malaikat pendamping hidup hamba melalui sosok ayah mama. Tak ada yang patut untuk
diperjuangkan melainkan perjuanganmu wahai ayah, wahai mama, yang tak kenal lelah selalu menyokong buah hatinya menuju gerbang kesuksesan. Semoga amanah gelar ini dapat dipertanggung jawabkan kelak nanti, melalui tebar manfaat untuk kemaslahatan umat dan negeri.
Ikrima Wardani
xii
DAFTAR ISI LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................... ii ABSTRACT ......................................................................................................iii ABSTRAK......................................................................................................... iv PERNYATAAN PERSETUJUAN .................................................................... v LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................... vi LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................. vii DAFTAR RIWAYAT HIDUP ........................................................................ viii KATA PENGANTAR ....................................................................................... ix LEMBAR PERSEMBAHAN .......................................................................... xii DAFTAR ISI ................................................................................................... xiii DAFTAR SINGKATAN ................................................................................. xvi DAFTAR TABEL .......................................................................................... xvii DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xviii DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang............................................................................................ 1 B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 9 C. Pertanyaan Penelitian ................................................................................ 11 D. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 12 1. Tujuan Umum ...................................................................................... 12 2. Tujuan Khusus ..................................................................................... 12 E. Manfaat Penelitian .................................................................................... 12 F. Ruang Lingkup Penelitian ......................................................................... 13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perkembangan Anak ................................................................................. 14 1. Definisi Perkembangan ........................................................................ 14 2. Pola Perkembangan Anak .................................................................... 14 3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang Anak................ 15
xiii
4. Aspek Perkembangan Sosialisasi dan Kemandirian .............................. 20 B. Anak Usia Prasekolah ............................................................................... 21 1. Definisi Anak Usia Prasekolah ............................................................. 21 2. Tahapan Perkembangan Anak Usia Prasekolah .................................... 21 3. Teori Tumbuh Kembang Anak Prasekolah ........................................... 22 C. Penilaian Perkembangan Anak .................................................................. 24 1. Instrumen Penilaian Perkembangan Anak ............................................ 24 2. Kuesioner Praskrining Perkembangan (KPSP) ..................................... 26 D. Stimulasi Perkembangan Anak.................................................................. 29 1. Definisi Stimulasi ................................................................................ 29 2. Prinsip Pemberian Stimulasi ................................................................ 29 3. Stimulasi Perkembangan Anak Menurut Umur .................................... 30 4. Stimulasi Perkembangan Aspek Sosialisasi dan Kemandirian .............. 31 F. Asuhan Berpusat Pada Keluarga (Family Center Care) ............................. 34 1. Definisi Asuhan Berpusat pada Keluarga ............................................. 34 2. Konsep Dasar Asuhan Berpusat Pada Keluarga .................................... 35 G. Penelitian Terkait ...................................................................................... 36 H. Kerangka Teori ......................................................................................... 38
BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL A. Kerangka Konsep ..................................................................................... 39 B. Hipotesa Penelitian ................................................................................... 40 C. Definisi Operasional ................................................................................. 40
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian ...................................................................................... 42 B. Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................................... 43 C. Populasi dan Sampel Penelitian................................................................. 43 D. Alur Penelitian .......................................................................................... 46 E. Pengumpulan Data .................................................................................... 47 F. Pengolahan Data ....................................................................................... 56
xiv
G. Analisis Data ............................................................................................ 57 1. Anilisis Univariat ................................................................................. 57 2. Analisis Bivariat .................................................................................. 58 H. Etika Penelitian ......................................................................................... 59
BAB V HASIL PENELITIAN A. Analisa Univariat ...................................................................................... 61 1. Karakteristik Responden ...................................................................... 61 2. Status Perkembangan Anak Sebelum dan Sesudah Intervensi ............... 63 B. Analisis Bivariat ....................................................................................... 64 1. Hasil Uji Normalitas ............................................................................ 64 2. Hasil Uji Normalitas Data Setelah Transformasi Data .......................... 65 3. Pengaruh Stimulasi pada Aspek Sosialisasi dan Kemandirian terhadap Perbedaan Rerata Skor pada Pretest-Posttest ............................................ 65
BAB VI PEMBAHASAN A. Analisis Univariat ..................................................................................... 67 1. Karakteristik Responden ...................................................................... 67 2. Gambaran Status Perkembangan Anak ................................................. 73 B. Analisis Bivariat ....................................................................................... 77 C. Keterbatasan Penelitian ............................................................................. 83
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan............................................................................................... 85 B. Saran ........................................................................................................ 86
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
xv
DAFTAR SINGKATAN
APA
: American Academy of Pediatric
BBLR
: Berat Bayi Lahir Rendah
CAT
: Clinical Adaptive Tes
CLAMS
: Clinical Linguistic and Auditory Milestone Scale
DDST
: Denver Development Skrining Test
ELM
: Early Languages Milestone Scale
IDAI
: Ikatan Dokter Anak Indonesia
KBBI
: Kamus Besar Bahasa Indonesia
KIA
: Kartu Ibu dan Anak
KPSP
: Kuesioner Praskrining Perkembangan
PAUD
: Pendidikan Anak Usia Dini
SDIDTK
: Stimulasi, Deteksi, dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang
TK
: Taman Kanak-Kanak
TORCH
: Toksoplasma, Rubella, Sitomegalo virus, Herpes simpleks
xvi
DAFTAR TABEL
Nomor Tabel
Halaman
Tabel 2. 1 Teori Pentahapan Klasik .................................................................... 22 Tabel 2. 2 Instrumen dan Kuesioner untuk Penilaian Perkembangan Singkat ..... 25 Tabel 2. 3 Kelompok Umur Stimulasi ................................................................ 30 Tabel 3. 1 Definisi Operasional .......................................................................... 40 Tabel 4. 1 Hasil Skrining Perkembangan Anak di 8 TK/PAUD di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan, Mei 2016 ........................................................ 48 Tabel 5. 1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Ibu di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan, Mei 2016 ........................................................ 61 Tabel 5. 2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Anak di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan, Mei 2016 ........................................................ 62 Tabel 5. 3 Perbedaan Rerata Skor Status Perkembangan Anak Sebelum Intervensi dan Sesudah Intervensi, Mei 2016 .................................................... 63 Tabel 5. 4 Distribusi Hasil Uji Normalitas Data, Mei 2016 ................................. 64 Tabel 5. 5 Distribusi Hasil Uji Normalitas Data Setelah Transformasi Data, Mei 2016 ................................................................................................ 65 Tabel 5. 6 Pengaruh Stimulasi pada Aspek Sosialisasi dan Kemandirian terhadap Perbedaan Rerata Skor pada pre test-post test, Mei 2016.................. 66
xvii
DAFTAR GAMBAR
Nomor Gambar
Halaman
Gambar 3. 1 Kerangka Konsep Penelitian .......................................................... 39 Gambar 4. 1 Rancangan Penelitian ..................................................................... 42 Gambar 4. 2 Alur Penelitian ............................................................................... 46
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Penjelasan Penelitian
Lampiran 2
Lembar Persetujuan
Lampiran 3
Kuesioner Karakteristik Responden
Lampiran 4
Kuesioner Praskrining Perkembangan (KPSP)
Lampiran 5
Lembar Observasi
Lampiran 6
Hasil Output Analisa Data SPSS
Lampiran 7
Surat Permohonan Perizinan
xix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan kesehatan anak perlu diperhatikan sejak dini sebagai salah satu upaya untuk membangun manusia seutuhnya dan berkualitas. Sumber daya manusia yang berkualitas ditandai dengan fisik yang tangguh, mental yang kuat, kesehatan yang prima dan menguasai ilmu pengetahuan serta teknologi (Azwar, 2004; Handayani, 2012). Upaya peningkatan kesehatan anak didukung oleh Pemerintah Indonesia melalui UU Kesehatan No. 23 Tahun 1992 pada pasal 17 yang menegaskan bahwa kesehatan anak diselenggarakan untuk mewujudkan pertumbuhan dan perkembangan anak. Usaha peningkatan kesehatan anak dimulai dari saat dalam kandungan, masa bayi, masa balita, usia pra sekolah dan usia sekolah (UU Kesehatan No. 23 Tahun 1992). Setiap individu mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi sangat cepat terutama pada masa anak-anak. Pertumbuhan dan perkembangan merupakan dua istilah yang berbeda, namun keduanya tidak dapat dipisahkan dan bersifat interdependen (Potter & Perry, 2005). Pertumbuhan adalah suatu peningkatan jumlah dan ukuran, sedangkan perkembangan menitikberatkan pada perubahan yang terjadi secara bertahap dari tingkat yang paling rendah ke tingkat yang paling tinggi dan kompleks melalui proses maturasi dan pembelajaran (Whaley dan Wong, 2000; Supartini, 2004).
1
2
Ditinjau dari jumlah penduduk, Indonesia termasuk kedalam kategori negara berkembang. Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2015 sebanyak 255,5 juta jiwa. Kondisi tersebut menempatkan Indonesia menjadi negara dengan penduduk terbesar keempat di dunia dengan laju pertumbuhan penduduk per tahun sebesar 1,38% (Badan Pusat Statistik, 2015). Dilihat dari proporsi penduduk Indonesia tersebut 40% dari total populasi terdiri atas anak dan remaja berusia 0-16 tahun (Hamid, 2008). Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI tahun 2015 menyebutkan bahwa jumlah anak prasekolah usia (5-6 tahun) sebanyak 9.679.481 jiwa, dan untuk provinsi Banten jumlah anak prasekolah yaitu 461.903 jiwa (Pusdatin Kemenkes RI, 2015). Jumlah anak di Indonesia yang sangat besar memiliki potensi yang tinggi jika dikembangkan secara optimal (Rilantono, 2002; Nugroho 2009). Sebaliknya, kondisi ini juga dapat menjadi sumber kerawanan apabila tidak mendapat perhatian yang lebih dari berbagai pihak karena perkembangan anak yang optimal pada usia dini akan menjadi penentu bagi tahap-tahap perkembangan selanjutnya (Nugroho, 2009). Walker et al (2007) mengidentifikasi empat faktor risiko utama yang mempengaruhi perkembangan anak di negara berkembang yang dibutuhkan untuk dilakukannya intervensi mendesak, yaitu: gejala pengkerdilan (stunting), stimulasi kognitif yang tidak adekuat, defisiensi yodium, dan defisiensi besi (anemia). Hal ini menandakan bahwa peningkatan stimulasi kognitif bagi anak perlu dilakukan untuk mengatasi masalah perkembangan anak terlebih di negara berkembang.
3
Status perkembangan anak dapat diketahui dengan melakukan skrining deteksi dini perkembangan anak. Skrining perkembangan anak pernah dilakukan oleh Depkes RI pada tahun 2003 di 30 provinsi di Indonesia
dan
dilaporkan
45,12%
bayi
mengalami
gangguan
perkembangan (Christiari, Syamlan, & Kusuma, 2013). Depkes RI (2012) menjelaskan bahwa penting untuk mengetahui status perkembangan anak karena setiap kelainan atau penyimpangan sekecil apapun apabila tidak dideteksi apalagi tidak ditangani dengan baik, akan mengurangi kualitas sumber daya manusia dikemudian hari. Hamid (2008) menjelaskan bahwa sebanyak 13,5% anak balita Indonesia merupakan kelompok usia berisiko tinggi mengalami gangguan perkembangan. Berdasarkan data Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) (2013) diperkirakan 5-10% anak mengalami keterlambatan perkembangan dan sekitar 1-3% balita mengalami keterlambatan perkembangan umum (global developmental delay). Namun, angka kejadian keterlambatan perkembangan di Indonesia sampai saat ini belum ada data pasti, karena penelitian tentang hal ini belum banyak dilaporkan. Soetjiningsih (2005) mengemukakan bahwa dalam perkembangan anak terdapat masa kritis, dimana diperlukan rangsangan atau stimulasi yang berguna agar potensi berkembang, sehingga perlu mendapat perhatian. Anak yang banyak mendapat stimulasi akan lebih cepat berkembang daripada anak yang kurang atau bahkan tidak mendapatkan stimulasi (Soetjiningsih, 2005). Menurutnya stimulasi juga berfungsi sebagai penguat (reinforcement) bagi anak.
4
Stimulasi juga berperan bagi kemajuan perkembangan otak anak. Perkembangan otak anak sangat pesat terjadi sejak trimester ketiga kehamilan hingga lima tahun pertama kehidupan. Pada saat ini kecepatan pembentukan hubungan antar sel-sel otak (sinapsis) meningkat sangat pesat sebagai respon dari stimulasi dan pengalaman sensori yang diterima oleh bayi, tetapi hubungan ini tidak permanen (Irmawati et al, 2012). Mustard (2010) menjelaskan bahwa paparan berbagai macam stimulasi baik stimulasi suara, stimulasi penglihatan, maupun stimulasi dari indera yang lain, serta keadaan lingkungan yang baik, dibutuhkan untuk membentuk hubungan sel-sel di otak ini. Stimulasi yang berulang-ulang sangat
penting untuk tetap mempertahankannya.
Stimulasi
akan
menentukan sel otak (neuron) mana yang akan terus membentuk sinapsis baru dan yang akan mengalami pemangkasan sinaptik (synaptic pruning) (Berk, 2012). Pada periode prasekolah, salah satu tugas perkembangan anak adalah kesiapan untuk sekolah dan pelajaran sekolah. Kemajuan dalam aspek perkembangan sosialisasi dan kemandirian pada anak menjadi sangat penting pada periode ini. Wong (2008) menjelaskan kombinasi pencapaian biologis, psikososial, kognitif, spiritual, dan sosial selama periode prasekolah (usia 3-5 tahun) mempersiapkan anak prasekolah untuk perubahan gaya hidupnya yang paling bermakna yaitu masa sekolah. Kontrol mereka terhdap fungsi tubuh, pengalaman periode perpisahan yang pendek dan panjang, kemampuan berinteraksi secara kerja sama dengan anak lain dan orang dewasa, pengguaan bahasa untuk simbolisasi
5
mental, dan meningkatnya rentang perhatian dan memori mempersiapkan mereka untuk periode mayor berikutnya (masa sekolah) (Wong, 2008). Stimulasi yang kurang pada anak dapat mengakibatkan gangguan tumbuh kembang yang akan mempengaruhi perilaku anak dikemudian hari. Anak-anak kecil dengan masalah belajar dan keterlambatan perkembangan yang spesifik juga dapat mengembangkan perilaku sosial yang tidak lazim, dan harus dipertimbangkan apakah profil tersebut dan perilaku mereka sesuai dengan tahap perkembangan anak yang normal (Attwood, 2002). Newell & Meadow (2005) menjelaskan bahwa gangguan kemampuan belajar pada anak cenderung muncul sebagai akibat perkembangan terlambat, kecuali jika ada ciri-ciri fisik (misalnya down syndrome, mikrosefali). Menurutnya semua anak dengan dengan gangguan kemampuan belajar merupakan anak yang perkembangannya terlambat, tetapi belum tentu sebaliknya. Keterlambatan pada aspek sosialisasi dan kemandirian dapat menimbulkan masalah pada anak di kemudian hari. Menurut penelitian Boyum dan Parke (1995) dalam Utami dan Nuryoto (2005) menyebutkan bahwa hubungan sosial yang problematik pada masa kanak-kanak ternyata dapat menjadi prediksi perilaku-perilaku bermasalah seperti putus sekolah (dropout),
kriminalitas,
kenakalan
remaja
dan
perilaku-perilaku
psikopatologis pada masa-masa selanjutnya. Selain itu Iswidharmanjaya & Svatiningrum (2008) memaparkan salah satu penyebab anak takut bersekolah adalah karena adanya masalah kemandirian. Memperhatikan hal itu, perlu adanya perhatian dari berbagai pihak untuk dilakukannya
6
upaya pencegahan dalam menanggulangi permasalahan keterlambatan perkembangan, terlebih pada anak prasekolah yang dimana mereka harus mempersiapkan diri untuk selanjutnya menjalankan pendidikan formal. Gunarsa (2002) juga menjelaskan bahwa anak membutuhkan orang lain dalam perkembangannya, dan orang lain yang paling utama dan pertama bertanggung jawab adalah orang tua sendiri. Selain itu perkembangan anak juga sangat dipengaruhi lingkungan dan interaksi antara anak dengan orang tuanya atau orang dewasa lainnya. Perkembangan anak akan optimal bila interaksi sosial diusahakan sesuai dengan
kebutuhan
anak
pada
berbagai
tahap
perkembangannya
(Soetjiningsih, 2005). Hal ini didukung oleh Depkes RI (2012) yang menyatakan bahwa stimulasi tumbuh kembang anak dilakukan oleh ibu dan ayah yang merupakan orang terdekat dengan anak, pengganti ibu atau pengasuh anak, anggota keluarga lain dan kelompok masyarakat di lingkungan rumah tangga masing-masing dalam kehidupan sehari-hari. Memperhatikan hal tersebut, peran keluarga terutama orang tua anak dalam memberikan stimulasi bagi perkembangan anak sangat penting dilakukan demi kemajuan perkembangan anak yang optimal. Soetjiningsih (2005) menjelaskan fungsi keluarga sangat penting sehingga dalam perkembangan seseorang sangat memerlukan perhatian terutama ibu yaitu orang yang terdekat dengan anak. Hal ini sejalan dengan konsep asuhan berpusat pada keluarga (family center care) dimana keluarga dilibatkan dalam melakukan asuhan keperawatan terlebih untuk anak. Kelebihan dari model berpusat pada keluarga, seperti Nursing Mutual Participation Mode
7
(Model Partisipasi Mutual Keperawatan), telah nyata memberikan manfaat diantaranya keluarga memiliki kepercayaan dan kemampuan yang lebih besar dan tekanan yang lebih kecil dalam merawat anak-anak mereka (Churley dan Wallace, 1992; Johnson, Jeppson, dan Redburn, 1992; Wong, 2008). Penelitian yang dilakukan Susanty, Fadlyana, dan Nataprawira (2014) tentang manfaat intervensi dini anak usia 6-12 bulan dengan kecurigaan penyimpangan perkembangan. Hasil penelitian menunjukan bahwa dari 32 anak yang dilakukan intervensi, setelah intervensi kecurigaan penyimpangan perkembangan turun menjadi 12/32 setelah 2 minggu, dan 4/32 pada akhir intervensi yaitu setelah 1 bulan. Penelitian serupa dilakukan Irmawati et al, (2009) tentang pengaruh pemberian stimulasi selama satu jam pada perkembangan anak usia 12-24 bulan. Hasil penelitian menunjukan bahwa evaluasi perkembangan setelah 3 bulan mengalami perbaikan baik pada kelompok stimulasi maupun pada kelompok kontrol. Penelitian yang dilakukan oleh Barros, Matijasevich, Santos, dan Halpern (2010) di Brazil dengan Batelle’s Development Inventory untuk menilai perkembangan anak mendapatkan hasil bahwa efek dari stimulasi lebih kuat di kalangan anak-anak dari ibu dengan tingkat pendidikan rendah, tambahan satu poin ditambahkan 1,7 pada perkembangan anak untuk anak-anak dari ibu yang berpendidikan rendah, sedangkan hanya 0,6 ditambahkan untuk anak-anak dari ibu yang berpendidikan tinggi. Hal ini
8
menunjukan bahwa pentingnya stimulasi perkembangan yang dilakukan oleh Ibu untuk meningkatkan perkembangan anak. Studi pendahuluan telah dilakukan oleh peneliti di TK Ananda Kelurahan Pisangan yang merupakan wilayah kerja Puskesmas Pisangan, pada tanggal 15 Februari 2016 kepada 20 anak yang dilakukan skrining perkembangan anak menggunakan Kuesioner Praskrining Perkembangan (KPSP). Dari hasil skrining didapatkan 13 anak dengan status perkembangan sesuai, dan 7 orang anak dengan status perkembangan meragukan. Dimana 7 orang anak tersebut terlambat pada aspek sosialisasi dan kemandirian, 2 orang mengalami keterlambatan pada gerak kasar, 4 orang mengalami keterlambatan pada gerak halus, dan 3 orang mengalami keterlambatan pada aspek bicara dan bahasa. Dari hasil tersebut didapatkan
bahwa
sosialisasi
dan
kemandirian
menjadi
aspek
keterlambatan perkembangan anak paling banyak di TK tersebut. Penelitian tentang pengaruh intervensi dini berupa stimulasi perkembangan anak di Indonesia belum banyak dilakukan sehingga dibutuhkan penelitian pada anak di sebuah wilayah tertentu agar dapat dilakukan pendekatan yang tepat. Berdasarkan kondisi diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengaruh pemberian stimulasi perkembangan aspek sosialisasi dan kemandirian terhadap status perkembangan anak. Penelitian tersebut bermanfaat untuk melihat adakah pengaruh pemberian stimulasi perkembangan anak di wilayah kerja Puskesmas Pisangan, Kota Tangerang Selatan dan sebagai sumber
9
informasi agar ibu dapat mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas di masa mendatang. B. Rumusan Masalah Perkembangan adalah suatu proses yang terjadi secara simultan dengan pertumbuhan yang menghasilkan kualitas individu untuk berfungsi, yang dihasilkan melalui proses pematangan dan proses belajar dari lingkungannya (Supartini, 2004). Menurut Soetjiningsih (2005), dalam perkembangan anak terdapat masa kritis, dimana diperlukan rangsangan atau stimulasi yang berguna agar potensi berkembang, sehingga perlu mendapat perhatian. Stimulasi yang tidak adekuat akan mempengaruhi tumbuh kembang anak. Keterlambatan pada aspek sosialisasi dan kemandirian dapat menimbulkan masalah pada anak di kemudian hari. Menurut penelitian Boyum dan Parke (1995) dalam Utami dan Nuryoto (2005) menyebutkan bahwa hubungan sosial yang problematik pada masa kanak-kanak ternyata dapat menjadi prediksi perilaku-perilaku bermasalah seperti putus sekolah (dropout),
kriminalitas,
kenakalan
remaja
dan
perilaku-perilaku
psikopatologis pada masa-masa selanjutnya. Memperhatikan hal itu, perlu adanya perhatian dari berbagai pihak untuk dilakukannya upaya pencegahan
dalam
menanggulangi
permasalahan
keterlambatan
perkembangan, terlebih pada anak prasekolah yang dimana mereka harus mempersiapkan diri untuk selanjutnya menjalankan pendidikan formal. Soetjiningsih (2005) menjelaskan bahwa fungsi keluarga sangat penting sehingga dalam perkembangan seseorang sangat memerlukan
10
perhatian terutama ibu yaitu orang yang terdekat dengan anak. Hal ini sejalan dengan konsep asuhan berpusat pada keluarga (family center care) dimana keluarga dilibatkan dalam melakukan asuhan keperawatan terlebih untuk anak. Skrining perkembangan pernah dilakukan oleh Depkes RI pada tahun 2003 di 30 provinsi di Indonesia dan dilaporkan 45,12% bayi mengalami gangguan perkembangan (Christiari, Syamlan, & Kusuma, 2013). Namun saat ini angka kejadian keterlambatan perkembangan di Indonesia ada pendataan yang pasti karena penelitian tentang hal tersebut belum banyak dilaporkan. Berdasarkan Studi pendahuluan yang telah dilakukan peneliti di TK Ananda Kelurahan Pisangan, pada tanggal 15 Februari 2016 kepada 20 anak yang dilakukan skrining perkembangan anak menggunakan Kuesioner Praskrining Perkembangan (KPSP). Dari hasil skrining didapatkan 13 anak dengan status perkembangan sesuai dan 7 orang anak dengan status perkembangan meragukan. Dimana 7 orang anak tersebut terlambat pada aspek sosialisasi dan kemandirian, 2 orang mengalami keterlambatan pada gerak kasar, 4 orang mengalami keterlambatan pada gerak halus, dan 3 orang mengalami keterlambatan pada aspek bicara dan bahasa. Dari hasil tersebut didapatkan bahwa sosialisasi dan kemandirian menjadi aspek keterlambatan perkembangan anak paling banyak di TK tersebut. Selain itu hasil wawancara bidan di Puskesmas Pisangan menyatakan bahwa program yang memperhatikan status perkembangan
11
anak terlebih yang melibatkan orang tua anak belum dilakukan secara intensif sebelumnya, namun tahun 2016 sudah mulai dihidupkan kembali karna adanya pembahauan buku KIA (Kartu Ibu dan Anak) yang salah satunya
berisi
mengenai
pemantauan
perkembangan
anak.
