PENGARUH INFLASI, PEROLEHAN DANA PIHAK KETIGA, DAN TINGKAT SUKU BUNGA TERHADAP PEMBIAYAAN BERMASALAH SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP PROFITABILITAS PADA BPRS DI INDONESIA JANUARI 2013- JULI 2016
Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)
Oleh: Fitri Listianingrum NIM: 1113046000120
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438 H/ 2017 M
438 H/ 2017 M
i
ii
iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A.
IDENTITAS DIRI Nama
: Fitri Listianingrum
Alamat
: Jl. H. Pi’ih No. 11 Parung Tengah RT 004/003
Kel. Duren Mekar, Kec. Bojongsari, Depok, Jawa Barat Telepon
: 0896 5353 2237
Email
:
[email protected]
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 30 Agustus 1994
B.
Agama
: Islam
Kewarganegaraan
: Indonesia
PENDIDIKAN FORMAL Pendidikan
Nama Lembaga
Kota
Tahun
TK
TK Kartika XI-5
Jakarta Timur
2000
SD
SDN Sudimara 6
Tangerang
2000-2006
SMP
SMP
Al- Tangerang
2006-2009
SMA
SMAN 12 Tangerang Tangerang
2009-2012
Perguruan Tinggi
UIN
2013-2017
Islam
Hasanah
Syarif Tangerang
Hidayatullah Jakarta
iv
Selatan
C.
PENGALAMAN ORGANISASI Lembaga/ Institusi
Tahun
Anggota ROHIS SMAN 12 Tangerang
2011
Anggota Paskibra SMAN 12 Tangerang
2012
Staf Divisi Minat dan Bakat HMPS Muamat Fakultas 2013 Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Staf Divisi Pengembangan Ekonomi Komda Fakultas 2014-2015 Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Staf Divisi Keilmuan LiSEnSi (Lingkar Studi Ekonomi 2015-2016 Syariah) KSEI UIN Syarif Hidayatullah Jakarta D.
E.
PENGALAMAN KERJA
Staf Administrasi di PT. Kelana Tour & Travel Cabang Fatmawati
Mengajar les matematika paruh waktu di Bimbel SINAU Pamulang
LATAR BELAKANG KELUARGA Ayah
: Adi Suseno
Tempat, Tanggal Lahir : Tuban, 12 Juli 1965 Pendidikan Terakhir
: Diploma
Ibu
: Yuliati
Tempat, Tanggal Lahir : Bandung, 5 Juli 1969 Pendidikan Terakhir
: SLTA
v
ABSTRACT
Fitri Listianingrum, 1113046000120, Inflation Influence, Third Party Fund Acquisition, and Interest Rate on Troubled Financing and Its Implication on Profitability at BPRS in Indonesia Period from January 2013 to July 2016. Syariah Syariah Economics Faculty of Economics and Business Syarif Hidayatullah Jakarta, 1438 H / 2017 M. This study aims to analyze the effect of inflation, the acquisition of third party funds and interest rate on Non Performing Financing (NPF) in BPRS in Indonesia directly and to analyze the effect of inflation, interest rate, and Non Performing Financing (NPF) on Return On Asset (ROA) to BPRS in Indonesia directly and indirectly. Endogenous variables in this study is Return On Assets (ROA) which is a proxy of profitability and Non Performing Financing (NPF). Exogenous variables include inflation, interest rates, and third party funds. The analytical method used is path analysis or path analysis with the help of Microsoft Excel 2010 and SPSS version 20.0. The data used in this study data series (time series) monthly from January 2013 - July 2016. The results suggest that direct inflation has a significant negative effect and third party funds interest rates have a positive effect on Non Performing Financing (NPF). While directly to the Return On Assets (ROA) inflation has a significant positive effect and interest rates and Non Performing Financing (NPF) has a significant negative effect. Indirectly inflation has a negative effect and interest rates have a positive effect on Return On Assets (ROA). Keywords: inflation, third party funds, interest rate, Non Performing Financing (NPF), Return On Assets (ROA), path analysis. Advisor: Ir. RR. Tini Anggraini, ST., M. Si References: 1992-2014
vi
ABSTRAK Fitri Listianingrum, 1113046000120, Pengaruh Inflasi, Perolehan Dana Pihak Ketiga, dan Tingkat Suku Bunga terhadap Pembiayaan Bermasalah serta Implikasinya terhadap Profitabilitas pada BPRS di Indonesia Periode Januari 2013- Juli 2016. Program Studi Ekonomi Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1438 H/ 2017 M. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh inflasi, perolehan dana pihak ketiga dan tingkat suku bunga terhadap Non Performing Financing (NPF) pada BPRS di Indonesia secara langsung dan untuk menganalisis pengaruh inflasi, tingkat suku bunga, dan Non Performing Financing (NPF) terhadap Return On Asset (ROA) pada BPRS di Indonesia secara langsung dan tidak langsung. Variabel endogen dalam penelitian ini adalah Return On Asset (ROA) yang merupakan proksi dari profitabilitas dan Non Performing Financing (NPF). Sedangkan variabel eksogen adalah inflasi, tingkat suku bunga, dan dana pihak ketiga. Metode analisis yang digunakan adalah path analysis atau analisis jalur dengan bantuan software Microsoft Excel 2010 dan SPSS version 20.0. Data yang digunakan dalam penelitian ini data runtun (time series) bulanan dari Januari 2013 – Juli 2016. Hasil penelitian menyatakan bahwa secara langsung inflasi memiliki pengaruh negatif yang signifikan dan dana pihak ketiga tingkat suku bunga memiliki pengaruh positif terhadap Non Performing Financing (NPF). Sedangkan secara langsung terhadap Return On Asset (ROA) inflasi memiliki pengaruh yang positif yang signifikan dan tingkat suku bunga serta Non Performing Financing (NPF) memiliki pengaruh negatif yang signifikan. Secara tidak langsung inflasi berpengaruh negatif dan tingkat suku bunga berpengaruh positif terhadap Return On Asset (ROA). Kata Kunci: inflasi, dana pihak ketiga, tingkat suku bunga, Non Performing Financing (NPF), Return On Asset (ROA), path analysis. Pembimbing: Ir. RR. Tini Anggraini, ST., M. Si Daftar Pustaka: 1992-2014
vii
KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan hidayah-Nyalah penulis dapat menyelesaikan skripsi. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan juga sahabat-sahabatnya. Atas kehendak dan rahmat Allah SWT penulus dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Pengaruh Inflasi, Perolehan Dana Pihak Ketiga, dan Tingkat Suku Bunga terhadap Pembiayaan Bermasalah serta Implikasinya terhadap Profitabilitas pada BPRS di Indonesia Periode Januari 2013 – Juli 2016” ditujukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi starata 1 (S-1) dan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dengan selesainya skripsi ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada orang-orang atau pihak-pihak yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Ungkapan terimakasih penulis tujukan kepada: 1. Kedua orang tua penulis yang tercinta, Bapak Adi Suseno dan Ibu Yuliati serta kakak dan adik tercinta, Mba Fina, Mas Avic, dan Ninis yang selalu mendo’akan dan mendukung dalam kondisi apapun baik moril maupun materil serta telah menjadi motivasi bagi penulis untuk menyelesaikan penelitian ini. 2. Keluarga besar penulis yang terus mendukung penulis dalam menyelesaikan studi ini. 3. Bapak Dr. M. Arief Mufraini, Lc., MA selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Bapak Yoghi Citra Pratama, M. Si selaku Ketua Program Studi Ekonomi Syariah dan Ibu Endra Kasni Laila, M.Si selaku Sekretaris Program Studi Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
viii
5. Bapak AM. Hasan Ali, M.A., dan Bapak Abdurrauf, Lc., M.A selaku Tim Task Force Passing Out Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 6. Ibu Ir. RR. Tini Anggraini, ST., M.Si., selaku dosen pembimbing penulis yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan arahan kepada penulis selama proses penyelesaian skripsi ini. 7. Bapak Atep Abdurofiq, M.Si., selaku penasehat akademik penulis yang telah membimbing selama perkuliahan. 8. Seluruh dosen yang selama ini telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan jenjang pendidikan ini dengan baik, dan tak lupa kepada para staf akademik, karyawan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 9. Kepada Naya sahabat tercinta pertama kali penulis kenal dari OPAK sampai sekarang dan sahabat tercinta yang lain Nisa, Ica, dan Dea yang selalu menemani baik suka maupun duka selama kuliah, selalu memberikan motivasi, dan memberikan suasana kekeluargaan bagi penulis. Semoga silaturahim kita tetap terjaga sampai seterusnya. 10. Teman-teman Muamalat C terimakasih atas waktu dan kebersamaannya yang telah kita mulai sejak awal perkuliahan. 11. Teman-teman Muamalat 2013 dan Keluarga Besar Muamalat terimakasih untuk segala pengalaman yang telah dilalui bersama, kerjasama dan ilmu yang telah diberikan. Semoga semua yang sudah dilakukan dapat bermanfaat saat ini dan seterusnya. 12. Kepada Ka Rahmi kakak kelimuan LiSEnSI 2015 terimakasih untuk diskusi dan memberikan semangat, motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini 13. Teman-teman Keilmuan Squad LiSEnSI 2016 Naya, Erna, Idil, Elgi, Sela, dan Ilham terimakasih untuk motivasi, cerita, diskusi, canda tawa dan nasihat untuk terus selalu berada di jalan yang di Ridhoi Allah SWT. 14. Teman-teman seperjuangan di Kelompok Studi Ekonomi Islam (KSEI) Lingkar Studi Ekonomi Syariah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2016/2017
ix
dan terutama keluarga Keilmuan. MPL LiSEnSI 2015/2016. KBL (1 dan 2) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terimakasih atas dukungan, diskusi, ilmu dan nasihat untuk selalu berada di jalan yang di Ridhoi Allah SWT. 15. Teman-teman KKN PEMANAH terimakasih atas kerjasama dan saling pengertian dalam menjalankan kegiatan KKN dan buku laporan KKN serta penalaman berharga penuh dengan cerita yang belum didapatkan sebelumnya. 16. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, hal itu tidak akan mengurangi rasa terimakasih atas do’a dan dukungannya. Semoga semua kebaikan yang diberikan Allah SWT dibalas dengan berlipat ganda.
x
DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................... ii LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................... iii DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................... iv ABSTRACT ........................................................................................................... vi ABSTRAK .......................................................................................................... vii KATA PENGANTAR ......................................................................................... viii DAFTAR ISI .......................................................................................................... xi DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiii DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiv BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah ................................................................................. 1 B. Identifikasi dan Pembatasan Masalah .......................................................... 10 C. Rumusan Masalah ........................................................................................ 11 D. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................................... 11 E. Sistematika Penulisan .................................................................................. 12 BAB II TINJAUAN TEORITIS ........................................................................... 14 A. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah ............................................................... 14 B. Profitabilitas ................................................................................................. 17 C. Pembiayaan Bermasalah (Non Performing Financing/NPF)....................... 20 D. Inflasi............................................................................................................ 24 E. Dana Pihak Ketiga (DPK) ............................................................................ 29 F. Tingkat Suku Bunga (BI Rate) ..................................................................... 39 G. Hubungan antara Inflasi, Perolehan Dana Pihak Ketiga dan Tingkat Suku Bunga terhadap Pembiayaan Bermasalah .................................................... 43 H. Hubungan Inflasi, Tingkat Suku Bunga, dan Pembiayaan Bermasalah terhadap Profitabilitas .................................................................................. 46 I. Review Studi Terdahulu ............................................................................... 49 J. Kerangka Penelitian ..................................................................................... 57 BAB III METODOLOGI PENELITIAN.............................................................. 58
xi
A. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................................ 58 B. Jenis Penelitian ............................................................................................. 58 C. Jenis dan Sumber Data ................................................................................. 59 D. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................... 59 E. Teknik Analisis Data .................................................................................... 60 1. Uji Asumsi Klasik ................................................................................... 61 2. Analisis Jalur (Path Analysis).................................................................. 64 3. Uji Hipotesis ............................................................................................ 65 F. Operasional Variabel Penelitian ................................................................... 68 BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN ......................................................... 71 A. Gambaran Umum ......................................................................................... 71 B. Asumsi Klasik .............................................................................................. 76 1. Uji Normalitas ......................................................................................... 76 2. Uji Autokorelasi ...................................................................................... 77 3. Uji Multikolinearitas................................................................................ 78 4. Uji Heteroskedastisitas ............................................................................ 79 C. Analisis Pengaruh Inflasi, Perolehan Dana Pihak Ketiga, dan Tingkat Suku Bunga terhadap Pembiayaan Bermasalah serta Implikasinya terhadap Profitabilitas Pada BPRS di Indonesia Periode Januari 2013-Juli 2016 ...... 80 1. Uji Statistik Struktural I........................................................................... 80 2. Uji Statistik Struktural II ......................................................................... 86 3. Analisis Korelasi...................................................................................... 91 4. Perhitungan Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung ........................... 94 D. Interpretasi Hasil .......................................................................................... 96 BAB V PENUTUP .............................................................................................. 101 A. Kesimpulan ................................................................................................ 101 B. Saran .......................................................................................................... 102 DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 104 LAMPIRAN ........................................................................................................ 111
xii
DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Perbedaan Tabungan Mudharabah dan Wadiah .................................. 36 Tabel 2.2 Review Studi Terdahulu ....................................................................... 49 Tabel 4.1 Uji Normalitas ....................................................................................... 76 Tabel 4.2 Uji Autokorelasi Sebelum Transformasi .............................................. 77 Tabel 4.3 Uji Autokorelasi Setelah Transformasi ................................................ 77 Tabel 4.4 Uji Multikolinearitas ............................................................................ 78 Tabel 4.5 Uji F (Struktural I) ............................................................................... 81 Tabel 4.6 Uji t (Struktural I) ................................................................................ 82 Tabel 4.7 Uji Koefisien Determinasi (Struktural I) ............................................. 84 Tabel 4.8 Koefisien Jalur Persamaan Struktur I ................................................... 85 Tabel 4.9 Uji F (Struktural II) .............................................................................. 86 Tabel 4.10 Uji t (Struktural II) ............................................................................. 87 Tabel 4.11 Korelasi Antar Variabel ..................................................................... 89 Tabel 4.12 Koefisien Jalur Persamaan Struktur II ............................................... 90 Tabel 4.13 Korelasi Antar Variabel ..................................................................... 91 Tabel 4.14 Koefisien Korelasi .............................................................................. 93 Tabel 4.15 Perhitungan Perngaruh Langsung, Tidak Langsung, danTotal .......... 94
xiii
DAFTAR GAMBAR Grafik 1.1
Jumlah Kantor Bank Pembiayaan Rakyat Syariah di Indonesia
Januari 2013-Juli 2016 ............................................................................................ 5 Grafik 1.2
Pertumbuhan Inflasi, BI Rate, DPK,NPF, dan ROA ........................ 7
Grafik 4.1
Perkembangan Inflasi di Indonesia Januari 2013-Juli 2016 ............ 71
Grafik 4.2
Perkembangan DPK pada BPRS di Indonesia Januari 2013-Juli 2016
............................................................................................................................... 72 Grafik 4.3
Perkembangan BI Rate di Indonesia Januari 2013-Juli 2016 .......... 73
Grafik 4.4
Perkembangan Non Performing Financing (NPF) BPRS di Indonesia
Januari 2013-Juli 2016 ......................................................................................... 74 Grafik 4.5
Perkembangan Return On Asset (ROA) BPRS di Indonesia Januari
2013-Juli 2016....................................................................................................... 75 Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ......................................................................... 57 Gambar 4.1 Uji Heterokedastisitas ...................................................................... 79 Gambar 4.2 Stuktural I ........................................................................................ 80 Gambar 4.3 Struktural II ..................................................................................... 86 Gambar 4.4 Skema Struktural I dan II ................................................................. 94
xiv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan perekonomian di dunia sampai saat ini tidak dapat dipisahkan dari dunia perbankan. Hampir semua aktivitas perekonomian di dunia maupun di Indonesia menggunakan perbankan sebagai lembaga keuangan yang dapat membantu berjalannya usaha tersebut. Bank dapat berperan sebagai penyedia dana dengan memberi pinjaman berupa alternatif yang banyak dipilih untuk memenuhi kebutuhan dunia termasuk perekonomian. Di Indonesia aset perbankan syariah yang terdiri atas Bank Umum Syariah (BUS), Unit Usaha Syariah (UUS) dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) tercatat sebesar Rp248,1 triliun pada tahun 2013 atau tumbuh 24,2% (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan tahun sebelumnya (34,0%, yoy). Pertumbuhan dana pihak ketiga perbankan tercatat menurun dari 15,8% (yoy) tahun 2012 menjadi 13,6% (yoy) pada tahun 2013. Dana pihak ketiga (DPK) yang dihimpun BUS dan UUS sepanjang tahun 2013 tercatat tumbuh sebesar 24,4% (yoy), sedangkan pada BPRS mencapai 24,8% dan melambat dibandingkan tahun 2012 yang mencapai 27,8% (yoy), walaupun masih lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan DPK perbankan nasional.1
1
Laporan Perkembangan Perbankan Syariah tahun 2013, diakses pada 27 September 2016 pukul 10.12 WIB, http://www.ojk.go.id/id/kanal/syariah/berita-dan-kegiatan/infoterkini/Pages/laporan-perkembangan-keuangan-syariah-2013-lpks.aspx.
1
2
Dalam Islam, manusia diwajibkan untuk berusaha agar ia mendapatkan rezeki guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Untuk memulai usaha diperlukan modal, seberapapun kecilnya. Ada saatnya orang mendapatkan modal dari simpanannya atau dari keluarganya dan ada pula yang meminjam kepada rekannya. Jika tidak tersedia, peran institusi keuangan menjadi sangat penting karena dapat menyediakan modal bagi orang yang ingin membuka usaha.2 Institusi keuangan khususnya dalam sektor perbankan, baik bank konvensional maupun bank syariah, dalam melakukan kegiatan usahanya memerlukan dana dari masyarakat, dan kemudian dana tersebut dioperasikan kembali kepada masyarakat dalam bentuk pembiayaan yang pada akhirnya akan menghasilkan pendapatan.3 Menurut Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 tentang perbankan, disebutkan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dengan kata
lain, bank dalam menjalankan
aktivitasnya berfungsi sebagai lembaga perantara keuangan atau financial intermediary antara pihak yang kelebihan dana dengan pihak yang kekurangan dana.4 Terdapat dua jenis bank yang ada di Indonesia, di
2
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktek (Jakarta: Gema Insani, 2001), hal. 169. 3 Dahlan Siamat, Manajemen Lembaga Keuangan, Ed.IV (Jakarta: FE UI, 1995), hal. 88. 4 Ismail, Manajemen Perbankan: Dari Teori Menuju Aplikasi, Ed. 1 Cet. 2 (Jakarta: Kencana, 2011), hal. 3-11.
3
antaranya bank konvensional dan bank syari’ah.5 Lahirnya Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 tentang perbankan, telah menyadarkan semua pihak bahwa perbankan dengan sistem konvensional bukan merupakan satu-satunya sistem yang dapat diandalkan, tetapi ada sistem perbankan lain yang jauh lebih unggul karena menawarkan prinsip keadilan dan keterbukaan, yaitu perbankan syariah. Undang-undang nomor 21 tahun 2008 tentang perbankan syariah menjelaskan bahwa bank syariah adalah Bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan Prinsip Syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah. Bank Umum Syariah adalah Bank Syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran6. Sedangkan, Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Syariah adalah Bank Syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.7 Banyaknya lembaga keuangan yang terus berkembang di Indonesia, Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) merupakan salah satu lembaga keuangan yang masih diminati oleh masyarakat di Indonesia, khususnya di pedesaan. Berdirinya BPRS di Indonesia selain didasari oleh tuntutan bermuamalah dalam Islam, juga sebagai langkah aktif dalam rangka rekstukturisasi perkenomian Indonesia yang dituangkan dalam berbagai paket kebijaksanaan keuangan, moneter, dan perbankan. Secara khusus adalah mengisi peluang 5
Kasmir, Manajemen Perbankan (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), hal. 21. Pasal 1 angka 8, UU Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. 7 Pasal 1 angka 9, UU Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. 6
4
terhadap kebijaksanaan yang membebaskan bank dalam penetapan tingkat suku bunga (Rate Interest), yang kemudian dikenal dengan bank tanpa bunga.8 BPR Syariah telah diatur dalam Peraturan Bank Indonesia 6/17/PBI/2004 tanggal 1 Juli 2004 tentang Bank Perkreditan Rakyat Berdasarkan Prinsip Syariah. Ketentuan ini merupakan penyempurnaan dari ketentuan lama yang telah dicabut, yaitu meliputi Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 32/4/UPPB tanggal 12 Mei 1999 dan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 32/36/KEP/DIR tanggal 12 Mei 1999.9 Pertumbuhan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) dari tahun 2013 sampai Juli 2016 terus mengalami peningkatan yang cukup pesat, ini dikarenakan persyaratan pendirian yang relatif lebih ringan, dan dengan melayani operasi perbankan lokal, jumlah BPRS meningkat relatif cepat dibandingkan dengan bank syariah maupun unit usaha syariah. Dapat dilihat perkembangan dari jumlah kantor BPRS di Indonesia pada tahun 2010 sampai Juli 2016 di bawah ini:
8
Warkum Sumitro, Asas-asas Perbankan Islam dan Lembaga-lembaga Terkait (BMUI & Takaful) di Indonesia, Cet. 1(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996), hal. 111. 9 Wiroso, Perbankan Syariah Penghimpunan Dana dan Distribusi Hasil Usaha Bank Syariah (Jakarta: PT Grasindo, 2005), hal. 1.
