IMPLEMENTASI KONSEP KEPALA MADRASAH SEBAGAI INSTRUCTIONAL LEADER ( Studi Multi Kasus pada Madrasah Ibtidaiyah Negeri dan Swasta di Salatiga Tahun 2013)
oleh
Oleh RUCHANI NIM. : M1.11.038
Tesis diajukan sebagai pelengkap persyaratan untuk gelar Magister Pendidikan Islam
PROGRAM PASCASARJANA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2014
PROGRAM PASCASARJANA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA PROGRAM STUDI: PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
LEMBAR PERSETUJUAN TESIS
Nama
: Ruchani
NIM
: M1.11.038
Program Studi
: Pendidikan Agama Islam
Konsentrasi
: Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Tanggal Ujian
: 6 Maret 2014
Judul Tesis
: Implementasi Konsep Kepala Madrasah sebagai Instructional Leader (Studi Multi Kasus pada Madrasah Ibtidaiyah Negeri dan Swasta di Salatiga Tahun 2013)
Panitia Munaqosah Tesis
1. Ketua Penguji : Dr. H. Sa’adi, M.Ag
________________________
2. Sekretaris
: Dr. H. Zakiyuddin Baidhawy, M.Ag ________________________
3. Penguji I
: Prof. Dr. H. Muh. Zuhri, M.A
________________________
4. Penguji II
: Prof. Dr. H. Budihardjo, M.Ag
________________________
5. Penguji III
: Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd
________________________
ii
PERNYATAN KEASLIAN TESIS
“Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Tesis ini merupakan hasil karya sendiri dan sepanjang pengetahuan dan keyakinan saya tidak mencantumkan tanpa pengakuan bahan-bahan yang telah dipublikasikan sebelumnya atau ditulis oleh orang lain, atau sebagian bahan yang pernah diajukan untuk gelar atau ijasah pada Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga atau perguruan tinggi lainnya.”
Salatiga, 17 Februari 2014 Yang membuat pernyataan
Ruchani
iii
ABSTRAK
Ruchani, 2013. Implementasi Konsep Kepala Madrasah sebagai Instructional Leader (Studi Multi Kasus pada Madrasah Ibtidaiyah Negeri dan Swasta di Salatiga). Tesis. Program Studi Pendidikan Agama Islam, Program Pascasarjana Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Kata kunci: implementasi, kepala madrasah, Instructional Leader Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan Implementasi Konsep Kepala Madrasah sebagai Instructional Leader pada Madrasah Ibtidaiyah Negeri dan Swasta di Salatiga. Fokus pada penelitian ini adalah: (1) Bagaimana konsep kepala madrasah sebagai Instructional Leader, (2) Sejauhmana pemahaman kepala madrasah dan guru mengenai konsep kepala madrasah sebagai Instructional Leader, (3) Bagaimana Implementasi konsep kepala madrasah sebagai Instructional Leader, (4) Bagaimana dampak implementasi konsep kepala madrasah sebagai Instructional Leader terhadap perkembangan dan kemajuan madrasah, (5) Apa saja faktor pendukung dan penghambat implementasi konsep kepala madrasah sebagai Instructional Leader, dan (6) Bagaimana perbedaan implementasi konsep kepala madrasah sebagai Instructional Leader pada MI Negeri dan Swasta di Salatiga Penelitian ini bersifat kualitatif dengan pendekatan fenomenologis dengan analisa model interaktif. Rancangan yang digunakan adalah studi multi kasus dengan seting penelitian dilakukan pada tiga madrasah di Salatiga yaitu MIN Kecandran Salatiga, MI Ma’arif Mangunsari dan MI Asas Islam Kalibening dengan informan kunci yaitu kepala madrasah, kemudian informan lain adalah bidang kurikulum, beberapa guru, tata usaha. Data dikumpulkan melalui wawancara, dokumentasi dan observasi. Berdasarkan hasil analisis data diperoleh temuan penelitian pada madrasah sebagai berikut (1) konsep kepala madrasah sebagai Instructional Leader lebih mengacu bagaimana meningkatkan pembelajaran dengan mengintegrasikan dan memaksimalkan komponen madrasah (2) pemahaman kepala madrasah dan guru mengenai konsep kepala madrasah sebagai Instructional Leader masih bersifat makro, (3) implementasi konsep kepala madrasah sebagai Instructional Leader sudah menerapkan prinsip-prinsip dalam Instructional Leader, (4) dampak implementasi konsep tersebut, madrasah mengalami perkembangan baik yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif, (5) faktor pendukung dan penghambat lebih disebabkan oleh tenaga kependidikan dan sarana prasarana penunjang, (6) perbedaan implementasi di MI Negeri dan Swasta adalah MI Negeri bersifat formal dan birokratis, sedangkan MI Swasta informal dan fleksibel. iv
ABSTRACT Ruchani, 2013. The Implementation of Principal Concept as Instructional Leader (Multi case study on Public and Private Islamic Elementary School /Madrasah Ibtidaiyah in Salatiga). Thesis. Islamic Education Studies Program, Postgraduate Program of State Institute of Islamic Studies Salatiga. Keywords : implementation , Madrasah principal, Instructional Leader The aim of this study is to describe the implementation concept of Madrasah Ibtidaiyah principal as Instructional Leader in the public and private Islamic elementary school (Madrasah Ibtidaiyah) at Salatiga. The purposes of this study are: (1) How does the concept of Madrasah Ibtidaiyah principal as instructional leader , (2) To what extend madrasah principal and teacher’s understanding of the concept of madrasah ibtidaiyah principal as instructional leader, (3) How the implementation of the concept of Madrasah Ibtidaiyah principal as instructional leader, (4) How does the impact of the implementation of the concept of madrasah ibtidaiyah principal as instructional leader in the development and the progress of the school, (5) What are the supporting and inhibiting factors of the concept implementation of Madrasah Ibtidaiyah principal as instructional leader, and (6) How does the differences of the implementation concept of Madrasah Ibtidaiyah principal as instructional leader in public and private Islamic Elementary School (Madrasah Ibtidaiyah) at Salatiga. This research is a qualitative study with a phenomenological approach to analyze of interactive model. The design used a multi- case study by setting the research conducted on three madrasah in Salatiga, namely Public Madrasah Ibtidaiyah at Kecandran, Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif at Mangunsari and Madrasah Ibtidaiyah Asas Islam at Kalibening with the key informants, that are madrasah principal, curriculum, several teachers, and administrator. The data are collected through interviews, documentation and observation. The following below are the analysis of the data that obtained from Madrasah Ibtidaiyah research, namely (1) the concept of Madrasah Ibtidaiyah principal as instructional leader more refers to how to improve learning by integrating and maximizing the component of madrasah, (2) Madrasah Ibtidaiyah principal and teachers' understanding of the concept of Madrasah Ibtidaiyah principal as instructional leader is a macro, (3) the implementation of the concept of Madrasah Ibtidaiyah principal as instructional leader has been apply the principles in the instructional leader,(4) the impact of the implementation of the concept is the school has developed both of quantitative and qualitative, (5) The supporting and inhibiting factors caused by the educational staff and supporting infrastructure, (6) the differences of implementation between public and private Madrasah Ibtidaiyah are public Madrasah Ibtidaiyah is formal and bureaucratic, while the private Madrasah Ibtidaiyah is informal and flexible .
v
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat, Taufiq, Hidayah dan Inayah-Nya, sehingga penulis mampu menyelesaikan tesis yang berjudul
”Implementasi
Konsep
Kepemimpinan
Kepala
Madrasah
sebagai
Instructional Leader (Studi Multi Kasus pada MI Negeri dan Swasta di Salatiga)”. Madrasah merupakan lembaga pendidikan yang mencetak generasi muslim yang berguna bagi agama, bangsa dan Negara. Keberhasilan madrasah dalam menghasilkan lulusannya sebagai manusia berkualitas banyak ditentukan oleh kemampuan para pengelolanya. Dalam
hal ini, kepala madrasah dituntut untuk
memiliki kompetensi profesional dan personal yang sedemikian rupa untuk menunjang kegiatan proses pembelajaran . Melalui peranannya kepala madrasah sebagai pemimpin dan manajer sangat membantu para guru mengefektifkan kegiatan belajar mengajar di kelas. Keberhasilan pemimpin dalam pembelajaran yang dilakukan kepala madrasah sebagai sebagai Instructional Leader
dituntut untuk menyatukan visi dan misi
bersama untuk mencapai tujuan madrasah. Hal tersebut, dirasakan oleh MI Negeri dan Swasta setelah mengimplementasikan prinsip-prinsip Instructional Leader banyak perkembangan dan kemajuan madrasah secara signifikan. Dalam penyelesaian Tesis ini, penulis mendapat dukungan dan motivasi dari berbagai pihak, sehingga selesai tepat waktu. Berkenaan dengan itu, secara tulus penulis sampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada:
vi
Bapak Dr. Imam Sutom M.Ag, selaku ketua STAIN Salatiga yang telah memberikan fasilitas dan motivasi dalam penulisan tesis ini. Bapak Dr. Sa’adi M.Ag, selaku direktur Program Pasca Sarjana STAIN Kota Salatiga, yang telah memberikan dukungan dalam penyelesaian penulisan tesis ini. Bapak Prof. Dr. Budihardjo, M.Ag dan bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd yang dengan tekun dalam membimbing penyelesaian tesis ini. Demikian juga kepada semua dosen yang telah memberikan kemudahan selama penulis mengikuti kuliah pada program Pascasarjana. Isteriku tercinta Sri Haryuningsih yang telah memberikan dorongan semangat, menemani dan memberikan kepercayaan kepada penulis. Kepada anakanakku Fadhil Achmad Al Mubarok dan Syamila Aulia Az Zahra yang waktunya tersita selama penulis mengikuti pendidikan di Pascasarjana merupakan dorongan batin yang luar biasa bagi penulis dalam penyelesaian studi ini. Bapak Agus Rahmad Yuwanta, S.Pd selaku kepala MI Negeri Kecandran, ibu Siti Rohmini,M.PdI selaku kepala MI Ma’arif Mangunsari dan
bapak Zlfa
Anturida, S.Pd,S.PdI selaku kepala MI Asas Islam Kalibening sebagai tempat penelitian, dan pihak-pihak lain yang ikut membantu terlaksananya penelitian ini, penulis sampaikan penghargaan yang tinggi. Akhirnya penulis menyadari bahwa karya ilimiah ini belum sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Salatiga, 10 Februari 2014 Penulis vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.……………………………………………………………i HALAMAN PERSETUJUAN.………………………………………………….ii HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TESIS.……………………………iii ABSTRAK.………………………………………………………………………iv ABSTRACT.……………………………………………………………………..v KATA PENGANTAR …………………………………………………………..vi DAFTAR ISI ……………………………………………………………………viii DAFTAR TABEL ………………………………………………………………xiii DAFTAR GAMBAR …………………………………………………………...xiv DAFTAR PENGKODEAN …………………………………………………… xv DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………………xviii BAB I.
PENDAHULUAN…………………………………………………..1 A. Latar Belakang Masalah ………………………………………1 B. Rumusan Masalah ……………………………………………. 8 C. Signifikansi Penelitian ………………………………………...10 D. Kajian Pustaka ………………………………………………...12 E. Sistematika Penelitian ………………………………………...13
viii
BAB II.
KAJIAN TEORI……………………………………………………15 A. Kepemimpinan Kepala Madrasah………………………….….15 1. Pengertian Kepemimpinan Kepala Madrasah.…………….15 2. Tugas dan Peran Kepala Madrasah…………………….….17 3. Keterampilan Kepala Madrasah…………………………...18 4. Kompetensi Kepala Madrasah…………………………….19 5. Kepemimpinan Transaksional dan Transformasional……..23 6. Dampak Kepala Madrasah Profesional……….…………...25 B. Konsep Instructional Leader….............…………….…………27 1. Pengertian Instructional Leader …............…….…………27 2. Standar Instructional Leader …………………….……….29 3. Kompetensi Instructional Leader …………….…..............37 4. Model-Model Instructional Leader ……............….……...38 a. Model Hallinger dan Murphy………………….……...38 b. Model Murphy………………………………………..40 c. Model Weber…………………………………………43 C. Kepala Madrasah sebagai Instructional Leader ………......….45
BAB. III
METODOLOGI PENELITIAN…………………………………….49 A. Metode Penelitian………………………………………………49 1. Jenis Penelitian …………………………………………...49 2. Lokasi Penelitian…………………………………………..50 3. Waktu Peneltian…………………………………………...51 ix
4. Sumber Data Peneitian……………………………….…….51 5. Instrumen Pengumpulan Data……………………….…….53 6. Teknik Pengumpulan Data………………………….……..53 a. Wawancara Mendalam………………………………..53 b. Observasi……………………………………………...56 c. Dokumentasi…………………………………………..59 7. Sampling…………………………………………………...60 8. Keabsahan Data ………………………………………….61 9. Analisis Data………………………………………………63 B. Tahap Tahap Penelitian…………………………………….......65 1. Tahap Pra Lapangan……………………………………….65 2. Tahap Kegiatan Lapangan………………………………...65 3. Tahap Analisis Data……………………………………….66 4. Tahap Penulisan…………………………………………....66 C. Desain Penelitian……………………………………….………66 BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……………………..69 A. Deskripsi Subyek Penelitain……………………………………69 1. Madrasah Ibtidaiyah Negeri Kecandran…………………..69 2. Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif Mangunsari………………....75 3. Madrasah Ibtidaiyah Asas Islam Kalibening…………….....80
x
B. Penyajian Data………………………………………………….84 1. Madrasah Ibtidaiyah Negeri Kecandran Kota Salatiga…...…84 a. Pemahaman kepala madrasah dan guru mengenai Konsep Instructional Leader……………………………84 b. Implementasi Instructional Leader di MI Negeri Kecandran Salatiga……………………………………....86 c. Dampak Implementasi Instructional Leader terhadap Perkembangan dan Kemajuan Madrasah……...93 d. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Implementasi Instructional Leader……………………..95 2. Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif Mangunsari…………………...97 a. Pemahaman kepala madrasah dan guru mengenai konsep Instructional Leader………………………….....97 b. Implementasi Instructional Leader di MI Negeri Kecandran Salatiga……………………………………....100 c. Dampak Implementasi Instructional Leader terhadap Perkembangan dan Kemajuan Madrasah……...106 d. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Implementasi Instructional Leader……………………..109 3. Madrasah Ibtidaiyah Asas Islam Kalibening……………......111 a. Pemahaman kepala madrasah dan guru mengenai konsep Instructional Leader……………………………111 xi
b. Implementasi Instructional Leader di MI Negeri Kecandran Salatiga……………………………………..113 c. Dampak Implementasi Instructional Leader terhadap Perkembangan dan Kemajuan Madrasah…….121 d. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Implementasi Instructional Leader……………………123 4. Perbedaan Implementasi Instructional Leader pada MI Negeri dan Swasta di Salatiga…………………………..124 C. Pembahasan…………………………………………………….134 BAB V.
PENUTUP………………………………………………………….140 A. Kesimpulan…………………………………………………….140 B. Saran ………………………………………………………….142
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………….144 LAMPIRAN…………………………………………………………………….148 BIOGRAFI PENULIS…………………………………………………………..204
xii
DAFTAR TABEL Tabel 2.1. Konsep Manajemen Pembelajaran Hallinger dan Murphy….……... 38 Tabel 2.2. Kerangka Komprehensif Kepemimpinan Pembelajaran Murphy..… 41 Tabel 2.3. Model Weber dalam Kepemimpinan Instruksional………….……… 44 Tabel 3.1. Desain penelitian…………………………………………………… 67 Tabel 4.1. Keadaan Kepala MIN dari Awal sampai sekarang…………………. 70 Tabel 4.2. Tenaga Pendidik dan Kependidikan………………………………… 74 Tabel 4.3. Data Keadaan Siswa MIN Kecandran tahun 2013/2014 …………… 75 Tabel 4.4. Data Pendidik dan Kependidikan MI Ma’arif Mangunsari………….. 79 Tabel 4.5 Data Keadaan Siswa MI Ma’arif Mangunsari tahun 2013/2014…….. 79 Tabel 4.6. Data Pendidik dan Kependidikan MI Asas Islam Kalibening……….. 83 Tabel 4.7 Data Keadaan Siswa MI Asas Islam Kalibening tahun 2013/2014… 83 Table 4.8 Perbedaan Pemahaman Kepala Madrasah dan Guru tentang Instructional Leader….……………………………………. 124 Table 4.9 Perbedaan Implementasi Instructional Leader …………………….. 125 Table 4.10 Perbedaan Dampak Implementasi Instructional Leader terhadap perkembangan dan kemajuan madrasah ..………………… 126 Table 4.11 Perbedaan Faktor Pendukung dan Penghambat Implementasi Instructional Leader ………………………………………………….127
xiii
DAFTAR GAMBAR Gambar 4.1 Kemajuan Jumlah Siswa MI Negeri Kecandran…………………. 94 Gambar 4.2 Rata-rata Hasil Ujian Nasional MI Negeri Kecandran………….. 95 Gambar 4.3 Kemajuan Jumlah Siswa MI Ma’arif Mangunsari………………. 108 Gambar 4.4 Rata-rata Hasil Ujian Nasional MI Ma’arif Mangunsari………… 108 Gambar 4.5 Kemajuan Jumlah Siswa MI Asas Islam Kalibening……………. 122 Gambar 4.6 Rata-rata Hasil Ujian Nasional MI Asas Islam Kalibening……… 122 Gambar 4.7 Perbedaan Jumlah Siswa MI Negeri Kecandran, MI Ma’arif Mangunsari dan MI Asas Islam Kalibening…………………….. 132 Gambar 4.8 Perbedaan Rata-rata Nilai UN MI Negeri Kecandran, MI Ma’arif Mangunsari dan MI Asas Islam Kalibening……………………...133
xiv
DAFTAR PENGKODEAN 1. MI Negeri Kecandran a. Wawancara Gambaran Umum
W.MIN.1
b. Wawancara Pemahaman kepala madrasah Instructional Leader W.MIN.2.a c. Wawancara Implementasi Instructional Leader
W.MIN.2.b
d. Wawancara Dampak Impelementasi Instructional Leader
W.MIN.2.c
e. Wawancara Faktor pendukung dan penghambat
W.MIN.2.d
f. Wawancara Pemaham guru tentang Instructional Leader
W.GR.1
g. Observasi
O.MIN.1
h. Dokumen Kepala MI Negeri dari Tahun 1965 s.d 2013
D.MIN.1
i. Dokumen Profil MI Negeri Kecandran
D.MIN.2
j. Dokumen Visi,misi dan Tujuan MI Negeri Kecandran
D.MIN.3
k. Dokumen Struktur Organisasi MI Negeri Kecandran
D.MIN.4
l. Dokumen Guru dan Karyawan MI Negeri Kecandran
D.MIN.5
m. Dokumen Daftar Nilai UN MI Negeri Kecandran
D.MIN.6
n. Dokumen Grafis Rata-rata Hasil UN MI Ngeri Kecandran
D.MIN.7
o. Dokumen Daftar Siswa MI Negeri Kecandran
D.MIN.8
p. Dokumen Grafis Jumlah siswa MI Negeri Kecandran
D.MIN.9
q. Dokumen Prestasi Siswa
D.MIN.11
r. Dokumen Keadaan Sarana Prasara MI Negeri Kecandran
D.MIN.12
xv
2. MI Ma’arif Mangunsari a. Wawancara Gambaran Umum
W.MISM.1
b. Wawancara Pemahaman kepala madrasah Instructional Leader W. MISM.2.a c. Wawancara Implementasi Instructional Leader
W. MISM.2.b
d. Wawancara Dampak Impelementasi Instructional Leader
W. MISM.2.c
e. Wawancara Faktor pendukung dan penghambat
W. MISM.2.d
f. Wawancara Pemaham guru tentang Instructional Leader
W.GR.2
g. Dokumen Profil MI Negeri Kecandran
D. MISM .1
h. Dokumen Visi,misi dan Tujuan MI Ma’arif Mangunsari
D. MISM .2
i. Dokumen Struktur Organisasi MI Ma’arif Mangunsari
D. MISM .3
j. Dokumen Guru dan Karyawan MI Ma’arif Mangunsari
D. MISM .4
k. Dokumen Daftar Nilai UN MI Ma’arif Mangunsari
D. MISM .5
l. Dokumen Grafis Rata-rata Hasil UN MI Ma’arif Mangunsari
D. MISM .6
m. Dokumen Daftar Siswa MI Ma’arif Mangunsari
D. MISM .7
n. Dokumen Grafis Jumlah siswa MI Ma’arif Mangunsari
D. MISM .8
o. Dokumen Prestasi Siswa
D. MISM .9
p. Dokumen Keadaan Sarana Prasara MI Ma’arif Mangunsari
D. MISM.10
3. MI Asas Islam Kalibening a. Wawancara Gambaran Umum
W.MIAS.1
b. Wawancara Pemahaman kepala madrasah Instructional Leader W. MIAS.2.a c. Wawancara Implementasi Instructional Leader
W. MIAS.2.b
d. Wawancara Dampak Impelementasi Instructional Leader
W. MIAS.2.c
xvi
e. Wawancara Faktor pendukung dan penghambat
W. MIAS.2.d
f. Wawancara Pemaham guru tentang Instructional Leader
W.GR.3
g. Dokumen Profil MI Negeri Kecandran
D. MIAS .1
h. Dokumen Visi,misi dan Tujuan MI Ma’arif Mangunsari
D. MIAS .2
i. Dokumen Struktur Organisasi MI Ma’arif Mangunsari
D. MIAS .3
j. Dokumen Guru dan Karyawan MI Ma’arif Mangunsari
D. MIAS .4
k. Dokumen Daftar Nilai UN MI Ma’arif Mangunsari
D. MIAS .5
l. Dokumen Grafis Rata-rata Hasil UN MI Ma’arif Mangunsari
D. MIAS .6
m. Dokumen Daftar Siswa MI Ma’arif Mangunsari
D. MIAS .7
n. Dokumen Grafis Jumlah siswa MI Ma’arif Mangunsari
D. MIAS .8
o. Dokumen Prestasi Siswa
D. MIAS .9
p. Dokumen Keadaan Sarana Prasara MI Ma’arif Mangunsari
D. MIAS.10
xvii
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1
Pedoman Wawancara, Obseervasi dan Dokumentasi
Lampiran 2
Catatan Wawancara
W.MIN.1
Lampiran 3
Catatan Wawancara
W.MIN.2.a
Lampiran 4
Catatan Wawancara
W.MIN.2.b
Lampiran 5
Catatan Wawancara
W.MIN.2.c
Lampiran 6
Catatan Wawancara
W.MIN.2.d
Lampiran 7
Catatan Wawancara
W.GR.1
Lampiran 8
Observasi
O.MIN.1
Lampiran 9
Keadaan Kepala MI Negeri dari Tahun 1965 s.d 2013
D.MIN.1
Lampiran 10 Profil MI Negeri Kecandran
D.MIN.2
Lampiran 11 Visi,misi dan Tujuan MI Negeri Kecandran
D.MIN.3
Lampiran 12 Struktur Organisasi MI Negeri Kecandran
D.MIN.4
Lampiran 13 Guru dan Karyawan MI Negeri Kecandran
D.MIN.5
Lampiran 14 Daftar Nilai UN MI Negeri Kecandran
D.MIN.6
Lampiran 15 Grafis Rata-rata Hasil UN MI Ngeri Kecandran
D.MIN.7
Lampiran 16 Daftar Siswa MI Negeri Kecandran
D.MIN.8
Lampiran 17 Grafis Jumlah siswa MI Negeri Kecandran
D.MIN.9
Lampiran 18 Prestasi Siswa
D.MIN.11
Lampiran 19 Keadaan Sarana Prasara MI Negeri Kecandran
D.MIN.12
Lampiran 20 Catatan Wawancara
W.MISM.1
Lampiran 21 Catatan Wawancara
W.MISM.2.a xviii
Lampiran 22 Catatan Wawancara
W.MISM.2.b
Lampiran 23 Catatan Wawancara
W.MISM.2.c
Lampiran 24 Catatan Wawancara
W.MISM.2.d
Lampiran 25 Catatan Wawancara
W.GR.2
Lampiran 26 Profil MI Negeri Kecandran
D.MISM.1
Lampiran 27 Visi,misi dan Tujuan MI Mangunsari
D.MISM.2
Lampiran 28 Struktur Organisasi MI Mangunsari
D.MISM.3
Lampiran 29 Guru dan Karyawan MI Mangunsari
D.MISM.4
Lampiran 30 Daftar Nilai UN MI Mangunsari
D.MISM.5
Lampiran 31 Grafis Rata-rata Hasil UN MI Mangunsari
D.MISM.6
Lampiran 32 Daftar Siswa MI Mangunsari
D.MISM.7
Lampiran 33 Grafis Jumlah siswa MI Mangunsari
D.MISM.8
Lampiran 34 Prestasi Siswa
D.MISM.9
Lampiran 35 Keadaan Sarana Prasara MI Mangunsari
D.MISM.10
Lampiran 36 Catatan Wawancara
W.MIAS.1
Lampiran 37 Catatan Wawancara
W. MIAS.2.a
Lampiran 38 Catatan Wawancara
W. MIAS.2.b
Lampiran 39 Catatan Wawancara
W. MIAS.2.c
Lampiran 40 Catatan Wawancara
W. MIAS.2.d
Lampiran 41 Catatan Wawancara
W.GR.3
Lampiran 42 Profil MI Asas Islam Kalibening
D. MIAS.1
Lampiran 43 Visi,misi dan Tujuan MI Asas Islam Kalibening
D. MIAS.2
xix
Lampiran 44 Struktur Organisasi MI Asas Islam Kalibening
D. MIAS.3
Lampiran 45 Guru dan Karyawan MI Asas Islam Kalibening
D. MIAS.4
Lampiran 46 Daftar Nilai UN MI Asas Islam Kalibening
D. MIAS.5
Lampiran 47 Grafis Rata-rata Hasil UN MI Asas Islam Kalibening
D. MIAS.6
Lampiran 48 Daftar Siswa MI Asas Islam Kalibening
D. MIAS.7
Lampiran 49 Grafis Jumlah siswa MI Asas Islam Kalibening
D. MIAS.8
Lampiran 50 Prestasi Siswa
D. MIAS.9
Lampiran 51 Keadaan Sarana Prasara MI Asas Islam Kalibening
D. MIAS.10
Lampiran 52 Gambar Wawancara MI Negeri Kecandran Lampiran 53 Gambar Wawancara MI Mangunsari Lampiran 54 Gambar Wawancara MI Asas Islam Kalibening Lampiran 55 Biografi Penulis Lampiran 56 Surat Keterangan Penelitian MI Negeri Kecandran Lampiran 57 Surat Keterangan Penelitian MI Ma’arif Mangunsari Lampiran 58 Surat Keterangan Penelitian MI Asas Islam Kalibening
xx
BAB I PENDAHULUAN A.
Latar Belakang Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) No. 20 tahun 2003 menyebutkan bahwa eksistensi madrasah sama dengan sekolah baik dalam jenjang pendidikan dasar maupun pendidikan menengah. Dalam pasal 17 disebutkan pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat.1 Dengan tidak adanya dikotomi antara pendidikan di madrasah dan sekolah membuka peluang dalam pencapaian kualitas lembaga pendidikan di Indonesia baik sekolah/madrasah di bawah Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) maupun Kementerian Agama (Kemenag). Salah satu upaya pemerintah dalam hal ini Kementerian Agama dalam memacu kualitas madrasah adalah mendirikan madrasah-madrasah unggulan. Hal ini dimaksudkan sebagai rangsangan bagi madrasah-madrasah yang belum memenuhi standar kualitas minimal agar bisa belajar dari madrasah unggulan tersebut.2 Dalam upaya meningkatkan mutu madrasah, perlu dilakukan pembenahan-pembenahan baik bersifat fisik maupun non fisik. Pembenahan fisik salah satunya dilakukan oleh Kanwil Kementerian Agama Jawa Barat dan 1
Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 pasal 17. Direktorat Pendidikan Madrasah, Perkembangan Madrasah dalam Editorial, Jakarta: Depatemen Agama RI, 2007, 95. 2
1
2
yayasan-yayasan swasta. Sedangkan dalam hal non fisik diantaranya kurikulum, strategi belajar mengajar, kualitas tenaga pengajar dan manajemen madrasah.3 Tidak kalah pentingnya dalam peningkatan mutu adalah dengan mengembangkan jaringan (networking) madrasah. Jaringan adalah kebutuhan yang sangat penting dalam perkembangan dunia yang mengglobal saat ini. Pergeseran yang terjadi menempatkan jaringan sebagai modal penting dalam persaingan, selain modal kapital juga sumber daya (alam dan manusia) yang dimiliki, baik orang perorang, lembaga-lembaga, dunia bisnis serta juga imperium usaha yang bergerak lintas negara.4 Sekolah atau lembaga pendidikan secara umum adalah sebuah masyarakat kecil yang menjadi pusat pengembangan peserta didik di mana aktivitas di dalamnya adalah proses pelayanan jasa. Peserta didik datang untuk mendapatkan pelayanan, sementara kepala sekolah/madrasah, guru dan tenaga lain adalah para profesional yang terus-menerus akan berinovasi memberikan pelayanan yang terbaik untuk kemajuan sekolah/madrasah.5 Sekolah atau madrasah terbagi menjadi dua yaitu sekolah/madrasah negeri dan swasta. Sekolah/madrasah negeri adalah sekolah yang dikelola pemerintah, sedangkan swasta dikelola oleh yayasan, hal tersebut sebagai pendekatan penyelenggaraan
3
Direktorat Pendidikan Madrasah, Perkembangan Madrasah dalam Editorial…, 75. Departemen Agama RI, Strategi Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi di Madrasah, Jakarta : Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, 2004, 20. 5 Mulyono, Manajemen Administrasi dan Organisasi Pendidikan, Jogjakarta: Ar-Ruzz media, 2009,144. 4
3
pendidikan dari sentralistik menjadi desentralistik yang menekankan pada peningkatan partisipasi masyarakat.6 Kepala sekolah/madrasah merupakan sentral pendidikan. Kepala sekolah sebagai fasilitator bagi pengembangan pendidikan dan juga sebagai pelaksana suatu tugas yang sarat dengan harapan dan pembaruan. Kemasan cita-cita mulia pendidikan kita secara tidak langsung juga diserahkan kepada kepala sekolah. Begitu pula optimisme orang tua yang terkondisikan pada kepercayaan menyekolahkan anak-anaknya pada sekolah tertentu, tidak lain karena menggantungkan cita-citanya pada kepala sekolah. Disamping kurikulum dan aturan direalisasikan oleh para pendidik atas koordinasi dan otokrasi.7 Kepala sekolah/madrasah dalam meningkatkan profesional guru diakui sebagai salah satu faktor yang sangat penting dalam organisasi sekolah, terutama tanggungjawabnya dalam meningkatkan proses pembelajaran di sekolah. Beberapa pendapat menunjukkan bahwa sekolah efektif merupakan hasil dari tindakan kepala sekolah efektif. Hasil penelitian menunjukkan juga keefektifan sekolah membuktikan bahwa sekolah efektif mempersyaratkan kepemimpinan pembelajaran yang tangguh dari kepala sekolahnya.8
6
Samsul Nizar & Muhammad Syaifudin, Isu-isu Kontemporer tentang Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2010, 212. 7 Mulyono, Manajemen Administrasi dan Organisasi Pendidikan ...,144. 8 Muliati, Kepemimpinan Pembelajaran yang Efektif bagi Kepala Sekolah, 2013,1 (http://www.lpmpsulsel.net/v2/attachments/201_Kepemimpinan%20Pembelajaran%20yang%20efektif .pdf, 12 Oktober 2013 jam 12.54).
4
Peran kepala madrasah sebagai kepemimpinan pembelajaran yang efektif menurut McEwan yaitu dengan mengembangkan konsep kepemimpinan pembelajaran yang lebih operasional, diantaranya menerapkan tujuan pembelajaran dengan jelas, menjadi nara sumber bagi staf, menciptakan budaya dan iklim sekolah yang kondusif bagi pembelajaran, mengkomunikasikan visi dan misi sekolah ke staf, mengondisikan staf untuk mencapai cita-cita profesional tinggi, mengembangkan kemampuan profesional guru dan bersikap positif terhadap siswa, staf dan orang tua9. Untuk merealisasikan tujuan pendidikan, peran kepala madrasah sebagai pemimpin pendidikan sangat diperlukan. Sebagaimana diketahui bahwa kepala madrasah disamping fungsinya sebagai administrator juga berfungsi sebagai supervisor.10 Sebagai administrator diharapkan mampu mengusahakan dan mengembangkan berbagai fasilitas sehingga akan tercipta suasana dan situasi belajar mengajar yang baik, sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, sebagai supervisor kepala madrasah harus mampu menciptakan suasana kerja yang tinggi, menyenangkan, aman dan penuh semangat, serta mampu mengembangkan
staf-stafnya
untuk
selalu
dinamis
dan
aktif
dalam
menjalankan tugas-tugasnya. Kepala madrasah selain menjadi guru juga menjadi pembimbing yang mengarahan warga madrasah untuk mencapai tujuan. Bimbingan dalam 9
Muliati, Kepemimpinan Pembelajaran yang Efektif bagi Kepala Sekolah...,3-5 Departemen Agama, Standar Pelayanan Minimal Madrasah Ibtidaiyah, Jakarta: Direktorat Jenderal Kelembagaan Islam, 2005, 27. 10
5
pendidikan di sekolah mempunyai tujuan yaitu, (1) mengatasi kesulitan belajar siswa, sehingga memperoleh prestasi yang tinggi, (2) mengatasi terjadinya kebiasaan-kebiasaan yang tidak baik yang dilakukan pada proses belajar mengajar berlangsung dalam hubungan sosial, (3) mengatasi kesulitan-kesulitan yang berkaitan dengan kesehatan jasmani, (4) mengatasi kesulitan-kesulitan yang berkaitan dengan kelanjutan studi, (5) mengatasi kesulitan-kesulitan yang berhubungan perencanaan dan pemilihan jenis pekerjaan setelah tamat, dan (6) mengatasi kesulitan-kesulitan yang berhubungan dengan masalah sosialemosional di sekolah yang bersumber dari sikap murid yang bersangkutan, keluarga dan lingkungan yang luas.11 Dalam Al-Qur’an manusia diberikan kepercayaan oleh Allah sebagai khalifah di bumi, sesuai yang tertera dalam Surat Al Baqoroh ayat 30 sebagai berikut:
Artinya: ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan
11
Soetjipto & Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, Jakarta: Rineka Cipta, 1999, 66.
6
Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."12 Kata khalifah secara harfiah berarti pengganti.13 Kedudukan manusia sebagai khalifah dengan arti dimana Allah menjadikan bani Adam sebagai khalifah di bumi. Arti khalifah terbagi menjadi dua pertama khalifah yang bertugas memakmurkan bumi dan arti yang kedua khalifah bertugas sebagai menegakkan hukum Allah di bumi dan kemashlahatan bagi manusia.14 Pemimpin dalam Islam diberikan tugas diantara untuk menunaikan amanatamanat dan tanggungjawab yang besar. Dalam hadist tentang kepemimpinan yang diriwayatkan Al-Bukhari:
ْ ﻓَﺎﻷَ ِﻣ ْﯿ ُﺮ اﻟﱠﺬِي,ِ ُﻛﻠﱡ ُﻜ ْﻢ رَ اعٍ ﻓَ َﻤ ْﺴﺌُﻮ ٌل ﻋَﻦْ َر ِﻋﯿﱠﺘِﮫ: َ ﻗَﺎل, ِأَنﱠ رَ ُﺳ ُﻞ ﷲ, …ﻋﻦ َﻋ ْﺒ ِﺪ ﷲِ ﺑْﻦُ ُﻋ َﻤ ُﺮ ,ْ وَ ھُﻮَ َﻣ ْﺴﺌُﻮ ٌل َﻋ ْﻨﮭُﻢ,ِع َﻋﻠَﻰ أَھْﻞِ ﺑَ ْﯿﺘِﮫ ٍ وَ اﻟ ﱠﺮ ُﺟ ُﻞ را,ْع وَ ھُﻮَ َﻣ ْﺴﺌُﻮ ٌل َﻋ ْﻨﮭُﻢ ٍ س رَ ا ِ َﻋﻠَﻰ اﻟﻨﱠﺎ ع َﻋﻠَﻰ ﻣَﺎلِ َﺳﯿﱢ ِﺪ ِه وَ ھُ َﻮ ٍ وَ ا ْﻟ َﻌ ْﺒ ُﺪ رَ ا,ْﺖ ﺑَ ْﻌﻠِﮭَﺎ وَ وَ ﻟَ ِﺪ ِه وَ ھِﻲَ َﻣ ْﺴﺌُﻮﻟَﺔٌ َﻋ ْﻨﮭُﻢ ِ وَ ا ْﻟﻤَﺮْ أَةُ رَ ا ِﻋ ْﯿﺔٌ َﻋﻠَﻰ ﺑَ ْﯿ 15 . ع وَ ُﻛﻠﱡ ُﻜ ْﻢ َﻣ ْﺴﺌُﻮ ٌل ﻋَﻦْ رَ ِﻋﯿﱠﺘِ ِﮫ ٍ أَﻻَ ﻓَ ُﻜﻠﱡ ُﻜ ْﻢ رَا, َُﻣ ْﺴﺌُﻮ ٌل َﻋ ْﻨﮫ Artinya: Abdullah bin Umar , dia berkata: Rasulullah bersabda “Kalian semua adalah pemimpin dan bertanggung jawab terhadap rakyat yang dipimpinnya. Seorang raja memimpin rakyatnya dan akan ditanya tentang kepemimpinannya itu. Seorang suami memimpin keluarganya, dan akan ditanya kepemimpinannya itu. Seorang ibu memimpin rumah suaminya dan anak-anaknya, dan dia akan ditanya tentang kepemimpinannya itu. Seorang budak mengelola harta majikannya dan akan ditanya tentang pengelolaanya. Ingatlah bahwa kalian semua memimpin dan akan ditanya pertanggung jawabannya atas kepemimpinannya itu.”
12 13
A. Hasan, Al Furqon Tafsir Qur’an, Jakarta: Universitas Al Azhar Indonesia, 2010, 9-10. Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya Jilid 1, Jakarta: PT. Sinergi Pustaka,
2007, 74. 14
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya Jilid 1..., 75. Al-Iman Abu Abdullah Muhammad bin Ismail Al Bukhari, Shahih Bukhari Juz VII, Beirut: Darul Ulmiyah, 1992, 444. 15
7
Secara realistis, MI di Salatiga baik dalam pengembangan madrasah maupun pembelajaran mengalami kemajuan yang sangat signifikan. Salah satu penyebabnya mungkin telah mengimplementasikan konsep instructional leader oleh kepala madrasah. Hal tersebut dapat dilihat dari segi kuantitatif yaitu jumlah peserta didik baru sangat banyak seperti di MIN Kecandran, MI Ma’arif Mangunsari dan MI Asas Islam Kalibening dari tahun sebelumnya, dan kebiasaan-kebiasaan atau budaya madrasah yang kondusif.16 Instructional leader diartikan sebagai kepemimpinan pembelajaran yaitu tindakan yang dilakukan kepala sekolah dengan maksud mengembangkan lingkungan kerja yang produktif dan memuaskan bagi guru, serta pada akhirnya mampu menciptakan kondisi belajar siswa meningkat.17 Penelitian Kotter mengatakan bahwa paling tidak terdapat tiga komponen umum dari budaya sekolah yang tidak sehat, yaitu (1) kepala sekolah cenderung menjadi kurang peduli; (2) kepala sekolah pada budaya ini cenderung kurang atau tidak memperhatikan masyarakat, para guru dan para sifatnya; (3) kepala sekolah tidak berbuat apa-apa untuk membantu sekolah dalam beradaptasi terhadap perubahan. Dengan demikian untuk meningkatkan kinerja guru dalam pendidikan peran kepala sekolah dan budaya sekolah sangat penting dan krusial. Oleh karena itu, penulis membuat penelitian dengan judul
16 17
Data Seksi Pendidikan Madrasah Kankemenag Kota Salatiga tahun 2013 Muliati. Kepemimpinan Pembelajaran yang Efektif bagi Kepala Sekolah....,6.