Mempertimbangkan hal tersebut peneliti menyadari bahwa masih adanya angka delay perkembangan anak terlebih pada aspek sosialisasi dan kemandirian
pada
anak
prasekolah,
serta
kurangnya
skrining
perkembangan anak yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Pisangan, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengaruh pemberian stimulasi perkembangan aspek sosialisasi dan kemandirian terhadap status perkembangan anak pasekolah di wilayah kerja puskesmas pisangan di wilayah kerja Puskesmas Pisangan.
C. Pertanyaan Penelitian 1. Bagaimana gambaran karakteristik responden di wilayah kerja Puskesmas Pisangan? 2. Bagaimana status perkembangan anak sebelum diberikan intervensi stimulasi perkembangan? 3. Bagaimana status perkembangan anak setelah diberikan intervensi stimulasi perkembangan? 4. Adakah pengaruh stimulasi perkembangan anak terhadap status perkembangan anak?
12
D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh stimulasi perkembangan aspek sosialisasi dan kemandirian terhadap status perkembangan anak di wilayah kerja Puskesmas Pisangan 2. Tujuan Khusus 1. Diketahuinya gambaran karakteristik responden di wilayah kerja Puskesmas Pisangan 2. Diketahuinya gambaran status perkembangan anak sebelum diberikan intervensi stimulasi perkembangan 3. Diketahuinya gambaran status perkembangan anak setelah diberikan intervensi stimulasi perkembangan 4. Diketahuinya pengaruh stimulasi perkembangan terhadap status perkembangan anak
E. Manfaat Penelitian 1. Bagi Ilmu Pengetahuan Menambah referensi dan informasi tentang pengaruh stimulasi perkembangan anak terhadap status perkembangan anak. 2. Bagi Program Profesi Keperawatan Menjadi bahan referensi untuk pengembangan ilmu keperawatan terutama dalam bidang keperawatan anak terkait perkembangan anak. 3. Bagi Puskesmas Pisangan Menjadi bahan informasi sehingga dapat memberikan penyuluhan kesehatan pada ibu dan anak terkait perkembangan anak. Menjadikan
13
hasil penelitian sebagai acuan untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. 4. Bagi Peneliti Dapat menambah wawasan dan pengalaman peneliti dalam hal melakukan penelitian secara langsung. Menambah pengetahuan peneliti terkait pengaruh stimulasi perkembangan anak. 5. Bagi Responden Penelitian ini juga bermanfaat sebagai acuan untuk responden didalam penatalaksanaan perkembangan anak di tingkat dasar yang dapat dengan mudah untuk diterapkan di rumah.
F. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui pengaruh stimulasi perkembangan pada aspek sosialisasi dan kemandirian terhadap status perkembangan anak prasekolah. Jenis penelitian ini adalah Quasi Eksperimen dengan desain One Group Pre Test-Post Test. Metode pengambilan data dan evaluasi dengan instrument Kuesioner Praskrining Perkembangan (KPSP). Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Pisangan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Perkembangan Anak 1. Definisi Perkembangan Perkembangan adalah suatu proses yang terjadi secara simultan dengan pertumbuhan yang menghasilkan kualitas individu untuk berfungsi, yang dihasilkan melalui proses pematangan dan proses belajar dari lingkungannya (Supartini, 2004). Menurut Wong (2008), perkembangan diartikan sebagai perubahan dan perluasan secara bertahap, perkembangan tahap kompleksitas dari yang lebih rendah ke yang lebih tinggi, peningkatan dan perluasan kapasitas seseorang melalui pertumbuhan, maturasi dan pembelajaran.
2. Pola Perkembangan Anak Perkembangan anak mengikuti pol-pola tertentu, Meggitt (2006) menjelaskan tentang pola perkembangan anak yaitu sebagai berikut: a. Dari sederhana ke kompleks Progres perkembangan dari yang sederhana ke yang lebih kompleks. Contohnya adalah anak-anak akan berdiri sebelum mereka bisa berjalan, dan berjalan sebelum mereka bisa meloncat atau melompat. b. Dari kepala hingga ke kaki Progres perekembangan ke bawah. Kontrol fisik dan koordinasti dimulai dengan sebuah kepala anak dan berkembang menuruni
14
15
tubuh melalui lengan, tangan dan belakang, dan akhirnya sampai ke tungkai dan kaki. c. Dari dalam ke luar Progres perkembangan dari bagian yang dekat dengan tubuh ke bagian lebih kompleks yang lebih jauh dari tubuh. Contohnya adalah,
anak-anak
daoat
mengkoordinasikan
lengannya,
menggunakan kemampuan gerak kasat untuk meraih sebuah benda, sebelum mereka mempelajari keterampilan motorik halus yang diperlukan
untuk
menggunakan
jari-jari
mereka
untuk
mengambilnya. d. Dari umum ke spesifik Progres perkembangan berespon dari yang umum ke yang spesifik. Contohnya, seorang bayi muda menunjukkan kesenangan dengan respon umum secara masif, yaitu dengan mata melebar, kaki dan tangan bergerak dengan penuh semangat. Sedangkan anak yang lebih tua menunjukkan kesenangan dengan tersenyum atau menggunakan kata-kata atau gerak tubuh yang tepat.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang Anak Hidayat (2008) menerangkan bahwa dalam proses pertumbuhan dan perkembangan anak, setiap individu akan mengalami siklus yang berbeda pada kehidupan manusia. Peristiwa tumbuh kembang tersebut dapat terjadi secara cepat maupun lambat tergantung dari individu atau lingkungan. Proses percepatan dan perlambatan tersebut dapat
16
dipengaruhi oleh faktor herediter, faktor lingkungan, dan faktor hormonal. Depkes (2012) menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas tumbuh kembang anak antara lain faktor dalam (internal) dan faktor luar (eksternal). Faktor eksternal terbagi menjadi 2 yaitu faktor persalinan, dan faktor pascapersalinan. Adapun faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut: a. Faktor dalam (internal) 1) Ras/etnik atau bangsa Anak yang dilahirkan dari ras/bangsa amerika, maka ia tidak memiliki faktor herediter ras/bangsa Indonesia 2) Keluarga Ada kecenderungan keluarga yang miliki postur tubuh tinggi, pendek, gemuk atau kurus 3) Umur Kecepatan pertumbuhan yang pesat adalah pada masa prenatal, tahun pertama kehidupan dan masa remaja. 4) Jenis Kelamin Fungsi reproduksi pada anak perempuan berkembang lebih cepat daripada laki-laki. Tetapi setelah melewati masa pubertas, pertumbuhan anak laki-laki akan lebih cepat. 5) Genetik Genetik (heredokonstitusional) adalah bawaan anak yaitu potensi anak yang akan menjadi ciri khasnya. Ada beberapa
17
kelainan genetik yang berpengaruh pada tumbuh kembang anak seperti kerdil. 6) Kelainan kromosom Kelainan kromoson umumnya disertai dengan kegagalan pertumbuhan seperti pada sindroma Down‟s dan sindroma Turner‟s b. Faktor luar (eksternal) 1) Faktor Prenatal a) Gizi Nutrisi ibu hamil terutama dalam trimester akhir kehamilan akan mempengaruhi pertumbuhan janin b) Mekanis Posisi fetus yang abnormal bisa menyebabkan kelaian kongenital seperti club foot c) Toksin/zat kimia Beberapa obat-obatan seperti Aminopterin, Thalidomid dapat menyebabkan kelainan seperti palatoksis d) Endokrin Diabetes
melitus
dapat
menyebabkan
makrosomia,
kardiomegali, hiperplasia adrenal e) Radiasi Paparan radium dan sinar Rontgen dapat mengakibatkan kelainan pada janin seperti mikrosefali, spina bifida,
18
retardasi mental dan deformitas anggota gerak, kelainan kongenital mata, kelainan jantung f) Infeksi Infeksi
pada
trimester
pertama
dan
kedua
oleh
Toksoplasma, Rubella, Sitomegalo virus, Herpes simpleks (TORCH) dapat menyebabkan kelainan pada janin: katarak, bisu tuli, mikrosefali, retardasi mental dan kelaian jantung kongenital. g) Kelainan imunologi Eritobaltosis fetalis timbul atas dasar perbedaan golongan darah antara janin dan ibu sehingga ibu membentuk antibodi terhadap sel darah merah janin, kemudian melalui plasenta masuk dalam peredaran darah janin dan akan menyebabkan hemolisis yang selanjutnya mengakibatkan hiperbilirubinemia
dan
Kern
icterus
yang
akan
menyebabkan kerusakan jaringan otak. h) Anoksia embrio Anoksia embrio yang disebabkan oleh gangguan fungsi plasenta menyebabkan pertumbuhan terganggu. i) Psikologi ibu Kehamilan
yang
tidak
diinginkan,
perlakuan
salah/kekerasan mental pada ibu hamil dan lain-lain.
19
2) Faktor Persalinan Komplikasi persalinan pada bayi seperti trauma kepala, asfiksia dapat menyebabkan kerusakan jaringan otak. 3) Faktor Pascapersalinan a) Gizi Untuk tumbuh kembang bayi, diperlukan zat makanan yang adekuat b) Penyakit kronis/ kelainan kongenital Tuberkulosis,
anemia,
kelainan
jantung
bawaan
mengakibatkan retardasi perubahan jasmani c) Lingkungan fisis dan kimia Lingkungan sering disebut sebagai melieu adalah tempat anak tersebut hidup yang berfungsi sebagai penyedia kebutuhan dasar anak (provider). Sanitasi lingkungan yang kurang baik, kurangnya sinar matahari, paparan sinar radioaktif, zat kimia tertentu (timbal, mercuri, rokok, dan lain-lain) mempunyai dampak yang negatif terhadap pertumbuhan anak. d) Psikologis Hubungan anak dengan orang sekitrnya. Seorang anak yang tidak dikehendaki oleh orang tuanya atau anak yang selalu merasa tertekan, akan akan mengalami hambatan di dalam pertumbuhan dan perkembangannya.
20
e) Endokrin Gangguan hormon, misalnya pada penyakit hipotiroid akan menyebabkan anak mengalami hambatan pertumbuhan. f) Sosio-ekonomi Kemiskinan selalu berkaitan dengan kekurangan makanan, kesehatan lingkungan yang jelek dan ketidaktahuan, akan menghambat pertumbuhan anak. g) Lingkungan pengasuhan Pada lingkungan pengasuhan, interaksi ibu-anak sangat mempengaruhi tumbuh kembang anak. h) Stimulasi Perkembangan
memerlukan
rangsangan/stimulasi
khususnya dalam keluarga, misalnya penyedia alat mainan, sosialisasi anak, keterlibatan ibu dan anggota keluarga lain terhadap kegiatan anak. i) Obat-obatan Pemakaian kortikosteroid jangka lama akan menghambat pertumbuhan, demikian halnya dengan pemakaian obat perangsang terhadap susunan saraf yang menyebabkan terhambatnya produksi hormon pertumbuhan.
4. Aspek Perkembangan Sosialisasi dan Kemandirian Aspek perkembangan pada anak mencakup perkembangan motorik halus, perkembangan motorik kasar, perkembangan bahasa, dan perkembangan perilaku atau adaptasi sosial (Hidayat, 2008). Depkes
21
RI (2012) menyebutkan aspek-aspek perkembangan yang dapat dipantau meliputi gerak kasar, gerak halus, kemampuan bicara dan bahasa, serta sosialisasi dan kemandirian. Aspek perkembangan sosialisasi dan kemandirian adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri anak (makan sendiri, membereskan mainan setelah bermain), berpisah dengan ibu/pengasuh anak, bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya, dan sebagainya (Depkes RI, 2012).
B. Anak Usia Prasekolah 1.
Definisi Anak Usia Prasekolah Depkes RI (2012) menerangkan tentang masa prasekolah yaitu anak yang berusia dari 60 sampai 72 bulan. Berdasarkan periode usia perkembangan Potter dan Perry (2005) menjelaskan bahwa masa prasekolah termasuk kedalam masa kanak-kanak awal (1-6 tahun). Masa kanak-kanak awal terbagi menjadi dua periode yaitu periode toddler (1-3 tahun) dan periode pra sekolah (3-6 tahun).
2. Tahapan Perkembangan Anak Usia Prasekolah Depkes RI (2012) mengklasifikasikan tahap perkembangan anak menurut umur bagi anak prasekolah (60-72 bulan) yaitu mampu: a. Berjalan lurus b. Berdiri dengan 1 kaki selama 11 detik c. Menggambar dengan 6 bagian, menggambar orang lengkap d. Menangkap bola kecil dengan kedua tangan
22
e. Menggambar segi empat f. Mengerti arti lawan kata g. Mengerti pembicaraan yang menggunakan 7 kata atau lebih h. Menjawab pertanyaan tentang benda tersebut dari apa dan kegunaannya i.
Mengenal angka, bisa menghitung angka 5-10
j.
Mengenal warna-warni
k. Mengungkapkan simpati l.
Mengikuti aturan main
m. Berpakaian sendiri tanpa dibantu
3. Teori Tumbuh Kembang Anak Prasekolah Beberapa ahli di bidang pertumbuhan dan perkembangan anak menjelaskan teori yang mendasari dan erat kaitannya dengan tumbuh kembang anak yang dijelaskan dalam Tabel 2.1 berikut ini. Tabel 2. 1 Teori Pentahapan Klasik Teori
0-1 Masa bayi
Erikson: psikososial
Kepercayaa n dasar
Piaget: kognitif
2-3 Masa belajar Jalan Otonomi vs rasa malu dan raguragu Sensorimotor (tahap V-VI)
3-6 Prasekolah Inisiatif vs rasa bersalah
6-12 Umur Sekolah Keaktifan vs rendah diri (inferiority)
12-20 Remaja Identitas vs difusi identitas
Sensorimot Praoperasio Operasi Operasi or (tahap Inal nyata formal IV) Diambil dari Behrman, Kliegman, dan Arvin (1999), dalam buku Nelson Ilmu Kesehatan Anak Edisi 15, Vol. 1
Wong (2008) menjelaskan teori tumbuh kembang anak yang mendasari pola perkembangan anak prasekolah diantaranya yaitu:
23
a. Teori perkembangan psikososial (Erikson) Teori
perkembangan
psikososial
menjelaskan
tentang
perkembangan kepribadian yang dikembangkan oleh Erikson (1963). Teori ini menekankan pada kepribadian yang sehat dan bertentangan dengan pendekatan patologik. Pendekatan rentang kehidupan Erikson terhadap perkembangan kepribadian anak prasekolah termasuk kedalam tahap inisiatif vs rasa bersalah, tahap ini dicirikan dengan perilaku yang instrusif dan penuh semangat, berani
berupaya,
dan
imajinasi
yang
kuat.
Anak-anak
mengeksplorasi dunia fisik dengan semua indra dan kekuatan mereka. Anak-anak terkadang memiliki tujuan atau melakukan aktivitas yang bertentangan dengan yang dimiliki orang tua atau orang lain, dan dibuat merasa bahwa aktivitas atau imajinasi mereka merupakan hal yang buruk sehingga menimbulkan rasa bersalah. Anak-anak harus belajar mempertahankan rasa inisiatif tanpa mengenai hak dan hak istimewa orang lain. Hasil akhirnya adalah arahan dan tujuan. b. Teori perkembangan kognitif (Piaget) Teori perkembangan kognitif merupakan teori tentang cara berpikir anak, terdiri atas perubahan-perubahan terkait usia yang terjadi dalam aktivitas mental. Teori ini dibuat oleh psikolog dari Swiss yaitu
Jean
Piaget
(1969).
