STUDI FENOMENOLOGI PENGALAMAN KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT MENGHADAPI BENCANA BANJIR DI RT 001 RW 012 KELURAHAN BINTARO KECAMATAN PESANGGRAHAN JAKARTA SELATAN TAHUN 2015
Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)
OLEH : WIDIANY NURRAHMAH NIM : 1111104000017
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436 H/2015 M
LEMBAR PERNYATAAN
ii
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE SCHOOL OF NURSING SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
STATE
ISLAMIC
UNIVERSITY
OF
Undergraduate Thesis, December 2015 Widiany Nurrahmah, ID Number : 1111104000017 The experience of community preparedness in facing the flood in RT 001 RW 012 Bintaro Urban Village District of South Jakarta Pesanggrahan year 2015 Xviii + 80 pages + 1 table+ 7 attachments
ABSTRACT Flood is one of the natural disaster which is frequently happened in Indonesia. DKI Jakarta has a very high frequency of flood, that requires preparedness. Flood prevention efforts are useful to anticipate losses that ensued and minimize casualties. The experience of citizens against floods have different responses depending on the disaster preparedness measures undertaken. This study aims to explore the experience of community preparedness in facing the flood in RT 001 RW 012 Bintaro Urban Village District of South Jakarta Pesanggrahan year 2015. This study is a qualitative research design of descriptive phenomenology through FGD (Focus Group Discussion)and field notes. The informants are included people who have experienced in flood incident obtained through purposive sampling technique. The data which are collected in the form of FGD recordings, interviews and field notes were analyzed by Colaizzi method. This study identifies four themes, namely: 1) The impact of flooding experienced by the community; 2) Sources of knowledge gained by public about flood prevention programs; 3) Community preparedness efforts in facing the flood; 4) The role of government in the flood disaster preparedness efforts. The results could provide an overview of community preparedness experience in facing the flood. Further research is needed on deeper exploration of the role of nurses in the form of community involvement in flood disaster management.
Keywords: experience, preparedness, flood disaster Bibliography: 88 (1998 - 2015)
iii
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN Skripsi, Desember 2015 Widiany Nurrahmah, NIM : 1111104000017 Studi Fenomenologi Pengalaman Kesiapsiagaan Masyarakat Menghadapi Bencana Banjir di RT 001 RW 012 Kelurahan Bintaro Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan Tahun 2015 Xviii+ 80 halaman + 1 tabel + 7 lampiran
ABSTRAK Banjir merupakan salah satu bencana alam yang sering terjadi di Indonesia. Provinsi DKI Jakarta memiliki frekuensi banjir sangat tinggi, sehingga menuntut adanya upaya kesiapsiagaan. Upaya penanggulangan banjir berguna untuk mengantisipasi kerugian yang terjadi setelahnya dan meminimalisir korban jiwa. Pengalaman warga saat menghadapi banjir memiliki respon yang berbeda – beda terhadap tindakan kesiapan bencana yang dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi pengalaman kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana banjir di RT 001 RW 012 Kelurahan Bintaro Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan Tahun 2015. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan desain fenomenologi deskriptif melalui FGD (Focus Group Discussion)dan catatan lapangan. Informan meliputi masyarakat yang telah mengalami kejadian banjir minimal yang diperoleh melalui teknik purposive sampling. Data yang dikumpulkan berupa hasil rekaman FGDdan catatan lapangan yang dianalisis dengan metode Colaizzi. Penelitian ini mengidentifikasi empat tema yaitu : 1) Dampak banjir yang dialami oleh masyarakat; 2) Sumber pengetahuan yang diperoleh masyarakat tentang program penanggulangan banjir; 3) Upaya kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana banjir; 4) Peran pemerintah terhadap upaya kesiapsiagaan bencana banjir. Hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran pengalaman kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana banjir. Diperlukan penelitian selanjutnya mengenai eksplorasi lebih mendalam berupa keterlibatan peran perawat komunitas dalam penanggulangan bencana banjir. Kata kunci: Pengalaman, Kesiapsiagaan, Bencana Banjir Daftar bacaan: 88 (1998 - 2015)
iv
v
vi
vii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama
: Widiany Nurrahmah
Tempat, Tanggal Lahir
: Jakarta, 10 Desember 1992
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Status
: Belum Menikah
Alamat
: Jalan Madrasah RT 001 RW 012 No. 20 Kelurahan Bintaro Kecamatan
Pesanggrahan Jakarta Selatan
12330 HP
: +6281218924182
E-mail
:
[email protected]
Fakultas/Jurusan
: Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan/ Program Studi Ilmu Keperawatan
PENDIDIKAN 1. TK Sejahtera II
1998 – 1999
2. Sekolah Dasar Negeri 05 Pagi Bintaro
1999 – 2005
3. SMP Negeri 161 Jakarta
2005 – 2008
4. SMA Negeri 29 Jakarta
2008 – 2011
5. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
2011-Sekarang
ORGANISASI 1. PASKIBRA SMP Negeri 161 Jakarta
2005 – 2006
2. ROHIS SMP Negeri 161 Jakarta
2006 – 2007
3. ROHIS SMA Negeri 29 Jakarta
2008 - 2011
4. Jakampus UIN
2012 - 2013
5. Bela Diri
2012 - 2013
4. Ikatan Alumni Rohis (IAR) SMAN 29 Jakarta
2012 – 2015
viii
PERSEMBAHAN
Maka nikmat Tuhan kamu manakah yang kamu dustakan?” (QS.Ar-Rahman:!3)
Skripsi ini Aku persembahkan Untuk Ayahanda dan Ibunda tercinta Setiap tetesan keringat yang jatuh dari keningmu Menjadi penyemangat untuk menggantikan posisimu di masa depan… Ayah Setiap lelah yang selalu kau sembunyikan menjadi motivasi untukku… Ibu Lantunan doa yang kalian panjatkan disetiap shalat malam Menjadi kekuatan dan keyakinan untuk mengarungi hidupku Ayah… Ibu… Untuk Kakak dan adik tersayang Setiap canda dan tawa yang kalian berikan menjadi energi baru untukku Untuk Sahabat – sahabat terbaik Setiap suka duka yang kita lewati bersama menjadi kenangan tak terlupakan Terima kasih untuk selalu menjadi penyemangat hidupku Terima kasih Allah telah Engkau anugerahi mereka untukku Karena perjuangan tidak pernah mengkhianati hasil Sebab kehidupan adalah sebuah pembelajaran Ya Allah Ya Rabbi.. Sayangilah mereka orang – orang yang ku sayang Aamiin
ix
KATA PENGANTAR Bismillahirahmaniirrahim Segala puji hanya milik Allah Tuhan semesta alam yang hanya kepadaNyalah kita meminta pertolongan dan memohon ampunan. Salawat serta salam tak lupa tercurahkan kepada junjungan Nabi Agung Nabi Muhammad SAW berkat perjuangan Beliau kita bisa sampai zaman ini. Alhamdulillah atas rahmat, karunia dan Ridha Allah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dnegan judul “Studi Fenomenologi Pengalaman Kesiapsiagaan Masyarakat Menghadapi Bencana Banjir di RT 001 RW 012 Kelurahan Bintaro Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan Tahun 2015”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) pada Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak sekali mendapat kesulitan yang disebabkan karena keterbatasan pengetahuan, pengalaman dan kemampuan penulis dalam memecahkan masalah yang ada. Namun, berkat dukungan, bantuan, semangat dan doa dari berbagai pihak, baik secara langsung dan tidak langsung, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya. Dengan ini, penulis ingin mengungkapkan rasa hormat dan terima kasih serta penghargaan yang tidak terhingga, kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A selaku Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
x
2. Bapak Dr. H. Arif Sumantri, S.KM., M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Ibu Maulina Handayani, S.Kp., M.Sc selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Ibu Ernawati, S.Kp, M.Kep, Sp. KMB selaku Sekretaris Program Studi IImu Keperawatan. 4. Ibu Maulina Handayani, S.Kp., M.Sc selaku pembimbing akademik yang selalu memberikan nasehat, dukungan dan motivasi selama proses pendidikan di Program Studi Ilmu Keperawatan. 5. IbuNs. Eni Nuraini Agustini, S. Kep, M.Sc, selaku pembimbing I yang telah membimbing dan memberikan masukan serta support demi terselesainya penulisan skripsi ini. 6. Bapak Jamaludin, S.Kp, M.Kep selaku pembimbing II yang telah membimbing dan memberikan masukan dalam penulisan proposal penelitian ini. 7. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan yang telah mengajarkan dan membimbing penulis selama 4 tahun dibidang pendidikan keperawatan, serta staf akademik yang telah memudahkan dalam proses birokrasi. 8. Ibu Aditha Rachmanti, ST selaku Kepala Lurah Bintaro, Perawat Puskesmas Kelurahan Bintaro, Bapak Komarudin selaku Ketua RT 001 dan Bapak M.Ridwan
selaku
Ketua
RW
012
Kelurahan
Bintaro
Kecamatan
Pesanggrahan Jakarta Selatan yang telah memberikan izin dan membantu penulis dalam melakukan penelitian.
xi
9. Warga RT 001 RW 012 Kelurahan Bintaro Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan yang telah berpartisipasi dalam penelitian ini. 10. Kedua orangtuaku Mama dan Papa yang selalu memberikan dukungan, semangat, dan doa yang terus mengalir disetiap sujudnya serta kakak dan kedua adikku Aa Avan, Azmi dan Azka kalianlah semangat perjuangan bagiku. 11. Saudaraku Nisa, Linda, Bella yang selalu memberikan semgat dan tak hentinya membuat penulis terharu 12. Sahabat Sosialita (Suci, Rifka, Susi, Ratna, Tristi, Dina dan Ita), teman-teman satu bimbingan (Silvi, Rahma, Manda, Cava, Devi dan Azmi), adik-adik, kakak-kakak dan teman-teman seperjuangan PSIK 2011. 13. Sahabat SMA (Fitria, Tami, dan Dyah), teman-teman liqo Hafidzoh (Ka Lala, Hana, Syifa, mba Uut, Naqiyah dan mba Ifah), adik-adik mentoring (Nindya, Alif, Vivi, Via, Hanum) dan teman-teman IAR SMAN 29 Jakarta. 14. Restiya Maulana,teman seperjuangan yang selalu memberikan semangat, motivasi, dan doa hingga tak pernah hentinya membuat senyuman ini terlukis. Dengan memanjatkan doa kepada Allah SWT, penulis berharap semua kebaikan yang telah diberikan mendapat balasan dari Allah SWT dan semua kesalahan diampuni oleh Allah. Aamiin. Jakarta, 23 Desember 2015
Widiany Nurrahmah
xii
DAFTAR ISI LEMBAR PERNYATAAN .................................................................................................... ii ABSTRACT .................................................................................................................. iii ABSTRAK .................................................................................................................... iv PERNYATAAN PERSETUJUAN……….……………………………………………….v LEMBAR PENGESAHAN……………………………………………………………….vi DAFTAR RIWAYAT HIDUP ..................................................................................... viii PERSEMBAHAN .......................................................................................................... ix KATA PENGANTAR..................................................................................................... x DAFTAR SINGKATAN .............................................................................................. xvi DAFTAR TABEL ....................................................................................................... xvii DAFTAR LAMPIRAN ...............................................................................................xviii BAB I ............................................................................................................................. 1 PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1 A.
Latar Belakang ................................................................................................... 1
B.
Perumusan Masalah ............................................................................................. 6
C.
Pertanyaan Penelitian........................................................................................... 7
D.
Tujuan Penelitian ................................................................................................. 7
E.
Manfaat Penelitian ............................................................................................... 7
F.
Ruang Lingkup Penelitian.................................................................................... 7
BAB II ............................................................................................................................ 9 TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................................. 9 A.
Pengalaman ......................................................................................................... 9
B.
Bencana............................................................................................................. 10
1.
Definisi Bencana ............................................................................................... 10
3.
Jenis Bencana .................................................................................................... 12
4.
Akibat Bencana ................................................................................................. 15
C. Banjir ....................................................................................................................... 16 1. Pengertian Banjir ................................................................................................. 16 2.
Faktor-faktor penyebab banjir ............................................................................ 17
3.
Jenis-jenis banjir ................................................................................................ 18
xiii
4.
Dampak banjir ................................................................................................... 19
5.
Upaya Penanggulangan Banjir ........................................................................... 20
D. Kesiapsiagaan .......................................................................................................... 25 1. Pengertian Kesiapsiagaan ...................................................................................... 25 2.
Upaya Kesiapsiagaan ......................................................................................... 26
BAB III ......................................................................................................................... 30 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI ISTILAH ...................................................... 30 A.
Kerangka Konsep .............................................................................................. 30
B.
Waktu dan Lokasi Penelitian ............................................................................. 33
C.
Informan Penelitian ........................................................................................... 34
D.
Teknik Pengumpulan Data ................................................................................. 34
E.
Teknik Validasi Data ......................................................................................... 37
F.
Teknik Analisis Data ......................................................................................... 40
G.
Etika Penelitian ................................................................................................. 42
BAB V.......................................................................................................................... 44 HASIL PENELITIAN ................................................................................................... 44 A.
Gambaran Umum Wilayah Penelitian ................................................................ 44
B.
Karakteristik Informan ....................................................................................... 45
C.
Hasil Analisis Tematik ...................................................................................... 45 Tema 1. Dampak banjir yang dialami oleh masyarakat ........................................... 46 Tema 2. Sumber pengetahuan yang diperoleh masyarakat tentang program penanggulangan banjir ........................................................................................... 49 Tema 3. Upaya Kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana banjir........ 51 Tema 4. Peran pemerintah terhadap upaya kesiapsiagaan bencana banjir................ 53
BAB VI ........................................................................................................................ 57 PEMBAHASAN ........................................................................................................... 57 A.
Interpretasi Hasil Penelitian dan Diskusi ............................................................ 57 Tema 1. Dampak banjir yang dialami oleh masyarakat ........................................... 57 Tema 2. Sumber pengetahuan program penanggulangan banjir .............................. 62 Tema 3. Upaya kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana banjir ........ 67 Tema 4. Peran pemerintah dalam menghadapi bencana banjir ................................ 70
B.
Keterbatasan ...................................................................................................... 78
xiv
BAB VII ....................................................................................................................... 78 PENUTUP .................................................................................................................... 78 A.
Kesimpulan ....................................................................................................... 78
B.
Saran ................................................................................................................. 79
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 81
xv
DAFTAR SINGKATAN BNPB
: Badan Nasional Penanggulangan Bencana
Depkes
: Departemen Kesehatan
BPBD
: Badan Penanggulangan Bencana Daerah
KBBI
: Kamus Besar Bahasa Indonesia
UNESCO
:United Nations Organization
Educational
Scientific
Cultural
WHO
: World Health Organization
PAHO
: Pan American Health Organization
DAS
: Daerah Aliran Sungai
ISPA
: Infeksi Saluran Penafasan Akut
LSM
: Lembaga Swadaya Masyarakat
PSN
: Pemberantasan Sarang Nyamuk
SPAL
: Saluran Pembuangan Air Limbah
JEDI
: Jakarta Dredging Emergency Initiative
BKT
: Banjir Kanal Timur
FGD
: Focus Group Discussion
PROMISE
: Program For Hydro-Meteorological Risk Mitigation Secondary Cities in Asia
SAR
: Search and Rescue
Basarnas
: Badan SAR Nasional
LIPI
:Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
ISDR
: International Strategy for Disaster Reduction
Satkorlak
: Satuan Kordinasi Pelaksana
ADPC
: Asian Disaster Preparedness Center
Puskesmas
: Pusat Kesehatan Masyarakat
xvi
DAFTAR TABEL Nomor Tabel 5.1
Judul Tabel
Halaman
Karakteristik Informan…………………….45
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Permohonan Izin Penelitian Lampiran 2. Surat izin Dinas Kesehatan Lampiran 3. Surat izin Kelurahan Lampiran 4. Informed consent Lampiran 5. Lembar Persetujuan Informan Lampiran 6. Pedoman Focus Group Discussion (FGD) Lampiran 7. Matriks Analisis tematik Lampiran 8. Dokumentasi FGD
xviii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wilayah Indonesia berada
pada daerah yang rawan bencana.
Indonesia yang terdiri dari gugusan kepulauan mempunyai potensi bencana yang sangat tinggi dan juga sangat bervariasi dari aspek jenis bencana. Kondisi alam tersebut serta adanya keanekaragaman penduduk dan budaya di Indonesia menyebabkan timbulnya risiko terjadinya bencana alam, bencana ulah manusia dan kedaruratan kompleks (BNPB, 2008). Bencana yang terjadi di Indonesia semakin meningkat setiap tahunnya. Berdasarkan data rekapitulasi bencana oleh BNPB (2014) bencana yang paling sering terjadi di Indonesia dari tahun 1815-2011 adalah banjir 3990 kejadian (39%), angin puting beliung 1771 kejadian (17%) dan tanah longsor 1600 kejadian (16%). Menurut BNPB (2014) bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Bencana dapat dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu bencana alam, bencana non-alam dan bencana sosial (Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007). Bencana alam terjadi diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain gempa bumi, Tsunami, 1
2
gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor (UU No. 24 tahun 2007).Akibat yang ditimbulkan dari bencana alam diantaranya jatuhnya korban jiwa, rusaknya fasilitas kesehatan, dan krisis kesehatan. Berdasarkan data statistik Depkes (2013) korban akibat bencana alam selama tahun 2013 tercatat sebanyak 823 orang meninggal, 2.748 orang lukaberat/dirawat inap, 154.870 orang luka ringan/ dirawat jalan, 192 orang hilang dan 312.620 orang mengungsi. Bencana alam dapat mengakibatkan krisis kesehatan seperti jatuhnya korban massal yang menimbulkan kematian, cedera, maupun pengungsian dan rusaknya infrastruktur, termasuk didalamnya adalah fasilitas kesehatan seperti Rumah Sakit, Puskesmas, Polindes, dan lain-lain. Selama kurun waktu 5 tahun, antara tahun 2009-2013, terdapat 1.738 kejadian krisis kesehatan akibat bencana alam di Indonesia, dengan 442 kejadian banjir, 239 kejadian tanah longsor, 187 kejadian angin puting beliung, dan 137 peristiwa konflik sosial (Depkes, 2013). Jenis fasilitas kesehatan yang paling banyak terjadi kerusakan adalah Polindes/Poskesdes yaitu sejumlah 81 unit (33%). Kerusakan tersebut umumnya disebabkan oleh bencana banjir (118 kejadian). Banjir merupakan bencana alam yang paling sering terjadi di Indonesia (BNPB, 2014). Wilayah Indonesia yang paling rawan bencana banjir berada di Pulau Jawa termasuk provinsi DKI Jakarta. Provinsi DKI Jakarta merupakan Ibu Kota Republik Indonesia yang merupakan dataran rendah (24.000 hektar) dengan ketinggian rata-rata di bawah permukaan air laut (BPBD DKI Jakarta, 2013). Secara alamiah, kondisi ini memposisikan
3
wilayah DKI Jakarta memiliki kerawanan yang tinggi terhadap banjir. Banjir di Jakarta terbagi menjadi dua, yaitu banjir yang disebabkan oleh meluapnya sungai-sungai karena curah hujan yang tinggi dan banjir yang terjadi karena kiriman dari daerah hulu, yaitu Bogor. (BNPB, 2008). Daerah yang terkena banjir akibat curah hujan diantaranya Pesing, Sunter, Mampang, Bintaro, Hankam Slipi dan Bukit Duri. Daerah yang terkena banjir akibat hulu sungai diantaranya Jakarta Barat yang disebabkan meluapnya Sungai Cisadane adalah kelurahan Kedoya, Kembangan, Cengkareng, Kapuk, dan Bojong Indah. Jakarta Pusat Kwitang, Gunung Sahari, RSAL Bendungan Hilir, Jakarta Timur sungai Sunter dan Sungai Cipinang daerah Cipinang, Cipinang Muara, Jatinegara Kaum, Sungai Ciliwung Kampung melayu, Bidara Cina (Gunawan, 2010). Banjir yang terjadi di Jakarta pada tahun 2007 adalah salah satu banjir terbesar di mana hampir 60 persen wilayah Jakarta terendam banjir dan telah banyak menimbulkan korban jiwa, korban yang meninggal akibat banjir sekitar 8 orang dan meningkat menjadi 19 orang pada Januari 2014, 4 korban meninggal karena asap dari genset sedangkan 15 korban lainnya karena sakit, hanyut, tersengat listrik, jatuh dan tenggelam (BNPB, 2014). Selain itu, banjir juga merugikan diberbagai sektor, banyak orang yang terhambat pekerjaannya akibat tidak bisa mengakses jalan karena dilalui oleh banjir, anak – anak sekolah yang bangunan sekolahnya terendam banjir dan terpaksa mengikuti aktivitas kegiatan belajar mengajar ditempat lain, serta timbulnya berbagai macam penyakit seperti gatal-gatal, leptospirosis, ISPA dan lain-lain.
