EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP NILAI PENGETAHUAN MENGENAI PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) PADA REMAJA PUTRI DI SMPN 3 TANGERANG SELATAN
Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)
OLEH: LARAS AYUNDA PRATAMA NIM: 1110104000048
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 H / 2014 M
SCHOOL OF NURSING FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES SYARIF HIDAYATULLAH STATE ISLAMIC UNIVERSITY JAKARTA
OF
Undergraduate Thesis, Juli 2014 Laras Ayunda Pratama, NIM: 1110104000048 The Effectiveness of Health Education on the Knowledge Score of Breast Self-Examination (BSE) in Adolescents at SMPN 3 Tangerang Selatan xviii + 74 pages + 5 charts + 8 tables + 8 attachments ABSTRACT Patients with breast malignancy mostly come when advanced stage, so that treatment can not be adequately or appropriately. The effort of BSE is very important because approximately 75-85% of breast cancer malignancy was found at the time of BSE. Lack of knowledge of the public, especially adolescents about breast self-examination needs to be addressed with improved promotivepreventive against breast health issues. This study aims to determine the effectiveness of health education on the knowledge score about BSE in adolescent in SMPN 3 Tangerang Selatan. This research is a quantitative research method of pre-experimental design with one group pre-test post-test design. The amount of samples were 33 people with consecutive sampling. Data collected by using questionnaire and analyzed by used a paired t test. The results showed there was an increase in knowledge score of 24,65% after being given health education about BSE. The results of hypothesis test with α = 0.05 obtained significant value of p <0.05. Effectiveness of health education value is calculated with the formula obtained results Eta Squared of 0.89 which means that health education has great effectiveness in improving the knowledge of adolescents. Keywords: adolescents, health education, breast self-examination, breast cancer Reference: 82 (2003-2014)
iii
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Skripsi, Juli 2014 Laras Ayunda Pratama, NIM: 1110104000048 Efektifitas Pendidikan Kesehatan Terhadap Nilai Pengetahuan Mengenai Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) Pada Remaja Putri di SMPN 3 Tangerang Selatan xviii + 74 halaman + 5 bagan + 8 tabel + 8 lampiran ABSTRAK Penderita keganasan payudara sebagian besar datang saat stadium lanjut, sehingga pengobatannya tidak dapat adekuat atau tepat. Upaya SADARI sangat penting sebab sekitar 75-85% keganasan kanker payudara ditemukan pada saat dilakukan SADARI. Kurangnya pengetahuan masyarakat khususnya remaja putri mengenai SADARI perlu disikapi dengan peningkatan upaya promotif-preventif terhadap masalah kesehatan payudara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas pendidikan kesehatan terhadap nilai pengetahuan mengenai SADARI pada remaja putri di SMPN 3 Tangerang Selatan. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif menggunakan desain penelitian pre experimental design dengan one group pre-test post-test design. Sampel berjumlah 33 orang diperoleh melalui teknik consecutive sampling. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dan dianalisis menggunakan uji t berpasangan. Hasil penelitian didapatkan terdapat peningkatan skor pengetahuan sebesar 24,65% setelah diberikan pendidikan kesehatan mengenai SADARI. Hasil uji hipotesis dengan α=0,05 didapatkan nilai siginifikan p<0,05. Nilai efektifitas pendidikan kesehatan dihitung dengan rumus Eta Squared diperoleh hasil 0,89 yang berarti pendidikan kesehatan memiliki efektifitas yang besar dalam meningkatkan nilai pengetahuan remaja putri mengenai SADARI. Kata kunci : remaja putri, pendidikan kesehatan, SADARI, kanker payudara Referensi : 82 (2003-2014)
iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: LARAS AYUNDA PRATAMA
Tempat, tanggal Lahir
: Tangerang, 28 Desember 1992
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Status
: Belum Menikah
Alamat
: Kp. Tukang Kajang RT/RW 005/002 Desa Rawa Rengas Kecamatan Kosambi Kabupaten Tangerang Banten
HP
: +6285780932089
E-mail
:
[email protected]
Fakultas/Jurusan
: Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan/Program Studi Ilmu Keperawatan
PENDIDIKAN 1. TK Islam Al Fajar
1996-1998
2. SDN 04 Rawa Rengas
1998-2004
3. SMPN 1 Teluknaga
2004-2007
4. SMAN 6 Tangerang
2007-2010
5. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
2010-sekarang
viii
PERSEMBAHAN
“..Bahwa sesungguhnya Allah SWT akan meninggikan orang-orang yang berilmu pengetahuan dengan beberapa derajat..” (QS Al Mujadilah: 11)
Bismillah, Skripsi ini saya persembahkan untuk: Mama, wanita terhebat yang pernah saya temui. Betapa bangganya bisa terlahir dari rahimmu. Seluruh kasih sayang, doa, perhatian, dan dukungan selalu tercurah dari mu selama ini. Mama adalah salah satu nikmat terbesar yang pernah saya dapatkan, alhamdulillah. I love you, Mom Papa, Laki-laki kuat yang selalu menjadi motivasi saya untuk terus belajar. Seorang ayah yang tiada henti mencurahkan dan memanjatkan doa nya untuk anak-anaknya. Tetaplah menjadi kebanggaan keluarga, tetaplah menjadi papa yang hebat untuk kami, anak-anakmu Adik-adikku, Fully dan Agri. Dua malaikat yang selalu memberikan saya keceriaan dan kasih sayang. Dua orang yang tak kalah penting dalam hidup saya. I love you, both Teman-teman seperjuangan, PSIK UIN 2010 yang selalu memberikan semangat dan bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini. Hani, septi, kiki, vica, alif, adis, gaby, dan ratna yang selalu memberikan semangat dan dukungan, you know we can do it, guys Semua orang yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu tanpa mengurangi rasa terima kasih saya terhadap kalian. Semua orang yang mendoakan saya dalam sholatnya tanpa saya ketahui Terima kasih atas semua doa, kasih sayang, dukungan, dan bantuan yang kalian berikan kepada saya selama ini. Semoga Allah membalas semua kebaikan kalian, Aamiin Ya Allah.
ix
KATA PENGANTAR السالم عليكن ورحمة هللا وبركاته Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan rahmat, hidayah, dan kekuatan kepada penulis, karena hanya dengan izin-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Efektifitas Pendidikan Kesehatan terhadap Nilai Pengetahuan Mengenai Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) pada Remaja Putri di SMPN 3 Tangerang Selatan”. Sholawat serta salam juga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Skripsi ini disusun sebagaimana untuk memenuhi salah satu syarat guna mendapat gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta serta menerapkan dan mengembangkan teori-teori yang penulis dapatkan selama kuliah. Penulis telah berusaha untuk menyajikan suatu tulisan ilmiah yang rapi dan sistematik sehingga mudah dipahami oleh pembaca. Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini jauh dari sempurna, baik dari segi isi maupun metodologi. Oleh karena itu segala kritik dan saran yang membangun mengenai tulisan ini sangat penulis harapkan. Banyak pihak yang telah memberikan bantuan, motivasi, doa, serta kerjasama yang luar biasa dalam proses penyusunan proposal skripsi ini.Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Dr, MK. Tadjudin, Sp. And. selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakrta. 2. Bapak Ns. Waras Budi Utomo, S.Kep., MKM selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Ibu Puspita Palupi, M.Kep, Ns. Sp. Kep., Mat dan Bapak Ns. Waras Budi Utomo, S.Kep., MKM selaku dosen pembimbing skripsi yang meluangkan waktu dan dengan sabar memberikan arahan, saran, dan perbaikan serta motivasi kepada penulis selama proses penyusunan sehingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan. 4. Seluruh staf pengajar Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmunya kepada penulis selama kuliah. 5. Segenap Jajaran Staf dan Karyawan Akademik serta Perpustakaan Akademik yang telah banyak memberi kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini. 6. Seluruh guru di SMPN 3 Tangerang Selatan yang dengan sabar memberikan bantuan dan dukungan moriil kepada penulis dalam proses penelitian. 7. Orang tua tercinta, Ibunda Naiyah dan Ayahanda Syamsudin, yang selalu memberikan kasih sayang yang tiada henti, doa, dukungan, dan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan perkuliahan dan tugas akhir ini. Tak lupa, kepada adik-adik tersayang Fully dan Agri serta seluruh keluarga
x
besar yang senantiasa juga selalu memberikan dukungan dan doanya dalam menyelesaikan skripsi ini. 8. Kepada seluruh keluarga PSIK, kakak-kakak, adik-adik, khususnya temanteman seperjuangan Program Studi Ilmu Keperawatan angkatan 2010, yang telah membantu dan memotivasi dalam proses pembuatan skripsi ini. Mudah-mudahan segala bantuan dan bimbingan yang telah diberikan kepada penulis mendapat imbalan dari Allah SWT. Akhirnya, penulis berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan penulis khususnya. والسالم عليكن ورحمة هللا وبركاته Ciputat, Juli 2014
Laras Ayunda Pratama
xi
DAFTAR ISI
Halaman Judul
i
Pernyataan Keaslian Karya
ii
Abstract
iii
Abstrak
iv
Pernyataan Persetujuan
v
Lembar Pengesahan
vi
Daftar Riwayat Hidup
viii
Lembar Persembahan
ix
Kata Pengantar
x
Daftar Isi
xii
Daftar Singkatan
xv
Daftar Bagan
xvi
Daftar Tabel
xvii
Daftar Lampiran
xviii
BAB I PENDAHULUAN A.
Latar Belakang
1
B.
Rumusan Masalah
4
C.
Tujuan
6
1. Tujuan Umum
5
2. Tujuan Khusus
6
Manfaat Penelitian
6
1. Manfaat Ilmiah
6
2. Manfaat Praktis
6
Ruang Lingkup Penelitian
7
D.
E.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.
Remaja
8
1. Pengertian Remaja
8
2. Periode Remaja
9
xii
3. Pertumbuhan dan Perkembangan Remaja
B.
C.
9
a. Tugas Perkembangan Remaja
9
b. Pertumbuhan Remaja
12
c. Anatomi Fisiologi Payudara
14
Masalah Kesehatan Payudara pada Remaja
16
1. Kanker Payudara
16
2. Fibroadenoma (FAM)
17
3. Papiloma Intraduktal
18
4. Fibrokistik Payudara
18
Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)
19
1. Pengertian SADARI
19
2. Langkah-langkah SADARI
20
3. Tanda-tanda SADARI yang harus diwaspadai
22
D. Health Promotion Model (HPM)
22
E. Pendidikan Kesehatan
24
1. Pengertian Pendidikan Kesehatan
24
2. Tujuan Pendidikan Kesehatan
27
3. Sasaran Pendidikan Kesehatan
27
4. Metode Pendidikan Kesehatan
28
5. Media Pendidikan Kesehatan
34
6. Tahapan Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan
35
F. Pengetahuan
36
G. Ingatan
40
H. Kerangka Teori
42
BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, DAN HIPOTESIS A.
Kerangka Konsep
43
B.
Definisi Operasional
44
C.
Hipotesis
45
xiii
BAB IV METODE PENELITIAN A.
Desain Penelitian
46
B.
Lokasi dan Waktu Penelitian
47
C.
Populasi dan Sampel
47
D.
Teknik Pengambilan Sampel
47
E.
Instrumen Penellitian
48
F.
Uji Validitas dan Reliabilitas
50
G.
Tahapan Pengaambilan Data
51
H.
Pengolahan Data
53
I.
Analisis Data
54
J.
Etika Penelitian
55
BAB V HASIL PENELITIAN A. Gambaran Lokasi Penelitian
57
B. Analisis Univariat
58
C. Analisis Bivariat
63
BAB VI PEMBAHASAN A. Efektifitas Pendidikan Kesehatan Terhadap Nilai Pengetahuan Responden Mengenai SADARI
66
B. Keterbatasan Penelitian
70
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan
72
B. Saran
72
Daftar Pustaka Lampiran
xiv
DAFTAR SINGKATAN
WHO
: World Health Organization
UIN
: Universitas Islam Negeri
PSIK
: Program Studi Ilmu Keperawatan
FKIK
: Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
BPS
: Badan Pusat Statistik
SADARI
: Pemeriksaan Payudara Sendiri
SMPN
: Sekolah Menengah Pertama Negeri
SMA
: Sekolah Menengah Atas
RI
: Republik Indonesia
DEPKES
: Departemen Kesehatan
HPM
: Health Promotion Model
HBM
: Health Belief Model
SD
: Standart Deviasi
CI
: Confidence Interval
YKPJ
: Yayasan Kesehatan Payudara Jakarta
PMR
: Palang Merah Remaja
PUSKESMAS
: Pusat Kesehatan Masyarakat
xv
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 Langkah-langkah Melakukan SADARI
21
Bagan 2.2 Kerucut Edgar Dale
33
Bagan 2.3 Kerangka Teori
42
Bagan 3.1 Kerangka Konsep Penelitian
43
Bagan 4.1 Desain Penelitian
46
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Definisi Operasional
44
Tabel 4.1 Uraian Kuesioner Penelitian
49
Tabel 5.1 Deskripsi Data Demografi Responden
57
Tabel 5.2 Distribusi Statistik Deskriptif Pengetahuan Siswi Sebelum dan Sesudah Diberikan Intervensi Pendidikan Kesehatan tentang Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)
59
Tabel 5.3 Deskripsi Hasil Pertanyaan per Item Sebelum Diberikan Pendidikan Kesehatan
60
Tabel 5.4 Deskripsi Hasil Pertanyaan per Item Sesudah Diberikan Pendidikan Kesehatan
61
Tabel 5.5 Distribusi Hasil Normalitas Pengetahuan Remaja Putri tentang SADARI Sebelum dan Sesudah Diberikan Pendidikan Kesehatan
62
Tabel 5.6 Distribusi Perbedaan Pengeahuan Tentang SADARI Sebelum dan Sesudah Diberikan Pendidikan Kesehatan
xvii
63
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Perizinan Studi Pendahuluan Lampiran 2. Surat Izin Penelitian, Validitas dan Reliabilitas Lampiran 3. Lembar Persetujuan Menjadi Responden Lampiran 4. Kuesioner Lampiran 5. Satuan Acara Penyuluhan (SAP) Lampiran 6. Hasil Olahan SPSS Uji Validitas dan Reliabilitas Lampiran 7. Hasil Olahan SPSS Univariat Lampiran 8. Hasil Olahan SPSS Bivariat
xviii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Remaja merupakan seseorang yang berada pada tahapan antara fase anak dan dewasa serta ditandai dengan perubahan fisik, perilaku, kognitif, biologis, dan emosi (Efendi, 2009). Rentang usia remaja menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2013 adalah antara usia 10-19 tahun, sedangkan menurut Efendi (2009), remaja yang sudah menikah tidak lagi tergolong sebagai remaja melainkan sebagai dewasa. Data yang diperoleh dari sensus penduduk tahun 2010 yaitu populasi remaja perempuan sekitar 21.275.092 jiwa atau 8,8% dari jumlah penduduk di Indonesia. Diperkirakan pada tahun 2012 jumlah remaja perempuan usia muda (<15 tahun) di Indonesia akan meningkat menjadi 34.307.709 jiwa (Badan Pusat Statistik, 2012). Tahap perkembangan remaja ditandai dengan perubahan fisik, sosial, dan kematangan emosional. Perubahan fisik terjadi secara cepat pada remaja laki-laki maupun perempuan (Funnell, 2009). Periode remaja sering dikenal dengan masa pubertas. Masa pubertas adalah masa dimana remaja mengalami proses kematangan, hormonal dan pertumbuhan yang terjadi ketika organ-organ reproduksi mulai berfungsi dan karakteristik seks sekunder mulai muncul. Masa pubertas ditandai dengan beberapa perubahan fisik salah satunya yaitu adanya pembesaran payudara yang dikenal sebagai telarke, terjadi antara usia 9 sampai 13,5 tahun (Wong, 2008). Rasjidi (2010) mengungkapkan bahwa seorang remaja putri telah mencapai masa pubertas dan mulai mengalami perkembangan pada payudaranya, maka
1
2
Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) perlu dilakukan. SADARI merupakan salah satu cara yang dilakukan untuk deteksi dini kanker payudara. Pemeriksaan ini meliputi inspeksi dan palpasi payudara serta dapat dilakukan pada posisi berdiri maupun berbaring (Otto, 2003). Waktu yang paling baik untuk melakukan SADARI adalah 7 sampai 10 hari setelah menstruasi, saat pembengkakan dan nyeri payudara telah mereda. Benjolan di payudara yang ditemukan saat SADARI harus dievaluasi terhadap satu dari tiga kemungkinan: (1) kista, (2) tumor jinak, atau (3) tumor ganas (Gruendemann, 2005). Upaya SADARI sangat penting sebab sekitar 75-85% keganasan kanker payudara ditemukan pada saat dilakukan SADARI (Purwoastuti, 2008). Penderita keganasan payudara sebagian besar datang saat stadium lanjut, sehingga pengobatannya tidak dapat adekuat atau tepat (Manuaba, 2009). Hal ini menjadikan pengetahuan yang baik tentang prosedur SADARI sangat penting dimiliki oleh remaja putri karena tahu tentang prosedur SADARI merupakan salah satu alasan yang menyebabkan remaja putri mengaplikasikan SADARI (Karayurt, 2008). Perempuan yang melakukan SADARI secara rutin akan menemukan penyakit payudara lebih dini, dan kematian akibat kanker payudara dapat dihindari dengan diagnosis dan pengobatan sedini mungkin (Benson, 2008). Kanker payudara umumnya menyerang perempuan yang telah berumur lebih dari 40 tahun, perempuan muda pun bisa terserang kanker ini (Mardiana, 2004). Statistik Kanker RSUP dr.M.Djamil Padang pada tahun 2010 melaporkan bahwa jumlah kasus kanker payudara pada tahun 2010 yaitu sebanyak 1758 kasus dan usia termuda penderita kanker payudara berusia 15 tahun (Lenggogeni, 2011). Jakarta Breast Center
3
melaporkan bahwa klinik khusus penanganan keluhan pada payudara di Jakarta menunjukkan dari 2.495 pasien yang datang pada tahun 2001-2002, 79% pasien diantaranya menderita tumor payudara jinak dan hanya 14% pasien yang menderita kanker payudara (Diananda, 2009). Penelitian yang dilakukan oleh Utama (2008) di SMA Negeri 5 Jambi menunjukkan bahwa sebanyak 72,6% dari 201 responden memiliki pengetahuan kurang baik mengenai SADARI. Pengetahuan remaja putri mengenai SADARI sangat penting dalam pendeteksian dini serta penanggulangan kanker payudara, terutama jika mengingat bahwa kejadian kanker payudara saat ini semakin banyak menyerang usia remaja (YKPJ, 2011). WHO (2013) melaporkan bahwa kanker payudara merupakan kanker yang paling umum diderita oleh perempuan baik di negara maju maupun di negara kurang berkembang. Diperkirakan bahwa di seluruh dunia lebih dari 508.000 perempuan meninggal pada tahun 2011 karena kanker payudara (Global Health Estimate, WHO 2013). Kanker payudara menempati urutan kedua yang paling banyak diderita kaum perempuan setelah kanker mulut atau leher rahim (serviks) (Depkes RI, 2013). Kurangnya pengetahuan masyarakat khususnya remaja putri mengenai bahaya kanker payudara perlu disikapi dengan peningkatan upaya promotif-preventif. Upaya tersebut salah satunya adalah dengan edukasi di berbagai elemen masyarakat. Edukasi akan lebih efektif jika dilakukan lebih awal, antara lain pada siswa sekolah (Depkes RI, 2013). Pendidikan kesehatan reproduksi pada remaja khususnya mengenai masalah payudara yang dilakukan oleh professional telah terbukti efektif dalam meningkatkan pengetahuan mengenai kanker payudara dan praktik SADARI (Yi &
4
Park, 2012). Kanker payudara biasanya terjadi setelah usia 45 tahun, tetapi saat ini usianya menuruns dan banyak perempuan muda yang menderita kanker payudara (Fry & Prentice, 2006 dalam Karayurt, 2008). Kanker payudara yang menyerang perempuan muda lebih agresif dan sedikit yang dapat bertahan hidup, hal ini membuat deteksi dini lebih penting (Rosenberg & Levy, 2001 dalam Karayurt, 2008). Permatasari (2013) dalam penelitiannya di SMA Negeri 2 Pontianak Barat mengungkapkan bahwa penyuluhan tentang SADARI sebagai deteksi dini kanker payudara efektif dapat meningkatkan pengetahuan siswi tentang SADARI. Hal ini juga selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Ouyang dan Hu (2014) di Cina yang menunjukan bahwa pendidikan kesehatan dapat meningkatkan pengetahuan tentang kanker payudara dan SADARI. Hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada 11 orang siswi SMPN 3 Tangerang Selatan didapatkan data bahwa 9 diantaranya belum mengetahui dan belum pernah mendapat informasi mengenai SADARI. Berdasarkan hal tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Efektifitas pendidikan kesehatan terhadap nilai pengetahuan mengenai Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) pada remaja putri di SMPN 3 Tangerang Selatan”.