Menurut
Piaget,
intelegensia
memungkinkan individu melakukan adaptasi terhadap lingkungan sehingga meningkatkan kemungkinan bertahan hidup, dan melalui
24
perilakunya,
individu
membentuk
dan
mempertahankan
keseimbangan dengan lingkungan. Jalan perkembangan intelektual bersifat maturasional dan tetap, dibagi menjadi tahap-tahap berikut ini (usia dalam rata-rata): 1) Praoperasional (2 sampai 7 tahun) Ciri
menonjol
tahap
ini
adalah
egosentrisme
yaitu
ketidakmampuan untuk anak menempatkan diri di tempat orang lain. Pada tahap akhir periode ini pemikiran mereka bersifat intuitif (misal, bintang harus pergi tidur karena mereka juga tidur) dan mereka baru mulai menghadapi masalah berat badan, ukuran, dan waktu. Cara berfikir juga transduktif, karena dua kejadian terjadi bersamaan mereka saling menyebabkan satu sama lain, atau pengetahuan tentang satu ciri dipindahkan ke ciri lain (misal, semua wanita yang berperut besar pasti hamil).
C. Penilaian Perkembangan Anak 1. Instrumen Penilaian Perkembangan Anak Behrman dan Kliegman (2002) menjelaskan bahwa penilaian perkembangan anak dilakukan untuk menyajikan berbagai tujuan pada berbagai umur anak, menyakinkan kembali orang tua dan untuk mengidentifikasi masalah sensoris, motorik, kognitif, serta emosional secara dini. Penilaian ini mencakup skrining maupun diagnosis. Behrman, Kliegman, dan Arvin (1999) selanjutnya memaparkan beberapa
instrumen
yang
dapat
digunakan
untuk
menilai
perkembangan anak yang dijelaskan dalam tabel 2.2 sebagai berikut.
25
Tabel 2. 2 Instrumen dan Kuesioner untuk Penilaian Perkembangan Singkat Instrumen
Kisaran Umur 0-6 tahun
Waktu (menit) 20-30
DDST-II
0-6 tahun
30-45
Inventaris skrining awal
3-6 tahun
15-20
ELM
0-3 tahun
5-10
CAT/CL AMS
0-3 tahun
10-20
Uji Kosa Kata Gambar Peabody
2,5-4,0 tahun
10-20
DDST
Catatan
Sumber
Memberikan kisaran terukurbaik-untuk peristiwa penting pada banyak dominan; kebanyakan luas digunakan dan dipelajari; keterlambatan yang kurang diidentifikasi, terutama bahasa Seperti DDST tetapi sensitivitasnya lebih baik; dapat overidentifikasi keterlambatan Skrining multidomain cepat dengan sensitivitas dan spesifisitas yang baik dibandingkan dengan Skala McCarthy (uji yang diterima dengan baik) Skrining yang dinorma dengan baik, cepat untuk bahasa ekspresif, reseptif, dan visual; sangat berguna pada masa bayi; tidak menilai domain lain CLAMS saja memberi kuosien bahasa cepat; CAT/CLAMS berorelasi baik dengan Bayley (baku emas tradisional); belum dinormakan, divalidadi, atau dijual di pasaran
Bahan-bahan Perkembangan Denver (Denver Development Materials), PO Box 6169, Denver CO 80206 Sama seperti DDST
Teacher College Press, 1234 Amsterdam Ave, New York, NY 10027 Pro-Ed 8700 Shoal Creek Boulevard, Austin, TX 787576897 Hubungi Dr AJ Capute, The Kennedy Institute for Handicapped Children, 707 North Broadway St. Baltimore, MD 21205 American Guidance Service, PO Box 190, Circle Pines, MN 55014-1796
Uji bahasa reseptif saja yang divalidasi cepat; berkorelasi baik dengan IQ verbal; mudah untuk dilakukan; hati-hati cakupan terbatas-bukan uji IQ Sistem 4-36 15-20 Seri kuesioner yang dilakukan Center on Human Monitorin bulan sendiri; domain multipel; Development, 901 g Bayi sensitivitas dan spesifisitas East 18th St. baik; didisain untuk umur University of antara skema pediatri biasa Oregon, Eugene, (misal, 4, 8, 16 bulan) OR 9403 Keterangan: DDST = Denver Developmental Skrining Test; ELM = Early Languages Milestone Scale; CAT = Clinical Adaptive Test; CLAMS = Clinical Linguistic and Auditory Milestone Scale Diambil dari Behrman, Kliegman, dan Arvin (1999), dalam buku Nelson Ilmu Kesehatan Anak Edisi 15, Vol. 1
26
2. Kuesioner Praskrining Perkembangan (KPSP) Berdasarkan Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak Ditingkat Pelayanan Kesehatan Dasar keluaran Departemen Kesehatan (2012), deteksi dini penyimpangan Kuesioner
perkembangan
Praskrining
dilakukan
Perkembangan
dengan (KPSP).
menggunakan KPSP
adalah
instrumen yang dikeluarkan oleh Depkes RI bekerja sama dengan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) tahun 2005 (Susanty et al, 2014). KPSP lebih unggul dibanding dengan instrumen pemeriksaan perkembangan anak lain karena KPSP telah mendapat penyesuaian tersendiri dalam penggunaannya dengan keadaan anak-anak yang ada di Indonesia. KPSP menilai perkembangan anak meliputi 4 aspek perkembangan yang dipantau yaitu: perkembangan kemampuan gerak kasar atau motorik kasar, gerak halus atau motorik halus, kemampuan bicara dan bahasa, serta kemampuan sosialisasi dan kemandirian. Jadwal skrining/ pemeriksaan KPSP adalah umur 3, 6, 9, 12, 15, 18, 21, 24, 30, 36, 42, 48, 54, 60, 66 dan 72 bulan. Jika belum mencapai umur skrining tersebut, minta ibu datang kembali pada umur skrining yang terdekat untuk pemeriksaan rutin. Misalnya bayi umur 7 bulan, diminta datang kembali untuk skrining pada umur 9 bulan. Apabila orang tua datang dengan keluhan anaknya mempunyai masalah tumbuh kembang sedangkan umur anak bukan umur skrining maka pemeriksaan menggunakan KPSP untuk umur skrining maka
27
pemeriksaan menggunakan KPSP untuk umur skrining terdekat yang lebih muda (Depkes RI, 2012). Alat/instrumen yang digunakan adalah formulir KPSP menurut umur. Formulir ini berisi 9-10 pertanyaan tentang kemampuan perkembangan yang telah dicapai anak. Sasaran KPSP anak usia 0-72 bulan. Alat bantu pemeriksaan berupa; pensil, kertas, bola sebesar bola tenis, kerincingan, kubus berukuran sisi 2,5 cm sebanyak 6 buah, kismis, kacang tanah, potongan biskuit kecil berukuran 0,5 – 1 cm. Cara menggunakan KPSP yaitu: a) Pada waktu pemeriksaan/skrining, anak harus dibawa, tentukan umur anak dengan menyanyakan tanggal bulan dan tahun anak lahir. Bila umur anak lebih 16 hari dibulatkan menjadi 1 bulan, contoh bayi umur 3 bulan 16 hari, dibulatkan menjadi 4 bulan. Bila umur bayi 3 bulan 15 hari, dibulatkan menjadi 3 bulan. b) Setelah menentukan umur anak, pilih KPSP yang sesuai dengan umur anak. KPSP terdiri ada 2 macam pertanyaan, yaitu pertanyaan yang dijawab oleh ibu/pengasuh anak, contoh: “Dapatkah bayi makan kue sendiri makan kue sendiri?”, perintah kepada ibu/pengasuh anak atau petugas untuk melaksanakan tugas yang tertulis pada KPSP, contoh: “Pada posisi bayi anda terlentang, tariklah bayi pada pergelangan tangannya secara perlahan-lahan ke posisi duduk”.
28
c) Jelaskan kepada orang tua agar tidak ragu-ragu atau takut menjawab, oleh karena itu pastikan ibu/pengasuh anak mengerti apa yang ditanyakan kepadanya. d) Tanyakan pertanyaan tersebut secara berurutan, satu persatu. Setiap pertanyaan hanya ada 1 jawaban, Ya atau Tidak. Catat jawaban tersebut pada formulir. e) Ajukan pertanyaan yang berikutnya setelah ibu/pengasuh anak menjawab pertanyaan terdahulu. Teliti kembali apakah semua pertanyaan telah dijawab. Interpretasi hasil KPSP dilihat dari berapa jumlah jawaban Ya. Jawaban Ya, bila/pengasuh anak menjawab: anak bisa atau pernah atau sering atau kadang-kadang melakukannya. Jawaban Tidak, bila ibu/pengasuh anak menjawab: anak belum pernah melakukan atau tidak pernah atau ibu/pengasuh anak tidak tahu. Jumlah jawaban „Ya‟ =
9
atau
10,
perkembangannya
perkembangan (S).
anak
sesuai
dengan
tahap
Jumlah jawaban „Ya‟ = 7 atau 8,
perkembangan anak meragukan (M). Jumlah „Ya‟ = 6 atau kurang, kemungkinan ada penyimpangan (P). Untuk jawaban „Tidak‟, perlu dirinci jumlah jawaban „Tidak‟ menurut jenis keterlambatan (gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa, sosialisasi dan kemandirian).
29
D. Stimulasi Perkembangan Anak 1. Definisi Stimulasi Stimulasi adalah kegiatan merangsang kemampuan dasar anak umur 0-6 tahun agar anak tumbuh dan berkembang secara optimal (Depkes RI, 2012). Stimulasi adalah perangsangan dan latihan-latihan terhadap kepandaian anak yang datangnya dari lingkungan luar anak (Mursito & Warti, 2002 dalam Dwienda et al, 2014). Sedangkan menurut Soetjiningsih (2005) stimulasi adalah perangsang yang datangnya dari lingkungan di luar individu anak. Dwienda (2014) menjelaskan bahwa stimulasi merupakan bagian dari kebutuhan dasar anak, yaitu asah. Dengan mengasah kemampuan anak secara terus-menerus, kemampuan anak akan semakin meningkat. Anak yang mendapat stimulasi yang terarah dan teratur akan lebih cepat berkembang dibandingkan anak yang kurang mendapat stimulasi (Nugroho, 2009).
2. Prinsip Pemberian Stimulasi Pemberian stimulasi pada anak harus memperhatikan beberapa hal yang mendasar dalam kemajuan tumbuh kembang anak. Dwienda (2014) menerangkan bahwa dalam melakukan stimulasi, harus menggunakan prinsip sebagai berikut: a. Sebagai ungkapan rasa cinta dan sayang, bermain bersama anak sambil menikmati kebahagiaan anak.
30
b. Bertahap
dan
berkelanjutan,
serta
mencakup
kemampuan perkembangan (motorik kasar,
4
bidang
motorik halus,
bahasa dan personal social). c. Dimulai dari tahapan perkembangan yang telah dicapai anak. d. Dilakukan dengan wajar, tanpa paksaan, hukuman atau bentakan. e. Anak selalu diberi pujian. f. Alat bantu stimulasi (jika perlu) dicari yang sederhana, tidak berbahaya dan mudah didapat. g. Suasana dibuat menyenangkan dan bervariasi.
3. Stimulasi Perkembangan Anak Menurut Umur Depkes (2012) menjelaskan bahwa perkembangan kemampuan dasar anak mempunyai pola yang tetap dan berlangsung secara berurutan. Stimulasi yang diberikan kepada anak dalam rangka merangsang pertumbuhan dan perkembangan anak dapat diberikan oleh orang tua/keluarga sesuai dengan pembagian kelompok umur stimulasi anak yang dijeaskan dalam tabel 2.3 sebagai berikut: Tabel 2. 3 Kelompok Umur Stimulasi Periode Tumbuh Kembang Masa prenatal, janin dalam kandungan Masa bayi 0 – 12 bulan
Kelompok Umur Stimulasi Masa prenatal Umur 0-3 bulan Umur 3-6 bulan Umur 6-9 bulan Umur 9-12 bulan Masa anak balita 12-60 bulan Umur 12-15 bulan Umur 15-18 bulan Umur 18-24 bulan Umur 24-36 bulan Umur 36-48 bulan Umur 48-60 bulan Masa prasekolah 60-72 bulan Umur 60-72 bulan Diambil dari Depkes (2012) dalam Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi Dini dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak Ditingkat Kesehatan Dasar.
31
4. Stimulasi Perkembangan Aspek Sosialisasi dan Kemandirian Stimulasi perkembangan anak untuk kemampuan bersosialisasi dan kemandirian sesuai umur bagi anak usia 60-72 bulan menurut Depkes RI (2012), dijabarkan sebagai berikut: a. Stimulasi kegiatan yang perlu dilanjutkan 1) Dorong agar anak berpakaian sendiri, menyimpan mainannya
tanpa bantuan anda, dan membantu kegiatan di rumah seperti memasak, bersih-bersih rumah dan sebagainya. 2) Ajak anak berbicara tentang apa yang dirasakan anak, ikutkan
anak dalam acara makan sekeluarga 3) Rencanakan kegiatan ke
luar sering-sering, beri anak
kesempatan mengunjungi tetangga, teman dan saudara tanpa ditemani anda. 4) Beri anak kesempatan memilih acara televisi yang ingin
dilihat, tetapi anda tetap membantu memilihkan acara. Batasi waktu menonton televisi tidak lebih dari 2 jam sehari. Lihat dan bicarakan beberapa acara yang dilihat dan didengar bersama. b. Berkomunikasi dengan anak Luangkan waktu setiap hari untuk bercakap-cakap dengan anak. Dengarkan ketika anak berbicara dan tunjukkan bahwa anda mengerti pembicaraan anak dengan mengulangi apa yang dikatakannya. Pada saat ini, jangan menggurui, memarahi, menyalahkan atau mencaci anak.
32
c. Berteman dan bergaul Pada umur ini anak-anak senang sekali bergaul dan membutuhkan teman sebaya untuk bermain. Bantu dan beri anak kesempatan berkumpul dengan teman-temannya. Ajari anak dalam memakai kata-kata yang tepat ketika menyampaikan maksudnya pada teman-temannya. Buat anak agar memakai katakata dalam memecahkan masalah dan bukannya dengan memukul atau mendorong. d. Mematuhi peraturan keluarga Buat persetujuan dengan suami/istri anda mengenai peraturan keluarga. Sertakan anak pada “pertemuan” keluarga ketika membicarakan peraturan terebut. Adakan pertemuan keluarga secara rutin untuk membicarakan acara kelurga minggu ini/minggu depan, rencana jalan-jalan atau ketika menentukan waktu anak mandi sore, sembahyang/ibadah, dan sebagainya. Ajarkan
anak
patuh
terhadap
peringatan/teguran/penjelasan
peraturan
ketika
anak
tersebut. tidak
Beri
mematuhi
peraturan. Hindari penggunaan kekerasan/hukuman badan/cacian.
E. Orang tua Terhadap Anak 1. Definisi orang tua Kehidupan anak tak akan terpisahkan dengan keberadaan orang tua didalamnya. Orang tua telah menjadi agen perlindungan, pendukung kesehatan anak, pendidik, dan lain-lain. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) (2005) pengertian orang tua adalah ayah ibu
33
kandung; orang yang dianggap tua (cerdik pandai, ahli, dan sebagainya).
2. Peran Orang tua Terhadap Perkembangan Anak Anak membutuhkan orang lain untuk membantu perkembangan keseluruhan dirinya. Ada fase dimana anak tergantung sepenuh nya pada orang lain, misalnya pada bayi yang baru lahir dan sebaliknya ada fase dimana anak dapat melepaskan sebagian besar ketergantungannya ini, misalnya anak umur 18 tahun (Gunarsa, 2002). Selain itu orang lain yang paling utama dan pertama bertanggung jawab adalah orang tua
sendiri.
Sehingga
orang
tua
yang
bertanggung
jawab
memperkembangkan seluruh eksistensi anak. Peran dan tanggung jawab orang tua terhadap perkembangan anak dari beberapa sumber diantaranya dijabarkan sebagai berikut: a. Pemenuh kebutuhan-kebutuhan anak Memenuhi kebutuhan anak baik dari sudut organis-psikologi diantaranya
kebutuhan
makan,
kebutuhan
perkembangan
intelektual melalui pendidikan, kebutuhan akan rasa dikasihi, dimengerti dan rasa aman melalui perawatan, auhan, ucapanucapan dan perlakuan-perlakuan. b. Pengasuhan dan perawatan anak Peran orang tua sebagai pengasuh anak yang utama tidak bisa digantikan oleh siapapun, bahkan oleh educator di sekolah dan pengasuh pengganti sekalipun (Tim Pustaka Familia, 2006). Pola pengasuhan (parenting) atau perawatan anak sangat bergantung
34
pada
nilai-nilai
yang
dimiliki
keluarga.
Supartini
(2004)
menjelaskan bahwa pada budaya timur seperti di Indonesia, peran pengasuhan atau perawatan lebih banyak dipegang oleh istri atau ibu meskipun mendidik anak merupakan tanggung jawab bersama. Pada dasarnya tujuan pengasuhan orang mempertahankan kesehatannya,
kehidupan memfasilitasi
fisik
anak
anak
dan
untuk
tua adalah meningkatkan
mengembangkan
kemampuan sejalan dengan tahapan perkembangannya dan mendorong peningkatan kemampuan berperilaku sesuai dengan nilai agama. Depkes (2012) menjelaskan bahwa stimulasi tumbuh kembang anak dilakukan oleh ibu dan ayah yang merupakan orang terdekat dengan anak, pengganti ibu/ pengasuh anak, anggota keluarga lain dan kelompok masyarakat di lingkungan rumah tangga masing-masing dan dalam kehidupan sehari-hari.
F. Asuhan Berpusat Pada Keluarga (Family Center Care) 1. Definisi Asuhan Berpusat pada Keluarga American Academy of Pediatric (APA, 2003) menerangkan tentang perawatan berpusat pada keluarga adalah sebuah pendekatan untuk perawatan kesehatan yang membentuk kebijakan perawatan kesehatan, program, desain fasilitas, dan interaksi setiap harinya antara pasien, keluarga, dokter, dan profesional kesehatan lainnya. Maternal and Child Health Bureau menjelaskan bahwa family-centered care
35
menjamin kesehatan dan kesejahteraan anak-anak dan keluarga mereka melalui kemitraan keluarga-profesional kesehatan.
