P P A T K AMLNEWS Clipping Service Anti Money Laundering 09 November 2011
Indeks 1. Korupsi Pilkada Mantan Bupati Nias Selatan Didakwa Suap Anggota KPU 2. Kasus Pembobolan Bank Malinda transfer Rp 21,5 miliar ke rekening Ismail 3. Dua Tersangka Kasus Dugaan Korupsi Dana Bansos Segera Diadili
Cetak.kompas.com
Rabu, 9 November 2011
KORUPSI PILKADA Mantan Bupati Nias Selatan Didakwa Suap Anggota KPU Jakarta, Kompas - Fuhuwusa Laia, mantan Bupati Nias Selatan, Sumatera Utara, didakwa menyuap anggota Komisi Pemilihan Umum, Saut Hamonangan Sirait,
sebesar Rp 99,9 juta. Fuhuwusa menyuap Saut untuk membantu mengesahkan dirinya sebagai calon bupati Nias Selatan periode 2011-2016.
Hal itu terungkap dalam sidang atas kasusnya di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi di Jakarta, Selasa (8/11), dengan agenda pembacaan surat dakwaan oleh jaksa penuntut umum.
”Pemberian dimaksudkan supaya ia (Saut) berbuat atau tidak berbuat sesuatu dalam jabatannya yang bertentangan dengan kewajibannya,” kata Jaksa I Kadek Wiradana saat membacakan dakwaan.
Dalam dakwaannya, jaksa menyebutkan, Fuhuwusa menyuap Saut untuk membantu mengesahkan dirinya sebagai calon bupati Nias Selatan untuk pemilihan periode
2011-2016. Selain itu, Fuhuwusa juga meminta agar Saut menganulir keputusan KPU Provinsi Sumatera Utara terkait pemecatan empat anggota KPU Kabupaten Nias Selatan yang lama agar diangkat kembali.
Selain itu, Fuhuwusa juga meminta agar dibentuk Dewan Kehormatan untuk
memeriksa anggota KPU Provinsi Sumut yang memecat keempat anggota KPU Kabupaten Nias Selatan tersebut. Pemberian uang tersebut dilakukan pada 13 Oktober 2010. Saat itu, terdakwa yang adalah bupati periode 2006-2011 mencalonkan kembali untuk periode berikutnya berpasangan dengan Rahmat Alyakin. Fuhuwusa dianulir karena tidak memiliki ijazah SMA.
”Oleh-oleh kue” Jaksa menyebutkan, waktu itu Fuhuwusa mendatangi Kantor KPU bersama istri
terdakwa, Nur Asna Larosam, dan anggota DPRD Nias Selatan, Yurisman Laia, di
Jakarta. Saat bertemu Saut, terdakwa mengatakan, di Nias Selatan banyak pohon kelapa yang buahnya enak untuk dibuat kue.
Fuhuwusa kemudian memberi Saut tas kecil bermotif kembang-kembang.
”Disebutnya berisi oleh-oleh kue, tetapi kemudian diketahui isinya bukan kue, melainkan uang sejumlah Rp 99,9 juta,” ujar Kadek.
Setelah mengetahui isi bungkusan itu adalah uang, Saut melaporkan hal tersebut kepada Komisi Pemberantasan Korupsi.
Atas perbuatannya tersebut, Fuhuwusa dijerat Pasal 5 Ayat (1) Huruf a atau Pasal 13 Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Ia terancam dipidana dengan hukuman penjara paling lama lima tahun.
Menanggapi dakwaan tersebut, Fuhuwusa akan mengajukan eksepsi atau nota keberatan yang dibacakan pada Senin pekan depan. (RAY)
Kompas.com
Rabu, 9 November 2011
Kasus Pembobolan Bank
Malinda Transfer Rp 21,5 Miliar ke Rekening Ismail JAKARTA, KOMPAS.com — Inong Malinda Dee (48), mantan Senior Relationship
Manager Citibank Landmark, Kuningan, Jakarta, mengiyakan saat ditanyai uang
sebesar Rp 21,5 miliar milik nasabah yang ditransfer ke rekening pribadi atas nama Ismail bin Janim, adik iparnya.
Pertanyaan itu disampaikan Ketua Majelis Hakim Kusno saat memeriksa Malinda
yang bertindak selaku saksi dalam kasus pencucian uang yang didakwakan kepada Ismail di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Rabu (9/11/2011).
Malinda menyatakan, dia rata-rata mentransfer uang dengan nominal antara Rp 50 juta dan Rp 500 juta ke rekening Ismail. "Ada yang 500 (juta), ada 100 (juta), ada juga 50 (juta)," kata Malinda.
