PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS SISWA PADA POKOK BAHASAN MENERIMA KERAGAMAN SUKU BANGSA DAN BUDAYA MELALUI METODE ROLE PLAYING DI SD NU WANASARI KABUPATEN INDRAMAYU Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan sebagai syarat untuk meraih gelar Sarjana Pendidikan
Oleh:
MUHAMAD FAQIHUDIN IKHFA NIM. 809018300786
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 H/ 2014 M
ABSTRAK Muhamad Faqihudin Ikhfa (2014), Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan menerima keragaman suku bangsa dan budaya melalui metode Role Playing di SD NU Wanasari Indramayu. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatulah Jakarta, Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Januari 2014. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya peningkatan hasil belajar IPS siswa pada pokok bahasan menerima keragaman suku bangsa dan budaya melalui metode Role Playing (Bermain Peran) di SD NU Wanasari Kabupaten Indramayu. Sebuah Sekolah Dasar swasta yang berdiri dibawah naungan yayasan pondok pesantren. Artinya, Sekolah ini sangat berpotensi memiliki siswa yang multikultural mengingat sebagian besar dari siswanya adalah santri yang datang dari berbagai penjuru negeri. Metode yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif berupa hasil observasi pembelajaran IPS menggunakan metode bermain peran, lembar pengamatan harian siswa dan guru, hasil wawancara terhadap guru dan siswa. Sedangkan data kuantitatif berupa nilai tes hasil belajar siswa pada pokok bahasan menerima keragaman suku bangsa dan budaya melalui metode Role Playing (Bermain Peran). Seluruh data yang diperoleh dari penelitian ini dianalisis secara kualitatif deskriptif dengan sumber data dalam penelitian ini adalah siswa, guru IPS SD NU Wanasari (kolaborator), dokumen KTSP sekolah dan peneliti. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa hasil belajar siswa pada pokok bahasan menerima keragaman suku bangsa dan budaya dengan menggunakan metode Role Playing di SD NU Wanasari Indramayu meningkat. Pada saat pree test nilai rata-rata sebesar 52,6, sedangkan pada saat post test nilai rata-rata siswa 79,77, hal ini meningkat sebanyak 27.17 poin. Demikian pula pada siklus I ratarata diperoleh 63,5, sedangkan pada siklus II diperoleh rata-rata sebesar 70,61, hal ini meningkat sebanyak 7,11 poin. Pada pree test nilai minimal siswa 38 dan pada post test nilai minimal 60, hal ini mengalami peningkatan sebanyak 22 poin. Demikian pula pada siklus I nilai minimum yang diperoleh 50, sedangkan pada siklus II diperoleh nilai minimum 60, hal ini meningkat 10 poin. Hasil belajar di atas membuktikan bahwa hasil penelitian pembelajaran IPS pada pokok bahasan menerima keragaman suku bangsa dan budaya dengan menggunakan tehnik bermain peran berpengaruh besar pada hasil belajar IPS siswa. Oleh karena itu salah satu tehnik bermain peran dalam mengajar mampu merangsang siswa lebih termotivasi, mudah danmenyenangkan dalam proses pembelajaran. Dengan kata lain terbukti dengan penggunaan metode bermain peran (Role Playing) mampu meningkatkan hasil belajar IPS siswa pada pokok bahasan menerima keragaman suku bangsa dan budaya. Kata Kunci: Peningkatan, hasil belajar IPS siswa, keragaman suku bangsa dan budaya, Role Playing (Bermain Peran).
iv
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrahim. Puji syukur yang tak terukur, puji kasih yang tak berpamrih senantiasa penulis panjatkan kehadirat pemilik cosmo sejati, pemegang remot rotasi bumi dan semesta galaksi; Allah SWT Ilahi Robi. Karena sungguh berkat hidayah, ma’unah serta ‘inayah-Nya penulis mampu mengkatamkan skripsi ini. Tak luput penulispun haturkan shalawat serta salam semoga senantiasa terlimpahkan kehadirat Baginda Nabi Muhamad SAW sang Reformis sejati serta ikon uswatun hasanah yang tak terganti. Berkat suri tauladan akhlak al-karimahnya kita semua mampu berakhlak (berkarakter) baik. Termasuk mampu berikap toleran terhadap segala pluralitas. Kehadiran skripsi yang sangat sederhana ini mudah-mudahan menjadi salah satu barometer bagi para guru, siswa dan masyarakat pada umumnya agar senantiasa mampu menerima dan menghargai pluralitas (keragaman) suku bangsa dan budaya di Indonesia mengingat kuantitas suku bangsa dan budaya di Nusantara yang sangat berlimpah dan variatif. Mempergunakan ganja merupakan sebuah budaya dan kearifan lokal yang dilakukan oleh suku Aceh sejak dahulu kala bahkan sebelum lahirnya Negara Kesatuan Republik Indonesia. Mereka mengonsumsinya dengan berbagai cara baik sebagai rempah-rempah pada bumbu masak, dijadikan adonan pada aneka kue, diminum, dihisap, bahkan mereka senantiasa mempergunakannya sebagai obat yang sangat mujarab dalam membunuh berbagai macam penyakit kronis. Seiring bergulirnya waktu dengan segala kemunafikan dan arogansi manusia, Value (nilai) dari budaya tersebut sedikit demi sedikit bergeser dalam paradigma dan mindset manusia dikarenakan konspirasi dan propaganda politik kapitalis yang dilakukan oleh USA pada awal abad ke-20 dalam menyudutkan ganja. Alhasil, PBB (Perserikatan Bangsa-bangsa) mengilegalkannya pada 1961. Indonesia yang pada masa itu dipimpin oleh Soeharto sebagai anggota aktif PBB telah meratifikasi kebijakan global tersebut dan turut serta
v
mengilegalkannya tanpa mempertimbangkan nasib penggunanya mengingat bahwa mengganja adalah salah satu budaya yang dimiliki masyarakat Indonesia. Terlepas dari sebuah eksistensi akan pluralitas adat istiadat, ke’arifan lokal dan budaya tersebut sesuai atau tidak sesuai dalam rasionalitas, halal atau haram dalam perspektif agama, bahkan legal ataupun ilegal dalam perspektif hukum, karena sejatinya sebuah budaya lahir dan berasal dari akal manusia. Akal manusia yang diberikan oleh Tuhan YME mampu membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Maka sebagai warga Negara yang arif dan bijaksana sudah seyogyanya kita mampu menerima dan menghargai pluralitas tersebut demi menjaga kokohnya persatuan dan kesatuan Negara Republik Indonesia. Selanjutnya, penulis takan khilaf mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah terkait baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penulisan skripsi ini. Karenaitu, bingkisan untaian terimakasih patut penulis persembahkan kepada: 1. Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Nurlena Rifa’I, M.A Ph. D, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Fauzan, M.A, Kepala Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah yang telah merelakan kesediaan waktunya untuk menyidang penulis dalam mempertanggungjawabkan skripsi ini. 4. Dra. Djunaidatul Munawwarah, M.A, Dosen pembimbing skripsi yang tiada henti senantiasa mencurahkan segala pemikiran, arahan, argumen, ilmu dan motivasi terhadap penulis dalam penyusunan skripsi ini. 5. Ibunda tersayang; Hj. Juminah yang berkat isak tangis dalam setiap untaian mutiara doanya penulis merasakan semangat yang sangat hangat untuk menyelesaikan tugas akhir ini. 6. Ayahanda tercinta; HM. Ikhwan Mus’id, S. Ag. Berkat dukungan moral, spiritual, dan kapital yang senantiasa beliau salurkan kepada penulis demi tuntasnya penyusunan Skripsi ini.
v
7. Kakanda (Farihatul Ummah S.Pd) dan adinda (Muhamad Fahmi Ikhfa) tersayang yang senantiasa memberikan motivasi, arahan, dan inspirasi kepada penulis untuk menggoreskan tinta-tinta penelitiannya. 8. Sahabat-sahabat
seperjuangan jurusan Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah Dual Mode System (Abdul Azis, Ja’far Sodiq, Marwiyah, Heru Dores, Nani Fitriyani, Dawud dan keluarga besar PGMI DMS Kelas S & TPG-B) atas doa dan suportnya kepada penulis sehingga memotivasi penulis agar segera menyelesaikan studi dan skripsi ini sesuai target. 9. Kanda Indrawan Syamsul Ma’arif yang telah memberikan info beasiswa Departemen Agama Republik Indonesia program profesionalisasi guru MI (PGMI DMS) periode 2010 s/d 2013 sehingga penulis mampu menimba ilmu di kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tercinta. 10. Indrawan dan indrawati Keluarga Besar Persatuan Mahasiswa Indramayu (PERMAI AYU) DKI JKT yang telah bersedia bertukar fikiran dalam forum diskusi terkait manfaat ganja, sejarah, politik dan budaya penggunaannya. 11. Seluruh sugawan dan sugawati Keluarga Besar Keluarga Mahasiswa Sunan Gunung Djati (KMSGD) JABODETABEK. 12. Keluarga besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia baik tingkat cabang, komisariat maupun rayon di seluruh penjuru negeri. Wa bi alkhusus kepada sahabat Ahmad Fatah Yasin yang telah setia membantu penulis baik dalam sharing ilmu pengetahuan maupun pengalaman. 13. Keluarga besar lingkar ganja nusantara (LGN), diantaranya; Dhira Narayana, S. Psi, Peter Dantovsky, Irfan Hardiansyah, Dr.Inang Winarso, Agus dan seluruh legalizer se-nusantara yang berkat ilmu, data, testimoni, analisa, fakta, sejarah dan budaya pemanfaatan ganja yang penulis dapatkan lewat diskusi dan sarasehan baik kasat mata maupun dunia maya. Semoga apa yang telah diberikan selama ini kepada penulis segera diganjar oleh Tuhan YME berupa termanifestasinya cita-cita agung LGN.
Amiin Yaa Mujiiba Al-saailiin.
v
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING SKRIPSI ...................... i LEMBAR PENGESAHAN PANITIA SIDANG ............................................... ii LEMBAR PERNYATAAN KARYA SENDIRI ............................................... iii ABSTRAK ........................................................................................................... iv KATA PENGANTAR ...........................................................................................v DAFTAR ISI......................................................................................................... vi DAFTAR TABEL .............................................................................................. vii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ....,,,...................................................................... 1 B. Identifikasi Masalah ................................................................................... 4 C. Pembatasan Masalah .................................................................................. 5 D. Perumusan Masalah ................................................................................... 6 E. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 6 F. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 6
BAB II KAJIAN TEORI, PENGAJUAN KONSEPTUAL INTERVENSI TINDAKAN DAN HIPOTESIS TINDAKAN A. Kajian Teori ............................................................................................. 11 1. Hasil Belajar IPS a. Hasil Belajar …………………………………………………..... 8 b. Hasil Belajar IPS …………………………………………….… 9 c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar IPS ………... 10 d. Macam-macam Hasil Belajar IPS …………………………….. 15 e. Instrumen Penilaian Hasil Belajar IPS ………………………... 17 f. Tujuan Pembelajaran IPS ……………………………………... 18 g. Karakteristik Pembelajaran IPS ………………………………. 19 h. Ruang Lingkup Pelajaran IPS di SD ………………………….. 20 i.
Keragaman Suku Bangsa dan Budaya Sebagai Materi Pada
vi
Mata Pelajaran IPS di SD ……...……………………………… 20 j.
Metode-metode dalam Pembelajaran IPS …………………….. 23
2. Metode Role Playing ………………………………………………. 24 a. Pengertian Role Playing ………………………………………. 24 b. Tujuan Penggunaan Metode Role Playing ……………………. 25 c. Penggunaan Metode Role Playing ……………..……………... 26 d. Kelebihan Metode Role Playing ……………………………… 26 e. Kekurangan Metode Role Playing ………………………………... 28 f. Langkah-langkah dan Persiapan Role Playing ………………... 29 g. Prasyarat optimalisasi pembelajaran Role Playing …………… 31 B. Penelitian Yang Relevan ……………………………………………….. 32 C. Pengajuan Konseptual Intervensi Tindakan ……………………………. 32 D. Hipotesis Tindakan ……………………………………………………... 33
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan waktu penelitian …………………………………………... 34 B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian …………………... 34 C. Subjek Penelitian ……………………………………………………….. 38 D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian …………………………….. 39 E. Tahapan Intervensi Tindakan …………………………………………... 39 F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan …………………………… 43 G. Data dan Sumber Data …………………………………………………. 44 H. Instrumen Pengumpulan data …………………………………………... 44 I. Tehnik Pengumpulan Data ……………………………………………... 45 J. Tehnik Pemeriksaan Keterpercayaan …………………………………... 46 K. Analisis dan Interpretasi Data ………………………………………….. 46 L. Pengembangan Perencanaan Tindakan ………………………………… 48
BAB IV DESKRIPSI, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ………………………………………………………….. 49 1. Sejarah Singkat SD NU Wanasari ………………………………….. 49
vi
2. Visi dan Misi SD NU Wanasari ……………………………………. 50 3. Data Siswa SD NU Wanasari ………………………………………. 90 4. Penelitian Pendahuluan …………………………………………….. 52 5. Tindakan Pembelajaran Siklus I ……………………………………. 54 a. Tahap Perencanaan ……………………………………………... 55 b. Tahap Pelaksanaan ……………………………………………... 55 c. Tahap Observasi dan Analisis ………………………………….. 58 d. Tahap Refleksi …………………………………………………. 56 6. Tindakan Pembelajaran Siklus II …………………………………... 66 a. Tahap Perencanaan ……………………………………………... 66 b. Tahap Pelaksanaan ……………………………………………... 67 c. Tahap Observasi dan Analisis ………………………………….. 69 B. Analisis Data …………………………………………………………… 77 C. Pembahasan …………………………………………………………….. 77
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan …………………………………………………………….. 79 B. Saran ……………………………………………………………………. 79 DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………. 82
LAMPIRAN-LAMPIRAN
vi
DAFTAR TABEL
Tabel I Rancangan Siklus Penelitian Maefalinda Fatra, dkk 2010 : 27 ………... 37 Tabel II Data Subjek Penelitian ………………………………………………... 38 Tabel III Tahap Pelaksanaan Siklus I ………………………………………….. 40 Tabel IV Tahap Pelaksanaan Siklus II …………………………………………. 42 Tabel V Klasifikasi Aktivitas Guru ……………………………………………. 47 Tabel VI Data Siswa Kelas IV SD NU Wanasari Tahun Pelajaran 2012-2013 .. 50 Tabel VII Distribusi Frekuensi Pree Test …………………………………………... 53 Tabel VIII Hasil Observasi Aktifitas Guru Selama Proses Pembelajaran Siklus I ………………………………………………………………………………...... 58 Tabel IX Hasil Observasi Aktifitas Siswa Selama Proses Pembelajaran Siklus I ………………………………………………………………………………...... 62 Tabel X Distribusi Frekuensi Siklus I ……………………………….………... 64 Tabel XI Hasil Observasi Aktifitas Guru Selama Proses Pembelajaran Siklus II ………………………………………………………………………………...... 69 Tabel XII Hasil Observasi Aktifitas Siswa Selama Proses Pembelajaran Siklus II ………………………………………………………………………………….. 74 Tabel XIII Distribusi Frekuensi Siklus II ……………………………...…….... 75 Tabel XIV Rekapitulasi Hasil Belajar IPS Siswa Pada Pokok Bahasan Menerima Keragaman Suku Bangsa dan Budaya …………………………………………. 76
vii
UNTAIAN FAKTA DAN FATWA “Minyak biji ganja dapat menyembuhkan gas (rih) pada telinga dan dapat menyembuhkan penyakit saraf dan minyak biji Ganja dapat membunuh sel-sel tumor dan mampu menghilangkan tumor bahkan yang sudah mengeras “AlAwram Al-Syifa ” ” (Ibn Al-Baytar, seorang ‘Ulama dan ahli Botani asal Andalusia, dalam kitabnya Al-Mi’ Li-mufradat Al-adwiya Wa Al-Agdiya, Andalusia: 1291, Abad ke-13). “Ganja dapat mengobati panu (Ibriya) dan makula/ plak (Hazaz), bagian tubuh yang terkena harus dicuci dengan jus daun ganja. Ganjapun mampu merangsang pertumbuhan rambut”” (Al-Razi, dalam kitabnya Al-Hawi Fi Al-Tibb, Haydarabad: Da’irat AlMa’arif Al-’Utmaniyya, 1968). “Ganja dideskripsikan sebagai obat yang lezat, menyerap cairan empedu, sebuah pembangkit selera makan, dan penggunaannya secara tidak berlebihan memperpanjang umur, dapat menghidupkan hayalan, memperdalam pemikiran dan mempertajam pertimbangan” (Makhsanul Adwiya, sebuah kumpulan resep obat-obatan herbal Arab). “Anatolian Hemp/ Al-Qinab Al-Rumi ( rebusan daun ganja) dapat membunuh cacing, parasit, kutu dan telur-telurnya yang tinggal dan berkembang biak di dalam lubang telinga. Minyak dari daun ganja bila diteteskan pada lubang telinga sampai penuh dapat mengeluarkan semua benda asing dan kotoran di dalam telinga” (Al-Antaki, abad ke-16). Biji ganja/ salep ganja jika dioleskan pada perut akan membunuh ascaris/ cacing kremi/ Habb Al-Qar . Ganjapun dapat mengobati Viltigo (Al-Bahaq/ semacam panu) & Kusta (Al-Baras). (Al-Firuzabadi, dalam kitabnya Al-Qamus Al-Muhit, Cairo: 1952). “Ganja mengobati berbagai macam rasa sakit yang parah, khususnya sakit kepala & migrain, mencegah keguguran, mengurangi sakit pada rahim & menjaga rahim agar tetap berada dalam abnomen ibunya” (Ibn Sahl).
“Biji ganja bila dimakan dalam jumlah yang besar dapat menambah produksi air susu Ibu dan menyembuhkan sakit Amenorrhea” (Ibn Wafid Al-Lajmi, Dokter Andalusia Sejak abad ke-11). “Daun dan biji ganja dapat mengobati dan mengeluarkan gas (rih) dari perut” (Ibn Sinna, dalam kitabnya Al-Qanun Fi Al-Tibb, Bulaq: abad ke-10). “Daun ganja dapat menyembuhkan flatus (gas/ masuk angin pada perut), beberapa orang menggiling bijinya dan memakan ekstraknya untuk sakit pada telinga, saya juga percaya bahwa ganja dapat dipakai juga untuk rasa sakit yang kronis” (Al-Biruni, dalam kitabnya Al-Saydana, Karaci: 1973). “Daun ganja dapat dipakai untuk mengeluarkan gas dari rahim, usus dan lambung. Jus daun ganja yang dimasukkan ke dalam hidung mampu mengobati epilepsi” (Al-Masi, dalam kitabnya Kamil Al-Sinna Al-Tibbiya, Bulaq: 1877). “Ganja dapat mengurangi kekentalan cairan dalam tubuh” (Ishaq B. Sulayman, dalam kitabnya Al-Agdiya, Frankrut Ain Main: Institute For The History Of Arabic Islamic Science, 1986). “Daun ganja dapat dipakai untuk menghilangkan dahak dari perut” (Al-Mayusi, Leaves Purportedly Used To Treat “Uterine Gases” Carminative, 1877). “Biji ganja baik untuk mengeluarkan cairan empedu dan dahak” (Ibnu Habal, dalam kitabnya Al-Mujtarat FI AL-Tibb, Haydarabad: Da’irat Al-Ma;arif Al-’Utmaniyya, 1362). “Ganja berfungsi dalam melancarkan buang air kecil” (B. Imran & Ibn Al-Baytar, 1291). “Ganja mampu menyembuhkan sakit kepala” (Umar Ibnu Yusuf Ibn Rasul, Dokter kerajaan pada masa Raja Al-Zahir Baybars, Abad ke-13). “Jus Ganja dapat dipakai untuk mengurangi rasa sakit yang disebabkan oleh radang pada bola mata” (Al-Qazwini, dalam kitabnya ‘A-ib Al-Majluqat,1849).
“Tumbukkan dari batang dan daun Ganja dapat mengobati wasir dan daunnya yang dicampur dengan asafetida yang berasal dari rempah-rempah untuk meredakan gejala emosi yang meledak-ledak atau hysteria” (Tibbnamma, The Book Of Medicine, The Manuscript Of The Institute Of Manuscript (Baku). Code: C331/ 1894, (Mediaval Azerbaijani), 1712). “Minyak biji Ganja dapat mengobati tumor pada rahim” (Muhamad Riza Ahirwani, abad ke-17). “Dalam Herbarium Amboinence yang ditulis pada tahun 1095, Rumphius mencatat bahwa pengikut Muhamad (orang-orang Arab) menggunakan ganja untuk mengobati asma dan penyakit kencing bernanah. Ganja diklaim bisa mengurangi pengeluaran cairan empedu dan diare serta mengurangi tekanan dari penyempitan pembuluh darah akibat hernia” (Copra & Chopra, 1957). “Ganja adalah teman bagi kaum miskin, para darwis dan orang-orang berpengetahuan, yaitu semua yang tidak merasa dikaruniai dengan kekayaan dunia dan kekuatan sosial” (Penyair Turki, Hamba Allah). “Suku Pygmies yang masih mencari makanan dengan berburu dan mengumpulkan, mengonsumsi ganja terlebih dahulu sebelum berburu, dengan maksud untuk menghilangkan rasa bosan ketika nanti harus menunggu mangsa buruan” (Suku Pygmies adalah salah satu suku di Afrika). “Kertas pertama di dunia berbahan dasar serat batang ganja” (Tsai Lun, Pejabat Istana Kerajaan China, 300 M). “Rebusan akar ganja digunakan oleh suku Aceh untuk mengobati diabetes” (Suku Aceh, adalah salah satu suku di Indonesia). “Tidak ada dalil pengharaman ganja di dalam Al-Quran” (MUI Aceh Barat, 2013). “Semua Ciptaan Allah Tidak ada yang sia-sia, termasuk ganja” (Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, M. A, Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011).
“Ganja adalah tanaman ciptaan Allah SWT untuk manusia, ganja adalah obat herbal mujarab, ganja adalah bahan pokok Industri, ganja adalah media spiritual manusia dengan Tuhannya, ganja adalah sahabat manusia, mempergunakan ganja adalah budaya, kriminalisasi ganja dan penggunanya adalah kejahatan sistemik USA, memperjuangkan legalisasi ganja adalah ibadah yang tak ternilai harganya” (Penulis, 2014).
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah Manusia dan pendidikan tidak dapat dipisahkan, sebab pendidikan
merupakan kunci dari masa manusia yang dibekali dengan akal dan pikiran. Pendidikan memiliki peranan penting untuk menjamin perkembangan dan kelangsungan hidup satu bangsa, karena pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Kemajuan iptek dan mengglobalnya dunia informasi dan komunikasi sebenarnya membutuhkan pribadi-pribadi yang matang dan berwatak. Pendidikan adalah usaha sadar dan bertujuan untuk mengembangkan kualitas manusia sebagai suatu kegiatan yang sadar akan tujuan. Aktifitas dalam mendidik yang merupakan suatu pekerjaan memiliki tujuan dan ada suatu yang hendak dicapai dalam pekerjaan tersebut, maka dalam pelaksanannya berada dalam suatu proses yang berkesinambungan di setiap jenis dan jenjang pendidikan, semua berkaitan dalam suatu sistem pendidikan yang integral. Pada dasarnya pendidikan memiliki peranan penting bagi kehidupan suatu bangsa dalam rangka mencerdaskan sumber daya manusia guna menjamin kelangsungan hidup bangsa tersebut. Ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan, bukan semata-mata menjadi tanggungjawab orang tua atau siswa itu sendiri akan tetapi menjadi tanggungjawab bangsa secara keseluruhan. Penyelenggaraan pendidikan dilakukan melalui proses belajar mengajar. Dalam proses belajar mengajar akan terjadi interaksi edukatif antara peserta didik atau siswa dan pendidik. Siswa adalah seseorang atau sekelompok orang sebagai pencari, penerima pelajaran yang dibutuhkan. Sedangkan pendidik adalah seseorang atau sekelompok orang yang berprofesi sebagai pengolah kegiatan belajar mengajar dan seperangkat peranan lainnya yang memungkinkan berlangsungnya kegiatan belajar mengajar yang efektif.
1
2
Belajar adalah suatu proses yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara seseorang dengan lingkungannya. Oleh karena itu belajar dapat terjadi kapan saja dan dimana saja. Salah satu pertanda bahwa seseorang itu telah belajar adalah adanya perubahan tingkah laku pada diri orang itu yang mungkin disebabkan oleh terjadinya perubahan pada tingkat pengetahuan, keterampilan atau sikapnya. Kemampuan
pendidik
sebagai
fasilitator
belajar
mengajar
sangat
mempengaruhi perubahan sikap yang terjadi. Setiap siswa mempunyai perubahan yang berbeda, ada yang perubahannya baik dan ada juga yang kurang baik bahkan tidak sedikit anak yang memiliki perubahan buruk. Di
Indonesia
arti
pendidikan
dirumuskan
dalam
Undang-Undang
Pendidikan No.20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional (SISDIKNAS), dinyatakan dalam bab I ketentuan umum pasal I bahwa: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.1 Profesionalisme seorang guru mutlak diperlukan sebagai bekal dalam mengakses perubahan baik itu metode pembelajaran ataupun kemajuan teknologi yang kesemuanya ditujukan untuk kepentingan proses belajar mengajar. Sebab jika ditinjau dari UU sebagaimana tersebut di atas tugas guru tidak sekedar menyampaikan materi pelajaran kepada siswa, tetapi lebih kepada bagaimana menyiapkan mereka menjadi sumber daya manusia yang terampil dan siap mengakses kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta liberalisasi yang akan terjadi di masa nanti. Sikap-sikap profesional itu meliputi antara lain: keinginan untuk memperbaiki diri dan keinginan untuk mengikuti perkembangan zaman. Maka penting pula membangun suatu etos kerja yang positif yaitu: menjungjung tinggi 1
Anwar arifin, Memahami Paradigma Baru Pendidikan Nasional Dalam Undang-Undang SISDIKNAS, (Jakarta: Departemen Agama, 2003), cet. 3, h. 37.
3
pekerjaaan; menjaga harga diri dalam melaksanakan pekerjaan, dan keinginan untuk melayani masyarakat. Dalam kaitan dengan ini penting juga performance (penampilan) seorang profesional: secara fisik, inetelektual, relasi sosial, kepribadian, nialai-nilai dan kerohanian serta mampu menjadi motivator. Singkatnya perlu adanya peningkatan mutu kinerja yang profesional, produktif dan kolaburatif demi kemanusiaan secara utuh setiap peserta didik. Sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai sesuai dengan yang diamanatkan oleh UndangUndang Repulik Indonesia No.20 Th.2003 tentang sistem pendidikan nasional. Untuk menarik minat siswa dalam memahami konsep-konsep yang tercakup dalam kurikulum secara keseluruhan tidaklah mudah. Guru dituntut mampu menggunakan metode mengajar secara stimulan untuk menghidupkan suasana pembelajaran dengan baik. Tugas guru adalah mendiagnosis kebutuhan belajar, merencanakan pelajaran, memberikan presentasi, mengajukan pertanyaan, dan mengevaluasi pengajaran. Disadari atau tidak, praktik pembelajaran di kelas dewasa ini lebih menekankan terhadap aspek kognitif dan psikomotorik siswa. Padahal, ada aspek yang juga dianggap begitu penting bahkan lebih penting daripada dua aspek tersebut dalam membentuk karakter siswa agar berkepribadian baik, baik di dalam kelas, keluarga dan sampai pada kesempatan berikutnya hidup bermasyarakat. Aspek tersebut adalah aspek afektif. Afektif sebagai kompetensi inti berperan penting dalam membentuk dan membina karakter siswa. Begitu pentingnya pendidikan karakter ini sehingga Negara mengaturnya dalam Undang-Undang Dasar 1945 bab XIII tentang pendidikan dan kebudayaan pasal 31 yang berbunyi sebagai berikut: “Negara mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang.”2 Berbicara pendidikan, sudah seharusnya mengikuti dan berpedoman kepada kurikulum pendidikan. Boleh saja kurikulum senantiasa berubah-ubah setiap 2
Sekretariat Jenderal MPR RI, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, (Jakarta, Sekretariat Jenderal MPR RI 2013), h. 163 -164.