2. Konsep Dasar Asuhan Berpusat Pada Keluarga Konsep dasar dalam asuhan berpusat pada keluarga menurut Wong (2008) ada dua, yaitu: memapukan dan memberdayakan. Supartini (2004) memaparkan tentang konsep yang mendasari asuhan berpusat pada keluarga yaitu fasilitasi keterlibatan orang tua dalam perawatan dan peningkatan kemampuan keluarga dalam merawat anak. Asuhan keperawatan dengan pendekatan berfokus pada keluarga paling terbukti pada saat merawat anak, hal ini disebabkan oleh pengenalan bahwa keluarga merupakan pusat dalam kehidupan anak. Menurut Casey (1997) dalam Supartini (2004) menjelaskan bahwa sangat diperlukan kerja sama antara orang tua dan tim kesehatan dan asuhan pada anak baik sehat maupun sakit paling baik dilaksanakan oleh orang tua, dengan bantuan tenaga kesehatan yang kompeten sesuai kebutuhannya. Selain itu prinsip pelayanan keperawatan anak harus berfokus pada anak dan keluarga, untuk memenuhi kebutuhan anak dan keluarga (Casey, 1997; Supartini, 2004). Institute for Family-centered Care (2004) menjelaskan beberapa konsep inti dari asuhan berpusat pada pasien dan keluarga adalah sebagai berikut: a. Dignity and Respect (Martabat dan Hormat). Praktisi kesehatan mendengarkan untuk dan menghormati pasien terhadap perspektif dan pilihan keluarga. Pengetahuan pasien dan keluarga, nilai-nilai,
36
keyakinan, dan latar belakang budaya yang dimasukkan ke dalam perencanaan dan pemberian perawatan. b. Information Sharing (Berbagi informasi). Praktisi kesehatan berkomunikasi dan berbagi informasi yang lengkap dan informasi yang tidak bias dengan pasien dan keluarga dengan cara yang menegaskan (afirmasi) dan yang berguna. Pasien dan keluarga menerima informasi yang tepat waktu, lengkap, dan akurat agar dapat
berpartisipasi
secara
efektif
dalam
perawatan
dan
pengambilan keputusan. c. Participation (Partisipasi). Pasien dan keluarga didorong dan didukung untuk berpartisipasi dalam perawatan dan pengambilan keputusan di tingkat yang mereka pilih. d. Collaboration (Kolaborasi). Pasien, keluarga, praktisi kesehatan, dan pemimpin berkolaborasi dalam kebijakan dan program pengembangan, pelaksanaan, dan evaluasi; dalam desain fasilitas pelayanan kesehatan; dan di pendidikan profesional, serta dalam pemberian perawatan
G. Penelitian Terkait 1. Penelitian yang dilakukan Susanty, Fadlyana, dan Nataprawira (2014) dengan judul Manfaat Intervensi Dini Anak Usia 6-12 bulan dengan Kecurigaan Penyimpangan Perkembangan. Penelitian ini dilakukan pada 32 responden. Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah terdapat manfaat intervensi dini anak usia 6-12 bulan yang mengalami kecurigaan penyimpangan perkembangan.
37
2. Penelitian yang dilakukan oleh Irmawati et al (2009) dengan judul Pengaruh Pemberian Stimulasi Selama Satu Jam pada Perkembangan Anak usia 12-24 bulan. Penelitian ini dilakukan pada 35 subjek kelompok stimulasi dan 35 subjek kelompok kontrol. Hasil penelitian menunjukan bahwa evaluasi perkembangan setelah 3 bulan mengalami perbaikan baik pada kelompok stimulasi maupun pada kelompok kontrol. 3. Penelitian yang dilakukan oleh Innike tahun (2014) dengan judul Pengaruh Pelatihan Stimulasi Keluarga oleh Ibu dealam Bentuk Tulisan dengan Gambar terhadap Perkembangan Anak Usia Kurang dari 3 Tahun. Penelitian ini dilakukan pada 130 subjek. Kesimpulan hasil penelitian ini adalah cara stimulasi oleh ibu dengan metode gambar lebih baik pengaruhnya terhadap perkembangan anak usia kurang dari tiga tahun dibandingkan dengan metode tulisan. 4. Penelitian yang dilakukan oleh Barros, Matijasevich, Santos, dan Halpern (2010) di Pelotas Brazil dengan judul Perkembangan Anak dalam Studi Kohort Kelahiran: Efek Stimulasi Anak Lebih Kuat di Ibu dengan Pendidikan Rendah. Penelitian ini menggunakan instrument Batelle’s Development Inventory untuk menilai perkembangan anak. Penelitian ini dilakukan pada 3869 anak. Hasil penelitian ini adalah efek dari stimulasi lebih kuat di kalangan anak-anak dari ibu dengan tingkat pendidikan rendah dibandingkan anak dengan ibu yang berpendidikan tinggi.
38
H. Kerangka Teori
Anak Usia Dini
Pertumbuhan dan Perkembangan
Faktor: 1. Internal a. Ras/etnink/bangsa b. Keluarga c. Umur d. Jenis kelamin e. Genetik f. Kelainan genetik 2. Eksternal a. Faktor Prenatal 1) Gizi 2) Mekanis 3) Toksin/zat kimia 4) Endokrin 5) Radiasi 6) Infeksi 7) Kelainan imunologi 8) Anoksia embrio 9) Psikologi ibu b. Faktor Persalinan 1) Komplikasi persalinan c. Faktor Pasca Persalinan 1) Gizi 2) Penyakit kronis/kelainan kongenital 3) Lingkungan fisik dan kimia 4) Psikologis 5) Endokrin 6) Sosio ekonomi 7) Lingkungan pengasuhan 8) Stimulasi 9) Obat-obatan
Pendekatan family center care
Prinsip: 1. Dignity & Respect 2. Information Sharing 3. Participation 4. Collaboration
Melalui peran orang tua
Peran orang tua: 1. Pemenuh kebutuhan anak 2. Pengasuhan 3. Perawatan
Gambar 2.1 Kerangka Teori Sumber: Depkes RI (2012), Wong (2008), Supartini (2004), Institute for Familycentered Care (2004)
BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL
A. Kerangka Konsep Kerangka konsep adalah abstraksi dari suatu realitas agar dapat dikomunikasikan dan
membentuk
suatu teori
yang
menjelaskan
keterkaitan antarvariable (baik variabel yang diteliti maupun yang tidak diteliti) (Nursalam, 2008). Menurut Notoatmodjo (1993 dalam Wasis, 2008) menjelaskan bahwa kerangka konsep adalah kerangka hubungan antara konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan. Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah diuraikan. Dibawah ini dijelaskan mengenai kerangka konsep yang akan peneliti lakukan di wilayah kerja Puskesmas Pisangan. Kerangka konsep dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu: 1. Intervensi adalah pemberian stimulasi perkembangan anak 2. Variabel terikat adalah status perkembangan anak Pre Intervensi
Intervensi
Status Perkembangan Anak
Pemberian Stimulasi Perkembangan Anak
Post Intervensi Status Perkembangan Anak
Gambar 3. 1 Kerangka Konsep Penelitian
39
40
B. Hipotesa Penelitian Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau pertanyaan penelitian (Nursalam, 2008). Menurut Corbetta (2003 dalam Swarjana, 2012) menjelaskan bahwa juga didefiniskan sebagai sebuah konsep, atau interkoneksi di antara konsep. Hipotesis dibuat berdasarkan teori, atau studi empiris berdasarkan pada alasan logis dan memprediksi hasil dari studi (Swarjana, 2012). Berdasarkan latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan kerangka konsep penelitian maka dapat dirumuskan hipotesa penelitian ini yaitu: "Ada Pengaruh Stimulasi Perkembangan pada Aspek Sosialisasi dan Kemandirian terhadap Status Perkembangan Anak".
C. Definisi Operasional Tabel 3. 1 Definisi Operasional Variabel Penelitian Intervensi: Pemberian stimulasi perkemba ngan anak
Definisi Operasional Stimulasi adalah kegiatan merangsang kemampuan sosialisasi dan kemandirian anak usia 5-6 tahun agar anak tumbuh dan berkembang secara optimal. Variabel Status Dependen: perkembangan Status anak disini Perkemba merupakan hasil ngan Anak dari penapisan perkembangan anak yang dilakukan dengan
Alat Ukur
Hasil Ukur
Skala
Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi Dini dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak Ditingkat Kesehatan Dasar keluaran Depkes RI tahun 2012. Status perkembangan Data anak dinilai Numerik berdasarkan hasil observasi langsung, dan wawancara kepada anak dan orang tua anak dengan menggunakan kuesioner praskrining
Rasio
41
Variabel Penelitian
Definisi Operasional menggunakan kuesioner praskrining perkembangan (KPSP) dengan interpretasi hasil sesuai, meragukan, dan penyimpangan.
Alat Ukur perkembangan (KPSP) pada poin pertanyaan nomer 2, 7, dan 10. KPSP tercantum dalam Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi Dini dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak Ditingkat Kesehatan Dasar keluaran Depkes RI tahun 2012.
Hasil Ukur
Skala
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah kuasi eksperimental One Group dengan Pre test-Post test design yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian stimulasi perkembangan terhadap perkembangan anak di wilayah kerja Puskesmas Pisangan. Disain kuasi eksperimen memfasilitasi hubungan sebab-akibat dalam situasi dimana intervensi tidak memungkinkan dilaksanakan seperti true eksperiment (Wood & Habber, 2006). Desain Quasi Eksperiment bertujuan untuk menguji hubungan sebab-akibat terhadap perlakuan (Haryati, 2009). Pendekatan One Group Design hanya satu kelompok intervensi tanpa kelompok kontrol (Wood & Habber, 2006). Rancangan penelitian dapat dilihat pada bagan berikut: O1
Intervensi (Pemberian Stimulasi Perkembangan Anak)
O2
Gambar 4. 1 Rancangan Penelitian
Keterangan: O1
: adalah status perkembangan anak pada tahap awal (pre test)
O2
: adalah status perkembangan anak pada tahap akhir (post test)
42
43
B. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian dilaksanankan di wilayah kerja Puskesmas Pisangan, Kecamatan Ciputat, Kota Tangerang Selatan yang terdiri dari dua kelurahan yaitu Kelurahan Pisangan dan Kelurahan Cireundeu. Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Februari – Mei 2016.
C. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Populasi adalah universum, itu dapat berupa orang, benda, gejala, atau wilayah yang ingin diketahui oleh peneliti (Danim, 2003). Populasi pada penelitian ini adalah semua anak usia 5 tahun (60-72 bulan)
yang
mengalami
perkembangan
meragukan
dengan
keterlambatan pada aspek sosialisasi dan kemandirian (berdasarkan pemeriksaan dengan KPSP) di wilayah kerja Puskesmas Pisangan. Populasi penelitian ini termasuk populasi infinit yang berarti tidak pernah diketahui dengan pasti jumlahnya, dan bersifat sangat luas (Imron & Amrul, 2010; Hakiki, 2015). Untuk saat ini di wilayah kerja Puskesmas Pisangan belum ada pendataan jumlah anak dengan perkembangan meragukan.
2. Sampel
Sampel atau contoh adalah subunit populasi survei atau populasi survei itu sendiri, yang oleh peneliti dipandang mewakili populasi target. Dengan kata lain, sampel adalah elemen-elemen populasi yang dipilih atas dasar kemampuan mewakilinya (Danim, 2003). Sampel
44
pada penelitian ini adalah anak usia 60 bulan yang berada di wilayah kerja
Puskesmas
Pisangan.
Teknik
pengambilan
sampel
ini
menggunakan teknik Purpossive Sampling dimana sampel yang diambil berdasarkan kriteria yang masuk didalam penelitian, dengan kriteria sebagai berikut: a. Kriteria Inklusi 1) Anak yang berusia 60-72 bulan 2) Merupakan anak-anak yang berada di wilayah kerja Puskesmas Pisangan 3) Anak yang sedang mengikuti pendidikan usia dini baik di PAUD/TK 4) Anak yang setelah dilakukan pemeriksaan perkembangan dengan KPSP masuk kedalam kategori anak dengan perkembangan meragukan dan pada aspek sosialisasi dan kemandirian 5) Bersedia menjadi responden b. Kriteria Eksklusi 1) Sedang menderita penyakit berat 2) Memiliki riwayat BBLR (Berat Bayi Lahir Rendah)
3. Besar Sampel Jumlah minimum besar sampel berdasarkan riset penelitian eksperimental adalah 15 subjek pada setiap kelompok untuk studi yang simpel, sedangkan dengan kontrol eksperimental yang kuat diperlukan jumlah minimum adalah 10-20 subjek per kelompok (Dempsey, 2002).
45
Burns & Susan (2005 dalam Al-Halaj, 2014) menjelaskan bahwa jumlah sampel pada penelitian kuasi eksperimen adalah sebanyak 10 – 20 orang. Pada penelitian ini dalam menentukan sampel dilakukan skrining terlebih dahulu melalui TK/PAUD yang ada di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan yaitu pada 117 anak, sehingga didapatkan 29 anak dengan perkembangan meragukan. Dari 29 anak tersebut, didapatkan 19 orang yang sesuai dengan kriteria inklusi, yaitu anak dengan status perkembangan meragukan pada aspek sosialisasi dan kemandirian, baik keterlambatan penuh pada aspek sosialisasi dan kemandirian (pada penelitian ini ada 9 sampel), atau keterlambatan pada aspek sosialisasi dan kemandirian yang disertai dengan keterlambatan pada aspek lain (pada penelitian ini ada 8 sampel yang disertai dengan keterlambatan pada aspek bicara dan bahasa). Namun seiring dengan berjalannya intervensi terdapat 2 orang responden yang menyatakan berhenti (drop out). Maka besar sampel akhir pada penelitian ini didapatkan 17 orang.
46
D. Alur Penelitian Persiapan Penelitian
Menentukan responden penelitian
Skrining perkembangan anak (pengumpulan data pre test) Tidak memenuhi kriteria inklusi
Memenuhi kriteria inklusi
Informed consent Tidak bersedia
Bersedia
Penjelasan prosedur tindakan dan Kontrak waktu Pelaksanaan tindakan
Pengajaran cara stimulasi kepada orang tua Evaluasi cara stimulasi
Observasi intervensi 2 minggu Evaluasi (pengumpulan data post test)
Analisa data Gambar 4. 2 Alur Penelitian
47
E. Pengumpulan Data 1. Teknik Pengumpulan Data Dalam pengumpulan data peneliti menggunakan alur penelitian yang akan dijabarkan sebagai berikut: a. Persiapan Penelitian Peneliti mengajukan perizinan penelitian di wilayah kerja Puskesmas Pisangan kepada Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan, Kepala Puskesmas Pisangan dan kepada Kepala Sekolah PAUD/TK/Rumah Belajar yang berada diwilayah Puskesmas Pisangan. b. Menentukan Responden Penelitian Peneliti menentukan responden yang sesuai dengan kriteria inklusi yaitu: anak-anak yang berusia 5 tahun (60-72 bulan) yang tinggal di wilayah kerja Puskesmas Pisangan, sedang mengikuti pendidikan anak usia dini (baik PAUD/TK/Rumah Belajar), dan status perkembangannya meragukan pada aspek sosialisasi dan kemandirian. 1) Skrining Responden Penentuan responden penelitian dilakukan dengan skrining terlebih dahulu kepada anak yang akan dijadikan responden melalui sekolah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) atau Taman Kanak-kanak (TK) yang ada di wilayah kerja puskesmas pisangan. Skrining dilakukan untuk menentukan anak dengan status perkembangan meragukan menggunakan
48
KPSP yang dilakukan oleh peneliti dan asisten peneliti yang sebelumnya telah menyamakan persepsi dan mendapat pengajaran cara penggunaan instrumen KPSP. Hasil skrining dijabarkan dalam tabel 4.1 sebagai berikut: Tabel 4. 1 Hasil Skrining Perkembangan Anak di 8 TK/PAUD di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan, Mei 2016 Status Perkembangan Anak Sesuai Meragukan Penyimpangan Total
Jumlah 83 29 5 117
Presentase 70,9 % 24,5 % 4,3 % 100 %
Tabel 4.1 menjelaskan tentang skrining yang dilakukan di 8 PAUD/TK yang ada di wilayah kerja Puskesmas Pisangan (Kelurahan Cirendeu dan Kelurahan Pisangan). Dari total skrining berjumlah 117 anak, yang dijadikan responden adalah anak-anak dengan status perkembangan meragukan. Anak dengan status perkembangan meragukan dipilih karena mengacu pada tata laksana Depkes 2012, bawa untuk anak dengan
perkembangan
intervensi ditingkat
meragukan
dapat
dilaksanakan
dasar (rumah) dengan pemberian
stimulasi, sedangkan untuk anak dengan penyimpangan perkembangan tata laksananya dengan melakukan rujukan ke Puskesmas, Klinik Tumbuh Kembang anak atau Rumah Sakit (RS) terdekat. Dari total 29 anak dengan perkembangan meragukan, yang masuk kedalam kriteria inklusi responden adalah anak
49
yang mengalami keterlambatan pada aspek sosialisasi dan kemandirian dan bersedia menjadi responden berjumlah 19 orang. Ini dikarenakan dari 29 anak dengan perkembangan meragukan tersebut, 6 orang diantaranya tidak mengalami keterlambatan pada aspek sosialisasi dan kemandirian (mengalami terlambat pada aspek bicara bahasa dan gerak halus), dan 4 orang yang lain menolak untuk dilakukan intervensi, sehingga 10 orang tersebut dieksklusikan oleh peneliti. Jadi total responden yang sesuai dengan kriteria inklusi didapatkan adalah 19 orang. Namun seiring dengan berjalannya proses intervensi 2 orang menyatakan berhenti ditengah-tengah proses intervensi (drop out). Sehingga total akhir responden pada penelitian ini adalah 17 orang. 2) Kontrak Waktu Peneliti melakukan kontrak waktu bertemu orang tua anakanak
yang
sesuai
dengan
kriteria
responden
untuk
menawarkan intervensi yang akan dilakukan, menjelaskan tujuan dan manfaat kepada calon responden, serta melakukan informed consent, yaitu menanyakan kesediaan klien untuk menjadi responden. Klien yang menyatakan kesediaaanya akan ditetapkan sebagai responden dan selanjutnya diminta untuk menandatangani lembar persetujuan penelitian serta mengisi lembar data demografi.
50
c. Pelaksanaan Prosedur Tindakan Prosedur tindakan yang dilakukan yaitu: mengajarkan orang tua atau pengasuh anak cara menstimulasi anak, evaluasi cara menstimulasi, dan mengobservasi tindakan stimulasi setiap 2 hari sekali selama 2 minggu. 1) Mengajarkan
orang
tua
atau
pengasuh
anak
cara
menstimulasi Pengajaran dilakukan oleh peneliti yang sebelumnya telah melakukan konsultasi kepada ahli dalam bidang keperawatan anak oleh Ns. Kustati Budi Lestari, M.Kep, Sp. An dan juga dipelajari melalui video tentang SDIDTK keluaran Depkes tahun 2012. Pengajaran dilakukan di rumah responden saat home visit pertama dengan menjelaskan dan memperagakan kepada orang tua ibu cara memberikan stimulasi aspek sosialisasi kemandirian sesuai buku pedoman pelaksanaan stimulasi, deteksi dini dan intervensi dini tumbuh kembang anak ditingkat pelayanan kesehatan dasar keluaran Depkes RI tahun 2012. Orang tua anak juga diberikan modul dan kartu harian yang sebelumnya telah disiapkan oleh peneliti. Modul berisi materi tentang perkembangan anak dan cara menstimulasi anak pada aspek sosialisasi dan kemandirian untuk usia 60-72 bulan. Modul disusun oleh peneliti dengan merujuk pada berbagai sumber yang relevan dan telah dikoreksi oleh ahli
51
dalam bidang keperawatan anak Ns. Kustati Budi Lestari, M.Kep, Sp. An, serta hanya dipergunakan untuk kalangan sendiri yaitu untuk pelaksanaan penelitian tentang pemberian stimulasi tumbuh kembang anak usia 5-6 tahun aspek sosialisasi dan kemandirian. Kartu harian adalah jadwal yang harus diisi oleh orang tua anak, yaitu penjabaran mengenai kegiatan stimulasi yang telah dilakukan. 2) Mengevaluasi cara stimulasi yang dilakukan orang tua atau pengasuh anak Evaluasi dilakukan oleh peneliti dengan menanyakan kembali kepada orang tua anak apakah telah paham dan mengerti tentang cara stimulasi yang harus dilakukan. Selanjutnya peneliti melakukan kontrak waktu untuk mengevaluasi jadwal harian dan mengobservasi tindakan dalam 2 minggu setiap 2 hari sekali. 3) Mengobservasi
intervensi
berupa
pemberian
stimulasi
perkembangan anak setiap 2 hari sekali selama 2 minggu. Observasi dilakukan oleh peneliti di rumah responden dengan mengevaluasi kartu harian yang telah diberikan sebelumnya. Saat home visit responden ibu diminta untuk menceritakan kemajuan yang terjadi pada anak dan hambatan yang dialami selama melakukan pemberian stimulasi, serta responden ibu diminta untuk memperagakan kembali tindakan-tindakan stimulasi yang telah dilakukan.
