1
IMPLEMENTASI PENDIDIKAN HUMANISTIK DAN BEHAVIORISTIK DALAM METODE PEMBELAJARAN AKIDAH AKHLAK PADA MI AL FALAH KALIANGKRIK DAN MI AL ISLAM TONOBOYO BANDONGAN KABUPATEN MAGELANG TAHUN PELAJARAN 2014/2015
Oleh :
FADHOIL, S.AG NIM. M1.13.022
Tesis diajukan sebagai pelengkap persyaratan Untuk gelar Magister Pendidikan Islam
PROGRAM PASCASARJANA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2015 i
IMPLEMENTASI PENDIDIKAN HUMANISTIK DAN BEHAVIORISTIK DALAM METODE PEMBELAJARAN AKIDAH AKHLAK PADA MI AL FALAH KALIANGKRIK DAN MI AL ISLAM TONOBOYO BANDONGAN KABUPATEN MAGELANG TAHUN PELAJARAN 2014/2015
Oleh :
FADHOIL, S.AG NIM. M1.13.022 Tesis diajukan kepada Program Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri Salatiga Sebagai pelengkap Persyaratan Untuk gelar Magister Pendidikan Islam
Salatiga, 25 September 2015 ttd
Dr. H.M. Zulfa, M.Ag Pembimbing 1 Ii
2
3
PROGRAM PASCASARJANA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA PROGRAM STUDI: PENDIDIKAN AGAMA ISLAM LEMBAR PERSETUJUAN TESIS Nama
: Fadhoil, S.Ag
NIM
: M1.13.022
Program Studi
: Pendidikan Agama Islam
Konsentrasi
: PAI
Tanggal Ujian
: 25 September 2015
Judul Tesis
: Implementasi Pendidikan Humanistik dan Behavioristik Dalam Metode Pembelajaran Akidah Akhlak pada MI Al Falah Kaliangkrik dan MI Al Islam Tonoboyo Bandongan Magelang Tahun pelajaran 2014/2015 Panitia Munaqosah Tesis
1. Ketua Penguji
: Dr. H. Zakiyuddin, M.Ag
__________________
2. Sekretaris
: Dr. Winarno, M.Pd.
__________________
3. Penguji I
: Dr. H. Sa‟adi, M.Ag.
__________________
4. Penguji II
: Dr. H. Miftahuddin, M.A
__________________
5. Penguji III
: Dr. H.M. Zulfa, M.Ag.
__________________
Iii
4
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
“Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Tesis ini merupakan hasil karya saya sendiri dan sepanjang pengetahuan dan keyakinan saya tidak mencantumkan tanpa pengakuan bahan-bahan yang telah dipublikasikan sebelumnya atau ditulis oleh orang lain, atau sebagian bahan yang pernah diajukan untuk gelar atau Ijasah pada Institut Agama Islam Negeri ( IAIN ) Salatiga atau perguruan tinggi lainnya.” Salatiga, 25 September 2015 Yang Membuat Pernyataan
Fadhoil, S.Ag NIM.M1.13.022
iv
5
ABSTRAK Fadhoil. 2015. Implementasi pendidikan humanistik dan Behavioristik dalam Metode Pembelajaran Akidah Akhlak di MI Al Falah Kaliangkrik dan MI Al Islam Tonoboyo Bandongan Magelang Tahun ajarn 2014/2015 Dosen Pembimbing: Dr. H.M.Zulfa, M.Ag. Kata Kunci : Humanistik , Behavioristik dan metode Akidah akhlak
Penelitian ini mengenai implementasinya pendidikan humanistik dan behavioristik dalam metode pembelajaran akidah akhlaq di Madrasah Ibtidaiyah Al Falah Kaliangkrik dan MI Al Islam Tonoboyo Bandongan magelang tahun ajaran 2014/2015. Dengan permasalahan penelitian yang meliputi: (1) Bagaimana aplikasi metode pembelajaran akidah akhlaq di Madrasah?(2)Bagaimana guru mengimplementasikan pendidikan humanistik dan behavioristik di Madrasah ? Adapun hasil penelitian menunjukkan dalam pelaksanaan pembelajaran Akidah Akhlak di MI Al Falah dan MI Al Isla m dalam perencanaannya dapat dilihat dari kegiatan pembelajaran melalui RPP dan pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru. Dalam pengelolaan pembelajaran Akidah Akhlak guru menerapkan metode, diantaranya : ceramah , tanya jawab, diskusi dan demonstrasi Implementasi pendidikan humanistik dan behavioristik dalam pembelajaran Akidah Akhlak di MI Al Falah dan MI Al Islam dapat dilihat dalam proses pembelajaran, Guru sudah cukup mampu mengimplementasikan pendidikan humanistik dan behavioristik kedalam metode pembelajaran akidah akhlak. Hal ini guru sudah cukup mampu melaksanakan dalam pembelajaran yang sudah ada interaksi yang komunikatif antara guru dan siswa maupun siswa dengan siswa. Penciptaan suasana kelas yang nyaman tanpa ancaman. Siswa dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran menjadi berpusat pada siswa, sedangkan guru berpindah sebagai fasilitator dan si swa diberi kebebasan untuk berpendapat. Pendidikan humanistik dan behavioristik sudah dapat ditwrapkan oleh guru akidah akhlak misalnya adanya pendidikan yang bersifat terbuka, pendidikan mandiri dan pendidikan yang berpusat pada siswa.
6
v PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB – LATIN
Berdasarkan SKB Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 0543 b/U/1987 tertanggal 22 Januari 1988 A. Konsonan Tunggal.
Huruf Arab
Nama
ا
Alif
Huruf Latin -
ب ت ث
Ba‟
B
Tidak dilambangkan -
Ta‟
T
-
Sa
S
ج ح
Jim
J
S dengan titik diatas -
HA‟
H
خ د ذ
Kha‟
Kh
H dengan titik dibawah -
Dal
D
-
Zal
Z
ر ز س ش ص
Ra‟
R
Z dengan titik diatas -
Za‟
Z
-
Sin
S
-
Syin
Sy
-
Sad
S
ض
Dad
D
ط
T
T
S dengan titik dibawah D dengan titik dibawah T dengan titik dibawah
7
Keterangan
ظ ع غ ف ق ك ل م ن و ه ء ى ة ...ة
Za‟
Z
Z dengan titik dibawah
‟ain
„
Koma terbalik (apotrof tunggal)
Gain
G
-
Fa‟
F
-
Qaf
Q
-
Kaf
K
-
Lam
L
-
Mim
M
-
Nun
N
-
Waw
W
Ha‟
H
-
Hamzah
.
Koma lurus miring (tidak untuk awal kata)
Ya‟
Y
-
Ta‟ Marbutah Ta‟ Marbutah
H
Dibaca ah ketika mauquf Dibaca ah / at ketika mauquf
H/t
B. Vokal Pendek
ARAB -
LATIN A
-
I
-
U
KETERANGAN Bunyi fathah pendek Bunyi kasrah pendek Bunyi dammah pendek
vii
8
CONTOH
افل سلم احد
C. Vokal Panjang
ARAB
ا ى/ ي و-
LATIN A
KETERANGAN Bunyi fathah panjang Bunyi kasrah panjang
CONTOH
U
Bunyi dammah panjang
كونو
LATIN Aw
KETERANGAN Bunyi fathah diikuti wau
CONTOH
I
كان فيك
D. Diftong
ARAB
– .... و ... ي
Ai
Bunyi diikuti ya
fathah
موز كيد
E. Pembauran kata sandang tertentu.
ARAB
... ال
LATIN aL-Qa
– ال ش
Asy-sy …
... وال
Wal / Wasysy
KETERANGAN Bunyi al Qomariyyah Bunyi al Syamsiyyah dengan / (el) Diganti huruf berikutnya Bunyi al Qomariyyah / al Syamsiyyah diawali huruf hidup, maka tidak terbaca mandiri
viii 9
CONTOH
القمر
الشمسية
والمعاملة والتربية
PRAKATA
Alhamdulillahirobbil’alamin. Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan Yang menguasai seluruh alam jagat raya. Hanya kepada-Nya kami memohon pertolongan, dan atas limpahan rahmat, taufiq, beserta hidayah-Nya kita masih diberikan ketetapan iman dan taqwa kepada-Nya. Sholawat dan salam semoga senantiasa terlimpahkan pada Nabi Muhammad SAW, yakni yang telah merubah zaman kegelapan (jahiliah) menjadi zaman yang terang benderang dengan manusia yang berakhlak melalui ajaran agama Islam yang dibawanya, serta syafaatnya senantiasa kita harapkan di hari kiamat kemudian. Atas pancaran ilmu-Nya yang dianugerahkan sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Implementasi Pendidikan Humanistik dan Behavioristik Dalam Metode Pembelajaran Akidah Akhlaq pada MI Al Falah Kaliangkrik dan MI Al Islam Tonoboyo Bandongan Magelang Tahun Pelajaran 2014/2015), dengan baik, dan lancar serta dapat menempuh perjalanan panjang yang penuh dengan perjuangan. Semua ini tidak lain adalah atas pertolongan dari Allah SWT. Selanjutnya pada kesempatan ini penulis ucapkan terimakasih yang sebesarbesarnya kepada:
1.
Bapak Dr. Rahmad Haryadi, M.Pd selaku Rektor IAIN Salatiga.
2.
Bapak Dr.
H.
Zakiyuddin, M.Ag, selaku Direktur
Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri Salatiga. ix
10
Program
3.
Bapak Dr. H. M. Zulfa, M.Ag. selaku pembimbing yang penuh dengan keihlasan, kesabaran dan kejelian untuk memberikan bimbingan dan arahan sampai terselesainya penyusunan tesis ini.
4.
Dr. Adang Kuswaya, M.Ag dan Dr. Budiono Saputro, M.Pd. selaku dosen mata kuliah di Program Pascasarjana IAIN Salatiga yang pernah berpesan kepada Mahasiswa dengan kalimat “ yang penting dijalani/teko dilakoni, alon-alon wathon kelakon”, beserta seluruh dosen dan karyawan Program Pascasarjana IAIN Salatiga yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan dan pelayanan kepada penulis.
5.
Bpk Ibu Guru pada MI Al Falah Kaliangkrik, Bapak Rozib Sulistyo, M.PdI (Kepala Madrasah dan guru MI Al Islam Tonoboyo Bandongan Magelang), beserta seluruh dewan guru, karyawan dan peserta didiknya yang telah memberikan kesempatan dan bantuan demi terselesainya penelitian kepada penulis.
6.
Seluruh pihak yang telah terlibat dalam penyusunan tesis ini. Akhirnya hanya kepada Allah SWT penulis berserah diri dan mohon
kekuatan, tidak lupa semoga amal baik mereka mendapat balasan yang lebih dariNya. Amin. Tiada gading yang tak retak, penulis menyadari masih banyak kekurangan bahkan kekeliruan dari Tesis ini, penulis meyadari bahwa semua itu adalah kekurangan dari diri pribadi penulis, dengan ini mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari seluruh pembaca untuk menjadi yang lebih baik x
11
Penulis berharap semoga Tesis ini memberikan kemanfaatan dan kemaslahatan khususnya pada diri pribadi penulis dan pembaca serta dalam ilmu pendidikan secara umum. Amin ya robbal’alamin.
Salatiga, 25 September Penulis,
Fadhoil, S.Ag NIM. M1. 13.022
xi
12
2015
MOTTO
“Sesungguhnya Allah tidak merubah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri”
Berusaha tanpa berdo‟a itu sombong Berdo‟a tanpa berusaha itu bohong Maka hiasilah hidupmu dengan Berusaha dan berdo‟a
xii
13
PERSEMBAHAN
1. Kedua orang tuaku, yang telah membesarkan dan mendidikku hingga aku dewasa; 2. Kedua mertuaku yang selalu mendo‟akan aku; 3. Istriku dan anak-anakku tercinta yang selalu menyayangi dan memotivasi aku; 4. Drs. H. Achmad Sa‟i, Mandur Adha.S.PdI, dan rekan rekan semua di jajaran kaliangkrik yang selalu memberikan motivasi kepada saya. 5. Kakak- kakakku , beserta keluarga yang selalu mendukungkku; 6. Keluarga besar mertua, yang ikut mendo‟akan aku; dan 7. Kepada teman-teman PPs IAIN salatiga angkatan 2013 yang saya cintai. 8. Seluruh pembaca yang budiman
xiii
14
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL .................................................................................................
i
HALAMAN PENGESAHAN .........................................................................
ii
HALAMAN PERNYATAAN .. .................................................................................
iii
ABSTRAK....................................................................................................... ...........
iv
PANDUAN TRANSLITERASI .................................................................................
v
KATA PRAKATA .....................................................................................................
viii
MOTTO............................................................................................................ ...........
xi
DAFTAR ISI ..............................................................................................................
xii
DAFTAR GAMBAR.................................................................................. ................
xiii
DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................. .................
xix
BAB I PENDAHULUAN ...........................................................................................
1
A. Latar Balakang Masalah .........................................................
1
B. Rumusan Masalah. ..................................................................
5
C. Tujuan dan manfaat penelitian ................................................
5
D. Tinjuauan pustaka.................................................................. ....
6
E. Penegasan Istilah ......................................................................
11
F. Metode Penelitian .....................................................................
14
G. Sistematika Penulisan ..............................................................
18
BAB II KAJIAN TEORI ............................................................................................
20
A. Humanistik ................................................................................
20
B. Behavioristik. ............................................................................
31
C. Metode Pembelajaran Akidah Akhlak.......................................
57
D. Pengertian, Dasar,dan Tujuan Akidah Akhlak............................ 62 xiv
15
BAB III HASIL PENELITIAN PENELITIAN .........................................
70
A. Gambaran Madrasah Ibtidaiyah Al Falah kaliangkrik ..........
70
B. Gambaran Umum Objek Penelitian ........................................
70
1.
Tinjauan historis ................................................................
70
2.
Visi dan misi .......................................................................
71
3.
Tinjauan Geografis ............................................................
72
4.
Data sarana dan Prasarana ...............................................
73
5.
Kegiatan Ekstrakulikuler ..................................................
77
6.
Kedaan guru dan karyawan ..............................................
79
7.
Keadaan siswa ....................................................................
79
C. Gambaran Madrasah Ibtidaiyah Al Islam Tonoboyo .............
83
D. Gambaran Umum Objek Penelitian ........................................
82
1.
Tinjauan historis ................................................................
82
2.
Tinjauan Geografis ............................................................
82
3.
Visi dan misi .......................................................................
83
4.
Kedaan guru dan karyawan Data sarana dan Prasarana
88
5.
Keadaan siswa ...................................................................
89
6.
Data sarana dan Prasarana ..............................................
89
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ..................................
93
A. Pemahaman guru Tentang Pendidikan humanistik dan behavioristik .....................................................................
93
B. Analisis Metode pembelajaran akidah Akhlak.........................
99
C. Implementasi Pendidikan humanistik dan Behavioristik dalam Metode Pembelajaran Akidah Akhlaq. ................................... 102 D.
Kelebihan dan kekurangan Metode humanistik dan Metode Behavioristik............................................................. .... 111
BAB V PENUTUP ..................................................................................... 117 1. Simpulan .................................................................................... 117 2. Saran.. ....................................................................................... 118 16
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................... 120 LAMPIRAN ..................................................................................... 124 BIOGRAFI PENULIS............................................................................161
xiv
17
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Pada masa sekarang sistim pendidikan menjadikan peserta didik sebagai manusia yangtercabut dari realitas sekarang, karena guru telah mendidik mereka menjadi orang lain bukan menjadi dirinya sendiri, artinya kebebasan dan pengakuan dari guru kurang mendapat perhatian yang maksimal.
Akhirnya
pendidikan
bukan
menjadi
sarana
untuk
menumbuhkan potensi anak didik akan tetapi malah menjadikan mereka manusia yang siap cetak untuk kepentingan tertentu. 1 Dalam
pengajaran
didalam
kelas
kebanyakan
guru
hanya
memberikan metode ceramah, dilihat dari dominasi guru lebih banyak dari pada siswa. Dalam pelaksanaan proses pembelajaran diera sekarang ini perlu adanya penyegaran dan kombinasi dalam penyamp aian pelajaran dengan baik dan fariatif. Konsep
humanistik
mengajarkan
manusia
memiliki
rasa
kemanusiaan yang mendalam dari seorang guru terhadap peserta didik dalam proses belajar dan mengajar.Menghilangkan rasa egois, otoriter, dan
1
Mansour Fakih dkk, Pendidikan Popular Membangun Kesadaran Kritis,Yogyakarta: Insist , 2001, 42.
18
individualis dan tidak semena mena melakuakan lawan bicara memahami atau
masuk
pada
pembica raan
kita.Pendidikan
humanistik
adalah
pendidikan yang memandang manusia sebagai manusia yaitu makhluk ciptaan Allah dengan fitrah – fitrah tertentu untuk dikembangkan secara optimal.
Pendidikan Humanistik atau konsep belajar humanistik
tentunya tidak bisa dipisahkan dengan psikologi humanistik.Pahampsikologi humanistik inilah yang dapat dinyakini beberapa ahli menjadi dasar atau munculnya konsep pendidikan humanistik. Aliran ini yang mendorong peningkatan kualitas manusia melalui penghargaan terhadap potensi positif yang ada pada setiap manusia. Seiring dengan perubahan dan tuntutan zaman, proses pendidikan selalu berubah. Dengan adanya perubahan dalam strategi pendidikan dari waktu ke waktu, humanistik memberikan arahan yang signifikan dalam pencapaian tujuan ini. 2 Psikologi humanistik membantu upaya perbaikan dalam salah satunya dengan pendekatan humanistik.Pendekatan humanistik dalam pendidikan menekankan pada ranah kognitif, afektif dan Psikomotorik pada siswa. Dalam prakteknya siswa diberi pengalaman belajar, diakui, diterima, dan dimanusiakan, sehingga pada akhirnya peserta didik menjadi optimis untuk sukses. Behavioristik merupakan suatu teori psikologi yang berfokus materi kajiannya hanyalah prilaku nyata (overt behavior ) tidak terkait dengan hubungan kesadaran atau konstruksi mental. Teori behavioristik pada mulanya telah lahir semenjak abad kesembilan belas, pengkondisian klasik 2
Ratna Syifa‟a Rachmahana, “Psikologi Humanistik dan Aplikasinya dalam Pendidikan”, El tarbawi: Jurnal pendidikan Islam http://Journaluii.ac.id : 16 diacses 23 Nopember 2014.
19
menurut Ivan P. Pavlov yang merupakan cikal bakal perkembangan teori behavioristik dikemudian hari. Ciri utama teori behavioristik adalah gur u bersikap otoriter dan sebagai agen induktrinasi dan propaganda dan sebagai pengendali masukan prilaku. Hal ini dikemukakan karena behavioristik menganggap bahwa manusia itu bersifat pasif dan segala sesuatunya tergantung pada stimulus yang didapatkan. Pengajaran Akidah Akhlak adalah sebagai suatu sistem yang terdiri dari komponen komponen yang terjalin sangat erat satu sama lain, dan apabila komponen tersebut terjalin dengan baik maka akan bereaksi secara optimal. Komponen komponen tersebut adalah : komponen tujuan pendidikan, komponen pendidik, komponen anak didik, komponen materi, komponen metode, dan komponen evaluasi pendidikan. Sebagai salah satu komponen pendidikan adalah satu faktor yang penting.
Tujuan
pengembangan
pembelajarannya
adalah
untuk
mengembangkan potensi yang dimiliki peserta didik untuk meningkatkan potensi kenyakinan, pemahaman, dan pengalaman siswa sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT. 3 Dalam menentukan metode pengajaran Akidah akhlak di suatu madrasah diperlukan beberapa hal yang perlu diperhatikan. Agar dalam pengajaran lebih bermakna maka perlu adanya pengakuan peserta didik sebagai subyeknya yaitu dengan melihat teori Humanistik dan behavioristik.
3
Ramayulis,Metodologi Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2005, 22.
20
Peran guru dalam pengajaran ini sebagai fasilitator bagi para siswa, sedangkan Guru memberi motivasi, kesadaran mengenai makna belajar dalam kondisi siswa. Dan peran guru mengfasilitasi pengala man belajar kepada siswa serta mendampingi untuk mencapai tujuan pembelajaran dan siswa berperan sebagai pelaku utama. Sebagian guru sekarang banyak yang menggunakan metode-metode klasik
yang
hanya
menggunakan
metode
ceramah
dan
kurang
mengkombinasikan dengan metode lain. Hal ini kurang memperhatikan potensi potensi kemanusiaan siswa , karena siswa hanya cenderung menerima saja
tanpa ada feed beck tentang pelajaran yang diperoleh.
Akhirnya siswa hanya memperoleh memperoleh materi Akidah Akhlak pada saat akan ujian saja, sedangkan dalam berlangsungnya pelajaran mereka hanya cenderung kurang berminat dan hadir dikelas secara fisik saja ,sementara psikhisnya tidak terlibat. Di MI Al Falah Kaliangkrik Kabupaten Magelang yang merupakan Madrasah yang cukup berkembang dalam kegiatan keagamaan.Madrasah ini terletak di sebelah pedesaan yang sebagian penduduknya bertani. Dengan kedaan
orang
tua
yang
kurang
dalam
pemahaman
terhadap
keagamaan,maka mereka akan berusaha untuk mendukung kegiatan dan mendukung kegiatan yang bersifat dan berkaitan dengan agama islam. Dengan banyaknya kepercayaan orang tua terhadap pengembangan kegiatan keagamaan yang dilakukan di Madrasah maka disini penulis akan mencoba meneliti tentang bagaimana proses pengajaran Akidah akhlaq
21
apakah sejalan dengan kegiatan keagamaan yang dilakukan di luar pembelajaran yang cukupberkembang. Dengan mencetuskan teori belajar Humanistik Arthur Comb dan Abraham Maslow, penelitian ini lebih mengarah kepada Implementasi dari pendidikan humanistik yang diambil dari teori belajar humanistik Carl Rogers yang dapat diterapkan dalam metode pembelajaran Akidah Akhlak di MI Al Falah Kaliangkrik Kabupaten Magelang. Rogers memilki implikasi yang signifikan
terhadap metode pembelajaran akidah Akhlak. Hal ini
dalam teori belajar humanistik carl rogers dapat dikembangkan dalam mewarnai metode pembelajaran. Dengan adanya pendidikan Humanistik diharapkan siswa memahami potensi diri, mengembangkan potensi dirinya secara positif dan menimalisir potensi dirinya yang negatif.
B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana metode pembelajaran akidah akhlak di MI Al Falah kaliangkrik dan MI Al Islam Tonoboyo Bandongan Magelang? 2. Bagaimana Implementasi Pendidikan humanistik dan behavioristik dalam pembelajaran Akidah Akhlak di MI Al Falah kaliangkrik dan MI Al Islam Tonoboyo Bandongan Magelang?
C. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian 1.
Tujuan penelitian
22
a.
Untuk mengetahui bagaimana metode pembelajaran akidah akhlak
di MI Al Falah kaliangkrik dan MI Al Islam Tonoboyo Bandongan b. Untuk mengetahui bagaimana Implementasi pendidikan humanistik dan behavioristik dalam metode pembelajaran Akidah Akhlak di MI Al Falah Kaliangrik dan MI Al Islam Tonoboyo Bandongan Magelang? 2. Kegunaan Penelitian a. Untuk menambah wawasan bagi penulis tentang pendidikan humanistik dan pendidikan behavioristik dalam metode pembelajaran Akidah Akhlak b. Untuk menjadi pertimbangan Guru Akidah Akhlak di MI Al FAlah Kaliangkrik Magelang dan MI Al Islam Tonoboyo Bandongan Magelang dalam memilih metode pembelajaran untuk Akidah Ak hlak c. Untuk menambah wawasan pemikiran tentang pendidikan humanistik dan behavioristik d. Sebagai bahan kajian bagi peneliti lain sehingga dapat melakukan pengembangan lebih lanjut.
D. Tinjauan Pustaka Kajian pustaka dimaksud sebagai kajian ilmiah yang berguna untuk memberikan kajian kejelasan dn batasan pemahaman informasi yang digunakan , diteliti melalui khazanah pustaka dan sebatas jangkauan yang
23
didapatkan untuk memperoleh data-data yang berkaitan dengan tema penulisan Tesis yang ditulis oleh M. Mukhlis Fahruddin.Konsep Pendidikan Humanis dalam Perspektif Al-Qur'an.Tesis. Program Pasca Sarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga.Yogyakarta. 2008. Hakikat pendidikan adalah proses memanusiakan anak manusia, yaitu menyadari akan manusia yang merdeka, kreatif yang terwujud di dalambudayanya. Namun hingga saat ini menurut beberapa pakar, pendidikan belum mampu mencapai titik idealnya yakni memanusiakan manusia, yang terjadi justeru sebaliknya
yakni
merendahkan
derajat
dan
martabat
manusia(dehumansisasi). Gagalnya pendidikan untuk menanamkan nilai humanismeterlihat dengan menempatkan Indonesia termasuk negara yang korup, banyak sekolah-sekolah khusus bagi para pemodal, orang kaya dan yang miskin tidak mendapatkannya, sekolah seolah menjadi pemicu marjinalisasi terhadap mereka yang tidak mengenyam pendidikan yang layak, banyak kasus tawuran antara pelajar, kekerasan guru terhadap muridnya pendidikan dan pelanggaran-pelanggaran lainnya. Hal
ini
semakin menutupnya nilai humanisdalam pendidikan. Proses pendidikan yang berlangsung seharusnya diarahkan pada tumbuhnya
kreatifitas, kemandirian
24
anak
didik,
tercipta
hubungan
yanghumanis
antara
pendidik
dan
peserta
didik,
serta
mampu
mengoptimalkan potensi yang ada. 4 Karya ilmiah yang ditulis Nanang khoirudin, jurusan pendidikan bahasa Arab fakultas Tarbiyah UIN Yogyakarta tahun 2005 dengan judul “ Pendidikan Humanistik dan Aplikasinya dalam Proses Pembelajaran Bahasa arab (Telaah atas pemikiran Paulo Freire)” menyimpulkan tentang problematika PBM Bahasa arab yang salah ini terjadi karena salah satunya menggunakan gaya bank, yang menganggap bahwa anak didik tidak dianggap sebagai manusia yang mempunyai potensi dan tidak adanya kesempatan untuk berekpresi pada akhirnya peserta didik mengalami kekurang dalam kegiatan pembelajaran. 5 Tesis yang ditulis oleh Murtmainnah, Juruasan Pendidikan Agama islam, Fakultas Tarbiyah dan keguruan UIN Sunan Kalijogo Yogyakarta tahun2011 dengan Judul “Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
dengan
Pendekatan
Humanis
di
MAN
Wates
1
Kulon
Progo”.Menyimpulkan tentang analisis terhadap pembelajaran PAI yang menggunakan pendekatan Humanistis, yang melihat apakah dalam Proses pembelajaran PAI sudah mencakup tiga aspek pendidikan, yaitu ranah
4
M. Mukhlis Fahruddin. Konsep Pendidikan Humanis dalam Perspektif AlQur'an.Tesis. Program Pasca Sarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga.Yogyakarta, 2008. 5
Nanang khoirudin, Pendidikan Humanistik dan Aplikasinya dalam Proses Pembelajaran Bahasa arab (Telaah atas pemikiran Paulo Freire) jurusan pendidikan bahasa Arab fakultas Tarbiyah UIN Yogyakarta , 2005.
25
kognitif, Afektif dan Psikomotorik baik dalam perencanaan pembelajaran maupun pelaksanaa pembelajarannya. 6 Tesis Muhammad Yusuf, jurusan Tarbiyah UIN 2007 dengan jud ul” Pendidikan Humanis dan Aplikasinya dalam Pendidikan Akidah Akhlak (Telaah atas pemikiran Abdul munir Mulkhan” menyimpulkan Konsep pendidikan humanis menurut Abdul Munir Mulkan yang meliputi pokok pokok , yaitu : Hakikat manusia,hakikat pendidikan humanis yang disertai dengan sistim aplikasi pendidikan humanis Abdul Munir mulkan dalam Pendidikan agama islam mengenai tujuan, kurikulum, metode, evaluasi, pendidik dan peserta didik. 7 Sejauh pengamatan penulis, belum ada satu tesispun yang membahas secara mendalam tentang teori behavioristik. Namun ada beberapa skripsi yang cukup relevan dengan permasalahan yang akan penulis teliti, antara lain : Karya Ilmiah berjudul Studi Komparasi Teori Behavioristik Dan Humanistik (kajian metode pembelajaran bahasa arab), oleh Mansata Indah Dwi Uteri (2012). Karya ini memaparkan dua teori tersebut dalam memandang pembelajaran bahasa arab dan mengkomparasikan keduanya terhadap metode yang sesuai untuk pembelajaran bahasa arab. Hasil dari penelitian ini bahwa teori Behavioristik sudah tidak banyak digunakan
6
Murtmainnah,Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan Pendekatan Humanis di MAN Wates 1 Kulon Progo Juruasan Pendidikan Agama islam, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijogo Yogyakarta, 2011. 7
Muhammad Yusuf, Pendidikan Humanis dan Aplikasinya dalam Pendidikan Akidah Akhlak (Telaah atas pemikiran Abdul munir Mulkhan” Jurusan Tarbiyah UIN, 2007 .
26
dalam pembelajaran
bahasa arab, karena
dianggap masih banyak
kekurangan dibandingkan dengan teori Humanistik. 8Penelitian ini berbeda dengan penelitian penulis, karena penulis meneliti implementasi pendidikan humanistik dan behavioristik terhadap metode pembelajaran. Karya Ilmiah berjudul Pendekatan Behavioristik Skinner Dalam Pembelajaran Ahlak (kajian metodologi ahlak anak usia pra sekolah berdasarkan kurikulum Departemen Agama), oleh Muhammad Nawawi B (2006). Karya ilmiah ini mengungkapkan bagaimana
pendekatan Behavioristik Skinner
dalam pembelajaran ahlak anak usia pra sekolah, meliputi metode dan strategi pembelajarannya. Dengan hasil penelitian bahwa pendekatan Behavioristik Skinner cocok dengan kurikulum Departemen
Agama
terhadap pembelajaran ahlak usia pra sekolah. 9 Penelitian ini berbeda dengan penelitian penulis, karena penulis mengkaji keseluruhan teori humanistik dan behavioristik, mulai dari teori, pendekatan, dan metodenya. Karya ilmiah berjudul Peran Guru Dalam Pembelajaran Bahasa Arab di MAN Sawit Boyolali (prespektif teori belajar behavioristik), oleh Nur Azizah Al-Mubarokah (2012).Karya ini menjelaskan guru bahasa arab di MAN Sawit Boyolali menerapkan teori belajar behavioristik dalam proses
8
Mansata Indah Dwi Uteri “Studi Komparasi Teori Behavioristik Dan Humanistik (kajian metode pembelajaran bahasa arab)”.Karya Ilmiah Jurusan Pendidikan Bahasa Arab,Fakultas Islam Tarbiyah dan Keguruan,Yogyakarta: Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga, 2011. 8 Muhammad Nawabi B, Pendekatan Behavioristik Skinner Dalam Pembelajaran Ahlak (kajian metodologi ahlak anak usia pra sekolah berdasarkan kurikulum Departemen Agama)”, Karya Ilmiah Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Yogyakarta: Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga, 2006.