5
Grafik 1. 1 : Jumlah Kantor Bank Pembiayaan Rakyat Syariah di Indonesia tahun 2010-Juli 2016 500 400
364
300
401
402
439
428
435
286 Jumlah Bank
200 150
155
158
163
163
165
165
Jumlah Kantor
100 0 2010
2011
2012
2013
2014
2015
Juli 2016
Sumber: data diolah (Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan)
Dari grafik 1. 1 diatas dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) dari tahun 2010 sampai dengan Juli 2016 mengalami peningkatan yang cukup baik dari tahun ke tahun mulai tahun 2010 berjumlah 286 kantor dan 150 bank, sampai dengan bulan Juli 2016 berjumlah 435 kantor dan 165 bank. Hal tersebut menunjukkan bahwa Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) terus mengalami pertumbuhan yang baik di masyarakat dilihat dari jumlah kantor yang terus meningkat, meskipun di tahun 2015 Bank Pembiayaan Rakyat Syariah mengalami penurunan jumlah kantor yaitu menjadi 428 kantor yang dari tahun sebelumnya berjumlah 439 kantor. Pertumbuhan pembiayaan
Non Performing Financing BPRS
pada
periode laporan mencapai 32,0% (yoy), atau melebihi pertumbuhan pembiayaan BPRS dalam periode yang sama. Dengan demikian, sebagaimana pada BUS dan UUS, rasio NPF (gross) BPRS juga mengalami peningkatan
6
dari 6.1% pada tahun 2012 menjadi 6.5% pada tahun 2013. Rasio NPF BPRS tersebut lebih tinggi dibandingkan rasio NPL industry BPR secara nasional pada posisi yang sama (4,4%), akan tetapi masih berada pada posisi yang relatif baik bila dibandingkan kriteria kualitas aset maksimal 7%10 pada penilaian tingkat kesehatan BPRS yang tergolong sehat. 11 Faktor penyebab tingginya Non Performing Financing atau pembiayaan bermasalah dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor baik dari internal bank maupun eksternal bank. Pada faktor internal Ernawati Puspitasari12 mengatakan bahwa dana pihak ketiga mempunyai pengaruh positif yang signifikan terhadap pembiayaan bermasalah. Jika dilihat, perbankan syariah bukan tidak memiliki permasalahan dengan kondisi makroekonomi. Perbankan syariah juga memiliki pola-pola terhadap variabel makroekonomi terutama inflasi dan BI Rate. Hal ini dapat dilihat pada grafik berikut:
10
Pasal 47 ayat 2, Salinan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 3/POJK. 03/2016 tentang Bank Pembiayaan Rakyat Syariah. 11
Laporan Perkembangan Keuangan Syariah tahun 2013, diakses pada 27 September 2016 pukul 10.12 WIB dari http://www.ojk.go.id/id/kanal/syariah/berita-dan-kegiatan/infoterkini/Pages/laporan-perkembangan-keuangan-syariah-2013-lpks.aspx. 12
Ernawati Puspitasari, Pengaruh Faktor Eksternal dan Internal Bank Terhadap Risiko Pembiayaan Bermasalah pada Bank Umum Syariah di Indonesia Tahun 2006-2009, (Skripsi S1 UIN Sunan Kalijaga, 2012), hal. ii.
7
Grafik 1.2: Pertumbuhan Inflasi, BI Rate, DPK, NPF, dan ROA 18.00% 16.00% 14.00%
Inflasi
12.00%
BI Rate
10.00% 8.00%
ROA
6.00%
NPF
4.00%
DPK
2.00% 0.00% 2010
2011
2012
2013
2014
2015 Juli 2016
Sumber: data diolah (Bank Indonesia dan Otorittas Jasa Keuangan)
Pergerakan tingkat inflasi dari tahun 2010 hingga Juli 2016 bergerak fluktuatif. Inflasi tertinggi terjadi di tahun 2013 sebesar 8.38% disebabkan oleh naiknya harga BBM dan rokok sehingga diikuti pula dengan kenaikan harga komoditas lainnya.13 Dalam kondisi perekonomian yang demikian, peran Bank Indonesia sebagai bank sentral sangatlah dibutuhkan.14 Bank Indonesia mengartikan inflasi sebagai kondisi meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus.15 Kenaikan
harga-harga
ini
memberikan
tekanan
pada
ekonomi
masyarakat terutama bagi mereka yang menjadi debitur (mudharib) perbankan syariah. Jika inflasi terjadi pada saat pendapatan masyarakat tetap atau 13
http://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-2456664/ini-penyebab-meroketnya-inflasi2013-dari-bbm-hingga-rokok-kretek diakses pada 8 Maret 2017 pukul 22.05 WIB. 14
Frida Dwi Rustika, “Pengaruh Inflasi, Suku Bunga Acuan (BI Rate), Nilai Tukar Rupiah dan Gross Domestic Product(GDP) Terhadap Non Performing Financing perbankan Syariah” (Skripsi S1 FE UNY,2016), hal.5. 15
http://www.bi.go.id/id/moneter/inflasi/pengenalan/Contents/Default.aspx diakses pada 8 Maret 2017pukul 22.07 WIB.
8
menurun, maka hal ini dapat memperparah risiko pembiayaan yang dihadapi perbankan syariah, sebab kemampuan pengembalian pembiayaan oleh debitur akan menurun sehingga terjadi pembiayaan bermasalah.16 Irman Firmansyah17 Ach Yasin18 mengungkapkan bahwa inflasi mempunyai pengaruh positif yang signifikan terhadap NPF Bank Pembiayaan Rakyat Syariah di Indonesia. Sebaliknya, Daisy Firmansari19 dan Ahmad Tabrizi20 mengatakan inflasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap NPF baik pada BUS maupun UUS di Indonesia. Meningkatnya pembiayaan bermasalah akan berdampak juga pada tingkat profitabilitas bank syariah yaitu Return On Asset (ROA) akan mengalami penurunan.21 Begitupun sebaliknya, ini dibuktikan dengan
16
Frida Dwi Rustika, “Pengaruh Inflasi, Suku Bunga Acuan (BI Rate), Nilai Tukar Rupiah dan Gross Domestic Product (GDP) Terhadap Non Performing Financing perbankan Syariah” (Skripsi S1 FE UNY,2016), hal.5. 17
Irman Firmansyah, “Determinant of Non Performing Loan: The Case of Islamic Bank in Indonesia” Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Vol. 17 No. 2, Oktober 2014, hal. 247. 18
Ach Yasin, “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Non Performing Financing (NPF) di Industri Bank Pembiayaan Rakyat (BPR) Syariah di Indonesia”. Jurnal Akuntansi, e-ISSN: 2502-6380, 2014, hal. 193. 19
Daisy Firmansari dan Noven Suprayogi. “ Pengaruh Variabel Makroekonomi dan Variabel Spesifik Bank terhadap Non Performing Financing pada Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah di Indonesia Periode 2003-2014”. JESTT, Vol. 2 No. 6, Juni 2015, hal. 517. 20
Ahmad Tabrizi, “Analisis Pengaruh Variabel Makro terhadap Non Performing Financing Bank Umum Syariah di Indonesia Perode Tahun 2005-2013”.(Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014), hal. 96. 21
Imam Rifky Saputra, “Pengaruh DPK dan NPF terhadap Pembiayaan yang Disalurkan (PYD) serta Implikasinya pada ROA (Studi pada 3 BUS di Indonesia Periode 2010-2013)”, (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014), hal. 87-88.
9
penelitian Fitri Zulifiah bahwa Non Performing Financing (NPF) mempunyai pengaruh yang positif terhadap Return On Asset (ROA).22 Selain inflasi, BI Rate turut memberikan pengaruh terhadap Non Performing Financing (NPF). Pergerakan BI Rate ini umumnya diikuti oleh peningkatan suku bunga deposito dan pada gilirannya suku bunga kredit perbankan ikut meninggi. Suku bunga yang tinggi justru membahayakan kegiatan perbankan karena pembiayaan bermasalah juga akan membesar.
23
Secara teoritis bank sentral akan menggunakan BI rate untuk menstabilkan (menahan) laju inflasi.24 Bank syariah merupakan bank yang sangat mengedepankan prinsip Islam tanpa adanya bunga. Namun, dalam penetapan dan penyesuaian margin keuntungannya, selama ini bank syariah di Indonesia masih menggunakan acuan tingkat suku bunga BI Rate
yang juga digunakan oleh bank
konvensional.25 Dengan demikian, besarnya tingkat suku bunga (BI Rate) akan mempengaruhi masyarakat untuk menyimpan dananya di bank sehingga
22
Fitri Zulifiah dan Joni Susilowibowo, “Pengaruh Inflasi, BI Rate, Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Finance (NPF), Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional (BOPO) terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah Periode 2008-2012” (Jurnal Ilmu Manajemen Vol. 2 No. 3 Juli 2014), hal. 766. 23
Trinandari PN, “Penurunan BI Rate dan Suku Bnga Perbankan” dari https://dosen.perbanas.id/penurunan-bi-rate-dan-suku-bunga-perbankan/ diakses pada 8 Maret 2017 pukul 22.15 WIB. 24
Sony Hendra Permana, ”Dampak Kenaikan Suku Bunga Acuan (BI Rate)”, (Vol. VI, No. 22/II/P3DI/November/2014), hal. 15, diakses dari http://berkas.dpr.go.id/puslit/files/info_singkat/Info%20Singkat-VI-22-II-P3DI-November-201459.pdf pada 9 Maret 2017 pukul 10.39 WIB. 25
Rudi Bambang Trisilo, “Spread Margin Keuntungan Bank Syariah di Indonesia Periode 2005-2011”, (Jurnal Ekonomi dan Hukum Islam, Vol. 2 No. 1, 2012, ISSN: 2088-6365), hal. 1.
11
dana yang dihimpun akan meningkat, pembiayaan yang disalurkan juga meningkat dan angka profutabilitas otomatis juga akan meningkat. Tetapi dengan meningkatnya pembiayaan yang disalurkan juga akan menimbulkan risiko pembiayaan bermasalah dan profitabilitas bank juga ikut menurun.26 Ani Nurmuliyani27 dan Rika Lidyah28 menunjukkan bahwa BI Rate berpengaruh positif dan signifikan terhadap pembiayaan bermasalah. Memperhatikan hal-hal yang telah diidentifikasi atas, mendorong minat penulis untuk mengangkatnya menjadi bahan dan judul skripsi. Atas dasar itulah penulis memilih judul “Pengaruh Inflasi, Perolehan Dana Pihak Ketiga dan Tingkat Suku Bunga terhadap Pembiayaan Bermasalah serta Implikasinya terhadap Profitabilitas pada BPRS di Indonesia Periode Januari 2013- Juli 2016” B. Identifikasi dan Pembatasan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat diidentifikasi masalahmasalah sebagai berikut: 1. Terjadi fluktuasi tingkat profitabilitas yang dilihat dari rasio Return On Asset (ROA) Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) di Indonesia. 26
Febrina Dwijayanthy dan Prima Naomi, “Analisis Pengaruh Inflasi, BI Rate, dan Nilai Tukar Mata Uang terhadap Profitabilitas Bank Periode 2003-2007”, (Jurnal Karisma, Vol. 3 (2): 87-89, 2009), hal.88. 27
Ani Nurmuliyani, “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Non Performing Financing pada BPRS di Indonesia Periode Tahun 2010-2015”. (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016), hal. 67. 28
Rika Lidyah. “ Dampak Inflasi, BI Rate, Capital Adequacy Ratio (CAR), Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) terhadap Non Performing Financing (NPF) pada Bank Umum Syariah di Indonesia”. I-Finance Vol. 2, No.1 Juli 2016, hal.7.
11
2. Peningkatan rasio Non Performing Financing (NPF) pada tahun 2013 dari tahun-tahun sebelumnya. 3. Inflasi pada tahun 2013 meningkat dari tahun-tahun sebelumnya 4. BI Rate pada tahun 2013 meningkat dari tahun-tahun sebelumnya Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan penulis membatasi masalah yang akan diteliti yaitu penulis hanya fokus untuk meneliti profitabilitas
dilihat
dari
rasio
Return
On
Asset
(ROA)
yang
mengimplikasikan terhadap pembiayaan bermasalah dilihat dari rasio Non Performing Financing (NPF) serta pengaruhnya dari Inflasi, Perolehan Dana Pihak Ketiga (DPK), dan Tingkat Suku Bunga (BI Rate). C. Rumusan Masalah Melalui pembatasan masalah di atas, maka untuk mempermudah penulis skirpsi ini, penulis merumuskan masalah penelitian sebagai berikut: Bagaimana pengaruh inflasi, Perolehan Dana Pihak Ketiga, dan Tingkat Suku Bunga terhadap Pembiayaan Bermasalah serta Implikasinya terhadap Profitabilitas pada BPRS di Indonesia? D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian a. Untuk menganalisis pengaruh inflasi, DPK, dan BI rate terhadap Non Performing Financing (NPF) pada BPRS di Indonesia periode Januari 2013-Juli 2016 secara langsung. b. Untuk menganalisis pengaruh inflasi, BI Rate, dan Non Performing Financing (NPF) terhadap Return On Asset (ROA) pada BPRS di
12
Indonesia periode Januari 2013-Juli 2016 secara langsung dan tidak langsung. 2. Manfaat Penelitian a. Bagi Penulis, dapat meningkatkan pengetahuan serta pemahaman penulis
yang
didapatkan
saat
perkuliahan
sehingga
dapat
menginterpretasikan teori ke dalam kasus-kasus yang ada dalam bank syariah. b. Bagi Akademis, sebagai bahan informasi untuk penelitian selanjutnya dan sebagai bahan masukan dalam pengembangan penelitian selanjutnya. c. Bagi pihak praktisi, dapat memberikan kontribusi yang bermanfaat bagi pengembangan dan peningkatan penyaluran dana dalam bentuk pembiayaan. E. Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dijelaskan latar belakang, identifikasi dan pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II TINJAUAN TEORITIS Pada bab ini akan dijelaskan teori terkait pengertian Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS), Profitabilitas, Pembiayaan Bermasalah, Inflasi, Dana Pihak Ketiga (DPK), Tingkat Suku Bunga (BI Rate), Hubungan antar
13
Variabel, dan Review Penelitian Terdahulu serta kerangka konsep. BAB III METODOLOGI PENELITIAN Teori dari penjelasan mengenai ruang lingkup penelitian, jenis penelitian, jenis dan sumber data, teknik pengumpulan dan analisis data, serta operasional variabel penelitian. BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pada bab ini dikemukakan tentang analisis data dan pembahasan yang menjelaskan analisis pengaruh inflasi, Dana Pihak Ketiga (DPK), Tingkat Suku Bunga (BI Rate) terhadap Pembiayaan Bermasalah serta implikasinya terhadap Profitabilitas pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) di Indonesia periode Januari 2013-Juli 2016 melalui metode analisis jalur yang kemudian dilanjutkan dengan pembahasan penelitian. BAB V PENUTUP Bab ini memuat kesimpulan yang merupakan jawaban dari rumusan permasalahan yang telah dibahas sebelumnya dan saran.
BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Menurut Undang-undang Perbankan Nomor 10 tahun 1998 BPR adalah lembaga keuangan bank yang melaksanakan kegiatan usahanya secara konvensioanal atau bedasarkan prinsip syariah.29 Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) mulai dikenal istilahnya dalam UU Nomor 21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah. Sebelumnya, BPRS lebih dikenal sebagai Bank Pengkreditan Rakyat Syariah. Oleh karena istilah “kredit” tidak dikenal dalam kegiatan perbankan syariah, maka istilah ini diganti menjadi istilah “pembiayaan”.30 Menurut Undang-Undang Republik Indonesia tentang perbankan syariah Nomor 21 tahun 2008 menyebutkan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah adalah bank syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
29
Lukman Hakim dan Muhammad Solahuddin, Lembaga Ekonomi dan Keuangan Syariah Kontemporer (Surakarta: Muhammadiyah University Press, 2008), hal. 109. 30
Rifqi Muhammad, Akuntansi Keuangan Syariah: Konsep dan Implementasi PSAK Syariah (Yogyakarta: P3EI Press, 2008), hal. 49.
14
15
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) sebagai salah satu lembaga keuangan perbankan syariah, yang pola operasionalnya mengikuti prinsipprinsip syariah maupun muamalah. BPR Syariah merupakan langkah aktif dalam rangka restrukturisasi perekonomian Indonesia yang dituangkan dalam berbagai paket kebijakan keuangan, moneter, dan perbankan secara umum, dan secara khusus mengisu peluang terhadap bank konvensional dalam penetapan tingkat suku bunga.31 Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) tidak dapat dikonversi menjadi Bank Pengkreditan Rakyat. Berbeda dengan Bank Umum Syariah, Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) tidak diizinkan untuk membuka kantor cabang, kantor perwakilan, dan jenis kantor lainnya di luar negeri.32 Adapun tujuan didirikannya BPRS dalah sebagai berikut:33 a. Meningkatkan kesejahteraan ekonomi umat Islam, terutama masyarakat golongan ekonomi lemah yang pada umumnya berada di pedesaan. b. Menambah lapangan kerja terutama di tingkat Kecamatan, sehingga mengurangi arus urbanisasi.
31
Revalia Ayunda, “Pengaruh Penyaluran Pembiayaan Mudharabah, Pembiyaan Musyarakah, Pembiayaan Murabahah, dan Non Performing Financing (NPF) terhadap Kinerja Bank Pembiayaan Rakyat Syariah di Indonesia”, (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015), hal. 16. 32
Burhanuddin S., Aspek Hukum Lembaga Keuangan Syariah (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010), hal. 45. 33
Rifqi Muhammad, Akuntansi Keuangan Syariah: Konsep dan Implementasi PSAK Syariah (Yogyakarta: P3EI Press, 2008), hal. 49.
16
c. Membina semangat Ukhuwah Islamiyah melalui kegiatan ekonomi dalam rangka meningkatkan pendapatan per kapita menuju kualitas hidup yang memadai. Berkaitan dengan BPRS, sebagaimana terlihat dalam Pasal 21 UU Perbankan Syariah, kegiatan usaha yang dapat dilakukan oleh lembaga ini adalah:34 a. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa tabungan berdasarkan akad wadi’ah dan investasi berupa deposito atau tabungan berdasarkan akad mudharabah b. Menyalurkan dana kepada masyarakat dalam bentuk pembiayaan bagi hasil berdasarkan akad mudharabah, musyarakah; pembiayaan jual-beli berdasarkan akad murabahah, salam, istishna’, akad qardh, ijarah atau ijarah muntahiya bittamlik, hiwalah. c. Menempatkan dana pada bank syariah lain dalam bentuk titipan berdasarkan akad wadiah atau investasi berdasarkan akad mudharabah d. Memindahkan uang, baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan nasabah melalui rekening BPRS yang ada di BUS, BUK dan UUS. e. Menyediakan produk atau melakukan kegiatan usaha Bank Syariah lainnya.
34
Zubairi Hasan, Undang-Undang Perbankan Syariah: Titik Temu Hukum Islam (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), hal. 86-87.
17
Di sisi lain BPRS juga dapat melakukan penghimpunan dana dengan mengumpulkan dan menerima dana zakat, infaq, dan shodaqoh sebagai implementasi Baitul Mal. Dana lain yang dapat dihimpun sebagai bentuk kreativitas BPRS dalam upaya penghimpunan dana adalah dengan tabungan haji, kurban, aqiqah, kepemilikan kendaraan dan rumah, bahkan dapat digunakan sarana penitipan dana-dana masjid, dan bentuk-bentuk tabungan lain yang pada prinsipnya dapat menarik dana dari masyarakat.35 B. Profitabilitas Pada umumnya bank syariah dalam mencapai tingkat profitabilitas yang optimal, pasti akan dihadapkan oleh berbagai macam risiko yaitu salah satunya adalah risiko pembiayaan.36 Risiko pembiayaan merupakan risiko utama dari perbankan karena sebagian besar kegiatan utamanya adalah melakukan penyaluran pembiayaan di berbagai macam sektor. Setiap pembiayaan
yang disalurkan memiliki risiko terjadinya pembiayaan
bermasalah, jika terjadi pembiayaan bermasalah yang melampaui batas maka akan menjadi masalah serius yang akan mengganggu tingkat profitabilitas bank itu.37
35
Rifqi Muhammad, Akuntansi Keuangan Syariah: Konsep dan Implementasi PSAK Syariah,(Yogyakarta: P3EI Press, 2008), hal. 50. 36
Fernando Africano, “Pengaruh NPF terhadap CAR serta Dampaknya terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah di Indonesia” (Jurnal Ilmiah STIE MDP Vol. 6 No.1 September 2016), hal. 62. 37
Irman Firmansyah, “Determinant of Non Performing Loan: The Case of Islamic Bank in Indonesia” (Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan Vol. 17 No.2 Oktober 2014), hal. 242.
18
Profitabilitas memiliki tujuan untuk mengukur kemampuan bank dalam memperoleh laba yang berhubungan dengan aset maupun modal. Tingkat profiitabilitas biasanya dinyatakan dalam persentase menggunakan rasio, rasio profitabilitas merupakan salah satu metode untuk menilai kondisi keuangan bank berdasarkan perhitungan rasio berdasarkan analisis kuantitatif yang menunjukkan hubungan antar unsur dalam laporan laba rugi dan neraca. Salah satu rasio profitabilitas yang digunakan bank adalah Return On Asset (ROA).38 Semakin besar Return On Asset (ROA) suatu bank maka semakin besar keuntungan bank dan semakin baik pula posisi bank dari segi penggunaan asset. ROA adalah indikator yang akan menunjukkan bahwa apabila rasio ini meningkat, maka aktiva bank telah digunakan dengan optimal untuk memperoleh pendapatan. Dalam perhitungan Return On Asset (ROA) menunjukkan perbandingan antara laba sebelum pajak dengan total asset bank/ total aktiva. Laba sebelum pajak adalah laba rugi bank yang diperoleh dalam periode berjalan sebelum dikurangi pajak. Sedangkan total aktiva merupakan komponen yang terdiri dari kas, giro pada BI, penempatan pada bank lain, piutang, pembiayaan
38
Rahmi Rahmawati, “Pengaruh Faktor Makroekonomi terhadap Kinerja Keuangan Perbankan Syariah di Indonesia” (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016), hal. 32.
