i
PELAKSANAAN SUPERVISI PAI SEBAGAI PENGENDALI MUTU PADA KOMPETENSI PROFESIONAL GURU PAI: STUDI DI KKG PAI KECAMATAN NGAWEN DAN KKG PAI KECAMATAN BANJAREJO KABUPATEN BLORA
Oleh
MUHAMAD ABDUL ANAM NIM. M2.14.011
Tesis diajukan sebagai pelengkap persyaratan untuk gelar Magister Pendidikan Islam
PROGRAM PASCASARJANA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2016
ii
iii
PERNYATAAN KEASLIAN
“ Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Tesis ini merupakan hasil karya sendiri dan sepanjang pengetahuan dan keyakinan saya tidak mencantumkan tanpa pengakuan bahan-bahan yang telah dipublikasikan sebelumnya atau ditulis oleh orang lain, atau sebagaian bahan yang pernah diajukan untuk gelar atau ijasah pada Institut Agama Islam Negeri Salatiga atau perguruan tinggi lainnya.”
Salatiga, 30 Agustus 2016
Yang membuat pernyataan
Muhamad Abdul Anam
iv
ABSTRAK
PELAKSANAAN SUPERVISI PAI SEBAGAI PENGENDALI MUTU PADA KOMPETENSI PROFESIONAL GURU PAI: STUDI DI KKG PAI KECAMATAN NGAWEN DAN KKG PAI KECAMATAN BANJAREJO KABUPATEN BLORA
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan supervisi Pendidikan Agama Islam (PAI) di Kelompok Kerja Guru Pendidikan Agama Islam (KKG PAI) KKG Kecamatan Ngawen dan di KKG PAI Kecamatan Banjarejo yang difokuskan pada a). Teknik pelaksanaan supervisi PAI; b). Dampak penerapan teknik supervisi PAI; dan c). faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan supervisi PAI. Penelitian ini melibatkan Guru PAI (GPAI) yang menjadi pengurus KKG PAI Kecamatan Ngawen dan KKG PAI Kecamatan Banjarejo. Jenis penelitian ini adalah kualitatif (qualitative research) dengan menggunakan pendekatan fenomenologis. Data diperoleh melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi. Analisis data menggunakan model interaktif menurut analisa Miles and Huberman (1984) yaitu: reduksi, display, dan penarikan kesimpulan. Keabsahan data dilakukan dengan memperpanjang waktu penelitian, triangulasi data. Hasil dari penelitian ini adalah: 1). Teknik supervisi yang digunakan dalam kegiatan supervisi PAI oleh Pengawas PAI adalah teknik supervisi individual dengan visitasi dan observasi kelas dan teknik kelompok melalui pemberdayaan KKG PAI, karena dipandang sangat efektif untuk melihat dan memantau perkembangan GPAI secara langsung dan dapat menjangkau pelaksanaan kegiatan supervisi PAI di sekolah-sekolah yang berada di daerah yang jauh; 2). Dampak dari penerapan supervisi PAI adalah adanya peningkatan mutu GPAI yang tampak pada kompetensi profesional GPAI, namun masih minim dalam hal karya ilmiah dan penelitian; 3). Berdasarkan analisa SWOT, ditemukan faktor pendukung dan penghambat didalam pelaksanaan supervisi PAI, baik faktor internal maupun eksternal.
v
MOTTO
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah Setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. Al-Hasyr;18) “If you plan something to do, think its result and risk. If it possibly benefits, so go on, but if it is possibly harmful, so stop it” (jika kau telah merencanakan suatu pekerjaan atau suatu program kerja, maka pikirkanlah akibat atau hasil akhirnya. Jika kemungkinan benar/menguntungkan, maka teruskan, tapi jika kemungkinan sesat (merugikan) maka hentikan rencana itu. (Imam Al-Ghazali)
vi
ABSTRACT
IMPLEMENTATION OF SUPERVISION OF ISLAMIC EDUCATION (PAI) AS QUALITY CONTROL ON PROFESSIONAL COMPETENCE OF ISLAMIC EDUCATION TEACHER: STUDIES IN KKG PAI SUBDISTRICT NGAWEN AND BANJAREJO BLORA REGENCY
This study aimed to investigate the implementation of supervision of Islamic Education ( PAI ) in KKG PAI at Subdistrict Ngawen and Banjarejo, Blora Regency. It focused on; a) Techniques of PAI supervision; b) The impact of the implementation of PAI supervision as quality control on teachers professional competence, and c) Supporting and obstacle factors of PAI supervision. This research involoved PAI‟s teachers whose were grouped in KKG PAI. This study was using qualitative research and phenomenological approach. Data were obtained through interviews, observation, and documentation. Analysis of data using interactive models according to Miles and Huberman analysis (1984) namely reduction, display, and conclusion. Data validation was done by using triangulation data. The results of this research are: 1) Technic of supervision used in supervision PAI is individual technic with visitation and classroom observation and through empowerment of KKG PAI. It is considered very effective to see the progress of GPAI and reach implementation of PAI supervision in some schools located in distant areas; 2) The impact of the implementation of supervision PAI is an increase in the quality of GPAI appears on professional competence of GPAI, but still minimal in terms of scientific work and research; 3). Based on the SWOT analysis, it was found some supporting and obstacle factors in the implementation of supervision PAI, both internal and external factors.
vii
PRAKATA
Syukur Alhamdulillah kami haturkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini dengan baik dan lancar. Penulisan tesis ini dimaksudkan sebagai syarat guna memperoleh gelar magister Program studi Pendidikan Agama Islam kosentrasi Supervisi PAI pada Program Pascasajana Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Penulisan Tesis ini dapat terselesaikan atas bantuan, bimbingan, dan pengarahan dari berbagai pihak, yang menjadikan sumber inspirasi penulis untuk mempertajam wawasan dan kajian dalam Tesis ini. Penulis hanya mampu berdoa kepada Allah dengan ucapan Jazakumullah Ahsanal Jaza’ semoga Allah membalas segala amal sholih dan mencatatnya sebagai investasi di ladang akhirat kelak. Penulis menyampaikan ucapan terimakasih sebanyak-banyaknya kepada: 1.
Bapak Dr. Rahmad Haryadi, M. Pd selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.
2.
Bapak Dr H. Amin Haidari, M.Pd, selaku Direktur Direktorat PAIS Kementerian Agama RI yang telah menyediakan anggaran Program Beasiswa S2 Supervisi Pendidikan Agama Islam bagi Pengawas dan Guru PAI.
3.
Bapak Dr. H. Zakiyuddin Baidhawy, M.Ag, selaku Direktur Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga dan sebagai Dosen Pembimbing penulis yang memberikan kontribusi pemikiran “Spectacular Reconstruction of Thoughts” kepada penulis dalam penyelesaian tesis ini.
viii
4.
Bapak Wiji Suwarno, S.Pd.I, S.IPI, M.Hum, selaku kepala perpustakaan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, yang telah membantu penyediaan referensi guna memperkaya kajian dalam tesis ini.
5.
Seluruh dosen dan karyawan Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, atas masukan, bimbingan serta ketulusan dan keikhlasannya dalam mengajar penulis.
6.
Bapak Wagiman, S.Pd.I selaku ketua KKG PAI Kecamatan Ngawen dan Bapak Muhaimin, S.Ag selaku Pengawas PAI di Kecamatan Ngawen, Bapak Drs. HM. Djauhari selaku Ketua KKG PAI Kecamatan Banjarejo dan Bapak Asnawi, S.Pd.I selaku Pengawas PAI di Kecamatan Banjarejo, beserta seluruh GPAI dan Pengurus KKG PAI atas kesediaan sebagai informan dan fasilitas yang diberikan selama penulis melakukan penelitian sehingga penelitian ini berbuah karya mungil.
7.
Istriku tercinta, Mubarokah, S.Pd.I sebagai pendamping hidup yang senantiasa memompa semangat dalam penyelesaian tesis ini dan anak-anakku Fatih Alfa Mafaza, Zahira Maulida Syifa, dan Ahmad Syarif Fatah yang menjadi buah hati dan bintang-bintang kehidupanku sehingga penulis terpacu untuk merilis masa depan yang lebih indah.
8.
Keluarga besar “Bani Ngadenan” di Sarimulyo Pudak Ngawen Blora dan Keluarga Besar di Blendung Ulujami Pemalang, yang telah mendukung dan membantu baik moril maupun materiil selama penulis “Tholabul ilmi” di kampus tercinta Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.
ix
9.
Teman-teman Mahasiswa Supervisi Program Beasiswa Kementerian Agama RI untuk Pengawas dan Calon Pengawas PAI di Program Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga atas kerja samanya yang baik.
10. Sahabat-sahabat di Boarding House “Bani Hasyim” dan semua pihak yang membantu baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga tesis ini dapat terselesaikan. Tesis ini merupakan hasil “Ijtihad Pemikiran” penulis yang dilakukan dengan penuh perjuangan, trial and error, hingga akhirnya dapat disuguhkan dalam karya mungil yang masih jauh dari kesempurnaan. Penulis berharap tesis ini dapat memberikan manfaat bagi penulis sendiri, bagi para pembaca dan bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya dunia pendidikan pada masa sekarang maupun masa yang akan datang. Tiada gading yang tak retak, penulis menerima masukan, saran dan kritik yang bersifat konstruktif demi penyempurnaan Tesis ini.
Salatiga,
Agustus 2016
Penulis
Muhammad Abdul Anam
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………………………………………………………….
i
HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………………...
ii
HALAMAN PERNYATAAN……………………………………………………... iii ABSTRAK…………………………………………………………………………. iv PRAKATA………………………………………………………………………..... vi DAFTAR ISI……………………………………………………………………….. ix DAFTAR TABEL………………………………………………………………….. xi DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………………… xii DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………………….. xiii
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang……………………………………………………...
1
B. Rumusan dan Batasan Masalah…………………………………….. 5 C. Signifikansi Penelitian……………………………………………...
7
D. Kajian Pustaka…………… ………………………………………..
9
E. Metode Penelitian…………………………………………………... 14 F. Sistematika Penulisan………………………………………………. 18
BAB II
BAB III
KERANGKA TEORI A. Supervisi PAI …...………………………………………………….
20
B. Kompetensi Profesional Guru ... …………………………………...
28
C. Pengendalian Mutu...……………………………………………....
31
D. Kelompok Kerja Guru Pendidikan Agama Islam (KKG PAI) …….
33
GAMBARAN UMUM KELOMPOK KERJA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (KKG PAI) DI LINGKUNGAN KKG PAI KECAMATAN NGAWEN DAN DI KKG PAI KECAMATAN BANJAREJO
xi
A. Gambaran Umum Kelompok Kerja Guru Pendidikan Agama Islam (KKG PAI) Kecamatan Ngawen dan KKG PAI kecamatan Banjarejo ……………...………………………………………….
35
B. Program Kerja Kelompok Kerja Guru Pendidikan Agama Islam (KKG PAI) Kecamatan Ngawen dan KKG PAI Kecamatan Banjarejo …………………………………………………………..
BAB IV
46
PELAKSANAAN SUPERVISI PAI SEBAGAI PENGENDALI MUTU KOMPETENSI PROFESIONAL GURU PAI 1. Teknik Supervisi PAI di Lingkungan KKG PAI Kecamatan Banjarejo dan KKG PAI Kecamatan Banjarejo ………………...
50
2. Dampak Penerapan Teknik Supervisi PAI Berbasis Kelompok ... 65 3. Faktor-faktor
Pendukung
dan
Penghambat
Pelaksanaan
Supervisi PAI di Lingkungan KKG PAI Kecamatan Banjarejo dan KKG PAI Kecamatan Banjarejo ……………………………
BAB V
92
SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan……………………………………………………………..
99
B. Saran…………………………………………………………………
101
. DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………
102
LAMPIRAN………………………………………………………………………..
105
BIOGRAFI PENULIS
xii
DAFTAR TABEL
Tabel Tabel 4.1.
Hal Karakteristik pelaksanaan Supervisi PAI di lingkungan KKG PAI Kecamatan Ngawen dan KKG PAI Kecamatan Banjarejo Kabupaten Blora ………………………………
Tabel 4.2.
61
Kualifikasi Pendidik GPAI di KKG PAI Kecamatan Ngawen dan KKG PAI Kecamatan Banjarejo Kabupaten Blora ……………………………………………………… 67
Tabel 4.3.
Masa Kerja Guru Pendidikan Agama Islam (GPAI) di lingkungan KKG PAI Kecamatan Ngawen dan KKG PAI Kecamatan Banjarejo Kabupaten Blora…………………... 70
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Hal
Gambar 1.1.
Model Interaktif …………………………………………..
17
Gambar 2.1.
Konsep Supervisi …………………………………………
20
Gambar 2.2.
Sistem Fungsi Supervisi ………………………………….. 25
Gambar 3.1
Bagan Kepengurusan Organisasi KKG PAI Kecamatan Ngawen …………………………………………………...
Gambar 3.1
43
Bagan Kepengurusan Organisasi KKG PAI Kecamatan Banjarejo …………………………………………………. 44
Gambar 4.1.
Sirkulasi Kegiatan Supervisi PAI ………………………..
63
xiv
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Lampiran 1.
Data Informan …………………………………………….
Lampiran 2.
Pedoman Pengumpulan Data Penelitian Tesis (wawancara dengan Guru PAI) di Lingkungan KKG PAI Kecamatan Ngawen dan KKG PAI Kecamatan Banjarejo ……………
Lampiran 3.
Pedoman Pengumpulan Data Penelitian Tesis (wawancara dengan Pengawas PAI di Lingkungan KKG PAI Kecamatan
Ngawen
dan
KKG
PAI
Kecamatan
Banjarejo………………………………………………….. Lampiran 4.
Hasil Wawancara Terstruktur .......………………………..
Lampiran 5.
Kualifikasi Pendidikan Guru PAI ………………………...
Lampiran 6.
Keadaan Masa Kerja Guru PAI …………………………..
Lampiran 7.
Keadaan Guru PAI yang telah bersertifikasi …………….. Kemampuan Guru PAI dalam membuat Perencanaan Pembelajaran ……………………………………………...
Lampiran 8.
Penilaian Atasan (Pengawas PAI) terhadap Guru PAI……
Lampiran 9.
Data Guru PAI sebagai Peserta Diklat ……………………
Lampiran 10. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian ……….. Lampiran 11. Gambar-Gambar Kegiatan Supervisi pada Studi Lapangan Penelitian di KKG PAI dan Observasi Kelas ……………
1
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang masalah Kedudukan guru sebagai tenaga profesional mempunyai tugas pokok terwujudnya
penyelenggaraan
pembelajaran
sesuai
dengan
prinsip
profesionalisme, sehingga setiap warga negara memperoleh hak yang sama dalam memperoleh pendidikan yang bermutu. Guru sebagai agen pembelajaran memiliki peran antara lain: sebagai fasilitator, motivator, pemacu, perekayasa pembelajaran, dan pemberi inspirasi belajar bagi peserta didik.1 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan
Nasional, Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan menyebutkan bahwa guru adalah pendidik professional. Seorang guru atau pendidik professional harus memiliki kualifikasi akademik minimum sarjana (S-1) atau diploma empat (D-IV), menguasai kompetensi (pedagogik, profesional, sosial, dan kepribadian), memiliki sertifikat pendidik, sehat jasmani dan ruhani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.2 Salah satu aspek kompetensi guru yang harus dimiliki oleh guru termasuk GPAI (Guru Pendidikan Agama Islam) adalah kompetensi 1
Doni Juni Prianso, Kinerja dan Profesionalisme Guru (Fokus Pada Peningkatan Kualitas Pendidikan, Sekolah Dan Pembelajaran, Bandung, Alfabeta, 2014, 108. 2 Jamil Suprihatiningrum, Guru Profesional (Pedoman Kinerja, Kualifikasi&Kompetensi Guru). Jogjakarta: AR-Ruzz Media, 2012, 93.
2
profesional.
Kompetensi
profesional
guru
menggambarkan
tentang
kemampuan yang harus dimiliki oleh seseorang yang mengampu jabatan sebagai seorang guru, artinya kemampuan yang ditampilkan itu menjadi ciri keprofesionalannya.3 Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan pasal 28 ayat (3) butir c dikemukakan bahwa yang dimaksud kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing siswa memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam standar nasional pendidikan.4 Regulasi pemerintah tersebut di atas menunjukkan bahwa upaya pencapaian guru profesional diperlukan berbagai persyaratan yang harus dipenuhi baik secara administatif dengan kualifikasi pendidikan yang harus dipenuhi juga berbagai ketrampilan dalam membimbing peserta didik sehingga mencapai prestasi yang gemilang. Untuk menjaga dan memantau profesionalitas guru dalam pelaksanaan pendidikan di lapangan, diperlukan adanya upaya pengawasan atau pengendalian yang dapat menjaga kualitas dalam proses pembelajaran, baik secara langsung maupun tidak langsung. Bentuk kegiatan yang dapat dijadikan sebagai upaya dalam pengendalian mutu guru dalam menjalankan tugas dan menjaga kompetensi profesional guru PAI adalah melalui kegiatan supervisi.5 3
Jamil Suprihatiningrum, Guru Profesional …, 115. Jamil Suprihatiningrum, Guru Profesional …, 115. 5 Supervisi adalah suatu usaha menstimulasi, mengkoordinasi, dan membimbing secara kontinyu pertumbuhan guru-guru di sekolah baik secara individual maupun secara kolektif, agar lebih mengerti dan lebih efektif dalam mewujudkan seluruh fungsi pengajaran. Dengan demikian mereka dapat menstimulasi dan membimbing pertumbuhan tiap murid secara kontinyu serta mampu dan lebih cakap berpartisipasi dalam masyarakat demokrasi modern. Piet A. Sahertian, Konsep Dasar Dan Teknik Supervisi Pendidikan (Dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia),Jakarta: Rineka Cipta, 2010, 17. 4
3
Esensi supervisi sebagai layanan professional oleh Pengawas kepada para guru dapat mencapai sasaran dan target yang diinginkan bila disertai dengan tujuan yang jelas. Glickman
sebagaimana
yang
dikutip
oleh
Sally
mengemukakan tentang tujuan supervisi sebagai berikut:
J.
Zepeda,
“the goal of
instructional supervision is to help teachers learn how to increase their own capacity to achieve professional learning goals for their students” (tujuan supervisi pendidikan adalah upaya untuk membantu guru dalam belajar bagaimana cara meningkatkan kecakapan atau kemampuan mereka untuk mencapai tujuan pembelajaran terhadap peserta didik).6 Menurut Glickman sebagaimana yang dikutip oleh Muhammad Faturrahman dan Hindama Ruhyanani, menegaskan bahwa melalui supervisi akademik diharapkan kualitas
akademik
yang
dilakukan
oleh
guru
semakin
meningkat.
Pengembangan kemampuan dalam konteks ini janganlah ditafsirkan secara sempit
semata-mata
ditekankan
pada
peningkatan
pengetahuan
dan
ketrampilan mengajar guru, melainkan juga pada peningkatan komitmen (commitment), atau kemauan (willingness), atau motivasi (motivation) guru sebab dengan meningkatkan kemampuan dan motivasi kerja guru, kualitas pembelajaran akan meningkat.7 Kegiatan supervisi pada bidang Pendidikan Agama Islam (supervisi PAI) pada jenjang pendidikan sekolah dasar di Kabupaten Blora, dilakukan
6
Sally J. Zepeda, Instructional Supervision (Applying Tools and Concepts), New York: Eye On Education, 1956, 19. 7 Muhammad Fathurrahman & Ruhyanani,Hindama, Sukses Menjadi Pengawas Sekolah Ideal. Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA, 2015, 52.
4
oleh Pengawas PAI yang ditunjuk dari Kantor Kementerian Agama Kabupaten Blora. Pelaksanaan supervisi lebih sering dilakukan melalui supervisi pembelajaran (kunjungan sekolah dan observasi kelas) dengan menggunakan teknik individual. Namun, pelaksanaan supervisi ini ternyata tidak dapat mencakup
sekolah-sekolah
secara
keseluruhan,
sehingga
terkadang
menimbulkan complain (keluhan) atau “kecemburuan” dari sekolah yang lain yang jarang dikunjungi oleh kegiatan supervisi (karena faktor geografis secara riil, terdapat sekolah-sekolah yang jauh atau sekolah yang berada di dalam hutan dan bukit serta akses transpotasi yang sulit). Hal semacam ini selain dapat mereduksi “elan vital” (motivasi) guru PAI dalam hal peningkatan profesionalitas dalam pendidikan, juga dapat memangkas kreatifitas guru dalam beraktualisasi dalam pengembangan profesi guru secara kolegial. Berdasarkan pada realitas di atas, diperlukan suatu teknik supervisi yang efektif dan efisien yang dapat menjangkau dalam pemantauan perkembangan guru PAI secara keseluruhan dan dapat mengarahkan, serta memotivasi guru untuk lebih profesional dalam menjalankan tugasnya. Dengan demikian, pelaksanaan supervisi dengan memberdayakan atau menguatkan keberadaan KKG PAI, dipandang sangat efektif dalam meningkatkan kompetensi profesional guru PAI. Pola ini diorientasikan pada pengembangan profesional guru secara kolektif dan berkelanjutan dengan mengutamakan pendekatan kelompok dalam kegiatan supervisi. Kelompok Kerja Guru Pendidikan Agama Islam (KKG-PAI) Kecamatan Ngawen dan KKG PAI Kecamatan Banjarejo, selain berfungsi sebagai wadah dalam pengembangan profesional guru secara
5
kooperatif dan berkelanjutan (Cooperative Profesional Development), juga dapat digunakan sebagai alat dalam pelaksanaan kegiatan supervisi PAI secara kolektif. Dari uraian di atas, penulis merasa tertarik untuk mengadakan penelitian lebih dekat dengan menggali informasi secara deskriptif tentang pelaksanaan supervisi PAI yang berperan sebagai sarana pengendali mutu pada kompetensi profesional guru PAI, serta ingin mengetahui lebih lanjut tentang kualifikasi akademik, dan keterlibatannya dalam forum-forum ilmiah, hasil prestasi guruguru PAI dalam membimbing siwa, serta partisipasi guru PAI dalam berbaur di masyarakat. Pada akhirnya, penulis menuangkan penelitian ini dengan judul “Pelaksanaan Supervisi Pendidikan Agama Islam (PAI) Sebagai Pengendali Mutu pada Kompetensi Profesional Guru PAI“ (Studi di Lingkungan KKG PAI Kecamatan Ngawen dan KKG PAI Kecamatan Banjarejo di Kabupaten Blora).
B.
Rumusan Masalah Sesuai dengan uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang di atas, maka terdapat beberapa rumusan masalah yang dijadikan acuan oleh penulis dalam penelitian ini. 1.
Identifikasi Masalah Berdasar latar belakang penelitian di atas, terdapat banyak faktor yang melatarbelakangi terbentuknya kompetensi profesional guru, antara lain: pelaksanaan supervisi PAI, teknik yang digunakan dalam kegiatan
6
supervisi, peran supervisor/pengawas, dan peran organisasi pengembangan profesional
guru
secara
berkelompok
(Cooperative
Profesional
Development) yang dalam penelitian ini terfokus pada Kelompok Kerja Guru Pendidikan Agama Islam (KKG PAI) Kecamatan Ngawen dan KKG PAI Kecamatan Banjarejo. 2. Pembatasan Masalah Supaya penelitian lebih fokus pada pembahasan inti, maka penulis memberikan batasan masalah pada: Supervisi PAI yang fokus pada teknik supervisi secara kolektif (kelompok), kompetensi profesional guru PAI, mutu pendidikan yang fokus pembelajaran dan Kelompok Kerja Guru Pendidikan Agama Islam (KKG PAI). 3.
Rumusan Masalah Dalam penelitian ini, penulis memfokuskan kajian dan membuat rumusan masalah penelitian sebagai berikut: a.
Bagaimanakah teknik supervisi PAI di lingkungan KKG PAI Kecamatan Ngawen dan KKG PAI di Kecamatan Banjarejo Kabupaten Blora?
b.
Bagaimana dampak penerapan supervisi PAI terhadap kompetensi profesional guru PAI di lingkungan KKG PAI Kecamatan Ngawen dan KKG PAI di Kecamatan Banjarejo Kabupaten Blora?
c.
Faktor-faktor apa sajakah yang mendukung dan menghambat pada pelaksanaan supervisi PAI di lingkungan KKG PAI Kecamatan Ngawen dan di KKG PAI Kecamatan Banjarejo di Kabupaten Blora?
7
C.
Signifikansi Penelitian Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk memperoleh temuan baru mengenai pelaksanaan kegiatan supervisi dan penerapan teknik supervisi PAI yang berperan sebagai pengendali mutu kompetensi profesional guru mata pelajaran PAI khususnya di lingkungan Kelompok Kerja Guru Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam (KKG PAI) di Kecamatan Ngawen dan KKG PAI di Kecamatan Banjarejo di Kabupaten Blora. Temuan tersebut dapat dijadikan landasan dalam upaya mengembangkan kompetensi profesional dan berperan sebagai pengendalian mutu guru PAI agar pelaksanaan pembelajaran dapat berjalan dengan lebih efektif dan efesien. 1. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dipaparkan di atas, maka tujuan yang ingin dicapai oleh penulis dalam pelaksanaan kegiatan penelitian ini yaitu ingin mengetahui: a. Teknik supervisi PAI sebagai pengendali mutu kompetensi profesional guru PAI di lingkungan KKG PAI di Kecamatan Ngawen dan di KKG Kecamatan Kecamatan Banjarejo, di Kabupaten Blora. b. Dampak penerapan teknik supervisi PAI sebagai pengendali mutu pada kompetensi profesional guru PAI di lingkungan KKG PAI di Kecamatan Ngawen dan KKG PAI di Kecamatan Banjarejo di Kabupaten Blora. c. Faktor-faktor pendukung dan penghambat supervisi PAI sebagai pengendali mutu pada kompetensi profesional guru PAI di lingkungan
8
KKG PAI di Kecamatan Ngawen dan KKG PAI di Kecamatan Banjarejo di Kabupaten Blora. 2. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat penelitian ini sebagai berikut: a. Secara teoretis, Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah keilmuan khususnya yang berkenaan dengan pelaksanaan teknik supervisi PAI sebagai pengendali mutu pada kompetensi profesional guru PAI supaya dapat mengontrol mutu pembelajaran, serta dapat menjadi bahan masukan bagi siapapun yang berminat menindak lanjuti hasil penelitian ini pada bidang penelitian yang relevan. b. Secara praktis, Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi: 1) Bagi penulis, hal ini bisa menambah wawasan dan cakrawala keilmuan khususnya tentang pelaksanaan teknik supervisi
PAI
sebagai pengendali mutu pada kompetensi profesional guru PAI. 2) Bagi guru PAI, sebagai referensi dalam memperbaiki kegiatan pembelajaran demi tercipta mutu pendidikan yang optimal. 3) Bagi
pengawas
atau
kepala
sekolah,
diharapkan
dapat
mengembangkan dan meningkatkan kualitas supervisi PAI dengan menggunakan teknik supervisi yang bervarian dalam rangka pengembangan profesionalitas guru.
9
4) Bagi pengurus KKG PAI, penelitian ini dapat dijadikan sebagai “inspirasi” untuk lebih menggiatkan pengurus dan anggota KKG lainnya dalam melaksanakan program-program kerja yang telah direncanakan, serta menjadi “pioneer” lahirnya “inspiring teachers” yang bisa dijadikan model oleh guru lainnya. 5) Seluruh pembaca, sebagai pengetahuan atau informasi untuk menambah wawasan, partisipasi dan kepedulian terhadap dunia pendidikan karena dibutuhkan keterlibatan banyak pihak untuk menghasilkan kualitas pendidikan yang lebih bermutu terutama pada SDM pendidik.
D.
Kajian Pustaka Penelitian tentang supervisi pendidikan sudah banyak dilakukan baik dalam bentuk buku, maupun dalam bentuk tesis. Telaah pustaka ini dilakukan untuk melihat sejauh mana masalah supervisi ini dikaji dalam penelitian sebelumnya. Adapun penelitian terkait yang pernah dilakukan sebelum penelitian ini yaitu sebagai berikut: Tesis yang ditulis oleh Wahid Hasyim bertujuan untuk mendeskripsikan supervisi pembelajaran oleh kepala sekolah di MTs Negeri dan SMP Islam AlAzhar 18 Salatiga dalam meningkatkan kompetensi guru. Penelitian ini bersifat kualitatif dengan pendekatan fenomenologis dengan analisa model interaktif. Hasil penelitian adalah sebagai berikut (1) pelaksanaan supervisi pembelajaran yang dilakukan oleh kepala sekolah/madrasah ditandai dengan melalui
10
membuat perencanaan jadwal supervisi, pelaksanaannya menggunakan model, pendekatan dan teknik supervisi, observasi kelas dilakukan dengan menggunakan instrumen, dan menindaklanjuti supervisi. (2) Pelaksanaan supervisi ditinjau dari teori supervisi di kedua sekolah/madrasah tersebut hanya sebagian yang dilaksanakan (3) Dampak supervisi dapat meningkatan kompetensi profesional ditandai dengan meningkatnya guru dalam membuat silabus dan RPP secara mandiri. (4) Perbedaan pelaksanaan supervisi di MTs Negeri belum melibatkan wakil kepala madrasah dan guru senior, sedangkan di SMP Islam Al-Azhar telah melibatkan wakil kepala sekolah dan guru senior, dan dampaknya dapat meningkatkan kompetensi profesional guru. 8 Noor Janah dalam penelitian tesisnya, membahas bagaimana
peran
supervisi pengawas PAI dalam peningkatan profesionalitas guru dengan mengambil objek penelitian di SD 2 Gulang Mejobo Kudus dan MI Nurul Huda Gulang Mejobo. Penelitian ini bersifat kualitatif-deskriptif, dengan pendekatan studi kasus serta menggunakan analisa data induktif analisis data. Simpulan hasil penelitian menjelaskan bahwa peran Supervisi pengawas PAI dalam menjalankan tugasnya belum menunjukkan signifikansi, hal ini tidak terlepas dari pemahaman para pengawas terhadap hakekat Supervisi itu sendiri. Para pengawas masih terpaku dengan jabatannya sebagai pengawas, yaitu mengawasi guru dengan melakukan banyak koreksi atau mencari kesalahan orang lain. Tugas pengawas untuk melayani dan membantu guru yang merasa
8
Wahid Hasim, Supervisi Pembelajaran Kepala Madrasah dalam Meningkatkan Kompetensi Guru (Studi Multi Kasus di Mts. Negeri dan SMP Islam Al-azhar 18 Salatiga). Tesis, Program Studi Pendidikan Agama Islam, Program Pascasarjana Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga, 2013.