4
Kerugian yang diakibatkan dari bencana banjir membuat kapasitas pengendalian banjir Jakarta terus ditingkatkan menyangkut infrastruktur, sarana dan prasarana, sistem informasi dan sumber daya manusianya. Untuk mengatasi
dampak
mempersiapkan
cara
banjir untuk
di
Jakarta,
pemerintah
menanggulangi
bahaya
Jakarta banjir
telah seperti
membangun waduk, sosialisasi, pelatihan dan lain-lain, sedangkan pembuatan 2.000 sumur resapan oleh Pemda DKI maupun perbaikan pompa-pompa air di berbagai lokasi dilakukan untuk mengurangi dampak bencana banjir (BPBD DKI Jakarta, 2013). Hanya saja, seiring dengan beralih fungsinya lahan menjadi pemukiman, beban kepadatan penduduk dan perilaku manusia dan berbagai kendala lain dalam penanganan banjir menyebabkan kapasitas tersebut menjadi tidak optimal. Upaya kesiapsiagaan terhadap bencana tidak hanya dilakukan oleh pemerintah, masyarakat juga perlu melakukan kesiapsiagaan bencana guna mengurangi kerugian akibat bencana. Kesiapsiagaan bencana dapat didefinisikan sebagai upaya yang memungkinkan pemerintah, organisasi, komunitas dan individu untuk merespon kejadian bencana secara cepat dan efektif (Carter, 2008). Upaya kesiapsiagaan pada setiap individu atau kelompok tidak sama tergantung pada tingkat kesiapsiagaan bencana yang dipengaruhi oleh faktor sosial demografi, jejaring sosial, dan pengalaman kebanjiran sebelumnya (Lindell and Perry, 2000 dalam Kirschenbaum, 2002).Tingkat pengetahuan tentang kesiapan bencana yang dimiliki tiap individu berbeda-beda sehingga akan menimbulkan respon yang beragam saat individu menghadapi keadaan darurat akibat bencana alam atau non-
5
alam. Tingkat pengetahuan yang baik akan berkontribusi terhadap terciptanya rasa aman dan minimalisasi korban bencana. Dalam hal ini, masyarakat telah memiliki inisiatif dalam menghadapi ancaman bencana di provinsi DKI Jakarta, khususnya banjir. Upaya tersebut diwujudkan dalam berbagai bentuk kegiatan. Dari mulai penyadaran masyarakat, pemetaan kawasan rawan bencana, membuat dan menyiapkan jalur evakuasi, peringatan dini banjir, membentuk kelompok siaga bencana dan lain sebagainya (BPBD DKI Jakarta, 2013). Penelitian mengenai bencana banjir di Jakarta memang sudah banyak dilakukan, namun dalam hal pengalaman mengenai upaya kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana banjir belum pernah dilakukan. Terlebih lagi bagi profesi keperawatan yang bekerja di setting komunitas yang memainkan peran pada upaya kesehatan dalam tindakan preventif program penanggulangan bencana banjir. Peran perawat komunitas sebagai pelaksana kesehatan dalam mencapai tujuan kesehatan melalui upaya promotif dan preventif dalam kaitannya untuk meningkatkan status kesehatan masyarakat (Iqbal & Nurul, 2009). Penelitian ini, dilakukan didaerah yang terkena banjir, yaitu di RT 001 RW 012 Kelurahan Bintaro Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan dengan jumlah 57 KK (Kepala Keluarga) yang terkena dampak banjir (Laporan Kependudukan RT 001 RW 012 tahun 2014). Berdasarkan tingkat keparahannya, dari 8 RT yang berada di wilayah RW 012 Kelurahan Bintaro, RT 001 merupakan daerah yang sering terkena banjir dan belum pernah ada yang melakukan penelitian tersebut sebelumnya. Peneliti juga
6
berpikir bahwa upaya kesiapsiagaan bencana banjir bagi masyarakat penting untuk diteliti, sehingga peneliti tertarik ingin mengkaji lebih mendalam mengenai “Studi Fenomenologi Pengalaman Kesiapsiagaan Masyarakat Menghadapi Bencana Banjir di RT 001 RW 012 Kelurahan Bintaro Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan Tahun 2015” B. Perumusan Masalah Provinsi DKI Jakarta memiliki frekuensi banjir sangat tinggi sehingga menuntut adanya upaya kesiapsiagaan, penelitian sebelumnya (Sagala, Dodon & Wimbardana, 2014) menunjukkan bahwa kesadaran mengenai pentingnya kesiapsiagaan dan mitigasi bencana belum dimiliki oleh masyarakat dan bukan berasal dari pelatihan atau pemberitahuan dari pemerintah melainkan pengalaman mereka yang telah lama mengalami bencana banjir. Hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan peneliti di RT 006 RW 012 Kelurahan Bintaro, dari salah satu informan yang telah diwawancarai, yaitu ibu Y (43 tahun) mengatakan bahwa upaya kesiapsiagaan yang telah dilakukan dalam menghadapi bencana banjir masih belum maksimal dan seadanya, hanya sebatas mengungsikan barang berharga seperti pakaian, buku sekolah dan barang elektronik ke tempat yang lebih aman. Dengan demikian
masalah
penelitian
ini
adalah
“Bagaimana
pengalaman
kesiapsiagaan warga RT 001 RW 012 Kelurahan Bintaro Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan dalam menghadapi bencana banjir”.
7
C. Pertanyaan Penelitian Bagaimana pengalaman kesiapsiagaan warga RT 001 RW 012 dalam menghadapi bencana banjir? D. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan atau mengeksplorasi pengalaman masyarakat terhadap upaya kesiapsiagaan menghadapi bencana banjir di wilayah Kelurahan Bintaro, Jakarta Selatan. E. Manfaat Penelitian 1. Bagi Masyarakat Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan edukasi mengenai upaya kesiapsiagaan dalam penanggulangan bencana banjir khususnya di wilayah RT 001 RW 012 Kelurahan Bintaro Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan. 2. Bagi Institusi Keperawatan Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan rujukan bagi institusi keperawatan khususnya keperawatan komunitas dalam mencanangkan program penanggulangan banjir bagi masyarakat. 3. Bagi Peneliti selanjutnya Penelitian ini diharapkan dapat menjadi dokumen akademik yang berguna untuk dijadikan acuan penelitian selanjutnya. F. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah yang bertujuan untuk menggali pengalaman warga terhadap
8
kesiapsiagaan menghadapi bencana banjir di wilayah RT 001 RW 012 Kelurahan Bintaro. Penelitian ini merupakan penelitian fenomenologi dengan pendekatan kualitatif. Pengumpulan data menggunakan instrument penelitian berupa wawancara, observasi dan catatan lapangan. Informan penelitian ini sebanyak 6 orang dan teknik yang digunakan yaitu, teknik purposive sampling.
Penelitian
ini
dilakukan
pada
bulan
Juli
2015.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengalaman Pengalaman diartikan sebagai sesuatu hal yang pernah dialami (dijalani, dirasa, ditanggung) (KBBI, 2008). James dalam Herdiansyah,
(2015)
mendefinisikan pengalaman adalah proses yang berjalan terus dan saling berhubungan satu sama lain, sehingga di balik pengalaman tersebut terdapat cara untuk menginterpretasikan suatu peristiwa melalui interaksi dengan orang lain (Endraswara, 2006). Pengalaman merupakan sumber pengetahuan dan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu (Notoatmodjo, 2010). Sumber pengetahuan adalah pengalaman dan pengamatan panca indera yang memberi data dan fakta bagi pengetahuan (Dua dan Keraf, 2010). Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pengalaman merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari diri seseorang dan didapatkan dari kejadian atau peristiwa yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Pengalaman menyebabkan orang dapat menafsirkan ungkapan, ekspresi wajah, pesan secara lebih cermat yang diperoleh dari belajar secara formal dan non-formal (Yulia dan Gunarsa, 2002). Pengalaman yang dirasakan individu saat terjadi bencana dapat membuat seseorang menjadi trauma terhadap bencana, respon yang ditunjukkan membuat seseorang menterjemahkan melalui ungkapan dan ekspresi, diantaranya marah, sedih, kehilangan, menyesal hingga depresi (Yulaelawati dan Usman, 2008). 9
10
B. Bencana 1. Definisi Bencana Menurut UU No. 24 tahun 2007 bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan
bencana
sebagai
sesuatu
yang menyebabkan
(menimbulkan) kesusahan, kerugian, atau penderitaan, kecelakaan dan bahaya. WHO (2002)
mendefinisikan bencana sebagai kejadian yang
menyebabkan kerusakan, gangguan ekologis, hilangnya nyawa manusia, atau memburuknya derajat kesehatan atau pelayanan kesehatan pada skala tertentu yang memerlukan respon dari luar masyarakat atau wilayah yang terkena. Dari beberapa pengertian bencana, maka dapat ditarik kesimpulan bencana merupakan suatu kejadian atau peristiwa yang tidak terduga akibat dari alam dan non alam yang dapat mengancam kelangsungan hidup. 2. Penyebab Bencana Penyebab bencana dapat dibagi menjadi dua (Kodoatie dan Syarif, 2010) yaitu: a. Alam Secara alami bencana selalu terjadi di muka bumi, misal Tsunami, gempa bumi, gunung meletus, jatuhnya benda-benda langit ke bumi (misal meteor), tidak adanya hujan pada suatu lokasi dalam waktu
11
yang relatif lama sehingga menimbulkan kekeringan atau sebaliknya curah hujan yang sangat tinggi di suatu lokasi menimbulkan bencana banjir dan tanah longsor. b. Manusia Bencana oleh aktifitas manusia terutama akibat eksploitasi alam yang berlebihan. Eksploitasi ini disebabkan pertumbuhan penduduk yang terus meningkat. Pertumbuhan ini mengakibatkan kebutuhan pokok dan non-pokok meningkat, kebutuhan infrastruktur meningkat, alih atau guna lahan meningkat. Sementara itu, Ramli (2010) menyebutkan bahwa penyebab bencana adalah : a. Faktor Alam Bencana alam antara lain berupa gempa bumi, letusan gunung api,angin topan, tanah longsor, kekeringan, kebakaran hutan/lahan karena faktor alam, hama penyakit tanaman, epidemi, wabah, kejadian luar biasa, dan kejadian antariksa/benda – benda angkasa. b. Perbuatan Manusia Bencana buatan manusia antara lain berupa kebakaran hutan/lahan yang disebabkan ulah manusia, kecelakaan transportasi, kegagalan konstruksi atau
teknologi,
dampak
industri,
lingkungan, dan kegiatan pertambangan.
ledakan
nuklir,
pencemaran
12
c. Sosial Bencana sosial terjadi karena rusak dan kurang harmonisnya hubungan sosial antara anggota masyarakat yang disebabkan berbagai faktor baik sosial, budaya, suku, atau ketimpangan sosial. 3. Jenis Bencana BNPB (2014) mengklasifikasikan jenis – jenis bencana menjadi : a. Gempa bumi adalah getaran atau guncangan yang terjadi di permukaan bumi yang disebabkan oleh tumbukan antar lempeng bumi, patahan aktif, akitivitas gunung api atau runtuhan batuan. b. Letusan gunung api merupakan bagian dari aktivitas vulkanik yang dikenal dengan istilah "erupsi". Bahaya letusan gunung api dapat berupa awan panas, lontaran material (pijar), hujan abu lebat, lava, gas racun, tsunami dan banjir lahar. c. Tsunami berasal dari bahasa Jepang yang berarti gelombang ombak lautan ("tsu" berarti lautan, "nami" berarti gelombang ombak). Tsunami adalah serangkaian gelombang ombak laut raksasa yang timbul karena adanya pergeseran di dasar laut akibat gempa bumi. d. Tanah longsor merupakan salah satu jenis gerakan massa tanah atau batuan, ataupun percampuran keduanya, menuruni atau keluar lereng akibat terganggunya kestabilan tanah atau batuan penyusun lereng. e. Banjir adalah peristiwa atau keadaan dimana terendamnya suatu daerah atau daratan karena volume air yang meningkat.
13
f. Banjir bandang adalah banjir yang datang secara tiba-tiba dengan debit air yang besar yang disebabkan terbendungnya aliran sungai pada alur sungai. g. Kekeringan adalah ketersediaan air yang jauh di bawah kebutuhan air untuk kebutuhan hidup, pertanian, kegiatan ekonomi dan lingkungan. Adapun yang dimaksud kekeringan di bidang pertanian adalah kekeringan yang terjadi di lahan pertanian yang ada tanaman (padi, jagung, kedelai dan lain-lain) yang sedang dibudidayakan . h. Kebakaran adalah situasi dimana bangunan pada suatu tempat seperti rumah/pemukiman, pabrik, pasar, gedung dan lain-lain dilanda api yang menimbulkan korban dan/atau kerugian. i. Kebakaran hutan dan lahan adalah suatu keadaan di mana hutan dan lahan dilanda api, sehingga mengakibatkan kerusakan hutan dan lahan yang menimbulkan kerugian ekonomis dan atau nilai lingkungan. Kebakaran hutan dan lahan seringkali menyebabkan bencana asap yang dapat mengganggu aktivitas dan kesehatan masyarakat sekitar. j. Angin puting beliung adalah angin kencang yang datang secara tibatiba, mempunyai pusat, bergerak melingkar menyerupai spiral dengan kecepatan 40-50 km/jam hingga menyentuh permukaan bumi dan akan hilang dalam waktu singkat (3-5 menit). k. Gelombang pasang atau badai adalah gelombang tinggi yang ditimbulkan karena efek terjadinya siklon tropis di sekitar wilayah Indonesia dan berpotensi kuat menimbulkan bencana alam.
14
Indonesia bukan daerah lintasan siklon tropis tetapi keberadaan siklon tropis akan memberikan pengaruh kuat terjadinya angin kencang, gelombang tinggi disertai hujan deras. l. Abrasi adalah proses pengikisan pantai oleh tenaga gelombang laut dan arus laut yang bersifat merusak. Abrasi biasanya disebut juga erosi pantai. Kerusakan garis pantai akibat abrasi ini dipicu oleh terganggunya keseimbangan alam daerah pantai tersebut. Walaupun abrasi bisa disebabkan oleh gejala alami, namun manusia sering disebut sebagai penyebab utama abrasi. m. Kecelakaan transportasi adalah kecelakaan moda transportasi yang terjadi di darat, laut dan udara. n. Kecelakaan industri adalah kecelakaan yang disebabkan oleh dua faktor, yaitu perilaku kerja yang berbahaya (unsafe human act) dan kondisi yang berbahaya (unsafe conditions). Adapun jenis kecelakaan yang terjadi sangat bergantung pada macam industrinya, misalnya bahan dan peralatan kerja yang dipergunakan, proses kerja, kondisi tempat kerja, bahkan pekerja yang terlibat di dalamnya. o. Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian
kesakitan
atau
kematian
yang
bermakna
secara
epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu. Status Kejadian Luar Biasa diatur oleh Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 949/MENKES/SK/VII/2004.
15
p. Konflik Sosial atau kerusuhan sosial atau huru hara adalah suatu gerakan massal yang bersifat merusak tatanan dan tata tertib sosial yang ada, yang dipicu oleh kecemburuan sosial, budaya dan ekonomi yang biasanya dikemas sebagai pertentangan antar suku, agama, ras (SARA). q. Aksi Teror adalah aksi yang dilakukan oleh setiap orang yang dengan sengaja menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan sehingga menimbulkan suasana teror atau rasa takut terhadap orang secara meluas atau menimbulkan korban yang bersifat masal, dengan cara merampas kemerdekaan sehingga mengakibatkan hilangnya nyawa dan harta benda, mengakibatkan kerusakan atau kehancuran terhadap obyek-obyek vital yang strategis atau lingkungan hidup atau fasilitas publik internasional. r. Sabotase adalah tindakan yang dilakukan untuk melemahkan musuh melalui
subversi,
penghancuran. mendiskripsikan
penghambatan,
Dalam
perang,
aktivitas
pengacauan
istilah ini
individu
atau
dan/
atau
digunakan untuk grup
yang
tidak
berhubungan dengan militer, tetapi dengan spionase. Sabotase dapat dilakukan terhadap beberapa struktur penting, seperti infrastruktur, struktur ekonomi, dan lain-lain. 4. Akibat Bencana Beberapa akibat yang ditimbulkan dari bencana (Pan American Health Organization (PAHO), 2007) antara lain : a. Reaksi Sosial
16
b. Penyakit menular c. Perpindahan penduduk d. Pajanan terhadap unsur –unsur e. Makanan dan gizi f. Persediaan air bersih dan pembuangan air kotor g. Kesehatan jiwa h. Kerusakan infrastruktu
C. Banjir 1. Pengertian Banjir Banjir adalah dimana suatu daerah dalam keadaan tergenang oleh air dalam jumlah yang begitu besar (Ramli, 2010). Lebih lanjut banjir menurut Yulaelawati dan Usman (2008) yaitu meluapnya aliran sungai akibat air melebihi kapasitas tampungan sungai sehingga meluap dan menggenangi dataran atau daerah yang lebih rendah di sekitarnya. Depkes (2014) mendefinisikan banjir adalah peristiwa dimana air menggenangi suatu wilayah yang biasanya tidak di genangi air dalam selang waktu tertentu, yang di sebabkan hujan yang terus menerus, mengakibatkan meluapnya air sungai/danau/laut/drainase saat aliran melebihi volume air yang dapat di tampung dalam,sungai,danau,rawa,maupun saluran air lainnya. Dari beberapa
pengertian banjir diatas penulis dapat
menyimpulkan bahwa banjir adalah naiknya permukaan air akibat hujan yang terus – menerus yang disebabkan oleh tingginya permukaan volume sungai dan menimbulkan kerugian.