B. Rumusan Masalah Survei yang dilakukan Yayasan Kesehatan Payudara Jakarta (YKPJ) pada tahun 2005 menunjukkan 80% masyarakat tidak mengerti pentingnya pemeriksaan dini payudara. Sebanyak 70% kasus kanker payudara ditemukan dalam stadium lanjut sehingga angka penyembuhannya rendah. Hal ini dikarenakan masih rendahnya
5
kesadaran, pengertian, dan pengetahuan masyarakat tentang kanker payudara, sementara penanganan kanker payudara secara lintas sektoral belum mendapat prioritas dari pemerintah (Rasjidi, 2010). Menurut Nursalam (2008), perilaku kesehatan (health behavior) juga menentukan status kesehatan, perubahan perilaku menuju kearah hidup yang kondusif untuk kesehatan dapat dilakukan salah satunya melalui pendidikan kesehatan. Masalah dalam penanggulangan kanker payudara di Indonesia adalah penderita datang ke pelayanan kesehatan sudah dalam stadium lanjut. Data yang didapatkan berdasarkan survei di RS Kanker Dharmais menunjukkan jumlah penderita yang datang pada stadium lanjut sebanyak 70% (Bustan, 2007). Di Sumatera Barat, data rekam medik RSUP dr. M. Djamil Padang tahun 2010 menunjukkan bahwa jumlah kasus kanker payudara pada tahun 2010 yaitu sebanyak 1758 kasus, sedangkan usia termuda penderita kanker payudara berusia 15 tahun (Statistik Kanker RSUP dr.M.Djamil Padang, 2011 dalam Lenggogeni, 2011). Berdasarkan penelitian tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai efektifitas pendidikan kesehatan terhadap nilai pengetahuan mengenai SADARI pada remaja putri di SMPN 3 Tangerang Selatan.
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas pendidikan kesehatan terhadap skor pengetahuan mengenai SADARI pada remaja putri di SMPN 3 Tangerang Selatan.
6
2. Tujuan Khusus a. Diketahuinya sumber informasi remaja putri mengenai SADARI sebelum diberikan pendidikan kesehatan. b. Diketahuinya tingkat pengetahuan remaja putri mengenai SADARI sebelum diberikan pendidikan kesehatan. c. Diketahuinya tingkat pengetahuan remaja putri mengenai SADARI sesudah diberikan pendidikan kesehatan. d. Diketahuinya efektifitas pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan mengenai SADARI pada remaja putri.
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Ilmiah Menjadi landasan dalam promosi kesehatan pada remaja dalam rangka meningkatkan pengetahuan remaja putri dalam melakukan SADARI. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan Hasil
dari
penelitian
ini
diharapkan
mampu
dijadikan
pertimbangan untuk meningkatkan kualitas khususnya mata kuliah keperawatan
maternitas
dan
mengembangkan
instrumen-instrumen
pengkajian kesehatan reproduksi pada perempuan serta pengembangan kurikulum dalam pendidikan keperawatan.
7
b. Bagi Pelayanan Keperawatan Penelitian ini dapat dijadikan landasan untuk perawat di Indonesia dalam menjalankan peran sebagai health educator dalam upaya melakukan promosi kesehatan reproduksi remaja dan untuk meningkatkan pengetahuan remaja putri tentang SADARI. c. Bagi Penelitian Selanjutnya Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu dijadikan sebagai acuan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dalam keperawatan yang berbasis evidence base practice khususnya dalam upaya pencegahan terhadap kanker payudara. d. Bagi SMPN 3 Tangerang Selatan Melalui penelitian ini diharapkan pihak sekolah mampu menjadi indikator tingkat pengetahuan siswi di SMPN 3 Tangerang Selatan mengenai SADARI dan sebagai upaya promosi kesehatan yang dapat bekerjasama dengan pelayanan kesehatan yang ada di lingkungan sekolah.
E. Ruang Lingkup Penelitian ini bersifat kuantitatif. Penelitian dilakukan pada bulan Juni 2014 di SMPN 3 Tangerang Selatan dengan objek penelitian yaitu siswi-siswi SMPN 3 Tangerang Selatan kelas VII dan VIII. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian pre experimental design dengan one group pre-test post-test design.
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Remaja 1. Pengertian Remaja Remaja atau adolescence merupakan masa peralihan seseorang dari fase anak-anak menuju fase dewasa yang ditandai dengan perubahan fisik, perilaku, kognitif, biologis dan emosi secara berkesinambungan (Efendi, 2009; Depkes, 2005). Rentang usia remaja adalah antara usia 10-19 tahun sedangkan jika dalam rentang usia tersebut sudah menikah maka tidak lagi tergolong sebagai remaja melainkan sebagai dewasa (WHO, 2013; Efendi, 2009). Periode remaja adalah periode yang cepat berubah yang dapat dijadikan sebuah kesempatan untuk mengajarkan hal-hal untuk membentuk perilaku kesehatan hingga dewasa (Karayurt, 2008). Periode remaja merupakan perkembangan yang berada pada masa amat potensial, baik dilihat dari kognitif, emosi, maupun fisik (Teguh, 2013). Istilah adolescence biasanya menunjukkan maturasi psikologis individu, ketika pubertas menunjukkan titik dimana reproduksi mungkin dapat terjadi. Perubahan hormonal mengakibatkan perubahan penampilan pada remaja, dan perkembangan mental mengakibatkan kemampuan untuk menghipotesis dan berhadapan dengan abstraksi (Potter & Perry, 2005).
8
9
2. Periode Remaja Wong (2008) mengungkapkan bahwa ada tiga periode remaja, yang pertama yaitu remaja awal (early adolescent). Periode ini remaja berada pada rentang usia 11-14 tahun, pada masa ini laju pertumbuhan terjadi dengan cepat, puncak kecepatan pertumbuhan, karakteristik seks sekunder muncul. Periode selanjutnya yaitu periode remaja pertengahan (middle adolescent). Periode ini remaja berada pada rentang usia 15-17 tahun, remaja pada masa ini mengalami pertumbuhan melambat pada remaja putri, tinggi badan mencapai 95% tinggi badan dewasa, karakteristik seks sekunder berkembang dengan baik. Periode terakhir adalah remaja akhir (late adolescent). Rentang usia remaja pada periode ini adalah 18-20 tahun, terjadi kematangan secara fisik, pertumbuhan struktur dan reproduktif hampir lengkap (Wong, 2008). 3. Pertumbuhan dan Perkembangan Remaja Masa perkembangan remaja dimulai dengan masa puber. Masa puber atau permulaan remaja adalah suatu masa saat perkembangan fisik dan intelektual berkembang sangat cepat (Djiwandon, 2006). a.
Tugas Perkembangan Remaja 1) Memperluas hubungan antara pribadi dan berkomunikasi secara lebih dewasa dengan kawan sebaya, baik laki-laki maupun perempuan 2) Memperoleh peranan sosial 3) Menerima keadaan tubuhnya dan menggunakan secara efektif
10
4) Memperoleh kebebasan emosional dari orangtua dan orang dewasa lainnya 5) Mencapai kepastian akan kebebasan dan kemampuan berdiri sendiri 6) Memilih dan mempersiapkan lapangan pekerjaan 7) Mempersiapkan diri dalam pembentukan keluarga 8) Membentuk
sistem
nilai,
moralitas
dan
falsafah
hidup
(Soetjiningsih, 2004). Ada tiga aspek perkembangan pada remaja menurut Papalia (2001), yaitu: 1) Perkembangan Fisik Perkembangan fisik adalah perubahan-perubahan pada tubuh, otak, kapasitas sensoris, dan keterampilan motorik. Perubahan pada tubuh ditandai dengan pertambahan tinggi dan berat tubuh, pertumbuhan tulang dan otot, serta kematangan organ seksual dan fungsi reproduksi. Perubahan fisik otak sehingga strukturnya semakin sempurna meningkatkan kemampuan kognitif (Papalia, 2001). Perubahan fisik pada remaja yang sangat jelas tampak pada pertumbuhan peningkatan fisik dan pada penampakkan serta perkembangan karateristik seks sekunder. Perubahan yang tidak tampak jelas adalah perubahan fisiologis dan kematangan neurogonad yang disertai dengan kemampuan untuk bereproduksi. Perbedaan fisik antara kedua jenis kelamin ditentukan berdasarkan
11
karateristik pembeda,
yaitu karakteristik seks
primer dan
karakteristik seks sekunder. Karakteristik seks primer merupakan organ eksternal dan internal yang melaksanakan fungsi reproduktif (misalnya ovarium, uterus, payudara). Sedangkan, karakteristik seks sekunder adalah perubahan yang terjadi di seluruh tubuh sebagai hasil dari perubahan hormonal tetapi tidak berperan langsung dalam reproduksi (Wong, 2008). 2) Perkembangan Kognitif Seorang remaja termotivasi untuk memahami dunia karena perilaku adaptasi secara biologis mereka. Remaja secara aktif membangun dunia kognitif mereka, dimana informasi yang didapatkan tidak langsung diterima begitu saja ke dalam skema kognitif mereka. Remaja sudah mampu membedakan antara hal-hal atau ide-ide yang lebih penting dibanding ide lainnya, lalu remaja juga menghubungkan ide-ide tersebut (Santrock, 2007). Piaget (1976) dalam Bastable (2004) menamakan tahap perkembangan kognitif ini sebagai periode formal operation. Remaja telah mendapatkan penalaran baru yang lebih tinggi tingkatannya melampaui pemikiran saat masa kanak-kanak awal. Mereka sanggup berpikir secara abstrak dan melakukan penalaran logis yang kompleks yang merupakan suatu masalah sendiri jika dibandingkan dengan silogistis. Penalaran mereka bersifat induktif dan deduktif, serta mereka sanggup membuat hipotesis dan
12
menerapkan prinsip-prinsip logika pada situasi yang belum pernah dihadapi. Remaja mampu memahami konsep kesehatan dan penyakit, berbagai penyebab kesehatan dan penyakit, pengaruh variabel atas status kesehatan, dan gagasan yang berkaitan dengan promosi kesehatan dan pencegahan penyakit. Mereka memahami penyakit sebagai suatu proses akibat kelainan fungsi atau tidak berfungsinya satu atau beberapa bagian dari tubuh dan dapat memahami akibat atau
prognosis
suatu
penyakit.
Mereka
juga
mampu
mengidentifikasi perilaku yang sehat tetapi mungkin menolak untuk mempraktikkannya atau mulai terlibat dalam perilaku berisiko karena mendapat tekanan sosial dari teman sebaya juga adanya perasaan tak terkalahkan (Bastable, 2004). 3) Perkembangan Kepribadian dan Sosial Perkembangan kepribadian adalah perubahan cara individu berhubungan dengan dunia dan menyatakan emosi secara unik sedangkan
perkembangan
sosial
berarti
perubahan
dalam
berhubungan dengan orang lain. Perkembangan sosial pada masa remaja lebih melibatkan kelompok teman sebaya dibanding orang tua. Lingkungan mempunyai pengaruh yang cukup kuat dalam menentukan perilaku remaja (Papalia, 2001; Santrock, 2007). b. Pertumbuhan Remaja Soetjiningsih
(2004)
menerangkan
bahwa
pertumbuhan
menggambarkan proses bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta
13
jaringan intraseluler yang terlihat secara fisik dan dapat diukur dengan menggunakan satuan panjang atau satuan berat dengan proses yang berkesinambungan dipengaruhi oleh faktor genetik (ras atau keluarga) dan faktor lingkungan bio-psikososial yang dimulai dari masa konsepsi hingga masa dewasa. Potter & Perry (2005) menjelaskan mengenai empat fokus utama pada pertumbuhan fisik remaja, yaitu: peningkatan kecepatan pertumbuhan skelet, otot, dan visera; perubahan spesifik-seks, seperti perubahan bahu dan lebar pinggul; perubahan distribusi otot dan lemak; perkembangan system reproduksi dan karakteristik seks sekunder. Pertumbuhan pada remaja dipengaruhi oleh beberapa hormon (Soetjiningsih, 2004), antara lain: a) Hormon Pertumbuhan (Growth Hormone) Hormon yang paling berpengaruh selama remaja, yang dihasilkan terutama pada saat tidur nyenyak malam hari. Mempunyai dua efek terhadap tulang rawan epifisis, serta berefek langsung pada metabolism protein, karbohidrat, dan lemak dengan bersifat anabolik. b) Hormon Tiroid Hormon tiroid berefek langsung pada maturasi tulang, selain itu juga
hormon
tiroid
ini
mempengaruhi
produksi
hormon
pertumbuhan dan sebaliknya hormon tiroid juga tidak dapat bekerja tanpa adanya hormon pertumbuhan.
14
c) Glukokortikoid Glukokortikoid berfungsi untuk menekan sintesis tulang dan tulang rawan
serta
mineralisasi,
sehingga
produksi
glikoprotein
meningkat. d) Calcium Regulating Hormone Kalsium diatur oleh hormon paratiroid yang berpengaruh besar pada elemen jaringan tulang yang terlibat dalam osteogenesis. Selain itu juga ada vitamin D yang mempengaruhi maturasi tulang. c. Anatomi dan Fisiologi Payudara Payudara wanita disebut juga glandula mammae merupakan alat reproduksi tambahan. Setiap payudara terletak pada setiap sisi sternum dan meluas setinggi antara costa kedua dan keenam. Payudara terletak pada fascia superficialis dinding rongga dada di atas musculus pectoralis major dan dibuat stabil oleh ligamentum suspensorium. Masing-masing payudara berbentuk tonjolan setengah bola dan mempunyai ekor (cauda) dari jaringan yang meluas ke ketiak atau aksila (cauda axillaris Spence). Ukuran payudara berbeda untuk setiap individu, juga bergantung pada stadium perkembangan dan umur. Tidak jarang salah satu payudara ukurannya agak lebih besar daripada payudara yang lain (Verralls, 2004). Variasi ukuran payudara bergantung pada variasi jumlah jaringan lemak dan jaringan ikat dan bukan pada jumlah jaringan glandular aktual (Sloane, 2003). Struktur payudara terdiri dari beberapa jaringan dan lobus, yaitu (1) jaringan glandular terdiri dari 15-20 lobus mayor, setiap lobus dialiri
15
duktus laktiferusnya sendiri yang membesar menjadi sinus laktiferus (ampula) sebelum muncul untuk memperforasi puting dengan 15-20 mulut (opening). (2) lobus-lobus dikelilingi jaringan adiposa dan dipisahkan oleh ligament suspensorium cooper (berkas jaringan ikat adiposa). Ligamen suspensorium ini merentang dari fasia dalam pada otot pektoralis sampai fasia superfisial tepat dibawah kulit. (3) Lobus mayor bersubdivisi menjadi 20 sampai 40 lobus, setiap lobulus kemudian bercabang menjadi duktus menjadi duktus-duktus kecil yang berakhir di alveoli sekretori. (4) Puting dikelilingi oleh area kulit berpigmen dengan diameter sekitar 3 cm yang disebut dengan areola. Diatas
permukaan
areola
terdapat
beberapa
kelenjar
sebasea
(montgomery’s tubercles) yang berguna sebagai penghasil lubrikasi puting ketika menyusui (Ross, 2001; Sloane, 2003; Monkhouse, 2007). Masa pubertas merupakan masa terjadinya peningkatan kadar hormon. Peningkatan kadar hormon pada perempuan saat pubertas akan terjadi pekembangan payudara lebih lanjut dan biasanya mendahului saat datangnya menstruasi, yaitu dua tahun sebelumnya. Peningkatan kadar estrogen memacu pertumbuhan pembuluh lactifer dan papilla serta areola mammae akan menjadi lebih nyata. Peningkatan kadar progesteron memacu proliferasi alveoli. Jumlah jaringan lemak dan fibrosa akan meningkat dan jaringan lemak ini terutama yang menyebabkan bertambah besarnya payudara (Verralls, 2004). Perubahan fisiologis kelenjar payudara dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) menurut Prawirohardjo (2009), yaitu:
16
a.
Pertumbuhan dan involusi kelenjar payudara Pada waktu bayi lahir payudara merupakan suatu sistem saluran yang bermuara ke mamilla. Permulaan pubertas antara 1015 tahun areola membesar dan lebih mengandung pigmen. Pertumbuhan kelenjar akan berjalan terus sampai umur dewasa hingga berbentuk seperti kuncup.
b. Perubahan kelenjar payudara yang berhubungan dengan haid Pada masa haid payudara akan sedikit membesar dan tegang bahkan pada beberapa wanita akan timbul rasa nyeri (mastoidenia). Perubahan ini ada hubungannya dengan perubahan vaskular dan limfogen. c. Perubahan payudara pada waktu hamil dan laktasi Beberapa minggu sesudah konsepsi akan timbul perubahan pada kelenjar payudara. Payudara menjadi terasa penuh, tegang, areola lebih banyak mengandung pigmen dan puting sedikit membesar.