27
pembelajarannya. 10 Penelitian ini berbeda dengan penelitian penulis karena jenis penelitian yang berbeda (penulis menggunakan Library research), dan penulis juga mengkaji teori humanistik dan behavioristik secara teroritik mendalam bukan aplikatif Dari tujuh judul diatas membahas pendidikan humanis dan pendidikan behavioris lebih mengungkapakan teori-teori yang terdapat didalamnya dengan diadakan kajian literature untuk mengup as tentang pendidikan humanistik dan behaviorisme. Adapun pembahasan dalam penelitian penulis adalah tentang implementasi dari pendidikan Humanistik dan Behavioristik dalam metode Pengajaran Akidah Akhlak di MI Al Falah kaliangrik Magelang dan MI Al Islam Tonoboyo Bandongan Magelang.
E. Penegasan Istilah Untuk menghindari pemahaman yang tidak dikehenda ki mengenai beberapa kata yang ada di dalam judul tesis ini, maka dijelaskan beberapa istilah kunci dalam penelitian sebagai berikut ini. Dilihat dari segi kebahasaan, humanisme berasal dari kata Latin humanus dan mempunyai akar kata homo yang berarti manusia.Humanus berarti sifat manusiawi atau sesuai dengan kodrat manusia 11 .Sebagai paham, pendukungnya disebut humanis.Paham humanis adalah suatu aliran 10
Nur Azizah Al-Mubarokah, “Peran Guru Dalam Pembelajaran Bahasa Arab di MAN Sawit Boyolali (prespektif teori belajar behavioristik)”, Karya Ilmiah Jurusan Pendidikan Bahasa Arab, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Yogyakarta: Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga, 2011, t.d. 11 Abdurrahman Mas‟ud. Menggagas Format Pendidikan Nondikotomik, Humanisme Religius sebagai Paradigma Pendidikan Islam. Yogyakarta: Gema Media. 2004, 135.
28
untuk
mempelajari
dan
menyelidiki
buku-buku
pengetahuan
yang
ditinggalkan oleh orang-orang Yunani dan Romawi.Buku-buku tersebut dicetak lagi dan diberi penjelasan. Selain humanus, terdapat istilah umanista, yakni jargon zaman Renaissance yang sejajar dengan artista (seniman) atau iurista (ahli hukum). Umanista adalah guru atau murid yang mempelajari kebudayaan, seperti gramatika, retorika, sejarah, seni puisi, atau filsafat moral.12 Secara terminologi, humanisme berarti martabat dan nilai dari setiap manusia, dan semua upaya untuk meningkatkan kemampuan-kemampuan alamiahnya (fisik nonfisik) secara penuh. Abdurrahman Mas‟ud mengemukakan bahwa humanisme dimaknai sebagai kekuatan atau potensi individu untuk mengukur dan mencapai ranah ketuhanan dan menyelesaikan permasalahan-permasalah sosial. Menurut pandangan ini, individu selalu dalam proses menyempurnakan diri. Humanisme sebagai suatu aliran dalam filsafat, memandang manusia itu bermartabat luhur, mampu menentukan nasib sendiri, dan dengan kekuatan sendiri mampu mengembangkan diri.Pandangan ini disebut pandangan humanistis atau humanisme. 13 Pemakaian istilah humanisme mula-mula terbatas pada pendirian yang
terdapat
di
kalangan
ahli
pikir
di
zaman
Renaissanceyang
12
Haryanto Al-Fandi. Desain Pembelajaran yang Demokratis & Humanis. Jogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2011, 71. 13
Hardiman, F. Budi. Filsafat Modern dari Machiacelli sampai Nietzsche. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2007. 29
mencurahkan perhatian kepada pengajaran kesusateraan Yunani dan Romawi Kuno dan kepada perikemanusiaan. Posisi humanisme sama mengunggulkan
pencapaian
dengan reformasi.Keduanya sama-sama individu.Perbedaannya
adalah
bahwa
humanisme, kebenaran yang mereka pikirkan tidak terikat pada kebenaran Tuhan.Manusia adalah pusat, bukan Tuhan.Pemikiran tersebut dipengaruhi oleh ilmu alam, kelak menjadi aliran rasionalisme.Senaliknya aliran reformasi
tidak
memuja
manusia
dan
keindahan,
tetapi
memuja
Tuhan.Kebahagiaan bukan di dunia, melainkan di surga. 14 Istilah "Implikasi/Implication" adalah "Keterlibatan/melibatkan atau keadaan terlibat", juga berarti "Apa yang termasuk atau tersimpul dari sesuatu yang disugestikan tetapi tidak dinyatakan", Begitu juga dengan menggunakan kata Implementasi/Implementation yakni sesuatu yang di terapkan, pelaksana/penerapan 15, sedangkan mengimplementasikan itu bermakna menerapkan. Dalam penulisan tesis ini, penulis menggunakan kata implementasi karena lebih cocok di gunakan untuk proses kemudahan dalam memehami judul tesis , sehingga dapat dipergunaka n dalam menerapkan pembelajaran di Madrasah, utamanya dalam menopang tugas guru pendidikan agama Islam di dalam melaksanakan tugas-tugas kependidikan. Dalam hali ini siswa dapat kita arahkan menjadi orang lebih 14
Indratno, A. Feri T. (ed). Negara Minus Nurani, Esai-esai Kritis Kebijakan Publik. Jakarta: Kompas Media Nusantara, 2009. 15
.Merriam Webster, Webster‟s Third New International Dictionary and Seven Language Dictionary ( Encyclopedia Britannica), America, Volume II H to R, 1961, 1135.
30
baik, " Madrasah"
yakni
terdapat
dua
model sekolah
pada
masa
prakolonial, yakni pertama, belajar dengan mendatangi guru-guru (kyai), dan kedua bersekolah di Madrasah.Dalam tesis ini penulis menggunakan dalam arti "Tempat orang untuk menuntut ilmu agama atau belajar mengenal Allah. Madrasah adalah tempat pendidikan yang memberikan pendidikan dan pengajaran yang berada di bawah naungan Departemen Agama. Madrasah tidak lain adalah kata arab untuk sekolah artinya tempat belajar. Jadi, yang dimaksud dengan judul “Implementasi Pendidkian Humanistik dan Behavioristik dalam Metode Pembelajaran Akidah Akhlak di MI Al Falah Kaliangkrik dan MI Al Islam Tonoboyo Bandongan Kabupaten Magelang” dalam hal ini adalah suatu usaha yang dikerahkan dengan sungguh-sungguh oleh seorang guru dan keterlibatannya dalam melaksanakan tugas-tugas sebagai guru akidah Akhlak kepada peserta didik. F. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian lapangan (field research), yaitu suatu penelitian yang ditujukan untuk mendiskripsikan dan menganalisis
31
fenomena, peristiwa sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual maupun kelompok. 16 Penelitian pada tesis ini bersifat deskriptif analitik. Adapun maksudnya adalah menjabarkan dan menganalisis secara kristis segala fenomena
yang
ditentukan
di
lapangan
sehingga
menghasilkan
kesimpulanpenelitian yang obyektif. Hal ini sesuai dengan definisi penelitian kualitatif yaitu suatu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. 2. Pendekatan Penelitian Pendekatan
yang
digunakan
dalam
penelitian
ini
adalah
pendekatan psikologi.Maksudnya bahwa dalam penjelasan dan analisis tesis ini penulis banyak menggunakan teori-teori psikologi pendidikan. Adapun teori psikologi yang berkaitan adalah psikologi pendidikan yaitu terkait dengan situasi atau tempat yang berhubungan dengan belajar dan mengajar, proses dalam belajar mengajar, dan hasil yang dicapai oleh proses belajar mengajar. 3. Subyek Penelitian Subyek
penelitian
merupakan
sumber
untuk
memperoleh
keterangan peneltian.Adapun yang dimaksud dengan sumber d atadalam penelitian adalah subyek dari mana data dapat diperoleh. 17
16
Lexi j Moleong, Metodologi Penelitian Kuantitatif.cet ke dua puluh tiga Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset, 2007, 56. 17 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta : Rineka Cipta, 2002, 107.
32
Adapun subyek penelitian ini adalah : a. Guru PendidikanAgama mapel Akidah Akhlak MI Al Falah Kaliangkrik Magelang dan MI al Islam Tonoboyo Bandongan magelang b. Siswa-siswi kelas V MI Al Falah Kaliangkrik Magelang dan siswa siswi kelas V MI Al Islam Tonoboyo Bandongan Magelang 4. Metode Pengumpulan Data Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah : a. Observasi (Ketika
guru
mengajar)melihat dan Obeservasi
sebelum
mengajar,mengajar,setelah
mendengarkan secara langsung)
adalah
pengamatan
dan
pencatatan
secara
langsung dengan cermat dan sistematis bukan asal-asalan saja terhadap fenomena-fenomena yang akan diteliti. Metode ini juga melakukan pengamatan langsung ke objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan.Penulis melakukan pengamatan langsung saatu pembelajaran Aqidah akhlak dilaksanakan.Hal ini untuk
mendapatkan
data
tentang
bagaimana
implementasi
pendidikan humanistik dan behavioristik dalam metode penbelajaran Akidah Akhlak. b. Wawancara Wawancara yang digunakan penulis adalah wawancara jenis non terstruktur dan terstruktur.Wawancara non terst ruktur adalah
33
wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya.Pedoman wawancara hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan 18.dalam daftar pertanyaan ditujukan pada 3 orang guru yang mengajar materi Akidah Akhlak di MI Al Falah kaliangkrik kabupaten Magelang dan MI Al Islam Tonoboyo Bandongan Magelang Sedangkan wawancara terstruktur adalah wawancara yang pertanyaannya telah disusun oleh pewawancara yang didasarkan atas masalah dalam desain peneltian.Wawancara
tersebut penulis
gunakan untuk mengetahui bagaimana implementasi pendidikan humanistik dan behavioristik dalam metode pembelajaran Akidah Akhlak dan bagaimana pengaruhnya bagi siswa. c.
Dokumentasi Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang tidak langsung ditujukan pada subjek penelitian, namun melalui dokumen. Metode ini penulis gunakan untuk memperoleh data yang bersifat dokumentatif, seperti :Daftar Nilai, Buku catatan Pribadi, keadaan siswa, keadaan guru, struktur organisasi, absensi siswa, hasil belajar siswa/nilai, dan catatan perubahan perilaku siswa baik dalam aspek kognitif, psikomotor, dan afektif.
5. Metode Analisis Data 18
Sugiona, Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif R@D cet kedelapan, Bandung, Alfabeta, 2009 ,167.
34
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan langsung, dan bahan bahan lain sehingga dapat mudah dipahami, dan temu annya dapat diinformasikan kepada orang lain. Dalam menganalisis data kuantitatif, penulis menggunakan teknik deskriptif analitik yaitu teknik mengumpulkan dan menyusunnya kemudian menganalisis dan menafsirkan data yang sudah terkumpul.Teknik ini memudahkan peneliti dalam menganalisis menggunakan landasan teori yang ditetap. Secara umum, langkah-langkah yang dilakukan dalam menganalisa dikemukakan LexyJ. Meleong adalah sebagai berikut : 19 a. Menelaah seluruh data Penulis mengumpulkan data melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi dipelajari dan dipahami secara mendalam. b.
Reduksi data Reduksi dalam penelitian ini dimaksudkan untuk merangkum data -data yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi, dipilih hal-hal yang pokok dan penting, dica ri pola dan temuannya.
c.
Menyusun data dalam satu kesatuan Proses ini dilakukan mulai dari awal sampai pengumpulan data selesai. Data yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi langsung dianalisis.
d.
Kategorisasi 19
Lexi j Moleong, Metodologi Penelitian Kuantitatif.cet ke dua puluh tiga Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset, 2007, 248.
35
Kategorisasi
berarti
pengumpulan
data
penyusunan dan
pemilihan
kategori data
yang
yang
merupakan
berfungsi
untuk
memperkaya uraian unit menjadi satu kesatuan. e. Triangulasi Data Triangulasi data adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan
sesuatu
yang
lain
dengan
pengecekan
terhadap
kebenaran data penafsirannya. G. Sistematika Pembahasan Sistematika pembahasan dalam penelitian ini akan dibagi menjadi lima bagian. Garis besar pembahasannya sebagai berikut : Bab I memuat tentang pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, landasan teori, metode
penelitian,
dan
sistematika
pembahasan.Kesemuanya
berisi
gambaran umum uraian Bab II sampai Bab V dari penulisan tesis ini. Bab II memaparkan pengertian Umum tentang Pendidikan Humanistik dan Behavioristik. Uraiannya membahas secara rinci mengenai pembelajaran Humanistik dan Behavioristik diMadrasah, Penerapan metode pembelajaran Akidah Akhlak , dan tentang Madrasah, guru-gurunya, kompetensi guru itu sendiri. Bab III memaparkan detesis mengenai sejarah berdirinya Madrasah MI Al Falah kaliangkrik Magelang BandonganKabupaten Magelang.
dan MI Al Islam
Tonoboyo
Tujuan dan program kerja Madrasah,
36
sumber dana, organisasi Madrasah.MI Al Falah kaliangkrik Magelang dan MI Al Islam Tonoboyo Bandongan beserta pelaksanaan hasilnya. Bab IV menganalisis hasil penelitian di lapangan (Madrasah) implementasinya dengan pembelajaran di Madrasah. Analisisnya membahas Implementasi Pendidikan Humanistik dan Behavioristik dalam Metode Pembelajaran Akidah Akhlak di MI Al Falah Kaliangkrik dan MI Al Islam Tonoboyo Bandongan Kabupaten Magelang. Bab V penutup. Pada bagian ini penulis menarik kesimpulan dari keseluruhan pembahasan dalam sub bab kesimpulan, dilanjutkan dengan pemberian saran-saran, dan diakhiri dengan uraian penutup.
37
BAB II KAJIAN TEORI
1. HUMANISTIK a.
Teori Pendidikan Humanistik Teori Pendidikan yang cocok dalam Penerapan pendidikan humanistik
dalam
pembahasan
psikologi
adalah
teori
belajar
humanistik. Belajar merupakan suatu perubahan pada diri individu yang disebabkan oleh pengalaman. Belajar terjadi dengan banyak cara. Kadang-kadang disengaja, ketika siswa memperoleh informasi yang disampaikan oleh guru di kelas, atau ketika mereka sedang berperilaku sehari-hari. 20 Dalam
perspektif
humanistik,
pendidik
seharusnya
memperhatikan pendidikan lebih responsive terhadap kebutuhan kasih sayang ( affective ) siswa. Kebutuhan afektif ialah kebutuhan yang
20
Sri Esti Wuryani Djiwandono, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Grasindo, 2006,
120.
38
berhubungan dengan emosi, perasaan, nilai, sikap, predisposisi, dan moral. Beberapa tokoh yang berperan membidangi kelahiran teori belajar humanistik adalah : 1. Arthur Combs (1912 – 1999 ) Arthur Combs menjelaskan bagaimana persepsi ahli-ahli psikologi dalam memandang tingkah laku.Untuk mengerti tingkah laku manusia, yang penting adalah mengerti bagaimana dunia ini dilihat dari sudut pandangnya. Untuk mengerti orang lain, yang penting adalah melihat dunia sebagaimana yang dia lihat, dan untuk menentukan bagaimana orang berfikir, merasa tentang dia atau tentang dunia. 21 Menurut Combs belajar terjadi bila mempunyai arti bagi individu. Guru tidak bisa memaksakan materi yang tidak disukai atau tidak relevan dengan kehidupan mereka. Combs menyatakan bahwa tingkah laku menyimpang adalah akibat yang tidak ingin dilakukan, tetapi dia tahu bahwa dia harus melakukan. Combs berpendapat bahwa banyak guru membuat kesalahan dengan berasumsi bahwa setiap mau belajar apabila materi pelajarannya disusun dan disajikan sebagaimana mestinya. Akan tetapi pembelajaran itu tidak bermakna bagi siswa.sehingga yang penting ialah bagaimana membawa siswa untuk memperoleh makan 21
Sri Esti WuryaniDjiwandono, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Grasindo, 2006,
181.
39
bagi
pribadinya
dari
materi
pelajaran
tersebut
dan
menghubungkannya dengan kehidupannya.. Dilihat dari faktor kemauan untuk maju, guru dikelompokkan menjadi tiga jenis: 22 1.
Guru robot, yaitu guru yang bekerja persis seperti robot. Mereka hanya masuk kelas, mengajar lalu pulang. Mereka hanya peduli pada beban materi yang harus disampaikan kepda siswa, mereka tidak
punya
kepedulian
terhadap
kesulitan
siswa
dalam
menerima materi, apalagi kepedulian terhadap sesama guru dan sekolah pada umumnya. Mereka tidak peduli dan mmirip robot yang selalu menjalankan perintah sesuai program yang telah disusun.guru jenis ini banyak sekali menggunakan ungkapan 2. Guru
materalistis,
yaitu
guru
yang
selalu
melakuakan
perhitungan, mirip dengan aktifitas jual beli. Parahnya yang dijadikan patokan adalah hak yang mereka terima, barulah kewajiban mereka akan dilaksanakan sesuai hak yang mereka terima.pada awalnya guru ini merasa profesional, tetapi akhirnya akan terjebak pada kesombongan dalam bekerja sehingga tidak tampak manfaatnya dalam bekerja. 3. Gurunya manusia, yaitu guru yang mempunyai keikhlasan dalam mengajar dan belajar. Guru yang mempunyai kenyakinan bahwa target
pekerjaannya
adalahmembuat
22
para
siswa
berhasil
Munif Chatib, Gurunya Manusia : menjadikan semua anak istimewa dan semua anak juara, bandung,: kaifa learning, 2012.
40
memahami materi yang akan disampaikan. Guru yang ikhlas akan berintrospeksi apabila ada siswa yang tidak memahami materi ajar. Guru yang berusaha meluangkan waktu untuk belajar sebab mereka sadar, profesi gurutidak boleh berhenti untuk belajar.guru yang keinginannya kuat dan serius ketika mengikuti pelatihan dan pengembangan kompetensi. Tujuan pendidikan humanistik menurut Combs : a. Menerima
kebutuhan-kebutuhan
dan
tujuan
siswa
serta
menciptakan pengalaman dan program untuk perkembangan keunikan potensi siswa. b. Memudahkan aktualisasi diri siswa dan perasaan diri mampu. c. Memperkuat perolehan keterampilan dasar ( akademik, pribadi, antar pribadi, komunikasi, dan ekonomi ). d. Memutuskan pendidikan secara pribadi dan penerapannya. e. Mengenal pentingnya perasaan manusia, nilai, dan persepsi dalam proses pendidikan. f. Mengembangankan suasana belajar yang menantang dan bisa dimengerti,
mendukung,
menyenangkan,
serta
bebas
dari
ancaman. g. Mengembangan siswa masalah ketulusan, respek, menghargai orang lain, dan terampil dalam menyelesaikan konflik. 23 2. Maslow ( 1986 )
23
Sri Esti WuryaniDjiwandono, Psikologi Pendidikan , Jakarta: Grasindo, 2006, 181-182.
41
Teori Maslow didasarkan pada asumsi bahwa didalam diri individu ada dua hal : a. Suatu usaha yang positif untuk berkembang b. Kekuatan untuk melawan atau menolak perkembangan itu. Maslow mengemukakan bahwa individu beperilaku dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat hierarkis. Pada diri masingmasing orang mempunyai berbagai perasaan takut, seperti rasa takut untuk berusaha atau berkembang, takut untuk mengambil kesempatan, takut membahayakan apa yang sudah ia miliki dan sebagainya. Tetapi disisi lain, seseorang juga memiliki dorongan untuk lebih maju kearah keutuhan, keunikan diri, kearah berfungsinya semua kemampuan, kearah kepercayaan diri menghadapi dunia luar dan pada saat itu juga ia dapat menerima diri sendiri. Maslow membagi kebutuhan-kebutuhan manusia menjadi tujuh herarki.Kebutuhan untuk tingkat yang paling rendah yaitu tingkat untuk bisa mempertahankan hidup. Bila seseorang telah dapat memenuhi kebutuhan pertama, seperti kebutuhan fisiologis, barulah ia dapat menginginkan kebutuhan yang terletak di atasnya, ialah kebutuhan mendapatkan rasa aman, setelah itu merasa aman. Iaingin memenuhi nkebutuhan yang lebih tinggi yaitu kebutuhan untuk memiliki dan dicintai dan kebutuhan akan harga diri dari kelompok, selanjutnya kebutuhan yang lebih tinggi yaitu presstasi intelektual, penghargaan estetis dan akhirnya aktualisasi diri.
42
Hierarki kebutuhan manusia menurut Maslow ini mempunyai implikasi yang penting yang harus dilaksanakan oleh guru pada waktu ia mengajar anak-anak. Ia mengatakan bahwa perhatian dan motivasi belajar ini mungkin berkembang kalau kebutuhan dasar siswa belum terpenuhi. Dan untuk tingkat sekolah dasar kebutuhan ini hanya sampai kepada pemenuhan harga diri dari kelompok, belum sampai ketingkjat akt ualisasi diri. 3. Rogers ( 1986, 1983 ) Rogers
membedakan
dua
tipe
belajar,
yaitu
kognitif
dan
experimental. Menurut bRogers yang terpenting dalam proses pembelajaran adalah
pentingnya
guru
memperhatikan
prinsip
pendidikan
dan
pembelajaran, yaitu : a. Menjadi manusia nberarti memiliki kekuatan yang wajar untuk belajar. Siswa tidak harus belajar tentang hal-hal yang tidak ada artinya. b. Siswa akan
mempelajari
hal-hal yang bermakna
bagi dirinya.
Pengorganisasian bahan pelajaran berarti mengorganisasikan ba ha dan ide baru sebagai bagian yang bermakna bagi siswa. c. Belajar yang bermakna dalam masyarakat modern berarti belajar tentang proses. Prinsip belajar humanistik menurut Rogers, melalui bukunya yang sangat popular freedom to learn and freedom to learn for the 80’s, dia
43
mengajukan pendekatan
pendidikan sebaiknya mencoba membuat
belajar dan mengajar lebih manusiawi, lebih personal, dan lebih berarti. a) The desire to learn( Keinginan untuk belajar) Rogers percaya bahwamanusia secara wajar mempunyai keinginan untuk belajar. Keinginnan ini dapat dilihat dengan memperhatikan keingintahuan yang sangat dari seorang anak ketika menjelajahi. Dalam kelas yang menganut faham humanistic, anak diberi kebebasan untuk memuasakn keingintahuan mereka,untuk mengikuti minat mereka yang tidak dapat dihalangi untukmenemukan diri mereka sendiri, serta apa yang penting dan berarti tentang dunia yang mengelilingi dunia mereka. b). Significant Learning( Belajar secar signifikan) Rogers telah mengidentifikasi bahwa belajar secara signifikan terjadi ketika belajar
dirasakan
relevan terhadap kehidupan
kebutuhan dan tujuan siswa. Contohnya, pikiran siswa yang belajar dengan menggunakan tehnologi berupa computer akan menikmati permainan, atau siswa yang cepat belajar dengan menghitung uang pengemalian ketika berbelanja c). Lerning without Threat( Belajar tanpa ancaman) Dalam proses belajar dapat dipertinggi ketika siswa dapat menguji kemampuan mereka,mencoba pengalaman baru, bahkan
44
membuat kesalahan tanpa mengalami sakit hati karena kritik dan celaan. d). Self initiated Learning ( Belajar atas inisiatif sendiri) Belajar akan paling signifikan atanu meresap ketika belajar itu atas inisiatif sendiri. Dengan memilih pengarahan dari orang yang sedang belajar itu sendiri dan akan member motivasi tinggi dan kesempatan kepada siswa untuk belajar. Dlam belajar atas inisiatif sendiri dan belajar harus melibatkan aspek kognitif, afektif dan psikomotor. e). Learning and change ( Belajar dan Berubah) Prinsip dari Rogers telah mengidentifikasi belajar yang paling ber,manfaat adalah belajar merupakan suatu proses belajar. Apa yang dibutuhkan sekarang menurut Rogers adalah individu yang mampu belajar dalam lingkungan yang mampu belajar dalam lingkungan yang berubah.
a. Aplikasi humanistik dalam Pembelajaran Rogers. Beberapa aplikasi teori belajar humanistik dalam proses pembelajaran adalah : 1. Pendidikan Terbuka Pendidikan terbuka adalah proses pendidikan yang memberikan kesempatan kepada murid untuk bergerak secara bebas di sekitar kelas dan memilih aktifitas belajar mereka sendiri. Guru hanya berperan
45
sebagai pembimbing. Ciri utama dari belajar ini adalah lingkungan fisik kelas yang berbeda dengan kelas lainnya (tradisional), karena murid bekerja secara individual atau dalam kelompok- kelompok kecil.Dalam kelompok ini mengsyaratkan adanya pusat pusat kegiatan yang mengekplorasikan bidang bidang pelajaran, tema-tema, Ketrampilan dan minat minat terntentu. Pusat ini dapat memberikan
petunjuk untuk
mempelajari sesuatu topik tanpa kehadiran gu ru dan dapat mencata partisipas dan kemajuan murid untuk nantinya dibicarakan dengan seorang guru. 24 Adapun kriteria yang disyaratkan dengan model ini adalah : 1. Tersedia fasilitas yang memudahkan proses belajar, artinya berbagai macam bahan yang diperlukan untuk belajar harus ada. Murid tidak dilarang bergerak secara bebas di ruang kelas, tidak dilarang bicara, tidak ada pengelompokan atas dasar tingkat kecerdasan. 2. Adanya suasana penuh kasih saying, hangat, hormat dan terbuka. Guru menangani masalah-masalah perilaku dengan jalan berkomunikasi secara pribadi dengan murid yang bersangkutan, tanpa melibatkan kelompok. 3. Adanya kesempatan bagi guru dan murid untuk bersama-sama mendiagnosis peristiwa-peristiwa belajar, artinya murid memeriksa pekerjaan mereka sendiri, guru mengamati dan mengajukan pertanyaanpertanyaan. 24
Rumin, S. dkk. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta, 1993, 111.
46
4. Pengajaran yang bersifat individual, sehingga tidak ada tes ataupun buku kerja. 5. Guru mempersepsi dengan cara mengamati setiap proses yang dilalui murid dan membuat catatan dan penilaian secara individ ual, hanya sedikit sekali diadakan tes formal. 6. Adanya kesempatan untuk pertumbuhan professional bagi guru, dalam arti guru boleh menggunakan bantuan orang lain termasuk rekan sekerjanya. 7. Suasana kelas yang hangat dan ramah sehingga mendukung proses belajar yang membuat murid nyaman dalam melakukan sesuatu. 25 b. Belajar Kooperatif Belajar kooperatif merupakan dasar yang baik untuk meningkatkan dorongan berprestasi murid. Dalam praktiknya, belajar koopertifmemiliki tiga karakteristik : a.) Murid bekerja dalam tim-tim belajar yang kecil ( 4-6 orang anggota ) dan komposisi ini tetap selama seminggu. b.) Murid didorong untuk saling membantu dalam mempelajari bahan bersifat akademik dan melakukannya secara kelompok. c). Murid diberi imbalan atau hadiah atas dasar presentasi kelompok. Adapun teknik-teknik dalam belajar kooperatif ini ada empat macam, yakni :
25
Ratna Syifa‟a Rachmana, Psikologi Humanistik…,,9.
47
a.)
Team – Games – Turnament Dalam teknik ini murid-murid yang kemampuan dan jenis kelaminnya berbeda disatukan dalam tim yang bterdiri dari empat sampai lima anggota. Setelah guru menyajikan bahan pelajaran, lalu tim mengerjakan lembaran-lembaran kerja, saling mengajukan pertanyaan, dan belajar bersama untuk persiapan menghadapi perlombaan atau turnamen yang diadakan sekali seminggu. Dalam turnamen, penentuan anggota
tim
berdasarkan
kemampuan
pada
minggu
sebelumnya. Hasilnya, murid-murid yang berprestasi paling rendah pada setiap kelompok memiliki peluang yang sama untuk memperoleh poin bagi timnya sebagai murid yang berprestasi paling tinggi. Adapun jalannya turnamen adalahpara murid secara bergantian mengambil kartu dan menjawab pertanyaanpertanyaan yang tertera pada kartu itu, yakni pertanyaan yang sesuai dengan materi yang telah dipelajari selama seminggu itu. Pada akhir turnamen, guru menyiapkan lembar berikut tentang tim-tim yang berhasil dan skor-skor tertinggi yang dicapai. Meskipun keanggotaan tim tetap sama, tetapi tiga orang yang mewakili tim untuk bertanding dapat berubahubah atas dasar penampilan dan prestasi masing-masing
48
anggota. Misalnya saat ini prestasi murid rendah dan ia bertanding dengan murid lain yang kemampuannya serupa, maka mingguberikutnya ia bisa saja bertanding melawan murd-murid yang berprestasi tinggi manakala ia menjadi lebih baik. b). Student Teams – Achivement Divisions Teknik ini menggunakan tim yang terdiri dari empat sampai lima orang anggota, akan tetapi kegiatan turnamen diganti dengan saling bertanya selama lima belas menit, dimana pertanyaan-pertanyaan yang diajukan terlebih dulu disusun oleh tim. Skor-skor pertanyaan diubah menjadi skorskor tim, skor-skor yang tertinggi memperoleh poin lebih dari pada skor-skor yang lebih rendah, disamping itu juga ada skor perbaikan. c).Jigsaw Murid dimasukkan kedalam tim-tim kecil yang bersifat heterogen, kemudian tim diberi bahan pelaja ran. Murid mempelajari bagian masing-masing bersama-sama dengan anggota tim lain yang mendapat bahan serupa. Setelah itu mereka kembali ke kelompoknya masing-masing untuk mengajarkan bagian yang telah dipelajarinya bersama dengan anggota tim lain tersebut, kepada teman-teman dalam timmnya sendiri. Akhirnya semua tim dites mengenai seluruh
49
bahan pelajaran. Adapun skor yang diperoleh murid dapat ditentukan melalui dua cara,yakni skor untuk masing-masing murid dan skor yang digunakan untuk membuat skor tim. d). Group investigation Disini para
murid bekerja di dalam keolmpok-
kelompok kecil untuk menanggapi berbagai proyek kelas. Setiap kelompok membagi tugas tersebut menjadi sub-sub topic yang dibebankan kepada setiap anggota kelompok untuk menelitinya dalam rangka mencapai tujuan kelompok. Setelah itu setiap kelompok mengajukan hasil penelitiannya kepada kelas.
c.