52
d. Evaluasi Hasil Intervensi (Pengumpulan Data Post Test). Evaluasi perkembangan anak dilakukan oleh peneliti setelah 2 minggu intervensi. Evaluasi status perkembangan anak juga dilakukan di rumah responden saat home visit terakhir. Status perkembangan anak diukur kembali dengan menggunakan intrumen KPSP. Hasil dari evaluasi disampaikan kepada orang tua berikut tindak lanjut yang bisa dilakukan berdasarkan hasil pemeriksaan status perkembangan anak.
Hasil yang didapat
selanjutnya menjadi bahan pembahasan penelitian. e. Analisa Data Setelah semua data diperoleh, peneliti melakukan analisis data menggunakan sistem komputerisasi SPSS. Analisa data dilakukan untuk melihat perubahan status perkembangan anak sebelum dan sesudah intervensi pemberian stimulasi perkembangan anak.
2. Instrumen Pengumpulan Data a. Instrumen Data Karakteristik Responden Instrumen yang digunakan meliputi kuisioner yang berisi data demografi dan informasi mengenai riwayat kelahiran anak. Data demografi meliputi inisial responden (nama anak dan nama orang tua; ibu atau ayah), alamat, tanggal lahir anak, usia anak dalam bulan, dan jenis kelamin anak, usia ibu, pekerjaan ibu, serta pendidikan terakhir ibu. Riwayat kelahiran anak meliputi, usia dalam kandungan saat lahir (untuk mengkaji adanya riwayat
53
prematuritas atau tidak), berat badan lahir (BB lahir) dan panjang badan lahir (PB lahir), dan ada/tidak nya komplikasi selama kehamilan. Data riwayat kelahiran menjadi acuan bagi peneliti untuk mengeksklusikan calon responden (anak dengan riwayat BBLR dan mengalami komplikasi saat persalinan).
b. Instrumen Perkembangan Anak 1) Instrumen Status Perkembangan Anak Instrumen yang digunakan untuk mengukur perkembangan anak yaitu dengan Kuesioner Praskrining Perkembangan Anak (KPSP). Formulir KPSP yang digunakan adalah yang sesuai dengan umur anak yaitu anak umur 60 bulan (5 tahun). Dalam
KPSP
terdapat
2 macam pertanyaan yaitu
pertanyaan yang dijawab oleh orang tua anak dan perintah kepada orang tua anak atau peneliti untuk melaksanakan tugas yang tertulis pada KPSP. Sebelumnya peneliti memastikan bahwa orang tua anak mengerti apa yang ditanyakan kepadanya agar orang tua anak tidak ragu-ragu atau takut dalam menjawab. Pertanyaan ditanyakan secara berurutan, satu persatu, untuk setiap pertanyaan hanya ada 1 jawaban yaitu „Ya‟ atau „Tidak‟, setiap jawaban dicatat pada formulir KPSP (Depkes, 2012). Pada penelitian ini pemeriksaan status perkembangan anak menggunakan KPSP dilakukan sebelum dan sesudah intervensi
54
pemberian stimulasi perkembangan anak
setelah intervensi
dilakukan selama 2 minggu (pre test-post test). KPSP terdiri dari 10 pertanyaan tentang perkembangan anak dilihat dari 4 aspek yaitu aspek gerak kasar, aspek gerak halus, aspek bicara bahasa, dan aspek sosialisasi dan kemandirian. Pada penelitian ini menggunakan 3 poin pertanyaan dari KPSP yaitu pada poin pertanyaan nomer 2, 7, dan 10, dimana ketiga poin pertanyaan tersebut menilai status perkembangan pada aspek sosialisasi dan kemandirian.
2) Instrumen Stimulasi Perkembangan Anak Instrumen stimulasi perkembangan anak digunakan sebagai acuan
untuk
pemberian
intervensi
berupa
stimulasi
perkembangan anak pada aspek sosialisasi dan kemandirian, instumen ini menggunakan pedoman pelaksanaan stimulasi, deteksi dini dan intervensi dini tumbuh kembang anak ditingkat pelayanan kesehatan dasar keluaran Depkes RI tahun 2012. Stimulasi perkembangan anak yang digunakan adalah stimulasi perkembangan pada aspek sosialisasi dan kemandirian untuk anak usia 60-72 bulan yang berisi tentang beberapa tugas perkembangan
anak
untuk
bersosialisasi dan kemandirian.
meningkatkan
kemampuan
55
3. Satuan Operasional Pelaksanaan Intervensi Intervensi
dilaksanakan
dengan
mengikuti
langkah-langkah
sebagai berikut: a. Menjelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan kepada orang tua anak yaitu terdiri dari: mengajarkan orang tua anak cara menstimulasi anak, evaluasi cara menstimulasi anak, dan mengobservasi tindakan stimulasi. b. Mengajari orang tua cara melakukan intervensi yaitu pada aspek sosialisasi
dan
kemandirian.
Pada
aspek
kemampuan
bersosialisasi dan kemandirian anak belum bisa berpakaian sendiri tanpa dibantu, maka anak harus didorong untuk berpakaian sendiri. c. Mengevaluasi cara stimulasi yang dilakukan orang tua. Peneliti akan menanyakan kembali apakah orang tua anak telah mengerti tentang cara stimulasi yang harus dilakukan dan kegiatan apa saja yang harus dapat dilakukan pada anak. d. Memberi
petunjuk
pada
orang
tua
atau
keluarga
cara
menstimulasi anak, yaitu; 1) Perhatikan kolom stimulasi kemampuan bersosialisasi dan kemandirian usia 60-72 bulan yang akan diberikan pada anak. Seluruh kegiatan yang terdapat pada kolom tersebut harus dapat diterapkan oleh orang tua/keluarga kepada anak, 2) Pemberian stimulasi pada anak dilakukan secara intensif minimal setiap hari 15 menit selama 2 minggu, 3) Bila anak terlihat senang dan tidak bosan, waktu intervensi dapat
56
ditambah. Bila anak menolak atau rewel, intervensi dihentikan dahulu, dilanjutkan apabila anak sudah dapat diintervensi lagi, 4) Setelah intervensi dilakukan mohon dicatat pada lembar observasi (kartu harian). Catat waktu pemberian stimulasi, durasi pemberian stimulasi, frekuensi pemberian stimulasi yang dilakukan pada hari tersebut, dan kegiatan stimulasi yang dilakukan, 5) Setiap 2 hari sekali peneliti akan mengobservasi tindakan stimulasi yang dilakukan dan mengecek kartu harian. e. Mengevaluasi hasil intervensi setelah 2 minggu. Evaluasi dilakukan dengan menggunakan KPSP yang sesuai dengan umur skrining 60-72 bulan untuk melihat kemajuan pada anak.
F. Pengolahan Data Sebelum dilakukan analisis data, pada penelitian ini dilakukan pengolahan
data
terlebih
dahulu
dengan
metode
komputerisasi.
Pengolahan data dilakukan dengan empat langkah (Hartono, 2007), yaitu sebagai berikut: 1. Editing Peneliti menggunakan pengecekan kelengkapan dari isian kuesioner dan kejelasan jawaban setelah responden selesai mengisi kuesioner. Jika terjadi jawaban yang tidak lengkap atau tidak jelas peneliti menanyakanan kembali pada responden. Pada penelitian ini dilakukan proses editting pada lembar karakteristik responden yang diisi oleh reponden, sedangkan untuk lembar KPSP diisi langsung oleh peneliti.
57
2. Coding Peneliti merubah data berbentuk huruf menjadi angka atau bilangan, sehingga mempermudah dalam proses pengolahan data. Misalnya 1 = status
perkembangan
anak
sebelum
intervensi,
2
=
status
perkembangan anak setelah intervensi. Kegiatan ini dilakukan setelah semua kuesioner sudah diedit atau disunting. 3. Precessing Proses pengolahan data dilakukan dengan memasukan data yang didapat kedalam program komputer untuk diproses selanjutnya. Data yang ada dimasukan kedalam program SPSS yang selanjutnya akan diproses untuk menganalisa data. 4. Cleaning Setelah proses memasukan data kedalam komputer, selanjutnya peneliti melakukan pengecekan data dan kelengkapan setiap responden. Peneliti memastikan tidak ada kesalahan dalam data yang dimasukan yaitu dengan melihat data missing melalui SPSS, setelah tidak ditemukannya data missing selanjutnya dilakukan analisis data.
G. Analisis Data 1. Anilisis Univariat Analisis univariat merupakan analisis tiap varibel yang dinyatakan dengan menggambarkan dan meringkas data dengan cara ilmiah dalam bentuk tabel atau grafik (Setiadi, 2007). Variabel pada penelitian ini adalah data karakteristik responden yang dibagi menjadi karakteristik ibu dan karakteristik anak, meliputi jenis kelamin anak,
58
usia ibu, pendidikan terakhir ibu, dan pekerjaan ibu. Data akan disajikan
dalam
bentuk
distribusi
frekuensi
dan
presentase
variabelnya. 2. Analisis Bivariat Analisis bivariat berguna untuk melihat hubungan dua variabel (Umar, 2002). Analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui adakah pengaruh antara variabel independen dengan variabel dependen yaitu stimulasi perkembangan sebagai variabel independen terhadap status perkembangan anak sebagai variabel dependen. Analisis
yang
digunakan adalah komparatif numerik berpasangan 2 kelompok yaitu dengan uji t berpasangan bila sebaran data normal. Bila sebaran data tidak normal, uji yang digunakan adalah uji Wilcoxon (Dahlan, 2009). Pada penelitian ini menggunakan analisis bivariat dengan menggunakan uji Wilcoxon karena sebaran data tidak normal. Uji peringkat bertanda wilcoxon (wilcoxon signed-rank test) digunakan untuk membandingkan dua sampel berpasangan dengan skala interval tapi tidak terdistribusi normal (Uyanto, 2009).
59
H. Etika Penelitian Etika penelitian merupakan hal yang sangat penting dalam pelaksanaan sebuah penelitian, mengingat penelitian keperawatan akan berhubungan langsung dengan manusia (Hakiki, 2014). Dalam melakukan penelitian ini, peneliti menjunjung tinggi nilai etik demi mencegah timbulnya masalah yang tidak diinginkan (Hidayat, 2008), hal-hal tersebut antara lain: a. Lembar Persetujuan (informed consent) Merupakan cara persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan (informed consent). Informed consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Pemberian lembar ini pada subyek yang menyatakan kesediaanya mereka harus menandatangani lembar persetujuan, dan jika responden tidak bersedia maka peneliti harus menghormati hak mereka. Pada penelitian ini terdapat 2 responden yang menyatakan berhenti karena tidak sanggup melanjutkan intervensi, untuk itu peneliti menghormati hak responden sehingga 2 orang tersebut di drop out dari penelitian. b. Tanpa nama (Anonimity) Merupakan masalah etika dalam penelitian keperawatan dengan cara tidak memberikan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data.
60
c. Kerahasiaan (Confidentiality) Merupakan masalah etika dalam penelitian keperawatan dengan cara tidak memberikan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data. Menjaga kerahasian identitas responden dan menjaga privasi klien saat melaksanakan tindakan intervensi. Data terkait responden yang terkumpul juga hanya digunakan untuk keperluan penelitian dan bukan untuk dipublikasikan untuk keperluan penelitian.
BAB V HASIL PENELITIAN
A. Analisa Univariat Analisa univariat pada penelitian ini menggambarkan karakteristik responden, serta status perkembangan anak sebelum dan sesudah intervensi. 1. Karakteristik Responden a) Karakteristik Responden Ibu Karakteristik ibu di bawah ini adalah karakteristik sampel penelitian yang dibagi berdasarkan usia ibu, pendidikan terakhir ibu, dan pekerjaan ibu. Tabel 5. 1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Ibu di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan, Mei 2016 Karakteristik Responden Usia Ibu 24 tahun 25 tahun 28 tahun 32 tahun 33 tahun 34 tahun 35 tahun 36 tahun 37 tahun 39 tahun 40 tahun 58 tahun Pendidikan Akhir Pendidikan Dasar (SD SMP) Pendidikan Menengah (SMA) Pendidikan Tinggi Pekerjaan Ibu Bekerja Ibu Rumah Tangga
61
Frekuensi (n)
Presentase (%)
1 1 1 1 4 1 1 1 3 1 1 1
5,9 % 5,9 % 5,9 % 5,9 % 23,5 % 5,9 % 5,9 % 5,9 % 17,6 % 5,9 % 5,9 % 5,9 %
5 8 4
29,4 % 47,1 % 23,5 %
3 14
15,8 % 84,2 %
62
Tabel 5.1 menunujukan distribusi frekuensi responden berdasarkan usia ibu, pendidikan terakhir ibu, dan pekerjaan ibu. Untuk karakteristik usia ibu, dari 17 responden usia ibu dengan jumlah paling banyak adalah ibu yang berusia 33 tahun yaitu 4 orang (23,5 %). Usia ibu paling muda adalah 24 tahun yaitu 1 orang (5,9 %) dan usia ibu paling tua adalah 58 tahun berjumlah 1 orang (5,9 %). Untuk karakteristik pendidikan terakhir ibu paling banyak responden pendidikan menengah (SMA) yaitu 8 orang (47,1%), sedangkan responden dengan pendidikan dasar (SD dan SMP) berjumlah 5 orang (29,4%), dan responden dengan pendidikan tinggi berjumlah 4 orang (23,5%). Untuk karakteristik pekerjaan ibu, mayoritas responden tidak bekerja yaitu sebagai ibu rumah tangga (IRT) berjumlah 14 orang (84,2%), dan responden yang bekerja yaitu sebagai guru, dosen dan wiraswasta berjumlah 3 orang (15,8%).
b) Karakteristik Responden Anak Karakteristik anak di bawah ini adalah karakteristik sampel penelitian berdasarkan jenis kelamin anak. Tabel 5. 2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Anak di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan, Mei 2016 Karakteristik Responden Jenis Kelamin Anak Laki-laki Perempuan
Frekuensi (n)
Presentase (%)
11 6
64,7 % 35,3 %
63
Tabel 5.2 menunujukan distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin anak. Untuk karakteristik jenis kelamin anak dari 17 responden mayoritas responden adalah laki-laki yaitu berjumlah 11 orang (64,7%), sedangkan perempuan berjumlah 6 orang (35,3%).
2. Status Perkembangan Anak Sebelum dan Sesudah Intervensi Hasil penelitian ini berupa status perkembangan anak sebelum intervensi dan sesudah intervensi yang dijelaskan sebagai berikut: Tabel 5. 3 Perbedaan Rerata Skor Status Perkembangan Anak Sebelum Intervensi dan Sesudah Intervensi, Mei 2016
Variabel Status Perkembangan Anak Sebelum Intervensi (pre test score) Status Perkembangan Anak Sebelum Intervensi (post test score)
Rata-rata
Standar Deviasi
Minimal – Maksimal
1,47
0,717
0–2
2,64
0,606
1–3
Tabel 5.3 menggambarkan tentang status perkembangan anak pada responden sebelum dan sesudah intervensi. Dari hasil tersebut didapatkan rata-rata status perkembangan anak sebelum intervensi adalah 1,47 dengan standar deviasi 0,717. Sedangkan sesudah intervensi berupa pemberian stimulasi perkembangan anak pada aspek sosialisasi dan kemandirian nilai rata-rata status perkembangan anak meningkat menjadi 2,64 dengan nilai standar deviasi menurun menjadi 0,606.
64
B. Analisis Bivariat Analisa bivariat pada penelitian ini dilakukan untuk menguji hipotesis mengenai pengaruh pemberian stimulasi perkembangan anak pada aspek sosialisasi dan kemandirian. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menganalisa perbedaan rerata status perkembangan anak sebelum dan sesudah intervensi. 1. Hasil Uji Normalitas Sebelum dilakukan analisis bivariat, dilakukan uji normalitas terlebih dahulu terhadap data yang telah diperoleh. Hasil uji normalitas akan menentukan analisis bivariat yang akan digunakan. Jika hasil uji normalitas sebaran data normal maka untuk analisis bivariat menggunakan uji t berpasangan, bila sebaran data tidak normal, uji yang digunakan adalah uji wilcoxon. Hasil uji normalitas yang didapatkan pada penelitian ini adalah sebagai berikut: Tabel 5. 4 Distribusi Hasil Uji Normalitas Data, Mei 2016 Variabel Status Perkembangan Anak Sebelum Intervensi (pre test score) Status Perkembangan Anak Sebelum Intervensi (post test score)
Shapiro-Wilk Sig.
Frekuensi (N)
Df
17
17
0,000
17
17
0,001
Tabel 5.4 menjelaskan hasil uji normalitas menggunakan shapirowilk karena jumlah responden ≤ 50 orang (Dahlan, 2012). Hasil uji normalitas untuk nilai pre test status perkembangan anak adalah 0,000 sedangkan untuk nilai post test adalah 0,001. Hal ini menunjukan bahwa data pre test dan post test tersebut tidak terdistribusi normal (p-
65
value <0,05), sehingga akan dilakukan transformasi data terlebih dahulu.
2. Hasil Uji Normalitas Data Setelah Transformasi Data Pada penelitian ini sebelumnya dilakukan transformasi data untuk menormalkan distribusi data. Transformasi data dilakukan ke dalam bentuk log dan ln dengan menggunakan SPSS. Hasil uji normalitas setelah dilakukan transfomasi data yang didapatkan pada penelitian ini adalah sebagai berikut: Tabel 5. 5 Distribusi Hasil Uji Normalitas Data Setelah Transformasi Data, Mei 2016 Variabel Status Perkembangan Anak Sebelum Intervensi (pre test score) Status Perkembangan Anak Sebelum Intervensi (post test score)
Shapiro-Wilk Sig.
Frekuensi (N)
Df
17
17
0,000
17
17
0,001
Tabel 5.5 menjelaskan hasil uji normalitas dengan shapiro-wilk setelah dilakukan transformasi data, didapatkan hasil yang tetap yaitu pada nilai pretest adalah 0,000 dan pada nilai post test adalah 0,001. Hal tersebut menunjukkan bahwa hasil transformasi data juga tidak berdistribusi normal, sehingga pengujian hipotesis menggunakan uji non parametrik yaitu uji Wilcoxon.
3. Pengaruh Stimulasi pada Aspek Sosialisasi dan Kemandirian terhadap Perbedaan Rerata Skor pada Pretest-Posttest Analisa bivariat yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji non parametrik menggunakan uji wilcoxon. Hasil uji wilcoxon digunakan
66
untuk mengetahui adakah pengaruh terhadap intervensi berupa pemberian stimulasi perkembangan anak pada aspek sosialisasi dan kemandirian terhadap status perkembangan anak. Hasil uji wilcoxon yang didapatkan pada penelitian ini adalah sebagai berikut: Tabel 5. 6 Pengaruh Stimulasi pada Aspek Sosialisasi dan Kemandirian terhadap Perbedaan Rerata Skor pada pre test-post test, Mei 2016 Variabel
Frekuensi (N)
Ratarata
Minimum – Maksimum
Status Perkembangan Anak Sebelum Intervensi (pre test score)
17
1,47
0–2
Status Perkembangan Anak Sesudah Intervensi (post test score)
17
pvalue
0,00 2,64
1–3
Tabel 5.6 menunjukan rerata skor status perkembangan anak dengan analisis uji wilcoxon dengan nilai α = 0,05 yaitu didapatkan nilai significancy 0,000 (p-value < 0,05). Secara statistik terdapat pengaruh bermakna stimulasi perkembangan anak yang diberikan terhadap nilai rerata status perkembangan anak sebelum dengan sesudah intervensi.