11
kesulitan dalam meningkatkan kualitas pembelajarannya terabaikan. Penelitian ini hanya berfokus pada peran pengawas, namun tidak memberikan solusi aplikatif dengan menawarkan model pengembangan dalam mensupervisi guru, sehingga sangat berbeda dengan penelitian penulis.9 Tesis yang ditulis oleh Tri Martiningsih bertujuan untuk mengetahui pengaruh supervisi akademik dan partisipasi guru dalam KKG terhadap kompetensi profesional guru sekolah dasar Negeri di kecamatan Pekalongan utara Kota Pekalongan.”10 Penelitian ini menggunakan Pendekatan kuantitatif. Analisis menggunakan statistik regresi tunggal dan regresi ganda. Populasinya guru SD Negeri di Kecamatan Pekalongan Utara 243 orang. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah 1) semakin tinggi supervisi akademik akan mengakibatkan semakin tinggi kompetensi profesional guru, 2) semakin tinggi partisipasi Guru dalam KKG semakin tinggi kompetensi profesional guru, 3) semakin tinggi supervisi akademik dan partisipasi guru dalam KKG akan mengakibatkan semakin tinggi kompetensi profesional guru. Penelitian ini tidak mengupas keterlibatan guru secara menyeluruh dalam forum-forum ilmiah, prestasi yang dicapai dalam membimbing siswa, dan keterlibatan guru dalam organisasi guru di luar KKG dan organisasi social, serta tidak mengkaitkan peranan supervisi pembelajaran sebagai pengendali mutu sehingga masih bersifat umum.
9
Noor Janah, “Peranan Pengawas Pendidikan Agama Islam Dalam Meningkatkan Profesionalisme Guru (Studi Kasus Mata Pelajaran PAI di SD 2 Gulang Mejobo Kudus dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) Nurul Huda Gulang Mejobo Kudus)”, Tesis, Program Pascasarjana UNWAHAS Semarang, 2011, ix. 10 Tri Martiningsih, “ Pengaruh Supervisi Akademik dan Partisipasi Guru dalam KKG terhadap Kompetensi Profesional Guru Sekolah Dasar Negeri di kecamatan Pekalongan utara Kota Pekalongan”, Tesis, Program Pascasarjana Universitas Negeri Semarang, 2008.
12
Penelitian Diniyah Puteri Harahap bertujuan untuk mengetahui apakah supervisi akademik teknik workshop dapat meningkatkan kemampuan guru Bahasa Inggris dalam pelaksanakan pembelajaran aktif. Hipotesis tindakan adalah penerapan supervisi akademik teknik workshop dapat meningkatkan kemampuan guru melaksanakan pembelajaran aktif. Penelitian ini dilaksanakan di SMAN Rayon 5 Medan. Waktu penelitian dilaksanakan selama 2 bulan yaitu mulai bulan Januari 2014 sampai dengan maret 2014. Hasil temuan penelitian ini menemukan bahwa penerapan supervisi akademik teknik Workshop dapat meningkatkan pembelajaran aktif. Penelitian ini berorientasi pada peran guru dalam kegiatan pembelajaran di dalam kelas sehingga berbeda dengan penelitian yang dilakukan penulis.11 Penelitian Dadang Suhardan bermaksud untuk mengetahui efektifitas pengawasan yang dilakukan secara profesional sebagai upaya dalam meningkatkan mutu pembelajaran pada era otonomi daerah. penelitian ini dituangkan di dalam jurnal. Penelitian ini menggunakan pendekatan inquiry qualitative dengan supervisi pembelajaran sebagai grand teorinya. Dalam penelitiannya disimpulkan bahwa supervisi sekolah yang masih amatir merupakan salah satu kendala dalam meningkatkan kualitas pendidikan nasional di era otonomi dan global ini, khususnya pada tingkat sekolah dasar. Supervisi akademik yang dilakukan tidak secara profesional
11
tidak dapat
Diniyah Puteri Harahap, “Supervisi Akademik Teknik Workshop Meningkatkan Kemampuan Guru Pelaksanakan Pembelajaran Aktif”, Jurnal Manajemen Pendidikan Indonesia Vol 6 No. 2 (Oktober 2014).
13
meningkatkan profesionalitas guru secara efektif. Hal ini justru menunjukkan kualitas pendidikan yang rendah.12 Berdasarkan
penelitian
yang
sudah
ada,
peneliti
mencoba
mengetengahkan fokus penelitian yang berbeda. Jika penelitian sebelumnya lebih diorientasikan pada kegiatan pembelajaran di kelas dan tidak menyoroti peran aktif guru yang menjabat sebagai pengurus KKG PAI dalam kegiatan reflektif, maka dalam penelitian ini lebih menitikberatkan
pada teknik
supervisi PAI yang sering digunakan oleh supervisor atau pengawas PAI yang terfokus pada organisasi kerjasama pengembangan profesional guru PAI atau Kelompok Kerja Guru Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam, yang menitikberatkan pada keterlibatan guru PAI secara kolegial dalam mengikuti kegiatan-kegiatan supervisi yang diorientasikan pada pembinaan guru-guru PAI. Disamping itu, penelitian ini menyoroti semangat dan kinerja guru-guru PAI dan partisipasi aktif guru dalam mengikuti kegiatan KKG PAI dan forumforum ilmiah lainnya serta berbagai organisasi baik pendidikan maupun social yang diikuti GPAI yang dapat menunjang tercapainya kecakapan guru dalam pembelajaran sehingga terbentuk peningkatan kompetensi profesional guru yang pada akhirnya bermuara pada terbentuknya mutu
pembelajaran
khususnya pada mata pelajaran PAI.
12
Dadang Suhardan, “Efektivitas Pengawasan Profesional dalam Meningkatkan Mutu Pembelajaran pada Era Otonomi Daerah”, EDUCATIONIST No. I Vol. I (Januari 2007).
14
E.
Metode Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif disebut pula sebagai penelitian lapangan (field research) yaitu penelitian yang dilakukan penulis dengan cara terjun langsung ke lapangan. Penelitian kualitatif penulis gunakan untuk menjelaskan data-data yang penulis dapatkan dari hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi yang penulis lakukan di lapangan. Sedangkan pendekatan yang penulis gunakan adalah pendekatan fenomenologis. Fenomenologi tidak berasumsi bahwa peneliti mengetahui arti sesuatu bagi orang-orang yang yang diteliti oleh mereka.13 Studi fenomenologis (phenomenological studies) mencoba mencari arti dari pengalaman dalam kehidupan. Peneliti menghimpun data berkenaan dengan konsep, pendapat, pendirian, sikap, penilaian, dan pemberian makna terhadap situasi atau atau pengalaman-pengalaman dalam kehidupan. Tujuan dari penelitian fenomenologis adalah mencari atau menemukan makna dari hal-hal yang esensial atau mendasar dari pengalaman hidup.14 Penulis menggunakan pendekatan ini karena sesuai dengan fenomena yang terjadi di lapangan.
13
Lexy J. Moeleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1999,
14
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya,
9. 2015, 60.
15
2. Objek Studi Penelitian ini mengambil objek studi pada kegiatan supervisi PAI yang dilakukan di lingkungan KKG PAI di Kecamatan Ngawen dan KKG PAI di Kecamatan Banjarejo Kabupaten Blora. 3. Teknik Pengumpulan Data Data dalam penelitian kualitatif umumnya berupa narasi deskriptif kualitatif, kalaupun ada data dokumen yang bersifat kuantitatif juga bersifat deskriptif.15 Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan pada natural setting (kondisi yang alamiah), sumber data primer, dan teknik pengumpulan data lebih banyak pada observasi berperan serta (participant observation),
wawancara
mendalam
(in
depth
interview),
dan
dokumentasi.16 Adapun teknik pengumpulan data sebagai berikut: a. Observasi Peneliti menggunakan observasi partisipan dalam penggalian data di lapangan.
Obervasi
partisipan
dilakukan
oleh
peneliti
dengan
menggunakan pedoman sebagai instrumen pengamatan. Peneliti terlibat langsung, sehinggga observasi partisipan digunakan untuk mencari datadata tentang kegiatan-kegiatan supervisi PAI, untuk peningkatan kompetensi profesional guru PAI, dan kegiatan-kegiatan pengembangan guru apa sajakah yang mereka ikuti yang dapat meningkatkan kompetensi profesional guru tersebut.
15
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian …, 289. Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D), Bandung: Alfabeta, cet 11, 2010, 309. 16
16
b. Wawancara Wawancara dilakukan peneliti secara langsung kepada Pengawas PAI dan Pengurus KKG PAI Kecamatan Ngawen maupun KKG PAI Kecamatan Banjarejo. Pengawas/supervisor PAI dimintai keterangan tentang pembinaan dan bimbingan yang telah dilakukan dalam kegiatan supervisi PAI, GPAI
yang tergabung dalam KKG PAI dimintai
keterangan tentang kualifikasi pendidikan, prestasi dalam membimbing peserta didik, kegiatan Supervisi PAI yang telah dilaksanakan Pengawas PAI dan
partisipasinya dalam KKG PAI dan forum-forum ilmiah
sebagai upaya peningkatan kompetensi profesional mereka, baik secara individual maupun kolektif. c. Dokumentasi Metode dokumentasi ini digunakan oleh penulis untuk memperoleh data tentang: 1) Kondisi dan gambaran umum tentang KKG PAI Kecamatan Ngawen dan Kecamatan Banjarejo di Kabupaten Blora. 2) Keadaan guru-guru PAI di lingkungan KKG PAI Kecamatan Ngawen dan di KKG PAI di lingkungan Kecamatan Banjarejo di Kabupaten Blora. 3) Kegiatan supervisi PAI yang dilakukan oleh pengawas PAI terhadap guru PAI di lingkungan KKG PAI Kecamatan Ngawen dan di KKG PAI di lingkungan Kecamatan Banjarejo di Kabupaten Blora.
17
4. Metode Analisis Data Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif.
Data yang dikumpulkan kemudian dianalisis secara induksi
untuk mengembangkan model deskripsi penelitian dan menghasilkan laporan deskripsi analitik. Menurut
Miles
and
Huberman
(1984)
dalam
Sugiono,
mengemukakan bahwa aktifitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktifitas dalam analisa data, yaitu data reduction, data display, dan, conclusion drawing/verification.17 Gambar 1. 1. Model Interaktif 18 Data Collection
Data reduction
Data Display
Conclusion: drawing/verivying
Berdasarkan definisi dan diagram di atas, maka langkah-langkah analisis data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a.
Menelaah data yang berhasil dikumpulkan dari hasil observasi, wawancara dan dokumentasi.
17
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D), Bandung: Alfabeta, 2010, 337-338. 18 Sugiyono, Metode Penelitian …, 337-338.
18
b.
Mengadakan reduksi data dengan cara mengambil data yang dapat diolah lebih lanjut.
c.
Menyusun data dalam satuan-satuan yang relevan.
d.
Melakukan kategorisasi sambil melakukan pengkodean (coding)
e.
Mengadakan pemeriksaan keabsahan data melalui data observasi, dokumentasi dan wawancara.
f.
Menafsirkan data dan mengambil kesimpulan secara induktif dengan cara berfikir berdasarkan fakta-fakta khusus, kemudian diarahkan kepada penarikan kesimpulan yang bersifat umum.19 Dengan menggunakan metode analisa data yang ditawarkan oleh
Miles and Huberman di atas, diharapkan dapat membantu penulis dalam memilah dan memilih data serta dalam menyusun dan menyuguhkan data dalam penelitian ini, sehingga dapat dibaca, dimengerti, dipahami dengan mudah oleh para pembaca. F.
Sistematika Penulisan Untuk memudahkan dalam memahami isi penelitian tesis ini, maka terlebih dahulu penulis akan menyajikan tentang sistematika penulisan dalam penelitian tesis ini, agar para pembaca dapat mengetahui cakupan secara garis besarnya. Pada bab I membahas tentang Pendahuluan yang mencakup: Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Signifikansi Penelitian, Kajian Pustaka, Metode Penelitian, dan Sistematika Penulisan.
19
H. M. Arifin, Ilmu Perbandingan Pendidikan, Jakarta: Golden Terayon Press, 2003, 45.
19
Pada bab II disajikan Kajian Teoritik yang mengurai tentang teori Supervisi PAI, Kompetensi Profesional Guru PAI, Pengendalian Mutu, dan teori Kelompok Kerja Guru Pendidikan Agama Islam (KKG PAI). Pada bab III membahas tentang Gambaran Umum KKG PAI Di Kecamatan Ngawen dan KKG PAI Kecamatan Banjarejo Di Kabupaten Blora yang meilputi: keadaan organisasi KKG PAI di Kecamatan Ngawen dan KKG PAI Kecamatan Banjarejo di Kabupaten Blora, serta Program-program Kerja KKG PAI. Pada bab IV membahas tentang: Analisis data dan hasil penelitian lapangan dan pembahasan
tentang Pelaksanaan Supervisi PAI sebagai
Pengendali Mutu Kompetensi Profesional Guru PAI di lingkungan KKG PAI Kecamatan Ngawen dan KKG PAI Kecamatan Banjarejo Kabupaten Blora yang mencakup : Teknik Supervisi PAI, Dampak Supervisi PAI terhadap kompetensi professional guru, dan Faktor-faktor Pendukung dan Penghambat Pelaksanaan Supervisi PAI. Pada bab V membahas tentang: Simpulan dan Saran dan Kata Penutup.
20
BAB II SUPERVISI PAI DAN PENGENDALIAN MUTU KOMPETENSI PROFESIONAL GURU PAI
Berikut ini akan penulis kemukakan beberapa teori yang relevan dengan pembahasan tesis ini. Landasan teori ini berfungsi sebagai alat untuk menganalisis data yang peneliti kumpulkan ketika melakuan penelitian. A.
Supervisi PAI Untuk memahami konsep supervisi PAI, berikut penulis ilustrasikan mapping concept (pemetaan) tentang point-point supervise PAI yang menjadi grand theory dalam penelitian ini. Gambar 2. 1. Konsep Supervisi20
Pengertian : usaha untuk memperbaiki situasi belajar mengajar, yaitu supervisi sebagai bantuan bagi guru dalam meningkatkan kualitas mengajar untuk membantu peserta didik agar lebih baik dalam belajar.mapel PAI
Konsep Supervisi PAI Teknik : - Individual - Kelompok
Tujuan : memberikan layanan dan bantuan untuk mengembangkan situasi belajar-mengajar yang dilakukan guru di kelas
20
Fungsi : ditujukan pada perbaikan dan peningkatan kualitas pengajaran.
Bagan ini merupakan visualisasi penulis setelah mengobservasi dan merangkum beberapa teori tentang supervisi pendidikan dari berbagai sumber bukuang berbeda.
21
1.
Pengertian Pengertian supervisi dapat dipahami dari beberapa pendapat para pakar berikut ini: Carl Glickman dalam Allan Glathorn, memberikan definisi: “Supervision is the function in schools that draws togather the discrete elements of instructional effectiveness into whole-school action”.21 Supervisi merupakan fungsi penting dalam sistem sekolah atau pendidikan yang mengefektifkan seluruh unsur-unsur pengajaran ke dalam aktifitas pendidikan. Sedangkan Wayne Hoy and Patrick Forsyth dalam Allan Glathorn, berpendapat bahwa “Supervision of instruction is the set of activities designed to improve the teaching-learning process”.22 Supervisi pendidikan adalah seperangkat aktivitas yang dirancang untuk memperbaiki proses belajar mengajar. Di sisi lain Kimball Wiles and John Lovell sebagaimana yang dikutip oleh Allan Glathorn juga memberikan pandangan mengenai definisi tentang supervise sebagai berikut : “Instructional supervisory behavior system formally provided by the organization for the purpose of interacting with the teaching behavior system in such a way as to maintain, change, and improve the provision and actualization of learning opportunities for students”.23 Sistem perilaku dalam supervisi pendidikan disiapkan oleh organisasi yang bertujuan menjalin interaksi tingkah laku dengan cara tertentu untuk
21
Allan A. Glatthorn, Supervisory Leadership (Introduction To Instructional Supervision, California, Harpher Collins Publishers, 1990, 83. 22 Allan A. Glatthorn, Supervisory Leadership …, 83. 23 Allan A. Glatthorn, Supervisory Leadership …, 83.
22
menjaga, merubah, dan memperbaiki ketetapan dan aktualisasi kesempatan belajar bagi siswa. Beberapa pendapat di atas bertumpu pada kegiatan layanan bimbingan dan pembinaan Pengawas yang memberikan perubahan perilaku akademik guru dalam proses pembelajaran sehingga dapat memberikan perubahan pula pada perilaku belajar peserta didik. Dalam konteks ini, Guru memegang peran yang signifikan untuk membuat situasi pembelajaran berjalan efektif. Berkaitan dengan supervisi Pendidikan Agama Islam (PAI), dapat dikatakan juga sebagai pengawasan pendidikan agama Islam yang dilakukan oleh pengawas pendidikan agama yang ditunjuk, maka dalam hal ini terlebih dahulu penulis suguhkan mengenai pengertian pendidikan agama Islam sebagaimana yang tertera dalam kurikulum PAI sebagai berikut: “Pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani, bertakwa, dan berakhlak mulia dalam mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber utamanya kitab suci dan Al-Hadis, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, serta penggunaan pengalaman. Disertai dengan tuntunan untuk menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan antarumat beragama dalam masyarakat hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa.”24 Dasar religius pendidikan agama Islam di atas terinspirasi dari AlQur‟an Surah An-Nahl ayat 125, yang berbunyi:
24
Abdul Majid, Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014, 11-12.
23
ُ ۡٱد ع إِلَ ٰى َسبِي ِل َرب َِّك بِ ۡٲل ِح ۡك َم ِة َو ۡٱل َم ۡى ِعظَ ِة ۡٱل َح َسنَ ِۖ ِة َو ٰ َج ِد ۡلهُم بِٲلَّتِي ِه َي يه َ ض َّل َعه َسبِيلِِۦه َوهُ َى أَ ۡعلَ ُم بِ ۡٲل ُم ۡهتَ ِد َ َّأَ ۡح َس ُۚ ُه إِ َّن َرب َ ك هُ َى أَ ۡعلَ ُم بِ َمه ٥٢١ “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”. 25
Tujuan dari pendidikan agama Islam adalah mendidik anak-anak, pemuda-pemudi dan orang dewasa supaya menjadi orang muslim sejati, beriman teguh, beramal soleh, dan berakhlak mulia, sehingga ia menjadi salah seorang masyarakat yang sanggup hidup di atas kaki sendiri, mengabdi kepada Allah dan berbakti kepada bangsa dan tanah airnya bahkan sesama umat manusia.26 Sedangkan pengertian pengawas pendidikan agama Islam pada sekolah menurut Permenag No. 2 Tahun 2012 adalah Guru Pegawai Negeri Sipil yang diangkat dalam jabatan fungsional pengawas Pendidikan Agama Islam yang tugas, tanggung jawab, dan wewenangnya melakukan pengawasan penyelenggaraan Pendidikan Agama Islam pada sekolah.27 Pengawas pendidikan agama bertugas melakukan pengawasan terhadap terselenggaranya pendidikan agama pada sekolah yang meliputi penilaian, pembinaan, pemantauan, penelitian, pelaporan, dan tindak 25
Kementerian Agana RI, Al-Qur’an dan Terjemahnnya, Jakarta: AL WAAH, 1995, 421. Farid Hasyim, Kurikulum Pendidikan Agama Islam (Filosofis Pengembangan Islam Transformatif antara KTSP dan Kurikulum 2013), Malang: Madani, 2015, 55. 27 Direktorat Pendidikan Agama Islam Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI, Pedoman Pengawas Pendidikan Agama Islam Pada Sekolah, Jakarta: 2012, 1. 26
24
lanjut dalam rangka meningkatkan kualitas penyelenggaraan pendidikan agama sesuai dengan standar nasional pendidikan agar tercapai tujuan pendidikan agama dan pendidikan nasional.28 Dengan demikian supervisi pendidikan agama Islam adalah serangkaian kegiatan guna membantu guru PAI dalam mengembangkan kemampuan mengelola proses pembelajaran demi pencapaian tujuan pembelajaran dengan kegiatan membimbing,
membina,
memantau,
mengawasi,
menilai,
dan
meningkatkan
kualitas penyelenggaraan pendidikan agama Islam di
sekolah. 2.
Tujuan supervisi Kata kunci dari supervisi adalah memberikan layanan dan bantuan kepada guru-guru, maka tujuan supervisi adalah memberikan layanan dan bantuan untuk mengembangkan situasi belajar-mengajar yang dilakukan guru di kelas.29 Glickman mengemukakan bahwa;“the goal of instructional supervision is to help teachers learn how to increase their own capacity to achieve professional learning goals for their students”. (tujuan supervisi pendidikan adalah membantu guru untuk belajar bagaimana meningkatkan
potensi/kapasitas
mereka
untuk
mencapai
tujuan
pembelajaran terhadap murid).30 Glickman optimis bahwa melalui
28
Nur Aedi, Pengawasan Pendidikan Pengawasan Pendidikan (Tinjauan Teori dan Praktik). Jakarta: Rajawali Press, 2014, 175-176. 29 Piet A. Sahertian, Konsep Dasar Dan Teknik Supervisi Pendidikan (Dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia). Jakarta: Rineka Cipta, 2010, 19. 30 Sally J. Zepeda, Instructional Supervision …, 19.
25
supervisi akademik diharapkan kualitas akademik yang dilakukan oleh guru semakin meningkat. 3.
Fungsi Supervisi Alfonso, Firth, dan Neville, menggambarkan sistem fungsi supervisi akademik sebagaimana gambar berikut: Gambar 2.1. Sistem Fungsi Supervisi Akademik31
Perilaku (1) supervisi
Perilaku akademik
Perilaku Pembelajaran
Tampilan skema tersebut diatas dapat diketahui dan dipahami mengenai sistem perilaku supervise. Perilaku kegiatan supervisi PAI yang dilakukan secara langsung dapat memberikan dampak yang signifikan pada sikap, perilaku, dan kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Hal ini disebabkan oleh adanya kegiatan kepengawasan yang dilakukan oleh pengawas PAI yang menstimulasi dan mendorong perubahan ke arah yang lebih baik pada diri guru. Akhirnya, bila guru memiliki wawasan, pengetahuan, dan cakrawala berpikir yang luas, serta trampil dalam mengelola pembelajaran di dalam kelas akan dapat mendorong siswa untuk berubah, termotivasi untuk belajar dan secara kualitas atau mutu belajar yang diharapkan akan dapat terwujud dalam perilaku peserta didik. Dengan demikian fungsi utama supervisi pendidikan ditujukan pada perbaikan dan peningkatan kualitas 31
Muhammad fathurrahman & Hindama Ruhyanani, Sukses Menjadi Pengawas ..., 54.
26
pengajaran,32 serta dapat menumbuhkan iklim bagi perbaikan proses dan hasil belajar melalui serangkaian upaya supervisi terhadap guru-guru dalam wujud layanan professional.33 4.
Teknik-Teknik Supervisi a. Teknik yang bersifat individual Teknik supervisi individual adalah pelaksanaan supervisi perseorangan terhadap guru. Supervisor di sini hanya berhadapan dengan seorang guru sehingga dari hasil supervisi ini akan diketahui kualitas pembelajarannya.34 Teknik supervisi yang bersifat individual meliputi
berbagai
kegiatan
yang
dilakukan
oleh
pengawas,
diantaranya; a) kunjungan kelas, Fungsi kunjungan kelas adalah sebagai alat untuk mendorong guru agar meningkatkan cara mengajar guru dan cara belajar siswa.35 b) observasi kelas, dilakukan dengan cara kunjungan kelas, supervisor dapat mengobservasi situasi belajarmengajar yang sebenarnya. Tujuan dari observasi ini adalah untuk memperoleh data yang seobjektif mungkin sehingga bahan yang diperoleh dapat digunakan untuk menganalisis kesulitan-kesulitankesulitan yang dihadapi guru-guru dalam usaha memperbaiki hal belajar mengajar. Sedangkan bagi guru sendiri dapat digunakan untuk mengubah cara-cara mengajar ke arah yang lebih baik, dan dampak 32 33
Piet A. Sahertian, Konsep Dasar & Teknik Supervisi Pendidikan…, 21. Ali Imron, Supervisi Pembelajaran Tingkat Satuan Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2012,
12. 34
Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan Nasional, Supervisi Akademik (Materi Pelatihan Penguatan Kemampuan Kepala Sekolah), Jakarta: Kementerian Pendidikan Nasional, 2010, 24. 35 Piet A. Sahertian, Konsep Dasar & Teknik Supervisi Pendidikan, …, 53.
27
terhadap murid adalah menimbulkan pengaruh positif terhadap kemajuan belajar.36 b. Teknik yang bersifat kelompok Teknik supervisi kelompok adalah salah satu cara melaksanakan program supervisi yang ditujukan pada dua orang atau lebih. Guruguru yang diduga, sesuai dengan analisis kebutuhan, memiliki masalah atau kebutuhan atau kelemahan-kelemahan yang sama dikelompokkan
atau
dikumpulkan
menjadi
satu/bersama-sama.
Kemudian kepada mereka diberikan layanan supervisi sesuai dengan permasalahan atau kebutuhan yang mereka hadapi. 37 Di sisi lain yang dimaksud dengan teknik-teknik yang bersifat kelompok ialah, teknikteknik yang digunakan bersama-sama oleh supervisor dengan sejumlah guru dalam satu kelompok.38 Pelaksanaan kegiatan supervise oleh Pengawas dapat dilakukan melalui organisasi kerjasama pengembangan profesi guru atau KKG. Hal ini dimaksudkan untuk memantau dan melihat guru secara langsung sebagai upaya peningkatan kemampuan professional guru tersebut. Allan
Glattorn
yang
dikutip
Abdul
Kadim
Masaong,
mengajukan model supervisi kerjasama pengembangan profesi dalam mensupervisi guru. Model ini diperankan oleh guru secara kolegial
36
Piet A. Sahertian, Konsep Dasar & Teknik Supervisi Pendidikan, …, 56. Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan Nasional, Supervisi Akademik …, 29. 38 Piet A. Sahertian, Konsep Dasar & Teknik Supervisi Pendidikan, …, 86. 37
28
yang bersepakat bekerjasama dalam meningkatkan kemampuan profesionalnya. Di Indonesia model CPD ini lebih dikenal dengan Continues Professional Development dengan entri point utamanya adalah MGMP dan KKG.39 Teknik supervisi kelompok ini dapat dilihat melalui kegiatan-kegiatan dibawah ini, yaitu: kepanitiaankepanitiaan, kerja kelompok, laboratorium dan kurikulum, membaca terpimpin, demonstrasi pembelajaran, darmawisata, kuliah/studi, diskusi panel, perpustakaan, organisasi profesional, bulletin supervisi, pertemuan guru, lokakarya atau konferensi kelompok. 40 B.
Kompetensi Profesional Guru Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan menyebutkan bahwa guru adalah pendidik professional. Seorang guru atau pendidik professional harus memiliki kualifikasi akademik minimum sarjana (S-1) atau diploma empat (D-IV), menguasai kompetensi (pedagogik, profesional, sosial, dan kepribadian), memiliki sertifikat pendidik, sehat jasmani dan ruhani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.41 Selain persyaratan kualifikasi akademik di atas, guru professional juga dituntut untuk memiliki sederet tindakan cerdas yang menjadi karakternya. 39
Abd. Kadim Masaong, Supervisi Pembelajaran dan Pengembangan Kapasitas Guru (Memberdayakan Pengawas sebagai Gurunya Guru). Bandung: Alfabeta, 2013, 49. 40 Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan Nasional, Supervisi Akademik …, 29. 41 Jamil Suprihatiningrum, Guru Profesional …, 93.
29
Ciri-ciri guru profesional yang melekat pada sosok guru, antara lain; (1) guru memiliki komitmen pada siswa dan proses belajarnya. Ini berarti bahwa komitmen guru adalah kepada kepentingan siswanya; (2) guru menguasai secara mendalam bahan/mata pelajaran yang diajarkannya serta cara mengajarkannya kepada siswa; (3) guru bertanggung jawab memantau hasil belajar siswa melalui berbagai teknik evaluasi, mulai cara pengamatan dalam perilaku siswa sampai tes hasil belajar; (4) guru mampu berpikir secara sistematis tentang apa yang dilakukannya dan belajar dari pengalamannya. Artinya, harus selalu ada waktu untuk guru guna mengadakan refleksi dan koreksi terhadap apa yang telah dilakukannya; (5) guru seyogyanya merupakan bagian dari masyarakat belajar dalam lingkungan profesinya, misalnya kalau di Indonesia, PGRI dan organisasi profesi lainnya.42 Penjelasan tentang keahlian guru professional di atas, juga perlu dikuasai oleh guru PAI (GPAI) sebagai bagian dari komponen pendidikan sehingga terbentuk kecakapan-kecakapan yang dapat direfleksikan sebagai kompetensi professional guru.. Kompetensi professional guru dapat diartikan sebagai kebulatan pengetahuan, ketrampilan, dan sikap yang diwujudkan dalam bentuk perangkat tindakan cerdas dan penuh tanggungjawab yang dimiliki seseorang yang memangku jabatan guru sebagai profesi.43 Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan pasal 28 ayat (3) butir c dikemukakan bahwa yang dimaksud kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran 42 43
Jamil Suprihatiningrum, Guru Profesional …, 74. Jamil Suprihatiningrum, Guru Profesional …, 100.