Pembelajaran Mandiri Pembelajaran mandiri adalah proses pembelajaran yang menuntut murid menjadi subyek yang harus merancang, mengatur, dan mengontrol kegiatan mereka sendiri secara bertanggungjawab. Dalam pelaksanaan pembelajaran mandiri menuntut kemandirian yang besar dari peserta didik.Di sini pendidik menjadi seorang fasilitator, dan menjadi tempat bertanya dan bahkan sangat diharapkan dalam pendidikan adalah seorang ahli dalam bidang yang dipelajari siswa.
d.
Student Centered Learning ( Belajar yang terpusat pada siswa)
50
Student Centered Learning atau disingkat SCL merupakan strategi pembelajaran yang menempatkan peserta didik secara aktif dan mandiri, serta bertanggung jawab atas pembelajaran yang dilakukan.
Dengan
mengembangkan
SCL
peserta
keterampilan
didik berfikir
diharapkan
mampu
secara
kritis,
mengembangkan system dukiungan sosial untuk pembelajaran mereka, mampu memilih gaya belajar yang paling efektif dan diharapkan menjadi life-long learner dan memiliki jiwa entrepreneur.
2. BEHAVIORISTIK Teori Behavioristik sering juga disebut sebagai Associatonism Theory terlahir pada abad ke Sembilan belas, yang dimulai dari langkah pemikiran Ivan P. Pavlov (1848- 1936 M).26Istilah Behaviorisme lebih dikenal gencar dikembangkan oleh J.B.Watson (1878-1958 M) sehingga dia disebut sebagai bapak Behaviorisme. Behavioristik adalah satu aliran teori psikologi yang materi kajiannya adalah prilaku yang tidak berhubungan dengan kesadaran atau struktur mental.Menurut Jhon B. Watson (1913) Behaviorisme merupakan satu cabang ilmu pengetahuan alam yang secara penuh bersifat ekperimental dan objektif, dengan tujuan meramalkan dan mengontrol perilaku.
26
Abdul Aziz bin Ibrahim el-usahaili, Psikolinguistik Pembelajaranan Bahasa Arab Bandung, 2009, Humaniora, 8.
51
Teori-teori
behavioristik
yang
cukup
dikenal
saat
ini
adalah
purposivebehavior milik E.C. Tolma, systematic behavior dari CL Hull, descriptive behavior dari B.F. Skinner, dan continguity theory dari Guthrie. 27 Teori pemerolehan
Behavioristik dan
teori
membedakan
teori-teorinya
menjadi
teori
belajar.Untuk informasi lebih jelas penulis
memaparkan perbedaan dari keduanya. a.
Teori Pemerolehan Behavioristik Teori Behavioristik adalah teori yang hanya mempelajari perilaku nyata (overt behavior) tanpa meneliti lebih jauh sebabnya. Teori ini pun membedakan antara teori pemerolehan dan belajarnya. Teori Pemerolehan adalah teori yang mempelajari bagaimana anakmemperoleh bahasannya tanpa sadar.Sedangkan teori belajar adalah penguasaan bahasa anak secara sadar. Adapun teori pemerolehan behavioristik diantaranya teori tabularasa (kertas kosong), teori verbal, teori mediasi, dan teori perantaian respons. 28 b. Teori Belajar Behavioristik Telah dipaparkan sebelumnya bahwa teori belajar merupakan teori sadar yang dilakukan anak untuk mempelajari akidah akhlak. 27
Abdul Aziz bin Ibrahim el-usahaili, Psikolinguistik Pembelajaranan Bahasa Arab Bandung, 2009, Humaniora, 27. 28 .Abdul Aziz bin Ibrahim el-usahaili, Psikolinguistik Pembelajaranan Bahasa Arab Bandung, 2009, Humaniora , 28.
52
Teori belajar yang ditawarkan oleh Behavioristik sendiri adalah teori penguatan (tipe S, S-R), atau teori pengkondisian instrumental (tipe R,S-R-R). Teori pengkondisian klasik (classical conditioning) sering juga disebut Pavlovianism yang dicetuskan oleh Ivan Petrovich Pavlov (1849-1936).Diteori
ini
Pavlov
menyimpulkan
bahwa
belajar
membutuhkan stimulus yang berkelanjutan,
dan akan hilang
responya
harus
jika
stimulus
tergaggu
sehingga
dilakukan
pengkondisian ulang. Teori belajar pengkodisian operan (operant conditioning) yang dicetuskan oleh B.F. Skinner, menerima pengkondisian klasik, namun disini dia membagi penguat menjadi dua bagian yaitu penguat negatif dan
penguat
positif.
Kemudian
akan
mempengaruhi
respon
selanjutnya jika stimulus dilakukan lagi. Bisa disimpulkan
dalam
pembentukan perilaku maka dilakukan memanipulasi penguat. Teori
pengkondisian
berdasar
kontinguitas (continguous
conditioning) oleh Edwin R. Guthrie berpegang bahwa ; suatu kombinasi stimulus
akan cenderung diikuti jika dengan gera kan
yang sama kombinasi stimulus terjadi kembali. Teori ini memberikan
53
cara pemutusan kebiasaan dengan :incompatible respons, exhaustive of fatigue, change ofenvironment, dan thers hold.29 c. Pendekatan Behavioristik Dalam sebuah teori akan ditemukan istilah pendekatan, metode, dan teknik yang berdasarkan teori tersebut. Meskipun cukup sulit untuk membedakan, pada dasarnya ketiga hal tersebut sangatlah berbeda.Pendekatan merupakan tingkat asumsi atau pendirian terhadap objeknya.Metode merupakan tingkat yang menerapkan teori-teori pada tingkat pendekatan.Sedangkan teknik mengacu pada pengertian dari objek tersebut. Pendekatan behavioristik mulai dikenal semenjak Skinner mencetuskannya pada tahun 1957. Pendekatan ini menekankan bahwa dalam sebuah proses belajar dikendalikkan dari luar, stimulus-respon. Berikut asumsi-asumsi pendekatan behavioristik mengenai pembelajaran : a. Semua belajar adalah hasil dari pengalaman dan halini dapat dilihat dengan adanya perubahan perilaku. b. Belajar merupakan proses pembentukan kebiasaan secara mekanis. c. Belajar secara analogi bukan secara analisis.
29
Abdul Aziz bin Ibrahim el-usahaili, Psikolinguistik Pembelajaranan Bahasa Arab Bandung, 2009, 61.
54
d. Kesalahan merupakan hasil inferensi B1 dan harus dihindari dan dibetulkan bila terjadi. e. Tujuan
mengajar
akidah
akhlak
untuk
mengembangkan
penguasaan akidah akhlak sebagai system koordinatsuatu system yangbebas tanpa adanya campur aduk dengan system lain (B1) f. Kesalahan dapat dihindari apabila kesalahan itu dapat diramalkan.
d.
Metode Behavioristik Pendekatan belajar behavioristik menjelaskan belajar itu adalah perubahan perilaku yang dapat diamati, diukur dan dinilai secara konkret. Perubahan terjadi melalui rangsangan (stimulans) yang menimbulkan hubungan perilaku reaktif (respon) berdasarkan hukum-hukum mekanistik. Stimulans tidak lain adalah lingkungan belajar anak, baik yang internal maupu n eksternal yang menjadi penyebab belajar. Sedangkan respons adalah akibat atau dampak, berupa reaksi fisik terhadap stimulans. Belajar berarti penguatan ikatan, asosiasi, sifat dan kecenderungan perilaku S-R (StimulusRespon). Penekanan pendekatan Behvioristik ini adalah perubahan tingkah laku setelah terjadi proses belajar dalam diri siswa. Peloporpelopor pendekatan Behavioristik pada dasarnya berpegang pada keyakinan bahwa banyak perilaku manusia merupakan hasil suatu proses belajar dan karena itu perilaku tersebut dapat diubah dengan
55
belajar juga. Pendekatan Behavioristik ini berpangkal pada beberapa keyakinan tentang martabat manusia, yang sebagian bersifat falsafah dan sebagian lagi bercorak psikologis, yaitu : 1. Manusia pada dasarnya tidak berakhlak baik atau buruk, bagus atau jelek. Manusia mempunyai potensi untuk bertingkah laku baik atau buruk, tepat atau salah. Berdasarkan bekal keturunan atau pembawaan dan berkat interaksi antara bekal keturunan dan lingkungan, terbentuk pola-pola bertingkah laku yang menjadi ciri-ciri khas dari kepribadiannya. 2. Manusia mampu untuk berefleksi atas tingkah lakunya sendiri, menangkap apa yang dilakukannya, dan
mengatur serta
mengontrol perilakunya sendiri. 3. Manusia mampu untuk memperoleh dan membentuk sendiri pola-pola tingkah laku yang baru melalui suatu proses belajar. 4. Manusia dapat mempengaruhi perilaku orang lain dan dirinya pun dipengaruhi oleh perilaku orang lain.
Berdasarkan penjelasan diatas maka dalam pendekatan Behavioristik ini lebih menekankan atau mementingkan pada :
1.
Mementingkan faktor lingkungan
2.
Menekankan pada faktor bagian
3.
Menekankan
pada
tingkah
laku
mempergunakan metode obyektif.
56
yang
nampak
dengan
4.
Sifatnya mekanis
5.
Mementingkan masa lalu
Tokoh penting dalam pendekatan belajar Behavioristik ini antar a lain Edward L Thorndike, Ivan P Pavlov, BF Skinner, Robert Gagne dan Albert Bandura. A.
Edward Lee Thorndike (1874-1949): Teori Koneksionisme Thorndike berprofesi sebagai seorang pendidik dan psikolog yang berkebangsaan Amerika.Lulus S1 dari Universitas Wesleyen tahun 1895, S2 dari Harvard tahun 1896 dan meraih gelar doktor di Columbia tahun 1898. Buku-buku yang ditulisnya antara lain Educational Psychology (1903), Mental and social Measurements (1904), Animal Intelligence (1911), A teacher’s Word Book (1921),Your City (1939), dan Human Nature and The Social Order (1940). Menurut
Thorndike,
belajar
merupakan
peristiwa
terbentuknya asosiasi-asosiasi antara peristiwa-peristiwa yang disebut stimulus (S) dengan respon (R ). Stimulus adalah suatu perubahan dari lingkungan eksternal yang menjadi tanda untuk mengaktifkan organisme untuk beraksi atau berbuat sedangkan respon dari adalah sembarang
tingkah
laku
yang
dimunculkan
karena
adanya
perangsang.Dari eksperimen kucing lapar yang dimasukkan dalam sangkar (puzzle box) diketahui bahwa supaya tercapai hubungan antara stimulus dan respons, perlu adanya kemampuan untuk memilih respons yang tepat serta melalui usaha –usaha atau
57
percobaan-percobaan
(trials)
dan
kegagalan-kegagalan
(error)
terlebih dahulu.Bentuk paling dasar dari belajar adalah “trial and error learning atau selecting and connecting learning” dan berlangsung menurut hukum-hukum tertentu.Oleh karena itu teori belajar yang dikemukakan oleh Thorndike ini sering disebut dengan teori belajar koneksionisme atau teori asosiasi. Adanya pandangan-pandangan Thorndike yang memberi sumbangan yang cukup besar di dunia pendidikan tersebut maka ia dinobatkan sebagai salah satu tokoh pelopor dalam psikologi pendidikan. Percobaan Thorndike yang terkenal dengan mengguna kan kucing yang telah dilaparkan dan diletakkan di dalam sangkar yang tertutup dan pintunya dapat dibuka secara otomatis apabila kenop yang terletak di dalam sangkar tersebut tersentuh. Percobaan tersebut menghasilkan teori “trial and error” atau “selecting and conecting”, yaitu bahwa belajar itu terjadi dengan cara mencoba-coba dan membuat salah. Dalam melaksanakan coba-coba ini, kucing tersebut cenderung untuk meninggalkan perbuatan-perbuatan yang tidak mempunyai hasil. Setiap response menimbulkan stimulus yang baru, selanjutnya stimulus baru ini akan menimbulkan response lagi, demikian selanjutnya, sehingga dapat digambarkan sebagai berikut:
S
R
S1
R1
58
dst
Dalam percobaan tersebut apabila di luar sangka r makanan, maka kucing berusaha untuk mencapainya dengan cara meloncat-loncat kian kemari. Dengan tidak sengaja kucing telah menyentuh kenop, maka terbukalah pintu sangkar tersebut, dan kucing segera lari ke tempat makan. Percobaan ini diulangi untuk beberapa kali, dan setelah kurang lebih 10 sampai dengan 12 kali, kucing baru dapat dengan sengaja menyentuh kenop tersebut apabila di luar diletakkan makanan. Dari
percobaan
ini
Thorndike
menemukan
hukum-hukum
belajarsebagai berikut : 30
1.
Hukum Kesiapan (law of readiness),
yaitu semakin siap suatu organisme memperoleh suatu perubahan tingkah laku, maka pelaksanaan tingkah laku tersebut akan menimbulkan kepuasan individu sehingga asosiasi cenderung diperkuat.Prinsip pertama
teori koneksionisme adalah belajar
sebagai suatu kegiatan yang membentuk asosiasi (connection) antara kesan panca indera dengan kecenderungan bertindak. Misalnya, jika anak merasa senang atau tertarik pada kegiatan jahit-menjahit, maka ia akan cenderung mengerjakannya. Apabila hal ini dilaksan akan, ia merasa puas dan belajar menjahit akan menghasilkan prestasi memuaskan. 30
Rumin,S. dkk. 1993.Psikologi Pendidikan.Yogyakarta: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta, 111.
59
Masalah pertama hukum law of readiness adalah jika kecenderungan bertindak dan orang melakukannya, maka ia akan merasa
puas.
Akibatnya,
ia
tak
akan
melakukan
tindakan
lain.Masalah kedua, jika ada kecenderungan bertindak, tetapi ia tidak melakukannya, maka timbullah rasa ketidakpuasan. Akibatnya, ia akan melakukan tindakan lain untuk mengurangi atau meniadakan ketidakpuasannya.Masalah
ketiganya
adalah
bila
tidak
ada
kecenderungan bertindak padahal ia melakukannya, maka timbullah ketidakpuasan. Akibatnya, ia akan melakukan tindakan lain untuk mengurangi atau meniadakan ketidakpuasannya.
2.
Hukum Latihan (law of exercise), yaitu semakin sering tingkah laku diulang/ dilatih (digunakan) , maka asosiasi tersebut akan semakin kuat. Prinsip law of exercise adalah koneksi antara kondisi (yang merupakan perangsang) dengan tindakan akan menjadi lebih kuat karena latihan-latihan, tetapi akan melemah bila koneksi antara keduanya tidak dilanjutkan atau dihentikan. Prinsip menunjukkan bahwa prinsip utama dalam belajar adalah ulangan. Makin sering diulangi, materi pelajaran akan semakin dikuasai.
3. Hukum akibat (law of effect), yaitu hubungan stimulus respon cenderung diperkuat bila akibatnya menyenangkan dan cenderung diperlemah jika akibatnya tidak memuaskan. Hukum ini menunjuk
60
pada makin kuat atau makin lemahnya koneksi sebagai hasil perbuatan. Suatu perbuatan yang disertai akibat menyenangkan cenderung dipertahankan dan lain kali akan diulangi. Sebaliknya, suatu perbuatan yang diikuti akibat tidak menyenangkan cenderung dihentikan dan tidak akan diulangi.
Koneksi antara kesan panca indera dengan kecenderungan bertindak dapat menguat atau melemah, tergantung pada “buah” hasil perbuatan yang pernah dilakukan. Misalnya, bila anak mengerjakan PR, ia mendapatkan muka manis gurunya. Namun, jika sebaliknya, ia akan dihukum. Kecenderungan mengerj akan PR akan membentuk sikapnya Thorndike
berkeyakinan
bahwa
prinsip
proses
belajar
binatang pada dasarnya sama dengan yang berlaku pada manusia, walaupun hubungan antara situasi dan perbuatan pada binatang tanpa diperantarai pengartian. Binatang melakukan respons-respons langsung dari apa yang diamati dan terjadi secara mekanis. Selanjutnya Thorndike menambahkan hukum tambahan sebagai berikut: a.
Hukum Reaksi Bervariasi (multiple response). Hukum ini mengatakan bahwa pada individu diawali oleh prooses trial dan error yang menunjukkan adanya bermacam-macam respon sebelum memperoleh respon yang tepat dalam memecahkan masalah yang dihadapi.
61
b.
Hukum Sikap ( Set/ Attitude). Hukum
ini
menjelaskan
bahwa
perilakku
belajar
seseorang tidak hanya ditentukan oleh hubungan stimulus dengan respon saja, tetapi juga ditentukan keadaan yang ada dalam diri individu baik kognitif, emosi , sosial , maupun psikomotornya. c.
Hukum Aktifitas Berat Sebelah (Prepotency of Element). Hukum ini mengatakan bahwa individu dalam proses belajar memberikan respon pada stimulus tertentu saja sesuai dengan persepsinya terhadap keseluruhan situasi ( respon selektif).
d.
Hukum Respon by Analogy. Hukum
ini
mengatakan
bahwa
individu
dalam
melakukan respon pada situasi yang belum pernah dialami karena individu sesungguhnya dapat menghubungkan situasi yang belum pernah dialami dengan situasi lama yang pernah dialami sehingga terjadi transfer atau perpindahan unsurunsur yang telah dikenal ke situasi baru. Makin banyak unsur yang sama maka transfer akan makin mudah. e.
Hukum perpindahan Asosiasi (Associative Shifting) Hukum ini mengatakan bahwa proses peralihan dari situasi yang dikenal ke situasi yang belum dikenal dilakukan secara bertahap dengan cara menambahkan sedikit demi
62
sedikit unsur baru dan membuang sedikit demi sedikit unsur lama. Selain menambahkan hukum-hukum baru, dalam perjalanan penyamapaian teorinya thorndike mengemukakan revisi Hukum Belajar antara lain :31 1. Hukum
latihan
ditinggalkan
pengulangan saja tidak hubungan
stimulus
ka rena
ditemukan
cukup untuk memperkuat respon,
sebaliknya
tanpa
pengulanganpun hubungan stimulus respon belum tentu diperlemah. 2. Hukum akibat direvisi. Dikatakan oleh Thorndike bahwa yang berakibat positif untuk perubahan tingkah laku adalah hadiah, sedangkan hukuman tidak berakibat apa-apa. 3. Syarat utama terjadinya hubungan stimulus respon bukan kedekatan, tetapi adanya saling sesuai antara stimulus dan respon. 4. Akibat suatu perbuatan dapat menular baik pada bidang lain maupun pada individu lain. Teori koneksionisme menyebutkan pula konsep transfer of training, yaiyu kecakapan yang telah diperoleh dalam belajar dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang lain. Perkembangan
31
Rumin,S. dkk. 1993.Psikologi Pendidikan ,Yogyakarta: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta, 111.
63
teorinya berdasarkan pada percobaan terhadap kucing dengan problem box-nya. B.
Ivan Petrovich Pavlov (1849-1936). Ivan Petrovich Pavlov lahir 14 September 1849 di Ryazan Rusia yaitu desa tempat ayahnya Peter Dmitrievich Pavlov menjadi seorang pendeta. Ia dididik di sekolah gereja dan melanjutkan ke Seminari Teologi. Pavlov lulus sebagai sarjan kedokteran dengan bidang dasar fisiologi. Pada tahun 1884 ia menjadi direktur departemen fisiologi pada institute of Experimental Medicine dan memulai penelitian mengenai fisiologi pencernaan. Ivan Pavlov meraih penghargaan nobel pada bidang Physiology or Medicine tahun 1904. Karyanya mengenai pengkondisian sangat mempengaruhi psikology behavioristik di Amerika. Karya tulisnya adalah Work of Digestive Glands(1902) dan Conditioned Reflexes (1927).32 Classic conditioning ( pengkondisian atau persyaratan klasik) adalah proses yang ditemukan Pavlov melalui percobaannya terhadap anjing, dimana perangsang asli dan netral dipasangkan dengan stimulus bersyarat secara berulang-ulang sehingga memunculkan reaksi yang diinginkan. Eksperimen-eksperimen yang dilakukan Pavlov dan ahli lain tampaknya sangat terpengaruh pandangan behaviorisme, dimana gejala-gejala kejiwaan seseorang dilihat dari perilakunya. Hal ini 32
Winarno Surahmad, Behaviorisme Sebagai Psikologi Prilaku Modern, Tarsito bandung, 1986 ; 173.
64
sesuai dengan pendapat Bakker bahwa yang paling sentral dalam hidup manusia bukan hanya pikiran, peranan maupun bicara, melainkan tingkah lakunya. Pikiran mengenai tugas atau rencana baru akan mendapatkan arti yang benar jika ia berbuat sesuatu (Bakker, 1985). Bertitik tolak dari asumsinya bahwa dengan menggunakan rangsangan-rangsangan tertentu, perilaku manusia dapat berubah sesuai dengan apa yang di inginkan. Kemudian Pavlov mengadakan eksperimen dengan menggunakan binatang (anjing) karena ia menganggap binatang memiliki kesamaan dengan manusia. Namun demikian, dengan segala kelebihannya, secara hakiki manusia berbeda dengan binatang. Ia mengadakan percobaan dengan cara mengadakan operasi leher pada seekor anjing. Sehingga kelihatan kelenjar air liurnya dari luar. Apabila diperlihatkan sesuatu makanan, maka akan keluarlah air liur anjing tersebut. Dalam percobaan tersebut, sebelum makanan diperlihatkan, maka yang diperlihatkan adalah sinar merah terlebih dahulu, baru makanan. Dengan sendirinya air liurpun akan keluar pula. Apabila perbuatan yang demikian dilakukan berulang-ulang, maka pada suatu ketika dengan hanya memperlihatkan sinar merah saja tanpa makanan maka air liurpun akan keluar pula. Makanan adalah rangsangan wajar, sedang merah adalah rangsangan buatan. Ternyata kalau perbuatan yang demikian
65
dilakukan berulang-ulang, rangsangan buatan ini akan menimbulkan syarat (kondisi) untuk timbulnys air liur pada anjing tersebut. Peristiwa ini disebut: Reflek Bersyarat atau Conditioned Respons. Pavlov berpendapat, bahwa kelenjar-kelenjar yang lain pun dapat dilatih. Bectrev murid Pavlov menggunakan prinsip-prinsip tersebut dilakukan pada manusia, yang ternyata diketemukan banyak reflek bersyarat yang timbul tidak disadari manusia. Dari
eksperimen
Pavlov
setelah
pengkondisian
atau
pembiasaan dapat diketahui bahwa daging yang menjadi stimulus alami dapat digantikan oleh bunyi lonceng sebagai stimulus yang dikondisikan. Ketika lonceng dibunyikan ternyata air liur anjing keluar sebagai respon yang dikondisikan. Apakah situasi ini bisa diterapkan pada manusia? Ternyata dalam kehidupan sehari-hari ada situasi yang sama seperti pada anjing. Sebagai contoh, suara lagu dari penjual es krim Walls yang berkeliling dari rumah ke rumah. Awalnya mungkin suara itu asing, tetapi setelah si pejual es krim sering lewat, maka nada lagu tersebut bisa menerbitkan air liur apalagi pada siang hari yang panas. Bayangkan, bila tidak ada lagu trsebut betapa lelahnya si penjual berteriak-teriak menjajakan dagangannya. Contoh lain adalah bunyi bel di kelas untuk penanda waktu atau tombol antrian di bank. Tanpa disadari, terjadi proses menandai sesuatu yaitu membedakan bunyi-bunyian dari pedagang makanan (rujak, es, nasi
66
goreng, siomay) yang sering lewat di rumah, bel masuk kelas-istirahat atau usai sekolah dan antri di bank tanpa harus berdiri lama. Contoh tersebut dapat diketahui bahwa dengan menerapkan strategi Pavlov ternyata individu dapat dikendalikan melalui cara mengganti stimulus alami dengan stimulus yang tepat untuk mendapatkan pengulangan respon yang diinginkan, sementara individu tidak menyadari bahwa ia dikendalikan oleh stimulus yang berasal dari luar dirinya.
C.
Burrhus Frederic Skinner (1904-1990).
Seperti halnya kelompok penganut psikologi modern, Skinner mengadakan pendekatan behavioristik untuk menerangkan tingkah laku. Pada tahun 1938, Skinner menerbitkan bukunya yang berjudul The Behavior of Organism. Dalam perkembangan psikologi belajar, ia mengemukakan teori operant conditioning. Buku itu menjadi inspirasi diadakannya konferensi tahunan yang dimulai tahun 1946 dalam masalah “The Experimental an Analysis of Behavior”. Hasil konferensi dimuat dalam jurnal berjudul Journal of the Experimental Behaviors yang disponsori oleh Asosiasi Psikologi di Amerika (Sahakian,1970) B.F. Skinner berkebangsaan Amerika dikenal sebagai tokoh behavioris dengan meyakini
bahwa
pendekatan perilaku
model instruksi langsung dan dikontrol
melalui
proses
operantconditioning. Di mana seorang dapat mengontrol tingkah laku
67
organisme melalui pemberian reinforcement yang bijaksana dalam lingkungan relatif besar. Dalam beberapa hal, pelaksanaannya jauh lebih fleksibel daripada conditioning klasik. Gaya mengajar guru dilakukan dengan beberapa pengantar dari guru secara searah dan dikontrol guru melalui pengulangan dan latihan. Menajemen Kelas menurut Skinner adalah berupa usaha untuk memodifikasi perilaku antara lain dengan proses penguatan yaitu memberi penghargaan pada perilaku yang diinginkan da n tidak memberi imbalan apapun pada perilaku yanag tidak tepat. Operant Conditioning adalah suatu proses perilaku operant ( penguatan positif atau negatif) yang dapat mengakibatkan perilaku tersebut dapat berulang kembali atau menghilang sesuai dengan keinginan. Selanjutnya Skinner membuat eksperimen sebagai berikut : Dalam laboratorium Skinner memasukkan tikus yang telah dilaparkan dalam kotak yang disebut “skinner box”, yang sudah dilengkapi dengan berbagai peralatan yaitu tombol, alat pemberi makanan, penampung makanan, lampu yang dapat diatur nyalanya, dan lantai yang dapat dialir listrik. Karena dorongan lapar tikus beruasaha keluar untuk mencari makanan. Selama tikus bergerak kesana kemari untuk keluar dari box, tidak sengaja ia menekan tombol, makanan keluar. Secara terjadwal diberikan makanan secara bertahap sesuai peningkatan perilaku yang ditunjukkan si tikus, proses ini disebut shapping.
68
Berdasarkan berbagai percobaannya pada tikus dan burung merpati Skinner mengatakan bahwa unsur terpenting dalam belajar adalah penguatan. Maksudnya adalah pengetahuan yang terbentuk melalui ikatan stimulus respon akan semakin kuat bila diberi penguatan. Skinner membagi penguatan ini menjadi dua yaitu penguatan positif dan penguatan negatif. Bentuk bentuk penguatan positif berupa hadiah, perilaku, atau penghargaan. Bentuk bentuk penguatan negatif antara lain menunda atau tidak memberi penghargaan, memberikan tugas tambahan atau menunjukkan perilaku tidak senang. Berdasarkan percobaan tersebut Skinner mengemungakan beberpa prinsip belajar, antara lain :
1.
Hasil belajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan, jika benar diberi penguat.
2.
Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar.
3.
Materi pelajaran, digunakan sistem modul.
4.
Dalam proses pembelajaran, tidak digunkan hukuman. Untuk itu lingkungan perlu diubah, untuk menghindari adanya hukuman.
5.
Dalam proses pembelajaran, lebih dipentingkan aktifitas sendiri.
6.
Tingkah laku yang diinginkan pendidik, diberi hadiah, dan sebaiknya
hadiah
diberikan
dengan
variabel rasio reinforcer. 7.
Dalam pembelajaran digunakan shaping.
69
digunakannya
jadwal
D.
Robert Gagne ( 1916-2002).
Gagne adalah seorang psikolog pendidikan berkebangsaan amerika yang terkenal dengan penemuannya berupa condition of learning.
Gagne
pelopor
dalam
instruksi
pembelajaran
yang
dipraktekkannya dalam training pilot AU Amerika. Ia kemudian mengembangkan konsep terpakai dari teori instruksionalnya untuk mendisain pelatihan berbasis komputer dan belajar berbasis multi media. Teori Gagne banyak dipakai untuk mendisain software instruksional. Gagne disebut sebagai Modern Neobehaviouris mendorong guru untuk merencanakan instruksioanal pembelajaran agar suasana dan gaya belajar dapat dimodifikasi. Ketrampilan paling rendah menjadi dasar bagi pembentukan kemampuan yang lebih tinggi dalam hierarki
ketrampilan
intelektual.
Guru
harus
mengetahui
kemampuan dasar yang harus disiapkan. Belajar dimulai dari hal yang paling sederhana dilanjutnkan pada yanglebih kompleks (belajar SR, rangkaian SR, asosiasi verbal, diskriminasi, dan belajar konsep) sampai pada tipe belajar yang lebih tinggi (belajar aturan dan pemecahan masalah). Prakteknya gaya belajar tersebut tetap mengacu pada asosiasi stimulus respon
E.
Albert Bandura (1925-masih hidup).
70
Bandura lahir pada tanggal 4 Desember 1925 di Mondare alberta berkebangsaan Kanada. Ia seorang psikolog yang terkenal dengan teori belajar sosial atau kognitif sosial serta efikasi diri. Eksperimennya yang sangat terkenal adalah eksperimen Bobo Doll yang menunjukkan anak meniru secara persis perilaku agresif dari orang dewasa disekitarnya. Bandura juga dikenal dengan konsep belajar melalui observasi (Observational Learning) yang mencakup konsep modeling dan imitasi. Bandura menjelaskan faktor-faktor yang berproses dalam belajar observasi adalah: -
Perhatian, mencakup peristiwa peniruan dan karakteristik pengamat.
-
Penyimpanan atau proses mengingat, mencakup kode pengkodean simbolik.
-
Reprodukdi motorik, mencakup kemampuan fisik, kemampuan meniru, keakuratan umpan balik.
-
Motivasi, mencakup dorongan dari luar dan penghargaan terhadap diri sendiri Selain itu juga harus diperhatikan bahwa faktor model atau
teladan mempunyai prinsip prinsip sebgai berikut:
1.
Tingkat tertinggi belajar dari pengamatan diperoleh dengan cara mengorganisasikan sejak awal dan mengulangi perilaku secara simbolik kemudian melakukannya.
71
2.
Individu lebih menyukai perilaku yang ditiru jika sesuai dengan nilai yang dimilikinya.