8
:”Implementasi Konsep Kepala Madrasah sebagai Intructional Leader (Studi Multi Kasus pada MI Negeri dan Swasta di Salatiga Tahun 2013)”. Dengan alasan bahwa penelitian tersebut sangat penting untuk mengetahui sejauhmana implementasi instructional leader di MI Salatiga. Judul diatas juga merupakan penelitian untuk mengkaji dan meneliti konsep kepala madrasah sebagai instructional leader dalam meningkatkan kualitas pembelajaran baik secara teoritis maupun praktis yang diterapkan di MI Negeri dan swasta di kota Salatiga. B. Rumusan Masalah Berkaitan
dengan
implementasi
kepala
madrasah
sebagai
instructional leader cukup besar pengaruhnya terhadap perkembangan dan kemajuan
madrasah,
maka
terdapat
berbagai
masalah
yang
dapat
diidentifikasikan. Pertama, kurangnya pemahaman kepala madrasah terhadap konsep
instructional
leader
dan implementasinya.
Kedua,
kurangnya
optimalisasi komponen madrasah. Ketiga, kerjasama dukungan masyarakat dan komite kurang maksimal. Keempat, hubungan antara madrasah dan wali murid kurang lancar Untuk memperjelas serta memberikan arah tepat dalam pembahasan ini, maka penulis membatasi permasalahan sebagai berikut: 1. Fokus penelitian diarahkan pada implementasi konsep kepala madrasah sebagai instructional leader di Madrasah Ibtidaiyah Kota Salatiga yang
9
diwakili oleh MI Negeri Kecandran, MI Ma’arif Mangunsari dan MI Asas Islam Kalibening. 2. Dampak implementasi instructional leader terhadap perkembangan dan kemajuan MI. 3. Faktor pendukung dan penghambat dalam implementasi instructional leader di MI. 4. Perbedaan implementasi instructional leader di MI Negeri dan Swasta di Salatiga Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah di atas, maka penulis dapat mengemukakan rumusan masalah pada penelitian ini sebagai berikut: 1. Bagaimana konsep kepala madrasah sebagai instructional leader? 2. Sejauhmana pemahaman kepala madrasah dan para guru mengenai konsep kepala madrasah sebagai instructional leader? 3. Bagaimana implementasi konsep kepala madrasah sebagai instructional leader? 4. Bagaimana dampak implementasi konsep kepala madrasah sebagai instructional leader terhadap perkembangan dan kemajuan madrasah? 5. Apa saja faktor pendukung dan penghambat implementasi konsep kepala madrasah sebagai instructional leader? 6. Bagaimanakah perbedaan implementasi konsep kepala madrasah sebagai instructional leader di MI Negeri dengan MI Swasta?
10
C. Signifikansi Penelitian 1. Tujuan Penelitian a. Untuk mengetahui bagaimana konsep kepala madrasah sebagai instructional leader. b. Untuk mengetahui sejauhmana pemahaman kepala madrasah dan para guru mengenai konsep kepala madrasah sebagai Instructional leader di MI Negeri Kecandran, MI Ma’arif Mangunsari dan MI Asas Islam Kalibening Kota Salatiga. c. Untuk mengetahui implementasi konsep kepala madrasah sebagai instructional leader di MI Negeri Kecandran, MI Ma’arif Mangunsari dan MI Asas Islam Kalibening Kota Salatiga. d. Untuk mengetahui dampak implementasi konsep kepala madrasah sebagai instructional leader terhadap perkembangan dan kemajuan madrasah di MI Negeri Kecandran, MI Ma’arif Mangunsari dan MI Asas Islam Kalibening Kota Salatiga. e. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat implementasi konsep kepala madrasah sebagai instructional leader di MI Negeri Kecandran, MI Ma’arif Mangunsari dan MI Asas Islam Kalibening Kota Salatiga. f. Untuk mengetahui perbedaan implementasi konsep kepala madrasah sebagai instructional leader di MI Negeri dengan MI Swasta.
11
2. Manfaat Peneltian a. Manfaat Teoritik Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan literatur tentang implementasi konsep kepala madrasah sebagai instructional leader yang dapat menjadikan kepala madrasah lebih variatif dalam menerapkan kepemimpinan di madrasah b. Manfaat Praktis 1) Bagi madrasah, peneliti ingin mengungkapkan tentang konsep instructional leader yang diterapkan di madrasah, sehingga yang berkepentingan bisa mengambil manfaatnya dengan mengacu pada hasil penelitian ini, dan pada penelitian ini dapat memberikan kontribusi pada penambahan kekayaan literature tentang konsep instructional leader. 2) Bagi
penyelenggara
pendidikan,
dinas/instansi
terkait
menempatkan,
dan
dalam
melakukan
sebagai
bahan
masukan
merencanakan, pengawasan
serta
bagi
melaksanakan, mengevaluasi
kepemimpinan kepala madrasah, sehingga dapat memperbaiki dan menyempurnakan serta meningkatkan kualitas madrasah. 3) Bagi guru, sebagai wahana menambah keilmuan tentang kependidikan terutama dalam bidang manajemen yang menitikberatkan pada konsep instructional leader yang diterapkan di madrasah.
12
D.
Kajian Pustaka Terkait dengan penelitian kepemimpinan kepala madrasah/sekolah sebagai instructional leader
terdapat beberapa hasil penelitian yang
berhubungan dengan penelitian ini. Penelitian Husaini Usman dan Nuryadin Eko Raharjo membahas konsep strategi kepemimpinan pembelajaran dan perbedaan pembelajaran di SMK dan SMA yogyakarta. Adapun hasil dari penelitian bahwa stategi kepemimpinan pembelajaran adalah: keteladanan, pembelajaran di kelas dan luar kelas, kultur sekolah, dan penguatan. Penelitian ini belum membahas tentang implementasi /instructional leader di tingkat Madrasah Ibtidaiyah/Sekolah Dasar serta faktor-faktor dalam implementasi instructional leader di MI tersebut.18 Penelitian yang dilakukan oleh Iis Faridah tentang kontribusi kompetensi kerja guru dan kepemimpinan pembelajaran (instructional leadership) yang dilakukan di kota Bandung sebagai sasaran kepala TK terhadap kinerja mengajar guru. Dari penelitian tersebut dihasilkan bahwa kompetensi guru dan kepemimpinan pembelajaran kepala TK memberikan kontribusi terhadap kinerja mengajar guru TK. Hal-hal yang dapat dilakukan adalah perlu peningkatan kompetensi guru TK melalui jalur individual maupun kelembagaan, kepala TK mempertahankan kepemimpinan pembelajaran dan
18
Husaini Usman dan Nuryadin Eko Raharjo, “Strategi Kepemimpinan Pembelajaran Menyongsong Implementasi Kurikulum 2013”, Cakrawala Pendidikan, Th. XXXII, No. 1 (Februari 2013), 1-12.
13
meningkatkan pemantauan serta memberikan umpan balik terhadap proses belajar mengajar, mempertimbangkan kualifikasi pendidikan.19 Dalam penelitian Ida Yuastutik tentang kepemimpinan pembelajaran kepala sekolah inklusif yang terjadi di kota Malang menghasilkan bahwa pemimpin pembelajaran mempunyai sifat-sifat pemimpin yang peduli, low profil, sabar dan inovatif, bijak dan demokratis, tanggung dan familiar, religius, mempunyai strategi dan kinerja realistis.20 Sedangkan dalam penelitian Vevio Salma Jayanti tentang kepemimpinan pembelajaran kepala sekolah perempuan pada MAN Mojosari dihasilkan bahwa kepala sekolah perempuan mampu menciptakan inovasi-inovasi baru dalam kepemimpinannya, penggunaan strategi untuk dapat mengontrol dan memanajemen proses pembelajaran serta memfokuskan dan menekankan pada komponen-komponen pembelajaran. Sedangkan faktor yang mempengaruhi yaitu faktor eksternal dan internal.21 E.
Sistematika Penulisan Penelitian Bab I Pendahuluan yang terdiri: latar belakang masalah; rumusan masalah; signifikansi penelitian; kajian pustaka dan sistematika penulisan. Bab II Kajian teori: yang terdiri dari: konsep kepemimpinan kepala madrasah (pengertian kepemimpinan kepala madrasah, tugas dan peran kepala
19
Iis Faridah, Tesis: Kontribusi Kompetensi Kerja Guru dan Kepemimpinan Pembelajaran (Instructional Leader) Kepala TK terhadap Kinerja Mengajar Guru TK di Bandung, Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia, 2013. 20 Ida Yuastutik, Disertasi: Kepemimpinan Pembelajaran Kepala Sekolah Inklusif, Malang: Universitas Negeri Malang, 2011. 21 Vevio Salam Jayanti, Kepemimpinan Pembelajaran Kepala Sekolah Perempuan pada MAN Mojosari, Malang: Universitas Negeri Malang, 2013.
14
madrasah, keterampilan kepala madrasah, kompetensi kepala madrasah, kepemimpinan transaksional dan transformasional, dampak kepala madrasah profesional; konsep instructional leader (pengertian instructional leader, standar instructional leader, kompetensi instructional leader, model-model instructional leader); kepala madrasah sebagai instructional leader. Bab III Metodologi penelitian yang meliputi: jenis penelitian, lokasi penelitian, waktu penelitian, sumber data penelitian, instrumen pengumpulan data, tehnik pengumpulan data, sampling, keabsahan data, analisis data, tahaptahap penelitian, desain penelitian dan pedoman penelitian. Bab IV Pada bab ini berisi hasil penelitian dan pembahasan terdiri dari: deskripsi subyek penelitian, pemahaman instructional leader oleh kepala madrasah dan guru, implementasi instructional leader, dampak implementasi instructiona leader terhadap perkembangan dan kemajuan madrasah, faktor pendukung dan penghambat dalam implementasi instructional leader, serta perbedaan implementasi instructional leader pada MI Negeri dan MI Swasta di kota Salatiga Bab V berupa penutup yang merupakan akhir pembahasan dari babbab sebelumnya yang berupa simpulan dan penutup.
BAB II KAJIAN TEORI A. Kepemimpinan Kepala Madrasah 1. Pengertian Kepemimpinan Kepala Madrasah Konsep kepemimpinan merupakan komponen fundamental di dalam menganalisis proses dan dinamika dalam organisasi. Sebuah organisasi bisa berjalan dengan baik apabila dalam kepemimpinan terpenuhi komponenkomponen atau kualitas seseorang sebagai pemimpin. Menurut Katz dan Khan yang dikutip Watkin berbagai definisi kepemimpinan pada dasarnya dapat diklasifikasikan menjadi tiga komponen besar yakni “sebagai atribut atau kelengkapan dari suatu kedudukan, sebagai karakteristik seseorang, dan sebagai kategori perilaku”.1 Menurut teori genesis menyatakan bahwa pemimpin itu tidak dibuat, akan tetapi lahir jadi pemimpin oleh bakat-bakat alami yang luar biasa sejak lahirnya. Seorang pemimpin dilahirkan sebagai pemimpin dalam situasi dan kondisi yang membentuk jiwa seorang pemimpin.2 Henry Pratt Fairclid menyatakan bahwa pemimpin dalam arti luas adalah seorang yang memimpin, dengan jalan memprakarsai tingkah laku sosial dengan mengatur, mengarahkan, mengorganisir atau mengontrol 1
Peter Watkins, A Critical Review of Leadership Concepts and Research: The Implication For Educational Adminitration. Geelong: Deakin University Press, 2002, 23. 2 Kartini Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan, Jakarta: PT. Grafindo Persada, 1998, 29.
15
16
usaha/upaya orang lain, atau melalui prestise, kekuasaan atau posisi. Dalam pengertian yang terbatas pemimpin ialah seorang yang membimbing memimpin dengan bantuan kualitas-kualitas persuasifnya dan akseptensi/ penerimaan secara sukarela oleh pengikutnya.3 Sedangkan kepala sekolah atau madrasah menurut Black dalam Samsudin mengatakan bahwa: “Kepala madrasah dapat diartikan sebagai pemimpin madrasah/sekolah atau suatu lembaga yang menjadi tempat proses pembelajaran berlangsung”.4 Wahjosumidjo mengartikan kepala sekolah adalah seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah dimana diselenggarakan proses belajar mengajar, tempat dimana terjadi interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan murid yang menerima pelajaran.5 Rahmad dkk mengungkapkan bahwa: “kepala sekolah adalah seorang guru (jabatan fungsional) yang diangkat untuk menduduki jabatan structural (kepala sekolah) di sekolah”.6
3
Henry Pratt Fairchild, Dictionary Of Sociology and related Sciense, Littlefield Adam &Co. Peterson, New Jersey, 1960, 174 4 Samsudin, S., Manajemen: a Guide to executive command, Bandung,: CV. Pustaka Setia. 2006, 287. 5 Wahdjosumidjo,, Kepemimpinan Kepala Sekolah, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada , 2002, 83. 6 Rahman, et.all. Peran Strategis Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan. Jatinangor: Alqoprint, 2006, 106.
17
2. Tugas dan Peran Kepala Madrasah Kepala sekolah/madrasah mempunyai tugas yang sangat strategis dalam mewujudkan madrasah yang unggul. Menurut Wahjosumidjo7 bahwa tugas-tugas kepala sekolah adalah : a. Kepala sekolah bekerja dengan dan melalui orang lain. Kepala sekolah berperilaku sebagai saluran komunikasi di lingkungan sekolah b. Kepala sekolah bertanggungjawab dan mempertanggungjawabkan. Ia bertindak dan bertanggungjawab atas segala tindakan yang dilakukan oleh bawahan. Perbuatan yang dilakukan oleh guru, siswa, staf dan orang tua siswa tidak dapat dilepaskan dari tanggungjawabnya. Dengan waktu dan sumber yang terbatas kepala sekolah harus mampu menghadapi berbagai persoalan. Dengan segala keterbatasan kepala sekolah harus dapat
mengatur
pemberian
tugas
secara
cepat
serta
dapat
memprioritaskan apabila terjadi konflik antar kepentingan bawahan dan sekolah c. Kepala sekolah harus berfikir analitik dan konseptual. d. Kepala sekolah adalah seorang mediator dan juru penengah e. Kepala sekolah adalah seorang politisi f. Kepala sekolah adalah seorang diplomat g. Kepala sekolah adalah pengambil keputusan yang sulit.
7
2002, 97.
Wahdjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
18
3. Keterampilan Kepala Madrasah Dalam era kemandirian sekolah dan era manajemen berbasis sekolah (MBS), kiranya pemahaman dan aplikasi konsep-konsep ilmu manajemen yang telah banyak dikembangkan oleh para pemikir di bidang bisnis perlu mendapatkan perhatian para pimpinan sekolah untuk memanajemeni sekolahsekolah
yang
mereka
pimpin
di
masa
kini.
Kesempatan
untuk
mengembangkan sebuah sekolah hingga menjadi sekolah yang efektif kiranya membutuhkan kreatifitas kepemimpinan yang memadai. Menutu Pidarta (1998) yang dikutip Mulyono mengemukakan tiga macam
keterampilan
yang
harus
dimiliki
kepala
sekolah
untuk
menyukseskan kepemimpinannya. Pertama, keterampilan konseptual, yaitu kemampuan untuk memahami dan mengoperasikan organisasi. Kedua, keterampilan manusiawi, yaitu keterampilan untuk bekerjasama, memotivasi dan memimpin. Ketiga, keterampilan teknis, yaitu keterampilan dalam menggunakan pengetahuan, metode, tehnik, serta perlengkapan untuk menyelesaikan tugas tertentu.8 Selain kemampuan diatas, kepala sekolah/madrasah
diharapkan
melakukan kegiatan-kegiatan berikut: a.
Senantiasa belajar dari pekerjaan sehari-hari, terutama dari kerja para guru dan pegawai sekolah lainnya.
8
2008, 151.
Mulyono, Manajemen Administrasi & Organisasi Pendidikan, Malang: Ar-Ruzz Media,
19
b. Melakukan kegiatan observasi kegiatan manajemen secara terencana c. Membaca berbagai hal yang berkaitan dengan kegiatan-kegiatan yang sedang dilaksanakan d. Memanfaatkan hasil-hasil penelitian orang lain e. Berfikir untuk masa yang akan datang f. Merumuskan ide-ide yang diuji cobakan. 9 4. Kompetensi Kepala Sekolah Menurut Permendiknas Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala
Sekolah/Madrasah
bahwa
dimensi
kompetensi
kepala
sekolah/madrasah10 sebagai berikut : a. Dimensi Kompetensi Kepribadian Pada kompetensi ini yang harus dimiliki diantaranya: 1) berakhalak mulia, mengembangkan budaya dan tradisi akhlak mulia, dan menjadi teladan akhlak mulia bagi komunitas di sekolah/madrasah, 2) memiliki integritas kepribadian sebagai pemimpin, 3) memiliki keinginan yang kuat dalam pengembangan diri sebagai kepala sekolah/madrasah, 4) bersikap terbuka dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi, 5) mengendalikan diri dalam menghadapi masalah dalam pekerjaan sebagai sebagai kepala sekolah/madrasah, 6) memiliki bakat dan minat jabatan sebagai pemimpin pendidikan. 9
Mulyono, Manajemen Administrasi & Organisasi Pendidikan, Malang: Ar-Ruzz Media,
2008, 151. 10
Lampiran Permendiknas Nomor 13 Tahun 2007 tanggal 17 April 2007
20
b. Dimensi Kompetensi Manajerial Pada kompetensi ini yang harus dimiliki diantaranya, 1) menyusun perencanaan sekolah/madrasah untuk berbagai tingkatan perencanaan, 2) mengembangkan organisasi sekolah/madrasah sesuai dengan kebutuhan, 3) memimpin sekolah/madrasah dalam rangka pendayagunaan sumber daya sekolah/madrasah secara optimal, 4) mengelola perubahan dan pengembangan sekolah/madrasah menuju organisasi pembelajar yang efektif, 5) menciptakan budaya dan iklim sekolah/madrasah yang kondusif dan inovatif bagi pembelajaran peserta didik, 6) mengelola guru dan staf dalam rangka pendayagunaan sumber daya manusia secara optimal, 7) mengelola sarana dan prasarana sekolah/madrasah dalam rangka pendayagunaan secara optimal, 8) mengelola hubungan sekolah/madrasah dan masyarakat dalam rangka pencarian dukungan ide, sumber belajar, dan pembiayaan sekoah/madrasah, 9) mengelola hubungan sekolah/madrasah dan masyarakat dalam rangka pencarian dukungan ide, sumber belajar, dan pembiayaan sekolah/ madrasah, 10) mengelola peserta didik dalam rangka penerimaan peserta didik baru, dan penempatan dan pengembangan kapasitas peserta didik, 11) mengelola pengembangan kurikulum dan kegiatan pembelajaran sesuai dengan arah dan tujuan pendidikan nasional,12) mengelola keuangan sekolah/madrasah sesuai dengan prinsip pengelolaan yang akuntabel, transparan, dan efisien, 13) mengelola ketatausahaan sekolah/madrasah
21
dalam mendukung pencapaian tujuan sekolah/ madrasah, 14) mengelola unit layanan khusus sekolah/madrasah dalam mendukung kegiatan pembelajaran dan kegiatan peserta didik di sekolah/madrasah, 15) mengelola sistem informasi sekolah/madrasah dalam mendukung penyusunan program dan pengambilan keputusan, 16) memanfaatkan kemajuan teknologi informasi bagi peningkatan pembelajaran dan manajemen sekolah/madrasah, 17) melakukan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan program kegiatan sekolah/ madrasah dengan prosedur yang tepat, serta merencanakan tindak lanjutnya. c. Dimensi Kompetensi Kewirausahaan Pada kompetensi
ini
yang harus
dimiliki
diantaranya
1)
menciptakan inovasi yang berguna bagi pengembangan sekolah /madrasah,
2)
bekerja
keras
untuk
mencapai
keberhasilan
sekolah/madrasah sebagai organisasi pembelajaran yang efektif, 3) memiliki motivasi yang kuat untuk sukses dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai pemimpin sekolah/madrasah, 4) memiliki naluri
kewirausahaan
dalam
mengelola
kegiatan
produksi/jasa
sekolah/madrasah sebagai sumber belajar peserta didik d. Dimensi Kompetensi Supervisi Pada kompetensi
ini
yang harus
dimiliki
diantaranya
1)
merencanakan program supervisi akademik dalam rangka peningkatan profesionalisme guru, 2) melaksanakan supervisi akademik terhadap
22
guru dengan menggunakan pendekatan dan teknis supervisi yang tepat, 3) menindaklanjuti hasil supervisi akademik terhadap guru dalam rangka peningkatan profesionalisme guru. e. Dimensi Kompetensi Sosial Pada kompetensi ini yang harus dimiliki diantaranya 1) bekerja sama dengan pihak lain untuk kepentingan sekolah/madrasah, 2) berpartisipasi dalam kegiatan sosial kemasyarakatan, 3) memiliki kepekaan sosial terhadap orang tua kelompok lain. Dalam bingkai Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) kompetensi yang harus dimiliki kepala sekolah yaitu: memiliki landasan dan wawasan pendidikan; memahami sekolah sebagai sistem; memahami Manajemen Berbasis Sekolah (MBS); merencanakan pengembangan sekolah; mengelola kurikulum; mengelola tenga pendidikan; mengelola sarana prasarana; mengelola kesiswaan; mengelola keuangan; mengelola hubungan sekolah dengan masyarakat; mengelola kelembagaan; mengelola sistem informasi sekolah; memimpin sekolah; mengembangkan budaya sekolah; memiliki dan melaksanakan kreativitas, inovasi dan jiwa kewirausahaan; mengembangkan diri; mengelola waktu; menyusun dan melaksanakan regulasi sekolah; memberdayakan sumberdaya sekolah; melakukan koordinasi/penyerasian; mengambil keputusan secara terampil; melakukan monitoring dan evaluasi;
23
melaksanakan supervisi; menyiapkan, melaksanakan dan menindaklanjuti hasil akreditasi; dan membuat laporan akuntabilitas sekolah. 11 Selain kompetensi diatas, kepala sekolah harus memiliki visi dan misi, serta strategi manajemen pendidikan secara utuh yang berorientasi pada mutu. Strategi ini dikenal dengan manajemen mutu terpadu (MMT), sedangkan dalam dunia bisnis dikenal dengan nama total quality manajemen (TQM). Hal ini merupakan usaha sistematis dan terkoordinasi untuk secara terus menerus memperbaiki kualitas pelayanan. Sedikitya terdapat lima sifat layanan yang harus diwujudkan oleh kepala sekolah agar stakeholder puas, yakni layanan sesuai yang dijanjikan (reability), mampu menjamin kualitas pembelajaran (assurance), iklim sekolah yang kondusif (tangible), memberikan perhatian penuh kepada peserta didik (emphaty), dan cepat tanggap terhadap kebutuhan peserta didik (responsiveness).12 5. Kepemimpinan Transaksional dan Transformasional a. Kepemimpinan Transaksional Menurut Miller and Miller bahwa ”transactional leadership in wich relationships with teachers are based upon an exchange for some valued reoure”, yaitu kepemimpinan transaksional adalah kepemimpinan dimana
11
Mulyono, Manajemen Administrasi & Organisasi Pendidikan, Malang: Ar-Ruzz Media, 2008, 153-164. 12 Sitti Mania, Jurnal: Profesionalitas Kepala Sekolah : Analisis antara Idealita dan Realita, Lentera Pendidikan, Vol. 14 No.1 Juni 2011, 63.
24
hubungan dengan guru didasarkan pada pertukaran beberapa sumber daya yang berharga.13 b. Kepemimpinan Transformasional Menurut Burs yang dikutip Muksin Wijaya merupakan suatu proses dimana pemimpin dan pengikutnya bersama-sama saling meningkatkan dan mengembangkan moralitas dan motivasinya, hal tersebut lebih melihat bagaimana pemimpin transformasional dapat memberikan dampak atau pengaruh kepada para pengikutnya sehingga terbentuk rasa percaya, rasa kagum dan rasa enggan.14 Prinsip-prinsip kepemimpinan transformasional yaitu simplifikasi yang berkaitan dengan keberhasilan dari kepemimpinan diawali dengan sebuah visi yang akan menjadi cermin dan tujuan bersama; motivasi yang berkaitan dengan kemampuan untuk mendapatkan komitmen dari setiap orang yang terlibat dengan menciptakan sinergitas di dalam organisasi; fasilitasi yang berkaitan kemampuan untuk secara efektif memfasilitasi pembelajaran yang terjadi di dalam organisasi secara kelembagaan, kelompok atapun individual; inovasi yang berkaitan dengan kemampuan untuk secara berani dan bertanggungjawab melakukan suatu perubahan bilamana yang diperlukan dan menjadi suatu tuntutan dengan perubahan yang terjadi;
13
Tony Bush, Leadership and Mangement Development, London: SAGE Publications Ltd,
2008, 15. 14
Muksin Wijaya, Kepemimpinan Transformasional di Sekolah dalam Meningkatkan Outcome Peserta Didik, Jurnal Pendidikan Penabur, No. 05/Th.IV, Desember 2005, 122.
25
mobilitas yakni berkaitan dengan pengerahan semua sumber daya yang ada untuk melengkapi dan memperkuat setiap orang yang terlibat di dalamnya dalam mencapai visi dan tujuan;
siap siaga yakni berkaitan dengan
kemampuan untuk selalu siap belajar tentang diri mereka sendiri dan menyambut perubahan dengan paradigm baru yang positif; dan tekad yakni berkaitan dengan tekad bulat untuk selalu sampai akhir, tekad bulat untuk menyelesaikan sesuatu dengan baik dan tuntas.15 6. Dampak Kepala Sekolah yang Profesional Kepala sekolah profesional dalam paradigm baru akan memberikan dampak positif dan perubahan yang cukup mendasar dalam pembaharuan sistem pendidikan di sekolah. Dampak tersebut antara lain terhadap efektifitas pendidikan, kepemimpinan sekolah yang kuat, pengelolaan tenaga pendidikan yang efektif, budaya mutu, teamwork yang kompak, cerdas dan dinamis, kemandirian, partisipasi warga sekolah dan masyarakat, keterbukaan (transparansi) manajemen, kemauan untuk berubah (psikologis dan fisik), evaluasi dan perbaikan berkelanjutan, responsive dan antisipatif terhadap kebutuhan, akuntabilitas, dan sustainabilitas.16 Selain dampak diatas, kepala sekolah yang profesional dapat menciptakan sekolah yang efektif baik yang berkaitan dengan internal
15
Muksin Wijaya, Kepemimpinan Transformasional di Sekolah dalam Meningkatkan Outcome Peserta Didik, Jurnal Pendidikan Penabur, No. 05/Th.IV, Desember 2005,, 123-124. 16 Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007, 89.
26
sekolah maupun eksternal sekolah. Internal sekolah yaitu berkaitan dengan manajemen, kurikulum maupun penganggaran yang tepat, sedangkan dari eksternal adalah dapat menjalin hubungan dengan instansi secara kondusif dan komunikatif. Adapun kriteria sekolah yang efektif yaitu: (1) mempunyai standar kerja yang tinggi dan jelas tentang pengetahuan dan pengerjaan siswa, (2) mendorong aktivitas, pemahaman multibudaya, kesetaraan gender, dan mengembangkan secara tepat pembelajaran menurut standar potensi yang dimiliki oleh para pengajar, (3) mengharapkan para siswa untuk mengambil peran tanggungjawab dalam belajar dan perilaku dirinya, (4) mempunyai instrument evaluasi dan penilaian prestasi belajar siswa yang terkait dengan standar pelajar, menentukan umpan balik yang bermakna untuk siswa, keluarga, staf, dan lingkungan tentang pembelajaran siswa, (5) menggunakan metode pembelajaran yang berakar pada penelitian pendidikan dan suara praktik profesional, (6) mengorganisasikan sekolah dan kelas untuk mengkreasikan lingkungan yang bersifat memberi dukungan bagi kegiatan pembelajaran, (7) pembuatan keputusan secara demokratis dan akuntabilitas untuk kesuksesan siswa dan kepuasan pengguna, (8) menciptakan rasa aman, sifat saling menghargai, dan mengakomodasikan lingkungan secara efektif, (9) mempunyai harapan yang tinggi kepada semua staf untuk menumbuhkan kemampuan profesional dan meningkatkan keterampilan praktisnya, (10) secara aktif melibatkan keluarga di dalam membantu siswa untuk mencapai
27
sukses, dan (11) bekerjasama dengan masyarakat dan pihak-pihak lain untuk mendukung siswa dan keluarganya.17 B. Instructional Leader 1. Pengertian Instructional Leader Definisi kepemimpinan dalam literature sangat beragam yang pada umumnya, kepemimpinan didefinisikan dalam hal sifat, perilaku, peran dan proses. Menurut Yukl bahwa para peneliti biasanya mendifinisikan kepemimpinan sesuai dengan perspektif mereka secara individu dan aspek fenomena yang paling menarik bagi mereka.18 Kesimpuan Yukl tentang definisi ini mencerminkan asumsi bahwa kepemimpinan melibatkan proses dimana pengaruh yang sengaja diberikan oleh satu orang atas orang lain untuk membimbing, menyusun dan memfasilitasi kegiatan yang berhubungan dalam kelompok atau organisasi.19 Sedangkan menurut Hoy dan Miskel menyatakan bahwa : “leadership should be defined broadly as a social process in which a member of a group or organization influences the interpretation of internal and external events, the choice of goals or desired outcomes, organization of work activities, individual motivation and abilities, power relations, and shared 20 orientations” (kepemimpinan harus didefinisikan secara luas sebagai suatu proses sosial dimana anggota dari kelompok atau organisasi mempengaruhi interpretasi peristiwa internal dan eksternal, pilihan tujuan atau hasil yang diinginkan, aktifitas 17
Sudarwan Danim, Visi Baru Manajemen Sekolah, Jakarta: Bumi Aksara, 2006, 61-62. Jana Michelle Alig- Mielcarek, Dissertation : A Model of School: Instructional leadership, Academic Press, and Student Achievement,The Ohio State University, 2003, 12. 19 Jana Michelle Alig- Mielcarek, Dissertation : A Model of School: Instructional leadership, Academic Press, and Student Achievement..., 13. 20 Jana Michelle Alig- Mielcarek, Dissertation : A Model of School: Instructional leadership, Academic Press, and Student Achievement..., 13. 18
28
organisasi kerja, motivasi dan kemampuan individu, hubungan kekuasaan, dan orientasi bersama. Ptjmh) Menurut Van de Griff dan Houtveen membatasi kepemimpinan pendidikan sebagai kemampuan kepala sekolah untuk memulai perbaikan sekolah, untuk menciptakan iklim pendidikan dan mengawasi guru untuk melaksanakan tugas dengan efektif. Kepemimpinan pembelajaran terdiri dari perilaku utama yang menetapkan harapan yang tinggi dan tujuan yang jelas bagi siswa dan kinerja guru, memantau dan memberikan umpan balik mengenai inti teknis (pengajaran dan pembelajaran) dari sekolah, menyediakan dan meningkatkan pertumbuhan profesional untuk semua anggota staff, dan membantu menciptakan dan mempertahankan keunggulan sekolah. Selanjutnya Hoy Hoy mengatakan bahwa diatas semuanya, kepala sekolah harus mengkomunikasikan visi yang jelas pada keunggulan pembelajaran dan pengembangan profesional berkelanjutan sesuai dengan tujuan peningkatan pengajaran dan pembelajaran.21 Menurut Daresh dan Playco yang dikutip Dirjend Tenaga Pendidikan
Kemendiknas
mendifiniskan
kepemimpinan
pembelajaran
sebagai upaya memimpin para guru agar mengajar lebih baik, yang pada gilirannya dapat memperbaiki prestasi belajar siswa.22 Secara lebih
21
Jana Michelle Alig- Mielcarek, Dissertation: A Model of School: Instructional leadership, Academic Press, and Student Achievement..., 13. 22 Direktorat Tenaga Kependidikan, Modul: Kepemimpinan Pembelajaran Materi Pelatihan Penguatan Kemampuan Kepala Sekolah, Jakarta: Badan pengembangan Sumber Daya Manusaia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan, 2013, 10.
29
komprehensif kepemimpinan pembelajaran atau kepemimpinan intruksional adalah kepemimpinan yang menfokuskan/menekankan pada pembelajaran yang komponen-komponennya meliputi kurikulum, proses belajar mengajar, asessmen (penilaian hasil belajar), penilaian serta pengembangan guru, layanan prima dalam pembelajaran, dan pembangunan komunitas belajar di sekolah.23 2. Standar Instructional Leader Standar yang dikembangkan oleh para akademisi dan praktisi kepemimpinan pembelajaran yang tergabung dalam Komisi Redesain Kepemimpinan Pembelajaran Kepala Sekolah di Tennesee, USA pada tahun 2007 yang diketuai oleh Mary Jo.24 Standar A: Peningkatan secara berkelanjutan Melaksanakan pendekatan yang sistematik dan koheren untuk menuju peningkatan secara berkelanjutan dalam prestasi akademik seluruh siswa. Indikator: a. melibatkan pemangku kepentingan pendidikan dalam mengembangkan visi, misi dan tujuan sekolah yang menekankan pada kegiatan pembelajaran bagi seluruh siswa dan konsisten dengan apa yang dilakukan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten/kota,
23
Direktorat Tenaga Kependidikan, Modul: Kepemimpinan Pembelajaran Materi Pelatihan Penguatan Kemampuan Kepala Sekolah...,11. 24 Direktorat Tenaga Kependidikan, Modul: Kepemimpinan Pembelajaran Materi Pelatihan Penguatan Kemampuan Kepala Sekolah... ,24-29.
30
b. memfasilitasi pelaksanaan strategi yang jelas untuk mencapai visi, misi, dan tujuan yang menekankan pada kegiatan pembelajaran bagi seluruh siswa dan mengedepankan layanan pembelajaran siswa, c. menciptakan struktur organisasi yang kondusif untuk mendukung pencapaian visi, misi dan tujuan sekolah yang menekankan pada kegiatan pembelajaran bagi seluruh siswa, d. memfasilitasi pengembangan, implementasi, evaluasi, dan revisi data yang menginformasikan rencana peningkatan sekolah secara luas untuk kepentingan peningkatan sekolah secara berkelanjutan, e. mengembangkan kerjasama antara kepala sekolah, guru, orang tua siswa, dan masyarakat sekitar dalam rangka peningkatan secara berkelanjutan, f. mengkomunikasikan
dan
menyelenggarakan
sekolah
berdasarkan
keyakinan yang kuat bahwa seluruh siswa dapat mencapai kesuksesan akademik, dan g. menggunakan data untuk merencanakan pengembangan sekolah secara berkelanjutan. Standar B: Kultur Pembelajaran Menciptakan
kultur
pembelajaran
yang
progresif/kondusif
di
sekolahnya agar hasil belajar siswa dapat ditingkatkan setinggi-tingginya. Indikator: a. mengembangkan kultur sekolah secara berkelanjutan berdasarkan pada etika, perbedaan, persamaan, dan nilai solidaritas,
31
b. mendampingi, melatih, dan memimpin dalam pengembangan kultur sekolah agar kondusif untuk belajar siswa, c. mengembangkan dan memelihara lingkungan yang disiplin belajar dengan aman, tertib, tenteram, dan nyaman, d. memimpin seluruh staf (guru dan karyawan) dan siswa dalam mengembangkan disiplin diri dan setia dalam menjalankan tugas dan fungsinya, e. memimpin dan memelihara kultur sekolah yang dapat memaksimalkan waktu untuk belajar, f. mengembangkan kepemimpinan kelompok, yang dirancang untuk tanggungjawab dan kepemilikan bersama untuk mencapai misi sekolah, g. memimpin warga sekolah dalam membangun hubungan erat antar warganya agar menghasilkan lingkungan belajar yang produktif, h. mendorong dan memimpin perubahan yang menantang berdasarkan hasil penelitian, i. membangun dan memelihara hubungan kekeluargaan yang kuat dan mendukung, j. mengenali dan merayakan keberhasilan sekolah dan mencegah kegagalan, dan k. menjalin tali komunikasi yang kuat dengan guru, orangtua, siswa dan pemangku kepentingan.
32
Standar C: Kepemimpinan Pembelajaran dan Penilaian Hasil Belajar (Asesmen) Memfasilitasi peningkatan mutu pembelajaran di sekolahnya berdasarkan hasil evaluasi dan dilakukan secara terus menerus dalam rangka untuk meningkatkan hasil belajar siswa seoptimal mungkin. Indikator: a. memimpin proses penilaian siswa secara sistematis dan evaluasi program yang menggunakan data kualitatif dan kuantitatif, b. memimpin komunitas belajar profesional dalam menganalisis dan meningkatkan mutu kurikulum dan mutu pembelajaran, c. menjamin aksesibilitas terhadap kurikulum dan dukungan yang diperlukan oleh siswa untuk mencapai hasil maksimum yang diharapkan, d. memiliki keterampilan hitungan sederhana yang terkait dengan penilaian hasil
belajar
(asesmen)
dalam
memfasilitasi
peningkatan
mutu
pembelajaran terutama guru, dan e. menggunakan praktek-praktek yang baik (best practice) berdasarkan hasil penelitian dalam mengembangkan, merencanakan, dan melaksanakan kurikulum, pembelajaran, dan penilaian hasil belajar. Standar D: Pengembangan Profesionalisme Guru secara Terus Menerus Melakukan pengembangan profesionalisme warga sekolahnya terutama guru yang dilakukan secara terus-menerus dalam rangka untuk meningkatkan hasil belajar siswa seoptimal mungkin.
33
Indikator: a. menyelia dan mengevaluasi secara sistematis mata pelajaran dan guru, b. mendorong,
memfasilitasi,
dan
mengevaluasi
pengembangan
profesionalisme guru, c. mengembangkan model pembelajaran yang berkesinambungan dan melibatkan diri dalam pengembangan profesionalisme guru, d. memberikan kesempatan kepemimpinan kepada komunitas belajar profesional dan mendorong serta memfasilitasi terciptanya kepemimpinan aspiratif, e. bekerja bersama-sama dengan warga sekolah untuk merencanakan dan melaksanakan pengembangan kualitas profesional yang tinggi dan yang dievaluasi dengan dampak belajar siswa, dan f. menyediakan sumberdaya yang diperlukan oleh guru dan karyawan sekolah agar mereka dapat melaksanakan pekerjaannya dengan baik dan berhasil dengan sukses. Standar E: Manajemen Sekolah Memfasilitasi warga sekolah (guru, siswa, karyawan) agar menjadi pebelajar yang baik dan mengembangkan pembelajaran yang efektif melalui pemanfaatan berbagai sumber belajar yang tersedia dan yang perlu disediakan jika belum ada.
34
Indikator: a. mengembangkan seperangkat standar prosedur operasi (SOP) dan prosedur standar pekerjaan rutin yang dipahami dan diikuti oleh semua guru dan karyawan sekolah, b. memfokuskan kegiatan sehari-hari sekolah yang diarahkan pada pencapaian prestasi akademik seluruh siswa, c. mengalokasikan sumberdaya pendidikan (guru, karyawan, peralatan, perlengkapan, bahan, dan uang) dalam rangka untuk mencapai visi, misi, dan tujuan sekolah yang telah disepakati, d. menyelenggarakan proses pendidikan yang efisien dan menggunakan anggaran pendidikan yang dapat dipertanggungjawabkan, dan melibatkan warga sekolah secara efektif berdasarkan kemampuan, relevansi, dan batas-batas yurisdiksi yang berlaku, e. menggalang sumberdaya-sumberdaya yang tersedia di masyarakat untuk mendukung pencapaian visi, misi, dan tujuan sekolah, f. mengidentifikasi
permasalahan
potensial
dan
strategis
dan
menanggapinya dengan perencanaan yang proaktif, dan g. melaksanakan program pengembangan guru dan karyawan serta pengembangan pembelajaran berdasarkan aturan main yang menjamin kesetaraan, keadilan, etika, dan integritas.