BAB VI PEMBAHASAN
Pembahasan ini meliputi interpretasi dan diskusi hasil penelitian, serta keterbatasan penelitian yang terkait dengan desain penelitian. A. Analisis Univariat 1. Karakteristik Responden a. Karakteristik Usia Ibu Pada penelitian ini karakteristik responden ibu dilihat berdasarkan 3 kategori yaitu usia ibu, pendidikan akhir ibu, dan pekerjaan ibu. Dari 17 responden jumlah paling banyak adalah ibu yang berusia 33 tahun yaitu 4 orang ( 23,5 %). Pada usia dewasa (24-45 tahun) ibu dianggap telah memiliki kematangan dalam mengasuh anak sehingga baik dalam proses pengasuhan untuk memperhatikan perkembangan anak. Hal tersebut sejalan dengan Widyana et al (2015) yang menjelaskan bahwa usia 21 tahun keatas dikatakan telah memasuki masa dewasa dan telah dianggap memiliki kematangan baik dari segi fisik maupun psikologis. Kedewasaan ibu secara fisik maupun mental sangat penting, karena hal ini akan berpengaruh terhadap pola asuh dan perkembangan anak kelak di kemudian hari (Verawati, 2013; Widyana et al, 2015). Saat ini memang belum ada teori maupun penelitian yang mampu menentukan kapan rentang usia ideal bagi ibu untuk mapan mengurus anaknya. Bila mengacu kepada hukum di Indonesia,
67
68
menurut UU Pasal 7 No.1/1974 tentang Perkawinan bahwa usia minimal untuk suatu perkawinan adalah 16 tahun untuk wanita dan 19 tahun untuk pria, karena dianggap usia tersebut adalah usia dimana seseorang telah siap menikah untuk membina rumah tangga dan mengurus anak. Supartini (2004) menjelaskan apabila terlalu muda atau terlalu tua, kemungkinan tidak dapat menjalanan peran tersebut secara optimal karena diperlukan kekuatan fisik dan psikososial. Selain itu, kematangan umur seseorang akan mempengaruhi kematangan psikologis seseorang dan mempermudah seseorang untuk menjalani peran dalam kehidupan salah satunya adalah peran menjadi orang tua dan mengasuh anak (Widyana et al, 2015). Namun terkait dengan perkembanganan anak, masih perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk melihat adakah hubungan antara usia ibu terhadap status perkembangan anak.
b. Karakteristik Pendidikan Akhir Ibu Karakteristik ibu selanjutnya adalah pendidikan akhir ibu, pada penelitian ini didapatkan pendidikan akhir ibu paling banyak adalah pendidikan menengah (SMA) yaitu 8 orang (47,1%). Pendidikan
orang
tua
sangat
berpengaruh
terhadap
gaya
pengasuhan yang diterapkan. Menurut Wong dalam Supartini (2004) menjelaskan dengan tingkat pendidikan yang semakin tinggi, pengalaman orang tua mengenai pengasuhan anak semakin bertambah, sehingga mempengaruhi kesiapan orang tua dalam
69
mengasuh anak, dengan adanya kesiapan orang tua nantinya anak akan memiliki moral yang baik, sikap sosial yang lebih tinggi, kemandirian yang baik, serta tanggung jawab yang tinggi. Hal ini sejalan dengan penelitian oleh Azizah (2012) yang menggambarkan tingkat pengetahuan ibu berdasarkan tingkat pendidikan didapatkan 94% ibu dengan pendidikan perguruan tinggi memiliki pengetahuan yang tinggi pula mengenai stimulasi perkembangan anak prasekolah. Berbeda dengan Barros et al (2010) dalam penelitiannya yang mengatakan bahwa efek stimulasi lebih kuat di kalangan anak-anak dari ibu dengan tingkat pendidikan rendah dibandingkan
anak dengan ibu yang
berpendidikan tinggi. Ini bisa jadi ditentukan oleh kualitas stimulasi yang diberikan (seberapa besar stimulasi yang diberikan), tanpa memandang latar belakang tingkatan pendidikan ibu. Berdasarkan hal diatas dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan akan mempengaruhi pengetahuan ibu akan stimulasi perkembangan anak, namun untuk perkembangan anak sendiri dipengaruhi oleh seberapa besar stimulasi yang diberikan orang tua tanpa memandang tingkatan pendidikan, karena akan lebih berefek lebih jika ibu memberikan stimulasi berarti kepada anak dibandingkan hanya memiliki pengetahuan mengenai stimulasi perkembangan tanpa penerapannya lebih lanjut. Namun memang masih dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui
70
hubungan pendidikan akhir ibu terhadap status perkembangan anak.
c. Karakteristik Pekerjaan Ibu Karakteristik ibu yang terakhir adalah karakteristik pekerjaan ibu, pada penelitian ini didapatkan mayoritas responden tidak bekerja yaitu sebagai ibu rumah tangga (IRT) berjumlah 14 orang (84,2%). Ibu yang tidak bekerja akan memiliki waktu yang lebih banyak untuk berinteraksi terhadap anaknya dibandingkan dengan ibu yang bekerja. Penelitian yang dilakukan oleh Azizah (2012) didapatkan bahwa 70% ibu yang bekerja diluar rumah memiliki waktu berinteraksi dengan anak dalam sehari selama ≤ 8 jam, sedangkan 86% ibu rumah tangga waktu untuk berinteraksi dengan anak lebih lama yaitu lebih 8 jam dalam sehari. Peran ibu dalam perkembangan anak sangat penting, namun pada fenomena ibu yang bekerja saat ini menurut Mamesah dalam (Putri & Kusbaryanto, 2012) menjelaskan bahwa peran tersebut masih dapat ditolerir dan digantikan oleh orang dewasa lainnya ketika ibu sedang pergi bekerja. Hal yang terpenting adalah orang tersebut bisa menggantikan figur seorang ibu yang memiliki kemampuan mendidik anak,
yang artinya dia memahami
bagaimana menanggapi perkembangan anak sesuai dengan tahap perkembangan anak yang seharusnya. Penelitian oleh (Putri & Kusbaryanto, 2012) tentang perbedaan hubungan antara ibu bekerja dan ibu rumah tangga
71
terhadap tumbuh kembang anak usia 2-5 tahun didapatkan kedua kelompok ibu baik ibu yang bekerja maupun ibu rumah tangga, sebagian besar memiliki pola asuh pemberian stimulasi yang baik. Sejalan dengan Dewi (2010) yang menyatakan bahwa tidak ada perbedaan kualitas stimulasi ibu di lingkungan rumah pada usia anak pra sekolah ditinjau dari status ibu bekerja dan tidak bekerja. Jika dikaitkan antara status bekerja ibu dengan perkembangan anak, penelitian Putri & Kusbaryanto (2012) menjelaskan bahwa anak dengan ibu seorang pegawai di perusahaan memiliki 1,4 kali pencapaian perkembangan normal dibandingkan dengan anak yang ibunya seorang ibu rumah tangga, artinya anak dengan ibu sebagai pegawai (bekerja) memiliki perkembangan yang lebih baik daripada anak dengan ibu rumah tangga (tidak bekerja). Berbeda dengan (Hati, 2014) melalui penelitiannya didapatkan hasil bahwa anak yang diasuh oleh ibu yang tidak bekerja memiliki perkembangan yang lebih bagus daripada ibu yang bekerja. Berbeda lagi dengan hasil penelitian oleh Utina, Palamani & Tamunu (2012) yang menjelaskan tidak ada perbedaan antara perkembangan anak pada ibu yang bekerja dengan ibu yang tidak bekerja, atau tidak ada hubungan antara status ibu bekerja dengan perkembangan anak. Soetjiningsih (2005) menjelaskan bahwa interaksi yang dapat memaksimalkan perkembangan anak tidak ditentukan seberapa lama orang tua bersama anak, tetapi lebih ditentukan oleh kualitas
72
dari interaksi tersebut, yaitu pemahaman terhadap kebutuhan masing-masing dan upaya optimal untuk memenuhi kebutuhan tersebut yang dilandasi oleh rasa saling menyayangi. Sehingga bisa saja seorang ibu yang bekerja dan hanya memiliki waktu sedikit dengan anaknya mempunyai anak dengan perkembangan lebih baik daripada ibu rumah tangga yang fisiknya selalu ada di rumah asalkan ibu yang bekerja bisa lebih pintar mengolah waktu tersebut menjadi lebih berkualitas. Untuk itu pemberian stimulasi pada anak tetap dapat dilakukan oleh ibu yang bekerja dengan memanfaatkan sebaik mungkin waktu luang yang ada. Pada penelitian ini responden ibu yang bekerja (3 orang) mengatakan bahwa interaksinya dengan anak setiap harinya dilakukan sepulang ia bekerja dan lebih dioptimalkan lagi pada saat akhir pekan dan hari libur, sehingga peran pemberian stimulasi terhadap anak tetap dapat dilakukan setiap harinya dan diupayakan maksimal sesuai waktu luang yang dimiliki.
d. Karakteristik Jenis Kelamin Anak Pada penelitian ini karakteristik responden anak adalah anak yang berusia 5 tahun (60 bulan) yang mengalami keterlambatan pada aspek sosisalisasi dan kemandirian dan dibagi berdasarkan jenis kelamin anak. Dari 17 responden mayoritas responden adalah laki-laki yaitu berjumlah 11 orang (64,7%), sedangkan perempuan berjumlah 6 orang (35,3%). Sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Tjanradjani et al (2012) tentang keluhan
73
keterlambatan perkembangan umum (KPU) anak bahwa sebaran responden berdasarkan jenis kelamin didapatkan laki-laki (66%) lebih banyak dibandingkan dengan perempuan (34%). Menurut Tjanradjani et al (2012) hal ini relatif sama dengan penelitian lain yang menyatakan bahwa kebanyakan pasien KPU adalah laki-laki. Jenis kelamin sendiri merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak yang termasuk kedalam faktor dalam (internal), sehingga tumbuh kembang antara anak laki-laki dan perempuan cenderung akan berbeda (Depkes RI, 2012). Namun masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui adakah hubungan antara jenis kelamin anak terhadap keterlambatan perkembangan anak.
2. Gambaran Status Perkembangan Anak Perkembangan adalah suatu proses yang terjadi secara simultan dengan pertumbuhan yang menghasilkan kualitas individu untuk berfungsi, yang dihasilkan melalui proses pematangan dan proses belajar dari lingkungannya (Supartini, 2004). Perkembangan sosial anak prasekolah menurut Wong (2008) menjelaskan bahwa pada anak prasekolah sudah dapat berhubungan dengan orang yang tidak dikenal dengan mudah dan mentoleransi perpisahan singkat dari orang tua dengan sedikit atau tanpa protes. Dalam aspek kemandirian mereka mampu
mengemukakan
keinginan
akan
kemandirian
dan
melakukannya secara mandiri karena perkembangan fisik dan kognitifnya yang semakin halus. Pada usia 4 sampai 5 tahun mereka
74
hanya memerlukan sedikit bantuan, jika perlu, untuk berpakaian, makan atau ke toilet (Wong, 2008). Hasil penelitian ini didapatkan dari total 117 anak yang dilakukan screening perkembangan anak didapatkan 29 anak (24,5%) dengan status perkembangan meragukan. Dari 29 anak dengan perkembangan meragukan tersebut didapatkan 23 anak dengan keterlambatan pada aspek sosialisasi dan kemandirian, dan 6 anak dengan keterlambatan pada aspek perkembangan lainnya (pada aspek bicara bahasa dan gerak halus).
Ini
menandakan
bahwa
masih
adanya
keterlambatan
perkembangan pada anak prasekolah (5 tahun) terutama pada aspek sosialisasi dan kemandirian. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Wulandari (2016) bahwa jumlah sampel terbanyak adalah sampel perkembangan sosial yaitu perkembangan sosial tidak sesuai sebanyak 37 sampel (54,4%) dan perkembangan sosial sesuai sebanyak 31 sampel (45,6%). Hal ini menjelaskan bahwa aspek sosialisasi dan kemandirian masih menjadi aspek keterlambatan paling banyak dari pada aspek perkembangan anak lainnya. Keterlambatan pada aspek sosialisasi dan kemandirian sendiri dapat dipengaruhi beberapa hal, diantaranya pembiasaan dari orang tua anak. Keterlambatan
perkembangan
pada
aspek
sosialisasi
dan
kemandirian ini bisa disebabkan oleh faktor pembiasaan orang tua pada anak, dimana dalam kegiatan sehari-hari anak selalu dibantu. Novita (2007) menjelaskan ada beberapa alasan yang menyebabkan
75
anak tidak mandiri adalah pertama adanya kekhawatiran yang berlebihan dari orang tua terhadap anaknya, misal orang tua melarang anaknya mandi sendiri karena khawatir kurang bersih, melarang anak makan sendiri karena khawatir makanan tumpah, kedua orang tua sering
membatasi dan melarang anaknya berbuat sesuatu secara
berlebihan, ketiga kasih sayang orang tua yang berlebihan terhadap anak sehingga mendorong si anak menjadi manja. 10 dari 17 responden ibu mengatakan bahwa mereka memang masih membiasakan untuk membantu anak dalam kegiatan sehari-hari, seperti
dalam
hal
mandi,
memakai
baju,
makan,
hingga
mempersiapkan buku dan peralatan sekolah masih dilakukan oleh orang tua. Anak tidak diberikan kesempatan untuk mandiri dalam beraktivitas alasannya karena jika anak melakukannya sendiri akan terasa lebih lama dan kurang baik atau tidak rapi dalam mengerjakannya. Sehingga masih ditemukan anak yang belum mampu dan terbiasa untuk memakai pakaian sendiri, masih ada anak yang kesulitan dalam mengancingkan baju sendiri, dan anak masih enggan untuk ditinggal selama di sekolah Taman Kanak-kanak/Pendidikan Anak Usia Dini (TK/PAUD). Selaras dengan teori perkembangan psikososial Erikson yang mengatakan pada anak prasekolah (3-6 tahun) masuk kedalam tahap inisiatif vs rasa bersalah dimana anak-anak mengeksplorasi dunia fisik dengan semua indera dan kekuatannya. Pada saat anak melakukan aktivitas yang bertentangan dengan orang tua atau orang lain, dan
76
dibuat merasa bahwa aktivitas atau imajinasinya merupakan hal buruk dapat menimbulkan rasa bersalah pada anak (Wong, 2008). Kondisi seperti ini akan mendidik anak untuk tidak berani membuat keputusan (decission making) dalam kehidupannya sehari-hari (Novita, 2007). Sehingga ketika anak dibatasi atau apa yang dilakukannya dianggap tidak sesuai dan buruk, maka akan timbul keraguan dan rasa bersalah pada anak, yang pada akhirnya anak tidak berani dalam mengambil keputusan. Penting untuk dilakukannya penilaian perkembangan anak adalah untuk mendeteksi keterlambatan sedini mungkin karena gangguan kemampuan belajar cenderung muncul sebagai akibat perkembangan terlambat, kecuali jika ada ciri-ciri fisik (misalnya down syndrome, mikrosefali). Semua anak dengan gangguan kemampuan belajar merupakan anak yang perkembangannya terlambat, tetapi belum tentu sebaliknya
(Newell
&
Meadow,
2005).
Iswidharmanjaya
&
Svatiningrum (2008) memaparkan salah satu penyebab anak takut bersekolah
adalah
karena
adanya
masalah
kemandirian.
Memperhatikan hal tersebut, oleh karena itu sangat diperlukan untuk mengetahui tata laksana yang baik dan efisien yang mudah dilakukan oleh orang tua anak untuk mengatasi keterlambatan perkembangan anak sebagai upaya pencegahan terhadap keterlambatan perkembangan anak lebih lanjut.
77
B. Analisis Bivariat Stimulasi adalah kegiatan merangsang kemampuan dasar anak umur 0-6 tahun agar anak tumbuh dan berkembang secara optimal (Depkes RI, 2012). Kegiatan stimulasi, deteksi dan intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang yang menyeluruh dan terkoordinasi diselenggarakan dalam bentuk kemitraan atau kerjasama antara keluarga, dengan tenaga profesional (kesehatan, pendidikan dan sosial) akan meningkatkan tumbuh kembang anak usia dini dan kesiapan memasuki jenjang pendidikan formal (Kusbiantoro, 2015). Tindakan intervensi dini tersebut berupa stimulasi perkembangan terarah yang dilakukan secara intensif di rumah selama 2 minggu, yang diikuti dengan evaluasi hasil intervensi stimulasi perkembangan (Depkes RI, 2012). Stimulasi memiliki peran penting bagi perkembangan anak. Anak yang banyak mendapat stimulasi akan lebih cepat berkembang daripada anak yang kurang atau bahkan tidak mendapatkan stimulasi (Soetjiningsih, 2005).