19
dengan prinsip bagi hasil, pembiayaan dengan prinsip jual-beli, sewa, pinjaman qardh, aktiva tetap, dan lain-lain.39 Pada profitabilitas bank, bidang moneterpun turut serta memengaruhi aktivitas bank dalam menghasilkan profitabilitas. Diantaranya laju inflasi yang tinggi akan menimbulkan ketidakpastian dalam berusaha sehingga akan mengganggu kegiatan operasional perbankan seperti pembuatan anggaran belanja dan perencanaan kredit yang akan memengaruhi keadaan keuangan termasuk kinerja keuangannya akan menurun.40 Selain itu, dana pihak ketigapun ikut turut serta dalam menghasilkan profitabilitas di perbankan. Seperti kita ketahui, sebagai lembaga intermediasi perbankan selama ini menyalurkan kredit dengan sumber dana antara lain dana yang dihimpun dari masyarakat. Di saat masyarakat menyimpan sebagian pendapatannya di lembaga keuangan khususnya perbankan, maka pertumbuhan dana perbankan yang bersumber dari dana masyarakat atau dana pihak ketiga (DPK) akan mengalami peningkatan yang akhirnya menaikkan tingkat profitabilitas bank.41 Dengan berkembangnya tingkat suku bunga yang tidak wajar secara langsung dapat mengganggu perkembangan perbankan. Di satu sisi, ketika 39
Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah (Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2005), hal. 22. 40
Aulia Pohan, Potret Kebijakan Moneter ndonesia (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, Ed. 1, 2008) hal. 52 41
Ibid, hal. 52.
20
suku
bunga
tinggi
akan
meningkatkan
hasrat
masyarakat
untuk
menginvestasikan dananya sehingga profitabilitas perbankan akan meningkat. Di sisi lain suku bunga yang tinggi akan meningkatkan biaya yang dikeluarkan oleh dunia usaha, sehingga beban bunga yang mereka tanggung lebih tinggi dan dunia usaha cenderung mencari alternatif pendanaan yang lebih murah yang akhirnya peluang bank untuk mendapatkan profitabilitas akan menurun.42 C. Pembiayaan Bermasalah (Non Performing Financing/NPF) 1. Pengertian Pembiayaan Bermasalah Pembiayaan bermasalah merupakan salah satu dari risiko dalam suatu pelaksanaan pembiayaan. Risiko pembiayaan merupakan risiko yang disebabkan oleh adanya counterparty dalam memenuhi kewajbannya. Dalam bank syariah, risiko pembiayaan mencakup risiko terkait produk dan risiko terkait dengan pembiayaan korporasi.43 Pembiayaan
bermasalah
berarti
pembiayaan
yang
dalam
pelaksanaannya belum mencapai atau memenuhi target yang diinginkan pihak bank seperti pengembalian pokok atau bagi hasil yang bermasalah; pembiayaan yang temasuk golongan perhatian khusus, diragukan, dan
42
Ibid, hal. 54.
43
Adiwarman A. Karim, Bank Islam Anlisis Fikih dan keuangan (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2010), hal. 260.
21
macet serta golongan lancar yang berpotensi terjadi penunggakkan dalam pengembalian.44 Pembiayaan bermasalah merupakan salah satu risiko yang pasti dihadapi oleh setiap bank karena risiko ini sering juga disebut dengan resiko kredit. Risiko kredit adalah eksposur yang timbul sebagai akibat kegagalan pihak lawan (counterparty) memenuhi kewajibannya. Disatu sisi risiko ini dapat bersumber dari berbagai aktivitas fungsional bank seperti penyaluran pinjaman, kegiatan tresuri dan investasi, dan kegiatan jasa pembiayaan perdagangan, yang tercatat dalam buku bank. Disisi lain risiko ini timbul karena kinerja satu atau lebih debitur yang buruk. Kinerja debitur yang buruk ini dapat berupa ketidakmampuan atau ketidakmauan debitur untuk memenuhi sebagian atau seluruh perjanjian kredit yang telah disepakati bersama sebelumnya. Dalam hal ini yang menjadi perhatian bank bukan hanya kondisi keuangan dan nilai pasar dari jaminan kredit termasuk collateral tetapi juga karakter dari debitur.45 2. Penyebab Pembiayaan Bermasalah Pada umumnya pembiayaan bermasalah selalu disebabkan oleh kesalahan debitur, dari kondisi eksternal, bahkan dari bank yang memberikan pembiayaannya tersebut. 44
Veithzal Rivai dan Andria Permata Veithzal, Credit management handbook: teori, konsep, prosedur, dan aplikasi: panduan praktis mahasiswa, bankir, dan nasabah (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2006), hal. 457. 45
Robert Tampubolon, Risk Management: Pendekatakan Kualitatif Untuk Bank Komersial (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2004), hlm. 24.
22
Kesalahan bank yang dapat mengakibatkan pembiayaan bermasalah berawal dari tahap perencanaan, analisis, dan pengawasan. Berikut penyebab pembiayaan bermasalah baik dari faktor internal maupun faktor eksternal, yaitu:46 a. Faktor Internal Faktor internal adalah faktor yang ada di dalam bank itu sendiri, dan faktor utama yang paling dominan adalah faktor manajerial. Timbulnya kesulitan-kesulitan keuangan bank yang disebabkan oleh faktor manajerial dapat dilihat dari beberapa hal, seperti kelemahan dalam kebijakan pembelian dan penjualan, lemahnya pengawasan biaya dan pengeluaran, kebijakan piutang yang kurang tepat, penempatan yang berlebihan pada aktiva tetap, dan permodalan yang tidak cukup. Faktor internal bank yang menyebabkan terjadinya pembiayaan bermasalah:47 1) Analisis kurang tepat, sehingga tidak dapat memprediksi apa yang akan terjadi dalam kurun waktu selama jangka waktu pembiayaan. Misalnya, pembiayaan yang diberikan tidak sesuai dengan kebutuhan, sehingga nasabah tidak mampu membayar angsuran yang melebihi kemampuan.
46
Zainul Arifin, Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah, Cet.4 (Jakarta: Pustaka Alvabet, 2006), hal. 222. 47
Ismail, Manajemen Perbankan dari Teori Menuju Aplkasi, Ed.1, Cet. 2 (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), hal. 124.
23
2) Keterbatasan pengetahuan pejabat bank terhadap jenis usaha debitur, sehingga tidak dapat melakukan analisis dengan tepat dan akurat. 3) Campur tangan terlalu besar dari pihak terkait, misalnya komisaris, direktur
bank
sehingga
petugas
tidak
independen
dalam
memutuskan kredit. 4) Kelemahan dalam melakukan pembinaan dan monitoring kredit debitur. b. Faktor Eksternal Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang berada di luar kekuasaan manajemen perusahaan, seperti bencana alam, peperangan, perubahan dalam kondisi perekonomian dan perdagangan, perubahan teknologi, dan lain-lain. Selain itu, faktor eksternal juga sangat terkait dengan kegiatan usaha debitur yang menyebabkan terjadinya pembiayaan bermasalah antara lain terdiri dari: 1) Penurunan kegiatan ekonomi dan tingginya suku bunga kredit Penurunan kegiatan ekonomi dapat disebabkan oleh adanya kebijakan penyejukan ekonomi atau akibat kebijakan pengetatan uang yang dilakukan oleh Bank Indonesia yang menyebabkan tingkat bunga naik dan pada gilirannya debitur tidak lagi mampu membayar cicilan pokok dan bunga kredit.
24
2) Pemanfaatan iklim persaingan perbankan yang tidak sehat oleh debitur Dalam kondisi persaingan yang tajam, sering bank menjadi tidak rasional dalam pemberian kredit dan akan diperburuk dengan keterbatasan kemampuan teknis dan pengalaman petugas bank dalam pengelolaan kredit. 3) Kegagalan usaha debitur Kegagalan usaha debitur dapat terjadi karena sifat usaha debitur yang sensitif terhadap pengaruh eksternal, misalnya kegagalan dalam pemasaran produk karena perubahan harga di pasar, adanya perubahan pola konsumen, dan pengaruh perekonomian nasional. 4) Debitur mengalami musibah Musibah bisa saja terjadi pada debitur, misalnya meninggal dunia, lokasi usahanya mengalami kebakaran atau kerusakan sementara usaha debitur tidak dilindungi dengan asuransi D. Inflasi ”Inflation is always and everywhere a monetary phenomenon”. So wrote Milton Friedmen, the great economist who won the Nobel Prize for economics in 1976.48 Inflasi merupakan fenomena kenaikan tingkat harga secara umum dari barang/komoditas dan jasa dalam waktu periode tertentu yang disebabkan 48
N. Gregory Mankiw, Macroeconomics,Sixth edition, hal. 92.
25
karena terjadiya penurunan nilai unit peghitungan moneter terhadap suatu komoditas.49 Sebaliknya, jika yang terjadi adalah penurunan nilai unit perhitungan moneter terhadap barang-barang/komoditas dan jasa didefinisikan sebagai deflasi. Indikator yang sering digunakan untuk mengukur tingkat inflasi adalah Indeks Harga Konsumen (IHK). Perubahan IHK dari waktu ke waktu menunjukkan pergerakan harga dari paket barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat. 50Rumus perhitungan inflasi: Inflasi = Inflasi dapat disebabkan karena beberapa hal diantaranya: 1. Natural Inflation dan Human Eror Inflation, yang artinya terjadi karena sebab-sebab alamiah yang manusia tidak mempunyai kekuasaan dalam mencegahnya. Sedangkan human eror inflation adalah inflasi yang terjadi karena kesalahan yang dilakukan oleh manusia itu sendiri. 2. Actual/ Anticipated/ Expected Inflation dan Unanticipated/Unexpected Inflation. Expected inflation tingkat suku bunga pinjaman riil akan sama dengan tingkat suku bunga pinjaman nominal dikurangi inflasi, sedangkan unexpected inflation tingkat suku bunga pinjaman belum atau tidak merefleksikan kompensasi terhadap efek inflasi.
49
Adiwarman A. Karim, Ekonomi Makro Islami, Ed.2 (Jakarta: PT. RAJAGRAFINDO PERSADA, 2006), hal. 135. 50
http://www.bi.go.id/id/moneter/inflasi/pengenalan/Contents/Default.aspx tanggal27 Februari 2017 pukul 09.39 WIB.
diakses
pada
26
3. Demand pull dan cost push inflation. Demand pull inflation diakibatkan oleh perubahan yang terjadi pada sisi permintaan agregat dari barang dan jasa suatu perekonomian. Sedangkan cost push inflation terjadi karena adanya perubahan pada sisi penawaran agregat dari barang dan jasa pada suatu perekonomian. 4. Spiralling inflation. Inflasi yang diakibatkan oleh inflasi yang terjadi sebelumnya yang mana inflasi sebelumnya terjadi sebagai akibat dari inflasi yang terjadi sebelumnya lagi. 5. Imported inflation dan domestic inflation. Imported inflation adalah inflasi yang terjadi di negara lain yang ikut dialami oleh suatu Negara karena harus menjadi price taker dalam pasar perdagangan internasional. Sedangkan domestic inflation yaitu inflasi yang terjadi di dalam negeri pada suatu Negara yang tidak begitu mempengaruhi negara-negara lainnya. Jika diprediksikan inflasi tidak terlalu berbahaya karena setiap orang akan mempertimbangkan prospek harga yang lebih tinggi di masa yang akan datang dalam pengambilan keputusan. Di dalam kenyataannya, inflasi tidak bisa diprediksikan, berarti orang-orang seringkali dikagetkan dengan kenaikan harga. Hal ini mengurangi efisiensi ekonomi karena orang akan mengambil risiko yang lebih sedikit untuk meminimalkan peluang kerugian akibat kejutan harga. Semakin cepat kenaikan inflasi semakin sulit untuk memprediksikan
27
inflasi di masa yang akan datang. Kebanyakan ekonomi berpendapat bahwa perekonomian berjalan efisien apabila inflasi rendah.51 Inflasi atau kenaikan harga yang tinggi dan terus menerus menimbulkan beberapa dampak buruk kepada individu dan masyarakat, nasabah, kreditur/debitur, ataupun pada perekonomian secara keseluruhan. Dampak inflasi terhadap individu dan masyarakat:52 1. Menurunnya tingkat kesejahteraan masyarakat. Inflasi menyebabkan daya beli masyarakat berkurang, apalagi untuk masyarakat yang mempunyai pendapatan tetap, kenaikan upah tidak secepat kenaikan harga maka inflasi akan menurunkan nilai upah riil setiap individu yang berpendapat tetap. 2. Memperburuk distribusi pendapatan. Bagi masyarakat yang memiliki pendapatan
tetap
akan
menghadapi
kemerosotan
nilai
riil
dari
pendapatannya dan pemilik kekayaan dalam bentuk uang akan mengalami penurunan juga akan tetapi, bagi masyarakat yang memiliki kekayaan nilai tetap seperti tanah maka dapat mempertahankan atau menambah nilai riil. Dampak lainnya dirasakan juga oleh nasabah yaitu nasabah enggan untuk menabung karena nilai mata uang semakin menurun, bagi debitur justru ini akan menguntungkan karena pada saat pembayaran utang kepada kreditur nilai uang lebih rendah dibandingkan pada saat meminjam sebaliknya bagi kreditur
51
Nurul Huda, Ekonoi Makro Islam: Pendekatan Teoritis (Jakarta: KENCANA PRENADA MEDIA GROUP, 2008), hal.176. 52
Pratahama Rahardja dan Mandala Manurung, Pengantar Ilmu Ekonomi (Mikroekonomi&Makroekonomi), (Jakarta: LP FE Universitas Indonesia, 2008), hal. 371-372.
28
mengalami kerugian uang yang dikembalikan memiliki nilai lebih rendah dibandingkan saat peminjaman. Sedangkan bagi perekonomian secara keseluruhan, misalnya prospek pembangunan ekonomi jangka panjang akan semakin memburuk, inflasi mengganggu stabilitas ekonomi dengan merusak rencana jangka panjang para pelaku ekonomi. Dalam Islam tidak dikenal dengan inflasi, karena mata uang yang dipakai adalah dinar dan dirham, yang mana mempunyai nilai yang stabil dan dibenarkan dalam Islam. Penurunan nilai dinar dan dirham memang masih mungkin terjadi, ketika nilai emas yang menopang nilai nominal dinar itu mengalami penurunan. Kondisi defisit pernah terjadi di masa Rasulullah sebelum Perang Hunain terjadi. Walaupun demikian, AlMaqrizi membagi inflasi menjadi 2 macam, yaitu inflasi akibat berkurangnya persediaan barang. Inflasi tersebut terjadi pada zaman Rasulullah dan masa khulafaur Rasyidin, yaitu karena kekeringan dan peperangan. Kedua akibat kesalahan manusia, seperti korupsi, admisnistrasi yang buruk, pajak yang memberatkan, dan jumlah uang yang berlebihan.53 Menurut para ekonom Islam, inflasi berakibat sangat buruk bagi perekonomian karena:54
53
Ibid, hal. 189-190.
54
Adiwarman A. Karim, Ekonomi Makro Islami, Cet.5 (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2012), hal. 139.
29
1. Menimbulkan gangguan terhadap fungsi uang, terutama terhadap fungsi tabungan, fungsi dari pembayaran di muka dan fungsi dari unit penghitungan. 2. Melemahkan semangat menabung dan sikap terhadap menabung dari masyarakat 3. Meningkatkan kecenderungan untuk berbelanja teruatama untuk non primer dan barang-barang mewah 4. Mengarahkan
investasi
pada
hal-hal
yang
non
produktif
yaitu
penumpukkan kekayaan. E. Dana Pihak Ketiga (DPK) Dana adalah uang tunai yang dimiliki atau dikuasai oleh bank dalam bentuk tunai atau aktiva lain yang dapat segera diubah menjadi uang tunai. Uang tunai yang dimiliki atau dikuasai bank tidak hanya berasal dari pemilik bank itu sendiri, tetapi berasal dari titipan atau penyertaan dana orang lain atau pihak lain yang sewaktu-waktu atau pada saat tertentu akan ditarik kembali, baik sekaligus atau secara berangsur-angsur. Sumber dana bank adalah usaha bank dalam menghimpun dana dari masyarakat. Perolehan dana ini tergantung dari bank itu sendiri, apakah dari simpanan masyarakat atau dari lembaga lainnya.55 Secara garis besar sumber dana bank dapat diperoleh dari:56 55
Kasmir, Manajemen Perbankan (Jakarta: PT. RAJAGRAFINDO PERSADA, 2007). Hal.
45. 56
Ibid, hal. 46.
30
1. Sumber dana dari bank itu sendiri 2. Sumber dana dari masyarakat luas (dana pihak ketiga) 3. Sumber dana dari lembaga lainnya Sumber dana dari masyarakat luas atau dana pihak ketiga merupakan sumber dana yang terpenting bagi kegiatan operasi bank dan merupakan ukuran keberhasilan bank jika mampu membiayai operasinya dari sumber dana ini.57 Untuk memperoleh dana dari masyarakat luas bank dapat menggunakan tiga macam jenis simpanan. Masing-masing jenis simpanan memiliki keunggulan tersendiri, sehingga bank harus pandai dalam menyiasati pemilihan sumber dana. Sumber dana yang dimaksud adalah sebagai berikut: 1. Simpanan Giro. Giro dalam Fatwa DSN No. 01/DSN-MUI/IV/2000 adalah simpanan dana yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan penggunaan cek, bilyet giro, sarana perintah pembayaran lainnya, atau dengan pemindahbukuan. Dalam pelaksanaan tata usaha giro dilakukan melalui suatu rekening yang disebut rekening koran. Rekening ini digunakan untuk menatausahakan kredit yang juga diberikan melalui rekening koran. Perkembangan rekening giro pada bank tidak hanya semata-mata untuk kepentingan bank juga kepentingan masyarakat modern, karena giro adalah uang giral yang dipergunakan sebagai alat pembayaran,yaitu
57
Ibid, hal. 48.
31
melalui penggunaan cek.58 Dalam dunia bisnis rekening giro merupakan hal yang mutlak untuk dimiliki demi lancarnya urusan pembayaran bisnis. 59
Giro yang dibenarkan dalam syariah menggunakan prinsip wadiah dan
mudharabah.60 Giro wadiah adalah giro yang dijalankan berdasarkan akad wadiah, yakni titipan murni yang setiap saat dapat diambil jika pemiliknya menghendaki. Dalam konsep wadiah yad dhamanah, pihak yang menerima titipan boleh menggunakan/ memanfaatkan uang atau barang yang dititipkan. Sedangkan wadiah yad amananah pihak yang menerima titipan tidak boleh menggunakan/ memanfaatkan uang atau barang yang dititipkan. Bank syariah pada dasarnya menerapkan prinsip wadiah yad dhamanah, yakni nasabah bertindak sebagai penitip yang memberikan hak kepada bank syariah untuk menggunakan uang atau barang titipannya, sedangkan bank syariah bertindak sebagai pihak yang dititipi untuk mengelola dana titipan tanpa mempunyai kewajiban memberikan bagi hasil dari keuntungan pengelolaan dana tersebut. Namun, bank syariah
58
Muchdarsyah Sinungan, Manajemen Dana Bank, Ed. 2 (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), hal.88. 59
Ibid, hal. 89.
60
Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Cet.1 (Jakarta: KENCANA PRENAMEDIA GROUP, 2009), hal. 75.
32
diperkenankan memberikan bonus dengan tidak dijanjikan di awal akad.61 Karakteristik dari giro wadiah antara lain, sebagai berikut:62 a. Harus dikembalikan utuh seperti semula sejumlah barang yang dititipkan sehingga tidak boleh overdraft b. Dapat dikenakan biaya titipan c. Dapat diberikan syarat tertentu untuk keselamatan barang titipan misalnya dengan cara menetapkan saldo minimum d. Penarikan giro wadiah dilakukan dengan cek dan bilyet giro sesuai ketentuan yang berlaku e. Jenis dan kelompok rekening sesuai ketentuan yang berlaku dalam kegiatan usaha bank sepanjang tidak bertentangan dengan syariah f. Dana wadiah hanya dapat digunakan seijin nasabah. Giro mudharabah merupakan giro yang dijalankan berdasarkan prinsip mudharabah. Akad mudharabah dalam bank syariah terdiri dari mudharib dan sahibul maal. 2. Simpanan Tabungan. Sesuai dengan perkembangan zaman, dewasa ini kegiatan menabung sudah beralih dari rumah ke lembaga keuangan seperti bank. Menabung di bank bukan saja menghindarkan dari risiko kehilangan atau kerusakan,
61
Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan, Ed.3 (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2007), hal. 291-292. 62
Ismail, Manajemen Perbankan dari Teori Menuju Aplikasi, Cet.1 (Jakarta: KENCANA PRENADA MEDIA GROUP, 2010), hal.24.