30
secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing siswa memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam standar nasional pendidikan.44 Kinerja guru PAI dalam hal akademik dan non akademik perlu dilakukan dengan cerdas dan tanggung jawab, serta mampu berkolaborasi dengan lingkungan sebagai bentuk dalam pengembangan kinerja secara professional. Oleh karena itu, guru PAI perlu memiliki beberapa kemampuan yang dapat menunjang profesinya sebagai guru professional. Kementerian Agama RI melalui program pengadaan dan penyetaraan guru Pendidikan Agama Islam telah merumuskan kemampuan-kemampuan yang harus dimiliki oleh guru PAI, yaitu: a) Memiliki sifat dan kepribadian sebagai muslim yang bertakwa kepada Allah Swt dan sebagai warga negara Indonesia, serta cendekia, dan mampu mengembangkannya. b) Menguasai wawasan kependidikan, khususnya berkenaan dengan pendidikan pada tingkat dasar (sekolah/madrasah). c) Menguasai bahan pengajaran Pendidikan Agama Islam pada jenjang pendidikan dasar serta konsep dasar keilmuan yang menjadi sumbernya. d) Mampu merencanakan dan mengembangkan program pengajaran Pendidikan Agama Islam pada jenjang pendidikan dasar. e) Mampu melaksanakan program pengajaran Pendidikan Agama Islam sesuai dengan kemampuan dan perkembangan anak usia pendidikan dasar. f) Mampu menilai proses dan hasil belajar mengajar murid sekolah/madrasah. g) mampu berinteraksi dengan teman sejawat dan masyarakat serta peserta didik sekolah/madrasah. h) Mampu memahami dan memanfaatkan hasil penelitian
44
Jamil Suprihatiningrum, Guru Profesional …, 115.
31
untuk menunjang pelaksanaan tugasnya sebagai Guru Agama Islam di sekolah/madrasah.45 C.
Pengendalian Mutu Pendidikan Pengendalian (Controlling) merupakan kegiatan menilai dan memberikan perbaikan-perbaikan terhadap kinerja bawahan untuk menjamin bahwa kegiatan tersebut terlaksana sesuai dengan rencana.46 Pakar mutu berasal dari negara bagian Romania, alumni University of Minnesota, United Stated, Dr. Joseph M. Juran berpendapat pengendalian mutu atau quality control adalah: “A process in which the product is actually examined and evaluated against the original requirements expressed by customer. Problems detected are then corrected.”47 Pengendalian mutu merupakan suatu upaya dimana proses pendidikan benar-benar diperiksa dan dievaluasi serta dibandingkan dengan tujuan yang harus dicapai. 48 Menurut Juran dalam Edward Sallis, kualitas adalah produk yang memiliki keistimewaan, membebaskan konsumen dari rasa kecewa akibat kegagalan. Produk adalah kesesuaian dengan tujuan atau manfaatnya.49 Senada dengan apa yang dikemukakan oleh Juran di atas, seorang ahli manajemen, Schermerhon, berpendapat tentang pengendalian sebagai berikut; “a process of monitoring performance and taking action to ensure desired
45
Abdul Majid, Belajar dan Pembelajaran …, 91-92. Nana Syaodih Sukmadinata, Pengendalian Mutu Pendidikan Sekolah Menengah, Bandung: Refika Aditama, 2010, 37. 47 Arthur T. Tenner and Irving J. De Toro, Total Quality Management (Three Steps to continuous Improvement), Massachussets: Wesley Publishing Company, 1994. 48 Emzir & Sam M. Chan, Isu-Isu Kritis Kebijakan Pendidikan Di Era Otonomi Daerah. Bogor: Ghalia Indonesia, 2010, 8. 49 Dadang Suharda, Supervisi Profesional …, 94. 46
32
action.” Suatu proses pemantauan kinerja yang dilakukan untuk mencapai hasil yang diharapkan.50 Pengendalian merupakan konsep yang luas, berlaku untuk manusia, situasi, benda, dan organisasi.51 Dasar semua proses pengendalian adalah pemikiran untuk mengarahkan suatu variable atau sekumpulan variable guna mencapai tujuan tertentu. Variable ini dapat berupa manusia, mesin, ataupun organisasi.52 Mutu hasil pendidikan (lulusan) tidak hanya ditentukan oleh seorang guru, tetapi oleh seluruh guru, juga pihak personalia sekolah pun ikut seta di dalamnya, seperti para pembimbing, pengelola, dan staf administrasi. 53 Mutu total sangat baik diterapkan dalam bidang pendidikan sebab akan meningkatkan mutu pendidikan (mutu lulusan), sistem ini juga akan menghilangkan image yang selama ini ada di sekolah, bahwa pendidikan dilaksanakan secara rutin, mendidik, atau mengajar adalah menyampaikan ilmu. Mutu lulusan semata-mata menjadi tugas dan tanggung jawab guru. Dengan menerapkan system mutu total , semua personalia akan mengetahui dan menyadari tugas, serta peranannya dalam menghasilkan lulusan yang bermutu. Mereka akan menyadari bahwa lulusan yang bermutu dihasilkan oleh proses pendidikan yang bermutu pula.54
50
Nana Syaodih Sukmadinata, Pengendalian Mutu …, 37. Nana Syaodih Sukmadinata, Pengendalian Mutu …, 38. 52 Nana Syaodih Sukmadinata, Pengendalian Mutu ..., 39. 53 Nana Syaodih Sukmadinata, Pengendalian Mutu …, 43. 54 Nana Syaodih Sukmadinata, Pengendalian Mutu ..., 39. 51
33
D.
Kelompok Kerja Guru Pendidikan Agama Islam (KKG PAI) 1.
Pengertian KKG PAI Kelompok Kerja Guru Pendidikan Agama Islam Sekolah Dasar disingkat KKG PAI SD adalah wadah kegiatan professional untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan serta untuk membina hubungan kerjasama secara koordinatif dan fungsional antara sesama GPAI yang bertugas pada Sekolah Dasar.55 Dasar pijakan organisasi profesi guru tersebut adalah dukungan pemerintah yang tertuang dalam Permendiknas Nomor 35 Tahun 2010 yang menyatakan bahwa diklat fungsional adalah kegiatan guru dalam mengikuti pendidikan atau pelatihan yang bertujuan untuk meningkatkan keprofesian guru yang bersangkutan dalam kurun waktu tertentu. Sedangkan kegiatan kolektif guru adalah kegiatan guru dalam mengikuti kegiatan pertemuan ilmiah atau mengikuti
kegiatan bersama yang
dilakukan guru baik di sekolah maupun di luar sekolah (seperti KKG/MGMP/MGBK) dan bertujuan untuk meningkatkan keprofesian guru.56 Dasar lain berdirinya KKG PAI adalah Edaran Bersama Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Nomor E/HMI/ed/40/1994 tentang Pedoman Pelaksanaan Kelompok Kerja Guru Pendidikan Agama Islam (KKG PAI) pada Sekolah Dasar. 57
55
Departemen Agama RI, Pedoman Kelompok Kerja Guru Pendidikan Agama Islam Sekolah Dasar (KKG PAI SD), Jakarta: Direktorat Jendera Pendidikan Islam Direktorat Jenderal Pendidikan Agama Islam Pada Sekolah, 2008, 3-4. 56 Donni Juni Priansa, Kinerja dan Profesionalisme …, 118-119. 57 Departemen Agama RI, Pedoman Kelompok Kerja Guru …, 2-3.
34
Bentuk kegiatan terdiri atas hal-hal yang terkait dengan peningkatan kompetensi guru sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan sebagai berikut:58 bentuk kegiatan tersebut antara lain; Kegiatan dalam bidang Peningkatan Kompetensi Pedagogik, yang mencakup: Pemahaman KTSP. Dalam kegiatan ini mencakup: Analisis SK-KD dan Materi PAI, Penjabaran dalam
Indikator
pencapaian
hasil
belajar,
Penyusunan
silabus,
Penyusunan RPP, Penyusunan Program Tahunan dan Semester, Analisis Hari efektif, Pembahasan tentang Pembuatan dan Pemanfaatan Media. Kegiatan dalam bidang Peningkatan Kompetensi Kepribadian, Kegiatan dalam bidang Peningkatan Kompetensi Sosial, dan Kegiatan dalam bidang
Peningkatan
Kompetensi
Profesional;
yang
meliputi:
menyelenggarakan seminar-seminar yang relevan, menyelenggarakan lokakarya/workshop, menyelenggarakan diklat, dan mengkoordinasikan Penulisan Karya Tulis Ilmiyah (PTK).59
58 59
Departemen Agama RI, Pedoman Kelompok Kerja Guru …, 15-17. Departemen Agama RI, Pedoman Kelompok Kerja Guru …, 15-17.
35
BAB III GAMBARAN UMUM KELOMPOK KERJA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (KKG PAI) DI LINGKUNGAN KKG PAI KECAMATAN NGAWEN DAN DI KKG PAI KECAMATAN BANJAREJO
A.
Gambaran Umum KKG PAI
Kecamatan Ngawen dan KKG PAI
Kecamatan Banjarejo 1. Letak dan Keadaan Geografis Kelompok Kerja Guru Pendidikan Agama Islam (KKG PAI) Kecamatan Ngawen Kabupaten Blora adalah salah satu organisasi profesi guru yang bertujuan untuk peningkatan kompetensi guru professional secara kolegial. Pengurus KKG PAI Kecamatan Ngawen memberikan nama pada organisasinya dengan sebutan “ABU BAKAR” sebagai pemacu dan pendorong para guru-guru PAI supaya mempunyai jiwa teladan seperti sahabat Rasulullah SAW. Hal ini diharapkan supaya para pengurus KKG PAI gigih, ulet, sabar, dan tawakal dalam menghidupkan dan melaksanakan kegiatan-kegiatan yang dibidani oleh KKG PAI “ABU BAKAR” Kecamatan Ngawen.60 KKG PAI Kecamatan Ngawen memiliki kantor sekretariat yang strategis, yaitu Aula Koperasi “Dwija Mulya Ngawen yaitu tepatnya di lingkungan Kantor UPTD Pendidikan Kecamatan Ngawen yang berada tepat di Jalan Blora Purwodadi. Namun, aktifitas dan koordinasi antara 60
Hasil wawancara dengan Ketua KKG PAI Kecamatan Ngawen Kabupaten Blora, Bapak Wagiman, S. Pd. I., di SDN Punggursugih hari Senin tanggal 07 Maret 2016 Pkl. 11. 30 Wib.
36
pengurus dipusatkan di SDN Punggursugih Kecamatan Ngawen Kabupaten Blora. Lokasi ini dipilih sebagai pusat kegiatan dan koordinasi guru-guru PAI karena jarak dari pusat kota menuju lokasi tempat kegiatan KKG PAI sekitar 15 Kilometer dan berada di tengah-tengah (centre) titik koordinasi dari seluruh sekolah yang berada di lingkungan KKG PAI Kecamatan Ngawen. Selain itu, sekolah SDN Punggursugih berada tidak jauh dari kediaman
ketua
KKG
PAI
Kecamatan
Ngawen
sehingga
dapat
mempermudah dan memperlancar koordinasi pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan oleh KKG PAI Kecamatan Ngawen. Kondisi geografis yang berada di lingkungan KKG PAI Kecamatan Ngawen terbilang cukup strategis dan kondusif dalam menunjang pelaksanaan kegiatan-kegiatan organisasi KKG PAI. Kondisi ini bisa dilihat bahwa sekolah-sekolah di lingkungan KKG PAI Kecamatan Ngawen bisa diakses oleh transportasi. Namun demikian terdapat sekolah-sekolah yang jauh dari pusat kegiatan dan sulit dijangkau, antara lain: SDN Sambonganyar, SDN Rowobungkul 1, SDN Rowobungkul 2, SDN Sri Gading, SDN Karangjong, sehingga posisi tersebut agak menghambat koordinasi kegiatan KKG PAI maupun kunjungan supervisi oleh pengawas PAI.61 KKG PAI di Kecamatan Ngawen Kabupaten Blora dipimpin oleh Bapak Wagiman, S. Pd. I sebagai Ketua (yang sampai saat ini telah menjabat selama dua periode, yaitu periode 2010-2013 dan periode 201361
Hasil observasi lapangan dan wawancara dengan Ketua KKG PAI dan Pengawas PAI Kecamatan Ngawen di SDN Punggursugih har Senin tanggal 07 Maret 2016 Pukul 10. 00-12. 00 Wib.
37
2016). Bapak wagiman terpilih kembali dan dipercaya sebagai ketua KKG PAI Kecamatan Ngawen karena dikenal memiliki karakter sebagai guru yang bisa menjadi panutan bagi guru-guru PAI yang lain. Selain itu kedewasaan dan cara berpikir yang senantiasa „ngemong’ itulah
yang
menjadi alasan beliau terpilih kembali sebagai pimpinan dalam menahkodai organisasi KKG PAI yang dipimpinnya. 62 Keberadaan KKG PAI berada pada wewenang pembinaan Pengawas Pendidikan Agama Islam (PPAI) dari Kantor Kementerian Agama Kabupaten Blora. Bapak Muhaimin, S. Ag., ditunjuk sebagai Pengawas PAI Sekolah Dasar untuk membina dan membimbing guru-guru PAI di Kecamatan Jepon, Kecamatan Tunjungan, dan Kecamatan Ngawen. Namun Bapak Muhaimin mendapat mendapat musibah kecelakaan dari kendaraan sehingga tugas beliau difokuskan pada pembinaan guru PAI di lingkungan Kecamatan Ngawen. KKG PAI Kecamatan Banjarejo berlokasi tidak jauh dari jantung kota di Kabupaten Blora. Jarak tempuh Kota Blora menuju Kecamatan Banjarejo sekitar 10 km. KKG PAI Kecamatan Banjarejo berkantor di SDN Gedongsari sekitar 5 kilometer dari Kota Blora. Sekolah ini dipilih sebagai tempat pusat koordinasi dan pelaksanaan kegiatan-kegiatan KKG PAI, karena sangat strategis dan berada di pinggir jalan utama dari Kabupaten
62
Hasil wawancara dengan Ketua KKG PAI Kecamatan Ngawen Kabupaten Blora, Bapak Wagiman, S.Pd. di SDN Punggursugih hari Senin tanggal 07 Maret 2016 Pkl. 11. 30 Wib.
38
Blora menuju Kecamatan Banjarejo dan langsung ke arah Kabupaten Grobogan.63 KKG PAI Kecamatan Banjarejo diketuai oleh Bapak Drs. HM. Djauhari. Beliau adalah guru PAI yang telah berpengalaman selama bertahun-tahun mengabdikan dirinya dalam dunia pendidikan sehingga beliau dipilih menjadi Ketua KKG PAI Kecamatan Banjarejo dan Ketua KKG PAI Kabupaten Blora sekaligus. Guru-guru PAI memberi kepercayaan kepada beliau sebagai Ketua KKG PAI baik tingkat Kecamatan maupun tingkat Kabupaten karena memiliki wawasan yang luas dan memiliki hubungan yang baik (sumeh), interaktif, dan komunikatif terhadap para guru dan masyarakat baik di lingkungan keluarga maupun di lingkungan sekolah. Disamping itu beliau berkarakter dan menjadi „Wong tuo’ di lingkungan guru-guru PAI di Kecamatan Banjarejo. Beliau juga memiliki hubungan yang baik dengan guru-guru PAI dari Kecamatan-Kecamatan lain di Kabupaten Blora, oleh sebab itu beliau dipercaya menjabat Ketua KKG PAI Kabupaten Blora Periode 2006-2011 dan terpilih kembali pada Periode 2011-2016.64 Ketua KKG PAI Kecamatan Banjarejo memiliki jadwal kegiatan yang padat, hal ini dikarenakan beliau menjabat rangkap jabatan sebagai Ketua KKG PAI Kecamatan Banjarejo yang harus mengkoordinir pengurus dan kegiatan-kegiatan di lingkungan KKG PAI Kecamatan Banjarejo juga harus
63
Hasil observasi dan wawancara dengan ketua KKG PAI Kecamatan Banjarejo, Bapak Drs. HM. Djauhari hari Senin tanggal 07 Maret 2016 Pukul 14. 15 Wib. 64 Hasil observasi lapangan dan wawancara dengan Bapak Drs. HM. Djauhari, Ketua KKG PAI Kecamatan Banjarejo di Kediaman beliau hari Senin tanggal 07 Maret 2016 Pukul 14. 15 Wib.
39
membagi waktu untuk mengadakan koordinasi dan konsolidasi sesame pengurus KKG PAI tingkat Kabupaten Blora. Dengan posisi dan jabatan rangkap jabatan tersebut, Ketua KKG PAI Kecamatan Banjarejo yaitu Bapak Drs. HM. Djauhari sering mendapatkan undangan baik yang bersifat organisasi maupun untuk mengikuti Diklat dan Seminar-seminar tingkat Provinsi Jawa Tengah. Dengan demikian, pengetahuan dan wawasan serta hubungan beliau menjadi sangat luas dan selalu dinantikan oleh-oleh ilmiahnya oleh para pengurus KKG PAI baik di tingkat Kecamatan Banjarejo maupun di tingkat Kabupaten Blora.65 KKG PAI Kecamatan Banjarejo berada dalam wewenang binaan Pengawas Pendidikan Agama Islam (PPAI) dari Kantor Kementerian Agama Kabupaten Blora. Pengawas PAI yang bertugas di lingkungan KKG PAI Banjarejo adalah Bapak Asnawi, S.Pd.I. Jabatan Bapak Asnawi, S. Pd.I tidak hanya sekedar sebagai Pengawas PAI di Kecamatan Banjarejo, namun beliau mendapat mandat dari Kemenag Blora atau rangkap jabatan dengan membina KKG PAI Kecamatan Bogorejo dan KKG PAI Kecamatan Jepon Kabupaten Blora dengan membina 60 guru PNS bersertifikasi dan beberapa guru honorer yang belum bersertifikasi. Rangkap jabatan yang disematkan pada Pengawas PAI Kecamatan Banjarejo terjadi karena Pengawas PAI yang bertugas di kedua Kecamatan tersebut berhalangan
65
Hasil wawancara dengan Ketua KKG Kabupaten Blora sekaligus sebagai Ketua KKG PAI Kecamatan Banjarejo, Bapak Drs. HM. Djauhari hari Kamis tanggal 10 Maret 2016 Pukul 11. 30 Wib.
40
(salah satunya mendapat kecelakaan), sehingga tugas dan tanggung jawab tersebut dibebankan pada pundak Bapak Asnawi, S.Pd.I.66 2. Visi dan Misi KKG PAI a. Visi dan Misi KKG PAI Kecamatan Ngawen KKG PAI Kecamatan Ngawen memiliki Visi sebagai berikut: „Profesional dan Teladan dalam Pendidikan‟. Visi ini dijadikan pedoman dalam menjalankan roda organisasi. Sedangkan Misi yang ingin dicapai adalah; 1) Melaksanakan kegiatan dan pertemuan secara efektif sehingga setiap anggota
berkembang secara optimal, sesuai dengan potensi yang
dimiliki. 2) Menumbuhkan jiwa profesionalisme sebagai pendidik pada angota KKG PAI. 3) Menumbuhkan semangat keunggulan secara intensif kepada seluruh anggota KKG PAI. 4) Mendorong dan membantu setiap anggota untuk mengenali potensi dirinya sehingga dapat dikembangkan secara optimal.67 b. Visi dan Misi KKG PAI Kecamatan Banjarejo KKG PAI Kecamatan Banjarejo juga memiliki Visi dan Misi, organisasi. Hal ini diharapkan supaya dijadikan pijakan awal dalam perumusan dan pelaksanaan kegiatan-kegiatan KKG PAI. 66
Hasil observasi lapangan dan wawancara bersama bapak Pengawas PAI Kecamatan Banjarejo, Bapak Asnawi, S. Pd. I, di Desa Adirejo Kecamatan Tunjungan hari Selasa tanggal 01 Maret 2016 dan Senin tanggal 07 Maret 2016 Pukul 14. 00-16. 00 Wib. 67 Hasil penggalian dokumentasi dengan para Pengurus KKG PAI Kecamatan Ngawen hari Senin 07 Maret 2016 pukul 10.00 wib.
41
Visi KKG PAI Kecamatan Banjarejo adalah : „Pelayanan Prima Menuju Pendidik Profesional, Unggul, dan Bermutu.‟ Visi inilah yang mendorong para guru PAI di lingkungan Kecamatan Banjarejo untuk mengajar, mendidik, dan membimbing siswa dengan sepenuh hati. Sedangkan Misi yang ingin dicapai KKG PAI Kecamatan Banjarejo adalah : 1) Menumbuhkan jiwa professional sebagai pendidik bagi anggota KKG PAI. 2) Memberikan pelayanan yang prima dalam pembelajaran demi generasi dan lulusan yang unggul dan bermutu. 3) Melaksanakan
kegiatan
dan
pertemuan
secara
efektif
demi
perkembangan anggota KKG PAI supaya dapat berkembang secara optimal, sesuai dengan potensi yang dimiliki. 4) Menumbuhkan penghayatan pada Mapel PAI sehingga menjadi sumber inspirasi dan kearifan dalam bertindak. 5) Menerapkan manajemen partisipatif dengan melibatkan seluruh pengurus dan anggota dan kelompok kepentingan yang terkait dengan KKG PAI.68 3. Keadaan Pengurus Organisasi KKG PAI Dalam menjalankan roda organisasi supaya berjalan dengan lancar, baik KKG PAI Kecamatan Ngawen dan KKG PAI Kecamatan Banjarejo dibantu sejumlah pengurus yang memiliki tugas dan tanggung jawab 68
Hasil wawancara dan penggalian data bersama Bapak Drs. Djauhari, Ketua KKG PAI Kecamatan Banjarejo hari Kamis tanggal 10 Maret 2016 pukul 10. 30.
42
masing-masing sesuai dengan bidangnya. Hal ini dimaksudkan supaya dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan baik yang bersifat interen maupun eksteren tidak terjadi tumpang tindih (overlapping). Keadaan Kepengurusan KKG PAI “ABU BAKAR” berjumlah 18 orang. 1 orang Ketua dibantu Wakil Ketua, 1 orang Sekretaris, 1 orang Bendahara, 2 orang Pembantu Umum, 3 orang Koordinator, 6 orang Guru Pemandu, dan 3 orang Seksi Kegiatan. Namun jumlah tersebut dapat pula bertambah sesuai dengan kondisi keorganisasian yang mengadakan „tambal sulam’ atau reshuffle kepengurusan disebabkan karena ada anggota yang berhalangan atau meninggal dunia. Namun kondisi tersebut tidak menyurutkan langkah dan semangat para pengurus KKG PAI “ABU BAKAR” Kecamatan Ngawen untuk menyusun program kerja dan melaksanakan kegiatan tersebut. Kegiatan dalam rangka melengkapi kepengurusan ini dilakukan untuk melakukan konsolidasi antar pengurus secara keseluruhan sehingga tidak ada bagian atau posisi yang kosong sehingga dapat mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan. Berikut adalah bagan kepengurusan KKG PAI “ABU BAKAR” Kecamatan Ngawen yang mencakup nama-nama guru PAI (GPAI) yang menjadi pengurus KKG PAI Kecamatan Ngawen Kabupaten . bagan ini penulis tampilkan untuk memberikan informasi lebih lanjut tentang keaktifan guru-guru PAI dalam mengikuti dan menjadi pengurus KKG PAI sebagai tindakan reflektif dalam peningkatan kompetensi professional.
43
Gambar 3. 1. Bagan organisasi Kepengurusan KKG PAI Kecamatan Ngawen69
Pelindung Kepala UPTD Pendidikan
-------
Penasehat Pengawas PAI Muhaimin, SAg..
--------
Penasehat Pengawas TK/SD
Ketua KKG PAI Wagiman, S.Pd.I
Wakil Ketua KKG PAI Misbah, S. Pd. I, S.H.
Sekretaris Kuslan, S. Pd. I
Koordinator: Suparmi, S.Pd.I Sunardi, M.Pd.I Siti Sri Susilawati, S.Pd.I
Anggota
Keterangan --------------
69
Bendahara Yusuf, S. Pd.I
Operator Data Arifin, S. Pd. I Pembantu Umum Siti Kumaidah, S.Pd.I
Guru Pemandu: Komari, A.Ma Siti Asiyah, S.Pd.I Ashadi, S.Ag. Aripin, S. Pd. I
Seksi Kegiatan Shofari, S. Pd.I H. Sarjimin,S.Pd.I Priyono,A.Ma.
Anggota
Anggota
: : Garis Komando : Garis Koordinatif
Hasil Penggalian Data dan Dokumentasi dari Bapak Kuslan, S.Pd.I (Sekretaris KKG PAI Kecamatan Ngawen Kabupaten Blora) hari Kamis tanggal 10 Maret 2016 pukul 13.00 Wib. .
44
KKG PAI Kecamatan Banjarejo juga memiliki struktur kepengurusan yang tidak jauh berbeda dengan KKG PAI Kecamatan Ngawen. Gambar 3. 2. Bagan organisasi Kepengurusan KKG PAI Kecamatan Banjarejo70
Pelindung Kepala UPTD Pendidikan
-------
Penasehat Pengawas PAI Asnawi, S.Pd.I
--------
Penasehat Pengawas TK/SD
Ketua KKG PAI Drs, HM. Djauhari
Wakil Ketua KKG PAI Muhammad Tarhib, S. Pd.I
Sekretaris Marlan, S. Pd. I
Bendahara Hj. Kunsiyati, S. Pd.I
Guru Pemandu Bidang Studi: Masrukhin, S.Pd.I Sukemi, S.Pd.I Juwariyah, S.Pd.I
Anggota Guru PAI
Keterangan --------------
70
Operator Data Abdul Kholik, S.Pd.I
Seksi Kegiatan: Abdul Kholik, S.Ag. H. Sujari, S.Pd.I Hj. Rohmah, S.Pd.I
Anggota: Guru PAI
Anggota: Guru PAI
: : Garis Komando : Garis Koordinatif
Hasil Penggalian Data dan Dokumentasi dari Bapak Drs. HM. Djauhari (Ketua KKG PAI Kecamatan Banjarejo Kabupaten Blora).
45
4. Data Sekolah dan Guru PAI Anggota KKG PAI Kecamatan Ngawen dan KKG PAI Kecamatan Banjarejo Untuk kelengkapan data dalam penelitian ini, penulis melakukan penggalian data sekolah dan guru PAI di lingkungan KKG PAI Kecamatan Ngawen dengan melakukan wawancara dan dokumentasi dengan Bapak Arifin selaku operator data Emis di KKG PAI Kecamatan Ngawen, karena Ketua KKG PAI Kecamatan Ngawen tidak dapat memberikan data secara langsung dikarenakan beliau ada kegiatan di Kalimantan Barat. Dari operator Emis tersebut diperoleh data bahwa jumlah GPAI di Kecamatan Banjarejo sebanyak 35 orang dengan rincian Guru PNS berjumlah 21 orang dan Guru Honorer berjumlah 14 orang. GPAI berstatus PNS yang menjadi Pengurus KKG PAI adalah 15 orang. Sedangkan data tentang keadaan sekolah dan GPAI di lingkungan KKG PAI Kecamatan Banjarejo, diketahui bahwa jumlah keseluruhan Guru PAI di lingkungan KKG PAI Kecamatan Banjarejo adalah berjumlah 33 orang, dengan rincian Guru PNS berjumlah 24 orang dan Guru Honorer berjumlah 9 orang, dan GPAI berstatus PNS yang menjadi Pengurus KKG PAI adalah 11 orang. Data Sekolah dan Guru PAI yang menjadi Anggota KKG PAI Kecamatan Banjarejo di atas berhasil penulis dapatkan setelah berkali-kali penulis meminta data kepada Ketua KKG PAI Kecamatan Banjarejo, namun beliau tidak dapat dapat memberikan data secara langsung dikarenakan pada saat itu beliau akan mendapatkan kegiatan mentoring dari Inspektorat Kabupaten Blora guna memeriksa DAK. Kemudian Ketua KKG
46
PAI Kecamatan Banjarejo menyarankan untuk menemui Bapak Abdul Kholik, S. Pd. I sebagai Petugas Operator Data Emis untuk melengkapi data yang penulis perlukan. B.