35
Standar F: Etika Memfasilitasi peningkatan secara berkelanjutan dalam meningkatkan keberhasilan belajar siswa melalui proses pembelajaran yang sesuai dengan standar etika paling tinggi dan mendorong pendampingan berupa tindakan politis apabila diperlukan. Indikator: a. melaksanakan
pertanggungjawaban
secara
profesional
dengan
menjunjung tinggi asas integritas dan keadilan, b. menjadi
contoh
dan
memberikan
dukungan
profesional
dalam
menerapkan kode etik profesional dan nilai-nilai yang menjadi acuannya, c. membuat keputusan dalam konteks etika dan menghormati harga diri semua pihak, d. mendampingi warga sekolah (jika diperlukan) ketika terjadi perubahanperubahan kebijakan pendidikan, sosial, atau politik dalam rangka untuk meningkatkan hasil belajar siswa, e. membuat keputusan yang mendukung peningkatan mutu pembelajaran siswa dan yang sejalan dengan visi, misi, dan tujuan sekolah, f. mempertimbangkan aspek yuridis, moral, dan etika ketika membuat keputusan, dan g. bertindak dengan tidak menyalahi peraturan perundang-undangan, standar, kriteria, dan prosedur yang berlaku beserta peraturan-peraturan pelaksanaannya.
36
Standar G: Perbedaan Memfasilitasi toleransi terhadap perbedaan latar belakang siswa, baik dari suku, agama, ras, jenis kelamin, dan asal usul. Indikator: a. Menghargai perbedaan latar belakang setiap siswa dan berkomitmen tinggi untuk meningkatkan prestasi belajarnya berdasarkan atas perbedaan kebutuhan setiap siswa, yang dilaksanakan melalui berbagai upaya, baik secara personal, sosial, ekonomi, yuridis, dan/atau kultural dan yang disampaikan secara umum baik di kelas, sekolah, maupun di masyarakat setempat. b. Merekrut, menyeleksi, dan mengangkat guru dan karyawan yang mampu melayani kebutuhan siswa atas dasar kebinekaan/perbedaan individu, c. memahami dan menanggapi secara efektif terhadap keanekaragaman budaya dan etnik siswa melalui kebersamaanantara sekolah dan masyarakat, d. berinteraksi secara efektif terhadap perbedaan individu dan kelompok dengan menggunakan kecakapan komunikasi interpersonal yang variatif sesuai dengan situasi yang dihadapi, e. mengenal dan mengidentifikasi perbedaan-perbedaan latar belakang siswa termasuk kepribadian dan kemampuannya sebagai dasar untuk pembuatan keputusan, terutama yang bersifat akademis, dan
37
f. membangun komunitas kekeluargaan yang mencakup guru, karyawan, dan orangtua siswa dalam rangka untuk mempererat pergaulan dan meningkatkan mutu pendidikan anak-anaknya.25 3. Kompetensi Instructional Leader Dalam modul pemimpin pembelajaran yang diterbitkan Direktur jendral Pendidik dan Tenaga Kependidikan, bahwa kompetensi yang harus dimiliki oleh kepala sekolah sebagai pemimpin pembelajaran adalah sebagai berikut: a. Merumuskan dan mengartikulasikan tujuan pembelajaran b. Mengarahkan dan membimbing pengembangan kurikulum c. Membimbing pengembangan dan perbaikan proses belajar mengajar d. Mengevaluasi kinerja guru dan pengembangannya e. Membangun komunitas pembelajaran f. Menerapkan kepemimpinan visioner dan situasional g. Melayani siswa dengan prima h. Melakukan perbaikan secara terus menerus i. Menerapkan karakteristik kepala sekolah efektif j. Membangun warga sekolah yang pro-perubahan k. Membangun teamwork yang kompak l. Memberi contoh dan menginspirasi warga sekolah
38
4.
Model Instructional Leader Model Hallinger dan Murphy ( 1985) Model yang dikembangkan oleh Hallinger dan Murphy tersebut dilatar belakangi dari sebuah observasi manajemen pembelajaran dengan melihat perilaku kepemimpinan pembelajaran dari sepuluh kepala SD dari tinjauan efektivitas sekolah. Informasi tersebut dikumpulkan dari kepala sekolah, staf sekolah dan pengawas. Dari informasi organisasi tersebut Hallinger dan Murphy menciptakan kerangka manajemen pembelajaran dengan tiga dimensi dan sebelas uraian pekerjaan. Table 2.1 Konsep manajemen pembelajaran Hallinger dan Murpy (1985)26 Mendefinisikan Mengatur Program Misi Pembelajaran Kerangka tujuan Supervisi dan sekolah Evaluasi Pembelajaran Mengkomunika sikan tujuan Koordinasi sekolah Kurikulum Memantau kemajuan siswa
Mendukung Suasana Sekolah
Melindungi waktu pembelajaran Mendukung pengembangan professional Menjaga visibilitas tinggi Memberikan insentif bagi guru Menegakkan standar akademis Memberikan insentif bagi siswa
Misi sekolah ini merupakan pekerjaan kepala sekolah untuk dijelaskan dalam tujuan sekolah. Kepala sekolah menyusun tujuan sekolah 26
Jana Michelle Alig- Mielcarek, Dissertation : A Model of School: Instructional leadership, Academic Press, and Student Achievement..., 38.
39
dengan
mengkomunikasikan
dengan
orang
tua
dan
staf
untuk
mengidentifikasi perbaikan dan mengembangkan tujuan sekolah. Fungsi tujuan sekolah harus diketahui untuk staf, orang tua dan siswa dengan cara melalui penggunaan komunikasi formal dan informal (misalnya: buku panduan, rapat staf, dewan sekolah, papan pengumuman dan pertemuan). 27 Mengelola program pengajaran yang berkaitan dengan kurikulum dan pengajaran harus melibatkan guru secara langsung, dengan cara mengawasi dan mengevaluasi pembelajaran, koordinasi kurikulum dan memonitor kemajuan siswa. Pengawasan dan evaluasi pembelajaran meliputi kegiatan-kegiatan
yang memberikan dukungan pengajaran untuk guru,
memantau pembelajaran kelas melalui kunjungan kelas informal dan menyelaraskan praktek kelas dengan tujuan sekolah.28 Secara tidak langsung fungsi kepala sekolah adalah menciptakan lingkungan belajar yang positif. Menurut Hallinger dan Murphy, “Principals can influence student and teacher attitudes through the creation of a reward structure that reinforces academic achievement and productive effort; through clear, explicit standards embodying what the school expects from students; through the careful use of school time; and through the selection and implementation of high-quality staff development programs”.29
27
Jana Michelle Alig- Mielcarek, Dissertation : A Model of School: Instructional leadership, Academic Press, and Student Achievement..., 39. 28 Jana Michelle Alig- Mielcarek, Dissertation : A Model of School: Instructional leadership, Academic Press, and Student Achievement..., 40. 29 Hallinger, P & Murphy, J. Assessing the Instructional Management Behaviors of Principals. The Elementary School Journal, 1985,86.
40
Model Murphy ( 1990) Murphy memberikan tinjauan sistematis dan komprehensif kepemimpinan pembelajaran dalam sintesi hasil penelitian dari sekolah yang efektif, perbaikan sekolah, pengembangan staf dan studi pustaka perubahan organisasi.
Menggunakan
penjelasan
ini,
ia
membangun
kerangka
kepemimpinan pembelajaran yang mencakup kajian dan temuan. Kerangka kerja ini terdiri dari empat dimensi kepemimpinan pembelajaran yang dipecah menjadi enam belas peran atau perilaku yang berbeda. Keempat dimensi kepemimpinan pembelajaran mengembangkan misi dan tujuan, mengelola fungsi hasil pendidikan, mempromosikan suasana pembelajaran akademis, dan mengembangkan lingkungan kerja yang mendukung. Dibawah ini mengambarkan berbagai peran pemimpin pembelajaran atau perilaku yang membentuk dimensi itu.30 Pengembangan misi dan tujuan yang utama adalah dalam menciptakan tujuan bersama dan upaya untuk mengaitkan dengan visi sekolah. Murphy membagi dua fungsi pokok atau perilaku pokok : penyusunan tujuan sekolah dan mengkomunikasikan tujuan sekolah. Tujuan sekolah meliputi menetapkan tujuan sekolah yang menekankan prestasi siswa untuk semua siswa, menggabungkan data tentang kinerja siswa masa lalu dan saat ini dan termasuk tanggungjawab staf untuk mencapai tujuan.
30
Jana Michelle Alig- Mielcarek, Dissertation : A Model of School: Instructional leadership, Academic Press, and Student Achievement..., 42.
41
Mengkomunikasikan tujuan sekolah sesering mungkin baik secara formal maupun informal untuk siswa, orang tua dan guru bahwa tujuan sekolah memandu kegiatan sekolah.31 Mengelola fungsi pendidikan sekolah adalah dimensi kedua Murphy. Dimensi ini menekankan perilaku manajemen kepala sekolah. Pemimpin
pembelajaran
memajukan
kualitas
pembelajaran
dengan
melakukan pertemuan dengan guru dan evaluasi, mengunjungi ruang kelas, memberikan saran yang detail dan umpan balik pada proses pembelajaran, dan menentukan tugas guru dalam kepentingan mewujudkan belajar siswa yang terbaik. Selain itu, kepala sekolah mengalokasikan dan melindungi waktu pembelajaran dengan kebijakan dan prosedur sekolah. Pemimpin pembelajaran sering memantau kemajuan siswa dengan menggunakan data penilaian untuk menetapkan tujuan dan mengevaluasi pembelajaran. Dimensi terakhir dari Murphy yaitu mengembangkan lingkungan kerja yang mendukung, menunjukkan bagaimana seorang pemimpin pembelajaran menetapkan struktur organisasi dan proses yang mendukung belajar mengajar. Contoh dimensi ini adalah menciptakan lingkungan belajar yang aman dan tertib, memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar bermakna.
31
Mengembangkan
kerjasama
staf
dalam
kekompakan,
Jana Michelle Alig- Mielcarek, Dissertation : A Model of School: Instructional leadership, Academic Press, and Student Achievement..., 42.
42
mengamankan sumberdaya dari luar untuk mendukung tujuan sekolah, dan membentuk hubungan antara rumah dan sekolah. Kerangka kepemimpinan pembelajaran secara komprehensif Murphy diilustrasikan melalui tabel dibawah, namun kerangka ini dikembangkan melalui sintesis literature belum diuji secara empiris. Hal ini tidak jelas bahwa seorang pemimpin yang menunjukkan perilaku dari semua dimensi memiliki dampak pada tujuan dasar sekolah yakni prestasi siswa yang tinggi. Table 2.2 Kerangka komprehensif kepemimpinan pembelajaran Murphy32 Menggembangkan misi dan tujuan
Mengembangkan iklim belajar akademik Kerangka tujuan Mempromosikan Menetapkan sekolah pembelajaran harapan dan berkualitas standar yang Penyampaian positif tujuan sekolah Mengawasi dan mengevaluasi Menjaga high pembelajaran visibility Mengalokasikan dan Memberikan melindungi waktu insentif bagi guru belajar dan siswa Mengkoordinasikan Meningkatkan kurikulumnya pengembangan profesionalitas Pemantauan kemajuan siswa
32
Mengelola manfaat hasil pendidikan
Mengembangkan lingkungan kerja yang mendukung Menciptakan llingkungan kerja yang aman dan tertib Memberikan kesempatan bagi keterlibatan siswa yang berarti Mengembangkan kerjasama staf dan kekompakan Mengamankan sumberdaya dari luar untuk mendukung tujuan
Jana Michelle Alig- Mielcarek, Dissertation : A Model of School: Instructional leadership, Academic Press, and Student Achievement..., 43.
43
sekolah Menjaga hubungan rumah dan sekolah
Model Weber ( 1996) Weber
mengidentifikasi
lima
domain
penting
dalam
kepemimpinan intruksional: mengidentifikasi misi sekolah, mengelola kurikulum dan pengajaran, menciptakan
pembelajaran yang positif,
mengamati dan meningkatan pengajaran dan menilai program pembelajaran. Weber mengambarkan misi sekolah sebagai proses dinamis tentang kerjsama dan berfikir reflektif untuk membuat misi yang jelas dan jujur. Misi sekolah harus mengikat staff, siswa dan orangtua untuk visi bersama. Pemimpin intruksional
memberikan
kesempatan
kepada
stakeholder
untuk
mendiskusikan nilai-nilai dan harapan untuk sekolah yang dikemas dalam misi bersama. Pengorganisasian kurikulum dan pengajaran harus konsisten dengan misi sekolah, melalui praktek pembelajaran dan supervisi kelas dalam rangka untuk peningkatan sumberdaya guru. Pemimpin intruksional membantu guru dalam menggunakan penelitian dalam praktek dan strategi pembelajaran yang baik untuk mencapai tujuan sekolah dalam meningkatkan kinerja siswa.
44
Table 2.3 Model Weber dalam Pemimpin Intruksional33
Mendefinisakan Misi Sekolah Pemimpin intruksional kolaboratif yaitu mengembangka n visi dan tujuan bersama untuk sekolah dan pemangku kepentingan
33
Pengelolaan Kurikulum dan Pembelajaran Pemimpin intruksional memonitor kelas, menyelaraskan praktek dengan misi sekolah, menyediakan sumberdaya dan dukungan dalam penggunaan praktek pembelajaran dan model serta menyediakan dukungan dalam penggunaan data untuk mendorong pembelajaran
Mempromosikan Iklim Pembelajaran yang Positif Pemimpin instruksional mempromosikan iklim belajar yang positif dengan mengkomunikasi kan tujuan, harapan, dan membangun lingkungan belajar dan tertib
Mengamati dan meningkatkan pembelajaran Pemimpin intruksional mengamati dan meningkatkan pembelajaran melalui observasi kelas dan kesempatan pengembangan profesional
Menilai Program Pembelajaran Pemimpin intruksional memberikan kontribusi dalam perencanaan, perancangan, administrasi dan analisis untuk efektifitas evaluasi kurikulum
Jana Michelle Alig- Mielcarek, Dissertation : A Model of School: Instructional leadership, Academic Press, and Student Achievement..., 46.
45
C. Kepala Madrasah sebagai Instructional Leader Kepala sekolah sebagai leader harus mampu memberikan petunjuk dan pengawasan,
meningkatkan
kemauan
tenaga
kependidikan,
membuka
komunikasi dua arah dan mendelegasikan tugas. 34 Dalam kaitan tugas kepala sekolah sebagai pemimpin terdapat empat tugas penting (1) mendefinisikan misi dan peranan organisasi, (2) seorang pemimpin sebagai pengejawantahan tujuan organisasi, (3) mempertahankan keutuhan organisasi, dan (4) mengendalikan konflik internal yang terjadi di dalam organisasi. 35 Kepemimpinan pendidikan dalam hal ini kepala sekolah harus mempunyai keterampilan dalam kepemimpinannya, selain menggunakan pengetahuan, pengalaman dan sifat kepemimpinannya. Diantara keterampilan kepemimpinan pendidikan yaitu (1) keterampilan memimpin, (2) keterampilan menjalin hubungan kerja dengan sesama manusia, (3) keterampilan menguasai kelompok, (4) keterampilan mengelola administrasi personalia, dan (5) keterampilan menilai.36 Pergeseran fokus pengajaran dari mengajar untuk belajar membentuk kolaboratif struktur dan proses untuk bekerjasama dalam meningkatkan pengajaran, dan memastikan pengembangan profesional berlangsung. Salah satu tugas kepala sekolah yaitu menjadi pemimpin intruksional yang menfokuskan 34
Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional..., 115. Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah Tinjauan Teoritik dan Permasalahannya, Jakarta: PT. Rajadrafindo Persada, 2007, 42-47. 36 Soekarto Indrafachrudi, Mengantar Bagaimana Memimpin Sekolah yang Baik, Jakarta: Galia Indonesia, 1993, 34. 35
46
pada pembelajaran. Kepala sekolah dapat mencapai ini dengan (1) focus pada pembelajaran (2) semangat kolaborasi (3) menggunakan data untuk peningkatan pembelajaran (4) memberikan dukungan, dan (5) menyelaraskan kurikulum, pengajaran dan penilaian.37 Menurut Peter dan Austin yang dikutip Edward Sallis memberi pertimbangan spesifik pada kepemimpinan pendidikan, mereka memandang bahwa pemimpin pendidikan membutuhkan perspektif-perspektif berikut: 1. Visi dan symbol-simbol. Kepala sekolah harus mengkomunikasikan nilainilai institusi kepada para staf, para pelajar dan kepada komunitas yang lebih luas 2. MBWA (manajemen by walking about/ manajemen dengan melaksanakan) adalah gaya kepemimpinan yang dibutuhkan bagi sebuah institusi 3. ‘Untuk Para Pelajar’. Istilah ini sama dengan ‘dekat dengan pelanggan’ dalam pendidikan. Ini memastikan bahwa institusi memiliki focus yang jelas terhadap pelanggan utamanya 4. Otonomi, eksperimental dan antisipasi terhadap kegagalan. Pemimpin pendidikan harus melakukan inovasi diantara staf-stafnya dan bersiap-siap mengantisipasi kegagalan yang mengiringi inovasi tersebut 5. Menciptkana rasa ‘kekeluargaan’. Pemimpin harus menciptakan rasa kekeluargaan diantara para pelajar, orang tua, guru dan staf institusi
37
Fred C. Lunenburg, The Principal as Instructional Leader, National Forum of Educational and Supervision Journal, Volume 27, Number 4, 2010.1
47
6. ‘Ketulusan, kesabaran, semangat, intensitas, dan antusiasme’. Sifat-sifat tersebut merupakan mutu personal esensial yang dibutuhkan pemimpin lembaga pendidikan.38 Sedangkan kepemimpinan pembelajaran yang berkaitan dengan dimensi internal kepala sekolah yaitu (1) penetapan misi sekolah (defining the
School’s
Organization),
Mission), (3)
(2)
penataan
peningkatan
praktik
pembelajaran pembelajaran
(Instructional (Improving
Instructional Practice), (4) peningkatan Iklim Pembelajaran yang positif di sekolah (Promoting Positive School Climate).39 Menurut Kenneth dkk. untuk mewujudkan kepala sekolah yang sukses dibutuhkan hal-hal berikut (1) menciptakan dan mempertahankan sekolah yang kompetitif, (2) memberdayakan orang lain untuk membuat keputusan yang signifikan, (3) memberikan bimbingan pembelajaran, (4) mengembangkan dan melaksanakan rencana perbaikan strategi sekolah. 40 Menurut Fred C. Lunenburg bahwa tanggungjawab kepala sekolah adalah untuk meningkatkan pembelajaran dan keberhasilan siswa. Kepala sekolah sebagai Instructional Leader dapat mencapai tujuan tersebut dengan cara: pertama, fokus pada belajar yaitu membantu mengalihkan perhatian dari mengajar untuk belajar; kedua, mendorong kolaborasi yaitu sebagai 38
Edward Sallis, Manajemen Mutu Terpadu Pendidikan, Jogjakarta: IRCiSoD, 2010, 170-
171. 39
Sri Surachmi, Efektivitas Dimensi Internal Kepala Sekolah dalam Kepemimpinan Pembelajaran, Cakrawala Pendidikan, November 20 11. Th. XXX No. 3. 40 Kenneth Leithwood et.al, Review of research How Leadership Inflences Student, The Wallace Fundation, 2004, 26-27.
48
tugas utama kepala sekolah adalah untuk menciptakan sebuah tujuan bersama diantara para guru tentang semangat siswa, artinya kepala sekolah perlu meningkatkan rasa kolektif guru tentang belajar siswa; ketiga, menggunakan data untuk meningkatkan belajar yaitu bagaimana sekolah dapat mengukur kemajuan siswa dalam mencapai keberhasilan pembelajaran dengan menggunakan data dengan tujuan supaya guru mampu mengembangkan pendidikan siswa baik sebagai individu maupun kelompok sehingga kelebihan dan kelemahan dapat diketahui; keempat, memberikan dukungan yaitu guru perlu diberikan pelatihan, media pembelajaran dan dukungan yang dibutuhkan untuk membantu siswa dalam mencapai keberhasilan. Secara khusus dukungan tersebut dapat berupa panduan kurikulum, buku teks, atau pelatihan khusus yang berhubungan dengan kurikulum sekolah; dan kelima, menyelaraskan kurikulum, pengajaran dan penilaian. Kepala sekolah perlu memastikan bahwa penilaian siswa sesuai dengan kurikulum dan pengajaran guru.41
41
Fred C. Lunenburg, The Principal as Instructional Leader, National Forum of Educational and Supervision Journal, Volume 27, Number 4, 2010, 1-7.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian 1.
Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang didasari oleh konsep konstruktivisme yang memiliki pandangan bahwa realita bersifat jamak, menyeluruh dalam satu kesatuan yang dapat dipisah-pisahkan. Selain itu penelitian ini lebih dicurahkan untuk memahami fenomenafenomena sosial dari perspektif partisipan yang diperoleh melalui pengamatan partisipatif. Dalam penelitian kualitatif peneliti lebur dalam situasi yang diteliti. Peneliti adalah pengumpul data, orang yang memiliki kesiapan penuh untuk memahami situasi.1 Sedangkan penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha menggambarkan kegiatan penelitian yang dilakukan pada obyek tertentu secara jelas dan sistematis. Dalam penelitan ini mereka melakukan eksplorasi, menggambarkan dengan tujuan untuk dapat menerangkan dan memprediksi terhadap suatu gejala yang berlaku atas dasar data yang diperoleh di lapangan.2
1
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008, 12-13 2 Sukardi, Metodologi Penelitian Pendididkan, Jakarta: Bumi Aksara, 2009, 14.
49
50
Penelitian kualitatif sifatnya deskriptif karena data yang dianalisis tidak untuk menerima atau menolak hipotesis (jika ada), melainkan hasil analisis itu berupa deskriptif dari gejala-gejala yang diamati.3 2.
Lokasi Penelitian Tempat penelitian ini adalah: a. MI Negeri Kecandran Kota Salatiga. Adapun profil madrasah sebagai berikut: Nama Madrasah
: MI Negeri Kecandran Kota Salatiga
Status Madrasah
: Negeri/ Terakreditasi B
NSM
: 111134730001
Alamat Madrasah
: Gamol Rt. 04/Rw. 06 Kota Salatiga 50723
Kelurahan
: Kecandran
Kecamatan
: Sidomukti
Kota
: Salatiga
Provinsi
: Jawa Tengah
b. MI Ma’arif Mangunsari Kota Salatiga. Adapun profil madrasah sebagai berikut:
3
2001,15.
Nama Madrasah
: MI Ma’arif Mangunsari
Status Madrasah
: Swasta/ Terakreditasi A
NSM
: 111233730008
Alamat Madrasah
: Jl. Abdul Syukur No. 03
M. Subana dan Sudrajat, Dasar-dasar Penelitian Ilmiah, Bandung: Pustaka Setia,
51
Kelurahan
: Mangunsari
Kecamatan
: Sidomukti
Kota
: Salatiga
Provinsi
: Jawa Tengah
c. MI Asas Islam Kota Salatiga. Adapun profil madrasah sebagai berikut:
3.
Nama Madrasah
: MI Asas Islam Kalibening
Status Madrasah
: Negeri/ Terakreditasi B
Alamat Madrasah
: Jl. Ja’far Shodiq No. 17
Kelurahan
: Kalibening
Kecamatan
: Tingkir
Kota
: Salatiga
Provinsi
: Jawa Tengah
Waktu Peneltian Waktu penelitian mulai September s.d Desember 2013
4.
Sumber Data Peneitian Sumber data primer (utama) dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data sekunder (tambahan) seperti dokumen-dokumen dan foto.4 Adapun sumber data dalam penelitian ini antara lain:
4
2009, 157.
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya,
52
a. Data Primer Kata-kata dan tindakan orang yang diamati atau diwawancarai merupakan sumber primer, dan dicatat melalui catatan tertulis atau melalui perekaman video, pengambilan foto ataupun film. Hasil dari pengamatan dan wawancara mendalam membatasi kata-kata dan tindakan yang relevan saja, kemudian dianalisis menjadi sumber data primer. Dalam penelitian ini yang menjadi sumber utama yaitu: kepala madrasah, guru, komite, dan orang tua baik di MI Negeri Kecandran, MI Ma’arif Mangunsari maupun di MI Asas Islam Kalibening Kota Salatiga. b. Data Sekunder Sumber tertulis merupakan sumber kedua dan merupakan bahan tambahan yang dapat dibagi atas sumber buku, majalah ilmiah, arsip, dokumen pribadi dan resmi.5 Sumber tertulis dari penelitian ini antara lain: dokumen-dokumen resmi madrasah yang berupa dokumen profil madrasah dan juga dokumen pribagi guru yang relevan. c. Foto Foto menghasilkan data deskriptif yang cukup berharga dan sering digunakan untuk menelaah segi-segi subyektif dan hasilnya dianalisis secara
induktif.
Hasil
dari
pengamatan
ataupun
wawancara
didokumentasikan melalui foto-foto ataupun direkam melalui video.
5
2009, 159
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya,
53
5.
Instrumen Pengumpulan Data Instrumen yang utama adalah peneliti sendiri. Pada awal penelitian peneliti satu-satunya alat. Ada kemungkinan hanya dialah merupakan alat sampai akhir penelitian. Namun setelah penelitian berlangsung diperoleh fokus yang lebih jelas melalui wawancara. 6 Ciri umum manusia sebagai instrumen mencakup segi responsif, dapat menyesuaikan diri, menekankan keutuhan, mendasarkan diri atas pengetahuan,
memproses
dan
mengikhtisarkan,
dan
manfaatkan
kesempatan mencarai respons yang tidak lazim.7 Adapun instrumen lain yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat perekam, catatan lapangan, dan peneliti adalah instrumen itu sendiri. 6.
Teknik Pengumpulan Data Tehnik pengumpulan data yang dikenal oleh penelitian kualitatif pada umumnya pertama adalah wawancara mendalam, kedua tehnik observasi dan ketiga tehnik dokumentasi.8 Ketiga tehnik tersebut adalah: a. Wawancara Mendalam Wawancara atau inteview adalah suatu bentuk komunikasi verbal yang bertujuan memperoleh informasi.9 Wawancara secara garis besar dibagi menjadi dua, yakni wawancara tak struktur dan
6 7
S. Nasution, Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif, Bandung: Transito, 2003, 34. Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya,
2009, 160. 8
Hamidi, Metode Penelitian Kualitatif, Malang: Universitas Muhammadiyah Malang,
9
S. Nasution, Metode Research, Jakarta: Bumi Aksara, 2011,113.
2004, 160.
54
wawancara terstruktur. Wawancara tak struktur sering juga disebut wawancara mendalam, wawancara intensif, wawancara kualitatif, terbuka, etnografis. Sedangkan wawancara terstruktur disebut wawancara baku yang susunan pertanyaannya sudah dibakukan sebelumnya dengan pilihan jawaban yang tersedia.10 Sedangkan menurut Patton dalam Lexy J. Moleong11 macam wawancara dibedakan menjadi 3 antara lain: 1) Wawancara pembicaraan informal. Jenis wawancara ini pertanyaan yang diajukan sangat tergantung pada pewawancara sendiri.
Jadi
bergantung
kepada
spontanitasnya
dalam
mengajukan pertanyaan kepada terwawancara. Hubungan pewawancara dengan terwawancara dalam suasana biasa, wajar. 2) Pendekatan
menggunakan
petunjuk
umum
wawancara.
Pewawancara membuat kerangka dan garis besar pokok-pokok yang dirumuskan. Petunjuk wawancara hanyalah berisi petunjuk secara garis besar tentang proses dan isi wawancara untuk menjaga agar pokok-pokok yang direncanakan dapat seluruhnya tercakup. 3) Wawancara baku terbuka. Jenis wawancara ini adalah wawancara yang menggunakan seperangkat pertanyaan baku. Urutan pertanyaan kata-katanya dan cara penyajiannya pun
10
Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya,
11
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya,
2004, 180 2009, 187.
55
sama
untuk
setiap
responden.
Keluwesan
mengadakan
pertanyaan pendalaman terbatas, dan hal itu tergantung pada situasi wawancara dan kecakapan pewawancara. Peneliti menggunakan wawancara tidak terstruktur dan menggunakan pendekatan menggunakan petunjuk umum dimana peneliti hanya menggunakan pedoman wawancara yang memuat garis besar berisi tentang pokok-pokok yang dirumuskan untuk dijadikan pertanyaan kepada subyek dengan tujuan untuk memperoleh informasi bukan baku/informasi tunggal dengan irama bebas. Persiapan tak terstruktur dapat diselenggarakan menurut tahap-tahap
antara
lain:12
1)
menemukan
siapa
yang
akan
diwawancarai, 2) mencari tahu bagaimana yang sebaiknya untuk mengadakan kontak dengan responden, 3) mengadakan persiapan yang matang untuk pelaksanaan wawancara. Sebelum pelaksanaan wawancara peneliti membuat pedoman wawancara untuk menentukan siapa yang akan diwawancarai, materi dan pedoman garis besar topik yang akan dilakukan dalam wawancara. Setelah itu peneliti membuat kontak awal kepada responden untuk menentukan waktu yang tepat untuk dilaksanakan wawancara. Sedangkan persiapan peneliti yang dilakukan untuk wawancara berupa catatan, alat perekam, maupun alat pengambil gambar. Dalam proses wawancara peneliti meminta persetujuan 12
2009, 199.
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya,
56
terlebih dahulu untuk direkam dengan responden dengan tujuan dapat didokumentasikan. Dan setelah wawancara untuk keabsahan data peneliti melakukan member check dengan menyimpulkan poin-poin penting dan meminta persetujuan kembali dengan responden. Dalam wawancara peneliti merekam dan membuat catatan hasil wawancara tersebut. Pertimbangan digunakan tehnik ini adalah untuk memperoleh data dari sumbernya secara langsung dengan berbagai pihak yang terlibat langsung penelitian tersebut. Di MI Negeri Kecandran antara lain bapak Agus Rahmad Yuwanta, bapak Rozikin, ibu Patmi, bapak Bambang Sudrajat, ibu Nur Hidayah. Di MI Ma’arif Mangunsari antara lain ibu Rohmini, ibu Susriana Wahyu Ika, ibu Fauziyah, bapak Ghufron. Sedangkan di MI Asas Islam Kalibening bapak Zulfa Anturida, bapak Azam Arifin, ibu Khoiriyah, dan bapak Zainudin. b. Observasi Observasi atau pengamatan dalam rangka mengumpulkan data dalam suatu penelitian merupakan hasil perbuatan jiwa secara aktif dan penuh perhatian. Untuk menyadari adanya suatu rangsangan tertentu yang diinginkan atau studi yang sengaja dan sistematis tentang keadaan atau fenomena sosial dan gejala psikis dengan
jalan
mengamati.13
Dalam
observasi
ini
diusahana
mengamati keadaan wajar dan yang sebenarnya tanpa usaha yang 13
2003, 63.
Mandalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, Jakarta: Bumi Aksara,
57
disengaja
untuk
memanipulasikannya.14
mempengaruhi Dalam
penelitian
mengatur
atau
kualitatif,
metode
pengamatan berperan sangat penting. Karena memungkinkan peneliti untuk mendapatkan informasi secara lengkap. Bentuk kegiatan peneliti dengan mengamati secara terjun ke lapangan atau madrasah sehingga peneliti ikut aktif di dalamnya, langsung dapat melihat situasi yang diamati dan dipaparkan melalui pengamatan dan pencatatan. Pengamatan berlatar alamiah atau tak terstruktur karena terjadi secara naturalistik dan apa adanya yang terjadi di sekolah.15 Dalam melakukan pengamatan tidak bisa berdiri sendiri, artinya tidak dapat dilakukan tanpa pencatatan datanya. Adapun langkah-langkah dalam pembuatan catatan lapangan sebagai berikut:16 1) Membuat catatan lapangan. Catatan lapangan sangat penting karena merupakan anak rantai antara pengumpulan data berdasarkan observasi dan wawancara dengan analisis serta pengolahan data. Catatan lapangan menjadi dasar utama dalam penulisan laporan, maka sejak mulanya perlu kita melaksanakan menurut sistematika tertentu.17 Catatan lapangan ini digunakan peneliti setelah melakukan pengamatan 14 15
S. Nasution, Metode Research, Jakarta: Bumi Aksara, 2011, 106. Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya,
2009, 176. 16
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009, 180-182. 17 S. Nasution, Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif, Bandung: Transito, 2003, 9899.
58
dan di rekam sebagai pedoman untuk membuat paparan data hasil observasi implementasi konsep kepala madrasah sebagai instructional leader baik di MI Negeri Kecandran, MI Ma’arif Mangunsari maupun MI Asas Islam Kalibening. 2) Buku harian pengalaman lapangan dibuat dalam bentuk yang telah terorganisasi dan harus diisi setiap hari. Pembuatan buku harian itu dimanfaatkan untuk analisis data dan pengkategorian. 3) Catatan kronologis dilakukan secara rinci dan secara kronologis dari waktu ke waktu. Catatan itu diberi nomor urut kemudian pencatatan disertai waktu. 4) Jadwal pengamatan berisi waktu secara rinci tentang apa yang akan dilakukan dimana, bilamana, apa yang diamati dan semacamnya. 5) Balikan melalui pengamatan lainnya. Pengalaman pengamat itu dapat saling dipertukarkan dengan pengamat sendiri dan hal itu dapat lebih memperbaiki tehnik pengamatannya. 6) Daftar cek, dibuat untuk mengingatkan pengamat apakah seluruh aspek informasi sudah diperoleh atau belum. Sesuai dengan setting yang dikehendaki, tehnik ini digunakan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana implementasi konsep kepala madrasah sebagai instructional leader dan berbagai hal yang terkait dengan instructional leader di madrasah baik di MI Negeri
59
Kecandran, MI Ma’arif Mangunsari ataupun di MI Asas Islam Kalibening. Observsi yang kami lakukan di baik MI Negeri Kecandran, MI Ma’arif Mangunsari ataupun di MI Asas Islam Kalibening meliputi
gambaran
pembelajaran
harian,
tugas-tugas
kepala
madrasah, pembimbingan dan pengarahan serta pembiasaan yang dilakukan madrasah. c. Dokumentasi Dokumentasi merupakan suatu tehnik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik. Dokumen-dokumen tersebut diurutkan sesuai dengan kekuatan dan kesesuaian isinya dengan tujuan pengkajian. Isinya dianalisis, dibandingkan dan dipadukan membentuk satu hasil kajian yang sistematis, padu dan utuh.18 Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dokumen antara lain:19 1) Dokumen Pribadi Dokumen pribadi merupakan catatan atau karangan seseorang secara tertulis tentang tindakan, pengalaman dan kepercayaannya. Maksud
18
mengumpulkan
dokumen
pribadi
ialah
untuk
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008, 221-222 19 19 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009, 217-219.
60
memperoleh kejadian nyata tentang situasi sosial dan arti berbagai faktor di sekitar subyek penelitan. 2) Dokumen Resmi Dokumen resmi terbagi atas dokumen internal dan eksternal. Dokumen internal berupa memo, pengumuman, instruksi, aturan suatu lembaga masyarakat tertentu yang digunakan dalam kalangan
sendiri.
Dokumen
eksternal
berisi
bahan-bahan
informasi yang dihasilkan oleh suatu lembaga sosial misalnya bulletin, majalah, pernyataan dan berita yang disiarkan kepad media massa. Tehnik ini secara khusus digunakan untuk memperoleh dokumen resmi tentang profil madrasah secara umum, yaitu visi misi, struktur organisasi, profil guru dan karyawan, keadaan siswa, sarana dan prasarana. Sedangkan dokumen pribadi meliputi lembar supervisi, jadwal supervise, program-program madrasah, dan buku notulen. 7. Sampling Tehnik sampling dalam penelitian kualitatif berbeda dengan penelitian kuantitatif. Dalam penelitian kualitatif maksud sampling disini untuk menjaring sebanyak mungkin informasi dari pelbagai macam sumber dan bangunannya. Dalam penelitian ini tidak ada sampel acak, tetapi sampel bertujuan (purposive sampel). Sampel bertujuan ini ciricirinya sebagai berikut:20 20
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009, 224-225.
61
a. Rancangan sampling yang muncul: sampel tidak dapat ditentukan atau ditarik terlebih dahulu. b. Pemilihan sampel secara berurutan: tujuan untuk memperoleh variasi sebanyak-banyaknya hanya dapat dicapai apabila pemilihan satuan sampel dilakukan jika satuannya sebelumnya sudah dijaring dan dianalisis. Tehnik sampling bola salju bermanfaat dalam hal ini yaitu mulai dari satu menjadi semakin banyak. c. Penyesuaian berkelanjutan dari sampel: pada mulanya setiap sampel dapat sama kegunaannya, namun semakin banyak informasi sampel dipilih atas dasar fokus penelitian. d. Pemilihan berakhir jika sudah terjadi pengulangan: jika informasi yang diperlukan sudah dapat dijaring, maka penarikan sampel sudah dapat diakhiri. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan sampel bertujuan. Hal ini dilakukan untuk memperoleh informasi sebanyak-banyaknya tentang fokus penelitian. Ketika informasi tersebut sudah mencukupi maka penarikan sampel dihentikan. Sampel yang diambil dari penelitian ini antara lain beberapa guru, komite, dan orang tua murid. Selain itu juga sampel pengamatan pembimbingan pembelajaran dan kegiatan pengembangan diri. 8. Keabsahan Data Untuk
menetapkan
keabsahan
data
diperlukan
tehnik
pemerikasaan data. Pelaksanaan tehnik pemeriksanaan data didasarkan
62
pada derajat kepercayaan (kredibilitas). Derajat kepercayaan ini berfungsi untu melaksanakan inkuiri sedemikian rupa sehingga tingkat kepercayaan penemuannya dapat dicapai dan untuk mempertunjukkan derajat kepercayaan hasil-hasil penemuan dengan jalan pembuktian oleh peneliti pada kenyataan ganda yang sedang diteliti.21 Berbagai cara dapat dilakukan untuk memenuhi kriteria derajat kepercayaan (kredibilitas) antara lain:22 a. Memperpanjang masa observasi: harus cukup waktu untuk betulbetul mengenal suatu lingkungan, mengadakan hubungan baik dengan orang-orang di sana, mengenal kebudayaan lingkunan dan mengecek kebenaran informasi. b. Pengamatan yang terus menerus: dengan pengamatan yang terus menerus dapat memperhatikan sesuatu secara lebih cermat. c. Triangulasi: data yang telah dikumpulkan dalam suatu penelitian kualitatif perlu diuji keabsahannya melalui tehnik triangulasi metode: jika informasi atau data yang berasal dari hasil wawancara misalnya, perlu diuji dengan hasil observasi dan seterusnya. Selain itu triangulasi sumber: jika informasi tertentu misalnya ditanyakan kepada responden yang berbeda atau antara responden dengan dokumentasi.23 Untuk menguji keakuratan data digunakan triangulasi
21
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya,
22
S. Nasution, Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif, Bandung: Transito, 2003,
23
Hamidi, Metode Penelitian Kualitatif, Malang: Universitas Muhammadiyah Malang,
2009, 324. 114-117. 2004, 83.
63
metode pengumpulan data yaitu dengan cara menggunakan beberapa cara pengumpulan data seperti observasi, wawancara mendalam dan dokumentasi.24 d. Membicarakan dengan orang lain: diskusi dilakukan dengan orang yang sebaya dengan peneliti, menghindari yang senior agar tidak terpengaruh dengan otoritasnya, dan menghindari yunior karena orang seperti ini enggan memberikan kritik. e. Menganalisis kasus negative: kasus negatif adalah kasus yang tidak sesuai dengan hasil penelitian hingga saat tertentu. Selama masih ada kasus-kasus demikian penelitian harus dilanjutkan sampai kasus ini tuntas tercakup dalam kesimpulan diambil. f. Menggunakan bahan referensi: sebagai bahan referensi untuk meningkatkan kepercayaan akan kebenaran data, dapat digunakan hasil rekaman atau dokumentasi. g. Menggunakan member check: salah satu cara yang sangat penting melakukan member check dengan cara pada akhir wawancara kita ulangi dalam garis besarnya, berdasarkan catatan kita dengan maksud memperbaiki kekeliruan atau menambah apa yang masih kurang. 9. Analisis Data Analisis data penelitian kualitatif dimulai dengan menyusun fakta-fakta hasil temuan lapangan. Kemudian peneliti membuat diagram24
2003, 105.