33
akan tetapi juga memperoleh penghasilan dari bunga. Dengan demikian jumlah uang akan bertambah dari waktu ke waktu meskipun uang tidak ditambah.63 Namun, dalam bank syariah bunga tidak diperbolehkan karena memiliki unsur riba, tabungan yang diperbolehkan dalam bank syariah menggunakan prinsip bagi hasil. Tabungan merupakan jenis simpanan yang dilakukan oleh pihak ketiga yang penarikannya dapat dilakukan menurut syarat tertentu sesuai perjanjian antara bank dan pihak nasabah. Dalam perkembangannya penarikan tabungan dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan sarana penarikan berupa slip penarikan, ATM, surat kuasa, dan sarana lainnya yang dipersamakan dengan itu.64 Menurut Fatwa DSN No. 02/DSN-MUI/IV/2000,
tabungan
adalah
simpanan
dana
yang
penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu yang telah disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, dan/atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu. Tabungan dalam bank syariah dibagi menjadi 2 kelompok akad yaitu akad wadiah dan mudharabah. Tabungan dengan prinsip wadiah merupakan simpanan sementara untuk menentukan pilihan apakah untuk investasi atau untuk konsumsi
63
Kasmir, Dasar-dasar Perbankan, Cet. I ( Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada, 2002), hal. 83.
64
Ismail, Manajemen Perbankan dari Teori Menuju Aplikasi, Cet.1 (Jakarta: KENCANA PRENADA MEDIA GROUP, 2010), hal. 44.
34
yang dapat ditarik setiap saat. Dalam Fatwa DSN-MUI mengenai tabungan wadiah ditetapkan beberapa ketentuan, diantaranya:65 a. Bersifat sementara b. Simpanan dapat diambil kapan saja atau berdasarkan kesepakatan c. Tidak ada imbalan yang dipersyaratkan kecuali dalam bentuk pemberian yang bersifat sukarela. Berdasarkan Fatwa DSN-MUI No. 2 tentang tabungan mudharabah terdapat beberapa ketentuan, diantaranya sebagai berikut: a. Dalam transaksi ini nasabah bertindak sebagai sahibul maal, sedangkan bank sebagai mudharib atau pengelola dana b. Mudharib dapat melakukan berbagai macam usaha selama tidak bertentangan dengan syariah c. Modal harus dinyatakan dengan jumlahnya dalam bentuk tunai bukan piutang. d. Pembagian keuntungan dalam bentuk nisbah bagi hasil dan dituangkan dalam akad pembukaan rekening. e. Bank sebagai mudharib menutup biaya operasional tabungan dengan menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya. f. Bank tidak diperkenankan mengurangi nisbah nasabah tanpa ada kesepakatan
65
Wiroso, Penghimpunan Dana dan Distribusi Hasil Usaha Bank Syariah (Jakarta: PT. Grasindo, 2005), hal. 27.
35
Tabungan
yang disebutkan
diatas
merupakan
ketentuan
dari
mudharabah mutlaqah dimana pengelolaan dana investasi diserahkan sepenuhnya kepada mudharib. Tabungan mudharabah merupakan tabungan dengan akad mudharabah dimana pemilik dana (sahibul maal) mempercayakan dananya untuk dikelola bank (mudharib) dengan nisbah bagi hasil yang disepakati di awal. Tabungan ini tidak dapat diambil sewaktu-waktu sesuai dengan prinsip yang digunakan yaitu investasi yang diharapkan akan menghasilkan keuntungan, oleh karena itu modal yang diserahkan kepada mudharib tidak boleh ditarik sebelum akad tersebut berakhir. Di lain pihak, tabungan yang dapat ditarik setiap saat akan mengakibatkan risiko likuiditas yang cukup tinggi bagi bank syariah, karena jika jangka waktu setoran dan penarikan sangat pendek sehingga bank syariah tidak dapat menginvestasikan dana tersebut yang pada akhirnya tidak dapat memperoleh pendapatan atau hasil usaha.66 Pembagian keuntungan didasarkan pada nisbah yang disepakati di awal kontrak antara mudharib dan sahibul maal dan harus dituangkan pada perjanjian tertulis. Berikut perbedaan tabungan mudharabah dan wadiah:67
66
Ibid, hal. 49-50.
67
Ibid, hal. 52.
36
Tabel 2.1 Perbedaan Tabungan Mudharabah dan Wadiah Tabungan No
Tabungan Wadiah Mudharabah
1.
Sifat dana
Investasi
Titipan
2.
Penarikan
Dapat dilakukan pada Dapat
dilakukan
periode tertentu
sewaktu-waktu Bonus
3.
Intensif
Bagi Hasil
4.
Pengambilan
Tidak
dana
dikembalikan semua
dijamin Dijamin dikembalikan semua
3. Simpanan Deposito. Deposito merupakan simpanan dana berjangka yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian nasabah penyimpan dengan bank berdasarkan prinsip mudharabah. Pemilik deposito disebut deposan. Keuntungan bagi bank dengan menghimpun dana lewat deposito adalah uang yang tersimpan relatif lebih lama, mengingat deposito memiliki jangka waktu yang relatif panjang dan frekuensi penarikan juga jarang. Dengan demikian bank dapat dengan leluasa
untuk
menggunakan
dananya
kembali
untuk
penyaluran
pembiayaan.68 Menurut Undang-undang No. 21 tahun 2008, deposito adalah investasi dana berdasarkan akad mudharabah atau akad lain yang tidak 68
Kasmir, Dasar-dasar Perbankan, Cet. I ( Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada, 2002), hal. 93.
37
bertentangan dengan prinsip syariah yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan akad antara nasabah penyimpan dan Bank Syariah dan/atau UUS. Penarikan hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu maksudnya adalah jika nasabah deposan menyimpan uangnya untuk jangka waktu 3 bulan, maka uang tersebut dapat dicairkan setelah jangka waktu tersebut berakhir dan sering disebut tanggal jatuh tempo. Sarana/ alat untuk menarik uang yang disimpan di deposito sangat tergantung dari jenis depositonya. Artinya setiap jenis deposito mengandung beberapa perbedaan sehingga diperlukan yang berbeda pula. Contohnya
deposito
berjangka
penarikannya
menggunakan
bilyet
deposito, sedangkan untuk sertifikat deposito menggunakan sertifikat deposito. Mudrajat Kuncoro dan Suharjono, Deposito adalah simpanan berjangka yang dikeluarkan oleh bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan jangka waktu yang telah diperjuangkan sebelumnya. Deposito dibedakan menjadi 3 jenis yaitu:69 a. Deposito Berjangka. Deposito
berjangka merupakan simpanan
berjangka yang dapat dicairkan sesuai dengan jangka waktu yang disepakati. Pemegang deposito berjangka akan mendapatkan bilyet 69
Ismail, Manajemen Perbankan dari Teori Menuju Aplikasi, Cet.1 (Jakarta: KENCANA PRENADA MEDIA GROUP, 2010), hal. 45-46.
38
deposito sebagai bukti hak kepemilikkannya. Deposito berjangka tidak dapat diperjualbelikan dan pembayaran bagi hasil dilakukan setiap tanggal valuta, tanggal dimana deposito tersebut dibuka. b. Sertifikat deposito. Sertifikat deposito merupakan simpanan berjangka yang diterbitkan dengan menggunakan sertifikat sebagai bukti kepemilikkan oleh pemegang haknya. Sertifikat deposito dapat dicairkan oleh siapapun yang membawa dan menunjukkan kepada bank yang menerbitkan dan dapat diperjualbelikan. Pembayaran bagi hasil dilakukan pada saat pembelian atau dibayar dimuka. c. Deposit On Call. Deposit on call adalah jenis simpanan berjangka yang penarikannya perlu memberitahukannya terlebih dahulu kepada bank penerbit deposit on call. Deposit ini tidak dapat diperjualbelikan dan diterbitkan atas nama serta bagi hasil dibayarkan pada saat pencairan. Deposito mudharabah merupakan simpanan dana dengan akad mudharabah dimana pemilik dana mempercayakan dananya untuk dikelola dengan bagi hasil sesuai dengan nisbah yang disepakati sejak awal. Semua permintaan pembukaan deposito mudharabah harus dilengkapi dengan akad/perjanjian yang berisi, antara lain nama dan alamat sahibul maal, jumlah deposito, jangka waktu, nisbah pembagian keuntungan, cara pembayaran bagi hasil dan pokok pada saat jatuh tempo serta syarat-syarat lain yang deposito mudharabah butuhkan.
39
Setiap tanggal jatuh tempo deposito, pemilik dana akan mendapatkan bagi hasil sesuai dengan nisbah yang telah disepakati. Dalam syariat Islam jika bagi hasil ditambahkan ke pokoknya untuk diinvestasikan kembali diperbolehkan. Periode penyimpanan dana ditentukan berdasarkan periode bulanan. Bank dapat memberikan sertifikat atau tanda penyimpanan deposito kepada pemilik dana. Deposito mudharabah hanya dapat ditarik sesuai dengan jangka waktu yang disepakati.70 F. Tingkat Suku Bunga (BI Rate) BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan diumumkan kepada publik. BI Rate diumumkan oleh Dewan Gubernur Bank Indonesia setiap Rapat Dewan Gubernur bulanan dan diimplementasikan pada operasi moneter yang dilakukan Bank Indonesia melalui pengelolaan likuiditas (liquidity management) di pasar uang untuk mencapai sasaran operasional kebijakan moneter.71 Dengan mempertimbangkan pula faktor-faktor lain dalam perekonomian, Bank Indonesia pada umumnya akan menaikkan BI Rate apabila inflasi ke depan diperkirakan melampaui sasaran yang telah ditetapkan, sebaliknya Bank Indonesia akan menurunkan BI Rate apabila inflasi ke depan diperkirakan berada di bawah sasaran yang telah ditetapkan. 70
Ibid, hal. 57.
71
http://www.bi.go.id/id/moneter/bi-rate/penjelasan/Contents/Default.aspx tanggal 27 Februari 2017 pukul 11.12 WIB.
diakses
pada
40
Suku bunga (BI Rate) merupakan faktor yang utama dalam aktifitas bank, baik suku bunga kredit maupun suku bunga simpanan. Apabila suku bunga simpanan naik maka kemungkinan besar suku bunga kredit juga ikut akan naik, begitupun sebaliknya. Adanya keterkaitan antara suku bunga simpanan dan kredit, terdapat beberapa faktor yang mempengaruh besar kecilnya suku bunga, antara lain:72 1. Kebutuhan dana. Apabila pihak yang membutuhkan dana pada kondisi sangat memerlukan maka akan berpengaruh pada tingkat bunga, dan pihak kreditur dapat meminjamkan dananya dengan bunga yang lebih tinggi. 2. Persaingan antarbank. Bank tidak dapat menentukan suku bunga sesuai dengan keinginannya tetapi harus sesuai dengan suku bunga di pasar. 3. Kebijakan pemerintah. Bank harus mengikuti kebijakan pemerintah dalam menentukan tingkat suku bunga. 4. Jangka Waktu. Semakin lama jangka waktu yang dijanjikan akan semakin besar kemungkinan adanya fluktuasi bunga dalam market share, sehingga semakin lama jangka waktunya akan semakin besar tingkat bunganya. 5. Kualitas jaminan. Dalam menentukannya besar suku bunga kredit, bank melihat agunan/ jaminan. Apabila jaminan tersebut marketable mudah diperjualbelikan, nilainya stabil dan meningkat, maka bank dapat memberikan bunga kredit yang lebih rendah. 6. Reputasi nasabah. Bank akan lebih aman dalam memberikan kredit kepada debitur yang memiliki reputasi usaha yang baik, Karena jaminan 72
Ismail, Manajemen Perbankan dari Teori Menuju Aplikasi, Ed.1 Cet.2 (Jakarta: Kencana Media Group, 2011), hal. 133-135.
41
pembayaran atas kredit yang diberikan akan lebih besar. Oleh karena itu, bank sebgai kreditur tidak dapat memeberikan bunga sesuai dengan pasar, akan tetapi lebih rendah dengan bunga di pasar. 7. Produk. Produk yang ditawarkan bank bervariasi, sehingga bunga yang akan diberikan kepada nasabah tergantung jenis produknya. Semakin banyak fasilitas yang diberikan dalam produk tertentu akan semakin menarik bunga yang ditawarkan. 8. Hubungan
bank.
Hubungan
antara
bank
dengan
nasabah
juga
mempengaruhi tingkat suku bunga, apabila nasabah yang telah memiliki hubungan baik dengan bank bertahun tahun tidak pernah melakukan wan prestasi, maka bank akan memberikan bunga lebih rendah. 9. Risiko. Risiko merupakan faktor penting yang digunakan oleh bank untuk menentukan besar kecilnya suku bunga. Dalam
menentukan
besarnya
suku
bunga
kredit,
bank
akan
memeperhatikan beberapa unsur bunga kredit antara lain:73 1. Cost of loanable fund (COLF) Cost of loanable fund adalah biaya yang akan dikeluarkan bank dalam rangka menghimpun dana pihak ketiga. Sumber dana yang dimiliki oleh setiap bank berasal dari giro, deposito, dan tabungan. Bagi bank yang memiliki kontribusi dana giro terbesar
maka biaya dana bank akan
rendah, sehingga bank dapat menentukan besarnya bunga kredit lebih rendah dari bank lain. Sebaliknya, apabila bank memiliki dana deposito 73
Ibid, hal. 136-139.
42
yang paling banyak, dan bunga deposito merupakan bunga yang paling tinggi dibanding bunga giro dan tabungan, maka bank juga akan menetapkan bunga lebih besar. 2. Biaya Overhead Biaya overhead merupakan komponen biaya yang berasal dari seluruh biaya yang dikeluarkan oleh bank selain biaya dana. Biaya ini terdiri dari biaya pegawai, administrasi & umum, penyusutan, dan lain-lain yang digunakan untuk mendukung kelancaran aktivitas operasional bank. 3. Biaya Risiko Biaya risiko merupakan biaya yang dikeluarkan dalam rangka antisipasi adanya kemungkinan biaya yang ditimbulkan karena terjadinya kredit bermasalah. Setiap bank, diwajibkan untuk membentuk cadangan terhadap kredit yang telah disalurkan sesuai dengan kualitas kredit masing-masing. Biaya cadangan ini akan dibebankan terhadap besarnya bunga kredit. 4. Laba yang diinginkan Laba yang diinginkan atau spread merupakan keuntungan yang diharapkan dari kredit yang disalurkan bank. Oleh karena itu, dalam menetapkan besarnya suku bunga kredit bank akan menghitung berapa keuntungan yang diharapkan.
43
5. Pajak Pajak merupakan unsur penting dalam menetapkan suku bunga kredit. Pajak dapat dibebankan secara keseluruhan, maupun sebagian karena pada umumnya bank mengharapkan keuntungan bersih setelah dikurangi perkiraan pajak. G. Hubungan antara Inflasi, Perolehan Dana Pihak Ketiga dan Tingkat Suku Bunga terhadap Pembiayaan Bermasalah 1. Inflasi Ketika terjadi inflasi dimana kenaikan harga terjadi secara terusmenerus, daya beli masyarakat akan menurun karena nilai uang terus tergerus inflasi. Hal ini menyebabkan turunnya penjualan dan kondisi dunia usaha atau bisnispun melemah. Kondisi tersebut menyebabkan nasabah mengalami kesulitan untuk mengembangkan pembiayaannya, sehingga pembiayaan bermasalah akan meningkat.74 Hal ini sesuai dengan teori yang berlaku umum bahwa inflasi menyebabkan naiknya biaya produksi hingga pada akhirnya merugikan produsen, maka produsen enggan untuk meneruskan produksinya. Produsen bisa menghentikan produksinya untuk sementara waktu. Bahan bila tidak sanggup mengikuti laju inflasi, usaha produsen akan bangkrut.
74
Agus, Arijanto, Dosa-dosa Orang Tua terhadap Anak dalam Hal Finansial (Jakrta: PT. Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia, 2010), hal. 82.
44
Hal ini dibuktikan oleh penelitian Ach. Yasin75 bahwa semakin tinggi nilai inflasi maka akan semakin meningkat pembiayaan bermasalah yang terjadi di bank syariah. 2. Perolehan Dana Pihak Ketiga Bank syariah merupakan lembaga intermediasi dimana tugas utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat yang disebut dana pihak ketiga. Ketika dana pihak ketiga yang diperoleh bank syariah meningkat maka bank syariah akan meningkatkan penyaluran pembiayaannya pula dan risikoakan terjadinya pembiayaan bermasalah pada bank tersebut juga akan terjadi.76 Begitupun sebaliknya, ketika keadaan dimana kemampuan bank dalam menghimpun dananya sangat rendah juga akan mengurangi kemampuan perbankan untuk mengurangi kredit/ pembiayaan yang diikuti juga dengan menurunnya kredit macet.77 Hal tersebut didukung oleh penelitian Ayu Yunita Sahara78 bahwa semakin besar dana pihak ketiga yang dihimpun bank syariah maka
75
Ach Yasin, “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Non Performing Financing (NPF) di Industri Bank Pembiayaan Rakyat (BPR) Syariah di Indonesia”. Jurnal Akuntansi, e-ISSN: 2502-6380, 2014, hal. 193 76
Hery Hardjanto, Analisis Pengaruh DPK dan NPF terhadap Pembiayaan yang Disalurkan serta Implikasinya pada Retun On Asset di Bank Muamalat Indonesia (Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Jakarta, 2010), hal. 66 77
Aulia Pohan, Potret Kebijakan Moneter Indonesia, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, Ed. 1, 2008), hal. 52. 78
Ayu Yanita Sahara, “Analisis Pengaruh Inflasi, Suku Bunga BI, dan Produk Domestik Bruto terhadap Return On Asset (ROA) Bank Syariah di Indonesia”. Jurnal Ilmu Manajemen, Vol. 1 No.1, Januari 2013. hal. 154.
45
pembiayaan yang disalurkan juga akan meningkat sehingga pembiayaan bermasalah yang dialami bank tersebut akan meningkat. 3. Tingkat Suku Bunga Saat BI Rate naik, terjadi peningkatan daya saing bank syariah dimana nisbah bagi hasil bank syariah mampu bersaing dari tingkat bunga pinjaman bank konvensional yang meningkat. Dengan adanya peningkatan BI Rate, produk pembiayaan oleh bank syariah akan semakin kompetitif. Margin/ nisbah bagi hasil bank syariah yang ditentukan oleh kaasitas usaha atau laba/ rugi debitur tidak dapat naik begitu saja, maka margin tersebut akan lebih bersaing terhadap suku bung kredit bank konvensional. Debitur akan cenderung mencari bunga yang lebih rendah saat melakukan pinjaman, maka saat suku bnga kredit bank konvensioanl naik akibat naiknya BI Rate makan debitur akan memilih opsi lain yakni melakukan pinjaman pada bank syariah yang biaya dananya dianggap lebih rendah dari bunga bank konvensional. Pada kondisi yang demikian pembiayaan yang disalurkan bank syariah akan meningkat dan risiko akan terjadinya pembiayaan bermasalah akan meningkat juga (Febrianti, 2015). Teori diatas didukung oleh penelitian Lidyah79 dan Ani Nurmuliyani80 yang mengatakan bahwa semakin tinggi nilai BI Rate maka akan semakin 79
Rika Lidyah, “Dampak Inflasi, BI Rate, Capital Adequacy Ratio (CAR), Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) terhadap Non Performing Financing (NPF) pada Bank Umum Syariah di Indonesia”. I-Finance Vol. 2, No.1 Juli 2016, hal. 7. 80 Ani Nurmuliyani, “Analisis Fktor-faktor yang Mempengaruhi Non Performing Financing pada BPRS di Indonesia Periode Tahun 2010-2015”. (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016), hal. 67.
46
besar juga risiko pembiayaan bermasalah terjadi di bank syariah, begitupun sebaliknya semakin menurun BI Rate maka risiko pembiayaan bermasalah akan menurun juga. H. Hubungan Inflasi, Tingkat Suku Bunga, dan Pembiayaan Bermasalah terhadap Profitabilitas 1. Inflasi Sebagai lembaga intermediasi bank sangat rentan dengan risiko terkait dengan mobilitas dananya. Apabila dalam suatu Negara mengalami inflasi yang tinggi akan menyebabkan orang enggan untuk menabung karena nilai mata uang yang ditabung semakin menurun. Penabung akan mampu menghasilkan bunga atau bagi hasil, tetapi jika tingkat inflasi terjadi mash di atas tingkat bunga yang diterima oleh penabung, tetap saja nilai mata uang yang diterima penabung akan menurun.81 Sehingga jumlah dana yang dikumpulkan berkurang, sehingga nantinya akan mempengaruhi kinerja bank syariah dalam menghasilkan profitabilitasnya yang diproksikan pada return on asset.82
81
M. Nur Rianto Al Arif. Teori Makroekonomi Islam Konsep, Teori, dan Analisis. (Bandung: Alfabeta, 2010), hal. 93. 82
Sadono Sukirno, Pengantar Teori Makroekonomi, Ed. 1 Cet. 14 (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2002), hal. 308.
47
Teori tesebut dibuktikan dengan penelitian Febrina Dwijayanthy dan Prima Naomi83 yang mengatakan bahwa semakin tinggi nilai inflasi maka akan semakin menurun nilai return on asset dari bank syariah. 2. Tingkat Suku Bunga BI Rete juga mempengaruhi tingkat profitabilitas suatu bank, ketika BI Rate naik maka akan diikuti oleh naiknya suku bunga deposito yang berakibat langsung pada penurunan sumber dana pihak ketiga. Penurunan dana pihak ketiga sebagai akibat dari pemindahan dana masyarakat ke bank konvensional untuk mendapatkan imbalan bunga yang lebih tinggi. Apabila dana pihak ketiga turun maka profitabilitas bank syariah yang salah satunya diproksikan pada return on asset akan mengalami penurunan juga.84 Hal ini didukung oleh penelitian dari Ayu Yanita Sahara85 Syahirul Alim86 yang mengatakan bahwa semakin besar nilai BI Rate maka akan semakin menurun profitabilitas yang diperoleh suatu bank syariah.