B. Masalah Kesehatan Payudara pada Remaja 1. Kanker Payudara Kanker payudara adalah tumor ganas yang menyerang jaringan payudara (Mardiana, 2007). Kanker payudara mungkin ditemukan sewaktu in situ (masih lokal) atau ditemukan sebagai neoplasma maligna (telah menyebar). Kanker payudara hampir selalu merupakan adenokarsinoma dan biasanya timbul di duktus. Gen-gen kanker payudara dapat dibawa dan
17
diwariskan oleh kedua orang tua, tampaknya diwariskan dengan cara dominan-autosom (Corwin, 2009). Gejala yang paling sering terjadi pada kanker payudara yaitu adanya massa (terutama jika keras, irregular, tidak nyeri tekan) atau penebalan pada payudara atau daerah aksila; rabas puting payudara unilateral, persisten, spontan yang mempunyai karakter serosanguinosa, mengandung darah, atau cair; retraksi atau inversi puting susu; perubahan ukuran, bentuk atau tekstur payudara (asimetris); pengerutan atau pelekukan kulit di sekitarnya; kulit yang bersisik di sekeliling puting susu. Adapun gejala penyebaran lokal atau regional yaitu adanya kemerahan, ulserasi, edema, atau pelebaran vena; perubahan peau d’orange (seperti kulit jeruk); pembesaran kelenjar getah bening aksila (Otto, 2005). 2) Fibroadenoma (FAM) Fibroadenoma adalah tumor jinak dan berbatas tegas dengan konsistensi padat kenyal dan merupakan tumor primer yang paling banyak ditemukan pada kelompok umur muda (Price, 2005; Underwood, 2000 dalam Sidauruk, 2012). Fibroadenoma Berdasarkan laporan dari NSW Breast Cancer Institute (2005), fibroadenoma umumnya terjadi pada wanita dengan usia 21-25 tahun, kurang dari 5% terjadi pada usia di atas 50 tahun, sedangkan
prevalensinya
lebih
dari
9%
populasi
wanita
terkena
fibroadenoma. Penelitian Anyikam (2008) di Nigeria Timur menunjukkan dahwa dari 1.050 spesimen payudara yang diteliti, 722 kasus (68,8%) merupakan tumor jinak. Fibroadenoma adalah lesi yang paling banyak dan umum terjadi dengan 318 kasus (44%) yang terjadi pada usia rata-rata 16-32
18
tahun (Anyikam, 2008). Di Indonesia data penyakit masih belum lengkap. Jakarta Breast Center melaporkan bahwa klinik di Jakarta yang mengkhususkan untuk penanganan keluhan pada payudara, menunjukkan dari 2.495 pasien yang datang pada tahun 2001-2002, 79% pasien menderita tumor payudara jinak dan hanya 14% pasien yang menderita kanker payudara (Diananda, 2009). 3) Papiloma Intraduktal Papiloma yang terjadi pada duktus puting biasanya terlalu kecil untuk dipalpasi tapi sering mengeluarkan cairan serosanguinosa atau darah dari puting susu. Apapun yang menyebabkan keluarnya cairan yang abnormal dari puting harus ditentukan dan keganasannya harus dihilangkan (Price, 2005). 4) Fibrokistik Payudara Penyakit yang tergolong penyakit fibrokistik payudara antara lain pembentukan kista, proliferasi duktus epitelial, papilomatosis difusa, dan adenosis duktus dengan pembentukan jaringan fibrosa. Gejala klinisnya yaitu perubahan ini dapat menimbulkan nodula teraba, massa, dan keluarnya cairan dari puting. Sekitar 50% perempuan mengalami penyakit fibrokistik payudara. Keadaan ini biasanya terjadi bilateral (Price, 2005). Hubungan antara penyakit fibrokistik dan kanker payudara belum pasti. Hampir semua peneliti mempercayai bahwa penyakit fibrokistik bukan pencetus kanker payudara, kecuali jika klien menunjukkan bukti-bukti hiperplasia epitelial (penambahan abnormal pada sel-sel epitel), yang disebut juga penyakit fibrokistik florid (Morton, 2004).
19
C. Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) 1. Pengertian SADARI Kemungkinan timbulnya benjolan pada payudara sebenarnya dapat diketahui secara tepat dengan pemeriksaan sendiri (Mardiana, 2007). Pemeriksaan awal dapat dilakukan dengan Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) dan pemeriksaan klinis yang dilakukan oleh tenaga kesehatan terlatih. SADARI dilakukan oleh setiap perempuan tiap bulan dimulai pada usia 20 tahun atau sejak menikah. SADARI adalah metode termudah, tercepat termurah, dan paling sederhana yang dapat mendeteksi secara dini kanker payudara (Nisman, 2011). Pemeriksaan klinis oleh petugas kesehatan terlatih sebaiknya dilakukan pada perempuan berusia 30-50 tahun setiap tiga tahun sekali, kecuali bagi mereka yang memiliki faktor risiko, pemeriksaan mammografi dilakukan setahun sekali setelah berusia di atas 40 tahun dan dilakukan USG satu tahun sekali dibawah 40 tahun (Depkes, 2009). Perempuan yang melakukan SADARI secara rutin akan menemukan penyakit payudara lebih dini, dan kematian akibat kanker payudara dapat dihindari dengan diagnosis dan pengobatan sedini mungkin (Benson, 2008). Pemeriksaan payudara yang dilakukan sendiri dengan belajar melihat dan memeriksa
perubahan
payudaranya
sendiri
setiap
bulan.
Melalui
pemeriksaan secara teratur akan diketahui adanya benjolan atau masalah lain sejak dini walaupun masih berukuran kecil sehingga lebih efektif untuk diobati. SADARI dilakukan pada hari ke 7-10 yang dihitung sejak hari pertama mulai haid (saat payudara sudah tidak mengeras dan nyeri) atau
20
bagi yang telah menopause pemeriksaan dilakukan dengan memilih tanggal yang sama setiap bulannya (misalnya setiap tanggal 1 atau tanggal lahirnya). Pemeriksaan ini dilakukan dengan menggunakan jari telunjuk, jari tengah dan jari manis yang digerakkan secara bersamaan pada payudara yang sedang dilakukan pemeriksaan (Depkes, 2009). 2. Langkah-langkah SADARI Ada 7 (tujuh) langkah dalam melakukan SADARI menurut Depkes (2009), yaitu: 1. Perhatikan kedua payudara. Berdirilah di depan cermin dengan tangan di sisi tubuh dan lihat apakah ada perubahan pada payudara. Lihat perubahan dalam hal ukuran, bentuk atau warna kulit, atau jika ada kerutan, lekukan seperti lesung pipi pada kulit. 2. Perhatikan kembali kedua payudara sambil mengangkat kedua tangan di atas kepala, dilanjutkan dengan meletakkan kedua tangan di pinggang sambil menekan agar otot dada berkontraksi. Bungkukkan badan untuk melihat apakah kedua payudara menggantung seimbang. 3. Tekan masing-masing puting dengan ibu jari dan jari telunjuk secara lembut untuk melihat apakah ada cairan yang keluar. 4. Lakukan perabaan payudara. Pemeriksaan ini dapat dilakukan sambil berdiri atau berbaring. Jika memeriksa payudara sambil berbaring, diletakkan sebuah bantal di bawah pundak sisi payudara yang akan diperiksa. 5. Angkat lengan kiri ke atas kepala. Gunakan tangan kanan untuk menekan payudara kiri dengan ketiga jari tengah (telunjuk, tengah, dan
21
manis). Mulailah dari daerah putting susu dan gerakkan ketiga jari tersebut dengan gerakan memutar keluar di seluruh permukaan payudara. 6. Rasakan apakah terdapat benjolan atau penebalan. Pastikan untuk memeriksa daerah yang berada di antara payudara, di bawah lengan dan di bawah tulang selangka. 7. Angkat lengan kanan ke atas kepala dan ulangi pemeriksaan untuk payudara sebelah kanan dengan menggunakan tangan kiri. Pemeriksaan ini akan membantu untuk mengetahui lebih awal apabila ada kelainan pada payudara yaitu dengan menggunakan teknik yang sama setiap bulannya.
1
2
4
3
5
6
Bagan 2.1 Langkah-langkah Melakukan SADARI (Depkes, 2009)
22
3. Tanda-tanda SADARI yang harus diwaspadai Tanda-tanda yang harus diwaspadai saat dilakukan SADARI antara lain adalah penambahan ukuran atau besar yang tak biasa pada payudara; salah satu payudara menggantung lebih rendah dari biasanya; Lekukan seperti lesung pipi pada kulit payudara; cekungan atau lipatan pada puting; perubahan penampilan puting payudara; keluar cairan seperti susu atau darah dari salah satu putting; adanya benjolan pada payudara; pembesaran kelenjar getah bening pada lipat ketiak atau leher; pembengkakan pada lengan bagian atas (Depkes, 2009).
D. Health Promotion Model Health Promotion Model (HPM) adalah teori yang dicetuskan oleh Pender (1982) yang merupakan seorang professor keperawatan di Universitas Michigan (Health Promotion Model, 2014). HPM merupakan konsep model yang berdasarkan upaya pada pemberdayakan terhadap kemampuan individu atau keluarga untuk meningkatkan derajat kesehatannya (Tomey & Alligood, 2006). HPM menunjukkan bahwa kesehatan yang baik adalah bukan tidak adanya keluhan atau penyakit, lebih daripada itu. Kesehatan yang baik berarti keadaan sejahtera secara umum dan holistik, perilaku sehat individu dan keseimbangan, dan pencapaian dalam hidup. Teori ini melihat langkah-langkah di mana seseorang dapat mencapai kesehatan yang lebih baik atau kesehatan yang ideal. Untuk mencapainya, teori ini mempertimbangkan karakteristik dan pengalaman individu (Health Promotion Model, 2014).
23
Teori HPM ini mirip dengan teori Health Belief Model (HBM) (Becker, 1974 dalam Tomey & Alligood, 2006)
tetapi tidak terbatas menjelaskan
perilaku pencegahan penyakit. Perbedaan HPM dengan teori HBM yaitu dalam HPM tidak terkandung rasa takut atau ancaman sebagai sumber motivasi untuk perilaku kesehatan. Hal ini dikarenakan HPM meliputi perilaku untuk meningkatkan kesehatan dan dapat diterapkan sepanjang rentang hidup manusia (Pender, 1996; Pender et al., 2002 dalam Tomey & Alligood, 2006). Perbedaan lainnya yaitu pada HBM memberikan tekanan pada kerentanan terhadap penyakit dan kemungkinan tindakan pencegahan, sementara HPM memberikan tekanan atau berfokus pada potensi kesehatan dan kemungkinan perilaku yang mempromosikan kesehatan (Bastable, 2004). Faktor-faktor yang terlibat dalam HPM ini adalah gaya hidup individu, cara berpikir, kesehatan psikologi (motivasi diri, status kesehatan, harga diri), aspek sosial dan kultural (Suku, etnis, pendidikan, dan status ekonomi), tingkat pengetahuan, pengalaman masa lampau, persepsi individu, faktor biologis (usia, jenis kelamin), dan faktor interpersonal (keluarga, kelompok sebaya, pemberi pelayanan kesehatan) (Health Promotion Model, 2014; Bastable, 2004). Asumsi utama dari Model Promosi Kesehatan menurut Pender (1982) dalam Tomey (2006), yaitu: 1.
Manusia berusaha untuk menciptakan kondisi agar tetap hidup dimana mereka mengekspresikan keunikannya
2.
Manusia memiliki kapasitas untuk merefleksikan kesadaran diri, termasuk mengkaji kompetensi yang mereka punya
24
3.
Manusia menilai perkembangan sebagai suatu nilai yang positif dan berusaha untuk mencapai keseimbangan antara perubahan dan stabilitas
4.
Setiap individu berusaha untuk secara aktif mengatur perilaku mereka sendiri
5.
Individu dalam semua kompleksitas biopsikososial berinteraksi dengan lingkungan, mengubah lingkungan dan terus menerus berubah dari waktu ke waktu
6.
Profesional kesehatan merupakan bagian dari lingkungan yang interpersonal yang berpengaruh terhadap manusia sepanjang hidupnya
7.
Rekonfigurasi diri dimulai dari pola interaksi dengan lingkungan adalah penting untuk perubahan perilaku
E. Pendidikan Kesehatan 1.
Pengertian Pendidikan Kesehatan Pendidikan
merupakan
upaya
yang
direncanakan
untuk
mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan (Fitriani, 2011). Pendidikan kesehatan sebagai sekumpulan pengalaman yang mendukung kebiasaan, sikap, dan pengetahuan yang berhubungan dengan kesatuan individu, masyarakat, dan ras (Wood, 1926 dalam Mubarak, 2007). Pendidikan kesehatan memiliki tujuan yang sama dengan proses pembelajaran yaitu terjadinya perubahan perilaku yang dipengaruhi banyak faktor diantaranya adalah sasaran pendidikan, pelaku pendidikan, proses
25
pendidikan, dan perubahan yang diharapkan. Perubahan perilaku seseorang yang tampak sesungguhnya hanya refleksi dari perubahan internalisasi persepsi dirinya terhadap sesuatu sedang diamati dan dipikirkannya (Setiawati, 2008). Benyamin Bloom (1908) dalam Notoatmodjo (2005) membagi perilaku ke dalam tiga domain yaitu domain kognitif (cognitive domain), domain sikap (affective domain), dan domain psikomotor (psychomotor domain). 1. Kognitif (cognitive domain) Kognitif (pengetahuan) adalah merupakan hasil “tahu”, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior) (Fitriani, 2011). Sebelum individu mengadopsi perilaku baru, di dalam diri individu tersebut terjadi proses yang berurutan, yaitu: kesadaran (awareness), individu tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu; merasa tertarik (interest), yaitu mulai merasa tertarik kepada stimulus; evaluasi (evaluation), menimbang-nimbang terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya; mencoba (trial), individu mulai mencoba melakukan sesuatu dengan apa yang dikehendaki stimulus; adopsi (adoption), individu telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikap terhadap stimulus (Fitriani, 2011; Mubarak, 2007). Perilaku yang didasari pengetahuan umumnya bersifat langgeng (long lasting). Sedangkan perilaku yang tidak didasari pengetahuan dan kesadaran tidak akan
26
berlangsung lama (Notoatmodjo, 2005). Pengetahuan akan memberikan penguatan terhadap individu dalam setiap mengambil keputusan dan dalam berperilaku (Setiawati, 2008). 2. Sikap (affective) Sikap (affective) merupakan sebuah
reaksi atau respons
seseorang terhadap suatu stimulusatau objek. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, tetapi merupakan predisposisi tindakan atau perilaku (Mubarak, 2007). Allport (1954) dalam Mubarak (2007) menjelaskan bahwa sikap mempunyai 3 komponen utama, yaitu kepercayaan atau keyakinan, ide dan konsep terhadap suatu objek; kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suattu objek; kecenderungan untuk bertindak (trend to behave). Ketiga komponen tersebut membentuk sikap yang utuh (total attitude). 3. Praktik atau tindakan (psychomotor) Sebuah sikap tidak akan terwujud secara otomatis dalam suatu tindakan (overt behavior). Demi terwujudnya sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung, antara lain adalah fasilitas. Di samping itu, diperlukan juga dukungan atau support dari berbagai pihak, misalnya guru, ayah, ibu, kakak, adik, teman, dan lainlain (Mubarak, 2007).
2.
Tujuan Pendidikan Kesehatan Tujuan dari pendidikan kesehatan menurut Manurung (2006) adalah (1) untuk meningkatkan pengetahuan, (2) mengubah atau memperbaiki
27
perasaan dengan tindakan yang dapat dilakukan yaitu bermain peran, pengalaman langsung, diskusi, memberikan contoh atau model, dan (3) meningkatkan keterampilan dengan kegiatan seperti mendemonstrasikan, bermain peran, simulasi, dan latihan kerja. Sedangkan menurut Nursalam (2008) tujuan dari pendidikan kesehatan adalah terjadinya perubahan pengetahuan, sikap dan tingkah laku individu, keluarga, kelompok khusus, dan masyarakat dalam membina serta memelihara perilaku hidup sehat serta berperan aktif dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. 3. Sasaran Pendidikan Kesehatan Sasaran pendidikan kesehatan dibagi dalam tiga (3) kelompok sasaran, yaitu sasaran primer (primary target), sasaran langsung pada masyarakat segala upaya pendidikan atau promosi kesehatan; sasaran sekunder (secondary target), sasaran para tokoh masyarakat adat, diharapkan kelompok ini akan memberikan pendidikan kesehatan pada masyarakat disekitarnya; sasaran tersier (tersiery target), sasaran pada pembuat keputusan atau penentu kebijakan baik ditingkat pusat maupun daerah, diharapkan dengan keputusan dari kelompok ini akan berdampak kepada perilaku kelompok sasaran sekunder yang kemudian pada kelompok primer (Mubarak, 2007). 4. Metode Pendidikan Kesehatan Metode adalah prosedur penerapan seperangkat petunjuk untuk menghadapi situasi problematis. Metode pendidikan kesehatanmerupakan prosedur penerapan seperangkat petunjuk untuk menghadapi situasi problematis dalam bidang kesehatan. Pemilihan metode pendidikan
28
kesehatan bergantung pada beberapa faktor, yaitu: karakteristik sasaran atau partisipan (jumlah, status sosial ekonomi, umur, jenis kelamin); waktu dan tempat yang tersedia; serta tujuan spesifik yang ingin dicapai dengan pendidikan kesehatan tersebut (perubahan pengetahuan, sikap, atau praktik partisipan) (Nursalam dan Efendi, 2008). Notoatmodjo (1993) dan WHO (1992) dalam Maulana (2009) dan mengungkapkan bahwa metode pendidikan kesehatan dikelompokkan menjadi tiga (3) metode, yaitu: a. Metode Pendidikan Individual Bentuk dari metode ini dibagi menjadi dua (2), yaitu: 1) Bimbingan atau konseling Beberapa keuntungan yang dapat diperoleh melalui bimbingan atau konseling diantaranya adalah mampu mendapatkan data yang lebh spesifik dan kontak antara klien dengan petugas lebih intensif (Fitriani, 2011; Maulana, 2009). 2) Interview atau wawancara Wawancara
merupakan
bagian
dari
bimbingan
dan
penyuluhan. Menggali informasi mengapa ia tidak atau belum menerima perubahan, apakah tertarik atau tidak terhadap perubahan dan untuk mengetahui apakah perilaku yang sudah atau belum diadopsi memiliki dasar pengertian dan kesadaran yang kuat (Fitriani, 2011).