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kualitatif, Jakarta: Raja Grafindo Persada,
64
diagram, tabel, gambar-gambar, dan bentuk-bentuk panduan fakta lainnya. Hasil analisis data, diagram, bagan, tabel, dan gambar-gambar tersebut diinterpretasikan, dan dikembangkan menjadi preposisi dan prinsip-prinsip.25 Untuk menganalisa data penulis menggunakan analisis data deskriptif kualitatif dengan langkah: reduksi data, display data, dan mengambil kesimpulan. Adapun langkah-langkah yang peneliti lakukan dalam analisis data antara lain:26 a. Mengumpulkan dan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber wawancara, observasi, maupun dokumentasi dan juga foto-foto kegiatan. b. Mengadakan reduksi data: data yang diperoleh di lapangan ditulis dalam bentuk karangan atau laporan terinci, disusun lebih sistematis, ditonjolkan pokok-pokok yang penting dan dibuat susunan yang lebih sistematis. c. Display data: untuk dapat melihat gambaran-gambaran keseluruhan atau bagian tertentu dari penelitian diusahakan peneliti membuat tabel atau diagram yang berupa pedoman penelitian baik dokumentasi, wawancara maupun observasi. d. Pengkodean: agar catatan tidak tercampur aduk sehingga susah dikendalikan, catatan diberi kode. Untuk wawancara diberi kode “w” dan observasi diberi kode “o”. 25
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008, 115. 26 S. Nasution, Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif, Bandung: Transito, 2003, 129.
65
e. Membuat kesimpulan dengan menggunakan metode induktif yaitu dengan jalan mengumpulkan fakta-fakta khusus untuk diambil kesimpulan yang bersifat umum. B. Tahap Tahap Penelitian Dalam melakukan penelitian kualitatif menurut Lexy J. Moleong, ada empat tahapan yang harus dilakukan, yaitu tahap pra-lapangan, tahap kegiatan lapangan, tahap analisis data dan tahap penulisan laporan.27 1. Tahap Pra Lapangan Pada tahap ini peneliti mengunjungi lokasi, dalam hal ini adalah MI Negeri Kecandran Kota Salatiga, MI Ma’arif Mangunsari Kota Salatiga dan MI Asas Islam Kalibening Kota Salatiga. Untuk mendapatkan gambaran yang tepat tentang latar penelitian lokasi penelitian harus dikunjungi terlebih dulu. Kemudian peneliti menggali informasi yang diperlukan dari orang-orang yang dianggap memahami subyek penelitian. Selain itu peneliti juga melakukan beberapa langkah penelitian, yaitu menyusun rancangan penelitian, memilih lapangan penelitian, mengurus perizinan, menjajaki dan menilai keadaan lapangan, memilih dan memanfaatkan informasi, dan menyiapkan perlengkapan penelitian. 2. Tahap Kegiatan Lapangan Pada tahap kegiatan lapangan, ada tiga langkah yang harus dilakukan, yaitu memahami latar penelitian dan persiapan diri, 27
2009, 85.
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya,
66
memasuki lapangan dan berperan serta sambil mengumpulkan data. Pada tahap ini peneliti mengumpulkan data-data yang diperlukan dengan metode-metode yang telah ditentukan sebelumnya. Disamping itu, peneliti melakukan pengecekan dan pemeriksaan keabsahan data untuk
membuktikan
bahwa
kredibilitas
data
dapat
dipertanggungjawabkan. 3. Tahap Analisis Data Pada tahap ini, peneliti melakukan penghalusan data yang diperoleh dari subyek, informan maupun dokumen dengan memperbaiki bahasa dan sistematikanya agar dalam pelaporan ini hasil penelitian tidak terjadi kesalahpahaman maupun salah penafsiran. Setelah data-data itu dianalisis dengan cara yang telah ditentukan sebelumnya. 4. Tahap Penulisan Laporan Pada tahap ini, peneliti menyusun hasil penelitian dengan format yang sesuai dalam bentuk tulisan dan bahasa yang mudah dipahami oleh pembaca. C. Desain Penelitian Desain penelian merupakan rancangan bagaimana penelitian tersebut dilaksanakan. Dalam penelitian non eksperimen baik pendekatan kuantitatif maupun kualitatif, desain penelitian lebih mengarah kepada langkah-langkah pengumpulan data. Dalam desain tersebut diuraikan secara agak rinci. Data apa yang dikumpulkan, darimana dan dari siapa data tersebut
67
dikumpulkan, dikumpulkan dengan menggunakan tehnik dan instrument apa, bagaimana langkah-langkah pengumpulan datanya.28 Desain penelitian ini yang akan dilakukan sebagai berikut: Tabel 3.1 Desain Penelitian Data yang dikumpulkan Profil madrasah : MI Negeri Kecandran, MI Ma’arif Mangunsari dan MI Asas Islam Kalibening, Kota Salatiga
Pemahaman mengenai instructional leader oleh kepala madrasah dan guru-guru
Implementasi 28
Sumber data -
-
-
Tehnik pengumpulan data - Wawancara mendalam dengan kepala madrasah dan waka kurikulum - Dokumentasi
Dokumen – dokumen profil madrasah (letak dan keadaan geografis, sejarah berdirinya, visi misi, tujuan madrasah, struktur organisasi, keadaan tenaga kependidikan, keadaan peserta didik, sarana dan prasarana. Foto madrasah Kata-kata atau tindakan
Dokumen –
-
Wawancara mendalam kepada kepala madrasah dan 2 orang guru tentang pemahaman instructional leader Dokumen
Instrumen pengumpulan data - Peneliti sendiri - Pedoman wawancara tentang profil madrasah - Alat perekam
-
-
Peneliti sendiri Pedoman wawancara tentang pengetahuan instructional leader Alat perekam Penelti
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008, 287-288.
68
instructional leader -
Dampak implementasi instructional leader terhadap perkembangan dan kemajuan madrasah
-
-
Faktor pendukung dan penghambat impelemtasi instructional leader
-
Perbedaan implementasi instructional leader pada MI Negeri dan MI Swasta di Kota Salatiga
-
-
-
dokumen madrasah Dokumen pribadi guru (bukti supervise dan pembimbingan ) Observasi Dokumendokumen tentang kemajuan madrasah Kata-kata atau tindakan
-
Dokumendokumen madrasah Kata-kata atau tindakan
-
Dokumendokumen Observasi
-
-
Wawancara mendalam dengan waka kurikulum dan kesiswaan
-
Dokumen Wawancara mendalam dengan wali siswa dan komite
-
Dokumen Wawancara mendalam dengan kepala madrasah
-
Dokumen wawancara
-
-
-
-
sendiri Alat perekam Pedoman wawancara tentang implementasi instructional leader Peneliti sendiri Alat perekam Pedoman wawancara tentang dampak implementasi instructional leader terhadap perkembanga n dan kemajuan madrasah Peneliti sendiri Pedoman wawancara tentang factor pendukung dan penghambat implementasi instructional leader Peneliti sendiri Dokumen madrasah
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Subyek Penelitian 1. Madrasah Ibtidaiyah Negeri Kecandran Salatiga a. Sejarah Singkat MIN Kecandran Salatiga Pada tahun 1965 berdirilah sebuah Madrasah Ibtidaiyah di Gamol, dengan tenaga pengajar yaitu bapak Nurhadi (Kepala Madrasah) dari desa Pulutan, bapak Irfani, BA (guru PAI) dari Kecandran, bapak Istat Ngarifin dari Banyu putih. Pada tahun 1967 mendapat dari
tambahan
Gamol,
bapak
tenaga
pengajar
Yasmin
dari
yaitu Gamol,
bapak
Wagimin
ibu
Robiatun
dari Kecandran.1 Tempat pelaksanaan kegiatan belajar mengajar meminjam dua tempat, yaitu rumah kediaman Bapak Soeharto di wilayah RT. 04, RW. 06 dukuh Gamol dan diserambi masjid Darussalam Gamol. Atas gagasan dari Bapak Basyir (kepala desa Kecandran saat itu) Madrasah Ibtidaiyah di Gamol diberi nama “Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif “ (MIM).2 Tahun 1970 dibangun sebuah gedung Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif dengan menggunakan bahan kayu. Memiliki 6 lokasi kelas dengan jumlah siswa 180 anak, yang berasal dari dusun Duren, Gamol, Sodong (wilayah Kecamayan Getasan). 1 2
W.MIN.1 W.MIN.1
69
70
Pada tahun 1995 Kasi Mapenda Kantor Depag Salatiga (Bapak Auze), berkunjung ke MIM Gamol dan menemui Kepala MIM dan dewan guru, dan berjanji seandainya desa kecandran masuk menjadi daerah pemekaran maka beliau berjanji akan membantu proses penegerian MIM Gamol. Tahun
1996
desa
Kecandran
resmi
menjadi
daerah
pemekaran dan masuk menjadi wilayah Kotamadya Salatiga, maka janji Kasi Mapenda terealisasi, pada tanggal 14 Juni 1997 bertempat di MAN II Tegalrejo, resmilah penegerian MIM Gamol
menjadi Madrasah
Ibtidaiyah Negeri Kecandran.3 Table 4.1 Keadaan Kepala Madrasah dari awal sampai sekarang4 No
Nama
Awal tugas
Akhir tugas
1
Nurhadi
1965
1967
2
Drs. Kasimin A.N BA
1967
1977
3
Dasuki Al-Maryono
1977
1983
4
Muh. Ghufron
1983
1989
5
Muslih
1989
1991
6
Markum, A.Ma
1991
2002
7
Drs. Taqwim
2002
2006
8
Yasmin,A.Ma
2006
2007
9
Achmad Arifin, S.Ag
2007
2008
10
Agus Rahmad Y, S.Pd
2008
Sekarang
3 4
W.MIN.1 D.MIN.1
71
b. Letak geografis MIN Kecandran MIN Kecandran terletak di Gamol Rt. 04/ Rw 06, dukuh Gamol, Kelurahan Kelurahan Kecandran Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga tepatnya sebelah barat Jalan Lingkar Salatiga (JLS), menempati lahan seluas 873 meter persegi, dengan panjang 43 m dan lebar 21 m, luas bangunan 448 serta dikelilingi pagar tembok sepanjang 56 m. 5 c. Visi, Misi dan Tujuan MIN Kecandran Salatiga6 Visi Madrasah “Unggul dalam Prestasi, IPTEK dan Berakhlak Mulia” Misi Madrasah 1) Meningkatkan penghayatan dan pengalaman terhadap agama yang dianut, juga terhadap budaya bangsa sehingga tumbuh Iman dan Taqwa (IMTAQ) sebagai sumber kearifan bertindak dalam hidup bermasyarakat yang disertai akhlak terpuji. 2) Meningkatkan kualitas dalam proses belajar mengajar yang inovatif, efektif, dan efisien dalam rangka mengembangkan potensi siswa secara optimal baik akademik maupun non akademik (terutama untuk meningkatkan perolehan rata-rata nilai UN dari tahun sebelumnya.
5 6
W.MIN.1 D.MIN.3
72
3) Meningkatkan penguasaan Ilmu dan Teknologi (IPTEK) agar siswa dapat tumbuh dan berkembang guna membekali diri dalam tuntutan kehidupan yang semakin menglobal dan modern. 4) Meningkatkan dan mengembangkan kegiatan ekstrakurikuler 5) Meningkatkan kecintaan dalam melestarikan budaya bangsa sebagai identitas karakter bangsa yang menjunjung tinggi adat ketimuran. 6) Membudayakan budaya tertib dan disiplin pada seluruh warga madrasah 7) Membudayakan perilaku yang berakhlak mulia yang dilandasi tuntunan agama sebagai landasan bertindak dan berfikir dalam kehidupan bermasyarakat. 8) Menumbuhkan semangat keunggulan secara intensif kepada seluruh warga madrasah 9) Meningkatkan strategi, fasilitas dan media pembelajaran yang inovatif. Tujuan Madrasah 1) Meningkatkan iman dan takwa serta akhlak terpuji seluruh warga madrasah 2) Membiasakan siswa shalat wajib berjamaah 3) Meningkatkan kemampuan inovasi, efektifitas, dan efisiensi proses belajar mengajar yang mampu meningkatkan prestasi akademik; rata-rata Nilai UN/UAMBN naik 0,02 setiap tahun
73
4) Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan peserta didik sehingga mampu membekali dirinya dalam bermasyarakat yang semakin modern. 5) Mengembangkan prestasi siswa melalui berbagai kejuaraan akademik dan non akademik. 6) Mengembangkan minat, bakat, kepribadian, kemandirian, dan kreatifitas peserta didik melalui kegiatan pengembangan. 7) Meningkatkan pelestarian kekayaan budaya bangsa sebagai identitas pribadi dalam masyarakat. 8) Mempersiapkan peserta didik sebagai bagaian dari anggota masyarakat, bangsa, dan negara yang memiliki budaya tertib dan berdisiplin. 9) Mempersiapkan peserta didik untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi 10) Menjadikan siswa memiliki kesadaran terhadap kelestarian lingkungan hidup disekitarnya. 11) Mampu memberdayakan fasilitas dan lokasi madrasah secara maksimal. 12) Mempu
mengadakan
laporatorium
IPA,
dan
merawat
laboratorium
RKB,
perpustakaan,
komputer,
laboratorium
multimedia, UKS, fasilitas seni musik, lapangan olahraga dan sarana beribadah yang ada.
74
13) Mampu mencapai standar penggalangan dana dari berbagai sumber untuk pengembangan manajemen madrasah. d. Profil Madrasah7 Nama Madrasah
: MIN Kecandran Salatiga
NSM
: 111134730001
Akreditasi
:B
Alamat
: Jl. Gamol Rt 04/Rw 06, Kecandran, Sidomukti, Salatiga
Nama Kepala
: Agus Rahmad Yuwanta, S.Pd
Kepemilikan Tanah
: Hak Guna Luas 1200 m2
Status Bangunan
: Pemerintah
Luas Bangunan
: 800 m2
e. Tenaga Pendidik dan Kependidikan Tabel 4.2 Tenaga Pendidik berdasarkan Status dan Kualitifkasi Akademik8
No 1 2 3 4
7 8
Jabatan Kepala Madrasah Guru TU Penjaga
D.MIN.2 D.MIN.5
Jumlah 1 15 1 1
Status GT/ PNS S2 GTY 1 12 -
3 1 1
Pendidikan S1
DII
SMA
SMP
1 14
1 1 1
75
f. Peserta Didik Tabel 4.3 Keadaan siswa Tahun Pelajaran 2013/2014 No
Jml. Kelas
Jumlah Siswa
1 2 3 4 5 6
I II III IV V VI JUMLAH
62 26 37 33 29 21 208
Jenis Kelamin Laki-Laki Wanita 30 31 10 16 15 22 17 16 10 19 10 11 92 116
2. Profil Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif Mangunsari Salatiga a. Sejarah Singkat MI Ma’arif Mangunsari Madrasah Ibtidaiyah Mangunsari adalah lembaga pendidikan yang berada dibawah naungan Lembaga Pendidikan Ma’arif Cabang Salatiga. Madrasah Ibtidaiyah dalam proses mengajarnya lebih menonjolkan Pendidikan Agama Islam disamping mata pelajaran umum yang diajarkan di Sekolah Dasar pada umumnya. Yang mendorong berdirinya Madrasah Ibtidaiyah Mangunsari adalah keinginan masyarakat Mangunsari dan sekitarnya akan adanya sekolah yang pada waktu itu masih sangat jarang. Karena terdorong rasa tanggungjawab atas kewajian untuk mempersiapkan generasi muda yang berpengetahuan umum dan agama yang luas serta
76
bertaqwa, maka atas prakarsa oleh para tokoh agama didirikan pendidikan dasar yang berlandaskan Islam. 9 Maka pada tanggal 15 Januari 1969 berdirilah Madrasah Ibidaiyah Mangunsari. Dengan segala keterbatasannya, Madrasah yang baru tersebut dalam awal proses belajar mengajarnya sering menggunakan rumah masyarakat disekitarnya, hal ini karena Madrasah belum mempunyai bangunan sendiri.10 Tokoh pendiri Madrasah Ibtidaiyah Mangunsari adalah bapak Jawari, bapak H, Abdul Syukur, bapak Mahalli, dan bapak H. Abdul Manan sebagai tokoh agama dan masyarakat di lingkungan Mangunsari. Setelah mengalami perbaikan akhirnya Madrasah Ibtidaiyah Mangunsari diikutkan dalam program akreditas madrasah yang bermula mendapat akreditasi C dengan keinginan maksimal akhirnya pada tahun 2012 mendapat akreditasi A/ sempurna dibawah kepemimpinan Ibu Siti Rohmini, M.PdI.11 b. Letak geografis MI Ma’arif Mangunsari12 MI Ma’arif Mangunsari terletak di Jl. Abdul Syukur No. 3 Cabean, kelurahan Mangunsari kecamatan Sidomukti kota Salatiga. MI tersebut termasuk berada di wilayah perkotaan karena termasuk lingkungan sudah heterogen atau pendatang.
9
W.MISM.1 W.MISM.1 11 W.MISM.1 12 D.MISM.1 10
77
Adapun luas tanah MI Ma’arif Mangunsari kurang lebih 1.100m2 dengan uraian untuk pekarangan 416 m2 dan halaman 684 m2. Dengan adanya halaman yang luas dimungkinkan dalam kegiatan belajar mengajar lebih optimal. c. Visi, Misi dan Tujuan MI Ma’arif Mangunsari13 Visi Madrasah “Terwujudnya
warga
madrasah
yang
Cerdas,
Religius
dan
Berakhlakul karimah baik secara individual maupun sosial” Misi Madrasah 1) Menanamkan kesadaran prinsip hidup belajar sepanjang hayat. 2) Mengembangkan model pembelajaran yang ENJOY 3) ( Efektif, Nyaman, Jelas, Obyektif dan Islamy ) 4) Memantik potensi dasar siswa secara Multi kecerdasan. 5) Menumbuhkan wawasan patriotisme kebangsaan 6) Mengembangkan pola kehidupan yang menjunjung tinggi Nilai Islamiyah, Budaya Lokal yang baik serta nasionalisme. 7) Mengembangkan potensi masyarakat Peduli Pendidikan 8) Mengembangkan tata lingkungan yang mendukung proses pendidikan
13
D.MISM.2
78
Tujuan Madrasah 1) Menanamkan kesadaran prinsip hidup belajar sepanjang hayat. 2) Mengembangkan
pembelajaran yang
ENJOY
( Efektif,
Nyaman, Jelas, Obyektif dan Islamy 3) Mengembangkan potensi dasar peserta didik secara terpadu baik kecerdasannya, keagamaannya dan akhlakul karimahnya. 4) Menanamkan
wawasan
Nasionalisme
religius
patriotisme
kebangsaan 5) Mengembangkan pola kehidupan yang menjunjung tinggi Nilai Islamiyah, Budaya Lokal yang baik serta nasionalisme. 6) Menngembangkan potensi masyarakat Peduli Pendidikan 7) Mengembangkan tata lingkungan yang menunjang proses pendidikan d. Profil Madrasah14 Nama Madrasah
: MI Ma’arif Mangunsari
NSM
: 111233730008
Akreditasi
: A tahun 2012
Alamat
: Jl. Abdul Syukur No. 3 Cabean Sidomukti, Salatiga
14
Nama Kepala
: Siti Rohmini, M.PdI
Kepemilikan Tanah
: Milik Sendiri
Status Bangunan
: Milik Sendiri
D.MISM.1
79
Luas Bangunan
: 416 m2
e. Tenaga Pendidik dan Kependidikan Tabel 4.4 Tenaga Pendidik berdasarkan Status dan Kualitifkasi Akademik15 Status GT/ PNS GTY 1
No
Jabatan
Jumlah
1
Kepala Madrasah
1
2
Guru
15
6
9
3
Penjaga
1
-
1
Pendidikan S2
S1
1 1
13 1
f. Peserta Didik Tabel 4.5 Keadaan Siswa Tahun Pelajaran 2013/201416
15 16
Kls
Jml. Kelas
1
Jumlah
Jenis Kelamin
Siswa
Laki-Laki
Wanita
2
69
32
37
2
2
61
30
31
3
2
54
29
25
4
2
37
22
15
5
2
37
21
16
6
1
17
9
8
JUMLAH
275
142
133
D.MISM.4 D.MISM.7
DII SMA
80
3. Profil Madrasah Ibtidaiyah Asas Islam Kalibening a. Sejarah Singkat MI Asas Islam Kalibening Madrasah Ibtidaiyah Asas Islam Kalibening berdiri pertama kali sekitar tahun 1950 dengan nama Madrasah Diniyah. Madrasah tersebut pertama didirikan dekat dengan masjid Kalibening. Pada awal kepengurusan Madrasah Diniyah ini diampu oleh Yayasan Ma’arif Kalibening, tetapi setelah berjalan dalam jangka waktu yang lama, lamban laut tidak terurus bahkan tidak bisa berkembang sama sekali. Bangunan tidak terawat, tenaga pengajar tidak terorganisir, muridnya sedikit dan lama-lama habis. Semua ini terjadi ketika ada dibawah kepengurusan yang lama.17 Setelah berpindah kepada pengurusan yang baru yang terbentuk sekitar tahun 2004, dengan dipelopori bapak Khamim S.H, MH madrasah tersebut mulai berkembang. Adapun nama madrasah yang digunakan tidak memihak kepada salah satu ormas Islam terbesar di Indonesia yaitu NU/Muhammadiyah, akan tetapi mengambil nama “Asas Islam” dalam arti agar netral berkiprah di masyarakat. Dalam perkembangannya nama madrasah disahkan menjadi Madrasah Ibtidaiyah Asas Islam Kalibening, berdiri pula SMP dan SMK yang ada disekitar Kalibening. Oleh bapak Khamim SH, MH., madrasah ini diatur dengan baik sehingga muridnya bertambah banyak
17
W.MIAS.1
81
dan animo masyarakat untuk menyekolahkan putra/putrinya ke madrasah dan yayasan Asas Islam semakin membaik pula, maka MI Asas Islam Kalibening ini kemudian diikutkan untuk akreditasi dan mendapat nilai B.18 b. Letak Geografis MI Asas Islam Kalibening terletak di Jl. Ja’far Shodiq No. 17 Kalibening, kelurahan Kalibening, kecamatan Tingkir, Salatiga. MI Asas Islam Kalibening berdekatan dengan Balai Kelurahan Kalibenig, RA Kalibening dan SMKN 3 Salatiga. Suasana yang kondusif telah terjaga sangat lama karena lingkungan MI Asas Islam Kalibening terdiri dari sekolah formal dan pesantren-pesantren. c. Visi Misi Madrasah19 Visi Madrasah “ Terwujudnya peserta didik yang berprestasi, santun dalam perilaku serta beriman dan bertaqwa” Misi Madrasah 1) melaksanakan pembelajaran PAIKEM 2) memberikan pembinaan lomba 3) menyampaikan pemahaman Alqur’an Hadits 4) melaksanakan kegiatan beribadah
18 19
W.MIAS.1 D.MIAS.2
82
Tujuan 1) Membangun sekolah murah dan berkualitas 2) Membentuk peserta didik yang beriman, berilmu, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi luhur 3) Meningkatkan peserta didik yang berkepribadian mandiri, tangguh, cerdas, terampil, disiplin, kreatrif, bertanggungjawab serta berorientasi kemasa depan. 4) Menumbuhkan semangat patriotik dan cinta tanah air d. Profil Madrasah20 Nama Madrasah
: MI Asas Islam Kalibening
NSM
: 111233730005
Akreditasi
:B
Alamat
: Jl. Ja’far Shodiq No. 17, Kalibening, Salatiga
20
Nama Kepala
: Zulfa Anturida, S.Ag
Kepemilikan Tanah
: Milik sendiri
Status Bangunan
: Milik sendiri
Luas Bangunan
: 2.177 m2
D.MIAS.1
83
e. Tenaga Pendidik dan Kependidikan Tabel 4.6 Tenaga Pendidik berdasarkan Status dan Kualitifkasi Akademik21
No
Jabatan
Jumlah
1 2 3
Kepala Madrasah Guru Penjaga
1 12 1
Status GT/ PNS GTY 1 7 5 1
Pendidikan S2
S1 1 11
Tabel 4.7 Keadaan siswa Tahun Pelajaran 2013/201422
21 22
Jml. Kelas
1
Jumlah
Jenis Kelamin
Siswa
Laki-Laki
Wanita
2
60
28
32
2
2
50
31
19
3
2
50
28
22
4
1
32
12
20
5
1
30
19
11
6
1
28
11
17
JUMLAH
250
130
120
D.MIAS.4 D.MIAS.7
1 1
f. Peserta Didik
No
DII SMA
84
B. Penyajian Data 1. Madrasah Ibtidaiyah Negeri Kecandran Kota Salatiga a. Pemahaman Kepala Madrasah dan Guru Mengenai Konsep Instructional Leader Madrasah Ibtidaiyah Negeri Kecandran merupakan satusatunya Madrasah Ibtidaiyah Negeri di Salatiga. Madrasah tersebut secara formal merupakan tangan panjang dari Kementerian Agama Kota
Salatiga
yang
bertujuan
untuk
merealisasikan
tujuan
pendidikan yang dirumuskan oleh Kementerian Agama secara makro. Dengan adanya Madrasah Ibtidaiyah Negeri diharapkan mampu
menjadi
media
untuk
mewujudkan
visi
dan misi
Kementerian Agama dibidang pendidikan. Kepemimpinan merupakan hal yang sangat penting dalam dunia pendidikan khususnya di MIN Kecandran Salatiga. Dengan pemahaman tentang kepemimpinan MIN Kecandran, maka kepala madrasah akan bekerja secara maksimal. Menurut Kepala MIN Kecandran ketika ditanya masalah kepemimpinan pembelajaran sebagai berikut: “…kepemimpinan pembelajaran adalah kepemimpinan yang menfokuskan pada pembelajaran yang komponenkomponennya meliputi kurikulum, proses belajar mengajar, penilaian, pengembangan guru, dan layanan prima dan bertanggungjawab…sedangkan pemimpin merupakan kemampuan mengajar orang lain (warga madrasah) untuk mencapai suatu tujuan madrasah (MIN Kecandran)…”.23
23
W.MIN.2
85
Dari pernyataan diatas bahwa terdapat banyak komponen dalam kepemimpinan pembelajaran, hal tersebut harus saling mendukung demi keberhasilan dalam kepemimpinan di madrasah. Selain hal tersebut, ditambahkan pula rencana yang dilaksanakan dalam kepemimpinan pembelajaran adalah menyiapkan sarana prasarana, menyiapkan sumber daya pendidik yang kompeten, menyiapkan kurikulum, menjalin kerjasama dengan orang lain, dan menjalin kerjasama lintas sektor. Mengenai
optimalisasi
komponen-komponen
dalam
pembelajaran, disampaikan sebagai berikut: “...Komponen-komponen madrasah terlebih masalah kurikulum, pendidik dan pembelajaran sangat mendukung adanya keberhasilan madrasah. Untuk mengoptimalkan komponen-komponen tersebut kita menginventaris dan memfasilitasi pendidik dalam memaksimalkan perannya, misalnya dengan penganggaran, melengkapi sarana yang dibutuhkan baik material maupun peningkatan kualitas dengan kerjasama maupun lewat oraganisasi guru yang telah ada...”.24 Dari pernyataan diatas bahwa terdapat komponen-komponen yang saling mempengaruhi dalam keberhasilan madrasah baik dari pendidik maupun sarana prasarana. Adapun mengenai faktor-faktor yang harus dimiliki kepemimpinan pembelajaran disampaikan sebagai berikut: “…Kepala sekolah/madrasah menurut aturannya harus memiliki 5 kompetensi yaitu kepribadian, manajerial, supervisi, sosial dan kewirausahaan. Kompetensi pedagogik yaitu mempunyai kompetensi baik konseptual maupun 24
W.MIN.2.a
86
aplikatif dalam menetapkan tujuan pembelajaran dengan jelas, sehingga dapat menjadi nara sumber bagi guru yang lain. Selain itu juga dapat menciptakan suasana madrasah yang kondusif untuk belajar bagi siswa. Sedangkan dari sisi kompetensi profesional dapat mengatur komponenkomponen madrasah dalam mendukung keberhasilan dalam pembelajaran…”.25 Sedangkan
pemahaman
guru
tentang
kepemimpian
pembelajaran merupakan kepemimpinan yang harus dilaksanakan terhadap madrasah yang meliputi proses pembelajaran dan perangkatnya yang ada di madrasah tersebut, untuk merencanakan kepemimpinan pembelajaran yaitu dengan merencanakan program jangka pendek, menengah dan panjang yang mengacu kepada keberhasilan pembelajaran di madrasah.26 Selain hal tersebut, peran guru dalam kepemimpinan pembelajaran adalah membantu kegiatan kepala madrasah yang akan diimplementasikan, baik yang berkaitan dengan administrasi maupun pembelajaran di madrasah. b. Implementasi Instructional Leader di MIN Kecandran Salatiga Madrasah dalam hal ini MI Negeri Kecandran untuk dapat mengoptimalkan perannya dalam pengembangan kualitas peserta didik dan komponen madrasah memerlukan persiapan-persiapan. Diantaranya persiapan yang diperlukan adalah dengan membuat rencana program kerja untuk tahun berjalan. Seperti yang diungkapkan kepala MIN Kecandran: 25 26
W.MIN.2.a W.GR.1
87
“… setiap tahun kami melaksanakan rapat kerja (Raker) untuk menyusun program kerja tahunan. Dalam raker tersebut kita review visi dan misi madrasah, mengevaluasi serta menyusun program kerja selama setahun. Pada tahun 2013/2014 kita mengadakan raker di Kopeng dengan tujuan memberikan suasana yang baru bagi kepala madrasah, guru, komite dan karyawan dalam menyusun program kerja, sehingga akan dihasilkan terobosan untuk kemajuan dan perkembangan madrasah…untuk menyusun program kerja dengan pendekatan pengamatan dan data dengan system analisis SWOT…”.27 Analisis SWOT merupakan analisis yang mempertimbangkan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman/tantangan yang dimiliki oleh MIN Kecandran. Untuk menentukan hal tersebut, setiap bidang diharuskan melakukan analisis, sehingga untuk penyusunan program dapat maksimal dan sesuai sasaran. Secara spesifik implementasi instructional leader di MI Negeri Kecandran disebutkan sebagai berikut: “...secara teknis penjelasan yang berkaitan dengan instructional leader belum pernah kami dapat, tetapi setelah kami mempelajarai tentang hal tersebut itu sebenarnya sudah kami lakukan walaupun perlu penyempurnaan dan penyesuaian. Yang dilaksanakan di MI Negeri kecandran adalah pertama mengingatkan kembali tentang visi, misi dan tujuan madrasah. Karena hal tersebut sangat penting. Dengan adanya pemahaman soal visi , misi dan tujuan madrasah warga madrasah akan berusaha mewujudkannya, sedangkan cara yang digunakan baik dengan formal maupun informal maksudnya diforum rapat maupun pemasangan papan. Kedua menejemen pembelajaran yaitu dengang dibagi menjadi tiga: persiapan, pelaksanaan dan evaluasi. Ketiga pengembangan kurikulum yaitu berbasis teoritis dan praktis yaitu kurikulum yang dikembangkan sesuai dengan kareakteristik madrasah, pendekatannya menggunakan strategi partisipasf aktif semua 27
W.MIN.2.b
88
komponen madrasah. Keempat peningkatan pembelajaran dengan peningkatan pendidik, peningkatan sarana prasarana,perluasan perpustakaan, mejalin hubungan antar lembaga...”.28
Visi dan misi merupakan cerminan dari tujuan madrasah, baik tujuan jangka pendek, menengah maupun jangka panjang. Untuk menetapkan visi dan misi MIN Kecandran melibatkan berbagai unsur yaitu komite, kepala madrasah, guru dan pengawas dan selalu dievaluasi setiap tahun pelajaran. Tujuan dari evaluasi adalah untuk mengetahui capaian dan relevansi visi dan misi tersebut. Visi dan misi tidak sekedar administrasi tapi harus disosialisakan dan dilaksanakan. Menurut kepala MIN Kecandran sosialisasi dilakukan dengan cara formal dan informal, formal yaitu dengan mengundang dalam pertemuan-pertemuan yang diadakan madrasah baik komite, guru, instansi maupun orang tua siswa, sedangkan informal dilakukan dengan kunjungan, pertemuan masyarakat
dan
lewat
pengajian-pengajian.
Dengan
adanya
sosialisasi tersebut diharapkan visi dan misi diketahui bersama dan dipantau bersama. Manajemen pembelajaran merupakan serangkaian kerja untuk
merencanakan,
mengevaluasi
28
W.MIN.2.b
mengorganisasi,
pembelajaran.
Manajemen
melaksanakan
dan
pembelajaran
yang
89
dilaksanakan adalah tahap persiapan/perencanaan, tahap pelaksanaan dan
tahap
evaluasi.
Tahap
persiapan/perencanaan
meliputi
pembagian tugas mengajar, menyusun kalender madrasah, analisis hari efektif dan tidak efektif, menyusun perencanaan pembelajaran, menyiapkan sarana prasarana pembelajaran dan menyiapkan perangkan evaluasi. Tahap pelaksanaan. Bagi kepala madrasah proses belajar mengajar adalah hal yang sangat penting, untuk memperlancar kegiatan pembelajaran pelajaran.
Dalam
dalam
pelaksanaan
pelaksanaanya disusun jadwal pembelajaran
pendidik
harus
berpedoman kepada administrasi yang dibuat pendidik seperti program tahunan, program semester, perangkat pembelajaran dan program kemajuan siswa. Tahap evaluasi, tahap evaluasi dilaksanakan setiap bulan, untuk evaluasi secara spesifik seperti kesulitan, hambatan, dan masalah-masalah
sehingga
dalam
pertemuan
tersebut
dapat
dipecahkan bersama. Sedangkan evaluasi secara makro dilakukan setiap akhir semester yaitu untuk mengetahui tahap perkembangan siswa, pendidikan dan layanan madrasah untuk keberhasilan pembelajaran. Sedangkan
untuk
pengembangan
kurikulum
yang
dilaksanakan di MIN Kecandran berbasis teoritis dan praktis yaitu kurikulum
yang
dikembangkan
sesuai
dengan
karakteristik
90
pendidikan madrasah yang bercirikan pendidikan agama yang lebih ditekankan dalam bentuk pengamalan-pengamalan keagamaan. Strategi yang diterapkan dalam pengembangan kurikulum melalui strategi partisipatif aktif semua komponen madrasah. Maksud dari partisipatif aktif adalah semua komponen madrasah dapat ikut serta dalam penentukan pengembangan kurikulum dan aktif dalam terlaksananya pengembangan kurikulum tersebut. Peran kepala madrasah memberikan teladan, memotivasi dan menjalin komunikasi yang efektif. Pembelajaran yang efektif merupakan inti dari pendidikan, baik pendidikan formal maupun nonformal. Pembelajaran perlu didukung oleh beberapa komponen dan peningkatan komponen tersebut, sehingga pembelajaran bisa berjalan sesuai tujuan pendidikan. Peningkatan
pembelajaran
yang
diterapkan
di
MIN
Kecandran Salatiga terdiri dari beberapa komponen diantaranya:29 Pertama, peningkatan pendidik atau guru. Peningkatan pendidik di MIN Kecandran melalui berbagai hal antara lain mengikutkan guru dalam program pendidikan dan latihan, seminar pendidikan,
workshop
pendidikan,
dan
mengikuti
program
pengembangan baik yang dilakukan pemerintah maupun organisasi profesi seperi PGRI dan KKG. Langkah yang dilaksanakan, guru
29
W.MIN.2.b
91
didelegasikan
untuk
mengikuti
kegiatan
tersebut
kemudian
menularkan dan melatih sesuai konsentrasi yang diikuti. Kepala MIN Kecandran menargetkan setiap pendelegasian harus ada perubahan dalam pembelajaran. Dengan target tersebut MIN mengalami perkembangan. Kedua, peningkatan sarana prasarana pembelajaran, MIN Kecandran dalam perkembangannya mengalami kemajuan yang signifikan hal itu dapat dilihat dari jumlah siswa baru. Dengan bertambahnya jumlah siswa, sarana prasarana pembelajaran juga ditingkatkan dengan pemenuhan perangkat pembelajaran termasuk multimedia pembelajaran. Ketiga, perluasan perpustakaan. Perpustakaan merupakan pendukung utama pembelajaran, dengan dipenuhi perpustakaan yang memadai pembelajaran lebih efektif dan meningkat. Pada tahun 2013 MIN Kecandran membangun ruang khusus perpustakaan dalam rangka peningkatan pembelajaran. Keempat, menjalin hubungan antar lembaga. Network atau jaringan kerja antar instansi dikembangkan MIN Kecandran dalam rangka peningkatan pembelajaran. Bidang yang khusus menangani network tersebut adalah bidang penelitian dan pengembangan MIN Kecandran yang diprakarsai kepala madrasah dan guru dengan tujuan membangun jaringan demi terciptanya kualitas madrasah.
92
MIN Kecandran dalam peningkatan iklim pembelajaran yang positif dilakukan sebagai berikut:30 Pertama,
pembiasaan
positif
di
madrasah.