Program Kerja Kelompok Kerja Guru Pendidikan Agama Islam (KKG PAI) Kecamatan Ngawen Dan Kecamatan Banjarejo KKG PAI dapat diketahui keberadaannya ketika ada aksi yang dilakukan. Aksi tersebut dapat dituangkan ke dalam kegiatan-kegiatan yang menjadi agenda dalam program kerja KKG PAI baik KKG PAI Kecamatan Ngawen Maupun KKG PAI Kecamatan Banjarejo. Disamping itu, program-program kerja yang dirilis hendaknya dapat memompa semangat para Guru PAI untuk dapat mengembangkan potensi dan kemampuannya dalam pendidikan dan dalam pengelolaan pembelajaran secara profesional, sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran yang bermutu. Dalam penelitian di lapangan, penulis mengadakan observasi dan wawancara dengan pengurus KKG PAI di kedua Kecamatan di mana penulis mengadakan penelitian tesis ini. Penulis bermaksud menggali data-data yang dibutuhkan dengan melakukan teknik pengumpulan yaitu melakukan observasi, dokumentasi, dan wawancara. Dalam kesempatan dalam penggalian data tersebut, justru penulis mendapat undangan dan permohonan sekaligus sebagai presenter untuk mengisi kegiatan-kegiatan yang dilakukan baik di KKG PAI Kecamatan Ngawen dan KKG PAI Kecamatan Banjarejo. Pada kesempatan ini pula
penulis
gunakan
untuk
melakukan
pengumpulan data-data yang penulis perlukan.
observasi,
wawancara
dan
47
Program-program Kerja KKG PAI Kecamatan Ngawen dapat dilihat dari tabel berikut ini. 1. Seksi Kegiatan Bidang Kurikulum Pendidikan mengkoordinir tentang Pengkajian dan pembuatan perangkat Pembelajaran (RPP, Silabus, program Harian, Prota, Promes, kaldik, KKM, dan Pembuatan soal-soal ulangan, program ini diselenggarakan pada awal tahun ajaran baru, per tri wulan, dan per semester. 2. Seksi Teknologi dan Informatika mengkoordinir tentang Pembelajaran dan pelatihan TIK bagaimana cara pengoperasian komputer/laptop, dll 3. Seksi Pengembangan SDM menkoordinir kegiatan Kajian Profesi Guru Profesional (KPGP) dengan mengadakan pelatihan/seminar/workshop. Kegiatan ini Diadakan selama dua bulan sekali (kondisional). 4. Seksi Dakwah dan Seni Budaya mengkoordinir program yang berkaitan dengan kejuaraan, Porseni, dan seni Islami lainnya, Pengiriman delegasi peserta didik dikoordinir Guru PAI dalam mengikuti perlombaan; LCT PAI, Kaligrafi, Musabaqoh Tilawatil Qur‟an (MTQ), Muhafadhoh, Hafalan Surah-surah Pendek,
Wirausaha Islami, Mocopat Islami,
Khitobah/Pidato, Adzan, Hadroh/Seni Rebana, TIK, GEBSA (Gerakan Bacaan Solat), BTQ, Pantun Berbalas Islami, Lomba Qishosh AlAnbiya‟. 5. Bidang Humas mengkoordinir kegiatan yang berhubungan dengan informasi dan partisipasi dalam masyarakat. Program ini termasuk
48
memberikan bantuan baik moril maupun materiil kepada keluarga anggota KKG PAI yang sedang kesusahan/terkena musibah. Sedangkan
Program-program
kerja
KKG
PAI
Kecamatan
Banjarejo antara lain: 1. Pada awal tahun ajaran baru, kegiatan terfokus pada Pembahasan dan pembuatan perangkat pembelajaran, antara lain; RPP, Silabus, program Harian, Prota, Promes, Kaldik, KKM, Pembuatan soal-soal ulangan, Pembahasan Kisi-Kisi Soal. Kegiatan ini dilanjutkan pada setiap triwulan dan etiap semester. 2. Pembelajaran dan pelatihan TIK yang mengupas Cara pengoperasian Komputer/Laptop. Program ini memberikan bekal pada anggota mengenai cara-cara mengetik dengan lancer, cara membuat power point, dll. 3. Mengadakan kegiatan bakti social dengan silaturrahim/kunjungan lapangan dengan memberikan bantuan baik moril, maupun materiil kepada keluarga anggota KKG PAI yang sedang kesusahan/terkena musibah. 4. Koordinasi kegiatan lomba, program ini dikoordinir oleh pengurus seksi
kegiatan
yang mengkoordinir penyelenggaraan MAPSI,
PORSENI, dan lain-lain. 5. Program pengembangan SDM, kegiatan ini bersifat kolegial dengan mengumpulkan pengurus KKG PAI dan anggota untuk forum-forum ilmiah, diskusi, seminar, workshop, dan lain-lain.
49
BAB IV PELAKSANAAN SUPERVISI PAI DAN DAMPAKNYA SEBAGAI PENGENDALI MUTU KOMPETENSI PROFESIONAL GURU PAI
Bab ini membahas tentang teknik supervisi PAI yang digunakan oleh Pengawas PAI dalam memantau, menilai, membina, dan membimbing guru-guru PAI, dampakdampak dari pelaksanaan supervisi PAI atas kompetensi profesional guru, dan faktorfaktor yang dapat mendukung dan menghambat pada pelaksanaan kegiatan supervisi PAI yang dapat berfungsi sebagai pengendali mutu kompetensi professional guru PAI di lingkungan KKG PAI Kecamatan Ngawen dan di lingkungan KKG PAI Kecamatan Banjarejo akan penulis uraikan secara rinci dalam pembahasan berikut ini. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui secara riil kondisi pelaksanaan supervisi di lapangan dan implikasinya dan kemudian diambil kesimpulan yang disuguhkan pada bab selanjutnya. Analisa SWOT penulis pergunakan dalam menganalisa beberapa faktor yang dapat mendukung maupun faktor-faktor yang dapat menghambat pelaksanaan supervisi PAI. SWOT adalah singkatan dari Strengths, Weaknesses, Opportunities, and Threats. Analisa SWOT bertujuan untuk menemukan aspek-aspek penting yang meliputi; Kekuatan, Kelemahan, Peluang, dan Ancaman. Tujuan pengujian ini adalah untuk memaksimalkan kekuatan dan meminimalisir kelemahan, mereduksi ancaman dan membangun peluang.71
71
Edward Sallis, Manajemen Mutu Terpadu …, 221-222.
50
A.
Teknik Supervisi PAI 1. Teknik supervisi Individual Pada prinsipnya kegiatan supervisi atau kepengawasan diorientasikan pada upaya pemberian bantuan dan layanan profesional dalam rangka kemajuan dan peningkatan kemampuan dan kompetensi profesional guru PAI. Hal ini dilakukan oleh Pengawas PAI dengan memberikan pembinaan dan bimbingan untuk menjaga dan memantau kinerja GPAI secara professional. Guru profesional sebagai jelmaan dan personifikasi guru yang bermutu dapat terwujud melalui optimalisasi kegiatan supervisi PAI sebagai media pengendali mutu GPAI yang pada akhirnya akan menciptakan peserta didik yang berkualitas. Guru memegang peranan penting dalam dalam peningkatan kualitas pembelajaran, baik kualitas proses maupun kualitas lulusan. Peran utama guru adalah sebagai pelayan belajar, sebagai model, dan sebagai penunjuk arah.72 Peranan guru semakin penting dalam era global. Hanya melalui bimbingan guru yang professional, setiap siswa dapat menjadi sumber daya manusia yang berkualitas, kompetitif dan produktif sebagai aset nasional dalam menghadapi persaingan yang makin ketat dan berat sekarang dan di masa yang akan datang.73 Untuk mendorong terbentuknya guru berkualitas yang berkomitmen dan menjalankan tugas secara profesional diperlukan cara yang tepat untuk memantau perkembangan dan kemajuan GPAI. Salah satu upaya yang dapat 72
Dedy Mulyasana, Pendidikan Bermutu dan Berdaya Saing, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2015, 44. 73 Sudarwan Danim, Profesionalisasi dan Etika Profesi Guru, Bandung: Alfabeta, 2013, 99.
51
dilakukan oleh Pengawas PAI adalah penggunaan teknik supervisi yang sesuai dengan situasi, kondisi, serta lingkungan dimana GPAI bertugas. Berbagai teknik dapat digunakan supervisor dalam membantu guru meningkatkan situsi belajar mengajar, baik secara kelompok (group techniques) ataupun dengan cara perorangan (individual techniques) ataupun dengan cara langsung yaitu bertatap muka, dan cara tak langsung yaitu melalui media komunikasi (visual, audial, audiovisual).74 Kegiatan supervisi PAI dengan menggunakan teknik secara individual di lingkungan KKG PAI Kecamatan Ngawen dan KKG PAI Kecamatan Banjarejo, dilakukan oleh Pengawas PAI dengan cara berkunjung ke sekolah yang dijadwalkan mendapat layanan supervisi. Kegiatan ini dilakukan secara individual atau perseorangan yaitu dengan melakukan visitasi atau kunjungan ke sekolah-sekolah mendapatkan
pembinaan
atau
bimbingan.
yang dianggap perlu Kegiatan
supervisi
ini
dimaksudkan untuk melihat secara langsung kegiatan pembelajaran di dalam kelas dan sejauh mana guru PAI memberikan layanan belajar dan bimbingan kepada siswa. Ketika mengadakan penelitian secara langsung di lapangan, penulis mendapat undangan dari Pengawas PAI untuk melihat secara langsung pada pelaksanaan supervisi PAI. Pada kesempatan ini, penulis gunakan untuk mewawancarai oleh Bapak Marzuki, M.Pd.I selaku Kepala Sekolah SDN Gotputuk berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan supervisi PAI yang 74
Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan (Pemberdayaan Guru, Tenaga Kependidikan dan Masyarakat dalam Manajemen Sekolah), Bandung: Alfabeta, 2013, 219.
52
dilakukan oleh pengawas PAI dengan teknik supervisi individual melalui kunjungan sekolah dan observasi kelas. Kegiatan supervisi ditujukan pada terwujudnya kedisiplinan dan ketertiban guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. “Sekolah kami, Alhamdulillah sering mendapat kunjungan dari Pengawas PAI. Biasanya pak Mu melakukan supervisi sebulan sekali pada hari Kamis atau jum‟at, atau kalau ada momen-momen tertentu pasti ke sini. Beliau sering ke sekolah kami untuk memantau PBM yang berlangsung dan memantau perkembangan guru PAI, Pada intinya, kunjungan yang dilakukan oleh Pengawas PAI di sini supaya pelaksanaan PBM lebih tertib dan disiplin”.75 Pelaksanaan teknik supervisi secara individual dengan kunjungan ke sekolah memiliki reasoning (alasan) khusus bagi pengawas yaitu untuk melihat langsung kondisi nyata GPAI dalam mengajar di lapangan, disamping itu untuk menjaga kualitas guru agar senantiasa disiplin, semangat, dan memberikan uswah (teladan) yang baik pada peserta didik.76 Hal senada disampaikan pula Ibu Suparmi selaku guru PAI di SDN Ngawen 4 tentang bagaimana kegiatan supervisi yang dilakukan oleh Pengawas PAI, beliau berkata: “Pelaksanaan supervisi PAI dilakukan oleh Pengawas PAI dengan cara kunjungan kelas, ya seperti tadi, ketika saya sedang mengajar anak-anak di kelas, ada Pengawas PAI yang datang, pengawas masuk kelas dan menunggui saya ketika mengajar PAI. Seperti tadi, saya sedang mengajar membaca tartil Al-Qur‟an, kemudian Pengawas PAI memperhatikan dan menunggui anak yang saya suruh membaca ayat Al-Qur‟an. Setelah selesai mengajar, Pengawas PAI menanyai beberapa hal berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar yang saya lakukan, apakah ada kendala apa tidak dan lain-lain. Untung saya sudah mempersiapkan segala sesuatunya seperti perangkat pembelajaran, cuma saya agak sedikit kaget karena 75
Wawancara lapangan bersama Bapak Marzuki, M.Pd.I hari Senin tanggal 14 Maret 2016 pukul 09.00-selesai di SDN Gotputuk. 76 Observasi lapangan hari Senin tanggal 14 Maret 2016 pukul 09.00 di SDN Gotputuk.
53
Pengawas tiba-tiba datang di sekolah saya, sedangkan Kepala sekolah saya ada kegiatan di Jepara”.77 Observasi lapangan yang penulis lakukan di KKG PAI Kecamatan Ngawen dan Pengawas PAI di KKG Kecamatan Banjarejo menunjukkan bahwa pelaksanaan teknik supervisi individual dapat meningkatkan dan menjaga kualitas kinerja GPAI. Dalam observasi di beberapa sekolah, terdapat kemajuan dari sisi administrastif, terlihat oleh penulis secara langsung perangkat pembelajaran yang ditunjukkan GPAI ketika penulis berkunjung ke sekolah-sekolah tersebut. Hal ini dilakukan oleh GPAI, setelah adanya kunjungan supervisi dan Pengawas PAI selalu menanyakan perangkat pembelajaran GPAI (minimal ada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran karena terdapat skenario pembelajaran). Disamping itu, dengan adanya kegiatan supervisi oleh pengawas PAI secara langsung dapat berfungsi pula memompa semangat GPAI, untuk memberikan layanan yang terbaik dalam proses pembelajaran sehingga muaranya terbentuknya peserta didik yang berprestasi. Interaksi secara langsung antara GPAI dan Pengawas PAI ini memberikan dampak langsung pada kinerja profesional GPAI. Kinerja Profesional guru sangat dibutuhkan di dunia pendidikan, hal ini dimaksudkan untuk menghantarkan peserta didik dalam mencapai kemajuan. Disamping itu juga untuk pengembangan mutu pendidikan di sekolah, dengan kinerja profesional guru, sekolah akan dapat lebih mengalami perkembangan dan kemajuan sehingga dapat mencapai kualitas 77
Observasi dan wawancara dengan Ibu Suparmi, guru PAI SDN Ngawen 4. hari KamisTanggal 17 Maret 2016, pukul 11. 15-selesai. Kegiatan supervisi ini dilakukan setelah pertemuan KKG PAI di SDN Trembulrejo, Pengawas PAI mengajak penulis untuk melihat langsung kondisi riil dalam supervisi individual.
54
sekolah, peserta didik, dan para lulusan yang bermutu sehingga menjadi sukses di masa depan. Kualitas pembelajaran sangat dipengaruhi oleh kualitas profesional kinerja guru, oleh karena itu usaha meningkatkan kemampuan profesional guru dalam melaksanakan proses belajar dan mengajar melalui bantuan supervisi, perlu secara terus menerus mendapatkan perhatian dan bantuan profesional dari penanggung jawab pendidikan. Peningkatan kemampuan profesional ini akan lebih berhasil apabila dilakukan oleh guru dengan kemauan dan usaha mereka sendiri. Namun seringkali guru masih memerlukan bantuan orang lain, karena ia belum mengetahui atau belum memahami jenis, prosedur, dan mekanisme memperoleh berbagai sumber yang sangat diperlukan dalam usaha meningkatkan kemampuan profesional mereka. Bantuan yang diperlukan guru antara lain dalam bentuk supervisi.78 Pelaksanaan supervisi dengan teknik individual berfokus pada kegiatan supervisi pembelajaran di kelas. Supervisi dengan teknik ini seringkali ditujukan pada pemeriksaan, pemantauan dan pengecekan perangkat pembelajaran. Disamping itu, pelaksanaan supervisi
terkesan
dengan inspeksi yang sering dikonotasikan mencari-cari kesalahan guru belaka, sehingga menjadikan hubungan yang kurang harmonis antara pengawas PAI dan guru-guru PAI yang disupervisi. Hubungan tersebut dapat dibangun dengan menciptakan situasi dan relasi dimana guru-guru
78
Syaiful Sagala, Supervisi Pembelajaran Dalam Profesi Pendidikan, Bandung: Alfabeta, 88.
55
merasa aman dan merasa diterima sebagai subjek yang dapat berkembang sendiri. Namun, teknik supervisi secara individual yang digunakan
oleh
pengawas PAI dalam bidang Pendidikan Agama Islam (PAI), ternyata tidak dapat dilaksanakan sepenuhnya dan seluruhnya secara rutin sesuai jadwal yang direncanakan di setiap sekolah binaan baik di KKG PAI Kecamatan Ngawen maupun di KKG PAI Kecamatan Banjarejo, sehingga tidak bisa menjangkau seluruh sekolah untuk disupervisi terbukti terdapat beberapa sekolah (sebagian besar) yang tidak mendapatkan kunjungan dari pengawas. Dari hasil penelitian penulis dengan menanyai guru-guru di KKG PAI Kecamatan Ngawen dan KKG Kecamatan Banjarejo tentang kunjungan sekolah dan kunjungan kelas yang dilakukan oleh pengawas, ternyata sebagian besar guru-guru menyatakan jarang mendapatkan kunjungan atau layanan supervisi berbasis teknik individual. Hal ini dikarenakan oleh tugas, wewenang, serta letak geografis daerah yang dihadapi pun berbeda. Kalaupun ada sekolah yang disupervisi, hal itu menyebabkan kecemburuan di sekolah lain. Dengan demikian, intensitas pelaksanaan supervisi PAI dengan kunjungan sekolah di lingkungan KKG PAI Kecamatan Ngawen dan KKG PAI Kecamatan Banjarejo, masih perlu ditingkatkan. Berdasarkan penggalian data dan informasi yang penulis lakukan dengan melakukan wawancara kepada GPAI yang menjadi pengurus KKG PAI di kedua Kecamatan tersebut, GPAI memberikan pendapat yang variatif, antara lain;
56
GPAI yang menjawab pelaksanaan teknik supervisi individual dilakukan satu semester satu kali sebanyak 6 orang (23, 07 %), yang menjawab satu semester dua kali sebanyak 7 orang (26, 92%), yang menjawab sebulan sekali sebanyak 8 orang (30, 76%), yang menjawab 3 bulan sekali sebanyak 1 orang (3, 84%), yang menjawab 2 kali dalam 1 bulan sebanyak 1 orang (3, 84%), yang menjawab setiap kali dibutuhkan sebanyak 1 orang (3, 84%), dan lainnya sebanyak 2 orang (7, 69%) menjawab kadang-kadang. Kendati demikian, dari 26 GPAI (100%) menjawab sangat senang dan sangat setuju kegiatan supervisi PAI dilaksanakan di sekolahan mereka.79 2. Teknik Supervisi Kelompok Pelaksanaan kegiatan supervisi dengan menggunakan teknik individual melalui kunjungan sekolah ternyata tidak dapat dilakukan sepenuhnya oleh Pengawas PAI di lingkungan KKG PAI Kecamatan Ngawen dan di lingkungan KKG PAI Kecamatan Banjarejo dikarenakan berbagai alasan yang melatarbelakangi seperti; kondisi geografis sekolah, padatnya jadwal pengawas PAI, doubling atau berbenturan dengan sekolah lain dan kondisi kesehatan Pengawas PAI. Hal ini dapat menghambat upaya pengendalian mutu GPAI dalam melaksanakan tugas, karena Pengawas PAI tidak dapat memantau dan melihat perkembangan GPAI secara langsung. Berdasarkan realitas di atas, penulis mengadakan wawancara dengan Pengawas
79
PAI mengenai
strategi
apakah
yang digunakan
untuk
Wawancara secara terbimbimbing dengan pengurus KKG PAI Kecamatan Ngawen hari Senin tanggal 07 Maret 2016 pukul 10.45-selesai dan wawancara dengan pengurus KKG Banjarejo hari Kamis tanggal 10 Maret 2016 2016 pukul 11.00-selesai. Wawancara dilakukan secara klasikal dengan dipandu peneliti dengan menyebarkan butir-butir pedoman wawancara.
57
menanggulangi problematika dalam kegiatan supervisi PAI, supaya kegiatan supervisi dapat berjalan secara efektif untuk memantau perkembangan guru, menjangkau keseluruhan sekolah, memberikan pembinaan dan bimbingan, serta layanan professional guru PAI. Hasil wawancara dijelaskan bahwa Penerapan teknik supervisi PAI berbasis kelompok di lingkungan KKG PAI Kecamatan Ngawen dan KKG PAI Kecamatan Banjarejo dilakukan dengan melalui Forum KKG PAI Yang didasarkan pada pembagian Dabin (daerah binaan) baik di lingkungan KKG PAI Kecamatan Ngawen maupun Kecamatan Banjarejo. Kegiatan ini dilakukan setiap bulan sekali. Dalam forum ini Pengawas PAI mendapat waktu khusus untuk memberikan pembinaan, pembimbingan dan hal-hal yang berkaitan dengan peningkatan profesi guru secara profesional. Pengawas PAI menggunakan forum KKG untuk mengevaluasi guru, namun yang paling esensi adalah memotivasi guru untuk selalu berubah secara terus-menerus supaya mencapai kemajuan dan peningkatan diri, baik dalam layanan belajar kepada peserta didik, disiplin yang tinggi, maupun peningkatan integritas diri guru PAI, misalnya: melaksanakan pembimbingan dan pelatihan profesional guru PAI dan atau Kepala Sekolah dalam Penelitian Tindakan, pembimbingan guru PAI supaya aktif dalam KKG PAI dan forum pengembangan kompetensi profesional guru PAI, serta pemeriksaan perangkat pembelajaran guru PAI. Pelaksanaan kegiatan supervisi oleh pengawas PAI dengan teknik kelompok ini, terlebih dahulu mengadakan pertemuan atau berkomunikasi dengan Kepala Sekolah, dan pengurus KKG PAI dilingkungan KKG
58
Kecamatan Ngawen dan KKG Kecamatan Banjarejo. Kegiatan ini dilakukan melalui pemanfaatan forum KKG PAI dan memberikan stimulasi pada perkembangan kinerja guru-guru PAI dalam meningkatkan kompetensi professional sehingga menjadikan pendidik yang berkualitas. Kegiatan supervisi PAI dengan teknik kelompok ini ternyata dipandang efektif untuk memberikan bimbingan dan pembinaan oleh Pengawas PAI, sebagaimana yang disampaikan oleh Bapak Asnawi selaku Pengawas PAI di lingkungan KKG PAI Kecamatan Banjarejo: “Dalam memberikan pembinaan dan bimbingan guru-guru PAI memang tidak bisa saya lakukan secara rutin dan menyeluruh ke sekolah-sekolah dibawah binaan saya, hal itu dikarenakan saya merangkap jabatan. Saya juga mendapat tugas melakukan pembinaan di tiga Kecamatan yaitu Kecamatan Banjarejo, Kecamatan Jepon, dan Kecamatan Bogorejo, sehingga saya harus kadangkala memprioritaskan sekolah mana yang akan saya tuju. Disamping itu, terus terang mas, medan yang saya hadapi ya lumayan berat, karena sekolah-sekolah yang ada dalam binaan saya terdapat beberapa sekolah yang jauh dan sulit dijangkau bila dilakukan kunjungan ke sekolah tersebut, karena posisinya berada di dalam hutan dan di daerah yang berbukit agak tinggi, bila pake sepeda motorpun melewati jurang yang curam. Dengan kondisi seperti ini, saya lebih terbantu dengan cara mengumpulkan guruguru yang ada dalam binaan saya secara berkelompok di tempat yang sekiranya dapat terjangkau oleh seluruh guru dari berbagai tempat. Misalnya melalui KKG PAI. Teknisnya, saya meminta guruguru berkumpul di sekolah tertentu, tapi ya, kadang-kadang Pengurus KKG PAI, justru mengundang saya untuk menghadiri rapat atau pertemuan dalam kegiatan mereka dan momen ini saya gunakan untuk melakukan supervisi”.80 Dalam penelitian di lapangan, penulis juga mendapat undangan dari sekretaris KKG PAI Kecamatan Banjarejo yaitu Bapak Marlan, S.Pd.I untuk 80
Hasil wawancara dengan Pengawas PAI Kecamatan Banjarejo, Bapak Asnawi, pada hari
Senin tanggal 07 Maret 2016 pada pukul 14. 15 wib di Dukuh Sembung Desa Adirejo Kecamatan Tunjungan sekaligus menyerahkan surat pengantar penelitian dari Kampus IAIN Salatiga
59
menghadiri rapat KKG PAI Kecamatan Banjarejo sekaligus melihat lebih dekat tentang profil dan dinamika KKG PAI. Dalam kesempatan ini penulis sekaligus melakukan cross check
dengan pengurus
KKG PAI atas
informasi dari pengawas di atas dan beliau pun membenarkan dan menguatkan pendapat pengawas PAI di atas.81 “Pembinaan dan pembimbingan serta pertemuan antara Pengawas PAI dan guru-guru PAI terutama di lingkungan KKG PAI yang saya pimpin yaitu Kecamatan Banjarejo dilakukan secara berkelompok dengan mengumpulkan kami selaku guru-guru PAI. Inisiatif pertemuan ini dari Pengawas dengan memberitahukan kami sebelumnya dan selanjutnya kami kontak dengan pengurus-pengurus KKG PAI yang lain untuk mengkoordinir pertemuan tersebut, namun pertemuan antara Pengawas dan GPAI kadangkala kami yang menggagasnya, ya misalnya kami akan melengkapi berkas untuk pencairan sertifikasi bersama guru-guru yang lain, momen ini kami gunakan sekaligus dengan mengundang Pengawas PAI untuk memberikan pembinaan kepada kami. Dalam kegiatan ini disamping kami mendapatkan pembinaan secara langsung dari Pengawas, kami juga dapat berkoordinasi dengan pengurus KKG untuk membahas program kerja KKG PAI”.82 Pengawas PAI Kecamatan Ngawen juga memiliki pandangan yang sama berkaitan dengan teknik supervisi di lapangan. Beliau melakukan pembinaan dan bimbingan terhadap GPAI melalui forum KKG PAI yaitu dengan mengoptimalkan kegiatan supervisi berbasis teknik kelompok dalam pengembangan dan peningkatan kinerja guru secara profesional.83 Dalam kegiatan supervisi dengan teknik ini, Pengawas PAI menghimbau para GPAI untuk menjalankan tugas sebagai pendidik secara ikhlas dan 81
Kunjungan kepada Ketua KKG PAI Kecamatan Ngawen, dan Ketua KKG PAI Kecamatan Banjarejo. Jumat tanggal 01 Maret 2016 pukul 15.30-selesai. 82 Wawancara dengan pengurus KKG PAI Bapak HM. Djauhari selaku ketua KKG PAI Kecamatan Banjarejo Jumat tanggal 01 Maret 2016 pukul 13.15-selesai. 83 Pendapat disampaikan ketika penulis berkunjung ke rumah pengawas PAI SD Kecamatan Ngawen sekaligus menyampaikan surat penelitian pada hari Ahad tanggal 06 Maret 2016 pukul 13. 00-selesai di Desa Beganjing Kecamatan Ngawen.
60
professional, memperbaiki praktik pembelajaran, dan memaksimalkan potensinya dalam memberikan layanan dan kinerja profesionalnya kepada peserta didik sehingga tercapai mutu pembelajaran yang ideal. Pengawas PAI juga menanyakan dan meminta GPAI untuk melengkapi perangkat pembelajaran sebagai starter kit GPAI dalam melaksanakan tugasya. Disisi lain, Pengawas PAI juga mendorong GPAI untuk berperan secara aktif dalam kegiatan-kegiatan KKG PAI karena kegiatan tersebut dapat berfungsi sebagai refleksi diri dalam pengembangan professional guru sehingga guru yang bersangkutan mendapat input atau masukan dari guru yang lain atas kekurangan dan kelemahan yang dimilikinya, serta dapat memperoleh
informasi-informasi
untuk
meningkatkan
kompetensi
profesional yang bersifat kolektif. Dalam observasi di lapangan, pelaksanaan kegiatan supervisi PAI menunjukkan adanya persamaan dan perbedaan yang menonjol. Hal ini menjadi karakteristik masing-masing KKG PAI. Perbedaan corak tersebut menandakan dinamika KKG PAI. Persamaan sering dijumpai pada tataran konten supervisi PAI, sedangan perbedaan sering ditunjukkan pada pelaksanaan secara teknis di lapangan yang meliputi pula timing supervisi. Namun hal-hal tersebut di atas tidak mereduksi “ghiroh” para pengurus PAI untuk senantiasa berkembang dan berproses dalam upaya peningkatan kinerja professional guru PAI. Persamaan dan perbedaan KKG PAI tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut ini:
61
Table 4. 1. Karakteristik KKG PAI84 KKG PAI Kecamatan Ngawen Pelaksanaan kegiatan supervisi dilaksanakan secara rutin berkala. Pelaksanaan kegiatan supervisi melibatkan peran kepala sekolah, pengawas, pengurus KKG PAI, dan Guru-guru PAI. Supervisi dilakukan dengan kunjungan dan observasi kelas. Pengawas sering menanyakan kelengkapan perangkat pembelajaran. Pelaksanaan kegiatan supervisi agak berimbang antara teknik individual (kunjungan ke sekolah) maupun teknik kelompok. Dalam kegiatan supervisi, pengurus KKG PAI menunggu informasi schedule dari pengawas PAI. PPAI memiliki waktu yang cukup dalam kegiatan supervisi karena fokus pada KKG PAI Kecamatan Ngawen. Pengawas PAI sering menjadi inisiator dalam kegiatan supervisi kelompok, terutama melalui forum KKG PAI.
84
KKG PAI Kecamatan Banjarejo Pelaksanaan kegiatan supervisi dilaksanakan secara berkala. Pelaksanaan supervisi lebih dominan menggunakan teknik kelompok. Pelaksanaan kegiatan supervisi melibatkan peranan kepala sekolah, pengawas PAI, Guru-guru senior, pengurus KKG PAI, dan Guru-guru PAI. Supervisi dengan kunjungan sekolah dan observasi kelas namun masih minim pada frekuensi pertemuannya. Pengawas menanyakan perangkat pembelajaran. Pengurus KKG PAI lebih mandiri dalam kegiatan KKG PAI dan berinisiatif “jemput bola” supaya mendapat supervisi dari pengawas. Pengurus KKG PAI melakukan kontak langsung dan berkonfirmasi dengan pengawas dalam setiap kegiatan supervisi dan dalam kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan oleh KKG PAI. PPAI bertugas tidak hanya di KKG PAI Kecamatan Banjarejo, tetapi merangkap sekaligus pengawas PAI di Kecamatan Bogorejo dan Kecamatan Jepon, sehingga memiliki waktu yang terbatas. Pengurus KKG PAI lebih sering menjadi inisiator dalam kegiatan supervisi.
Hasil observasi dan wawancara dengan Pengawas PAI dan Pengurus KKG PAI pengurus KKG PAI Kecamatan Ngawen hari Senin tanggal 07 Maret 2016 pukul 10.45-selesai
62
Teknik supervisi secara kelompok dipandang sangat efektif dan efisien karena Pengawas PAI dapat mengontrol kualitas guru secara langsung
di
lingkungan
sekolah
binaannya.