17
2. Faktor-faktor penyebab banjir Penyebab timbulnya banjir pada dasarnya dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) faktor (Yulaelawati & Usman , 2008) yaitu: 1. Pengaruh aktivitas manusia, seperti: a. Pemanfaatan dataran banjir yang digunakan untuk pemukiman dan industri b. Penggundulan hutan dan yang kemudian mengurangi resapan pada tanah dan meningkatkan larian tanah permukaan c. Permukiman di dataran banjir dan pembangunan di daerah dataran banjir
dengan
mengubah
saluran-saluran
air
yang
tidak
direncanakan dengan baik d. Membuang sampah sembarangan dapat menyumbat saluransaluran air, terutama di perumahan-perumahan 2. Kondisi alam yang bersifat tetap (statis) seperti: a. Kondisi geografi yang berada pada daerah yang sering terkena badai atau siklon b. Kondisi topografi yang cekung, yang merupakan dataran banjir c. Kondisi alur sungai, seperti kemiringan dasar sungai yang datar, berkelok-kelok, timbulnya sumbatan atau berbentuk seperti botol (bottle neck), dan adanya sedimentasi sungai membentuk sebuah pulau (ambal sungai) 3. Peristiwa alam yang bersifat dinamis, seperti: a. Curah hujan yang tinggi b. Terjadinya pembendungan atau arus balik yang sering terjadi di muara sungai atau pertemuan sungai besar
18
c. Penurunan muka tanah atau amblesan d. Pendangkalan dasar sungai karena sedimentasi yang cukup tinggi Adapun penyebab terjadinya banjir di Jakarta menurut BNPB (2008) yaitu : a. Sistem drainase
yang tidak berfungsi dengan optimal serta
tersumbatnya sungai dan saluran air oleh sampah b. Pembangunan bangunan hunian pada lahan basah atau daerah resapan air serta semakin padatnya pembangunan fisik menyebabkan kemampuan tanah menyerap air menjadi sangat berkurang c. Pembangunan prasarana dan sarana pengendalian banjir yang belum berfungsi maksimal d. Banjir juga terjadi akibat rob yang melanda beberapa wilayah yang berada di pantai utara DKI Jakarta diantaranya Kamal Muara, Pluit, Penjaringan, Kalibaru, Cilincing dan Marunda 3. Jenis-jenis banjir Ada 3 (tiga) jenis banjir yang umumnya terjadi. Ketiga jenis tersebut (Yulaelawati & Usman , 2008) adalah: a. Banjir bandang Banjir bandang adalah banjir besar yang terjadi secara tiba-tiba dan berlangsung hanya sesaat. Banjir bandang umumnya terjadi hasil dari curah hujan berintensitas tinggi dengan durasi (jangka waktu) pendek yang menyebabkan debit sungai naik secara cepat. b. Banjir sungai
19
Banjir sungai biasanya disebabkan oleh curah hujan yang terjadi di daerah aliran sungai (DAS) secara luas dan berlangsung lama. Selanjutnya air sungai yang ada meluap dan menimbulkan banjir dan menggenangi daerah di sekitarnya. c. Banjir pantai Banjir ini berkaitan dengan adanya badai siklon tropis dan pasang surut air laut. Banjir besar yang terjadi dari hujan sering diperburuk oleh gelombang badai yang diakibatkan oleh angin yang terjadi di sepanjang pantai. 4. Dampak banjir Mistra (2007) mengungkapkan bahwa dampak banjir akan terjadi pada beberapa aspek dengan tingkat kerusakan berat pada aspek-aspek berikut ini: a. Aspek Penduduk, antara lain berupa korban jiwa/meninggal, hanyut, tenggelam, luka-luka, korban hilang, pengungsian, berjangkitnya wabah dan penduduk terisolasi b. Aspek Pemerintahan, antara lain berupa kerusakan atau hilangnya dokumen, arsip, peralatan, perlengkapan kantor dan terganggunya jalannya pemerintahan. c. Aspek Ekonomi, antara lain berupa hilangnya mata pencaharian,tidak berfungsinya pasar tradisional, kerusakan, hilangnya harta benda, ternak dan terganggunya perekonomian masyarakat.
20
d. Aspek Sarana/Prasarana, antara lain berupa kerusakan rumah penduduk, jembatan, jalan, bangunan gedung perkantoran, fasilitas sosial dan fasilitas umum, instalasi listrik, air minum dan jaringan komunikasi. e. Aspek Lingkungan, antara lain berupa kerusakan eko-sistem, obyek wisata, persawahan/lahan pertanian, sumber air bersih dan kerusakan tanggul/jaringan irigasi. Disamping itu, dampak banjir juga menimbulkan beberapa penyakit (Depkes, 2014) diantaranya : 1.
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA)
2. Diare 3. Penyakit kulit 4. Kecelakaan (tersengat listrik,tenggelam,terbawa arus ) 5. Leptospirosis 6. Konjungtivitas 7. Gigitan binatang 5. Upaya Penanggulangan Banjir Program untuk mengatasi banjir di Jakarta menurut BPBD DKI Jakarta ( 2014) dapat dibedakan menjadi tiga yaitu : 1. Jangka Pendek : a. Membangun tanggul pengaman Rob di Kamal Muara, Muara Baru, Kali Baru, Matradinata dan Muara Angke b. Melaksanakan pengerukan sungai, waduk dan saluran Jakarta Emergency Dredging Initiative (JEDI) c. Membangun sumur resapandangkal, sedang, dan dalam
21
d. Melakukan relokasi penduduk yang bermukim di bantaran kali dalam rangka penataan Kali Ciliwung e. Membangun kesadaran dan partisipasi masyarakat tidak membuang sampah dan mendirikan bangunan di kali dan saluran. 2. Jangka Menengah : a. Normalisasi Kali Pesanggrahan, Kali Angke, dan Kali Sunter dan revitalisasi Kali Ciliwung b. MembangunSodetan Kali Ciliwung ke BKT c. Membangun Cengkareng Drain 2 d. MembangunWaduk Ciawi dan Waduk Cimanggis e. Memperkuat tanggul Rob di sepanjang pantura Jakarta. f. Meningkatkan RTH dan penghutanan kembali di kawasan hulu g. Menahan
penurunan
muka
tanah
dengan
memasalkan
pembangunan sumur resapan h. MembangunTerowongan Bawah Tanah Multifungsi bila hasil kajian kelayakannya positif 3. Jangka Panjang : a. Membangun
Tanggul
Laut
Raksasa
(Giant
Sea
Wall)
mengantisipasi banjir, penampungan cadangan air baku dan pengolahan air limbah b. Memantapkan
kerjasama
dengan
Pemerintah
Daerah
Bodetabekjur, Jabar dan Banten serta Pemerintah Pusat manajemen penegolaan air Jakarta sebagai Ibukota NKRI.
22
Adapun upaya yang harus di lakukan petugas kesehatan sebelum, saat dan setelah terjadi banjir (Depkes, 2014) adalah : A. Sebelum Banjir 1. Membuat peta rawan dan jalur evakuasi 2. Menyusun
rencana
kontijensi
(perencanaan
kegiatan
penanggulangan bencana yang di susun sebelum bencana terjadi) 3. Menigkatkan kegiatan penyuluhan kesehatan lingkungan 4. Membentuk tim kesehatan di setiap jejaring administrasi 5. Menyiapkan
obat
dan
logistik
kesehatan
lain
(PAC,Kaporit,kantong sampah,dll) 6. Meningkatkan kemampuan petugas dengan pelatihan 7. Menyiapkan sarana komunikasi dan transportasi 8. Menyiapkan perlengkapan lapangan (tenda velbet,genset,dll) B. Saat Banjir 1. Mengaktifkan unit pelayanan kesehatan dan membuat pos kesehatan di lokasi 2. Memberikan pelayanan kesehatan dan rujukan 3. Melakukan penilaian cepat kesehatan (Rapid Healt Assessment) C. Setelah Banjir 1. Melakukan perbaikan kualitas air bersih 2. Melakukan surveilans penyakit potensi KLB 3. Membantu perbaikan kualitas jaman dan saluran pembuangan limbah
23
Sebagai salah satu petugas kesehatan perawat komunitas juga memiliki peran penting dalam manajemen bencana (Efendi dan Makhfuldi, 2009) : A. Peran Perawat dalam Fase Pre-impact 1. Perawat mengikuti pendidikan dan pelatihan bagi tenaga kesehatan dalam penaggulangan ancaman bencana untuk setiap fasenya 2. Perawat ikut terlibat dalam berbagai dinas pemerintahan, organisasi lingkungan, palang merah nasional, maupun lembaga – lembaga kemasyarakatan dalam memberikan penyuluhan dan simulasi persiapan menghadapi ancaman bencana kepada masyarakat 3. Perawat terlibat dalam program promosi kesehatan untuk meningkatkan kesiapan masyarakat dalam menghadapi bencana yang meliputi hal – hal berikut : a. Usaha pertolongan diri sendiri (pada masyarakat tersebut) b. Pelatihan pertolongan pertama dalam keluarga seperti menolong anggota keluarga yang lain c. Pembekalan informasi tentang bagaimana menyimpan dan membawa persediaan makanan dan penggunaan air yang aman d. Perawat juga dapat memberikan beberapa alamat dan nomor telepon darurat seperti dinas kebakaran, rumah sakit dan ambulans
24
e. Memberikan
informasi
tempat
–
tempat
alternative
penampungan atau posko – posko bencana f. Memberikan informasi tentang perlengkapan yang dapat dibawa, seperti pakaian seperlunya, radio portable, senter beserta baterainya, dan lainnya B. Peran Perawat dalam Fase Impact 1. Bertindak cepat 2. Do not promise. Perawat seharusnya tidak menjanjikan apapun dengan pasti, dengan maskud memberikan harapan yang besar pada korban selamat 3. Berkonsentrasilah penuh pada apa yang dilakukan 4. Koordinasi dan menciptakan kepemimpinan (coordination and create leadership) 5. Untuk jangka panjang, bersama – sama pihak yang terkait dapat mendiskusikan dan merancang master plan of revitalizing, biasanya untuk jangka waktu 30 bulan pertama C. Peran Perawat dalam Fase Post-impact 1. Bencana tentu memberikan bekas khusus bagi keadaan fisik, sosial, dan psikologis korban 2. Stress psikologis yang terjadi dapat terus berkembang hingga terjadi post-traumatic stress disorder (PTSD) yang merupakan sindrom dengan tiga kriteria utama. Pertama, gejala trauma pasti dapat dikenali. Kedua, individu tersebut mengalami gejala ulang traumanya melalui flashback, mimpi, ataupun peristiwa –
25
peristiwa yang memacunya. Ketiga, individu akan emnunjukkan gangguan fisik. Selain itu, individu dengan PTSD dapat mengalami penurunan konsentrasi, perasaan bersalah, dan gangguan memori 3. Tim kesehatan bersama masyarakat dan profesi lain yang terkait bekerja sama dengan unsur lintas sektor menangani masalah kesehatan masayrakat pasca-gawat darurat serta mempercepat fase pemulihan (recovery) menuju keadaan sehat dan aman
D. Kesiapsiagaan 1. Pengertian Kesiapsiagaan Kesiapsiagaan (preparedness) adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna (BPBD DKI Jakarta, 2013). Menurut
BNPB (2008) kesiapsiagaan menghadapi bencana
merupakan suatu aktivitas lintas-sektor yang berkelanjutan. Kesiapsiagaan dalam menghadapi banjir terdiri dari kegiatan yang memungkinkan masyarakat dan individu untuk dapat bertindak dengan cepat dan efektif ketika terjadi banjir. Hal ini membantu masyarakat dalam membentuk dan merencanakan tindakan apa saja yang perlu dilakukan ketika banjir (UNESCO, 2008). Tujuan khusus dari upaya kesiapsiagaan bencana adalah menjamin bahwa sistem, prosedur, dan sumber daya yang tepat siap ditempatnya masing-masing untuk memberikan bantuan yang efektif dan segera bagi
26
korban
bencana
sehingga
dapat
mempermudah
langkah-langkah
pemulihan dan rehabilitasi layanan (BNPB, 2008) 2. Upaya Kesiapsiagaan Upaya kesiapsiagaan banjir dapat dilakukan dalam tiga waktu secara berkesinambungan, yaitu sebelum banjir, saat banjir, dan sesudah banjir Ramli (2010) di antaranya : A. Sebelum banjir 1. Di tingkat warga a. Bersama aparat terkait dan pengurus RT/RW terdekat bersihkan lingkungan sekitar, terutama pada saluran air atau selokan dari timbunan sampah b. Tentukan lokasi Posko Banjir yang tepat untuk mengungsi lengkap dengan fasilitas dapur umum dan MCK, berikut pasokan air bersih melalui koordinasi dengan aparat terkait, bersama pengurus RT/RW di lingkungan Anda c. Bersama pengurus RT/RW di lingkungan Anda, segera bentuk tim
penanggulangan
banjir
di
tingkat
warga,
seperti
pengangkatan Penanggung Jawab Posko Banjir d. Koordinasikan melalui RT/RW, Dewan Kelurahan setempat, dan LSM untuk pengadaan tali, tambang, perahu karet dan pelampung guna evakuasi e. Pastikan pula peralatan komunikasi telah siap pakai, guna memudahkan mencari informasi, meminta bantuan atau melakukan konfirmasi
27
2. Di tingkat keluarga a. Simak informasi terkini melalui TV, radio atau peringatan Tim Warga tentang curah hujan dan posisi air pada pintu air b. Lengkapi dengan peralatan keselamatan seperti : radio baterai, senter, korek gas dan lilin, selimut, tikar, jas hujan, ban karet bila ada c. Siapkan bahan makanan mudah saji seperti mie instan, ikan asin, beras, makanan bayi, gula, kopi, teh, dan persediaan air bersih d. Siapkan obat – obatan darurat seperti : oralit, anti diare, anti influenza e. Amankan dokumen penting seperti : akte kelahiran, kartu keluarga, buku tabungan, sertifikat dan benda –benda berharga dari jangkauan air dan tangan jahil B. Saat Banjir 1. Matikan aliran listrik di dalam rumah atau hubungi PLN untuk mematikan aliran listrik di wilayah yang terkena bencana 2. Mengungsi ke daerah aman sedini mungkin saat genangan air masih memungkinkan untuk diseberangi 3. Hindari berjalan di dekat saluran air untuk menghindari terseret arus banjir. Segera mengamankan barang – barang berharga ketempat yang lebih tinggi
28
4. Jika air terus meninggi hubungi instansi yang terkait dengan penanggulangan bencana seperti Kantor Kepala Desa, Lurah, ataupun Camat C. Setelah Banjir 1. Secepatnya membersihkan rumah, dimana lantai pada umumnya tertutup lumpur dan gunakan antiseptik untuk membunuh kuman penyakit 2. Cari dan siapkan air bersih untuk menghindari terjangkitnya penyakit diare yang sering berjangkit setelah kejadian banjir 3. Waspada terhadap kemungkinan binatang berbisa seperti ular dan lipan, atau binatang penyebar penyakit seperti tikus, kecoa, lalat dan nyamuk 4. Usahakan selalu waspada apabila kemungkinan terjadi banjir susulan Berikut ini adalah contoh upaya kesiapan/kesiapsiagaan yang biasanya dilakukan oleh pemerintah di tingkat lokal (ADPC, 2007) yaitu : 1. Memasang tanda ancaman pada jembatan yang rendah agar tidak dilalui masyarakat pada saat banjir. 2. Mempersiapkan keperluan darurat selama banjir, seperti peralatan untuk tindakan penyelamatan, misalnya perahu karet, kendaraan dan bahan bakarnya; persediaan bahan pokok yang diperlukan pada kondisi tanggap darurat, seperti makanan pokok, obat-obatan, air bersih, selimut, peralatan memasak untuk di tempat evakuasi, tempat evakuasi, dll (ADPC, 2005).
29
3. Melakukan perencanaan untuk melakukan evakuasi. Hal ini terkait dengan koordinasi antara satu dengan yang lainnya, siapa melakukan apa pada saat keadaan darurat, serta bagaimana menyelamatkan diri menuju tempat yang aman (menentukan jalur evakuasi dan tempat evakuasi) serta melakukan latihan evakuasi. 4. Mengorganisasikan sistem keamanan pada keadaan darurat, khususnya rumah hunian yang ditinggal mengungsi.
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI ISTILAH A. Kerangka Konsep Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah diuraikan, banjir di Jakarta merupakan kejadian bencana yang sering melanda warga Jakarta. Dampak yang terjadi akibat banjir antara lain, terhambatnya pekerjaan, terganggunya aktivitas sekolah, masalah ketersediaan air bersih, munculnya berbagai penyakit, lumpuhnya kegiatan ekonomi warga hingga kehilangan sanak saudara. Upaya penanggulangan banjir berguna untuk mengantisipasi kerugian yang terjadi setelahnya dan meminimalisir koban jiwa. Pengalaman warga saat menghadapi banjir memiliki respon yang berbeda – beda terhadap tindakan kesiapan bencana yang dilakukan. Kesiapsiagaan menghadapi bencana banjir masih kurang diekspos bagi warga karena kurangnya kesadaran diri, sering terjadinya banjir di daerah tersebut sehingga warga sudah terbiasa dengan kondisi saat banjir dan bukan merupakan suatu permasalahan yang besar. Peneliti ingin mengeksplor lebih mendalam tentang pengalaman kesiapsiagaan warga saat menghadapi bencana banjir.
30
31
B. Definisi Istilah 1. Pengalaman merupakan suatu kejadian atau peristiwa yang pernah dialami, dirasa dan dijalani seseorang dalam kehidupan sehari-hari. 2. Kesiapsiagaan adalah tindakan dan upaya antisipasi dalam menghadapi suatu kejadian yang tidak terduga dan tidak dapat diprediksi guna meminimalisir kerugian yang akan terjadi setelahnya. 3. Banjir adalah naiknya permukaan air akibat hujan yang terus- menerus yang disebabkan oleh tingginya permukaan volume sungai dan menimbulkan kerugian.
BAB IV METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi deskriptif. Penelitian kualitatif merupakan suatu pendekatan atau penelusuran untuk mengeksplorasi dan memahami suatu gejala sentral (Creswell, 2012). Menurut Moleong (2013) penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain. Pada
penelitian kualitatif ini, di mana fokusnya adalah
pemahaman arti pengalaman dari perspektif individu (Houser, 2011). Sejalan dengan hal itu, metode kualitatif digunakan untuk mendapatkan data yang mendalam, suatu data yang mengandung makna. Makna adalah data yang sebenarnya, data yang pasti yang merupakan suatu nilai di balik data yang tampak (Sugiyono, 2011). Metode kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pengamatan, diskusi kelompok, wawancara atau penelaah dokumen. Fenomenologi didefinisikan sebagai suatu studi untuk memberikan gambaran tentang suatu arti dari pengalaman-pengalaman beberapa individu mengenai konsep tertentu (Polkinghorne 1989 dalam Herdiansyah 2015). Tujuan penelitian fenomenologis adalah menjelaskan pengalaman-pengalaman apa yang dialami oleh orang didalam kehidupan ini, termasuk interaksinya dengan orang lain (Danim, 2003). Peneliti mengidentifikasi tiga tahap untuk menjelaskan fenomenologi yaitu : 1) intuisi (intuiting),2) analisis (analyzing), dan 3) menggambarkan
32
33
(describing) (Streubert & Carpenter, 2003). Tahap pertama yaitu intuisi, peneliti menjadi sepenuhnya terlibat dalam investigasi fenomena. Proses dimana peneliti mulai mengetahui tentang fenomena seperti yang dijelaskan oleh para informan, pengalaman kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana banjir. Tahap kedua yaitu analisis, yang melibatkan identifikasi esensi dari fenomena yang diteliti berdasarkan data yang diperoleh dan bagaimana data disajikan. Peneliti akan membedakan fenomena tersebut berkaitan dengan elemen atau unsur, peneliti juga mengeksplorasi hubungan dan koneksi dengan fenomena yang berdekatan yang dialami informan. Tahap ketiga yaitu deskripsi, merupakan bagian integral dari intuisi dan analisis. Meskipun ditangani secara terpisah, intuisi dan analisis sering terjadi secara bersamaan. Pada tahap deskripsi peneliti akan mengkomunikasikan dan membawa ke penjelasan tertulis dan lisan yang berbeda, juga elemen-elemen penting dari fenomena
tersebut.