3.
Individu akan menyukai perilaku yang ditiru jika model atau panutan
tersebut
disukai
dan
dihargai
dan
perilakunya
mempunyai nilai yang bermanfaat
Karena melibatkan atensi, ingatan dan motivasi, teori Bandura dilihat dalam kerangka Teori Behaviou Kognitif. Teori belajar sosial membantu memahami terjadinya perilaku agresi dan penyimpangan psikologi dan bagaimana memodifikasi perilaku. Teori Bandura menjadi dasar dari perilaku pemodelan yang digunakan dalam berbagai pendidikan secara massal. Aplikasi Teori Behavioristik terhadap Pembelajaran Siswa. Halhal yang harus diperhatikan dalam menerapka n teori behavioristik adalah ciri-ciri kuat yang mendasarinya yaitu: a. Mementingkan pengaruh lingkungan b. Mementingkan bagian-bagian c. Mementingkan peranan reaksi d. Mengutamakan mekanisme terbentuknya hasil belajar melalui prosedur stimulus respon e. Mementingkan peranan kemampuan yang sudah terbentuk sebelumnya Sebagai konsekuensi teori ini, para guru yang menggunakan paradigma behaviorisme akan menyusun bahan pelajaran dalam
72
bentuk yang sudah siap, sehingga tujuan pembelajaran yang harus dikuasai siswa disampaikan secara utuh oleh guru. Guru tidak banyak memberi ceramah, tetapi instruksi singkat yng diikuti contohcontoh baik dilakukan sendiri maupun melalui simulasi. Bahan pelajaran disusun secara hierarki dari yang sederhana sampai pada yang kompleks. Tujuan pembelajaran dibagi dalam bagian kecil yang ditandai dengan
pencapaian
suatu
ketrampilan
tertentu.
Pembelajaran
berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati. Kesalahan harus segera diperbaiki. Pengulangan dan latihan digunakan supaya perilaku yang diinginkan dapat menjadi kebiasaan. Hasil yang diharapkan dari penerapan teori behavioristik ini adalah tebentuknya suatu perilaku yang diinginkan. Perilaku yang diinginkan mendapat penguatan positif dan perilaku yang kurang sesuai mendapat penghargaan negatif. Evaluasi atau penilaian didasari atas perilaku yang tampak. Kritik terhadap behavioristik adalah pembelajaran siswa yang berpusat pada guru, bersifaat mekanistik, dan hanya berorientasi pada hasil yang dapat diamati dan diukur. Kritik ini sangat tidak berdasar
karena
penggunaan
teori
behavioristik
mempunyai
persyaratan tertentu sesuai dengan ciri yang dimunculkannya. Tidak setiap mata pelajaran bisa memakai metode ini, sehingga kejelian dan
73
kepekaan guru pada situasi dan kondisi belajar sangat penting untuk menerapkan kondisi behavioristik. Metode behavioristik ini sangat cocok untuk perolehan kemampaun yang membuthkan praktek dan pembiasaan yang mengandung kelenturan,
unsur-unsur reflek,
daya
seperti tahan
dan
:Kecepatan, sebagainya,
spontanitas, contohnya:
percakapan bahasa asing, mengetik, menari, menggunakan komputer, berenang, olahraga dan sebagainya. Teori ini juga cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan dominansi peran orang dewasa, suka mengulangi dan harus dibiasakan, suka meniru dan senang dengan bentuk-bentuk penghargaan langsung seperti diberi permen atau pujian. Penerapan teori behaviroristik yang salah dalam suatu situasi pembelajaran juga mengakibatkan terjadinya proses pembelajaran yang sangat tidak menyenangkan bagi siswa yaitu guru sebagai central, bersikap otoriter, komunikasi berlangsung satu arah, guru melatih dan menentukan apa yang harus dipelajari murid. Murid dipandang pasif , perlu motivasi dari luar, dan sangat dipengaruhi oleh penguatan yang diberikan guru. Murid hanya mendengarkan dengan tertib penjelasan guru dan menghafalka n apa yang didengar dan dipandang sebagai cara belajar yang efektif. Penggunaan hukuman yang sangat dihindari oleh para tokoh behavioristik justru dianggap metode yang paling efektif untuk menertibkan siswa.
74
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, metode merupakan tingkat pendekatan asumsi-asumsi yang ada ditingkat pendekatan. Ada tiga metode penerapan pembelajaran akidah akhlak yang didasari oleh pandangan teori behavioristik, yaitu: metode langsung (direct method), metode audiolingual (aural-oral method), dan pendekatan alami (natural approach). a. Metode Langsung (Direct Method) Tujuan dari metodeini adalah agar siswasecara lisan dapat berkomunikasi,
berfikir,
bahkan
menggunakan
mimikdari
bahasa kedua (bahasa target). Peranan guru di kelas merupakan bagian dari partner selama proses pembelajaran. Target dari pembelajaran ini adalah kemampuan lisan, maka penulisan tidak terlalu diperhatikan. System evaluasi metode ini adalah dengan penggunaan bahasa kedua secara nyata, seperti halnya wawancara. Bila terjadi kesalahan dalam penggunaan kalimat, siswa diharapkan untuk melakukan koreksi terhadap diri sendiri (self correction). b.
Metode Audiolingual (Aural-Oral Method) 33 Metode ini merupakan hasil dari pendekatan behavioristik
milik Skinner. Asumsi bahasa kedua dan bahasa pertama antara
33
Winarno Surahmad, Behaviorisme Sebagai Psikologi Prilaku Modern, Tarsito bandung, 1986 ; 173.
75
metode
langsung,
dan
audiolingual
sama,
yaitu
dalam
pembelajarann bahasa kedua digunakan sebagai alat komunikasi. Prinsip utama metode ini adalah „ajarkan berbicara kemudian
menulis‟
dalam
artian
bahwa
dalam
belajar
mendengarkan dan berbicara dahulu, baru kemudian membaca dan menulis. Prinsip ini sama dengan prinsip anak kecil saat mempelajari bahasa ibunya. Perbedaan metode ini dengan metode langsung adalah peran guru dimetode ini sebagai pemberi model. Guru bisa mengontrol perilaku bahasa siswa, sedangkan siswa mengulang dan menirukan dengan cepat dan tepat. Imitasi dan repetisi disajikan dalam bentuk dialog hingga bisa menambahkan kosa kata dan struktur bahasa kedua. Keterampilan ini mementingkan empat keterampilan yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis dengan menekankan pada keterampilan menyimak dan berbicara. Posisi bahasa pertama dianggap sebagai interferensi, dan analisis kontrastif bisa membantu kelancaran pembelajaran. Kesalahan dalam pembelajaran dianggap bisa diatasi dan diprediksi oleh pendidik. Sistem evaluasi yang digunakanpun bersifat deskriptif.
76
c. Metode Pendekatan Alami (Natural Approach) 34 Metode ini dikenalkan oleh Stepen Kresen dan Terrell (1982). Kresen
berpendapat
bahwa
orang
dewasa
seharusnya
mendapatkan bahasa kedua sama halnya seperti yang dilakukan oleh anak-anak, yaitu pemerolehan tanpa disadarinya. Kresen membagi pembelajaran menjadi dua bagian, yaitu pemerolehan dan pembelajaran. Pemerolehan adalah penerimaan materi dibawah kesadaran seseorang. Sedangkan pembelajaran adalah
penerimaan
secara
sadar.
Menurut
Kresen,
sifat
pembelajaran (learning) hanyalah sebagai editor saja, dan pemerolehan tanpa sadar merupakan transfer materi yang sesungguhnya. Guru pada awalnya bertugas untuk menyampaikan yang mudah dipahami oleh siswa tanpa siswa harus menjawabnya. Para pelajar tidak dituntut untuk mengucapkan apa -apa hingga mereka sudah siap merespon. Setelah murid menjalani ‟periode membisu‟, guru membuat suasana menjadi lebih bersahabat, dan nyaman tanpa membuat anak merasa tertekan dengan
pembelajaran. Periode ini siswa
diharapkan tidak ada rasa takut akan kesalahan.
34
H. Dougls Brown, Prinsip Pembelajaran dan Pengajaran Bahasa, Jakarta: kedubes AS,
2008, 85.
77
Evaluasi metode ini melalui observasi sederhana terhadap perilaku
pelajar.
Gurupun
berhak
mengkoreksi
kesalahan-
kesalahan pokok, tapi tidak boleh secara menonjol.
C. METODE PEMBELAJARAN AKIDAH AKHLAK Dalam sebuah Al Quran juga pernah disebutkan yakni dalam Surat An Nisa ayat 63 juga dapat dijadikan petunjuk dalam membicarakan metode Humanistik dalam mengajar,
yang artinya ; “ Mereka itu adalah orang orang yang mengetahui apa yang ada didalam hati mereka. Karena itu berpalianglah kamu dari mereka, dan berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka. 35 Dalam surat Attin ayat 4 juga dijelaskan,
Artinya ; “Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dengan bentuk yang sebaik- baiknya” 36
Disamping kedua surat tersebut, juga dijelaskan dalam surat Al Baqoroh ayat 48, yaitu: 35
Al quran dan terjemahnya.Departemen Agama Republik Indonesia. Bandung : JART, 2005, 1079. 36 Al quran dan terjemahnya.Departemen Agama Republik Indonesia. Bandung : JART, 2005, 1079.
78
ِيس أَ َبى َ س َجدُوا إِ اَّل إِ ْبل َ اس ُجدُوا ِِلدَ َم َف ْ َوإِ ْذ قُ ْل َنا لِ ْل َم ََلئِ َك ِة َاس َت ْك َب َر َو َكانَ مِنَ ا ْل َكاف ِِرين ْ َو Artinya : “Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: “Sujudlah kamu kepada Adam,” maka sujudlah mereka kecuali Iblis(b); ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir.”37
Metode dalam bahasa arab dikenalsebagai istilah Thoriqoh yang berarti langkah – langkah yang dipersiapkan untuk melakukan suatu pekerjaan. Metode ini harus diwujudkan dalam proses pembelajaran dalam rangka pengembangan sikap mental dan kepribadian peserta didik. 38 Diantara metode pembelajaran Akidah Akhlak adalah : a.
Metode Tanya Jawab Metode tanya jawab adalah salah satu teknik mengajar yang dapat membantu kekurangan – kekurangan yang terdapat pada metode ceramah. Anak didik yang biasanya kurang mencurahkan perhatiannya terhadap pelajaran yang diajarkan dengan metode ceramah akan berhati – hati terhadap pelajaran yang diajarkan melalui metode tanya jawab. Sebeb anak didik tersebut sewaktu-
37
Al quran dan terjemahnya.Departemen Agama Republik Indonesia. Bandung : JART,
2005, 46. 38
Al quran dan terjemahnya.Departemen Agama Republik Indonesia. ,Bandung : JART, 2005, 129.
79
waktu akan mendapat giliran untuk menjawab suatu pertanyaan yang akan diajukan kepadanya. Metode Tanya jawab adalah salah satu cara mengajar yang dilakukan oleh guru dengan mengajukan pertanyaan kepada peserta didik tentang bahan pelajaran yang telah diajarkan atau bacaan yang telah mereka baca sambil memperhatikan proses berfikir diantara peserta didik. b. Metode Humaniora Metode ini mengutamakan kerja sama antara pendidik dan peserta didik, juga keselarasan antara teori dan praktik riil dalam kehidupan nyata. Metode humaniora menempatkan manusia secara utuh. 39 c. Metode Pemecahan Masalah Metode pemecahan masalah adalah suatu cara menyajikan pelajaran dengan mendorong peserta didik untuk mencari dan memecahkan suatu masalah. d. Metode Karya Wisata Metode karya wisata adalah cara mengajar yang dilaksanakan dengan mengajak siswa ke suatu tempat atau obyek tertentu diluar sekolah untuk mempelajari atau menyelidiki sesuatu. Tujuan karya wisata diharapkan siswa dapat memperoleh pengalaman langsung dari obyek yang dilihat. 39
Zakiah Daradjat, dkk, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam , Jakarta: Bumi Aksa ra, 1995, 307.
80
e. Metode Demonstrasi Metode
demonstrasi
adalah
metode
mengajar
yang
menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau alat untuk memperlihatkan bagaimana melakukan sesuatu kepada anak
didik.
Dengan
metode
demonstrasi
guru
a tau
murid
memperlihatkan pada seluruh anggota kelas suatu proses, misalnya bagaimana cara shalat yang sesuai dengan ajaran Rasulullah. 40 f. Metode Diskusi Metode
diskusi
ialah
suatu
cara
penyampaian
bahan
pelajaran, dimana guru memberikan kesempatan kepada kelompokkelompok
untuk
mengadakan
pembicaraan
ilmiah
guna
mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun berbagai altenatif pemecahan atas segala masalah. Materi yang relevan dengan diskusi sebaiknya materi - materi yang controversial sehingga lebih menarik dalam pembahasannya. g. Metode Mengajar Beregu Metode mengajar beregu ialah suatu pengajaran yang dilakukan oleh dua orang guru atau lebih dalam mengajar sejumlah peserta didik yang mempunyai perbedaan minat, kemampuan atau tingkat kelas. 41 Semua materi Aqidah Akhlak relevan dengan metode ini, misalnya materi tentang Akhlak terpuji dan akhlaq tercela. 47
Baharudi dan Moh Makin, Pendidikan Humanistik...,202. Zakiah Daradjat, dkk, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam , Jakarta: Bumi Aksae ra, 1995, 307. 41
81
h.
Metode Kerja Kelompok Metode kerja kelompok adalah penyajian materi dengan cara pemberian tugas-tugas untuk mempelajari sesuatu kepada kelompokkelompok belajar yang sudah ditentukan dalam rangka mencapai tujuan. Materi-meteri yang relevan dengan metode ini diantaranya adalah materi tentang asmaul husna.
i. Metode Situasional Metode ini mendorong peserta didik untuk belajar dengan perasaan gembira dalam berbagai tempat dan keadaan. Metode ini dapat memberikan kesan-kesan yang menyenangkan, sehingga kesan tersebut melekat dalam ingatan peserta didik Suatu metode dilakukan dalam praktik pembelajaran. Belajar memiliki arti dasar adanya aktivitas atau kegiatan penugasan tentang sesuatu.sedangkan pembelajaran adalah usaha sistematis yang memungkinkan terciptanya pendididkan untuk meraih internalisasi ilmu pengetahuan sebagai proses pengalaman khusus yang bertujuan menciptakan perubahan secara terus menerus dalam pe rilaku dan pemikiran manusia. Pembelajaran Akidah Akhlak merupakan suatu proses transfer of knowledge dan transfer of value melalui upaya secara sadar dan terencana
dalam
menyiapkan
82
peserta
didik untuk
mengenal,
memahami,menghayati, mengimani, berakhlak mulia, mengamalkan ajaran Islam dari sumber utamanya Al Qur`an dan Hadits D.
PENGERTIAN DASAR, DAN TUJUAN AKIDAH AKHLAK 1. Pengertian Akidah Akhlak
Menurut bahasa, kata aqidah berasal dari bahasa Arab yaitu [ َع ْقد-يَ ْعقِد- ] َعقَ َدartinya adalah mengikat atau mengadakan perjanjian. Sedangkan Aqidah menurut istilah adalah urusan-urusan yang harus dibenarkan oleh hati dan diterima dengan rasa puas serta terhujam kuat dalam lubuk jiwa yang tidak dapat digoncangkan oleh badai subhat (keragu-raguan). Dalam definisi yang lain disebutkan bahwa
aqidah
adalah sesuatu
yang
mengharapkan
hati
membenarkannya, yang membuat jiwa tenang tentram kepadanya dan yang menjadi kepercayaan yang bersih dari kebimbangan dan keraguan. 42
Berdasarkanpengertian-pengertian
di
atas
dapat
dirumuskan bahwa aqidah adalah dasar-dasar pokok kepercayaan atau keyakinan hati seorang muslim yang bersumber dari ajaran Islam yang wajib dipegangi oleh setiap muslim sebagai sumber keyakinan yang mengikat.
42
Zakiah Daradjat, dkk, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam , Jakarta: Bumi Aksae ra, 1995, 307.
83
Sementara kata “akhlak” juga berasal dari bahasa Arab, yaitu [ ]خلقjamaknya [ ]أخالقyang artinya tingkah laku, perangai tabi‟at, watak, moral atau budi pekerti. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, akhlak dapat diartikan budi pekerti, kelakuan. Jadi, akhlak merupakan sikap yang telah melekat pada diri seseorang dan secara spontan diwujudkan dalam tingkah laku atau perbuatan. Jika tindakan spontan itu baik menurut pandangan akal dan agama, maka disebut akhlak yang baik atau akhlaqul karimah, atau akhlak mahmudah.
Akan
tetapi
apabila
tindakan
spontan
itu
berupa perbuatan-perbuatan yang jelek, maka disebut akhlak tercela atau akhlakul madzmumah.
2.
Dasar Akidah Akhlak
Dasar aqidah akhlak adalah ajaran Islam itu sendiri yang merupakan sumber-sumber hukum dalam Islam yaitu Al Qur‟an dan Al Hadits. Al Qur‟an dan Al Hadits adalah pedoman hidup dalam Islam yang menjelaskan kriteria atau ukuran baik buruknya suatu perbuatan manusia. Dasar aqidah akhlak yang pertama dan utama adalah Al Qur‟an dan. Ketika ditanya tentang aqidah akhlak Nabi Muhammad SAW, Siti Aisyah berkata.” Dasar aqidah akhlak Nabi Muhammad SAW adalah Al Qur‟an.”
Islam mengajarkan agar umatnya melakukan perbuatan baik dan menjauhi perbuatan buruk. Ukuran baik dan buruk tersebut 84
dikatakan dalam Al Qur‟an. Karena Al Qur‟an merupakan firman Allah, maka kebenarannya harus diyakini oleh setiap muslim.
Dalam Surat Al-Maidah ayat 15-16 disebutkan yang artinya “Sesungguhnya
telah
menjelaskan kepadamu
datang banyak
kepadamu
rasul
dari isi Al-Kitab
kami,
yang kamu
sembunyikan dan banyak pula yang dibiarkannya. Sesungguhnya telah
datang
kepadamu
cahayadari
Allah
dan
kitab
yang
menerangkan. Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan izinNya, dan menunjuki meraka ke jalan yang lurus.”
Dasar aqidah akhlak yang kedua bagi seorang muslim adalah Al Hadits atau Sunnah Rasul. Untuk memahami Al Qur‟an lebih terinci, umat Islam diperintahkan untuk mengikuti aja ran Rasulullah SAW, karena perilaku Rasulullah adalah contoh nyata yang dapat dilihat dan dimengerti oleh setiap umat Islam (orang muslim).
3. Tujuan Akidah Akhlak
Aqidah akhlak harus menjadi pedoman bagi setiap muslim. Artinya setiap umat Islam harus meyakini pokok-pokok kandungan
85
aqidah akhlak tersebut. Adapun tujuan aqidah akhlak itu adalah :
a) Memupuk dan mengembangkan dasar ketuhanan yang sejak lahir. Manusia adalah makhluk yang berketuhanan. Sejak dilahirkan manusia terdorong mengakui adanya Tuhan. Fir man Allah dalam surah Al-A‟raf ayat 172-173 yang artinya “Dan (Ingatlah), ketika Tuhanmu menguluarkan kehinaan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka, seraya berfirman: “Bukankah Aku ini Tuhanmu? “, mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuhan kami), kami jadi saksi” (Kami lakukan yang demikian itu), agar dihari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (Keesaan tuhan)” atau agar kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya orang-orang tua kami telah mempersekutukan Tuhan sejak dulu, sedang
kami
(datang) sesudah
ini
adalah
mereka.
anak-anak Maka
apakah
keturunan
yang
Engkau
akan
membinasakan kami karena perbuatan orang-orang yang sesat dahulu?” Dengan naluri ketuhanan, manusia berusaha untuk mencari tuhannya, kemampuan akal dan ilmu yang berbedabeda memungkinkan manusia akan keliru mengerti tuhan. Dengan aqidah akhlak, naluri atau kecenderungan manusia akan
86
keyakinan adanya Tuhan Yang Maha Kuasa dapat berkembang dengan benar
b) Aqidah akhlak bertujuan pula membentuk pribadi muslim yang luhur dan mulia. Seseorang muslim yang berakhlak mulia senantiasa bertingkah laku terpuji, baik ketika berhubungan dengan Allah SWT, dengan sesama manusia, makhluk lainnya serta dengan alam lingkungan. Oleh karena itu, perwujudan dari pribadi muslim yang luhur berupa tindakan nyata menjadi tujuan dalam aqidah akhlak.
c)
Menghindari
diri
dari
pengaruh
akal
pikiran
yang
menyesatkan. Manusia diberi kelebihan oleh Allah dari makhluk lainnya berupa akal pikiran. Pendapat-pendapat atau pikiranpikiran yang semata-mata didasarkan atas akal manusia, kadangkadang menyesatkan manusia itu sendiri. Oleh karena itu, akal pikiran perlu dibimbing oleh aqidah akhlak agar manusia terbebas atau terhindar dari kehidupan yang sesat
4. Hubungan Akidah dengan Akhlak
Dengan
akhlak
yang baik
seseorang
akan
bisa
memperkuat aqidah dan bisa menjalankan ibadah dengan baik dan benar, dengan itu ia akan mampu mengimplementasikan tauhid ke dalam akhlak yang mulia (Akhlakul Karimah). Karena
87
barang
siapa
benar, niscaya
mengetahui ia
akan
Sang
dengan
Penciptanya
mudah
dengan
berperilaku
baik
sebagaimana perintah Allah. Sehingga ia tidak mungkin menjauh atau bahkan meninggalkan
perilaku-perilaku
yang
telah
ditetapkan-Nya.
Hubungan manusia dengan Allah SWT dan kelakuannya terhadap Allah SWT. Ditentukan mengikut nilai-nilai aqidah yang
ditetapkan.
Begitu
juga
akhlak
terhadap
manusia
dicorakkan oleh nilai-nilai aqidah seorang muslim, sebagaimana yang ditetapkan di dalam Al-Qur‟an yang merupakan ajaran dan wahyu dari Allah SWT 1. Aqidah sebagai dasar pendidikan akhlak Dasar pendidikan akhlak bagi seorang muslim adalah aqidah yang benar terhadap alam dan kehidupan, karena akhlak tersarikan dari aqidah dan pancaran dirinya. Oleh karena itu jika seorang beraqidah dengan benar, niscaya akhlaknya pun akan benar, baik dan lurus. Begitu pula sebaliknya, jika aqidah salah maka akhlaknya pun akan salah. Aqidah seseorang akan benar dan lurus jika kepercayaan dan keyakinannya terhadap Allah juga lurus dan benar 2. Jujur
88
Jujur merupakan salah satu sifat manusia yang berhubungan dengan aqidah. Jujur dapat terwujud apabila seseorang telah memegang konsep-konsep yang berhubungan dengan aqidah. Dengan dijalankannya konsep-konsep aqidah tersebut maka seseorang akan memiliki akhlak yang baik. Sehingga orang akan takut dalam melakukan perbuatan dosa. Akhlak Islami
adalah
perangkat
bersifat samawi dan azali yang
mewarnai
tata
nilai yang
cara
berpikir,
bersikap dan bertindak seorang muslim terhadap dirinya, Allah dan Rasul-Nya, sesamanya dan lingkungannya. a. Akhlak merupakan dimensi kehidupan seorang Muslim yang
mencakup akidah, ibadah, dan syariah
b. Samawi adalah akhlak yang bersumber dari Al-qur‟an dan Alhadist c. Azali adalah akhlak islami yang bersifat tetap, tidak berubah kehidupan
walaupun
tata
nilai
bermasyarakat
dan
berubah
norma sesuai
dalam dengan
perubahan masa dan keadaan Cakupan dari Akhlak islami sangat luas diantaranya : 1. Ethos: Mengatur hubungan seseorang dengan Khaliknya, seperti terhadap Rasul Allah dan Kitab-Kitabnya
89
2. Ethis: Mengatur hubungan seseorang dengan dirinya dan terhadap sesamanya dalam kegiatan kehidupan sehari-hari 3. Moral: Mengatur hubungan dengan sesamanya tapi berlainan jenis menyangkut kehormatan tiap pribadi 4.
Estetika:
Rasa
keindahan yang mendorong seseorang untuk
meningkatkan keadaan dirinya serta lingkungannya agar lebih indah menuju kesempurnaan Kemajuan
ilmu
pengetahuan
dan
teknologi
membawa
perubahan yang sangat mendalam terhadap berbagai segi tatanan kehidupan manusia mulai dari berfikir, bersikap, dan bertingkah laku termasuk mengeluarkan ide yang bermuara pada friksi-friksi kemanusiaan walaupun ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa
perubahan
yang
besar
dan
luar
biasa.
Dengan
permasalahan tersebut, maka diperlukan dakwah sebagai petunjuk hidup. Menurut Yusuf Qardhawi, ada 3 ancaman terhadap akhlak manusia: - Ananiyyah : sikap individualisme yang menjadi ciri manusia modern. - Madiyyah atau sikap materialistik : kecinta an pada kehidupan duniawi secara berlebihan. - Naf‟iyyah atau pragmatis : menilai sesuatu hanya berdasarkan aspek kegunaan semata.
90
Ketiga ancaman terhadap akhlak ini hanya bisa diatasi manakala manusia memiliki landasan aqidah yang kuat.
91
BAB III HASIL PENELITIAN
A. Diskripsi MI Al Falah Kaliangkrik dan MI Al Islam Tonoboyo Kecamatan Bandongan Kabupaten Magelang 1.
Diskripsi MI Al Falah Kecamatan Kaliangkrik Kabupaten Magelang a. Sejarah berdirinya Madrasah Ibtidaiyah Al Falah Kaliangkrik, kecamatan Kaliangkrik, Kabupaten Magelang Pendidikan
adalah
merupakan
upaya
meningkatkan
kemampuan dalam kehidupan berbangsa dan beragama, artinya kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dari tingkat pendidikannya. Disamping itu dalam Undang Undang Dasar Republik Indonesia tahun 1945 mengamanatkan pemerintah tentang pendidikan, bahwa dalam pendidikan harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, relefansi dan efisiensi managemen pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan, sehinga perlu dilakukan perencanaan pendidikan secara terarah dan berkesinambungan. 43 Dari segi perencanaan pendidikan Undang Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sitem Pendidikan Nasional, dan Amandemen Undang Undang Dasa r1945 yang menetapkan alokasi anggaran 43
Buku Pedoman MI Al Falah, Kaliangkrik, Magelang 2014/2015.
92
pendidikan 20% dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN), ini adalah merupakan angin segar yang perlu direspon positif bagi kalangan dunia pendidikan, artinya ini menunjukan perhatian pemerintah pada dunia pendidikan secara besar. Seiring dengan perkembangan zaman dan pesatnya laju teknologi dan informasi memaksa dunia pendidikan harus adaptif terhadap perkembangan tersebut, tuntutan untuk menciptakan akan suatu pendidikan yang bermutu, berkwalitas inilah yang menjadi ganjalan di setiap lembaga pendidikan Madrasah maupun madrasah penyelenggara pendidikan, khususnya adalah Madrasah Ibtidaiyah Al Falah Kaliangkrik Kabupaten Magelang. Guna mengimplentasikan pendidikan Madrasah yang bermutu dan berkwalitas kami mengusulkan program-program perencaan pendidikan sebagai langkah untuk memajukan lembaga pendidikan demi terciptanya cita-cita kami dan masyarakat, yang memiliki suatu lembaga pendidikan yang bermutu sesuai standar pendidikan yang bersifat nasional maupun internasional. 44 b.
Visi, Misi dan tujuan Madrasah Ibtidaiyah Al Falah kaliangkrik 1) Visi Madrasah : Terwujudnya
Madrasah yang dapat membentuk Generasi
Relegius, Disiplin dan Peduli.
44
Kepala Madrasah, Dokumentasi Data Sejarah, MI Al Falah kaliangkrik, 2013/2014.
93
2) Misi Madrasah : a). Menciptakan lingkungan belajar yang Relegius b). Menciptakan lingkungan belajar yang disiplin dan terintegrasi c). Memberdayakan seluruh potensi peserta didik untuk peduli terhadap lingkungannya. 3) Tujuan Madrasah a) Terbentuknya generasi yang relegius dalam kehidupan sehari hari b) Terbentuknya siswa mad rasah yang disiplin dalam aspek akademik maupun non akademik dalam kehidupan pribadi dan
sosial
c). Terbentuknya siswa yang peduli terhadap lingkungan. 45
4). IdentitasMadrasah 1. Nama Madrasah
: MI AL FALAH KALIANGKRIK
2. No. Statistik Madrasah (NSM)
: 111233080174
3. Akreditasi Madrasah
: B ( Baik )
4. Alamat Lengkap Madrasah
: Kauman
45
Desa / Kelurahan
: Kaliangkrik
Kecamatan
: Kaliangkrik
Kab/ Kota
: Magelang
Provinsi
: Jawa Tengah
Kepala Madrasah, Dokumentasi Data Sejarah, MI Al Falah kaliangkrik, 2013/2014.
94
No. Telp.
:-
5. NPWP Madrasah
: 00 542 625 9 524 000
6. Nama Kepala Madrasah
: Fadhoil, S.Ag
7. No. Telp./ HP Kepala Madrasah
: 081328841779
8. Nama Yayasan
: MAARIF
9. Alamat Yayasan
:jln Magelang Jogja km 12 Palbapang Mungkid Magelang 56511
10. No. Telp. Yayasan
: 0293 782037
11. No. Akte PendirianYayasan
: lk/3.C/1528/Pem.MI/7
12. Kepemilikan Tanah
: Milik Yayasan a. Status Tanah
:Wakaf
b. Luas Tanah
: 1531.31 M2
13. Status Bangunan
: Yayasan
14. Luas Bangunan
: 1231 M2
15. E-mail
:
5). Progam Kerja Madrasah a. Sarana prasarana dan ketenagaan (1) Meningkatkan pendayagunaan buku paket dan LKS bagi murid dan guru utamanya mata pelajaran ujian negara. (2) Berusaha meningkatkan pendayagunaan tenaga yang ada secara efesien dan efektif, serta berusaha meningkatkan ke rja sama semua staf (karyawan/guru) dengan cara sebaik-baiknya. (3).
Mengupayakan
peningkatan 95
pengetahuan
dan
kemampuan
guru/pegawai dengan cara : i.