4
tahunnya, akan tetapi tidak boleh melenceng dari UU (undang-undang) Pendidikan, dan UU Pendidikan sebagai implementasi daripada UUD (undangundang dasar) 1945 tidak dibenarkan keluar koridor ataupun melenceng daripada UUD 1945 itu sendiri, begitupun UUD harus tetap berkiblat kepada Pancasila sebagai falsafah negara. Artinya, praktik pembelajaran di kelas wajib mengaplikasikan proses dan hasil belajar sesuai dengan yang diamanatkan oleh UUD 1945 bab XIII tentang pendidikan dan kebudayaan pasal 31 tersebut yang salah satu poin amanatnya adalah pendidikan karakter (akhlak mulia). Dalam hal ini terdapat beberapa mata pelajaran yang dianggap mampu menopang pembinaan karakter salah satunya adalah IPS. IPS mengkaji bagaimana cara manusia bersosialisasi dengan kehidupan sosial. lewat mata pelajaran ini siswa diharapkan mampu bertindak dan berperilaku sesuai dengan norma sosial baik yang tertulis ataupun tidak termasuk di dalamnya adalah diharapkan siswa mampu mengenal, memahami, menerima dan menghargai keragaman suku bangsa dan budaya. Untuk meningkatkan hasil belajar IPS siswa pada pokok bahasan menerima keragaman suku bangsa dan budaya di Indonesia dibutuhkan ketepatan dalam pemilahan metode ajar. Artinya seorang guru harus tepat dalam memilih metode agar materi yang diajarkan bisa sampai dan diterima oleh siswa. Atas kesadaran akan permasalahan yang ada, dengan sedikit keberanian berbekal ilmu pengetahuan dari para dosen budiman dan juga dosen pembimbing skripsi yang sangat bijak maka peneliti tertarik untuk mengkaji masalah hasil belajar IPS siswa Pada Pokok Bahasan Menerima Keragaman Suku Bangsa dan Budaya di SD NU Wanasari Kabupaten Indramayu. Dengan melihat seberapa besar pengaruh yang dilakukan oleh guru dalam dalam menggunakan metode ajar yang tepat terhadap peningkatan hasil belajar IPS siswa Pada Pokok Bahasan Menerima Keragaman Suku Bangsa yang didapatkan siswa selama menjalani proses belajar mengajar (PBM).
5
B.
Identifikasi Masalah Melirik pada latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasikan beberapa
masalah yang berhubungan dengan peningkatan hasil belajar IPS siswa pada pokok bahasan menerima keragaman suku bangsa dan budaya melalui metode “Role Playing”. diantaranya yaitu: 1.
Pendidikan dewasa ini masih lemah dalam membentuk karakter siswa terutama karakter toleransi
2.
Tingkat intelegensi siswa yang yang rendah
3.
Kesehatan jasmani siswa yang kurang baik
4.
Motivasi belajar siswa yang rendah
5.
Disiplin siswa yang rendah
6.
Infrastrukstur yang belum lengkap
7.
Lingkungan keluarga yang kurang baik
8.
Tingkat pemahaman siswa terhadap keberagaman suku bangsa dan budaya masih sangat minim
9.
C.
.
Kurang optimalnya pemilihan metode yang tepat yang dilakukan guru
Pembatasan Masalah Penelitian Dari beragam permasalahan yang telah diidentifikasikan di atas ternyata
banyak faktor yang mempengaruhi hasil belajar IPS siswa pada pokok bahasan menerima keragaman suku bangsa dan budaya di Indonesia baik faktor internal maupun faktor eksternal karena keterbatasan penelitian dalam hal waktu, tenaga dan biaya serta untuk menjaga agar penelitian lebih terarah dan fokus, maka diperlukan adanya pembatasan masalah penelitian. Dengan demikian, maka peneliti memutuskan bahwa penelitian ini dibatasi pada masalah “peningkatan hasil belajar IPS siswa pada pokok bahasan menerima keragaman suku bangsa dan budaya melalui metode “Role Playing” di SD NU Wanasari Kabupaten Indramayu”. SK/KD yang akan dijadikan bahan ajar dalam tindakan penelitian adalah Standar Kompetensi (SK): Memahami sejarah, kenampakan alam dan keragaman suku bangsa di lingkungan kabupaten/kota dan provinsi dan Kompetensi Dasar
6
(KD): Menghargai keragaman suku bangsa dan budaya setempat (kabupaten/kota, provinsi).
D.
Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah dan batasan di atas, maka
dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: 1. Apakah metode Role Playing mampu meningkatkan hasil belajar IPS siswa pada pokok bahasan menerima keragaman suku bangsa dan budaya di SD NU Wanasari Kabupaten Indramayu? 2. Bagaimanakah hasil belajar IPS siswa pada pokok bahasan menerima keragaman suku bangsa dan budaya di SD NU Wanasari Kabupaten Indramayu sebelum mengikuti pembelajaran dengan metode Role Playing? 3. Bagaimanakah hasil belajar IPS siswa pada pokok bahasan menerima keragaman suku bangsa dan budaya di SD NU Wanasari Kabupaten Indramayu sesudah mengikuti pembelajaran dengan metode Role Playing?
E.
Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk: 1.
Mengetahui faktor apa saja yang dapat mendukung dan menghambat hasil belajar IPS siswa pada pokok bahasan menerima keragaman suku bangsa dan budaya
2.
Seberapa efektif penerapan metode Role Playing (Bermain peran) dalam meningkatkan hasil belajar IPS siswa pada pokok bahasan menerima keragaman suku bangsa dan budaya.
F.
Manfaat Penelitian Adapun hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi: 1.
Pengembangan akademik pada umumnya, terutama peningkatan hasil pembelajaran.
2.
Bagi para siswa, penelitian ini diharapkan mampu menjadikan siswa
7
Memiliki sebuah Mindset (pemahaman) yang matang tentang mengenal, menerima, memahami dan menghargai keragaman suku bangsa dan budaya yang dimiliki Indonesia. 3.
Bagi para Guru, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan pedoman untuk menerapkan pembelajaran yang bersifat afektif.
4.
Sedangkan bagi peneliti sendiri, untuk menambah wawasan tentang metode pembelajaran atau cara yang tepat untuk menunjang proses pembelajaran yang bersifat afektif.
BAB II KAJIAN TEORI, PENGAJUAN INTERVENSI TINDAKAN DAN HIPOTESIS TINDAKAN
A.
Kajian Teori 1.
Hasil Belajar IPS a. Hasil Belajar Hasil belajar didefinisikan oleh banyak pakar pendidikan. Hasil belajar sebagai suatu hasil yang diharapkan dari pembelajaran yang telah ditetapkan dalam rumusan perilaku tertentu sebagai akibat dari proses pembelajarannya. 3 Menurut A. Tambrani Rusyan dalam bukunya pendekatan dalam proses belajar mengajar berpendapat bahwa hasil belajar merupakan hasil yang dicapai oleh seorang siswa setelah ia melakukan kegiatan belajar mengajar tertentu atau setelah ia menerima pengajaran dari seorang guru pada suatu saat.4 Menurut Nana Sudjana hasil belajar pada dasarnya merupakan akibat dari suatu proses belajar. 5 Berbeda lagi menurut aliran psikologi kognitif memandang hasil belajar adalah mengembangkan berbagai strategi untuk mencatat dan memperoleh informasi, siswa harus aktif menemukan informasiinformasi tersebut dan guru menjadi partner siswa dalam proses penemuan berbagai informasi dan makna-makna dari informasi yang diperolehnya dalam pelajaran yang dibahas dan dikaji bersama. 6 Dari pengertian hasil belajar yang telah dikemukakan oleh para ahli maka intinya adalah perubahan. Oleh karena itu seseorang yang
3
Veitzal Rifai, Upaya-upaya Meningkatkan Hasil Belajar Kepemimpinan Peserta Diklat Spama Survei di DIKLATDEPKES, (Jurnal Pendidikikan dan Kebudayaan No. 40, tahun ke-9, Jakarta: DEPDIKNAS, Januari 2003), h. 130. 4 Tabrani Rusyan, Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2000), h. 65. 5 Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Menagajar, (Bandung: PT. Sinar Baru Algesindo, 2000), h. 28. 6 Dede Rosyada, Paradigma Pendidiikan Demokrasi (Jakarta: Prenada Media, 2004), h. 92.
8
9
melakukan aktivitas belajar dan memperoleh perubahan dalam dirinya dengan memperoleh pengalaman baru, maka individu itu dikatakan telah belajar. Perubahan-perubahan tingkah laku yang terjadi dalam hasil belajar memiliki ciri-ciri: 1. Perubahan terjadi secara sadar 2. Perubahan dalam belajar bersifat fungsional 3. Perubahan bersifat positif dan aktif 4. Perubahan bukan bersifat sementara 5. Perubahan bertujuan dan terarah 6. Mencakup seluruh aspek tingkah laku. 7
b. Hasil Belajar IPS Mata pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif, dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat. Dengan berbagai pendekatan mata pelajaran IPS diharapkan peserta didik akan memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam dalam bidang IPS. Kompetensi yang dikembangkan dalam mata pelajaran IPS meliputi kemampuan pengembangan aspek
intelektualisme
serta
pengembangan keterampilan sosial yang dibutuhkan oleh siswa dalam kehidupan bermasyarakat. Kompetensi yang harus dikuasai oleh peserta didik dalam rumpun mata pelajaran IPS adalah berupa keterampilan intelektual yang meliputi keterampilan dasar sebagai kemampuan yang terendah, kemudian diikuti dengan keterampilan melakukan proses, dan keterampilan tertinggi berupa keterampilan investigasi. Keterampilan mencari, memilih, mengolah, dan menggunakan informasi untuk memberdayakan diri serta keterampilan bekerjasama dengan kelompok yang majemuk nampaknya 7
Slamet, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: PT. Rineka Cipta 2003), h. 3-4.
10
merupakan aspek yang sangat penting dimiliki oleh peserta didik yang kelak akan menjadi warga negara dewasa dan berpartisipasi aktif di era globalisasi. Alasannya adalah, era globalisasi yang ditandai dengan persaingan dan kerjasama yang sarat dengan kemajuan tehnologi serta informasi di segala aspek kehidupan mempersyaratkan mereka memiliki keterampilan-keterampilan tertentu. Kompetensi hasil belajar yang dimaksud adalah sejumlah kemampuan yang dapat dipahami, dikuasai dan ditunjukan oleh siswa sebagai hasil dari proses pembelajaran IPS di dalam kelas. Jadi, dapat penulis simpulkan bahwa hasil belajar IPS merupakan keseluruhan kemampuan yang mampu difahami, dikuasai dan ditunjukan secara sadar dan berkesinambungan oleh siswa sebagai akibat dari proses pembelajaran IPS di dalam kelas.
c.
Faktor –Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar IPS Menurut Kartini Kartono kegiatan proses belajar mengajar
dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal yang dapat dijabarkan lebih lanjut sebagai berikut: 1. Faktor yang berasal dari dalam diri siswa (Internal), diantaranya meliputi: a) Intelegensi Intelegensi merupakan suatu kemampuan dasar yang bersifat umum
untuk
memperoleh
sesuatu
kecakapan
yang
mengandung berbagai komponen b) Bakat Merupakan potensi atau kemampuan yang jika dikembangkan melalui belajar akan menjadi kecakapan yang nyata c) Minat dan perhatian Minat dan perhatian dalam belajar sangat berhubungan erat. Seseorang yang menaruh minat pada mata pelajaran tertentu, biasa cenderung untuk selalu memperhatikan mata pelajaran yang diminatinya.
11
Begitu juga jika seseorang menaruh perhatian secara kontinue baik secara sadar maupun secara tidak sadar pada objek tertentu biasanya akan membangkitkan minat pada objek tersebut. d) Kesehatan jasmani Kondisi fisik yang baik akan sangat berpengaruh terhadap berlangsungnya kegiatan belajar mengajar. Seseorang apabila memiliki badan atau kondisi fisik yang sehat maka ia akan mempunyai semangat dalam belajar. Namun sebaiknya seseorang yang sedang dalam kondisi sakit maka akan sulit untuk bisa berkonsentrasi dalam belajar. e) Cara belajar Cara belajar yang efektif dan efisien akan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan dalam belajar. Ada beberapa cara belajar yang efisien. Diantaranya yaitu: berkonsentrasi baik sebelum belajar ataupun pada saat proses belajar mengajar (PBM) berlangsung, mempelajari kembali materi pelajaran yang telah diterima, membaca dengan teliti dan betul materinya, mencoba menyelesaikan latihan-latihan soal dari materi yang telah diajarkan.8 2. Faktor (Eksternal) yang berasal dari luar diri siswa, yaitu lingkungan, lingkungan keluarga, sekolah ataupun masyarakat. Hal serupa juga dikemukakan oleh Abu Ahmadi yang menyatakan bahawa ada beberapa faktor yang mempengaruhi belajar siswa baik secara langsung maupun tidak langsung. Faktor-faktor tersebut digolongkan menjadi tiga macam yaitu: a) Faktor-faktor stimulasi belajar, mencakup panjangnya bahan pelajaran kesulitan bahan pelajaran,
beraratinya bahan
pengajaran, berat ringannya tugas dan suasana lingkungan eksternal. 8
Kartini Kartono, Bimbingan Belajar di SMA dan Perguruan Tinggi, (Jakarta: CV.), h. 3-4.
12
b) Faktor-faktor metode belajar, mencakup kegiatan berlatih resistensi dalam belajar, pengenalan tentang hasil-hasil belajar, bimbingan dalam belajar dan kondisi-kondisi intensif. c) Faktor-faktor
individual,
mencakup
usia
kronologis,
perbedaan jenis kelamin, pengalaman sebelumnya, kapasitas mental, kondisi kesehatan jasmani, kondisi kesehatan rohani dan motivasi. 9 Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa diasumsikan oleh banyak peneliti disebabkan oleh 2 faktor yaitu internal dan eksternal. Faktor internal (yang berasal dari dalam diri siswa); segala hal yang bersumber dari dalam diri siswa meliputi tingkat intelegensi siswa, kesehatan jasmani, motivasi belajar siswa dan disiplin siswa. Sedangkan faktor eksternal (yang berasal dari luar diri siswa); segala hal yang bersumber dari luar diri siswa bisa berupa teman, guru, sarana dan prasarana sekolah dan lingkungan keluarga.10 Intelegensi adalah salah satu hal yang berpengaruh di dalam hasil belajar yang diperoleh siswa. Dimana biasanya individu yang meiliki intelegensi yang tinggi dia akan memiliki hasil belajar yang baik yang membanggakan di kelasnya, dan dengan hasil belajar yang baik yang dimilikinya ia akan lebih mudah meraih keberhasilan. Intelegensi atau tingkat kecerdasan dasar seseorang memang berpengaruh besar terhadap keberhasilan belajar seseorang.11 Keadaan jasmani yang perlu diperhatikan, pertama kondisi fisik yang normal atau tidak memiliki cacat sejak dalam kandungan sampai sesudah lahir. Kondisi fisik normal ini terutama harus meliputi keadaan otak, panca indera, anggota tubuh. Kondisi fisik yang sehat dan segar
9
Abu Ahmadi, Psikologi Pendidikan (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2001), h. 130-
138. 10 Indra, Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar, dalam Jurnal Pendidikan dan Budaya, Edisi-1, tanggal 10 juni tahun 2009, tersedia:http://educare.efkipunla. net. h. 1. 11 Fatkhul Muin, Intelegensi dan Emosi, Blog pada Wodpress.com diakses pada 15 februari 2013 pukul 05.00 WIB.
13
sangat mempengaruhi keberhasilan belajar. 12 Di dalam menjaga kesehatan fisik, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain makan dan minum yang teratur, olah raga serta cukup tidur. Siswa akan memperoleh hasil belajar yang baik apabila ia mempunyai motivasi (dorongan) belajar yang tinggi. Baik motivasi dari dalam dirinya sendiri untuk terus belajar maupun dari luar yang akan membantunya agar tetap berkeinginan untuk belajar dan berprestasi. Tentunya hasilnya akan berbeda antara siswa yang mempunyai motivasi tinggi dengan yang bermotivasi rendah untuk belajar. Motivasi siswa terkadang naik dan turun, sehingga hasil yang diperolehpun naik dan turun. Saat motivasi siswa mulai menurun, peran guru sebagai pendidik sangat penting. Guru diharapkan dapat membangkitkan semangat siswa untuk belajar.13 Disiplin siswa diharapkan dapat menciptakan pribadi siswa yang bertanggungjawab. Sikap yang cakap untuk dapat memilih tindakan yang akan dilakukan. Sehingga akhirnya akan memberikan hasil belajar yang baik. Seperti peratuan-peraturan yang dibuat oleh setiap sekolah mengenai kedisiplinan siswa dalam belajar. Namun peraturan yang ada hanya dijadikan peraturan saja. Pada kenyataan masih banyak siswa yang sering melanggar peraturan dan tata tertib yang ada. 14 Teman, adalah orang lain dari diri kita yang senantiasa tidak akan meninggalkan kita disaat kita sangat membutuhkan pertolongan. Seorang teman akan rela mengorbankan segalanya demi menolong seorang teman (sahabat) nya. Memilih teman yang tepat untuk menunjang keberhasilan prestasi akademik. Artinya, dalam hal ini jika tujuannya untuk
12
Muhamad Saufi, Upaya Meningkatkan Jasmani Melalui Pendekatan Bermain Dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani, Blog pada Wordpress.com diakses pada tanggal 5 maret 2013 pukul 17.00 WIB. 13 Uus Manzilatusifa, Pemberian Motivasi Guru dalam Pembelajaran, dalam Jurnal Pendidikan dan Budaya, Edisi-1, tanggal 6 Maret 2013, tersedia:http/educare.efkipunla.net. h.1. 14 Cucu Listinawati, Persepsi Masyarakat Terhadap Pendidikan Budi Pekerti di Sekolah-sekolah, dalam Jurnal Pendidikan dan Budaya, Edisi-1, tanggal 8 Maret 2013, tersedia:http/educare.e-fkipunla.net. h.1.
14
meningkatkan prestasi akademik maka teman yang tepat untuk digauli adalah teman yang memiliki kecerdasan pada mata pelajaran tersebut agar bisa berdiskusi dan berbagi ilmu dengannya. Guru, adalah orang tua kedua bagi siswa. Dimana seorang guru harus mampu memahami berbagai masalah yang dialami siswa jika siswa mengalami penurunan motivasi belajar. Disamping itu, Gurupun harus mampu menrasfer ilmu-ilmu yang dimilikinya tepat kepada para siswa. Artinya, tidak cukup seorang guru hanya mampu menguasai materi ajar yang akan diajarkan kepada siswa. Akan tetapi seorang guru pun harus cerdik menggunakan segala metode dan pendekatan dalam pembelajaran agar ilmu yang akan diajarkan tepat kepada sasarannya yaitu siswa. Sarana dan prasarana yang tersedia juga memberikan dampak langsung terhadap hasil belajar siswa secara optimal. Setiap guru dan siswa mengharapkan agar di sekolah tersedia infrastrukstur yang baik dan lengkap karena dianggap mampu menimbulkan semangat dan kegairahan siswa dalam belajar dan dapat mendukung terselenggaranya proses belajar mengajar. Akan tetapi tidak semua sekolah dapat memenuhi semua sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh guru dan siswa yang diakibatkan karena keterbatasan dana yang dimiliki oleh sekolah. 15 Faktor lingkungan rumah atau keluarga ini merupakan faktor eksternal yang paling penting dan utama dalam menentukan keberhasilan belajar seseorang. Suasana lingkungan rumah yang cukup tenang, adanya perhatian orangtua terhadap perkembangan proses belajar dan pendidikan anak-anaknya maka akan mempengaruhi keberhasilan belajarnya.16 Sedangkan menurut Jhon M. Keller sebagaimana yang dikutip oleh mulyono abdurrahman berpandangan bahwa belajar sangat dipengaruhi dua macam masukan, yaitu kelompok masukan pribadi (Personal Inputs)
15 Raden Adelina Fauzie, Anggaran Pendidikan Untuk Masa Depan Bangsa Yang Lebih Baik, dalam Jurnal Pendidikan dan Budaya, Edisi-1, tanggal 3 Maret 2013, tersedia: http://educare.efkipunla.net. h.1. 16 Thursan Hakim, Belajar Secara Efektif, dalam Jurnal Pendidikan dan Budaya, Edisi-1, tanggal 9 Maret 2013, tersedi: http://educare.e-fkipunla.net. h.1.
15
dan kelompok masukan yang berasal dari lingkungan (Enviromental Input)”.17 Pendapat lain yang diungkapkan Muslim dalam jurnal penelitian bidang pendidikan menyebut faktor-faktor yang mempengaruhi belajar, yaitu: 1. Strategi pembelajaran, salah satu strategi yang dapat meningkatkan keterlibatn siswa dalam proses belajar adalah: pra pembelajaran, penyajian informasi, peran serta siswa, evaluasi, dan tindak lanjut. 2. Gaya kognitif siswa, yaitu kebiasaan bertindak yang relatif tetap dalam menerima, memikirkan, memecahkan masalah ataupun dalam informasi. 18 Dari
berbagai
penjabaran
tentang
faktor-faktor
yang
mempengaruhi belajar dapat peneliti kelompokan menjadi dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang timbul dari dalam diri anak didik tersebut sedangkan faktor eksternal faktor yang disebabkan oleh stimuli eksternal terhadap siswa sehingga siswa terpengaruh atau terkondisi oleh faktor eksternal tersebut.
d. Macam-Macam Hasil Belajar IPS Hasil belajar menempatkan seorang dari tingkat abilitas yang satu ke tingakat abilitas yang lain. Dalam sistem pendidikan nasional maupun rumusan tujuan pndidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan intruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi 3 domain. Yakni kognitif, afektif, dan psikomotorik. 1. Domain kognitif, Kognitif (cognitive) berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri
17 18
h. 155.
dari
6
aspek,
yakni;
Knowledge
(pengetahuan),
Mulyono Abdurrahman Psikologi Belajar, Op. Cit, h. 106. Roestiah N. K, Masalah-masalah Keguruan (Jakarta: PT. Bina Aksara, 2000),
16
Comprehention
(pemahaman), application
(aplikasi), analysis
(analisis), Synthesis (sintesis), dan evaluation (evaluasi). 2. Domain Afektif, Afektif (Affective) berhubungan dengan respon emosional yang terdiri dari 5 aspek, yakni; Receiving (penerimaan; sikap menerima), Resonding (jawaban atau respon), Value (menghargai, menilai), Organization (pengorganisasian), dn Characterization (karakerisasi). 3. Domain Psikomotorik, Psikomotorik (pshycomotoric) berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada 6 aspek ranah psikomotorik yakni; gerak reflek, gerak fundamental dasar, kemampuan perseptual, kemampuan fisik, gerakan terlatih, dn kemampuan nondiskusif. 19 Pendapat Bloom ini dikuatkan lagi oleh Akhmad Sudrajat dalam bukunya hakikat belajar, beliau mengungkapkan bahwa hasil belajar yang diperoleh oleh peserta didik dari proses belajar akan menciptakan perubahan baik dalam aspek kognitif (pengetahuan), aspek afektif (sikap dan nilai), dan aspek psikomotorik (keterampilan). Masalah hasil belajar dalam pencapaian tentu tidak mudah seperti halnya membalikkan telapak tangan. 20 Sebenarnya hasil belajar merupakan realisasi pemekaran dari kecakapan atau kapasitas yang dimiliki seseorang. Penguasaan hasil belajar dari seseorang dapat dilihat dari perilakunya, baik perilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan,
keterampilan berpikir,
maupun
keterampilan motorik.21 Hasil belajar akan menunjukan pengetahuan dan pengertian dalam diri seorang sehingga ia dapat mempunyai kemampuan berupa 19
Jhon W santrock, Psikologi Pendidikan, (jakatra: kencana, 2008), Ed. 2, cet 2, h. 468-469. 20 Akhmad Sudrajat, Hakikat Belajar, Puncak Wordpress Blog Indonesia diakses pada tanggal 12 Februari 2013 pukul 03.00 WIB. 21 Nana Saudih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2003), h. 102-103.
17
keterampilan dalam bentuk kebiasaan, sikap dan cita-cita hidupnya. Orang yang telah berhasil dalam belajar akan menjadi orang yang mandiri dan dapat meningkatkan kesejahteraan hidupnya, serta dapat menentukan arah hidupnya. 22 Bahar mengemukakan bahwa ada dua hal yang sangat penting untuk dijadikan sasaran evaluasi dalam pelaksanaan kurikulum, yaitu hasil belajar siswa tiap catur wulan dan daya capai kurikulum pada tiap sekolah.23 Dari beberapa macam hasil belajar diatas yang dikemukakan oleh beberapa para ahli pendidikan, maka dapat disimpulkan esensi dari hasil belajar yaitu perubahan peserta didik secara signifikan dari segi pengetahuan, keterampilan berfikir maupun keterampilan motorik. Dengan menilai hasil belajar murid-muridnya sebenarnya guru tidak hanya menilai hasil usaha muridnya saja akan tetapi sekaligus juga menilai hasil usahanya sendiri. Menilai hasil belajar siswa berfungsi untuk dapat membantu guru dalam menilai kesiapan anak pada suatu mata pelajaran, mengetahui status siswa dalam kelas, membantu guru dalam usaha memperbaiki metode belajar mengajar. Selain bagi seorang guru kegunaan hasil belajar bagi seorang adminitrator adalah untuk memberi laporan kemajuan siswa kepada orangtua siswa atau wali murid dan memberi ikhtisar mengenai hasil usaha yang dilakukan oleh suatu lembaga pendidikan”. 24
e. Instrument Penilian Hasil Belajar IPS Instrumen
penilaian
hasil
belajar
merupakan
alat
untuk
mengumpulkan data yang digunakan untuk mngetahui informasi keberhasilan belajar siswa. Setelah guru beserta siswa melakukan proses 22
Wawan Koester, Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Hasil Belajar Siswa SLTPN di Jakarta (Bandung: Mimbar Pendidikan UPI, No. 2/XIX, 2002), h. 2. 23 Yusmidah, Peningkatan Hasil Belajar Siswa dengan Menggunakan Media Peta (Surabaya: Pelangi Pendidikan, volume 5, no. 1, 2002), h. 2. 24 Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002), h. 299-302.
18
belajar mengajar, maka kemudian diadakan suatu penilian menganai keefektifan proses tersebut. Adapun dasar-dasar penyusunan tes hasil adalah sbb: 1. Tes hasil belajar dapat mengukur apa-apa yang telah dipelajari dalam proeses belajar mengajar sesuai dengan tujuan intruksional yang tercantum di dalam kurikulum yang berlaku. 2. Tes hasil belajar disusun sedemikian baik sehingga benar-benar mewakili bahan yang harus dipelajari. 3. Pertanyaan tes hasil belajar hendaknya disesuaikan dengan aspekaspek tingkat belajar yang diharapkan. 4. Tes hasil belajar disusun sesuai dengan tujuan penggunaan tes itu sendiri. 5. Tes hasil belajar disesuaikan dengan pendekatan pengukuran yang dianut apakah mengacu pada kelompok (norm reference/ standar relatif) ataukah mengacu pada patokan tertentu (criterion reference/ standar mutlak). 6. Tes hasil belajar hendaknya dapat digunakan untuk memperbaiki proses belajar mengajar.25 Dengan demikian penilian penilian hasil belajar IPS bukan hanya sekedar untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar IPS. Namun juga penilaian hasil belajar ini digunakan untuk mengetahui keefektifan penerapan sebuah strategi pembelajaran IPS. Sehingga dengan penilaian tersebut dapat memperbaiki proses belajar mengajar IPS berikutnya.
f. Tujuan Pelajaran IPS Mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:
25
Wahidmurni, dkk, evaluasi pembelajaran kompetensi dan praktik, (Yogyakarta: nuha litera, 2010), h. 29.