29
b. Metode Pendidikan Kelompok Masyarakat Metode pendidikan kelompok harus memperhatikan apakah kelompok itu besar atau kecil, karena metodenya akan lain (Fitriani, 2011). Ada dua (2) kelompok yaitu kelompok kecil dan kelompok besar. Kelompok besar dapat menggunakan metode, yaitu: 1) Ceramah Ceramah adalah pidato yang disampaikan oleh seorang pembicara di depan sekelompok pengunjung atau pendengar (Maulana, 2009). Metode ceramah dapat dikatakan satu-satunya metode yang paling efektif dalam mengatasi kelangkaan literatur atau rujukan yang sesuai dengan jangkauan daya beli serta daya paham peserta didik (Simamora, 2009). Metode ini merupakan metode yang paling sering digunakan karena metode ini baik untuk sasaran yang berpendidikan tinggi maupun rendah (Notoatmodjo, 2007). Hasil penelitian Nasrul (2002) dalam Darmiastuty (2004) menyatakan bahwa metode ceramah tanya jawab lebih efektif bila dibandingkan dengan pemberian brosur dalam komunikasi persuasif. Ceramah tanya jawab juga menguntungkan bila dipergunakan untuk memperkenalkan memberikan
gambaran,
sehingga
suatu subyek dengan menuntun
orang
untuk
mengambil suatu tindakan, disamping itu juga menimbulkan sikap kritis pada pendengar, bersifat informatif secara relatif dapat menghemat waktu karena sebagian besar mesyarakat atau
30
pendengar dapat dipahamkan pada suatu waktu (Darmiastuty, 2004). Kesuksesan
metode
ceramah
sangat
ditentukan
oleh
kemampuan guru menguasai suasana kelas, cara berbicara dan sistematika
pembicaraan,
jumlah
materi
yang
disajikan,
kemampuan memberi ilustrasi, jumlah subjek yang mendengarkan, dan lain-lain (Danim, 2010). Keuntungan metode ceramah, yaitu: 1) mudah digunakan; 2) dapat menyampaikan informasi; 3) mempengaruhi pendapat; 4) merangsang pikiran dan kritik; dan 5) dapat dikombinasi dialog antara pemberi ceramah dan audiens (Emilia, 2008). 2) Seminar Seminar adalah suatu penyajian (presentasi) dari satu ahli atau beberapa ahli tentang suatu topik yang dianggap penting dan biasanya dianggap hangat di masyarakat (Fitriani, 2011). Metode untuk kelompok kecil, antara lain (Fitriani, 2011; Notoatmodjo, 2007): 1) Diskusi kelompok Diskusi merupakan metode yang berfokus pada peserta (student centered method) (Mubarak, 2007). Diskusi kelompok merupakan pembahasan suatu topik dengan cara tukar pikiran antara dua orang atau lebih, dalam kelompok-kelompok kecil, yang direncanakan untuk mencapai tujuan tertentu (Fitriani, 2011). 2) Mengemukakan pendapat (brain storming)
31
Curah pendapat merupakan suatu bentuk diskusi dalam rangka menghimpun gagasan, pendapat, informasi, pengetahuan, pengalaman, dari semua peserta (Fitriani, 2011). 3) Bola salju (snow balling) Teknik bola salju (snow balling) dimulai dengan memasangmasangkan sasaran. Satu pasangan terdiri atas dua sasaran. Masingmasing pasangan diberi topik yang sama satu sama lain. Kemudian dilontarkan satu permasalahan, setelah berdiskusi pasangan tersebut bergabung menjadi satu. Mereka tetap mendiskusi masalah yang sama. Kemudian, tiap 2 pasang yang sudah beranggotakan 4 orang ini bergabung lagi dengan pasangan lainnya dan demikian seterusnya akhirnya terjadi diskusi seluruh kelas (Fitriani, 2011; Efendi, 2009). 4) Kelompok kecil (Buzz group) Sasaran langsung dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil (buzz group) yang kemudian diberikan sebuah permasalahan. Permasalahan yang diberikan bisa sama atau berbeda antar kelompok. Setiap kelompok mendiskusikan permasalahan tersebut dan kemudian dicari kesimpulannya (Efendi, 2009; Fitriani, 2011). Biasanya sesi buzz memerlukan waktu 10-20 menit tergantung pada topik yang dibicarakan (Suprijanto,2008). 5) Bermain peran (role play) Role play adalah permainan sebuah situasi dalam hidup manusia dengan atau tanpa melakukan latihan sebelumnya
32
(Maulana, 2009). Pada prinsipnya, role play merupakan metode untuk „menghadirkan‟ peran-peran yang ada dalam dunia nyata ke dalam satu „pertunjukkan peran‟ di dalam kelas pertemuan, yang kemudian dijadikan sebagai bahan refleksi agar peserta memberikan penilaian (Fitriani, 2011). 6) Demonstrasi Metode demonstrasi adalah bentuk metode praktik yang sifatnya untuk mengembangkan keterampilan peserta belajar (keterampilan mental maupun fisik atau teknis). Metode ini memindahkan suatu kondisi yang nyata ke dalam kegiatan atau ruang belajar karena adanya kesulitan untuk melakukan praktik di dalam situasi yang sesungguhnya (Fitriani, 2011). Demonstrasi merupakan salah satu metode promosi kesehatan yang sesuai pada tahap perkembangan remaja (Efendi, 2009). Sanjaya (2009) mengemukakan bahwa metode demonstrasi adalah
metode
penyajian
pelajaran
atau
materi
dengan
memperagakan dan mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu baik benda sebenarnya maupun hanya tiruan dan tidak terlepas dari penjelasan secara lisan oleh pendidik. Penelitian yang dilakukan oleh Wardani (2011) di Surakarta menunjukkan bahwa prestasi belajar dengan penerapan metode demonstrasi lebih baik jika dibandingkan dengan penerapan metode ceramah.
33
Demonstrasi bisa menstimulasi pembelajaran mengenai 1) kompetisi; 2) kerjasama; 3) empati; 4) sistem sosial; 5) konsep; 6) skill; 7) kemanjuran; 8) menjalani hukuman; 9) peran kesempatan atau peluang; 10) kemampuan untuk berpikir kritis (menguji strategi alternatif dan mengantisipasi hal-hal lain) dan membuat keputusan (Nesbitt, 1971 dalam Joyce, 2009). c. Pendidikan Massa Metode pendidikan massa dilakukan untuk mengonsumsikan pesanpesan kesehatan yang ditujukan untuk masyarakat. Pesan yang disampaikan harus dirancang agar dapat diterima oleh massa karena sasaran pendidikan bersifat umum, dalam arti tidak membeda-bedakan golongan, umur, jenis kelamin, pekerjaan, status sosial ekonomi, dan tingkat pendidikan (Maulana, 2009).
Bagan 2.2 Kerucut Edgar Dale (Edgar Dale, 1964 dalam Nursalam dan Efendi, 2008)
34
Kerucut Dale (1964) menggambarkan kemampuan partisipan untuk mengingat kembali pesan-pesan atau materi dalam pendidikan kesehatan menurut teknik dan medianya. Teori ini menyatakan bahwa dalam dua minggu setelah partisipan melakukannya, maka partisipan akan dapat melakukan hal-hal seperti: membaca (leaflet, slide, booklet, dan sejenisnya, maka ia akan mengingat 10% dari materi yang dibacanya; mendengar (tape atau pembicaraan orang lain), maka ia akan mengingat 20% dari apa yang didengarnya; melihat (bagan, foto, dan grafik), maka ia akan mengingat 30% dari apa yang dilihatnya; mendengar dan melihat (melihat demonstrasi, film, dan video), maka ia akan mengingat 50% dari apa yang didengar dan dilihatnya; mengucapkan sendiri kata-katanya (media wayang, script, dan drama), maka ia akan mengingat 70% dari apa yang diucapkannya; dan mengucapkan sambil mengerjakan sendiri suatu materi pendidikan kesehatan (biasanya menggunakan media yang mirip dengan objek yang sebenarnya dan melalui pengalaman yang nyata), maka ia akan mengingat 90% dari materi tersebut (Nursalam dan Efendi, 2008). 5. Media Pendidikan Kesehatan Media adalah alat bantu yang digunakan oleh pendidik dalam menyampaikan bahan pendidikan atau pengajaran, semakin banyak pancaindera yang digunakan maka akan semakin banyak dan semakin jelas pula pengertian atau pengetahuan yang diperoleh (Maulana, 2009; Fitriani, 2011). Nursalam (2008) menyatakan bahwa ada beberapa media pendidikan kesehatan, antara lain:
35
a. Media cetak seperti booklet, leaflet, selebaran (flyer), lembar balik (flip chart), poster surat kabar (newspaper), tabloid, jurnal, majalah, dan foto atua gambar. Booklet ialah suatu media untuk menyampaikan pesanpesan kesehatan dalam bentuk buku. Leaflet adalah selembar kertas yang berisi tulisan cetak tentang sesuatu masalah khusus untuk sasaran yang dapat membaca. Leaflet terdiri dari 200-400 kata dan berseling dengan gambar. Flyer adalah seperti leaflet tetapi tidak dalam bentuk lipatan. Flip chart merupakan media penyampaian pesan atau informasi kesehatan dalam bentuk lembar balik. Poster ialah suatu bentuk media cetak yang memuat pesan atau informasi kesehatan dan biasanya di tempel di dinding, tempat umum, atau di kendaraan umum (Fitriani, 2011; Nursalam, 2008). b. Media elektronik antara lain televisi, radio, video, filmstrip, dan slide (power point). Televisi adalah media yang dapat menampilkan pesan secara audiovisual dan gerak. Radio ialah media audio yang penyampaian pesannya dilakukan melalui pancaran gelombang elektromagnetik dari suatu pemancar. Filmstrip adalah media visual proyeksi diam, yang pada dasarnya hampir sama dengan media slide (Hassan, 2010). Power point merupakan salah satu media untuk menyampaikan presentasi. Powerpoint dapat sebagai bagian dari keseluruhan
presentasi
maupun
menjadi
satu-satunya
sarana
penyampaian informasi, dapat pula sebagai pendukung presentasi, misalnya adalah power point sebagai alat bantu visual dalam presentasi oral (Isroi, 2005).
36
c. Benda asli atau benda tiruan. Benda asli yaitu benda yang sesungguhnya baik hidup maupun mati. Sedangkan benda tiruan yaitu benda yang menyerupai benda asli. Benda tiruan bisa digunakan sebagai media alat peraga dalam pendidikan kesehatan (Depkes, 2004). Alat peraga, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Anindityas (2012) di SMPN 3 Kandangan Semarang menunjukkan hasil bahwa penggunaan alat peraga (benda tiruan) dapat mengoptimalkan kualitas belajar siswa. 6. Tahapan Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan Manurung (2009) membagi tahapan pelaksanaan pendidikan kesehatan menjadi beberapa tahapan, yaitu: a.
Mengidentifikasi karakteristik peserta didik yang terdiri dari usia, jenis kelamin, pendidikan, pengalaman dan pengetahuan tentang kesehatan, bahasa dan budaya, masalah kesehatan, dan tingkat kemampuan untuk menerima serta kebutuhan peserta didik. Hal ini bertujuan untuk menentukan metode, materi dan media yang cocok yang akan di berikan (Nursalam, 2008).
b.
Menentukan tujuan dari pendidikan kesehatan yang terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus.
c. Membuat perencanaan isi, metode, dan teknik pendidikan kesehatan agara dapat tercapai tujuan umum dan tujuan khusus yang telah direncanakan. d. Membuat rencana metode evaluasi yang sesuai untuk mengetahui tingkat keberhasilan pendidikan kesehatan.
37
e. Mengevaluasi proses dan hasil dari pendidikan kesehatan.
F. Pengetahuan Pengetahuan yang dimiliki oleh manusia adakalanya berasal dari pengalaman dan dari pikiran. Pengetahuan yang bersumber dari pengalaman meliputi semua hal yang dialami baik oleh panca indera, intuisi, atau kata hati. Sedangkan, pengetahuan yang berasal dari pikiran yaitu pengetahuan yang diperoleh melalui proses penalaran (Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP UPI, 2007). Pengetahuan mempunyai 6 (enam) tingkatan. Pertama, tahu (know), diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, mengingat kembali termasuk (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan atau rangsangan yang telah diterima. Cara untuk mengetahui bahwa seseorang dianggap tahu tentang apa yang dipelajari adalah mampu menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, dan mendatakan materi yang telah dipelajari. Kedua, memahami (comprehension), yaitu suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara
benar
tentang
objek
yang
diketahui
dan
dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Seseorang dapat dianggap telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan terhadap materi yang telah dipelajari. Ketiga, aplikasi (application), adalah sebuah kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi nyata. Aplikasi yang dimaksud adalah sebagai penggunaan hukum-hukum, rumus, prinsip, prosedur, dan sebagainya dalam konteks lain.
38
Keempat, analisis (analysis), merupakan suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya. Kelima, sintesis (synthesis), menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Misalnya, dapat menyusun, merencanakan dan dapat meringkas, dan menyesuaikan terhadap suatu teori yang telah ada.
Keenam, evaluasi (evaluation), evaluasi berkaitan dengan
kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek (Fitriani, 2011; Mubarak, 2007; Notoatmodjo, 2007). Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan antara lain (Notoatmodjo, 2005 dan Mubarak, 2007). 1. Pendidikan Pendidikan adalah suatu kegiatan atau proses pembelajaran untuk mengembangkan atau meningkatkan kemampuan tertentu sehingga sasaran pendidikan itu dapat berdiri sendiri. Pendidikan formal maupun pendidikan non formal, sistema pendidikan berjenjang diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan melalui pola tertentu (Notoatmodjo, 2005). 2. Usia Usia individu berkaitan erat dengan pengetahuan individu. Semakin bertambah usia seseorang maka akan semakin berkembang pula daya tangkap
39
dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik (Notoatmodjo, 2007). 3. Minat dan kreativitas Minat sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap sesuatu objek atau dalam melakukan suatu kegiatan (perbuatan), yang didasari oleh rasa tertarik, senang, yang muncul dalam diri bukan tekanan dari luar (Notoatmodjo, 2005). Adanya perasaan tertarik dan perasaansenang menimbulkan adanya minat, maka minat ini merupakan kondisi psikologis yang dapat mendorong (memotivasi) munculnya kreativitas. Hurlock (1978) dalam Mataro (2012) menyatakan bahwa ada delapan pengertian menurut para ahli yang populer. Pertama, menekankan kreativitas sebagai pembuatan sesuatu yang baru dan berbeda. Kedua, kretaivitass dipandang sebagai kreasi sesuatu yang baru dan orisinal. Ketiga, kreativitas mempunyai anggapan bahwa apa saja yang diciptakan selalu baru dan berbeda dari yang telah ada dan oleh karenanya unik. Keempat, memandang kreativitas sebagai proses mental yang unik, yang dilakukan semata-mata untuk menghasilkan sesuatu yang baru, berbeda, dan orisinal. Kelima, kreativitas sering dianggap sama dengan kecerdasan yang tinggi. Keenam, ada anggapan bahwa kreativitas adalah suatu yang diperoleh atau diwariskan. Ketujuh, kreativitas selalu dianggap sinonim dengan imajinasi dan fantasi. Kedelapan, kreativitas adalah pencipta, bukan penurut. 4. Pengalaman Pengalaman adalah suatu kejadian yang dialami seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Teori determinan menganalisa yang
40
menyebabkan seseorang berperilaku tertentu karena adanya pemikiran dan perasaan dalam diri seseorang yang terbentuk dalam pengetahuan, persepsi, sikap, kepercayaan, seseorang terhadap objek tersebut, dimana seseorang mendapatkan pengetahuan baik dari pengalaman pribadi maupun pengalaman orang lain (Notoatmodjo, 2005). Chandra (2009) dalam penelitiannya menyatakan bahwa tingkat pengetahuan seseorang mengenai SADARI tidak sepenuhnya dipengaruhi oleh status perkawinan seseorang, namun lebih dipengaruhi oleh paparan informasi yang diperolehnya. 5. Kebudayaan lingkungan sekitar Lingkungan sosial budaya yang mempengaruhi pengetahuan seseorang dapat bersumber dari pandangan agama, kelompok etnis yang mempengaruhi proses memperoleh informasi atau pengetahuan khususnya dalam penerapan nilai-nilai keagamaan. Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap seseorang (Notoatmodjo, 2005). 6. Informasi Informasi yang didapatkan dari media massa mempengaruhi fungsi kognitif dan afektif. Fungsi kognitif diantaranya berfungsi untuk menciptakan atau menghilangkan ambiguitas, pembentukan sikap, perluasan sistem, keyakinan masyarakat dan penegasan atau penjelasan nilai-nilai tertentu (Notoatmodjo, 2005).
41
G. Ingatan (memory) Ingatan (memory) merupakan penyimpanan informasi sepanjang waktu. Ingatan adalah pusat bagi kehidupan mental dan pemrosesan informasi. Remaja perlu menyimpan informasi dan mengeluarkan kemabli informasi yang disimpannya agar berhasil belajar dan menalar. Dua sistem ingatan ini ialah ingatan jangka pendek dan ingatan jangka panjang (Santrock, 2004). Ingatan jangka pendek (short-term memory) adalah sistem ingatan berkapasitas terbatas, tempat informasi disimpan selama 30 detik, kecuali bila informasi tersebut diulang lagi, sehingga dapat disimpan lebih lama (Santrock, 2003; Djiwandono, 2006). Ingatan jangka panjang (long-term memory) adalah sistem ingatan yang relatif menetap, tempat menyimpan sejumlah besar informasi untuk jangka waktu lama (Santrock, 2004). Cara yang biasa dilakukan untuk menilai ingatan jangka pendek adalah dengan memberi sederetan hal untuk diingat, yang sering disebut sebagai tugas rentang ingatan (Fitzgerald, 1991, dalam Santrock, 2004). Ingatan jangka panjang meningkat amat tajam selama masa kanak-kanak tengah dan akhir, dan cenderung terus meningkan selama masa remaja, meskipun hal ini tidak tercatat dengan baik oleh para peneliti (Santrock, 2004). Hal yang paling diketahui mengenai ingatan jangka panjang ini adalah bahwa hal ini tergantung pada kegiatan belajar yang dilakukan ketika mempelajari dan mengingat informasi (Siegler, 1988 dalam Santrock, 2004).
42
H. Kerangka Teori
Remaja
A. Faktor Demografi (Usia, jenis kelamin) B. Faktor Psikologi (Kesadaran diri, motivasi diri, kompetensi personal) C. Faktor Sosiokultural (Ras, budaya, pendidikan, status sosial dan ekonomi) D. Faktor Interpersonal (Keluarga, kelompok sebaya, pemberi pengaruh pelayanan kesehatan)
Pendidikan Kesehatan 1. Metode a. Wawancara b. Ceramah c. Seminar d. Role play e. Diskusi Kelompok f. Simulasi (demonstrasi) g. Dll. 2. Media a. Booklet b. Leaflet c. Poster d. Video e. Power Point f. Phantom (alat peraga) g. Dll.
Pengetahuan Remaja mengenai Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)
Bagan 2.3 Kerangka Teori dimodifikasi dari teori Health Promotion Model (Pender, 1982 dalam Tomey & Alligood, 2006) dan Notoatmodjo (2007)
BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, DAN HIPOTESIS
A.