Kualitas
guru
yang
bersangkutan dapat dilihat dari kinerja (performance), dan semangat dalam melakukan perubahan-perubahan termasuk penggunaan media dan model pembelajaran yang digunakan. Pengawas PAI juga dapat melihat langsung seberapa jauh kiprah GPAI dalam kegiatan guru dalam memanfaatkan KKG atau forum ilmiah lainnya untuk pengembangan profesionalnya. Kegiatan supervisi dengan teknik kelompok ini, selain dapat menghemat waktu dan energi dalam memantau, mengawasi, dan melihat perkembangan guru, juga dapat memberikan pembinaan, bimbingan, dalam peningkatan profesionalisme guru secara kolegial. Hal ini dapat dilakukan dengan memanfaatkan organisasi KKG PAI, karena disamping dapat membantu pengawas dalam melakukan kegiatan supervisi secara efektif, juga dapat memperkuat dan memberdayakan KKG PAI itu sendiri. Pelaksanaan kegiatan supervisi berbasis teknik kelompok juga dapat dilakukan dengan mandiri tanpa kehadiran Pengawas PAI yang stand by memonitor guru-guru tersebut, karena disamping kesibukan Pengawas juga membentuk inisiatif, kreatifitas, dan kemandirian guru-guru PAI untuk bertukar informasi dan saling melengkapi kelemahan dan kekurangan dalam proses pembelajaran di kelas, misalnya guru PAI dapat saling membantu dalam membuat dan melengkapi perangkat pembelajaran yang belum ada. Berbagai inovasi dalam pembelajaran dan juga keluhan (complain), serta
63
hal-hal yang berkaitan dengan pembelajaran dan berhubungan dengan kompetensi dan profesi guru dapat dicurahkan dalam pertemuan bersama. KKG PAI yang ada di Kecamatan Ngawen dan KKG PAI Kecamatan Banjarejo adalah bagian dari perwujudan CPD yang di dalamnya sebagai tempat aktualisasi diri guru-guru PAI dalam meningkatkan kompetensi profesional, sharing informasi, saling melengkapi (take and give) kelemahan dan kekurangan guru dengan saling memberi penguatan dan pengayaan tentang pembelajaran. Dalam penelitian di lapangan, pertemuan kegiatan di KKG PAI baik di KKG PAI di Kecamatan Ngawen maupun KKG PAI Kecamatan Banjarejo terjadi proses sirkulasi dalam kaitannya dengan kegiatan supervisi. Gambar 4. 1. Sirkulasi kegiatan supervisi PAI85
Pengawa s PAI (PPAI)
KKG PAI
Pelaksanaan Kegiatan Supervisi
Guruguru PAI Pengurus KKG PAI
Kepala sekolah
85
Gambar dibuat berdasarkan pengamatan penulis selama melakukan penelitian lapangan.
64
Penjelasan dari gambar tersebut di atas menunjukkan bahwa kegiatan supervisi diprakarsai oleh Pengawas PAI dengan melakukan komunikasi dan konfirmasi terlebih dahulu kepada kepala sekolah dan pengurus KKG PAI, namun adakalanya berawal dari inisiatif pengurus KKG PAI dan kepala sekolah yang bersangkutan bila terdapat event-event tertentu. Kegiatan supervisi difokuskan pada grouping technics (teknik berkelompok) melalui KKG PAI dengan orientasi pertumbuhan dan peningkatan kemampuan professional guru serta pemberian informasi ter up-date, dan kemudian hasil kegiatan tersebut disosialisasikan kepada guru-guru PAI dan pengurus KKG PAI yang berhalangan hadir. Dari uraian di atas, teknik kelompok dalam kegiatan supervisi dipandang sangat efektif dan efisien di lingkungan KKG PAI Kecamatan Ngawen dan di lingkungan KKG PAI Kecamatan Banjarejo, karena selain dapat berfungsi untuk melihat perkembangan GPAI secara langsung juga dapat memberikan informasi-informasi terbaru tentang kebijakan-kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan, informasi mengenai pelatihanpelatihan, workshop, dan isu-isu strategis tentang peningkatan kompetensi guru professional PAI, juga dapat memudahkan dalam memantau perkembangan sekolah-sekolah serta guru-guru PAI yang berada di daerah yang sulit dijangkau, terisolir atau terpencil.
65
B.
Dampak Supervisi PAI atas Kendali Mutu Kompetensi Profesional Guru 1. Kualifikasi Akademik Guru Supervisi PAI mampu mendorong GPAI untuk memenuhi persyaratan kualifikasi akademik sebagai guru professional. Guru PAI yang bermutu adalah cerminan guru profesional, sedangkan guru profesional harus memenuhi kualifikasi pendidikan yang telah ditentukan oleh pemerintah. Keadaan kualifikasi Pendidikan GPAI di KKG PAI Kecamatan Ngawen dan KKG Kec. Banjarejo mengalami peningkatan dari pra Sarjana menjadi S-1 (D-IV). Keadaan kualifikasi akademik GPAI ketika pertama kali diangkat sebagai GPAI belum memiliki kualifikasi pendidikan yang ideal. Namun dengan adanya pembinaan dan pembimbingan oleh Pengawas dalam kegiatan supervisi tentang pentingnya kualifikasi pendidik demi peningkatan mutu pembelajaran dan dengan kesadaran diri pada peningkatan pelayanan guru profesional, maka GPAI dilingkungan KKG PAI Kecamatan Ngawen dan GPAI di Kecamatan Banjarejo mengalami perkembangan dan perubahan yang signifikan. Berdasarkan penggalian data dari Bapak Aripin, S. Pd. I selaku operator data Emis dari penggurus KKG PAI Kecamatan Ngawen dan Bapak Abdul Kholik, S. Pd. I selaku operator Emis KKG PAI Kecamatan Banjarejo diperoleh data-data pendukung yang menyatakan bahwa guruguru PAI yang menjadi pengurus KKG PAI di Kecamatan Ngawen maupun KKG PAI Kecamatan Banjarejo, telah memiliki kualifikasi pendidikan yang ideal seperti yang diharapkan oleh pemerintah, yaitu memiliki kualifikasi
66
pendidikan Strata satu (S-1) dan hanya terdapat satu orang GPAI yang belum menyelesaikan S-1. Penelitian di lapangan dengan mengadakan wawancara pada 26 guru Pendidikan Agama Islam (GPAI) dan melakukan pengecekan dokumentasi data yang diberikan oleh operator pengurus KKG PAI baik di Kecamatan Ngawen maupun Kecamatan Banjarejo, dapat diketahui bahwa pendidikan awal
GPAI
sebagai
berikut:
pendidikan
dengan
latar
belakang
SLTA/MA/PGA yang berjumlah 25 orang (96, 15 %), berpendidikan D-2 berjumlah 1 orang (3, 84%), dan kemudian setelah mendapatkan pembinaan supervisi dari pengawas dan didukung fasilitas dari pemerintah dengan memberikan ruang bagi guru-guru untuk melanjutkan pendidikan lanjutan, maka keadaan kualifikasi pendidikan GPAI pun mengalami perubahan. Keadaan kualifikasi pendidikan GPAI menjadi yang berstatus D-2 berjumlah 1 orang (3, 84 %), S-1 berjumlah 23 orang (88, 46 %), sedangkan yang menyelesaikan S-2 berjumlah 2 orang (7, 69 %), dan yang masih dalam proses S-2 berjumlah 1 orang (3, 84 %). Data tersebut menunjukkan perkembangan yang menggembirakan karena GPAI memiliki perhatian dan respon yang positif yang berakhir pada kemajuan dan perkembangan GPAI itu sendiri secara profesional. Pada keadaan seperti ini, iklim pendidikan akan berjalan semakin kondusif karena wawasan dan kecakapan guru semakin mendekati kesempurnaan.
67
Keadaan peningkatan kualifikasi pendidikan GPAI di lingkungan KKG PAI Kecamatan Ngawen dan KKG PAI Kecamatan Banjarejo dapat dilihat dari tabel yang disajikan berikut ini: Tabel 4. 2. Kualifikasi pendidikan GPAI di KKG PAI Kecamatan Ngawen dan KKG PAI Kecamatan Banjarejo86
No
1.
Pendidikan Awal Guru
Pendidikan Lanjutan Guru
Jenjang
Jml
%
Jenjang
Jml
%
S2
-
-
S-2 dan Proses
3
32, 60
S-2 2.
S1
-
-
S-1
22
84, 61
3.
D3
-
-
D-3
-
-
D2
1
3, 84
D-2
1
3, 84
PGA/SPG/SLT
25
96, 15
PGA/SPG/SLTA
-
-
Jumlah
26
100
Jumlah
26
100
Dari tabel di
atas
4.
A
dapat diketahui bahwa keadaan kualifikasi
pendidikan GPAI di lingkungan KKG PAI Kecamatan Ngawen dan di lingkungan KKG PAI Kecamatan Banjarejo, yaitu PGA/SLTA menjadi D-II dan menjadi S-1 bahkan ada yang telah menyelesaikan S-2 atau masih dalam proses. Perubahan tersebut terpacu pada misi utama GPAI pada pelayanan mutu pembelajaran kepada peserta didik, karena semakin meningkat pendidikan GPAI akan meningkat pula pengetahuan dan 86
Hasil penggalian data dan dokumentasi bersama operator data EMIS Bapak Arifin, S. Pd. I di SDN Trembulrejo 01 pukul 11.15 wib-selesai, setelah penulis mengisi forum diskusi yang diselenggarakan oleh KKG PAI dan Pengawa PAI Kecamatan Ngawen, 17 maret 2016.
68
wawasannya sehingga meningkat pula pelayanan kepada peserta didik yang berkualitas. 2. Penguasaan Materi Pelaksanaan kegiatan supervisi PAI berdampak pada penguasaan materi GPAI dalam mengajar. Pengawas PAI selalu menekankan pada GPAI untuk menguasai materi dalam kegiatan pembelajaran pada peserta didik. Guru yang bermutu dan professional dapat direfleksikan pada penguasaan materi yang dikuasainya yang berpengaruh pula pada penguasaan materi yang diterima oleh peserta didik. Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir c dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi professional adalah penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan.87 Salah satu barometer keberhasilan pendidikan dalam mewujudkan SDM (sumber daya manusia) adalah dengan mengukur kualitas SDM yang ditandai dengan meningkatnya pengetahuan, sikap, dan ketrampilan yang lebih dinamis dan mandiri dalam kehidupan masyarakat, berbangsa, dan beragama dengan tatanan nasional dan internasional.88 Meningkatnya pengetahuan (penguasaan materi) dapat terjadi bilamana kegiatan pembelajaran dilakukan oleh GPAI secara rutin, terus-
87
E. Mulyasa, Standar Kompetensi …, 135. Umiarso&Imam Ghojali, Manajemen Mutu Sekolah Di Era Otonomi Pendidikan (MenjualMutu Pendidikan dengan Quality Control bagi Pelaku Lembaga Pendidikan, Yogyakarta: IRCiSoD, 2010, 114. 88
69
menerus, dan berkelanjutan. Proses pembelajaran yang dilakukan dengan waktu yang tidak sebentar dapat menjadikan materi PAI melekat dalam memory (ingatan) GPAI. Begitu pula sebaliknya penguasaan materi GPAI terhadap materi pembelajaran akan mudah direfleksikan kembali dalam daya ingat bila kegiatan pembelajaran dilakukan secara konsisten dengan waktu yang cukup panjang. Rentang waktu yang panjang dan memiliki masa kerja yang lama dalam mengajar dapat mendorong GPAI dalam penguasaan materi. Hal ini sangat berpengaruh pada penguasaan materi yang diampunya, karena penguasaan
materi
akan
berdampak
pada
proses
pembelajaran,
pembelajaran yang dapat merubah situasi dan kondisi sehingga dapat membangkitkan semangat belajar peserta didik untuk mengikuti proses pembelajaran. Kondisi ini dapat pula merubah pengalaman belajar dan perubahan perilaku peserta didik untuk lebih berprestasi sehingga berdampak pada pencapaian mutu peserta didik. Hal ini sebagaimana tanggapan Bapak Wagiman, S.Pd.I ketika penulis menanyakan hal ihwal guru PAI dalam penguasaan materi: “Dalam kegiatan pembelajaran, penguasaan materi memang menjadi hal yang utama yang harus dikuasai guru PAI, penguasaan materi ini bias dilakukan sebelum mengajar di depan kelas, guru bias mempersiapkan diri jauh sebelum proses pembelajaran dilakukan. Namun, menurut hemat saya kemampuan guru dalam hal ini dapat pula diukur dari masa kerja yang dijalani guru itu. Ya, misalnya temen-temen guru PAI yang PNS di KKG PAI ini, sudah menjalankan tugas selama puluhan tahun, hmm… kurang lebih 30 sampai 34 tahun mengajar, dan ada yang minimal 10 tahun mengajar hanya satu orang. Namun dalam hal materi PAI ketika rapat-rapat
70
KKG PAI dalam pembuatan soal, dan lain-lain, saya rasa tidak mengalami kendala”.89 Hasil penelitian di lapangan dengan melakukan wawancara, observasi, dan dokumentasi dengan operator data EMIS di KKG PAI Kecamatan Ngawen dan KKG PAI Kecamatan Banjarejo diketahui bahwa GPAI telah memiliki masa kerja sebagai tandai penguasaan materi sebagaimana dalam table berikut ini: Table 4. 3. Masa Kerja GPAI90
No
Masa Kerja GPAI
Jumlah
%
Keterangan
1.
0 – 5 tahun
-
-
-
2.
6 – 10 tahun
1 orang
3, 84
-
3.
11-15 tahun
2 orang
7, 69
-
4.
16 – 20 tahun
1 orang
3, 84
-
5.
21 – 30 tahun
1 orang
3, 84
-
6.
31 tahun lebih
21 orang
80, 76
-
Jumlah
26 orang
100
-
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa masa kerja GPAI paling lama selama 31 tahun lebih adalah sebanyak 21 orang (80, 76%), masa kerja 21 tahun lebih sebanyak 1 orang (3, 84%), masa kerja 16 – 20 tahun sebanyak 1 orang (3, 84 %), masa kerja 11-15 tahun sebanyak 2 orang ((7, 69 %), dan kurang dari 6 – 10 tahun sebanyak 1 orang, sedangkan masa kerja 0 – 5
89
Wawancara dengan Ketua KKG PAI Kecamatan Ngawen di SDN Punggursugih hari Senin tanggal 07 Maret 2016 pukul 10.45-selesai 90 Hasil dokumentasi bersama operator Emis KKG PAI Kecamatan Ngawen dan Operator Emis KKG PAI Kecamatan Banjarejo tanggal 24 Maret 2016.
71
tahun sebanyak nol % alias nihil. Masa kerja yang telah dideskripsikan di atas, dapat dijadikan ukuran bahwa GPAI telah memiliki pengetahuan yang memadai dan telah menguasai materi sebagai ciri pendidik professional dan berkualitas. Pengawas PAI dapat mengontrol mutu GPAI melalui supervisi PAI, supaya GPAI fokus pada pelanggan, artinya GPAI harus memberikan kepuasan pada peserta didik dalam penguasaan materi, jika tidak kepuasan peserta didik tidak akan terpenuhi sehingga menyebabkan kekecewaan pada orangtua peserta didik (masyarakat dalam konteks yang lebih luas). 3. Pencapaian Predikat Guru Profesional Kegiatan Supervisi PAI mendorong GPAI untuk menjadi guru profesional. Guru profesional sebagai ciri guru yang bermutu dalam menjalankan tugasnya juga harus memiliki SIM (Surat Ijin Mengajar) sebagai pendidik professional. Hal ini bisa ditempuh melalui program sertifikasi bagi GPAI. Nur Kholis, Alumni Leiden University, selaku Direktur Pendidikan Madrasah Kementerian Agama, mengingatkan kepada seluruh guru yang sudah lulus sertifikasi untuk berkomitmen dalam meningkatkan mutu dan kualitasnya sebagai wujud tanggung jawab terhadap afirmasi yang telah diberikan oleh pemerintah melalui tunjangan profesi. Beliau menegaskan bahwa guru sertifikasi yang ideal adalah yang bukan hanya guru yang bisa mengajar, namun juga guru yang mampu mengedukasi, memberi inspirasi, memberi motivasi bahkan guru yang mampu menggerakkan, sehingga guru
72
bisa menjadi entitas yang sentral dalam pembentukan kualitas pada peserta didik.91 Dari penelitian lapangan dengan melakukan dokumentasi dari operator KKG PAI diketahui bahwa dari 26 (100 %) GPAI di lingkungan KKG PAI Kecamatan Ngawen dan di lingkungan KKG PAI Kecamatan Banjarejo telah mengikuti sertifikasi dan dinyatakan lulus sehingga dapat dikatakan sebagai guru profesional, karena telah memenuhi kualifikasi akademik dan telah memperoleh setifikat pendidik professional dari LPTK IAIN Walisongo.92 Hal ini berarti secara kualifikasi akademik guru-guru PAI telah memenuhi salah satu syarat sebagai guru profesional karena jenjang pendidikan yang ditempuh linier dengan mata pelajaran yang diampu. Dengan kualifikasi akademik dan sertifikat pendidik, diharapkan guru memiliki pengetahuan, wawasan, dan cakrawala berpikir yang luas sehingga bias menjadi agent of knowledge and agent of change (agen pengetahuan dan agen perubahan) yang memiliki fungsi tidak hanya memindahkan ilmu pengetahuan dan memberikan pengajaran terhadap siswa namun guru juga harus mampu menjadi pelopor perubahan dalam internalisasi nilai, mendidik, mengarahkan dan membimbing siswa ke arah yang lebih baik serta menjadi teladan atau model sesuai dengan tujuan-tujuan yang ingin dicapai baik dari sekolah, keluarga, dan lingkungan sekitar. Dengan kondisi 91
Pendis, Edisi No. 5/Desember/ III/2015, Majalah Pendidikan Islam Kementerian Agama, Jakarta: Kementerian Agama RI, 2015, 32. 92
Hasil wawancara dan dokumentasi bersama operator KKG PAI Kecamatan Ngawen dan KKG PAI Kecamatan Banjarejo tanggal 10 Maret dan 17 Maret 2016.
73
seperti ini sekolah dapat memenuhi kepuasan pelanggan (masyarakat) dengan mengadakan dan menyediakan guru PAI yang professional. 4. Kemampuan dalam Perencanaan dan Pelaksanaan Pembelajaran Kegiatan supervisi PAI dapat digunakan Pengawas PAI untuk mengontrol mutu GPAI pada pelaksanaan pembelajaran yang terencana dan sistematis. Pembinaan dan bimbingan pengawas PAI dalam hal ini dapat berpengaruh pada kemampuan dalam perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran. Kualitas layanan pada pembelajaran yang diberikan oleh GPAI akan menentukan dan dijadikan sebagai barometer apakah berhasil atau tidak dalam mendidik peserta didik yang telah dipercayakan dan diamanahkan kepada GPAI tersebut. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi siswa pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan menengah. Orang yang disebut guru adalah orang yang memiliki kemampuan merancang program pembelajaran, serta mampu menata dan mengelola kelas agar siswa dapat belajar dan pada akhirnya dapat mencapai tingkat kedewasaan sebagai tujuan akhir dari proses pendidikan. 93 Sebagai seorang profesional guru harus memiliki kompetensi keguruan yang cukup. Kompetensi keguruan itu tampak pada kemampuannya menerapkan sejumlah konsep, asas kerja sebagai guru, mampu mendemonstrasikan
93
Jamil Suprihariningrum, Guru Profesional …, 24
74
sejumlah strategi maupun pengajaran yang menarik dan interaktif, disiplin, jujur, dan konsisten.94 Kegiatan supervisi tidak hanya terpaku pada pemeriksaan administrasi yang dibuat oleh GPAI. Namun, Pengawas PAI dapat pula memantau perkembangan pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh GPAI, apakah sudah sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang dipersiapkan oleh GPAI ataukah belum. Guru PAI yang profesional dan bermutu dapat dilihat dari kemampuan guru PAI tersebut dalam membuat perencanaan pelaksanaan pembelajaran. Untuk mengetahui hal ini, penulis melakukan wawancara dan observasi dengan GPAI tentang perencanaan pelaksanaan pembelajaran yang dibuat. Perencanaan pembelajaran ini mencakup; kejelasan perumusan tujuan pembelajaran, pemilihan materi ajar, pengorganisasian materi ajar, pemilihan sumber/media pembelajaran, kejelasan dan kerincian skenario pembelajaran,
teknik
pembelajaran
dan
tentang
evaluasi
dalam
pembelajaran. Dalam hal ini penulis memperoleh informasi dan data dari GPAI dan pengurus KKG PAI dan kemudian dipadukan dengan informasi dari Pengawas PAI. Kemampuan GPAI di lingkungan KKG PAI Kecamatan Ngawen dan di lingkungan KKG PAI Kecamatan Banjarejo dalam perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran dapat dijelaskan sebagai berikut: (a) Tentang Kejelasan membuat tujuan pembelajaran, semua guru dari 26 GPAI (100%)
94
Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru …, 39.
75
mendapat skor masing-masing 4 (kategori baik sekali). Kemampuan guru ini menjadi kunci untuk menentukan langkah-langkah perencanaan pembelajaran berikutnya, sehingga dapat terfokus pada kompetensi atau tujuan yang diharapkan. (b) Berkaitan dengan Pemilihan materi ajar, dari 26 GPAI juga diketahui semuanya (100 %) mendapat skor 4 (kategori baik sekali). Kemampuan guru ini sebagai tahap lanjutan dari perumusan tujuan pembelajaran, karena langkah ini menjadi penentu dalam menanamkan konsep-konsep yang ditargetkan untuk dikuasai oleh peserta didik. (c) Dalam pengorganisasian materi ajar yaitu kemampuan (kecakapan) guru dalam mengatur materi yang disesuaikan antara materi satu dan lainnya, diperoleh sebanyak 26 GPAI (100%) mencapai kategori baik sekali (skor 4). (d) Tentang Pemilihan sumber/media pembelajaran, didapati data yang bervariasi bahwa dari 26 GPAI, diketahui bahwa 11 GPAI (42, 30 %) mendapat skor 4 (baik sekali), sedangkan 15 GPAI (57, 69 %) mendapat skor 3 (baik). (e) Dalam kejelasan skenario pembelajaran sebagai ramburambu atau pedoman dalam KBM, dari 26 GPAI atau 100 % mendapat skor 4 (baik sekali). (f) Kerincian skenario pembelajaran merupakan kemampuan GPAI dalam mengelola pembelajaran, point ini dilakukan dengan memperhitungkan alokasi waktu yang sesuai mulai dari pembukaan, inti kegiatan pembelajaran, dan penutup pembelajaran. Dari keseluruhan GPAI yang berjumlah 26 (100 %) memperoleh skor 4 (baik sekali). (g) Kesesuaian teknik dengan tujuan pembelajaran, berhubungan dengan pengalaman mengajar, metode, model, pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran.
76
Sebagian besar GPAI berjumlah 23 orang (88, 46 %) memperoleh nilai 4 (baik sekali), sedangkan 3 orang (11, 53 %) memperoleh skor 3 (baik). (h) Dalam kelengkapan instrumen evaluasi guru, yang memperoleh skor 3 (baik) sebanyak 16 orang (61, 53 %), dan 10 orang (15, 38%) memperoleh skor 4 (baik sekali).95 Dengan
kecakapan
GPAI dalam
membuat
perencanaan
dan
pelaksanaan yang baik, sitematis, dan terprogram diharapkan pelaksanaan pembelajaran dapat mencapai hasil yang maksimal sesuai skenario yang direncanakan sebelumnya. 5. Prestasi Peserta Didik Supervisi PAI dapat mendorong guru dalam pencapaian prestasi peserta didik. Teknis pelaksanaan supervisi dengan cara memacu GPAI untuk mengutamakan kualitas peserta didik dan mengukir prestasi pada diri peserta didik dalam berbagai event. Esensi supervisi ditujukan pada upaya layanan dan bantuan profesional terhadap GPAI dalam peningkatan kualitas guru yang pada akhirnya berdampak pada perubahan pengalaman dan perilaku belajar peserta
didik.
Upaya
peningkatan
kualitas
layanan
guru
secara
berkesinambungan terhadap peserta didik akan menjadikan guru menjadi pribadi yang memiliki integritas tinggi. Integritas guru seperti ini menandakan kualitas yang selalu dijaga dan dilestarikan sehingga guru
95
Hasil wawancara dan dokumentasi hari Kamis, Jumat, Sabtu, tanggal 21, 22, 23 Juli 2016 bersama pengurus dan operator KKG PAI Kecamatan Ngawen pukul 19.30 dan KKG PAI Kecamatan Banjarejo pukul 08.00-selesai.
77
yang berkualitas akan menghasilkan peserta didik yang berkualitas dan berprestasi. Dalam penelitian lapangan, berdasarkan pada hasil wawancara terhadap guru-guru PAI, 100% GPAI menyatakan bahwa mutu peserta didik menjadi tujuan utama (target) para guru PAI dalam proses pembelajaran. Mereka sepakat memberikan jawaban bahwa keterlibatan guru dalam upaya penciptaan mutu peserta didik adalah sangat signifikan. Guru yang berkualitas akan menjadikan peserta didik yang berkualitas pula. Guru PAI yang berkualitas adalah sebagai refleksi dari kompetensi guru profesional. Hasil pendidikan dipandang bermutu jika mampu melahirkan keunggulan akademik dan nonakademik pada peserta didik yang dinyatakan lulus di sekolah sesuai dengan tujuan yang ditetapkan. Keunggulan akademik dinyatakan dengan nilai yang dicapai oleh peserta didik. Keunggulan non akademik dinyatakan dengan aneka jenis ketrampilan yang diperoleh peserta didik selama mengikuti program sekolah.96 Prestasi peserta didik dapat dibuktikan melalui keberhasilan peserta didik dalam meraih nilai yang ideal dan dapat diterima di sekolah lanjutan yang lebih tinggi. Sebagaimana hasil pengamatan penulis dan wawancara dengan sejumlah GPAI di lingkungan KKG PAI Kecamatan Ngawen, kebanyakan peserta didik melanjutkan sekolah di SLTP 1 Ngawen dan di MTS Sultan Agung Ngawen sebagai sekolah favorit di Kecamatan Ngawen dan di lingkungan KKG Kecamatan Banjarejo banyak peserta didik yang 96
Abdul Kadim Masaong, Supervisi Pembelajaran dan Pengembangan Kapasitas Guru (Memberdayakan Pengawas sebagai Gurunya Guru), Bandung: Alfabeta, 2013, 182.
78
diterima di SLTPN 1 Banjarejo sedangkan untuk sekolah swasta mereka memilih MTS. As-Syakur, padahal banyak pilihan sekolah di sekitar kedua Kecamatan tersebut. Keberhasilan guru PAI di lingkungan KKG PAI Kecamatan Ngawen dan di KKG PAI Kecamatan Banjarejo dalam membimbing peserta didik selain dibuktikan pada prestasi peserta didik dalam proses pembelajaran dengan semakin meningkatnya pencapaian nilai yang gemilang, juga dapat diekspresikan pada keberhasilan peserta didik dalam mengikuti perlombaan, kejuaraan, maupun kompetisi lainnya yang diselenggarakan oleh sekolah maupun penyelenggara lain di luar sekolah. Partisipasi dalam event-event ini selain bertujuan untuk mengasah kemampuan intelektual, emosional, maupun spiritual, ditujukan pula untuk berinteraksi, berkomunikasi, dan untuk memperoleh informasi terkini mengenai perkembangan peserta didik dalam penggalian bakat dan minat. Ajang kejuaraan atau kompetisi yang dijadikan tempat untuk beraktualisasi dan berprestasi peserta didik bias melalui event-event yang diselenggarakan oleh panitia-panitia penyelengara di tingkat Kecamatan hingga tingkat Nasional. Kegiatan yang paling rutin diselenggarakan dan seluruh sekolah mengikuti adalah perlombaan atau kejuaraan di MAPSI (Mata Pelajaran dan Seni Islami) yang di dalamnya mencakup: lomba cerdas cermat Mata Pelajaran Agama Islam/LCT PAI, Musabaqoh Tilawatil Qur’an(MTQ), Kaligrafi, Muhafadhoh, Hafalan Surah-surah Pendek, Wirausaha Islami, Mocopat Islami, Khitobah/Pidato, Adzan, Hadroh/Seni
79
Rebana, TIK, GEBSA (Gerakan Bacaan Solat), BTQ, Pantun Berbalas Islami, Lomba Cerita Islami (Qishosh Al-Anbiya’), yang dikoordinir oleh Bidang Dakwah dan Seni Budaya. Di antara GPAI di lingkungan KKG PAI di lingkungan KKG PAI Kecamatan Ngawen yang telah berhasil dalam membimbing peserta didik dalam mengikuti kejuaraan/perlombaan adalah: Bapak Arifin yang telah membimbing peserta didiknya mendapat Juara I lomba Khitobah, Juara II Pengetahuan Agama Islam, Ibu Suparmi membimbing peserta didiknya pada lomba : Adzan di tingkat Propinsi, Pidato dan Hadroh tingkat Kabupaten, Rebana, Mapel PAI, Kaligrafi dan Tilawah di tingkat Kecamatan, Bapak Marzuki dalam Kejuaraan Mapel PAI, Wirausaha PAI, BTQ. Ibu Kumaidah Mapel PAI dan Tilawah. Sedangkan GPAI di lingkungan KKG PAI Kecamatan
Banjarejo
yang telah berhasil
membimbing peserta didiknya berprestai adalah: Bapak Drs. HM. Djauhari: MTQ Juara I tingkat Kecamatan, Juara harapan I MTQ tingkat Kabupaten, Mapel PAI dan Rebana Juara I yang masing-maing dielenggarakan pada kegiatan MAPI dan FL2N. Bapak Abdul Kholik, S.Ag : Juara I lomba Khitobah dan Adzan, Juara I lomba Rebana dan Cerita Islami (tingkat Kecamatan), juara I Cerita Islami (tingkat Kabupaten), dan Bapak Abdul Kholiq, S.Pd.I: Juara III lomba TIKI (Teknologi, Infomasi dan Komunikasi Islami), Juara II Mapel PAI di tingkat Kabupaten, dan Kaligrafi, Cerita Islami, Adzan, TIKI masing-masing mendapat juara I di tingkat Kecamatan.