19
1. Mengenal
konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan
masyarakat dan lingkungannya. 2. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial. 3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan. 4. Memiliki
kemampuan
berkomunikasi,
bekerjasama
dan
berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.
g. Karakteristik Pembelajaran IPS Karakteristik mata pelajaran IPS adalah pada upaya untuk mengembangkan kompetensi sebagai warga negara yang baik. Warga negara yang baik berarti yang dapat menjaga keharmonisan hubungan diantara masyarakat sehingga terjalin persatuan dan keutuhan bangsa. Hal ini dapat dibangun apabila dalam diri setiap orang terbentuk perasaan yang menghargai terhadap segala perbedaaan. Baik itu perbedaan pendapat, etnik, agama, kelompok, budaya dan sebagainya. Bersikap terbuka dan senantiasa memberikan kesempatan yang sama bagi setiap orang atau kelompok untuk dapat mengembangkan dirinya. Karena dari bersikap terbuka akan membawa siswa kepada sikap arif selanjutnya yakni toleransi, toleransi dapat diartikan sebagai sebuah sikap yang menganggap dan mengakui adanya eksistensi hal lain yang selain dari dalam dirinya. Dari sikap toleransi ini akan menggiring siswa kepada sikap bijaksana berikutnya yakni pluralis. Sikap Pluralis dapat diartikan sebagai suatu sikap yang tidak hanya mengakui eksistensi hal lain selain dari dirinya tetapi juga mampu bekerjasama dengan hal yang berbeda tersebut sehingga mencapai kesepakatan dalam keberagaman. Oleh karena itu pembelajaran IPS diharuskan mampu melatih siswa agar dapat membangun sikap yang demikian. Sehingga dapat
20
penulis simpulkan bahwa mata pelajaran IPS memiliki tanggung jawab moral tersendiri dibandingkan mata pelajaran lainnya dalam membangun dan melatih siswa agar berkepribadian dan berkarakter sesuai yang diamanatkan UUD 1945.
h. Ruang Lingkup Pelajaran IPS di SD Ruang lingkup mata pelajaran IPS ajar di tingkat SD meliputi aspek-aspek sebagai berikut: 1. Manusia, Tempat, dan Lingkungan 2. Waktu, Keberlanjutan, dan Perubahan 3. Sistem Sosial dan Budaya 4. Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Pada jenjang Sekolah Dasar, penyajian IPS dilakukan secara terpadu karena perspektif siswa pada usia SD lebih tendentif pada hal-hal yang bersifat konkrit dan utuh. Barulah Pada jenjang pendidikan berikutnya diperkenalkan cabang-cabang IPS yakni geografi, sejarah, ekonomi, akuntansi, sosiologi, antropologi dan budaya. Akan tetapi walaupun cabang-cabang dari IPS tersebut telah berdiri sendiri sebagai mata pelajaran, dalam pengkajiannya tetap saja tidak memisahkan secara ketat Antara masing-masing mata pelajaran tersebut, ini semua dikarenakan mata pelajaran IPS merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu sosial yang saling berkaitan satu dengan lainnya karena memang IPS dirumuskan berdasarkan realitas kehidupan.
i. Keragaman Suku Bangsa dan Budaya Sebagai Materi Pada Mata Pelajaran IPS SD Mata pelajaran IPS sebagai ilmu sosial yang erat sekali hubungannya dengan kehidupan sosial merupakan wahana untuk mengenal, menerima dan menghargai keragaman suku bangsa dan budaya di Indonesia. Mengingat Indonesia adalah sebuah negara kesatuan yang memiliki padat penduduk, banyak pulau, beragam suku,
21
adat istiadat bahasa daerah yang berbeda satu sama lain. Keragaman (Pluralitas) ini sangat rentan terjadi disintegrasi jika tidak ada pondasi yang memersatukan keragaman tersebut. Karena itu muncullah Bhineka Tunggal Ika sebagai semboyan Negara Indonesia. Bhineka Tunggal Ika mengandung arti yang sangat dalam. Bhina yang berarti beda, Tunggal yang berarti satu dan Ika yang berarti itu. Jadi, Bhineka Tunggal Ika bermakna berbeda-beda tetapi tetap satu. Kalimat Bhineka Tunggal Ika diambil dari kitab Sutasoma karangan empu Tantular.26 Dengan lahirnya semboyan ini diharapkan mampu dijadikan Pedoman hidup warga Negara Republik Indonesia dalam menjaga persatuan dan kesatuan Negara. Siswa diharapkan mampu mengenal, menerima dan memahami beragam macam ras, suku bangsa, bahasa dan budaya yang dimiliki oleh Indonesia demi terwujudnya persatuan bangsa. Tercapainya pemahaman yang baik kepada masyarakat tentang pentingnya persatuan dan kesatuan Negara sangat bergantung kepada aspek pendidikan. Pendidikan dianggap berperan penting dalam membentuk karakter bangsa. Penanaman pemahaman tentang kekayaan bangsa yang multikulral ini harus ditanam sedini mungkin kepada siswa. Diharapkan peserta didik mampu memahami bahwa negara ini kaya. Kaya akan suku bangsa, bahasa daerah, kearofan lokal, adat istiadat dan budaya. Berangkat dari pluralitas budaya dan pengandaian pendidikan konstruktifisme (constructivism) maka dalam pengelolaan pendidikan harus berangkat dari suatu keyakinan bahwa setiap warga masyarakat memiliki konstruks mengenai identitas budaya yang mereka pilih. Dengan demikian maka pendidikan harus membuka pengakuan dan keterbukaan bagi masyarakat untuk mengekspresikan simbol dan lambang-lambang 26
partikularitas
budaya
mereka.
Hanley
(2004)
Redaksi Bukuné, Undang-Undang Dasar 1945 & Perubahannya, (Jakarta: Bukuné, 2010), h. 46.
22
menegaskan, bahwa pendidikan harus memberi sumbangan dalam menumbuhkan kesadaran akan pluralisme budaya. 27 Sebagaimana terlampir di dalam Undang-Undang Dasar 1945 tentang pendidikan dan kebudayaan pasal 32 ayat 1 disebutkan bahwa Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budayanya. 28 Pada level sekolah dasar siswa diberi ruang untuk menciptakan struktur pengetahuan dan konstruks tentang identitas budaya mereka sendiri. Perspektif ini mengimplikasikan keharusan menerima keragaman konstruk siswa, karena memang siswa sekolah datang dari berbagai latar belakang nilai, keyakinan, kultur, etnisitas, ideologi maupun agama. Oleh karena itu pendidikan tidak bisa dikemas dengan cara monokultural, melainkan tetap harus menyediakan ruang bagi siswa untuk bisa memasuki
arus
transformasi
sosial
yang
menuntut
egalitarian,
demokratisasi, dan keadilan di tengah pluralitas budaya. Dengan
demikian
yang
mendesak
dalam
pengembangan
pendidikan multikultural adalah penyadaran akan pentingnya nilai-nilai yang menopang budaya plural. Nilai-nilai itu harus dikembangkan menjadi bagian dari budaya sekolah. Artinya sekolah tidak bisa hanya dikonsep
sebagai
institusi
untuk
menguasai
pengetahuan
dan
pengembangan potensi dalam perspektif monokultur. Institusi pendidikan juga harus menjadi arena bagi siswa yang dikembangkan atas dasar prinsip multikultur. Dalam institusi seperti itu pendidikan menjadi sebuah media menumbuhkan seperangkat nilai pluralisme, seperti cara memberikan penghargaan terhadap diri sendiri secara adil. Dari cara menghargai diri sendiri yang proporsional, akan berdampak kepada cara bersikap dan menghargai orang lain secara adil pula. Lebih jauh akan 27 Zainuddin Maliki, Sosiologi Pendidikan, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2008), h. 252. 28 Sekretariat Jenderal MPR RI, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, (Jakarta, Sekretariat Jenderal MPR RI 2013), h. 164.
23
tumbuh kemudian sikap menghormati dan peduli atas hak-hak orang lain yang memiliki berbagai perbedaan, baik dalam berpendapat, temperamen maupun latar belakang. Kendati demikian, di samping menumbuhkan kesadaran akan perbedaan, penting pula untuk ditumbuhkan nilai-nilai (equality). Dengan pandangan kesederajatan ini, dikembangkan pemahaman bahwa setiap siswa memiliki hak-hak dasar (basic right) yang sama, tanpa membedakan perbedaan ras, gender, usia, kapabilitas, keyakinan keagamaan, afiliasi politik, kewarganegaraan, wilayah dan latar belakang mereka. Pengakuan hak-hak dasar yang setara tanpa pandang bulu itu akan terwujud jika ditanamkan nilai-nilai tanggung jawab bersama sebagai anak bangsa. Nilai-nilai yang mampu mendorong sikap terbuka bagi setiap siswa untuk turut berpartisipasi dalam proses sosial maupun politik. Terbuka bagi partisipasi setiap siswa dalam memecahkan masalah dan menciptakan kebaikan bersama. 29
j. Metode-Metode Dalam Pembelajaran IPS Dalam menyampaikan pelajaran membutuhkan metode yang tepat agar materi yang ditransfer oleh guru bisa diterima, difahami dan diaplikasikan oleh peserta didik. Metode dalam pembelajaran IPS adalah suatu cara yang digunakan oleh guru agar siswa dapat belajar seluasluasnya dalam rangka pencapaian tujuan pengajaran yang efektif. 30 Secara garis besar metode pembelajaran yang dapat dikembangkan dalam IPS meliputi: metode ceramah, tanya jawab, diskusi, penugasan, kerja kelompok, demonstrasi, Talking Stick, karya wisata, simulasi, sosio drama, inquiri, Examples Non Examples dan Role Playing.
29 Zainuddin Maliki, Sosiologi Pendidikan, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2008), h. 266-267. 30 Supriatna dkk, Pendidikan IPS di SD, (Bandung, UPI PRESS, cet-1 2007) h. 126.
24
2.
Metode Role Playing a.
Pengertian Role Playing Bermain peran (Role Playing) menurut Wina Sanjaya adalah
metode pembelajaran sebagai bagian dari simulasi yang diarahkan untuk mengkreasikan peristiwa sejarah, mengkreasikan peristiwa-peristiwa aktual, atau kejadian-kejadian yang muncul pada masa mendatang. Sedangkan menurut Masitoh dan Laksmi Dewi bermain peran (Role Playing) merupakan jenis model simulasi yaitu permainan dalam bentuk dramatisasi, sekelompok siswa melaksanakan kegiatan tertentu yang telah diarahkan oleh guru. Adapun menurut Abu Ahmadi, dkk metode bermain peran (Role Playing) disebut juga sosiodrama. Dalam hal ini siswa diberi kesempatan dalam menggambarkan, mengungkapkan, atau mengekspresikan suatu sikap, tingkah laku, atau penghayatan sesuatu yang dipikirannya dirasakan, atau diinginkannya seandainya ia menjadi tokoh yang sedang diperankannya itu, semua sikap dan tingkah laku hendaknya diungkapkan secara spontan. Itulah sebabnya para pelaku suatu peranan tidak memerlukan teks kata-kata atau kalimat yang sudah disiapkan terlebih dahulu. Mereka cukup memahami garis-garis besar apa yang akan didramatisasikan. Bermain peran (Role Playing) merupakan bagian dari metode
simulasi,
dalam
proses
pembelajarannaya
metode
ini
mengutamakan pola permainan dalam bentuk dramatisasi. Pada hakikatnya, metode ini diangkat dari situasi kehidupan, khususnya sehari-hari. Simulasi berasal dari kata simulate yang berarti berpura-pura atau berbuat seolah-olah, atau simulation yang berarti tiruan atau perbuatan yang hanya berpura-pura saja. Dalam konteks ini, guru dapat membimbing dan mengarahkan siswa untuk menjalankan simulasi, baik di dalam maupun di luar kelas. 31
31
Tim LPP-SDM, Ensiklopedi Pendidikan Islam, (Depok, CV: Bina Muda Ciptakreasi, 2010), h. 124.
25
Metode bermain peran adalah berperan atau memainkan peranan dalam dramatisasi masalah sosial atau psikologis. Bermain peran adalah salah satu bentuk permainan pendidikan yang digunakan untuk menjelaskan perasaan, sikap, tingkah laku dan nilai, dengan tujuan untuk menghayati perasaan, sudut pandang dan cara berpikir orang lain. Dari beberapa pengertian tentang metode bermain peran (Role Playing) dapat ditarik kesimpulan bahwa metode bermain peran (Role Playing) adalah bagian dari metode simulasi melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan serta pengkreasian peristiwa-peristiwa yang diimajinasikan dengan cara memerankan tokoh hidup atau mati yang bertujuan agar siswa dapat perilaku sesuai dengan tujuan pembelajaran. Melalui metode bermain peran siswa diajak untuk belajar memecahkan masalah pribadi, dengan bantuan kelompok sosial yang anggotanya teman-temannya sendiri. Dengan kata lain metode ini berupaya membantu individu melalui proses kelompok sosial. Melalui bermain peran, para siswa mencoba mengeksploitasi masalah-masalah hubungan antar manusia dengan cara memperagakannya. Hasilnya didiskusikan dalam kelas. Proses belajar dengan menggunakan metode bermain peran diharapkan siswa mampu menghayati tokoh yang dikehendaki, keberhasilan siswa dalam menghayati peran itu akan menentukan apakah proses pemahaman, penghargaan dan identifikasi diri terhadap nilai berkembang.
b. Tujuan Penggunaan Metode Role Playing Tujuan penggunaan metode bermain peran (Role Playing) menurut Abu Ahmadi yaitu: a. Untuk meningkatkan kegiatan belajar siswa dengan melibatkan siswa dalam mempelajari situasi yang hampir serupa dengan kejadian yang sebenarnya.
26
b. Untuk melatih siswaagar
menguasai keterampilan tertentu;
baik yang bersifat profesional maupun yang penting bagi kehidupan sehari-hari. c. Untuk pelatihan memecahkan masalah. d. Untuk memberikan rangsangan kegairahan belajar siswa. e. Untuk merasakan atau memahami tingkah laku manusiadan situasi-situasi.
c.
Penggunaan Metode Role Playing Adapun metode bermain peran dapat dilakukan ketika: a.
secara lisan tidak dapat
menerangkan pengertian yang
dimaksud. b.
Memberikan gambaran bagaimana orang bertingkah laku dalam situasi sosial tertentu.
c.
Memberikan kesempatan untuk menilai atau memberikan pandangan mengenai tingkah laku sosial menurut pandangan masing-masing.
d.
Belajar menghayati sendiri keadaan “seandainya saya berada dalam situasi sosial seperti yang dialami sekarang ini (yang disosiodramakan)”.
e.
Memberikan
kesempatan
untuk
belajar
mengemukakan
penghayatan sendiri mengenai suatu sosial tertentu dengan mendramatisasikannya
di
depan
penonton
dan
bukan
memberikan keterangan secara lisan. f.
Memberikan
gambaran
mengenai
bagaimana
seharusnya
seseorang bertindak dalam situasi sosial tertentu.
d. Kelebihan Metode Bermain Peran Role Playing Menurut Masitoh dan Laksmi Dewi ada beberapa kelebihan metode bermain peran (Role Playing) diantaranya: a.
Siswa dapat berinteraksi sosial dengan lingkugan.
27
b.
Siswa terlibat langsung dalam pembelajaran.
c.
Siswa dapat memahami permaslahan sosial.
d.
Membina hubungan personal yang positif.
e.
Membina hubungan personal yang komunikatif.
f.
Dapat membangkitkan imajinasi dan estetika siswa dan guru. Menurut Abu Ahmadi, dkk beberapa kelebihan metode bermain
peran (Role Playing) diantaranya: a.
Memperjelas sistuasi sosial yang dimaksud.
b.
Menambah pengalaman tentang situasi sosial tertentu.
c.
Mendapat pandangan mengenai suatu tindakan dalam suatu situasi sosial dari berbagai sudut. Beberapa kelebihan metode bermain peran (Role Playing) menurut
Sri Anitah W, dkk. Diantaranya: a.
Siswa dapat melakukan interaksi sosial dan komunikatif dalam kelompoknya.
b.
Aktifitas cukup tinggi dalam pembelajaran sehingga terlibat langsung dalam pembelajaran.
c.
Dapat membiasakan siswa dalam memahami permasalahan sosial,
hal
ini
dapat
dikatakan
sebagai
implementasi
pembelajaran kontekstual. d.
Melalui kegiatan kelompok dan simulasi dapat membina hubungan personal yang positif.
e.
Dapat membangkitkan imajinasi.
f.
Membina hubungan komunikatif dan bekerjasama dalam kelompok. Adapun kelebihan metode bermain peran (Role Playing) menurut
tim LPP-SDM sebagai berikut: a.
dapat memupuk daya cipta siswa.
b.
merangsang siswa menjadi terbiasa dan terampil dalam menanggapi dan bertindak secara spontan.
28
c.
memperkaya pengetahuan, sikap, keterampilan, dan pengalaman tidak langsung dalam menghadapi berbagai situasi sosial yang problematik. siswa belajar menghargai dan menerima pendapat orang lain. 32
d.
Dari beberapa kelebihan metode bermain peran dapat disimpulkan metode bermain peran mempunyai kelebihan yaitu siswa mampu beriteraksi
sosial
dengan
lingkungan,
terlibat
langsung
dalam
pembelajaran, selain itu juga imajinatif dan membina hubungan yang komunikatif.
e.
Kekurangan Metode Role Playing Menurut Masitoh dan Laksmi Dewi ada beberapa kelemahan
metode bermain Peran (Role Playing) diantaranya: a.
Relatif memerlukan waktu yang banyak.
b.
Apabila siswa tidak memahami konsep simulasi, bermain peran tidak akan efektif.
c.
Sangat bergantung pada aktifitas siswa.
d.
Pemanfaatan bantuan belajar sulit.
e.
Adanya siswa yang lambat, kurang minat dan kurang motivasi, simulasi bermain peran kurang berhasil. Menurut Abu Ahmadi, dkk beberapa kelemahan metode Bermain
Peran (Role Playing) diantaranya: a.
Situasi sosial yang didaramatisasikan hanyalah tiruan.
b.
Situasi ini dalam kelas berbeda dengan situasi yang sebenarnya. Beberapa kelemahan metode bermain peran (Role Playing)
menurut Sri Anitah W, dkk. Diantaranya: a.
Relatif membutuhkan waktu yang cukup banyak.
b.
Sangat bergantung pada aktifitas siswa.
c.
Cenderung memerlukan pemanfaatan sumber belajar.
32
Ibid.
29
d.
Banyak siswa yang kurang menyukai simulasi / bermain peran sehingga menjadi tidak efektif. Adapun kelemahan metode bermain peran (Role Playing) menurut
tim LPP-SDM sebagai berikut: a.
Pengalaman yang diperoleh dari simulasi tidak selalu tepat dan sempurna.
b.
Pelaksanaan simulasi sering kali menjadi kaku dan tidak jarang hanya dijadikan sebagai alat hiburan. Menuntut hubungan yang akrab, fleksibel dan demokratis. 33
c.
Dari beberapa kelemahan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa metode bermain peran relatif membutuhkan waktu yang banyak, bergantung pada aktifitas siswa dan jika siswa tidak memahami maka bermain peran tidak akan efektif.
f.
Langkah-langkah dan Persiapan Role Playing Berhasil atau tidaknya penerapan metode Role Playing yang
digunakan di dalam proses pembelajaran tergantung pada persepsi siswa agar berperan sesuai dengan kondisi sebenarnya dengan sepenuh hati tanpa rasa malu sedikitpun. Hamzah B. Uno mengeneralisaikan prosedur langkah-langkah dalam bermain peran atas 9 langkah, yaitu: 1. Pemanasan (warming up) Langkah pertama pemanasan, yakni guru memperkenalkan kepada siswa apa itu Role Playing 2. Pemilihan peran Langkah kedua memilh peran, guru menentukan siapa yang akan memainkan peran dan mengelompokannya sebagai kelompok pemain drama. Kemudian guru membahas materi apa yang akan diperankan setiap pemain. 3. Menyiapkan pengamatan (observation) 33
Ibid, h. 125.
30
Dalam hal ini guru memohon kepada guru pamong atau bisa juga menunjuk siswa agar ikut serta melakukan pengamatan dan mengelompokannya menjadi kelompok observer. 4. Menata panggung Dalam hal ini guru mendiskusikan dengan siswa bagaimana peran itu akan dimainkan dan apa saja kebutuhan yang akan diperlukan dalam mempraktikan bermain peran. 5. Memainkan peran Permainan peran dimulai. Permainan peran dilaksanakan secara sungguh-sungguh. Usahakan berakting seakan-akan hal itu adalah kejadian nyata. 6. Diskusi dan evaluasi Guru
meminta
siswa
dalam
kelompok
observer
untuk
mendiskusikan pertanyaan yang diberikan oleh guru sesuai dengan permainan peran yang sudah diperankan oleh siswa dari kelompok pemain peran dan melakukan evaluasi dengan mempresentasikan hasil diskusinya. 7. Memainkan ulang peran Setelah diskusi dan evaluasi selasai, dilanjutkan ke langkah ketujuh yakni memainkan ulang drama atau memainkan peran yg kedua. Seharusnya, pada permainan peran yang kedua ini akan lebih baik. 8. Diskusi dan evaluasi kedua Dalam diskusi dan evaluasi yang kedua ini harus lebih baik dari Diskusi dan evaluasi yang pertama. 9. Berbagi pengalaman dan kesimpulan. Siswa diajak berbagi pengalaman tentang tema permainan peran yang telah dilakukan dan membuat kesimpulan. 34 Senada
dengan
pendapat
Uno,
Agar
proses
pelaksanaan
pembelajaran menggunakan metode bermain peran tidak mengalami
34
Hamzah B. Uno, Model Pembelajaran, (Jakart: PT.bumi aksara, 2007), h. 25.
31
kaku, maka perlu adanya tahapan-tahapan yang harus dipahami terlebih dahulu adalah sebagai berikut: a.
Identifikasi masalah dengan cara memotivasi siswa.
b.
Memilih tema.
c.
Menyusun skenario pembelajaran.
d.
Pemeranan.
e.
Tahapan diskusi dan evaluasi.
f.
Melakukan pemeranan ulang, melakukan diskusi dan evaluasi.
g.
Membagi pengalaman dan menarik generalisasi. 35 Dari tahapan- tahapan pelaksanaan metode Role Playing diatas
diharapkan pelaksanan Role Playing berjalan dengan baik, sehingga dengan berhasilnya pelaksanaan metode Role Playing di kelas, hasil belajar yang diharapakanpun menjadi optimal.
g.
Prasyarat Optimalisasi Pembelajaran Role Playing Untuk menunjang efektifitas pengguna metode bermain peran perlu
dipersiapkan kemampuan guru maupun kondisi siswa yang optimal. Kemampuan guru yang harus diperhatikan untuk menunjang metode bermain peran diantaranya: a.
Mampu membimbing siswa dalam mengarahkan tehnik, prosedur, dan peran yang akan dilakukan dalam bermain peran.
b.
Mampu memberikan ilustrasi.
c.
Mampu menguasi pesan yang dimaksud dalam bermain peran.
d.
Mampu mengamati secara proses yang dilakukan oleh siswa. Adapun kondisi dan kemampuan siswa yang harus diperhatikan
dalam penerapan metode bermain peran adalah: a.
Kondisi minat, perhatian dan motivasi siswa dalam bermain peran.
b.
Pemahaman terhadap pesan yang akan dimainkan. 35
Tim LPP-SDM, Ensiklopedi Pendidikan Islam, (Depok, CV: Bina Muda Ciptakreasi, 2010), h. 128.
32
c.
B.
Kemampuan dasar komunikasi dan berperan.
Penelitian yang Relevan Penelitian yang relevan dengan penelitian ini Antara lain: a.
Peningkatan hasil belajar IPS melalui penerapan metode Problem Solving pada siswa kelas VIII di MTs Al-Hidayah Rawadenok Bogor. Dalam penelitian tersebut dan penelitian ini sama-sama meneliti peningkatan hasil belajar IPS siswa. Perbedaannya dalam penelitian tersebut menggunakan metode Problem Solving. Sedangkan dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode Role Playing.
b.
Perbandingan penggunaan Macromedia Flash dan Macromedia Power Point. Dalam peningkatan hasil belajar IPS ekonomi siswa di SMP Negeri 37 Jakarta. Sama-sama meneliti peningkatan hasil belajar IPS siswa. Akan tetapi, jika dalam penelitian tersebut peneliti mengomparasikan Antara Macromedia flash dan Macromedia Power Point. Sedangkan dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode Role Playing.
c.
Peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS dengan menggunakan media gambar pada siswa kelas V di MI AlWathoniyah XI tahun pelajaran 2011-2012. Kesamaan antara penelitian tersebut dengan penelitian ini adalah sama-sama meneliti peningkatan hasil belajar IPS siswa. Perbedaan Antara kedua penelitian ini adalah jika dalam penelitian tersebut menggunakan media gambar sedangkan dalam penelitian ini peneliti mrnggunakan metode Role Playing.
C.
Pengajuan Konseptual Intervensi Tindakan Dewasa ini sikap toleransi siswa baik dalam bersosialiasasi dengan teman
kelasnya, guruya, sekolah lain, maupun dengan masyarakat pada umumnya kurang diperhatikan oleh pemerintah. Bagitupun dalam dunia pendidikan, beberapa mata pelajaran memang secara teoritis menyajikan nilai-nilai karakter
33
toleransi. Akan tetapi lagi-lagi masalah ini dihadapkan kepada posisi seorang guru. Guru dalam menyajikan dan menyampaikan nilai karakter toleransi kepada siswa tentang bagaimana cara menghargai keragaman terkadang masih tergolong monoton ataupun pengggunaan metode yang kurang tepat. yaitu dengan metode ceramah yang mengakibatkan siswa kurang mengerti makna dan tujuan dari pembelajaran tersebut. Untuk mengatasi hal tersebut dibutuhkan sebuah metode yang lebih tepat dalam mengoptimalkan pembelajaran yang menghasilkan nilai toleransi tersebut. Solusi yang diambil adalah dengan penerapan metode bermain peran (Role Playing) dalam pembelajaran IPS. Dengan penggunaan metode “Role Playing” siswa akan lebih tertarik dan antusias dalam mengikuti pelajaran IPS. Setelah penggunaan metode bermain peran (Role Playing) maka sikap toleransi dalam keragamanpun akan meningkat.
E.
Hipotesis Tindakan Berdasarkan landasan teori dan kerangka berpikir, maka dapat dirumuskan
hipotesis penelitian tindakan kelas sebagai berikut: penerapan metode bermain peran (Role Playing) dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa dalam pokok bahasan menerima keragaman suku bangsa dan budaya studi kasus pembelajaran IPS kelas IV SD NU Wanasari Kabupaten Indramayu.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A.
Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakasanakan di SD NU Wanasari yang beralamat di Jalan
KH. Sanusi Raso, Desa Wanasari, Kec. Bangodua, Kab. Indramayu Kode Pos. 45272. Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun ajaran 2012/2013 waktu pelaksanaannya dari tanggal 15 April sampai dengan tanggal 27 Mei 2013. B.
Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian Dalam metode ini menggunakan penelitian tindakan kelas (PTK) atau
Classroom Action Research (CAR). PTK merupakan suatu bentuk kajian reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan semata-mata untuk meningkatkan kemampuan rasional dari tindakan-tindakan yang dilakukannya itu, serta untuk memperbaiki kondisi dimana praktik pembelajaran dirasa belum mencapai tujuan pembelajaran (T. Raka Joni, 1998).36 Pemilihan metode ini didasarkan pada pendapat ahli yang menyatakan bahwa PTK adalah penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakantindakan tertentu untuk memperbaiki dan meningkatkan praktik pembelajaran di kelas secara berkualitas sehingga siswa dapat memperoleh hasil belajar IPS yang lebih baik. Diharapkan dengan metode ini peneliti akan mengkaji dan
merefleksi
penerapan metode bermain peran (Role Playing) dengan tujuan untuk meningkatkan hasil belajar IPS melalui pemahaman model dramatisasi. Untuk meningkatkan proses dan hasil pembelajaran di kelas dibutuhkan interaksi antara guru dan siswa, siswa dengan siswa, keadaan kelas dan materi sehingga dalam penelitian ini peneliti menggunakan 2 siklus. Siklus akan dihentikan ketika telah mencapai tujuan pembelajaran dengan hasil yang sangat baik. 36
M. Djunaidi Ghony Penelitian Tindakan Kelas, (Malang: UIN-Malang Press, 2008), h. 8.
34
35
Desain penelitian tindakan kelas dilaksanakan secara bersiklus. Banyak sedikitnya siklus penelitian tergantung pada tercapai tidaknya tujuan penelitian. Selama tujuan belum tercapai, maka siklus penelitian tersebut dilaksanakan dan berhenti jika tujuan telah tercapai. Dengan kata lain, banyaknya siklus ditentukan oleh berhasil tidaknya tindakan yang dapat mengatasi permasalahan yang ingin kita atasi. Siklus akan berulang apabila masih terdapat hal-hal yang belum tercapai atau masih perlu diperbaiki. Penelitian ini menekankan pada pembelajaran IPS dengan model bermain peran sebagai usaha untuk meningkatkan hasil belajar IPS siswa dalam menerima keragaman Suku Bangsa dan Budaya. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa siklus yang didasarkan pada materi yang akan dilaksanakan. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan sebagai proses pengkajian berdaur (Cyclical) yang terdiri dari 4 tahap, sebagaimana pendapat Kurt Lewin adanya empat frase dalam melaksanakan PTK yaitu: 1.
Merencanakan (Plan),
2.
Melakukan tindakan (Action),
3.
Mengamati (Observation),
4.
Merefleksi (Reflection).57
Penjabaran empat kegiatan utama yag ada pada siklus tersebut yaitu : 1.
Perencanaan (Planning) Peneliti merencanakan tindakan yang akan dilakukan selama proses belajar
mengajar
berlangsung.
Peneliti
menyiapkan
rencana
pelaksanaan pembelajaran, lembar observasi, lembar pengamatan dan lembar penilaian siswa. 2.
Tindakan (Action) Pada tahap tindakan ini peneliti melaksanakan apa yang telah direncanakan pada tahap perencanaan.
3.
Pengamatan (Observation) Peneliti melakukan pengamatan pada siswa selama proses belajar mengajar berlangsung dengan lembar observasi.
57
Ibid.
36
4.
Refleksi (Reflection) Pada tahap ini peneliti beserta guru menganalisis data yang diperoleh dari kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang direncanakan. Hasil ini kemudian dianalisis dan akan digunakan untuk merencanakan tindakan selanjutnya. Berikut adalah rancangan siklus penelitian.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table berikut ini:
37
Tabel I Rancangan Siklus Penelitian Maefalinda Fatra, dkk 2010:27
S Permasalahan
Alternatif Pemecahan
Pelaksanaan Tindakan I
I K L U
Refleksi I
Analisis Data
Observasi I
S
I
S Belum Terselesaikan
Alternatif Pemecahan (Rencana tindakan)
Pelaksanaan Tindakan II
I K L U
Refleksi II
Analisis Data
Observasi II
S
II
Belum Terselesaikan
Siklus Selanjutnya
38
C.
Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SD NU Wanasari yang
berjumlah 36 orang terdiri dari 16 orang siswa laki-laki dan 20 orang siswa perempuan. Dibawah ini tercantum daftar sujek penelitian sebagai berikut:
Tabel II Data Subjek Penelitian No.
Nama
L/P
Tempat Tanggal Lahir
1.