Mengikutkan penataran baik yang diadakan oleh depag (MIN/pengawas) lembaga Maarif atau KKM - Pembinaan rutin - Meningkatkan pelaksanaan monitoring
terhadap
guru
/
karyawan terhadap tugasnya. 46 - Meningkatkan
usaha
untuk
pembekalan
dan
pembinaan
terhadap siswa. Utamanya pada kelas terakhir (tiga) dalam rangka mempersiapkan siswa mengikuti Ujian Nasional (UN) dengan memberikan les atau kegiatan-kegiatan pelatihan secara rutin dan terprogram. -
Mengajukan permohonan pada pengurus Madrasah Ibtidaiyah Al Falah untuk memperbaiki ruang-ruang yang kurang baik dan menambah ruangan baru. b.Kurikulum dan Evaluasi: (1) Meningkatkan pembinaan kurikulum pada guru mata (2) pelajaran melalui KKM dan lembaga pendidikan Islam. (3) Menertibkan penelitian dan evaluasi melalui kegiatan
Ektra, Intra dan Korikuler, baik melalui evaluasi formatif atau sumatif.
46
Kepala Madrasah, Dokumentasi Data Sejarah, MI Al Falah kaliangkrik, 2013/2014
96
(4).
Mengupayakan
penuntasan
penguasaan
program
kurikuler dengan melalui les atau kegiatan-kegiatan lain yang dapat menunjang penyelesaian. c. Kesiswaan dan Porseni: 1. Meningkatkan
pengenalan siswa
terhadap lingkungan
Madrasah melalui orientasi siswa. 2. Meningkatkan ketaqwaan terhadap Allah SWT. melalui pengajian diniyah setelah shubuh dan setelah maghrib 3. Meningkatkan
pelatihan
kepemimpinan
siswa
melalui
kegiatan Ekstra kurikuler yang berupa : - Peringatan hari-hari besar islam - Perlombaan-perlombaan ( Class Metting ) - Kepramukaan - Kesenian 47 d. Humas 1. Mengadakan kerja sama dengan Kemenag, Dikbud dan LP. Islam sehubungan dengan pelaksanaan orientasi siswa baru. 2. Meningkatkan dengan
hubungan
memberi
dengan
penjelasan
masyarakat
tentang
sekitar
kebijakasanaan
Madrasah, situasi dan perkembangan Madrasah. 3. Menampung saran-saran dan pendapat masyarakat untuk
47
Ur Kurikulum, Dokumentasi Data Kurikulum, MI Al Falah Kaliangkrik, 2014/2015
97
memajukan Madrasah. e.
Sumber dana Sesuai dengan penjelasan Kepala Madrasah Ibtidaiyah Al Falah Kaliangkrik Magelang, bahwa biaya pendirian gedung tersebut adalah swadaya murni masyarakat
Kaliangkrik,
melalui musyawarah dengan beberapa tokoh masyarakat sekaligus memberikan sumbangan yang relatif besar. Sumber dana yang diperoleh digunakan untuk memenuhi kebutuhan Madrasah, diantaranya: a. Dari SPP murid. b. Infaq dan Sadaqoh dari para dermawan. c. Sumbangan dari instansi pemerintah. Pendistribusian
keuangan
Madrasah
untuk
menunjang
kegiatan dapat dibagi beberapa kelompok antara lain untuk : 1. Honorarium guru / pegawai dan pembina ekstrakurikuler. 2. Kegiatan operasional guru. 3. Pengadaan fasilitas sarana dan prasarana yang sangat penting. 4. Pembinaan
profesional
guru
dan
hal-hal
lain
yang
berhubungan dengan kesejahteraan guru. f.
Bangunan gedung MI Al Falah Kaliangkrik Magelang Bangunan yang dimiliki MI Al Falah Kaliangkrik itu ada beberapa gedung.untuk lebih jelsnya lihat tabel dibawah
98
ini.
Tabel 1 Bangunan di MI Al Falah Kaliangkrik No. 1 2 3 4 5 6 7 8
Ruang Ruang kelas R. kepala sekolah R. guru R. perpustakaan R. UKS R. koperasi R. gudang Kamar mandi dan
Jumlah 9 1 1 1 1 1 1 11
WC
Ukuran (M2) 6 x7 2,5x2,5 6 x7 4x6 4x6 4x6 4x6 2x3
3
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada denah MI Al Falah kaliangkrik Magelang dalam lampiran I. a. Kegiatan Ekstrakurikuler Kegiatan ekstrakurikuler yang dilaksanakan di MI Al Falah
99
Kaliangkrik Magelang merupakan kegiatan aktif siswa yang tidak bisa dipisahkan dari kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh Sekolah . Kegiatan ekstrakurikuler tersebut adalah : 1)
Kegiatan yang bersifat keagamaan
2)
Musabaqoh Tilawalil Qur'an (MTQ)
3)
Peringatan hari besar Islam
4)
Pengumpulan zakat fitrah
5)
Penyembelihan hewan qurban
6)
Pembagian daging qurban
7)
Pesantren Kilat
8)
Kegiatan Manasik Haji
9)
Kegiatan yang bersifat umum (a)
Kepramukaan
(b)
Kesenian, meliputi: Drum Band
10). Kegiatan yang bersifat Sosial a. Latihan Dokter kecil b. Cerdas cermat dokter kecil b. Strukutur Organisasi Struktur organisasi yang dipergunakan di MI Al Falah Kaliangkrik Magelang adalah sebagai berikut:
100
Gambar 1 Struktur Organisasi MI Al falah Kaliangkrik Magelang
Depdikbub
Kementerian Agama
Lembaga Pendidikan Maarif
Yayasan Maarif
Kepala Madrasah Ibtidaiyah Al Falah fadhoil,S.Ag Tata Usaha Efi Susilowati,S.PdI
f Fadhoil, S.Ag
Wk. Kurikulum Islamiyah, S.Ag
Wk.Sarana Syaeful Mujib
WkKesiswaan Ahmad yakup
Wk. Humas S Rodli
Prasarana
Wali Kelas
Wali Kelas
Wali Kelas
Dewan Guru
Siswa
c.
Kondisi Obyektif Guru dan Siswa a.
Jumlah Guru Untuk mengetahui keadaan guru dan latar belakang pendidikannya, dapat dilihat pada tabel sebagai berikut: 48
48
Kepala Madrasah, Dokumentasi Data Sejarah, MI Al Falah kaliangkrik, 2013/2014
101
Tabel 2 Daftar Guru MI Al Falah Kaliangkrik, Kec. Kaliangkrik Kab.Magelang
No Nama Guru
Ijazah Terakhir
1
Fadhoil
S-1/Tarbiyah/PAI/1998
2
Islamiyah
S-1/Ushuludin/Akidah filsafat/1995
3
Efi Susilowati
S-1/Tarbiyah/PAI/2002
4
Masrifatul Amiroh
S-1/Tarbiyah/PAI/2013
5
Istiqomah
S-1/Tarbiyah/PAI/2011
6
Istna Maulida Sulistiana
S-1/FKIP/BK/2012
7
Khairul Muna
S-1/Tarbiyah/Bahasa Inggris/2010
8
Ahmad Yakup
SMA/IPS/2007
9
Suciati
S-1/Tarbiyah/PAI/2012
10
M. SyaefulMujib
S-1/Tarbiyah/PAI/2011
11
Lina Dwi S
S-1/Syariah/Ahwalus syahsiah/2010
12
M.Qobul
S-1/Tarbiyah/PAI/2002
13
Slamet Rodli
D-2/Tarbiyah/PAI/1998
b. Jumlah Siswa Sedangkan untuk mengetahui jumlah siswa tahun ajaran 2014-2015
102
di MI Al Falah Kaliangkrik Magelang dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 3 Daftar Siswa MI Al Falah Kaliangkrik, Kec. Kaliangkrik. Kab. Magelang Tahun Ajaran 2014-2015
Banyaknya Siswa NO
Kelas Jml Kelas
Keluarga Jumlah
L
P
Miskin
1
1
1
19
17
36
36
2
11
1
27
14
41
41
3
I11
1
22
22
44
44
4
1V
1
25
10
35
35
5
V
2
18
20
38
38
6
V1
2
27
8
35
35
103
B. Diskripsi MI Al Islam Tonoboyo, Kecamatan Bandongan, Kabupaten Magelang 1.
Sejarah berdirinya MI Al Islam Tonoboyo Kecamatan Bandongan Kabupaten Magelang Madrasah Al Islam Tonoboyo kecamatan Bandongan Kabupaten Magelang mempunyai sejarah pertumbuhan dan perkembangan sendiri. Madrasah ini didirikan untuk dipersiapkan menjadi tempat belajar anak anak, lama kelamaan yayasan ini berencana untuk meningkatkan kualitas pendidikan di sekitar tonoboyo akhirnya di dirikan Madrasah Ibtidaiyah (MI), karena perkembangan zaman yang semakin modern maka yayasan berupa bagaimana meningkatkan sumber daya manusia yang ada di sekitar desa tersebut,maka pada tahun 1965 berdirilah Madrasah Ibtidaiyah yang di dirikan oleh yayasan Islam yang beranggotakan para pemuka agama dan masyarakat sekitar. 49 Dari perjalanan MI Al Islam tonoboyo mengalami dinamika yang berarti, yaitu selain tempatnya kurang mendukung dan sarana prasarana juga kurang memadai sehingga betul-betul perjuangan yang sangat luar biasa. Dinamika ini membawa MI Al Islam Tonoboyo semakin dewasa dalam menapak perjalannya. Berbagai masalah yang muncul, dapat terselesaikan dengan tuntas dengan baik
49
Wawancara dengan kepala Madrasah Bapak Rozib, M.Pd.I, 2015, Pukul 10.15 WIB
104
Dalam perkembangan kemudian MI Al Islam Tonoboyo mempunyai sebidang tanah sendiri seluas + 470 M dengan dibangun gedung dan lokal dengan luas + 430 untuk PBM dan pada tahun 1965, dimana setelah SK pendirianya pada tanggal 01 Januari 1965 dengan no izin operasionalnya adalah Lk/3.C/1513/PCM/MI/78 sehingga sekarang PBM dan kegiatan lainnya pun bisa dijalankan dengan baik oleh Madrasah, ini semua berkat kegigihan orang tua murid (Komite Madrasah), guru, pegawai dan instansi terkait, dengan gedung yang megah di tanah yang luas hingga kini. 2.
Letak Geografis MI Al Islam Tonoboyo adalah terletak di Desa Tonoboyo, di Kecamatan Bandongan Kabupaten Magelang.Dan desa ini dilalui oleh sebuah jalan protokol yang menghubungkan kecamatan Bandongan dengan kecamatan-kecamatan lain disekitarnya, seperti kecamatan Kaliangkrik dan Kecamatan Kajoran Adapun desa Tonoboyo ini berbatasan dengan desa-desa disekitarnya, yaitu sebelah utara dengan desa Kalegen Kecamatan bandongan, disebelah selatan berbatasan dengan desa Bandongan Kecamatan Bandongan, disebelah timur berbatasan dengan desa Mantusari, dan sebelah barat berbatasan dengan desa Beseran Kecamatan Kaliangkrik.50
50
Tata Usaha, Dokumentasi data letak geografis, MI Al Islam Tonoboyo, 2015.
105
3.
Struktur organisasi Agar terjadi mekanisme kerja yang lancar dan tertib, maka disusunlah struktur organisasi sekolah, adapun struktur organisasi MI AlIslam Tonoboyo tahun pelajaran 2014/2015 adalah sebagai berikut :
106
Ketua yayasan
KOMITE MADRASAH
Ur. KURIKULUM
TATA USAHA
Ur
Ur
Ur
KESISWAAN
SARPRAS
HUMAS
Sie
Sie
Sie
Sie
Sie
Sie
Olah Raga
Kesenian
Drum Band
Pramuka Pi
Keagamaan
Pramuka Pa
Dan UKS
Wali Kelas
Dewan Guru
Peserta Didik MI Al Islam Tonoboyo Keterangan =
= Garis Intruksional = Garis Koordinasi Gambar 2 Bagan Organisasi MI Al Islam Tonoboyo Tahun Pelajaran 2015
107
4.
Visi, Misi, dan Tujuan
a.
Visi Madrasah Madrasah Ibtidaiyah Al Islam Tonoboyo kecamatan Bandongan kabupaten Magelang sebagai lembaga pendidikan dasar berciri khas Islam perlu mempertimbangkan harapan murid, orang tua murid, lembaga pengguna lulusan madrasah dan masyarakat dalam merumuskan visinya. Madrasah Ibtidaiyah Al Islam Tonoboyo, juga diharapkan merespon perkembangan dan tantangan masa depan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, era reformasi dan globalisasi yang sangat cepat. Madrasah Al Islam Tonoboyo kecamatan Bandongan kabupaten Magelang ingin mewujudkan harapan dan respon dalam Visi Madrasah yaitu: “Membentuk peserta didik Yang Unggul Dalam Mutu, Berbudi pakerti luhur, Terampil, Beriman dan Bertaqwa Kepada Allah SWT serta cinta Tanah Air dan Bangsa “ Indikator Visi :
1. Memiliki KTSP yang memadai. 2. Terpenuhi standar proses 3. Terpenuhi standar kelulusan 4. Terpenuhi standar tenaga kependidikan 5. Terpenuhi standar pengelolaan 6. Terpenuhi fasilitas pendidikan 7. Terpenuhi standar pembiayaan pendidikan 8. Terpenuhi standar penilaian 108
9. Memiliki budaya dan lingkungan Madrasah yang kondusi
b. Misi Madrasah : 1. Menyusun dan melaksanakan KTSP 2. Melaksanakan Pembelajaran sesuai standar proses 3. Melaksanakan pembimbingan karakter dan pengembangan diri. 4. Meningkatkan Kompetensi tenaga pendidik dan tenaga kependidikan a. Mewujudkan pendidikan yang bermutu, efisien, dan relevan serta berdaya saing tinggi b Mewujudkan sistem pendidikan yang transparan, akuntabel, partisipatif dan efektif 5. Meningkatkan sarana dan prasarana pendidikan 6. Mewujudkan sumber-sumber pembiayaan non pemerintah serta mengelola keuangan dengan transparan dan akuntabel 7. Melaksanakan penilaian hasil belajar sesuai standar penilaian 8. Melaksanakan Manajemen Madrasah yang berkarakter.
c. . Tujuan Madrasah : Tujuan MI al Islam Tonoboyo jangka menengah (5 tahun kedepan) adalah : 1. Tercapainya nilai rata-rata semua mata pelajaran kategori A 2. Meningkatnya nilai KKM pada semua mata pelajaran 109
3. Meningkatnya ketercapaian nilai KKM untuk semua mata pelajaran 4. Meningkatnya penguasaan komputer dan internet pada setiap siswa
5.
Keadaan Guru dan Karyawan Madrasah Ibtidaiyah Al Islam Tonoboyo kecamatan Bandongan kabupaten Magelang mempunyai tenaga edukatif yang cukup baik bila ditinjau dari jenjang pendidikan yang dimiliki. Dari masing-masing pendidik mengampu bidang studi sesuai profesianya. Tabel 4 Daftar Guru MI Al Islam Tonoboyo Kec.Kaliangkrik. Kab.Magelang No Nama Guru
Ijazah Terakhir
1
S2.UIN Yogyakarta
Rozib Sulistiyo, M.PdI
2
Lushandiyah,S.Ag
S1.IAIN Walisongo Smrg
3
Eko Purwati, S.PdI
UMM, Magelang
4
Maltufah
MA Magelang
5
Mariyatul anisah,
STAIN Salatiga
S.PdI 6
Fauziyah S,S.kom
UMM Magelang
7
Roechanal ma‟tufani SMA Magelang
8
Nisfu Ema fatimah
MA Magelang
110
6.
9
Muliatin Ni‟mah,S.Pd UNY Yogyakarta
10
Ahmad zamzani
SMA Magelang
11
Islachudin
SMA Magelang
12
Wachidun
MA Magelang
Data siswa MI Al Islam Sedangkan untuk mengetahui jumlah siswa tahun ajaran 2014-2015 di MI Al Islam Tonoboyo dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 5 Daftar Siswa MI Al Islam Tonoboyo.Kab.Magelang Tahun Ajaran 2014-2015
Banyaknya Siswa
Keluarga Jumlah
7.
NO
Kelas
Jml Kelas
L
P
1
1
2
25
24
49
49
2
11
1
16
20
36
36
3
111
2
26
20
46
46
4
1V
2
16
20
36
36
5
V
1
7
6
13
13
6
V1
1
13
8
21
21
Sarana dan Prasarana
111
Miskin
Pada saat penelitian berlangsung, Madrasah Ibtidaiyah Al Islam Tonoboyo memiliki gedung yang bisa di gunakan untuk kantor, ruang guru,UKS, perpustakaan, ruang TU, ruang tamu dan gudang. Dalam tiap-tiap kelas dilengkapi dengan peralatan yang diperlukan dalam proses belajar mengajar, seperti kursi guru dan siswa, meja guru dan siswa, almari, papan tulis dan fasilitas lain. Untuk lebih jelas tentang fasilitas yang ada dapat dilihat dalam tabel berikut 51 :
Tabel 6 Sarana Dan Prasarana MI Al Islam Tonoboyo Tahun 2014/2015 No Jenis Barang/Ruang Jumlah
Kondisi
Keterangan
1
Ruang Belajar
9
Baik
-
2
Ruang kepala
1
Baik
-
3
Ruang Guru
1
Baik
-
4
Ruang Tamu
1
Baik
-
5
Ruang Perpustakaan
1
Baik
-
6
Ruang Koperasi
1
Baik
-
7
Ruang Tu
1
Baik
-
8
Ruang UKS
1
Baik
-
9
Papan Tulis
9
Baik
-
51
Ur Sarana Dan Prasarana, Dokumen data MI Al Islam Tonoboyo, Magelang, 2015
112
10
Almari Besar
3
Baik
-
11
Almari Kecil
2
Baik
-
12
Kursi, Meja Guru
11
Baik
-
13
Meja Siswa
76
Baik
-
14
Kursi Siswa
152
Baik
-
15
Komputer
3
Baik
-
16
Papan garis
4
Baik
-
17
Sound
1
Baik
-
18
Telpon
1
Baik
-
29
Alat Musik
1
Baik
Drum Band
20
Bola Voli
2
Baik
-
21
Bola Kaki
2
Baik
-
22
Raket
6
Baik
-
23
Net
1
Baik
-
24
Lap Top
1
Baik
-
25
Kamar Mandi
2
Baik
-
26
WC
2
Baik
-
27
Vidio Tape
1
Baik
-
Dalam melakukan PBM dan dalam upaya memudahkan pemahaman sekaligus penguasan materi oleh siswa, selain itu juga dalam rangka pencapaian tujuan pembelajaran Madrasah Ibtidaiyah Al Islam media pendidikan untuk digunakan sebagai berikut : a. Lap Top b. LCD Proyektor
113
c. Bagan Peta (lokal, regional, Nasional, dan Dunia) d. Tape e. TV f. Mikropo g. DVD h. Kaset i. Spiker Aktif j. Komputer k. CD l. Buku Perpustakaan
114
BAB 1V
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Pemahaman Guru tentang pendidikan Humanistik dan Behavioristik 1.
Pendidikan humanistik Menurut Bu Islamiyah adalah : “Pendidikan Humanistik adalah suatu pendidkan yang dalam proses pembelajaran dikelas berusaha untuk memanusiakan manusia dan memberi keleluasaan kepada siswa dalam proses pembelajaran”.52
Menurut Bapak khoirul Muna adalah : “Pendidikan humanistik adalah suatu pendidikan yang dalam metode penyampaian dititik beratkan pada kebebasan siswa dan guru tidak bersifat otoriter dalam penyampaian materi kepada siswa.”53
Menurut Bapak Ahmad Yakup adalah: “ Pendidikan humanistik adalah Adanya suasana penuh kasih sayang, hangat, hormat dan terbuka. Guru menangani masalah-masalah perilaku dengan jalan berkomunikasi secara pribadi dengan murid yang bersangkutan,tanpa 52 53
Wawancara dengan Ibu Islamiyah, Tanggal 8 Juli 2015 Wawancara dengan Bapak Khoirul Muna, Tanggal 8 Juli 2015
115
melibatkan kelompok”.54
Berdasarkan hasil wawancara kami dengan Bapak Ibu Guru di MI Al Falah Kaliangkrik dan MI Al Islam Tonoboyo Bandongan dapat diambil intisari bahwa mereka sudah memahami dan sudah tahu tentang arti dari pendidikan humanistik tersebut yakni dalam pembelajaran berusaha untuk memanusiakan manusia. Dalam arti bahwa guru tidak bersifat mutlak dan otoriteir
dalam
pembelajaran,
dan
siswa
diberi
kebebasan
dalam
pembelajaran kepada siswa dengan metode yang berfariatif dan berusaha untuk bersifat kasih sayang, sehingga siswa akan leluasa dan akan mudah menyerap pengetahuan secara menyeluruh. Peranan guru-guru Madrasah Ibtidaiyah Al Falah Kaliangkrik dan Madrasah Ibtidaiyah Al Islam Tonoboyo Bandongan tidak diragukan lagi, bahwa peranan beliau-beliau dalam pendidikan yang tersusun rapi dan menyeluruh sangat penting untuk mengangkat harkat dan martabat suatu kaum agar menjadi kaum yang maju dan berperadaban. Pada konteks inilah guru-guru Madrasah
Ibtidaiyah Al Falah Kaliangkrik dan Madrasah
Ibtidaiyah Al Islam Tonoboyo Bandongan kabupaten Magelang, khususnya guru-guru yang mengajar akidah akhlak memiliki peran strategis, yaitu sebagai sarana dalam proses transformasi nilai-nilai ajaran Islam untuk diterapkan. Sebab proses transformasi itu membutuhkan semangat untuk mengajarkan akidah akhlak yang baik kepada peserta didik, dan mencegah
54
Wawancara dengan Bapak Ahmad yakup, Tanggal 8 Juli 2015
116
kemungkaran, dan mengentaskan kebodohan dengan cara mengajarkan ilmu agama dengan sungguh-sungguh. Bila pembelajaran semacam ini berkembang dan membudaya di kalangan guru di Madrasah, bisa jadi ajaran humanistik dalam Islam menjadi suatu ide-ide yang menjadikan para guru-guru untuk semangat dalam mengajar dan mendidik pada peserta didik. Dan kata humanistik pada bab
terdahulu
telah
berasal
dari
bahasa
inggris
yang
berarti
“Memanusiakan manusia,bersifat sayang dan santun dalam mengajar serta penuh keakraban”. Menurut pengamatan dan wawncara kami bahwa Guru-guru Madrasah Ibtidaiyah Al Falah Kaliangkrik dan Madrasah Ibtidaiyah Al Islam Tonoboyo Bandongan
mengetahui bahwa pendidikan humanistik
senantiasa disertai dengan sikap ketelitian dan kecermatan serta kebanggaan terhadap pekerjaan yang bermutu. Pendidikan humanistik juga tidak diperkenankan untuk takut pada celaan orang lain yang suka mencela, atau takut kritik. Artinya, bahwa guru harus disertai dengan sikap terbuka, mau menerima kritik dari siapap pun demi kebaikan hasil pekerjaanny a (usahanya). Orang yang mempunyai sikap humanistik seyogyanya memiliki wawasan jangka panjang atau masa dengan yang lebih baik dan yang diridhoi oleh-Nya. Peran guru dalam pembelajaran humanistik adalah menjadi fasilitator bagi para siswa dan guru memberi motivasi, kesadaran mengenai makna
belajar
dalam
kehidupan
sehari
117
hari.
Guru
mengfasilitasi
pengalaman
belajar
kepada
siswa
dan
mendampingi
siswa
untuk
memperoleh tujuan pembelajaran. Siswa berperan sebagai pelaku utama yang memaknai proses belajar sendi ri. Diharapkan siswa memahami potensi diri, dan mengembangkan potensi dirinya secara positif dan meminimalkan potensi diri yang bersifat negatif
2. Pendidikan behavioristik Pemahaman
Guru
tentang pendidikan
behavioristik beragam,
diantaranya Pendidikan Behavioristik yang disampaikan P Rozib Sulistyo adalah : “ Pendidikan behavioristik adalah suatu pendidikan yang dalam pembelajaran berdasarkan adanya stimulus dan respon.dimana dalam pembelajarannya selalu memberikan suatu penguatan sikap dan pembiasaan”55
Pendidikan Behavioristik yang disampaikan B Lushandiyah “Pendidikan behavioristik adalah suatu pendidikan yang dalam pembelajarannya kepada siswa dengan sikap guru yang bersifat otoriter kurang memberikan keleluasaan dalam belajar dan metode yang diberikan kurang berfariatif”56 Berdasarkan
hasil wawancara
Pembelajaran dengan menggunakan
dan
pengamatan
kami
bahwa
Pendidikan behavioristik adalah
adanya pembelajaran yang menghubungkan
stimulus dan respon. Dengan
kegiatan ini mendudukkan siswa dalam belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau prilaku tertentu menggunakan metode drill atau pembiasaan
55 56
Wawancara dengan Bapak Rozib Sulistiyo, Tanggal 9 Juli 2015 Wawancara dengan Ibu lushandiyah, Tanggal 9 Juli 2015 118
semata. Munculnya prilaku didalam kelas akan semakin kuat bila diberikan suatu reinfocement dan akan hilang bila diberi suatu hukuman. Berd asarkan teori ini siswa dianggap sebagai obyek yang pasif yang selalu membutuhkan motivasi dan penguatan dari pendidik.
Oleh karena itu para Guru MI Al Falah dan Guru MI Al Islam Tonoboyo dalam
mengembangkan kurikulum yang terstruktur dengan
menggunakan standar-standar tertentu dalam proses pembelajaran yang harus dicapai oleh para siswa, begitu juga dalam proses evaluasi belajar diukur hanya pada hal-hal yang nyata dan dapat diamati sehingga hal- hal yang tidak dapat diamati kurang dijangkau dalam proses evaluasi. Jadi implementasi dari pendidikan behavioristik yang diberikan guru didalam kelas kurang dapat memberikan ruang gerak yang bebas bagi siswa un tuk berkreasi, bereksperimen dan mengembangkan kemampuannya sendiri.
Sehingga berdasakan pengamatan kami di Madrasah Ibtidaiyah al Falah kaliangkrik dan Madrasah Ibtidaiyah Al Islam Tonoboyo Bandongan magelang kurang banyak diterapkan oleh Bapak ataupun Ibu Guru karna kurang dapat diminati oleh siswa dalam pembelajaran dan cenderung siswa pasif dan membosankan. Dari hasil tes ataupun evaluasi hasil belajar kurang berhasil dengan maksimal. Sebagai konsekuensinya para guru yang menggunakan paradigma behaviorisme akan menyusun bahan pelajaran dalam bentuk yang sudah siap, sehingga tujuan pembelajaran yang ha rus dikuasai siswa disampaikan secara utuh oleh guru. Guru tidak banyak
119
memberi ceramah, tetapi instruksi singkat yng diikuti contoh-contoh baik dilakukan sendiri maupun melalui simulasi. Bahan pelajaran disusun secara hierarki dari yang sederhana sampai pada yang kompleks. Tujuan pembelajaran dibagi dalam bagian kecil yang ditandai dengan pencapaian suatu ketrampilan tertentu. Pembelajaran berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati. Kesalahan harus segera diperbaiki. Pengulangan dan latihan digunakan supaya perilaku yang diinginkan dapat menjadi
kebiasaan.
Hasil
yang
diharapkan
dari
penerapan
teori
behavioristik ini adalah tebentuknya suatu perilaku yang diinginkan. Perilaku yang diinginkan mendapat penguatan positif dan perilaku yang kurang sesuai mendapat penghargaan negatif. Evaluasi atau penilaian didasari atas perilaku yang tampak. Menurut kami,
Behavioristik adalah pembelajaran siswa yang
berpusat pada guru, bersifaat mekanistik, dan hanya berorientasi pada hasil yang dapat diamati dan diukur. Kritik ini sangat tidak berdasar karena penggunaan teori behavioristik mempunyai persyaratan tertentu sesuai dengan ciri yang dimunculkannya. Tidak setiap mata pelajaran bisa memakai metode ini, sehingga kejelian dan kepekaan guru pada situasi dan kondisi belajar sangat penting untuk menerapkan kondisi behavioristik. Metode behavioristik ini sangat cocok untuk perolehan kemampu an yang membutuhkan praktek dan pembiasaan. Teori ini juga cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan dominansi
120
peran orang dewasa, suka mengulangi dan harus dibiasakan, suka meniru dan senang dengan bentuk-bentuk penghargaan langsung seperti diberi permen atau pujian. Menurut pengamatan kami bahwa Penerapan teori behaviroristik yang salah dalam suatu situasi pembelajaran juga mengakibatkan terjadinya proses pembelajaran yang sangat tidak menyenangkan bagi siswa yaitu guru sebagai central, bersikap otoriter, komunikasi berlangsung satu arah, guru melatih dan menentukan apa yang harus dipelajari murid. Murid dipa ndang pasif , perlu motivasi dari luar, dan sangat dipengaruhi oleh penguatan yang diberikan guru. Murid hanya mendengarkan dengan tertib penjelasan guru dan menghafalkan apa yang didengar dan dipandang sebagai cara belajar yang efektif. Penggunaan hukuman yang sangat dihindari oleh para tokoh behavioristik justru dianggap metode yang paling efektif untuk menertibkan siswa B. Analisis Metode Pembelajaran Akidah Aklak Di MI Al Falah Kaliangkrik dan MI Al Islam Tonoboyo Bandongan
Sumber data yang kami jadikan acuan dalam metode pembelajaran adalah Guru Aqidah Akhlak MI Al Falah Kaliangkrik dan MI Al Islam Tonoboyo . Wawancara yang kami lakukan pada hari Rabu, tanggal 3 Juni 2015, pukul 08.00 – 11.00 WIB. Pertanyaan yang disampaikan menyangkut tentang bagaimana pembelajaran aqidah akhlak di MI Al Falah Kaliangkrik ? 121
Dari hasil wawancara tersebut, beliau mengungkapkan bahwa pembelajaran aqidah akhlak di MI Al Falah Kaliangkrik setiap minggunya terdiri dari dua jam untuk masing – masing kelas ( Kelas I s.d. VI ).setiap jamnya terdiri 35 menit, jadi selama satu minggu menjadi 2 x 35 menit Selain di dalam ruang kelas, pembelajaran aqidah akhlak juga diterapkan
di
luar
ruang
kelas,
misalnya
menghafal
surat-surat
pendek,menghafal doa-doa pendek dan asmaul husna bersama-sama setiap kelas. Kegiatan ini dilakukan setiap hari lima belas menit sebelum pelajaran dimulai, sholat dhuha dan sholat dhuhur berjamaah di masjid besar Kaliangkrik, peringatan hari – hari besar islam, seperti pesantren ramadhan, pembagian zakat fitrah, pengajian, qurban, dan manasik haji MI Al Falah Kaliangkrik dan MI Tonoboyo dalam pengajaran dan pembiasaan selain mengadakan pembelajaran aqidah akhlak secara rutin di dalam jam pembelajaran di kelas juga melakukan pembelajaran – pembelajaran di luar kelas. Kegiatan ini sangat baik untuk menunjang kegiatan pembelajaran selain dengan pembelajaran yang dilakukan di kelas sehingga siswa bisa lebih memahami pembelajaran aqidah akhlak dan mengamalkannya. Wawancara yang kedua kepada Guru Aqidah Akhlak MI Al Falah Kaliangkrik dan MI Al Islam Tonoboyo. Wawancara dilakukan pada hari Rabu, tanggal 3 Juni 2015 Pertanyaan yang disampaikan menyangkut tentang apa yang menjadi acuan dalam perencanaan pembelajaran aqidah akhlak ?