Kerangka Konsep Kerangka konsep adalah kerangka hubungan antara konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan. Pembuatan kerangka konsep akan semakin memperjelas keberadaan variabel-variabel yang akan diteliti, hubungan dan keterkaitan di dalamnya (Wasis, 2008). Kerangka ini didapatkan dari konsep ilmu atau teori yang dipakai sebagai landasan penelitian yang didapatkan di bab tinjauan pustaka atau dengan kata lain kerangka konsep merupakan ringkasan dari tinjauan pustaka yang dihubungkan dengan garis sesuai variabel yang diteliti (Setiadi, 2007). Berdasarkan tinjauan pustaka, pendidikan kesehatan diharapkan mampu menambah pengetahuan remaja putri mengenai Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) sehingga dapat menjadi salah satu upaya pencegahan kanker payudara. Kerangka konsep pada penelitian ini adalah sebagai berikut: Input
Intervensi
Output
Pengetahuan remaja putri mengenai SADARI
Pendidikan kesehatan
Perbedaan nilai pengetahuan remaja putri mengenai SADARI
Bagan 3.1 Kerangka Konsep Penelitian
43
44
Keterangan: : Variabel yang diteliti : Berpengaruh
B.
Definisi Operasional Definisi operasional merupakan penjelasan semua variabel dan istilah yang akan digunakan dalam penelitian secara oprasional sehingga akhirnya mempermudah pembaca dalam mengartikan makna penelitian (Setiadi, 2007). Definisi dari operasional menjadikan konsep yang masih bersifat abstrak menjadi operasional yang memudahkan pengukuran variabel tersebut (Wasis, 2008). Tabel 3.1 Definisi Operasional
No
Variabel
Definisi
1
Pengetahuan remaja putri mengenai Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)
Pengetahuan yang diukur berdasarkan kognitif remaja putri kelas VII dan VIII tentang SADARI
Cara Pengukuran Menggunakan skala Gutmann. Jika jawaban “Ya” bernilai 1, jawaban “Tidak” bernilai 0
Alat Ukur
Hasil Ukur
Kuesioner II & III
Data numerik
C. Hipotesis Hipotesis adalah jawaban sementara atas pertanyaan atau masalah penelitian atau penjelasan sementara untuk menerangkan fenomena yang diamati atau suatu pertanyaan tentang hubungan yang diharapkan terjadi antara dua variabel atau lebih yang memungkinkan untuk dibuktikan secara
Skala Ukur Interval
45
empirik atau perlu diuji kebenaran atas jawaban pertanyaan tersebut (Budiharto, 2008). Hipotesis pada penelitian ini adalah terdapat perbedaan nilai pengetahuan remaja putri di SMPN 3 Tangerang Selatan mengenai SADARI sebelum dan sesudah pendidikan kesehatan.
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian Desain penelitian adalah rancangan penelitian yang disusun sedemikian rupa sehingga dapat menuntun peneliti untuk dapat memperoleh jawaban terhadap pertanyaan penelitian (Sastroasmoro & Ismail, 2011). Penelitian ini menggunakan metode pre experimental design dengan one group pre-test post-test design. Penelitian pre-experimental design merupakan salah satu bentuk penelitian eksperimen yang memanipulasi independent variable, pemilihan subjek penelitian ini dilakukan secara non-random, dan tidak memiliki control group atau comparison group (Carmen, 2010 dalam Swarjana, 2012). O1
X
Pre-test
Intervensi
O2 Post-test
Bagan 4.1 Desain Penelitian Keterangan: O1
: Mengukur tingkat pengetahuan responden sebelum diberikan pendidikan kesehatan
X
: Memberikan intervensi berupa pendidikan kesehatan kepada responden O1
O2
: Mengukur kembali tingkat pengetahuan responden setelah diberikan pendidikan kesehatan
46
47
B. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMPN 3 Tangerang Selatan pada bulan Juni 2014.
C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi adalah kumpulan dari individu atau objek atau fenomena yang secara potensial dapat diukur sebagai bagian dari penelitian (Mazhindu dan Scott, 2005 dalam Swarjana, 2012). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswi kelas VII dan VIII SMPN 3 Tangerang Selatan. Siswi yang hadir, bersedia jadi responden, sehat fisik dan mental merupakan kriteria inklusi. Adapun kriteria eksklusi dari penelitian ini adalah siswi yang tidak hadir, tidak bersedia menjadi responden dan sakit fisik maupun mental. Jumlah populasi siswi di sekolah ini sebanyak 478 siswi. 2.
Sampel Sampel adalah bagian dari populasi, yang diambil dengan menggunakan cara-cara tertentu (Wasis, 2008). Sampel dalam penelitian ini berjumlah 33 orang yang merupakan siswi kelas VII dan VIII bilingual SMPN 3 Tangerang Selatan.
D. Teknik Pengambilan Sampel Teknik pengambilan sampel (teknik sampling) adalah cara untuk menentukan sampel. Sampel yang representatif dapat diperoleh dengan dua
48
teknik sampling yang berbeda (Warsis, 2008). Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah consecutive sampling. Consecutive sampling dilakukan dengan memilih sampel yang memenuhi kriteria penelitian sampai kurun waktu tertentu sehingga jumlah sampel terpenuhi (Hidayat, 2008). Jenis sampling ini merupakan jenis nonprobability sampling yang terbaik dan cara yang agak mudah (Nursalam, 2008). Peneliti mempertimbangkan serta menyesuaikan dengan waktu atau jadwal siswi yang sedang mengadakan pekan remedial. Pada penelitian ini, peneliti mengambil sampel siswi kelas VII dan VIII bilingual. Teknik pengukuran besar sampel menggunakan rumus uji hipotesis data kontinyu:
n= Keterangan : n
= besar sampel minimum = nilai distribusi normal baku pada α tertentu = nilai distribusi normal baku pada β tertentu = harga varians di populasi =perkiraan selisih mean yang diteliti dengan mean di populasi
Berdasarkan rumus diatas dengan α= 0,05 diperoleh jumlah sampel sebanyak 33 orang. Sampel ini terdiri dari 14 orang siswi kelas VII dan 19 orang siswi kelas VIII.
49
E.
Instrumen Penelitian Jenis instrumen yang digunakan adalah kuesioner. Kuesioner adalah daftar pertanyaan yang telah disusun untuk memperoleh data sesuai yang diinginkan (Warsis, 2008). Kuesioner dibagi menjadi tiga bagian, bagian I berisi pertanyaan mengenai data demografi responden yang terdiri dari identitas responden, dan sumber informasi. Bagian II memuat pertanyaan mengenai pengetahuan responden tentang SADARI, dan kuesioner bagian III memuat praktik atau langkah-langkah SADARI serta tanda-tanda yang harus diwaspadai saat SADARI. Kuesioner bagian II merupakan kuesioner yang dibuat sendiri oleh peneliti dengan mengacu kepada teori, sedangkan kuesioner bagian III diadaptasi dari Buku Saku Pencegahan Kanker Leher Rahim & Kanker Payudara (Depkes, 2009). Kuesioner ini berisi 37 pertanyaan menggunakan skala Gutmann yaitu dengan interpretasi penilaian, apabila jawaban benar nilainya 1 dan apabila salah nilainya 0 (Hidayat, 2008). Tabel 4.1 Uraian Kuesioner Penelitian Variabel
Parameter
Data demografi (kuesioner I) Pengetahuan tentang SADARI (kuesioner II)
Umur, kelas, pengetahuan, dan sumber pengetahuan
Praktik
Definisi Tujuan Manfaat Kriteria Pengetahuan tentang kanker payudara Posisi SADARI
Jumlah Pertanyaan
Nomor Pertanyaan 1,2,3,4,5,6, dan 7
7 2 1 3 9 2
1,2 3 4,5,14 6,7,8,9,10,11,12,13,15 16,17
3
1,2,3
50
SADARI (Kuesioner III)
Teknik SADARI Tanda yang harus diwaspadai saat SADARI
9 8
4,5,6,7,8,9,10,11,12 13,14,15,16,17,18,19,20
F. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen penelitian yang dapat diterima sesuai standar adalah instrumen penelitian yang telah melalui uji validitas dan reliabilitas data (Hidayat, 2008). Dengan menggunakan instrumen yang valid dan reliabel dalam pengumpulan data, maka diharapkan hasil penelitian pun akan valid dan reliabel. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila instrumen tersebut mampu mengukur apa yang seharusnya diukur menurut situasi dan kondisi tertentu. Sedangkan, reliabel adalah adanya suatu kesamaan hasil apabila pengukuran dilaksanakan oleh orang dan waktu yang berbeda (Setiadi, 2007). Uji validitas akan dilakukan di SMPN 3 Tangerang Selatan. Peneliti akan mengambil 30 orang siswi sebagai responden dalam uji validitas dan reliabilitas ini. Uji validitas dalam penelitian ini menggunakan validitas konten (content validity) karena setelah dilakukan uji validitas menggunakan rumus Pearson Product Moment hanya 15 dari 40 pertanyaan yang valid. Peneliti memutuskan untuk memperbaiki kata-kata dalam kuesioner tersebut dengan cara content validity sehingga didapatkan 37 pertanyaan valid. Setelah mengukur validitas, maka perlu mengukur reliabilitas data. Uji reliabilitas dapat menggunakan rumus Spearman Brown (Hidayat, 2008). Rumus Spearman Brown: r11=
51
Keterangan : r11= koefisien reliabilitas internal seluruh item rb= nilai r Pearson dari pokok genap dengan pokok ganjil
G. Tahapan Pengambilan Data Tahapan pengambilan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Peneliti memilih subjek yang akan dijadikan responden dalam penelitian ini 2. Peneliti membuat surat perizinan penelitian dari Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta untuk pihak sekolah 3. Peneliti menemui pihak sekolah untuk meminta izin penelitian dan membuat kontrak penelitian serta meminta untuk dipersiapkan calon responden 4. Peneliti mempersiapkan alat-alat yang digunakan untuk penelitian 5. Peneliti mendatangi pihak sekolah pada hari yang telah disepakati dan menemui para calon responden 6. Pihak sekolah mengumpulkan para calon responden dalam satu ruangan 7. Peneliti memperkenalkan diri dan menjelaskan tentang penelitian yang akan dilakukan 8. Peneliti dibantu dengan fasilitator membagikan lembar persetujuan menjadi responden dan lembar kuesioner pada responden sebelum diberikan pendidikan kesehatan, kuesioner diisi selama 10 menit 9. Fasilitator mengumpulkan kembali lembar persetujuan dan kuesioner yang telah diisi oleh responden
52
10. Peneliti memberikan materi pendidikan kesehatan mengenai Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) dibantu oleh observer dan fasilitator. Materi yang diberikan terdiri dari definisi SADARI, langkah-langkah SADARI, pentingnya SADARI. 11. Peneliti menggunakan media power point dengan LCD dan phantom payudara untuk alat peraga serta leaflet. Metode yang digunakan adalah ceramah, demonstrasi, dan tanya jawab selama 60 menit 12. Peneliti memberikan evaluasi kepada responden dengan meminta beberapa siswi untuk mempraktikkan kembali SADARI dan menjawab beberapa pertanyaan seputar SADARI. 13. Peneliti mengundurkan diri dan membuat kontrak waktu satu minggu yang akan datang untuk membagikan kuesioner yang sama sebagai post test yang harus diisi oleh siswi. 14. Peneliti menemui pihak sekolah untuk meminta izin penelitian dan membuat kontrak penelitian serta meminta untuk dipersiapkan calon responden 15. Peneliti mempersiapkan kuesioner yang akan dibagikan 16. Peneliti kembali memberikan kuesioner dengan konten yang sama kepada responden setelah diberikan pendidikan kesehatan satu minggu yang lalu, pengisian kuesioner ini dilakukan selama 10 menit 17. Peneliti dan fasilitator mengumpulkan kembali kuesioner yang telah diisi oleh responden 18. Peneliti mengundurkan diri dan berpamitan kepada responden dan pihak sekolah
53
19. Peneliti melakukan analisa data dari hasil pengisian kuesioner sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan
H. Pengolahan Data Pengolahan data pada dasarnya merupakan suat proses untuk memperoleh datau atau data ringkasan berdasarkan suatu kelompok data mentah dengan menggunakan rumus tertentu sehingga menghasilkan informasi yang diperlukan (Setiadi, 2007). Hidayat (2008) membagi proses pengolahan data menjadi empat (4) tahapan, yaitu: 1. Editing Editing merupakan upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul. 2. Coding Coding adalah kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat penting bila pengolahan dan analisis data menggunakan komputer. Biasanya dalam pemberian kode dibuat juga daftar kode dan penjelasannya dalam satu buku (code book) untuk memudahkan kembali melihat lokasi dan arti suatu kode dari suatu variabel. 3. Entri data Data entri adalah kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan ke dalam master tabel atau database komputer,
54
kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana atau bisa juga dengan membuat tabel kontigensi. 4. Melakukan teknik analisis Dalam tahap ini, khususnya terhadap data penelitian akan menggunakan ilmu statistik terapan yang disesuaikan dengan tujuan yang hendak dianalisis. Apabila penelitiannya deskriptif, maka akan menggunakan statistik deskriptif. Sedangkan analisis analitik akan menggunakan statistika inferensial. Statistika inferensial (menarik kesimpulan) adalah statistika yang digunakan untuk menyimpulkan parameter (populasi) berdasarkan statistik (sampel) atau lebih dikenal dengan proses generalisasi dan inferensial.
I. Analisis Data A. Analisis Univariat Analisis univariat yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis deskriptif. Analisis deskriptif menggambarkan tentang ringkasan data-data penelitian seperti mean, standar deviasi, varian, modus, dll (Brink, 2004). B. Analisis Bivariat Teknik analisis data bivariat yang digunakan untuk penelitian ini adalah analisis inferensial dengan uji hipotesis komparatif numerik berpasangan karena pada penelitian ini menggunakan skala interval dan penelitian menghasilkan dua data dari satu kelompok yang sama untuk variabel yang sama. Berdasarkan jenis hipotesis tersebut, maka
55
uji yang digunakan adalah uji t berpasangan (paired t-test). Syarat uji t berpasangan yaitu distribusi data harus normal, menggunakan data interval, terdapat suatu perbedaan yang sama antara dua kelompok (yaitu mereka mewakili suatu populasi tunggal) (Dahlan, 2011).
J.
Etika Penelitian Seorang peneliti harus memahami hak dasar manusia khususnya jika yang menjadi objek penelitian adalah manusia. Beberapa prinsip penelitian pada manusia yang harus dipahami oleh seorang peneliti adalah sebagai berikut (Hidayat, 2008): 1. Prinsip manfaat Prinsip
ini
bersifat
membebaskan
dan
tidak
menjadikan
mengeksploitasi manusia. Hasil dari penelitian dapat memberikan manfaat dan mempertimbangkan antara aspek risiko dengan aspek manfaat, bila penelitian yang dilakukan mengalami dilema dalam etik. 2. Prinsip menghormati manusia Manusia merupakan makhluk yang harus dihormati karena manusia mempunyai hak untuk menentukan pilihan antara mau atau tidak untuk diikusertakan menjadi subjek penelitian. Informed consent dapat dilakukan sebagai bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden. Tujuan dari informed consent ini adalah agar calon responden mengerti maksud dan tujuan dari penelitian yang akan dilakukan.
56
3. Prinsip keadilan Prinsip ini dilakukan untuk menjunjung tinggi keadilan sesama manusia yaitu dengan cara menghargai hak atau memperlakukan mereka secara adil, menjaga privasi manusia dan tidak berpihak pada salah satu kelompok atau individu.
BAB V HASIL PENELITIAN Penelitian dilakukan di SMPN 3 Tangerang Selatan pada hari selasa tanggal 10 Juni dan hari selasa tanggal 17 Juni 2014. Jumlah responden awal sebanyak 34 orang, tetapi satu responden tidak mengisi semua pertanyaan sehingga responden dalam penelitian ini berjumlah 33 orang yang terdiri dari 14 orang siswi kelas 7 dan 19 orang siswi kelas 8. Penelitian dilakukan sebanyak dua kali pertemuan, pertemuan pertama dilakukan pre-test dan pendidikan kesehatan yang berlangsung dari jam 08.00 WIB sampai dengan jam 09.00 WIB pada tanggal 10 Juni 2014. Pertemuan kedua dilakukan pada tanggal 17 Juni 2014 dengan memberikan post-test kepada siswi yang sama seperti pada hari pertama penelitian yang berlangsung dari jam 08.30 WIB sampai dengan jam 09.00 WIB. A. Gambaran Lokasi Penelitian
SMPN 3 Tangerang Selatan berlokasi di jalan Ir. H. Juanda Ciputat Tangerang Selatan, Banten 15412. Sekolah ini berdiri sejak tahun 1977 dengan nama Kelas Jauh SMPN 2 Tangerang dan dikukuhkan menjadi SMPN 2 Filial pada tahun 1979. Februari 1983, sekolah ini menjadi sekolah mandiri dengan nama SMP Negeri 1 Ciputat. Perubahan nomenkelatur pada tahun 1999 untuk kecamatan Ciputat menjadikan SMPN 1 Ciputat berubah nama menjadi SMPN 2 Ciputat hingga SMPN 3 Tangerang Selatan saat ini. Sekolah ini pun mengalami beberapa kali penggantian kepala sekolah, saat ini kepala sekolah SMPN 3 Tangerang Selatan adalah Maryono, SE, MMpd sejak tahun 2009.
57
58
Terdapat tiga kategori kelas di SMP ini, yaitu CI-BI akselerasi, bilingual, dan reguler. Sekolah ini mempunyai visi unggul dalam prestasi, teladan dalam perbuatan, dan tekun dalam beribadah. Sedangkan misi dari sekolah ini adalah : 1.
Meningkatkan peningkatan kualitas mutu lulusan
2.
Mewujudkan peningkatan jumlah lulusan yang masuk SMU/SMK Negeri
3.
Membina sikap percaya diri, semangat gotong royong dan cinta tanah air
4.
Meningkatkan prestasi kerja, yang diimbangi dengan penghargaan yang layak serta dilandasi dengan semangat ketauladanan dan keikhlasan
5.
Meningkatkan status sekolah menjadi sekolah unggulan
B. Analisis Univariat 1. Data Demografi Data demografi terdiri dari umur, kelas, informasi tentang SADARI, waktu mendapat informasi SADARI dan sumber informasi yang didapat, dapat dilihat dari tabel di bawah ini.