Iklim
pembelajaran yang diharapkan adalah yang mampu memberikan kenyamanan dalam kegiatan belajar mengajar. Kebiasaan yang dilakukan MIN Kecandan antara lain pembiasaan mengucapkan salam dan bersalaman dengan guru, menjalankan sholat dhuha dan dhuhur, membaca Asmaul Husna, Jum’at amal, dan tadarus baik iqro’ maupun Juz Amma/Al Qur’an.31 Kedua,
komunikasi
yang
efektif.
menjalin
suasana
komunikasi seluruh komponen, memberikan keteladanan dan komunikasi dijalankan secara formal maupun non formal. Prinsip yang diterapkan di MIN Kecandran adalah komunikasi kedinasan dengan memberikan pengarahan tentang tugas pokok, fungsi dan peran masing-masing. Sehingga guru maupun karyawan memahami dan menjalankan dengan penuh tanggungjawab. Dalam wawancara juga didapatkan dalam menangani konflik dilakukan dengan prinsip keseimbangan dan keadilan, karena apapun permasalahan di MI Kecandran tanggungjawab kepala madrasah. Ketiga, lingkungan yang kondusif. Lingkungan termasuk faktor pendukung dalam keberhasilan pembelajaran, hal-hal yang dilaksanakan di MIN Kecandran adalah dengan menjaga lingkungan 30 31
W.MIN.2.b O.MIN.1
93
bersih dan membudayaan lingkungan yang sehat, mengadakan jum’at bersih dan selalu menjunjung nilai kebersihan dalam lingkungan madrasah. c. Dampak
Implementasi
Instructional
Leader
terhadap
Perkembangan dan Kemajuan madrasah Kepala madrasah secara formal harus melaksanakan tugas, fungsi dan perannya secara maksimal. Dalam pelaksanaan tentunya terdapat kendala baik dari segi internal kepala maupun eksternal. Pengusaan konsep kepala madrasah sebagai instructional leader merupakan langkah awal dalam pelaksanaan di madrasah. Hal itu diungkapkan kepala MIN Kecandran setelah menerapkan prinsipprinsip dalam kepemimpinan pembelajaran, maka dampak atau akibat yang timbul di MIN Kecandran adalah kemajuan kualitas pendidikan di MI Kecandran semakin terlihat, hal itu dapat dilihat dari antusias masyarakat yang mempercayakan putra-putrinya sekolah di MIN Kecandran, selain itu pula, respon masyarakat semakin baik terhadap madrasah. Sedangkan yang berkaitan dengan kemajuan jumlah siswa. Agus Rahmad Yuwanta menuturkan: “...MIN semakin hari harus meningkatkan kualitasnya dalam hal perekrutan siswa didik baru dengan menerapkan semua stakeholder harus berpartisipasi aktif, dari penerapan hal tersebut dapat dilihat dari peningkatan jumlah siswa yaitu dari tahun 2009 mengalami peningkatan 14% dari sebelumnya 138 siswa menjadi 157 siswa, tahun 2010 mengalami peningkatan 6% yaitu dari 157 siswa menjadi 167 siswa, sedangkan tahun 2012 mengalami penurunan 2% dari
94
167 siswa menjadi 164 siswa yang tersebut diakibatkan banyak faktor termasuk ada yang berpindah tempat dan minimnya sosialisasi, sedangkan tahun 2013 mengalami peningkatan 27% yaitu dari 164 siswa menjadi 208 siswa, hal tersebut diakibatkan setelah melalui evaluasi dan seringnya sosialisasi...”.32 Gambar. 4.1 Grafik Kemajuan Jumlah Siswa MI Negeri Kecandran33
Jumlah Siswa
250
138
157
167
164
208
200 150 100 50 0 2009/2010 2010/2011 2011/2012 2012/2013 2013/2014 Tahun Pelajaran
Selain dari segi kuantitas atau jumlah siswa yang masuk ke MIN Kecandran, juga kualitas semakin meningkat yaitu dengan meningkatnya
prestasi-prestasi
baik
akademik
maupun
non
akademik. Akademik antara lain meningkatnya prestasi UN dan target kemampuan anak dari tahun ke tahun, sedangkan non akademik antara lain juara elektronika tingkat SD/MI kota Salatiga, Juara lomba MAPSIUM yang dilaksanakan oleh Kelompok Kerja Madrasah tahun 2013, dan lomba Maulid Nabi tingkat Kecamatan.34
32
W.MIN.2.c D.MIN.9 34 D.MIN.11 33
95
Gambar 4.2 Grafik Rata-Rata Hasil UN MI Negeri Kecandran35 25
Rata-rata
20 15 10 5 0 2010/2011
2011/2012
2012/2013
Dengan diterapkannya prinsip-prinsip tentang kepemimpinan pembelajaran merupakan tantangan bagi MIN Kecandran untuk memenuhi sarana prasarana pendukung yang lebih komplit dan memberikan target yang riel tentang kemajuan madrasah. d. Factor Pendukung dan Penghambat Implementasi Instructional Leader Kepala kepemimpinan
madrasah
dalam
pembelajaran
melaksanakan terdapat
dua
prinsip-prinsip factor
yang
mempengaruhinya yaitu factor pendukung dan penghambat. Faktor pendukung merupakan factor yang memberikan kontribusi dalam pengembangan maupun kemajuan madrasah, diantaranya:36 Pertama, tenaga pendidik yang muda. Menurut data pendidik di MIN Kecandran Salatiga pendidik atau guru berjumlah 16 orang dengan perincian 13 atau 81,25% PNS dan 3 atau 18,75% adalah
35 36
D.MIN.7 W.MIN.2.d
96
guru tetap, sedangkan dari segi kualifikasi yang berpendidikan sarjana ada bahwa pendidikan mayoritas adalah Sarjana yaitu 15 orang atau 93,75%, dan 1 orang atau 6,25% adalah DII, sedangkan dari segi usia 50 tahun keatas hanya 4 orang dan sisanya diantara 30 s.d 40 tahun37. Menurut kepala MIN Kecandan Salatiga bahwa sebagian guru mempunyai motivasi yang tinggi, energik dan kompetensi yang bisa dimaksimalkan. Kedua, sarana prasarana yang dimiliki MIN Kecandran pada tahun 2013 selalu ditambah dan diperbaharui demi mendukung keberhasilan pembelajaran. Dengan adanya pemenuhan tersebut, maka dukungan sarana prasarana di MIN Kecandran sangat besar. Seperti penambahan ruang, penambahan komputer, penambahan buku dan alat peraga pembelajaran.38 Ketiga, pendanaan/anggaran. MIN Kecandran merupakan madrasah negeri yang bernaung dibawah Kementerian Agama. Dalam hal pendanaan MIN Kecandran di fasilitasi oleh pemerintah melalui dana DIPA (Daftar Isian Penggunaan Anggaran), BOS, BOSDA, dan BSM. Sehingga dari pendanaan atau anggaran yang dikelola MIN Kecandran sangat besar dan mampu dilaksanakan secara maksimal. Keempat, peran komite dan masyarakat. Dalam kurun waktu 3 tahun komite dan masyarakat memberikan dukungan yang besar. 37 38
D.MIN.5 D.MIN.12
97
Hal tersebut diungkapkan kepala MIN Kecandan bahwa komite dan masyarakat sangat proaktif dalam membantu pengembangan madrasah. Yang dilaksanakan antara lain ikut membantu dalam pemantauan pembelajaran, memberikan masukan dan saran, membantu memikirkan pemenuhan kebutuhan madrasah. Sedangkan factor penghambat pelaksanaan kepemimpinan pembelajaran di MIN kecandran adalah letak geografis MIN Kecandran yang berada di pinggiran, hal ini menimbulkan dalam pengembangan membutuhkan tenaga khusus seperti fasilitas antar jemput dan koordinasi instansi. Disamping hal diatas, kultur atau budaya masyarakat yang masih bersikap tradisional seperti belum sepenuhnya masyarakat sadar bahwa pendidikan formal sangat penting, sehingga perlu penjelasan yang ekstra baik dengan kunjungan rumah atau home visit maupun pendekatan personal.39 2. Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif Mangunsari a. Pemahaman Kepala Madrasah dan Guru Mengenai Konsep Instructional Leader Salah satu tugas sebagai Kepala Madrasah adalah menjadi pemimpin yang mampu mengembangkan madrasahnya menjadi madrasah yang berkualitas, baik dalam segi teori maupun praktisnya. Peran itulah yang harus menjadi titik fokus dalam kepemimpinan di madrasah, sehingga fungsi kepala madrasah bisa dilaksanakan
39
W.MIN.2.d
98
dengan optimal. Salah satu cara untuk mengetahui peran dan fungsi kepemimpinan adalah harus menguasai konsep atau teori tentang kepemimpinan. Berdasarkan wawancara peneliti dengan Siti Rohmini,
M.PdI
selaku
Kepala
Madrasah
mengemukakan
bagaimana pemahanannya mengenai Instructional Leader : “…saya mendengar kepemimpinan pembelajaran atau instructional leader baru pada tahap konsep itupun dari membaca secara tehnik saya belum pernah mendapatkan baik workshop maupun seminar, tapi dari segi kalimah yang digunakan tidak jauh beda dengan kepemimpinan itu sendiri hanya terfokus ke pembelajaran…menurut kami tugas kepala yaitu sebagai administrator, manajer/pemimpin, supervisor, kemampuan wirausaha dan sebagainya, sedangkan pemahaman kami mengenai Instructional Leader / pemimpin yaitu pemimpin yang mampu memimpin untuk merencanakan, mengorganisir, melakukan evaluasi dan mengontrol yang berkaitan dengan pembelajaran. Hal tersebut dapat dilakukan dengan kebersamaan, persamaan persepsi dan merumuskan visi, misi bersama…hal tersebut dapat dilakukan dengan diri sendiri dalam arti kepala harus melakukan sendiri untuk menjadi contoh bagi guru yang lain....”.40
Dari
ungkapan
diatas,
ternyata
bahwa
pemaknaan
Instructional Leader identik dengan kepala madrasah sebagai manajer atau pengelola. Selain itu juga diungkapkan bahwa pemimpin harus bisa menjadi teladan atau contoh bagi bawahan atau stakeholder yang ada di madrasah. Pemimpin harus mewujudkannya yang di mulai dari diri sendiri, bisa dicontoh oleh bawahan atau stakeholder, dan lebih menekankan pada kerja.
40
W.MISM.2.a
99
Rencana
yang
dilaksanakan
sebelum
menerapkan
kepemimpinan pembelajaran yaitu dengan menyusun program kerja yang akan dilaksanakan pada tahun berjalan. Dalam penyusunan program kerja tersebut dilibatkan dari semua unsur yaitu guru, wali murid, komite/yayasan, praktisi pendidikan dan kemenag yang diwakili pengawas. Sedangkan yang berkaitan persiapan tersebut disampaikan: “…persiapan yang dilakukan adalah mencari informasi tentang kepemimpinan pembelajaran, ternyata setelah membaca tidak jauh beda tetapi lebih ditekankan kepada pembelajaran. Dengan begitu kami mengawali dengan merencanakan penyusunan program kerja selama satu tahun berjalan baik yang berkaitan dengan kegiatan madrasah, kegiatan pembelajaran, sarana prasarana, maupun yang berkaitan dengan anggaran dengan melibatkan wali murid, guru tentunya, komite/yayasan dan instansi yang berkaitan. Setelah melakukan penyusunan kerja kami akan melakukan sosialisasi program kerja …”.41
Dari uraian diatas, juga ditambahkan bahwa penyusunan program sangat penting dalam rangka menjadi kerangka acuan yang menjadi pijakan untuk pelaksanaan kegiatan selama satu tahun. Halhal yang dilaksanakan dalam mengefektifkan program kerja yaitu dengan sosialisasi kepada wali murid melalui rapat wali murid, kepada guru melalui rapat-rapat dan melalui stakeholder dengan papanisasi di madrasah. Dalam
wawancara
peneliti
dengan
guru
mengenai
instructional leader bahwa guru belum pernah secara spesifik 41
W.MISM.2.a
100
mendengar maupun mengetahui tentang Instructional Leader. Hal itu dikarenakan, guru hanya mengetahui kepala madrasah selain tugas lain yaitu menjadi pemimpin/kepala madrasah yang berhak mengatur, melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan di madrasah. Dari hasil wawancara peneliti dengan guru MI Mangunsari Susriana Wahyu Ika selaku bid. Kurikulum mengemukakan: “…secara spesifik mengenai instructional leader kami belum memahami, yang kami tahu bahwa Kepala Madrasah sebagai pemimpin untuk mengatur dan mengorganisir yang berkaitan dengan pembelajaran. Peran kami adalah membantu Kepala Madrasah untuk mewujudkan tujuan madrasah yaitu untuk mencapai keberhasilan siswa kami …”.42
Dari ungkapan diatas, peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa pemahaman tentang Instructional Leader bagi kepala maupun guru di MI Ma’arif Mangunsari masih variatif, hal ini disebabkan konsep kepala sebagai pemimpin masih bersifat umum dan belum familier, sehingga dalam pemahamannya masih bersifat umum pula. b. Implementasi Instructional Leader di MI Ma’arif Mangunsari Salah satu peran Instructional Leader bagi MI Ma’arif Mangunsari adalah merumuskan dan mensosialisasi visi dan misi madrasah. Visi dan misi sangat penting dalam menentukan kebijakan dan pengembangan madrasah. Menurut Siti Rohmini, M.PdI mengemukakan: “...persiapan yang dilakukan adalah dengan rapat kerja diantaranya untuk menentukan review visi, misi dan tujuan 42
W.GR.2
101
madrasah, apakah masih sesuai apa perlu penambahan/penyempurnaan...selama 8 tahun saya menjadi kepala madrasah, untuk visi dan misi kami merubah secara signifikan baru satu kali yaitu pada tahun 2011, dalam hal ini visi dan misi diselaraskan dengan perubahan dunia pendidikan dan tuntutan perkembangan. Semakin banyak masukan, visi dan misi semakin sempurna dan menekankan kepada kecerdasan, religiusitas dan akhlak mulia…”.43
Ditambahkan pula dalam visi dan misi tahun 2011 sampai sekarang ditekankan pada kecerdasan, religiusitas dan berakhlakul karimah. Untuk mengefektifkan visi dan misi tersebut dilakukan beberapa langkah, diantaranya sosialisasi visi dan misi. Sosialisasi dimaksudkan untuk memberikan informasi kepada semua yang terlibat demi suksesnya visi dan misi tersebut. Secara tehnik dijelaskan oleh Siti Rohmini yang berkenaan dengan sosialisasi sebagai berikut: “…kami melakukan sosialisasi tersebut dengan mendatangkan wali murid dengan agenda khusus sosialisasi visi dan misi madrasah. Sedangkan untuk guru dilaksanakan pada saat rapat bulanan, dan stakeholder yang lain banyak melalui media baik dengan surat maupun face to face, yang selanjutnya akan disusun program kerja dan teknik sosialisasi program kerja…”.44
Program kerja merupakan acuan untuk merealisasikan visi dan misi, diantara program kerja tersebut adalah bagaimana mengefektifkan pembelajaran di MI Ma’arif Mangunsari.
43 44
W.MISM.2.b W.MISM.2.b
102
Peran dalam manajemen pembelajaran adalah bagaimana merencanakan, mengorganisir, mengkoordinasi dan mengevaluasi pembelajaran. Guru dengan segala upaya akan memenuhi kewajiban dalam belajar mengajar di kelas yang diawali dengan kegiatan perencanaan atau administrative yaitu dengan menyusun perangkat pembelajaran sesuai kelas
yang diampu. Menurut Siti Rohmini, M.PdI
mengemukakan tentang hal ini: “...untuk mengoptimalkan dalam pembelajaran kepala sangat penting perannya diantaranya adalah menyusun pembagian dalam tugas belajar guru yang dilanjutkan dengan menyusun atau melengkapi administrasi sebagai syarat melakukan pembelajaran di kelas. Dengan memantau dan memberi motivasi diharapkan guru dapat melakukan pembelajaran sesuai yang telah direncanakan dan sesuai dengan visi dan misi madrasah. Kegiatan tersebut biasanya dilakukan pada awal tahun pelajaran…”.45
Dengan uraian tersebut bahwa adminisstrasi atau perangkat pembelajaran di MI Ma’arif Mangunsari sangat ditekankan karena merupakan bagian untuk kelancaran proses belajar mengajar yang dilakukan oleh guru. Selain kegiatan administrasi tersebut dilaksanakan dengan tertib, juga dilaksanakan pengarsipan, karena hal tersebut dianggap penting untuk kesiapan dalam akreditasi madrasah maupun untuk kebutuhan yang lain. Sedangkan setelah dilakukan pembagian tugas,
45
W.MISM.2.b
103
maka dilanjutkan dengan persiapan yang lain. Seperti yang diungkapkan Susriana Wahyu Ika, S.Ag selaku bidang kurikulum: “…kepala madrasah menentukan kebijakan yang berkaitan dengan pembagian tugas kepada setiap guru di MI Ma’arif Mangunsari, kemudian kami (bidang Kurikulum) akan menjabarkan atau menindaklanjut dengan pembuatan jadwal harian, monitoring dan membantu dalam hal administrative (kalender pendidikan madrasah, hari efektif dan tidak efektif), serta memfasilitasi perangkat pembelajaran yang dibutuhkan, sehingga dalam pelakasanaanya sesuai dengan rencana…”.46 Untuk pendidik yang
mendapatkan
kualitas
pembelajaran
disiapkan
mempunyai komitmen dan keahlian sesuai yang
disyaratkan di MI Ma’arif Mangunsari diantaranya dalam menerima pendidik/guru diadakan seleksi penerimaan dengan syarat-syarat tertentu, setelah melalui tes akademik dilanjutkan tes keahlian yaitu praktek mengajar. Setelah guru tersebut diterima, maka dilaksanakan magang kurang lebih 3 bulan yaitu sebagai pendamping guru senior sekaligus mempelajari secara riel di kelas. Dalam rangka untuk peningkatan praktik pembelajaran di MI Ma’arif Mangunsari yaitu dengan mengoptimalkan pendidik dengan cara mengikutkan dan mengaktifkan dalam kegiatan Kelompok Kerja Guru, mengikuti seminar, workshop dan pelatihan-pelatihan yang diadakan oleh instansi yang terkait dalam hal ini Kementerian Agama dan Dinas Pendidikan.
46
W.GR.2
104
Kegiatan yang dilakukan MI Ma’arif Mangusari selain kegiatan diatas adalah dengan mendatangkan tutor atau pakar pendidikan yang dilakukan setiap bulan. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan kepala madrasah: “…dalam rangka untuk meningkatkan kompetensi guru, kami mendatangkan dari akademis misalnya Drs. Sultoni, M.Pd dari STAIN Salatiga, Drs. Mahfudz, M.NLP dari Balai Diklat Keagamaan Semarang, dan dari pengawas Kankemenag maupun Dinas Pendidikan. Madrasah mengundang sesuai kompetensi yang kami inginkan. Selain itu pula kami mengadakan pertemuan guru setiap 2 minggu sekali dalam rangka untuk berbagi dan menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pembelajaran sesuai pengalaman masingmasing…”.47 Selain itu pula, ditambahkan untuk memotivasi guru dalam belajar mengajar didatangkan juga motivator dari Biro Tazkia STAIN Salatiga Wiyono. Dalam kegiatan tersebut akan dilatih bagaimana membangkitkan motivasi siswa dan sharing mengenai permasalahan siswa, sehingga guru mempunyai berbagai solusi dalam menangani siswa. MI Ma’arif Mangunsari mempunyai visi yang tegas dan misi yang jelas. Dengan adanya gabungan tersebut akan tercipta tujuan madrasah yang mampu mewujudkan peserta didik yang unggul baik dalam output maupun outcome. Untuk meningkatkan iklim pembelajaran yang positif, bagi MI Ma’arif Mangunsari mempunyai langkah-langkah yang strategis. Hal tersebut diawali ketika Kepala Madrasah mengunjungi MIN 47
W.MISM.2.b
105
Malang 1 (2010) dan MI Ma’arif Magelang (2012). Kegiatan yang menjadi prioritas untuk meningkatkan tersebut dibagi menjadi 2 hal:48 Pertama, Lingkungan
yang
menciptakan dimaksud
lingkungan adalah
yang
yang
kondusif.
mampu
untuk
membangkitkan motivasi siswa dan mendukung adanya efektifitas pembelajaran yaitu dengan pembiasaan-pembiasaan positif baik, lingkungan bersih dan laboratorium alami. Hal tersebut diungkapkan Kepala Madrasah: “…dengan segala kelemahan dan kelebihan, kami termotivasi untuk menciptakan lingkungan yang mendukung adanya pembelajaran. Hal tersebut terinspirasi ketika kami mengunjungi MIN Malang maupun MI Ma’arif di Magelang. Walaupun secara kualitas dan kuantitas kami masih jauh dari madrasah tersebut, paling tidak kami mencoba untuk mengambil yang menurut kami perlu dikembangkan dan mendukung siswa kami dalam belajar diantaranya berkaitan dengan kebersihan pribadi, kebersihan lingkungan, memperhatikan hal-hal kecil dan selalu mencurahkan dan konsentrasi ke pembelajaran siswa …”.49 Dengan pernyataan yang diberikan Kepala Madrasah, terlihat bahwa dalam peningkatan iklim pembelajaran sangat diprioritaskan demi keberhasilan dalam pembelajaran. Kedua, Harmonisasi dan dukungan warga madrasah. Warga madrasah
merupakan
factor
terpenting
dalam
mendukung
pembelajaran siswa. Optimalisasi dalam menciptakan suasana yang harmonis memerlukan keahlian, manajemen dan 48 49
W.MISM.2.b W.MISM.2.b
kedewasaan
106
pemimpin diantaranya harmonisasi dalam komunisasi antar warga madrasah, harmonisasi dalam hubungan kerja, harmonisasi dalam koordinasi dan sinkronisasi serta manajemen konflik. Hal tersebut disampaikan dalam wawancara sebagai berikut: “…hal yang terpenting dalam pencapaian pembelajaran selain menciptkan lingkungan kondusif, kami juga menjaga harmonisasi. Hal tesebut tidak bisa kami pungkiri, karena setiap guru, karyawan dan bahkan siswa mempunyai tujuan masing-masing. Tujuan-tujuan tersebut perlu kami sinergikan sehingga tidak merugikan madrasah, bahkan bisa kita maksimalkan untuk pengembangan madrasah. Adapun yang berkaitan dengan konflik maupun perbedaan itu hal wajar, yang penting kami selalu menjaga dan memupuk kebersamaan…”.50 Ditambahkan pula, selain intern madrasah juga ekstern madrasah dalam hal ini yayasan, komite dan warga lingkungan sekitar.
Dengan
adanya
kebersamaan
maka
akan
saling
mengingatkan dan memberikan masukan. c. Dampak
Implementasi
Instructional
Leader
terhadap
Perkembangan dan Kemajuan Madrasah Kepala
Madrasah
merupakan
ujung
tombak
dalam
perkembangan dan kemajuan suatu madrasah. Dengan adanya kepala yang
visioner
akan
mewujudkan
madrasah
yang
mampu
mempertahankan bahkan membuat terobosan untuk kemanjuan madrasah. Dampak merupakan akibat dilaksanakannya implementasi konsep Kepala Madrasah sebagai instructional leader yang berkaitan dengan perkembangan dan kemajuan madrasah. Menurut Siti 50
W.MISM.2.b
107
Rohmini bahwa dengan dilaksanakannya konsep kepala sebagai instructional leader di MI Ma’arif Mangunsari sebagai berikut:51 Pertama, dengan
diterapkannya
implementasi
tersebut
memberikan dampak positif, diantaranya: tingkat kuantitas atau jumlah siswa semakin tahun semakin bertambah, hal tersebut dapat dilihat dari perkembangan jumlah siswa dari kelas 1 sampai kelas 6. Kedua tingkat kualitas, dengan penerapan konsep tersebut dapat memberikan wawasan dan kesempatan bagi setiap guru dan siswa untuk mengembangkan kualitasnya. Seperti yang diungkapkan Siti Rohmini: “…MI Ma’arif Mangunsari mengalami perkembangan yang signifikan hal tersebut terlihat dari jumlah siswa yang selalu meningkat pada tahun 2013/2014 ini kita mendapat siswa kurang lebih 60 siswa, sehingga kita perlu memikirkan menambah ruang kelas. Sedangkan dari kualitas, guru-guru termotivasi dalam meningkatkan pembelajaran dengan pendekatan variatif, dari sisi siswa, prestasi baik akademik maupun akademik meningkat, seperti tahun 2013 ini kita menjuarai Lomba MAPSIUM tingkat MI dengan memperoleh juara umum dan juga nilai UN yang semakin meningkat…”.52 Ditambahkan pula dengan bertambahnya jumlah siswa yang berminat di MI Ma’arif Mangunsari harus diimbangi dengan menambah jumlah pendidik, dengan adanya jumlah pendidik maka manajemen tenaga pendidikan harus lebih dioptimalkan dan ditata sesuai kompetensi yang dibutuhkan.
51 52
W.MISM.2.c W.MISM.2.c
108
Gambar 4.3 Grafik Kemajuan Jumlah Siswa dari tahun 2009 s.d 2013 MI Ma’arif Mangunsari53 300
140
Jumlah Siswa
250
175
216
275
115
200 150 100 50 0 2009/2010 2010/2011 2011/2012 2012/2013 2013/2014 Tahun Pelajaran
Rata-rata
Gambar 4.4 Grafik Rata-Rata Hasil UN MI Ma’arif Mangunsari54 23 22,5 22 21,5 21 20,5 20 19,5 19 2009/2010
2010/2011
2011/2012
2012/2013
Kedua, adapun dampak negatif antara lain setiap pendidik di MI Ma’arif Mangunsari mempunyai motivasi yang berbeda-beda, hal tersebut dapat menghambat kemajuan siswa jika tidak terus ditingkatkan dalam kompetensinya. Sarana prasarana, dengan adanya jumlah siswa yang selalu meningkat, maka madrasah harus 53 54
D.MISM.6 D.MISM.8
109
mampu mempersiapkan dan menfalisilitasi baik kebutuhan ruang kelas, buku bacaan, kegiatan-kegiatan untuk menyalurkan bakat dan minat, pendidik yang kompeten. Oleh karena itu, pada saat ini masih tahap perencanaan.55 d. Factor Pendukung dan Penghambat dalam Implementasi Instructional Leader Untuk mengetahui pendukung dan hambatan yang ada di MI Ma’arif Mangunsari, sering dilakukan pengamatan dan hasil data baik dari Kepala Madrasah maupun Komite Madrasah. Faktor
pendukung
dalam
keberhasilan
implementasi
instructional leader di MI Ma’arif Mangunsari56 yaitu: Pertama, pendidik/guru dari 16 guru yang ada di MI Ma’arif Mangunsari yang berpendidikan S2 (pascasarjana) terdapat 2 guru, S1 (sarjana) terdapat 13 guru dan PGA 1 orang. Dengan adanya akumulasi tenaga pendidik yang 93,75% berpendidikan sarjana merupakan faktor pendukung yang sangat penting.57 Kedua, perpustakaan yang memadai yaitu terdiri dari 1 ruang perpustakaan dengan berbagai sumber bacaan dari bacaan pelajaran sampai buku-buku umum/cerita, sehingga siswa ataupun guru dapat memperluas wawasan dengan membaca dan mencari informasi di perpustakaan.
55
W.MISM.2.c W.MISM.2.d 57 D.MISM.4 56
110
Ketiga, sarana prasara pembelajaran yaitu tersedianya alat peraga pembelajaran untuk memungkinkan siswa praktek, ruang kelas dan meubelair yang memadai. Keempat, dukungan yayasan atau komite sangat kuat. Dengan adanya dukungan masyarakat khususnya yayasan dan komite menjadikan factor yang paling signifikan. Hal tersebut bisa kita lihat dari jumlah pendaftar pada tahun 2013/2014 yaitu kurang lebih 3 kelas/paralel. Sedangkan
factor
penghambat
adanya
implementasi
instructional leader di MI Ma’arif Mangunsari58 yaitu: Pertama, guru atau pendidik terdapat dualisme tugas, yaitu antara tugas administratif dan mengajar. Yang dimaksud tugas administratif yaitu yang berkaitan dengan administrasi madrasah, keuangan madrasah, keuangan anak. Sedangkan
idealnya guru
hanya konsetrasi mengajar. Hal tersebut diakibatkan tidak adanya tenaga administrasi khusus. Kedua, sarana prasarana yang masih kurang yaitu dengan bertambahnya jumlah peserta didik, maka sarana prasarana harus dipenuhi seperti penambahan gedung, meja kuri, meubelair dan alat peraga.
58
W.MISM.2.d
111
Ketiga, hubungan antara madrasah dengan wali siswa masih kurang efektif, sehingga dalam mensosialisaikan program madrasah maupun masukan dari wali siswa masih terbatas di administrasi. 3. Madrasah Ibtidaiyah Asas Islam Kalibening a. Pemahaman Kepala Madrasah dan Guru Mengenai Konsep Instructional Leader Konsep kepala madrasah sebagai pemimpin sudah diketahui sejak lama. Hal tersebut bagi Zulfa Anturida sebagai Kepala MI Asas Islam Kalibening masih dalam tahap teoritis, karena baru 1 tahun menjabat di MI Asas Islam Kalibening. Walaupun begitu ketika diwawancarai beliau mengungkapkan tentang pemahaman menegenai instructional leader sebagai berikut: “…kami menjadi kepala baru 1 tahun, karena pada tahun 2012 Ibu Musriatun purna tugas/ pensiun. Melalui yayasan dan komite saya diangkat dan diberi kepercayaan untuk mengelola MI Asas Islam Kalibening. Pemahaman kami mengenai kepemimpinan pembelajaran adalah kemampuan kepala untuk mempengaruhi, membimbing dan menggerakkan personil di madrasah untuk bekerjasama secara efektif untuk pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditentukan/ditetapkan…”.59 Ditambahkan pula dalam menentukan tujuan pembelajaran MI Asas Islam Kalibening tetap mengacu kepada Dinas Pendidikan dan Kementerian Agama selaku pengambil kebijakan masalah pendidikan. Tetapi walaupun begitu, melalui yayasan dan komite visi pembelajaran secara khusus ditujukan untuk pendidikan umum
59
W.MIAS.2.a
112
dan Agama Islam yang dikolaborasikan dengan lingkungan setempat yaitu pesantren. Dalam wawancara tersebut peneliti juga menanyakan apa yang direncanakan sebagai instructional leader di madrasah. Beliau menyampaikan sebagai berikut: “...kami biasanya menginventarisir kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh madrasah sebagai bahan untuk menyusun dan mengambil kebijakan sehingga akan tercapai hasil yang maksimal...untuk mendapatkan formulasi, dalam rapat madrasah merencanakan menghadirkan komite, yayasan dan guru dalam rangka untuk mengevaluasi kinerja madrasah dalam pembelajaran hal itu dilakukan untuk menjaga soliditas diantara madrasah dan komite/yayasan...”.60
Sedangkan pemahaman guru mengenai instructional leader adalah pemimpin yang mampu menggunakan kepemimpinannya untuk tujuan pembelajaran yang efektif. Pimpinan mengatur, mengkoordinir,
membimbing,
melaksanakan
dan
mengontrol
pendidik/guru dalam kegiatan pembelajaran.61 Secara spesifik pemimpin menjalankan perannya sebagai Kepala Madrasah untuk mengecek administrative, memantau pembelajaran, memantau perkembangan, mengevaluasi dan mengadakan tindak lanjut. Menurut Zulfa Anturida dalam melaksanakan kepemimpinan diperlukan sebuah contoh atau teladan dari pada memberikan instruksi, karena prinsip yang diterapkan pimpinan partisipatif yaitu
60 61
W.MIAS.2.a W.GR.3
113
memberikan
kesempatan
bagi
siapapun
untuk
mewujudkan
madrasah yang baik.62 b. Implementasi Instructional Leader di MI Asas Islam Kalibening Visi dan misi menurut kepala MI Asas Islam Kalibening merupakan suatu yang sangat penting. Dengan adanya visi dan misi, madrasah akan merencanakan dan melaksanakan program kerja yang disesuaikan dengan visi dan misi tersebut. Dalam hal menetapkan visi dan misi, MI Asas Islam Kalibening melibatkan dari semua stakeholder baik dari yayasan, komite, dewan guru, dan orang tua siswa. Zulfa Anturida mengungkapkan: “…dalam setiap tahun kami melakukan rapat untuk mengevaluasi sekaligus membagi tugas kerja. Yayasan MI Asas Islam Kalibening sangat proaktif, sehingga dari hasil rapat akan ditindaklanjuti dalam rapat bulanan. Yang berkaitan dengan visi dan misi kami baru melakukan perubahan visi dan misi pada tahun 2012, karena hal tersebut disesuaikan dengan situasi dan kondisi saat ini. Untuk penetapan tersebut semua terlibat, sehingga warga madrasah mempunyai tanggungjawab yang sama untuk menyukseskan visi dan misi tersebut …”.63 Ditambahkan
pula
dalam
merencanakan
implementasi
kepemimpinan pembelajaran di MI Asas Islam Kalibening. Kepala Madrasah menginventarisir kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh madrasah sebagai bahan untuk menentukan dan mengambil kebijakan, sehingga akan dicapai hasil yang maksimal. Menurut Azam Arifin dkk mengenai visi dan misi madrasah dikemukakan:
62 63
W.MIAS.2.a W.MIAS.2.b
114
“…bahwa kami(guru) selalui dilibatkan dalam dalam merumuskan visi dan misi madrasah yang memimpin langsung Kepala Madrasah dengan bijaksana dalam arti menampung semua pendapat dan mensosialisasikan visi dan misi tersebut ke seluruh warga madrasah. Hal yang paling menarik dari perumusan visi dan misi tersebut adalah Kepala Madrasah beserta guru melakukan analisis SWOT dan setelah visi dan misi tersebut ditetapkan berupaya keras mencapainya…”.64 Dari hasil tersebut, bahwa visi dan misi mempunyai peran yang sangat penting demi tercapainya tujuan madrasah secara keseluruhan. Dengan adanya pemahaman tentang visi dan misi, semangat guru-guru di MI Asas Islam Kalibening terbangun dengan sendirinya. Dalam implementasi instructional leader di MI Asas Islam Kalibening dikemukakan sebagai berikut: “...dalam mengimplementasikannya yang dilakukan pertama kali adalah pertama pengembangan kurikulum yang merupakan prioritas kerja kepala madrasah sehingg terjadi mutu pendidikan, adapun strategi yang digunakan adalah menjalin kualitas pengajaran, pengalokasian waktu pembelajaran, mengawasi dan mengevaluasi pengajaran, mengkoordinir kurikulum, memastikan isi materi tersampaikan dan memonitoring kemajuan siswa...”.65 Kurikulum merupakan acuan dasar dalam setiap pendidikan. Dalam menejemen madrasah di MI Asas Islam Kalibening dimulai dari pengembangan kurikulum, strategi yang digunakan dan menentukan kebijakan antara lain:66
64
W.GR.3 W.MIAS.2.b 66 W.MIAS.2.b 65
115
Pertama, pengembangan kurikulum dilaksanakan pada awal tahun pembelajaran. Pengembangan dilaksanakan dengan meneliri kurikulum Diknas dan Kemenag yang diintegrasikan dengan kurikulum madrasah, dengan adanya pengembangan kurikulum diharapkan pembelajaran dapat meningkatkan mutu pendidikan di MI Asas Islam Kalibening. Kedua, Strategi yang digunakan dalam pengembangan kurikulum dan penerapannya yaitu (1) Kualitas pendidik dilakukan dengan memberikan motivasi untuk peningkatan kualitas pengajaran baik melalui studi lanjut, seminar, pelatihan, worshop dan organisasi keguruan, (2) Pengalokasian waktu pembelajaran, semua guru bertanggungjawab atas keberhasilan pembelajaran di madrasah, jika terdapat waktu kosong atau tidak mengajar guru yang bersangkutan diharapkan membantu guru yang lain, (3) Memastikan isi pelajaran tersampaikan, dengan disampikan isi pelajaran akan mudah untuk menganalisis, memantu perkembangan peserta didik dan pengadaan perbaikan dan pengayaan, (4) Mengawasi dan mengevaluasi pengajaran, di MI Asas Islam Kalibening selalu dilakukan supervise kelas walaupun yang digunakan supervise informal, tetapi hal tersebut memberikan motivasi tersendiri bagi setiap guru untuk lebih baik serta mengevaluasi pada setiap bulan melalui rapat bulanan. Ketiga,
menentukan
kebijakan.
Dalam
manajemen
pembelajaran penentuan pembelajaran sangat penting, untuk
116
mewujudkan hal tersebut, langkah yang dilakukan MI Asas Islam Kalibening adalah membentuk budaya positif di madrasah dimana unsur-unsur yang ada di madrasah memiliki dedikasi untuk peningkatan madrasah dan pembelajaran, memiliki moralitas tinggi, kepedulian dan memiliki komitmen. Unsur-unsur diantaranya
penting
tersedianya
dalam
peningkatan
pendidik
yang
pembelajaran
sesuai
dengan
kompetensinya. Untuk mencapai hal tersebut MI Asas Islam Kalibening
selalu
memberikan
motivasi
untuk
peningkatan
kompetensi pendidik. Diantara yang dilakukan adalah memberikan ruang kepada pendidik untuk berdiskusi dan bekerjasama masalah pembelajaran. Selain hal tersebut, dilakukan kerjasama dengan pengawas Dinas Pendidikan untuk memberikan pengarahan masalah pembelajaran, sedangkan dari yayasan/komite selalu memantau kompetensi guru dan mengevaluasinya setiap bulannya. Dalam wawancara masalah bagaimana cara kepala madrasah meningkatkan kompetensi pendidikan dalam pembelajaran, Zulfa Anturida mengemukakan sebagai berikut: “…untuk meningkatkan kompetensi pendidik baik dalam merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran dan menilai pembelajaran kami melakukan langkah-langkah sebagai berikut: melihat dan mempelajari dokumen atau kurikulum, mengamati secara langsung, melihat hasil capaian siswa pada akhir semester, sehingga kekurangan yang ada pada pendidik dapat dievaluasi dan diadakan bimbingan dan
117
pengarahan untuk perbaikan serta melaksanakan supervise kelas…”.67
Selain unsur pendidik, juga pemenuhan sarana prasarana pembelajaran diantaranya dengan kegiatan pembelajaran di luar madrasah, seperti kunjungan edukasi, outbond, dan sebagainya. Hal tersebut dimanfaatkan guru untuk mengenal materi secara praktis dengan system bermain sambil belajar. Dalam
peningkatan
praktek
pembelajaran
disamping
pendidik dan sarana, di MI Asas Islam Kalibening juga diadakan tes siswa. Seperti yang disampaikan berikut: “...pada dasarnya MI Asas Islam Kalibening tidak berani menolak siswa, karena hal tersebut sudah diwanti-wanti oleh yayasan. Namun demikian untuk meningkatkan pembelajaran siswa kami melakukan beberapa strategi yaitu dengan sistem seleksi. Sistem tersebut digunakan untuk memetakan kompetensi setiap peserta didik, yang berkaitan dengan input siswa terdapat dua kategori yang pertama pendaftar baru dan kedua pindahan dari sekolah atau madrasah yang lain, hal tersebut mempunyai syarat berbeda...”.68 Tes siswa dibagi dua kategori: Pertama, untuk siswa kelas 1(satu) kemungkinan besar diterima, dikarenakan pembinaan dari yayasan atau komite berkomitmen tidak akan menolak siswa yang akan belajar di MI Asas Islam Kalibening. Tes yang dijalankan untuk memilih siswa yang sudah mempunyai kemampuan dasar dan yang belum, sehingga
67 68
W.MIAS.2.b W.MIAS.2.b
118
dalam proses pembelajaran dapat berjalan sesuai kompetensi siswa tersebut. Kedua, untuk siswa kelas empat keatas (pindahan) akan dilakukan tes akademik, hal ini bertujuan untuk memberikan pelayanan maksimal. Dalam tes ini ada dua kemungkinan yaitu diterima dan tidak diterima. Diterima jika dalam tes tersebut siswa mampu menyelesaikan dengan pertimbangan siswa tersebut mampu mengikuti pelajaran, tidak diterima jika siswa tersebut mempunyai kemampuan di bawah rata-rata, dengan pertimbangan jika siswa tersebut diterima akan memberikan beban kepada siswa lain dan tenaga pendidik yang kurang. Dalam bidang non akademik MI Asas Islam Kalibening menyediakan kegiatan-kegiatan ekstraskurikuler dengan tujuan untuk mengasah kemampuan motorik yang disesuaikan dengan bakat dan minat siswa. Dengan adanya kegiatan tersebut kreatifitas dan keungguan siswa dapat diketahui sesusi bidang masing-masing siswa. Iklim pembelajaran yang positif memungkinkan kegiatan belajar mengajar dapat berjalan dengan maksimal. Disampaikan sebagai berikut: “...untuk menciptakan suasana pembelajaran yang positif kami lakukan dengan menjalin hubungan komunikasi yaitu dengan menjalin komunikasi yang intens antar unsur madrasah yang ada...sedangkan yang berkaitan dengan hubungan kerja yaitu hubungan kerja yang manusiawi dalam arti menjunjung tinggi disiplin dan aturan yang
119
ada...hubungan koordinasi dan sikronisasi yaitu bekerja dengan tim manajemen dan menerapkan prinsip kepemimpinan yang sesuai dengan tingkat kedewasaan guru di madrasah...sedangkan yang berkaitan dengan konflik yaitu dengan pendekatan humanis rasional dan tepat dalam mengambil keputusan...”.69 MI Asas Islam Kalibening dalam meningkatkan iklim pembelajaran yang positif diantaranya dengan kegiatan sebagai berikut:70 Pertama, menjalin hubungan komunikasi, hubungan kerja, dan hubungan koordinasi dan sinkronisasi yang harmonis. Hubungan komunikasi dilakukan dengan komunikasi intens antar unsur madrsah yang ada, baik secara personal maupun kelembagaan. Dalam hubungan komunikasi madrasah menggunakan pendekatan kekeluargaan demi terwujudnya kepentingan bersama. Hubungan kerja dilakukan dengan menjalin hubungan yang memanusiawi tetapi tetap menjunjung tinggi disiplin dan aturan yang ada (menciptakan iklim kerja yang kondusif)71. Sedangkan koordinasi dan sinkronisasi yaitu bekerja dengan tim menajemen dan menerapkan prinsip kepemimpinan yang sesuai dengan tingkat kedewasaan guru di madrasah dan mampu mengelola konflik dengan baik yang bersifat humanis rasional dan tepat dalam mengambil keputusan. Kedua, budaya madrasah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam mendukung iklim pembelajaran yang positif. 69
W.MIAS.2.b W.MIAS.2.b 71 W.MIAS.2.b 70
120
Budaya madrasah di MI Asas Islam Kalibening diantaranya berkata sopan di lingkungan madrasah, mengucapkan salam, bersalaman dengan guru, sholat dhuha dan dhuhur berjamaah, bertadarus dan membaca Asmaul Husna. Ketiga,
memberikan
motivasi.