80
Dari prestasi yang telah dicapai dapat menjawab permintaan masyarakat tentang mutu peserta didik yang dijadikan tujuan dalam pelayanan mutu dalam pendidikan. Pengawas PAI dapat menggunakan media supervisi untuk memacu dan mengontrol mutu guru dalam memberikan pelayanan yang terbaik kepada peserta didik sehingga konsep mutu yang mengutamakan prinsip kepuasan pelanggan (Peserta didik) dapat terpenuhi. 6. Partisipasi Guru PAI dalam Tindakan Reflektif Supervisi PAI dapat mendorong guru dalam berinteraksi dengan teman sejawat dan masyarakat. Keberhasilan dalam mengendalikan mutu guru tidak hanya dimotori oleh peran Pengawas maupun Kepala sekolah, namun juga adanya keterlibatan pihak lain dan kegiatan lain yang turut andil di dalamnya. Keterlibatan pihak-pihak lain pada konteks ini sesuai dengan konsep manajemen mutu total yang menekankan adanya unsur-unsur lain dalam pencapaian mutu. Manajemen kualitas total pendidikan adalah konsep dan metode yang memerlukan komitmen serta keterlibatan pihak manajemen pendidikan dan seluruh organisasi dalam pengolahan lembaga pendidikan untuk memenuhi keinginan atau kepuasan pelanggan secara konsisten untuk memperbaiki kualitas produk atau jasa yang dihasilkan.97
97
Umiarso&Imam Ghojali, ManajemenMutu Sekolah …, 126.
81
Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 menyebutkan bahwa salah satu kompetensi
professional
mengembangkan
guru
(termasuk
keprofesionalannya
GPAI)
secara
adalah
mampu
berkelanjutan
dengan
melakukan tindakan reflektif.98 Permendiknas Nomor 35 Tahun 2010 yang menekankan bahwa guru harus aktif dalam mengikuti kegiatan yang diadakan secara kolektif. Kegiatan
kolektif guru adalah kegiatan guru
dalam mengikuti kegiatan pertemuan ilmiah atau mengikuti kegiatan bersama yang dilakukan guru baik di sekolah maupun di luar sekolah (seperti
KKG/MGMP/MGBK)
dan
bertujuan
untuk
meningkatkan
keprofesian guru.99 Dengan
adanya
peraturan
tersebut,
pengawas
PAI
dapat
merekomendasikan GPAI untuk terlibat secara aktif pada kegiatan-kegiatan yang dapat mengembangkan kecakapan guru secara professional. Kegiatankegiatan yang dimaksud tidak hanya terfokus pada kegiatan yang bersifat internal sekolah, namun juga yang bersifat eksternal sekolah yang diselenggarakan di luar proses pembelajaran di sekolah. Konsekuensi dari regulasi pemerintah di atas pula berdampak pada keikutsertaan guru untuk berpartisipasi secara aktif dalam organisasi-organisasi yang berhubungan dengan peningkatan kompetensi profesional guru. Organisasi yang bersinggungan dengan guru adalah Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI), Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) di tingkat SLTP dan
98 99
Abdul Majid, Belajar dan Pembelajaran …, 93. Donni Juni Priansa, Kinerja dan Profesionalisme …, 118-119
82
SLTA, dan Kelompok Kerja Guru (KKG) di tingkat SD dalam bidang PAI, serta organisasi-organisasi lain yang berhubungan dengan pendidikan. Dalam penelitian lapangan, partisipasi GPAI di lingkungan KKG PAI Kecamatan Ngawen dan KKG PAI Kecamatan Banjarejo menunjukkan bahwa GPAI berperan aktif dalam organiasi baik pendidikan maupun sosial. Pengurus KKG PAI yang berperan aktif dalam organisasi pendidikan antara lain: Bapak Drs.HM. Djauhari; beliau menjadi Penguru PGRI Ranting Banjarejo, Ketua KKG PAI tingkat Kabupaten sekaligus Ketua KKG PAI Kecamatan Banjarejo, Ketua kegiatan MAPSI tingkat Kecamatan dan Kabupaten selama 5
tahun, Bapak Wagiman, S.Pd.I Ketua KKG PAI
Kecamatan Ngawen selama 3 periode. Bapak Marzuki, M.Pd.I; Wakil Ketua KKG PAI Kabupaten Blora, Ketua KKG PAI Kecamatan Ngawen selama dua periode, Panitia MAPSI Provinsi Jawa Tengah. Bapak Abdul Kholiq, S.Ag; Wakil Ketua PGRI Ranting Banjarejo, KKG PAI Kecamatan, Ibu Hj. Kunsiyati, S.Pd.I sebagai Bendahara KKG PAI Kecamatan Banjarejo, Bapak Marlan, S.Pd.I sebagai Sekretaris KKG PAI Kecamatan Banjarejo, Bapak Kuslan, S.Pd.I sebagai Sekretari KKG PAI Kecamatan Ngawen, Ibu Kumaidah, S.Pd.I sebagai Pembantu Umum KKG PAI Kecamatan Ngawen, dan GPAI lainnya yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Revolusi informasi telah mengakibatkan dunia menjadi semakin terbuka, menghilangkan batas-batas geografis, administrative yuridis, politis dan sosial budaya. Masyarakat global, masyarakat teknologis,
ataupun
masyarakat informasi yang bersifat terbuka, berubah sangat cepat dalam
83
memberikan tuntutan, tantangan, bahkan ancaman-ancaman baru. Pada abad sekarang ini, manusia-manusia dituntut berusaha tahu banyak (“knowing much”), berbuat banyak (“doing much”), mencapai keunggulan (“being excellent”), menjalin hubungan dan kerja sama dengan orang lain (“being sociable”), serta berusaha memegang teguh nilai-nilai moral (“being morality”). Manusia-manusia unggul, bermoral, dan pekerja keras” inilah yang menjadi tuntutan masyarakat global.100 Berdasarkan pada regulasi di atas pula memotivasi GPAI tergabung dalam kepengurusan KKG PAI dan berperan aktif dalam organisasi sosial kemasyarakatan. GPAI yang aktif dalam organisasi tersebut antara lain: Bapak Marzuki selain aktif di Yayasan Nurul Huda Pudak Sarimulyo, beliau juga aktif sebagai pengurus MWC Nahdlatul Ulama dan pernah menjadi PAC Anshor Kecamatan Ngawen, Bapak Wagiman menjadi pengurus Muhammadiyah Kecamatan Ngawen, Bapak Arifin Ketua NU Trembulrejo, Ibu Suparmi menjadi Kepala TPQ dan aktif di LKMD, Bapak HM.Djauhari aktif sebagai Sekretaris MWC NU dan Khatib solat Jumat. Bapak Abdul Kholik, S.Pd.I selain beliau aktif sebagai Pengurus NU juga aktif di Yayasan Matholi‟ul Falah sebagai Ketua. Bapak Abdul Kholiq, S.Ag. Beliau aktif di Yaysan As-Syakur Mojowetan, Takmir Masjid Bani Hasyim Sidomulyo, dan dalam kepengurusan MWC NU Kecamatan Banjarejo, dan GPAI lainnya yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
100
Nana Syaodih Sukmadhinata, dkk, Pengendalian Mutu Pendidikan di Sekolah Menengah (Konsep, Prinsip, dan Instrumen), Bandung, Refika Aditama, 2010, 6.
84
Dari uraian di atas menunjukkan bahwa GPAI yang tergabung dalam kepengurusan KKG PAI di Kecamatan Ngawen dan KKG PAI Kecamatan Banjarejo
berperan aktif dalam upaya pengembangan kompetensi
profesional guru dalam organisasi baik kependidikan maupun sosial. 7. Pengembangan Diri dalam Forum Ilmiah Supervisi PAI dapat mendorong guru dalam mengembangkan kompetensi profesionalnya dengan berpartisipasi secara aktif melalui pelatihanpelatihan, workshop, dan forum ilmiah yang dapat meningkatkan profesionalitas GPAI. Permendiknas Nomor 35 Tahun 2010 menyatakan bahwa: diklat fungsional adalah kegiatan guru dalam mengikuti pendidikan atau pelatihan yang bertujuan untuk meningkatkan keprofesian guru yang bersangkutan dalam kurun waktu tertentu. 101 Hopkins dalam Suyanto dan Asep Djihad berpendapat bahwa: Guru harus menyadari bahwa manusia adalah sosok yang mudah menerima perubahan. dengan membuka diri untuk terus berkembang, guru akan menjadi orang yang kompeten dalam profesinya. kompetensi sangat terkait dengan ketrampilan dan kecerdasan kognitif. Karena itu agar ketrampilan dan kecerdasan guru tetap terjaga kekiniannya, guru harus mengikuti berbagai lokakarya, kursus, dan berkarya.102 Bentuk pengendalian mutu oleh Pengawas PAI pada kompetensi profesional GPAI dengan cara memotivasi dan mengapresiasi GPAI dalam mengikuti kegiatan-kegiatan yang dapat menambah wawasan dan 101
Donni Juni Priansa, Kinerja dan Profesionalisme …, 118-119 Suyanto dan Asep Djihad, Bagaimana Menjadi Calon Guru dan Guru Profesional, Yogyakarta: Multi Pressindo, 2013, 48-49. 102
85
pengetahuan sebagai upaya peningkatan profesional guru. Kegiatankegiatan tersebut seperti: Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG), Diklat, workshop, dan pelatihan-pelatihan lainnya baik di tingkat Nasional, Regional, Provinsi, Kabupaten, maupun di tingkat Kecamatan atau sekolah sebagai penyelenggaranya. Tujuan dari adanya pelatihan-pelatihan adalah sebagai wadah pembinaan GPAI dalam meningkatkan kualitas professional. Dirjen Pendidikan Islam Kementerian Agama RI, dalam PENDIS, Komarudin Amin menegaskan bahwa kualitas pendidikan sangat ditentukan oleh kualitas guru. Karenanya kualitas Pendidikan Agama Islam (PAI) harus dimulai dengan upaya serius dalam pengelolaan dan pembinaan guru.103 Untuk mengetahui jenis pendidikan dan pelatihan yang pernah diikuti oleh GPAI di lingkungan KKG PAI Kecamatan Ngawen dan GPAI yang ada di lingkungan KKG PAI Kecamatan Banjarejo, maka berikut penulis sajikan data tentang berbagai kegiatan dan diklat yang pernah diikuti oleh GPAI. Dari data yang diperoleh melalui wawancara dengan Pengurus KKG PAI Kecamatan Ngawen dan KKG PAI Kecamatan Banjarejo, diperoleh data bahwa GPAI yang tergabung dalam kepenguruan KKG PAI
di
lingkungan KKG PAI Kecamatan Ngawen dan GPAI yang ada di lingkungan KKG PAI Kecamatan Banjarejo sebanyak 26 orang (100%) telah mengikuti PLPG,
workshop tingkat nasional sebanyak 2 orang
(7,69%), workshop Propinsi sebanyak 6 orang (23, 07%), workshop
103
Pendis, Edisi No. 5/Desember/ III/2015, Majalah Pendidikan Islam Kementerian Agama, Jakarta: Kementerian Agama RI, 2015, 42.
86
Kabupaten sebanyak 26 orang (100%), workshop KKG PAI Kabupaten 7 orang (26, 92%), dan diskusi Kecamatan 25 orang (96, 15%).104 Pelatihan dan Diklat yang diikuti oleh pengurus KKG PAI Kecamatan Ngawen di tingkat Nasional diwakili oleh ibu Siti Kumaidah, S.Pd.I dan pengurus
KKG
PAI
Kecamatan
Banjarejo
diwakili
oleh
Bapak
Drs.HM.Djauhari. Workshop tersebut mengangkat tema Pengembangan Pembelajaran Multikultural PAI, dan Workshop tentang Kurikulum 2013. Pelatihan dan Diklat di tingkat Propinsi diwakili oleh Bapak Wagiman, S.Pd.I, Bapak Drs.H.M.Djauhari, Bapak Marzuki, M.Pd.I, Ibu Siti Kumaidah, S.Pd.I, Bapak Abdul Kholik, S.Pd.I, dan Bapak Abdul Kholiq, S.Ag. Kegiatan tersebut antara lain: Workshop Pengembangan Kompetensi GPAI SD Perspektif Kurtilas PAI, Workshop Penelitian dan Tindakan Kelas, Workshop Pengembangan Pembelajaran dan Penilaian Kurikulum PAI pada Sekolah berbasis ICT. Pengurus KKG PAI di kedua Kecamatan baik di Kecamatan Ngawen dan Kecamatan Banjarejo dalam mengikuti pelatihan/diklat di tingkat Kabupaten mengenai Kurikulum 2013 yang diselenggarakan oleh Kantor Kementerian Agama Kabupaten Blora dan Pengurus KKG PAI tingkat Kabupaten. Sedangkan di tingkat Kecamatan difasilitasi oleh Pengawas PAI dan Pengurus KKG PAI dalam bentuk Forum Group Discussion (FGD).
104
Hasil wawancara dan dokumentasi bersama operator KKG PAI Kecamatan Ngawen dan KKG PAI Kecamatan Banjarejo tanggal 10 Maret dan 17 Maret 2016, dilanjutkan penambahan data dengan wawancara dengan pengurus KKG PAI hari Kamis, Jumat, Sabtu, tanggal 21, 22, 23 Juli 2016 pukul 19.30, 08.00, 14.00-selesai.
87
Pada forum tersebut penulis mendapatkan kesempatan untuk mengisi kegiatan diskusi seputar Supervisi Pendidikan, karena Pengawas PAI memohon penulis sebagai peneliti untuk berdiskusi dan sekaligus menyampaikan maksud dan tujuan dilakukan penelitian tesis dengan para pengurus KKG PAI dan guru-guru PAI semua baik PNS maupun non PNS (honorer) yang masuk pembinaan Pengawas PAI. Dalam forum diskusi tersebut pula penulis menyampaikan makalah yang berkaitan dengan penelitian tesis ini dengan tema Kontribusi Supervisi Pembelajaran PAI sebagai Pengendali Mutu pada Kompetensi Profesional Guru PAI. Makalah tersebut penulis gandakan dan bagikan sebanyak jumlah GPAI yang hadir. Momen khusus ini sekaligus penulis gunakan untuk penggalian data dalam penelitian tesis ini dengan melakukan observasi, dokumentasi dan wawancara pada termin diskusi. 8. Perbaikan Berkelanjutan Pengawas PAI dapat mengontrol mutu GPAI dengan memberikan penilaian atas kinerja profesional yang dilaksanakan. Penilaian Pengawas PAI dimaksudkan untuk memberikan stimulus dan perbaikan kinerja GPAI secara berkelanjutan sebagai bentuk nyata dalam menginternalisasikan nilai dasar mutu total yaitu continues improvement (perbaikan berkelanjutan). Prinsip dasar dalam manajemen mutu terpadu dalam pendidikan adalah perbaikan yang berkelanjutan. Hal ini didasarkan pada filsafat mutu
88
yang menganut prinsip bahwa tiap proses perlu diperbaiki dan tidak ada proses yang sempurna perlu selalu diperbaiki.105 Penilaian Pengawas PAI mungkin bersifat agak “subjektif” karena tidak terlepas dari pandangan Pengawas PAI secara personal. Biasanya penilaian ini dikomunikasikan kepada Kepala Sekolah GPAI yang bersangkutan, atau sebaliknya, penilaian Kepala Sekolah tentang GPAI dilaporkan kepada Pengawas PAI untuk dilakukan pembinaan dan bimbingan selanjutnya. Terlepas dari subjektifitas Pengawas atau bukan, penulis memperoleh data penilaian dari Pengawas PAI yang didasarkan pada 10 poin, diantaranya adalah: Ketaatan menjalankan ajaran agama, Tanggung jawab, Kejujuran, Kedisiplinan, Keteladanan, Etos Kerja, Inovasi dan Kreatifitas, Menerima Kritik, Kemampuan Berkomunikasi, dan Kemampuan Bekerjasama. Dari data penilaian tersebut, bahwa dari 26 GPAI yang menjadi pengurus KKG PAI Kecamatan Ngawen dan KKG PAI Kecamatan Banjarejo menunjukkan bahwa Etos Kerja GPAI yang mendapat skor 4 sebanyak 17 orang (65, 38%) kategori: Baik sekali, yang mendapat skor 3 sebanyak 8 orang (30, 76%) kategori: Baik, dan 1 orang mendapat skor 2 (3, 84%) kategori: Cukup. Sedangkan dari jumlah keseluruhan skor yaitu 10 poin penilaian Pengawas PAI menunjukkan bahwa GPAI yang memperoleh skor 39 sebanyak 3 orang (11, 53), skor 38 sebanyak 8 orang (30, 76%), skor 37 sebanyak 4 orang (15, 38), skor 36 sebanyak 1 orang
105
Nana Syaodih Sukmadinata, Pengendalian Mutu Sekolah …, 13.
89
(3, 84%), skor 35 sebanyak 1 orang (3, 84%), skor 33 sebanyak 2 orang (7, 69%), sedangkan yang mendapat skor 30, 29, 27 masing-masing mendapat sebanyak 1 orang (3, 84%), dan skor 25 sebanyak 2 orang (7, 69%). Dari penilaian Pengawas PAI tersebut menunjukkan bahwa GPAI yang aktif sebagai pengurus KKG PAI Kecamatan Ngawen dan KKG PAI Kecamatan Banjarejo memiliki Kinerja professional yang baik, dan memiliki kerjasama yang baik dengan Pengawas PAI. Hasil penelitian di lapangan dengan mengadakan wawancara dengan pengurus KKG PAI Kecamatan Ngawen dan KKG PAI Kecamatan Banjarejo, ternyata kegiatan supervisi PAI di lingkungan KKG PAI Kecamatan Ngawen dan KKG PAI Kecamatan Banjarejo belum memberikan dampak yang signifikan pada karya pengembangan profesi guru PAI berupa Karya Tulis Ilmiah dan Penelitian, misalnya Penelitian Tindakan Kelas PAI, ternyata hampir semua GPAI belum membuat karya ilmiah dan penelitian walaupun diantara GPAI tersebut telah mengikuti pelatihan tentang PTK yang diselenggarakan baik di tingkat Kabupaten maupun Provinsi. Ketika penulis bertanya tentang KTI atau PTK, hampir semua pengurus menjawab dengan senyuman. Sebagaimana yang disampaikan oleh Bapak Abdul Kholik, S. Pd. I berikut ini: “Dalam hal penulisan karya ilmiah atau PTK PAI, terus terang saya belum membuatnya, walaupun saya pernah mengikuti pelatihan atau workshop tingkat Propinsi tentang PTK di Semarang bersama Ibu Siti Kumaidah, namun saya belum mewujudkannya dalam sebuah karya untuk dibaca, ya minimal untuk diri saya sendiri. Dulu pernah sih, membuat sedikit corat coret di kertas walau tidak sampai selesai. Tapi akhirnya mandek karena informasi dari tementemen bahwa ada perbedaan aturan dalam PTK dari Dinas
90
Pendidikan dan Kemenag. Hal ini membuat guru-guru PAI yang telah mendapat pelatihan dari Kemenag terkendala di tempat kerja masing-masing, karena sebagian besar GPAI adalah angkatan Diknas/Pemda”.106 Dampak yang belum tampak juga pada prestasi dan penghargaan yang telah diperoleh oleh GPAI. Berkaitan dengan Penghargaan yang diperoleh GPAI, belum ditemukan secara memuaskan tentang penghargaanpenghargaan yang diterima oleh GPAI secara keseluruhan baik yang menjadi pengurus inti KKG PAI maupun yang menjadi anggota, kendati telah mengabdikan diri dalam pendidikan selama puluhan tahun. Kendati demikian, penulis merasa tertarik pada kisah Bapak Abdul Kholiq, S.Ag. ketika penulis meminta beliau mengisi blanko isian penggalian data pada penelitian mengenai pengalaman dan penghargaan yang pernah beliau terima. Bapak Abdul Kholiq, S.Ag menjawab bahwa beliau selaku GPAI pernah diwawancarai oleh wartawan ketika telah selesai upacara Hari Pendidikan Nasional. Wartawan merasa tertarik untuk meliput kiprah beliau, yaitu guru yang telah mengabdikan diri sebagai “Kaum Oemar Bakri” di daerah terdalam dan terjauh di Kecamatan Banjarejo di Kabupaten Blora.. Beliau berkisah bahwa ketika beliau bertugas sebagai guru selama delapan belas tahun, beliau mendapatkan penghargaan dari pemerintah dan sempat diliput di surat kabar Harian Suara Merdeka dengan judul berita “Delapan Belas Tahun Bergelut dengan Lumpur Hutan”.
106
Wawancara dengan Bapak Abdul Kholik, S.Pd.I di Kediaman beliau, hari Jumat tanggal 22 Juli 2016 pukul 14. 00.
91
Sebagaimana tanggapan beliau ketika penulis mewawancarai tentang pengalaman dan penghargaan yang pernah beliau rasakan dan terima. “Saya mengajar sebagai guru sejak tahun1984, Pengalaman yang saya alami sebelum ini (SDN Banjarejo 1), adalah perjuangan penuh suka duka, pahit getir selama bertahun-tahun dalam melaksanakan tugas sebagai GPAI di SDN Banjarejo 4 dan SDN Banjarejo 5. Kedua sekolah tersebut merupakan sekolah-sekolah di wilayah terpencil yang ada di Kecamatan Banjarejo. Pada saat itu, medan yang saya alami cukup berat, jalan yang saya lalui hanya jalan setapak, dan kalau hujan, lumpur bisa sampai selutut. Dalam kondisi seperti ini, butuh ketabahan yang luar biasa untuk mengabdi di tempat terpelosok. dan Dalam kondisi ini pula saya hanya menata niat saya untuk berdakwah, karena saat itu belum banyak ditemui orang yang beribadah seperti solat. Tapi saya tetap berusaha untuk memberikan yang terbaik dalam mengajak masyarakat dan anakanak dengan mengajar agama dan mengaji. Alhamdulillah hubungan kekeluargaan terjalin dengan baik dan sampai saat ini masyarakat masih bersilaturrahim dengan saya. Pernah mas, saya diwawancarai oleh wartawan setelah mengikuti upacara Hari Pendidikan Nasional dan esok harinya ada berita saya di Koran. Koran itu mengupas kisah saya ketika mengajar di daerah terpencil”. 107 Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa pelaksanaan kegiatan supervisi PAI di lingkungan KKG PAI Kecamatan Ngawen dan di KKG PAI Kecamatan Banjarejo telah berdampak terhadap perubahan dan perkembangan diri pada kompetensi professional GPAI yang menjadi pengurus KKG PAI baik di Kecamatan Ngawen maupun di Kecamatan Banjarejo. Dampak yang menonjol adalah terbentuknya dan terjaganya kecakapan dan kemampuan professional guru PAI yang ditampilkan pada
107
Wawancara langsung dengan Bapak Abdul Kholiq, S. Ag. Pada hari jumat tanggal 22 Juli 2016 pukul 10. 30-selesai Wib. Bapak Abdul Kholiq tidak dapat melanjutkan kisahnya, namun beliau menyuruh penulis untuk mengakses informasi dan melihat dokumentasi surat kabar Suara Merdeka edisi 03 Mei 2010 dengan judul Guru-guru yang Mengabdi dalam Keterbatasan (1), 18 Tahun Bergelut dengan Lumpur Hutan, dan penulis akses melalui
https://www.google.com/search?q=18+tahun+bergelut+dengan+lumpur+hutan&ie=u tf-8&oe=utf-8 (02/06/00), 2016. .
92
kinerja profesional di bidang akademik, mengantarkan peserta didik dalam pencapaian
prestasi,
dan
keterlibatan
GPAI
dalam
forum-forum
pengembangan professional baik di lingkungan pendidikan ataupun di masyarakat secara umum. Namun, dampak tersebut di atas tidak dibarengi pula dengan prestasi guru PAI dalam mengembangkan kecakapan akademis dalam penelitianpenelitian dan dalam karya-karya ilmiah lainnya. Hal ini dibuktikan ketika penulis mewawancari sejumlah pengurus PAI baik di lingkungan KKG PAI Kecamatan Ngawen maupun KKG PAI Kecamatan Banjarejo tidak ada yang menulis atau melengkapi karya tulis ilmiah dan hasil penelitian yang dilakukan. Hanya ada satu guru PAI yang mampu menunjukkan sejumlah karya tulis ilmiah yaitu Ibu Siti Kumaidah. Namun, karya yang ditunjukkan kepada penulis itu pun berupa sekumpulan makalah-makalah tugas kuliah dari kampus IAIN Salatiga, karena beliau masih kuliah di program PAI konsentrasi Supervisi PAI. C.
Faktor-faktor Pendukung dan Penghambat pelaksanaan Supervisi PAI Dalam pelaksanaan kegiatan supervisi PAI di lapangan, terdapat beberapa hal yang dapat memperlancar maupun menghambat pelaksanan kegiatan supervisi tersebut. Untuk mengantisipasi hal tersebut, diperlukan suatu cara untuk memetakan beberapa kekuatan maupun kelemahannya, sehingga dapat menggunakan cara aman untuk mengeksekusi kegiatan dan menghindari halhal yang tidak diinginkan yang dapat menghambat kegiatan, sehingga supervisi PAI dapat dilaksanakan sesuai rencana dan dan sasaran yang diinginkan.
93
Analisa SWOT digunakan untuk mengetahui potensi maupun kelemahan atau kekurangan suatu kegiatan atau program supervisi. SWOT adalah singkatan dari Strengths, Weaknesses, Opportunities, and Threats. Yaitu kekuatan, kelemahan, kesempatan atau peluang, dan ancaman. Analisa SWOT sudah menjadi alat yang umum digunakan dalam perencanaan strategis pendidikan, namun ia tetap merupakan alat yang efektif dalam menempatkan potensi institusi.108 Analisis SWOT dikembangkan dengan menganalisis faktor internal organisasi yang menjadi kekuatan dan kelemahan organisasi (core competence) dan memperhitungkan faktor eksternal berupa ancaman dan peluang. Berdasarkan analisis SWOT tersebut, organisasi dapat menentukan strategi terbaik untuk mencapai tujuan organisasi, jika terdapat lingkungan yang berubah yang dipengaruhi oleh adanya ancaman (threat) dan kesempatan (opportunity).109Uji kekuatan dan kelemahan pada dasarnya merupakan audit internal tentang seberapa efektif perfoma institusi. Sementara peluang dan ancaman berkonsentrasi pada konteks eksternal atau lingkungan tempat sebuah institusi beroperasi. Analisa SWOT bertujuan untuk menemukan aspek-aspek penting dari hal-hal tersebut di atas; Kekuatan, Kelemahan, Peluang, dan Ancaman. Tujuan pengujian ini adalah untuk memaksimalkan kekuatan dan meminimalisir kelemahan, mereduksi ancaman dan membangun peluang.110 Analisa SWOT ini penulis gunakan dalam menganalisa beberapa faktor yang mendukung maupun yang dapat menghambat pelaksanaan supervisi PAI pada GPAI di lingkungan KKG PAI di Kecamatan Ngawen dan KKG PAI di 108
Edward Sallis, Manajemen Mutu Terpadu Pendidikan, Jogjakarta: IRCiSoD, 2012, 221. Suryadi, Manajemen Mutu Berbasis Sekolah, Jakarta: Sarana Panca Karya Nusa, 182. 110 Edward Sallis, Manajemen Mutu Terpadu …, 221-222. 109
94
Kecamatan Banjarejo. Uraian tentang factor pendukung dan penghambat dalam supervisi PAI dengan menggunakan analisa SWOT penulis suguhkan dalam peta konsep (mapping concept) sebagai berikut: 1. Strength (kekuatan). Kekuatan yang dimiliki oleh pengawas dan unsur-unsur pendidikan yang ada dibawah binaannya menjadi faktor internal pendukung kelancaran supervisi PAI. Kekuatan ini dapat ditunjukkan dari pengalaman Pengawas PAI yang cukup dalam bidang supervisi. Hal ini disebabkan karena Pengawas PAI pernah mengalami rolling jabatan dari Pengawas Madrasah menjadi
Pengawas
PAI.
Pengalaman
ini
menjadi
modal
dalam
melaksanakan kegiatan-kegiatan berikutnya. (b) Pengawas PAI memiliki integritas karakter yang dapat menjadi model bagi GPAI. Hal ini tercermin dalam etos kerja dan disiplin yang baik. Prinsip ini selalu disampaikan pula dalam setiap pertemuan KKG PAI kepada GPAI supaya menjadi teladan yang baik bagi peserta didik. Disamping faktor di atas, kelancaran supervisi PAI ditopang pula dengan jalinan hubungan yang harmonis, kerjasama dan dukungan dari Kepala Sekolah di sekolah binaan. Melalui forum Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS), yaitu rapat atau pertemuan Kepala Sekolah dan Pengawas PAI (Kepala UPTD Pendidikan terkadang hadir pula). Pengawas PAI dapat bermitra dengan unsur pendidikan untuk melakukan pembinaan dan bimbingan terhadap GPAI. Dalam forum ini pula, Pengawas dapat memperoleh informasi dan input tentang perkembangan GPAI.