Peneliti
akan
menguraikan
penjelasan
dengan
mengklasifikasikan atau mengelompokan pada tiap fenomena tersebut. Melalui pendekatan ini diharapkan dapat menggali informasi mengenai pengalaman kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi banjir di RT 001 RW 012 Kelurahan Bintaro Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan. B. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di RT 001 RW 012 Kelurahan Bintaro Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan pada bulan Juli 2015. Jumlah warga yang terkena banjir di RT 001 RW 012 kelurahan Bintaro yaitu sekitar 57 KK (Kepala Keluarga) (Laporan Kependudukan RT 001 RW 012 tahun 2014).
34
C. Informan Penelitian Informan pada penelitian ini adalah warga yang terkena banjir yang berada di wilayah RT 001 RW 012 Kelurahan Bintaro. Pemilihan informan pada penelitian ini menggunakan teknik Purposive sampling, dengan prinsip kesesuaian (appropriateness) dan kecukupan (adequancy). Teknik purposive sampling
adalah
teknik
pengambilan
sampel
sumber
data
dengan
pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2010). Informan artinya individu yang memberikan informasi dalam menjawab pertanyaan – pertanyaan penelitian. Penentuan teknik pengambilan sampel atau informan ini bergantung pada topik dan tujuan penelitian itu sendiri. Informan dalam penelitian ini yaitu warga yang terkena bencana banjir yang berada di RT 001 RW 012 Kelurahan Bintaro dengan kriteria : a. Informan yang diwawancarai dalam 1 KK yaitu suami atau istri b. Informan adalah masyarakat di RT 001 RW 012 dan pernah mengalami banjir c. Dapat berkomunikasi dengan baik sehingga dapat menjawab semua pertanyaan peneliti D. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data yaitu tahapan kajian dengan mencari dan mengumpulkan data dari informan atau sampel. Berkenaan dengan upaya pengumpulan data, terdapat setidaknya dua hal yang sangat menentukan kualitas dari data, yakni teknik pengumpulan data dan alat (instrument) yang digunakan (Sugiyono, 2005). Teknik pengumpulan data melibatkan prosedur standar metode, seperti wawancara mendalam (in-depth interview), focus group interview dan observasi.
35
Dalam memperoleh data yang dibutuhkan sebagai bahan pembuatan laporan penelitian, ada beberapa teknik, cara, metode yang dilakukan oleh peneliti yang disesuaikan dengan penelitian kualitatif. Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti langsung, pada penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan dengan cara : 1. FGD (Focus Group Discussion) Diskusi kelompok terarah atau Focus Group Discussion (FGD) adalah suatu proses pengumpulan informasi suatu masalah tertentu yang sangat spesifik melalui diskusi kelompok (Irwanto, 1998). Metode FGD merupakan salah satu metode pengumpulan data penelitian dengan hasil akhir memberikan data yang berasal dari hasil interaksi sejumlah partisipan suatu penelitian, seperti umumnya metode-metode pengumpulan data lainnya (Afiyanti, 2008). 2. Catatan Lapangan (Field Note) Catatan lapangan, menurut (Bogdan dan Biklen 1982 dalam Moleong 2013) merupakan catatan tertulis tentang apa yang didengar, dilihat, dialami, dan dipikirkan dalam rangka pengumpulan data dan refleksi terhadap data dalam penelitian kualitatif. Catatan itu berupa coretan seperlunya yang sangat dipersingkat, berisi kata-kata kunci, frasa, pokok-pokok isi pembicaraan atau pengamatan, misalnya gambar, sketsa, sosiogram, diagram dan lain-lain. Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Juli tahun 2015. Penelitian ini menggunakan instrument seperti alat pencatat, alat perekam video (handycam), alat perekam suara (tape recorder), pedoman diskusi kelompok dan catatan lapangan.
36
Langkah – langkah tahap pengumpulan data : a. Setelah proposal penelitian disetujui oleh penguji, peneliti mengajukan surat permohonan ijin penelitian ke Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. b. Peneliti menyerahkan surat permohonan ijin penelitian kepada Kepala Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik kota Administrasi Jakarta Selatan. c. Setelah surat permohonan ijin penelitian disetujui oleh Kepala Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik kota Administrasi Jakarta Selatan, peneliti mengajukan permohonan ijin penelitian ke Kepala Kelurahan Bintaro Jakarta Selatan d. Setelah ijin penelitian disetujui oleh Kepala Kelurahan Bintaro Jakarta Selatan, peneliti diberikan surat pengantar penelitian oleh Kepala Seksi Satuan Pelaksana PTSP Kelurahan Bintaro untuk diajukan ke ketua RT 001 dan RW 012 Kelurahan Bintaro e. Setelah ijin penelitian disetujui oleh ketua RW dan RT, selanjutnya peneliti mendata informan yang sesuai dengan kriteria penelitian dan kemudian memberikan penjelasan kepada informan mengenai tujuan penelitian, manfaat, prosedur, jumlah informan, etika penelitian dan inform consent. f. Jika calon informan bersedia menjadi informan, mereka dapat membaca lembar persetujuan kemudian menandatanganinya. g. Setelah
informan
menandatangani
lembar
persetujuan,
informan
selanjutnya diberikan penjelasan mengenai cara pelaksanaan FGD dan
37
informan dianjurkan bertanya apabila ada pertanyaan ataupun pernyataan yang kurang jelas. E. Teknik Validasi Data Data dapat dinyatakan valid apabila tidak ada perbedaan antara yang dilaporkan peneliti dengan apa yang sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti (Sugiyono, 2011). Pada penelitian kualitatif banyak hasil penelitian yang diragukan kebenarannya karena beberapa hal, seperti subjektivitas peneliti yang dominan pada penelitian, alat penelitian yang digunakan adalah wawancara dan observasi yang memiliki kelemahan karena dilakukan secara terbuka dan tanpa control (observasi partisipatif), dan sumber data kualitatif yang kurang credible akan memengaruhi hasil akurasi penelitian (Bungin, 2011). Oleh karena itu, untuk menghindari ketidakvalidan dan ketidaksesuaian instrumen penelitian maka dilakukan uji validitas dan uji kredibilitas. Uji validitas pada penelitian kualitatif meliputi uji, credibility (validitas internal), transferability
(validitas
eksternal),
dependability
(reliabilitas),
dan
confirmability (obyektivitas) (Sugiyono 2011, Moleong 2013). 1. Uji Kredibilitas Setiap
penelitian
harus
dipertanggungjawabkan.
memiliki Kredibilitas
kredibilitas penelitian
sehingga kualitatif
dapat adalah
keberhasilan mencapai maksud mengeksplorasi masalah yang majemuk atau keterpercayaan terhadap hasil data penelitian. Uji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian kualitatif dapat dilakukan dengan cara :
38
a. Perpanjangan pengamatan
pengamatan yang
berarti
,peneliti kembali
melakukan ke
lapangan,
perpanjangan melakukan
pengamatan, wawancara lagi dengan sumber data yang pernah ditemui maupun yang baru (Sugiyono, 2011). Bersama informan di lapangan akan membantu peneliti memahami budaya dan tradisi informan, memahami makna-makna budaya, makna simbol, dan berbagai makna lainnya yang hidup dan tumbuh di masyarakat dimana informan hidup bersama peneliti (Bungin, 2011). b. Peningkatan ketekunan, berarti melakukan pengamatan secara lebih cermat dan terus-menerus (Sugiyono, 2011). Dengan meningkatkan ketekunan pengamatan, maka peneliti dapat melakukan pengecekan kembali apakah data yang telah ditemukan itu salah atau tidak dan validitas data dapat ditingkatkan pula. c. Triangulasi, merupakan teknik pemeriksaan validitas data yang memanfaatkan sesuatu yang lain (Moleong, 2013). Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu (Sugiyono, 2011). d. Peer debriefing (pengecekan melalui diskusi) yaitu dengan cara mengekspos hasil sementara atau hasil akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi dengan rekan-rekan sejawat yang ahli dalam penelitian kualitatif.
39
e. Mengadakan member check, yaitu dengan menguji kemungkinan data yang diperoleh berbeda, sehingga data yang diperoleh sesuai dengan apa yang dimaksud oleh informan. Penelitian yang dilakukan oleh peneliti menggunakan kredibilitas Peer debriefing. Data dikumpulkan peneliti untuk dibuat transkrip data. Data yang sudah dibuatkan transkrip
kemudian dibicarakan dan
didiskusikan oleh pembimbing tentang hal-hal yang dialami informan. 2. Transferabilitas (Transferability) Transferabilitas dapat diartikan sebagai hasil dari penelitian yang dapat diterapkan atau digunakan ditempat lain (Sugiyono, 2011). Hasil penelitian kualitatif dapat dikatakan memiliki standar transferabilitas tinggi bilamana para pembaca laporan penelitian memperoleh gambaran dan pemahaman yang jelas tentang konteks dan fokus penelitian (Bungin, 2008). Peneliti dalam membuat laporan harus memberikan uraian yang rinci, jelas, sistematis dan dapat dipercaya. 3. Dependabilitas (dependabality) Dalam penelitian kualitatif, jika dua atau beberapa kali diadakan pengulangan suatu studi dalam suatu kondisi yang sama dan hasilnya secara esensial sama, maka dikatakan reliabilitasnya tercapai (Moleong, 2013). Pada penelitian ini, peneliti membuat transkrip data secara singkat, maksud, tujuan, proses dan hasil penelitian. Uji dependability dilakukan dengan melakukan audit
terhadap
keseluruhan proses penelitian
(Sugiyono, 2011). Dalam hal ini auditor eksternal yang diikutsertakan adalah pembimbing dari peneliti yang menguji keakuratan data melalui
40
seluruh pencatatan yang dilakukan dan bahan-bahan yang diperlukan (hasil rekaman, catatan lapangan, foto dan dokumen). 4. Konfirmabilitas (konfirmability) Penelitian dikatakan konfirmabilitas (obyektif) bila hasil penelitian telah disepakati banyak orang, bergantung pada data itu sendiri dan dapat dibuktikan kebenarannya (Sugiyono, 2011; Moleong, 2013). Dalam penelitian kualitatif, uji konfirmabiltas mirip dengan uji dependabilitas, sehinggga pengujiannya dapat dilakukan secara bersamaan. Pada penelitian ini, uji konfirmabilitas yaitu dengan menguji hasil penelitian yang dikaitkan dengan proses yang dilakukan. Hasil penelitian yang dilakukan nantinya dikoreksi oleh pembimbing, untuk menjamin apakah hasil temuan itu benar-benar dari data, menelusuri data mentah yang dibuat peneliti, melihat derajat ketelitian peneliti dan menelaah dalam melakukan keabsahan data. F. Teknik Analisis Data Analisa data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lain (Sugiyono 2013). Analisis data kualitatif (Bogdan & Biklen, 1982 dalam Moleong 2013) adalah upaya
yang dilakukan dengan
jalan bekerja
dengan data,
mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat
41
dikelola, mensitesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain. Pada penelitian ini peneliti menggunakan teknik analisa menurut (Streubert & Carpenter, 2003) Langkah-langkah analisis data kualitatif : 1. Peneliti mulai mengorganisasikan semua data atau gambaran menyeluruh tentang
fenomena
yang
diteliti
yaitu
pengalaman
kesiapsiagaan
masyarakat dalam menghadapi bencana banjir. 2. Membaca data secara keseluruhan dan membuat catatan pinggir mengenai gambaran para informan mengenai pengalaman kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana banjir, data yang dianggap penting kemudian diberi tanda. 3. Membaca semua gambaran semua partisipan secara berulang-ulang dari fenomena yang dialami informan mengenai pengalaman kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana banjir. 4. Mengulang catatan asli dan kutipan pertanyaan penting dengan mengelompokkan kata kunci dari para informan mengenai pengalaman kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana banjir. 5. Mengatur kumpulan membentuk pengertian dari kelompok tema dengan membuat kategori-kategori. 6. Peneliti kemudian menulis gambaran tempat dan merumuskan tema. 7. Mengintegrasi hasil analisis ke dalam bentuk deskriptif, dimana peneliti merangkai tema yang ditemukan selama proses analisis data dan
42
menuliskannya dalam bentuk deskripsi
yang terkait pengalaman
kesiapsiagaan masayarakat dalam menghadapi bencana banjir. 8. Peneliti mengulang validasi data ke informan atas gambaran yang diberikan untuk mengklarifikasi data hasil penelitian. 9. Jika data baru ditanyakan selama validasi, gabungkan sehingga menjadi gambaran yang lengkap ( Streubert dan Carpenter, 2003). G. Etika Penelitian Dalam sebuah penelitian, etika penelitian harus dijunjung tinggi, dan seorang peneliti harus memegang teguh prinsip tersebut seperti yang dikemukakan oleh (Notoatmodjo, 2010) diantaranya : 1. Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human dignity) Dalam melakukan penelitian, peneliti harus memberitahu mengenai tujuan, manfaat penelitian tersebut dilakukan, memberikan kebebasan untuk memberikan informasi atau tidak memberikan informasi, dan melakukan inform consent pada informan. 2. Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek penelitian (respect for privacy and confidentiality) Kerahasiaan pada suatu penelitian sangat dihormati sehingga peneliti tidak boleh memberikan informasi mengenai identitas dan kerahasiaan identitas informan. Peneliti sebaiknya cukup menggunakan kode sebagai pengganti identitas informan. 3. Keadilan
dan
inclusiveness)
inklusivitas/keterbukaan
(respect
for
justice
an
43
Pada penelitian, prinsip keterbukaan dan keadilan perlu diperhatikan oleh peneliti dengan kejujuran, keterbukaan dan kehati-hatian. Menjelaskan prosedur penelitian berarti memenuhi prinsip keterbukaan dan menjamin bahwa semua informan penelitian memperoleh perlakukan dan keuntungan yang sama, tanpa membedakan gender, agama, etnis dan sebagainya yang berarti memenuhi prinsip keadilan. 4. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (balancing harms and benefits) Pada penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat semaksimal mungkin bagi masyarakat pada umumnya dan informan penelitian pada khususnya. Peneliti hendaknya berusaha untuk meminimalisir dampak yang merugikan informan.