Menurutnya
stimulasi
juga
berfungsi
sebagai
penguat
(reinforcement) bagi anak. Memberikan stimulasi yang berulang dan terus menerus pada setiap aspek perkembangan anak berarti telah memberikan kesempatan pada anak untuk tumbuh dan berkembang secara optimal (Jafri & Ovari, 2015). Stimulasi juga berperan bagi kemajuan perkembangan otak anak. Stimulasi dan pengalaman sensori yang diterima anak akan meningkatkan pembentukan hubungan antar sel-sel otak (sinapsis), tetapi hubungan ini tidak permanen (Irmawati et al, 2012). Paparan berbagai macam stimulasi
78
baik stimulasi suara, stimulasi penglihatan, maupun stimulasi dari indera yang lain, serta keadaan lingkungan yang baik, dibutuhkan untuk membentuk hubungan sel-sel di otak ini (Mustard, 2010). Berk (2012) menjelaskan stimulasi akan menentukan sel otak (neuron) mana yang akan terus membentuk sinapsis baru dan yang akan mengalami pemangkasan sinaptik (synaptic pruning). Stimulasi penting bagi anak prasekolah erat kaitannya dengan perkembangan kognitif anak, dimana melalui teori perkembangan kognitif Piaget dalam Wong (2008) menjelaskan bahwa intelegensia pada anak memungkinkan individu melakukan adaptasi terhadap lingkungan sehingga meningkatkan kemungkinan bertahan hidup, dan melalui perilakunya, individu membentuk dan mempertahankan keseimbangan dengan lingkungan. Jalan perkembangan intelektual sendiri bersifat maturasional dan tetap (Wong, 2008). Stimulasi perkembangan yang dilakukan pada penelitian ini adalah pada satu aspek perkembangan yaitu aspek sosialisasi dan kemandirian. Hal ini karena mempertimbangkan pada anak dengan masalah pada kemandirian yang akan berdampak anak menjadi ragu-ragu untuk mengembangkan kreativitasnya, dan ini akan membuat anak tidak berani membuat keputusan (decission making) dalam kehidupannya sehari-hari (Novita, 2007). Iswidharmanjaya & Svatiningrum (2008) memaparkan bahwa salah satu penyebab mengapa anak takut bersekolah adalah masalah kemandirian. Untuk itu penting dilakukan upaya pencegahan dalam menanggulangi hal tersebut terlebih pada anak prasekolah yang dimana
79
mereka harus mempersiapkan diri untuk selanjutnya menjalankan pendidikan formal. Kegiatan dan cara stimulasi diambil dari pedoman pelaksanaan stimulasi, deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang anak ditingkat pelayanan kesehatan dasar keluaran Depkes RI tahun 2012. Daftar kegiatan yang digunakan adalah stimulasi untuk kemampuan bersosialisasi dan kemandirian usia 60-72 bulan. Dari pedoman tersebut dirangkum kedalam modul stimulasi yang dibuat peneliti sebagai acuan dan pedoman bagi responden. Beberapa kegiatan stimulasi yang dianjurkan adalah pertama melatih anak agar mampu berpakaian sendiri dengan mendorong anak agar berpakaian sendiri, seperti saat anak belum bisa mengancingkan baju sendiri anak diajarkan dan dilatih agar mampu melakukannya. Kedua melakukan kegiatan di luar seperti mengunjungi teman atau tetangga tanpa ditemani. Ketiga berkomunikasi dengan anak setiap harinya seperti berbicara tentang apa yang dirasakan anak. Keempat membantu dan memberi kesempatan anak untuk bergaul dengan teman-temannya lalu mengajari anak menggunakan kata-kata yang baik saat berbicara dengan teman, dan yang terakhir melatih anak untuk mematuhi peraturan dalam keluarga seperti membuat kesepakatan pada anak kapan ia harus bangun pagi, mandi sore, sembahyang, belajar dan kegiatan lainnya. Pemberian stimulasi perkembangan pada penelitian ini dilakukan selama 2 minggu. Hal ini mengikuti tata laksana Depkes RI (2012) tentang intervensi dini pada anak dengan perkembangan meragukan bahwa dapat
80
dilakukan dengan memberikan stimulasi positif terarah sesuai dengan aspek keterlambatan perkembangan yang dialami yang dilakukan selama 2 minggu. Setelah intervensi dilakukan selama 2 minggu selanjutnya dievaluasi kembali dengan melakukan pemeriksaan perkembangan menggunakan KPSP. Stimulasi perkembangan dilakukan setiap hari dengan durasi minimal 15 menit. Hal ini mengacu pada Depkes RI (2005) dan juga dalam penelitian yang serupa oleh Susanty, Fadlyana, & Nataprawira (2014) tentang manfaat intervensi dini anak usia 6-12 bulan dengan kecurigaan penyimpangan perkembangan dimana intervensi disarankan tiga kali sehari selama 15-30 menit selama 2 minggu. Durasi tersebut dirasa cukup efektif sebagai intervensi untuk mengatasi keterlambatan perkembangan. Setiap anak pasti akan mengalami perkembangan. Namun sesuai dengan prinsip perkembangan anak adalah setiap anak memiliki kecepatan (tempo) dan kualitas perkembangan yang berbeda (Syaodih, 2003). Karena itu kemajuan perkembangan pada anak terkadang tidak muncul sendiri tetapi perlu di stimulasi sebagai upaya pembelajaran dan latihan pada anak. Berdasarkan pola perkembangan anak, Meggit (2006) memaparkan bahwa perkembangan mengikuti pola tertentu seperti dari sederhana ke kompleks, dari kepala hingga kaki, dari dalam ke luar, dan dari yang bersifat umum hingga ke spesifik. Syaodih (2003) menjelaskan lebih lanjut, perkembangan juga ditunjukan dengan perubahan yang bersifat sistematis, progresif dan berkesinambungan dimana perkembangan akan
81
dicapai karena adanya proses belajar, sehingga anak memperoleh pengalaman baru dan menimbulkan perilaku baru. Oleh karena itu pada anak, idealnya terjadi suatu proses pembelajaran yang intensif dengan memberikan
stimulasi
positif
sehingga
bisa
mengoptimalkan
perkembangan anak (Silawati, 2010). Pemberian stimulasi yang dilakukan oleh orang tua anak adalah salah satu bentuk peran orang tua terhadap anak yaitu peran pengasuhan. Supartini (2004) menjelaskan bahwa pada budaya timur seperti di Indonesia, peran pengasuhan atau perawatan lebih banyak dipegang oleh istri atau ibu meskipun mendidik anak merupakan tanggung jawab bersama. Memperhatikan hal tersebut, sehingga pada penelitian ini dipilihlah ibu dalam melaksanakan stimulasi perkembangan anak sebagai orang yang terdekat bagi anak. Selain itu pendekatan dengan konsep family centered-care atau asuhan berpusat pada keluarga dapat menjadi sebuah pilihan yang tepat dan efektif. Hal tersebut karena asuhan keperawatan dengan pendekatan berfokus pada keluarga paling terbukti pada saat merawat anak, ini disebabkan oleh pengenalan bahwa keluarga merupakan pusat dalam kehidupan anak (Wong, 2008). Berdasarkan hasil penelitian ini didapatkan adanya pengaruh stimulasi perkembangan anak yang diberikan terhadap nilai rerata status perkembangan anak. Rata-rata peningkatan nilai status perkembangan anak sebelum intervensi yaitu 1,47 dan setelah intervensi adalah 2,64. Dari kedua rata-rata proporsi hasil pengukuran mengalami perbedaan sebesar 1,17 artinya status perkembangan anak mengalami peningkatan.
82
Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan nilai significancy 0,000 (p-value < 0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang bermakna antara pemberian stimulasi terhadap peningkatan status perkembangan anak di wilayah kerja Puskesmas Pisangan. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa dengan pemberian stimulasi perkembangan anak dapat meningkatkan status perkembangan anak yang mengalami keterlambatan (status perkembangan meragukan). Hasil penelitian ini sangat sesuai dengan hasil hipotesis penelitian dimana terdapat pengaruh pemberian stimulasi perkembangan pada aspek sosialisasi dan kemandirian terhadap status perkembangan anak. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Susanty, Fadlyana, dan Nataprawira (2014), didapatkan hasil setelah intervensi kecurigaan penyimpangan perkembangan turun menjadi 12/32 setelah 2 minggu, dan 4/32 pada akhir intervensi (p<0,001). Samapun dengan hasil penelitian oleh Irmawati et al (2009) menunjukan bahwa evaluasi perkembangan setelah 3 bulan mengalami perbaikan baik pada kelompok stimulasi maupun pada kelompok kontrol. Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Gultiano & King (2006) di Philipina membuktikan bahwa terjadi peningkatan perkembangan psikososial sebesar 6 – 11% pada anak usia 0-4 tahun yang dilakukan stimulasi selama 2 tahun.
83
C. Keterbatasan Penelitian Dalam penelitian ini masih ditemukan berbagai keterbatasan, adapun beberapa keterbatasan penelitian tersebut yaitu sebagai berikut: 1. Keterbatasan Responden Penelitian ini memiliki keterbatasan diantaranya mengenai data dasar responden yaitu data status perkembangan anak karena masih belum adanya pendataan yang baik di puskesmas maupun data dalam skala nasional. Peneliti mengalami kesulitan dalam melihat prevalensi dan angka kejadian perkembangan anak yang meragukan di wilayah kerja Puskesmas sehingga untuk menentukan responden penelitian yaitu anak dengan status perkembangan meragukan perlu dilakukan skrining terlebih dahulu, oleh karna itu memperlama proses penentuan responden dan intervensi.
2. Keterbatasan Metodologi Penelitian ini merupakan penelitian quasi experiment dengan pendekatan one-group pre test and post test design dimana hanya ada satu kelompok intervensi yang diberikan perlakuan, serta diamati sebelum dan sesudah pemberian perlakuan tanpa kelompok kontrol sebagai pembanding. Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah anak dengan status perkembangan meragukan pada aspek sosialisasi dan kemandirian, baik keterlambatan penuh pada aspek sosialisasi dan kemandirian (9 subjek), atau keterlambatan pada aspek sosialisasi dan kemandirian yang disertai dengan keterlambatan pada aspek lain (8 subjek yang disertai dengan keterlambatan pada aspek
84
bicara dan bahasa). Hal ini dipilih karena peneliti mempertimbangkan sulitnya untuk mendapatkan reponden yang sesuai kriteria. Keterbatasan lainnya adalah dalam hal mengobservasi intervensi. Observasi tindakan stimulasi langsung di rumah sulit dilakukan karena kesibukan responden ibu, sehingga perencanaan untuk observasi yang berawal 2 hari sekali hanya berhasil dilaksanakan pada kelompok pertama yang terdiri dari 4 reponden. Selebihnya pada responden lainnya tetap dilakukan observasi mengikuti waktu yang dimiliki responden dan telah terlaksana paling sedikit seminggu sekali. Untuk evaluasi tindakan stimulasi per 2 harinya dipantau melalui catatan harian yang telah dibuat dan menanyakan kemajuan anak kepada guru kelas di sekolah, juga saat kunjungan responden ibu diminta untuk menceritakan kemajuan yang terjadi pada anak dan memperagakan kembali
tindakan-tindakan
stimulasi
yang
telah
dilakukan.
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dan data yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa: 1.
Karakteristik responden dari 17 responden pada penelitian ini didapatkan usia ibu dengan jumlah paling banyak adalah ibu yang berusia 33 tahun yaitu 4 orang (23,5 %), dengan pendidikan akhir paling banyak adalah pendidikan menengah yang berjumlah 8 orang (47,1%), dan mayoritas ibu tidak bekerja yaitu 14 orang (84,2%). Untuk karakteristik responden anak mayoritas anak berjenis kelamin laki-laki yaitu berjumlah 11 orang (64,7%).
2.
Status perkembangan anak sebelum dilakukan intervensi berupa pemberian stimulasi perkembangan anak pada aspek sosialisasi dan kemandirian didapatkan rata-rata yaitu 1,47 dengan standar deviasi 0,717.
3.
Status perkembangan anak sesudah intervensi didapatkan nilai ratarata menjadi 2,64 dengan standar deviasi 0,606.
4.
Ada pengaruh bermakna stimulasi perkembangan anak yang diberikan terhadap nilai rerata status perkembangan anak sebelum dengan sesudah intervensi yaitu didapatkan nilai significancy 0,000 (p-value < 0,05).
85
86
B. Saran Berdasarkan kesimpulan diatas, ada beberapa hal yang dapat disarankan untuk pengembangan dari hasil penelitian ini terhadap peningkatan status perkembangan anak terutama dalam aspek sosialisasi dan kemandirian. 1. Bagi Pelayanan Keperawatan Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai kesehatan anak terutama dalam upaya peningkatan perkembangan anak pada aspek sosialisasi dan kemandirian. Intervensi pemberian stimulasi perkembangan anak merupakan tata laksana ditingkat pelayanan kesehatan dasar yang dapat dengan mudah diterapkan oleh orang tua anak sebagai upaya pencegahan terhadap keterlambatan perkembangan anak lebih lanjut.
2. Bagi Penelitian Selanjutnya Hasil penelitian ini perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai prevalensi status perkembangan anak terlebih anak dengan perkembangan meragukan di wilayah sekitar yang lebih luas. Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik, peneliti selanjutnya bisa menggunakan kelompok kontrol untuk membandingkan intervensi, dan diharapkan lebih menghomogenkan sampel yaitu anak yang mengalami
keterlambatan penuh pada
aspek
sosialisasi
dan
kemandirian, juga untuk observasi tindakan intervensi yang dilakukan lebih dikontrol lagi sesuai jadwal. Selain itu peneliti selanjutnya bisa
87
mengembangkan variabel penelitian terkait perkembangan anak lainnya seperti faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan anak.
3. Bagi Profesi Keperawatan Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya informasi bagi keperawatan terutama keperawatan anak. Dan dapat dijadikan sebagai acuan dalam tata laksana perkembangan anak dengan status meragukan yaitu pemberian stimulasi yang dilakukan oleh orang tua anak dengan pendekatan family center care dimana asuhan keperawatan dilakukan melalui integrasi dengan keluarga.
4. Bagi Masyarakat Hasil penelitian ini memberikan informasi untuk menegaskan bahwa orang tua terlebih ibu harus selalu mengupayakan dalam memberikan stimulasi positif terarah pada anak terutama pada aspek sosialisasi
dan
kemandirian
pada
anak
prasekolah
untuk
mengoptimalkan perkembangan anak sesuai tahap perkembangannya. Orang tua anak juga dapat menerapkan stimulasi perkembangan pada anak sebagai wujud tata laksana ditingkat pelayanan kesehatan dasar yang dapat dengan mudah diterapkan sebagai upaya pencegahan terhadap keterlambatan perkembangan anak lebih lanjut.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Halaj, Qoys M. Iqbal. Pengaruh Dzikir Menjelang Tidur Terhadap Kualitas Tidur Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna Wredha Budi Mulia 01 Jakarta Timur. Skripsi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta, 2012 Attwood, Tony. Asperger’s Syndrome: A Guide for Parents and Professionals. London, Philadelphia: Jessica Kingsley Publishers, 2002 Azzizah, Nimma Nur. Gambaran Stimulasi Perkembangan Oleh Ibu Terhadap Anak Usia Prasekolah di TKIT Cahaya Ananda, Depok. Skripsi Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012. Diakses 17 Mei 2016 dari http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20312827-S43592Gambaran%20stimulasi.pdf Badan Pusat Statistik. Statistik 70 Tahun Indonesia Merdeka. Jakarta: Badan Pusat Statistik Indonesia, Direktorat Diseminasi Statistik Bagian Hubungan Masyarakat, 2015 Barros AJ, Matijasevich A, Santos IS, Halpern R. Child Development In A Birth Cohort: Effect Of Child Stimulation Is Stronger In Less Educated Mother. International Journal Epidemiol, 2010. Diakses 22 Desember 2015 dari http://ije.oxfordjournals.org/content/39/1/285.full.pdf+html Behrman, Kliegman, dan Arvin. Nelson Ilmu Kesehatan Anak Edisi 15, Vol. 1. Jakarta: EGC, 1999 Behrman, Richard dan Kliegman, Robert. Nelson Essentials of Pediatrics. Philadelphia: W.B Saunders, 2002 Berk, LE. Foundations of Development. Dalam: Berk LE, editor. Simple Chapter: Child Development, edisi ke-8. Illinois: Pearson Publishing, 2012 Burns, Nancy and Grove K Susan. The Practice of Nursing Research Conduct, Critique and Utilization. USA: Elsevier, 2005 Carolyn, Meggitt. Child Development: An Illustrated Guide. UK: Heinemann Educational Publishers, 2006 Christiari, AY. Syamlan, R. Kusuma, IF. Hubungan Pengetahuan Ibu tentang Stimulasi Dini dengan Perkembangan Motorik pada Anak Usia 6-24 bulan di Kecamatan Mayang Kabupaten Jember. Jurnal Pustaka Kesehatan, Volume 1 (No.1), September 2013. Diakses 22 Desember 2015 dari http://jurnal.unej.ac.id/index.php/JPK/article/view/500/371 Danim, Sudarwan. Riset Keperawatan: Sejarah dan Metodologi. Jakarta: EGC, 2003
Dempsey, Patricia Ann. Riset Keperawatan: Buku Ajar dan Latihan, Edisi 4. Jakarta: EGC, 2002 Depdiknas RI. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka, 2005 Depkes RI. Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak Ditingkat Pelayanan Dasar. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat Republik Indonesia, 2012. Depkes RI. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat Republik Indonesia, 2009 Dewi, K.A. Perbedaan Kualitas Stimulasi Ibu pada Anak Usia Pra Sekolah Ditinjau dari Status Bekerja dan Tidak Bekerja. Ungraduate Thesis Universitas Airlangga, Surabaya, 2010. Dwienda R, Octa., Maita, Liva., Saputri, Eka Maya., dan Yulviana, Rina. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi/Balita dan Anak Prasekolah Untuk Para Bidan. Yogyakarta: Deepublish, 2014 Fadlyana, Eddy. Alisjahbana, Anna. Nelwan, Ilsa. Noor, Muchlisah. Selly. dan Sofiatin, Yulia. Pola Keterlambatan Perkembangan Balita di daerah Pedesaan dan Perkotaan Bandung, serta Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Sari Pediatri, Vol. 4, No. 4, Maret 2003. Diakses 10 Desember 2015 dari http://saripediatri.idai.or.id/pdfile/4-4-3.pdf Gultiano, Socorro A & King, Elizabeth M. A Better Start in Life: Evaluation Results from an Early Childhood Development Program. Philippine Journal of Development, No. 61, Frist and Second Semesters, Volume XXXIII, no 1 & 2, 2006. Diakses 18 Mei 2016 dari http://dirp4.pids.gov.ph/ris/pjd/pidspjd06-childhood.pdf Gunarsa, Singgih. Psikologi Perkembangan. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 2002 Hakiki, Ilzam Nuzulul. Efektivitas Terapi Air Hangat Terhadap Nyeri Tulang Belakang pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan. Skripsi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta, 2015 Hamid, Achir Yani S. Bunga Rampai Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC, 2008
Handayani, Reni. Hubungan Status Gizi dengan Prestasi Belajar Siswa di Sekolah Dasar Negeri Pisangan IV Kecamatan Ciputat Kota Tangerang Selatan Skripsi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta, 2012 Haryati. Pengaruh Progresif Muscle Relaxation Terhadap Status Fungsional Dalam Konteks Asuhan Keperawatan Pasien Kanker dengan Kemoterapi di RS. Wahidin Sudiro Husodo Makassar. Skripsi Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2009 Hati, Dwi P. Perbedaan Perkembangan Anak Usia 3-6 tahun antara Ibu Bekerja dan Tidak Bekerja di TK Among Siwi Sleman Yogyakarta. Skripsi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan „Aisyiyah Yogyakarta, 2014. Diakses 02 Juni 2016 dari http://opac.say.ac.id/294/1/naskah%20publikasi.pdf Hidayat, A. Aziz Alimul. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data, cetakan kedua. Jakarta: Salemba Medika, 2008 Hidayat, A. Aziz Alimul. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika, 2008 Ikatan Dokter Anak Indonesia. Mengenal Keterlambatan Perkembangan Umum pada Anak, 2013. Diakses 20 Desember 2015 dari http://idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/mengenal-keterlambatanperkembangan-umum-pada-anak Imron, Moch dan Munif, Amrul. Metodologi Penelitian Bidang Kesehatan. Jakarta: Sagung Seto, 2010 Irmawati, M. Ardani, IGAI. Astasari, Dewi. Irwanto. Suryawan, Ahmad. dan Narendra, MB. Pemberian Stimulasi Selama Satu Jam pada Perkembangan Anak Usia 12-24 Bulan. Media Medika Indonesiana, Volume 46, Nomor 3, Tahun 2012. Semarang: M Med Indones, 2012. Diakses 15 Desember 2015 dari http://ejournal.undip.ac.id/index.php/mmi/article/view/4570/4162 Iswidharmanjaya, Derry. Svastiningrum, B Sekarjati. Bila Anak Usia Dini Bersekolah; Panduan bagi Orang Tua untuk Menyiapkan Anak Usia Dini Menjelang Bersekolah. Jakarta; PT Elex Media Komputindo, 2008 Jafri, Yendrizal & Isna Ovari. Hubungan Pemberian Stimulasi Sosialisasi dengan Perkembangan Sosialisasi pada Anak Prasekolah Umur 3-6 Tahun di Posyandu Kelurahan Pintu Kabun Kota Bukittinggi Tahun 2015. Diakses 19 Mei 2016, dari http://stikesperintis.ac.id/ifile/Artikel%20Stimulasi%202015.pdf Kholifah, Siti Nur. Fadillah, Nikmatul. As‟ari, Hasyim. Hidayat, Taufik. Perkembangan Motorik Kasar Bayi Melalui Stimulasi Ibu di Kelurahan Kemayoran Surabaya. Jurnal Sumber Daya Manusia Kesehatan Vol. 1 No.