83
Febrina Dwijayanthi dan Prima Naomi, “Analisis Pengaruh Inflasi, BI Rate, dan Nilai Tukar Mata Uang terhadap Profitabilitas Bank Periode 2003-2007”. Jurnal Karisma, Vol. 3 (2), 2009, hal. 89 84
Adiwarman Karim, Ekonomi Makro Islami, Ed. 1 Cet. 5 (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2012), hal. 55. 85
Ayu Yanita Sahara, “Analisis Pengaruh Inflasi, Suku Bunga BI, dan Produk Domestik Bruto terhadap Return On Asset (ROA) Bank Syariah di Indonesia”. Jurnal Ilmu Manajemen, Vol. 1 No.1, Januari 2013. h. 154. 86
Syahirul Alim, “Analisis Pengaruh Inflasi dan BI Rate terhadap Return On Asset (ROA) Bank Syariah di Indonesia”, Jurnal Modernisasi Vol. 10 No. 3, OKtober 2014, hal. 209-210.
48
3. Pembiayaan Bermasalah Pembiayaan bermasalah terjadi akibat adanya kredit macet di suatu bank yang dikategorikan kurang lancar, diragukan, dan macet dimana nasabah tidak sanggup untuk melunasi pembiayaaannya dan berakibat pada profitabilitas bank syariah yang menurun.87 Teori tesebut didukung oleh penelitian yang dilakukan Imam Rifky Saputra88, Amrina Rosyada89, dan Fernando Africano90 bahwa semakin besar pembiayaan bermasalah terjadi di suatu bank syariah maka kinerja bank tersebut akan menurun pada tingkat profitabilitasnya, begitupun sebalinya jika pembiayaan bermasalah menurun maka profitabilitas bank akan meningkat.
87
Muchdarsyah Sinungan, Manajemen Dana Bank (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2000), hal. 137.
88
Imam Rifky Saputra, “Pengaruh DPK dan NPF terhdapPembiayaan yang Disalurkan (PYD) serta Implikasinya pada ROA (Studi pada 3 BUS di Indonesia Periode 2010-2013)”, (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014), hal. 74. 89
Amrina Rosyada, “Pengaruh Kualitas Aktiva Produktif dan Non Performing Financing terhadap Return On Asset Perbankan Syariah”, (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015), hal. 40. 90
Fernando Africano, “Pengaruh NPF terhadap CAR serta Dampaknya terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah di Indonesia”. Jurnal Ilmiah STIE MDP Vol. 6 No.1 September 2016), hal. 62
49
I. Review Studi Terdahulu Tabel 2.2 Review Studi Tedahulu No.
1.
Substansi
Identitas Jurnal
Muthia Roza Linda, Megawati, dan Deflinawati. Journal of Economic Education Vo. 3 No. 2, ISSN 2302-1590 yang berjudul “Pengaruh Inflasi, Kurs, dan Tingkat Suku Bunga terhadap Non
Performing
Loan
pada
PT.
BANK
TABUNGAN NEGARA (Persero) Tbk Cabang Padang”.
Hasil Penelitian
Pada penelitian tersebut secara simultan variabel inflasi,
kurs,
berpengaruh
dan
tingkat
signifikan
suku
bunga
terhadap
Non
Performing Loan yang dimiliki oleh PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Cabang Padang. Sedangkan, secara parsial inflasi berpengaruh signifikan terhadap Non Performing Loan yang dimiliki oleh PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Cabang Padang, pada kurs tidak berpengaruh
signifikan
Terhadap
Non
Performing Loan yang dimiliki oleh PT. Bank
50
Tabungan Negara (Persero) Tbk Cabang Padang, dan variabel suku bunga berpengaruh signifikan terhadap Non Performing Loan yang dimiliki oleh PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Cabang Padang.
Perbedaan
1. Variabel independen yang digunakan pada penelitian tersebut yaitu inflasi, kurs, dan tingkat
suku
dependennya
bunga non
serta
variabel
peforming
loan.
Sedangkan penulis menggunakan variabel independen
(eksogenus)
berupa
inflasi,
DPK, dan BI Rate serta variabel endogenus perantaranya
yaitu
non
performing
financing, variabel dependen (eksogenus tergantung) yaitu ROA. 2. Objek
yang dgunakan pada
penelitian
tersebut adalah PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Cabang Padang periode 20082013. Sedangkan penulis
menggunakan
objek Bank Pembiayaan Rakyat Syariah di Indonesia periode Januari 2013-Juli 2016. 3. Metode
analisis
yang
digunakan
pada
51
penelitian terdahulu adalah regresi linear berganda, sedangkan penulis menggunakan analisis jalur.
2.
Identitas Jurnal
Ayu Yanita Sahara. Jurnal Ilmu Manajemen Volume 1 Nomor 1 Januari 2013 yang berjudul “Anlisis Pengaruh Inflasi, Suku Bunga BI, dan Produk Domestik Bruto terhadap Return On Asset (ROA) Bank Syariah di Indonesia”
Hasil Penelitian
Pada penelitian tersebut secara simultan inflasi, suku bunga BI, dan Produk Domestik Bruto berpengaruh secara signifikan terhadap ROA. Sedangkan, secara parsial inflasi dan Produk Domestik Bruto memiliki pengaruh positif terhadap ROA dan suku bunga BI berpengaruh negarif terhadap ROA.
Perbedaan
1. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah inflasi, suku bunga BI, PDB sebagai variabel independen serta ROA sebagai variabel dependen. Penulis juga menggunakan
variabel
eksogenus
yang
52
sama yaitu inflasi dan BI Rate yang berbeda hanya satu variabel yaitu DPK dan variabel endogenus perantaranya NPF serta variabel eksogenus tergantungnya adalah ROA. 2. Objek yang dilakukan peneliti terdahulu adalah Bank Syariah di Indonesia dalam kurun waktu 3 tahun dari 2008-2010, sedangkan peneliti sekarang adalah Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) di Indonesia kurun waktu 3 tahun 7 bulan yaitu Januari 2013- Juli 2016.
3.
Identitas Jurnal
Syahirul Alim. Jurnal Modernisasi Volume 10 Nomor
3,
Oktober
2014
yang
berjudul
“Analisis Pengaruh Indflasi dan BI Rate terhadap return On Asset (ROA) Bank Syariah di Indonesia”
Hasil Penelitian
Secara bersama-sama inflasi dan BI Rate tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap Return On Asset
(ROA), tetapi secara parsial inflasi
memiki pengaruh positif yang tidak signifikan terhadap terhadap Return On Asset (ROA) dan
53
BI Rate memiliki pengaruh negatif yang tidak signifikan pula terhadap terhadap Return On Asset (ROA).
Perbedaan
Variabel independen yang digunakan dalam penelitian diatas terdiri dari 2, yaitu inflasi dan BI Rate serta variabel dependennya adalah Return On Asset (ROA). Sedangkan penulis variabeksogennya yang membedakan hanya 1 yaitu DPK, dan salah satu variabel endogennya yang berbeda adalah Non Performing Financing. Objek yang dilakukan pada penelitian diatas pada Bank Syariah di Indonesia periode Oktober 2008-Oktober 2013, sedangkan penulis pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah di Indonesia periode Januari 2013-Juli 2016.
4.
Identitas Jurnal
Fawad Ahmad dan Taqadus Bashir. World Applied Science Journal 22 (2):243-255, 2013. ISSN1818-4952,
“Explanatory
Power
of
Macroeconomics Variables as Determinants of Non-Performing Pakistan”
Loans:
Evidence
from
54
Hasil Penelitian
Pertumbuhan GDP, tingkat suku bunga, tingkat inflasi,indeks harga konsumen, ekspor dan produksi industry mempunyai pengaruh positif yang signifikan terhadap NPL. Sedangkan untuk variabel tingkat pengangguran dan nilai tukar efektif mempunyai pengaruh yang negative terhadap NPL.
Perbedaan
1. Penelitian tersebut menggunakan 9 variabel independen
yaitu
pertumbuhan
GDP,
tingkat pengangguran, tingkat suku bunga, tingkat inflasi, nilai tukar efektif, indeks harga konsumen,ekspor, nilai investasi dan produksi dependennya
industry,
serta
variabel
NPL.
Sedangkan
penulis
menggunakan variabel eksogenus yang sama yaitu inflasi, yang berbeda terdapat 2 variabel yaitu BI Rate dan DPK, serta variabel
endogenus
perantaranya
NPF,
variabel eksogenus tergantungnya adalah ROA. 2. Penelitian
sebelumnya
menggunakan
metode regresi OLS, sedangkan penulis
55
menggunakan metode analisis jalur.
5.
Identitas Skripsi
Novi
Lailatul
Khoirunnisa
Skripsi
S1
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang berjudul “Determinan Non Performing Financing (NPF) Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) di Indonesia Tahun 2011-2015”
Hasil Penelitian
Secara parsial GDP berpengaruh positif secara signifikan terhadap NPF, Inflasi berpengaruh positif secara tidak signifikan terhadap NPF, FDR berpengaruh positif secara signifikan terhadap NPF dan CAR juga berpengaruh secara positif signifikan terhadap NPF BPRS di Indonesia.
Perbedaan
1. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian diatas, yaitu GDP, inflasi, FDR, dan CAR serta variabel dependennya adalah Non
Performing
Financing
(NPF).
Sedangkan penulis menggunakan variabel eksogenus yang sama yaitu inflasi, yang
56
berbeda terdapat 2 variabel yaitu BI Rate dan
DPK,
serta
variabel
endogenus
perantaranya
NPF,
variabel
eksogenus
tergantungnya adalah ROA. 2. Objek yang dilakukan pada penelitian diatas periode
Januari
2011-Desember
2015,
sedangkan penulis periode Januari 2013-Juli 2016. 3. Pada penelitian sebelumnya menggunakan analisis regresi linear berganda metode OLS, sedangkan penulis menggunakan metode analisis jalur.
57
J. Kerangka Penelitian Gambar 2.1 Kerangka Penelitian Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) di
Inflasi DPK
NPF
ROA
BI Rate
Uji Asumsi Klasik: 1. 2. 3. 4.
Uji Normalitas Uji Utokorelasi Uji Multikolinearitas Uji Heterkedastisitas
PATH ANALYSIS
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Interpretasi Hasil
Kesimpulan dan Saran
58
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini difokuskan pada Return On Asset (ROA) dan Non Performing Financing (NPF) sebagai variabel endogen, sedangkan Inflsi, DPK, dan BI Rate sebagai variabel eksogen. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan secara langsung ataupun tidak langsung antara variabel Inflasi, Perolehan DPK, dan Tingkat Suku Bunga (BI Rate) terhadap Pembiayaan Bermasalah serta Implikasinya terhadap profitabilitas. Penelitian ini dilakukan pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) di seluruh Indonesia. Adapun periode yang diambil dalam penelitian ini adalah bulan Januari 2013 sampai dengan bulan Juli 2016. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data statistik perbankan syariah yang diperoleh dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bank Indonesia (BI). B. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, yaitu merupakan salah satu jenis kegiatan penelitian yang menggunakan rancangan terstruktur, formal, dan spesifik, serta mempunyai rancangan operasional yang
59
mendetail.91 Metode ini disebut metode penelitian kuantitatif karena data penelitian berupa angka-angka dan analisis mengguanakan statistik.92 C. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif, yaitu data yang bersifat numerik dimana skala pengukuran variabelnya dapat berupa interval dan rasio.93 Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder yang bersifat time series, yakni data yang diperoleh secara tidak langsung melalui media perantara atau diperoleh dan dicatat oleh pihak lain. Data sekunder yang diambil umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip data dokumenter yang dipublikasikan.94 Data dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari laporan statistik perbankan syariah bulanan yang dipublikasikan oleh Otoritas Jasa Keuangan dan Bank Indonesia dari Januari 2013-Juli 2016. D. Teknik Pengumpulan Data Metode pengumpulan data merupakan suatu hal yang penting dalam penelitian, karena metode ini merupakan strategi untuk mendapatkan data yang diperlukan. Keberhasilan penelitian sebagian besar tergantung pada 91
A. Muri Yusuf, Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif, dan Pnelitian Gabungan (Jakarta: KENCANA, 2014), hal. 58. 92
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Cet. III (Bandung: ALFABETA, 2007), hal. 7 93
Heryanto dan Lukman, Statistik Ekonomi (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), hal. 8. 94
Nur Indrianto dan Bambang Supomo, Metode Penelitian Bisnis (Yogyakarta: BPFE, 2002), hal. 147.
60
teknik-teknik pengumpulan data yang digunakan. Pengumpulan data dalam penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh bahan-bahan, keterangan, kenyataan-kenyataan, dan informasi yang dapat dipercaya.95 Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini melalui berbagai cara, diantaranya sebagai berikut: 1. Studi Dokumentasi Metode
ini
merupakan
suatu
cara
pengumpulan
data
yang
menghasilkan catatan-catatan penting yang berhubungan dengan masalah yang diteliti, sehingga akan diperoleh data yang lengkap dan asli. Metode ini hanya mengambil data yang sudah tersedia dan terpublikasi. Misalnya: Inflasi, BI Rate, jumlah penghimpunan dana pihak ketiga, NPF dan ROA pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah. Data tersebut didapatkan dari website Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bank Indonesia (BI). 2. Studi Kepustakaan Metode ini merupakan pengumpulan data mengenai hal-hal yang diperoleh dengan cara membuka buku-buku, skripsi, tesis, jurnal, maupun surat kabar yang berhubungan dengan tema penelitian yang penulis angkat. Metode ini digunakan untuk dapat memperoleh landasan dan konsep penelitian. E. Teknik Analisis Data Dalam penelitian ini, teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linear berganda dengan metode path analysis. Metode analisis tersebut 95
Ibid, hal. 143.
61
sesuai untuk menggambarkan atau mendeskripsikan keterkaitan antara beberapa variabel baik secara ;angsung maupun tidak langsung. Untuk membantu penelitian ini, penulis akan menggunakan software pengolah data statistik, Microsoft Excel 2010 dan IBM SPSS Statistic version 20.0. 1. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas Uji nomalitas pada model regresi digunakan untuk menguji apakah nilai-nilai residual yang dihasilkan dari regresi terdistribusi secara normal atau tidak.96 Model regresi yang baik adalah memiliki nilai residual yang terdistribusi secara normal. Metode uji normalitas, yaitu dengan melihat penyebaran data pada sumber diagonal pada grafik Normal P-P Plot of regression standarized residual yaitu dengan cara melihat grafik data dapat dikatakan berdistribusi normal jika titik pada grafik menyebar di garis diagonal. Sebaliknya data dapat dikatakan tidak berdistribusi normal apabila titik-titik yang berada dalam garis diagonal pada grafik tidak menyebar. Cara lain untuk melihat data berdistribusi normal atau tidak dengan uji One Sample Kolmogorov-Smirnov, yaitu dengan melihat nilai Asymp. Sig. Jika nilai Asymp. Sig > 0.05 data dapat dikatakan
96
Duwi Priyatno, SPSS 22 Pengolah Data Terpraktis (Yogyakarta: CV. Andi Offset, 2014), hal. 90.
62
berdistribusi dengan normal, sebaliknya jika data tidak berdistribusi normal nilai Asymp. Sig < 0.05. b. Uji Multikolinearitas Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di anatara variabel independen.97 Cara untuk menentukan apakah model memiliki gejala multikolinearitas atau tidak, salah satunya dengan melihat nilai VIF dan Tolerance pada tabel coefficients. (1) Jika nilai VIF < 10.00 dan nilai Tolerance > 0.1, maka tidak terjadi multikolinearitas. (2) Jika nilai VIF > 10.00 dan nilai Tolerance < 0.1, maka terjadi multikolinearitas c. Uji Heterokesdastisitas Uji heterokesdastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu penelitian ke penelitian yang lain. 98 Berikut beberapa cara dalam mendeteksi adanya heterokedastisitas: (1) Metode Grafik Scatterplot
97
Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Cet.4 (Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2006), hal. 95. 98
Ibid, hal. 125.
63
Jika terdapat pola tertentu pada grafik scatterplot, seperti titik-titik yang membentuk pola teratur (bergelombang) maka terjadi heterokedastisitas. Jika tidak ada pola yang jelas dan titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y maka tidak terjadi heterokedastisitas. (2) Uji Glejser Pada uji Glejser ini suatu variabel mengalami heterokedastisitas jika nilai signifikansinya < 0.05 dan jika variabel itu tidak mengalami heterokedastisitas nilai signifikansinya > 0.05. d. Uji Autokorelasi Autokoelasi adalah keadaan dimana terjadinya korelasi dari residual untuk pengamatan satu dengan yang lain disusun menurut runtun waktu. Model regresi yang baik mengisyartkan tidak adanya masalah autokorelasi. Dampak yang diakibatkan dengan adanya autokorelasi yaitu dengan adanya varian sampel tidak menggambarkan varian populasinya. Dalam mendeteksi autokorelasi pada sebuah data kita dapat mengetahuinya melalui uji Durbin Watson yaitu apabila: 99 (1) Jika 0 < dw < dl maka terjadi autokorelai positif (2) Jika 4-dl < dw < 4 maka terjadi autokorelasi negatif (3) Jika du < dw < 4-du, maka tidak terjadi autokorelasi positif dan negatif 99
Damodar N. Gujarat dan Dawn C.Porter, Dasar-dasar Ekonometrika (Jakarta: Salemba Empat, 2012), hal. 37.
64
(4) Jika dl ≤ dw ≤ du atau 4-du ≤ dw ≤ 4-dl, maka tidak dapat didefinisikan. 2. Analisis Jalur (Path Analysis) Analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis jalur atau path analysis. Analisis jalur merupakan pengembangan dari regresi linear berganda itu sendiri100 atau dapat disebut juga sebagai model sebabakibat.101 Analisis jalur adalah suatu teknik untuk mengukur sebab akibat dari regresi linear berganda jika variabel bebasnya mempengaruhi variabel tergantung tidak hanya secara langsung, tetapi juga secara tidak langsung. Path analysis ini digunakan untuk menguji pengaruh Inflasi, DPK, dan BI Rate terhadap NPF serta pengaruhnya secara langsung ataupun tidak langsung terhadap ROA dengan persamaan sebagai berikut: Y = b1YX1 + b2YX2 + b3YX3 + e Z = b1ZX1 + b2ZX2 + b3ZX3 + e Dimana: X1 = Inflasi di Indonesia periode Januari 2013-Juli 2016 X2 = Dana Pihak Ketiga (DPK) BPRS di Indonesia Januari 2013-Juli 2016 X3 = Tingkat Suku Bunga (BI Rate) di Indonesia periode Januari 2013-Juli 2016
100
Sugiyono, Statistika Untuk Penelitian, Cet. 14 (Bandung: ALFABETA, 2009), hal. 297.
101
Jonathan Sarwono, Analisis Jalur untuk Riset Binis dengan SPSS (Yogyakarta: Andi, Ed.1, 2007), hal. 1.
65
Y = Non Performing Financing (NPF) BPRS di Indonesia Januari 2013Juli 2016 Z = Return On Asset (ROA) BPRS di Indonesia Januari 2013-Juli 2016 e = standard error 3. Uji Hipotesis a. Uji Simultan (Uji F) Uji F digunakan untuk mengetahui pengaruh semua variabel independennya yang dimaksudkan dalam regresi secara simultan terhadap variabel dependen yang diuji. Pengujian ini menggunakan uji F yaitu dengan membandingkan F hitung dengan F tabel. Uji ini dilakukan dengan cara: (1) Jika F hitung < F tabel, maka variabel-variabel independen secara simultan tidak berpengaruh terhadap variabel dependen. (2) Jika F hitung > F tabel, maka variabel-variabel independen secara simultan berpengaruh terhadap variabel dependen. Pengujian juga dapat
dilakukan melalui pengamatan nilai
signifikansi F pada tingkat α yang digunakan (penelitian ini menggunakan tingkat α sebesar 5%). Analisis didasarkan pada pembandingan antara nilai signifikansi F dengan nilai signifikansi 0.05, dimana syarat-syaratnya adalah sebagai berikut : (1) Jika signifikansi F < 0.05, maka variabel-variabel independen secara simultan berpengaruh terhadap variabel dependen.
66
(2) Jika signifikansi F > 0.05, maka variabel-variabel independen secara simultan tidak berpengaruh terhadap variabel dependen. b. Uji Parsial (Uji t) Uji t digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh masing-masing variabel independen secara individual terhadap variabel dependen yang diuji. Pengujian dilakukan dengan uji t atau ttest, yaitu membandingkan antara t-hitung dengan t-tabel. Uji ini dilakukan dengan cara : (1) Jika
t tabel > t hitung, maka variabel independen tidak
berpengaruh terhadap variabel dependen. (2) Jika t tabel < t hitung, maka variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Pengujian juga dapat dilakukan melalui
pengamatan nilai
signifikansi t pada tingkat α yang digunakan (penelitian ini menggunakan tingkat α sebesar 5%). Analisis didasarkan pada perbandingan antara nilai signifikansi t dengan nilai signifikansi 0.05, dimana syarat-syaratnya adalah sebagai berikut : (1) Jika signifikansi t < 0.05 maka variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. (2) Jika signifikansi t > 0.05 maka variabel independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.