Malinda menerangkan, kegiatan "penitipan" dana nasabah itu telah berlangsung
sejak 2008 hingga 2010. Saat ditanyai hakim tentang adanya dana nasabah yang
mengalir ke rekening Ismail pada 2011, Malinda menjawab, "Mungkin masih ada di tahun 2011!" Akan tetapi, dia tidak pernah menjelaskan kepada Ismail dari mana dana tersebut berasal.
Kepada hakim, Malinda juga mengaku tidak mengingat dari rekening siapa dana
transfer itu diambil. "Kadang dari rekening saya, kadang dari rekening klien," jawab wanita kelahiran Pangkal Pinang ini.
Tentang tujuan pemindahan dana nasabah, Malinda menerangkan bahwa karena kesibukannya, dia kerap meminta bantuan adik iparnya itu untuk melakukan
pembayaran listrik, sejumlah cicilan, dan pembayaran kartu kredit non-Citibank miliknya.
Namun, dia mengaku tidak ingat saat ditanyai jaksa penuntut umum (JPU) apakah tujuan transfer dana tersebut disampaikan kepada Ismail. Adik ipar yang juga disebutnya anak itu, lanjut Malinda, adalah seorang pria penurut yang sangat
sungkan bila berhadapan dengan dirinya. Karena itu, segala hal yang berkaitan dengan permintaan Malinda tidak pernah dimintainya keterangan lebih lanjut.
"Biasanya, saya telepon dulu untuk bilangin mau transfer uang," kata Malinda. Dana tersebut hanya dititip sementara di rekening pribadi Ismail. Selanjutnya, dalam interval satu-dua hari, Malinda akan menelepon lagi untuk meminta Ismail
memindahkan dana tersebut ke rekening lainnya. Empat di antaranya adalah
rekening pribadi atas nama Inong Malinda Dee, rekening atas nama PT Eksklusif Jaya
Perkasa, perusahaan Malinda, rekening milik Visca Lovitasari, adik Malinda, dan rekening Andhika Gumilang, suami siri Malinda.
"Biasanya saya selalu mengecek lagi proses transfer dan nilai nominalnya," ujarnya. Malinda juga menjelaskan bahwa sebagian kecil dana yang diambil Ismail dari dana titipan memang sesuai perintah atau sepengetahuannya.
Mediaindonesia.com Rabu, 9 November 2011 Dua Tersangka Kasus Dugaan Korupsi Dana Bansos segera Diadili KUPANG--MICOM: Dua dari tiga tersangka dugaan korupsi dana bantuan sosial
(bansos) di kantor Bupati Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur (NTT), pada 2007 sebesar Rp300 juta segera menghadapi sidang. Berkas keduanya dinyatakan lengkap (P21). Kedua tersangka itu adalah mantan Bendahara Bagian Keuangan Imelda Melur dan
mantan Kepala Bagian (Kabag) Kepegawaian Fredrik Nalle. Sedangkan berkas mantan Kabag Keuangan Frits Edison Sine yang juga menjadi tersangka dalam kasus itu belum lengkap.
"Jaksa penyidik menyerahkan dua tersangka ke jaksa penuntut untuk dilimpahkan ke pengadilan," kata Kepala Seksi Uheksi Pidana Khusus Kejaksaan Tinggi NTT Tejo Sunarno di Kupang, Selasa (8/11).
Dua tersangka yang selama penyidikan di tahan di Lembaga Pemasyarakatan (LP) Penfui Kupang, dibawa ke kantor kejaksaan tinggi di Jalan Polisi Militer untuk
menandatangani surat penyerahan tersebut. "Sekarang kedua tersangka akan menjadi terdakwa," katanya.
Sesuai hasil penyidikan jaksa, sebelum dikorupsi dana sebesar Rp300 juta itu
dipindahkan dari bagian keuangan ke bagian kepegawaian. Namun, Fredik mengaku tidak terkait kasus korupsi tersebut. Ia menyatakan tidak pernah menandatangani kuitansi yang berhubungan dengan dana bansos. "Saya curiga tanda tangan saya dipalsukan," katanya.
Tersangka dituduh melanggar Pasal 2 subsider Pasal 3 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo UU 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. (PO/OL-01)
Humas PPATK
Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) Indonesian Financial Transaction Reports and Analysis Centre (INTRAC) (P) +62-21-3850455/3853922 (F) +62-21-3856809/3856826 (E)
[email protected]
DISCLAIMER: Informasi ini diambil dari media massa dan sumber informasi lainnya dan
digunakan
khusus
untuk
PPATK
dan
pihak-pihak
yang
memerlukannya. PPATK tidak bertanggungjawab terhadap isi dan pernyataan yang disampaikan dalam informasi yang berasal dari media massa.