Aina Komala
P
Indramayu, 9 Agustus 2002
2..
Akis Saefudin
L
Indramayu, 17 Januari 2002
3.
Ali Fazri
L
Subang, 30 September 2002
4.
Arya Prayoga
L
Kudus, 23 Agustus 2002
5.
Bagus Muhamad
L
Indramayu, 3 Juli 2002
6.
Dahliani Astuti
P
Muara Enim, 17 Maret 2002
7.
Dede Yuleni
P
Indramayu, 28 Mei 2002
8.
Dimas Mulyadi
L
Subang, 15 Juni 2002
9.
Endang Sri Wahyuni
P
Bekasi, 7 Februri 2003
10.
Fahri Husaini
L
Jakarta, 20 2002
11.
Fani Nurhanifah
P
Indramayu, 27 Mei 2002
12\.
Fatehah
P
Indramayu, 19 Desember 2002
13.
Fatmawati
P
Indramayu, 31 Juli 2002
14.
Fauzan Rusli
L
Indramayu, 19 Maret 2002
15.
Hizib Haikal
L
Meulaboh, 20 April 2003
16.
Jahari
L
Indramayu, 16 September 2002
17.
M. Albab Rizki
L
Jakarta, 15 Oktober 2002
18.
M. Bayhaqi
L
Subang, 1 Nopember 2002
19.
M. Muniruddin
L
Indramayu, 2 Oktober 2002
20.
Nada Pratiwi
P
Indramayu, 23 September 2002
21.
Ratna Amelia
P
Indramayu, 21April 2002
22.
Regina Putri
P
Indramayu, 12 Mei 2002
39
D.
23.
Rizkiyani
P
Tasikmalaya, 14 Agustus 2002
24.
Rohani Agustin
P
Indramayu, 6 Desember 2002
25.
Sairoh
P
Indramayu, 20 Juli 2002
26.
Sri Ayuni
P
Pekalongan, 11 Agustus 2001
27.
Sri Wulandari
P
Bantul, 4 Mei 2002
28.
Sukron
L
Nganjuk, 27 Februari 2002
29.
Tarlam
L
Cirebon, 25 Juni 2002
30.
Ummu Fadhilah
P
Indramayu, 6 Nopember 2001
31.
Wahyu Alfarisi
L
Serang, 23 Maret 2001
32.
Wijatanti
P
Indramayu, 31 Januari 2002
33.
Yunifah
P
Tegal, 12 Oktober 2002
34.
Zahra Ayu
P
Bandung, 6 Agustus 2002
35.
Zelda Safitri
P
Indramayu, 26 Mei 2003
36.
Ziyad Fahiron
L
Cimahi, 18 Juni 2002
Peran dan Posisi Peneliti Dalam Penelitian Pada penelitian ini, peneliti bertindak sebagai perancang dan pelaksana
kegiatan. Peneliti membuat perancanaan kegiatan, melaksanakan kegiatan, mengumpulkan dan menganalisis data. Dalam penelitian ini, peneliti dibantu oleh seorang teman sejawat (guru kelas IV SD NU Wanasari) yang berperan sebagai kolaborator dan observer yang bekerjasama dengan peneliti dalam hal menyusun rancangan pembelajaran melalui Metode bermain peran, baik yang berhubungan dengan kompetensi guru maupun yang berhubungan dengan kondisi siswa dalam mengikuti pembelajaran.
E.
Tahapan Intervensi Tindakan Perencanaan tindakan ini diawali dengan identifikasi persoalan dikelas dan
direncanakan alternatif penyelesaiannya. Alternatif penyelesaian dilaksanakan pada siklus penelitian yang terdiri dari perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, pengamatan/observasi, evaluasi serta analisis dan refleksi. Setelah
40
dilakukan evaluasi dan refleksi pada siklus I maka peneliti akan melanjutkan pada perencanaan dan tindakan siklus II jika data yang diperoleh memerlukan penyempurnaan dan begitu selanjutnya, sampai hasil analisis di akhir tindakan menunjukkan bahwa kriteria target atau tujuan penelitian yang telah ditetapkan tercapai. Secara lebih rinci, tahapan kegiatan pada setiap siklus dalam penelitian adalah sebagai berikut:
Tabel III Tahapan Pelaksanaan Siklus I No.
Tahap Perencanaan
1.
Menyiapkan kelas tempat penelitian.
2.
Membuat RPP dengan menggunakan metode Bermain Peran (Role Playing).
3.
Mendiskusikan RPP dengan kolaborator.
4.
Menyiapkan materi ajar untuk setiap pertemuan dan menyiapkan naskah drama untuk setiap pertemuan.
5. I
Menyiapkan lembar observasi siswa dan guru, wawancara, catatan lapangan serta keperluan observasi lainnya.
6.
Menyiapkan naskah drama untuk latihan peran pada siklus I.
Tahap Pelaksanaan 1.
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
2.
Guru melakukan appersepsi, motivasi, eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi terhadap siswa tentang materi yang akan diajarkan
3.
Guru
menjelaskan
materi
bagaimana
cara
41
menerima keragaman suku bangsa dan budaya kepada siswa dengan baik. 4.
Guru memberi contoh bagaimana cara bermain peran yang baik pada seluruh siswa.
5.
Guru membagikan naskah drama kepada siswa.
6.
Siswa terbentuk menjadi beberapa kelompok sesuai dengan kelompoknya.
7.
Siswa mencoba mementaskan drama sesuai peran yang ditugaskan.
8.
Penutup kegiatan pembelajaran dan memberikan motivasi untuk lebih giat belajar.
9.
Siswa mengerjakan tes akhir siklus I.
10.
Mewancarai siswa untuk mengetahui penilaian mereka terhadap proses pembelajaran selama siklus I
11.
Mendokumentasikan semua data yang diperoleh pada setiap pembelajaran selama siklus I. Tahap Observasi Tahap
ini
berlangsung
bersamaan
dengan
pelaksanaan tindakan (pembelajaran) yang terdiri dari observasi terhadap siswa dan guru, mencatat semua
hal
yang
terjadi
selama
proses
pembelajaran sesuai instrument yang telah dibuat atau mencatat kejadian-kejadian khusus yang belum tercantum dalam instrument. Tahap Refleksi Melakukan analisis terhadap semua data yang telah terkumpul dari hasil observasi, hasil tes dan menentukan keberhasilan dan kelemahan atau kekurangan pada siklus I yang akan dijadikan
42
dasar
perbaikan
pada
pelaksanaan
siklus
berikutnya.
Tabel IV Tahap Pelaksanaan Siklus II No.
Tahap Perencanaan
1.
Memperbaiki kesalahan-kesalahan pada siklus I.
2.
Membuat RPP dengan menggunakan Metode Bermain Peran (Role Playing).
3.
Mendiskusikan RPP dengan kolaborator.
4.
Menyiapkan materi ajar untuk setiap pertemuan dan menyiapkan naskah drama untuk setiap
II
pertemuan. 5.
Menyiapkan lembar observasi siswa dan guru, wawancara, catatan lapangan serta keperluan observasi lainnya.
6.
Menyiapkan naskah drama untuk latihan peran pada siklus II.
Tahap Pelaksanaan 1.
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
2.
Guru melakukan appersepsi, motivasi, eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi terhadap siswa tentang materi yang akan diajarkan.
3.
Guru
menjelaskan
materi
bagaimana
cara
menerima keragaman suku bangsa dan budaya kepada siswa dengan baik 4.
Guru membentuk kelompok untuk bermain peran.
5.
Guru membagikan naskah drama.
6.
Siswa berlatih memerankan naskah drama beserta
43
kelompoknya secara berurutan. 7.
Penutup kegiatan pembelajaran.
8.
Siswa mengerjakan tes akhir siklus II.
9.
Mewancarai siswa untuk mengetahui penilaian mereka terhadap proses pembelajaran selama siklus II.
10.
Mendokumentasikan semua data yang diperoleh pada setiap pembelajaran selama siklus II.
Tahap Observasi Tahap
ini
berlangsung
bersamaan
dengan
pelaksanaan tindakan (pembelajaran) yang terdiri dari observasi terhadap siswa dan guru, mencatat semua
hal
yang
terjadi
selama
proses
pembelajaran sesuai instrument yang telah dibuat atau mencatat kejadian-kejadian khusus yang belum tercantum dalam instrumen. Tahap Refleksi Melakukan analisis terhadap semua data yang telah terkumpul selama tindakan pada siklus II dan menentukan hasil tindakan siklus II.
F.
Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan Hasil pelaksanaan tindakan yang diharapkan adalah tercapaianya hasil
belajar IPS dengan indikator-indikator keberhasilan yaitu siswa dapat menjelaskan pengertian Bhineka Tunggal Ika; Menjelaskan pentingnya persatuan dalam keragaman budaya; Membandingkan bentuk-bentuk keragaman suku bangsa dan budaya setempat; Memberikan contoh cara menghargai keragaman yang ada di masyarakat setempat; Menunjukkan sikap menerima keragaman suku bangsa dan
44
budaya di masyarakat; Menunjukkan keragaman budaya yang ada di daerahnya melalui peta. Target pencapaian hasil tindakan penelitian diasumsikan sebagai berikut : 1.
Untuk hasil mata pelajaran IPS dianggap berhasil pada siklus, jika nilai rata-rata siswa mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditetapkan sekolah yaitu sebesar 70.
2.
Untuk aktivitas belajar dianggap berhasil dalam siklus jika skor pengamatan terhadap aktivitas belajar siswa dan guru mencapai katagori baik.
G.
Data dan Sumber Data Data dalam penelitian ini ada 2 macam, yaitu data kualitatif dan kuantitatif. 1.
Data Kualitatif berupa hasil observasi pembelajaran, hasil observasi pembelajaran IPS menggunakan metode bermain peran, lembar pengamatan harian siswa dan guru, hasil wawancara terhadap siswa.
2.
Data Kuantitatif berupa nilai tes hasil belajar siswa pada pokok bahasan menerima keragaman suku bangsa dan budaya dengan menggunakan metode bermain peran.
Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa, guru IPS SD NU Wanasari (kolaborator), dokumen KTSP sekolah dan peneliti.
H.
Instrumen Pengumpulan Data Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan beberapa instrumen
antara lain: 1.
Lembar observasi PBM. Lembar observasi digunakan untuk mengungkapkan aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran IPS aspek menerima keragaman suku budaya dan bangsa.
2.
Lembar observasi hasil belajar. Lembar pengamatan dibuat untuk menilai pemeranan siswa. Adapun analisis hasil belajar siswa terhadap pemeranan drama digunakan
45
patokan sistem rubrik dengan rentang skor yang digunakan dengan batas maksimal 20 pada aspek-aspek berikut: a.
Keberanian,
b.
Kelancaran,
c.
Kepekaan sosial dan
d.
Sikap
menerima
keragaman
suku
bangsa
dan
budaya
di dalam kelas. 3.
Lembar Wawancara Wawacara dilakukan pada awal penelitian dan akhir siklus pada penelitian. Wawancara terhadap siswa dengan menitikberatkan pada tanggapan siswa dalam proses pembelajaran IPS tentang menerima keragaman suku bangsa dan budaya dengan menggunakan metode Role Playing.
I.
Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk mendapatkan data
penelitian melalui observasi langsung, yakni: 1.
Pengumpulan data melalui hasil nilai harian, kemudian dibuat catatan, mengadakan diskusi dengan observer atau guru pendamping mengenai permasalahan dalam menilai pembelajaran IPS pada bahasan sejarah dan keanekaragaman budaya aspek mengungkapkan pikiran dan perasaan secara lisan dalam diskusi dan bermain peran di SD NU Wanasari.
2.
Nilai proses yang dikumpulkan melalui lembar pengamatan yang dilakukan oleh subjek atau partisipan yang terlibat dalam penelitian ini.
3.
Catatan lapangan yaitu catatan selama pelaksanaan dapat berupa kekurangan, ada yang perlu ditambah atau dipertahankan.
46
J.
Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan Pada penelitian ini, untuk memeriksa keabsahan data peneliti menggunakan
teknik triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Adapun empat macam
triangulasi sebagai
teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyakit, dan teori. Dalam hal ini, peneliti menggunakan triangulasi pemeriksaan data dengan sumber lainnya. Untuk memperoleh data yang objektif, sahih, handal dan validitasnya dapat dipertanggungjawabkan, dalam penelitian ini menggunakan beberapa teknik pemeriksaan kepercayaan studi, yaitu: 1.
Menggali data dari sumber yang sesuai dengan menggunakan cara yang berbeda. Dalam penelitian ini, untuk memperoleh informasi tenang aktivitas siswa dilakukan dengan mengobservasi siswa dan memeriksa catatan siswa.
2.
Menggali data dari sumber yang berbeda untuk memperoleh informasi tentang hal yang sama. Untuk memperoleh data tentang hasil belajar siswa dilakukan dengan mengamati bermain peran siswa dan melihat hasil observasi kolaborator.
3.
Memeriksa kembali data-data yang telah terkumpul baik tentang kejanggalan-kejanggalan, keaslian maupun kelengkapannya.
4.
K.
Mengulang pengolahan dan analisis data yang sudah terkumpul.
Analisis dan Interpretasi Data Seluruh data yang diperoleh dari penelitian ini dianalisis secara kualitatif
deskriptif. Analisis dilakukan pada berbagai kesempatan dari awal penelitian sampai berakhirnya proses penelitian. Hasil dari analisis data ini berupa informasi berbentuk kalimat-kalimat yang menggambarkan proses penelitian sebagai berikut: 1.
Tahap analisis data dimulai dengan membaca keseluruhan data yang ada dari berbagai sumber, kemudian mengadakan reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan dilakukan dalam bentuk
47
interaktif dengan pengumpulan data sebagai suatu proses siklus. Data yang diperoleh berupa kalimat-kalimat dan aktivitas-aktivitas guru dan siswa diubah menjadi kalimat yang bermakna dan memiliki nilai ilmiah yang bisa dipertanggung jawabkan. Aktivitas yang dianalisis adalah sebagai berikut: a.
Aktivitas guru Pengolahan untuk megakui tingkat keefektifan guru selama pembelajaran
diolah
secara
kualitatif
langsung
melalui
pensekoran dalam skala ordinal. Tingkat keberhasilan akan dibagi menjadi 4 katagori yaitu: kurang, cukup, baik, dan baik sekali seperti pada table berikut ini:
Tabel V Klasifikasi Aktivitas Guru
b.
Skor
Kategori
4
Sangat Baik
3
Baik
2
Cukup
1
Kurang
Aktivitas siswa Pengolahan data untuk mengukur keefektifan siswa diolah secara kualitatif dikonversi dalam bentuk pensekoran kuantitatif. Pensekoran kuantitatif diklasifikasikan oleh jumlah persentase (%) aktifitas siswa yang sesuai maupun yang tidak sesuai dengan proses belajar mengajar (PBM). Data untuk mengukur aktifitas siswa selama pembelajaran diolah setelah pengumpulan data yang dilakukan melalui pedoman observasi aktifitas siswa. sedangkan keaktifan siswa dinilai ketika melakukan praktik
48
toleransi terhadap keragaman suku bangsa dan budaya dihitung berdasarkan pada kualitas performance/ penampilan.
L.
Pengembangan Perencanaan Tindakan Penelitian diakhiri setelah hasil analisis data menunjukkan bahwa target
peningkatan hasil belajar IPS siswa pada pokok bahasan menerima keragaman suku bangsa dan budaya di kelas IV SD NU Wanasari dengan penggunaan metode Role Playing telah tercapai. Sebagaimana telah dijelaskan diatas bahwa penelitian ini menggunakan alur siklus, dimana hasil refleksi dari siklus I adalah dasar bagi pelaksanaan siklus selanjutnya dan begitu seterusnya sampai target yang ditetapkan tercapai. Atas dasar hal tersebut, maka peneliti meyakini bahwa hasil penelitian ini bisa dijadikan sebagai landasan perencanaan pengembangan penelitian dengan target yang lebih tinggi.
BAB IV DESKRIPSI, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A.
Deskripsi Data 1.
Sejarah Singkat SD NU Wanasari Sekolah Dasar Nahdlatul Ulama (SD NU) Wanasari didirikan pada
tanggal 15 Juni 2009 oleh pengurus MWC Ma’arif NU Kecamatan Bangodua Kabupaten Indramayu Jawa Barat yang telah mendapat izin Pendirian dan Penyelenggaraan (Izin Operasional) dari Dinas Pendidikan Kab.
Indramayu
pada
tanggal 15
Juli 2009,
dengan
nomor:
421.2/Kep.92.A-Disdik/2009, dengan Kepala Sekolah Bpk. Mujahidin Aly S. Pd. Yayasan Sekolah Dasar Nahdlatul Ulama (SD NU) Wanasari Kec. Bangodua kab. Indramayu menginduk pada Yayasan Islam pondok Pesantren Al-Fudhola yang beralamat di Jl. By Pass Ujungaris, Desa Ujungaris Kec. Widasari Kab. Indramayu, dengan akta Pendirian Nomor : 19 tanggal 25 Februari 1999. Sekolah Dasar Nahdlatul Ulama (SD NU) Wanasari beralamat di Jl. KH. Sanusi Desa Wanasari Blok Raso Rt.03/04 Kecamatan Bangodua Kabupaten Indramayu bertujuan untuk membantu pemerintah dalam ikut serta menuntaskan wajib belajar pendidikan dasar (wajar dikdas) 9 tahun. Sekolah Dasar Nahdlatul Ulama (SD NU) Wanasari dalam kegiatan belajar mengajar menumpang pada Madrasah Diniyah Awaliyah (MDA) Miftahul Mubtadi’ien Raso, Desa Wanasari, Kec. Bangodua, Kab. Indramayu. Baru pada tahun pelajaran 2010/2011 bisa membangun 2 ruang kelas baru bantuan dana dari pemerintah pusat melalui Bpk. H. Dedi Wahidi, S. Pd, selaku anggota DPR-RI Komisi X, asal Indramayu. Sekolah Dasar Nahdlatul Ulama (SD NU) Wanasari sampai dengan tahun pelajaran 2012/2013 sudah sampai kelas IV, sedangkan ruang kelas baru ada 2 ruang, sehingga untuk kegiatan belajar mengajar untuk yang 2 kelas terpaksa menumpang lagi pada Madrasah Diniyah Takmiliyah.
49
50
Awaliyah (DTA) Miftahul Mubtadi’ien Raso Desa Wanasari Kec. Bangodua Kab. Indramayu.
2.
Visi dan Misi SD NU Wanasari Visi: “Membentuk anak didik yang cerdas, dinamis, agamis dan jujur yang mementingkan musyawarah”. Misi:
3.
1.
Keberhasilan proses belajar mengajar.
2.
Kedisiplinan dan kreatifitas.
3.
Kesadaran menjalankan syari’at Islam.
4.
Kejujuran, transparansi dan kerjasama.
5.
Prinsip musyawarah.
Data Siswa SD NU Wanasari Data siswa kelas IV SD NU Wanasari dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel VI Data Siswa Kelas IV SD NU Wanasari Tahun Pelajaran 2012/2013 No.
Nama Siswa
L/P
Nama Ayah/Wali
Nama Ibu/Wali
1.
Aina Komala
P
Tarjono
Sutiri
2.
Akis Saefudin
L
Caswadi
Rokayah
3.
Ali Fazri
L
Warno
Fitriyah
4.
Arya Prayoga
L
Ashadi
Sri Yanti
5.
Bagus Muhamad
L
Jahidin, S. Pd. I
Nurjanah
6.
Dahliani Astuti
P
Rais
Muniah
7.
Dede Yuleni
P
Kawita
Sumaenah
8.
Dimas Mulyadi
L
Ujang
M. Fitriyah
9.
Endang Sri
P
Marno
Warsinah
51
10.
Fahri Husaini
P
Sabar
Yeti
11.
Fani Nurhanifah
P
Wardani
Taryati
12.
Fauzan Rusli
L
M. Sama
Marwiyah
13.
Fatehah
P
Tasmin S. Fil
Santi
14.
Fatmawati
L
Nurita
Maemunah
15.
Hizib Haikal
L
Rosidin
Rumi'ah
16.
Jahari
L
Taryono
Miskem
17.
M. Albab Rizki
L
Mulyadi
Tati A. Md
18.
M. Bayhaqi
L
Tarjana
Sartem
19.
M. Muniruddin
L
Abdurrohman
Neli
20.
Nada Pratiwi
P
Sahroni
Sunerih
21.
Ratna Amelia
P
Kurdi
Juhaeriyah
22.
Regina Putri
L
Rusdi
Kanirah
23.
Rizkiyani Marsya
P
Samsuri
Wasniti
24.
Rohani Agustin
L
Abdul Hadi
Musafaroh
25.
Sairoh
L
Wartono
Sarmi
26.
Sri Ayuni
P
Warna
Sukinih
27.
Sri Wulandari
L
Abdul Hakim
Nurlaeli
28.
Sukron
P
Kasinih
Casmi
29.
Tarlam
P
Ashadi
Sri Yanti
30.
Ummu Fadilah
P
Tarjadi
Rasminah
31.
Wahyu Alfarisi
P
Wasja
Wasdem
32.
Wijatanti
P
Cecep S. E
Iis S. Pd
33.
Yunifah
P
Wasori
Kuni'ah
34.
Zahra Ayu
P
Toyib S. Sos
Juhriyah
35.
Zelda Nursafitri
P
Jumadi
Teti
36.
Ziyad Fahiron
L
Masrur
Ernawati
52
4. Penelitian Pendahuluan Penelitian pendahuluan dilaksanakan pada hari Senin 15 dan 22 Juni 2013 pukul 08.00 s/d 12.00, peneliti melakukan observasi (pengamatan) terhadap poroses pembelajaran IPS di kelas IV SD NU Wanasari Kabupaten Indramayu. Hasil pengamatan tersebut dapat dideskripsikan sebagai berikut: a.
Guru berada di kelas ketika semua siswa sudah berada di kelas. Pada saat pelajaran dimulai masih banyak siswa yang belum siap untuk belajar, yaitu masih banyak siswa yang mengobrol dan belum siap mendengarkan guru, tetapi ada juga sebagian siswa
yang
mengintruksikan
sudah
siap
kepada
belajar.
siswa
Akhirnya
untuk
gurupun
bersiap-siap
dan
berkonsentrasi untuk belajar dan menyiapkan segala peralatan belajar. b.
Metode pembelajaran yang digunakan guru adalah ekspositori, ceramah dan penugasan.guru menjelaskan materi dengan kondisi lebih banyak komunikasi sepihak (guru menjelaskan dan siswa mendengarkan) dan pendekatan yang digunakan guru selain buku pegangan dan LKS.
c.
Waktu
pembelajaran
lebih
banyak
dipergunakan
untuk
mengerjakan soal-soal latihan di LKS dengan bimbingan yang sangat minim, siswa diminta mengerjakan soal di LKS sementara guru hanya duduk santai di depan kelas. Sesekali ada siswa yang bertanya tentang soal yang belum mereka pahami baru guru mendekati dan memberikan penjelasan, begitu seterusnya sehingga tidak terasa waktu pembelajaran pun telah berakhir, padahal hasil kerja siswapun belum sempat diperiksa. d.
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi yang telah dibahas. Ada beberapa siswa yang belum paham dengan materi tersebut dan guru kembali menjelaskan.
53
e.
Ketika guru memulai pelajaran baru, masih terdapat siswa yang tidak memperhatikan guru, masih ada yang mengobrol dan ada yang diam saja. Proses pembelajaran tidak langsung aktif, ini disebabkan
siswa
tidak
berperan
aktif
dalam
proses
pembelajaran berlangsung. Ketika guru memberikan soal kepada siswa, banyak siswa yang keliru tentang jawaban, ada yang tidak mengerti apa yang dipertanyakan guru, ada yang tahu jawabannya tetapi msih malu untuk mengutaraknnya, namun ada juga yang menjawab pertanyaan yang diberikan guru. Hal ini yang menyebabkan kurang interaktifnya guru dan siswa dalam menjadikan kelas yang aktif. f.
Hasil belajar yang masih rendah. Hal ini terlihat dari nilai siswa yang belum mencapai nilai 70 pada pelajaran IPS tentang menerima keragaman suku bangsa dan budaya.
g.
Masih banyak siswa yang belum mengerti tentang materi tersebut karena siswa malu dan tidak percaya diri yang mengakibatkan siswa tidak semangat untuk belajar dan mencobanya.
Berikut nilai mata pelajaran IPS pada pokok bahasan menerima keragaman suku bangsa dan budaya dalam pembelajaran seharihari: Tabel VII Distribusi Frekuensi Pretest No.
Kelas Interval
Frekuensi
Relatif
1.`
38-42
6
16,67%
2.
43-47
5
13,89%
3.
48-52
7
19,44%
4.
53-57
6
16,67%
5.
58-62
6
16,67%
54
6.
63-67
6
16,67%
Jumlah
36
100%
Dari hasil penelitian di atas, didapat bahwa hasil belajar IPS masih rendah dengan rata-rata 52,6 median 53,5 modus 50,8, nilai minimum 38 dan nilai maksimum 67. Dari data tersebut maka nilai hasil belajar siswa belum mencapai nilai KKM sekolah. Rendahnya hasil belajar siswa ini disebabkan karena malu bertanya, kurangnya tehnik mengajar yang disampaikan guru dalam pembelajaran IPS. Setelah berdialog langsung dengan guru mata pelajaran IPS diperoleh kesepakatan bahwa peneliti akan melakukan PTK dengan judul peningkatan hasil belajar IPS siswa pada pokok bahasan menerima keragaman suku bangsa dan budaya melalui metode “Role Playing” di SD NU Wanasari Kabupaten Indramayu. Dan guru IPS bersedia menjadi kolabulatornya saat peneliti melakukan tindakan pembelajaran. Materi yang akan dijadikan bahan ajar dalam tindakan penelitian adalah Standar Kompetensi (SK): Memahami sejarah, kenampakan alam dan keragaman suku bangsa di lingkungan kabupaten/kota dan provinsi dan Kompetensi Dasar (KD): Menghargai keragaman suku bangsa dan budaya setempat (kabupaten/kota, provinsi). Pemilihan materi tersebut, selain dari usulan dari guru IPS (kolabolator), juga hasil pretest yang ternyata seluruh siswa memiliki nilai yang belum mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) dikarenakan siswa masih malu dan gugup.
5.
Tindakan Pembelajaran Siklus I Pada tindakan pembelajaran siklus I sub pokok bahasan pembelajaran
adalah drama pendek yang disampaikan dalam dua kali pertemuan (4 x 35 menit). Adapun indikator yang hendak dicapai adalah: 1.
Menjelaskan pengertian Bhineka Tunggal Ika
2.
Menjelaskan pentingnya persatuan dalam keragaman budaya
55
3.
Membandingkan bentuk-bentuk keragaman suku bangsa dan budaya setempat
4.
Memberikan contoh cara menghargai keragaman yang ada di masyarakat setempat
5.
Menunjukkan sikap menerima keragaman suku bangsa dan budaya di
6.
masyarakat
Menunjukkan keragaman budaya yang ada di daerahnya melalui peta
7.
Bermain peran sesuai dengan naskah drama
a.
Tahap Perencanaan Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan ini adalah
menyiapkan kelas
tempat
penelitian,
membuat
RPP
dengan
penggunaan Metode bermain peran (Role Playing), mendiskusikan RPP dengan kolabolator, menyiapkan materi ajar untuk setiap pertemuan, menyiapkan lembar observasi siswa dan guru, wawancara, catatan lapangan serta keperluan observasi lainnya, dan menyiapkan soal akhir siklus I. Naskah drama yang dibuat dan dijadikan sebagai media utama dalam proses pembelajaran pada siklus I dibagikan kepada setiap siswa. b.
Tahap Pelaksanaan Pelaksanaan pembelajaran siklus I dilaksanakan dengan alokasi waktu 4x35 menit. Kegiatan dilakukan sebanyak dua kali pertemuan yaitu pertemuan pertama dilaksanakan tanggal 29 April 2013 dan pertemuan kedua dilaksanakan tanggal 6 Mei 2013. Rencana pelaksanaan Pembelajaran (RPP) siklus I dapat dilihat pada lampiran: 1.
Pertemuan Pertama (Senin, 29 April 2013) Pertemuan pertama siklus I diaksanakan pada hari Senin
29 April. PBM dilaksanakan dari pukul 08.25 s.d 09.35 Wib. Pokok bahasan yang akan dipelajari adalah drama pendek.
56
Jumlah siswa yang hadir pada pertemuan ini sebanyak 36 orang (semua hadir). Kegiatan diawali dengan membuka kegiatan pembelajaran yang meliputi pengkondisian kelas, berdoa, absensi, apersepsi dan pemberian motivasi. Kegiatan
ini
diawali
dengan
penyampaian
tujuan
pembelajaran, penjelasan singkat tentang materi yang menjadi pokok pembahasan, menjelaskan kegiatan pembelajaran dengan bermain peran dan menjelaskan tentang sistem penilian secara individu dan kelompok secara reward. Kemudian setiap kelompok
diberikan
kesempatan
untuk
memerankan
perananannya sesuai dengan karakter dalam naskah drama. Selama siswa belajar bersama dalam tim, guru memantau, memberi arahan, bimbingan dan penjelasan khususnya kepada siswa yang terlihat masih kesulitan dalam pembelajaran. Sekitar 10 menit sebelum pelajaran berakhir, guru bersama-sama dengan siswa menyimpulkan materi pembelajaran. Dan sebagai penutup pembelajaran guru memberikan pengarahan kepada siswa untuk lebih memberanikan diri untuk berekspresi ketika bermain peran karena akan diadakan tes kemampuan bermain peran dan penilaian individu pada pertemuan yang akan datang, kemudian memberikan naskah drama yang berbeda dengan yang tadi dipelajari kepada siswa sesuai dengan kelompoknya. Pada pertemuan pertama ini terlihat sebagian besar siswa masih kurang memahami langkah-langkah pembelajaran yang disampaikan, sehingga ketika mereka dipinta untuk bermain peran masih banyak siswa yang nampak ragu, dan gugup ketika bermain peran. pada saat belajar bersama kelompoknya masih tampak dominasi dari siswa-siswa tertentu (siswa yang lebih pintar) sehingga siswa yang kemampuannya dibawah rata-rata menjadi kurang aktif. Namun demikian secara umum kondisi
57
pembelajaran pada pertemuan pertama ini relatif berjalan dengan baik.