BAB V HASIL PENELITIAN
Bab ini menguraikan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti kepada informan dengan proses analisa data dari hasil diskusi kelompok (FGD) dan catatan lapangan, pada saat melakukan analisa data ditemukan beberapa tematema esensial yang selanjutnya dideskripsikan oleh peneliti dalam bentuk naratif pada penyajian hasil penelitian sebagai berikut. Penyajian hasil penelitian ini dibagi menjadi dua bagian. Bagian pertama menguraikan gambaran umum wilayah penelitian. Bagian kedua berisi hasil penelitian meliputi karakteristik informan dan hasil analisis tematik pengalaman kesiapsiagaan, masyarakat dalam menghadapi bencana banjir, paparan hasil penelitian ini dideskripsikan berdasarkan hasil diskusi kelompok (FGD) yang disusun berdasarkan tema yang ditemukan. A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian Kelurahan Bintaro merupakan salah satu Kelurahan yang ada di Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan dengan luas 4,56 km2 dari seluruh wilayah kecamatan Pesanggrahan terdiri dari 15 RW dan 142 RT dengan total jumlah penduduk sebanyak 55.466 jiwa. Adapun batas- batasnya sebelah utara kelurahan Kebayoran lama utara dan Kebayoran lama selatan, sebelah barat kelurahan Pesanggrahan, Kota Tangerang Selatan dan Kota Tangerang dan sebelah timur berbatasan dengan kelurahan Pondok Pinang. (Laporan kependudukan Kelurahan Bintaro tahun 2014)
44
45
Bencana banjir yang terjadi di Kelurahan Bintaro, sedikitnya lima RW terendam banjir dengan ketinggian rata – rata air banjir mencapai 4 (empat) meter. Banjir yang terjadi di kelurahan Bintaro khususnya RT 001 RW 012 terjadi sejak tahun 1985 dengan tinggi kisaran tiga sampai empat meter, terulang besar tahun 1987 tercapai dua sampai dua setengah meter,terjadi yang besar lagi tahun 2002 tercapai tiga sampai empat meter, terulang lagi tahun 2007 tertinggi tiga meter terendah dua mter, selebihnya terjadi tiap tahun dengan rata-rata ketinggiannya sekitar satu meter. B. Karakteristik Informan Sebanyak enam informan berpartisipasi dalam penelitian ini. Semua informan adalah masyarakat yang pernah mengalami bencana banjir yang bertempat tinggal di wilayah RT 001 Kelurahan Bintaro Kecamatan Pesanggrahan, Jakarta Selatan. Adapun karakteristik dari informan sebagai berikut : Kode Usia informan I1 I2 I3 I4 I5 I6
Pendidikan Pekerjaan terakhir
39 tahun SMU Ibu rumah tangga 47 tahun S1 Guru 60 tahun SMA Buruh harian 39 tahun SMA Karyawan swasta 36 tahun S1 Guru 51 tahun SD Wiraswasta Tabel 5 - 1 Kara kteristik informan
Waktu mengalami banjir Tahun 2013 Tahun 1993 Tahun 2002 Tahun 2002 Tahun 1990 Tahun 1985
C. Hasil Analisis Tematik Hasil analisis tematik ini menjelaskan empat tema yang didapatkan dalam penelitian ini. Berbagai tema yang diperoleh terkait dengan pengalaman kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana banjir sebagai berikut : 1) Dampak banjir yang dialami oleh masyarakat; 2) Sumber pengetahuan yang
46
diperoleh masyarakat tentang program penanggulangan banjir; 3) Upaya masyarakat dalam menghadapi bencana banjir; 4) Peran pemerintah terhadap upaya kesiapsiagaan bencana banjir. Tema 1. Dampak banjir yang dialami oleh masyarakat Bencana banjir menimbulkan berbagai dampak bagi masyarakat seperti terjadinya
berbagai
kerusakan,
terganggunya
aktifitas
masyarakat,
menurunnya kegiatan perekonomian, timbulnya berbagai penyakit, hingga menimbulkan kematian yang disebabkan oleh banjir.Informan dalam penelitian ini memaparkan adanya dampak yang dialami oleh masyarakat selama mengalami banjir. Adapun dampak yang dialami meliputi : 1) Rusaknya bangunan dan perabotan rumah; 2) Rusaknya tempat ibadah; 3) Terbentuknya kesadaran masyarakat; 4) Menjadi terbiasa; 5) Masyarakat bisa memprediksi datangnya banjir dengan sendiri; 6) Perasaan yang dirasakan 1. Rusaknya bangunan dan perabotan rumah Satu dari enam informan mengungkapkan yang dirasakan masyarakat yaitu kerusakan bangunan dan perabotan rumah, kerusakan yang terjadi seperti jebolnya rumah dan terendamnya barang – barang yang belum sempat diselamatkan masyarakat. Berikut ungkapan informan tersebut : “dulu kan bahaya ya, di rumah saya sendiri sempat jebol kan.. kalo dulu kan yang namanya kulkas, tv pada ngmbang semua” (I4) 2. Rusaknya tempat ibadah Tiga dari enam informan mengungkapkan dampak yang dialami oleh masyarakat selama mengalami banjir salah satunya adalah terjadinya kerusakan sarana umum, seperti masjid yang terkena banjir setinggi satu meter, berikut ini salah satu ungkapan dari informan tersebut :
47
“….karena kalo banjir gede itu juga sempet aula itu masjid itu sampai 1 meter” (I2) “Masjid itu pernah kena 1 meter itu… 2 kali” (I6) 3. Terbentuk dengan sendirinya kesadaran masyarakat Satu dari enam informan mengatakan dampak yang ditimbulkan dari kejadian banjir membuat masyarakat memiliki kesadaran mengenai hal apa saja yang harus dilakukan saat terjadi banjir. Berikut ini adalah penuturannya : “Kesadaran masyarakatnya itu timbul sendiri.. oh harus begini.. harus begini.. harus begini” (I4) 4. Menjadi terbiasa Dampak dari kejadian banjir menurut dua informan, telah membuat mereka menjadi terbiasa saat mengalami kejadian banjir. Seperti ungkapan informan berikut: “…kita udah paham evakuasi yang paling mudah itu seperti apa gitu ya? Begitu ada banjir oh apa dulu yang naik, oh ini.. ini.. ini.. kita udah terbiasa, jadi udah gak terlalu paniklah” (I4) “iya udah.. lagi kita udah biasa” (I1) 5. Masyarakat mampu memprediksi datangnya banjir dengan sendiri Tiga dari enam informan mengungkapkan kejadian banjir membuat masyarakat dapat memprediksi datangnya banjir. Adapun ungkapan informan sebagai berikut : “Itu secara gak langsung sudah berguru dengan.. alam., nah itu, jadi perkiraan tertinggi sekian meter alat rumah sudah lebih dari itu” (I3) “udah tau nih, aer udah mau sampe ke rumah kita, gak ah masih jauh gitu. Udah kita bisa prediksi sendiri” (I1) “aernya.. oh ini gak bakalan nyampe rumah kita” (I6) 6. Perasaan yang dirasakan
48
Dua dari enam informan menjelaskan perasaan yang muncul saat terjadi banjir yaitu merasa cemas memikirkan jiwa, harta benda, banjir yang deras dan sulitnya mencari lahan parkir. Adapun ungkapan informan tersebut sebagai berikut : “kalo bicara banjir yang namanya aer itu kecemasan udah pasti ada, yang utama.. yang utama sekali itu adalah dibagian bapak-bapak. Apabila menjelang hari kerja, pada waktu saat hari kerja, kondisi sungai itu banjir. Sehingga dirumah yang ada cuman hanya seorang ibu dan anak-anak, barang tentu cemas itu pasti ada. Memikirkan jiwa.. memikirkan harta benda yang ada… ama yang cemas yang terakhir ya paling itu pak apa itu salah satunya banjir…. untuk mencari lahan parkir yang punya baik motor maupun mobil karena main dulu-duluan. Kecemasan kadang-kadang ada di tv juga taro dimana nih motor taro dimana nih mobil aman apa enggak? Ya kan kayak gitu” (I6) “kalo dulu cemas kenapa, karena banjirnya kan deres… dulu kan bahaya ya, dirumah saya sendiri sempat jebol kan” (I4) Sebagian besar informan mengungkapkan perasaan takut saat terjadi banjir dikarenakan derasnya arus air di kali sama dengan yang terjadi dirumah. Sebagaimana ungkapan informan tersebut : “…dulu itu kan dangkal sekali airnya, jadi begitu air meluap itu kali benerbener pindah.. pindah jalur bukan hanya kali doang tapi kampungnya. Jadi deresnya air di kali dengan di rumah kita itu hampir sama arusnya itu, karena emang.. emang meluap gitu, bukan.. bukan bukan rembes atau apa bukan emang pindah kali itu (I4) Satu informan juga mengungkapkan perasaan yang muncul saat terjadi banjir yaitu merasa bingung apa yang harus dilakukan. Seperti ungkapan informan sebagai berikut : “…beda dengan dulu tahun tahun 97 mungkin, 2002 aaa… saya sendiri ngerasain gitu apa yang harus dilakukan juga bingung begitu datang banjir dengan waktu cuma berapa menit itu udah tinggi satu meter itu apa yang dilakukan? Makanya semua barang-barang kerendem…” (I4)
49
Empat dari enam informan mengekspreksikan perasaan menyesal saat terjadi banjir, mereka menyesal dikarenakan tidak menerima ganti rugi pembelian lahan untuk rumah pompa. Dibawah ini penuturannya : “bahkan itu pun juga yang jadi permasalahan sebenarnya rakyat pada waktu itu, tidak ada ganti rugi sama sekali.. sepeser pun tidak menerima ganti rugi, termasuk kami kena pertama...” (I6) Semua informan mengatakan merasa senang saat terjadi banjir sebab, banjir tidak lagi menakutkan seperti dulu yang pindah ke perkampungan. Mereka mengungkapkan banjir yang terjadi sekarang ini lebih menyenangkan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, seperti ungkapan salah satu informan : “kalo banjir tuh anak-anak seneng”(I1) “seneng bisa renang” (I4) “seneng banyak ikan”(I5) “tetapi, dibandingkan tahun-tahun yang lalu untuk aaa.. lima tujuh tahun aaa… ke belakang, enam tujuh tahun kedepan ini lebih… menyenangkan dibandingkan dulu-dulunya”(I6)
Tema 2. Sumber pengetahuan yang diperoleh masyarakat tentang program penanggulangan banjir Pengetahuan merupakan suatu informasi yang didapatkan dari pengalaman-pengalaman yang pernah dialami. Hasil diskusi kelompok (FGD) kepada
enam
informan
mengenai
sumber
pengetahuan
program
penanggulangan banjir yang diperoleh selama mengalami kejadian banjir, pengetahuan didapatkan dari : 1) Pengalaman melewati kejadian banjir; 2) Media massa televisi dan koran; 3) Wawasan dari Tim SAR; 4) Penyuluhan dari RT dan Kelurahan; 5) Tim siap siaga bencana dompet dhuafa 1. Pengalaman melewati kejadian banjir
50
Semua informan mengatakan memperoleh pengetahuan mengenai kesiapsiagaan bencana banjir berdasarkan pengalaman kejadian banjir yang pernah dialami. berikut ungkapan salah satu informan : “…program yang terstruktur mungkin sampai saat ini pun sebagai warga ya kita juga belum tahu sebenarnya program yang penanggulangan banjir tuh yang terstruktur dari Pemerintah atau apa prosedur-prosedurnya kita juga sebenarnya sih belum ngerti ke arah sana. Apakah ada atau gak kita juga gak paham, yang ada yang kita rasakan adalah setiap banjir yang dilakukan paling awal adalah evakuasi” (I4) 2. Media massa televisi dan koran Dua dari enam informan mengungkapkan mendapatkan pengetahuan mengenai kesiapsiagaan banjir dari media massa seperti koran dan televisi. Berikut ini penuturannya : “dari media koran, televisi…” (I1) 3. Wawasan dari Tim SAR Satu dari enam informan yaitu bapak A (51 tahun) mengatakan bahwa sumber pengetahuan tentang program penanggulangan banjir diperoleh dari tim SAR dan pihak posko banjir seperti memberikan wawasan dalam melakukan pertolongan, berikut ungkapannya : “untuk penanggulangan banjir itu emang ada datangnya dari pihak tim SAR, itu diberikan wawasan apabila mengadakan pertolongan untuk khususnya yang suka kejebak-kejebak banjir atau yang listrik belum dimatikan… yang jelas datangnya adalah untuk memberikan saran-saran datangnya itu dari tim SAR, pihak aaa… pihak posko banjir” (I6) 4. Penyuluhan dari RT dan Kelurahan Semua informan mengatakan bahwa sumber pengetahuan mengenai kesiapsiagaan menghadapi bencana banjir diperoleh dari pemerintah melalui penyuluhan dari pihak RT atau kelurahan. Berikut ungkapannya : “…penyuluhan dari RT atau kelurahan…” (I1)
51
“dari RT setempat” (I2) 5. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dompet dhuafa Satu dari enam informan mengungkapkan memperoleh informasi tentang kesiapsiagaan bencana banjir dari lembaga swadaya masyarakat dompet dhuafa. Seperti ungkapan berikut : “dari tim siap siaga bencana dompet dhuafa…”(I5) Tema 3. Upaya Kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana banjir Berbagai upaya kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana banjir berbeda-beda sesuai dengan pengalaman yang dirasakan selama kejadian banjir. Upaya kesiapsiagaan masyarakat meliputi : 1) Membersihkan lingkungan dan membuang sampah pada tempatnya; 2) Evakuasi diri; 3) Menaikkan barang – barang; 4) Membersihkan lantai dan perabotan rumah 1. Membersihkan lingkungan dan membuang sampah pada tempatnya Banjir tidak sepenuhnya dapat dihindari, namun masyarakat dapat melakukan tindakan – tindakan untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan. Dua dari enam informan menuturkan tindakan pencegahan yang dilakukan diantaranya membersihkan lingkungan dan membuang sampah pada tempatnya. Berikut ungkapan dari salah satu informan : “membersihkan lingkungan dari sampah-sampah” (I1) “membersihkan lingkungan dan membuang sampah pada tempatnya” (I2)
52
2. Evakuasi Diri Semua informan memaparkan upaya yang paling utama dilakukan saat terjadi banjir yaitu evakuasi. Berikut ungkapan dari salah satu informan tersebut : “…setiap ada banjir yang di lakukan paling awal adalah evakuasi...” (I4) “ya upayanya yang udah pernah dilakukan banjir itu apabila banjir datang ya artinya yang paling utama sekali yaitu kita kontrol warga ada yang kejebak atau tidak nih…” (I6) 3. Menaikkan barang – barang Bagian lainnya dari upaya kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana banjir yaitu dengan menaikkan barang-barang atau perabotan rumah, seperti ungkapan informan berikut ini : “persiapannya ditaek-taekin perabotan” (I6) “... kita udah mengkondisikan untuk banjir kalo nyimpen tv tuh ya paling enggak satu meter diataslah, colokan listrik gak ada yang dibawah pasti semua diatas gitu. Di atas pasti ada rak-rak untuk nyimpen barangbarang…” (I4) “…nah itu.. jadi prediksi saya kalo sudah musim mendung alat dirumah sudah mulai dinaikin…” (I3) “upaya meninggikan lantai, membuat para-para buat menaro barangbarang” (I5) 4. Membersihkan lantai dan perabotan rumah Upaya yang dilakukan sesudah terjadi banjir salah satunya adalah membersihkan lantai dan perabotan rumah.
Seperti ungkapan salah satu
informan berikut ini : “ramenya sambil bersih-bersih… Kalo banjir tuh sekalian bersihin rumah, kalo gak banjir kita gak bisa bersihin rumah… Kekeluargaannya juga ada loh kalo banjir… kebersamaannya malah ada” (I1)
53
“mungkin rumah kita kotor selama ini gak pernah di pel gitu ya, karena kan ibu – ibu biasanya sebagian males – males kalo ngepel rumah hahaha” (I6) “kapan lagi bersihin kulkas ya?ngepel masal lagi ya? Ngepel masal ya jadi gak capek haha” (I4) Tema 4. Peran pemerintah terhadap upaya kesiapsiagaan bencana banjir Ketika terjadi bencana banjir, pemerintah memiliki peranan penting didalamnya untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan, dalam studi ini didapatkan beberapa upaya yang telah dilakukan pemerintah meliputi : 1) Pembuatan tanggul; 2) Pengerukan kali; 3) Pengadaan rumah pompa; 4) Relokasi pemukiman; 5) Disiapkan Tim penanggulangan banjir; 6) Tersedianya dapur umum dan logistik; 7) Pengadaan alat – alat banjir; 8) Layanan kesehatan puskesmas 1. Pembuatan tanggul Lima dari enam informan menyatakan peran pemerintah dalam hal ini, salah satunya adalah pembuatan tangggul pertama. Berikut ini penuturannya : “kalo persiapannya mungkin ada dari boleh disebutkan ini karena juga persiapan pertama kan memang awalnya datangnya dari pemerintah ya bu ya? Nah itu tahun 1994. Itu adalah pembuatan tanggul. Nah itu pembutaan tanggul pertama” (I6) “karena sistem penanggulangan kan waktu itu kan hanya pake pondasi biasa ya, ga pake.. pancang-pancang ke bawah. Jadi, tanah itu kan ke gerus air – ke gerus air jadi bolong dari bawah itu, itu.. yaitu emang.. emang aaa… konstruksinya seperti itu dulu gitu.. kalo.. kalo konstruksi aaa… standarnya tanggul sekarang kan mesti pake tiang pancang ya terus di tancep ke bawah jadi ga ada kebocoran… (I4) 2. Pengerukan kali Semua informan mengatakan bahwa peran pemerintah dalam hal penanggulangan infrastruktur yaitu pengerukan kali. Berikut ini salah satu ungkapan informan tersebut :
54
“asal tiap tahun dikeruk”(I5) “yang paling signifikan untuk merubah arus aer itu ya waktu itu ya, itu pengerukan. pengerukan kali itu sangat-sangat aaa… bermanfaat…” (I4) 3. Pengadaan rumah pompa Peran pemerintah yang lainnya yaitu pengadaan rumah pompa yang berfungsi untuk mengurangi debit air sungai saat terjadi banjir. Berikut ungkapannya : “…akhirnya sehingga memang struktur tambahan dari pemerintah pak RT ya, itu mendapatkan pompa yang pompa mobil sebutannya…” (I6) “membuat rumah pompa atau sedot air” (I5) “mungkin yang lebih mengena lagi mungkin aaa… fungsi dari pompa itu setelah banjir itu terjadi, ya pada saat air datang itu pompa susah untuk aaa… berfungsi karena emang aer lagi masuk. Nah begitu masuk, nah untuk mengurangin biar segera kering nah itu pompa baru berfungsi” (I4) 4. Relokasi pemukiman Keenam informan menyebutkan sebagian wilayah di RT 001 akan dilakukan perluasan kali yang akan berdampak penggusuran beberapa rumah. Berikut ini salah satu ungkapan dari informan berikut : “terus ada isu lagi kita mau digusur” (I2) “ada juga tadinya wacana pengurus RT 01 ini, wacananya tadinya mba… akan berusaha untuk membuat aula yang datarannya tinggi. Pada waktu itu juga udah sempat lapor ke… kecamatan ke kelurahan. Tapi akhirnya setelah mendapatkan informasi tahun 2013 awal bulan Februari tanggal 5 itu adalah warga RT 01 tuh sebagian akan kena peluasan kali.. pelebaran kali…” (I6) 5. Disiapkan Tim Penanggulangan Banjir Bagian lainnya seperti yang diungkapkan salah satu informan ibu I (47 tahun) dan bapak A (51 tahun) mengungkapkan adanya tim penanggulangan banjir sebagai salah satu upaya dalam pengurangan risiko banjir. Berikut ungkapnya:
55
“sampai kita pernah kan Yusep ya kita ini ada tim, tim penanggulangan banjir, tim SAR… karena mungkin sekarang udah ada tuh tim pembersih kali ya, jadi saluran gotnya lancar, kalinya lancar” (I2) “kita ini ada tim penanggulangan banjir satkorlaknya memang ada…” (I6) 6. Pengadaan alat-alat banjir Tiga informan mengatakan pengadaan alat-alat yang dipersiapkan pemerintah dalam upaya penanggulangan banjir adalah perahu, tambang, dan ambulan. Seperti ungkapan salah satu informan berikut ini : “ya… sediain perahu…” (I2) “persiapannya adalah perahu ama tambang… pernah juga terjadi pak RT ya tahun 2002 ama tahun 2007 itu disiapkan mohon maaf tidak mengharapkan warganya ada hal-hal yang terjadi yang diinginkan tapi karena itu memang kondisinya udah sangat-sangat mengkhwatirkan akhirnya sehingga dari pihak pemerintah sendiri juga menyediakan apa itu.. kendaraan untuk ambulan apabila takut nanti warganya itu ada yang kena sakit atau apa.. itu persiapan dari pemerintah…” (I6) 7. Tersedianya dapur umum dan logistik Informan dalam penelitian ini mengungkapkan adanya kesiapsiagaaan yang dilakukan oleh pemerintah dalam menghadapi bencana banjir salah satunya adalah dapur umum, seperti ungkapan salah satu ungkapan informan berikut : “… jadi ya apabila kita dadakan- dadakan itulah ya struktur tambahan intinya daripada dapur umum dan pukesmas sampai akhirnya, pukesmas memang setiap banjir memang… selalu siap, selalu ada…” (I6) “…untuk penanggulangan yang sosialnya mungkin ya yang, yang sudah rutin dilakukan warga setiap ada banjir adalah dapur umum terus penyimpan aaa… lahan untuk pengungsian, yang biasanya di konsentrasikan di aaa… aula masjid…” (I4) Tiga dari enam informan menyatakan bantuan pemerintah yaitu pertolongan pertama adalah air mineral dan makanan ringan seperti yang diungkapkan oleh salah satu informan Bapak A (51 tahun) sebagai berikut :
56
“…mungkin kalo memang udah ada yang ngungsi ada posko ya mungkin sedikit banyaknya memang ada bantuan dari pemerintah tuh ya pertolongan yang paling pertama itu adalah air mineral ama makanan ringan artinya macem kayak kue paling biskuit atau indomie itu penanggulangan dari pihak pemerintah…” (I6) 8. Layanan kesehatan puskesmas Salah satu upaya yang dilakukan Pemerintah untuk memenuhi kebutuhan dasar korban bencana yang selamat, maka dilakukan tindakan tanggap
darurat.
Tindakan
tanggap
darurat
yang
dilakukan
yaitu
disediakannya layanan kesehatan puskesmas. Peran layanan kesehatan sangat penting bagi masyarakat saat terjadi banjir untuk mengurangi dampak penyakit pasca banjir. Tiga informan lain mengungkapkan penanggulangan sosial yang lainnya yaitu layanan kesehatan puskesmas. Berikut penuturannya : “…gak kalah pentingnya itu puskesmas, jadi setiap banjir ada pengobatan gratis, dari puskesmas menyiapkan obat-obat udah ada. pengobatan gratis, obat-obat juga ada, emang mereka yang paling diperhatiin balita, khusus balita ada susunya ada” (I2) “kesiapsiagaan itu kalo dari pemerintah ya, menyediakan aaa… apa sarana ya itu tadi macam kayak perahu karet terus puskesmas, posko untuk mengadakan layanan kesehatan itu posko kesehatan ya…” (I6) “…peran puskesmas yang penting, dampak penyakit pasca banjir” (I1)
BAB VI PEMBAHASAN
Bab ini menguraikan beberapa bagian yang terkait dengan hasil penelitian yang telah diperoleh. Bagian pertama menguraikan pembahasan hasil penelitian, yaitu membandingkan dengan konsep, teori, dan berbagai penelitian sebelumnya, yang terkait dengan hasil penelitian ini untuk memperkuat pembahasan dan interpretasi hasil penelitian. Bagian kedua adalah menjabarkan berbagai keterbatasan selama proses penelitian dengan membandingkan pengalaman selama proses penelitian yang telah dilakukan dengan proses yang seharusnya dilakukan sesuai dengan aturan. Bagian ketiga menguraikan tentang implikasi penelitian sesuai hasil penelitian yang telah dilakukan bagi ilmu keperawatan baik dalam pelayanan dan perkembangan ilmu pengetahuan serta pendidikan keperawatan. A. Interpretasi Hasil Penelitian dan Diskusi Penelitian ini menghasilkan empat tema. Beberapa diantaranya memiliki sub tema dengan beberapa kategori makna tertentu. Tema tersebut teridentifikasi berdasarkan tujuan penelitian. Berikut penjelasan secara rinci untuk masing-masing tema yang dihasilkan dari penelitian ini : Tema 1. Dampak banjir yang dialami oleh masyarakat Akibat hujan yang terus-menerus yang disebabkan oleh tingginya permukaan volume sungai dapat mengakibatkan bencana banjir. Setiap bencana termasuk banjir, tentu saja menimbulkan beragam dampak, pada 57
58
penelitian ini dampak yang dirasakan masyarakat akibat terjadinya banjir diantaranya : 1) Rusaknya bangunan dan perabotan rumah; 2) Rusaknya tempat ibadah; 3) Terbentuknya kesadaran masyarakat; 4) Menjadi terbiasa; 5) Masyarakat mampu memprediksi datangnya banjir dengan sendiri; 6) Perasaan yang dirasakan
Rusaknya bangunan dan perabotan rumah Dampak banjir yang dialami masyarakat salah satunya mengakibatkan kerusakan. Hasil penelitian ini ditemukan bahwa terjadi kerusakan bangunan dan perabotan rumah, dimana tempat tinggal masyarakat mengalami kerusakan hingga berakibat jebol akibat terjangan arus air yang deras dan barang – barang terendam seperti televisi dan kulkas. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nurhaimi dan Rahayu (2014) melaporkan dampak banjir yang mereka rasakan adalah rusaknya bangunan rumah. Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Jurenzy (2011) yang menyatakan sebanyak 76,67 persen responden memilih akibat dari banjir adalah hanyutnya berbagai barang dan harta. Kerugian yang dialami oleh reponden rata-rata adalah hanyut dan rusaknya barang-barang berharga seperti barang-barang elektronik dan peralatan rumah tangga. Kodoatie dan Syarief (2006) memberikan beberapa contoh dampak atau kerugian banjir antara lain hilangnya nyawa atau terluka, hilangnya harta benda, kerusakan permukiman, kerusakan wilayah perdagangan, kerusakan wilayah industri, kerusakan areal pertanian, kerusakan system drainase dan
59
irigasi, kerusakan jalan dan rel kereta api, kerusakan jalan raya, jembatan, dan bandara, kerusakan system telekomunikasi.