Dalam
peningkatan
pembelajaran motivasi atau dukungan sangat penting khususnya bagai pendidik. Motivasi yang diterapkan di MI Asas Islam Kalibenig yaitu dengan memberikan tauladan dalam ucapan maupun tindakan sehingga mampu mempengaruhi tanpa mengindoktrinasi serta
menyadarkan
tanpa
menyakiti,
membangkitkan
tanpa
memaksan dan mengajak tanpa memerintah. sedangkan dalam motivasi ekstrinsik yaitu dengan memberikan reward kepada yang berprestasi baik untuk pendidik maupun siswa. Keempat, lingkungan yang nyaman dan aman. MI Asas Islam Kalibening secara geografis terletak ditengah-tengah masyarakat pesantren, dalam hal ini banyak pesantren berdiri di lingkungan MI Asas Islam Kalibening, hal tersebut menjadi catatan dan motivasi untuk mengembangkan keilmuan baik umum maupun agama. Dengan adanya lingkungan pesantren, dukungan masyarakat untuk berkembangnya MI Asas Islam Kalibening sangat besar dan masyarakat membantu dalam keefektifan pembelajaran di madrasah. Hal tersebut dibuktikan dengan kesadaran orang tua dan lingkungan
121
dalam proses pembelajaran yaitu dengan memantau dan menanyakan hal-hal yang kurang sesuai dengan aturan madrasah. c. Dampak
Implementasi
Instructional
Leader
terhadap
Perkembangan dan Kemajuan Madrasah Dampak implementasi konsep kepala sebagai instructional Leader di MI Asas Islam Kalibening terbagi menjadi dua yaitu:72 Pertama, dampak positif. Kepala MI Asas Islam Kalibening merasakan dampak positif dari implementasi tersebut yaitu sangat signifikan dalam hal kuantitas atau jumlah siswa yang berminat masuk di MI Asas Islam Kalibening maupun kualitas pembelajaran yaitu dengan diraihnya juara 1 nilai siswa UN tahun 2012, serta meningkatnya kemampuan rata-rata peserta didik. Hal tersebut sesuai yang diungkapkan sebagai berikut: ”…diantara dampak positif adalah sangat signifikan dalam hal kuantitas maupun kualitas pembelajaran, hal itu dapat dilihat dari segi input maupun output, dalam waktu tiga tahun mengalami pada tahun 2010/2011 mengalami kenaikan 13% dibandingkan dengan tahun 2009/2010, sedangkan untuk tahun 2011/2012 mengalami kenaikan 20%, tahun 2012/2013 mengalami kenaikan 14% dan 2013/2014 mengalami kenaikan 16%,...adapun dampak negatif adalah 73 membutuhkan tenaga, fikiran dan waktu yang lebih...”.
Untuk memihat kemajuan jumlah siswa MI Asas Islam Kalibening dapat dilihat pada diagram dibawah ini:
72 73
W.MIAS.2.b W.MIAS.2.c
122
Gambar 4.5 Grafik Kemajuan Jumlah Siswa dari 2009 s.d 2013 MI Asas Islam Kalibening74
Jumlah Siswa
300 250
139
157
189
215
250
200 150 100 50 0 2009/2010 2010/2011 2011/2012 2012/2013 2013/2014 Tahun Pelajaran
Gambar 4.6 Grafik Rata-Rata Hasil Ujian Nasional MI Asas Islam Kalibening75 27
Rata-rata
26,5 26 25,5 25 24,5 24 23,5 2009/2010
2010/2011
2011/2012
2012/2013
Kedua, dampak negatif. Dengan adanya implementasi tersebut MI Asas Islam Kalibening membutuhkan tenaga, fikiran, waktu yang lebih dan pendidik yang mau diajak saling memiliki dan bertanggungjawab bersama atas perkembangan dan kemajuan madrasah.
74 75
D.MIAS.7 D.MIAS.6
123
d. Factor Pendukung dan Penghambat Implementasi Instructional Leader di MI Asas Islam Kalibening Faktor pendukung dalam pelaksananaan Kepala Madrasah sebagai instructiona leader di MI Asas Islam Kalibening yaitu: pertama, stakeholder madrasah baik tenaga pendidik maupun pengurus lembaga pendidikan mempunyai komitmen yang kuat untuk memajukan madrasah. Dengan adanya komitmen tersebut, secara
bertahap
madrasah
dapat
diukur
dalam
pencapaian
keberhasilannya. Kedua, tenaga pendidik yang dimiliki sebanyak 13 orang dengan perincian 8 PNS termasuk kepala madrasah dan 5 Guru Tetap, sedangkan dari segi pendidikan 12 S1/sarjana atau 92% pendidikan sarjana. Dengan adanya tenaga pendidik yang mayoritas sarjana merupakan factor pendukung yang penting.76 Ketiga, mempunyai kepala madrasah yang demokratis. Dari hasil kesimpulan wawancara dihasilkan bahwa kepala MI Asas Islam Kalibening mempunyai mendorong
semangat
kemampuan kerja
menggerakkan
bawahan,
memberikan
bawahan, pujian,
merumuskan dan menjalankan visi dan misi, sangat berpengarus terhadap bawahan dan mempunyai kepribadian yang dapat diteladani.77 Sedangkan factor penghambat di MI Asas Islam Kalibening antara lain penyamaan persepsi diantara unsur-unsur yang ada di 76 77
W.MIAS.2.d W.MIAS.2.d
124
madrasah. Dalam hal ini, terdapat 2 unsur penting yaitu intern dan ekstern madrasah. Unsur intern (guru, yayasan dan komite) sudah mampu diminimalisir dengan diadakan rapat dan pembinaan setiap satu bulan sekali, sedangkan factor ekstern (orang tua/wali siswa dan masyarakat) baru tahap perencanaan komunikasi dengan system parenting. System parenting yang dilaksanakan di MI Asas Islam Kalibening belum maksimal dilaksanakan, sehingga membutuhkan terobosan yang lebih efektif. 4. Perbedaan Implementasi Instructional Leader
di Madrasah
Ibtidaiyan Negeri dengan Swasta di Salatiga. a. Pemahaman kepala madrasah dan guru tentang instructional leader Tabel 4.8 Perbedaan Pemahaman Kepala Madrasah dan Guru Tentang Instructional Leader di MIN Kecandran, MI Ma’arif Mangunsari dan MI Asas Islam Kalibening MI Negeri Kecandran - Kepala madrasah: Kepemimpinan yang menfokuskan pada pembelajaran yang meliputi: kurikulum, proses belajar mengajar, penilaian, pengembangan guru, layanan prima dan bertanggungjawab untuk mendukung keberhasilan pembelajaran di madrasah - Guru:
MI Ma’arif MI Asas Islam Mangunsari Kalibening - Kepala madrasah: -Kepala madrasah: Kepemimpinan Kemampuan untuk yang mampu mempengaruhi, memimpin untuk membimbing dan merencanakan, menggerakkan mengorganisir, personil untuk melakukan bekerjasama secara evaluasi dan efektif untuk mengontrol yang pencapaian tujuan berkaitan dengan pembelajaran yang pembelajaran. Hal telah ditetapkan tersebut bisa -Guru: dilakukan dengan Pemimpin yang kebersamaan, mampu persamaan persepsi menggunakan
125
Kepemimpinan yang dan merumuskan dilaksanakan di visi misi bersama madrasah meliputi - Guru: proses pembelajaran Kepemimpinan dan perangkatnya, untuk mengatur dengan dan mengorganisir merencanakan yang berkaitan program jangka dengan pendek, menengah pembelajaran dan panjang. untuk mencapai tujuan madrasah
kepemimpinannya untuk tujuan pembelajaran yang efektif. Pimpinan mengatur, mengkoordinir, membimbing, melaksanakan dan mengotrol pendidik/guru dalam kegiatan pembelajaran
b. Implementasi instructional leader di madrasah Tabel 4.9 Perbedaan Implementasi Instructional Leader di MIN Kecandran, MI Ma’aarif Mangunsari dan MI Asas Islam Kalibening MI Negeri Kecandran Melalui: (1) review visi, misi dan tujuan madrasah, (2) manajemen pembelajaran dengan tiga kegiatan persiapan, pelaksanaan dan evaluasi, (3) pengembangan kurikulum disesuaikan dengan karakteristik madrasah, dan (4) peningkatan pembelajaran termasuk pendidik dan sarana prasarana, perluasan perpustakaan dan kerjasama antar lembaga.
MI Ma’arif Mangunsari Melalui: menentukan visi, misi dan tujuan madrasah yang diselaraskan dengan perubahan dunia pendidikan visi tersebut menekankan kepada kecerdasan, religiusitas dan akhlak mulia; sosialisasi visi dan misi baik kepada guru, komite dan masyarakat; menyusun pembagian tugas; menentukan kebijakan; peningkatan kompetensi guru;
MI Asas Islam Kalibening Melalui: pengembangan kurikulum, strategi yang digunakan, menentukan kebijakan, peningkatan pendidik sesuai dengan kompetensinya, menfokuskan kepada pembelajaran siswa., seleksi siswa baru, suasana pembelajaran yang aman dan nyaman, meningkatkan iklim pembelajaran yang positif, budaya madrasah, pemberian motivasi
126
kerjasama dengan instansi; sharing antar guru 2 minggu sekali; menciptakan lingkungan yang mendukung pembelajaran yang berkaitan dengan pribadi, lingkungan dan dimulai dari hal terkecil; menjalin komunikasi efektif
c. Dampak
Implementasi
instructional
leader
terhadap
perkembangan dan kemajuan madrasah Tabel 4.10 Perbedaan Dampak Implementasi Instructional Leader terhadap Perkembangan dan Kemajuan di MIN Kecandran, MI Ma’aarif Mangunsari dan MI Asas Islam Kalibening MI Negeri Kecandran - Segi kuantitas jumlah siswa baru bertambah, - Segi kualitas nilai UN dan prestasi akademik dan non akademik semakin meningkat.
MI Ma’arif Mangunsari - Segi kuantitas bertambah - Segi kualitas nilai UN dan prestasi semakin meningkat
MI Asas Islam Kalibening Positif: kuantitas dan kualitas pembelajaran (jumlah siswa meningkat), nilai UN memuaskan
127
d. Faktor
pendukung dan
penghambat
dalam
implementasi
instructional leader Tabel 4.11 Perbedaan Faktor Pendukung dan Penghambaat dalam Implementasi Instructional Leader di MIN Kecandran, MI Ma’aarif Mangunsari dan MI Asas Islam Kalibening MI Negeri Kecandran - Pendukung: Tenaga pendidik mayoritas masih muda, sarana prasarana yang memadai, pendanaan/anggaran yang cukup, peran komite dan masyarakat proaktif - Penghambat Letak madrasah dipinggiran, antar jemput bagi siswa jauh, kultur atau budaya masih tradisional.
MI Ma’arif Mangunsari - Pendukung: Tenaga pendidik, perpustakaan yang luas, sarana prasaran memadai, dukungan yayasan dan komite kuat. - Penghambat Dualisme tugas guru dan administratif, sarana walaupun memadai masih kuran maksimal, hubungan dengan wali siswa kurang efektif
MI Asas Islam Kalibening - Pendukung Stakeholder madrasah yayasan, guru, komite mempunyai komitmen yang kuat, tenaga pendidik yang kompeten, kepala madrasah demokatis dalam arti mempunyai empati dan keteladan - Penghambat Program masih belum terealisai karena dukungan orang tua masih rendah.
Implementasi merupakan tindak lanjut dari suatu konsep atau teori yang ada, baik parsial maupun secara holistik dalam arti mampu diterapkan dimana saja. Dalam kegiatan implementasi yang berkaitan dengan konsep kepala madrasah sebagai instructional
128
leader yang ada di madrasah Salatiga, khususnya di MIN Kecandran Salatiga, MI Ma’arif Mangunsari dan MI Asas Islam Kalibening mempunyai perbedaan dan persamaan, hal tersebut diakibatkan perbedaan yang berkaitan status madrasah, budaya madrasah, keadaan pendidik, sarana prasarana dan keuangan madrasah. Sedangkan persamaannya adalah acuan dalam pengembangan kurikulum yaitu pelajaran umum yang menginduk ke Dinas Pendidikan dan pelajaran agama yang menginduk ke Kementerian Agama. Untuk melihat perbedaan dalam implementasi konsep kepala madrasah sebagai instructional leader di MIN Kecandran Salatiga, MI Ma’arif Mangunsari, dan MI Asas Islam Kalibening sebagai berikut: Pertama, menetapkan visi dan misi madrasah. Dalam penetapan visi dan misi di MIN Kecandran dilakukan dengan cara menggunakan pendekatan analisis SWOT setiap bidang dan kepala, sedangkan komite memberikan masukan dalam perencanaan dan penetapannya. Adapun peserta dalam penetapan visi dan misi adalah guru, kepala madrasah, komite pengawas dan wakil orang tua, sedangkan dalam publikasi visi dan misi dilakukan dengan formal dan informal, serta setiap tahun visi dan misi ditinjau pada penyusunan program kerja tahunan.
129
Adapun penetapan visi dan misi di MI Ma’arif Mangunsari dilakukan dengan cara menggunakan pendekatan observasi dan kajian data yang dikolaborasi dengan keadaan sekarang. Adapun peserta dalam penetapan visi dan misi dilakukan oleh guru, kepala madrasah, komite, wakil orang tua, dan yayasan. Sedangkan dalam publikasi dilakukan dengan cara administrative, kegiatan formal dan informal, visi dan misi ditinjau setiap tiga tahun sekali. MI Asas Islam Kalibening dalam menetapkan visi dan misi dilakukan dengan pendekatan menginventarisir kekuatan dan kelemahan yang dimiliki madrasah. Peserta dalam penetapan visi dan misi adalah semua stakeholder yaitu yayasan, komite, dewan guru, dan orang tua siswa. Sosialisasi dilakukan dengan cara formal dan informal, khusus untuk guru dilakukan setiap rapat bulanan diingatkan kembali visi dan misi madrasah. Kedua,
manajemen
pembelajaran.
Dalam
manajemen
pembelajaran yang diterapkan di MIN Kecandran adalah melalui tahap persiapan/perancanaan, tahap pelaksanaan dan tahap evaluasi, sedangkan di MI Ma’arif Mangunsari adalah perencanaan/persiapan baik administrasi maupun kompetensi pendidik, pelaksanaan dilakukan sesuai kalender yang telah disusun, dan evaluasi. Sedangkan di MI Asas Islam Kalibening pengembangan kurikulum, strategi yang digunakan, dan pengambilan kebijakan.
130
Ketiga, peningkatan praktek pembelajaran. Pada MIN Kecandran dilakukan dengan cara mengirimkan guru pada kegiatan pendidikan dan pelatihan, seminar, workshop dan kegiatan pengembangan profesi lainya, yang ditekankan dalam kegaitan tersebut adalah pendidik atau guru yang menguasai sesuai bidangnya. Pada MI Ma’arif Mangunsari secara garis besar sama dengan MIN Kecandran Salatiga, tetapi masih ditambah kegiatan guru dalam 2 minggu sekali adalah sharing/diskusi mengenai pembelajaran baik di kelas maupun luar kelas serta mendatangkan tutor atau narasumber dalam rangka untuk memperkaya wawasan pembelajaran. Sedangkan di MI Asas Islam Kalibening selain yang diterapkan di MIN Kecandran ditambah dengan pembinaan dan pengarahan dari yayasan dan pengawas secara rutin yaitu setiap 1 bulan sekali, hal itu dilakukan karena yayasan terdapat praktisi pendidikan sehingga tahu dan mau berbagi secara terjadwal di MI Asas Islam Kalibening. Keempat, peningkatan iklim pembelajaran yang positif. Halhal yang dilakukan di MIN Kecandran Salatiga meliputi pembiasaan positif di madrasah, komunikasi efektif, lingkungan yang kondusif. Sedangkan di MI Ma’arif Mangunsari adalah menciptakan lingkungan yang kondusif dan harmonisasi dukungan madrasah. Pada MI Asas Islam Kalibening melalui menjalin hubungan
131
komunikasi, mengembangkan budaya madrasah yang positif, memberikan motivasi dan lingkungan yang aman dan nyaman. Kelima,
pendanaan.
MIN
Kecandran
Salatiga
untuk
pendanaan telah di backup oleh Kementerian Agama, sedangkan MI swasta selain dari bantuan pemerintah juga berasal dari orang tua siswa. Khususnya yang berkaitan dengan langsung dengan pengembangan bakat dan minat siswa. Sedangkan yang berkaitan pemahaman kepala madrasah dan guru mengenai konsep kepala madrasah sebagai Instructional leader yang ada di MI Negeri Salatiga dan MI Swasta, bahwa secara teoritis, pemahaman kepemimpinan kepala dan guru masih bersifat umum yaitu kepemimpinan masih didominasi sebagai manajer yaitu merencanakan, mengorganisir, melaksanakan kegiatan
madrasah.
Sedangkan
pemahaman
dan mengontrol guru
tentang
kepemimpinan pembelajaran masih sangat kurang, hal tersebut dikarenakan
kurangnya
sosialisasi
tentang
kepemimpinan
pembelajaran. Dari hasil wawancara kurang lebih 85% masih belum memahami, dan 15% masih mengira dalam menjawab wawancara. Umumnya para guru menjawab kepemimpinan pembelajaran yaitu kepemimpinan untuk mengefektifkan pembelajaran, namun secara mendetail masih kesulitan dalam menjawab. Hal tersebut dapat dilihat dari segi jumlah siswa.
132
Gambar 4.7 Grafik Perbedaan Jumlah Siswa MIN Kecandran, MI Ma’arif Mangunsari dan MI Asas Islam Kalibening 300 250 200
138 139 115
150
157 157 140
216215
189 167175
164
2011/2012
2012/2013
275 250 208
100 50 0 2009/2010
2010/2011
MIN Kecandran
MI Mangunsari
2013/2014
MI Asas Islam Kalibening
MI Negeri dan Swasta di Salatiga dalam mengefektifkan pembelajaran pada umumnya menerapkan beberapa tahap antara lain pertama, menentukan arah pengembangan melalui pengembangan kurikulum, memilih strategi, menetapkan kebijakan.
Kedua,
menyelaraskan hubungan melalui pengembangan komunikasi, membangun kerjasama, meningkatkan koordinasi dan sinkronisasi, menangani konflik. Ketiga, meningkatkan kompetensi pendidik meliputi
dalam
merencanakan
pembelajaran,
melaksanakan
pembelajaran, menilai hasil belajar siswa, dan melakukan supervise. Keempat, meningkatkan motivasi baik yang berkaitan motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik. Untuk mengetahui perbandingan dalam mengefektifkan pembelajaran dapat dilihat dari perbandingan hasil nilai UN sebagai berikut:
133
Gambar 4.8 Grafik Perbedaan Rata-Rata Nilai UN MI Negeri Kecandran, MI Ma’arif Mangunsari, MI Asas Islam Kalibening 30 25 20 15 10 5 0 2010/2011 MIN Kecandran
2011/2012 MI Mangunsari
2012/2013 MI Asas Islam Kalibening
MI Negeri dan swasta di Salatiga menyadari bahwa kepemimpinan dapat mengubah madrasah sebagai organisasi formal bahkan dapat mempersatukan emosi dan psikologi warganya yang disadari dengan kolegialitas yang kuat, semangat bersama dengan tujuan bersama membuat saling bergantung dan saling menghargai satu sama lain. Dampak dari kepemimpinan pembelajar di MI Negeri dan
swasta
adalah
terjalinnya
proses
pengintegrasian
dan
membimbing pendidik, meningkatkan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan, mengembangkan kurikulum dan melaksanakan penelitian tindakan untuk melakukan perbaikan proses dan mengambil keputusan bersama berbasis data. Hal tersebut dibuktikan dengan lulusan MI baik negeri dan swasta yang dapat lulus 100% dan dapat diterima SMPN di Salatiga dan sekitarnya serta antusias masyarakat untuk menyekolahkan di madrasah Salatiga.
134
C. Pembahasan 1. Pemahaman Kepala Madrasah dan Guru tentang Instructional Leader Kepemimpinan pembelajaran merupakan kepemimpinan yang memfokuskan/menekankan pada pembelajaran meliputi kurikulum, proses belajar mengajar, asessmen (penilai hasil belajar), penilai serta pengembangan
guru,
layanan
prima
dalam
pembelajaran,
dan
pembangunan komunitas pembelajar di sekolah.78 Kepemimpinan pembelajaran baik konsep maupun prakteknya sangat diperlukan demi kemajuan sebuah lembaga pendidikan. Pemahaman kepala madrasah tentang instructional leader sangat beragam, hal tersebut terlihat dari wawancara peneliti ketika menanyakan masalah pemahaman instructional leader. Walapun begitu kepala madrasah mengasumsikan bahwa kepemimpinan pembelajaran menekankan kepada pembelajaran baik persiapan, pelaksanaan dan hasil pembelajaran tersebut. Menurut Hallinger, Murphy dan weber masalah instructional leader sangat menekankan kepada pembelajaran, sebagai pijakan adalah rumusan awal yang berupa visi, misi dan tujuan madrasah. Pada kenyataanya madrasah di Salatiga sudah mempunyai visi, misi dan tujuan madrasah masingmasing dengan mekanisme melalui rapat yang diikuti guru, komite, yayasan dan orang tua/siswa. Untuk mendapatkan visi, misi dan tujuan
78
Direktorat Tenaga Kependidikan, Modul: Kepemimpinan Pembelajaran Materi Pelatihan Penguatan Kemampuan Kepala Sekolah, Jakarta: Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan serta Penjaminan Mutu Pendidikan, 2013,11.
135
madrasah yang berfungsi dengan baik harus ada media untuk mengingatkan visi misi tersebut, baik formal maupun non formal. Visi adalah sebuah pandangan masa depan organisasi yang realistis, terpercaya dan atraktif menuju kondisi yang lebih baik.79 Sedangkan misi adalah langkah/kegiatan yang harus dilaksanakan guna merealisasikan atau mewujudkan visi.80 Sedangkan pemahaman guru tentang instructional leader adalah kepemimpinan
yang
berorientasi
kepada
pembelajaran.
Melalui
instructional leader madrasah dapat meningkatkan kompetensi yang ada di madrasah baik guru maupun siswa. Pemahaman mengenai instructional leader di Madrasah Ibtidaiyah kota Salatiga harus ditingkatkan baik melalui seminar, pelatihan dan workshop. Semua stakeholder harus memahami konsep dengan benar dan utuh, sehingga madrasah mempunyai kekuatan dalam implementasinya di madrasah. Kepala madrasah harus mempunyai konsep yang jelas dan konsisten. Konsep yang jelas dimaksudkan semua pendidik dan tenaga kependidikan dapat menterjemahkan konsep tersebut dengan maksimal. Konsisten maksudnya setiap hasil keputusan dilaksanakan dengan sebaikbaiknya
sesuai
mekanisme
yang
diatur
dalam
lembaga
pendidikan/madrasah. Sebagai kepala madrasah disamping memahami
79
Mulyono, Manajemen Administrasi dan Organisasi Pendidikan, Jogjakarta: Ar Ruzz Media, 2008,127. 80 Mulyono, Manajemen Administrasi dan Organisasi Pendidikan..., 133.
136
konsep juga memahami bagaimana cara mengaplikasikan di madrasah, sehingga dapat dilaksankan dengan penuh tanggungjawab. 2. Implementasi Instructional Leader di Madrasah Pemahaman mengenai konsep instructional leader baik kepala madrasah
maupun
guru
masih
belum
maksimal,
tapi
dalam
penerapan/implementasi konsep tersebut telah dilaksanakan, sehingga prinsip-prinsip yang ada dalam kepemimpinan pembelajaran sudah terintegrasi dalam kegiatan madrasah, tetapi masih belum tahu bahwa prinsip yang digunakan adalah prinsip yang ada di kepemimpinan pembelajaran seperti telah menetapkan visi dan misi, manajemen pembelajaran dan peningkatan kompetensi pendidik, menciptakan lingkungan madrasah kondusif dan pembiasaan yang dapat meningkatkan pembelajaran. Kepala madrasah yang efektif merupakan kepala madrasah yang mampu berfikir dan berperilaku positif untuk maju. Selalu mencari terobosan-terobosan yang berguna bagi perkembangan madrasah melalui kajian data dan pengamatan. Dalam terobosan-terobosan seperti yang dilaksanan MI Ma’arif Mangunsari dengan Balai Diklat Keagamaan Semarang merupakan terobosan yang mendapat dukungan dari semua pihak, dengan adanya kerjasama tersebut memfokuskan ke tujuan madrasah, sehingga dari hasil kerjasama dapat mendukung keberhasilan madrasah. Selain terobosan tersebut, menurut penulis madrasah mengembangkan atau membangun jaringan (networking) dengan semua
137
instansi yang dapat mendukung keberhasilan pembelajaran. Tidak hanya pendidik juga siswa harus diberikan lahan untuk menambah dan meningkatkan kompetensinya yaitu melalui penyaluran bakat dan minat yang bekerjasama dengan lembaga atau organisasi yang membidanginya. Selain pengembangan madrasah, yang tidak kalah pentingnya adalah menciptakan lingkungan yang kondusif untuk pembelajaran, hal tersebut dapat dilaksanakan dengan menjalin etika dan kebiasaan yang positif di madrasah. Etika merupakan media untuk membangun hubungan baik antar warga madrasah, etika harus dipahami sebagai tugas bersama dengan melaksanakan pertanggungjawaban secara profesioanal dengan menjunjung tinggi asas integritas dan keadilan. Kepala madrasah dapat menjadi contoh
dan memberikan dukungan dalam meningkatkan
profesionalitas pendidik dan tenaga kependidikan. 3. Dampak Implementasi Instructional Leader terhadap Perkembangan dan Kemajuan Madrasah Menurut data hasil penelitian bahwa dampak implementasi instructional leader
baru terlihat pada sisi kuantitatif yang diwakili
peningkatan jumlah siswa dan sisi kualitatif yang diwakili peningkatan prestasi dan nilai Ujian Nasional. Padahal, dampak implementasi instructional leader cukup luas yaitu lingkup madrasah, masyarakat dan dunia
pendidikan.
Tujuan
kepemimpinan
pembelajaran
adalah
memberikan layanan prima kepada semua siswa agar mereka mampu mengembangkan potensi kualitas dasar dan kualitas instrumennya untuk
138
menghadapi masa depan. Layanan prima diberikan untuk mendapatkan dan menghasilkan siswa yang siap mengembangkan potensinya dengan fasilitas yang disediakan madrasah dan lingkungannya. Diantara potensi tersebut adalah meningkat motivasi belajar, potensi keingintahuan, potensi kreativitas, potensi inovasi, potensi jiwa kewirausahaan dan meningkatkan kesadaran untuk belajar secara terus menerus sepanjang hayat berdasarkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan adanya implementasi instructional di madrasah akan membuat madrasah terbuka dan mendapatkan informasi yang lebih luas, karena madrasah selalu mempunyai informasi terhadap perubahan dunia pendidikan serta mempunyai tenaga-tenaga ahli untuk sharing masalah pendidikan dan pengembangnya. Hal tersebut dapat dilihat dari suksesnya MIN Malang karena mempunyai banyak jaringan baik dari dalam maupun luar negeri. 4. Faktor
pendukung
dan
penghambat
dalam
implementasi
instructional leader Dari hasil penelitian faktor pendukung yang diprioritaskan adalah tenaga pendidik, sarana prasarana, pendanaan dan dukungan komite ataupun masyarakat yang kuat. Tenaga pendidik dalah hal ini guru sangat diperlukan dalam pendidikan, dengan adanya paradigma kurikulum 2013 bahwa guru tidak menjadi satu-satu sumber belajar bahkan guru hanya sebagai fasilitator atau perantara. Sebuah fasilitator bisa bekerja dengan efektif jika berguna dan menghasilkan, sehingga fasilitator harus diberikan
139
bekal
peningkatan
kompetensi
serta
evaluasi.
Kepemimpinan
pembelajaran harus mempunyai motivasi mengevaluasi yang ada, sehingga peningkatan dapat diperoleh dengan pendekatan data dan kinerja. Faktor penghambat yaitu sesuatu yang menghambat untuk menuju ke tujuan. Dari hasil penelitian faktor penghambat adalah letak geografis, dukungan wali murid rendah dan budaya masyarakat masih tradisonal bisa diminimalisir dengan adanya pendekatan personal kepada masyarakat.
Dalam
instructional
leader
semua
dilibatkan
untuk
mewujudkan pembelajaran yang optimal dan sesuai dengan tujuan madrasah masing-masing.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Kepemimpinan merupakan kemampuan untuk menggerakkan warga madrasah untuk mencapai suatu tujuan. Dengan adanya kepemimpinan yang baik, maka pengembangan dan kemajuan madrasah dapat terealisasi dengan maksimal. Dari hasil penelitian yang dilakukan maka dapat disimpulkan sebagai berikut: Pertama, secara teoritis kepemimpinan pembelajaran merupakan proses mengintegrasian dan membimbing pendidik, mengingkatkan kompetensi
pendidik
dan
tenaga
kependidikan,
mengembangkan
kurikulum, dan melaksanakan penelitian tindakan untuk melakukan perbaikan proses. Kedua,
pemahaman
kepala
madrasah
dan
guru
mengenai
kepemimpinan pembelajaran masih umum. Dari hasil wawancara, kepemimpian secara umum masih identik dengan menajerial, padahal kepemimpinan pembelajaran fokus pada keefektifan pembelajaran, sedangkan
yang
lain
merupakan
pembelajaran yang maksimal.
140
pendukung
demi
terciptanya
141
Ketiga, implementasi konsep kepala madrasah sebagai instruksional leader di MI Negeri dan Swasta pada umumnya telah dilaksanakan, tetapi masih memerlukan perbaikan dan pengembangan, seperti dalam pengambilan keputusan berbasis data dan menjadikan warga madrasah sebagai kolegial serta menjalin komunikasi aktif dan efektif. Keempat, dampak implementasi konsep kepala madrasah sebagai instructional leader dalam perkembangan dan kemajuan madrasah sangat signifikan, hal tersebut dapat dilihat dari kuantitas atau jumlah siswa baru yang meningkat, sedangkan dari kualitas baik pendidik maupun siswa semakin meningkat, pendidik dalam penguasaan media pembelajaran dan siswa lulus 100% dalam Ujian Nasional serta meningkatkannya dukungan masyarakat. Kelima, faktor pendukung dalam implementasi instructional leader pada umumnya yaitu tenaga pendidik dan kependidikan yang relatif masih muda sehingga mampu diajak berinovasi, dukungan komite dan yayasan yang kuat dan sarana prasarana yang mendukung, sedangkan faktor penghambat orang tua yang masih tradisional dalam arti menyerahkan semua tanggungjawab pendidikan pada madrasah, kurangnya fasilitas pembelajaran, dan dualisme tugas guru yaitu mengajar dan administrasi. Keenam,
perbedaan
dalam
pelaksanaan
kepemimpinan
pembelajaran pada MI Negeri dan Swata di Salatiga, MI Negeri masih bersifat hierarkhi dan instruksional, sehingga dalam pengembangan dan
142
kemajuannya selalu dipantau dari instansi yang terkait, sedangkan MI Swasta bersifat fleksibel dalam arti dikelola sesuai tujuan yayasan dan dapat dikembangkan dengan maksimal tanpa terikat salah satu instansi.
B. Saran. 1. Kepada kepala MIN Kecandran Salatiga, MI Ma’arif Mangunsari dan MI Asas Islam Kalibenig hendaknya secara terus menerus melakukan perbaikan baik secara teoritis maupun praktis yang berkenaan dengan kepemimpinan pembelajaran (Instructional Leader). Salah satu diantaranya melaksanakan penelitian tindakan untuk melakukan perbaikan
proses
dan
mengambil
keputusan
berbasis
data.
Pengembangan pendidik dan tenaga kependidikan perlu mendapat perhatian serius, semakin kompeten seorang pendidik, maka semakin meningkat pembelajaran, semakin tinggi kepuasan bawahan semakin kuat pengaruh kepemimpinannya. 2. Bagi semua guru MIN Kecandran Salatiga, MI Ma’arif Mangunsari dan MI Asas Islam Kalibeing perlu adanya pengembangan dalam pembelajaran, baik yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, maupun evaluasi. 3. Penelitian ini hannya meneliti implementasi konsep kepala madrasah sebagai instructional leader di Madrasah Ibtidaiyah Negeri dan Swasta di Salatiga, dengan mengambil sampel di MIN Kecadran Salatiga, MI
143
Ma’arif Mangunsari dan MI Asas Islam Kalibening. Oleh karena itu masih sangat perlu dilakukan penelitian lebih lanjut agar kepala madrasah dan guru dapat mengetahu dan melaksanakan dengan maksimal.
144
DAFTAR PUSTAKA
Bogdan, Robert and Steven J. Taylor, Introduction to Qualitative Research Methods.Terjemahan Arief Furhan. Surabaya: Usaha Nasional, 1992. Bush, Tony. Leadership and Mangement Development. London: SAGE Publications Ltd, 2008. Danim, Sudarwan. Menjadi Komunitas Pembelajar Kepemimpinan Transformasional dalam Komunitas Organisasi Pembelajar. Jakarta: Bumi Aksara, 2005. Danim, Sudarwan. Visi Baru Manajemen Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara, 2006. Departemen Agama RI. Strategi Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi di Madrasah. Jakarta : Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, 2004. Departemen Agama. Standar Pelayanan Minimal Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta: Direktorat Jenderal Kelembagaan Islam, 2005. Direktorat Pendidikan Madrasah. Perkembangan Madrasah dalam Editorial. Jakarta: Departemen Agama RI, 2007. Direktorat Tenaga Kependidikan. Modul: Kepemimpinan Pembelajaran Materi Pelatihan Penguatan Kemampuan Kepala Sekolah. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2010. Drucker, Peter F. Managing in e time of greatchinge. Terjemahan, Jakarta: PT. Aleex Media Kompupindo, 1997. Emzir. Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif. Jakarta: PT Grafindo Persada, 2010. Fairchild, Henry Pratt. Dictionary Of Sociology and related Sciens.New Jersey: Littlefield Adam &Co. Peterson, 1960. Faridah, Iis. Tesis: Kontribusi Kompetensi Kerja Guru dan Kepemimpinan Pembelajaran (Instructional Leader) Kepala TK terhadap Kinerja Mengajar Guru TK di Bandung. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia, 2013.
145
Hallinger, P & Murphy. Assessing the Instructional Management Behaviors of Principals. The Elementary School Journal, 1985. Hasan, A. Al Furqon Tafsir Qur’an. Jakarta: Universitas Al Azhar Indonesia, 2010. Indrafachrudi, Soekarto. Mengantar Bagaimana Memimpin Sekolah yang Baik. Jakarta: Galia Indonesia, 1999. Jayanti, Vevio Salam. Kepemimpinan Pembelajaran Kepala Sekolah Perempuan pada MAN Mojosar. Malang: Universitas Negeri Malang, 2013. Kartono, Kartini. Pemimpin dan Kepemimpinan. Jakarta: PT. Grafindo Persada, 1998. Kementerian Agama RI. Al-Qur’an dan Tafsirnya Jilid 1. Jakarta: PT. Sinergi Pustaka, 2007. Kosasi, Soetjipto & Raflis. Profesi Keguruan. Jakarta: Rineka Cipta, 1999. Lampiran Permendiknas Nomor 13 Tahun 2007 tanggal 17 April 2007 Leithwood, Kenneth et.al. Review of research How Leadership Inflences Student. The Wallace Fundation, 2004. Lunenburg, Fred C. The Principal as Instructional Leader. National Forum of Educational and Supervision Journal, Volume 27, Number 4, 2010. Mania, Sitti. Jurnal: Profesionalitas Kepala Sekolah : Analisis antara Idealita dan Realita. Lentera Pendidikan, Vol. 14 No.1 Juni 2011. Maryatin. Laporan Penelitian Individual, Model Kepemimpinan Kepala Madrasah Ibtidaiyah Kota Salatiga Tahun Akademik 2012/2013. Salatiga: STAIN Salatiga, 2012. Michelle, Jana Alig-Mielcarek. Dissertation : A Model of School: Intructional Leadership, Academic Press, and Student Achievement. The Ohio State University, 2003. Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007. Muliati. Kepemimpinan Pembelajaran yang Efektif bagi Kepala Sekolah. Melalui http://www.lpmpsulsel.net/v2/attachments/201_Kepemimpinan%20Pemb elajaran%20yang%20efektif.pdf.[10/12/13], 2013.
146
Mulyasa. Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007. Mulyono. Manajemen Administrasi & Organisasi Pendidikan. Malang: Ar-Ruzz Media, 2008. Nizar, Samsul & Muhammad Syaifudin. Isu-isu Kontemporer tentang Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia, 2010. Poirier, Daniel O. A Principal’s and Teachers’ Perception and Understandings of Intructional Leadership: A Case Study of One Shool. Canada: Thesis University of Saskatchewan, 2009. Rahman, et.all. Peran strategis kepala sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan. Jatinangor: Alqoprint, 2006. S.Margono. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta, 1997. Sallis, Edward. Manajemen Mutu Terpadu Pendidikan. Jogjakarta: IRCiSoD, 2010. Samsudin, S. Manajemen: a Guide to executive command. Bandung: CV. Pustaka Setia. 2006. Sarkar, Sudipa. The Role of Intructional Leader. Melalui http://voices.yahoo.com/therole-instructional-leader-523468.html[30/06/13]. Saroni, Muhammad. Manajemen Sekolah Kiat Menjadi Pendidik yang Kompeten. Jogjakarta: Ar-Ruzz, 2006. Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitati. Bandung: Alfabeta, 2010. Surachmi, Sri. Efektivitas Dimensi Internal Kepala Sekolah dalam Kepemimpinan Pembelajaran. Cakrawala Pendidikan, November 2011. Th. XXX No. 3 Umiarso&Imam Gojali. Manajemen Mutu Sekolah di Era Otonomi Daerah. Jogjakarta: IRCiSod, 2011. Undang-undang Guru dan Dosen No. 14 Tahun 2005 pasal 8 Usman, Husaini dan Nuryadin Eko Raharjo. Strategi Kepemimpinan Pembelajaran Menyongsong Implementasi Kurikulum 2013. Cakrawala Pendidikan, Th. XXXII, No. 1 (Februari 2013). Wahab, Abdul. Menulis Karya Ilmiyah. Surabaya: Airlangga University Press, 1999.
147
Wahdjosumidjo. Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta, PT. Raja Grafindo, Persada, 2002. Wahjosumidjo. Kepemimpinan Kepala Sekolah Tinjauan Teoritik Permasalahannya. Jakarta: PT. Rajadrafindo Persada, 2007.
dan
Watkins, Peter. A Critical Review of Leadership Concepts and Research: The Implication For Educational Adminitration. Geelong: Deakin University Press, 2002, Wijaya, Muksin. Kepemimpinan Transformasional di Sekolah dalam Meningkatkan Outcome Peserta Didik, Jurnal Pendidikan Penabur, No. 05/Th.IV, Desember 2005. Yin, Robert K. Studi Kasus: Desain dan Metodologi. Terjemahan M Djauzi Mundakir. Jakarta: PT Raja Grafindo, 2006. Yuastutik, Ida. Disertasi: Kepemimpinan Pembelajaran Kepala Sekolah Inklusif. Malang: Universitas Negeri Malang, 2011.