95
Unsur lain yang mendukung supervisi PAI adalah Organisasi KKG PAI dengan beranggota guru-guru PAI senior dan telah berpengalaman dalam pembelajaran dengan memiliki masa kerja yang lama, dapat membantu Pengawas PAI dalam membimbing guru-guru PAI yunior. Pengawas PAI dapat memberi rekomendasi kepada GPAI senior untuk memberikan layanan profesional kepada guru yunior, misalnya dalam hal membuat perangkat pembelajaran, dan mengikuti kegiatan-kegiatan sebagai upaya pengembangan dan pertumbuhan kinerja profesional guru PAI. 2. Weakness (kelemahan) Kelemahan supervisi yang disebabkan dari faktor internal adalah adanya rangkap jabatan. Pengawas PAI yang mendapat tugas dan berstatus rangkap jabatan menjadikan kegiatan supervisi tidak bisa berjalan secara efektif dan tidak bisa dilaksanakan secara intens. Hal ini dikarenakan Pengawas PAI disibukkan dalam membina GPAI di daerah binaan lainnya sehingga perhatian dan konsentrasi dalam pelayanan guru professional menjadi tersita. Pelaksanaan kegiatan supervisi PAI yang tidak bisa merata dan tidak bisa menjangkau sekolah secara keseluruhan membuat “image” negative bagi Pengawas, karena hal ini akan berdampak pula pada kinerja GPAI. Sebagian GPAI berpendapat bahwa semakin jarang Pengawas datang maka akan semakin buruk pula kinerja para GPAI dalam menjalankan tugasnya. 3. Opportunity (kesempatan). Pemerintah dalam hal ini berperan aktif dalam kelancaran pelaksanaan kegiatan supervisi PAI. Wujud kepedulian tersebut nampak pada perhatian
96
dan fasilitas-fasilitas yang diberikan kepada Pengawas PAI sebagai penunjang kesuksesan kegiatan supervisi. Adanya perhatian dan fasilitas dari pemerintah menjadikan kesempatan atau peluang semakin terbuka. Pemerintah melalui kepanjangan tangannya baik Kementerian Agama maupun Kementerian Pendidikan memberikan fasilitas tersebut melalui diadakannya berbagai workshop, seminar, orientasi kegiatan, dan pelatihanpelatihan lain-lain, yang pada intinya menjadikan Pengawas PAI memiliki cakrawala pengetahuan, wawasan yang luas, dan dapat pula menge-charge semangat, komitmen, loyalitas, dan tanggung jawab sebagai Pengawas PAI. Sehingga Pengawas PAI dapat memberikan keteladanan kepada para GPAI di lingkungan sekolah yang menjadi daerah binaannya. Berbagai pelatihan atau workshop yang pernah diikuti oleh Pengawas PAI tersebut adalah: Pendidikan dan Pelatihan di Tempat Kerja (DDTK) PKG bagi Kepala Madrasah dan Pengawas, Pendidikan dan Pelatihan Peningkatan Kompetensi Pengawas PAI pada Madrasah Angkatan I Pola Program Inpres Nomor 1 Tahun 2010, Workshop Peningkatan Kompetensi Pengawas PAI, Workshop Kurikulum 2013 bagi Pengawas Madrasah Angkatan I, Workshop kurikulum PAI bagi Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Bimbingan Teknis Implementasi Kurikulum 2013 pada Sekolah, Training on MBPM and Budgeting Remidial, Transition, Acreditation, an Madrasah Advocacy in Central Java-2 Madrasah Education Development Project (MEDP) – ADB Loan 2294 – ANO (SF), dan lain-lain.
97
4. Threat (ancaman) Ancaman merupakan faktor eksternal yang dapat menghambat kegiatan supervisi PAI. Ancaman tersebut antara lain kondisi geografis yang sulit dijangkau. Misalnya, sebagian sekolah yang berada di dalam hutan dan bukit
yang
terjal
menjadikan
pengawas
merasa
kesulitan
dalam
melaksanakan tugasnya secara maksimal sehingga kegiatan supervisi PAI tidak bisa dilaksanakan secara kontinyu dan intens. Kendala ini menghambat Pengawas PAI untuk memantau dan melihat langsung perkembangan dan perilaku akademik GPAI dalam proses pembelajaran sehingga mutu peserta didik yang tampak dalam pengalaman belajar dan perilaku belajar tidak dapat dikontrol. Faktor lain yang dapat menjadi ancaman pelaksanaan supervisi adalah kurangnya perhatian komite sekolah dan wali murid terhadap sekolah, sehingga kelemahan dan kekurangan sekolah terutama guru PAI dalam memberikan pelayanan dalam pendidikan melalui proses pembelajaran tidak dapat dikontrol. Dengan mengetahui faktor pendukung dan penghambat yang dapat memperlancar dan menghambat pelaksanaan supervisi PAI, diharapkan Pengawas PAI dapat membuat mapping concepts
(pemetaan) dalam
merancang kegiatan supervisi selanjutnya. Tujuan pemetaan ini supaya Pengawas PAI dapat menyikapi hal-hal yang terjadi di lapangan berkaitan dengan kegiatan kepengawasan dengan bijaksana. Pada akhirnya, dengan bekal factor pendukung Pengawas dapat memaksimalkan hasil dan target
98
kepengawasan dan meminimalisir kendala yang ada dalam pelaksanaan supervisi. Dengan kondisi demikian, fungsi supervisi sebagai pengendali mutu
pendidikan
akan
benar-benar
berdampak
pada
peningkatan
kompetensi professional guru PAI di lingkungan KKG PAI Kecamatan Ngawen dan di lingkungan KKG PAI Kecamatan Banjarejo Kabupaten Blora.
99
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A.
SIMPULAN Berdasarkan analisis dan pembahasan hasil penelitian yang telah penulis uraikan di Bab IV, maka penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Teknik supervisi PAI yang digunakan oleh Pengawas PAI di lingkungan KKG PAI Kecamatan Ngawen dan KKG PAI Kecamat Banjarejo adalah teknik supervisi individual dengan cara visitasi (kunjungan) sekolah dan observasi kelas dan teknik supervisi kelompok dengan memberdayakan dan memperkuat KKG PAI. 2. Kegiatan supervisi PAI sebagai pengendali mutu di lingkungan KKG PAI Kecamatan Ngawen dan di lingkungan KKG PAI Kecamatan Banjarejo berdampak pada kinerja profesional GPAI yang ditunjukkan pada kompetensi profesional GPAI yang dimilikinya yang meliputi; peningkatan kualifikasi Pendidikan GPAI, Penguasaan materi pembelajaran, predikat pendidik profesional, Penguasaan dalam perencanaan dan pelaksanaan, Partisipasi dalam Diklat/workshop dan forum ilmiah, Prestasi Peserta didik, Peningkatan kinerja profesional GPAI melalui penilaian Pengawas, dan Keterlibatan secara aktif GPAI dalam organisasi baik yang bersifat kependidikan maupun sosial, serta perbaikan berkelanjutan dalam pembelajaran.
100
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pelaksanaan supervisi di lingkungan KKG PAI Kecamatan Ngawen dan KKG PAI Kecamatan Banjarejo meliputi dua faktor yaitu faktor pendukung yang dapat memperlancar supervisi sebagai upaya pengendalian mutu GPAI yang meliputi; pengalaman Pengawas yang
mengalami rolling jabatan dari
Pengawas Madrasah menjadi Pengawas PAI, Pengawas PAI memiliki integritas karakter yang dapat menjadi model bagi GPAI, jalinan hubungan yang harmonis, kerjasama dan dukungan dari Kepala Sekolah di sekolah binaan melalui forum Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS), dan Organisasi KKG PAI dengan beranggota guru-guru PAI senior yang dapat membantu Pengawas PAI dalam membimbing guru-guru PAI yunior, serta adanya perhatian dan fasilitas dari pemerintah terhadap para Pengawas PAI melalui diadakannya berbagai workshop, seminar, orientasi kegiatan, dan pelatihan-pelatihan lain-lain, yang menjadikan Pengawas PAI dapat memberikan keteladanan kepada para GPAI di lingkungan sekolah yang menjadi daerah binaannya. Sedangkan faktor Penghambat yang mempersulit kegiatan supervisi PAI adalah kondisi geografis yang sulit dijangkau yang menjadikan pengawas merasa kesulitan dalam melaksanakan tugasnya secara maksimal dan kurangnya perhatian komite sekolah dan wali murid terhadap sekolah sehingga kegiatan supervisi PAI tidak bisa dilaksanakan secara kontinyu dan intens serta kelemahan dan kekurangan sekolah terutama guru PAI dalam memberikan pelayanan dalam pendidikan melalui proses pembelajaran tidak dapat dikontrol.
101
B.
SARAN Pelaksanaan kegiatan supervisi PAI di lingkungan KKG PAI Kecamatan Ngawen dan di lingkungan KKG Kecamatan Banjaraejo dapat berfungsi sebagai pengendali mutu GPAI dalam kompetensi profesional GPAI, namun intensifitas pertemuan kurang maksimal sehingga tidak bias mencapai target supervisi yang ideal. Dengan demikian perlu adanya beberapa saran, antara lain: 1. Bagi Pengawas PAI, kegiatan supervisi (kepengawasan) hendaknya dilakukan secara intensif dan diupayakan menjangkau ke sekolah-sekolah binaan serta memberikan ruang dan gerak bagi para guru PAI untuk berekspresi, beraktualisasi diri dalam mengembangkan potensi yang dimilikinya
secara maksimal, bukan hanya terjebak pada hal-hal yang
berkaitan administrative. Fungsi supervisi melalui pemberdayaan KKG PAI, hendaknya dijadikan alat pengendali mutu pada GPAI untuk menelorkan karya-karya ilmiah dan penelitian. 2. Bagi KKG PAI, pengurus KKG PAI hendaknya merealisasikan kegiatankegiatan dan program-program kerja yang telah diagendakan, serta memaksimalkan fungsi KKG PAI sebagai organisasi kerjasama dan pengembangan guru profesional (cooperative profesional development) dengan menggiatkan forum diskusi dan kajian-kajian ilmiah serta menjadi pionir lahirnya guru PAI berprestasi (teladan).
102
3. Bagi GPAI, GPAI diharapkan berperan aktif dan terlibat dalam kegiatankegiatan supervisi yang dilaksanakan oleh Pengawas PAI sehingga terbangun kompetensi profesional GPAI.
103
DAFTAR PUSTAKA
Aedi, Nur. Pengawasan Pendidikan (Tinjauan Teori dan Praktik). Jakarta: Rajawali Press, 2014. Amani, Jamal Ma‟mur. Tips Efektif Supervisi Pendidikan Sekolah. Jogjakarta: Diva Press, 2012. Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktek). Jakarta: Rineka Cipta, 2002. Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Asdi Mahasatya, , 2006. Departemen Agama RI. Pedoman Kelompok Kerja Guru Pendidikan Agama Islam Sekolah Dasar (KKG PAI SD). Jakarta: Direktorat Jendera Pendidikan Islam Direktorat Jenderal Pendidikan Agama Islam Pada Sekolah, 2008. Emzir & Sam M. Chan. Isu-Isu Kritis Kebijakan Pendidikan Di Era Otonomi Daerah. Bogor: Ghalia Indonesia, 2010. Fathurrahman, Muhammad & Ruhyanani, Hindama. Sukses Menjadi Pengawas Sekolah Ideal. Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA, 2015. Glatthorn, Allan A. Supervisory Leadership: Introduction To Instructional Supervison. United States Of America: Harper Collins Publishers, 1990. Hadi, Sutrisno. Metodologi Research I. Yogyakarta: Yayasan Penerbitan Fak. Psikologi UGM, 1979. Harahap, Diniyah Puteri. “Supervisi Akademik Teknik Workshop Meningkatkan Kemampuan Guru Pelaksanakan Pembelajaran Aktif”, Jurnal Manajemen Pendidikan Indonesia Vol 6 No. 2 (Oktober 2014). Hasim, Wahid. Supervisi Pembelajaran Kepala Madrasah dalam Meningkatkan Kompetensi Guru (Studi Multi Kasus di Mts. Negeri dan SMP Islam Al-azhar 18 Salatiga). Tesis, Program Studi Pendidikan Agama Islam, Program Pascasarjana Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga, 2013. Hasyim, Farid. Kurikulum Pendidikan Agama Islam (Filosofis Pengembangan Islam Transformatif antara KTSP dan Kurikulum 2013), Malang: Madani, 2015. Janah, Noor. “Peranan Pengawas Pendidikan Agama Islam Dalam Meningkatkan Profesionalisme Guru (Studi Kasus Mata Pelajaran PAI di SD 2 Gulang Mejobo 104 Kudus dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) Nurul Huda Gulang Mejobo Kudus)”, Tesis, Program Pascasarjana UNWAHAS Semarang, 2011.
104
Majid, Abdul, Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014. Margono. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta, cet 8, 2010. Martiningsih, Tri. “Pengaruh Supervisi Akademik dan Partisipasi Guru dalam KKG terhadap Kompetensi Profesional Guru Sekolah Dasar Negeri di kecamatan Pekalongan utara Kota Pekalongan”, Tesis, Program Pascasarjana Universitas Negeri Semarang, 2008. Masaong. Abdul Kadim. Supervisi Pembelajaran dan Pengembangan Kapasitas Guru (Memberdayakan Pengawas sebagai Gurunya Guru). Bandung: Alfabeta, 2013. Maunah, Binti. Supervisi Pendidikan Islam (Teori dan Praktik). Yogyakarta: Teras, 2009. Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya, 1999. Mulyasa, E. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012. Pidarta, Made. Supervisi Pendidikan Kontekstual. Jakarta: Rineka Cipta, 2009. Priansa, Donni Juni. Kinerja Dan Profesionalisme Guru (Fokus Pada Peningkatan Kualitas Pendidikan, Sekolah Dan Pembelajaran. Bandung, Alfabeta, 2014. Sagala, Syaiful. Supervisi Pembelajaran Dalam Profesi Pendidikan. Bandung: Alfabeta, 2012. Sahertian, Piet A. Konsep Dasar Dan Teknik Supervisi Pendidikan (Dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia). Jakarta: Rineka Cipta, 2010. Sallis, Edward. Manajemen Mutu Terpadu Pendidikan. Jogjakarta, IRCiSoD, 2012. Sallis, Edward. Total Managemen in Education (Model, Teknik, dan Implementasinya). Yogyakarta: IRCiSoD, Cet 1, 2015. Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran (Berorientasi Pada Proses Pendidikan). Jakarta: Kencana Prenamedia Group, Cet 10, 2013. Sudarwan Danim. Profesionalisasi Dan Etika Profesi Guru. Bandung: Alfabeta, 2013. Sudjana, Nana. Prosedur Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001.
105
Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D). Bandung: Alfabeta, 2010. Suhardan, Dadang. “Efektivitas Pengawasan Profesional dalam Meningkatkan Mutu Pembelajaran pada Era Otonomi Daerah”, EDUCATIONIST No. I Vol. I (Januari 2007). Sukmadinata, Nana Syaodih. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2015. Sukmadinata, Nana Syaodih. Pengendalian Mutu Pendidikan Sekolah Menengah, Bandung: Refika Aditama, 2010. Suprihatiningrum, Jamil. Guru Profesional (Pedoman Kualifikasi&Kompetensi Guru). Jogjakarta: AR-Ruzz Media, 2012.
Kinerja,
Suryadi, Manajemen Mutu Berbasis Sekolah, Jakarta: Sarana Panca Karya Nusa. Tenner, Arthur T. and Irving J. De Toro. Total Quality Management (Three Steps to continuous Improvement), Massachussets: Wesley Publishing Company, 1994. Tim Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam. Pedoman Pengembangan dan Penyusunan Karya Tulis Ilmiah Bagi Pengawas. Jakarta: Departemen Agama RI Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, 2004. Tim Redaksi Nuansa Aulia. Himpunan Perundang-undangan Republik Indonesia tentang Guru dan Dosen. Bandung: Nuansa Aulia, 2009. Umiarso&Imam Ghojali, Manajemen Mutu Sekolah Di Era Otonomi Pendidikan (MenjualMutu Pendidikan dengan Quality Control bagi Pelaku Lembaga Pendidikan, Yogyakarta: IRCiSoD, 2010. Zakiyah, Qiqi Yuliati &Rusdiana. Pendidikan Nilai (Kajian Teoritik dan Praktik di Sekolah). Bandung: Pustaka Setia, 2014. Zepeda, Sally J. Instructional Supervision (Applying Tools and Concepts). New York: Eye On Education, 1956.
106
Data Informan Dalam penelitian ini, terdapat beberapa informan atau rekanan yang menjadi sumber informasi oleh penulis, yaitu: 1.
Drs. HM. Djauhari Informan pertama yang dijadikan sumber dalam penelitian ini adalah Bapak Drs. HM. Djauhari. Beliau adalah guru PAI yang telah berpengalaman selama bertahun-tahun mengabdikan dirinya dalam dunia pendidikan sehingga beliau dipilih menjadi Ketua KKG PAI Kecamatan Banjarejo dan Ketua KKG PAI Kabupaten Blora sekaligus. Beliau penulis sebutkan pertama kali dikarenakan penelitian ini mengambil lokasi di lingkungan KKG PAI Kecamatan Banjarejo di Kabupataen Blora. Jabatan beliau yang rangkap jabatan sebagai Ketua KKG PAI Kecamatan Banjarejo dan sekaligus sebagai Ketua KKG PAI tingkat Kabupaten Blora inilah yang membuat penulis merasa tertarik untuk mengadakan penelitian di lokasi tersebut. Dalam penelitian di lapangan, penulis berhasil melakukan wawancara, dokumentasi, dan observasi secara langsung di dalam forum pertemuan KKG PAI Kecamatan Banjarejo.
2.
Wagiman, S. Pd I. Bapak wagiman adalah Ketua KKG PAI Kecamatan Ngawen yang terpilih selama dua kali periode. Beliau dikenal memiliki karakter sebagai guru yang bisa menjadi panutan bagi guru-guru PAI yang lain. Selain itu kedewasaan dan cara berpikir yang senantiasa „ngemong’ itulah yang menjadi alasan
107
beliau terpilih kembali sebagai pimpinan dalam menahkodai organisasi KKG PAI Kecamatan Ngawen yang dipimpinnya. Dalam penelitian di lapangan, penulis mendapatkan kesempatan emas bisa melakukan penelitian secara langsung bersama beliau. Setiap ada kegiatan tentang KKG PAI beliau memberikan informasi kepada penulis sehingga penulis dapat melakukan interaksi secara langsung dengan guru-guru PAI di KKG PAI Kecamatan Ngawen. Disamping itu, beliau menunjukkan kepada penulis para Pengurus KKG PAI Kecamatan Ngawen yang bias dijadikan sumber penggalian data dan informasi yang penulis perlukan. 3.
Marzuki, S. Pd. I, M. Pd. I Bapak Marzuki, S. Pd. I., M. Pd. Adalah Kepala Sekolah sekaligus Guru PAI penulis jadikan sumber dalam penelitian ini. Jabatan beliau sebagai Kepala Sekolah dan sekaligus sebagai Guru Pendidikan sangat penulis dibutuhkan penulis guna memperoleh informasi secara komprehensif tentang pandangan atau pendapat Kepala Sekolah terhadap Guru PAI yang professional. Beliau bersedia memberikan waktunya untuk memberikan informasi-informasi yang penulis perlukan dengan terbuka, bahkan beliau mempersilahkan berkunjung ke kediaman beliau jika penulis masih memerlukan informasi lebih lanjut.
4.
Kuslan, S. Pd. I Bapak Kuslan, S. Pd. I adalah Guru PAI yang sekaligus sebagai Sekretaris di organisasi
KKG PAI Kecamatan Ngawen. Beliau berdomisili di Desa
Randualas. Tempat tugas beliau sekitar 10 Kilometer dari sekretariat KKG PAI Kecamatan. Dengan jarak tempuh yang cukup jauh inilah menyebabkan
108
penulis agak sedikit kesulitan untuk melacak data, dikarenakan telepon genggam (HP) beliau tidak selalu dibawa. Namun hal itu dapat teratasi karena selain penulis bertemu dalam pertemuan KKG PAI, penulis juga bersilaturrahim secara langsung di kediaman beliau untuk memperoleh data yang diperlukan. Hal ini dikarenakan beliau yang menyimpan data dan arsiparsip kegiatan KKG PAI Kecamatan Ngawen. 5.
Aripin, S. Pd. I Bapak Arifin, S. Pd. I adalah Guru PAI dan menjadi pengurus KKG PAI Kecamatan Ngawen sebagai Tim Operator Data Emis dan data-data yang lain. Beliau berpenampilan bersahaja, rileks dan fleksibel dalam berhubungan dengan orang lain sehingga penulis merasa tidak kesulitan untuk berkomunikasi dengan beliau. Wawancara dengan beliau cukup singkat, namun penulis merasa cukup padat karena data mengenai keadaan Sekolah dan Guru PAI baik yang telah bersertifikasi maupun belum telah penulis peroleh.
6.
Siti Kumaidah, S. Pd. I Ibu Kumaidah, S. Pd. I adalah Guru PAI di SDN Gotputuk dan sekaligus menjadi Pengurus KKG PAI Kecamatan Ngawen sebagai Pembantu Umum. Jabatan sebagai Pembantu Umum tidak hanya sekedar membantu Penguruspengurus lain yang memerlukan bantuannya, namun jabatan ini justru menjadikannya sebagai Wakil atau Delegasi untuk mengikuti kegiatankegiatan seperti Seminar, Workshop, Diskusi baik tingkat Kabupaten maupun tingkat Provinsi. Disamping itu, Ibu Kumaidah juga berstatus Mahasiswa
109
Pascasarjana Konsentrasi Supervisi Pendidikan Agama Islam di IAIN Salatiga. Dengan kondisi tersebut, dapat memudahkan dan memperlancar Penulis dalam mengadakan observasi, dokumentasi, dan wawancara guna melengkapi data dan informasi mengenai kegiatan supervisi PAI di Kabupaten Blora. 7.
Suparmi, S. Pd. I. Ibu suparmi adalah Guru PAI di SDN Ngawen 04. Berdasarkan pengamatan penulis beliau mempunyai keakraban yang cukup baik dengan PPAI Kecamatan
Ngawen
dan
sering
mendapatkan
kunjungan
Supervisi
Pembelajaran dalam kelas karena sekolah beliau sangat strategis dan terjangkau dari jalan raya sehingga memudahkan kunjungan ke sana. Dalam observasi lapangan penulis berhasil mengadakan observasi dan dokumentasi tentang kegiatan supervise yang dilakukan oleh PPAI Kecamatan Ngawen dengan melakukan kunjungan ke sekolah sebagai data pembanding selain penggalian data melalui KKG PAI Kecamatan Ngawen. 8.
Marlan, S. Pd. I Bapak Marlan, S. Pd. I adalah Guru PAI SDN Kembang Kecamatan Banjarejo. Selain menjadi Guru PAI, beliau juga menjadi pengurus KKG PAI Kecamatan Banjarejo yaitu sebagai Sekretaris KKG PAI. Dalam penelitian di lapangan, ketika Penulis mengadakan wawancara dengan Pengawas PAI Kecamatan Banjarejo di Desa Adirejo Kecamatan Tunjungan, beliau memberitahu dan mengundang penulis tentang jadwal kegiatan KKG PAI, yang akan dihadiri oleh Pengawas PAI Kecamatan Banjarejo. Dan pada
110
saat pertemuan KKG PAI di SDN Gedongsari, penulis bertemu kembali dan juga berhasil mewawancarai beliau. 9.
Abdul Kholiq, S. Pd. I. Wawancara berikutnya dengan Bapak Abdul Kholiq, S. Pd. I.
Sebagai
Operator data Emis, beliau menjadi tumpuan para Guru PAI Kecamatan Banjarejo khususnya guru-guru PNS untuk melakukan inputting data (memasukkan data secara on line). Hal ini disebabkan para guru PAI khususnya perempuan, kurang trampil dalam mengoperasikan komputer sehingga guru-guru PAI meminta jasa bapak Abdul Kholiq selaku Operator untuk menangani hal ini. Pertemuan dengan beliau penulis lakukan dengan berkunjung secara langsung di sekolah beliau yaitu SDN Sumberagung 01 dan di kediaman beliau. 10. Abdul Kholiq, S. Ag. Wawancara dengan bapak Abdul Kholiq, S.Ag. adalah sangat mengesankan bagi penulis, karena beliau dijuluki oleh teman-teman guru sebagai “Inspiring teacher”. Beliau adalah guru yang memberikan banyak inspirasi dan motivasi keteladanan bagi guru-guru yang lain dengan memiliki keuletan dan ketangguhan dalam mengabdikan dirinya di dunia pendidikan. Pengalaman beliau di daerah terpencil dan di dalam hutan selama hamper 20 tahun, membuat beliau dikenal sebagai guru yang memberikan inspirasi bagi guru-guru yang lain, karena selama beliau berada di kawasan sekolah yang berhutan dan berlumpur membuat dengan penuh perjuangan dalam
111
berdakwah sempat menjadikan beliau diliput di harian Suara Merdeka dengan judul: 18 Tahun Bergelut dengan Lumpur Hutan”. 11. Hj. Kunsiyati, S.Pd. I. Ibu Hj. Kunsiyati, S. Pd. I adalah Guru PAI di SDN Gedongsari dimana KKG PAI Kecamatan Banjarejo berkantor. Ibu Hj. Kunsiyati memiliki kepribadian yang baik, ulet, dan disiplin. Hal ini tercermin dari penampilan dan dari setiap jawaban yang disampaikan ketika penulis mengadakan wawancara dengan beliau. Dalam penelitian lapangan, penulis berhasil mengadakan wawancara dan observasi langsung dengan beliau tentang pentingnya mutu pembelajaran yang berujung pada terbentuknya peserta didik yang berkualitas. Beliau juga menambahkan profil peserta didik yang bermutu adalah peserta didik yang berprestasi, trampil, kreatif, dan selalu mengikuti perlombaan atau kompetisi-kompetisi baik tingkat local maupun regional (maksud beliau adalah tingkat Provinsi).
112
Pedoman Pengumpulan Data Penelitian Tesis Pelaksanaan Supervisi PAI Sebagai Pengendali Mutu (Quality Control) di KKG PAI Kec. Ngawen dan KKG PAI Kec. Banjarejo Kabupaten Blora Tahun 2016
Pedoman Wawancara Dengan Guru PAI
A.
Pelaksanaan Supervisi PAI pada GPAI di KKG PAI
NO 1.
Butir-Butir Wawancara/Interview Bagaimana tanggapan bapak/ibu tentang pelaksanaan supervisi PAI di sekolah?
2.
Berapa kali bapak/ibu diberikan layanan pembimbingan dalam kegiatan supervisi oleh supervisor/pengawas PAI?
3.
Apa saja yang dilakukan oleh supervisor/pengawas PAI dalam pelaksanaan supervisi?
4.
Apakah pelaksanaan supervisi tersebut dapat membantu bapak/ibu dalam mengembangkan dan meningkatkan pembelajaran PAI?
5.
Bagaimanakah peran supervisor/pengawas PAI dalam memecahkan masalah (memberi solusi) ketika bapak/ibu mengalami problema dalam pembelajaran?
6.
Apakah dengan bantuan dan bimbingan dari supervisor/pengawas PAI, permasalahan yang dihadapi bapak/ibu dalam pembelajaran PAI dapat diselesaikan?
7.
Apa yang dirasakan masih kurang dalam pelaksanaan supervisi PAI?
8.
Apakah supervisor/pengawas PAI sering melakukan percakapan pribadi dengan bapak/ibu?
9.
Apakah bapak/ibu merasa nyaman, terdorong dan tidak terdesak ketika terjadi percakapan/diskusi dengan supervisor/pengawas PAI?
10.
Bagaimana supervisor/pengawas PAI menanggapi ketika bapak/ibu ingin
113
melakukan perubahan atau pengembangan kreatifitas dalam pembelajaran PAI, apakah selalu memberikan bimbingan, atau memberikan kebebasan untuk berkreasi? 11.
Dampak apakah yang diperoleh bapak/ibu dari kegiatan supervisi?
12.
Permasalahan apa yang sering dihadapi bapak/ibu?
13.
Apakah bapak/ibu turut berpartisipasi dalam kegiatan KKG PAI? Apa jabatan bapak/ibu di KKG PAI?
14.
Apakah KKG PAI memiliki program kerja?
15.
Apa KKG PAI dapat membantu anda dalam meningkatkan kompetensi professional?
16.
Apakah Pengawas PAI sering melaksanakan supervisi melalui KKG PAI?
17.
Bagaimanakah Pengawas PAI dalm mensupervisi bapak/ibu?
18.
Dalam layanan supervise, apa saja yang dilakukan pengawas PAI?
19.
Dampak apakah yang bapak/ibu peroleh dalam kegiatan supervisi melalui KKG PAI?
20.
Apakah kegiatan supervisi melalui KKG PAI dapat bermanfaat pada kompetensi peofesional anda?
21.
Apakah bapak/ibu pernah melakukan bimbingan peserta didik dalam kejuaraan?
22.
Prestasi apa sajakah yang telah diperoleh?
23.
Apakah bapak/ibu pernah mengikuti pelatihan/workshop? Kapan, dimana, dan siapa penyelenggaranya?
24.
Apakah bapak ibu pernah membuat karya ilmiah?
25.
Apakah bapak/ibu aktif di organisasi ?
26.
Organisasi apa saja yang and ikuti dan apa jabatan anda?
114
B. PEMBINAAN GURU PAI PETUNJUK: Jawablah Pertanyaan di bawah ini dengan memberi tanda silang (x) pada angka jawaban yang tersedia! No 1.
2.
Butir pertanyaan
Pilihan
Kegiatan supervisi PAI pada prinsipnya a) Setuju adalah memberikan layanan bantuan pada b) Sangat Setuju guru PAI dalam mengembangkan c) Tidak tahu kompetensi profesional guru supaya tercapai tujuan pembelajaran. Upaya Pengawas dalam membantu guru a) Ya, benar PAI dapat melalui layanan supervisi b) Ya, setuju c) Tidak tahu
3.
4.
Layanan supervisi dari supervisor/pengawas PAI dapat membantu menemukan solusi dalam problem bapak/ibu hadapi Diantara layanan supervisi dari pengawas PAI dapat membantu melengkapi administrasi/perangkat pembelajaran PAI
a) Kadang-kadang b) Selalu c) Tidak tahu a) Tidak b) Kadang-kadang c) Ya, benar
5.
Layanan supervisi dapat menjalin a) Ya hubungan dan kerjasama menjadi lebih b) Tidak harmonis antara pengawas dan guru PAI c) Tidak tahu
6.