2.
Pertemuan Kedua ( Senin 6 Mei 2013) Pada hari Senin tanggal 6 Mei 2013 dilaksanakan
pertemuan kedua siklus I, pelaksanaan PBM dimulai pada jam 08.25 s.d 09.35 WIB. Pada pertemuan ini seluruh siswa berjumlah 36 orang yang hadir. Dan akan diadakan tes kepekaan ketika bermain peran. Kegiatan awal pertemuan kedua ini sama dengan pada pertemuan kesatu dengan naskah drama yang sama hal ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan siswa pada pertemuan pertama. Setelah absensi, guru menanyakan kesiapan setiap kelompok untuk memerankan sebuah naskah drama, kemudian guru memanggil ketua kelompok untuk mengambil nomor undian penampilan. Untuk meningkatkan minat dan motivasi siswa, dalam pertemuan ini guru telah menyiapkan hadiah dan coklat yang telah dibungkus dengan kertas kado dan diletakkan di depan (diatas) meja guru. Kepada siswa dijelaskan bahwa, hadiah itu tersebut akan diberikan kepada kelompok yang paling bagus dalam pementasan drama pendek serta untuk kelompok terlengkap propertinya. Pada tahap akhir ini peneliti berbicara kepada siswa diharapkan kepada seluruh siswa mampu dan memahami segala materi yang telah diajarkan sehingga setiap siswa mampu berbicara dengan bermain peran dengan baik dan benar mencapai nilai yang telah ditentukan oleh sekolah. Pada menitmenit terakhir peneliti mengajak siswa menutup pembelajaran dengan berdoa bersama-sama. Peneliti juga mengamati aktifitas
58
siswa yang dibantu oleh guru (observer) dalam menjalani tes siswa.
c.
Tahap Observasi dan Analisis Tahap observasi berlangsung bersamaan dengan pelaksanaan
tindakan. Guru IPS (observer/kolaborator) melakukan pengamatan langsung
terhadap
pelaksanaan
pembelajaran
IPS
dengan
menggunakan metode bermain peran selama proses pembelajaran berlangsung. Hasil pengamatan ini terbagi menjadi dua, yaitu pengamatan terhadap keterampilan guru (peneliti) dalam pembelajaran IPS dengan menggunakan metode bermain peran dan pengamatan terhadap aktifitas siswa dalam pembelajaran IPS dengan menggunakan metode bermain peran. Hasil pengamatan proses pembelajaran dapat dilihat dalam tabel berikut:
1.
Aktivitas Guru Selama Pembelajaran
Tabel VIII Hasil Observasi Aktivitas Guru Selama Proses Pembelajaran Siklus I No.
Aspek yang Dinilai
Nilai 1
1.
2
3
Keterangan 4
Kemampuan membuka pelajaran 1. Menarik perhatian siswa 2. Menimbulkan motivasi 3. Memberikan acuan
√
Cukup
√
Cukup
59
materi yang akan disajikan
√
Baik
√
Baik
4. Memberi kaitan materi yang akan disampaikan
2.
Sikap peneliti dalam proses pembelajaran √
1. Kejelasan suara
Sangat baik
2. Gerakan badan tidak mengganggu perhatian siswa
√
Cukup
3. Antusiasme
3.
penampilan/mimik
√
Baik
4. Mobilitas posisi tempat
√
Baik
√
Baik
√
Baik
√
Baik
√
Baik
Penguasaan materi 1. Materi disajikan sesuai dengan langkahlangkah yang direncanakan 2. Kejelasan dalam menerangkan materi 3. Kejelasan dalam memberikan contoh 4. Mencerminkan keluasan wawasan
60
4.
Proses pembelajaran 1. Kesesuaian penggunaan strategi/metode dengan √
pokok bahasan
Baik
2. Penyajian materi relevan dengan indikator hasil belajar
√
Cukup
3. Antusiasme dalam menanggapi dan menggunakan respon
√
Baik
√
Baik
√
Baik
√
Baik
4. Kecermatan dalam pemanfaatan waktu
5.
Penggunaan media 1. Memperhatikan prinsipprinsip penggunaan jenis media 2. Ketepatan saat penggunaan 3. Keterampilan saat mengoperasionalkan
√
Cukup
4. Membantu meningkatkan proses pembelajaran
√
Baik
61
6.
Evaluasi 1. Menggunakan penilaian tulisan relevan dengan indikator hasil belajar
√
Baik
√
Baik
2. Menggunakan jenis ragam penilaian relevan dengan indikator hasil belajar 3. Menggunakan penilaian sesuai dengan yang tertulis pada rencana pembelajaran
7.
√
Cukup
√
Cukup
Kemampuan menutup pelajaran 1. Meninjau kembali pokok bahasan 2. Memberikan keterampilan bertanya 3. Mengucapkan salam
Ket : Kemampuan menutup pelajaran 4 = sangat baik 3 = baik 2 = cukup 1 = kurang Kategori penilaian ≥ 80 %
= sangat baik (A)
60%-79,99%
= baik (B)
40%-59,99%
= cukup (C)
√
Baik
√
Baik
62
20%-39,99%
= kurang (D)
00%&-19,99%= sangat kurang (E) Presentasi aktivitas guru = perolehan skor = 74 % = B. (baik) Berdasarkan hasil observasi, kegiatan guru dalam pembelajaran pada pertemuan I berada dalam kategori baik. 2.
Aktivitas siswa selama pembelajaran Hasil pengolahan data aktifitas siswa pada pertemuan
siklus I dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel IX Hasil Observasi Aktifitas Siswa Selama Proses Pembelajaran Siklus I Jumlah banyak siswa No.
Aspek yang dinilai
yang
JML
melakukan
Persentase
Keterangan
(%)
aktifitas 1.
Aktifitas siswa yang sesuai dengan PBM a. Siswa memperhatikan penjelasan guru
6
b. Siswa serius mengerjakan tugas yang diberikan
6
c. Siswa mampu menggungkapkan ide-idenya dengan berani
3
15
41,7%
Kurang
63
2.
Aktifitas siswa yang tidak sesuai dengan PBM a. Melamun
5
b. Mengobrol dengan teman
9
c. Melakukan pekerjaan lain
7
21
58,4%
Baik
Kategori penilaian : aktifitas siswa yang sesuai dengan PBM ≥ 86%
= sangat baik
71%-85%
= baik
60%-70%
= cukup
41%-59%
= kurang
≤ 40%
= sangat kurang
Kategori penilaian : aktifitas siswa yang tidak sesuai dengan PBM ≥ 86%
= sangat kurang
71%-85%
= kurang
60%-70%
= cukup
41%-59%
= baik
≤ 40%
= sangat baik
Pada pertemuan siklus I, analisis nilai aktivitas siswa yang sesuai dengan pelajaran adalah 41.7% dengan kategori “kurang” sedangkan analisis aktivitas siswa yang tidak sesuai dengan pembelajaran adalah 58.4% termasuk kategori “baik”. Dari hasil pengamatan siswa, didapat siswa yang sudah siap dan berkonsentrasi untuk menerima pelajaran. Untuk materi yang diberikan guru, sebagian kecil memperhatikan guru dan selebihnya masih asik dengan kesibukan masing-masing. Penerapan metode bermain peran pada saat tes atau uji kemampuan yang diberikan oleh guru (peneliti) membuat siswa merasa senang dan nyaman dengan
64
mata pelajaran IPS khususnya pada pokok bahasan menerima keragaman suku bangsa dan budaya. Hal ini terlihat dari perolehan hasil observasi siswa keterampilan bermain peran. Penerapan metode ini sangat membantu siswa dalam meningkatkan kepekaan dalam menerima dan menghargai perbedaan suku dan budaya di kelasnya. Adapun tabel distribusi pada tes uji kemampuan siklus I adalah sebagai berikut: Tabel X Distribusi Frekuensi Siklus I No.
Kelas Interval
Frekuensi
Relatif
1.
50-53
5
13,89%
2.
54-57
3
8,33%
3.
58-61
6
16,67%
4.
62-65
7
19,44%
5.
66-69
6
16,67%
6.
70-73
6
16,67%
7.
74-77
3
8,33%
Jumlah
36
100%
Berdasarkan hasil tes akhir siklus I, didapat rata-rata hasil belajar siswa rata-rata 63,3, median 62,modus 63,3 dan nilai minimum 50, nilai maksimum 77, varians 54,86 dari tes hasil siklus I dengan hasil yang didapat pada tabel ini, maka siklus I selesai, dan berlanjut pada siklus II. Pada siklus II siswa diharapkan mendapatkan nilai lebih besar dari siklus I. Setelah tes ini dilakukan, maka peneliti melakukan wawancara kepada siswa yang berprestasi tinggi, sedang dan rendah sebanyak 5 orang. Dengan wawancara ini diharapkan peneliti mendapatkan informasi tentang kualitas pembelajaran IPS pada pokok bahasan
65
menerima keragaman suku bangsa dan budaya dengan menggunakan metode Role Playing (Bermain Peran).
d. Tahap Refleksi Berdasar hasil jurnal harian, lembar observasi keterampilan guru, lembar observasi aktivitas siswa, data dan masukan-masukan dari kolaborator,maka seluruh refleksi tindakan siklus I dapat dideskripsikan secara umum, keterampilan guru dalam proses pembelajaran dengan metode bermain peran pada pertemuan ini relatif baik walaupun masih banyak kekurangan yang disebabkan karena: 1.
Alokasi waktu pembelajaran yang kurang memadai.
2.
Jumlah siswa yang banyak, kelas yang terlalu besar dan guru belum
terbiasa
menerapkan
metode
bermain
peran
menyebabkan guru tampak kesulitan dan seperti kurang terampil dalam membimbing siswa mengaplikasikan teori pembelajaran. 3.
Beberapa siswa masih tampak kesulitan, masih malu-malu dan gugup.
4.
Kemampuan bermain peran masih kurang maksimal.
5.
Sebagian siswa belum mampu memberikan tanggapan/komentar terhadap kelompok yang bermain peran. Menyikapi segenap kekurangan dan kelemahan tersebut diatas,
maka peneliti berupaya menyusun beberapa rencana untuk tindakan pembelajaran pada siklus selanjutnya, diantaranya: 1.
Mengoptimalkan waktu pembelajaran.
2.
Menegaskan
langkah-langkah
pembelajaran
metode
bermain peran, menyiasati pembentukan kelompok tidak didominasi oleh siswa tertentu. 3.
Guru berupaya untuk meningkatkan bimbingan kepada siswa dalam belajar bersama kelompok.
4.
Guru mengoptimalkan distribusi pendapat siswa saat diskusi dan bermain peran.
66
5.
Guru memperbaiki dalam memilih naskah drama supaya lebih sesuai dengan aspek-aspek yang hendak diukur.
6.
Tindakan Pembelajaran Siklus II a.
Tahap Perencanaan Kegiatan yang dillakukan pada tahap perencanaan ini adalah
menyiapkan RPP menyiapkan lembar petunjuk langkah-langkah pembelajaran, menyiapkan lembar observasi, naskah drama siklus II. Berdasarkan hasil refleksi siklus I, maka pada siklus II ini proses pembelajaran
harus
lebih
diarahkan.
Peneliti
harus
mampu
mengoptimalkan waktu yang digunakan agar seluruh tahapan kegiatan pembelajaran dengan metode bermain peran dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya dan tujuan pembelajaran dapat dicapai secara optimal. Materi yang menjadi pokok bahasan pada siklus II adalah materi drama pendek. Adapun indikator yang hendak dicapai adalah agar setelah pembelajaran siswa mampu: 1.
Menjelaskan pengertian Bhineka Tunggal Ika
2.
Menjelaskan pentingnya persatuan dalam keragaman budaya
3.
Membandingkan bentuk-bentuk keragaman suku bangsa dan budaya setempat
4.
Memberikan contoh cara menghargai keragaman yang ada di masyarakat setempat
5.
Menunjukkan sikap menerima keragaman suku bangsa dan budaya di masyarakat
6.
Menunjukkan keragaman budaya yang ada di daerahnya melalui peta
7.
Bermain peran sesuai dengan naskah drama.
Tindakan pembelajaran pada siklus II ini dilakukan sebanyak dua kali pertemuan.
67
b.
Tahap Pelaksanaan Pelaksanaan pembelajaran siklus II dilaksanakan dengan alokasi
waktu 4x35 menit. Kegiatan dilakukan sebanyak dua kali pertemuan yaitu pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 13 dan 20 Mei 2013. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) siklus II dapat dilihat pada lampiran. 1.
Pertemuan Pertama (Senin, 13 Mei 2013) Pertemuan pertama siklus II dilaksanakan pada hari senin
tanggal 13 Mei 2013. PBM dimulai pukul 08.25 s.d 9.35 WIB. Pokok bahasan yang akan dipelajari adalah dram pendek. Jumlah siswa yang hadir pada pertemuan ini sebanyak 36 orang (semua hadir). Kegiatan diawali dengan membuka kegiatan kelas yang meliputi pengkondisian kelas, berdoa, absensi, appersepsi dan pemberian motivasi. Kegiatan
ini
diawali
dengan
penyampaian
tujuan
pembelajaran, penjelasan singkat tentang materi yang menjadi pokok pembahasan yaitu bagaimana cara memerankan tokoh yang baik sesuai dengan lafal dan ekspresi, menjelaskan kegiatan
pembelajaran
degan
metode
bermain
peran
menjelaskan tentang sistem penilaian secara individu dan kelompok.
Kemudian guru
Selanjutnya,
siswa
membuat
diminta
untuk
kelompok belajar. bergabung
dengan
kelompoknya, setelah tim (kelompok) terbentuk peneliti meminta perwakilan kelompok untuk membacakan naskah dramanya. Ketika satu kelompok selesai presentasi, maka kelompok lain diberi kesempatan untuk menanggapi atau bertanya. Selama siswa belajar bersama dalam tim, peneliti berusaha
lebih
meningkatkan
pemantauan,
arahan
dan
bimbingan dengan harapan agar siswa yang mengalami kesulitan pembelajaran bisa didramatisir. Sekitar 10 menit
68
sebelum pelajaran berakhir, guru bersama-sama dengan siswa menyimpulkan materi pembelajaran. Dan sebagai penutup pembelajaran
guru
memberikan
arahan
untuk
lebih
mempersiapkan karena diadakan tes akhir pembelajaran. Pada pertemuan pertama siklus II ini, terlihat sebagian besar
siswa
relatif
lebih
memahami
langkah-langkah
pembelajaran yang disampaikan. Dominasi dari siswa-siswa tertentu (siswa yang lebih pintar) pun sedikit berkurang, secara keseluruhan siswa ikut aktif dalam kerjasama kelompok, dan semakin berani di dalam memainkan peranannya ketika bermain peran, walaupun masih ada beberapa orang yang masih terlihat malu-malu saat bermain peran.
2.
Pertemuan Kedua (Senin, 20 Mei 2013) Kegiatan belajar mengajar pada pertemuan kedua ini
dilaksanakan pada tanggal 20 Mei 2013, dimulai pada jam 08.25 s.d 09.35 wib. Pada pertemuan ini seluruh siswa (36) orang hadir. Kegiatan awal pertemuan kedua yang merupakan post test ini sama dengan pada pertemuan kesatu, yaitu absensi, appersepsi dan motivasi dengan cara sekilas bertanya tentang materi dan proses pembelajaran yang telah dilaksanakan pada pertemuan sebelumnya. Selanjutnya menyampaikan tujuan beserta langkah-langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan. Dalam pertemuan ini pun sama dengan pertemuan-pertemuan sebelumnya, guru memanggil ketua kelompok untuk mengambil nomor undian penampilan. Untuk meningkatkan minat dan motivasi siswa, dalam pertemuan ini guru telah menyiapkan hadiah permen dan coklat yang telah dibungkus dengan kertas kado dan diletakkan diatas meja guru. Selanjutnya guru menjelaskan bahwa hadiah tersebut akan diberikan kepada
69
kelompok yang bagus dalam pementasan drama pendek serta untuk kelompok terlengkap propertinya. Pada tahap akhir ini peneliti berbicara kepada sisiwa diharapkan kepada seluruh siswa mampu dan memahami segala materi yang telah diajarkan sehingga setiap siswa mampu memiliki sikap menerima keragaman suku bangsa dan budaya dengan bermain peran dengan baik dan benar dan mencapai nilai yang telah ditentukan sekolah. Peneliti juga mengamati aktifitas siswa yang dibantu oleh guru (observer) dalam menjalani tes siswa.
Kemudian pertemuan kedua
ini ditutup dengan
memberikan pengarahan kepada siswa karena akan diadakan tes penilaian di akhir pertemuan.
c.
Tahap Observasi dan Analisis Tahap observasi berlangsung bersamaan dengan pelaksanaan
tindakan. Guru Ilmu pengetahuan Sosial (IPS) melakukan pengamatan secara langsung dengan metode bermain peran selama proses pembelajaran berlangsung. Berikut hasil observasi kegiatan guru dan aktifitas siswa selama proses pembelajaran siklus II. Berdasarkan tindakan dan observasi pada pembelajaran pertemuan siklus II diperoleh hasil berikut: Hasil pengamatan proses pembelajaran dapat dilihat dalam tabel berikut: 1. Aktivitas Guru Selama Pembelajaran
Tabel XI Hasil Observasi Aktivitas Guru Selama Proses Pembelajaran Siklus II No.
Aspek yang Dinilai
Nilai 1
2
3
Keterangan 4
70
1.
Kemampuan membuka pelajaran 1. Menarik perhatian siswa
√
Baik
2. Menimbulkan √
motivasi
Sangat baik
3. Memberikan acuan materi yang akan disajikan
√
Baik
√
Baik
4. Memberi kaitan materi yang akan disampaikan 2.
Sikap peneliti dalam proses pembelajaran 1. Kejelasan suara
√
Sangat baik
√
Sangat baik
2. Gerakan badan tidak mengganggu perhatian siswa 3. Antusiasme penampilan/mimik
√
Baik
√
Baik
4. Mobilitas posisi tempat
3.
Penguasaan materi 1. Materi disajikan sesuai dengan langkah-langkah yang direncanakan 2. Kejelasan dalam
√
Sangat baik
71
menerangkan √
materi
Sangat baik
3. Kejelasan dalam memberikan contoh
√
Baik
√
Baik
√
Baik
√
Baik
√
Baik
√
Baik
√
Baik
4. Mencerminkan keluasan wawasan
4.
Proses pembelajaran 1. Kesesuaian penggunaan metode dengan pokok bahasan 2. Penyajian materi relevan dengan indikator hasil belajar 3. Antusiasme dalam menanggapi dan menggunakan respon 4. Kecermatan dalam pemanfaatan waktu
5.
Penggunaan media 1. Memperhatikan prinsip-prinsip penggunaan jenis media
72
2. Ketepatan saat penggunaan
√
Baik
√
Baik
√
Baik
√
Baik
√
Baik
√
Baik
3. Keterampilan saat mengoprasionalkan 4. Membantu meningkatkan proses pembelajaran
6.
Evaluasi 1. Menggunakan penilaian tulisan relevan dengan indikator hasil belajar 2. Menggunakan jenis ragam penilaian relevan dengan indikator hasil belajar 3. Menggunakan penilaian sesuai dengan yang tertulis pada rencana pembelajaran
73
7.
Kemampuan menutup pelajaran 1. Meninjau kembali √
pokok bahasan
Baik
2. Memberikan keterampilan bertanya
√
Sangat baik
√
Sangat baik
3. Mengucapkan salam
Ket
: kategori penilaian
4
= sangat baik
3
= baik
2
= cukup
1
= kurang
Kategori penilaian ≥ 80%
= sangat baik (A)
60%-70,99% = baik (B) 40%-5,99%
= cukup (C)
20%-39,99% = kurang (D) 00%-19,99% = sangat kurang (E) Persentase aktivitas guru
= perolehan skor = 85% = A. (sangat baik)
Berdasarkan hasil observasi, kegiatan guru dalam pembelajaran pada pertemuan siklus II berada dalam kategori “sangat baik” 2. Aktivitas siswa selama pembelajaran Hasil pengolahan data aktifitas siswa pada pertemuan siklus II dapat dilihat pada table berikut ini:
74
Tabel XII Hasil Observasi Aktifitas Siswa Selama Proses Pembelajaran Siklus II Jumlah banyak siswa No.
Aspek yang dinilai
yang melakukan
JML
Keterangan
(%)
aktifitas
1.
Persentase
Aktifitas siswa yang sesuai dengan PBM d. Siswa memperhatikan penjelasan guru
14
e. Siswa serius mengerjakan tugas yang diberikan
14
f. Siswa mampu menggungkapkan ide-idenya dengan berani 2.
5
33
91,7%
Sangat baik
3
8,4%
Sangat
Aktifitas siswa yang tidak sesuai dengan PBM e. Melamun
0
f. Mengobrol dengan teman
2
g. Melakukan pekerjaan lain
1
kurang
75
Kategori penilaian : aktifitas siswa yang sesuai dengan PBM ≥ 86%
= sangat baik
71%-85%
= baik
60%-70%
= cukup
41%-59%
= kurang
≤ 40%
= sangat kurang
Kategori penilaian : aktifitas siswa yang tidak sesuai dengan PBM ≥ 86%
= sangat kurang
71%-85%
= kurang
60%-70%
= cukup
41%-59%
= baik
≤ 40%
= sangat baik
Pada pertemuan siklus II, analisis nilai aktivitas siswa yang sesuai dengan pelajaran adalah 91.7% dengan kategori “sangat baik” sedangkan analisis aktivitas siswa yang tidak sesuai dengan pembelajaran adalah 8.4% termasuk dalam kategori “sangat kurang”. Setelah tes ini dilakukan maka peneliti melakukan wawancara kepada siswa yang berprestasi tinggi, sedang dan rendah sebanyak 5 orang. Dengan wawancara ini diharapkan peneliti akan mendapatkan informasi tentang kualitas pembelajaran IPS pada pokok bahasan menerima keragaman suku bangsa dan budaya dengan menggunakan metode Role Playing. Adapun tabel distribusi pad tes uji kemampuan siklus II adalah sebagai berikut:
Tabel XIII Distribusi Frekuensi Siklus II No.
Kelas Interval
Frekuensi
Relatif
1.
60-63
7
19,44%
2.
64-67
9
25%
76
3.
68-71
6
16,67%
4.
72-75
4
11,11%
5.
76-79
3
8,33%
6.
80-83
5
13,89%
7.
84-87
2
5,55%
Jumlah
36
100%
Berdasarkan hasil tes akhir siklus II, didapat hasil belajar siswa rata-rata 70,61 median 68,5 dan nilai minimum 60 nilai maksimum 85, varians 58,15 standar deviasi 7,62. Dari tes akhir siklus II siswa sudah mencapai nilai > 60 dengan hasil ini maka siklus selesai. Pada tanggal 27 Mei 2013 peneliti dibantu oleh observer melakukan post test pada siklus II yaitu kembali memeragakan kemampuan bermain peran untuk meningkatkan hasil belajar pada pokok bahasan menerima keragaman suku bangsa dan budaya. Tes ini dihadiri oleh 36 orang. Berikut rekapitulasi hasil belajar kepekaan dalam bertoleransi terhadap pluralitas suku bangsa dan budaya lengkap beserta post test:
Tabel XIV Rekapitulasi Hasil Belajar IPS Siswa Pada Pokok Bahasan Menerima Keragaman Suku Bangsa dan Budaya Statistik
Pree test
Siklus I
Sikus II
Post Test
N
36
36
36
36
Minimum
38
50
60
60
Maksimum 67
77
85
90
Mean
52,6
63,5
70,61
79,77
Modus
50,83
63,5
63,1
81,5
77
B.
Analisis Data Berikut hasil belajar IPS siswa pada pokok bahasan menerima keragaman suku bangsa dan budaya melalui tehnik bermain peran: 1.
Siklus I Pada siklus ini materi-materi yang diberikan yaitu tentang
bagaimana cara menerima keragaman suku bangsa dan budaya dan memerankan naskah drama yang disiapkan oleh guru, berdasarkan hasil observasi didapat aktivitas siswa masuk pada kategori kurang. Adapun hasil test pada siklus I terlihat sebanyak 13,89% siswa mendapat nilai terendah 50-53 dan nilai tertinggi 74-77 nilai tertinggi sebanyak 5,26% walaupun dengan hasil ini siswa telah mampu mencapai KKM yaitu 70 akan tetapi, peneliti merasa belum terpuaskan dengan hasil ini. Peneliti dan observer sepakat bahwa hasil belajar siswa dirasa perlu ditingkatkan pada siklus berikutnya.
2.
Siklus II Pada siklus ini, materi yang diberikan adalah langkah-langkah
dalam bermain peran, dan siswa beserta kelompoknya memerankan naskah drama yang telah dipersiapkan guru, berdasarkan hasil observasi aktivitas siswa masuk pada kategori sangat baik. Untuk hasil tes pada siklus II mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari hasil presentase sebanyak 5,55% untuk nilai tertinggi 84-87 dan nilai terendah 60-63 sebanyak 19,44%. Oleh karena itu hasil belajar pada siklus II telah melampaui KKM sekolah yaitu 70. Maka penelitianpun dihentikan.
C.
Pembahasan Dapat diketahui dari beberapa data di atas bahwa hasil belajar IPS siswa pada pokok bahasan menerima keragaman suku bangsa dan budaya dengan menggunakan metode Role Playing di SD NU Wanasari Indramayu meningkat. Pada saat pree test nilai rata-rata sebesar 52,6 sedangkan pada
78
saat post test nilai rata-rata siswa 79,77 hal ini meningkat sebanyak 27.17 poin. Demikian pula pada siklus I rata-rata diperoleh 63,5 sedangkan pada siklus II diperoleh rata-rata sebesar 70,61 hal ini meningkat sebanyak 7,11 poin. Pada preetest nilai minimal 38 dan pada post test nilai minimal 60, hal ini mengalami peningkatan sebanyak 22 poin demikian pula pada halnya pada siklus I nilai minimum yang diperoleh 50 sedangkan pada siklus II diperoleh nilai minimum 60 hal ini meningkat 10 poin. Hasil belajar di atas membuktikan bahwa hasil penelitian hasil belajar IPS siswa pada pokok bahasan menerima keragaman suku bangsa dan budaya dengan tehnik bermain peran berpengaruh besar pada siswa. Oleh karena itu salah satu tehnik bermain peran dalam mengajar mampu merangsang siswa lebih termotivasi, mudah dan menyenangkan dalam proses pembelajaran. dengan kata lain terbukti dengan penggunaan metode bermain peran (Role Playing) pada pembelajaran IPS mampu meningkatkan hasil belajar IPS siswa pada pokok bahasan menerima keragaman suku bangsa dan budaya.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A.
Kesimpulan Berdasarkan analisis dan deskripsi data yang telah dipaparkan pada bab
sebelumnya, maka peneliti dapat menarik kesimpulan penelitian sebagai berikut: 1.
Pelaksanaan tindakan pembelajaran dengan metode bermain peran (Role Playing) dalam peningkatan hasil belajar siswa pada pokok bahasan menerima keragaman suku bangsa dan budaya di SD NU Wanasari Kabupaten Indramayu telah terlaksana dengan baik, hal itu bias dilihat dari: a.
Adanya konsistensi kegiatan belajar mengajar dalam kurikulum yang ditandai dengan adanya kesesuaian tujuan pengajaran, bahan pengajaran yang diberikan, jenis kegiatan yang dilakukan.
b.
Keaktifan siswa dalam pembelajaran mengalami peningkatan sesuai dengan harapan, hal itu tampak terlihat dari dipahami dan diikutinya petunjuk-petunjuk pembelajaran dari guru, terlibatnya semua siswa dalam melaksanakan tugas belajar dan pemecahan masalah, mulculnya keberanian untuk bertanya kepada sesama siswa atau guru.
c.
Penggunaaan metode bermain peran (Role Playing) dapat menigkatkan Keberanian, Kelancaran, Kepekaan sosial dan Sikap siswa belajar menerima keragaman suku bangsa dan budaya.
2.
Hasil belajar IPS siswa pada pokok bahasan menerima keragaman suku bangsa dan budaya di SD NU Wanasari Kabupaten Indramayu dengan penggunaan metode Role Playing (Bermain Peran) meningkat.