Rusaknya tempat ibadah Dampak banjir tidak hanya merusak bangunan, tetapi juga berdampak secara fisik mengenai sarana dan prasarana umum seperti fasilitas pendidikan, kesehatan, sarana ibadah dan pelayanan publik. Pada penelitian ini, didapatkan hasil bahwa ketika banjir besar datang, air banjir bisa mengenai sekitar aula masjid hingga ketinggian 1 meter. Dalam hal ini, untuk mengembalikan fungsi pelayanan public maka diperlukan rehabilitasi. Menurut
BNPB
(2013)
rehabilitasi
bertujuan
mengembalikan
dan
memulihkan fungsi bangunan dan infrastruktur yang mendesak dilakukan untuk menindaklanjuti tahap tanggap darurat, seperti rahabilitasi bangunan ibadah, bangunan sekolah, infrsatruktur sosial dasar, serta prasarana dan sarana perekonomian yang sangat diperlukan.
Menjadi terbiasa Pada penelitian ini dua dari enam informan mengungkapkan kejadian banjir membuat mereka menjadi terbiasa dalam melakukan tindakan kesiapsiagaan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Sagala (2014) yang melaporkan riwayat bencana banjir yang telah lama terjadi di Kecamatan Baleendah menjadikan masyarakat telah terbiasa melakukan berbagai tindakan untuk mengurangi risiko yang mereka alami.Hal serupa juga ditemukan pada penelitian yang Awaliyah dkk (2014) yang menunjukkan
60
bahwa pengetahuan masyarakat dalam mitigasi bencana setelah banjir kategori tinggi karena sebagian besar masyarakat sudah menganggap bahwa bencana banjir sudah menjadi kebiasaan rutin yang terjadi saat musim hujan, kebiasaan ini sudah terjadi dalam waktu yang cukup lama sehingga mereka menganggap bencana banjir sudah menjadi bencana langganan mereka. . Clust, Human & Simpson (2007) berpendapat bahwa individu akan beradaptasi dan belajar selama terlibat dalam situasi bencana sehingga ancaman bencana akan direspon secara serius dan lebih efektif di masa depan.
Masyarakat mampu memprediksi datangnya banjir dengan sendiri Dampak kejadian banjir membuat masyarakat dapat memprediksi datangnya
banjir
sehingga
masyarakat
bisa
melakukan
tindakan
kesiapsiagaan lebih dini untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Jurenzy (2011) di Kelurahan Katulampa yang melaporkan bahwa apabila sudah ada tanda-tanda akan terjadinya banjir yaitu status ketinggian sungai sudah mencapai siaga 4 hampir seluruh responden menyatakan mereka akan memindahkan barangbarang berharga mereka ke tempat yang lebih aman. Hasil penelitian ini juga diperkuat oleh penelitian Dodon (2013) yang mengungkapkan bahwa sebagian besar masyarakat menjadikan intensitas lamanya hujan turun sebagai sumber informasi yang didasarkan dengan pengalaman mereka dalam menghadapi bencana banjir.
61
Masyarakat memerlukan sistem peringatan dini meliputi tanda peringatan dan distriusi informasi jika akan terjadi bencana. Sistem peringatan dini yang baik dapat mengurangi kerusakan yang dialami oleh masyarakat (Gissing dalam Sagala, 2014). Sistem yang baik ialah sistem dimana masyarakat juga mengerti informasi yang akan diberikan oleh tanda peringatan dini tersebut atau tahu apa yang harus dilakukan jika suatu saat tanda peringatan dini bencana berbunyi/menyala (Sutton dan Tierney, 2006).
Perasaan yang dirasakan Respon masyarakat dalam menghadapi bencana banjir sangat beragam, sesuai dengan pengalaman banjir yang dirasakan oleh masingmasing individu. Secara psikologis salah satu respon yang diungkapkan masyarakat dapat digambarkan melalui perasaan, perasaan yang muncul pada masyarakat dapat memberikan gambaran nyata mengenai perasaan yang dirasakan saat terjadi banjir. Menurut Yulaelawati & Usman (2008) pengalaman yang dirasakan individu saat terjadi bencana dapat membuat seseorang menajadi trauma terhadap bencana, respon yang ditunjukkan membuat seseorang menterjemahkan melalui ungkapan respon dan ekspresi, diantaranya marah, sedih, kehilangan, menyesal hingga depresi. Kejadian banjir seharusnya menjadikan masyarakat waspada terhadap dampak yang ditimbulkan (Rohman & Suroso, 2012). Dampak yang dialami masyarakat, khususnya dampak sosial dan dampak ekonomi secara langsung mempengaruhi sikap masyarakat terhadap bencana yang ada. Masyarakat
62
menjadikan dampak ekonomi dan sosial sebagai pertimbangan mereka yang paling utama dalam menghadapi bencana banjir (Sagala, 2014). Berdasarkan dari hasil penelitian ini, menurut peneliti berbagai dampak banjir telah dialami oleh masyarakat ketika terjadi banjir, untuk itu dibutuhkan tindakan pencegahan dalam mengurangi dampak yang ditimbulkan.
Tema 2. Sumber pengetahuan program penanggulangan banjir Pengetahuan sebagai fakta atau kondisi dari mengetahui sesuatu dengan derajat pemahaman tertentu melalui pengalaman, asosiasi, atau hubungan (Mohanty et al, dalam Pangesti, 2012). Pengetahuan terhadap bencana merupakan alasan utama seseorang untuk melakukan kegiatan perlindungan atau upaya kesiapsiagaan yang ada (Sutton dan Tierney, 2006). Pada penelitian ini, sumber pengetahuan yang diperoleh masyarakat mengenai kesiapsiagaan bencana banjir diperoleh dari pengalaman melewati kejadian banjir, media massa televisi dan koran, wawasan dari Tim SAR, penyuluhan dari RT atau kelurahan dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dompet dhuafa.
Pengalaman melewati kejadian banjir Pengalaman merupakan salah satu cara untuk memperoleh kebenaran dari suatu pengetahuan (Pangesti, 2012). Pada penelitian ini lima dari enam informan mengungkapkan hal yang mereka ketahui saat terjadi bencana banjir yang pertama kali dilakukan sesuai dengan pengalaman
63
mereka adalah evakuasi. Dodon (2013) yang melakukan penelitian di Kelurahan Baleendah didapatkan bahwa kesiapsiagaan yang mereka lakukan
didapatkan
berdasarkan pengalaman pribadi mereka dalam
menghadapi bencana banjir yang berulang kali melanda wilayah mereka. Namun hal ini bertolak belakang dengan hasil penelitian Takao, et al (2004) yang menyatakan bahwa pengalaman kebanjiran tidak memiliki keterkaitan dalam meningkatkan upaya kesiapsiagaan bencana. Hasil ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan Rohman dan Suroso (2012) mengatakan bahwa pengalaman rumah tangga mengenai kejadian banjir sebelumnya
tidak
menentukan
tindakan
kesiapsiagaan
dalam
mengantisipasi bencana. Masyarakat memiliki pemahaman sendiri terhadap banjir yang sudah mereka alami selama bertahun-tahun, dengan pengalaman kejadian banjir ini membuat masyarakat melakukan tindakan kesiapsiagaan berdasarkan pengetahuan masyarakat terhadap banjir yang telah mereka alami.
Media massa televisi dan koran Setiap individu akan berbeda cara menginterpretasikan pengetahuan mengenai upaya kesiapsiagaan masyarakat (PROMISE, 2009). Pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa dua dari enam informan mengatakan pengetahuan mengenai upaya kesiapsiagaan banjir diperoleh dari media massa seperti koran dan televisi. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dodon (2013) yang melaporkan bahwa sumber informasi bencana yang diperoleh masyarakat berasal dari ajakan
64
tetangga,
instruksi
tokoh
masyarakat,
berita
tv
dan
radio,
dan
selebaran/koran. Yuwanto dkk (2014) mengungkapkan media memiliki peran penting dalam bencana alam, melalui media informasi mengenai bencana alam dapat tersebar ke berbagai penjuru dunia. Informasi mengenai jenis bencana, informasi mengenai kapan terjadinya bencana, informasi mengenai lokasi bencana, dampak, dan kebutuhan korban bencana alam dapat terekam dan tersampaikan melalui pemberitaan. Salah satu pusat media informasi bencana alam di Indonesia yaitu media center. Mediacenter ini selain sebagai pusat informasi bencana alam terbaru juga berfungsi sebagai media pendidikan bagi masyarakat yang memberikan informasi tentang tata cara dan teknis penanganan bencana alam,sekaligus sebagai media sosialisasi wilayah rawan bencana alam Indonesia (media center, 2014). Masyarakat dapat mengakses informasi mengenai kesiapsiagaan bencana banjir mealui media cetak dan elektornik seperti buku, koran, majalah, internet, radio dan televisi.
Wawasan dari Tim SAR Pemerintah dalam hal ini erat kaitannya dalam memberikan informasi mengenai kesiapsiagaan bencana banjir bagi masyarakat. Seorang informan mengungkapkan bahwa
dirinya
memperoleh pengetahuan
mengenai kesiapsiagaan banjir didapatkan dari tim SAR dan pihak posko banjir dengan memberikan wawasan dalam melakukan pertolongan pertama. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dodon (2013) yang melaporkan sumber informasi bencana datang dari instruksi kepala dusun
65
dan perangkat RT/RW serta petugas Kelurahan.
Mereka
menyatakan
mendapatkan materi kesiapsiagaan yang diadakan mulai dari Balai Besar Wilayah Sungai Citarum (BBWS Citarum), TNI dan Tim Sar Kabupaten Bandung. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2006 tentang pencarian dan pertolongan, pelaksanaan SAR (yang meliputi usaha dan kegiatan mencari, menolong, dan menyelamatkan jiwa manusia yang hilang atau menghadapi bahaya dalam musibah pelayaran, dan/atau penerbangan, atau bencana atau musibah lainnya) dikoordinasikan oleh Basarnas yang berada di bawah dan bertanggungjawab langsung kepada Presiden.
Penyuluhan dari RT atau Kelurahan Disisi lain salah satu informan juga mengungkapkan memperoleh pengetahuan mengenai kesiapsiagaan bencana banjir yang diperoleh melalui penyuluhan RT atau Kelurahan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Jurenzy (2013) yang menyatakan bahwa RT dan RW sangat berperan dalam membantu pemerintah untuk melakukan sosialisasi penanggulangan bencana kepada masyarakat seperti penyuluhan, pelatihan , pengawasan dalam izin mendirikan bangunan sesuai dengan tata ruang wilayah, mengadakan forum-forum khusus mengenai kebencanaan, membantu memindahkan masyarakat yang terkena banjir ke daerah evakuasi, membuat tanda peringatan bahaya dan lainnya.
Tim siaga bencana dompet dhuafa
66
Kesiapan bencana pada tingkat individu dapat diukur dari tiga parameter yaitu, pengetahuan, perencanaan emergensi individu, dan kapasitas akan sumber mobilisasi (Rachmalia dalam Pangesti, 2012). Kesiapan individu terhadap bencana juga ditunjukkan oleh adanya pengetahuan, keterampilan (skills), dan kemampuan yang diperoleh melalui proses belajar dari pengalaman yang diaplikasikan secara nyata saat kondisi darurat (Clust, Human & Simpson, 2007). LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) merupakan salah satu sumber informasi yang masyarakat dapatkan mengenai upaya kesiapsiagaan banjir. Hal ini sesuai dengan penelitian dilakukan oleh Jurenzy (2011) yang didapatkan bahwa sebanyak 30 responden yang mengalami bencana banjir terdapat 23,33 persen responden
yang
sudah pernah
mengikuti
latihan upaya
penanggulangan banjir sedangkan yang sudah pernah mengikuti pendidikan mengenai bencana banjir hanyalah 16,67 persen. Dalam penelitian ini, masyarakat berupaya mencari informasi melalui penyuluhan – penyuluhan yang diadakan oleh LSM terkait kesiapsiagaan bencana banjir. Upaya yang dapat dilakukan masyarakat dalam menghadapi bencana banjir diantaranya mengembangkan diri dengan mengikuti pelatihan-pelatihan dalam menghadapi bencana, seperti pelatihan pertolongan pertama pada kondisi tanggap darurat (PROMISE 2009 ). Menurut LIPI UNESCO/ISDR (2006) kesiapsiagaan individu dan rumah tangga untuk mengantisipasi bencana alam, khususnya banjir salah
67
satunya adalah pengetahuan dan sikap terhadap resiko bencana. Pengetahuan merupakan faktor utama dan menjadi kunci untuk kesiapsiagaan. Dari hasil diskusi kelompok (FGD) mengenai sumber pengetahuan yang diperoleh masyarakat dalam menghadapi bencana banjir masih belum maksimal dalam penerapannya, pihak pemerintah diharapkan dapat memberikan edukasi kepada masyarakat secara serius dalam hal kesiapsiagaan melalui promosi kesehatan, penyuluhan, pendidikan kesehatan dan simulasi. Tema 3. Upaya kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana banjir Bahaya bencana dapat terjadi dimana saja, kapan saja dengan atau tanpa peringatan, maka sangat penting bersiapsiaga terahadap bencana untuk mengurangi risiko dampaknya. Kesiapsiagaan menurut Gregg (2004) bertujuan untuk meminimalkan efek samping bahaya melalui tindakan pencegahan yang efektif, tepat waktu, memadai, efesiensi untuk tindakan tanggap darurat dan bantuan saat bencana. Tindakan yang dilakukan oleh masyarakat diantaranya membersihkan lingkungan dan membuang sampah, evakuasi diri, menaikkan barang – barang, membersihkan lantai dan perabotan rumah.
Membersihkan lingkungan dan membuang sampah Salah satu upaya yang dapat dilakukan masyarakat dalam mencegah terjadinya bencana banjir yaitu menentukan langkah- langkah menghadapi bencana banjir (Dodon, 2013). Pada penelitian ini dua
68
informan melakukan tindakan membersihkan lingkungan dan membuang sampah pada tempatnya sebagai tindakan pencegahan bencana banjir. Penelitian yang dilakukan Jurenzy (2011) melaporkan mengenai pengetahuan responden dalam mengurangi resiko banjir yaitu sebanyak 73,33 persen tindakan yang dilakukan adalah membuang sampah pada tempatnya. Membersihkan lingkungan dan membuang sampah pada tempatnya merupakan salah satu yang dapat dilakukan masyarakat sebagai tindakan pencegahan bencana banjir sehingga dapat mengurangi resiko terjadinya bencana banjir.
Evakuasi diri Dampak
bencana
alam
umumnya
menimbulkan
berbagai
kerusakan dan kerugian. Kerusakan dan kerugian dari bencana alam ini mendorong masyarakat untuk melakukan tindakan untuk meminimalisir kerugian/kerusakan yang ada (Lindell and Whitney, 2000).Pada penelitian ini hasil penelitian menunjukkan bahwa semua informan mengungkapkan upaya kesiapsiagaan yang dilakukan pertama kali adalah evakuasi diri. Penelitian yang sama dilakukan oleh Nurhaimi dan Rahayu (2014) melaporkan bahwa hampir semua responden dalam penelitiannya mengatakan tindakan yang dilakukan pada saat banjir mengungsi baik ke tempat pengungsian, rumah kerabat, atau rumah lainnya yang aman. Kesiapan bencana yang sesungguhnya harus dimilki tiap individu adalah kesiapan bencana untuk menyelamatkan diri, membantu anggota keluarga, teman, dan warga sekitar saat bencana terjadi (Kapucu, 2008).
69
Menaikkan barang – barang Kesiapsiagaan adalah suatu upaya yang dilaksanakan untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya bencana guna menghindari jatuhnya korban jiwa, kerugian harta benda, dan berubahnya tata kehidupan masyarakat dikemudian hari (Gregg et al., 2004; Perry and Lindell,
2008).
Pada
penelitian
ini
sebagian
besar
informan
mengungkapkan tindakan yang dilakukan dalam kesiapsiagaan bencana banjir yaitu mengevakuasi barang – barang berharga ke tempat yang lebih aman. Hasil penelitian ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Jurenzy (2011) yang menyatakan bahwa persiapan masyarakat dalam menghadapi bencana khususnya untuk pengamanan barang-barang berharga yang mereka amankan biasanya adalah surat-surat penting, televisi, kulkas, dan lain-lain. Temuan ini membenarkan temuan Tokai dalam Dodon (2004) yang menyatakan bahwa masyarakat cenderung melakukan tindakan kesiapsiagaan ketika dampak bencana banjir mulai mengancam mereka.
Membersihkan lantai dan perabotan rumah Upaya kesiapsiagaan bertujuan untuk memastikan bahwa sumber daya yang diperlukan untuk tanggap dalam peristiwa bencana dapat digunakan secara efektif pada saat bencana dan tahu bagaimana menggunakanya (Sutton and Tierney, 2006). Dalam penelitian ini tindakan yang dilakukan masyarakat adalah membersihkan lantai dan perabotan
70
rumah serta mengeluarkan dan membersihkan air dan lumpur yang sempat masuk rumah. Masyarakat direpotkan setelah banjir reda dengan kondisi rumah yang kotor, bau, dan berantakan. Membersihkan rumah pasca banjir menurut Mistra (2007) meliputi, banjir sudah reda, gunakan alat pengaman, padamkan listrik, maksimalkan udara masuk, buang semua makanan yang terkena air banjir, keluarkan semua perabotan rumah, cat dinding rumah, sterilkan dengan desinfektan. Kesiapsiagaan memiliki langkah-langkah yang memungkinkan unit-unit yang berbeda, dimulai dari individu, rumah tangga, organisasi, komunitas, dan masyarakat untuk merespon dan mengembalikan keadaan menjadi normal pada saat terjadi bencana (Sutton dan Tierney, 2006). Berdasarkan dari hasil penelitian ini, menurut peneliti pentingnya tindakan kesiapsiagaan yang dilakukan masyarakat yang telah lama hidup berdampingan dengan bencana banjir menjadikan masyarakat memiliki kesiapsiagaan tersendiri dalam mengurangi dampak yang mereka rasakan, namun masih harus ditingkatkan guna meminimalisir kerugian atau kerusakan yang dtimbulkan.