67
c. Uji Koefisien Determinasi (R Square) Uji koefisen determinasi bertujuan untuk melihat seberapa besar kemampuan variabel independen menjelaskan variabel dependen yang dilihat melalui Adjusted R Square. Adjusted R Square ini digunakan karena variabel independen dalam penelitian ini lebih dari dua. Nilai dari Adjusted R Square terletak antara 0 dan 1. Jika hasil yang diperoleh > 0.5, maka model yang digunakan dianggap cukup kuat dalam membuat estimasi. d. Uji Korelasi Pada metode analisis jalur (path analysis) untuk mengukur kekuatan (hubungan) linear antara 2 variabel yaitu variabel bebas dengan
variabel
terikat102
diperlukan
kriteria
khusus
dalam
pengukurannya, berikut kriterianya:103 (1) Jika 0.9 < r < 1.00 atau -1.00 < r < -0.9; artinya memiliki hubungan yang sangat kuat. (2) Jika 0.7 < r < 0.9 atau -0.9 < r < -0.7; artinya memiliki hubungan yang kuat. (3) Jika 0.5 < r < 0.7 atau -0.7 < r < -0.5; artinya memiliki hubungan yang moderat.
102
Imam Ghazali, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Cet.I (Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2001), hal. 86. 103
Boediono dan Wayan Koster, Teori dan Aplikasi Statistik dan Probabilitas Sederhana, Lugas, dan Mudah Dimengerti, Cet. I (Bandung: PT. REMAJA ROSDAKARYA, 2001), 184-185.
68
(4) Jika 0.3 < r < 0.5 atau -0.5 < r < -0.3; artinya memiliki hubungan yang lemah. (5) Jika 0.0 < r < 0.3 atau -0.3 < r < 0.0; artinya memiliki hubungan yang sangat lemah. F. Operasional Variabel Penelitian Operasional variabel merupakan suatu aspek dalam penelitian yang memberikan informasi cara pengukuran mengenai variabel
yang akan
digunakan dalam penelitian. Adapun variabel dalam penelitian ini adalah: 1. Variabel Endogen a. Return On Asset / ROA Return On Asset (ROA) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampan bank di dalam memperoleh laba dan efisiensi secara keseluruhan. Semakin besar ROA maka semakin besar keuntungan yang dihasilkan suatu bank dan semakin baik pula posisi bank dalam penggunaan asetnya. Rasio Return On Asset dapat dirumuskan sebagai berikut: ROA =
x 100%
b. Non Performing Financing / NPF Pembiayaan bermasalah atau biasa disebut dengan NPF adalah pembiayaan yang disalurkan oleh bank syariah dimana nasabah dalam pembayarannya mengalami kredit macet. Pembiayaan yang dikategorikan
sebagai
pembiayaan
bermasalah
berdasarkan
69
ketentuan Bank Indonesia adalah kurang lancar, diragukan, dan macet. Non Performing Financing (NPF) dapat diperoleh dari: NPF =
x 100%
2. Variabel Eksogen a. Inflasi Inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk naik secara umum dan terus menerus. Inflasi yang tinggi akan mengakibatkan daya beli masyarakat menurun dan kenaikan tingkat bunga. Besar kecilnya laju inflasi akan mempengaruhi suku bunga dan kinerja keuangan perusahaan khususnya dari sisi profitabilitas. Inflasi =
b. Dana Pihak Ketiga Dana Pihak Ketiga (DPK) adalah dana yang yang dihimpun oleh bank syariah yang berasal dari masyarakat dalam bentuk tabungan, giro, dan deposito. Dana pihak ketiga merupakan dana yang memiliki kontribusi terbesar untuk penyaluran pembiayaan. Sehingga semakin besardana yang dihimpun semakin besar pula pembiayaan yang disalurkan. c. Tingkat Suku Bunga (BI Rate) BI Rate merupakan indikasi suku bunga jangka pendek yang diinginkan Bank Indonesia dalam upaya mencapai target inflasi. BI
70
Rate digunakan sebagai acuan dalam operasi moneter untuk mengarahkan agar suku bunga SBI 1 bulan hasil operasi pasar terbuka berada disekitar BI Rate. Selanjutnya suku bunga BI diharapkan mempengaruhi PUAB, suku bunga simpanan, dan suku bunga lainya dalam jangka panjang. Perubahan BI Rate dilaksanakan secara konsisten dan bertahap dengan kelipatan 25 basis points.
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Dalam bab ini penulis akan menganalisis data yang sudah terkumpul. Data yang terkumpul diantaranya terdapat variabel eksogen atau independen yaitu inflasi, Dana Pihak Ketiga (DPK), dan Tingkat Suku Bunga (BI Rate), variabel endogen perantara yaitu Non performing Financing (NPF), sedangkan variabel endogen tergantung atau independen yaitu Return On Asset (ROA). Berikut ini akan dijelaskan mengenai perkembangan dari variabel-variabel yang sudah disebutkan diatas yaitu: Grafik 4.1: Perkembangan Inflasi di Indonesia Januari 2013-Juli 2016
Inflasi 10.00% 9.00% 8.00% 7.00% 6.00% 5.00% 4.00% 3.00% 2.00% 1.00% 0.00%
Sumber: Data diolah (Bank Indonesia)
71
Jul-16
Apr-16
Jan-16
Oct-15
Jul-15
Apr-15
Jan-15
Oct-14
Jul-14
Apr-14
Jan-14
Oct-13
Jul-13
Apr-13
Jan-13
Inflasi
72
Pada grafik diatas dapat dijelaskan bahwa inflasi yang terjadi di Indonesia dari tahun 2013 sampai dengan Juli 2016 mengalami fluktuatif. Pada dasarnya inflasi terjadi tidak jauh dari kenaikan harga-harga baik harga BBM, hargapangan, harga tembakau dan harga komoditas lainnya. Inflasi tertinggi dialami Indonesia pada bulan Agustus 2013 dengan angka 8.79% yang disebabkan oleh naiknya harga BBM
104
dan Juli 2016 inflasi berada di titik
paling terendah selama 5 tahun terakhir ini105 yaitu 3.21%. Grafik 4.2: Perkembangan DPK pada BPRS di Indonesia Januari 2013 Juli 2016
Dana Pihak Ketiga (dalam jutaan rupiah) 6000000 5000000 4000000 Dana Pihak Ketiga
3000000 2000000 1000000 Jul-16
Apr-16
Jan-16
Oct-15
Jul-15
Apr-15
Jan-15
Oct-14
Jul-14
Apr-14
Jan-14
Oct-13
Jul-13
Apr-13
Jan-13
0
Sumber: data diolah (Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan)
104
http://www.analisaforex.com/22/12/2013/berita-ekonomi-terpenting-tahun-2013/4078.html diakses pada 26 Maret 2017 pukul 09.13 WIB. 105
http://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/3265802/bps-inflasi-juli-2016-terendahdalam-5-tahun-terakhir diakses pada 26 Maret 2017 pukul 09.21 WIB.
73
Berdasarkan grafik yang ditunjukkan diatas bahwa dana yang dihimpun Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) di Indonesia mengalami peningkatan terus-menerus. Meskipun di bulan Juli 2014 dana yang dihimpun mengalami penurunan yaitu sebesar Rp 3.591.644 juta dari bulan sebelumnya tetapi beberapa bulan kemudian mengalami peningkatan kembali. Hal ini menunjukkan dana yang dihimpun Bank Pembiayaan Rakyat Syariah di Indonesia sepanjang tahun 2013 hingga Juli 2016 semakin baik meskipun fluktuatif. Grafik 4.3: Perkembangan BI Rate di Indonesia Januari 2013 – Juli 2016
BI Rate 9.00% 8.00% 7.00% 6.00% 5.00% 4.00%
BI Rate
3.00% 2.00% 1.00%
Jul-16
Apr-16
Jan-16
Oct-15
Jul-15
Apr-15
Jan-15
Oct-14
Jul-14
Apr-14
Jan-14
Oct-13
Jul-13
Apr-13
Jan-13
0.00%
Sumber: data diolah (Bank Indonesia)
Pada grafik perkembangan BI Rate di Indonesia dapat dijelaskan bahwa tiap tahunnya BI Rate hampir mengalami kestabilan. Hanya saja di bulan Juni 2013 sampai November 2013 BI Rate meningkat, dan Desember 2014 Rate mencapai titik tertinggi yaitu 7.75%, angka tersebut merupakan angka
74
tertinggi selama lima tahun terakhir. Dengan angka 7.75% ini masih dianggap dapat mengatasi tekanan inflasi yang disebabkan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi.106 Grafik 4.4: Perkembangan Non Performing Financing (NPF) BPRS di Indonesia Januari 2013 – Juli 2016 NPF 12.00% 10.00% 8.00% 6.00% NPF
4.00% 2.00% Jul-16
Apr-16
Jan-16
Oct-15
Jul-15
Apr-15
Jan-15
Oct-14
Jul-14
Apr-14
Jan-14
Oct-13
Jul-13
Apr-13
Jan-13
0.00%
Sumber: data diolah (Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan)
Dari grafik rasio Non Performing Financing (NPF) Bank Pembiayaan Rakyat Syariah di Indonesia sepanjang tahun 2013 sampai dengan Juli 2016 mengalami fluktuatif. Rasio pembiayaan bermasalah mencapai titik tertinggi pada bulan Maret 2016 dengan angka 10.36% dan angka terendah pada bulan Desember 2013 sebesar 6.5%. Jika rasio pembiayaan bermasalah tinggi akan mengakibatkan tingkat profitabilitas dari bank syariah mengalami penurunan.
106
Paul Sutaryono, “Arah Suku Bunga Kredit” dari http://koran.bisnis.com/read/20141215/251/382544/arah-suku-bunga-kredit diakses pada 26 Maret 2017 pukul 09.40 WIB.
75
Grafik 4.5: Perkembangan Return On Asset (ROA) BPRS di Indonesia Januari 2013 – Juli 2016 ROA 3.50% 3.00% 2.50% 2.00% 1.50%
ROA
1.00% 0.50% Jul-16
Apr-16
Jan-16
Oct-15
Jul-15
Apr-15
Jan-15
Oct-14
Jul-14
Apr-14
Jan-14
Oct-13
Jul-13
Apr-13
Jan-13
0.00%
Sumber: data diolah (Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan)
Berdasarkan grafik diatas dapat dijelaskan bahwa tingkat profitabilitas yang diukur melalui pengembalian laba terhadap aset dari Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) di Indonesia sepanjang Januari 2013-Juli 2016 mengalami fluktuatif. Semakin besar tingkat pengembalian laba terhadap aset atau biasa disebut dengan ROA semakin besar keuntungan yang didapatkan, begitupun sebaliknya. Di tahun 2013 ROA tertinggi terjadi pada bulan April, tahun 2014 di bulan Juni sedangkan 2015 pada bulan Agustus dan yang terakhir di bulan Januari 2016.
76
B. Asumsi Klasik 1. Uji Normalitas Tabel 4.1 Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N
43 Mean
Normal Parametersa,b
Std. Deviation
Most Extreme Differences
0E-7 .58381174
Absolute
.096
Positive
.076
Negative
-.096
Kolmogorov-Smirnov Z
.627
Asymp. Sig. (2-tailed)
.826
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Jika dapat dilihat dari tabel diatas nilai signifikansi pada Kolmogorov Smirnov yaitu 0.826 > 0.05, sehingga dapat dikatakan bahwa data tersebut berdisribusi dengan normal.
77
2. Uji Autokorelasi Tabel 4.2 Uji Autokorelasi Sebelum Tranformasi Model Summaryb Model
R
R Square Adjusted R Square
.816a
1
.666
Std. Error of
Durbin-
the Estimate
Watson
.641
.60585
1.001
a. Predictors: (Constant), BIRate, Inflasi, Ln_DPK b. Dependent Variable: NPF Pada tabel diatas menunjukkan bahwa nilai Durbin Watson sebesar 1.001 dimana n= 43 dan k=5 didapatkan nilai du 1.2660 dan nilai dl 1.7794. Maka dapat dikatakan data tersebut mengalami autokorelasi positif dikarenakan 0 < dw < dl yaitu 0 < 1.001 < 1.7794. Untuk mengatasi gejala autokorelasi pada data diatas maka data akan di transformasi terlebih dahulu menggunakan uji cochrane orcutt. Berikut hasil data durbin watson setelah ditransformasi. Tabel 4.3 Uji Autokorelasi Setelah Transformasi Model Summaryb Model
1
R .587a
R Square
Adjusted R
Std. Error of
Durbin-
Square
the Estimate
Watson
.344
.293
.52869
2.082
a. Predictors: (Constant), Lag_BIRATE, Lag_DPK, Lag_INFLASI b. Dependent Variable: Lag_NPF Setelah data ditranformasi didapatkan nilai durbin watson yang baru yaitu 2.082 dengan n= 43 dan k=5 sehingga nilai du 1.2660 dan nilai dl
78
1.7794. Maka dapat dikatakan bahwa data diatas sudah tidak mengalami autokorelasi karena du < dw < 4-du yaitu 1.2660 < 2.082 < 2.734. 3. Uji Multikolinearitas Tabel 4.4 Uji Multikolinearitas Coefficientsa Model
Unstandardized Stand Coefficients
t
Sig.
ardize
Collinearity Statistics
d Coeff icient s B
Std.
Beta
Tolerance
VIF
Error (Constant ) 1 Inflasi Ln_DPK BIRate
-61.560 12.913
-4.767
.000
-.965
.001
.483 2.070
-.077
.079 -.128
4.516
.885
.683 5.104
.000
.477 2.094
.281
.202
.175 1.390
.023
.542 1.844
a. Dependent Variable: NPF
Berdasarkan variabel diatas dapat diketahui bahwa: a. Variabel inflasi memiliki nilai tolerance 0.483 > 0.1 dan nilai VIF 2.070 < 10.00, menunjukkan bahwa variabel tersebut tidak mengalami gejala multikolinearitas.
79
b. Variabel Ln_DPK memiliki nilai tolerance 0.477 > 0.1 dan nilai VIF 2.094 < 10.00, menunjukkan bahwa variabel tersebut tidak mengalami gejala multikolinearitas. c. Variabel BI Rate memiliki nilai tolerance 0.542 > 0.1 dan nilai VIF 1.844 < 10.00, menunjukkan bahwa variabel tersebut tidak mengalami gejala multikolinearitas. 4. Uji Heteroskedastisitas Gambar 4.1 Uji Heterokedastisitas
Pada scatterplot diatas kita dapat melihat bahwa titik-titik menyebar diatas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y, sehingga dapat disimpulkan bawa data tersebut tidak terjadi heteroskedastisitas.
81
C. Analisis Pengaruh Inflasi, Perolehan Dana Pihak Ketiga, dan Tingkat Suku Bunga terhadap Pembiayaan Bermasalah serta Implikasinya terhadap Profitabilitas Pada BPRS di Indonesia Periode Januari 2013Juli 2016 Analisis dalam penelitian ini dibagi menjadi dua substruktural. Substrutural pertama menganalisis pengaruh Inflasi, Dana Pihak Ketiga (DPK), dan Tingkat Suku Bunga (BI Rate) sebagai variabel eksogen terhadap Non Performing Financing (NPF) sebagai variabel endogen. Sedangkan substruktural kedua menganalisis pengaruh Inflasi, tingkat suku bunga (BI Rate), dan Non Performing Financing (NPF) sebagai variabel eksogen terhadap Return On Asset (ROA) sebagai variabel endogen. 1. Uji Statistik Struktural I Persamaan struktur I Y = b𝒙𝟏 𝒚 X1 + b𝒙𝟐 𝒚 X2 + b𝒙𝟑 𝒚 X3 + b𝒚 e1 Gambar 4.2 Struktural I Inflasi DPK BI Rate
NPF
81
a. Uji F (Uji Simultan) Hipotesis: H0 : β1 = 0 (Inflasi, DPK, dan BI Rate tidak berpengaruh terhadap Non Performing Financing (NPF)) Ha : β1 ≠ 0 (Inflasi, DPK, dan BI Rate berpengaruh terhadap Non Performing Financing (NPF)) Tabel 4.5 Uji F (Struktural I) ANOVAa Model
Sum of
Df
Mean
Squares Regression
F
Sig.
Square
28.569
3
1 Residual
14.315
39
Total
42.884
42
9.523 25.944
.000b
.367
a. Dependent Variable: NPF b. Predictors: (Constant), BIRate, Inflasi, Ln_DPK Berdasarkan tabel di atas, didapatkan hasil bahwa df1 adalah 5 dan df2 adalah 43-5= 38, maka Ftabel sebesar 2.46. dengan demikian Fhitung 25.944 > Ftabel 2.36 dengan taraf signifikan 0.000 < 0.05. maka dapat dikatakan bahwa variabel Inflasi, DPK, dan BI Rate secara simultan berpengaruh signifikan terhadap Non Performing Financing (NPF). Sehingga dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan Ha diterima.
82
b. Uji t (Uji Parsial) Tabel 4.6 Uji t (Struktural I) Coefficientsa Model
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
Std.
T
Sig.
Beta
Error (Constant)
-61.560 12.913
-4.767
.000
Inflasi
-.077
.079
-.128
-.965
.001
Ln_DPK
4.516
.885
.683
5.104
.000
.281
.202
.175
1.390
.023
1 BIRate
a. Dependent Variable: NPF Hipotesis: (1) H0 : β2 = 0 (Inflasi tidak berpengaruh terhadap Non Performing Financing (NPF)) Ha : β2 ≠ 0 (Inflasi berpengaruh terhadap Non Performing Financing (NPF)) (2) H0 : β3 = 0 (DPK tidak berpengaruh terhadap Non Performing Financing (NPF)) Ha : β3 ≠ 0 (DPK
berpengaruh terhadap Non Performing
Financing (NPF)) (3) H0 : β4 = 0 (BI Rate tidak berpengaruh terhadap Non Performing Financing (NPF))
83
Ha : β4 ≠ 0
(BI Rate berpengaruh terhadap Non Performing
Financing (NPF)) Pengolahan uji t dilakukan pengujian secara parsial masing-masing variabel bebas yang dapat mempengaruhi variabel terikat. Pengaruh secara parsial dapat dlihat dari perbandingan nilai probabilitas t hitung terhadap taraf signifikan yang telah ditentukan yaitu 0.05. Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan, bahwa: (1) Pengaruh Inflasi terhadap Non Performing Financing (NPF) Dari hasil uji t diatas untuk variabel inflasi dengan menggunakan uji dua arah α/2 = 0.05/2 = 0.025 dimana df2 = n-5 = 43-5 = 38, sehingga didapatkan nilai thitung 0.965 < ttabel 2.024. Secara statistik variabel ini tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel Non Performing Financing (NPF) dengan nilai signifikansi (< 0.05) yaitu 0.01. Jadi, dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan Ha diterima. (2) Pengaruh DPK terhadap Non Performing Financing (NPF) Dari hasil uji t untuk variabel DPK dengan menggunakan uji dua arah α/2 = 0.05/2 = 0.025 dimana df2 = n-5 = 43-5 = 38, sehingga didapatkan nilat thitung 5.104 > ttabel 2.024. Secara statistik variabel ini
berpengaruh
secara
signifikan
terhadap
variabel
Non
Performing Financing (NPF) dengan nilai signifikansi (< 0.05) yaitu 0.000. Jadi, dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan Ha diterima.
84
(3) Pengaruh BI Rate terhadap Non Performing Financing (NPF) Dari hasil uji t untuk variabel BI Rrate dengan menggunakan uji dua arah α/2 = 0.05/2 = 0.025 dimana df2 = n-5 = 43-5 = 38, sehingga didapatkan nilat thitung 1.394 < ttabel 2.024. Secara statistik variabel ini tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel Non Performing Financing (NPF) dengan nilai signifikansi (< 0.05) yaitu 0.023. Jadi, dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan Ha diterima. c. Uji Koefisien Determinasi (R2) Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Inflasi, DPK, dan BI Rate terhadap Non Performing Financing (NPF), dapat dilihat hasil perhitungannya dalam tabel di bawah ini: Tabel 4.7 Uji Koefisien Determinasi (Struktural I) Model Summaryb Model
1
R .816a
R Square
.666
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate .641
.60585
a. Predictors: (Constant), BIRate, Inflasi, Ln_DPK b. Dependent Variable: NPF Berdasarkan tabel di atas, besarnya angka Adjusted R Square adalah 0.641, angka ini digunakan untuk mlihat besarnya pengaruh yang dimiliki Inflasi, DPK, dan BI Rate terhadap Non Performing Financing (NPF). Angka tersebut menunjukkan bahwa pengaruh Inflasi, DPK, dan BI Rate terhadap Non Performing Financing (NPF)
85
sebesar 64.1%, sedangkan sisanya 25.9% dipengaruhi oleh variabel lain di luar model ini. d. Koefisien Jalur Persamaan Struktur I Dalam
menentukan
pengaruh
variabel
penelitian
secara
keseluruhan didapat nilai koefisien jalur dari penjumlahan seluruh variabel eksogen terhadap variabel endogen. Berikut merupakan nilai koefisien jalur variabel Inflasi, DPK, dan BI Rate terhadap Non Performing Financing (NPF) dengan menggunakan SPSS 20.0: Tabel 4.8 Koefisien Jalur Persamaan Struktur I Coefficientsa Model
Standardized Coefficients Beta
(Constant) Inflasi 1 Ln_DPK
-.128
BIRate
.175
.683
a. Dependent Variable: NPF Koefisien Jalur b
X1 = -0.128
Koefisien Jalur b
X2 = 0.683
Koefisien Jalur b
X3 = 0.175
Jadi Persamaan analisis jalur yang terbentuk adalah sebagai berikut: Y = b𝒙𝟏 𝒚 X1 + b𝒙𝟐 𝒚 X2 + b𝒙𝟑 𝒚 X3 + b𝒚 e1 Y = – 0.128 X1 + 0.683 X2 + 0.175 X3 + 0.334 e1
86
Angka koefisien residu sebesar 0.334 didapat dari √1-R2 = √1-0.666 = 0.334 2. Uji Statistik Struktural II Persamaan struktur II Z = b𝒙𝟏 𝒛 X1 + b𝒙𝟑 𝒛 X3 + b𝒚𝒛 Y + b𝒚 e2 Gambar 4.3 Struktural II Inflasi ROA
BI Rate NPF a. Uji F (Uji Simultan) Hipotesis:
H0 : β1 = 0 (Inflasi, BI Rate dan NPF tidak berpengaruh terhadap Return On Asset (ROA)) Ha : β1 ≠ 0 (Inflasi, BI Rate dan NPF berpengaruh terhadap Return On Asset (ROA)) Tabel 4.9 Uji F (Struktural II) ANOVAa Model
Sum of
Df
Squares Regression
Mean
Sig.