LAMPIRAN 1 PEDOMAN WAWANCARA
PEDOMAN WAWANCARA NO SUBYEK 1 Kepala madrasah MI Negeri Kecandran, MI Ma’arif Mangunsari dan MI Asas Islam Kalibening
-
TOPIK Gambaran umum MI Negeri Kecandran, MI Ma’arif Mangunsari dan MI Asas Islam Kalibening Manajemen madrasah
2
Guru
-
Pengelolaan madrasah
3
Komite
-
Peran serta dalam pengelolaan madrasah
4
Orang tua
-
Respon terhadap madrasah
PANDUAN WAWANCARA - Gambaran umum madrasah, ciri khas, pemahaman tentang instructional leader - Manajemen madrasah - Tugas pokok dan fungsi kepala madrasah - Implementasi instructional leader - Dampak implementasi instructional leader - Factor pendukung dan penghambat implementasi instructional leader - Pemaham guru tentang instructional leader - Dampak implementasi instructional leader bagi guru - Factor pendukung dan penghambat implementasi instructional leader bagi guru - Peran serta dalam pengelolaan madrasah - Pantuan terhadap madrasah - Dampak implementasi instructional leader - Factor pendukung dan penghambat implementasi instructional leader - Latar belakang pemilihan madrasah - Respon terhadap
-
manajemen madrasah Dampak implementasi instructional leader Peran serta dalam pengembangan madrasah
PEDOMAN OBSERVASI PEDOMAN OBSERVASI NO FOKUS 1 Gambaran umum 2 Manajemen madrasah 3 Situasi pembelajaran di madrasah
EVENT/MOMENT Situasi madrasah Pembinaan dan supervisi Pembelajaran
PANDUAN OBSERVASI Aktivitas harian Rapat dan pembinaan tentang manajemen madrasah KBM di dalam maupun di luar madrasah
PEDOMAN DOKUMEN PEDOMAN DOKUMEN NO 1 2 3
FOKUS Gambaran umum Manajemen madrasah Situasi Pembelajaran di madrasah
madrasah
DOKUMEN YANG DIKUMPULKAN Profil madrasah, Data dan Struktur Pembagian tugas guru dan karyawan Jadwal dan bentuk kegiatan
LAMPIRAN 2
W.MIN.1 CATATAN WAWANCARA
Hari/tanggal Tempat Pukul Nara Sumber Jabatan Jenis Wawancara Peneliti
: Kamis, 12 September 2013 : Ruang Guru : 10.00 WIB : Ibu Zuhrotun, S.PdI : Komite MIN Kecandran : Gambaran Umum tentang MIN Kecandran : ”Bagaimana sejarah singkat tentang MIN Kecandran Salatiga?”
Nara Sumber
: ”MIN Kecandran berdiri pada tahun 1965. Sebelum menjadi MIN Kecandran namanya adalah Madrasah Ibtidaiyaj Ma’arif. Pada waktu itu MI Ma’arif masih ikut pada kecamatan getasan kabupaten semarang belum masuk salatiga. Karena termasuk madrasah yang didirikan oleh tokoh masyarakat kecandran jadilah madrasah yang pada waktu itu cukup baik, walaupun tempatnya masih di rumah warga”.
Peneliti
: ”Bagaimana masalah tenaga pengajar dan siswanya di MIN Kecandran pada waktu itu?”
Nara Sumber
: ”Pertama kali tenaga pengajarnya adalah Nurhadi yaitu guru seklaigus kepala beliau dari pulutan, bapak Irfani adalah guru agama Islam yang diperbantukan di MI tersebut dan selanjutnya ditambah bapak Istat, bapak wagimin, bapak Yasmin dan ibu Robiatun. Sedangkan siswa-siswanya berasal dari kecandran dan sekitarnya pada waktu itu jumlah siswa bisa mencapai 180 anak yang umumnya berasal dari Duren, Gamol dan Sodong Kabupaten Semarang”.
Peneliti
: ”Kapan MI Ma’arif ini menjadi MI Negeri Kecandran?”
Nara sumber
: ”MI Ma’arif sebelum menjadi MI Negeri sudah cukup eksis walaupun siswanya pasang surut. Pada tahun 1996, Kecandran masuk dalam wilayah pemekaran Kotamadya Salatiga. Hal itu membuat Kasi Mapenda pada waktu itu mempunyai niat untuk mengusulkan penegrian MI Ma’arif Kecandran tersebut, karena sudah memenuhi persyaratan penegrian, maka MI Ma’arif dijadikan Negeri pada tanggal 14 Juni 1997. Sehingga MIN Kecandran Salatiga beralamat di Gamol, Kecandran, Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga”.
LAMPIRAN 3
W.MIN.2.a CATATAN WAWANCARA
Hari/tanggal Tempat Pukul Nara Sumber Jabatan Jenis Wawancara
: Kamis, 24 Oktober 2013 : Ruang Kepala Madrasah : 10.00 WIB : Bapak Agus Rahmad Yuwanta, S.Pd : Kepala MI Negeri Kecandran Kota Salatiga : Pemahaman tentang instructional leader
Peneliti
: ”Apa yang bapak ketahui tentang instructional leader atau kepemimpinan pembelajaran?” : “…kepemimpinan pembelajaran adalah kepemimpinan yang menfokuskan pada pembelajaran yang komponen-komponennya meliputi kurikulum, proses belajar mengajar, penilaian, pengembangan guru, dan layanan prima dan bertanggungjawab…sedangkan pemimpin merupakan kemampuan mengajar orang lain (warga madrasah) untuk mencapai suatu tujuan madrasah (MIN Kecandran)...” : “Bagaimana bapak mengoptimalkan komponen-komponen madrasah tersebut?” : “Komponen-komponen madrasah terlebih masalah kurikulum, pendidik dan pembelajaran sangat mendukung adanya keberhasilan madrasah. Untuk mengoptimalkan komponenkomponen tersebut kita menginventaris dan memfasilitasi pendidik dalam memaksimalkan perannya, misalnya dengan penganggaran, melengkapi sarana yang dibutuhkan baik material maupun peningkatan kualitas dengan kerjasama maupun lewat organisasi guru yang telah ada”. : “Menurut bapak, faktor-faktor apa yang harus dimiliki dalam kepemimpinan pembelajaran?” : “Kepala sekolah/madrasah menurut aturannya harus memiliki 5 kompetensi yaitu kepribadian, pedagogik, profesional, sosial dan kewirausahaan. Kompetensi pedagogik yaitu mempunyai kompetensi baik konseptual maupun aplikatif dalam menetapkan tujuan pembelajaran dengan jelas, sehingga dapat menjadi nara sumber bagi guru yang lain. Selain itu juga dapat menciptakan suasana madrasah yang kondusif untuk belajar bagi siswa. Sedangkan dari sisi kompetensi profesional dapat mengatur komponen-komponen madrasah dalam mendukung keberhasilan dalam pembelajaran”.
Nara Sumber
Peneliti Nara Sumber
Peneliti Nara Sumber
LAMPIRAN 4
W.MIN.2.b CATATAN WAWANCARA
Hari/tanggal Tempat Pukul Nara Sumber Jabatan Jenis Wawancara
: Kamis, 24 Oktober 2013 : Ruang Kepala Madrasah : 10.00 WIB : Bapak Agus Rahmad Yuwanta, S.Pd : Kepala MI Negeri Kecandran Kota Salatiga : Implementasi instructional leader
Peneliti
: “Bagaimana persiapan bapak untuk mengimplementasikan instructional leader di madrasah bapak?”
Nara Sumber
: “”.....setiap tahun kami melaksanakan rapat kerja (Raker) untuk menyusun program kerja tahunan. Dalam raker tersebut kita review visi dan misi madrasah, mengevaluasi serta menyusun program kerja selama setahun. Pada tahun 2013/2014 kita mengadakan raker di Kopeng dengan tujuan memberikan suasana yang baru bagi kepala madrasah, guru, komite dan karyawan dalam menyusun program kerja, sehingga akan dihasilkan terobosan untuk kemajuan dan perkembangan madrasah…untuk menyusun program kerja dengan pendekatan pengamatan dan data dengan system analisis SWOT...”.
Peneliti
: ”Bagaimana Implementasi instructional leader di madrasah bapak?”
Nara Sumber
: “...secara teknis penjelasan yang berkaitan dengan instructional leader belum pernah kami dapat, tetapi setelah kami mempelajarai tentang hal tersebut itu sebenarnya sudah kami lakukan walaupun perlu penyempurnaan dan penyesuaian. Yang dilaksanakan di MI Negeri kecandran adalah pertama mengingatkan kembali tentang visi, misi dan tujuan madrasah. Karena hal tersebut sangat penting. Dengan adanya pemahaman soal visi , misi dan tujuan madrasah warga madrasah akan berusaha mewujudkannya, sedangkancara yang digunakan baik dengan formal maupun informal maksudnya diforum rapat maupun pemasangan papan. Kedua menejemen pembelajaran yaitu dengang dibagi menjadi tiga: persiapan, pelaksanaan dan evaluasi. Ketiga pengembangan kurikulum yaitu berbasis teoritis dan praktis yaitu kurikulum yang dikembangkan sesuai dengan kareakteristik madrasah, pendekatannya menggunakan strategi partisipasf aktif semua komponen madrasah. Keempat
peningkatan pembelajaran dengan peningkatan pendidik, peningkatan sarana prasarana,perluasan perpustakaan, mejalin hubungan antar lembaga ...” Peneliti
: “Bagaimana madrasah bapak untuk menjaga dan meningkatkan iklim pembelajaran yang positif?”
Nara sumber
: “untuk menjaga dan meningkatkan iklim atau suasana pembelajaran yang positif dengan tiga cara, pertama pembiasaan positif di madrasah, kedua komunikasi yang efektif dengan warga madrasah, ketiga mewujudkan lingkungan madrasah yang kondusif.
LAMPIRAN 5
W.MIN.2.c CATATAN WAWANCARA
Hari/tanggal Tempat Pukul Nara Sumber Jabatan Jenis Wawancara
: Kamis, 24 Oktober 2013 : Ruang Kepala Madrasah : 10.00 WIB : Bapak Agus Rahmad Yuwanta, S.Pd : Kepala MI Negeri Kecandran Kota Salatiga : Dampak instructional leader terhadap perkembangan dan kemajuan madrasah
Peneliti
: ”Bagaimana dampak implementasi instructional leader dalam perkembangan dan kemajuan madrasah bapak?”
Nara Sumber
: ”…perkembangan dan kemajuan di MI Negeri kecandran pada 3 tahun ini mengalami peningkatan yang tersebut dapat dilihat dari antusias masyarakat yang menyekolahkan anak-anaknya di MI Negeri ini, dan juga bisa dilihat dari hasil UN...MIN semakin hari harus meningkatkan kualitasnya dalam hal perekrutan siswa didik baru dengan menerapkan semua stakeholder harus berpartisipasi aktif, dari penerapan hal tersebut dapat dilihat dari peningkatan jumlah siswa yaitu dari tahun 2009 mengalami peningkatan 14% dari sebelumnya 138 siswa menjadi 157 siswa, tahun 2010 mengalami peningkatan 6% yaitu dari 157 siswa menjadi 167 siswa, sedangkan tahun 2012 mengalami penurunan 2% dari 167 siswa menjadi 164 siswa yang tersebut diakibatkan banyak faktor termasuk ada yang berpindah tempat dan minimnya sosialisasi, sedangkan tahun 2013 mengalami peningkatan 27% yaitu dari 164 siswa menjadi 208 siswa, hal tersebut diakibatkan setelah melalui evaluasi dan seringnya sosialisasi.. ”
LAMPIRAN 6
W.MIN.2.d CATATAN WAWANCARA
Hari/tanggal Tempat Pukul Nara Sumber Jabatan Jenis Wawancara
: Kamis, 24 Oktober 2013 : Ruang Kepala Madrasah : 10.00 WIB : Bapak Agus Rahmad Yuwanta, S.Pd : Kepala MI Negeri Kecandran Kota Salatiga : Faktor Pendukung dan penghambat implementasi instructional leader di madrasah
Peneliti
: ”Apa faktor pendukung dan penghambat dalam implementasi instructional leader di madrasah bapak?”
Nara Sumber
: ”…faktor pendukung di MI Negeri Kecandran secara garis besar terdapat empat hal: pertama tenaga pendidik yang mayoritas masih muda dari 16 guru yang ada yang terdiri dari 13 PNS dan 3 GT yang 15 guru kualifikasi S1 dan D II 1 orang baru tahap kuliah, dengan adanya guru yang PNS dan masing muda-muda MI Negeri mendapat dukungan dapat berinovasi, kedua sarana prasarana yang di miliki, ketiga pendanaan atau anggaran madrasah, dan empat peran komite dan masyarakat....sedangkan faktor penghambat di MI Negeri Kecandran adalah letak geografis yang berada dipinggiran hal tersebut masih kurang mendukung seperti akses siswa yang mengambil daerah sodong, duren dan sekitanya, selain itu kultur atau budaya masyarakat sekitar masih tradisional yaitu menyerahkan sepenuhnya tanggungjawab anaknya ke madrasah...dengan begitu madrasah harus ekstra, walaupun begitu wali kelas sering melakukan home visit untuk menjelaskan keadaan siswa di madrasah... ”
LAMPIRAN 7
W.GR.1 CATATAN WAWANCARA
Hari/tanggal Tempat Pukul Nara Sumber Jabatan Jenis Wawancara Peneliti
: Selasa, 22 Oktober 2013 : Ruang Guru : 09.00 WIB : Bapak Rozikin, S.Ag : Guru : Pemahaman tentang instructional leader : ”Apa yang bapak ketahui tentang instructional leader?”
Nara Sumber
: ”…kepemimpinan pembelajaran adalah kepemimpinan yang harus dilaksanakan oleh kepala madrasah terhadap institusi satuan kerjanya yang meliputi proses kegiatan belajar mengajar dan perangkatnya yang ada di dalam madrasah tersebut….”
Peneliti
: ”Bagaimana Implementasi instructional leader di madrasah bapak?”
Nara Sumber
: ”…sebelum pengimplementasian dilakukan perencanaan dengan menyusun program kerja jangka pendek, menengah dan jangka panjang yang menngacu kepada keberhasilan pembelajaran di madrasah...adapun tahap-tahap yang dilakukan pertama mengembangkan kurikulum yaitu menggunakan kurikulum yang sudah distandarisasi oleh pemerintah dan dikembangkan sesuai dengan program manajemen berbasis madrasah yang sesuai dengan kebutuhan siswa dan madrasah..sedangkan stategi yang digunakan melalui pendekatan bertahap mulai dari pemerintah, komite, orang tua, tokoh agama, siswa, dan masyarakat yang mendukung...dengan meningkatkan dan menfasilitasi peningkatan pembelajaran di madrasah baik siswa maupun pendidik...”
Peneliti
: ”Bagaimana dampak implementasi instructional leader dalam perkembangan dan kemajuan madrasah bapak?”
Nara Sumber
: ”…dampak positif adalah madrasah dapat maju dan berkembang dengan cepat dan diminati oleh warga masyarakat, adapun dampak negatifnya tenaga pendidikan dan masyarakat kurang dapat dan tanggap untuk mengikuti serta perlu mengeluarkan biaya yang cukup besar...”
Peneliti
: ”Apa faktor pendukung dan penghambat dalam implementasi instructional leader di madrasah bapak?”
Nara Sumber
: ”…faktor pendukung adalah fasilitas tercukupi, tenaga pendidik mau bekerja keras, suasana lingkungan madrasah kondusif dan mau diajak berkembang....sedangkan faktor penghambat fasilitas perlu ditambah,tenaga pendidik yang kurang kompeten, dan masyarakat sulit diajak berkembang...”
LAMPIRAN 8 Hari/tanggal Nama Madrasah Jenis Observasi
O.MIN.1 : Selasa, 5 Nopember 2013 : MI Negeri Kecandran : Pembiasaan di MI Negeri Kecandran
Pada pagi itu, peneliti datang sekitar pukul 06.45 WIB ternyata pada pagi itu guru sudah ada yang datang di madrasah dan menyalami siswa-siswi satu persatu. Kebiasaan siswa yang disana sarapan kurang mendapat perhatian dari orang tua dikarenakan kesibukan dan di tinggal merantau orang tua. Dengan begitu siswa sebelum masuk biasanya jajan di depan madrasah dan masuk salaman dengan guru dan menempati tempat yang disediakan untuk makan makanan tersebut. Yang membuat peneliti terkesan adalah sebelum bel dibunyikan peneliti melihat siswa kelas V menggelar tikar yang sudah disiapkan madrasah. Ternyata pada waktu itu adalah piket anak kelas V untuk menggelar tikar. Setelah bel dibunyikan siswa-siswa pada turun yang dilantai atas, keluar yang di dalam kelas, dan masuk yang masih di luar gerbang. Semua menuju ke halaman madrasah. Peneliti melihat dengan aba-aba guru :”Assolatu jami’ah”ternyata siswasiswi dan guru akan melaksanakan sholat dhuha berjamaah, dengan nada keras dibacakan bersama-sama yang dipandu oleh seorang guru yang memakai pengeras suara. Satu rokaan sudah selesai dan rokaan keduapun sudah selesai. Dari pengamatan peneliti siswa-siswi dan guru masih tetap ditempat dengan duduk rapi menghadap ke kiblat. Dari seruan guru menunjuk dua orang siswa untuk maju, ternyata terdengar aba-aba “ a ba ta” semua siswa-siswi membaca asmaul husna. Hari itu sangat terkesan. Selanjutnya kami menanyakan ke salah satu guru, apakah hal tersebut sering dilaksanakan? Menurut guru tersebut kegiatan pembacaan sholat dhuha dilaksankan pada hari senin s.d kami dan sabtu, sedangkan untuk jum’at senam sehat dan asmaul husna.
LAMPIRAN 9 Hari/tanggal Nama Madrasah Jenis Data
D.MIN.1 : Jum’at, 13 September 2013 : MI Negeri Kecandran : Keadaan Kepala Madrasah dari Tahun 1965 s.d 2013
KEADAAN KEPALA MADRASAH DARI TAHUN 1965 S.D 2013
No
Nama
Awal tugas
Akhir tugas
1
Nurhadi
1965
1967
2
Drs. Kasimin A.N BA
1967
1977
3
Dasuki Al-Maryono
1977
1983
4
Muh. Ghufron
1983
1989
5
Muslih
1989
1991
6
Markum, A.Ma
1991
2002
7
Drs. Taqwim
2002
2006
8
Yasmin,A.Ma
2006
2007
9
Achmad Arifin, S.Ag
2007
2008
10
Agus Rahmad Y, S.Pd
2008
Sekarang
LAMPIRAN 10 Hari/tanggal Nama Madrasah Jenis Data
D.MIN.2 : Jum’at, 13 September 2013 : MI Negeri Kecandran : Profil Madrasah
PROFIL MI NEGERI KECANDRAN
Nama Madrasah
: MIN Kecandran Salatiga
NSM
: 111134730001
Status/Akreditasi
: Negeri/B
Alamat
: Jl. Gamol Rt 04/Rw 06,
Kelurahan
: Kecandran
Kecamatan
: Sidomukti
Kab/kota
: Kota Salatiga
Email
:
[email protected]
Nama Kepala
: Agus Rahmad Yuwanta, S.Pd
Kepemilikan Tanah
: Hak Guna Luas 1200 m2
Status Bangunan
: Pemerintah
Luas Bangunan
: 800 m2
LAMPIRAN 11 Hari/tanggal Nama Madrasah Jenis Data
D.MIN.3 : Jum’at, 13 September 2013 : MI Negeri Kecandran : Visi, Misi dan Tujuan Madrasah VISI, MISI DAN TUJUAN
a. Visi Madrasah “Unggul dalam Prestasi, IPTEK dan Berakhlak Mulia” b. Misi Madrasah 1) Meningkatkan penghayatan dan pengalaman terhadap agama yang dianut, juga terhadap budaya bangsa sehingga tumbuh Iman dan Taqwa (IMTAQ) sebagai sumber kearifan bertindak dalam hidup bermasyarakat yang disertai akhlak terpuji. 2) Meningkatkan kualitas dalam proses belajar mengajar yang inovatif, efektif, dan efisien dalam rangka mengembangkan potensi siswa secara optimal baik akademik maupun non akademik (terutama untuk meningkatkan perolehan ratarata nilai UN dari tahun sebelumnya. 3) Meningkatkan penguasaan Ilmu dan Teknologi (IPTEK) agar siswa dapat tumbuh dan berkembang guna membekali diri dalam tuntutan kehidupan yang semakin mengglobal dan modern. 4) Meningkatkan dan mengembangkan kegiatan ekstrakurikuler 5) Meningkatkan kecintaan dalam melestarikan budaya bangsa sebagai identitas karakter bangsa yang menjunjung tinggi adat ketimuran. 6) Membudayakan budaya tertib dan disiplin pada seluruh warga madrasah 7) Membudayakan perilaku yang berakhla mulia yang dilandasi tuntunan agama sebagai landasan bertindak dan berfikir dalam kehidupan bermasyarakat. 8) Menumbuhkan semangat keunggulan secara intensif kepada seluruh warga madrasah 9) Meningkatkan strategi, fasilitas dan media pembelajaran yang inovatif. c. Tujuan Madrasah 1) Meningkatkan iman dan takwa serta akhlak terpuji seluruh warga madrasah 2) Membiasakan siswa shalat wajib berjamaah 3) Meningkatkan kemampuan inovasi, efektifitas, dan efisiensi proses belajar mengajar yang mampu meningkatkan prestasi akademik; rata-rata Nilai UN/UAMBN naik 0,02 setiap tahun 4) Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan peserta didik sehingga mampu membekali dirinya dalam bermasyarakat yang semakin modern. 5) Mengembangkan prestasi siswa melalui berbagai kejuaraan akademik dan non akademik. 6) Mengembangkan minat, bakat, kepribadian, kemandirian, dan kreatifitas peserta didik melalui kegiatan pengembangan.
7) Meningkatkan pelestarian kekayaan budaya bangsa sebagai identitas pribadi dalam masyarakat. 8) Mempersiapkan peserta didik sebagai bagaian dari anggota masyarakat, bangsa, dan negara yang memiliki budaya tertib dan berdisiplin. 9) Mempersiapkan peserta didik untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi 10) Menjadikan siswa memiliki kesadaran terhadap kelestarian lingkungan hidup disekitarnya. 11) Mampu memberdayakan fasilitas dan lokasi madrasah secara maksimal. 12) Mempu mengadakan dan merawat RKB, perpustakaan, laporatorium IPA, laboratorium komputer, laboratorium multimedia, UKS, fasilitas seni musik, lapangan olahraga dan sarana beribadah yang ada. 13) Mampu mencapai standar penggalangan dana dari berbagai sumber untuk pengembangan manajemen madrasah.
LAMPIRAN 12 Hari/tanggal Nama Madrasah Jenis Data
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
D.MIN.4 : Sabtu, 12 Oktober 2013 : MI Negeri Kecandran : Struktur Organisasi STRUKTUR ORGANISASI
Kepala Madrasah Tata Usaha (TU) Bendahara Dipa Ketua Tim Manajemen BOS Bendahara Tabungan &Sosial Bid. Kurikulum Bid. Kesiswaan Bid. Kepegawaian Bid. Litbang Bid. Pengembangan Minat dan Bakat / Prestasi Bid. UKS Bid. Ekstrakurikuler Bid. PHBI/PHBN Bid. Humas Bid. Sarpras/RTM Bid. Kamtibmad Bid. Koperasi MI Kepala Perpustakaan WALI KELAS Wali kelas 1a Wali kelas 1b Wali kelas Ic Wali kelas II Wali kelas III a Wali kelas III b Wali kelas IV a Wali kelas IV b Wali kelas V Wali kelas VI
: Agus Rahmad Yuwanta, S.Pd : Wawan Qodratullah : Bambang Sudrajat, A.Md : Patmi, S.Pd : Nur Hidayah, S.PdI : Ruchani, S.PdI : Khoiron, S.Ag : Ta’at Santoso, S.Pd : Ghufron, S.Pd : M. Abdul Rohim, S.PdI : Abdul Manaf, S.Pd : Eny Farida, S.Ag : Rozikin, S.Ag : Zuhrotun, S.PdI : Aminudin Latif, S.PdI : Ponimin : Ulish Shihah, S.PdI : Dra. Mukhasanah : Eny Farida, S.Ag : Ulish Shihah, S.PdI : Dra. Mukhasanah : Patmi, S.Pd : Taat Santoso, S.Pd : Nur Hidayah, S.PdI : Ghufron, S.Pd : Rozikin, S.Ag : Khoiron, S.Ag : Ruchani, S.PdI
LAMPIRAN 13 Hari/tanggal Nama Madrasah Jenis Data
D.MIN.5 : Kamis, 12 September 2013 : MI Negeri Kecandran : Guru dan Karyawan GURU DAN KARYAWAN Status
No Jabatan 1 2 3 4
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Kepala Madrasah Guru TU Penjaga
Jumlah
PNS
1
1
15 1 1
12 -
Pendidikan GT/ S2 S1 GTY
DII SMA
SMP
1 3 1 1
14
1 1
Nama-nama Guru dan Karyawan MIN Kecandran Agus Rahmad Y.S.Pd : Kepala MIN Bambang Sudrajat, A.Md : Guru PNS Roziqin, S.Ag : Guru PNS Patmi, S.Pd : Guru PNS Khoiron, S.Ag : Guru PNS Nur Hidayah, S.PdI : Guru PNS Ruchani, S.PdI : Guru PNS Ghufron, S.Pd : Guru PNS Ulish Shihah : Guru PNS Mustafifah, A.Ma : Guru PNS Abdul Rohim, S.PdI : Guru PNS Abdul Manaf, S.Pd : Guru PNS Taat Santoso, S.Pd : Guru PNS Dra. Mukasanah : Guru GT Zuhrotun, A.Ma : Guru GT Aminudin Latif, S.PdI : Guru GT Wawan Qodratullah : Tenaga Administrasi Ponimin : Tenaga Kebersihan
1
LAMPIRAN 14 Hari/tanggal Nama Madrasah Jenis Data
D.MIN.6 : Kamis, 12 September 2013 : MI Negeri Kecandran : Daftar Nilai Ujian Nasional DAFTAR NILAI UJIAN NASIONAL
Tahun
2010/2011
2011/2012
2012/2013
Nilai Klasifikasi Rata-rata Terendah Tertinggi Standar Deviasi Klasifikasi Rata-rata Terendah Tertinggi Standar Deviasi Klasifikasi Rata-rata Terendah Tertinggi Standar Deviasi
Bhs. Indonesia A 8.14 7.50 8.55
Mata Pelajaran Matemati IPA ka C B 5.96 7.14 4.50 6.00 8.25 8.00
Jumlah B 21.24 18.00 24.80
1.58
0.90
0.62
1.52
6.52 4.60 8.60
8.50 1.50 5.34
6.11 4.25 8.25
17.97 10.36 25.35
1.15
1.64
0.95
1.26
A 8.12 5.80 9.60
B 7.08 4.5 9.50
B 7.06 6.00 8.75
B 22.26 17.30 27.00
1.01
1.63
0.89
2.90
Keterangan
LAMPIRAN 15 Hari/tanggal Nama Madrasah Jenis Data
D. MIN.7 : Kamis, 12 September 2013 : MI Negeri Kecandran : Gambar Rata-Rata Hasil UN 2010 s.d 2013
GAMBAR RATA-RATA HASIL UJIAN NASIONAL 2010 S.D 2013 MI NEGERI KECANDRAN
Rata-Rata Hasil UN 25
Rata-rata
20
15
10
5
0 2010/2011
2011/2012
2012/2013
LAMPIRAN 16
D.MIN.8
Hari/tanggal Nama Madrasah Jenis Data
: Jum’at, 13 September 2013 : MI Negeri Kecandran Salatiga : Daftar Siswa Kelas 1 s.d 6 DAFTAR SISWA KELAS 1 S.D 6
Kelas Tahun
Keterangan I
II
III
IV
V
VI
Jumlah
2009/2010
33
24
19
23
17
22
138
2010/2011
40
34
25
18
24
16
157
Kenaikan 14%
2011/2012
34
38
32
24
16
23
167
Kenaikan 6%
2012/2013
28
39
31
31
22
13
164
Penurunan 2%
2013/2014
62
26
37
33
29
21
208
Kenaikan 27%
LAMPIRAN 17 Hari/tanggal Nama Madrasah Jenis Data
D. MIN.9 : Selasa, 5 Nopember 2013 : MI Negeri Kecandran : Gambar Jumlah siswa dari Tahun 2009 s.d 2013
GAMBAR JUMLAH SISWA TAHUN 2009 S.D 2013 MI NEGERI KECANDRAN
250 208 200
Jumlah Siswa
157 150
167
164
2011/2012
2012/2013
138
100
50
0 2009/2010
2010/2011
Tahun Pelajaran
2013/2014
LAMPIRAN 18 Hari/tanggal Nama Madrasah Jenis Data
D.MIN.11 : Selasa, 5 Nopember 2013 : MI Negeri Kecandran Salatiga : Prestasi Akademik dan Non Akademik PRESTASI AKADEMIK DAN NON AKADEMIK
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
URAIAN PRESTASI Pidato B. Inggris Putri Pidato B. Inggris Putra Catur Putra Tenis Meja Putra Lari 60 m Putra Sepakbola Eksedisi MTQ Putra MTQ Putri MTQ Pelajar Putra MTQ Pelajar Putri Elektronika Studen Exsen SMP N I Salatiga MTQ Putri MTQ Putra Adzan Pidato Putri Pidato Putra Khot Putri Khot Putri Adzan MTQ Putri MTQ Putra Khot Adzan MTQ Putra MTQ Putri Calistung
JUARA I II I II II I III I III II I I I II III III II III III I II I I I I II
TINGKAT SD/MI Kota Salatiga SD/MI Kota Salatiga SD/MI Kota Salatiga SD/MI Kota Salatiga SD/MI Kota Salatiga SD/MI Kota Salatiga SD/MI Kota Salatiga SD/MI Kota Salatiga Kota Salatiga Kota Salatiga
TAHUN 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012
Kota Salatiga
2012
MI Kota Salatiga MI Kota Salatiga MI Kota Salatiga MI Kota Salatiga MI Kota Salatiga MI Kota Salatiga SD/MI Kecamatan SD/MI Kecamatan SD/MI Kecamatan SD/MI Kecamatan SD/MI Kota Salatiga SD/MI Kota Salatiga SD/MI Kota Salatiga SD/MI Kota Salatiga MI Kota Salatiga
2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013
LAMPIRAN 19 Hari/tanggal Nama Madrasah Jenis Data
D.MIN.12 : Selasa, 5 Nopember 2013 : MI Negeri Kecandran Salatiga : Keadaan Sarana Prasarana KEADAAN SARANA PRASARANA
NO
NAMA BARANG
JUMLAH
1
Kantor Kepala Madrasah
1
2
Kantor Guru
1
3
Ruang Kelas
10
4
Perpustakaan
1
5
Musholla
1
6
Kamar Mandi/WC
4
7
Kantin
1
8
Ruang UKS
1
9
Aula
1
10
Area Parkir
1
11
Tempat Wudhu
6
12
Gudang
1
13
Laboratorium Komputer
1
14
Komputer siswa
10
15
Komputer guru
6
16
LCD
3
KETERANGAN
LAMPIRAN 20
W.MISM.1 CATATAN WAWANCARA
Hari/tanggal Tempat Pukul Nara Sumber Jabatan Jenis Data Peneliti
: Senin, 6 Oktober 2013 : Ruang Kepala : 11.00 WIB : Siti Rohmini, M.PdI : Kepala MI Ma’arif Mangunsari : Gambaran Umum tentang MI Ma’arif Mangunsari : ”Bagaimana sejarah singkat tentang MI Ma’arif Mangunsari?”
Nara Sumber
: ”MI Ma’arif Mangunsari didirikan oleh masyarakat di lingkungan Mangunsari Salatiga, madrasah kami termasuk dalam naungan LP Ma’arif cabang Salatiga. Yang mendorong berdirinya MI Ma’arif adalah keinginan masyarakat Mangunsari dan sekitarnya akan adanya sekolah yang pada waktu itu masih jarang dan MI Ma’arif Mangusari tergolong sekolah yang berbasis agama Islam yang berdiri pada tanggal 15 Januari 1969 yang dipelopori oleh bapak Jawari, bapak Abdul Syukur, bapak Mahalli dan bapak Abdul Manan”.
Peneliti
: ”Bagaimana perkembangan MI Ma’arif Mangunsari hingga sekarang?”
Nara Sumber
: ”sejak didirikan pada tahun 1969 oleh tokoh masyarakat dibawah naungan LP Ma’arif cabang Salatiga, dalam perkembangannya MI Ma’arif Mangunsari cukup bagus dikarenakan faktor tempat dan dekat perkotaan, hal itu yang membuat MI Ma’arif Mangunsari berinovasi sehingga pada tahun 2012 MI Ma’arif mendapat akreditasi A atau nilai sempurna dari BAN Jawa Tengah dibawah naungan saya sendiri yang dibantu guru dan karyawan MI Ma’arif Mangunsari”.
LAMPIRAN 21
W.MISM.2.a CATATAN WAWANCARA
Hari/tanggal Tempat Pukul Nara Sumber Jabatan Jenis Wawancara
: Kamis, 10 Oktober 2013 : Ruang Kepala Madrasah : 10.00 WIB : Ibu Siti Rohmini, M.PdI : Kepala MI Ma’arif Mangunsari : Pemahaman tentang instructional leader
Peneliti
: ”Apa yang ibu ketahui tentang instructional leader atau kepemimpinan pembelajaran?”
Nara Sumber
: “saya mendengar kepemimpinan pembelajaran/nstructional leader baru pada tahap konsep itupun dari membaca secara tehnik saya belum pernah mendapatkan baik workshop maupun seminar, tapi dari segi kalimah yang digunakan tidak jauh beda dengan kepemimpinan itu sendiri hanya terfokus ke pembelajaran…menurut kami tugas kepala yaitu sebagai administrator, manajer/pemimpin, supervisor, kemampuan wirausaha dan sebagainya, sedangkan pemahaman kami mengenai Instructional Leader / pemimpin yaitu pemimpin yang mampu memimpin untuk merencanakan, mengorganisir, melakukan evaluasi dan mengontrol yang berkaitan dengan pembelajaran. Hal tersebut dapat dilakukan dengan kebersamaan, persamaan persepsi dan merumuskan visi, misi bersama…hal tersebut dapat dilakukan dengan diri sendiri dalam arti kepala harus melakukan sendiri untuk menjadi contoh bagi guru yang lain...”
Peneliti
: “Bagaimana persiapan ibu dalam memahami instructional leader?”
Nara Sumber
: “…persiapan yang dilakukan adalah mencari informasi tentang kepemimpinan pembelajaran, ternyata setelah membaca tidak jauh beda tetapi lebih ditekankan kepada pembelajaran. Dengan begitu kami mengawali dengan merencanakan penyusunan program kerja selama satu tahun berjalan baik yang berkaitan dengan kegiatan madrasah, kegiatan pembelajaran, sarana prasarana, maupun yang berkaitan dengan anggaran dengan melibatkan wali murid, guru tentunya, komite/yayasan dan instansi yang berkaitan. Setelah melakukan penyusunan kerja kami akan melakukan sosialisasi program kerja...”.
LAMPIRAN 22
W.MISM.2.b CATATAN WAWANCARA
Hari/tanggal Tempat Pukul Nara Sumber Jabatan Jenis Wawancara
: Kamis, 10 Oktober 2013 : Ruang Kepala Madrasah : 10.00 WIB : Ibu Siti Rohmini, M.PdI : Kepala MI Ma’arif Mangunsari : Implementasi instructional leader
Peneliti
: “Apa persiapan ibu sebelum mengimplementasikan instructional leader di madrasah ibu?”
Nara Sumber
: “...persiapan yang dilakukan adalah dengan rapat kerja diantaranya untuk menentukan review visi, misi dan tujuan madrasah, apakah masih sesuai apa perlu penambahan/penyempurnaan....selama 8 tahun saya menjadi kepala madrasah, untuk visi dan misi kami merubah secara signifikan baru satu kali yaitu pada tahun 2011, dalam hal ini visi dan misi diselaraskan dengan perubahan dunia pendidikan dan tuntutan perkembangan. Semakin banyak masukan, visi dan misi semakin sempurna dan menekankan kepada kecerdasan, religiusitas dan akhlak mulia...”
Peneliti
: ”Bagaimana ibu melakukan sosialisasi program kerja termasuk visi dan misi madrasah?”
Nara Sumber
: “…kami melakukan sosialisasi tersebut dengan mendatangkan wali murid dengan agenda khusus sosialisasi visi dan misi madrasah. Sedangkan untuk guru dilaksanakan pada saat rapat bulanan, dan stakeholder yang lain banyak melalui media baik dengan surat maupun face to face, yang selanjutnya akan disusun program kerja dan teknik sosialisasi program kerja..”
Peneliti
: “Bagaimana peran ibu dalam manajemen pembelajaran di madrasah?”
Nara Sumber
: “...untuk mengoptimalkan dalam pembelajaran kepala sangat penting perannya diantaranya adalah menyusun pembagian dalam tugas belajar guru yang dilanjutkan dengan menyusun atau melengkapi administrasi sebagai syarat melakukan pembelajaran di kelas. Dengan memantau dan memberi motivasi diharapkan guru dapat melakukan pembelajaran sesuai yang
telah direncanakan dan sesuai dengan visi dan misi madrasah. Kegiatan tersebut biasanya dilakukan pada awal tahun pelajaran...” Peneliti
: “Bagaimana langkah-langkah ibu dalam implementasi instructional leader yang berkaitan dengan peningkatan kualitas madrasah?”
Nara Sumber
: “…dalam rangka untuk meningkatkan kompetensi guru, kami mendatangkan dari akademis misalnya Drs. Sultoni, M.Pd dari STAIN Salatiga, Drs. Mahfudz, M.NLP dari Balai Diklat Keagamaan Semarang, dan dari pengawas Kankemenag maupun Dinas Pendidikan. Madrasah mengundang sesuai kompetensi yang kami inginkan. Selain itu pula kami mengadakan pertemuan guru setiap 2 minggu sekali dalam rangka untuk berbagi dan menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pembelajaran sesuai pengalaman masing-masing...”
Peneliti
: “Bagaimana cara untuk menciptakan iklim pembelajaran yang positif ?”
Nara Sumber
: “ pertama lingkungan kondusif… dengan segala kelemahan dan kelebihan, kami termotivasi untuk menciptakan lingkungan yang mendukung adanya pembelajaran. Hal tersebut terinspirasi ketika kami mengunjungi MIN Malang maupun MI Ma’arif di Magelang. Walaupun secara kualitas dan kuantitas kami masih jauh dari madrasah tersebut, paling tidak kami mencoba untuk mengambil yang menurut kami perlu dikembangkan dan mendukung siswa kami dalam belajar diantaranya berkaitan dengan kebersihan pribadi, kebersihan lingkungan, memperhatikan hal-hal kecil dan selalu mencurahkan dan konsentrasi ke pembelajaran siswa... “… hal yang terpenting dalam pencapaian pembelajaran selain menciptkan lingkungan kondusif, kami juga menjaga harmonisasi. Hal tesebut tidak bisa kami pungkiri, karena setiap guru, karyawan dan bahkan siswa mempunyai tujuan masing-masing. Tujuan-tujuan tersebut perlu kami sinergikan sehingga tidak merugikan madrasah, bahkan bisa kita maksimalkan untuk pengembangan madrasah. Adapun yang berkaitan dengan konflik maupun perbedaan itu hal wajar, yang penting kami selalu menjaga dan memupuk kebersamaan "
LAMPIRAN 23
W.MISM.2.c CATATAN WAWANCARA
Hari/tanggal Tempat Pukul Nara Sumber Jabatan Jenis Wawancara
: Kamis, 10 Oktober 2013 : Ruang Kepala Madrasah : 10.00 WIB : Ibu Siti Rohmini, M.PdI : Kepala MI Ma’arif Mangunsari : Dampak Implementasi instructional leader
Peneliti
: ”Bagaimana dampak implementasi instructional leader dalam perkembangan dan kemajuan madrasah bapak?”