Tema 4. Peran pemerintah dalam menghadapi bencana banjir Masalah banjir tidak hanya menjadi masalah orang yang tertimpa banjir tetapi juga menjadi masalah pemerintah setempat. Kesiapsiagaan bencana dapat didefinisikan sebagai upaya
yang memungkinkan
pemerintah, organisasi, komunitas dan individu untuk merespon kejadian bencana secara cepat dan efektif (Carter, 2008). Seperti halnya
71
kesiapsiagaan yang dilakukan oleh masyarakat, pemerintah memiliki peran yamg sangat penting dalam penanggulangan bencana banjir. Menurut UU. No. 24 tahun 2007 tentang penanggulangan bencana menyatakan bahwa penyelenggaraan bencana adalah serangkaian upaya yang meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang berisikio timbulnya bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat dan rehabilitasi. Pada penelitian ini penanggulangan banjir yang telah dilakukan Pemerintah diantaranya pembuatan tanggul, pengerukan kali, pengadaan rumah pompa, relokasi pemukiman, Tim penanggulangan banjir, dapur umum dan logistic, pengadaan alat – alat banjir dan layanan kesehatan puskesmas.
Pembuatan tanggul Solusi pengurangan risiko banjir yang diterapkan di Indonesia masih perlu ditingkatkan. Solusi pengurangan risiko banjir yang telah dilakukan pemerintah yaitu pembuatan tanggul. Hal ini sesuai dnegan teori yang dikemukakan Plate (2002) bahwa solusi pengurangan risiko bencana dilakukan dengan pendekatan secara teknis klasik dan struktural dimana masalah banjir dapat diselesaikan dengan metode-metode hidrologis, seperti
studi
hidrologi
tentang bahaya
banjir
dan penyelesaian
pembangunan infrastruktur (contoh: pembuatan kanal, saluran air, pembuatan tanggul raksasa dan lain-lain). Selain itu, dalam mengurangi risiko banjir, pendekatan struktural dapat dilakukan dengan memodifikasi struktur lingkungan melalui
72
pembangunan tanggul di bantaran sungai; perbaikan saluran (bandul, saluran pematang, waduk dan metode untuk mempercepat atau melambatkan arus air, memperdalam dan meluruskan atau melebarkan saluran); perbaikan tanah (pengendalian selokan, memodifikasi praktik tanam, konservasi tanah, revegetasi dan stabilisasi lereng) (Sagala, et al 2014).
Pengerukan kali Proyek Jakarta Emergency Dradging Initiative (JEDI) atau proyek pengendalian banjir melalui normalisasi dan pengerukan 13 sungai di Jakarta dimulai pada pertengahan tahun 2012. Kali Pesanggrahan sepanjang 27 kilometer dari Cirendeu sampai Cengkareng mengalami normalisasi. Pelebaran badan sungai dilakukan dari semula 15 m menjadi 40 m, pelebaran Kali Pesanggrahan tersebut dilengkapi dengan pembuatan tanggul beton di sepanjang badan sungai dengan tinggi 3 m dan juga pengerukan sungai (Rezza, 2011). Semua informan pada penelitian ini mengungkapkan upaya yang dilakukan pemerintah dalam mengurangi dampak bencana banjir yaitu pengerukan kali yang dinilai masyarakat sangat bermanfaat untuk mengurangi kerusakan yang terjadi. Menurut Danapriatna (2009) salah satu cara untuk mengurangi terjadinya luapan banjir adalah dengan meningkatkan kapasitas saluran yang ada. Pekerjaan perbaikan dan pengaturan alur sungai dimaksudkan untuk meningkatkan kapasitas angkut dari alur alami, atau memungkinkan elevasi air banjir lebih rendah daripada yang terjadi alami. Pekerjaan
73
perbaikan dan pengaturan alur sungai menurut Darsono dalam Danapriatna (2009) menyangkut hal berikut ini : Pendalaman dan atau pelebaran alur (termasuk pengerukan); (b) mengurangi kekasaran alur; (c) pelurrusan atau pemendekan alur (sodetan); (d) mengatur pola aliran; (e) pengendalian erosi; (f) pengerukan
Pengadaan rumah pompa Pada penelitian ini tiga dari enam informan mengungkapkan peran Pemerintah yang lainnya yaitu pengadaan rumah pompa yang berfungsi untuk mengurangi debit air sungai saat terjadi banjir. Untuk mengatasi dampak banjir di Jakarta, pemerintah Jakarta telah mempersiapkan cara untuk menanggulangi bahaya banjir
seperti
membangun waduk,
sosialisasi, pelatihan dan lain-lain, sedangkan pembuatan 2.000 sumur resapan oleh Pemda DKI maupun perbaikan pompa-pompa air di berbagai lokasi dilakukan untuk mengurangi dampak bencana banjir (BPBD DKI Jakarta, 2013)
Relokasi pemukiman Penelitian yang dilakukan oleh Harliani (2014) yang melaporkan bahwa sebagian besar responden yang memiliki kedekatan hubungan sosial yang biasa saja tidak mengetahui rencana relokasi dari pemerintah, sedangkan responden yang memiliki kedekatan hubungan sosial sangat erat dengan tetangganya sebagian menjawab mengetahui mengenai
74
rencana relokasi dari pemerintah. Walaupun demikian, dalam penelitian ini semua informan menyebutkan mengenai adanya isu relokasi pemukiman yang akan dilakukan pada sebagian rumah yang ada disekitar bantaran kali Pesanggrahan. Relokasi penduduk juga merupakan salah satu kebijakan yang biasa dilakukan oleh pemerintah untuk melindungi masyarakat dari ancaman bencana alam, bahkan menjadi solusi yang populer dalam pengelolaan bencana (Whiteford dan Tobin, 2004). Salah satu kegagalan yang terjadi dalam melakukan program relokasi ini yaitu masih kurangnya partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan, hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi Pemerintah dalam mensosialisasikan rencana relokasi permukiman secara resmi dan merata kepada seluruh masyarakat agar tidak terjadi kesimpangsiuran mengenai informasi atau pemahaman tentang relokasi yang direncanakan oleh pemerintah.
Tim penanggulangan banjir satkorlak Pada penelitian ini empat dari enam informan mengatakan di wilayah RT 001 Kelurahan Bintaro sudah terdapat tim penanggulangan banjir satkorlak. Sejalan dengan hasil penelitian Jurenzy (2011) yang melaporkan pada masa tanggap darurat, pemerintah setempat membentuk tim penyelamatan yang terdiri atas SATKORLAK (Satuan Koordinasi Pelaksana) dan ketua-ketua RT yang gunanya adalah untuk membantu masyarakat dalam masa tanggap darurat seperti evakuasi ketempat yang lebih aman dan menjamin keselamatan anggota keluarga lainnya. Saat
75
banjir terjadi, satkorlak melakukan penyelamatan, menutup tanggul yang bocor atau limpas, baru setelah banjir terjadi memperbaiki kerusakan akibat banjir (Adhi, 2010).
Dapur umum dan Logistik Hasil
penelitian
ini
menyebutkan
pemerintah
dalam
hal
kesiapsiagaan banjir memberikan bantuan seperti menyediakan dapur umum dan logistik, bantuan tersebut bahannya diperoleh dari pemerintah ataupun swadaya masyarakat berupa air mineral dan makanan ringan. Penelitian yang dilakukan di Kabupaten Gresik oleh Rohman & Suroso (2012) pada 156 responden didapatkan bahwa sebagian besar rumah tangga (69%) menjawab tidak pernah menyiapkan cadangan dan makanan sebelum banjir terjadi. Kecenderungan responden memilih kurang setuju maupun tidak setuju adalah karena anggapan responden mengenai pasokan makanan itu sendiri. Mereka menyatakan bahwa menyiapkan pasokan makanan tidak terlalu penting karena di sekitar daerah rawan banyak terdapat warung yang dapat menyediakan bahan kebutuhan pokok. Selain itu berdasarkan pengalaman responden dari banjir tahun lalu, pemerintah biasanya memberikan pasokan bahan makanan selama satu minggu kepada korban banjir. Sumber daya yang mendukung adalah salah satu
indikator
kesiapsiagaan yang mempertimbangkan bagaimana berbagai sumber daya yang ada digunakan untuk mengembalikan kondisi darurat akibat bencana menjadi kondisi normal (ISDR/UNESCO, 2006). Sumber daya menurut
76
Sutton dan Tierney (2006) dibagi menjadi 3 bagian yaitu sumber daya manusia, sumber daya pendanaan/logistik, dan sumber daya bimbingan teknis dan penyedian materi.
Pengadaan alat-alat banjir Kesiapsiagaan bencana dilakukan dengan cara mempersiapkan diri dengan perlengkapan yang efektif (Cappola, 2007) dengan tujuan untuk meningkatkan keselamatan dan melindungi nyawa manusia (Sutton and Tierney, 2006). Para informan mengatakan berbagai macam alat telah disiapkan dalam menanggulangi bencana banjir seperti
perahu karet,
tambang, mesin pompa air dan kendaraan untuk ambulan.Untuk penanggulangan banjir bidang kesehatan, fasilitas yang penting untuk digunakan meliputi obat, bahan-bahan habis pakai, bahan sanitasi, alat kesehatan, sarana penunjang lapangan (genset, tenda, identitas, petugas, alat komunikasi) serta transportasi (Nurul, 2010).
Layanan kesehatan puskesmas Peran pemerintah dalam penanggulangan banjir salah satu hal yang penting adalah layanan kesehatan puskesmas. Program puskesmas sangat penting peranannya dalam membantu masyarakat untuk mengurangi dampak penyakit pasca banjir. Dalam penanggulangan bencana bidang kesehatan, pada dasarnya tidak dibentuk sarana dan prasarana secara khusus, tetapi menggunakan sarana dan prasarana yang telah ada, hanya saja intensitas pemakaiannya ditingkatkan seperti halnya sumber daya
77
yang lain (Depkes, 2007). Hal ini sejalan dengan penelitian Nurul (2010) melaporkan gambaran kesiapsiagaan sumber daya manusia kesehatan dalam penanggulangan masalah kesehatan akibat bencana banjir di Provinsi DKI Jakarta Tahun 2010 sebagian besar (68,1%) sumber daya manusia kesehatan yang bekerja di lingkungan Dinas Kesehatan di Provinsi DKI Jakarta menyatakan siap siaga dalam bekerja menghadapi bencana banjir dan 31,9% yang menyatakan tidak siap siaga. Sumber daya kesehatan yang bekerja bagi masyarakat salah satunya adalah perawat, peran perawat komunitas sebagai pelaksana kesehatan dalam mencapai tujuan kesehatan melalui upaya promotif dan preventif dalam kaitannya untuk meningkatkan status kesehatan masyarakat (Iqbal & Nurul, 2009 ).. Tindakan kesiapsiagaan yang dilakukan masyarakat dilakukan setelah masyarakat mengalami kerugian dan kerusakan yang besar akibat bencana alam (Lindell and Whitney, 2000). Selama ini masih banyak masyarakat yang mengantungkan kesiapsiagaan dan mitigasi kepada pemerintah dengan mengabaikan kesiapsiagaan pribadi masing-masing (Matsuda dan Okada, 2006). Pengurangan risiko bencana yang dilakukan oleh pemerintah menurut Sagala dkk (2014) perlu mempertimbangkan kesiapsiagaan masyarakat dalam upaya pengurangan risiko bencana banjir. Upaya yang dilakukan Pemerintah sampai saat ini sudah demikian banyak namun banjir masih saja terjadi. Peran masyarakat dalam hal ini perlu ditingkatkan agar masalah banjir dapat diatasi salah satunya dengan tidak
78
membuang sampah sembarangan dan mendirikan bangunan di bantaran sungai. B. Keterbatasan Berdasarkan pengalaman proses penelitian didapatkan beberapa keterbatasan dalam penelitian. Keterbatasan tersebut antara lain : 1. Peneliti memiliki kesulitan dalam hal mengontrol ide atau pendapat dari informan. 2. Pada waktu FGD munculnya berbagai pendapat yang sulit untuk dibatasi hal ini diperlukan pedoman wawancara yang bisa dijadikan acuan. 3. Molornya waktu pengambilan data dikarenakan sulitnya menyamakan jadwal pada informan.
BAB VII PENUTUP
A. Kesimpulan Bab pembahasan ini menguraikan analisis lebih mendalam terhadap hasil pengolahan data penelitian yang telah diuraikan pada bab sebelumnya. Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran arti pengalaman kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana banjir. Berdasarkan hasil penelitian, tema yang teridentifikasi ada empat yaitu : 1. Tema 1 dampak banjir yang dialami oleh masyarakat Dampak banjir yang di alami oleh masyarakat antara lain terjadinya kerusakan bangunan dan perabotan rumah, keruskaan sarana umum seperti sarana ibadah, masyarakat menjadi terbiasa dengan ekjadian banjir, masyarakat mampu memprediksi datangnya banjir dan respon yang dialami masyarakat seperti perasaan cemas memikirkan jiwa dan harta benda. 2. Tema 2 sumber pengetahuan program penanggulangan banjir Sumber pengetahuan program penanggulangan banjir yaitu pengalaman kejadian banjir yang pernah dialami, media massa seperti koran dan televisi, wawasan dari Tim SAR, penyuluhan dari pemerintah yakni dari RT atau Kelurahan dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) seperti tim siap siaga bencana dompet dhuafa.
78
79
3. Tema 3 upaya
kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana
banjir Upaya kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana banjir adalah membersihkan lingkungan dan membuang sampah pada tempatnya, evakuasi diri, menaikkan barang – barang ke tempat yang lebih aman, dan membersihkan tempat tinggal dari air dan lumpur banjir. 4. Tema 4 peran pemerintah dalam menghadapi bencana banjir Tema yang terakhir adalah peran pemerintah dalam menghadapi bencana banjir, diantaranya pembuatan tanggul, pengerukan kali, pengadaan rumah pompa, relokasi pemukiman, terbentuknya Tim penanggulangan banjir, tersedianya dapur umum dan logistik, pengadaan alat-alat banjir dan layanan kesehatan puskesmas.
B. Saran 1.
Institusi Pelayanan Kesehatan Hasil penelitian ini bagi pendidikan keperawatan dapat menjadi
landasan dalam mengembangkan program kurikulum keperawatan khususnya keperawatan komunitas dan dapat mengembangkan kompetensi pembelajaran pada mahasiswa mengenai pengalaman kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana banjir. 2.
Peneliti Selanjutnya
80
Bagi peneliti selanjutnya dapat menjadi bahan referensi dan pertimbangan serta perlu adanya pengeksplorasian lebih dalam mengenai keterlibatan peran perawat komunitas dalam penanggulangan bencana banjir. 3.
Pelayanan Keperawatan Hasil penelitian ini bagi pelayanan keperawatan dapat memperkaya
perkembangan ilmu keperawatan yang terkait dengan berbagai aspek ketika masyarakat menghadapi bencana banjir. Demikian pula di pelayanan
masyarakat,
diharapkan
perawat
komunitas
mampu
meningkatkan pengetahuannya dengan melibatkan diri pada eduaksi masyarakat melalui pendidikan kesehatan, informasi serta promosi kesehatan kepada masyarakat mengenai kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana banjir.
81
DAFTAR PUSTAKA Adhi, Robert Ksp. Banjir Kanal Timur : Karya Anak Bangsa. Jakarta : Gramedia Widiasarana Indonesia, 2010 Afiyanti, Yati. Focus Group Discussion (Diskusi Kelompok Terfokus) Sebagai Metode Pengumpulan Data Penelitian Kualitatif. Jurnal Keperawatan Indonesia, Volume 12, No. 1, Maret 2008; hal 58-62, 2008 Alan, Kirschenbaum. Disaster Preparedness : A Conceptual and Empirical Reevaluation. International Journal of Mass Emergencies and Disasters March 2002 Vol. 2 No. 1 PP. 5-28, 2002 Aminudin.Mitigasi dan Kesiapsiagaan Bencana Alam. Bandung : Angkasa Bandung. 2013 Arifianto, S & Mohan Rifqo Virhani. Artikel Informasi Bencana dan Budaya Lokal : Kasus Penanggulangan Banjir di Kelurahan Bukit Duri Jakarta Selatan. Jakarta : Puslitbang Aptel SKDI Balitbang SDM Depkominfo, 2009 BNPB. Pedoman Penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana Tahun 2008. Diakses 10 November 2014. http://www.bnpb.go.id . Definisi dan Jenis Bencana. Diakses 2 Desember 2014. http://www.bnpb.go.id .
Info Bencana Edisi Oktober http://www.bnpb.go.id
2014.
Diakses
2
Desember
2014.
. Potensi Ancaman Bencana. Diakses 2 Desember 2014. http://www.bnpb.go.id . Siaga Bencana Banjir. Diakses 2 Desember 2014. http://www.bnpb.go.id .Sistem
Penanggulangan Bencana. http://www.bnpb.go.id
Diakses
2
Desember
2014.