1, 2014. Surabaya: Poltekkes Kemenkes Surabaya, Program Studi D III Keperawatan Kampus Sutopo Jurusan Keperawatan. Kusbiantoro, Dadang. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia Prasekolah di Taman Kanak-kanak ABA 1 Lamongan. Skripsi STIKES Muhammadiyah Lamongan, 2015. Diakses 18 Mei 2015 dari http://stikesmuhla.ac.id/wpcontent/uploads/jurnalsurya/Jurnal%20April%20Vol.07%20No.01%20April %202015%20Pdf/84-91%20jurnal%20april%202015%20Dadang.pdf Meadow, Roy & Simon Newell. Lecture Notes Pediatrika, Edisi ke Tujuh. Jakarta: Erlangga, 2003. Mustard, J. Fraser. Early Brain Development and Human Development. Mustard JF, Editor. Encyclopedia on Early Childhood Development. Toronto: Centre of Excellent for Early Childhood Development, 2010 Nugroho, Heru Santoso W. Denver Developmental Screening Test: Petunjuk Praktis. Jakarta: EGC, 2009 Nursalam. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika, 2008 Novita, Windya. Serba-serbi Anak; Yang Perlu Diketahui Seputar Anak dari Dalam Kandungan Hingga Masa Sekolah (Tinjauan Psikologis dan Kedokteran). Jakarta; PT Elex Media Komputindo, 2007 Pusat Data dan Informasi. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2011. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI, 2012 Pusat Data dan Informasi. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2014. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI, 2015 Putri, Dixy FTP. Kusbaryanto. Perbedaan Hubungan antara Ibu Bekerja dan Ibu Rumah Tangga terhadap Tumbuh Kembang Anak Usia 2-5 Tahun. Artikel Penelitian Mutiara Medika, Vol. 12 No. 3; 143-149, September 2012. Diakses 02 Juni 2016 dari http://digilib.fk.umy.ac.id/files/disk1/21/yoptumyfkpp-gdl-dixyfebria-10151-03kusba-o.pdf Setiadi. Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007 Silawati, Endah. Teknik Stimulasi Guru Pada Pembelajaran Berbicara dan Menulis. Universitas Pendidikan Indonesia, PGPAUD, 2010. Diakses 19 Mei 2016 dari http://aresearch.upi.edu/operator/upload/t_pd_0605029_chapter1.pdf Soetjiningsih. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC, 2005
Supartini, Yupi. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta: EGC, 2004 Susanty, Anne. Fadlyana, Eddy. Nataprawira, HM. Manfaat Intervensi Dini Anak Usia 6-12 Bulan dengan Kecurigaan Penyimpangan Perkembangan. Majalah Kedokteran Bandung (MKB), Volume 46 No. 2, Juni 2014. Diakses 15 Desember 2016 dari http://journal.fk.unpad.ac.id/index.php/mkb/article/view/275/pdf_131 Susyanti, Susan. Hubungan Pelaksanaan Fungsi Perawatan Kesehatan Keluarga dengan Perkembangan Anak Usia di Bawah Dua Tahun (Baduta) di Wilayah Kerja Puskesmas Sukakarya Kabupaten Garut. Skripsi Universitas Padjajadjaran, 2013. Diakses 16 Desember 2016 dari http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2014/10/Naskahpublikasi.pdf Swarjana, I Ketut. Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: ANDI, 2012 Syaodih, Ernawulan. Psikologi Perkembangan. Bahan Pelatihan Pembelajaran Terpadu Yayasan Pendidikan Salman Al Farisi, 2003. Diakses 19 Mei 2015 dari http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PGTK/196510011998022ERNAWULAN_SYAODIH/perk_anak.pdf Tim Pustaka Familia. Warna-warni Anak dan Pendampingnnya. Yogyakarta: Kanisius, 2006 Tjandrajani, Anna. Dewanti, Attila. Burhany, Amril A. Widjaja, Joanne A. Keluhan Utama pada Keterlambatan Umum di Klinik Khusus Tumbuh Kembang RSAB Harapan Kita. Sari Pediatri, Vol. 13, No. 6, April 2012. Diakses 17 Mei 2016 dari http://saripediatri.idai.or.id/pdfile/13-6-1.pdf Umar, Husein. Metode Riset Bisnis: Panduan Mahasiswa Untuk Melaksanakan Riset Dilengkapi Contoh Proposal dan Hasil Riset Bidang. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2003 Utami, Retno Ristiasih dan Nuryanto, Sartini. Efektivitas Pelatihan untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial pada Anak Sekolah Dasar Kelas 5. Indigenous; Jurnal Ilmiah Psikologi d.h Kognisi, Vol. 7, No. 1, Mei 2005. Diakses 19 Juni 206 dari http://ilib.usm.ac.id/sipp/doc/jurnas/gdl-usmgdl42-retnoristi-238-1-indigeno-s.pdf Uyanto, Stanislaus S. Pedoman Analisis Data dengan SPSS, Edisi 3. Yogyakarta: Graaha Ilmu, 2009 Walker, SP., Wachs, TD., Gardner, JM., Lozoff, B., Wasserman, GA., Pollitt, E., Carter, JA., dan the International Child Development Steering Group. Child Development in Developing Countries 2, Child Development: Risk Factors for Adverse Outcomes Indeveloping Countries. The Lancet, 2007. Diakses
22 Desember 2016 dari http://www.who.int/maternal_child_adolescent/documents/pdfs/lancet_child _dev_series_paper2.pdf Wasis. Pedoman Riset Praktis Untuk Profesi Perawat. Jakarta: EGC, 2008 Widyana, ED. Toyibah, Afnani. Prani, LPME. Pola Asuh Anak dan Pernikahan Usia Dini. Jurnal Pendidikan Kesehatan, Volume 4, No.1 April 2015; 33-39. Diakses 02 Juni 2016 2016 dari http://jurnal.poltekkesmalang.ac.id/berkas/fd47-Pola_Asuh_Anak.pdf Widyastuti RD, Widyani RR. Panduan Perkembangan Bayi 0-1 Tahun. Jakarta: Puspa Swara, 2009 Wong, Dona L. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Ed. 6. Jakarta: EGC, 2008 Wood, G.L., & Haber, J. Nursing Research Methods and Critical Appraisal for Evidence-based Practice. St. Louis, Missouri. Mosby Elsyvier, 2006 Wulandari, Retno. Perbedaan Perkembangan Sosial Anak Usia 3-6 Tahun dengan Pendidikan Usia Dini dan Tanpa Pendidikan Usia Dini di Kecamatan Peterongan Jombang. Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2016.
LAMPIRAN-LAMPIRAN Kode:
Lampiran 1 PENJELASAN PENELITIAN
Peneliti: Ikrima Wardani NIM
: 1112104000015
Saya, mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, bermaksud melakukan penelitian tentang Stimulasi Perkembangan. Manfaat penelitian ini bagi orang tua yaitu untuk mengetahui pengaruh pemberian stimulasi perkembangan pada anak dan untuk meningkatkan status perkembangan anak. Anak yang berpartisipasi didalam penelitian ini akan distimulasi sesuai dengan tahap perkembangana anak usia 5-6 tahun (60-72 bulan) yang mengalami delay perkembangan yaitu pada aspek sosialisasi dan kemandirian. Pemberian stimulasi perkembangan anak dilakukan selama 2 minggu oleh orang tua anak yang sebelumnya telah diajarkan dan dievaluasi oleh peneliti. Selanjutnya peneliti akan mengobservasi intervensi yang dilakukan setiap 2 hari selama 2 minggu. Status perkembangan anak dinilai dengan menggunakan Kuesioner Praskrining Perkembangan Anak (KPSP) yang dilakukan oleh peneliti. Peneliti menjamin bahwa penelitian ini tidak berdampak negatif atau merugikan klien. Peneliti akan berusaha menjaga hak-hak anak dan orang tua anak sebagai responden dari kerahasiaan selama penelitian berlangsung, dan peneliti menghargai keinginan responden untuk tidak meneruskan dalam penelitian, kapan saja saat penelitian berlangsung. Peneliti mengharapkan partisipasi Bapak/Ibu setelah penjelasan ini disampaikan. Atas perhatian dan partisipasi Bapak/Ibu dalam penelitian ini, peneliti ucapkan terima kasih.
Ciputat,..........2016 Peneliti
Kode:
Lampiran 2 LEMBAR PERSETUJUAN
Peneliti: Ikrima Wardani NIM
: 1112104000015
Berdasarkan penjelasan yang telah disampaikan oleh peneliti tentang penelitian yang akan dilaksanakan sesuai judul diatas, saya mengetahui bahwa tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh pemberian stimulasi perkembangan pada anak. Saya memahami bahwa keikutsertaan saya dalam penelitian ini bermanfaat untuk perubahan status perkembangan anak. Saya memahami bahwa tidak ada resiko yang akan terjadi dan saya berhak untuk menghentikan keikutsertaan saya dalam penelitian ini. Saya juga mengerti bahwa catatan mengenai penelitian ini akan dijamin kerahasiaannya, semua berkas yang mencantumkan identitas subjek penelitian hanya akan digunakan untuk keperluan penelitian. Dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan dari siapapun, secara sukarela saya menyatakan berpartisipasi dalam penelitian ini.
Ciputat,...........2016 Responden
Peneliti
Kode:
Lampiran 3 KUISIONER KARAKTERISTIK RESPONDEN
Petunjuk Pengisian : Mohon Bapak/Ibu mengisi pertanyaan yang telah disediakan dan berilah tanda ceklis () pada salah satu pilihan yang dianggap sesuai
1. Nama Anak
:
2. Tanggal Lahir Anak
:
3. Usia Anak (bulan)
:
4. BB/TB Anak saat ini : ______Kg/______Cm 5. Nama Bapak/Ibu: 6. Usia Bapak/Ibu
:
7. Pekerjaan Bapak/Ibu
:
8. Pendidikan Terakhir Bapak/Ibu SD
SMP
SMA
Perguruan Tinggi
9. Riwayat Kelahiran a.
BB/PB Anak Lahir: ______Kg/______Cm
b. Usia Anak dalam Kandungan Saat Lahir: c.
Komplikasi saat persalinan: Ada/Tidak
10. Alamat:
Kode Responden:
Lampiran 4 KUESIONER PRASKRINING PERKEMBANGAN (KPSP) USIA 60 BULAN 1. Isi titik-titik di bawah ini dengan jawaban anak. Jangan membantu kecuali mengulangi pertanyaan. “Apa yang kamu lakukan jika kamu kedinginan?” “Apa yang kamu lakukan jika kamu lapar?” “Apa yang kamu lakukan jika kamu lelah?” Jawab YA bila anak menjawab ke 3 pertanyaan tadi dengan benar, bukan dengan gerakan atau isyarat. - Jika kedinginan, jawaban yang benar adalah “menggigil”, ”pakai mantel‟ atau “masuk kedalam rumah‟. - Jika lapar, jawaban yang benar adalah “makan” - Jika lelah, jawaban yang benar adalah “mengantuk”, “tidur”, “berbaring/tidur-tiduran”, “istirahat” atau “diam sejenak” 2. Apakah anak dapat mengancingkan bajunya atau pakaian boneka? 3. Suruh anak berdiri satu kaki tanpa berpegangan. Jika perlu tunjukkan caranya dan beri anak kesempatan melakukannya 3 kali. Dapatkah ia mempertahankan keseimbangan dalam waktu 6 detik atau lebih? 4. Jangan mengoreksi/membantu anak. Jangan menyebut kata “lebih panjang”. Perlihatkan gambar kedua garis ini pada anak. Tanyakan: “Mana garis yang lebih panjang?” Minta anak menunjuk garis yang lebih panjang. Setelah anak menunjuk, putar lembar ini dan ulangi pertanyaan tersebut. Setelah anak menunjuk, putar lembar ini lagi dan ulangi pertanyaan tadi. Apakah anak dapat menunjuk garis yang lebih panjang sebanyak 3 kali dengan benar? 5. Jangan membantu anak dan jangan memberitahu nama gambar ini, suruh anak menggambar seperti contoh ini di kertas kosong yang tersedia. Berikan 3 kali kesempatan. Apakah anak dapat menggambar seperti contoh ini?
Bicara & Bahasa
Ya
Tidak
Sosialisasi & Kemandirian Gerak Kasar
Ya
Tidak
Ya
Tidak
Gerak Halus
Ya
Tidak
Gerak Halus
Ya
Tidak
6. Ikuti perintah ini dengan seksama. Jangan memberi isyarat dengan telunjuk atau mata pada saat memberikan perintah berikut ini: “Letakkan kertas ini di lantai”. “Letakkan kertas ini di kursi”. “Berikan kertas ini kepada ibu”. Dapatkah anak melaksanakan ketiga perintah tadi? 7. Apakah anak bereaksi dengan tenang dan tidak rewel (tanpa menangis atau menggelayut pada anda) pada saat anda meninggalkannya?
Bicara & Bahasa
Ya
Tidak
Sosialisasi & Kemandirian
Ya
Tidak
8. Jangan menunjuk, membantu atau membetulkan, katakan pada anak : “Tunjukkan segi empat merah” “Tunjukkan segi empat kuning” „Tunjukkan segi empat biru” “Tunjukkan segi empat hijau” Dapatkah anak menunjuk keempat warna itu dengan benar?
Bicara & Bahasa
Ya
Tidak
9. Suruh anak melompat dengan satu kaki beberapa kali tanpa berpegangan (lompatan dengan dua kaki tidak ikut dinilai). Apakah ia dapat melompat 2-3 kali dengan satu kaki? 10. Dapatkah anak sepenuhnya berpakaian sendiri tanpa bantuan?
Gerak Kasar
Ya
Tidak
Sosialisasi & Kemandirian
Ya
Tidak
Lampiran 5 LEMBAR OBSERVASI (KARTU HARIAN RESPONDEN)
Inisial Nama Anak
:
Usia
:
Jenis Kelamin
:
Berikan tanda () jika tindakan dilakukan, tanda () jika tindakan tidak dilakukan. Mingu Ke 1 Hari ke-
1
2
3
4
5
Minggu Ke 2 6
7
8
9
10
11
12
13
Pelaksanaan stimulasi perkembangan Waktu pelaksanaan
Frekuensi
Durasi
Paraf Observer Responden
14
Kode:
DAFTAR KEGIATAN STIMULASI YANG TELAH DILAKUKAN
Hari/Tanggal dan Waktu Pelaksanaan
Paraf Peneliti
Kegiatan Stimulasi yang Dilakukan
Paraf Responden
Lampiran 6 Hasil Output Analisa Data SPSS
HASIL SKRINING JUMLAH
Valid
PENYIMPANGAN MERAGUKAN SESUAI Total
Frequency 5 29 83
Percent 4,3 24,8 70,9
Valid Percent 4,3 24,8 70,9
117
100,0
100,0
Cumulative Percent 4,3 29,1 100,0
KARAKTERISTIK RESPONDEN Jeniskelamin
Valid
laki-laki Perempuan Total
Frequency 11 6
Percent 64,7 35,3
Valid Percent 64,7 35,3
17
100,0
100,0
Cumulative Percent 64,7 100,0
UsiaIbu Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
24
1
5,9
5,9
5,9
25
1
5,9
5,9
11,8
28
1
5,9
5,9
17,6
32
1
5,9
5,9
23,5
33
4
23,5
23,5
47,1
34
1
5,9
5,9
52,9
35
1
5,9
5,9
58,8
36
1
5,9
5,9
64,7
37
3
17,6
17,6
82,4
39
1
5,9
5,9
88,2
40
1
5,9
5,9
94,1
58
1
5,9
5,9
100,0
17
100,0
100,0
Total
Pekerjaan
Valid
Tidak Bekerja Bekerja Total
Frequency 14 3
Percent 82,4 17,6
Valid Percent 82,4 17,6
17
100,0
100,0
Cumulative Percent 82,4 100,0
PendidikanAkhir
Valid
Pendidikan Dasar Pendidikan Menengah Pendidikan Tinggi Total
Frequency 5 8 4
Percent 29,4 47,1 23,5
Valid Percent 29,4 47,1 23,5
17
100,0
100,0
Cumulative Percent 29,4 76,5 100,0
UJI NORMALITAS Score pre test Case Processing Summary Cases Valid N
Missing
Percent
Skorpre
17
N
Total
Percent
100,0%
0
N
0,0%
Percent 17
100,0%
Descriptives Statistic Skorpre
Mean
Std. Error
7,59
95% Confidence Interval for
Lower Bound
7,33
Mean
Upper Bound
7,85
5% Trimmed Mean
7,60
Median
8,00
Variance
,257
Std. Deviation
,507
Minimum
7
Maximum
8
Range
1
Interquartile Range
1
Skewness Kurtosis
,123
-,394
,550
-2,109
1,063
Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Statistic Skorpre
,380
Df
Shapiro-Wilk
Sig. 17
a. Lilliefors Significance Correction
,000
Statistic ,632
df
Sig. 17
,000
Score post test Case Processing Summary Cases Valid N
Missing
Percent
Skorpost
17
N
Total
Percent
100,0%
0
N
Percent
0,0%
17
100,0%
Descriptives Statistic Skorpost
Mean
Std. Error
9,35
95% Confidence Interval for
Lower Bound
8,99
Mean
Upper Bound
9,71
5% Trimmed Mean
9,39
Median
9,00
Variance
,493
Std. Deviation
,702
Minimum
8
Maximum
10
Range
2
Interquartile Range
1
,170
Skewness
-,634
,550
Kurtosis
-,576
1,063
Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Statistic Skorpost
Df
,292
Shapiro-Wilk
Sig. 17
Statistic
,000
df
,776
Sig. 17
,001
a. Lilliefors Significance Correction
Setelah Transformasi Data Score pretest Case Processing Summary Cases Valid N Transpre
Missing
Percent 17
100,0%
N
Total
Percent 0
N
0,0%
Percent 17
100,0%
Descriptives Statistic
Std. Error
Transpre
Mean
,8792
95% Confidence Interval for
Lower Bound
,8641
Mean
Upper Bound
,8943
5% Trimmed Mean
,8798
Median
,9031
Variance
,00714
,001
Std. Deviation
,02942
Minimum
,85
Maximum
,90
Range
,06
Interquartile Range
,06
Skewness Kurtosis
-,394
,550
-2,109
1,063
Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Statistic Transpre
Df
,380
Shapiro-Wilk
Sig. 17
Statistic
,000
df
,632
Sig. 17
,000
a. Lilliefors Significance Correction
Score post test Case Processing Summary Cases Valid N Transpost
Missing
Percent 17
N
100,0%
Total
Percent 0
N
0,0%
Percent 17
100,0%
Descriptives Statistic Transpost
Mean
,9698
95% Confidence Interval for
Lower Bound
,9526
Mean
Upper Bound
,9870
5% Trimmed Mean
,9718
Median
,9542
Variance Std. Deviation
,001 ,03344
Minimum
,90
Maximum
1,00
Std. Error ,00811
Range
,10
Interquartile Range
,05
Skewness
-,753
,550
Kurtosis
-,263
1,063
Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Statistic Transpost
Df
Shapiro-Wilk
Sig.
,288
17
Statistic
,001
df
,773
Sig. 17
,001
a. Lilliefors Significance Correction
UJI WILCOXON Analisis 10 Poin Pertanyaan KPSP
NPar Tests Descriptive Statistics N
Mean
Std. Deviation
Minimum
Maximum
Skorpre
17
7,59
,507
7
8
Skorpost
17
9,35
,702
8
10
Ranks N skorpost - skorpre
Negative Ranks Positive Ranks
Mean Rank 0a
,00
,00
b
8,50
136,00
16
Ties
1c
Total
17
a. skorpost < skorpre b. skorpost > skorpre c. skorpost = skorpre Test Statisticsa skorpost skorpre Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Wilcoxon Signed Ranks Test b. Based on negative ranks.
b
-3,624
,000
Sum of Ranks
Analisis 3 Poin Pertanyaan tentang Aspek Sosialisasi dan Kemandirian KPSP
NPar Tests Descriptive Statistics N
Mean
Std. Deviation
Minimum
Maximum
Presosman
17
1,4706
,71743
,00
2,00
Postsosman
17
2,6471
,60634
1,00
3,00
Wilcoxon Signed Ranks Test Ranks N postsosman - presosman
Negative Ranks Positive Ranks
postsosman – presosman
b. Based on negative ranks.
8,00
120,00
15
17
Test Statisticsa
a. Wilcoxon Signed Ranks Test
,00
Total
c. postsosman = presosman
Asymp. Sig. (2-tailed)
,00
b
2c
b. postsosman > presosman
-3,542b ,000
Sum of Ranks
a
0
Ties
a. postsosman < presosman
Z
Mean Rank