122
Dari hasil wawancara tersebut, beliau mengungkapkan bahwa penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh Guru Aqidah Akhlak di MI Al Falah Kaliangkrik itu sendiri dengan mengacu pada standar kompetensi ( SK ) dan kompetensi dasar ( KD ) tingkat sekolah dasar yang telah ditentukan oleh pemerintah. Guru menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran itu dengan mengembangkan SD dan KD yang sudah ada. Guru Aqidah Akhlak MI Al Falah Kaliangkrik menjadikan SK dan KD dari pemerintah sebagai sumber acuan dalam penyusunan perencanaan pembelajaran.
Kemudian
Guru
Aqidah
Akhlak
berusaha
untuk
mengembangkan SK dan KD itu dalam rangkaian proses pembelajaran yang baik. Penulis menemui Ibu islamiyah selaku guru aqidah akhlak Kelas V MI Al Falah Kaliangkrik dan Bu Lushandiyah selaku guru MI Al Islam Tonoboyo guna meminta data tentang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP ) Aqidah Akhlak Kelas V. Dari dokumen tersebut, penulis dapat mengetahui tentang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Aqidah Akhlak Kelas V yang dibuat guru aqidah akhlak untuk kemudian dianalisis mengenai implementasinya pendidikan humanistik dan behavioristik dalam rencana pembelajarannya. Sumber data adalah Guru Aqidah Akhlak MI Al Falah Kaliangkrik. Wawancara dilakukan pada hari Rabu, tanggal 3dan 4 Juni 2015, pukul 08.00 – 11.00 WIB. Pertanyaan yang disampaikan menyangkut tentang
123
metode pembelajaran yang diterapkan dalam pembelajaran aqidah akhlak di kelas V MI Al Falah Kaliangkrik ? Dari hasil wawancara tersebut, beliau mengungkapkan bahwa dalam proses pelaksanaan pembelajarnya Guru Aqidah Akhlak menggunakan metode yang hampir sama di semua kelas yaitu menggunakan metode ceramah, tanya jawab, demonstrasi, dan diskusi. Guru Aqidah Akhlak di MI Alfalah Kaliangkrik dan MI Al Islam Tonoboyo telah menggunakan beberapa metode pembelajaran seperti metode ceramah, tanya jawab, demonstrasi, dan diskusi. Metode ini masih termasuk kedalam metode konvensional yaitu dalam pembelajaran. Guru Aqidah Akhlak belum cukup mampu mengembangkan menggunakan metode – metode yang lebih bervariasi dan kurang dapat memberikan implementasinya dalam pendidikan humanistik dan behavioristiknya karna metode yang diterapkan belum mewarnai adanya pendidikan tersebut.
C. Implementasi Pendidikan Humanistik dan Behavioristik Dalam Pengajaran Akidah Akhlak
Sumber data adalah kegiatan pembelajaran Aqidah Akhlak kelas V MI Al Falah Kaliangkrik dan MI Al Islam Tonoboyo. Observasi pelaksanaan kegiatan pembelajaran merupakan yang pertama dilaksanakan penulis di
124
MI Al Falah Kaliangkrik MI Al Islam Tonoboyo Bandongan. Hal – hal yang kami amati adalah mengenai proses pembelajaran dan aktivitas yang dilakukan pendidik Aqidah Akhlak dan peserta didik di dalam kelas. Dari hasil tersebut, penulis mengamati kegiatan pembelajarannya sebagai berikut Sebelum pelajaran dimulai, penulis mengamati kondisi kelas sudah cukup kondusif , karena pembelajaran aqidah akhlak jam pertama, setelah bel masuk sekolah semua siswa berbaris di depan kelas dan bersama – sama menghafalkan surat- surat pendek sebelum masuk kedalam kelas. 1. Kegiatan Awal Dalam
kegiatan
awal,
guru
mengawali
pelajaran
dengan
mengucapkan salam dan berdoa bersama dengan para siswa, setelah itu guru mengabsen siswa yang tidak hadir. Tahapan selanjutnya adalah guru memberikan apersepsi terhadap siswa. Guru mencoba mengkaitkan materi yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya yaitu materi perilaku percaya diri dengan materi yang akan dipelajari selanjutnya. Setelah itu guru melakukan tanya jawab kepada siswa tentang pengetahuan siswa mengenai perilaku tekun, siswa menganggapi pertanyaan guru dengan antusias. Setelah itu, guru menyampaikan kompetensi yang akan dicapai pada pertemuan itu kepada siswa secara singkat. 2. Kegiatan Inti Dalam kegiatan inti ini, guru menyampaikan materi dengan menggunakan metode ceramah, diskusi, dan tanya jawab. Dalam tahap ini
125
guru membagi menjadi tiga kegiatan dalam pembelajaran, yaitu eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Dalam kegiatan ini siswa dibentuk dalam beberapa kelompok untuk melakukan diskusi mencari contoh – contoh perilaku yang baik dalam kehidupan sehari – hari. Setelah berdiskusi, siswa diminta untuk membacakan hasil diskusi mereka di depan kelas, teman – teman yang lain menanggapi presentasi setiap kelompok. Setelah presentasi selesai, guru memberikan konfirmasi terhadap apa yang telah ditampilkan oleh siswa. Guru melakukan penguatan – penguatan juga pelurusan – pelurusan terhadap hasil dari temuan dalam diskusi mereka 3. Kegiatan Akhir Dalam kegiatan akhir ini guru bersama dengan siswa menyimpulkan pelajaran yang dipelajari pada saat itu dengan cara menanyai secara lisan kepada beberapa siswa. Kegiatan tanya jawab lisan itu juga dijadikan guru sebagai post tes untuk mengukur tingkat pemahaman siswa tentang pembelajaran yang telah dilaksanakan pagi itu. Di
dalam
pem
belajaran aqidah akhlak di kelas itu, guru memberikan kesempatan kepada
siswa
untuk
mengeksplor
kemampuan
mereka
sehingga
pembelajaran menjadi berpusat pada siswa. Siswa diberi kesempatan untuk menyampaikan pendapat di depan teman – teman mereka dan dilatih untuk berani dan menghargai pendapat – pendapat orang lain. Sudah ada implementasi pendidikan humanistik dan behavioristik dalam metode pembelajarannya.
126
Sumber data adalah siswa kelas V MI Al Falah Kaliangkrik dan MI Al Islam Tonoboyo. Wawancara dilakukan pada hari rabu dan kamis, tanggal 10, 11 Juni 2015, pukul 09.00 – 10.00 WIB. Pertanyaan yang disampaikan menyangkut tentang bagaimana metode pembelajaran yang digunakan oleh Guru Aqidah Akhlak. Dari hasil wawancara tersebut, dia mengungkapkan bahwa dalam pelaksanaan proses pembelajarannya Guru Aqidah Akhlak menggunakan metode diskusi. Dia mengatakan: “ kalau pelajarannya kayak gini enak bu….,soalnya kita bisa saling tukar pendapat sama teman – teman. Kalau pelajarannya diterangkan terus biasanya ngantuk bu …, kalau gini ka n bisa ikut ngomong sama mikir kan jadinya tidak ngantuk.” Siswa merasa senang dalam pembelajaran karena siswa diberi kesempatan untuk menyampaikan pendapat mereka di depan teman – teman mereka dan dilatih untuk berani dan mengahargai pendapat – pendapat orang lain. Dengan metode itu siswa dapat saling bertukar pendapat sehingga siswa menjadi aktif dan berperan di dalam kelas. Sumber data adalah kegiatan pembelajaran Aqidah Akhlak kelas V MI Al Falah Kaliangkrik dan MI Al Islam tonoboyo. Observasi pelaksanaan kegiatan pembelajaran merupakan yang kedua dilaksanakan penulis di MI Al Falah Kaliangkrik dan MI Al Islam Tonoboyo. Hal – hal yag diamati mengenai proses pembelajaran dan aktivitas yang dilakukan pendidik Aqidah Akhlak dan peserta didik di dalam kelas.
127
Dari hasil tersebut, penulis mengamati kegiatan pembelajarannya sebagai berikut : Sebelum pelajaran dimulai, penulis mengamati kondisi kelas sudah cukup kondusif karena pembelajaran aqidah akhlak jam pertama, yang setelah bel masuk sekolah semua siswa berbaris di depan kelas dan bersama – sama menghafalkan surat- surat pendek sebelum masuk kedalam kelas. Dalam
kegiatan
awal,
guru
mengawali
pelajaran
dengan
mengucapkan salam dan berdoa bersama dengan para siswa, setelah itu guru mengabsen siswa yang tidak hadir. Tahapan selanjutnya adalah guru memberikan apersepsi terhadap siswa. Guru mencoba mengakaitkan materi yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya yaitu materi perilaku percaya diri dengan materi yang akan dipelajari selanjutnya. Setelah itu guru melakukan tanya jawab kepada siswa tentang pengetahuan siswa mengenai perilaku hemat, siswa menganggapi pertanyaan guru dengan antusias. Setelah itu, guru menyampaikan kompetensi yang akan dicapai pada pertemuan itu kepada siswa secara singkat Dalam kegiatan inti ini, guru menyampaikan materi dengan menggunakan metode ceramah, diskusi, dan tanya jawab. Dalam tahap ini guru membagi menjadi tiga kegiatan dalam pembelajaran, yaitu eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Dalam kegiatan ini siswa dibentuk dalam beberapa kelompok untuk melakukan diskusi mencari contoh – contoh perilaku tekun dalam kehidupan sehari – hari. Setelah berdiskusi, siswa
128
diminta untuk membacakan hasil diskusi mereka di depan kelas, teman – teman yang lain menanggapi presentasi setiap kelompok. Setelah presentasi selesai, guru memberikan konfirmasi terhadap apa yang telah ditampilkan oleh siswa. Guru melakukan penguatan – penguatan juga pelurusan – pelurusan terhadap hasil dari temuan dalam diskusi mereka Dalam kegiatan akhir ini guru bersama dengan siswa menyimpulkan pelajaran yang dipelajari pada saat itu dengan cara menanyai secara lisan kepada beberapa siswa. Kegiatan tanya jawab lisan itu juga dijadikan guru sebagai post tes untuk mengukur tingkat pemahaman siswa tentang pembelajaran yang telah dilaksanakan pagi itu. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengeksplor kemampuan mereka sehingga pembelajaran menjadi berpusat pada siswa. Siswa diberi kesempatan untuk menyampaikan pendapat di depan teman – teman mereka dan dilatih untuk berani dan menghargai pendapat – pendapat orang lain. Akan tetapi disini guru belum bias kreatif untuk bisa mencari
metode
yang lebih
menarik
bagi
siswa
karena
kegiatan
pembelajaran itu hamper sama dengan pertemuan sebelumnya. Demonstrasi puasa dan pembagian zakat fitrah ini tidak dilakukan di dalam kelas melainkan dilakukan bersama seluruh siwa di MI Al Falah Kaliangkrik bersama dengan menyongsong hari raya idhul fitri. Pada kegiatan ini semua siswa melakukan zakat fitrah bersama dengan dipimpin oleh guru aqidah akhlak di MI Al Falah Kaliangkrik.
129
Kegiatan puasa dan zakat fitrah dilakukan mulai dari berniat puasa, sampai berbuka puasa. Latihan zakat fitrahi di lengkapi dengan orang orang yang berhak menerima zakat fitrah dan cara membaginya. Menurut peneliti kegiatan ini sangat bermanfaat bagi siswa. Pembelajaran lebih bermakna bagi siswa karena siswa bisa mengalami sendiri tata cara puasanya. Siswa merasa sangat senang mengikuti kegiatan tersebut. Karena mereka benar – benar diajak untuk mengikuti tata cara zakat fitrah .sehingga siswa bisa lebih memahami tata cara zakat fitrah dan dikemudian hari bisa melaksanakan dalam kehidupannya. Sumber data adalah siswa kelas V MI Al Falah Kaliangkrik dan MI Al Islam Tonoboyo. Wawancara dilakukan pada hari Rabu dan kamis, tanggal 1 dan 2 Juli 2015, pukul 09.00 – 10.00 WIB. Pertanyaan yang disampaikan menyangkut tentang bagaimana kesan adanya kegiatan zakat fitrah yang diselenggarakan oleh madrasah. Dari hasil wawancara tersebut, dia mengungkapkan bahwa dia sangat senang dan antusias mengikuti zakat fitrah. Karena menurut dia “ Kalau kayak gini kita bisa melaksanakan sendiri
karena kita melakukan
demonstrasi langsung zakat fitrah dilengkapi dengan syarat serta yang berhak menerimanya. Kita senang karena kita jadi merasa seakan – akan kita sedang melaksanakan haji zakat fitrah dirumah”. Siswa cukup senang dan antusias mengikuti kegiatan zakat fitrah yang diselengarakan madrasah.kegiatan ini sangat baik unt uk menambahn pengetahuan mereka
130
Sumber data selanjutnya adalah kegiatan pembelajaran Aqidah Akhlak kelas V MI Al Falah Kaliangkrik. Observasi pelaksanaan kegiatan pembelajaran merupakan yang ketiga dilaksanakan penulis di MI Al Falah Kaliangkrik dan MI Al Islam Tonoboyo. Hal – hal yag diamati mengenai proses pembelaja ran dan aktivitas yang dilakukan pendidik Aqidah Akhlak dan peserta didik di dalam kelas. Dari hasil tersebut, penulis mengamati kegiatan pembelajarannya sebagai berikut: Sebelum pelajaran dimulai, penulis mengamati kondisi kelas sudah cukup kondusif karena pembelajaran aqidah akhlak jam pertama, yang setelah bel masuk sekolah semua siswa berbaris di depan kelas dan bersama – sama menghafalkan surat- surat pendek sebelum masuk kedalam kelas.
1. Kegiatan Awal Dalam
kegiatan
awal,
guru
mengawali
pelajaran
denga n
mengucapkan salam dan berdoa bersama dengan para siswa, setelah itu guru mengabsen siswa yang tidak hadir. Tahapan selanjutnya adalah guru memberikan apersepsi terhadap siswa. Karena materi pada pembelajaraan saat itu adalah indicator pertama dari KD, jadi apersepsinya diberi pertanyaan – pertanyaan singkat tentang materi yang akan dibahas. Materi yang dibahas pada pertemuan ini adalah dermawan. Terlebih dahulu Guru melakukan Tanya jawab kepada siswa tentang arti dari dermawan bagi siswa.
Siswa
menanggapi
pertanyaannya
131
dengan
antusias.
Setelah
memberikan penjelasan tentang pentingnya sholat, guru menyampaikan kompetensi yang akan dicapai pada pertemuan itu kepada siswa secara singkat. 2. Kegiatan Inti Dalam kegiatan inti ini, guru menyampaikan materi dengan menggunakan
metode
ceramah,
diskusi,
dan
tanya
jawab.
Guru
menanyakan kepada siswa tentang arti dari dermawan sebelumnya. Guru meminta beberapa siswa untuk menjelaskan arti dermawan di depan kelas. Setelah beberapa siswa menjelaskan di depan kelas guru memberikan koreksi tentang
penjelasan
dermawan
dan
kemudian semua
siswa
menjelaskan dermawan dengan baik secara klasikal maupun individu 3. Kegiatan Akhir Dalam kegiatan akhir ini guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menjelaskan tentang dermawan maupun
kelompok. Kemudian
disampaikan saat ini.
di depan kelas secara individual
menyimpulkan
pelajaran
yang
telah
Peneliti menyimpulkan guru berhasil dalam
memberikan pembelajaran terhadap siswa, karena banyak diantara siswa yang sudah bisa menjelaskan dermawan setelah pembelajaran dilakukan. Guru sudah menjalin komunikasi yang cukup baik dengan siswa sehingga
suasana
kelas
menjadi
nyaman,
siswa
antusias,
bebas
mengeluarkan pendapat tanpa ancaman. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengeksplor kemampuan siswa, siswa sebagi obyek
132
utama dalam pembelajaran. Guru menjadi fasilitator, dan menjadi tempat bertanya dan meluruskan dari yang dikemukakan siswa Sumber data adalah siswa kelas V MI Al Falah Kaliangkrik. Wawancara dilakukan pada hari Kamis, tanggal 9 Juli 2015, pukul 09.00 – 09.30 WIB. Pertanyaan yang disampaikan menyangkut tentang bagaimana metode pembelajaran yang digunakan oleh guru aqidah akhlak ? Dari hasil wawancara tersebut, dia mengungkapkan bahwa dalam pelaksanaan proses pembelajarannya Guru Aqidah Akhlak menggunakan metode demonstrasi, dia merasa nyaman dengan metode itu karena bu guru sangat menghargai apa yang disampaikan siswa. Dia mengatakan : “Bu Guru tidak galak kok…, kalau disuruh baca hafalan di depan kelas saya tidak takut, soalnya kalau saya salah baca gak dimarahi tapi nanti dibenarkan sama bu guru”. Siswa senang di dalam kelas karena apa yang dia sampaikan atau ditampilkan sangat dihargai oleh guru, sehingga itu dapat menciptakan rasa percaya diri untuk siswa. Siswa menjadi tidak takut untuk ikut aktif dan berperan didalam kelas. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru dan siswa secara garis besar penulis mempunyai kesimpulan bahwa pendidikan humanistik dan behavioristik sudah diterapkan dalam proses belajar mengajar di MI Al falah kaliangkrik. Akan tetapi di MI al islam Tonoboyo Guru masih kurang memberikan metode yang variatif tetapi masih bersifat konvensional yaitu metode ceramah,
133
dalam kegiatan ini guru sudah
menerapkan variasi dalam penerapan metode pembelaj arannya. Hal ini terbukti bahwa siswa merasa senang dalam pembelajaran. Dalam penerapan Behavioristiknya sudah tampak ketika dalam pembelajaran dengan mengadakan praktek langsung yang bersifat latihan dan pembiasaan yang dapatditerapakan dalam kehidupan sehari hari.
D. Kelebihan dan Kelemahan Pendidikan Humanistik dan Behavioristik dalam Pembelajaran Akidah Akhlaq
1.
Pendidikan Humanistik dalam Pembelajaran
Peran
guru
dalam
pembelajaran
humanistik
adalah
menjadi fasilitator bagi para siswa dan guru memberi motivasi, kesadaran mengenai makna belajar dalam kehidupan sehari hari. Guru mengfasilitasi pengalaman belajar kepada siswa dan mendampingi siswa untuk memperoleh tujuan pembelajaran. Siswa berperan sebagai pelaku utama yang
memaknai proses
belajar sendiri. Diharapkan siswa memahami potensi diri, dan mengembangkan potensi dirinya secara positif dan meminimalkan potensi diri yang bersifat negatif. Tujuan pembelajaran lebih kepada proses belajanya dari pada hasil belajarnya.
Adapun proses yang dilalui dalam pendidikan humanistik dalam proses belajar mengajar adalah :
134
1. Merumuskan tujuan yang jelas. 2.
Mengusahakan partisipasi aktif siswa melalui kontrak belajar yang bersifat jelas, jujur dan positif
3. Mendorong siswa untuk mengembangkan kesanggupan siswa untuk belajar atas inisiatif sendiri. 4. Mendorong siswa untuk berfikir kritis, dan memaknai proses pembelajaran secara mandiri 5. Siswa didorong untuk mengemukakan pendapat, memilih pilihannya sendiri, melakukan apa yang diinginkan dan menanggung resiko dari perilaku yang ditunjukkan. 6. Guru
menerima
siswa
apa
adannya
dan
berusaha
untukmemahami jalan pikiran siswa, tidak menilai secara normatif tetapi mendorong siswa untuk bertanggung jawab atas segala resiko perbuatan atau proses belajarnya 7. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk maju sesuai dengan kecepatanya. Evaluasi diberikan secara individual berdasarkan perolehan prestasi siswa
Pembelajaran bedasarkan pendidikan humanistik ini cocok diberikan
dan
diterapkan
pada
materi-materi
yang
bersifat
pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap dan analisis terhadap fenomena sosial. Indikator dari keberhasilan pendidikan humanistik ini adalah siswa merasa senang dan bergairah, berinisiatif dalam belajar dan terjadi perubahan pola pikir, prilaku dan sikap
135
atas kemauan sendiri. Siswa diharapkan menjadi manusia yang bebas, berani dan tidak terikat pada pendapat orang lain dan mengatur
pribadinya
sendiri
dengan
tanggung
jawab
tanpa
mengurangi hak-hak orang lain atau melanggar aturan, norma, disiplin atau etika yang berlaku.
2. Kekurangan Pendidikan Humanistik dalam pembelajaran
Kekurangan teori ini adalah Jika tidak terkontrol, murid akan mempunyai sikap egois yang tinggi. Melakukan apa yang mereka inginkan tanpa batas, siswa tidak mengetahui bahwa dirinya memililiki kepribadian yang unik.Karena dalam teori ini guru adalah sebagai fasilitator maka kurang cocok diterapkan pada siswa yang pola pikirnya kurang aktif atau pasif. Karena bagi siswa yang kurang aktif dia akan takut atau malu untuk bertnyan pada gurunya sehingga dia akan tertinggal oleh teman-temanya yang aktif dalam kegiatan pembelajaran, padahal dalam teori ini guru akan memberikan respons bila murid yang diajar juga aktif dalam menanggapi respons yang diberikan oleh guru.Karena siswa berperan sebagai pelaku utama (student center) maka keberhasilan proses belajar lebih banyak ditentukan oleh siswa itu sendiri, peran guru dalam proses pembentukan dan pendewasaan kepribadian siswa menjadi berkurang.
136
137
3. Kelebihan Pendidikan Behavioristik dalam Pembaelajaran
1. Tingkat tertinggi belajar dari pengamatan diperoleh dengan cara mengorganisasikan sejak awal dan mengulangi perilaku secara simbolik kemudian melakukannya. 2. Individu lebih menyukai perilaku yang ditiru jika sesuai dengan nilai yang dimilikinya. 3. Individu akan menyukai perilaku yang ditiru jika model atau panutan
tersebut
disukai
dan
dihargai
dan
perilakunya
mempunyai nilai yang bermanfaat. 4. Dapat membantu dalam memahami dan memodifikasi perilaku 5. Aspek kognitif dalam pembelajaran lebih melibatkan atensi ingatan dan motivasi
4. Kelemahan Pendidikan Behavioristik Dalam Pembelajaran 1. Pendidikan Behavioristik menyatakan bahwa interaksi antara stimulus respon dan penguatan terjadi dalam suatu proses belajar. Pendidikan Behavioristik banyak dikritik karena sering kali tidak mampu menjelaskan situasi belajar yang kompleks, sebab banyak variabel atau hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan dan atau belajar yang dapat diubah menjadi sekedar hubungan stimulus dan respon. 2. Pendidikan
Behavioristik
tidak
mamapu
menjaelaskan
penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dalam hubungan
138
stimulus dan respon. 3. Pandanagan behavioristik kurang dapat menjelaskan adanya variasi tingkat emosi pelajar, walaupun mereka mempunyai pengalaman penguatan yang sama 4. Pandangan Behavioristik tidak dapat menjelaskan mengapa dua anak yang mempunyai kemampuan dan pengalaman penguatan yang relatif yang sama, ternyata perilakunya terhadap suatu pelajaran berbeda, juga dalam memilih tugas sangat berbeda tingkat tingkat kesulitanya. 5. Pandangan behavioristik hanya mengakui adanya stimulus dan responyang dapat diamati, mereka tidak memperhatikan adanya pengaruh pikiran atau perasaa yang mempertemukan unsurunsur yang diamati tersebut. 6. Pendidikan behavioristik juga cenderung mengarahkan pelajar untuk berfikir linier, konvergen, tidak kreatif dan tidak produktif, proses pembentukan atau shaping, yaitu yaitu memmbawa siswa menuju atau berimajinasi.
Dari hasil wawancara dengan guru di MI Al Falah kaliangkrik mereka sudah paham tentang pengertian tentang humanistik dan behavioristik. Sehingga dalam pembelajaran memberikan suatu arahan yang begitu anak antusias dalam mengikuti pembelajaran dan mengadakan sutu perubahan yang begitu positif.
139
Berdasarkan hasil observasi penulis, Guru sudah menjalin komunikasi yang cukup baik dengan siswa sehingga suasana kelas menjadi nyaman, siswa antusias, bebas mengeluarkan pendapat tanpa ancaman. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengeksplor kemampuan siswa, siswa sebagi obyek utama dalam pembelajaran. Guru
menjadi fasilitator, dan menjadi tempat
bertanya dan meluruskan dari yang dikemukakan siswa Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru dan siswa secara garis besar penulis mempunyai kesimpulan bahwa pendidikan humanistik dan behavioristik sudah diterapkan dalam proses belajar mengajar di MI Al falah kaliangkrik. Akan tetapi di MI Al Islam Tonoboyo Guru masih kurang memberikan metode yang variatif tetapi masih bersifat konvensional yaitu metode ceramah, dalam kegiatan ini guru belum menerapkan variasi dalam penerapan metode pembelajarannya. Hal ini terbukti bahwa siswa merasa kurang
senang
dalam
pembelajaran.
Dalam
penerapan
Behavioristiknya sudah tampak ketika dalam pembelajaran dengan mengadakan praktek langsung yang bersifat latihan dan pembiasaan yang dapat diterapakan dalam kehidupan sehari hari. Hasil wawancara dengan siswa, anak merasa senang dengan pembelajaran yang menggunakan metode yang berfariatif, anak merasa tidak jemu dan tidak bosan. Dalam pembelajaran yang diterapkan guru sudah menerapakan pedidikan hum anistik dan
140
behavioristik
sehingga
guru
sudah
paham
betul
dan
sudah
menggunakan metode yang berfariatif, sehingga anak bisa memahami dan merasa senang dengan sistim pembelajaran tersebut
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah kami urikan mengenai “Implementasi Pendidikan humanistik dan behavioristik dalam metode pembelajaran Akidah akhlak di MI Al falah Kaliangkrik dan MI Al Islam Tonoboyo Bandongan”maka peneliti dapat menyimpulkan sebagai berikut : 1. Metode pembelajaran akidah akhlak di MI Al Falah Kaliangkrik dan MI Al Islam Tonoboyo terdapat dua tahapan pelaksanaan pembelajaran.Dalam pelaksanaan pembelajarn Akidah akhlak kelas V di MI al falah kaliangkrik dan MI Al Islam Tonoboyo terbagi dalam tiga tahapan yaitu perencanaan pembelajaran,
pengelolaan
pembelajaran
dan
penilaian
pembelajaran.Dalam pembelajaran guru Akidah akhlak membuat RPP sesuai SK dan KD yang telah ditentukan pemerintah berdasarkan Permmendiknas no 41 tahun 2007, dalam pengelolaan pembelajaran guru menerapakan beberapa metode diantaranya metode ceramah, tanya jawab diskusi
dan
demonstrasi.
Sedangkan
141
dalam
tahap
penilaian
guru
menggunakan tes (tertulis dan tes tidak tertulis) dan non tes(praktek dan pengamatan terhadap prilaku siswa) 2. Implementasi pendidikan humanistik dan behavioristik dalam metode pembelajaran akidah akhlak di MI Al Falah Kaliangkrik dan MI Al Islam Tonoboyo dapat dilihat dari dua tahapan yaitu proses perencanaan yang ditulis dalam RPP
yang dibuat guru akidah akhlak di MI al Falah
kaliangkrik dan MI al Islam Tonoboyo dari kesemua komponen tersebut belum mampu mengembangkan ranah kognitif,afektif dan psikomotorik. Dalam proses pembelajaran Akidah akhlak guru sudah cukup mampu mengimplementasikan pendidikan humanistik dan behavioristik kedalam metode pembelajran akidah akhlak. Hal ini dapat terlihat dari dalam pembelajaran sudah ada interaksi komunikasi antara guru dan siswa dan antara siswa dengan siswa lainnya. Penciptaan suasana kelas yang nyaman tanpa ancaman . Siswa dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran sehingga pembelajaran menjadi berpusat pada siswa. Guru bersifat sebagai fasilitator serta dapat memberikan pendapat guru guru berusaha untuk memberikan stimulus dan respon yang hasil dari pembelajaran dapat diwujudkan dalam pembiasaan tingkah laku yang baik. Pendidikan humanistik dan behavioristik sudah dapat diter apkan pada metode pembelajaran akidah akhlak di kelas 5 secara berpusat pada siswa. B. Saran saran
142
terbuka, mandiri dan
Setelah melihat kesimpulan diatas ,ada beberapa yang penlis ingin sampaikan kepada pihak pihak terkait dan implementasi pendidikan humanistik dan behavioristik dalam metode pembelajaran akidah akhlak di MI Al Falah Kaliangkrik dan MI Al Islam Tonoboyo. 1. Kepada Guru akidah akhlak a. Hendaknya guru Akidah akhlak lebih bisa mengembangkan dalam memilih metode pembelajaran yang tepat agar siswa lebih bisa memahami dann nyaman dalam belajar. b. Semestinya guru Akidah akhlak mampu memahami karakteristik siswa sehingga
mampu
menyesuaikan
dalam
usaha
pemilihan
metode
pembelajaran yang cocok bagi siswa yang diajarnya. 2. Kepada pihak sekolah a. Hendanya sekolah mengadakan pelatihan kepada guru khususnya guru akidah
akhlak
tentang
mengimplementasikan pada
pembelajaran
akidah
akhlak
yang
pendidikan humanistik da n behavioristik
agar bisa menciptakan pendidikan yang bermutu dan bermakna pada siswa. b. Madrasah menyediakan fasilitas fasilitas penunjang pendidikan dengan mengikuti perkembangan zaman, karena sekarang zaman tehnologi yang sudah sangat berkembang. Madrsah bisa menyediakan akses internet yang untuk mencari informasi yang dibutuhkan oleh siswa.
143
3. Kepada siswa a. Siswa hendaknya berlatih selalu aktif,baik bertanya atau menyimpilakn pendapat orang lain agar pembelajaran bisa sesuai dengan yang dibutuhkan oleh siswa. b.
Kepada para siswa agar senantiasa membiasakan perilaku yang bersifat positif dan mampu menerapkan kajian humanistik dan behavioristik didalam kehidupan sehari-hari di rumah maupun dilingkungan sekitar agar mampu membuat perubahan didalam perilaku yang kurang baik menjadi perilaku budi pekerti yang lebih baik. Amin.