Apabila bapak/ibu menemui problema dalam pembelajaran PAI, bapak/ibu akan berkonsultasi dan meminta bantuan kepada supervisor/pengawas PAI Layanan kegiatan supervisi memberikan sumbangsih/kontribusi yang signifikan terhadap peningkatan profesional guru PAI
7.
a) Ya b) Tidak c) Tidak tahu a) Ya, benar b) Ya, setuju c) Tidak
115
C. KOMPETENSI PROFESIONAL GURU PAI Petunjuk Jawablah pertanyaan berikut ini! 1. Bagaimanakah membuat tujuan pembelajaran? 2. Berkaitan dengan materi yang diajarkan, bagaimanakah cara anda dalam memilih materi ajar? 3. Bagaimanakah anda mengorganisir materi tersebut? 4. Bagaimanakah anda menentukan sumber atau media pembelajaran? 5. Bagaimanakah anda membuat scenario pembelajaran? 6. Apakah anda membuat scenario tersebut secara rinci? 7. Teknik apakah yang anda gunakan dalam pembelajaran? 8. Apakah teknik tersebut sesuai dengan tujuan pembelajaran? 9. Bagaimanakah anda memberikan evaluasi dalam pembelajaran? 10. Bagaimanakah dengan kelengkapan instrument evaluasi yang anda anda?
116
D. FUNGSI SUPERVISI PAI SEBAGAI PENGENDALI MUTU PADA KOMPETENSI GURU PAI PETUNJUK: Bagaimanakah tanggapan anda tentang pernyataan dibawah ini? 1. Kualitas/mutu menjadi prioritas utama (penting) dalam kegiatan pembelajaran. 2. Peserta didik adalah tujuan/target utama dalam pencapaian/pembentukan mutu. 3. Upaya dalam proses pembentukan mutu peserta didik tidak terlepas dari peran guru dalam proses pembelajaran 4. Keterlibatan guru dalam penciptaan mutu peserta didik adalah sangat penting (signifikan) 5. Mutu peserta didik disebabkan mutu guru/pendidik 6. Mutu pendidik/guru adalah refleksi dari kompetensi guru profesional 7. Upaya dalam pencapaian guru profesional selalu mendapatkan bantuan pembinaan, bimbingan, dan motivasi dari kegiatan supervisi dalam meningkatkan kemampuan/ kinerja profesionalnya. 8. Layanan bimbingan dan konseling dalam supervisi dapat mengontrol Pendidik yang berkualitas. 9. Kegiatan supervisi PAI berperan/memberikan kontribusi yang signifikan dalam meningkatkan kinerja profesional guru, 10. Kegiatan supervisi dengan menggunakan teknik individu atau kelompok berbasis layanan bimbingan dan konseling
(BK) berperan sebagai
pengendali mutu pada kompetensi profesional guru PAI.
117
Pedoman Pengumpulan Data Penelitian Tesis Pelaksanaan Supervisi PAI Sebagai Pengendali Mutu (Quality Control) Pada Kompetensi Profesional Di Lingkungan KKG. PAI Kec.Ngawen dan KKG PAI Kec. Banjarejo kabupaten Blora tahun 2016
PEDOMAN WAWANCARA DENGAN PENGAWAS PAI
A. Sekilas Pandang Kegiatan Supervisi 1.
Adakah
tugas
khusus
pengawas/supervisor
yang
diberikan
oleh
Kementerian Agama untuk pelaksanaan supervisi/kepengawasan PAI di lingkungan kerja bapak? 2.
Kapan bapak melaksanakan kegiatan supervisi PAI di sekolah?
3.
Apa tujuan dari pelaksanaan supervisi PAI yang bapak laksanakan?
4.
Apa yang bapak lakukan ketika datang di sekolah /dalam supervisi PAI?
5.
Bantuan apa/bagaimana cara bapak membimbing dalam pelaksanaan supervisi PAI?
6.
Bagaimana kerjasama bapak dengan kepala sekolah di lingkungan kerja bapak?
7.
Berapa kali bapak datang dan melakukan kegiatan supervisi PAI di sekolah?
8.
Bagaimana respon guru PAI dalam pelaksanaan supervisi di sekolah tersebut
9.
Apakah kegiatan supervisi PAI telah direncanakan sebelumnya oleh bapak?
10. Teknik supervisi apakah yang bapak gunakan? 11. Apa yang membedakan pelaksanaan supervisi PAI di satu sekolah dengan sekolah lain yang bapak bina? 12. Apa dampak yang didapat oleh bapak dari pelaksanaan supervisi PAI? 13. Adakah faktor pendukung dan penghambat dalam melaksanakan supervisi di lapangan?
118
B.
Layanan Supervisi di KKG PAI
1. Ketika bapak melakukan kegiatan supervisi, apakah bapak selalu memberikan pembinaan, bimbingan, dan konseling terhadap guru-guru PAI secara klasikal? 2. Bagaimanakah teknik pembinaan, bimbingan yang bapak gunakan? 3. Lebih efektif dan efisien manakah teknik indivual (perorangan) dengan kelompok (klasikal)? 4. Mengapa bapak menggunakan teknik tersebut? 5. Apakah bapak menggunakan forum KKG dalam pembimbingan guru secara kelompok? 6. Dalam pembinaan dan bimbingan guru di lapangan, apakah bapak pernah mendapati guru yang memiliki problema? 7. Apakah masalah tersebut berhubungan dengan administrasi/perangkat pembelajaran? 8. Adakah problem yang dihadapi guru PAI di luar administrasi/perangkat pembelajaran? 9. Bagaimanakah cara bapak menanganinya? 10. Bagaimanakah langkah-langkah yang bapak tempuh dan memberikan terapi/solusinya? 11. Apakah bapak mendorong guru PAI untuk memacu peserta didik dalam berprestasi? prestasi apa saja yang telah dicapai? 12. Bagaimanakah dampak supervise PAI melalui KKG PAI?
119
C.
Pengendalian Mutu (Quality Control) Guru Profesional 1. Bagaimanakah pendapat bapak tentang mutu pembelajaran? 2. Bagaimanakah harapan bapak tentang guru PAI yang bermutu? 3. Apakah guru PAI yang sudah tersertifikasi menunjukkan peningkatan terhadap kinerjanya? 4. Apakah guru PAI telah menunjukkan peningkatan pada kompetensi profesionalnya? 5. Bagaimanakah dampak kegiatan supervisi yang bapak lakukan ? 6. Adakah faktor pendukung yang membantu kegiatan supervisi yang bapak lakukan? 7. Bagaimanakah kendala yang bapak alami dalam peningkatan kompetensi guru profesional? 8. Apakah kegiatan supervisi yang bapak lakukan dapat berperan sebagai pengendali mutu guru PAI? 9. Apakah kegiatan supervisi dengan menggunakan teknik layanan bimbingan dan konseling dapat membantu guru dalam meningkatkan kompetensi profesionalnya?
120
Hasil wawancara terstruktur di lingkungan KKG PAI Kecamatan Ngawen dan KKG PAI Kecamatan Banjarejo
Butir wawancara penelitian
Kegiatan dan Pelaksanaan supervise
Pengawas
Peran supervisor dalam pengembangan kreatifitas GPAI Dampak supervise
Respon Faktual
Ideal
Dilaksanakan namun kurang intens dan kurang lama Sering difokukan pada pengecekan administrasi terutama perangkat pembelajaran. Bertanya mengenai jumlah murid, Bertanya tentang kendala yng dihadapi. Mengevaluasi guru PAI Memotivasi guru Kurang komunikasi dengan guru, guru sering gugup, ketakutan dengan kedatangan supervisor atau pengawas karena supervise identic dengan mencari kelemahan dan kekurangan guru.
Frekwensi pertemuan ditambah Hendaknya kegiatan supervise sebagai alat untuk berbagi informasi, sharing, mendengarkan keluhan dan permasalahan guru dan memberi solusinya..
Selalu memberikan bimbingan Dapat menambah pengetahuan dan wawasan Mengingatkan agar lebih semangat mengajar Selalu memberi kritikan. Dapat meningkatkan kinerja Dapat meningkatkan
Kran dan akses komunikasi diperluas. Merubah image supervise dengan layanan professional bagi guru. Lebih diintensifkan lagi dalam memotivasi kinerja GPAI Kritikan hendaknya dirubah menjadi nasehat. Memaksimalkan potensi guru
121
Masalah yang sering dihadapi guru
pembelajaran Memjadi lebih tertib Lebih disiplin Meningkatkan mutu Kurang lengkap administrasinya. Karakter peserta didik yang berbeda-beda dengan tingkat kenakalan yang berbeda pula. Kurang minat peserta didik dalam belajar Peserta didik kurang respon dalam PBM Kurangnya perhatian orangtua. Guru masih enggan berbagi masalah tentang peserta didik. Kurang waktu Fasilitas kurang Ada peserta didik yang diremidi tetap tidak berubah
professional
Melengkapi administrasi. Pengawas memberikan solusi. Menyelesaikan kendala dalam mengajar menyelesaikan secara kekeluargaan selain mensupervisi GPAI juga perlu memberikan bimbingan pada peserta didik
122
Keadaan Kualifikasi Pendidikan GPAI di KKG PAI Kecamatan Ngawen dan KKG PAI Kecamatan Banjarejo Kabupaten Blora
Kualifikasi pendidikan No
Nama Guru PAI
Tempat Tugas Lanju tan
Awal
1.
Wagiman, S.Pd.I
2.
Marzuki, M.Pd.I
3.
Kuslan, S.Pd.I
4.
Yusuf, S.Pd.I
5.
Arifin, S.Pd.I
SDN punggursugih
PGA
D2
S1
SDN Gotputuk
PGA
D2
S2
SDN 02 Rowobungkul
PGA
D2
S1
PGA
D2
S1
PGA
D2
S1
-
D2
S1,
SDN 01 Rowobungkul
SDN 01 Rowobungkul SDN 01 Talokwohmojo SDN Plumbon
SDN Semawur 6.
Siti Kumaidah, S.Pd.I
SDN Gotputuk
Pros es S2
7.
Suparmi, S.Pd.I
8.
Sunardi, S.Pd.
9.
SDN Ngawen 4
PGA
D2
S1
SDN Jetakwanger
PGA
D2
S1-
SDN 05 Ngawen
Siti sri susilowati, S. SDN Bradag Pd.I
10. Komari, S. Pd.I 11. Siti Asiyah, S.Pd.I
12. Ashadi, S.Ag. 13. Shofari, S.Pd.I
S2 PGA
D2
S1
SDN Tembulrejo 2
PGA
D2
S1
SDN Kedungsatriyan
PGA
D2
S1
PGA
D2
S1
PGA
D2
S1
SDN Wantilgung
SDN Bandungrojo SDN Sumberejo SDN 01 Gondang SDN Karangtengah
123
SDN Kendayaan 14. H. Sarjimin, S.Pd.I
15. Priyono, A.Ma.
SDN Sambonganyar
PGA
D2
S1
PGA
D2
-
SDN 01 Gedebeg SDN Sendangrejo SDN Kendayaan
16. Drs. HM. Djauhari
SDN 03 Sumberagung
PGA
D2
S1
17. Muh. Tarhib,S.Pd.I
SDN 01 Klopoduwur
PGA
D2
S1
18. Marlan, S.Pd.I
SDN Kembang
PGA
D2
S1
19. Hj.Kunsiyati,S.Pd.I
SDN Gedungsari
PGA
D2
S1
20. Abdul kholik, S.Pd.I
SDN 01 Sumberagung
PGA
D2
S1
21. Masrukhin, S.Pd.I
SDN 02 Sendangwungu
PGA
D2
S1
22. Sukemi, S.Pd.I
SDN 02 Sembongin
PGA
D2
S1
23. Juwariyah, S. Pd.I
SDN Balongrejo
PGA
D2
S1
24. Abdul kholik,S.Ag.
SDN Banjarejo 1
PGA
D2
S1
25. H. Sujari, S.Pd.I
SDN 02 Mojowetan
PGA
D2
S1
26. Hj. Rohmah, S.Pd.I
SDN 1 Mojowetan
PGA
D2
S1
124
Keadaan Masa Kerja Guru PAI di KKG PAI Kecamatan Ngawen dan KKG PAI Banjarejo Kabupaten Blora
No
Nama Guru PAI/NIP
Wagiman, S.Pd.I 19570717198201 1 010 Kuslan, S.Pd.I 2. 19610301198304 1 003 Yusuf, S.Pd.I 3. 19581119198201 1 002 Sarjimin, S.Pd.I 4. 19581212198201 1 009 Ashadi, S.Ag. 5. 19611120198201 1 003 Siti Asiyah, S.Pd.I 6. 19621204198304 2 005 Siti Sri Susilowati, S 7. Pd.I 19670622200003 2 001 Arifin, S.Pd.I 8. 19630616198405 1 006 Shafari, S.Pd.I 9. 19580112198304 1 002 Priyono, A.Ma. 10. 19590505198304 1 002 Komari, A.Ma. 11. 19560204198304 1 001 Marjuki, S.Pd.I, M.Pd 12. 19580716198201 1 005 Suparmi, S.Pd.I 13. 19600815198304 2 012 Siti Kumaidah, S.Pd.I 14. 19780531200604 2 006 Drs. HM. Djauhari 15. 19580814198304 1 005 M. Tarhib, S.Pd.I 16. 19570802198104 1 004 17. Marlan, S.Pd.I 1.
Unit Kerja SDN punggursugih SDN 01 Rowobungkul SDN 02 Rowobungkul SDN 01 Rowobungkul SDN 01 Talokwohmojo SDN Plumbon SDN Sambonganyar SDN 01 Gedebeg SDN Sumberejo SDN 01 Gondang SDN Kedungsatriyan SDN Bandungrojo SDN Bradag SDN Wantilgung
Tahun Bekerja
Masa Kerja 34 tahun
1982 1983
33 tahun
1983
33 tahun
1982
34 tahun
1982
34 tahun
1983
33 tahun
2000
16 tahun
SDN 02 Talokwohmojo SDN Plumbon SDN Karangtengah SDN Kendayaan SDN Sendangrejo SDN Kendayaan SDN 02 Trembulrejo
1984
32 tahun
1983
33 tahun
1983
33 tahun
1983
33 tahun
SDN Gotputuk
1982
34 tahun
SDN 04 Ngawen
1983
33 tahun
SDN Gotputuk SDN Semawur SDN 03 Sumberagung
2006
10 tahun
1983
33 tahun
SDN 01 Klopoduwur
1981
35 tahun
SDN Kembang
1983
33 tahun
125
19591015198304 1 002 Sukemi, S.Pd.I 18. 19570205198304 1 000 Abdul Kholik, S.Ag. 19. 19620303198405 1 002 Sudjari, S.Pd.I 20. 19581027198201 1 002 Abdul Kholik, S.Pd.I 21. 19720119200501 1 003 H. Kunsiyati, S.Pd.I 22. 19591217198201 2 008 Masrukhin, S.Pd.I 23. 19571118198104 1 001 Sukemi, S.Pd.I 24. 19591120198708 1 001 Siti Juwariyah, A.Ma. 25. 19560917198201 2 001 Hj. Rokhmah, S.Pd.I 26. 196211021984052003
SDN 02 Sembongin
1987
29 tahun
SDN 01 Banjarejo
1984
32 tahun
SDN 02 Mojowetan
1981
35 tahun
SDN 01 Sumberagung
2005
11 tahun
SDN Gedungsari
1981
15 tahun
SDN 02 Sendangwungu
1981
15 tahun
SDN 01 Buluroto
1987
29 tahun
SDN Balongrejo
1981
35 tahun
SDN 1 Mojowetan
1984
32 tahun
126
Keadaan Guru Berpredikat Profesional
No
1.
2.
Lulus Sertifikasi Jenis Nomor dan Tanggal Lulus Sertifikasi
Nama Guru PAI/ NIP
Unit Kerja
LPTK
Wagiman, S. Pd. I 195707171982011 010
SDN punggursugih SDN 01 Rowobungkul SDN 02 Rowobungkul SDN 01 Rowobungkul SDN 01 Talokwohmojo SDN Plumbon SDN Sambonganyar SDN 01 Gedebeg SDN Sumberejo SDN 01 Gondang
IAIN Walisongo
SDN Kedungsatriyan SDN Bandungrojo
Kuslan, S. Pd. I 196103011983041 003
Yusuf, S. Pd.I 3. 195811191982011 002 Sarjimin, S. Pd.I 4. 195812121982011 009 Ashadi, S.Ag. 5. 196111201982011 003 Siti Asiyah, S.Pd.I 196212041983042 005 6.
PLPG
IAIN Walisongo
PLPG
IAIN Walisongo
PLPG
IAIN Walisongo
PLPG
IAIN Walisongo
PLPG
IAIN Walisongo
PLPG
061012703 196 15/11/2010 061112704 149 14 /12/2011 061012701 469 30/09/2011 061012701 470 30/09/2011 060912701 587 30/10/2009
06111270 4206 14/12/201 1
Siti Sri Susilowati, S. SDN Bradag Pd.I SDN Wantilgung 7. 196706222000032 001
IAIN Walisongo
PLPG
201020612 12723191 28/09/2012
Arifin, S. Pd.I 8. 196306161984051 006
IAIN Walisongo
PLPG
IAIN Walisongo
PLPG
IAIN Walisongo
PLPG
061112702 748 14/12/2011 061112704 204 14/12/2011 061112704 190 14/12/2011
02 IAIN Walisongo
PLPG
Shafari, S. Pd. I 9. 195801121983041 002 Priyono, A. Ma. 10. 195905051983041 002 Komari, A. Ma. 195602041983041 001 11.
SDN 02 Talokwohmojo SDN Plumbon SDN Karangtengah SDN Kendayaan SDN Sendangrejo SDN Kendayaan SDN Trembulrejo
06111270 4147 14/12/201
127
1 Marjuki, S.Pd.I, M.Pd 12. 195807161982011 005 Suparmi, S.Pd.I 196008151983042 012
SDN Gotputuk
IAIN Walisongo
SDN 04 Ngawen
IAIN Walisongo
Porto Folio PLPG
060803001 127
06111270 4250
13.
14/12/201 1
14.
Siti Kumaidah, S.Pd.I 197805312006042 006
SDN Gotputuk SDN Semawur
IAIN Walisongo
PLPG
206131270 1682 30/12/2013
Drs. HM. Djauhari 15. 195808141983041 005
SDN 03 IAIN Sumberagung
PLPG
2011
M. Tarhib, S.Pd.I 16. 195708021981041 004
SDN Klopoduwur
PLPG
2010
Marlan, S. Pd.I 17. 195910151983041 002
SDN Kembang
PLPG
2011
Sukemi, S.Pd.I 18. 195702051983041 000
SDN Sembongin
PLPG
2011
Abdul Kholik, S.Ag. 19. 196203031984051 002
SDN 01 Banjarejo IAIN
PLPG
2011
Sudjari, S.Pd.I 20. 195810271982011 002
SDN Mojowetan
PLPG
2011
Abdul Kholik, S.Pd.I 21. 197201192005011 003
SDN 01 IAIN Sumberagung
Porto Folio
2013
H. Kunsiyati, S.Pd.I 22. 195912171982012 008
SDN Gedungsari
PLPG
2010
Masrukhin, S.Pd.I 23. 195711181981041 001
SDN 02 IAIN Sendangwungu
PLPG
2010
Sukemi, S.Pd.I 24. 195911201987081 001
SDN 01 Buluroto
PLPG
2011
PLPG
2010
25.
Siti Juwariyah, A.Ma. 195609171982012 001
Walisongo
01 IAIN
Walisongo IAIN Walisongo 02 IAIN
Walisongo
Walisongo 02 IAIN
Walisongo
Walisongo IAIN Walisongo
Walisongo IAIN Walisongo
SDN Balongrejo
IAIN
128
Walisongo Hj. Rokhmah, S. Pd. I 26. 19621102198405203
SDN 1 Mojowetan
IAIN Walisongo
PLPG
2010
129
Kemampuan Guru PAI dalam Membuat Perencanaan Pembelajaran
Aspek Yang Dinilai No
Kode GPAI
Total
1
2
3
4
5
6
7
8
Skor
1.
GPAI/01/WGN
4
4
4
4
4
4
4
4
32
2.
GPAI/01/MZ
4
4
4
4
4
4
4
4
32
3.
GPAI/01/KS
4
4
4
4
4
4
4
4
32
4.
GPAI/01/YS
4
4
4
4
4
4
4
4
32
5.
GPAI/01/AR
4
4
4
4
4
4
4
4
32
6.
GPAI/01/SK
4
4
4
3
4
4
4
4
31
7.
GPAI/01/SPM
4
4
4
4
4
4
4
4
32
8.
GPAI/01/SND
4
4
4
3
4
4
3
3
29
9.
GPAI/01/SSS
4
4
4
3
4
4
4
3
30
10. GPAI/01/KMR
4
4
4
3
4
4
3
3
29
11. GPAI/01/SA
4
4
4
4
4
4
4
3
31
12. GPAI/01/AS
4
4
4
4
4
4
3
3
30
13. GPAI/01/SF
4
4
4
3
4
4
4
3
30
14. GPAI/01/SJ
4
4
4
3
4
4
4
3
30
15. GPAI/01/PRY
4
4
4
3
4
4
4
3
30
16. GPAI/02/DJA
4
4
4
4
4
4
4
4
32
17. GPAI/02/TRH
4
4
4
3
4
4
4
3
30
18. GPAI/02/MLN
4
4
4
3
4
4
4
3
30
19. GPAI/02/KSY
4
4
4
3
4
4
4
3
30
130
20. GPAI/02/AKK
4
4
4
4
4
4
4
4
32
21. GPAI/02/MRK
4
4
4
3
4
4
4
3
30
22. GPAI/02/SKM
4
4
4
3
4
4
4
3
30
23. GPAI/02/JWR
4
4
4
3
4
4
4
3
30
24. GPAI/02/AKQ
4
4
4
4
4
4
4
4
32
25. GPAI/02/SJR
4
4
4
3
4
4
4
3
30
26. GPAI/02/SR
4
4
4
3
4
4
4
3
30
KETERANGAN:
Kategori
Skor
Predikat
A
4
Baik Sekali
B
3
Baik
C
2
Cukup
D
1
Kurang
131
Penilaian Atasan kepada guru PAI
No
Kode Guru PAI
Aspek yang diamati Jml
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1. GPAI/01/WGN
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
39
2. GPAI/01/MZ
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
39
3. GPAI/01/KS
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
39
4. GPAI/01/YS
4
4
4
4
3
4
3
4
4
4
38
5. GPAI/01/AR
4
4
4
4
3
4
3
4
4
4
38
6. GPAI/01/SK
4
4
4
4
3
4
4
4
4
3
38
7. GPAI/01/SPM
4
3
4
4
3
4
4
4
4
3
37
8. GPAI/01/SND
4
3
4
4
3
4
4
4
4
4
38
9. GPAI/01/SSS
4
4
4
4
3
4
3
4
4
4
38
10. GPAI/01/KMR
4
4
4
4
3
4
3
4
4
4
38
11. GPAI/01/SA
4
3
3
3
3
4
3
4
4
4
35
12. GPAI/01/AS
4
4
4
4
3
4
3
4
4
4
38
13. GPAI/01/SF
4
3
4
4
3
4
3
4
4
4
37
14. GPAI/01/SJ
4
3
4
3
3
4
3
4
4
4
36
15. GPAI/01/PRY
4
4
4
4
3
4
3
4
4
4
38
16. GPAI/02/DJA
4
3
4
3
4
4
3
4
4
4
37
17. GPAI/02/TRH
4
3
4
3
4
4
3
4
4
4
37
18. GPAI/02/MLN
4
3
3
3
3
3
3
3
4
4
33
19. GPAI/02/KSY
4
3
3
3
3
3
3
3
2
3
30
132
20. GPAI/02/AKK
4
4
3
4
4
3
3
3
3
3
33
21. GPAI/02/MRK
3
3
3
3
2
3
3
3
2
2
27
22. GPAI/02/SKM
3
2
3
2
3
3
2
3
2
2
25
23. GPAI/02/JWR
3
2
2
2
2
3
2
3
2
2
23
24. GPAI/02/AKQ
4
3
3
3
4
3
3
3
3
3
32
25. GPAI/02/SJR
4
3
3
3
3
3
2
2
3
3
29
26. GPAI/02/SR
3
3
3
2
3
2
2
2
2
3
25
Aspek yang diamati: 1. Ketaatan menjalankan ajaran agama 2. Tanggung jawab 3. Kejujuran 4. Kedisiplinan 5. Keteladanan 6. Etos kerja 7. Inovasi dan kreatifitas 8. Menerima kritik 9. Kemampuan berkomunikasi 10. Kemampuan bekerjasama
133
Data Diklat Kependidikan Guru PAI
NASIONAL/
PROPINSI
REGIONAL K
P
NO
NAMA
L
Work
P
shop
G 1
3
4
KABUPATEN
P
I
A
C
I
T
WORK
K
SHOP
13
KEC/ SKL
WORK
KKG
SHOP
KAB
8
9
10
1X
1X
1X
1X
1X
1X
PAI
13 5
6
7
12
1
WAGIMAN, S.Pd.I
1X
X
2
MARZUKI, M.Pd.I
1X
X
3
KUSLAN, S. Pd.I
1X
1X
1X
4
YUSUF, S.Pd.I
1X
1X
1X
5
ARIFIN, S.Pd.I
1X
1X
1X
1X
1X
1X
1X
1X
1X
1X
1X
1X
SITI
3X
11
1X
KUMAIDAH,
6
1X
X
x
3X
1X
S.Pd.I 7
SUPARMI, S.Pd.I
1X
8
SUNARDI, S,Pd.I
1X
1X
SITI SRI SUSILOWATI, 9 SPd.I 10
KOMARI, A.Ma.
1X
1X
-
11
SITI ASIYAH, S.Pd.I
1X
1X
1X
12
ASHADI, S.Ag.
1X
1X
1X
13
SHOFARI, S. Pd.I
1X
1X
1X
14
H. SARJIMIN,S.Pd.I
1X
1X
1X
15
PRIYONO, A.Ma.
1X
1X
1X
16
DRS. HM. DJAUHARI
1X
1X
1X
1 1X X
1X
134
MUHAMMAD 17
1X
1X
1X
1X
1X
1X
1X
1X
1X
TARHIB,S.Pd.I 18
MARLAN,S.Pd.I
1X
19
HJ. KUNSIYATI, S.Pd.I
1X
ABDUL
1X
KHOLIK,
20
1X
1X
1X
S.PD.I 21
MASRUKHIN, S.Pd.I
1X
1X
1X
22
SUKEMI, S.Pd.I
1X
1X
1X
23
JUWARIYAH, S.Pd.I
1X
1X
1X
1X
1X
ABDUL
KHOLIK,
24
1 1X
S.Ag.
1X
1X
X
25
H. SUJARI, S.Pd.I
1X
1X
1X
26
HJ. ROHMAH, S.Pd.I
1X
1X
1X
135
Dokumentasi Kegiatan Penelitian Tesis di Lingkungan KKG PAI Kecamatan Ngawen Kabupaten Blora
Bersama Pengawas PAI dan Pengurus KKG PAI
136
Observasi Lapangan bersama Ketua KKG PAI Bapak Wagiman S.Pd.I dan Pengawas PAI Kecamatan Ngawen Bapak Muhaimin, S. AG. Di Daerah Binaan I
137
Peneliti saat diberi waktu untuk mengisi Acara KKG PAI oleh Pengawas PAI sekaligus mengisi FGD (Forum Group Discussion)
Pembinaan Guru-guru PAI oleh Pengawas PAI di KKG PAI
138
Suasana Partisipasi Aktif GPAI dalam kegiatan Reflektif
Suasana Wawancara Terstruktur GPAI dengan Peneliti
139
Pertemuan dengan Pengurus KKG PAI dan Pengawas PAI Kecamatan Ngawen Di Dabin II (Dua)
Penggalian Data dan Wawancara dengan Kepala Sekolah dan Guru PAI di SDN Gotputuk Kecamatan Ngawen
140
Layanan Supervisi oleh Pengawas PAI kepada Kepala Sekolah dan Guru PAI di Lingkungan Kecamatan Ngawen
Suasana Supervisi Pembelajaran PAI dengan Observasi Kelas oleh Pengawas PAI
141
Kegiatan Supervisi Observasi dan Kunjungan Kelas oleh Pengawas PAI
142
Dokumentasi Kegiatan Penelitian Tesis di Lingkungan KKG PAI Kecamatan Banjarejo Kabupaten Blora
Penggalian Data dan Observasi Lapangan bersama Pengurus KKG PAI Kecamatan Banjarejo (Sekretaris KKG PAI Bapak Marlan, S. Pd.I)
Wawancara dan Observasi Lapangan bersama Ketua KKG PAI Bapak Drs. HM. Djauhari
143
Pengisian lembar Pedoman Wawancara oleh GPAI
Wawancara bersama Operator Data (Bapak Abdul Kholik, S. Pd. I), Guru-guru PAI dan Pengurus KKG PAI Kecamatan Banjarejo Kabupaten Blora
144
BIOGRAFI PENULIS
Muhammad Abdul Anam lahir di Sarimulyo Pudak Kecamatan Ngawen Kabupaten Blora,1 April 1976. Putra Bapak Ngadenan (alm) dan Ibu Sulastini (alm). Menikah dengan Mubarokah, S.Pd.I dari Pemalang Jawa Tengah dan dikaruniai tiga buah hati yang menjadi investasi dunia dan akhirat. Yaitu; Fatih Alfa Mafaza, Zahira Maulida Syifa, dan Ahmad Syarif Fatah.
Alamat domisili sekarang
: Ds. Blendung Rt 03 Rw 01 Kecamatan Ulujami Kabupaten Pemalang.
Alamat E-mail
:
[email protected]
Pendidikan
: - SDN Sarimulyo 1 lulus tahun 1989. - MTs. Sultan Agung Ngawen Blora lulus 1992. - MA. Sultan Agung Ngawen Blora lulus 1995. - Strata-1 Jurusan Tarbiyah Program Studi PAI STAIN Kudus lulus tahun 2002. - Konsentrasi Supervisi Pendidikan di Program Pascasarjana IAIN Salatiga (Program Beasiswa bagi Pengawas dan Calon Pengawas PAI 2014) lulus 2016.