No 1 2 3
4
Tabel 5.1 Deskripsi Data Demografi Responden Item Pertanyaan Jawaban Jumlah Siswi 12 tahun 8 Umur 13 tahun 16 14 tahun 9 VII 14 Kelas VIII 19 Pernah Mendapat Pernah 2 Informasi SADARI Tidak Pernah 31 0 1 minggu yang lalu 0 1 bulan yang lalu Waktu Saat Mendapat 1 6 bulan yang lalu Informasi SADARI 0 1 tahun yang lalu 1 Lain-lain
N 33 33 33
33
59
5
Sumber Informasi
TV/Radio Media Massa Petugas Kesehatan Teman Orang tua Saudara Kandung Lain-lain
0 1 0 0 1 0 0
Umur responden berkisar antara 12 hingga 14 tahun. Sebagian besar responden berusia 13 tahun yaitu sebanyak 16 orang, 8 orang siswi berumur 12 tahun, dan 9 orang lainnya berumur 14 tahun yang terdiri dari kelas VII sebanyak 14 orang dan kelas VIII sebanyak 19 orang. Responden yang pernah mendapat informasi tentang SADARI yaitu sebanyak dua orang, 31 siswi lainnya belum pernah mendapat informasi mengenai SADARI. Dua orang siswi yang pernah mendapatkan informasi SADARI dalam kurun waktu 6 bulan yang lalu didapatkan dari orang tua dan media massa.
2. Deskripsi Pengetahuan Remaja Putri Sebelum dan Sesudah Diberikan Pendidikan Kesehatan tentang SADARI Perbedaan pengetahuan remaja putri sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan dapat dilihat dari tabel di bawah ini.
33
60
Tabel 5.2 Distribusi Statistik Deskriptif Pengetahuan Siswi Sebelum dan Sesudah Diberikan Intervensi Pendidikan Kesehatan tentang Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) Nilai 95% N Min Max Mean SD Median Total CI Kuesioner 30 23.97 3.504 24.00 22.73 Sebelum 33 15 25.21 37 37 33.06 2.150 34.00 32.30 Sesudah 33 28 33.82
Hasil analisis didapatkan rata-rata pengetahuan remaja perempuan tentang SADARI sebelum diberikan pendidikan kesehatan adalah 23.97, nilai terendah 15 dan nilai tertinggi 30 dengan nilai total 37 jika responden dapat menjawab semua pertanyaan. Nilai median 24.00 dengan standart deviasi 3.504. Hasil 95% confidence interval (CI) dapat disimpulkan bahwa 95% diyakini pengetahuan remaja perempuan tentang SADARI diantara 22.73 sampai dengan 25.21. Setelah diberikan pendidikan kesehatan, didapatkan hasil analisis rata-rata pengetahuan remaja perempuan yaitu sebesar 33.06 dengan nilai terendah 28 dan nilai tertinggi 37. Nilai median 34.00 dengan standart deviasi 2.150. Standart deviasi (SD) menggambarkan sebaran nilai-nilai sampel, semakin kecil nilai SD maka semakin mendekati nilai rata-ratanya yang berarti data tersebut semakin bagus dari data sebelumnya. Hasil 95% CI diyakini pengetahuan remaja perempuan tentang SADARI diantara 32.30 sampai dengan 33.82. Data-data diatas menggambarkan bahwa terjadi peningkatan nilai terkecil, terbesar, dan rata-rata pengetahuan remaja perempuan setelah diberikan pendidikan kesehatan tentang SADARI
61
3. Deskripsi Pengetahuan Remaja Putri di Setiap Item Pertanyaan Sebelum dan Sesudah Diberikan Pendidikan Kesehatan
No 1 2 3 4 5
6 7 8
Tabel 5.3 Deskripsi Hasil Pertanyaan per Item Sebelum Diberikan Pendidikan Kesehatan Benar Salah Total Poin Item Keseluruhan Kuesioner Pertanyaan Pertanyaan Poin % Poin % Per Item Definisi 48 73 18 27 66 Tujuan 26 79 7 21 33 Manfaat 75 76 24 24 99 II Kriteria 187 63 110 34 297 Pengetahuan 50 76 16 24 66 tentang kanker payudara Posisi 71 72 28 23 99 SADARI Teknik 189 64 108 36 297 III SADARI Tanda yang 145 55 119 45 264 harus diwaspadai Total 1.221
Sebelum diberikan pendidikan kesehatan, pengetahuan yang paling banyak tidak diketahui oleh responden adalah mengenai tanda yang harus diwaspadai saat SADARI yaitu sebanyak 55% pertanyaan dijawab benar, hal ini dikarenakan sebagian besar responden belum mendapatkan pengetahuan mengenai SADARI maupun kanker payudara sebelumnya, sedangkan pengetahuan yang paling banyak diketahui oleh responden
62
adalah mengenai tujuan dilakukan SADARI yaitu sebesar 79% pertanyaan dijawab benar.
No 1 2 3 4 5
6 7 8
Tabel 5.4 Deskripsi Hasil Pertanyaan per Item Sesudah Diberikan Pendidikan Kesehatan Benar Salah Total Poin Item Keseluruhan Kuesioner Pertanyaan Pertanyaan Poin % Poin % Per Item Definisi 61 92 5 8 66 Tujuan 30 91 3 9 33 Manfaat 96 97 3 3 99 II Kriteria 257 87 40 13 297 Pengetahuan 60 91 6 9 66 tentang kanker payudara Posisi 93 94 6 6 99 SADARI Teknik 246 83 51 17 297 SADARI III Tanda yang 215 81 49 19 264 harus diwaspadai Total 1.221
Sesudah diberikan pendidikan kesehatan, pengetahuan tentang tanda yang harus diwaspadai saat dilakukan SADARI meningkat menjadi 81% pertanyaan dijawab benar, sedangkan untuk item pertanyaan yang paling banyak diketahui oleh responden yaitu mengenai manfaat dilakukan SADARI yaitu sebesar 97% pertanyaan dijawab benar. Terdapat perubahan nilai dari sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan.
63
C. Analisis Bivariat 1. Uji Normalitas Normalitas hasil pengetahuan remaja putri tentang SADARI sebelum dan sesudah pendidikan kesehatan dapat dilihat pada tabel 5.5. Tabel 5.5 Distribusi Hasil Normalitas Pengetahuan Remaja Putri tentang SADARI Sebelum dan Sesudah Diberikan Pendidikan Kesehatan One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Variabel Sebelum Sesudah Df Sig. Df Sig. 33 0.460 33 0.096 Pengetahuan
Uji normalitas di atas menggunakan uji One-Sample KolmogorovSmirno . Hasil uji normalitas di atas diperoleh nilai signifikan pengetahuan sebelum diberikan pendidikan kesehatan sebesar 0.460, sedangkan setelah diberikan pendidikan kesehatan hasilnya menjadi 0.096. Berdasarkan keterangan diatas maka dapat disimpulkan bahwa data sebelum dan sesudah pendidikan kesehatan berdistribusi normal (p>0.05). Kesimpulan dari hasil uji normalitas menunjukkan bahwa penelitian ini dapat menggunakan uji analisis t test berpasangan (Paired T Test). 2. Perbedaan pengetahuan tentang SADARI sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan Hasil analisis data perbedaan pengetahuan sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan dengan menggunakan uji t berpasangan two tail. One tail digunakan jika peneliti sudah mengetahui arah hipotesis, apakah pengaruhnya positif atau negatif, baik atau buruk, sedangkan two tail digunakan jika peneliti belum mengetahui arah hipotesis tersebut. Penelitian ini menggunakan two tail karena peneliti belum mengetahui
64
arah hipotesis tersebut. Hasil uji t berpasangan dapat dilihat pada tabel 5.6. Tabel 5.6 Distribusi Perbedaan Pengeahuan Tentang SADARI Sebelum dan Sesudah Diberikan Pendidikan Kesehatan Mean
Sebelum- -9,091 Sesudah
SD
95% Confidence t Interval of The Difference Lower Upper 3,215 -10,231 -7,951 -16,244
Df
Sig.(2- Eta tailed) Squared
32
0,000
0,89
Uji analisis pada penelitian ini adalah uji T test berpasangan dengan tingkat kesalahan 5% (α=0,05). Data pada tabel diatas menunjukkan nilai mean sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan tentang SADARI adalah -9,091 dengan standart deviasi 3,215. Nilai negatif pada mean didapatkan karena nilai sebelum intervensi lebih kecil dari nilai sesudah intervensi. Begitu juga dengan nilai t yang bernilai negatif yaitu sebesar -16,244. Nilai t digunakan untuk melihat tingkat kemaknaan, jika t hitung > t tabel maka hasil penelitian bermakna. Nilai t hitung dibandingkan dengan t tabel pada df 30 (2,042) maka didapatkan t hitung> t tabel, hal ini membuktikan bahwa penelitian bermakna. Nilai p dari data di atas didapatkan 0,000, hal ini berarti lebih kecil dari nilai α 0,05 (p<0,05). Berdasarkan perhitungan rumus Eta Squared yang digunakan untuk mengetahui ukuran efektifitas pendidikan kesehatan yang telah diberikan. Nilai standar dari perhitungan Eta Squared untuk paired t-test yaitu jika nilai Eta Squared 0,01=efek kecil, 0,06=efek cukup, ≥0,14=efek besar (Pallant, 2011). Pada penelitian ini didapatkan
65
hasil sebesar 0,89, nilai tersebut menunjukkan bahwa efektifitas pendidikan kesehatan sangat besar dalam meningkatkan pengetahuan remaja putri mengenai SADARI.
BAB VI PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dibahas mengenai hasil penelitian tentang efektifitas pendidikan kesehatan terhadap nilai pengetahuan mengenai Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) serta keterbatasan dalam penelitian. Hasil penelitian akan dibandingkan dengan teori dan penelitian sebelumnya. A. Efektifitas pendidikan kesehatan terhadap nilai pengetahuan responden mengenai SADARI Pengetahuan responden di SMPN 3 Tangerang Selatan mengenai SADARI sebelum diberikan pendidikan kesehatan memiliki nilai rata-rata 23.97 atau 64,7% dari jumlah total nilai tertinggi. Berdasarkan penelitian ini didapatkan data bahwa responden sudah dapat menjawab pertanyaan dengan benar lebih dari 50% sebelum diberikan pendidikan kesehatan walaupun hanya 6% responden yang pernah mendapatkan informasi mengenai SADARI, baik dari orang tua maupun media massa. Hal ini bertentangan dengan teori yang dikemukakan oleh Piaget (1967) dalam Suparno (2004) yaitu manusia atau lingkungan sosial lain mempunyai pengaruh dalam pembentukan pengetahuan seseorang sebagai pemacu, pengkritik, dan menantang sehingga proses pembentukan pengetahuan lebih mudah. Hasil penelitian ini juga bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Permatasari (2013) di Pontianak yang menyatakan bahwa pengetahuan remaja putri sebelum diberikan pendidikan kesehatan sudah cukup baik salah satunya karena dipengaruhi oleh kemudahan dalam mencari sumber informasi melalui akses internet dan petugas kesehatan sebanyak 40%. Pengetahuan remaja putri mengenai SADARI sangat penting dalam pendeteksian dini serta penanggulangan kanker payudara, terutama jika mengingat bahwa kejadian 66
67 kanker payudara saat ini semakin banyak menyerang usia remaja (YKPJ, 2011). Notoatmodjo (2005) menyatakan bahwa pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu pendidikan, usia, minat dan kreatifitas, pengalaman, kebudayaan lingkungan sekitar, dan informasi. Pada penelitian ini, lingkungan turut mempengaruhi hasil kuesioner, lingkungan pada saat pengisian kuesioner kurang kondusif yaitu terdapat beberapa responden yang melakukan kerjasama dalam pengisian kuesioner walaupun sudah beberapa kali diperingatkan oleh peneliti. Setelah diberikan pendidikan kesehatan, terjadi peningkatan nilai pengetahuan dari nilai rata-rata 23,97 atau 64,7% menjadi 33,06 atau 89,35%. Hasil ini menunjukkan bahwa pendidikan kesehatan yang dilakukan mengenai SADARI dapat meningkatkan pengetahuan responden. Diharapkan dengan peningkatan pengetahuan mengenai SADARI maka terbentuknya perilaku dalam pencegahan masalah kesehatan payudara. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan kesehatan yaitu terjadinya perubahan pengetahuan, sikap dan tingkah laku individu, keluarga, kelompok khusus, dan masyarakat dalam membina serta memelihara perilaku hidup sehat serta berperan aktif dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal (Nursalam, 2008). Peningkatan nilai rata-rata pengetahuan responden setelah diberikan pendidikan kesehatan mengenai SADARI terjadi karena dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah informasi. Informasi yang didapatkan dari media massa mempengaruhi fungsi kognitif dan afektif seseorang (Notoatmodjo, 2005). Informasi juga bisa didapatkan dari pendidikan formal maupun non formal, contohnya penyuluhan. Penyuluhan atau pendidikan kesehatan yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan metode ceramah tanya jawab dan demonstrasi. Pemilihan metode pendidikan kesehatan bergantung pada beberapa faktor, yaitu: karakteristik sasaran atau responden (jumlah, sosial ekonomi, umur, jenis kelamin),
68 waktu dan tempat yang tersedia, dan tujuan spesifik yang ingin dicapai dengan pendidikan kesehatan tersebut seperti perubahan pengetahuan, sikap, atau praktik responden (Nursalam, 2008). Demonstrasi
merupakan salah satu metode promosi
kesehatan yang sesuai pada tahap perkembangan remaja (Efendi, 2009). Syarif (1990) dalam Darmiastuty (2004) mengungkapkan bahwa proses belajar dengan metode demonstrasi ini memicu remaja untuk lebih mendalami pengetahuan yang mereka miliki dengan cara mengaktifkan kembali pengetahuan yang dimiliki, mengolah pengetahuan tersebut kemudian mengorganisasi pengetahuan tersebut sehingga pengetahuan yang diperoleh dapat tertahan erat dalam sistem penyimpanan dan sulit dilupakan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wardani (2011) di Surakarta yang menunjukkan bahwa prestasi belajar dengan penerapan metode demonstrasi lebih baik jika dibandingkan dengan penerapan metode ceramah. Anindityas (2012) dalam penelitiannya di SMPN 3 Kandangan Semarang mengemukakan bahwa penggunaan alat peraga (phantom) dapat mengoptimalkan kualitas belajar siswa. Kerucut Dale dalam Nursalam dan Efendi (2008) menggambarkan bahwa kemampuan responden untuk mengingat kembali materi dalam pendidikan kesehatan menurut teknik dan medianya. Teori ini menyatakan bahwa dengan membaca seseorang akan dapat mengingat 10% dari yang dibacanya seperti dalam bentuk leaflet, slide, booklet, dan sejenisnya. Melihat dan mendengar akan membantu seseorang dalam mengingat apa yang dilihat dan didengarnya seperti melihat demonstrasi, film, dan video sebesar 50%. Sedangkan 90% seseorang dapat mengingat apa yang mereka lakukan, biasanya menggunakan media yang mirip dengan objek yang sebenarnya dan melalui pengalaman yang nyata. Berdasarkan analisis teori kerucut Edgar tersebut dapat disimpulkan bahwa pendidikan kesehatan dengan metode ceramah yang disertai demonstrasi (phantom) sangat efektif untuk membantu remaja putri dalam mengingat kembali materi yang telah
69 diberikan mengenai SADARI. Hal ini sesuai dengan tujuan dari pendidikan kesehatan yaitu perubahan pengetahuan, sikap, dan tingkah laku individu, keluarga, kelompok khusus, dan masyarakat dalam membina serta memelihara perilaku hidup sehat serta berperan aktif dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal (Nursalam, 2008). Health Promotion Model (HPM) juga menyatakan bahwa kesehatan yang baik berarti keadaan sejahtera secara umum dan holistik, perilaku sehat individu dan keseimbangan, dan pencapaian dalam hidup. Teori ini melihat langkah-langkah di mana seseorang dapat mencapai kesehatan yang lebih baik atau kesehatan yang ideal. Untuk mencapainya, teori ini mempertimbangkan karakteristik dan pengalaman individu (Health Promotion Model, 2014). HPM memberikan penekanan atau fokus kepada potensi kesehatan dan kemungkinan perilaku yang mempromosikan kesehatan (Bastable, 2004). Penelitian ini juga meningkatkan minat remaja putri untuk mengetahui lebih banyak tentang kesehatan reproduksi khususnya kesehatan payudara. Hal ini dibuktikan dengan lebih dari 50% remaja putri yang hadir mengajukan pertanyaan seputar cara perawatan payudara dan masalah kesehatan payudara setelah diberikan pendidikan kesehatan mengenai SADARI. Pernyataan ini sesuai dengan karakteristik perkembangan remaja yang mempunyai rasa ingin tahu yang kuat. Remaja mampu memahami konsep kesehatan dan penyakit, berbagai penyebab kesehatan dan penyakit, pengaruh variabel atas status kesehatan, dan gagasan yang berkaitan dengan promosi kesehatan dan pencegahan penyakit. Mereka memahami penyakit sebagai suatu proses akibat kelainan fungsi atau tidak berfungsinya satu atau beberapa bagian dari tubuh dan dapat memahami akibat atau prognosis suatu penyakit (Bastable, 2004). Remaja juga mampu mengidentifikasi perilaku yang sehat tetapi mungkin menolak untuk mempraktikkannya atau mulai terlibat dalam perilaku berisiko karena mendapat
70 tekanan sosial dari teman sebaya juga adanya perasaan tak terkalahkan (Bastable, 2004). Perkembangan sosial pada masa remaja lebih melibatkan kelompok teman sebaya dibanding orang tua. Lingkungan juga mempunyai pengaruh yang cukup kuat dalam menentukan perilaku remaja (Papalia, 2001; Santrock, 2007). Periode remaja merupakan perkembangan yang berada pada masa amat potensial, baik dilihat dari kognitif, emosi, maupun fisik (Teguh, 2013). Hal inilah yang menyebabkan pendidikan mengenai peningkatan kesehatan serta pencegahan masalah kesehatan sangat penting dilakukan sejak usia remaja.
B. Keterbatasan Penelitian 1. Waktu penelitian Waktu penelitian yang diberikan oleh pihak sekolah hanya 45 menit sedangkan peneliti membutuhkan waktu satu jam untuk melakukan intervensi karena peneliti berharap agar masing-masing siswi dapat mempraktikan SADARI di depan kelas. Antusias responden sangat baik, hal ini dapat dilihat dari banyaknya siswi yang bertanya mengenai kesehatan payudara dan SADARI, tetapi karena waktu yang cukup sedikit maka pertanyaan harus dibatasi. 2. Kondisi lingkungan saat pelaksanaan pendidikan kesehatan Dukungan dari pihak sekolah sangat dibutuhkan demi kesuksesan pendidikan kesehatan. Pada penelitian ini, dukungan dari pihak sekolah (guru) kurang memadai dikarenakan guru yang berwenang untuk menemani peneliti saat pendidikan kesehatan berhalangan hadir. Hal ini mengakibatkan banyaknya responden yang saling bertukar informasi atau bekerjasama saat pengisian kuesioner berlangsung walaupun sudah diperingatkan oleh peneliti dan fasilitator sejak pendidikan kesehatan dimulai.
71 3. Bagi peneliti Penelitian ini tidak mencakup demonstrasi SADARI yang dilakukan masingmasing responden dikarenakan banyaknya responden yang masih merasa malu dan tidak percaya diri ketika diminta untuk mempraktikkannya menggunakan phantom.