B.
Saran Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian ini, peneliti memberikan saran-
saran sebagai berikut:
79
80
1.
Bagi Sekolah a.
Mengadakan pelatihan bagi guru tentang menggunakan metode mengajar dengan baik yang memugkinkan berkembangnya potensi siswa. Metode mengajar yang baik tidak saja menciptakan situasi kelas yang hidup, tetapi juga mempermudah siswa dalam mencapai tujuan belajar yang telah ditentukan.
b.
Pengadaan pementasan seni bermain peran khususnya dalam mata pelajaran IPS dan mata pelajaran yang lain pada umumnya pada kelas IV SD/MI. Sehingga lebih menunjang dalam penanaman konsep-konsep IPS secara lebih nyata sekaligus meningkatkan hasil belajar siswa.
2.
Bagi Guru a.
Mempersiapkan
secara
cermat
perangkat
pendukung
pembelajaran dan fasilitas belajar yang di perluakan karena sangat mempengaruhi efektifitas dan efisiensi pembelajaran yang pada akhirnya berpengaruh pada hasil belajar siswa khususnya pada pokok bahasan menerima keragaman suku bangsa dan budaya. b.
Guru hendaknya mampu menjadi motivator sekaligus menjadi fasilitator bagi siswanya. Hal ini akan merangsang identifikasi pada diri siswa yang sekaligus dapat menemukan jatidiri siswa yang pada akhirnya dapat mempercepat pemahaman dalam belajar dan berkomuikasi.
c.
Kelas harus dikelola secara baik dan ketersediaan waktu harus benar-benar diperhatikan.
1.
Bagi siswa a.
Suatu keberhasilan dalam menentukan prestasi belajar tidak bergantung pada orang lain tetapi lebih banyak ditentukan oleh diri sendiri. Kemauan yang tinggi akan sangat berperan dalam
81
meningkatkan
prestasi.
Untuk
itu
pembiasaan
dalam
mengunakan metode Role Playing (Bermain Peran) dalam mengikuti proses belajar mengajar akan dapat mengantarkan siswa mendapatkan prestasi belajar yang tinggi. b.
Hendaknya siswa terlibat secara penuh baik secara fisik maupun mental
dalam
proses
belajar
mengajar,
hal
ini
akan
mempermudah tercapainya tujuan belajar. c.
Siswa hendaknya terlibat secara aktif di dalam kelas, karena paradigma yang berkembang saat ini adalah control belajar sepenuhnya ada pada diri siswa.
d.
Siswa dapat berperan aktif dalam proses pembelajaran, selalu mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru dan menigkatkan usaha belajar sehingga dapat memperoleh hasil belajar optimal.
2.
Bagi Pendidik dan Calon Pendidik Dalam pembelajaran IPS khususnya. Agar hasil belajar IPS siswa
pada pokok bahasan menerima keragaman suku bangsa dan budaya hendaknya pendidik dan calon pendidik menggunakan pembelajaran dengan teknik bermain peran. Teknik bermain peran sangat cocok untuk pembelajaran IPS terutama untuk peningkatan hasil belajar siswa pada pokok bahasan menerima keragaman suku bangsa dan budaya.
DAFTAR PUSATAKA
Arifin, Anwar. Memahami Paradigma Baru Pendidikan Nasional Dalam Undang-Undang SISDIKNAS, Jakarta: Departemen Agama, 2003. MPR RI, Sekretariat Jenderal. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Jakarta: Sekretariat Jenderal MPR RI 2013. Rifai, Veitzal. Upaya-upaya Meningkatkan Hasil Belajar Kepemimpinan Peserta Diiklat Spama Survei di DIKLATDEPKES, Jurnal Pendidikikan dan Kebudayaan No. 40, tahun ke-9, Jakarta: DEPDIKNAS, Januari 2003. Rusyan, Tabrani. Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2000. Sudjana, Nana. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT. Sinar Baru Algesindo, 2000. Rosyada, Dede. Paradigma Pendidiikan Demokrasi Jakarta: Prenada Media, 2004. Slamet, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta: PT. Rineka Cipta 2003. Kartono, Kartini. Bimbingan Belajar di SMA dan Perguruan Tinggi, Jakarta: CV. Rajawali. Ahmadi, Abu. Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2001. Indra, Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar, dalam Jurnal Pendidikan dan Budaya, Edisi-1, tanggal 10 juni tahun 2009, tersedia:http://educare.efkipunla.net
82
83
Muin, Fatkhul. Intelegensi dan Emosi, Blog pada http:www.wodpress.com diakses pada 15 februari 2013. Saufi, Muhamad. Upaya Meningkatkan Jasmani Melalui Pendekatan Bermain Dalam
Pembelajaran
Pendidikan
Jasmani,
Blog
pada
http:www.wodpress.com diakses pada tanggal 5 maret 2013. Manzilatusifa, Uus. Pemberian Motivasi Guru dalam Pembelajaran, dalam Jurnal Pendidikan dan Budaya,
Edisi-1,
tanggal
6 Maret
tahun 2013,
tersedia:http/educare.e-fkipunla.net. Listinawati, Cucu. Persepsi Masyarakat Terhadap Pendidikan Budi Pekerti di Sekolah-sekolah, dalam Jurnal Pendidikan dan Budaya, Edisi-1, tanggal 8 Maret tahun 2013, tersedia:http/educare.e-fkipunla.net. Fauzie, Raden Adelina. Anggaran Pendidikan Untuk Masa Depan Bangsa Yang Lebih Baik, dalam Jurnal Pendidikan dan Budaya, Edisi-1, tanggal 3 Maret 2013, tersedia: http://educare.efkipunla.net. Hakim, Thursan. Belajar Secara Efektif, dalam Jurnal Pendidikan dan Budaya, Edisi-1, tanggal 9 Maret tahun 2013, tersedia: http://educare.e-fkipunla.net. Abdurrahman, Mulyono. Psikologi Belajar, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2003 K, Roestiah N. Masalah-masalah Keguruan, Jakarta: PT. Bina Aksara, 2000. Santrock. Psikologi Pendidikan, Jakarta: Kencana, 2008. Sudrajat, Akhmad. Hakikat Belajar, Puncak Wordpress Blog Indonesia diakses pada tanggal 12 Februari 2013. Sukmadinata, Nana Saudih. Landasan Psikologi Proses Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2003. Koester, Wawan. Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Hasil Belajar Siswa SLTPN di Jakarta, Bandung: Mimbar Pendidikan UPI, No. 2/XIX, 2002.
84
Yusmidah, Peningkatan Hasil Belajar Siswa dengan Menggunakan Media Peta, Surabaya: Pelangi Pendidikan, volume 5, no. 1, 2002. Suryabrata, Sumadi. Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002. Murniwahid, dkk. Evaluasi Pembelajaran dan Praktik. Yogyakarta: Nuha Litera, 2010. Bukuné, Redaksi. Undang-Undang Dasar 1945 & Perubahannya, Jakarta: Bukuné, 2010. Maliki, Zainuddin. Sosiologi Pendidikan, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2008. Supriatna, dkk. Pendidikan IPS di SD. Bandung: UPI Press, 2007. LPP-SDM, Tim. Ensiklopedi Pendidikan Islam, Depok, CV: Bina Muda Ciptakreasi, 2010. Hamzah B, Uno. Model Pembelajaran. Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2007. Sudrajat, Akhmad. Hakikat Belajar, Puncak Wordpress Blog Indonesia diakses pada tanggal 12 Februari 2013. Indra, Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar, dalam Jurnal Pendidikan dan Budaya, Edisi-1, tanggal 10 juni tahun 2009, tersedia:http://educare.efkipunla.net Muin, Fatkhul. Intelegensi dan Emosi, Blog pada http:www.wodpress.com diakses pada 15 februari 2013. Saufi, Muhamad. Upaya Meningkatkan Jasmani Melalui Pendekatan Bermain Dalam
Pembelajaran
Pendidikan
Jasmani,
http:www.wodpress.com diakses pada tanggal 5 maret 2013.
Blog
pada
85
Manzilatusifa, Uus. Pemberian Motivasi Guru dalam Pembelajaran, dalam Jurnal Pendidikan dan Budaya,
Edisi-1,
tanggal
6 Maret
tahun 2013,
tersedia:http/educare.e-fkipunla.net. Listinawati, Cucu. Persepsi Masyarakat Terhadap Pendidikan Budi Pekerti di Sekolah-sekolah, dalam Jurnal Pendidikan dan Budaya, Edisi-1, tanggal 8 Maret tahun 2013, tersedia:http/educare.e-fkipunla.net. Fauzie, Raden Adelina. Anggaran Pendidikan Untuk Masa Depan Bangsa Yang Lebih Baik, dalam Jurnal Pendidikan dan Budaya, Edisi-1, tanggal 3 Maret 2013, tersedia: http://educare.efkipunla.net. Hakim, Thursan. Belajar Secara Efektif, dalam Jurnal Pendidikan dan Budaya, Edisi-1, tanggal 9 Maret tahun 2013, tersedia: http://educare.e-fkipunla.net. Abdurrahman, Mulyono. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2003. K, Roestiah N. Masalah-masalah Keguruan, Jakarta: PT. Bina Aksara, 2000. Ghony, M. Djunaidi. Penelitian Tindakan Kelas, Malang: UIN-Malang Press, 2008.
DENAH SEKOLAH SD NU WANASARI
RUANG IPNU/ IPPNU (OSIS)
KANTOR MWC NU KEC. BANGODUA
RUANG KELAS IX. A
RUANG RUANG KELAS MDA IX. B KELAS
RUANG KOMPUTER & PERPUSTAKAAN
RUANG : 207
KANTIN SMP NU WANASARI
KANTOR SMP NU WANASARI
WC GURU &/ MURID
RUANG KELAS DTA
HALAMAN SEKOLAH (DEPAN)
ASRAMA SANTRI PUTRI
ASRAMA SANTRI PUTRA
RUANG KELAS DTA
RUANG KANTOR DTA
ASRAMA SANTRI PUTRA RUANG KELAS VII. A
RUANG : RUANG 208 KELAS VII. B HALAMAN SEKOLAH (BELAKANG) RUANG : 209
MUSHOLLA SMP NU WANASARI, SD NU WANASARI & PONPES MIFTAHUL MUBTADI’IEN RASO
HALAMAN SEKOLAH (BELAKANG)
RUANG KELAS VIII. A
S RUANG : 209 RUANG KELAS VIII. B
RUANG : 209
KANTOR SD NU WANASARI
T
B
U
RUANG KELAS SD NU WANASARI
STRUKTUR ORGANISASI SEKOLAH SD NU WANASARI
KEPALA SEKOLAH JAHIDIN, S. Pd. I
KOMITE SEKOLAH ROSIDI
TATA USAHA ZAIDUN
GURU INTAN PERMATASARI
GURU KELAS I NURJANAH
GURU KELAS IV AHMAD SYAHID, S. Pd. I
GURU KELAS II M. ARIFIN
GURU AGAMA VENY UKATARA KANITA, S. Pd. I
SISWA
MASYARAKAT
GURU KELAS III ANIS MARATUS. SOLEHAH
GURU OLAH RAGA MUSTAIN
Profil SD NU LEMBAGA PENDIDIKAN MA’ARIF NU KEC. BANGODUA SEKOLAH DASAR NAHDLATUL ’ULAMA SD NU WANASARI Alamat : Jln. KH. Sanusi Raso, Ds. Wanasari, Kec. Bangodua, Kab. Indramayu Kode Pos. 45272 PROFIL SEKOLAH Nama Sekolah Alamat Kecamatan/Kab/Kota No. Tlp / HP 1. Nama Yayasan (bagi swasta) Alamat Yayasan 2 Jenjang Akreditasi 3 Tahun Didirikan 4 Tahun Beroperasi / Izin Operasional 5 Kepemilikan Tanah
6 7 8
9
: SD NU WANASARI : KH. Sanusi Raso Desa Wanasari Blok Raso : Bangodua - Indramayu : 087828984522 : AL FUDHOLA : Jalan By Pass Pantura Widasari Indramayu ': 2009 : 2009 / No. 421.2/KEP.92,A-Disdik, 1 Juli 2009 : Organisasi (MWC NU Kec. Bangodua) : Wakaf : 3.000 m2 : Pemerintah dan menumpang : 144 m2 (Pemerintah) & 94 m2 (Menumpang)
a. Status Tanah b. Luas Tanah Status Bangunan Milik Luas Seluruh Bangunan
Data siswa dalam 4 (Empat) tahun terakhir Kelas I Kelas II Tahun Jml. Jml. Jml. Jml. Pelajaran Siswa Rbml Siswa Rbml 2009/2010
9 Org.
1
2010/2011
16 Org.
1
2011/2012
20 Org.
1
2012/2013
17 Org
1
9 Org. 16 Org. 20 Org.
Kelas III Jml. Jml. Siswa
Rbml
Kelas IV Jml. Jml. Siswa
Rbml
1 1 1
9 Org. 16 Org.
1 1
36 Org.
1
Jumlah total Siswa Rmbl. 9 Org. 25 Org. 45 Org. 89 Org.
1 2 3 4
a) Data Ruang Kelas
Ukuran >63 m2 (a) Ruang 2 Kelas b) Data Ruang Lain Jenis Ruangan 1. Perpustakaan 2. Lab. IPA 3. Ketrampilan
Jumlah <63 m2 (b)
Jumlah (d) =(a+b)
Jumlah ruang lainnya yg digunakan untuk ruang kls.(e) Menumpang pd DTA Miftahul Mubtadiin
-
2
2 ruang
Ukuran (m2) …..x….. …..x….. …..x…..
Jenis Ruangan 4. Lab. Bahasa 5. Lab. Komputer 6. Kantor
Jumlah (buah) -
Jumlah ruang yg digunakan untuk ruang kls.(f)=(d+e)
4
Ukuran (m2) …..x….. …..x….. …..x…..
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP )
Sekolah
: SD NU Wanasari
Mata Pelajaran
: Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Kelas/Semester
: IV/I
Alokasi Waktu
: 4 x 35 menit Pertemuan Minggu ke-10 sampai 14 (siklus I & II)
I. Standar Kompetensi 1. Memahami sejarah, kenampakan alam dan keragaman suku bangsa di lingkungan kabupaten/kota dan provinsi
II. Kompetensi Dasar 1.4 Menghargai keragaman suku bangsa dan budaya setempat (kabupaten/kota, provinsi)
III. Tujuan Pembelajaran** Siswa dapat Menghargai keragaman suku bangsa dan budaya
Karakter siswa yang diharapkan : Disiplin ( Discipline ), Rasa hormat dan
perhatian (respect ), Tekun ( diligence ) , Jujur ( fairnes ), Ketelitian ( carefulness) dan Toleransi (Tolerance)
IV. Materi Pokok Keanekaragaman suku bangsa dan budaya V. Metode Pembelajaran Role Playing (Bermain Peran) VI. Kegiatan Pembelajaran Kegiatan awal -
Tanya jawab tentang pengertian “Bhineka Tunggal Ika”
-
Siswa diajak menyanyi lagu ”Garuda Pancasila”
Kegiatan inti
Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru: Menjelaskan pengertian “Bhineka Tunggal Ika” Menjelaskan pentingnya persatuan dalam keragaman budaya melibatkan peserta
didik
secara
aktif
dalam
setiap
kegiatan
pembelajaran; dan memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, studio, atau lapangan.
Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru: memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lainlain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis; memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut; memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif; memfasilitasi
peserta
didik
berkompetisi
secara
sehat
untuk
meningkatkan prestasi belajar; memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok; memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik; memfasilitasi Siswa untuk memerankan karakter sesuai dengan naskah drama (Role Playing).
Langkah-langkah dalam Elaburasi
Guru menjelaskan materi bagaimana cara menerima keragaman suku bangsa dan budaya kepada siswa dengan baik.
Guru memberi contoh bagaimana cara bermain peran yang baik pada seluruh siswa.
Guru membagikan naskah drama kepada siswa. Siswa terbentuk menjadi beberapa kelompok sesuai dengan kelompoknya.
Siswa mencoba mementaskan drama sesuai peran yang ditugaskan.
Konfirmasi Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan
Kegiatan Penutup Dalam kegiatan penutup, guru: Menunjukkan letak tulisan dalam burung garuda Pancasila
Pertemuan 2 Kegiatan awal -
Tanya jawab tentang keragaman adat istiadat dan budaya yang ada di Iingkungannya
Kegiatan inti
Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru: Membandingkan bentuk-bentuk keragaman suku bangsa dan budaya setempat Memberikan contoh cara menghargai keragaman suku bangsa dan budaya setempat melibatkan peserta
didik
secara
aktif
dalam
setiap
kegiatan
pembelajaran dan memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, studio, atau lapangan.
Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru: memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lainlain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis; memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut; memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif; memfasilitasi
peserta
didik
meningkatkan prestasi belajar;
berkompetisi
secara
sehat
untuk
memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok; memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik; memfasilitasi Siswa untuk memerankan karakter sesuai dengan naskah drama (Role Playing).
Langkah-langkah dalam Elaburasi
Guru menjelaskan materi bagaimana cara menerima keragaman suku bangsa dan budaya kepada siswa dengan baik.
Guru memberi contoh bagaimana cara bermain peran yang baik pada seluruh siswa.
Guru membagikan naskah drama kepada siswa. Siswa terbentuk menjadi beberapa kelompok sesuai dengan kelompoknya.
Siswa mencoba mementaskan drama sesuai peran yang ditugaskan.
Konfirmasi Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa
Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan
Kegiatan Penutup Dalam kegiatan penutup, guru: Mencatat rangkuman tentang materi yang diajarkan Menyimpulkan hasil diskusi
Pertemuan 3 Kegiatan awal -
Siswa diajak menyanyi lagu yang relevan dengan pembahasan
Kegiatan inti
Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru: Menunjukkan sikap menerima keragaman suku bangsa di masyarakat Menunjukkan keragaman budaya di daerahnya melalui peta melibatkan peserta
didik
secara
aktif
dalam
setiap
kegiatan
pembelajaran; dan memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, studio, atau lapangan.
Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lainlain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis; memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut; memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif; memfasilitasi
peserta
didik
berkompetisi
secara
sehat
untuk
meningkatkan prestasi belajar; memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok; memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik; memfasilitasi Siswa untuk memerankan karakter sesuai dengan naskah drama (Role Playing).
Langkah-langkah dalam Elaburasi
Guru menjelaskan materi bagaimana cara menerima keragaman suku bangsa dan budaya kepada siswa dengan baik.
Guru memberi contoh bagaimana cara bermain peran yang baik pada seluruh siswa.
Guru membagikan naskah drama kepada siswa. Siswa terbentuk menjadi beberapa kelompok sesuai dengan kelompoknya.
Siswa mencoba mementaskan drama sesuai peran yang ditugaskan.
Konfirmasi Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan
Kegiatan Penutup Dalam kegiatan penutup, guru: Mengamati peta dan menunjukkannya
Pertemuan 4 Kegiatan awal -
Siswa diajak menonton sebuah film dokumenter yang berkaitan dengan persatuan
Kegiatan inti
Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
Menunjukkan sikap menerima keragaman suku bangsa di masyarakat (Indonesia maupun dunia) Menunjukkan keragaman budaya di daerah melalui peta melibatkan peserta
didik
secara
aktif
dalam
setiap
kegiatan
pembelajaran; dan memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, studio, atau lapangan.
Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru: memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lainlain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis; memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut; memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif; memfasilitasi
peserta
didik
berkompetisi
secara
sehat
untuk
meningkatkan prestasi belajar; memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok; memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik;
memfasilitasi Siswa untuk memerankan karakter sesuai dengan naskah drama (Role Playing).
Langkah-langkah dalam Elaburasi
Guru menjelaskan materi bagaimana cara menerima keragaman suku bangsa dan budaya kepada siswa dengan baik.
Guru memberi contoh bagaimana cara bermain peran yang baik pada seluruh siswa.
Guru membagikan naskah drama kepada siswa. Siswa terbentuk menjadi beberapa kelompok sesuai dengan kelompoknya.
Siswa mencoba mementaskan drama sesuai peran yang ditugaskan.
Konfirmasi Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan
Kegiatan Penutup Dalam kegiatan penutup, guru: Mengamati peta dan menunjukkannya
VII.
Alat dan Sumber Bahan Alat Peraga
: Gambar-gambar aneka suku bangsa dan budaya, kostum dan
properti naskah drama
Sumber
: Buku IPS kelas IV Buku pendamping yang relevan
VIII. Penilaian Indikator Pencapaian
Teknik
Bentuk Instrumen/ Soal
Kompetensi Menjelaskan pengertian Bhineka Tunggal Ika
Penilaian - Tes Tulis dan pemeranan drama
Instrumen - Uraian
- Jelaskan pengertian Bhineka Tunggal Ika - Bhinneka Tungga lka berasal dari bahasa .... - Bhinneka Tunggal Ika artinya walau berbeda-beda tetapi tetap ....
Menjelaskan pentingnya persatuan dalam
- Untuk mengikat rasa persatuan dan kesatuan
keragaman budaya
maka perlu mengamalkan lambang negara kita.... - Patih Gajah Mada berusaha keras mempersatukan wilayah ....
Membandingkan bentuk-
- Suku Gayo terdapat di
bentuk keragaman suku
wilayah Provinsi ….
bangsa dan budaya setempat Memberikan contoh cara
- Nadran adalah sebuah ritual kebudayaan asal ... - Saat diundang untuk
menghargai keragaman
mengikuti sebuah ritual
yang ada di masyarakat
kebudayaan di daerah kita
setempat
yang tidak sesuai dengan keyakinan kita maka kita harus ...
Menunjukkan sikap
- Mbasuh jimat adalah sebuah
menerima keragaman suku
ritual kebudayaan yang
bangsa dan budaya di
dilakukan oleh keluarga ...
masyarakat
- Mengganja adalah sebuah budaya dan kearifan lokal masyarakat suku ...
Menunjukkan keragaman
- Hutauruk berasal dari suku
budaya yang ada di
Batak, Ujang dari Jawa
daerahnya melalui peta
Barat, Jiung dari suku Betawi, Joko berasal dari suku Jawa, dan I Ketut dari Bali. Boleh berbeda suku tetapi harus tetap .... - Sumpah Palapa dicetuskan oleh ....
Format Kriteria Penilaian PRODUK ( HASIL DISKUSI ) No. 1.
Aspek Konsep
Kriteria
Skor
* semua benar
4
* sebagian besar benar
3
* sebagian kecil benar
2
* semua salah
1
PERFORMANSI No. 1.
2.
Aspek
Kriteria
Pengetahuan
Sikap
Skor
* Pengetahuan
4
* kadang-kadang Pengetahuan
2
* tidak Pengetahuan
1
* Sikap
4
* kadang-kadang Sikap
2
* tidak Sikap
1
Lembar Penilaian Performan No
Nama Siswa
Produk Pengetahuan
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Jumlah
Sikap
Nilai Skor
PHOTO-PHOTO PROSES BELAJAR MENGAJAR (PBM) DI KELAS
Data Pree Test Hasil Belajar IPS Siswa Pokok Bahasan Menerima Keragaman Suku Bangsa dan Budaya Melalui Metode Bermain Peran Role Playing Kelas IV SD NU Wanasari Kabupaten Indramayu No.
Nama
Aspek yang Dinilai
Jumlah
1
2
3
4
5
Skor
1.
Aina Komala
8
7
7
7
9
38
2.
Akis saefudin
8
7
7
7
10
39
3.
Ali Fazri
9
8
8
7
8
40
4.
Arya Prayoga
9
8
8
8
8
41
5.
Bagoes Muhammad
8
8
8
8
9
41
6.
Dahliani Astuti
8
8
8
9
9
42
7.
Dede Yuleni
9
9
9
9
8
43
8.
Dimas Mulyadi
9
9
8
9
9
44
9.
Endang Sri
4
4
4
4
4
45
10.
Fahri Husaini
10
9
9
9
9
46
11.
Fauzan Rusli
10
10
9
9
9
47
12.
Fani Nurhanifah
10
10
10
10
9
49
13.
Fatehah
10
10
10
10
10
50
14.
Fatmawati
10
10
10
10
10
50
15.
Hizib Haikal
12
11
9
9
10
51
16.
Jahari
12
12
12
8
7
51
17.
M. Albab Rizki
9
8
8
10
17
52
18.
M. Bayhaqi
12
12
13
8
7
52
19.
M. Muniruddin
9
7
15
15
7
53
20.
Nada Pratiwi
8
8
7
15
15
53
21.
Ratna Amelia
15
15
8
8
8
54
22.
Regina Putri
15
10
10
10
10
55
23.
Rizkiyani
9
10
15
11
11
56
24.
Rohani Agustin
15
15
10
10
7
57
1
2
25.
Sairoh
8
10
15
15
10
58
26.
Sri Ayuni
10
10
9
15
15
59
27.
Sri Wulandari
15
9
9
10
17
60
28.
Sukron
20
10
10
10
11
61
29.
Tarlam
15
12
12
12
11
62
30.
Ummu Fadilah
14
14
14
10
10
62
31.
Wahyu Alfarisi
15
14
14
10
10
63
32.
Wijatanti
10
10
15
15
14
64
33.
Yunifah
10
10
15
15
15
65
34.
Zahra Ayu
9
12
12
20
13
66
35.
Zelda Safitri
20
13
12
12
10
67
36.
Ziyad Fahiron
10
12
12
13
20
67
Keterangan aspek yang dinilai : a.
Keberanian,
b.
Kelancaran,
c.
Kepekaan sosial dan
d.
Sikap
menerima
keragaman
suku
bangsa
dan
budaya
di dalam kelas. Skor maksimal pada setiap kategori adalah 20 Jadi 5 x 20 = 100
Data Test Siklus I Hasil Belajar IPS Siswa Pokok Bahasan Menerima Keragaman Suku Bangsa dan Budaya Melalui Metode Bermain Peran Role Playing Kelas IV SD NU Wanasari Kabupaten Indramayu No.
Nama
Aspek yang dinilai
Jumlah
1
2
3
4
5
Skor
1.
Aina Komala
10
10
10
10
10
50
2.
Akis Saefudin
10
10
10
10
10
50
3.
Ali Fazri
10
10
10
10
10
50
3
4.
Arya Prayoga
10
10
10
13
10
53
5.
Bagoes Muhammad
13
10
10
10
10
53
6.
Dahliani Astuti
10
10
12
10
12
54
7.
Dede Yuleni
10
10
10
15
9
54
8.
Dimas Mulyadi
12
12
10
10
10
54
9.
Endang Sri
15
5
10
15
13
58
10. Fahri Husaini
10
10
10
15
13
58
11. Fauzan Rusli
10
10
15
10
13
58
12. Fani Nurhanifah
10
10
15
10
15
60
13. Fatehah
10
15
10
15
10
60
14. Fatmawati
15
15
10
10
10
60
15. Hizib Haikal
15
15
10
10
12
62
16. Jahari
10
10
15
15
12
62
17. M. Albab Rizki
15
15
10
20
5
65
18. M. Bayhaqi
10
10
20
10
15
65
19. M. Muniruddin
10
15
15
10
15
65
20. Nada Pratiwi
15
15
15
15
15
65
21. Ratna Amelia
20
20
10
10
17
67
22. Regina Putri
15
10
20
10
12
67
23. Rizkiyani
10
10
15
15
18
68
24. Rohani Agustin
15
15
10
10
18
68
25. Sairoh
15
10
10
18
15
68
26. Sri Ayuni
15
15
18
10
10
68
27. Sri Wulandari
10
10
19
15
15
69
28. Sukron
10
10
15
15
20
70
29. Tarlam
15
20
15
10
10
70
30. Ummu Fadilah
10
10
20
10
20
70
31. Wahyu Alfarisi
20
20
10
10
10
70
32. Wijatanti
15
15
15
12
15
72
33. Yunifah
10
10
15
20
20
75
4
34. Zahra Ayu
15
15
15
10
10
75
35. Zelda Safitri
15
10
20
15
15
75
36. Ziyad Fahiron
20
10
15
15
15
75
Keterangan aspek yang dinilai a. Keberanian, b. Kelancaran, c. Kepekaan sosial dan d. Sikap
menerima
keragaman
suku
bangsa
dan
budaya
di dalam kelas. Skor maksimal pada setiap kategori adalah 20 Jadi 5 x 20 = 100
Data Test Siklus II Hasil Belajar IPS Siswa Pokok Bahasan Menerima Keragaman Suku Bangsa dan Budaya Melalui Metode Bermain Peran Role Playing Kelas IV SD NU Wanasari Kabupaten Indramayu No.
Nama
Aspek yang dinilai
Jumlah
1
2
3
4
5
Skor
1.
Aina Komala
15
5
10
15
13
58
2.
Akis Saefudin
10
10
10
15
13
58
3.
Ali Fazri
10
15
10
15
10
60
4.
Arya Prayoga
15
15
10
10
10
60
5.
Bagoes Muhamad
10
10
15
15
12
62
6.
Dahliani Astuti
13
10
15
15
10
63
7.
Dede Yuleni
10
12
12
15
15
64
8.
Dimas Mulyadi
15
15
14
10
10
64
9.