Nara Sumber
: ”…sebenarnya dengan adanya implementasi tersebut memiliki dua dampak bagi madrasah kami, yaitu dampak positif dan negetif...”
Peneliti
: “Jika memang terdapat dua dampak positif dan negatif contohnya seperti apa dan langkah yang digunakan seperti apa?”
Nara Sumber
: “dampak positif...MI Ma’arif Mangunsari mengalami perkembangan yang signifikan hal tersebut terlihat dari jumlah siswa yang selalu meningkat pada tahun 2013/2014 ini kita mendapat siswa kurang lebih 60 siswa, sehingga kita perlu memikirkan menambah ruang kelas. Sedangkan dari kualitas, guru-guru termotivasi dalam meningkatkan pembelajaran dengan pendekatan variatif, dari sisi siswa, prestasi baik akademik maupun akademik meningkat, seperti tahun 2013 ini kita menjuarai Lomba MAPSIUM tingkat MI dengan memperoleh juara umum dan juga nilai UN yang semakin meningkat....sedangkan dampak negatif adalah setiap pendidik mempunyai motivasi yang berbeda hal tersebut merupakan tantangan untuk terus meningkatkan kopetensi selain itu sarana prasarana dan fasilitas yang harus memadai...”
LAMPIRAN 24
W.MISM.2.d CATATAN WAWANCARA
Hari/tanggal Tempat Pukul Nara Sumber Jabatan Jenis Wawancara
: Kamis, 10 Oktober 2013 : Ruang Kepala Madrasah : 10.00 WIB : Ibu Siti Rohmini, M.PdI : Kepala MI Ma’arif Mangunsari : Pemahaman tentang instructional leader
Peneliti
: ”Apa faktor pendukung dan penghambat dalam implementasi instructional leader di madrasah bapak?”
Nara Sumber
: ”…adapun faktor pedukung dalam keberhasilan MI Ma’arif Mangunsari adalah pendidid atau tenaga kependidikan, perpustakaan yang memadai, sarana prasaran pembelajaran dan dukungan yayasan dan komite yang kuat....sedangkan faktor penghambatnya adalah setiap guru mendapat dualisme tugas yaitu tugas administrasi dan mengajar hal itu disebabkan di madrasah belum ada tenaga khusus TU, sarana prasaran yang belum sesuai dengan perbandingan siswa”
LAMPIRAN 25
W.GR.2 CATATAN WAWANCARA
Hari/tanggal Tempat Pukul Nara Sumber Jabatan Jenis Data Peneliti
: Kamis, 10 Oktober 2013 : Ruang Guru : 12.00 WIB : Susriana Wahyu Ika, S.Ag : Guru : Pemahaman tentang instructional leader : ”Apa yang ibu ketahui tentang instructional leader?”
Nara Sumber
: ”…secara spesifik mengenai Instructional Leader kami belum memahami, yang kami tahu bahwa Kepala Madrasah sebagai pemimpin untuk mengatur dan mengorganisir yang berkaitan dengan pembelajaran. Peran kami adalah membantu Kepala Madrasah untuk mewujudkan tujuan madrasah yaitu untuk mencapai keberhasil siswa kami …sebagai bidang kurikulum kami menjabarkan dari hasil program kerja yaitu membagi guru dalam kegaitan belajar mengajar, membuat analisis beban kerja dan memantau serta berpartisipasi dalam pembuatan perangkat pembelajaran yang mendukung pelaksanaan kurikulum di madrasah….”
LAMPIRAN 26 Hari/tanggal Nama Madrasah Jenis Data
D.MISM.1 : Senin, 7 Oktober 2013 : MI Ma’arif Mangunsari : Profil Madrasah PROFIL MADRASAH
Nama Madrasah
: MI Ma’arif Mangunsari
NSM
: 111233730008
Status/Akreditasi
: Swasta/ A tahun 2012
Alamat
: Jl. Abdul Syukur No. 3
Kelurahan
: Mangunsari
Kecamatan
: Sidomukti
Kab/kota
: Kota Salatiga
Nama Kepala
: Siti Rohmini, M.PdI
Kepemilikan Tanah
: Milik Sendiri
Status Bangunan
: Milik Sendiri
Luas Bangunan
: 416 m2
LAMPIRAN 27 Hari/tanggal Nama Madrasah Jenis Data
D.MISM.2 : Senin, 7 Oktober 2013 : MI Ma’arif Mangunsari : Visi, Misi dan Tujuan Madrasah VISI,MISI DAN TUJUAN
a. Visi Madrasah “Terwujudnya warga madrasah yang Cerdas, Religius dan Berakhlakul karimah baik secara individual maupun sosial” b. Misi Madrasah 1) Menanamkan kesadaran prinsip hidup Belajar Sepanjang Hayat. 2) Mengembangkan model pembelajaran yang ENJOY 3) ( Efektif, Nyaman, Jelas, Obyektif dan Islamy ) 4) Memantik potensi dasar siswa secara Multi kecerdasan. 5) Menumbuhkan wawasan patriotisme kebangsaan 6) Mengembangkan pola kehidupan yang menjunjung tinggi Nilai Islamiyah, Budaya Lokal yang baik serta nasionalisme. 7) Mengembangkan potensi masyarakat Peduli Pendidikan 8) Mengembangkan tata lingkungan yang mendukung proses pendidikan c. Tujuan Madrasah 1) Menanamkan kesadaran prinsip hidup Belajar Sepanjang Hayat. 2) Mengembangkan pembelajaran yang ENJOY ( Efektif, Nyaman, Jelas, Obyektif dan Islamy 3) Mengembangkan potensi dasar peserta didik secara terpadu baik kecerdasannya, keagamaannya dan akhlakul karimahnya. 4) Menanamkan wawasan Nasionalisme religius patriotisme kebangsaan 5) Mengembangkan pola kehidupan yang menjunjung tinggi Nilai Islamiyah, Budaya Lokal yang baik serta nasionalisme. 6) Menngembangkan potensi masyarakat Peduli Pendidikan 7) Mengembangkan tata lingkungan yang menunjang proses pendidikan
LAMPIRAN 28 Hari/tanggal Nama Madrasah Jenis Data
D.MISM.3 : Senin, 28 Oktober 2013 : MI Ma’arif Mangunsari : Struktur Organisasi STRUKTUR ORGANISASI
1 2 3
Kepala Madrasah Wakil Kepala Bidang Kurikulum Anggota
4 5
Wakil Kepala Bidang Kesiswaan Anggota
6 7
Wakil Kepala Bidang Sarpras Anggota
8 9
Bendahara Anggota
10 11 12
Sekretaris Anggota Seksi-seksi UKS
13
Pramuka
14
Humas
15
Perpustakaan
16
Koperasi
17 18 19
Pengadaan Buku dan LKS Guru kelas I Abu Bakar As Sidiq Guru kelas I Umar Bin Khatab
: Siti Rohmini, M.Pd.I. : Susriana Wahyu Ika Lestari , S.Ag. : 1. Fauziah, M.Ag 2. Tri Pujiastuti,S.Ag. : Dian Mariani , S.Pd. : 1. Siti Nasiroh, S. Ag. 2. Ismiyati, S.Pd. : M.Turis Niagawan, S.H. : 1. Yasin,A.Md. 2. Syafi’il Abtohi : Fathul Ghufron, S. Pd.I. : 1. Dian Mariani, S.Pd. 2. Tri Handayani, S.Pd.I. : Arifatul Farida, S.Pd. : 1. Ika Setyarini, M.Pd. 1. M.Turis Niagawan, S.H. 2. Khoiriyatun Ni’mah, S.Pd.I. : 1. Ismiyati,S.Pd 2 Dian Mariani , S.Pd. 3. M.Turis Niagawan, S.H. 4. Syafi’il Abtohi : 1. Yasin,A.Md. 2. Fathul Ghufron, S. Pd.I. : 1. Dra.Nurul Aini 2. A.SabiqulUmam,S.Ag. 3. Tri Pujiastuti, S. Ag. 4. Syafi’il Abtohi : 1. Dra.Nurul Aini 2. Ismiyati, S.Pd. 3. Tri Handayani, S.Pd.I. : Arifatul Farida, S.Pd. : Fauziah, M.Ag : Yasin, A. Md.
20 21 22 23 24 25 26 27 28 29
Guru kelas I Usman Bin Affan Guru kelas I Ali Bin Abi Thalib Guru kelas II Al Kindi Guru kelas II Ibnu Sina Guru kelas II Al Ghazali Guru kelas II Ibnu Rusy Guru kelas III Sunan Kalijaga Guru kelas III Sunan Kudus Guru kelas IV Sunan Muria Guru kelas IV Sunan Bonang
30 32 33 34 35 36
Guru kelas V Sunan Ampel Guru kelas V Sunan Giri Guru kelas VI K.H. Hasyim As’ari KKG Penjas KKG Bahasa Inggris KKG Bahasa Jawa
: Susriana Wahyu Ika Lestari , S.Ag : Tri Handayani, S.Pd.I. : Ismiyati, S.Pd. : Arifatul Farida, S.Pd. : Dra.Nurul Aini : Ika Setyarini, M.Pd. : Tri Pujiastuti, S. Ag. : Syafi’il Abtohi : Khoiriyatun Ni’mah, S.Pd.I. : Fathul Ghufron, S. PdI Siti Rohmini, M.Pd.I :.Dian Mariani, S.Pd. : M.Turis Niagawan, S.H : Siti Nasiroh, S. Ag : M.Turis Niagawan, S.H. : Ika Setyarini, M.Pd. : Yasin, A. Md.
LAMPIRAN 29 Hari/tanggal Nama Madrasah Jenis Data
D. MISM.4 : Senin, 28 Oktober 2013 : MI Ma’arif Mangunsari : Guru dan Karyawan GURU DAN KARYAWAN Status GT/ PNS GTY 1
No
Jabatan
Jumlah
1
Kepala Madrasah
1
2
Guru
15
6
9
3
Penjaga
1
-
1
Pendidikan S2
S1
DII
1 1
13 1
NAMA GURU DAN KARYAWAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Siti Rohmini,M.Pd.I Yasin Ismiyati,S.Pd Dra.Nurul Aini Fathul Ghufron, S.Pd.I Tri Pujiastuti, S.Ag Siti Nasiroh, S.Ag A.Sabiqul Umam, S.Ag M. Turis Niagawan S.H Fauziah,M.Ag Dian Mariani.S,Pd Susriana Wahyu Ika L,S.Ag Arifatul Farida , S.Pd Tri Handayani , S.Pd.I Mahmud Khoiriyatun Ni’mah, S.PdI Syafi’I Abtho’i
: : : : : : : : : : : : : : : : :
SMA
Kepala Guru Kelas Guru Kelas Guru Kelas Guru Kelas Guru Kelas Guru Kelas Guru Kelas Guru Kelas Guru Kelas Guru Kelas Guru Kelas Guru Kelas Guru Kelas Penjaga Guru Kelas Guru Kelas
LAMPIRAN 30 Hari/tanggal Nama Madrasah Jenis Data
D. MISM.5 : Senin, 28 Oktober 2013 : MI Ma’arif Mangunsari : Daftar Nilai Ujian Nasional DAFTAR NILAI UJIAN NASIONAL
Tahun
2009/2010
2010/2011
2011/2012
2012/2013
Nilai Klasifikasi Rata-rata Terendah Tertinggi Standar Deviasi Klasifikasi Rata-rata Terendah Tertinggi Standar Deviasi Klasifikasi Rata-rata Terendah Tertinggi Standar Deviasi Klasifikasi Rata-rata Terendah Tertinggi Standar Deviasi
Bhs. Indonesia B 7.35 5.20 8.20
Mata Pelajaran Matemati IPA ka A B 8.10 6.92 5.50 5.00 9.50 8.50
Jumlah B 22.37 15.70 25.75
0.90
1.39
1.05
2.99
A 8.33 7.20 9.20
C 6.34 4.50 8.50
B 7.13 4.25 8.75
B 21.80 17.45 25.25
0.56
1.42
1.05
2.27
B 6.88 4.20 8.20
B 6.53 3.25 9.75
B 6.75 5.25 9.50
B 20.16 13.70 27.45
1.02
1.79
1.18
3.50
A 8.58 7.60 9.40
B 7.22 5.25 10.00
C 6.41 5.50 8.00
B 22.21 18.35 26.65
0.77
1.53
0.78
2.78
Keterangan
LAMPIRAN 31 Hari/tanggal Nama Madrasah Jenis Data
D. MISM.6 : Senin, 28 Oktober 2013 : MI Ma’arif Mangunsari : Gambar Rata-Rata Hasil UN 2009 s.d 2013
GAMBAR RATA-RATA HASIL UJIAN NASIONAL 2009 S.D 2013 MI MA’ARIF MANGUNSARI
Rata-Rata Hasil UN 23 22,5
Rata-rata
22 21,5 21 20,5 20 19,5 19 2009/2010
2010/2011
2011/2012
2012/2013
LAMPIRAN 32 Hari/tanggal Nama Madrasah Jenis Data
D. MISM.7 : Selasa, 8 Oktober 2013 : MI Ma’arif Mangunsari : Daftar Siswa Kelas 1 s.d 6 DAFTAR SISWA KELAS 1 S.D 6 Kelas
Tahun
Jumlah
Ketetangan
I
II
III
IV
V
VI
2009/2010
41
19
12
14
16
13
115
2010/2011
39
39
21
10
15
16
140
Kenaikan 22%
2011/2012
56
38
37
19
9
16
175
Kenaikan 25%
2012/2013
65
53
37
36
17
8
216
Kenaikan 23%
2013/2014
69
61
54
37
37
17
275
Kenaikan 27%
LAMPIRAN 33 Hari/tanggal Nama Madrasah Jenis Data
D. MISM.8 : Rabu, 8 Oktober 2013 : MI Ma’arif Mangunsari : Gambar Jumlah siswa dari Tahun 2009 s.d 2013
GAMBAR JUMLAH SISWA TAHUN 2009 S.D 2013 MI MA’ARIF MANGUNSARI
300
275
250 216 175
Jumlah Siswa
200 140 150
115
100
50
0 2009/2010
2010/2011
2011/2012 Tahun Pelajaran
2012/2013
2013/2014
LAMPIRAN 34 Hari/tanggal Nama Madrasah Jenis Data
D.MISM.9 : Senin, 7 Oktober 2013 : MI Ma’arif Mangunsari Kota Salatiga : Prestasi Akademik dan Non Akademik PRESTASI AKADEMIK DAN NON AKADEMIK
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
URAIAN PRESTASI Olimpiade Matematika Olimpiade MIPA Karate Tenis Meja Khitobah Putra Tartil Putri Adzan Tartil Putri Adzan Olimpiade Matematika Lomba MAPSIUM Pidato Sholat Putra Adzan Khot Putra Tartil Putra Tartil Putri Khitonah Putra
JUARA I I II III II I I I III II Umum I II I II II III III
19
Cerdas Tepat Pramuka
I
20 21
Karate yunior Karate yunior
II II
TINGKAT Kota Salatiga Kota Salatiga Kota Salatiga Kota Salatiga Kecamatan Kecamatan Kecamatan Kota Salatiga Kota Salatiga Kota Salatiga Kota Salatiga Kota Salatiga Kecamatan Kecamatan Kecamtan Kecamatan Kecamatan Kecamatan Karesdenan Semarang Kota Salatiga Provinsi Jateng
TAHUN 2011 2011 2011 2011 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013
LAMPIRAN 35 Hari/tanggal Nama Madrasah Jenis Data
D. MISM.10 : Selasa, 8 Oktober 2013 : MI Ma’arif Mangunsari : Keadaan Sarana Prasarana KEADAAN SARANA PRASARANA
NO
NAMA BARANG
JUMLAH
1
Kantor Kepala Madrasah
1
2
Kantor Guru
1
3
Ruang Kelas
13
4
Perpustakaan
1
5
Kamar Mandi/WC
6
6
Kantin
1
7
Ruang UKS
1
8
Aula
1
9
Area Parkir
1
10
Tempat Wudhu
6
11
Gudang
1
12
Laboratorium Komputer
1
13
Komputer siswa
10
14
Komputer guru
6
15
LCD
3
KETERANGAN
LAMPIRAN 36
W.MIAS.1 CATATAN WAWANCARA
Hari/tanggal Tempat Pukul Nara Sumber Jabatan Jenis Wawancara Peneliti
: Kamis, 17 Oktober 2013 : Ruang Kepala : 09.00 WIB : Zulfa Anturida, S.Pd, S.PdI : Kepala MI Asas Islam Kalibening : Gambaran Umum tentang MI Asas Islam Kalibening : ”Bagaimana sejarah singkat tentang MI Asas Islam Kalibening?”
Nara Sumber
: ”MI Asas Islam Kalibening berdiri pertama kali sekitar tahun 1950 dengan nama Madrasah Diniyah. Madrasah Diniyah merupakan madrasah yang didirikan oleh masyarakat yang khusus mengajarkan pendidikan agama Islam yang bertempat di Masjid Kalibening, Madrasah Diniyah tersebut didirikan oleh Yayasan Ma’arif Kalibening. Dengan adanya tuntutan masyarakat yang menghendaki didirikan Madrasah Ibtidaiyah, maka yayasan bersepakat untuk Mendirikan MI dari rintisan Madrasah Diniyah. Yang notabene MI mengajarkan agama sekaligus umum untuk pelajarannya”.
Peneliti
: ”Bagaimana perkembangan MI Asas Islam Kalibening hingga sekarang?”
Nara Sumber
: ”Setelah dijadikan Madrasah Ibtidaiyah dalam waktu yang lama mengalami penurunan bahkan tidak bisa berkembang, hal itu diakibatkan kurangnya kurangnya pengetahuan tentang menejemen, sehingga tenaga pengajar tidak terorganisir dengan baik dan muridnya menurun. Sehingga pada tahun 2004 dengan dipelopori bapak Khamim SH membentuk kepengurusan baru, dengan adanya kepengurusan baru, maka MI yang semula bernama MI Ma’arif diganti menjadi Asas Islam dengan tujuan supaya netral tidak berpihak pada salah satu ormas, dengan adanya reorganisasi tersebut MI Asas Islam Kalibening mengalami kemajuan hingga sekarang. Dan pada tahun 2012 mendapat akreditasi B dibawah naungan bapak Zulfa Anturida, S.Pd, S.PdI yang beralamat di Jl. Ja’far Shodiq No. 17 Kalibening Kecamatan Tingkir Kota Salatiga”.
LAMPIRAN 37
W.MIAS.2.a CATATAN WAWANCARA
Hari/tanggal Tempat Pukul Nara Sumber Jabatan Jenis Wawancara
: Kamis, 17 Oktober 2013 : Ruang Kepala Madrasah : 09.00 WIB : Bapak Zulfa Anturida, S.Pd., S.PdI : Kepala MI Asas Islam Kalibening : Pemahaman tentang instructional leader
Peneliti
: ”Apa yang bapak ketahui tentang instructional leader atau kepemimpinan pembelajaran?”
Nara Sumber
: “… kami menjadi kepala baru 1 tahun, karena pada tahun 2012 Ibu Musriatun purna tugas/ pensiun. Melalui yayasan dan komite saya diangkat dan diberi kepercayaan untuk mengelola MI Asas Islam Kalibening. Pemahaman kami mengenai kepemimpinan pembelajaran adalah kemampuan kepala untuk mempengaruhi, membimbing dan menggerakkan personil di madrasah untuk bekerjasama secara efektif untuk pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditentukan/ditetapkan...”
Peneliti
: “Apa yang bapak rencanakan sebagai instructional leader?”
Nara Sumber
: “...kami biasanya menginventarisir kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh madrasah sebagai bahan untuk menyusun dan mengambil kebijakan sehingga akan tercapai hasil yang maksimal...untuk mendapatkan formulasi, dalam rapat madrasah merencanakan menghadirkan komite, yayasan dan guru dalam rangka untuk mengevaluasi kinerja madrasah dalam pembelajaran hal itu dilakukan untuk menjaga soliditas diantara madrasah dan komite/yayasan...untuk memaksimalkan dalam kinerja madrasah kepala juga harus bisa menjadi contoh dan tauladan dalam pemberian instruksi.....prinsip yang digunakan adalah pimpinan partisipatif yaitu memberikan kesempatan bagi siapapun untuk mewujudkan madrasah yang baik ”
LAMPIRAN 38
W.MIAS.2.b CATATAN WAWANCARA
Hari/tanggal Tempat Pukul Nara Sumber Jabatan Jenis Data
: Kamis, 17 Oktober 2013 : Ruang Kepala Madrasah : 09.00 WIB : Bapak Zulfa Anturida, S.Pd., S.PdI : Kepala MI Asas Islam Kalibening : Impelentasi instructional leader
Peneliti
: “Apa yang bapak persiapkan dalam pengimplementasian instructional leader di madrasah bapak”?
Nara Sumber
:“… dalam setiap tahun kami melakukan rapat untuk mengevaluasi sekaligus membagi tugas kerja. Yayasan MI Asas Islam Kalibening sangat proaktif, sehingga dari hasil rapat akan ditindaklanjuti dalam rapat bulanan. Yang berkaitan dengan visi dan misi kami baru melakukan perubahan visi dan misi pada tahun 2012, karena hal tersebut disesuaikan dengan situasi dan kondisi saat ini. Untuk penetapan tersebut semua terlibat, sehingga warga madrasah mempunyai tanggungjawab yang sama untuk menyukseskan visi dan misi tersebut...”
Peneliti
: ”Bagaimana Implementasi instructional leader di madrasah bapak?”
Nara Sumber
: “...dalam mengimplementasikannya yang dilakukan pertama kali adalah pertama pengembangan kurikulum yang merupakan prioritas kerja kepala madrasah sehingg terjadi mutu pendidikan, adapun strategi yang digunakan adalah menjalin kualitas pengajaran, pengalokasian waktu pembelajaran, mengawasi dan mengevaluasi pengajaran, mengkoordinir kurikulum, memastikan isi materi tersampaikan dan memonitoring kemajuan siswa...”
Peneliti
: “Bagaimana bapak dalam meningkatkan kompetensi pendidik dalam pembelajaran?”
Nara Sumber
: “…untuk meningkatkan kompetensi pendidik baik dalam merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran dan menilai pembelajaran kami melakukan langkah-langkah sebagai berikut: melihat dan mempelajari dokumen atau kurikulum, mengamati secara langsung, melihat hasil capaian siswa pada
akhir semester, sehingga kekurangan yang ada pada pendidik dapat dievaluasi dan diadakan bimbingan dan pengarahan untuk perbaikan serta melaksanakan supervise kelas…” Peneliti
: “Bagaimana madrasah dalam meningkatkan pembelajaran khususnya siswa?”
Nara Sumber
: “..pada dasarnya MI Asas Islam Kalibening tidak berani menolak siswa, karena hal tersebut sudah diwanti-wanti oleh yayasan. Namun demikian untuk meningkatkan pembelajaran siswa kami melakukan beberapa strategi yaitu dengan sistem seleksi. Sistem tersebut digunakan untuk memetakan kompetensi setiap peserta didik, yang berkaitan dengan input siswa terdapat dua kategori yang pertama pendaftar baru dan kedua pindahan dari sekolah atau madrasah yang lain, hal tersebut mempunyai syarat berbeda...” : “Bagaimana bapak dalam rangka menciptakan iklim pembelajaran yang positif bagi madrasah?”
Peneliti
Nara Sumber
: “...untuk menciptakan suasana pembelajaran yang positif kami lakukan dengan menjalin hubungan komunikasi yaitu dengan menjalin komunikasi yang intens antar unsur madrasah yang ada...sedangkan yang berkaitan dengan hubungan kerja yaitu hubungan kerja yang manusiawi dalam arti menjunjung tinggi disiplin dan aturan yang ada...hubungan koordinasi dan sikronisasi yaitu bekerja dengan tim manajemen dan menerapkan prinsip kepemimpinan yang sesuai dengan tingkat kedewasaan guru di madrasah...sedangkan yang berkaitan dengan konflik yaitu dengan pendekatan humanis rasional dan tepat dalam mengambil keputusan....”
LAMPIRAN 39
W.MIAS.2.c CATATAN WAWANCARA
Hari/tanggal Tempat Pukul Nara Sumber Jabatan Jenis Data
: Kamis, 17 Oktober 2013 : Ruang Kepala Madrasah : 09.00 WIB : Bapak Zulfa Anturida, S.Pd., S.PdI : Kepala MI Asas Islam Kalibening : Dampak implementasi instructional leader
Peneliti
: ”Bagaimana dampak implementasi instructional leader dalam perkembangan dan kemajuan madrasah bapak?”
Nara Sumber
: ”…diantara dampak positif adalah sangat signifikan dalam hal kuantitas maupun kualitas pembelajaran, hal itu dapat dilihat dari segi input maupun output, dalam waktu tiga tahun mengalami pada tahun 2010/2011 mengalami kenaikan 13% dibandingkan dengan tahun 2009/2010, sedangkan untuk tahun 2011/2012 mengalami kenaikan 20%, tahun 2012/2013 mengalami kenaikan 14% dan 2013/2014 mengalami kenaikan 16...adapun dampak negatif adalah membutuhkan tenaga, fikiran dan waktu yang lebih...”
LAMPIRAN 40
W.MIAS.2.d CATATAN WAWANCARA
Hari/tanggal Tempat Pukul Nara Sumber Jabatan Jenis Data
: Kamis, 17 Oktober 2013 : Ruang Kepala Madrasah : 09.00 WIB : Bapak Zulfa Anturida, S.Pd., S.PdI : Kepala MI Asas Islam Kalibening : Faktor pendukung dan penghambat
Peneliti
: ”Apa faktor pendukung dan penghambat dalam implementasi instructional leader di madrasah bapak?”
Nara Sumber
: ”…faktor pendukung dalam implementasi di MI Asas Islam Kalibening adalah pertama stakholdernmadrasah baik tenaga pendidikan maupun pengurus lembaga pendidikan mempunyai komitmen yang kuat untuk memajukan madrasah kedua tenga pendidikan yang dimiliki kurang lebih 92% atau 12 berkualifikasi sarjana/S1 sehingga potensi tersebut bisa dimanfaatkan dengan baik dan terdiri dari 8 PNS yang dapat meringankan keuangan madrasah dalam hal penggajian....adapun faktor penghambat adalah dalam menyamakan persepsi dari setiap unsur madrasah yang berbeda pandangan dan tidak mau mengalah, dan juga program yang telah direncanaka tidak berjalan dengan baik dikarenakan kurangnya pemahaman”
LAMPIRAN 41
W.GR.3 CATATAN WAWANCARA
Hari/tanggal Tempat Pukul Nara Sumber Jabatan Jenis Data
: Kamis, 17 Oktober 2013 : Ruang Guru : 10.00 WIB : Azam Arifin, Siti Khoiriyah : Guru : Pemahaman tentang instructional leader
Peneliti
: ”Apa yang bapak ketahui tentang instructional leader?”
Nara Sumber
: ”…pemimpin yang mampu menggunakan kepemimpinannya untuk tujuan pembelajaran efektif. Pimpinan dapat mengatur, mengkoordinis, membimbing, melaksanakan dan mengontrol pendidik atau guru dalam kegiatan pembelajaran…secara spesifik pemimpin menjalankan perangga sebagai kepala madrasah untuk mengecek administrasi, memantau pembelajaran, memantau perkembangan, mengecaluasi dan mengadakan tindak lanjut...dalam mewujudkan kepemimpinan pembelajar tersebut harus dimulai dari kepala madrasah yang demokratis dalam arti transparansi manajemen dan saling menghargai dalam mengambil keputusan....”
LAMPIRAN 42 Hari/tanggal Nama Madrasah Jenis Data
D.MIAS.1 : Kamis, 17 Oktober 2013 : MI Asas Islam Kalibening Kota Salatiga : Profil Madrasah PROFIL MADRASAH
Nama Madrasah
: MI Asas Islam Kalibening
NSM
: 111233730005
Staturs/Akreditasi
: Negeri/ B
Alamat
: Jl. Ja’far Shodiq No. 17,
Kelurahan
: Kalibening
Kecamatan
: Tingkir
Kab/Kota
: Kota Salatiga
Nama Kepala
: Zulfa Anturida, S.Ag
Kepemilikan Tanah
: Miliki Sendiri
Status Bangunan
: Milik sendiri
Luas Bangunan
: 2.177 m2
LAMPIRAN 43 Hari/tanggal Nama Madrasah Jenis Data
D. MIAS.2 : Kamis, 17 Oktober 2013 : MI Asas Islam Kalibening : Visi, Misi dan Tujuan Madrasah VISI, MISI DAN TUJUAN
a. Visi Madrasah “ Terwujudnya peserta didik yang berprestasi, santun dalam perilaku serta beriman dan bertaqwa” b. Misi Madrasah 1) melaksanakan pemeblajaran PAIKEM 2) memberikan pembinaan lomba 3) menyampaikan pemahaman Alqur’a Hadirs 4) melaksanakan kegiatan beribadah c. Tujuan 1) Membangun sekolah murah dan berkualitas 2) Membentuk peserta didik yang berikaman, berilmu, bertawqa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi Luhur 3) Meningkatkan peserta didik yang berkepribadian mandiri, tangguh, cerdas, terampil, didiplin, kreatri , bertanggungjawab serta beroriensai kemasa depan 4) Menumbuhkan semangat patriotic dan cinta tanah air
LAMPIRAN 44
D. MIAS.3
Hari/tanggal Nama Madrasah Jenis Data
: Kamis, 17 Oktober 2013 : MI Asas Islam Kalibening : Struktur Organisasi
Pelindung
: KH. Maslihudin Yazid Saifudin, S.Ag
Ketua Lembaga
: H. M. Chamim, SH., M.Pd
Kepala Madrasah : Zulfa Anturida, S.Pd., S.PdI Sekretaris
: 1. Drs. Sholihul Hadi 2. Agus Hamin Shodiq
Bendahara
: 1. Drs. Ni’am Abadi 2. Asa Anfaida Maslina, S.PdI
Seksi Pembangunan dan pendidikan : 1. Muktafin 2. Azam Arifin, S.PdI 3. Atina Amalia, S.PdI Seksi Sarana Prasarana : 1. Nur Asiyah, S.Ag 2. Yuli Arifah, S.PdI 3. Siti Khoiriyah, S.PdI Seksi Humas
: 1. Nur Zainudin, S.PdI 2. Eka Santi Budiharni, S.Pd 3. Eliya Indriyani, S.HI
LAMPIRAN 45
D .MIAS.4
Hari/tanggal Nama Madrasah Jenis Data
: Kamis, 17 Oktober 2013 : MI Asas Islam Kalibening Kota Salatiga : Guru dan Karyawan GURU DAN KARYAWAN
No
Jabatan
Jumlah
Status GT/ PNS GTY 1
1
Kepala Madrasah
1
2
Guru
12
7
5
3
Penjaga
1
-
1
Pendidikan S2
S1
DII SMA
1 11
1 1
NAMA GURU DAN KARYAWAN 1
Zulfa Anturida, S.Ag
:
Kepala Madrasah
2
Nur Zainudin, S.PdI
:
Guru PNS
3
Agus Hamim Shodiq
:
Guru DPK
4
Nur Asiyah, S.Ag
:
Guru PNS
5
Siti Khoiriyah, S.PdI
:
Guru PNS
6
Azam Arifin, S.Ag
:
Guru PNS
7
Lubna Fairuza, S.PdI
:
Guru PNS
8
Purwati, S.PdI
:
Guru PNS
9
Yuli Arifah, S.PdI
:
Guru PNS
10
Asa Anfaida Maslina, S.PdI
:
Guru GT
11
Eliya Indriyani, S.PdI
:
Guru GT
12
Eka S. Budiharni, S.Pd
:
Guru GT
13
Atina Amalia Shulha
:
Guru GT
14
Solhan Hadi
:
Karyawan PT
LAMPIRAN 46 Hari/tanggal Nama Madrasah Jenis Data
D. MIAS.5 : Kamis, 17 Oktober 2013 : MI Asas Islam Kalibening Kota Salatiga : Daftar Nilai Ujian Nasional DAFTAR NILAI UJIAN NASIONAL Mata Pelajaran
Tahun
2009/2010
2010/2011
2011/2012
2012/2013
Nilai Klasifikasi Rata-rata Terendah Tertinggi Standar Deviasi Klasifikasi Rata-rata Terendah Tertinggi Standar Deviasi Klasifikasi Rata-rata Terendah Tertinggi Standar Deviasi Klasifikasi Rata-rata Terendah Tertinggi Standar Deviasi
Bhs. Indonesia A 8.04 7.00 9.40
Matematika
IPA
Jumlah
A 7.97 5.25 10.00
A 8.61 7.50 9.75
A 24.62 21.10 29.15
0.71
1.45
0.62
2.40
A 8.67 7.80 9.40
A 7.69 5.50 8.75
A 8.37 6.75 9.50
A 24.73 21.85 26.70
0.42
0.78
0.62
1.30
A 7.69 4.60 9.00
A 8.63 6.00 9.50
A 8.24 7.00 9.50
A 24.56 21.75 27.75
0.98
0.90
0.81
1.56
A 8.74 7.60 9.80
A 7.75 3.50 9.50
A 8.15 7.25 8.75
A 26.64 19.10 27.40
0.68
1.52
0.43
2.20
Keterangan
LAMPIRAN 47 Hari/tanggal Nama Madrasah Jenis Data
D. MIAS.6 : Kamis, 17 Oktober 2013 : MI Asas Islam Kalibening Kota Salatiga : Gambar Rata-Rata Hasil UN 2009 s.d 2013
GAMBAR RATA-RATA HASIL UJIAN NASIONAL 2009 S.D 2013 MI ASAS ISLAM KALIBENING
Rata-Rata Hasil UN 27 26,5
Rata-rata
26 25,5 25 24,5 24 23,5 2009/2010
2010/2011
2011/2012
2012/2013
LAMPIRAN 48 Hari/tanggal Nama Madrasah Jenis Data
D. MIAS.7 : Kamis, 17 Oktober 2013 : MI Asas Islam Kalibening Kota Salatiga : Daftar Siswa Kelas 1 s.d 6 DAFTAR SISWA KELAS 1 S.D 6
Kelas Tahun
Keterangan I
II
III
IV
V
VI
Jumlah
2009/2010
34
26
24
19
20
16
139
2010/2011
38
29
27
23
20
20
157
Kenaikan 13%
2011/2012
54
33
30
28
26
19
189
Kenaikan 20%
2012/2013
45
52
33
32
28
25
215
Kenaikan 14%
2013/2014
60
50
50
32
30
28
250
Kenaikan 16%
LAMPIRAN 49 Hari/tanggal Nama Madrasah Jenis Data
D. MIAS.8 : Kamis, 17 Oktober 2013 : MI Asas Islam Kalibening Kota Salatiga : Gambar Jumlah siswa dari Tahun 2009 s.d 2013
GAMBAR JUMLAH SISWA TAHUN 2009 S.D 2013 MI ASAS ISLAM KALIBENING
300 250
250 215 189
Jumlah Siswa
200 157 150
139
100
50
0 2009/2010
2010/2011
2011/2012 Tahun Pelajaran
2012/2013
2013/2014
LAMPIRAN 50 Hari/tanggal Nama Madrasah Jenis Data
D.MIAS.9 : Kamis, 17 Oktober 2013 : MI Asas Islam Kalibening Kota Salatiga : Prestasi Akademik dan Non Akademik PRESTASI AKADEMIK DAN NON AKADEMIK
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
URAIAN PRESTASI Sepakbola Mini Catur Kaligrafi Pidato Bahasa Arab Pidato Bahasa Jawa Cerdas Cermat Qur’an Lompat Jauh MTQ Putra Tartilul Qur’an Putri Tartitul Qur’an Putra MTQ Tartilul Qur’an Putri Tartitul Qur’an Putra Catur MTQ Tartilul Qur’an Putra CCQAU Sepak Bola Lomba Atletik Lari 600 m Karate (komite) Karate (KATA) Putra Karate (KATA) Putri
JUARA I III II II III I III I I I I II I I III II III III II II II III III
TINGKAT Kota Salatiga Kota Salatiga Kota Salatiga Kota Salatiga Kota Salatiga Kota Salatiga Kota Salatiga Kota Salatiga Kota Salatiga Kota Salatiga Kota Salatiga Kota Salatiga Kota Salatiga Kota Salatiga Kota Salatiga Kota Salatiga Kota Salatiga Kota Salatiga Kota Salatiga Kota Salatiga Provinsi Jateng Kota Salatiga Kota Salatiga
KET 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013
LAMPIRAN 51 Hari/tanggal Nama Madrasah Jenis Data
D. MIAS.10 : Kamis, 17 Oktober 2013 : MI Asas Islam Kalibening Kota Salatiga : Keadaan Sarana Prasarana KEADAAN SARANA PRASARANA
NO NAMA BARANG 1 Kantor Kepala Madrasah
JUMLAH 1
2
Kantor Guru
1
3
Ruang Kelas
9
4
Perpustakaan
1
5
Kamar Mandi/WC
5
6
Kantin
1
7
Ruang UKS
1
8
Aula
1
9
Area Parkir
1
10
Tempat Wudhu
6
11
Gudang
1
12
Laboratorium Komputer
0
13
Komputer siswa
0
14
Komputer guru
6
15
LCD
2
KETERANGAN
LAMPIRAN 52 GAMBAR DOKUMENTASI MI MA’ARIF MANGUNSARI
Dokunentasi wawancara peneliti dengan kepala MI Ma’arif Mangunsari
Dokumentasi dan wawancra peneliti dengan guru MI Ma’arif Mangunsari (Susriana Wahy Ika, S.Ag)
Dokumentasi kegiatan pembelajaran dengan system problem solving
Gambar 4. 4 Dokumentasi piala hasil kejuaraan MI Ma’arif Mangunsari
LAMPIRAN 53 DOKUMENTASI MI ASAS ISLAM KALIBENING Gambar Dokumentasi
Gambar 4.1 Wawancara peneliti dengan kepala madrasah Asas Islam Kalibening bapak Zulfa Anturida, S.Pd
Gambar 4.2. Dokumentasi sarana prasarana MI Asas Islam Kalibening Salatiga
Gambar Dokumentsai
Gambar 4.3 Dokumentasi alur kegiatan guru dalam pembelajaran
Gambar 4.4 Dokumentasi proses pembelajaran di MI Asas Islam Kalibening
LAMPIRAN 54 DOKUMENTASI MIN KECANDRAN SALATIGA
Gambar 4.5 Wawancara dengan bapak Rozikin, S.Ag guru MIN Kecandran Kota Salatiga
Gambar 4.6 Wawancara Peneliti dengan bapak Agus Rahmad Yuwanta, S.Pd kepala MIN Kecandran Salatiga
BIOGRAFI PENULIS
Nama
: RUCHANI
Tempat / Tanggal Lahir
: Grobogan, 18 Juni 1981
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Alamat Rumah
: Jl. Argowedo II Rt. 02/ Rw.07, Kelurahan Ledok, Kecamatan Argomulyo, Kota Salatiga
Riwayat Pendidikan : 1. MI Nahdlatut Thullab, Grobogan, Lulus Tahun 1995 2. MTs Nahdlatut Thulllab, Grobogan, Lulus Tahn 1998 3. MA Yasua Pilangwean, Demak, Lulus Tahun 2001 4. DII STAIN Salatiga, Lulus Tahun 2003 5. S-1 STAIN Salatiga, Lulus Tahun 2006 Riwayat Pekerjaan : 1. Guru MI Al-Mahmud Kumpulrejo 01 2004-2010 2. Guru MIN Kecandran Salatiga 2010 - sekarang Pengalaman Organisasi : 1. Sekretaris Yayasan Al-Ikhlas Ledok
Tahun 2009-sekarang
2. Ketua KKG MI Kota Salatiga
Tahun 2009- 2013
3. Ketua KKG MI Kota Salatiga
Tahun 2013- 2016
Salatiga,
Februari 2014
Penulis,
RUCHANI NIM. M1.11.038