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pendidikan kesehatan sangat efektif dalam meningkatkan nilai pengetahuan remaja putri mengenai SADARI dengan nilai Eta Squared sebesar 0,89%. Terjadi peningkatan nilai pengetahuan dari nilai rata-rata 23,97 atau 64,7% menjadi 33,06 atau 89,35%. Hal ini ditunjang oleh pemilihan metode pendidikan kesehatan yaitu ceramah dan demonstrasi. Metode ini terbukti efektif dalam meningkatkan nilai pengetahuan remaja putri mengenai SADARI. Dukungan dari pihak sekolah juga sangat dibutuhkan demi terbinanya trust antara peneliti dengan responden.
B. Saran 1. Bagi Sekolah SMPN 3 Tangerang Selatan diharapkan mampu menjalin kerjasama kembali dengan
puskesmas
terdekat
untuk
mengadakan
pendidikan
kesehatan
(penyuluhan) mengenai kesehatan payudara maupun kesehatan reproduksi secara berkala. Pihak sekolah juga diharapkan dapat menambah koleksi bacaan di perpustakaan mengenai kesehatan payudara maupun kesehatan reproduksi khususnya yang sesuia dengan perkembangan remaja. Organisasi ekstrakurikuler seperti PMR juga diharapkan untuk terlibat aktif dalam penyebaran informasi mengenai kesehatan. Hal ini dikarenakan antusias atau minat siswi yang cukup besar pada saat peneliti mengadakan pendidikan kesehatan.
72
73 2. Bagi Pelayanan Kesehatan Bagi Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan atau pelayanan kesehatan terdekat (puskesmas) diharapkan mampu mengadakan promosi kesehatan yang berkelanjutan bagi remaja mengenai kesehatan khususnya mengenai SADARI. Puskesmas sebagai pusat pelayanan kesehatan terdekat juga diharapkan mampu bekerjasama dengan ekstrakurikuler yang ada di sekolah-sekolah agar terlibat aktif dalam promosi kesehatan di sekolah masing-masing dengan mengadakan penyuluhan atau seminar kesehatan secara berkala mengenai kesehatan reproduksi pada remaja. Puskesmas juga diharapkan mampu mengadakan screening masalah kesehatan reproduksi secara berkala ke sekolah-sekolah guna mendeteksi masalah kesehatan reproduksi sejak dini sehingga penanganan atau pengobatan dapat memberikan hasil yang lebih baik. 3. Bagi Penelitian Selanjutnya Penelitian selanjutnya diharapkan dapat lebih memperhatikan hal-hal yang dapat mengganggu proses pendidikan kesehatan, terutama pertimbangan dalam pemilihan waktu yang tepat untuk melakukan pendidikan kesehatan tersebut. Diharapkan pula bagi penelitian selanjutnya untuk dapat memperluas variabel penelitian yaitu dengan menambahkan variabel sikap dan perilaku remaja putri mengenai SADARI serta pengembangan kuesioner pengetahuan maupun praktik SADARI. Pengembangan kuesioner dapat mencakup pengembangan konten atau isi kuesioner yang tidak hanya berfokus kepada SADARI saja tetapi juga dapat meliputi cara perawatan payudara yang sesuai dengan tahap perkembangan remaja. Diharapkan untuk penelitian selanjutnya agar dapat menggunakan metode yang berbeda, salah satunya penggunaan metode kelompok kecil dan
74 pengembangan serta penambahan media pendidikan kesehatan. Penambahan media pendidikan kesehatan dapat berupa video agar lebih atraktif dan menarik minat responden. Penelitian selanjutnya juga dapat mempersiapkan ruangan khusus yang memungkinkan responden mau dan tidak merasa malu jika melakukan demonstrasi SADARI menggunakan phantom.
Daftar Pustaka Agustiningsih, Dwi. 2011. Pengaruh penyuluhan tentang SADARI terhadap tingkat pengetahuan remaja putri di SMAN Kebakkramat Karanganyar. Surakarta: Universitas Sebelas Maret Anindityas, Nurfa Anung, et al. 2012. Penggunaan Alat Peraga Sistem Pernapasan Manusia Pada Kualitas Belajar Siswa SMP Kelas VIII. Semarang : Unnes Science Education Journal Anyikam, A & Nzeqwu M.A. 2008. Benign Breast Lesions in Eastern Nigeria. University of Nigeria Teaching Hospital. http://www.ncbi.nih.gov/pubmed Azwar, Saifuddin. 2012. Penyusunan skala psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Badan Rekam Medik RSUP dr.M.Djamil Padang. Statistik Kanker di RSUP dr.M.Djamil Padang 2009-2011. Bastable, Susan B. 2004. Perawat sebagai pendidik: prinsip-prinsip pengajaran dan pembelajaran. Jakarta: EGC Benson, Ralph C. 2008. Buku Saku Obstetri dan Ginekologi Edisi 9. Jakarta: EGC Brink, Pamela L. 2004. Langkah dasar dalam perencanaan riset keperawatan: dari pertanyaan sampai proposal. Jakarta: EGC Budiharto. 2008. Metodologi Penelitian Kesehatan Dengan Contoh Bidang Ilmu Kesehatan Gigi. Jakarta: EGC Bustan. 2007. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Rineka Cipta Ceber, et al. 2009. The effects of an educational program on knowledge of breast cancer, early detection practices and health beliefs of nurses and midwives. Turkey: Journal of Clinical Nursing Hhandra, Yenny. 2009. Gambaran Pengetahuan Wanita Tentang SADARI Sebagai Deteksi Dini Kanker Payudara Di Kelurahan Petisah Tengah Tahun 2009. Medan: Universitas Sumatera Utara Coleman MP, et al. 2008. Cancer survival in five continents: a worldwide population-based study (CONCORD). Lancet Oncol, 9, 730–56 Corwin, Elizabeth J. 2009. Patofisiologi : Buku Saku. Jakarta : EGC
Dahlan, M. Sopiyudin. 2010. Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel dalam Penelitian. Jakarta: Salemba Medika Danim, Sudarwan. 2010. Media Komunikasi Pendidikan: pelayanan profesional pembelajaran dan mutu hasil belajar. Jakarta: Bumi Aksara Darmiastuty, Meita. 2004. Efektivitas metode ceramah tanya jawab dan simulasi dalam meningkatkan pengetahuan dan sikap ibu tentang pencegahan dini penyalahgunaan narkoba pada remaja SLTP 1 Borobudur Kabupaten Magelang. Semarang: Pasca Sarjana Universitas Diponegoro Departemen Kesehatan RI. 2008. Pusat Promosi Kesehatan: Pengembangan Media Promosi Kesehatan. Jakarta: Depkes ____________________. 2009. Buku Saku Pencegahan Kanker Leher Rahim & Kanker Payudara. Jakarta Diananda, R. 2009. Kanker Payudara. Yogyakarta: Katahati Djiwandono, Sri Esti W. 2006. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Grasindo Efendi, Ferry dan Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan Praktik dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika Funnell, Rita, et al. 2009. Tabbner’s Nursing Care: Theory and Practice 5th Edition. Elsevier: Chatswood Australia. Fitriani, Sinta. 2011. Promosi Kesehatan. Yogyakarta: Graha Ilmu Gruendemann, Barbara J. 2005. Buku Ajar Keperawatan Perioperatif, Vol. 2 Praktik. Jakarta: EGC Hastono, Sutanto P dan Luknis Sabri. 2010. Statistik Kesehatan. Jakarta: Rajawali Pers Karayurt, Ozgul. 2008. Awareness of breast cancer risk factors and practice of breast self examination among high school students in Turkey. Turki: BioMed Central Kementrian Kesehatan RI. 2013. http://www.depkes.go.id/index.php?vw=2&id=SNR.13100003 (Diakses pada tanggal 3 Desember 2013 jam 22:14 WIB) Joyce, Bruce, et al. 2009. Models Of Teaching (Eight Edition). New Jersey: Pustaka Pelajar Lenggogeni, Putri. 2011. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Tindakan Deteksi Dini Kanker Payudara Sendiri oleh Mahasiswi Jalur A Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran UNAND Padang Tahun 2011. Skripsi. Padang: Universitas Andalas
Manuaba, Ida Ayu Chandranita. 2009. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta: EGC Manurung, Suryani, et al. 2006. Pendidikan Kesehatan dalam Keperawatan Maternitas. Jakarta: TIM Mardiana, Lina. 2007. Kanker Pada Wanita. Jakarta: Penebar Swadaya Maulana, Heri D. J. 2009. Promosi Kesehatan. Jakarta: EGC Milda, Yenni. 2013. Hubungan pengetahuan dan motivasi remaja putri dengan pencegahan kanker payudara di desa Ladang Tuha Meukek kabupaten Aceh Selatan. Aceh: STIKES U’budiyah Monkhouse, S. 2007. Clinical Anatomy, 2nd Ed. China: Churchill Livingstone Elsevier Morton, Patricia Gonce. 2003. Panduan pemeriksaan kesehatan dengan dokumentasi soapie. Jakarta:EGC Mubarak, Wahit I, et al. 2007. Promosi Kesehatan: sebuah pengantar proses belajar mengajar dalam pendidikan. Yogyakarta: Graha Ilmu National
Cancer
Institute.
Breast
cancer
[Online].
URL:http://www.cancer.gov/cancertopics/types/breast
;
(Diakses
Available pada
from:
tanggal
13
November 2013 pukul 23.47 WIB) Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta Nursalam dan Ferry Effendi. 2008. Pendidikan Dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika NSW Breast Cancer Institute. 2005. Fibroadenoma of The Breast. http://bci.org.au Otto, Shiley E. 2005. Buku Saku Keperawatan Onkologi. Jakarta: EGC Ouyang, Yan-Qiong dan Xiaoyan Hu. 2014. The effect of breast cancer health education on the knowledge attitudes, and practice: a community health center catchment area. China: Springer Ozgul Karayurt, et al. 2008. Awareness of Breast Cancer Risk Factors and Practice of Breast Self Examination among High School Students in Turkey. BMC Public Health, 8: 359.
http://www.biomedcentral.com/1471-2458/8/359/ (Diakses pada tanggal 14 November 2013 23:11 WIB) Pallant, Julie Florence. 2005. SPSS Survival Manual: A Steap By Step Guide To Data analysis Using SPSS. Australia: Allen & Unwin Papalia, DE, et al. 2001. Human Development 8th Edition. Boston: McGraw-Hill Permatasari, Dewi. 2013. Efektifitas Penyuluhan SADARI Terhadap Tingkat Pengetahuan Siswi SMA Negeri Di Kecamatan Pontianak Barat. Jurnal Universitas Tanjung Pura: Kalimantan Barat Pinem, Saroha. 2009. Kesehatan Reproduksi dan Kontrasepsi. Jakarta:TIM Potter & Perry. 2005. Buku ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik. Jakarta: EGC Prawirohardjo, S. 2009. Ilmu Kandungan. Jakarta: Bina Pustaka Price, Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit. Jakarta: EGC Purwoastuti, Th Endang. 2008. Kanker Payudara. Yogyakarta: Kanisius Rasjidi, Imam. 2010. 100 Questions & Answer KANKER PADA WANITA. Jakarta: Gramedia Ross and Wilson. 2001. Anatomy an Physiology in Health and Illness, 9th ed. Spain: Churchill Livingstone Elsevier Sanjaya, Wina. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Santrock, John W. 2003. Adolescence Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga Santrock, JW. 2007. Remaja, Edisi 11. Jakarta: Erlangga Saputri, Karunia Hadpha. 2012. Tingkat pengetahuan remaja putri tentang periksa payudara sendirr (SADARI) di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Surakarta. Surakarta: STIKES Kusuma Husada
Sastroasmoro, S & Ismail, S. 2010. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis Edisi Ke-4. Jakarta: Sagung Seto Setiadi. 2007. Konsep & Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu Setiawati, S. 2008. Proses pembelajaran dalam pendidikan kesehatan. Jakarta: TIM Sidauruk, Helfiana Agustina, et al. 2012. Karakteristik Penderitas Fibroadenoma Mammae (FAM) Rawat Inap di RS Santa Elisabeth Medan Tahun 2007-2011. Skripsi. Medan: Universitas Sumatera Utara Sloan, E. 2003. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta: EGC Sulastri, et al. 2012. Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Menggunakan Video Dalam Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) Terhadap Perubahan Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri di SMAN 9 Balikpapan Tahun 2012. Kalimantan Timur: Jurnal Promosi Kesehatan Nusantara Indonesia Suparno, Paul. 2004. Guru Demokratis di Era Reformasi Pendidikan. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia Swarjana, I Ketut. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: ANDI Taniredja, Tukiran, et al. 2013. Model-model pembelajaran inovatif dan efektif. Bandung: Alfabeta Tapan, Erik. 2005. Kanker, antioksidan, dan Terapi Komplementer. Jakarta: Elex Media Komputindo Teguh, Ahmad, et al. 2013. Hubungan Pengetahuan, Sikap terhadap Kesehatan Reproduksi dengan Praktik Seksual Pranikah pada Mahasiswi di Politeknik Kesehatan DEPKES Semarang. Skripsi. Semarang: Jurnal Kesehatan Masyarakat UNDIP Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI. 2007. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan, Bagian 1 Ilmu Pendidikan Teoritis. Bandung: IMTIMA Tomey, A.M & Alligood, M.R. 2006. Nursing theorist and their work. (6th ed). St. Louis: Mosby inc. Utama, S.Y. 2008. Gambaran pengetahuan, sikap dan perilaku remaja putrid terhadap pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) di SMAN 5 Kota Jambi. Laporan penelitian Poltekkes Jambi jurusan Kebidanan. Verralls, Sylvia. 2004. Anatomi dan fisiologi terapan dalam kebidanan. Jakarta: EGC
Wardani, Riska Aprilia. 2011. Pengaruh Metode Demonstrasi Terhadap Prestasi Belajar Mata Kuliah ASKEB II Persalinan (Standart Asuhan Persalinan Normal) Ditinjau dari Motivasi Belajar pada Mahasiswa Prodi Kebidanan STIKES Dian Husada Mojokerto. Perpustakaan digital Surakarta : Universitas Sebelas Maret Wasis. 2008. Pedoman Riset Praktis Untuk Profesi Perawat. Jakarta: EGC Wong, Donna L, et al,. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Wong Edisi 6 Vol 1. Jakarta: EGC World Health Organization. 2013. http://www.who.int/topics/adolescent_health/en/ (Diakses pada tanggal 11 November 2013 pukul 22.53 WIB) _________________________. http://www.who.int/cancer/detection/breastcancer/en/index.html (Diakses pada tanggal 13 November 2013 pukul 22.07 WIB) ______________________. http://www.who.int/school_youth_health/en/index.html
(Diakses
tanggal 15 des 2013 pukul 16.28 WIB) Yayasan Kesehatan Payudara Jakarta (YKPJ). 2011. http://www.antarasumut.com/beritasumut/berita-terkini/kesehatan/ypkj-usia-penderita-kanker-payudara-cenderung-menurun/ (diakses pada tanggal 25 Maret 2014 pukul 14.07 WIB) Yi, Myungsun & Park Eun Young. 2012. Effects of breast health education conducted by trained breast cancer survivors. Journal of Advanced Nursing 68(5), 1100-1110. Doi: 10.1111/j.1365-2648.2011.05815.x. Korea
FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI PESERTA PENELITIAN “Efektifitas Pendidikan Kesehatan Terhadap Nilai Pengetahuan Mengenai Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) Pada Remaja Putri di SMPN 3 Tangerang Selatan”
Saya adalah mahasiswi semester 8 (delapan) Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini dilaksanakan sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas pendidikan kesehatan terhadap nilai pengetahuan remaja putri mengenai SADARI. Saya berharap jawaban yang Anda berikan adalah berdasarkan pengetahuan Anda sendiri tanpa dipengaruhi orang lain. Saya menjamin kerahasiaan jawaban dan identitas Anda. Informasi yang Anda berikan hanya akan digunakan untuk pengembangan ilmu keperawatan dan tidak akan dipergunakan untuk maksud-maksud lainnya. Partisipasi Anda dalam penelitian ini bersifat bebas, Anda dipersilahkan memilih untuk bersedia menjadi peserta penelitian atau menolak tanpa ada sanksi apa pun. Jika Anda bersedia menjadi peserta penelitian ini, silahkan Anda menandatangani formulir persetujuan di bawah ini. Ciputat,
Peneliti
(Laras Ayunda Pratama)
Peserta
(
)
2014
LEMBAR KUESIONER
Judul Penelitian
: Efektifitas Pendidikan Kesehatan Terhadap Nilai Pengetahuan Mengenai Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) Pada Remaja Putri di SMPN 3 Tangerang Selatan
Peneliti
: Laras Ayunda Pratama
Petunjuk Pengisian
:
1. Isilah pertanyaan dibawah ini dengan memberikan tanda check list (√) di kotak yang tersedia pada pertanyaan bagian I, bagian II dan bagian III. 2. Dimohon untuk tidak berdiskusi atau bekerjasama dengan teman yang lain selama mengisi kuesioner ini. 3. Isilah kuesioner ini secara JUJUR sesuai dengan pendapat Anda. 4. Anda diperbolehkan bertanya kepada peneliti, apabila merasa kesulitan atau merasa kurang jelas. 5. Terima kasih atas kerjasama Anda “Selamat Mengerjakan” No. Responden :
I.
(diisi oleh peneliti)
DATA DEMOGRAFI RESPONDEN 1. Nama Lengkap
:
2. Umur
:
3. Kelas
:
4. No. Hp
:
(diisi oleh responden)
Tahun VII
VIII
5. Pernah mendapat informasi tentang Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)? : Pernah
Tidak pernah (lanjut ke halaman selanjutnya)
6. Jika pernah, kapan Anda mendapat informasi tentang SADARI? Satu bulan yang lalu Satu minggu yang lalu
Enam bulan yang lalu
Satu bulan yang lalu
______________
7. Informasi tentang SADARI didapatkan dari? : TV/Radio
Media massa
Petugas kesehatan
Orang tua
Saudara Kandung
Teman
:
II.
PENGETAHUAN TENTANG SADARI
No. 1.