Endang Sri
10
15
15
10
15
65
5
10. Fahri Husaini
15
15
15
15
15
65
11. Fauzan Rusli
10
15
15
11
15
66
12. Fani Nurhanifah
15
15
15
15
16
67
13. Fatehah
15
15
18
10
10
68
14. Fatmawati
10
10
15
15
18
68
15. Hizib Haikal
15
20
15
10
10
70
16. Jahari
10
10
20
10
20
70
17. M. Albab Rizki
15
20
15
12
10
72
18. M. Bayhaqi
10
12
20
10
20
72
19. M. Muniruddin
15
20
15
10
13
73
20. Nada Pratiwi
10
13
20
10
20
73
21. Ratna Amelia
15
20
15
14
10
74
22. Regina Putri
10
10
20
15
20
75
23. Rizkiyani
15
20
15
14
13
77
24. Rohani Agustin
14
14
20
10
20
78
25. Sairoh
14
15
20
10
20
79
26. Sri Ayuni
15
14
20
10
20
79
27. Sri Wulandari
14
14
20
11
20
79
28. Sukron
20
10
20
15
15
80
29. Tarlam
20
10
20
15
15
80
30. Ummu Fadilah
20
10
20
15
15
80
31. Wahyu Alfarisi
20
11
20
15
15
81
32. Wijatanti
20
12
20
15
15
82
33. Yunifah
20
13
20
15
15
83
34. Zahra Ayu
15
20
20
15
15
85
35. Zelda Safitri
20
20
20
10
15
85
36. Ziyad Fahiron
20
20
20
10
15
85
Keterangan aspek yang dinilai a. Keberanian,
6
b. Kelancaran, c. Kepekaan sosial dan d. Sikap
menerima
keragaman
suku
bangsa
dan
budaya
di dalam kelas. Skor maksimal pada setiap kategori adalah 20 Jadi, 5 x 20 = 100
Data Post Test Hasil Belajar IPS Siswa Pokok Bahasan Menerima Keragaman Suku Bangsa dan Budaya Melalui Metode Bermain Peran Role Playing Kelas IV SD NU Wanasari Kabupaten Indramayu No.
Nama
Aspek yang dinilai
Jumlah
1
2
3
4
5
Skor
1.
Aina Komala
10
15
10
15
10
60
2.
akis Saefudin
15
15
10
10
10
60
3.
Ali Fazri
10
15
15
10
15
65
4.
Arya Prayoga
15
15
15
15
15
65
5.
Bagoes Muhamad
10
15
15
11
15
66
6.
Dahliani Astuti
10
10
15
15
20
70
7.
Dede Yuleni
15
20
15
10
10
70
8.
Dimas Mulyadi
10
10
20
10
20
70
9.
Endang Sri
20
20
10
10
10
70
10. Fahri Husaini
10
10
15
20
20
75
11. Fauzan Rusli
15
15
15
10
10
75
12. Fani Nurhanifah
15
10
20
15
15
75
13. Fatehah
20
10
15
15
15
75
14. Fatmawati
15
15
15
10
10
75
15. Hizib Haikal
20
11
15
15
15
76
7
16. Jahari
15
15
15
12
10
75
17. M. Albab Rizki
20
10
20
15
15
80
18. M. Bayhaqi
20
10
20
15
15
80
19. M. Muniruddin
20
10
20
15
15
80
20. Nada Pratiwi
15
15
20
10
20
80
21. Ratna Amelia
20
10
20
15
15
80
22. Regina Putri
20
12
20
15
15
82
23. Rizkiyani
15
15
20
20
12
82
24. Rohani Agustin
20
13
20
15
15
83
25. Sairoh
20
15
20
13
15
83
26. Sri Ayuni
15
20
20
15
15
85
27. Sri Wulandari
20
20
20
10
15
85
28. Sukron
20
20
20
10
15
85
29. Tarlam
20
20
20
10
15
85
30. Ummu Fadilah
20
20
20
10
15
85
31. Wahyu Alfarisi
20
20
20
10
16
86
32. Wijatanti
20
20
20
15
15
90
33. Yunifah
20
15
20
20
20
90
34. Zahra Ayu
20
20
20
15
15
90
35. Zelda Safitri
20
20
15
20
15
90
36. Ziyad Fahiron
20
20
15
15
20
90
Keterangan aspek yang dinilai: a. Keberanian, b. Kelancaran, c. Kepekaan sosial dan d. Sikap
menerima
keragaman
suku
di dalam kelas. Skor maksimal pada setiap kategori adalah 20 Jadi 5 x 20 = 100
bangsa
dan
budaya
8
Siklus I 1.
50, 50, 50, 53, 53, 54, 54, 54, 58, 58, 58, 60, 60, 60, 62, 62 ,65 ,65, 65, 65, 67, 67, 68, 68, 69, 70, 70, 70, 70, 70, 72, 75, 75, 75. Langkah-langkah yang di perlukan dalam distribusi frekuensi adalah: a.
Menghitung rentang kelas (R) = Nilai terbesar –Nilai terkecil 75-50 = 25
b.
Menghitung kelas interval (K) = 1+3,3 log n 1+3,3 log 36 =6,13. Jumlah kelas dapat dipilih 6 atau 7, dan pilihan kelas 7
c.
Menghitung panjang kelas (P) = RK = 25/7 = 3,57 Panjang Kelas yang dapat di pilih 4
d. Kelas
F1 Fkb
Interval
Table distribusi frekuensi Nilai
F1,XI
F1,XI2
XI,X
(XI,X) (XI,X)2 (F1.X1X)2
Tengah
50-53
5
5
51,5
257,5 4652,25 13261,25
-12
144
720
54-57
3
8
55,5
166,5 3080,25
9240,75
-8
64
192
58-61
6
14
59,5
21241,5
-4
16
96
62-65
7
21
63,5
444,5 4032,25 28225,75
0
0
0
66-69
6
27
67,5
405
4556,25
27337,5
4
16
96
70-73
6
33
71,5
429
5112,25
30673,5
8
64
192
74-77
3
36
75,5
226,5 5700,25 17100,75
12
144
720
Jumlah
36
357
3540,25
2286 e. f.
147081 ∑
Menentukan nilai rataan X ∑ = Menentukan Modus (Mo) Modus (Mo) = 1+[
+
]xi
2286 36
448 = 63,5
9
g.
Variantasi (Var)
1
61,5 + [1+1 ] x 4 = 63,5
Variantasi (Var) = n∑f1X2– (∑f1X12) /n (n-1) = = =
36 (147081)−(2286) 36 (35) 5294916−5225796 1260 69120 1260
= 54,86 h.
Standar Deviasi SD = √54,86 = 7,40
Siklus II 1.
55,58,60,60,62,63,64,65,65,65,65,66,67,68,70,70,72,72,73,73,75,77,7 8,79,80,80, 81,81,82,83,85,85,85 Langkah-langkah yang diperlukan dalam distribusi frekuensi adalah: a.
Menghitung rentang kelas (R) = Nilai terbesar – Nilai terkecil 85-55 = 30
b.
Menghitung kelas interval (K) = 1+3,3 log n 1+3,3 log 36 =6,13, Jumlah kelas dapat dipilih 6 atau 7, dan pilihan kelas 7
c.
Menghitung panjang kelas (P) =RK=30/7=4,28 Panjang kelas yang dapat dipilih 5
d.
Table Distribusi Frekuensi
Kelas
F1 Fkb
Interval
Nilai
F1,XI XI,X
F1,XI2
(XI,X) (XI,X)2 (F1.X1X)2
Tengah
55-59
2
2
57
114
3249
6489
-15,5
240,25
480.5
60-64
6
8
62
372
3844
23064
-10,5
110.25
661.5
10
65-69
6
14
67
402
4489
26934
-0,5
30.25
181.5
70-74
7
21
72
504
5184
31104
0,25
0.25
1.75
75-79
6
28
77
462
5929
35574
20,25
20.25
121.5
80-84
6
34
82
492
6724
40344
90,25
90.25
541,5
85-89
3
32
87
261
7564 151138 210,25
210,25
630,75
Jumlah
36
2607 e. f.
191225
Menentukan Modus (Mo) Modus (Mo) = 1+[
g.
∑
Menentukan nilai rataan X ∑ =
Variantasi (Var)
+
22607 36
701,25 = 72,41
]xi 1
69,5 + [1+1 ] x 5 = 72
Variantasi (Var) = n∑f1X2– (∑f1X12) /n (n-1) = = =
36 (191225)−(2607) 36 (35) 6884100−6796449 1260
87651 1260
= 59,56 h.
Standar deviasi SD = √69,56 = 8,3
Post Test 2.
60,.60,65,65,70,70,70,70,75,75,75,75,75,76,77,80,80,80,80,80,82,82,8 3,83,85,85,86,90,90,90,90,90 Langkah-langkah yang diperlukan dalam distribusi frekuensi adalah: a.
Menghitung rentang kelas (R) = Nilai terbesar – Nilai terkecil 90-60 = 30
b.
Menghitung kelas interval (K) = 1+3,3 log n 1+3,3 log 36 =6,13, Jumlah kelas dapat dipilih 6 atau
11
7, dan pilihan kelas 7. c.
Menghitung panjang kelas (P) =RK=30/7=5 Panjang kelas yang dapat dipilih 4
d.
Kelas
F1
Table distribusi frekuensi
Fkb
Interval 60-64
Nilai
F1,XI
XI,X
F1,XI2
(XI,X)
(XI,X)2
(F1.X1X)2
124
3844
7688
-17,77
315,72
631,5458
Tengah 2
2
62
29 65-69
3
5
67
201
4489
13467
-12,77
163,07
489,2187
29 70-74
4
9
72
288
5184
20736
-7,77
60,372
241,4491
9 75-79
7
16
77
539
5929
41503
-2,77
7,6729
53,7103
80-84
9
25
82
738
6724
60516
2,23
4,9729
44,7561
85-89
6
31
87
522
7569
45414
7,23
532,72
3.136,374
9 90-94
5
36
92
460
8486
42320
12,23
149,57 29
Jumlah
36
2872
231644
1231,8 393
e. f.
Menentukan Modus (Mo) Modus (Mo) = 1+[
g.
∑
Menentukan nilai rataaan X ∑ =
Variantasi (Var)
+
2872 36
= 79,77
]xi 2
79,5 + [2+3 ] x 4 = 81,5
Variantasi (Var) = n∑f1X2– (∑f1X12) /n (n-1)
747,8645
12
= = = h.
90800 1260
36 (23181644)−(2872) 36 (35)
8339184−8248384 1260
= 72,06
Standar deviasi SD = √72,06 = 8,48
13
LEMBAR WAWANCARA
Nama responden terpilih
: Bagus Muhammad
Jenis kelamin responden
: Laki-laki
Tempat Tanggal Lahir responden
: Indramayu, 3 Juli 2002
1. Ayah anda termasuk dari suku apa? Jawaban: Jawa. 2. Ibu anda termasuk dari suku apa? Jawaban: Jawa. 3. Jika harus memilih, anda akan memilih suku mana? Jawaban: Jawa. 4. Coba anda sebutkan salah satu kebudayaan yang dimiliki oleh ayah &/ ibu anda? Jelaskan! Jawaban: Tahlilan. Tahlilan adalah sebuah ritual yang dilakukan umat Islam jika ada seseorang yang meninggal dunia. Kemudian keluarga si mayit mengundang sanak saudara dan tetangga terdekat untuk berkumpul dan membacakan tahlil yang bertujuan untuk mendoakan si mayit agar dosa si mayit diampuni oleh Allah SWT pak. 5. Bagaimana anda menyikapi keragaman suku bangsa dan budaya yang ada di Indonesia? Jawaban: Yaaa, inilah Indonesia Pak. 6. Apakah anda setuju jika di dalam kelas ini terdapat banyak suku bangsa dan budaya yang berbeda-beda satu sama lain?
14
Jawaban: Tidak ada masalah sih pak. 7. Apakah anda menyukai mata pelajaran IPS? Sebutkan alasannya! Jawaban: Iya, karena IPS membahas tentang kehidupan manusia. 8. Apakah anda menyukai proses pembelajaran IPS dengan menggunakan metode seni peran (drama)? Sebutkan alasannya! Jawaban: Iya, saya sangat menyukainya, karena bermain peran itu seolah-olah saya menjadi artis. 9. Setelah anda mengikuti proses pembelajaran IPS dengan menggunakan metode seni peran (drama) apakah anda akan menghargai orang lain yang berbeda suku dan budaya dengan anda? Jawaban: Iya pak, saya akan sangat menghargainya. 10. Apakah anda yakin bahwa semboyan Bhineka Tunggal Ika mampu mempererat tali persaudaraan dan persatuan Indonesia? Jawaban: Iya Pak, saya sangat yakin semboyan Bhineka Tunggal Ika akan mampu menjadi pedoman bagi warga Indonesia untuk bersatu demi terwujudnya persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tercinta. Ttd responden
Ttd peneliti
(…………….)
(……………….)
Terimakasih atas jawaban yang telah diberikan. Kejujuran anda sungguh telah membantu peneliti dalam mengumpulkan data-data penelitian. Semoga setelah dilaksanakannya penelitian ini kita semua mampu menghargai perbedaan yang ada. Karena bersama tidak harus sama. Sekali lagi peneliti haturkan terimakasih banyak. ......................................................... 420 .......................... ................................
15
LEMBAR WAWANCARA Nama responden terpilih Jenis kelamin responden Tempat Tanggal Lahir responden
: Dimas Mulyadi :L : Subang, 15 Juni 2002
1. Ayah anda termasuk dari suku apa? Jawaban: Sunda. 2. Ibu anda termasuk dari suku apa? Jawaban: Jawa. 3. Jika harus memilih, anda akan memilih suku mana? Jawaban: Sunda. 4. Coba anda sebutkan salah satu kebudayaan yang dimiliki oleh ayah &/ ibu kamu? Jelaskan! Jawaban: Sisingaan. Sisingaan yaitu sebuah kesenian yang ditampilkan dengan cara menggotong patung yang berbentuk seperti singa yang ditunggangi oleh anak kecil dan digotong oleh empat orang serta diiringi oleh tabuhan gendang dan terompet. Kesenian ini biasanya ditampilkan pada acara peringatan hari-hari bersejarah pak. 5. Bagaimana anda menyikapi keragaman suku bangsa dan budaya yang ada di Indonesia? Jawaban: Harus menerima kenyataan ini pak, kata bapak kan Indonesia memang memiliki banyak budaya dan adat istiadat. 6. Apakah anda setuju jika di dalam kelas ini terdapat banyak suku bangsa dan budaya yang berbeda-beda satu sama lain? Jawaban: Setuju. 7. Apakah anda menyukai mata pelajaran IPS? Sebutkan alasannya! Jawaban: Iya, saya sangat menyukai mata pelajaran IPS, karena dengan belajar IPS kita belajar bagaimana menghargai perbedaan.
16
8. Apakah anda menyukai proses pembelajaran IPS dengan menggunakan metode seni peran (drama)? Sebutkan alasannya! Jawaban: Saya sangat menyukai bermain drama seperti ini, karena kita diajak untuk belajar akting. Kitapun dituntut memerankan watak yang sebenarnya bukan watak asli kita. 9. Setelah anda mengikuti proses pembelajaran IPS dengan menggunakan metode seni peran (drama) apakah anda akan menghargai orang lain yang berbeda suku dan budaya dengan anda? Jawaban: Bermain peran sangat menggugah hati saya untuk bagaimana caranya menghargai budaya teman teman kita yang berbeda dengan kita. 10. Apakah anda yakin dengan adanya semboyan Bhineka Tunggal Ika mampu mempererat tali persaudaraan dan persatuan Indonesia? Jawaban: saya sangat yakin dengan adanya Bhineka Tunggal Ika kita akan mampu menghargai perbedaan. Dengan menghargai perbedaan tersebut kita akan merasa lebih bersahabat dengan orang lain.
Ttd responden
Ttd peneliti
(…………….)
(……………….)
Terimakasih atas jawaban yang telah diberikan. Kejujuran anda sungguh telah membantu peneliti dalam mengumpulkan data-data penelitian. Semoga setelah dilaksanakannya penelitian ini kita semua mampu menghargai perbedaan yang ada. Karena bersama tidak harus sama. Sekali lagi peneliti haturkan terimakasih banyak. ......................................................... 420 ...........................................................
17
LEMBAR WAWANCARA Nama responden terpilih Jenis kelamin responden Tempat tanggal lahir responden
: Sri Ayuni :P : Pekalongan, 11 Agustus 2001
1. Ayah anda termasuk dari suku apa? Jawaban: Jawa. 2. Ibu anda termasuk dari suku apa? Jawaban: Madura. 3. Jika harus memilih, anda akan memilih suku mana? Jawaban: Jawa. 4. Coba anda sebutkan salah satu kebudayaan yang dimiliki oleh ayah &/ ibu kamu? Jelaskan! Jawaban: Balangan Gantal/Sirih. Balangan Sirih dilakukan pada prosesi pernikahan Yaitu mempelai putri dan mempelai putra dibimbing menuju “titik panggih” (titik bertemu). Pada jarak lebih kurang lima langkah, masing-masing mempelai saling melontarkan sirih atau gantal yang telah disiapkan. Arah lemparan mempelai putra diarahkan ke dada mempelai putri, sedangkan mempelai putri mengarahkannya ke paha mempelai putra. Ini sebagai lambang cinta kasih suami terhadap istrinya, dan si istri pun menunjukan baktinya kepada sang suami. 5. Bagaimana anda menyikapi keragaman suku bangsa dan budaya yang ada di Indonesia? Jawaban: Yaa,, mau tidak mau kita harus menerima kenyataan ini pak. 6. Apakah anda setuju jika di dalam kelas ini terdapat banyak suku bangsa dan budaya yang berbeda-beda satu sama lain? Jawaban: Kurang setuju pak. 7. Apakah anda menyukai mata pelajaran IPS? Sebutkan alasannya! Jawaban: Biasa saja.
18
8. Apakah anda menyukai proses pembelajaran IPS dengan menggunakan metode seni peran (drama)? Sebutkan alasannya! Jawaban: Lumayan, ada hal baru saja dalam pembelajaran IPS. Tidak seperti biasanya yang sangat membosankan harus mendengarkan cerita. 9. Setelah anda mengikuti proses pembelajaran IPS dengan menggunakan metode seni peran (drama) apakah anda akan menghargai orang lain yang berbeda suku dan budaya dengan anda? Jawaban: Ada, sedikit. 10. Apakah anda yakin dengan adanya semboyan Bhineka Tunggal Ika mampu mempererat tali persaudaraan dan persatuan Indonesia? Jawaban: Tergantung orangnya pak.
Ttd responden
Ttd peneliti
(…………….)
(……………….)
Terimakasih atas jawaban yang telah diberikan. Kejujuran anda sungguh telah membantu peneliti dalam mengumpulkan data-data penelitian. Semoga setelah dilaksanakannya penelitian ini kita semua mampu menghargai perbedaan yang ada. Karena bersama tidak harus sama. Sekali lagi peneliti haturkan terimakasih banyak. ......................................................... 420 ...........................................................
19
LEMBAR WAWANCARA Nama responden terpilih Jenis kelamin responden Tempat tanggal lahir responden
: Wahyu Alfarisi :L : Serang, 23 Maret 2001
1. Ayah anda termasuk dari suku apa? Jawaban: Jawa. 2. Ibu anda termasuk dari suku apa? Jawaban: Sunda. 3. Jika harus memilih, anda akan memilih suku mana? Jawaban: Sunda. 4. Coba anda sebutkan salah satu kebudayaan yang dimiliki oleh ayah &/ ibu kamu? Jelaskan! Jawaban: Wayang Golek Wayang Golek yaitu kesenian yang menampilkan dan membawakan alur sebuah cerita yang bersejarah. Wayang Golek ini menampilkan golek yaitu semacam boneka yang terbuat dari kayu yang memerankan tokoh tertentu dalam cerita pawayangan serta dimainkan oleh seorang Dalang dan diiringi oleh nyanyian serta iringan musik tradisional khas sunda yang disebut dengan degung. 5. Bagaimana anda menyikapi keragaman suku bangsa dan budaya yang ada di Indonesia? Jawaban: Mau bagaimana lagi pak? Kenyataannya seperti ini. 6. Apakah anda setuju jika di dalam kelas ini terdapat banyak suku bangsa dan budaya yang berbeda-beda satu sama lain? Jawaban: Saya tidak setuju. 7. Apakah anda menyukai mata pelajaran IPS? Sebutkan alasannya! Jawaban: Tidak suka. Guru biasanya selalu ceramah mulu. Bikin BT/jenuh.
20
8. Apakah anda menyukai proses pembelajaran IPS dengan menggunakan metode seni peran (drama)? Sebutkan alasannya! Jawaban: Biasa saja. Saya kurang tertarik dengan bersandiwara. kesannya hanya berpurapura. 9. Setelah anda mengikuti proses pembelajaran IPS dengan menggunakan metode seni peran (drama) apakah anda akan menghargai orang lain yang berbeda suku dan budaya dengan anda? Jawaban: Tergantung pak, jika mereka menghargai saya maka saya akan menghargai mereka. 10. Apakah anda yakin dengan adanya semboyan Bhineka Tunggal Ika mampu mempererat tali persaudaraan dan persatuan Indonesia? Jawaban: Saya kurang yakin.
Ttd responden
Ttd peneliti
(…………….)
(……………….)
Terimakasih atas jawaban yang telah diberikan. Kejujuran anda sungguh telah membantu peneliti dalam mengumpulkan data-data penelitian. Semoga setelah dilaksanakannya penelitian ini kita semua mampu menghargai perbedaan yang ada. Karena bersama tidak harus sama. Sekali lagi peneliti haturkan terimakasih banyak. ......................................................... 420 ...........................................................
21
LEMBAR WAWANCARA Nama responden terpilih Jenis kelamin responden Tempat tanggal lahir responden
: Yunifah :P : Tegal, 12 Oktober 2002
1. Ayah anda termasuk dari suku apa? Jawaban: Jawa. 2. Ibu anda termasuk dari suku apa? Jawaban: Jawa. 3. Jika harus memilih, anda akan memilih suku mana? Jawaban: Jawa. 4. Coba anda sebutkan salah satu kebudayaan yang dimiliki oleh ayah &/ ibu kamu? Jelaskan! Jawaban: Wijik. Yaitu sebuah ritual dimana Mempelai putra menginjak telur ayam hingga pecah. Lalu mempelai putri membasuh kaki mempelai putra dengan air kembang setaman, yang kemudian dikeringkan dengan handuk. Prosesi ini malambangkan kesetiaan istri kepada suami. Yakni, istri selalu berbakti dengan sengan hati dan setulus jiwa dan bisa memaafkan segala kekhilafan dan segala hal yang kurang baik yang dilakukan suami terhadap istri. 5. Bagaimana anda menyikapi keragaman suku bangsa dan budaya yang ada di Indonesia? Jawaban: Mau tidak mau kita harus menerimanya. 6. Apakah anda setuju jika di dalam kelas ini terdapat banyak suku bangsa dan budaya yang berbeda-beda satu sama lain? Jawaban: Sangat tidak setuju. 7. Apakah anda menyukai mata pelajaran IPS? Sebutkan alasannya! Jawaban: Sangat membosankan. Karena Guru selalu memberikan ulangan harian dan PR.
22
8. Apakah anda menyukai proses pembelajaran IPS dengan menggunakan metode seni peran (drama)? Sebutkan alasannya! Jawaban: Saya tidak menyukai seni peran pak, sangat ribet. 9. Setelah anda mengikuti proses pembelajaran IPS dengan menggunakan metode seni peran (drama) apakah anda akan menghargai orang lain yang berbeda suku dan budaya dengan anda? Jawaban: Tergantung pak, jika mereka menghargai saya maka saya pun akan menghargai mereka. 10. Apakah anda yakin dengan adanya semboyan Bhineka Tunggal Ika mampu mempererat tali persaudaraan dan persatuan Indonesia? Jawaban: Saya kurang yakin Bhineka Tunggal Ika mampu menyatukan perbedaan. Buktinya saya selalu jadi ejekan teman teman.
Ttd responden
Ttd peneliti
(…………….)
(……………….)
Terimakasih atas jawaban yang telah diberikan. Kejujuran anda sungguh telah membantu peneliti dalam mengumpulkan data-data penelitian. Semoga setelah dilaksanakannya penelitian ini kita semua mampu menghargai perbedaan yang ada. Karena bersama tidak harus sama. Sekali lagi peneliti haturkan terimakasih banyak. ......................................................... 420 ...........................................................
23
LEMBAR WAWANCARA Nama responden terpilih Jenis kelamin responden Tempat tanggal lahir responden
: Hizib Haikal :L : Meulaboh, 20 April 2003
1. Ayah anda termasuk dari suku apa? Jawaban: Aceh. 2. Ibu anda termasuk dari suku apa? Jawaban: Aceh. 3. Jika harus memilih, anda akan memilih suku mana? Jawaban: Aceh. 4. Coba anda sebutkan salah satu kebudayaan yang dimiliki oleh ayah &/ ibu kamu? Jelaskan! Jawaban: Tari Saman. Yaitu sebuah seni tari khas Aceh yang dilakukan dalam posisi duduk berbanjar yang dilakukan oleh tiga belas laki-laki/perempuan seperti duduk diantara dua sujud ketika melaksanakan shalat dengan gerakan kepala yang digelengkan ke kiri dan kekanan. Mereka menepuk-nepuk tangan dan dada, juga menepuk tangan dan paha. Tarian ini merupakan salah satu media untuk pencapaian dakwah. Tarian ini mencerminkan pendidikan, keagamaan, sopan santun, kepahlawanan, kekompakan dan kebersamaan.. Suatu tari dengan syair penuh ajaran kebajikan, terutama ajaran agama Islam. 5. Bagaimana anda menyikapi keragaman suku bangsa dan budaya yang ada di Indonesia? Jawaban: Melihat kenyataan bahwa Indonesia adalah sebuah bangsa yang besar yang memiliki beragam suku, bahasa dan budaya maka sebagai warga Negara yang baik kita harus menghargai keragaman tesebut agar terciptanya kerukunan dan persatuan Indonesia. 6. Apakah anda setuju jika di dalam kelas ini terdapat banyak suku bangsa dan budaya yang berbeda-beda satu sama lain? Jawaban:
24
Saya sangat setuju di dalam kelas ini teradapat beragam kebudayaan. Supaya kita bisa mengenal perbedaan budaya satu sama lain. 7. Apakah anda menyukai mata pelajaran IPS? Sebutkan alasannya! Jawaban: Sejak kelas III saya sudah tertarik dengan mata pelajaran IPS. IPS mengajarkan kepada kita bagaimana cara berkomunikasi dengan sesama manusia. 8. Apakah anda menyukai proses pembelajaran IPS dengan menggunakan metode seni peran (drama)? Sebutkan alasannya! Jawaban: Sebenarnya proses pembelajaran IPS dengan cara bermain peran merupakan hal baru bagi saya. Dan saya sangat menyukai hal baru seperti ini pak. 9. Setelah anda mengikuti proses pembelajaran IPS dengan menggunakan metode seni peran (drama) apakah anda akan menghargai orang lain yang berbeda suku dan budaya dengan anda? Jawaban: Iya pak, saya berjanji setelah bapak mengajarkan kepada kami dengan cara bermain peran saya akan sangat menghargai perbedaan diantara manusia. 10. Apakah anda yakin dengan adanya semboyan Bhineka Tunggal Ika mampu mempererat tali persaudaraan dan persatuan Indonesia? Jawaban: Tentu pak. Saya sangat yakin dengan adanya semboyan ini maka warga Indonesia akan mampu menghargai perbedaan. Karena dengan adanya jiwa toleransi maka akan terwujud persaudaraan yang erat dan tentunya persatuan dan kesatuan Negara Indonesia.
Ttd responden
Ttd peneliti
(…………….)
(……………….)
Terimakasih atas jawaban yang telah diberikan. Kejujuran anda sungguh telah membantu peneliti dalam mengumpulkan data-data penelitian. Semoga setelah dilaksanakannya penelitian ini kita semua mampu menghargai perbedaan yang ada. Karena bersama tidak harus sama. Sekali lagi peneliti haturkan terimakasih banyak. ......................................................... 420 ...........................................................