. Pedoman Penanggulangan Bencana Banjir Tahun 2007-2008. Diakses 28 Desember 2014. http://www.bnpb.go.id BPBD DKI Jakarta. Rencana Penanggulangan Bencana Provinsi DKI Jakarta Tahun 2013-2017. Diakses Selasa 2 Desember 2014. http://www.bpbd.jakarta.go.id . Partisipasi Masyarakat dalam Penanggulangan Banjir-UNESCO. Diakses Selasa 2 Desember 2014. http://www.bpbd.jakarta.go.id
82
. Kebijakan Penanggulangan Bencana di Provinsi DKI Jakarta Tahun 2014. Diakses Selasa 13 Desember 2014. http://www.bpbd.jakarta.go.id Brody, S.D., Zahran, S., Highfield, W.E., Bernhardt, S.P. and Vedlitz, A.Policy learning for flood mitigation: A longitudinal assessment of the community rating system in Florida. Risk Analysis, 29(6): 912-929, 2009 Bungin, M. Burhan. Penelitian Kualitatif : Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2011 Carter, W. N. Disaster Management: A Disaster Manager’s Book. Manila: Asian Development Bank, 2008 Clust, Michael, R.J. Human, dan D.M. Simpson. Mapping and rail safety: the development of mapping display technology for data communication.Center for Hazards Research and Policy Development, 2007 Coppola, D. P.Introduction to International Disaster Management. Burlington: Elsevier Inc. 2007 Creswell, John W.Qualitative Inquiry and Research Design : Choosing Among Five Traditions Sage Publications Inc. USA, 1998 Danapriatna, Nana. Fenomena Banjir Jakarta : Penyebab dan Alternatif Pengendalian. Region volume 1 No. 3 September, 2009 Danim, Sudarwan. Riset Keperawatan : Sejarah dan Metodologi. Jakarta : EGC, 2003 Departemen Kesehatan. Statistik Kejadian Bencana Tahun 2013. Diakses 18 Desember 2014. http://www.penanggulangankrisis.depkes.go.id Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Pusat Bahasa. Edisi Keempat. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama. 2008 Dua, Mikhael & A. Sonny Keraf. Ilmu Pengetahuan: Sebuah Tinjauan Filosofis. Yogyakarta : KANISIUS. 2010 Dodon. 2013. Indikator dan Perilaku Kesiapsiagaan Masyarakat di Permukiman Padat Penduduk dalam Antisipasi Berbagai Bencana Banjir. Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota vol. 24 No. 2 SAPPK Institut Teknologi Bandung, 2013 Efendi, Ferry & Makhfudli. Keperawatan Kesehatan Komunitas : Teori dan Praktik dalam Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika, 2009 Endraswara, Suwardi. Metode, Teori, Teknik Penelitian Kebudayaan : Ideologi, Epistemologi, dan Aplikasi. Yogyakarta : Pustaka Widyatama, 2006
83
Gregg, C.E., Houghton, B.F., Johnston, D.M., Paton, D. and Swanson, D.A., 2004. The Perception of Volcanic Risk in Kona Communities from Mauna Loa and Hualalai Volcanoes, Hawaiki.Journal of Volcanology and Geothermal Research, 130: 179-196, 2004 Gunawan, Restu. Gagalnya Sistem Kanal : Pengendalian Banjir Jakarta dari Masa ke Masa. Jakarta : Penerbit Buku Kompas, 2010 Harliani, Fanni. Persepsi Masyarakat Kampung Cienteung, Kabupaten Bandung tentang rencana relokasi akibat banjir.Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota vol. 25 No. 1 hlm 37-57, 2014 Herdiansyah, Haris. Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu Psikologi. Jakarta : Salemba Medika, 2015 Irwanto. Focused Group Discussion (FGD) : Sebuah Pengantar Praktis. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia, 2006 Iqbal, Mubarak Wahit & Nurul Chayatin. Ilmu Keperawatan : Pengantar dan Teori. Jakarta : Salemba Medika, 2009 Jurenzy, Thresa. Karakteristik Sosial Budaya Masyarakat dalam Kaitannya dengan Kesiapsiagaan dan Mitigasi Bencana di Daerah Rawan Bencana : Studi Kasus Kelurahan Katulampa, Kecamatan Bogor Timur, Kota Bogor.Skripsi. Bogor : Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor, 2011 Kapucu, Naim. Culture of preparedness: household disaster preparedness.Journal of Disaster Prevention and Management, 17, (4), 1-7, 2008 Kodoatie, Robert J & Roestam Syarief. Tata Ruang Air. Yogyakarta : ANDI. 2010 _______________________________. Pengelolaan Bencana Terpadu. Jakarta : Penerbit Yarsif Watampone, 2006 Lindell, M.K. and Whitney, M. Correlates of Household Seismic Hazard Adjusment Adoption. Risk Analysis, 20(1), 2000 LIPI – UNESCO-ISDR. Kajian Kesiapsiagaan Masyarakat dalam Mengantisipasi Bencana Gempa Bumi dan Tsunami, Jakarta, 2006 Matsuda, Y. and Okada, N. Community diagnosis for sustainable disaster preparedness.Journal of Natural Disaster Science, 28(1): 25-33, 2006 Mistra, Antisipasi Rumah di Daerah Rawan Banjir, Jakarta : Griya Kreasi, 2007 Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualtitatif. Bandung : Rosdakarya, 2013
PT. Remaja
84
Notoatmodjo, Soekidjo. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2010 Nurhaimi, Rizka dan Rahayu, Sri. Kajian Pemahaman Masyarakat terhadap Banjir di Kelurahan Ulujami Jakarta.Jurnal PWK volume 3 Nomor 2 Fakultas Teknik Universitas Diponegoro, 2014 Nursalam. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan : Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan Edisi 2. Jakarta : Salemba Medika, 2008 Octavia, Rafita. Studi Fenomenologi: Pengalaman Suami Menghadapi Istri yang Memasuki Masa Menopause di Kelurahan Pisangan.Skripsi. Fakultas Kedokteran, dan Ilmu Kesehatan, 2013 Pan American Health Organization. Bencana Alam : Perlindungan Kesehatan Masyarakat. Jakarta : EGC, 2006 PAHO/WHO Pan American Health Organization World Health Organization. Manajemen dan logistic bantuan kemanusiaan dalam sektor kesehatan. Jakarta : EGC, 2007 Pangesti, Asih Dwi Hayu. Gambaran Tingkat Pengetahuan dan Aplikasi Kesiapan Bencana pada Mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia Tahun 2012. Skripsi. Jakarta : Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012 Pawito. Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta : LKiS, 2008 Plate, E.J. Flood risk and flood management. Journal of Hydrology, 267(1): 2-11, 2002 Priambodo, S. Arie. Panduan Praktis Menghadapi Bencana. Yogyakarta : Kanisius, 2009 PROMISE. Banjir dan Upaya Penanggulangnnya. Programme for HydroMeteorological Risk Mitigation Secondary Cities in Asia, 2009 Ramli,
Soehatman. Pedoman Praktis Manajemen Management). Jakarta : PT. Dian Rakyat, 2011
Bencana
(Disaster
Rohman,A. Kesiapsiagaan rumah tangga dalam mengantisipasi bencana banjir. Studi Kasus Kali Lamong Kabupaten Gresik. Bandung: Institut Teknologi Bandung, 2012 Rohman, Ahmad Abdul& Santoso Abi Suroso. Hubungan Antara Umur, Pendidikan, Pendapatan, dan Pengalaman Bencana dengan Kesiapsiagaan Tingkat Rumah Tangga: Studi Kasus Banjir Kali Lamong Kabupaten Gresik.Tesis. Bandung : Sekolah Arsitektur Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan ITB, 2012
85
Sinha, Abhinav, D.K. Pal, P.K. Kasar, et al. Knowledge, attitude, and practice of disaster preparedness and mitigation among medical students.Journal of Disaster Prevention and Management, 17 (4), 1, 2008 Straubert, Helen J & Carpenter, Dona R. Qualititative Research In Nursing Advancing the Humanistic Imperative. Second Edition. Walnut Street, Philadelphia, 1999 Sudarma, Momon. Sosiologi untuk Kesehatan. Jakarta : Salemba Medika, 2008 Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitaif, Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta, 2011 Sutton, Jeannette and Tierney, Kathleen., Disaster preparedness: concepts, guidance, and research. Boulder, University of Colorado Natural Hazards Center, Institute of Behavioral Science, 2006 Takao, K. Factors Determining Disaster Preparedness In Resident: Difference In Terms of Homeownership and Age. vol.9 No.1 2003. P. Kawasaki Journal of Medical Welfare, 2003 Takao, K., Motoyoshi, T., Sato, T., Fukuzondo, T., Seo, K. and Ikeda, S.Factors determining residents’ preparedness for floods in modern megalopolises: the case of the Tokai flood disaster in Japan.Journal of Risk Research, 7(78): 775-787 , 21-29, 2004 Tambunan, Mangapul P. Flooding Area in the Jakarta Province on February 2 to 4 2007. Conference proceedings of the oral presentation in International Symposium ISG-GNSS2007. Conducted by Department of Geography Faculty of Mathematics and Natural Sciences University of Indonesia. Johor : Malaysia, 2007 Team Mirah Sakethi. Mengapa Jakarta Banjir? : Pengendalian Banjir Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Jakarta : PT. Mirah Sakethi, 2010 UNDP. Indonesia : National Programmes in Disaster Management. United Nations Development Programme, 2007 UNESCO United Nations Educational Scientific Cultural Organization.Petunjuk Praktis : Partisipasi Masyarakat dalam Penanggulangan Banjir. Jakarta : UNESCO Office, 2008 UNISDR. Indonesia Declares State Of Emergency In Wake Of Heavy Floods Brigitte Leoni. Diakses 7 Januari 2015. http://www.unisdr.org Wahyuningsih, Tri. Pengaruh Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Terhadap Kesiapsiagaan Menghadapi Bencana Banjir di Kelurahan Joyotokan
86
Kecamatan Serengan Kota Surakarta.Skripsi. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2013 Wisner dan Adams. Environmental Health in Emergencies and Disasters. WHO, 2002 Wursanty Dewi, Rucky Nurul. Kesiapsiagaan Sumber Daya Manusia Kesehatan dalam Penanggulangan Masalah Kesehatan Akibat Bencana Banjir di Provinsi DKI Jakarta.Tesis. Jakarta : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010 Yayasan IDEP. Panduan Umum Penanggulangan Bencana Berbasis Bencana. Bali : Indonesia, 2007 Yulaelawati, Ella & Usman Syihab. Mencerdasi Bencana. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia, 2008 Yulia, Singgih D & Gunarsa. Asas-asas Psikologi Keluarga Idaman. Jakarta : PT. BPK Gunung Mulia, 2002 Yuwanto, L., Adi, C. M. P., Pamudji, S. S., & Santoso, M. Isue kontemporer psikologi bencana. Sidoarjo : Dwiputra Pustaka Jaya, 2014
87
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4 INFORMED CONSENT Pengalaman Masyarakat Menghadapi Bencana Banjir di RT 001 RW 012 Kelurahan Bintaro Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan Tahun 2015
Kepada Yth, Informan Bapak/Ibu Di tempat
Dengan hormat, Saya yang bertandatangan dibawah ini: Nama : Widiany Nurrahmah NIM : 1111104000017
Adalah mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, akan melakukan penelitian tentang “Pengalaman Kesiapsiagaan Masyarakat Mengahadapi Bencana Banjir di RT 001 RW 012 Kelurahan Bintaro Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan Tahun 2015” Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan atau mengeksplorasi pengalaman masyarakat terhadap upaya kesiapsiagaan menghadapi bencana banjir di wilayah Kelurahan Bintaro, Jakarta Selatan.Selain itu, penelitian ini merupakan bagian dari persyaratanuntuk menyelesaikan Program Pendidikan S1 saya di Program Studi IlmuKeperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
A. Prosedur Penelitian Apabila Anda bersedia berpasrtisipasi dalam penelitian ini, Anda diminta menandatangani lembar persetujuan ini. Prosedur selanjutnya adalah: 1. Anda diminta mengisi identitas yang terdapat di lembar biodata. 2. Peneliti akan melakukan diskusi kelompok selama kurang lebih 60 - 90 menit.
3. Diskusi kelompok akan dipimpin oleh seorang fasilitator, 3. Bila diperlukan diskusi tambahan, diharapakan kesediaan waktu informan di lain waktu. 4. Informan diperkenankan mengundurkan diri bila dirasa tidak nyaman atau keberatan ketika dilakukan penelitian. B. Kewajiban informan Sebagai subyek penelitian, Anda berkewajiban mengikuti aturan dan petunjuk penelitian seperti yang tertulis diatas, bila belum jelas dapat bertanya langsung kepada peneliti. C. Kerahasiaan Semua informasi yang berkaitan dengan identitas responden akan dirahasiakan dan hanya akan diketahui oleh peneliti. Hasil penelitian akan dipublikasikan tanpa identitas asli informan. D. Informasi tambahan Anda dapat menanyakan hal yang belum jelas sehubungan dengan penelitian ini atau mengenai kontrak waktu dan tempat untuk dilakukan diskusi, Anda dapat menghubungi saya Widiany Nurrahmah pada no hp. 081218924182
Bersama surat ini kami lampirkan lembar persetujuan menjadi informan. Bapak/Ibu dipersilahkan menandatangani lembar persetujuan apabila bersedia secara sukarela menjadi informa penelitian. Besar harapan saya agar Anda bersedia menjadi informan dalam penelitiansaya dan mengungkapkan pengalaman serta pendapat terkait penelitian yang akandilakukan. Atas kesediaan dan kerjasamanya, peneliti ucapkan terimakasih.
Hormat saya,
Peneliti
Lampiran 5
LEMBAR PERSETUJUAN
Setelah membaca surat permohonan dan mendapat penjelasan tentang penelitian yang akan dilakukan, saya dapat memahami tujuan, manfaat, dan prosedur penelitian yang akan dilakukan. Saya mengerti dan yakin bahwa peneliti akan menghormati hak-hak dan kerahasiaan saya sebagai informan. Dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan dari pihak manapun, saya bersedia menandatangani lembar persetujuan untuk menjadi informan pada penelitian ini.
Jakarta,
Juli 2015
Tanda Tangan dan Nama Jelas Responden
(
)
Lampiran 6
Pedoman Focus Group Discussion (FGD) bagi Informan Pengalaman Kesiapsiagaan Masyarakat Menghadapi Bencana Banjir di RT 001 RW 012 Kelurahan Bintaro Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan Tahun 2015
A. Petujuk Umum 1. Tahap perkenalan 2. Menjelaskan maksud dan tujuan 3. Mengisi identitas informan 4. Membuat kontrak dan waktu
A. Petunjuk Focus Group Discussion (FGD) 1. Focus Group Discussion dilakukan oleh peneliti dan dibantu dengan beberapa orang yang bertugas sebagai moderator, asisten moderator/cofasilitator, notulen (pencatat proses), penghubung peserta dan dokumentasi. 2. Informan bebas menyampaikan pendapat, pengalaman, kritik maupun saran 3. Pernyataan informan tidak bernilai salah atau benar tetapi bersifat pendapat apa yang diketahui informan 4. Semua hasil diskusi akan dijamin kerahasiaannya
B. Identitas Peneliti Nama Peneliti
:
Tanggal Diskusi
:
Waktu Diskusi:
s/d
Tempat Diskusi
:
D. Identitas Informan 1. Nama Informan
:
2. Tanggal lahir/Umur : 3. Jenis Kelamin
:
4. Pendidikan
:
5. Pekerjaan
:
6. No Telepon/Hp
:
E. Pertanyaan Diskusi 1. Selama anda tinggal di RT 001, sudah mengalami banjir dari tahun berapa? 2. Bagaimana pengalaman banjir yang Anda rasakan? 3. Dari mana Anda memperoleh pengetahuan tentang program penanggulangan banjir? 4. Upaya apa saja yang Anda lakukan dalam menghadapi bencana banjir? 5. Terkait dengan upaya kesiapsiagaan, menurut Anda apa peran serta pemerintah didalamnya?
LEMBAR OBSERVASI
Subjek
:
Tanggal
:
Waktu
:
Tempat
:
s/d
Catatan Lapangan 1. Proses atau kegiatan selama diskusi berlangsung 2. Kondisi tempat diskusi 3. Penampilan informan saat diskusi 4. Sikap, mimik, intonasi, respon nonverbal informan saat diskusi 5. Gangguan khusus selama diskusi 6. Terdapat waduk, posko banjir, dapur umum, jalur evakuasi 7. Tempat tinggal berlantai 1 atau lebih 8. Tersedia alat-alat P3K (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan)
Lampiran 7 Matriks Analisis Tematik Kategori
I1
I2
I3
Dulu kan bahaya ya.. dirumah saya sendiri sempat jebol kan, kalo dulu kan yang namanya kulkas, tv pada ngambang semua
Secara gak langsung sudah berguru dengan alam
√
Saya sendiri ngerasain gitu apa yang harus dilakukan juga bingung begitu datang banjir dengan waktu cuma berapa menit itu udah
I6
√
√
√
√
Kerusakan sarana ibadah
Memprediksi datangnya banjir
√ √
Tema
Menjadi terbiasa
√
√
Subtema Rusaknya bangunan dan perabotan rumah
√
Cemas memikirkan jiwa, harta benda dan mencari lahan parkir Cemas karena banjirnya deres
I5
√
Kalo banjir gede aula masjid sempat terkena satu meter Kita udah terbiasa, jadi udah gak terlalu paniklah
I4
√
Perasaan yang dirasakan
Dampak banjir yang alami oleh masyarakat
tinggi satu meter itu apa yang dilakukan? bahkan itu pun juga yang jadi permasalahan sebenarnya rakyat pada waktu itu, tidak ada ganti rugi sama sekali.. sepeser pun tidak menerima ganti rugi, termasuk kami kena pertama. tetapi, dibandingkan tahun-tahun yang lalu untuk aaa.. lima tujuh tahun aaa… ke belakang, enam tujuh tahun kedepan ini lebih… menyenangkan dibandingkan dulu-dulunya Program yang terstruktur mungkin sampai saat ini pun sebagai warga ya kita juga belum tahu sebenarnya program yang penanggulangan banjir tuh yang terstruktur dari pemerintah atau apa prosedur-prosedurnya kita juga sebenarnya sih belum ngerti ke arah sana. Apakah ada atau gak kita juga gak paham, yang ada yang kita rasakan adalah setiap banjir yang dilakukan paling awal adalah evakuasi
√
Media Koran dan televisi
√
Penyuluhan dari RT atau kelurahan
√
Diberikan wawasan dari pihak tim SAR untuk melakukan pertolongan
√
√
√
√
√
√ √
√
√
√
Pengalaman melewati kejadian banjir
Media massa √ √
Pemerintah
Sumber pengetahuan yang diperoleh masyarakat tentang program penanggulangan banjir
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)
Tim siap siaga bencana dompet dhuafa √
Membersihkan lingkungan dari sampah-sampah
√
Membersihkan lingkungan dan membuang sampah pada tempatnya
Membersihkan lingkungan √
Upayanya yang paling utama sekali kita kontrol warga ada yang kejebak atau tidak
√ Evakuasi Diri
Setiap ada banjir yang dilakukan paling awal adalah evakuasi Persiapannya ditaek-taekin perabotan
√
√
Upaya dari pemerintah pembuatan tanggul pertama
√
√
√
√
√
√
√
Upaya kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana banjir Menaikkan barang - barang
Untuk banjir kalo nyimpen tv tuh paling enggak satu meter diataslah, colokan listrik gak ada yang di bawah pasti semua di atas gitu, diatas pasti ada rak-rak untuk nyimpen barang-barang Kalo banjir tuh sekalian bersihin rumah, kalo gak banjir kita gak bisa bersihin rumah
√
√
√ √
√
√
√
√
√
√
√
√
√
Membersihkan lantai dan perabotan rumah Pembuatan tanggul
Pengerukan kali sangat bermanfaat
√
√
√
Struktur tambahan dari pemerintah itu mendapatkan pompa yang pompa mobil sebutannya Terus ada isu lagi kita mau digusur
√
Sampai kita pernah ada tim penanggulangan banjir, tim SAR… karena mungkin sekarang udah ada tuh tim pembersih kali ya, jadi saluran gotnya lancar
√
√
Untuk penanggulangan yang sosialnya dapur umum dan pengungsian
Persiapannya adalah perahu, tambang, mesin pompa air dan kendaraan untuk ambulan
√
√
Pengerukan kali
√
√
√
Pengadaan rumah pompa
√
√
√
Relokasi pemukiman
√
√
√
Dibentuknya Tim Satkorlak
√
Dapur umum pun sumbernya bahannya ada yang bantuan dari pemerintah juga dari kelurahan mungkin ataupun yang swadaya masyarakat Bantuan dari pemerintah, pertolongan yang paling pertama adalah air mineral dan makanan ringan
√
√
√
√ √
√
√
Dapur umum dan logistik
√
√
√
√
Pengadaan alatalat banjir
Peran pemerintah terhadap upaya kesiapsiagaan bencana banjir
Struktur tambahan intinya daripada dapur umum dan puskesmas
√
√
√
Layanan kesehatan puskesmas
Lampiran 8 Dokumentasi Kegiatan FGD
Gambar 1.1 Gambar 1.2 Peneliti sedang memberikan penjelasan Infoman mengisi informed consent
Gambar 1.3 Suasana FGD
Gambar 1.4 Informan memberikan pendapat
Gambar 1.5 Informan memberikan pendapat
Gambar 1.6 Fasilitator memberikan arahan