DAFTAR PUSTAKA
Fakih, Mansour dkk. Pendidikan Popular Membangun kesadaran Kritis Yogyakarta: Insist , 2001.
Rachmana, Ratna Syifa, “Psikologi Humanistik dan Aplikasinya dalam Pendidikan”, El tarbawi: Jurnal pendidikan Islam . Melalui http://Journal uii.ac.id/ 16.htm (23/11/2014), 2002.
Ramayulis. Metodologi Pendidikan Agama Islam.
Jakarta: Kalam Mulia,
2005.
Fahrudin, M. Mukhlis . Konsep Pendidikan Humanis dalam Perspektif Al144
Qur'an.Tesis. Program Pasca Sarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga.Yogyakarta. 2008. Murtmainnah. “Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan Pendekatan Humanis di MAN Wates 1 Kulon Progo “,Skripsi Juruasan Pendidikan Agama islam, Fakultas Tarbiyah dan keguruan UIN Sunan Kalijogo Yogyakarta: 2011. Dewi, Uteri Mansata Indah Dwi. “Studi Komparasi Teori Behavioristik Dan Humanistik (kajian metode pembelajaran bahasa arab)”. Skripsi Pendidikan
Bahasa Arab,Fakultas Islam Tarbiyah
Jurusan
dan Keguruan,
Yogyakarta: Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga, 2011.
Muhammad,
Nawabi
B.
Pendekatan
Behavioristik
Skinner
Dalam
Pembelajaran Ahlak (kajian metodologi ahlak anak usia pra sekolah berdasarkan kurikulum Departemen Agama)”, Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Yogyakarta: Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga, 2006.
Al Mubarokah, Nur Azizah . Peran Guru Dalam Pembelajaran Bahasa Arab di MAN Sawit Boyolali (prespektif teori belajar behavioristik)”, Skripsi Jurusan Pendidikan Bahasa Arab,
Fakultas Ilmu
Tarbiyah
dan
Keguruan,
Yogyakarta: Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga, 2011.
Mas‟ud,
Abdurrahman.
Menggagas
Format
Pendidikan Nondikotomik,
Humanisme Religius sebagai Paradigma Pendidikan Islam. Yogyakarta: Gema Media. 2004. 145
Al Fandi, Haryanto. Desain Pembelajaran yang Demokratis & Humanis Jogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2011.
Chatib, Munib. Gurunya Manusia menjadikan semua anak Istimewa dan Semua Anak juara, Bandung : Kaifa , 2012.
Hardiman, F. Budi. Filsafat Modern dari Machiacelli sampai Nietzsche. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2007.
Indratno, A. Feri T. (ed). Negara Minus Nurani, Esai-esai Kritis Kebijakan Publik. Jakarta: Kompas Media Nusantara, 2009. Merriam, Webster, Webster‟s Third New International Dictionary and Seven Language Dictionary ( Encyclopedia Britannica), America,Volume II H to R, 1961.
Moleong, Lexi j , Metodologi Penelitian Kuantitatif.cet ke dua puluh tiga Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset, 2007.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta Rineka Cipta, 2002.
Sugiona, Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, kualitatif dan R@D cet kedelapanl, Bandung Alfabeta,2009 .
146
Djiwandono, Sri Esti Wuryani. Psikologi Pendidikan
Jakarta: Grasindo,
2006.
Rumin,S. dkk. Psikologi Pendidikan.Yogyakarta: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta, 1993.
Bin Ibrahim, el-usahaili Abdul Aziz. Psikolinguistik Pembelajaranan Bahasa Ara, Bandung, 2009.
Surahmad, Winarno. Behaviorisme sebagai Psikologi Prilaku modern, Tarsito Bandung, 1986.
Brown, H. Dougls. Prinsip Pembelajaan dan Pengajaran Bahasa. Jakarta: kedubes AS, 2008.
Al quran dan terjemahnya.Departemen Agama Republik Indonesia. Bandung : JART, 2005.
Daradjat, Zakiah, dkk. Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam. Jakarta: Bu Aksae ra, 1995.
Buku Pedoman MI Al Falah, kaliangkrik, Magelang 2014/2015.
Kepala Madrasah, Dokumentasi Data Sejarah, MI Al Falah kaliangkrik, 2013/2014
147
Ur
Kurikulum,
Dokumentasi
Data
Kurikulum,
MI
Al
Falah
Kaliangkrik,2014/2015
Ur Kesiswaan, Dokumen keadaan siswa, MI Al Falah kaliangkrik, 2014/2015.
Wawancara dengan kepala Madrasah Bapak Rozib, M.Pd.I, 2015, Pukul 10.15 WIB
Tata Usaha, Dokumentasi data letak geografis, MI Al Islam Tonoboyo, 2015.
Ur Sarana Dan Prasarana, Dokumen data MI Al Islam Tonoboyo, Magelang, 2015
148
LAMPIRAN-LAMPIRAN
149
WAWANCARA DAN OBSERVASI DI MI AL FALAH KALIANGKRIK KABUPATEN MAGELANG
Catatan Lapangan 1
Metode pengumpulan data : Observasi Hari/tanggal
: Senin, 25 Mei 2015
Jam
: 08.00 – 11.00 WIB
Lokasi
: MI Al Falah Kaliangkrik
Sumber data
: Pengamatan Letak Geografis MI Al Falah
Kaliangkrik
Deskripsi data
:
Sumber data adalah kegiatan pengamatan dan dokumentasi letak dan keadaan geografis MI Al Falah Kaliangkrik Magelang. Observasi dilakukan pada hari Selasa, tanggal 29 Mei 2015, pukul 08.00 – 11.00 WIB. Dari hasil observasi penulis, diperoleh informasi bahwa MI Al Falah Kaliangkrik secara geografis terletak di sebelah Utara Kantor KUA kurang lebih 600 meter dari jalan utama Magelang – Kaliangkrik. Sedangkan
150
sebelah Selatan berbatasan dengan rumah penduduk. Untuk sebelah Timur berbatasan langsung dengan MTs Damardjati dan MA Kaliangkrik. Sedangkan sebelah Barat berbatasan dengan masjid besar Kaliangkrik. Berkaitan dengan proses belajar mengajar, lingkungan MI Al Falah Kaliangkrik sangat mendukung karena letaknya jauh dari keramaian ..
Interpretasi : Secara geografis MI Al Falah Kaliangkrik terletak di daerah strategis yang mudah dijangkau oleh alat transportasi, dan cukup jauh dari keramaian.
Catatan Lapangan 2
Metode pengumpulan data : Wawancara Hari/tanggal
: Senin, 25 Mei 2015
Jam
: 08.00 – 11.00 WIB
Lokasi
: MI Al Falah Kaliangkrik
Sumber data
: Bapak Khoirul Muna, S.PdI
Deskripsi data
:
Sumber data adalah Wakil Kepala MI Al Falah Kaliangkrik. Wawancara dilakukan pada hari Selasa, tanggal 29 Mei 2015, pukul 08.00 – 11.00 WIB. Pertanyaan yang disampaikan menyangkut tentang sejarah singkat MI Al Falah Kaliangkrik dan perkembangannya. Dari hasil wawancara tersebut, beliau mengungkapkan bahwa MI Al Falah Kaliangkrik berdiri pada tahun 1945, akan tetapi secara rinci sejarahnya tidak tertulis sehingga beliau sendiri juga kurang memahami hal tersebut. Akan tetapi beliau mengungkapkan siapa- siapa saja yang pernah menjabat kepala madrasah di MI Al Falah Kaliangkrik. tahun 1960-1970 adalah Bapak Suwarno, Tahun 1970 – 1994 Adalah Bapak Sihabudin, tahun 151
1994-1998 adalah Bapak Qobul tahun 2009 - sekarang adalah Bapak Fadhoil, S.Ag. Sedangkan untuk perkembangan MI Al Falah Kaliangkrik, beliau bapak Khoirul muna mengungkapkan dalam prestasi US/M cukup baik dari tahun ke tahun. Untuk akreditasi penilaian tentang US/M MI Al Falah Kaliangkrik mengalami satu kali akreditasi yaitu tahun 2010 berakreditasi B.
Interpretasi : Dari hasil wawancara tersebut,penulis mendapatkan data tentang sejarah MI Al Falah Kaliangkrik dan perkembangannya.
Catatan Lapangan 3
Metode pengumpulan data : Wawancara Hari/tanggal
: Senin, 25 Mei 2015
Jam
: 08.00 – 11.00 WIB
Lokasi
: MI Al Falah Kaliangkrik
Sumber data
: Bapak khoirul muna,S.PdI.
Deskripsi data
:
Sumber data adalah Wakil Kepala MI Al Falah Kaliangkrik. Wawancara dilakukan pada hari Selasa, tanggal 29 Mei 2015, pukul 08.00 – 11.00 WIB. Pertanyaan yang disampaikan menyangkut tentang visi dan misi MI Al Falah Kaliangkrik. Dari hasil wawancara tersebut, beliau mengungkapkan b ahwa visi MI Al Falah Kaliangkrik adalah Terwujudnya Madrasah yang dapat Membentuk Generasi Relegius, Disiplin dan peduli
152
Sedangkan untuk misi MI Al Falah Kaliangkrik adalah Menciptakan lingkungan yang relegius, menciptakan lingkungan belajar yang disiplin dan terintegrasi, memberdayakan seluruh potensipeserta didik untuk peduli terhadap lingkungannya.
Interpretasi : MI Al Falah Kaliangkrik berupaya untuk mengimplementasikan visi dan misi madrasah mewujudkan generasi yang relegius, disiplin yang terintegrasi dan kepedulian pada lingkungan masyarakat di lingkungan sekolah.
Catatan Lapangan 4
Metode pengumpulan data : Dokumentasi Hari/tanggal
: Rabu, 3 Juni 2015
Jam
: 08.00 – 11.00 WIB
Lokasi
: MI Al Falah Kaliangkrik
Sumber data
: Wakil Kepala Madrasah
Deskripsi data
:
Penulis menemui wakil Kepala MI Al Falah Kaliangkrik guna meminta data tentang struktur organisasi, daftar guru dan karyawan, daftar siswa, sarana dan prasarana.
153
Interpretasi :
Dari dokumen tersebut, penulis dapat mengetahui
struktur
organisasi, daftar guru dan karyawan, daftar siswa, sarana dan prasarana di MI Al Falah Kaliangkrik.
Catatan Lapangan 5
Metode pengumpulan data : Wawancara Hari/tanggal
: Rabu, 3 Juni 2015
Jam
: 08.00 – 11.00 WIB
Lokasi
: MI Al Falah Kaliangkrik
Sumber data
: Ibu Islamiyah, S.Ag
Deskripsi data
:
Sumber data adalah Guru Aqidah Akhlak MI Al Falah Kaliangkrik. Wawancara dilakukan pada hari Rabu, tanggal 3 Juni 2015, pukul 08.00 – 11.00 WIB. Pertanyaan yang disampaikan menyangkut tentang bagaimana pembelajaran aqidah akhlak di MI Al Falah Kaliangkrik ? Dari hasil wawancara tersebut, beliau mengungkapkan bahwa pembelajaran aqidah akhlak di MI Al Falah Kaliangkrik setiap minggunya terdiri dari dua jam untuk masing – masing kelas ( Kelas I s.d. VI ).
154
Selain di dalam ruang kelas, pembelajaran aqidah akhlak juga diterapkan di luar ruang kelas, misalnya menghafal surat-surat pendek,menghafal doa-doa pendek dan asmaul husna bersama-sama setiap kelas. Kegiatan ini dilakukan setiap hari lima belas menit sebelum pelajaran dimulai, sholat dhuha dan sholat dhuhur berjamaah di masjid besar Kaliangkrik, peringatan hari – hari besar islam, seperti pesantren ramadhan, pesta qurban, dan manasik haji
Interpretasi : MI Al Falah Kaliangkrik selain mengadakan pembelajaran aqidah akhlak secara rutin di dalam jam pembelajaran di kelas juga melakukan pembelajaran – pembelajaran di luar kelas. Misalnya menghafal surat-surat pendek ,doa-doa harian dan asmaul husna setiap hari, manasik haji dll. Kegiatan ini sangat baik untuk menunjang kegiatan pembelajaran selain dengan pembelajaran yang dilakukan di kelas sehingga siswa bias lebih memahami pembelajaran aqidah akhlak dan mengamalkannya.
Catatan Lapangan 6
Metode pengumpulan data : Wawancara Hari/tanggal
: Rabu, 3 Juni 2015
Jam
: 08.00 – 11.00 WIB
Lokasi
: MI Al Falah Kaliangkrik
Sumber data
: Ibu Islamiyah
Deskripsi data
:
Sumber data adalah Guru Aqidah Akhlak MI Al Falah Kaliangkrik. Wawancara dilakukan pada hari Rabu, tanggal 3 Juni 2015, pukul 08.00 – 11.00 WIB. Pertanyaan yang disampaikan menyangkut tentang apa yang menjadi acuan dalam perencanaan pembelajaran aqidah akhlak ?
155
Dari hasil wawancara tersebut, beliau mengungkapkan bahwa penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh Guru Aqidah Akhlak di MI Al Falah Kaliangkrik itu sendiri dengan mengacu pada standar kompetensi ( SK ) dan kompetensi dasar ( KD ) tingkat sekolah dasar yang telah ditentukan oleh pemerintah. Guru menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran itu dengan mengembangkan SD dan KD yang sudah ada.
Interpretasi : Guru Aqidah Akhlak MI Al Falah Kaliangkrik menjadikan SK dan KD dari pemerintah sebagai sumber acuan dalam penyusunan perencanaan pembelajaran. Kemudian Guru Aqidah Akhlak berusaha untuk mengembangkan SK dan KD itu dalam rangkaian proses pembelajaran yang baik.
Catatan Lapangan 7
Metode pengumpulan data : Dokumentasi Hari/tanggal
: Rabu, 3 Juni 2015
Jam
: 08.00 – 11.00 WIB
Lokasi
: MI Al Falah Kaliangkrik
Sumber data
: Ibu Islamiyah
Deskripsi data
:
156
Penulis menemui Ibu islamiyah selaku guru aqidah akhlak Kelas V MI Al Falah Kaliangkrik guna meminta data tentang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP ) Aqidah Akhlak Kelas V.
Interpretasi : Dari dokumen tersebut, penulis dapat mengetahui tentang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Aqidah Akhlak Kelas V yang dibuat guru aqidah akhlak untuk kemudian dianalisis mengenai implementasinya pendidikan humanistik dan behavioristik dalam rencana pembelajaran nya.
Catatan Lapangan 8
Metode pengumpulan data : Wawancara Hari/tanggal
: Rabu, 3 Juni 2015
Jam
: 08.00 – 11.00 WIB
Lokasi
: MI Al Falah Kaliangkrik
Sumber data
: Ibu Islamiyah
Deskripsi data
:
157
Sumber data adalah Guru Aqidah Akhlak MI Al Falah Kaliangkrik. Wawancara dilakukan pada hari Rabu, tanggal 3 Juni 2015, pukul 08.00 – 11.00 WIB. Pertanyaan yang disampaikan menyangkut tentang metode pembelajaran yang diterapkan dalam pembelajaran aqidah akhlak di kelas V MI Al Falah Kaliangkrik ? Dari hasil wawancara tersebut, beliau mengungkapkan bahwa dalam proses pelaksanaan pembelajarnya Guru Aqidah Akhlak menggunakan metode yang hampir sama di semua kelas yaitu menggunakan metode ceramah, tanya jawab, demonstrasi, dan diskusi.
Interpretasi : Guru Aqidah Akhlak MI Al Falah Kaliangkrik menggunakan beberapa metode pembelajaran seperti metode ceramah, tanya jawab, demonstrasi, dan diskusi. Metode ini masih termasuk kedalam metode konvensional dalam pembelajaran. Guru Aqidah Akhlak belum cukup mampu mengembangkan menggunakan metode – metode yang lebih bervariasi.
Catatan Lapangan 9
Metode pengumpulan data : Observasi Hari/tanggal
: Rabu, 10 Juni 2015
Jam
: 08.00 – 11.00 WIB
Lokasi
: MI Al Falah Kaliangkrik
Sumber data
: Observasi pembelajaran aqidah akhlak kelas V
Deskripsi data
:
158
Sumber data adalah kegiatan pembelajaran Aqidah Akhlak kelas V MI Al Falah Kaliangkrik. Observasi pelaksanaan kegiatan pembelajaran merupakan yang pertama dilaksanakan penulis di MI Al Falah Kaliangkrik. Hal – hal yag diamati mengenai proses pembelajaran dan aktivitas yang dilakukan pendidik Aqidah Akhlak dan peserta didik di dalam kelas. Dari hasil tersebut, penulis mengamati kegiatan pembelajarannya sebagai berikut : a.
Kegiatan awal Sebelum pelajaran dimulai, penulis mengamati kondisi kelas sudah cukup kondusif karena pembelajaran aqidah akhlak jam pertama, yang setelah bel masuk sekolah semua siswa berbaris di depan kelas dan bersama – sama menghafalkan surat- surat pendek sebelum masuk kedalam kelas. Dalam kegiatan awal, guru mengawali pelajaran dengan mengucapkan salam dan berdoa bersama dengan para siswa, setelah itu guru mengabsen siswa yang tidak hadir. Tahapan selanjutnya adalah guru memberikan apersepsi terhadap siswa. Guru mencoba mengkaitkan materi yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya yaitu materi perilaku percaya diri dengan materi yang akan dipelajari selanjutnya. Setelah itu guru melakukan tanya jawab kepada siswa tentang pengetahuan siswa mengenai perilaku tekun, siswa menganggapi pertanyaan guru dengan antusias. Setelah itu, guru menyampaikan kompetensi yang akan dicapai pada pertemuan itu kepada siswa secara singkat.
b.
Kegiatan inti Dalam kegiatan inti ini, guru menyampaikan materi dengan menggunakan metode ceramah, diskusi, dan tanya jawab. Dalam tahap ini guru membagi menjadi tiga kegiatan dalam pembelajaran, yaitu eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Dalam kegiatan ini siswa dibentuk dalam beberapa kelompok untuk melakukan diskusi mencari contoh – contoh perilaku yang baik dalam kehidupan sehari – hari. Setelah berdiskusi, siswa diminta untuk membacakan hasil diskusi mereka di depan kelas, teman – teman yang lain menanggapi presentasi setiap kelompok. Setelah presentasi selesai, guru memberikan konfirmasi te rhadap apa yang telah ditampilkan oleh siswa. Guru melakukan penguatan – penguatan juga pelurusan – pelurusan terhadap hasil dari temuan dalam diskusi mereka.
159
c.
Kegiatan akhir Dalam kegiatan akhir ini guru bersama dengan siswa menyimpulkan pelajaran yang dipelajari pada saat itu dengan cara menanyai secara lisan kepada beberapa siswa. Kegiatan tanya jawab lisan itu juga dijadikan guru sebagai post tes untuk mengukur tingkat pemahaman siswa tentang pembelajaran yang telah dilaksanakan pagi itu.
Interpretasi : Di dalam pembelajaran aqidah akhlak di kelas itu, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengeksplor kemampuan mereka sehingga pembelajaran menjadi berpusat pada siswa. Siswa diberi kesempatan untuk menyampaikan pendapat di depan teman – teman mereka dan dilatih untuk berani dan menghargai pendapat – pendapat orang lain. Sudah ada implementasi pendidikan humanistik dan behavioristik dalam metode pembelajarannya.
Catatan Lapangan 10
Metode pengumpulan data : Wawancara Hari/tanggal
: Rabu, 10 Juni 2015
Jam
: 09.00 – 10.00 WIB
Lokasi
: MI Al Falah Kaliangkrik
Sumber data
: M.Usman Chasani
160
Deskripsi data
:
Sumber data adalah siswa kelas V MI Al Falah Kaliangkrik. Wawancara dilakukan pada hari rabu, tanggal 10 Juni 2015, pukul 09.00 – 10.00 WIB. Pertanyaan yang disampaikan menyangkut tentang bagaimana metode pembelajaran yang digunakan oleh Guru Aqidah Akhlak. Dari hasil wawancara tersebut, dia mengungkapkan bahwa dalam pelaksanaan proses pembelajarannya Guru Aqidah Akhlak menggu nakan metode diskusi. Dia mengatakan: “ kalau pelajarannya kayak gini enak bu….,soalnya kita bisa saling tukar pendapat sama teman – teman. Kalau pelajarannya diterangkan terus biasanya ngantuk bu …, kalau gini kan bisa ikut ngomong sama mikir kan jadinya tidak ngantuk.”
Interpretasi : Siswa merasa senang dalam pembelajaran karena siswa diberi kesempatan untuk menyampaikan pendapat mereka di depan teman – teman mereka dan dilatih untuk berani dan mengahargai pendapat – pendapat orang lain. Dengan metode itu siswa dapat saling bertukar pendapat sehingga siswa menjadi aktif dan berperan di dalam kelas.
Catatan Lapangan 11
Metode pengumpulan data : Observasi Hari/tanggal
: Rabu, 17 Juni 2015
Jam
: 09.00 – 10.00 WIB
Lokasi
: MI Al Falah Kaliangkrik
Sumber data
: Observasi pembelajaran aqidah akhlak kelas V
Deskripsi data
:
161
Sumber data adalah kegiatan pembelajaran Aqidah Akhlak kelas V MI Al Falah Kaliangkrik. Observasi pelaksanaan kegiatan pembelajaran merupakan yang kedua dilaksanakan penulis di MI Al Falah Kaliangkrik. Hal – hal yag diamati mengenai proses pembelajaran dan aktivitas yang dilakukan pendidik Aqidah Akhlak dan peserta didik di dalam kelas. Dari hasil tersebut, penulis mengamati kegiatan pembelajarannya sebagai berikut : a.
Kegiatan awal
b.
Sebelum pelajaran dimulai, penulis mengamati kondisi kelas sudah cukup kondusif karena pembelajaran aqidah akhlak jam pertama, yang setelah bel masuk sekolah semua siswa berbaris di depan kelas dan bersama – sama menghafalkan surat- surat pendek sebelum masuk kedalam kelas. Dalam kegiatan awal, guru mengawali pelajaran dengan mengucapkan salam dan berdoa bersama dengan para siswa, setelah itu guru mengabsen siswa yang tidak hadir. Tahapan selanjutnya adalah guru memberikan apersepsi terhadap siswa. Guru mencoba mengakaitkan materi yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya yaitu materi perilaku percaya diri dengan materi yang akan dipelajari selanjutnya. Setelah itu guru melakukan tanya jawab kepada siswa tentang pengetahuan siswa mengenai perilaku hemat, siswa menganggapi pertanyaan guru dengan antusias. Setelah itu, guru menyampaikan kompetensi yang akan dicapai pada pertemuan itu kepada siswa secara singkat. Kegiatan inti Dalam kegiatan inti ini, guru menyampaikan materi dengan menggunakan metode ceramah, diskusi, dan tanya jawab. Dalam tahap ini guru membagi menjadi tiga kegiatan dalam pembelajaran, yaitu eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Dalam kegiatan ini siswa dibentuk dalam beberapa kelompok untuk melakukan diskusi mencari contoh – contoh perilaku tekun dalam kehidupan sehari – hari. Setelah berdiskusi, siswa diminta untuk membacakan hasil diskusi mereka di depan kelas, teman – teman yang lain menanggapi presentasi setiap kelompok. Setelah presentasi selesai, guru memberikan konfirmasi terhadap apa yang telah ditampilkan oleh siswa. Guru melakukan penguatan – penguatan juga pelurusan – pelurusan terhadap hasil dari temuan dalam diskusi mereka.
162
c.
Kegiatan akhir Dalam kegiatan akhir ini guru bersama dengan siswa menyimpulkan pelajaran yang dipelajari pada saat itu dengan cara menanyai secara lisan kepada beberapa siswa. Kegiatan tanya jawab lisan itu juga dijadikan guru sebagai post tes untuk mengukur tingkat pemahaman siswa tentang pembelajaran yang telah dilaksanakan pagi itu.
Interpretasi : Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengeksplor kemampuan mereka sehingga pembelajaran menjadi berpusat pada siswa. Siswa diberi kesempatan untuk menyampaikan pendapat di depan teman – teman mereka dan dilatih untuk berani dan menghargai pendapat – pendapat orang lain. Akan tetapi disini guru belum bias kreatif untuk bisa mencari metode yang lebih menarik bagi siswa karena kegiatan pembelajaran itu hamper sama dengan pertemuan sebelumnya.
163
Catatan Lapangan 12
Metode pengumpulan data : Observasi Hari/tanggal
: Rabu, 1 Juli 2015
Jam
: 09.00 – 10.00 WIB
Lokasi
: MI Al Falah Kaliangkrik
Sumber data
: Observasi kegiatan puasa romadhon dan
pembagian zakat fitrah
Deskripsi data
:
Demonstrasi puasa dan pembagian zakat fitrah ini tidak dilakukan di dalam kelas melainkan dilakukan bersama seluruh siwa di MI Al Falah Kaliangkrik bersama dengan menyongsong hari raya idhul fitri. Pada kegiatan ini semua siswa melakukan zakat fitrah bersama dengan dipimpin oleh guru aqidah akhlak di MI Al Falah Kaliangkrik. Kegiatan puasa dan zakat fitrah dilakukan mulai dari berniat puasa, sa, sa‟i, tampai berbuka puasa. Latihan zakat fitrahi di lengkapi dengan orang orang yang berhak menerima zakat fitrah dan cara membaginya.
Interpretasi : Menurut peneliti kegiatan ini sangat bermanfaat bagi siswa. Pembelajaran lebih bermakna bagi siswa karena siswa bisa mengalami sendiri tata cara piasanya. Siswa merasa sangat senang mengikuti kegiatan tersebut. Karena mereka benar – benar diajak untuk mengikuti tata cara zakat fitrah .sehingga siswa bisa lebih memahami tata cara zakat fitrah dan dikemudian hari bisa melaksanakan dalam kehidupannya.
164
Catatan Lapangan 13
Metode pengumpulan data : Wawancara Hari/tanggal
: Rabu, 1 Juli 2015
Jam
: 11.30 – 12.00 WIB
Lokasi
: MI Al Falah Kaliangkrik
Sumber data
: amin
Deskripsi data
:
Sumber data adalah siswa kelas V MI Al Falah Kaliangkrik. Wawancara dilakukan pada hari Rabu, tanggal 1 Juli 2015, pukul 09.00 – 10.00 WIB. Pertanyaan yang disampaikan menyangkut tentang bagaimana kesan adanya kegiatan zakat fitrah yang diselenggarakan oleh madrasah. Dari hasil wawancara tersebut, dia mengungkapkan bahwa dia sangat senang dan antusias mengikuti zakat fitrah. Karena menurut dia “ Kalau kayak gini kita bisa melaksanakan sendiri karena kita melakukan demonstrasi langsung zakat fitrah dilengkapi dengan syarat serta yang berhak menerimanya. Kita senang karena kita jadi merasa seakan – akan kita sedang melaksanakan haji zakat fitrah dirumah”.
Interpretasi : Siswa cukup senang dan antusias mengikuti kegiatan zakat fitrah yang diselengarakan madrasah.kegiatan ini sangat baik untuk menambahn pengetahuan mereka.
165
Catatan Lapangan 14
Metode pengumpulan data : Observasi Hari/tanggal
: Rabu, 8 juli 2015
Jam
: 07.00 – 08.45 WIB
Lokasi
: MI Al Falah Kaliangkrik
Sumber data
: Observasi pembelajaran aqidah akhlak kelas V
Deskripsi data
:
Sumber data adalah kegiatan pembelajaran Aqidah Akhlak kelas V MI Al Falah Kaliangkrik. Observasi pelaksanaan kegiatan pembelajaran merupakan yang ketiga dilaksanakan penulis di MI Al Falah Kaliangkrik. Hal – hal yag diamati mengenai proses pembelajaran dan aktivitas yang dilakukan pendidik Aqidah Akhlak dan peserta didik di dalam kelas. Dari hasil tersebut, penulis mengamati kegiatan pembelajarannya sebagai berikut : a.
Kegiatan awal Sebelum pelajaran dimulai, penulis mengamati kondisi kelas sudah cukup kondusif karena pembelajaran aqidah akhlak jam pertama, yang setelah bel masuk sekolah semua siswa berbaris di depan kelas dan bersama – sama menghafalkan surat- surat pendek sebelum masuk kedalam kelas. Dalam kegiatan awal, guru mengawali pelajaran dengan mengucapkan salam dan berdoa bersama dengan para siswa, setelah itu guru mengabsen siswa yang tidak hadir. Tahapan selanjutnya adalah guru memberikan apersepsi terhadap siswa. Karena materi pada pembelajaraan saat itu adalah indicator pertama dari KD, jadi apersepsinya diberi pertanyaan – pertanyaan singkat tentang materi yang akan dibahas. Materi yang dibahas pada pertemuan ini adalah menghafalkan bacaan sholat. Terlebih dahulu Guru melakukan Tanya jawab kepada siswa tentang pentingnya sholat bagi kira. Siswa menanggapi pertanyaannya dengan antusias. Setelah memberikan penjelasan tentang pentingnya sholat, guru menyampaikan kompetensi yang akan dicapai pada pertemuan itu kepada siswa secara singkat.
166
b.
Kegiatan inti Dalam kegiatan inti ini, guru menyampaikan materi dengan menggunakan metode ceramah, diskusi, dan tanya jawab. Guru menanyakan kepada siswa tentang bagaimana bacaan sholat yang telah hafal sebelumnya. Guru meminta beberapa siswa untuk menghafalkan bacaan sholat yang telah mereka hafal di depan kelas. Setelah beberapa siswa menghafalkan di depan kelas guru memberikan koreksi tentang bacaan sholat anak dan kemudian semua siswa menghafalkan bacaan sholat baik secara klasikal maupun individual.
c.
Kegiatan akhir Dalam kegiatan akhir ini guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengulang bacaan mereka di depan kelas secara individual ma upun kelompok. Kemudian menyimpulkan pelajaran yang telah disampaikan saat ini. Peneliti menyimpulkan guru berhasil dalam memberikan pembelajaran terhadap siswa, karena banyak diantara siswa yang hafal bacaan shalat setelah pembelajaran dilakukan.
Interpretasi : Guru sudah menjalin komunikasi yang cukup baik dengan siswa sehingga suasana kelas menjadi nyaman, siswa antusias, bebas mengeluarkan pendapat tanpa ancaman. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengeksplor kemampuan siswa, siswa sebagi obyek utama dalam pembelajaran. Guru menjadi fasilitator, dan menjadi tempat bertanya dan meluruskan dari yang dikemukakan siswa.