Square
4.100
3
1.367
1 Residual
.600
39
.015
Total
4.699
42
a. Dependent Variable: ROA
F
88.887
.000b
87
b. Predictors: (Constant), NPF, BIRate, Inflasi Berdasarkan tabel di atas, didapatkan hasil bahwa df1 adalah 5 dan df2 adalah 43-5= 38, maka Ftabel sebesar 2.46. dengan demikian Fhitung 88.887 > Ftabel 2.36 dengan taraf signifikan 0.000 < 0.05. maka dapat dikatakan bahwa variabel Inflasi, BI Rate, dan NPF secara simultan berpengaruh signifikan terhadap Return On Asset (ROA). Sehingga dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan Ha diterima. b. Uji t (Uji Parsial) Tabel 4.10 Uji t (Struktural II) Coefficientsa Model
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B (Constant)
Std. Error
5.604
.241
Inflasi
.047
.015
BIRate
-.230
NPF
-.206
T
Sig.
Beta 23.208
.000
3.126
.003
.040
-.431 -5.740
.000
.025
-.621 -8.101
.000
.236
1
a. Dependent Variable: ROA Hipotesis: (1) H0 : β2 = 0 (Inflasi tidak berpengaruh terhadap Return On Asset (ROA)) Ha : β2 ≠ 0 (Inflasi berpengaruh terhadap Return On Asset (ROA)) (2) H0 : β3 = 0 (BI Rate tidak berpengaruh terhadap Return On Asset (ROA))
88
Ha : β3 ≠ 0 (BI Rate
berpengaruh terhadap Return On Asset
(ROA)) (3) H0 : β4 = 0 (NPF tidak berpengaruh terhadap Return On Asset (ROA)) Ha : β4 ≠ 0 (NPF berpengaruh terhadap Return On Asset (ROA)) Pengolahan uji t dilakukan pengujian secara parsial masing-masing variabel bebas yang dapat mempengaruhi variabel terikat. Pengaruh secara parsial dapat dlihat dari perbandingan nilai probabilitas t hitung terhadap taraf signifikan yang telah ditentukan yaitu 0.05. Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan, bahwa: (1) Pengaruh Inflasi terhadap Return On Asset (ROA) Dari hasil uji t diatas untuk variabel inflasi dengan menggunakan uji dua arah α/2 = 0.05/2 = 0.025 dimana df2 = n-5 = 43-5 = 38, sehingga didapatkan nilai thitung 3.126 > ttabel 2.024. Secara statistik variabel ini berpengaruh secara signifikan terhadap variabel Return On Asset (ROA) dengan nilai signifikansi (< 0.05) yaitu 0.03. Jadi, dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan Ha diterima. (2) Pengaruh BI Rate terhadap Return On Asset (ROA) Dari hasil uji t untuk variabel BI Rate dengan menggunakan uji dua arah α/2 = 0.05/2 = 0.025 dimana df2 = n-5 = 43-5 = 38, sehingga didapatkan nilat thitung 5.740 > ttabel 2.024. Secara statistik variabel ini berpengaruh secara signifikan terhadap variabel Return
89
On Asset (ROA) dengan nilai signifikansi (< 0.05) yaitu 0.000. Jadi, dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan Ha diterima. (3) Pengaruh Non Performing Financing (NPF) terhadap Return On Asset (ROA) Dari hasil uji t untuk variabel BI Rrate dengan menggunakan uji dua arah α/2 = 0.05/2 = 0.025 dimana df2 = n-5 = 43-5 = 38, sehingga didapatkan nilat thitung 8.101 > ttabel 2.024. Secara statistik variabel ini berpengaruh secara signifikan terhadap variabel Return On Asset (ROA) dengan nilai signifikansi (< 0.05) yaitu 0.000. Jadi, dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan Ha diterima. c. Uji Koefisien Determinasi (R2) Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Inflasi, DPK, dan BI Rate terhadap Non Performing Financing (NPF), dapat dilihat hasil perhitungannya dalam tabel di bawah ini: Tabel 4.11 Uji Koefisien Determinasi (Struktural II) Model Summaryb Mode
R
R Square
Adjusted R Square Std. Error of the
l 1
Estimate .934a
.872
.863
.12399
a. Predictors: (Constant), NPF, BIRate, Inflasi b. Dependent Variable: ROA Berdasarkan tabel di atas, besarnya angka Adjusted R Square adalah 0.863, angka ini digunakan untuk mlihat besarnya pengaruh
91
yang dimiliki Inflasi, BI Rate dan NPF terhadap Return On Asset (ROA). Angka tersebut menunjukkan bahwa pengaruh Inflasi, DPK, BI Rate, dan NPF terhadap Return On Asset (ROA) sebesar 86.3%, sedangkan sisanya 3.7% dipengaruhi oleh variabel lain di luar model ini. d. Koefisien Jalur Persamaan Struktur II Dalam
menentukan
pengaruh
variabel
penelitian
secara
keseluruhan didapat nilai koefisien jalur dari penjumlahan seluruh variabel eksogen terhadap variabel endogen. Berikut merupakan nilai koefisien jalur variabel Inflasi, BI Rate, dan NPF terhadap Return On Asset (ROA) dengan menggunakan SPSS 20.0: Tabel 4.12 Koefisien Jalur Persamaan Struktur II Coefficientsa Model
Standardized Coefficients Beta
(Constant) Inflasi
.236
BIRate
-.431
NPF
-.621
1
a. Dependent Variable: ROA
91
Koefisien Jalur b
X1 = 0.236
Koefisien Jalur b
X3 = -0.431
Koefisien Jalur b
Y = -0.621
Jadi Persamaan analisis jalur yang terbentuk adalah sebagai berikut: Z = b𝒙𝟏 𝒛 X1 + b𝒙𝟑 𝒛 X3 + b𝒚𝒛 Y + b𝒛 e2
Z = 0.236 X1 -0.431 X3 -0.621 Y + 0.128 e2 Angka koefisien residu sebesar 0.128 didapat dari √1-R2 = √1-0.872 = 0.128 3. Analisis Korelasi Tabel 4.13 Korelasi Antar Variabel Correlations Ln_DPK Inflasi BIRate Pearson Ln_DP Correlation K
Sig. (2-tailed) N Pearson
Inflasi
Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson
BIRate
1 -.471**
Correlation Sig. (2-tailed) N
ROA
.355* -.841**
NPF .806**
.001
.019
.000
.000
43
43
43
43
43
-.471**
1
.340*
.332*
-.391**
.026
.029
.010
.001 43
43
43
43
43
.355*
.340*
1
-.582**
.374*
.019
.026
.000
.014
43
43
43
43
43
92
Pearson ROA
.332*
-.582**
.000
.029
.000
43
43
43
1
-.874**
Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation
NPF
-.841**
Sig. (2-tailed) N
.806** -.391**
.000 43
43
.374* -.874**
1
.000
.010
.014
.000
43
43
43
43
43
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai korelasi yang positif (+) menunjukkan bahwa hubungan antara kedua variabel bersifat positif terbalik yang memiliki arti peningkatan suatu variabel diikuti oleh peningkatan variabel lain. Artinya, jika nilai variabel X tinggi, maka nilai variabel Y juga akan tinggi pula. Sebaliknya, jika koefisien korelasinya negative (-), maka kedua variabel mempunyai hubungan terbalik. Artinya jika nilai variabel X tinggi, maka nilai variabel Y akan menjadi rendah dan berlaku sebaliknya. Berikut merupakan arti dari nilai koefisien r a.
Jika 0.9 < r < 1.00 atau -1.00 < r < -0.9; artinya sangat kuat.
b.
Jika 0.7 < r < 0.9 atau -0.9 < r < -0.7; artinya kuat.
c.
Jika 0.5 < r < 0.7 atau -0.7 < r < -0.5; artinya moderat.
d.
Jika 0.3 < r < 0.5 atau -0.5 < r < -0.3; artinya lemah.
e.
Jika 0.0 < r < 0.3 atau -0.3 < r < 0.0; artinya sangat lemah.
93
Untuk pengujian lebih lanjut, maka dapat diajukan hipotesisnya sebagai berikut: H0 : tidak terdapat hubungan yang signifikan antara dua variabel Ha : terdapat hubungan yang signifikan antara dua variabel Pengujian berdasarkan uji probabilitas dapat diterima apabila nilai probabilitas > 0.05 maka H0 diterima dan jika nilai , 0.05 maka H0 ditolak. Tabel 4.14 Koefisien Korelasi Koefisien Hubungan
Nilai Kategori
korelasi
Kesimpulan
Sig.
Inflasi dengan NPF
0.391
Lemah
0.010
Signifikan
DPK dengan NPF
0.806
Kuat
0.000
Signifikan
BI Rate dengan NPF
0.374
Lemah
0.014
Signifikan
Inflasi dengan ROA
0.332
Lemah
0.029
Signifikan
0.582
Moderat
0.000
Signifikan
0.874
Kuat
0.000
Signifikan
BI Rate dengan ROA NPF dengan ROA
94
4. Perhitungan Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung Gambar 4.4 Skema Struktural I dan II 0.128e2
0.334e1
inflasi
0.340
-0.471 0.683
DPK
-0.621
NPF
ROA
0.355
BI Rate Tabel 4.15 Perhitungan Pengaruh Langsung, Tidak Langsung, dan Total Pengaruh Pengaruh
Koesisen Tidak langsung
Variabel
korelasi
Total
Langsung melalui Y
Inflasi (X1) -0.128
-0.128
-
-0.128
0.683
0.683
-
0.683
0.175
0.175
-
0.175
0.236
0.236
-0.147
0.089
ke NPF (Y) DPK (X2) ke NPF (Y) BI Rate (X3) ke NPF (Y) Inflasi (X1)
95
ke ROA (Z) BI Rate (X3) -0.431
-0.431
0.268
-0.163
-0.621
-0.621
-
-
ke ROA (Z) NPF (Y) Ke ROA (Z) 0.3342 = e1
0.334 0.11156 0.1282 =
e2
0.128 0.016384
a) Pengaruh Langsung
Inflasi terhadap NPF X1 → Y = -0.1282 = 1.64%
DPK terhadap NPF X2 → Y = 0.6832 = 46.65%
BI Rate terhadap NPF X3 → Y = 0.1752 = 3.06%
Inflasi terhadap ROA X1 → Z =0.2362 = 5.57%
Bi Rate terhadap ROA X3 → Z = -0.4312 = 18.58%
NPF terhadap ROA Y → Z = -0.6212 = 38.56%
96
b) Pengaruh Tidak Langsung
Inflasi terhadap ROA X1 → Y → Z = (0.236) x (-0.621) = -0.147
BI Rate terhadap ROA X3 → Y → Z = (-0.431) x (-0.621) = 0.268
D. Interpretasi Hasil
Y = – 0.128 Inflasi + 0.683 DPK + 0.175 BI Rate + 0.334 e1 Berdasarkan hasil analisis di atas dapat, berikut penjelasan mengenai persamaan substruktural I yaitu: 1. Persamaan Substruktural I Berdasarkan hasil analisis di atas menerangkan bahwa secara simultan atau bersama-sama variabel inflasi, DPK, dan BI Rate memiliki pengaruh yang signifikan terhadap NonPerforming Financing (NPF) dengan nilai signifikansi 0.000. Berdasarkan pengujian statistik parsial, variabel inflasi memiliki pengaruh negatif yang signifikan sebesar 0.128 terhadap Non Performing Financing (NPF). Jadi, apabila terjadi kenaikan harga barang-barang secara terus menerus yang dinamakan inflasi maka pembiayaan
97
bermasalah yang dialami bank syariah akan mengalami penurunan Daisy Firmansari.107 Berdasarkan uji statistic parsial pada variabel Dana Pihak Ketiga (DPK) memiliki pengaruh positif yang signifikan sebesar 0.683 terhadap Non Performing Financing (NPF). Jadi, dana pihak ketiga (DPK) merupakan sumber dana masyarakat yang dihimpun oleh bank dan disalurkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk pembiayaan. Hal ini dibuktikan dalam penelitian Ermawati Puspitasari108 dan Ayu Yunita Sahara109 semakin besar dana yang dihimpun, semakin besar pembiayaan yang disalurkan bank kepada masyarakat dan semakin besar pula risiko bank mengalami pembiayaan bermasalah atau dinamakan Non Performing Financng (NPF). Selain dana pihak ketiga (DPK), terdapat variabel lain yaitu BI Rate memiliki pengaruh positif yang signifikan sebesar 0.175 terhadap Non Performing Financing (NPF). Jadi, dengan adanya peningkatan BI Rate, produk pembiayaan oleh bank syariah akan semakin kompetitif. Margin 107
Daisy Firmansari dan Noven Suprayogi. “ Pengaruh Variabel Makroekonomi dan Variabel Spesifik Bank terhadap Non Performing Financing pada Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah di Indonesia Periode 2003-2014”. JESTT, Vol. 2 No. 6, Juni 2015, hal.517. 108
Ernawati Puspitasari, Pengaruh Faktor Eksternal dan Internal Bank Terhadap Risiko Pembiayaan Bermasalah pada Bank Umum Syariah di Indonesia Tahun 2006-2009, (Skripsi S1 UIN Sunan Kalijaga, 2012), hal. ii. 109
Ayu Yanita Sahara, “Analisis Pengaruh Inflasi, Suku Bunga BI, dan Produk Domestik Bruto terhadap Return On Asset (ROA) Bank Syariah di Indonesia”. Jurnal Ilmu Manajemen, Vol. 1 No.1, Januari 2013. hal. 154.
98
atau nisbah bagi hasil bank syariah yang ditentukan oleh kapasitas usaha atau laba/rugi debitur tidak dapat naik begitu saja, maka margin pembiayaan harus lebih bersaing terhadap suku bunga kredit bank konvensional. Debitur akan cenderung mencari bunga yang lebih rendah saat melakukan pinjaman, maka saat suku bunga kredit bank konvensional naik akibat kenaikan BI Rate maka debitur akan memilih opsi lain yakni melakukan pinjaman atau pembiayaan pada bank syariah yang biaya dananya dianggap lebih rendah dibandingkan bunga bank konvensional yang sedang meningkat. Pada kondisi yang demikian, jumlah pembiayaan yang diberikan bank syariah mengalami peningkatan sehingga risiko pembiayaan
yang
dihadapi
perbankan
syariah
juga
mengalami
peningkatan Rika Lidyah.110 2. Persamaan Struktural II
ROA = 0.236 Inflasi -0.431 BI Rate -0.621 NPF + 0.128 e2 Berdasarkan hasil analisis di atas dapat dijelaskan bahwa secara simultan atau bersamaan variabel inflasi, BI Rate, dan NPF memiliki pengaruh terhadap Return On Asset (ROA) dengan nilai signifikansi 0.000. Berdasarkan hasil uji statistic parsial variabel Inflasi memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap Return On Asset (ROA) sebesar 110
Rika Lidyah, “Dampak Inflasi, BI Rate, Capital Adequacy Ratio (CAR), Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) terhadap Non Performing Financing (NPF) pada Bank Umum Syariah di Indonesia”. I-Finance Vol. 2, No.1 Juli 2016, hal. 7.
99
0.236. Artinya semakin tinggi tingkat inflasi maka semakin tinggi pula Return On Assset (ROA) pada suatu bank.111 Sebab kenaikan inflasi akan diikuti dengan kenaikan asset dari dana pihak ketiga suatu bank syariah yang akan meningkatkan profitabilitas bank dari segi ROA nya. Berdasarkan hasil uji statistic parsial variabel BI Rate bahwa variabel tersebut berpengaruh negatif secara signifikan terhadap Return On Asset (ROA) sebesar 0.431
dengan nilai signifikansi 0.000. Artinya,
meningkatnya suku bunga BI akan diikuti dengan naiknya suku bunga tabungan konvensional yang menyebabkan nasabah memindahkan dananya dari bank syariah ke bank konvensional. Selain itu, naiknya suku bunga bank konvensional akan memengaruhi kegiatan operasional bank syariah dalam hal pembiayaan dan penyaluran dana, sehingga pendapatan dan profit bank syariah akan menurun.112 Berdasarkan hasil uji statistic parsial Non Performing Financing (NPF) memiliki pengaruh negatif yang signifikan terhadap Return On Asset (ROA) sebesar 0.621 dengan nilai signifikansi 0.000. Jadi, semakin besar Non Performing Financing (NPF), akan mengakibatkan Return On Asset (ROA) mengalami penurunan, yang juga berarti kinerja keuangan bank yang menurun karena resiko kredit semakin besar. Begitu pula sebaliknya,
111
Edhi Satriyo Wibowo, Analisis Pengaruh Suku Bunga, Inflasi, CAR, BOPO, NPF terhadap Profitabilitas Bank Syariah,(Skripsi S1 Universitas Diponegoro, 2012), hal. 35. 112
Adiwarman Karim, Ekonomi Makro Islami, Ed. 1 Cet. 5 (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2012), hal.55.
111
jika Non Performing Financing (NPF) turun, maka Return On Asset (ROA) akan semakin meningkat, sehingga kinerja keuangan bank dapat dikatakan semakin baik Fernando Africano.113
113
Fernando Africano, “Pengaruh NPF terhadap CAR serta Dampaknya terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah di Indonesia”. Jurnal Ilmiah STIE MDP Vol. 6 No.1 September 2016), hal. 62.
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis penelitian dan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa: 1. Pengaruh Langsung a. Terhadap Non Performing Financing (NPF) Variabel inflasi mempunyai pengaruh secara langsung sebesar 0.128 dengan nilai signifikansi 0.001 terhadap Non Performing Financing (NPF). Variabel DPK mempunyai pengaruh secara langsung sebesar 0.683 dengan nilai signifikansi 0.000 dan variabel BI Rate juga mempunyai pengaruh secara langsung 0.175 dengan nilai signifikansi 0.023 terhadap Non Performing Financing (NPF). b. Terhadap Return On Asset (ROA) Variabel inflasi mempunyai pengaruh secara langsung sebesar 0.236 terhadap variabel Return On Asset (ROA) dengan nilai signifikansi 0.03. Sedangkan variabel BI Rate juga mempunyai pengaruh sebesar -0.431 terhadap Return On Asset (ROA) dengan nilai signifikansi 0.000 dan variabel Non Performing Financing (NPF) mempunyai pengaruh sebesar -0.621 terhadap Return On Asset (ROA) dengan nilai signifikansi 0.000.
111
102
2. Pengaruh Tidak Langsung terhadap Return On Asset (ROA) Variabel inflasi berpengaruh secara tidak langsung terhadap Return On Asset (ROA) sebesar -0.147 dan variabel BI Rate berpengaruh secara tidak langsung sebesar 0.268 terhadap variabel Return On Asset (ROA).
B. Saran 1. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan untuk menambahkan jumlah variabel ataupun jumlah data runtun waktu yang akan diteliti sehingga akan mendapatkan hasil yang lebih terpercaya atau akurat. Serta diharapkan dalam pengambilan data lebih baik menggunakan data tiap BPRS yang ada di Indonesia barulah data tersebut digabungkan menjadi satu. 2. Bagi pemerintah diharapkan turut berkontribusi dalam pembangunan ekonomi syariah jangka panjang melalui Bank Syariah yang ada di Indonesia. Hal ini penting karena dengan adanya pembangunan ekonomi syariah insha Allah ekonomi di Indonesia akan tetap stabil terutama dalam hal inflasi. 3. Bagi Praktisi Bank Syariah dalam hal penghimpunan dana diharapkan untuk lebih meningkatkan strategi marketing misalnya pada produk tabungan, dengan cara kerjasama antara pihak bank dengan lembaga pendidikan baik dari sekolah umum maupun lingkungan pesantren. Jika dari produk giro itu sendiri bank syariah dapat melakukannya dengan sosialisasi
ke
perusahaan-perusahaan
dan
UMKM
untuk
dapat
menghimpun dananya sebab giro merupakan sebagai lalu lintas
103
pembayaran operasional bagi perusahaan. Sedangkan, dalam hal menyalurkan pembiayaan diharapkan untuk lebih mengedepankan prinsip kehati-hatian dalam memberikan pembiayaan kepada nasabah agar kredit macet tidak lebih dari 5%. Diantaranya dengan cara harus meningkatkan kompetensi SDM terutama harus memiliki pengetahuan early warning system tentang pembiayaan syariah dan memonitoring nasabah dalam sektor industri yang terkena dampak perlambatan ekonomi secara umum.