Pernyataan SADARI adalah suatu teknik pemeriksaan dimana seorang perempuan memeriksa payudaranya sendiri untuk melihat dan merasakan dengan menggunakan jari sebagai cara mendeteksi apakah ada benjolan atau tidak pada payudaranya SADARI merupakan pemeriksaaan payudara sendiri yang dilakukan sekali seumur hidup SADARI bertujuan untuk mencegah masalah atau gangguan kesehatan pada payudara SADARI juga dapat mendeteksi adanya tumor jinak pada payudara dan ketiak Pengobatan akan lebih efektif jika masalah kesehatan payudara dapat dideteksi secara dini melalui SADARI Hanya perempuan yang berusia lebih dari 20 tahun boleh melakukan SADARI Setiap perempuan yang telah memasuki masa pubertas dapat melakukan SADARI SADARI dilakukan pada saat menstruasi setiap bulannya Pemeriksaan klinis oleh petugas kesehatan sebaiknya dilakukan pada perempuan berusia 30-50 tahun setiap tiga tahun sekali SADARI hanya boleh dilakukan oleh tenaga kesehatan SADARI dilakukan pada hari ke-7 sampai hari ke-10 yang dihitung sejak hari pertama mulai menstruasi SADARI dilakukan hanya ketika ada keluhan pada payudara atau ketiak SADARI dilakukan pada tanggal yang sama setiap bulannya pada perempuan yang telah memasuki masa menopause Praktik SADARI tidak memerlukan biaya yang mahal Penting untuk memeriksakan diri ke rumah sakit atau pelayanan kesehatan terdekat jika terdapat benjolan pada payudara Kanker payudara dapat dideteksi melalui SADARI Kanker payudara hanya menyerang perempuan berusia 30 tahun keatas
2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17.
Ya
Tidak
III.
PRAKTIK SADARI
No. Pernyataan 1. SADARI dilakukan dengan posisi berbaring, duduk, atau berdiri di depan cermin 2. SADARI dengan posisi berbaring memerlukan bantal di bawah pundak sisi payudara yang akan diperiksa 3. SADARI yang dilakukan dengan posisi berdiri di depan cermin dilakukan untuk melihat jika terdapat perbedaan bentuk pada payudara kanan ataupun kiri 4. SADARI menggunakan permukaan tiga jari (jari telunjuk, jari tengah, dan jari manis) 5. Saat melakukan SADARI, jari-jari digerakkan mulai dari bagian atas payudara sampai ke bawah dan mengelilingi seluruh bagian payudara 6. SADARI dilakukan dengan gerakan memutar keluar searah jarum jam di seluruh permukaan payudara 7. Pada saat berbaring benjolan pada payudara lebih mudah untuk diraba 8. Ketiak juga perlu diperiksa ketika melakukan SADARI 9. Benjolan dapat ditemukan tidak hanya di payudara tetapi juga ketiak 10. Penekanan pada puting saat melakukan SADARI dilakukan untuk melihat adanya cairan yang keluar dari puting 11. Tangan kanan digunakan untuk menekan payudara kiri dengan menggunakan permukaan tiga jari 12. SADARI dapat dilakukan saat mandi 13. Salah satu payudara yang menggantung lebih rendah dari biasanya saat dilakukan SADARI adalah tanda yang tidak normal 14. Penebalan kulit payudara merupakan hal yang wajar 15. Benjolan pada payudara yang tidak dapat digerakkan dan terasa nyeri saat dipegang bukan merupakan tanda kanker payudara 16. Benjolan yang terdapat di payudara merupakan hal yang normal 17. Nanah adalah cairan yang normal keluar dari puting ketika puting dipencet 18. Adanya benjolan pada ketiak adalah hal yang normal 19. Lekukan seperti lesung pipi pada kulit payudara adalah tanda yang harus di waspadai 20. Nyeri pada payudara saat dilakukan SADARI adalah hal yang tidak normal
Ya
Tidak
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
Pokok bahasan
: Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)
Sub pokok bahasan
: Pengetahuan dan Praktik SADARI
Hari/tanggal
: Selasa, 10 Juni 2014
Jam
: 08.00-09.00 WIB
Tempat
: Ruang kelas SMPN 3 Tangerang Selatan
Sasaran
: Siswi SMPN 3 Tangerang Selatan
Penyuluh
: Laras Ayunda Pratama
I.
Tujuan Instruksional Umum Setelah diberikan pendidikan kesehatan diharapkan siswi-siswi dapat mengetahui dan mempraktikkan SADARI
II. Tujuan Instruksional Khusus Setelah diberikan penyuluhan diharapkan siswi mampu: 1. Menjelaskan pengertian SADARI 2. Menjelaskan kriteria dilakukan SADARI 3. Menjelaskan langkah-langkah SADARI 4. Menjelaskan tanda yang harus diwaspadai saat SADARI III. Materi 1. Pengertian SADARI 2. Kriteria dilakukan SADARI
3. Langkah-langkah SADARI 4. Tanda yang harus diwaspadai saat SADARI IV. Metode 1. Ceramah 2. Demonstrasi 3. Tanya jawab V. Media 1. Powerpoint 2. Alat peraga (phantom) VI. Kegiatan Penyuluhan
No. 1.
2.
Waktu
Pembicara
Pembukaan 1. Memberi salam 2. Memperkenalkan diri 3. Menyampaikan topik penyuluhan 5 menit 4. Menjelaskan tujuan penyuluhan 5. Menjelaskan mekanisme penyuluhan 6. Melakukan kontrak waktu Penyampaian materi 1. Mengkaji pengetahuan awal mengenai topik yang akan disampaikan 2. Menyampaikan materi tentang: 30 Menit a. Pengertian SADARI b. Kriteria SADARI c. Langkah-langkah SADARI d. Tanda yang harus
Kegiatan Peserta
Penanggung Jawab
1. Menjawab salam 2. Mendengarkan 3. Mendengarkan 4. Mendengarkan
Penyaji
5. Mendengarkan 6. Mendengarkan
1. Menjawab
2. Mendengarkan dan memperhatikan
Penyaji
3.
4.
diwaspadai saat SADARI 3. Memberikan demonstrasi mengenai langkah-langkah SADARI Evaluasi 1. Memberikan kesempatan kepada siswi untuk mempraktikkan SADARI menggunakan phantom 20 Menit 2. Memberikan kesempatan siswi untuk bertanya 3. Menanyakan kembali pada peserta tentang materi yang disampaikan Penutup 5 menit 1. Menyimpulkan materi 2. Memberikan salam
VII. Pengorganisasian a. Penyaji
: Laras Ayunda Pratama
b. Observer
: Ratu Ummu Hani
c. Fasilitator
: Septiana : Gaby Nursila
3. Memperhatikan
1. Mempraktikkan langkah SADARI
2. Bertanya
Penyaji
3. Menjawab
1. Mendengarkan 2. Menjawab salam
Penyaji
VIII. Struktur Ruangan
Keterangan : : Peserta (siswi) : Fasilitator : Observer : Penyaji IX. Evaluasi 1. Evaluasi struktur : Rencana kegiatan dan penyaji materi pendidikan kesehatan dipersiapkan dari sebelum kegiatan 2. Evaluasi proses : a. Peralatan dan tempat tersedia b. Waktu sesuai dengan rencana (30 menit) 3. Evaluasi hasil : a. Mampu menjawab pertanyaan dan mengulang kembali pengertian SADARI
b. Mampu menyebutkan kriteria SADARI c. Mampu mendemonstrasikan langkah-langkah SADARI d. Mampu menyebutkan tanda yang harus diwaspadai saat SADARI
Materi Penyuluhan Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) 1. Pengertian SADARI SADARI adalah suatu teknik pemeriksaan dimana seorang perempuan memeriksa payudaranya sendiri untuk melihat dan merasakan dengan menggunakan jari sebagai cara mendeteksi apakah ada benjolan atau tidak pada payudaranya (The Center for Advanced Breast Cancer, 2005). 2. Kriteria SADARI Berikut ini adalah kriteria melakukan SADARI (Depkes, 2009): A. Dilakukan setiap bulan pada hari ke-7 sampai dengan hari ke-10 yang dihitung dari hari pertama menstruasi B. SADARI dapat dilakukan oleh remaja maupun dewasa C. SADARI dilakukan dengan posisi berdiri, duduk, maupun berbaring D. Pemeriksaan dilakukan setiap bulan sekali dengan memilih tanggal yang sama setiap bulannya bagi wanita yang telah menopause E. Pemeriksaan klinis oleh petugas kesehatan sebaiknya dilakukan pada perempuan berusia 30-50 tahun setiap tiga tahun sekali 3. Langkah-langkah SADARI Ada 7 (tujuh) langkah dalam melakukan SADARI menurut Depkes (2009), yaitu: 1. Perhatikan kedua payudara. Berdirilah di depan cermin dengan tangan di sisi tubuh dan lihat apakah ada perubahan pada payudara. Lihat perubahan dalam hal ukuran, bentuk atau warna kulit, atau jika ada kerutan, lekukan seperti lesung pipi pada kulit. 2. Perhatikan kembali kedua payudara sambil mengangkat kedua tangan di atas kepala, dilanjutkan dengan meletakkan kedua tangan di pinggang sambil menekan
agar otot dada berkontraksi. Bungkukkan badan untuk melihat apakah kedua payudara menggantung seimbang. 3. Tekan masing-masing puting dengan ibu jari dan jari telunjuk secara lembut untuk melihat apakah ada cairan yang keluar. 4. Lakukan perabaan payudara. Pemeriksaan ini dapat dilakukan sambil berdiri atau berbaring. Jika memeriksa payudara sambil berbaring, diletakkan sebuah bantal di bawah pundak sisi payudara yang akan diperiksa. 5. Angkat lengan kiri ke atas kepala. Gunakan tangan kanan untuk menekan payudara kiri dengan ketiga jari tengah (telunjuk, tengah, dan manis). Mulailah dari daerah putting susu dan gerakkan ketiga jari tersebut dengan gerakan memutar keluar di seluruh permukaan payudara. 6. Rasakan apakah terdapat benjolan atau penebalan. Pastikan untuk memeriksa daerah yang berada di antara payudara, di bawah lengan dan di bawah tulang selangka. 7. Angkat lengan kanan ke atas kepala dan ulangi pemeriksaan untuk payudara sebelah kanan dengan menggunakan tangan kiri. Pemeriksaan ini akan membantu untuk mengetahui lebih awal apabila ada kelainan pada payudara yaitu dengan menggunakan teknik yang sama setiap bulannya.
2
1
3
5
4
6
Bagan : Langkah-langkah Melakukan SADARI (Depkes, 2009) 4. Tanda-tanda yang harus diwaspadai saat SADARI (Depkes, 2009): a. Penambahan ukuran atau besar yang tak biasa pada payudara b. Salah satu payudara menggantung lebih rendah dari biasanya c. Lekukan seperti lesung pipi pada kulit payudara d. Cekungan atau lipatan pada puting e. Perubahan penampilan puting payudara f. Keluar cairan seperti susu atau darah dari salah satu puting g. Adanya benjolan pada payudara h. Pembesaran kelenjar getah bening pada lipat ketiak atau leher i.
Pembengkakan pada lengan bagian atas
1. Hasil Olahan SPSS Univariat A. Hasil Univariat Pre-test Descriptives Pre-test Statistic Mean
23,97
95% Confidence Interval for
Lower Bound
22,73
Mean
Upper Bound
25,21
5% Trimmed Mean
24,15
Median
24,00
Variance SkorTotal
Std. Error ,610
12,280
Std. Deviation
3,504
Minimum
15
Maximum
30
Range
15
Interquartile Range
4
Skewness
-,947
,409
Kurtosis
1,143
,798
Percentiles Pre-test Percentiles 5 Weighted Average(Definition 1) Tukey's Hinges
SkorTotal
15,00
SkorTotal
10 18,40
25
50
75
22,50
24,00
26,00
23,00
24,00
26,00
Extreme Values Pre-test Case Number
Highest
Value
1
13
30
2
31
29
3
4
28
4
15
28
5
1
27a
1
30
15
2
19
15
3
6
18
4
14
19
5
16
21
SkorTotal
Lowest
90 28,00
95 29,30
a. Only a partial list of cases with the value 27 are shown in the table of upper extremes.
B. Hasil Univariat Post-test Descriptives Post-test Statistic Mean
SkorTotal
Std. Error
33,06
95% Confidence Interval for
Lower Bound
32,30
Mean
Upper Bound
33,82
5% Trimmed Mean
33,14
Median
34,00
Variance
4,621
Std. Deviation
2,150
Minimum
28
Maximum
37
Range
9
Interquartile Range
3
,374
Skewness
-,787
,409
Kurtosis
-,045
,798
Percentiles Post-test Percentiles 5 Weighted Average(Definition 1) Tukey's Hinges
SkorTotal
28,70
SkorTotal
10 29,40
25
50
75
90
32,00
34,00
35,00
32,00
34,00
35,00
95
35,00
35,60
Extreme Values Post-test Case Number
Highest
Value
1
12
37
2
1
35
3
4
35
4
6
35
5
18
1
30
28
2
24
29
3
19
29
4
32
30
5
27
30b
a
35
SkorTotal
Lowest
a. Only a partial list of cases with the value 35 are shown in the table of upper extremes. b. Only a partial list of cases with the value 30 are shown in the table of lower extremes.
2. Hasil Olahan SPSS Bivariat A. Hasil Bivariat Pre-test Tests of Normality Pre-test Kolmogorov-Smirnov Statistic SkorTotal
Df
,149
a
Shapiro-Wilk
Sig. 33
Statistic
,062
df
,929
Sig. 33
,034
a. Lilliefors Significance Correction One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test SkorTotal N
33
Normal Parametersa,b
Most Extreme Differences
Mean
23,97
Std. Deviation
3,504
Absolute
,149
Positive
,072
Negative
-,149
Kolmogorov-Smirnov Z
,854
Asymp. Sig. (2-tailed)
,460
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
B. Hasil Bivariat Post-test Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Statistic SkorTotal
,214
df
Shapiro-Wilk
Sig. 33
a. Lilliefors Significance Correction
,001
Statistic ,901
df
Sig. 33
,006
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test SkorTotal N
33
Normal Parameters
a,b
Most Extreme Differences
Mean
33,06
Std. Deviation
2,150
Absolute
,214
Positive
,153
Negative
-,214
Kolmogorov-Smirnov Z
1,232
Asymp. Sig. (2-tailed)
,096
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
3. Hasil SPSS Paired T Test
Paired Samples Statistics Mean
N
Std. Deviation
Std. Error Mean
Sebelum
23,97
33
3,504
,610
Sesudah
33,06
33
2,150
,374
Pair 1
Paired Samples Correlations N Pair 1
Sebelum & Sesudah
Correlation 33
,436
Sig. ,011
Paired Samples Test Paired Differences Mean
t
Std.
Std. Error
95% Confidence Interval of
Deviation
Mean
the Difference Lower
Pair 1
Sebelum Sesudah
-9,091
3,215
,560
-10,231
df
Sig. (2-tailed)
Upper -7,951
-16,244
32
,000
4. Uji Reliabilitas Reliability Statistics Cronbach's
N of Items
Alpha ,675
41
Item-Total Statistics Scale Mean if
Scale Variance
Corrected Item-
Cronbach's
Item Deleted
if Item Deleted
Total
Alpha if Item
Correlation
Deleted
SADARI adalah salah satu cara untuk mencegah
62,10
56,438
,204
,672
62,13
55,016
,518
,664
62,13
55,844
,296
,669
62,67
58,575
-,235
,689
63,00
56,690
,072
,674
62,17
56,351
,128
,673
62,27
53,720
,527
,657
62,47
53,499
,450
,657
62,17
58,695
-,376
,687
62,10
56,438
,204
,672
timbulnya kanker payudara Hanya yang berusia lebih dari 20 tahun yang boleh melakukan SADARI SADARI adalah pemeriksaan payudara sendiri yang dilakukan sekali seumur hidup SADARI dilakukan segera setelah menstruasi setiap bulan Pemeriksaan SADARI hanya dilakukan oleh perempuan Setiap perempuan yang telah memasuki masa puber dapat melakukan SADARI SADARI dilakukan rutin setiap bulan bagi remaja SADARI hanya boleh dilakukan oleh tenaga kesehatan Pemeriksaan SADARI memerlukan waktu 1 jam SADARI juga dapat mendeteksi adanya tumor jinak pada payudara
SADARI dilakukan pada hari 7-10 yang dihitung sejak hari pertama mulai
62,50
54,948
,245
,667
62,23
55,289
,283
,667
62,07
57,030
,000
,675
62,43
54,944
,254
,666
62,10
56,990
,003
,676
62,47
53,637
,431
,658
62,13
55,016
,518
,664
62,23
57,220
-,058
,679
62,10
56,438
,204
,672
62,07
57,030
,000
,675
62,07
57,030
,000
,675
62,20
53,407
,693
,654
62,13
55,016
,518
,664
menstruasi SADARI bisa dilakukan di rumah SADARI sangat bermanfaat untuk kesehatan payudara Pada perempuan yang telah memasuki masa menopause, SADARI dilakukan pada tanggal yang sama setiap bulannya SADARI penting untuk dilakukan oleh perempuan khususnya remaja Praktik SADARI tidak memerlukan biaya yang mahal Kanker payudara dapat di deteksi melalui SADARI Kanker payudara hanya menyerang perempuan berusia 30 tahun keatas Kanker payudara dapat menyerang remaja Penting untuk memeriksakan diri ke rumah sakit atau pelayanan kesehatan terdekat jika terdapat benjolan pada payudara Pemeriksaan SADARI dapat dilakukan sambil berbaring dan berdiri di depan cermin Pemeriksaan SADARI menggunakan permukaan tiga jari Jari-jari meraba tiap bagian payudara kiri dan sebaliknya
Tangan kanan memeriksa payudara kiri dan
62,13
55,430
,406
,666
62,17
55,385
,342
,667
62,07
57,030
,000
,675
62,30
55,045
,282
,666
62,40
54,179
,371
,661
62,27
55,099
,292
,666
62,67
56,782
,000
,678
62,13
55,016
,518
,664
62,13
56,257
,186
,672
62,40
53,214
,513
,655
62,43
58,254
-,196
,687
62,50
57,293
-,068
,681
sebaliknya Pada saat berbaring benjolan pada payudara lebih mudah untuk diraba Saat pemeriksaan, jari-jari digerakkan mulai dari bagian atas sampai ke bawah dan mengelilingi seluruh bagian payudara Saat melakukan SADARI, ketiak juga perlu untuk diperiksa Benjolan dapat ditemukan tidak hanya di payudara tetapi juga di ketiak Penekanan pada puting dilakukan untuk melihat cairan yang keluar dari puting Nanah adalah cairan yang normal keluar dari puting ketika puting di pencet Pemeriksaan di depan cermin dilakukan untuk melihat jika terdapat perbedaan bentuk pada payudara kanan ataupun kiri SADARI dapat dilakukan pada posisi berdiri, duduk, maupun berbaring SADARI juga dapat dilakukan saat mandi Benjolan lebih mudah diraba pada saat mandi Benjolan yang tidak dapat digerakkan dan terasa nyeri saat dipegang bukan merupakan tanda kanker payudara
Benjolan yang terdapat dipayudara merupakan hal
62,40
55,145
,232
,668
62,30
53,803
,482
,658
62,30
54,355
,392
,662
62,43
56,737
,007
,678
62,17
55,109
,403
,665
31,53
14,257
1,000
,650
yang normal SADARI dilakukan dengan gerakan memutar Adanya benjolan pada ketiak adalah hal yang normal Lekukan seperti lesung pipi pada payudara adalah tanda yang harus di waspadai Nyeri pada payudara saat dilakukan SADARI adalah hal yang tidak normal Skor_total