167
Catatan Lapangan 15
Metode pengumpulan data : Wawancara Hari/tanggal
: Rabu, 8 Juli 2015
Jam
: 09.00 – 09.30 WIB
Lokasi
: MI Al Falah Kaliangkrik
Sumber data
: Siti Masruroh
Deskripsi data
:
Sumber data adalah siswa kelas V MI Al Falah Kaliangkrik. Wawancara dilakukan pada hari Kamis, tanggal 9 Juli 2015, pukul 09.00 – 09.30 WIB. Pertanyaan yang disampaikan menyangkut tentang bagaimana metode pembelajaran yang digunakan oleh guru aqidah akhlak ? Dari hasil wawancara tersebut, dia mengungkapkan bahwa dalam pelaksanaan proses pembelajarannya Guru Aqidah Akhlak menggunakan metode demonstrasi, dia merasa nyaman dengan metode itu karena bu guru sangat menghargai apa yang disampaikan siswa. Dia mengatakan : “Bu Guru tidak galak kok…, kalau disuruh baca hafalan di depan kelas saya tidak takut, soalnya kalau saya salah baca gak dimarahi tapi nanti dibenarkan sama bu guru”.
Interpretasi : Siswa senang di dalam kelas karena apa yang dia sampaikan atau ditampilkan sangat dihargai oleh guru, sehingga itu dapat menciptakan rasa percaya diri untuk siswa. Siswa menjadi tidak takut untuk ikut aktif dan berperan didalam kelas.
168
WAWANCARA DAN OBSERVASI DI MI AL ISLAM TONOBOYO BANDONGAN KABUPATEN MAGELANG
Catatan Lapangan 1
Metode pengumpulan data : Observasi Hari/tanggal
: Selasa, 26 Mei 2015
Jam
: 08.00 – 11.00 WIB
Lokasi
: MI Al IslamTonoboyo
Sumber data
: Pengamatan Letak Geografis MI Al Islam Tonoboyo bandongan
Deskripsi data
:
Sumber data adalah kegiatan pengamatan dan dokumentasi letak dan keadaan geografis MI Al Islam Tonoboyo bandongan. Observasi dilakukan pada hari Selasa, tanggal 26 Mei 2015, pukul 08.00 – 11.00 WIB. Dari hasil observasi penulis, diperoleh informasi bahwa MI al Islam secara geografis terletak di sebelah Utara Kanto kecamatan Bandungan kurang lebih 1000 meter dari jalan utama Magelang – Bandongan. Sedangkan sebelah Selatan berbatasan dengan rumah penduduk. Untuk sebelah Timur berbatasan langsung dengan Balai desa . Sedangkan sebelah Barat berbatasan dengan masjid besar Kaliangkrik. Berkaitan dengan proses belajar mengajar, lingkungan MI Al Islam sangat mendukung karena letaknya jauh dari keramaian..
Interpretasi :
169
Secara geografis MI Al Islam Tonoboyo terletak di daerah strategis yang mudah dijangkau oleh alat transportasi, dan cukup jauh dari keramaian.
Catatan Lapangan 2
Metode pengumpulan data : Wawancara Hari/tanggal
: Selasa, 26 Mei 2015
Jam
: 08.00 – 11.00 WIB
Lokasi
: MI Al Islam Tonoboyo
Sumber data
: Bapak RozibSulistyo, M.PdI
Deskripsi data
:
Sumber data adalah Kepala MI Al Islam Tonoboyo. Wawancara dilakukan pada hari Selasa, tanggal 26 Mei 2015, pukul 08.00 – 11.00 WIB. Pertanyaan yang disampaikan menyangkut tentang sejarah singkat MI Al Islam Tonoboyo dan perkembangannya. Dari hasil wawancara tersebut, beliau mengungkapkan bahwa MI Al Islam Tonoboyo berdiri pada tahun 1965, akan tetapi secara rinci sejarahnya tidak tertulis sehingga beliau sendiri juga kurang memahami hal tersebut. Akan tetapi beliau mengungkapkan siapa- siapa saja yang pernah menjabat kepala madrasah di tahun 2009 - sekarang adalah Bapak Rozib Sulistyo, M.PdI. Sedangkan untuk perkembangan MI Al Islam Tonoboyo, beliau bapak Rozib sulistyo mengungkapkan dalam prestasi US/M cukup baik dari
170
tahun ke tahun. Untuk akreditasi penilaian tentang US/M MI Al Islam Tonoboyo mengalami satu kali akreditasi yaitu tahun 2010 berakreditasi B.
Interpretasi : Dari hasil wawancara tersebut,penulis mendapatkan data tentang sejarah MI Al Islam Tonoboyo dan perkembangannya. Catatan Lapangan 3
Metode pengumpulan data : Wawancara Hari/tanggal
: Selasa, 27 Mei 2015
Jam
: 08.00 – 11.00 WIB
Lokasi
: MI Al Islam Tonoboyo
Sumber data
: Bapak Rozib Sulistyo, M.PdI
Deskripsi data
:
Sumber data adalah Wakil Kepala MI Al Islam Tonoboyo. Wawancara dilakukan pada hari Selasa, tanggal 27 Mei 2015, pukul 08.00 – 11.00 WIB. Pertanyaan yang disampaikan menyangkut tentang visi dan misi MI Al Islam Tonoboyo. Dari hasil wawancara tersebut, beliau mengungkapkan bahwa visi MI Al Islam Tonoboyo adalah Membentuk Peserta Didik yang Unggul dalam Mutu, Berbudi pekerti luhur, trampil, Beriman dan Bertaqwa kepada Allah SWT serta cinta tanah air dan bangsa. Sedangkan untuk misi MI Al Islam Tonoboyo adalah melaksanakan KTSP,melaksanakan standar proses, pengembangan karakter, meningkatkan sarpras,melaksanakan peningkatan kompetensi pendidik, melaksanakan standar penilaian dll.
171
Interpretasi MI Al Islam Tonoboyo berupaya untuk mengimplementasikan visi dan misi madrasah Membentuk Peserta Didik yang Unggul dalam Mutu, Berbudi pekerti luhur, trampil, Beriman dan Bertaqwa kepada Allah SWT serta cinta tanah air dan bangsa.
Catatan Lapangan 4
Metode pengumpulan data : Dokumentasi Hari/tanggal
: Kamis, 4 Juni 2015
Jam
: 08.00 – 11.00 WIB
Lokasi
: MI Al Islam Tonoboyo
Sumber data
: Kepala Madrasah
Deskripsi data
:
Penulis menemui wakil Kepala MI Al Islam Tonoboyo guna meminta data tentang struktur organisasi, daftar guru dan karyawan, daftar siswa, sarana dan prasarana.
Interpretasi :
Dari dokumen tersebut, penulis dapat mengetahui struktur organisasi, daftar guru dan karyawan, daftar siswa, sarana dan prasarana di MI Al Islam Tonoboyo . 172
Catatan Lapangan 5
Metode pengumpulan data : Wawancara Hari/tanggal
: Rabu, 3 Juni 2015
Jam
: 08.00 – 11.00 WIB
Lokasi
: MI Al Islam Tonoboyo
Sumber data
: Ibu Lushandiyah, S.Ag
Deskripsi data
:
Sumber data adalah Guru Aqidah Akhlak MI Al Islam Tonoboyo. Wawancara dilakukan pada hari Kamis, tanggal 4 Juni 2015, pukul 08.00 – 11.00 WIB. Pertanyaan yang disampaikan menyangkut tentang bagaimana pembelajaran aqidah akhlak di MI Al Islam Tonoboyo ? Dari hasil wawancara tersebut, beliau mengungkapkan bahwa pembelajaran aqidah akhlak di MI Al Islam Tonoboyo setiap minggunya terdiri dari dua jam untuk masing – masing kelas ( Kelas I s.d. VI ). Selain di dalam ruang kelas, pembelajaran aqidah akhlak juga diterapkan di luar ruang kelas, misalnya menghafal surat-surat pendek,menghafal doa-doa pendek dan asmaul husna bersama-sama setiap kelas. Kegiatan ini dilakukan setiap hari lima belas menit sebelum pelajaran dimulai, sholat dhuha dan sholat dhuhur berjamaah di masjid besar Tonoboyo, peringatan hari – hari besar islam, seperti pesantren ramadhan, pesta qurban, dan manasik haji
Interpretasi : MI Al Islam Tonoboyo selain mengadakan pembelajaran aqidah akhlak secara rutin di dalam jam pembelajaran di kelas juga melakukan pembelajaran – pembelajaran di luar kelas. Misalnya menghafal surat -surat pendek ,doa-doa harian dan asmaul husna setiap hari, manasik haji dll.
173
Kegiatan ini sangat baik untuk menunjang kegiatan pembelajaran selain dengan pembelajaran yang dilakukan di kelas sehingga siswa bias lebih memahami pembelajaran aqidah akhlak dan mengamalkannya Catatan Lapangan 6
Metode pengumpulan data : Wawancara Hari/tanggal
: Kamis, 4 Juni 2015
Jam
: 08.00 – 11.00 WIB
Lokasi
: MI Al Islam Tonoboyo
Sumber data
: Ibu Lushandiyah,S.Ag
Deskripsi data
:
Sumber data adalah Guru Aqidah Akhlak MI Al Islam Tonoboyo. Wawancara dilakukan pada hari Kamis, tanggal 4 Juni 2015, pukul 08.00 – 11.00 WIB. Pertanyaan yang disampaikan menyangkut tentang apa yang menjadi acuan dalam perencanaan pembelajaran aqidah akhlak ? Dari hasil wawancara tersebut, beliau mengungkapkan bahwa penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh Guru Aqidah Akhlak di MI Al Islam Tonoboyo itu sendiri dengan mengacu pada standar kompetensi ( SK ) dan kompetensi dasar ( KD ) tingkat sekolah dasar yang telah ditentukan oleh pemerintah. Guru menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran itu dengan mengembangkan SD dan KD yang sudah ada. Interpretasi : Guru Aqidah Akhlak MI Al Islam Tonoboyo SK dan KD dari pemerintah sebagai sumber acuan dalam penyusunan perencanaan pembelajaran. Kemudian Guru Aqidah Akhlak berusaha untuk mengembangkan SK dan KD itu dalam rangkaian proses pembelajaran yang baik.
174
Catatan Lapangan 7
Metode pengumpulan data : Dokumentasi Hari/tanggal
: kamis. , 4 Juni 2015
Jam
: 08.00 – 11.00 WIB
Lokasi
: MI Al Islam Tonoboyo
Sumber data
: Ibu lushandiyah,S.Ag
Deskripsi data
:
Penulis menemui Ibu islamiyah selaku guru aqidah akhlak Kelas V MI Al Islam Tonoboyo guna meminta data tentang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
( RPP ) Aqidah Akhlak Kelas V.
Interpretasi : Dari dokumen tersebut, penulis dapat mengetahui tentang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Aqidah Akhlak Kelas V yang dibuat guru aqidah akhlak untuk kemudian dianalisis mengenai implementasinya pendidikan humanistik dan behavioristik dalam rencana pembelajarannya.
175
Catatan Lapangan 8
Metode pengumpulan data : Wawancara Hari/tanggal
: kamis, 4 Juni 2015
Jam
: 08.00 – 11.00 WIB
Lokasi
: MI Al Islam Tonoboyo
Sumber data
: Ibu Lushandiyah
Deskripsi data
:
Sumber data adalah Guru Aqidah Akhlak MI Al Islam Tonoboyo. Wawancara dilakukan pada hari kamis, tanggal 4 Juni 2015, pukul 08.00 – 11.00 WIB. Pertanyaan yang disampaikan menyangkut tentang metode pembelajaran yang diterapkan dalam pembelajaran aqidah akhlak di kelas V MI Al Islam Tonoboyo ? Dari hasil wawancara tersebut, beliau mengungkapkan b ahwa dalam proses pelaksanaan pembelajarnya Guru Aqidah Akhlak menggunakan metode yang hampir sama di semua kelas yaitu menggunakan metode ceramah, tanya jawab, demonstrasi, dan diskusi.
Interpretasi : Guru Aqidah Akhlak MI Al Islam Tonoboyo menggunakan beberapa metode pembelajaran seperti metode ceramah, tanya jawab, demonstrasi, dan diskusi. Metode ini masih termasuk kedalam metode konvensional dalam pembelajaran. Guru Aqidah Akhlak belum cukup mampu mengembangkan menggunakan metode – metode yang lebih bervariasi. 176
Catatan Lapangan 9
Metode pengumpulan data : Observasi Hari/tanggal
: Kamis, 11 Juni 2015
Jam
: 08.00 – 11.00 WIB
Lokasi
: MI Al Islam Tonoboyo
Sumber data
: Observasi pembelajaran aqidah akhlak kelas V
Deskripsi data
:
Sumber data adalah kegiatan pembelajaran Aqidah Akhlak kelas V MI Al Islam Tonoboyo. Observasi pelaksanaan kegiatan pembelajaran merupakan yang pertama dilaksanakan penulis di MI Al Islam Tonoboyo. Hal – hal yag diamati mengenai proses pembelajaran dan aktivitas yang dilakukan pendidik Aqidah Akhlak dan peserta didik di dalam kelas. Dari hasil tersebut, penulis mengamati kegiatan pembelajarannya sebagai berikut : d.
Kegiatan awal Sebelum pelajaran dimulai, penulis mengamati kondisi kelas sudah cukup kondusif ka rena pembelajaran aqidah akhlak jam pertama, yang setelah bel masuk sekolah semua siswa berbaris di depan kelas dan bersama – sama menghafalkan surat- surat pendek sebelum masuk kedalam kelas. Dalam kegiatan awal, guru mengawali pelajaran dengan mengucapkan salam dan berdoa bersama dengan para siswa, setelah itu guru mengabsen siswa yang tidak hadir. Tahapan selanjutnya adalah guru memberikan apersepsi terhadap siswa. Guru mencoba mengkaitkan materi yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya yaitu materi perilaku percaya diri dengan materi yang akan dipelajari selanjutnya. Setelah itu guru melakukan tanya jawab kepada siswa tentang pengetahuan siswa
177
mengenai perilaku tekun, siswa menganggapi pertanyaan guru dengan antusias. Setelah itu, guru menyampaikan kompetensi yang akan dicapai pada pertemuan itu kepada siswa secara singkat. e.
Kegiatan inti Dalam kegiatan inti ini, guru menyampaikan materi dengan menggunakan metode ceramah, diskusi, dan tanya jawab. Dalam tahap ini guru membagi menjadi tiga kegiatan dalam pembelajaran, yaitu eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Dalam kegiatan ini siswa dibentuk dalam beberapa kelompok untuk melakukan diskusi mencari contoh – contoh perilaku yang baik dalam kehidupan sehari – hari. Setelah berdiskusi, siswa diminta untuk membacakan hasil diskusi mereka di depan kelas, teman – teman yang lain menanggapi presentasi setiap kelompok. Setelah presentasi selesai, guru memberikan konfirmasi terhadap apa yang telah ditampilkan oleh siswa. Guru melakukan penguatan – penguatan juga pelurusan – pelurusan terhadap hasil dari temuan dalam diskusi mereka.
f.
Kegiatan akhir Dalam kegiatan akhir ini guru bersama dengan siswa menyimpulkan pelajaran yang dipelajari pada saat itu dengan cara menanyai secara lisan kepada beberapa siswa. Kegiatan tanya jawab lisan itu juga dijadikan guru sebagai post tes untuk mengukur tingkat pemahaman siswa tentang pembelajaran yang telah dilaksanakan pagi itu.
Interpretasi : Di dalam pembelajaran aqidah akhlak di kelas itu, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengeksplor kemampuan mereka sehingga pembelajaran menjadi berpusat pada siswa. Siswa diberi kesempatan untuk menyampaikan pendapat di depan teman – teman mereka
178
dan dilatih untuk berani dan menghargai pendapat – pendapat orang lain. Sudah ada implementasi pendidikan humanistik dan behavioristik dalam metode pembelajarannya.
Catatan Lapangan 10
Metode pengumpulan data : Wawancara Hari/tanggal
: Kamis, 11 Juni 2015
Jam
: 09.00 – 10.00 WIB
Lokasi
: MI Al Islam Tonoboyo
Sumber data
: Muhammad Anharul Asror
Deskripsi data
:
Sumber data adalah siswa kelas V MI Al Islam Tonoboyo. Wawancara dilakukan pada hari kamis, tanggal 11 Juni 2015, pukul 09.00 – 10.00 WIB. Pertanyaan yang disampaikan menyangkut tentang bagaimana metode pembelajaran yang digunakan oleh Guru Aqidah Akhlak. Dari hasil wawancara tersebut, dia mengungkapkan bahwa dalam pelaksanaan proses pembelajarannya Guru Aqidah Akhlak menggunakan metode Ceramah dan kadang diskusi. Dia mengatakan: “ kalau pelajarannya ceramah terus jadi ngantuk, tetapi jika diskusi kayak gini enak bu….,soalnya kita bisa saling tukar pendapat sama teman – teman …, kalau gini kan bisa ikut ngomong sama mikir kan jadinya tidak ngantuk.”
Interpretasi : Siswa merasa senang dalam pembelajaran karena siswa diberi kesempatan untuk menyampaikan pendapat mereka di depan teman – teman mereka dan dilatih untuk berani dan mengahargai pendapat – pendapat
179
orang lain. Dengan metode itu siswa dapat saling bertukar pendapat sehingga siswa menjadi aktif dan berperan di dalam kelas.
Catatan Lapangan 11
Metode pengumpulan data : Observasi Hari/tanggal
: Kamis, 18 Juni 2015
Jam
: 09.00 – 10.00 WIB
Lokasi
: MI Al Islam Tonoboyo
Sumber data
: Observasi pembelajaran aqidah akhlak kelas V
Deskripsi data
:
Sumber data adalah kegiatan pembelajaran Aqidah Akhlak kelas V MI Al Islam Tonoboyo. Observasi pelaksanaan kegiatan pembelajaran merupakan yang kedua dilaksanakan penulis di MI Al Islam Tonoboyo. Hal – hal yang diamati mengenai proses pembelajaran dan aktivitas yang dilakukan pendidik Aqidah Akhlak dan peserta didik di dalam kelas. Dari hasil tersebut, penulis mengamati kegiatan pembelajarannya sebagai berikut : a. Kegiatan awal Sebelum pelajaran dimulai, penulis mengamati kondisi kelas sudah cukup kondusif karena pembelajaran aqidah akhlak jam pertama, yang setelah bel masuk sekolah semua siswa berbaris di depan kelas dan bersama – sama menghafalkan surat- surat pendek sebelum masuk kedalam kelas. Dalam kegiatan awal, guru mengawali pelajaran dengan mengucapkan salam dan berdoa bersama dengan para siswa, setelah itu guru mengabsen siswa yang tidak hadir. Tahapan selanjutnya adalah guru 180
memberikan apersepsi terhadap siswa. Guru mencoba mengakaitkan materi yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya yaitu materi perilaku percaya diri dengan materi yang akan dipelajari selanjutnya. Setelah itu guru melakukan tanya jawab kepada siswa tentang pengetahuan siswa mengenai perilaku hemat, siswa menganggapi pertanyaan guru dengan antusias. Setelah itu, guru menyampaikan kompetensi yang akan dicapai pada pertemuan itu kepada siswa secara singkat. b. Kegiatan inti Dalam kegiatan inti ini, guru menyampaikan materi dengan menggunakan metode ceramah, diskusi, dan tanya jawab. Dalam tahap ini guru membagi menjadi tiga kegiatan dalam pembelajaran, yaitu eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Dalam kegiatan ini siswa dibentuk dalam beberapa kelompok untuk melakukan diskusi mencari contoh – contoh perilaku tekun dalam kehidupan sehari – hari. Setelah berdiskusi, siswa diminta untuk membacakan hasil diskusi mereka di depan kelas, teman – teman yang lain menanggapi presentasi setiap kelompok. Setelah presentasi selesai, guru memberikan konfirmasi terhadap apa yang telah ditampilkan oleh siswa. Guru melakukan penguatan – penguatan juga pelurusan – pelurusan terhadap hasil dari temuan dalam diskusi mereka. c. Kegiatan akhir Dalam kegiatan akhir ini guru bersama dengan siswa menyimpulkan pelajaran yang dipelajari pada saat itu dengan cara menanyai secara lisan kepada beberapa siswa. Kegiatan tanya jawab lisan itu juga dijadikan guru sebagai post tes untuk mengukur tingkat pemahaman siswa tentang pembelajaran yang telah dilaksanakan pagi itu. Interpretasi : Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengeks plor kemampuan mereka sehingga pembelajaran menjadi berpusat pada siswa. Siswa diberi kesempatan untuk menyampaikan pendapat di depan teman – teman mereka dan dilatih untuk berani dan menghargai pendapat – pendapat orang lain. Akan tetapi disini guru belum bias kreatif untuk bisa mencari metode yang lebih menarik bagi siswa karena kegiatan pembelajaran itu hamper sama dengan pertemuan sebelumnya.
181
Catatan Lapangan 12
Metode pengumpulan data : Observasi Hari/tanggal
: Kamis, 2 Juli 2015
Jam
: 09.00 – 10.00 WIB
Lokasi
: MI Al Islam Tonoboyo
Sumber data
: Observasi kegiatan pembagian zakat fitrah
Deskripsi data
:
Demonstrasi pembagian zakat fitrah ini tidak dilakukan di dalam kelas melainkan dilakukan bersama seluruh siwa di MI Al Islam Tonoboyo bersama dengan menyongsong hari raya idhul fitri. Pada kegiatan ini semua siswa melakukan zakat fitrah bersama dengan dipimpin oleh guru aqidah akhlak di MI Al Islam Tonoboyo Kegiatan puasa dan zakat fitrah dilakukan mulai dari berniat puasa, sa, sa‟i, tampai berbuka puasa. Latihan zakat fitrahi di lengkapi dengan orang orang yang berhak menerima zakat fitrah dan cara membaginya.
Interpretasi : Menurut peneliti kegiatan ini sangat bermanfaat bagi siswa. Pembelajaran lebih bermakna bagi siswa karena siswa bisa mengalami sendiri tata cara piasanya. Siswa merasa sangat senang mengikuti kegiatan tersebut. Karena mereka benar – benar diajak untuk mengikuti tata cara zakat fitrah .sehingga siswa bisa lebih memahami tata cara zakat fitrah dan dikemudian hari bisa melaksanakan dalam kehidupannya.
182
Catatan Lapangan 13
Metode pengumpulan data : Wawancara Hari/tanggal
: Kamis, 2 Juli 2015
Jam
: 11.30 – 12.00 WIB
Lokasi
: MI Al Islam Tonoboyo
Sumber data
: Afrizal Ghufron
Deskripsi data
:
Sumber data adalah siswa kelas V MI Al Islam Tonoboyo. Wawancara dilakukan pada hari Kamis, tanggal 2 Juli 2015, pukul 09.00 – 10.00 WIB. Pertanyaan yang disampaikan menyangkut tentang bagaimana kesan adanya kegiatan zakat fitrah yang diselenggarakan oleh madrasah. Dari hasil wawancara tersebut, dia mengungkapkan bahwa dia sangat senang dan antusias mengikuti zakat fitrah. Karena menurut dia “kita bisa melaksanakan sendiri karena kita melakukan demonstrasi langsung zakat fitrah dilengkapi dengan syarat serta yang berhak menerimanya”.
Interpretasi : Siswa cukup senang dan antusias mengikuti kegiatan zakat fitrah yang diselengarakan madrasah.kegiatan ini sangat baik untuk menambahn pengetahuan mereka.
183
Catatan Lapangan 14
Metode pengumpulan data : Observasi Hari/tanggal
: Kamis, 9 juli 2015
Jam
: 07.00 – 08.45 WIB
Lokasi
: MI Al Islam Tonoboyo
Sumber data
: Observasi pembelajaran aqidah akhlak kelas V
Deskripsi data
:
Sumber data adalah kegiatan pembelajaran Aqidah Akhlak kelas V MI Al Islam Tonoboyo. Observasi pelaksanaan kegiatan pembelajaran merupakan yang ketiga dilaksanakan penulis di MI Al Islam Tonoboyo Hal – hal yang diamati mengenai proses pembelajaran dan aktivitas yang dilakukan pendidik Aqidah Akhlak dan peserta didik di dalam kelas. Dari hasil tersebut, penulis mengamati kegiatan pembelajarannya sebagai berikut : 1. Kegiatan awal Sebelum pelajaran dimulai, penulis mengamati kondisi kelas sudah cukup kondusif karena pembelajaran aqidah akhlak jam pertama, yang setelah bel masuk sekolah semua siswa berbaris di depan kelas dan bersama – sama menghafalkan surat- surat pendek sebelum masuk kedalam kelas. Dalam kegiatan awal, guru mengawali pelajaran dengan mengucapkan salam dan berdoa bersama dengan para siswa, setelah itu guru mengabsen siswa yang tidak hadir. Tahapan selanjutnya adalah guru memberikan apersepsi terhadap siswa. Karena materi pada pembelajaraan saat itu adalah indicator pertama dari KD, jadi apersepsinya diberi pertanyaan – pertanyaan singkat tentang materi yang akan dibahas. Materi yang dibahas pada pertemuan ini adalah menghafalkan bacaan sholat. Terlebih dahulu Guru melakukan Tanya jawab kepada siswa tentang pentingnya sholat bagi kira. Siswa menanggapi pertanyaannya dengan antusias. Setelah memberikan penjelasan tentang pentingnya sholat, guru menyampaikan kompetensi yang akan dicapai pada pertemuan itu kepada siswa secara singkat. 184
2. Kegiatan inti Dalam kegiatan inti ini, guru menyampaikan materi dengan menggunakan metode ceramah, diskusi, dan tanya jawab. Guru menanyakan kepada siswa tentang bagaimana bacaan sholat yang telah hafal sebelumnya. Guru meminta beberapa siswa untuk menghafalkan bacaan sholat yang telah mereka hafal di depan kelas. Setelah beberapa siswa menghafalkan di depan kelas guru memberikan koreksi tentang bacaan sholat anak dan kemudian semua siswa menghafalkan bacaan sholat baik secara klasikal maupun individual. 3. Kegiatan akhir Dalam kegiatan akhir ini guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengulang bacaan mereka di depan kelas secara individual maupun kelompok. Kemudian menyimpulkan pelajaran yang telah disampaikan saat ini. Peneliti menyimpulkan guru berhasil dalam memberikan pembelajaran terhadap siswa, karena banyak diantara siswa yang hafal bacaan shalat setelah pembelaja ran dilakukan.
Interpretasi : Guru sudah menjalin komunikasi yang cukup baik dengan siswa sehingga suasana kelas menjadi nyaman, siswa antusias, bebas mengeluarkan pendapat tanpa ancaman. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengeksplor kemampuan siswa, siswa sebagi obyek utama dalam pembelajaran. Guru menjadi fasilitator, dan menjadi tempat bertanya dan meluruskan dari yang dikemukakan siswa.
185
Catatan Lapangan 15
Metode pengumpulan data : Wawancara Hari/tanggal
: kamis, 9 Juli 2015
Jam
: 09.00 – 09.30 WIB
Lokasi
: MI Al Islam Tonoboyo
Sumber data
: Aini Masruroh
Deskripsi data
:
Sumber data adalah siswa kelas V MI Al Islam Tonoboyo. Wawancara dilakukan pada hari Kamis, tanggal 9 Juli 2015, pukul 09.00 – 09.30 WIB. Pertanyaan yang disampaikan menyangkut tentang bagaimana metode pembelajaran yang digunakan oleh guru aqidah akhlak ? Dari hasil wawancara tersebut, dia mengungkapkan bahwa dalam pelaksanaan proses pembelajarannya Guru Aqidah Akhlak menggunakan metode demonstrasi, dia merasa nyaman dengan metode itu karena bu guru sangat menghargai apa yang disampaikan siswa. Dia mengatakan : “Bu Guru tidak suka marah kok…, kalau disuruh baca hafalan di depan kelas saya tidak takut, soalnya kalau saya salah baca gak dimarahi ta pi nanti dibenarkan sama bu guru”.
Interpretasi : Siswa senang di dalam kelas karena apa yang dia sampaikan atau ditampilkan sangat dihargai oleh guru, sehingga itu dapat menciptakan rasa percaya diri untuk siswa. Siswa menjadi tidak takut untuk ikut aktif dan berperan didalam kelas.
186
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Yang bertanda tangan dibawah ini : Nama
: FADHOIL, S.AG
NIM
: M1.13.022
Tempat/Tanggal Lahir Alamat
: Magelang, 15 Nopember 1973 : Wanadri Rt 3 /Rw 4, desa Ngendrokilo, Kecamatan Kaliangkrik, Kabupaten Magelang, Propinsi Jawa Tengah. Kode Pos 563152
Pendidikan
:
1. MI Al Huda Ngendrokilo
(1986)
2. MTs Negeri Kaliangkrik
(1989)
3. PGA Negeri Magelang
(1992)
4. D2 STAIN Salatiga
(1996)
5. SI PAI STAIN SALATIGA
(1998)
6. S2 PPs STAIN SALATIGA.
Masuk (2013 Salatiga, 25 September 2015 Penulis,
Fadhoil, S.Ag NIM.M1.13.022
187
Struktur Organisasi MI Al Falah Kaliangkrik Kecamatan Kaliangkrik Kabupaten Magelang
Depdikbub
Departemen
Yayasan
Lembaga Pendidikan
Agama
Maarif
Maarif
Kepala Madrasah Ibtidaiyah Al falah Fadhoil, S.Ag
Tata Usaha M.Syaeful Mujib,S.Pd.I
Wk. Kurikulum
Wk. Sarana
Wk Kesiswaan
Wk. Humas
Prasarana
Wali Kelas
Wali Kelas
Dewan Guru
Siswa
188
Wali Kelas
Bagan Organisasi MI Al Islam Tonoboyo Kecamatan Bandongan Kabupaten Magealng Tahun Pelajaran 2015
Ketua yayasan
KOMITE MADRASAH
Ur. KURIKULUM
TATA USAHA
Ur
Ur
Ur
KESISWAAN
SARPRAS
HUMAS
Sie
Sie
Sie
Sie
Sie
Sie
Olah Raga
Kesenian
Drum Band
Pramuka Pi
Keagamaan
Pramuka Pa
Dan UKS
DanMading
Dan PKS
Dan PMR
Wali Kelas
Dewan Guru
Peserta Didik MI Al Islam Tonoboyo Keterangan =
= Garis Intruksional = Garis Koordinasi
189
FOTO-FOTO WAWANCARA PADA MI AL FALAH KALIANGKRIK DAN MI AL ISLAM TONOBOYO BANDONGAN 2015
Wawancara dengan bapak Rozib Sulistyo,S.Ag
Wawancara dengan bapak Yakup, S.Pd.I
Wawancara dengan ibu Islamiyah, S.Ag
Wawancara dengan siswa
Wawancara dengan guru di MI Al Falah Kaliangkrik
190
191