DAFTAR PUSTAKA Al Arif M. Nur Rianto. Teori Makroekonomi Islam Konsep, Teori, dan Analisis. Bandung: Alfabeta. 2010. Africano, Fernando. “Pengaruh NPF terhadap CAR serta Dampaknya terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah di Indonesia”. Jurnal Ilmiah STIE MDP Vol. 6 No.1 September 2016), h. 62. Alim, Syahirul. “Analisis Pengaruh Inflasi dan BI Rate terhadap Return On Asset (ROA) Bank Syariah di Indonesia”. Jurnal Modernisasi, Vol. 10 No. 3 Oktober 2014, h. 208. Antonio, Muhammad Syafi’i, Bank Syariah dari Teori ke Praktek. Jakarta: Gema Insani. 2001. Arifin, Zainul. Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah. Jakarta: Pustaka Alvabet. 2006. Arijanto, Agus. Dosa-dosa Orang Tua terhadap Anak dalam Hal Finansial. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia. 2010. Ayunda, Revalia. “Pengaruh Penyaluran Pembiayaan Mudharabah, Pembiyaan Musyarakah, Pembiayaan Murabahah, dan Non Performing Financing (NPF) terhadap Kinerja Bank Pembiayaan Rakyat Syariah di Indonesia”. Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015. Basir, Cik. Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah di Pengadilan Agama dan Mahkamah Syariah. Edisi Pertama.Jakarta: KENCANA PRENADA MEDIA GROUP. 2009. Boediono dan Wayan Koster. Teori dan Aplikasi Statistik dan Probabilitas Sederhana, Lugas, dan Mudah Dimengerti, Cet. I. Bandung: PT. REMAJA ROSDAKARYA. 2001.
114
105
Dwijayanthy, Febrina dan Prima Naomi, “Analisis Pengaruh Inflasi, BI Rate, dan Nilai Tukar Mata Uang terhadap Profitabilitas Bank Periode 2003-2007”. Jurnal Karisma, Vol. 3 (2), 2009. Firmansari, Daisy dan Noven Suprayogi. “ Pengaruh Variabel Makroekonomi dan Variabel Spesifik Bank terhadap Non Performing Financing pada Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah di Indonesia Periode 2003-2014”. JESTT, Vol. 2 No. 6, Juni 2015, h.517. Firmansyah, Irman. Determinant of Non Performing Loan: The Case of Islamic Bank in Indonesia. Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Vol. 17 No. 2, Oktober 2014, h. 247. Ghazali, Imam.
Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Cet.I.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. 2001. Ghozali, Imam. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Cet.4. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. 2006. Gujarat, Damodar N dan Dawn C.Porter. Dasar-dasar Ekonometrika. Jakarta: Salemba Empat. 2012. Hakim, Lukman dan Muhammad Solahuddin. Lembaga Ekonomi dan Keuangan Syariah Kontemporer. Surakarta: Muhammadiyah University Press. 2008. Hardjanto, Hery. “Analisis Pengaruh DPK dan NPF terhadap Pembiayaan yang Disalurkan serta Implikasinya pada Retun On Asset di Bank Muamalat Indonesia”. Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010. Hasan, Zubairi. Undang-Undang Perbankan Syariah: Titik Temu Hukum Islam. Jakarta: Rajawali Pers. 2009. Heryanto dan Lukman. Statistik Ekonomi. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2008.
106
http://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-2456664/ini-penyebabmeroketnya-inflasi-2013-dari-bbm-hingga-rokok-kretek diakses pada 8 Maret 2017 pukul 22.05 WIB. Huda, Nurul. Ekonomi Makro Islam: Pendekatan Teoritis. Jakarta: KENCANA PRENADA MEDIA GROUP. 2008. Idrianto, Nur dan Bambang Supomo. Metode Penelitian Bisnis. Yogyakarta: BPFE. 2002. Ismail. Manajemen Perbankan dari Teori Menuju Aplikasi. Jakarta: KENCANA PRENADA MEDIA GROUP. 2010. . Manajemen Perbankan: Dari Teori Menuju Aplikasi. Edisi Kesatu. Jakarta: Kencana. 2011. Karim, Adiwarman A. Bank Islam Anlisis Fikih dan keuangan. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. 2010. . Ekonomi Makro Islami, Ed. 1 Cet. 5. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. 2012. Kasmir. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. 2008. Dasar-dasar Perbankan. Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada. 2002. Manajemen Perbankan. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. 2007. Manajemen Perbankan. Jakarta: Rajawali Pers. 2010. Laporan Perkembangan Keuangan Syariah tahun 2013, diakses pada 27 September
2016
pukul
10.12
WIB
dari
http://www.ojk.go.id/id/kanal/syariah/berita-dan-kegiatan/infoterkini/Pages/laporan-perkembangan-keuangan-syariah-2013-lpks.aspx.
107
Lidyah, Rika. “ Dampak Inflasi, BI Rate, Capital Adequacy Ratio (CAR), Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) terhadap Non Performing Financing (NPF) pada Bank Umum Syariah di Indonesia”. I-Finance Vol. 2, No.1 Juli 2016, h.7. Mankiw, N. Gregory. Makroekonomi. Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga. 2007. Muhammad, Rifqi. Akuntansi Keuangan Syariah: Konsep dan Implementasi PSAK Syariah. Yogyakarta: P3EI Press. 2008. Muhammad. Manajemen Pembiayaan Bank Syariah. Yogyakarta: Akademi Manajemen Perusahaan YKPN. 2005. Nurmuliyani, Ani. “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Non Performing Financing pada BPRS di Indonesia Periode Tahun 2010-2015”. Skripsi S1 Fakultas
Syariah dan
Hukum, Universitas
Islam
Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2016. Permana, Sony Hendra. Dampak Kenaikan Suku Bunga Acuan (BI Rate). Diakses: 9
Maret
2017
pada
pukul
10.39
WIB.
http://berkas.dpr.go.id/puslit/files/info_singkat/Info%20Singkat-VI-22-IIP3DI-November-2014-59.pdf Pohan, Aulia. Potret Kebijakan Moneter Indonesia. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. 2008 Priyatno, Duwi. SPSS 22 Pengolah Data Terpraktis. Yogyakarta: CV. Andi Offset. 2014. Rivai, Veithzal dan Andria Permata Veithzal. Credit management handbook: teori, konsep, prosedur, dan aplikasi: panduan praktis mahasiswa, bankir, dan nasabah. Jakarta: RajaGrafindo Persada. 2006. Rosyada, Amrina. “Pengaruh Kualitas Aktiva Produktif dan Non Performing Financing terhadap Return On Asset Perbankan Syariah”. S1 Fakultas
108
Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015. Rustika , Frida Dwi. “Pengaruh Inflasi, Suku Bunga Acuan (BI Rate), Nilai Tukar Rupiah dan Gross Domestic Product (GDP) terhadap Non Performing Financing perbankan Syariah”. Skripsi S1 Fakultas Ekonomi, Uiversitas Negeri Yogyakarta, 2016. S, Burhanuddin. Aspek Hukum Lembaga Keuangan Syariah. Yogyakarta: Graha Ilmu. 2010. Sahara, Ayu Yanita. “Analisis Pengaruh Inflasi, Suku Bunga BI, dan Produk Domestik Bruto terhadap Return On Asset (ROA) Bank Syariah di Indonesia”. Jurnal Ilmu Manajemen, Vol. 1 No.1, Januari 2013. h. 154. Saputra, Imam Rifky. “Pengaruh DPK dan NPF terhdapPembiayaan yang Disalurkan (PYD) serta Implikasinya pada ROA (Studi pada 3 BUS di Indonesia Periode 2010-2013)”. Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014. Sarwono, Jonathan. Analisis Jalur untuk Riset Binis dengan SPSS, Edisi Kesatu. Yogyakarta: Andi. 2007. Siamat, Dahlan. Manajemen Lembaga Keuangan, Edisi Kelima. Jakarta: FE UI. 1995. Sinungan, Muchdarsyah. Manajemen Dana Bank. Jakarta: PT. Bumi Aksara. 2000. Soemitra, Andri. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta: KENCANA PRENAMEDIA GROUP. 2009. Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Cet. III. Bandung: ALFABETA. 2007.
109
Statistika Untuk Penelitian, Cet. 14. Bandung: ALFABETA. 2009. Sukirno, Sadono. Pengantar Teori Makroekonomi, Edisi 1 Cet. 14. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. 2002. Sumitro, Warkum. Asas-asas Perbankan Islam dan Lembaga-lembaga Terkait (BMUI & Takaful) di Indonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 1996. Tabrizi, Ahmad. “Analisis Pengaruh Variabel Makro terhadap Non Performing Financing Bank Umum Syariah di Indonesia Perode Tahun 2005-2013”. Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014. Tampubolon, Robert.
Risk Management: Pendekatan Kualitatif Untuk Bank
Komersial. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. 2004. Trinandari PN, Penurunan BI Rate dan Suku Bunga Perbankan. Diakses: 8 Maret 2017 pada pukul 22.15 WIB. https://dosen.perbanas.id/penurunan-bi-ratedan-suku-bunga-perbankan/ Trisilo , Rudi Bambang. “Spread Margin Keuntungan Bank Syariah di Indonesia Periode 2005-2011”. Jurnal Ekonomi dan Hukum Islam, Volume 2 Nomor 1, 2012, ISSN: 2088-6365, h. 1. Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. Wiroso. Penghimpunan Dana dan Distribusi Hasil Usaha Bank Syariah. Jakarta: PT. Grasindo. 2005. www.bi.go.id www.ojk.go.id
110
Yasin, Ach. “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Non Performing Financing (NPF) di Industri Bank Pembiayaan Rakyat (BPR) Syariah di Indonesia”. Jurnal Akuntansi, e-ISSN: 2502-6380, 2014, h. 193. Yusuf, A. Muri. Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif, dan Pnelitian Gabungan. Jakarta: KENCANA. 2014. Zulifiah, Fitri dan Joni Susilowibowo, “Pengaruh Inflasi, BI Rate, Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Finance (NPF), Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional (BOPO) terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah Periode 2008-2012” Jurnal Ilmu Manajemen Volume 2, Nomor 3, (Juli, 2014), h. 766.
s
111
LAMPIRAN LAMPIRAN 1: DATA PENELITIAN INFLASI DAN BI RATE DI INDONESA Tahun
2013
2014
Bulan
Inflasi (%)
BI Rate (%)
Januari
4.57
5.75
Februari
5.31
5.75
Maret
5.9
5.75
April
5.57
5.75
Mei
5.47
5.75
Juni
5.9
6
Juli
8.61
6.5
Agustus
8.79
7
September
8.4
7.25
Oktober
8.32
7.25
November
8.37
7.5
Desember
8.38
7.5
Januari
8.22
7.5
Februari
7.75
7.5
Maret
7.32
7.5
April
7.25
7.5
Mei
7.32
7.5
Juni
6.7
7.5
Juli
4.53
7.5
Agustus
3.99
7.5
September
4.53
7.5
Oktober
4.83
7.5
November
6.23
7.5
Desember
8.36
7.75
112
Januari
6.96
7.75
Februari
6.29
7.5
Maret
6.38
7.5
April
6.79
7.5
Mei
7.15
7.5
Juni
7.26
7.5
Juli
7.26
7.5
Agustus
7.18
7.5
September
6.83
7.5
Oktober
6.25
7.5
November
4.89
7.5
Desember
3.35
7.5
Januari
4.14
7.25
Februari
4.42
7
Maret
4.45
6.75
April
3.6
6.75
Mei
3.33
6.75
Juni
3.45
6.5
Juli
3.21
6.5
2015
2016
LAMPIRAN 2: DATA PENELITIAN DANA PIHAK KETIGA (DPK), NON PERFORMING FINANCING (NPF), DAN RETURN ON ASSET (ROA) BPRS DI INDONESIA
Tahun
2013
DPK (jutaan
Ln_DPK
rupiah)
(%)
Januari
2984272
14.91
6.91
3.07
Februari
3061863
14.93
7.33
3.05
Maret
3132989
14.96
7.21
3.06
April
3176886
14.97
7.32
3.14
Bulan
NPF (%)
ROA (%)
113
2014
2015
Mei
3215790
14.98
7.69
3.10
Juni
3209453
14.98
7.25
2.98
Juli
3240056
14.99
7.35
2.87
Agustus
3340032
15.02
7.89
2.63
September
3411188
15.04
7.58
2.85
Oktober
3457890
15.06
7.48
2.90
November
3538801
15.08
7.34
2.89
Desember
3666174
15.11
6.5
2.79
Januari
3669308
15.12
7.77
2.78
Februari
3710588
15.13
7.71
2.81
Maret
3765463
15.14
7.74
2.71
April
3734325
15.13
8
2.56
Mei
3681411
15.12
8.23
2.47
Juni
3598842
15.10
8.18
2.77
Juli
3591644
15.09
8.62
2.45
Agustus
3728581
15.13
8.83
2.49
September
3752963
15.14
8.68
2.26
Oktober
3801904
15.15
8.94
2.18
November
3852613
15.16
8.81
2.21
Desember
4028415
15.21
7.89
2.26
Januari
4052117
15.21
8.97
2.31
Februari
4082765
15.22
9.11
2.23
Maret
4152997
15.24
10.36
2.07
April
4204807
15.25
9.33
2.19
Mei
4193194
15.25
9.38
2.17
Juni
4099039
15.23
9.25
2.30
Juli
4192498
15.25
9.8
2.28
Agustus
4309645
15.28
9.74
2.34
September
4380037
15.29
9.87
2.22
Oktober
4467490
15.31
10.01
2.20
114
November
4569375
15.33
9.69
2.15
Desember
4801888
15.38
8.2
2.20
Januari
4485309
15.32
9.08
2.32
Februari
4884414
15.40
9.41
2.32
Maret
4965547
15.42
9.44
2.25
April
5045786
15.43
9.51
2.25
Mei
5059287
15.44
9.6
2.16
Juni
4997238
15.42
9.18
2.18
Juli
5281377
15.48
9.97
2.21
2016
LAMPIRAN 3: GRAFIK PERKEMBANGAN INFLASI DI INDONESIA JANUARI 2013-JULI 2016
Inflasi 10.00% 9.00% 8.00% 7.00% 6.00% 5.00% 4.00% 3.00% 2.00% 1.00% 0.00% Jul-16
Apr-16
Jan-16
Oct-15
Jul-15
Apr-15
Jan-15
Oct-14
Jul-14
Apr-14
Jan-14
Oct-13
Jul-13
Apr-13
Jan-13
Inflasi
115
LAMPIRAN 4: GRAFIK PERKEMBANGAN DANA PIHAK KETIGA (DPK) BPRS DI INDONESIA JANUARI 2013-JULI 2016
Dana Pihak Ketiga (dalam jutaan rupiah) 6000000 5000000 4000000 3000000 Dana Pihak Ketiga
2000000 1000000 Jul-16
Apr-16
Jan-16
Oct-15
Jul-15
Apr-15
Jan-15
Jul-14
Oct-14
Apr-14
Jan-14
Oct-13
Jul-13
Apr-13
Jan-13
0
LAMPIRAN 5: GRAFIK PERKEMBANGAN BI RATE DI INDONESIA JANUARI 2013-JULI 2016
BI Rate 9.00% 8.00% 7.00% 6.00% 5.00% 4.00% 3.00% 2.00% 1.00% 0.00% Jul-16
Apr-16
Jan-16
Oct-15
Jul-15
Apr-15
Jan-15
Oct-14
Jul-14
Apr-14
Jan-14
Oct-13
Jul-13
Apr-13
Jan-13
BI Rate
116
LAMPIRAN
6:
GRAFIK
PERKEMBANGAN
NON
PERFORMING
FINANCING (NPF) BPRS DI INDONESIA JANUARI 2013-JULI 2016
NPF 12.00% 10.00% 8.00% 6.00% NPF
4.00% 2.00% Jul-16
Apr-16
Jan-16
Oct-15
Jul-15
Apr-15
Jan-15
Oct-14
Jul-14
Apr-14
Jan-14
Oct-13
Jul-13
Apr-13
Jan-13
0.00%
LAMPIRAN 7: GRAFIK PERKEMBANGAN RETURN ON ASSET (ROA) BPRS DI INDONESIA JANUARI 2013-JULU 2016
ROA 3.50% 3.00% 2.50% 2.00% 1.50%
ROA
1.00% 0.50% Jul-16
Apr-16
Jan-16
Oct-15
Jul-15
Apr-15
Jan-15
Oct-14
Jul-14
Apr-14
Jan-14
Oct-13
Jul-13
Apr-13
Jan-13
0.00%
117
LAMPIRAN 8: HASIL UJI NORMALITAS One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardiz ed Residual N
43 Mean
Normal Parametersa,b
0E-7
Std.
.58381174
Deviation Most Extreme Differences
Absolute
.096
Positive
.076
Negative
-.096
Kolmogorov-Smirnov Z
.627
Asymp. Sig. (2-tailed)
.826
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. LAMIRAN 9: HASIL UJI AUTOKORELASI SEBELUM TRANSFORMASI Model Summaryb Model
1
R .816a
R
Adjusted R
Std. Error of
Durbin-
Square
Square
the Estimate
Watson
.666
.641
.60585
1.001
a. Predictors: (Constant), BIRate, Inflasi, Ln_DPK b. Dependent Variable: NPF LAMPIRAN 10: HASIL UJI AUTOKORELASI SETELAH TRANSFORMASI Model Summaryb Mode
R
R Square
l 1
.587a
Adjusted R
Std. Error of
Durbin-
Square
the Estimate
Watson
.344
.293
.52869
a. Predictors: (Constant), Lag_BIRATE, Lag_DPK, Lag_INFLASI b. Dependent Variable: Lag_NPF
2.082
118
LAMPIRAN 11: HASIL UJI MULIKOLINEARITAS Coefficientsa Model
Unstandardized
Standard
Coefficients
ized
t
Sig.
Collinearity Statistics
Coefficie nts B
Std.
Beta
Toler
Error (Constant) 1 Inflasi Ln_DPK BIRate
-61.560 12.913
VIF
ance 4.767
.000
-.077
.079
-.128 -.965
.001
.483
2.070
4.516
.885
.683 5.104
.000
.477
2.094
.281
.202
.175 1.390
.023
.542
1.844
a. Dependent Variable: NPF LAMPIRAN 12: HASIL UJI HETEROKEDASTISITAS
119
LAMPIRAN 13: HASIL UJI F STRUKTURAL I ANOVAa Model
Sum of
Df
Mean
Squares Regressi
Sig.
Square
28.569
3
9.523
Residual
14.315
39
.367
Total
42.884
42
on 1
F
25.944
.000b
a. Dependent Variable: NPF b. Predictors: (Constant), BIRate, Inflasi, Ln_DPK LAMPIRAN 14: HASIL UJI T STRUKTURAL I Coefficientsa Model
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
Std.
t
Sig.
Beta
Error (Consta nt) Inflasi
-61.560
12.913
-4.767
.000
-.077
.079
-.128
-.965
.001
4.516
.885
.683
5.104
.000
.281
.202
.175
1.390
.023
1 Ln_DP K BIRate
a. Dependent Variable: NPF
120
LAMPIRAN 15: HASIL UJI KOEFISIEN DETERMINASI STUKTURAL I Model Summaryb Model
R
R Square
.816a
1
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.666
.641
.60585
a. Predictors: (Constant), BIRate, Inflasi, Ln_DPK b. Dependent Variable: NPF LAMPIRAN 16: KOEFISIEN JALUR PERSAMAAN STRUKTURAL I Coefficientsa Model
Standardized Coefficients Beta
(Constant) Inflasi 1 Ln_DPK
-.128
BIRate
.175
.683
a. Dependent Variable: NPF LAMPIRAN 17: HASIL UJI F STRUKTURAL II ANOVAa Model
Sum of
df
Mean
Squares Regression
F
Sig.
Square
4.100
3
1.367
1 Residual
.600
39
.015
Total
4.699
42
a. Dependent Variable: ROA b. Predictors: (Constant), NPF, BIRate, Inflasi
88.887
.000b
121
LAMPIRAN 18: HASIL UJI T STRUKTURAL II Coefficientsa Model
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B (Consta
5.604
.241
Inflasi
.047
.015
BIRate
-.230
NPF
-.206
nt) 1
Std. Error
T
Sig.
Beta 23.208
.000
3.126
.003
.040
-.431 -5.740
.000
.025
-.621 -8.101
.000
.236
a. Dependent Variable: ROA LAMPIRAN 19: HASIL UJI KOEFISIEN DETERMINASI STUKTURAL II Model Summaryb Mod
R
R Square
Adjusted R Square Std. Error of the
el
Estimate .934a
1
.872
.863
.12399
a. Predictors: (Constant), NPF, BIRate, Inflasi b. Dependent Variable: ROA LAMPIRAN 20: KOEFISIEN JALUR PERSAMAAN STRUKTURAL II Coefficientsa Model
Standardized Coefficients Beta
(Constant) 1
Inflasi
.236
BIRate
-.431
122
NPF
-.621
a. Dependent Variable: ROA LAMPIRAN 21: HASIL KORELASI ANTAR VARIABEL Correlations Ln_DP Inflasi BIRate
ROA
NPF
K Pearson Ln_DP Correlation K
Sig. (2-tailed) N Pearson
Inflasi
Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson
BIRate
Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson
ROA
Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation
NPF
1 -.471**
Sig. (2-tailed) N
.355* -.841**
.806**
.001
.019
.000
.000
43
43
43
43
43
-.471**
1
.340*
.332*
-.391**
.026
.029
.010
.001 43
43
43
43
43
.355*
.340*
1
-.582**
.374*
.019
.026
.000
.014
43
43
43
43
43
-.841**
.332*
-.582**
1
-.874**
.000
.029
.000
43
43
43
.806** -.391**
.000 43
43
.374* -.874**
1
.000
.010
.014
.000
43
43
43
43
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
43