25
LEMBAR WAWANCARA Nama responden terpilih Jenis kelamin responden
: Sri Wulandari :P
1. Ayah anda termasuk dari suku apa? Jawaban: Jawa.. 2. Ibu anda termasuk dari suku apa? Jawaban: Jawa. 3. Jika harus memilih, anda akan memilih suku mana? Jawaban: Jawa. 4. Coba anda sebutkan salah satu kebudayaan yang dimiliki oleh ayah &/ ibu kamu? Jelaskan! Jawaban: Mbasuh Keris/ Jimat. Budaya ini biasa dilakukan oleh orang jawa keluarga keraton dengan membasuh/ memandikan pusaka-pusaka warisan turun temurun dari jaman dahulu pada bulan Syura (Muharram) dan mauled. Dengan maksud menghormati leluhur serta mengharapkan mendapatkan barokah serta keutamaan daripada bulan-bulan suci tersebut 5. Bagaimana anda menyikapi keragaman suku bangsa dan budaya yang ada di Indonesia? Jawaban: kita memang harus mengormati keragaman tersebut pak. Bukannya seperti itu yang Bapak katakan kepada kami minggu kemarin? hehe 6. Apakah anda setuju jika di dalam kelas ini terdapat banyak suku bangsa dan budaya yang berbeda-beda satu sama lain? Jawaban: Setuju! Karena dengan latarbelakang yang berbeda-beda akan menjadikan suasana di kelas semakin indah dan beragam. Ada suku Jawa, Sunda bahkan Aceh. 7. Apakah anda menyukai mata pelajaran IPS? Sebutkan alasannya! Jawaban:
26
Dulu saya kurang menyukai mata pelajaran ini, Tapi karena ada seni drama seperti yang Bapak ajarkan kepada kami maka saya menjadi menyukai IPS. 8. Apakah anda menyukai proses pembelajaran IPS dengan menggunakan metode seni peran (drama)? Sebutkan alasannya! Jawaban: Oh jelas ia dong pak. Dengan metode seni peran dalam pembelajaran IPS menjadikan mata pelajaran ini menjadi menyenangkan. 9. Setelah anda mengikuti proses pembelajaran IPS dengan menggunakan metode seni peran (drama) apakah anda akan menghargai orang lain yang berbeda suku dan budaya dengan anda? Jawaban: Iya Pak! Saya berjanji akan belajar menerima perbedaan yang ada. 10. Apakah anda yakin dengan adanya semboyan Bhineka Tunggal Ika mampu mempererat tali persaudaraan dan persatuan Indonesia? Jawaban: Saya yakin dengan adanya semboyan suci tersebut masyarakat Indonesia akan mampu bersatu di atas segala perbedaan yang ada diantara mereka.
Ttd responden
Ttd peneliti
(…………….)
(……………….)
Terimakasih atas jawaban yang telah diberikan. Kejujuran anda sungguh telah membantu peneliti dalam mengumpulkan data-data penelitian. Semoga setelah dilaksanakannya penelitian ini kita semua mampu menghargai perbedaan yang ada. Karena bersama tidak harus sama. Sekali lagi peneliti haturkan terimakasih banyak. ......................................................... 420 ...........................................................
27
LEMBAR WAWANCARA Nama responden terpilih Jenis kelamin responden Tempat tanggal lahir responden
: Dahliani Astuti :P : Muara Enim, 17 Maret 2002
1. Ayah anda termasuk dari suku apa? Jawaban: Jawa. 2. Ibu anda termasuk dari suku apa? Jawaban: Jawa. 3. Jika harus memilih, anda akan memilih suku mana? Jawaban: Tidak Tahu. 4. Coba anda sebutkan salah satu kebudayaan yang dimiliki oleh ayah &/ ibu kamu? Jelaskan! Jawaban: Tari tanggai. Tari tanggai dibawakan pada saat menyambut tamu-tamu resmi atau dalam acara pernikahan. Umumnya tari ini dibawakan oleh lima orang dengan memakai pakaian khas daerah seperti kaian songket, dodot, pending, kalung, sanggul malang, kembang urat atau rampai, tajuk cempako, kembang goyang dan tanggai yang berbentuk kuku terbuat dari lempengan tembaga Tari ini merupakan perpaduan antara gerak yang gemulai busana khas daerah para penari kelihatan anggun dengan busana khas daerah. Tarian ini menggambarkan masyarakat palembang yang ramah dan menghormati setiap tamu yang datang. 5. Bagaimana anda menyikapi keragaman suku bangsa dan budaya yang ada di Indonesia? Jawaban: Kita harus bersukur. 6. Apakah anda setuju jika di dalam kelas ini terdapat banyak suku bangsa dan budaya yang berbeda-beda satu sama lain? Jawaban: Setuju. Karena kita warga Indonesia.
28
7. Apakah anda menyukai mata pelajaran IPS? Sebutkan alasannya! Jawaban: Iya. Karena Pelajaran IPS menceritakan tentang kebudayaan kita. 8. Apakah anda menyukai proses pembelajaran IPS dengan menggunakan metode seni peran (drama)? Sebutkan alasannya! Jawaban: Sangat Suka. Karena selain kita bisa menghargai orang lain kita pun belajar akting.
9. Setelah anda mengikuti proses pembelajaran IPS dengan menggunakan metode seni peran (drama) apakah anda akan menghargai orang lain yang berbeda suku dan budaya dengan anda? Jawaban: Saya akan belajar lebih menghargai perbedaan budaya di dalam kehidupan sehari-hari. 10. Apakah anda yakin dengan adanya semboyan Bhineka Tunggal Ika mampu mempererat tali persaudaraan dan persatuan Indonesia? Jawaban: Saya yakin pak.
Ttd responden
Ttd peneliti
(…………….)
(……………….)
Terimakasih atas jawaban yang telah diberikan. Kejujuran anda sungguh telah membantu peneliti dalam mengumpulkan data-data penelitian. Semoga setelah dilaksanakannya penelitian ini kita semua mampu menghargai perbedaan yang ada. Karena bersama tidak harus sama. Sekali lagi peneliti haturkan terimakasih banyak. ......................................................... 420 ...........................................................
29
LEMBAR WAWANCARA Nama responden terpilih Jenis kelamin responden Tempat tanggal lahir responden
: M. Albab Rizki :L : Jakarta Timur, 15 Oktober 2002
1. Ayah anda termasuk dari suku apa? Jawaban: Betawi. 2. Ibu anda termasuk dari suku apa? Jawaban: Jawa. 3. Jika harus memilih, anda akan memilih suku mana? Jawaban: Betawi. 4. Coba anda sebutkan salah satu kebudayaan yang dimiliki oleh ayah &/ ibu kamu? Jelaskan! Jawaban: Ondel-ondel. Adalah sebuah boneka kayu yang dihias sedemikian rupa yang bertujuan sebagai penolak bala dan roh halus. Ondel-ondel biasa dipertontonkan pada setiap acara-acara penting seperti tahun baru, pernikahan, khitanan dsb. 5. Bagaimana anda menyikapi keragaman suku bangsa dan budaya yang ada di Indonesia? Jawaban: ya kudu disyukuri atas ape yang telah Allah SWT limpahkan kepade Negeri kite Ytc ene. dan harus saling menghargai. 6. Apakah anda setuju jika di dalam kelas ini terdapat banyak suku bangsa dan budaya yang berbeda-beda satu sama lain? Jawaban: Kenapa tidak? 7. Apakah anda menyukai mata pelajaran IPS? Sebutkan alasannya! Jawaban: Saya suka pak. Karena enak aja gituh bisa tahu sejarah. 8. Apakah anda menyukai proses pembelajaran IPS dengan menggunakan metode seni peran (drama)? Sebutkan alasannya!
30
Jawaban: oh,, saya sangat suka, karena asik aja gituh pak, udah kaya artis di tivi-tivi..hehe 9. Setelah anda mengikuti proses pembelajaran IPS dengan menggunakan metode seni peran (drama) apakah anda akan menghargai orang lain yang berbeda suku dan budaya dengan anda? Jawaban: Insya Allah. 10. Apakah anda yakin dengan adanya semboyan Bhineka Tunggal Ika mampu mempererat tali persaudaraan dan persatuan Indonesia? Jawaban: Saya yakin sih pak, tapi ya lagi-lagi tergantung kepada manusianya... mau apa tidak untuk bersatu?
Ttd responden
Ttd peneliti
(…………….)
(……………….)
Terimakasih atas jawaban yang telah diberikan. Kejujuran anda sungguh telah membantu peneliti dalam mengumpulkan data-data penelitian. Semoga setelah dilaksanakannya penelitian ini kita semua mampu menghargai perbedaan yang ada. Karena bersama tidak harus sama. Sekali lagi peneliti haturkan terimakasih banyak. ......................................................... 420 ...........................................................
31
LEMBAR WAWANCARA Nama responden terpilih Jenis kelamin responden Tempat tanggal lahir responden
: Wijatanti :P : Indramayu, 31 Januari 2002
1. Ayah anda termasuk dari suku apa? Jawaban: Jawa. 2. Ibu anda termasuk dari suku apa? Jawaban: Jawa. 3. Jika harus memilih, anda akan memilih suku mana? Jawaban: Jawa. 4. Coba anda sebutkan salah satu kebudayaan yang dimiliki oleh ayah &/ ibu kamu? Jelaskan! Jawaban: Nadran, yaitu menenggelamkan kepala kerbau ke dasar laut sebagai ungkapan rasa rasa syukur kepada Allah akan hasil tangkapan ikan dan mengharapkan akan peningkatan hasil ditahun mendatang serta dijatuhkan dari bencana dan marabahaya dalam mencari nafkah di laut. Umumnya upacara adat nadran ini diselenggarakan antara bulan Oktober sampai Desember yang bertempat di Pantai Eretan, Dadap, Karangong, Limbangan Glayem, Bugel dan Ujung Gebang. 5. Bagaimana anda menyikapi keragaman suku bangsa dan budaya yang ada di Indonesia? Jawaban: Sebagai Warga negaras yang baik kita harus saling menghargai. 6. Apakah anda setuju jika di dalam kelas ini terdapat banyak suku bangsa dan budaya yang berbeda-beda satu sama lain? Jawaban: Setuju. Supaya saling mengenal satu sama lain. 7. Apakah anda menyukai mata pelajaran IPS? Sebutkan alasannya! Jawaban: Saya suka mata pelajaran IPS. Karena bisa belajar menghargai satu sama lain.
32
8. Apakah anda menyukai proses pembelajaran IPS dengan menggunakan metode seni peran (drama)? Sebutkan alasannya! Jawaban: Suka, saya sangat suka pak. Bisa belajar drama. 9. Setelah anda mengikuti proses pembelajaran IPS dengan menggunakan metode seni peran (drama) apakah anda akan menghargai orang lain yang berbeda suku dan budaya dengan anda? Jawaban: Mudah-mudahan sih begitu. 10. Apakah anda yakin dengan adanya semboyan Bhineka Tunggal Ika mampu mempererat tali persaudaraan dan persatuan Indonesia? Jawaban: Saya yakin koq pak Bhineka Tunggal Ika mampu.
Ttd responden
Ttd peneliti
(…………….)
(……………….)
Terimakasih atas jawaban yang telah diberikan. Kejujuran anda sungguh telah membantu peneliti dalam mengumpulkan data-data penelitian. Semoga setelah dilaksanakannya penelitian ini kita semua mampu menghargai perbedaan yang ada. Karena bersama tidak harus sama. Sekali lagi peneliti haturkan terimakasih banyak. ......................................................... 420 ...........................................................
33
NASKAH DRAMA I JUDUL DRAMA “GELAR BUDAYA” Tidak seperti biasanya, pagi itu Mutiara bangun lebih pagi dari biasanya. Setelah menunaikan ibadah solat subuh, Mutiara keluar dari kamarnya untuk menuju dapur. Di dapur ia bertemu dengan ayahnya sedang menyiapkan minuman (kopi). Mutiara : “selamat pagi Ayahku sayang.” Sambil tersenyum, Mutiara menghampiri ayahnya dan mencium tangan ayahnya. Ayah
: Selamat pagi Mutiara anak ayah yang cantik. Pagi sekali bangunnya nak? Oia,Kata ibu, hari ini Mutiara akan berdandan mengenakan pakaian daerah, Benarkah?” Tanya Ibu.
Mutiara
:
“Hehe, Mutiara kan pengen jadi anak sholeh yah. Iya, Ayah. Mutiara mau mengikuti lomba mengenakan pakaian daerah di sekolah. Acara dimulai pukul 07.00 pagi. Nanati Ibu yang membantu Mutiara memakai pakaian daerah itu. Mutiara mandi dulu
ya,
Yah.”
Sambil
berlalu
Mutiara
meninggalkan
senyuman manisnya. Ayah
:
“Iya, mandi yang bersih ya nak,” jawab ayah sambil membalas senyuman anaknya.
Selesai mandi, Mutiara menghampiri Ibunya dan mencium tangan Ibunya. Mutiara
:
“Selamat pagi, Ibuku sayang.” Mutiara menghampiri Ibunya dan mencium tangan Ibunya.
Ibu
: “Selamat pagi Mutiara, Wah, sudah mandi ya, harum dan bersih sekali putri cantik ibu ini ya. Pasti sudah siap berdandan. Mari Ibu bantu mengenakan pakaian daerahnya.” Tegur Ibu.
Mutiara
: “Iya dong anaknya siapa dulu? Hehe. Makasih ya bu sudah bantuin Mutiara memakai baju tradisional sunda ini” Sahut Mutiara.
Ibu
:
“haha bisa saja kamu ini Mut. Ya sudah cepat berangkat sana. Ayah sudah menunggumu di depan teras rumah”. Tegur Ibu.
34
Setelah mutiara sudah siap untuk berangkat ke sekolah dengan baju adat sunda(daerah asal ibunya) akhirnya mutiara diantarkan oleh ayahnya berangkat ke sekolah memakai sepeda motor. Sesampainya di gerbang sekolah. Tampak dari kejauhan berlari seorang anak kecil menghapiri mutiara. Tak lain sahabat mutiara yakni shoimah dengan pakaian lengkap tradisional jawa. Shoimah :
“mut, mutiara! cepat masuk kelas yuk. Semuanya sudah berkumpul dengan pakaian tradisional masing-masing. Bagus-bagus loh mut.” Tegur shoimah
Mutiara
:
“ayah, Mutiara masuk kelas dulu ya, mutiara pamit ya yah, assalamu’alaikum” sambil mencium tangan ayahnya ia pun bergegas masuk ke sekolah dengan penuh rasa penasaran.
Ayah
:
“ iya anakku, wa’alaikum salam. Ayah juga berangkat kerja dulu ya nak, nanti sekitar jam 12.00 Wib ayah jemput kamu di gerbang ini ya” sambil menyalakan motor ayahnya pun berlalu ke tempat kerjanya
Sesampainya di kelas. merekapun mengikuti serangkaian acara yang diadakan oleh guru IPSnya. Pak guru : “Nah, anak-anakku yang cantik-cantik dan ganteng-ganteng. Inilah bukti keanekaragaman suku dan budaya yang ada di Negara kita. Sudah sepantasnya kita saling menghormati dan menghargai satu sama lain. walaupun kita tampak
berbeda akan tetapi pada
hakikatnya kita tetap satu juga. Warga Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bisa dimengerti?” pak Guru menyimpulkan pada akhir-akhir acara. Siswa :
“iya paaak!” siswapun menjawab dengan kompaknya.
35
NASKAH DRAMA II “KISAH ANAK ACEH” Suatu pagi di hari Rabu pada awal semester kedua, SD NU Wanasari kedatangan murid pindahan dari MIN Meulaboh (Aceh Barat). Seperti biasanya, setiap hari rabu dan kamis para siswa diwajibkan memakai seragam batik yang sudah ditentukan oleh pihak sekolah. Pak Guru
: “Assalamu’alaikum Wr. Wb anak-anak, apa kabar kalian hari ini? Semoga tetap dalam lindungan Tuhan YME dan senantiasa diberikan semangat untuk belajar” seperti biasa pak guru membuka kelas dengan sapaan dan motivasi setelah 5 menit sebelumnya siswa membaca Al-quran bersama-sama.
Siswa
: “Wa’alaikum salam Wr.Wb pak guru, sehat pak! Amin” siswapun menjawab
Pak Guru
: “Di pagi yang berbahagia ini, sebelum kita memulai pelajaran, Bapak ingin memberikan kejutan spesial”. Pak Guru melakukan Apersepsi.
Siswa
: “Waduh, kejutan apa lagi ya kira-kira?” siswapun saling berbisik dengan teman sebangkunya.
Roni
: “Kejutan apa pak?! Yang jelas pak guru bukan menikah lagi toh? Roni siswa jahil menyahut.
Siswa
: “Hahahahaha…..” siswapun tertawa terbahak-bahak bersama.
Pak Guru
: “Ah, kamu ini Ron! Kebiasaan deh,ya bukan lah! Hari ini kita kedatangan tamu special yakni murid pindahan dari tanah seberang” pak guru memancing siswa agar penasaran.
Putri
: “Memangnya siswa pindahan dari mana pak? Ah bapak juga kebiasaan deh, suka buat kita penasaran! wuuuu”. Sahut Siswa
Pak Guru
: “Hehe santai, santai… langsung saja kita panggil siswa pindahan dari Meulaboh Aceh Barat. Silahkan masuk nak, dan perkenalkan dirimu di depan teman-teman barumu!”
Siswa
: “Waduh! Aceh? Bukannya aceh itu yang ganja-ganja itu ya?” siswa saling berbisik
36
Banta
: “Assalamu’alaikum Wr. Wb. Peu Haba teman-teman (dalam bahasa Aceh) Perkenalkan nama saya Banta, saya dari Meulaboh Aceh Barat. Senang berteman dengan kalian” Tegur Banta
Roni
: “Namanya aja Banta, brarti suka membantah dong?” Sahut Roni.
Siswa
: “Hahaha”
Banta
: “Memang nama saya Banta sob, itu nama pemberian Ibu saya” sahut Banta.
Pak Guru
: “Hai Roni, kamu ini nakal sekali dengarkan Banta dulu!” Tegur Pak Guru.
Pak Guru
: “Silahkan Banta lanjutkan perkenalanmu!” Tegur Pak Guru.
Banta
: “Saya pindahan dari MIN Meulaboh, disini saya tinggal dengan Paman dan Bibi saya” Tegur Banta.
Roni
: “Perasaan gak ada yang nanya deh?” Sahut Roni.
Siswa
: “Hahahaha”
Banta
: “Semoga kita bisa berteman baik ya ron.” Pinta banta
Roni
: “Hu !!” sambil memalingkan muka
Pak Guru
: “Roni kamu ini, sekali lagi kamu menyela takan segan bapak menjewer kamu!” Ancam pak Guru.
Roni
: “Loh, bapak kok jadi belain dia sih, dia kan anak Aceh pak. Dia pasti penghisap ganja. Bukannya ganja itu narkoba, pasti bahaya pak! nanti kita semua diajarin ngeganja lagi. Ia gak teman-teman?” Tegur Roni.
Siswa
: “Iya betul kata Roni pak!! Iiiii,….” Sahut Siswa.
Roni
: “Pak Guru lihat saja bajunya batik ganja seperti itu. Kita tidak mau punya teman kriminal pak!” Sahut Roni.
Pak Guru
: “Sudah..sudah! tenang .. tenaang!” pak guru mencoba mencairkan suasana
Pak Guru
: “Banta memakai batik sekolah lamanya ini karena dia belum menerima batik dari sekolah kita” sahut pak guru.
Banta
: “Loh memangnya kenapa dengan ganja, Suku kami sudah terbiasa dengan ganja. Kami biasa makan sayur, sambal, dodol, bahkan
37
permen ganja”. Sahut Banta. Roni
: “Tuh kan pak, apa saya bilang! Dia udah kaya Raffi Ahmad gitu!” Sahut Roni
Siswa
: “Iiiiih,, jangan temani diateman-teman!” siswa saling berbisik
Pak Guru
: “Banta, benarkah yang kamu katakan nak?” Tanya Pak Guru.
Banta
: “Memang sih ganja itu kan dilarang oleh pemerintah. Tapi nenek moyang kami sudah menggunakannya sejak dahulu teman-teman. Tidak hanya untuk makanan tapi kami juga menggunakan ganja untuk pengobatan”. Jawab Banta
Roni
: “Apa? Untuk pengobatan? Haha bohong banget. Bilang aja biar ngelflay setiap hari. Mati baru tahu rasa kamu! Sahut Roni.
Banta
: Saya menderita kanker otak stadium III. Semua proses pengobatan sudah saya jalani, baik yang medis dari kemotherapy, opname ataupun non medis seperti akunpuntur, orang pintar hingga pengobatan-pengobatan alternatif lainnya akan tetapi hasilnya nihil. Sejak setahun yang lalu ibuku memberiku jus ganja, sejak saat itu pula keadaanku berangsur pulih. Sampai-sampai dokter pribadiku kaget melihat kenyataan bahwa tingkat stadium kanker di otakku relatif turun dari stadium III menjadi stadium II, dari stadium II turun menjadi stadium I hingga akhirnya saya sembuh total. Dan yang paling saya sukai dari tanaman ini adalah hatiku menjadi gembira ria, rileks tanpa beban fikiran saat saya mengonsumsinya.”Banta Mencoba Menjelaskan
Roni
: “Alaaaah itu mah akal-akalan kamu saja biar kami menerimamu sebagai teman!” Sahut Roni.
Pak Guru
: “Sudah tenang.. kita dengarkan dulu penjelasan Banta.” Sela pak Guru.
Pak Guru
: “Banta! Benarkah yang kamu katakan nak?” Tanya Pak Guru.
Banta
: “Demi Allah! saya tidak berbohong pak. Oia pak, saya dikasih brosur oleh paman saya yang kuliah di Jakarta saat liburan kemarin.” Jawab Banta.
38
Lantas Banta memberikan Brosur tersebut kepada pak Guru. Pak Guru
: “Brosur apa ini nak? Apa! Legalisasiganja?” Pak Guru terkejut.
Setelah beberapa menit Pak Guru membaca brosur tersebut dengan seksama sampai tuntas, lantas pak guru mempersilahkan Banta untuk duduk Pak Guru
: “Banta, sekarang kamu boleh duduk dengan fahmi. Fahmi, Tolong kasih banta bangku” Perintah Pak Guru.
Fahmi
: “Iya pak. Banta kesini” dengan penuh senyum fahmi mengajak Banta
Banta
: “Iya pak, terimakasih pak” sahut Banta
Setelah semuanya kondusif. Lantas Pak Guru yang masih diselimuti tanda Tanya besar itu memulai mata pelajaran IPS dengan materi Bhineka Tunggal Ika. Pak Guru
: “Anak-anakku yang bapak sayangi, kita sebagai warga Negara Indonesia yang arif dan bijaksana sudah seharusnya kita menghargai perbedaan yang ada diantara kita, bukankah Al-Quran telah melarang kita untuk saling menghina satu sama lain, belum tentu kita lebih baik dari yang orang kita hina. Ganja memang tumbuh subur di Aceh sana, mengganja telah menjadi budaya tersendiri bagi suku Aceh. Terlepas dari bagaimana sanksi hukum mempergunakannya, yang jelas semua hal yang diciptakan Allah SWT tidak ada yang sia-sia, semuanya pasti memiliki nilai positif dan negatif. karenanya agar persatuan dan kesatuan Negara tetap terjaga kita harus belajar menghargai dan berbesar hati menerima perbedaan budayadiantara kita. Itulah makna yang diajarkan Bhineka Tunggal Ika”. Dengan Arif dan bijaksana pak guru menjelaskan.
Setelah kegiatan belajar mengajar berakhir pak guru mendiskusikan brosur tersebut dengan kepala sekolah dan segenap guru.
RIWAYAT HIDUP PENULIS Nama NIM Tempat, tanggal lahir Program Studi Jurusan Fakultas Universitas Tahun Masuk Tahun Lulus IPK Yudisium
: Muhamad Faqihudin Ikhfa : 809018300786 : Indramayu, 20 Agustus 1990 : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah : Kependidikan Islam : Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan : Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta : 2010 : 2014 : 3.05 : Amat Baik
Riwayat Pendidikan Formal Penulis memulai pendidikan formalnya di Taman Kanak-kanak (TK) Pertiwi Desa Wanasari Kec. Widasari Kab. Indramayu dan lulus pada tahun 1995. Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasarnya di SDN Sukamaju Desa Terisi Blok Rajasinga Kec. Cikedung Kab. Indramayu pada tahun ajaran 2001-2002 dengan nilai Ujian Akhir Nasional (UAN) tertinggi se-sekolah yakni 35.00. lantas penulis melanjutkan studinya di MTsN Widasari Desa. Kongsijaya Kec. Widasari Kab. Indramayu dan lulus pada tahun ajaran 2004-2005 dengan nilai Ujian Nasional (UN) tertinggi se-sekolah yakni 42.30. prestasi ini tidak membuat penulis congkak dan sombong, penulis merelakan dirinya untuk melanjutkan studi di SMA Swasta dibawah naungan Nahdlatul ‘Ulama yakni SMA NU Widasari yang bertempat di Desa Kongsijaya Kec. Widasari Kab. Indramayu, hal ini dilatarbelakangi atas dasar ikut serta memperjuangkan perjuangan organisasi Nahdlatul ‘Ulama. Penulis mengkhatamkan studi tingkat atasnya ini pada 2007-2008 lagi-lagi dengan predikat nilai tertinggi UN se-sekolah yakni 48.90. Tahun pertama pasca kelulusannya beliau tidak langsung melanjutkan studi ke perguruan tinggi akan tetapi beliau mengabdikan diri menjadi Pustakawan di SMP NU Wanasari yang beralamat di Desa Wanasari Blok Raso Kec. Bangodua Kab. Indramayu. Barulah pada tahun kedua pasca kelulusannya (2009) beliau melanjutkan studi di Institut Tehnik dan Bisnis Kalbe (ITBK) Jakarta dengan meraih beasiswa penuh pada program studi Tehnik Informastika. Akan tetapi tidak bertahan lama dikarenakan berbanding terbalik dengan latarbelakang jurusannya pada SMA yakni IPS. Pada Tahun yang sama beliau mendapatkan beasiswa Full Semester dana talangan dari Sampoerna School Of Education (SSE) Prodi Bahasa English. Dikarenakan besiswa ini bersifat talangan akhirnya penulis memutuskan besiswa tersebut. Pada Tahun berikutnya penulis lulus Ujian Seleksi Masuk Universitas Indonesia (SIMAK UI) pada Prodi Tehnik Informatika Fakultas Tehnik Universitas
Indonesia (FT UI), akan tetapi dikarenakan latarbelakang keluarga yang menengah ke bawah dan tidak mendapatkan beasiswa pada prodi tersebut maka penulis memutuskan untuk tidak mendaftarkan ulang. Masih pada tahun yang sama (2010) penulis meraih beasiswa Program “Profesionalisasi Guru” dari Departemen Agama Republlik Indonesia dan mendapat kesempatan kuliah dengan meraih beasiswa “Full Semester+Living Cost” di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Masih pada tahun yang sama beliau meraih besiswa dari yayasan Chinkung Budha Amithaba dan berkesempatan untuk kuliah pada Jurusan Akidah Filsafat Fakultas Ushuludin dan Filsafat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Akhirnya penulis melaksanakan Program “Double Degree” yakni studi pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan dan Fakultas Ushuldin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada akhirnya penulis mengkhatamkan studinya pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan dan lulus dengan predikat “Amat Baik” pada tahun 2014. Riwayat Pendidikan Nonformal Dari kecil Penulis telah dididik berdasarkan nafas-nafas Islami, beliau menyelesaikan pendidikan madrasah Diniyah Awaliyah di Madrasah Miftahul Mubtadi’ien Blok Raso Desa Wanasari Kec. Widasari Kab. Indramayu pada tahun ajaran 1999-2000. Berikutnya penulis melanjutkan menimba ilmu di Pondok Pesantren Miftahul ‘Ulum “Islamic Boarding School” Rajasinga, Cikedung, Indramayu selama 2 tahun sembari meluluskan Sekolah Dasar. Pada masa Studi MTsnya beliau sembari menimba ilmu di pondok pesantren Al-Ma’syumi dan mengkhatamkan Madrasah Wustho di Madrasah Tarbiyah Wa Al-Ta’lim Widasari Indramayu. Pada Tahun 2007 beliau melanjutkan Studi Pesantrennya dengan menghafalkan AL-Qur’an di Pondok Pesantren Gintung Lor Kec. Susukan Kab. Cirebon. Pada tahun 2008 beliau meluncur ke timur jawa untuk mempelajari bahasa-bahasa dunia dengan metode riyadlah “‘Ilm Al-Laduni” di Ponpes. Nur Al-Riyadlah Desa Alas Tengah Kec. Paiton Kab. Probolinggo. Pengalaman Organisasi Dari Sekolah dasar penulis selalu menjadi Ketua Kelas. Pada masa MTs beliau menjadi Ketua Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS). Pada masa SMA beliau menjadi Ketua Ikatan Pelajar Nahdlatul ‘Ulama (IPNU). Pada Tahun 2010-2012 beliau menjabat sebagai Ketua Bidang Infrastruktur asrama Keluarga Mahasiswa Sunan Gunung Djati (KMSGD JABODETABEK), anggota Divisi Olahraga, seni dan budaya (ORSENBUD KMSGD JABODETABEK) dan Pemberdayaan daerah (PBD) Persatuan Mahasiswa Indramayu (PERMAI-AYU DKI JAKARTA). Pada masa Bhakti 2009-2010 beliau menjabat sebagai anggota Kajian Penelitian Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Komisariat Fakultas Ushuluddin dan
Perguruan Tinggi Umum (PMII KOMFUSPERTUM). Pada 2012-2013 beliau menjabat sebagai Pengurus Cabang Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Ciputat (PC. PMII Ciputat) yakni anggota Bidang II Depatemen Politik Mahasiswa (POLMAS). Sedari 2012 sampai sekarang dan seterusnya (sampai ganja legal) beliau mengabdikan diri sebagai relawan (Valunteer) di Lingkar Ganja Nusantara (LGN) demi sebuah misi kemanusiaan (Habl Min Al-Nas) dan kelestarian alam (Hab Min Al-‘Alam) berbingkis sebuah ittikad “Demi Kebaikan Bangsa Indonesia dan Kemaslahatan Umat Manusia”.